Pencarian

Verna Dan Hujan 2

Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha Bagian 2


akan bersanding dengan perempuan lain, tetapi setidaknya lo bisa mencuri sedikit
kebahagiaan." Verna menatap Tanza ingin tahu, "Mencuri sedikit kebahagiaan?" "Ya,"
senyum Tanza tampak lembut, "lo memiliki hati Bayu, Verna. Itu bisa menjadi pengobat
luka hati lo," dengan lembut Tanza menghela Verna ke dalam pelukannya, "lo tahu,
nggak ada yang lebih menyakitkan bagi seseorang, selain ketika dia ngeliat, orang yang
dicintainya meletakkan hatinya kepada orang lain. lo masih harus mensyukuri hal itu
Verna, hati Bayu masih diletakkan di dalam genggaman kedua tangan lo." Nggak ada
yang lebih menyakitkan bagi seseorang, selain ketika dia melihat orang yang dicintainya
meletakkan hatinya kepada orang lain. Tanza seolah-olah mengatakan hal itu kepada
dirinya sendiri, dan Verna merasakan matanya kembali panas, oh betapa tak
berperasaannya dia, dia tahu Tanza mencintainya, tetapi tetap menjadikan lelaki itu
sebagai tempat curahan hatinya tentang Bayu. Tetapi, hanya Tanza yang dimilikinya,
dan meskipun Verna sadar telah menyakiti Tanza, 59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m Verna merasa bersyukur bisa berbagi perasaannya dengan Tanza. "Terimakasih
Tanza-" Tanza tersenyum lembut, "Sama-sama Verna," dengan riang Tanza menoleh ke
sekeliling ruangan, "Nggak ada makanan di sini?" "Hah?" "Gue lapar," Tanza menatap
Verna dengan tatapan mata sebal, "Tadi gue lagi di warung tau, udah pesen nasi
seporsi, tapi gue tinggal garagara ada orang yang nelpon gue sambil nangis-nangis."
Verna terkekeh dan bersyukur. Tanza selalu bisa membuatnya tertawa "Mau gue
masakin?" "Emang lo bisa?" tatapan Tanza benar-benar geli dan tidak yakin. "Kalo cuma
bikin mie instant gue juga bisa." Mendengar jawaban Verna, Tanza tergelak, "Buset dah,
mie instan" Ga mau, gue lapar, ga cukup kalo Cuma mie instant." "Ah lo dasar rakus!"
seru Verna sambil tergelak. "Yuk, cari makan yuk, gue tau tempat jualan Baso paling
enak di kota Bandung," dengan penuh semangat, Tanza menggandeng lengan Verna,
mengajaknya keluar. Lokasi warung baso itu cukup ramai, dan seperti kata Tanza, baso
itu mungkin adalah yang paling enak di kota Bandung, apalagi di santap di kala hujan
seperti ini. 60 | "Gimana perasaan lo?" Tanza
melipat tangannya di meja ketika mereka sudah menyelesaikan makan. Posisi tempat
duduk mereka yang berdekatan dengan jalan membuat Verna bisa leluasa melamun
sambil menikmati hujan yang turun. Verna mengalihkan pandangan matanya, kembali
kepada Tanza dan tersenyum, "Kenyang." Tanza terkekeh, "Dasar! Gue nggak nanyain
perasaan perut lo, gue nanyain perasaan hati lo" Senyum Verna sedikit memudar,
"Masih sedih, tetapi nggak apa-apa, sudah tertumpahkan tadi, gue akan berusaha kuat
seperti yang lo bilang." "Bagus, sekarang boleh gue yang bercerita?" Verna menatap
Tanza ingin tahu, "Tentang apa?" Tanza tersenyum, "Gue sekarang jomblo." Tatapan
Verna menegang. Apa Tanza putus dengan Dania karenanya" "Bukan karena lo,"
Tanza tersenyum, menaruh genggaman tangannya di dagu, "Dania yang mutusin gue.
Dia ngerasa sama kayak gue, hubungan kita... hambar." "Maafkan gue-" Tanza tertawa,
"Napa lo jadi minta maaf ke gue" Lo nggak salah apaapa di sini, nggak ada yg sakit kok
di sini. Gue malah bersyukur, gue 61 | nggak
perlu nyakitin Dania, mungkin dia bisa lebih bahagia kalo nggak sama gue." Verna
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
menghela napas panjang. Tanza lelaki bebas sekarang. Seandainya Verna mau
membuka hatinya atas perasaan hangat yang mulai bertumbuh itu, mungkin semuanya
akan baik-baik saja. Tetapi, bayangan Bayu yang memohon kepadanya agar
memperjuangkan cinta mereka terasa menghantui. Ya. Verna masih mencintai Bayu.
"Verna," Tanza meremas jemari Verna lembut untuk mengalihkan perhatiannya, "Gue".
Gue nggak akan memaksa lo membuka hati buat gue, yang penting lo sadar, apapun
yang akan terjadi nanti, gue akan selalu ada buat lo" "Tanza"." "Gue cinta sama lo
Verna, gue entah kapan, tanpa sadar, udah ngasih hati gue ke lo." Dua hati lelaki
diserahkan kepadanya. Tetapi kenapa dia nggak bisa bahagia" Apa yang harus dia
lakukan" Verna mengernyit pedih. "Dan gue bersedia menunggu, itu sepadan," Tanza
tersenyum, lalu mengalihkan pembicaraan dan wajahnya berubah serius, "Jadi apakah
lo akan datang di pernikahan itu?" Verna menggeleng, "Nadia melarang gue untuk
datang." "Nadia nggak berhak melarang lo," rahang Tanza mengeras, "Lo berhak
datang, lagipula gimana lo ngasih alasan ke kedua ortu lo, kalo lo nggak bisa datang?"
62 | Verna mengangkat bahunya lemah,
bingung, "Gue nggak tahu Tanza, tapi... Nadia sudah jelas-jelas memperingatkan gue,
supaya gue nggak datang." "Lo harus datang," Kali ini suara Tanza terdengar keras
kepala, "Kita harus datang." "Kita?" "Ya, gue akan datang sama lo, karena lo juga nggak
mungkin datang sendirian kan" Lo akan hancur kalo datang sendirian." "Orang tua gue
akan ngira yang enggak-enggak kalo lo dampingi gue
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
datang di pernikahan itu." "Biar saja, sekalian juga Nadia mengira kita ada hubungan
asmara" Tanza tersenyum, "Mungkin itu akan sedikit menenangkannya dan nggak
paranoid lagi sama lo" Akankah dia datang" Beranikah dia" Kuatkah dia" Meskipun
dengan Tanza yang mendampinginya" Mampukah dia berdiri di sana dan melihat
belahan jiwanya mengikat janji dengan perempuan lain" Verna tidak mampu
membayangkannya, dia takut, sungguh-sungguh takut. Tanza sendiri seorah menyadari
ketakutan Verna, digenggamnya kedua tangan Verna dengan jemarinya, kali ini erat dan
lama. "Gue akan dampingi lo Verna, apapun yang terjadi, gue akan jadi penguet lo di
sana." Verna tersenyum lemah dan menganggukkan kepalanya kepada Tanza.
?LoveReads 63 | Malam itu, di sebuah caf?
yang jauh di sudut kota, Tanza duduk dan merenung sambil meminum kopi espressonya
yang mulai dingin. "Lo berhasil ngebujuk dia datang sama lo?" Tanza menoleh dan
menatap Nadia, yang duduk dengan muka tegang di depannya, Perempuan ini,
wajahnya sangat sama dengan Verna. Tapi tentu saja, mereka saudara kembar identik,
tapi Tanza yakin, kalaupun Nadia dan Verna berdandan dengan baju dan potongan
rambut yang sama persispun, Tanza akan bisa membedakannya, Verna dan Nadia
mempunya aura yang berbeda. Verna cenderung kuat di luar, tetapi hatinya rapuh.
Nadia, selalu mengesankan perempuan yang lembut dan lemah di luar, tetapi
sebenarnya hatinya sangat keras. "Dia belum ngasih kepastian, tapi dia akan
mempertimbangkan." "Bagus," Nadia mengangguk puas, "Gue pingin dia bener-bener
jatuh cinta ama lo dan ngelupain Bayu." "Nadia," Tanza menghela nafas, "Verna
memang sudah mengkhianati lo, dan gue ngertiin betapa sakitnya lo. Gue sahabat lo,
makanya gue mau bantuin lo tapi kalo sampai sejauh ini, apa lo nggak keterlaluan?"
"Keterlaluan dalam hal apa Tanza?" Nadia mendesis dengan suara geram, "Lo" apa lo
bisa ngebayangin perasaan gue, ketika melihat dengan mata kepala sendiri, sodara
kembar gue dan orang yang gue cintai mengkhianati gue" Lo nggak tahu Tanza. Detik
itu juga, hati gue udah hancur berkeping-keping." 64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m "Tapi lo masih bisa mencintai Bayu dan memaafkannya, kenapa lo nggak
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
ngelakuin hal yang sama dengan Verna?" sela Tanza pahit. "Karena Bayu milik gue,
belahan jiwa gue" "Nadia, Verna itu sodara kembar lo, kembar identik pula, kalian
terlahir dari satu sel yang sama yang kemudian terbelah jadi dua yang sama persis, kalo
lo mau cari belahan jiwa lo, harusnya lo sadar kalo Verna belahan jiwa lo" "Tanza!"
