Pencarian

Tahta Janda Berdarah 1

Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah Bagian 1


TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 129 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan Dani (solgeek)
1 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEORANG diri di puncak Bukit Menoreh pada malam bulan purnama.
Setelah ditinggal Kakek Segala Tahu yang memberi petunjuk padanya
cara menyelamatkan Bunga dari sekapan guci tembaga Iblis Kepala
Batu, Pendekar 212 sebenarnya tengah menunggu kedatangan tiga
gadis cantik. Mereka bukan lain adalah Ratu Duyung, Anggini dan
Bidadari Angin Timur. Ada beberapa hal yang perlu segera ditanyakan
Wiro pada tiga gadis itu. Selain itu sesuai petunjuk Kakek Segala Tahu
dia akan menanyakan perihal Nyi Roro Manggut pada Ratu Duyung.
Menurut Kakek Segala Tahu hanya perempuan sakti yang diam di dasar
samudera itu pemilik satu-satunya ilmu kesaktian yang mampu
menolong Bunga keluar dari sekapan guci tembaga.
Namun lain yang ditunggu lain yang muncul. Sepasang kakek
nenek bertampang dan berdandanan aneh laksana setan malam
berkelebat seperti angin dan tahu-tahu sudah tegak berdiri di hadapan
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Orang pertama seorang nenek bertubuh tinggi. Wajahnya yang
keriputan tertutup dandanan medok.
Alis kereng hitam, bibfr merah mencorong, bedak tebal dan dua
pipi diberi merah-merah. Murid Sinto Gendeng tidak kenal dan tidak
pernah melihat nenek ini sebelumnya. Namun dari dandanan serta
matanya yang melirik liar dan bibir yang selalu melemparkan senyum
genit, pendekar kita maklum kalau si nenek bukan perempuan baik-
baik. Orang kedua seorang kakek, bungkuk berpakaian rombeng dekil.
Mukanya seputih kain kafan! Inilah yang membuat Pendekar 212 Wiro
Sableng kaget setengah mati karena dia mengenal kakek itu adalah Si
Muka Bangkai alias Si Muka Mayat, mahluk jahat yang dikenal sebagai
dedengkot golongan hitam, guru Pangeran Matahari, musuh bebuyutan
Wiro. Saking tidak percaya Wiro sampai mengusap matanya berulang
kali. "Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat!" Wiro menyebut julukan si
kakek dengan suara bergetar. "Bukankah jahanam satu ini sudah mati
di tangan sahabatku Bujang Gila Tapak Sakti sewaktu terjadi
pertempuran hebat di Pangandaran" Bagaimana mungkin dia bisa
hidup kembali dan muncul di sini! Gila!"
Memang melihat wajah dan dandanan si kakek, semua orang yang
pernah melihat atau mengenal pasti akan menyangka dia adalah Si
Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. Lalu bagaimana kejadiannya kakek
yang sudah menemui ajal ini bisa hidup kembali dan muncul bersama
nenek berdandanan tak karuan itu"
2 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Semasa hidupnya Si Muka Bangkai mempunyai seorang kekasih
bernama Nyi Ragil, tinggal di Tawangalu. Itu sebabnya perempuan itu
dikenal dengan nama Nyi Ragil Tawangalu. Setelah Si Muka Bangkai
menemui kematian, duka cita Nyi Ragil begitu mendalam hingga dia
tergeletak sakit selama berbulan-bulan. Dalam keadaan begitu rupa
seorang kakek menyambanginya. Begitu melihat wajah kakek ini
langsung Nyi Ragil mendapat kekuatan aneh dan sakitnya mendadak
pulih. Dia bisa bangkit dari sakitnya, duduk di tepi pembaringan,
menatap kakek di hadapannya dengan mata tak berkesip. Ternyata
kakek itu memiliki wajah dan bentuk tubuh menyerupai Si Muka
Bangkai. "Kekasihku Muka Bangkai... Kau... benar dirimukah yang ada di
hadapanku saat ini" Kau masih hidup...?"
Si kakek tersenyum. Bahkan senyum itupun sama seperti senyum
Si Muka Bangkai! Dia menggeleng lalu berkata. "Banyak orang yang
menduga seperti dirimu. Aku bukan Si Muka Bangkai. Aku Suro Ageng
Kalamenggolo. Adik kembaran Si Muka Bangkai."
"Hah! Apa..."! Jadi kekasihku itu punya seorang adik kembar?"
Nyi Ragil turun dari pembaringan. Hampiri Suro Ageng Kalamenggolo.
Memegang bahunya, mengusap wajah kakek ini, mendongak lalu
tertawa panjang. "Tidak, kau bukan Suro Ageng Kalamenggolo! Aku
tidak perduli siapa dirimu adanya! Bagiku kau adalah Si Muka Bangkai.
Kekasihku yang hidup kembali!" Lalu Nyi Ragil memeluk dan menciumi
Suro Ageng Kalamenggolo. Tangannya menggerayang kian kemari.
Hingga kakek yang sudah belasan tahun tak pernah disentuh tangan
perempuan ini jadi terangsang dan langsung saja jatuh hati pada si
nenek. Begitulah kisahnya, sejak hari itu Suro Ageng Kalamenggolo
dijadikan kekasih oleh Nyi Ragil, diberi dandanan dan pakaian seperti Si
Muka Bangkai dan Nyi Ragil selalu menyebutnya dengan nama julukan
yaitu Si Muka Bangkai. Selain kecocokan dalam wajah dan bentuk
tubuh, sebagai adik kembar Si Muka bangkai yang asli kakek ini juga
telah mewarisi beberapa kesaktian yang dimiliki kakak kembarnya.
Sejak hari itu ke mana-mana Nyi Ragil selalu bersama sang kekasih.
Termasuk ketika membunuh Datuk Muda Carano Ameh di Gunung
Gede yang disangkanya Tua Gila, bekas kekasih Sinto Gendeng yang
juga merupakan Guru Pendekar 212. Selama hidup berduaan, Nyi Ragil
sering berbuat mesum dengan lelaki lain, tetapi Si Muka Bangkai seolah
tidak perduli. "Muka Bangkai, jadi dia ini bocah yang pernah kau ceritakan
padaku?" Si nenek berucap sambil lemparkan lirikan ke arah Wiro.
"Sialan! Sebesar ini aku dibilang bocah!" maki murid Sinto
Gendeng dalam hati.
"Benar sekali kekasihku. Dia memang Wiro Sableng, murid Sinto
Gendeng." Menjawab Si Muka Bangkai.
3 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Aahhh..." Si nenek yang ternyata adalah Nyi Ragil Tawangalu
alias Si Manis Penyebar Maut rangkapkan dua tangan di depan dada.
Sepasang matanya pandangi Pendekar 212 dari rambut sampai ke kaki.
Lidahnya dijulur-julur membasahi bibir. Lalu nenek ini berbisik. "Muka
Bangkai, ternyata pemuda ini lebih hebat dari yang aku bayangkan.
Wajah ganteng, tubuh kekar. Kalau aku tenggelam dalam pelukannya
pasti aku akan benar-benar merasakan nikmatnya sorga dunia..."
"Kau boleh berbuat suka-suka apa saja dengan dia," balas
berbisik Si Muka Bangkai. "Tapi ingat, dia adalah murid Sinto Gendeng.
Semua yang ada kaitannya dengan Sinto Gendeng harus kita singkirkan
dari muka bumi ini."
"Kau benar Muka Bangkai. Aku tidak bakal melupakan siapa
adanya pemuda ini. Tapi jika aku bisa menguras kejantanannya untuk
menyenangi hati dan tubuhku barang sebulan dua bulan, apa salahnya.
Kulihat dari tadi dia seperti kagum memandangi wajahku. Agaknya kali
ini aku mendapat durian runtuh sobatku. Hik... hik... hik."
