Sepasang Arwah Bisu 1
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu Bagian 1
SEPASANG ARWAH BISU e-Book & Setting :
Begawan Alfarizi (abdulmadjid kaskuser)
Cover : Kalapalima
SEPASANG ARWAH BISU
2 BASTIAN TITO Hak cipta dan copy right pada
pengarang dibawah lindungan
undang-undang Wiro Sableng telah Terdaftar pada
Dept. Kehakiman R.I. Direktorat
Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek
dibawah nomor 004245
3 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
1 PADA MALAM menjelang
dini hari itu beberapa orang
mendatangi Bukit Batu Hangus
dimana Sri Maharaja Mataram berada bersama ratusan orang pengungsi, menyelamatkan diri dari
Kotaraja yang tengah dilanda malapetaka.
Selagi Raja menunggu kedatangan Pendekar 212 Wiro Sableng yang di kalangan orang-orang Kerajaan disebut
dengan nama Kesatria Panggilan, ternyata Sinuhun Muda Ghama Karadipa
sampai lebih dulu. Dia datang dengan
menyamar sebagai Pendekar 212 Wiro
Sableng, membawa batu segi tiga putih
palsu dengan niat sebenarnya bukan
lain adalah untuk dapat menghabisi
Raja Mataram secepat mungkin.
Namun niat jahat tersebut gagal dilaksanakan karena dihalangi oleh Sri Padmi
Kameswari yang muncul dalam bentuk seekor anjing betina, bersama anaknya seekor
anjing jantan. Kalau sang ibu berhasil menyelamatkan Raja Mataram dari serangan
delapan sinar merah yang keluar dari batu segi tiga Putih di tangan Sinuhun
Muda, maka anaknya, seekor anjing kecil jantan mampu pula menyelamatkan Ni
Gatri. Seper t i di cer i t akan dal am " Rob Jemput an" , meski Sr i Padmi Kameswari berniat jahat terhadapnya, Raja Mataram bukan saja tidak membunuh perempuan itu,
malah sewaktu sosok Sri Padmi Kameswari berubah
SEPASANG ARWAH BISU
4 menjadi seekor anjing betina yang bunting besar dan kesulitan dalam melahirkan
anaknya, Raja bertindak menolong. Ada ubi ada talas. Ada budi ada balas.
Ternyata kini Sri Padmi Kameswari muncul kembali
dalam ujud anjing betina dan menyelamatkan Raja
Mataram dari serangan maut Sinuhun Muda walau dia sendiri menderita cidera cukup
parah. Sekujur tubuh melepuh
merah dan mengepulkan asap panas. Sementara itu anaknya, anjing kecil jantan menolong Ni Gatri.
Sinuhun Muda juga batal menghabisi Sri Padmi
Kameswari dengan Pukulan Delapan Sukma Merah. Ini terjadi setelah mendapat
peringatan dan seorang anak lelaki yang tidak terlihat ujudnya karena muncul
dalam bayangan cahaya kuning kemerahan, yang oleh Sinuhun Muda dipanggil dengan
nama Sang Junjungan.
Setelah diperingatkan Sinuhun Muda baru menyadari kalau saat itu di leher anjing
betina yang hendak dibunuhnya melingkar seuntai kalung emas besar. Emas
merupakan benda pantangan bagi Sinuhun Muda Ghama Karadipa, juga bagi nyawa
kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Sebenarnya hanya sangat
sedikit orang yang mengetahui kelemahan dua mahluk bernyawa kembar itu. Ini yang
membuat Sinuhun Muda tersentak
heran. Bagaimana mungkin Sri Padmi Kameswari yang kini berujud seekor anjing betina itu bisa mengetahui
kelemahannya tersebut! Namun Sinuhun
Muda saat itu tidak bisa berpikir panjang. Meski dia tidak merasa gentar tapi
karena masih banyak urusan besar yang
harus diselesaikan maka dia segera harus meninggalkan Bukit Batu Hangus. Dia bermaksud hendak menemui Sang Junjungan. Dia
juga berharap nyawa
kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah
telah bertemu dengan Kesatria Roh Jemputan dan siap dengan rencana semula yaitu
membunuh Pendekar 212
Wiro Sableng. 5 SEPASANG ARWAH BISU
Pada saat Sinuhun Muda hendak bertindak pergi
terjadilah satu kegemparan. Dari dalam gelap seorang perempuan melempar mayat
Swara Pancala ke atas
sebuah batu besar.
* * * SRI MAHARAJA Mataram Rakai Kayuwangi melompat ke arah batu di atas mana mayat Swara
Pancala tergeletak. Sekujur tubuh penuh puluhan lubang luka dan bergelimang
darah. " Swar a Pancal a! Hyang Jagat Bat har a, mengapa sat u l agi or ang keper cayaanku har us menemui aj al ! " Baru saja Raja Mataram keluarkan ucapan tiba-tiba ada suara perempuan berteriak.
" Yang Mulia Raja Mataram! Manusia satu itu memang
pantas mati! Ketahuilah, dia telah berkhianat terhadap diri Yang Mulia! Dia
adalah kaki tangan Sinuhun Muda
Gharna Karadipa. Manusia keji penimbul malapetaka Malam Jahanam di Bhumi
Mataram! Pemuda berpakaian dan
ber i kat kepal a hi j au i t u! " Kegemparan di lereng Bukit Batu Hangus jadi semakin bertambah setelah terdengarnya suara teriakan perempuan tadi. Sinuhun
Muda maupun Raja Mataram
sama-sama tercekat.
Yang jelas perempuan yang barusan berteriak bukanlah perempuan yang tadi melemparkan mayat
Swara Pancala. Berarti ada dua orang perempuan di tempat
itu. Dan keduanya sama-sama belum memperlihatkan diri!
Selagi Raja Mataram mengalihkan pandangan ke
arah pemuda berpakaian dan berikat kepala hijau yang tadi menyaru sebagai
Kesatria Panggilan Pendekar 212
Wiro Sableng, tiba-tiba di dalam gelap ada satu bayangan hijau berkelebat sangat
cepat. Bau harum menebar.
SEPASANG ARWAH BISU
6 Sinuhun Muda merasakan satu tepukan di punggungnya disertai suara perempuan
berkata. " Si nuhun, cepat t i nggal kantempat ini! Sebentar lagi
keadaan akan sangat
t i dak mengunt ungkan bagi mu! " Sinuhun Muda yang sedang terkesiap dan juga marah melihat kematian Swara Pancala
tersentak. " Dewi Ul ar ! Past
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i di a yang bar usan menepuk punggungku! Jahanam! Aku punya dugaan dia yang
membunuh Swara Pancala! Sekarang mengapa dia
berbaik-baik terhadapku! Perempuan keparat! Aku akan memecahkan kepalamu Jilka
terbukti memang kau yang t
el ah membunuh anak buahku i
t u! " Si nuhun Muda menggeram marah dalam hati. Lalu dia ingat.
" Per empuan kedua yang tadi berteriak, suaranya
seperti suara Ratu Randang Sinuhun Muda membatin.
Walau sebenarnya dia ingin membuktikan dugaan namun tidak menunggu lebih lama
lagi Sinuhun Muda segera berkelebat tinggalkan tempat itu ke arah lenyapnya
bayangan perempuan yang tadi menepuk punggungnya.
Tak lama setelah berada di kaki bukit sebelah selatan, Sinuhun Muda melihat ada
seorang perempuan duduk di atas batu sambil bernyanyi-nyanyi perlahan.
7 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
2 RAHANG Sinuhun Muda menggembung. Sepuluh jari tangan diremas hingga mengeluarkan suara bergemeletakan.
" Benar -benar mahluk jahanam! Habis membunuh masih bisa bernyanyi
nyanyi ! " Si nuhun Muda menyumpah.
Sekejapan saja dia sudah berada di depan
perempuan yang duduk di atas batu. Dan
ternyata perempuan ini memang Dewi Ular!
Berpakaian sutera hijau, lengkap dengan
mahkota perak di atas kepala!
" Per empuan i bl i s! " Si nuhun Muda langsung mendamprat.
Orang yang dibentak hentikan nyanyian, berpaling ke arah Sinuhun
Muda lalu tersenyum. Dia menunjuk ke
langit. " Mal am begi ni i ndah. Di l angi t ada r embul an wal au setengah lingkaran. Rasanya kurang pantas merusak keindahan dan dengan ucapan
kotor bentakan kasar.
Apakah. . . " " Tut up mul ut mu! " Har di k Si nuhun Muda. Del apan benjolan di kepalanya memancarkan cahay
a t er ang. " Apa matamu buta tidak melihat Bhumi Mataram dilanda
mal apet aka" Dan aku yang menci pt akan mal apet aka i t u! " Delapan cahaya merah mulai memancar keluar dari
delapan benjolan di kening.
Di atas batu Dewi Ular kembali mengulum senyum.
" Si nuhun, kau kelihatan begitu bangga dan merasa
hebat karena telah menimbulkan bencana di Bhumi
SEPASANG ARWAH BISU
8 Mataram. Apa yang sesungguhnya kau cari" Hik ... hik.
Sekarang aku melihat kau hendak membunuhku dengan ilmu Delapan Arwah Sesat
Menembus Langit ... Apa
sal ahku"! " " Kur ang ajar! Bagaimana perempuan iblis ini tahu
nama i l mu yang aku mi l i ki "! " Si nuhun Muda mengger am dalam hati. " Si nuhun, membunuhku t i dak ada unt ungnya bagi dirimu. Bukankah aku pernah berucap. Kalau kita berdua bisa
sating berbagi ilmu atau berbagi cinta. Bagaimanapun juga bersahabat adalah jauh lebih baik dar
i sal i ng ber musuhan. " " Aku t i dak t er t ar i k pada i l mu kepandai anmu! Kau t i dak punya kemampuan apa-apa. Buktinya kau tidak sanggup membunuh
pemuda ber nama Wi r o Sabl eng i t u! " " Har i sel al u ber ubah. Har i kemar i ntidak sama dengan
hari ini. Hari ini tidak sama dengan hari besok. Besok t
i dak sama dengan l usa. . . . " " Per empuan set an! Mengaku kal
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
au kau yang t el ah membunuh anak buahku Swar a Pancal a! " Si nuhun Muda menghardik keras.
Dewi Ular dongakkan kepala ke langit malam yang
di t er angi bul an set engah l i ngkar an l al u ber kat a. " Kal au Sinuhun sudah tahu mengapa mesti bertanya lagi" Lagi pula sebenarnya lelaki itu
yang minta dibunuh dan memang harus dibunuh. Seharusnya Sinuhun berterima kasih
karena aku telah membunuh seorang musuh dalam selimut. Lebih baik Sinuhun
menanyakan bagaimana cara aku
membunuhnya! " Sinuhun Muda tidak dapat lagi menahan amarahnya.
Kaki kanan menendang ke depan, Lima jari kaki
memancarkan cahaya merah.
" Br aaakkk! " Batu yang diduduki Dewi Ular hancur membentuk
keping-keping menyala merah. Sosok Dewi Ular sendiri telah lebih dulu melesat ke
udara selamatkan diri.
9 SEPASANG ARWAH BISU
Perempuan ini pindah berdiri ke atas batu lain. Lalu tanpa perdulikan
kemarahan Sinuhun Muda dia tertawa panjang. Puas tertawa perempuan ini berkata.
" Di dal am gua di bel akang ai r t er j un. Hi k...hi k. . . hi k. Sinuhun, dengar ceritaku. Mula-mula Swara Pancala menanggalkan pakaian yang
melekat di tubuhku. Seperti i
ni ..." Dewi Ul ar memper agakan dengan membuka baj
u hi j aunya di bagi an dada. " Lal u di a memel uk menghangatkan tubuhku. Setelah itu dia membuka
pakaiannya pula. Lalu dia membuyarkan ilmu penyirap tubuh milik Sinuhun yang
membuat diriku kaku tak bisa bergerak. Ketika kami bercumbu dia bicara banyak
tentang dirimu. Perihal dua nyawa kembar yang kau miliki. Perihal pantangan
Sinuhun yang tidak boleh bersentuhan dengan emas. Ah .... aku ingat. Itu
sebabnya Sinuhun meminta mahkota emas kepala ular milikku lalu ditukar dengan
mahkota perak bertabur batu permata yang ada di kepalaku saat ini. Sayang Swara
Pancala tidak berumur panjang. Takdir menentukan dia mati di tanganku. Oh
bukan .... bukan tanganku yang membunuhnya. Tapi Nyi Jeneng Inten, ular hitam kepala putih yang ada dalam
perutku. Apa Sinuhun sempat
melihat puluhan lubang luka bekas patukan ular di tubuh lelaki itu" Hik ... hik!
Sinuhun, ini dia ular yang membunuh Swara Pancala. Sinuhun pernah melihat
sebelumnya. Pada per t emuan ki t a yang per t ama . . . " Dewi Ular menahan nafas sambil perut digembungkan. Saat itu juga dari perut yang tersingkap, dari arah pusar melesat
keluar seekor ular besar hitam berkepala putih. Binatang ini tegakkan kepala
lalu mendesis panjang. Dewi Ular usap-usap kepala binatang itu beberapa kali.
Setelah mendesis sekali lagi ular hitam kepala putih masuk lenyap ke dalam perut
Dewi Ular. Walau saat itu boleh dikatakan sosok Dewi Ular
sebelah depan tersingkap polos namun Sinuhun Muda sama sekali tidak menaruh
perhatian. Yang jadi ingatan SEPASANG ARWAH BISU
10 serta kekawatirannya adalah apa yang tadi dikatakan perempuan dari alam roh
delapan ratus tahun mendatang itu.
Terutama perihal Swara Pancala memberi tahu
kelemahannya terhadap emas.
" Aku har us seger a menemui nyawa kembar anku Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Jika orang luar sudah mengetahui perihal
pantangan emas itu, aku berdua harus segera menerapkan ilmu penangkal. Tapi
apakah masih ada waktu untuk meminta bantuan Sang Junj ungan dan per gi ke Gunung Mahamer u?" Sinuhun Muda menatap ke arah Dewi Ular.
" Aku har us mengambi l keput usan! Per empuan i bl i s i ni harus dihabisi sekarang juga! Kalau tidak bisa dibunuh aku harus mampu
melemparnya kembali ke alam roh asal kedat
angannya! " " Si nuhun! Apa yang ada di benakmu?" Ti ba-tiba Dewi Ul ar ber ser u. " Kau hendak membuat
t ubuhku kaku l agi hingga tidak berdaya" Hik ... hik! Kau tidak mampu lagi melakukan. Swara Pancala
telah memberi tahu cara
menangkal ilmu murahanmu itu! Kalau tidak percaya si
l ahkan mencoba! Hi k . . . hi k . . . hi k! " Tampang Sinuhun Muda tampak berubah. Terlebih
ketika dilihatnya Dewi Ular menusukkan telunjuk tangan kiri dan kanan di atas
pelipis. Ini memang adalah salah satu cara menangkal ilmu kesaktian yang
dimiliki Sinuhun Muda. Dalam keadaan seseorang bersikap seperti itu ilmu
kesaktiannya memang tidak akan mampu membuat orang itu menjadi kaku tak berdaya.
" Kur ang aj ar ! Per empuan i bl i s i ni benar -benar telah
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengetahui penangkal ilmu Hawa Bumi Menutup Jalan Darah Mencekal Urat. Swara
Pancala! Syukur kau sudah mampus! Kalau tidak aku yang akan membongkar otak
dalam batok kepalamu! Tapi aku tidak mau percaya kalau tidak membuktikan
sendiri! Bisa saja perempuan celaka i
ni t ahu sedi ki t l al u membual sel angi t ! " 11 SEPASANG ARWAH BISU
Sinuhun Muda Ghama Karadipa lalu bantingkan kaki
kanan. Satu getaran hebat menggerus tanah, menjalar ke arah sepasang kaki Dewi
Ular. Namun tinggal dua jengkal hawa aneh itu akan memasuki tubuh Dewi Ular
tiba-tiba dess.... desss! Hawa sakti berbalik, menyerang ke arah Sinuhun Muda.
" Jahanam Kur ang aj ar ! Per empuan cel aka i ni t er nyat a benar menguasai ilmu penangkal!. Sinuhun Muda, memaki keras. Tubuhnya terpental ke udara sampai satu tombak. Ada hawa aneh
membuat pori-pori di sekujur permukaan kulit tubuhnya menguap. Celaka! ilmu yang
dilepaskannya untuk membuat Dewi Ular tak berdaya kini menyerang dirinya
sendiri! Karenanya begitu melayang turun dia cepat lepaskan dua pukulan tangan
kosong ke arah tanah. Dua dentuman keras menggelegar. Tanah terbongkar membentuk
dua lobang besar. Sinuhun Muda melayang turun. Jejakkan kaki di tepi lobang.
Memang hanya dengan dua pukulan mengandung tenaga dalam
tinggi tadi itulah satu satunya cara dia bisa menyelamatkan diri dari serangan ilmu miliknya sendiri!
Ketika Sinuhun Muda berpaling ke arah batu tempat Dewi Ular tadi berdiri dalam
keadaan setengah telanjang, ternyata perempuan itu tidak ada lagi di tempat itu.
" Per empuan i bl i s j ahanam! Apa kau ki r a aku t i dak bi sa mengejar kemana kau per gi "! " Sinuhun Muda melompat ke atas batu. Dua telapak
tangan di letakkan di bekas Dewi Ular menjejakkan dua kakinya. Mulut komat kamit
merapal mantera. Lalu dia berteriak keras.
" Ar wah Menebar Racun Kel umpuhan! Lumpuh! Lumpuh" Bekas injakan kaki Dewi Ular di atas batu yang
ditempeli telapak tangan kepulkan asap merah. Asap ini kemudian bergulung dan
siap melesat di udara ke arah lenyapnya
Dewi Ular. Jika asap merah sampai menyentuh tubuh yang jadi sasaran maka kejap itu juga SEPASANG ARWAH BISU
12 Dewi Ular akan menjadi lumpuh seperti yang dialami orang-orang di Bhumi Mataram!
Namun apa yang dilakukan Sinuhun Muda jadi
terganggu dan terhenti
ketika dari arah kegelapan di sebelah kiri kaki bukit batu tiba-tiba terdengar
suara tiupan seruling ditimpali tabuhan tambur yang luar biasa keras hingga
Sinuhun Muda merasa kedua liang telinganya seperti hendak pecah meledak! Cepat-cepat dia
kerahkan tenaga dalam. Begitu rasa sakit di telinga, hilang Sinuhun Muda segera
berkelebat ke balik sebuah batu besar, memandang ke lereng bukit. Sepasang mata
terpentang 1ebar. Tak berkesip, tak percaya apa yang disaksikan!
" Kakek ... Nenek, mengapa menyi ksa di r i " Bukannya Eyang berdua telah tentram di alam arwah" Dewa
Bat har a Agung, saya mohon ..." Suara tambur ditabuh dan suling ditiup semakin
menjadi-jadi. Namun sampai saat itu Sinuhun Muda
masih belum melihat siapa adanya orang-orang yang menabuh tambur dan meniup
suling itu. " Kal au bukan or ang-orang berkepandaian tinggi
mustahil suara tambur dan tiupan suling bisa seperti hendak membongkar bumi
menembus langit! Aku punya dugaan.
Tapi bukankah mer eka. . . . " Merasa tidak enak Sinuhun Muda berniat hendak
tinggalkan Bukit Batu Hangus. Namun sepasang mahluk yang
melayang di lereng bukit menatap dengan pandangan mata menyorotkan amarah. Lalu dua mahluk ini secara bergantian
menggoyang-goyang dua tangan, jari-jemari digerak-gerakkan membentuk isyarat
atau tanda-tanda yang hanya bisa dimengerti oleh orang yang mengetahui. Melihat
gerakan dua tangan dan sepuluh jari-jemari Itu Sinuhun Muda jadi berubah
tampangnya. Muka yang ditumbuhi kumis, janggut dan cambang
bawuk meranggas diusap berulang kali.
" Aku har us seger a menemui Sang Junj ungan! Dua orang tua ini agaknya tidak berpihak padaku! Eyang 13
SEPASANG ARWAH BISU
berdua kalau kalian sampai mencelakai cucumu ini, aku bersumpah bersama nyawa
kembarku akan membongkar
dan menghancurkan makam kalian! Mengapa dulu ketika mati kalian dikubur di
tanah, tidak dibakar saja! Sekarang kal
i an muncul hendak mencel akai di r i ku! " SEPASANG ARWAH BISU
14 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
3 PENDEKAR 212 Wiro Sableng, hentikan lari dan duduk
di atas tumbangan batang kayu.
Kepala digaruk-garuk lalu memandang ke arah Ratu Randang
yang masih berlari berputar-putar.
" Rat u Randang, bagai mana i ni . Dar i t adi sudah tiga kali kita berputar-putar di sini-sini
juga!" " Aku t ahu . . . aku t ahu! " Jawab Rat u Randang sambil mengusap dagunya yang
ker i ngat an. " Aku r asa sebenar
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nya ki t a sudah dekat ke tujuan. Bukit Batu Hangus
pasti ada disekitar sini. Tapi ada orang
yang menghalangi langkah dan pandangan kita. Pasti Sinuhun Muda
sialan itu! Ilmunya dan ilmu nyawa
kembarannya memang tinggi dan aneh-aneh. Itu sebabnya orang-orang pandai di Istana tidak berdaya. Itu pula
sebabnya aku menyusup pura-pura bercinta dengannya agar bi sa menget ahui kel emahannya..."
" Aku mendengar suar a or ang-orang berteriak. Ado
suara perempuan. Sepertinya ada satu kejadian hebat di seki
t ar si ni . . . " Ber kat a Wi r o. " Ki t a memang t i dak bi sa mel i hat , mer eka, t api masi h mampu mendengar suara. Walau sayup-sayup tadi aku mendengar suara Raja Mataram.
Sesuatu telah terjadi dengan Swara Pancala. Orang itu telah menemui ajal. Itu
sebabnya tadi aku berteriak. Pengkhianat itu memang pantas mati. Ilmu kesaktian
Sinuhun Muda membendung 15
SEPASANG ARWAH BISU
perasaan, menghambat penglihatan serta langkah kite tapi tidak menutup
keseluruhan Pendengaran. Satu hal yang aku yakini, sebenarnya kita sudah berada
dekat dengan Buki t Bat u Hangus. " Ratu Rundang meneruskan lari satu kali lagi lalu
mendudukkan diri di atas batang kayu di samping Wiro.
" Si nuhun Muda. Di a punya i l mu yang di sebut Langi t Turun Ke Bumi. Pengaruh ilmu itu membuat kita tidak mengetahui jalan yang
ditempuh. Itu sebabnya kita hanya berputar putar disini. Aku bisa membuyarkan
kekuatan ilmu itu. Tapi aku merasa saat ini Sinuhun Muda tidak hanya menerapkan
ilmu kesaktian itu, agaknya dia juga menerapkan ilmu lain yang kalau aku tidak
salah bernama Di Bumi Ada Enam Kesesatan. Di Langit Ada Tuj
uh Kesesat an. Dal am Ai r Ada Del apan Kesesat an..." " Panj ang amat nama i l munya. Aku j adi kebur u pi ngi n kenci ng mendengar nya! " Kat a Pendekar 212 pul a. Lalu di a menambahkan. " Namanya saj a i l mu sesat -sesatan. Jelas sesat. Padahal kesesatan terbanyak ada dalam diri manusta!