Nadia setengah berteriak karena emosi, "Sebenarnya lo belain gue atau Verna sih?"
tiba-tiba air mata Nadia meleleh, "Apakah gue harus menghadapi kenyataan lagi, bahwa
selain merebut orang yang gue cintai, Verna juga udah ngerebut sahabat gue?" "Nadia,"
Tanza berusaha menenangkan Nadia yang mulai terisakisak, "Nggak Nadia, gue tetep
sahabat lo. Gue akan bantu lo semampu gue. Kalo lo emang pingin gue ngebikin Verna
jatuh cinta ama gue. Oke. Gue akan bikin dia jatuh cinta ama gue" "Terimakasih Tanza,
gue tahu lo sahabat gue yang terbaik," Nadia menyusut air matanya dan tersenyum,
"Setelah Verna jatuh cinta ama lo, terserah lo mau apakan dia". Gue pingin lo menodai
dia, hingga dia nggak layak lagi di mata Bayu, gue pingin Bayu jadi benci dan jijik sama
dia." Tanza mendesah dan memejamkan matanya, kalau boleh ditilik, permintaan Nadia
sudah terlalu jauh. Yah, Tanza dulu menerima permintaan tolong Nadia tanpa pikir
panjang. 65 | Tanza memang bersahabat dan
menyayangi Nadia. Dulunya mereka tidak saling mengenal, tetapi Nadia adalah sahabat
Eliana, adiknya. Eliana mengidap kanker otak stadium akhir, dan saat itu sahabat
satusatunya hanyalah Nadia. Nadia yang selalu menemani Eliana dari masa
perawatannya yang menyakitkan sampai dengan akhir usianya. Dan Tanza sangat
berterimakasih karenanya. Sekarang, Karena rasa terima kasihnya itulah, dia menerima
permintaan tolong Nadia, ketika perempuan itu datang sambil menangis histeris,
menceritakan tentang saudara kembarnya yang bermain di belakangnya dengan
kekasihnya. Saat mendengar cerita versi Nadia, Tanza ikut merasa gemas dan benci
dengan Verna. Dibayangkannya Verna sebagai perempuan culas yang kejam, yang
tega merebut kekasih saudara kembarnya sendiri. Tanpa pikir panjang, Tanza
menyetujui rencana Nadia, untuk merebut hati Verna, lalu merusaknya dan
meninggalkannya dengan tubuh dan hati hancur sebagai balasan atas
pengkhianatannya. Tanza bukan orang yang baik, sebagai anak konglomerat kaya dia
suka mempermainkan perempuan, berganti-ganti dari yang satu kepada yang lain,
tanpa perasaan. Baginya perempuan hanyalah benda mainan yang bisa diperlakukan
seenaknya. Hanya ada beberapa perempuan yang sungguh Tanza hormati, mamanya
yang sudah meninggal, almarhum adiknya, Eliana, dan juga Nadia, sahabatnya. Tanza
pikir, tak apalah waktu itu memasukkan Verna dalam daftar salah satu korbannya. Dan
semuanya berubah ketika Tanza mengenal Verna, menjadi sahabatnya, mendengarkan
kisah hidupnya, melihat 66 | dengan mata kepala
sendiri ketika Verna menanggung seluruh rasa bersalah dan beban itu di pundaknya.
Perasaan Tanza berbalik arah, dia sungguh-sungguh menyayangi Verna, jauh di lubuk
hatinya yang paling dalam ini, Tanza benar-benar menginginkan Verna bahagia, bisa
tersenyum, jauh dari tuduhan pengkhianatan di masa lalunya. "Tanza?" Nadia
memecahkan lamunan Tanza, "Lo masih mau kan ngelakuin rencana kita?" Tanza
menganggukkan kepalanya. "Gue akan berusaha, Nadia" Wajah cemas Nadia berubah
menjadi senyum yang merekah, "Terima kasih Tanza, gue tau gue pasti bisa
mengandalkan lo" ?LoveReads "Hai." Verna menoleh dan mendapati Tanza berdiri di
belakangnya. Mereka ada di kantin kampus yang ramai, dan Verna sedang menyantap
mie ayam untuk makan siangnya. "Hai juga," Verna tersenyum, "Mau makan?" Tanza
menggeleng dan duduk di samping Verna, "Gue udah makan sebelum ke sini," Tanza
menoleh ke arah Verna, "Gue pingin ajak lo ke suatu tempat." "Kemana?" perhatian
Verna teralih kembali kepada mie ayamnya yang hampir habis. 67 | R a t u - b u k u . b l
o g s p o t . c o m "Tar lo juga tahu, mau ya?" "Jauh nggak?" "Enggak, paling satu jam
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
dari sini, tempatnya di pinggiran kota" "Hmmm" lo misterius banget sih?" Verna
menyelesaikan makannya Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dan menatap Tanza, "Ini beneran gue nggak boleh tahu tempat tujuan kita?" Tanza
tersenyum lembut, "Nanti akan gue ceritakan Verna, di sana... Dan setelah itu gue harap
lo mengerti." Mengerti apa" Dahi Verna berkerut, Tanza tampak begitu misterius siang
ini, dan tampak agak kelelahan seperti kurang tidur. Apakah ada yang mengganggu
perasaan Tanza" Tetapi Verna percaya pada Tanza, lelaki itu telah menjadi sahabat
yang luar biasa baik kepadanya, kalau sekarang, dengan mengikuti Tanza dia bisa
meringankan apapun itu yang menjadi beban Tanza, Verna rela. "Yuk, udah selesai
makannya kan," dengan lembut Tanza berdiri dan menghela Verna untuk ikut
bersamanya, Vernapun berdiri dan saat itu menyadari banyak pasang mata yang
menatap ke arah Tanza dengan kagum. Tanpa sadar Verna menatap Tanza dan
mengakui dalam hati bahwa lelaki itu memang benar-benar tampan, hingga membuat
para perempuan tak bisa mengalihkan pandangan matanya darinya. Mereka menyusuri
areal pemakaman itu, Tanza berhenti disebuah makam bermarmer putih, dan
meletakkan bunga yang dibawanya di atasnya. 68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Verna menatap batu nisan itu, Eliana Harlian Mahesa. Meninggal satu tahun yang
lalu. Siapakah dia" "Ini makam adikku" Tanza tersenyum, "Dia meninggal karena kanker
otak yang diidapnya." Verna menatap Tanza kaget, "Astaga Tanza, kau tidak pernah
cerita... aku ikut bersedih Tanza." Tanza tersenyum, "Tidak apa-apa Verna, saat ini aku
sudah berada di titik bisa mengenangnya sambil tersenyum." Verna menyentuh lengan
Tanza dengan lembut, "Lo pasti sayang banget sama dia." "Banget," Tanza
menganggukkan kepalanya untuk mempertegas maksudnya, "Dalam menghadapi
penyakitnya, dia sangat tegar dan kuat... Meskipun kadang-kadang gue ngedenger dia
nangis sendirian di kamarnya kalau pas dia ngira nggak akan ada orang yang denger,"
tatapan mata Tanza sedih, mengenang masa lalu, "Syukurlah waktu itu ada seorang
sahabatnya yang selalu mendampinginya dan menemaninya sampai saat-saat terakhir,
gue sangat berterimakasih padanya waktu itu," Suara Tanza tercekat, menahan diri.
Betapa inginnya dia menceritakan semua kepada Verna, betapa inginnya... "Nadia
pernah punya sahabat yang meninggal juga," Verna mengenang, tidak menyadari Tanza
yang tertegun kaget di sebelahnya. "Gue nggak tahu siapa dan meninggal kenapa dan
bagaimana karena memang gue beda kampus sama Nadia waktu itu, yang gue tau,
pada 69 | suatu malam, Nadia mengetuk pintu
kamar gue lalu nangis keraskeras... Saat itu gue sadar, kepedihan yang paling sakit
adalah ketika kita dipisahkan oleh kematian, dengan orang-orang yang kita sayangi"
Tanza menarik napas lega, sepertinya Verna tidak mungkin menghubungkan Nadia
dengan Eliana, dia tidak tahu keputusannya membawa Verna ke makam Eliana ini
benar atau tidak. Yang dia inginkan, ketika suatu saat nanti entah kapan Verna tahu
bahwa Tanza mendekatinya atas permintaan dari Nadia, Verna bisa mengerti
alasannya. "Yah" kita harus bersyukur, orang-orang yang kita cintai, meskipun tak
termiliki, mereka masih hidup di dunia ini," gumam Tanza sambil menatap batu nisan
Eliana. Verna menganggukkan kepalanya, "Perasaan syukur yang amat dalam selalu
gue munculin ketika hati gue menjerit karena nggak bisa memiliki Bayu, gue selalu
menghibur diri gue, bukankah gue harusnya berbahagia karena Bayu masih hidup"
Bersyukur karena dia masih menjejakkan kakinya di bumi yang sama dengan gue"
bersyukur karena dia masih menghirup udara yang sama dengan gue" gue pikir itu lebih
membahagiakan daripada kalo kami dipisahkan oleh kematian." Tanza mengangguk,
lalu merengkuh pundak Verna, mereka terdiam dan terpekur menatap batu nisan itu. Di
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
tengah areal pemakaman yang sunyi, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
?LoveReads 70 | Hujan lagi. Verna mendesah,
kenapa selalu hujan ketika dia sendirian" Biasanya ada Tanza di sisinya" Verna
mengembangkan payung kecilnya dan akhirnya memilih berjalan keluar dari areal toko
buku itu dan menembus hujan. Proyek kampusnya membuatnya harus menyeberangi
setengah kota, mencari buku-buku yang dipakai sebagai referensi laporannya. Dengan
tenang Verna hendak menyeberang jalan, mencari taxi ketika kemudian pandangannya
terpaku pada mobil yang terparkir di Caf? sebelah toko buku itu. Itu mobil Tanza. Verna
tersenyum, mungkin Tanza sedang makan di dekat-dekat sini, Verna melangkah hampir
memasuki areal Caf? itu ketika dia tertegun dan menghentikan langkahnya. Jantungnya
berdegup kencang tak terkendali, dan dia langsung membalikkan badan dan
bersembunyi. Di sana, di dalam caf? itu, terlihat jelas dari kaca bening di teras caf?,
Tanza dan Nadia sedang duduk bersama dan bercakap-cakap dengan akrabnya!
?LoveReads 71 | Verna dan Hujan Part 4
Verna tertegun, tapi ketika kesadarannya kembali, dia langsung menengok lagi ke arah
caf? itu. Itu benar-benar Tanza dan Nadia! Dengan gemetar, Verna berdiri di tengah
hujan yang begitu deras, tiupan angin menghantarkan seluruh percikan air ke tubuhnya,
payungnya tak bisa lagi menyembunyikannya. Tetapi Verna tak peduli. Perasaannya
campur aduk, antara terkejut dan" kecewa. Tanza mengenal Nadia" Dari
pemandangan yang dilihatnya tadi, Tanza tampak begitu akrab dengan Nadia, tatapan
di antara keduanya penuh senyum. Mereka tampak bagaikan sahabat lama yang dekat.
Kenapa Tanza tidak pernah menunjukkan kalau dia mengenal Nadia" Bahkan lelaki itu
bersikap seolah-olah dia benar-benar orang baru, di luar lingkup kisah Verna yang rumit.
Apakah Tanza berbohong kepadanya" Kalau iya, kenapa" Tiba-tiba Verna merasakan
ketakutan yang dalam, bahwa persahabatannya dengan Tanza selama ini hanyalah
berisi kebohongan semata. ?LoveReads ?"dan setelah urusan dengan sewa gedung
beres, gue ngajak Bayu pesan catering, tapi entah kenapa dia membatalkan janjinya
tiba-tiba pagi ini, katanya dia sedang tidak enak badan," Tatapan Nadia berubah sedih,
lalu mencoba tersenyum kepada Tanza, "Terimakasih 72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o
t . c o m Tanza lo udah mau nganterin gue pesen catering, ga tau gimana kalo ga ada
lo." Tanza mengangkat bahunya dan tersenyum, "Gue senang bisa membantu."
