Mayat Kiriman Rumah Gadang 1
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang Bagian 1
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 168 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan Dani (solgeek)
1 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SESUAI perjanjian yang dibuat para Datuk Luhak Nan Tigo sebelum berpisah
di Ngarai Sianok, Datuk Kuning Nan Sabatang dari Luhak Agam dan Datuk
Bandara Putih dari Luhak Limapuluh Kota selepas sholat Asar telah berada di
rumah gadang kediaman Datuk Panglima Kayo di Batu Sangkar. Turut kepada
gelarnya, Datuk Panglimo Kayo adalah Datuk paling kaya dibandingkan dua
Datuk lainnya termasuk Datuk Marajo Sati. Tidak heran kalau rumah gadang
kediamannya berdiri megah bergonjong lima. (rumah gadang: rumah besar)
Setelah apa yang terjadi di Ngarai Sianok pagi hari itu, Tiga Datuk
pimpinan tiga Luhak merasa perlu dengan segera merundingkan tindakan apa
yang akan mereka lakukan sesudah Datuk Marajo Sati yaitu yang menjadi
Datuk Pucuk atau Datuk Pimpinan dari Tiga Datuk Luhak Nan Tigo diketahui
menyimpan seorang gadis Cina cantik belia di dalam goa kediamannya di
Ngarai Sianok. Ternyata Datuk Panglimo belum sampai di rumah gadang.
"Aneh", kata Datuk Kuning Nan Sabatang. "Seharusnya Datuk Panglimo
Kayo lebih dulu tiba daripada kita..."
"Mungkin ada yang dilakukannya lebih dulu sebelum pulang ke sini. Kita
nantikan saja. Mudah-mudahan sebentar lagi beliau datang..." Berujar Datuk
Bandara Putih. Sementara menunggu kedatangan Datuk Panglimo Kayo, dua datuk tadi
duduk bersila di lantai rumah gadang sambil bercakap-cakap dan menikmati
hidangan yang disuguhkan orang rumah yaitu kopi hangat serta goreng pisang.
"Datuk Kuning Nan Sabatang, kalau benar Datuk Pucuk Marajo Sati
menyimpan gadis Cina itu di dalam goanya, saya sungguh kecewa, sungguh
sedih. Bagaimana mungkin Datuk Pucuk mau berbuat seperti itu. Istrinya di
Koto Gadang yang kemenakan Datuk Panglimo Kayo selain cantik juga masih
muda belia. Datuk juga kita ketahui taat pada agama, patuh pada adat
lembaga. Apa yang kurang..."
"Saya sendiri sebenarnya juga sangat menyayangkan. Kalau tidak
melihat dengan mata kepala sendiri gadis Cina yang ditemukan dan ditangkap
orang-orang itu, rasanya mana mungkin saya percaya..."
"Yang sangat terpukul pastilah saudara kita Datuk Panglimo Kayo,"
ucap Datuk Bandaro Putih dari Luhak Lima Puluh Kota. "Kita tahu benar
riwayat bagaimana sampai Gadih Puti Seruni kawin dengan Datuk Marajo Sati.
2 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Kalau tidak Datuk itu yang bersikeras memaksakan kehendak mungkin hal itu
tidak kejadian. Kita juga tahu bagaimana kemudian ayah Puti Seruni jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia karena perkawinan itu sebenarnya tidak
disetujuinya. Tapi dia seperti tidak berdaya, tidak bisa berbuat suatu apa
karena Datuk Panglimo Kayo adalah mamak Puti Seruni. Kadang-kadang saya
berpikir-pikir, jika tumbuh baik ya baik hasilnya. Tapi jika tumbuh keliru saya
merasa kuasa seorang mamak di negeri kita ini seperti berlebihan..."
Setelah terdiam beberapa ketika Datuk Kuning Nan Sabatang
mengusap wajah lalu menjawab. "Sebenarnya adat lembaga negeri kita sudah
baik. Tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan. Cuma mungkin
musyawarah dan kebijaksanaan yang perlu lebih mendapat tempat. Memang
susah juga jadinya kalau sampai seorang mamak lebih berkuasa dari ayah nan
kandung..."
"Kembali pada kejadian di Ngarai tadi pagi..." Datuk Bandaro Putih
alihkan pembicaraan. "Saya mengerti jalan cerita kalau pemuda Pakih Jauhari
itu memendam dendam luar biasa pada Datuk Marajo Sati hingga dia menebar
cerita buruk dan bahkan menggalang penduduk di beberapa dusun untuk
menyiapkan hukuman rajam atas diri Datuk Marajo Sati. Tapi ada yang tidak
saya mengerti..." Datuk Bandaro putih memandang sebentar ke luar jendela
baru melanjutkah. "Siapa sebenarnya gadis Cina yang disembunyikan saudara
kita itu di dalam goa. Lalu mengapa ada beberapa orang tokoh di tanah Minang
ini yang sama-sama kita kenal ikut bersama orang tua asing berjubah hijau
dan lelaki Cina berpakaian pasukan Kerajaan Tiongkok menangkap gadis Cina
itu?" "Pandeka Langit Bumi Dari Sumanik, Tuanku Laras Muko Balang, Datuk
Pancido, Niniek Panjalo..." Datuk Kuning Nan Sabatang menyebut satu persatu
nama orang yang dimaksudkan Datuk Bandaro Putih. "Kita tahu memang tidak
ada lantai yang terjungkat dan silang sengketa antara mereka dengan Datuk
Marajo Sati. Tapi dari kejadian ini jelas mereka menunjukkan perseteruan
dengan Datuk Pucuk itu. Paling tidak berada di pihak yang berseberangan.
Mungkin pemuda bernama Pakih Jauhari bekas kekasih Puti Seruni itu telah
berhasil membujuk mereka untuk melaksanakan niatnya membalas dendam
terhadap Datuk Marajo Sati..."
"Saya meragukan hal itu," jawab Datuk Bandaro Putih. "Pemuda itu bisa
membuat marah lalu membujuk penduduk dusun. Tapi untuk membujuk tokoh-
tokoh berkepandaian tinggi dan berpaham seperti itu, rasanya sulit dipercaya
dia mampu melakukan. Kalaupun bisa pasti ada yang diandalkannya. Imbalan
besar. Uang, harta emas berlian. Pakih Jauhari mana punya semua itu..."
3 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Jika benar orang-orang itu mau berserikat dengan Pakih Jauhari,
berarti ada satu hal lain yang diberikan atau dijanjikan si pemuda pada
mereka. Bukan uang bukan harta. Tapi bisa saja berupa petunjuk, berupa
keterangan sangat rahasia dan sangat berharga..."
"Menyangkut hal apa?" tanya Datuk Bandaro Putih pula.
"Gadis yang mereka tangkap itu seorang gadis Cina. Di antara mereka
saya lihat ada seorang Cina berseragam pasukan Tiongkok. Mungkin orang ini
yang jadi pimpinan dalam rombongan. Mereka tengah mencari si gadis. Dan
Pakih Jauhari mengetahui di mana gadis itu berada lalu memberitahukan. Dia
membuktikan kalau Datuk Marajo Sati benar-benar menyimpan gadis cantik di
dalam goa. Dendam kesumatnya terbalaskan..."
Datuk Bandaro Putih angguk-anggukkan kepala beberapa kali.
"Gadis Cina. Perempuan asing. Tapi waktu berteriak saya dengar dia
mengeluarkan ucapan bahasa orang di sini. Aneh juga. Jangan-jangan sudah
berminggu-minggu berbilang-bulan Datuk Marajo Sati bersama gadis itu
hingga dia sempat mengajari bahasa Minang..."
"Satu hal saya perhatikan." Ucap Datuk Kuning Nan Sabatang. "Cara
bicara Datuk Marajo Sati pada kita bertiga kasar sekali. Beliau bicara
beraku-aku pada kita. Padahal jelas-jelas kita bertiga jauh lebih tua dari
beliau. Dan selama ini beliau tidak pernah berlaku sekasar itu baik dalam
ucapan apa lagi tindakan. Agaknya Datuk Marajo Sati berada dalam beban
tekanan jiwa sangat berat. Ditambah dengan amarah yang menggelegak
karena menuduh kita yang datang menancapkan Bendera Tiga Luhak,
membawa orang dusun, menghasut untuk merajamnya sampai mati di batang
pohon..." Datuk Kuning Nan Sabatang menghela napas panjang. "Betapapun
nyatanya kejadian yang kita lihat, saya punya dugaan ada satu peristiwa atau
rahasia besar di balik semua kejadian ini."
"Saya juga merasa begitu," jawab Datuk Bandaro Putih lalu kembali
memandang keluar jendela lalu bangkit berdiri.
"Rasanya matahari telah menurun jauh condong ke barat. Datuk
Panglimo Kayo yang kita tunggu belum juga muncul. Sebentar lagi Magrib akan
datang..."
Datuk Kuning Nan Sabatang berdiri pula lalu tegak di belakang jendela
di samping Datuk Bandaro Putih.
"Datuk Bandaro Putih, terus terang sejak tadi hati saya merasa tidak
enak. Ada firasat..."
Belum selesai Datuk dari Luhak Agam ini berucap tiba-tiba bluk!
Satu benda kuning berbelang hitam jatuh bergedebuk di halaman
4 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
samping rumah gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo tak jauh dari sebatang
pohon marapalam. Dua Datuk di belakang jendela terkejut Lebih terkejut lagi
ketika mereka menyaksikan benda yang jatuh itu adalah seekor harimau
besar kuning belang hitam.
"Inyiek tunggangan Datuk Panglimo Kayo!" ucap dua Datuk di belakang
jendela hampir berbarengan. Tidak menunggu lebih lama keduanya langsung
melompati jendela, turun ke halaman. (Inyiek: di sini artinya harimau sakti)
Harimau besar yang tergeletak di tanah itu ternyata berada dalam
keadaan tidak bernyawa lagi. Darah setengah kering meleleh di mata, hidung
dan telinga. Sebuah rantai besi putih panjang melilit tubuh serta empat
kakinya yang tampak patah.
5 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"RANTAI Pintu Halilintar! Astaga! Bukankah benda ini potongan senjata milik
Datuk Panglimo Kayo"!" Datuk Kuning Nan Sabatang berucap setengah
berseru. "Saya juga mengenali!" Menyahuti Datuk Bandaro Putih. Wajahnya yang
putih jernih berubah kelam. "Lalu Datuk Panglimo Kayo sendiri berada di
mana?" Datuk Luhak Limapuluh Kota ini memperhatikan sekeliling halaman.
"Ah, firasat saya tadi. Jangan-jangan sesuatu telah terjadi dengan
saudara kita yang satu itu! Semoga Allah melindunginya..." Kata Datuk Kuning
Nan Sabatang. "Datuk, bantu saya melepaskan rantai agar arwah Inyiek bisa tenteram
di alam gaib. Kalau Datuk Panglimo Kayo tidak apa-apa maka rantai sakti ini
akan kembali kepadanya."
Dua orang Datuk dari Luhak Agam dan Luhak Limapuluh Kota itu segera
berlutut di tanah, di kiri kanan sosok harimau besar. Perlahan-lahan keduanya
mengangkat tangan sambil alirkan hawa sakti. Begitu terpentang tepat di
depan dada, dua Datuk hantamkan dua tangan masing-masing ke arah mayat
harimau yang terikat besi putih. Empat larik cahaya putih menderu.
Pada saat empat cahaya putih menyentuh tubuh dan rantai besi putih
yang melilit harimau besar, satu letusan dahsyat laksana suara halilintar
menggelegar di tempat itu disertai berkiblatnya cahaya putih terang
benderang. Dua Datuk terpental sampai satu tombak tapi tidak cidera.
Terjadi keajaiban. Sosok harimau kuning belang hitam lenyap sementara
rantai besi putih melayang ke udara dan akhirnya lenyap dari pemandangan.
Di tempat itu tiba-tiba terdengar suara auman dahsyat dua kali
berturut-turut. Tanah bergetar, angin dingin menyambar. Itulah auman
Inyiek atau harimau sakti tunggangan Datuk Kuning Nan Sabatang dan Datuk
Bandaro Putih yang ujudnya tidak kelihatan. Binatang-binatang gaib itu seolah
memberi ucapan, selamat jalan pada teman mereka yang kembali ke alam gaib
untuk selama-lamanya dan tak mungkin lagi muncul di bumi.
Dua Datuk bergerak bangun, tampungkan tangan masing-masing, mulut
berkomat-kamit merapal doa. Sementara dari atas rumah tetangga orang
muncul berlarian mendatangi untuk melihat apa yang terjadi. Mereka tidak
sempat melihat harimau besar yang dililit rantai putih. Mereka hanya melihat
dua Datuk yang masih berlutut di tanah berkomat-kamit merapal doa.
"Inyiek sudah bebas dari penderitaannya. Kembali ke alam gaib.
6 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Datuk Panglimo Kayo."
Baru saja Datuk Kuning Nan Sabatang keluarkan ucapan, tiba-tiba di
arah jalan tanah yang agak mendaki menuju rumah gadang terdengar suara
lenguh sapi, disertai suara derak roda pedati dan gema ganto
berkepanjangan, (ganto: semacam lonceng kecil terbuat dari besi yang
digantung di leher jawi/ sapi penarik pedati/gerobak) Dua Datuk segera
palingkan kepala. Mereka melihat sebuah pedati kecil tak beratap muncul
dikelokkan jalan tanah yang mendaki, bergerak ke arah halaman rumah gadang
di mana mereka berada.
"Aneh..." ucap Datuk Kuning Nan Sabatang. "Pedati berjalan, tapi mana
kusirnya?"
Diikuti Datuk Bandaro Putih dan orang-orang yang ada di tempat itu
Datuk Kuning Nan Sabatang mendahului menyongsong pedati. Sapi penarik
pedati dihentikan. Binatang ini kembali melenguh. Ekor dikibas-kibas. Tiba-
tiba dua kaki depan dilipat, menyusul dua kaki belakang. Binatang ini rebahkan
diri di tanah hingga pedati yang ditariknya menungging ke depan. Tumpukan
jerami kering tampak menutupi pedati. Dua Datuk yang sejak tadi merasa
curiga, dibantu oleh beberapa orang yang ada di situ segera membongkar
jerami kering. Sesaat kemudian semua orang yang ada di situ termasuk dua
Datuk tersentak kaget. Ketika tumpukan jerami kering tersibak, di lantai
pedati kelihatan terbujur sosok Datuk Panglimo Kayo yang sudah jadi mayat.
Sekujur tubuh mulai dari leher sampai ke kaki dijirat rantai besi putih. Dari
mata, hidung, telinga dan mulut ada lelehan darah. Dalam cengkeraman jari-
jari tangan kanan Datuk Marajo Sati yang sudah kaku terdapat sehelai
potongan kain panjang berwarna putih yang salah satu sisinya berjumbai-
jumbai. "Astagafirullah... Allahuakbar..." Dua Datuk mengucap berulangkah.
"Siapa yang melakukan perbuatan keji dan jahat ini"!" ucap Datuk
Kuning Nan Sabatang. "Siapa yang mengirimkan jenazah Datuk Panglimo Kayo
dengan pedati ke sini..."
