Pencarian

Api Di Bukit Menoreh 30

13 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja Bagian 30


" Lembu Sekitan"desis Agung Sedayu.
Dengan demikian, maka pertempuran antara kedua orang yang memiliki ilmu sangat tinggi itu menjadi semakin cepat. Keduanya mampu bergerak cepat. Melenting tinggi. Berputar diudara dan meloncat pada jarak yang panjang.
Sabungsari mengerutkan keningnya. Namun iapun kemudian justru melangkah surut, menjauhi Kebo Remeng dan mendekati Sekar Mirah yang masih sedang mengatur pernafasannya dan memperbaiki keadaannya setelah ia berhasil mendesak keluar racun dari dalam dirinya dengan obat penangkal racun.
" Orang itu akan dapat menjadi gila dan menyerang orang-orang yang tidak berdaya"berkata Sabungsari didalam hatinya
Karena itu, maka Sabungsari telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan. Dengan tidak terduga sebelumnya orang itu akan dapat menyerang. Sekar Mirah atau dirinya sendiri.
Sementara itu, Agung Sedayu masih bertempur dengan sengitnya.
Serangan-serangan kedua belah pihak telah membentur ilmu kebal mereka masing-masing meskipun dari jenis yang berbeda.
Namun kemampuan ilmu cambuk Agung Sedayu ternyata sangar tinggi. Ketika ujung cambuknya menghentak sendai pancing dengan lan-dasan ilmu puncaknya, maka ujung juntai cambuk Agung Sedayu itupun telah menembus Aji Lembu Sekitan yang melindungi tubuh Kebo Remeng itu.
Kebo Remeng terkejut, sehingga iapun meloncat surut Segores luka telah menyilang di bahunya. Meskipun luka itu tidak dalam, karena tertahan oleh ilmu Lembu Sekitan, tetapi bahwa kulitnya telah terluka, membuat jantung Kebo Remeng berdegup semakin keras.
Agung Sedayu tidak memburunya. Tetapi bahwa ujung cambuknya telah mampu menembus ilmu kebal lawannya, telah membuat Agung Sedayu semakin yakin, bahwa ia akan dapat mengalahkan lawannya.
"Namamu yang besar itu bukan sekedar omong kosong. Agung Sedayu."
" Kau masih mempunyai kesempatan Kebo Remeng. Menyerahlah. Ikutlah aku. Maka aku akan singgah ke Mataram untuk menyerahkan kau kepada para prajurit Mataram. Kau akan diadili dan akan mendapat hukuman tidak lebih dari yang seharusnya kau terima karena perbuatanmu ini"
" Persetan Agung Sedayu. Sebagai seorang yang berilmu tinggi, pandanganmu terhadap keseimbangan ilmu sangat kerdil. Dengan segores kecil luka, kau sudah merasa dirimu menang."
" Aku tidak merasa diriku menang " jawab Agung Sedayu " tetapi aku akan menawarkan satu penyelesaian yang lebih baik dari sebuah perkelahian dan apalagi kematian. Disini sudah terkapar beberapa orang saudara seperguruanmu. Sebagian dari mereka sudah mati. Sebagian yang lain luka parah dan pingsan. Seharusnya kau tidak usah menambah korban lagi."
"Masih ada tiga orang yang harus mau. Kau, isterimu dan kawanmu itu."
" Mereka adalah orang-orang berilmu tinggi. Mereka dapat membunuhmu."
"Omong kosong. Sekarang bersiaplah untuk mau Agung Sedayu.
"Kita akan bertempur. Tidak sekedar berbicara."
Agung Sedayu memang tidak pernah menjadi lengah. Ia sadar dengan siapa ia berhadapan.
Sejenak kemudian, maka lawannya telah mulai menyerang lagi. Serangannya menjadi semakin sengit.
Tetapi Agung Sedayupun telah siap menghadapinya, apapun yang akan dilakukan oleh Kebo Remeng.
Seperti Saudara-saudara seperguruannya, maka Kebo Remengpun kemudian telah menyerang Agung Sedayu dengan senjata rahasia. Segenggam butiran-butiran yang oleh landasan ilmunya menjadi sepanas bara dan beracun. Namun senjata-senjata rahasia itu tidak mampu mematahkan perlawanan Agung Sedayu. Dengan tangkasnya Agung Sedayu meloncat kesamping, sehingga senjata rahasia itu tidak menyentuh tubuhnya
Tetapi serangan itu tidak terhenti. Demikian kaki Agung Sedayu menginjak pasir tepian, maka serangan keduapun telah datang pula
Demikian cepatnya. Namun demikian cepat pula Agung Sedayu meloncat, justru mendekat.
Sebelum orang itu sempat memungut senjata rahasianya, maka Agung Sedayu telah menyerangnya dengan cambuknya, sehingga orang itulah yang harus meloncat menghindar. Tetapi Agung Sedayu tidak melepaskannya Iapun memburunya sambil menghentakkan ujung cambuknya pula
Sekali lagi Kebo Remeng harus meloncat mengambil jarak. Namun ketika Agung Sedayu memburunya, maka Kebo Remengpun tiba-tiba telah memutar sepasang tongkat baja putihnya demikian cepat dise-putar tubuhnya. Dari tongkat baja putih itu seakan-akan telah mengepul asap putih. Bukan sekedar bayangan putaran tongkat baja putih itu. Tetapi benar-benar asap yang mengepul diputaran tongkat itu telah menutup seluruh tubuh Kebo Remeng.
Agung Sedayu justru mengambil jarak. Ia tidak dapat melihat di-mana Kebo Remeng berdiri didalam lindungan asap putih yang semakin tebal itu. Bahkan kepulan asap itu semakin lama menjadi semakin melu-
Sabungsari yang melihat kepulan asap itu menjadi berdebar-debar. Demikian pula Sekar Mirah yang telah mampu mengatasi kesulitan di dalam tubuhnya. Panasnya bara yang menyengat kulitnyapun mulai berangsur berkurang.
Sekar Mirah itupun kemudian berdiri disamping Sabungsari dengan tegak Banyak kemungkinan dapat terjadi. Meskipun Agung Sedayu mengetrapkan ilmu kebalnya, tetapi kekuatan dan kemampuan lawannya yang tinggi itu, agaknya akan mampu menembus ilmu kebalnya itu.
Dalam pada itu, selagi Agung Sedayu masih mempelajari kemu ngkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan, tiba-tiba saja Kebo Remeng telah menyerangnya dengan senjata-senjata rahasianya. Butiran-butiran seperti pasir yang panas dan beracun.
Serangan itu demikian tiba-tiba muncul dari kepulan asap putih yang menyelubungi Kebo Remeng.
Agung Sedayu mencoba untuk meloncat menghindar. Namun ia terlambat. Meskipun sudah dilindungi oleh ilmu kebalnya, namun kemampuan lawannya ternyata berhasil menembusnya.
Panas itu menyengat tubuh Agung Sedayu, sehingga Agung Sedayu harus meningkatkan daya tahan tubuhnya sampai ke puncak. Tetapi Agung Sedayu sama sekali tidak mencemaskan racun di dalam tubuhnya, karena Agung Sedayu kebal akan segala macam racun dan bisa.
Meskipun tubuhnya disengat oleh panasnya butir-butir senjata rahasia lawannya, namun Agung Sedayu tidak meloncat menjauh. Dalam keadaan yang gawat itu, Agung Sedayu justru meloncat mendekat Dengan mengerahkan segenap ilmunya Puncak ilmu cambuk Agung Sedayu itu telah membentur ilmu puncak lawannya Lawannya yang berada di belakang asap putih itu menangkis serangan Agung Sedayu dengan tongkat baja putihnya
Namun hentakkan ilmu yang dahsyat itu, ternyata mampu meng-goncang kemapanan ilmu lawannya sehingga kabut yang menyelimuti dirinya itupun telah bergejolak. Ketika sekali lagi cambuk Agung Sedayu menghentak, maka asap putih itu bagaikan diputar oleh angin prahara, sehingga terkuak
Namun pada saat itu, Kebo Remeng yang memegang sepasang tongkatnya pada satu tangannya, telah menyerang Agung Sedayu lagi dengan senjata rahasianya yang dihamburkan kearah tubuhnya.
Dengan tangkas Agung Sedayu mencoba meloncat menghindar. Namun ternyata Agung Sedayu yang berada pada jarak yang terhitung dekat, tidak mampu menghindar seluruhnya, sehingga sebagian dari senjata lawannya itu masih juga sempat mengenai tubuh Agung Sedayu.
Dalam keadaan yang mendesak Agung Sedayu tidak dapat berbuat lain kecuali menghentakkan ilmu-ilmu puncaknya. Agung Sedayu tidak sempat lagi meloncat mendekat dan menyerang dengan cambuknya, karena lawannya tentu akan dengan cepat mendahuluinya menyerang dengan senjata rahasianya.
Karena itu, maka Agung Sedayupun juga telah berdiri tegak, dipeganginya juntai cambuknya, sementara itu dipusatkannya nalar budinya untuk mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.
Dari sorot mata Agung Sedayu itupun kemudian telah mamancai seleret sinar yang langsung menusuk ke arah dada Kebo Remeng.
Kebo Remeng terkejut. Dengan cepat ia meloncat kesamping sambil menjatuhkan dirinya dan berguling menjauh.
Kebo Remeng memang berhasil menghindar dari serangan Agung Sedayu. Tetapi Agung Sedayu tidak melepaskannya. Ketika Kebo Remeng meloncat bangkit, maka Agung Sedayupun telah meloncat mendekatinya. Sekali lagi ia menyerang lewat sorot matanya, tepat pada saat Kebo Remeng tegak berdiri.
Kebo Remeng tidak sempat menghindar. Ia memang berusaha sekali lagi menjatuhkan dirinya. Tetapi serangan Agung Sedayu itu telah lebih dahulu menyambarnya tepat didadanya menembus Aji Lembu Selaian.
Orang itu terpental beberapa langkah. Tubuhnya kemudian jatuh terbanting di pasir tepian.
Kebo Remeng masih sempat menggeliat. Aji Lembu Sekitannya telah menahan kekuatan ilmu Agung Sedayu sehingga tidak menghanguskan isi dadanya.
Meskipun demikian, kekuatan ilmu Agung Sedayu itu masih mampu menghentak dada Kebo Remeng dan menghentikan jantungnya sehingga tidak berdenyut lagi.
Sesaat kemudian, tubuh Kebo Remeng itupun terbaring diam di-pasir tepian Kali Opak. Tidak ada tarikan nafas. Tidak ada detak jantungnya.
Perlahan-lahan Agung Sedayu melangkah mendekat. Kebo Remeng benar-benar sudah kehilangan nyawanya
Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam. Ketika ia berpaling, maka Sabungsari dan Sekar Mirahpun melangkah mendekatinya.
"Kau tidak apa-apa kakang ?" bertanya Sekar Mirah.
Agung Sedayu harus menahan panas yang menggigit kulitnya. Namun Agung Sedayu tidak mencemaskan racun yang menusuk kulitnya dan menyentuh aliran darahnya.
Pada dasarnya Agung Sedayu memang sudah kebal akan racun dan bisa.
Beberapa saat Agung Sedayu, Sabungsari dan Sekar Mirah masih memerlukan untuk beristirahat. Mereka duduk diatas pasir tepian. Di-antaranya orang-orang yang terbaring diam. Ternyata tiga orang diantara mereka sudah terbunuh. Tiga orang masih sempat bernafas meskipun luka mereka terhitung parah.
" Apakah yang akan kita lakukan terhadap mereka " Apakah kita akan membawa mereka yang masih hidup ke Mataram ?" bertanya Sabungsari.
Tetapi Agung Sedayu menggelengkan kepalanya sambil berkata " Tidak, Sabungsari. Kita akan meninggalkan mereka di tepian. Biarlah yang hidup mengurus kawan-kawannya yang terbunuh. Kemudian biarlah mereka menyampaikan kabar kematian Kebo Remeng kepada kawan-kawannya agar mereka mengetahui apa yang sudah terjadi atas orang yang berilmu tinggi itu."
" Tetapi mereka akan menjadi orang-orang yang sangat berbahaya. Tidak bagiku, karena mereka belum mengenal aku dan akupun akan berada didalam lingkungan para prajurit Tetapi bagi Nyi Lurah."
" Juga tidak bagiku, Sabungsari " sahut Sekar Mirah " aku akan selalu berada di dekat kakang Agung Sedayu, Ki Waskita, Glagah Putih dan Rara Wulan. Mereka akan dapat melindungi aku, sementara para pengawal Tanah Perdikan akan dapat bergerak dengan cepat jika mereka diperlukan."
Sabungsari menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun kemudian mengangguk-angguk sambil berkata " Baiklah, jika itu keputusan Ki Lurah dan Nyi Lurah."
" Marilah, kita berbicara dengan salah seorang dari mereka yang masih bertahan."
Ketiga orang itupun kemudian bangkit. Dengan hati-hati mereka mendekati seorang diantara keenam orang saudara seperguruan itu yang masih dapat bertahan hidup.
Sambil berjongkok disisinya, Agung Sedayu berdesis " Ki Sanak"
Orang itu membuka matanya. Ketika ia melihat Agung Sedayu, maka iapun mencoba untuk bangkit
"Jangan bergerak dahulu. Kau harus tetap berbaring. Nampaknya kau masih terlalu lemah."
Orang itu meletakkan kembali kepalanya sambil berdesah.
"Ki Sanak"berkata Agung Sedayu " aku akan mencoba mengobati lukamu. Mudah-mudahan berarti." "Kenapa kalian tidak membunuhku ?"
" Tidak ada gunanya Kami membiarkan kalian hidup. Usahakan untuk mengubur kawan-kawanmu yang terbunuh. Tiga orang saudara seperguruanmu mati. Yang tiga, termasuk kau, terluka parah."
"Aku juga akan mati."
" Tidak. Sudah aku katakan, aku akan mencoba membantu mengobatimu."
"Kau akan membubuhkan racun ?"
"Kalau kami ingin membunuhmu, kami tidak akan memakai cara itu. Lebih mudah bagi kami untuk membenamkan senjata kami di dadamu daripada kami meracun luka-lukamu."
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya " Terserah kepadamu."
Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun telah mengambil bumbung kecil dari kantong bajunya.
" Mudah-mudahan obat ini dapat membantumu, sehingga keadaanmu akan menjadi semakin baik"berkata Agung Sedayu.
Orang itu sama sekali tidak menjawab.
Dengan hati-hati Agung Sedayupun kemudian telah menaburkan obat dituka orang itu. Sementara itu, seperti juga saudara-saudara seperguruannya, orang itu juga membawa kampil berisi senjata rahasia, yang ujudnya seperti butiran-butiran pasir itu.
"Tetapi ilmu ini bukan sejenis Aji Pacarwutah " berkata Agung Sedayu didalam hatinya.
Sambil mengobati luka-luka orang itu, Agung Sedayu berkesempatan menyentuh senjata rahasia orang itu. Namun butiran-butiran yang masih berada di dalam kampil itu sama sekali tidak terasa panas.