Meskipun tadi perasaan bersalah menggayutinya selama
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
proses pemilihan menu untuk catering pernikahan Nadia dan Bayu yang dilaksanakan
mendadak ini. Tanza teringat Verna, dan entah kenapa dia merasa mengkhianati Verna.
"Menunya tadi sungguh menarik," Mata Nadia kembali berbinar, "Lo emang pandai
memilih makanan, Tanza." Tanza terkekeh, "Serahkan sama gue kalau soal makanan,"
ditatapnya Nadia dengan serius, "Lo ngurus semuanya sendiri Nadia?" "Enggak juga
sih, cuma mama dan papa memang nyerahin masalahmasalah yang spesifik sama gue,
seperti menu catering, gaun pengantin, sewa gedung, karena mereka bener-bener
pingin semuanya sesuai selera gue. Harusnya gue urusin ini semua sama Bayu, tapi
Bayu sibuk banget akhir-akhir ini, jadi dia nyerahin semua ke gue." Mungkin karena
Bayu sendiri tidak kuat menghadapi pernikahan ini. Pikir Tanza dengan pahit. Tetapi
bagaimanapun juga, ini keputusan Bayu. Bayu sudah memilih bersama Nadia dan ini
adalah konsekuensi pilihannya. "Yah, kalo lo butuh bantuan gue lagi, tinggal call aja,"
Tanza melirik jam tangannya, "Gue harus pergi nih, ada acara di kampus gue." "Iya
makasih Tanza, gue di sini dulu deh sekalian nungguin sopir 73 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m Papa ngejemput, tadi gue udah telpon." "Oh, sampai jumpa lagi Nadia,"
Tanza menganggukkan kepalanya penuh senyum, lalu melangkah pergi dari caf? itu.
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
Hujan sangat deras di luar, beberapa orang masih berteduh di teras caf? itu. Tetapi
Tanza memutuskan untuk menembus hujan ke arah parkiran mobil, dia ingin bertemu
Verna. Entah kenapa. Mungkin untuk menebus rasa bersalah yang menggayutinya


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika dia melakukan pengkhianatan tadi, memilihkan catering untuk pernikahan Nadia
dan Bayu. Dengan rambut basah menembus hujan, Tanza mendekati mobilnya diparkir,
dan kemudian tertegun. Verna berdiri di sana, dengan payung kecil yang sama sekali
tidak melindungi tubuhnya dari hempasan angin dan hujan. Menatapnya dengan
pandangan terluka. "Verna?" Tanza melangkah mendekati Verna, yang memang
memutuskan mengambil resiko dengan menunggui Tanza di dekat mobilnya. Tadi dia
berpikir, kalau Tanza sendirian ke mobilnya, Verna akan menanyakan semua
pertanyaan langsung yang berkecamuk di hatinya kepada lelaki itu. Tetapi kalau
ternyata Tanza pulang bersama Nadia, Verna akan segera lari dan bersembunyi,
menunggu Tanza datang ke kost-nya untuk meminta penjelasan. "Ternyata lo kenal
sama Nadia?" Tanya Verna lirih, berusaha mengalahkan gempuran suara hujan yang
begitu deras. 74 | "Verna lo kehujanan, ayo
masuk ke mobil dulu." Verna menggelengkan kepalanya, "Gue pingin penjelasan Tanza,
kenapa lo bohong sama gue" Ketika gue cerita tentang masalah gue dulu, lo bertingkah
seolah-olah lo nggak kenal Nadia, ternyata lo kenal sama Nadia!" "Verna," Tanza
berusaha menenangkan Verna, "Kita masuk ke mobil dulu yuk, lo basah kuyup, gua
juga," bujuk Tanza tenang. Verna terdiam, baru menyadari bahwa tiupan angin
membuatnya basah kuyup dan tak terlindungi oleh payung, baru menyadari bahwa
Tanza berdiri di sana tanpa payung dan sudah hampir basah kuyup tertimpa hujan.
Akhirnya dia mengangguk. Tanza langsung membuka pintu mobilnya, dan membukakan
pintu penumpang buat Verna. Verna pun masuk, dan Tanza melajukan mobilnye
menembus hujan, "Mau ke rumah gue?" Verna mengernyit, Tanza tidak pernah
mengajak Verna sebelumnya, Verna hanya tahu rumah Tanza terletak di lokasi elit
paling sejuk di Bandung. "Boleh," Jawab Verna datar. "Akan gue jelasin semuanya di
sana." Janji Tanza. Dalam perjalanan mereka lalui dalam keheningan, tanpa
percakapan. Mobil Tanza melaju memasuki sebuah rumah yang mewah dengan
gerbang yang terbuka otomatis, Tanza memarkir mobilnya di depan rumah, dan
membukakan pintu untuk Verna. "Ayo masuk," dengan lembut Tanza menghela Verna
memasuki rumahnya yang besar. 75 | Di pintu,
seorang pelayan perempuan setengah menyambut mereka. "Bik, siapkan baju ganti
buat temanku ini yah, di lemari Eliana ada baju-baju baru yang belum sempat terpakai,
mungkin bisa dipinjamkan dari sana." "Baik Tuan," bibik itu melirik ingin tahu kepada
Verna. Setahunya tuan Tanza sangat protektif terhadap seluruh peninggalan mendiang
nona Eliana. Bahkan berdasarkan perintah tuan Tanza, kamar Eliana dan seluruh
barang-barangnya tetap dijaga dan dirawat sama persis seperti ketika mendiang nona
Eliana masih hidup. Kalau Tuan Tanza meng-izinkan barang nona Eliana dipinjamkan,
perempuan ini pasti sangat penting bagi Tuan Tanza. "Ikut bibik ini dulu ya Verna, dia
akan memberikan baju ganti buat lo lalu nganterin lo ke kamar mandi untuk ganti
pakaian, nanti gue akan nemuin lo di teras belakang." Tanza mengangguk pada bibik itu
kemudian melangkah menaiki tangga meninggalkan Verna. ?LoveReads Verna sudah
berganti pakaian, baunya seperti baju baru, tetapi ukurannya sangat pas ditubuhnya.
Pakaian Eliana, pikir Verna. Dan pakaian itu sangat feminim. Bibik itu mengantarkan
Verna ke teras belakang yang dimaksud Tanza, teras itu sangat bagus, terletak
menjorok di belakang rumah, dengan sofa-sofa empuk berwarna coklat hangat dan
berbatasan 76 | dengan kaca bening yang
memantulkan pemandangan taman belakang yang begitu hijau dan indah. Kaca bening
itu bagaikan tirai hujan yang sangat nikmat di pandang dari sini. Tanza duduk di sana,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
menunggu Verna, dia sudah berganti pakaian juga rupanya, di meja sudah terhidang
dua gelas cokelat panas dan kue bolu kismis yang tampaknya masih hangat. "Duduklah
Verna, minum cokelat dulu, Lo pasti kedinginan," Tanza mengangguk kepada bibik yang
mengantarkan Verna dan bibik itu kemudian melangkah pergi, meninggalkan Verna
bersama Tanza sendirian. Verna meneguk cokelat hangat yang nikmat itu, kemudian
menggenggam cangkirnya di kedua tangannya, mencoba menyerap kehangatan dari
minuman itu. Matanya menatap Tanza, tajam, penuh pertanyaan. "Gue tau lo pasti
kaget dengan pemandangan yang nggak sengaja tadi," Tanza menatap Verna dengan
pandangan menyesal, "Tapi gue bisa ngejelasin, dan gue harap setelah lo ngedenger
penjelasan gue lo mau mengerti." Verna terdiam, menanti jawaban Tanza. "Gue".
Nadia itu sahabat gue, jauh sebelum gue kenal sama lo." Wajah Verna memucat
mendengar pengakuan Tanza itu, sebuah jawaban yang sama sekali tidak diduganya,
dan Tanza menatap Verna dengan sedih. "Nadia adalah sahabat Eliana, lo inget waktu
lo gue ajak ke makam Eliana dan gue bilang gue punya hutang budi yang sangat besar
sama teman Eliana yang selalu setia ngedampingin Eliana sampai ajal menjemputnya"
Orang itu adalah Nadia." 77 | Verna masih
terdiam, berusaha mencerna semua informasi yang dilemparkan Tanza dengan
mendadak ke mukanya. "Dan lo cerita
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kalo Nadia pernah nangis malam-malam di kamar lo karena sahabatnya meninggal,
yang meninggal waktu itu Eliana..." sambung Tanza pelan. "Kenapa lo nggak cerita
sama gue Tanza" Ada apa dengan semua ini?" Akhirnya Verna berani bersuara,
meskipun serak penuh emosi. "Gue". Waktu gue ngajak lo ke makam itu gue
sebenernya pingin buat pengakuan ke lo" tapi gue.. takut, gue takut akan berakhir
seperti ini, lo akan ngebenci gue." "Pengakuan apa?" Verna mengernyitkan matanya.
"Gue mohon setelah lo denger pengakuan gue, lo bisa lihat semua dari sisi gue dan
memahami gue yang dulu..." Tanza menghela napas dan menatap Verna hati-hati,
"Gue". Gue ngedeketin lo karena disuruh Nadia." Seperti tayangan cerita yang
dramatis, pengakuan Tanza itu diakhiri dengan gelegar petir di luar sana, dan hati
Verna-pun bagaikan disambar petir mendengarnya. "Lo.. lo disuruh Nadia?" Suara
Verna mulai gemetaran. "Verna," Tanza menatap Verna memohon, "Gue mohon lo
jangan marah dan benci dulu ama gue, gue akan jelasin semua... Pada suatu malam,
gue nengokin Nadia yang lagi kecelakaan..." Tanza menatap Verna dan mengangguk,
"Ya, kecelakaan yang sama ketika Nadia 78 |
memergoki kalian. Nadia waktu itu sendirian, ga ada Bayu, ga ada Lo, dan ga ada
orang tuanya, dan dalam tangis serta penderitaannya, Nadia cerita ke gue semuanya,
gimana kekasihnya yang sangat dia cintai berselingkuh dengan saudara kembarnya
sendiri.," Tanza melihat penderitaan di mata Verna, "Gue" gue waktu itu ikut marah
ama lo, gue gak habis pikir gimana mungkin seorang saudara kembar yang begitu
dekat, tega berkhianat di belakangnya." Verna ikut meringis. Semua orang berhak
membencinya. Dia emang bersalah, sungguh-sungguh bersalah. Mungkin seharusnya
dia nggak ada di dunia ini karena ternyata cinta yang dia miliki telah menghancurkan
hati Nadia sampai sebegitu dalamnya. "Lalu Nadia minta tolong sama gue" Tanza
menyambung, "Dia minta tolong gue ngedeketin lo, dan membuat lo berpindah hati dari
Bayu" dia" dia ketakutan, dia bilang dia udah nggak ngelihat cinta di mata Bayu lagi
sejak lama untuknya" dia takut Bayu akan ngejar lo, dia memang udah nyuruh lo pergi,
tapi dia nggak yakin, sampai lo bisa jatuh cinta pada lelaki lain." Tanza menyimpan
informasi bahwa Nadia juga, dengan penuh dendam meminta Tanza merusak Verna,
dan menghancurkan kehormatan Verna, Verna tidak perlu tahu hal itu, lalu hancur
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
hatinya ketika menyadari bahwa Nadia begitu membenci Verna. "Jadi selama ini lo jadi
sahabat gue, selalu nolongin gue, itu semua hanya karena permintaan Nadia agar bisa
bikin gue jatuh cinta ama lo?" 79 | "Mulanya
begitu," Tanza mendesah, "Dan ya ampun, gue pikir ini tugas yang mudah, gue terkenal
sebagai penakluk cewek, gue pikir lo akan semudah itu gue bikin jatuh hati sama gue,
dan tugas gue selesai, ternyata nggak semudah itu Verna, gue.. gue denger semua
cerita dari sudut pandang lo, gue lihat sendiri lo yang hidup dalam penyesalan, gue lihat
sendiri betapa sakitnya lo ketika berusaha memadamkan perasaan lo sama Bayu, yang
gue yakin begitu dalam" pada akhirnya gue yang jatuh hati sama lo." Verna menatap
Tanza dingin, "Dan lo pikir setelah semua informasi yang gue dapat ini gue akan
percaya ama pengakuan perasaan lo ini?" "Lo boleh nggak percaya, tapi gue" gue
serius ama perasaan gue, gue bilang ini semua bukan karena ingin lo jatuh cinta ama
gue seperti rencana Nadia, gue serius, gue cinta ama lo Verna, dan gue ingin jaga lo.