"Datuk," bisik Datuk Bandaro Putih. "Saat ini tidak ada yang bisa
ditanya. Pedati datang tidak berkusir... Lalu satu keanehan lagi, apakah ini
potongan Rantai Pintu Hallintar yang tadi kita lepas dari tubuh Inyiek kini
melibat di tubuh Datuk Panglimo Kayo. Rantai ini harus dibuang sebelum
Datuk Panglimo Kayo dimakamkan..."
"Pemilik rantai akan mengambilnya sebelum jenazah dimandikan..." bisik
Datuk Kuning Nan
7 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sabatang yang tahu banyak riwayat senjata sakti bernama Rantai Pintu
Halilintar itu.
Dibantu orang banyak Datuk Kuning Nan Sabatang dan Datuk Bandaro
Putih segera menurunkan mayat Datuk Panglimo Kayo dari dalam pedati.
Sebelum mayat dibawa ke dalam rumah gadang Datuk Bandaro Putih lepaskan
kain putih panjang dari cengkeraman jari-jari tangan mayat. Kain itu
diperhatikan sejenak. Air muka Datuk Bandaro Putih berubah. Kain diberikan
pada Datuk Kuning Nan Sabatang. Setelah memeriksa dengan teliti, wajah
Datuk Kuning Nan Sabatang juga tampak berubah. Suaranya bergetar ketika
keluarkan ucapan.
"Saudaraku Datuk Bandaro Putih. Saya yakin sekali kain putih panjang
berumbai ini adalah potongan sorban Datuk Marajo Sati. Berarti..."
"Datuk, saya benar-benar seperti melihat ayam putih terbang siang.
Tapi saya tidak berani berprasangka menduga-duga. Kita berdua harus
menyelidiki kejadian ini sampai terungkap panjang pendeknya, dangkal
dalamnya dan putih hitamnya. Simpan baik-baik potongan sorban itu!" Kata
Datuk Bandaro Putih lalu menyambung ucapannya. "Saya tidak yakin pedati
tak berkusir jtu membawa mayat Datuk Panglimo Kayo jauh-jauh dari Agam.
Mayat agaknya dinaikkan di satu tempat tak jauh dari Batusangkar." Sambil
bicara Datuk Bandaro Putih berjalan ke arah pedati. Di sini dia melakukan
pemeriksaan kembali sampai matanya membentur satu bungkusan daun yang
terletak di lantai depan pedati, di bawah palang kayu tempat dudukan kusir."
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada nasi bungkus. Pasti punya orang yang tadinya duduk di atas pedati ini.
Kusir pedati. Dia belum sempat menyantap makanannya. Lalu di mana kusir
pedati itu sekarang" Datuk, coba kita menyelidik jalan arah ke Sungai Tarab.
Pedati ini pasti datang dari jurusan itu. Tidak mungkin dari arah selatan."
Tak lama menyusuri jalan yang menuju sebuah dusun kecil bernama
Sungai Tarab, dua Datuk menemukan sesosok mayat pemuda tergeletak di
tengah jalan. Di keningnya ada luka besar, agak tertutup oleh darah yang
mengental. "Mungkin ini kusir pedatinya. Dia dibunuh di tempat ini, lalu pedati
dilepas sendirian tidak berkusir. Mengapa" Si pembunuh takut diketahui siapa
dirinya" Mungkin Pakih Jauhari yang melakukan?" Datuk Kuning Nan Sabatang
berpaling pada Datuk Bandaro Putih di sampingnya.
Datuk Bandaro Putih gelengkan kepala. "Pemuda itu bagaimanapun
dendam kebenciannya terhadap Datuk Panglimo Kayo mana mungkin punya
kemampuan membunuh Datuk Panglimo Kayo. Ingat potongan sorban putih
milik Datuk Marajo Sati yang ada dalam genggaman tangan mayat Datuk
8 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Panglimo Kayo" Itu satu pertanda atau jawaban yang sulit ditampik. Datuk
saudaraku, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Jika jenazah sudah dikuburkan, kita segera ke
Ngarai Sianok. Saya ingin sekali menyelidiki keadaan di dalam goa
kediaman Datuk Marajo Sati," jawab Datuk Kuning Nan Sabatang.
"Bagaimana dengan mayat orang ini?" tanya Datuk Bandaro Putih.
"Kita bawa ke rumah kediaman Datuk Panglimo Kayo agar diurus
sekalian. Saya yakin ada orang yang mengenalinya," jawab Datuk Kuning Nan
Sabatang. SESAAT sebelum jenazah Datuk Panglimo Kayo dimandikan, tiba-tiba
di siang yang terang benderang itu menggelegar suara halilintar. Kilat
menyambar di langit. Langit seperti hendak runtuh, bumi seolah hendak
terbelah. Rumah gadang bergoncang berderak-derak. Beberapa orang
berpekikan. Jenazah Datuk Panglimo Kayo yang dibaringkan di ruang tengah
rumah memancarkan cahaya putih. Lalu terdengar suara berdesir disusul
suara berkeretak.
Orang banyak yang ada dalam ruangan itu termasuk dua Datuk pimpinan
Luhak sama-sama tercekat ketika menyaksikan bagaimana rantai putih Rantai
Pintu Halilintar yang menggelung sekujur tubuh Datuk Panglimo Kayo
bergerak terbuka lalu melesat ke arah pintu rumah gadang, melayang ke
udara dan akhirnya lenyap dari pemandangan laksana menembus langitl
"Pemilik rantai sakti telah mengambil senjata sakti itu..." bisik Datuk
Kuning Nan Sabatang sambil mengusap kuduknya yang terasa dingin.
PULANGNYA Datuk Panglimo Kayo dalam keadaan sudah menjadi mayat
dibawa oleh pedati tak berkusir bukan hanya menghebohkan penghuni rumah
gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo, namun, dengan cepat menjalar ke
seluruh Batusangkar. Besoknya, berita kematian Datuk kaya itu telah
tersebar iuas sampai ke pelosok daerah Tanah Datar. Perihal kusir pedati
yang tewas, seperti yang dikatakan Datuk Kuning Nan Sabatang, beberapa
pelayat mengenali orang ini. Dia adalah Magek Jamin, penduduk Sungai Tarab.
Sebenarnya yang punya pedati adalah kakaknya yaitu Majo Jamin. Tapi sampai
mayat Magek Jamin dikubur Majo Jamin tidak muncul. Raib tak diketahui ke
mana perginya. Dua Datuk mengkhawatirkan Majo Jamin juga telah menjadi
korban pembunuhan.
SEPERTI yang diduga oleh Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan
Sabatang, ketika mereka mendatangi goa di samping dinding Ngarai Sianok
untuk menjajagi keberadaan Datuk Marajo Sati, goa berada dalam keadaan
kosong. Yang mengejutku dua Datuk ini menemukan beberapa helai pakaian
9 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
perempuan serta satu kotak kecil berisi pupur dan sepotong alat pemerah
bibir. "Kita menemukan bukti Datuk... Keberadaan seorang perempuan di
dalam goa kediaman Datuk Marajo Sati ini ternyata memang satu kenyataan,"
kata Datuk Bandaro Putih.
"Yang jadi pertanyaan sekarang di mana Datuk itu berada?" ucap Datuk
Kuning Nan Sabatang. "Sungguh aib besar bagi kita para Penghulu dan semua
Datuk di Luhak Nan Tigo. Datuk Pucuk ternyata bukan saja menyimpan anak
gadis, tapi juga membunuh Datuk Panglimo Kayo. Saya tidak akan kembali ke
rumah di Pariangan sebelum menemukan Datuk Marajo Sati."
"Saya juga berpantang pulang ke Payakumbuh sebelum selesai urusan
besar yang sangat memalukan ini," kata Datuk Bandaro Putih pula.
"Sekarang ke mana kita akan mencari saudara dan pimpinan kita yang
sesat itu?" tanya Datuk Kuning Nan Sabatang.
"Saya menduga dua kemungkinan. Yang pertama Datuk Marajo Sati
mengejar rombongan orang-orang yang melarikan gadis Cina itu..."
"Gadis Cina itu. Selain menjadi gadis simpanan Datuk Marajo Sati tapi
siapa dia sebenarnya" Dari mana datang dan munculnya" Dia saya dengar
fasih bicara bahasa orang di sini. Mengapa tokoh-tokoh berkepandaian tinggi
dari tanah Jawa, dibantu para tokoh di sini bahkan ada seorang Perwira
Kerajaan Tiongkok membentuk rombongan menangkapnya" Datuk, apa
kemungkinan yang kedua dari dugaan Datuk..."
"Kemungkinan kedua Datuk Marajo Sati pergi ke Biaro, mendatangi
rumah kediaman Pakih Jauhari. Membunuh pemuda itu..."
"Sudah seburuk dan sejahat itukah pekerti Datuk Pucuk" Masya
Allah..." Datuk Kuning Nan Sabatang mengucap beberapa kali.
"Datuk, kita harus cepat-cepat menyelidik ke tempat yang Datuk
katakan itu. Apa lagi yang kita tunggu...?" Datuk Bandaro Putih sudah tidak
sabaran. "Bagaimana kalau kita menyelidik ke Biaro lebih dulu. Pemuda bernama
Pakih Jauhari itu perlu diselamatkan bagaimanapun buruk kelakuannya
terhadap Datuk Marajo Sati. Selain itu mungkin kita bisa mendapatkan
keterangan dari dia..."
"Saya mengikut apa yang Datuk katakan." Datuk Bandaro Putih lalu
berseru. "Inyiek berdua! Kami memerlukan kalian!"
Sesaat kemudian terdengar suara menderu. Lalu muncul dua sosok
harimau besar kuning belang hitam. Dua Datuk segera melompat ke atas
10 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tunggangan masing masing.
11 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
APA YANG telah terjadi dengan Datuk Panglimo Kayo yang merupakan Datuk
Pimpinan Luhak Tanah Datar" Siapa yang telah membunuhnya lalu mengirim
mayatnya ke rumah gadang dengan pedati tidak beratap dan tidak berkusir.
Seperti diceritakan sebelumnya dalam episode berjudul "Fitnah
Berdarah Di Tanah Agam", di pedataran di atas Ngarai Sianok, selagi Pakih
Jauhari dan puluhan orang menyerbu Datuk Marajo Sati dengan lemparan
batu dan para Datuk Luhak Nan Tigo berusaha menghalangi serangan, secara
diam-diam Ki Bonang Talang Ijo dan rombongan sampai di Ngarai Sianok.
Mereka berhasil masuk ke dalam goa kediaman Datuk Marajo Sati setelah
lebih dulu menjebol sebuah batu besar pen utup goa.
Chia Swi Kim yang oleh Datuk Marajo Sati diberi nama Puti Bungo
Sekuntum alias Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok, mendengar suara bergemuruh
di mulut goa, mengira yang datang adalah Datuk Marajo Sati, tanpa mengubah
dirinya lebih dulu keluar dari dalam ruangan rahasia di mana dia bersembunyi.
Begitu melihat siapa yang muncul dan mengenali sosok serta wajah si
gadis, Perwira Muda Teng Sien langsung berteriak-teriak sambil menunjuk ke
arah dua bahu si gadis.
Ki Bonang Talang Ijo ikut berteriak
"Cepat tangkap gadis itu! Jangan sampai dia menggerakkan dua
tangannya!"
Lalu selagi beberapa orang mencekal, dengan cepat orang tua berjubah
hijau ini totok bahu kiri kanan Puti Bungo Sekuntum hingga dua tangan gadis
itu menjadi lumpuh. Ini membuat dia tidak bisa bergerak dan berarti dia
tidak mampu merubah diri menjadi kupu-kupu besar hidup atau berubah
menjadi kupu-kupu batu giok.
Perwira Muda Teng Sien mendatangi dan bicara panjang pendek?dalam
bahasa Cina. Seperti diketahui sejak roh gadis yang meninggal dunia masuk ke
dalam tubuhnya, gadis Cina ini walau masih mengerti apa yang dikatakan orang
namun dia tidak bisa lagi mengeluarkan ucapan dalam bahasa leluhurnya,
(baca" Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok")
Ki Bonang dan kawan-kawan cepat membawa si gadis keluar dari goa.
Karena ingin mencari jalan memintas, tidak sengaja mereka melewati
pedataran di atas ngarai di mana puluhan orang di bawah pimpinan Pakih
Jauhari tengah menghujani Datuk
12 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Marajo Sati dengan batu. Serta merta Puti Bungo Sekuntum berteriak.
"Datuk! Tolongl Mereka menangkap saya!"
Suasana menjadi gempar!
Ketika di bawah hujan batu Datuk Marajo Sati berusaha menolong si
gadis tiba-tiba Ki Bonang Talang Ijo ledakkan sebuah benda yang menebar
asap hitam menutup pemandangan. Setelah-sap sirna ternyata tokoh silat dari
tanah Jawa itu bersama rombongannya telah lenyap dengan memboyong serta
Puti Bungo Sekuntum.
Sebelum dituturkan apa yang terjadi dengan Datuk Panglimo Kayo
hingga dia terbunuh dan mayatnya dikirim ke rumah gadang di Batusangkar,
kita ikuti lebih dulu apa yang dialami Datuk Marajo Sati.
WALAU amarah dan kebenciannya terhadap Pakih Jauhari serta tiga
Datuk Luhak Nan Tigo bukan alang kepalang namun Datuk Marajo Sati lebih
mementingkan menyelamatkan gadis dari negeri Cina itu. Dia segera
melakukan pengejaran dengan menggunakan Inyiek harimau tunggangannya.
Tapi sampai matahari tenggelam dan malam datang dia tidak berhasil
melakukan pengejaran. Seolah baru sadar Datuk Marajo Sati hentikan
pengejaran. Inyiek kuning belang hitam yang tadi lari laksana terbang,
melayang turun ke tanah. Datuk Marajo Sati mendengar suara sesuatu. Selain
itu dia merasa tiupan angin agak keras dan dingin.
"Suara riak permukaan air dihembus angin," ucap sang Datuk dalam
hati. Dia lalu melesat ke arah satu bukit batu kecil. Harimau besar mengikuti.
Memandang ke bawah terkejutlah Datuk Marajo Sati. Dia melihat sebuah
danau terbentang luas sementara di arah barat matahari berbentuk setengah
lingkaran merah menyala siap menggelincir ke ufuk tenggelamnya. Datuk
Marajo Sati segera tahu di mana dia berada saat itu. Tanpa memalingkan
kepala pada harimau besar di sebelahnya sang Datuk berkata.
"Inyiek, apa yang terjadi dengan dirimu. Mengapa kau membawa diriku
ke Danau Maninjau. Bukan mengejar orang-orang yang telah melarikan Puti
Bungo Sekuntum?"