Si Muka Bangkai kembaran, yang sudah tahu sifat kekasihnya
menjawab. "Silahkan kau bersenang-senang sepuasmu. Tapi waktu yang bisa
aku berikan hanya sampai menjelang pagi. Aku akan menunggumu di
kaki bukit sebelah selatan. Jika sampai matahari terbit kau tidak
muncul terpaksa aku pergi dan tak akan menunggu lebih lama." Nyi
Ragil tertawa lalu cepat memegang bahu baju rombeng Si Muka
Bangkai. "Kuharap kau jangan pergi dulu sobatku. Apakah kau tidak ingin
menyaksikan barang sejurus dua jurus bagaimana aku bermain-main
dengan pemuda gagah ini" Siapa tahu bisa mendatangkan kegairahan
dalam dirimu. Hingga kau tidak selalu membiarkan aku sendirian dalam
kedinginan" Hik... hik... hik!"
Si Muka Bangkai pencongkan mulut. Dia langkahkan kaki
bergerak hendak pergi.
"Aku minta kau tetap di sini," kata Nvi Ragil pula sambil pegang
bahu si kakek. Kali ini bukan hanya sekedar memegang tapi juga
mencengkeram. Si Muka Bangkai terpaksa batalkan niat tinggalkan
tempat itu. Nyi Ragil melangkah kehadapan Wiro.
"Bocah, benar kau yang bernama Wiro, murid Sinto Gendeng dari
puncak Gunung Gede?" Nyi Ragil ajukan pertanyaan. Waktu bertanya
mulut mengulum senyum dan mata lemparkan pandangan penuh
gairah. Wiro tertawa lebar. Dia balas memandang si nenek mulai dari
rambut sampai ke kaki tapi dengan sikap memperolokkan.
"Gadis cilik, dugaanmu tidak salah. Aku memang bocah bernama
Wiro Sableng, murid Eyang Sinto Gendeng. Masih kecil begini matamu
sungguh tajam hingga bisa mengenali siapa diriku, padahal belum
pernah bertemu muka sebelumnya. Sayangnya, rupanya ibumu kurang
bisa mendandani wajahmu yang cantik hingga celemongan seperti ini."
4 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Nyi Ragil diam sebentar, seolah terkesiap mendengar ucapan
pemuda di hadapannya. Namun kemudian nenek genit ini tertawa
panjang. Rupanya dia merasa senang guraunya disambuti orang.
"Sudah kenal walau belum pernah bertemu. Itu artinya antara
kau dan aku memang sudah ada perjodohan. Hik... hik... hik..."
"Hik... hik... hik!"
Wiro ikut-ikutan tertawa meniru suara tawa si nenek. "Tadinya
aku mengira kau dan Si Muka Mayat itu sudah menjadi sepasang
kekasih. Ternyata kau masih tergiur pada anak muda sepertiku! Ha...
ha... ha!! "Ah, kau cepat sekali cemburu anak muda! Aku suka pada lelaki
pencemburu. Kata orang lelaki pencemburu nafsunya besar seperti
kuda! Hik... hik... hik! Dengar, kakek ini hanyalah sobat seperjalanan.
Orang tua seperti dia mana punya kemampuan sehebat dirimu" Hik...
hik... hik!"
Si Muka Bangkai alias si Muka Mayat keluarkan suara
menggerutu tapi si nenek tidak pedulikan.
"Kalau kau tak suka kupanggil bocah, katakan bagaimana aku
harus memanggilmu agar kedengaran mesra?"
Wiro menyeringai, garuk-garuk kepala tak menjawab.
"Bagaimana kalau kupanggil kau dengan sebutan kekasihku..."
tanya si nenek sambil kedipkan mata.
Wiro masih garuk-garuk kepala tapi mulut dan hidungnya
dipencongkan. Si nenek tersenyum. "Agaknya kau kurang suka pada panggilan
itu. Baik, biar kuganti. Mungkin kau lebih suka kupanggil dengan
sebutan yayang, kependekan sayangku?"
Wiro batuk-batuk berulang kali lalu tertawa gelak-gelak.
"Hai! Kau tertawa riang! Berarti kau suka dipanggil yayang.
Berarti kau suka menjadi kekasihku!" kata Nyi Ragil setengah berseru.
Dia maju dua langkah, setengah berbisik berucap. "Tak jauh dari sini
ada satu pondok kayu. Bagaimana kalau kita kesana bersenang-senang
sampai pagi?"
"Hemmm... begitu?" ujar Wiro. "Bagaimana kalau kau dan kakek
muka pucat itu yang bersenang-senang, aku jadi tukang intip?"
Si nenek keluarkan suara menggerutu dan unjukkan wajah
cemberut. "Kau masih saja perlihatkan sikap cemburu." Si nenek pegang
lengan Wiro. "Kita pergi ke pondok itu sekarang" Tua bangka muka pucat itu
biar menungu di sini." Lalu dengan suara lebih perlahan Nyi Ragil
berkata. "Dia pantas jadi anjing tua pengawal kita berdua. Hik... hik...
hik. Ayo yayangku mari kita ke pondok sana."
"Nek, tak jauh dari sini ada satu kali kecil. Bagaimana kalau aku
kesana dulu. Aku tunggu kau disana." Wiro berkata sambil senyum-
senyum dan kedipkan mata membuat Nyi Ragil Tawangalu jadi salah
tingkah. 5 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Kali kecil. Perlu apa kau kesana" Mengapa musti kesana?" si
nenek kemudian bertanya.
"Yayangku, aku kesana karena mau berak!" jawab Wiro lalu
tertawa gelak-gelak.
Tampang Nyi Ragil yang tertutup dandanan tebal langsung
berubah. "Pemuda edan! Senda guraumu sudah keliwatan! Bentak si
nenek marah. "Hai! Tadi kau panggil aku yayang, sekarang pemuda edan!
Secepat itukah lunturnya cintamu padaku?" ucap murid Sinto Gendeng
sambil menahan tawa.
"Manusia sableng, kau jangan keliwat berani mempermainkan
diriku!" Nyi Ragil maju sejangkah.
"Eh, siapa mempermainkan dirimu, yayang" Dengar, kalau kau
tak suka ke kali, tetap mau membawaku ke pondok yang kau katakan
itu, aku menurut saja..."
Tampang si nenek kembali berubah. Kini ada senyum terkulum di
bibirnya yang merah. Dia menyangka Wiro memang suka ikut ajakannya
dibawa ke pondok.
"Tapi yayang, sebelum ke pondok aku mau tanya dulu..." kata
Wiro pula. "Kau mau tanya apa?" ujar si nenek dengan suara lembut mesra.
"Di pondok itu apa ada kakusnya?"
Kening Nyi Ragil mengerenyit.
"Maksudmu?"
"Maksudku, saat ini perutku tambah mulas. Aku sudah kebelet,
tidak tahan lagi..."
"Jahanam!"
Wiro tertawa terpingkal-pingkal.
Amarah Nyi Ragil meledak.
"Sebaiknya dari tadi-tadi kubunuh dirimu!" teriak si nenek. Sekali
bergerak sosoknya berkelebat. Tangan kanan menderu ke arah wajah
Wiro... Aneh, gerakan tangan yang memukul itu terlihat lamban. Sekali
Wiro gerakkan tangannya dengan mudah dia dapat menahan jotosan si
nenek. Begitu tangan kanan Nyi Ragil berada dalam genggaman jari-jari
tangan kanannya Wiro siap keluarkan ilmu Koppo. Yakni ilmu
mematahkan tulang yang didapatnya dari Nenek Neko di Negeri Sakura.
(Baca serial Wiro Sableng berjudul "Sepasang Manusia Ronsai. ")
Namun sebelum Wiro sempat keluarkan ilmu tersebut untuk
mematahkan jari-jari dan telapak tangan si nenek tiba-tiba wusss! Dari
tangan kanan Nyi Ragil yang berada dalam cengkeraman Wiro
mendadak keluar hawa panas luar biasa disertai kepulan asap merah.
Bersamaan dengan itu Pendekar 212 keluarkan jeritan keras dan
melompat mundur, jatuh berlutut di tanah. Ketika tangan kanannya
diperhatikan ternyata kulit jari dan sebagian telapak tangannya telah
melepuh, terkelupas merah! Sakitnya bukan kepalang!
