Pencarian

Jatuh Cinta Sama Lo 9

Jatuh Cinta Sama Lo! No Way! Karya Rere Nurlie Bagian 9


jauh dari rumahnya. Andai dia tau begini, dia akan memberikan sejuta alasan untuk menolak ajakan Putra ketemuan malam-malam.
"Ken...napp..pa?" Suara yang keluar dari mulutnya terasa tersendat. Seolah-olah pasokan oksigen yang dia butuhkan mendadak habis.
Putra tak menjawab. Tatapannya kosong menatap jalanan yang sepi. Seperti hatinya, sepi walau ada yang berusaha mengisi. Dan Selvi, terdiam bagai menunggu
vonis dipancung yang akan dilakukan beberapa detik lagi.
"Rasanya tak sama lagi, Sel." Jawaban akhirnya keluar dari mulut Putra diantara banyaknya jawaban yang tersedia dikepalanya. Membuat Selvi bangkit dari
duduknya dan berdiri didepan Putra yang matanya masih menatap jalanan sepi.
PLAK! Sebuah tamparan keras melayang di pipi kiri Putra bagai bunyi gong ditengah heningnya malam. Putra hanya diam. Tak berniat membalas apalagi menenangkan
Selvi yang naik darah. Baginya ini sepadan dengan ucapannya tadi.
"Kenapa Putra"! Kenapa"! Jawab gue dengan alasan logis lo! Gue gak butuh jawaban abstrak lo!" Selvi berteriak didepan Putra. Habis sabarnya sudah. Dia
hanya butuh jawaban,? bukan jawaban memancing pertanyaan selanjutnya.
"Perasaan gue gak kayak dulu lagi, Sel. Bukan berarti gue gak cinta. Bukan... hanya saja... berubah... menjadi perasaan gue ke teman-teman yang lain."
"Kalo perasaan lo berubah ke gue, kenapa lo terima ajakan balikan gue Put"! Lo mau mainin gue"!" Selvi meradang dan hendak menempeleng Putra kalau saja
tak ingat bahwa dihadapannya adalah cowok yang dia cintai mati-matian.
Putra berdiri dari duduknya dan memegang kedua pundak Selvi yang naik turun. Diikuti air mata yang terus mengalir bagai air bah di pelupuk matanya. Dan
Putra mengusapnya dengan jemari tangannya. "Gue gak ada niat nyakitin lo, Sel. Gue nerima lo karna gue pengen mastiin, apa perasaan gue benar-benar mati
untuk lo sejak karna kita sempat putus kemaren itu. Tapi... setahun gue jalanin sama lo, gue gak enak lagi dengan semua ini Sel. Gue gak mau mempertahanin
lebih lama lagi tanpa perasaan apa-apa sama lo. Lo sayang sama gue, tapi gue... gak ada lagi, Sel."
"Kenapa Put" Apa ada yang salah sama gue sampai perasaan sayang lo berubah gini" Gue sayang sama lo. Please... kita coba sekali lagi yah, gue akan buat
lo sayang sama gue lagi, kayak dulu." Selvi memohon dan menatap putra dengan bercucuran air mata. Baginya, biarlah dia bersama Putra walau tau cowok itu
tak mencintainya. Karna, disampingnya pun sudah bersyukur.
Putra menggeleng. "Selama setahun, gue udah berusaha untuk mencari, apakah gue masih ada rasa sama lo. Tapi gak ada, Sel. Please... jangan paksa diri lo
untuk sama gue yang gak bisa lagi sama lo."
"Gue gak ada harapan lagi?" Selvi menatap lekat mata Putra dan menghela napas berat. Dia tau arti mata Putra. Penuh tekad kuat. Tanpa ragu.
"Sorry Sel. Gue gak mau nyakitin hati lo yang tulus sayang sama gue. Tapi gue gak bisa memberi balik."
Sebuah perkiraan melintas dipikiran Selvi. Tanpa ragu dia mempertanyakannya. "Lo naksir cewek lain?"
"Kenapa lo mikir gitu?" Putra kaget dengan pertanyaan Selvi yang tepat
sasaran. "I see in your eyes. Boleh gue tau siapa ceweknya?" Selvi bertanya dengan nada masih terisak pelan. Dan dia menata hati dan tubuhnya agar tak ambruk mendengar
jawaban Putra. "Gue gak mau jawaban gue bikin lo merasa cewek paling hancur didunia, Sel." Putra berkata tegas dan berusaha memutuskan kontak matanya agar gadis didepannya
yang baru saja menjadi mantannya 5 menit yang lalu tak bisa melihat isi hatinya dari matanya.
Selvi tersenyum singkat. Baginya, dia sudah tau jawaban dari pertanyaannya sendiri dan tak butuh konfirmasi Putra untuk meyakinkannya.
"Gue tau." "Lo mau gue antar pulang?" Tawar Putra ketika malam semakin larut, dan semakin sepi sedangkan gadis itu berpakaian minim.
Selvi menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Rumah gue dekat kok. lo pulang dulu deh," Selvi mengusir halus Putra yang cemas keadaannya.
"Yakin?" Putra tak yakin. Namun melihat tatapan Selvi yang berusaha meyakinkannya, dia menyerah. "Ok, gue pulang dulu. Take care yah." Putra mencium pipi
Selvi yang tak menghindar darinya sebagai perpisahan dan pergi meninggalkan taman dengan sepeda motor Ninja CBRnya.
Melihat Putra sudah jauh darinya, Selvi langsung terduduk dan menangis sepuasnya sambil meremas dadanya. Rasanya sakit sekali, andai boleh memilih, dia
ingin mati daripada hidup dengan rasa sakit. Dia meremas rumput disekitarnya hingga tercabut dari akarnya, agar bisa mengurangi rasa sakitnya. Dia mencintai
Putra, kenapa dia tak mendapatkan itu" Ingin sekali menuntut, tapi kepada siapa" Frustasi, Selvi duduk sambil menelungkupkan wajah dikedua lututnya. Dan
dia menatap jalanan sepi dan langit malam yang menjadi saksi betapa sakitnya perasaannya sekarang. "Gue sayang sama lo, Putra! Tapi kenapa"! Kenapa lo
gak bisa memberi itu ke gue"! Kenapa harus dia"! Dia yang seharusnya jadi masa lalu lo"!" Selvi berteriak dan memukul tanah dengan tangan terkepal. Sesak
napasnya sekarang. "Ok, gue terima keputusan lo, Putra. Gue liat gimana usaha lo dekatinnya, ?gue biarkan. Gue akan menjadi cewek yang ikhlas dengan keputusan
lo. Tapi ingat, kalo gue gak bisa dapatin lo, jangan harap lo bisa milikin dia! Gue akan buat dia, ngerasain sakit apa yang gue rasa ke lo!" Selvi berkata
geram sambil tersenyum sinis. Sebuah rencana hadir diotaknya. Dia menghapus air matanya dan bangkit berdiri.
"Lo gak tau siapa gue, Putra."
???????????????????????????????????????????????????? ?"?"" ???"???????
"Gimana?" Kathy kasak-kusuk di kampus bersama Arny cs di taman. Fokusnya teralihkan ketika melihat Erza baru saja datang diantar Nanda dan dengan mata
kepalanya sendiri, dia melihat betapa sayangnya Nanda dengan Erza. Membuat gadis itu terpikir untuk mendadak mundur tak ingin menjalankan misinya.
"Aku gak tega..." Kathy bergumam sendiri dengan tatapan ke arah Erza yang berjalan memasuki kampus, tak melihat mereka yang sedang rapat rahasia.
"Gak tega jalanin rencana yang lo bikin sendiri" Konsisten dong, Kath." Eva menatap Kathy dengan tatapan menuduh. Dasar labil. Pikirnya.
Kathy menatap sengit Eva yang juga menatapnya. Sadar ada dua singa betina siap menghamuk, Reno dan Restu buru-buru turun tangan. "Sudah...sudah... Lo gak
tega kenapa Kath?" Reno mengelus punggung Eva yang sudah menegang, siap tegang urat.
Kathy berusaha rileks ketika Restu membisikinya sesuatu. Dan dia mulai tenang kembali. "Rencana yang gue ceritain kemaren kak. Mendadak gak tega gue. Lihat
Nanda segitu sayangnya dengan Erza, bikin gue ngerasa cewek paling jahat sedunia." Keluhnya.
Arny yang sedari tadi diam, ikut bicara. "Gue tau apa yang lo pikirin Kath. Tapi ingat... lo gak berusaha buat Erza putusan dengan Nanda. Lo Cuma memberi
celah agar dia bisa ngobrol dengan Putra lagi. Menjelaskan masalah mereka. Itu aja. Masalah kedepannya mereka putus atau gak, itu keputusan Erza. Bukan
karna ide lo. Lagipula..." Arny terdiam dan menatap Kathy yang mendengar penuh antusias. "Gue setuju kok dengan ide lo. Udah lama sejak di Jogja itu gak
liat mereka bareng. Gue kangen..."
Eva angguk-angguk mendengar penjelasan Arny. "Gue setuju tuh. Lagipula... lo tau gak Kath... Putra putus ma Selvi!" Eva mengucapkan penuh penekanan di
kalimat terakhir. Membuat mereka yang mendengar, kaget.
"Lo dengar dari siapa"! Jangan ngarang lo!" Kathy paling shock diantara yang lain. Secara dia Sepupu Putra, 24 jam ketemu, paling menentang Putra dengan
Selvi, malah gak tau kabar ini.
Eva mendengus jengkel mendengar ucapan Kathy. "Gue dengar sendiri kemaren Selvi curhat ama gengnya kalo mereka putus 6 hari yang lalu! Dia cerita ajak
Putra balikan, tapi gak pernah sukses. Putra pengen jadi teman doang. Emang dia gak cerita sama lo, Kath" Lo kan serumah ma dia?"
Kathy mengingat-ingat kejadian sebelum-sebelumnya. Lalu dia menjentikkan jarinya. "Gue ingat! Kak Putra pernah keluar malam-malam naik motor. Padahal dia
gak pernah keluyuran naik motor. Pas gue tanya mau kemana, dia cuma jawab "Urusan hidup mati," Gitu doang. Wah... asek dong mereka putus!" Kathy melonjak
kegirangan dan tersenyum bahagia ketika Erza, baru keluar kampus.
"Gue nyamperin Kak Erza dulu yah, bye..." Pamitnya sambil berlari menghampiri Erza.
"Pacar lo kayak anak kecil yah, Res." Ejek Rico geli ketika melihat Kathy bercerita penuh semangat dengan wajah penuh ekspresi pada Erza yang cenderung
tenang. Membuat Restu yang memperhatikannya, nyengir.
"Iya... tapi gue sayang." Restu menatap Kathy penuh sayang.
"Yah...yah... Ikut aja yah kak, gue pengen lo ikut kak, please..." Bujuk Kathy agar Erza menganggukkan kepalanya setuju.
"Tapi... tanpa Nanda?" Erza balik bertanya mendengar ide Kathy yang mengajaknya ke Dufan bareng karna dia merayakan anniversary 5tahun dengan Restu. Bersama
yang lain. Kathy mengangguk semangat. "Iya kak. Sesekali deh lo lepas sama dia. Gue kehilangan lo, kak. Please..." Kathy menatapnya penuh harap. Penuh wajah memelas,
persis seperti dia lakukan apabila ingin sesuatu dari Tasya, kakaknya dan Putra.
Erza terlihat berpikir, lalu tersenyum. "Ok deh. demi lo deh. daripada acara batal total karna gue gak ikut," Dan Kathy langsung memeluk erat. "Thanks
kak. Gue tunggu yah. Bye..." Kathy tersenyum dan bergegas lari lagi menghampiri mereka sambil mengacungkan jempolnya. Membuat mereka yang melihat kode
itu, tersenyum. "Dasar si Kathy," Hanya itu yang diucapkan Eva sambil menggelengkan kepalanya.
Erza berjalan menghampiri mereka yang memanggilnya sambil mengirim sms kepada Nanda untuk memberitahu kemana dia pergi lengkap dengan tujuannya. Nanda
langsung membalas smsnya dengan bilang hati-hati.
Asyik cekikikan dengan mereka sambil duduk mengelilingi meja taman, tiba-tiba Putra lewat tanpa melirik mereka. "Woy... Putra! Sini bro!" Teriak Restu
ketika melihat Putra lewat didepan mereka. Membuat Erza menoleh dan bertatapan sebentar sebelum saling memalingkan wajah.
? Putra menghampiri mereka dan duduk disamping Kathy yang kebetulan kosong. "Kath.. jadi gak?" Tanyanya membuat Kathy tersenyum.
"Kami udah jadi lumut kayak di batu tuh karna nunggu lo, kak!" Gerutu Kathy sambil menunjuk batu yang sudah berwujud lumut saking lamanya.
"Yaudah... yuk.." Putra berdiri dari duduknya sambil mengulurkan tangannya ke Kathy, tapi dijawab gadis itu dengan gelengan.
"Gue sama Restu kak. Lo sama..." Kathy menatap mereka sekeliling yang sudah saling memegang pasangannya sendiri. Dan tatapannya terhenti di Erza, membuatnya
nyengir. "Sama Erza deh kak," tunjuknya membuat Erza kaget.
