Sepasang Arwah Bisu 2
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu Bagian 2
Kameswari! " Dewa Agung, bagai mana i ni "! " Rat u Randang tampak bingung. Rakai Kayuwangi masih tertegun di tempatnya berdiri.
Ratu Randang lalu keluarkan batu putih segi tiga yang diberikan Wiro padanya.
Maksudnya segera hendak
diserahkan pada Raja Mataram. Namun Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala berkata.
" Aku t i dak memer l ukan bat u i t u l agi . Si mpan saj a. Mungkin lebih berarti jika kau yang
Memi l i ki . . . " Paras Ratu Randang agak berubah. Dalam hati dia
menduga-duga jangan- jangan sang Raja sudah maklum bagaimana hubungannya dengan
Pendekar 212 walau
baru mengenal belum satu harian!
" Aku yaki n pemuda t adi adal ah Kesat r i a Panggi l an yang asli. Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng yang berasal dari negeri delapan
ratus tahun mendatang.
Sekarang tugasmu adalah mengejar pendekar itu sampai dapat. Jangan berani
kembali sebelum kau berhasil mendapatkannya! Dari sikap dan gerak-gerik kalian
berdua aku bisa menduga kalau kalian saling menyukai sat
u sama l ai n. . . " SEPASANG ARWAH BISU
52 Paras Ratu Randang tampak bersemu merah. Din
tidak ingin Raja Mataram ini bicara lebih banyak lagi tentang dirinya dan Wiro.
Maka buru-buru dia berkata.
" Yang Mul i a, sesuai per i nt ah saya per gi sekar ang. " " Tunggu. Ada sat u hal yang aku i ngi n t anyakan. Waktu meninggalkan Kotaraja sebelum bencana Malam Jahanam terjadi, kau
mengatakan akan pergi menemui Arwah
Ketua di Candi Miring. Apakah kau telah menemui nya?" " Saya mohon maaf
mu Yang Mul i a. Saya memang belum menemui Arwah Ketua. Saya melakukan satu hal lain yang menurut hemat saya
lebih penting. Maafkan kalau saya melangkahi Yang Mulia dan bertindak seorang
diri. Saya menjalin hubungan dengan Sinuhun Merah Penghisap Arwah.
Saya berhasil membuat dia tertarik dan berpura pura berkhianat pada Yang Mulia.
Bersama Raja Dukun Batu Berlumut
saya ditugaskan untuk menghadang dan membunuh Kesatria Panggilan. Kemudian tidak terduga saya menemui Kesatria
Panggilan selagi dikeroyok oleh Seratus
Jin Perut Bumi. Kalau tidak salah saya menghitung dia berhasil membunuh sekitar dua puluh Jin Perut Bumi. Saat saya
datang Kesatria Panggilan telah di
l i l i t Ji n Ket ua dengan l i dah panj angnya. . . " " Ket i ka aku t er sent uh l i dah i t u, t ubuhku seper t i terpanggang. Cairan yang di lidah mengandung racun.
Nyawaku hampir melayang kalau tidak ditolong oleh Satria Lonceng Dewa Mimba
Purana. Kesatria Panggilan sendi
r i t i dak mengal ami ci der a" Ti dak ker acunan?" " Ti dak Yang Mul i a. Saya r asa di a memi l i ki dar ah kebal racun atau ada ilmu kesaktian yang membendung hawa panas
ser t a r acun l i dah. . . " " Senj at a must i ka sakt i yang konon ada di
dal am tubuhnya. Aku rasa senjata itu yang menyelamatkan di
r i nya. " Kat a Raj a Mat ar am pul a, Raru Randang lanjutkan ceritanya.
53 SEPASANG ARWAH BISU
" Saya memer i
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nt ahkan Ji n Ket ua unt uk t i dak membunuh Kesatria Panggilan. Jin Ketua menurut dan tampak takut. Mungkin karena
mengetahui kalau saya adal
ah kekasi h Si nuhun Mer ah. Hi k...hi k . . . hi k! Saya sendiri kemudian berhasil menghabisi Raja Dukun Batu Ber
l umut . " " Aku akan mencer i t akan pada par a t okoh yang ada di
sini kalau Raja Dukun Batu Berlumut telah terbunuh.
Mudah-mudahan kematiannya akan mengurangi kekuatan sirap ilmu hitamnya. Sekarang pergilah. Waktu kita
semakin sempit. Tak lama lagi fajar akan menyi ngsi ng. " Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala melangkah mendekati Ratu Randang. Din memperhatikan sejenak noda darah di lari-jari
perempuan ini. Yaitu darah Pendekar
212 Wiro Sableng yang menempel di tangannya ketika dia menyeka darah itu dari wajah Wiro.
" Rat u, t i dak sul i t bagi mu unt uk mencar i dan mengejar Kesatria Panggilan. Darahnya masih melekat di tanganmu. Lebih mudah bagimu menjajagi kemana din pergi. Bukankah kau memiliki
ilmu pencari jejak bernama Kaki
Mengej ar t angan Mencekal " " Saya t i dak akan memper
gunakan i l mu i t u Yang Mul i a. " Menyahut i Rat uRandang. Raja Mataram kerenyitkan kening, tampak heran.
" Lal u" Apa yang akan kau l
akukan?" Tanya Rakai Kayuwangi pula.
" Saya akan per gunakan i l mu Tanpa Mat a Mengandal kan Penci uman. " Jawab Rat u Randang. " Ast aga! Bukankah i t u i l mu kesakt i an yang di mi l i ki mahl uk Si nuhun Mer ah Penghi sap Ar wah?" Raj a bertanya heran dari tidak percaya.
Ratu Randang tersenyum.
" Saya ber hasi l menyi asat i Si nuhun gobl ok i t u. Di a member i kan i l mu i t u pada saya. " Raja pegang keningnya, Dia ingat sesuatu.
SEPASANG ARWAH BISU
54 " Kal au begi t u, sewakt u masi h di Istana kau memperlihatkan tanda dun telapak tangan berjari empat di
dadamu. Ber ar t i ..." " I t u per t anda dar i Si nuhun Mer ah bahwa di a sangat menant i kan kedat anganku" " Rat u, kau benar -benar luar biasa. Tapi kalau Sinuhun
memberikan ilmu kesaktiannya padamu lalu kau member i kan apa padanya?" " Bangkai anj i ng! Hi k . . .
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hi k . . . hi k! " Jawab Rat u Randang lalu tertawa panjang cekikikan. Perempuan ini dekatkan tanganya yang
bernoda darah Pendekar 212 ke hidung lalu pejamkan mata dan mencium dalam-dalam.
Sekali berkelebat sosok Ratu Randang lenyap kearah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Raja Mataram menarik nafas Panjang. Dia menatap
ke arah rembulan setengah lingkaran di langit malam yang
semakin mendekati ujungnya. Perlahan-lahan mulutnya berucap.
" Ananda Kesat r i a Lonceng Dewa, saya merasa
sangat perlu bertemu dengan Ananda. Rencana yang
tengah dijalankan mendadak menyimpang dari yang
diharapkan. Saya benar-benar
kawat i r . . . . . . " Baru saja Raja Mataram selesai berucap tiba-tiba ada suara mengiang di kedua
telinganya. Suara anak kecil laki-laki.
" Yang Mul i a Raj a Mat ar am. Jangan ada kekawat i r an dalam diri Yang Mulia. Berdoalah bersama semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus. Yang Maha Kuasa pasti akan
menol ong ki t a semua. " " Ter i ma kasi h Ananda. Ada sat u hal yang t er asa mengganjal di hat i saya, . . " " Hal apakah i t u Yang Mul i a?" Tanya suar a mengi ang. " Apakah . . . apakah Ananda mendengar
semua ucapan Kesat r i a Panggi l an yang t adi ber ada di buki t i ni ?" " Saya mendengar semua Yang Mul i a. " 55 SEPASANG ARWAH BISU
" Saya mohon maaf
mu. Mungki n pemuda i t u bi car a terlalu lancang mengenai diri Ananda. Saya harap
Ananda t i dak mar ah. " Suara mengiang terdengar tertawa.
" Kemar ahan j auh dar i dal am di r i saya wahai Yang Mulia. Mudah-mudahan begitu seterusnya. Justru saya suka pada pemuda itu. Dia
bicara polos pertanda hatinya putih. Dia bicara apa adanya, tidak ada yang
dikarang tidak ada pula yang disembunyikan. Kita tidak salah memilihnya untuk
datang ke Bhumi Mataram. Saya akan menemui Kesatria Panggilan melalui seseorang.
Kalau kelak nanti Yang Mulia bertemu lagi dengan Kesatria Panggilan, Yang Mulia
tidak perlu meminta pertolongan Kakek Kumara Gandamayana sebagai perantara untuk
masuk ke dalam tubuh anak perempuan bernama Ni
Gat r i . " " Ananda Mi mba Pur ana, saya mer asa sangat l ega mendengar semua kata-k
at a Ananda. " " Yang Maha Kuasa menciptakan langit, daratan dan
lautan begitu luas. Penuh kelegaan. Mengapa kita umat manusi
a yang di ci pt akannya t i dak bi sa ber hat i l ega?" " Ter i ma kasi h Ananda. Ter i ma kasi h. . . Mengenai Kakek Kumara Gandamayana, apakah Ananda mengetahui dimana keberadaanny
a?" " Or ang yang di t anyakan t el ah ber ada di sampi ng Yang Mul i a" , Jawab suar a mengi ang. Ada suara terpaan angin. Raja Mataram berpaling ke kiri. Betul seperti yang
dikatakan suara mengiang. Saat itu di samping Rakai Kayuwangi telah berdiri
kakek bersorban dan berjubah kelabu Kumara Gandamayana.
Orang tua ini tersenyum sedikit lalu membungkuk.
"
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maaf kan kal au saya dat ang t er l ambat wahai Yang Mulia. Satria Lonceng Dewa meminta saya mengantarkan gadi
s dar i al am del apan r at us t ahun i t u ke sat u t empat . " Raja terkejut. " Maksud Kakek gadi s ber nama Si nt o Weni i t u?" SEPASANG ARWAH BISU
56 " Bet ul sekal i Yang Mul i a. " " Ber ar t i wakt u t adi cahaya kuni ng t ur un dar i l angi t , Kakek menyer t ai Sat r i a Lonceng Dewa?" Kumara Gandamayana mengangguk.
" Kal au begi t u sekar ang ber ada di mana gadi s i t u?" Tanya Raja Mataram pula.
" Mohon maaf mu Yang Mul i a. Sat r i a Lonceng Dewa berpesan untuk sementara jangan memberi tahu kepada si
apapun. " Rakai Kayuwangi terdiam. Meski hatinya kurang enak mendengar
ucapan Kumara Gandamayana namun dengan tersenyum dia berkata.
" Saya Raja Mataram, apa Kakek tidak menaruh rasa
percaya, pada, diriku" Kita menghadapi malapetaka ini secara
bersama, Mengapa ada sesuatu yang di sembunyi kan . . . ?" Si kakek membungkuk dalam-dalam.
" Mohon maaf Yang Mul i a ber i bu maaf . Saya hanya melakukan apa yang dipesankan Satria Lonceng Dewa.
Tapi terhadap Sri Maharaja mana saya berani menolak permintaan. Gadis cantik
bernama Sinto Weni, guru Kesat
r i a panggi l an i t u ber ada di ..." Lal u Kumar a Gandamayana menyebutkan nama satu tempat.
Raja Mataram anggukkan kepal
a. " Kakek Kumar a, mar i ki t a t emui par a sahabat di at as buki t sana. " Ketika hendak melangkah pergi Raja Mataram mencium sesuatu. Dia bertanya pada kakek di sebelahnya. " Kakek Kumar a, apa kau bar usan menci um bau har um . . . . ?" Kumara Gandamayana dongakkan kepala, hirup
udara malam dalam-dalam lalu gelengkan kepala.
" Saya t i dak menci um bau apa-apa, Yang Mul i a. " Raja Mataram memandang berkeliling. Memperhatikan terutama bagian-bagian lereng bukit yang 57
SEPASANG ARWAH BISU
gelap. Kedua orang itu kemudian melanjutkan melangkah mendaki lereng bukit.
Di balik satu batu besar tak jauh dari tempat dimana Raja dan pembantunya tadi
bercakap-cakap, seseorang yang sejak tadi mendekam bersembunyi sunggingkan
senyum. Mulut berucap perlahan.
" Mahl uk dun nyawa kembar
Si nuhun Muda Si nuhun Merah. Aku tahu dimana nenek perot yang kalian lihat sebagai gadis cantik
itu berada. Jika kalian mau
bersahabat dan menurut apa mauku, aku akan beritahu tempatnya. Tapi kalau tidak
silahkan cari sendiri. Dan sampai
ki amat kal i an t i dak bakal
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menemukan! " Lal u dengan gerakan cepat tanpa suara orang ini segera berkelebat pergi.
SEPASANG ARWAH BISU
58 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
9 SETELAH cukup lama berlari
Wiro menyadari kalau dia lari
tanpa tujuan mau pergi kemana.
Sang pendekar hentikan langkah. Anjing kecil di bahu kanan menyalak
perlahan. Sosok Ni Gatri di bahu kiri
terasa hangat tapi diam tak bergerak. Memandang berkeliling Wiro dapatkan dirinya
berada dalam satu rimba belantara kecil yang
cukup rapat pepohonannya. Hampir semua
kulit pohon di sekitar situ tampak berwarna
hijau, diselimuti lumut. Di sebelah kanan,
tanah hutan kelihatan mendaki membentuk
bukit dan dipenuhi batu-batu besar yang
juga berwarna hijau karena tertutup lumut.
" Agaknya hut an i ni j ar ang di masuki orang. Perasaanku tidak enak. Jangan-
jangan aku sudah kesasar. Aku harus segera keluar dari si
ni . " Agar tidak tersesat Wiro balik ke arah jalan yang ditempuh sebelumnya. Namun
sampai tiga kali dicoba kembali lagi ke tempat semula, di bawah bukit kecil yang
banyak batunya.
" Cel aka, aku benar -benar tersesat. Hutan
aneh. . . . " Tiba-tiba anak anjing di bahu kanan Wiro menyalak keras berulang kali. Wiro Usap
punggung binatang ini.
Tapi anjing berbulu hitam masih terus menyalak.
" Sobat keci l . Kau mau-mauan ikut bersamaku. Ada
apa, kau mel i hat sesuat u saat i ni ?" 59 SEPASANG ARWAH BISU
Anjing kecil menggereng halus, jilat bahu pakaian Wiro lalu melompat turun ke
tanah. Saat itulah Wiro melihat kalau sebagian dari tanah digenangi cairan
merah. " Mal apet aka Mal am Jahanam r upanya sampai j uga ke sini. Tapi tidak seperti di tempat lain, cairan merah di sini t
i dak menebar bau busuk. " Anjing kecil menyalak sekali lagi lalu lari ke arah bukit berbatu-batu.
" Hai ! Kau mau kemana! Kal au kau t er sesat aku t i dak akan mencar i mu! " Seperti tahu kalau orang bicara padanya, anak anjing berhenti berlari. Dia
memandang pada Wiro, menyalak sebentar lalu lari lag1 ke atas bukit.
" Mungki n bi nat ang i t u t ahu j al an kel uar dar i hut an i ni . Bai knya aku i kut i saj a. " Kat a Wi r o dal am hat i . Ketika Wiro mencapai pertengahan bukit tiba-tiba
telinganya menangkap suara perempuan menangis, tidak terlalu keras tapi cukup
jelas dan berhiba-hiba. Wiro hentikan langkah. Perasaan yang sejak tadi tidak
enak kini berkembang menjadi perasaan bargidik!.
" Per empuan menangi s di dal am r i mba bel ant ar a. Di malam buta menjelang pagi. Jangan-jangan hutan ini di
huni demi t per empuan. " Ber pi ki r sampai di si t u Wi r o memutuskan untuk kembali turun ke kaki bukit. Namun anak anjing malah terus lari
ke atas bukit yang bebatuannya semakin banyak dan tambah besar-besar.
Wiro keluarkan suara bersiul. Anjing hitam berhenti, menoleh sebentar, menatap
ke arah sang pendekar. Wiro cepat lambaikan tangan memberi tanda agar binatang
itu turun dari pertengahan bukit. Namun anjing hitam malah membalikkan badan dan
kembali lari ke atas bukit.
" Anj i ng keci l ! Kal au kau mau nai k ke atas bukit
silahkan saja. Aku memilih turun kembali! Aku harus mencar
i per t ol ongan unt uk anak per empuan i ni ! " Wi r o berkata lalu balikkan badan, siap menuruni bukit ke arah SEPASANG ARWAH BISU
60 tadi dia datang. Mendadak di atas bukit, di antara suara tangisan perempuan kini
terdengar suara ratapan sedih.
" Wahai i nsan kepada si apa aku ber har ap. Langkah lurusmu telah benar. Mengapa mendadak berbalik arah"
Dua Puluh satu hari tersiksa di atas bukit dalam hutan larangan. Ketika sebutir
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harapan dan setetes budi muncul berharap akan datangnya cahaya pertolongan,
mengapa harapan kau pupus begitu saja" Padahal setiap budi ada balasannya.
Setiap kebajikan ada pahalanya. Aku telah berkaul siapa saja yang menolong
diriku. Jika dia seorang per
empuan . . . . " Anak anjing hitam tiba-tiba menyalak panjang. Begitu kerasnya hingga Wiro tidak
mendengar kelanjutan suara perempuan yang meratap di antara tangisnya. Lalu
suara itu kembali berulang. Wahai insan kepada siapa aku ber
har ap . . . " Wiro usap punggung dan membelai rambut Ni Gatri.
Dia memandang ke atas bukit. Ke arah batu-batu besar berlapis lumut hijau.
Anjing kecil hitam tak kelihatan lagi.
" Hut an l ar angan . . . . Per empuan yang menangi
s menyebut hutan ini hutan larangan. Jangan-jangan dia demit atau jin perempuan
yang hendak menjebakku. Atau bisa saja kaki tangan atau ujud samaran mahluk
celaka bernama Sinuhun Muda atau Sinuhun Merah Penghisap Ar
wah! " Wiro merenung berpikir pikir sejenak. Lalu berbisik ke telinga Ni Gatri karena
dia tahu walau dalam keadaan kaku tak mampu bergerak anak itu masih tetap bisa
mendengar. " Ni Gat r i , ki t a t i dak akan l ama. Ki t a sudah kepal ang tersesat. Ada baiknya kita naik ke atas bukit sebentar.
Melihat siapa perempuan yang barusan bicara. Yang jelas dari suaranya dia bukan
guruku Eyang Sinto
Gendeng yang menurut penglihatan orang di sini telah berubah
menjadi seorang gadis cantik berdandan cel emongan! " 61 SEPASANG ARWAH BISU
Setelah berucap, Wiro tepuk-tepuk punggung Ni Gatri lalu lari ke atas bukit. Dia
sengaja kerahkan ilmu lari serta terapkan ilmu meringankan tubuh. Laksana
terbang dia melompat dari satu batu ke batu lainnya yang licin berlumut. Tak
selang berapa lama Wiro telah berada di atas bukit, berdiri di atas satu batu
besar yang paling tinggi dari batu-batu lain di sekitarnya.
Cahaya rembulan setengah lingkaran lumayan terang, Ketika dia memandang ke bawah
Wiro melihat sepetak tanah rata. Di tengah tanah rata anjing kecil hitam tampak
menggeser-geserkan tubuh pada sebuah batu besar
sambil terus-terusan menyalak.