Bukan cuma enam, tujuh atau delapan. Mungki n r i buan! " Ratu Randang tertawa mendengar kata-kata sang
pendekar. " Aku per nah membuj uk Si nuhun untuk memberikan
ilmu penyesat itu padaku. ilmu itu lebih hebat dari yang kumiliki yaitu ilmu
bernama Sang Pencipta Berbuat Penuh
Kuasa. . . " " I l mu yang t adi bi sa menci pt akan t el aga penyesat i t u?" Tanya Wi r o. Ratu Randang mengangguk.
" Kau akhi r nya ber hasi l mendapatkan ilmu sesat-
sesat an i t u dar i Si nuhun Muda?" Ratu Randang mencibir lalu menggeleng,
" Kal au begi t u kau har us mencoba pada,
Si nuhun yang sat unya. . . " SEPASANG ARWAH BISU
16 " Mer eka sama cer di knya. Si nuhun Muda menj anj i kan ilmu itu baru akan diberikan padaku asal aku bisa mencari tahu dimana letak
kelemahan Sri Maharaja
Mataram Rakai Kayuwangi. Aku berpura-pura akan
melakukan apa yang dimintanya. Tentu saja aku tidak mau mengkhianati Rajaku.
Sementara itu dalam waktu singkat segala sesuatunya berubah.
Terutama sejak kau dan dua orang lainnya itu berada di
Bhumi Mat ar am
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i ni . . . " " Kur asa saat ber duaan dengan Si
nuhun Muda kau kurang hebat mencumbunya hingga dia tidak mau
memberikan ilmu sesat-sesat itu. Menurutku dengan kecantikan dan kebagusan
tubuhmu kau bisa membuat dia meny
embah kaki mu. . . " " Oh, j adi aku i ni cant i k dan t ubuhku bogus" Hi k . . . hi k ... hik. Rupanya kau memperhatikan juga. Hik ... hik ...
hik. Aku merasa, kau pasti cemburu kalau aku bilang bercumbu dengan Sinuhun
Muda. Nanti aku jelaskan
siapa yang sebenarnya bercumbu dengan pemuda
kepar at i t u. . . . " " Ket i ka di t el aga kau ber t er i ak pada Si nuhun Muda kalau waktu bercinta yang kau berikan padanya bukan tubuhmu
tapi tubuh bangkai anjing. Bagaimana kej adi annya?" " Aku punya i l mu bi sa mer ubah benda hi dup at au setengah hidup menyer upai di r i ku . . . " Wiro tertegun lalu cepat-cepat berdiri. Dia memperhatikan bagian belakang tubuh Ratu Randang.
" Saat i ni , apakah kau uj ud bener an at au j ej adi an . . . ?" Bertanya Pendekar 212.
Ratu Randang tertawa.
" Ada apa kau memper hat i kan punggungku" Biasanya
lelaki lebih suka memperhatikan dada perempuan. Kau t
er bal i k! Hi k...hi k" " Aku mau t ahu apakah punggungmu ada bol
ongnya atau tidak. Di negeriku jika perempuan cantik 17 SEPASANG ARWAH BISU
punggungnya geroak berarti dia adalah hantu perempuan yang di sebut Kuntil Anak
. . . " " Apakah kau l i hat punggungku bol ong?" Tanya Rat u Randang sambil kedipkan sepasang matanya yang juling bagus.
" Ti dak, mungki n bel um, " j awab Wi r o sambi 1 t er t awa. " Mengenai t ubuh anj i ng yang kau ber
i kan pada Si nuhun Muda. . . " " Nant i saj a aku cer i t akan. " Kat a Rat u Randang. " Aku ingat sesuatu. Ketika di telaga kau lebih dulu mampu melihat Sinuhun Muda dan
Swara Pancala. Katamu kau punya sedikit ilmu. Coba kau pergunakan ilmu itu untuk
memperhatikan keadaan sekitar sini. Siapa tahu kau bisa membuat buyar ilmu
Si nuhun Muda. " Wiro mengikuti ape yang dikatakan Ratu Randang.
Tenaga dalam dialirkan ke arah sepasang mata. Ilmu Menembus Pandang diterapkan.
Namun sampai tiga kali dicoba dia tidak mampu menembus kegelapan, tidak bisa
melihat apa-apa.
" Ti dak bi sa kut embus. . . " Wi r o member i
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
t ahu. " Kal au begi t u ya sudah. Sekar ang ayo duduk l agi di sebel ahku..." Begitu Wiro duduk kembali di atas batang kayu di
sampi ngnya Rat u Randang ber t anya. " Sudah, sekar ang kat akan t i nggal ber apa?" " Apanya yang t i nggal ber apa?" Bal i k ber t anya Wiro. Ratu Randang menggeser duduknya lebih dekat.
Tiba-tiba perempuan ini merangkul leher song pendekar.
Sesaat kemudian cuuppp .... cuuppp! Dia sudah mengecup bibir Wiro sampai due kali.
Habis mencium Ratu Randang melompat berdiri den
tertawa-tawa gel
i . " Ti nggal empat r at us sembi l an pul uh enam .... Empat ratus sembilan puluh enam kecupan!
Masi h banyak! Hi k . . . hi k . . . hi k. . . . " Wiro geleng-geleng kepala. Belakang telapak tangan kiri di dekatkan ke bibir
yang barusan dikecup.
SEPASANG ARWAH BISU
18 " Hai ! Awas kau hapus!
Awas kalau kau usap bekas
kecupanku! " Kat a Rat u Randang pul a. Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala. Hanya bisa tertawa cengengesan.
" Aku r asa kau ber pur a pur a sesat . Sebenar nya memang sengaja membawaku ke tempat sunyi ini.
Maksudmu mau. . . " Ratu Randang cubit paha Pendekar 212. Tiba-tiba
per empuan i ni ber kat a. " Ast aga . . . " " Eh, ada apa" Mau menci
umku l agi ?" Tanya Wi r o sambil buru-buru menekap mulutnya.
" Tadi kau menyebut -nyebut soal kencing. Aku jadi
ingat. Aku pernah mendengar cerita Eyang Dukun Umbut Watukara. Kurasa Eyang
Dukun kini berada di Bukit Batu Hangus dalam keadaan lumpuh. Konon ilmu sesat-
sesat Sinuhun Muda itu memiliki satu pantangan. Kawasan, yang dilindungi oleh
ilmu tidak boleh sampai terkena air kencing manusia. Kalau sampai ada yang
kencing ilmu itu akan
buyar . . . " " Hemm . . . . Kenci ng l aki -l aki at au per empuan?" Tanya Wiro yang mencurigai kalau Ratu Randang hendak
mengerjainya. " I t u t i dak aku ket ahui . Tapi mengapa t i dak kau coba saja" Agar kita bisa sampai ke bukit itu. Aku kawatir kalau terlambat.
. . " " Bagusnya kau saj
a yang kenci ng. Kenci ng perempuan mancurnya lebih lebar den baunya lebih
mant ap! " Kat a Wi r o pul a dengan senyum-senyum. Ratu Randang terdiam lalu ikutan tersenyum.
" Kau past i mau mel akukannya. " " Nant i kau mengi nt i p. " " Husss! Jangan ber pikir seperti itu. Ayo kencing saja.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku akan ber pal i ng ke t empat gel ap sana. . . " Kat a Wi r o. Ratu Randang tampak ragu-ragu.
" Sudah bel um?" Tanya Wi r o. " Kau bel um membal i kkan badan! " 19 SEPASANG ARWAH BISU
" Ah! " Wi r o menahan t awa. Lal u bal i kkan t ubuh, memandang ke arah kegelapan.
Ratu Randang melangkah mendekati satu pohon
besar sambil menyingsingkan ke atas bagian bawah
pakaiannya. Betisnya yang putih bagus tersingkap.
" Kenci ngnya bi ar banyak Rat u! " Di depan pohon besar Ratu Randang berhenti.
" Kenci ngnya j ongkok! Jangan ber di r i seperti laki-l aki ! " Wiro kembali keluarkan ucapan sambil senyum-senyum.
Tak lama kemudian terdengar langkah Ratu Randang
mendekati. Wiro berpaling.
" Sudah?" Wi r o ber t anya sambi l t er t awa. " Banyak kencingnya" Mengapa aku tidak mendengar suara merdu semburannya?"
Ratu Randang turunkan pakaian yang disingsingkan.
Dengan wajah cemberut dia gelengkan kepala.
" Aku t i dak j adi kenci ng . . . " " Wah, kenapa?" " Ti dak mau saj a. . . " Ti dak mau kar ena apa?" " Aku t akut . . . " " Takut sama apa" Takut
sama si apa" Apa di
dekat pohon besar itu banyak semut rangrang" Atau ada ular at
au mungki n kal aj engki ng" Kau t akut di ant uk?" Rat u Randang goyangkan bahu.
" Aku mendengar kabar. Di kawasan ini banyak gentayangan mahluk halus.
Siapa yang berbuat ulah yang tidak disenangi bisa celaka. Aku kawatir kalau
kencing dianggap mengotori tempat kediaman mahluk halus gentayangan. Lalu anuku
disumbat dipangpet. Celaka kalau aku tidak bisa kencing seumur
umur . . . " Wiro tercengang mendengar ucapan Ratu Randang
namun kemudian tertawa gelak-gelak.
" Jangan t er t awa! Kau saja yang kencing agar kita bisa
seger a menemui Raj a Mat ar am. " SEPASANG ARWAH BISU
20 Wiro menggeliat, senyum-senyum.
" Aku . . . . Maksudku anuku. . . . " " Kenapa anumu" Sebel
umnya kau menant
ang mau memperlihatkan cara kencing di depanku. Ayo lakukan sekarang, Atau mungkin kau
minta aku yang membuka cel
anamu" Begi t u . . . ?" Ratu Randang lalu melangkah mendekati Wiro sambil dua tangan diulurkan ke arah
pinggang sang pendekar.
" Eehhh. . . . " Wiro goyangkan tangan sambil mundur.
" Anu, maksudku bagai mana kal au mahl uk hal us j uga memencet anuku hingga medel dan aku tidak bisa
kencing seumur-umur
seper t i yang t adi kau
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bi l ang! " Ratu Randang mencibir.
" Mahl uk hal us hanya mengi ncar per empuan. Bukan laki-l aki . Ayo kenci ng cepat ! " " Aduh, bagai mana i ni " Aku mana bi sa kenci ng kal au di paksa! " Selagi murid Sinto Gendeng kebingungan tiba-tiba
terdengar suara orang menabuh tambur dan suara tiupan suling luar biasa keras.
Tanah bergetar dan kuping mengiang sakit seperti mau pecah! Wiro dan Ratu
Randang cepat menutupkan tangan masing-masing ke
telinga. " Rat u, j angan-jangan kau membawaku ke tempat
yang salah. Ada orang pesta hajatan di sekitar sini. Kalau t
i dak mengapa ada segal a suar a t ambur dan sul i ng. . . ?" " Mana mungki n! Kal au or ang haj at an yang kedengar an past i suar a si nden dan gamel an! " Jawab Ratu Randang. Lalu perempuan ini memberi isyarat
dengan gerakan tangan agar Wiro jangan bicara dulu.
Ketika Ratu Randang memandang ke depan, perempuan ini berseru.
" Wi r o l i hat ! " 21 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
4 DALAM kegelapan malam Ratu Randang dan Wiro dapatkan diri mereka berada di
lereng sebuah bukit batu. Udara
dingin mencucuk jangat, tembus sampai ke tulang, Perlahan-lahan mereka mulai mencium bau busuk. Memandang berkeliling Ratu Randang berbisik. " Wi r o, apa kat aku! Ki t a sudah ber ada di Bukit Batu Hangus. Ada satu kekuatan yang
membuyarkan sirapan Sinuhun Muda. Li hat ke sana. . . " Wiro menatap ke arah yang ditunjuk
Ratu Randang. Samar-samar dia melihat
bagian lereng yang lain dari bukit dimana
mereka berada. Dalam gelap tampak
ratusan orang berkaparan. Di samping
sebuah batu besar dimana tergeletak sosok manusia berdiri seorang lelaki. Di tanah di
sampingnya berbaring seekor anjing betina yang tubuhnya tampak hangus kemerahan,
lidah terjulur basah oleh lelehan darah. Lelaki tadi berulang kali membungkuk
mengusap kepala anjing
betina. Semakin keras suara tambur dan suling, semakin
jelas terlihat pemandangan di lereng bukit. Sepertinya kekuatan hentakan suara
tambur dan tiupan suling itulah yang mengendurkan kekuatan ilmu Sinuhun Muda
yang membungkus kawasan Bukit Batu Hangus.
Wiro kerahkan ilmu Menembus Pandang. Memperhatikan ke arah batu besar.
SEPASANG ARWAH BISU
22 " Rat u, aku mengenal i or ang yang t er kapar di at as batu. Seperti yang kau teriaki tadi dia memang Swara Pancala. Lelaki gagah tapi
kelihatan letih yang berdiri di sampi
ng bat u, si apakah di a?" " Di a Rakai Kayuwangi , Sr i Mahar aj a Mat ar am. Yang Maha Kuasa melindungi hingga Raja tidak terserang ilmu j
ahat dua Si nuhun yang mel umpuhkan. " " Seper t i yang l ai n-lain aku lihat ada empat benjolan
mer ah di keni ng Raj a. " " Tadi nya ada delapan benjolan! Itu perbuatan keji
Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah. Aku pernah menerangkan padamu. Beberapa waktu lalu ada satu
kejadian hebat. Atas kehendak Para Dewa delapan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benj ol an ber kur ang menj adi empat . " ( Per i st i wa yang dimaksudkan Ratu Randang adalah kejadian sewaktu Sri Maharaja Mataram menolong
anjing betina perujudan Sri Padmi
Kameswari melahirkan anaknya. Atas budi kebajikan sang Raja yang luar biasa besar itu Sri Padmi Kameswari dengan
pertolongan Yang Maha Kuasa
berhasil menghancurkan empat dari delapan benjolan merah
yang ada di kening mereka. Baca serial sebel umnya ber j udul " Roh Jemput an" ) " Rat usan or ang yang ber kapar an di buki t sana. Mereka lumpuh semua. Orang- orang tua, anak-anak.
Sungguh mengerikan. Aku tidak tega melihat mereka...
" " Sel ai n l umpuh mer eka di ser ang demam panas.
Kelaparan, pasti juga kehausan. Lalu hawa dingin dikala malam seperti ini dan
panas terik diwaktu siang. Jika tidak ada pertolongan, begitu siang datang akan
banyak yang menemui aj al . . . " Wiro meraba tengkuknya yang mendadak terasa
di ngi n. " Seumur hi dup bar u kal i i ni aku mel i hat kej adi an seperti ini. Aku tidak habis pikir mengapa ada orang-orang jahat yang tega
berbuat sekejam dan sekeji ini"
Apa yang mer eka i ngi nkan?" 23 SEPASANG ARWAH BISU
" Set el ah mel i hat beber apa kej adi an, wal auaku tidak berhasil mencari tahu dari Sinuhun Muda, aku hanya punya
satu dugaan. Sinuhun Muda dan nyawa kembarnya Sinuhun Merah Penghisap Arwah menginginkan tahta Kerajaan. Dia ingin berkuasa dan menj
adi Raj a " " Kal au cuma t aht a dan kekuasaan mengapa sampai menyengsarakan seluruh rakyat Mataram" Mengapa
tidak berlaku jantan. Melakukan perang atau bertarung sat
u l awan sat u?" " Wi r o, kau ber pi ki r menur ut asal al ammu. Del apan ratus tahun mendatang. Orang-orang di sini berpikir delapan
ratus tahun terbelakang. Mereka lebih mengandalkan ilmu kesaktian hitam dari pada kej ant anan. . . " Wiro hanya bisa mengangguk perlahan Lalu bertanya.
" Si apa sebenar nya dua Si nuhun ber nyawa kembar i t u?" " I t ul ah yang sampai saat i ni menj adi sat u t eka-teki besar. Namun cepat atau lambat kami orang-orang
Ker aj aan akan menget ahui si apa adanya mer eka. " Wiro memandang ke arah timur Bukit Batu Hangus.
" Aku mel i hat seor ang anak per empuan. Ber j al an diantara sekelompok orang tua dan anak-anak yang
terbujur di depan cegukan batu bukit. Ada seekor anjing kecil mengikuti kemana
dia pergi. Astaga! Ni Gatri! Anak itu yang datang bersamaku. Aku tidak melihat
guruku Eyang Si nt o Gendeng. Mungki n di
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a j uga ber ada di si ni . . . " " Aku mer agukan kal au gur umu ada di si ni , " menyahut i Ratu Randang. Wiro meraba batu putih segi tiga yang ada dibalik dada pakaiannya.
" Rat u, saat nya ki t a seger a menemui Raj a. Bukankah aku harus memperlihatkan batu segi tiga putih pada beliau. Lalu seperti yang
pernah diterangkan oleh Swara Pancala sewaktu datang ke alam asalku, Raja akan
SEPASANG ARWAH BISU
24 bicara denganku melalui anak perempuan bernama Ni Gat
r i i t u, " kat a Wi r o pul a. " Ki t a akan seger a menemui Raj a. Tapi aku i ngi n kau l ebi h dul u mel i hat sesuat u, " j awab Rat u Randang. Lal u dia menunjuk ke arah selatan.
" Per empuan di dal am gel ap sana. Lel aki yang bicara membentak-bent ak di hadapannya . . . " " Dewi Ul ar dan Si nuhun Muda! " " Benar sekal i . Li hat , mer eka ber kel ahi ! Si nuhun Muda agaknya marah besar atas kematian Swara Pancala. Aku mendengar
teriakan Dewi Ular, mungkin sewaktu melempar mayat lelaki itu. Berarti Sinuhun tahu kalau Dewi
Ul ar yang t el ah membunuh anak buahnya. " Dari tempatnya berada Wiro dan Ratu Randang
melihat bagaimana Dewi Ular akhirnya berkelebat pergi.
Sinuhun Muda hendak mengejar tapi tidak jadi. Dia sembunyi di balik batu besar.
Menatap ke atas bukit.
" Aku l i hat t ampang Si nuhun Muda seper t i ket akut an, " Wi r o member i t ahu Rat u Randang. " Apa yang di l i hat nya"! " " Suar a t ambur dan sul i ng agaknya mempengar
uhi manusi a j ahanam i t u. " " Ada sesuat u yang l ai n, " menyahut i Rat u Randang. Lalu dia memegang bahu Pendekar 212 den berkata.
" Li hat ke l er eng, buki t sebel ah kanan. " Wiro alihkan pandangan ke arah yang dikataken Ratu Randang.
Di lereng bukit tampak satu pemandangan menakjubkan bercampur aneh. Seorang lelaki gemuk
pendek bermuka bopeng berjalan mendaki bukit. Di
tangan kiri orang ini memegang sebuah tambur. Tangan kanan memukul tambur tiada
henti dalam irama yang teratur.
Suara tambur yang dipukul bukan saja membahana di udara malam, tapi menggetarkan lereng Bukit Batu Hangus.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
25 SEPASANG ARWAH BISU
Semua orang yang ada di atas bukit termasuk Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi sama palingkan kepala dan bertanya-tanya dalam hati,
ada apa. Apa yang terjadi.
Mereka semua tengah menunggu kedatangan Kesatria
Panggilan yang katanya akan menolong menyelamatkan Raja dan rakyat Mataram.
Kenapa kini yang muncul
suara tambur. Rasa heran itu masih belum berakhir.
Di belakang si gemuk pendek bopeng yang memukul
tambur berjalan mengikuti seorang lelaki berbadan tinggi kurus. Wajah penuh
dengan bintik-bintik putih. Dia memegang suling dan meniup suling begitu asyik
dengan mata sesekali terpejam pejam. Suara suling yang ditiup melengking keras
di udara malam yang dingin, mencucuk ke bumi dan menggetar bukit batu. Semua
orang yang ada di bukit batu untuk beberapa lama terpaksa menekap telinga
masing-masing. Untung saja tangan mereka
bebas dari kelumpuhan. Kalau tidak berarti akan bertambah pula penderitaan orang-orang itu. Namun belasan orang yang tidak tahan
oleh hebatnya suara tambur dan suling merasakan kepala mereka pening.
Lalu satu demi satu mereka terbaring jatuh dalam
keadaan setengah sadar.
Siapakah adanya dua orang aneh itu. Seperti diceritakan dalam serial Mimba Purana Satria Lonceng Dewa
( baca " Per awan Sumur Api " , " Ar wah Candi Mi r i ng" , " Panger an Bunga Bangkai
" , " Dewi Tangan Jar angkong" dst. karangan Bastian Tito) kedua orang ini dikenal dengan name Si Tambur Bopeng
dan Si Suling Burik.
Walau mereka sebenarnya adalah orang-orang berkepandaian tinggi namun berpenampilan lugu polos, terkadang lucu dan sesekali
bisa konyol menjengkelkan orang.
Hebatnya di depan Si Tambur Bopeng den Si Suling
Burik, saat itu di udara malam yang dingin, tampak seorang kakek dan seorang
nenek yang sama-sama
mengenakan pakaian selempang kain putih. Mereka
SEPASANG ARWAH BISU
26 melangkah melayang seolah mengikuti alun suara tambur den suling. Rambut putih
disanggul di atas kepala. Si Tambur Bopeng den Si Suling Burik di sebelah
belakang bertindak seperti dua orang pengiring. Di satu tempat hanya beberapa
tombak dari beradanya Raja Mataram Rakai Kayuwangi, due kakek nenek berhenti
berjalan tapi tubuh masih tetap mengambang
di udara malam. Sepasang mate menatap menyorotkan amarah ke lereng bukit sebelah bawah tempat
Sinuhun Muda mengintai di balik batu. Bergantian sepasang kakek nenek aneh ini
menggerakkan tangan, membuat Isyarat bahasa yang
hanya dimengerti oleh orang yang mengetahui.
Walau Sinuhun Muda tidak mengetahui isyarat apa
yang dimaksudkan oleh sepasang kakek nenek yang
dipangglinya Eyang itu, namun dia maklum kalau keduanya tengah melontarkan hawa amarah besar.
Karenanya setelah menyumpah-nyumpah
sendiri Sinuhun Muda tinggalkan tempat itu. Memutuskan untuk menemui nyawa kembarannya
yaitu Sinuhun Merah
Penghisap Arwah.
Sesaat setelah Sinuhun Muda meninggalkan Bukit
Batu Hangus, Sri Maharaja Mataram menjadi terkesiap ketika sepasang kakek nenek
berselempang kain putih yang masih melayang di udara memalingkan dirt ke
arahnya lalu sama-sama membungkuk memberikan penghormatan. Sementara itu Si Tambur Bopeng hentikan menabuh tambur den Si Suling Burik turunkan suling yang ditiup.
Rakai Kayuwangi segera pula membungkuk membalas penghormatan orang. Raja Mataram berusaha mendekat namun gerakannya
seperti terhalang tembok yang tidak kelihatan. Akhirnya Raja menyapa dari
tempatnya berdiri.
" Or ang t ua ber dua, saya yaki n kedat angan kal i an merupakan rahmat Para Dewa atas diri saya dan rakyat 27
SEPASANG ARWAH BISU
Mataram. Kalau saya boleh tahu siapakah gerangan
or ang t ua ber dua adanya?" Atas pertanyaan Raja, kakek berselempang kain putih segera gerakkan dua tangan
dan jari-jarinya!. Setelah itu nenek di sebelahnya bergantian melakukan hal yang
sama. Melihat hat ini semua orang yang ada di situ termasuk Raja Mataram segera maklum
kalau sepasang kakek
nenek itu tidak bisa bicara alias bisu. Raja mendekati beberapa orang tokoh
Istana, bicara dengan Garung Parawata lalu Panglima Pasukan Kerajaan ini berseru
menanyakan siapa diantara semua orang yang ada di Bukit Batu Hangus tahu bahasa
tangan dan isyarat orang bisu. Tidak ada seorangpun yang menjawab.
