Pencarian

Topan Di Gurun Tengger 1

Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger Bagian 1


TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito @HAK CIPTA SEPENUHNYA MILIK BASTIAN TITO (ALM)
DITU T L U IS S K EM E BA B L A I IU N U TU T K U PE P C E I C N I TA T A S E S R E I R AL A WIRO R SA S B A L B EN E G PE P N E DEK E AR A R K AP A A P K A MAU A T U T N AG A A A GEN E I 2 12 1 Copy Of Source Book : Pendekar212
Scanned : Kiageng80
Cover Scanned : Kelapalima
Re-Write & Layout : Bharata Yudho
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
1 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito TOP O AN N DI IGURU R N TE T NGGER Di teng n ah ru r ang n an Pend n eka k r 212 1 be b rd r ir i i tanp n a paka k ia i n, n me m mbe b la l ka k ng n i Purna n ma m . Ke K be b ra r daa a n sang n pend n eka k r sepert r i in i i n i me m mbu b at Purn r a n ma m terc r e c ka k t he h nt n ika k n la l ng n ka k h. h Tib i a b -tiba b Wir i o r me m mba b li l kk k a k n tubu b h. h Purna n ma m terp r era r ng n ah. h . Dua bo b la ma m ta a me m mbe b sar. r Lu L tut tera r sa s goyah h dan dada d be b rg r onc n a c ng n ke k ra r s. s . Ali l ra r n dara r h dala l m tubu b h me m ng n alir i dera r s. Sepasang n mata tak k be b rk r e k dip i me m ma m nd n ang n i sosok k tela l nja j ng n sang n pend n eka k r. r Mu M la l i i dari r k e k pala l s ampai ike k u jung n ka k ki.i S aat i t i ula l h h g adis i i ni n s empat t me m li l h i a h t a da s atu u t and n a d p u p tih h d iba b gia i n n ba b wah h p u p s u ar r W iro r . Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
2 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito S A T U Dalam episode sebelumnya (Sang Pemikat) diceritakan
setelah mengalami kesembuhan dari penyakit kelainan darah,
Pendekar 212 Wiro Sableng, secara diam-diam meninggalkan
rumah panggung tempat dia dirawat. Namun kepergiannya
diketahui dan diikuti Purnama. Lenyapnya kedua orang itu
kemudian membuat semua orang yang ada dirumah panggung
menjadi heboh. Berbagai dugaan dan prasangka muncul. Walau
bergurau Naga Kuning bocah sakti bermulut jahil sempat
mengatakan jangan-jangan Purnama membawa Wiro untuk diuji
kejantanannya. Setelah memeriksa lewat cermin sakti Ratu Duyung
membagi orang-orang yang ada ditempat itu menjadi dua
rombongan. Dia bersama Naga Kuning dan Gondoruwo Patah Hati
mencari dan mengejar Pendekar 212. Sesuai ucapan Wiro dan
petunjuk lewat cermin pendekar itu memang tengah menuju ke
Gunung Gede tempat kediaman gurunya, Eyang Sinto Gendeng.


Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Agaknya dia telah berbulat tekad hendak meninggalkan rimba
persilatan dan menjadi seorang pertapa.
Setan Ngompol dan Ki Tambakpati diminta mencari
Purnama, gadis dari Latanahsilam, negeri 1200 tahun silam. Di
dalam cermin sakti tidak terlihat petunjuk keberadaan Purnama.
Kemungkinan kesaktian yang dimilikinya bisa menutup diri dari
daya tangkap cermin milik ratu Duyung.
Setan ngompol dan Ki Tambakpati berhasil menemui
Purnama. Gadis ini berada dalam keadaan terpendam di tanah
akibat ilmu kesaktian Menyusup Bumi Menghancur Bala yang
dikeluarkannya ketika menghadapi serangan mahluk jahat tanpa
wajah berhasil dikunci lawan. Setelah diselamatkan Purnama
mengajak kedua kakek mengejar Wiro ke Gunung Gede.
Mencegah pendekar itu melaksanakan niatnya hendak menjadi
pertapa. Namun Ki Tambakpati enggan ke Gunung Gede karena
ingin membangun gubuknya yang hancur dan menyiapkan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
3 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito peralatan pengobatan yang dulu dimusnahkan oleh orang-orang
Kerajaan. Setan Ngompol sendiri lebih mementingkan mencari
Liris Biru yang tengah mengejar Cakra Mentari ke Kuto Gede. Dia
yakin gadis itu dalam bahaya besar. Walau Ratu Duyung merasa
agak kecewa ketiga orang itu akhirnya berpisah.
Keesokan harinya saat matahari terbit ketika Purnama
tengah mandi di sebuah kali kecil mendadak muncul seorang
berjubah dan bersorban hitam, memiliki mata kanan yang hanya
merupakan rongga besar mengerikan. Orang berwajah putih,
memiliki kumis dan janggut serta cambang bawuk hitam berkilat
ini mengaku bernama Deewana Khan. Dia menyerahkan dua buah
kitab pada Purnama. Kitab pertama sebuah kitab yang
keadaannya rusak hangus karena habis terbakar, dikatakan
sebagai Kitab Jagad Pusaka Dewa yang asli. Kitab kedua
merupakan salinan dari kitab Jagad Pusaka Dewa, berbentuk utuh
namun mata biasa tidak mampu melihat dan membaca isinya.
Seseorang harus bertapa 100 hari 100 malam untuk memiliki
kemampuan membaca isi kitab itu.
"Kitab yang terbakar ini masih ada beberapa bagian halaman
yang utuh. Serahkan dua kitab ini pada Pedekar Dua Satu Dua
Wiro Sableng."
Kejut Purnama bukan alang kepalang mendengar ucapan
Deewana Khan. Lebih terkesiap lagi sewaktu lelaki berjubah itu
berkata. "Pemuda kepada siapa seharusnya kitab ini diberikan
telah tersesat jatuh ke tangan insan jahat dan akhir-akhir ini telah
menimbulkan malapetaka bejat berupa pemerkosaan dan
pembunuhan mengerikan di negeri ini. Insan-insan jahat itu hanya
bisa dibasmi berdasarkan petunjuk rahasia dalam kitab yang
terbakar. Dewa mengetahui hanya Pendekar Dua Satu Dua yang
mempu membuka petunjuk rahasia dalam kitab."
Deewana Khan letakkan dua buah kitab di tanah dan
membungkuk memberi hormat. Dua kaki dijulurkan ke belakang.
Begitu dua tangannya menyentuh tanah maka tubuh mahluk ini
meluncur bersurut ke arah dari mana tadi dia datang. Hanya
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
4 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito dalam sekejapan mata saja sosoknya kemudian hilang dari
pemandangan. Purnama perhatikan dua buah Kitab Jagat Pusaka Dewa.
Kitab pertama yang masih utuh dibalik-balik. Kitab ini hanya
memiliki empat halaman. Seperti yang dikatakan mahluk bermata
satu tadi, empat halaman kitab tampak kosong, tidak ada tulisan
apa-apa. Kitab kedua yang rusak karena terbakar juga memiliki
empat halaman yang telah hangus. Di beberapa bagian halaman
kitab ini terlihat beberapa deret tulisan. Purnama mencoba
membaca, namun huruf-huruf dalam tulisan itu seolah bergerak-
gerak. Ketika dipaksakan pendangan matanya mengabur dan
kepalanya menjadi pusing.
"Kitab aneh. Ada kekuatan yang melindungi hingga aku tak
bisa melihat dan membaca jelas," ucap Purnama. Gadis ini lalu
memasukkan dua buah kitab ke balik pakaian. "Aku harus segera
mengejar Wiro. Sudah banyak waktu terbuang percuma." Sambil
menerapkan ilmu kesaktian Segara Angin yang membuatnya
mampu berlari luar biasa cepat hingga sosoknya lenyap dari
pemandangan, gadis dari Latanahsilam ini sekali-sekali mengeluarkan ilmu Nafas Sepanjang Badan. Ilmu kesaktian ini
selain mampu mengetahui keberadaan mahluk gaib, juga bisa
dipergunakan untuk mencium atau membaui seseorang yang
sebelumnya telah dikenal hingga mudah diketahui ke arah mana
orang itu keberadaannya.