*** 6 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MURID Sinto Gendeng menggeram marah. Sambil menahan sakit dia
cepat bangkit berdiri.


Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyi Ragil Tawangalu tertawa gelak-gelak.
"Usia baru seumur jagung, berani mempermainkan aku Si Manis
Penyebar Maut. Hik... hik... hik. Rasakan sekarang! Masih untung
tanganmu tidak aku buat leleh! Ilmu Mengupas Raga yang membuat
tanganmu cidera jangan dibuat main. Kekuatan yang barusan aku
keluarkan baru sepertiganya saja!"
"Pendekar 212 Wiro Sableng," tiba-tiba Si Muka Bangkai yang
sejak tadi diam saja keluarkan ucapan. "Mengapa berlaku tolol.
Mengapa kau tidak ikuti saja ajakan sahabatku itu bersenang-senang
semalam suntuk. Membunuh dirimu baginya satu hal yang mudah.
Kalau gurumu saja sudah dihabisinya apa sulitnya menghabisi dirimu!"
Wiro tersentak kaget, memandang membelalak pada Si Muka
Bangkai lalu pada si nenek, kembali lagi pada si Muka Bangkai.
"Tua bangka keparat! Apa maksud ucapanmu"!" bentak Pendekar
212. Nyi Ragil tertawa panjang. "Sobatku Muka Bangkai, ceritakan saja
apa yang sudah kita lakukan!"
"Tiga minggu lalu di puncak Gunung Gede, Nyi Ragil telah
menghabisi gurumu. Menikam mati dengan Golok Si Penjarah Nyawa!"
Wiro berteriak keras.
"Kau membunuh guruku Eyang Sinto Gendeng"!"
Si nenek kembali tertawa panjang. Lalu menjawab.
"Nenek satu itu masih menunggu giliran. Yang aku bunuh adalah
Si Tua Gila, gurumu dari Andalas, kekasih Sinto Gendeng di masa
muda! Hik... hik... hik!"
"Sekarang kau bakal mengalami nasib sama, Pendekar 212 Wiro
Sableng!" Kembali Si Muka Bangkai ikut bicara. "Nyawamu bakal
minggat ditangan Nyi Ragil. Amblas digorok Golok Penjarah Nyawa! Ha...
ha... ha!"
"Tua bangka jahanam! Aku bersumpah mencabut nyawamu saat
ini juga!" teriak murid Sinto Gendeng. Lalu tangan kanannya diangkat
ke atas. Mulut merapal aji kesaktian Pukulan Sinar Matahari.
Nyi Ragil ganda tertawa.
"Aku mau tahu kau akan berbuat apa. Aku menunggu!" Nyi Ragil
berdiri sambil berkacak pinggang dan renggangkan dua kaki. Sikapnya
penuh menantang. Diam-diam mulutnya merapal satu ajian.
Perlahan-lahan tangan kanan Wiro berubah warna menjadi putih
perak. Namun gerakan selanjutnya tertahan. Sepasang mata murid
7 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sinto Gendeng itu membesar. Nafasnya sesaat tertahan lalu cuping
hidungnya tampak bergerak tanda nafasnya mendadak berubah
memburu. Darahnya mengalir cepat dan panas.
Di hadapannya Wiro tidak lagi melihat sosok nenek buruk keriput
yang wajahnya ditambal dengan alis, bedak dan gincu tebal. Tapi yang
dilihatnya kini adalah wajah seorang perempuan muda belia secantik
bidadari dan sosok tubuh bagus mulus, terbungkus pakaian tipis dan
sangat minim, menyingkapkan bagian dada, perut dan pinggul.
Pandangan Wiro telah berubah akibat ajian aneh yang barusan dirapal
si nenek. Kalau Wiro melihat Nyi Ragil berubah menjadi seorang gadis
cantik jelita setengah telanjang maka Si Muka Mayat yang tidak
terpengaruh ajian aneh itu tetap saja melihat Nyi Ragil dalam ujud
aslinya yakni seorang nenek berdandan tebal celemongan.
"Yayangku, kau tunggu apa lagi. Mari ikut aku..."
Suara Nyi Ragil terdengar semerdu bulu perindu masuk ke telinga
Wiro. Ketika perempuan itu melangkah tinggalkan tempat itu, diluar
sadar Wiro bergerak mengikuti. Si Muka Mayat gelengkan kepala. Walau
dia tetap melihat Nyi Ragil dalam wajah dan tubuh asli namun kakek
satu ini maklum kalau Nyi Ragil telah melakukan sesuatu yang
membuat Wiro Sableng tunduk dan ikut padanya.
"Pasti Nyi Ragil telah memukau pemuda itu dengan ilmu Pembalik
Otak Pembuta Mata," berkata Si Muka Mayat dalam hati lalu melangkah
mengikuti ke dua orang itu.
Berjalan lima langkah, Nyi Ragil berhenti. Rupanya dia sudah tak
mampu menahan desakan nafsu mesumnya. Begitu Wiro sampai di
dekatnya langsung digandeng. Kepalanya disandarkan ke dada sang
pendekar sambil berkata mesra.
"Yayang, apakah kau tidak ingin memelukku, mencium pipiku,
mengecup bibirku...?" Sambil berucap Nyi Ragil usap-usap dada
Pendekar 212 dengan telapak tangan kanan Wiro yang cidera
mengelupas. "Ah, teganya diriku tadi. Tangan kananmu sakit begini
rupa. Bagaimana mungkin bisa memeluk diriku" Biar aku obati dulu."
Si nenek keluarkan sebuah tabung kecil. Penutup tabung dibuka.
Sejenis cairan dituangkannya ke jari-jari dan telapak tangan kanan
Wiro. Wiro merasa seperti diguyur air sedingin es. Tangannya
mengepulkan asap tipis. Ketika asap sirna, cidera pada jari-jari dan
telapak tangan yang sebelumnya melepuh terkelupas kini sembuh
seperti sedia kala.
Nyi Ragil memasukkan tabung kecil ke balik pakaiannya. Satu
tangan merangkul pinggang sang pendekar, satunya lagi mengusapi
dada. Usapan itu kemudian turun ke perut.
"Hemm..." Wiro mendesah lirih. Tiba-tiba hawa aneh yang
menguasai dirinya membuat aliran darahnya memanas. Sang pendekar
rangkulkan tangan balas memeluk tubuh Nyi Ragil, sekaligus menciumi
pipi dan mengecup bibirnya.
8 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Selagi kedua orang itu asyik bermesraan tiba-tiba di puncak Bukit
Menoreh dalam gelapnya malam, tiga bayangan berkelebat dari arah
timur, menyusul suara seruan hampir berbarengan.
"Wiro! apa yang kau lakukan"!"
"Jahanam! Siapa berani menganggu kesenanganku!" Nyi Ragil
mendamprat marah. Dia dorong sosok Wiro ke samping, angkat kepala.
Memandang ke depan si nenek melihat tiga gadis cantik tegak di puncak
bukit. Ketiganya melangkah cepat ke tempat di mana dia dan Wiro serta
Si Muka Mayat tegak berdiri.
"Bidadari Angin Timur, Ratu Duyung, Anggini..." Wiro berucap.
Suaranya bergetar aneh.
Diam-diam Nyi Ragil menjadi kaget mendengar tiga nama yang
barusan disebutkan Wiro.
"Nama mereka sudah lama kudengar. Baru kali ini aku melihat
wajah-wajah mereka. Selain cantik kabarnya mereka juga membekal
ilmu tinggi. Aku mencium bahaya. Aku harus berbuat sesuatu sebelum
mereka turun tangan."
Nyi Ragil cepat melafalkan beberapa mantera dalam hati lalu
menghembus ke arah tiga gadis. Setelah itu dia berpaling ke arah Wiro.
Sambil memegang lengan Wiro Nyi Ragil berkata.
"Yayang, jangan matamu buta oleh kegelapan malam, jangan
pikiranmu kacau oleh hembusan angin Bukit Menoreh. Coba lihat sekali
lagi. Perhatikan baik-baik. Apa kau benar-benar mengenali tiga orang
itu?" Wiro menatap Nyi Ragil sesaat yang dilihatnya sebagai seorang
gadis secantik bidadari. Lalu sang pendekar palingkan kepala ke arah
tiga gadis yang melangkah menuruni puncak bukit.