"Gue sama Kak Reno aja deh," Tolaknya sambil menatap Reno yang memegang tangan Eva. Kemudian menatap Arny yang merangkul Rico erat dan Restu memeluk pinggang
Kathy. Membuatnya menghela napas. Dia membaca rencana mereka. Dan tak bisa menolak lagi.
"Gue sama Eva dek," Tolak Reno penuh ekspresi maaf. Membuatnya Erza semakin berat.
"Gue sama Arny deh," Erza keukeuh tak mau semobil dengan Putra. Walaupun dia tau cowok itu sukarela saja menerimanya.
Rico buru-buru mempererat rangkulannya "Gue sih mau aja, tapi lo mau gak jadi obat nyamuk di belakang karna liat kami pacaran" Gak kan?"
"Yasudah... Ayoo Erza... sampai kapan lo bengong disitu?" Putra menarik tangan Erza agar ikut bersamanya menuju mobil dan meninggalkan mereka yang saling
tersenyum. "Misi sukses," Ucap Kathy dan mereka berjalan beriringan.
Selvi yang melihat itu di kejauhan, senyum sinis tercetak di bibir tipisnya. Dan dia pun berjalan menjauh sebelum kepergok.
?????????????????????????????????????????????????????? ?"?"?"
Tiitt...tiitt.... Bunyi klakson saling bersahutan ditengah kemacetan Jakarta yang semakin parah, semakin bikin stres bagi yang terjebak diantaranya. Erza
asyik menatap kemacetan dihadapannya tanpa sedikitpun ingin berbicara dengan Putra. Bukannya tak ingin, tapi tak ada bahan yang dibahas.
Putra bosan setengah mati. Dia menyalakan radio dan sesekali melirik Erza yang menatap kearah lain. Ingin mulutnya bertanya tentang apa saja, atau membuat
gadis itu marah dan tersipu. Tapi dia seperti kehilangan kemampuan melakukan itu semua.
"Put..." Erza memanggilnya tepat disaat Putra juga memanggilnya. Membuat mereka saling berpandangan dan tersenyum kikuk.
"Lo dulu deh," Putra mempersilahkan Erza ngomong dulu. Namun gadis itu menggeleng.
"Lo dulu deh. kayaknya lebih urgent daripada gue," Erza mempersilahkan balik.???
"Gue lupa mau ngomong apa," Putra menjawab sambil memijit kepalanya yang mendadak nyut-nyutan. Membuat Erza cemas.
"Lo sakit?" Tanyanya hati-hati.
"Gue kurang tidur beberapa hari ini," Keluhnya sambil terus memijit kepalanya dengan tangan kirinya. Membuat Erza berinisiatif menyentuh kepala Putra dan
memijitnya pelan. "Enakan?" Tanya Erza sambil terus memijit kepala Putra dan melihat lingkaran hitam di kedua bawah matanya.
Putra mengangguk dan membiarkan kepalanya dipijat gratis tanpa bayar oleh Erza.
"Gue suka lagu ini," Putra berseru sambil membesarkan volume dan bernyanyi mengikuti Ne-yo menyanyikan one in million, lagu kesukaannya.
"Gue juga. Musiknya asyik." Erza membenarkan sambil ikut bernyanyi bahkan menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik.
"Ini lagu paling sering gue dengarin diantara yang lain. Pas gue di Jerman gue suka banget sama ini lagu. Tentang dia yang menganggap ceweknya yang pertama
dihatinya diantara yang lain. Bukan siapapun." Jelas Putra.
Erza menatap Putra. Dalam hati berharap, dialah cewek yang dimaksud. Tapi mendadak dia mengubur harapannya dalam-dalam. Tak ingin sakit. "Pasti Selvi cewek
yang lo maksud kan?" Tanyanya.
Putra menggeleng. "Bukan. Sebelum ketemu dia, gue udah suka sama lagu ini. Lagipula.. gue udah putus lima hari yang lalu." Jawabnya membuat Erza shock.
"Lo putus" Kenapa?"
"Gue memilih untuk menunggu seseorang daripada berusaha mencintai yang gue tak bisa lakuin lagi," Jawab Putra sambil menatap dirinya. Membuat Erza tau
siapa yang dimaksud, lebih memilih diam.
"Kenapa lo milih dia, Za?" Tanya Putra sambil fokus menyetir mobilnya yang sudah meninggalkan kemacetan. Membuat Erza mau tak mau teringat kejadian dimana
dia memilih Nanda dan alasan yang dia ucapkan ke Reno. Mendadak, perasaannya menjadi sakit sendiri.
"Gue gak bisa jawab pertanyaan lo, Put."
"Apa istimewa dia jadi lo pergi, Za?" Putra mengabaikan jawabannya dan memilih terus menyerang gadis itu agar mengaku.
"Kenapa lo balikan sama Selvi" Apa karna gue pacaran dengan Nanda?" Erza menyerang balik dengan dua pertanyaan sekaligus.
"Salah satunya itu. Dan gue ingin merasakan apa masih ada perasaan gue untuk Selvi. Ternyata gak ada lagi walau sekuat apapun gue coba."
"Selvi pelarian buat lo?"
"Iya. Tapi...lebih tepatnya..." Putra menghentikan mobilnya di tepi jalan dekat lapangan kosong dan berbalik menatap Erza sambil mendekatkan wajahnya hingga
gadis itu memundurkan tubuhnya hingga terbentur kaca mobil. "Gue berusaha apa yang gue rasakan ke lo, gue lempar ke dia. Tapi gak bisa. Sayang gue gak
bisa dibagi apalagi dilempar ke cewek lain. Kemanapun gue melangkah, pasti balik lagi ke lo. Walau lo dengan teganya malah sayang dengan cowok lain."
Erza merasa jengah ketika hela napas Putra sangat terasa. Bahkan dia merasa, apa yang dihirup Putra, terhirup olehnya saking dekatnya jarak mereka. "Lo
nyalahin pilihan gue?"
Putra menggeleng. Lalu dia semakin dekat dan menggesekkan ujung hidungnya ke ujung hidung Erza yang mendadak menahan napas karna ulahnya. "Bukan menyalahkan.
Gak terima lebih tepatnya." Jawabnya sambil menatap mata Erza dengan lekat. Dia rela menghabiskan sisa hidupnya agar bisa terus menatap mata coklat terang
yang membiusnya itu. Erza mendorong tubuhnya agar menjauh. Namun Putra lebih sigap dengan memegang kedua tangannya dan tersenyum manis. Membuat Erza blank seketika melihat
senyumannya. "Put.." Panggilnya agar cowok itu melepas tangannya agar dia tak lama-lama memandang senyumnya yang dirasa memabukkan.
Putra mencium punggung tangan kanan Erza lalu melepasnya dan dia mulai menjalankan mobilnya kembali. Dan Erza memegang dadanya yang berdegup kencang dan
menarik napas pelan. Mencoba rileks walau tau usahanya takkan pernah sukses kalau sudah berhadapan dengan Putra.
??????????????????????????????????????????????????????????? ?"?"
"Penuh banget yah," Seru Erza ketika keluar dari mobil Putra dan takjub melihat banyaknya mobil terparkir di halaman.
"Kalo gak rame, bukan Dufan namanya, Za." Seru Putra sambil merangkul pundaknya. Membuat Erza ingin melepasnya karna takut ketahuan yang lain. Namun terlambat,
karna mereka sudah ada dibelakangnya. "Cieeeeee... yang rangkulan." Goda Kathy yang baru kali ini melihat kemesraan mereka diluar dan bangga dengan diri
sendiri karna sukses total.
Putra hanya nyengir dan Erza hanya menundukkan wajahnya malu sambil berharap tak ada yang melihat dia rangkulan dengan cowok lain.
"Antri yuk..." Ajak Kathy menarik Restu dan menerobos di tengah-tengah kemesraan Putra yang selalu menggoda Erza dan membuatnya jengkel. "Lo kayak gak
ada jalan lagi aja deh Kath jadi main terobos!"
"Sorry kak," Kathy hanya nyengir kuda sambil lirik Restu lalu mengantri tiket diikuti yang lain dibelakang.
? "Yeeeee...." Erza berteriak riang ketika sudah memasuki arena Dufan dengan stempel di punggung tangannya. Putra melihat keriangan Erza kayak anak kecil
diajak ke taman hiburan, tersenyum.
Kathy dan yang lainnya melihat itu, berjalan agak menjauh karna tak ingin mengganggu dan sepakat untuk berpencar dengan pasangan masing-masing. Biar romantis
kata Kathy. "Lo mau naik apa dulu,Za?" Tanya Putra ketika gadis itu sibuk memilih permainan yang ingin dia naiki.
"Itu..." Erza menunjuk yakin permainan komedi putar yang didominasi anak-anak kecil daripada seumuran mereka.
"Serius?" Putra tak yakin dengan pilihan Erza. Namun dia tak tega menolak ketika gadis itu menatap penuh harap.
"Banget!" Tanpa ragu Erza menjawab dan menarik Putra agar menghampiri permainan itu.
"Yihaaaaaaaaaaaaa...." Erza teriak penuh kegirangan disamping Putra yang lebih tepatnya menikmati wajah senangnya daripada permainan yang dia pilih.
"Kita nyoba yang lain yuk," Ajak Erza sambil turun dari kudanya dan menarik Putra untuk keluar dari komedi Putar karna melihat permainan yang lebih seru
lagi diluar sana. "Bagaimana kalo ini?" Putra berseru senang ketika mereka berjalan melewati rumah hantu, permainan kesukaannya dan berhenti. Namun tidak bagi Erza. Wajahnya
sudah pucat pasi ketika melihat poster pocong menjadi icon utama permainan itu.
"Gak...gak.." Erza menggeleng kuat-kuat sambil menarik Putra agar menjauh. Namun Putra tak bergeming malah menariknya agar berdiri disisinya. Memandang
poster seperti melihat siapa yang menang undian.
"Takut?" Putra bertanya dan ada ide jahil muncul diotaknya.
"Lo gak usah tanya deh! emang wajah gue gak yakinin apa gue takut"! Gak...gak! gue mau main yang lain!" Erza jengkel mendengar pertanyaan Putra yang sangat
bodoh itu. Baginya, diantara banyaknya permainan yang tersedia, kenapa harus rumah hantu" Kayak gak ada permainan seru aja.
"Ayolah... gue udah ikutin permainan lo, masa lo gak mau ikut pilihan gue" Gantian dong."
"Ayolah Putra... permainan yang lebih seru dari ini masih banyak, kenapa lo milih ini"!"
"Karna gue suka, kenapa" Ayolah... lagipula... hantunya gak beneran, Za. Mereka cuma pegawai sini yang dandan kayak hantu. Itu aja." Putra berusaha meyakinkan
Erza agar ikut masuk. Kan gak seru masuk rumah hantu tanpa ada yang meluk dia, begitu pikirnya.
"Biar beneran kek, enggak kek, gue gak mau masuk, Putra! Kalo gue pingsan, lo mau tanggung jawab"!"
"Mau kok. Lo gue gendong terus gue kasih napas buatan biar sadar lagi." Putra mengedipkan matanya genit ketika mengucapkan kalimat terakhir itu. Membuat
Erza malu. "Apaan sih lo," Elaknya.
"Masuk yah" Yah...Yah?" Putra gencar membujuk Erza agar mengangguk. "Iya..." Angguk lemah Erza tanda menyetujui. Membuat Putra langsung masuk ke dalam
rumah hantu diikuti Erza dibelakangnya yang tak ingin digandeng.
???????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
"Kyaaaaaaaaa!!!" Sudah berapa kali Erza menjerit ketika sosok hantu yang paling dia takuti, pocong, ada didepannya dan menatap dirinya yang sekarang terduduk
dilantai sambil menutup kedua telinganya ketika pocong jadi-jadian memanggilnya untuk ikut kealam arwah.
Putra melihat itu, langsung menghampiri Erza dan duduk lalu memeluk gadis itu yang sudah menangis terisak saking takutnya.
"Makanya... gue bilang juga apa, lo jalan disamping gue deh, gak akan diganggu."
"Lo yang jalan sendiri aja diganggu sama mereka, apalagi kalau bareng gue"!" Ucap Erza disela isaknya. Kakinya serasa lemas seketika ketika dia mendongkakkan
wajahnya dan menatap kearah lain, melihat Kuntilanak plus ketawanya yang khas sedang melihat dia. Membuatnya menjerit lagi.
?"Keluar yuk," Ajak Erza karna tak tahan lagi disini. Entah apa jadinya dia kalau setengah jam lagi disini bersama hantu-hantu jadian disampingnya.
"Tanggung sayang. Nikmati aja deh. kan ada gue, Za." Putra menatapnya penuh lembut dan membantu Erza berdiri yang sudah lemas saking takutnya dan merangkul
pinggangnya. Sepanjang perjalanan, Erza lebih banyak memeluk Putra erat ketika hantu-hantu jadian itu menerornya. Bahkan sampai mencolek punggungnya yang membuatnya
semakin erat menyembunyikan wajahnya di dada Putra yang bidang.
"Za... lo suka anak kecil kan" Tuh ada anak kecil imut banget," Ucap Putra ketika Erza entah sudah berapa kali memeluknya. Namun dia diam saja. Menikmati.
