Antara Budi Dan Cinta 1
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Bagian 1
ANTARA BUDI DAN CINTA
Liu Xing, Hu Die Jian, 1973
(Shooting Star, Butterfly, Sword/ Killer's Clan)
Karya : Gu Long
Saduran : Liang YL
Pendahuluan Semasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa
dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara
lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan
James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki
pembunuhannya. Ramuan dari para pengarang Barat itulah yang bisa kita
rasakan dari karya-karyanya di luar kisah Pendekar Binal
(Jue Dai Shuang Jiou/The Remarkable Twins/Legendary
Sibling) yang masih terbawa pakem "cersil lama" ala Jin
Yong atau Liang Yusheng.
Dari para pengarang Barat itu Gu Long meracik resep,
melahirkan karya yang sangat digemari pembaca dan
kemudian menjadi "genre" baru dunia cersil, sekaligus
menjadi "trade mark"-nya.
Meteor, Butterfly, Sword (Liu Xing Hu Die Jian, 1973)
merupakan salah satu karya "masterpiece" Gu Long, yang
juga telah membawa ketenaran dirinya di kalangan elit
perfilman Hong Kong. Kisah ini diangkat ke layar lebar
dengan judul Killer Clans (Shaw Brothers, 1976)
Meteor, Butterfly, Sword adalah cerita yang kelam, sarat
dengan intrik, konspirasi, tipu muslihat, darah, sex, dan
kekerasan. Di sini Gu Long sangat terpegaruh oleh
gambaran seorang Godfather ala Mario Puzo. Konon,
mantan Presiden Soeharto (alm) sangat menyukai kisah ini
dan menonton filmnya berkali-kali.
Ooo)dw(ooO PARA TOKOH Kisah ini akan melibatkan banyak tokoh. Sulit
membedakan mana kawan mana lawan. Untuk
memudahkan pembaca, berikut ini diberikan daftar para
tokoh yang akan di-update sesuai kemunculan pada setiap
babnya. Meng Xin Hun Pembunuh bayaran berdarah dingin yang mulai jenuh
dengan profesinya. Pedangnya sangat mematikan.
Gao Lao-da Kakak tertua. Di usia tiga belas ia telah membuat empat
keajaiban. Ia menyelamatkan empat nyawa: Ye Xiang, Shi
Qun, Xiao He, dan Meng Xin Hun.
Ye Xiang Pembunuh bayaran yang sudah tiga kali gagal dan kini
hanya bisa bermabukkan. Ia sangat mengkhawatirkan nasib
Meng Xin Hun. Sun Yu Bo Ia senang membantu orang, dan orang-orang
memanggilnya Paman Bo. Ia bangga dan senang membantu
seperti ia menyukai bunga-bunga yang bermekaran.
Han Tang Ia galak tapi sopan, matanya selalu memancar dingin.
Tidak ada yang mau berteman dengannya. Ia sendiri tidak
mau dekat dengan orang lain. Ia sudah melakukan sesuatu
yang tidak pernah dilakukan orang, juga tidak akan ada
orang lagi yang akan melakukannya.
Sun Jian Anak Sun Yu Bo. Seperti ayahnya, ia juga senang
menolong. Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara,
berangasan, setiap saat dapat meledak. Sifat seperti ini
sering membuatnya salah langkah. Karena itu juga ia sering
kehilangan teman.
Lu Xiang Chuan Tangan kanan Sun Yu Bo, sekaligus sudah dianggap
anak sendiri. Ia tidak memerlukan senjata karena
sanjatanya adalah senjata rahasia. Ia terlihat sangat
terpelajar, terkadang musuh meremehkannya, menganggap
ia tidak bisa apa-apa. Ini adalah kesalahan sepele yang bisa
berakibat fatal.
Wan Peng Wang Musuh terbesar dan terkuat Sun Yu Bo. Sebelum
berumur tujuh belas, tidak ada yang tahu asalnya. Sesudah
berumur tujuh belas, ia sudah bekerja pada sebuah
perusahaan. Setengah tahun kemudian, ia sudah naik
jabatan. Pada umur sembilan belas, ia membunuh bos
perusahaannya dan menjadi bos perusahaan itu. Setahun
kemudian ia menjual perusahaan dan menjadi seorang
polisi. Dalam tiga tahun, ia menangkap dan membunuh
sejumlah penjahat. Semenjak itu, ia punya dua puluh satu
pembantu yang sangat setia padanya. Waktu berumur dua
puluh empat, ia keluar dari kepolisian dan mendirikan
perkumpulan Da Peng. Mula-mula hanya memimpin 100
orang, tapi sekarang anak buahnya sudah mencapai
puluhan ribu orang. Kekayaanya sudah tidak terhitung lagi.
Ooo)dw(ooO BAB 1 Meskipun cahaya meteor hanya singkat, tak satu pun isi
semesta yang mampu menandingi pendar gemilangnya.
Manakala meteor muncul ke permukaan, bahkan bintang
abadi yang paling terang pun tak mampu menandinginya.
Nyawa seekor kupu-kupu begitu rapuh, lebih lemah dari
bunga yang berwarna-warni. Tapi kupu-kupu selalu hidup
di musim semi. Dia indah dan terbang dengan bebas.
Walaupun nyawanya pendek tetapi dia harum.
Hanya pedang yang abadi. Nyawa dan masa jaya
seorang pendekar pedang selalu terletak pada pedang yang
dipegangnya. Bila sebuah pedang mempunyai perasaan,
apakah dia akan mempunyai nyawa yang pendek sama
seperti sebuah meteor"
Ketika sebuah meteor jatuh, dia sedang berbaring di atas
sebuah batu hijau.
Dia senang berjudi dan minum arak. Dia pun senang
main perempuan. Dalam kehidupannya selama ini dia
sudah mencicipi banyak perempuan.
Dia juga pernah membunuh orang.
Namun apabila meteor muncul, dia sangat jarang
melewati kesempatan ini karena dia selalu berbaring di
tempat itu menunggu munculnya meteor.
Dia bisa merasakan terangnya cahaya meteor, sebab itu
adalah salah satu kenikmatan dunia.
Dia tidak mau melewati kesempatan ini, karena dalam
kehidupannya dia tidak mempunyai kesenangan yang lain.
Dulu dia pernah mempunyai keinginan menangkap
sebuah meteor, namun sekarang khayalannya sudah tidak
banyak lagi malah hampir tidak ada. Bagi orang
semacamnya, berkhayal merupakan suatu perbuatan yang
lucu dan memalukan.
Disini adalah tempat yang paling dekat dengan jatuhnya
meteor. Sebuah rumah kayu yang terletak di kaki gunung,
lampunya masih menyala. Pada saat angin berhembus,
kadang-kadang terdengar suara tawa dan suara orang
bersulang terbawa oleh angin naik ke atas gunung. Itu
adalah rumah kayunya, araknya dan juga perempuannya.
Namun dia lebih suka berbaring di tempat ini dan lebih
senang menyendiri.
Cahaya meteor sudah menghilang, air di pinggiran batu
sedang mengalir pelan. Waktu untuk bersenang-seang
sudah lewat. Sekarang dia harus kembali dingin dan
menjadi tenang, benar-benar tenang dan dingin. Sebab
sebelum membunuh, seseorang harus tenang dan dingin.
Sekarang dia harus membunuh orang, sebenarnya dia
tidak suka membunuh.Setiap kali saat pedangnya menusuk
jantung orang dan darah mengalir hingga ke ujung pedang
kemudian menetes ke bawah, dia malah tidak dapat
menikmati keadaan itu.
Dia hanya merasa sedih. Walaupun dia sangat sedih, dia
berusaha menahannya.
Dia harus membunuh orang, bila tidak membunuh orang
dia yang akan mati.
Kadang-kadang orang hidup bukan untuk menikmati
kesenangan namun untuk menahan kesedihan karena hidup
adalah sebuah tanggung jawab. Siapa pun tidak ada yang
bisa lari dari tanggung jawab itu.
Dia mulai mengenang saat pertama kali membunuh
orang. Luo Yang adalah sebuah kota yang sangat besar. Di kota
itu terdapat berbagai macam orang. Ada para pahlawan,
pesilat, ada orang yang kaya, orang miskin, dan masih
banyak perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Namun nama-nama mereka tidak seperti nama Jin
Qiang-li (nama orang, Jin Qiang=tombak emas, Li=nama
marga). Orang yang bagaimana kaya pun belum tentu bisa
menyamai setengah dari kekayaan Jin Qiang-li. Dan tidak
ada orang bisa menahan jurus Qi Qi Si Shi Jiu nya(tujuh x
tujuh, empat puluh sembilan jurus).
Orang yang pertama kali dibunuh olehnya adalah Jin
Qiang-li. Harta dan nama tenar Jin Qiang-li bukan didapat dari
langit, karena itu musuhnya sangat banyak hingga dia
sendiri pun tidak dapat mengingatnya. Namun tidak ada
seorang pun yang berani mencoba membunuhnya dan yang
ingin membunuh pun tidak ada yang berani.
Anak buah Jin Qiang-li sangat tangguh, kung fu mreka
dapat dikatakan sangat terkenal di dunia persilatan. Dan
terdapat juga dua orang dengan badan seperti raksasa selalu
menggotong Jin Qiang si Tombak Emas. Dia selalu
dikelilingi oleh pengawal yang hebat.
Tubuhnya dibungkus oleh pakaian yang kebal terhadap
pedang dan tombak sehingga orang susah membunuhnya
karena itu dia benar-benar sangat sulit didekati.
Walaupun kung fu orang lebih tinggi dari dia tapi bila
ingin membunuhnya harus melewati dulu 7 lapis
penjagaan. Bila ingin masuk ke rumahnya harus melewati
dulu anak buahnya yang memiliki kung fu tinggi, Dan
sekali menyerang harus mengarah pada tenggorokan Jin
Qiang-li, dan harus sekali gus membunuh karena bila
meleset kau tidak mempunyai kesempatan untuk
membunuh lagi. Tidak ada orang yang ingin mencoba membunuhnya
karena tidak ada yang mampu. Hanya ada satu orang yang
bisa membunuh dia, orang ini adalah Meng Xing-hun
(nama orang). Dia menghabiskan waktu setengah bulan untuk
menyelidiki kehidupan Jin Qiang-li, semua gerak geriknya
pun diamati, dia menghabiskan waktu satu bulan untuk
memasuki rumah Jin Qiang-li, menyamar sebagai tukang
pikul air di dapur Jin Qiang-li.
Dia menghabiskan waktu setengah bulan menunggu
waktu yang tepat.
Semua hal terlihat seperti mudah tapi menunggu waktu
yang tepat benar-benar tidak mudah. Karena Jin Qiang-li
layaknya seorang perawan yang dingin, tidak memberi
kesempatan untuk berdekatan.
Saat mandi atau ke kamar kecil pun selalu ada yang
mengawalnya. Namun bila sabar menunggu kesempatan itu pasti
datang. Bahkan seorang perawan pun bila tiba waktunya
dia akan menjadi seorang istri dan ibu.
Pada suatu hari, angin bertiup sangat kencang dan
membuat topi Jin Qiang-li terlepas, empat orang pengawal
berebut mengambil topinya.
Pandangan Jin Qiang-li mengikuti ke mana topi itu
diterbangkan angin.
Pada saat tidak ada orang yang memperhatikan dan
kesempatan yang sempit. Karena kecerobohan para
pengawal itu mereka meninggalkan majikannya begitu saja
karena menganggap tidak ada yang perlu dikuatirkan. Pada
saat itulah Meng Xing-hun sudah ada di belakang Jin
Qiang-li dan langsung menusuknya. Hanya satu kali tusuk
langsung menusuk dari belakang leher dan keluar di
tenggorokan kemudian pedang dicabut, segera darah
berceceran dan berhamburan seperti kabut.
Kabut darah menutupi pandangan setiap orang. Kilauan
pedang mengejutkan jiwa setiap orang. Begitu kabut darah
menghilang, Meng Xiang Hun sudah jauh dari
mereka.Tidak ada orang bisa melukiskan kecepatan tangan
dan pedangnya. Menurut cerita orang-orang, sewaktu Jin Qiang-li
dimasukkan ke dalam peti mati, matanya masih terbuka
dan sorot matanya menggambarkan rasa curiga dan rasa
tidak percaya.Dia tidak percaya dirinya bisa mati dan dia
pun tidak percaya ada orang yang mampu membunuhnya.
Kematian Jin Qiang-li mengegerkan dunia persilatan tapi
nama Meng Xing-hun tidak ada yang mengetahui. Karena
tidak ada yang mengetahui siapa yang membunuh Jin
Qiang-li hingga tak ada orang yang berani bersumpah dia
akan membalaskan dendam Jin Qiang-li.
Bahkan sebaliknya ada pula yang bersumpah mencari si
bintang penyelamat, begitu menemukan dia akan segera
berlutut dan mencium kakinya untuk berterima kasih
karena telah menyingkirkan seorang penjahat.
Ada seorang pesilat muda yang ingin terkenal, juga ingin
mencarinya, hanya ingin bertarung dengannya untuk
membuktikan pedang siapa yang paling cepat. Semua tidak
dipedulikan olehnya. Sesudah membunuh orang biasanya
dia seorang diri lari ke rumahnya yang kecil dan
bersembunyi di sudut rumah sambil menangis dan muntahmuntah.
Saat ini dia sudah tidak bisa menangis lagi karena air
matanya sudah kering, tapi setiap kali bila sudah
membunuh orang dan melihat darah yang masih tersisa di
pedangnya dia masih terus bersembunyi.
Sebelum membunuh orang dia tampak dingin dan
tenang. Namun setelah membunuh orang dia tidak dapat
menahan diri lagi.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia harus berjudi, minum arak hingga mabuk, kemudian
mencari perempuan yang cantik untuk melupakan kejadian
saat dia membunuh orang. Tapi dia selalu sulit
melupakannya dan terus terbayang-bayang. Karena itu dia
harus terus menerus berjudi, minum arak, dan mencari
perempuan hingga dia membunuh orang lagi.
Waktu itu dia melarikan diri ke gunung kemudian
berbaring di sebuah batu hijau, dia tidak mau memikirkan
apa-apa, dia tidak dapat berpikir dan tidak mau berpikir.
Dia hanya memaksakan diri supaya tenang dan siap untuk
membunuh yang lain.
Orang yang akan dia bunuh tidak dia kenal juga tidak
ada dendam antara mereka, bahkan kadang-kadang belum
pernah bertemu.
Orang ini hidup atau mati tidak ada hubungan
dengannya. Namun dia tetap harus membunuh orang itu.
Dia harus membunuh orang itu karena diperintah oleh Gao
Lao-da (kakak Gao).
Pertama kali dia bertemu dengan Gao Lao-da, umurnya
baru 6 tahun, waktu itu dia sudah 3 hari tidak makan. Rasa
lapar untuk anak berumur 6 tahun lebih menyeramkan dari
pada kematian. Dia lapar hingga pingsan di tengah jalan, apa pun dia
tidak ingat lagi.
Anak berumur 6 tahun sudah merasakan bagaimana
artinya sebuah kematian, karena waktu itu dia merasa
benar-benar sudah mati. Mungkin lebih baik dia mati saat
itu. Akhirnya dia tidak mati karena ada sepasang tangan
yang menolongnya dengan memberikan bakpao setengah
dari miliknya. Tangan Gao Lao-da, bakpao yang dingin dan keras.
Begitu dia menerima sepotong bakpao, air mata seperti
mata air yang mengalir di musim semi. Air matanya
membasahi bakpao itu, selamanya dia tidak akan
melupakan rasa air mata yang asin dan pahit bercampur
dengan rasa bakpao yang dingin.
Dia pun tidak akan melupakan tangan Gao Lao-da. Saat
sepasang tangan itu bukan memberikan bakpao dingin lagi
melainkan uang dan emas. Berapa pun yang diminta oleh
Meng Xing-hun, Gao Lao-da pasti akan memberikannya.
Kadang-kadang sepasang tangan itu memberikan secarik
kertas kecil. Di atas kertas itu hanya tertulis nama orang,
tempat dan waktu. Kertas itu adalah sebuah surat tagihan
nyawa. Shu Zhou (nama kota), Sun Yu Bo (nama orang), 4
bulan. Empat bulan artinya dalam waktu 4 bulan Sun Yun Bo
harus mati di tangan Meng Xing-hun.
Semenjak Meng Xing-hun membunuh Jin Qiang-li, dia
tidak perlu menghabiskan waktu 3 bulan untuk membunuh
orang. Waktu dia membunuh pesilat ternama, dia hanya
menghabiskan waktu 41 hari. Ini bukan berarti pedangnya
cepat, tapi karena hatinya dingin dan tangannya lebih
dingin lagi. Dia tahu dia tidak perlu menghabiskan waktu selama 3
bulan untuk membunuh orang, bahkan Gao Lao-da pun
mengetahuinya. Namun sekarang waktu yang tersedia
adalah 4 bulan. Ini artinya Sun Yu Bo adalah orang yang
hebat, tentu membunuh orang ini sangat sulit.
Nama Sun Yu Bo bagi Meng Xing-hun tidak begitu asing
lagi, sebenarnya orang di dunia persilatan banyak yang
mengetahui nama Sun Yu Bo. Bagi orang yang tidak
mengetahui nama Sun Yu Bo layaknya pengikut Budha
yang tidak mengetahui dewa Ru Lai (nama dewa).
Di dalam pandangan mata orang-orang dunia persilatan,
Sun Yu Bo adalah dewa Ru Lai, juga adalah seorang dewa
kematian dalam wujud manusia. Bila dia sedang baik, dia
bisa berada di sisi seorang anak yang tidak dia kenal,
bercerita selama 3 hari 3 malam. Namun pada saat dia
marah dalam 3 hari dia mampu meratakan sebuah gunung.
Nama yang terkenal itu di dalam hati Meng Xing-hun
sudah tidak ada artinya, nama orang itu baginya adalah
harus mati. Terbayang oleh Meng Xing-hun saat pedangnya
menusuk jantung Sun Yu Bo dan dia pun membayangkan
pedang Sun Yu Bo menusuk jantungnya. Bila bukan Sun
Yu Bo yang mati maka dia yang akan mati.
Sudah tidak ada pilihan lagi baginya. Siapa yang akan
mati, dia sudah tidak peduli.
Di ufuk timur cahaya matahari semakin terang. Kabut di
pagi hari makin banyak, lambat laun ditiup oleh angin dan
menyebar ke semua arah. Tidak ada seorang pun yang tahu
kabut ini akan menghilang ke mana.
Apakah kehidupan juga akan seperti kabut ini"
Meng Xing-hun pelan-pelan berdiri kemudian naik ke
atas gunung. Rumah kayu itu terletak di kaki gunung.
Cahaya lampu menyorot kertas jendela. Kadang-kadang
terdengar suara yang keluar dari rumah itu, orang yang
berada di dalam rumah tidak mengetahui bahwa
kegembiraan sudah mengikuti hilangnya malam. Kesedihan
yang nyata mengikuti datangnya sinar matahari.
Meng Xing-hun mendorong pintu rumah. Berdiri dan
melihat sekeliling rumah.Orang yang berada di rumah itu
tinggal 4 hingga 5 orang. Hampir semuanya telanjang, ada
yang tidur, ada yang mabuk, bahkan ada yang sedang
termenung. Saat melihat kedatangan Meng Xing-hun, orang yang
mabuk mulai setengah sadar, orang yang tidur mulai
terbangun, ada seorang perempuan yang setengah telanjang
berlari mendekati Meng Xing-hun. Dadanya yang hangat
menempel ke dada Meng Xing-hun.
Mereka sangat cantik dan masih muda. Mereka tidak
merasa menjual diri adalah hal yang sangat menakutkan.
Mereka masih bisa tertawa manis dan riang.
"Kemana kau pergi" Kami disini tidak bisa minum arak
tanpamu." Meng Xing-hun memandang mereka dengan dingin.
Perempuan-perempuan itu dengan sengaja datang ke
tempat ini untuk bertemu dengannya. Demi perempuanperempuan
ini uang di saku Meng Xing-hun mengalir
keluar seperti air.
Setengah hari yang lalu, kemungkinan dia masih bisa
memeluk para perempuan, seperti seseorang yang membaca
buku dengan cerita-cerita manis yang dia sendiri pun tidak
mempercayainya, namun sekarang dia hanya ingin berkata,
"Keluar!"
"Kau menyuruh mereka keluar?"
Di tempat tidur ada seorang laki-laki yang sedang
berbaring. Tubuh atasnya yang telanjang seperti tembaga,
bajunya entah sudah terlempar ke mana. Namun di sisinya
nampak sebilah golok.
Sebilah golok yang berwarna tembaga dan di tubuh golok
terdapat kilauan seperti sisik ikan Orang itu baik
mengenakan pakaian atau tidak keadaannya tetap sama.
Tapi jika sebilah golok tidak berada di tangannya dia malah
merasa dirinya telanjang.
Dengan dingin Meng Xing-hun memandang kemudian
bertanya, "Siapa kau?"
Orang ini tertawa kemudian menjawab, "Kau sudah
mabuk. Aku ini siapa kau sudah lupa, aku adalah tamu
yang diundang olehmu. Kita sebenarnya sedang minum
arak kemudian berkenalan, kau sendiri yang
mengundangku ke tempat ini."
Tiba-tiba dia menjadi marah kemudian berkata, "Aku
kemari karena di sini ada perempuan. Mengapa kau
mengusir mereka?"
"Kau juga keluar!" jawan Meng Xing-hun.
Orang ini langsung berubah wajahnya, tangan yang besar
dan kasar langsung memegang golok kemudian dia berkata
dengan sangat marah, "Apa kau bilang?"
Begitu cahaya golok diayun, orang sudah meloncat dan
berteriak, "Bila kau mabuk dan lupa aku siapa itu tidak apaapa,
tapi tidak dapat melupakan golok sisik ikan koki ini!"
Golok sisik ikan koki bukan golok sembarangan,
harganya pun mahal, golok itu sangat berat. Hanya orang
kaya yang bisa menggunakan golok ini. Hanya orang
sombong yang bisa menggunakan golok ini. Hanya pesilat
tangguh yang dapat menggunakan golok ini.
Di dunia persilatan hanya ada 3 orang yang
menggunakan golok semacam ini. Tapi Meng Xing-hun
tidak mau tahu siapa orang itu. Meng Xing-hun hanya
bertanya, "Apakah kau pernah memakai golok ini untuk
membunuh orang?"
"Ya!" jawab orang ini.