Perasaan gue ini tulus, dan ga ada siapapun yang mempengaruhi gue, lo nggak perlu
balas perasaan gue ini Verna kalo lo memang ga mau." Verna menatap mata Tanza,
dan mau tak mau menemukan keseriusan di dalam mata itu. Tetapi perasaannya masih
tidak yakin, dan curiga. Jangan-jangan Tanza melakukan ini semua supaya bisa tetap
menjalankan rencananya dengan Nadia ketika mereka berdua sudah terpergok oleh
Verna" "Gue nggak tahu Tanza, semua ini terlalu memusingkan?" "Gue nggak akan
paksa lo buat jatuh cinta sama gue Verna" yang penting, jangan benci gue, gue
mohon, gue sama sekali nggak ada niat 80 |
jahat sama lo, izinkan gue tetap jadi sahabat lo." Verna tertegun, "Apakah gue bisa
percaya lagi sama lo Tanza?" "Gue akan bikin lo percaya, gue janji Verna." Verna
menghela nafas panjang. Tanza tidak bisa dikatakan bersalah. Dia berhutang budi pada
Nadia. Nadia adalah sahabat Eliana, adik yang sangat disayanginya. Dan dari sudut
pandang manapun, semua orang yang mendengar kisah cinta segitiga ini pasti pertama
kali akan menyalahkan Verna, begitupun Tanza. Mungkin, Verna memang harus
memberi Tanza kesempatan. ?LoveReads Waktu berjalan dengan cepat setelahnya,
dan bulanpun berganti. Verna mengizinkan Tanza tetap menjadi sahabatnya dan
mencoba mempercayai Tanza kembali. Tanza tidak berubah, selalu menyayangi dan
mendorong Verna untuk meraih kembali semangatnya. Meskipun sekarang waktunya
sudah dekat, Verna mengernnyit dan mau tak mau melirik kalender di dinding, kurang
dari dua minggu lagi, Nadia dan Bayu akan melangsungkan pernikahan" "Jangan
melamun," Tanza tiba-tiba muncul dan duduk di sebelah Verna, di kantin kampus itu,
"Kenapa?" kening Tanza berkerut ketika melihat wajah mendung Verna. "Nggak," Verna
menggeleng, mencoba tersenyum. 81 | Tapi
Tanza tahu apa yang berkecamuk di pikiran Verna, "Lo mikirin hari itu ya?" Verna diam
dan tak bisa berkata-kata. "Lo mau datang?" tanya Tanza hati-hati, "Itu sebenarnya yang
dimaui Nadia, dia ingin lo datang sama gue biar bisa dilihat Bayu kalo lo udah nemu
pasangan baru... Gue, gue nggak pernah cerita sama Nadia kalo lo udah tahu semua
rencananya, jadi Nadia masih berfikir gue ngedeketin lo karena permintaannya." Verna
tersenyum berterimakasih pada Tanza, "Terimakasih Tanza, jangan cerita ke Nadia ya
kalau gue udah tau semuanya, gue pingin dengan lo ada di dekat gue dan gue bisa
nerima lo, Nadia bisa tenang di hari-harinya." Betapa baiknya lo Verna, seandainya saja
Nadia tahu kebaikan hati Verna ini, mungkinkah dia akan luluh" Tanza berpikir sendu.
Mungkin tidak, karena Nadia terlalu dipenuhi kebencian dan dendam kepada Verna.
Tanza teringat betapa Nadia harus kerepotan kesana kemari sendirian mengurus
rencana pernikahannya, sedangkan Bayu selalu punya segudang alasan untuk
menghindar. Harusnya Nadia bisa sadar bahwa dia memaksakan pernikahan ini.
Memaksakan tubuh untuk termiliki sedang hatinya sudah hinggap pada perempuan lain,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
adalah sebuah dasar pernikahan yang sangat rapuh, dan Tanza berharap bahwa Nadia
sadar sebelum dia menjebak Bayu dan dirinya sendiri ke dalam ikatan pernikahan tanpa
cinta. "Bayu selalu menghindari Nadia, kemarin Nadia minta lagi di antar mengurus
fotografer untuk pre wedding?" Tanza bergumam, sejak 82 | R a t u - b u k u . b l o g s p
ot.com Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pengakuannya itu, Tanza selalu menceritakan apapun kepada Verna, tidak ada yang
dirahasiakannya kepada perempuan itu. Verna mendesah. Bayu" teringat olehnya
wajah Bayu yang penuh kesedihan kala itu, ketika memohon kepada Verna, agar Verna
mau mengungkapkan semuanya kepada keluarganya dan memperjuangkan cinta
mereka. Semoga Bayu sadar bahwa itu tidak mungkin, semoga Bayu bisa mengerti
bahwa sudah cukup Verna bertindak egois di masa lalu, dan sekarang waktunya bagi
Verna untuk menebus dosanya kepada Nadia. Verna ingin Nadia berbahagia. Dan
semoga saja Bayu bisa menerima kenyataan dan mau membahagiakan Nadia. "Lo
masih cinta sama Bayu?" Tanza bertanya hati-hati, memecah keheningan. Verna
menoleh dan tersenyum lembut pada Tanza, "Lo tau gue udah nggak bisa
menumbuhkan perasaan itu, gue.. gue sedang berusaha menghilangkannya." "Dan itu
berarti lo belum bisa nerima gue dalam hati lo," sambung Tanza pahit. "Tanza." Verna
mendesah sedih, "Kasih gue waktu ya... sekarang gue lagi belajar menata perasaan
gue, gue.. juga lagi belajar buat percaya sama lo lagi." Tanza menatap Verna
dalam-dalam, lalu tersenyum lembut, "Iya, gue ngerti, dan makasih banget, lo mau coba
percaya ama gue lagi." ?LoveReads 83 | Sore
itu, sepulang dari kampus, Tanza mengajak Verna ke pameran buku di pusat kota
Bandung, mereka asyik memilah-milah buku dan Verna menemukan beberapa buku
kesukaannya. Kegiatan ini sangat menyenangkan bagi Verna, sebagai pengalihan
pikirannya dari hitungan mundur saat pernikahan Nadia dan Bayu yang semakin dekat,
dan Verna sangat berterimakasih pada Tanza karenanya. Lelaki itu selalu berusaha
sedapat mungkin membuat Verna bahagia dan melupakan kesedihannya, di suatu
malam dia mengajak Verna menonton konser musik, di malam yang lain dia membawa
Verna menjelajah seluruh kota Bandung dan berwisata kuliner. Tanza selalu berusaha
agar Verna tidak terpuruk dalam kesedihan, dan Tanza berhasil, sedikit banyak, Verna
sudah berhasil tertawa dan bisa meletakkan semua beban di hatinya. "Habis ini kita
mampir ke rumah makan seafood paling enak di dekat sini ya, Jimbaran Resto... lo pasti
suka Verna, ikan bumbu jimbarannya bener-bener enak dengan empat macam sambal
spesial," Tanza bergumam ketika mereka antri membayar setumpuk buku hasil
perburuan mereka di kasir. "Ga ada dana." Jawab Verna sambil bercanda, "Uang gue
udah habis buat beli buku." Tanza tergelak mendengarnya, "Gue kayaknya harus nraktir
lagi neh" lelaki itu menyipitkan matanya dengan pandangan dibuat-buat, "Jangan-jangan
lo modus ya sobatan ama gue, ngincer traktiran rupanya." 84 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Kali ini Verna yang tergelak mendengar perkataan Tanza, kemudian dia
menatap Tanza dengan lembut, "Makasih Tanza." Tanza sudah membayar dan
menerima plastik berisi buku-buku itu, dia lalu menghela Verna ke parkiran dan
menjauhi antrian, "Makasih kenapa?" "Karena gue sadar, betapa lo berusaha keras
supaya gue nggak memikirkan tanggal pernikahan mereka," Verna merenung, "Gue
pikir, demi kebaikan Nadia dan Bayu, gue akan datang ama lo ke acara itu dengan
begitu Nadia bisa tenang, dan Bayu juga bisa ngeliat, lalu berpikir kalo gue udah
melupakan dia." Tanza menghentikan langkahnya dan menatap Verna yakin, "Lo yakin
lo kuat menghadiri pernikahan itu" Gue sendiri, ga perlu lo minta, gue akan dampingi lo
buat datang, gue akan jaga lo." Melihat Bayu bersanding dengan perempuan lain"
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
Melihat Bayu mengikat janji untuk menikahi Nadia" Tidak... Jauh di dalam hatinya,
Verna tidak akan kuat, tetapi hatinya sudah hancur dan berdarahdarah selama ini dan
satu goresan luka lagi mungkin masih pantas Verna terima. "Gue akan menyiapkan
hati." Seminggu lagi. Verna akan menghadapinya. Lalu semuanya selesai. Mungkin itu
akan menjadi titik paling kuat yang bisa mendorong Verna untuk melupakan Bayu,
melupakan semua tentang mereka, tentang perasaannya. ?LoveReads 85 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m "Baju itu bagus," Tanza menatap kagum ketika Verna
mencoba gaun yang akan dipakainya ke pernikahan Nadia dan Bayu nanti. Gaun itu
salah satu gaun Verna yang lama tak pernah dipakainya, warnanya cokelat madu
dengan bunga-bunga kecil berwarna putih di kerah dan lengannya, "Gue akan pake jas
cokelat biar kita serasi." Pipi Verna memerah ketika Tanza menatapnya dengan begitu
intens, "Kenapa lo menatap gue kayak begitu?" "Karena lo cantik," Tanza membalas
tatapan Verna dengan sayang, "Dan gue kaget ternyata Verna yang gue kenal sebagai
perempuan tomboy bisa juga pakai rok." Dengan cemberut, Verna melempar bantal sofa
ke arah Tanza, membuat Tanza menangkisnya sambil tergelak. Lalu Tanza berdiri, dan
meraih pundak Verna supaya berhadap-hadapan dengannya. "Verna, gue sayang sama
lo," dengan lembut Tanza menundukkan kepalanya, hendak mengecup Verna sampai di
detik terakhir, sebuah pikiran berkelebat di benaknya. Rasanya tidak pas, mengecup
Verna seperti ini, Tanza lalu mengalihkan bibirnya, dan mengecup dahi Verna lembut,
"Gue harap gue bisa bantu lo biar semakin kuat." Bisiknya parau. Verna membalas
tatapan Tanza dengan senyum lembutnya, "Terimakasih Tanza." hatinya terasa hangat
dengan kelembutan dan ketulusan Tanza. Dan kalau ada Tanza mendampinginya,
Verna yakin dirinya pasti akan kuat. 86 | Ponsel
Verna tiba-tiba berbunyi. Terus-menerus dan tak mau berhenti seperti meminta
perhatian penuh, Verna mengeluarkan ponsel itu dari tas kecilnya yang tergeletak di
sofa dan ketika melihat layarnya. Dia tertegun. Nadia Calling. Dengan gugup, setengah
takut, Verna menerima telepon itu. "Halo".?" Suara Nadia di seberang sana dipenuhi
teror dan ketakutan. "Verna! Gue mohon! datang ke rumah sakit! Gue mohon, tolong
gue! Bayu kecelakaan! Dia kritis!" ?LoveReads 87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Verna dan Hujan Part 5 Ponsel itu jatuh dari tangan Verna, meluncur ke lantai.