Wiro melompat turun. Begitu dua kaki menginjak
tanah dan dia berdiri di sisi lain dari batu besar, kejut murid Sinto Gendeng
bukan alang kepalang! Di samping batu, tergeletak sosok seorang gadis yang
rambut panjang hitamnya tergerai lepas menutupi tanah. Sepasang mata tertutup. Dua tangan terkembang ke
samping tiada daya. Walau wajah pucat namun kecantikan yang dimilikinya jelas kentara dibawah temaram cahaya rembulan. Di pelipis dan pipi yang kotor terlihat alur air mata.
Bibir tampak hijau. Yang membuat Wiro terkesiap adalah ketika menyaksikan
bagaimana tubuh gadis itu mulai dari pinggang ke bawah tenggelam dan terhimpit
di bawah sebuah batu sangat besar dan berlumut tebal!
Mengetahui ada seseorang berdiri di dekatnya, gadis yang tergeletak di tanah dan
ternyata dalam keadaan siuman keluarkan ucapan.
" Ter i ma kasi h Yang Maha Kuasa. Terima kasih Dewa
Bathara Agung. Setelah dua puluh satu hari tersiksa begini rupa, akhirnya Kau
mengirimkan seorang insan ke tempat ini. Tempat yang tidak pernah didatangi dan
dijamah manusia. Wahai insan yang datang. Aku juga sangat berterima kasih
padamu. Juga pada anjing yang menuntun jalan dan datang bersamamu. Di atas semua
SEPASANG ARWAH BISU
62 kesengsaraan ini aku mohon, tolong singkirkan batu besar yang menghimpit tubuhku
dari pinggang ke bawah.
Semoga Yang Maha Kuasa memberi kekuatan dan
kemampuan serta berkat at
as di r i mu. . . " Walau tak habis pikir bagaimana bisa ada kejadian yang seperti ini namun Wiro
cepat turunkan tubuh Ni Gatri dari bahu dan dibaringkan di atas sebuah batu.
Meskipun kedua niatanya terpejam namun gadis yang terjepit di bawah batu seperti
mengetahui lalu berkata.
" Wahai i nsan, kau membawa sat
u beban dal am perjalanan. Agaknya ada satu perkara besar yang tengah kau hadapi. Sungguh
budimu luhur sekali, masih mau member
i per hat i an pada nasi b di r i ku. " Wire berdiri di depan batu besar, menggaruk kepala berulang kali, mengelilingi
batu satu kali lalu kembali berdiri meneliti. Batu dipukul-pukul. Perkiraannya
paling tidak batu besar berlumut itu memiliki bobot seribu kati.
Dia berpikir-pikir bagaimana cara menyingkirkan batu besar itu tanpa orang yang
terjepit dibawahnya tambah mengalami cidera.
" Kal au aku dor ong kawat i r bat u ber ger ak l amban. Tubuh gadis yang terhimpit akan tambah hancur. Kasi han, agaknya di a akan cacat seumur hi dup. " Wiro perhatikan bagian bawah batu besar. Berpikir l
agi . " Kal au di hant am dengan pukulan sakti, salah-salah
gadis dibawah batu tubuhnya akan ikut tercabik-c
abi k. " Wiro garuk-garuk kepala lagi. Dia membungkuk,
berusaha melihat bagian bawah batu. Dia tak dapat melihat tubuh sebelah bawah si
gadis yang terhimpit karena sudah amblas masuk ke dalam tanah!
63 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
10 PENDEKAR 212 Wiro Sableng berpaling pada gadis
yang terhimpit di bawah batu. Sebenarnya dia merasa heran bagaimana hal ini bisa terjadi. Namun dia menolong lebih cepat adalah
lebih baik dari pada bertanya membuang
waktu. Wiro lantas berkata.
" Gadi s mal ang, ber t ahanl ah.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku akan coba menolongmu melepas dari himpitan
batu besar. Tapi jika aku tidak berhasil,
mohon aku di maaf kan. . . " Tanpa membuka sepasang matanya,
gadis di bawah batu menjawab
" Aku akan berdoa pada Yang maha Kuasa, untuk
keselamatan diriku dan keberhasilan pertolonganmu. Lakukanlah apa yang
kau bi sa l akukan. Sesungguhnya aku sudah membuat kaul . . . " Tanpa perhatian yang diucapkan orang Wiro mengangkat tangan memberi tanda agar si gadis di
bawah batu berhenti bicara. Lalu dia mundur sampai sejarak tiga langkah dari
batu besar. Dua kaki menjejak tanah di samping kanan kepala si gadis. Perlahan-
lahan Wiro membuat gerakan setengah berlutut. Kaki kiri di sebelah depan lutut
ke atas. Lutut kanan menempel ke tanah. Lalu mulut berucap.
" Gust i Al l ah, mohon saya di ber i kemampuan unt uk menolong, Eyang Sinto dimanapun kau berada, bagaimanapun keadaanmu saat ini saya mohon keikhlasanmu. Juga Kakek Tua Gila, saya sangat
SEPASANG ARWAH BISU
64 mengharap bantuanmu. Tanpa pertolonganmu ya Gusti Allah dan dua guru yang saya
hormati, sesungguhnya saya
t i dak punya daya unt uk menyel amat kan gadi s i ni . " Sambil mengerahkan tenaga dalam penuh dan alirkan hawa sakti perlahan-lahan Wiro
angkat tangan kiri. Hanya dalam bilangan sekejapan mata saja tangan kiri itu
tampak bergetar dan mulai mengeluarkan hembusan
angin, kedengarannya perlahan saja namun bersiur terus-menerus. Batu besar di
depan sana tampak bergoyang dan terangkat sampaisetengah jengkal dari tubuh
gadis yang terhimpit. Dinding Angin Berhembus Tindih Menindih. Itulah ilmu kesaktian yang tengah dikeluarkan Pendekar 212 yang
didapat dari Eyang Sinto Gendeng.
Seandainya Wiro pukulkan tangan kiri ke depan dalam gerakan cepat maka batu
besar yang beratnya sekitar seribu
kati itu akan terpental. Namun Wiro tidak melakukan hal itu karena dalam kehati-hatiannya dia akan mengandalkan ilmu
pukulan kesaktian lain yaitu Dewa Topan Menggusur Gunung yang dipelajari dari
Tua Gila, kakek sakti dart pulau Andalas yang semasa muda dikenal dengan nama
Sukat Tandika dan merupakan
salah seorang kekasih Sinto Gendeng. (Mengenai riwayat l
engkap Tua Gi l a baca ser i al Wi r o Sabl eng ber j udul " Tua Gi l a Dar i Andal as" , " Asmar a Dar ah Tua Gi I a" sampai " Ger hana Di Gaj ah Mungkur " t er di r i dar i 11 Epi sode) Begitu melihat batu besar bergetar dan terangkat ke atas Wiro berteriak.
" Tahan! " Telapak tangan kanan dikembang, lalu secepat kilat dipukulkan kebagian bawah
batu besar. " Dess! " Batu seberat seribu kati itu mencelat mental ke udara sejauh belasan tombak. Di
satu tempat jauh di udara batu meledak dengan mengeluarkan suara berdentum
keras. " Ter i ma kasi h Gust i Al l ah, t er i ma kasi h Eyang Si nt o. Ter i ma kasi h Kakek Tua Gi l a! " Wi r o mengucap l al u 65 SEPASANG ARWAH BISU
berseru gembira. Sosok gadis yang ditolong tidak
tersentuh angin pukulan atau batu. Tidak mengalami cidera sedikitpun. Untuk
mengeluarkan bagian bawah tubuh yang berada di dalam tanah murid Sinto Gendeng
cepat menarik bahu si gadis. Dentuman pecahnya batu besar di udara tadi telah
membuat sepasang matanya yang sejak lama terpejam kini terpentang membuka.
Begitu bagian bawah tubuh si gadis terangkat keluar dari dalam tanah murid Sinto
Gendeng tersentak den berseru kaget. Mata terbelalak, mulut ternganga. Di bawah
pakaian yang tersingkap Wiro melihat satu
pemandangan yang sulit dipercaya!
Bagian bawah tubuh gadis itu tidak cidera sedikitpun.
Tapi! Ini yang membuat murid Sinto Gendeng sampai keluarkan seruan. Dua paha
putih gadis yang barusan ditolongnya saling berdempet rapat satu sama lain,
tidak ada celah sedikitpun. Lalu di bawah dua paha yang dempet menyatu itu
terlihat hanya satu tempurung lutut.
Selanjutnya di bawah lutut hanya ada satu betis, satu pergelangan kaki dan
sebuah kaki lengkap dengan
telapak dan lime jari. Namun jari ini sama panjang dan rata hingga tidak jelas
apakah itu kaki kanan atau kaki kiri!
" Oai a ! Yang aku t ol ong i ni manusi a at au mahl uk j ej adi an ?" Pi ki
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
r Pendekar 212 Wi r o Sabl eng. Lal u di a bertanya. " Sahabat mal ang, apa yang t er j adi dengan di r i mu. Mengapa kaki mu seper t i i ni ?" Gadis yang ditanya bungkukkan tubuh, lipat kakinya yang hanya satu lalu berlutut
di tanah. Rambut yang panjang hitam disentak ke belakang hingga tergerai di
punggung. Wajahnya yang tadi pucat kini tampak
berdarah dan kecantikannya kelihatan lebih jelas. Sepuluh jari disusun di atas kepala lalu dia berkata.
" Kakak ber ambut panj ang, aku sangat ber t er i ma kasi h padamu. Kau telah menyelamatkan diriku dari azab
SEPASANG ARWAH BISU
66 sengsara himpitan batu. Semoga Yang Maha Kuasa
memberi berkah selebar bumi, seluas langit den seluas l
aut an padamu. " " Aku t i dak mengharapkan semua ucapan itu, tapi aku
ber t er i ma kasi h at as kat a kat amu. " Menj awab Wi r o. " Kal au aku bol eh t ahu bagai mana kej adi annya sampai dirimu dihimpit batu besar. Tubuhmu sedikitpun tidak cidera. Tapi kenapa kakimu
seperti itu. Bagaimana kau berjalan" Ape keadaanmu seperti ini akibat himpitan
batu at au sej ak kau di l ahi r kan?" " Aku senang kau ber
t anya dan aku gembi
r a kau memperhatikan keadaan diriku. Aku telah menjadi korban kutukan ilmu jahat
seseorang. Belum puas dengan
merubah ujud kedua kakiku, dua puluh satu hari yang lalu, dalam keadaan kaki
seperti ini aku dibawa ke tempat ini, lalu tubuhku dihimpit dengan batu besar.
Aku tidak ada daya untuk menyelamatkan diri, tidak pernah ada orang yang lewat
di sekitar sini. Sampai kau datang.
Kalau bulan di langit sempat mencapai bulat penuh, dan aku masih terhimpit batu
besar itu, nyawaku tidak akan tertolong lagi karena konon itu akan berubah
menjadi bola api raksasa yang akan membuat lumat leleh seluruh t
ubuhku. " " Sel ama dua pul uh sat u har i bagai mana kau bi sa ber t ahan hi dup t i dak makan t i dak mi num ?" Tanya Wi r o pula. " Par a Dewa masi h menol ongku. Unt ung t anganku cukup panjang hingga aku bisa menggapai batu dan
mencungkil lumut. Lumut hijau itu mengandung banyak air. Itu makanan den
minumanku selama dua puluh satu har
i . . . . " " Gust i Al ah maha kuasa. . . " Ucap Wi r o. " Gust i Al l ah" Si apa i t u Gust i Al l ah" Raj a mana di a ?" tanya si gadis.
Wiro jadi tersenyum.
Perlahan lahan gadis berkaki tunggal berdiri.
67 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro hendak bertanya lagi. Saat itu si gadis telah memalingkan kepala ke arah
batu dimana Ni Gatri
terbaring dalam keadaan kaku, tak bisa bergerak tak dapat bersuara.
" Gadi s di al as bat u i t u, apamukah?"
" Di a sahabat ku. . . " Si gadis menatap Wiro cukup lama.
" Logat bi car amu. Kau bukan penduduk di neger i i ni . Kau bukan orang
Bhumi Mat ar am.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" " Kau bet ul . Aku dat ang dar i neger i j auh. " " Dar i neger i mana " Ker aj aan mana Wi r o menggar uk kepala. Lalu menjawab kalau dirinya datang dari alam delapan ratus tahun
mendatang. " Al am del apan r at us t ahun mendat ang" Sul i t aku membayangkan. " Si gadis lalu kembali memandang ke
ar ah Ni Gat r i . " Sahabat mu i t u, ada sesuat u yang t i dak beres dengan dirinya. Die menanggung kesengsaraan yang membuat dia tidak mampu
bergerak, tidak sanggup bi
car a. " " Bagai mana kau t ahu ?" t anya Wi r o her an. Yang ditanya tidak menjawab. Melainkan membuat
satu gerakan aneh. Kaki tunggalnya yang menginjak tanah menekuk sedikit lalu
saat itu juga tubuhnya laksana bola membal ke udara dan di lain kejap dia sudah
berada di dekat batu besar dimana Ni Gatri tergeletak. Wiro cepat-cepat
mendatangi!. Ketika dia sampai di samping si gadis berkaki tunggal gadis ini
tengah memperhatikan sosok Ni Gatri tanpa berkedip sementara sepuluh jari tangan
saling diusap dirangkum-rangkum satu sama lain.
" Mudah-mudahan aku tidak keliru. Anak perempuan
sahabatmu ini mengalami dua kali serangan jarak jauh yang hebat. Serangan
pertama datang melalui alur tanah, membuat tubuhnya kaku tak bisa bicara tak
mampu bergerak. Serangan kedua berupa sinar hijau yang
datang dari langit, membuat tubuh anak ini seolah berubah menjadi batu! Serangan
pertama telah musnah SEPASANG ARWAH BISU
68 oleh munculnya satu kekuatan hebat. Namun serangan kedua masih menguasai gadis
ini. Lihat saja tubuhnya ber
war na kehi j auan seper t i bat u ber l umut . . . " Wiro terkejut karena dia tahu kalau memang itulah yang dialami Ni Gatri.
" Sahabat , kau t i dak mel i hat kej adi annya. Bagai mana kau bi sa menget ahui ?" At as per t anyaan i t u gadi s ber kaki tunggal hanya mengangkat bahu.
Wiro jadi penasaran. Dia bertanya lagi.
" Kau t abu si apa yang mel akukan dua per buat an j ahat i t u?" " Aku t i dak mungki n menyebut nama. Namun aku t ahu, serangan pertama dilakukan oleh seorang yang berasal dari negeri ini. Serangan
kedua dilakukan oleh orang lain, berasal dari negeri jauh. Mungkin sama dengan
negeri dari mana kau berasal. Katamu negeri delapan ratus t
ahun mendat ang! " Pendekar 212 luar biasa kaget. Dalam hati dia
membat i n. " Aku yaki n ser angan per t ama di l akukan ol eh mahluk bernama Sinuhun Muda itu. Tapi kalau serangan kedua .... " Siapa
pelakunya" Di Mataram hanya ada tiga orang yang datang dari negeri delapan ratus
tahun mendatang. Aku, Ni Gatri yang jadi korban dan Wiro mer
asa t angkuknya di ngi n. " Apa mungki n Eyang Si nt o yang melakukan" Aku tidak percaya. Tapi lalu siapa lagi
" Atau mungkin mahluk alam roh delapan ratus tahun mendatang yang di
sebut Kesat r i a Jemput an i t u. . . " " Sahabat , bagai manapun aku har
us membal as budi besarmu telah menyelamatkan diriku dari himpitan batu...
" " Dal am menol ong aku t i dak per nah mi nt a bal asan,
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" j awab Wi r o pul a. " Semua l angkah dan t i ndakan manusi a sudah ditentukan
ol eh Gust i Al ah. " " Kau l agi -lagi menyebut nama Gusti Allah. Satu ketika
aku ingin kau menjelaskan siapa yang disebut Gusti Allah i
t u. " 69 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro hanya angguk-anggukan kepala.
Dari belakang kepalanya yang tertutup rambut hitam panjang, gadis berkaki
tunggal mengeluarkan sebuah benda lalu diserahkan pada Wiro. Ketika Wiro
menerima den memperhatikan ternyata benda itu adalah sekuntum Bunga Matahari
yang masih sangat segar.
Sebelum Wiro sempat bertanya untuk apa bunga itu, si gadis di hadapannya telah
lebih dulu berkata.
" Per gi l ah ke Pr ambanan. Bawa anak per empuan sahabatmu itu. Masuk ke dalam Candi Siwa. Di dalam candi ada sebuah ruangan
dimana terdapat patung Loro Jonggrang. Berikan Bunga Matahari itu padanya.
Niscaya kau dan anak perempuan itu akan mendapat berk ahnya. . . " " Ter i ma kasi h. I ni kembang bagus. Tapi bagai mana mungkin aku memberikannya pada sebuah patung"
Tangan patung tak mungkin akan mengambilnya seperti manusia hidup. Atau bunga
ini aku letakkan di atas batu di
kaki pat ung ?" Si gadis tersenyum. Dengan suara sabar dia berkata.
" Per gi l ah ke candi i t u. Kau akan mel i hat kekuasaan Para Dewa yang mengasihi orang-or
ang yang t er ani aya. " Wiro terdiam. Si gadis menatap ke langit. Dia seperti melihat sesuatu di atas
sana. Lalu dia berkata pada Wiro.
" Sahabat , aku har us meni nggal kanmu sekar ang. . . . " Sambil berkata gadis itu menggerak-gerakkan
dua tangannya membuat tanda atau isyarat.
Wiro kaget. " Ast aga ! Kau memper gunakan bahasa t
angan, bahasa or ang bi su! " Si gadis terus saja menatap langit den menggerak-
gerakkan jari-jari tangan. Begitu gerakan dihentikan, dia berpaling pada Wiro
den berkata. " Sahabat , kau bi car a dengan si apa?" SEPASANG ARWAH BISU
70 Si gadis berpaling, menatap Wiro sebentar tapi tidak menjawab. Dua tangan dan
sepuluh jari kembali digerak-gerakkan.
" Gadi s i ni . Di a t engah bicara dengan seseorang lewat
t anda ger akan t angan, " pi ki r Pendekar 212. Make Wi r o lantas bertanya.
" Kau . . . Apa hubunganmu dengan dua kakek nenek
yang di panggi l dengan sebut an Sepasang Ar wah Bi su! " Gadis berkaki tunggal bukannya menjawab pertanyaan Wiro malah berkata.
" Tadi aku hendak mengat
akan sesuat u, t api sel al u terpotong. Ketahuilah, ketika diriku terhimpit di bawah batu besar, dalam doaku
kepada Yang Maha Kuasa, aku telah mengucapkan kaul. Jika ada seseorang yang
menolong melepaskan diriku dari himpitan batu, jika dia perempuan akan aku
angkat sebagai saudara kandung.
Kalau dia seorang lelaki maka kepadanya aku akan
mengambilnya sebagai suami, menyerahkan diri dan
ber bakt i sebagai I st r i ! " Kejut Pendekar 212 bukan alang kepalang.
" Apa"! " Kat anya t er gagau. " Kal au aku per gi sekar ang ber ar t i aku akan dat ang
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi mencarimu. Kalau kita berpisah sekarang berarti akan ada saat kita saling
bertemu kembali dan bersatu untuk
selama-lamanya.
Yang Maha Kuasa telah menjawab doaku. Bukankah itu satu kenyataan, satu ber
kah r ahmat yang agung?" Lalu gadis itu pegang tangan Wiro yang memegang
Bunga matahari. Dengan sangat khusuk dan penuh
perasaan dia mencium belakang tangan sang pendekar.
Wiro tak kuasa menarik tangan itu agar tidak sampai dicium. Namun entah mengapa
dia tidak mampu. Malah dari tiupan hembusan nafas si gadis dia merasa ada hawa
sejuk nyaman masuk ke dalam tangan dan
menjalar keseluruh tubuhnya.