"Agaknya kekuatan ilmu orang itulah yang telah membuat senjata rahasia itu menjadi panas seperti bara " berkata Agung Sedayu didalam hatinya pula.
Namun sebuah pertanyaan telah mengusiknya " Bagaimanakah jika yang dilontarkan itu segenggam pasir " Apakah pasir itu juga dapat menjadi sepanas bara meskipun tidak beracun " "
Tetapi Agung Sedayu tidak segera menanyakannya Yang kemudian ditanyakannya adalah"Siapakah yang menugaskan kalian mencegat kami berdua " "
"Kebo Remeng. "
"Jangan berbohong. Kebo Remeng sudah mati. Ia memang tidak akan dapat mengiakan atau mengingkarinya "
Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Agung Sedayu mendesaknya "Tentu bukan karena Kebo Remeng sekedar ingin memperoleh nama baik diantara kawan-kawannya. Seandainya benar demikian, siapakah kawan-kawannya itu. " "
Orang itu menjadi sangat bimbang. Obat yang ditaburkan oleh Agung Sedayu memang serasa menggigit, Hanya sesaat. Namun kemudian nyeri dan sakit pada luka-lukanya itu terasa berkurang.
Sikap Agung Sedayu itu ternyata mempengaruhinya. Betapa keras hatinya betapa kelam warna jantungnya, namun sikap Agung Sedayu sangat menyentuh perasaannya.
Ia bukan saja tidak dibunuhnya, tetapi justru diobatinya seperti mengobati kawannya sendiri.
Hampir dituar sadarnya orang itu berdesis " Kebo Remeng adalah salah seorang kawan dekat Ki Saba Lintang. "
Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam. Sambil berpaling kepada Sekar Mirah, iapun berkata "Kau dengar nama yang disebutnya itu " "
Sekar Mirah mengangguk. Sementara itu, kepada Sabungsari Agung Sedayu itupun berkata "Ingat nama itu. " Sabungsari mengangguk.
Sambil bangkit berdiri Agung Sedayupun berkata " Biarlah orang ini mengurus kawan-kawannya. "
Sekar Mirah mengangguk-angguk, sementara Agung Sedayu berbisik ditelinga Sabungsari "Sampaikan kepada kakang Untara. Jika sempat hubungi pula adi Swandaru. Saba Lintang sudah merambah ke daerah ini. Kita tidak jelas, gerakan apakah yang akan mereka lakukan disini. Tetapi katakan kepada kakang Untara, bahwa Saba Lintang ingin menguasai Tanah Perdikan Menoreh sekedar untuk landasan meloncat ke Mataram. Jika ia mulai berpaling ke daerah ini, maka Saba Lintang akan mengulangi apa yang pernah dilakukan oleh Macan Kepatihan. "
"Baik, Ki Lurah."
" Kau sendiri, berhati-hatilah. Mungkin orang-orang yang hidup itu dapat mengenalimu pada suatu saat, jika mereka menjumpaimu. "
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Demikian pula Sabungsari. Tetapi mereka masih harus membenahi pakaian mereka lebih dahulu, agar tidak menarik perhatian orang disepajang jalan.
Demikianlah, sejenak kemudian maka merekapun telah mengambil kuda-kuda mereka. Agung Sedayu masih mendekati orang yang telah diobatinya itu sambil berkata " Aku tinggalkan obat ini disini. Obati kawan-kawanmu yang masih hidup. Kemudian terserah, apa yang akan kau lakukan terhadap kawan-kawanmu. Mungkin kau akan pergi ke tempat penyeberangan dan minta tolong kepada orang lewat dengan alasan apapun juga. Mungkin kau akan pergi ke padukuhan terdekat, atau apapun yang akan kau lakukan. "
Orang itu memandang Agung Sedayu, Sekar Mirah dan Sabungsari berganti-ganti. Orang-orang itu benar-benar tidak membunuhya. Bahkan meninggalkan obatnya untuk mengobati saudarasaudara seperguruannya
Sejenak kemudian, maka keuga orang itu telah meloncat kepunggung kudanya dan siap meninggalkan orang-orag yag terluka dan yang terbunuh itu ditepian.
Demikian mereka sampai ditempat penyeberangan, maka Sabungsaripun telah memisahkan dirinya Agung Sedayu dan Sekar Mirah menuju ke Barat, sedangkan Sabungsari menuju ke Timur.
"Selamat jalan"desis Sabungsari.
Agung Sedayu dan Sekar Mirah menyahut hampir bersamaan "Selamat jalan."
Namun sebelum mereka berpisah Agung Sedayu sempat mengingatkan "Jangan lupa Sampaikan kepada kakang Untara. Laporkan apa yang terjadi. Sampaikan pula pesanku tadi kepadanya "
"Baik, Ki Lurah."
Kuda Sabungsaripun kemudian berlari dengan kencang meninggalkan Kali Opak menuju ke Jati Anom, sementara Agung Sedayu dan Sekar Mirah memacu kudanya ke arah Mataram. Namun keduanyapun telah memutuskan untuk tidak singgah di Mataram sebagaimana mereka berangkat
"Orang-orang Saba Lintang telah berada di sebelah Timur Gunung Merapi. Mereka tentu melihat kehadiran kita di Sangkal Putung atau Jati Anom. Mereka menunggu kita pulang dan mencoba untuk mencegat kita."
Sekar Mirah mengangguk-angguk. Katanya"Beruntunglah, bahwa kita bertemu dengan Sabungsari dijalan, sehingga ia dapat membantu kita menghadapi orang yang menyebut dirinya Kebo Remeng bersama dengan saudara-saudara seperguruannya itu. "
Agung Sedayu mengangguk-angguk. Katanya " Ada seribu cara bagi Yang Maha Agung untuk menyelamatkan kita "
" Ya. Kita memang harus bersukur " desis Sekar Mirah. Perasaan panas di kulitnya itu rasa-rasanya masih saja membekas.
"Keuntungan kita yang lain dengan kehadiran Sabungsari, peristiwa ini segera diketahui oleh kakang Untara dan kalau Sabungsari sempat, adi Swandarupun mengetahuinya pula. "
" Aku kira untuk menanggapi persoalan yang sangat penting ini, Sabungsari akan pergi ke Sangkal Putung. Atau mungkin orang lain yang diperintahkannya menyampaikan persoalan ini ke Sangkal Putung. "
" Aku kira Sabungsari tidak akan menyampaikan kepada adi Swandaru lewat orang lain. "
"Mudah-mudahan. "
Keduanyapun memacu kudanya dijalan yang terhitung tidak terlalu sepi. Ada satu dua orang berkuda yang lewat di jalan itu untuk menempuh perjalanan yang panjang.
Ketika mereka berkuda mendekati Mataram, mereka sengaja mencari jalan lain. Mereka merasa tidak ada keperluan apapun di mataram, sehingga mereka merasa tidak perlu singgah
Tetapi sebelum mereka memasuki jalan pintas untuk menghindari Mataram, Agung Sedayu dan Sekar Mirah merasa perlu untuk berhenti. Kuda-kuda mereka tentu merasa lelah setelah berlari dari Prambanan melintas jalan yang panjang dan bahkan lewat di sebelah hutan Tambak Baya
Ketika mereka melewati beberapa buah kedai yang berdiri berjajar membelakangi sebuah pasar yang sudah nampak sepi, merekapun berhenti. Mereka memasuki sebuah diantara kedai-kedai yang berjajar itu setelah menyerahkan kuda mereka kepada seorang yang memang bertugas untuk mengurusi kuda-kuda para tamunya
"Tolong, kuda itu juga lapar dan haus " desis Agung Sedayu.
"Baik, Ki Sanak"jawab orang yang menerima kuda Agung Sedayu dan Sekar Mirah.
Sejenak kemudian, Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun telah berada di dalam bilik itu. Meskipun mereka telah membenahi pakaian mereka namun pakaian mereka masih tetap nampak kusut dan bahkan koyak dibeberapa tempat
" Mudah-mudahan tidak ada orang yang menghiraukan kita " berkata Sekar Mirah.
Ternyata memang tidak ada yang tertarik pada pakaian mereka yang kusut.
Tetapi jika ada yang tertarik kepada mereka bukan karena pakaiarl yang kusut Beberapa orang anak muda justru tertarik kepada seorang perempuan yang berpakaian agak tidak banyak dilakukan oleh perempuan lain.
Semula anak-anak muda itu hanya saling membicarakannya yang satu dengan yang lain. Mereka tertawa tertahan-tahan. Sekali-sekali mereka berpaling kepada Sekar Mirah. Kemudian saling membicarakannya.
Agung Sedayu dan dan Sekar Mirah mengetahui bahwa ada beberapa orang anak muda yang memperhatikan mereka. Tetapi keduanya tidak menghiraukannya. Mereka tidak ingin terjadi keributan. Karena itu, Agung Sedayu dan Sekar Mirah menyibukkan diri dengan minuman dan makanan yang mereka pesan.
Beberapa saat kemudian, dua orang anak muda yang lain telah memasuki kedai itu pula Ternyata kedua orang itu adalah kawan-kawan anak-anak muda yang memperhatikan Sekar Mirah dan agaknya sedang membicarakannya itu.
Tetapi menilik sikap kawan-kawannya, maka kedua orang itu mempunyai pengaruh yang khusus diantara mereka. Pakaian merekapun nampak lebih baik. Sikap mereka agak lain dengan kawan-kawannya ytng sudah lebih dahulu ada di kedai itu.
Demikian kedua orang anak muda itu duduk, maka kawan-kawanya segera memberitahukan tentang seorang perempuan yang berpakaian lain dengan perempuan kebanyakan.
Ternyata sikap kedua orang itu berbeda dengan sikap kawan-kawannya. Jika kawan-kawanya hanya membicarakannya dan mentertawakanya, tetapi tertahan-tahan, maka kedua orang itu sama sekali tak ingin menyembunyikan sikapnya.
Seorang diantara mereka langsung berdiri dan bertanya"Dimana perempuan itu."
Kawan-kawannya yang semula memperhatikan pakaian Sekar Mirah dengan sikap yang agak segan, maka sikap merekapun menjadi lebih terbuka
Seorang telah menunjuk Sekar Mirah sambil berkata " Itulah, yang duduk bersama laki-laki itu. "
Kedua orang anakmuda yang datang kemudian dan bahkan kawan-kawan mereka yang lainpun serentak memandang ke arah Sekar Mirah. Salah seorang anakmuda yang datang kemudian itupun bertanya"
" Apa yang aneh. Perempuan itu memang cantik. Tetapi sayang wajahnya nampak kusut.-
" Lihat pakaiannya. Aneh, kan " Bukankah pakaiannya lain dari pakaian kebanyakan perempuan ?"
" Apa yang lain?"
"Jika ia berdiri akan nampak jelas." Anak muda itu tertawa.
Sejak semula Agung Sedayu dan Sekar Mirah tidak menghiraukan mereka. Tetapi semakin lama rasa-rasanya jantung Sekar Mirah mulai tergetar. Telinganya menjadi panas dan darahnya mengalir semakin cepat.
Diluar sadarnya Sekar Mirah itu berdesis " Anak-anak itu semakin menjengkelkan."
"Jangan hiraukan mereka."
" Aku sudah mencoba."
" Aku mengerti. Marilah kita tinggalkan tempat ini. Kuda-kuda kita tentu sudah cukup beristirahat, makan dan minum."
Sekar Mirah mengangguk-angguk.
Agung Sedayupun kemudian memanggil pelayan kedai itu dan membayar harga makanan dan minuman mereka.
Namun tiba-tiba salah seorang anak muda yang datang kemudian itu mendekatinya sambil berkata " Sudahlah Ki Sanak. Biarlah aku saja yang membayarnya"
Agung Sedayu memandang anak muda itu sekitas. Namun kemudian iapun tersenyum sambil berkata"Terima kasih anak muda."
" Tidak apa-apa, Ki Sanak. Aku mempunyai cukup uang untuk membeli kedai ini sekalipun."
" Aku percaya anak muda " Agung Sedayu mengangguk hormat"Terima kasih."
Namun ketika Agung Sedayu menyerahkan uang itu, anak muda itu menggeser tangannya sambil berdesis " Aku bersungguh-sungguh Ki Sanak. Kau dapat mempergunakan uangmu itu untuk bekal perjalananmu. Menilik kudamu yang tegar, kau memang bukan jenis orang yang tidak mempunyai bekal cukup. Tetapi menilik pakaianmu dan wajahmu yang kusut, nampaknya kau sedang kehabisan uang diperjalanan"
Tetapi Agung Sedayupun menggeleng. Katanya " Tidak anak muda. Kami tidak kehabisan uang.
"Jadi kau menolak pemberianku yang ikhlas ini ?"
" Bukan maksudku. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih. Kami minta maaf, bahwa kami tidak dapat menerima pemberian anak muda. Mungkin ada orang lain yang lebih memerlukan dari pada kami. Kedermawanan anak muda akan sangat berarti bagi mereka."
" Aku dapat memberi uang kepada banyak orang. Uangku tidak akan habis jika aku membayar harga makanan dan minuman kalian berdua."
" Kami mohon maaf, bahwa kami tidak dapat menerimanya."
" Sudahlah " berkata anak muda yang seorang lagi yang datang bersamanya"Jangan hiraukan orang sombong itu. Ia merasa lebih kaya dari kita. Untuk apa kau memaksa-maksa."
Anak muda yang akan membayar harga makanan dan minuman Agung Sedayu itu menarik nafas panjang. Katanya'" Baiklah jika kalian menolak. Mudah-mudahan kalian tidak kehabisan bekal di perjalanan."
" Kami akan berhemat anak muda. Apalagi kami tidak menempuh perjalanan yang jauh."
" Kalian akan pergi kemana ?"
" Kami akan pergi ke seberang Kali Praga."
" Tanah Perdikan Menoreh ?"
" Ya, anak muda."
" Kau orang Tanah Perdikan Menoreh ?"
" Ya, anak muda."
" Apakah perempuan-perempuan di Tanah Perdikan Menoreh berpakaian seperti perempuan itu ?"
" Tidak semuanya "jawab Agung Sedayu " hanya mereka yang bepergian jauh serta naik kuda sajalah yang berpakaian seperti isteriku ini."
" Cara berpakaian yang sangat menarik bagi seorang perempuan "berkata anak muda itu.
" Terimakasih atas pujian anak muda."
Anak muda itu masih akan berbicara lagi. Tetapi kawannya yang datang bersamanya itu telah menariknya sambil berkata " Buat apa kalian berbicara dengan mereka. Mereka sudah menolak uluran tanganmu."
Anak muda itu masih juga berpaling dan berkata " Selamat jalan ke Tanah Perdikan Menoreh, Ki Sanak.
" Terimakasih, anak muda."
Kedua anak muda itupun segera bergabung kembali pada kawan-kawannya. Duduk bersama mereka. Agaknya mereka masih membicarakan pakaian Sekar Mirah karena setiap kali masih ada diantara mereka yang berpaling kearah Sekar Mirah.
Namun dalam pada itu, sekelompok anak muda itu nampak terkejut. Dimuka pintu kedai itu berdiri seorang anak muda yang juga berpakaian rapi. Dibelakangnya berdiri tiga orang anak muda yang lain. Sedang dibelakang mereka nampak dua orang yang bertubuh tegap dan berwajah seram.