"Ah... Aku salah mengira Tadinya kusangka... tidak, aku tidak
mengenal tiga orang nenek jelek itu!" Wiro berucap. Pada saat itu Wiro
yang berada dibawah jampaian ilmu aneh si nenek mendadak berubah
penglihatannya. Tiga gadis yang barusan datang yakni Ratu Duyung.
Anggini dan Bidadari Angin Timur dalam penglihatannya bukan lagi
sebagai tiga gadis cantik tetapi telah berubah menjadi tiga orang nenek
buruk berpakaian dekil.
Nyi Ragil menyeringai. Dia memberi isyarat pada Si Muka Bangkai
lalu berkata pada Wiro.
"Yayang, lekas ikuti aku. Kita harus segera pergi sebelum tiga
nenek buruk itu mendekat ke sini."
Untuk memastikan Wiro benar-benar mengikuti ucapannya Nyi
Ragil mencekal lengan Wiro. Bersama Si Muka Bangkai mereka
berkelebat tinggalkan puncak bukit itu. Namun tak kalah cepat tiga
gadis segera turun menghadang. Nyi Ragil menjadi marah, keluarkan
suara menggembor. Si Muka Bangkai mendengus lalu membentak.
"Kalian mencari penyakit! Lekas minggat dari hadapan kami!"
Wiro sendiri ikut menghardik.
"Tiga nenek butut! Jangan berani menghalangi perjalanan kami!"
9 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dipanggil nenek butut tiga gadis cantik tentu saja jadi melengak
dan saling pandang.
Bidadari Angin Timur berbisik pada dua sahabatnya, Anggini dan
Ratu Duyung. "Ada yang tidak beres. Wiro seperti tidak mengenali kita bertiga.
Malah kita disebutnya tiga nenek butut! Tadi dia menciumi nenek itu!
Gila!" "Ada kekuatan aneh mempengaruhi jalan pikiran dan
penglihatannya. Tadi kudengar dia menyebut si nenek dengan kata-kata
mesra yayang," ikut menjawabi Anggini.
Ratu Duyung perhatikan nenek yang berdiri di-samping Wiro
sambil pegangi tangan sang Pendekar lalu berkata,
"Aku kenal nenek berdandan tak karuan itu. Namanya Nyi Ragil.
Kalau tak salah dia menyandang gelar Si Manis Penyebar Maut. Dia
salah satu momok keji orang-orang golongan hitam. Di mana-mana dia
menebar maut dan berbuat cabul. Kabarnya dia memiliki ilmu aneh
yang bisa menguasai otak dan membalikkan pandangan mata orang.
Kita harus menolong Wiro. Ilmu yang menguasai dirinya harus
dilenyapkan..."
"Bagaimana caranya?" tanya Anggini.
"Aku siap membunuh nenek jahanam itu!" kata Bidadari Angin
Timur. Gadis ini sangat cemburu. Kecintaannya terhadap Wiro walau
tak pernah diperlihatkan secara terang-terangan tapi boleh dikatakan
paling besar diantara tiga gadis itu. Tadi dia menyaksikan sendiri
bagaimana Wiro memeluk dan mencium si nenek begitu bernafsu. Siapa
yang tidak cemburu dan marah" Dadanya terasa seperti terpanggang!
"Anggini, kau berjaga-jaga jika kakek muka pucat itu ikut campur
urusan. Bidadari Angin Timur, kau hadapi si nenek muka celemongan.
Aku akan berusaha melepaskan Wiro dari ilmu jahat si nenek..."
berucap Ratu Duyung.
"Anggini, Ratu Duyung, tunggu dulu!" tiba-tiba Bidadari Angin
Timur berkata. "Kakek bermuka pucat itu bukankah dia Si Muka Mayat
alias Si Muka Bangkai, guru Pangeran Matahari"! Bukankah dia sudah
menemui kematian di Pangandaran"! Tewas di tangan Bujang Gila
Tapak Sakti"!"
"Astaga! Benar! Memang dia!" ucap Ratu Duyung.
"Lalu bagaimana bisa hidup kembali"!" ujar Anggini heran.
"Kita tak punya waktu banyak untuk berpikir. Bahaya
mengancam. Kita harus segera bergerak!" Bidadari Angin Timur berkata.
Tiga gadis cantik lantas menyebar. Anggini dekati Si Muka Mayat.
Bidadari Angin Timur mendatangi Nyi Ragil Tawangalu dan Ratu
Duyung menghampiri Wiro. Setelah mengerahkan tenaga dalam,
dialirkan ke jalan suaranya, di hadapan Wiro Ratu Duyung menjura lalu
berkata. "Ki Samber Gledek, penguasa delapan penjuru Bukit Menoreh.
Aku datang memenuhi panggilanmu!"
10 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dihormati begitu rupa dan dipanggil Ki Samber Gledek, Pendekar
212 Wiro Sableng jadi kerenyitkan kening, menggaruk kepala lalu
menjawab. "Nenek butut, kau salah menyangka. Aku bukan Ki Samber
Gledek. Aku tak pernah memanggilmu datang ke sini!" berucap Wiro.
"Dia masih memanggil dan melihat diriku sebagai nenek butut.
Tapi dia tahu kalau dirinya bukan Ki Samber Gledek. Berarti masih ada
kemungkinan Wiro dibikin sadar." Membatin Ratu Duyung. "Aku harus
menotok tubuhnya di dua tempat. Ubun-ubun dan bagian atas hidung
antara dua mata."
Sekali lagi Ratu Duyung menjura lalu, tiba-tiba gadis cantik
bermata biru ini melompat. Tubuhnya mengapung beberapa jengkal di
atas tanah Dua tangannya digerakkan sekaligus. Yang kiri menotok ke
ubun-ubun di atas batok kepala sedang yang kanan menotok ke arah
bawah kening, tepat di bagian atas hidung antara dua mata Pendekar
212. "Nenek kurang ajar! Mengapa kau menyerangku"!" teriak Wiro
seraya bersurut mundur.
Nyi Ragil alias Si Manis Penyebar Maut tersentak kaget melihat
gerak serangan dua tangan Ratu Duyung.
"Gadis bermata biru ini! Dia tahu cara memusnahkan pengaruh
ilmuku! Kalau tidak segera kuhabisi bisa berbahaya!" membatin Nyi
Ragil. Lalu dengan gerakan kilat si nenek hantamkan tangan kanannya.
Yang diarah adalah wajah Ratu Duyung. Serangan ini ganas sekali. Lima
jari tangan terpentang kepulkan asap merah. Nyi Ragil menyerang
dengan ilmu mengupas Raga. Serangan ini jika menemui sasaran akan
membuat melepuh dan terkelupas wajah sang Ratu hingga cacat
seumur hidup. Ratu Duyung mendengus. Dalam gebrakan yang sangat cepat tadi
dia masih sempat menotok ubun-ubun Pendekar 212 Wiro Sableng
dengan dua jari tangan kiri.
"Desss!"
Begitu kena ditotok dari batok kepala murid Sinto Gendeng
mengepul asap hitam pertanda hawa jahat yang bersarang di bagian
atas kepala, yang mempengaruhi otak dan jalan pikirannya telah
berhasil dimusnahkan. Namun totokan kedua yang dilancarkan Ratu
Duyung yakni yang mengarah titik diantara dua mata Wiro tak dapat
diteruskan oleh Ratu Duyung.
Dia terpaksa melompat selamatkan diri dari serangan ganas Nyi
Ragil. Tapi tidak terduga, seolah bisa berubah panjang, tangan kanan
Nyi Ragil meluncur laksana kilat menyambar ke muka sang Ratu.
Sekejapan lagi wajah Ratu Duyung akan dibikin hancur
mengelupas tiba-tiba satu cahaya putih berkelebat menyilaukan. Nyi
Ragil terpekik. Melompat mundur dengan muka pucat. Cahaya putih
menyilaukan itu mendorong kepulan asap merah yang keluar dari
11 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tangan kanannya, membalik menyerang ke arah wajahnya sendiri!
