Pencarian

Api Di Bukit Menoreh 14

11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja Bagian 14


hilang serta ayah gadis yang hilang itu sendiri.
" Kami akan berusaha " berkata Sabungsari. Sejenak
kemudian, maka kedua orang itupun telah pergi dengan
tergesa-gesa. Sabungsari dan Glagah Putih memang tidak segera dapat
mengambil kesimpulan. Tetapi bahwa kawan gadis yang
hilang itu telah berceritera tentang tempat yang jarang
dikunjungi orang, tentu juga berpendapat meskipun masih
sangat ragu-ragu, bahwa orang-orang yang membawa gadis
itu akan memanfaatkan tempat yang disebut wingit itu.
" Mungkin memang ada kesengajaan segolongan orang
yang membuat ceritera tentang bukit kecil itu, agar mereka
dapat mempergunakannya tanpa gangguan dari orang lain."
berkata Sabungsari. Glagah Putih mengangguk-angguk. Katanya " Kita akan
melihat tempat itu. Mungkin kita dapat menilai kemungkinankemungkinan
seperti itu." Kedua orang itu sependapat. Tetapi mereka harus
menunggu sampai senja turun, Dengan demikian maka
mereka akan dapat mendekati tempat itu pada jarak yang
pendek, yang sulit dijangkau disiang hari. Apalagi jika dugaan
mereka benar, bahwa tempat itu justru telah dipergunakan
oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab.
Sementara menunggu senja, maka Sabungsari dan Glagah
Putih telah menghubungi kawan-kawannya. Mereka
memutuskan selain Rara Wulan semua orang diantara mereka
akan ikut serta. Tetapi Rara Wulan menolak. Ia memaksa ikut
serta melihat bukit kecil itu.
" Belum tentu ada apa-apa " berkata Rara Wulan.
" Mungkin gabungan antara keadaan alan dan keganasan
orang-orang yang mengaku orang-orang dari kelompok Gajah
Liwung itu merupakan bahaya yang sulit diatasi." berkata
Glagah Putih. " Aku adalah'anggauta kelompok ini. Aku sah untuk ikut
segala kegiatannya " geram Rara Wulan.
Sesaat anggauta-anggauta yang lain termangu-mangu.
Namun akhirnya Sabungsari harus mengijinkannya. Katanya "
tetapi sebelumnya kau sudah harus membayangkan, bahwa
kemungkinan yang sangat buruk dapat terjadi. Jumlah kita
terlalu sedikit. Karena itu, jika kita benar-benar bertemu
dengan kekuatan kelompok yang lain secara utuh, maka
benturan yang sangat keras akan dapat terjadi."
" Aku mengerti " Jawab Rara Wulan.
Sabungsari mengangguk-angguk. Karena itu katanya
kemudian " Baiklah. Jika demikian, kita semuanya akan pergi
ke bukit itu. Mudah-mudahan kita dapat menemukan gadis
yang malang itu." Demikianlah, ketika senja turun, maka seluruh kekuatan
dari kelompok Gajah Liwung telah bersiap. Mereka mulai
bergerak menuju ke bukit kecil di sebelah hutan sebagaimana
disebut oleh kawan gadis yang hilang itu.
Perjalanan ke bukit itu sendiri sudah merupakan satu kerja
yang sulit. Lorong yang sempit berbatu-batu padas. Sekalisekali
memanjat naik, namun kemudian turun tajam.
Rara Wulan yang ada diantara orang-orang dari kelompok
Gajah Liwung merasakan kesulitan itu. Tetapi ia tidak
mengeluh. Ia sendiri memaksa untuk ikut bersama anggautaanggauta
yang lain meskipun beberapa orang telah
memperingatkan tentang kesulitan yang akan mereka alami di
perjalanan dan apalagi jika benar-benar ada sekelompok
orang berada di bukit itu.
Betapapun sulitnya, namun kedelapan orang itu semakin
lama memang menjadi semakin dekat dengan bukit kecil di
sebelah hutan itu. Dilepas senja bukit yang beku itu itu
nampak seperti tempurung raksasa yang menelungkup.
" Kalian tunggu disini " berkata Sabungsari kemudian
setelah mereka menjadi semakin dekat. " Aku dan Glagah
Putih akan melihat keadaan."
Kepada Pranawa Sabungsari berkata " Jangan bergerak
sebelum aku kembali. Kau pimpin kawan-kawan yang lain."
Pranawa mengangguk. Katanya " Baiklah. Kami akan
menunggu disini sampai kau datang."
Keenam orang itupun kemudian telah menebar di pa-dang
perdu sempit beberapa puluh patok dari bukit kecil itu. Mereka
mencari tempat untuk duduk dan bersandar, karena mereka
tahu, bahwa mereka akan berada di tempat itu untuk
beberapa lama. Sabungsari dan Glagah Putih dengan sangat berhati-hati
telah mendekati bukit kecil itu. Tetapi mereka tidak mengikuti
lagi lorong sempit itu. Tetapi mereka telah meloncat memasuki
padang ilalang dan gerumbul-gerumbul perdu.
Sabungsari menggamit Glagah Putih ketika mereka melihat
sepercik cahaya obor yang terselip diantara pepohonan di kaki
bukit kecil itu. " Kau lihat itu ?" desis Sabungsari.
Glagah Putih mengangguk. Bisiknya " Nampaknya mereka
telah berusaha untuk menahan cahaya lampu mereka. Tetapi
masih juga ada yang memercik keluar."
" Tetapi tempat ini memang tidak pernah dijamah o-rang
lain kecuali kelompok mereka " sahut Sabungsari perlahanlahan.
Glagah Putih mengangguk-angguk. Mereka ternyata a-kan
berhadapan langsung dengan sebuah kelompok. Tetapi
mereka belum tahu kekuatan kelompok itu. Apakah jumlah
mereka terlalu banyak untuk dilawan, atau masih dalam batas
kemampuan orang-orang dari kelompok Gajah Liwung.
" Jika jumlah mereka terlalu banyak, maka kita harus
memikirkan kemungkinan lain " berkata Sabungsari.
" Apakah kita akan dapat melawan mereka ?" bertanya
Glagah Putih. Sabungsari menarik nafas dalam-dalam. Sebagaimana
dikatakan oleh Agung Sedayu, Glagah Putih masih terlalu
muda untuk mengambil sikap menghadapi satu peristiwa yang
gawat. Sikap yang akan diambilnya tentu sikap yang masih
diwarnai oleh panasnya darah mudanya.
Karena itu, maka Agung Sedayu telah minta kepadanya
untuk mampu sedikit menahan gejolak perasaan anak muda
itu Karena itu, maka Sabungsari itupun menjawab " Kita akan
melihat keadaan. Kita jangan memaksa diri untuk melakukan
perlawanan jika hal itu akan berakibat kurang baik bagi kita."
Glagah Putih menjadi termangu-mangu. Namun ia tidak
menjawab lagi. Karena itu, maka Sabungsaripun berkata " Marilah. Kita
akan melihat keadaan. Berhati-hatilah."
Glagah Putih mengangguk kecil sambil berdesis " Baiklah.
Kita akan langsung menuju ke bukit."
Kedua orang itupun telah bergeser dengan sangat berhatihati
mendekati bukit kecil itu. Cahaya lampu yang menembus
lubang-lubang dinding yang kecil dapat menjadi petunjuk bagi
mereka, kemana mereka harus menuju.
Ternyata orang-orang yang berada di beberapa gubug di
kaki bukit kecil itu telah kehilangan kewaspadaan, justru
karena mereka menganggap bahwa bukit itu tidak pernah
dijamah oleh seorangpun. Mereka tidak menempatkan dua
atau tiga orang pengamat diluar gubug-gubug mereka.
Sehingga dengan demikian maka Sabungsari dan Glagah
Putih mendapat cukup kesempatan untuk mendekati gubuggubug
itu. Agaknya satu diantara gubug-gubug itu menjadi tempat
orang-orang yang ada di bukit itu untuk berkumpul. Sementara
gubug-gubug yang lain yang lebih kecil hanyalah tempat untuk
beristirahat dan tidur. Selain itu, satu diantara gubug-gubug itu
nampaknya mereka pergunakan sebagai dapur.
Dengan cermat dan sangat berhati-hati Sabungsari dan
Glagah Putih melihat gubug demi gubug yang ada di bukit itu.
mereka memang mencoba untuk menghitung jumlah o-rang
yang ada di tempat itu. " Cukup banyak " desis Sabungsari.
" Tidak " jawab Glagah Putih.
" Apakah kita perlu .berbuat sesuatu disini, atau kita tunggu
sampai kita mendapat satu keyakinan, apakah kita akan
bertindak atau tidak ?" bertanya Sabungsari.
Glagah Putih termangu-mangu sejenak, namun kemudian
iapun berbisik " Apa yang kita tunggu ?"
" Kita datang untuk mencari seorang gadis, jika kita tidak
yakin bahwa disini ada seorang gadis" maka kita masih belum
perlu untuk berbuat sesuatu." berkata Sabungsari perlahanlahan
sekali. " Kita sudah sampai disini " berkata Glagah Putih " ada atau
tidak ada gadis itu."
" Tetapi akibatnya sangat buruk bagi gadis itu " jawab
Sabungsari dengan berbisik " jika benar kelompok ini yang
menmgambil gadis itu, kemudian kita menyerang mereka,
maka gadis itu tidak akan mungkin diselamatkan lagi."
Glagah Putih tidak menjawab. Ia mengerti keterangan
Sabungsari itu sehingga Glagah Putihpun tidak menjawab lagi.
Beberapa saat kedua orang itu masih menyusup diantara
gubug-gubug di bukit kecil itu. Rerumputan, ilalang dan
pepohonan perdu akan mampu memberikan perlindungan
yang baik bagi mereka. Demikian pula ketika dua orang yang
berjalan dari satu gubug ke gubug yang lain.
Tetapi kedua orang itu sama sekali tidak menemukan
tanda-tanda bahwa di tempat itu disembunyikan seorang
gadis. Namun demikian mereka berdua tidak segera
meninggalkan tempat itu. Mereka justru bergeser ke belakang
gerum-bul liar ketika mereka melihat seorang yang diiringi oleh
ketiga orang lainnya keluar dari gubug.
Ternyata pembicaraan mereka cukup menarik perhatian
Sabungsari dan Glagah Putih.
" Ada dua orang " desis seorang diantara ketiga orang
pengiring itu. " Menarik ?" bertanya orang yang diiringi.
" Silahkan memilih " jawab salah seorang pengiringnya.
" Siapa yang menjaga disana " bertanya yang diiringi " aku
tidak percaya jika yang menjaga Gempol Miring. Ia kadangkadang
tidak dapat menahan diri dan berbuat sesuka hatinya.
Aku hampir membunuhnya beberapa bulan yang lalu."
" Tidak. Bukan Gempol Miring." jawab salah seorang
pengiringnya. " Siapa ?" bertanya yang diiringi.
" Sada " jawab pengiringnya itu.
Orang yang diiringi itu mengangguk-angguk. Katanya " aku
percaya kepada Sada."
Keempat orang itupun kemudian telah melangkah justru
keluar lingkungan gubug-gubug itu. Sementara Sabungsari
dan Glagah Putih berusaha untuk dapat mengikuti dan
mengamati mereka berempat.
Ternyata diluar penglihatan Sabungsari dan Glagah Putih
ada sebuah gubug yang terpisah. Karena itu, maka semuanya
menjadi hampir pasti. Namun Sabungsari dan Glagah
Putihpun telah mendekat pula dengan sangat berhati-hati.
Beberapa saat kemudian, mereka telah mendekati sebuah
gubug yang memang agak terpisah sedikit jauh. Cahaya
lampu di dalam gubug itu nampaknya sengaja ditutup
sehingga tidak menembus keluar. Beberapa buah lubang
udara memang dibuat. Tetapi diatur dengan baik, sehingga
cahaya d; dalam tidak nampak dari luar.
Ketika orang yang diiringi oleh tiga orang lainnya mendekati
gubug itu, maka Sabungsari berkata kepada Glagah Putih
hampir berbisik " Bawa kawan-kawan kita kemari. Nampaknya
kita memang harus bertindak sekarang. Kita tidak mempunyai
waktu untuk memanggil prajurit Mataram untuk membongkar
kejahatan ini." " Tidak perlu " potong Glagah Putih " kita selesaikan saja
sendiri." " Tetapi kita akan berhadapan dengan kekuatan yang
besar. Kita akan mengerahkan'segenap kemampuan kita."
berkata Sabungsari. " Kelompok Gajah Liwung tidak pernah ingkar akan tugastugas
yang dibebankan pada pundaknya sendiri " desis
Glagah Putih kemudian sambil bergeser. Lalu katanya " Aku
akan memanggil semua kawan-kawan kita."
Sejenak kemudian Glagah Putih telah hilang dalam
kegelapan. Ia| masih sempat memperhatikan keadaan
sekelilingnya untuk mengenalinya dengan baik, agar ia dapat
membawa kawan-kawannya ke tempat itu dengan aman,
tanpa diketahui oleh orang-orang yang beradal di gubuggubug
itu, yang masih belum diketahui kelompoknya bahkan
jumlahnya. Beberapa salat kemudian, maka Glagah Putih yang telah
keluar dari lingkungan gubug-gubug di bukit itu, telah berlarilari
kecil, meskipun ia harus berhati-hati.
Ketika ia sampai kepada -kawan-kawannya, maka iapun
segera menyatakan hasil pengamatannya.
" Kita harus mendekat. Mungkin sesuatu akan terjadi. Jika
terjadi benturan yang sangat keras, karena jumlah mereka
cukup banyak, maka aku minta kalian dapat menjaga diri
kalian masing-masing." berkata Glagah Putih.
Yang menjawab justru Rara Wulan " Kami sudah siap
menghadapi apapun juga."
" Kita akan melawan lawan dalam jumlah yang besar.
Mereka lebih menguasai medan dan kegelapan di bukit kecil
ini " berkata Glagah putih.
" Marilah. Kita akan segera mendekati medan " berkata
Pranawa " kita tidak boleh terlambat."
Ketujuh orang itupun mulai bergerak. Glagah Putih yang
terbiasa mengembara itupun mampu mengingat arah yang
ditempuh sebelumnya. Dengan demikian, maka mereka telah dapat menembus
kegelapan tanpa diketahui oleh orang-orang yang berada di
gubug-gubug itu. " Nampaknya mereka telah lama berada disini " desis
Mandira, " Ya " sahut Suratama berbisik " menilik bangunan dan
pepohonan yang ada, "mereka sudah ada disini untuk waktu
yang cukup lama." Yang lain mengangguk-angguk. Tetapi mereka tidak
sempat memperhatikan keadaan itu lebih lama. Glagah Putih


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah merayap maju mendekati sasaran. Demiwian pula
Pranawa yang tidak ingin datang terlambat. Jika Sabungsari
bertindak lebih cepat karena keadaan memaksa, maka ia akan
bergerak sendirian. Beberapa saat kemudian, Glagah Putih telah membawa
kawan-kawannya mendekati gubug yang terpencil itu. Menurut
perhitungan Sabungsari dan Glagah Putih, gadis itu tentu
berada di gubug itu. Dengan isyarat, maka mereka telah bergerak mendekati
gubug itu dari beberapa arah. Mereka mencoba untuk
mengetahui, dimana gadis itu disimpan.