Agung Sedayu dan Sekar Mirah yang sudah beranjak dari tempatnya, justru terhenti. Mereka melihat ketidak wajaran hubungan antara anak-anak muda yang telah berada di dalam kedai itu dengan anak-anak muda yang berada di luar kedai
Beberapa orang lain yang berada di dalam kedai itupun nampak tegang. Bahkan pemilik kedai yang menerima uang pembayaran dari Agung Sedayu itupun nampak gelisah pula
" Ada apa ?" bertanya Agung Sedayu hampir berbisik kepada pemilik kedai itu.
" Dua kelompok anak muda yang bermusuhan. Jika mereka bertemu, mereka akan dapat membuat keributan tanpa menghiraukan tempat yang dapat saja mereka rusakkan,"jawab pemilik kedai itu perlahan-lahan.
" Apakah keduanya kelompok anak-anak muda yang sering berbuat kejahatan atau tidak " Atau sekedar kenakatan anak-anak muda?"
" Semula sekedar kenakatan anak-anak muda. Tetapi akhir-akhir ini kelompok yang masih berada di luar, pintu itu sudah disusupi oleh orang-orang yang memang sejak lama berada di dalam dunia kejahatan. Tingkah laku merekapun berubah. Kenakatan merekapun menjurus kepada hal-hal yang jahat. Mereka mulai mengganggu ketenangan hidup orang banyak dengan memeras dan bahkan merampok dan menya-mun."
" Apakah udak ada tindakan dari Ki Demang atau para bebahu yang lain" -
" Mereka licik sekali. Sulit untuk membuktikan kejahatan mereka Meskipun banyak orang yang menyaksikan kejahatan mereka tetapi pada umumnya tidak seorangpun yang berani menjadi saksi. Mereka lebih senang diam dan menghindarkan diri. Akupun tidak akan bersedia menjadi saksi kejahatan mereka."
Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu pemilik kedai itupun berkata " Silahkan meninggalkan kedai ini Ki sanak, daripada kalian akan terperangkap dalam perselisihan yang kalut."
Tetapi Agung Sedayu itupun menjawab"Mereka berada di pintu. Apakah aku dapat lewat ?"
" Ada pintu samping."
Tetapi sebelum Agung Sedayu keluar lewat pintu samping, justru anak-anak muda yang sudah berada didalam kedai itulah yang keluar lewat pintu samping.
Tetapi demikian mereka berada di luar kedai, maka kedua kelompok anak muda itu sudah berhadapan."
" Kalian akan lari, he ?" terdengar suara berat yang disusul oleh suara tertawa berkepanjangan.
" Tidak. Bukankah kami tidak pernah lari " Katakan, kapan kami lari menghindar jika kami bertemu dengan kalian"jawab anak muda yang menawarkan membayar makan dan minum Agung Sedayu dan Sekar Mirah.
" Ya. Kalian memang tidak pernah lari. Tetapi agaknya sekarang kalian menjadi sangat ketakutan."
" Apakah nampaknya kami menjadi ketakutan ?" bertanya anak muda yang seorang lagi, yang datang bersama anak muda yang akan membayar makanan dan minuman itu.
Terdengar lagi suara tertawa. Disela-sela suara tertawa itu terdengar seseorang berkata dengan nada berat. " Sekarang kami hadir bersama dua orang anggauta kami yang baru. Kedua paman kami ini telah bergabung dengan kami. Nah, jangan menyesal, bahwa kalian bertemu dengan kedua paman kami ini."
" Apakah kami harus menjadi ketakutan terhadap kedua orang paman kalian itu" Bukankah keduanya bukan hantu atau genderuwo yang mengerikan."
" Kalian masih dapat bergurau sekarang. Tetapi sebentar lagi kalian akan menyesali sikap kalian selama ini."
" Tidak. Kami tidak akan pernah menyesal. Sekarang, kalian datang bersama kedua orang paman kalian yang kalian bangga-banggakan. Tetapi jumlah kami lebih banyak dari jumlah kalian."
" Apa artinya jumlah yang lebih banyak itu " Seorang dan paman kami akan dapat mengalahkan sepuluh orang diantara kalian. Nah, sekarang jumlah kalian kurang dari sepuluh."
Tetapi anak-anak muda yang semula ada didalam kedai itu tertawa Seorang diantaranya tertawa lebih keras dari kawan-kawannya Sedangkan yang lain berkata " Apakah paman kalian memiliki ilmu iblis sehingga dapat menga'iahkan sepuluh orang lawan."
" Kalian akan mencoba ?"
" Tentu." " Bagus. Kita akan mencoba sekarang."
Kedua kelompok anak muda itupun segera bersiap untuk berkelahi. Namun sebe'rum mereka benar-benar berkelahi, Agung Sedayu yang berdiri di pintu samping kedai itu bertanya lantang "Kenapa kalian akan berkelahi " Bukankah tidak ada alasan sama sekali bagi kalian untuk berkelahi. Sekelompok diantara kalian berada di kedai ini. Sedang sekelompok yang lain baru saja datang. Kalian belum bertemu, berbicara dan pjpalagi terjadi perselisihan. Tiba-tiba kalian sudah saling menantang. Biicankah itu aneh "
Anak muda yang berpakaian rapi yang belum sempat masuk kedalam kedai itupun bertanya "Kau siapa ?"
" Aku orang Tanah Perdikan Menoreh. Aku sekedar lewat dan singgah di kedai ini."
Anak muda itu mengangguk-angguk. Katanya " Kenapa kau peduli apakah kami akan berkelahi atau tidak " Apakah sangkut pautmu dengan kami atau dengan kelompok bajing gering itu."
" Setan kau. Siapakah yang menyebut kelompok kami bajing gering " Kau " Orang-orang kelompok kucing kelaparan ?"
" Coba, sebut sekali lagi, kami akan mengoyak mulutmu dan mulut kawan-kawanmu yang menyebutnya lagi ?"
" Kau kira aku takut menyebutnya lagi ?"
Agung Sedayu tiba-tiba telah memotongnya " Kalian tidak lebih dari sekelompok orang yang kekanak-kanakan. Sadarilah, apakah untungnya kalian berkelahi."
" Diam kau orang asing " geram anak muda yang belum sempat masuk kedalam kedai itu "jika kau masih berbicara lagi, maka mulutmu juga akan aku koyak."
"Jangan terlalu garang, anak muda " Agung Sedayu masih juga menyahut " Cobalah agak tenang. Renungkan kata-kataku. Bukankah tidak ada sebabnya yang dapat membuat kalian harus berkelahi ?"
" Kami tidak tiba-tiba saja ingin berkelahi " berkata anak muda yang akan membayar makanan dan minuman Agung Sedayu itu"kami sudah lama bertengkar. Kami memang selalu siap berkelahi jika kami bertemu dimanapun dan kapanpun. Bahkan di saat-saat terakhir, kami sudah agak lama tidak bertemu dan tidak berkelahi. Nah, sekarang kita bertemu disini."
" Haruskah kalian berkelahi ?" bertanya Agung Sedayu.
"Kami mempertahankan harga diri kelompok kami."
" Jangan ikut campur " berkata anak muda yang tidak sempat masuk kedalam kedai itu " lihat sajalah, kami akan melumatkan anak-anak yang tidak tahu diri itu."
" Siapa yang tidak tahu diri ?" sahut seorang anak muda dari kelompok yang lain " kalianlah yang selalu mencoba merendahkan kami."
" Apalagi sekarang " berkata anak muda yang belum sempat masuk kedalam kedai " Kalian akan menyesali sikap kalian selama ini. Kalian hari ini harus berjongkok mencium telapak kaki kami. Baru kalian dapat meninggalkan kedai ini."
Anak-anak muda yang datang lebih dahulu itu tertawa hampir bersamaan. Namun suara tertawa mereka terputus. Tiba-tiba salah seorang dari dua orang yang garang, yang disebut paman-paman mereka yang berada di dalam kelompok yang datang kemudian itu membentak-" Cukup. Kenapa kalian menjadi seperti orang kepanjingan iblis " Kali ini kami benar-benar akan menunjukkan kepada kalian, bahwa kalian tidak berarti apa-apa bagi kami. Kami akan membuktikannya sekarang"
Suara orang itu demikian garangnya sehingga jantung anak-anak muda dari kelompok yang lain itu tergetar.
Agung Sedayupun segera mengetahui, bahwa orang itu bukan orang kebanyakan. Orang itu tentu mempunyai latar belakang yang berbeda dengan anak-anak muda yang bermusuhan itu. Ia tidak tampil sebagai anak-anak muda nakal yang perlu mendapat perhatian untuk sekedar dituruskan. Tetapi orang itu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. Bahkan latar belakang kejahatan yang bukan sekedar harus dituruskan.
" Inilah yang telah dikatakan oleh pemilik kedai itu " berkata Agung Sedayu didalam hatinya. Sementara itu Sekar Mirah yang masih berada di dalam kedai, menggamit Agung Sedayu sambil berdesis " Orang itu agak berbeda, kakang "
" Ya. Agaknya memang demikian."
Namun kelompok yang lain tidak begitu saja menyatakan diri untuk mengalah. Meskipun mereka harus mengakui didalam diri mereka masing-masing, bahwa dua orang yang berada di dalam kelompok yang lain itu membuat mereka gelisah.
Anak muda yang akan membayar makanan dan-minuman Agung Sedayu itupun berkata " Apa yang sebenarnya kalian kehendaki sekarang?"
" Kalian harus mencium telapak kaki kami semuanya, " jawab anak muda yang datang kemudian dan belum sempat masuk kedalam kedai. Tetapi salah seorang yang disebut paman mereka itu memotong" Tidak hanya mencium telapak kaki kami. Kalian harus benar-benar bertobat. Bukan hanya dengan kata-kata. Tetapi kalian harus membuktikannya dengan menyerahkan semua milik kalian yang kalian bawa sekarang ini."
" He ?" anak muda yang berpakaian rapi yang seorang lagi dari kelompok yang lain itu terkejut "apa maksudmu "
" Serahkan semua milik kalian. Timang, pendok, cincin dan batu-batu berharga lainnya serta apa saja yang kalian bawa."
" Kalian akan merampok kami ?"
" Mulutmulah yang kotor. Buat apa kami merampok orang-orang miskin seperti kalian " Yang kami lakukan adalah sekedar memberikan peringatan bagi kalian. Jika kalian hanya sekedar hanis mencium kaki kami, maka kalian tentu tidak akan segan-segan mengulanginya dua tiga kali."
" Tetapi kami memang tidak ingin melakukannya " berkata anak muda yang berpakaian rapi dari kelompok yang sama dengan kedua orang yang garang itu."
" Jangan cemas " jawab orang yang disebut pamannya itu " cara ini adalah cara yang terbaik yang dapat kita tempuh untuk membuat mereka benar-benar jera dan takluk kepada kita."
Wajah anak muda itu menjadi tegang. Tetapi ia tidak berkata apa-apa
Anak-anak muda dari kedua kelompok itu menjadi tegang. Namun Agung Sedayu melihat, bahwa anak-anak muda diantara mereka yang datang kemudian dan yang belum sempat masuk kedalam kedai itupun menjadi bimbang.
Tetapi orang yang disebut pamannya itu berkata "'Minggirlah. Kami berdualah yang akan membuat mereka menjadi jera. Memaksa mereka mencium kaki kita semua dan menyerahkan semua miliknya sebagai pertanda bahwa mereka sudah menjadi jera dan tidak akan berani melawan kita untuk selamanya "
"Tetapi kenapa harus merampas milik mereka"jawab anak muda yang berpakaian rapi.
" Kami berdualah yang bertanggung jawab. "
Yang seorang lagi justru berkata - Kenapa kalian menjadi heran" Bukankah kita sudah sering melakukannya "
" Tetapi tidak terhadap anak-anak itu. Mungkin terhadap orang-orang asing yang belum kita kenal. "
"Justru anak-anak itulah yang harus dibuat jera."
Anak-anak muda yang berada dalam satu kelompok dengan dua orang yang garang itu saling berpandangan. Tetapi agaknya mereka tidak berani mencegah kedua orang yang berwajah garang itu, sehingga anak-anak muda itupun benar-benar telah menyibak.
Tinggal kedua orang itulah yang akan menghadapi sekelompok anak-anak muda yang datang lebih dahulu di kedai itu.
Dua orang diantara mereka yang berpakaian lebih baik dari kawan-kawannya nampak menjadi ragu-ragu, Tetapi mereka tidak dapat begitu saja menyerah. Mereka masih harus mempertahankan harga diri mereka.
Agung Sedayulah yang menjadi cemas. Anak-anak muda itu akan benar-benar mengalami bencana jika mereka harus berhadapan dengan kedua orang itu.
" Apakah kita akan mencegahnya" " bertanya Agung Sedayu. Sekar Mirahpun menjadi ragu-ragu juga. Tetapi keduanya telah keluar dari pintu butulan dan berdiri di halaman samping kedai itu.
" Apakah kalian akan turut campur" " bertanya seorang diantara kedua orang yang berwajah garang itu.
Namun tiba-tiba seorang yang lain berdesis " Yang seorang itu perempuan."
" Ya Yang seorang perempuan. "
" Cantik. Dengan pakaian yang asing itu menjadi sangat menarik"
. Wajah Sekar Mirah menjadi merah. Tetapi Agung Sedayu justru berbisik "Ini satu kesempatan Sekar Mirah. "
" Kesempatan apa" " bertanya Sekar Mirah yang tidak menangkap maksud Agung Sedayu.
" Untuk menarik perhatian mereka. Biarlah kedua orang itu berhadapan dengan kita. Tidak dengan anak-anak muda itu. Mereka adalah orang-orang yang sangat berbahaya Dalam benturan pertama saja, agaknya akan ada diantara anak-anak muda itu yang akan menjadi pingsan. "
Sekar Mirah justru tersenyum. Sementara itu kedua orang itu masih saja memperhatikan Sekar Mirah. Ketika mereka melihat Sekar Mirah tersenyum, maka seorang diantara mereka berkata "He, kau tersenyum kepadaku?"
Sekar Mirah mengerutkan dahinya. Namun ia berdesis " Jadi, aku akan dijadikan umpan justru karena aku perempuan" "
" Ya " sahut Agung Sedayu -- karena yang akan kita pancing adalah laki-laki. "


13 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Jika yang akan kita pancing perempuan" "
" Kita tidak memancing perempuan. "
" Ah kau " Sekar Mirah itu bersungut.
" He, apa yang kalian bicarakan" " bertanya salah seorang dari kedua orang itu.
" Kalian nampak lucu " tiba-tiba saja Sekar Mirah menjawab.
" Lucu" " orang itu memandang Sekar Mirah dengan heran
" apa yang lucu" "
" Kalian masih ingin berkelahi dengan anak-anak. " Jawaban Sekar Mirah itu mengejutkan mereka. Seorang diantara mereka berkata " Aku tidak yakin akan sikapmu dan kata-katamu. Apa maksudmu" "
" Tidak apa-apa. Aku kagum melihat ujud kalian. Kalian benar-benar laki-laki yang mengagumkan. "
" He " kedua orang itu melangkah berbareng mendekat " aku tidak tahu maksudmu. "
" Mereka sudah mulai melupakan anak-anak muda itu " desis Agung Sedayu.