71 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku per gi ..." ucap si gadi s set engah ber bi si k di ser t ai senyuman. Lalu sekali membalikkan badan, tubuhnya membal ke udara.
" Tunggu! I ni t i dak mungki n! Kau bel um member i t ahu si apa namamu! " Wi r o ber ser u. Dalam kegelapan terdengar gema suara jawaban.
" Kal au Yang Kuasa member
i kan j al an bagi segal a kemungkinan, mengapa kita sepasang insan bisa masih menaruh kebimbangan"
Sahabat, kalau kita bertemu lagi, saat itulah kita akan saling memberi tahu
nama. Memang kurang pantas rasanya kalau sepasang calon suami istri t
i dak t ahu nama sat u sama l ai nnya. " Wiro geleng-geleng kepala dan tegak tersandar ke
pinggiran batu dimana Ni Gatri terbujur. Kepala digaruk pulang balik. Tiba-tiba
anjing hitam kecil yang sejak tadi entah berada dimana tahu-tahun muncul,
menyalak pendek dan melompat ke atas bahu. Beberapa lama
binatang ini menjilati kedua kaki anak perempuan itu lalu melompat ke bahu kanan
Wiro. Selagi Wiro mengingat-ingat peristiwa yang baru saja dialaminya mendadak dari
arah kiri ada suara perempuan berkata.
" Mal am penuh ber kah. Seor ang sahabat t el ah mendapatkan calon Istri. Wahai, apakah aku masih boleh memberikan empat ratus
sembilan puluh enam ciuman yang masih bersisa" Tidakkah sang calon istri akan
menaruh rasa cemburu" Tidakkah diriku akan merasa ber
sal ah?" Walau tahu siapa yang bicara namun tetap saja Wiro melengak kaget.
SEPASANG ARWAH BISU
72 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
11 RATU RANDANG berdiri tersenyum di hadapan Pendekar
212 Wiro Sableng. Sepasang mata
yang juling bagus dikedipkan.
" Rat u, apakah kau sudah l
ama ber ada t empat i ni ?" Ber t anya Wi r o. " Cukup l ama. Aku mendengar semua dengan gadis barkaki satu itu. Sebenarnya
aku tidak ingin menguping pembicaraan orang. Namun begitu sampai disini, sepasang kakiku seolah tidak mau beranjak
dari balik pohon sana. Maafkan diriku kalau
t el ah ber buat l ancang. " " Ti dak apa-apa. Malah aku senang kau
mendengar semua pembi car aan. " " Aku j uga senang mengetahui kau
secara tak terduga menemukan seor ang cal on i st r i " . " Rat u, maksudku bukan begi
t u. Aku ke neger i i ni bukan unt uk mencar i i st r i . " " Tapi bukankah soal l angkah dan j odoh i t u sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Oleh Gusti Allahmu"
Kurasa tak ada pemuda yang menolak mendapat istri seor
ang gadi s cant i k. " Wiro garuk kepala.
" Kau menol ak menj adi suami gadi s i t u
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kar ena cacat di t ubuhnya?" Wi r o menggel eng. " Or ang cacat dan t i dak cacat bagiku sama saja. Tapi perkawinan tidak bisa terjadi hanya karena seseor
ang t el ah mengucapkan kaul . " 73 SEPASANG ARWAH BISU
" Lal u mengapa kau t i dak t er ang-terangan mengatakan
pada gadis berkaki tunggal itu kalau kau tidak mau menjadi
suaminya" Sekarang sudah kepalang dia menganggap di r i mu sebagai cal on suami . " " Kuhar ap saj a di a nant i menger t i kal au mengambil suami tidak semudah itu. Kalau aku datang bersama sembilan teman lelaki
menolongnya dari himpitan batu, lantas apakah dia harus kawin dengan sepuluh
suami sekal i gus "! " Wi r o t er t awa gel ak-gelak. Berhenti tertawa
Wiro menatap wajah Ratu Randang.
" At au j angan-jangan kau memang maunya aku kawi n dengan gadi s t adi . " Ratu Randang tersenyum tapi membuang muka
memandang ke arah lain.
" Rat u, apakah kau kenal
dengan gadi s i t u. At au per nah mel i hat di a sebel umnya?" Wi r o kemudi an bertanya. Rate Randang menjawab dengan gelengan kepala.
" Tadi aku l i hat di a memakai bahasa ger akan t angan. Bahasa orang bisu.
Ketika melakukan hal itu dia
menatap ke langit. Agaknya dia tengah bicara dengan seseorang atau beberapa
orang yang aku tidak mampu melihat. Mungkinkah gadis itu bicara dengan dua kakek
nenek Sepasang Arwah Bisu yang tadi muncul melayang di
at as Buki t Bat u Hangus?" " Aku t i dak t ahu Wi r o. Rasanya ada hal l ai n yang har us segera kau lakukan. Kau ingat Bunga Matahari yang diberikan gadis tadi" Kau
ingat apa yang dikatakannya"
Kau harus segera membawa Ni Gatri ke Candi Siwa
menemui patung Nyi Loro Jonggrang. Aku yakin paling tidak sebagian dari rahasia
yang ada akan segera
t er j awab. Aku akan mengant
ar mu ke sana"
. Lal u Rat u Randang mengangkat tubuh Ni Gatri yang terbaring di atas batu.
" Rat u, bi ar aku saj a yang memanggul Ni Gat r i . " Kat a Wiro sambil mendekat dan hendak mengambil sosok Ni Gatri dari gendongan Ratu
Randang. Namun perempuan SEPASANG ARWAH BISU
74 itu bukan menyerahkan Ni Gatri malah dia gelungkan tangan kiri ke leher Wiro
lalu berbisik. " Wi r o, aku t i dak mau mengat akan. Mungki n hat i ku sudah tidak karuan rasa terhadapmu. Kita berpisah hanya sebentar
saja. Tapi mengapa hatiku sangat rindu padamu. Aku mengejarmu ke sini. Wiro maafkan kalau aku berucap lancang. Mudah-
mudahan gadis berkaki
sat u i t u t i dak mel i hat apa yang aku l akukan i ni . " Lal u cuupp. Ratu Randang kecup bibir Pendekar 212 penuh mesra dan lama.
" Rat
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
u, kau bi l ang ki t a har us seger a ke Candi Si wa, " ucap Wiro agak kelagapan bernafas.
" Aku t ahu . . . aku t ahu, " bi si k Rat u Randang. Lalu
sekali lagi dia mencium mesra sang pendekar. Kemudian sambil,
mengulum senyum den balikkan badan perempuan ini berkata.
" Ti nggal empat r at us sembi l an pul uh empat . Hi k . . . hi k. Masi h banyak! " Begitu Ratu Randang berkelebat menuruni bukit, Wiro dengan anjing kecil hitam
masih berada di bahu
kanannya segera mengikuti. Sambil berlari murid Sinto Gendeng berkata dalam
hati. " Rat u Randang, pengakuanmu bahwa kau
mengajarku karena rindu terhadapku kurasa tidak seluruhnya benar. Pasti kau diperintah oleh Raja Mat ar am. " * * * DI SEBELAH timur sekilas cahaya terang tampak di
langit. Pertanda tak lama lagi fajar akan segera menyingsing. Ratu Randang hentikan lari tepat di tangga besar
yang menuju ke atas Candi Siwa. Dia menyerahkan tubuh Ni Gatri pada Wiro.
" Kau t i dak i kut masuk ke dal am candi ?" t anya Wi r o. 75 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku t i dak di amanat kan. Aku t i dak mau menyal ahi apa yang sudah diatur. Pergilah cepat. Sebentar lagi fajar menyingsing. Aku berharap
semuanya bisa selesai
sebelum sang surya terbit. Aku sangat kawatir. Semoga Par
Dewa menol ongmu. " Seolah mengerti kalau dia juga tidak diperlukan ikut masuk ke dalam candi,
anjing hitam kecil melompat dari bahu kanan Wiro, turun ke tanah lalu duduk di
undakan pertama tangga menuju ke atas candi.
Sambil mendukung Ni Gatri, Wiro menaiki tangga
batu. Di dalam candi terdapat beberapa ruangan berisi patung. Akhirnya Wiro
menemukan ruangan yang agak temaram tapi bersih dimana terletak sebuah patung
perempuan cantik tinggi besar bernama Batari Durga yang lebih dikenal dengan
sebutan Loro Jonggrang.
Demikian pandainya para pemahat yang membuat,
patung itu seolah- olah hidup dan memandang tersenyum kepada siapa saja yang
berada dalam ruangan itu.
Wiro menatap wajah patung sebentar lalu dia meletakkan tubuh Ni Gatri di kaki patung yang menginjak palung seekor Banteng
yang konon bernama Nandi dan telah
dibunuh oleh Batari Durga karena hendak mencelakai dirinya dan mengacau negeri. Seperti yang diceritakan, dalam serial
Satria Lonceng Dewa Mimba Purana, Loro Jonggrang adalah patung yang didatangi
Ananthawuri anak perawan Desa Sorogedug untuk
diminta pertolongan. Oleh sang patung yang dipanggil dengan sebutan Dewi oleh
Ananthawuri, Loro Jonggrang memberikan sebuah jimat berupa sebuah batu sakti
bernama Batu Kaladungga. (Baca serial Mimba Purana, Satria Lonceng Dewa karangan
Bastian Tito berjudul
" Per awan Sumur Api " , " Ar wah Candi Mi r i ng" , " Panger an Bunga Bangkai " , " Dewi Tangan Jer angkong" dst . ) Setelah membaringkan Ni Giatri, Wiro
luruskan badan. Untuk beberapa lama dia hanya memandangi
wajah patung dan menggaruk kepala satu kali.
SEPASANG ARWAH BISU
76 " Aku har us bi car a bagai mana?" Pi ki r Wi r o. Diluar dugaan, yang membuat Pendeker 212 terkejut tiba-tiba dia mendengar suara
perempuan menyapa.
" Or ang muda ber ambut panj ang, yang ber asal dar i negeri terpaut jauh dari masa sekarang, yang datang membawa seorang anak
perempuan dalam keadaan
kaku tidak bergerak tidak bersuara. Mengapa berlama-lama dan seperti bingung.
Sebentar lagi fajar akan menyingsing, matahari akan terbit dan malam akan
berganti dengan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siang. Katakan apa maksud kedat anganmu. Kat akan apa yang bi sa aku l akukan. " Wiro tercengang. Bagaimana patung itu bisa mengetahui mengenai dirinya serta keadaan Ni Gatri.
Lebih dari itu baru sekali ini dia melihat ada patung bisa bicara. Akibatnya,
patung itu tersenyum ke arahnya. Dan bukan cuma tersenyum. Mulut dan bibir
patung yang terbuat dari batu itu jelas-jelas bergerak pertanda patung inilah
yang memang barusan bicara padanya! Wiro cepat-cepat membungkuk.
" Pat ung cant i k sakt i . . . . " Mendengar kata-kata Wiro, patung Loro Jonggrang,
tertawa. " Maaf kan saya. Saya har us memanggi l apa?" Wiro bertanya. " Kau mau memanggi
l di r i ku apa t er ser ah saj a. " Patung menjawab.
" Saya. . . . " Wi r o menggar uk kepal a. " Saya akan memanggi l mu Dewi saj a. Bol eh . . . ?" Sang patung cantik tersenyum.
" Panggilan itu mengingatkan aku pada seorang
perawan desa yang pernah datang menemuiku beberapa tahun lalu. Namanya
Ananthawuri. Entah dimana dia sekar
ang. Di a j uga memanggi l ku dengan sebut an Dewi " " Pat ung Dewi . . . Maksudku Dewi Lor o Jonggr ang, saya bernama Wir
o Sabl eng. . . . " 77 SEPASANG ARWAH BISU
Sepasang alis mata patung Loro Jonggrang berkerenyit naik.
" Apa" Coba ul angi . Si apa namamu?" " Nama saya Wi r o Sabl eng. . . " " Oohh. . . Tadi kur asa aku sal ah mendengar . " Lor o Jonggrang tersenyum.
Wiro menggaruk kepala.
" Nama saya memang kedengar an aneh. " " Banyak or ang ber nama aneh. Mi sal Kebo Panar an. Tapi orang itu bukan kebo atau kerbau benaran. Kau bernama Wiro Sableng. Aku
yakin kau juga tidak sableng benar
an. " Wiro tertawa den menggaruk kepala.
" Dewi , saya dat ang ke si ni , membawa anak perempuan bernama Ni Gatri yang saya anggap adik itu untuk minta pertolonganmu.
Sesuatu telah terjadi atas dirinya. Tubuhnya keras seperti batu den berwarna
hijau. Semua ini terjadi ada hubungannya dengan malapetaka Mal
am Jahanam yang meni mpa Bhumi Mat ar am. " Sesaat wajah cantik patung Loro Jonggrang tampak
muram. " Sel ama duni a t er kembang or ang-orang jahat selalu
berada dimana-mana. Itu sebabnya Para Dewa meminta agar kita berlaku waspada.
Wiro, kau datang atas
kemauan sendi r i at au ada yang menyur uh?" " Ada seor ang sahabat bai k yang member i nasi hat . " Jawab Wiro. " Laki -laki atau perempuan" Adakah dia mempunyai
nama
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?" " Per empuan. Maaf , saya t i dak menanyakan si
apa namanya. " " Bagai mana aku bi sa yaki n kal au kau memang dat ang at as pet unj uk per empuan i t u?" Wiro ingat pada Bunga Matahari yang diberikan gadis berkaki tunggal. Dengan
cepat bunga itu dikeluarkan lalu diperlihatkan seraya berkata.
SEPASANG ARWAH BISU
78 " Sahabat i t u member i kan Bunga Mat ahar i i ni pada saya. Disertai pesan saya harus menyerahkannya pada Dewi
" Mendengar ucapan Wiro tiba-tiba yang membuat
Pendekar 212 terkejut setengah mati, tangan kanan patung Loro Jonggrang
bergerak. Diulurkan mengambil Bunga Matahari yang dipegang sang pendekar.
Setelah memperhatikan bunga sebentar, Nyi Loro
Jonggr ang ber t anya. " Aku t ahu si apa per empuan itu. Seorang gadis yang terkena tenung guna-guna ilmu
hitam. Wiro, sekarang beritahu. Pertolongan apa yang ingin kau dapatkan dariku.
Apakah kau percaya aku bisa menol
ong?" " Dewi , kal au Yang Maha Kuasa t el ah menunt un saya datang kesini, berarti Dewilah memang orangnya tempat saya
mi nt a t ol ong. " Wi r o menunj uk pada sosok Ni Gat r i yang terbaring di lantai ruangan batu.
Loro Jonggrang menatap Ni Gatri agak lama. Lalu
perhatiannya kembali pada Bunga Matahari yang dipegang di tangan kanan. Perlahan-lahan bunga di dekatkan ke wajahnya lalu
ditiup. Bagian kuning bundar Bunga Matahari berubah menjadi putih berkilau. Loro
Jonggrang ulurkan tangan, mengembalikan Bunga Matahari yang telah berubah kepada Wiro.
" Usapkan bagi an put i h bunga di ubun-ubun, kening,
dada, perut dan telapak kaki anak perempuan itu. Mudah-mudahan
Yang Maha Kuasa menolong menyembuhkannya.
" Wiro cepat mengambil Bunga Matahari dan melakukan apa yang dikatakan Patung Dewi Loro
jonggrang. Begitu selesai mengusapkan bagian putih Bunga Matahari di kedua kaki
Ni Gatri, tiba-tiba anak perempuan itu mengerang pendek, menggeliat lalu
bergerak bangun dan duduk di atas batu. Wajah dan sekujur tubuh yang tadi
kehijauan kini kembali ke warna asli. Dua matanya menatap ke arah Wiro tapi
tampak 79 SEPASANG ARWAH BISU
pandangannya kosong. Ni Gatri berpaling pada Loro Jonggrang. Anak ini tersenyum
namun senyumnya
hampa. " Ni Gat r i , kau sudah sembuh?" Ni Gatri mengangguk.
" Ni Gat r i , bi car al ah. Jangan di am saj a. " Kat a Wi r o. Anak perempuan itu menggerakkan mulut berulang
kali. Tapi tidak ada suara yang keluar. Wajahnya seperti mau menangis.
" Ni Gat r i ! Kau t i dak bi sa bi car a" Kau bi su "! " Tanya Wiro. Yang ditanya mengangguk.
Wiro pejamkan mata. Peluk anak perempuan itu lalu berpaling ke arah patung Loro
Jonggrang. " Wi r o, kau t ak usah kawat i r . Bi la besok matahari terbit
dan mulai meninggi, anak itu akan bisa bicara dengan sendi
r i nya. " " Tapi Dewi , Ni Gat r i har us bi sa bi car a sekar ang. Ada hal sangat penting yang harus diterangkannya. Kalau dia baru
bicara besok, sudah sangat terlambat.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari keterangan anak i ni saya akan mel akukan sesuat u. . . " " Wi r o, aku t i dak bi sa mel angkahi ket ent uan yang dibuat Para Dewa. Kalau anak itu tidak bisa bicara sebelum waktunya, aku tidak
mungkin membuat dia
mampu bi car a sekar ang j uga. " Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala.
" Hal sangat pent i ng apa yang har us di t er angkan anak i t u padamu?" " Mal am t adi ada dua kakek nenek aneh yang konon bernama Sepasang Arwah Bisu. Mereka datang ke Bukit Batu Hangus tempat Raja dan
keluarga serta ratusan pengungsi
lainnya berada. Sepasang
kakek nenek memberi petunjuk dalam bahasa gerak tangan orang
bisu. Hanya Ni Gatri yang tahu arti gerak tangan itu.
Namun sebelum sempat bicara dia telah diserang hebat hi
ngga kaku dan t ak bi sa ber suar a. " SEPASANG ARWAH BISU
80 " Bahasa ger ak t angan or ang bi su. . . " Lor o Jonggr ang mengulang. Dua tangannya diangkat, sepuluh jari tangan bergerak gerak. Sambil
menatap ke arah Ni Gatri, Loro Jonggr
ang ber t anya. " Kau menger t i i syar at -isyarat yang aku buat ?" Anak yang di t anya anggukkan kepal a. Mendadak sebagian tubuh patung Loro Jonggrang
sebelah atas membuat gerakan membungkuk. Dua
tangan yang terus bergerak-gerak memancarkan cahaya putih. Lalu sama sekali
tidak diduga oleh Wiro, dua tangan itu dipukulkan ke arahnya.
Sepuluh larik cahaya putih berkiblat dalam ruangan batu. Lima larikan menghantam
tepat di kepala sang pendekar. Lima larikan lagi menyapu di kedua tangannya.
Walau Wiro tidak merasakan sakit namun tubuhnya
terpental hingga dia jatuh terduduk di lantai ruangan. Ni Gatri terduduk di
pangkuannya. Di luar candi terdengar suara anjing kecil menggonggong.
" Dewi , mengapa kau menyer angku. . . " " Si apa bi l ang aku menyer angmu! " j awab Lor o Jonggrang sambil mengulum senyum.
81 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
12 WIRO berdiri. Dua tangan
diperhatikan. Kepala yang barusan dihantam lima larik cahaya
putih diusap-usap. Kepala dan dua
tangannya memang tidak cidera sama sekali. " Dewi , maaf kan kal au saya sal ah menduga. Tapi sepul uh si nar put i h t adi . . . " " Wi r o, ambi l kembal i Bunga Mat ahar i yang ada di lantai. Sekarang kau boleh membawa
anak perempuan itu meninggalkan candi.