"Sudah pernah membunuh berapa orang?" tanya Meng
Xing-hun. "Dua puluh, mungkin bisa lebih. Tidak ada orang yang
mengingat-ingat hal semacam itu," kata Orang ini dengan
sombong. Meng Xing-hun memelototi dia, tubuhnya seperti ada api
yang bisa membakar otaknya.
Meng Xing-hun merasa bahwa membunuh orang adalah
hal yang menyedihkan. Dia tidak mengerti mengapa di
dunia ada orang yang sudah membunuh orang masih bisa
merasa senang dan sombong.
Dia sangat benci orang semacam ini, seperti dia
membenci seekor ular beracun.
Wajah yang seperti tembaga itu tertawa dingin dan
berkata, "Hari ini aku sedang tidak ingin membunuh orang,
apalagi tadi aku sudah minum arak dan main-main dengan
perempuanmu."
Meng Xing-hun langsung meloncat ke hadapan orang
itu. Begitu orang sadar bahwa Meng Xing-hun sudah ada di
depannya, kepalan tangan yang keras dan dingin sudah
memukul wajahnya.
Dia merasa langit runtuh dan tanah terbelah. Dia tidak
merasakan lagi pukulan kedua. Hingga rasa sakit dan takut
pun tidak dapat dia rasakan.
Setelah lama dia baru merasakan ada. angin dingin
menerpa wajahnya. Angin ini terasa seperti jarum menusuk
hilang dan otaknya.
Dia tidak sengaja meraba mulutnya dan mulutnya terasa
lembut seperti sepotong daging, tidak terasa bentuk bibir
dan tidak ada gigi, serta tidak ada hidung.
Sekarang dia baru merasa takut, rasa takut ini keluar dari
hatinya yang paling dalam. Kemudian dia berteriak.
Teriakannya seperti seekor binatang yang digorok oleh
seorang pemburu.
Di rumah kecil sudah tidak ada orang, tapi arak di dalam
botol masih ada. Meng Xing-hun pelan-pelan berbaring dan
menaruh botol arak di atas dadanya secara miring.
Arak secara perlahan mengalir ke luar dari botolnya.
Setengah mengalir ke mulutnya dan setengah mengalir ke
dadanya. Arak yang pahit mengalir melalui lidahnya masuk ke
tenggorokan kemudian masuk ke jantung. Arak ini seperti
menyatu mengelilinginya.
Tiba-tiba dia merasa pening.
Biasanya sebelum membunuh orang, Meng Xing-hun
selalu dalam keadaan tenang tidak pernah minum arak.
Namun kali ini tidak sama, dia merasa tidak boleh
membunuh orang itu dan dia tidak ingin membunuh. Di sisi
orang itu seperti ada bayangan yang membawa kesialan.
Seperti menunggu dia dan siap untuk menelannya.
Tujuh gelas arak sudah diminum, mata perempuan itu
menjadi besar dan terang.
Orang yang minum arak dapat dibedakan menjadi dua.
Kesatu, bila sudah minum arak matanya akan menjadi
buram dan berwarna merah. Kebanyakan orang memang
seperti itu. Namun perempuan itu tidak termasuk ke dalam kategori
kesatu, dia berbeda. Begitu dia minum gelas ke sembilan,
matanya tampak terang seperti bintang.
Di rumah ada 6 hingga 7 orang sedang melempar dadu.
Suara dadu berdenting seperti suara lonceng.
Lampu terbuat dari perak, cahaya lampu begitu lembut
menyinari barang-barang antik yang berada di atas meja
dan juga menyinari meja yang terbuat dari marmer juga
menyinari orang-orang yang wajahnya berkeringat.
Perempuan ini merasa sangat puas.
Ini adalah rumahnya. Barang-barang di rumah itu adalah
miliknya semua dan rumah itu adalah sebagian kecil dari
seluruh kekayaanya.
Orang-orang berada di rumahnya adalah orang-orang
kaya dan orang-orang di dunia persilatan yang terkenal.
Dulu mereka sedikit pun tidak memandang kepadanya.
Tapi sekarang mereka adalah teman-temannya.
Perempuan ini tahu begitu dia membuka mulut mereka
semua dengan rela hati akan memenuhi semua
permintaannya, sebab mereka pun sering meminta bantuan
kepadanya. Kapan pun dia siap meladeni, permintaan
mereka yang aneh-aneh.
Orang yang duduk di dekat pintu adalah seorang laki-laki
setengah baya. Tempat ini bernama Lu-dong dan laki-laki
adalah orang yang paling kaya di Lu-dong.
Suatu hari pada saat mabuk dia pernah berkata, "Semua
makanan sudah pernah aku cicipi, hanya tidak pernah
makan daging unta utuh yang dipanggang."
Hari kedua begitu, dia membuka mata, dia melihat 4
orang menggotong masuk sarapannya.
Sarapannya adalah seekor unta utuh yang sudah
dipanggang. Di rumah perempuan itu siapa pun boleh meminta hal
yang aneh-aneh, dan dia tidak akan mengecewakan
permintaan mereka.
Sepuluh tahun yang lalu, perempuan itu sama sekali
tidak memiliki apa-apa. Pakaian yang utuh pun tidak dia
miliki, dia membiarkan mata-mata liar laki-laki melihat
bayangan tubuhnya yang tidak tertutup.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu itu, siapa pun yang memberikan dia baju, orang
itu akan mendapatkan semua miliknya yang berharga.
Namun sekarang dia sudah memiliki semuanya.
Bila mata perempuan itu semakin terang artinya dia
sudah minum banyak arak. Bila suara dadu terus
berdenting, barang taruhan pun semakin banyak.
Melihat wajah orang-orang itu dia merasa ada sesuatu
yang lucu. Laki-laki yang biasanya terlihat sangat sopan
begitu mereka berjudi dan melihat perempuan, mereka
seperti segerombol anjing dari segerombol babi.
Dia sebenarnya ingin muntah. Tiba-tiba ada yang
berteriak, "Kali ini aku yang jadi bandar, apakah Lao-panniang
(Nyonya Bos) mau ikut bertaruh?"
Perempuan itu menghampiri orang ini dan menaruh
selembar kertas cek, yang menjadi bandar adalah orang
kaya, biasanya dia selalu memamerkan tubuhnya yang
tinggi dan besar di depan para perempuan. Dan juga sering
memamerkan cincin gioknya yang mahal. Dia melakukan
semua itu ingin membuktikan bahwa dirinya adalah
seorang yang kaya dengan tubuh yang kekar.
Perempuan ini tahu bahwa laki-laki itu sedang
menggodanya. Bandar melempar dadu dan angka yang keluar adalah
angka 11 kemudian dia tertawa hingga terlihat giginya
seperti gigi anjing lapar berwarna kuning dan hitam.
Perempuan ini mengambil dadu kemudian melemparnya
dan angka yang keluar adalah angka 4 merah.
Walaupun bandar ini tertawa dengan terpaksa, dia masih
berusaha untuk tertawa. Tapi begitu dia melihat kertas cek
yang tertulis angka 50.000, wajah laki-laki itu segera
berubah menjadi lebih hitam dan lebih kuning dari pada
warna giginya. Perempuan ini tertawa dan berkata, "Ini hanyalah
sebuah permainan, tidak perlu terlalu serius. Bila Tuan
tidak membawa uang, bisa digantikan dengan suara
gonggongan anjing sebanyak 2 kali, dan semua yang di sini
akan merasa senang."
Demi 50.000 tail, semua orang ingin melakukan hal ini
hanya dengan menggonggong sebanyak 2 kali sudah
dianggap lunas.
Namun perempuan ini dengan cepat membuka pintu
kemudian keluar. Dia takut dia bisa muntah di hadapan
tamu-tamunya. Subuh sudah tiba, cahaya mentari menyinari pohonpohon
dan suasana bertambah misterius.
Perempuan ini menelusuri jalan kecil, melewati
pegunungan dan tiba di sebuah rumah kayu di kaki gunung.
Begitu dia masuk, sudah, melihat Meng Xing-hun yang
sedang mabuk. Perempuan ini diam-diam masuk ke dalam rumah dan
mengulurkan tangannya ke arah Meng Xing-hun.
Sebenarnya Meng Xing-hun belum tidur dan ternyata dia
juga tidak mabuk. Dia hanya tidak mau tahu dengan
keadaan sekitarnya.
Mendengar langkah orang dia membuka matanya dan
melihat tangan perempuan itu.
Itu adalah sepasang tangan yang bagus, hanya terlalu
besar sedikit. Artinya orang yang memiliki sepasang tangan
ini mempunyai sifat yang keras.
Melihat orang yang memiliki sepasang tangan ini, tidak
ada yang percaya bahwa sepasang tangan ini pernah
menggali tanah untuk mendapat ubi dan juga pernah
bekerja di pertambangan batu bara.
Perempuan ini menatap Meng Xing-hun dan mengambil
botol arak dari dadanya. Kemudian dengan lembut berkata,
"Kau jangan minum arak lagi."
Suara perempuan ini terdengar lembut namun nadanya
seperti memerintah.
Memang perempuan ini bisa memerintah Meng Xinghun.
Gao Lao-da ternyata bukan kakak laki-laki yang paling
besar, melainkan kakak perempuan yang paling besar.
Nyawa Meng Xing-hun ditolong oleh perempuan ini.
Waktu itu bakpao yang dingin dan keras, terasa lebih
mahal dari semua barang, termasuk emas.
Saat itu jaman perang dan banyak orang yang kelaparan.
Di mana-mana tampak orang yang mati kelaparan. Orang
yang mati kelaparan sudah bukan pemandangan aneh lagi.
Dan orang yang bisa bertahan hidup itu yang disebut aneh.
Tidak ada rumah, tidak ada ayah dan ibu, semua sudah
hilang. Anak berumur 6 tahun, bisa bertalian hidup, ini
adalah sebuah hal yang aneh dan sebuah mujizat.
Mujizat ini diciptakan oleh Gao Lao-da.
Dia menciptakan 4 mujizat. Ada 4 orang anak yang
mengikutinya. Yang paling kecil berumur 5 tahun, dan dia
sendiri hanya seorang anak perempuan berumur 13 tahun.
Demi menghidupi 4 orang anak dan dirinya sendiri
semua perkerjaan sudah pernah dia kerjakan.
Dia pernah mencuri, mencopet, dan menipu. Dia juga
pernah menjual dirinya.
Saat dia berumur 14 tahun, keperawanannya ditukar
oleh 2 kati daging kepada seorang tukang daging. Dia tidak
pernah lupa wajah si tukang daging.
Lima belas tahun kemudian dia mencari si tukang daging
dan dia menghunus sebuah pedang panjang yang
dimasukkan ke mulutnya.
Matahari yang baru terbit dengan lembut menyinari
kertas jendela.
Kakak Gao menutup gordennya, dia tidak menyukai
cahaya mentari karena di bawah mentari akan tampak
keriput di wajahnya.
Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Apakah kau kemari
untuk menyuruhku melakukan hal itu?"
Kakak Gao tampak tertawa, dia berkata, "Kau tidak
usah disuruh-suruh karena kau tidak pernah
mengecewakanku."
"Namun kali ini...." kata Meng Seng-hun.
"Mengapa dengan kali ini?"
"Kali ini bila aku tidak pergi, bagaimana?" tanya Meng
Xing-hun. Kakak Gao membalikkan tubuhnya dan melotot ke arah
Meng Xing-hun dan berkata, "Mengapa kau tidak mau
pergi" Apakah kau takut kepada Sun Yu-bo?"
Meng Xing-hun tidak menjawab sebab dia pun tidak
tahu harus bagaimana menjawabnya, dia harus bertanya
kepada dirinya sendiri. "Apakah aku takut?" Tapi
jawabannya adalah 'tidak'.
Seseorang bila tidak takut kematian, kepada apa lagi dia
masih harus takut"
Itu adalah kejenuhan dan sudah merasuk ke dalam
tulang dan sudah bercampur dengan darah. Kejenuhan
dapat membunuh orang, kejenuhan bisa membuat darah
mengalir dan jenuh pada kehidupan karena tidak dapat
melihat matahari.
Kehidupan ini seperti kehidupan seorang pelacur. Di
depan matanya hanya ada satu jalan. Di belakangnya
seperti ada pecut yang memecutnya.
Setelah terdiam lama Meng Xing-hun baru menjawab,
"Aku tidak ingin pergi."
Tawa Kakak Gao tiba-tiba membeku seperti es kemudian
menghilang. "Tidak bisa, kau harus pergi!"
Kemudian dia mendekati Meng Xing-hun dan berkata,
"Kau tahu bahwa Shi Qun ada di utara. Xiao He ada di
ibukota, sementara mereka berdua tidak bisa pulang,
apalagi masalah ini hanya kau yang dapat melakukannya.
Hanya kau yang bisa menghadapi Sun Yu-bo."
Meng Xing-hun bertanya lagi, "Bagaimana dengan Ye
Xiang?" Kakak Gao dengan dingin berkata, "Ye Xiang yang
sekarang hanya bisa menggendong anak."
Meng Xing-hun bertanya lagi, "Dulu Ye Xiang pernah
melakukan hal ini."
"Dulu Ye Xiang begitu, sekarang sudah tidak sama."
Kakak Gao pelan-pelan merubah sikapnya menjadi
lembut kemudian berkata, "Aku sudah memberi
kesempatan sebanyak 3 kali tapi setiap kali dia
mengecewakanku."
Wajah Meng Xing-hun tidak ada ekspresi, sudut mata
kanannya terus berkedut. Bila dia merasa sakit hati atau
marah keadaannya pasti seperti itu.
Hubungannya dengan Shi Qun, Xiao He, Ye Xiang
adalah sebagai anak yang diangkat oleh Kakak Gao.
Sebenarnya Ye Xiang adalah pemimpin mereka. Umurnya
paling besar dan dia paling pintar serta kuat, namun
sekarang.... Kakak Gao menarik nafas dan tiba-tiba duduk di sisinya
kemudian berbaring sambil berkata, "Jangan ribut lagi, aku
sudah lelah."
Kakak Gao mengulurkan tangannya dan memegang
tangan Meng Xing-hun dan berkata, "Aku tahu kau juga
lelah tapi kehidupan memang seperti ini, bila kita ingin
bertahan hidup kita tidak boleh berhenti."
"Ingin hidup" Siapa yang peduli dengan hidup?"
Tapi dalam kehidupan ada hal yang harus dipedulikan.
Meng Xing-hun memejamkan mata dan berkata, "Bila
kau menyuruhku pergi, aku akan pergi."
Kakak Gao memegang tangan Meng Xing-hun lebih erat
katanya, "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku."
Tangan Kakak Gao sangat lembut dan hangat. Semenjak
Meng Xing-hun berumur 6 tahun, sepasang tangan ini
sering memegang tangannya. Kakak Gao adalah temannya,
Cicinya dan juga merangkap sebagai ibunya.
Namun sekarang dia merasa sepasang tangan ini tampak
tidak seperti biasanya.
Dia membuka matanya dan melihat sepasang tangan ini
kemudian secara perlahan menulusuri pandangan hingga
bertemu dengan pandangan mata Kakak Gao.
Mata Kakak Gao sangat jernih dan terang tapi wajah
Meng Xing-hun tampak muram. Sinar matahari sudah
bersinar terang, lampu pun sudah dimatikan.
Meng Xing-hun merasa Kakak Gao seperti orang asing.
Seorang perempuan yang cantik dan asing.
Kakak Gao juga sedang memandangnya, setelah lama
baru berkata, "Kau sudah bukan anak kecil lagi."
Meng Xing-hun bukan anak-anak lagi. Semenjak
berumur 13 tahun dia sudah bukan anak-anak lagi.
"Aku tahu kau sering mencari perempuan," kata Kakak
Gao. "Benar, banyak sekali."
"Apakah kau pernah menyukai mereka?"
"Tidak pernah," jawab Meng Xing-hun.
"Bila kau tidak menyukai mereka, artinya mereka tidak
dapat memuaskanmu, bila seseorang selalu merasa tidak
puas, lama-lama dia akan merasa jenuh."
Kakak Gao tertawa begitu lembut dan begitu feminin
dan berkata, "Mungkin kau tidak mengerti perasaan
seorang perempuan, tidak tahu bahwa seorang perempuan
bisa mendukung dan memotivasi."
Meng Xing-hun tidak bicara tapi terus memandang
Kakak Gao. Kakak Gao berdiri pelan-pelan, gerakannya sangat
lembut dan indah, Tangannya diletakkan di bagian kacing
kemudian membukanya satu per satu.
Dia tidak seperti seorang perempuan yang hilang masa
remajanya. Berdiri di bawah sinar matahari pagi, Kakak Gao seperti
dewi di musim semi.
Kakak Gao sedang memandangnya. Nafasnya terdengar
lembut seperti angin musim semi. Membawa harum
membuat orang mabuk kepayang.
Kemungkinan Kakak Gao jadi mabuk dan araknya
sudah berubah menjadi manis dan wangi.
Walaupun masa remajanya sudah hilang, namun dia
tetap seorang perempuan yang tidak dapat ditolak.
Meng Xing-hun berlari kencang dalam angin pagi seperti
seekor binatang yang terkena panah.
Dia berlari dan air matanya terus mengalir. Dia ingin,
dia mau, tapi dia tidak bisa menerimanya.
Saat berumur 13 tahun, saat itu mereka masih berkelana
dan ada suatu hari mereka tidur di sebuah gudang milik
orang lain. Saat itu musim panas, di gudang terasa panas
dan pengap. Karena panas tengah malam dia terbangun,
tidak sengaja melihat Kakak Gao sedang mandi di pojok
gudang. Sinar bulan masuk dari jendela kecil, menyinari
tubuhnya yang telanjang dan molek.
Waktu itu Meng Xing-hun merasa di perutnya ada bara.
Dia memejamkan mata tapi keringat sudah membasahi
pakaiannya. Mulai saat itu dia selalu memikirkan Kakak Gao,
memikirkan tubuhnya yang molek.
Setiap kali sesudah memikirkan hal itu dia selalu merasa
berdosa, dan melarang dirinya untuk tidak memikirkan hal
itu lagi. Hingga dia menyimpan sebuah jarum, setiap kali
bila ingat hal itu dia akan menusuk kakinya dengan jarum
itu. Umurnya semakin bertambah, bekas tusukan jarum di
kakinya pun semakin banyak. Hingga akhirnya dia benarbenar
mempunyai perempuan tapi kalau dia memejamkan
mata, dia menganggap perempuan itu adalah Kakak Gao.
Dia tidak menyangka suatu hari dia benar-benar
mendapatkan Kakak Gao. Dia ingin, dia mau, tapi
bagaimanapun dia tidak bisa menerimanya.
Sewaktu Meng Xing-hun lari keluar dari rumah, kayu
itu, ekspresi wajah Kakak Gao seperti ditampar orang. Bagi
seorang perempuan, ini merupakan penghinaan paling
besar. Meng Xing-hun mengetahui perasaan Kakak Gao tapi
dia tetap harus menolaknya.
Kakak Gao baginya adalah kakak perempuannya,
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ibunya, dan temannya. Dia tidak dapat merusak
hubungannya dengan Kakak Gao dan juga tidak akan
menggeser kedudukan Kakak Gao di hatinya karena tempat
ini selamanya tidak akan tergantikan oleh orang lain.
Daun-daun di hutan mulai berguguran.
Meng Xing-hun berlari masuk ke dalam hutan kemudian
dia berhenti. Dia memeluk sebatang pohon dengan erat,
menggosok wajahnya ke kulit pohon yang kasar. Dia
merasa wajahnya basah oleh air mata atau mungkin oleh
darah" Matahari semakin tinggi, di luar hutan ada sebuah
rumah, tampak indah seperti lukisan tidak ada tempat yang
lebih indah dari pada rumah ini.
Bermacam-macam orang datang dari tempat yang
berbeda menuju tempat itu, mereka seperti lalat yang
melihat darah yang terdapat di dalam daging. Mereka rela
menghabiskan uang sebanyak-banyaknya.
Karena tempat itu adalah rumah pelesiran.
Di sini kau bisa membeli arak yang paling mahal, dan
perempuan yang paling cantik. Juga bisa membeli mimpi
yang tidak dapat diraih.
Bila kau berani mengeluarkan uang, di sini kau bisa
membeli nyawa orang lain.
Di sini tidak ada barang yang tidak dapat dibeli, juga
tidak ada barang yang tanpa uang bisa dibeli. Bila datang ke
tempat ini harus siap mengeluarkan uang. Bagi Meng Xinghun
pun tidak ada pengecualian.
Tidak ada orang yang menjadi pengecualian.
Karena yang mempunyai rumah ini adalah Gao Ji-ping,
biasa dipanggil Gao Lao-da.
Hampir selama 20 tahun mereka hidup berkelana dan
menderita, hingga mendapat suatu pelajaran, lebih baik
mempunyai uang dari pada mempunyai anak. Di dunia ini
yang paling penting adalah uang.
Tidak ada orang yang mengatakan dia salah karena ini
adalah pengalaman dari hidup miskin. Kehidupan miskin
lebih menyakitkan dari pada memotong daging sendiri.
Dari rumah yang berada di sisi jembatan tampak
beberapa orang keluar dari sana. Mereka sedang memeluk
pinggang perempuan sambil menguap dan membicarakan
hasil perjudian tadi.
Semalaman berjudi kadang-kadang lebih melelahkan dari
pada bertarung mempertahankan hidup dan mati.
Meng Xing-hun mengenali orang yang pertama keluar,
dia she Qing. Perempuan yang dipeluknya lebih cocok
menjadi cucunya.
Namun orang marga Qing ini tubuhnya masih terawat.
Semangatnya masih menggebu-gebu. Setiap musim gugur
dia akan datang ke tempat itu dan menginap selama
beberapa hari. Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Orang yang ingin
membeli nyawa Sun Yu-bo tidak begitu banyak. Apakah
dia yang membelinya?"
Nyawa orang ini harganya sangat tinggi, yang bisa
membeli nyawa Sun Yu-bo tidaklah banyak. Dulu Meng
Xing-hun membunuh orang dia tidak pernah tahu siapa
yang membelinya, tapi kali ini lain, dia ingin tahu.
Sepertinya malam ini marga Qing panen besar karena
terdengar tawanya sangat keras, tapi.... tiba-tiba tawanya
berhenti, di dekat jembatan terlihat ada seseorang lewat.
Orang ini rubuhnya sangat tinggi dan besar juga gagah
mengenakan baju panjang berwarna hijau. Rambutnya
sudah mulai memutih dan tangannya memegang 2 buah
lempengan besi.
Meng Xing-hun juga tidak dapat melihat wajahnya. Dia
hanya bisa melihat wajah si Qing itu.
Di dunia persilatan orang marga Qing lumayan terkenal
namun begitu dia melihat orang itu wajahnya langsung
berubah menjadi sopan dan dia menyingkir ke sisi
kemudian membungkukkan badan memberi hormat.