" Maksudku, kalian adalah laki-laki yang nampaknya kuat, berkemampuan tinggi dan gagah berani. "
" Ya"sahut yang lain " kau telah menyebut kami dengan sebutan yang tepat."
"Nah, kalau begitu, kalian harus menjaga harga diri kalian. Kalian tidak pantas berkelahi dengan anak-anak. "
" Itu bukan urusanmu. Tetapi sudahlah. Kau tidak usah menghiraukan perkelahian itu. Aku ingin tahu, siapakah laki-laki yang bersamamu ini" "
" Ini kakakku. Kakakku yang sulung. Aku adiknya yang bungsu."
" Perempuan ini benar adikmu" "
" Ya. Adikku yang bungsu seperti yang dikatakannya. " Kedua orang itu menjadi semakin dekat Hanya dua langkah saja dihadapan Sekar Mirah.
Sekar Mirahlah yang melangkah surut hampir melekat dinding kedai itu.
"Aku ingin mempersilahkan kalian singgah dirumahku - berkata salah seorang dari kedua orang itu.
"Maaf, kami tergesa-gesa " Agung Sedayulah yang menjawab.
" Aku tidak minta kau yang singgah - sahut salah seorang dari kedua orang itu. Lalu katanya pula " Jika kau tergesa-gesa, pergilah Tetapi tinggalkan adikmu disini. Nanti, pada saatnya akan aku antarkan perempuan ini pulang. "
"Jangan " jawab Agung Sedayu " nanti ibu marah jika aku tidak pulang bersama adikku yang bungsu. "
Tetapi Sekar Mirah justru berkata " Kenapa kakang berkeberatan aku tinggal. Ki Sanak ini akan mengantarkan aku pulang pada saatnya."
"Nah, kau dengar"kedua orang itu hampir berteriak.
Tetapi Agung Sedayu berkata " Tidak, kau harus pulang bersamaku. Kita belum mengenal kedua orang ini. Tiba-tiba kau ingin tinggal bersama mereka. "
" Apa salahnya. "
"Tidak " " Baiklah. Jika demikian aku pulang bersamamu. "
"Tidak"kedua orang itulah yang menyahut hampfr bersamaan. Seorang diantara merekapun berkata " Perempuan'itu harus tinggal di sini."
" Ibuku akan marah sekali. "
" Aku tidak peduli. "
"Jangan Ki Sanak "
" Maaf Ki Sanak. Aku tidak dapat tinggal disini. Kakakku tidak setuju. Karena itu, aku akan pulang bersama kakakku saja. "
" Kau. Kau harus tinggal. Biarlah kakakmu pergi lebih dahulu atau menunggumu di sini. "
" Menunggu sampai kapan" Nanti sore" "
"Sepekan atau dua pekan. "
" Begitu lama"," Sekar Mirah hampir berteriak. Sebenarnyalah kulitnya telah meremang. Sehingga iapun kemudian berkata " Sudahlah. Marilah kita pergi, kakang. -
" He. Tidak semudah itu. Sudah aku katakan, kau harus tinggal."
"Kakakku tidak mengijinkan. "
" Jangan memaksa, Ki Sanak " berkata Agung Sedayu. Pembicaraan itu membuatnya menjadi muak. Karena itu, maka iapun berkata " Minggirlah. Kami akan meninggalkan tempat ini. "
" Tidak. Jika kau akan pergi, pergilah. Adikmu harus aku tinggal di sini. "
Semula Agung Sedayu memang sengaja memancing perhatian kedua orang itu. Tetapi perhatian mereka yang berlebihan membuat jantung berdegup semakin cepat. Apalagi ketika kemudian.Sekar Mirah bergeser semakin mendekat
Sekar Mirah sama sekali tidak takut melawan mereka. Bahkan mereka berdua sekalipun. Tetapi sikap dan kata-kata orang itu membuat Sekar Mirah meremang.
Karena itulah, maka Agung Sedayupun sampai pada permainannya yang terakhir. Kedua orang itu harus melepaskan perhatian mereka terhadap anak-anak muda dari kelompok yang lebih dahulu datang ke kedai itu.
Dengan lantang Agung Sedayupun berkata " Pergi kalian berdua. Kami akan pulang. Jangan halangi kami."
"Kau akan menyesali sikapmu"geram salah seorang dari keduanya.
"Kau tidak dapat menahan kami. "
"Bukan kau, tetapi adikmu. "
"Juga tidak." "Kami akan memaksanya. "
Tiba-tiba saja Agung Sedayu tertawa Ia telah berhasil memancing persoalan dengan kedua orang itu. Karena itu, maka katanya " Bagaimana kalian akan memaksa kami dihadapan sekian banyak saksi?"
."Persetan dengan semuanya. Mereka tidak akan berani bersaksi. Kami akan membunuh orang yang berani bersaksi terhadap sikap dan perbuatan kami. "
Namun tiba-tiba saja seorang diantara anak-anak muda yang telah lebih dahulu ada di kedai itu berteriak " Kami akan bersaksi. "
Kedua orang itu berpaling. Namun dengan cepat Agung Sedayu menarik perhatian mereka kembali - Kalian tidak dapat memaksa kami, bahkan seandain ya tidak ada seorangpun yang menyaksikan perbuatan kalian. "
" Apa maksudmu" "
" Jika kalian berani memaksa kami, maka kami akan menghancurkan kalian sampai lumat. "
" He" " kedua orang itu menjadi heran " kau menantang kami berdua" "
" Bukan aku. Tetapi adikku ini. "
Keduanya saling berpandangan sejenak. Sementara itu Sekar Mirah telah berusaha mengatur perasaannya.
" Apa sebenarnya yang kalian maksudkan" "
" Tegasnya, pergi dari sini atau aku akan memaksa kalian pergi " berkata Sekar Mirah. Suamnya seakan-akan telah berubah menjadi garang. Bahkan sambil bertolak pinggang ia bergeser selangkah maju.
Kedua orang itu benar-benar bingung menghadapi sikap Sekar Mirah. Anak-anak muda dari kedua kelompok itupun bingung pula. Lebih-lebih anak-anak muda yang' sempat berada di dalam kedai itu.
Kedua orang yang berwajah garang itu benar-benar merasa tersinggung oleh sikap Sekar Mirah.. .Seorang diantara mereka berkata " Aku tahu sekarang. Jadi jelasnya kalian sengaja memancing persoalan. Kalian ingin memalingkan perhatian kami dari anak-anak muda itu. "
" Ya"jawab Sekar Minih.
" Baik " berkata salah aeorang dan mereka " kalian berhasil memancing perhatian kami. Tetapi kalian akan menyesal, karena kami benar-benar menghendaki perempuan ini. Kami akan membawanya ke tempat tinggal kami. "
" Pergilah. Jangan ganggu Kami dan jangan ganggu anak-anak itu."
"Persetan kau perempuan sombong. "
Sekar Mirah tidak menunggu lebih lama lagi. Dengan cepat tangannya terayun menampar mulut orang itu. Demikian kerasnya sampai wajah orang itu berpaling.
Orang itu mundur selangkah. Perasaan pedih menyengat mulutnya. Ketika tangannya mengusap mulutnya itu, terasa cairan yang hangat meleleh dari sela-sela bibirnya.
Orang itu menjadi sangat marah. Dengan cepat ia meloncat maju. Kedua tangannya terjulur kedepan mencengkam kearah leher Sekar Mirah.
Tetapi Sekar Mirah benar-benar tangkas. Dengan sigapnya iapun meloncat sambil berputar. Kakinya terayun mendatar dan dengan derasnya kakinya menyambar dada orang itu.
Orang itu terhuyung-huyung beberapa langkah. Bahkan kemudian kehilangan keseimbangannya, sehingga orang itu terjatuh di tanah.
Kawannya dengan mengerahkan segenap tenaganya mencoba menyerang Sekar Mirah. Dengan jari-jari yang mengembang orang itu berusaha untuk menerkam wajah Sekar Mirah. Tetapi dengan cepat Sekar Mirah merendah, sehingga tangan orang itu tidak menyentuh sasarannya. Namun pada saat yang hampir bersamaan, tangan Sekar Mirah terjulur menghantam lambung orang itu.
Orang itu mengaduh tertahan. Perasaan sakit dan mual telah menerkam perutnya sehingga iapun terbungkuk karenanya. Kedua tangannya di luar sadarnya menekan lambungnya yang kesakitan.
Sementara itu, tangan Sekar Mirahpury telah terayun menyambar dagunya sehingga wajah orang itu terangkat Pukulan Sekar Mirah sekali lagi telah mengenai keningnya. Pukulan itu terasa demikian kerasnya sehingga orang itu terpelanting jatuh. Bahkan orang itupun telah menjadi pingsan.
Semuanya itu terjadi dalam waktu yang singkat Ketika seorang yang lain tertatih-tatih bangkit berdiri, maka ia tidak lagi mempunyai keberanian untuk melawan Sekar Mirah.'
Karena itu, maka iapun mengangkat kedua tangannya kedepan sambil berkata "jangan. Jangan. Aku menyerah.
" Pergilah. Jangan kembali lagi. Kau telah merusak perangai anak-anak muda itu. Kau memanfaatkan mereka untuk kepentinganmu. Kau bawa anak-anak muda itu dari dunia kenakatan ke dunia kejahatan yang memang jaraknya menjadi semakin dekat Kau bawa mereka meloncat tanpa mereka sadari. "
"Ampun. Aku mohon ampun. "
" Kau harus menyingkir dari dunia mereka. "
" Merekalah yang menghendaki untuk bergabung bersama kami."
" Bohong " bentak Sekar Mirah " kaulah yang datang dan hadir ke dunia mereka tetapi dengan niat yang buruk. "
Orang itu tidak menjawab. Sementara Sekar Mirah berkata "Bangunkan kawanmu yang pingsan. Ajak ia pergi atau kalian harus menghadapi aku sampai batas akhir perlawananmu. "
" Aku tidak tahu maksudmu. "
" Tegasnya, jika aku menemuimu berada di lingkungan anak-anak muda yang nakal lagi, maka aku akan membunuhmu. "
"Tidak. Aku tidak akan melakukannya lagi. "
"Kami memang tidak yakin bahwa kalian benar-benar akan menjadi jera. Tetapi setidak-tidaknya anak-anak muda itu sendiri akan dapat mengambil pengalaman, bahwa kenakalan mereka-akan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang mengarah pada kejahatan. Jika kalian sekedar ingin bermain pahlawan-pahlawanan dengan berkelahi melawan sesama anak-anak muda, maka kalian telah diajak meloncat selangkah lebih jauh. Berkelahi dan merampas milik orang lain yang sebenarnya tidak kalian perlukan, karena kalian sebenarnya lebih kaya dari orang-orang yang kalian rampas miliknya itu. "
Anak-anak muda yang datang kemudian bersama kedua orang itu menjadi berdebar-debar. Mereka mulai menilai apa yang telah mereka lakukan pada hari-hari terakhir, setelah kedua orang yang mereka sebut bergabung dengan mereka.
" Nah, berhentilah dengan tingkah laku kalian agar kalian udak menjadi keledai yang dungu yang ditunggangi oleh orang-orang yang benar-benar jahat seperti kedua orang ini. "
Anak-anak muda itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
" Nah, pulanglah. Kalian adalah pribadi-pribadi yang hilang. Temukan diri kalian kembali dan berarti bagi hidup kalian di tengah-tengah sesama. "
Anak-anak muda itu masih tercenung ditempatnya.
Kedua kelompok anak-anak muda itu masih saja termangu-mangu ditempatnya. Sedangkan anak-anak muda yang lebih dahulu berada di kedai itu merasa telah keliru menilai perempuan yang berpakaian agak asing bagi kebanyakan perempuan itu.
" Kenapa mereka tidak menjadi marah, ketika kita memperbincangkan mereka, dan bahkan menganggap mereka sebagai bahan pembicaraan yang mengasikkan" Jika saja saat itu mereka marah kepada kita, maka kita akan dapat ditumatkannya dalam sekejap. "
Karena anak-anak muda itu masih tetap saja ditempatnya, maka sekali lagi Sekar Mirah berkata " Pulanglah. Temuilah ayah dan ibu kalian di rumah. Katakan dengan terus-terang, apa yang telah kalian lakukan. Berjanjilah kepada mereka, bahkan kalian akan menghentikan kenakatan kalian, karena tidak bermanfaat sama sekali. Orang tua kalian akan merasa berbahagia sekali, jika kalian benar-benar melakukannya.
Anak-anak muda itu masih saja membeku. Namun kemudian seorang diantara anak-anak muda yang sempat berada di kedai itu, melangkah mendekati Sekar Mirah. Anak muda yang akan membayar harga makanan dan minuman Agung Sedayu dan Sekar Mirah.
" Ki Sanak. Kami mohon maaf atas kenakatan kami. Juga kesombonganku yang melampaui batas. Tetapi Ki Sanak sama sekali tidak menjadi marah. Seandainya Ki Sanak tidak memaafkan kami, maka kami akan mengalami kesulitan yang sangat besar. "
" Lupakan. Sekarang ajak kawan-kawanmu pulang. Jangan berkeliaran lagi. Jika kalian masih melakukannya, maka pada satu saat, kelompok kalianlah yang akan disusupi oleh orang-orang yang akan memanfaatkan kalian untuk melakukan kejahatan yang sebenarnya. "
"Aku mengerti. "
"Pergunakan waktumu baik-baik. Jangan kau sia-siakan hari-harimu, karena'hari-hari itu tidak akari pernah datang kembali. "
"Terimalah atas peringatan Ki Sanak. Kami akan mencoba untuk mematuhinya "
Sekar Mirah tersenyum. Sambil mengangguk hormat anak muda itu berkata"Aku minta diri. Kawan-kawan juga minta diri. "
" Baik. Pulanglah. "
Kepala Agung Sedayu anak muda itupun mengangguk hormat pula sambil berkata"Kami minta diri. " "Silahkan anak-anak muda. "
Sepeninggal sekelompok anak-anak muda itu, maka kelompok yang lainpun telah minta diri pula.
" Kami mohon maaf " berkata anak muda yang berpakaian rapi.
Sekar Mirah tersenyum. Katanya"Renungkan apa yang telah terjadi. Mungkin kalian masih melakukannya setelah sepekan atau dua pekan lagi, karena kalian telah melupakan apa yang sekarang terjadi. Tetapi setidak-tidaknya kalian pernah mendapat peringatan tentang tingkah laku kalian. Terserah kepada kalian, apakah perasaan kalian masih dapat tersentuh atau tidak. "
Anak muda itu mengangguk hormat. Katanya " Kami akan mengingatnya. "
"Pulanglah." " Baiklah. Kami akan pulang. Tetapi bagaimana dengan kedua orang ini?"
" Apakah kau masih memerlukan mereka" "
Anak muda itu nampak ragu-ragu. Ketika ia berpaling kepada mereka, maka orang yang pingsan itu mulai menjadi sadar kembali. "Tinggalkan mereka. Mereka bukan bagian dari kalian.