Sesampai di luar jika ada orang bicara atau
bertanya padamu jangan dijawab sebelum
kau berjalan ke arah timur sejauh empat
puluh langkah. Pada langkah yang ke
empat puluh lemparkan Bunga Matahari
ke udara. Sesuatu akan terjadi. Semoga Yang Maha Kuasa menol ongmu. " " Dewi , kau memberi tahu maksud sepuluh cahaya
Loro Jonggrang tersenyum lalu menjawab.
" Tadi aku hanya member
i kan sedi ki t i l mu padamu. Agar kau bisa mengerti bahasa isyarat tangan orang bisu dan mampu pula balas
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bicara dengan membuat gerakan yang
sama pada kedua t anganmu. " Pendekar 212 terkesiap. Dia seperti mau berteriak saking girangnya. Tapi tahu
diri sang Wiro buru-buru membungkukkan tubuh mengucap terima kasih berulang
kali. Di sampingnya Ni Gatri ikut-ikutan membungkuk namun tidak bisa
mengeluarkan suara.
SEPASANG ARWAH BISU
82 " Dewi , r asa t er i ma kasi h kami ber dua t i dak t er hi ngga. Kami t i dak bi sa memba1as budi bai kmu. . . " " Wi r o, j i ka kal i an ber dua bahagi a, aku j uga mer asa bahagia. Jika kau bisa menolong Raja dan rakyat
Mataram aku sungguh sangat
ber syukur . . . " " Dewi , apakah saya bol eh per gi sekar ang?" Kepala patung Loro Jonggrang mengangguk. Mulut
tersenyum. Wiro membungkuk sekali lagi. Ketika dia melangkah ke pintu dia ingat sesuatu.
" Dewi , apakah saya bol
eh menj abat t anganmu?" Wajah patung Loro Jonggrang tampak tercengang.
Namun kemudian kepala patung tampak mengangguk.
Wiro ulurkan tangan. Dalam waktu yang bersamaan Loro Jonggrang juga mengulurkan
tangan. Wiro menyalami tangan kanan patung lalu menciumnya penuh hormat.
Astaga! Murid Sinto Gendeng tersentak dia merasakan tangan patung itu tidak beda
dengan tangan manusia atau gadis biasa. Halus dan juga harum!
" Dewi , saya mi nt a di r i . Har ap maaf kan kal au ada ucapan dan tindakan saya yang lancang. Saya sangat menghor
mat i di r i mu. " Di am-diam Wiro jadi ngeri sendiri.
Sebelum Wiro meninggalkan ruangan patung Loro
Jonggrang berkata.
" Wi r o kau l upa membawa Bunga Mat ahar i di l ant ai . " Wiro terkejut dan cepat berbalik. Seat itu Bunga
Matahari yang ada di lantai dekat kepala patung Banteng telah melayang ke udara.
Wiro cepat menangkapnya.
" Wi r o, sat u hal sebel um kau per gi . Jaga bai k-baik senjata mustika sakti berbentuk kapak yang ada dalam rongga
dadamu. Ada orang jahat yang ingin mer ampasnya! " Murid Sinto Gendeng terkejut lalu cepat-cepat membungkuk dan mengucapkan terima kasih.
" Dewi , kal au semua ur usan i ni sudah sel esai , saya akan menyambangi mu l agi di si n! . Bol ehkah?" 83 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku senang mendengar
kat a kat amu i t u Wi r o. Kau bisa menemuiku kapan saja. Selagi masih ada di Bhumi Mataram ini. Atau kelak
setelah kau sampai dan kembali lagi ke negeri asalmu delapan ratus tahun
mendatang. Aku akan selalu
ada di dal am candi yang sama. " " Di al am del apan r at us t ahun mendat ang apakah nant i kau j uga bi sa bi car a dan t er senyum seper t i saat i ni ?" Tanya Wiro pula.
Loro Jonggrang tertawa merdu. Kepala diangguk dan mata kiri dikedipkan.
* * *
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BEGITU Wiro keluar dari dalam candi bersama Ni
Gatri yang kini tidak digendong lagi tapi bisa jalan sendiri, anjing kecil di
tangga candi menyalak panjang dan lari berjingkrak-jingkrak seolah senang.
Ratu Randang cepat mendatangi di kaki tangga dan
bertanya. " Wi r o, kau sudah menemui Nyi Lor o Jonggr ang" Kau bi car a padanya " Apa yang di kat akannya?" Wiro tidak menjawab. Pada seat menginjakkan kaki di tanah dia langsung berjalan
ke arah timur. Di sebelahnya melangkah Ni Gatri. Karena Wiro tak menjawab Ratu
Randang segera mengikutinya dengan perasaan terheran-heran.
" Wi r o, aku ber t anya. Apakah kau sudah ber
t emu dengan Nyi Loro Jonggrang"
Apakah kau sudah mendapat pet unj uk?" Sesuai pesan Loro Jonggrang, Wiro tetap tidak
menjawab den berjalan terus.
" Wi r o! Hai ! Kau t ul i at au bagai mana! Aku ber t anya kau tak mau menjawab. Kau seperti orang mimpi melek
berjalan di malam buta ! Hantu mana yang menemanimu
"! " SEPASANG ARWAH BISU
84 Wiro tetap diam. Sementara itu sambil melangkah di samping Wiro, Ni Gatri
palingkan kepala dan letakkan jari telunjuknya di atas bibir. Melihat isyarat
ini Ratu Randang menjadi terkejut.
" Apa " Kau member
i t ahu kal au Wi r o sekar ang menj adi bi su "! " Ni Gatri tidak menjawab karena memang tidak bisa
bersuara. " Ast aga! Kau i ni di apakan sama Lor
o Jonggr ang" Atau apa ada setan jahat kesasar didalam candi masuk ke dalam dirimu hingga kau
kesambet tidak bisa
mendengar tidak bisa bicara "! Atau mungkin kau bicara dan bertingkah kurang
ajar membuat Loro Jonggrang mar
ah ! " Ratu Randang berucap setengah ketakutan den
seperti mau menangis. Ketika dia hendak merangkul pemuda itu tiba-tiba Wiro
hentikan langkah. Itulah langkah yang ke empat puluh !
Wiro perhatikan Bunga Matahari di tangan kanan.
Lalu menatap ke langit yang diterangi bulan setengah lingkaran. Tangan kanan
bergerak dan dengan kekuatan tenaga luar yang dimiliki Wiro lempar bunga itu
tinggi-tinggi ke udara.
Di udara malam Bunga Matahari pijarkan cahaya
putih. Sesaat udara tampak terang. Justru dalam terang itulah mendadak ada
delapan larik cahaya merah datang menyambar dart arah selatan!
" Si nuhun Muda! " Ter i ak Rat u Randang. Perempuan ini segera pukulkan tangan kanan ke
etas, melepas Sang Pencipta Berbuat Penuh Kuasa.
Selarik cahaya putih yang mengembang membentuk
kipas terbuka berkiblat, menyambar menghadang delapan larik cahaya merah.
" Bl ar r r r ! " " Bummm! " 85 SEPASANG ARWAH BISU
Bentrokan hebat membuat delapan cahaya merah
den cahaya putih berpijar seperti bunga api raksasa.
Menyusul suara dentuman dahsyat yang seperti menggoyang langit malam den menggetarkan kawasan
Prambanan. Bunga Matahari yang tadi dilempar Wiro melayang jatuh ke bawah dan
cepat ditangkap Wiro
sebelum menyentuh tanah. Anjing kecil menyalak tiada henti.
Ratu Randang terpekik. Tubuhnya terguling di tanah.
Wiro den Ni Gatri cepat mendatangi perempuan itu. Air muka Ratu Randang tampak
pucat . Dd sela bibirnya kelihatan darah meleleh.
" Wi r o, dadaku saki t . . . " Ucap Rat u Randang set engah berbisik. Wiro jadi bingung. Tapi cuma sebentar.
" Kau t ak apa-apa. Mudah-mudahan ini bisa mengobati
l uka dal ammu. " Wiro usapkan ke dada Ratu Randang Bunga Matahari
pemberian gadis berkaki tunggal yang telah diberi kekuatan sakti oleh Loro
Jonggrang. Ajaib ! Saat itu juga rasa
sakit didada Ratu Randang lenyap. Malah perempuan ini seolah mendapatkan satu kekuatan dahsyat di dalam tubuhnya. Dia hendak mengarahkan sesuatu namun saat itu dari
langit malam datang
menyapu gulungan cahaya merah, membuntal menghunjam ke tanah dimana Wiro, Ni Gatri, Ratu
Randang den anjing kecil berada.
Dari warna cahaya yang menyerang dan ingat
teriakan Ratu Randang tadi Wiro merasa yakin serangan dahsyat itu pasti
dilancarkan oleh orang yang sama yakni Sinuhun Muda ! Tidak menunggu lebih lama
Wiro segera keluarkan potongan kalung emas yang diberikan Sri Padmi
Kameswari. Seperti diketahui emas adalah pantangan bagi diri dan semua ilmu kesaktian yang dimiliki Sinuhun Muda dan
Sinuhun Merah Penghisap Arwah.
SEPASANG ARWAH BISU
86 Namun saat itu di udara malam tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak.
" Kesat r i a Panggi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
l an! Kau bol eh punya sat u gunung emas! Jangan mengira saat ini kau bisa selamat dari ser
anganku ! He . . . he . . . he ! " Anjing kecil meraung panjang. Ni Gatri tercekat. Ratu Randang terkesiap. Ratu
Randang berteriak.
" Wi r o ! Jangan-jangan mahluk keparat itu telah
memiliki ilmu penolak penangkal yang kita miliki. Celaka !
Ki t a bi sa mat i semua! " Hawa panas yang berasal dari gulungan cahaya
merah menerpa tiga orang dan anjing kecil yang ada di halaman kawasan candi.
Wiro dengan nekad segera siap melepas pukulan Sinar Matahari. Namun terlambat!
Hanya sekejapan lagi semua mereka itu akan disapu lumat dan leleh oleh gulungan
cahaya merah yang luar biasa panasnya tiba-tiba!
" Tam! Tam! Tam! " Di kejauhan terdengar suara, orang menabuh tambur.
Udara malam laksana tercabik cabik. Tanah bergeletar.
Lalu menyusul suara, tiupan suling yang membuncah liang telinga!
Saat itu pula gulungan cahaya merah bergoyang
keras. Seperti ada kekuatan dahsyat menghantam dari dalam tanah gulungan cahaya
merah terpental ke atas.
Setiap terdengar suara tambur dan suling, gulungan cahaya merah kembali
terlempar ke atas hingga akhirnya seolah amblas lenyap di atas langit!
" Suar a t ambur dan t i upan sul i ng i t u! Menol ong ki t a! " Ucap Ratu Randang.
" Dua manusi a aneh ber nama Si Tambur Bopeng dan Si Sul i ng Bur i k! " Kat a Wi r o pul a. Semua orang memandang ke arah kejauhan dari mana, datangnya
suara tambur dan suling. Namun mereka tidak melihat apa-apa.
87 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro segera hendak terapkan Ilmu Menembus Pandang namun tidak jadi karena tiba-tiba di langit muncul melayang dua kakek
nenek berselempang kain putih yang tidak asing lagi!
" Kakek nenek Sepasang Ar wah Bi su! " Wi r o set engah ber ser u. " Ber ar t i bukan hanya suar
a t ambur den sul i ng yang menolong kita.
Tapi kehadiran dua kakek nenek itu juga sangat
mempengaruhi orang yang menyerang kita. Ratu, kau ingat bagaimana tampang
Sinuhun Muda ketakutan:
ketika melihat dua kakek nenek itu di Bukit Batu
Hangus?" Tanpa menunggu jawaban Ratu Randang Wiro
melambaikan tangan sambil berteriak.
" Kakek nenek Sepasang Ar
wah Bi su, kami but uh bant uanmu! " Dua kakek nenek yang melangkah mengambang di
udara tukikkan pandangan kebawah. Ketika melihat Wiro den kawan-kawan keduanya
segera melayang turun
namun tidak sampai menjejakkan kaki di tanah.
Dua kakek nenek itu melayang tak jauh dari hadapan Candi Wisnu.
Wiro segera mendatangi. Ratu Randang, dan anjing
kecil yang kini digendong oleh Ni Gatri mengikuti dari belakang.
Begitu sampai di hadapan Sepasang Arwah Bisu,
Wiro membungkuk hormat. Setelah meluruskan tubuh
kembali dengan cepat dia menggerak gerikkan tangan dan sepuluh jari. Lalu tangan
kanan diusapkan ke kening den dikepretkan.
Ratu Randang terkejut. Juga Ni Gatri.
" Hai ! Wi r o ! Dar i mana kau bel aj ar dan t ahu bahasa t angan or ang bi su i t u "! " Ber t anya Rat u Randang. " Dar i Dewi Lor o Jonggr ang. Nant i akan aku cer i t akan. Aku menunggu jawaban dua kakek nenek itu. Aku
barusan menanyakan pada mereka apa arti gerakan
SEPASANG ARWAH BISU
88 sepuluh jari tangannya dan usapan di kening serta kepretan tangan yang pernah
dilakukannya di Bukit Batu Hangus. Nah, mereka tengah bersiap-siap menjawab.
Yang akan bi car a agaknya si kakek. " Bukan saja Ratu Randang dan Ni Gatri yang terkejut melihat Wiro mampu melakukan
pembicaraan orang bisu dengan bahasa gerakan tangan, sepasang kakek nenek yang
melayang di depan Candi Wisnu tampak tercengang den sesaat keduanya saling
pandang lalu sama-sama tersenyum. Si kakek kemudian menunjuk ke arah Wiro dengan
telunjuk tangan kanan. Lalu dia mulai menggerak gerakkan sepuluh jari tangan,
meletakkan tangan kanan di atas kening lalu seperti sebelumnya yang dilakukan
kakek ini kepretkan tangan itu ke bawah.
" Ast aga! " Wi r
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
o ber ser u t er t ahan mel i hat ger akan si kakek. " Apa kat anya?" Tanya Rat u Randang yang j adi t i dak sabaran. " Kakek i t u bi l ang. Aku dat ang membawa segudang
i l mu. Tet api mengapa t i dak di per gunakan. " Wi r o menjelaskan. " Lal u keni ng yang di usap dan t angan yang di kepr et kan, apa ar t i nya?" " Si kakek ber kat a, aku punya i l mu yang bi sa membersihkan benjolan di kening. Ratu, harap kau diam dul
u. Aku akan ber t anya pada mer eka. " Lalu Wiro gerakkan jari-jari tangannya.
Melihat gerakan jari-jari tangan yang dibuat Wiro, Sepasarg Arwah Bisu saling
pandang, lalu si nenek menggerakkan tangan memberi jawaban.
" Luar bi asa ! Bagai mana mer eka t ahu i l mu yang aku mi l i ki ! " " Tanyakan si apa mer eka sesungguhnya.
" Rat u Randang berbisik.
Wiro melakukan apa yang dikatakan Ratu Randang.
Sepuluh jari tangan bergerak lincah. Yang segera dibalas 89
SEPASANG ARWAH BISU
oleh kakek berselempang kain Putih dan langsung
diartikan Wiro, diberi tahu pada Ratu Randang.
" Ket i ka neger i ber si mbah dar ah, or ang-orang jahat
hendak merebut tahta. Anak dan menantuku menemui
ajal di dalam dosa. Satu setunya cucuku yang masth hi
dup t er nyat a t i dak ber bakt i pada kami ber dua. . . " " Tanyakan si apa cucunya yang masi h hi dup i t u ! " Bi si k Ratu Randang. Wiro menggerakkan jari-jari kedua tangan.
Di atas sana Sepasang Arwah Bisu sama-sama
gelengkan kepala. Si nenek berkata melalui gerakan tangan. Yang diartikan Wiro
pada Ratu Randang.
" Kami t i dak akan member
i t ahu. Kar ena kami ber har ap di a masi h bi sa kel uar dar i kesesat an. . . " Tiba-tiba suara tambur dan suling bergema kembali.
Tak lama kemudian Si Tambur Bopeng den Si Suling
Burik muncul dari balik Candi Wisnu. Sepasang Arwah Bisu memutar tubuh. Seperti
sebelumnya mereka siap melangkah mengambang mengikuti kedua orang itu.
" Wi r o, kau i ngat . Wakt u di Buki t Batu Hangus si kakek
beberapa kali menunjuk-nunjuk pada penabuh tambur dan suling itu. Lalu tangan
kanannya digerakkan ke pinggang, ditayangkan ke atas. Lekas tanyakan pada si
kakek sebel um mer eka per gi apa ar t i ger akannya i t u! " " Kek! Tunggu! Jangan per gi dul u! " Wi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
r o ber t er i ak. Sambil berlari mengikuti gerakan melayang Sepasang Arwah Bisu Wiro gerak-
gerakkan tangan ke pinggang lalu dilayangkan ke atas. Sepuluh jari tangan
digerakkan terus menerus.
Setelah berdiam diri dan melayang terus, akhirnya si kakek
berhenti sebentar lalu menjawab apa yang ditanyakan Wiro melalui isyarat gerakan tangan. Di lain kejap kedua kakek nenek
itu lenyap dalam temaram
malam. " Apa kat anya?" Rat u Randang ber t anya begi t u ber ada di sebelah Wiro.
SEPASANG ARWAH BISU
90 " Kakek i t u member i t ahu ada sebuah senjata. Aku
kurang jelas apakah sebilah keris atau sebilah pedang.
Jika ingin tahu dimana beradanya senjata itu maka harus mengi
kut i si penabuh t ambur dan meni up ser ul i ng. " " Apa yang har us ki t a l akukan sekar ang?" Tanya Rat u Randang pula. " Saat i ni ki t a t i dak mungkin mengikuti Si Tambur
Bopeng dan Si Suling Burik. Kita harus segera menemui Raja di Bukit Batu Hangus.
Sebelum matahari terbit aku har
us sudah ber hasi l mel akukan sesuat u. . . " " Mel akukan sesuat u apa ?" Tanya Rat u Randang ingin tahu. Wiro tak menjawab. Dia cepat mendukung Ni Gatri.
Memberi tanda pada anak anjing hitam agar naik ke bahunya. Lalu ke tiga orang
itu segera berlari cepat laksana terbang menuju Sukit Batu Hangus.
Namun sebelum mencapai tujuan, di tengah jalan
tiba-tiba seorang berpakaian dan bermantel hitam, mengenakan ikat kepala kain merah tiba-tiba berkelebat menghadang. Orang ini
berdiri di tengah jalan sambil berkacak pinggang lalu tertawa bergelak. Dari
sepasang mata dan dari dalam mulut memancar cahaya merah
seolah ada kobaran api menggidikkan. Wiro dan juga Ratu Randang punya dugaan
orang ini tidak muncul
seorang diri. Mungkin ada satu atau dua orang lain yang ikut bersamanya tapi
saat itu sengaja bersembunyi.
Mula-mula Wiro tidak mengenali siapa adanya orang ini. Tapi begitu mendekat den
melihat wajah orang lebih jelas, terkejutlah Pendekar 212 !
T A M A T 91 SEPASANG ARWAH BISU
Siapakah orang yang menghadang Pendekar 212
Wiro Sableng "
Apakah Wiro mampu menjaga Kapak Maut Naga Geni
212 yang ada di dalam tubuhnya sebelum sempat
dipergunakan untuk, menumpas orang-orang jahat di Bhumi Mataram"
Benarkah dua Sinuhun telah memiliki ilmu baru
penangkal kelemahan mereka terhadap emas"
Lalu bagaimana dengan Sinto Gendeng" Dimana
sebenarnya nenek ini berada"
Ikuti serial berikutnya berjudul :
DEWI KAKI TUNGGAL
SEPASANG ARWAH BISU
92 Rahasia Kampung Garuda 7 Jaka Sembung 8 Menumpas Gerombolan Lalawa Hideung Walet Emas Perak 11
Kameswari! " Dewa Agung, bagai mana i ni "! " Rat u Randang tampak bingung. Rakai Kayuwangi masih tertegun di tempatnya berdiri.