Orang ini hanya mengangguk dan mengucapkan 2 kata,
langsung pergi.
Meng Xing-hun ingin mengetahui siapa orang itu.
Namun dia tidak dapat melakukannya.
Di tempat itu Meng Xing-hun seperti setan yang tidak
dapat melihat cahaya. Tidak mempunyai nama juga tidak
mempunyai she. Tidak boleh mengenal orang juga tidak
boleh dikenal orang.
Karena Gao Lao-da menganggap di dunia persilatan
tidak diperbolehkan ada seorang yang bernama Meng Xinghun.
Sepertinya seumur hidup Meng Xing-hun kerjanya
adalah membunuh orang. Bisa jadi juga nanti dia mati
karena dibunuh orang.
Bila dia ingin hidup lebih lama, maka tidak diijinkan
memiliki perasaan, teman, dan kehidupan pribadi. Karena
nyawanya bukan miliknya.
Meng Xing-hun merasa pohon yang berada di depannya
nasibnya lebih baik dari dirinya. Paling sedikit pohon ini
mempunyai nyawa sendiri dan paling sedikit pohon ini bisa
berdiri tegak. Dia mendorong pohon itu kemudian berdiri. Tiba-tiba
dari. atas pohon ada sepasang tangan yang terulur dari atas
pohon dan tangan itu memegang sebotol arak. Ada suara
yang rendah dan serak berkata, "Begini pagi sudah bangun,
ini bukan hal yang baik, marilah ke sini kita minumminum!"
Meng Xing-hun menundukkan kepalanya kemudian
menerima gelas arak itu. Dia tidak perlu membalikkan
tubuhnya untuk melihat, sebab dia sudah mengetahui siapa
orang yang berada di atas pohon itu.
Walaupun dia tidak mengenal suara yang serak itu
namun dia bisa mengenal sepasang tangan ini.
Tangannya sangat besar dan tipis, artinya bila dia
memegang benda apa pun dapat dipegang dengan erat,
apalagi bila dia memegang pedang, tidak ada orang yang
bisa luput dari pedangnya.
Namun sepasang tangan ini sudah lama tidak memegang
pedang. Pedang di tangannya sudah 'digantungkan'.
Ye Xiang membunuh orang.... selamanya tidak akan
meleset.... Gao Lao-da selalu, mempercayainya, dia pun penuh
dengan rasa percaya diri. Namun sekarang dia memegang
cangkir arak pun ternyata sudah tidak mampu.
Tangannya tampak ada bekas luka yang panjang dan
dalam. Ini terjadi saat terakhir kali dia membunuh orang.
Orang itu bernama Yang Yu-ling. Dia bukan orang
terkenal, orang yang pernah dibunuh oleh Ye Xiang
semuanya lebih lihai dari pada Yang Yu-ling.
Gao Lao-da menyuruh dia membunuh orang ini hanya
ingin memulihkan kepercayaan dirinya sebab Ye Xiang
sudah 2 kali gagal.
Ternyata kali itu dia gagal lagi.
Tangan Ye Xiang hampir dipotong oleh Yang Yu-ling.
Semenjak itu Ye Xiang tidak pernah membunuh orang
lagi, dan semenjak itu pula tiap hari kerjanya hanya mabukmabukan.
Araknya terasa pahit dan pedas. Meng Xing-hun hanya
minum seteguk saja sudah mengerutkan dahinya.
"Ini bukan arak bagus, aku tahu kau tidak terbiasa
meminumnya. Namun walau arak ini tidak bagus dari pada
tidak ada arak bukankah ini lebih baik?" Ye Xiang lalu
tertawa dan berkata lagi, "Gao Lao-da masih
mengijinkanku minum arak ini, ini masih lebih baik
keadaannya. Sebenarnya orang sepertiku hanya pantas
minum air kencing kuda."
Meng Xing-hun tidak mengatakan apa-apa, karena dia
tidak tahu harus bicara apa.
Ye Xiang sudah turun dari pohon, dengan tersenyum dia
melihat Meng Xing-hun. Namun Meng Xing-hun tidak mau
melihatnya. Orang yang pernah bertemu dengannya dulu, tidak akan
ada yang menyangka dia akan berubah begitu drastis.
Sebenarnya dia adalah seorang laki-laki ganteng dan
sangat kuat, mempunyai tenaga yang sangat besar. Juga
mempunyai wibawa yang tinggi seperti pedang yang sudah
diasah hingga mengkilat.
Tapi sekarang pedangnya sudah berkarat, wajahnya yang
ganteng semakin kuyu, matanya pun sudah tidak bersinar
lagi. Perutnya mulai membuncit, suaranya pun sudah
berubah menjadi serak.
Dia menenggak arak lagi kemudian menarik nafas.
"Sekarang kesempatan kita bertemu semakin sedikit, aku
tidak menyalahkanmu. Biarpun kau menghina diriku, itu
memang pantas untukku. Bila tidak ada dirimu aku sudah
mati di tangan Yang Yu-ling."
Terakhir kali saat Gao Lao-da menyuruh Ye Xiang
membunuh orang, dia sudah tidak merasa yakin karena itu
dia menyuruh Meng Xing-hun menguntit di belakang.
Mulai saat itu Meng Xing-hun sudah mengganti
posisinya. Ye Xiang tertawa dan berkata, "Sebenarnya hari itu aku
sudah tahu kau mengikutiku di belakang, karena itu aku...."
Meng Xing-hun memotong kata-kata Ye Xiang
kemudian dia berbicara, "Kali ini sebenarnya aku tidak
perlu pergi."
"Mengapa?" tanya Ye Xiang.
"Kau tahu Gao Lao-da menyuruhku mengikutimu,
sebab dia mengkhawatirkanmu dan karena itu kau menjadi
tidak percaya diri. Bila aku tidak pergi kau pasti bisa
membunuh Yang Yu-ling."
Ye Xiang tertawa sedih dan berkata, "Kau salah! Saat
aku membunuh Lei Lao-san, aku sudah tahu bahwa
selamanya aku sudah tidak akan bisa membunuh orang
lagi." Saat itu dia gagal membunuh Lei Lao-san, itu adalah
kegagalan pertama kali yang dia lalaikan.
Kata Meng Xing-hun, "Lei Lao-san adalah seorang
tengkulak, biasanya kau paling benci orang semacam ini.
Aku merasa aneh mengapa saat itu kau tidak mampu
membunuhnya?"
Ye Xiang tertawa kecut. "Aku pun tidak tahu apa
sebabnya" Aku hanya merasa sangat lelah. Saking lelahnya,
hingga aku tidak mau melakukan apa pun. Kemungkinan
kau tidak mengerti perasaan itu."
'Lelah', kata itu seperti jarum.
Sudut mata Meng Xing-hun tampak berkedut lagi,
setelah lama dia berkata, "Aku mengerti."
"Kau mengerti apa?" tanya Ye Xiang.
"Aku sudah membunuh 11 orang."
Setelah lama.... Ye Xiang baru bertanya lagi, "Kau tahu
aku sudah membunuh berapa banyak orang?"
Meng Xing-hun tidak tahu, kecuali Gao Lao-da tidak
ada lagi yang tahu. Setiap kali melaksanakan tugas itu
adalah sebuah misi rahasia, tidak boleh dikatakan kepada
orang lain. "Aku sudah membunuh sebanyak 30 orang, tidak lebih
tidak kurang, tepat 30 orang," kata Ye Xiang.
Tangannya gemetaran, dia segera menenggak arak dan
langsung menelannya. Dengan suara pelan dia berkata lagi,
"Kau juga akan membunuh orang dalam jumlah yang
banyak mungkin bisa lebih dari 30 orang. Bila kau tidak
membunuh kau akan menyerupai diriku yang sekarang."
Lambung Meng Xing-hun terasa keram, dia ingin
muntah. Ye Xiang adalah cerminan dirinya. Dari diri Ye Xiang,
Meng Xing-hun dapat melihat keadaan dirinya.
Kata Ye Xiang, "Setiap orang memiliki nasib dan takdir
sendiri. Dan orang yang diatur oleh nasib jarang ada yang
bisa menghindari dan merubah nasibnya. Aku benci diriku,
mengapa aku bukan orang yang hanya pasrah menerima
nasib," matanya yang redup tampak sedikit bercahaya,
katanya, "Aku pernah memiliki kesempatan itu."
"Apa kau pernah memiliki kesempatan?"
Ye Xiang menarik nafas dan berkata, "Pernah suatu kali
aku bertemu dengan seorang perempuan. Perempuan ini
membantuku dengan sepenuh hati. Kalau waktu itu aku
bertekad mengikutinya kemungkinan hidupku sekarang
akan lebih enak. Walaupun mati, aku dapat mati dengan
baik." "Mengapa kau tidak mengikutinya?"
Mata Ye Xiang menyorot gelap, karena, sedih matanya
menyipit, setelah lama dia baru melanjutkan, "Karena aku
adalah seorang yang bodoh dan sangat goblok, aku tidak
punya keberanian."
"Kau bukannya tidak berani tapi tidak tega."
Ye Xiang berkata, "Tidak tega. Tidak tega adalah
tindakan bodoh. Aku berharap kau jangan seperti diriku
begitu bodoh."
Dia memandang Meng Xing-hun, dengan suara pelan
berkata, "Kesempatan hanya datang satu kali, bila sudah
lewat tidak akan datang lagi. Dalam hidup seseorang pasti
akan datang satu kesempatan.
Karena itu aku minta kepadamu jika kesempatan datang,
jangan lewatkan begitu saja."
Ye Xiang membalikkan tubuhnya, dia tidak mau ah
matanya dilihat oleh Meng Xing-hun.
Dia minta Meng Xing-hun untuk melakukan semua itu,
tapi sebenarnya hal itu untuk dirinya sendiri.
Seumur hidupnya dia sudah tidak mempunyai
kesempatan, dia berharap Meng Xing-hun dapat
menyambung nyawanya.
Meng Xing-hun tidak bicara lagi, karena dia tidak dapat
membicarakan isi hatinya kepada orang lain. Perasaannya
kepada Kakak Gao hanya dirinya yang tahu.
Demi Kakak Gao dia rela. mati.
Ye Xiang bertanya lagi, "Apakah kau akan membunuh
orang lagi?"
Meng Xing-hun mengangguk.
"Kali ini siapa yang akan kau bunuh?"
"Sun Yu-bo."
Ini adalah rahasianya tapi di depan Ye Xiang dia tidak
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menyimpan rahasia.
Dia melihat mata Ye Xiang menyipit lagi, setelah lama
Ye Xiang baru bertanya, "Apakah Sun Yu-bo yang
dimaksud adalah Sun Yu-bo yang tinggal di Jiang-nan?"
"Apakah kau mengenalnya?" tanya Meng Xing-hun.
"Aku pernah bertemu dengannya."
"Dia seperti apa orangnya?"
"Dia orang seperti apa, tidak ada yang mampu
menjelaskannya. Aku hanya mengetahui satu hal saja."
"Mengenai apa?" tanya Meng Xing-hun.
"Bila aku jadi kau, aku tidak akan mau membunuhnya."
Meng Xing-hun terdiam lama setelah itu baru berkata,
"Aku juga tahu sesuatu."
"Apa yang kau ketahui?"
Meng Xing-hun menatap jauh kemudian berkata, "Aku
harus membunuhnya."
Sungguh tidak adil langit memperlakukan mereka.
Mereka merasa sedih marah, namun tidak bisa berbuat apaapa.
Ooo)*(ooO Di dunia ini hal yang tidak adil sangatlah banyak.
Untung kecuali ada langit dan mereka masih memiliki Laobo
(Pak Tua). Lao-bo belum pernah mengecewakan mereka.
Artinya Lao-bo bukan murni berarti Pak Tua. Arti Laobo
sangatlah banyak.
Di hati orang-orang bayangan Lao-bo ini sangat
berwibawa, dipercayai dan dekat dengan orang-orang.
Mereka tahu biar ada kesulitan seperti apa pun, Lao-bo
akan membantu mereka membereskan masalah. Walaupun
mendapat hinaan yang sangat besar, Lao-bo tetap akan
membela mereka.
Mereka sangat menghormati, mempercayai, seperti
seorang anak laki-laki mempercayai ayahnya sendiri.
Dia membantu mereka, mencintai mereka, namun dia
tidak pernah meminta apa pun kepada mereka.
Bila Lao-bo membuka mulut, mereka akan dengan suka
hati berkorban memenuhi permintaannya.
Fang Yao-ping sewaktu pulang sudah mabuk seperti
melayang-layang. Dia tidak ingat di mana dia minum arak,
juga tidak tahu bagaimana dia bisa tiba di rumah.
Bila dia tidak mabuk dia tidak akan pulang.
Sebenarnya dia mempunyai keluarga yang hangat
namun 7 bulan yang lalu rumahnya berubah seperti neraka.
Pelayan-pelayan sudah tidur, dia mencari arak yang
tersisa setengah botol lagi.
Dia belum mulai minum tapi malah muntah. Muntah di
karpet buatan luar negri.
Sesudah muntah dia agak sadar, sebenarnya dia tidak
mau sadar. Sewaktu sadar, keadaannya malah seperti orang
gila. Dia memiliki uang dan nama, orang yang mempunyai
nama dan uang kebanyakan akan memiliki istri yang cantik.
Istrinya sangat cantik, boleh dikatakan kecantikan
istrinya begitu menggoda. Dia tidak tahan bila laki-laki lain
memandang istrinya dengan pandangan cabul.
Dia ingin mencungkil mata laki-laki yang memandang
istrinya dengan pandangan seperti itu.
Namun istrinya suka dengan pandangan seperti itu. Dia
suka bila laki-laki memujinya. Juga suka melihat ekspresi
wajah mereka yang cabul itu. Di luar tampak wajah istrinya
dingin seperti es tapi dia tahu di dalam hati istrinya sedang
memikirkan naik ranjang bersama laki-laki lain.
Dia pun tahu sebelum menikahinya, istrinya sudah
sering main dengan laki-laki lain.
Pada waktu hari pertama menikah, dia hampir mencekik
istrinya tapi begitu melihat sepasang mata yang besar,
lincah dan melihat mulutnya yang kecil, tangan yang
terulur untuk mencekik tiba-tiba berubah menjadi pelukan.
Dan dia menangis di dada istrinya. Dia tidak tahu bahwa
istrinya entah sudah beberapa kali naik ranjang bersama
laki-laki lain.
Dia hanya tahu satu hal.
Jika dia tidak ada di tempat tidur, istrinya pasti berada di
tempat tidur laki-laki itu.
Fang Yao-ping berlari masuk ke ruangan tamu dan
mencari sebotol arak, dia berbaling di dekat pintu dan terus
meneguk arak hingga dia mendengar suara di luar jendela.
Suara baju yang diterpa angin.
Zhu Qing (istrinya) sebelum menikah dengannya adalah
seorang penjahat perempuan yang sangat terkenal. Ilmu
meringankan tubuhnya lebih lihai dari Fang Yao-ping.
Sekarang dia tidak perlu mencuri lagi, tapi ilmu
meringankan tubuhnya tetap berguna baginya. Kapan pun
dia bisa keluar dari jendela kemudian pergi mencuri.
Sekarang dia tidak mencuri barang, dia hanya mencuri
laki-laki. Lilin hampir padam, namun masih ada sedikit cahaya.
Tiba-tiba Zhu Qing muncul, dan berdiri di hadapannya.
Pandangannya tampak menghina.
Wajah Zhu Qing terlihat pucat namun bola matanya
hitam. Penampilannya dingin tapi tampak anggun. Siapa
pun tidak tahu dia keluar untuk melakukan apa.
"Kau tadi keluar untuk apa?" tanya Fang Yao-ping.
Dia sebenarnya sudah tahu jawabannya tapi dia tetap
bertanya. Zhu Qing menjawab dengan nada sinis dan berkata
dingin, "Mencari seseorang."
"Mencari siapa?"
"Ya, aku mencari Mao Wei."
Di kota itu semua kenal dengan Mao Wei, sebab harta
Mao Wei sangat banyak. Perempuan yang dipermainkan
oleh Mao Wei tidak terhitung banyaknya.
Dalam hitungan 10 orang, paling sedikit ada 6 orang
yang mengenakan pakaian yang dibeli di toko Mao Wei.
Beras pun. dibeli dari toko Mao Wei.
Berjalan entah kemana pun, tanah yang dipijak
kemungkinan masih dimiliki oleh Mao Wei, bila melihat
ada seorang perempuan, kemungkinan perempuan ini
sudah pernah dipermainkan oleh Mao Wei.
Di tempat itu walaupun kau melakukan hal apa pun pasti
ada hubungannya dengan Mao Wei.
Wajah Fang Yao-ping tampak marah dan berkata,
"Untuk apa kau mencari Mao Wei?"
"Kau ingin tahu aku mencari Mao Wei untuk melakukan
apa?" Matanya menyorotkan sinar yang menggoda, wajah Zhu
Qing yang pucat mulai memerah kemudian dia berkata,
"Dia juga minum arak, tapi dia tidak seperti dirimu, meski
dia sudah mabuk tapi masih bisa melakukannya."
Tiba-tiba Fang Yao-ping meloncat dan mencekik leher
Zhu Qing kemudian berteriak, "Aku akan membunuhmu!"
Tiba-tiba Zhu Qing tertawa cekikikan, "Bunuhlah bila
kau mau! Bila kau berani memarahi Mao Wei, aku baru
kagum padamu."
Fang Yao-ping tidak berani, dalam keadaan, mabuk pun
dia tidak berani melakukannya.
Tangan Fang Yao-ping gemetaran kemudian dia
melonggarkan cekikannya. Namun begitu melihat wajah
Zhu Qing yang menghina dirinya, tangannya kembali
mencengkram erat.
Tiba-tiba Zhu Qing berteriak, "Jangan memukuli
wajahku!" Dia berteriak tapi tidak ketakutan malah
terdengar nada tawa di dalam suaranya.
Fang Yao-ping memukul perut Zhu Qing hingga dia
terjatuh, kemudian dia mengait leher Fang Yao-ping,
menariknya supaya ikut terbaring di lantai dan membiarkan
Fang Yao-ping menghirup wangi tubuhnya dan Fang Yaoping
terus memukul dada Zhu Qing yang kenyal.
Tapi dia memukul terlalu ringan, Zhu Qing malah
tertawa cekikikan, dia mengangkat gaun panjangnya
mengeluarkan sepasang kakinya yang panjang dan putih.
Fang Yao-ping seperti seekor sapi yang terengah-engah.
Tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Dia mencoba melakukannya tapi tetap tidak mampu.
Dan dia menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Zhu
Qing. Dia berguling ke tempat bekas muntahannya.
Dia masih ingin muntah, tapi tidak bisa karena itu dia
hanya bisa menangis.
Zhu Qing pelan-pelan berdiri, merapikan rambutnya
yang kusut hanya dalam waktu singkat dia sudah berubah
dari perempuan genit menjadi perempuan anggun.
Dengan dingin dia menatap Fang Yao-ping dan berkata,
"Aku tahu sekali kau mabuk, tidak dapat melakukannya.
Sekarang aku mau tidur, jangan ganggu! Aku harus tidur
nyenyak supaya besok aku ada tenaga mencari Mao Wei."
Dia membalikkan tubuh kemudian masuk ke kamar
tidurnya dan sebelum masuk berkata, "Kecuali kau
membunuh Mao Wei, bila tidak tiap hari aku akan mencari
dia." Dia mendengar suara pintu dikunci. Fang Yao-ping terus
menerus menangis hingga dia terpikir pada seseorang yang
dapat menolongnya yaitu Lao-bo.
Begitu teringat pada orang itu, hatinya terasa tenang
karena dia tahu bahwa Lao-bo bisa membantunya
membereskan masalah. Hanya dia tidak ada yang lain.
Ooo)*(ooO Zhang Lao-tou (Zhang tua) berdiri di dekat tempat tidur,
melihat anak perempuannya yang cantik, air mata Zhang
Lao-tou mengalir.
Dia adalah seorang tua yang memiliki kehidupan yang
susah. Seumur hidup membantu orang bekerja di sawah.
Pada saat panen pun hasilnya adalah milik orang lain.
Hanya anak perempuan satu-satunya yang bisa
membahagiakannya. Anak perempuan ini adalah bagian
dari jiwanya. Namun sekarang anak kesayangannya sudah dirusak
oleh orang bejat.
Semenjak pulang kemarin malam, anak perempuannya
pingsan dan belum sadar sampai sekarang.
Sewaktu digendong dan dibawa pulang, semua bajunya
sudah sobek. Kulit yang putih dan mulus tampak ada biru
lebam-lebam. Di rubuhnya pun banyak darah dan mata
kanannya bengkak. Dagu yang indah pun tampak terluka.
Mengapa dia bisa mengalami kejadian yang menakutkan
seperti itu" Zhang Lao-tou tidak dapat berpikir dan tidak
bisa berpikir, lebih-lebih tidak tega untuk memikirkannya.
Sewaktu dia mengambil air kemarin, dia masih tampak
polos dan begitu gembira. Masih mempunyai mimpi-mimpi
yang indah. Namun pada saat dia pulang kehidupannya
sudah berubah menjadi mimpi buruk.
Sebelum dia pingsan dia sempat menyebutkan 2 nama
orang. Dua ekor binatang.
Zhang Lao-tou sangat ingin mencekik leher mereka
dengan tangannya sendiri. Namun dia tidak sanggup.
Jiang Feng dan Jiang Ping adalah tamu agung dari
keluarga Xu. Ayali mereka dengan orang yang punya
rumah yang bernama Xu Qing-song adalah teman baik.
Kedua kakak adik ini adalah orang yang lumayan
terkenal di dunia persilatan sebab mereka pernah
membunuh harimau tanpa menggunakan senjata.
Bila Zhang Lao-tou ingin membunuh mereka dengan
tenaga sendiri, rasanya selamanya tidak akan berhasil.
Namun Xu Qing-song adalah orang yang sangat adil.
Kali ini dia pasti bisa memberikan jalan keluar yang adil
untuk kedua belah pihak.
Xu Qing-song dengan muka yang marah berdiri di depan
Kang bersaudara. Dia menggulung lengan bajunya, dia
ingin mencekik mati kedua pemuda ini.
Walaupun Jiang Feng dan Jiang Ping menunduk sangat
dalam dan sangat ketakutan tapi dari sorotan mata mereka
terlihat mereka tidak takut sama sekali. Adiknya melihat
sepatunya sendiri karena di sepatunya ada noda darah.
Sepasang sepatu ini baru dibeli di ibukota, karena itu dia
merasa sangat sayang.