"Dia bergerak ke arah barat. Agaknya memang tengah
menuju Gunung Gede. Bau tubuhnya hilang-hilang timbul.
Pertanda dia bergerak cepat sekali. Pasti dia menerapkan ilmu lari
tingkat tinggi. Atau....astaga! "Purnama hentikan lari. "Ada mahluk
hidup lain bersamanya. Mungkin dia menunggang kuda?"
Purnama dongakkan kepala, menghirup udara dalam-dalam lalu
menahan nafas beberapa lama. Sesaat kemudian gadis ini
terbatuk-batuk, mukanya tampak merah. Sepasang mata berair.
Dada turun naik. "Bukan kuda.....seekor binatang lain yang tak
bisa aku duga. Aneh, bagaimana mungkin" Apa yang sebenarnya
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
5 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito terjadi?" Purnama berdiri lurus-lurus. Dua kaki bergerak, tubuh
berputar. Mula-mula perlahan lalu berubah cepat, berputar-putar
seperti gasing, menebar angin mengeluarkan suara menderu
hingga ranting pepohonan bergoyang dan daun-daun berguguran.
Di lain kejap tubuh yang berputar itu melesat ke udara dan lenyap
dari pemandangan.
*** Dari jurusan lain, Ratu Duyung dan Naga Kuning serta
Gondoruwo Patah Hati juga tengah mengejar Pendekar 212 Wiro
Sableng. Sambil berlari Ratu Duyung tiada henti menerapkan ilmu
Menembus Pandang. Bilamana ilmu kesaktian ini tidak dapat
diterapkan karena orang yang dipantau berada diluar jangkauan
maka Ratu Duyung pergunakan cermin sakti. Di satu tempat gadis
cantik bermata biru ini hentikan lari.
"Ada apa?" Tanya Naga Kuning.
Ratu Duyung dekatkan cermin pada Naga Kuning dan
Gondoruwo Patah Hati.
"Lihat ke dalam cermin. Di dalam cermin ada dua titik putih.
Titik putih pertama adalah bayangan sosok Wiro. Titik putih kedua
yang lebih besar dan selalu berubah-ubah adalah bayangan sosok
lain yang berada bersama Wiro."
"Kau bisa menduga siapa?" Tanya Gondoruwo Patah Hati.
"Mungkin itu bayangan Purnama." Kata Naga Kuning pula.
Ratu Duyung terdiam, berpikir sejenak lalu menggeleng.
"Seperti kalian lihat titik putih besar selalu berubah-ubah. Ini
suatu pertanda titik itu bukan perwujudan manusia....."
"Aku bisa menduga, saat ini Wiro tengah menunggang
kuda." Kata Naga Kuning pula.
"Tadinya aku juga berpendapat demikian," jawab Ratu
Duyung. "Tapi kuda tidak memiliki kecepatan bergerak seperti
yang aku lihat dalam cermin ....."
"Mungkin seorang sakti mendukung Wiro?" ucap Gondoruwo
Patah Hati. "Nek.. sudah aku katakan mahluk itu bukan manusia ...."
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
6 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito "Aku tahu." Kata Naga Kuning dengan wajah sungguh-
sungguh. "Wiro didukung oleh Purnama! Kita semua tahu
Purnama bukan manusia biasa. Dia mahluk dari alam gaib!"
Ratu Duyung terdiam. Wajahnya berubah dan sepasang
mata menatap tek berkesip pada Naga Kuning. "Apa yang
dikatakan anak ini mungkin saja betul....." Ratu Duyung
membatin. Untuk memastikan dia lalu kerahkan ilmu Menyirap
Detak jantung. Namun tidak berhasil karena sasaran yang coba
dipantau terlalu jauh. "Kalau saja aku bisa mendapatkan Batu
Mustika Angin Laut Kencana Biru pasti kejap ini juga aku bisa
mengejar Wiro. Ah, bagaimana ini" Satu-satunya usaha hanya
mengandalkan cermin sakti ini." Batu Mustika Angin Laut Kencana
Biru adalah batu sakti milik Nyai Roro Kidul Penguasa Laut
Selatan. Batu ini mampu membuat seseorang berpindah dari satu
tempat ke tempat lain yang diinginkannya hanya dalam bilangan
kejapan mata. Nyai Roro Kidul pernah meminjamkan batu sakti
tersebut pada orang kepercayaannya bernama Nyi Roro Manggut
untuk menolong Pendekar 212 yang berada dalam keadaan
bahaya (baca serial Wiro Sableng berjudul "Sang Pembunuh").
Tak mau membuang waktu berlama-lama Ratu Duyung
memberi tanda. Ketiga orang itu berkelebat, melanjutkan
pengejaran ke arah barat.
*** Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
7 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito D U A Kita ikuti dulu apa yang terjadi dengan Bidadari Angin Timur,
gadis cantik berkepandaian tinggi yang memiliki rambut berwarna
pirang yang tak asing lagi bagi rimba persilatan tanah Jawa. Di
dalam serial Wiro Sableng berjudul "Insan Tanpa Wajah"
dituturkan bagaimana Bidadari Angin Timur menyirap kabar
ditangkapnya Wiro oleh Pangeran Tua Sena Wirapala dengan
tuduhan telah memperkosa dan membunuh cucunya yang
bernama Raden Ayu Ambarsari. Ketika Bidadari Angin Timur
menyelidik ke Kotaraja, ternyata Wiro telah dibebaskan oleh
seseorang dan saat itu berada di sebuah gubuk di tikungan Kali
Progo, dijaga oleh Setan Ngompol dan Ki Tambakpati.
Bidadari Angin Timur mendatangi gubuk, menangis di tepi
ranjang dimana Pendekar 212 terbaring. Dia merasa sangat sedih
melihat sang pendekar yang berulang kali mengalami nasib
sengsara sejak beberapa waktu belakangan ini. Apalagi sebelum
masuk ke dalam gubuk milik Ki Tambakpati si gadis telah
mendengar percakapan dua kakek. Diantara isak tangisnya
Bidadari Angin Timur berkata.
"Ketika berada di tepi kali, aku sempat mendengar
pembicaraan kakek berdua. Apa betul Wiro telah menjadi seorang
lelaki yang tidak sempurna" Apa benar dia telah kehilangan
kejantanannya" Apakah dia memang tidak bisa disembuhkan lagi
untuk selama-lamanya?"
Setan Ngompol pegangi bagian bawah perut menahan
kencing. Ki Tambakpati terdiam tak bisa menjawab. Tangis
Bidadari Angin Timur pecah.
"Sahabatku, mari kita keluar. Kita bicara di luar ....." Setan
Ngompol membujuk si gadis.
Bidadari Angin Timur gelengkan kepala lalu berkata.
"Rasanya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Kek. Aku
sudah mendengar semuanya."
Gadis berambut pirang itu membungkuk mengusap kening
Pendekar 212 yang terasa sangat dingin.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
8 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito "Kami berdua akan berusaha memusnahkan penyakitnya,"
berkata Ki Tambakpati.
Bidadari Angin Timur tidak menjawab. Dia letakkan
kepalanya di dada Pendekar 212 lalu menangis keras.
"Hentikan tangismu. Sebaiknya kau membantu dengan
memanjatkan doa pada Gusti Allah agar Wiro bisa disembuhkan
....," berkata Ki Tambakpati.
"Akan aku lakukan Kek, akan aku lakukan ..," Jawab Bidadari
Angin Timur berulang kali. Dalam hati gadis ini membatin.
"Tuhan, Kau tahu sejak dulu aku telah memanjatkan segala doa
dan mohon. Tapi agaknya aku harus melihat kenyataan lain ..."
Lalu tanpa berkata lagi Bidadari Angin Timur melangkah ke pintu.
"Bidadari Angin Timur, tunggu dulu!" Setan Ngompol
memanggil. Namun gadis cantik berambut pirang itu telah lenyap dari
pandangan. Dikejar keluar gubuk sosoknya tak kelihatan lagi. Di
dalam rimba persilatan Bidadari Angin Timur dikenal sebagai
tokoh yang memiliki kecepatan bergerak yang luar biasa. Tidak
heran kalau kedua kakek tidak berhasil mengejar. Padahal kurang
dari sekejapan mata sosoknya masih terlihat di ambang pintu.