Tanza langsung berdiri dengan cemas, membungkuk dan meletakkan ponsel itu ke
genggaman tangan Verna yang terpaku. "Kenapa Ver?" Dengan susah payah Verna
menelan ludah, lalu berusaha bersuara, "Nadia...." "Nadia" Tadi Nadia yang
menelepon" Ada apa?"
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Bayu..." "Kenapa Nadia dan Bayu?" Nada suara Tanza tampak frustrasi karena
jawaban Verna yang terpatah-patah. Air mata mengalir di pipi Verna tanpa dapat
ditahan, tiba-tiba ketakutan melandanya. Bayu kritis, oh Tuhan, bagaimana mungkin dia
hidup tanpa kesadaran bahwa Bayu juga hidup" Sadar dan bahagia bahwa mereka
masih menghirup udara yang sama, menginjak bumi yang sama.... meskipun tidak bisa
saling memiliki.... "Verna?" suara Tanza makin meninggi, meminta perhatian sekaligus
cemas melihat air mata yang mengalir deras di pipi Verna. "Nadia... Nadia menelepon,
katanya... Bayu... Bayu kecelakaan, Tanza. Kondisinya kritis..." ?LoveReads 88 | R a t u
- b u k u . b l o g s p o t . c o m Rumah sakit itu lengang, dan Verna berjalan dengan
gemetar ke lantai dua. Bayu telah dipindahkan dari UGD ke ruang operasi, dan Verna
begitu ketakutan sampai tidak bisa berjalan. Beruntung ada Tanza menopang
lengannya. Di sana, di lorong itu, tampak mama dan papa Verna, kedua orangtua Bayu,
dan.... Nadia. Nadia menoleh begitu melihat Verna, wajahnya pucat pasi dan matanya


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sembab memerah, seperti sudah menangis begitu lama. Verna hanya terpaku di sana,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
tidak berani mendekat, dengan Tanza di sebelahnya. Nadia-lah yang pertama kali
berdiri dan mendekat. Mereka berdiri berhadap-hadapan. "Bayu... kondisinya masih
kritis, limpanya pecah karena benturan... dan dokter masih berusaha menyelamatkan
tangan kanannya, tangan kanannya luka parah... kalau... kalu tidak bisa diselamatkan,
kemungkinan... akan diamputasi..." Tangis Nadia pecah berhamburan. Secara spontan,
Verna memeluk saudara kembarnya, menyiapkan diri untuk didorong ataupun ditolak
mentah-mentah oleh Nadia. Tetapi itu tidak terjadi, Nadia sepenuhnya luluh dalam
pelukannya, sama seperti masa-masa dulu, ketika Nadia menjadikan Verna tempatnya
bersandar. Nadia menangis, keras-keras dalam pelukan Verna, dan Verna memeluknya
erat-erat turut menangis bersamanya. Mereka berpelukan, sama-sama menangisi Bayu.
Lelaki yang sama-sama mereka cintai dengan sepenuh hati. Saat ini semua
permusuhan terasa tidak penting lagi. Tidak penting lagi, karena lelaki yang sama-sama
89 | mereka cintai itu sekarang sedang
memperjuangkan hidupnya di meja operasi. Orang tua mereka dan orang tua Bayu
memilih terdiam dan memberi ruang kepada dua saudara kembar yang saling
menumpahkan kepedihan itu, Tanza juga berdiri sedikit menjauh. Lama kemudian Nadia
mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya, lalu menatap Verna lemah, "Maafin
gue." Permintaan maaf itu sudah mewakili segalanya. Hanya sebuah kata yang singkat
tetapi Verna sudah mengerti arti terdalam dari ucapan Nadia. Dia sungguh mengerti.
Dengan lembut Verna mengangguk. Tak perlu ada kata-kata. Nadia sudah mengerti
bahwa mereka sudah saling memaafkan. Mereka berdua lalu menghampiri mama dan
papa mereka, yang langsung memeluk kedua puteri kembarnya dengan penuh rasa
sayang. Verna juga menyalami kedua orang tua Bayu, mama Bayu langsung
memeluknya dengan penuh air mata. Tentu saja, mereka sama-sama cemas, menanti
kepastian kondisi Bayu di dalam sana. Setelah itu mereka duduk di sofa paling ujung, di
ruang tunggu operasi. Sementara itu Tanza memilih duduk di paling ujung, menjauh.
Tetapi Verna melihat, Nadia bahkan tidak melirik Tanza, perhatiannya terlalu terpusat
pada pintu kamar operasi itu. Dengan senyuman pedih Nadia bergumam, cukup pelan
hingga hanya bisa di dengar mereka berdua. 90 |
"Gue... gue tiba pertama kali di sini.... Bayu tadinya masih sadar.... dia penuh darah,
kata polisi, saksi mata bilang Bayu menyetir lurus seperti kosong pikirannya, dia nembus
lampu merah begitu saja dan ditabrak mobil dari arah samping..." Nadia meringis sedih,
"Gue pikir kalau sampai Bayu mencoba bunuh diri, itu pasti gara-gara gue yang terlalu
memaksa dia." "Nadia, Bayu nggak mungkin bunuh diri. Dia nggak mungkin melakukan
itu." "Verna," suara Nadia dipenuhi kesakitan, "Gue mendesaknya akhirakhir ini. Gue
jengkel dia selalu menghindar kalau gue minta bantuannya ngurus masalah pernikahan.
Gue paksa dia dengan ancaman, dengan semua cara. Padahal jauh di lubuk hati gue,
gue tahu Bayu setengah hati ngejalanin ini semua.... dia mikirin lo.." "Nadia...." "Lo ga
usah jaga perasaan gue Ver, sebenarnya kebenaran itu udah gue ketahui sejak dulu.
Cinta Bayu cuma di lo... gue aja yang terus memaksa dan memaksakan semuanya,
karena gue egois, karena gue mau dapat yang gue mau, dan akhirnya Bayu yang jadi
korban, lo yang jadi korban...." "Gue yang salah Nadia, gue... gue gak bisa nahan diri
gue, perasaan gue...." "Mungkin dari sejak awal perasaan Bayu ke gue bukan cinta."
Nadia tersenyum lembut, dan menggenggam tangan Verna, "Mungkin dia 91 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m ngerasain cinta yang sebenar-benarnya sama lo.... gue
sadar itu Ver, cuma gue mengusir kesadaran itu jauh dari pikiran gue. Gue malahan jadi
ketakutan sendiri, bertingkah posesif sama Bayu, mengawasinya, memata-matainya....
sampe jadi paranoid karena takut kalo Bayu nemuin lo.... hidup gue sendiri jadi nggak
tenang, penuh ketakutan...." "Lo nggak salah Nadia, Bayu... Bayu pacar lo, dan cinta
nggak pernah salah...' "Cinta memang nggak pernah salah.," Nadia menghela napas,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
"Tetapi akan jadi salah kalau seseorang memaksakan cintanya. Cinta lo sama Bayu
juga nggak pernah salah.. gue percaya lo nggak bermaksud Ver. Gue percaya. Selama
ini gue diliputi kecemburuan dan perasaan dikhianati.... yang gue pikirkan cuma gimana
nyakitin lo, gimana gue bisa bikin lo ngerasain kesakitan yang sama kayak gue... tetapi
makin gue nyakitin lo, bukan kepuasan yang gue dapat... perasaan ini hampa...
puncaknya ketika tadi gue menggenggam tangan Bayu yang masih kritis bersimbah
darah di UGD." Air mata Nadia mengalir lagi, deras dan diliputi kesakitan yang dalam.
"Bayu menatap mata gue, matanya berkabut, gue genggam tangan dia, nyoba ngasih
semangat ke dia, bilang dengan sungguh-sungguh kalau gue ada di sampingnya buat
ngasih dia kekuatan, teriakin ke dia supaya dia berjuang, tapi hanya satu kata yang
diucapkannya sebelum tak sadar..." Nadia mengusap air matanya, "Dia manggil nama lo
Ver, dia bilang dengan jelas, Verna.... dan gue bagaikan di sambar petir dengernya..."