Anak muda itu mengangguk sambil berdesis " Baik, Ki Sanak. Kami akan pulang. Kami akan mencoba menempuh jalan yang lebih baik dari jalan yang pernah kami lewati. "
" Belum terlambat, Ki Sanak. "
Sekali lagi anak muda itu mengangguk. Kemudian berdesis " Kami minta diri. "
Anak-anak muda itupun kemudian meninggalkan tempat itu. Sementara kedua orang yang semula disebutnya paman itu masih menunggu, apa yang harus mereka lakukan.
Namun Sekar Mirah sendiri ternyata menjadi ragu-ragu untuk' berbicara langsung dengan kedua orang itu. Karena itu, maka iapun berdesis kepada Agung Sedayu " Kenapa kakang diam saja" "
" Bukankah persoalannya sudah selesai. "
"Dua orang itu" "
Agung Sedayu menarik nafas dalam-dalam. Iapun kemudian melangkah maju sambil berkata"Kami tidak akan mengambil tindakan apa-apa terhadap kalian sekarang. Tidak untuk seterusnya Pergilah. Ingatlah apa yang telah terjadi di tempat ini. Jangan ganggu anak-anak itu lagi. Kami sudah tahu.'dimana mereka tinggal. Setiap saat kami akan dapat berhubungan dengan mereka dan bertanya tentang kalian. Tetapi kamipun tahu, bahwa kalian akan dapat berbuat jahat lagi di tempat lain. Tetapi kita akan sering bertemu. "
"Tidak. Kami tidak akan melakukannya lagi. "
" Mudah-mudahan watakmu belum terpola di jantungmu. Memang tidak akan pernah terlambat bagi orang yang mencari jalan kembali. Tetapi jika kami menjumpai kalian masih berbuat lagi, memanfaatkan kenakatan anak-anak muda, maka tidak akan ada ampun lagi bagi kalian. Jabatan dan kedudukan kami memungkinkan kami menyingkirkan kalian. "
Kedua orang itu memandang Agung Sedayu dengan cemas.
Namun Agung Sedayupun kemudian tersenyum sambil berkata -Pergilah. Setiap kali kita akan selalu bertemu. Mungkin kau tidak melihat kami, tetapi kami akan melihat kalian. Jika tidak dengan mata kami sendiri, maka ada beribu mata yang dapat membantu kami. Bukan hanya di Mataram dan sekitarnya tetapi terbentang didaerah yang sangat luas meliputi Tanah Perdikan Menoreh. Namun juga sampai ke Prambanan dan bahkan seberang Kali Dengkeng, Bendagantungan, Sangkal Putung, dan lebih jauh lagi. Bahkan sampai keujung Tanah ini sekalipun."
Kedua orang itu mengerutkan dahinya. Sementara Agung Sedayupun melanjutkannya - Karena dimana-mana sikap dan tingkah laku seperti yang baru saja kaujalani, akan dimusuhi oleh banyak orang.
Kedua orang itu tidak menjawab. Tetapi juga tidak segera beranjak dari tempatnya.
"Pergilah - ulang Agung Sedayu.
Kedua orang itupun segera bangkit. Tubuh mereka masih terasa sakit Tetapi mereka meninggalkan tempat itu sambil sekali lagi mengangguk hormat sambil berdesis - Terimakasih, Ki Sanak.
Dengan langkah yang nampak berat, keduanya meninggalkan
Agung Sedayu dan Sekar Mirah. Demikian mereka turun ke jalan, maka merekapun melangkah tanpa berpaling lagi.
Demikian orang itu menjauh, maka pemilik kedai itupun mendekati Agung Sedayu sambil bertanya - Kalian tidak takut keduanya mendendam?"
"Mereka tidak akan berbuat apa-apa lagi."
" Mungkin mereka memanggil kawan-kawan mereka . Lima orang atau enam orang atau lebih, mencegat perjalanan kalian."
" Tidak. Mereka tidak akan melakukannya. Mudah-mudahaan mereka mengerti, bahwa yang mereka lakukan itu tidak baik."
" Tetapi orang-orang seperti itu, sulit untuk dapat dituruskan. Selagi mereka masih bernafas, maka mereka masih akan melakukan pekerjaan terkutuk itu."
Tetapi aku sudah menunjukkan kepada kalian, kepada anak-anak muda dan kepada orang-orang yang menyaksikannya, bahwa orang itu adalah orang biasa yang dapat dilawan dan dikalahkan. Jika kau tidak berani menghadapinya seorang lawan seorang, hadapi orang itu bersama-sama orang sepadukuhan. Atau semua laki-laki yang berada di kedai-kedai ini.
" Untuk itu diperlukan keberanian Ki Sanak."
" Ya. Memang diperlukan keberanian.'"
Pemilik kedai itu memandanginya dengan mata yang tidak berkedip. Sementara itu Agung Sedayupun bertanya - Apakah kau dan laki-laki para pemilik kedai ini tidak mempunyai keberanian sama sekali?"
Pemilik kedai itu termangu-mangu sejenak. Sementara itu Agung Sedayupun berkata - Sudahlah Ki Sanak. Mudah-mudahan hati anak-anak itu terbuka. Merekalah yang penting. Karena hari-hari mereka masih panjang. Orang-orang jahat itu jika tidak mau menghentikan tingkah lakunya, tentu akan segera dijerat oleh para petugas di daerah ini. Mungkin hanya menunggu waktu saja."
Pemilik kedaj itu mengangguk-angguk.
"Kami minta diri."
"Terimakasih Ki Sanak."
Demikianlah, Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun mengambil kuda mereka. Sejenak kemudian, maka kuda-kuda itu telah berpacu meninggalkan tempat itu menuju ke Barat.
Perjalanan mereka selanjurnya tidak terhambat. Ketika mereka mendekati Kali Praga, maka merekapun berhenti sejenak. Mereka membiarkan kuda-kuda mereka minum air parit yang bening.
Baru kemudian mereka meneruskan perjalanan mereka ke tepian. Di tepian mereka harus menunggu rakit yang sedang menyeberang ke arah Timur, karena rakit yang berada di seberang Timur sudah penuh.
Beberapa saat kemudian, rakit yang menyeberang itu sudah merapat, sementara yang sudah penuh sudah mulai bergerak.
Beberapa saat kemudian orang-orang yang berada diatas rakit itu sudah berloncatan turun, Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun segera menuntun kuda mereka,naik keataas rakit bersama beberapa orang yang lain.
Seorang anak muda yang duduk diatas rakit itu sempat bergere-mang - Jadi aku harus menyeberang bersama kuda?"
"Bukankah hal seperti ini sudah biasa"- sahut pemilik rakit itu.
"Tetapi tidak sepenuh ini. Ternyata kau tidak memikirkan kenyamanan orang-orang yang menyeberang . Yang kau pikirkan hanya uangnya saja."
" Jika kau tidak mau naik rakit bersama kuda, turunlah. Naiklah rakit yang lain.
Namun rakit yang datang kemudian dari seberang, ternyata juga membawa seekor kuda. Sementara itu, di tepian sebelah Timur, tiga orang berkuda sudah menunggu. Rakit yang kemudian, justru akan membawa tiga orang penunggang kuda.
Anak muda yang menggerutu itu justru terdiam. Jika ia diam dan ikut bersama rakit yang kemudian, maka ia harus naik bersama tiga ekor kuda.
Sejenak kemudian rakit itupun telah meluncur menyilang arus Kali Praga yang airnya berwarna kecoklatan. Semakin lama semakin keten-gah dan mendekati sisi sebelah Barat
Demikian rakit itu merapat, maka Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun menuntun kuda mereka turun ke tepian.
Sambil menarik nafas panjang Sekar Mirahpun berkata -Bersukurlah kita, bahwa kita telah sampai di rumah."
"Ya. Kita memang wajib bersukur bahwa kita sudah berhasil menembus hambatan-hambatan di perjalanan saat kita berangkat, selama kita berada di Sangkal Putung dan diperjalanan pulang."
Sekar Mirah tersenyum. Dipandanginya Kali Praga yang lebar dan yang airnya berwarna coklat. Kemudian dipandanginya tepian berpasir dan beberapa patok lagi, sawah yang hijau membentang.
Anak muda yang berakit bersama mereka dan yang bergeremang karena harus berakit bersama dua ekor kuda, menghampirinya sambil bertanya - Kalian belum pernah menyeberang ke sebalah Barat Kali Praga?"
Agung Sedayu memandanginya sejenak. Namun kemudian sambil tersenyum iapun menjawab: "Sudah, Ki Sanak."
"Dimana rumah kalian?"
"Tanah Perdikan Menoreh."
" He" Tanah Perdikan" Kenapa kalian keheranan melihat Tanah yang terbentang itu. Bukankah itu bagian dari Tanah Perdikan Menoreh?"
" Ya Kami bukan merasa heran. Tetapi kami mengagumi Tanah kami yang subur."
" Itu bagian dari kesombongan kalian yang berbangga atas dirinya sendiri."
"Kesombongan" Kami tidak bermaksud menyombongkan diri. Kami bangga ataas tanah kami. Itu saja"
" Ki Sanak. Kami tinggal di seberang pebukjtan itu. Tanah kami tidak kalah suburnya dengan Tanah Perdikan Menoreh. Tetapi aku tidak pernah menjadi heran dan kagum melihat tanah kami."
" Seharusnya Ki Sanak juga mengaguminya dan berbangga karenanya"
"Orang orang Tanah Perdikan Menoreh memang terlalu berbangga dengan dirinya sendiri. Dengan kesuburan tanahnya, dengan kemampuan para pengawalnya sehingga baru-baru ini mampu menyelamatkan diri dari serangan gerombolan-gerombolan liar yang ingin menguasai tanah itu. Tetapi ketahanan tanah Perdikan itu bukan karena kemampuan para pengawalnya. Di Tanah Perdikan itu terdapat sepasukan prajurit dari Pasukan Khusus yang dipimpin oleh seorang yang bernama Agung Sedayu."
" Tetapi prajurit dari pasukan khusus yang berada di Tanah Perdikan itu tidak begitu banyak, Ki Sanak.
" Kau jangan memperkecil arti Pasukan Khusus itu" Kau jangan memperkecil nama Ki Lurah Agung Sedayu. Jika Ki Lurah itu mendengarnya, maka kepalamu akan diketuknya dengan jarinya sehingga berlubang. Hanya dengan ujung jarinya"
" Aku tidak memperkecil arti pasukan Khusus itu. Tetapi sebagai orang Tanah Perdikan Menoreh, aku memang berbangga atas kemampuan para pengawalnya Pasukan Khusus yang jumlahnya hanya sedikit itu tidak banyak berarti. Tanpa Pasukan Khusus itu, Tanah Perdikan Menoreh akan dapat menyelamatkan dirinya sendiri, Ki Sanak."
" Kau telah meremehkan Pasukan Khusus di Tanah Perdikan Menoreh. Aku akan bertemu dan berbicara dengan Ki Lurah Agung Sedayu, agar kau dicarinya. Lima jari-jarinya akan melubangi kepalamu hanya dengan satu sentuhan.
" Kau menengenal Ki Lurah Agung Sedayu?"
" Tentu. Aku sering melewati jalan dibelakang barak Pasukan Khusus. Aku sering singgah dan berbincang-bincang dengan Ki Lurah Agung Sedayu."
" Kau bohong." Wajah anak muda itu menjadi tegang. Katanya - Tidak. Aku tidak berbohong."
" Jika yang kau maksud Ki Lurah Agung Sedayu pemimpin Pasukan Khusus, kau tentu berbohong. Menurut pendengaranku, Ki Lurah itu seorang yang sombong. Ia tidak mau berkenalan dengan orang-orang kebanyakan."
" Kau sekali lagi menyinggung perasaannya. Kau akan menyesal. Jika kau bertanggung jawab atas ucapanmu, katakan, siapa namamu. Aku akan menyampaikannya kepada Ki Lurah Agung Sedayu.-
"Namaku Meria, dan ini isteriku Nyi Meria"
" Di padukuhan mana kau tinggal?"
" Di Gemulung."
" Kau orang Gemulung?"
" Ya." " Bagus. Besok Ki Lurah Agung Sedayu akan mencarimu di Gemulung. Jangan menyesal jika kepalamu besok akan ditubangi.-
" Aku akan melapor Ki Gede Menoreh untuk mendapat perlindungan."
Orang itu termangu-mangu sejenak. Tetapi iapun bertanya -Apakah Ki Gede bersedia melindungimu?"
"Tentu. Ki Gede akan melindungi rakyatnya."
"Aku tidak yakin. Tetapi ingat, aku akan memberitahukan kepada Ki Lurah Agung Sedayu tentang suami isteri yang bernama Meria yang telah merendahkannya dan memperkecil arti Pasukan Khusus dari prajurit Mataram yang berada di Tanah Perdikan Menoreh.-
" Salamku buat Ki Lurah - berkata Agung Sedayu sambil tersenyum.
Mata anak muda itu terbelalak. Orang yang mengaku bernama Merta dari Gemulung itu benar-benar merendahkannya. Ia tentu tidak percaya bahwa ia mengenal Ki Lurah Agung Sedayu, pemimpin prajurit Mataram dari Pasukan Khusus yang ada di Tanah Perdikan Menoreh.
Karena itu dengan geram iapun berkata " Aku akan benar-benar singgah. Bukan saja aku yang kau rendahkan, karena kau tidak percaya bahwa aku mengenal Ki Lurah Agung Sedayu, tetapi kau juga meremehkan Ki Lurah, seolah-olah kehadiran Ki Lurah dan Pasukan Khususnya di Tanah Perdikan ini tidak berarti apa-apa-"
" Jangan merajuk anak muda"berkata Agung Sedayu kemudian " aku tidak bermaksud merendahkanmu. Apalagi meremehkan Ki Lurah agung Sedayu."
" Aku ingat-ingat sikapmu Ki Sanak. Aku ingat-ingat nama dan wajahmu. Aku ingat-ingat padukuhanmu. Aku akan mengajak Ki Lurah Agung Sedayu mencarimu."
Ki Lurah itu tertawa sambil berkata " Sudahlah anak muda. Selamat berpisah. Mudah-mudahan kita akan bertemu lagi."
Anak muda itu menggeretakkan giginya. Sementara itu Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun meninggalkannya termangu-mangu ditepian.
Beberapa orang lewat dibelakang anak muda yang berdiri termangu-mangu itu. Bahkan rakit yang berikutnya telah berhenti pula merapat. Orang-orang yang membawa kuda mereka menyeberang telah turun pula dari rakit dan menuntun kuda mereka di tepian. Namun merekapun segera meloncat naik dan meneruskan perjalanan mereka keseberang bukit Bahkan mungkin ketempat yang lebih jauh lagi.
Anak muda yang memandang Agung Sedayu dan Sekar Mirah yang semakin jauh itupun telah melangkah kaki pula. Perjalanannya masih cukup jauh. Sementara itu ia hanya berjalan kaki saja.
" Aku akan benar-benar singgah di barak Pasukan Khusus itu. Aku akan menemui Ki Lurah Agung Sedayu dan melaporkan sikap dua orang suami isteri itu."