"Heran, aku tahu dia sangat mencintai Wiro. Tapi mengapa
pergi begitu saja?" berucap Setan Ngompol sambil pegangi bagian
bawah perutnya.
"Kalau memang benar dia telah mendengar pembicaraan
kita, aku rasa gadis itu sangat terpukul mengetahui penyakit yang
diderita Wiro ...." Ujar Ki Tambakpati pula.
"Aku tidak tahu ...." Ucap Setan Ngompol. "Kalau aku jadi
dia, aku tidak akan meninggalkan pemuda itu. Aku akan berusaha
mencari obat penyembuh. Tapi ...." Setan Ngompol gelengkan
kepala berulang kali.
"Mungkin itu yang ada dalam pikirannya. Mencari obat untuk
kesembuhan pemuda yang dicintainya. Mungkin juga gadis itu tak
mau berlama-lama di sini karena sudah merasa bakal ada gadis-
gadis lain kerabat Wiro yang akan muncul." Kata Ki Tambakpati
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
9 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito pula. Kenyataannya seperti yang dikisahkan dalam episode


Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelumnya beberapa orang gadis yang sama mencintai Pendekar
212 memang datang ke gubuk di tepi Kali Progo itu. Mereka
adalah Purnama, Bunga dan Ratu Duyung.
*** Keadaan Bidadari Angin Timur sangat mengenaskan. Setelah
dua hari berlari tanpa tujuan seolah hanya sepembawa kakinya,
disuatu pagi ini sampai disebuah bukit kecil. Di bawah bukit
terbentang pedataran subur dialiri Kali Pemali. Pakaian birunya
kotor, wajah pucat dan rambut yang pirang tampak awut-awutan.
Sepasang mata kelihatan agak sembab karena terlalu banyak
menangis. Dia tak ingat kapan terakhir kali dia makan mengisi
perut. Memandang ke arah kali timbul niatnya untuk mandi
membersihkan diri. Apalgi tempat itu tampak sepi. Ketika dia
tengah menuruni bukit, melangkah tergontai-gontai disela-sela
pepohonan, tiba-tiba suasana tenang dan sepi dirobek oleh suara
derap kaki kuda riuh sekali. Memperhatikan ke bawah bukit
Bidadari Angin Timur terheran-heran karena tepi kali yang tadi
sunyi senyap kini dipenuhi oleh dua rombongan orang berkuda
yang datang dari arah berlawanan dan kini tampak berhadap-
hadapan. Bidadari Angin Timur yang tengah kacau pikiran dan
kelelahan menyelinap di balik rerumpunan semak belukar lalu
melompat ke cabang sebatang pohon di tepi kali. Dia ingin
menyaksikan apa yang akan segera terjadi.
Rombongan penunggang kuda di sebelah kanan berjumlah
dua puluh orang. Mereka mengenakan daster dan pakaian serba
hitam, rata-rata memiliki tubuh besar. Semua mencekal sebilah
golok, kecuali penunggang kuda paling depan yang hanya
mengandalkan tangan kosong, pertanda dia pasti memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Orang ini menutupi wajahnya dengan sebuah
topeng berwarna putih perak. Di belakang kepala rambut panjang
menjulai sebahu. Agaknya dia yang menjadi pimpinan orang-
orang berseragam hitam ini. Bidadari Angin Timur punya dugaan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
10 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito ini bukan orang baik-baik. Mungkin gerombolan penjahat atau
rampok. Dalam jumlah yang lebih banyak mereka punya
keberanian untuk menghadapi rombongan yang datang dari arah
depan. Rombongan kedua ini berjumlah sepuluh orang. Mereka
mengenakan pakaian seragam pasukan Kerajaan. Walau bagian
Kali Pemali dimana dia berada terletak di wilayah Jawa sebelah
tengah namun Bidadari Angin Timur mengenali kalau pasukan
yang berjumlah sepuluh orang itu bukan berasal dari Kerajaan di
wilayah itu. Dia tidak pernah melihat seragam pasukan seperti itu
sebelumnya. Pakaian dan celana serta topi biru. Anggota pasukan
rata-rata bertubuh kecil dan masih muda belia, bersenjata
pedang, golok, dan tombak. Pasukan kecil ini di pimpin oleh
seorang Perwira Muda berwajah cakap. Hanya Perwira ini satu-
satunya yang memiliki tubuh besar tegap.
Ketika memperhatikan wajah sang Perwira Muda tersiraplah
darah Bidadari Angin Timur. Dada berdebar. Hati berucap.
"Benarkah dia " Bagaimana ceritanya dia bisa berada di kawasan
ini. Sejak kapan dia jadi seorang Perwira. Dari kerajaan mana.
Bukankah aku dan dia sudah berjanji akan bertemu di air terjun
Batuputih pada Satu Suro. Satu purnama dari sekarang. Ternyata
pertemuan terjadi lebih cepat dari yang direncanakan. Apakah
semua ini atas kehendak Gusti Allah?"
Walau dia ingin cepat-cepat menemui sang Perwira Muda
namun Bidadari Angin Timur terpaksa menahan diri. Dia
memperhatikan dengan mata tak berkesip. Makin diperhatikan
tambah keras detak jantungnya. "Rasanya pandangan mataku
tidak mungkin keliru. Sahabat...... Kau pernah membuat hatiku
dalam kebimbangan. Hari ini kebimbangan itu muncul kembali."
Sekilas terbayang wajah Pendekar 212 Wiro Sableng dipelupuk
mata si gadis. "Tuhan, apa kali ini kebimbangan itu akan berakhir
pada suatu ujung .... Ah, sulit aku membayangkan."
Di tepi kali, lelaki bertopeng perak mengangkat tangan,
memberi tanda untuk menahan serangan pada sembilan belas
anak buahnya yang sudah siap menyerbu dengan golok di tangan.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
11 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Orang ini arahkan pandangan pada Perwira Muda berpakaian dan
bertopi biru yang ternyata juga tidak membekal sebilah
senjatapun. "Tubagus Putrakesuma! Jumlah kami dua kali lebih banyak!
Anak-anak buahku rata-rata berbadan kokoh besar. Anggota
pasukanmu hanya pemuda-pemuda kurus kurang makan! Apakah
kau masih punya nyali untuk menangkapku" Aku memberi saran
sebaiknya kau pulang saja ke Cirebon, cuci kaki, cebok dan tidur!
Ha ... ha ... ha ... ha!" Suara tawa lelaki bertopeng perak diikuti
oleh suara bergelak sembilan belas orang anak buahnya.
Di atas pohon Bidadari Angin Timur terheran-heran
mendengar lelaki bertopeng menyebut Perwira Muda itu dengan
nama Tubagus Putrakesuma.
"Kalau memang dia, mengapa namanya Tubagus Putrakesuma" Apa dia memang sudah berganti nama" Banyak
keanehan yang tidak aku mengerti ..." Gadis berambut pirang
membatin dalam hati.
Perwira Muda bernama Tubagus Putrakesuma yang
dilecehkan balas menatap tajam pada lelaki bertopeng. Tidak ada
bayangan rasa takut diwajahnya yang cakap.
"Topeng Perak! Kau pimpinan pemberontak pengacau
Kerajaan. Aku membawa tugas menangkapmu. Aku tidak akan
kembali ke Cirebon tanpa membawa dirimu. Jika kau mau
menyerah hidup-hidup, aku berjanji akan meminta keringanan
hukuman bagimu pada Sultan Cirebon."
Mendengat ucapan Perwira Muda yang ternyata berasal dari
Kerjaan Cirebon, sebuah Kerajaan yang baru saja berdiri, lelaki
bertopeng perak tertawa gelak-gelak.
"Tubagus Putrakesuma. Bagiku apa yang namanya Kerajaan
Cirebon itu tidak pernah ada! Jadi yang namanya Sultan Cirebon
juga tidak ada!"
"Asal muasalnya kau adalah orang jahat kepala rampok keji
tidak berperikemanusiaan. Sekarang kau melibatkan diri dalam
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
12 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito urusan Kerajaan. Siapa yang berada di belakangmu?" Tanya
Perwira Muda Tubagus Putrakesuma.
Kembali Topeng Perang tertawa bergelak.