Binatang yang jahat.
Kemarahan Zhang Lao-tou membuat tubuhnya
gemetaran tapi dia berusaha meredam kemarahannya. Dia
percaya Xu Qing-song akan menghukum mereka, agar
mereka tidak berani melakukan hal ini lagi.
Suara Xu Qing-song sangat tegas saat mengatakan,
"Apakah hal ini dilakukan oleh kalian" Jawab yang jujur!"
Jiang Feng mengangguk, begitu juga dengan Jiang Ping.
Xu Qing-song sangat marah dan berkata, "Tidak
kusangka, kalian bisa melakukan hal seperti ini, apakah
ajaran orang tua kalian dilupakan begitu saja. Aku adalah
teman baik ayah kalian, paling sedikit harus menggantikan
dia mengajar kalian. Apakah kalian bisa menerimanya?"
"Ya!" jawab Jiang Feng.
Wajah Xu Qing-song tidak marah lagi dan berkata,
"Kelakuan kalian walaupun sangat memalukan namun
masih mau mengakui kesalahan. Di depanku pun kalian
tidak berbohong. Anak muda bila mau mengakui
kesalahannya dia masih bisa ditolong, untung Nona Zhang
lukanya tidak begitu berat...."
Zhang Lao-tou tiba-tiba merasa pusing, kata-kata Xu
Qing-song satu kata pun dia tidak dapat mendengarnya.
Nona Zhang lukanya tidak begitu berat, harus
bagaimana bisa dikatagorikan luka berat" Kebahagiaan
seumur hidupnya sudah dirampas oleh dua ekor binatang
ini. Luka seumur hidup tidak dapat dilupakan. Apakah ini
tidak termasuk berat"
Xu Qing-song berkata lagi, "Sekarang aku tanya kepada
kalian, kelak apakah kalian masih berani melakukan
perbuatan seperti ini lagi?"
Jiang Feng mengeluarkan senyum yang licik, dia tahu
bahwa masalah sudah beres.
Dengan cepat Jiang Feng berkata, "Tidak berani lagi!"
"Karena pertama kalinya kalian melakukan hal ini dan
berani mengakui kesalahan kalian, maka hukumannya agak
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ringan. Kalian dihukum bekerja selama 7 hari di rumahku,
dan semua upah kalian diberikan kepada Nona Thio."
Xu Qing-song melanjutkan lagi, "Lain kali jika kalian
berani melakukan lagi, aku tidak akan mengampuni kalian
lagi." Zhang Lao-tou merasa darah di tubuhnya seperti sudah
terhisap habis, dia sudah tidak sanggup berdiri lagi.
Bila setiap hari mendapat 3 tail perak, dalam 7 hari ada
21 tail perak. Dua puluh satu tail perak untuk Kang
bersaudara hanya seperti sebutir debu. Tapi ternyata bisa
membeli kebahagiaan anak perempuan seumur hidupnya.
Kang bersaudara berjalan sambil menunduk dan terus
keluar. Sewaku mereka melewati Zhang Lao-tou, mereka
memandangnya. Pandangan mata mereka penuh dengan
rasa kemenangan.
Zhang Lao-tou selama ini hidup dalam kesulitan.
Seumur hidup mengalami banyak siksaan dan penghinaan,
dia sudah terbiasa menerima hinaan orang lain.
Namun saat ini dia sudah tidak dapat menguasai dirinya,
dengan sekuat tenaga dia menjambak baju Jiang Feng dan
memukul dadanya sambil berteriak, dia berkata, "Aku juga
mempunyai 21 tail perak, bawa kakak perempuan dan adik
perempuanmu ke sini. Aku juga mau melakukannya!"
Jiang Feng dengan dingin, menatapnya, tidak bergerak
juga tidak membalas.
Pukulan Zhang Lao-tou ke dadanya seperti lalat
menggoyang-goyangkan tiang kayu.
Dua orang pelayan datang dan menarik tangan Zhang
Lao-tou dan mengangkat Zhang Lao-tou keluar.
Zhang Lao-tou merasa seperti seekor monyet. Seumur
hidup merasa dihina dan dipermainkan seperti seekor
monyet. Xu Qing-song dengan wajah marah berkata, "Kalau
bukan anak perempuanmu yang menggoda duluan, Kang
bersaudara tidak akan berani melakukan hal itu. Mengapa
mereka tidak melakukan hal itu kepada perempuan lain"
Perempuan di desa ini bukan hanya anakmu saja!"
Dia mengayunkan tangan dan masih marah, "Cepat
pulang! Ajar anak perempuanmu! Jangan marah-marah
seperti orang gila di sini."
Zhang Lao-tou merasa ada air yang pahit keluar dari
tenggorokannya, dia ingin muntah tapi tidak bisa keluar.
Dia mengambil seutas tali dan mengikat di atap rumah.
Dia marah karena dirinya tidak berguna, marah kepada
dirinya mengapa tidak bisa mencari keadilan. Hanya bisa
melihat anak perempuannya diperkosa. Dia rela
mengorbankan semuanya untuk melindungi anak
perempuannya. Tapi saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Bila hidup seperti ini lebih baik mati saja.
Dia mengikat talinya kemudian dia memasukkan
lehernya ke dalam bulatan tali itu. Saat itu dia melihat di
sudut rumah ada beberapa labu dan setumpuk anggur.
Setiap panen di musim gugur dia akan memilih labu
yang paling besar dan anggur yang paling manis, kemudian
mengantarkannya kepada orang itu, karena rasa cinta dan
rasa penghormatan kepada orang itu.
Dia memikirkan orang itu, orang itu adalah Lao-bo. Air
pahit yang terasa di mulutnya tiba-tiba menghilang karena
dia percaya orang ini akan mengembalikan keadilan
untuknya. Lao-bo adalah orang yang bisa dipercayai seumur
hidupnya. Hanya Lao-bo, tidak ada orang lain.
Ooo)*(ooO Tujuh orang pemberani adalah 7 orang anak muda.
Mereka berari dan penuh tenaga kehidupan. Hanya mereka
tidak begitu mengerti apa yang dimaksud dengan kata
'berani'. Mereka berani mengatakan dan melakukan apapun.
Mereka menganggap hal seperti itu yang disebut berani.
Tapi tidak tahu hal seperti itu bisa disebut bodoh.
Ketujuh orang pemberani ini, yang paling besar bernama
Tie Cheng-gang.
Tie Cheng-gang tidak sama dengan keenam pemuda
lainnya. Dia bukan anak yatim piatu tapi dia senang
berkelana. Musim gugur adalah musim yang tepat untuk berburu.
Hari ini Tie Cheng-gang membawa keenam anak
buahnya untuk berburu. Mereka baru mendapat dua ekor
rusa, seekor kucing gunung, dan beberapa ekor kelinci.
Tiba-tiba melihat di balik bukit ada kebakaran. Apinya
sudah besar. Rumah Duan Si-ye, rumahnya ada di sana.
Duan Si-ye adalah paman Tie Cheng-gang.
Mereka dengan cepat berlari menuju tempat kebakaran.
Benar saja kebakaran terjadi di rumah Duan Si-ye.
Api sangat besar namun tidak ada orang yang bisa
memadamkannya. Rumah itu biasa dihuni oleh 70 hingga
80 orang, ke manakah mereka semua"
Mereka berlari masuk ke rumah itu, di sana mereka
mendapatkan jawabannya. Di rumah itu semua laki-laki,
perempuan, yang tua dan yang muda berjumlah 79 orang,
semua sudah menjadi 79 mayat.
Tombak perak yang biasa digunakan oleh Duan Si-ye
sekarang sudah terputus menjadi dua. Dan ujung
tombaknya menancap di dada Duan Si-ye. Namun gagang
tombak tidak ada di tangan Duan Si-ye.
Sepasang tangannya terkepal dengan keras, punggung
tangannya tampak urat nadi hijau masih melingkar-lingkar
seperti ular mati.
Barang apa yang digenggam begitu erat" Hingga mati
pun tidak rela melepaskannya.
Tidak ada orang yang tahu, dia sendiri pun tidak
memiliki kesempatan untuk bicara. Mati pun dia tidak
sempat menutup matanya.
Tie Cheng-gang melihat wajah Duan Si-ye yang sudah
berubah dan memandang bola matanya yang menonjol
keluar karena perasaan marah yang dialami Duan Si-ye
sebelumnya. Tie Cheng-gang merasa hatinya sangat sakit
dan lambungnya pun terasa menciut.
Dia jongkok dan menutupi kelopak mata pamannya,
kemudian membuka genggaman tangan pamannya.
Genggaman itu sangat sulit dibuka.
Tangan Duan Si-ye menggenggam terlalu erat, darah dan
tulang sudah mengeras.
Api semakin mendekat, api sudah memanggang wajah
Tie Cheng-gang yang putih menjadi kemerahan dan
rambutnya mulai tercium bau hangus.
Anak buahnya berteriak, "Cepat lari! Kita keluar dulu
baru bicara lagi!"
Tie Cheng-gang menggigit bibirnya dan mencabut golok
dan memenggal sepasang tangan pamannya. Kemudian
sepasang tangan itu disimpan di dalam pakaiannya.
Anak buahnya merasa aneh.
"Bila kau ingin melihat tangannya menggenggam apa,
mengapa tidak sekalian saja menggotong mayatnya
keluar?" Tie Cheng-gang menggeleng-geleng kepalanya dan
berkata, "Lebih baik paman dikremasi saja."
Dia tidak pernah berbohong kepada anak buahnya
namun, kali ini dia tidak mengatakan yang sejujurnya.
Dia tiba-tiba mempunyai perasaan tidak enak, dia tidak
bisa membawa mayat pamannya keluar. Kemungkinan
jiwanya pun tidak dapat ditolong kemudian dia mundur
keluar. Anak buahnya menatap dia dengan aneh dan
berkata, "Apakah kita biarkan keadaan seperti ini?"
Tie Cheng-gang menggigit lebih keras, "Harus
bagaimana mengurusnya?"
"Paling sedikit kita harus tahu siapa yang membakar
rumah ini."
Tie Cheng-gang belum menjawab dia sudah melihat ada
3 orang muncul. Tiga orang tosu mengenakan baju
berwarna biru. Ada Pita di pedang yang berwarna kuning
bergerak-gerak ditiup angin. Dan jenggotnya yang belang
bergerak-gerak ditiup angin. Mereka seperti 3 orang dewa
yang baru turun dari langit. Ketiga orang ini pasti bukan
pembunuh. Hati Tie Cheng-gang tiba-tiba menjadi berat, tapi anak
buahnya malah merasa senang.
Huang-shan-san-you sudah datang. Asalkan ada tiga
orang Lo-cianpwee ini semua masalah pasti akan beres.
Huang-shan-san-you adalah sebutan untuk Yi Shi
(Sebuah batu), Yi Yun (Sekelompok awan) dan Yi Qiang
(Satu mata air).
Walaupun mereka bertiga adalah tosu namun ilmu
pedang mereka sangat tinggi dan mereka juga sangat adil.
Banyak pemuda yang belajar pedang menganggap mereka
sebagai idolanya.
Ketujuh orang pemberani ini pun tidak terkecuali mereka
membungkukkan badan memberi hormat kepada Huangshan-
san-you, wajah mereka sangat marah.
Tiba-tiba Yi Qiang berseru, "Kalian sangat berani!"
Yi Yun juga berkata, "Aku tahu kalian biasanya sering
melakukan hal yang tidak boleh dilakukan tapi tidak
disangka kalian berani melakukan hal ini."
Yi Shi selalu jarang berbicara. Dia diam seperti
sebongkah batu. Lebih keras dan lebih dingin dari pada
batu. Ketujuh orang pemberani ini, enam orang wajahnya
sudah berubah, mereka bukan takut tapi kaget.
"Kami sudah melakukan apa" Perbuatan ini bukan kami
yang melakukannya."
"Kau masih berani berani berkata seperti itu!" kata Yi
Qiang marah. Yi Yun pun marah dan berkata, "Bila bukan kalian yang
melakukannya, lalu siapa yang melalaikannya" Darah di
pisau kalian pun belum dibersihkan."
"Darah yang berada di pisau adalah darah binatang
buruan bukan darah orang."
Mata Huang-shan-san-you begitu jeli mengapa tidak
dapat membeda kan darah, manusia dan darah binatang"
Mereka tambah kaget, Tie Cheng-gang malah terlihat
tenang. Sebab dia sudah melihat semua penyebabnya, dia juga
tahu tidak ada orang yang bisa membela mereka. Dia tidak
mau mati sebagai kambing hitam. Lebih-lebih dia tidak mau
anak buahnya menemani dia mati. Karena itu dia harus
tenang. "Apa yang ingin kalian bicarakan lagi?" tanya Yi Qiang
lagi. Tie Zheng Gang tiba-tiba berkata, "Hal ini semua aku
yang lakukan, mereka tidak tahu apa-apa."
"Apakah kau menyuruhku melepaskan mereka?" tanya
Yi Qiang. "Asal kau melepaskan mereka, separah kata pun aku
tidak akan membantah, aku jamin."
Mata Yi Shi menyipit dan berkata, "Satu pun tidak dapat
dilepaskan, bunuh semua!"
Pedangnya lebih cepat dari suaranya.
Saat kilatan pedang berkelebat, sudah ada satu orang
yang roboh. Ketujuh orang pemberani, tidak seperti orang lain.
Mereka bukan teman minum arak dan daging, mereka juga
bukan karena memiliki kepandaian yang hebat kemudian
bersatu. Di antara mereka benar-benar terjalin perasaan
yang erat. Bila di antara mereka ada yang mati, yang lain
matanya akan menjadi merah karena marah.
Walaupun mereka tahu mereka tidak akan pernah bisa
mengalahkan Huang-shan-san-you namun mereka tidak
takut mati. Mereka hanya anak muda yang darahnya masih
bergejolak, tidak mengerti arti kehidupan dan arti sebuah
nyawa yang mahal. Juga tidak mengerti ketakutan akan
kematian. Tie Cheng-gang adalah yang paling tua di antara tujuh
orang pemberani itu.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dia berlari masuk
ke dalam kobaran api. Dia lari bukan karena dia takut mati,
dia hanya tidak mau mati tanpa tahu penyebab
kematiannya. Dia juga tahu bila dia mati, ketujuh orang pemberani
akan dicap sebagai pembunuh yang membakar rumah Duan
Si-ye. Nama buruk selamanya tidak akan bisa dibersihkan
dan pembunuh, sebenarnya akan tetap berkeliaran dengan
bebas. Dia pun tahu Huang-shan-san-you tidak akan
membiarkan dia lolos, karena itu dia berlari masuk ke
dalam kobaran api.
"Jangan membiarkan dia lolos! Bunuh dia! Lima orang
ini cukup kita hadapi berdua saja!" kata Yi Shi dengan
marah. Dia mengayunkan pedangnya dari kiri ke kanan,
kemudian dari atas ke bawah. Tempat dimana pedangnya
lewat darah segera menyembur.
Yi Qiang dan Yi Yun kemudian lari masuk ke dalam
kobaran api. Mereka lari masuk ke dalam kobaran api.
Walaupun api sudah lama membakar rumah itu tapi apinya
masih besar. Jenggot mereka yang belang sudah habis terbakar. Tubuh
mereka ada beberapa, tempat yang terbakar dan tampak
hangus. Kehidupan Huang-shan-san-you biasanya sangat tenang
dan santai. Pembawaan Huang-shan-san-you seperti dewa
tidak seperti sekarang yang begitu kacau.
Tapi kali ini mereka tidak memikirkan hal itu lagi.
Mengapa mereka menganggap nyawa Tie Cheng-gang
begitu penting dan berharga"
Yi Qiang berteriak, "Tie Cheng-gang, apakah kau tidak
mendengar suara anak buahmu yang menjerit kesakitan"
apa kau tidak peduli dengan mereka, sahabat macam apa
kau"!"
Tidak ada sahutan, yang terdengar hanya suara kayu
yang terbakar api.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yi Yun sudah tidak tahan lagi kemudian berkata, "Kita
mundur dulu, Tie Cheng-gang tidak akan bisa lolos!"
Benar-benar Tie Cheng-gang tidak bisa lolos.
Bila dia bisa lolos dari tempat kebakaran dia tidak bisa
lolos dari pedang Huang-shan-san-you. Bila dia tetap di
tempat itu dia akan mati terbakar.
Api sudah padam.
Huang-shan-san-you mulai membersihkan tempat
kebakaran, semua mayat sudah terbakar hangus.
"Ada berapa mayat?" tanya Yi Shi. "Ada 85 mayat,"
kata Yi Qiang. Wajah Yi Shi langsung berubah, setelah lama dia baru
berkata, "Berarti Tie Cheng-gang belum mati."
Yi Qiang mengangguk dan berkata, "Benar, dia belum
mati." "Dia harus mati," kata Yi Shi.
Yi Qiang menganguk dan mereka mulai mencari lagi.
Akhirnya mereka menemukan ada jalan bawah tanah, di
puing-puing bekas kebakaran itu.
Wajah Yi Qiang tampak lebih marah lagi dan berkata,
"Tie Cheng-gang sudah melarikan diri lewat jalan ini."
"Dia masih keluarga Tuan Toan, tentu sudah pernah ke
tempat ini, karena itu dia tahu jalan bawah tanah ini," kata
Yi Yun. "Mari kita kejar!" kata Yi Shi.
"Harus mengejar kemana pun dia pergi, dia tidak boleh
dibiarkan lolos!" ujar Yi Qiang.
Tie Cheng-gang menelungkup di semak-semak berduri
dia tidak bergerak sama sekali.
Tubuhnya terbakar karena tusukan-tusukan duri. semaksemak
dan darah masih mengalir, dia sudah 2, 3 hari tidak
makan dan juga minum.
Dia merasa lapar hingga matanya menjadi buram. Dan
dia merasa haus hingga bibirnya pecah-pecah. Namun dia
tetap tidak berani bergerak. Sebab dia tahu ada orang yang
mengejarnya. Pendekar Chao-xiong sudah memerintahkan
semua anak buahnya untuk menangkapnya.
Sebenarnya Chao-xiong adalah teman baik ayahnya, Tie
Cheng-gang lari ke tempat itu sebenarnya ingin meminta
perlindungan dan meminta keadilan untuk dirinya.
Namun Chao-xiong lebih mendengarkan kata-kata
Huang-shan-san-you, bila Tie Cheng-gang tidak tahu bahwa
Chao-xiong sudah bersekongkol dengan 3 pendeta itu,
kemungkinan besar sekarang dia sudah mati.
Chao-xiong saja tidak percaya kepadanya, siapa lagi
yang masih bisa mempercayainya"
Orang-orang di dunia persilatan, tidak ada satupun yang
mau melindunginya juga tidak ingin bermusuhan dengan
Huang-shan-san-you.
Wajah Tie Cheng-gang menempel ke tanah dan air
matanya sudah membasahi tanah itu.
Dia tidak mudah meneteskan air matanya. Mati pun dia
tidak mau menangis, namun, sekarang dia merasa sangat
sedih dan putus asa.
Sepasang tangan yang kering dan keriput itu masih
berada di dalam pakaiannya. Tangan yang menggenggam
suatu barang itu adalah bukti yang kuat.
Tapi dia tidak dapat mengeluarkan bukti itu dan
memperlihatkan kepada orang lain, karena tidak ada yang
mempercayainya.
Orang lain akan membawa sepasang tangan ini dan
memberikan kepada Huang-shan-san-you. Bukti-bukti ini
kemungkinan besar akan dimusnahkan, dan Tie Chenggang
hingga mati pun sudah tidak ada tempat lagi.
Saat ini Tie Cheng-gang seperti seekor anjing liar, sedih,
dingin, lapar, tidak ada orang yang mau membantunya.
Kemungkinan kehidupan anjing liar malah bisa lebih
baik dari dirinya. Dia membalikkan tubuhnya. Bintangbintang
sudah bermunculan, sinar bintang masih seperti
dulu begitu terang dan indah.
Sinar bintang selalu membawa harapan.
Tiba-tiba dia terpikir pada seseorang, dialah Lao-bo.
Di dunia satu-satunya orang yang dapat dia percayai
adalah Lao-bo. Hanya dia tidak ada orang lain lagi.
Ooo)*(ooO Tempat itu sangat indah, rumput berwarna hijau,
pemandangannya sangat indah. Berbaling di. tempat itu
bisa melihat gunung yang hijau awan yang bergerak
perlahan juga bisa melihat pemandangan kota yang indah
yang terletak di gunung itu.
Kota itu adalah sebuah kota tua. Sudah hancur 10 tahun
yang lalu, tapi Wan Peng-wang memperbaiki kota itu dan
menjadi baru kembali.
Karena jasanya kota kuno itu sudah menjadi pusat Shier-
fei-peng-bang dengan ketuanya Wan Peng-wang. Dia
tinggal di kota itu. Orang-orang di dunia persilatan tidak
dapat sembarangan merusak rumput dan pohon di tempat
itu. Sekarang bunga-bunga berguguran dan rumput-rumput
berubah warna menjadi kuning, namun mereka tidak
peduli. Asalkan bisa berkumpul mereka tidak mempedulikan hal
lainnya. Walaupun bunga mekar atau layu, apakah saat itu.
musim semi atau musim gugur, asalkan mereka bisa bersatu
mereka akan merasa puas.
Mereka masih muda dan saling mencintai.
Yang lelaki baru berumur 18 tahun, perempuan itu pun
umurnya hampir sama dengan laki-laki itu. Dia berbaring di
pelukannya. Mereka merasa angin begitu halus dan hujan
pun begitu lembut.
Wajah gadis itu selalu tertawa puas. Dan dia berterima
kasih atas kehidupan yang begitu indah.
Tapi bila dia melihat rumah kokoh yang berada di
gunung itu, tawanya segera hilang dan matanya penuh
dengan sinar kesedihan.
Setelah lama, gadis itu menarik nafas dan berkata, "Xiao
Wu, sebenarnya kau tidak boleh mencintaiku dan tidak
boleh memperlakukanku begitu baik."
Tangan Xiao Wu dengan lembut merapikan rambutnya
tanyanya, "Mengapa?"
"Karena aku tidak pantas menerimanya."
Mata gadis itu mulai memerah dan air mata pun mulai
mengalir, kemudian dengan pelan dia berkata, "Kau tahu,
aku hanyalah seorang pelayan. Tubuhku milik orang lain.
Jika orang menyuruhku mati akupun tidak bisa hidup lagi."