" Yang Mul i a, ki t a har us mencar i seor ang bi su. Hanya orang bisu Mau gagu yang tahu bahasa isyarat tangan i
t u. . . " Ber kat a Soka Kandawa sambi l bat uk-batuk. Orang
tua ini dialah salah seorang tokoh Istana yang dikenal dengan gelaran Tabib
Sakti Sepuluh Jari Dewa yang seperti semua orang yang ada di situ berada dalam
keadaan lumpuh serta menderita demam panas.
" Ti dak mungki n ki t a menemukan or ang bi su dal am keadaan seper t i i ni , " j awab Raj a Mat ar am. Eyang Dukun Umbut Watukura setengah berbisik
ber kat a pada Raj a Mat ar am. " Yang Mul i a, saya menduga dua kakek nenek itu bukan dari alam kita. Mereka datang dari alam arwah, alam
roh. Lihat, sampai saat ini dua kaki mer
eka t i dak mengi nj ak t anah at au bat u buki t
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
. . . " SEPASANG ARWAH BISU
28 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
5 RAKAI KAYUWANGI DYAH
LOKAPALA terperangah menyadari kebenaran ucapan Eyang
Dukun. " Saya sependapat dengan Eyang
Dukun. Mereka tidak mungkin muncul
begitu saja. Ini semua pasti kehendak Para
Dewa yang hendak menyelamatkan Mat ar am, " ucap Raj a Mat ar am. Lal u di a mengangkat tangan ke arah dua kakek
nenek. " Or ang t ua ber dua, saya t ahu kal i an datang dengan membawa maksud baik,
hendak menyampaikan sesuatu yang baik.
Namun sayang sekali antara kita tidak bisa
bertutur kata. Bahasa gerakan tangan orang tua berdua tidak kami ketahui
artinya. Kami mohon maaf. Kami mohon
pet unj uk bagai mana car anya . . " Belum habis Raja berucap tiba-tiba si nenek berselempang kain putih membalikkan tubuh dan meluruskan jari telunjuk tangan kanannya ke arah
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Ditunjuk begitu rupa Wiro yang baru saja datang
bersama Ratu Randang tentu saja terkejut. Sementara Raja dan semua orang yang
ada di Bukit Batu Hangus bertanya-tanya siapakah pemuda berambut panjang
disamping Ratu Randang,
dari atas bukit Ni Gatri berlari
mendat angi Wi r o sambi l ber ser u, " Kakak! " Raja dan orang-orang yang ada di Bukit Batu Hangus segera maklum kalau pemuda
yang datang bersama
29 SEPASANG ARWAH BISU
Ratu Randang adalah Pendekar 212 Wiro Sableng yang mereka sebut sebagai Kesatria
Panggilan. Walau dalam keadaan lemah dan sakit hampir semua orang bersorak
girang. Banyak pula yang menampungkan tangan mengucapkan doa terima kasih pada Yang Maha Kuasa.
Harapan mereka atas datangnya pertolongan sungguh sangat besar.
Saat itu Sri Maharaja Mataram Ingin segera menemui sang pendekar namun Raja
merasa tidak enak kalau
meninggalkan kedua orang tua dari alam arwah itu begitu saja. Apa lagi saat itu
si nenek tengah menunjuk-nunjuk ke arah Wiro. Sekali menunjuk dia usapkan tangan
ke kening, tangan dikepretkan lalu menunjuk lagi dan mengusap lagi, mengepret
lagi. Melihat ini Wiro sendiri jadi ikut ikutan mengusap keningnya sambil
berpikir pikir apa yang dimaksud si nenek.
" Aku di t unj uk-t unj uk. Memangnya ada apa di j i dat ku. . . " pikir Wiro. Ketika Ni Gatri berdiri di hadapannya Wiro mengusap kepala anak perempuan ini.
Di belakang Ni Gatri, anjing jantan kecil yang selalu mengikuti anak perempuan
ini, tidak berhenti menyalak. Ni Gatri mendukung binatang ini, membelai
tengkuknya agar tidak menyalak lagi. Namun anak anjing ini hanya diam dan tenang
sebentar lalu kembali menyalak.
" Wi r o, anak anj i ng t er us menyal ak. Ada per t anda yang t i dak bai k, " bi si k Rat u Randang. Pendekar 212 makl um dan anggukkan kepal
a. " Ki t a harus waspada. Awasi semua orang yang ada di sini termasuk
pemukul tambur dan meniup suling. Juga
kakek nenek aneh i t u. " Wi r o l al u ber t anya pada Ni Gat r i . " Kau bai k-bai k saj a Ni Gat r i ?" Si anak perempuan mengangguk. Lalu dia menunjuk
ke arah nenek berjubah biru, bermuka bundar tak
memiliki alis yang duduk di tanah, tersandar pada sebuah batu. Nenek ini bukan
lain adalah Rauh Kalidathi.
SEPASANG ARWAH BISU
30 " Nenek i t u yang t el ah menyel amat kan Gatri ketika ada
or ang j ahat hendak mencul i k Gat r i .
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
. . " Si anak per empuan memberi tahu. Wiro hendak bertanya perihal gurunya, Eyang Sinto Gendeng. Namun Ni Gatri
mendahului berkata
" Kakak, sewakt u t adi ada or ang ber t anya si apa yang tahu bahasa gerak tangan Isyarat orang bisu sebenarnya Gatri mau menjawab kalau
Gatri tahu sedikit bahasa orang bisu. Dulu Gatri punya teman anak lelaki gagu.
Kal au bi car a di a memakai bahasa ger akan t angan. . . " Mendengar ucapan Ni Gatri Ratu Randang berkata.
" Kal au begi t u l ekas kita menemui Raja. Aku akan beritahu
kalau kau mengerti bahasa gerakan tangan orang bisu.
Nanti kau bisa bicara dalam bahasa isyarat langsung pada
sepasang kakek nenek i t u..." Rat u Randang cepat pegang lengan Ni Gatri.
Namun Wiro berkata.
" Gat r i , kau t adi mel ihat nenek yang melayang itu
menunjuk-nunjuk ke arahku. Lalu dia membuat gerakan tangan mengusap kening dan
mengepret beberapa kali.
Kau t ahu apa yang di kat akannnya. . . " " Kal au t i dak sal ah Gat r i mengi r a, nenek i t u hendak member i t ahu bahwa Kakak . . . " Belum sempat Ni Gatri menyelesaikan ucapan tiba-
tiba terjadi dua hal hebat. Yang pertama dari lereng bukit sebelah selatan
muncul getaran aneh. Ketika dengan cepat getaran menyentuh tubuh Ni Gatri, tak
ampun lagi anak ini langsung terhuyung dan rubuh di atas bebatuan.
Wajah pucat, mata nyalang tapi pandangan kosong.
Hal kedua sebelum tubuh Ni Gatri jatuh menyentuh
bebatuan, dari langit kelam berkelebat selarik sinar hijau.
Sinar menyapu bagian alas kepala Ni Gatri. Saat itu juga tubuh Ni Gatri yang
berada dalam keadaan kaku tak bisa bergerak tak bisa bersuara kini seolah
berubah menjadi batu, kulit berubah kehijau-hijauan! Anjing kecil yang ada dalam
gendongannya meraung keras lalu melompat.
31 SEPASANG ARWAH BISU
Turun ke tanah dan berlari berputar putar mengelilingi sosok Ni Gatri.
" Cel aka! Apa yang t er j adi ! Ni Gat r i ! " Wi r o ber t er i ak. Raja Mataram cepat mendatangi. Namun saat itu
anjing betina yang cidera berat perujudan dari Sri Padmi Kameswari berteriak.
" Tahan! Jangan sent uh t ubuh anak i t u sebel um memiliki benda penangkal. Dia terkena ilmu pembungkam tubuh yang dilepas Sinuhun
Muda! Yang Mulia cepat tanggalkan kalung emas di leher saya. Patahkan jadi dua.
Yang pertama Yang Mulia simpan di saku pakaian.
Patahan kedua berikan pada pemuda berambut gondrong yang barusan datang bersama
Rat u Randang. . . . " Sri Maharaja Mataram terkesiap. Ratu Randang
tercengang. Anjing betina telah membuka rahasia penangkal atau kelemahan Sinuhun Muda! Wiro sendiri delikkan mata dan nekad
hendak memegang tubuh Ni
Gatri. Namun begitu tangan diulurkan hendak menyentuh Ni Gatri tiba-tiba dari
tubuh anak perempuan itu melesat keluar selarik sinar merah, menyambar ke arah
Pendekar 212. Wiro kertakkan rahang, melompat mundur sambil
lepaskan pukulan Kincir Padi Berputar. Sambaran sinar merah yang menyerang dalam
bentuk garis lurus bukan saja
berhasil di tahan namun kemudian dibuntal bergelung membentuk lingkaran berputar seperti kincir padi. Begitu Wiro pukulkan
tangannya ke bawah maka ujung lingkaran merah ikut menghunjam ke tanah, amblas
masuk ke dalam celah-celah batu bukit dan buummm!
Satu letusan keras menggelegar. Sebagian batu-batu besar yang ada di tempat itu
hancur berkeping-keping.
Wiro sendiri jatuh terduduk di tanah. Mukanya tampak pucat. Tubuh bergetar
tergontai-gontai. Lengan baju sebelah kanan dikobari api!
Ratu Randang berteriak. Dengan cepat perempuan ini pergunakan ke dua tangannya
untuk memadamkan api!
SEPASANG ARWAH BISU
32 " Wi r o . . . . ! " " Aku t ak apa-apa. . . " Ber kat a Pendekar 212 sambi l berdiri. Tapi keningnya mengernyit tanda dia tengah menahan sakit. Ratu Randang
yang masih kawatir robek salah satu bagian lengan baju yang terbakar. Di balik
robekan tampak kulit lengan mengelupas kehitam- hitaman. " Si nuhun Muda. Tadi aku l i hat di a sudah per gi . Past
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i mahluk jahanam itu kembali lagi. Dia menyerang anak perempuan itu dengan ilmu
pembungkam Hawa Bumi
Menutup Jalan Darah Mencekal Urat. Celaka! Aku tidak mampu memusnahkan ilmu itu.
Tapi ... Ni Gatri tidak hanya diserang ilmu Sinuhun Muda. Ada ilmu lain yang
tadi memancarkan cahaya kehijauan menyerang anak itu hingga tubuhnya berubah
seker as bat u! " Ber kat a Rat u Randang. " Aku t ahu, " j awab Wi r o. Di a menat ap ke ar ah Ni Gat r i . Wiro lebih mengawatirkan anak perempuan itu dari
dirinya sendiri. Di tanah tempat tubuhnya terkapar anjing betina perujudan Sri
Padmi Kameswari kembali berteriak.
" Yang Mul i a! Cepat t anggal kan kal ung di l eher saya! " Kali ini, tidak menunggu lebih lama Raja Mataram
Rakai Kayuwangi segera mendatangi, membuka kalung emas besar yang melingkar di
leher anjing betina. Lalu kraakk! Kalung emas yang berbentuk lempengan cukup
tebal itu patah dua. Raja Mataram menyimpan satu
patahan di dalam saku celananya. Patahan yang lain diberikan kepada Wiro. Begitu
Wiro memegang patahan kalung emas saat itu juga cidera di lengan kanannya pupus
lenyap! Sesaat setelah kalung emas besar tanggal dari
lehernya tiba-tiba anjing betina yang tergeletak di tanah meraung perlahan.
Kepala diangkat, sepasang mata
menatap ke arah Raja Mataram lalu jatuh terkulai. Secara aneh tubuh anjing
betina ini berubah jadi kepulan asap lalu lenyap dari pemandangan.
33 SEPASANG ARWAH BISU
" Sr i Padmi Kameswar i ! " Raj a ber ser u. Di a mengusap kepala binatang itu namun si anjing betina sudah tidak bernafas lagi. Anjing
kecil tahu kalau ibunya sudah mati menyalak panjang berhiba-hiba lalu menjilati
tanah bekas tubuh induknya tadi tergeletak.
Wiro cepat menggendong tubuh Ni Gatri, dibaringkan di atas sebuah batu rata.
Raja Mataram keluarkan
potongan kalung yang ada padanya. Benda itu kemudian diusapkan di tubuh Ni
Gatri, mulai dari kepala, kening, wajah terus turun ke dada dan sampai ke ujung
kaki. Melihat hal ini Wiro keluarkan pula patahan kalung emas yang ada padanya dan
melakukan hal yang sama.
" Desss! Desss! Desss! " Asap merah mengepul keluar dari delapan bagian
tubuh Ni Gatri namun anak perempuan ini tetap dalam keadaan diam kaku tidak
bergerak tidak bersuara.
" I l mu Si nuhun Muda sudah musnah.
. . " bi si k Rat u Randang pada Wiro. Ilmu satunya masih membungkam
anak perempuan itu. Siapa gerangan yang telah menyer angnya. . . " Tiba-tiba suara tambur dan tiupan suling kembali
terdengar di Bukit Batu Hangus. Si Tambur Bopeng dan & Suling Burik mulai
berjalan menuruni lereng bukit.
Sepasang kakek nenek ikut pula bergerak. Seperti tadi keduanya melangkah
melayang dalam udara malam yang dingin. Si nenek kembali menunjuk-nunjuk ke arah
Wiro. Usapkan tangan kanan di atas kening lalu dikepretkan.
Di samping si nenek, kakek arwah bisu berulang kali menggerakkan tangan dari
pinggang ke atas Seperti gerakan
orang mencabut senjata yang tersisip di pinggang. Lalu kakek ini menunjuk-nunjuk ke arah Si Tambur Bopeng dan Si Suling
Burik. Wiro cepat mengejar. Dia menghampiri si gemuk
pendek si Tambur Bopeng.
" Sababat ! Nenek al am ar wah i t u ber ul ang kal i menunjuk ke arahku. Mengusap kening lalu tangan
SEPASANG ARWAH BISU
34 dikibaskan. Jika kau tahu apa arti tanda gerakan tangan yang dilakukan nenek
i t u har ap kau mau mengat akan! " " Tam! Tam! Tam! " Si Tambur Bopeng lalu membuka mulut.
" Aku Si Tambur Bopeng. Ber sama t emanku Si Sul i ng Burik kami hanya berlaku sebagai pengantar. Kami tidak t
ahu apa ar t i ger akan t angan. . . " " Kal i an mau member i t ahu si apa adanya dua kakek
nenek i t u?" Wi r o ber t anya. " Sepasang Ar wah Bi su! " Ber kat a Si Tambur Bopeng. " Sepasang Ar wah Bi su! " Meni r ukan t emannya Si Suling Burik. " Kal i an
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membawa Sepasang Ar wah Bi su dar i mana, mau di antar dipulangkan kemana" Kalau kami ingin menemui
mer eka har us mencar i di mana"! " Rat u Randang kini yang mengajukan pertanyaan.
Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik hentikan
langkah sebentar. Keduanya memandang pada Ratu
Randang. Lalu kedip kedipkan mata.
" Cant i k sekal i . . . Cant i k sekal i ! Ha...ha...ha! " Si Tambur Bopeng lalu kembali tabuh tamburnya dan mulai melangkah lagi menuruni
lereng bukit. " Dadanya bagus .
. . Dadanya mont ok. Aku bi sa mel i hat cel ah put i hnya. Ha . . . ha . . . ha! " Si Sul i ng Bur i k kini yang bicara lalu tertawa gelak-gelak.
" Mat anya j ul i ng bagus! Sungguh mempesona!
" Si Tambur Bopeng kembali keluarkan ucapan.
" Bukan mempesona. Tapi menggai r ahkan! " Menyahut i Si Suling Burik. Lalu kedua orang aneh ini tertawa gelak-gelak.
" Si al an! " maki Rat u Randang. " Kal i an bel um menj awab per t anyaanku! " " Memaki saj a suaranya begitu merdu. Apa lagi
mer ayu! Ha . . . ha . . . ha! " Si Tambur Bopeng ber ucap l al u pukul tamburnya.
" Tam! Tam! Tam! " 35 SEPASANG ARWAH BISU
Si Suling Burik tiup sulingnya kencang. kencang
hingga Wiro dan Ratu Randang terpaksa hentikan
langkah dan tekap telinga musing-masing.
" Hai j angan per gi ! Jawab dul u per t anyaanku! Di mana kami bisa menemui Sepasang Arwah Bisu. Kami butuh ket
er angannya! " " Al am ar wah begi t u l uas. Dat ang dan per gi sul i t diketuhui. Sepasang, Arwah Bisu laksana dua buah jarum di tengah padang pasir.
Bagaimana kami bisa tahu.
Bagai mana kami bi sa menj awab! " " Kal au begi t u kal i an saj a member i t ahu di mana kami bi sa menemui kal i an! " Rat u Randang masi h ber usaha, " Tam! Tam! Tam! " Si Tambur Bopeng lalu menjawab.
" Kami dua sahabat yang t i dak punya j unt r ungan, berarti tidak punya rumah kediaman. Kalau mau mencari kami dimana banyak mayat
disitu kami biasa berkeliaran.
Dunia mayat sejuk dan rukun tenteram tidak seperti dunia manusia yang selalu
hidup dalam pertengkaran dan
permusuhan, keserakahan, iri dengki, sombong dan
kebenci an ser t a kej
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ahat an penuh t i pu musl i hat ! " Wiro dan Ratu Randang sating berpandangan mendengar ucapan kedua orang itu. Ratu Randang
pegang tangan Wiro.
" Sudah, t i dak per l u di kut i l agi . Per cuma saj a. Hi dup di Bhumi Mataram tapi tidak mau menolong. Sudah buruk r
upa ber t i ngkah pul a! " " Oal a! Ki t a di bi l ang bur uk r upa. Ber ar t i ki t a i ni or ang- or ang j el ek ya?" Si Sul i ng Bur i k ber kat a. " Kasi han ki t a ber dua! Ha. . . ha. . . ha! " Si Tambur Bopeng menyahuti lalu tertawa mengekeh.
" Rat u, Kau t abu si apa sebenar nya dua kakek nenek
dar i al am ar wah t adi i t u?" Ratu Randang menggeleng.
SEPASANG ARWAH BISU
36 " Ki t a akan t anyakan pada par
a t okoh di Buki t Bat u Hangus. Mungkin diantara mereka ada
yang bisa member i j awaban. . . " " Aku sempat mel i hat waj ah Si nuhun Muda yang
ketakutan ketika menatap ke arah sepasang kakek
nenek. " " Aku j uga memper hat i kan, " j awab Rat u Randang. " Ki t a har us menol ong Ni Gat r i . Kal au anak i t u bi sa di sadarkan pasti dia akan memberi tahu apa arti semua ger
ak t angan Sepasang Ar wah Bi su. " Baru saja Wiro selesai berkata tiba-tiba di lereng bukit sebelah kanan terdengar
suara tawa cekikikan.
" Ti dak ada yang mampu menol ong anak per empuan itu! Kecuali Sinuhun Merah Penghisap Arwah! Kepadanya semua
or ang di muka Bhumi Mat ar am i ni har us t unduk! " " Dewi Ul ar . . . ! " Bi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si k Rat u Randang. " Bukan, bukan Dewi Ul ar , " j awab Pendekar 212 Wi r o Sableng. 37 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
6 BEGITU pandangan mata Pendekar 212 Wiro Sableng membentur sosok tinggi kurus hitam
yang kepalanya ditancapi empat tusuk konde perak, dia langsung
berteriak. " Nek! Eyang Si nt o" Sinto Gendeng berdiri di atas sebuah
batu besar, berkacak pinggang. Wajah yang
hanya ditutupi kulit tipis dan sorotan mata
tampak galak. Mendadak sang murid tersentak heran ketika lebih memperhatikan ternyata Eyang Sinto Gendeng muncul dengan beberapa keanehan. Di kening nenek kelihatan ada delapan benjolan merah. Lalu tidak
tampak tongkat kayu butut yang selalu dibawa kemana-mana. Keanehan ke tiga Wiro
tidak mencium bau pesing.
Malah kini dia mencium bau harum begitu santar keluar dari tubuh dan pakaian
sang guru! " Nek! " Ratu Randang mendekati Pendekar 212 lalu berbisik.
" Aku dengar kau menyebut memanggi l Nenek. Nenek si apa?" " Nenek gur uku. Eyang Si nt o Gendeng. Di a ber di r i di atas batu sana. Bukankah aku pernah bercerita ketika dalang ke Bhumi Mataram aku
ditemani guruku dan anak per
empuan ber nama Ni Gat r i . " SEPASANG ARWAH BISU
38 Ratu Randang kerenyitkan kening. Mata julingnya
menatap ke arah batu besar di seberang sana. Mata diusap
beberapa kali lalu sambil geleng kepala perempuan ini berkata.
" Aku bel um but a.Yang berdiri di atas batu besar itu
bukan seorang nenek. Tapi seorang gadis. Di kepalanya memang ada empat tusuk
konde perak. Ngeri juga
karena tusuk konde itu sepertinya ditancap. Gadis ini berkulit hitam manis.
Wajahnya memang cantik tapi dandanannya seronok. Pupur tebal, alis mata mencong
dan bi bi r ber sel omot an cai r an war na mer ah! " " Rat u, kau j angan ber gur au. Aku j uga t i dak but a! Aku sudah bilang guruku seorang nenek-nenek jelek seram.
Dan saat ini sosoknya aku lihat berdiri di atas batu sana.
Cuma satu kelainan yang aku lihat pada dirinya. Biasanya tubuh dan pakaiannya
bau pesing. Kini dia wangi
sekal i . . . " " Aku j uga menci um bau wangi i t u! " menyahut i Rat u Randang. " Kau i ngat sewakt u aku ber sama si kat ai Jambal Ungu alias Raja Dukun Batu Berlumut bertemu dirimu pertama kali di tepi
telaga" Waktu itu Raja Dukun mengatakan tidak ada nenek-nenek muncul di Bhumi
Mataram. Yang ada seorang gadis cantik berkulit hitam manis yang tubuh serta
pakaiannya harum selangit. Di kepalanya ada empat tusuk kundai! Nah, gadis di
atas bat u i t ul ah or angnya! " Wiro menggaruk kepala. Mulut melongo.
" Bagai mana i ni " Ti dak mungki n! Mana mungki n aku punya guru seorang gadis yang mungkin seusiaku. Aku melihat nenek-nenek. Kau
melihat gadis. Ada yang tidak beres! Ada yang tidak nyambung! Lalu mengapa ada
del apan benj ol an aneh di kepal anya. . . . " " Wi r o, aku punya dugaan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si apapun per empuan yang berdiri di atas batu dia sudah berada di bawah kekuasaan Sinuhun Merah Penghisap
Arwah! Delapan benjolan itu tanda yang tidak bisa disangsikan lagi! Jangan-
jangan 39 SEPASANG ARWAH BISU
gurumu sudah kena disirap benaknya dengan ilmu yang di
sebut Del apan Jal ur Ar wah, Pencuci Ot ak! " " Cel aka gur uku! Cel aka Eyang Si nt o Gendeng. . . . " " Eyang Si nt o Gendeng . . . " I t u ber at i Si nt o gi l a at au sinting. Hik ... hik. Nama aneh. Setahu kabar yang aku dengar
di a mengaku ber nama Si nt o Weni . . . " " I t u nama asl i nya. " Jawab Wi r o. Sementara itu semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus termasuk Raja Mataram bertanya tanya siapa gerangan adanya gadis cantik
berdandan celemongan yang berdiri di atas batu. Kelihatannya gadis itu mengenal
Kesatria Panggilan Wiro Sableng. Namun sikapnya jelas kurang bersahabat.