"Lagakmu hebat hendak menyelidik diriku! Baru beberapa
minggu jadi Perwira sudah sombong selangit. Bicaramu tidak
karuan! Tidak ada orang lain di belakangku. Aku bertindak untuk
kepentinganku sendiri ...."
"Hemm, apakah kepentinganmu itu?"
"Membakar tahta, melenyapkan apa yang kau sebut
Kerajaan Cirebon ..."
"Kau ingin mengambil kekuasaan dari Sultan Cirebon"
Begitu?" Tubagus Putrakesuma tertawa.
"Manusia sepertimu apa pantasnya jadi Sultan. Unjukkan
muka saja tidak berani. Buktinya kau menutupi wajah dengan
topeng. Berarti nyalimu sebenarnya hanya sedengkul."
"Perwira keparat! Kau tak akan pernah melihat Sultanmu
lagi. Ketahuilah, serombongan besar pasukan anak buahku saat
ini tengah bergerak dari utara ke selatan. Siap membuat Cirebon
sama rata dengan tanah!"
Tubagus Putrakesuma tertawa mencemooh. "Kau boleh
menggertak. Siapa mau percaya. Siapa merasa takut."
Lelaki bertopeng keluarkan suara menggembor, angkat
tangan kanannya ke atas lalu berteriak, "Anak-anak. Cincang
sampai lumat cecunguk-cecunguk Kerajaan Cirebon ini!"
"Tunggu!" Perwira Muda Tubagus Putrakesuma berseru.
"Topeng Perak, kita sama-sama pimpinan disini. Mengapa mau
mengorbankan anak buah" Bagaimana kalau kita bertarung satu
lawan satu. Kalau aku kalah aku akan kembali ke Cirebon. Kau
boleh bebas. Tapi kalau kau yang jadi pecundang, aku akan
membawamu ke Kotaraja!"
"Sombongnya berani menantang! Pimpinan, biar aku tabas
batang leher perwira keparat ini!" Seorang anak buah Topeng
Perak yang ada di samping kanan berteriak sambil angkat golok
tinggi-tinggi lalu dibabat ganas ke arah leher Tubagus
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
13 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Putrakesuma. Namun saat itu juga sebuah benda melesat
berdesing di udara lalu terdengar raungan anak buah Topeng
Perak yang barusan menyerang. Tubuhnya tergelimpang jatuh ke
tanah. Di kening menancap potongan cabang kayu sepanjang dua
jengkal, besar dua kali jari tangan. Darah mengucur menyelomoti
mukanya. Beberapa ekor kuda meringkik dan bersurut mundur.
"Bangsat kurang ajar! Pengecut! Kau menyembunyikan
orang berkepandaian tinggi melakukan serangan membokong!"
Teriak Topeng Perak marah sekali.
Tubagus Putrakesuma, Perwira Muda Kerajaan Cirebon saat
itu sebenarnya juga merasa heran. Dia tidak menyembunyikan
orang pandai seperti yang dituduhkan. Namun siapa gerangan
yang barusan membunuh anak buah Topeng Perak begitu rupa"
Adakah orang itu berada dipihaknya atau sekedar iseng
menunjukkan kehebatan"
Sekali menggebrak kuda tunggangannya, Topeng Perak
melesat ke udara. Kaki kanan menerjang lurus ke arah dada
Tubagus Putrakesuma. Jurus serangan ini bernama Ladam Sakti
Menembus Dinding Karang. Demikian cepatnya serangan ini
hingga Perwira Muda Kerajaan Cirebon itu terlambat berkelit.
Walau dadanya selamat namun bahu kirinya masih sempat
ditabrak tumit orang. Sang Perwira terpuntir di atas punggung
kudanya lalu terbanting ke bawah. Bahu kirinya sakit bukan
kepalang dan terasa kaku. Namun dengan cekatan dan gerakan
enteng dia masih mampu jatuh ke tanah di atas dua kaki. Pada
saat dua kakinya menginjak tanah, kejap itu pula Topeng Perak
datang dari depan, lancarkan serangan berupa pukulan berantai.
Pertarungan hebat serta merta terjadi. Dalam keadaan seperti itu
sebenarnya Topeng Perak tadi sempat terkesiap melihat
kekebalan tubuh lawan. Tendangan yang dilancarkannya jika
mengena telak jangankan dada manusia, dinding batu sekalipun
pasti akan jebol hancur berkeping-keping. Ketika tendangan
membentur bahu kiri lawan, Perwira Muda itu ternyata hanya
terpuntir. Tubuhnya sama sekali tidak cidera. Padahal tendangan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
14 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito tadi mampu meremukkan daging dan menghancurkan tulang
bahunya! Melihat pimpinan mereka sudah bertempur, delapan belas
anak buah Topeng Perak segera menyerbu sembilan prajurit
Kerajaan Cirebon. Saat itulah dari pohon besar di tepi kali
melayang turun satu bayangan biru yang bukan lain adalah
Bidadari Angin Timur. Di tangan kanan gadis ini memegang
patahan cabang pohon sebesar betis.
"Diberi peringatan kalian tidak mau membuka mata.
Sekarang biar mata kalian aku tutup untuk selama-lamanya."
"Praakk!"
"Praakk!"
Dua anak buah Topeng Perak mencelat dari punggung kuda
masing-masing. Terkapar di tanah dengan kepala remuk! Enam
belas temannya berteriak geger, marah tapi banyak yang mulai
merasa kecut nyalinya. Saat itu diantara mereka berdiri seorang
gadis cantik berpakaian biru, berambut pirang. Wajah yang cantik
mengulum senyum, membentuk lesung pipi di pipi kiri kanan.
"Bidadari Angin Timur!" Berseru Perwira Muda Tubagus
Putrakesuma. Mata terbeliak, wajah unjukkan rasa kaget tidak
percaya. "Tuduhanku benar! Perwira keparat ternyata kau memang
membawa bergundal perempuan berkepandaian tinggi untuk
menolongmu!" Teriak Topeng Perak marah besar walau diam-
diam dia sangat terpesona dengan kecantikan si gadis sementara
hati kecilnya menduga-duga. Dia rasa-rasa pernah mendengar
nama gadis yang tadi disebutkan Perwira Muda itu.
"Mengapa kalian diam melongo! Bunuh perempuan itu!"
teriak Topeng Perak pada anak buahnya. Apa boleh buat. Walau
nyali leleh, enam belas anak buah Topeng Perak segera
menggebrak kuda masing-masing. Empat diantaranya melompat
dari punggung kuda langsung menyerang Bidadari Angin Timur.
Agaknya mereka memiliki kepandaian silat dan ilmu meringankan
tubuh yang cukup lumayan. Empat golok menyambar ganas.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
15 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Bidadari Angin Timur tertawa panjang. Sambil melompat ke
kiri mengelakkan tebasan golok dua orang lawan, kayu sebesar
betis di tangan kanan berkelebat ke depan mengeluarkan suara
berdesing. "Wuuuttt!"
Dua orang anak buah Topeng Perak yang barusan
menyerang meraung keras. Yang satu jebol perutnya, satu lagi
hancur tulang pinggulnya. Dua orang berikutnya, selagi mereka
terkesiap menyaksikan apa yang terjadi, kayu besar di tangan
Bidadari Angin Timur berturut-turut menghajar kepala masing-
masing. Melihat kehebatan serta keganasan serangan gadis cantik
berambut pirang, sekian banyak anak buah Topeng Perak tak


Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sanggup lagi menahan ngeri. Beberapa diantaranya ada yang
sudah mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Pada saat
itu pula sembilan prajurit Kerajaan Cirebon datang menyerbu.
Walau jumlah mereka masih lebih banyak namun ke tiga belas
anak buah Topeng Perak memilih kabur. Yang bernasib mujur bisa
melarikan diri hanya enam orang. Empat menemui ajal, tiga luka
parah. Topeng Perak keluarkan seluruh kepandaiannya berusaha
menghabisi lawan secepat mungkin. Dia merasa di atas angin
karena Perwira Muda yang dihadapinya berada dalam keadaan
cidera bahu kiri akibat tendangannya tadi. Namun dia merasa
heran, setiap serangan dilancarkan dari tubuh lawan berdesir
keluar hawa aneh yang membuat tangan atau kakinya menjadi
sakit seperti dicucuki puluhan jarum. Semakin dia mempercepat
serangan dan melipat gandakan tenaga dalam semakin hebat rasa
tusukan itu. Dia tersentak kaget ketika melihat dua tangannya
yang tersembul diujung lengan baju hitam mengeluarkan bercak-
bercak darah! Jurus demi jurus Topeng Perak mulai terdesak. Menyadari
kalau dia hanya tinggal sendirian di tempat itu, lelaki ini melompat
mundur, keluarkan teriakan bergelegar sambil pentang dua
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
16 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito tangan ke atas. Saat itu juga sepasang tangan Topeng Perak
berubah menjadi hitam kelam sebatas siku sampai ke ujung jari!