Ratu Randang lalu keluarkan batu putih segi tiga yang diberikan Wiro padanya.
Maksudnya segera hendak
diserahkan pada Raja Mataram. Namun Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala berkata.
" Aku t i dak memer l ukan bat u i t u l agi . Si mpan saj a. Mungkin lebih berarti jika kau yang
Memi l i ki . . . " Paras Ratu Randang agak berubah. Dalam hati dia
menduga-duga jangan- jangan sang Raja sudah maklum bagaimana hubungannya dengan
Pendekar 212 walau
baru mengenal belum satu harian!
" Aku yaki n pemuda t adi adal ah Kesat r i a Panggi l an yang asli. Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng yang berasal dari negeri delapan
ratus tahun mendatang.
Sekarang tugasmu adalah mengejar pendekar itu sampai dapat. Jangan berani
kembali sebelum kau berhasil mendapatkannya! Dari sikap dan gerak-gerik kalian
berdua aku bisa menduga kalau kalian saling menyukai sat
u sama l ai n. . . " SEPASANG ARWAH BISU
52 Paras Ratu Randang tampak bersemu merah. Din
tidak ingin Raja Mataram ini bicara lebih banyak lagi tentang dirinya dan Wiro.
Maka buru-buru dia berkata.
" Yang Mul i a, sesuai per i nt ah saya per gi sekar ang. " " Tunggu. Ada sat u hal yang aku i ngi n t anyakan. Waktu meninggalkan Kotaraja sebelum bencana Malam Jahanam terjadi, kau
mengatakan akan pergi menemui Arwah
Ketua di Candi Miring. Apakah kau telah menemui nya?" " Saya mohon maaf
mu Yang Mul i a. Saya memang belum menemui Arwah Ketua. Saya melakukan satu hal lain yang menurut hemat saya
lebih penting. Maafkan kalau saya melangkahi Yang Mulia dan bertindak seorang
diri. Saya menjalin hubungan dengan Sinuhun Merah Penghisap Arwah.
Saya berhasil membuat dia tertarik dan berpura pura berkhianat pada Yang Mulia.
Bersama Raja Dukun Batu Berlumut
saya ditugaskan untuk menghadang dan membunuh Kesatria Panggilan. Kemudian tidak terduga saya menemui Kesatria
Panggilan selagi dikeroyok oleh Seratus
Jin Perut Bumi. Kalau tidak salah saya menghitung dia berhasil membunuh sekitar dua puluh Jin Perut Bumi. Saat saya
datang Kesatria Panggilan telah di
l i l i t Ji n Ket ua dengan l i dah panj angnya. . . " " Ket i ka aku t er sent uh l i dah i t u, t ubuhku seper t i terpanggang. Cairan yang di lidah mengandung racun.
Nyawaku hampir melayang kalau tidak ditolong oleh Satria Lonceng Dewa Mimba
Purana. Kesatria Panggilan sendi
r i t i dak mengal ami ci der a" Ti dak ker acunan?" " Ti dak Yang Mul i a. Saya r asa di a memi l i ki dar ah kebal racun atau ada ilmu kesaktian yang membendung hawa panas
ser t a r acun l i dah. . . " " Senj at a must i ka sakt i yang konon ada di
dal am tubuhnya. Aku rasa senjata itu yang menyelamatkan di
r i nya. " Kat a Raj a Mat ar am pul a, Raru Randang lanjutkan ceritanya.
53 SEPASANG ARWAH BISU
" Saya memer i
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nt ahkan Ji n Ket ua unt uk t i dak membunuh Kesatria Panggilan. Jin Ketua menurut dan tampak takut. Mungkin karena
mengetahui kalau saya adal
ah kekasi h Si nuhun Mer ah. Hi k...hi k . . . hi k! Saya sendiri kemudian berhasil menghabisi Raja Dukun Batu Ber
l umut . " " Aku akan mencer i t akan pada par a t okoh yang ada di
sini kalau Raja Dukun Batu Berlumut telah terbunuh.
Mudah-mudahan kematiannya akan mengurangi kekuatan sirap ilmu hitamnya. Sekarang pergilah. Waktu kita
semakin sempit. Tak lama lagi fajar akan menyi ngsi ng. " Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala melangkah mendekati Ratu Randang. Din memperhatikan sejenak noda darah di lari-jari
perempuan ini. Yaitu darah Pendekar
212 Wiro Sableng yang menempel di tangannya ketika dia menyeka darah itu dari wajah Wiro.
" Rat u, t i dak sul i t bagi mu unt uk mencar i dan mengejar Kesatria Panggilan. Darahnya masih melekat di tanganmu. Lebih mudah bagimu menjajagi kemana din pergi. Bukankah kau memiliki
ilmu pencari jejak bernama Kaki
Mengej ar t angan Mencekal " " Saya t i dak akan memper
gunakan i l mu i t u Yang Mul i a. " Menyahut i Rat uRandang. Raja Mataram kerenyitkan kening, tampak heran.
" Lal u" Apa yang akan kau l
akukan?" Tanya Rakai Kayuwangi pula.
" Saya akan per gunakan i l mu Tanpa Mat a Mengandal kan Penci uman. " Jawab Rat u Randang. " Ast aga! Bukankah i t u i l mu kesakt i an yang di mi l i ki mahl uk Si nuhun Mer ah Penghi sap Ar wah?" Raj a bertanya heran dari tidak percaya.
Ratu Randang tersenyum.
" Saya ber hasi l menyi asat i Si nuhun gobl ok i t u. Di a member i kan i l mu i t u pada saya. " Raja pegang keningnya, Dia ingat sesuatu.
SEPASANG ARWAH BISU
54 " Kal au begi t u, sewakt u masi h di Istana kau memperlihatkan tanda dun telapak tangan berjari empat di
dadamu. Ber ar t i ..." " I t u per t anda dar i Si nuhun Mer ah bahwa di a sangat menant i kan kedat anganku" " Rat u, kau benar -benar luar biasa. Tapi kalau Sinuhun
memberikan ilmu kesaktiannya padamu lalu kau member i kan apa padanya?" " Bangkai anj i ng! Hi k . . .
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hi k . . . hi k! " Jawab Rat u Randang lalu tertawa panjang cekikikan. Perempuan ini dekatkan tanganya yang
bernoda darah Pendekar 212 ke hidung lalu pejamkan mata dan mencium dalam-dalam.
Sekali berkelebat sosok Ratu Randang lenyap kearah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Raja Mataram menarik nafas Panjang. Dia menatap
ke arah rembulan setengah lingkaran di langit malam yang
semakin mendekati ujungnya. Perlahan-lahan mulutnya berucap.
" Ananda Kesat r i a Lonceng Dewa, saya merasa
sangat perlu bertemu dengan Ananda. Rencana yang
tengah dijalankan mendadak menyimpang dari yang
diharapkan. Saya benar-benar
kawat i r . . . . . . " Baru saja Raja Mataram selesai berucap tiba-tiba ada suara mengiang di kedua
telinganya. Suara anak kecil laki-laki.
" Yang Mul i a Raj a Mat ar am. Jangan ada kekawat i r an dalam diri Yang Mulia. Berdoalah bersama semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus. Yang Maha Kuasa pasti akan
menol ong ki t a semua. " " Ter i ma kasi h Ananda. Ada sat u hal yang t er asa mengganjal di hat i saya, . . " " Hal apakah i t u Yang Mul i a?" Tanya suar a mengi ang. " Apakah . . . apakah Ananda mendengar
semua ucapan Kesat r i a Panggi l an yang t adi ber ada di buki t i ni ?" " Saya mendengar semua Yang Mul i a. " 55 SEPASANG ARWAH BISU
" Saya mohon maaf
mu. Mungki n pemuda i t u bi car a terlalu lancang mengenai diri Ananda. Saya harap
Ananda t i dak mar ah. " Suara mengiang terdengar tertawa.
" Kemar ahan j auh dar i dal am di r i saya wahai Yang Mulia. Mudah-mudahan begitu seterusnya. Justru saya suka pada pemuda itu. Dia
bicara polos pertanda hatinya putih. Dia bicara apa adanya, tidak ada yang
dikarang tidak ada pula yang disembunyikan. Kita tidak salah memilihnya untuk
datang ke Bhumi Mataram. Saya akan menemui Kesatria Panggilan melalui seseorang.
Kalau kelak nanti Yang Mulia bertemu lagi dengan Kesatria Panggilan, Yang Mulia
tidak perlu meminta pertolongan Kakek Kumara Gandamayana sebagai perantara untuk
masuk ke dalam tubuh anak perempuan bernama Ni
Gat r i . " " Ananda Mi mba Pur ana, saya mer asa sangat l ega mendengar semua kata-k
at a Ananda. " " Yang Maha Kuasa menciptakan langit, daratan dan
lautan begitu luas. Penuh kelegaan. Mengapa kita umat manusi
a yang di ci pt akannya t i dak bi sa ber hat i l ega?" " Ter i ma kasi h Ananda. Ter i ma kasi h. . . Mengenai Kakek Kumara Gandamayana, apakah Ananda mengetahui dimana keberadaanny
a?" " Or ang yang di t anyakan t el ah ber ada di sampi ng Yang Mul i a" , Jawab suar a mengi ang. Ada suara terpaan angin. Raja Mataram berpaling ke kiri. Betul seperti yang
dikatakan suara mengiang. Saat itu di samping Rakai Kayuwangi telah berdiri
kakek bersorban dan berjubah kelabu Kumara Gandamayana.
Orang tua ini tersenyum sedikit lalu membungkuk.
"
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maaf kan kal au saya dat ang t er l ambat wahai Yang Mulia. Satria Lonceng Dewa meminta saya mengantarkan gadi
s dar i al am del apan r at us t ahun i t u ke sat u t empat . " Raja terkejut. " Maksud Kakek gadi s ber nama Si nt o Weni i t u?" SEPASANG ARWAH BISU
56 " Bet ul sekal i Yang Mul i a. " " Ber ar t i wakt u t adi cahaya kuni ng t ur un dar i l angi t , Kakek menyer t ai Sat r i a Lonceng Dewa?" Kumara Gandamayana mengangguk.
" Kal au begi t u sekar ang ber ada di mana gadi s i t u?" Tanya Raja Mataram pula.
" Mohon maaf mu Yang Mul i a. Sat r i a Lonceng Dewa berpesan untuk sementara jangan memberi tahu kepada si
apapun. " Rakai Kayuwangi terdiam. Meski hatinya kurang enak mendengar
ucapan Kumara Gandamayana namun dengan tersenyum dia berkata.
" Saya Raja Mataram, apa Kakek tidak menaruh rasa
percaya, pada, diriku" Kita menghadapi malapetaka ini secara
bersama, Mengapa ada sesuatu yang di sembunyi kan . . . ?" Si kakek membungkuk dalam-dalam.
" Mohon maaf Yang Mul i a ber i bu maaf . Saya hanya melakukan apa yang dipesankan Satria Lonceng Dewa.
Tapi terhadap Sri Maharaja mana saya berani menolak permintaan. Gadis cantik
bernama Sinto Weni, guru Kesat
r i a panggi l an i t u ber ada di ..." Lal u Kumar a Gandamayana menyebutkan nama satu tempat.
Raja Mataram anggukkan kepal
a. " Kakek Kumar a, mar i ki t a t emui par a sahabat di at as buki t sana. " Ketika hendak melangkah pergi Raja Mataram mencium sesuatu. Dia bertanya pada kakek di sebelahnya. " Kakek Kumar a, apa kau bar usan menci um bau har um . . . . ?" Kumara Gandamayana dongakkan kepala, hirup
udara malam dalam-dalam lalu gelengkan kepala.
" Saya t i dak menci um bau apa-apa, Yang Mul i a. " Raja Mataram memandang berkeliling. Memperhatikan terutama bagian-bagian lereng bukit yang 57
SEPASANG ARWAH BISU
gelap. Kedua orang itu kemudian melanjutkan melangkah mendaki lereng bukit.
Di balik satu batu besar tak jauh dari tempat dimana Raja dan pembantunya tadi
bercakap-cakap, seseorang yang sejak tadi mendekam bersembunyi sunggingkan
senyum. Mulut berucap perlahan.
" Mahl uk dun nyawa kembar
Si nuhun Muda Si nuhun Merah. Aku tahu dimana nenek perot yang kalian lihat sebagai gadis cantik
itu berada. Jika kalian mau
bersahabat dan menurut apa mauku, aku akan beritahu tempatnya. Tapi kalau tidak
silahkan cari sendiri. Dan sampai
ki amat kal i an t i dak bakal
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menemukan! " Lal u dengan gerakan cepat tanpa suara orang ini segera berkelebat pergi.
SEPASANG ARWAH BISU
58 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
9 SETELAH cukup lama berlari
Wiro menyadari kalau dia lari
tanpa tujuan mau pergi kemana.
Sang pendekar hentikan langkah. Anjing kecil di bahu kanan menyalak
perlahan. Sosok Ni Gatri di bahu kiri
terasa hangat tapi diam tak bergerak. Memandang berkeliling Wiro dapatkan dirinya
berada dalam satu rimba belantara kecil yang
cukup rapat pepohonannya. Hampir semua
kulit pohon di sekitar situ tampak berwarna
hijau, diselimuti lumut. Di sebelah kanan,
tanah hutan kelihatan mendaki membentuk
bukit dan dipenuhi batu-batu besar yang
juga berwarna hijau karena tertutup lumut.
" Agaknya hut an i ni j ar ang di masuki orang. Perasaanku tidak enak. Jangan-
jangan aku sudah kesasar. Aku harus segera keluar dari si
ni . " Agar tidak tersesat Wiro balik ke arah jalan yang ditempuh sebelumnya. Namun
sampai tiga kali dicoba kembali lagi ke tempat semula, di bawah bukit kecil yang
banyak batunya.
" Cel aka, aku benar -benar tersesat. Hutan
aneh. . . . " Tiba-tiba anak anjing di bahu kanan Wiro menyalak keras berulang kali. Wiro Usap
punggung binatang ini.
Tapi anjing berbulu hitam masih terus menyalak.
" Sobat keci l . Kau mau-mauan ikut bersamaku. Ada
apa, kau mel i hat sesuat u saat i ni ?" 59 SEPASANG ARWAH BISU
Anjing kecil menggereng halus, jilat bahu pakaian Wiro lalu melompat turun ke
tanah. Saat itulah Wiro melihat kalau sebagian dari tanah digenangi cairan
merah. " Mal apet aka Mal am Jahanam r upanya sampai j uga ke sini. Tapi tidak seperti di tempat lain, cairan merah di sini t
i dak menebar bau busuk. " Anjing kecil menyalak sekali lagi lalu lari ke arah bukit berbatu-batu.
" Hai ! Kau mau kemana! Kal au kau t er sesat aku t i dak akan mencar i mu! " Seperti tahu kalau orang bicara padanya, anak anjing berhenti berlari. Dia
memandang pada Wiro, menyalak sebentar lalu lari lag1 ke atas bukit.
" Mungki n bi nat ang i t u t ahu j al an kel uar dar i hut an i ni . Bai knya aku i kut i saj a. " Kat a Wi r o dal am hat i . Ketika Wiro mencapai pertengahan bukit tiba-tiba
telinganya menangkap suara perempuan menangis, tidak terlalu keras tapi cukup
jelas dan berhiba-hiba. Wiro hentikan langkah. Perasaan yang sejak tadi tidak
enak kini berkembang menjadi perasaan bargidik!.
" Per empuan menangi s di dal am r i mba bel ant ar a. Di malam buta menjelang pagi. Jangan-jangan hutan ini di
huni demi t per empuan. " Ber pi ki r sampai di si t u Wi r o memutuskan untuk kembali turun ke kaki bukit. Namun anak anjing malah terus lari
ke atas bukit yang bebatuannya semakin banyak dan tambah besar-besar.
Wiro keluarkan suara bersiul. Anjing hitam berhenti, menoleh sebentar, menatap
ke arah sang pendekar. Wiro cepat lambaikan tangan memberi tanda agar binatang
itu turun dari pertengahan bukit. Namun anjing hitam malah membalikkan badan dan
kembali lari ke atas bukit.
" Anj i ng keci l ! Kal au kau mau nai k ke atas bukit
silahkan saja. Aku memilih turun kembali! Aku harus mencar
i per t ol ongan unt uk anak per empuan i ni ! " Wi r o berkata lalu balikkan badan, siap menuruni bukit ke arah SEPASANG ARWAH BISU
60 tadi dia datang. Mendadak di atas bukit, di antara suara tangisan perempuan kini
terdengar suara ratapan sedih.
" Wahai i nsan kepada si apa aku ber har ap. Langkah lurusmu telah benar. Mengapa mendadak berbalik arah"
Dua Puluh satu hari tersiksa di atas bukit dalam hutan larangan. Ketika sebutir
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harapan dan setetes budi muncul berharap akan datangnya cahaya pertolongan,
mengapa harapan kau pupus begitu saja" Padahal setiap budi ada balasannya.
Setiap kebajikan ada pahalanya. Aku telah berkaul siapa saja yang menolong
diriku. Jika dia seorang per
empuan . . . . " Anak anjing hitam tiba-tiba menyalak panjang. Begitu kerasnya hingga Wiro tidak
mendengar kelanjutan suara perempuan yang meratap di antara tangisnya. Lalu
suara itu kembali berulang. Wahai insan kepada siapa aku ber
har ap . . . " Wiro usap punggung dan membelai rambut Ni Gatri.
Dia memandang ke atas bukit. Ke arah batu-batu besar berlapis lumut hijau.
Anjing kecil hitam tak kelihatan lagi.
" Hut an l ar angan . . . . Per empuan yang menangi
s menyebut hutan ini hutan larangan. Jangan-jangan dia demit atau jin perempuan
yang hendak menjebakku. Atau bisa saja kaki tangan atau ujud samaran mahluk
celaka bernama Sinuhun Muda atau Sinuhun Merah Penghisap Ar
wah! " Wiro merenung berpikir pikir sejenak. Lalu berbisik ke telinga Ni Gatri karena
dia tahu walau dalam keadaan kaku tak mampu bergerak anak itu masih tetap bisa
mendengar. " Ni Gat r i , ki t a t i dak akan l ama. Ki t a sudah kepal ang tersesat. Ada baiknya kita naik ke atas bukit sebentar.
Melihat siapa perempuan yang barusan bicara. Yang jelas dari suaranya dia bukan
guruku Eyang Sinto
Gendeng yang menurut penglihatan orang di sini telah berubah
menjadi seorang gadis cantik berdandan cel emongan! " 61 SEPASANG ARWAH BISU
Setelah berucap, Wiro tepuk-tepuk punggung Ni Gatri lalu lari ke atas bukit. Dia
sengaja kerahkan ilmu lari serta terapkan ilmu meringankan tubuh. Laksana
terbang dia melompat dari satu batu ke batu lainnya yang licin berlumut. Tak
selang berapa lama Wiro telah berada di atas bukit, berdiri di atas satu batu
besar yang paling tinggi dari batu-batu lain di sekitarnya.
Cahaya rembulan setengah lingkaran lumayan terang, Ketika dia memandang ke bawah
Wiro melihat sepetak tanah rata. Di tengah tanah rata anjing kecil hitam tampak
menggeser-geserkan tubuh pada sebuah batu besar
sambil terus-terusan menyalak.