Selagi Wiro kebingungan tiba-tiba terdengar bentakan. " Anak Set an! Lekas dat ang ke si ni ! Si apa per empuan di sampingmu" Rupanya kau sudah punya kekasih baru di
neger i i ni " Dasar pemuda mat a bongsang! " " Wi r o, kau dengar gadi s di at as bat u i t u bi car a padamu" Mengapa kau dipanggilnya dengan sebutan
Anak Setan" Kau juga disebut pemuda mata bongsang!
Aku dikatakannya kekasih barumu. Aku sih mau-mau dan senang
saj a. Hi k . . . hi k . . . hi k! " Rat u Randang t er t awa cekikikan. " Anak Set an! Apa t el i ngamu t ul i t i dak mendengar aku menyur uhmu dat ang ke si ni "! " " Wi r o, kal au gadi s di at as bat u memang gur umu, sebaiknya kau lekas mendatangi. Jangan perdulikan perbedaan penglihatanmu dengan
apa yang aku lihat.
Mulut gadis itu seperti ember! Kita berdua bisa dibikin mal
u! " Mendengar ucapan Ratu Randang Wiro akhirnya
beranjak. Namun sebelum melompat ke atas batu dimana gurunya berdiri diam-diam
Wiro selipkan batu segi tiga pipih.
SEPASANG ARWAH BISU
40 " Rat u, kal au t er j adi apa-apa dengan diriku, berikan
bat u i t u pada Raj a. " Ratu Randang jadi merasa tidak enak. Batu cepat-
cepat dimasukkan ke balik pakaian.
Wiro melompat ke atas batu besar, berdiri di samping sang guru. Sambil
membungkuk Wiro menyapa.
" Nek, aku sudah di si ni . Anu, baj umu bar u, bagus Nek. Kau dapat dari mana" Bau tubuh dan pakaianmu harum sekali Nek, seperti
wangi bidadari turun dari kahyangan.
Aku . . . " Sinto Gendeng delikkan mata.
"
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa"! Semua or ang memanggi l aku anak gadi s cantik! Kau menyebut aku Nenek! Kau mau memberi
mal u di r i ku! Dasar mur i d kur ang aj ar ! " " Pl aakk! " Satu tamparan melanda keras pipi Wiro hingga sudut bibirnya luka berdarah. Semua
orang yang menyaksikan terutama Ratu Randang tentu saja jadi terkejut.
Sambil usap darah di pinggir mulut sementara
telinganya masih berdenging saking kerasnya tamparan Wiro bertanya.
" Nek, eh Eyang Si nt o, kenapa kau j adi gal ak begi ni . Aku melihat ada delapan benjolan di keningmu. Aku kawat
i r . . . " " Di ami " Har di k Si nt o Gendeng. " Mau del apan mau seratus benjolan di keningku bukan urusanmu! Sinuhun Merah Penghisap Darah telah
memberi ilmu kesaktian padaku! Dan aku tahu kau menempatkan dirimu sebagai musuh
Sinuhun Merah Penghisap Darah! Kau bersekutu dengan
Raj a Mat ar am. " " Eyang, sewakt u ki t a masi h berada di alam delapan
ratus tahun mendatang kau sudah tahu kalau kita datang ke sini memang untuk
menolong serta membela Raja dan rakyat
Mataram. Aku heran kalau Eyang tiba-tiba ber ubah. Apa yang t er j adi dengan di r i Eyang?" 41 SEPASANG ARWAH BISU
Sinto Gendeng yang dimata Wiro ujudnya tetap
terlihat seperti nenek tiba-tiba ulurkan tangan jambak rambut gondrong sang
murid. " Anak Set an! Kau dengar bai k-baik! Yang pantas
dibela adalah Sinuhun Merah Penghisap Arwah! Bukan Raj
a Mat ar am! Kau dengar "! " Hardikan keras Sinto Gendeng terdengar oleh semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus. Membuat mereka jadi terkejut.
" Eyang, mahl uk yang namanya Si
nuhun Penghi sap Arwah justru biang racun semua malapetaka di negeri ini.
Dia pasti telah menyirapmu dengan ilmu hitam. Otakmu sudah dicuci. Eyang
har us seger a sadar . . . " Sinto Gendeng tertawa panjang.
" Kau dar i dul u memang anak badung!
Ti dak mau mendengar apa yang aku bilang! Sekarang mewakili
Sinuhun Marah Penghisap Arwah sebaiknya otakmu aku cuci
j uga! " Habis berkata begitu Sinto Gendeng arahkan keningnya ke kepala sang murid. Delapan benjolan
merah pancarkan cahaya terang.
" Del apan j al ur Ar wah Pencuci Ot ak! " Ratu Randang berteriak begitu menyadari serangan
ilmu apa yang hendak dilancarkan Sinto Gendeng
terhadap Wiro. " Wi r o! Lekas mel ompat dar i atas batu! Selamatkan
di r i mu! " Ter i ak Rat u Randang. Sementara itu di telinga Sinto Gendeng tiba-tiba
mengiang suara memperingatkan.
" Si nt o Weni ! Jangan kau ser ang pemuda i t u! Di a membekal emas pant angan! " Namun terlambat. Wiro terlambat melompat selamatkan diri. Sinto Gendeng terlambat mendengar suara ngiangan. Delapan
benjolan merah telah keburu menyemburkan delapan larik sinar merah yang langsung
menyambar ke arah kening Pendekar 212!
SEPASANG ARWAH BISU
42 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
7 DARI balik pakaian di bagian
mana Wiro menyimpan sebagian
patahan kalung emas yang diberikan Sri Padmi Kameswari menderu sinar kuning bergemerlap
yang dengan cepat membungkus seluruh kepala sang pendekar. Dari bagian
bawah dada di atas perut memancar cahaya
putih menyilaukan. ltulah cahaya hawa sakti
yang keluar dari senjata sakti mandraguna
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kapak Maut Naga Geni 212!
" Bl aaar r r ! " Delapan larik cahaya merah menghantam kening sang pendekar!
Wiro berteriak keras. Kepalanya laksana meledak. Tubuh terpental dari
atas batu lalu jatuh terkapar di atas
batu yang lain. Tubuhnya mulai dari dada sampai kepala tidak kelihatan karena
tertutup buntalan asap merah.
Ratu Randang terpekik. Lalu menghambur memeluk
tubuh Pendekar 212. Kedua tangan mengusap ke dada, terus ke atas ke arah kepala.
Perempuan ini merasa lega karena dia masih meraba dada dan kepala Wiro utuh
walau ada hawa panas seperti bara. Tadinya dia
menyangka tubuh Wiro sudah hancur hanya tinggal
bagian perut ke bawah! Semua orang di Bukit Batu
Hangus termasuk Sri Maharaja Mataram keluarkan
seruan tertahan. Mereka sepertinya tidak memperdulikan apa yang terjadi dengan
gadis cantik bertusuk konde empat tapi lebih menaruh kawatir pada Wiro.
43 SEPASANG ARWAH BISU
Ketika kepulan asap hitam membuntal ke atas dan
lenyap dalam kegelapan udara malam menjelang dini hari yang dingin Ratu Randang
melihat kepala Pendekar 212
merah seperti saga!
" Dewa Agung, Jagat Bat har a! " Ter i ak Rat u Randang setengah meratap. Dua tangan ditekapkan ke pipi Wiro.
" Aku t i dak apa-apa. Aku tidak apa-apa.
. . " Wi r o keluarkan ucapan.
" Jangan bi car a! Ada r acun j ahat dal am t ubuhmu! " " Ti dak, t i dak ada r acun. Kal aupun ada semoga Yang Maha Kuasa mel i ndungi di r i ku. . . " Wi r o mencoba bangun. Dibantu oleh Ratu Randang. Saat itu warna merah di kepala dan wajahnya perlahan-
lahan mulai memudar dan akhirnya lenyap.
" Gur uku . . . . Eyang Si nt o Gendeng, aku kawat i r . Bagai mana keadaannya?"
Ratu Randang jadi marah besar mendengar ucapan
Wiro. " Gur u at au si apapun i bl i s per empuan i t u! Di a hendak membunuhmu! Paling tidak hendak mencelakaimu hingga menjadi budak Sinuhun Merah
Penghisap Arwah seumur-umur!
Dan kau masih menanyakan bagaimana keadaannya! Oala betapa setia dan berbaktinya murid yang
t er ani aya! " " Gur uku t i dak sej ahat i t u! Di a ber buat kar ena ot aknya sudah keracunan. Dia tidak sadar apa yang dilakukannya.
Aku harus menol
ongnya. " " Gur umu edan! Kau gi l a! Sama saj a! " t er i ak Rat u Randang. Lalu dia ambil tangan Wiro dan tempatkan di bagian mana terletak
patahan kalung emas. Wiro merasa denyutan sakit di kepalanya perlahan-lahan
lenyap. Penglihatannya yang tadi agak buram kini mulai jelas kembali. Hawa panas jauh
berkurang. Raja Mataram berlari menghampiri Wiro bermaksud
hendak menolong. Wiro sendiri saat itu sudah berdiri. Dia memandang ke arah batu
besar di atas mana tadi Sinto SEPASANG ARWAH BISU
44 Gendeng berada. Dia melihat gurunya duduk terjengkang di atas batu. Seluruh
tubuh dan pakaian tampak diselimuti jelaga hitam!
Mata mendelik besar. Kepala menggembung dan
berdenyut-denyut seperti mau meledak. Dari telinga dan sela bibir darah
mengucur. " Nek! Eyang! " Ter i ak Wi r o begi t u mel i hat keadaan gur unya. " Eyang, maaf kan aku! " " Edan! Kenapa mi nt a maaf segal a"! " t er i ak Rat u Randang. Bukan kau yang menyerang gurumu! Dia
dihantam balik oleh serangannya sendiri yang tadi ditujukan padamu karena di
tubuhmu ada lempengan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kal ung emas! " Wiro tidak perdulikan ucapan Ratu Randang. Dia
melompat hendak menolong sang guru. Tapi tiba-tiba si nenek meraung dahsyat lalu
kaki kanannya melesat ke atas.
" Duukk! " Tendangan keras berkekuatan tenaga dalam tinggi
menghantam dada Pendekar 212 hingga terpental. Selagi Wiro masih melayang di
udara dilanda kesakitan luar biasa, dada serasa jebol dan darah mengucur dari
sela bibir, Sinto Gendeng bangkit berdiri. Dua tangan dipentang ke atas. Kepala digoyang. Mata dikedipi
" Wuuut t ! Wuuut t ! " Dari mata Sinto Gendeng berkiblat dua larik cahaya biru menyilaukan hingga seluruh lereng Bukit Batu Hangus menjadi terang benderang.
Dua larik sinar ini menyambar laksana kilat ke arah Pendekar 212. Suara derunya
menggidikkan bulu roma! Dalam penguasaan
dan kendali ilmu hitam Sinuhun Merah Penghisap Darah, diluar sadarnya si nenek
benar-benar hendak menghabisi sang murid!
Bukannya bergerak selamatkan diri, Wiro malah tegak tak bergerak. Sikap seperti
orang terkesima, mulut berucap menyebut nama ilmu yang dipergunakan Sinto 45
SEPASANG ARWAH BISU
Gendeng untuk menghabi
si nya! " Sepasang Si nar I nt i Roh. Eyang Sinto tidak pernah mau memberikan ilmu itu padaku.
Di a hendak membunuhku. Apa sal ahku . . . . " Ketika Sinto Gendeng menyerang pertama kali, dia
mempergunakan ilmu dahsyat yang didapat dari Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Tapi
ketika menendang dan
menghantamkan serangan Sepasang Sinar Inti Roh, dia mengandalkan ilmu kesaktian
yang dimilikinya sendiri!
ilmu kesaktian ini memang tidak diwariskannya kepada sang murid walau Wiro
pernah menanyakan. Dan ilmu kesaktian ini tidak bisa ditangkal oleh patahan
kalung emas besar masih yang ada pada Wiro!
Ratu Randang cepat dorong Pendekar 212 hingga
jatuh ke tanah dan menggelinding di lereng bukit batu.
Sementara dua larik sinar biru menderu di udara malam dengan cepat Ratu Randang
selamatkan diri dengan
melompat ke kiri sambil lepaskan pukulan bernama Di Dalam Gelap Tangan Penghukum
Membelah Jagat guna
menangkis sambaran dua larik cahaya biru yang luar biasa ganas. Dengan pukulan
inilah dalam jarak dekat Ratu Randang memecahkan kepala si katai Raja Dukun Batu
Berlumut, dukun kepercayaan Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah.
Ternyata Ratu Randang tidak bertindak sendirian.
Dari jurusan lain Sri Maharaja Mataram, Eyang Dukun Umbut Watukura, Garung
Parawata dan Soka Kandawa
alias Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa serta beberapa tokoh silat Istana lainnya
yang ada di Bukit Batu Hangus ikut melancarkan serangan ke arah dua larik cahaya
biru yang keluar dari sepasang mata Sinto Gendeng dan saat itu siap membelah
tubuh Kesatria Panggilan alias Wiro Sableng yang adalah muridnya sendiri!
Gabungan pukulan sakti orang-orang di Bukit Batu
Hangus yang memancarkan berbagai warna cahaya serta bermacam
deru menggidikkan membuat bukit batu
bergetar hebat. Meski terluka parah namun Wiro yang SEPASANG ARWAH BISU
46 melihat apa yang terjadi dan maklum kalau gurunya tidak akan sanggup menghadapi
sekian banyak serangan
balasan serta merta berteriak.
" Ti dak! Jangan! Tahan ser angan! Eyang Si nt o l ekas ni enyi ngki r ! " Namun apa yang sudah diduga akan terjadi tidak
dapat dihindarkan. Dentuman dahsyat menggelegar ketika dua cahaya biru bentrokan di udara dengan
gabungan cahaya pukulan beberapa orang sakti! Bukit Batu Hangus laksana dilanda
gempa. Bebatuan besar longsor
menggelinding dari lereng ke kaki bukit menimbulkan suara bergemuruh. Dua larik sinar biru serangan Sinto Gendeng bukan
saja musnah berantakan, tapi taburan cahaya berbalik ke arahnya begitu gabungan
cahaya pukulan sakti lawan datang menghantam!
" Eyang! " Wiro kembali berteriak. Dibawah kecamuk pukulan
sakti yang laksana badai dia hendak menghambur
menolong sang guru namun Ratu Randang lebih cepat memegang lengannya. Perempuan
ini lalu menarik Wiro kuat-kuat
hingga keduanya jatuh ke tanah dan bergulingan di antara bebatuan.
Hanya sekejapan mata lagi Sinto Gendeng akan
dihajar oleh ilmu kesaktiannya sendiri dan cahaya gabungan pukulan sakti orang-
orang di Bukit Batu
Hangus, tiba-tiba dari atas langit yang diterangi rembulan setengah lingkaran
ada cahaya kuning memancar terang dan melayang ke bawah. Jauh di atas langit
terdengar genta lonceng membahana tiga kali berturut turut.
Dari dalam cahaya kuning terdengar suara anak kecil.
Kematian bagian semua insan. Nyawa manusia
adalah semata milik Yang Maha Pencipta dan Maha
Kuasa yang patut dihormati. Mengapa manusia terkadang bertindak mendahului-Nya,
membunuh manusia lain
seolah dia yang menciptakan dan menghidupkannya"
Jangan membuat sejuta alasan untuk menghalalkan
47 SEPASANG ARWAH BISU
kematian seorang insan. Sungguh besar tanggung j awabnya di duni a dan j uga di akhi r at . " Suara anak kecil lenyap. Cahaya kuning melesat ke langit.
Pada saat yang hampir bersamaan satu dentuman
dahsyat menggelegar. Separuh lereng Bukit Batu Hangus amblas. Ratusan keping
batu sebesar-besar kepala
mencelat ke udara yang berubah gelap pekat. Ketika keadaan kembali terang, Wiro
berteriak keras.
" Nek! Eyang Si nt o! " Batu di atas mana tadi Sinto Gendeng terkapar tak kelihatan lagi, sudah hancur
bertabur ke udara. Di bekas batu besar itu kini menganga sebuah lobang besar.
Tanah berwarna merah tidak beda seperti kubangan tapi isinya bukan air atau
lumpur melainkan tanah yang telah berubah menjadi bara panas!
Pendekar 212 menjerit sekali lagi. Melompat dan jatuh berlutut di tepi lobang.
" Eyang, kau sudah mat i at au bagai mana"! Eyang Si nt o! " Tangan kanan ditutupkan ke wajah, tangan kiri
menggaruk kepala.
Suara Wiro setengah sesenggukan. Ketika ada satu
tangan memegang bahunya, perasaan sedih itu berubah menjadi ledakan amarah.
Mulut berteriak. Tangan kanan dipentang ke atas. Tangan itu mulai dari ujung
jari sampai ke siku serta merta kelihatan berubah seperti perak menyilaukan!
Pukulan Sinar Matahari!
SEPASANG ARWAH BISU
48 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
8 WIRO balikkan tubuh. Tangan kanan yang sudah dialiri
tenaga dalam dan hawa sakti Pukulan Sinar Matahari siap dihantamkan ke arah orang yang
barusan memegang bahunya.
" Wi r o! I ni aku! Kau mau membunuhku"!
" Ratu Randang berteriak sambil cepat
pergunakan ke dua tangan mencekal lengan
kanan Wiro. Namun begitu menyentuh
lengan sang pendekar perempuan ini
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjerit keras sambil kibas-kibaskan kedua tangannya. Dia laksana memegang
sepotong besi panas! Kawatir Wiro akan
tetap melepas pukulan sakti, dalam menahan sakit Ratu Randang ganti
merangkul pinggang sang pendekar lalu jatuhkan diri ke tanah. Keduanya
bergulingan sebentar di lereng bukit sebelum tertahan oleh satu gundukan batu
besar. Wiro berusaha lepaskan diri dari rangkulan Ratu
Randang. " Wi r o! Kau mau mel akukan apa"! " " Kal i an or ang-orang Mataram telah membunuh guruku
Eyang Si nt o Gendeng! " Sepasang mata Pendekar 212 membeliak tak berkesip, berkilat kilat laksana dikobari api. Rahang menggembung. Wiro jadi
tambah beringas ketika Sri Maharaja
Mataram mendatangi dan berdiri di sampingnya. 49 SEPASANG ARWAH BISU
" Wi r o, dengar aku! " Kat a Rat u Randang pul a sambi l menyeka noda dar ah di sudut bi bi r dan dagu Wi r o. " Ti dak ada yang membunuh gurumu! Gurumu
t i dak mat i ! " " Ti dak mat i "! Mayat nya memang t i dak ada! Kar ena pasti sudah hancur lebur jadi bubuk dihajar sekian banyak pukulan sakti ditambah
dua larik cahaya biru yang ber
bal i k menghant am di r i nya sendi r i . " " Ti dak Wi r o. Per caya apa yang aku kat akan. Gur umu sekarang pasti berada di satu tempat aman.
Telah diselamatkan oleh Satria Lonceng Dewa Mimba Pur
ana, anak ker amat pi l i han Par a Dewa. " ( Mengenai siapa adanya Mimba Purana harap baca serial Satria Lonceng Dewa, Pendekar Bhumi
Mataram karangan
Bastian Tito) Pendekar 212 menyeringai.
" Anak ker amat pi l i han Par a Dewa" Aneh
kedengarannya. Apakah anak itu yang pernah masuk ke dalam tubuh Ni Gatri dan
bicara padaku sewaktu aku tidak mau mengambil batu putih segi tiga dari tangan
Mayat Aneh Keempat . . . ?" ( Baca serial sebelumnya Roh
Jemput an" ) " Aku mendengar kej adi an i t u dar i Raj a Dukun . . . . " kata Ratu Randang pula. Diam-diam dia merasa lega karena amarah Wiro kini tampak
mengendur dan cahaya putih perak yang membungkus tangan kanan sang
pendekar perlahan lahan sirna.
" Kal au di Bhumi Mat ar am i ni memang ada anak
keramat yang punya kesaktian hebat, mengapa aku jauh-jauh harus didatangkan ke
sini" Suruh saja anak keramat itu menghabisi semua mahluk jahat terkutuk yang
ada di Bhumi Mataram ini! Yang katanya telah menimbulkan bencana Malam Jahanam!
Air banjir merah busuk!
Demam panas! Benj ol an . . . . apa l agi "! " Sri Maharaja Mataram dan Ratu Randang saling
pandang mendengar ucapan Wiro.
SEPASANG ARWAH BISU
50 " Kesat r i a Panggi l an. Ket ahui l ah, Sat r i a Lonceng Dewa punya pantangan. Anak keramat itu tidak
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
boleh membunuh mahluk bernyawa. Binatang ataupun manusi a...! " Wiro berdiri, memandang Raja Mataram dan Ratu
Randang sejenak lalu sambil tertawa dia berkata.
" Di neger i i ni r upanya ada hukum aneh.
Seseor ang boleh mencelakai bahkan membunuh puluhan sampai
ratusan rakyat Mataram. Tapi yang namanya anak
keramat yang konon sakti hanya berpangku tangan
membiarkan semua itu terjadi dengan berucap : Jangan membuat sejuta alasan untuk
menghalalkan kematian seorang insan! Jika itu hukum yang berlaku di negeri ini
sampai kiamat mahluk- mahluk jahat akan terus menebar malapetaka seenaknya! Tak
ada rasa takut. Soalnya pembunuhan
sudah seper t i di hal al kan! " Ratu Randang sampai pucat wajahnya mendengar
kata-kata Wiro. Raja Mataram cepat-cepat berkata.
" Kesat r i a Panggilan. Jangan kau salah menduga.
Tanggung jawab semua kejadian yang ada di Bhumi
Mataram tidak di tangan Satria Lonceng Dewa yang
bernama Mimba Purana itu. Tapi berada di atas
pundakku. Aku tidak malu mengatakan bahwa aku dan semua
orang pandai di negeri ini tidak sanggup menumpas mahluk-mahluk jahat itu. Sesuai petunjuk Para Dewa itu sebabnya kami
mendatangkanmu ke sini guna dimintakan bantuan. Kuharap kau tidak merasa
menyesal atas semua kejadian yang tidak terduga ini.
Kami mi nt a maaf . . . " " Yang Mul i a, saat ini saya lebih mementingkan
mencari guru saya lebih dulu! Jika memang beliau masih hidup bagaimana dan
dimana keberadaannya. Kalau
sudah menemui ajal maka kewajiban bagi saya mengubur jenazahnya secara layak. Guru saya sebagai manusia bisa saja bersifat
dan bertindak jahat. Tapi 51
SEPASANG ARWAH BISU
sebagai seorang murid saya tetap punya kewajiban untuk mengur
us j enazahnya. Kal au memang di a masi h hi dup. . . " Habis berkata begitu Wiro melompat ke tempat Ni
Gatri tergeletak. Dengan mendukung anak perempuan ini di bahu kirinya dia
tinggalkan tempat itu.
Anjing kecil yang kelahirannya ditolong oleh Raja Mataram menyalak panjang lalu
melompat ke bahu kanan Pendekar 212,
Raja Mataram terkesiap.
Ratu Randang berteriak sambil coba mengejar.