Saat itu mendadak terdengar pekikan Ratu Duyung. Tubuhnya
terdorong keras ke samping kanan. Sambil jatuhkan diri mengikuti daya
dorong yang kuat, Ratu Duyung berguling di tanah. Apa yang terjadi"
Sewaktu Ratu Duyung menghadapi serangan Nyi Ragil. Dari samping
Wiro datang menerjang, kirimkan satu tendangan yang tepat mengenai
pinggul Ratu Duyung. Selagi Ratu Duyung bergulingan di tanah Wiro
hendak mengejar tapi satu bayangan biru berkelebat memotong
gerakannya dan bukkk! Jotosan keras bersarang di dada kiri Pendekar
212. membuatnya terjajar sampai lima langkah.
Yang barusan menyerang Wiro adalah Bidadari Angin Timur. Tapi
karena masih berada dalam pengaruh sirapan ilmu Pembuta Mata, Wiro
melihat si gadis berambut pirang itu sebagai seorang nenek berpakaian
dekil.

Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nenek keparat!" bentak Pendekar 212 pada Bidadari Angin Timur.
"Kuhancurkan kepalamu!"
Kembali pada Nyi Ragil. Walau tadi sambaran cahaya putih yang
mendorong asap merah lewat satu jengkal di sisi kirinya namun Nyi
Ragil tak berani berlaku ayal. Cepat si nenek angkat tangan kiri lindungi
muka. "Dess... desss!"
Sosok Nyi Ragil terdorong sampai lima langkah. Tapi dirinya
selamat dari hantaman asap ilmu Mengupas Raga miliknya sendiri.
Hampir terjadi senjata makan tuan. Si nenek tegak dengan wajah pucat.
Seumur hidup baru kali ini ada lawan yang sanggup membalikkan
serangan mautnya. Apa yang telah dilakukan gadis bermata biru itu"
Nyi Ragil memandang melotot ke arah Ratu Duyung yang saat itu tengah
berusaha bangkit berdiri. Nyi Ragil melirik ke tangan kanan Ratu
Duyung. Sebuah benda tergenggam di tangan kanan sang dara. Sebuah
cermin berbentuk bulat. Tersiraplah darah nenek berjuluk Si Manis
Penyebar Maut. *** 12 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"CERMIN bulat itu, aku seperti pernah melihat sebelumnya..." si nenek
membatin. Untuk meredam goncangan hatinya, Nyi Ragil keluarkan
bentakan keras.
"Ratu Duyung, aku sudah sering mendengar namamu. Tapi siapa
kau sebenarnya"!"
Ratu Duyung lontarkan senyum mengejek. "Masih ingat peristiwa
puluhan tahun silam. Kau pernah datang ke dasar samudera selatan.
Mengemis pada Ratu Agung agar diberikan beberapa ilmu kesaktian.
Ratu Agung memenuhi permintaanmu tapi ternyata kau pergunakan
untuk berbuat kejahatan, menebar maut berbuat mesum. Aku sendiri
barusan menyaksikan apa yang telah kau lakukan terhadap pemuda
itu!" Kejut Nyi Ragil bukan alang kepalang. "Kau..." katanya tertahan.
Otak jahatnya segera bekerja. "Kalau kau bicara kejadian puluhan
tahun silam sedang saat ini kulihat kau masih sebagai gadis remaja lalu
berapakah usiamu sebenarnya" Hik... hik!"
Ucapan Nyi Ragil yang juga terdengar oleh Pendekar 212 sempat
menimbulkan rasa heran pada diri pendekar yang berada dibawah
pengaruh sirapan ini. Jelas dia melihat Ratu Duyung sebagai seorang
nenek butut, mengapa Nyi Ragil menyebutnya gadis remaja" Nyi Ragil
sendiri tidak menyadari kekeliruan yang dibuatnya. Untung saja Wiro
masih berada dalam sirapan.
Sementara itu Ratu Duyung merasa tidak enak mendengar orang
mempertanyakan usianya. Dia menjawab dengan cepat.
"Berapa usiaku tidak perlu kau persoalkan. Aku atas nama Ratu
Agung memerintahkan agar kau menyerahkan semua ilmu yang pernah
kau dapat! Setelah itu kau boleh meninggalkan tempat ini!"
Nyi Ragil Tawangalu tertawa bergelak mendengar kata-kata Ratu
Duyung. "Apa hubunganmu dengan Ratu Agung"!" si nenek membentak.
"Kau tak layak bertanya!" jawab Ratu Duyung. "Yang penting saat
ini juga aku mewakili Ratu Agung mengambil semua ilmu yang pernah
diberikannya padamu!"
Nyi Ragil kembali tertawa. Setelah keluarkan suara mendengus
dia jawab ucapan Ratu Duyung.
"Malam memang belum sampai ke ujungnya! Tidak salah kalau
kau bicara seperti orang mimpi! Beraninya mengatasnamakan Ratu
Agung! Jika kau ingin merampas ilmuku silahkan lakukan sendiri!"
Ratu Duyung balas mendengus. "Aku memberi kesempatan
terakhir padamu. Aku hanya minta kau menyerahkan dua ilmu
kesaktian. Ilmu Mengupas Raga dan ilmu Pembalik Otak Pembuta
Mata!" 13 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Mulutmu besar. Bicaramu sombong. Ternyata kau seorang
pengecut! Aku menantangmu untuk mengambil sendiri dua ilmu itu jika
aku memang mampu!"
"Nyi Ragil, kau kelihatan takabur! Aku akan mengambil dua ilmu
kesaktian itu dari dalam tubuhmu sekaligus bersama jantungmu!"
"Aku mau lihat!" jawab si nenek. Dia bergerak mendekati sebatang
pohon besar. Tangan kanannya yang sudah dialiri ilmu kesaktian
Mengupas Raga digosokkan ke batang pohon. Asap merah mengepul
dibarengi terdengarnya suara menggerek keras. Ketika asap sirna
kelihatan bagaimana kulit pohon yang tebal dan keras telah terkelupas.
Bagian dalamnya seperti terbongkar dan leleh!
"Mungkin sudah saatnya wajahmu kubuat seperti batang pohon
itu! Hik... hik... hik!"
"Aku bukan anak kecil, bisa kau takuti dengan ilmu yang kau
dapat dari menipu Ratu Agung! Riwayatmu berakhir malam ini nenek
cabul!" Habis berkata begitu Ratu Duyung berkelebat kirimkan serangan.
Cermin bulat di tangan kanan digerakkan, mengiblatkan cahaya putih
sedang tangan kiri hantamkan satu pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam tinggi. Tak terduga dari samping tiba-tiba
Pendekar 212 Wiro Sableng melompat memapaki serangan Ratu Duyung
sambil berteriak.
"Nenek kurang ajar! Beraninya kau menyerang kekasihku!"
Sebelumnya Ratu Duyung telah kena ditendang pinggulnya oleh
Wiro. Kini dapatkan dirinya diserang begitu rupa, bagaimanapun
kecintaan sang Ratu terhadap sang pendekar, mau tak mau dia menjadi
kesal juga. Apa lagi dua serangan yang tadi dilancarkannya jadi meleset
dan dapat dihindari oleh Nyi Ragil.
"Bukkk!" Pukulan tangan kanan Wiro melanda bahu kiri Ratu
Duyung sebaliknya "dukkk"! Sikut sang Ratu berhasil menyodok ulu
hati Wiro Ratu Duyung terbanting ke kanan, sambil menahan sakit
cepat imbangi tubuh agar tidak jatuh terpelanting. Wiro sendiri
terbungkuk-bungkuk usapi perut.
"Yayang! Kau tak apa-apa"!" seru Nyi Ragil sambil melompat dan
pegangi perut Wiro.
"Kekasihku, tak usah kawatir. Aku tak apa-apa," jawab Wiro.
Jijik sekali Ratu Duyung mendengar ucapan dan melihat sikap ke
dua orang itu. Dengan seringai tersungging di mulut Nyi Ragil berkata.