Wiro melompat turun. Begitu dua kaki menginjak
tanah dan dia berdiri di sisi lain dari batu besar, kejut murid Sinto Gendeng
bukan alang kepalang! Di samping batu, tergeletak sosok seorang gadis yang
rambut panjang hitamnya tergerai lepas menutupi tanah. Sepasang mata tertutup. Dua tangan terkembang ke
samping tiada daya. Walau wajah pucat namun kecantikan yang dimilikinya jelas kentara dibawah temaram cahaya rembulan. Di pelipis dan pipi yang kotor terlihat alur air mata.
Bibir tampak hijau. Yang membuat Wiro terkesiap adalah ketika menyaksikan
bagaimana tubuh gadis itu mulai dari pinggang ke bawah tenggelam dan terhimpit
di bawah sebuah batu sangat besar dan berlumut tebal!
Mengetahui ada seseorang berdiri di dekatnya, gadis yang tergeletak di tanah dan
ternyata dalam keadaan siuman keluarkan ucapan.
" Ter i ma kasi h Yang Maha Kuasa. Terima kasih Dewa
Bathara Agung. Setelah dua puluh satu hari tersiksa begini rupa, akhirnya Kau
mengirimkan seorang insan ke tempat ini. Tempat yang tidak pernah didatangi dan
dijamah manusia. Wahai insan yang datang. Aku juga sangat berterima kasih
padamu. Juga pada anjing yang menuntun jalan dan datang bersamamu. Di atas semua
SEPASANG ARWAH BISU
62 kesengsaraan ini aku mohon, tolong singkirkan batu besar yang menghimpit tubuhku
dari pinggang ke bawah.
Semoga Yang Maha Kuasa memberi kekuatan dan
kemampuan serta berkat at
as di r i mu. . . " Walau tak habis pikir bagaimana bisa ada kejadian yang seperti ini namun Wiro
cepat turunkan tubuh Ni Gatri dari bahu dan dibaringkan di atas sebuah batu.
Meskipun kedua niatanya terpejam namun gadis yang terjepit di bawah batu seperti
mengetahui lalu berkata.
" Wahai i nsan, kau membawa sat
u beban dal am perjalanan. Agaknya ada satu perkara besar yang tengah kau hadapi. Sungguh
budimu luhur sekali, masih mau member
i per hat i an pada nasi b di r i ku. " Wire berdiri di depan batu besar, menggaruk kepala berulang kali, mengelilingi
batu satu kali lalu kembali berdiri meneliti. Batu dipukul-pukul. Perkiraannya
paling tidak batu besar berlumut itu memiliki bobot seribu kati.
Dia berpikir-pikir bagaimana cara menyingkirkan batu besar itu tanpa orang yang
terjepit dibawahnya tambah mengalami cidera.
" Kal au aku dor ong kawat i r bat u ber ger ak l amban. Tubuh gadis yang terhimpit akan tambah hancur. Kasi han, agaknya di a akan cacat seumur hi dup. " Wiro perhatikan bagian bawah batu besar. Berpikir l
agi . " Kal au di hant am dengan pukulan sakti, salah-salah
gadis dibawah batu tubuhnya akan ikut tercabik-c
abi k. " Wiro garuk-garuk kepala lagi. Dia membungkuk,
berusaha melihat bagian bawah batu. Dia tak dapat melihat tubuh sebelah bawah si
gadis yang terhimpit karena sudah amblas masuk ke dalam tanah!
63 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
10 PENDEKAR 212 Wiro Sableng berpaling pada gadis
yang terhimpit di bawah batu. Sebenarnya dia merasa heran bagaimana hal ini bisa terjadi. Namun dia menolong lebih cepat adalah
lebih baik dari pada bertanya membuang
waktu. Wiro lantas berkata.
" Gadi s mal ang, ber t ahanl ah.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku akan coba menolongmu melepas dari himpitan
batu besar. Tapi jika aku tidak berhasil,
mohon aku di maaf kan. . . " Tanpa membuka sepasang matanya,
gadis di bawah batu menjawab
" Aku akan berdoa pada Yang maha Kuasa, untuk
keselamatan diriku dan keberhasilan pertolonganmu. Lakukanlah apa yang
kau bi sa l akukan. Sesungguhnya aku sudah membuat kaul . . . " Tanpa perhatian yang diucapkan orang Wiro mengangkat tangan memberi tanda agar si gadis di
bawah batu berhenti bicara. Lalu dia mundur sampai sejarak tiga langkah dari
batu besar. Dua kaki menjejak tanah di samping kanan kepala si gadis. Perlahan-
lahan Wiro membuat gerakan setengah berlutut. Kaki kiri di sebelah depan lutut
ke atas. Lutut kanan menempel ke tanah. Lalu mulut berucap.
" Gust i Al l ah, mohon saya di ber i kemampuan unt uk menolong, Eyang Sinto dimanapun kau berada, bagaimanapun keadaanmu saat ini saya mohon keikhlasanmu. Juga Kakek Tua Gila, saya sangat
SEPASANG ARWAH BISU
64 mengharap bantuanmu. Tanpa pertolonganmu ya Gusti Allah dan dua guru yang saya
hormati, sesungguhnya saya
t i dak punya daya unt uk menyel amat kan gadi s i ni . " Sambil mengerahkan tenaga dalam penuh dan alirkan hawa sakti perlahan-lahan Wiro
angkat tangan kiri. Hanya dalam bilangan sekejapan mata saja tangan kiri itu
tampak bergetar dan mulai mengeluarkan hembusan
angin, kedengarannya perlahan saja namun bersiur terus-menerus. Batu besar di
depan sana tampak bergoyang dan terangkat sampaisetengah jengkal dari tubuh
gadis yang terhimpit. Dinding Angin Berhembus Tindih Menindih. Itulah ilmu kesaktian yang tengah dikeluarkan Pendekar 212 yang
didapat dari Eyang Sinto Gendeng.
Seandainya Wiro pukulkan tangan kiri ke depan dalam gerakan cepat maka batu
besar yang beratnya sekitar seribu
kati itu akan terpental. Namun Wiro tidak melakukan hal itu karena dalam kehati-hatiannya dia akan mengandalkan ilmu
pukulan kesaktian lain yaitu Dewa Topan Menggusur Gunung yang dipelajari dari
Tua Gila, kakek sakti dart pulau Andalas yang semasa muda dikenal dengan nama
Sukat Tandika dan merupakan
salah seorang kekasih Sinto Gendeng. (Mengenai riwayat l
engkap Tua Gi l a baca ser i al Wi r o Sabl eng ber j udul " Tua Gi l a Dar i Andal as" , " Asmar a Dar ah Tua Gi I a" sampai " Ger hana Di Gaj ah Mungkur " t er di r i dar i 11 Epi sode) Begitu melihat batu besar bergetar dan terangkat ke atas Wiro berteriak.
" Tahan! " Telapak tangan kanan dikembang, lalu secepat kilat dipukulkan kebagian bawah
batu besar. " Dess! " Batu seberat seribu kati itu mencelat mental ke udara sejauh belasan tombak. Di
satu tempat jauh di udara batu meledak dengan mengeluarkan suara berdentum
keras. " Ter i ma kasi h Gust i Al l ah, t er i ma kasi h Eyang Si nt o. Ter i ma kasi h Kakek Tua Gi l a! " Wi r o mengucap l al u 65 SEPASANG ARWAH BISU
berseru gembira. Sosok gadis yang ditolong tidak
tersentuh angin pukulan atau batu. Tidak mengalami cidera sedikitpun. Untuk
mengeluarkan bagian bawah tubuh yang berada di dalam tanah murid Sinto Gendeng
cepat menarik bahu si gadis. Dentuman pecahnya batu besar di udara tadi telah
membuat sepasang matanya yang sejak lama terpejam kini terpentang membuka.
Begitu bagian bawah tubuh si gadis terangkat keluar dari dalam tanah murid Sinto
Gendeng tersentak den berseru kaget. Mata terbelalak, mulut ternganga. Di bawah
pakaian yang tersingkap Wiro melihat satu
pemandangan yang sulit dipercaya!
Bagian bawah tubuh gadis itu tidak cidera sedikitpun.
Tapi! Ini yang membuat murid Sinto Gendeng sampai keluarkan seruan. Dua paha
putih gadis yang barusan ditolongnya saling berdempet rapat satu sama lain,
tidak ada celah sedikitpun. Lalu di bawah dua paha yang dempet menyatu itu
terlihat hanya satu tempurung lutut.
Selanjutnya di bawah lutut hanya ada satu betis, satu pergelangan kaki dan
sebuah kaki lengkap dengan
telapak dan lime jari. Namun jari ini sama panjang dan rata hingga tidak jelas
apakah itu kaki kanan atau kaki kiri!
" Oai a ! Yang aku t ol ong i ni manusi a at au mahl uk j ej adi an ?" Pi ki
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
r Pendekar 212 Wi r o Sabl eng. Lal u di a bertanya. " Sahabat mal ang, apa yang t er j adi dengan di r i mu. Mengapa kaki mu seper t i i ni ?" Gadis yang ditanya bungkukkan tubuh, lipat kakinya yang hanya satu lalu berlutut
di tanah. Rambut yang panjang hitam disentak ke belakang hingga tergerai di
punggung. Wajahnya yang tadi pucat kini tampak
berdarah dan kecantikannya kelihatan lebih jelas. Sepuluh jari disusun di atas kepala lalu dia berkata.
" Kakak ber ambut panj ang, aku sangat ber t er i ma kasi h padamu. Kau telah menyelamatkan diriku dari azab
SEPASANG ARWAH BISU
66 sengsara himpitan batu. Semoga Yang Maha Kuasa
memberi berkah selebar bumi, seluas langit den seluas l
aut an padamu. " " Aku t i dak mengharapkan semua ucapan itu, tapi aku
ber t er i ma kasi h at as kat a kat amu. " Menj awab Wi r o. " Kal au aku bol eh t ahu bagai mana kej adi annya sampai dirimu dihimpit batu besar. Tubuhmu sedikitpun tidak cidera. Tapi kenapa kakimu
seperti itu. Bagaimana kau berjalan" Ape keadaanmu seperti ini akibat himpitan
batu at au sej ak kau di l ahi r kan?" " Aku senang kau ber
t anya dan aku gembi
r a kau memperhatikan keadaan diriku. Aku telah menjadi korban kutukan ilmu jahat
seseorang. Belum puas dengan
merubah ujud kedua kakiku, dua puluh satu hari yang lalu, dalam keadaan kaki
seperti ini aku dibawa ke tempat ini, lalu tubuhku dihimpit dengan batu besar.
Aku tidak ada daya untuk menyelamatkan diri, tidak pernah ada orang yang lewat
di sekitar sini. Sampai kau datang.
Kalau bulan di langit sempat mencapai bulat penuh, dan aku masih terhimpit batu
besar itu, nyawaku tidak akan tertolong lagi karena konon itu akan berubah
menjadi bola api raksasa yang akan membuat lumat leleh seluruh t
ubuhku. " " Sel ama dua pul uh sat u har i bagai mana kau bi sa ber t ahan hi dup t i dak makan t i dak mi num ?" Tanya Wi r o pula. " Par a Dewa masi h menol ongku. Unt ung t anganku cukup panjang hingga aku bisa menggapai batu dan
mencungkil lumut. Lumut hijau itu mengandung banyak air. Itu makanan den
minumanku selama dua puluh satu har
i . . . . " " Gust i Al ah maha kuasa. . . " Ucap Wi r o. " Gust i Al l ah" Si apa i t u Gust i Al l ah" Raj a mana di a ?" tanya si gadis.
Wiro jadi tersenyum.
Perlahan lahan gadis berkaki tunggal berdiri.
67 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro hendak bertanya lagi. Saat itu si gadis telah memalingkan kepala ke arah
batu dimana Ni Gatri
terbaring dalam keadaan kaku, tak bisa bergerak tak dapat bersuara.
" Gadi s di al as bat u i t u, apamukah?"
" Di a sahabat ku. . . " Si gadis menatap Wiro cukup lama.
" Logat bi car amu. Kau bukan penduduk di neger i i ni . Kau bukan orang
Bhumi Mat ar am.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" " Kau bet ul . Aku dat ang dar i neger i j auh. " " Dar i neger i mana " Ker aj aan mana Wi r o menggar uk kepala. Lalu menjawab kalau dirinya datang dari alam delapan ratus tahun
mendatang. " Al am del apan r at us t ahun mendat ang" Sul i t aku membayangkan. " Si gadis lalu kembali memandang ke
ar ah Ni Gat r i . " Sahabat mu i t u, ada sesuat u yang t i dak beres dengan dirinya. Die menanggung kesengsaraan yang membuat dia tidak mampu
bergerak, tidak sanggup bi
car a. " " Bagai mana kau t ahu ?" t anya Wi r o her an. Yang ditanya tidak menjawab. Melainkan membuat
satu gerakan aneh. Kaki tunggalnya yang menginjak tanah menekuk sedikit lalu
saat itu juga tubuhnya laksana bola membal ke udara dan di lain kejap dia sudah
berada di dekat batu besar dimana Ni Gatri tergeletak. Wiro cepat-cepat
mendatangi!. Ketika dia sampai di samping si gadis berkaki tunggal gadis ini
tengah memperhatikan sosok Ni Gatri tanpa berkedip sementara sepuluh jari tangan
saling diusap dirangkum-rangkum satu sama lain.
" Mudah-mudahan aku tidak keliru. Anak perempuan
sahabatmu ini mengalami dua kali serangan jarak jauh yang hebat. Serangan
pertama datang melalui alur tanah, membuat tubuhnya kaku tak bisa bicara tak
mampu bergerak. Serangan kedua berupa sinar hijau yang
datang dari langit, membuat tubuh anak ini seolah berubah menjadi batu! Serangan
pertama telah musnah SEPASANG ARWAH BISU
68 oleh munculnya satu kekuatan hebat. Namun serangan kedua masih menguasai gadis
ini. Lihat saja tubuhnya ber
war na kehi j auan seper t i bat u ber l umut . . . " Wiro terkejut karena dia tahu kalau memang itulah yang dialami Ni Gatri.
" Sahabat , kau t i dak mel i hat kej adi annya. Bagai mana kau bi sa menget ahui ?" At as per t anyaan i t u gadi s ber kaki tunggal hanya mengangkat bahu.
Wiro jadi penasaran. Dia bertanya lagi.
" Kau t abu si apa yang mel akukan dua per buat an j ahat i t u?" " Aku t i dak mungki n menyebut nama. Namun aku t ahu, serangan pertama dilakukan oleh seorang yang berasal dari negeri ini. Serangan
kedua dilakukan oleh orang lain, berasal dari negeri jauh. Mungkin sama dengan
negeri dari mana kau berasal. Katamu negeri delapan ratus t
ahun mendat ang! " Pendekar 212 luar biasa kaget. Dalam hati dia
membat i n. " Aku yaki n ser angan per t ama di l akukan ol eh mahluk bernama Sinuhun Muda itu. Tapi kalau serangan kedua .... " Siapa
pelakunya" Di Mataram hanya ada tiga orang yang datang dari negeri delapan ratus
tahun mendatang. Aku, Ni Gatri yang jadi korban dan Wiro mer
asa t angkuknya di ngi n. " Apa mungki n Eyang Si nt o yang melakukan" Aku tidak percaya. Tapi lalu siapa lagi
" Atau mungkin mahluk alam roh delapan ratus tahun mendatang yang di
sebut Kesat r i a Jemput an i t u. . . " " Sahabat , bagai manapun aku har
us membal as budi besarmu telah menyelamatkan diriku dari himpitan batu...
" " Dal am menol ong aku t i dak per nah mi nt a bal asan,
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" j awab Wi r o pul a. " Semua l angkah dan t i ndakan manusi a sudah ditentukan
ol eh Gust i Al ah. " " Kau l agi -lagi menyebut nama Gusti Allah. Satu ketika
aku ingin kau menjelaskan siapa yang disebut Gusti Allah i
t u. " 69 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro hanya angguk-anggukan kepala.
Dari belakang kepalanya yang tertutup rambut hitam panjang, gadis berkaki
tunggal mengeluarkan sebuah benda lalu diserahkan pada Wiro. Ketika Wiro
menerima den memperhatikan ternyata benda itu adalah sekuntum Bunga Matahari
yang masih sangat segar.
Sebelum Wiro sempat bertanya untuk apa bunga itu, si gadis di hadapannya telah
lebih dulu berkata.
" Per gi l ah ke Pr ambanan. Bawa anak per empuan sahabatmu itu. Masuk ke dalam Candi Siwa. Di dalam candi ada sebuah ruangan
dimana terdapat patung Loro Jonggrang. Berikan Bunga Matahari itu padanya.
Niscaya kau dan anak perempuan itu akan mendapat berk ahnya. . . " " Ter i ma kasi h. I ni kembang bagus. Tapi bagai mana mungkin aku memberikannya pada sebuah patung"
Tangan patung tak mungkin akan mengambilnya seperti manusia hidup. Atau bunga
ini aku letakkan di atas batu di
kaki pat ung ?" Si gadis tersenyum. Dengan suara sabar dia berkata.
" Per gi l ah ke candi i t u. Kau akan mel i hat kekuasaan Para Dewa yang mengasihi orang-or
ang yang t er ani aya. " Wiro terdiam. Si gadis menatap ke langit. Dia seperti melihat sesuatu di atas
sana. Lalu dia berkata pada Wiro.
" Sahabat , aku har us meni nggal kanmu sekar ang. . . . " Sambil berkata gadis itu menggerak-gerakkan
dua tangannya membuat tanda atau isyarat.
Wiro kaget. " Ast aga ! Kau memper gunakan bahasa t
angan, bahasa or ang bi su! " Si gadis terus saja menatap langit den menggerak-
gerakkan jari-jari tangan. Begitu gerakan dihentikan, dia berpaling pada Wiro
den berkata. " Sahabat , kau bi car a dengan si apa?" SEPASANG ARWAH BISU
70 Si gadis berpaling, menatap Wiro sebentar tapi tidak menjawab. Dua tangan dan
sepuluh jari kembali digerak-gerakkan.
" Gadi s i ni . Di a t engah bicara dengan seseorang lewat
t anda ger akan t angan, " pi ki r Pendekar 212. Make Wi r o lantas bertanya.
" Kau . . . Apa hubunganmu dengan dua kakek nenek
yang di panggi l dengan sebut an Sepasang Ar wah Bi su! " Gadis berkaki tunggal bukannya menjawab pertanyaan Wiro malah berkata.
" Tadi aku hendak mengat
akan sesuat u, t api sel al u terpotong. Ketahuilah, ketika diriku terhimpit di bawah batu besar, dalam doaku
kepada Yang Maha Kuasa, aku telah mengucapkan kaul. Jika ada seseorang yang
menolong melepaskan diriku dari himpitan batu, jika dia perempuan akan aku
angkat sebagai saudara kandung.
Kalau dia seorang lelaki maka kepadanya aku akan
mengambilnya sebagai suami, menyerahkan diri dan
ber bakt i sebagai I st r i ! " Kejut Pendekar 212 bukan alang kepalang.
" Apa"! " Kat anya t er gagau. " Kal au aku per gi sekar ang ber ar t i aku akan dat ang
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi mencarimu. Kalau kita berpisah sekarang berarti akan ada saat kita saling
bertemu kembali dan bersatu untuk
selama-lamanya.
Yang Maha Kuasa telah menjawab doaku. Bukankah itu satu kenyataan, satu ber
kah r ahmat yang agung?" Lalu gadis itu pegang tangan Wiro yang memegang
Bunga matahari. Dengan sangat khusuk dan penuh
perasaan dia mencium belakang tangan sang pendekar.
Wiro tak kuasa menarik tangan itu agar tidak sampai dicium. Namun entah mengapa
dia tidak mampu. Malah dari tiupan hembusan nafas si gadis dia merasa ada hawa
sejuk nyaman masuk ke dalam tangan dan
menjalar keseluruh tubuhnya.