92 | Verna memeluk Nadia lagi di sofa itu, dan
Nadia balas memeluk Verna, kemudian setelah isakannya mereda, Nadia mengangkat
kepalanya dan menatap Verna. "Hanya lo yang diingatnya di saat-saat kritisnya. Detik
itu juga gue sadar, betapa cintanya Bayu ama lo, betapa kejamnya gue yang telah
misahin dua orang yang saling mencintai, apalagi memaksakan sebuah pernikahan
yang pada akhirnya akan menyakiti diri gue sendiri..." Nadia menggenggam tangan
Verna, "Kalau setelah ini, Bayu selamat, gue janji, gue nggak akan menghalangi cinta
kalian." Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Wajah Verna memucat, "Nadia... lo nggak bisa begitu saja..." "Gue bisa," suara Nadia
mantap."Gue memang cinta sama Bayu, seperti halnya lo, kita berdua pasti bisa nerima
Bayu apa adanya, bagaimanapun kondisi Bayu setelah ini..." Napas Nadia terdengar
sesak, "Tetapi yang dipilih Bayu adalah lo, dan gue... saat ini gue pikir lebih baik gue
biarkan orang yang gue cintai bahagia, daripada gue memaksakan dia cinta sama gue,
yang sulit terjadi..." senyum Nadia tampak tulus. "Kalau nanti Bayu selamat, tolong jaga
dia baikbaik buat gue." Verna terpaku tak bisa berkata-kata, matanya berkaca-kaca
demi kemudian sebutir air mata meluncur turun dari matanya, deras dan kemudian susul
menyusul butir demi butir menjatuhi pipinya. "Gue gak bisa bahagia di atas penderitaan
lo." 93 | "Gue memang sakit, tapi gue akan
sembuh. Mungkin akan lebih sakit kalo gue memaksakan pernikahan dengan Bayu, lalu
hidup dengan kesadaran bahwa Bayu nggak cinta sama gue, belum lagi detik demi detik
dipenuhi ketakutan dan kecemburuan nggak penting karena gue cemas Bayu akan
mencari lo lagi." Nadia berusaha meyakinkan Verna. "Percayalah Verna, gue lebih lega
dalam kondisi begini." Verna mengusap air mata di pipinya, kemudian menatap pintu
kamar operasi yang masih tertutup rapat, "Gue nggak tahu harus bilang apa Nadia..."
"Gue mau minta maaf untuk satu hal lagi." Verna menoleh menatap Nadia, "Untuk apa?"
"Untuk Tanza." dengan pelan Nadia mengedikkan bahunya ke arah Tanza yang duduk
di bangku paling ujung dan merenung, "Lo pasti kaget, kalo gue bilang gue udah kenal
Tanza sejak lama." Verna sama sekali nggak kaget, tetapi dia terdiam dan memutuskan
akan lebih baik kalau Nadia berpikir Verna tidak tahu apa-apa sama sekali. Kalau Nadia
sampai tahu bahwa Tanza sudah menceritakan semua sama dia, Nadia mungkin akan
merasa malu sekali. Saat ini saja, permintaan maaf Nadia akan Tanza pasti
membutuhkan perjuangan berat untuk mengakui kesalahannya. "Gue... gue yang
nyuruh Tanza ngedeketin lo. Biar... biar lo nggak cinta lagi sama Bayu." Verna hanya
melirik Tanza sebentar, lalu mengangguk. 94 |
"Lo nggak marah sama gue?" Verna tersenyum dan meremas tangan Nadia, "Gue
nggak akan marah Nadia, lo berhak melakukan itu." "Gue kekanak-kanakan...." Nadia
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
menghela napas lagi, "Tapi... tapi Tanza cowok yang baik, dia mungkin bersahabat
denganmu dengan sungguh-sungguh, bukan palsu." Sekali lagi Verna mengangguk dan
tersenyum lembut, "Iya Nadia, gue ngerti kok. Gue nggak nyalahin lo, gue nggak
nyalahin Tanza. Gue bener-bener maklum kenapa lo ngelakuin ini semua..." Hening.
Dua saudara kembar itu terdiam setelah mencurahkan perasaannya. Kini hanya doa
yang tercurah dari hati mereka. Doa untuk Bayu. Kekasih yang sama-sama mereka
cintai. Dokter itu keluar dari kamar operasi lima jam kemudian. Nadia dan Verna yang
lebih dulu menyerbu dokter itu, disusul oleh seluruh keluarga mereka dan Tanza.
"Operasi limpanya berhasil, pasien akan baik-baik saja setelah melalui proses
penyembuhan intensif.... tetapi.." dokter itu menelan ludah sejenak sambil menatap
mata-mata cemas di hadapannya, "Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan lengan
sebelah kanannya, pasien harus diamputasi." ?LoveReads 95 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m Kesakitan itu membungkusnya. Dia seakan disekap dalam selubung
nyeri yang begitu kuat, sampai tak tertahankan lagi. Dengan seluruh kekuatannya dia
berusaha menembus selubung itu, berusaha merobeknya. Tetapi dia lemah, dan
kemudian menyerah. Berlutut dan kalah membiarkan selubung itu makin menekannya,
berusaha melenyapkannya. Tetapi kemudian suara itu terdengar, suara yang sangat
dirindukannya. memanggil namanya. Verna..." Dia kembali berdiri, lalu berusaha
merobek selubung tebal itu, tidak mampu pertamanya, tetapi dia berjuang keras, ingin
mendengar suara Verna yang memanggilnya samar-samar di kejauhan itu. Butuh
mendengar suara Verna, Vernanya... Dan selubung itu kemudian tersobek,
memancarkan cahaya putih menyilaukan menembus lubang-lubang sobekannya, dia
memejamkan mata dan merasakan tubuhnya tersedot keluar ke arah cahaya itu.
Matanya terbuka dan mengernyit ketika menyadari dirinya berada di dalam ruangan
bercat putih keseluruhannya. Lidahnya terasa pahit dan kering. Dan keadarannya terasa
sangat berat untuk dikembalikan. Sesaat Bayu kebingungan, dia ada dimana" kenapa"
apa yang terjadi" Lalu tanpa sadar Bayu menggerakkan lengannya yang terasa berat
karena infus, menyentuh perutnya, dan rasa sakit tiba-tiba menusuknya. Perutnya
terasa nyeri! Kenapa" Lalu ingatan itu berhamburan memasuki kesadarannya. 96 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Bayu ingat dia sedang mengemudiakan mobil siang
itu, menembus jalan yang lengang, pikirannya melayang ke tanggal pernikahannya yang
semakin dekat. Ke perasaan tersiksanya karena merasa sama seperti sapi yang akan di
bawa ke ladang pembantaian, tidak bisa menolak untuk terus berjalan ke sana, meski
tahu akan mati kemudian. Dan setelah itu Bayu tidak ingat apa-apa lagi, hanya suara
hantaman yang keras yang kemudian mengantarnya dalam kegelapan, nyeri itu masih
terasa, pun kemudian ketika kesadarannya kembali akibat rasa sakit yang amat sangat.
Bayu ingat dia melihat wajah Verna kala itu, sedang cemas menatapnya dengan air
mata. Verna... atau Nadia" tiba-tiba kepala Bayu terasa sakit, dia mencoba
menggerakkan lengannya, untuk memijit kepalanya. Lalu tertegun. Dia tidak bisa
merasakan lengan kanannya.... Dengan gugup Bayu berusaha mengangkat kepalanya,
menengok ke arah lengan kanannya. Dan melihat, bahwa tangan kanannya sudah tidak
ada, hanya berupa gumpalan perban pendek yang membalut begitu tebal di sikunya...
lengan sampai jemarinya sudah tidak ada. Jeritan Bayu yang terdengar sampai keluar
ruangan kemudian membuat seluruh perawat berhamburan. ?LoveReads 97 | R a t u b u k u . b l o g s p o t . c o m "Hai, apa kabar?" Verna duduk di sebelah ranjang Bayu
dan tersenyum, menatap lelaki itu yang begitu muram dan pucat. Bayu begitu histeris
dan shock mengetahui lengannya diamputasi hingga meronta-ronta dan berteriak-teriak
di ranjang rumah sakit, membuat dokter harus menyuntiknya dengan obat penenang.
Sekarang lima jam kemudian, Verna diizinkan untuk masuk dan menengok Bayu. "Gue
seneng Lo selamat.," gumam Verna kemudian, karena Bayu sama sekali tidak
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
berkata-kata. Lelaki itu berbaring muram dan memalingkan kepala, tak mau menatap
wajah Verna. Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Hening. Hening yang lama dan menyiksa. "Bayu?" akhirnya Verna bertanya lagi cemas
dengan kediaman Bayu. "Kenapa lo kesini?" suara Bayu tampak tersiksa, penuh
kesakitan, "Lo nggak perlu kesini." "Gue, gue denger dari Nadia kalo lo kecelakaan,
Nadia minta gue kesini." Kali ini kata-kata Verna menarik perhatian Bayu, karena
sepengetahuan Bayu, hal terakhir yang akan dilakukan Nadia adalah menghubungi
Verna. 98 | "Iya Bayu, Nadia yang minta gue
datang ke sini... Nadia sudah berubah Bayu, dia... dia nggak akan memaksakan
pernikahan itu lagi, dia nyuruh gue jagain lo." "Gue ga butuh rasa kasihan lo." gumam
Bayu pahit "Apa?" "Lo nggak ngeliat kondisi gue sekarang?" Bayu menatap Verna
marah, "Gue.. gue nggak punya tangan, gue sudah bukan laki-laki sempurna lagi, gue
cuma orang cacat!" "Bayu!" suara Verna meninggi, "Gue nggak nyangka lo tega
mandang diri lo selemah itu, itu bukan Bayu yang gue kenal!" "Bayu yang lo kenal
mungkin udah nggak ada lagi..." "Nggak! gue yakin lo masih Bayu yang gue kenal, Bayu
yang gue cintai sepenuh hati." Ekspresi Bayu berubah mendengar kata-kata Verna,
pernyataan cinta Verna mau nggak mau membuat hatinya hangat, tapi apa gunanya"
Bayu sekarang udah nggak pantas buat Verna. "Bayu, denger gue..." Verna berseru
lembut, mencoba menarik perhatian Bayu, "Gue cinta lo karena diri lo, karena pribadi lo,
karena dulu ketika gue habisin waktu gue sama lo, gue ngerasa hangat, nyaman dan
bahagia. Gue nggak peduli lo kehilangan satu lengan, toh lo masih beruntung, operasi
limpa lo berhasil, lo masih punya satu lengan lagi, dan bagi gue lo masih Bayu gue." 99 |
"Gue nggak pantes buat lo lagi Ver..." "Jangan
ngomong gitu Bayu, itu sama aja lo ngerendahin cinta gue ke lo." air mata frustrasi mulai
menetes di mata Verna, "Gue harus bagaimana biar lo yakin ama cinta gue?" Bayu
menatap Verna dalam-dalam dan matanya ikut berkaca-kaca. Ah, ini memang Verna
yang sama, belahan jiwanya, cinta sejatinya. "Gue takut kondisi gue ini ngeberatin lo
nantinya..." "Bayu, gue akan dampingi lo sampai lo terbiasa dengan kondisi baru lo,
rumah sakit juga akan ngebantu lo, lo bisa pake tangan palsu, dan gue akan bantu lo,
gue akan bantu lo Bayu." Verna mengulang-ulang kata-katanya dengan penuh
semangat, hingga Bayu tersenyum. "Gue mungkin akan bikin lo kesulitan di saat-saat
awal." "Gue siap Bayu, Lo harus tahu, ketika lo selamat dari operasi gue sangat
bersyukur, gue nggak minta apa-apa lagi sama Tuhan, asalkan lo selamat, gue akan
sekuat tenaga jadi pasangan yang bisa nguatin lo di saat apapun." Setetes air mata
mengalir di sudut mata Bayu, dan Verna berdiri, lalu mengecup dahi Bayu. "Kita
berjuang bersama-sama ya" ?LoveReads Verna melangkah keluar dari kamar Bayu
yang sudah tertidur, dan bertatapan dengan Tanza yang duduk di sofa luar,
menunggunya. 100 | Entah sudah berapa lama
Verna tadi melupakan kehadiran Tanza, tiba-tiba saja Verna merasa bersalah. "Nadia
sedang turun makan di kantin bareng sama orang tua lo dan orang tua Bayu, gue bilang
gue akan nungguin lo keluar dulu, lo juga harus makan Ver." Verna mengangguk dan
sengatan rasa bersalah itu semakin dalam. Tanza begitu baik, dan mencintainya. Tetapi
Verna sudah memilih. Dia harus bersama Bayu dan merawatnya. "Gimana kondisi
Bayu?" Tanza bertanya akhirnya ketika mereka berjalan bersisian menuju kantin.