" Wi r ol Tunggu! " Namun sekali berkelebat sang pendekar sudah lenyap di kegelapan lereng timur
Bukit Batu Hangus bersama Ni Gatri dan anjing kecil berbulu hitam anak Sri Padmi
Senja Jatuh Di Pajajaran 7 Joko Sableng 19 Kembang Darah Setan Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 14
SEPASANG ARWAH BISU e-Book & Setting :
Begawan Alfarizi (abdulmadjid kaskuser)
Cover : Kalapalima
SEPASANG ARWAH BISU
2 BASTIAN TITO Hak cipta dan copy right pada
pengarang dibawah lindungan
undang-undang Wiro Sableng telah Terdaftar pada
Dept. Kehakiman R.I. Direktorat
Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek
dibawah nomor 004245
3 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
1 PADA MALAM menjelang
dini hari itu beberapa orang
mendatangi Bukit Batu Hangus
dimana Sri Maharaja Mataram berada bersama ratusan orang pengungsi, menyelamatkan diri dari
Kotaraja yang tengah dilanda malapetaka.
Selagi Raja menunggu kedatangan Pendekar 212 Wiro Sableng yang di kalangan orang-orang Kerajaan disebut
dengan nama Kesatria Panggilan, ternyata Sinuhun Muda Ghama Karadipa
sampai lebih dulu. Dia datang dengan
menyamar sebagai Pendekar 212 Wiro
Sableng, membawa batu segi tiga putih
palsu dengan niat sebenarnya bukan
lain adalah untuk dapat menghabisi
Raja Mataram secepat mungkin.
Namun niat jahat tersebut gagal dilaksanakan karena dihalangi oleh Sri Padmi
Kameswari yang muncul dalam bentuk seekor anjing betina, bersama anaknya seekor
anjing jantan. Kalau sang ibu berhasil menyelamatkan Raja Mataram dari serangan
delapan sinar merah yang keluar dari batu segi tiga Putih di tangan Sinuhun
Muda, maka anaknya, seekor anjing kecil jantan mampu pula menyelamatkan Ni
Gatri. Seper t i di cer i t akan dal am " Rob Jemput an" , meski Sr i Padmi Kameswari berniat jahat terhadapnya, Raja Mataram bukan saja tidak membunuh perempuan itu,
malah sewaktu sosok Sri Padmi Kameswari berubah
SEPASANG ARWAH BISU
4 menjadi seekor anjing betina yang bunting besar dan kesulitan dalam melahirkan
anaknya, Raja bertindak menolong. Ada ubi ada talas. Ada budi ada balas.
Ternyata kini Sri Padmi Kameswari muncul kembali
dalam ujud anjing betina dan menyelamatkan Raja
Mataram dari serangan maut Sinuhun Muda walau dia sendiri menderita cidera cukup
parah. Sekujur tubuh melepuh
merah dan mengepulkan asap panas. Sementara itu anaknya, anjing kecil jantan menolong Ni Gatri.
Sinuhun Muda juga batal menghabisi Sri Padmi
Kameswari dengan Pukulan Delapan Sukma Merah. Ini terjadi setelah mendapat
peringatan dan seorang anak lelaki yang tidak terlihat ujudnya karena muncul
dalam bayangan cahaya kuning kemerahan, yang oleh Sinuhun Muda dipanggil dengan
nama Sang Junjungan.
Setelah diperingatkan Sinuhun Muda baru menyadari kalau saat itu di leher anjing
betina yang hendak dibunuhnya melingkar seuntai kalung emas besar. Emas
merupakan benda pantangan bagi Sinuhun Muda Ghama Karadipa, juga bagi nyawa
kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Sebenarnya hanya sangat
sedikit orang yang mengetahui kelemahan dua mahluk bernyawa kembar itu. Ini yang
membuat Sinuhun Muda tersentak
heran. Bagaimana mungkin Sri Padmi Kameswari yang kini berujud seekor anjing betina itu bisa mengetahui
kelemahannya tersebut! Namun Sinuhun
Muda saat itu tidak bisa berpikir panjang. Meski dia tidak merasa gentar tapi
karena masih banyak urusan besar yang
harus diselesaikan maka dia segera harus meninggalkan Bukit Batu Hangus. Dia bermaksud hendak menemui Sang Junjungan. Dia
juga berharap nyawa
kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah
telah bertemu dengan Kesatria Roh Jemputan dan siap dengan rencana semula yaitu
membunuh Pendekar 212
Wiro Sableng. 5 SEPASANG ARWAH BISU
Pada saat Sinuhun Muda hendak bertindak pergi
terjadilah satu kegemparan. Dari dalam gelap seorang perempuan melempar mayat
Swara Pancala ke atas
sebuah batu besar.
* * * SRI MAHARAJA Mataram Rakai Kayuwangi melompat ke arah batu di atas mana mayat Swara
Pancala tergeletak. Sekujur tubuh penuh puluhan lubang luka dan bergelimang
darah. " Swar a Pancal a! Hyang Jagat Bat har a, mengapa sat u l agi or ang keper cayaanku har us menemui aj al ! " Baru saja Raja Mataram keluarkan ucapan tiba-tiba ada suara perempuan berteriak.
" Yang Mulia Raja Mataram! Manusia satu itu memang
pantas mati! Ketahuilah, dia telah berkhianat terhadap diri Yang Mulia! Dia
adalah kaki tangan Sinuhun Muda
Gharna Karadipa. Manusia keji penimbul malapetaka Malam Jahanam di Bhumi
Mataram! Pemuda berpakaian dan
ber i kat kepal a hi j au i t u! " Kegemparan di lereng Bukit Batu Hangus jadi semakin bertambah setelah terdengarnya suara teriakan perempuan tadi. Sinuhun
Muda maupun Raja Mataram
sama-sama tercekat.
Yang jelas perempuan yang barusan berteriak bukanlah perempuan yang tadi melemparkan mayat
Swara Pancala. Berarti ada dua orang perempuan di tempat
itu. Dan keduanya sama-sama belum memperlihatkan diri!
Selagi Raja Mataram mengalihkan pandangan ke
arah pemuda berpakaian dan berikat kepala hijau yang tadi menyaru sebagai
Kesatria Panggilan Pendekar 212
Wiro Sableng, tiba-tiba di dalam gelap ada satu bayangan hijau berkelebat sangat
cepat. Bau harum menebar.
SEPASANG ARWAH BISU
6 Sinuhun Muda merasakan satu tepukan di punggungnya disertai suara perempuan
berkata. " Si nuhun, cepat t i nggal kantempat ini! Sebentar lagi
keadaan akan sangat
t i dak mengunt ungkan bagi mu! " Sinuhun Muda yang sedang terkesiap dan juga marah melihat kematian Swara Pancala
tersentak. " Dewi Ul ar ! Past
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i di a yang bar usan menepuk punggungku! Jahanam! Aku punya dugaan dia yang
membunuh Swara Pancala! Sekarang mengapa dia
berbaik-baik terhadapku! Perempuan keparat! Aku akan memecahkan kepalamu Jilka
terbukti memang kau yang t
el ah membunuh anak buahku i
t u! " Si nuhun Muda menggeram marah dalam hati. Lalu dia ingat.
" Per empuan kedua yang tadi berteriak, suaranya
seperti suara Ratu Randang Sinuhun Muda membatin.
Walau sebenarnya dia ingin membuktikan dugaan namun tidak menunggu lebih lama
lagi Sinuhun Muda segera berkelebat tinggalkan tempat itu ke arah lenyapnya
bayangan perempuan yang tadi menepuk punggungnya.
Tak lama setelah berada di kaki bukit sebelah selatan, Sinuhun Muda melihat ada
seorang perempuan duduk di atas batu sambil bernyanyi-nyanyi perlahan.
7 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
2 RAHANG Sinuhun Muda menggembung. Sepuluh jari tangan diremas hingga mengeluarkan suara bergemeletakan.
" Benar -benar mahluk jahanam! Habis membunuh masih bisa bernyanyi
nyanyi ! " Si nuhun Muda menyumpah.
Sekejapan saja dia sudah berada di depan
perempuan yang duduk di atas batu. Dan
ternyata perempuan ini memang Dewi Ular!
Berpakaian sutera hijau, lengkap dengan
mahkota perak di atas kepala!
" Per empuan i bl i s! " Si nuhun Muda langsung mendamprat.
Orang yang dibentak hentikan nyanyian, berpaling ke arah Sinuhun
Muda lalu tersenyum. Dia menunjuk ke
langit. " Mal am begi ni i ndah. Di l angi t ada r embul an wal au setengah lingkaran. Rasanya kurang pantas merusak keindahan dan dengan ucapan
kotor bentakan kasar.
Apakah. . . " " Tut up mul ut mu! " Har di k Si nuhun Muda. Del apan benjolan di kepalanya memancarkan cahay
a t er ang. " Apa matamu buta tidak melihat Bhumi Mataram dilanda
mal apet aka" Dan aku yang menci pt akan mal apet aka i t u! " Delapan cahaya merah mulai memancar keluar dari
delapan benjolan di kening.
Di atas batu Dewi Ular kembali mengulum senyum.
" Si nuhun, kau kelihatan begitu bangga dan merasa
hebat karena telah menimbulkan bencana di Bhumi
SEPASANG ARWAH BISU
8 Mataram. Apa yang sesungguhnya kau cari" Hik ... hik.
Sekarang aku melihat kau hendak membunuhku dengan ilmu Delapan Arwah Sesat
Menembus Langit ... Apa
sal ahku"! " " Kur ang ajar! Bagaimana perempuan iblis ini tahu
nama i l mu yang aku mi l i ki "! " Si nuhun Muda mengger am dalam hati. " Si nuhun, membunuhku t i dak ada unt ungnya bagi dirimu. Bukankah aku pernah berucap. Kalau kita berdua bisa
sating berbagi ilmu atau berbagi cinta. Bagaimanapun juga bersahabat adalah jauh lebih baik dar
i sal i ng ber musuhan. " " Aku t i dak t er t ar i k pada i l mu kepandai anmu! Kau t i dak punya kemampuan apa-apa. Buktinya kau tidak sanggup membunuh
pemuda ber nama Wi r o Sabl eng i t u! " " Har i sel al u ber ubah. Har i kemar i ntidak sama dengan
hari ini. Hari ini tidak sama dengan hari besok. Besok t
i dak sama dengan l usa. . . . " " Per empuan set an! Mengaku kal
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
au kau yang t el ah membunuh anak buahku Swar a Pancal a! " Si nuhun Muda menghardik keras.
Dewi Ular dongakkan kepala ke langit malam yang
di t er angi bul an set engah l i ngkar an l al u ber kat a. " Kal au Sinuhun sudah tahu mengapa mesti bertanya lagi" Lagi pula sebenarnya lelaki itu
yang minta dibunuh dan memang harus dibunuh. Seharusnya Sinuhun berterima kasih
karena aku telah membunuh seorang musuh dalam selimut. Lebih baik Sinuhun
menanyakan bagaimana cara aku
membunuhnya! " Sinuhun Muda tidak dapat lagi menahan amarahnya.
Kaki kanan menendang ke depan, Lima jari kaki
memancarkan cahaya merah.
" Br aaakkk! " Batu yang diduduki Dewi Ular hancur membentuk
keping-keping menyala merah. Sosok Dewi Ular sendiri telah lebih dulu melesat ke
udara selamatkan diri.
9 SEPASANG ARWAH BISU
Perempuan ini pindah berdiri ke atas batu lain. Lalu tanpa perdulikan
kemarahan Sinuhun Muda dia tertawa panjang. Puas tertawa perempuan ini berkata.
" Di dal am gua di bel akang ai r t er j un. Hi k...hi k. . . hi k. Sinuhun, dengar ceritaku. Mula-mula Swara Pancala menanggalkan pakaian yang
melekat di tubuhku. Seperti i
ni ..." Dewi Ul ar memper agakan dengan membuka baj
u hi j aunya di bagi an dada. " Lal u di a memel uk menghangatkan tubuhku. Setelah itu dia membuka
pakaiannya pula. Lalu dia membuyarkan ilmu penyirap tubuh milik Sinuhun yang
membuat diriku kaku tak bisa bergerak. Ketika kami bercumbu dia bicara banyak
tentang dirimu. Perihal dua nyawa kembar yang kau miliki. Perihal pantangan
Sinuhun yang tidak boleh bersentuhan dengan emas. Ah .... aku ingat. Itu
sebabnya Sinuhun meminta mahkota emas kepala ular milikku lalu ditukar dengan
mahkota perak bertabur batu permata yang ada di kepalaku saat ini. Sayang Swara
Pancala tidak berumur panjang. Takdir menentukan dia mati di tanganku. Oh
bukan .... bukan tanganku yang membunuhnya. Tapi Nyi Jeneng Inten, ular hitam kepala putih yang ada dalam
perutku. Apa Sinuhun sempat
melihat puluhan lubang luka bekas patukan ular di tubuh lelaki itu" Hik ... hik!
Sinuhun, ini dia ular yang membunuh Swara Pancala. Sinuhun pernah melihat
sebelumnya. Pada per t emuan ki t a yang per t ama . . . " Dewi Ular menahan nafas sambil perut digembungkan. Saat itu juga dari perut yang tersingkap, dari arah pusar melesat
keluar seekor ular besar hitam berkepala putih. Binatang ini tegakkan kepala
lalu mendesis panjang. Dewi Ular usap-usap kepala binatang itu beberapa kali.
Setelah mendesis sekali lagi ular hitam kepala putih masuk lenyap ke dalam perut
Dewi Ular. Walau saat itu boleh dikatakan sosok Dewi Ular
sebelah depan tersingkap polos namun Sinuhun Muda sama sekali tidak menaruh
perhatian. Yang jadi ingatan SEPASANG ARWAH BISU
10 serta kekawatirannya adalah apa yang tadi dikatakan perempuan dari alam roh
delapan ratus tahun mendatang itu.
Terutama perihal Swara Pancala memberi tahu
kelemahannya terhadap emas.
" Aku har us seger a menemui nyawa kembar anku Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Jika orang luar sudah mengetahui perihal
pantangan emas itu, aku berdua harus segera menerapkan ilmu penangkal. Tapi
apakah masih ada waktu untuk meminta bantuan Sang Junj ungan dan per gi ke Gunung Mahamer u?" Sinuhun Muda menatap ke arah Dewi Ular.
" Aku har us mengambi l keput usan! Per empuan i bl i s i ni harus dihabisi sekarang juga! Kalau tidak bisa dibunuh aku harus mampu
melemparnya kembali ke alam roh asal kedat
angannya! " " Si nuhun! Apa yang ada di benakmu?" Ti ba-tiba Dewi Ul ar ber ser u. " Kau hendak membuat
t ubuhku kaku l agi hingga tidak berdaya" Hik ... hik! Kau tidak mampu lagi melakukan. Swara Pancala
telah memberi tahu cara
menangkal ilmu murahanmu itu! Kalau tidak percaya si
l ahkan mencoba! Hi k . . . hi k . . . hi k! " Tampang Sinuhun Muda tampak berubah. Terlebih
ketika dilihatnya Dewi Ular menusukkan telunjuk tangan kiri dan kanan di atas
pelipis. Ini memang adalah salah satu cara menangkal ilmu kesaktian yang
dimiliki Sinuhun Muda. Dalam keadaan seseorang bersikap seperti itu ilmu
kesaktiannya memang tidak akan mampu membuat orang itu menjadi kaku tak berdaya.
" Kur ang aj ar ! Per empuan i bl i s i ni benar -benar telah
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengetahui penangkal ilmu Hawa Bumi Menutup Jalan Darah Mencekal Urat. Swara
Pancala! Syukur kau sudah mampus! Kalau tidak aku yang akan membongkar otak
dalam batok kepalamu! Tapi aku tidak mau percaya kalau tidak membuktikan
sendiri! Bisa saja perempuan celaka i
ni t ahu sedi ki t l al u membual sel angi t ! " 11 SEPASANG ARWAH BISU
Sinuhun Muda Ghama Karadipa lalu bantingkan kaki
kanan. Satu getaran hebat menggerus tanah, menjalar ke arah sepasang kaki Dewi
Ular. Namun tinggal dua jengkal hawa aneh itu akan memasuki tubuh Dewi Ular
tiba-tiba dess.... desss! Hawa sakti berbalik, menyerang ke arah Sinuhun Muda.
" Jahanam Kur ang aj ar ! Per empuan cel aka i ni t er nyat a benar menguasai ilmu penangkal!. Sinuhun Muda, memaki keras. Tubuhnya terpental ke udara sampai satu tombak. Ada hawa aneh
membuat pori-pori di sekujur permukaan kulit tubuhnya menguap. Celaka! ilmu yang
dilepaskannya untuk membuat Dewi Ular tak berdaya kini menyerang dirinya
sendiri! Karenanya begitu melayang turun dia cepat lepaskan dua pukulan tangan
kosong ke arah tanah. Dua dentuman keras menggelegar. Tanah terbongkar membentuk
dua lobang besar. Sinuhun Muda melayang turun. Jejakkan kaki di tepi lobang.
Memang hanya dengan dua pukulan mengandung tenaga dalam
tinggi tadi itulah satu satunya cara dia bisa menyelamatkan diri dari serangan ilmu miliknya sendiri!
Ketika Sinuhun Muda berpaling ke arah batu tempat Dewi Ular tadi berdiri dalam
keadaan setengah telanjang, ternyata perempuan itu tidak ada lagi di tempat itu.
" Per empuan i bl i s j ahanam! Apa kau ki r a aku t i dak bi sa mengejar kemana kau per gi "! " Sinuhun Muda melompat ke atas batu. Dua telapak
tangan di letakkan di bekas Dewi Ular menjejakkan dua kakinya. Mulut komat kamit
merapal mantera. Lalu dia berteriak keras.
" Ar wah Menebar Racun Kel umpuhan! Lumpuh! Lumpuh" Bekas injakan kaki Dewi Ular di atas batu yang
ditempeli telapak tangan kepulkan asap merah. Asap ini kemudian bergulung dan
siap melesat di udara ke arah lenyapnya
Dewi Ular. Jika asap merah sampai menyentuh tubuh yang jadi sasaran maka kejap itu juga SEPASANG ARWAH BISU
12 Dewi Ular akan menjadi lumpuh seperti yang dialami orang-orang di Bhumi Mataram!
Namun apa yang dilakukan Sinuhun Muda jadi
terganggu dan terhenti
ketika dari arah kegelapan di sebelah kiri kaki bukit batu tiba-tiba terdengar
suara tiupan seruling ditimpali tabuhan tambur yang luar biasa keras hingga
Sinuhun Muda merasa kedua liang telinganya seperti hendak pecah meledak! Cepat-cepat dia
kerahkan tenaga dalam. Begitu rasa sakit di telinga, hilang Sinuhun Muda segera
berkelebat ke balik sebuah batu besar, memandang ke lereng bukit. Sepasang mata
terpentang 1ebar. Tak berkesip, tak percaya apa yang disaksikan!
" Kakek ... Nenek, mengapa menyi ksa di r i " Bukannya Eyang berdua telah tentram di alam arwah" Dewa
Bat har a Agung, saya mohon ..." Suara tambur ditabuh dan suling ditiup semakin
menjadi-jadi. Namun sampai saat itu Sinuhun Muda
masih belum melihat siapa adanya orang-orang yang menabuh tambur dan meniup
suling itu. " Kal au bukan or ang-orang berkepandaian tinggi
mustahil suara tambur dan tiupan suling bisa seperti hendak membongkar bumi
menembus langit! Aku punya dugaan.
Tapi bukankah mer eka. . . . " Merasa tidak enak Sinuhun Muda berniat hendak
tinggalkan Bukit Batu Hangus. Namun sepasang mahluk yang
melayang di lereng bukit menatap dengan pandangan mata menyorotkan amarah. Lalu dua mahluk ini secara bergantian
menggoyang-goyang dua tangan, jari-jemari digerak-gerakkan membentuk isyarat
atau tanda-tanda yang hanya bisa dimengerti oleh orang yang mengetahui. Melihat
gerakan dua tangan dan sepuluh jari-jemari Itu Sinuhun Muda jadi berubah
tampangnya. Muka yang ditumbuhi kumis, janggut dan cambang
bawuk meranggas diusap berulang kali.
" Aku har us seger a menemui Sang Junj ungan! Dua orang tua ini agaknya tidak berpihak padaku! Eyang 13
SEPASANG ARWAH BISU
berdua kalau kalian sampai mencelakai cucumu ini, aku bersumpah bersama nyawa
kembarku akan membongkar
dan menghancurkan makam kalian! Mengapa dulu ketika mati kalian dikubur di
tanah, tidak dibakar saja! Sekarang kal
i an muncul hendak mencel akai di r i ku! " SEPASANG ARWAH BISU
14 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
3 PENDEKAR 212 Wiro Sableng, hentikan lari dan duduk
di atas tumbangan batang kayu.
Kepala digaruk-garuk lalu memandang ke arah Ratu Randang
yang masih berlari berputar-putar.
" Rat u Randang, bagai mana i ni . Dar i t adi sudah tiga kali kita berputar-putar di sini-sini
juga!" " Aku t ahu . . . aku t ahu! " Jawab Rat u Randang sambil mengusap dagunya yang
ker i ngat an. " Aku r asa sebenar
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nya ki t a sudah dekat ke tujuan. Bukit Batu Hangus
pasti ada disekitar sini. Tapi ada orang
yang menghalangi langkah dan pandangan kita. Pasti Sinuhun Muda
sialan itu! Ilmunya dan ilmu nyawa
kembarannya memang tinggi dan aneh-aneh. Itu sebabnya orang-orang pandai di Istana tidak berdaya. Itu pula
sebabnya aku menyusup pura-pura bercinta dengannya agar bi sa menget ahui kel emahannya..."
" Aku mendengar suar a or ang-orang berteriak. Ado
suara perempuan. Sepertinya ada satu kejadian hebat di seki
t ar si ni . . . " Ber kat a Wi r o. " Ki t a memang t i dak bi sa mel i hat , mer eka, t api masi h mampu mendengar suara. Walau sayup-sayup tadi aku mendengar suara Raja Mataram.
Sesuatu telah terjadi dengan Swara Pancala. Orang itu telah menemui ajal. Itu
sebabnya tadi aku berteriak. Pengkhianat itu memang pantas mati. Ilmu kesaktian
Sinuhun Muda membendung 15
SEPASANG ARWAH BISU
perasaan, menghambat penglihatan serta langkah kite tapi tidak menutup
keseluruhan Pendengaran. Satu hal yang aku yakini, sebenarnya kita sudah berada
dekat dengan Buki t Bat u Hangus. " Ratu Rundang meneruskan lari satu kali lagi lalu
mendudukkan diri di atas batang kayu di samping Wiro.
" Si nuhun Muda. Di a punya i l mu yang di sebut Langi t Turun Ke Bumi. Pengaruh ilmu itu membuat kita tidak mengetahui jalan yang
ditempuh. Itu sebabnya kita hanya berputar putar disini. Aku bisa membuyarkan
kekuatan ilmu itu. Tapi aku merasa saat ini Sinuhun Muda tidak hanya menerapkan
ilmu kesaktian itu, agaknya dia juga menerapkan ilmu lain yang kalau aku tidak
salah bernama Di Bumi Ada Enam Kesesatan. Di Langit Ada Tuj
uh Kesesat an. Dal am Ai r Ada Del apan Kesesat an..." " Panj ang amat nama i l munya. Aku j adi kebur u pi ngi n kenci ng mendengar nya! " Kat a Pendekar 212 pul a. Lalu di a menambahkan. " Namanya saj a i l mu sesat -sesatan. Jelas sesat. Padahal kesesatan terbanyak ada dalam diri manusta!
Bukan cuma enam, tujuh atau delapan. Mungki n r i buan! " Ratu Randang tertawa mendengar kata-kata sang
pendekar. " Aku per nah membuj uk Si nuhun untuk memberikan
ilmu penyesat itu padaku. ilmu itu lebih hebat dari yang kumiliki yaitu ilmu
bernama Sang Pencipta Berbuat Penuh
Kuasa. . . " " I l mu yang t adi bi sa menci pt akan t el aga penyesat i t u?" Tanya Wi r o. Ratu Randang mengangguk.