Xiao Wu memeluk dia dengan erat kemudian dengan
lembut berkata, "Dai-dai, jangan berkata seperti itu. Hatimu
adalah milikku, hatiku pun milikmu. Kita tidak perlu,
takut." Dia memeluk begitu erat, hati gadis ini pun langsung
luluh. Tapi air matanya terus mengalir dengan sedih dia
berkata, "Aku tidak takut dengan yang lain. Hanya kuaur
bila hubungan kita akan diketahui oleh orang lain."
Memikirkan hal itu, hati. gadis ini menjadi takut sebab
dia pernah melihat wajah majikannya yang sedang marah.
Majikannya adalah Wan Peng-wang. Bila Wan Pengwang
sedang marah tidak ada orang yang bisa
menahannya. Gadis ini membalikkan tubuhnya dan memeluk Xiao
Wu kemudian berkata, "Majikanku tidak akan mengijinkan
kita bersama dia selalu bertindak kejam kepada pelayanpelayannya.
Bila dia tahu hal ini...."
Xiao Wu tiba-tiba menutup mulut Dai-dai dengan
mulutnya, tidak mengijinkan dia meneruskan kata-katanya.
Tapi mulut Xiao Wu pun terasa dingin dan tubuhnya
gemetaran kemudian dia pun berkata, "Aku tidak akan
mengijinkan orang lain memisahkan kita, tidak akan
pernah." Dia berhenti berkata-kata, karena dia merasa tubuh Daidai
yang berada di pelukannya menjadi beku dan mengeras.
Dia membalikkan tubuh Dai-dai dan melihat Wan Pengwang
ada di hadapan mereka.
Di mata orang-orang, Pheng-ong dianggap sebagai dewa.
Bila benar-benar ada dewa dialah Wan Peng-wang,
orang ini tubuhnya terasa lebih tinggi dan lebih besar dari
dewa. Wajahnya lebih berwibawa dari dewa.
Walaupun dia tidak dapat membuat petir tapi dia dapat
membuat angin dan awan berubah. Xiao Wu adalah
seorang terpelajar tetapi dia juga mempunyai ilmu
kepandaian yang cukup lihai.
Tapi begitu tangan Wan Peng-wang diayunkan dia tidak
dapat menahan atau mengelak ternyata kepandaian Phengong
jauh lebih lihai dari padanya.
Dia hanya bisa mendengarkan suara tulang retak, dalam
keadaan sadar dan tidak sadar, dia mendengar tangisan
Dai-dai dan mendengar suara Wan Peng-wang yang
menakutkan, "Aku tahu kau adalah anak Wu Lao-dao dia
pernah bekerja padaku. Hari ini aku tidak membunuhmu
tetapi lain kali bila kau masih berani datang kemari akan
kubunuh kau dengan cara ditarik oleh 5 ekor kuda."
Bila Wan Peng-wang sudah berkata seperti itu semua
orang pasti mempercainya. Bila dia mengatakan akan
membunuh dengan cara ditarik oleh 5 ekor kuda dia tidak
akan menggunakan cara lain untuk membunuh.
"Gotong dia pulang! Dan beritahu pada Wu Lao-dao
bila ingin anaknya selamat, jangan biarkan anaknya keluar
rumah!" Semenjak itu Wu Lao-dao tidak berani membiarkan
anaknya keluar dari rumah, karena dia sangat menyayangi
anaknya. Tetapi dia tidak tega melihat anak satu-satunya makin
hari makin kurus dan lemah.
Dia juga pernah meminta pada Wan Peng-wang agar
Dai-dai dapat menikah dengan anaknya.
Jawaban yang dia dapat adalah suatu gaplokan.
Bila Wan Peng-wang menolak dia akan menolak satu
kali, karena tidak ada orang yang berani meminta untuk
kedua kalinya. Saat orang lain sedang panen musim gugur. Nyawa Xiao
Wu hampir berakhir.
Xiao Wu tidak mau makan juga tidak mau minum.
Tidak mau tidur hingga tidak dapat bangun, tiap hari seperti
orang linglung memanggil nama orang yang dia sayangi.
Hati Wu Lao-dao terasa hancur mendengar teriakan
anaknya. Dia rela mengorbankan segalanya untuk menolong
anaknya tetapi dia tidak berbuat apa-apa. Dia hanya bisa
pasrah melihat anaknya mati perlahan-lahan, dia sendiri
sudah tidak mau hidup lagi.
Suatu ketika dia menerima undangan, undangan ini
berasal dari temannya sejak kecil. Walaupun umur mereka
tidak terlalu jauh tetapi dia memanggilnya dengan sebutan
Lao-bo. 'Lao-bo', dua kata ini cukup menerangkan bahwa dia
sangat menghormatinya.
Dia benci kepada dirinya mengapa tidak dari dulu
terpikir kepada Lao-bo, hanya dia yang bisa menjadi dewa
penolong anaknya.
Hanya ada dia tidak ada orang lain. Lao-bo adalah Sun
Yu-bo. Tidak ada orang yang tahu Sun Yu-bo orang macam apa
dan tindakan apa yang akan dilakukannya. Namun siapa
pun yang mendapatkan kesulitan dan tidak dapat mengatasi
kesulitannya, maka orang dapat meminta bantuan
kepadanya. Dia tidak pernah menolak dan tidak pernah memberikan
janji palsu, asalkan dia berjanji apa pun akan dia lakukan,
dia tidak akan mengecewakannya.
Kau tidak perlu membayar apa pun kepadanya, semua
orang pasti akan ditolongnya, entah dia teman atau orang
lain. Walaupun kau orang miskin tetapi dia selalu
menganggap masalahmu adalah masalahnya dan ikut
memikirkan cara untuk memecahkannya. Dia senang
menegakkan keadilan, dia benci kepada semua yang tidak
adil. Seperti petani yang membenci hama.
Biarpun dia tidak menerima bayaran, secara tidak
sengaja orang-orang sudah memberikan sesuatu kepadanya.
Bayarannya berupa rasa penghormatan dan persahabatan
orang kepadanya dengan memanggilnya Lao-bo.
Dia senang orang-orang memangilnya Lao-bo dan dia
sangat membanggakannya, dia senang membantu orang dia
pun sangat menyukai bunga segar.
Tempat tinggalnya bagai sebuah kota bunga, lautan
bunga, di setiap musim yang berbeda pasti ada beberapa
jenis bunga yang tidak sama indah dengan juga mekarnya.
Dan dia selalu berada di tempat yang banyak bunga
bermekaran. Sekarang bunga yang paling banyak mekar adalah bunga
Chrysan. Lao-bo berada di tengah-tengah mekarnya bunga
Chrysan sedang menjamu para tamunya.
Tamu tamunya sudah datang dari berbagai daerah, ada
yang membawa benda-benda mahal, ada yang datang
hanya membawa sebuah mulut dan perasaan hati yang
sungguh-sunguh. Lao-bo menganggap mereka semua
adalah sama. Walaupun kau miskin atau kaya, terhormat
atau rendah, asal kau datang, kau temanku. Dia tetap akan
melayaninya. Terutama hari ini, tawanya lebih ramah karena hari ini
adalah hari ulang tahunnya.
Dia berdiri di luar taman Chrysan menyambut tamutamunya.
Sebenarnya tubuh Sun Yu-bo tidak tinggi namun orang
lain berkata bahwa Sun Yu-bo terlihat paling tinggi.
Wajahnya selalu tersenyum tetapi tidak mengurangi
wibawanya semua orang tetap menghormatinya.
Banyak orang lebih menghormati Sun Yu-bo dari pada
Sun Jian, anaknya ini memiliki tubuh yang tidak begitu
tinggi tetapi dari seluruh tubuhnya seperti mengandung
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga besar yang tidak akan ada habisnya. Dia juga seperti
ayahnya senang menolong orang-orang, dia pun sering
melepaskan bajunya untuk menolong orang lain, tetapi
orang lain menganggap dia tidak seperti ayahnya.
Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara, setiap saat dapat
meledak-ledak. Sifat seperti itu sering membuatnya salah
langkah. Karena itu juga dia sering kehilangan teman.
Orang lain bukan tidak mau mendekatinya melainkan
takut kepadanya. Kecuali perempuan.
Walaupun perempuan takut kepadanya tetapi sulit
menolak daya tariknya. Banyak perempuan rela
mengikutinya. Sekarang Sun Jian berdiri di luar taman Chrysan
menemani ayahnya menyambut tamu. Dia merasa kesal
karena sudah lama berdiri disana. Untung saja sekarang
sudah waktunya makan, kebanyakan tamu sudah pada
hadir. Di antara para tamu banyak yang tidak dia kenal. Di
antaranya ada seorang pemuda yang mengenakan pakaian
sederhana dan berwajah yang dingin.
Dia membawa bingkisan yang terlihat tidak terlalu
mahal juga tidak terlalu murah.
Namun ayah dan anak Sun tidak mengenalnya. Hal ini
tidak menjadi masalah karena mereka senang berteman.
Pinta rumah Lao-bo selalu terbuka untuk semua orang.
Asalkan dia mau datang, Lao-bo sudah merasa senang.
Apalagi pemuda asing ini kelihatannya menyenangkan.
Ayah dan anak ini sangat senang melihatnya. Sun Jian juga
senang berteman.
Karena itu Sun Jian sengaja melihat kartu namanya yang
tertera di bingkisan yang dibawanya.
Namanya Chen Zhi-ming.
Nama yang sangat biasa.
Sun Yu-bo tiba-tiba bertanya, "Apakah kau pernah
mendengar nama Chen Zhi-ming?"
"Tidak pernah," jawab Sun Jian.
Sun Yu-bo mengerutkan dahinya dan berkata, "Dua
tahun belakangan ini kau senang berkelana, mengapa tidak
bisa mengetahui nama orang ini?"
"Kemungkinan nasibnya kurang mujur jadi namanya
tidak dikenal."
Sun Yu-bo berpikir sebentar kemudian berkata,
"Sebentar lagi kau harus bertanya kepada Lu Xiang-chuan,
kemungkinan dia tahu siapa pemuda itu."
"Baiklah."
Walaupun Sun Jian berjanji untuk bertanya, tetapi dia
tidak sempat menanyakan karena tamu yang berdatangan
semakin banyak dan mereka melupakan kejadian tadi.
Jika Sun Jian tidak tapa juga belum tentu dia akan
menanyakan kepada Lu Xiang-chuan, sebab dia
menganggap bahwa Lu Xiang-chuan terlalu kebancibancian.
Bila Sun Jian mengenal pemuda itu dan menanyakan
mengapa datang ke tempat itu, keadaannya akan lain.
Begitu banyak hal yang membuat darah orang bergolak dan
begitu banyak hal yang membuat orang meneteskan air
mata, hal ini tidak akan terjadi bila Sun Jian mengikuti
nasehat ayahnya.
Sebenarnya pemuda itu bukan bernama Chen Zhi-ming.
Dia datang ketempat itu untuk membunuh orang, dan
sasarannya adalah Sun Yu-bo. Nama sebenarnya adalah
Meng Xing-hun. Bila Sun Jian sempat bertanya kepada Lu Xiang-chuan,
Lu Xiang-chuan pasti akan menyelidiki pemuda itu, bila
tidak berhasil maka dia tidak akan puas begitu saja....
Lu Xiang-chuan sebenarnya tidak seperti perempuan
tetapi dia orang yang teliti, lebih hati-hati dan lebih
waspada dari pada perempuan.
Dia dan Sun Jian memiliki sifat yang sangat bertolak
belakang. Wajah mereka pun tidak ada sama.
Sun Jian berwajah gagah, alisnya tebal, mata besar,
kulitnya berwarna coklat karena terjemur matahari. Saat dia
memelototi dirimu maka kau tidak akan bisa mengalihkan
pandanganmu kepada orang lain dan tidak ada kekuatan
memandang orang lain.
Lu Xiang-chuan berwajah pucat, orangnya terlihat
terpelajar, kadang-kadang musuh sering meremehkannya,
menganggap dia tidak bisa apa-apa.
Kesalahan ini sangat sepele tetapi justru sangat
menakutkan. Lu Xiang-chuan adalah tangan kanan Su Yu Bo. Dia
adalah seorang pesilat tangguh di dunia persilatan yang
memiliki senjata rahasia, seperti senjata piau nya di dunia
ini tidak ada yang bisa menandinginya.
Dia tidak pernah menggunakan senjata.
Seseorang yang dibalik tubuhnya penuh dengan senjata
rahasia kapan pun dia bisa mengeluarkan senjata rahasia
dan dia tidak perlu memakai senjata lain.
Sun Yu Bo melihat labu dan anggur ada di dalam
keranjang, dia tahu Zhang Lao-tou sudah datang. Setiap
tahun Zhang Lao-tou tidak pernah lupa mengantar labu dan
anggur ke tempatnya.
Dalam setahun dia rajin bekerja jarang ada waktu kosong
dan dia jarang bisa menikmati hidup, hanya pada waktu ke
tempat ini dia bisa benar-benar bisa bersantai, menikmati
makanan dan kesenangan yang tidak pernah dinikmati di
tempat lain. Karena itu setiap kali dia datang, dia sangat senang.
Namun kali ini saat bertemu dengan Sun Yu-bo, wajahnya
penuh dengan air mata.
Sun Yu-bo membawa Zhang Lao-tou masuk ke ruang
perpustakaan dan memberi dia secangkir arak dan pipa
rokok agar Zhang Lao-tou bisa lebih tenang.
Ruang perpustakaan adalah tempat yang tidak bisa
sembarangan dimasuki. Siapa pun yang bercerita di tempat
itu tidak dapat didengar oleh orang lain. Karena itu Sun Yubo
membawa Zhang Lao-tou ke tempat itu. Karena dia tahu
teman lamanya banyak kesedihan yang ingin diungkapkan.
Sun Yu-bo mengetahui bahwa seseorang bila ingin
mengutarakan isi hatinya kemudian meminta bantuan, hal
ini sangat sulit diutarakan.
Akhirnya Zhang Lao-tou menceritakan hal yang
menyedihkan baginya. Setelah mendengar cerita itu Sun.
Yu-bo marah hingga wajahnya menjadi kehijau-hijauan.
Walaupun Sun Yu-bo tidak menjanjikan apa pun tetapi
Zhang Lao-tou tahu dia pasti akan menyelesaikan masalah
ini dengan adil. Dia akan menghukum dua binatang itu
dengan adil. Sewaktu Zhang Lao-tou meninggalkan ruang
perpustakaan, perasaannya pun sangat tenang dan sangat
berterima kasih. Begitu pula dengan Fang Yao-ping, siapa
pun yang pernah datang ke tempat itu, mereka tidak akan
kecewa. Kemudian ada beberapa orang datang untuk meminjam
uang mereka juga dengan puas pulang rumah masingmasing.
Kali ini Lu Xiang-chuan memasuki ruang perpustakaan,
dia tahu Sekarang Sun Yu-bo memiliki pesan untuknya.
Perintah Sun Yu-bo biasanya sangat sederhana.
Dia menyuruh beberapa orang dalam waktu tiga hari lagi
ke rumah Xu Qing-song, tidak perlu mencabut nyawa Jiang
bersaudara tapi harus memberi pelajaran dengan cara
membuat mereka tidak bisa bangun dalam waktu tiga bulan
dari tempat tidur.
Lu Xiang-chuan setelah lama berpikir baru berkata,
"Bagaimana bila menyuruh Wen Hu dan Wen Bao ke sana"
Mereka sangat berpengalaman mengurus hal semacam ini."
Sun Yu Bao mengangguk dan berkata, "Mao Wei harus
dihadapi sendiri oleh Sun Jian."
Lu Xiang-chuan tertawa, dia sudah mengetahui maksud
Lao-bo. Bila Lao-bo menyuruh Sun Jian menghadapi seseorang
artinya sama dengan liari kiamat bagi orang itu.
Sun Yu-bo berkata lagi, "Yang ke rumah Wan Pengwang
harus kau sendiri yang pergi karena Wan Peng-wang
adalah orang yang sangat menyusahkan, aku harap kau
pergi ke sana saat pulang nanti bisa membawa anak gadis
itu." Dia hanya memerintah tetapi tidak menjelaskan, dia
menyuruhmu melakukan perintahnya dan tidak boleh gagal
dalam melaksanakannya, bagaimana dengan caranya
adalah urusanmu sendiri.
Lu Xiang-chuan mengetahui bahwa tugas ini sangat sulit
namun di wajahnya tidak menampakkan rasa susah. Semua
orang tahu demi Lao-bo dia mau melakukan apa pun.
Lao-bo memberikan tugas yang paling sulit kepadanya,
artinya Lao-bo mempercayainya.
Memikirkan hal itu, dia tersenyum seorang diri.
Sepertinya Lao-bo bisa membaca isi hatinya, Lao-bo pun
tersenyum dan menepuk-nepuk pundaknya sambil berkata,
"Kau adalah anak baik, aku harap kau adalah anak lakilakiku
sendiri." Lu Xiang-chuan dengan susah payah menahan gejolak
hatinya dan berkata, "Han Tang sudah datang, dia sudah
lama menunggu di luar. Dia ingin berpamitan kepada
tuan." Mendengar nama Han Tang, wajah Lao-bo tiba-tiba
membeku dan berkata, "Seharusnya dia jangan datang."
Lu Xiang Cuan tidak berbicara apa-apa karena dia pun
tidak tahu Han Tang orang semacam apa dan bagaimana
hubungan Han Tang dengan Lao-bo.
Lu Xiang-chuan jarang bertemu dengan Han Tang,
namun saat bertemu dengan dia hatinya akan merasa
sangat dingin. Mengapa bisa seperti itu dia sendiri pun tidak
mengetahuinya. Han Tang orangnya tidak galak tapi sopan, di matanya
selalu membawa pandangan dingin, tidak ada yang mau
berteman dengannya.
Dia sendiri pun tidak mau dekat dengan orang lain, di
mana pun dia berada dia selalu menjauhi orang lain. Bila
ada orang yang mendekatinya, dia akan segera menjauh.
Di depan Lao-bo dia pun jarang membuka mulut,
sepertinya dia hanya bisa menggunakan isyarat dalam
mengungkapkan maksudnya.
Lu Xiang-chuan melihat antara Han Tang dengan Laobo
tidak ada persahabatan hanya ada rasa hormat. Semua
orang adalah teman Lao-bo hanya dia yang bukan.
Dia seperti budak Lao-bo.
Akhirnya Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Bila dia
sudah datang, biarkan dia masuk."
Begitu Han Tang memasuki mang perpustakaan, dia
langsung berlutut dan mencium kaki Lao-bo.
Kelakuan ini sungguh sangat berlebihan dan membuat
orang ingin tertawa.
Namun apa yang dilakukan oleh Han Tang tidak ada
orang yang ingin tertawa. Walaupun dia mengerjakan suatu
hal yang lucu, orang lain pun tidak akan berani tertawa.
Sebab bila dia mengerjakan sesuatu pasti akan dilakukan
dengan sepenuh hati. Kesungguhannya membuat orang ikut
terpengaruh kadang malah membuat orang takut.
Sun Yu-bo menerima penghormatannya tanpa basa-basi,
hal ini sangat jarang dilihat, Lao-bo tidak mau orang lain
berlutut untuknya. Namun Lu Xiang-chuan tidak mengerti,
mengapa buat Han Tang ada pengecualian"
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Lao-bo.
"Ya."
"Apakah kau belum mempunyai kekasih?"
"Belum."
"Kau harus mencari seorang perempuan," kata Lao-bo.
"Aku tidak percaya pada perempuan."
Lao-bo tertawa dan berkata, "Terlalu mempercayai
perempuan tidak baik, tidak percaya kepada perempuan
juga tidak baik. Perempuan bisa menyenangkan laki-laki."
"Perempuan juga bisa membuat laki-laki menjadi gila."
Lao-bo malah tertawa dan berkata, "Kau sudah melihat
Xiao Fang?"
"Dia tidak melihatku," jawab Han Tang.
Lao-bo mengangguk seperti menyetujuinya.
Han Tang tiba-tiba berkata, "Walaupun dia melihatku,
dia pasti tidak akan mengenaliku."
Setelah mengatakan kalimat itu matanya yang dingin
terlihat sedikit ada ekspresi. Ekspresi itu adalah ekspresi
yang menertawakan sesuatu.
Lu Xiang-chuan tidak pernah melihat ekspresi seperti itu
di mata orang lain.
"Kau boleh pergi, tahun depan kau tidak perlu kemari,
aku sudah mengerti isi hatimu," kata Lao-bo.
Han Tang menunduk dan setelah lama dia berkata,
"Tahun depan aku akan datang, tiap tahun aku hanya
keluar satu kali."
Lao-bo merasa kasihan kepadanya, hanya Lao-bo yang
mengetahui kesulitan orang ini. Namun Lao-bo tidak dapat
membantu juga tidak mau membantu.
Karena itu Lao-bo selalu menyesal, kemungkinan alasan
inilah Lao-bo enggan bertemu dengan Han Tang.
Han Tang sudah membalikkan tubuh dan keluar dari
ruangan. Lu Xiang-chuan tidak tahan dan berkata, "Kamarku
tidak ada orang lain, bila kau ingin tinggal aku akan
menemanimu."
Han Tang menggelengkan, kepalanya tanpa melihat dia
langsung keluar dari ruangan.
Lu Xiang-chuan tertawa kecut dia merasa Lao-bo sedang
melototnya dan sorot matanya tampak kejam.
Lao-bo jarang bertindak kejam kepada Lu Xiang-chuan,
dia pun tahu dia telah melakukan kesalahan namun tidak
tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Sudah lama dia tidak melakukan kesalahan.
Tiba-tiba Lao-bo bertanya, "Apakah kau kasihan
kepadanya?"
Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya dan
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengangguk. "Bisa merasa kasihan kepada orang lain, ini adalah hal
yang baik, kau bisa merasakan kasihan kepada semua orang
tetapi kau jangan merasa kasihan kepadanya."
Lu Xiang-chuan ingin bertanya apa sebabnya tetapi dia
tidak berani. Akhirnya Lao-bo sendiri yang menjawab, "Bila kau
kasihan kepadanya, dia akan menjadi gila."
Lu Xiang-chuan tidak mengerti.
Lao-bo menarik napas dan berkata, "Sebenarnya dari
dulu dia sudah gila dan sebenarnya dia harus mati, tetapi
sekarang dia masih bertahan hidup karena dia merasakan
semua orang di dunia ini tidak ada yang baik kepadanya."
Lu Xiang-chuan tetap tidak mengerti, akhirnya dia
bertanya, "Sebenarnya dia orang macam apa dan apa yang
pernah dilakukannya?"
Wajah Lao-bo kelihatan marah dan berkata, "Kau tidak
perlu mengetahui dia orang macam apa. Banyak hal yang
kau tidak perlu tahu!"
Lu Xiang-chuan menunduk dan menjawab, "Ya."