"Mana?" Erza melepas pelukannya dan melihat siapa yang ditunjuk Putra. Ketika tau siapa yang dimaksud, dia mencubit pinggang Putra keras. "Imut apaan"!
Itu tuyul, Putra! Kayak lo!" Gerutunya lalu memeluk erat ketika melihat dipojokan, sesosok anak kecil menjadi tuyul sedang melambaikan tangan kearahnya
dan tersenyum memamerkan giginya yang ompong.
"Kalo gue tuyul, kenapa lo gak takut sama gue?" Putra mendongkakkan wajah Erza yang tersembunyi di dadanya dan menghapus air mata yang menetes. Membuat
Erza blank seketika. "Karna... Ah... Apaan sih," Erza melepas pelukannya lagi dan menjawab pertanyaan gaje Putra kearah lain. Tak ingin cowok itu tau betapa merah wajahnya
sekarang. Putra mengacak rambut Erza dan tanpa perlawanan, dia menggenggam tangan gadis itu dan berjalan kearah lain. Dan Erza tak berniat melepas genggaman tangan
itu. "Bioskop Hantu" begitulah isi tulisan ketika mereka memasuki salah satu lorong. Membuat Putra menatap Erza. Tau arti tatapan dia, Erza memelototinya. "Gak!
Lo nonton aja sendiri! Jantung gue udah hampir lepas karna disini!" Erza menolak mentah-mentah usul Putra.
"Yahhh... liat yah... gue janji deh, sehabis ini, lo boleh pilih permainan apapun yang lo mau," Janjinya.
"Janji" Apapun"
"Apapun." Putra menjawab yakin. Membuat Erza menyerah.
"Gak ada hantu lagi kan?"
"Tergantung. Eh..iya..iya.. gak ada lagi." Putra menambahkan ketika melihat wajah Erza berubah masam.
"Iya deh..." Jawabnya pasrah dan membiarkan dirinya ditarik Putra masuk kedalam.
?????????????????????????????????????????????????????????????????? "
"Kok matanya ditutup sayang" Dibuka dong." Pinta Putra ketika melihat Erza menutup matanya sepanjang film, membuatnya gemas.
"Gak berani," Erza menjawab pelan sambil terus menutup matanya. Baginya, lebih baik menutup mata sepanjang film berlangsung daripada membuka mata, namun
pada akhirnya dia harus tidur bareng kak Reno dikamar saking takutnya.
"Kalo lo takut, anggap aja hantunya itu gue, pasti gak akan takut lagi." Putra berusaha membuka mata Erza dari gelitikan, sampai tiupan ditelinga yang
bikin merinding. Namun Erza tetap saja menutup mata dengan kedua tangannya.
"Bayangin lo bakal lebih mengerikan lagi, Put. Lo adalah hantu dari segala hantu yang paling gue takutin!" Gerutu Erza sambil menendang kaki Putra karna
tingkahnya yang semakin menyebalkan.
"Tapi yang paling lo sayang kan?" Godanya dan Putra bisa melihat jelas semburat merah diwajah Erza yang putih bersih.
Erza memilih diam daripada dia menjawab, namun keceplosan. Putra yang rupanya nyerah karna usahanya tak berhasil, fokus menonton film.
"Kok dia gak ganggu gue lagi yah" Apa dia nyerah yah?" Batin Erza.
Penasaran, dia membuka matanya dan berteriak sejadi-jadinya lalu langsung memeluk Putra yang disampingnya sambil menangis ketika melihat Hantu berambut
panjang yang berasal dari Jepang itu sedang ngesot dengan rambut terurai kedepan dan mendongkak seolah-olah menatapnya. Putra yang awalnya biasa saja melihat
itu, mendadak sport jantung karna teriakan Erza.
"Pulang!" Bisik Erza sambil memeluknya erat dan meremas belakang bajunya.?
Putra yang tak tega melihat gadis yang dia sayangi ketakutan, akhirnya mengelus rambut Erza dan mencium puncak kepalanya. "Iya... yuk," Ajak Putra sambil
menggenggam tangan Erza yang dingin saking takutnya dan dia berjalan sambil menutup mata. Tak berani melihat.
"Akhirnya..." Erza bernapas lega karna berhasil keluar dari rumah hantu yang membuatnya ingin mati muda saking takutnya dan menatap Putra yang wajahnya
terlihat kecewa berat. "Kenapa lo" Pengen masuk lagi" Sono masuk deh! gue main sendiri!" Gerutunya tau apa yang dipikiran Putra.
"Tapi gak seru kalo lo gak ikut, Za." Balas Putra sambil menatap kearahnya dan tersenyum. Entah sudah berapa kali dia melihat Putra tersenyum. Dan membuatnya
ingin ikut tersenyum juga.
Erza memalingkan wajahnya untuk mencari permainan selanjutnya yang mendebarkan tapi tak bikin nangis ketakutan. Ketika menemukannya, dia langsung menarik
Putra agar menuju tempat itu.
Roller coaster. Permainan selanjutnya yang bikin Erza senang namun wajah Putra berubah sedikit pucat. Seumur hidupnya, dia paling menghindari permainan
ini. Bikin perut mual. "Ayooooo..." Tarik Erza namun tertahan karna Putra tak bergerak mengikutinya.
"Main yang lain yuk. Jangan yang ini, gue phobia."
"Terus lo mau main apaan" Kan lo udah janji mau ikutin apapun yang gue pilih."
Putra melihat sekeliling, lalu menunjuk suatu permainan yang menarik? "Bagaimana kalo itu aja, Za" Kayaknya seru tuh," Tunjuknya sambil nyengir. Erza mengikuti
arah Putra dan mencubit tangannya. "Lo mau bikin gue nangis darah"!" Omelnya ketika melihat tulisan "Kereta Hantu" Terpampang besar di papan.
"Roller Coaster yah?" Seru seseorang dibelakang mereka, ketika menoleh, ternyata Kathy dan Restu menegurnya.
"Iya... main yuk" Ajak Erza ketika melihat binar mata Kathy ketika melihat permainan itu yang naik turun secara mendebarkan. Tak sabar kakinya ingin berlari
dan duduk dengan jantung berdegup kencang lalu berteriak sepuasnya hingga suara serak.
"Ayoooooo.." Kathy langsung berlari sambil menarik Erza agar cepat mengantri karna sudah tak sabar. Meninggalkan pasangan masing-masing.
"Lo yakin pengen main ini, Put?" Tanya Restu ketika melihat wajah Putra pucat dan teringat bagaimana ekspresi Putra ketika turun dari permainan itu pada
saat mereka berjalan bertiga Rico. Langsung lari ke toilet dan muntah.
"Gue udah janji sama Erza, Res." Jawab Putra pasrah dan berjalan menghampiri mereka yang sudah teriak tak sabar untuk mencoba permainan itu
Restu hanya nyengir kuda dan berjalan di belakang Putra sambil berharap, semoga kejadian memalukan beberapa tahun lalu bersama mereka tak terulang lagi.
"Lo kenapa?" Erza mulai cemas ketika turun dari permainan, Putra langsung berjalan oleng dan wajahnya pucat pasi.
Putra memegang pagar besi didepannya sambil memegang kepalanya yang mendadak pening berat. Permainan Roller Coaster sukses berat membuatnya seperti terkena


Jatuh Cinta Sama Lo! No Way! Karya Rere Nurlie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hangover. "Toilet dimana?" Tanya Putra ketika Erza memegang dahinya dan melap keringat dinginnya.
"Disitu," Restu langsung menunjuk toilet terdekat dan Putra langsung berjalan cepat menghampirinya.
"Putra kenapa sih?" Tanya Erza ketika melihat Putra tak keluar juga dari toilet. Cemas dan perasaan bersalah melanda.
"Dia phobia naik Roller Coaster, Za. Gue taunya pas beberapa tahun lalu sebelum dia amnesia, kami mampir kesini dan nyoba naik. Hasilnya ya... seperti
lo liat sekarang." Restu menjelaskan dan membuat wajah Erza mendadak mendung.
"Seharusnya gue gak usah ikutin ego untuk naik itu. Kan kasihan.."
"Ga kok. tadi dia udah gue tanyain yakin gak ikut ini, dia bilang yakin karna udah janji sama lo, Za. Otomatis, dia pasti memikirkan resikonya kan?" Restu
mencoba memperbaiki mood Erza yang mendadak suram.
"Betul tuh, Kak. Gue aja sering di Jerman main sama kak Putra dan kak Tasya, kakak gue naik ini. Kami naik ini karna balas dendam sama Putra yang hobi
ngajak keluar masuk rumah hantu. Ckkckc..." Kathy mendecak jengkel ketika teringat betapa senangnya Putra membuat mereka ketakutan dan menyodorkan diri
sukarela untuk dipeluk erat mereka. Ketika dia tanyakan alasannya, Putra menjawab karna ingin membuat iri cowok-cowok disekitar mereka yang melihat dirinya
dipeluk 2 gadis cantik kayak dirinya dan Tasya.
Putra keluar dari toilet dengan wajah lega. Erza melihat itu separo ingin tertawa meledek habis-habisan, separo prihatin.
"Naik apalagi sekarang" Kalo lo milih permainan itu lagi, gue tinggal pulang." Ancam Putra ketika melihat cengiran Erza diwajahnya.
"Pulang aja. Toh gue bisa pulang sendiri," Jawab Erza cuek sambil menunjuk permainan yang menarik hatinya.
"Lo pengen diputar dan dibalik sama mesin itu atau gue yang akan lakuin itu ?ditempat tidur sampai lo gak bisa berdiri lagi, Sayang?" Bisiknya ketika tau
permainan yang ingin dituju selanjutnya, Kipas Angin. Dan membuat Putra menatap ngeri ketika mesin besar itu akan memutar dan membalikkan tubuh mereka
seperti kapas. Erza membeku mendengar bisikan Putra. Walaupun Kathy dan Restu tak mendengar karna sibuk diskusi. Tapi... bisikan itu, membuatnya teringat beberapa tahun
silam. Saat Putra mengancamnya apabila dia tak melakukan apa yang diinginkannya.
"Gak ada pilihan ketiga nih?" Erza berusaha menormalkan suaranya yang agak gugup.
"Ada sih... Cuma gue males nyebutinnya. Karna lo pasti akan milih itu,"
"Apa?" Tanya Erza penasaran.
"Atau..." Putra terdiam. Berusaha menguatkan hatinya. Baginya, Erza tetaplah pacar cowok lain yang tak bisa dia goda sembarangan walau dia tau perasaan
gadis itu sebenarnya tertuju untuknya. "Lo pilih Nanda yang melakukan itu ke lo di tempat yang dia mau?" Susah payah Putra mengucapkan. Membuat setiap
kalimat yang keluar, bernada biasa saja. Tanpa ekspresi walau dalam hati, sakit.
Erza terdiam mendengar pilihan ketiga itu. Bersama Putra, dia hampir lupa bahwa sebenarnya mereka bukan sepasang kekasih, melainkan teman. Ya... hanya
teman. Merasa atmosfer berubah seketika, Kathy merangkul mereka berdua. "Main yang lain yuk?" Ajaknya sambil tersenyum untuk menetralkan suasana dingin yang ada.
"Ayooo..." Erza mengangguk riang dan membiarkan tangannya ditarik Kathy dan asyik tertawa tanpa mempedulikan tatapan kagum beberapa cowok yang melirik
kearah mereka. Membuat Restu dan Putra yang melihat itu, memproteksi pasangan masing-masing dengan berjalan disamping dan merangkul posesif. Membuat mereka
jengkel. "Kenapa sih?" Seru Kathy jengkel karna tak biasanya Restu merangkul pundaknya.
"Ntar kamu dilirik cowok kalo tak aku rangkul." Bisik Restu ditelinganya dengan nada cemburu. Membuat Kathy tertawa dalam hati.
"Bisa cemburu juga pacar gue ternyata," Batinnya.
"Lo sendiri kenapa rangkul gue?" Tanya Erza karna berungkali dia melepas rangkulan Putra, berungkali juga Putra merangkul pundaknya kembali.
"Ntar lo hilang lagi dilirik cowok lain. Sudah cukup Nanda buat gue kehilangan lo, jangan sampai Nanda yang lain lagi buat gue gak bisa nyentuh lo seperti
saat ini." Putra menjawab pelan dan ada sedikit sakit dibalik nada suaranya itu. Membuat Erza terdiam.
"Kemanapun hati gue melangkah, lo akan tetap jadi bayangan gue, Putra." Erza bergumam sendiri. Berharap Putra tak mendengarnya.
"Hai..." Terdengar suara yang menyapa mereka. Erza menoleh dan tersenyum ketika melihat Reno dan yang lain ikut bergabung dengan mereka.
"Main bareng yuk?" Ajak Arny yang langsung direspon anggukan.
"Boleh..." Jawab yang lain dan mereka berjalan beriringan.
?????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
"Kemana aku akan menghentikan langkahku ini" Menghentikan hujan yang terus menerus membasahiku" Stay with him or... Stop on you?"
"Kak Nanda... gak Jalan?" Tanya Rere masuk kekamarnya yang kebetulan? anak tante Fanny yang sahabat mamanya sejak kecil.