Sebenarnyalah, ketika mereka mendekati gubug itu,
terdengar suara gadis yang memekik kecil. Namun kemudian
terdengar suara seorang laki-laki yang garang " Berteriaklah
keras-keras. Jangan ditahan-tahan. Tidak akan ada seorangpun
yang mendengarnya. Kau berada di lereng bukit kecil di
dekat sebuah hutan yang lebat."
Tidak terdengar jawaban. Tetapi kembali terdengar pekik
kecil. Terdengar lagi suara tertawa kasar.
Rara Wulan memang tidak sabar lagi. Tetapi ketika ia akan
meloncat, dengan cepat tangan Glagah Putih menyambarnya
dan menahannya. " Tunggu " desis Glagah Putih " jangan tergesa-gesa."
" Kau menunggu kita terlambat ?" bertanya Rara Wulan.
" Jika kita salah langkah, gadis itu akan mati tercekik " bisik
Sabungsari " karena itu, kita harus memancing sebagian
mereka keluar. Baru yang lain berusaha masuk lewat sudut
dinding yang nampaknya agak rapuh."
" Aku akan memancing mereka keluar " desis Pranawa.
" Glagah Putih dan Rara Wulan akan masuk lewat sudut
dinding." " Aku akan berbuat apa saja. Mungkin aku harus
mengerahkan segenap kemampuanku dalam persoalan
seperti ini." berkata Glagah Putih.
" Hati-hati " sahut Sabungsari.
Glagah Putih mengangguk kecil. Dengan nada dalam ia
berdesis " Mereka harus dijauhkan dari gadis itu, agar gadis
itu tidak dipergunakan sebagai perisai."
Pranawalah yang kemudian mulai bergerak. Bersama dua
orang ia bergerak ke bagian depan gubug itu. Sementara
Glagah Putih mendekatinya dari arah belakang. Di
belakangnya berjalan dengan hati-hati Rara Wulan.
Sementara Sabungsari mendekati gubug itu dari arah yang
lain besama dua orang yang lain. Mereka saling
mempercayakan diri kepada kawan-kawan mereka yang
menyebar. Di gubug itu memang tidak terlalu banyak orang. Tetapi jika
terjadi sesuatu, maka dari gubug-gubug yang lain tentu akan
berdatangan beberapa orang yang harus mereka hadapi pula.
Karena itu, maka Sabungsari harus mengamati
kemungkinan itu pula. Sejenak kemudian, maka Pranawa telah memancing
perhatian orang-orang yang berada di depan gubug itu telah
mulai menampakkan diri. Dengan tiba-tiba saja ia telah
menyergap seorang yang berada di pintu gubug itu. Orang
yang sama sekali tidak mengira bahwa tangan -tangan yang
kuat telah melingkar di lehernya.
Satu cekikan yang kuat terasa menyumbat nafasnya.
Tetapi ia tidak menyerah begitu saja. Tiba-tiba saja ia
merendah, menggapai tengkuk Pranawa yang berdiri di
balakangnya. Satu hentakan yang kuat hampir saja
melemparkan Pranawa lewat di atas tubuh orang itu.
Hampir saja Pranawa yang juga tidak mengira bahwa orang
itu sempat memberikan perlawanan telah terlempar.
Tetapi dengan sigap tangannya telah dihentakkannya
menekan dagu orang itu sehingga kepala orang itu terangkat.
Terdengar orang itu mengaduh perlahan. Namun kemudian
orang itu menjadi tidak berdaya. Ketika Pranawa
melepaskannya maka orang itu telah terjatuh dengan
lemahnya. Pranawa tertegun. Ia tidak dapat berbuat lain. Namun ia
masih sempat berdesis " Mudah-mudahan ia hanya pingsan."
Tetapi dengan demikian, maka orang yang lain telah
meloncat keluar dari gubug itu. Namun satu pukulan yang
keras telah menyambutnya, tepat di kening, sehingga orang
itu terhuyung-huyung menyamping. Pukulan berikutnya telah
mengenai tengkuknya. Cukup keras, sehingga malam yang
gelap itupun rasa-rasanya menjadi semakin gelap.
Keributan itu telah memanggil orang-orang yang ada di
dalam gubug itu keluar, Pranawa telah memberikan isyarat
kepada kawan-kawannya untuk membiarkan mereka turun ke
halaman gubug itu. Ampat orang telah berloncatan keluar. Mereka langsung
disambut oleh tiga orang dari kelompok Gajah Liwung,
sehingga sejenak kemudian telah terjadi pertempuran yang
sengit. Tetapi seorang diantara mereka ternyata memiliki ilmu yang
tinggi, sehingga karena itu, maka Pranawa sendiri harus
menghadapinya. Sedangkan kedua orang kawannya
bertempur melawan tiga orang yang lain dengan
berpasangan. Adalah kebetulan mereka memiliki kemampuan
kerjasama yang sangat baik, sehingga berdua mereka dengan
cepat mendesak ketiga orang lawannya itu. Tetapi Pranawa
sendiri harus bertempur dengan mengerahkan segenap
kekuatan dan kemampuannya.
Sementara itu, lawan Pranawa itu sempat bertanya "
Siapakah kalian ?" " Untuk apa kalian bertanya tentang kami " sahut Pranawa
"sekarang menyerahlah, kau harus membuat perhitungan
dengan orang tua dari gadis-gadis yang telah kau ambil."
" Gadis yang mana ?" bertanya orang itu sambil
menghindari serangan Pranawa.
" Kau kira kami tidak mendengar jeritnya ?" justru Pranawa
yang bertanya. " Setan kau " geram orang itu " jangan mencoba melawan
kelompok Gajah Liwung."
Tetapi Pranawa tertawa. Katanya " Sebenarnya aku tidak
merasa perlu untuk menyatakan diri. Tetapi karena kau
menyebut kelompok Gajah Liwung, maka kau membuat aku
tergelitik untuk menyebut tentang kelompokku."
" Kelompok yang mana ?" geram orang itu.
Tetapi Pranawa hanya tertawa saja. Serangannyalah yang
menjadi semakin garang. Dengan demikian maka pertempuranpun
menjadi semakin sengit. Dalam pada itu, Glagah Putih telah berusaha untuk
membuka dinding dari luar. Dengan pisau belati yang dibawa
Rara Wulan, Glagah putih telah memutuskan tali-tali ijuk
pengikatnya. Beberapa saat kemudian, maka Glagah Putih telah berhasil
membuka dinding gubug itu dari luar. Seperti yang
diperhitungkan, menilik suara tertahan seorang prempuan,
maka Glagah Putih dan Rara Wulan telah masuk sebuah bilik.
Dua orang perempuan berada di dalam bilik itu. Sedangkan
pintu itu tertutup dan di selarak dari luar.
" Marilah, kita tinggalkan tempat ini " desis Glagah Putih.
" Tetapi kedua orang perempuan yang ketakutan itu sama
ekah tidak tanggap. Rara Wulanlah yang kemudian berdesis " Marilah. Kami
berusaha untuk menolongmu."
Ternyata suara dengan nada tinggi Rara Wulan telah
berpengaruh. Perempuan-perempuan itu memandangnya
dengan dahi berkerut. Ternyata orang yang berpakaian aneh
itu seorang perempuan juga.
Rara Wulan tidak menunggu lebih lama lagi. Ia telah
menarik kedua orang perempuan itu untuk keluar dari gubug
itu. Meskipun agak ragu, namun kedua orang perempuan
itupun telah melangkah, menerobos dinding yang sudah
terbuka dan keluar dari gubug kecil yang telah
mengungkungnya. Bahkan hampir saja ia telah mengalami
nasib yang sangat buruk. Gelapnya malam telah menelan kedua orang perempuan
yang kemudian dibimbing Rara Wulan diikuti Glagah Putih
dengan sangat berhati-hati. Sementara itu, pertempuran
masih berlangsung di depan gubug itu.
Tetapi tenyata Rara Wulan tidak sempat membawa
keduanya menjauh. Orang-orang yang bertempur di depan
gubug itu telah memberikan isyarat kepada kawan-kawannya
yang berada di gubug-gubug lain yang letaknya terpisah.
Beberapa orang telah berlari-larian menuju ke gubug yang
terpisah itu. Namun Sabungsari yang sudah memperhitungkan
kemungkinan itu, telah siap menunggu.
Orang yang pertama ternyata telah terlempar dan jatuh
ditanah, sementara dua orang kawan Sabungsari telah
menerkam dua orang yang lain. Pukulan mereka telah
membuat dua diantara orang-orang yang berlari-lari itu
pingsan. Sejenak kemudian telah terjadi pertempuran yang sengit.
Pertempuran yang jumlahnya sama sekali tidak seimbang.
Tiga orang dari kelompok Gajah Liwung harus melawan orang
yang mengalir dari gubug-gubug kecil itu.
Tetapi Sabungsari memang tidak lagi ragu-ragu.
Kemarahannya sudah sampai ke ubun-ubun. Bukan saja
karena kelompok itu sudah mengambil gadis-gadis, tetapi
kelompok itu sudah mencemarkan nama kelompok Gajah
Liwung pula. "Karena itu, maka iapun telah bertempur dengan keras
pula: Ternyata bahwa kemarahan Sabungsari telah membakar
darahnya dan hampir di luar sadarnya, maka ilmunya mulai
terungkat kepermukaan. Itulah sebabnya, maka sentuhan
tangannya bagaikan sentuhan segumpal besi.
Beberapa orang memang tidak dapat menahan pukulan
tangan Sabungsari. Namun ada diantara mereka yang sempat
menghindarinya. Sedangkan lawan memang terlalu banyak.
Selain bertempur melawan Sabungsari dan dua orang
kawannya, maka yang lainpun menghambur ke gubug yang
terpisah itu. Dalam pada itu Pranawa.masih bertempur dengan
sengitnya. Tetapi dua orang kawannya telah berhasil
mengatasi ketiga orang lawan mereka.
Ketiga orang lawan itu telah terlempar keluar arena.
Meskipun mereka masih dapat berdiri, tetapi ketiganya hampir
kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu selain menjaga
keseimbangannya. Tetapi Pranawa ternyata telah bertemu dengan seorang
yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga ia harus
mengerahkan kemampuannya untuk mengimbanginya.
Namun pengalamannya yang luas telah membuat Pranawa
tidak terdesak oleh lawannya yang garang.
Ketika beberapa orang menghambur datang, maka kedua
orang anggauta Gajah Liwung yang lain, yang telah
melemparkan ketiga orang lawannya telah menyongsong
mereka. Ternyata suasana memang telah menjadi keras. Kedua
orang anggauta Gajah Liwung itu sama sekali tidak menunggu
isyarat lagi. Demikian mereka berhadapan dengan lawan,
maka mereka pun telah langsung menyerang. Apalagi mereka
menyadari bahwa jumlah lawan jauh lebih banyak dari jumlah
mereka yang hanya delapan orang.
Karena itu, demikian orang-orang itu mendekat, maka
seorang diantara anggauta Gajah Liwung itu langsung
menyongsongnya dengan serangan yang keras. Dengan
cepat ia meloncat sambil mengayunkan kakinya. Satu
tendangan miring yang keras telah mengenai dada seorang
diantara lawan-lawannya. Demikian kerasnya hingga orang itu
terlempar beberapa langkah surut dan bahkan jatuh
terlentang. Sementara itu seorang lagi telah meloncat sambil
mengayunkan tangannya. Lawannya memang berusaha untuk
menangkis. Tetapi dengan cepat ia berputar. Serangannya
telah datang membadai sehingga lawannya sulit untuk
menghindar. Dengan cepat orang itu terdesak. Sebelum
kawannya datang membantunya, maka orang itu telah
terlempar dan terbanting jatuh di tanah.
Tetapi yang datang kemudian adalah beberapa orang, yang
lain telah memencar. Beberapa orang diantara mereka telah
menemukan Glagah putih dan Rara Wulan yang berusaha
menjauhkan kedua orang gadis yang telah mereka bebaskan
dari gubug yang agak terpisah itu.
" Lindungi gadis-gadis itu " desis Glagah Putih sambil
mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan-kemungkinan
buruk yang bakal datang. Rara Wulan telah mempesiapkan pedangnya sambil
berkata kepada kedua orang gadis itu " Usahakan untuk
melindungi dirimu sendiri. Pegang pisau ini, mungkin kau
memerlukannya." Kedua orang gadis itu termangu-mangu. Mereka tidak
terbiasa memegang pisau sebagai senjata. Yang sering
mereka lakukan adalah mempergunakan pisau untuk bekerja
di dapur. " Cepat. Salah satu dari kalian. Pegang pisau ini " Rara
Wulan justru membentak. Hampir diluar sadarnya, seorang diantara kedua orang
gadis itu telah menerima pisau dari tangan Rara Wulan.
Sementara Rara Wulan telah bergeser selangkah maju
dengan pedang teracu. Glagah putih sudah berada beberapa langkah dihadapan
mereka. Dengan tegang ia melihat lima orang mendatanginya.
Semuanya bersenjata. Glagah Putih sendiri memiliki pengalaman yang luas. Ia
sudah terbiasa bertempur disiang atau dimalam hari, namun ia
masih harus menjadi sangat berhati-hati.
Glagah Putih tidak ingin menyulitkan Rara Wulan. Karena
itu maka iapun telah menyongsong lawannya pula. Untuk
melawan lima orang bersenjata dalam suasana seperti itu,
maka Glagah Putih harus denan cepat mengalahkan lawanlawannya.
Ia sadar bahwa dalam waktu dekat, akan datang
lagi beberapa orang untuk membantu kelima orang itu.
Karena itu, maka Glagah Putih telah mengurai ikat pinggangnya.
Senjata yang luar biasa. Namun dalam keadaan


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpaksa telah disiapkan oleh Glagah Putih untuk melindungi
bukan saja dirinya, tetapi juga Rara Wulan dan kedua gadis
yang harus dibebaskannya.
Beberapa saat kemudian, maka Glagah Putihpun telah
meloncat menyerang orang-orang yang datang itu. Pada
ayunan yang pertama, maka Glagah Putih telah sempat
melemparkan senjata seorang diantara mereka. Sementara
yang lain tertegun. Glagah Putih telah meloncat menyerang
lawannya yang lain lagi. Demikian cepatnya sehingga orang
itu tidak sempat mengelak dan tidak pula sempat menangkis.
Yang terdengar kemudian adalah keluhan tertahan. Ikat
pinggang Glagah Putih telah mengenai lengan lawannya.
Ketiga orang yang lainpun telah tertarik pula untuk
bersama-sama melawan Glagah Putih. Karena itu, maka
merekapun telah menyerang bersama-sama.
Tetapi Glagah Putih telah berloncatan dengan tangkasnya.
Apalagi ketika ia melihat tiga orang lagi telah datang ketika
yang kehilangan senjatanya itu meneriakkan isyarat.
Sementara ia masih belum menemukan senjatanya yang
terlempar dalam kegelapan.
Beberapa lingkaran pertempuran telah terjadi. Pertempuran
yang keras. Ternyata jumlah orang-orang yang ada di bukit itu
memang cukup banyak. Tetapi orang-orang Gajah Liwung yang hanya sedikit itu
benar-benar terdiri dari orang-orang pilihan. Mereka bukan
sekedar anak-anak muda yang berbuat gila-gilaan dengan
mengandalkan kekuatan wadag mereka serta kelompok yang
besar. Tetapi orang-orang Gajah Liwung pada umumnya
adalah orang-orang yang secara pribadi telah pernah berlatih
dengan tekun serta menempa diri dengan berbagai" macam
laku. Dengan demikian maka pertempuranpun semakin lama
menjadi semakin sengit. Orang-orang Gajah Liwung yang
harus menghadapi jumlah yang terlalu banyak itu ternyata
telah mengerahkan kemampuan mereka pula. Sabungsari
telah menghentikan perlawanan beberapa orang. Diantara
mereka bahkan telah menjadi pingsan.