"Bayu... sudah sedikit lebih tenang." Tanza menghela napas panjang, "Nadia tadi sudah
menjelaskan seluruh kondisinya kepada orang tua kalian, ketika lo lagi di kamar
nungguin Bayu, dia bilang dia nyerahin Bayu ke lo." Verna menelan ludahnya. "Maafin
gue Tanza." Tanza merengkuh pundak Verna dalam rangkulannya, "Jangan pikirin gue,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
lo bahagia kan dengan kondisi ini?" Oh Ya. Verna amat sangat bahagia. Akhirnya dia
dan Bayu bisa saling mencintai. Tanpa dihantui perasaan bersalah, tanpa ketakutan
akan penghakiman dan tuduhan-tuduhan dari orang lain. Verna tidak mungkin bisa lebih
bahagia daripada ini. "Gue bahagia Tanza, ini bagaikan sebuah impian yang menjadi
kenyataan," dengan sedih 101 | Verna menatap
mata Tanza, "Gue... gue gak tahu gimana harus minta maap sama lo." "Gue udah bilang
jangan pikirin gue... dan mungkin kalo informasi ini bisa mengurangi rasa bersalah lo..."
Tanza menunduk dan menatap Verna, "Perasaan gue ke lo mungkin bukan cinta antara
pasangan, perasaan sayang gue ke lo lebih seperti kasih sayang antara kakak dan adik.
Sebelumnya gue nggak sadar dan mengira kalo gue cinta sama lo. Tetapi kejadian di
kost lo barusan, waktu lo nyoba gaun itu.... ketika gue mau cium bibir lo, tapi gue nggak
bisa dan nyium dahi lo..." Tanza mengangkat bahu, "Mungkin karena gue menganggap
lo seperti adek gue sendiri, dan mencium lo dengan romansa terasa salah." Verna
menganggukkan kepalanya, "Gue seneng dengernya Tanza." Tanza tersenyum lembut.
"Jadi seperti gue bilang, ga usah terlalu mikirin perasaan gue lagi ya." Ada setitik
kepahitan di mata Tanza, tetapi dia cepat-cepat memalingkan matanya supaya Verna
tidak melihatnya. Tak bisa dipungkiri, meskipun mungkin Tanza memang hanya
menganggap Verna sebagai adik. Tetapi rasa cinta itu pernah ada, dan mematahkan
hatinya. Tanza patah hati. Tetapi dia berusaha supaya Verna tidak menyadarinya.
Biarkan Verna menikmati bahagianya ini sepenuhnya ?LoveReads 102 | R a t u - b u k
u . b l o g s p o t . c o m "Bagaimana rasanya?" Verna menatap ingin tahu ke arah Bayu
yang sedang duduk di ranjang, mencoba tangan palsu yang dibuatkan khusus untuknya,
untuk pertama kalinya. "Aneh," gumam Bayu sambil mengerutkan keningnya, Rasanya
aneh ada sesuatu yang diikatkan di lenganmu dan terasa begitu kaku, tidak selentur
tangan aslinya. Tetapi mungkin ini lebih baik, Bayu akan belajar menggunakan tangan
palsunya sebaik mungkin. Pada awalnya dia memang kerepotan dan frustrasi karena
tangan kanannya benarbenar bagian tubuh paling krusial baginya, kadang dia kesulitan
ketika akan menggaruk bagian-bagian tubuhnya yang terbiasa menggunakan tangan
kanan, ataupun harus belajar menulis dengan tangan kiri, tetapi syukurlah ada Verna di
sampingnya yang salalu memberikan kekuatannya hingga Bayu terdorong untuk
sembuh sebaik mungkin supaya bisa membahagiakan Verna. "Nantinya akan terbiasa."
Kali ini Nadia yang bergumam dalam senyum, "Mungkin kau hanya akan membutuhkan
bantuan ketika Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mengancingkan baju atau hal-hal kecil lainnya, tapi untuk hal-hal sederhana, tangan
palsu itu akan sangat membantumu." Bayu tersenyum dan menatap Nadia lembut,
"Terimakasih Nadia." Nadia membalas senyuman Bayu dengan sama tulusnya, "Oh ya,
karena kita semua sudah berkumpul di sini, gue pingin menyampaikan kabar gembira."
Verna dan Bayu menoleh bersamaan mendengar nada serius di suara Nadia. "Gue
dapat beasiswa buat ngelanjutin magister di Jepang, mungkin dalam dua bulan ke
depan aku akan 103 | berangkat, masa kuliah
memang belum dimulai, tetapi gue akan tinggal di sana dulu untuk adaptasi." "Nadia?"
Wajah Verna berubah sedih, "Apakah lo.. apakah lo sengaja pergi gara-gara gue"
karena mungkin lo ga sanggup ngelihat gue sama Bayu?" Nadia menggeleng, "Gue


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh bahagia buat kalian berdua, sungguh." Senyum Nadia tampak meminta
pengertian "Tapi gue ingin menyembuhkan hati gue, supaya nanti ketika gue pulang,
gue benerbener bisa nerima semuanya dengan lapang dada." "Tapi Nadia..." Nadia
mendekat lalu memeluk Verna dengan sayang, "Tolong jangan gitu Ver, gue sayang
sama lo, jadi jangan pernah ngerasa bersalah. Gue cuma pingin ngejar kebahagiaan
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
gue sendiri, doain gue ya?" "Gue pasti doain lo Nadia... gue pasti." "Makasih Verna,"
Nadia tersenyum dan menatap Bayu, "Lo juga harus cepat sehat Bayu, jaga Verna
baik-baik." Bayu mengangguk sepenuh hati, "Pasti, gue janji Nadia...." Nadia mendekat
dan memeluk Bayu, "Makasih Bayu...," suara Nadia terasa sesak menahan tangis. Bayu
memeluk Nadia dengan sebelah tangannya, "Gue juga makasih banyak Nadia, makasih
banget...." ?LoveReads 104 | Verna dan Bayu
duduk di teras rumah menatap hujan. Kondisi Bayu sudah membaik, dan sudah boleh
pulang dari rumah sakit. Sekarang mereka duduk menatap hujan deras yang turun
membasahi bumi dengan suara gemericik yang menyenangkan. Ya, hujan kali ini tidak
terasa menyesakkan lagi bagi Verna, karena ada Bayu di sebelahnya, menemaninya.
"Gue bahagia banget." bisik Bayu ditelan gemericik hujan. "Gue juga...." "Lo... lo nggak
nyesel" berakhir sama gue dengan kondisi seperti ini, cowo itu, Tanza, tampak
berkali-kali lebih sempurna daripada gue." Verna tersenyum berusaha meredakan
keraguan Bayu, "Bayu, gue dan Tanza itu lebih seperti kakak adik, lo jangan pikirin ya....
gue saat ini bener-bener bahagia." "Lo nggak malu gue pake tangan palsu kayak gini"
kalo kita jalan pasti banyak yang noleh ngeliatin gue." "Gue rasa itu keren." Verna
tersenyum jahil, "Kayak bajak laut... gue kepikiran gimana kalau kita pasang pengait di
tangan palsu lo biar kayak kapten hook yang terkenal itu." "Verna!" Bayu melirik jengkel
karena Verna bercanda, tetapi kemudian dia tertawa bersama Verna, "Makasih ya Ver,
yang perlu lo tau, biarpun gue banyak kekurangan, gue mensyukuri kesempatan yang di
kasih 105 | Tuhan ini, kesempatan yang pada
akhirnya ngebawa gue bisa bersama lo, mencintai lo sebebas-bebasnya, gue berjanji,
gue akan berusaha sekuat tenaga buat bahagiain lo." "Gue yakin itu Bayu, gue juga janji
akan sedapat mungkin bahagiain lo." "Gue cinta lo Verna." "Gue juga Bayu." Dan suara
pernyataan cinta itu bersahutan dengan hujan yang makin mengalir deras. Seperti
melodi pengiring hati yang terlah sekian lama saling merindukan. Sekarang Verna akan
bersahabat dengan hujan, dan tersenyum mengenang semua saat romantis, yang dia
nikmati bersama Bayu, kekasihnya. ?LoveReads 106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Epilog Anak kecil berambut ikal lebat itu berjalan menelusuri teras, dan menatap
halaman yang sangat hijau dengan taman yang tertata indah itu dengan bahagia. Hujan
turun rintik-rintik, dan suara kodok yang bersahut-sahutan menembus hujan sangat
menarik perhatiannya. Langkahnya terhenti ketika menemukan sesosok lelaki yang
selalu dipanggilnya 'Om' sedang duduk di teras sambil mengamati hujan. "Om sedang
apa?" tanyanya di balik senyum ceria anak-anak. Bayu menoleh dan membalas
senyuman Rio, yang baru berusia empat tahun, "Om sedang menatap hujan sayang,
sini duduk di sebelah om." Rio duduk di sebelah Bayu dan bertopang dagu menatap
hujan, lalu setelah lama dalam keheningan, dia merasa bosan. "Bosan om..." gumanya
sambil cemberut. Bayu tergelak mendengar gumaman Rio, dielusnya kepala Rio dengan
tangan palsunya. "Rio kenapa ke sini" bukannya main sama Sasha dan lain-lain?" "Oh
iya, Rio disuruh mama manggil om Bayu, makanannya sudah siap katanya," Bocah itu
menatap tangan Bayu yang sedang mengelus kepalanya, "Om.... tangan om kok
keras?" Bayu tersenyum lembut sambil menatap tangan palsunya yang berwarna lebih
pucat dari tangan aslinya, 107 | "Ini tangan palsu
sayang, Om kan tangannya yang asli tidak bisa dipakai lagi, jadi sama pak dokter diganti
dengan tangan palsu, supaya om bisa tetap beraktivitas seperti biasa." Sejenak Bayu
menatap cemas kepada Rio, khawatir anak itu akan menjadi ketakutan atau jijik karena
dia bertangan palsu. Bayu sudah biasa menerima pandangan aneh dari orang-orang di
sekitarnya, mereka semua bereaksi dengan reaksi yang berbeda-beda ketika melihat
Bayu bertangan palsu, ada yang menerimanya dengan baik, tetapi tak jarang ada pula
yang tidak bisa menyembunyikan tatapan kasihan atau sengaja menjauh. Rio
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
memandang terpesona pada tangan Bayu itu. "Waaaahhh om kayak robot yah,
kereeeennn." serunya gembira. Jawaban Rio itu membuat Bayu terkekeh, disela
tawanya dia menunjukkan tangannya pada Rio. "Lihat ini, bisa digerak-gerakkan lho."