"Gak Re. Kenapa?" Nanda termenung dimeja belajar sambil memandang ponselnya. Sudah seharian dia tak mendapat kabar apapun dari Erza. Dia mencoba menghubungi,
tapi tak pernah direspon.
"Kak, mau gak temanin Rere ke Dufan" Rere ada janjian sama temen-temen ngumpul disitu. Kalo sendirian aja, gak akan diijinin mama." Ajak Rere yang baru
saja berumur 18 tahun dan sudah mengagumi Nanda sejak lama. Namun dipendamnya karna malu.
Nanda terlihat berpikir. Kemudian tersenyum dan berharap bisa bertemu Erza. "Boleh... sekalian janjian sama pacar kakak disitu." Nanda bangkit dari meja
belajarnya sambil dan mengambil kunci mobilnya yang sengaja dia titipkan dirumah Tante Fanny agar setiap dia ke Jakarta, takkan repot meminjam mobil mereka.
Kemudian dia menatap Rere yang kepergok meliriknya dan tersenyum.
"Sekarang kak?" Tanya Rere yang sudah berapa kali lupa bernapas ketika melihat Nanda tersenyum padanya dan merutuki dalam hati betapa beruntungnya yang
jadi pacar Nanda sekarang dan berdoa tiap malam agar mereka putus. *Doa macam apa ini, Re"*
"Taun depan, Re. Ya... sekarang dong!" Nanda mengacak gemas rambutnya dan Rere langsung ngacir keluar kamar tanpa pamit untuk menutupi wajah malunya.
"Tante... Nanda jalan dulu yah sama Rere. Mau temanin dia Kedufan ngumpul ma temannya." Jelas Nanda ketika melihat Tante Fanny duduk berdampingan mesra
didepan TV bersama suaminya. Membuatnya ingin seperti itu juga bersama Erza, cewek yang paling dia cintai.
Tante Fanny tersenyum salah tingkah melihat Nanda dan berdehem kecil. "Boleh kok. tapi... Rere pulang sama kamu kan?"
"Iya tante... kenapa" Tante mau jalan?"
"Iya... tante titip kunci sama kalian yah. Mau jalan sebentar." Dan Nanda tertawa ketika melihat suami Tante Fanny mengedipkan mata kearahnya.
"Kami mau pacaran dulu. Masa Cuma anak seumuran kalian boleh pacaran, sedangkan kami gak" Kan rugi. Iya kan ma?" Tanyanya sambil memandang istrinya yang
memerah malu. Merasa suasana semakin romantis namun bikin nyesak dihatinya, Nanda mengucapkan syukur ketika Rere muncul dihadapannya dan menarik tangannya agar lekas
kesana. "Dah Mama...dah Papah..." Pamit Rere keluar rumah diikuti Nanda.
Kedua orang tuanya hanya tersenyum dan melambaikan tangan dengan harapan dihati, agar mereka berdua berjodoh. *ikutan aminin*
???????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
Semua permainan hampir dicoba oleh mereka yang menggabungkan diri dengan Erza. Lelah, sudah pasti. Namun kesenangan hati takkan bisa diganti dengan apapun.
Tapi tidak bagi Erza, walau hatinya senang karna bisa bersama Putra, tetap saja ada rasa bersalah yang amat besar pada Nanda karna melupakannya.
"Kita naik itu yuk," Ajak Eva yang semakin lengket dengan Reno. Membuyarkan perasaan bersalah Erza dan menatap apa yang ditunjuk Eva.
"Arung jeram" Boleh...boleh... sekalian habis selesai main ini, kita pulang," Putus Kathy yang dibalas anggukan oleh yang lain.
Putra langsung menggenggam tangan Erza dan mereka masuk dalam permainan itu tanpa mengetahui apa yang terjadi setelah ini.
"Gimana masangnya sih?" Gerutu Erza karna tak bisa memasang sabuknya. Putra langsung membantu memasangkannya tepat dipinggang Erza.
"Pas kan" Tanyanya dan Erza mengangguk.
Ketika aba-aba mulai terdengar, mereka menyiapkan suara masing-masing dan tanpa sadar, saling berpegangan tangan erat. Membuat yang lain melihat itu, hanya
tersenyum. Apalagi Reno yang tau bagaimana isi hati Erza sebenarnya namun selalu dibantahnya.
"Aaaaa...." Mereka berteriak puas dan langsung turun dari permainan itu dengan sekujur tubuh basah total. Erza yang waktu itu memakai baju tipis bewarna
putih tulang, membuat Putra melihat warna bra yang dikenakan Erza dan melepas jaket yang dia titipkan untuk menutupi belakang tubuh Erza yang mengundang
mata lelaki untuk semakin meliriknya.
"Kenapa?" Tanya Erza bingung ketika tau-tau jaket besar menutupi belakang tubuhnya.
"Belakang baju lo basah, gue sempat liat apa yang lo pakai didalamnya. Warna merah yang bagus, sangat HOT." Pujinya sambil berdiri dibelakang Erza dan
tersenyum yang dapat diartikan Erza sebagai senyuman mesum.
Erza memasang jaket Putra yang kebesaran dibadannya tanpa banyak omong. Terlalu malu untuk merespon dan membiarkan Putra menggenggam dan menautkan kesepuluh
jarinya di tangannya dan berjalan berdampingan.
"Erza?" Sebuah panggilan bernada shock sukses membuat Erza langsung melepas pegangan tangan Putra dan menatap ke depannya. Tak menyangka dengan apa yang
dilihatnya. Membuatnya ingin menghilang saat itu juga.
??????????????????????????????????????????????????????????????????? ?
Nanda takkan menyangka akan seperti ini. Bermula berjalan sendiri keliling Dufan karna ditinggal Rere yang menggabungkan diri dengan teman-temannya yang
membawa kunci rumahnya. Dia melihat sosok gadis yang sangat dikenalnya berdiri membelakangi. Kemudian, pandangannya tertutup oleh cowok yang menyelimuti
belakang tubuh gadis itu dengan jaket yang dia kenakan dan berbisik ditelinga gadis itu. Lalu dia sembunyi dibalik pohon untuk meyakini hatinya dan shock
ketika gadis itu berbalik dan berjalan dengan berpegangan mesra, ternyata pasangan itu adalah Erza dan Putra. Bergegas dia mendekati mereka dengan amarah
dihati, kecewa dan sejumlah perasaan yang takkan pernah bisa dia ungkapkan.
"Erza?" Panggilannya cukup membuat gadis yang berdiri tak jauh dari hadapannya mematung dan melepas pegangan tangannya dengan Putra yang tak kalah kagetnya.
Namun sukses tertutupi. "Nanda?" Erza membalas tak kalah shocknya. Sedangkan yang lain, berdiri dibelakangnya. Sama kagetnya.
Nanda langsung mendekati Erza dan menariknya kasar. "Ikut gue pulang," Bisiknya dan menatap Putra tanpa bicara apa-apa.
"Nand... Jangan lo sakitin Erza." Ucap Putra ketika melihat gadis itu mengernyit kesakitan karna pergelangan tangannya diremas Nanda dengan kasar.
"Bukan urusan lo, Putra." Nanda menjawab dingin dan menarik Erza agar meninggalkan tempat ini tanpa pamit kepada mereka.
"Put..." Reno mendekatinya dan menepuk pundak Putra yang menatap Erza pergi meninggalkannya dari kejauhan. Sekilas, dia melihat mereka saling berantem.
"Erza gak papa kan?" Putra bertanya pada dirinya sendiri karna tak menyadari Reno menepuk pundaknya.
"Gak kok. Nanda gak akan kasarin Erza," Reno menenangkan Putra walau dia sendiri pun tak tenang.
"Halo Re.." Nanda menelpon Rere ketika mereka sudah didalam mobil. Erza mengelus pergelangan tangannya yang memerah karna Nanda. Dia menoleh ketika Nanda
menelpon seseorang. "Kamu masih sama temen kan" Aku pulang dulu yah, Ada urusan. Gak papa kan" Atau ntar ku jemput?" Nanda terus berbicara ditelpon tanpa mempedulikan Erza
yang menatapnya tanpa kedip.
"Beneran" Kunci rumah sama kamu kan" Ok deh, aku pulang dulu. Sorry Re." Ucap Nanda dan dia memutus telponnya lalu menjalankan mobil tanpa melirik Erza
sedikitpun. "Apa pentingnya Putra bagi kamu,Erza?" Tanya Nanda ketika mereka berhenti disebuah tempat yang agak jauh dari keramaian kota. Sungguh, diam tanpa bicara
apa-apa sangat membunuhnya. Dia ingin kejelasan tentang apa yang dilihatnya.
Erza terdiam. Inilah saatnya. Dan sungguh dia takkan pernah siap. "Dia teman, Nanda."
"Teman apa yang saling merangkul dan berbisik" Aku melihat semuanya, Erza. Dan aku kecewa sama kamu. Lihat aku!" Nanda langsung menolehkan wajah Erza agar
melihatnya. Agar melihat betapa kecewanya dia.
"Nand... aku benar-benar minta maaf. Tapi beneran dia Cuma teman aku!"
"Gak ada teman yang saling rangkul, Erza! Aku curiga, apa karna kamu ingin bersama Putra jadi gak ingin ajak aku untuk jalan sama teman-teman kamu?" Tuduhnya
sambil meremas stir mobil. Sungguh sakit perasaannya sekarang. Tak pernah mengira bahwa apa yang pernah diceritakan Tasya padanya, benar.
"Kamu kejauhan mikir, Nanda! Aku gak pernah punya niat untuk tidak memperkenalkan kamu dengan teman-temanku! Kalo aku dari dulu punya niat kayak gitu ke
kamu, jangankan ke teman-teman aku, sama kak Reno pun gak akan aku kenalkan ke kamu!" Erza tak terima dituduh seperti itu.
Nanda terdiam mendengar jawaban Erza. Selama setahun pacaran, baru kali ini mereka berantem hebat. Dia melihat napas Erza naik turun saking emosinya. "Kenapa
kamu harus jalan berdua sama Putra, Erza?"
"Aku gak jalan berdua, Nanda! Aku jalan bareng teman-teman! Apa kamu gak lihat mereka berdiri dibelakangku"!"
"Tapi aku melihatnya tidak seperti itu, Erza! Kalian seperti pacaran! Sama aku, kamu gak pernah kayak gitu! Aku bukannya membandingkan antara perhatian
kamu sama aku atau dia, tapi..." Nanda menekankan kalimat terakhir dan menatap tajam Erza "Aku pacar kamu, Erza! Apa yang kamu lakukan dengan Putra itu
seharusnya kamu lakuin ke aku! Bukan sama dia!"
Erza menyandarkan kepalanya ke kursi. Sungguh dia ingin membanting apa saja yang dihadapannya agar emosinya berkurang. "Aku gak ngerti apa yang kamu omongin,
Nanda. Kalau aku selalu membedakan kamu dengan Putra, kita gak akan bertahan lama seperti ini. Aku berusaha untuk..."
"Berusaha"!" Nanda memotong pembicaraan Erza dan menatap sinis. "Berusaha apa, Za"! Berusaha sayang sama aku"!"
"Bukan begitu maksudku, Nanda!" jawab Erza sengit. Sungguh, dia tak mengerti setan apa yang membuat Nanda berubah dari lembut menjadi sangar.
Nanda terdiam. Dia menghela napas berat. "Aku tau semuanya, Erza. Aku tau hubunganmu dengan Putra waktu SMA bagaimana, Aku tau isi hatimu, Erza." Nanda
mengucapkan dengan nada putus asa. Hilang amarahnya sudah. Hanya kekecawaan mendalam yang meliputi hatinya.
"Itu hanya masa lalu, Nanda. Dan aku tak mau membahasnya lagi."
"Masa lalu yang selalu jadi bayanganmu, Erza. Apa kamu lupa" Aku anak Psikologi, aku tau isi hati manusia hanya dengan menatap matanya."
"Apa yang kamu tau, Nanda?" Erza menjawab tak kalah lesunya. Tak ada yang bisa dia sembunyikan kalau Nanda sudah mengatakan seperti itu.
"Tak penting untuk kamu tau apa yang sudah terpampang jelas dimatamu, Za. siapa yang kamu pilih?" Nanda langsung bertanya to the point. Baginya, sekarang
bukan waktunya basa-basi.
"Kalau aku memilih dia, kita gak akan jadian, Nanda.
?"Bohong," "Apa kamu lihat aku sedang berbohong saat ini?"
"Bukan bohong, tapi menyembunyikan sesuatu. Za... kenapa kamu pilih aku?"
"Karna aku sayang sama kamu."
"Walau tak sebesar sayang kamu dengan Putra kan?"
"Aku gak tau," Nanda terdiam. Dia memilih menjalankan mobilnya untuk mengantar Erza pulang. Tak ada pembicaraan. Masalah mereka gantung.
Erza merasa tersiksa di mobil Nanda. Tak ada bunyi radio, tak ada pembicaraan. Yang menemani mereka hanyalah suara klakson mobil saling bersahutan dan
ketukan jari Nanda di stir mobil. Erza menatap Nanda. Sungguh, dia tak menyangka harinya akan sekacau ini.