" Kau akhi r nya ber hasi l mendapatkan ilmu sesat-
sesat an i t u dar i Si nuhun Muda?" Ratu Randang mencibir lalu menggeleng,
" Kal au begi t u kau har us mencoba pada,
Si nuhun yang sat unya. . . " SEPASANG ARWAH BISU
16 " Mer eka sama cer di knya. Si nuhun Muda menj anj i kan ilmu itu baru akan diberikan padaku asal aku bisa mencari tahu dimana letak
kelemahan Sri Maharaja
Mataram Rakai Kayuwangi. Aku berpura-pura akan
melakukan apa yang dimintanya. Tentu saja aku tidak mau mengkhianati Rajaku.
Sementara itu dalam waktu singkat segala sesuatunya berubah.
Terutama sejak kau dan dua orang lainnya itu berada di
Bhumi Mat ar am
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i ni . . . " " Kur asa saat ber duaan dengan Si
nuhun Muda kau kurang hebat mencumbunya hingga dia tidak mau
memberikan ilmu sesat-sesat itu. Menurutku dengan kecantikan dan kebagusan
tubuhmu kau bisa membuat dia meny
embah kaki mu. . . " " Oh, j adi aku i ni cant i k dan t ubuhku bogus" Hi k . . . hi k ... hik. Rupanya kau memperhatikan juga. Hik ... hik ...
hik. Aku merasa, kau pasti cemburu kalau aku bilang bercumbu dengan Sinuhun
Muda. Nanti aku jelaskan
siapa yang sebenarnya bercumbu dengan pemuda
kepar at i t u. . . . " " Ket i ka di t el aga kau ber t er i ak pada Si nuhun Muda kalau waktu bercinta yang kau berikan padanya bukan tubuhmu
tapi tubuh bangkai anjing. Bagaimana kej adi annya?" " Aku punya i l mu bi sa mer ubah benda hi dup at au setengah hidup menyer upai di r i ku . . . " Wiro tertegun lalu cepat-cepat berdiri. Dia memperhatikan bagian belakang tubuh Ratu Randang.
" Saat i ni , apakah kau uj ud bener an at au j ej adi an . . . ?" Bertanya Pendekar 212.
Ratu Randang tertawa.
" Ada apa kau memper hat i kan punggungku" Biasanya
lelaki lebih suka memperhatikan dada perempuan. Kau t
er bal i k! Hi k...hi k" " Aku mau t ahu apakah punggungmu ada bol
ongnya atau tidak. Di negeriku jika perempuan cantik 17 SEPASANG ARWAH BISU
punggungnya geroak berarti dia adalah hantu perempuan yang di sebut Kuntil Anak
. . . " " Apakah kau l i hat punggungku bol ong?" Tanya Rat u Randang sambil kedipkan sepasang matanya yang juling bagus.
" Ti dak, mungki n bel um, " j awab Wi r o sambi 1 t er t awa. " Mengenai t ubuh anj i ng yang kau ber
i kan pada Si nuhun Muda. . . " " Nant i saj a aku cer i t akan. " Kat a Rat u Randang. " Aku ingat sesuatu. Ketika di telaga kau lebih dulu mampu melihat Sinuhun Muda dan
Swara Pancala. Katamu kau punya sedikit ilmu. Coba kau pergunakan ilmu itu untuk
memperhatikan keadaan sekitar sini. Siapa tahu kau bisa membuat buyar ilmu
Si nuhun Muda. " Wiro mengikuti ape yang dikatakan Ratu Randang.
Tenaga dalam dialirkan ke arah sepasang mata. Ilmu Menembus Pandang diterapkan.
Namun sampai tiga kali dicoba dia tidak mampu menembus kegelapan, tidak bisa
melihat apa-apa.
" Ti dak bi sa kut embus. . . " Wi r o member i
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
t ahu. " Kal au begi t u ya sudah. Sekar ang ayo duduk l agi di sebel ahku..." Begitu Wiro duduk kembali di atas batang kayu di
sampi ngnya Rat u Randang ber t anya. " Sudah, sekar ang kat akan t i nggal ber apa?" " Apanya yang t i nggal ber apa?" Bal i k ber t anya Wiro. Ratu Randang menggeser duduknya lebih dekat.
Tiba-tiba perempuan ini merangkul leher song pendekar.
Sesaat kemudian cuuppp .... cuuppp! Dia sudah mengecup bibir Wiro sampai due kali.
Habis mencium Ratu Randang melompat berdiri den
tertawa-tawa gel
i . " Ti nggal empat r at us sembi l an pul uh enam .... Empat ratus sembilan puluh enam kecupan!
Masi h banyak! Hi k . . . hi k . . . hi k. . . . " Wiro geleng-geleng kepala. Belakang telapak tangan kiri di dekatkan ke bibir
yang barusan dikecup.
SEPASANG ARWAH BISU
18 " Hai ! Awas kau hapus!
Awas kalau kau usap bekas
kecupanku! " Kat a Rat u Randang pul a. Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala. Hanya bisa tertawa cengengesan.
" Aku r asa kau ber pur a pur a sesat . Sebenar nya memang sengaja membawaku ke tempat sunyi ini.
Maksudmu mau. . . " Ratu Randang cubit paha Pendekar 212. Tiba-tiba
per empuan i ni ber kat a. " Ast aga . . . " " Eh, ada apa" Mau menci
umku l agi ?" Tanya Wi r o sambil buru-buru menekap mulutnya.
" Tadi kau menyebut -nyebut soal kencing. Aku jadi
ingat. Aku pernah mendengar cerita Eyang Dukun Umbut Watukara. Kurasa Eyang
Dukun kini berada di Bukit Batu Hangus dalam keadaan lumpuh. Konon ilmu sesat-
sesat Sinuhun Muda itu memiliki satu pantangan. Kawasan, yang dilindungi oleh
ilmu tidak boleh sampai terkena air kencing manusia. Kalau sampai ada yang
kencing ilmu itu akan
buyar . . . " " Hemm . . . . Kenci ng l aki -l aki at au per empuan?" Tanya Wiro yang mencurigai kalau Ratu Randang hendak
mengerjainya. " I t u t i dak aku ket ahui . Tapi mengapa t i dak kau coba saja" Agar kita bisa sampai ke bukit itu. Aku kawatir kalau terlambat.
. . " " Bagusnya kau saj
a yang kenci ng. Kenci ng perempuan mancurnya lebih lebar den baunya lebih
mant ap! " Kat a Wi r o pul a dengan senyum-senyum. Ratu Randang terdiam lalu ikutan tersenyum.
" Kau past i mau mel akukannya. " " Nant i kau mengi nt i p. " " Husss! Jangan ber pikir seperti itu. Ayo kencing saja.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku akan ber pal i ng ke t empat gel ap sana. . . " Kat a Wi r o. Ratu Randang tampak ragu-ragu.
" Sudah bel um?" Tanya Wi r o. " Kau bel um membal i kkan badan! " 19 SEPASANG ARWAH BISU
" Ah! " Wi r o menahan t awa. Lal u bal i kkan t ubuh, memandang ke arah kegelapan.
Ratu Randang melangkah mendekati satu pohon
besar sambil menyingsingkan ke atas bagian bawah
pakaiannya. Betisnya yang putih bagus tersingkap.
" Kenci ngnya bi ar banyak Rat u! " Di depan pohon besar Ratu Randang berhenti.
" Kenci ngnya j ongkok! Jangan ber di r i seperti laki-l aki ! " Wiro kembali keluarkan ucapan sambil senyum-senyum.
Tak lama kemudian terdengar langkah Ratu Randang
mendekati. Wiro berpaling.
" Sudah?" Wi r o ber t anya sambi l t er t awa. " Banyak kencingnya" Mengapa aku tidak mendengar suara merdu semburannya?"
Ratu Randang turunkan pakaian yang disingsingkan.
Dengan wajah cemberut dia gelengkan kepala.
" Aku t i dak j adi kenci ng . . . " " Wah, kenapa?" " Ti dak mau saj a. . . " Ti dak mau kar ena apa?" " Aku t akut . . . " " Takut sama apa" Takut
sama si apa" Apa di
dekat pohon besar itu banyak semut rangrang" Atau ada ular at
au mungki n kal aj engki ng" Kau t akut di ant uk?" Rat u Randang goyangkan bahu.
" Aku mendengar kabar. Di kawasan ini banyak gentayangan mahluk halus.
Siapa yang berbuat ulah yang tidak disenangi bisa celaka. Aku kawatir kalau
kencing dianggap mengotori tempat kediaman mahluk halus gentayangan. Lalu anuku
disumbat dipangpet. Celaka kalau aku tidak bisa kencing seumur
umur . . . " Wiro tercengang mendengar ucapan Ratu Randang
namun kemudian tertawa gelak-gelak.
" Jangan t er t awa! Kau saja yang kencing agar kita bisa
seger a menemui Raj a Mat ar am. " SEPASANG ARWAH BISU
20 Wiro menggeliat, senyum-senyum.
" Aku . . . . Maksudku anuku. . . . " " Kenapa anumu" Sebel
umnya kau menant
ang mau memperlihatkan cara kencing di depanku. Ayo lakukan sekarang, Atau mungkin kau
minta aku yang membuka cel
anamu" Begi t u . . . ?" Ratu Randang lalu melangkah mendekati Wiro sambil dua tangan diulurkan ke arah
pinggang sang pendekar.
" Eehhh. . . . " Wiro goyangkan tangan sambil mundur.
" Anu, maksudku bagai mana kal au mahl uk hal us j uga memencet anuku hingga medel dan aku tidak bisa
kencing seumur-umur
seper t i yang t adi kau
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bi l ang! " Ratu Randang mencibir.
" Mahl uk hal us hanya mengi ncar per empuan. Bukan laki-l aki . Ayo kenci ng cepat ! " " Aduh, bagai mana i ni " Aku mana bi sa kenci ng kal au di paksa! " Selagi murid Sinto Gendeng kebingungan tiba-tiba
terdengar suara orang menabuh tambur dan suara tiupan suling luar biasa keras.
Tanah bergetar dan kuping mengiang sakit seperti mau pecah! Wiro dan Ratu
Randang cepat menutupkan tangan masing-masing ke
telinga. " Rat u, j angan-jangan kau membawaku ke tempat
yang salah. Ada orang pesta hajatan di sekitar sini. Kalau t
i dak mengapa ada segal a suar a t ambur dan sul i ng. . . ?" " Mana mungki n! Kal au or ang haj at an yang kedengar an past i suar a si nden dan gamel an! " Jawab Ratu Randang. Lalu perempuan ini memberi isyarat
dengan gerakan tangan agar Wiro jangan bicara dulu.
Ketika Ratu Randang memandang ke depan, perempuan ini berseru.
" Wi r o l i hat ! " 21 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
4 DALAM kegelapan malam Ratu Randang dan Wiro dapatkan diri mereka berada di
lereng sebuah bukit batu. Udara
dingin mencucuk jangat, tembus sampai ke tulang, Perlahan-lahan mereka mulai mencium bau busuk. Memandang berkeliling Ratu Randang berbisik. " Wi r o, apa kat aku! Ki t a sudah ber ada di Bukit Batu Hangus. Ada satu kekuatan yang
membuyarkan sirapan Sinuhun Muda. Li hat ke sana. . . " Wiro menatap ke arah yang ditunjuk
Ratu Randang. Samar-samar dia melihat
bagian lereng yang lain dari bukit dimana
mereka berada. Dalam gelap tampak
ratusan orang berkaparan. Di samping
sebuah batu besar dimana tergeletak sosok manusia berdiri seorang lelaki. Di tanah di
sampingnya berbaring seekor anjing betina yang tubuhnya tampak hangus kemerahan,
lidah terjulur basah oleh lelehan darah. Lelaki tadi berulang kali membungkuk
mengusap kepala anjing
betina. Semakin keras suara tambur dan suling, semakin
jelas terlihat pemandangan di lereng bukit. Sepertinya kekuatan hentakan suara
tambur dan tiupan suling itulah yang mengendurkan kekuatan ilmu Sinuhun Muda
yang membungkus kawasan Bukit Batu Hangus.
Wiro kerahkan ilmu Menembus Pandang. Memperhatikan ke arah batu besar.
SEPASANG ARWAH BISU
22 " Rat u, aku mengenal i or ang yang t er kapar di at as batu. Seperti yang kau teriaki tadi dia memang Swara Pancala. Lelaki gagah tapi
kelihatan letih yang berdiri di sampi
ng bat u, si apakah di a?" " Di a Rakai Kayuwangi , Sr i Mahar aj a Mat ar am. Yang Maha Kuasa melindungi hingga Raja tidak terserang ilmu j
ahat dua Si nuhun yang mel umpuhkan. " " Seper t i yang l ai n-lain aku lihat ada empat benjolan
mer ah di keni ng Raj a. " " Tadi nya ada delapan benjolan! Itu perbuatan keji
Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah. Aku pernah menerangkan padamu. Beberapa waktu lalu ada satu
kejadian hebat. Atas kehendak Para Dewa delapan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benj ol an ber kur ang menj adi empat . " ( Per i st i wa yang dimaksudkan Ratu Randang adalah kejadian sewaktu Sri Maharaja Mataram menolong
anjing betina perujudan Sri Padmi
Kameswari melahirkan anaknya. Atas budi kebajikan sang Raja yang luar biasa besar itu Sri Padmi Kameswari dengan
pertolongan Yang Maha Kuasa
berhasil menghancurkan empat dari delapan benjolan merah
yang ada di kening mereka. Baca serial sebel umnya ber j udul " Roh Jemput an" ) " Rat usan or ang yang ber kapar an di buki t sana. Mereka lumpuh semua. Orang- orang tua, anak-anak.
Sungguh mengerikan. Aku tidak tega melihat mereka...
" " Sel ai n l umpuh mer eka di ser ang demam panas.
Kelaparan, pasti juga kehausan. Lalu hawa dingin dikala malam seperti ini dan
panas terik diwaktu siang. Jika tidak ada pertolongan, begitu siang datang akan
banyak yang menemui aj al . . . " Wiro meraba tengkuknya yang mendadak terasa
di ngi n. " Seumur hi dup bar u kal i i ni aku mel i hat kej adi an seperti ini. Aku tidak habis pikir mengapa ada orang-orang jahat yang tega
berbuat sekejam dan sekeji ini"
Apa yang mer eka i ngi nkan?" 23 SEPASANG ARWAH BISU
" Set el ah mel i hat beber apa kej adi an, wal auaku tidak berhasil mencari tahu dari Sinuhun Muda, aku hanya punya
satu dugaan. Sinuhun Muda dan nyawa kembarnya Sinuhun Merah Penghisap Arwah menginginkan tahta Kerajaan. Dia ingin berkuasa dan menj
adi Raj a " " Kal au cuma t aht a dan kekuasaan mengapa sampai menyengsarakan seluruh rakyat Mataram" Mengapa
tidak berlaku jantan. Melakukan perang atau bertarung sat
u l awan sat u?" " Wi r o, kau ber pi ki r menur ut asal al ammu. Del apan ratus tahun mendatang. Orang-orang di sini berpikir delapan
ratus tahun terbelakang. Mereka lebih mengandalkan ilmu kesaktian hitam dari pada kej ant anan. . . " Wiro hanya bisa mengangguk perlahan Lalu bertanya.
" Si apa sebenar nya dua Si nuhun ber nyawa kembar i t u?" " I t ul ah yang sampai saat i ni menj adi sat u t eka-teki besar. Namun cepat atau lambat kami orang-orang
Ker aj aan akan menget ahui si apa adanya mer eka. " Wiro memandang ke arah timur Bukit Batu Hangus.
" Aku mel i hat seor ang anak per empuan. Ber j al an diantara sekelompok orang tua dan anak-anak yang
terbujur di depan cegukan batu bukit. Ada seekor anjing kecil mengikuti kemana
dia pergi. Astaga! Ni Gatri! Anak itu yang datang bersamaku. Aku tidak melihat
guruku Eyang Si nt o Gendeng. Mungki n di
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a j uga ber ada di si ni . . . " " Aku mer agukan kal au gur umu ada di si ni , " menyahut i Ratu Randang. Wiro meraba batu putih segi tiga yang ada dibalik dada pakaiannya.
" Rat u, saat nya ki t a seger a menemui Raj a. Bukankah aku harus memperlihatkan batu segi tiga putih pada beliau. Lalu seperti yang
pernah diterangkan oleh Swara Pancala sewaktu datang ke alam asalku, Raja akan
SEPASANG ARWAH BISU
24 bicara denganku melalui anak perempuan bernama Ni Gat
r i i t u, " kat a Wi r o pul a. " Ki t a akan seger a menemui Raj a. Tapi aku i ngi n kau l ebi h dul u mel i hat sesuat u, " j awab Rat u Randang. Lal u dia menunjuk ke arah selatan.
" Per empuan di dal am gel ap sana. Lel aki yang bicara membentak-bent ak di hadapannya . . . " " Dewi Ul ar dan Si nuhun Muda! " " Benar sekal i . Li hat , mer eka ber kel ahi ! Si nuhun Muda agaknya marah besar atas kematian Swara Pancala. Aku mendengar
teriakan Dewi Ular, mungkin sewaktu melempar mayat lelaki itu. Berarti Sinuhun tahu kalau Dewi
Ul ar yang t el ah membunuh anak buahnya. " Dari tempatnya berada Wiro dan Ratu Randang
melihat bagaimana Dewi Ular akhirnya berkelebat pergi.
Sinuhun Muda hendak mengejar tapi tidak jadi. Dia sembunyi di balik batu besar.
Menatap ke atas bukit.
" Aku l i hat t ampang Si nuhun Muda seper t i ket akut an, " Wi r o member i t ahu Rat u Randang. " Apa yang di l i hat nya"! " " Suar a t ambur dan sul i ng agaknya mempengar
uhi manusi a j ahanam i t u. " " Ada sesuat u yang l ai n, " menyahut i Rat u Randang. Lalu dia memegang bahu Pendekar 212 den berkata.
" Li hat ke l er eng, buki t sebel ah kanan. " Wiro alihkan pandangan ke arah yang dikataken Ratu Randang.
Di lereng bukit tampak satu pemandangan menakjubkan bercampur aneh. Seorang lelaki gemuk
pendek bermuka bopeng berjalan mendaki bukit. Di
tangan kiri orang ini memegang sebuah tambur. Tangan kanan memukul tambur tiada
henti dalam irama yang teratur.
Suara tambur yang dipukul bukan saja membahana di udara malam, tapi menggetarkan lereng Bukit Batu Hangus.
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
25 SEPASANG ARWAH BISU
Semua orang yang ada di atas bukit termasuk Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi sama palingkan kepala dan bertanya-tanya dalam hati,
ada apa. Apa yang terjadi.
Mereka semua tengah menunggu kedatangan Kesatria
Panggilan yang katanya akan menolong menyelamatkan Raja dan rakyat Mataram.
Kenapa kini yang muncul
suara tambur. Rasa heran itu masih belum berakhir.
Di belakang si gemuk pendek bopeng yang memukul
tambur berjalan mengikuti seorang lelaki berbadan tinggi kurus. Wajah penuh
dengan bintik-bintik putih. Dia memegang suling dan meniup suling begitu asyik
dengan mata sesekali terpejam pejam. Suara suling yang ditiup melengking keras
di udara malam yang dingin, mencucuk ke bumi dan menggetar bukit batu. Semua
orang yang ada di bukit batu untuk beberapa lama terpaksa menekap telinga
masing-masing. Untung saja tangan mereka
bebas dari kelumpuhan. Kalau tidak berarti akan bertambah pula penderitaan orang-orang itu. Namun belasan orang yang tidak tahan
oleh hebatnya suara tambur dan suling merasakan kepala mereka pening.
Lalu satu demi satu mereka terbaring jatuh dalam
keadaan setengah sadar.
Siapakah adanya dua orang aneh itu. Seperti diceritakan dalam serial Mimba Purana Satria Lonceng Dewa
( baca " Per awan Sumur Api " , " Ar wah Candi Mi r i ng" , " Panger an Bunga Bangkai
" , " Dewi Tangan Jar angkong" dst. karangan Bastian Tito) kedua orang ini dikenal dengan name Si Tambur Bopeng
dan Si Suling Burik.
Walau mereka sebenarnya adalah orang-orang berkepandaian tinggi namun berpenampilan lugu polos, terkadang lucu dan sesekali
bisa konyol menjengkelkan orang.
Hebatnya di depan Si Tambur Bopeng den Si Suling
Burik, saat itu di udara malam yang dingin, tampak seorang kakek dan seorang
nenek yang sama-sama
mengenakan pakaian selempang kain putih. Mereka
SEPASANG ARWAH BISU
26 melangkah melayang seolah mengikuti alun suara tambur den suling. Rambut putih
disanggul di atas kepala. Si Tambur Bopeng den Si Suling Burik di sebelah
belakang bertindak seperti dua orang pengiring. Di satu tempat hanya beberapa
tombak dari beradanya Raja Mataram Rakai Kayuwangi, due kakek nenek berhenti
berjalan tapi tubuh masih tetap mengambang
di udara malam. Sepasang mate menatap menyorotkan amarah ke lereng bukit sebelah bawah tempat
Sinuhun Muda mengintai di balik batu. Bergantian sepasang kakek nenek aneh ini
menggerakkan tangan, membuat Isyarat bahasa yang
hanya dimengerti oleh orang yang mengetahui.
Walau Sinuhun Muda tidak mengetahui isyarat apa
yang dimaksudkan oleh sepasang kakek nenek yang
dipangglinya Eyang itu, namun dia maklum kalau keduanya tengah melontarkan hawa amarah besar.
Karenanya setelah menyumpah-nyumpah
sendiri Sinuhun Muda tinggalkan tempat itu. Memutuskan untuk menemui nyawa kembarannya
yaitu Sinuhun Merah
Penghisap Arwah.
Sesaat setelah Sinuhun Muda meninggalkan Bukit
Batu Hangus, Sri Maharaja Mataram menjadi terkesiap ketika sepasang kakek nenek
berselempang kain putih yang masih melayang di udara memalingkan dirt ke
arahnya lalu sama-sama membungkuk memberikan penghormatan. Sementara itu Si Tambur Bopeng hentikan menabuh tambur den Si Suling Burik turunkan suling yang ditiup.
Rakai Kayuwangi segera pula membungkuk membalas penghormatan orang. Raja Mataram berusaha mendekat namun gerakannya
seperti terhalang tembok yang tidak kelihatan. Akhirnya Raja menyapa dari
tempatnya berdiri.
" Or ang t ua ber dua, saya yaki n kedat angan kal i an merupakan rahmat Para Dewa atas diri saya dan rakyat 27
SEPASANG ARWAH BISU
Mataram. Kalau saya boleh tahu siapakah gerangan
or ang t ua ber dua adanya?" Atas pertanyaan Raja, kakek berselempang kain putih segera gerakkan dua tangan
dan jari-jarinya!. Setelah itu nenek di sebelahnya bergantian melakukan hal yang
sama. Melihat hat ini semua orang yang ada di situ termasuk Raja Mataram segera maklum
kalau sepasang kakek
nenek itu tidak bisa bicara alias bisu. Raja mendekati beberapa orang tokoh
Istana, bicara dengan Garung Parawata lalu Panglima Pasukan Kerajaan ini berseru
menanyakan siapa diantara semua orang yang ada di Bukit Batu Hangus tahu bahasa
tangan dan isyarat orang bisu. Tidak ada seorangpun yang menjawab.