Sementara itu'Mandirapun telah mengerahkan segala
kemampuannya. Tetapi karena ia harus berloncatan dan
berlari-larian diantara beberapa orang lawan, maka tubuhnya
memang melah terluka. Meskipun demikian, Mandira adalah
orang yang sangat garang.
Rumeksapun telah bertempur seperti seekor banteng yang
terluka. Lawan-lawannya yang melingkarinya setiap kali harus
berloncatan mundur. Suratama dan Naratama telah membuat lawan-lawan
mereka menjadi ngeri melihat unsur-unsur gerak mereka yang
cepat dan tangkas. Sedangkan Rara Wulanpun harus bertempur menghadapi
orang yang berusaha untuk menangkap kembali kedua orang
perempuan yang berusaha untuk bersembunyi di balik
gerumbul-gerumbul liar. Namun ternyata bahwa Glagah Putih harus bekerja keras.
Dengan ikat pinggang di tangan ia harus melawan beberapa
orang yang mengepungnya. Yang mencemaskan Glagah
Putih justru bukan dirinya sendiri. Namun setiap kali ia harus
berusaha membantu Rara Wulan jika ia harus menghadapi
lawan lebih dari seorang.
Tetapi Glagah putih dengan ikat pinggangnya benar-benar
merupakan seorang yang sangat garang. Hampir setiap
ayunan ikat pinggangnya telah melemparkan sepucuk senjata
atau melukai seorang lawan. Berapapun lawan yang datang,
namun mereka tidak mampu menundukkannya.
Sementara itu dua gadis yang ketakutan masih mempunyai
keberanian untuk bersembunyi disaat pertempuran itu menjadi
semakin sengit. Agaknya gelap malam dan gerumbulgerumbul
liar telah melindunginya.
Sementara itu, maka orang-orang Gajah Liwung telah
bertempur dengan sepenuh tenaga.
Meskipun demikian, betapapun berat perlawanan orangorang
yang tinggal di bukit itu karena jumlahnya yang jauh
lebih banyak. Sabungsari masih menahan diri untuk tidak
mempergunakan ilmu puncaknya. Sabungsari tidak
menghancurkan lawan-lawannya dengan kekuatan sorot
matanya. Ia masih bertempur dengan pedangnya. Namun
dengan senjata itu Sabungsari telah berhasil mengacaukan
kekuatan lawan-lawannya. Ternyata bahwa orang-orang Gajah Liwung memang
orang-orang yang tidak terlawan. Mereka memiliki
kemampuan dan ilmu. Bukan sekedar bertumpu pada
keberanian dan kekasaran saja.
Karena itulah, meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak,
tetapi orang yang tinggal di bukit itu tidak mampu
mengalahkan orang-orang dari kelompok Gajah Liwung yang
kemudian telah memencar. Bahkan seakan-akan orang-orang
Gajah Liwung yang memanfaatkan gelapnya malam itu telah
berada dimana-mana. Jumlah mereka seakan-akan berlipat
lima e-nam kali dari jumah mereka yang sebenarnya. Apalagi
Sabungsari dan Glagah Putih. Keduanya seperti hantu yang
ada dimana-mana, meskipun Glagah Putih tidak pernah
melepaskan pengawasannya terhadap Rara Wulan yang
segera mengalami kesulitan jika lawannya berjumlah lebih dari
dua o-rang. Melawan dua orang anggauta kelompok yang ada
di bukit itu, Rara Wulan yang pernah menyadap ilmu dari
kakeknya masih juga dapat bertahan.
Ketika orang-orang dari kelompok Gajah Liwung itu telah
benar-benar bertempur dengan keras pula, maka lawan-lawan
mereka yang masih mampu untuk bertempur telah menjadi
gentar. Mereka merasa bahwa mereka tidak akan mampu
melawan betapapun mereka mengerahkan sisa-sisa kekuatan
mereka. Karena itu, maka orang-orang yang berada di bukit itu
semakin lama menjadi semakin terdesak dari arena
pertempuran yang luas. Hanya Pranawalah yang masih bertempur dengan
sengitnya. Ternyata lawan Pranawa adalah orang yang
menyatakan dirinya sebagai pemimpin dari kelompok itu.
Namun Ternyata bahwa Pranawa masih memiliki beberapa
kelebihan dari lawannya. Selain daya tahan tubuhnya yang
sangat kuat, maka unsur-unsur geraknya yang paling rumit
telah membuat lawannya kebingungan. Apalagi ketika
kemudian ternyata bahwa orang-orang yang tinggal di bukit itu
satu-satu telah lenyap dari arena.
Tidak seorangpun dari antara penghuni bukit itu yang
menduga bahwa mereka tidak akan mampu mngalahkan
orang-orang yang menurut perhitungan mereka jauh lebih
sedikit dari jumlah mereka yang ada di bukit itu. Namun yang
seakan-akan semakin lama menjadi semakin banyak dan
tersebar dimana-mana. Buku 262 ORANG-orang Gajah Liwung tidak memburu orang-orang
yang melarikan diri. Namun Pranawa sempat berteriak sambil
menekan lawannya " Inilah orang-orang Gajah Liwung yang
sebenarnya. Jika kau masih berani sekali lagi mengaku orangorang
Gajah Liwung, maka kami akan menyapu bersih semua
kekuatan yang ada di bukit ini."
" Persetan " geram pemimpin kelompok itu " kamilah
kelompok Gajah Liwung itu."
" Jadi kalianlah yang telah merampok sepadukuhan dengan
mengaku sebagai orang-orang dari kelmpok Gajah Liwung "
Kau akan berusaha membenturkan kelompok Gajah Liwung
dengan kelompok yang kau anggap kuat sehingga kedua
kelompok itu akan hancur bersama-sama ?" bentak Pranawa
sambil menekan lawannya. Lawan Pranawa itu memang tidak mempunyai pilihan lain.
Karena itu. maka iapun telah bergeser semakin jauh.
Sementara itu, orang-orang dari kelompok Gajah Liwung yang
lain memang telah kehilangan lawan-lawan mereka karena
orang-orang dari padukuhan itu yag masih mampu
menghindar, telah melarikan diri dari arena, menyusup kedalam
gerumbul-gerumbul liar. Beberapa saat kemudian, lawan Pranawapun tidak lagi
mampu bertahan lebih lama. Iapun kemudian teiah meloncat
dan menghindar, masuk ke dalam kegelapan.
Pranawa memang tidak mengejarnya, sebagaimana orangorang
dari kelompok Gajah Liwung yang lain.
Sejenak kemudian, maka Sabungsaripun telah memberikan
isyarat agar orang-orang Gajah Liwung itu berkumpul. Satusatu
mereka yang ternyata telah memencar itu berdatangan.
Glagah Putih dan Rara Wulan masih harus menemukan kedua
orang gadis yang bersembunyi diantara gerumbul-gerumbul
liar. Ternyata bahwa suara Rara Wulan telah menarik perhatian
kedua orang perempuan itu. Perempuan itu menyadari bahwa
suara Rara Wulan itu pulalah yang telah membangkitkan
harapan mereka kembali. " Ki Sanak. Ki Sanak " Rara wulan memanggil di dalam
gelapnya malam. Untuk beberapa saat Rara Wulan sempat
cemas, bahwa kedua orang itu telah jatuh lagi ke tangan
orang-orang yang tinggal di bukit itu.
Tetapi akhirnya seorang diantara kedua orang gadis itu
menjawab " Aku disini."
Rara Wulan menarik nafas dalam-dalam. Kedua orang
gadis itu kemudian telah dibawa berkumpul bersama-sama
dengan orang-orang dari kelompok Gajah Liwung. Seorang
diantara kedua orang gadis itu masih saja menggenggam
pisau ditangannya. " Kalian sudah aman sekarang " berkata Rara Wulan "
serahkan pisau itu kembali."
Namun ternyata gadis yang membawa pisau itu tidak
segera menyerahkannya. Diamatinya orang-orang Gajah
Liwung itu seorang demi seorang dengan tatapan mata curiga.
" Jangan takut " berkata Rara Wulan " aku juga perempuan
seperti kalian. Jika ada diantara mereka yang berniat buruk,
maka aku adalah korbannya yang pertama."
Gadis-gadis itu memang masih ragu-ragu. Namun
kemudian pisau itupun diserahkannya.
Dari pembicaraan selanjutnya. Rara Wulan tahu bahwa
gadis itu memang gadis yang hilang yang diambil oleh
sekelompok orang yang mengaku dari kelompok Gajah
Liwung. Demikianlah, maka sejenak kemudian orang-orang Gajah
Liwung itu telah bersiap-siap dan bergegas meninggalkan
bukit yang disebut sangat wingit itu. Namun dalam pada itu
Pranawa bertanya ". Bagaimana dengan orang-orang yang
pingsan dan terluka ?"
" Kawan-kawannya tentu akan kembali " berkata Sabungsari.
Karena itulah, maka orang-orang dan kelompok
Gajah Liwung itupun kemudian telah menyusuri lorong-lorong
sempit dan meninggalkan bukit kecil itu, sebelum para prajurit
Mataram berdatangan. Ketika Rumeksa yang sangat marah berniat membakar
gubug-gubug di bukit itu, Sabungsari melarangnya " Yang
akan terbakar mungkin bukan hanya gubug-gubug itu saja.
Tetapi juga ilalang kering dan bahkan akan dapat merrambat
sampai ke hutan. Jika hutan terbakar, maka kita akan
mengalami kerugian yang sangat besar."
Rumeksa mengangguk-angguk. Katanya " Baiklah.
Meskipun rasa-rasanya apa yang kita lakukan masih belum
puas. Orang-orang itu telah melukai aku."
" Mandira juga terluka " desis Pranawa.
" Hampir semua diantara kita terluka " desis Suratama yang
ternyata juga terluka. Beberapa saat kemudian, maka orang-orang dari kelompok
Gajah Liwung itu telah medekati padukuhan tempat tinggal
orang tua gadis yang telah diketemukan kembali itu yang telah
menantang orang-oang Gajah Liwung untuk bertempur.
Kepada gadis yang seorang lagi, Sabungsari berkata "
Biarlah malam ini kau tinggal bersama kawanmu. Aku akan
menghubungi orang tuamu."
Gadis yang semula sudah berputus asa itu mengangguk.
Dari sela-sela bibirnya terdengar ia berdesis " Terima kasih."
Ketika kemudian orang-orang dari kelompok Gajah Liwung
itu menyerahkan gadis yang telah dibawa ke bukit kecil itu
kepada orang tuanya, maka ibu gadis itu justru hampir
pingsan. Demikian besar ledakan kegembiraan diliatinya, sehingga
perempuan itu tidak dapat menguasai diri. Satu jerit yang
tinggi dibarengi dengan pelukan yang seakan-akan justru telah
mencekik anak perempuannya yang diketemukan kembali itu.
" Kau tidak apa-apa anakku ?" bertanya ibunya.
" Yang "Maha Agung masih melindungi aku ibu " jawab
gadis itu. " Sokurlah. Sokurlah." desis ibunya.
Ketika keduanya duduk di amben bersama gadis yang satu
lagi, maka ayah gadis itu telah berjongkok sambil menyembah
dihadapan Sabungsari. " Sudahlah Ki Sanak " berkata Sabungsari " aku serahkan
kembali anak gadis Ki Sanak. Aku titipkan seorang gadis yang
lain yang kami ketemukan bersama anak gadis Ki Sanak itu.
Kami akan menghubungi orang tuanya."
" Baik, baik anak muda. Tetapi sebenarnya kami ingin
mempersilahkan anak muda untuk duduk sebentar. Kami
merasa sangat berterima kasih atas kesediaan anakanakmuda
"antuk menolong kami." berkata orang tua itu.
" Kami adalah orang-orang dari kelompok Gajah Liwung."
jawab Sabungsari " kami memang berkewajiban untuk
menolong sesama. Tetapi kami juga ingin, mambersih-kan
nama kelompok kami karena sekelompok orang" telah
mempergunakan nama kelompok kami justru untuk melakukan
kejahatan." " Aku menjadi saksi " berkata orang tua itu " aku tidak akan
takut mengatakan kepada siapapun juga, bahwa ada
sekelompok orang dengan sengaja telah mencemarkan nama
baik kelompok Gajah Liwung."
" Terima kasih ".sahut' Sabungsari " sekarang kami akan
minta diri. Kami harus mengahindari kesulitan jika para prajurit
sempat menyusul kami."
" Apakah mereka tahu bahwa Ki Sanak ada disini ?"
bertanya orang tua itu.

11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Justru orang-orang yang merasa kehilangan kedua gadis
itu akan dapat melapor kepada para prajurit dengan alasanalasan
palsu atau dengan laporan-laporan yang sengaja
menyudutkan kelompok gajah Liwung." jawab Sabungsari.
Orang itu masih akan menjawab. Tetapi dikejauhan tibatiba
saja telah terdengar suara kentongan dengan nada titir.
" Nah, isyarat itu tentu akan memanggil para prajurit. Kami
tidak tahu siapakah yang memukulnya dan dengan alasan
apa. Tetapi lebih baik kami pergi." berkata Sabungsari.
Dari gadis yang seorang lagi. orang-orang dari kelompok
Gajah Liwung itu dapat mengetahui orang tuanya sehingga
mereka berjanji untuk menyampaikan kepada orang tuanya
itu, bahwa gadis itu sudah diselamatkan.
Sesaat kemudian, maka orang-orang dari kelompok Gajah
Liwung itu bagaikan telah menghilang dari padukuhan itu.
Namun seperti yang telah diperhitungkan, maka sejenak
kemudian telah terdengar derap kaki beberapa ekor kuda
yang berlari memasuki padukuhan itu.
Ternyata para prajurit telah mendapat laporan tentang
orang-orang Gajah Liwung dari orang yang tidak dikenal dan
yang kemudian telah menghilang pula. Seakan-akan orangorang
Gajah Liwung tiu telah membuat kekacauan di seluruh
kota Mataram. Dari orang itu pula, para prajurit mendapat
petunjuk bahwa orang-orang Gajah Liwung bergerak menuju
ke padukuhan itu. Namun ternyata para prajurit tidak menjumpai siapapun di
padukuhan itu. Tidak ada kelompok Gajah Liwung dan tidak
ada pula kelompok yang lain.
Namun kelompok prajurit yang lain, yang mendapat
petunjuk pula dari orang yang tidak dikenal telah menemukan
beberapa orang di sebuah bukit kecil di dekat hutan yang
terbaring dengan luka-luka di tubuh mereka. Sebagian dari
mereka telah berusaha untuk bangkit dan membenahi diri
mereka. Mengobati luka-luka mereka dengan obat yang ada
untuk sekedar memampatkan darah mereka. Tetapi ada
diantara orang-orang yang terbaring itu terluka parah. Bahkan
kemudian ternyata bahwa ampat diantara orang-orang yang
ditinggalkan dibukit itu telah tidak bernyawa lagi.
Mataram memang menjadi gempar. Sebelumnya memang
sering terjadi perkelahian diantara anak-anak muda. Kadangkadang
memang dapat terjadi, dikedua belah pihak beberapa
orang anggautanya mengalami luka-luka. Tetapi jarang terjadi
bahwa ada diantara mereka yang terbunuh. Apalagi sampai
ampat orang sekaligus. Semalam suntuk para prajurit telah bergerak. Mereka
memang mencari orang-orang Gajah Liwung yang dianggap
dapat memberikan banyak keterangan.