Nanda lebih kacau lagi. Kalau saja dia tak bisa menahan emosinya, tak tau apa yang akan terjadi nanti. Yang jelas, hidupnya serasa diliputi kekecawaan
yang tak ada habisnya. Tiba-tiba, sebuah ide hadir diotaknya. Terdengar gila. Namun harus dilakukan. Karna waktunya takkan pernah ada lagi.
????????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
"Aku akan bantu kamu untuk memilih, Erza." Dan Erza kaget ketika mendengar ucapan Nanda ketika mereka sudah tiba dirumahnya. Dia menatap Nanda.
"Memilih apa?" Nanda membuka handle dashbordnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil bewarna putih gading dan dia membukanya dihadapan Erza. Membuat gadis itu merasa kehilangan
oksigen untuk beberapa saat. "Aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk melamarmu, Za. tapi aku harus lakukan ini. Aku tak mau kamu menjalani hubungan ini
kedepannya dengan perasaan terbagi seperti ini. Aku sudah ngobrol dengan orang tuamu di Singapura dan kak Reno soal rencana ini. Mereka setuju apabila
kamu setuju. Erza..." Nanda berhenti dan menatap Erza yang gelisah. Dia tau perasaan gadis itu. Terlihat jelas dimatanya. "Aku besok balik ke Jogjakarta.
Apabila kamu mau menerimaku, aku akan lupakan masalah ini dan menganggap ini tak berarti apapun dan kamu temuin aku di Bandara jam 6 pagi. Kita berangkat
bersama. Tapi bila kamu menolak lamaranku..." Nanda terdiam dan menghela napas. Sungguh dia tak bisa membayangkan kemungkinan yang satu ini. "Kamu boleh
pergi dariku dan tak usah menemuiku di Bandara. Anggap aja, ini pertemuan terakhir." Nanda memasangkan cincin tunangan itu di jari manis Erza yang terdiam
dan mencium pipinya "Pilih, Erza. Dia, atau aku."
Erza menundukkan wajahnya dan menangis. Sungguh dia tak ingin di posisi seperti ini. Posisi dimana dia harus memilih dan harus menyakiti salah satu. Dia
tak tega melakukannya. "Jangan paksa aku untuk memilih, Nanda. Aku tak mau menyakiti siapa-siapa."
"Aku tak mau kamu bersamaku, tapi kamu sakit, Erza. ?Pilihlah." "Dan aku siap menerimanya," Batin Nanda.
"Nand..." Erza berusaha melepas cincin tunangannya. Mendadak berat untuk mengenakan. Namun ditahannya.
"Putuskan dulu, baru kau lepas." Nanda menahan tangan Erza dan menghapus air matanya.
"Thanks, udah antar aku pulang, maaf atas sore tadi. Tapi sungguh Nand, aku gak ada apa-apa sama Putra." Erza memutuskan turun dari mobil.
"Aku tau," Hanya itu yang dijawab Nanda ketika Erza menutup pintu mobilnya dan berlari masuk rumah.
Nanda memutuskan mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Tasya... lo punya nomor Putra" Boleh gue minta?" Pintanya ketika telpon tersambung dan langsung mengalir cerita ketika Tasya meminta penjelasan.
?????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
"Gue cabut dulu," Pamitnya ketika membaca pesan dari nomor yang tak dikenal beberapa saat yang lalu. Tapi dia tau siapa yang mengirim.
"Kemana lagi kak?" Tanya Kathy melihat Putra buru-buru mengambil kunci kendaraan dan bergegas ke garasi.
"Ketemuan sama Nanda, Bye." Kata Putra sambil menutup wajahnya dengan helm dan melaju meninggalkan rumahnya menuju suatu tempat.
"Semoga Kak Putra gak papa, gak main hajar-hajaran. Amien." Harap Kathy sambil menutup pintu rumah.
?????????????????????????????????????????????????????????????????? ---
"Gak susah kan nemu tempatnya?" Sapa Nanda ketika melihat Putra menghampirinya dan duduk didepannya sambil memesan kopi.
"Gak kok, ini tempat kesukaan gue. Jadi gue gak asing," Putra menjawab singkat sambil memandang cafe tempat mereka bertemu. Membahas cewek yang sama-sama
mereka sayangi. "Gue sudah lamar Erza, gue tau ini kecepetan atau gak matching karna ngelamar dia disaat melihat lo berdua dia. Tapi gue sayang sama dia."
"Sorry soal itu. Kami Cuma teman, gak lebih," Ucap Putra. Pupus harapnya sudah.
"Gue tau, dia mati-matian jelasin itu."
"Lo percaya sama dia kan?"
"Gue lebih percaya apa yang tersirat di matanya daripada apa yang dia ucapkan."
"Maksudnya?" Nanda menghela napas berat. Seberat perasaaan yang dia rasakan sekarang. "Gue tau semuanya dari Tasya, cewek yang lo ajak kemaren pada saat kita ketemu
di Jogja. Kami ketemu karna ternyata sekampus dan mengambil jurusan yang sama. Walaupun, yah... lo lupa sama hal itu. Yang jadi pertanyaan gue sekarang,
bagaimana perasaan lo sama Erza sekarang?"
Putra memilih meneguk minumannya sebelum menjawab. Pertanyaan yang sangat sulit diucapkan. Karna menyangkut masalah hati. "Seperti perasaan lo sama dia.
Tapi kalo dia memilih lo, gue terima. Karna... itu pilihan dia. Gue gak bisa maksa."
"Kalo dia belum memilih gimana" Apa lo tetap perjuangin ngerebut dia dari sisi gue?"
Putra mengernyit bingung. Tak mengerti. "Bukannya lo udah lamar dia?"
"Ngelamar bukan berarti langsung terima kan" Gue minta dia milih gue atau lo. Dan dia akan menjawabnya esok pagi. Disaat gue pergi."
Melihat Putra tak memberi respon, Nanda melanjutkan. "Kalo dia milih gue, apa lo mau jagain dia seperti lo jaga pacar sendiri?"
"Apa lo gak takut kalo nanti Erza selingkuh sama gue walau dia milih lo?" Pancingnya.
"Gue tau dia, dan gue yakin dia gak akan begitu."
"Gue mau menjaga dia. Apapun pilihannya."
Nanda tersenyum. "Kalo dia memilih lo, gue harap lo jangan pernah bikin dia nangis lagi. Kalo sampai itu terjadi, lo gak akan selamat dari gue, Putra."
"Gak akan pernah." Ucapnya yakin.
"Tenang gue mendengarnya. Gue cabut dulu yah Put, belum siap beres-beres soalnya. Bye..." Nanda mendadak berdiri dari duduknya namun ditahan Putra.
"Kenapa lo ngomong seolah-olah dia gak milih lo?"
"Karna gue tau hatinya kayak gimana." Nanda berbalik pergi meninggalkan Putra yang tertegun.
????????????????????????????????????????????????????????????????? ***
"Siapa yang gue pilih, Tuhan" Please... help me," Harapnya sambil memainkan cincin pemberian Nanda dan meletakkan di meja belajar. Sungguh kalut perasaannya.
Tak tau milih siapa. "Za,,," Panggil Reno ketika melihat Erza menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Gak tidur?" "Gue gak tau kak harus gimana," Curhatnya sambil memeluk Reno. Dan kepalanya dielus pelan olehnya.
"Pilihlah apa yang hati lo ingin, dek."
"Walaupun harus menyakiti seseorang?"
"Itulah resikonya, dek. Setiap pilihan yang terhampar dihadapan kita, pasti akan ada yang merasa sakit."
Erza mengangguk dan melepas pelukannya. Dia tau apa yang dipilihnya.
"Gue tidur yah kak,"
"Yap. Udah malam banget soalnya." Ucap Reno sambil menyelimuti Erza yang langsung pulas tertidur.
"Semoga lo milih yang benar kali ini, dek." Harapnya sebelum menutup pintu.
?????????????????????????????????????????????????????????????? ?""
"Yes... i choose you,"
"Erza gak akan pernah datang," Nanda mengucap lesu sambil melirik jam tangan berkali-kali. Sudah menunjukkan jam 5.45. sebentar lagi pesawat akan menerbangkannya,
meninggalkan semua yang tercetak disini.
Nanda menutup matanya, meminta keajaiban walau dia tau itu mustahil, walau dia tau akan ditertawakan oleh hatinya sendiri karna selalu menyangkal. Tapi...
biarlah dia berharap, sekali saja.
"Ku pejamkan mata ini...
Ku tertidur tanpa lelap Tapi ku bermimpi, kau jadi milikku."
"Nanda..." Terdengar seseorang memanggilnya disaat semua harapan pupus. Disaat dia siap masuk ke dalam pintu keberangkatan. Dia mematung ditempat, tau
siapa yang memanggilnya. Karna dia sangat mengenali suara itu. Suara yang dinantikannya.
"Suaramu tetap bernyanyi
Walau sadar ku kian tak ada
Namun ku bahagia, lagumu milikku."????????
"Kenapa, Za?" Nanda menghampirinya dan memeluk gadis itu. Harapan yang sudah hilang dari genggaman, hadir kembali, dialah yang dipilih gadis itu.
"Aku sudah memilih, Nanda." Erza melepas pelukannya dan melepas cincin yang dikenakannya. Membuat Nanda shock ketika cincin itu kini berada ditangannya.
????? "Aku memilihnya, Nand. Aku salah selama ini selalu menutupi apa yang aku rasakan. Tapi... aku gak bisa lagi menutupi lebih dalam lagi. Kamu benar,
aku sakit bila terus bersamamu sedangkan hatiku separohnya ada di dia. Tapi.. bukan berarti aku tidak sayang sama kamu selama ini, Nand. Aku sayang ...
tapi..." "Tidak sesayang kamu ke dia kan, Za" Kalo kamu milih dia, kenapa kamu mendatangiku kesini"
??????????? Erza terdiam. Dia tau Nanda akan menanyakannya. "Karna aku tak ingin, apabila kita putus, tak berhubungan lagi. Aku sahabatmu, Nanda. Dulu
dan sekarang, dan aku tak mau, karna hubungan ini, persahabatan kita ikut renggang. Kau sahabat terbaik yang aku punya, Nand." Erza menundukkan wajahnya.
??????????????? "Kau mau mengantarku pulang?"
??????????? Erza menganggukkan wajahnya sambil menunduk. Membuat Nanda mendongkakkan wajahnya dengan terlunjuknya. "Aku terima keputusanmu, Za. aku harap,
Putra yang terbaik untukmu."
??????????? "Aku minta maaf Nand udah menyakitimu, Tapi sungguh, Nand... gak ada niat sedikitpun untuk kayak gini."
??????????? "Aku tau, Za." Nanda memeluknya lagi. Tanda perpisahan, pupus harapnya sudah untuk memiliki gadis itu. Tapi dia senang, Erza jujur tentang
apa yang dia rasakan, walau membuatnya terluka.
??????????? Terdengar suara announcer mengatakan sebentar lagi pesawat menuju Jogja berangkat. Nanda melepas pelukannya dan menatap Erza yang sudah berkaca-kaca.
"Aku pergi dulu, yah. Kapan-kapan mampir ke Jogja yah. Aku tunggu, semoga kamu bahagia, Erza. Aku akan mendoakanmu." Nanda mengucap tulus dan mencium keningnya.
Dan Erza membalasnya dengan lambaian tangan ketika Nanda sudah menghilang dari pandangannya.
??????????? Tanpa Erza sadari, Nanda menghapus air matanya yang sempat menetes ketika sudah memasuki pintu keberangkatan. Sungguh sakit perasaannya. Dan
dia berjalan menuju pesawatnya dengan luka yang dia tak tau kapan pulihnya.
"Makin ku mencintai...
ku lepas kau kekasih... biar terbang tinggi... cinta yang tak mungkin... terbang tinggi..."
*Elyzia " cinta yang tak mungkin.*


Jatuh Cinta Sama Lo! No Way! Karya Rere Nurlie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"" ??????????? Erza terlihat melamun dikursi taman sambil memegang ponselnya. Sudah 3 bulan dia putus dengan Nanda. Masih ada perasaan tak enak dihatinya.
Walau Nanda sudah meyakininya mati-matian, diikuti kak Reno yang selalu mengingatkan bahwa ini keputusannya.
??????????? "Kok melamun?" Tanya Putra sambil menyodorkan minuman kalengan ke Erza dan duduk disampingnya. Dia tau apa yang di pikiran gadis itu. Dia tau
semuanya dari Nanda yang langsung menelpon pada saat tiba di Jogja.
??????????? "Gak kok," Elaknya sambil mencoba bangkit dari tempatnya. Namun Putra menahan lengannya.
??????????? "Temanin gue bentar. Udah lama gak duduk bareng kayak gini sambil liat Angsa sedang pacaran," Pintanya sambil menarik Erza agar duduk disampingnya.
??????????? "Terus" Lo mau kita pacaran kayak Angsa gitu?" Erza menunjuk Angsa yang sedang memadu kasih di tengah danau. Sungguh tenang hatinya.
??????????? "Menurut lo gimana" Kita pacaran gaya angsa atau gaya kita sendiri?" Pertanyaan Putra membuatnya bingung harus jawab apa.
??????????? "Kalo gaya kita sendiri gimana?" Tanyanya. Membuat Putra tersenyum.