Lao-bo tiba-tiba menarik napas panjang dan berkata,
"Tetapi aku akan memberitahukanmu sedikit. Dia
melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain.
Kemungkinan tidak pernah ada orang lain lagi yang
melalaikannya."
Lu Xiang-chuan masih menundukkan kepalanya saat dia
keluar ruangan, tiba-tiba ada keributan dan ada orang yang
berteriak karena di taman bunga di belakang rumah datang
satu makhluk aneh.
Yang menerobos masuk ke dalam taman bunga bukan
makhluk aneh, dia adalah Tie Cheng-gang, kelihatannya
dia sangat menakutkan.
Tubuhnya dari atas hingga bawah penuh dengan luka
dan rambutnya hampir habis terbakar. Wajahnya terbakar
hingga berubah bentuk, sepasang mata merah seperti darah.
Bibirnya kering dan belah-belah seperti tanah tandus.
Begitu dia menerobos masuk seperti seekor binatang
yang lari karena dikejar pemburu. Dari tenggorokan keluar
suara terengah-engah dan berteriak, hampir tidak ada yang
bisa mendengar dia berteriak memanggil siapa. Nama yang
diteriakannya adalah Lao-bo.
Waktu itu Sun Jian sedang mengobrol dengan seorang
perempuan, dia tidak tahu siapa perempuan itu. Dia hanya
tahu bahwa perempuan ini bukan istri orang dan juga bukan
perempuan baik-baik. Saat itu dia telah melihat Tie Chenggang.
Dia sudah lama mengenal Tie Cheng-gang namun,
sekarang dia hampir tidak mengenalinya. Dia mendekati
orang itu kemudian memapahnya, kemudian Sun Jian
berteriak, "Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?"
Sun Jian mengayunkan tangan meminta arak kemudian
mencekoki arak itu ke dalam mulut Tie Cheng-gang, napas
Tie Cheng-gang menjadi sedikit tenang namun Tie Chenggang
masih belum dapat berbicara.
Dari sorot matanya, Sun Jian dapat melihat Tie Chenggang
sangat ketakutan kemudian Sun Jian berkata, "Tidak
perlu takut, bila sudah sampai di tempat ini kau tidak perlu
takut, di sini tidak ada orang yang berani melukaimu."
Kalimat ini belum habis, dia sudah mendengar seorang
menjawab, "Kalimat ini tidak boleh katakan."
Orang yang bicara adalah Yi Qiang tojin, ternyata
Huang-shan-san-you sudah mengejar Tie Cheng-gang
hingga ke tempat itu. "Tidak bisa!" kata Sun Jian.
"Kemungkinan kau belum tahu bahwa dia adalah
seorang pembunuh, dan yang dibunuhnya adalah
pamannya sendiri," kata Yi Qiang.
"Aku hanya tahu bahwa dia adalah temanku. Sekarang
dia terluka dan aku tahu dia percaya kepadaku, kerena itu
dia bisa ke tempat ini. Tidak ada seorang pun bisa
membawanya pergi dari tempat ini," Yi Qiang marah.
Yi Qiang berkata dengan marah, "Suruh ayahmu ke sini
kami ingin bicara dengannya!"
Urat di dahi Sun Jian sudah tampak menonjol, dia
berkata, "Omongan ayah akan sama denganku, siapa pun
tidak ada yang dapat membawanya pergi dari tempat kami
ini." "Kau sangat berani. Tapi kemungkinan ayahmu tidak
berani berbuat tidak sopan kepada kami," kata Yi Qiang
marah. Tiba-tiba ada seseorang yang menjawab, "Kau salah! Dia
tidak sopan adalah sifat turunan, kemungkinan ayahnya
lebih tidak sopan lagi!"
Kata-kata orang ini sangat tenang tetapi sangat
berwibawa. "Mengapa kau tahu....?" kata Yi Qiang.
"Aku pasti tahu sebab aku adalah ayahnya," kata Laobo.
Yi Qiang menjadi terpaku. Dia hanya mendengar nama
Lao-bo tetapi belum pernah bertemu dengannya.
"Kemungkinan Tuan Sun tidak kenal kami karena itu
tuan bisa bicara seperti itu," kata Yi Yun.
"Walaupun kami tidak kenal kalian, apa yang akan
kuutarakan semuanya sama."
Yi Qiang dengan marah berkata, "Sudah lama
mendengar berita bahwa Sun Yu-bo adalah orang yang
sangat adil, mengapa hari ini dia melindungi seorang
pembunuh?"
"Bila dia memang seorang pembunuh, kita harus
menunggu lukanya sembuh, baru bisa bertanya. Apalagi
tidak ada yang bisa membuktikan bahwa dia adalah seorang
pembunuh."
"Kami melihat dengan mata kepala sendiri, apakah itu
semua adalah suatu kebohongan?" kata Yi Yun.
"Kalian melihat sendiri, tetapi aku tidak melihatnya.
Aku hanya lalui bila dia seorang pembunuh dia tidak akan
berani kesini."
Tidak ada orang yang berani menipu Lao-bo.
Bila ada yang berani, menipu Lao-bo sama dengan
menggali lubang kematiannya sendiri.
"Apakah kata-kata dari Huang-shan-san-you kau juga
tidak percaya?" Teriak Yi Yun.
"Huang-shan-san-you adalah orang. Tie Cheng-gang pun
manusia. Semua orang mempunyai hak untuk bicara.
Sekarang aku mau mendengar apa yang ingin dia katakan."
Tie Cheng-gang dengan sekuat tenaga berteriak, "Mereka
adalah pembunuh, aku mempunyai bukti. Mereka tahu aku
mempunyai bukti karena itu mereka ingin melenyapkan aku
untuk tutup mulut."
"Dimana buktinya?" tanya Sun Yu-bo.
Tie Cheng-gang dengan susah payah berusaha duduk
dan dari balik bajunya mengeluarkan sepasang tangan yang
sudah kering. Melihat sepasang tangan ini, wajah Huang-shan-san-you
berubah. Yi Shi tiba-tiba berteriak, "Pembunuh ini harus
mati, tidak perlu bicara lagi! Bunuh dia!"
Pedangnya bergerak lebih cepat dari pada suaranya,
secepat kilat pedang sudah menusuk ke arah tenggorokan
Sun Yu-bo. Pedang Yi Ojang dan Yi Yun pun tidak kalah
cepat yang di tuju mereka adalah Tie Cheng-gang dan Sun
Jian. Lao-bo tidak bergerak, jari-jarinya pun tidak bergerak,
semua orang merasa marah dan berlari ke arah Sun Yu-bo
untuk melindunginya.
Tetapi mereka tidak perlu melindungi Sun Yu-bo.
Saat pedang Yi Shi baru menusuk, dia sudah terjatuh dan
tersungkur.... Tangannya yang memegang pedang, sudah
penuh dengan paku, paku-paku itu adalah senjata rahasia.
Yi Shi juga tidak melihat senjata rahasia ini datang dari
mana. Dia hanya melihat ada seorang pemuda yang terlihat
sangat terpelajar berdiri di belakang Sun Yu-bo dan
mengayunkan tangannya.
Senjata rahasia itu tiba-tiba telah menusuk lengannya.
Rasa sakit pun sudah tidak dirasakan olehnya karena
tiba-tiba dia mati rasa.
Sun Jian tiba-tiba berubah seperti seekor singa yang
mengamuk, dia menerkam Yi Qiang dia tidak peduli kalau
Yi Ojang masih memegang pedang dan pedang itu bisa saja
mencabut nyawanya.
Bila dia sudah marah walaupun di depan matanya ada
bahaya dia akan tetap menerjang musuhnya.
Yi Ciang tidak pernah berpikir di dunia ada orang
semacam ini, dia terkejut. Pedang yang digenggamnya
sudah dicengkram oleh sebuah tangan, tangan ini adalah
sebuah tangan yang hidup.
Hanya terdengar suara 'KREK' dan pedang itu putus,
pedang yang terbuat dari baja yang kuat sudah terputus
menjadi dua. Tangan Sun Jian mengalir darah berwana merah.
Bagi Sun Jian darah yang mengalir tidak menakutkan
baginya, asal dia bisa mengalahkan lawan apa pun dia
sudah tidak peduli.
Yi Yun yang berada di sisinya pun merasa terkejut,
karena itu gerakan tangannya menjadi sedikit lambat.
Dalam waktu singkat entah dari mana ada orang yang
berlari mendekati mereka. Tidak ada orang yang bisa
melihat jelas apakah orang itu tinggi atau pendek, gemuk
atau kurus, Yang terlihat oleh orang-orang dia mengenakan
baju berwarna abu tua.
Semua orang bisa mendengar dia mengatakan satu
kalimat, "Siapa yang tidak honnat kepada Lao-bo dia akan
mati!" Mengucapakan kata-kata itu tidak membutuhkan waktu
yang panjang. Begitu selesai dikatakan Huang-shan-san-you
sudah menjadi tiga mayat. Tiga orang dalam waktu
bersamaan sudah putus nyawanya.
Waktu orang itu menerjang ke arah mereka, belati yang
dipegang di tangan kirinya sudah menusuk ketiak Yi Ciang.
Begitu belati sudah menusuk, tangannya langsung
melepaskan belati.
Suara kepalan tangan terdengar memukul hidung Yi Shi,
tangan kanannya mencekal ikat pinggang Yi Yun.
Yi Yun sangat terkejut dan dia segera mengayunkan
pedangnya, pedang belum sempat diayunkan namun
orangnya sudah terlempar.
Kepalanya membentur batu, semua orang bisa
mendengar suara tulang kepala yang retak.
Tidak ada orang yang dapat melihat jelas wajah orang
yang memakai baju abu-abu ini.
Sewaktu tangan kanannya melempar Yi Yun, tangan
kirinya dengan darah Yi Shi melumuri wajahnya agar
orang-orang tidak dapat melihat wajahnya.
Sebenarnya dia tidak perlu melakukannya sebab semua
orang dalam keadaan terkejut mana ada orang yang sempat
melihat wajahnya.
Yang ada ke tempat itu kebanyakan adalah orang-orang
dunia persilatan. Membunuh dua. hingga tiga orang bagi
orang-orang persilatan bukan tindakan yang aneh namun
mereka tetap dikejutkan oleh tindakan tadi.
Membunuh orang tidak menakutkan, yang menakutkan
adalah cara membunuhnya, cepat, tepat, dan kejam.
Tidak ada orang yang bisa membunuh orang begitu
cepat, tepat, dan kejam.
Sepasang tangan yang kering dan keriput yang dibawa
oleh Tie Cheng-gang, barang yang digenggam erat adalah
separuh dari pita kuning yang berada di ujung pegangan
pedang salah satu dari Huang-shan-san-you dan secarik
kain biru, di atas kain masih ada kancing berwarna kuning.
Pita pedang itu dengan pita pedang Huang-shan-san-you
adalah sama. Pecahan kain dengan pakaian, mereka sama
namun bukti ini tidak penting.
Yang penting adalah mereka sudah tidak sopan kepada
Lao-bo maka mereka harus mati.
Kata-kata ini pasti didukung oleh semua orang dan katakata
ini tidak dapat dilupakan oleh semua orang, apalagi
bagi Meng Xing-hun, dia tidak akan pernah melakukannya.
Sewaktu Huang-shan-san-you tewas, Meng Xing-hun
sudah meninggalkan taman Chrysan Lao-bo.
Dia tidak perlu ada di sana lagi karena yang dilihatnya
dan didengarnya sudah jelas Sun Yu-bo orang macam apa.
Dia membunuh orang dan langkah pertama yang
diambilnya adalah, harus mengetahui dulu lawannya
seperti apa. Hal yang lain bisa menunggu hari lain. Dia
tidak tergesa-gesa.
Sekarang batas waktu diberikan oleh Kakak Gao tinggal
113 hari lagi. Langkah pertama untuk membunuh orang sudah dia
jalankan . Ooo)dw(ooO BAB 2 Sun Jian biasanya paling membenci orang yang kerjanya
tidak tegas. Dia sendiri pun tidak pernah mengulur-ulur
waktu. Dia biasa mengerjakan sesuatu sering menggunakan
cara langsung tepat menuju sasaran. Ketika Lao-bo
menyuruh dia mencari. Mao Wei, dia langsung
mencarinya. Dia langsung berjalan menuju rumah Mao
Wei. Dia selalu langsung ke tujuan, dia tidak bisa dihalangi
sebelum mencapai tujuannya.
Mao Wei sedang duduk di ruang tamu, dia sedang
minum-minum dengan anak buahnya. Penjaga pintu
mengantarkan sehelai kertas putih dan di atas kertas putih
tertulis dua. huruf yang sangat besar, bertuliskan 'Sun Jian'.
Mao Wei mengerutkan dahinya dan bertanya, "Siapa
yang pernah mendengar nama ini?"
Anak buahnya segera menjawab, "Sepertinya dia anak
Sun Yu-bo."
Mao Wei bertanya lagi, "Siapa yang dimaksud dengan
Sun Yu-bo, apakah yang biasa dipanggil dengan Lao-bo?"
"Benar, dia senang dipanggil Lao-bo," jawab anak
buahnya. "Ada apa anaknya mencariku?"
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kata orang-orang, Lao-bo senang berteman.
Kemungkinan dia datang ingin berteman dengan Tuan."
Sebenarnya anak buahnya tahu mengapa Sun Jian
datang ke tempat itu. Mereka hanya memilih kata-kata yang
enak didengar oleh Mao Wei.
"Kalau begitu, persilakan dia masuk," kata Mao Wei
tertawa. Sun Jian tidak perlu dipersilakan masuk lagi karena dia
sudah masuk sendiri, sebab dia tidak suka menunggu terlalu
lama di depan pintu.
Tidak ada orang yang bisa melarangnya masuk. Orang
yang melarangnya masuk sudah terkapar di lantai dan tidak
dapat bangun. Mao Wei berdiri dan memelototinya.
Sun Jian tidak berlari juga tidak loncat namun setelah
berjalan 2,3 langkah sudah berada di hadapan Mao Wei.
Tidak ada yang dapat melukiskan kecepatan gerakannya.
Mao Wei mulai merasa takut dan bertanya, "Apakah
Tuan she Sun?"
Sun Jian mengangguk dan dia bertanya, "Apakah kau
Mao Wei?" Mao Wei mengangguk dan kemudian dia bertanya,
"Ada maksud apa Tuan kemari?"
"Hanya ingin bertanya satu kalimat kepadamu."
Mao Wei melihat anak buahnya kemudian bertanya lagi,
"Apa yang dia tanyakan?"
"Apakah kau mengenal istri Fang Yao-ping" Dan apakah
kau mempunyai hubungan gelap dengannya?"
Wajah Mao Wei berubah.
Wajahnya berubah dan anak buahnya sudah segera
berada di. dekatnya, satu di antara mereka yang berwajah
bopeng mendekati Sun Jian niatnya ingin mendorong dada
Sun Jian. "Kau berani?" Sun Jian melotot.
Bila Sun Jian sudah marah tubuhnya mengeluarkan
tenaga yang tidak dapat diduga kekuatannya, jika orang
sudah melihat sepera itu, mereka akan ketakutan. Tangan si
bopeng pun ditarik kembali.
Menjadi tukang pukul memang tidaklah mudah, harus
siap menjual nyawa untuk melindungi majikannya.
Beberapa tahun ini Mao Wei semakin terkenal dan dia
jarang ada kesempatan untuk melindungi majikannya.
Sudah beberapa tahun ini si bopeng sudah keenakan
hidup. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan. Dia
mengepalkan tangannya memukul dada Sun Jian.
Sun Jian tiba-tiba memegang pergelangan tangannya
Kitab Pusaka 7 Pendekar Cambuk Naga 13 Utusan Lembah Kubur Rahasia Ciok Kwan Im 2
ANTARA BUDI DAN CINTA
Liu Xing, Hu Die Jian, 1973
(Shooting Star, Butterfly, Sword/ Killer's Clan)
Karya : Gu Long
Saduran : Liang YL
Pendahuluan Semasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa
dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara
lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan
James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki
pembunuhannya. Ramuan dari para pengarang Barat itulah yang bisa kita
rasakan dari karya-karyanya di luar kisah Pendekar Binal
(Jue Dai Shuang Jiou/The Remarkable Twins/Legendary
Sibling) yang masih terbawa pakem "cersil lama" ala Jin
Yong atau Liang Yusheng.
Dari para pengarang Barat itu Gu Long meracik resep,
melahirkan karya yang sangat digemari pembaca dan
kemudian menjadi "genre" baru dunia cersil, sekaligus
menjadi "trade mark"-nya.
Meteor, Butterfly, Sword (Liu Xing Hu Die Jian, 1973)
merupakan salah satu karya "masterpiece" Gu Long, yang
juga telah membawa ketenaran dirinya di kalangan elit
perfilman Hong Kong. Kisah ini diangkat ke layar lebar
dengan judul Killer Clans (Shaw Brothers, 1976)
Meteor, Butterfly, Sword adalah cerita yang kelam, sarat
dengan intrik, konspirasi, tipu muslihat, darah, sex, dan
kekerasan. Di sini Gu Long sangat terpegaruh oleh
gambaran seorang Godfather ala Mario Puzo. Konon,
mantan Presiden Soeharto (alm) sangat menyukai kisah ini
dan menonton filmnya berkali-kali.
Ooo)dw(ooO PARA TOKOH Kisah ini akan melibatkan banyak tokoh. Sulit
membedakan mana kawan mana lawan. Untuk
memudahkan pembaca, berikut ini diberikan daftar para
tokoh yang akan di-update sesuai kemunculan pada setiap
babnya. Meng Xin Hun Pembunuh bayaran berdarah dingin yang mulai jenuh
dengan profesinya. Pedangnya sangat mematikan.
Gao Lao-da Kakak tertua. Di usia tiga belas ia telah membuat empat
keajaiban. Ia menyelamatkan empat nyawa: Ye Xiang, Shi
Qun, Xiao He, dan Meng Xin Hun.
Ye Xiang Pembunuh bayaran yang sudah tiga kali gagal dan kini
hanya bisa bermabukkan. Ia sangat mengkhawatirkan nasib
Meng Xin Hun. Sun Yu Bo Ia senang membantu orang, dan orang-orang
memanggilnya Paman Bo. Ia bangga dan senang membantu
seperti ia menyukai bunga-bunga yang bermekaran.
Han Tang Ia galak tapi sopan, matanya selalu memancar dingin.
Tidak ada yang mau berteman dengannya. Ia sendiri tidak
mau dekat dengan orang lain. Ia sudah melakukan sesuatu
yang tidak pernah dilakukan orang, juga tidak akan ada
orang lagi yang akan melakukannya.
Sun Jian Anak Sun Yu Bo. Seperti ayahnya, ia juga senang
menolong. Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara,
berangasan, setiap saat dapat meledak. Sifat seperti ini
sering membuatnya salah langkah. Karena itu juga ia sering
kehilangan teman.
Lu Xiang Chuan Tangan kanan Sun Yu Bo, sekaligus sudah dianggap
anak sendiri. Ia tidak memerlukan senjata karena
sanjatanya adalah senjata rahasia. Ia terlihat sangat
terpelajar, terkadang musuh meremehkannya, menganggap
ia tidak bisa apa-apa. Ini adalah kesalahan sepele yang bisa
berakibat fatal.
Wan Peng Wang Musuh terbesar dan terkuat Sun Yu Bo. Sebelum
berumur tujuh belas, tidak ada yang tahu asalnya. Sesudah
berumur tujuh belas, ia sudah bekerja pada sebuah
perusahaan. Setengah tahun kemudian, ia sudah naik
jabatan. Pada umur sembilan belas, ia membunuh bos
perusahaannya dan menjadi bos perusahaan itu. Setahun
kemudian ia menjual perusahaan dan menjadi seorang
polisi. Dalam tiga tahun, ia menangkap dan membunuh
sejumlah penjahat. Semenjak itu, ia punya dua puluh satu
pembantu yang sangat setia padanya. Waktu berumur dua
puluh empat, ia keluar dari kepolisian dan mendirikan
perkumpulan Da Peng. Mula-mula hanya memimpin 100
orang, tapi sekarang anak buahnya sudah mencapai
puluhan ribu orang. Kekayaanya sudah tidak terhitung lagi.
Ooo)dw(ooO BAB 1 Meskipun cahaya meteor hanya singkat, tak satu pun isi
semesta yang mampu menandingi pendar gemilangnya.
Manakala meteor muncul ke permukaan, bahkan bintang
abadi yang paling terang pun tak mampu menandinginya.
Nyawa seekor kupu-kupu begitu rapuh, lebih lemah dari
bunga yang berwarna-warni. Tapi kupu-kupu selalu hidup
di musim semi. Dia indah dan terbang dengan bebas.
Walaupun nyawanya pendek tetapi dia harum.
Hanya pedang yang abadi. Nyawa dan masa jaya
seorang pendekar pedang selalu terletak pada pedang yang
dipegangnya. Bila sebuah pedang mempunyai perasaan,
apakah dia akan mempunyai nyawa yang pendek sama
seperti sebuah meteor"
Ketika sebuah meteor jatuh, dia sedang berbaring di atas
sebuah batu hijau.
Dia senang berjudi dan minum arak. Dia pun senang
main perempuan. Dalam kehidupannya selama ini dia
sudah mencicipi banyak perempuan.
Dia juga pernah membunuh orang.
Namun apabila meteor muncul, dia sangat jarang
melewati kesempatan ini karena dia selalu berbaring di
tempat itu menunggu munculnya meteor.
Dia bisa merasakan terangnya cahaya meteor, sebab itu
adalah salah satu kenikmatan dunia.
Dia tidak mau melewati kesempatan ini, karena dalam
kehidupannya dia tidak mempunyai kesenangan yang lain.
Dulu dia pernah mempunyai keinginan menangkap
sebuah meteor, namun sekarang khayalannya sudah tidak
banyak lagi malah hampir tidak ada. Bagi orang
semacamnya, berkhayal merupakan suatu perbuatan yang
lucu dan memalukan.
Disini adalah tempat yang paling dekat dengan jatuhnya
meteor. Sebuah rumah kayu yang terletak di kaki gunung,
lampunya masih menyala. Pada saat angin berhembus,
kadang-kadang terdengar suara tawa dan suara orang
bersulang terbawa oleh angin naik ke atas gunung. Itu
adalah rumah kayunya, araknya dan juga perempuannya.
Namun dia lebih suka berbaring di tempat ini dan lebih
senang menyendiri.
Cahaya meteor sudah menghilang, air di pinggiran batu
sedang mengalir pelan. Waktu untuk bersenang-seang
sudah lewat. Sekarang dia harus kembali dingin dan
menjadi tenang, benar-benar tenang dan dingin. Sebab
sebelum membunuh, seseorang harus tenang dan dingin.