Sejenak kemudian, anak muda itupun telah berjalan menyusuri jalan-jalan yang berada di dalam lingkungan Tanah Perdikan Menoreh. Jalan-jalan yang terpelihara dengan baik. Disebelah menyebelah jalan menjelujur parit yang airnya yang jernih mengalir gemericik. Bahkan dimusim keringpun air di parit itu akan tetap mengalir sawah disebelah mehyebelah jalan, sehingga para petani dapat memetik padi setahun dua kali di tambah dengan palawija semusim.
Anak muda itu berjalan dengan cepat Selain tujuannya masih jauh, ia benar-benar ingin menemui Ki Lurah Agung Sedayu.
Namun anak muda itu menjadi ragu-ragu ketika ia mendekati regol Pasukan Khusus. Ia memang belum mengenal pemimpin pasukan yang bernama Ki Lurah Agung Sedayu itu. Ia hanya mengenal namanya serta kebanggaan banyak orang atas nama itu.
Tetapi anak muda itu ingin mendapat pujian dari Ki Lurah karena ia sangat memperhatikan kebesaran namanya. Karena itu, maka iapun . telah memberanikan diri berhenti di depan pintu gerbang halaman barak Pasukan Khusus itu.
Ketika ia dengan ragu-ragu mendekati penjaga di regol itu, prajurit yang bertugas itupun bertanya " Apakah kau mencari seseorang anak muda?"
Anak muda itu mengangguk. Katanya " Aku ingin bertemu dengan Ki Lurah Agung Sedayu."
"Ki Lurah Agung Sedayu?"
"Ya." " Apakah ada keperluan penting ?"
" Ya, Ki Sanak. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada Ki Lurah. Mungkin hal ini penting bagi Ki Lurah."
"Sayang, anak muda. Ki Lurah tidak ada di barak."
"O. Apakah Ki Lurah sedang pergi keluar?"
" Ya." " Kemana?" Prajurit dari Pasukan Khusus itu ragu-ragu sejenak. Ia tidak dapat mengatakan kepada orang-orang yang tidak berkepentingan atau orang-orang yang tidak dikenalnya, kemana pemimpinnya pergi. Karena itu, maka iapun menjawab " Ki Lurah sedang melihat-lihat keadaan di Tanah Perdikan Menoreh, anak muda."
" Kapan Ki Lurah pulang" Nanti sore" Nanti malam?"
" Aku tidak dapat mengatakannya. Jika Ki Lurah nganglang untuk melihat-lihat keadaan Tanah Perdikan, mungkin ia memerlukan waktu dua atau tiga hari."
Anak muda'itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya " Baiklah Ki Sanak. Jika demikian dua atau tiga hari lagi aku akan datang lagi untuk menemui Ki Lurah."
" Barangkali kau meninggalkan pesan ?"
" Tidak Ki Sanak. Biarlah aku datang saja menghadap Ki Lurah Agung Sedayu " namun dengan ragu-ragu iapun bertanya " Apakah Ki Lurah bersedia menerima aku ?"
" Jika kau membawa masalah yang penting. Ki Lurah tentu akan menerimanya."
"Terimakasih, Ki Sanak"desis anak muda itu.
Anak muda itupun kemudian telah minta diri. Tetapi sekali lagi ia berkata " Dua atau tiga hari lagi, aku akan datang menghadap Ki Lurah Agung Sedayu."
Sementara itu, Agung Sedayu dan Sekar Mirahpun telah memasuki padukuhan induk. Beberapa orang yang melihatnya menyapanya dan bertanya tentang keselamatannya.
"Lama Ki Lurah tidak kelihatan"desis seorang anak muda.
Agung Sedayu tersenyum sambil menjawab " Bukankah sekarang aku sudah kelihatan."
Ketika Agung Sedayu dan Sekar Mirah memasuki halaman rumahnya, maka Rara Wulan yang melihatnya pertama kali berlari-lari menyambutnya. Kemudian disusul oleh Glagah Putih Yang kemudian juga muncul dari pintu pringgitan dan bergegas melintasi pendapa turun ke halaman adalah Nyi Dwani.
Dari pintu seketeng Sukrapun ikut menyambut kedatangan mereka berdua. Diterimanya kedua ekor kuda yang nampak letih itu dan dituntunnya ke belakang.
" Bagaimana keadaan kalian serta seluruh keluarga kita ?" bertanya Agung Sedayu.
" Baik, kakang -jawab Glagah Putih " tidak ada kesulitan apa-apa di rumah dan di seluruh Tanah Perdikan."
" Sokurlah " Agung Sedayu mengangguk-angguk.
" Marilah naik mbokayu "Rara Wulanpun mempersilakan.
Merekapun segera naik ke pendapa langsung ke ruang dalam. Namun Agung Sedayu dan SeKar Mirah itu justru terus ke pintu butulan untuk pergi ke pakiwan mencuci kaki, tangan dan wajah mereka yang berkeringat.
Rara Wulan dan Nyi Dwanipun kemudian sibuk di dapur menyiapkan minuman dan makan bagi mereka yang baru pulang, sementara Glagah Putih berbicara beberapa saat di ruang dalam.
" Di mana Ki Jayaraga dan Mpu Wisanata ?"
" Mereka pergi ke sawah sejak pagi."
" Sejak pagi ?" bertanya Sekar Mirah " sampai hampir senja begini?"
" Ya. Sejak kemarin keduanya sibuk menyiangi batang padi. Kemarin keduanya juga hampir sampai senja."
" Di siang hari mereka tidak pulang ?"
"Tidak." " Siapa yang mengantarkan makan dan minum mereka ?"
" Sukra"jawab Rara Wulan."
Agung Sedayu mengangguk-angguk, Namun kemudian bersama Sekar Mirah, merekapun berganti pakaian sebelum duduk di ruang dalam menghirup minuman hangat sambil berbincang-bincang.
Rara Wulan dan Nyi Dwani yang telah selesai mempersiapkan makan bagi Agung Sedayu dan Sekar Mirah telah menghidangkannya di ruang dalam. Namun Agung Sedayu dan Sekar Mirah tidak segera ingin makan. Tetapi mereka ingin menunggu Ki Jayaraga dan Empu Wisanata.
Demikian langit menjadi buram, maka Ki Jayaraga dan Empu Wisanatapun memasuki halaman rumah. Mereka mengenakan caping di kepala mereka, memanggul cangkul sambil menjinjing parang. Bahkan Ki Jayaraga tidak mengenakan bajunya, tetapi bajunya itu disangkutnya di pundaknya yang sebelah.
Ketika keduanya mengetahui bahwa Agung Sedayu dan Sekar Mirah sudah pulang, maka merekapun segera menemuinya di ruang dalam. Namun kemudian merekapun bergantian pergi ke pakiwan untuk mandi.
Lampupun telah menyala di ruang dalam, di bilik-bilik dan di dapur. Bahkan di pendapa dan gandok kanan dan kiri.
Beberapa saat kemudian, seisi rumah-itu telah berkumpul di ruang dalam. Berganti-ganti Agung Sedayu dan Sekar Mirah bercerita tentang perjalanan mereka. Keduanyapun telah bercerita pula tentang orang-orang Saba Lintang yang mencegat perjalanan mereka di Prambanan.
Orang-orang yang ada di ruang dalam itu mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Sejalan dengan pikiran Agung Sedayu dan Sekar Mirah, maka Sabungsari memang harus memberikan laporan itu bukan saja kepada Ki Untara, tetapi juga kepada Swandaru dan Ki Widura.


13 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun Sekar Mirahpun sempat pula bercerita tentang anak muda yang ingin mengadu kepada Ki Lurah Agung Sedayu, karena Agung Sedayu sendiri dan Sekar Mirah telah dituduhnya merendahkan Lurah prajurit dari Pasukan Khusus itu.
" O " Rara Wulan sempat tertawa " menarik sekali. Senang rasanya menerima pengaduan anak muda itu."
" Tetapi jika anak muda itu benar ingin mengadu, ia tidak akan bertemu dengan Ki Lurah Agung Sedayu, karena Ki Lurah tidak berada di baraknya " berkata Sekar Mirah kemudian.
Ketika kemudian mereka makan, pertanyaan-pertanyaan kepada Agung Sedayu dan Sekar Mirah masih saja tidak berkeputusan. Yang paling menarik pada Rara Wulan adalah justru anak muda yang akan mengadu kepada Ki Lurah Agung Sedayu.
Berbeda dengari Rara Wulan, Jayaraga masih bertanya tentang senjata rahasia yang melukai Agung Sedayu dan Sekar Mirah.
" Kalau saja Ki Lurah sempat membawa senjata rahasia itu " berkata Ki Jayaraga.
" Ya. Tetapi waktu itu aku tidak sempat berpikir seperti itu " Sahut Agung Sedayu.
Ki Jayaraga mengangguk-angguk. Sebagai seorang yang berilmu tinggi serta mempunyai wawasan yang luas, maka rasa-rasanya Ki Jayaraga ingin mengetahui lebih banyak tentang jenis senjata rahasia yang telah menyentuh tubuh Agung Sedayu, Sekar Mirah dan Sabungsari.
Yang kemudian dapat dilihat oleh Ki Jayaraga dan Empu Wisanata adalah bekas-bekasnya saja yang menimbulkan luka di tubuh Agung Sedayu dan Sekar Mirah.
Serba sedikit, dalam pembicaraan itu telah disinggung pula mengenai perkembangan sikap Swandaru di dalam putaran kehidupan-di Sangkal Putung.
" Mudah-mudahan segala sesuatunya menjadi baik " desis Sekar Mirah.
Orang-orang yang mendengarkan keterangan Sekar Mirah itu tidak bertanya lebih jauh. Jika sedikit saja mereka salah ucap, agaknya akan dapat menyinggung perasaan Sekar Mirah.
Dalam pada itu, di Sangkal Putung, Swandaru dan Ki Demang Sangkal Putung sedang menerima kunjungan Sabungsari dan dua orang prajurit yang menamaninya di perjalanan.
Setelah memberikan laporan kepada Untara tentang kegiatan yang dilakukan di Tanah Perdikan Menoreh serta kunjungannya di Mataram, maka Sabungsaripun telah melaporkan pula bahwa perjalanan Agung Sedayu dan Sekar Mirah telah terhambat di Prambanan.
Karena itu, ketika Sabungsari minta ijin kepada Untara untuk langsung pergi ke Sangkal Putung, Untara tidak melarangnya.
" Apakah kau tidak lelah" " bertanya Untara.
" Memang sedikit lelah, Ki Tumenggung. Tetapi barangkali berita ini penting bagi Swandaru. "
"Pergilah. Bawalah kawan di perjalanan. Mungkin peristiwa yang terjadi di Prambanan itu dapat menimbulkan gejolak pada kawan-kawan mereka. Jika mereka berhasil melacakmu, maka kau akan diawasi. Karena itu, jangan pergi sendiri. "
Karena itulah, maka Sabungsari berada di Sangkal Putung bersama dengan dua orang prajurit.
Swandaru dan Ki Demang Sangkal Putung yang mendengarkan keterangan Sabungsari tentang perjalanan Agung Sedayu dan Sekar Mirah menjadi berdebar-debar. Dengan nada berat Ki Demangpun berkata "Untunglah, mereka bertemu dengan kau, ngger?"
" Tetapi Ki Lurah Agung Sedayu dan Nyi Lurah benar-benar orang pilih tanding, sehingga mereka dapat lolos dari orang-orang yang ingin membunuh mereka itu. "
Swandaru mengangguk-angguk. Katanya " Nampaknya kakang Agung Sedayu sudah menjadi lebih maju dalam olah kanuragan. Selama ini aku merasa sangat prihatin akan kemajuan ilmu kakang Agung Sedayu. Apalagi setelah ia diangkat menjadi Lurah prajurit. Agaknya kakang Agung Sedayu telah merasa dirinya mapan. Ia merasa aman dikelilingi oleh prajurit dari Pasukan Khusus yang memiliki kemampuan tinggi-"
Sabungsari menarik nafas panjang, seakan-akan ingin mengendapkan setiap kata Swandaru yang menggelitik telinganya itu.
" Tetapi untunglah " berkata Swandaru lebih lanjut " akhir-akhir ini kakang Agung Sedayu seakan-akan telah terbangun dari tidurnya. Mungkin ada satu dua orang prajuritnya yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga kakang Agung Sedayu merasa perlu untuk meningkatkan ilmunya agar ia tetap orang yang disegani di kesatuannya
Sabungsari mengangguk-angguk sambil menjawab " Mungkin. Namun karena itu, maka Ki Lurah sekarang adalah orang yang berilmu sangat tinggi."
Swandaru tersenyum. Katanya " Ya. Aku juga merasa bersukur. Jika saja kakang Agung Sedayu tidak menjadi jemu untuk menempa diri, ia akan dapat setidak-tidaknya mendekati kemampuanku, karena kami memang bersumber dan berlandaskan pada dasar ilmu yang sama. Tergantung apa yang kami kerjakan kemudian. Sedangkan untuk menentukan bobot ilmu, agaknya tergantung pada banyak hal. Antara lain, kepribadian seseorang serta dasar kekuatan kewadagan sejak semula sejak seseorang mulai menyadap ilmu. "
Sabungsari mengerutkan dahinya. Tetapi ia tidak menjawab. Sementara Swandaru berkata selanjutnya"Kakang Agung Sedayu adalah seorang yang lemah pada mulanya. Wadagnya tidak begitu kokoh, sementara itu, ia sering ragu-ragu untuk mengambil sikap. Selain itu, kakang Agung Sedayu memang sedikit malas. "
Sabungsari menjadi gelisah. Ki Demang agaknya melihat kegelisahan itu. Karena itu, maka Ki Demang yang sebenarnya juga merasa kurang mapan mendengarkan pendapat Swandaru itupun telah mengalihkan pembicaraan. Ki Demang kembali bertanya tentang orang-orang yang telah mengganggu Agung Sedayu dan Sekar Mirah di perjalanan.
"Jadi menurut Ki Lurah berdua serta angger Sabungsari, orang-orang yang untuk sementara dipimpin oleh Ki Saba Lintang itu telah mulai bergerak di lingkungan ini. "
" Ya. Setidak-tidaknya di sekitar Prambanan. Tetapi nampaknya gerakan mereka jutru berada di arah Timur dari Prambanan. Karena Sangkal Putung mempunyai hubungan erat dengan Nyi Lurah Agung Sedayu yang kebetulan memiliki satu diantara dua buah tongkat baja putih dari perguruan Kedung Jati, maka Sangkal Putung dapat saja mendapatkan perhatian khusus dari mereka. Apalagi Sangkal Putung juga pernah menjadi daerah pilihan Macan Kepatihan pada waktu itu.