Lelaki ini hentakkan kakinya kiri kanan ke tanah. Serta merta dua
kaki itu berubah pula menjadi hitam mulai dari lutut sampai ke
jari! Inilah ilmu kesaktian yang disebut Naroko Wesi Ireng.
Untuk memperlihatkan ilmu kesaktiannya itu sekaligus
bermaksud membuat gentar lawan Topeng Perak menyambar ke
kiri, menghantam dada seorang prajurit dengan tangan kanan.
"Bukk!"
Tak ampun lagi prajurit itu terpental dari punggung kuda,
jatuh terbanting ke bawah. Walau dada yang kena dihantam
namun luar biasanya seluruh tubuh mulai dari kepala sampai ke
kaki kelihatan hancur, mengkeret menjadi hitam dan mengepulkan asap kelabu!
Belum puas, Topeng Perak tendang pinggul kuda prajurit
yang barusan dibunuhnya dengan kaki kanan.
"Duukkk!"
Kuda hitam besar itu meringkik keras. Berkelojotan di tanah
beberapa lama. Tubuhnya hancur, mulai dari pinggul yang kena
tendang, terus menjalar kebagian tubuh lainnya sampai kepala
dan empat kaki. Keseluruhan sosok binatang itu tak berbentuk
lagi, hancur lumat, mengkeret hitam dan mengepul asap kelabu!
*** Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
17 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito T I G A Perwira Muda Tubagus Putrakesuma terkesiap kaget.
Gerakan Topeng Perak sewaktu menghabisi secara kejam anak
buah dan kuda hitam luar biasa cepat hingga dia tidak sempat
menolong. Delapan prajurit Kerajaan Cirebon tampak pucat dan
merinding dingin tengkuk masing-masing menyaksikan apa yang
terjadi. Mampukah pimpinan mereka yang masih muda itu
menghadapi ilmu kesaktian lawan yang begitu dahsyat"
Bidadari Angin Timur sendiri seumur hidup baru sekali ini
menyaksikan ilmu kesaktian yang demikian ganas mengerikan.
Seperti diketahui gadis ini memiliki ilmu gerak luar biasa cepat.
Dia melihat kecepatan gerak lawan waktu membunuh prajurit dan
kuda tadi hanya satu tingkat di bawah Ilmu Selaksa Kilat yang
dimilikinya. "Tubagus Putrakesuma! Apakah kau sudah siap aku jadikan
puntung neraka"!" ucap Topeng Perak lalu keluarkan suara
mendengus. "Manusia sombong!" ejek si Perwira Muda. "Kuda tak
berdosa kau bunuh! Sekarang kau tunggu apa lagi! Mengapa tidak
langsung menyerang diriku!"
"Perwira!" berkata Bidadari Angin Timur sambil menggeser
kaki ke arah Topeng Perak. "Tanganku sudah kepalang tanggung
membunuh anak buahnya. Sekarang biarkan aku menghabisi
bapak buahnya!"
"Gadis congkak!" Bentak Topeng Perak sebelum Tubagus
Putrakesuma semapat menjawab. "Lebih baik kau duduk saja di
bawah pohon sana. Kalau manusia satu ini sudah kujadikan
puntung neraka, aku akan membawa kau pergi kemana kau
suka!" Bidadari Angin Timur tertawa. "Kalau begitu aku ke neraka
sekarang juga! Hik ... hik ... hik!"
Habis berkata begitu gadis cantik berambut pirang ini
berkelebat. Tubuhnya berubah menjadi bayangan biru.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
18 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito "Wuuut!"
"Breett!"
Dada pakaian hitam Topeng Perak robek besar namun
Bidadari Angin Timur sendiri terpekik dan melompat mundur
sambil usap kepalanya. Memandang ke arah lawan Bidadari Angin
Timur melihat sejumput rambutnya berada dalam genggaman
tangan kiri Topeng Perak. Lelaki ini sunggingkan seringai lalu
meniup. Serta merta rambut pirang dalam genggamannya
terbakar mengepulkan asap. Topeng Perak tertawa bergelak.
Mau tak mau paras Bidadari Angin Timur jadi berubah.
Selama malang melintang dalam rimba persilatan tanah Jawa baru
sekali itu ada lawan sanggup menjambak rambutnya!
Melihat apa yang terjadi Tubagus Putrakesuma merasa
khawatir. Kalau mau tadi Topeng Perak bisa menghancurkan
kepala Bidadari Angin Timur. Cemas akan keselamatan si gadis
jika kedua orang ini melanjutkan pertarungan, sang Perwira cepat
berkata. "Bidadari Angin Timur, Kerajaan menugaskanku untuk
menangkap manusia ini hidup atau mati. Harap kau mundur dulu
ketempat aman!"
Bidadari Angin Timur tidak menjawab juga tidak beranjak.
Dua kaki digeser merenggang. Tangan kiri diangkat ke atas.
Tangan kanan perlahan-lahan mengusap perut. Di kejauhan
terdengar suara meraung seperti srigala melihat setan di malam
buta. Walau saat itu siang hari namun semua orang termasuk
Topeng Perak merasa mengkirik bulu kuduknya. Apalagi ketika
Bidadari Angin Timur kemudian keluarkan suara tawa panjang.
Sepasang mata menatap ke arah Topeng Perak tak berkesip.
Wajahnya yang cantik berubah seputih kapur!
Tubagus Putrakesuma terkejut.
"Astaga, apakah dia memiliki ilmu Pusar Pusara" Apakah
ilmu kesaktiannya sanggup melawan ilmu Naroko Wesi Ireng
Topeng Perak?" ucap Perwira Muda itu sambil matanya
memperhatikan bagian perut Bidadari Angin Timur. Ketika tangan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
19 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito yang mengusap bergerak ke samping, sang perwira sempat
melihat ada sesuatu yang menonjol di bagian pusar si gadis.
Setelah itu! "Wusss!"
Dari balik pakaian Bidadari Angin Timur, tepat di arah pusar,
melesat keluar selarik cahaya biru terang menyilaukan. Hawa luar
biasa panas memenuhi udara.
"Ilmu Pusar Pusara! Cahaya Geni Biru! Dia memang masih
memiliki ilmu kesaktian itu!" ucap Tubagus Putrakesuma lalu
cepat bergerak menjauh.
Seperti terkisah dalam serial Wiro Sableng berjudul "Nyi
Bodong", Bidadari Angin Timar nekad membuang diri ke dalam
jurang karena menyangka dirinya telah diperkosa oleh Hantu
Muka Dua. Gadis ini diselamatkan oleh seorang kakek sakti
bernama Kiai Munding Suryakala. Kakek inilah yang kemudian
memberikan satu ilmu dahsyat pada Bidadari Angin Timur disebut
Ilmu Pusar Pusara. Dari pusarnya yang menyembul bodong bisa
melesat keluar cahaya biru bernama Geni Biru atau Api Biru. Sejak
kejadian itu Bidadari Angin Timur dikenal dengan sebutan Nyi
Bodong, walau orang-orang rimba persilatan tidak mengetahui
siapa dirinya. (Baca juga serial Wiro Sableng berjudul "Api di
Puncak Merapi" dimana diceritakan riwayat tewasnya dedengkot
tokoh rimba persilatan golongan hitam Pangeran Matahari).
Ketika diserang lawan, Topeng Perak yang merasa percaya
penuh akan kehebatan Naroko Wesi Ireng yang dimilikinya, hanya
bergerak mengelak dua langkah ke samping lalu menggebrak
dengan dua pukulan maut.