71 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku per gi ..." ucap si gadi s set engah ber bi si k di ser t ai senyuman. Lalu sekali membalikkan badan, tubuhnya membal ke udara.
" Tunggu! I ni t i dak mungki n! Kau bel um member i t ahu si apa namamu! " Wi r o ber ser u. Dalam kegelapan terdengar gema suara jawaban.
" Kal au Yang Kuasa member
i kan j al an bagi segal a kemungkinan, mengapa kita sepasang insan bisa masih menaruh kebimbangan"
Sahabat, kalau kita bertemu lagi, saat itulah kita akan saling memberi tahu
nama. Memang kurang pantas rasanya kalau sepasang calon suami istri t
i dak t ahu nama sat u sama l ai nnya. " Wiro geleng-geleng kepala dan tegak tersandar ke
pinggiran batu dimana Ni Gatri terbujur. Kepala digaruk pulang balik. Tiba-tiba
anjing hitam kecil yang sejak tadi entah berada dimana tahu-tahun muncul,
menyalak pendek dan melompat ke atas bahu. Beberapa lama
binatang ini menjilati kedua kaki anak perempuan itu lalu melompat ke bahu kanan
Wiro. Selagi Wiro mengingat-ingat peristiwa yang baru saja dialaminya mendadak dari
arah kiri ada suara perempuan berkata.
" Mal am penuh ber kah. Seor ang sahabat t el ah mendapatkan calon Istri. Wahai, apakah aku masih boleh memberikan empat ratus
sembilan puluh enam ciuman yang masih bersisa" Tidakkah sang calon istri akan
menaruh rasa cemburu" Tidakkah diriku akan merasa ber
sal ah?" Walau tahu siapa yang bicara namun tetap saja Wiro melengak kaget.
SEPASANG ARWAH BISU
72 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
11 RATU RANDANG berdiri tersenyum di hadapan Pendekar
212 Wiro Sableng. Sepasang mata
yang juling bagus dikedipkan.
" Rat u, apakah kau sudah l
ama ber ada t empat i ni ?" Ber t anya Wi r o. " Cukup l ama. Aku mendengar semua dengan gadis barkaki satu itu. Sebenarnya
aku tidak ingin menguping pembicaraan orang. Namun begitu sampai disini, sepasang kakiku seolah tidak mau beranjak
dari balik pohon sana. Maafkan diriku kalau
t el ah ber buat l ancang. " " Ti dak apa-apa. Malah aku senang kau
mendengar semua pembi car aan. " " Aku j uga senang mengetahui kau
secara tak terduga menemukan seor ang cal on i st r i " . " Rat u, maksudku bukan begi
t u. Aku ke neger i i ni bukan unt uk mencar i i st r i . " " Tapi bukankah soal l angkah dan j odoh i t u sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Oleh Gusti Allahmu"
Kurasa tak ada pemuda yang menolak mendapat istri seor
ang gadi s cant i k. " Wiro garuk kepala.
" Kau menol ak menj adi suami gadi s i t u
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kar ena cacat di t ubuhnya?" Wi r o menggel eng. " Or ang cacat dan t i dak cacat bagiku sama saja. Tapi perkawinan tidak bisa terjadi hanya karena seseor
ang t el ah mengucapkan kaul . " 73 SEPASANG ARWAH BISU
" Lal u mengapa kau t i dak t er ang-terangan mengatakan
pada gadis berkaki tunggal itu kalau kau tidak mau menjadi
suaminya" Sekarang sudah kepalang dia menganggap di r i mu sebagai cal on suami . " " Kuhar ap saj a di a nant i menger t i kal au mengambil suami tidak semudah itu. Kalau aku datang bersama sembilan teman lelaki
menolongnya dari himpitan batu, lantas apakah dia harus kawin dengan sepuluh
suami sekal i gus "! " Wi r o t er t awa gel ak-gelak. Berhenti tertawa
Wiro menatap wajah Ratu Randang.
" At au j angan-jangan kau memang maunya aku kawi n dengan gadi s t adi . " Ratu Randang tersenyum tapi membuang muka
memandang ke arah lain.
" Rat u, apakah kau kenal
dengan gadi s i t u. At au per nah mel i hat di a sebel umnya?" Wi r o kemudi an bertanya. Rate Randang menjawab dengan gelengan kepala.
" Tadi aku l i hat di a memakai bahasa ger akan t angan. Bahasa orang bisu.
Ketika melakukan hal itu dia
menatap ke langit. Agaknya dia tengah bicara dengan seseorang atau beberapa
orang yang aku tidak mampu melihat. Mungkinkah gadis itu bicara dengan dua kakek
nenek Sepasang Arwah Bisu yang tadi muncul melayang di
at as Buki t Bat u Hangus?" " Aku t i dak t ahu Wi r o. Rasanya ada hal l ai n yang har us segera kau lakukan. Kau ingat Bunga Matahari yang diberikan gadis tadi" Kau
ingat apa yang dikatakannya"
Kau harus segera membawa Ni Gatri ke Candi Siwa
menemui patung Nyi Loro Jonggrang. Aku yakin paling tidak sebagian dari rahasia
yang ada akan segera
t er j awab. Aku akan mengant
ar mu ke sana"
. Lal u Rat u Randang mengangkat tubuh Ni Gatri yang terbaring di atas batu.
" Rat u, bi ar aku saj a yang memanggul Ni Gat r i . " Kat a Wiro sambil mendekat dan hendak mengambil sosok Ni Gatri dari gendongan Ratu
Randang. Namun perempuan SEPASANG ARWAH BISU
74 itu bukan menyerahkan Ni Gatri malah dia gelungkan tangan kiri ke leher Wiro
lalu berbisik. " Wi r o, aku t i dak mau mengat akan. Mungki n hat i ku sudah tidak karuan rasa terhadapmu. Kita berpisah hanya sebentar
saja. Tapi mengapa hatiku sangat rindu padamu. Aku mengejarmu ke sini. Wiro maafkan kalau aku berucap lancang. Mudah-
mudahan gadis berkaki
sat u i t u t i dak mel i hat apa yang aku l akukan i ni . " Lal u cuupp. Ratu Randang kecup bibir Pendekar 212 penuh mesra dan lama.
" Rat
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
u, kau bi l ang ki t a har us seger a ke Candi Si wa, " ucap Wiro agak kelagapan bernafas.
" Aku t ahu . . . aku t ahu, " bi si k Rat u Randang. Lalu
sekali lagi dia mencium mesra sang pendekar. Kemudian sambil,
mengulum senyum den balikkan badan perempuan ini berkata.
" Ti nggal empat r at us sembi l an pul uh empat . Hi k . . . hi k. Masi h banyak! " Begitu Ratu Randang berkelebat menuruni bukit, Wiro dengan anjing kecil hitam
masih berada di bahu
kanannya segera mengikuti. Sambil berlari murid Sinto Gendeng berkata dalam
hati. " Rat u Randang, pengakuanmu bahwa kau
mengajarku karena rindu terhadapku kurasa tidak seluruhnya benar. Pasti kau diperintah oleh Raja Mat ar am. " * * * DI SEBELAH timur sekilas cahaya terang tampak di
langit. Pertanda tak lama lagi fajar akan segera menyingsing. Ratu Randang hentikan lari tepat di tangga besar
yang menuju ke atas Candi Siwa. Dia menyerahkan tubuh Ni Gatri pada Wiro.
" Kau t i dak i kut masuk ke dal am candi ?" t anya Wi r o. 75 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku t i dak di amanat kan. Aku t i dak mau menyal ahi apa yang sudah diatur. Pergilah cepat. Sebentar lagi fajar menyingsing. Aku berharap
semuanya bisa selesai
sebelum sang surya terbit. Aku sangat kawatir. Semoga Par
Dewa menol ongmu. " Seolah mengerti kalau dia juga tidak diperlukan ikut masuk ke dalam candi,
anjing hitam kecil melompat dari bahu kanan Wiro, turun ke tanah lalu duduk di
undakan pertama tangga menuju ke atas candi.
Sambil mendukung Ni Gatri, Wiro menaiki tangga
batu. Di dalam candi terdapat beberapa ruangan berisi patung. Akhirnya Wiro
menemukan ruangan yang agak temaram tapi bersih dimana terletak sebuah patung
perempuan cantik tinggi besar bernama Batari Durga yang lebih dikenal dengan
sebutan Loro Jonggrang.
Demikian pandainya para pemahat yang membuat,
patung itu seolah- olah hidup dan memandang tersenyum kepada siapa saja yang
berada dalam ruangan itu.
Wiro menatap wajah patung sebentar lalu dia meletakkan tubuh Ni Gatri di kaki patung yang menginjak palung seekor Banteng
yang konon bernama Nandi dan telah
dibunuh oleh Batari Durga karena hendak mencelakai dirinya dan mengacau negeri. Seperti yang diceritakan, dalam serial
Satria Lonceng Dewa Mimba Purana, Loro Jonggrang adalah patung yang didatangi
Ananthawuri anak perawan Desa Sorogedug untuk
diminta pertolongan. Oleh sang patung yang dipanggil dengan sebutan Dewi oleh
Ananthawuri, Loro Jonggrang memberikan sebuah jimat berupa sebuah batu sakti
bernama Batu Kaladungga. (Baca serial Mimba Purana, Satria Lonceng Dewa karangan
Bastian Tito berjudul
" Per awan Sumur Api " , " Ar wah Candi Mi r i ng" , " Panger an Bunga Bangkai " , " Dewi Tangan Jer angkong" dst . ) Setelah membaringkan Ni Giatri, Wiro
luruskan badan. Untuk beberapa lama dia hanya memandangi
wajah patung dan menggaruk kepala satu kali.
SEPASANG ARWAH BISU
76 " Aku har us bi car a bagai mana?" Pi ki r Wi r o. Diluar dugaan, yang membuat Pendeker 212 terkejut tiba-tiba dia mendengar suara
perempuan menyapa.
" Or ang muda ber ambut panj ang, yang ber asal dar i negeri terpaut jauh dari masa sekarang, yang datang membawa seorang anak
perempuan dalam keadaan
kaku tidak bergerak tidak bersuara. Mengapa berlama-lama dan seperti bingung.
Sebentar lagi fajar akan menyingsing, matahari akan terbit dan malam akan
berganti dengan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siang. Katakan apa maksud kedat anganmu. Kat akan apa yang bi sa aku l akukan. " Wiro tercengang. Bagaimana patung itu bisa mengetahui mengenai dirinya serta keadaan Ni Gatri.
Lebih dari itu baru sekali ini dia melihat ada patung bisa bicara. Akibatnya,
patung itu tersenyum ke arahnya. Dan bukan cuma tersenyum. Mulut dan bibir
patung yang terbuat dari batu itu jelas-jelas bergerak pertanda patung inilah
yang memang barusan bicara padanya! Wiro cepat-cepat membungkuk.
" Pat ung cant i k sakt i . . . . " Mendengar kata-kata Wiro, patung Loro Jonggrang,
tertawa. " Maaf kan saya. Saya har us memanggi l apa?" Wiro bertanya. " Kau mau memanggi
l di r i ku apa t er ser ah saj a. " Patung menjawab.
" Saya. . . . " Wi r o menggar uk kepal a. " Saya akan memanggi l mu Dewi saj a. Bol eh . . . ?" Sang patung cantik tersenyum.
" Panggilan itu mengingatkan aku pada seorang
perawan desa yang pernah datang menemuiku beberapa tahun lalu. Namanya
Ananthawuri. Entah dimana dia sekar
ang. Di a j uga memanggi l ku dengan sebut an Dewi " " Pat ung Dewi . . . Maksudku Dewi Lor o Jonggr ang, saya bernama Wir
o Sabl eng. . . . " 77 SEPASANG ARWAH BISU
Sepasang alis mata patung Loro Jonggrang berkerenyit naik.
" Apa" Coba ul angi . Si apa namamu?" " Nama saya Wi r o Sabl eng. . . " " Oohh. . . Tadi kur asa aku sal ah mendengar . " Lor o Jonggrang tersenyum.
Wiro menggaruk kepala.
" Nama saya memang kedengar an aneh. " " Banyak or ang ber nama aneh. Mi sal Kebo Panar an. Tapi orang itu bukan kebo atau kerbau benaran. Kau bernama Wiro Sableng. Aku
yakin kau juga tidak sableng benar
an. " Wiro tertawa den menggaruk kepala.
" Dewi , saya dat ang ke si ni , membawa anak perempuan bernama Ni Gatri yang saya anggap adik itu untuk minta pertolonganmu.
Sesuatu telah terjadi atas dirinya. Tubuhnya keras seperti batu den berwarna
hijau. Semua ini terjadi ada hubungannya dengan malapetaka Mal
am Jahanam yang meni mpa Bhumi Mat ar am. " Sesaat wajah cantik patung Loro Jonggrang tampak
muram. " Sel ama duni a t er kembang or ang-orang jahat selalu
berada dimana-mana. Itu sebabnya Para Dewa meminta agar kita berlaku waspada.
Wiro, kau datang atas
kemauan sendi r i at au ada yang menyur uh?" " Ada seor ang sahabat bai k yang member i nasi hat . " Jawab Wiro. " Laki -laki atau perempuan" Adakah dia mempunyai
nama
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?" " Per empuan. Maaf , saya t i dak menanyakan si
apa namanya. " " Bagai mana aku bi sa yaki n kal au kau memang dat ang at as pet unj uk per empuan i t u?" Wiro ingat pada Bunga Matahari yang diberikan gadis berkaki tunggal. Dengan
cepat bunga itu dikeluarkan lalu diperlihatkan seraya berkata.
SEPASANG ARWAH BISU
78 " Sahabat i t u member i kan Bunga Mat ahar i i ni pada saya. Disertai pesan saya harus menyerahkannya pada Dewi
" Mendengar ucapan Wiro tiba-tiba yang membuat
Pendekar 212 terkejut setengah mati, tangan kanan patung Loro Jonggrang
bergerak. Diulurkan mengambil Bunga Matahari yang dipegang sang pendekar.
Setelah memperhatikan bunga sebentar, Nyi Loro
Jonggr ang ber t anya. " Aku t ahu si apa per empuan itu. Seorang gadis yang terkena tenung guna-guna ilmu
hitam. Wiro, sekarang beritahu. Pertolongan apa yang ingin kau dapatkan dariku.
Apakah kau percaya aku bisa menol
ong?" " Dewi , kal au Yang Maha Kuasa t el ah menunt un saya datang kesini, berarti Dewilah memang orangnya tempat saya
mi nt a t ol ong. " Wi r o menunj uk pada sosok Ni Gat r i yang terbaring di lantai ruangan batu.
Loro Jonggrang menatap Ni Gatri agak lama. Lalu
perhatiannya kembali pada Bunga Matahari yang dipegang di tangan kanan. Perlahan-lahan bunga di dekatkan ke wajahnya lalu
ditiup. Bagian kuning bundar Bunga Matahari berubah menjadi putih berkilau. Loro
Jonggrang ulurkan tangan, mengembalikan Bunga Matahari yang telah berubah kepada Wiro.
" Usapkan bagi an put i h bunga di ubun-ubun, kening,
dada, perut dan telapak kaki anak perempuan itu. Mudah-mudahan
Yang Maha Kuasa menolong menyembuhkannya.
" Wiro cepat mengambil Bunga Matahari dan melakukan apa yang dikatakan Patung Dewi Loro
jonggrang. Begitu selesai mengusapkan bagian putih Bunga Matahari di kedua kaki
Ni Gatri, tiba-tiba anak perempuan itu mengerang pendek, menggeliat lalu
bergerak bangun dan duduk di atas batu. Wajah dan sekujur tubuh yang tadi
kehijauan kini kembali ke warna asli. Dua matanya menatap ke arah Wiro tapi
tampak 79 SEPASANG ARWAH BISU
pandangannya kosong. Ni Gatri berpaling pada Loro Jonggrang. Anak ini tersenyum
namun senyumnya
hampa. " Ni Gat r i , kau sudah sembuh?" Ni Gatri mengangguk.
" Ni Gat r i , bi car al ah. Jangan di am saj a. " Kat a Wi r o. Anak perempuan itu menggerakkan mulut berulang
kali. Tapi tidak ada suara yang keluar. Wajahnya seperti mau menangis.
" Ni Gat r i ! Kau t i dak bi sa bi car a" Kau bi su "! " Tanya Wiro. Yang ditanya mengangguk.
Wiro pejamkan mata. Peluk anak perempuan itu lalu berpaling ke arah patung Loro
Jonggrang. " Wi r o, kau t ak usah kawat i r . Bi la besok matahari terbit
dan mulai meninggi, anak itu akan bisa bicara dengan sendi
r i nya. " " Tapi Dewi , Ni Gat r i har us bi sa bi car a sekar ang. Ada hal sangat penting yang harus diterangkannya. Kalau dia baru
bicara besok, sudah sangat terlambat.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari keterangan anak i ni saya akan mel akukan sesuat u. . . " " Wi r o, aku t i dak bi sa mel angkahi ket ent uan yang dibuat Para Dewa. Kalau anak itu tidak bisa bicara sebelum waktunya, aku tidak
mungkin membuat dia
mampu bi car a sekar ang j uga. " Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala.
" Hal sangat pent i ng apa yang har us di t er angkan anak i t u padamu?" " Mal am t adi ada dua kakek nenek aneh yang konon bernama Sepasang Arwah Bisu. Mereka datang ke Bukit Batu Hangus tempat Raja dan
keluarga serta ratusan pengungsi
lainnya berada. Sepasang
kakek nenek memberi petunjuk dalam bahasa gerak tangan orang
bisu. Hanya Ni Gatri yang tahu arti gerak tangan itu.
Namun sebelum sempat bicara dia telah diserang hebat hi
ngga kaku dan t ak bi sa ber suar a. " SEPASANG ARWAH BISU
80 " Bahasa ger ak t angan or ang bi su. . . " Lor o Jonggr ang mengulang. Dua tangannya diangkat, sepuluh jari tangan bergerak gerak. Sambil
menatap ke arah Ni Gatri, Loro Jonggr
ang ber t anya. " Kau menger t i i syar at -isyarat yang aku buat ?" Anak yang di t anya anggukkan kepal a. Mendadak sebagian tubuh patung Loro Jonggrang
sebelah atas membuat gerakan membungkuk. Dua
tangan yang terus bergerak-gerak memancarkan cahaya putih. Lalu sama sekali
tidak diduga oleh Wiro, dua tangan itu dipukulkan ke arahnya.
Sepuluh larik cahaya putih berkiblat dalam ruangan batu. Lima larikan menghantam
tepat di kepala sang pendekar. Lima larikan lagi menyapu di kedua tangannya.
Walau Wiro tidak merasakan sakit namun tubuhnya
terpental hingga dia jatuh terduduk di lantai ruangan. Ni Gatri terduduk di
pangkuannya. Di luar candi terdengar suara anjing kecil menggonggong.
" Dewi , mengapa kau menyer angku. . . " " Si apa bi l ang aku menyer angmu! " j awab Lor o Jonggrang sambil mengulum senyum.
81 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
12 WIRO berdiri. Dua tangan
diperhatikan. Kepala yang barusan dihantam lima larik cahaya
putih diusap-usap. Kepala dan dua
tangannya memang tidak cidera sama sekali. " Dewi , maaf kan kal au saya sal ah menduga. Tapi sepul uh si nar put i h t adi . . . " " Wi r o, ambi l kembal i Bunga Mat ahar i yang ada di lantai. Sekarang kau boleh membawa
anak perempuan itu meninggalkan candi.
Sesampai di luar jika ada orang bicara atau
bertanya padamu jangan dijawab sebelum
kau berjalan ke arah timur sejauh empat
puluh langkah. Pada langkah yang ke
empat puluh lemparkan Bunga Matahari
ke udara. Sesuatu akan terjadi. Semoga Yang Maha Kuasa menol ongmu. " " Dewi , kau memberi tahu maksud sepuluh cahaya
Loro Jonggrang tersenyum lalu menjawab.