Harimau besar menggereng halus lalu rundukkan diri. Kepala diletakkan
di atas batu. Mata menatap sayu. Melihat hal ini Datuk Marajo Sati segera
berjongkok di samping binatang itu dan memeriksa dengan teliti. Mula-mula
dia melihat ada lapisan cairan biru di sekitar hidung harimau. Lalu bagian
putih sepasang mata binatang ini juga tampak kebiru-biruan. Ketika Datuk
Marajo Sati membuka mulut harimau kelihatan gigi dan sebagian lidahnya juga
berwarna kebiruan. Datuk memeriksa dua telinga harimau. Ternyata juga ada
lapisan kebiru-biruan.
13 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Inyiek, kau telah disambar ilmu jahat bernama Santuang Panyasek.
Penciumanmu menjadi tumpul, penglihatan kabur, pendengaran berubah tuli.
Kau tersesat membawa aku ke tempat ini." Datuk Marajo Sati mengusap
kepala Inyiek kuning. "Kau tidak perlu takut, aku tidak marah padamu. Aku
tahu. Di tanah Minang ini ada beberapa orang sakti memiliki ilmu Santuang
Panyasek. Tapi yang paling tinggi kepandaiannya adalah Tuanku Laras Muko
Balang. Dia berada di antara orang-orang yang menculik Puti Bungo Sekuntum.
Pasti dia yang telah menyirapmu dengan ilmu hitam itu. Agar kita tidak bisa
melakukan pengejaran, "
Perlahan-lahan sang surya yang tinggal setengah lingkaran lenyap di
kejauhan. Siang telah berganti malam. Sayup-sayup terdengar kumandang
Azan. Datuk Marajo Dati, Datuk Pucuk Luhak Nan Tigo ini jatuhkan kening di
atas batu. Dalam bersujud dia berkata.
"Ya Allah ya Rabbi. Tuhan Seru Sekalian Alam. Maha Melihat Maha
Mengetahui. Kau tahu ya Allah. Betapa berat dan jahatnya fitnah berdarah
yang telah jatuh atas diri hambaMu ini. Berikan hamba ketabahan menghadapi
semua malapetaka ini. Lebih dari itu Kau lebih mengetahui ya Allah apa yang
telah hamba lakukan dan apa yang tidak hamba lakukan. Jika itu merupakan
satu perbuatan keliru mohon ampunan dariMu. Jika kesalahan itu harus
ditebus dengan hukuman bagaimanapun beratnya akan saya terima dengan
segala keikhlasan. Tapi saya mohon ya Allah. Tolong selamatkan Puti Bungo
Sekuntum dari tangan orang-orang jahat yang telah melarikannya. Ulurkan
tangan kuasaMu. Lindungi anak gadis itu di manapun dia berada, baik siang
maupun malam. Ya Allah, kabulkanlah permintaan hambaMu yang buruk dan
hina ini ya Allah."
Sehabis memanjatkan doa Datuk Marajo Sati turun ke tepi danau,
mengambil air sembahyang. Ketika Datuk Marajo Sati membungkuk dan
menyibak airdi tepi Danau Singkarak tiba-tiba muncul bayangan kepala dan
wajah manusia. Sang Datuk tersurut satu langkah. Pakih Jauhari! Wajah
pemuda yang samar di dalam air itu menyeringai lalu di kejauhan terdengar
suara tawanya bergelak.
"Astagafirullah..." Datuk Marajo Sati mengucap. "Setankah yang aku
lihat barusan" Setankah yang tertawa dikejauhan...?" Sang Datuk lalu
membaca beberapa ayat suci, diakhiri dengan Ayat Kursi. Perlahan-lahan
wajah di dalam air danau dan suara tertawa di kejauhan lenyap sirna. Datuk
kembali meneruskan mengambil air wudhu. Selesai sholat, masih duduk di atas
batu di atas bukit kecil di tepi danau, ditemani Inyiek, Datuk Marajo Sati
berzikir. Lalu hampir semalaman suntuk dia melakukan tarak untuk
14 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
melenyapkan ilmu jahat Santuang Panyasek yang menguasai diri harimau besar
tunggangannya. 15 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA terjadi ledakan dan asap hitam meng-gebubu ke udara menutupi
pemandangan, Datuk Panglimo Kayo bergerak cepat Dengan cepat dia
melompat ke udara. Selagi dalam keadaan melayang dia melesat ke atas
sebatang pohon besar. Dari atas pohon dia dapat melihat rombongan orang-
orang yang menculik gadis Cina itu lari cepat sekali ke arah timur lalu secara
tiba-tiba lenyap dari pemandangan.
"Heran, kenapa tiba-tiba menghilang tidak kelihatan?" Pikir Datuk
Panglimo Kayo sambil mengusap dagu. Lalu dia berpikir lagi apakah perlu
mengejar orang-orang itu atau segera saja kembali ke Batusangkar karena
ada perjanjian dengan dua Datuk Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota.
Karena hari masih pagi, akhirnya Datuk Panglimo Kayo memutuskan memanggil
Inyiek harimau tunggangannya lalu melakukan pengejaran terhadap Ki Bonang
Talang Ijo dan rombongan.
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untuk menghindari pengejaran yang secara pasti akan dilakukan oleh
Datuk Marajo Sati, Tuanku Laras Muko Balang telah bersiap-siap dengan
mengeluarkan ilmu Santuang Panyasek agar Datuk Marajo Sati dan harimau
tunggangannya tidak mampu melakukan pengejaran. Akan halnya Datuk
Panglimo Kayo dan Inyiek yang membawanya terbang mula-mula memang
sempat dipengaruhi ilmu hitam itu. Namun karena Tuanku Laras Muko Balang
hanya mengarahkan ilmu kesaktiannya pada Datuk Panglimo Kayo bersama
Inyiek harimau kuning hanya terpengaruh beberapa saat.
Setelah berhasil mendapatkan Puti Bungo Sekuntum, Perwira Muda
Teng Sien ingin agar gadis itu dilepaskan dari totokan hingga bisa berubah
bentuk menjadi kupu-kupu batu giok dan mudah dibawa. Setelah hal itu
berlangsung maka dia akan segera pergi ke pesisir timur. Di Selat Malaka dia
menunggu kapal layar yang akan membawanya ke daratan Tiongkok. Tapi Ki
Bonang Talang Ijo tidak menyetujui hal itu. Dia ingin gadis Cina itu
disembunyikan dulu di satu tempat yang telah dipilih oleh Tuanku Laras Muko
Balang dan Pandeka Bumi Langit dari Sumanik. Setelah Perwira Muda Teng
Sien menyerahkan peti kedua berisi batangan emas seperti yang dijanjikan
dan dibagi rata maka Puti Bungo Sekuntum baru akan diserahkan.
Teng Sien bersikeras agar semua orang mengikuti kemauannya. Karena
merasa dialah yang jadi pimpinan rombongan dan membayar orang-orang itu,
termasuk Niniek Panjalo dan Datuk Pancido yang datang kemudian. Sementara
kata mufakat belum dicapai, rombongan tiba di satu telaga kecil tak jauh dari
16 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kaki selatan Gunung Merapi. Tuanku Laras Muko Balang dan Ki Bonang Talang
Ijo meminta rombongan berhenti untuk beristirahat barang beberapa lama
sambil meneruskan perundingan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Puti
Bungo Sekuntum yang dipanggul Tuanku Laras didudukkan di tanah,
disandarkan di batang pohon. Sampai saat itu gadis ini masih berada dalam
keadaan tertotok. Perwira Teng Sien menambahkan dua totokan lagi di
tubuhnya hingga bukan hanya dua tangan yang lumpuh tapi seluruh auratnya
tidak bisa digerakkan. Hanya mulutnya saja yang masih bicara dan sepasang
mata yang bergerak sekali-sekali.
Saat itu tengahhari tepat bang surya bersinar terik. Tiba-tiba dari
arah barat, seekor harimau besar melesat laksana terbang di atas permukaan
telaga. Di atasnya duduk seorang berpakaian dan berdestar hitam yang bukan
lain adalah Datuk Panglimo Kayo, Datuk pemimpin Luhak Tanah Datar.
Tentu saja semua orang menjadi heran sekaligus terkejut. Yang diduga
akan datang mengejar adalah Datuk Marajo Sati. Datuk Marajo Sati tidak
berhasil menembus ilmu sirapan Tuanku Laras Muko Balang, tapi mengapa kini
Datuk Panglimo Kayo yang datang"
"Tuanku Laras, menurutmu apa keperluan Datuk dari Batusangkar ini
mengejar kita?" bertanya Datuk Pancido sambil mengusap-usap tongkat
berkeluk yang terbuat dari perunggu.
"Aku tidak dapat memastikan. Di Tanah Minang kedudukannya di bawah
Datuk Marajo Sati. Mungkin dia hendak membela pimpinannya. Kalau dia
bertingkah macam-macam maka kedatangannya adalah mengantar nyawa. Saat
ini aku sudah menanam satu rencana bagus dalam benakku!" jawab Tuanku
Laras Muko Balang sambil mengusap wajahnya yang ditutupi bulu tipis,
separuh berwarna hitam sebagian lagi berwarna putih. "Datuk, kecuali Perwira
Muda Teng Sien dan Ki Bonang, ajak semua orang mengurung Datuk Panglimo
Kayo dan Inyiek tunggangannya. Jangan sampai dua mahluk itu melangkah
terlalu jauh dari telaga."
Datuk Pancido segera lakukan apa yang dikatakan Tuanku Laras.
Bersama Inyiek Panjalo dan Pandeka Bumi Langit dari Sumanik dia segera
mendatangi Datuk Panglimo Kayo yang baru saja menjejakkan kaki bersama
harimau tunggangannya di tepi telaga. Ketiga orang ini segera menebar dan
mengambil sikap mengurung.
Sementara itu Tuanku Laras cepat-cepat mendekati Ki Bonang dan
Perwira Muda Teng Sien.
"Ki Bonang, turut apa yang aku dengar Datuk Panglimo Kayo memiliki
satu senjata sakti luar biasa bernama Rantai Pintu Halilintar. Jika terjadi hai
17 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tidak diingini dan dia menyerang kita dengan senjata itu, kita tidak akan
sanggup menahannya. Kecuali kita memiliki penangkal..."
Kening Ki Bonang Talang Ijo berkerut.
"Lekas katakan apa penangkal itu?"
"Ada pada Perwira Muda Teng Sien. Dia selalu membawanya ke mana-
mana sebagai makanan persediaan. Disimpan di dalam kaleng merah yang
tergantung di pinggangnya."
"Dendeng babi" Di dalam kaleng itu yang ada hanya dendeng babi.
Makanan perwira Cina itu..."
"Benar sekali Ki Bonang. Daging babi, mentah atau masak, lunak atau
keras, basah atau kering, adalah pantangan senjata sakti milik Datuk Panglimo
Kayo. Untuk berjaga-jaga, lekas kau minta kaleng itu pada Teng Sien.
Keluarkan isinya dan lemparkan ke arah Datuk Panglimo Kayo. Walau tidak
mengena tubuh atau senjatanya, dia tetap akan mengalami celaka berat!"
"Baik, akan aku lakukan!" jawab Ki Bonang Talang Ijo pula lalu dengan
cepat mendekati Perwira Muda Teng Sien. Setelah bicara sebentar Perwira
Kerajaan Tiongkok itu menyerahkan kaleng besar merah yang tergantung di
pinggangnya. Ki Bonang mengeluarkan sebagian isi kaleng lalu memasukkan ke
dalam saku kiri jubah hijaunya.
Di tepi telaga belum turun dari atas punggung harimau Datuk Panglimo
Kayo sudah melihat gerakan orang yang mencurigakan. Belum lagi dia
membuka suara, di hadapannya Datuk Pancido sudah mementang ucapan.
"Datuk Panglimo Kayo. Jika Datuk Marajo Sati yang kau cari, orang itu
tidak ada di sini. Karenanya kami harap kau segera melanjutkan perjalanan."
Datuk Panglimo Kayo tidak segera menjawab. Dia lebih dulu menatap
wajah Datuk Pancido sebentar yang barusan menegurnya, memandang nenek
yang berdiri di sampingnya lalu beralih pada Pandeka Bumi Langit dari
Sumanik dan selanjutnya memandang ke arah Ki Bonang Talang Ijo, Perwira
Muda Teng Sien dan Tuanku Laras Muko Balang. Melirik pada gadis Cina yang
bersandar di pohon. Setelah itu baru membuka mulut menjawab.
"Datuk Pancido, aku datang ke sini memang bukan mencari Datuk
Marajo Sati..."
"Astaga! Rupanya jauh panggang dari api dugaan kami!" Menyahuti
Datuk Pancido sambil melintangkan tongkat perunggunya di atas bahu.
"Lalu gerangan apa maksud kedatangan Datuk ke tempat kami berada
saat ini?" Niniek Panjalo yang kini ajukan pertanyaan.
Datuk Panglimo Kayo menyeringai.
"Apa kalian berdua yang jadi pimpinan rombongan ini" Aku rasa tidak.
18 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dua orang tua, aku hanya ingin bicara dengan orang yang kalian tuakan dan
jadikan pemimpin. Bukan dengan kalian berdua!"
Mendengar ucapan orang dan merasa dirinya direndahkan dua kakek
nenek itu keluarkan suara menggembor.
"Masing-masing kami semua di sini adalah pimpinan. Jadi kalau memang
mau bicara silahkan bicara. Kalau tidak segera saja Undang hapus dari
hadapan kami!" Kata Datuk Pancido pula. (Undang hapus: angkat kaki pergi)
"Datuk Pancido, kalau soal bicara usir mengusir bukan kau yang punya
kuasa dan wewenang. Di Luhak Tanah Datar akulah yang jadi Datuk
Penghulunya. Bagaimana kalau aku yang memerintahkan agar kau yang lindang
hapus dari hadapanku karena aku tidak suka negeri ini kau jadikan tempat
berbuat ulah sekehendakmu!"
Niniek Panjalo tertawa cekikikan. Di sebelahnya Pandeka Bumi Langit
dari Sumanik berkata.
"Datuk Panglimo Kayo, kau bukan saja salah berucap tapi juga salah
berbuat! Datuk pimpinanmu menculik dan memeram gadis di dalam goanya!
Apa yang kau lakukan terhadapnya" Kau tidak berbuat apa-apa. Malah
penduduk yang bertindak menjatuhkan hukuman!"
"Soal Datuk Marajo Sati bukan urusanmu! Kalau aku boleh berkata,
bukankah kau juga saat ini beramai-ramai tengah menculik gadis yang sama"
Hendak kalian bawa dan peram di mana"!"
Tiba-tiba Puti Bungo Sekuntum berteriak.
"Datuk berbaju hitam! Siapapun kau adanya mohon tolong diri saya!
Selamatkan diri saya dari orang-orang durjana ini! Mereka... Hekk!" Teriakan
si gadis hanya sampai di situ karena lehernya keburu ditotok oleh Ki Bonang
Talang Ijo. "Para sahabat! Rupanya ada yang hendak menjadi pahlawan kesiangan!
Biar sama-sama kita lihat apa dia punya kemampuan untuk membebaskan gadis
itu!" Yang barusan berseru adalah Tuanku Laras Muko Balang.
Mendengar tantangan orang Datuk Panglimo Kayo jadi gusar.