Ketika beberapa orang prajurit menemukan rumah gadis
yang telah dilaporkan diculik oleh orang-orang dari kelompok
Gajah Liwung, maka ayahnya berkata lantang " Tidak. Tentu
bukan orang-orang dari kelompok Gajah Liwung. Justru orangorang
dari kelompok Gajah Liwunglah yang telah
mengembalikan anakku dan seorang gadis yang belum
sempat diantar kepada orang tuanya."
Ketika prajurit itu kurang yakin, maka gadis yang telah
dikembalikan itu dengan berani menyatakan bersedia menjadi
saksi. " Ternyata jauh berbeda. Orang-orang yang mengambil
kami yang mengaku orang-orang dari kelompok Gajah Liwung
dengan orang-orang yang membebaskan kami, yang juga
menyebut dirinya orang-orang Gajah Liwung." berkata gadis
itu. Para prajurit itu mengangguk-angguk. Mereka memang
sudah menduga bahwa telah terjadi usaha untuk saling
mengadu kekuatan antara kelompok-kelompok yang bersaing.
Kepada ayah gadis itu pemimpin prajurit Mataram itu-pun
bertanya " Jadi kau yakin ?"
" Aku yakin." jawab orang tua itu.
Demikian pula gadis-gadis yang telah dibebaskan itu.
Mereka yakin bahwa orang-orang Gajah Liwung yang
sebenarnya adalah mereka yang justru telah membebaskan
mereka. Bukan yang telah mengambil mereka.
" Baiklah " berkata para prajurit " tetapi bagaimanapun juga
kami harus menemukan orang-orang Gajah Liwung."
Namun dalam pada itu, maka prajurit yang menjelajahi
bukit kecil di sebelah hutan itu telah membawa beberapa
orang ke pusat pengendalian pasukan yang bertugas malam
itu. Mereka yang terluka telah mendapatkan pengobatan.
Namun mereka berada dibawah pengawasan yang ketat,
karena mereka sangat diperlukan keterangannya. Sementara
itu yang terbunuh telah ditempatkan di ruang sebelah. Para
prajurit telah menunggu keluarga mereka untukmembawa
tubuh-tubuh yang beku itu kembali ke rumah masing-masing
untuk diselenggarakan penguburannya.
Dihari-hari berikutnya, di Mataram masih saja
mengumandang pembicaraan tentang peristiwa di bukit kecil
itu. Banyak orang yang saling menyatakan pendapatnya yang
ternyata saling berbeda. Ada yang menganggap bahwa
.kelompok Gajah Liwung itu justru telah berbuat baik bagi
orang banyak. Yang dilakukan justru menguntungkan. Tetapi
orang lain berpendapat bahwa jika ada hal yang baik yang
dilakukan oleh kelompok Gajah Liwung hanyalah sekedar
untuk menutupi kejahatan yang dilakukan jauh lebih banyak
dari hal-hal yang baik itu.
Tetapi orang-orang Mataram masih harus menunggu. Apa
yang akan terjadi kemudian.
Para prajurit dan petugas sandi Mataram juga telah bekerja
keras untuk memecahkan persoalan yang terjadi itu. Para
petugas sandi telah memiliki keterangan hampir setiap orang
dalam kelompok-kelompok yang ada. Tetapi belum
seorangpun dari kelompok Gajah Liwung yang diketahui oleh
para petugas sandi itu. Nampaknya kelompok Gajah Liwung
memang tidak terlalu besar. Mereka bekerja dengan sangat
rapi, namun sementara itu, setiap orang ang-gauta kelompok
Gajah Liwung adalah orang yang benaibenar berilmu. Bukan
sekedar mengandalkan kekerasan dan kekasaran saja.
Dalam keadaan yang gawat bagi kelompok Gajah Liwung
itu, maka Glagah Putih mendapatkan kabar dari Ki Lurah
Branjangan bahwa Agung Sedayu akan diwisuda menjadi
pemimpin pada Pasukan Khusus Mataram di Tanah Perdikan.
" Agung Sedayu akan diwisuda langsung oleh Pangeran
Mangkubumi atas perintah langsung dari Panembahan
Senapati. Bahkan Ki Patih Mandarakapun akan hadir pula.
Belum pernah terjadi kehormatan bagi seorang pimpinan
pasukan sebagaimana Agung Sedayu itu." berkata Ki Lurah.
" Ki Lurah akan hadir ?" bertanya Glagah Putih.
" Tentu. Aku harus hadir " jawab Ki Lurah Branjangan.
Glagah Putih memang menjadi ragu-ragu. Katanya "
Sebenarnya aku memang ingin datang.. Tetapi kami. Gajah
Liwung tengah mengalami persoalan yang rumit. Peristiwa di
bukit kecil itu nampaknya akan menjadi berkepanjangan."
Ki Lurah Branjangan mengangguk-angguk. Katanya "
Baiklah. Jika kau tidak dapat hadir aku akan mengatakannya
kepada Agung Sedayu."
" Apakah kakang Swandaru juga diundang ?" bertanya
Glagah Putih. " Tidak. Agung Sedayu memang tidak ingin mengundang
terlalu banyak orang." jawab Ki Lurah.
Sebenarnyalah Glagah Putih memang menjadi bimbang
untuk hadir dalam wisuda itu. Sementara di Tanah Perdikan
Menoreh terjadi satu peristiwa penting, bahwa Pangeran
Mangkubumi sendiri datang untuk mewisuda Agung Sedayu
untuk menjadi seorang pemimpin pada Pasukan Khusus
Mataram, dihadiri pula oleh Ki Patih Mandaraka, maka di
Mataram Glagah Putih sedang sibuk mengatasi kesulitan bagi
kelompoknya. Bersama Sabungsari dan anggauta-anggauta
yang lain, mereka telah berusaha untuk tetap terlepas dari
pengamatan para prajurit.
Namun .akhirnya Glagah Putih memang tidak akan dapat
pergi ke Tanah Perdikan ketika pada saat yang bersamaan
Glagah Putih dan Sabungsari telah dipanggil secara khusus
oleh Ki Wirayuda. Mereka harus datang di satu tempat yang
ditentukan oleh Ki Wirayuda, namun tidak akan banyak
menarik perhatian orang lain.
" Aku mendapat laporan lengkap tentang peristiwa di bukit
itu " berkata Ki Wirayuda " namun aku masih harus menyaring
kebenaran dari berita itu. Nah, karena itu, aku ingin kalian
bercerita tentang perisiwa itu apa adanya."
Sabungsaripun kemudian telah menceriterakan apa yang
terjadi. Bahkan ia mulai dari perampokan yang terjadi di
sebuah padukuhan dengan mempergunakan landasan nama
kelompok Gajati Liwung. " Kalian telah membunuh ampat orang " berkata Ki-
Wirayuda. " Kami tidak sengaja melakukannya " jawab Sabungsari "
lawan kami terlalu banyak waktu itu "
" Aku menyetujui cara yang kalian tempuh, bukan untuk
melakukan pembunuhan. Bukan untuk menjatuhkan
hukuman." berkata Ki Wirayuda
" Kami hanya bermaksud menghalau mereka " jawab
Glagah Putih " tetapi melawan orang yang terlalu banyak,
kadang-kadang kami mengalami kesulitan untuk menjaga
ayunan senjata kami agar tidak membunuh sasaran."
" Tetapi kalian tidak berhak membunuh " berkata Ki
Wirayuda. " Kami hanya memikirkan keselamatan gadis-gadis itu "
jawab Sabungsari. " Kenapa kalian tidak melaporkan saja kepada para prajurit
yang bertugas. Dengan demikian maka perwira yang sedang
bertugas akan dapat mengambil kebijaksanaan. Ia akan dapat
menurunkan sekelompok prajurit dalam jumlah yang
mencukupi." berkata ki Wirayuda.
" Terlambat " berkata Sabungsari " jika kami harus
melaporkan kepada para prajurit pada waktu itu, maka
mungkin gadis itu sudah membunuh diri."
Ki Wirayuda menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian
katanya " Aku menyetujui langkah-langkah yang kalian ambil
dalam batas tertentu. Kalian tidak dapat berbuat segala
sesuatu tanpa pertimbangan yang matang."
" Ki Wirayuda " berkata Sabungsari " sebaiknya Ki
Wirayuda menilai kembali seluruh peristiwa yang terjadi.
Seandainya ki Wirayuda dalam kedudukan kami pada waktu
itu, apa yang akan Ki Wirayuda lakukan ?"
" Apapun alasannya, tetapi kesempatan yang aku berikan
tetap terbatas " jawab Ki Wirayuda tegas.
Sabungsari dan Glagah Putih tidak menjawab lagi. Bahkan
Sabungsari kemudian berkata " Kami mohon maaf "
" Kematian ampat orang anggauta dari satu kelompok akan
dapat mengundang masalah yang berkepanjangan. Kawankawan
mereka tentu akan menuntut balas. Dendam dan
kebencian akan semakin menyala. Dengan demikian maka
hadirnya kelompok Gajah Liwung tidak mencapai sasarannya
" berkata ki Wirayuda dengan nada tinggi.
Sabungsari dan Glagah Putih mengangguk-angguk.
" Sudahlah " berkata Ki Wirayuda " tetapi untuk selanjutnya
aku tidak mau mendengar lagi kelompok Gajah Liwung telah
membunuh." " Bagaimana jika hal itu dilakukan oleh orang lain dengan
mempergunakan nama Gajah Liwung ?" bertanya Glagah
Putih. " Adalah tugas kalian untuk membersihkan nama kalian.
Tetapi tidak dengan membunuh sebagaimana baru-baru saja
kalian lakukan " jawab Ki Wirayuda.
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Namun ia tidak
membantah lagi. Ki Wirayuda merasa berkewajiban untuk
mengendalikan kelompok Gajah Liwung yang terdiri
diantaranya beberapa orang prajurit. Bahkan prajurit yang
harus menyembunyikan diri dari pengamatan kawankawannya.
Demikianlah, maka sejenak kemudian Sabungsari dan
Glagah Putihpun telah minta diri dengan harus .menyatakan
kesanggupan-kesanggupan baru. Ki Wirayuda memang minta
agar Sabungsari dan Glagah Putih memberikan janji-janji. Jika
tidak, maka Ki Wirayuda tidak mau lagi ikut bertanggung
jawab jika dikemudian hari terjadi sesuatu.
Ketika keduanya berjalan menuju ke tempat kawan-kawan
mereka menunggu, maka Sabungsari berkata dengan nada
dalam " Memang sulit utnuk melakukan tugas ini."
Glagah Putih tersenyum betapapun kecut hatinya
menghadapi kenyataan itu. Dengan nada dalam ia berkata "
Tidak seorangpun diantara kita yang dengan sengaja
membunuh." " Ya, Sebenarnya salah mereka yang mati " sahut
Sabungsari." Mereka terlalu lemah, sehingga sentuhan sedikit
saja telah membuat mereka mati."
Glagah Putih masih saja tersenyum. Tetapi ia tidak berkata
apa-apa lagi. Demikian mereka sampai ke tempat kawan-kawan mereka
menunggu, maka pertanyaanpun telah mengalir tanpa hentihentinya.
Pesan Ki Wirayuda pada umumnya dianggap menyulitkan
kedudukan Gajah Liwung. Tetapi Sabungsari berkata "
Memang kewajiban kita tidak untuk membunuh. Karena itu,
maka kita harus lebih berhati-hati."
" Tetapi kita tidak sengaja melakukannya " berkata Mandira.
" Kita harus mencari cara yang terbaik untuk memenuhi
pesan Ki Wirayuda " berkata Naratama.
" Kita akan mempergunakan cara pukul dan menghindar."
berkata Sabungsari. " Maksudnya ?" bertanya Rumeksa.
" Kita akan menghindari pertempuran-pertempuran yang
menentukan seperti yang terjadi di bukit itu. Harus ada
perhitungan khusus untuk hadir dalam pertempuran namun
kemudian meninggalkannya. Kita tidak perlu memaksa lawan
kita meninggalkan arena pertempuran. Tetapi kita sendirilah
yang harus menyingkir dari setiap pertempuran, namun
dengan kesan yang khusus. Bukan melarikan diri karena kita
tidak berdaya lagi untuk melawan. Kecuali jika kita yakin,
bahwa dalam pertempuran itu tidak akan terjadi kematian "
berkata Sabungsari. Yang lain mengangguk-angguk. Memang sulit untuk dapat


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukannya. Kadang-kadang dalam pertempuran, tanpa
sengaja ujung senjata kita telah menghujam ke jantung.
Tetapi mereka harus beusaha mematuhi pesan Ki
Wirayuda. Dengan demikian, maka dihari-hari berikutnya kelompok
Gajah Liwunglharus membatasi langkah-langkahnya. Tetapi
bukan berarti Gajah Liwung tidak berbuat apa-apa. Beberapa
kali orang-orang dari kelompok Gajah Liwung telah
menerobos masuk kedalam rumah-rumah perjudian, sabung
ayam dan tempat-tempat lain yang sejenis. Mereka telah
merampas uang dan barang-barang taruhan. Namun di
kesempatan lain, orang-orang Gajah Liwung telah
memberikan banyak pertolongan bagi orang-orang miskin di
Mataram. Tetapi kenakalan orang-orang dari kelompok Gajah Liwung
masih saja sering dilakukan. Beberapa kali mereka mengaliri
halaman rumah orang-orang yang dianggap tamak dan kikir
dengan air parit, sehingga ketika pagi-pagi benar penghuni
rumah itu bangun, mereka telah terkejut karena halaman
rumah mereka menjadi belumbang.
Sementara itu kelompok-kelompok yang lainpun menjadi
semakin mendendam tetapi juga segan.
Beberapa hari kemudian, dari Ki Wirayuda orang-orang dari
kelompok Gajah Liwung telah mendapat keterangan bahwa
orang-orang yang berada di bukit itu bukan orang-orang dari
kelompok yang pernah ada. Tetapi mereka adalah murid
murid dari sebuah padepokan.
" Mereka adalah orang-orang padepokan yang justru agak
jauh dari Mataram. Tetapi mereka lelah membual gubuggubug
kecil di bukit itu.. Untuk beberapa lama mereka sempat
mengamati keadaan yang bergejolak di Mataram karena
tingkah laku anak-anak mudanya yang tidak bertanggung
jawab." berkata Ki Wirayuda kepada Glagah Putih dan
Sabungsari yang telah dipanggilnya secara khusus.
" Baru sekarang Ki Wirayuda mengetahui ?" bertanya
Sabungsari. " Kami menunggu orang-orang yang terluka itu dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan kami " jawab Ki Wirayuda.
" Dugaan kami ternyata keliru " berkata Glagah Putih " kami
menduga bahwa mereka adalah orang-orang dari salah satu
kelompok yang pernah kita dengar namanya."
" Justru karena mereka kelompok yang masih asing, maka
mereka telah mempergunakan nama kelompok Gajah Liwung
yang masih belum dikenal orang-orangnya " berkata Ki
Wirayuda. Sabungsari dan Glagah Putih mengangguk-angguk.
Sementara Sabungsari bertanya " Dimanakah orang-orang
yang lain dari kelompok yang masih belum dikenal itu
sekarang ?" " Kawan-kawannya tidak dapat menyebutkan. Tetapi kami
masih memeriksa mereka dengan cermat." jawab Ki
Wirayuda. Sabungsari dan Glagah Putih mengangguk-angguk.