Bidadari Angin Timur putar pinggulnya. Larikan cahaya Geni
Biru ikut bergeser. Pada saat itu dua serangan tangan Topeng
Perak hanya tinggal satu jengkal lagi akan mendarat di dada dan
kepala Bidadari Angin Timur, cahaya biru yang keluar dari pusar si
gadis melabrak tubuhnya!
Topeng Perak meraung setinggi langit. Tubuhnya sebelah
depan, mulai dari dada sampai ke perut hangus terbelah jebol!
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
20 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Darah menyembur, usus membusai. Namun saat itu tinju
kanannya masih mampu menderu ke arah kepala Bidadari Angin
Timur. Hanya sekejapan mata lagi kepala gadis cantik berambut
pirang itu akan hancur tiba-tiba dari samping kiri melesat satu
mahluk coklat, langsung menabrakkan tubuhnya ke tangan kanan
Topeng Perak. "Buukkk!"
Jotosan tangan kanan Topeng Perak mendarat telak di
tubuh mahluk coklat. Topeng Perak sendiri terhuyung beberapa
langkah sambil pegangi perutnya yang jebol dengan tangan kiri
lalu jatuh terjengkang tak berkutik lagi. Manusia satu ini memang
luar biasa. Orang lain kalau sampai terkena hantaman Geni Biru
pasti akan tercerai berai tubuhnya.
"Nguiiikk!"
Mahluk coklat terpental dan terguling di tanah. Mengeluarkan jeritan aneh. Semua prajurit Kerajaan Cirebon yang
ada ditempat itu dan juga Bidadari Angin Timur mendelik kaget.
Mahluk yang tadi menyelematkan si gadis ternyata adalah seekor
binatang langka.
Tubuhnya sebelah kiri yang tertutup duri-duri cokelat
panjang dan runcing tampak hangus leleh mengepulkan asap.
"Tikus raksasa berbulu duri! Dari mana datangnya?" seru
seorang prajurit dengan mata mendelik.
"Landak jejadian!" teriak prajurit disebelahnya.
"Hai kemana lenyapnya Perwira Tubagus Putrakesuma"!"
prajurit lain berteriak. Mereka saling berpandangan lalu sama-
sama memperhatikan binatang yang mendekam di tanah.
Perlahan-lahan sosok mahluk coklat yang merupakan seekor
landak hampir sebesar anak kerbau itu ujudnya menjadi samar
lalu berubah membentuk sosok manusia. Dan manusia ini bukan
lain adalah Tubagus Putrakesuma! Pakaiannya sebelah kiri tampak
hangus. Kulit tubuh lecet merah. Disela bibir kelihatan ada
kucuran darah. Seluruh prajurit Kerajaan Cirebon yang ada
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
21 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito ditempat itu melengak kaget. Tak percaya akan apa yang mereka
lihat. "Jatilandak!" teriak Bidadari Angin Timur. "Kau ....kau tak
apa-apa?" Perwira Muda Tubagus Putrakesuma yang sebenarnya
adalah Jatilandak, pemuda dari negeri Latanahsilam, putra
Luhmintari yang kini bernama Tubagus Putrakesuma kedipkan
mata. Tubuhnya bergetar hebat, sakit luar biasa. Kepala
berdenyut seperti mau pecah, pandangan agak buram. Bidadari
Angin Timur menolong pemuda berdiri.
"Kau terluka..." ucap si gadis.
"Hanya luka luar. Tidak apa-apa ..."
"Tapi kau juga terluka di dalam. Ada darah di mulutmu."
Tubagus Putrakesuma alias Jatilandak seka darah di sela
bibir. Dia coba tersenyum. "Aku senang bertemu denganmu."
"Jangan bicara itu dulu. Aku khawatir sekali akan
keadaanmu."
Jatilandak terdiam sejurus. Pemuda ini merasa terharu
mendengar kata-kata Bidadari Angin Timur tadi. "Ternyata dia
sangat memperhatikan diriku ...." ucap Jatilandak dalam hati. Lalu
dia berkata. "Keadaanku baik-baik saja. Bulu landak melindungi diriku.
Kalau tidak merubah diri menjadi landak, aku mungkin tidak bisa
menahan pukulan Topeng Perak. Saat ini aku pasti sudah hancur
lumat seperti prajurit dan kuda tadi."
"Jatilandak, aku sangat berterima kasih padamu. Untuk
kesekian kali kau menyelamatkan jiwaku tanpa memikirkan
keselamatan dirimu sendiri. Yang aku tidak mengerti bagaimana
ceritanya kau sekarang menjadi seorang Perwira. Dari Kerajaan


Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cirebon. Benar ....?"
Tubagus Putrakesuma tersenyum.
"Nanti aku ceritakan." kata sang Perwira pula. Dia
memandang ke arah mayat Topeng Perak yang tergeletak di
tanah. "Aku ingin tahu dulu siapa sebenarnya manusia berjuluk
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
22 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Topeng Perak itu ..." Tubagus Putrakesuma lalu melangkah
mendekat mayat dan menarik lepas topeng perak yang masih
menempel menutupi wajah. Ketika topeng tersingkap, semua
prajurit Kerajaan Cirebon yang ada ditempat itu keluarkan seruan
kaget sementara Tubagus Putrakesuma sendiri tersurut satu
langkah sambil berucap menyebut nama.
"Karang Randu ..."
"Siapa dia?" tanya Bidadari Angin Timur.
"Sahabat dekat Sultan Cirebon. Setahuku dulu dia ikut
membantu berdirinya Kerajaan Cirebon. Konon dia mencintai Nyai
Rara Santang, saudara perempuan Sultan. Namun dia bertepuk
sebelah tangan. Setelah tahu cintanya tidak bersambut, Karang
Randu melenyapkan diri entah kemana. Tidak tahunya ..... Tidak
bisa ku bayangkan. Demikian hebatnya cinta yang berubah
menjadi kebencian." Tubagus Putrakesuma alias Jatilandak
berpaling pada Bidadari Angin Timur. Si gadis menatap wajah
pemuda ini. Dua pasang mata saling beradu pandang,
menimbulkan getaran-getaran aneh di lubuk hati masing-masing.
"Saudara Sultan itu pasti seorang gadis cantik jelita ..." ucap
Bidadari Angin Timur pula.
Tubagus Putrakesuma tidak menjawab. Pemuda ini merasa
ada nada rasa cemburu yang tersembunyi. "Apakah dia masih
memiliki perasaan hati seperti dulu terhadapku" Apakah aku
masih mempunyai secercah harapan....?"
Tubagus Putrakesuma memerintahkan anak buahnya
berangkat duluan ke Cirebon dengan membawa mayat Topeng
Perak alias Karang Randu setelah terlebih dahulu diikat bagian
dada dan perutnya yang jebol.
"Sampaikan pada Sultan aku akan menyusul kemudian. Ada
satu urusan yang harus aku selesaikan lebih dulu di tempat lain."
Delapan prajurit segera tinggalkan tempat itu dengan hati
bertanya-tanya. Siapa gerangan gadis cantik berambut pirang
yang memiliki ilmu kesaktian hebat dan berhasil membunuh
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
23 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Topeng Perak yang selama ini menjadi momok nomor satu bagi
Kerajaan Cirebon. Apa hubungan si gadis dengan atasan mereka.
*** Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
24 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito E M P A T Setelah semua prajurit pergi Tubagus Putrakesuma meminta
Bidadari Angin Timur naik ke atas kuda miliknya. Dia sendiri
menunggangi kuda bekas kepunyaan salah seorang anak buah
Topeng Perak. Perwira itu kemudian membawa Bidadari Angin
Timur ke satu tempat berbukit-bukit dimana terdapat sebuah
teratak beratap bambu.
"Indah sekali pemandangan di sini ..." ucap Bidadari Angin
Timur. Diantara kehijauan pepohonan serta petak-petak sawah
menguning, di bawah sana tampak mengalir Kali Pemali. Dia arah
timur menjulang Gunung Kumbang, didampingi Gunung Kadaka di
sebelah barat. Diam-diam Tubagus Putrakesuma perhatikan gadis
di sampingnya. Ketika Bidadari Angin Timur berpaling kearahnya,
untuk kesekian kali keduanya saling beradu pandang tanpa ada
yang bicara. Namun seribu kata seolah sudah terucapkan. Seribu
kata yang menjalin rasa bahagia karena terjadinya pertemuan itu,
sekaligus melepas rasa rindu yang mendalam.