"Tanah Datar adalah daerah tanggung jawab dan di bawah
perlindunganku! Kalian semua pergi dari sini! Tinggalkan gadis itu!"
Ki Bonang Talang Ijo maju dua langkah. Blangkon hijau di atas kepala
dibuka lalu dikipas-kipas di depan dada. Seperti diketahui belangkon kakek ini
merupakan senjata ampuh yang bisa melumpuhkan lawan dari jarak jauh.
Sementara itu tangan kiri dimasukkan ke dalam saku jubah di mana tersimpan
beberapa potong dendeng babi.
19 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Datuk Panglimo Kayo, mohon maafkan para sahabatku kalau mereka
bicara agak ceroboh. Kami sangat menghormati kehadiran Datuk sebagai
pimpinan di Luhak Tanah Datar. Jika Datuk memang menginginkan gadis itu
silahkan Datuk mengambil sendiri. Tapi kami ingin bertanya. Kalau sudah
dapat hendak Datuk apakan gadis itu" Hendak disekap di dalam goa seperti
yang dilakukan Datuk Marajo Sati" Setahu kami Datuk tidak punya goa
kediaman. Lalu mau dibawa ke mana" Mungkin ke dasar Danau Maninjau" Itu
saja yang ingin kami tanyakan... Ha... ha... ha!"
Ucapan dan tawa Ki Bonang Talang Ijo itu disambut gelak tawa pula
oleh semua orang yang ada di tempat itu. Amarah Datuk Panglimo Kayo jadi
naik ke kepala. Tapi dia masih bisa menahan diri.
"Orang tua, kau orang asing di sini. Bicara seenak mulut, bertindak
sekehendak hati! Minta maaf padaku dan pergi dari sini bersama yang lain-
lain. Niscaya kalian aku biarkan pergi dengan selamat..."
Tuanku Laras Muko Balang keluarkan suara berbatuk-batuk yang
disengaja beberapa kali lalu berkata.
"Datuk Panglimo Kayo. Kau baru menjadi pimpinan di satu nagari. Tapi
sikapmu pongah sekali. Seolah kau sudah menjadi penguasa di muka bumi. Sri
Baginda Raja di Pagaruyungpun tidak akan berlaku seperti dirimu!"
Ki Bonang Talang Ijo pegang bahu Tuanku Laras lalu maju beberapa
langkah ke hadapan Datuk Panglimo Kayo. Sesaat dia berpaling dulu pada
Tuanku Laras. "Sahabatku Tuanku Laras, bagaimanapun juga sebagai seorang tamu di
negeri orang aku harus menghormati sang penguasa yang jadi pimpinan.
Biarkan aku memohon maaf atas kata-kataku yang mungkin kasar..."
Lalu Ki Bonang Talang Ijo menghadap ke arah Datuk Panglimo Kayo
kembali. Badan sedikit dibungkukkan. Tangan yang memegang belangkon hijau
berkembang putih diayun sambil mulutnya berucap.
"Datuk Panglimo Kayo, aku Ki Bonang Talang Ijo dari Kota Gede di
tanah Jawa, aku mohon..."
Ki Bonang tidak teruskan ucapan. Dari pusarnya mendesir tenaga dalam
ke arah tangan yang memegang belangkon hijau. Ketika tangan kanan itu
diayunkan maka wuuuttt! Selarik angin luar biasa deras menyambar ke arah
Datuk pimpinan Luhak Tanah Datar! Kalau sampai tersambar maka sekujur
tubuh Datuk Panglimo Kayo akan menjadi lumpuh!
*** 20 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEBAGAI Datuk pimpinan di daerah atau Luhak Tanah Datar Datuk Panglimo
Kayo tentu saja bukan orang sem-barangan. Selain merupakan orang cerdik
pandai, seperti para Datuk lainnya dia juga membekali diri dengan ilmu agama
sekaligus ilmu silat serta kesaktian tinggi.
Walau belum pernah berhadapan dengan Ki Bonang Talang Ijo, namun
Datuk Panglimo Kayo sudah dapat membaca apa arti rundukan tubuh serta
sapuan belangkon. Sebelum angin melumpuhkan menyambar dirinya Datuk ini
cepat melompat ke arah Niniek Panjalo. Sekali menyergap nenek bertubuh
kurus Ini sudah kena dicekal batang lehernya oleh Datuk Panglimo Kayo yang
bertubuh tinggi besar. Si nenek lalu gemparkan ke arah Ki Bonang Talang Ijo
yang tengah melancarkan serangan membokong.
Dua orang sama-sama berteriak kaget yaitu si nenek dan Ki Bonang
sementara yang lain-lain terkesiap tak menyangka akan terjadi hal seperti
itu. Begitu terkena sambaran angin yang keluar dari sapuan belangkon hijau,
tubuh si nenek langsung lumpuh tak bisa bergerak. Hanya mulutnya saja yang
masih mampu berteriak. Tubuh lumpuh Niniek Panjalo melesat menabrak Ki
Bonang Talang Ijo. Dua kakek nenek ini jatuh bertindihan di tanah. Si nenek
menyumpah-nyumpah tapi tak bisa berbuat apa-apa karena tidak mampu
bergerak. Ki Bonang memaki panjang pendek. Dia cepat bergerak bangun.
Namun sebelum sempat berdiri bangkit satu kaki berkasut kulit telah
menginjak keningnya.
Si kakek dari Kuto Gede ini merasa seolah satu batu besar menindih
kepalanya, siap untuk membuatnya remuk! Yang menginjak bukan lain adalah
Datuk Panglimo Kayo. Semua orang hampir tidak melihat kapan Datuk
bertubuh tinggi besar itu bergerak tahu-tahu dia sudah mampu menginjak
kepala Ki Bonang!
"Orang gaek bernama Ki Bonang! Kau datang di negeri orang mengapa
berani berbuat rusuh!" (orang gaek: orang tua)
"Datuk kurang ajar! Berani kau menginjak kepalaku!" teriak Ki Bonang
Talang Ijo. Didahului satu teriakan keras dia usap sebagian wajahnya dengan
tangan kiri sementara tangan kanan yang masih memegang blangkon hijau
dihantamkan ke atas.
Begitu wajah diusap, seluruh kulit muka Ki Bonang Talang Ijo sampai ke
mata dan telinga serta rambut berubah menjadi hijau pekat. Dari kepala yang
berubah warna ini membersit keluar cahaya hijau, menjalar masuk ke kaki
21 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kanan Datuk Panglimo Kayo membuat dia merasa seperti ditusuk ribuan jarum!
Sadar bahaya besar mengancam dirinya, sebelum kaki kanan diangkat
Datuk Panglimo Kayo walau gerakannya agak tertahan oleh aliran cahaya hijau
namun masih sempat menghujamkan kaki ke kepala Ki Bonang.
"Kraakk! Craass!"
Ki Bonang Talang Ijo menjerit dahsyat! Keningnya sebelah kanan
remuk. Mata melesak terpuruk! Tapi sungguh luar biasa! Meski cidera berat
begitu rupa dia seperti tidak merasa kesakitan malah berteriak keras.
"Datuk jahanam! Aku mengadu jiwa denganmu!" Ki Bonang berteriak
sambil lipat gandakan tenaga dalam ke tangan kanan yang memukulkan
belangkon. Namun saat itu Datuk Panglimo Kayo sudah melompat ke udara.
Bukan saja untuk selamatkan diri dari hantaman angin belangkon tapi
sekaligus juga menghindari serangan beberapa orang lainnya yaitu Tuanku
Laras Muko Balang, Datuk Pancido, Perwira Muda Teng Sien dan Pandeka Bumi
Langit dari Sumanik.
Dengan pedang perak Al Kausar Tuanku Laras Muko Balang yang
menyerbu dari arah kanan membabat ke arah dua kaki Datuik Panglimo Kayo.
Dari jurusan kiri Perwira Muda Teng Sien sambil berteriak garang bacokkan
golok besarnya ke arah pangkal leher. Datuk Pancido seperti kebiasaannya,
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerang dari belakang. Begitu melewati sosok lawan tongkat perunggu
berkeluknya langsung dihantamkan, menderu ke arah belakang batok kepala
Datuk Panglimo Kayo. Pandeka Bumi Langit ikut pula menyerbu dengan ilmu
silat ganas Sitaralak.
Sementara itu walau dalam keadaan cidera parah dan muka
bergelimang darah, mata hanya tinggal satu yang melihat, Ki Bonang Talang
Ijo melompat ke udara setelah hantaman angin belangkonnya tidak mengenai
sasaran. Blangkon diletakkan di atas kepala kembali lalu dua tangan dipentang
lebar. Dari mulutnya yang kini menjadi pencong akibat matanya yang terpuruk,
keluar suara menggerung keras. Saat itu juga sekujur tubuhnya dipijari sinar
hijau. Di lain kejap dari tubuh itu keluar satu mahluk mengerikan berbentuk
gurita hijau jejadian berlengan delapan! Ke delapan tangan ini menderu
dahsyat siap menggulung melumat Datuk Panglimo Kayo.
Seumur hidup baru sekali ini Datuk Panglimo Kayo bertarung melawan
musuh yang menyerang keroyokan. Selain itu belum pernah dia menghadapi
tokoh-tokoh berkepandaian silat dan kesaktian tinggi seperti yang
dihadapinya saat itu. Ketika salah satu ujung kaki celana hitamnya robek
besar disambar pedang Al Kausar di tangan Tuanku Laras Muko
22 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Balang, sementara dua tangan gurita sudah melibat tangan kirinya,
Datuk Panglimo Kayo tidakmau berlaku ayal. Didahului suara bentakan keras
sambil terus melesat ke udara dia memutar tubuh seperti titiran sambil
berteriak. "Rantai Pintu Halilintar!"
Di langit mendadak menggelegar suara petir dibarengi memancarnya
cahaya dua sinar terang benderang laksana dua daun pintu terbuka.
"Rrreettttttttt"
Lalu terdengar suara bergemerincing disertai berkiblatnya sinar putih
dingin menggidikkan menyelubungi tubuh Datuk Panglimo Kayo. Sinar ini
berasal dari sebuah senjata sakti milik sang Datuk berupa rantai besi putih
sepanjang lebih sepuluh tombak.
Bersamaan dengan munculnya rantai putih, Inyiek harimau kuning
belang hitam yang sejak tadi mendekam diam tiba-tiba mengaum keras dan
melompat memasuki kalangan pertempuran.
"Trang... trang!"
Pedang Al Kausar di tangan Tuanku Laras Muko Balang terlepas mental.
Golok besar yang dipakai membacok oleh Perwira Muda Teng Sien patah dua.
Sisa golok termasuk gagang mencelat menyambar kepalanya sebelah kanan
hingga daun telinganya tersambar buntung! Teng Sien menjerit setinggi langit
Dua tangan menekap telinga yang buntung dan mengucurkan darah. Tubuh
berputar huyung. Untuk selamatkan diri diri dari serangan rantai besi putih
dia cepat-cepat menjauhi kalangan pertarungan. "Crass!"
Dua tangan gurita yang melibat tangan kiri Datuk Panglimo Kayo putus
menyemburkan darah hijau mengerikan dan menjijikkan. Di samping kiri Datuk
Pacindo keluarkan jeritan pendek ketika kepala, punggung dan pinggangnya
hancur digebuk gulungan Rantai Pintu Halilintar. Tubuhnya terhempas ke
tanah dalam keadaan hangus gosong!
Pandeka Bumi Langit dari Sumanik dengan menjatuhkan diri sama rata
di tanah masih sempat selamatkan tubuh dari sambaran rantai putih.
"Ki Bonang! Lekas lemparkan barang pamungkas yang ada dalam saku
jubahmu!" Tuanku Laras Muko Balang berteriak. Dia sengaja tidak menyebut
daging atau dendeng babi agar Datuk Panglimo Kayo tidak punya kesempatan
melakukan sesuatu untuk selamatkan diri.
23 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MENDENGAR teriakan Tuanku Laras, Ki Bonang hentikan serangan gurita
jeja-diannya. Gurita tangan delapan lenyap tanpa bekas. Ki Bonang cepat-
cepat masukkan tangan kiri ke dalam saku jubah hijau. Begitu keluar dari
dalam saku, potongan-potongan daging dendeng babi yang didapatnya dari
Perwira Muda Teng Sien_ segera dilempar ke arah Rantai Pintu Halilintar.
Melihat apa yang terjadi dan mencium bau menyengat dari benda yang
dilemparkan ke arahnya, Datuk Panglimo Kayo berteriak kaget. Dia berusaha
menghindar namun terlambat. Sekalipun potongan daging babi itu tidak
mengenai Rantai Pintu Akhirat dan tubuhnya namun kekuatan pantangan
penghancur yang dimiliki begitu luar biasa. Saat itu juga rantai yang terbuat
dari besi putih sakti itu terputus dua di sebelah tengah. Putusan pertama
sepanjang lima tombak menderu ke arah Inyiek harimau kuning belang hitam
yang tengah melompat hendak menerkam Perwira Muda Teng Sien. Dengan
cepat rantai putih ini melibat tubuh binatang sakti itu hingga mengeluarkan
suara berkeretekan remuknya tulang belulang. Inyiek mengaum dua kali lalu
jatuh terkapar di tanah, Di mata, hidung, mulut dan telinga mengucur darah.
"Mahluk iblis! Pulang ke rumah majikanmu!" Bentak Tuanku Laras Muko
Balang lalu dengan kaki kanan dia tendang harimau besar hingga mencelat
mental melewati telaga dan lenyap dari pemandangan dan kelak akan jatuh di
halaman rumah gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo.
Potongan rantai putih yang kedua menderu bergemerlapan ke arah
Datuk Panglimo Kayo. Seperti yang terjadi dengan Inyiek, rantai ini dengan
cepat menggulung sekujur tubuh sang Datuk. Terdengar kembali suara
berkeretekan begitu tulang belulang Datuk Panglimo Kayo remuk. Sebelum
darah mengucur keluar dari mata, hidung, mulut dan telinga, Datuk Panglimo
Kayo masih sempat berseru menyebut nama Allah. Setelah itu pimpinan Luhak
Tanah Datar ini tak bergerak lagi.
Walau Datuk Panglimo Kayo telah menemui ajal, namun Ki Bonang
Talang Ijo masih ingin melampiaskan dendam amarahnya! Sekali dia
menendang maka hancurlah kepala Datuk Panglimo Kayo sebelah kanan. Masih
belum puas Ki Bonang kembali hendak menendang. Namun Tuanku Laras Muko
Balang segera mencegah.
"Ki Bonang, kalau kau hancurkan seluruh mukanya, tidak lagi nanti orang
yang bisa mengenali dirinya. Aku ingin melakukan sesuatu. Aku ingin
menyampaikan pesan pada dua Datuk pimpinan Luhak lainnya. Agar mereka
24 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
jangan berani bertindak ceroboh seperti yang dilakukan Datuk satu ini!