Ternyata mereka akan berhadapan dengan kelompok yang
lain dari yang pernah mereka kenal sebelumnya.
Namun dalam pada itu, Ki Wirayuda telah mengusulkan
agar untuk sementara kelompok Gajah Liwung menghentikan
kegiatan mereka. " Kenapa ?" bertanya Sabungsari.
" Beri ikesempatanlpara prajurit mengusut orang-orang
yang telah mengaburkan nama kelompok Gajah Liwung. Jika
para prajurit kemudian memastikan ciri dari kelompok itu.
maka kalian akan dapat menentukan langkah yang terbaik
yang dapat kalian lakukan." berkata Ki Wirayuda.
" Tetapi jika gagal, maka nama kelompok Gajah Liwung
untuk selanjutnya akan tetap hancur." berkata Glagah Putih.
Lalu " Sulit bagi kami untuk dapat bangkit kembali untuk
mendapatkan kepercayaan."
" Tetapi kami akan menjadi jelas. Jika kami mendapat
jaminan bahwa kelompok Gajah Liwung yang sebenarnya
tidak bergerak, maka setiap gerakan yang mempergunakan
nama Gajah Liwung akan dapat kami tindak dengan keras jika
perlu " jawab Ki Wirayuda.
Sabungsari yang mengangguk-angguk kecil berkata " Kami
dapat mengerti." " Nah, jika demikian, kalian harus menghentikan setiap
gerakan mulai besok.Perintah untuk memburu orang-orang itu
akan segera dikeluarkan." berkata Ki Wirayuda selanjutnya.
Sabungsari mengangguk-angguk. Kepada Glagah Putih ia
berkata " Kita akan menghentikan kegiatan. Tetapi kita mohon
kepada Ki Wirayuda, bahwa waktu yang akan dipergunakan
oleh para prajurit iu tidak lebih dari sepekan. Setelah sepekan,
kita mohon diperkenankan untuk bergerak kembali. Masih
banyak yang ingin kami lakukan, karena sebenarnyalah yang
kita lakukan barulah permulaan. Atau bahkan katakan baru
ancang-ancang. Sehingga kita memerlukan waktu untuk
benar-benar bergerak." minta Sabungsari.
Ki Wirayuda mengangguk kecil. Iapun sadar, bahwa yang
dilakukan oleh kelompok Gajah Liwung itu masih jauh dari
tujuannya. Kelompok itu berniat untuk membuat kelompokkelompok
anak muda menjadi jera. Sudah tentu kelompokkelompok
yang tidak bertanggung jawab.
Karena itu, maka Ki Wirayudapun berkata " Pada dasarnya
kami tidak berkeberatan. Tetapi jika waktu sepekan itu
terlampaui sementara kami melihat titik-titik terang sehingga
kami memerlukan waktu satu dua hari lagi, maka kami minta
kalian dapat mengerti."
Sabungsari mengangguk-angguk. Katanya " Tentu Ki
Wirayuda. Kami berniat membantu Ki Wirayuda sejak
awalnya." Ki Wirayuda mengerutkan keningnya. Namun iapun
tersenyum sambil berkata " Kau benar "
Namun dalam pada itu, Glagah Putih berkata " Jika
demikian aku mohon waktu untuk pergi ke Tanah Perdikan
Menoreh. Selama Gajah Liwung membekukan diri, maka aku
tidak akan mempunyai kegiatan apapun disini. Aku tidak dapat
datang ke Tanah Perdikan ketika kakang Agung Se-dayu
diwisuda justru karena gejolak yang telah terjadi disini."
Ki Wirayuda mengangguk-angguk. Namun katanya
"Terserah kepada kalian "
Glagah Putihpun kemudian berpaling kepada Sabungsari
sambil berkata " Bukankah kawan-kawan dapat mengikuti
perkembangan keadaan dalam sepekan ini ?"
Sabungsari mengangguk-angguk. Katanya " Baiklah. Aku
akan berada di kota. Kau dapat menengok Tanah Perdikan
Menoreh serta mengucapkan selamat kepada kakang A-gung
Sedayu yang telah diwisuda menjadi pemimpin Pasukan
Khusus Mataram di Tanah Perdikan Menoreh."
Demikianlah, ketika kemudian kelompok Gajah Liwung itu
menyelenggarakan pertemuan, maka Sabungsari tlah
menyampaikan pesan dari Ki Wirayuda. Ternyata bahwa
anggauta-anggauta Gajah Liwung yang lainpun dapat
mengerti sehingga mereka semuanya merasa tidak
berkebefatan untuk melaksanakannya.
Namun dalam pada itu Rara Wulan berkata " Aku ikut ke
Tanah Perdikan." " Jangan " jawab Glagah Putih " sebaiknya kau beristirahat
di rumah Ki Lurah Branjangan."
" Kenapa tidak boleh " Bukankah selama ini aku juga
jarang ada di rumah kakek ?" bertanya Rara Wulan.
" Tetapi sulit bagi Ki Lurah Branjangan untuk
mempertanggung jawabkan kepergianmu ke Tanah Perdikan
kepada kedua orang tuamu. Jika terjadi sesuatu, maka Ki
Lurah akan memikul beban kesalahannya." jawab Glagah
Pulih. " Terjadi sesuatu apa maksudmu " bertanya Kara wulan "
jika aku pergi bersamamu, bukankah ilu tergantung kepadamu
juga ?" " Maksudku, jika ada orang yang telah mengenali kita
dalam hubungannya dengan kelompok Gajah Liwung. Apalagi
jika orang itu mendendam kepada kita." jawab Glagah Putih.
" Apakah itu demikian menakutkan sehingga aku harus
mengurungkan keinginanku pergi ke Tanah Perdikan ?"
bertanya Rara Wulan. Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Ia menyadari
sifat gadis yang keras hati itu, sehingga sulit baginya untuk
mencegah niatnya ikut ke Tanah Perdikan Menoreh. Meskipun
demikian, Glagah Putih masih menggoda " persoalannya
bukan hanya sekedar hambatan di perjalanan. Tetapi seperti
yang sudah aku katakan, pertanggung-jawaban Ki Lurah serta
pandangan orang terhadap kepergian kita berdua.
Rara adalah seorang gadis dari lingkungan terpandang,
sementara aku tidak lebih dari anak Tanah Perdikan Menoreh.
" Kau tentu dapat menyusun seribu macam alasan. Tetapi
yang akan pergi ke Tanah Perdikan Menoreh bukan Rara
Wulan, tetapi salah seorang anggota kelompok Gajah Lawung
yang sehari-hari berada di lingkungan laki-laki kasar seperti
kalian semua. " berkata Rara Wulan.
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Sulit untuk
menahan keinginan Rara Wulan. Tetapi ia masih menjelaskan
" Rara. Kita semuanya disini mengetahui bahwa Rara adalah
salah seorang anggota kelompok Gajah Liwung. Tetapi
apakah orang-orang Tanah Perdikan mengetahuinya" "
Rara Wulan memang merenung sejenak. Namun katanya "
orang-orang Tanah Perdikan sudah mengenal aku. "
Habislah alasan Glagah Putih untuk mencegah Rara
Wulan. Ia hanya dapat menggantungkan keputusan terakhir
kepada Ki Lurah Branjangan. Katanya " Baiklah Rara. Tetapi
keputusan terakhir akan kita serahkan kepada Ki Lurah
Branjangan. Jika Ki Lurah mengijinkan, maka Rara dapat ikut
ke Tanah Perdikan. Tetapi jika Ki Lurah tidak mengijinkan,
maka sudah tentu aku tidak akan dapat membawa Rara
bersamaku. " " Kau ingin memperalat kakek untuk mencegahku" Kau kira
aku dapat ditahan kakek untuk tidak pergi" " desis Rara
Wulan. " Jika Ki Lurah tidak mengijinkan, aku akan pergi sendiri
diluar pengetahuan Rara " berkata Glagah Putih.
" Kau kira aku tidak dapat pergi sendiri" Aku sudah
mengenal jalan ke Tanah Perdikan itu. Kau pergi atau tidak,
aku akan tetap pergi. " geram Rara Wulan.
Glagah Putih memandang Sabungsari sekilas. Tetapi
Sabungsari hanya tersenyum saja. la tidak mau mencampuri
peristiwa yang nampaknya menjadi persoalan pribadi itu.
Glagah Putih masih saja termangu-mangu. Suasana
pertemuan itu memang menjadi hening. Semua orang merasa
lebih baik berdiam diri daripada mencampuri persoalan yang
tidak banyak mereka ketahui ujung pangkalnya itu.
Namun Glagah Putih kemudian berkata " Kita akan
menemui Ki Lurah. Bukankah Ki Lurah sudah kembali dari
Tanah Perdikan Menoreh" "
Rara Wulan mengangguk kecil sambil menjawab " Ya.
Kakek sudah kembali. "
" Kita akan berbicara dengan Ki Lurah " berkata Glagah
Putuh kemudian.^ Bersama (ilagah Pulih, maka Uai.i Wiil.iupiin kemudian
telah meninggalkan kawan-kawannya Dalam pakaian seharihari
yang wajar, maka keduanya sama sek.ili tidak menarik
perhatian orang. Bahkan gadis-gadis yang mengenal Rara
Wulan sama sekali tidak pernah menghubungkannya dengan
kelompok-kelompok yang kadang-kadang nieiiibii.il keresahan
di Mataram. Tetapi gadis-gadis itu saling mendorong dan
tertawa tertahan melihat anak muda yang mengiringi Rara
Wulan itu. Rara Wulan merasakan maksud sikap anak-anak gadis
kawannya itu. Tetapi ia berpura-pura tidak melihatnya, la
berjalan saja dengan langkah yang tegap. Sementara suara
tertawa yang tertahan-tahan itu menjadi semakin keras. Yang
kemudian menunduk dalam-dalam dengan wajah yang terasa
panas justru adalah Glagah Putih.
Beberapa langkah kemudian Rara Wulan sempat berpaling
kepada anak muda itu. Wajah Glagah Putih masih kemerahmerahan
menahan gejolak dihatinya.
" Tidak apa-apa " desis Rara Wulan " segala sesuatunya
tergantung kepada kita sendiri. "
" Apa yang tergantung kepada kita" " Glagah Putih yang
sebenarnya mengetahui maksud Rara Wulan itu, masih juga
bertanya. Wajah Rara Wulanlah yang menjadi merah. Tetapi ia
berkata " Kau mulai berani mengganggu aku. "
Tetapi diluar dugaan Glagah Putih masih menjawab " Ini
baru dalam perjalanan pendek. Apalagi jika kita pergi ke
Tanah Perdikan Menoreh. Jaraknya panjang. Sementara kita
akan melewati bulak-bulak panjang. "
Namun Rara Wulan masih juga menjawab pula " Kau akan
dihadapkan ke pengadilan kelompok Gajah Liwung. "
" Kenapa" " bertanya Glagah Putih " Apa yang kira-kira
akan aku lakukan" "
Rara Wulan memang menjadi bingung. Dengan
bersungguh-sungguh ia berkata " Sudah. Sudah. Aku tidak
mau berbicara lagi. "
Glagah Putih memang juga terdiam. Tetapi ia berjalan saja
mengikuti Rara Wulan menuju kerumah kakeknya. Gadis itu
sama sekali tidak ingin pulang kerumah orang tuanya yang
dirasanya kurang ada kehangatan karena orang tuanya yang
terlalu sibuk dengan pangkat dan derajatnya sehingga
memang kurang memperhatikannya.
Sebenarnyalah bahwa Ki Lurah Branjangan telah kembali
dari Tanah Perdikan Menoreh. Ketika ia melihat Glagah Putih
dan Rara Wulan datang, maka ditinggalkannya tanaman yang
sedang disianginya di sudut halaman.
" Kek " sapa Rara Wulan.
" Kau tidak pernah lagi mengurusi tanaman di halaman ini.
Pohon soka itu hampir saja menjadi layu karena tidak pernah
disiram lagi. Sedangkan pohon ceplok piring disudut, tidak
mau lagi berbunga. " berkata Ki Lurah.
" Bukankah aku lagi sibuk kek" " jawab Rara Wulan. Ki
Lurah tersenyum. Katanya " Seharusnya kau dapat membagi
waktu. " Tetapi kakek tahu, bahwa aku tidak dapat


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperhitungkan waktu dengan baik. Setiap saat aku dituntut
untuk melakukan sesuatu. " berkata Rara Wulan.
Ki Lurah justru tertawa. Sementara Rara Wulan
mengerutkan dahinya sambil bertanya " Kenapa kakek
tertawa" " Kau baru melakukan permainan anak-anak remaja itu saja
sudah merasa tidak ada waktu untuk keperluannya yang lain.
Apalagi jika pada suatu saat kau mengemban tugas yang jauh
lebih berat. Bukan saja pelaksanaannya, tetapi juga langsung
jawabnya. " berkata kakeknya.
Rara Wulan tidak menjawab. Tetapi ia langsung masuk
keruang dalam. " Marilah, duduklah. " Ki Lurah mempersilahkan Glagah
Putih. Glagah Putihpun kemudian telah naik kependapa. Ki Lurah
masih membersihkan tangan dan kakinya. Baru kemudian
iapun telah naik ke pendapa pula.
" Kapan Kiai kembali dari Tanah Perdikan" " berta- " nya
Glagah Putih. " Baru kemarin " jawab Ki Lurah.
" Apakah Pangeran Mangkubumi dan Ki Patih Manda-raka
juga bermalam di Tanah Perdikan" " bertanya Glagah Putih.
Ki Lurah menggeleng. Jawabnya " Tidak. Demikian upacara
selesai, maka keduanya bersama sekelompok pengiringnya
telah kembali ke Mataram.
" Sayang sekali " desis Glagah Putih " sebenarnya aku ingin
sekali menyaksikannya. Tetapi sebagaimana pernah aku
katakan, saat itu kelompok Gajah Liwung sedang menghadapi
persoalan yang panas. "
" Aku sudah menyampaikannya kepada Agung Sedayu.
" jawab Ki Lurah. " Apakah kakang Untara sempat datang" -" bertanya-
Glagah Putih pula. " Tidak. Tidak ada orang lain yang datang selain para
pemimpin dari Mataram. Swandaru juga tidak. Bahkan
gurunya juga tidak. " jawab Ki Lurah.
Glagah Putih mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti
bahwa Agung Sedayu yang hatinya agak tertutup itu dengan
sengaja tidak memberitahu siapapun juga.
" Tetapi hal itu tidak mengurangi nilai dari upacara itu."
berkata Ki Lurah Branjangan. " semua berjalan sesuai dengan
rencana. Satu kebanggan telah meledak di Tanah Perdikan
Menoreh. Agung Sedayu yang sudah dianggap keluarga
sendiri bagi Tanah Perdikan Menoreh, telah mendapat
kepercayaan yang cukup besar dari Mataram, sehingga
mendapat kedudukan yang tinggi dilingkungan keprajuritan di
Mataram. " " Sokurlah " berkata Glagah Putih. Iapun kemudian
menyatakan niatnya untuk pergi ke Tanah Perdikan Menoreh.
" Apakah keadaan kelompokmu sudah tidak gawat lagi" "
bertanya Ki Lurah Branjangan.
" Ki Wirayuda memerintah kelompok kami untuk
menghentikan kegiatan sekitar sepekan. Jika dalam sepekan
ada kegiatan kelompok Gajah Liwung, maka jelas itu bukan
kelompok kami. " jawab Glagah Putih.