" Yang Mul i a, ki t a har us mencar i seor ang bi su. Hanya orang bisu Mau gagu yang tahu bahasa isyarat tangan i
t u. . . " Ber kat a Soka Kandawa sambi l bat uk-batuk. Orang
tua ini dialah salah seorang tokoh Istana yang dikenal dengan gelaran Tabib
Sakti Sepuluh Jari Dewa yang seperti semua orang yang ada di situ berada dalam
keadaan lumpuh serta menderita demam panas.
" Ti dak mungki n ki t a menemukan or ang bi su dal am keadaan seper t i i ni , " j awab Raj a Mat ar am. Eyang Dukun Umbut Watukura setengah berbisik
ber kat a pada Raj a Mat ar am. " Yang Mul i a, saya menduga dua kakek nenek itu bukan dari alam kita. Mereka datang dari alam arwah, alam
roh. Lihat, sampai saat ini dua kaki mer
eka t i dak mengi nj ak t anah at au bat u buki t
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
. . . " SEPASANG ARWAH BISU
28 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
5 RAKAI KAYUWANGI DYAH
LOKAPALA terperangah menyadari kebenaran ucapan Eyang
Dukun. " Saya sependapat dengan Eyang
Dukun. Mereka tidak mungkin muncul
begitu saja. Ini semua pasti kehendak Para
Dewa yang hendak menyelamatkan Mat ar am, " ucap Raj a Mat ar am. Lal u di a mengangkat tangan ke arah dua kakek
nenek. " Or ang t ua ber dua, saya t ahu kal i an datang dengan membawa maksud baik,
hendak menyampaikan sesuatu yang baik.
Namun sayang sekali antara kita tidak bisa
bertutur kata. Bahasa gerakan tangan orang tua berdua tidak kami ketahui
artinya. Kami mohon maaf. Kami mohon
pet unj uk bagai mana car anya . . " Belum habis Raja berucap tiba-tiba si nenek berselempang kain putih membalikkan tubuh dan meluruskan jari telunjuk tangan kanannya ke arah
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Ditunjuk begitu rupa Wiro yang baru saja datang
bersama Ratu Randang tentu saja terkejut. Sementara Raja dan semua orang yang
ada di Bukit Batu Hangus bertanya-tanya siapakah pemuda berambut panjang
disamping Ratu Randang,
dari atas bukit Ni Gatri berlari
mendat angi Wi r o sambi l ber ser u, " Kakak! " Raja dan orang-orang yang ada di Bukit Batu Hangus segera maklum kalau pemuda
yang datang bersama
29 SEPASANG ARWAH BISU
Ratu Randang adalah Pendekar 212 Wiro Sableng yang mereka sebut sebagai Kesatria
Panggilan. Walau dalam keadaan lemah dan sakit hampir semua orang bersorak
girang. Banyak pula yang menampungkan tangan mengucapkan doa terima kasih pada Yang Maha Kuasa.
Harapan mereka atas datangnya pertolongan sungguh sangat besar.
Saat itu Sri Maharaja Mataram Ingin segera menemui sang pendekar namun Raja
merasa tidak enak kalau
meninggalkan kedua orang tua dari alam arwah itu begitu saja. Apa lagi saat itu
si nenek tengah menunjuk-nunjuk ke arah Wiro. Sekali menunjuk dia usapkan tangan
ke kening, tangan dikepretkan lalu menunjuk lagi dan mengusap lagi, mengepret
lagi. Melihat ini Wiro sendiri jadi ikut ikutan mengusap keningnya sambil
berpikir pikir apa yang dimaksud si nenek.
" Aku di t unj uk-t unj uk. Memangnya ada apa di j i dat ku. . . " pikir Wiro. Ketika Ni Gatri berdiri di hadapannya Wiro mengusap kepala anak perempuan ini.
Di belakang Ni Gatri, anjing jantan kecil yang selalu mengikuti anak perempuan
ini, tidak berhenti menyalak. Ni Gatri mendukung binatang ini, membelai
tengkuknya agar tidak menyalak lagi. Namun anak anjing ini hanya diam dan tenang
sebentar lalu kembali menyalak.
" Wi r o, anak anj i ng t er us menyal ak. Ada per t anda yang t i dak bai k, " bi si k Rat u Randang. Pendekar 212 makl um dan anggukkan kepal
a. " Ki t a harus waspada. Awasi semua orang yang ada di sini termasuk
pemukul tambur dan meniup suling. Juga
kakek nenek aneh i t u. " Wi r o l al u ber t anya pada Ni Gat r i . " Kau bai k-bai k saj a Ni Gat r i ?" Si anak perempuan mengangguk. Lalu dia menunjuk
ke arah nenek berjubah biru, bermuka bundar tak
memiliki alis yang duduk di tanah, tersandar pada sebuah batu. Nenek ini bukan
lain adalah Rauh Kalidathi.
SEPASANG ARWAH BISU
30 " Nenek i t u yang t el ah menyel amat kan Gatri ketika ada
or ang j ahat hendak mencul i k Gat r i .
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
. . " Si anak per empuan memberi tahu. Wiro hendak bertanya perihal gurunya, Eyang Sinto Gendeng. Namun Ni Gatri
mendahului berkata
" Kakak, sewakt u t adi ada or ang ber t anya si apa yang tahu bahasa gerak tangan Isyarat orang bisu sebenarnya Gatri mau menjawab kalau
Gatri tahu sedikit bahasa orang bisu. Dulu Gatri punya teman anak lelaki gagu.
Kal au bi car a di a memakai bahasa ger akan t angan. . . " Mendengar ucapan Ni Gatri Ratu Randang berkata.
" Kal au begi t u l ekas kita menemui Raja. Aku akan beritahu
kalau kau mengerti bahasa gerakan tangan orang bisu.
Nanti kau bisa bicara dalam bahasa isyarat langsung pada
sepasang kakek nenek i t u..." Rat u Randang cepat pegang lengan Ni Gatri.
Namun Wiro berkata.
" Gat r i , kau t adi mel ihat nenek yang melayang itu
menunjuk-nunjuk ke arahku. Lalu dia membuat gerakan tangan mengusap kening dan
mengepret beberapa kali.
Kau t ahu apa yang di kat akannnya. . . " " Kal au t i dak sal ah Gat r i mengi r a, nenek i t u hendak member i t ahu bahwa Kakak . . . " Belum sempat Ni Gatri menyelesaikan ucapan tiba-
tiba terjadi dua hal hebat. Yang pertama dari lereng bukit sebelah selatan
muncul getaran aneh. Ketika dengan cepat getaran menyentuh tubuh Ni Gatri, tak
ampun lagi anak ini langsung terhuyung dan rubuh di atas bebatuan.
Wajah pucat, mata nyalang tapi pandangan kosong.
Hal kedua sebelum tubuh Ni Gatri jatuh menyentuh
bebatuan, dari langit kelam berkelebat selarik sinar hijau.
Sinar menyapu bagian alas kepala Ni Gatri. Saat itu juga tubuh Ni Gatri yang
berada dalam keadaan kaku tak bisa bergerak tak bisa bersuara kini seolah
berubah menjadi batu, kulit berubah kehijau-hijauan! Anjing kecil yang ada dalam
gendongannya meraung keras lalu melompat.
31 SEPASANG ARWAH BISU
Turun ke tanah dan berlari berputar putar mengelilingi sosok Ni Gatri.
" Cel aka! Apa yang t er j adi ! Ni Gat r i ! " Wi r o ber t er i ak. Raja Mataram cepat mendatangi. Namun saat itu
anjing betina yang cidera berat perujudan dari Sri Padmi Kameswari berteriak.
" Tahan! Jangan sent uh t ubuh anak i t u sebel um memiliki benda penangkal. Dia terkena ilmu pembungkam tubuh yang dilepas Sinuhun
Muda! Yang Mulia cepat tanggalkan kalung emas di leher saya. Patahkan jadi dua.
Yang pertama Yang Mulia simpan di saku pakaian.
Patahan kedua berikan pada pemuda berambut gondrong yang barusan datang bersama
Rat u Randang. . . . " Sri Maharaja Mataram terkesiap. Ratu Randang
tercengang. Anjing betina telah membuka rahasia penangkal atau kelemahan Sinuhun Muda! Wiro sendiri delikkan mata dan nekad
hendak memegang tubuh Ni
Gatri. Namun begitu tangan diulurkan hendak menyentuh Ni Gatri tiba-tiba dari
tubuh anak perempuan itu melesat keluar selarik sinar merah, menyambar ke arah
Pendekar 212. Wiro kertakkan rahang, melompat mundur sambil
lepaskan pukulan Kincir Padi Berputar. Sambaran sinar merah yang menyerang dalam
bentuk garis lurus bukan saja
berhasil di tahan namun kemudian dibuntal bergelung membentuk lingkaran berputar seperti kincir padi. Begitu Wiro pukulkan
tangannya ke bawah maka ujung lingkaran merah ikut menghunjam ke tanah, amblas
masuk ke dalam celah-celah batu bukit dan buummm!
Satu letusan keras menggelegar. Sebagian batu-batu besar yang ada di tempat itu
hancur berkeping-keping.
Wiro sendiri jatuh terduduk di tanah. Mukanya tampak pucat. Tubuh bergetar
tergontai-gontai. Lengan baju sebelah kanan dikobari api!
Ratu Randang berteriak. Dengan cepat perempuan ini pergunakan ke dua tangannya
untuk memadamkan api!
SEPASANG ARWAH BISU
32 " Wi r o . . . . ! " " Aku t ak apa-apa. . . " Ber kat a Pendekar 212 sambi l berdiri. Tapi keningnya mengernyit tanda dia tengah menahan sakit. Ratu Randang
yang masih kawatir robek salah satu bagian lengan baju yang terbakar. Di balik
robekan tampak kulit lengan mengelupas kehitam- hitaman. " Si nuhun Muda. Tadi aku l i hat di a sudah per gi . Past
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i mahluk jahanam itu kembali lagi. Dia menyerang anak perempuan itu dengan ilmu
pembungkam Hawa Bumi
Menutup Jalan Darah Mencekal Urat. Celaka! Aku tidak mampu memusnahkan ilmu itu.
Tapi ... Ni Gatri tidak hanya diserang ilmu Sinuhun Muda. Ada ilmu lain yang
tadi memancarkan cahaya kehijauan menyerang anak itu hingga tubuhnya berubah
seker as bat u! " Ber kat a Rat u Randang. " Aku t ahu, " j awab Wi r o. Di a menat ap ke ar ah Ni Gat r i . Wiro lebih mengawatirkan anak perempuan itu dari
dirinya sendiri. Di tanah tempat tubuhnya terkapar anjing betina perujudan Sri
Padmi Kameswari kembali berteriak.
" Yang Mul i a! Cepat t anggal kan kal ung di l eher saya! " Kali ini, tidak menunggu lebih lama Raja Mataram
Rakai Kayuwangi segera mendatangi, membuka kalung emas besar yang melingkar di
leher anjing betina. Lalu kraakk! Kalung emas yang berbentuk lempengan cukup
tebal itu patah dua. Raja Mataram menyimpan satu
patahan di dalam saku celananya. Patahan yang lain diberikan kepada Wiro. Begitu
Wiro memegang patahan kalung emas saat itu juga cidera di lengan kanannya pupus
lenyap! Sesaat setelah kalung emas besar tanggal dari
lehernya tiba-tiba anjing betina yang tergeletak di tanah meraung perlahan.
Kepala diangkat, sepasang mata
menatap ke arah Raja Mataram lalu jatuh terkulai. Secara aneh tubuh anjing
betina ini berubah jadi kepulan asap lalu lenyap dari pemandangan.
33 SEPASANG ARWAH BISU
" Sr i Padmi Kameswar i ! " Raj a ber ser u. Di a mengusap kepala binatang itu namun si anjing betina sudah tidak bernafas lagi. Anjing
kecil tahu kalau ibunya sudah mati menyalak panjang berhiba-hiba lalu menjilati
tanah bekas tubuh induknya tadi tergeletak.
Wiro cepat menggendong tubuh Ni Gatri, dibaringkan di atas sebuah batu rata.
Raja Mataram keluarkan
potongan kalung yang ada padanya. Benda itu kemudian diusapkan di tubuh Ni
Gatri, mulai dari kepala, kening, wajah terus turun ke dada dan sampai ke ujung
kaki. Melihat hal ini Wiro keluarkan pula patahan kalung emas yang ada padanya dan
melakukan hal yang sama.
" Desss! Desss! Desss! " Asap merah mengepul keluar dari delapan bagian
tubuh Ni Gatri namun anak perempuan ini tetap dalam keadaan diam kaku tidak
bergerak tidak bersuara.
" I l mu Si nuhun Muda sudah musnah.
. . " bi si k Rat u Randang pada Wiro. Ilmu satunya masih membungkam
anak perempuan itu. Siapa gerangan yang telah menyer angnya. . . " Tiba-tiba suara tambur dan tiupan suling kembali
terdengar di Bukit Batu Hangus. Si Tambur Bopeng dan & Suling Burik mulai
berjalan menuruni lereng bukit.
Sepasang kakek nenek ikut pula bergerak. Seperti tadi keduanya melangkah
melayang dalam udara malam yang dingin. Si nenek kembali menunjuk-nunjuk ke arah
Wiro. Usapkan tangan kanan di atas kening lalu dikepretkan.
Di samping si nenek, kakek arwah bisu berulang kali menggerakkan tangan dari
pinggang ke atas Seperti gerakan
orang mencabut senjata yang tersisip di pinggang. Lalu kakek ini menunjuk-nunjuk ke arah Si Tambur Bopeng dan Si Suling
Burik. Wiro cepat mengejar. Dia menghampiri si gemuk
pendek si Tambur Bopeng.
" Sababat ! Nenek al am ar wah i t u ber ul ang kal i menunjuk ke arahku. Mengusap kening lalu tangan
SEPASANG ARWAH BISU
34 dikibaskan. Jika kau tahu apa arti tanda gerakan tangan yang dilakukan nenek
i t u har ap kau mau mengat akan! " " Tam! Tam! Tam! " Si Tambur Bopeng lalu membuka mulut.
" Aku Si Tambur Bopeng. Ber sama t emanku Si Sul i ng Burik kami hanya berlaku sebagai pengantar. Kami tidak t
ahu apa ar t i ger akan t angan. . . " " Kal i an mau member i t ahu si apa adanya dua kakek
nenek i t u?" Wi r o ber t anya. " Sepasang Ar wah Bi su! " Ber kat a Si Tambur Bopeng. " Sepasang Ar wah Bi su! " Meni r ukan t emannya Si Suling Burik. " Kal i an
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membawa Sepasang Ar wah Bi su dar i mana, mau di antar dipulangkan kemana" Kalau kami ingin menemui
mer eka har us mencar i di mana"! " Rat u Randang kini yang mengajukan pertanyaan.
Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik hentikan
langkah sebentar. Keduanya memandang pada Ratu
Randang. Lalu kedip kedipkan mata.
" Cant i k sekal i . . . Cant i k sekal i ! Ha...ha...ha! " Si Tambur Bopeng lalu kembali tabuh tamburnya dan mulai melangkah lagi menuruni
lereng bukit. " Dadanya bagus .
. . Dadanya mont ok. Aku bi sa mel i hat cel ah put i hnya. Ha . . . ha . . . ha! " Si Sul i ng Bur i k kini yang bicara lalu tertawa gelak-gelak.
" Mat anya j ul i ng bagus! Sungguh mempesona!
" Si Tambur Bopeng kembali keluarkan ucapan.
" Bukan mempesona. Tapi menggai r ahkan! " Menyahut i Si Suling Burik. Lalu kedua orang aneh ini tertawa gelak-gelak.
" Si al an! " maki Rat u Randang. " Kal i an bel um menj awab per t anyaanku! " " Memaki saj a suaranya begitu merdu. Apa lagi
mer ayu! Ha . . . ha . . . ha! " Si Tambur Bopeng ber ucap l al u pukul tamburnya.
" Tam! Tam! Tam! " 35 SEPASANG ARWAH BISU
Si Suling Burik tiup sulingnya kencang. kencang
hingga Wiro dan Ratu Randang terpaksa hentikan
langkah dan tekap telinga musing-masing.
" Hai j angan per gi ! Jawab dul u per t anyaanku! Di mana kami bisa menemui Sepasang Arwah Bisu. Kami butuh ket
er angannya! " " Al am ar wah begi t u l uas. Dat ang dan per gi sul i t diketuhui. Sepasang, Arwah Bisu laksana dua buah jarum di tengah padang pasir.
Bagaimana kami bisa tahu.
Bagai mana kami bi sa menj awab! " " Kal au begi t u kal i an saj a member i t ahu di mana kami bi sa menemui kal i an! " Rat u Randang masi h ber usaha, " Tam! Tam! Tam! " Si Tambur Bopeng lalu menjawab.
" Kami dua sahabat yang t i dak punya j unt r ungan, berarti tidak punya rumah kediaman. Kalau mau mencari kami dimana banyak mayat
disitu kami biasa berkeliaran.
Dunia mayat sejuk dan rukun tenteram tidak seperti dunia manusia yang selalu
hidup dalam pertengkaran dan
permusuhan, keserakahan, iri dengki, sombong dan
kebenci an ser t a kej
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ahat an penuh t i pu musl i hat ! " Wiro dan Ratu Randang sating berpandangan mendengar ucapan kedua orang itu. Ratu Randang
pegang tangan Wiro.
" Sudah, t i dak per l u di kut i l agi . Per cuma saj a. Hi dup di Bhumi Mataram tapi tidak mau menolong. Sudah buruk r
upa ber t i ngkah pul a! " " Oal a! Ki t a di bi l ang bur uk r upa. Ber ar t i ki t a i ni or ang- or ang j el ek ya?" Si Sul i ng Bur i k ber kat a. " Kasi han ki t a ber dua! Ha. . . ha. . . ha! " Si Tambur Bopeng menyahuti lalu tertawa mengekeh.
" Rat u, Kau t abu si apa sebenar nya dua kakek nenek
dar i al am ar wah t adi i t u?" Ratu Randang menggeleng.
SEPASANG ARWAH BISU
36 " Ki t a akan t anyakan pada par
a t okoh di Buki t Bat u Hangus. Mungkin diantara mereka ada
yang bisa member i j awaban. . . " " Aku sempat mel i hat waj ah Si nuhun Muda yang
ketakutan ketika menatap ke arah sepasang kakek
nenek. " " Aku j uga memper hat i kan, " j awab Rat u Randang. " Ki t a har us menol ong Ni Gat r i . Kal au anak i t u bi sa di sadarkan pasti dia akan memberi tahu apa arti semua ger
ak t angan Sepasang Ar wah Bi su. " Baru saja Wiro selesai berkata tiba-tiba di lereng bukit sebelah kanan terdengar
suara tawa cekikikan.
" Ti dak ada yang mampu menol ong anak per empuan itu! Kecuali Sinuhun Merah Penghisap Arwah! Kepadanya semua
or ang di muka Bhumi Mat ar am i ni har us t unduk! " " Dewi Ul ar . . . ! " Bi
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si k Rat u Randang. " Bukan, bukan Dewi Ul ar , " j awab Pendekar 212 Wi r o Sableng. 37 SEPASANG ARWAH BISU
BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
6 BEGITU pandangan mata Pendekar 212 Wiro Sableng membentur sosok tinggi kurus hitam
yang kepalanya ditancapi empat tusuk konde perak, dia langsung
berteriak. " Nek! Eyang Si nt o" Sinto Gendeng berdiri di atas sebuah
batu besar, berkacak pinggang. Wajah yang
hanya ditutupi kulit tipis dan sorotan mata
tampak galak. Mendadak sang murid tersentak heran ketika lebih memperhatikan ternyata Eyang Sinto Gendeng muncul dengan beberapa keanehan. Di kening nenek kelihatan ada delapan benjolan merah. Lalu tidak
tampak tongkat kayu butut yang selalu dibawa kemana-mana. Keanehan ke tiga Wiro
tidak mencium bau pesing.
Malah kini dia mencium bau harum begitu santar keluar dari tubuh dan pakaian
sang guru! " Nek! " Ratu Randang mendekati Pendekar 212 lalu berbisik.
" Aku dengar kau menyebut memanggi l Nenek. Nenek si apa?" " Nenek gur uku. Eyang Si nt o Gendeng. Di a ber di r i di atas batu sana. Bukankah aku pernah bercerita ketika dalang ke Bhumi Mataram aku
ditemani guruku dan anak per
empuan ber nama Ni Gat r i . " SEPASANG ARWAH BISU
38 Ratu Randang kerenyitkan kening. Mata julingnya
menatap ke arah batu besar di seberang sana. Mata diusap
beberapa kali lalu sambil geleng kepala perempuan ini berkata.
" Aku bel um but a.Yang berdiri di atas batu besar itu
bukan seorang nenek. Tapi seorang gadis. Di kepalanya memang ada empat tusuk
konde perak. Ngeri juga
karena tusuk konde itu sepertinya ditancap. Gadis ini berkulit hitam manis.
Wajahnya memang cantik tapi dandanannya seronok. Pupur tebal, alis mata mencong
dan bi bi r ber sel omot an cai r an war na mer ah! " " Rat u, kau j angan ber gur au. Aku j uga t i dak but a! Aku sudah bilang guruku seorang nenek-nenek jelek seram.
Dan saat ini sosoknya aku lihat berdiri di atas batu sana.
Cuma satu kelainan yang aku lihat pada dirinya. Biasanya tubuh dan pakaiannya
bau pesing. Kini dia wangi
sekal i . . . " " Aku j uga menci um bau wangi i t u! " menyahut i Rat u Randang. " Kau i ngat sewakt u aku ber sama si kat ai Jambal Ungu alias Raja Dukun Batu Berlumut bertemu dirimu pertama kali di tepi
telaga" Waktu itu Raja Dukun mengatakan tidak ada nenek-nenek muncul di Bhumi
Mataram. Yang ada seorang gadis cantik berkulit hitam manis yang tubuh serta
pakaiannya harum selangit. Di kepalanya ada empat tusuk kundai! Nah, gadis di
atas bat u i t ul ah or angnya! " Wiro menggaruk kepala. Mulut melongo.
" Bagai mana i ni " Ti dak mungki n! Mana mungki n aku punya guru seorang gadis yang mungkin seusiaku. Aku melihat nenek-nenek. Kau
melihat gadis. Ada yang tidak beres! Ada yang tidak nyambung! Lalu mengapa ada
del apan benj ol an aneh di kepal anya. . . . " " Wi r o, aku punya dugaan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
si apapun per empuan yang berdiri di atas batu dia sudah berada di bawah kekuasaan Sinuhun Merah Penghisap
Arwah! Delapan benjolan itu tanda yang tidak bisa disangsikan lagi! Jangan-
jangan 39 SEPASANG ARWAH BISU
gurumu sudah kena disirap benaknya dengan ilmu yang di
sebut Del apan Jal ur Ar wah, Pencuci Ot ak! " " Cel aka gur uku! Cel aka Eyang Si nt o Gendeng. . . . " " Eyang Si nt o Gendeng . . . " I t u ber at i Si nt o gi l a at au sinting. Hik ... hik. Nama aneh. Setahu kabar yang aku dengar
di a mengaku ber nama Si nt o Weni . . . " " I t u nama asl i nya. " Jawab Wi r o. Sementara itu semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus termasuk Raja Mataram bertanya tanya siapa gerangan adanya gadis cantik
berdandan celemongan yang berdiri di atas batu. Kelihatannya gadis itu mengenal
Kesatria Panggilan Wiro Sableng. Namun sikapnya jelas kurang bersahabat.