"Nenek jelek, kalau kau mampu menghadapi kekasihku, dua ilmu
yang kau sebutkan tadi akan kuserahkan secara suka rela padamu!"
Berteriak Nyi Ragil.
Kekasihku, kau tak usah kawatir!" kata Wiro pada Nyi Ragil. "Biar
tua bangka satu ini kuberi pelajaran agar tahu rasa!"
Walau tahu kalau Wiro belum sepenuhnya bebas dari sirapan
ilmu jahat si nenek namun kejengkelan Ratu Duyung pada Wiro dan
14 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kebenciannya pada Nyi Ragil jadi tambah menggelegak.
"Nenek butut! Kalau kau tidak segera angkat kaki dari tempat ini,
kubuat leleh" tubuhmu!" Wiro membentak sambil mengangkat tangan
kanan, diarahkan pada Ratu Duyung. Agaknya Wiro tidak sekedar
mengeluarkan ancaman. Karena saat itu dia siap mengeluarkan
pukulan Sinar Matahari untuk dihantamkan ke arah Ratu Duyung.
Nyi Ragil tertawa mengekeh. "Bagus, yayangku lekas habisi tua
bangka itu dengan pukulan Sinar Matahari!"
Melihat bahaya dan bencana apa yang segera bakal terjadi
Bidadari Angin Timur melompat ke hadapan Wiro.
"Wiro! Sadar! Buka matamu! Yang kau serang adalah Ratu
Duyung. Aku Bidadari Angin Timur dan Anggini! Kami bertiga adalah
sahabat-sahabatmu!"
"Ratu Duyung?" ujar Wiro. "Huh!" Wiro keluarkan suara
mendengus. Dengan seringai mengejek dia berkata. "Kalian nenek-nenek
buruk beraninya mengaku sebagai sahabatku!" Selesai bicara Wiro
langsung menerjang ke arah Bidadari Angin Timur.
Kecewa, putus asa dan juga jengkel si jelita berambut pirang ini
sambuti serangan Wiro. Saat itu dia mendengar Ratu Duyung berteriak.
"Bidadari Angin Timur! totok bagian atas hidung antara kedua
matanya!" Tidak diberitahupun, dari dua gerakan Ratu Duyung pada
pertama kali menggebrak tadi Bidadari Angin Timur sudah maklum
kalau untuk memusnahkan sirapan jahat yang menguasai Wiro maka
harus dilakukan dua totokan. Pertama pada ubun-ubun diatas kepala,
kedua pada kening di antara dua mata, tepatnya di atas hidung. Ratu
Duyung telah berhasil menotok ubun-ubun Wiro. Kini dia harus bisa
menotok bagian atas hidung antara dua mata. Ini bukan pekerjaan
mudah karena dibawah ilmu jahat Nyi Ragil Wiro menganggapnya
sebagai musuh. Sang pendekar bukan mustahil benar-benar akan
membunuhnya. Didahului pekik keras merobek kegelapan dan kesunyian puncak
Bukit Menoreh, Ratu Duyung berkelebat, kirimkan serangan ke arah Nyi
Ragil. Cermin bulat di tangan kanannya digetarkan, lima gelombang
sinar putih menderu menghantam sosok Nyi Ragil. Dua di arah kepala,
tiga pada bagian tubuh!
Nyi Ragil melompat satu tombak ke udara. Dia berhasil
selamatkan kepala dari sambaran dua cahaya putih cermin sakti. Dua
hantaman sinar lainnya yang menderu ke arah tubuhnya juga berhasil
di kelit. Tapi sambaran sinar ke lima yang membeset ke arah kakinya
tak mampu dihindari. Nyi Ragil berteriak keras. Dua tangannya
dihantamkan ke bawah. Dua larik sinar merah menderu, mendorong
dan memotong kiblatan cahaya putih cermin sakti.
"Bumm! Buumm!"
Dua letupan keras menggelegar menggetarkan Bukit Menoreh.
Tubuh Nyi Ragil yang tadi melakukan lompatan setinggi satu tombak
15 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kini kelihatan mencelat ke atas satu tombak lagi, lalu jungkir balik,
terbanting jatuh punggung di tanah. Setelah keluarkan gerungan
pendek nenek ini melompat bangkit. Dia masih bisa berdiri walau
terhuyung. Mukanya yang bercelomongan dandanan tebal tambah pucat
kalang kabut. Akibat bentrokan kekuatan dengan Ratu Duyung tadi dua
tangannya terkulai lemas di sisi badan, untuk beberapa lama tak bisa
digerakkan. Tampangnya tambah pucat ketika melihat bagian bawah
pakaiannya ternyata telah hangus!
Sebaliknya Ratu Duyung sendiri jatuh setengah berlutut. Muka
pucat, tubuh tak bergerak. Cermin bulat didekapkan di atas dada untuk
mengurangi denyutan sakit akibat adu kekuatan sakti dengan Nyi Ragil
tadi. "Muka Mayat!" tiba-tiba Nyi Ragil berteriak. "Jangan jadi patung
diam saja! Bantu kami meng-hadapai tiga perempuan edan itu!" Nyi
Ragil kerahkan tenaga dalam lalu dialiri pada dua tangannya yang
cidera. Begitu kekuatan muncul kembali dia gerakkan tangan kiri ke
punggung. Sebilah golok besar masih terbungkus sarung kini
tergenggam di tangan kirinya.
"Sreett!"
Nyi Ragil hunus golok yang dikenal dengan julukan Si Penjarah
Nyawa itu. Satu pertanda bahwa dia ingin membunuh salah satu dari
tiga gadis cantik. Yang jadi sasarannya adalah Ratu Duyung yang
diangapnya paling berbahaya.
"Ratu Duyung, lihat senjata di tanganku!"
"Nenek jahat! Aku tidak buta! Aku dapat melihat jelas golok
rongsokan di tanganmu!" Walau mulutnya berucap begitu namun Ratu
Duyung sudah pernah mendengar keganasan Golok Si Penjarah Nyawa.
Dia tak mau berlaku ayal. Apalagi bentrokan hebat dalam dengan lawan
tadi masih mempengaruhi dirinya. Ratu Duyung kerahkan tenaga
dalam, Sebagian dialirkan pada tangan kanan yang memegang cermin
sakti, sebagian lagi ke arah kepala, dipusatkan pada sepasang matanya
yang biru. Nyi Ragil menyeringai. "Ratu Duyung, dengar baik-baik. Sekali
Golok Si Penjarah Nyawa keluar dari sarungnya, satu nyawa akan
melayang ke akhirat!"
"Wuttt!"
Golok berkiblat. Walau puncak Bukit Menoreh diselimuti
kegelapan malam namun golok Si Penjarah Nyawa keluarkan cahaya
terang angker, menabas ke arah dada Ratu Duyung. Yang diserang tak
tinggal diam. Sambil menggeser kedudukan dua kakinya Ratu Duyung
gerakkan pergelangan tangan. Selarik cahaya putih menyilaukan keluar
dari dalam cermin bulat, membeset udara dan kegelapan malam!
Nyi Ragil agak takabur begitu percaya pada kehebatan setiap
Golok Penjarah Nyawa yang dimilikinya. Begitu tebasan golok ke arah
dada lawan tidak menemui sasaran, dia melesat ke udara. Golok Si
Penjarah Nyawa kini dibabatkan ke arah kepala. Tapi sebenarnya ini
16 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hanya satu tipuan saja. Begitu lawan rundukkan kepala, goloknya terus
menyambar ke arah tangan Ratu Duyung yang memegang cermin bulat.
Dia mengharapkan lawan akan mengelak selamatkan tangan. Ternyata
memang benar. Begitu Ratu Duyung jauhkan tangan kanannya Nyi
Ragil memburu dengan satu sambaran kilat ke arah cermin. Cermin dari
kaca mana mampu melawan golok sakti. Demikian Nyi Ragil berpikir.
Traaangg! Traaakk! Cermin sakti dan Golok Si Penjarah Nyawa saling bentrokan.