Nenek Bongkok 3 Pendekar Mabuk 019 Pembantai Berdarah Dingin Pendekar Aneh Naga Langit 27
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 168 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan Dani (solgeek)
1 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SESUAI perjanjian yang dibuat para Datuk Luhak Nan Tigo sebelum berpisah
di Ngarai Sianok, Datuk Kuning Nan Sabatang dari Luhak Agam dan Datuk
Bandara Putih dari Luhak Limapuluh Kota selepas sholat Asar telah berada di
rumah gadang kediaman Datuk Panglima Kayo di Batu Sangkar. Turut kepada
gelarnya, Datuk Panglimo Kayo adalah Datuk paling kaya dibandingkan dua
Datuk lainnya termasuk Datuk Marajo Sati. Tidak heran kalau rumah gadang
kediamannya berdiri megah bergonjong lima. (rumah gadang: rumah besar)
Setelah apa yang terjadi di Ngarai Sianok pagi hari itu, Tiga Datuk
pimpinan tiga Luhak merasa perlu dengan segera merundingkan tindakan apa
yang akan mereka lakukan sesudah Datuk Marajo Sati yaitu yang menjadi
Datuk Pucuk atau Datuk Pimpinan dari Tiga Datuk Luhak Nan Tigo diketahui
menyimpan seorang gadis Cina cantik belia di dalam goa kediamannya di
Ngarai Sianok. Ternyata Datuk Panglimo belum sampai di rumah gadang.
"Aneh", kata Datuk Kuning Nan Sabatang. "Seharusnya Datuk Panglimo
Kayo lebih dulu tiba daripada kita..."
"Mungkin ada yang dilakukannya lebih dulu sebelum pulang ke sini. Kita
nantikan saja. Mudah-mudahan sebentar lagi beliau datang..." Berujar Datuk
Bandara Putih. Sementara menunggu kedatangan Datuk Panglimo Kayo, dua datuk tadi
duduk bersila di lantai rumah gadang sambil bercakap-cakap dan menikmati
hidangan yang disuguhkan orang rumah yaitu kopi hangat serta goreng pisang.
"Datuk Kuning Nan Sabatang, kalau benar Datuk Pucuk Marajo Sati
menyimpan gadis Cina itu di dalam goanya, saya sungguh kecewa, sungguh
sedih. Bagaimana mungkin Datuk Pucuk mau berbuat seperti itu. Istrinya di
Koto Gadang yang kemenakan Datuk Panglimo Kayo selain cantik juga masih
muda belia. Datuk juga kita ketahui taat pada agama, patuh pada adat
lembaga. Apa yang kurang..."
"Saya sendiri sebenarnya juga sangat menyayangkan. Kalau tidak
melihat dengan mata kepala sendiri gadis Cina yang ditemukan dan ditangkap
orang-orang itu, rasanya mana mungkin saya percaya..."
"Yang sangat terpukul pastilah saudara kita Datuk Panglimo Kayo,"
ucap Datuk Bandaro Putih dari Luhak Lima Puluh Kota. "Kita tahu benar
riwayat bagaimana sampai Gadih Puti Seruni kawin dengan Datuk Marajo Sati.
2 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Kalau tidak Datuk itu yang bersikeras memaksakan kehendak mungkin hal itu
tidak kejadian. Kita juga tahu bagaimana kemudian ayah Puti Seruni jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia karena perkawinan itu sebenarnya tidak
disetujuinya. Tapi dia seperti tidak berdaya, tidak bisa berbuat suatu apa
karena Datuk Panglimo Kayo adalah mamak Puti Seruni. Kadang-kadang saya
berpikir-pikir, jika tumbuh baik ya baik hasilnya. Tapi jika tumbuh keliru saya
merasa kuasa seorang mamak di negeri kita ini seperti berlebihan..."
Setelah terdiam beberapa ketika Datuk Kuning Nan Sabatang
mengusap wajah lalu menjawab. "Sebenarnya adat lembaga negeri kita sudah
baik. Tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan. Cuma mungkin
musyawarah dan kebijaksanaan yang perlu lebih mendapat tempat. Memang
susah juga jadinya kalau sampai seorang mamak lebih berkuasa dari ayah nan
kandung..."
"Kembali pada kejadian di Ngarai tadi pagi..." Datuk Bandaro Putih
alihkan pembicaraan. "Saya mengerti jalan cerita kalau pemuda Pakih Jauhari
itu memendam dendam luar biasa pada Datuk Marajo Sati hingga dia menebar
cerita buruk dan bahkan menggalang penduduk di beberapa dusun untuk
menyiapkan hukuman rajam atas diri Datuk Marajo Sati. Tapi ada yang tidak
saya mengerti..." Datuk Bandaro putih memandang sebentar ke luar jendela
baru melanjutkah. "Siapa sebenarnya gadis Cina yang disembunyikan saudara
kita itu di dalam goa. Lalu mengapa ada beberapa orang tokoh di tanah Minang
ini yang sama-sama kita kenal ikut bersama orang tua asing berjubah hijau
dan lelaki Cina berpakaian pasukan Kerajaan Tiongkok menangkap gadis Cina
itu?" "Pandeka Langit Bumi Dari Sumanik, Tuanku Laras Muko Balang, Datuk
Pancido, Niniek Panjalo..." Datuk Kuning Nan Sabatang menyebut satu persatu
nama orang yang dimaksudkan Datuk Bandaro Putih. "Kita tahu memang tidak
ada lantai yang terjungkat dan silang sengketa antara mereka dengan Datuk
Marajo Sati. Tapi dari kejadian ini jelas mereka menunjukkan perseteruan
dengan Datuk Pucuk itu. Paling tidak berada di pihak yang berseberangan.
Mungkin pemuda bernama Pakih Jauhari bekas kekasih Puti Seruni itu telah
berhasil membujuk mereka untuk melaksanakan niatnya membalas dendam
terhadap Datuk Marajo Sati..."
"Saya meragukan hal itu," jawab Datuk Bandaro Putih. "Pemuda itu bisa
membuat marah lalu membujuk penduduk dusun. Tapi untuk membujuk tokoh-
tokoh berkepandaian tinggi dan berpaham seperti itu, rasanya sulit dipercaya
dia mampu melakukan. Kalaupun bisa pasti ada yang diandalkannya. Imbalan
besar. Uang, harta emas berlian. Pakih Jauhari mana punya semua itu..."
3 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Jika benar orang-orang itu mau berserikat dengan Pakih Jauhari,
berarti ada satu hal lain yang diberikan atau dijanjikan si pemuda pada
mereka. Bukan uang bukan harta. Tapi bisa saja berupa petunjuk, berupa
keterangan sangat rahasia dan sangat berharga..."
"Menyangkut hal apa?" tanya Datuk Bandaro Putih pula.
"Gadis yang mereka tangkap itu seorang gadis Cina. Di antara mereka
saya lihat ada seorang Cina berseragam pasukan Tiongkok. Mungkin orang ini
yang jadi pimpinan dalam rombongan. Mereka tengah mencari si gadis. Dan
Pakih Jauhari mengetahui di mana gadis itu berada lalu memberitahukan. Dia
membuktikan kalau Datuk Marajo Sati benar-benar menyimpan gadis cantik di
dalam goa. Dendam kesumatnya terbalaskan..."
Datuk Bandaro Putih angguk-anggukkan kepala beberapa kali.
"Gadis Cina. Perempuan asing. Tapi waktu berteriak saya dengar dia
mengeluarkan ucapan bahasa orang di sini. Aneh juga. Jangan-jangan sudah
berminggu-minggu berbilang-bulan Datuk Marajo Sati bersama gadis itu
hingga dia sempat mengajari bahasa Minang..."
"Satu hal saya perhatikan." Ucap Datuk Kuning Nan Sabatang. "Cara
bicara Datuk Marajo Sati pada kita bertiga kasar sekali. Beliau bicara
beraku-aku pada kita. Padahal jelas-jelas kita bertiga jauh lebih tua dari
beliau. Dan selama ini beliau tidak pernah berlaku sekasar itu baik dalam
ucapan apa lagi tindakan. Agaknya Datuk Marajo Sati berada dalam beban
tekanan jiwa sangat berat. Ditambah dengan amarah yang menggelegak
karena menuduh kita yang datang menancapkan Bendera Tiga Luhak,
membawa orang dusun, menghasut untuk merajamnya sampai mati di batang
pohon..." Datuk Kuning Nan Sabatang menghela napas panjang. "Betapapun
nyatanya kejadian yang kita lihat, saya punya dugaan ada satu peristiwa atau
rahasia besar di balik semua kejadian ini."
"Saya juga merasa begitu," jawab Datuk Bandaro Putih lalu kembali
memandang keluar jendela lalu bangkit berdiri.
"Rasanya matahari telah menurun jauh condong ke barat. Datuk
Panglimo Kayo yang kita tunggu belum juga muncul. Sebentar lagi Magrib akan
datang..."
Datuk Kuning Nan Sabatang berdiri pula lalu tegak di belakang jendela
di samping Datuk Bandaro Putih.
"Datuk Bandaro Putih, terus terang sejak tadi hati saya merasa tidak
enak. Ada firasat..."
Belum selesai Datuk dari Luhak Agam ini berucap tiba-tiba bluk!
Satu benda kuning berbelang hitam jatuh bergedebuk di halaman
4 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
samping rumah gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo tak jauh dari sebatang
pohon marapalam. Dua Datuk di belakang jendela terkejut Lebih terkejut lagi
ketika mereka menyaksikan benda yang jatuh itu adalah seekor harimau
besar kuning belang hitam.
"Inyiek tunggangan Datuk Panglimo Kayo!" ucap dua Datuk di belakang
jendela hampir berbarengan. Tidak menunggu lebih lama keduanya langsung
melompati jendela, turun ke halaman. (Inyiek: di sini artinya harimau sakti)
Harimau besar yang tergeletak di tanah itu ternyata berada dalam
keadaan tidak bernyawa lagi. Darah setengah kering meleleh di mata, hidung
dan telinga. Sebuah rantai besi putih panjang melilit tubuh serta empat
kakinya yang tampak patah.
5 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"RANTAI Pintu Halilintar! Astaga! Bukankah benda ini potongan senjata milik
Datuk Panglimo Kayo"!" Datuk Kuning Nan Sabatang berucap setengah
berseru. "Saya juga mengenali!" Menyahuti Datuk Bandaro Putih. Wajahnya yang
putih jernih berubah kelam. "Lalu Datuk Panglimo Kayo sendiri berada di
mana?" Datuk Luhak Limapuluh Kota ini memperhatikan sekeliling halaman.
"Ah, firasat saya tadi. Jangan-jangan sesuatu telah terjadi dengan
saudara kita yang satu itu! Semoga Allah melindunginya..." Kata Datuk Kuning
Nan Sabatang. "Datuk, bantu saya melepaskan rantai agar arwah Inyiek bisa tenteram
di alam gaib. Kalau Datuk Panglimo Kayo tidak apa-apa maka rantai sakti ini
akan kembali kepadanya."
Dua orang Datuk dari Luhak Agam dan Luhak Limapuluh Kota itu segera
berlutut di tanah, di kiri kanan sosok harimau besar. Perlahan-lahan keduanya
mengangkat tangan sambil alirkan hawa sakti. Begitu terpentang tepat di
depan dada, dua Datuk hantamkan dua tangan masing-masing ke arah mayat
harimau yang terikat besi putih. Empat larik cahaya putih menderu.
Pada saat empat cahaya putih menyentuh tubuh dan rantai besi putih
yang melilit harimau besar, satu letusan dahsyat laksana suara halilintar
menggelegar di tempat itu disertai berkiblatnya cahaya putih terang
benderang. Dua Datuk terpental sampai satu tombak tapi tidak cidera.
Terjadi keajaiban. Sosok harimau kuning belang hitam lenyap sementara
rantai besi putih melayang ke udara dan akhirnya lenyap dari pemandangan.
Di tempat itu tiba-tiba terdengar suara auman dahsyat dua kali
berturut-turut. Tanah bergetar, angin dingin menyambar. Itulah auman
Inyiek atau harimau sakti tunggangan Datuk Kuning Nan Sabatang dan Datuk
Bandaro Putih yang ujudnya tidak kelihatan. Binatang-binatang gaib itu seolah
memberi ucapan, selamat jalan pada teman mereka yang kembali ke alam gaib
untuk selama-lamanya dan tak mungkin lagi muncul di bumi.
Dua Datuk bergerak bangun, tampungkan tangan masing-masing, mulut
berkomat-kamit merapal doa. Sementara dari atas rumah tetangga orang
muncul berlarian mendatangi untuk melihat apa yang terjadi. Mereka tidak
sempat melihat harimau besar yang dililit rantai putih. Mereka hanya melihat
dua Datuk yang masih berlutut di tanah berkomat-kamit merapal doa.
"Inyiek sudah bebas dari penderitaannya. Kembali ke alam gaib.
6 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Datuk Panglimo Kayo."
Baru saja Datuk Kuning Nan Sabatang keluarkan ucapan, tiba-tiba di
arah jalan tanah yang agak mendaki menuju rumah gadang terdengar suara
lenguh sapi, disertai suara derak roda pedati dan gema ganto
berkepanjangan, (ganto: semacam lonceng kecil terbuat dari besi yang
digantung di leher jawi/ sapi penarik pedati/gerobak) Dua Datuk segera
palingkan kepala. Mereka melihat sebuah pedati kecil tak beratap muncul
dikelokkan jalan tanah yang mendaki, bergerak ke arah halaman rumah gadang
di mana mereka berada.
"Aneh..." ucap Datuk Kuning Nan Sabatang. "Pedati berjalan, tapi mana
kusirnya?"
Diikuti Datuk Bandaro Putih dan orang-orang yang ada di tempat itu
Datuk Kuning Nan Sabatang mendahului menyongsong pedati. Sapi penarik
pedati dihentikan. Binatang ini kembali melenguh. Ekor dikibas-kibas. Tiba-
tiba dua kaki depan dilipat, menyusul dua kaki belakang. Binatang ini rebahkan
diri di tanah hingga pedati yang ditariknya menungging ke depan. Tumpukan
jerami kering tampak menutupi pedati. Dua Datuk yang sejak tadi merasa
curiga, dibantu oleh beberapa orang yang ada di situ segera membongkar
jerami kering. Sesaat kemudian semua orang yang ada di situ termasuk dua
Datuk tersentak kaget. Ketika tumpukan jerami kering tersibak, di lantai
pedati kelihatan terbujur sosok Datuk Panglimo Kayo yang sudah jadi mayat.
Sekujur tubuh mulai dari leher sampai ke kaki dijirat rantai besi putih. Dari
mata, hidung, telinga dan mulut ada lelehan darah. Dalam cengkeraman jari-
jari tangan kanan Datuk Marajo Sati yang sudah kaku terdapat sehelai
potongan kain panjang berwarna putih yang salah satu sisinya berjumbai-
jumbai. "Astagafirullah... Allahuakbar..." Dua Datuk mengucap berulangkah.
"Siapa yang melakukan perbuatan keji dan jahat ini"!" ucap Datuk
Kuning Nan Sabatang. "Siapa yang mengirimkan jenazah Datuk Panglimo Kayo
dengan pedati ke sini..."