"Aku senang sekali bertemu denganmu. Sesuai perjanjian
kita seharusnya baru bertemu pada Satu Suro bulan mendatang di
air terjun Batu Putih. Ternyata aku bisa melihatmu lebih cepat.
Apakah selama ini kau baik-baik saja?" Bertanya Tubagus
Putrakesuma. Bidadari Angin Timur tidak menjawab, hanya mengangkat
bahu lalu tersenyum. Tubagus Putrakesuma merasa ada sesuatu
yang mengganjal dalam hati gadis berambut pirang ini.
"Sahabat, kau mau menceritakan bagaimana kau bisa
tersesat sampai sejauh ini?"
"Aku harus memanggilmu dengan nama apa" Tubagus
Putrakesuma atau Jatilandak" Atau Perwira?" bertanya Bidadari
Angin Timur. "Terserah kau mau memanggil apa. Tapi kalau boleh aku
lebih suka kau memanggilku Jatilandak. Itu nama asliku. Itu pula
namaku ketika kita pertama kali saling mengenal ...."
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
25 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Bidadari Angin Timur terdiam. Dipelupuk matanya sekilas
terbayang banyak hal dimasa lalu yang terjadi antara dirinya dan
pemuda dari negeri 1200 tahun silam itu. Gadis ini akhirnya
tersenyum. "Aku juga lebih senang memanggilmu dengan nama itu.
Nah, sekarang kau saja yang duluan bercerita bagaimana kau bisa
jadi seorang Perwira Kerajaan Cirebon."
Jatilandak duduk menjeplok di tanah sementara Bidadari
Angin Timur duduk di bangku panjang terbuat dari tiga batang
bambu yang sudah agak lapuk. Melihat bambu yang diduduki
melengkung Jatilandak berkata. "Hati-hati, kalau patah kau bisa
jatuh." Bidadari Angin Timur cuma mengangguk.
Jatilandak yang sekarang jadi Perwira Muda Kerajaan
Cirebon dan bernama Tubagus Putrakesuma, putra Luhmintari
alias Purnama mengawali cerita ketika dia dan Pendekar 212 Wiro
Sableng bersama ibunya serta Rayi Jantra bertemu Walang
Sungsang alias Pangeran Cakrabuana dan Nyai Rara Santang
putera-puteri Prabu Siliwangi dari Pajajaran. (Baca serial Wiro
Sableng berjudul "Sang Pembunuh").
"Saat itu kami dalam satu urusan besar, mencari pembunuh
nenek sakti jejadian Eyang Sepuh Kembar Tilu. Urusan ini ada
sangkut pautnya dengan dua buah dadu dari negeri Cina yang
disebut Dadu Setan serta satu tempat terkutuk bernama Istana
Seribu Rejeki Seribu Sorga. Pangeran Cakrabuana dan Nyai Rara
Santang tengah mendirikan satu Kerajaan baru di pantai utara
yang disebut Kesultanan Cirebon. Mereka menawarkan pada Wiro
jabatan Kepala Balatentara Kerajaan. Namun Wiro menolak.
Akhirnya mereka meminta diriku. Karena mendapat izin dari ibu
dan teman-teman, aku ikut bersama mereka.
Tapi aku tahu diri. Ilmu kepandaianku tidak ada apa-apanya
dibanding dengan Wiro. Karena itu aku hanya mau menerima
jabatan Perwira mengepalai satu dari dua pasukan besar
Kerajaan. Sejak satu minggu lalu aku bersama pasukan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
26 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito mengetahui keberadaan Topeng Perak di kawasan ini. Kami
memata-matai dan membuntuti lalu menghadang mereka dekat
Kali Pemali." (Baca serial Wiro Sableng berjudul "Sang
Pembunuh").
"Cerita hebat. Tidak sangka kau bisa jadi perwira." Memuji
Bidadari Angin Timur.
"Tugasku berat. Banyak orang tidak menyukai berdirinya
Kesultanan Cirebon." Jatilandak menghela nafas panjang.
"Sekarang giliranmu bercerita bagaimana kau bisa sampai di
tempat ini." Jatilandak perhatikan wajah si gadis beberapa lama
lalu berkata. "Terus terang aku melihat satu bayangan di balik
wajah cantikmu. Aku tahu itu bukan bayangan keletihan. Kalau
aku boleh bertanya dan kau mau berterus terang, ada ganjalan
apa di dalam hatimu?"
"Ganjalan" Tak ada ganjalan dalam hatiku." Jawab Bidadari
Angin Timur. Dia tutupi kedustaannya ini dengan tersenyum. Lalu
dia palingkan wajah, menatap ke arah pesawahan dan Kali Pemali
di kejauhan sana.
"Kalau begitu ada sesuatu yang mengganggu jalan
pikiranmu."
Bidadari Angin Timur menggigit bibir. Matanya masih
menatap ke arah kejauhan.
"Kalau saja kita bisa berbagi rasa, mungkin ada sesuatu
yang bisa aku lakukan untuk menolong. Atau mungkin antara kita
dua bersahabat masih ada tabir penghalang hingga tidak bisa
berterus terang?"
Bidadari Angin Timur masih diam. Seperti merenung
berpikir-pikir menyelami ucapan Jatilandak. Setelah menghela
nafas dalam gadis ini akhirnya berkata.
"Pikiranku sedang kacau. Wiro tertimpa satu musibah besar
...." "Wiro" Musibah apa" Dimana dia sekarang?" tanya
Jatilandak sambil menatap lekat-lekat ke wajah si gadis.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
27 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito Bidadari Angin Timur menuturkan kisah mulai sewaktu Wiro
ditangkap karena dituduh telah memperkosa dan membunuh cucu
seorang Pangeran.
"Aku tidak yakin dia melakukan hal seperti itu." Kata
Jatilandak. "Dua kakek yaitu Setan Ngompol dan Ki Tambakpati
menemui Wiro di sebuah bukit dalam keadaan pingsan. Mereka
membawa Wiro ke sebuah gubuk dekat Kali Progo. Tapi mereka
tak mampu mengobati. Aku menemui dan melihat Wiro di tempat
itu. Keadaannya sangat mengenaskan. Dia menderita penyakit
kelainan jalan darah. Selain itu ada satu penyakit lain yang
diindap Wiro. Menurut dua kakek sulit disembuhkan ..." Sampai di
sini Bidadari hentikan ceritanya. Lagi-lagi dia menatap kejauhan.
Namun kali ini sepasang matanya yang bagus tampak berkaca-
kaca. "Penyakit apa?" tanya Jatilandak sambil memperhatikan air
mata menggelinding jatuh di pipi Bidadari Angin Timur.
"Wiro ...." Bidadari Angin Timur tutup wajahnya dengan
kedua tangan. Tubuhnya bergetar menahan tangis.
Goncangan tubuh Bidadari Angin Timur karena menahan
tangis membuat tiga batang bambu lapuk yang didudukinya tiba-
tiba berderak patah.
"Kraakk!"
Bidadari Angin Timur terhuyung ke samping dan akan
terjerembab di tanah kalau tidak lekas dirangkul oleh Jatilandak.
Tubuhnya terduduk di atas pangkuan dan tenggelam dalam
pelukan si pemuda. Jatilandak yang tidak menyangka akan berada
dalam keadaan seperti itu untuk beberapa lama duduk diam
terpaku. Ingatannya kembali pada saat ketika dia dan gadis itu
bermesraan di sebuah mata air dan sempat dipergoki Wiro. (Baca
serial Wiro Sableng berjudul "Bendera Darah").
Sebaliknya entah sadar entah tidak Bidadari Angin Timur
tidak pula berusaha bangkit dari pangkuan atau melepas diri dari
pelukan Jatilandak. Gadis ini ingat saat-saat ketika Jatilandak
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
28 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito menuturkan riwayat dirinya yang penuh duka kesedihan. (Baca
serial Wiro Sableng berjudul "Api Cinta Sang Pendekar").
Jatilandak mengelus punggung Bidadari Angin Timur,
membelai rambutnya lalu berbisik ke telinga si gadis.
"Kuatkan hatimu. Katakan penyakit apa yang diderita
sahabat kita Wiro."