Sekarang dia harus membunuh orang, sebenarnya dia
tidak suka membunuh.Setiap kali saat pedangnya menusuk
jantung orang dan darah mengalir hingga ke ujung pedang
kemudian menetes ke bawah, dia malah tidak dapat
menikmati keadaan itu.
Dia hanya merasa sedih. Walaupun dia sangat sedih, dia
berusaha menahannya.
Dia harus membunuh orang, bila tidak membunuh orang
dia yang akan mati.
Kadang-kadang orang hidup bukan untuk menikmati
kesenangan namun untuk menahan kesedihan karena hidup
adalah sebuah tanggung jawab. Siapa pun tidak ada yang
bisa lari dari tanggung jawab itu.
Dia mulai mengenang saat pertama kali membunuh
orang. Luo Yang adalah sebuah kota yang sangat besar. Di kota
itu terdapat berbagai macam orang. Ada para pahlawan,
pesilat, ada orang yang kaya, orang miskin, dan masih
banyak perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Namun nama-nama mereka tidak seperti nama Jin
Qiang-li (nama orang, Jin Qiang=tombak emas, Li=nama
marga). Orang yang bagaimana kaya pun belum tentu bisa
menyamai setengah dari kekayaan Jin Qiang-li. Dan tidak
ada orang bisa menahan jurus Qi Qi Si Shi Jiu nya(tujuh x
tujuh, empat puluh sembilan jurus).
Orang yang pertama kali dibunuh olehnya adalah Jin
Qiang-li. Harta dan nama tenar Jin Qiang-li bukan didapat dari
langit, karena itu musuhnya sangat banyak hingga dia
sendiri pun tidak dapat mengingatnya. Namun tidak ada
seorang pun yang berani mencoba membunuhnya dan yang
ingin membunuh pun tidak ada yang berani.
Anak buah Jin Qiang-li sangat tangguh, kung fu mreka
dapat dikatakan sangat terkenal di dunia persilatan. Dan
terdapat juga dua orang dengan badan seperti raksasa selalu
menggotong Jin Qiang si Tombak Emas. Dia selalu
dikelilingi oleh pengawal yang hebat.
Tubuhnya dibungkus oleh pakaian yang kebal terhadap
pedang dan tombak sehingga orang susah membunuhnya
karena itu dia benar-benar sangat sulit didekati.
Walaupun kung fu orang lebih tinggi dari dia tapi bila
ingin membunuhnya harus melewati dulu 7 lapis
penjagaan. Bila ingin masuk ke rumahnya harus melewati
dulu anak buahnya yang memiliki kung fu tinggi, Dan
sekali menyerang harus mengarah pada tenggorokan Jin
Qiang-li, dan harus sekali gus membunuh karena bila
meleset kau tidak mempunyai kesempatan untuk
membunuh lagi. Tidak ada orang yang ingin mencoba membunuhnya
karena tidak ada yang mampu. Hanya ada satu orang yang
bisa membunuh dia, orang ini adalah Meng Xing-hun
(nama orang). Dia menghabiskan waktu setengah bulan untuk
menyelidiki kehidupan Jin Qiang-li, semua gerak geriknya
pun diamati, dia menghabiskan waktu satu bulan untuk
memasuki rumah Jin Qiang-li, menyamar sebagai tukang
pikul air di dapur Jin Qiang-li.
Dia menghabiskan waktu setengah bulan menunggu
waktu yang tepat.
Semua hal terlihat seperti mudah tapi menunggu waktu
yang tepat benar-benar tidak mudah. Karena Jin Qiang-li
layaknya seorang perawan yang dingin, tidak memberi
kesempatan untuk berdekatan.
Saat mandi atau ke kamar kecil pun selalu ada yang
mengawalnya. Namun bila sabar menunggu kesempatan itu pasti
datang. Bahkan seorang perawan pun bila tiba waktunya
dia akan menjadi seorang istri dan ibu.
Pada suatu hari, angin bertiup sangat kencang dan
membuat topi Jin Qiang-li terlepas, empat orang pengawal
berebut mengambil topinya.
Pandangan Jin Qiang-li mengikuti ke mana topi itu
diterbangkan angin.
Pada saat tidak ada orang yang memperhatikan dan
kesempatan yang sempit. Karena kecerobohan para
pengawal itu mereka meninggalkan majikannya begitu saja
karena menganggap tidak ada yang perlu dikuatirkan. Pada
saat itulah Meng Xing-hun sudah ada di belakang Jin
Qiang-li dan langsung menusuknya. Hanya satu kali tusuk
langsung menusuk dari belakang leher dan keluar di
tenggorokan kemudian pedang dicabut, segera darah
berceceran dan berhamburan seperti kabut.
Kabut darah menutupi pandangan setiap orang. Kilauan
pedang mengejutkan jiwa setiap orang. Begitu kabut darah
menghilang, Meng Xiang Hun sudah jauh dari
mereka.Tidak ada orang bisa melukiskan kecepatan tangan
dan pedangnya. Menurut cerita orang-orang, sewaktu Jin Qiang-li
dimasukkan ke dalam peti mati, matanya masih terbuka
dan sorot matanya menggambarkan rasa curiga dan rasa
tidak percaya.Dia tidak percaya dirinya bisa mati dan dia
pun tidak percaya ada orang yang mampu membunuhnya.
Kematian Jin Qiang-li mengegerkan dunia persilatan tapi
nama Meng Xing-hun tidak ada yang mengetahui. Karena
tidak ada yang mengetahui siapa yang membunuh Jin
Qiang-li hingga tak ada orang yang berani bersumpah dia
akan membalaskan dendam Jin Qiang-li.
Bahkan sebaliknya ada pula yang bersumpah mencari si
bintang penyelamat, begitu menemukan dia akan segera
berlutut dan mencium kakinya untuk berterima kasih
karena telah menyingkirkan seorang penjahat.
Ada seorang pesilat muda yang ingin terkenal, juga ingin
mencarinya, hanya ingin bertarung dengannya untuk
membuktikan pedang siapa yang paling cepat. Semua tidak
dipedulikan olehnya. Sesudah membunuh orang biasanya
dia seorang diri lari ke rumahnya yang kecil dan
bersembunyi di sudut rumah sambil menangis dan muntahmuntah.
Saat ini dia sudah tidak bisa menangis lagi karena air
matanya sudah kering, tapi setiap kali bila sudah
membunuh orang dan melihat darah yang masih tersisa di
pedangnya dia masih terus bersembunyi.
Sebelum membunuh orang dia tampak dingin dan
tenang. Namun setelah membunuh orang dia tidak dapat
menahan diri lagi.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia harus berjudi, minum arak hingga mabuk, kemudian
mencari perempuan yang cantik untuk melupakan kejadian
saat dia membunuh orang. Tapi dia selalu sulit
melupakannya dan terus terbayang-bayang. Karena itu dia
harus terus menerus berjudi, minum arak, dan mencari
perempuan hingga dia membunuh orang lagi.
Waktu itu dia melarikan diri ke gunung kemudian
berbaring di sebuah batu hijau, dia tidak mau memikirkan
apa-apa, dia tidak dapat berpikir dan tidak mau berpikir.
Dia hanya memaksakan diri supaya tenang dan siap untuk
membunuh yang lain.
Orang yang akan dia bunuh tidak dia kenal juga tidak
ada dendam antara mereka, bahkan kadang-kadang belum
pernah bertemu.
Orang ini hidup atau mati tidak ada hubungan
dengannya. Namun dia tetap harus membunuh orang itu.
Dia harus membunuh orang itu karena diperintah oleh Gao
Lao-da (kakak Gao).
Pertama kali dia bertemu dengan Gao Lao-da, umurnya
baru 6 tahun, waktu itu dia sudah 3 hari tidak makan. Rasa
lapar untuk anak berumur 6 tahun lebih menyeramkan dari
pada kematian. Dia lapar hingga pingsan di tengah jalan, apa pun dia
tidak ingat lagi.
Anak berumur 6 tahun sudah merasakan bagaimana
artinya sebuah kematian, karena waktu itu dia merasa
benar-benar sudah mati. Mungkin lebih baik dia mati saat
itu. Akhirnya dia tidak mati karena ada sepasang tangan
yang menolongnya dengan memberikan bakpao setengah
dari miliknya. Tangan Gao Lao-da, bakpao yang dingin dan keras.
Begitu dia menerima sepotong bakpao, air mata seperti
mata air yang mengalir di musim semi. Air matanya
membasahi bakpao itu, selamanya dia tidak akan
melupakan rasa air mata yang asin dan pahit bercampur
dengan rasa bakpao yang dingin.
Dia pun tidak akan melupakan tangan Gao Lao-da. Saat
sepasang tangan itu bukan memberikan bakpao dingin lagi
melainkan uang dan emas. Berapa pun yang diminta oleh
Meng Xing-hun, Gao Lao-da pasti akan memberikannya.
Kadang-kadang sepasang tangan itu memberikan secarik
kertas kecil. Di atas kertas itu hanya tertulis nama orang,
tempat dan waktu. Kertas itu adalah sebuah surat tagihan
nyawa. Shu Zhou (nama kota), Sun Yu Bo (nama orang), 4
bulan. Empat bulan artinya dalam waktu 4 bulan Sun Yun Bo
harus mati di tangan Meng Xing-hun.
Semenjak Meng Xing-hun membunuh Jin Qiang-li, dia
tidak perlu menghabiskan waktu 3 bulan untuk membunuh
orang. Waktu dia membunuh pesilat ternama, dia hanya
menghabiskan waktu 41 hari. Ini bukan berarti pedangnya
cepat, tapi karena hatinya dingin dan tangannya lebih
dingin lagi. Dia tahu dia tidak perlu menghabiskan waktu selama 3
bulan untuk membunuh orang, bahkan Gao Lao-da pun
mengetahuinya. Namun sekarang waktu yang tersedia
adalah 4 bulan. Ini artinya Sun Yu Bo adalah orang yang
hebat, tentu membunuh orang ini sangat sulit.
Nama Sun Yu Bo bagi Meng Xing-hun tidak begitu asing
lagi, sebenarnya orang di dunia persilatan banyak yang
mengetahui nama Sun Yu Bo. Bagi orang yang tidak
mengetahui nama Sun Yu Bo layaknya pengikut Budha
yang tidak mengetahui dewa Ru Lai (nama dewa).
Di dalam pandangan mata orang-orang dunia persilatan,
Sun Yu Bo adalah dewa Ru Lai, juga adalah seorang dewa
kematian dalam wujud manusia. Bila dia sedang baik, dia
bisa berada di sisi seorang anak yang tidak dia kenal,
bercerita selama 3 hari 3 malam. Namun pada saat dia
marah dalam 3 hari dia mampu meratakan sebuah gunung.
Nama yang terkenal itu di dalam hati Meng Xing-hun
sudah tidak ada artinya, nama orang itu baginya adalah
harus mati. Terbayang oleh Meng Xing-hun saat pedangnya
menusuk jantung Sun Yu Bo dan dia pun membayangkan
pedang Sun Yu Bo menusuk jantungnya. Bila bukan Sun
Yu Bo yang mati maka dia yang akan mati.
Sudah tidak ada pilihan lagi baginya. Siapa yang akan
mati, dia sudah tidak peduli.
Di ufuk timur cahaya matahari semakin terang. Kabut di
pagi hari makin banyak, lambat laun ditiup oleh angin dan
menyebar ke semua arah. Tidak ada seorang pun yang tahu
kabut ini akan menghilang ke mana.
Apakah kehidupan juga akan seperti kabut ini"
Meng Xing-hun pelan-pelan berdiri kemudian naik ke
atas gunung. Rumah kayu itu terletak di kaki gunung.
Cahaya lampu menyorot kertas jendela. Kadang-kadang
terdengar suara yang keluar dari rumah itu, orang yang
berada di dalam rumah tidak mengetahui bahwa
kegembiraan sudah mengikuti hilangnya malam. Kesedihan
yang nyata mengikuti datangnya sinar matahari.
Meng Xing-hun mendorong pintu rumah. Berdiri dan
melihat sekeliling rumah.Orang yang berada di rumah itu
tinggal 4 hingga 5 orang. Hampir semuanya telanjang, ada
yang tidur, ada yang mabuk, bahkan ada yang sedang
termenung. Saat melihat kedatangan Meng Xing-hun, orang yang
mabuk mulai setengah sadar, orang yang tidur mulai
terbangun, ada seorang perempuan yang setengah telanjang
berlari mendekati Meng Xing-hun. Dadanya yang hangat
menempel ke dada Meng Xing-hun.
Mereka sangat cantik dan masih muda. Mereka tidak
merasa menjual diri adalah hal yang sangat menakutkan.
Mereka masih bisa tertawa manis dan riang.
"Kemana kau pergi" Kami disini tidak bisa minum arak
tanpamu." Meng Xing-hun memandang mereka dengan dingin.
Perempuan-perempuan itu dengan sengaja datang ke
tempat ini untuk bertemu dengannya. Demi perempuanperempuan
ini uang di saku Meng Xing-hun mengalir
keluar seperti air.
Setengah hari yang lalu, kemungkinan dia masih bisa
memeluk para perempuan, seperti seseorang yang membaca
buku dengan cerita-cerita manis yang dia sendiri pun tidak
mempercayainya, namun sekarang dia hanya ingin berkata,
"Keluar!"
"Kau menyuruh mereka keluar?"
Di tempat tidur ada seorang laki-laki yang sedang
berbaring. Tubuh atasnya yang telanjang seperti tembaga,
bajunya entah sudah terlempar ke mana. Namun di sisinya
nampak sebilah golok.
Sebilah golok yang berwarna tembaga dan di tubuh golok
terdapat kilauan seperti sisik ikan Orang itu baik
mengenakan pakaian atau tidak keadaannya tetap sama.
Tapi jika sebilah golok tidak berada di tangannya dia malah
merasa dirinya telanjang.
Dengan dingin Meng Xing-hun memandang kemudian
bertanya, "Siapa kau?"
Orang ini tertawa kemudian menjawab, "Kau sudah
mabuk. Aku ini siapa kau sudah lupa, aku adalah tamu
yang diundang olehmu. Kita sebenarnya sedang minum
arak kemudian berkenalan, kau sendiri yang
mengundangku ke tempat ini."
Tiba-tiba dia menjadi marah kemudian berkata, "Aku
kemari karena di sini ada perempuan. Mengapa kau
mengusir mereka?"
"Kau juga keluar!" jawan Meng Xing-hun.
Orang ini langsung berubah wajahnya, tangan yang besar
dan kasar langsung memegang golok kemudian dia berkata
dengan sangat marah, "Apa kau bilang?"
Begitu cahaya golok diayun, orang sudah meloncat dan
berteriak, "Bila kau mabuk dan lupa aku siapa itu tidak apaapa,
tapi tidak dapat melupakan golok sisik ikan koki ini!"
Golok sisik ikan koki bukan golok sembarangan,
harganya pun mahal, golok itu sangat berat. Hanya orang
kaya yang bisa menggunakan golok ini. Hanya orang
sombong yang bisa menggunakan golok ini. Hanya pesilat
tangguh yang dapat menggunakan golok ini.
Di dunia persilatan hanya ada 3 orang yang
menggunakan golok semacam ini. Tapi Meng Xing-hun
tidak mau tahu siapa orang itu. Meng Xing-hun hanya
bertanya, "Apakah kau pernah memakai golok ini untuk
membunuh orang?"
"Ya!" jawab orang ini.
"Sudah pernah membunuh berapa orang?" tanya Meng
Xing-hun. "Dua puluh, mungkin bisa lebih. Tidak ada orang yang
mengingat-ingat hal semacam itu," kata Orang ini dengan
sombong. Meng Xing-hun memelototi dia, tubuhnya seperti ada api
yang bisa membakar otaknya.
Meng Xing-hun merasa bahwa membunuh orang adalah
hal yang menyedihkan. Dia tidak mengerti mengapa di
dunia ada orang yang sudah membunuh orang masih bisa
merasa senang dan sombong.
Dia sangat benci orang semacam ini, seperti dia
membenci seekor ular beracun.
Wajah yang seperti tembaga itu tertawa dingin dan
berkata, "Hari ini aku sedang tidak ingin membunuh orang,
apalagi tadi aku sudah minum arak dan main-main dengan
perempuanmu."
Meng Xing-hun langsung meloncat ke hadapan orang
itu. Begitu orang sadar bahwa Meng Xing-hun sudah ada di
depannya, kepalan tangan yang keras dan dingin sudah
memukul wajahnya.
Dia merasa langit runtuh dan tanah terbelah. Dia tidak
merasakan lagi pukulan kedua. Hingga rasa sakit dan takut
pun tidak dapat dia rasakan.
Setelah lama dia baru merasakan ada. angin dingin
menerpa wajahnya. Angin ini terasa seperti jarum menusuk
hilang dan otaknya.
Dia tidak sengaja meraba mulutnya dan mulutnya terasa
lembut seperti sepotong daging, tidak terasa bentuk bibir
dan tidak ada gigi, serta tidak ada hidung.
Sekarang dia baru merasa takut, rasa takut ini keluar dari
hatinya yang paling dalam. Kemudian dia berteriak.
Teriakannya seperti seekor binatang yang digorok oleh
seorang pemburu.
Di rumah kecil sudah tidak ada orang, tapi arak di dalam
botol masih ada. Meng Xing-hun pelan-pelan berbaring dan
menaruh botol arak di atas dadanya secara miring.
Arak secara perlahan mengalir ke luar dari botolnya.
Setengah mengalir ke mulutnya dan setengah mengalir ke
dadanya. Arak yang pahit mengalir melalui lidahnya masuk ke
tenggorokan kemudian masuk ke jantung. Arak ini seperti
menyatu mengelilinginya.
Tiba-tiba dia merasa pening.
Biasanya sebelum membunuh orang, Meng Xing-hun
selalu dalam keadaan tenang tidak pernah minum arak.
Namun kali ini tidak sama, dia merasa tidak boleh
membunuh orang itu dan dia tidak ingin membunuh. Di sisi
orang itu seperti ada bayangan yang membawa kesialan.
Seperti menunggu dia dan siap untuk menelannya.
Tujuh gelas arak sudah diminum, mata perempuan itu
menjadi besar dan terang.
Orang yang minum arak dapat dibedakan menjadi dua.
Kesatu, bila sudah minum arak matanya akan menjadi
buram dan berwarna merah. Kebanyakan orang memang
seperti itu. Namun perempuan itu tidak termasuk ke dalam kategori
kesatu, dia berbeda. Begitu dia minum gelas ke sembilan,
matanya tampak terang seperti bintang.
Di rumah ada 6 hingga 7 orang sedang melempar dadu.
Suara dadu berdenting seperti suara lonceng.
Lampu terbuat dari perak, cahaya lampu begitu lembut
menyinari barang-barang antik yang berada di atas meja
dan juga menyinari meja yang terbuat dari marmer juga
menyinari orang-orang yang wajahnya berkeringat.
Perempuan ini merasa sangat puas.
Ini adalah rumahnya. Barang-barang di rumah itu adalah
miliknya semua dan rumah itu adalah sebagian kecil dari
seluruh kekayaanya.
Orang-orang berada di rumahnya adalah orang-orang
kaya dan orang-orang di dunia persilatan yang terkenal.
Dulu mereka sedikit pun tidak memandang kepadanya.
Tapi sekarang mereka adalah teman-temannya.
Perempuan ini tahu begitu dia membuka mulut mereka
semua dengan rela hati akan memenuhi semua
permintaannya, sebab mereka pun sering meminta bantuan
kepadanya. Kapan pun dia siap meladeni, permintaan
mereka yang aneh-aneh.
Orang yang duduk di dekat pintu adalah seorang laki-laki
setengah baya. Tempat ini bernama Lu-dong dan laki-laki
adalah orang yang paling kaya di Lu-dong.
Suatu hari pada saat mabuk dia pernah berkata, "Semua
makanan sudah pernah aku cicipi, hanya tidak pernah
makan daging unta utuh yang dipanggang."
Hari kedua begitu, dia membuka mata, dia melihat 4
orang menggotong masuk sarapannya.
Sarapannya adalah seekor unta utuh yang sudah
dipanggang. Di rumah perempuan itu siapa pun boleh meminta hal
yang aneh-aneh, dan dia tidak akan mengecewakan
permintaan mereka.
Sepuluh tahun yang lalu, perempuan itu sama sekali
tidak memiliki apa-apa. Pakaian yang utuh pun tidak dia
miliki, dia membiarkan mata-mata liar laki-laki melihat
bayangan tubuhnya yang tidak tertutup.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu itu, siapa pun yang memberikan dia baju, orang
itu akan mendapatkan semua miliknya yang berharga.
Namun sekarang dia sudah memiliki semuanya.
Bila mata perempuan itu semakin terang artinya dia
sudah minum banyak arak. Bila suara dadu terus
berdenting, barang taruhan pun semakin banyak.
Melihat wajah orang-orang itu dia merasa ada sesuatu
yang lucu. Laki-laki yang biasanya terlihat sangat sopan
begitu mereka berjudi dan melihat perempuan, mereka
seperti segerombol anjing dari segerombol babi.
Dia sebenarnya ingin muntah. Tiba-tiba ada yang
berteriak, "Kali ini aku yang jadi bandar, apakah Lao-panniang
(Nyonya Bos) mau ikut bertaruh?"
Perempuan itu menghampiri orang ini dan menaruh
selembar kertas cek, yang menjadi bandar adalah orang
kaya, biasanya dia selalu memamerkan tubuhnya yang
tinggi dan besar di depan para perempuan. Dan juga sering
memamerkan cincin gioknya yang mahal. Dia melakukan
semua itu ingin membuktikan bahwa dirinya adalah
seorang yang kaya dengan tubuh yang kekar.
Perempuan ini tahu bahwa laki-laki itu sedang
menggodanya. Bandar melempar dadu dan angka yang keluar adalah
angka 11 kemudian dia tertawa hingga terlihat giginya
seperti gigi anjing lapar berwarna kuning dan hitam.
Perempuan ini mengambil dadu kemudian melemparnya
dan angka yang keluar adalah angka 4 merah.
Walaupun bandar ini tertawa dengan terpaksa, dia masih
berusaha untuk tertawa. Tapi begitu dia melihat kertas cek
yang tertulis angka 50.000, wajah laki-laki itu segera
berubah menjadi lebih hitam dan lebih kuning dari pada
warna giginya. Perempuan ini tertawa dan berkata, "Ini hanyalah
sebuah permainan, tidak perlu terlalu serius. Bila Tuan
tidak membawa uang, bisa digantikan dengan suara
gonggongan anjing sebanyak 2 kali, dan semua yang di sini
akan merasa senang."