"Datuk," bisik Datuk Bandaro Putih. "Saat ini tidak ada yang bisa
ditanya. Pedati datang tidak berkusir... Lalu satu keanehan lagi, apakah ini
potongan Rantai Pintu Hallintar yang tadi kita lepas dari tubuh Inyiek kini
melibat di tubuh Datuk Panglimo Kayo. Rantai ini harus dibuang sebelum
Datuk Panglimo Kayo dimakamkan..."
"Pemilik rantai akan mengambilnya sebelum jenazah dimandikan..." bisik
Datuk Kuning Nan
7 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sabatang yang tahu banyak riwayat senjata sakti bernama Rantai Pintu
Halilintar itu.
Dibantu orang banyak Datuk Kuning Nan Sabatang dan Datuk Bandaro
Putih segera menurunkan mayat Datuk Panglimo Kayo dari dalam pedati.
Sebelum mayat dibawa ke dalam rumah gadang Datuk Bandaro Putih lepaskan
kain putih panjang dari cengkeraman jari-jari tangan mayat. Kain itu
diperhatikan sejenak. Air muka Datuk Bandaro Putih berubah. Kain diberikan
pada Datuk Kuning Nan Sabatang. Setelah memeriksa dengan teliti, wajah
Datuk Kuning Nan Sabatang juga tampak berubah. Suaranya bergetar ketika
keluarkan ucapan.
"Saudaraku Datuk Bandaro Putih. Saya yakin sekali kain putih panjang
berumbai ini adalah potongan sorban Datuk Marajo Sati. Berarti..."
"Datuk, saya benar-benar seperti melihat ayam putih terbang siang.
Tapi saya tidak berani berprasangka menduga-duga. Kita berdua harus
menyelidiki kejadian ini sampai terungkap panjang pendeknya, dangkal
dalamnya dan putih hitamnya. Simpan baik-baik potongan sorban itu!" Kata
Datuk Bandaro Putih lalu menyambung ucapannya. "Saya tidak yakin pedati
tak berkusir jtu membawa mayat Datuk Panglimo Kayo jauh-jauh dari Agam.
Mayat agaknya dinaikkan di satu tempat tak jauh dari Batusangkar." Sambil
bicara Datuk Bandaro Putih berjalan ke arah pedati. Di sini dia melakukan
pemeriksaan kembali sampai matanya membentur satu bungkusan daun yang
terletak di lantai depan pedati, di bawah palang kayu tempat dudukan kusir."
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada nasi bungkus. Pasti punya orang yang tadinya duduk di atas pedati ini.
Kusir pedati. Dia belum sempat menyantap makanannya. Lalu di mana kusir
pedati itu sekarang" Datuk, coba kita menyelidik jalan arah ke Sungai Tarab.
Pedati ini pasti datang dari jurusan itu. Tidak mungkin dari arah selatan."
Tak lama menyusuri jalan yang menuju sebuah dusun kecil bernama
Sungai Tarab, dua Datuk menemukan sesosok mayat pemuda tergeletak di
tengah jalan. Di keningnya ada luka besar, agak tertutup oleh darah yang
mengental. "Mungkin ini kusir pedatinya. Dia dibunuh di tempat ini, lalu pedati
dilepas sendirian tidak berkusir. Mengapa" Si pembunuh takut diketahui siapa
dirinya" Mungkin Pakih Jauhari yang melakukan?" Datuk Kuning Nan Sabatang
berpaling pada Datuk Bandaro Putih di sampingnya.
Datuk Bandaro Putih gelengkan kepala. "Pemuda itu bagaimanapun
dendam kebenciannya terhadap Datuk Panglimo Kayo mana mungkin punya
kemampuan membunuh Datuk Panglimo Kayo. Ingat potongan sorban putih
milik Datuk Marajo Sati yang ada dalam genggaman tangan mayat Datuk
8 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Panglimo Kayo" Itu satu pertanda atau jawaban yang sulit ditampik. Datuk
saudaraku, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Jika jenazah sudah dikuburkan, kita segera ke
Ngarai Sianok. Saya ingin sekali menyelidiki keadaan di dalam goa
kediaman Datuk Marajo Sati," jawab Datuk Kuning Nan Sabatang.
"Bagaimana dengan mayat orang ini?" tanya Datuk Bandaro Putih.
"Kita bawa ke rumah kediaman Datuk Panglimo Kayo agar diurus
sekalian. Saya yakin ada orang yang mengenalinya," jawab Datuk Kuning Nan
Sabatang. SESAAT sebelum jenazah Datuk Panglimo Kayo dimandikan, tiba-tiba
di siang yang terang benderang itu menggelegar suara halilintar. Kilat
menyambar di langit. Langit seperti hendak runtuh, bumi seolah hendak
terbelah. Rumah gadang bergoncang berderak-derak. Beberapa orang
berpekikan. Jenazah Datuk Panglimo Kayo yang dibaringkan di ruang tengah
rumah memancarkan cahaya putih. Lalu terdengar suara berdesir disusul
suara berkeretak.
Orang banyak yang ada dalam ruangan itu termasuk dua Datuk pimpinan
Luhak sama-sama tercekat ketika menyaksikan bagaimana rantai putih Rantai
Pintu Halilintar yang menggelung sekujur tubuh Datuk Panglimo Kayo
bergerak terbuka lalu melesat ke arah pintu rumah gadang, melayang ke
udara dan akhirnya lenyap dari pemandangan laksana menembus langitl
"Pemilik rantai sakti telah mengambil senjata sakti itu..." bisik Datuk
Kuning Nan Sabatang sambil mengusap kuduknya yang terasa dingin.
PULANGNYA Datuk Panglimo Kayo dalam keadaan sudah menjadi mayat
dibawa oleh pedati tak berkusir bukan hanya menghebohkan penghuni rumah
gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo, namun, dengan cepat menjalar ke
seluruh Batusangkar. Besoknya, berita kematian Datuk kaya itu telah
tersebar iuas sampai ke pelosok daerah Tanah Datar. Perihal kusir pedati
yang tewas, seperti yang dikatakan Datuk Kuning Nan Sabatang, beberapa
pelayat mengenali orang ini. Dia adalah Magek Jamin, penduduk Sungai Tarab.
Sebenarnya yang punya pedati adalah kakaknya yaitu Majo Jamin. Tapi sampai
mayat Magek Jamin dikubur Majo Jamin tidak muncul. Raib tak diketahui ke
mana perginya. Dua Datuk mengkhawatirkan Majo Jamin juga telah menjadi
korban pembunuhan.
SEPERTI yang diduga oleh Datuk Bandaro Putih dan Datuk Kuning Nan
Sabatang, ketika mereka mendatangi goa di samping dinding Ngarai Sianok
untuk menjajagi keberadaan Datuk Marajo Sati, goa berada dalam keadaan
kosong. Yang mengejutku dua Datuk ini menemukan beberapa helai pakaian
9 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
perempuan serta satu kotak kecil berisi pupur dan sepotong alat pemerah
bibir. "Kita menemukan bukti Datuk... Keberadaan seorang perempuan di
dalam goa kediaman Datuk Marajo Sati ini ternyata memang satu kenyataan,"
kata Datuk Bandaro Putih.
"Yang jadi pertanyaan sekarang di mana Datuk itu berada?" ucap Datuk
Kuning Nan Sabatang. "Sungguh aib besar bagi kita para Penghulu dan semua
Datuk di Luhak Nan Tigo. Datuk Pucuk ternyata bukan saja menyimpan anak
gadis, tapi juga membunuh Datuk Panglimo Kayo. Saya tidak akan kembali ke
rumah di Pariangan sebelum menemukan Datuk Marajo Sati."
"Saya juga berpantang pulang ke Payakumbuh sebelum selesai urusan
besar yang sangat memalukan ini," kata Datuk Bandaro Putih pula.
"Sekarang ke mana kita akan mencari saudara dan pimpinan kita yang
sesat itu?" tanya Datuk Kuning Nan Sabatang.
"Saya menduga dua kemungkinan. Yang pertama Datuk Marajo Sati
mengejar rombongan orang-orang yang melarikan gadis Cina itu..."
"Gadis Cina itu. Selain menjadi gadis simpanan Datuk Marajo Sati tapi
siapa dia sebenarnya" Dari mana datang dan munculnya" Dia saya dengar
fasih bicara bahasa orang di sini. Mengapa tokoh-tokoh berkepandaian tinggi
dari tanah Jawa, dibantu para tokoh di sini bahkan ada seorang Perwira
Kerajaan Tiongkok membentuk rombongan menangkapnya" Datuk, apa
kemungkinan yang kedua dari dugaan Datuk..."
"Kemungkinan kedua Datuk Marajo Sati pergi ke Biaro, mendatangi
rumah kediaman Pakih Jauhari. Membunuh pemuda itu..."
"Sudah seburuk dan sejahat itukah pekerti Datuk Pucuk" Masya
Allah..." Datuk Kuning Nan Sabatang mengucap beberapa kali.
"Datuk, kita harus cepat-cepat menyelidik ke tempat yang Datuk
katakan itu. Apa lagi yang kita tunggu...?" Datuk Bandaro Putih sudah tidak
sabaran. "Bagaimana kalau kita menyelidik ke Biaro lebih dulu. Pemuda bernama
Pakih Jauhari itu perlu diselamatkan bagaimanapun buruk kelakuannya
terhadap Datuk Marajo Sati. Selain itu mungkin kita bisa mendapatkan
keterangan dari dia..."
"Saya mengikut apa yang Datuk katakan." Datuk Bandaro Putih lalu
berseru. "Inyiek berdua! Kami memerlukan kalian!"
Sesaat kemudian terdengar suara menderu. Lalu muncul dua sosok
harimau besar kuning belang hitam. Dua Datuk segera melompat ke atas
10 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tunggangan masing masing.
11 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
APA YANG telah terjadi dengan Datuk Panglimo Kayo yang merupakan Datuk
Pimpinan Luhak Tanah Datar" Siapa yang telah membunuhnya lalu mengirim
mayatnya ke rumah gadang dengan pedati tidak beratap dan tidak berkusir.
Seperti diceritakan sebelumnya dalam episode berjudul "Fitnah
Berdarah Di Tanah Agam", di pedataran di atas Ngarai Sianok, selagi Pakih
Jauhari dan puluhan orang menyerbu Datuk Marajo Sati dengan lemparan
batu dan para Datuk Luhak Nan Tigo berusaha menghalangi serangan, secara
diam-diam Ki Bonang Talang Ijo dan rombongan sampai di Ngarai Sianok.
Mereka berhasil masuk ke dalam goa kediaman Datuk Marajo Sati setelah
lebih dulu menjebol sebuah batu besar pen utup goa.
Chia Swi Kim yang oleh Datuk Marajo Sati diberi nama Puti Bungo
Sekuntum alias Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok, mendengar suara bergemuruh
di mulut goa, mengira yang datang adalah Datuk Marajo Sati, tanpa mengubah
dirinya lebih dulu keluar dari dalam ruangan rahasia di mana dia bersembunyi.
Begitu melihat siapa yang muncul dan mengenali sosok serta wajah si
gadis, Perwira Muda Teng Sien langsung berteriak-teriak sambil menunjuk ke
arah dua bahu si gadis.
Ki Bonang Talang Ijo ikut berteriak
"Cepat tangkap gadis itu! Jangan sampai dia menggerakkan dua
tangannya!"
Lalu selagi beberapa orang mencekal, dengan cepat orang tua berjubah
hijau ini totok bahu kiri kanan Puti Bungo Sekuntum hingga dua tangan gadis
itu menjadi lumpuh. Ini membuat dia tidak bisa bergerak dan berarti dia
tidak mampu merubah diri menjadi kupu-kupu besar hidup atau berubah
menjadi kupu-kupu batu giok.
Perwira Muda Teng Sien mendatangi dan bicara panjang pendek?dalam
bahasa Cina. Seperti diketahui sejak roh gadis yang meninggal dunia masuk ke
dalam tubuhnya, gadis Cina ini walau masih mengerti apa yang dikatakan orang
namun dia tidak bisa lagi mengeluarkan ucapan dalam bahasa leluhurnya,
(baca" Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok")
Ki Bonang dan kawan-kawan cepat membawa si gadis keluar dari goa.
Karena ingin mencari jalan memintas, tidak sengaja mereka melewati
pedataran di atas ngarai di mana puluhan orang di bawah pimpinan Pakih
Jauhari tengah menghujani Datuk
12 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Marajo Sati dengan batu. Serta merta Puti Bungo Sekuntum berteriak.
"Datuk! Tolongl Mereka menangkap saya!"
Suasana menjadi gempar!
Ketika di bawah hujan batu Datuk Marajo Sati berusaha menolong si
gadis tiba-tiba Ki Bonang Talang Ijo ledakkan sebuah benda yang menebar
asap hitam menutup pemandangan. Setelah-sap sirna ternyata tokoh silat dari
tanah Jawa itu bersama rombongannya telah lenyap dengan memboyong serta
Puti Bungo Sekuntum.
Sebelum dituturkan apa yang terjadi dengan Datuk Panglimo Kayo
hingga dia terbunuh dan mayatnya dikirim ke rumah gadang di Batusangkar,
kita ikuti lebih dulu apa yang dialami Datuk Marajo Sati.
WALAU amarah dan kebenciannya terhadap Pakih Jauhari serta tiga
Datuk Luhak Nan Tigo bukan alang kepalang namun Datuk Marajo Sati lebih
mementingkan menyelamatkan gadis dari negeri Cina itu. Dia segera
melakukan pengejaran dengan menggunakan Inyiek harimau tunggangannya.
Tapi sampai matahari tenggelam dan malam datang dia tidak berhasil
melakukan pengejaran. Seolah baru sadar Datuk Marajo Sati hentikan
pengejaran. Inyiek kuning belang hitam yang tadi lari laksana terbang,
melayang turun ke tanah. Datuk Marajo Sati mendengar suara sesuatu. Selain
itu dia merasa tiupan angin agak keras dan dingin.
"Suara riak permukaan air dihembus angin," ucap sang Datuk dalam
hati. Dia lalu melesat ke arah satu bukit batu kecil. Harimau besar mengikuti.
Memandang ke bawah terkejutlah Datuk Marajo Sati. Dia melihat sebuah
danau terbentang luas sementara di arah barat matahari berbentuk setengah
lingkaran merah menyala siap menggelincir ke ufuk tenggelamnya. Datuk
Marajo Sati segera tahu di mana dia berada saat itu. Tanpa memalingkan
kepala pada harimau besar di sebelahnya sang Datuk berkata.
"Inyiek, apa yang terjadi dengan dirimu. Mengapa kau membawa diriku
ke Danau Maninjau. Bukan mengejar orang-orang yang telah melarikan Puti
Bungo Sekuntum?"