??????????? "Seperti ini," Perlahan, Putra mendekatkan wajah kearahnya lalu berbisik ditelinganya, "Maukah, kau menjadi pacarku?" Pintanya sambil menyelipkan
anak rambut yang menghalangi telinganya lalu meniup pelan hingga Erza merinding.
??????????? "Beri aku waktu, Putra."
??????????? "Waktu apa?"
??????????? "Waktu, untuk selalu ada disampingmu. Ya... aku mau," Erza mengangguk dan membiarkan Putra memeluknya erat.
??????????? "I love you, Erza." Putra berbisik ditelinganya lalu mencium pipinya. Membuat Erza serasa ingin tersenyum kepada siapa saja yang melihatnya.
Untuk membuktikan bahwa dia bahagia saat ini. Sangat bahagia.
??????????? "Love you, too." Erza balas berbisik dengan wajah malu dan membiarkan Putra menciumnya. Dia memeluk lehernya agar Putra semakin dekat dengannya.
??????????? Tanpa disadari keduanya, Ada seseorang yang melihat kejadian itu semua. Dia memegang dadanya, sungguh sakit hatinya dan menatap gadis yang
disebelah Putra itu dengan dendam.
?"" ??????????? ??????????? ??????????? Sejak berpacaran tiga bulan lalu, Erza dan Putra semakin lengket kayak perangko klop dengan amplop. Tak terpisahkan. Selvi sering mengamati
kebersamaan mereka dan tersenyum ketika berpapasan. Seolah ikhlas. Tanpa sengaja, dia melihat Erza jalan sendiri saat keluar dari ruang dosen. Tanpa banyak
cingcong, dia menghampirinya.
??????????? "Za... bisa ngobrol sebentar?" Pinta Selvi ketika Erza mengerutkan kening melihatnya tak biasa menghampirinya.
??????????? "Mau ngomong apa, Sel?" Erza sedikit berhati-hati dengannya. Baginya, Selvi adalah orang yang pernah mencoba membunuhnya, dan mantannya Putra.
Entah apa yang dipikiran gadis itu, yang jelas, membuatnya tak tenang.
??????????? "Kita jangan ngomong disini, Za. terlalu penting untuk didengar orang."
??????????? "Lo mau ngomong apa, Sel" Gue ada kerjaan,"
??????????? "Lo sampai jam berapa dikampus?"
??????????? "Sampai jam 3 sore sih. Ada yang gue urus disini."
??????????? "Lo ikut yang kuliah di luar negeri selama 2 tahun itu?" Selvi mencoba menebak ketika melihat map yang dipegang Erza dan gadis itu mengangguk
senang. ??????????? "Yap. Gue pilih Belanda. Udah diterima sih, tinggal ngurus aja lagi. Jangan dikasih tau sama Putra yah, ntar ngamuk. Ahahhaa..."
??????????? "Tenang saja. Bagaimana jam 3 itu kita ketemu ditaman?"
??????????? ??????????? Erza berpikir sejenak. Lalu memandangi Selvi. Sekedar ingin tau apa yang direncanakannya kali ini. Namun dia menyerah. Dia tak sepandai Putra
atau Nanda untuk membaca pikiran orang hanya dengan matanya. "Ok deh. see ya..." Erza mengacungkan jempolnya dan pergi meninggalkan Selvi yang tersenyum
sinis. ??????????? "I"ve got you,"
".?".?"."
??????????? "Sorry, Sel. Udah lama nunggu?" Erza berlari menghampiri Selvi yang asyik duduk dikursi dan memandang danau yang agak beriak.
"Yap... gak papa," Selvi menoleh kearahnya dan tersenyum ketika Erza duduk disampingnya.
"Lo mau ngomong apaan?"
"Kita berdua sama-sama tau bagaimana Putra kalo udah berhadapan dengan cewek, iya kan, Za" "Selvi membuka pembicaraan.
??????????????? "Maksud lo apaan ngomong begini, Sel?"
??????????? "Putusin Putra. Lo gak akan bisa dapatkan dia, Erza. Gak akan pernah bisa." Ucapan Selvi yang tenang serasa petir di siang bolong baginya.
??????????? "Lo kenapa sih, Sel"! Lo gak terima gue pacaran sama dia!" Lo masih sayang sama dia"! Sorry, Sel. Dia sayang sama gue, bukan sama lo." Erza
berdiri dari duduknya dan pergi. Sia-sia dia duduk manis beberapa menit untuk mendengarkan omongan bikin emosi dari Selvi. Namun langkahnya tertahan ketika
Selvi mengejarnya dan memberinya map.
??????????? "Lo liat aja," Jawabnya ketika Erza mengangkat alisnya dan membuka map lalu merasa limbung seketika. Dunianya runtuh.
??????????? Dia melihat beberapa foto Putra sedang memasang cincin untuk Selvi disuatu tempat ramai, dan beberapa foto menunjukkan ketika Putra berciuman
mesra. Pandangannya mengabur seketika, foto yang dia pegang basah oleh air matanya.
??????????? "Maksud lo apaan, Sel?"
??????????? "Itu foto gue tunangan dengannya di Jerman." Selvi menjelaskan sambil memamerkan cincin yang dikenakan di jar manisnya. "Gue udah tunangan
sebelum balik ke Indonesia. Dan pas kami putus, dia ajak kami balikan lagi, Erza."
??????????? "Tapi sekarang, lo putus kan sama dia?"
??????????? "Gue emang putus sama dia, Erza. Tapi dia melupakan hal yang penting. Sangat penting!" Selvi mengambil map ditangan Erza dan meletakkan sebuah
foto yang membuat Erza menggeleng dan merobeknya.
??????????? "Lo bohong! Lo tukang bual, Selvi! Gue gak percaya sama mulut berbisa lo!" Erza semakin merobek foto yang diberi Selvi. Sungguh sakit hatinya.
Tak menyangka akan seperti ini.
??????????? "Lo boleh menyangkal sekuat lo mau, Za. tapi inilah kenyataannya. Gue hamil! Gue dihamilin pacar lo sendiri! Lo tau, foto yang lo robek sekuat
tenaga, adalah foto USG gue!? Lo gak akan pernah bisa, Erza. Gue, mengandung anak dia. Dan lo, Cuma dikasih cinta palsu olehnya!"
??????????? "Kenapa bisa, Sel"! Kenapa lo segitu murahnya nyerahkan itu padanya"! Kenapa, Sel"!"
??????????? "Gue udah bilang dari awal, Erza. Kita sama-sama tau Putra itu gimana apabila sudah berhadapan dengan cewek yang paling disayanginya. Asal
lo tau, Za. GUE GAK SEMURAH YANG LO PIKIR! Gue memberi hal yang paling beharga dihidup gue karna gue yakin bahwa kami selamanya akan bersama. Gue yakin
dia akan tanggung jawab atas apa yang gue tanggung nanti. Tapi nyatanya apa, dia malah mengejar lo!" Selvi menatap sinis Erza yang masih tak percaya dengan
apa yang diucapkan. "Dan asal lo tau, Erza. Putra udah gue kasih tau soal ini dan akan tanggung jawab. Dia akan mutusin lo dan balikan sama gue. Tapi gak
sekarang, dia nunggu waktu yang tepat untuk mutusin lo. Nah... Erza... apa yang lo lakuin sekarang" Kita sama-sama wanita, Za. tau perasaan masing-masing,
apa lo tega ayah dari anak gue kandung, pacaran dengan lo" Kalo lo jadi gue, gue gak akan segitu murahnya kayak gitu."
??????????? ??????????? "Berapa kali lo berhubungan dengan dia?"
??????????? "Setiap kami bertemu. Gak pernah absen. Pantes aja gue jebol."
??????????? Erza terdiam. Hatinya sakit sekali. Inikah karma karna dia menyakiti Nanda" Inikah perasaan Nanda ketika dia lebih memilih Putra daripada dia,
yang mati-matian sayang padanya" Kalau perasaannya seperti ini, dia harus minta maaf kepada Nanda. "Gue akan putusin dia. Sekarang. Jadi dia gak perlu
repot-repot kasih alasan masuk akal supaya putusin gue," Erza langsung pergi meninggalkan Selvi. Baginya, tak ada alasan untuk berlama-lama didepan Selvi
yang sudah melihatnya hancur. Dia berlari meninggalkan taman menuju parkiran mobil. Tanpa mempedulikan tubuhnya basah kuyup karna hujan mengguyur deras.
seperti mengetahui isi hatinya.? Tanpa mempedulikan Putra yang memanggilnya dari tadi.
??????????? "Erza...Erza..." Putra memanggilnya ketika melihat gadis itu lari dari arah taman sambil menangis.
??????????? "Shit! Kunci mobil gue manaaaa"!!!!!" Erza mengumpat sambil mengaduk-aduk tasnya karna tak menemukan kuncinya. Sedangkan hujan semakin deras
turun. Tiba-tiba, alarm mobilnya berbunyi tanda kunci terbuka dan dia menoleh untuk melihat siapa yang membukakan.
??????????? "Mau kemana sayang" Kamu kenapa?" Putra berdiri disampingnya sambil memegang kunci mobil Erza yang sengaja dititipkan gadis itu padanya karna
sering lupa naroh dimana.
??????????? "Gak usah panggil gue sayang! Kita Putus!" Tanpa memberi penjelasan lebih rinci, Erza mengambil kuncinya secara kasar sebelum Putra menariknya
dan langsung masuk dalam mobil, melaju meninggalkan kampus. Membuat Putra langsung menelponnya berkali-kali minta penjelasan. Tapi di rejectnya.
??????????? ??????????? "Go to the Hell, Putra! I hate you!" Umpat Erza berkali-kali sambil mengusap sendiri air matanya dan memukul stir serta membunyikan klakson
berkali-kali tanda frustasi. Sesak hatinya sekarang. Dia hanya ingin pulang... yah... Pulang.
" " " "
"Lo kenapa, dek" Putra ngapain lo?" Tanya Reno kaget ketika melihat Erza pulang kerumah basah kuyup, padahal bawa mobil dan mata bengkak seperti habis
nangis. Erza mengabaikan pertanyaan Reno. Dia tak ingin mendengar nama Putra dimanapun dia berpijak. Baginya, Nama Putra adalah kutukan. "Kak... kalo dia kerumah
nyari gue, bilang gue gak ada. Dan gue pengen, lo jangan sebut nama dia dirumah ini, dimanapun gue berada. Gue benci!"
"Lo berantem, Za?" Reno tak habis pikir bagaimana bisa Erza benci setengah mampus dengan Putra. Padahal sebelum-sebelumnya kesengsem.
"Gue putus sama dia kak! Dia ..." Erza teringat ucapan Selvi dan langsung terduduk dilantai dan menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Sakit...
"Dia kenapa dek" Kenapa lo bisa putus?"
Erza menggeleng. Dia tak sanggup menceritakan dari mulutnya sendiri. Mendengar saja sudah membuatnya ambruk. "Gue gak mau bahas itu kak. Gue mau sendiri.
Please..." Dan Reno pun tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui kehendak sepupunya itu. "Yasudah. Lo istirahat sana. Ntar kalo ada Putra gue bilang
lo belum pulang." "Thanks." Erza bangkit dari duduknya dan langsung menuju kamarnya sambil sesekali mengusap air matanya yang terus turun membasahi pipinya.
Melihat Erza sudah masuk kamar, Reno langsung mengambil ponselnya dan mencari sebuah nama di kontaknya dengan wajah penuh amarah. "Lo apain adek gue, Putra"!"
Bentaknya dan mulailah perdebatan sengit antar pria lewat telpon.
" " " "
??????????? Erza baru saja selesai mandi dan langsung membuka laptopnya untuk mengecek apakah ada email masuk atau tidak. Ketika dia melihat bahwa ada
yang masuk, dia membacanya kemudian tertegun sendiri. Membuat keputusan.
??????????? "Mungkin, ini cara Tuhan agar gue pergi, yah... pergi..." Erza bergumam sendiri sambil memandang emailnya dan melirik foto mereka yang sedang
tersenyum dengan latar belakang pantai. Membuat air matanya menetes lagi. Sakit itu masih sangat menancap dihati. Dia mencintainya, kenapa malah dikhianati
seperti ini" Dia menerima keadaan Putra amnesia, tapi kenapa selalu ada halangan dihadapannya" Apakah dia memang ditakdirkan untuk berpisah" Hanya Tuhan
yang tau. "Bye... selamat berpisah lagi
meski masih ingin memandangimu
lebih baik, kau tiada disini
sungguh tak mudah bagiku..
menghentikan segala, khayalan gila
Jika kau ada, dan ku Cuma bisa
Meradang menjadi yang disisimu,
Membenci nasibku yang tak berubah."
Lamunan Erza terputus ketika mendengar ponselnya berbunyi. Dia meliriknya dan langsung mereject ketika tau siapa yang menelpon walau namanya sudah tak
ada lagi. Dia menghapus semua yang berhubungan dengan Putra, walau ada satu yang tak bisa dihapusnya, kenangan yang melekat kuat diotaknya.
??????????? "Gue pergi... yah... pergi. Memulai hal yang baru tanpa perlu lo jadi bayangan gue. Good bye," Erza menatap foto mereka berdua dan melemparnya
ke bak sampah. Dia memutuskan untuk tidur dengan rencana yang menari-nari dikepalanya agar bisa menyusun semuanya dalam waktu sebulan sebelum pergi.