" Tadi aku hanya member
i kan sedi ki t i l mu padamu. Agar kau bisa mengerti bahasa isyarat tangan orang bisu dan mampu pula balas
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bicara dengan membuat gerakan yang
sama pada kedua t anganmu. " Pendekar 212 terkesiap. Dia seperti mau berteriak saking girangnya. Tapi tahu
diri sang Wiro buru-buru membungkukkan tubuh mengucap terima kasih berulang
kali. Di sampingnya Ni Gatri ikut-ikutan membungkuk namun tidak bisa
mengeluarkan suara.
SEPASANG ARWAH BISU
82 " Dewi , r asa t er i ma kasi h kami ber dua t i dak t er hi ngga. Kami t i dak bi sa memba1as budi bai kmu. . . " " Wi r o, j i ka kal i an ber dua bahagi a, aku j uga mer asa bahagia. Jika kau bisa menolong Raja dan rakyat
Mataram aku sungguh sangat
ber syukur . . . " " Dewi , apakah saya bol eh per gi sekar ang?" Kepala patung Loro Jonggrang mengangguk. Mulut
tersenyum. Wiro membungkuk sekali lagi. Ketika dia melangkah ke pintu dia ingat sesuatu.
" Dewi , apakah saya bol
eh menj abat t anganmu?" Wajah patung Loro Jonggrang tampak tercengang.
Namun kemudian kepala patung tampak mengangguk.
Wiro ulurkan tangan. Dalam waktu yang bersamaan Loro Jonggrang juga mengulurkan
tangan. Wiro menyalami tangan kanan patung lalu menciumnya penuh hormat.
Astaga! Murid Sinto Gendeng tersentak dia merasakan tangan patung itu tidak beda
dengan tangan manusia atau gadis biasa. Halus dan juga harum!
" Dewi , saya mi nt a di r i . Har ap maaf kan kal au ada ucapan dan tindakan saya yang lancang. Saya sangat menghor
mat i di r i mu. " Di am-diam Wiro jadi ngeri sendiri.
Sebelum Wiro meninggalkan ruangan patung Loro
Jonggrang berkata.
" Wi r o kau l upa membawa Bunga Mat ahar i di l ant ai . " Wiro terkejut dan cepat berbalik. Seat itu Bunga
Matahari yang ada di lantai dekat kepala patung Banteng telah melayang ke udara.
Wiro cepat menangkapnya.
" Wi r o, sat u hal sebel um kau per gi . Jaga bai k-baik senjata mustika sakti berbentuk kapak yang ada dalam rongga
dadamu. Ada orang jahat yang ingin mer ampasnya! " Murid Sinto Gendeng terkejut lalu cepat-cepat membungkuk dan mengucapkan terima kasih.
" Dewi , kal au semua ur usan i ni sudah sel esai , saya akan menyambangi mu l agi di si n! . Bol ehkah?" 83 SEPASANG ARWAH BISU
" Aku senang mendengar
kat a kat amu i t u Wi r o. Kau bisa menemuiku kapan saja. Selagi masih ada di Bhumi Mataram ini. Atau kelak
setelah kau sampai dan kembali lagi ke negeri asalmu delapan ratus tahun
mendatang. Aku akan selalu
ada di dal am candi yang sama. " " Di al am del apan r at us t ahun mendat ang apakah nant i kau j uga bi sa bi car a dan t er senyum seper t i saat i ni ?" Tanya Wiro pula.
Loro Jonggrang tertawa merdu. Kepala diangguk dan mata kiri dikedipkan.
* * *
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BEGITU Wiro keluar dari dalam candi bersama Ni
Gatri yang kini tidak digendong lagi tapi bisa jalan sendiri, anjing kecil di
tangga candi menyalak panjang dan lari berjingkrak-jingkrak seolah senang.
Ratu Randang cepat mendatangi di kaki tangga dan
bertanya. " Wi r o, kau sudah menemui Nyi Lor o Jonggr ang" Kau bi car a padanya " Apa yang di kat akannya?" Wiro tidak menjawab. Pada seat menginjakkan kaki di tanah dia langsung berjalan
ke arah timur. Di sebelahnya melangkah Ni Gatri. Karena Wiro tak menjawab Ratu
Randang segera mengikutinya dengan perasaan terheran-heran.
" Wi r o, aku ber t anya. Apakah kau sudah ber
t emu dengan Nyi Loro Jonggrang"
Apakah kau sudah mendapat pet unj uk?" Sesuai pesan Loro Jonggrang, Wiro tetap tidak
menjawab den berjalan terus.
" Wi r o! Hai ! Kau t ul i at au bagai mana! Aku ber t anya kau tak mau menjawab. Kau seperti orang mimpi melek
berjalan di malam buta ! Hantu mana yang menemanimu
"! " SEPASANG ARWAH BISU
84 Wiro tetap diam. Sementara itu sambil melangkah di samping Wiro, Ni Gatri
palingkan kepala dan letakkan jari telunjuknya di atas bibir. Melihat isyarat
ini Ratu Randang menjadi terkejut.
" Apa " Kau member
i t ahu kal au Wi r o sekar ang menj adi bi su "! " Ni Gatri tidak menjawab karena memang tidak bisa
bersuara. " Ast aga! Kau i ni di apakan sama Lor
o Jonggr ang" Atau apa ada setan jahat kesasar didalam candi masuk ke dalam dirimu hingga kau
kesambet tidak bisa
mendengar tidak bisa bicara "! Atau mungkin kau bicara dan bertingkah kurang
ajar membuat Loro Jonggrang mar
ah ! " Ratu Randang berucap setengah ketakutan den
seperti mau menangis. Ketika dia hendak merangkul pemuda itu tiba-tiba Wiro
hentikan langkah. Itulah langkah yang ke empat puluh !
Wiro perhatikan Bunga Matahari di tangan kanan.
Lalu menatap ke langit yang diterangi bulan setengah lingkaran. Tangan kanan
bergerak dan dengan kekuatan tenaga luar yang dimiliki Wiro lempar bunga itu
tinggi-tinggi ke udara.
Di udara malam Bunga Matahari pijarkan cahaya
putih. Sesaat udara tampak terang. Justru dalam terang itulah mendadak ada
delapan larik cahaya merah datang menyambar dart arah selatan!
" Si nuhun Muda! " Ter i ak Rat u Randang. Perempuan ini segera pukulkan tangan kanan ke
etas, melepas Sang Pencipta Berbuat Penuh Kuasa.
Selarik cahaya putih yang mengembang membentuk
kipas terbuka berkiblat, menyambar menghadang delapan larik cahaya merah.
" Bl ar r r r ! " " Bummm! " 85 SEPASANG ARWAH BISU
Bentrokan hebat membuat delapan cahaya merah
den cahaya putih berpijar seperti bunga api raksasa.
Menyusul suara dentuman dahsyat yang seperti menggoyang langit malam den menggetarkan kawasan
Prambanan. Bunga Matahari yang tadi dilempar Wiro melayang jatuh ke bawah dan
cepat ditangkap Wiro
sebelum menyentuh tanah. Anjing kecil menyalak tiada henti.
Ratu Randang terpekik. Tubuhnya terguling di tanah.
Wiro den Ni Gatri cepat mendatangi perempuan itu. Air muka Ratu Randang tampak
pucat . Dd sela bibirnya kelihatan darah meleleh.
" Wi r o, dadaku saki t . . . " Ucap Rat u Randang set engah berbisik. Wiro jadi bingung. Tapi cuma sebentar.
" Kau t ak apa-apa. Mudah-mudahan ini bisa mengobati
l uka dal ammu. " Wiro usapkan ke dada Ratu Randang Bunga Matahari
pemberian gadis berkaki tunggal yang telah diberi kekuatan sakti oleh Loro
Jonggrang. Ajaib ! Saat itu juga rasa
sakit didada Ratu Randang lenyap. Malah perempuan ini seolah mendapatkan satu kekuatan dahsyat di dalam tubuhnya. Dia hendak mengarahkan sesuatu namun saat itu dari
langit malam datang
menyapu gulungan cahaya merah, membuntal menghunjam ke tanah dimana Wiro, Ni Gatri, Ratu
Randang den anjing kecil berada.
Dari warna cahaya yang menyerang dan ingat
teriakan Ratu Randang tadi Wiro merasa yakin serangan dahsyat itu pasti
dilancarkan oleh orang yang sama yakni Sinuhun Muda ! Tidak menunggu lebih lama
Wiro segera keluarkan potongan kalung emas yang diberikan Sri Padmi
Kameswari. Seperti diketahui emas adalah pantangan bagi diri dan semua ilmu kesaktian yang dimiliki Sinuhun Muda dan
Sinuhun Merah Penghisap Arwah.
SEPASANG ARWAH BISU
86 Namun saat itu di udara malam tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak.
" Kesat r i a Panggi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
l an! Kau bol eh punya sat u gunung emas! Jangan mengira saat ini kau bisa selamat dari ser
anganku ! He . . . he . . . he ! " Anjing kecil meraung panjang. Ni Gatri tercekat. Ratu Randang terkesiap. Ratu
Randang berteriak.
" Wi r o ! Jangan-jangan mahluk keparat itu telah
memiliki ilmu penolak penangkal yang kita miliki. Celaka !
Ki t a bi sa mat i semua! " Hawa panas yang berasal dari gulungan cahaya
merah menerpa tiga orang dan anjing kecil yang ada di halaman kawasan candi.
Wiro dengan nekad segera siap melepas pukulan Sinar Matahari. Namun terlambat!
Hanya sekejapan lagi semua mereka itu akan disapu lumat dan leleh oleh gulungan
cahaya merah yang luar biasa panasnya tiba-tiba!
" Tam! Tam! Tam! " Di kejauhan terdengar suara, orang menabuh tambur.
Udara malam laksana tercabik cabik. Tanah bergeletar.
Lalu menyusul suara, tiupan suling yang membuncah liang telinga!
Saat itu pula gulungan cahaya merah bergoyang
keras. Seperti ada kekuatan dahsyat menghantam dari dalam tanah gulungan cahaya
merah terpental ke atas.
Setiap terdengar suara tambur dan suling, gulungan cahaya merah kembali
terlempar ke atas hingga akhirnya seolah amblas lenyap di atas langit!
" Suar a t ambur dan t i upan sul i ng i t u! Menol ong ki t a! " Ucap Ratu Randang.
" Dua manusi a aneh ber nama Si Tambur Bopeng dan Si Sul i ng Bur i k! " Kat a Wi r o pul a. Semua orang memandang ke arah kejauhan dari mana, datangnya
suara tambur dan suling. Namun mereka tidak melihat apa-apa.
87 SEPASANG ARWAH BISU
Wiro segera hendak terapkan Ilmu Menembus Pandang namun tidak jadi karena tiba-tiba di langit muncul melayang dua kakek
nenek berselempang kain putih yang tidak asing lagi!
" Kakek nenek Sepasang Ar wah Bi su! " Wi r o set engah ber ser u. " Ber ar t i bukan hanya suar
a t ambur den sul i ng yang menolong kita.
Tapi kehadiran dua kakek nenek itu juga sangat
mempengaruhi orang yang menyerang kita. Ratu, kau ingat bagaimana tampang
Sinuhun Muda ketakutan:
ketika melihat dua kakek nenek itu di Bukit Batu
Hangus?" Tanpa menunggu jawaban Ratu Randang Wiro
melambaikan tangan sambil berteriak.
" Kakek nenek Sepasang Ar
wah Bi su, kami but uh bant uanmu! " Dua kakek nenek yang melangkah mengambang di
udara tukikkan pandangan kebawah. Ketika melihat Wiro den kawan-kawan keduanya
segera melayang turun
namun tidak sampai menjejakkan kaki di tanah.
Dua kakek nenek itu melayang tak jauh dari hadapan Candi Wisnu.
Wiro segera mendatangi. Ratu Randang, dan anjing
kecil yang kini digendong oleh Ni Gatri mengikuti dari belakang.
Begitu sampai di hadapan Sepasang Arwah Bisu,
Wiro membungkuk hormat. Setelah meluruskan tubuh
kembali dengan cepat dia menggerak gerikkan tangan dan sepuluh jari. Lalu tangan
kanan diusapkan ke kening den dikepretkan.
Ratu Randang terkejut. Juga Ni Gatri.
" Hai ! Wi r o ! Dar i mana kau bel aj ar dan t ahu bahasa t angan or ang bi su i t u "! " Ber t anya Rat u Randang. " Dar i Dewi Lor o Jonggr ang. Nant i akan aku cer i t akan. Aku menunggu jawaban dua kakek nenek itu. Aku
barusan menanyakan pada mereka apa arti gerakan
SEPASANG ARWAH BISU
88 sepuluh jari tangannya dan usapan di kening serta kepretan tangan yang pernah
dilakukannya di Bukit Batu Hangus. Nah, mereka tengah bersiap-siap menjawab.
Yang akan bi car a agaknya si kakek. " Bukan saja Ratu Randang dan Ni Gatri yang terkejut melihat Wiro mampu melakukan
pembicaraan orang bisu dengan bahasa gerakan tangan, sepasang kakek nenek yang
melayang di depan Candi Wisnu tampak tercengang den sesaat keduanya saling
pandang lalu sama-sama tersenyum. Si kakek kemudian menunjuk ke arah Wiro dengan
telunjuk tangan kanan. Lalu dia mulai menggerak gerakkan sepuluh jari tangan,
meletakkan tangan kanan di atas kening lalu seperti sebelumnya yang dilakukan
kakek ini kepretkan tangan itu ke bawah.
" Ast aga! " Wi r
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
o ber ser u t er t ahan mel i hat ger akan si kakek. " Apa kat anya?" Tanya Rat u Randang yang j adi t i dak sabaran. " Kakek i t u bi l ang. Aku dat ang membawa segudang
i l mu. Tet api mengapa t i dak di per gunakan. " Wi r o menjelaskan. " Lal u keni ng yang di usap dan t angan yang di kepr et kan, apa ar t i nya?" " Si kakek ber kat a, aku punya i l mu yang bi sa membersihkan benjolan di kening. Ratu, harap kau diam dul
u. Aku akan ber t anya pada mer eka. " Lalu Wiro gerakkan jari-jari tangannya.
Melihat gerakan jari-jari tangan yang dibuat Wiro, Sepasarg Arwah Bisu saling
pandang, lalu si nenek menggerakkan tangan memberi jawaban.
" Luar bi asa ! Bagai mana mer eka t ahu i l mu yang aku mi l i ki ! " " Tanyakan si apa mer eka sesungguhnya.
" Rat u Randang berbisik.
Wiro melakukan apa yang dikatakan Ratu Randang.
Sepuluh jari tangan bergerak lincah. Yang segera dibalas 89
SEPASANG ARWAH BISU
oleh kakek berselempang kain Putih dan langsung
diartikan Wiro, diberi tahu pada Ratu Randang.
" Ket i ka neger i ber si mbah dar ah, or ang-orang jahat
hendak merebut tahta. Anak dan menantuku menemui
ajal di dalam dosa. Satu setunya cucuku yang masth hi
dup t er nyat a t i dak ber bakt i pada kami ber dua. . . " " Tanyakan si apa cucunya yang masi h hi dup i t u ! " Bi si k Ratu Randang. Wiro menggerakkan jari-jari kedua tangan.
Di atas sana Sepasang Arwah Bisu sama-sama
gelengkan kepala. Si nenek berkata melalui gerakan tangan. Yang diartikan Wiro
pada Ratu Randang.
" Kami t i dak akan member
i t ahu. Kar ena kami ber har ap di a masi h bi sa kel uar dar i kesesat an. . . " Tiba-tiba suara tambur dan suling bergema kembali.
Tak lama kemudian Si Tambur Bopeng den Si Suling
Burik muncul dari balik Candi Wisnu. Sepasang Arwah Bisu memutar tubuh. Seperti
sebelumnya mereka siap melangkah mengambang mengikuti kedua orang itu.
" Wi r o, kau i ngat . Wakt u di Buki t Batu Hangus si kakek
beberapa kali menunjuk-nunjuk pada penabuh tambur dan suling itu. Lalu tangan
kanannya digerakkan ke pinggang, ditayangkan ke atas. Lekas tanyakan pada si
kakek sebel um mer eka per gi apa ar t i ger akannya i t u! " " Kek! Tunggu! Jangan per gi dul u! " Wi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
r o ber t er i ak. Sambil berlari mengikuti gerakan melayang Sepasang Arwah Bisu Wiro gerak-
gerakkan tangan ke pinggang lalu dilayangkan ke atas. Sepuluh jari tangan
digerakkan terus menerus.
Setelah berdiam diri dan melayang terus, akhirnya si kakek
berhenti sebentar lalu menjawab apa yang ditanyakan Wiro melalui isyarat gerakan tangan. Di lain kejap kedua kakek nenek
itu lenyap dalam temaram
malam. " Apa kat anya?" Rat u Randang ber t anya begi t u ber ada di sebelah Wiro.
SEPASANG ARWAH BISU
90 " Kakek i t u member i t ahu ada sebuah senjata. Aku
kurang jelas apakah sebilah keris atau sebilah pedang.
Jika ingin tahu dimana beradanya senjata itu maka harus mengi
kut i si penabuh t ambur dan meni up ser ul i ng. " " Apa yang har us ki t a l akukan sekar ang?" Tanya Rat u Randang pula. " Saat i ni ki t a t i dak mungkin mengikuti Si Tambur
Bopeng dan Si Suling Burik. Kita harus segera menemui Raja di Bukit Batu Hangus.
Sebelum matahari terbit aku har
us sudah ber hasi l mel akukan sesuat u. . . " " Mel akukan sesuat u apa ?" Tanya Rat u Randang ingin tahu. Wiro tak menjawab. Dia cepat mendukung Ni Gatri.
Memberi tanda pada anak anjing hitam agar naik ke bahunya. Lalu ke tiga orang
itu segera berlari cepat laksana terbang menuju Sukit Batu Hangus.
Namun sebelum mencapai tujuan, di tengah jalan
tiba-tiba seorang berpakaian dan bermantel hitam, mengenakan ikat kepala kain merah tiba-tiba berkelebat menghadang. Orang ini
berdiri di tengah jalan sambil berkacak pinggang lalu tertawa bergelak. Dari
sepasang mata dan dari dalam mulut memancar cahaya merah
seolah ada kobaran api menggidikkan. Wiro dan juga Ratu Randang punya dugaan
orang ini tidak muncul
seorang diri. Mungkin ada satu atau dua orang lain yang ikut bersamanya tapi
saat itu sengaja bersembunyi.
Mula-mula Wiro tidak mengenali siapa adanya orang ini. Tapi begitu mendekat den
melihat wajah orang lebih jelas, terkejutlah Pendekar 212 !
T A M A T 91 SEPASANG ARWAH BISU
Siapakah orang yang menghadang Pendekar 212
Wiro Sableng "
Apakah Wiro mampu menjaga Kapak Maut Naga Geni
212 yang ada di dalam tubuhnya sebelum sempat
dipergunakan untuk, menumpas orang-orang jahat di Bhumi Mataram"
Benarkah dua Sinuhun telah memiliki ilmu baru
penangkal kelemahan mereka terhadap emas"
Lalu bagaimana dengan Sinto Gendeng" Dimana
sebenarnya nenek ini berada"
Ikuti serial berikutnya berjudul :
DEWI KAKI TUNGGAL
SEPASANG ARWAH BISU
92 Rahasia Kampung Garuda 7 Jaka Sembung 8 Menumpas Gerombolan Lalawa Hideung Walet Emas Perak 11