Harimau besar menggereng halus lalu rundukkan diri. Kepala diletakkan
di atas batu. Mata menatap sayu. Melihat hal ini Datuk Marajo Sati segera
berjongkok di samping binatang itu dan memeriksa dengan teliti. Mula-mula
dia melihat ada lapisan cairan biru di sekitar hidung harimau. Lalu bagian
putih sepasang mata binatang ini juga tampak kebiru-biruan. Ketika Datuk
Marajo Sati membuka mulut harimau kelihatan gigi dan sebagian lidahnya juga
berwarna kebiruan. Datuk memeriksa dua telinga harimau. Ternyata juga ada
lapisan kebiru-biruan.
13 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Inyiek, kau telah disambar ilmu jahat bernama Santuang Panyasek.
Penciumanmu menjadi tumpul, penglihatan kabur, pendengaran berubah tuli.
Kau tersesat membawa aku ke tempat ini." Datuk Marajo Sati mengusap
kepala Inyiek kuning. "Kau tidak perlu takut, aku tidak marah padamu. Aku
tahu. Di tanah Minang ini ada beberapa orang sakti memiliki ilmu Santuang
Panyasek. Tapi yang paling tinggi kepandaiannya adalah Tuanku Laras Muko
Balang. Dia berada di antara orang-orang yang menculik Puti Bungo Sekuntum.
Pasti dia yang telah menyirapmu dengan ilmu hitam itu. Agar kita tidak bisa
melakukan pengejaran, "
Perlahan-lahan sang surya yang tinggal setengah lingkaran lenyap di
kejauhan. Siang telah berganti malam. Sayup-sayup terdengar kumandang
Azan. Datuk Marajo Dati, Datuk Pucuk Luhak Nan Tigo ini jatuhkan kening di
atas batu. Dalam bersujud dia berkata.
"Ya Allah ya Rabbi. Tuhan Seru Sekalian Alam. Maha Melihat Maha
Mengetahui. Kau tahu ya Allah. Betapa berat dan jahatnya fitnah berdarah
yang telah jatuh atas diri hambaMu ini. Berikan hamba ketabahan menghadapi
semua malapetaka ini. Lebih dari itu Kau lebih mengetahui ya Allah apa yang
telah hamba lakukan dan apa yang tidak hamba lakukan. Jika itu merupakan
satu perbuatan keliru mohon ampunan dariMu. Jika kesalahan itu harus
ditebus dengan hukuman bagaimanapun beratnya akan saya terima dengan
segala keikhlasan. Tapi saya mohon ya Allah. Tolong selamatkan Puti Bungo
Sekuntum dari tangan orang-orang jahat yang telah melarikannya. Ulurkan
tangan kuasaMu. Lindungi anak gadis itu di manapun dia berada, baik siang
maupun malam. Ya Allah, kabulkanlah permintaan hambaMu yang buruk dan
hina ini ya Allah."
Sehabis memanjatkan doa Datuk Marajo Sati turun ke tepi danau,
mengambil air sembahyang. Ketika Datuk Marajo Sati membungkuk dan
menyibak airdi tepi Danau Singkarak tiba-tiba muncul bayangan kepala dan
wajah manusia. Sang Datuk tersurut satu langkah. Pakih Jauhari! Wajah
pemuda yang samar di dalam air itu menyeringai lalu di kejauhan terdengar
suara tawanya bergelak.
"Astagafirullah..." Datuk Marajo Sati mengucap. "Setankah yang aku
lihat barusan" Setankah yang tertawa dikejauhan...?" Sang Datuk lalu
membaca beberapa ayat suci, diakhiri dengan Ayat Kursi. Perlahan-lahan
wajah di dalam air danau dan suara tertawa di kejauhan lenyap sirna. Datuk
kembali meneruskan mengambil air wudhu. Selesai sholat, masih duduk di atas
batu di atas bukit kecil di tepi danau, ditemani Inyiek, Datuk Marajo Sati
berzikir. Lalu hampir semalaman suntuk dia melakukan tarak untuk
14 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
melenyapkan ilmu jahat Santuang Panyasek yang menguasai diri harimau besar
tunggangannya. 15 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA terjadi ledakan dan asap hitam meng-gebubu ke udara menutupi
pemandangan, Datuk Panglimo Kayo bergerak cepat Dengan cepat dia
melompat ke udara. Selagi dalam keadaan melayang dia melesat ke atas
sebatang pohon besar. Dari atas pohon dia dapat melihat rombongan orang-
orang yang menculik gadis Cina itu lari cepat sekali ke arah timur lalu secara
tiba-tiba lenyap dari pemandangan.
"Heran, kenapa tiba-tiba menghilang tidak kelihatan?" Pikir Datuk
Panglimo Kayo sambil mengusap dagu. Lalu dia berpikir lagi apakah perlu
mengejar orang-orang itu atau segera saja kembali ke Batusangkar karena
ada perjanjian dengan dua Datuk Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Kota.
Karena hari masih pagi, akhirnya Datuk Panglimo Kayo memutuskan memanggil
Inyiek harimau tunggangannya lalu melakukan pengejaran terhadap Ki Bonang
Talang Ijo dan rombongan.
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untuk menghindari pengejaran yang secara pasti akan dilakukan oleh
Datuk Marajo Sati, Tuanku Laras Muko Balang telah bersiap-siap dengan
mengeluarkan ilmu Santuang Panyasek agar Datuk Marajo Sati dan harimau
tunggangannya tidak mampu melakukan pengejaran. Akan halnya Datuk
Panglimo Kayo dan Inyiek yang membawanya terbang mula-mula memang
sempat dipengaruhi ilmu hitam itu. Namun karena Tuanku Laras Muko Balang
hanya mengarahkan ilmu kesaktiannya pada Datuk Panglimo Kayo bersama
Inyiek harimau kuning hanya terpengaruh beberapa saat.
Setelah berhasil mendapatkan Puti Bungo Sekuntum, Perwira Muda
Teng Sien ingin agar gadis itu dilepaskan dari totokan hingga bisa berubah
bentuk menjadi kupu-kupu batu giok dan mudah dibawa. Setelah hal itu
berlangsung maka dia akan segera pergi ke pesisir timur. Di Selat Malaka dia
menunggu kapal layar yang akan membawanya ke daratan Tiongkok. Tapi Ki
Bonang Talang Ijo tidak menyetujui hal itu. Dia ingin gadis Cina itu
disembunyikan dulu di satu tempat yang telah dipilih oleh Tuanku Laras Muko
Balang dan Pandeka Bumi Langit dari Sumanik. Setelah Perwira Muda Teng
Sien menyerahkan peti kedua berisi batangan emas seperti yang dijanjikan
dan dibagi rata maka Puti Bungo Sekuntum baru akan diserahkan.
Teng Sien bersikeras agar semua orang mengikuti kemauannya. Karena
merasa dialah yang jadi pimpinan rombongan dan membayar orang-orang itu,
termasuk Niniek Panjalo dan Datuk Pancido yang datang kemudian. Sementara
kata mufakat belum dicapai, rombongan tiba di satu telaga kecil tak jauh dari
16 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kaki selatan Gunung Merapi. Tuanku Laras Muko Balang dan Ki Bonang Talang
Ijo meminta rombongan berhenti untuk beristirahat barang beberapa lama
sambil meneruskan perundingan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Puti
Bungo Sekuntum yang dipanggul Tuanku Laras didudukkan di tanah,
disandarkan di batang pohon. Sampai saat itu gadis ini masih berada dalam
keadaan tertotok. Perwira Teng Sien menambahkan dua totokan lagi di
tubuhnya hingga bukan hanya dua tangan yang lumpuh tapi seluruh auratnya
tidak bisa digerakkan. Hanya mulutnya saja yang masih bicara dan sepasang
mata yang bergerak sekali-sekali.
Saat itu tengahhari tepat bang surya bersinar terik. Tiba-tiba dari
arah barat, seekor harimau besar melesat laksana terbang di atas permukaan
telaga. Di atasnya duduk seorang berpakaian dan berdestar hitam yang bukan
lain adalah Datuk Panglimo Kayo, Datuk pemimpin Luhak Tanah Datar.
Tentu saja semua orang menjadi heran sekaligus terkejut. Yang diduga
akan datang mengejar adalah Datuk Marajo Sati. Datuk Marajo Sati tidak
berhasil menembus ilmu sirapan Tuanku Laras Muko Balang, tapi mengapa kini
Datuk Panglimo Kayo yang datang"
"Tuanku Laras, menurutmu apa keperluan Datuk dari Batusangkar ini
mengejar kita?" bertanya Datuk Pancido sambil mengusap-usap tongkat
berkeluk yang terbuat dari perunggu.
"Aku tidak dapat memastikan. Di Tanah Minang kedudukannya di bawah
Datuk Marajo Sati. Mungkin dia hendak membela pimpinannya. Kalau dia
bertingkah macam-macam maka kedatangannya adalah mengantar nyawa. Saat
ini aku sudah menanam satu rencana bagus dalam benakku!" jawab Tuanku
Laras Muko Balang sambil mengusap wajahnya yang ditutupi bulu tipis,
separuh berwarna hitam sebagian lagi berwarna putih. "Datuk, kecuali Perwira
Muda Teng Sien dan Ki Bonang, ajak semua orang mengurung Datuk Panglimo
Kayo dan Inyiek tunggangannya. Jangan sampai dua mahluk itu melangkah
terlalu jauh dari telaga."
Datuk Pancido segera lakukan apa yang dikatakan Tuanku Laras.
Bersama Inyiek Panjalo dan Pandeka Bumi Langit dari Sumanik dia segera
mendatangi Datuk Panglimo Kayo yang baru saja menjejakkan kaki bersama
harimau tunggangannya di tepi telaga. Ketiga orang ini segera menebar dan
mengambil sikap mengurung.
Sementara itu Tuanku Laras cepat-cepat mendekati Ki Bonang dan
Perwira Muda Teng Sien.
"Ki Bonang, turut apa yang aku dengar Datuk Panglimo Kayo memiliki
satu senjata sakti luar biasa bernama Rantai Pintu Halilintar. Jika terjadi hai
17 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tidak diingini dan dia menyerang kita dengan senjata itu, kita tidak akan
sanggup menahannya. Kecuali kita memiliki penangkal..."
Kening Ki Bonang Talang Ijo berkerut.
"Lekas katakan apa penangkal itu?"
"Ada pada Perwira Muda Teng Sien. Dia selalu membawanya ke mana-
mana sebagai makanan persediaan. Disimpan di dalam kaleng merah yang
tergantung di pinggangnya."
"Dendeng babi" Di dalam kaleng itu yang ada hanya dendeng babi.
Makanan perwira Cina itu..."
"Benar sekali Ki Bonang. Daging babi, mentah atau masak, lunak atau
keras, basah atau kering, adalah pantangan senjata sakti milik Datuk Panglimo
Kayo. Untuk berjaga-jaga, lekas kau minta kaleng itu pada Teng Sien.
Keluarkan isinya dan lemparkan ke arah Datuk Panglimo Kayo. Walau tidak
mengena tubuh atau senjatanya, dia tetap akan mengalami celaka berat!"
"Baik, akan aku lakukan!" jawab Ki Bonang Talang Ijo pula lalu dengan
cepat mendekati Perwira Muda Teng Sien. Setelah bicara sebentar Perwira
Kerajaan Tiongkok itu menyerahkan kaleng besar merah yang tergantung di
pinggangnya. Ki Bonang mengeluarkan sebagian isi kaleng lalu memasukkan ke
dalam saku kiri jubah hijaunya.
Di tepi telaga belum turun dari atas punggung harimau Datuk Panglimo
Kayo sudah melihat gerakan orang yang mencurigakan. Belum lagi dia
membuka suara, di hadapannya Datuk Pancido sudah mementang ucapan.
"Datuk Panglimo Kayo. Jika Datuk Marajo Sati yang kau cari, orang itu
tidak ada di sini. Karenanya kami harap kau segera melanjutkan perjalanan."
Datuk Panglimo Kayo tidak segera menjawab. Dia lebih dulu menatap
wajah Datuk Pancido sebentar yang barusan menegurnya, memandang nenek
yang berdiri di sampingnya lalu beralih pada Pandeka Bumi Langit dari
Sumanik dan selanjutnya memandang ke arah Ki Bonang Talang Ijo, Perwira
Muda Teng Sien dan Tuanku Laras Muko Balang. Melirik pada gadis Cina yang
bersandar di pohon. Setelah itu baru membuka mulut menjawab.
"Datuk Pancido, aku datang ke sini memang bukan mencari Datuk
Marajo Sati..."
"Astaga! Rupanya jauh panggang dari api dugaan kami!" Menyahuti
Datuk Pancido sambil melintangkan tongkat perunggunya di atas bahu.
"Lalu gerangan apa maksud kedatangan Datuk ke tempat kami berada
saat ini?" Niniek Panjalo yang kini ajukan pertanyaan.
Datuk Panglimo Kayo menyeringai.
"Apa kalian berdua yang jadi pimpinan rombongan ini" Aku rasa tidak.
18 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dua orang tua, aku hanya ingin bicara dengan orang yang kalian tuakan dan
jadikan pemimpin. Bukan dengan kalian berdua!"
Mendengar ucapan orang dan merasa dirinya direndahkan dua kakek
nenek itu keluarkan suara menggembor.
"Masing-masing kami semua di sini adalah pimpinan. Jadi kalau memang
mau bicara silahkan bicara. Kalau tidak segera saja Undang hapus dari
hadapan kami!" Kata Datuk Pancido pula. (Undang hapus: angkat kaki pergi)
"Datuk Pancido, kalau soal bicara usir mengusir bukan kau yang punya
kuasa dan wewenang. Di Luhak Tanah Datar akulah yang jadi Datuk
Penghulunya. Bagaimana kalau aku yang memerintahkan agar kau yang lindang
hapus dari hadapanku karena aku tidak suka negeri ini kau jadikan tempat
berbuat ulah sekehendakmu!"
Niniek Panjalo tertawa cekikikan. Di sebelahnya Pandeka Bumi Langit
dari Sumanik berkata.
"Datuk Panglimo Kayo, kau bukan saja salah berucap tapi juga salah
berbuat! Datuk pimpinanmu menculik dan memeram gadis di dalam goanya!
Apa yang kau lakukan terhadapnya" Kau tidak berbuat apa-apa. Malah
penduduk yang bertindak menjatuhkan hukuman!"
"Soal Datuk Marajo Sati bukan urusanmu! Kalau aku boleh berkata,
bukankah kau juga saat ini beramai-ramai tengah menculik gadis yang sama"
Hendak kalian bawa dan peram di mana"!"
Tiba-tiba Puti Bungo Sekuntum berteriak.
"Datuk berbaju hitam! Siapapun kau adanya mohon tolong diri saya!
Selamatkan diri saya dari orang-orang durjana ini! Mereka... Hekk!" Teriakan
si gadis hanya sampai di situ karena lehernya keburu ditotok oleh Ki Bonang
Talang Ijo. "Para sahabat! Rupanya ada yang hendak menjadi pahlawan kesiangan!
Biar sama-sama kita lihat apa dia punya kemampuan untuk membebaskan gadis
itu!" Yang barusan berseru adalah Tuanku Laras Muko Balang.
Mendengar tantangan orang Datuk Panglimo Kayo jadi gusar.