Ki Demang Sangkal Putung itupun mengangguk-angguk. Katanya kemudian kepada Swandaru - Kita harus semakin meyakinkan diri, bahwa para pengawal Sangkal Putung siap menghadapi segala kemungkinan. Kita harus menjadi lebih kuat dari saat-saat Macan kepatihan ingin menerkam kedemangan yang subur ini. Para pengawal yang meskipun menjadi semakin tua, tetapi pada saat-saat gawat mereka akan tetap menjadi kekuatan yang dapat diandalkan, disamping anak anak muda yang kemudian tumbuh.-
" Ayah tidak usah mencemaskannya - berkata Swandaru barangkali sejak beberapa bulan yang lalu, ketahanan kademangan ini nampak menjadi lesu. Aku harus mengakui bahwa aku telah terjerumus-dalam arus yang menyesatkan. Tetapi sekarang masa-masa itu sudah lewat Sangkal Putung telah bangkit kembali. Bahkan nafasnya menjadi lebih segar."
"Jangan cemaskan kami - berkata Swandaru. kemudian kami akan dapat menjaga diri. Hanya dalam keadaan yang sudah tidak ada kemungkinan lain, kami akan menghubungi pasukan yang ada di Jati Anom itu.
"Aku percaya kepadamu Swandaru - berkata ayahnya - tetapi kita harus tetap berhubungan dengan Ki Tumenggung Untara di Jati Anom, sebagaimana pada saat Macan Kepatihan ada di sekitar kademangan ini."
" Tetapi kita tidak perlu minta Ki Tumenggung untuk menempatkan sebagian dari pasukannya disini, sebagaimana saat itu, sepasukan prajurit dibawah pimpinan Ki Widura berada di Sangkal Putung."
"Jika keadaan menjadi sangat gawat, aku kira Ki Tumenggung tidak akan berkeberatan untuk menempatkan sebagian pasukannya disini - berkata Sabungsari.
" Tidak. Dahulu kedudukan kami masih sangat lemah. Tetapi Sangkal Putung telah ditempa oleh keadaan. Sekarang Sangkal Putung mempunyai pengawal yang cukup kuat
" Tetapi kita tidak boleh merasa terlalu berbangga diri - berkata Ki Demang. Lalu katanya kepada Sabungsari - Jika perlu, ngger, kami akan menghubungi Ki Tumenggung di Jati Anom."
" Ki Tumenggung Untara akan selalu membuka pintu bagi Ki Demang. Bukan saja dalam hubungannya dengan kegawatan keadaan, tetapi mungkin Ki Tumenggung dapat membantu dalam bidang apapun juga sejauh dapat dilakukannya"
"Terimakasih, ngger. Aku percaya karena aku mengenal angger Untara dengan baik sejak daerah ini dipanaskan oleh kahadiran Macan Kepatihan dan para pengikutnya."
"Ya, Ki Demang."
" Tetapi adalah kebetulan, bahwa justru Sekar Mirahlah yang mewarisi salah satu diantara tongkat-tongkat kepemimpinan dari perguruan Kedung Jati itu."
" Tetapi tongkat itu tentu hanya sekedar alasan, ayah - sahut Swandaru - untunglah bahwa Sekar Mirah tidak mudah untuk dapat dihisap oleh gerakan yang mengaku berniat untuk membangkitkan kembali perguruan Kedung Jati dan bahkan menurut Kakang Agung Sedayu, in-. gin menempatkan Sekar Mirah sebagai salah seorang pemimpinnya."
" Tidak, jawab ayahnya - menurut pendapatku justru sebaliknya Mereka benar-benar menginginkan tongkat itu. Kedudukan yang akan mereka berikan kepada Sekar Mirah itulah yang pura-pura. Karena tongkat itu akan mereka rampas dan tentu saja Sekar Mirah akan mereka singkirkan."
Tetapi Swandaru menggeleng. Katanya - Tidak ayah. Mereka membutuhkan Sekar Mirah karena dibelakang Sekar Mirah mereka mengharapkan Agung Sedayu. Seandainya kakang Agung Sedayu tidak dapat membawa pasukannya, maka pengaruhnya di Tanah Perdikan Menoreh itulah yang mereka perlukan selain kemampuannya yang dapal dianggap cukup tinggi. Kemudian karena Sekar Mirah anak Demang Sangkal Putung, maka Sangkal Putung tentu akan terseret pula kedalam-nya
" Memang ada beberapa kemungkinan. Ki Demang - sahui Sabungsari - tetapi yang jelas mereka telah melepaskan Tanah Perdikan Menoreh setelah mereka gagal membujuk Nyi Lurah Agung Sedayu serta menguasai Tanah Perdikan Menoreh dengan kekerasan.
" Ya - sahut Swandaru - mereka juga tidak akan dapat bermimpi lagi untuk dapat memanfaatkan kekuatan yang ada di kademangan ini. Jika mereka ingin menguasai kademangan ini maka mereka tentu akan mempergunakan kekerasan sebagaimana mereka lakukan atas Tanah Perdikan Menoreh.
" Jika Tanah Perdikan Menoreh mendapat dukungan kekuatan dari para prajurit dan Pasukan Khusus yang berada di tanah Perdikan Menoreh meskipun jumlahnya hanya sedikit, maka didekat Sangkal Putung juga terdapat barak prajurit yang lebih besar dari Pasukan Khusus di Tanah Perdikaan itu, berkata Sambungsari.-
" Ya - Ki Demang mengangguk-angguk - kita akan saling berhubungan.
"Jangan cemaskan kami - berkata Swandaru kemudian - kami akan dapat menjaga diri. Hanya dalam keadaan yang sudah tidak ada kemungkinan lain, kami akan menghubungi pasukan yang ada di Jati Anom itu"
" Baiklah - Sabungsari mengangguk-angguk - agaknya keperluanku sudah cukup. Aku sudah memberikan sedikit gambaran tentang gerakan yang mungkin akan dapat mengganggu ketenangan Sangkal Putung."
" Terimakasih, ngger - berkata Ki Demang - mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di daerah Ini. Tetapi sudah tentu bahwa kami harus meningkatkan kewaspadaan kami.
Demikianlah, maka Sabungsaripun telah minta diri bersama kedua orang prajurit yang menyertainya kembali ke Jati Anom.
Jalan terasa sepi sekali. Malampun menjadi semakin gelap. Tetapi bintang-bintang nampak berhamburan di langit.
Ketika mereka memacu kuda mereka tidak jauh dari hutan yang -e membujur panjang, terdengar suara-suara malam yang ngelangut. Namun di kejauhan sekali-sekali terdengar pula aum harimau lapar yang sedang mencari mangsa.
Tetapi aum harimau itu sama sekali tidak menggetarkan jantung Sabungsari dan kedua orang kawannya.
Sepeninggal Sabungsari, maka di Sangkal Putung, Ki Demangpun berkata kepada Swandaru"Kau harus memperhatikan peringatan itu, Swandaru."
" Ya, Ayah. Para pengawal Sangkal Putung telah berada di tatarannya kembali. Beberapa kademangan yang sempat mencibirkan bibir melihat Sangkal Putung seolah-olah menjadi layu, sekarang mereka sudah kembali mengakui, bahwa Sangkal Putung merupakan sebuah kademangan yang besar. Bukan saja karena luas wilayahnya, tetapi justru karena isinya Kesejahteraan rakyatnya dan kemampuannya melirtdungi diri sendiri. "
" Kau jangan tekebur karena itu. "
" Tidak Ayah. Meskipun aku yakin akan kelebihan kademangan ini, tetapi aku masih berusaha meningkatkan ketahanannya. Terutama untuk melindungi kademangan ini seutuhnya "
" Baiklah. Aku percaya bahwa kau akan mampu mengatur, apa yang harus dilakukan oleh para pengawal dan bahkan seluruh rakyat Sangkal Putung, seandainya gerakan yang dipimpin Ki Saba Lintang itu benar-benar menjamah kademangan ini. "
Swandaru tersenyum. Katanya"Ayah tidak usah menjadi cemas. Aku akan mengatur segala-galanya. "
Di hari berikutnya, Swandaru telah memanggil para pemimpin pengawal kademangan Sangkal Putung di padukuhan-padukuhan. Disampaikannya pesan Sabungsari kepada mereka. Meskipun demikian
Swandaru masih juga berpesan "Tetapi kita tidak usah membuat rakyat Sangkal Putung menjadi resah. Karena itu, kalian harus berhati-hati serta mempergunakan cara yang terbaik untuk menyebarluaskan peringatan ini. Kalian harus berusaha agar peringatan ini sampai ke telinga setiap pengawal dan bahkan setiap laki-laki di Sangkal Putung, tetapi tidak menimbulkan kegelisahan. "
Para pemimpin pengawal di padukuhan-padukuhan itu mengangguk-angguk. Mereka mengerti yang dimaksudkan oleh Swandaru. Karena itu, maka mereka tidak akan dengan serta merta menyampaikan peringatan itu. Tetapi mereka harus memilih kesempatan yang paling tepat Tetapi segera.
Sejak hari itu, maka Sangkal Putung benar-benar meningkatkan kewaspadaannya. Latihan-latihan bagi para pengawalpun ditingkatkan. Meskipun tidak semata-mata. Para pemimpin pengawal tidak mengubah hari-hari latihan atau menambah dengan hari-hari baru. Tetapi mereka tetap mempergunakan kesempatan latihan seperti biasanya, namun waktunya menjadi lebih panjang. Dengan demikian peningkatan latihan tidak menjadi terlalu memancing perhatian.
Swandaru sendiri hadir dalam latihan-latihan itu. Berganti-ganti dari satu padukuhan ke padukuhan yang lain. Dengan bersungguh-sungguh Swandaru memberikan petunjuk-petunjukkepadaparapemimpin pengawal untuk meningkatkan latihan-latihan bagi para pengawal itu.
Sebenarnyalah apa yang dilakukan oleh Sangkal Putung itu tidak luput dari pengamatan Ki Saba Lintang. Bahkan Ki Saba Lintang sendiri telah beberapa kali memasuki kademangan Sangkal Putung. Kadang-kadang sebagai orang yang sekedar lewat Pada kesempatan lain berada di pasar Sangkal Putung. Pada saat yang lain lagi, membawa kuda beban menjual gerabah berkeliling kademangan Sangkal Putung.
Setiap kali Ki Saba Lintang hanya tersenyum melihat peningkatan kesiagaan para pengawal. Kepada dirinya sendiri Ki Saba Lintang itupun berkata"Terimakasih Swandaru. Lakukanlah dengan sebaik-baiknya Aku memang memerlukan pengawal yang terlatih. Jika pengawalmu meningkat kemampuannya maka kau dan kademanganmu akan menjadi lebih berarti bagiku. "
Swandaru sama sekali tidak memperhitungkan bahwa Ki Saba Lintang akan memasuki dan menguasai Sangkal Putung dengan cara lain. Tidak dengan kekerasan sebagaimana Ki Saba Lintang mencoba menguasai Tanah Perdikan Menoreh. Usahanya itu gagal sama sekali. Bahkan pasukannya menjadi terluka parah. Banyak para pemimpinnya serta orang-orang berilmu tinggi yang terbunuh.
Ketika Ki Saba Lintang yang menuntun kuda beban bertemu dan berpapasan dengan Swandaru bersama dua orang pengawalnya di jalan induk kademangan, Ki Saba Lintang tersenyum sendiri sambil bergu-' mam " Aku sudah tahu kelemahanmu Swandaru. Kau senang terhadap perempuan cantik. Meskipun isterimu itu cantik sekali, tetapi kau tunduk kepada seorang penari tayub. Bahkan hampir saja kademanganmu kau hancurkan."
Ki Saba Lintang itu tertawa. Dituntunnya kuda bebannya berjalan terus sehingga akhirnya Ki Saba Lintang itu keluar dari kademangan Sangkal Putung.
" Bagaimana menurut pendapat Ki Saba Lintang tentang Sangkal - Putung" " bertanya salah seorang pengikutnya demikian Ki Saba Lintang kembali ke sarangnya.
Ki Saba Lintang tersenyum. Katanya " Mereka sedang meningkatkan kemampuan mereka"
"Jadi apalagi yang kita tunggu?" Membiarkan para pengawal kademangan itu semakin tinggi kemampuannya sehingga kita akan menjadi semakin sulit untuk merebut Sangkal Putung."
Ki Saba Lintang mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi iapun menjawab"Ya Kita akan merasa kecewa jika kita menyerang Sangkal Putung tanpa mendapat perlawanan yang memadai."
" Apakah kita ingin mendapat pengalaman yang sama sebagaimana kita menyerang Tanah Perdikan Menoreh ?"
Ki Saba Lintang tertawa berkepanjangan. Katanya " Kau memang dungu."
Tetapi ketika ia berbicara dengan seorang kepercayaannya yang berilmu tinggi, Ki Saba Lintang pun berkata " Kita semuanya tidak sebodoh Kebo Remeng yang menyurukkan kepalanya di bawah telapak kaki Agung Sedayu dan membiarkan lehernya dijerat dengan juntai cambuknya"
" Apakah kita akan mencari seorang penari tayub yang sangat cantik untuk menjerat Swandaru?"
"Otakmu ternyata juga kering."
" Bukankah kita sudah mengetahui kelemahan Swandaru. -
"Tetapi Swandaru bukan seorang yang bodoh. Meskipun ia seorang yang menuruti kemauannya sendiri, tetapi ia tidak akan tersuruk pada kesalahan yang sama. Jika kita mengirimkan sekelompok penari tayub ke kademangan itu, maka seisi kademangan segera akan menjadi curiga. Ki Demang, Pandan Wangi dan para pemimpin kademangan akan langsung memagari Swandaru agar ia tidak terlibat lagi dalam hubungan yang akari mengambil sikap yang tegas. Melarang rombongan tayub itu memasuki Sangkal Putung."
"Jadi bagaimana ?"
" Kita tidak perlu tergesa-gesa. Kita akan mencari cara terbaik. Sementara itu, tataran kemampuan para pengawal Sangkal Putung yang akan kita pergunakan sebagai ujung tombak untuk menghancurkan pasukan Untara menjadi semakin matang."
Kepercayaannya mengangguk-angguk
" Jika kita sudah menghancurkan kekuatan Untara, maka Jati Anom, Sendang Gabus, DukuhPakuwon, Macanan, Ngupit, Babagan, Sangkal Putung, Semangkak, Barengan, Benda Gantungan akan kita kuasai. Kemudian semakin menjalar ke-Barat sampai ke Kali Dengkeng. Bahkan sampai ke Prambanan dan Kali Opak."
" Apakah itu cukup ?"
" Tentu tidak. Tetapi Swandaru akan membujuk Pandan Wangi agar kekuatan Tanah Perdikan Menoreh bersatu dengan kekuatan dari Sangkal Putung untuk menjepit Mataram."
Kepercayaan Ki Saba Lintang itu hanya mengangguk-angguk saja. Tetapi ketika hal ini dikatakannya kepada seorang yang dituakannya, maka orang itu tersenyum. Katanya " Tidak semudah menghitung jari-jari tanganmu, Ki Saba Lintang. Kalau kau pergunakan seorang perempuan untuk menjerat Swandaru, maka kau dapat membayangkan, bahwa Swandaru tidak akan dapat membujuk Pandan Wangi, karena hubungan mereka akan retak."
" Tidak, Paman " jawab Ki Saba Lintang " hubungan Swandaru dengan perempuan itu harus tidak diketahui oleh Pandan Wangi."