" " " " " "
??????????? "Hati-hati yah kak. Jaga rumah gue, jangan sampai lo hangusin karna masakan lo ikut hangus. Gue akan kangen sama lo, kak" Pamitnya dengan menenteng
koper dan ransel dipundak. Erza pamit pergi dengan Reno untuk mengambil Beasiswa di Belanda selama 2 tahun sebelum kembali ke Indonesia. Dia memutuskan
dengan matang-matang. Dan dia mengurus semuanya sendiri walau harus kucing-kucingan dengan Putra yang selalu berkeliaran dimanapun dirinya berada. Dia
tak ingin bertemu cowok itu lagi. Tak ingin menghancurkan semua harapan yang disusunnya perlahan.
??????????? "Lo serius dek?" Sampai detik ini, Reno masih tak percaya Erza akan meninggalkannya selama itu. Walau dia tau alasannya dari Erza sendiri kenapa
harus pergi, tetap saja dia tak terima.
??????????? "Gue serius, kak." Ucapnya tegas. Membuat Reno tak bisa berkata apa-apa selain menyetujuinya.
??????????? "Gue ikhlasin. Keep contact yah. Lo mau gue anter?"
??????????? "Gak usah. Gue mau keliling dulu sebelum ke Bandara. Bye." Erza mengecup pipi Reno sebelum masuk dalam mobil dan pergi meninggalkan Reno yang
langsung menelpon seseorang. Meminta pertanggung jawaban.
??????????? "Kathy... alamat rumah lo dimana" Putra ada" Oh...ya...ya... gue samperin, Bye." Reno langsung memutus telponnya dan mulai menekuk sepuluh
jarinya sambil menyeringai. "Kayaknya gue memang perlu turun tangan untuk masalah ini," Gumamnya dan langsung pergi ke rumah Putra.
??????????? " " " " " "
??????????? "Lo hamilin Selvi"! Jawab, Putra!" BUK! Reno menonjok Putra kalap. Membuat Kathy langsung melerainya, diikuti Restu.
??????????? "STOP! Ini rumah gue, Kak Reno! Lo gak bisa main hajar orang selagi gue ada disini!" Kathy membentak Reno yang lengannya dipegang Restu selagi
dia membantu Putra berdiri yang tak tau apa-apa. Yang dia tau hanyalah, Reno langsung mendobrak kamarnya dan menuduhnya dengan tuduhan gila.
??????????? "Gue hamilin Selvi"! Demi Tuhan, Ren! Jangankan hamilin dia, gue aja gak pernah liat bodi dia gak pakai baju kayak gimana!" Putra membela dirinya
dari tuduhan yang sangat mencemarkan nama baik itu.
??????????? "Erza meliat semuanya, Putra! Dia cerita ke gue! Itulah sebabnya dia putusin lo! Dan sekarang, dia pergi! Yah... pergi!" Reno berteriak dan
membuat Putra terdiam. Erza pergi... belahan jiwanya pergi... sudah cukup dia diputusi tanpa alasan, jangan sampai dia ditinggalkan hanya karna alasan
yang sangat menjatuhkan reputasinya sebagai pria.
??????????? "Dia pergi kemana, Ren"! Jawab gue!" Putra memegang kerah baju Reno dan membuatnya mendapat tonjokan lagi.
??????????? "Ke Belanda! Lupain lo! Dia melihat semuanya, Put. Dari foto tunangan hingga Foto USG. Lo bisa apa, Putra"!" Reno menyeringai mengejek.
??????????? Putra langsung mengambil kunci mobilnya. Pikirnya hanya satu, menghalangi gadis itu pergi dan menjelaskan semuanya, sebelum terlambat.
"Minggir! Gue mau lewat!" Bentaknya ketika Reno menghalangi jalan.
"Lo mau kemana" Gue belom selesai ngomong!"
"Gue mau nyusul Erza ke bandara! Gak akan gue ijinin dia pergi!"
Reno semakin menghalanginya. "Hadapin gue dulu, baru gue ijinin! Gue gak peduli kalo tingkah gue bakal bikin lo gak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi ke Erza! Kalo lo gak sempat, berarti dia memang pantas pergi dan mencari seseorang yang bisa mencintainya tanpa harus selalu menangis karna lo!
Lo bisa menunggunya selama dua tahun kalo itu terjadi, itupun kalo lo sanggup dan dia mau." Reno menjawab enteng. Seolah-olah itu biasa saja.
"Lo mau apa, Ren" Lo gak restuin gue dengan Erza?" Putra mulai putus asa dengan tingkah sepupu pacarnya ini yang dirasa lebih tiran dari suami Siti Nurbaya.
"Gue setuju apapun pilihan Erza asal dia bisa bahagiain sepupu gue. Lo mau tau keinginan gue" Gampang! Lo harus ingat siapa Erza di hidup lo sebelum amnesia,
dan apa yang paling dia takutin dan dia senang. Kalo lo bisa mengingat semuanya, gue akan restuin. Kalo enggak, jangan harap lo bisa keluar kamar dengan
gue didepan lo ini, Putra!"
"Lo gila kak!" Kathy mendengus marah. Dia tak yakin Putra bisa mengingat semua itu disaat terjepit.
"Gue gak gila, Katherine! Gue hanya ingin dia sadar, siapa Erza di hidup dia dulu dan sekarang, itu saja! Dia selama ini meremehkan sepupu gue akan terima
keadaan amnesianya tanpa harus berusaha mengingatnya lagi!"
Putra merasa tertampar mendengar ucapan Reno. Dia berusaha mengingat keras siapa Erza dikehidupannya dulu sebelum amnesia, dia harus ingat...sebelum semuanya
terlambat, sebelum dia tak bisa bertemu lagi, sebelum... ah... dia tak bisa membayangkan apabila itu terjadi. Entah dia harus kemana lagi kalau sampai
itu terjadi, Belanda sangat luas, jauh dari genggamannya.
"Arrgghh..." Putra mengernyit kesakitan sambil memegang kepalanya. Semuanya, kenangannya, hadir dalam otaknya tanpa antre. Dia mengingat semuanya, dia
ingat saat pertama kali ketemu Erza, saat mereka main pentas Putri tidur, saat dia mencium gadis itu pertama kali waktu tidur dan sampai saat ini Erza
tak tau, dan saat dia pergi meninggalkan Erza dan memberinya sebuah janji... yah ... janji yang dia buat, namun dia sendiri menghancurkan karna membawa
Selvi kedalam hidupnya. "Lo kenapa kak?" Kathy cemas sambil mendelik jengkel ke arah Reno. Kalau sampai Putra kenapa-napa, Reno lah yang akan dia tuntut terlebih dahulu.
"Gue ingat siapa dia," Putra terbata-bata mengucapkan sambil memegang kepalanya yang serasa ingin pecah.
"Oh ya" Siapa dia buat lo, Putra?"
"Dia.." Putra tersenyum walau kepalanya sakit."cewek paling galak dan gak tau diri waktu MOS, dia bentak gue padahal dia tau gue panitia, dia cewek yang
paling gak terpesona sama gue disaat teman-temannya memuja gue, dia cewek yang bikin gue bertekad untuk mendapatkannya. Dan dia... cewek yang dijodohin
nyokap sama gue dan gue sempat tinggal dirumahnya selama 4 bulan. Dia suka bunga tulip, coklat dan hujan. Paling takut dengan petir, dan film hantu." Putra
menjelaskan panjang lebar. Membuat Reno tersenyum. Kathy hendak menangis saking terharunya.
"Kejarlah dia, Putra. Gue yakin, lo pasti tau dimana dia berada kan?" Reno menepuk pundak Putra.
"Thanks. Gue tau dia dimana," Putra tersenyum dan langsung keluar kamar meninggalkan mereka yang berdoa, agar bisa bertemu Erza.
"Kalau sampai sepupu gue gak ketemu Erza..." Kathy mengancam Reno dengan suara mendesis "Lo yang pertama akan gue bunuh, kak."
Restu hanya mengangguk tanda menyetujui dan? Reno hanya nyegir.
?"" ??????????? "Hujan..." Serunya pelan sambil menengadahkan tangan. Menikmati tetesan hujan yang dari dulu sangat disukainya. Erza duduk di taman sambil
menatap danau yang tenang meski hujan semakin deras. tak ada niat sedikitpun untuk masuk mobil. Dia membiarkan tubuhnya basah kuyup. Dia menutup matanya.
Mengingat semua yang pernah terjadi dengan Putra dikala hujan. Membuatnya menangis.
"Kenapa lo nyakitin gue, Putra" Udah cukup lo pergi tanpa pamit, kembali dengan bawa Selvi dan sekarang lo malah menghamilinya. Dan sekarang, dengan bodohnya
gue duduk disini, di tempat lo pernah bilang kita akan ketemu lagi, walau gue sadar 100%, lo gak akan pernah ingat janji itu." Yah... lo gak akan pernah
ingat." Erza bergumam sendiri. Meratapi kebodohannya.
"Kata siapa gue lupa sama janji yang pernah gue ucapin?" Tau-tau Putra berdiri dibelakangnya. Membuat Erza terlonjak dan menoleh.
"Hujan sayang, teduhan yuk." Ajaknya sambil mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang payung. Namun ditepisnya.
"Buat apa lo kesini?" Erza bertanya dengan suara dingin dan gemetar menahan dingin.
"Menyusul lo, sayang. Sekalian mau menyuruh lo pulang."
"Gue gak mau pulang! Lo tau, Putra, 2 jam lagi gue akan ke bandara! Ninggalin lo! Jadi, gue mohon, lo pergi dari kehidupan gue! Gue benci!" Erza menjerit
ketika tangannya dipegang dan dipeluk Putra dengan payung yang menaungi mereka.
"Please... don"t leave me, dear."
"Lo gak tau betapa sakitnya saat gue tau bahwa pacar gue ternyata akan punya anak dari mantannya. Tunangan pula! Gue ngerasa bodoh mau menerima cinta lo."
"Demi Tuhan, Erza Noor Assifa, Gue gak pernah hamilin Selvi! Lo boleh minta gue test DNA kalo lo mau, gue gak tunangan sayang. Gue gak pernah tunangan
sama dia, sama cewek lain. Gue hanya mau lo."
"Bulshit!" Erza mendesis. Membuat Putra langsung melepas pelukannya dan menatapnya.
"Look at me,dear. You"ll be see a honesty in my eyes. I just love you. Gue gak pernah hamilin dia. Percaya sama gue, Erza."
"Tapi..foto itu.. gue liat lo ciuman sama dia, lo pasangin cincin ke dia, gue liat semuanya, Putra! Gue liat! Dan USG itu, Oh God... you can"t imagine
how broke my heart when i knew it!"
"USG bisa aja dia ambil foto lain terus ngaku-ngaku itu punya dia, Erza."
"Kalo foto lo ciuman" Lo mau bilang dia nyewa orang yang mirip lo terus ciuman gitu?"
"Gue gak nyangkal hal itu, Erza." Putra masih menatap Erza yang menangis dan menghapus air matanya yang terus membasahi pipinya. "Gue pernah sayang sama
dia, tak ingin kehilangan dia, dan gue abadikan dalam foto. Dan foto yang lo bilang itu kami tunangan, lo salah besar. Karna apa" Seingat gue, itu foto
diambil pada saat sepupu gue di Jerman, James ingin mengajak pasangannya tunangan. Dan kebetulan postur tubuh tunangannya itu mirip sama Selvi, jadi kami
nyoba cincin itu di toko perhiasan dan minta James yang fotoin. Tapi gue gak nyangka itu akan jadi senjata mata tuan untuk kehilangan cewek yang sangat
gue cintai," "Lo sayang sama gue?" Erza luluh dengan penjelasan Putra. Namun tak ingin menunjukkan.
"Lebih dari apapun didunia ini, Erza."
"Lo sayang, tapi lo lupa siapa gue, Buktinya... sampai sekarang, lo gak ingat kan siapa gue?"
"Lo liat wajah gue bonyok karna apa?" Putra menunjuk wajahnya sendiri. Membuat Erza sadar banyak memar diwajahnya. Bahkan darah masih menetes karna tercampur
dengan air hujan. "Lo dihajar siapa?"
"Gue dihajar Reno karna tak bisa mengingat siapa lo di dunia ini. Seandainya gue gak bisa ingat lagi, mungkin kita gak akan ketemu lagi, Za. lo pergi,
dan gue disini, menyesali nasib gue."
"Siapa gue di hidup lo, Putra Eduardo Pradipta?"
"Kamu..." Putra mengubah panggilannya dan mengecup kening Erza. "Cewek yang bikin aku merasa paling beruntung karna mengenalmu, cewek yang bikin aku merasa,
ini adalah hari terindah dalam hidupku karna bisa mengingatmu dan mengatakan, kalau aku mencintaimu lebih dari yang pernah kamu bayangkan, Erza Noor Assifa.
Dan..." kedua pipinya tak luput dari ciuman Putra. "Maukah kamu menjadi cewek yang terakhir untukku" Aku memang tak menjanjikan bisa melindungimu, tapi
aku berjanji akan selalu ada disisimu di saat kamu butuh." Dan Putra menatap Erza yang hendak mengeluarkan kristal dipelupuk matanua.