Ki Lurah Branjangan mengangguk-angguk. Katanya " Satu
usaha yang baik. Mudah-mudahan akan segera jelas. "
" Selama tidak ada kegiatan apapun, aku akan pergi ke
Tanah Perdikan Menoreh. Sementara, Sabungsari dapat
mengamati keadaan disini. " berkata Glagah Putih.
Ki Lurah Branjangan menarik nafas dalam-dalam. Katanya
" Ternyata kau dapat memanfaatkan waktu dengan baik. "
Namun tiba-tiba saja Rara Wulan keluar pula ke pendapa
dan duduk disebelah kakeknya sambil berkata " Kek. Aku
akan pergi ke Tanah Perdikan Menoreh. "
Ki Lurah termangu-mangu sejenak. Ia tidak mengerti akan
cucunya itu. Karena itu, maka iapun bertanya " Apakah kau
akan pergi bersama Glagah Putih" "
" Tidak. Glagah Putih pergi sendiri. Aku akan pergi sendiri. "
berkata Rara Wulan. " Aku tidak mengerti. " jawab Ki Lurah kemudian.
" Glagah Putih nampaknya tidak senang pergi bersama aku
" jawab Rara Wulan " ia berusaha untuk menghalangi
kepergianku ke Tanah Perdikan Menoreh. Mungkin ia akan
membujuk kakek untuk melarang aku pergi. "
Ki Lurah termangu-mangu sejenak. Kemudian iapun
bertanya kepada Glagah Putih " Apa yang sebenarnya
terjadi?" Glagah Pulih menarik nafas dalam-dalam. Dengan sendat
ia mencoba menjelaskan sikapnya karena keinginan Rara
Wulan akan ikut bersamanya pergi ke Tanah Perdikan.
Ki Lurah Branjangan mendengarkan keterangan Glagah
Putih sambil mengangguk-angguk. Namun demikian Glagah
Putih selesai, maka Ki Lurah berkata " jadi Rara Wulan akan
pergi bersamamu ke Tanah Perdikan. "
" Tidak " jawab Rara Wulan " sudah aku katakan, aku akan
pergi sendiri ke Tanah Perdikan Menoreh
Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Tetapi Ki Lurahlah
yang kemudian berkata " Jika kau pergi sendiri, aku tidak akan
mengijinkannya. " " maksud kakek" " bertanya Rara Wulan.
" Jika kau pergi bersama Glagah Putih, baru aku dapat
melepaskanmu. " berkata Ki Lurah " Sebagaimana kau tahu,
sekarang keadaan di Mataram menjadi semakin gawat
dengan hadirnya sekelompok orang yang belum dikenal
dengan pasti. Para petugas sandi masih dibingungkan oleh
kehadiran kelompok Gajah Liwung yang sebenarnya yang
tiba-tiba saja ada diantara kelompok-kelompok anak muda,
namun dengan watak yang berbeda. Tetapi kemudian
kelompok Gajah Liwung itu menjadi kabur karena kedatangan
orang-orang baru yang tidak dikenal itu. "
" Maksud Ki Lurah, sekelompok orang dari padepokan yang
jauh itu" " bertanya Glagah Putih.
" Untuk sementara mereka disebut demikian " jawab Ki
Lurah. " Kami sudah berhubungan dengan Ki Wirayuda " jawab
Glagah Putih " tetapi nampaknya Ki Wirayuda juga belum pasti
terhadap kelompok ini. "
" Nah, karena itu, maka aku berkeberatan jika Rara Wulan
pergi sendiri ke Tanah Perdikan " berkata Ki Lurah kemudiam
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Sementara Kara
Wulan menundukkan kepalanya. .
" Nah. aku ingin kcteranganmu Rara Wulan. Apakah kau
tetap akan pergi sendiri atau akan pergi bersama-sama
dengan Glagah Pulih" " bertanya Ki Lurah.
Rara Wulan masih saja termangu-mangu. la tidak segera
dapat menjawab pertanyaan kakeknya. Namun Ki Lurah
kemudian mendesaknya " Jawablah Wulan. Aku ingin ketegasanmu
agar aku dapat menentukan sikap. "
Rara Wulan memang tidak dapat segera menjawab. Tetapi
kakeknya berkata " Aku akan menghitung sampai tiga. Jika
kau tidak menjawab, maka aku menganggap bahwa kau tidak
akan berangkat ke Tanah Perdikan. "
Tetapi ketika Ki Lurah mulai menghitung, maka iapun mulai
tertawa melihat kebingungan Rara Wulan, sehingga tiba-tiba
saja Rara Wulan telah bergeser mendekat dan mencubitnya
sekeras-kerasnya " Kakek mengganggu aku. Semua orang
mulai mengganggu aku. "
" Wulan " desis Ki Lurah " sakit. "
" Tetapi kakek membuat aku menjadi bingung " berkata
Rara Wulan dengan suara dalam.
" Tidak Wulan " jawab kakeknya " aku tidak bermaksud
mengganggumu. Tetapi aku benar-benar tidak dapat
mengijinkan kau pergi sendiri. Kau harus mampu melihat
keadaan yang sedang berkembang sekarang ini, justru
setelah perang dengan Madiun selesai. "
" Karena itu " Ki Lurah melanjutkan " jika kau memang akan
pergi, maka kau sebaiknya pergi bersama Glagah Putih.
Itupun aku ingin berpesan, bahwa kalian harus benar-benar
bersiap menghadapi segala kemungkinan. "
Rara Wulan menundukkan wajahnya. Tetapi ia tidak
menjawab lagi. Demikianlah, maka Rara Wulan memang tidak dapat
mengelak, bahwa ia harus pergi ke Tanah Perdikan Menoreh
bersama Glagah Putih. Sebenarnyalah Rara Wulan memang
akan pergi bersama Glagah Putih, namun semula Glagah
Putih memang menjadi agak'berkeberatan.Tetapi karena Ki
Lurah Branjangan mengijinkan, maka Glagah Putihpun
menjadi tidak dapat mengelak lagi.
Dihari berikutnya, maka kedua orang itupun telah bersiapsiap
untuk berangkat. Mereka telah minta diri kepada Ki Lurah
Branjangan, kepada kawan-kawan dalam kelompok Gajah
Liwung dan bahkan kepada Ki Wirayuda.
" Hati-hati " pesan Ki Wirayuda " nampaknya orang-orang
yang belum begitu kita kenal itu memang orang-orang yang
berbahaya. Mereka dengan cepat memasuki segi-segi
kehidupan yang gelap di Mataram. Benturan-benturan
memang sering terjadi dengan kelompok-kelompok yang telah
ada. Tetapi setiap kali mereka memang sering
mempergunakan nama kelompok Gajah Liwung. Nampaknya
beberapa pihak mulai percaya bahwa yang paling gemas dari
segala kelompok yang ada itu adalah kelompok Gajah Liwung
yang semula dikira kelompok yang akan dapat memberikan
keseimbangan menghadapi kelompok-kelompok lain yang
dinilai kasar dan liar. Namun tiba-tiba kelompok Gajah Liwung
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang keji melampaui
kelompok-kelompok yang ada. "
Glagah Putih dan Rara Wulan mengangguk-angguk.
Namun hampir diluar sadarnya Glagah Putih bertanya "
Menghadapi orang-orang yang demikian, sebagaimana di
bukit kecil itu, rasa-rasanya sulit sekali untuk menghindari
kekerasan yang barangkali dapat mengakibatkan
kemungkinan yang buruk. "
Ki Wirayuda menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia
menjawab " Kalian tidak wenang menjatuhkan hukuman
sendiri kepada siapapun juga. "
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Tetapi Glagah
Putih tidak bertanya lebih lanjut. Ia mengerti, bahwa Ki
Wirayuda tidak akan;membenarkan semua tindakan yang
dilakukan langsung kepada penjahat yang paling berbahaya
sekalipun jika tidak dalam keadaan terpaksa dan dapat
dibuktikan terutama untuk melindungi diri sendiri, atau
melindungi jiwa orang lain yang tidak bersalah.
Setelah semua pihak dihubungi, maka Glagah Putih dan
Rara Wulan telah meninggalkan Mataram menuju ke Tanah
Perdikan Menoreh. Sementara itu Sabungsari yang melepasnya sampai kegerbang
kota sempat berdesis " Kami mendengar desasdesus
yang belum dapat diyakini kebenarannya, bahwa orangorang
yang' menyebut dirinya dari kelompok Gajah Liwung
adalah orang-orang dari Pegunungan Kendeng. "
Glagah Putih mengerutkan keningnya. Katanya " Mudahmudahan
para petugas sandi segera dapat memecahkan
teka-teki itu. " " Mudah-mudahan meskipun mereka tentu juga mengalami
kesulitan. Tetapi mereka tentu akan bekerja keras untuk itu "
jawab Sabungsari yang kemudian berpesan " Hati-hatilah di
perjalanan. Kemungkinan-kemungkinan yang tidak dapat
diperhitungkan akan dapat terjadi. Mungkin kalian bertemu
dengan orang-orang yang berniat buruk. Namun kalian juga
harus berhati-hati terhadap nalar budi kalian sendiri. "
" Ah kau " sahut Glagah Putih. Tetapi ia tidak berbicara
lebih lanjut. Demikianlah sejenak kemudian, maka dua ekor kuda telah
berpacu menuju ke Tanah Perdikan Menoreh. Untuk tidak
menarik perhatian, maka Rara Wulan telah berpakaian seperti
seorang laki-laki, sebagaimana pernah dilakukan oleh Sekar
Mirah dan Pandan Wangi. Orang-olrang yang berpapasan
tetapi tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh,
tidak akan dapat melihat bahwa ia adalah seorang
perempuan. Beberapa saat mereka berkuda melewati bulak-bulak
pendek dan panjang menuju ke tempat penyeberangan di Kali
Praga. Jalan yang mereka tempuh termasuk jalan yang agak
ramai. Karena itu, maka merekapun banyak berpapasan
dengan orang-orang lewat dan bahkan orang-orang berkuda.
Memang tidak banyak orang yang memperhatikan kedua
orang berkuda dari Mataram menuju ke Tanah Perdikan itu.
Mereka yang berpapasan menduga bahwa keduanya adalah
anak-anak muda yang selama menempuh perjalanan. Mereka
sama sekali tidak menduga bahwa seorang diantara mereka
adalah seorang gadis. Dengan demikian maka perjalanan keduanya sama sekali
tidak mengalami hambatan.
Tetapi berdua mereka sempat menjadi berdebar-debar
ketika mereka melihat beberapa orang berkerumun dipinggir
jalan. Nampaknya perhatian mereka tertuju kepada dua o-rang
suami isteri yang menggigil berdiri dipinggir jalan.
Glagah Putih dan Rara Wulan sempat memperlambat kuda
mereka dan bahkan berhenti beberapa langkah dari
kerumunan orang-orang itu. Kepada seseorang Glagah Putih
bertanya " Apa yang terjadi dengan kedua orang itu" "
Orang itupun kemudian telah menjawab Mereka telah
dirampok. " " Dirampok" " Disiang hari dan ditempat seperti ini" "
bertanya Glagah Putih. " Ya " jawab orang itu.
" Apakah perampok itu dapat ditangkap" " bertanya Glagah
Putih kemudian. " Tidak seorangpun yang berani melakukannya. Mereka
terdiri dari dua orang ya/ig bertubuh raksasa. Mereka tiba-tiba
saja telah meloncat dari punggung kuda, merampas keris
dengan pendok emas. Ikat pinggang dengan timang emas
teretes berlian, perhiasan perempuan itu yang nampaknya
juga bernilai tinggi. " jawab orang itu.
Glagah Putih menarik nafas dalam-dalam. Ketika Rara
Wulan akan bertanya, Glagah Putih sempat memberinya
isyarat untuk mengurungkannya.
Rara Wulan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Untunglah bahwa ia segera menyadari bahwa ia berpakaian


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti laki-laki. Namun agaknya Glagah Putih dan Rara Wulan sudah tidak
akan dapat membantu apapun juga. Kedua orang yang
merampas perhiasan dan keris kedua orang itu telah
meninggalkan tempat itu diatas punggung kuda.
Karena itu, maka Glagah Putih dan Rara Wulanpun segera
meneruskan perjalanan mereka menuju ke Tanah Perdikan
Menoreh. Begitu mereka menjauh, Rara Wulanpun berkata " Tentu
perbuatan kelompok-kelompok anak nakal itu. Ternyata
gerakan mereka sampai ke tempat ini pula. "
" Mudah-mudahan tidak menyeberang Kali Praga " berkata
Glagah Putih. " Kelompok yang telah ada di Mataram aku kira tidak akan
menjangkau jarak yang terlalu jauh. Tetapi entahlah dengan
kelompok yang baru, yang menurut Ki Wirayuda berasal dari
Gunung Kendeng itu. " desis Rara Wulan.
Glagah Putih mengangguk-angguk. Namun ia berdesis
"Apakah begitu cepat ia mengenal medan" "
" Tentu mereka sudah lama berada di Mataram dan
sekitarnya " jawab Rara Wulan.
Glagah Putih masih mengangguk-angguk. Bahkan iapun
bergumam " Ya. Mereka sudah mengenal kelompok Gajah
Liwung. " Rara Wulan terdiam. Dipandanginya jalan yang membujur
panjang dihadapannya menuju ke Kali Praga.
Keduanya pun kemudian telah sampai ke tepian. Kepada
Rara Wulan, Glagah Putih berkata " Ingat. Kau berpakaian
seperti pakaian laki-laki. Tetapi suaramu tetap suara seorang
perempuan. " Rara Wulan mengangguk. Ia sadar, bahwa ia harus diam
saja jika ia berada didekat orang lain.
Beberapa saat akemudian, maka merekapun telah berada
diatas rakit. Ternyata tiga orang berkuda ada dirakit itu pula,
selain beberapa orang yang lain.
Rara Wulan mulai memperhatikan ketiga orang itu. Ia mulai
menjadi curiga melihat sikap dan pekaiannya. Meskipun tidak
terlalu menyolok, tetapi nampak bahwa pakaian mereka bukan
pakaian yang sewajarnya. Sikap merekapun nampak agak
kasar dan tidak menghiraukan orang-orang lain yang ada di
perahu itu. Mereka berbicara keras-keras. Berjalan mondarmandir.
Bahkan telah mendorong kaki seseorang dengan
kakinya yang kuat sambil membentak " Minggir. Jika tidak aku
injak kakimu. " Orang itu menjadi ketakutan. Dengan serta merta ia telah
menarik kakinya dan duduk bersilaa sambil menundukkan
kepalanya. Beberapa orang yang lainpun telah menjadi ketakutan pula
sehingga mereka tidak berani lagi memandangi ketiga orang
itu. Glagah Putih dan Rara Wulanpun telah berpaling pula.
Mereka memandang ke arus sungai yang berwarna lumpur itu.
Dalam pada itu Glagah Putih sadar, bahwa orang-orang itu
telah memperhatikan kudanya. Namun mereka sama sekali
tidak mengatakan apa-apa. Mereka masih tidak mengganggu
Glagah Putih dan kudanya.
Namun ketika tiba-tiba saja rakit terguncang karena arus
pusaran yang tidak begitu besar menyentuh rakit itu, Rara
Wulan telah memekik kecil. Suaranya adalah suara seorang
perempuan. Suara itu ternyata telah menarik perhatian orang-orang
yang berada di atas rakit itu. Terutama ketiga orang berkuda
itu. Bahkan seorang diantara mereka dengan serta merta telah
memperhatikan Glagah Putih dan Rara! Wulan dengan tanpa
berkedip. Rara Wulan menyadari kesalahannya. Namun ia tidak
sengaja melakukannya. Bahkan diluar sadarnya ia bersuara
karena guncangan yang demikian tiba-tiba.