Mendengar ucapan Jatilandak pecehlah tangis Bidadari
Angin Timur. Dua tangannya digelungkan ke punggung sementara
wajah didekapkan ke dada si pemuda.
Jatilandak menunggu dengan dada berdebar hati terguncang. Setelah tangis Bidadari Angin Timur mereda dia kembali
bertanya. "Katakan, penyakit apa yang diderita Wiro."
Bidadari Angin Timur menarik nafas panjang berulang kali
sebelum menjawab. Wajahnya masih disembunyikan di dada si
pemuda. Lalu terdengar suaranya berucap.
"Wiro kehilangan kemampuannya sebagai laki-laki...."
Kening Jatilandak mengernyit.
"Maksudmu?"
"Dia kehilangan kejantanannya ..."
Wajah Jatilandak berubah. Mata terpana menatap Bidadari
Angin Timur. "Bagaimana mungkin" Apa yang terjadi?" tanya
Jatilandak kemudian.
"Tidak ada yang tahu bagaimana kejadiannya." jawab
Bidadari Angin Timur. "Saat itu pikiranku sangat kacau. Aku lari
meninggalkan gubuk tepi Kali Progo itu...."
Untuk beberapa lama Jatilandak tak bisa berkata apa-apa.
Perlahan-lahan Bidadari Angin Timur turun dari pangkuan
dan melepaskan pelukannya dipunggung si pemuda. Gadis ini
duduk di tanah membelakangi Jatilandak dengan wajah
ditundukkan. "Kalau betul apa yang kau ucapkan, ini satu malapetaka
besar bagi Wiro. Seharusnya kau tidak meninggalkan dirinya
dalam keadaan seperti itu ..." Jatilandak berkata perlahan.


Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
29 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito "Saat itu aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan.
Aku seolah berubah ingatan. Aku lari dan lari. Tanpa tujuan. Aku
tidak lagi memperdulikan keadaan diriku. Aku juga tidak habis
pikir bagaimana aku kemudian bisa terpesat sejauh itu dan tahu-
tahu sudah sampai di tepi Kali Pemali sewaktu kau dan Topeng
Perak tengah berhadap-hadapan."
"Kita harus mencari Wiro. Kita harus menolongnya. Kau tahu
dimana dia sekarang berada?"
"Kata-katanya menyatakan ketulusan hati. Membuat diriku
merasa bersalah." Ucap Bidadari Angin Timur dalam hati dan
tundukkan kepala lalu menjawab. "Aku tidak tahu dimana Wiro
berada saat ini. Selama beberapa hari ini aku dihantui oleh rasa
gelisah, sedih, kecewa, dan juga marah. Sepertinya dunia ini
bukan milikku lagi. Itu sebabnya tadi aku menghajar Topeng
Perak dan anak buahnya secara kalap. Aku merasa itu salah satu
usaha untuk melepas tekanan batin yang aku derita ..."
"Sahabat, kau tidak boleh menurutkan kata hati serta jalan
pikiran keliru seperti itu. Kau bisa sakit ..." Jatilandak memegang
lengan Bidadari Angin Timur.
"Terima kasih. Aku mendengarkan nasihatmu." jawab
Bidadari Angin Timur.
"Lalu apa yang akan kau lakukan. Kemana kau akan
melanjutkan perjalanan?"
Bidadari Angin Timur menggeleng. Wajahnya tampak
kosong. "Aku tidak tahu mau berbuat apa dan mau pergi kemana.
Aku seperti seekor semut di tengah gurun pasir ..."
"Tidak, kau bukan seekor semut di tengah gurun pasir. Kau
tetap seorang Bidadari di bumi Tuhan yang indah ini ..."
Bidadari Angin Timur angkat kepalanya, menatap Jatilandak
dengan berlinang air mata. Pemuda ini ulurkan tangan mengusap
tetesan air mata di kedua pipi gadis itu.
"Kalau kau tidak tahu akan berbuat apa dan tidak tahu mau
pergi kemana, ikutlah bersama aku ke Cirebon. Aku akan
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
30 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito memperkenalkanmu pada Nyai Rara Santang, saudara perempuan
Sultan. Mudah-mudahan kalian berdua bisa bersahabat."
Bidadari Angin Timur tersenyum namun bersamaan dengan
itu derai air mata semakin banyak jatuh meluncur di pipinya.
Dalam hati dia berkata. "Mungkin memang dia, mungkin memang
pemuda ini satu-satunya yang akan menjadi tempat aku
berlindung. Dia begitu penuh perhatian ..."
Perlahan-lahan Bidadari Angin Timur berdiri, melangkah lalu
naik ke atas kuda milik Jatilandak. Dia menatap pemuda itu
sebentar lalu berkata.
"Aku ikut bersamamu ke Cirebon."
Mengira si gadis akan pergi meninggalkannya begitu saja,
ketika mendengar ucapan itu tidak menunggu lebih lama lagi
Jatilandak langsung melesat ke punggung salah seekor kuda yang
ada di tempat itu. Tak lama kemudian kedua orang itu memacu
kuda masing-masing ke arah utara. Jatilandak di sebelah depan.
*** RATU DUYUNG hentikan lari dan menatap ke dalam cermin.
"Aneh ..." katanya.
"Apanya yang aneh?" tanya Gondoruwo Patah Hati yang
berdiri di sampingnya bersama Naga Kuning.
Ratu Duyung melintangkan cermin sakti di depan ke dua
orang itu. "Lihat ke dalam cermin. Di arah utara kini kelihatan
tujuh titik. Tiga di sebelah kanan, empat di sebelah kiri. Jarak
masih terlalu jauh. Cermin sakti tidak mampu memperlihatkan
ujud sebenarnya dari tujuh titik itu."
"Yang di sebelah kanan aku bisa menduga. Itu Wiro dan
mahluk dari alam gaib." Kata Naga Kuning pula. "Lalu siapa titik
yang ketiga?"
"Mungkin sekali Purnama yang tengah mengikuti Wiro.
Kalian bisa melihat, titik ketiga ini selalu berada di belakang dua
titik lainnya," menyahuti Gondoruwo Patah Hati.
Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
31 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito "Bagaimana dengan empat titik di sebelah kiri. Dua
berwarna biru, dua berwarna hitam," Naga Kuning berkata sambil
memperhatikan cermin sakti yang dipegang Ratu Duyung.
"Salah seorang dari dua titik biru ini aku rasa Bidadari Angin
Timur. Siapa satunya sulit aku menduga. Dua titik hitam mungkin
sekali dua ekor kuda yang mereka tunggangi. Walau mereka
sama-sama berada di utara agaknya masing-masing punya tujuan
yang berbeda." Ratu Duyung berkata sambil kerahkan tenaga
dalam, berusaha memperjelas ujud titik di dalam cermin namun
tak berhasil. "Kita akan terus mengejar Wiro atau mengikuti Bidadari
Angin Timur?" bertanya Naga Kuning.
"Kita tetap mengejar Wiro. Ada satu hal yang perlu aku
beritahukan. Dia berubah arah. Dia tidak menuju Gunung Gede
tapi ke arah pantai utara." Ratu Duyung simpan cermin saktinya
lalu melesat lebih cepat mendahului si nenek dan si bocah
berambut jabrik. Disamping tidak dapat melihat jelas ujud orang-
orang dalam cermin, gadis bermata biru ini juga merasa gelisah.
Apa benar titik ketiga di sebelah kanan cermin adalah Purnama"
*** Bharata Yudho Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Wiro Sableng
32 TOPAN DI GURUN TENGGER
Bastian Tito L I M A TIUPAN angin terasa semakin kencang. Deru ombak
terdengar bertambah keras pertanda lautan luas yang
membentang di sebelah utara semakin dekat. Di langit cahaya
benderang sang surya mulai memudar memasuki awal petang.
Tak selang berapa lama Teluk Losari kelihatan terhampar
membentuk satu pemandangan indah. Di samping bukit batu
yang ikut membentuk tepian teluk, seekor harimau putih besar
bermata hijau berlari melesat luar biasa cepat. Di atas punggung
binatang ini duduk seorang pemuda berambut gondrong yang
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 14 Jaka Sembung 16 Kemelut Di Pulau Aru Iblis Dan Bidadari 3
^