"Tanah Datar adalah daerah tanggung jawab dan di bawah
perlindunganku! Kalian semua pergi dari sini! Tinggalkan gadis itu!"
Ki Bonang Talang Ijo maju dua langkah. Blangkon hijau di atas kepala
dibuka lalu dikipas-kipas di depan dada. Seperti diketahui belangkon kakek ini
merupakan senjata ampuh yang bisa melumpuhkan lawan dari jarak jauh.
Sementara itu tangan kiri dimasukkan ke dalam saku jubah di mana tersimpan
beberapa potong dendeng babi.
19 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Datuk Panglimo Kayo, mohon maafkan para sahabatku kalau mereka
bicara agak ceroboh. Kami sangat menghormati kehadiran Datuk sebagai
pimpinan di Luhak Tanah Datar. Jika Datuk memang menginginkan gadis itu
silahkan Datuk mengambil sendiri. Tapi kami ingin bertanya. Kalau sudah
dapat hendak Datuk apakan gadis itu" Hendak disekap di dalam goa seperti
yang dilakukan Datuk Marajo Sati" Setahu kami Datuk tidak punya goa
kediaman. Lalu mau dibawa ke mana" Mungkin ke dasar Danau Maninjau" Itu
saja yang ingin kami tanyakan... Ha... ha... ha!"
Ucapan dan tawa Ki Bonang Talang Ijo itu disambut gelak tawa pula
oleh semua orang yang ada di tempat itu. Amarah Datuk Panglimo Kayo jadi
naik ke kepala. Tapi dia masih bisa menahan diri.
"Orang tua, kau orang asing di sini. Bicara seenak mulut, bertindak
sekehendak hati! Minta maaf padaku dan pergi dari sini bersama yang lain-
lain. Niscaya kalian aku biarkan pergi dengan selamat..."
Tuanku Laras Muko Balang keluarkan suara berbatuk-batuk yang
disengaja beberapa kali lalu berkata.
"Datuk Panglimo Kayo. Kau baru menjadi pimpinan di satu nagari. Tapi
sikapmu pongah sekali. Seolah kau sudah menjadi penguasa di muka bumi. Sri
Baginda Raja di Pagaruyungpun tidak akan berlaku seperti dirimu!"
Ki Bonang Talang Ijo pegang bahu Tuanku Laras lalu maju beberapa
langkah ke hadapan Datuk Panglimo Kayo. Sesaat dia berpaling dulu pada
Tuanku Laras. "Sahabatku Tuanku Laras, bagaimanapun juga sebagai seorang tamu di
negeri orang aku harus menghormati sang penguasa yang jadi pimpinan.
Biarkan aku memohon maaf atas kata-kataku yang mungkin kasar..."
Lalu Ki Bonang Talang Ijo menghadap ke arah Datuk Panglimo Kayo
kembali. Badan sedikit dibungkukkan. Tangan yang memegang belangkon hijau
berkembang putih diayun sambil mulutnya berucap.
"Datuk Panglimo Kayo, aku Ki Bonang Talang Ijo dari Kota Gede di
tanah Jawa, aku mohon..."
Ki Bonang tidak teruskan ucapan. Dari pusarnya mendesir tenaga dalam
ke arah tangan yang memegang belangkon hijau. Ketika tangan kanan itu
diayunkan maka wuuuttt! Selarik angin luar biasa deras menyambar ke arah
Datuk pimpinan Luhak Tanah Datar! Kalau sampai tersambar maka sekujur
tubuh Datuk Panglimo Kayo akan menjadi lumpuh!
*** 20 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEBAGAI Datuk pimpinan di daerah atau Luhak Tanah Datar Datuk Panglimo
Kayo tentu saja bukan orang sem-barangan. Selain merupakan orang cerdik
pandai, seperti para Datuk lainnya dia juga membekali diri dengan ilmu agama
sekaligus ilmu silat serta kesaktian tinggi.
Walau belum pernah berhadapan dengan Ki Bonang Talang Ijo, namun
Datuk Panglimo Kayo sudah dapat membaca apa arti rundukan tubuh serta
sapuan belangkon. Sebelum angin melumpuhkan menyambar dirinya Datuk ini
cepat melompat ke arah Niniek Panjalo. Sekali menyergap nenek bertubuh
kurus Ini sudah kena dicekal batang lehernya oleh Datuk Panglimo Kayo yang
bertubuh tinggi besar. Si nenek lalu gemparkan ke arah Ki Bonang Talang Ijo
yang tengah melancarkan serangan membokong.
Dua orang sama-sama berteriak kaget yaitu si nenek dan Ki Bonang
sementara yang lain-lain terkesiap tak menyangka akan terjadi hal seperti
itu. Begitu terkena sambaran angin yang keluar dari sapuan belangkon hijau,
tubuh si nenek langsung lumpuh tak bisa bergerak. Hanya mulutnya saja yang
masih mampu berteriak. Tubuh lumpuh Niniek Panjalo melesat menabrak Ki
Bonang Talang Ijo. Dua kakek nenek ini jatuh bertindihan di tanah. Si nenek
menyumpah-nyumpah tapi tak bisa berbuat apa-apa karena tidak mampu
bergerak. Ki Bonang memaki panjang pendek. Dia cepat bergerak bangun.
Namun sebelum sempat berdiri bangkit satu kaki berkasut kulit telah
menginjak keningnya.
Si kakek dari Kuto Gede ini merasa seolah satu batu besar menindih
kepalanya, siap untuk membuatnya remuk! Yang menginjak bukan lain adalah
Datuk Panglimo Kayo. Semua orang hampir tidak melihat kapan Datuk
bertubuh tinggi besar itu bergerak tahu-tahu dia sudah mampu menginjak
kepala Ki Bonang!
"Orang gaek bernama Ki Bonang! Kau datang di negeri orang mengapa
berani berbuat rusuh!" (orang gaek: orang tua)
"Datuk kurang ajar! Berani kau menginjak kepalaku!" teriak Ki Bonang
Talang Ijo. Didahului satu teriakan keras dia usap sebagian wajahnya dengan
tangan kiri sementara tangan kanan yang masih memegang blangkon hijau
dihantamkan ke atas.
Begitu wajah diusap, seluruh kulit muka Ki Bonang Talang Ijo sampai ke
mata dan telinga serta rambut berubah menjadi hijau pekat. Dari kepala yang
berubah warna ini membersit keluar cahaya hijau, menjalar masuk ke kaki
21 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kanan Datuk Panglimo Kayo membuat dia merasa seperti ditusuk ribuan jarum!
Sadar bahaya besar mengancam dirinya, sebelum kaki kanan diangkat
Datuk Panglimo Kayo walau gerakannya agak tertahan oleh aliran cahaya hijau
namun masih sempat menghujamkan kaki ke kepala Ki Bonang.
"Kraakk! Craass!"
Ki Bonang Talang Ijo menjerit dahsyat! Keningnya sebelah kanan
remuk. Mata melesak terpuruk! Tapi sungguh luar biasa! Meski cidera berat
begitu rupa dia seperti tidak merasa kesakitan malah berteriak keras.
"Datuk jahanam! Aku mengadu jiwa denganmu!" Ki Bonang berteriak
sambil lipat gandakan tenaga dalam ke tangan kanan yang memukulkan
belangkon. Namun saat itu Datuk Panglimo Kayo sudah melompat ke udara.
Bukan saja untuk selamatkan diri dari hantaman angin belangkon tapi
sekaligus juga menghindari serangan beberapa orang lainnya yaitu Tuanku
Laras Muko Balang, Datuk Pancido, Perwira Muda Teng Sien dan Pandeka Bumi
Langit dari Sumanik.
Dengan pedang perak Al Kausar Tuanku Laras Muko Balang yang
menyerbu dari arah kanan membabat ke arah dua kaki Datuik Panglimo Kayo.
Dari jurusan kiri Perwira Muda Teng Sien sambil berteriak garang bacokkan
golok besarnya ke arah pangkal leher. Datuk Pancido seperti kebiasaannya,
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerang dari belakang. Begitu melewati sosok lawan tongkat perunggu
berkeluknya langsung dihantamkan, menderu ke arah belakang batok kepala
Datuk Panglimo Kayo. Pandeka Bumi Langit ikut pula menyerbu dengan ilmu
silat ganas Sitaralak.
Sementara itu walau dalam keadaan cidera parah dan muka
bergelimang darah, mata hanya tinggal satu yang melihat, Ki Bonang Talang
Ijo melompat ke udara setelah hantaman angin belangkonnya tidak mengenai
sasaran. Blangkon diletakkan di atas kepala kembali lalu dua tangan dipentang
lebar. Dari mulutnya yang kini menjadi pencong akibat matanya yang terpuruk,
keluar suara menggerung keras. Saat itu juga sekujur tubuhnya dipijari sinar
hijau. Di lain kejap dari tubuh itu keluar satu mahluk mengerikan berbentuk
gurita hijau jejadian berlengan delapan! Ke delapan tangan ini menderu
dahsyat siap menggulung melumat Datuk Panglimo Kayo.
Seumur hidup baru sekali ini Datuk Panglimo Kayo bertarung melawan
musuh yang menyerang keroyokan. Selain itu belum pernah dia menghadapi
tokoh-tokoh berkepandaian silat dan kesaktian tinggi seperti yang
dihadapinya saat itu. Ketika salah satu ujung kaki celana hitamnya robek
besar disambar pedang Al Kausar di tangan Tuanku Laras Muko
22 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Balang, sementara dua tangan gurita sudah melibat tangan kirinya,
Datuk Panglimo Kayo tidakmau berlaku ayal. Didahului suara bentakan keras
sambil terus melesat ke udara dia memutar tubuh seperti titiran sambil
berteriak. "Rantai Pintu Halilintar!"
Di langit mendadak menggelegar suara petir dibarengi memancarnya
cahaya dua sinar terang benderang laksana dua daun pintu terbuka.
"Rrreettttttttt"
Lalu terdengar suara bergemerincing disertai berkiblatnya sinar putih
dingin menggidikkan menyelubungi tubuh Datuk Panglimo Kayo. Sinar ini
berasal dari sebuah senjata sakti milik sang Datuk berupa rantai besi putih
sepanjang lebih sepuluh tombak.
Bersamaan dengan munculnya rantai putih, Inyiek harimau kuning
belang hitam yang sejak tadi mendekam diam tiba-tiba mengaum keras dan
melompat memasuki kalangan pertempuran.
"Trang... trang!"
Pedang Al Kausar di tangan Tuanku Laras Muko Balang terlepas mental.
Golok besar yang dipakai membacok oleh Perwira Muda Teng Sien patah dua.
Sisa golok termasuk gagang mencelat menyambar kepalanya sebelah kanan
hingga daun telinganya tersambar buntung! Teng Sien menjerit setinggi langit
Dua tangan menekap telinga yang buntung dan mengucurkan darah. Tubuh
berputar huyung. Untuk selamatkan diri diri dari serangan rantai besi putih
dia cepat-cepat menjauhi kalangan pertarungan. "Crass!"
Dua tangan gurita yang melibat tangan kiri Datuk Panglimo Kayo putus
menyemburkan darah hijau mengerikan dan menjijikkan. Di samping kiri Datuk
Pacindo keluarkan jeritan pendek ketika kepala, punggung dan pinggangnya
hancur digebuk gulungan Rantai Pintu Halilintar. Tubuhnya terhempas ke
tanah dalam keadaan hangus gosong!
Pandeka Bumi Langit dari Sumanik dengan menjatuhkan diri sama rata
di tanah masih sempat selamatkan tubuh dari sambaran rantai putih.
"Ki Bonang! Lekas lemparkan barang pamungkas yang ada dalam saku
jubahmu!" Tuanku Laras Muko Balang berteriak. Dia sengaja tidak menyebut
daging atau dendeng babi agar Datuk Panglimo Kayo tidak punya kesempatan
melakukan sesuatu untuk selamatkan diri.
23 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MENDENGAR teriakan Tuanku Laras, Ki Bonang hentikan serangan gurita
jeja-diannya. Gurita tangan delapan lenyap tanpa bekas. Ki Bonang cepat-
cepat masukkan tangan kiri ke dalam saku jubah hijau. Begitu keluar dari
dalam saku, potongan-potongan daging dendeng babi yang didapatnya dari
Perwira Muda Teng Sien_ segera dilempar ke arah Rantai Pintu Halilintar.
Melihat apa yang terjadi dan mencium bau menyengat dari benda yang
dilemparkan ke arahnya, Datuk Panglimo Kayo berteriak kaget. Dia berusaha
menghindar namun terlambat. Sekalipun potongan daging babi itu tidak
mengenai Rantai Pintu Akhirat dan tubuhnya namun kekuatan pantangan
penghancur yang dimiliki begitu luar biasa. Saat itu juga rantai yang terbuat
dari besi putih sakti itu terputus dua di sebelah tengah. Putusan pertama
sepanjang lima tombak menderu ke arah Inyiek harimau kuning belang hitam
yang tengah melompat hendak menerkam Perwira Muda Teng Sien. Dengan
cepat rantai putih ini melibat tubuh binatang sakti itu hingga mengeluarkan
suara berkeretekan remuknya tulang belulang. Inyiek mengaum dua kali lalu
jatuh terkapar di tanah, Di mata, hidung, mulut dan telinga mengucur darah.
"Mahluk iblis! Pulang ke rumah majikanmu!" Bentak Tuanku Laras Muko
Balang lalu dengan kaki kanan dia tendang harimau besar hingga mencelat
mental melewati telaga dan lenyap dari pemandangan dan kelak akan jatuh di
halaman rumah gadang kediaman Datuk Panglimo Kayo.
Potongan rantai putih yang kedua menderu bergemerlapan ke arah
Datuk Panglimo Kayo. Seperti yang terjadi dengan Inyiek, rantai ini dengan
cepat menggulung sekujur tubuh sang Datuk. Terdengar kembali suara
berkeretekan begitu tulang belulang Datuk Panglimo Kayo remuk. Sebelum
darah mengucur keluar dari mata, hidung, mulut dan telinga, Datuk Panglimo
Kayo masih sempat berseru menyebut nama Allah. Setelah itu pimpinan Luhak
Tanah Datar ini tak bergerak lagi.
Walau Datuk Panglimo Kayo telah menemui ajal, namun Ki Bonang
Talang Ijo masih ingin melampiaskan dendam amarahnya! Sekali dia
menendang maka hancurlah kepala Datuk Panglimo Kayo sebelah kanan. Masih
belum puas Ki Bonang kembali hendak menendang. Namun Tuanku Laras Muko
Balang segera mencegah.
"Ki Bonang, kalau kau hancurkan seluruh mukanya, tidak lagi nanti orang
yang bisa mengenali dirinya. Aku ingin melakukan sesuatu. Aku ingin
menyampaikan pesan pada dua Datuk pimpinan Luhak lainnya. Agar mereka
24 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
jangan berani bertindak ceroboh seperti yang dilakukan Datuk satu ini!
Nenek Bongkok 3 Pendekar Mabuk 019 Pembantai Berdarah Dingin Pendekar Aneh Naga Langit 27