Glagah Putih menjadi berdebar-debar. Suara Rara Wu -
jlanakan dapat mengundang persoalan. Apalagi dengan
kehadiran ketiga orang berkuda ilu diatas rakit.
Tetapi Glagah Putih tidak segera beitindak, la masih
mencoba untuk menunggu. Ia berharap bahwa tidak terjadi
persoalan karena suara Rara Wulan itu.
Untuk beberapa saat memang tidak terjadi sesuatu. Tetapi
tiba-tiba saja Glagah Putih dan rara Wulan mendengar ketiga
orang itu berbicara perlahan-lahan diantara mereka.
Kemudian suara tertawa mereka yang meledak.
Glagah Putih dan Rara Wulan sadar, bahwa mereka
memang tidak akan dapat mengelak lagi. Mereka harus
menghadapi dan mengatasi kesulitan yang bakal datang.
Namun yang terjadi benar-benar diluar dugaan.Ternyata
ketiga orang itu benar-benar orang-orang kasar. Tanpa
bertanya dan berbicara apapun juga, tiba-tiba seorang
diantara mereka telah menggapai ikat kepala Rara Wulan.
Dengan satu hentakan ikat kepala itupun terlepas dan Rambut
Rara Wulan yang panjang telah terurai dipundak dan
punggungnya. Terdengar suara tertawa yang sekali lagi meledak. Seorang
diantara mereka berdiri di belakang Rara Wulan sambil
memegangi ikat kepala yang terlepas itu.
Orang-orang yang ada di rakit itu menjadi gemetar. Mereka
menjadi berdebar-debar.melihat sikap orang yang kasar itu.
Apalagi ketika mereka juga telah melihat bahwa Rara Wulan
adalah seorang perempuan yang diperlakukan dengan kasar
itu. Tetapi sebelum mereka sempat menyadari keadaan itu
sepenuhnya, sekali lagi mereka terkejut. Ternyata Rara Wu -
lan: telah menjadi sangat marah atas perlakuan orang itu.
Tanpa berpikir panjang, maka tiba-tiba saja ia telah
menghentakkan kekuatannya. Dengan sebelah kakinya, ia
telah menyerang orang itu tepat didadanya.
Serangan itu memang tidak terduga-duga. karena itu, maka
serangan itu benar-benar telah menggoyahkan
keseimbangannya. Bahkan orang yang memegangHkat
kepalanya itu telah terdorong surut dan terlempar mencebur
ke Kali Progo. Orang itu telah berteriak. Tetapi suaranya terputus ketika
kepalanya mulai terbenam kedalam air. Apalagi ketika luar
kemampuannya untuk menghindari, sudut rakit telah
membentur kepalanya. Orang itu merasa kepalanya bagaikan pisah karenanya.
Rasa-rasanya kesadarannyapun mulai kabur. Apalagi air
mulai masuk kedalam mulutnya.
Meskipun masih berusaha untuk mencoba berenang,
namun ternyata bahwa ia tidak lagi mampu melawan arus
sungai yang cukup deras. Kedua orang kawannya yang masih ada diatas rakit
menjadi bingung. Mereka mencemaskan kawannya yang
mulai hanyut dibawa arus Kali Progo. Mereka menyadari,
tanpa pertolongan, maka kawannya itu tentu akan mati.
Karena itu, maka seorang diantara mereka segera
meloncat kedepan sungai dan berenang menyusuri kawannya.
Dengan susah payah ia berusaha menolongnya. Namun sulit
baginya untuk menolong kawannya, sekaligus melawan arus
sungai. Beruntunglah, bahwa beberapa langkah dibawah terdapat
sebuah rakit yang membawa beberapa orang menyeberang
kearah yang berlawanan. Dengan susah payah o-rang yang
menolong kawannya itu berusaha menjangkau rakit itu dan
membawanya naik. Orang-orang yang berada di rakit itu menjadi ragu-ragu.
Mereka melihat dari kejauhan apa yang dilakukan oleh orangorang
itu. Tetapi tidak seorangpun diantara mereka yang
memiliki keberanian untuk menentang niat orang yang
menolong kawannya itu. Bahkan ketika orang yang menolong
kawannya itu membentak minta pertolongan, maka beberapa
orang termasuk tukang satangnya telah berusaha menolong
mereka. Demikian orang yang kepalanya terbentur sudut rakit itu
dibaringkan diatas rakit, maka kawannya segera berusaha
uniuk menolongnya. Namun ia sempat berteriak " Kejar rakit
itu. " Tukang satangnya menjadi bingung. Terapi mang itu
membentak sekali lagi " Kembali keseberang sebelah Karat
kali Praga. Susul rakit itu. Aku akan membunuh perempuan
gila itu atau kalian yang akan aku bunuh. "
Tukang satang itu tidak menjawab. Mereka tidak berani
menolak perintah itu, meskipun penumpang-penumpang yang
lain semula berniat menuju ketepian sebelah Timur Kali
Praga- Dalam pada itu, seorang lagi yang masih ada dirakit
bersama Glagah Putih dan Rara Wulan, telah menjadi sangat
marah pula. Dengan garangnya ia berkata " Kau telah
melakukan kesalahan yang besar sekali. Kau melemparkan
kawanku kedalam sungai. Jika usaha kami hanya ingin
bergurau, tetapi sekarang kami berniat lain. "
" Aku tidak senang dengan caramu bergurau " Jawab Rara
Wulan tanpa mengenal takut " guraumu adalah gurau orangorang
liar. " " Cukup " bentak orang itu " kami semula memang berniat
membawamu. Tetapi karena tingkah lakumu, maka kau akan
kami bawa kesarang kami. Aku tidak tahu apa yang akan
terjadi atasmu. " Wajah Rara Wulan menjadi merah. Ia tidak minta
pertimbangan Glagah Putih lagi. Iapun tidak menghiraukan
bahwa rakit telah terguncang. Karena itu, maka iapun telah
menjawab " Kau kira aku siapa he" Kau kira kau dapat
membawaku" Jika aku terpaksa harus kau bawa, maka kau
akan membawa mayatku. "
" Perempuan yang sombong. Aku memang akan
membunuhmu. Tetapi tidak disini. Aku dan kawan-kawanku
akan membunuhmu dengan cara kami. " bentak orang itu.
Tetapi sekali lagi terjadi tanpa diduga-duga oleh orang itu.
Dengan cepat tangan Rara Wulan telah menampar wajah
orang itu, sehingga rasa-rasanya seperti tersentuh api.
Orang itu memang menjadi sangat marah. Tetapi Rara
Wulan telah bersiap. Sementara itu tukang satang yang
menjadi cemas telah berteriak " Jangan guncang rakit ini.
Nanti terbalik. Kita semuanya akan tercebur kedalam air. Aku
dan kawan-kawanku tukang satang dapat berenang dengan
baik, tetapi tentu ada diantara para penumpang yang tidak
dapat berenang. " Rara Wulan msncoba menahan dirinya. Ia masih
mendengar dengan jelas kata-kata tukang satang itu. Diluar
sadarnya ia memandang berkeliling. Dilihatnya beberapa
orang yang ketakutan. Seorang yang mendukung anaknya
telah memeluk anaknya erat-erat. Seakan-akan orang itu tidak
ingin kehilangan anaknya tercebur kedalam arus Kali Praga.
Justru karena itu, maka Rara Wulan telah menahan diri. Ia
memang berniat menunda perselisihan itu sampai keseberangmeskipun
ia sama sekali tidak ingin memanfaatkan orang
yang telah menghinanya. Bahkan orang yang telah
mengancamnya. Tetapi orang yang kasar itu berteriak " Aku tidak peduli
apakah orang-orang lain akan mati tenggelam. Tetapi aku
ingin menangkap perempuan itu, mengikatnya dan
membawanya kesarang kelompok kami. "
" Hampir diluar sadarnya justru Glagah Putihlah yang
bertanya " Kelompok apa" "
" Kelompok Gajah Liwung. Kami adalah orang-orang dari
kelompok Gajah Liwung. " jawab orang itu.
Glagah Putih justru terdiam sejenak. Jawaban itu membuat
jantungnya berdegup semakin cepat. Namun ketika Rara
Wulan akan menanggapi dengan serta merta, Glagah Putih
telah menggamitnya. Bahkan Glagah Putih masih mencoba menahan diri sambil
berkata " kita akan menyelesaikan persoalan kita jika kita
sudah sampai ke tepian. Aku memang menganggap bahwa
persoalan kita harus diselesaikan dengan tuntas. Agar kami
tidak dianggap curang, maka di tepian kami berdua akan
berhadapan dengan setidak-tidaknya dua orang diantara
kalian bertiga, karena seorang diantara kawan kalian tidak
akan mampu berbuat apa-apa lagi. Tetapi jika kau akan
bertindak sekarang, maka kau akan berhadapan dengan dua
orang sekaligus. Dan aku yakin kau akan mati sebelum
sampai ke tepian. " Wajah orang itu menjadi meran. Tetapi.sebelum ia
menjawab, Glagah Putih berkata " Lihai., rakit yang
ditumpangi kawanmu itu sudah menjadi semakii. dekat.
Apakah kau tidak sabar menunggu kedatangannya" -
" Setan kau " geram orang itu.
" Terserah kepadamu. Apakah kau ingin mati, kemudian
kami membunuh kawanmu yang ada dirakit itu atau kita akan
bertempur secara adil " berkata Glagah Putih.
Orang itu termangu-mangu. Ternyata ia mulai berpikir.
Sikap Glagah Putih memang sangat meyakinkan.
Namun demikian orang itu masih berkata " Aku masih
menaruh belas kasihan. Aku biarkan kalian hidup sampai
tepian. Mungkin kau tidak ingin mayatmu hanyut di Kali Praga
itu. " " Tutup mulut " bentak Rara Wulan " jika aku tidak
mengingat orang-orang lain yang ada di rakit ini, aku bunuh
kau disini. " " Perempuan sombong. Kau kira kau itu apa" " teriak orang
itu. " Kau kira apa" " Rara Wulanpun berteriak.
Dada orang itu hampir meledak. Tetapi ia mendengar
kawannya yang ada dirakit yang lain yang menjadi semakin
dekat, sejalan dengan jarak yang semakin dekat dengan
tepian, berteriak " Bertahanlah. Aku segera datang. "
Tetapi Glagah Putih berkata perlahan-lahan " Nah, kau
dengar bahwa kawanmu ingin ikut bermain-main" " l
Orang itu menggeram, sementara Glagah Putih berkata "
Karena itu, jangan mati dulu. "
" Persetan kau. Di tepian aku koyakkan mulutmu. " Glagah
Putih tertawa kecil. Katanya " Jangan kehilangan akal. "
" Kau akan menyesal " geram orang itu.
Glagah Putih tidak menjawab. Rakit yang satu lagi, yang
dikayuh dengan cepat, karena tukang satangnya menjadi


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketakutan, telah hampir mencapai rakit yang ditumpangi oleh
Glagah Putih dan Rara Wulan. Tetapi Rakit Glagah Putih telah
lebih dahulu mencapai tepian.
Dengan tangkasnya orang yang kasar itu telah meloncat
lebih dahulu ke tepian sambil menuntun kudanya. Kemudian
menambatkannya pada patok tambatan rakit yang berjajarjajar
ditepian, sementara orang itu telah mengambil kedua
ekor kuda yang lain. Glagah Putih dan Rara Wulan pun telah turun pula ke
tepian sambil menuntun kudanya.
Namun mereka memang harus segera mempersiapkan diri.
Orang-orang kasar itu sudah begitu mendendam mereka,
sehingga setiap saat mereka akan segera bertindak.
Karena itu, maka Glagah Putih dan Rara Wulan telah
menambatkan kuda mereka pula. Sementara itu rakit yang
satu lagi telah merapat juga ketepian. Dengan tergesa-gesa
orang yang telah menolong kawannya itu meloncat ketepian
sambil berteriak " Kita bunuh mereka jika kawan kita itu tidak
tertolong lagi. " Rara Wulan akan menjawab. Namun Glagah Putih telah
menggamitnya. Sementara itu, maka orang yang menolong kawannya itu
tiba-tiba telah berteriak kepada tukang-tukang satang yang
membawa rakitnya menepi " Turunkan kawanku itu. Hati-hati. "
Tukang-tukang satang itu memang menjadi ketakutan.
Setelah menambatkan rakitnya, maka mereka telah
mengusung orang yang dalam keadaan tidak sadar
sepenuhnya itu menepi. Nampaknya benturan antara sudut
rakit dan kepalanya membuatnya dalam keadaan yang parah.
Setelah kawannya diletakkan dipasir tepian, maka dengan
wajah geram orang itu melangkah mendekati Rara Wulan "
Perempuan iblis. Kau telah membuat kawanku terluka parah.
Kau akan menebus kesalahanmu dengan penuh penyesalan. "
" Kita bawa perempuan itu kesarang kita " berkata yang
seorang lagi. " Satu gagasan yang menarik " jawab yang telah menolong
kawannya itu. Dalam pada itu, orang-orang lainpun telah meninggalkan
tempat itu dengan tergesa-gesa. Mereka tidak ingin melihat
apa yang terjadi dengan perempuan yang semula dikira lakilaki
itu. Tetapi tanpa ikat kepala sehingga rambutnya terurai
dipunggungnya.imaka jelas kelihatan bahwa ia adalah
seorang perempuan. Mereka tidak akan sampai hati melihat
perempuan itu mengalami nasib yang sangat buruk.
Namun seorang diantara mereka berdesis dengan orang
yang berjalan seiring " Tetapi nampaknya perempuan itu juga
bukan perempuan kebanyakan. Ternyata ia mampu
melemparkan salah seorang dari orang-orang kasar itu masuk
ke Kali Praga tanpa mengenal takut sedikitpun meskipun
sebelumnya ia lebih senang berdiam diri tanpa menanggapi
sikap orang-orang kasar itu. "
Kawannya berjalan seiring mengangguk-angguk. Tetapi
katanya kemudian " Aku akan melihat apa yang terjadi dari
balik gerumbul-gerumbul liar itu. "
" Nanti kita terpercik api. Mereka nampaknya benar-benar
telah terbakar sehingga telah siap untuk bertempur. " sahut
yang lain. " Tentu dari kejauhan " berkata kawannya yang berjalan
seiring itu. Yang lain tidak menyahut. Tetapi mereka berjalan semakin
cepat. Sementara itu rakit yang satu lagi telah semakin
ketengah, karena rakit itu memang menuju keseberang
sebelah Timur. Dalam pada itu, kedua orang yang kasar itu sudah
berhadapan dengan Glagah Putih dan Rara Wulan. Baru
kemudian Glagah Putih bertanya kepada kedua orang itu "
Jadi kalian dari kelompok Gajah Liwung" "
" Darimana kau tahu" " bertanya orang yang telah
menolong kawannya. " Kawanmu yang mengatakannya " Jawab Glagah Putih.
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun iapun
kemudian menjawab " Ya. Kami adalah orang-orang dari
Kelompok Gajah Liwung. "
" Jika demikian, maka kalian adalah orang-orang buruan. "
berkata Glagah Putih " sepengetahuan kami, orang-orang
Gajah Liwung adalah orang buruan. Mereka telah melakukan
beberapa macam kejahatan sehingga setiap orang dari
kelompok Gajah Liwung harus ditangkap. "
Tetapi orang itu justru berkata lantang " Lalu apa yang akan
kau lakukan" Berteriak-teriak memanggil prajurit Mataram di
tepian ini" Atau kalian mau berpacu kembali ke Mataram dan
memberikan laporan bahwa kami ada disini" Kalian tidak
dapat bermimpi apapun lagi. Kalian adalah o-rang yang
bernasib paling buruk, tetapi juga karena kesombongan kalian.