Pecahan kaca cermin bertaburan di udara, berkilauan dalam kegelapan
malam. Nyi Ragil tertawa mengekeh. Tapi suara tawanya ini mendadak
lenyap begitu dia menyadari kalau dia tidak lagi menggenggam Golok Si
Penjarah Nyawa di tangan kanan. Sedang sarung golok yang tadi ada di
tangan kirinya mental entah ke mana. Memandang ke atas dia masih
sempat melihat golok itu, dalam keadaan patah dua melesat mental ke
udara, lalu jatuh dan menancap di tanah!
17 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ANGGINI yang melihat hancurnya cermin sakti milik Ratu Duyung
berseru kaget. "Ratu! Cerminmu!" Ratu Duyung sendiri memang terkejut
bukan main menyaksikan bagaimana senjata sakti andalannya itu
hancur berkeping-keping. Namun dia tetap unjukkan sikap tenang.
Dengan satu gerakan kilat gadis ini melompat ke udara. Bingkai cermin
yang masih berada di tangan kanannya diputar demikian rupa,
menyambuti pecahan kaca-kaca cermin yang saat itu melayang
berjatuhan ke tanah. Terjadilah satu hal luar biasa.
Puluhan pecahan kaca cermin sakti yang jatuh diatas permukaan
bingkai menyatu rapat dan licin. Di lain kejap cermin sakti yang
sebelumnya telah hancur berantakan itu tampak utuh kembali seperti
sebelumnya! Melengak Nyi Ragil melihat kejadian itu Si Muka Bangkai juga ikut
terkesiap. Kakek ini serta merta memberi tanda ke arah si nenek. Mau
tak mau nyali Nyi Ragil jadi bergetar. Dia harus melakukan sesuatu
dengan cepat. Karenanya begitu Ratu Duyung berpaling ke arahnya,
sebelum gadis itu sempat bergerak Nyi Ragil mendahului dengan satu


Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan dahsyat. Dua tangan dihantamkan berbarengan. Sepuluh larik
sinar merah ilmu jahat Mengupas Raga menderu ke arah Ratu Duyung.
Kalau Nyi Ragil ingin menghabisi lawannya secepat yang bisa
dilakukan maka dilain pihak Ratu Duyung tak mau lagi memberi hati.
Cermin sakti digetarkan. Cahaya putih menyilaukan menyambar.
Bersamaan dengan itu dia sentakkan kepala kedipkan mata. Dari
sepasang matanya berkiblat dua larik sinar biru, menyambar bersilang
seperti gunting ke arah tubuh Nyi Ragil. Inilah satu ilmu langka yang
hampir tidak pernah dikeluarkan Ratu Duyung karena keganasannya
membuat tidak ada satu lawanpun selamat dari kematian. Saat itu bagi
sang Ratu hanya dengan ilmu kesaktian satu inilah dia akan mampu
menamatkan riwayat lawannya si nenek jahat.
Kejut Nyi Ragil bukan alang kepalang.
"Pedang Sinar Dasar Samudra...!" ucapnya bergetar begitu melihat
dan mengenali sambaran dua sinar biru. "Dulu aku pernah meminta
ilmu ini pada Ratu Agung, tapi tidak diberikan. Ternyata dia yang
mendapatkan. Jahanam!" rutuk Nyi Ragil. Cepat nenek ini melafal satu
mantera lalu berseru.
"Ratu Duyung! Apa kau begitu tega membunuh diriku"!"
"Astaga!" Ratu Duyung keluarkan seruan kaget. Gerakan cermin
cepat dialihkan, begitu juga sem buran dua larik sinar biru yang
mencuat dari sepasang matanya. Apa yang terjadi" Dihadapannya dia
tidak lagi melihat Nyi Ragil Tawangalu tetapi melihat sosok Pendekar
212 Wiro Sableng. Dan pemuda yang dicintainya inilah yang menjadi
sasaran serangan ganasnya!
18 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dalam keadaan seperti itu, Ratu Duyung telah kena ditipu.
Dengan ilmu Pembalik Otak Pembuta Mata Nyi Ragil telah merubah
dirinya sehingga Ratu Duyung melihatnya bukan lagi sebagai seorang
nenek berdandan medok tebal yang jadi musuhnya melainkan
menyerupai Pendekar 212 Wiro Sableng, pemuda yang dicintainya.
Ratu Duyung menoleh ke samping. Dan menjadi bingung.
Disebelah sana dia melihat satu lagi sosok Wiro, tengah bertempur
hebat menghadapi Bidadari Angin Timur.
"Aneh, bagaimana mungkin bisa ada dua Pendekar 212?"
membatin sang dara. "Jangan-jangan... Pasti nenek celaka itu telah
menyirapku dengan ilmu Pembuta Mata!"
Ratu Duyung cepat sadar. Dia hentakkan kaki kanannya ke tanah
seraya merapal satu ucapan. Walau samar-samar tapi saat itu juga dia
melihat kembali sosok asli orang didepannya yakni sosok Nyi Ragil
Tawangalu. Meski Ratu Duyung berhasil menguasai jalan pikiran dan
penglihatannya kembali namun untuk beberapa saat tadi dia telah
berlaku-ayal. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Nyi
Ragil. Selagi Ratu Duyung terkesiap begitu rupa, Nyi Ragil lipat
gandakan kekuatan dorongan dua tangannya. Sepuluh larik cahaya
merah ilmu Mengupas Raga yang tadi sudah berkelebat di udara kini
laksana topan prahara menderu lebih cepat ke arah sang Ratu yang
masih tegak setengah tertegun!
"Ratu Duyung! Awas!" teriak Anggini. Dia melompat ke depan
melancarkan jurus ilmu silat yang diwarisi dari gurunya Dewa Tuak,
bernama Memecah Angin Meruntuh Matahari Menghancurkan
Rembulan. Dua tangan dihantamkan berbarengan, memapas serangan
sepuluh cahaya merah ilmu Mengupas Raga.
Untuk kesekian kalinya puncak Bukit Menoreh malam itu dilanda
gelegar letusan dahsyat. Tertindih oleh suara letusan keras itu terdengar
jeritan Ratu Duyung. Gadis ini terbanting ke tanah sambil pe-gangi dada
pakaiannya sebelah kanan yang mengepulkan asap.
Anggini yang berjibaku melancarkan serangan untuk menyelamatkan sahabatnya Ratu Duyung kelihatan terjajar terhuyung-
huyung lalu jatuh berlutut. Wajahnya yang jelita tampak pucat.
Dadanya yang besar bergetar turun naik, mendenyut sakit.
Pemandangan menggelap pertanda jalan darahnya tidak karuan. Gadis
ini cepat atur jalan darah dan kerahkan tenaga dalam.
Di bagian lain Nyi Ragil terduduk di tanah. Tubuh membungkuk,
rambut awut-awutan. Dia menggigit bibir menahan rasa sakit seolah
satu batu besar menindih dadanya. Si nenek batuk-batuk. Ada cairan
aneh di dalam mulutnya. Ketika diludahkan yang tersembur bukan
cuma ludah tapi juga darah kental! Si nenek mengalami luka dalam.
Dari kejadian ini jelas dalam hal tenaga dalam Nyi Ragil masih berada
satu tingkat dibawah murid dewa Tuak Anggini. Hal ini membuat si
19 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
nenek sulit bisa percaya! Dia yang tua bangka dan punya segudang
pengalaman masih kalah dari seorang gadis belia!
Ternyata jibaku yang dilakukan Anggini tidak seluruhnya berhasil
menyelamatkan Ratu Duyung. Enam larik serangan cahaya merah ilmu
Mengupas Raga yang dilancarkan Nyi Ragil berhasil ditumpas
dimusnahkan. Tiga lainnya dibabat mental lalu menghantam pohon
besar di seberang sana hingga pohon ini terpanggang hangus, untuk
beberapa lama kelihatan membara merah dalam kegelapan malam.
Serangan larikan cahaya yang ke sepuluh dari pukulan Mengupas
Raga yang dilancarkan Nyi Ragil ternyata tak dapat ditumpas oleh
pukulan sakti Anggini. Larikan cahaya merah ini dengan ganas
menyambar setengah jengkal diatas permukaan dada pakaian sebelah
kanan Ratu Duyung.