Selagi Wiro kebingungan tiba-tiba terdengar bentakan. " Anak Set an! Lekas dat ang ke si ni ! Si apa per empuan di sampingmu" Rupanya kau sudah punya kekasih baru di
neger i i ni " Dasar pemuda mat a bongsang! " " Wi r o, kau dengar gadi s di at as bat u i t u bi car a padamu" Mengapa kau dipanggilnya dengan sebutan
Anak Setan" Kau juga disebut pemuda mata bongsang!
Aku dikatakannya kekasih barumu. Aku sih mau-mau dan senang
saj a. Hi k . . . hi k . . . hi k! " Rat u Randang t er t awa cekikikan. " Anak Set an! Apa t el i ngamu t ul i t i dak mendengar aku menyur uhmu dat ang ke si ni "! " " Wi r o, kal au gadi s di at as bat u memang gur umu, sebaiknya kau lekas mendatangi. Jangan perdulikan perbedaan penglihatanmu dengan
apa yang aku lihat.
Mulut gadis itu seperti ember! Kita berdua bisa dibikin mal
u! " Mendengar ucapan Ratu Randang Wiro akhirnya
beranjak. Namun sebelum melompat ke atas batu dimana gurunya berdiri diam-diam
Wiro selipkan batu segi tiga pipih.
SEPASANG ARWAH BISU
40 " Rat u, kal au t er j adi apa-apa dengan diriku, berikan
bat u i t u pada Raj a. " Ratu Randang jadi merasa tidak enak. Batu cepat-
cepat dimasukkan ke balik pakaian.
Wiro melompat ke atas batu besar, berdiri di samping sang guru. Sambil
membungkuk Wiro menyapa.
" Nek, aku sudah di si ni . Anu, baj umu bar u, bagus Nek. Kau dapat dari mana" Bau tubuh dan pakaianmu harum sekali Nek, seperti
wangi bidadari turun dari kahyangan.
Aku . . . " Sinto Gendeng delikkan mata.
"
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apa"! Semua or ang memanggi l aku anak gadi s cantik! Kau menyebut aku Nenek! Kau mau memberi
mal u di r i ku! Dasar mur i d kur ang aj ar ! " " Pl aakk! " Satu tamparan melanda keras pipi Wiro hingga sudut bibirnya luka berdarah. Semua
orang yang menyaksikan terutama Ratu Randang tentu saja jadi terkejut.
Sambil usap darah di pinggir mulut sementara
telinganya masih berdenging saking kerasnya tamparan Wiro bertanya.
" Nek, eh Eyang Si nt o, kenapa kau j adi gal ak begi ni . Aku melihat ada delapan benjolan di keningmu. Aku kawat
i r . . . " " Di ami " Har di k Si nt o Gendeng. " Mau del apan mau seratus benjolan di keningku bukan urusanmu! Sinuhun Merah Penghisap Darah telah
memberi ilmu kesaktian padaku! Dan aku tahu kau menempatkan dirimu sebagai musuh
Sinuhun Merah Penghisap Darah! Kau bersekutu dengan
Raj a Mat ar am. " " Eyang, sewakt u ki t a masi h berada di alam delapan
ratus tahun mendatang kau sudah tahu kalau kita datang ke sini memang untuk
menolong serta membela Raja dan rakyat
Mataram. Aku heran kalau Eyang tiba-tiba ber ubah. Apa yang t er j adi dengan di r i Eyang?" 41 SEPASANG ARWAH BISU
Sinto Gendeng yang dimata Wiro ujudnya tetap
terlihat seperti nenek tiba-tiba ulurkan tangan jambak rambut gondrong sang
murid. " Anak Set an! Kau dengar bai k-baik! Yang pantas
dibela adalah Sinuhun Merah Penghisap Arwah! Bukan Raj
a Mat ar am! Kau dengar "! " Hardikan keras Sinto Gendeng terdengar oleh semua orang yang ada di Bukit Batu
Hangus. Membuat mereka jadi terkejut.
" Eyang, mahl uk yang namanya Si
nuhun Penghi sap Arwah justru biang racun semua malapetaka di negeri ini.
Dia pasti telah menyirapmu dengan ilmu hitam. Otakmu sudah dicuci. Eyang
har us seger a sadar . . . " Sinto Gendeng tertawa panjang.
" Kau dar i dul u memang anak badung!
Ti dak mau mendengar apa yang aku bilang! Sekarang mewakili
Sinuhun Marah Penghisap Arwah sebaiknya otakmu aku cuci
j uga! " Habis berkata begitu Sinto Gendeng arahkan keningnya ke kepala sang murid. Delapan benjolan
merah pancarkan cahaya terang.
" Del apan j al ur Ar wah Pencuci Ot ak! " Ratu Randang berteriak begitu menyadari serangan
ilmu apa yang hendak dilancarkan Sinto Gendeng
terhadap Wiro. " Wi r o! Lekas mel ompat dar i atas batu! Selamatkan
di r i mu! " Ter i ak Rat u Randang. Sementara itu di telinga Sinto Gendeng tiba-tiba
mengiang suara memperingatkan.
" Si nt o Weni ! Jangan kau ser ang pemuda i t u! Di a membekal emas pant angan! " Namun terlambat. Wiro terlambat melompat selamatkan diri. Sinto Gendeng terlambat mendengar suara ngiangan. Delapan
benjolan merah telah keburu menyemburkan delapan larik sinar merah yang langsung
menyambar ke arah kening Pendekar 212!
SEPASANG ARWAH BISU
42 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
7 DARI balik pakaian di bagian
mana Wiro menyimpan sebagian
patahan kalung emas yang diberikan Sri Padmi Kameswari menderu sinar kuning bergemerlap
yang dengan cepat membungkus seluruh kepala sang pendekar. Dari bagian
bawah dada di atas perut memancar cahaya
putih menyilaukan. ltulah cahaya hawa sakti
yang keluar dari senjata sakti mandraguna
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kapak Maut Naga Geni 212!
" Bl aaar r r ! " Delapan larik cahaya merah menghantam kening sang pendekar!
Wiro berteriak keras. Kepalanya laksana meledak. Tubuh terpental dari
atas batu lalu jatuh terkapar di atas
batu yang lain. Tubuhnya mulai dari dada sampai kepala tidak kelihatan karena
tertutup buntalan asap merah.
Ratu Randang terpekik. Lalu menghambur memeluk
tubuh Pendekar 212. Kedua tangan mengusap ke dada, terus ke atas ke arah kepala.
Perempuan ini merasa lega karena dia masih meraba dada dan kepala Wiro utuh
walau ada hawa panas seperti bara. Tadinya dia
menyangka tubuh Wiro sudah hancur hanya tinggal
bagian perut ke bawah! Semua orang di Bukit Batu
Hangus termasuk Sri Maharaja Mataram keluarkan
seruan tertahan. Mereka sepertinya tidak memperdulikan apa yang terjadi dengan
gadis cantik bertusuk konde empat tapi lebih menaruh kawatir pada Wiro.
43 SEPASANG ARWAH BISU
Ketika kepulan asap hitam membuntal ke atas dan
lenyap dalam kegelapan udara malam menjelang dini hari yang dingin Ratu Randang
melihat kepala Pendekar 212
merah seperti saga!
" Dewa Agung, Jagat Bat har a! " Ter i ak Rat u Randang setengah meratap. Dua tangan ditekapkan ke pipi Wiro.
" Aku t i dak apa-apa. Aku tidak apa-apa.
. . " Wi r o keluarkan ucapan.
" Jangan bi car a! Ada r acun j ahat dal am t ubuhmu! " " Ti dak, t i dak ada r acun. Kal aupun ada semoga Yang Maha Kuasa mel i ndungi di r i ku. . . " Wi r o mencoba bangun. Dibantu oleh Ratu Randang. Saat itu warna merah di kepala dan wajahnya perlahan-
lahan mulai memudar dan akhirnya lenyap.
" Gur uku . . . . Eyang Si nt o Gendeng, aku kawat i r . Bagai mana keadaannya?"
Ratu Randang jadi marah besar mendengar ucapan
Wiro. " Gur u at au si apapun i bl i s per empuan i t u! Di a hendak membunuhmu! Paling tidak hendak mencelakaimu hingga menjadi budak Sinuhun Merah
Penghisap Arwah seumur-umur!
Dan kau masih menanyakan bagaimana keadaannya! Oala betapa setia dan berbaktinya murid yang
t er ani aya! " " Gur uku t i dak sej ahat i t u! Di a ber buat kar ena ot aknya sudah keracunan. Dia tidak sadar apa yang dilakukannya.
Aku harus menol
ongnya. " " Gur umu edan! Kau gi l a! Sama saj a! " t er i ak Rat u Randang. Lalu dia ambil tangan Wiro dan tempatkan di bagian mana terletak
patahan kalung emas. Wiro merasa denyutan sakit di kepalanya perlahan-lahan
lenyap. Penglihatannya yang tadi agak buram kini mulai jelas kembali. Hawa panas jauh
berkurang. Raja Mataram berlari menghampiri Wiro bermaksud
hendak menolong. Wiro sendiri saat itu sudah berdiri. Dia memandang ke arah batu
besar di atas mana tadi Sinto SEPASANG ARWAH BISU
44 Gendeng berada. Dia melihat gurunya duduk terjengkang di atas batu. Seluruh
tubuh dan pakaian tampak diselimuti jelaga hitam!
Mata mendelik besar. Kepala menggembung dan
berdenyut-denyut seperti mau meledak. Dari telinga dan sela bibir darah
mengucur. " Nek! Eyang! " Ter i ak Wi r o begi t u mel i hat keadaan gur unya. " Eyang, maaf kan aku! " " Edan! Kenapa mi nt a maaf segal a"! " t er i ak Rat u Randang. Bukan kau yang menyerang gurumu! Dia
dihantam balik oleh serangannya sendiri yang tadi ditujukan padamu karena di
tubuhmu ada lempengan
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kal ung emas! " Wiro tidak perdulikan ucapan Ratu Randang. Dia
melompat hendak menolong sang guru. Tapi tiba-tiba si nenek meraung dahsyat lalu
kaki kanannya melesat ke atas.
" Duukk! " Tendangan keras berkekuatan tenaga dalam tinggi
menghantam dada Pendekar 212 hingga terpental. Selagi Wiro masih melayang di
udara dilanda kesakitan luar biasa, dada serasa jebol dan darah mengucur dari
sela bibir, Sinto Gendeng bangkit berdiri. Dua tangan dipentang ke atas. Kepala digoyang. Mata dikedipi
" Wuuut t ! Wuuut t ! " Dari mata Sinto Gendeng berkiblat dua larik cahaya biru menyilaukan hingga seluruh lereng Bukit Batu Hangus menjadi terang benderang.
Dua larik sinar ini menyambar laksana kilat ke arah Pendekar 212. Suara derunya
menggidikkan bulu roma! Dalam penguasaan
dan kendali ilmu hitam Sinuhun Merah Penghisap Darah, diluar sadarnya si nenek
benar-benar hendak menghabisi sang murid!
Bukannya bergerak selamatkan diri, Wiro malah tegak tak bergerak. Sikap seperti
orang terkesima, mulut berucap menyebut nama ilmu yang dipergunakan Sinto 45
SEPASANG ARWAH BISU
Gendeng untuk menghabi
si nya! " Sepasang Si nar I nt i Roh. Eyang Sinto tidak pernah mau memberikan ilmu itu padaku.
Di a hendak membunuhku. Apa sal ahku . . . . " Ketika Sinto Gendeng menyerang pertama kali, dia
mempergunakan ilmu dahsyat yang didapat dari Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Tapi
ketika menendang dan
menghantamkan serangan Sepasang Sinar Inti Roh, dia mengandalkan ilmu kesaktian
yang dimilikinya sendiri!
ilmu kesaktian ini memang tidak diwariskannya kepada sang murid walau Wiro
pernah menanyakan. Dan ilmu kesaktian ini tidak bisa ditangkal oleh patahan
kalung emas besar masih yang ada pada Wiro!
Ratu Randang cepat dorong Pendekar 212 hingga
jatuh ke tanah dan menggelinding di lereng bukit batu.
Sementara dua larik sinar biru menderu di udara malam dengan cepat Ratu Randang
selamatkan diri dengan
melompat ke kiri sambil lepaskan pukulan bernama Di Dalam Gelap Tangan Penghukum
Membelah Jagat guna
menangkis sambaran dua larik cahaya biru yang luar biasa ganas. Dengan pukulan
inilah dalam jarak dekat Ratu Randang memecahkan kepala si katai Raja Dukun Batu
Berlumut, dukun kepercayaan Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah.
Ternyata Ratu Randang tidak bertindak sendirian.
Dari jurusan lain Sri Maharaja Mataram, Eyang Dukun Umbut Watukura, Garung
Parawata dan Soka Kandawa
alias Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa serta beberapa tokoh silat Istana lainnya
yang ada di Bukit Batu Hangus ikut melancarkan serangan ke arah dua larik cahaya
biru yang keluar dari sepasang mata Sinto Gendeng dan saat itu siap membelah
tubuh Kesatria Panggilan alias Wiro Sableng yang adalah muridnya sendiri!
Gabungan pukulan sakti orang-orang di Bukit Batu
Hangus yang memancarkan berbagai warna cahaya serta bermacam
deru menggidikkan membuat bukit batu
bergetar hebat. Meski terluka parah namun Wiro yang SEPASANG ARWAH BISU
46 melihat apa yang terjadi dan maklum kalau gurunya tidak akan sanggup menghadapi
sekian banyak serangan
balasan serta merta berteriak.
" Ti dak! Jangan! Tahan ser angan! Eyang Si nt o l ekas ni enyi ngki r ! " Namun apa yang sudah diduga akan terjadi tidak
dapat dihindarkan. Dentuman dahsyat menggelegar ketika dua cahaya biru bentrokan di udara dengan
gabungan cahaya pukulan beberapa orang sakti! Bukit Batu Hangus laksana dilanda
gempa. Bebatuan besar longsor
menggelinding dari lereng ke kaki bukit menimbulkan suara bergemuruh. Dua larik sinar biru serangan Sinto Gendeng bukan
saja musnah berantakan, tapi taburan cahaya berbalik ke arahnya begitu gabungan
cahaya pukulan sakti lawan datang menghantam!
" Eyang! " Wiro kembali berteriak. Dibawah kecamuk pukulan
sakti yang laksana badai dia hendak menghambur
menolong sang guru namun Ratu Randang lebih cepat memegang lengannya. Perempuan
ini lalu menarik Wiro kuat-kuat
hingga keduanya jatuh ke tanah dan bergulingan di antara bebatuan.
Hanya sekejapan mata lagi Sinto Gendeng akan
dihajar oleh ilmu kesaktiannya sendiri dan cahaya gabungan pukulan sakti orang-
orang di Bukit Batu
Hangus, tiba-tiba dari atas langit yang diterangi rembulan setengah lingkaran
ada cahaya kuning memancar terang dan melayang ke bawah. Jauh di atas langit
terdengar genta lonceng membahana tiga kali berturut turut.
Dari dalam cahaya kuning terdengar suara anak kecil.
Kematian bagian semua insan. Nyawa manusia
adalah semata milik Yang Maha Pencipta dan Maha
Kuasa yang patut dihormati. Mengapa manusia terkadang bertindak mendahului-Nya,
membunuh manusia lain
seolah dia yang menciptakan dan menghidupkannya"
Jangan membuat sejuta alasan untuk menghalalkan
47 SEPASANG ARWAH BISU
kematian seorang insan. Sungguh besar tanggung j awabnya di duni a dan j uga di akhi r at . " Suara anak kecil lenyap. Cahaya kuning melesat ke langit.
Pada saat yang hampir bersamaan satu dentuman
dahsyat menggelegar. Separuh lereng Bukit Batu Hangus amblas. Ratusan keping
batu sebesar-besar kepala
mencelat ke udara yang berubah gelap pekat. Ketika keadaan kembali terang, Wiro
berteriak keras.
" Nek! Eyang Si nt o! " Batu di atas mana tadi Sinto Gendeng terkapar tak kelihatan lagi, sudah hancur
bertabur ke udara. Di bekas batu besar itu kini menganga sebuah lobang besar.
Tanah berwarna merah tidak beda seperti kubangan tapi isinya bukan air atau
lumpur melainkan tanah yang telah berubah menjadi bara panas!
Pendekar 212 menjerit sekali lagi. Melompat dan jatuh berlutut di tepi lobang.
" Eyang, kau sudah mat i at au bagai mana"! Eyang Si nt o! " Tangan kanan ditutupkan ke wajah, tangan kiri
menggaruk kepala.
Suara Wiro setengah sesenggukan. Ketika ada satu
tangan memegang bahunya, perasaan sedih itu berubah menjadi ledakan amarah.
Mulut berteriak. Tangan kanan dipentang ke atas. Tangan itu mulai dari ujung
jari sampai ke siku serta merta kelihatan berubah seperti perak menyilaukan!
Pukulan Sinar Matahari!
SEPASANG ARWAH BISU
48 BASTIAN TITO SEPASANG ARWAH BISU
8 WIRO balikkan tubuh. Tangan kanan yang sudah dialiri
tenaga dalam dan hawa sakti Pukulan Sinar Matahari siap dihantamkan ke arah orang yang
barusan memegang bahunya.
" Wi r o! I ni aku! Kau mau membunuhku"!
" Ratu Randang berteriak sambil cepat
pergunakan ke dua tangan mencekal lengan
kanan Wiro. Namun begitu menyentuh
lengan sang pendekar perempuan ini
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjerit keras sambil kibas-kibaskan kedua tangannya. Dia laksana memegang
sepotong besi panas! Kawatir Wiro akan
tetap melepas pukulan sakti, dalam menahan sakit Ratu Randang ganti
merangkul pinggang sang pendekar lalu jatuhkan diri ke tanah. Keduanya
bergulingan sebentar di lereng bukit sebelum tertahan oleh satu gundukan batu
besar. Wiro berusaha lepaskan diri dari rangkulan Ratu
Randang. " Wi r o! Kau mau mel akukan apa"! " " Kal i an or ang-orang Mataram telah membunuh guruku
Eyang Si nt o Gendeng! " Sepasang mata Pendekar 212 membeliak tak berkesip, berkilat kilat laksana dikobari api. Rahang menggembung. Wiro jadi
tambah beringas ketika Sri Maharaja
Mataram mendatangi dan berdiri di sampingnya. 49 SEPASANG ARWAH BISU
" Wi r o, dengar aku! " Kat a Rat u Randang pul a sambi l menyeka noda dar ah di sudut bi bi r dan dagu Wi r o. " Ti dak ada yang membunuh gurumu! Gurumu
t i dak mat i ! " " Ti dak mat i "! Mayat nya memang t i dak ada! Kar ena pasti sudah hancur lebur jadi bubuk dihajar sekian banyak pukulan sakti ditambah
dua larik cahaya biru yang ber
bal i k menghant am di r i nya sendi r i . " " Ti dak Wi r o. Per caya apa yang aku kat akan. Gur umu sekarang pasti berada di satu tempat aman.
Telah diselamatkan oleh Satria Lonceng Dewa Mimba Pur
ana, anak ker amat pi l i han Par a Dewa. " ( Mengenai siapa adanya Mimba Purana harap baca serial Satria Lonceng Dewa, Pendekar Bhumi
Mataram karangan
Bastian Tito) Pendekar 212 menyeringai.
" Anak ker amat pi l i han Par a Dewa" Aneh
kedengarannya. Apakah anak itu yang pernah masuk ke dalam tubuh Ni Gatri dan
bicara padaku sewaktu aku tidak mau mengambil batu putih segi tiga dari tangan
Mayat Aneh Keempat . . . ?" ( Baca serial sebelumnya Roh
Jemput an" ) " Aku mendengar kej adi an i t u dar i Raj a Dukun . . . . " kata Ratu Randang pula. Diam-diam dia merasa lega karena amarah Wiro kini tampak
mengendur dan cahaya putih perak yang membungkus tangan kanan sang
pendekar perlahan lahan sirna.
" Kal au di Bhumi Mat ar am i ni memang ada anak
keramat yang punya kesaktian hebat, mengapa aku jauh-jauh harus didatangkan ke
sini" Suruh saja anak keramat itu menghabisi semua mahluk jahat terkutuk yang
ada di Bhumi Mataram ini! Yang katanya telah menimbulkan bencana Malam Jahanam!
Air banjir merah busuk!
Demam panas! Benj ol an . . . . apa l agi "! " Sri Maharaja Mataram dan Ratu Randang saling
pandang mendengar ucapan Wiro.
SEPASANG ARWAH BISU
50 " Kesat r i a Panggi l an. Ket ahui l ah, Sat r i a Lonceng Dewa punya pantangan. Anak keramat itu tidak
Wiro Sableng 175 Sepasang Arwah Bisu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
boleh membunuh mahluk bernyawa. Binatang ataupun manusi a...! " Wiro berdiri, memandang Raja Mataram dan Ratu
Randang sejenak lalu sambil tertawa dia berkata.
" Di neger i i ni r upanya ada hukum aneh.
Seseor ang boleh mencelakai bahkan membunuh puluhan sampai
ratusan rakyat Mataram. Tapi yang namanya anak
keramat yang konon sakti hanya berpangku tangan
membiarkan semua itu terjadi dengan berucap : Jangan membuat sejuta alasan untuk
menghalalkan kematian seorang insan! Jika itu hukum yang berlaku di negeri ini
sampai kiamat mahluk- mahluk jahat akan terus menebar malapetaka seenaknya! Tak
ada rasa takut. Soalnya pembunuhan
sudah seper t i di hal al kan! " Ratu Randang sampai pucat wajahnya mendengar
kata-kata Wiro. Raja Mataram cepat-cepat berkata.
" Kesat r i a Panggilan. Jangan kau salah menduga.
Tanggung jawab semua kejadian yang ada di Bhumi
Mataram tidak di tangan Satria Lonceng Dewa yang
bernama Mimba Purana itu. Tapi berada di atas
pundakku. Aku tidak malu mengatakan bahwa aku dan semua
orang pandai di negeri ini tidak sanggup menumpas mahluk-mahluk jahat itu. Sesuai petunjuk Para Dewa itu sebabnya kami
mendatangkanmu ke sini guna dimintakan bantuan. Kuharap kau tidak merasa
menyesal atas semua kejadian yang tidak terduga ini.
Kami mi nt a maaf . . . " " Yang Mul i a, saat ini saya lebih mementingkan
mencari guru saya lebih dulu! Jika memang beliau masih hidup bagaimana dan
dimana keberadaannya. Kalau
sudah menemui ajal maka kewajiban bagi saya mengubur jenazahnya secara layak. Guru saya sebagai manusia bisa saja bersifat
dan bertindak jahat. Tapi 51
SEPASANG ARWAH BISU
sebagai seorang murid saya tetap punya kewajiban untuk mengur
us j enazahnya. Kal au memang di a masi h hi dup. . . " Habis berkata begitu Wiro melompat ke tempat Ni
Gatri tergeletak. Dengan mendukung anak perempuan ini di bahu kirinya dia
tinggalkan tempat itu.
Anjing kecil yang kelahirannya ditolong oleh Raja Mataram menyalak panjang lalu
melompat ke bahu kanan Pendekar 212,
Raja Mataram terkesiap.
Ratu Randang berteriak sambil coba mengejar.
" Wi r ol Tunggu! " Namun sekali berkelebat sang pendekar sudah lenyap di kegelapan lereng timur
Bukit Batu Hangus bersama Ni Gatri dan anjing kecil berbulu hitam anak Sri Padmi
Senja Jatuh Di Pajajaran 7 Joko Sableng 19 Kembang Darah Setan Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 14