Perempuan itu akan kami bawa kesarang kami. Sementara
kau akan kami lemparkan kedalam sungai itu.
Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Namun tiba-tiba
saja ia berkata " Dua orang diantara kalian telah merampok
perhiasan sepasang suami isteri di jalan. Aku menemukan
mereka dikerumunan banyak orang. "
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Namun
seorang diantara mereka berkata " Kau seperti orang
bermimpi. Aku tidak tahu bagaimana kau dapat mengigau
seperti itu. Atau kau berusaha mengalihkan persoalan"
Jangan mengharap kalian dapat terlepas dari tangan kami.
Perempuan itu akan menjadi budak kami. kawan-kawanku
tentu akan bergembira menerima kedatangannya. "
Rara Wulan benar-benar sudah tidak sabar. Ia sama sekali
tidak berkata apa-apa. Tetapi tangannya telah terayun
menampar wajah orang itu sebagaimana dilakukannya diatas
rakit. Orang itu sama sekali tidak mengira bahwa Rara Wulan
akan menamparnya. Karena itu. maka ia sama sekali tidak
sempat mengelak dan tidak pula berusaha menangkis. Karena
itu, maka telapak tangan Rara Wulan telah mengenai
wajahnya dengan keras. Orang itu melangkah mundur sambil menggeram. Tangan
Rara Wulan tidak seperti kebanyakan tangan gadis-gadis.
Terasa wajahnya bagaikan tersengat api.
Tetapi orang itupun tidak menahan diri pula.
Kemarahannya telah sampai ke ubun-ubunnya. Karena itu,
maka iapun telah meloncat pula menerkam Rara Wulan. Ia
ingin sekali tangkap dan kemudian dengan mempertaruhkan
gadis itu, ia akan memaksa kawannya untuk menyerah.
Namun ternyata bahwa Rara Wulan tidak semudah itu
dapat ditundukkan. Demikian orang itu menerkam, maka Rara
Wulan dengan tangkasnya meloncat mundur. Dengan tangkas
pula telah mengayunkan kakinya menyerang ke arah
lambung. Tetapi orang itu sudah mulai bertempur. Karena itu, maka
ketika kaki Rara Wulan terjulur ke arahnya, maka iapun telah
siap untuk menangkisnya. Dengan kedua tangannya orang itu justru ingin menangkap
kaki Rara Wulan yang terjulur. Namun Rara Wulan
mengurungkan serangannya. Sambil menggeliat ia telah
berputar. Kakinya yang lain telah berputar dan menyambar
lawannya mendatar. Serangan yang datang beruntun dan tidak terduga itu
benar-benar telah mengejutkannya. Seakan-akan begitu tibatiba
kaki gadis itu menghantam pundaknya menyamping.
Orang yang bertubuh kekar itu terhuyung-huyung.
Untunglah bahwa ia masih dapat mempertahankan
keseimbangannya, sehingga ia tidak jatuh terguling di tepian.
Namun dengan demikian, ia sadar, bahwa lawannya
bukanlah seorang perempuan kebanyakan. Ternyata bahwa
pe.irempuan itu'berpakaian seperti seorang laki-laki karena ia
memang memiliki kemampuan seperti seorang laki-laki.
Dengan demikian maka orang yang mengaku dari
kelompok Gajah Liwung itu telah bersiap sepenuhnya
menghadapi Rara Wulan. Meskipun dimata lawannya Rara
Wulan adalah seorang perempuan, namun ia telah
memberikan perlawanan sebagaimana seorang laki-laki.
Karena itu, maka keduanyapun kemudian telah bertempur
dengan serunya. Rara Wulan yang menyadari, bahwa
kekuatan orang itu tentu lebih besar dari kekuatannya, telah
berusaha untuk tidak membenturkan kekuatannya
sepenuhnya. Rara Wulan berusaha untuk mengatasinya
dengan kecepatan geraknya.
Sebenarnyalah bahwa lawannya memang sangat bertumpu
kapada kekuatannya. Tetapi ia tidak banyak memiliki bekal
kemampuan olah kanuragan. Ia tidak mempelajari unsur-unsur
gerak yang khusus apalagi rumit. Meskipun Rara Wulan
termasuk belum memiliki kedalaman ilmu, tetapi ia sudah
mampu membuat perhitungan-perhitungan khusus
menghadapi lawannya serta pemanfaatan unsur gerak yang
telah dipelajarinya. Latihan-latihan yang berat yang diberikan
oleh kakeknya ternyata sangat besar pengaruhnya dalam
pertempuran sebagaimana yang terjadi itu.
Sementara orang yang berhadapan dengan Glagah Putihpun
telah mulai bergerak. Tetapi Glagah Putih sempat berkata
" Apakah kau tidak ingin melihat, bagaimana kawanmu
dikalahkan oleh seorang perempuan ?"
" Anak iblis kau " geram orang itu " kau kira kau sendiri
mampu membebaskan diri dari tangan kami " Kau akan mati
di tepian ini. Sementara perempuan itu dan kudamu akan
menjadi milik kami."
Tetapi Glagah Putih tertawa. Katanya " Bukankah kau lihat
bahwa kawanmu tidak mudah untuk menundukkan gadis itu ?"
" Tetapi aku tidak akan mengalami kesulitan untuk
membunuhmu ?" berkata orang itu dengan kemarahan yang
memuncak. Tetapi Glagah Putih masih saja tertawa. Ja sama sekali
tidak terpengaruh oleh sikap lawannya, sehingga ia masih saja
tersenyum-senyum menyaksikan lawannya itu mencoba untuk
mempengaruhinya. " Kau sama sekali tidak menyadari keadaanmu yang gawat.
Anak muda, kau akan segera mati disini." orang yang
bertubuh kekar itu menggeram.
Tetapi Glagah Putih menjawab " Sudahlah. Jangan
membentak-bentak begitu. Jika kau benar-benar yakin,
lakukan apa yang kau katakan itu."
Orang itu memang tidak sabar lagi. Iapun segera meloncat
menyerang dengan garangnya. Namun Glagah Putih sudah
bersiap sepenuhnya. Karena itu, maka ia sama sekali tidak
terkejut ketika tangan orang itu menyambar ke arah
tengkuknya. Dengan cepat Glagah Putih mengelak, namun dengan
cepat pula kakinya telah terayun menyambar orang itu. Lebih
cepat dari gerak orang itu, sehingga karena itu, maka orang
yang mengaku dari kelompok Gajah Liwung itu sama sekali
tidak sempat menghindar. Meskipun ayunan kaki Glagah Putih tidak dilambari dengan
sepenuh tenaga dan kemampuannya, namun rasa-rasanya
kaki itu bagaikan sebongkah batu padas yang menghantam
dadanya. Orang itu mengaduh tertahan, terdorong beberapa langkah
dan kemudian jatuh terlentang.
Namun iapun segera melenting dan bangkit berdiri.
Meskipun nafasnya bagaikan tersumbat, tetapi ia berusaha
untuk tetap nampak tegar.
Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Sementara orang
itu berusaha memperbaiki keadaan dirinya, maka Glagah
Putih sempat melihat Rara Wulan yang bertempur melawan
seorang yang bertubuh kekar.
Tetapi Glagah Putih sama sekali tidak menjadi cemas. Ia
melihat ketangkasan Rara Wulan jauh melampaui lawannya
meskipun kekuatan Rara Wulan tentu masih belum dapat
mengimbangi, karena kemampuan Rara Wulan
mempergunakan tenaga cadangannya masih sangat terbatas.
Namun dengan kecepatan geraknya Rara Wulan setiap kali
telah mengejutkan lawannya. Beberapa kali Rara Wulan
mampu menembus pertahanan lawannya itu, sehingga
serangannya mampu mengenai tubuh yang tegar itu.
Sekali dua kali. lawan Rara Wulan mampu mengabaikan
sentuhan-sentuhan tangan Rara Wulan karena daya tahan
tubuhnya yang tinggi. Tetapi ketika serangan Rara wulan
semakin sering mengenainya, maka tubuhnyapun terasa mulai
digelitik oleh perasaan sakit.
Ketika Rara Wulan berhasil menyusup disela-sela
pertahanan lawannya dan dengan kakinya sempat mengenai
lambung, maka terasa perut lawannya itu menjadi mual.
Namun dengan cepat orang itu dapat mengabaikannya.
Dengan garang ia mulai berusaha untuk menerkam Rara
Wulan, menangkapnya dan dengan demikian maka Rara
Wulan tidak akan mampu melepaskan dirinya lagi.
Tetapi ternyata tidak mudah menangkap Rara wulan. Ia
bergerak secepat burung sikatan menyambar bilalang.
Menukik menyambar, kemudian melenting terbang tinggi.
ternyata bahwa lawan Rara Wulan itu semakin lama semakin
mengalami kesulitan. Beberapa kali ia harus berloncatan
menjauh. Sementara serangan-serangan Rara Wulan semakin
sering mengenai tubuhnya. Orang itu terkejut ketika Rara
Wulan tiba-tiba saja telah berdiri dekat di belakangnya, justru
sesaat setelah ia gagal menyerang kening gadis itu.
Tangannya yang terayun mendatar mengarah ke kening,
ternyata tidak menyentuhnya. Dengan cepat Rara Wulan
merendahkan diri. Demikian tangan itu terayun, maka Rara
Wulan dengan cepat meloncat dan berdiri di belakang
lawannya. Lawannya menyadarinya, tetapi betapapun cepatnya ia
berusaha untuk meloncat menjauhi gadis itu, namun Rara
Wulan telah sempat menyerangnya. Kakinya dengan
derasnya menghantam punggung orang bertubuh kekar itu.
Demikian kerasnya, sehingga orang itu seakan-akan terlempar
selangkah maju. Kemudian terhuyung-huyung beberapa
langkah dan jatuh terjerembab di pasir tepian.
Orang itu masih berusaha untuk bangkit. Sekali ia berguling
untuk mengambil jarak, kemudian dengan cepat melenting
berdiri meskipun punggungnya terasa bagaikan patah.
Rara Wulan tertegun sejenak. Ia sendiri tergeser surut


11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika kakinya mengenai punggung lawannya. Namun ia telah
tegak diatas kedua kakinya ketika lawannya itu jatuh
terjerembab dan kemudian melenting bangkit kembali.
Keduanyapun kemudian telah bersiap kembali untuk
bertempur dengan kemarahan yang semakin membakar
jantung. Dalam pada itu, Glagah Putih telah berkata kepada
lawannya " Nah kau lihat " Kawanmu tidak akan mampu
mengalahkan gadis yang telah dihinakannya itu. Gadis itubiasanya
tidak garang. Ia bukan seorang pemarah. Tetapi
kawanmu benar-benar telah menghinanya. Apalagi kawanmu
yang terbaring itu. Penghinaan itu telah membuatnya marah
dan kemudian menjadi garang."
" Persetan " geram lawan Glagah Putih itu " setelah aku
membunuhmmu, maka aku akan membantu menangkap gadis
itu dalam keadaan utuh."
" Jangan berpura-pura. Dadamu telah menjadi sesak. Jika
kau paksa juga untuk bertempur, maka kau benar-benar tidak
akan dapat bernafas lagi." jawab Glagah Putih.
Tetapi lawannya yang ingin tetap garang itu tiba-tiba saja
telah melangkah mendekat sambil berkata lantang " Aku akan
membuktikan bahwa orang-orang dari kelompok Gajah Liwung
tidak terkalahkan." Glagah Putih mengerutkan keningnya. Dengan ragu-ragu ia
bertanya " Apakah kau benar-benar merasa anggauta
kelompok Gajah Liwung ?"
" Ya. Apapun yang akan terjadi " jawab orang itu.
" Bagaimana jika ada orang lain yang mengaku anggau-ta
kelompok Gajah Liwung seperti yang kemarin aku jumpai di
Mataram ?" bertanya Glagah Putih.
" Kelompok Gajah Liwungmemang tidak hanya terdiri dari
tiga orang. Tetapi " banyak. Lebih banyak dari kelompokkelompok
yang telah ada sebelumnya." jawab o-rang itu.
Glagah Putih termangu-mangu. Satu masalah yang tentu
akan sulit dipecahkan. Orang-orang itu seakan-akan telah
meyakinkan diri mereka, bahwa mereka memang orang-orang
dari kelompok Gajah Liwung. Bahkan nampaknya mereka
tidak sekedar ingin mengadu domba antara kelompokkelompok
yang telah ada dengan kelompok Gajah Liwung.
Tetapi agaknya mereka mempunyai tujuan lain.
Namun Glagah Putih kemudian berkata " Ki Sanak,
sepengetahuan orang-orang Mataram, orang-orang dari
kelompok Gajah Liwung adalah orang-orang yang telah
melakukan tindakan yang dianggap menguntungkan orang
banyak." Orang itu tertawa. Katanya " Kami memang selalu
melakukan hal yang baik. Kecuali terhadap orang-orang yang
sombong dan tidak tahu diri seperti kalian."
Glagah Putih termangu-mangu sejenak. Tetapi hampii
diluar sadarnya ia berkata " Dan mengumpulkan gadis-gadis di
bukit kecil dekat hutan itu ?"
Wajah orang itu tiba-tiba saja menjadi tegang. Dengan
geram ia bertanya " Dari siapa kau mendengarnya ?"
Glagah Putih menjadi ragu-ragu sejenak. Tetapi iapun
kemudian menjawab " Semua orang di Mataram
memperbincangkan tingkah laku kalian. Sementara orangorang
Mataram sedang mencari kebenaran tentang dua
kelompok Gajah Liwung yang mempunyai watak dan sifat
yang sangat berbeda."
Orang itu menjadi semakin tegang. Dengan suara bergetar
orang itu bertanya " Apakah kau pernah mendengarnya ?"
" Ya " jawab Glagah Putih.
Orang- itu menggeretakkan giginya. Katanya " Jika
demikian kau memang harus mati."
Dengan serta merta orang itupun telah menyerang Glagah
Putih. Tetapi dengan cepat Glagah Putih telah mengelakkan
serangan itu sambil berkata " Aku belum selesai "
" Persetan dengan kau. Kau termasuk orang yang tentu
akan memfitnah orang-orang dari kelompok Gajah Liwung.
Karena itu kau tidak pantas untuk tetap hidup." bentak orang
itu pula. Glagah Putih memang tidak bertanya lagi. Iapun kemudian
harus mengimbangi serangan-serangan yang datang
bagaikan banjir bandang. Namun Glagah Putih menghadapi
serangan-serangan itu tak kurang kokohnya dari karang yang
tegak menghujam ke dalam bumi. Karena itu maka seranganserangan
orang yang mengaku dari kelompok Gajah Liwung
itu hampir tidak berarti sama sekali. Apapun yang
dilakukannya maka orang itu tidak mampu menggoyahkan
pertahanan Glagah Putih. Sementara itu, Rara Wulanpun telah mendesak lawannya
pula. Dengan tangkasnya ia telah berloncat. Sekali
menghindari serangan, namun kemudian meloncat menyerang
dengan cepatnya. Namun dalam pada itu, ternyata di lingkaran yang jauh,
Setannya Kok Beneran 1 Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Pedang Kiri Pedang Kanan 19
^