"Kamu mau mencintaiku" Baik buruknya?"
"Iya... baik buruknya aku terima. Karna disitulah sisi sempurnamu, Erza."
"Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedih apapun terjadi
Apapun yang terjadi... Kau jadikan aku, ada. "Once* ??????????? Erza menganggukkan wajahnya. Dia tersenyum dengan air mata menetes. Sungguh, dia terharu dengan keseriusan Putra. Semua halangan yang dia hadapi,
terbayar dengan Putra mengucapkan kalimat itu padanya. Kalimat yang dia tunggu. Dan tak ada lagi yang meghalangi mereka untuk bersatu.
??????????? "Tiada lagi yang mampu berdiri
Halangi rasaku, cintaku, padamu."
??????????? "Aku mau" Ucapnya dan Putra melepas payung yang menaungi mereka dan berpelukan erat. Inilah yang dia inginkan. Bersama gadis yang sangat dia
cintai. Dan takkan pernah dia lepas lagi, sejengkal pun.
??????????? "Kamu jadi ke Belanda" Tinggalkan aku?" Putra melepas pelukannya dan menatap Erza.
??????????? "Iya... karna aku sudah mengurus semuanya."
??????????? "Aku ikut," putusnya dan Erza melongo.
??????????? "Ikut aku?"
??????????? "Iya... aku gak mau kamu sendiri disana, terus kecantol pria Belanda dan melupakanku. Bulan depan, aku akan menyusulmu. Karna aku juga mendapat
beasiswa." Ucapnya dan membuat Erza melompat bahagia.
??????????? "Serius" Akhirnya..." Erza terlalu bahagia untuk bisa berkata apa-apa dan dia menatap langit dan melihat pelangi seolah diatasnya. Menaungi
mereka. ??????????? "Beautiful Rainbow." Pujinya sambil mendongkakkan wajah keatas.
??????????? "Iya... tapi tak secantik kamu, Erza Noor Assifa. I love you, for yesterday, now, and tomorrow." Ucapnya dan sebelum Erza menjawab, dia sudah
membungkam dengan ciumannya. Erza yang kaget dengan itu, langsung membalasnya dan melingkarkan tangan dilehernya. Dengan pelangi diatas mereka dan hujan


Jatuh Cinta Sama Lo! No Way! Karya Rere Nurlie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sudah mulai mereda. Dan dia bersyukur, karna telah menemukan apa yang menjadi sumber senyumannya.
"Ku bahagia, kau telah terlahir didunia
Dan kau ada, diantara miliaran manusia
Dan ku bisa, dengan radarku, menemukanmu."
*Maudy Ayunda " Perahu Kertas*
Epilog. ??????????? "Sayang... Bagaimana kalo kita satu kamar aja" Biar hemat bayar gitu," Putra menggoda Erza yang asyik melirik jalan raya dari atas apartemennya di Belanda.
Ya... mereka berdua pergi ke Belanda untuk beasiswa, Putra menepati janjinya untuk mengikuti kemanapun Erza pergi asalkan dia mau menunda keberangkatannya.
Maksudnya biar bareng nyampe. Dan Erza pun, dengan sedikit ancaman maut ala Putra, akhirnya menggeser semua jadwalnya.
Erza menatap Putra dengan kesal. Kadang dia bertanya dalam hati, kenapa mau-maunya sayang dengan cowok genit, sengak macam Putra. "Sejak kapan kamu mikir
soal hemat biaya" Yang ada kamu lebih boros dari aku, sayang."
Putra tersenyum untuk meluluhkan hati Erza. Namun sayangnya, Erza sudah tak mempan lagi dengan senyum maut bikin cewek-cewek histeris itu. "Jadi, kita
pisah kamar gitu?" Tanyanya dengan wajah pura-pura kecewa.
Erza mendekati Putra dan mendongkakkan wajahnya karna Putra terlalu tinggi untuknya sekarang. " Memangnya aku harus berapa kali mengingatkan perjanjian
yang kita bikin, Putra" Kamu kan sudah setuju!"
"Iya sih... Tapi..." Putra menggaruk kepalanya yang tak gatal dan menatap Erza. Dia yang tau apa arti tatapan pacarnya itu, pasang badan siap lari. "Apa
kamu lirik-lirik"! Mau maksa aku untuk tidur bareng" Gak usah!"
Tanpa bisa dicegah apalagi diantisipasi, Putra langsung menggendong Erza masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan kakinya dan meninggalkan barang-barangnya
diluar kamar. Baginya, menggoda Erza lebih penting.
"Sayang... are you ready?" Ucapnya ketika dia menidurkan Erza dikasur dan tersenyum. Membuat Erza mendadak sulit menelan ludah.
"Rileks," Putra menenangkan Erza yang agak panik dan dia mendekatkan wajah kearahnya dan ...dan...
Oke semuanya... akhirnya ending juga. Thanks yah yang selama ini ikutin ceritaku dari awal berantem hingga menjadi... yah... seperti ini. Hahahaha... without
you, reader, they just my imagination who i can"t explore it.
PS : kalau ada yang nunggu sekuelnya, tunggu aja ampe lumutan yah. Kenapa" Soalnya cerbung lain menunggu dikelarin. hahahahaha
FIN Diposting oleh rere nurlie di 04.01 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest G+ frame G+ G+ frame end Label: Erza - Putra, LoveStories, RereNurlie Tidak ada komentar: Posting Komentar comment-iframe ? Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) empty complementary information
complementary information
Gravity :) 613004 Google+ Followers +1 frame rere nurlie + ke lingkaran Deni Handani Awuw Nekui meta candra Muti Kris Akbar Oktafian frendy prabowo yogi prabowo Jasmin Clark cahaya bakara Ris ma uma qilla rere nurlie Ella Ello rain saputri Mey Portal Novel: Baca Cerita Online
23?memiliki saya di lingkaran
Lihat semua +1 frame end Google+ Followers +1 frame rere nurlie + ke lingkaran Deni Handani Awuw Nekui meta candra Muti Kris Akbar Oktafian frendy prabowo yogi prabowo Jasmin Clark cahaya bakara Ris ma uma qilla rere nurlie Ella Ello rain saputri Mey Portal Novel: Baca Cerita Online
23?memiliki saya di lingkaran
Lihat semua +1 frame end Stories :) list of 1 items "? 2016 (1) list end list of 1 items "? 2013 (62) list of 1 items nesting level 1
"? 12/29 - 01/05 (14) list end nesting level 1 list of 1 items nesting level 1
"? 11/24 - 12/01 (6) list end nesting level 1 list of 1 items nesting level 1
"? 11/10 - 11/17 (29) list of 29 items nesting level 2
Cerpen - Who Am I to Say Cerpen - The Call. Epilog Be Yours"! DAMN! - A Love That Will be Last...
Be Yours"! DAMN! Special Part - All This Love
Be Yours"! DAMN! Ending - Heartbreak Lullaby
Be Yours"! DAMN! Part 17 - Dark Side
Be Yours"! DAMN! Part 16 - Sebelum, Selamanya.
Be Yours"! DAMN! Part 15 - Forgiveness and Confess...
Be Yours"! DAMN! Part 14 - Breakaway
Be Yours"! DAMN! Part 13 - She's a Trouble
Be Yours"! DAMN! Part 12 - Disaster of Vacation.
Be Yours"! DAMN! Part 11
Be Yours"! DAMN! Part 10
Be Yours"! DAMN! Part 9 - At the Beach.
Only Hope. Be Yours"! DAMN! Part 8 - Trying to Believe .
Be Yours"! DAMN! Part 7 - Trauma
Be Yours"! DAMN! Part 6 - Dark Secret.
Be Yours"! DAMN! Part 5 - Nightmare, Protection.
Be Yours"! DAMN! Part 4 - It's Time.
Be Yours"! DAMN! Part 3 - Change"
Be Yours"! DAMN! Part 2 - Go To the Hell!
Be Yours"! DAMN! Part 1 - I Hate You!
Cerpen - Perahu Kertas Love You Like a Love Song - I'm Yours. (When it Wa...
Love You Like a Love Song Part 2 - Trouble, Troubl...
Love You Like a Love Song Part 1
Jatuh Cinta Sama Lo"! No Way! Ending - Sunshine Af...
Jatuh Cinta sama Lo"! No Way! Part 14 - Back at On...
list end nesting level 2 list end nesting level 1 list of 1 items nesting level 1
"? 10/13 - 10/20 (13) list end nesting level 1 list end About me :) definition list of 1 items
rere nurlie https://apis.google.com/_/widget/render/follow"usegapi=1&annotation=bubble&height=20&hl=in&origin=http%3A%2F%2Frerenurliespot.blogspot.co.id&url=https%3A%2F%2Fplus.google.com%2F109542980266402828309&gsrc=3p&ic=1&jsh=m%3B%2F_%2Fscs%2Fapps-static%2F_%2Fjs%2Fk%3Doz.gapi.en_US.Vch8vd-lM6E.O%2Fm%3D__features__%2Fam%3DAQE%2Frt%3Dj%2Fd%3D1%2Frs%3DAGLTcCOgsbyjgLVijKgLfaXMbki4Pxbd_A#_methods=onPlusOne%2C_ready%2C_close%2C_open%2C_resizeMe%2C_renderstart%2Concircled%2Cdrefresh%2Cerefresh%2Conload&id=I3_1517595113018&_gfid=I3_1517595113018&parent=http%3A%2F%2Frerenurliespot.blogspot.co.id&pfname=&rpctoken=12356206
frame Ikuti 23 https://apis.google.com/_/widget/render/follow"usegapi=1&annotation=bubble&height=20&hl=in&origin=http%3A%2F%2Frerenurliespot.blogspot.co.id&url=https%3A%2F%2Fplus.google.com%2F109542980266402828309&gsrc=3p&ic=1&jsh=m%3B%2F_%2Fscs%2Fapps-static%2F_%2Fjs%2Fk%3Doz.gapi.en_US.Vch8vd-lM6E.O%2Fm%3D__features__%2Fam%3DAQE%2Frt%3Dj%2Fd%3D1%2Frs%3DAGLTcCOgsbyjgLVijKgLfaXMbki4Pxbd_A#_methods=onPlusOne%2C_ready%2C_close%2C_open%2C_resizeMe%2C_renderstart%2Concircled%2Cdrefresh%2Cerefresh%2Conload&id=I3_1517595113018&_gfid=I3_1517595113018&parent=http%3A%2F%2Frerenurliespot.blogspot.co.id&pfname=&rpctoken=12356206
frame end list end Lihat profil lengkapku complementary information end
content information Favorite Stories list of 10 items Epilog Be Yours"! DAMN! - A Love That Will be Last
Lista terdiam di ruang kerja. Semenjak kedatangan undangan pernikahan kakaknya beberapa bulan lalu, hatinya berbisik untuk memesan tike...
11/be-yours-damn-part-16-sebelum-selamanya
Be Yours"! DAMN! Part 16 - Sebelum, Selamanya.
"Gue ngantuk, Ndo.." Sudah ribuan kali dia menggumam kemudian menguap. Tidurnya yang indah di kamar dengan kasur yang empuk berubah m...
11/love-you-like-love-song-part-2-trouble
Love You Like a Love Song Part 2 - Trouble, Trouble.
????????? Dia mengerang dalam tidurnya ketika seseorang sedang menggelitiki telapak kakinya. Kakinya menendang kemana " mana menyuruh b...
Jatuh Cinta Sama Lo"! No Way! Ending - Sunshine After the Rain.
"Za, bikinin gue makanan dong, Gue lapar." Sambil mengelus wajah Erza dan mencium pipinya sebagai ucapan terima kasih dari seorang Putra un...
11/love-you-like-love-song-im-yours-when
Love You Like a Love Song - I'm Yours. (When it Was)
??????????? "Really?" Erza menatap Jihan yang sekarang tersenyum puas. Menikmati ekspresi terkejutnya. "Bukankah kalian bersepupu...
11/be-yours-damn-part-15-forgiveness-and
Be Yours"! DAMN! Part 15 - Forgiveness and Confession.
?hatinya serasa terkoyak menjadi dua ketika melihat semuanya. Dari Karen mendekatinya, mengecup bibirnya perlahan, hingga akhirnya di...
Be Yours"! DAMN! Ending - Heartbreak Lullaby
Gue pergi, Ndo. Good bye." ??????????? "Jangann!!" Ando langsung terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin mengalir deras. Mim...
Be Yours"! DAMN! Part 14 - Breakaway
Bayangan Ando mencium pipi Karen, menyambut suapan kue yang di arahkan padanya, dan tertawa bersama sambil membalas mencolek pipinya, m...
Cerpen - Perahu Kertas "Sayang..." Putra sengaja datang pagi " pagi, rela bangun sejam lebih awal dari biasanya hanya untuk membangunkan bidadarinya, Erza Noo...
Be Yours"! DAMN! Part 17 - Dark Side
??????????? "Lis..." Ando benar " benar melepas pelukannya. Dia menatap Lista yang tertunduk sambil sesegukan. ??????????? Dia ta...
list end Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh
Blogger. content information end Pusaka Para Dewa 2 Mustika Lidah Naga 7 Iblis Sungai Telaga 11
^