" Seandainya demikian, apakah pengaruh Pandan Wangi cukup besar di Tanah Perdikan Menoreh ?"
" Kita akan menjanjikan kedudukan terbaik bagi Swandaru dan Agung Sedayu jika mereka bersedia bersama-sama kita menghancurkan Mataram."
"Namamu akan membuat Agung Sedayu .dan kekuatan di Tanah Perdikan Menoreh menjadi muak."
"Paman menganggap aku terlalu bodoh. Apakah mereka akan pernah mendengar namaku lagi?"
"Lalu, apa maumu sebenarnya ?"
" Paman akan memimpin seluruh kekuatan yang akan kita himpun atas namaku. Jika aku berada di belakang Paman, maka namaku tentu bukan Saba Lintang. Orang-orang tidak akan lagi yang menyebut nama Saba Lintang."
" Kau akan dapat mengganti namamu. Tetapi apakah kau dapat mengubah wajahmu" Atau kau akan selalu mengenakan topeng agar tidak seorangpun yang mengenalmu sebagai Saba Lintang."
" Paman " berkata Ki Saba Lintang ". kita tidak sedang bermain-main. Kita harus memikirkan semuanya dengan saksama Beberapa orang kita sedang menyusun kekuatan di sekitar Gunung Kendeng. Kita akan selalu mempelajari kegagalan-kegagalan kita sebelumnya. Karena itu, kita tidak akan tergesa-gesa."
" Aku sependapat."
" Persoalan yang kita angkat untuk menghimpun kembali perguruan Kedung Jati ternyata tidak dapat mengikat Sekar Mirah. Karena itu, kita akan memperhitungkan kembali, apakah persoalan'itu lagi yang akan kita angkat, atau kita akan melahirkan gagasan-gagasan baru yang lebih menarik. Yang penting, kita akan menghancurkan Mataram. Para pendukung kekuasaan Jipang dan Pati yang telah disakiti hatinya oleh Panembahan Senapati akan tetap berada di antara kita, persoalan apapun yang akan kita angkat kepermukaan."
Orang yang dituakan dan dipanggil paman oleh Ki Saba Lintang itu mengangguk-angguk. Katanya " Aku ingin berkenalan dengan" Swandaru.
Ki Saba Lintang mengangguk-angguk. Katanya " Paman harus berkenalan dengan Swandaru. Tetapi sekali lagi aku minta agar semua langkah kita tidak tergesa-gesa. Salah satu sebab kegagalan kita di Tanah Perdikan adalah, bahwa persiapan kita belum benar-benar masak. Rasa-rasanya kita terlalu tergesa-gesa. Tetapi itu menjadi pengalaman yang sangat berharga "
Orang tua yang dipanggil paman itu mengangguk-angguk. Katanya " Ternyata kau bertambah bijaksana Kekalahan itu agaknya memberimu banyak pelajaran. "
Ki Saba Lintang tersenyum. Katanya"Agaknya memang begitu paman. Tetapi ternyata bahwa kita harus mulai lagi dari permulaan. Tetapi justru karena itu, kita dapat merencanakan langkah kita sebaik-baiknya -
Sebenarnyalah, seperu yang dikatakan oleh Ki Saba Lintang, maka yang dilakukannya bersama orang-orang yang dipercayanya untuk sementara adalah mengamati saja keadan Sangkal Putung. Orang tua yang dipanggil paman oleh Ki Saba Lintang itu memang berusaha untuk dapat berkenalan dengan Swandaru. Tetapi dengan cara yang sangat wajar. Karena itu, maka ia tidak memaksakan diri untuk segera melakukannya
Dalam pada itu, di Tanah Perdikan Menoreh, Agung Sedayu dan Sekar Mirah telah menemui Ki Gede Menoreh. Mereka telah melaporkan perjalanan mereka ke Sangkal putung. Mereka telah menyampaikan perkembangan sikap Swandaru.
Ki Gede mengangguk-angguk. Dengan nada berat itu pun berkata .."Terima kasih, Ki Lurah. Bagaimanapun juga aku memanng mencemaskan kehidupan keluarga Pandan Wangi. Tetapi jika angger Swandaru telah menyadari langkahnya yang keliru, maka dadaku menjadi lapang."
" Nampaknya begitu, Ki Gede. Sikap Sekar Mirah telah mengejutkannya sejak Sekar Mirah datang di Sangkal Putung. Ternyata sikapnya yang mengejutkan itu mampu menggetarkan kesadaran kakaknya.
" Laporan Agung Sedayu dan Sekar Mirah agaknya memang memberikan ketenangan pada Ki Gede Menoreh. Ia tidak lagi merasa sangat gelisah mencemaskan masa depan keluarga anak perempuannya itu.
Di hari-hari berikutnya, maka Agung Sedayu telah pergi ke baraknya setiap hari seperti biasanya. Ia telah mengambil kembali tanggung jawabnya sebagai pemimpin prajurit dari Pasukan Khusus yang ada di tanah Perdikan Menoreh itu.
Selagi Agung Sedayu sibuk dalam tugasnya, Agung Sedayu mendapat laporan dari prajurit yang bertugas di gerbang depan baraknya, bahwa seorang anak muda ingin menemuinya.
"Untuk apa " " bertanya Agung Sedayu.
" Anak muda iatu ingin menyampaikannya sendiri kepad Ki Lurah "jawab prajurit itu.
Agung Sedayu memang bukan seorang yang sulit untuk ditemui. Karena itu maka Agung Sedayu itupun berkata " Silakan anak muda itu menunggu sebentar. Aku akan segera menemuinya. "
" Baik, Ki Lurah."
Dengan jantung yang berdebar-debar, anak muda itu menunggu. Keringat dingin telah membasahi punggungnya. Ada semacam penyesalan, kenapa ia begitu bernafsu untuk menghadap Ki Lurah Agung Sedayu. Jika persoalan yang dibawanya dianggap tidak-berarti, mungkin Ki Lurah itu justru akan marah kepadanya membentaknya dan bahkan mengusirnya.
Tetapi ia sudah berada di dalam barak.-Jika ia begitu saja pergi sebelum bertemu dengan Ki Agung Sedayu, maka .para prajurit yang bertugas akan mencurigainya
Sejenak kemudian, maka seorang prajurit itu semakin membuat jantungnya berdebaran. Tetapi prajurit itu kemudian telah membawanya ke sebuah ruangan yang khusus dipergunakan oleh Agung Sedayu menerima tamu-tamunya.
Demikian anak muda itu sampai ke pintu, maka jantungnya serasa-berhenti berdetak. Apalagi ketika prajurit itu berkata " Itulah Ki Lurah sudah menunggumu. "
Agung Sedayu pun terkejut pula. Namun iapun tersenyum ketika ia melihat wajah anak muda itu menjadi pucat
" Marilah Ki Sanak " Agung Sedayu pun tersenyum sambH bangkit berdiri."
" Duduklah." Tetapi anak muda itu justru membeku.
" Marilah. Jangan berdiri saja di situ. "
Melihat sikap anak muda itu, prajurit yang mengantarnya menjadi curiga. Ia pun melangkah mendekatinya sambil berkata kepada Ki Lurah " Aku menunggu perintah, Ki Lurah. "
Tetapi Agung Sedayu masih saja tersenyum. Katanya"Tinggalkan anak muda itu. Ia tamuku. "
Prajurit itu nampak bimbang. Namun ketika Agung Sedayu memberinya isyarat, maka ia pun segera beranjak pergi.
" Anak itu aneh " berkata prajurit itu di dalam hatinya. Tetapi ia pun kemudian berdesis"Jika ia berniat buruk, Ki Lurah tentu akan dapat mengatasinya sendiri. Ki Lurah pun telah memerintahkan aku pergi. "
" Duduklah"Agung Sedayu mengulanginya.
Dengan ragu-ragu anak muda itupun kemudian duduk. Tetapi pakaiannya sudah basah oleh keringat
" Anak muda " bertanya Agung Sedayu kemudian " apakah kau mempunyai keperluan yang penting yang ingin kau sampaikan sendiri kepadaku?"
Anak muda itu kebingungan. Ia tidak segera menjawab. Namun Agung Sedayulah yang bertanya pula " Apakah kau anak muda dari Tanah Perdikan Menoreh ?"
Dengan gelisah anak muda itu menyahut "Bukan, Ki Lurah."
"Jadi?" "Aku tinggal di seberang bukit"
Agung Sedayu mengangguk-angguk. Katanya"Itulah sebabnya, aku belum pernah melihatmu."
Anak muda itu mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi ia pun bertanya"Ki Lurah belum, pernah melihat aku ?"
Agung Sedayu menggeleng. Katanya"Belum anak muda."
Anak muda itu menarik nafas dalam-dalam. Namun nampaknya ia masih tetap ragu-ragu.
" Katakan anak muda, apakah keperluanmu" Jika aku dapat membantumu, aku akan membantu."
Anak muda itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia pun berkata"Beberapa hari yang lalu, aku telah datang kemari untuk menemui Ki Lurah. Tetapi Ki Lurah tidak ada di barak ini "
" Aku tidak pergi ke mana-mana, anak muda Pada hari-hari terakhir sejak beberapa bulan yang lalu, aku berada di barak setiap hari."
" Apakah Ki Lurah tidak bepergian ke seberang Kali Praga?"
"Tidak"jawab Agung Sedayu tegas.
" Tetapi beberapa hari yang lalu, Ki Lurah tidak ada. Menurut prajurit yang bertugas, Ki Lurah sedang melihat-lihat keadaan Tanah Perdikan."
" O " Agung Sedayu mengangguk-angguk " Jika itu yang dimaksud, memang benar. Aku. memang sering mengelilingi Tanah Perdikan ini untuk melihat-lihat keadaan. Terutama setelah baru-baru ini terjadi serangan yang tiba-tiba. Tetapi aku tidak keluar dari Tanah Perdikan ini."
Anak muda itu menarik nafas panjang'. Tetapi ia masih juga bertanya " Tetapi apakah Ki Lurah tidak bepergian ke seberang Kali Praga bersama Nyi Lurah?"
" Tidak. Aku tidak pergi ke mana-mana bersama isteriku " Agung Sedayu mengerutkan dahinya. Kemudian ia pun bertanya " Ada apa sebenarnya anak muda ?"
Anak muda itu nampak gelisah. Namun akhirnya ia pun berkata" Ki Lurah. Apakah Ki Lurah pernah pergi ke Gemulung ?"
Agung Sedayu mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi Agung Sedayu menjawab"Ya, tentu. Gemulung adalah sebuah padukuhan kecil yang tidak jauh dari barak ini. Bukan hanya Gemulung. Aku sudah sering pergi ke semua padukuhan di Tanah Perdikan ini. Semua Demang dan Bekel aku kenal dengan baik."
" Ki Lurah"berkata anak muda itu " aku pernah bertemu dengan dua orang suami isteri dari Gemulung. Aku hampir keliru. Laki-laki Gemulung itu mirip sekali dengan Ki Lurah."
" He?" Agung Sedayu beringsut"siapa namanya ?"
" Ki Merta" Agung Sedayu tertawa. Katanya " Aku sudah mengira, bahwa kau akan menyebut nama itu. Bukan hanya kau yang pernah keliru, anak muda Beberapa orang memang mengatakan, bahwa Ki Merta mirip dengan aku. Bahkan menurut orang-orang itu, suaranyapun mirip dengan suaraku. Di mana kau bertemu dengan Ki Merta" Apakah kau mempunyai persoalan dengan orang itu?"
" Tidak, Ki Lurah. Tidak. Aku hanya bertemu saja di Kali Praga. Ki Merta bersama Nyi Merta menyeberang dari Timur ke Barat Kami berada dalam satu rakit."
" O"Agung Sedayu mengangguk-angguk.
" Apakah ada hubungannya dengan kedatanganmu kemari?"
" Tidak, Ki Lurah. Aku hanya terkejut melihat Ki Lurah yang mirip sekali dengan Ki Merta."
Agung Sedayu mengangguk-angguk. Ia pun kemudian bertanya" Jadi maksudmu" Kau mempunyai keperluan khusus?"
" Ya, Ki Lurah " keringat anak muda itu sudah membasahi pakaiannya Namun kemudian tiba-tiba saja ia berkata " apakah aku dapat diterima menjadi seorang prajurit ?"
" He?" Agung Sedayu memandanginya dengan tajamnya " kau ingin menjadi seorang prajurit ?"
" Ya Ki Lurah."
Agung Sedayu tersenyum. Ia tahu bahwa pikiran itu timbul dengan tiba-tiba untuk mengatasi ketegangannya
" Anak muda " berkata Agung Sedayu " kami tidak dapat menerima anak-anak muda yang berminat menjadi prajurit setiap saat. Ada saatnya Mataram menerima anak-anak muda untuk menjadi prajurit Itupun melalui pendadaran. Hanya mereka yang memiliki kemampuan yang memenuhi syarat dapat diterima menjadi seorang prajurit"
" Kenapa harus dipilih di antara mereka yang berniat untuk menyerahkan pengabdiannya" Mungkin mereka yang memiliki kemampuan dalam olah kanuragan lebih rendah dari yang lain, tetapi jiwa pengabdiannya sangat tinggi, apakah ia tidak berhak untuk mendapat kesempatan mengabdikan diri?"
Agung Sedayu pun mengangguk-angguk sambil menjawab - Tentu. Tentu anak muda. Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan mengabdikan dirinya
" Jadi, kenapa mereka tidak ditenma" Kenapa harus diadakan pendadaran " Masih dapat dimengerti jika pendadaran itu dilakukan atas kesediaan mereka mengabdi. Bukan sekadar kemampuan.
Agung Sedayu tertawa kecil. Katanya - Semua orang mendapat kesempatan untuk mengabdi. Tetapi bukankah bidang pengabdian seseorang itu tidak hanya berada di bidang keprajuritan" Banyak lapangan yang dapat diterjuni untuk mengabdi. Karena itu jika dilakukan pendadaran itu sekadar untuk mengetahui ketepatan pilihan dan kemampuan seseorang. Jika ia tidak memiliki persyaratan cukup untuk mengabdi di bidang keprajuritan, ia dipersilakan mengabdi lewat jalan lajn. Mungkin ia memiliki keterampilan bertani, berdagang, berternak atau. bidang-bidang lain yang sesuai dengan kemampuannya"
Anak muda itu tercenung sejenak. Namun kemudian ia mengangguk-angguk kecil. Sekitas dipandanginya lagi wajah Agung Sedayu. Wajahnya bukan saja mirip dengan orang yang mengaku dari Gemulung itu. Tetapi agaknya wajah itu pulalah yang dilihatnya di tepian Kali Praga.
Tetapi anak muda itu tidak mempertanyakannya lagi. Ki Lurah sudah menjawab, bahwa di hari-hari terakhir, ia tidak pergi ke mana-mana Ia juga tidak pergi menyeberang Kali Praga sehingga orang yang dilihatnya di Kali Praga itu memang bukan Ki Lurah Agung Sedayu.
Pedang Kayu Cendana 1 Fear Street - Orang Tua Kami Hilang Missing Hantu Pegunungan Batu 2
^