Bayu menggerak-gerakkan jemari tangan palsunya dan disambut dengan tepuk tangan
kagum Rio. "Rio, kenapa lama sekali manggil om Bayunya?" Tanza muncul di teras itu.
Dan Rio begitu mendengar suara Tanza langsung berlari menghampirinya, dengan
segera Tanza menggendong Rio dan mengecup dahinya, "Papa, om Bayu ternyata
punya tangan robot." Tanza melirik Bayu meminta maaf, 108 | R a t u - b u k u . b l o g s
pot.com Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Maafkan Rio Bayu, dia memang begitu, sangat ingin tahu." Bayu terkekeh dan
mengangkat bahu, "Tak apa, aku malah senang, dia bilang tanganku keren." Mereka
lalu tertawa bersama, ini adalah reuni kedua mereka setelah hampir tiga tahun tidak
berjumpa. Tanza pindah dari kota itu setahun setelah menikah dengan Sarah, karena
menerima pekerjaan setelah lulus kuliah, dan mereka tetap menjalin persahabatan lewat
email dan telepon. Sekarang, Tanza dipindah kembali ke kota mereka oleh kantornya,
dia dan isterinya serta Rio anak semata wayangnya akhirnya pindahan kembali ke
sebuah rumah mungil hanya berselisih tiga blok dari rumah Bayu dan Verna, dan
sekarang sambil merayakan pindahan, mereka bereuni di rumah baru Tanza. "Masuk
yuk, isteriku sudah teriak-teriak dari tadi nyuruh kita makan." Tanza tersenyum geli
membayangkan Sarah yang begitu bahagianya bisa kembali ke kota kelahirannya, dan
sangat bersemangat bisa satu kota dengan Verna. Verna dan Sarah bersahabat sejak
sebelum Verna menikah dengan Bayu, dan Sarah juga yang dulu selalu menemani
Verna di kala kehamilan pertamanya. Ketika Tanza mengajak Sarah pindah rumah,
kelihatan sekali kalau Sarah sangat sedih kehilangan persahabatannya dengan Verna.
"Terimakasih Tanza, kami jadi merepotkan sepertinya, apalagi Sarah sampai memasak
masakan yang begitu banyak dan enak buat menyambut kedatangan kita." 109 | R a t u
- b u k u . b l o g s p o t . c o m Tanza mengecup Rio lagi yang harum bedak dan
minyak kayu putih, "Tidak apa-apa Bayu, Sarah senang memasak apalagi memasak
untuk kalian, dia sudah dari pagi bangun dan mengolah bahan-bahan makanan dengan
bersemangat." Mereka berjalan bersisian memasuki rumah. Verna menyambut mereka
di ruang tamu, wajahnya merona merah karena bersemangat dan terlihat montok karena
sedang mengandung anak kedua mereka di usia kehamilannya yang ke-enam bulan,
dua langsung menggenggam tangan Bayu, "Melihat hujan lagi sayang?" Bayu
mengangguk, "Pemandangan tamannya begitu hijau dan indah, dengan disiram air
hujan jadi semakin membahagiakan, aku tidak mau melewatkan pemandangan itu.,"
dengan lembut Bayu menyentuh pipi Verna, "Pipimu memerah dan berkeringat." Verna
tergelak, "Aku membantu Sarah mengeluarkan kue cokelat dari oven." dengan lembut
Verna mengelus perutnya dan menatap Bayu dengan sayang, "Aku sehat-sehat saja
sayang." Tanza berdehem untuk memecah kemesraan itu, Verna dan Bayu langsung
tersenyum malu-malu. "Aku senang melihat kalian." Tanza mengangkat alisnya
menggoda, "Syukurlah kalian berbahagia ya." Dengan lembut Verna mengangguk, "Dan
syukurlah kau juga berbahagia Tanza." 110 |
Saat itu Sarah keluar dari ruang tengah, dan menatap semuanya, "Kenapa kalian
semua termenung disini" ayo kita makan, masakannya sudah siap." ajaknya dengan
nada ceria. Mereka memasuki ruang tengah rumah itu, dimana seluruh hidangan sudah
ditata dengan rapi di atas meja. Sarah memang pandai memasak dan dia senang
memasak untuk sahabat-sahabatnya. Bayu mengambil sup jamur yang dibuat Sarah di
meja, di sebuah mangkuk kecil dan mencicipinya, lalu dia memutar bola matanya,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
"Wow. Pantas kau sepertinya tambah berisi Tanza, masakan isterimu luar biasa." Tanza
tertawa dan melirik Verna, "Kau sendiri juga sepertinya bertambah berisi, apakah itu
karena Verna sudah belajar memasak" setahuku dulu dia cuma bisa bikin mie instant,
itupun diragukan." "Aku sudah bisa memasak." Verna melirik kesal kepada Tanza lalu
terkekeh, "Setelah kursus yang melelahkan dengan ibunya Bayu, rasanya malu sekali
waktu itu ketika semua masakan yang kumasak hasilnya hancur...." "Sekarang
masakanmu sudah lumayan kok sayang." Bayu menghibur dan memeluk pundak Verna.
Verna tergelak lagi, "Dan karena sekarang Sarah sudah di sini, aku bisa belajar
memasak dengannya." 111 | Kali ini giliran
Sarah yang tertawa, "Hei, tidak bisa gratis, kau harus menggantinya dengan
menemaniku jalan-jalan bersama Rio dan Sasha." Verna mengangguk, lalu mengernyit,
"Dimana Sasha?" matanya mencari-cari anak perempuannya itu. Tadi Sasha ikut
membantunya menyiapkan kue dengan gembira. "Tidur," gumam Sarah mengedipkan
matanya. "Dia terlalu bersemangat membantu kita memasak tadi dan kelelahan, jadi
ketiduran di sofa depan televisi." Verna melirik ke sofa yang terletak di ruangan sebelah,
ruangan khusus televisi dan melihat anak perempuannya yang mengenakan gaun putih
berpita itu dan tampak sangat menggemaskan ketika tertidur pulas di sofa. Tanza
memindahkan Rio ke gendongan Sarah yang kemudian mengambilkan makanan untuk
disuapkan kepada anaknya. Mereka makan dalam kebahagiaan diiringi alunan suara
gemericik hujan di luar. "Oh ya, Nadia akan pulang tahun depan." Tiba-tiba Verna
teringat kabar gembira yang diterimanya tadi pagi ketika Nadia menelepon. "Oh ya" dia
akan datang bersama suami barunya?" Tanza tersenyum, "Aku cuma melihat wajah
suami barunya lewat email yang dikirim Nadia, menyesal sekali aku tahun kemarin tidak
bisa berangkat ke Jepang, menghadiri pernikahannya." 112 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Verna tersenyum, "Iya, dia ingin memperkenalkan suami barunya kepada
tempat kelahirannya, dan kepada kita semua." Tanza merenung, "Apakah Nadia
bahagia Verna?" Sejak Nadia berangkat ke Jepang memang Tanza sangat jarang
bertemu dengan Nadia, karena kesibukan kuliah Nadia dan kemudian pekerjaannya di
Jepang, Nadia sangat jarang pulang. Dia hanya pulang satu tahun sekali, dan itupun
tepat kebetulan Tanza tidak bisa datang berkunjung. Verna menganggukkan kepalanya
mendengar pertanyaan Tanza, dia mengingat senyum cerah Nadia di hari
pernikahannya di jepang, dia tampak sangat mencintai calon suaminya waktu itu dan
matanya benar-benar berbinar seperti perempuan yang jatuh cinta. Pada saat itu, Verna
dan Bayu sangat bersyukur karena akhirnya Nadia menemukan lelaki yang benar-benar
dicintainya, "Dia sangat bahagia Tanza, dan katanya dia saat ini sedang hamil tiga
bulan." "Wah" Tanza menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya sekaligus
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
senang, "Aku sungguh tak menyangka kita semua akan berada di titik ini, berdiri
bersama dan mengenang masa lalu dengan berbahagia, Tuhan memang maha baik,
memberikan skenario yang begitu indah untuk kita." "Ya." Verna mengangguk lagi,
"Tuhan memang Maha baik." Diliriknya Bayu yang sedang mendekati puterinya dan
membangunkan113 | nya untuk di ajak makan,
diliriknya Sarah yang sedang menyuapi Rio dengan penuh kasih sayang, dielusnya
perutnya yang sedang mengandung calon buah hatinya dan Bayu, dibayangkannya
suara Nadia yang penuh kebahagiaan di teleponnya tadi pagi, lalu ditatapnya Tanza
yang sepertinya berpikiran sama dengannya, "Aku mensyukuri semua yang terjadi di
masa lalu, hingga menempatkan kita pada keadaan yang sekarang." Tanza tersenyum
setuju, "Semuanya tidak bisa lebih baik lagi dari sekarang kan?" Pertanyaan itu tidak
perlu di jawab lagi. Tuhan sudah menyiapkan skenario sendiri-sendiri untuk umatnya,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
kadangkala skenario itu berliku-liku dan penuh bebatuan yang terjal, tetapi ketika
manusia mampu melewati segala ujian itu, bisa saling memaafkan, saling berterima
kasih dan saling mensyukuri, biasanya Tuhan akan memberikan akhir yang indah untuk
semuanya. Seperti kisah Verna, dan hujannya, dan orang-orang yang ada di dalam
hatinya.... -END- E-Book by Ratu-buku.blogspot.com 114 | R a t u - b u k u . b l o g s p
ot.com Lentera Iblis 3 Pendekar Rajawali Sakti 81 Ratu Bukit Brambang Rahasia Pedang Siluman Darah 1
^