"Wusss!" Asap kehitaman mengepul.
Ratu Duyung terpekik, cepat bersurut mundur sambil pegangi
dada. Larikan sinar membakar hangus pakaian sang Ratu. Manik-manik
yang bertempelan pada pakaian itu hancur bertaburan.
"Ratu Duyung!" seru Anggini. Secepatnya dia berhasil mengatur
jalan darah dan mengerahkan hawa sakti dalam tubuhnya, gadis ini
segera lari menghampiri sahabatnya itu.
"Ratu..." Anggini berlutut disamping Ratu Duyung. Matanya
memperhatikan tangan kanan sang Ratu yang dipakai menutupi dada
sebelah kanan. "Aku... aku terluka..." ucap Ratu Duyung.
Anggini coba memeriksa. Diangkatnya tangan Ratu Duyung yang
menekapi dada. Murid Dewa Tuak ini jadi tersentak, mukanya
mengerenyit. Dibalik dada pakaian yang robek hangus Anggini melihat
dada kanan sang Ratu. Satu luka sepanjang satu jengkal menganga
hangus mengerikan. Melihat air muka sahabatnya Ratu Duyung coba
angkat kepala, memperhatikan ke arah dadanya sendiri.
"Ah..." Kepala sang Ratu terkulai ke tanah. Wajahnya yang jelita
seputih kain kafan. Bibirnya digigit kuat-kuat. "Nenek jahanam itu... Dia
membuat aku cacat seumur hidup. Anggini, bantu aku berdiri. Aku
harus membunuh manusia itu saat ini juga!"
"Ratu Duyung, kau dalam keadaan terluka. Kau bisa bertahan"
Biar aku yang menghadapi tua bangka jahanam itu!"
"Aku..."
Ratu Duyung tidak meneruskan ucapannya. Saat itu Anggini telah
berdiri lalu melompat ke arah Nyi Ragil yang tengah mengeroyok
Bidadari Angin Timur bersama Wiro Sableng. Di tangan Nyi Ragil
tergenggam sebilah Golok Si Penjarah Nyawa yang baru.
Ternyata ke mana-mana nenek berjuluk Si Manis Penyebar Maut
ini memang membawa lebih dari satu golok sakti.
Dikeroyok oleh dua orang berkepandaian tinggi membuat Bidadari
Angin Timur terdesak hebat. Untung saja gadis ini memiliki ilmu
20 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
meringankan tubuh tingkat tinggi serta gerakan kilat yang sulit dicari
tandingannya. Tubuhnya lenyap. Yang kelihatan hanya bayang-bayang
biru pakaian serta sambaran rambut pirangnya yang bisa berubah
menjadi senjata mematikan.
Setelah bertempur lebih sepuluh jurus dan mereka masih juga
belum dapat menyentuh Bidadari Angin Timur, Nyi Ragil berteriak.
"Yayang, keluarkan kapak saktimu!"
Termakan ucapan si nenek, Wiro yang masih berada dalam
sirapan ilmu Pembuta Mata segera keluarkan Kapak Maut Naga Geni
212. Dia sengaja pegang senjata ini di tangan kiri karena tangan kanan
dipergunakan untuk melancarkan pukulan-pukulan sakti. Begitu Kapak
Naga Geni 212 mulai menyambar maka suara menggaung angker
disertai sambaran cahaya putih panas serta merta mengurung Bidadari
Angin Timur. Sang dara berambut pirang kertakkan rahang. Terhadap Nyi Ragil
dia bisa menumpahkan seluruh ilmunya untuk dipakai menyerang, tapi
terhadap Wiro tak mungkin hal itu dilakukan. Walau bagaimanapun dia
tak ingin mencelakai pemuda yang dicintainya itu. Sebaliknya Wiro
menyerangnya bersungguh-sungguh. Dalam keadaan serba salah
akibatnya Bidadari Angin Timur kembali mulai terdesak. Gadis ini
merasa gembira ketika dilihatnya tiba-tiba Anggini menerjang ke arah
Nyi Ragil yang tengah mengeroyoknya. Namun dia jadi kecewa karena
saat itu Si Muka Bangkai telah melompat memapaki gerakan Anggini.
Sambil menyeringai Si Muka Bangkai kembaran berdiri bungkuk
di hadapan Anggini.
"Murid Dewa Tuak, aku sudah tahu kehebatan gurumu yang ke
mana-mana membawa tuak. Apakah kau juga sama hebatnya dengan
gurumu" Lalu ke mana-mana kau membawa apa" Ha... ha... ha! Kulihat
kau tidak membawa bumbung bambu berisi tuak, tapi membawa
sepasang benda lembut besar dibalik dada pakaianmu! Ha... ha... ha!"
"Tua bangka jahanam! Sudah bau tanah masih bicara kotor!"
teriak Anggini. "Jaga kepalamu!" Tubuh sang dara berpakaian ringkas
serba ungu ini melesat laksana tombak. Tangan kanannya menyambar
seperti sambaran pedang dari atas kebawah, yang diarah batok kepala
Si Muka Bangkai.
"Jurus Bumbung Sakti Membelah Akhirat!" seru Si Muka Bangkai
menyebut jurus serangan yang dilancarkan Anggini. "Ha... ha! Siapa
takut! Gadis cantik jaga auratmu!"
Si Muka Bangkai membuat gerakan mengelak. Begitu hantaman
tangan Anggini lewat, sambil membungkuk tangan kirinya disorongkan
ke bawah perut sang dara.
"Jahanam kurang ajar!" teriak Anggini marah sekali melihat cara
si kakek menyerangnya. Serangan ganasnya tadi jadi mentah. Sang dara
segera lipat lutut kiri. Bersamaan dengan itu Anggini hantamkan tangan
kanan ke depan. Serangkum angin deras melabrak Si Muka Bangkai.
Sosok kakek ini sesaat bergoncang keras. Dua tangannya menggapai
21 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
aneh. Tiba-tiba tangan sebelah kanan bergerak, telapak membuka, lima
jari setengah menekuk. Ketika tangan itu didorongkan maka terdengar
suara mendesis keras disertai sambaran angin panas membara. Si Muka
Bangkai telah melepas pukulan Telapak Matahari. Salah satu pukulan
sakti yang telah menggetarkan rimba persilatan Tanah Jawa.
Anggini berseru kaget ketika merasakan tubuhnya laksana
dipanggang. Murid Dewa Tuak segera membuang diri ke samping.
"Wuuttt!"
Angin serangan lewat di samping kepalanya. Di udara tercium bau
sangit. Anggini raba rambut kepala samping kanan. Ternyata angin
panas pukulan Telapak Matahari sempat membakar beberapa helai
rambutnya! Si Muka Bangkai kembaran tertawa mengekeh.
"Gadis cantik! Gurumu si Dewa Tuak saja belum tentu mampu
mengalahkanku. Jangan berani cari penyakit. Aku akan menghentikan
perkelahian ini jika kau suka ikut aku. Kita bersenang-senang sampai
menjelang pagi. Bagaimana"!"
"Tua bangka cabul! Kau boleh bersenang-senang di neraka!"
Teriak Anggini. Lalu gadis ini menyerbu dengan tendangan berantai.
Dua tangan ikut kirimkan serangan-serangan mematikan. Sesekali
serangan itu berupa totokan kilat mengincar urat besar di pangkal leher
dan dada kiri. Si Muka Bangkai kini tak mau berlaku main-main. Dari serangan
yang dilancarkan lawan agaknya sang dara tengah mengeluarkan
seluruh kepandaiannya.
"Serangannya diselingi totokan," membatin Si Muka Bangkai. "Aku
ingat, Dewa Tuak punya ilmu totokan yang disebut Totokan Seribu
Lumpuh Seribu Ajal. Totokan itu bisa memecah jantung. atau
melumpuhkan tubuh. Aku harus hati-hati.
"Si Muka Bangkai kembaran percepat gerakannya. Tubuhnya yang
Sumpah Iblis Kubur 1 Pendekar Mabuk 045 Pertarungan Tanpa Ajal Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 11
^