Demi 50.000 tail, semua orang ingin melakukan hal ini
hanya dengan menggonggong sebanyak 2 kali sudah
dianggap lunas.
Namun perempuan ini dengan cepat membuka pintu
kemudian keluar. Dia takut dia bisa muntah di hadapan
tamu-tamunya. Subuh sudah tiba, cahaya mentari menyinari pohonpohon
dan suasana bertambah misterius.
Perempuan ini menelusuri jalan kecil, melewati
pegunungan dan tiba di sebuah rumah kayu di kaki gunung.
Begitu dia masuk, sudah, melihat Meng Xing-hun yang
sedang mabuk. Perempuan ini diam-diam masuk ke dalam rumah dan
mengulurkan tangannya ke arah Meng Xing-hun.
Sebenarnya Meng Xing-hun belum tidur dan ternyata dia
juga tidak mabuk. Dia hanya tidak mau tahu dengan
keadaan sekitarnya.
Mendengar langkah orang dia membuka matanya dan
melihat tangan perempuan itu.
Itu adalah sepasang tangan yang bagus, hanya terlalu
besar sedikit. Artinya orang yang memiliki sepasang tangan
ini mempunyai sifat yang keras.
Melihat orang yang memiliki sepasang tangan ini, tidak
ada yang percaya bahwa sepasang tangan ini pernah
menggali tanah untuk mendapat ubi dan juga pernah
bekerja di pertambangan batu bara.
Perempuan ini menatap Meng Xing-hun dan mengambil
botol arak dari dadanya. Kemudian dengan lembut berkata,
"Kau jangan minum arak lagi."
Suara perempuan ini terdengar lembut namun nadanya
seperti memerintah.
Memang perempuan ini bisa memerintah Meng Xinghun.
Gao Lao-da ternyata bukan kakak laki-laki yang paling
besar, melainkan kakak perempuan yang paling besar.
Nyawa Meng Xing-hun ditolong oleh perempuan ini.
Waktu itu bakpao yang dingin dan keras, terasa lebih
mahal dari semua barang, termasuk emas.
Saat itu jaman perang dan banyak orang yang kelaparan.
Di mana-mana tampak orang yang mati kelaparan. Orang
yang mati kelaparan sudah bukan pemandangan aneh lagi.
Dan orang yang bisa bertahan hidup itu yang disebut aneh.
Tidak ada rumah, tidak ada ayah dan ibu, semua sudah
hilang. Anak berumur 6 tahun, bisa bertalian hidup, ini
adalah sebuah hal yang aneh dan sebuah mujizat.
Mujizat ini diciptakan oleh Gao Lao-da.
Dia menciptakan 4 mujizat. Ada 4 orang anak yang
mengikutinya. Yang paling kecil berumur 5 tahun, dan dia
sendiri hanya seorang anak perempuan berumur 13 tahun.
Demi menghidupi 4 orang anak dan dirinya sendiri
semua perkerjaan sudah pernah dia kerjakan.
Dia pernah mencuri, mencopet, dan menipu. Dia juga
pernah menjual dirinya.
Saat dia berumur 14 tahun, keperawanannya ditukar
oleh 2 kati daging kepada seorang tukang daging. Dia tidak
pernah lupa wajah si tukang daging.
Lima belas tahun kemudian dia mencari si tukang daging
dan dia menghunus sebuah pedang panjang yang
dimasukkan ke mulutnya.
Matahari yang baru terbit dengan lembut menyinari
kertas jendela.
Kakak Gao menutup gordennya, dia tidak menyukai
cahaya mentari karena di bawah mentari akan tampak
keriput di wajahnya.
Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Apakah kau kemari
untuk menyuruhku melakukan hal itu?"
Kakak Gao tampak tertawa, dia berkata, "Kau tidak
usah disuruh-suruh karena kau tidak pernah
mengecewakanku."
"Namun kali ini...." kata Meng Seng-hun.
"Mengapa dengan kali ini?"
"Kali ini bila aku tidak pergi, bagaimana?" tanya Meng
Xing-hun. Kakak Gao membalikkan tubuhnya dan melotot ke arah
Meng Xing-hun dan berkata, "Mengapa kau tidak mau
pergi" Apakah kau takut kepada Sun Yu-bo?"
Meng Xing-hun tidak menjawab sebab dia pun tidak
tahu harus bagaimana menjawabnya, dia harus bertanya
kepada dirinya sendiri. "Apakah aku takut?" Tapi
jawabannya adalah 'tidak'.
Seseorang bila tidak takut kematian, kepada apa lagi dia
masih harus takut"
Itu adalah kejenuhan dan sudah merasuk ke dalam
tulang dan sudah bercampur dengan darah. Kejenuhan
dapat membunuh orang, kejenuhan bisa membuat darah
mengalir dan jenuh pada kehidupan karena tidak dapat
melihat matahari.
Kehidupan ini seperti kehidupan seorang pelacur. Di
depan matanya hanya ada satu jalan. Di belakangnya
seperti ada pecut yang memecutnya.
Setelah terdiam lama Meng Xing-hun baru menjawab,
"Aku tidak ingin pergi."
Tawa Kakak Gao tiba-tiba membeku seperti es kemudian
menghilang. "Tidak bisa, kau harus pergi!"
Kemudian dia mendekati Meng Xing-hun dan berkata,
"Kau tahu bahwa Shi Qun ada di utara. Xiao He ada di
ibukota, sementara mereka berdua tidak bisa pulang,
apalagi masalah ini hanya kau yang dapat melakukannya.
Hanya kau yang bisa menghadapi Sun Yu-bo."
Meng Xing-hun bertanya lagi, "Bagaimana dengan Ye
Xiang?" Kakak Gao dengan dingin berkata, "Ye Xiang yang
sekarang hanya bisa menggendong anak."
Meng Xing-hun bertanya lagi, "Dulu Ye Xiang pernah
melakukan hal ini."
"Dulu Ye Xiang begitu, sekarang sudah tidak sama."
Kakak Gao pelan-pelan merubah sikapnya menjadi
lembut kemudian berkata, "Aku sudah memberi
kesempatan sebanyak 3 kali tapi setiap kali dia
mengecewakanku."
Wajah Meng Xing-hun tidak ada ekspresi, sudut mata
kanannya terus berkedut. Bila dia merasa sakit hati atau
marah keadaannya pasti seperti itu.
Hubungannya dengan Shi Qun, Xiao He, Ye Xiang
adalah sebagai anak yang diangkat oleh Kakak Gao.
Sebenarnya Ye Xiang adalah pemimpin mereka. Umurnya
paling besar dan dia paling pintar serta kuat, namun
sekarang.... Kakak Gao menarik nafas dan tiba-tiba duduk di sisinya
kemudian berbaring sambil berkata, "Jangan ribut lagi, aku
sudah lelah."
Kakak Gao mengulurkan tangannya dan memegang
tangan Meng Xing-hun dan berkata, "Aku tahu kau juga
lelah tapi kehidupan memang seperti ini, bila kita ingin
bertahan hidup kita tidak boleh berhenti."
"Ingin hidup" Siapa yang peduli dengan hidup?"
Tapi dalam kehidupan ada hal yang harus dipedulikan.
Meng Xing-hun memejamkan mata dan berkata, "Bila
kau menyuruhku pergi, aku akan pergi."
Kakak Gao memegang tangan Meng Xing-hun lebih erat
katanya, "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku."
Tangan Kakak Gao sangat lembut dan hangat. Semenjak
Meng Xing-hun berumur 6 tahun, sepasang tangan ini
sering memegang tangannya. Kakak Gao adalah temannya,
Cicinya dan juga merangkap sebagai ibunya.
Namun sekarang dia merasa sepasang tangan ini tampak
tidak seperti biasanya.
Dia membuka matanya dan melihat sepasang tangan ini
kemudian secara perlahan menulusuri pandangan hingga
bertemu dengan pandangan mata Kakak Gao.
Mata Kakak Gao sangat jernih dan terang tapi wajah
Meng Xing-hun tampak muram. Sinar matahari sudah
bersinar terang, lampu pun sudah dimatikan.
Meng Xing-hun merasa Kakak Gao seperti orang asing.
Seorang perempuan yang cantik dan asing.
Kakak Gao juga sedang memandangnya, setelah lama
baru berkata, "Kau sudah bukan anak kecil lagi."
Meng Xing-hun bukan anak-anak lagi. Semenjak
berumur 13 tahun dia sudah bukan anak-anak lagi.
"Aku tahu kau sering mencari perempuan," kata Kakak
Gao. "Benar, banyak sekali."
"Apakah kau pernah menyukai mereka?"
"Tidak pernah," jawab Meng Xing-hun.
"Bila kau tidak menyukai mereka, artinya mereka tidak
dapat memuaskanmu, bila seseorang selalu merasa tidak
puas, lama-lama dia akan merasa jenuh."
Kakak Gao tertawa begitu lembut dan begitu feminin
dan berkata, "Mungkin kau tidak mengerti perasaan
seorang perempuan, tidak tahu bahwa seorang perempuan
bisa mendukung dan memotivasi."
Meng Xing-hun tidak bicara tapi terus memandang
Kakak Gao. Kakak Gao berdiri pelan-pelan, gerakannya sangat
lembut dan indah, Tangannya diletakkan di bagian kacing
kemudian membukanya satu per satu.
Dia tidak seperti seorang perempuan yang hilang masa
remajanya. Berdiri di bawah sinar matahari pagi, Kakak Gao seperti
dewi di musim semi.
Kakak Gao sedang memandangnya. Nafasnya terdengar
lembut seperti angin musim semi. Membawa harum
membuat orang mabuk kepayang.
Kemungkinan Kakak Gao jadi mabuk dan araknya
sudah berubah menjadi manis dan wangi.
Walaupun masa remajanya sudah hilang, namun dia
tetap seorang perempuan yang tidak dapat ditolak.
Meng Xing-hun berlari kencang dalam angin pagi seperti
seekor binatang yang terkena panah.
Dia berlari dan air matanya terus mengalir. Dia ingin,
dia mau, tapi dia tidak bisa menerimanya.
Saat berumur 13 tahun, saat itu mereka masih berkelana
dan ada suatu hari mereka tidur di sebuah gudang milik
orang lain. Saat itu musim panas, di gudang terasa panas
dan pengap. Karena panas tengah malam dia terbangun,
tidak sengaja melihat Kakak Gao sedang mandi di pojok
gudang. Sinar bulan masuk dari jendela kecil, menyinari
tubuhnya yang telanjang dan molek.
Waktu itu Meng Xing-hun merasa di perutnya ada bara.
Dia memejamkan mata tapi keringat sudah membasahi
pakaiannya. Mulai saat itu dia selalu memikirkan Kakak Gao,
memikirkan tubuhnya yang molek.
Setiap kali sesudah memikirkan hal itu dia selalu merasa
berdosa, dan melarang dirinya untuk tidak memikirkan hal
itu lagi. Hingga dia menyimpan sebuah jarum, setiap kali
bila ingat hal itu dia akan menusuk kakinya dengan jarum
itu. Umurnya semakin bertambah, bekas tusukan jarum di
kakinya pun semakin banyak. Hingga akhirnya dia benarbenar
mempunyai perempuan tapi kalau dia memejamkan
mata, dia menganggap perempuan itu adalah Kakak Gao.
Dia tidak menyangka suatu hari dia benar-benar
mendapatkan Kakak Gao. Dia ingin, dia mau, tapi
bagaimanapun dia tidak bisa menerimanya.
Sewaktu Meng Xing-hun lari keluar dari rumah, kayu
itu, ekspresi wajah Kakak Gao seperti ditampar orang. Bagi
seorang perempuan, ini merupakan penghinaan paling
besar. Meng Xing-hun mengetahui perasaan Kakak Gao tapi
dia tetap harus menolaknya.
Kakak Gao baginya adalah kakak perempuannya,
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ibunya, dan temannya. Dia tidak dapat merusak
hubungannya dengan Kakak Gao dan juga tidak akan
menggeser kedudukan Kakak Gao di hatinya karena tempat
ini selamanya tidak akan tergantikan oleh orang lain.
Daun-daun di hutan mulai berguguran.
Meng Xing-hun berlari masuk ke dalam hutan kemudian
dia berhenti. Dia memeluk sebatang pohon dengan erat,
menggosok wajahnya ke kulit pohon yang kasar. Dia
merasa wajahnya basah oleh air mata atau mungkin oleh
darah" Matahari semakin tinggi, di luar hutan ada sebuah
rumah, tampak indah seperti lukisan tidak ada tempat yang
lebih indah dari pada rumah ini.
Bermacam-macam orang datang dari tempat yang
berbeda menuju tempat itu, mereka seperti lalat yang
melihat darah yang terdapat di dalam daging. Mereka rela
menghabiskan uang sebanyak-banyaknya.
Karena tempat itu adalah rumah pelesiran.
Di sini kau bisa membeli arak yang paling mahal, dan
perempuan yang paling cantik. Juga bisa membeli mimpi
yang tidak dapat diraih.
Bila kau berani mengeluarkan uang, di sini kau bisa
membeli nyawa orang lain.
Di sini tidak ada barang yang tidak dapat dibeli, juga
tidak ada barang yang tanpa uang bisa dibeli. Bila datang ke
tempat ini harus siap mengeluarkan uang. Bagi Meng Xinghun
pun tidak ada pengecualian.
Tidak ada orang yang menjadi pengecualian.
Karena yang mempunyai rumah ini adalah Gao Ji-ping,
biasa dipanggil Gao Lao-da.
Hampir selama 20 tahun mereka hidup berkelana dan
menderita, hingga mendapat suatu pelajaran, lebih baik
mempunyai uang dari pada mempunyai anak. Di dunia ini
yang paling penting adalah uang.
Tidak ada orang yang mengatakan dia salah karena ini
adalah pengalaman dari hidup miskin. Kehidupan miskin
lebih menyakitkan dari pada memotong daging sendiri.
Dari rumah yang berada di sisi jembatan tampak
beberapa orang keluar dari sana. Mereka sedang memeluk
pinggang perempuan sambil menguap dan membicarakan
hasil perjudian tadi.
Semalaman berjudi kadang-kadang lebih melelahkan dari
pada bertarung mempertahankan hidup dan mati.
Meng Xing-hun mengenali orang yang pertama keluar,
dia she Qing. Perempuan yang dipeluknya lebih cocok
menjadi cucunya.
Namun orang marga Qing ini tubuhnya masih terawat.
Semangatnya masih menggebu-gebu. Setiap musim gugur
dia akan datang ke tempat itu dan menginap selama
beberapa hari. Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Orang yang ingin
membeli nyawa Sun Yu-bo tidak begitu banyak. Apakah
dia yang membelinya?"
Nyawa orang ini harganya sangat tinggi, yang bisa
membeli nyawa Sun Yu-bo tidaklah banyak. Dulu Meng
Xing-hun membunuh orang dia tidak pernah tahu siapa
yang membelinya, tapi kali ini lain, dia ingin tahu.
Sepertinya malam ini marga Qing panen besar karena
terdengar tawanya sangat keras, tapi.... tiba-tiba tawanya
berhenti, di dekat jembatan terlihat ada seseorang lewat.
Orang ini rubuhnya sangat tinggi dan besar juga gagah
mengenakan baju panjang berwarna hijau. Rambutnya
sudah mulai memutih dan tangannya memegang 2 buah
lempengan besi.
Meng Xing-hun juga tidak dapat melihat wajahnya. Dia
hanya bisa melihat wajah si Qing itu.
Di dunia persilatan orang marga Qing lumayan terkenal
namun begitu dia melihat orang itu wajahnya langsung
berubah menjadi sopan dan dia menyingkir ke sisi
kemudian membungkukkan badan memberi hormat.
Orang ini hanya mengangguk dan mengucapkan 2 kata,
langsung pergi.
Meng Xing-hun ingin mengetahui siapa orang itu.
Namun dia tidak dapat melakukannya.
Di tempat itu Meng Xing-hun seperti setan yang tidak
dapat melihat cahaya. Tidak mempunyai nama juga tidak
mempunyai she. Tidak boleh mengenal orang juga tidak
boleh dikenal orang.
Karena Gao Lao-da menganggap di dunia persilatan
tidak diperbolehkan ada seorang yang bernama Meng Xinghun.
Sepertinya seumur hidup Meng Xing-hun kerjanya
adalah membunuh orang. Bisa jadi juga nanti dia mati
karena dibunuh orang.
Bila dia ingin hidup lebih lama, maka tidak diijinkan
memiliki perasaan, teman, dan kehidupan pribadi. Karena
nyawanya bukan miliknya.
Meng Xing-hun merasa pohon yang berada di depannya
nasibnya lebih baik dari dirinya. Paling sedikit pohon ini
mempunyai nyawa sendiri dan paling sedikit pohon ini bisa
berdiri tegak. Dia mendorong pohon itu kemudian berdiri. Tiba-tiba
dari. atas pohon ada sepasang tangan yang terulur dari atas
pohon dan tangan itu memegang sebotol arak. Ada suara
yang rendah dan serak berkata, "Begini pagi sudah bangun,
ini bukan hal yang baik, marilah ke sini kita minumminum!"
Meng Xing-hun menundukkan kepalanya kemudian
menerima gelas arak itu. Dia tidak perlu membalikkan
tubuhnya untuk melihat, sebab dia sudah mengetahui siapa
orang yang berada di atas pohon itu.
Walaupun dia tidak mengenal suara yang serak itu
namun dia bisa mengenal sepasang tangan ini.
Tangannya sangat besar dan tipis, artinya bila dia
memegang benda apa pun dapat dipegang dengan erat,
apalagi bila dia memegang pedang, tidak ada orang yang
bisa luput dari pedangnya.
Namun sepasang tangan ini sudah lama tidak memegang
pedang. Pedang di tangannya sudah 'digantungkan'.
Ye Xiang membunuh orang.... selamanya tidak akan
meleset.... Gao Lao-da selalu, mempercayainya, dia pun penuh
dengan rasa percaya diri. Namun sekarang dia memegang
cangkir arak pun ternyata sudah tidak mampu.
Tangannya tampak ada bekas luka yang panjang dan
dalam. Ini terjadi saat terakhir kali dia membunuh orang.
Orang itu bernama Yang Yu-ling. Dia bukan orang
terkenal, orang yang pernah dibunuh oleh Ye Xiang
semuanya lebih lihai dari pada Yang Yu-ling.
Gao Lao-da menyuruh dia membunuh orang ini hanya
ingin memulihkan kepercayaan dirinya sebab Ye Xiang
sudah 2 kali gagal.
Ternyata kali itu dia gagal lagi.
Tangan Ye Xiang hampir dipotong oleh Yang Yu-ling.
Semenjak itu Ye Xiang tidak pernah membunuh orang
lagi, dan semenjak itu pula tiap hari kerjanya hanya mabukmabukan.
Araknya terasa pahit dan pedas. Meng Xing-hun hanya
minum seteguk saja sudah mengerutkan dahinya.
"Ini bukan arak bagus, aku tahu kau tidak terbiasa
meminumnya. Namun walau arak ini tidak bagus dari pada
tidak ada arak bukankah ini lebih baik?" Ye Xiang lalu
tertawa dan berkata lagi, "Gao Lao-da masih
mengijinkanku minum arak ini, ini masih lebih baik
keadaannya. Sebenarnya orang sepertiku hanya pantas
minum air kencing kuda."
Meng Xing-hun tidak mengatakan apa-apa, karena dia
tidak tahu harus bicara apa.
Ye Xiang sudah turun dari pohon, dengan tersenyum dia
melihat Meng Xing-hun. Namun Meng Xing-hun tidak mau
melihatnya. Orang yang pernah bertemu dengannya dulu, tidak akan
ada yang menyangka dia akan berubah begitu drastis.
Sebenarnya dia adalah seorang laki-laki ganteng dan
sangat kuat, mempunyai tenaga yang sangat besar. Juga
mempunyai wibawa yang tinggi seperti pedang yang sudah
diasah hingga mengkilat.
Tapi sekarang pedangnya sudah berkarat, wajahnya yang
ganteng semakin kuyu, matanya pun sudah tidak bersinar
lagi. Perutnya mulai membuncit, suaranya pun sudah
berubah menjadi serak.
Dia menenggak arak lagi kemudian menarik nafas.
"Sekarang kesempatan kita bertemu semakin sedikit, aku
tidak menyalahkanmu. Biarpun kau menghina diriku, itu
memang pantas untukku. Bila tidak ada dirimu aku sudah
mati di tangan Yang Yu-ling."
Terakhir kali saat Gao Lao-da menyuruh Ye Xiang
membunuh orang, dia sudah tidak merasa yakin karena itu
dia menyuruh Meng Xing-hun menguntit di belakang.
Mulai saat itu Meng Xing-hun sudah mengganti
posisinya. Ye Xiang tertawa dan berkata, "Sebenarnya hari itu aku
sudah tahu kau mengikutiku di belakang, karena itu aku...."
Meng Xing-hun memotong kata-kata Ye Xiang
kemudian dia berbicara, "Kali ini sebenarnya aku tidak
perlu pergi."
"Mengapa?" tanya Ye Xiang.
"Kau tahu Gao Lao-da menyuruhku mengikutimu,
sebab dia mengkhawatirkanmu dan karena itu kau menjadi
tidak percaya diri. Bila aku tidak pergi kau pasti bisa
membunuh Yang Yu-ling."
Ye Xiang tertawa sedih dan berkata, "Kau salah! Saat
aku membunuh Lei Lao-san, aku sudah tahu bahwa
selamanya aku sudah tidak akan bisa membunuh orang
lagi." Saat itu dia gagal membunuh Lei Lao-san, itu adalah
kegagalan pertama kali yang dia lalaikan.
Kata Meng Xing-hun, "Lei Lao-san adalah seorang
tengkulak, biasanya kau paling benci orang semacam ini.
Aku merasa aneh mengapa saat itu kau tidak mampu
membunuhnya?"
Ye Xiang tertawa kecut. "Aku pun tidak tahu apa
sebabnya" Aku hanya merasa sangat lelah. Saking lelahnya,
hingga aku tidak mau melakukan apa pun. Kemungkinan
kau tidak mengerti perasaan itu."
'Lelah', kata itu seperti jarum.
Sudut mata Meng Xing-hun tampak berkedut lagi,
setelah lama dia berkata, "Aku mengerti."
"Kau mengerti apa?" tanya Ye Xiang.
"Aku sudah membunuh 11 orang."
Setelah lama.... Ye Xiang baru bertanya lagi, "Kau tahu
aku sudah membunuh berapa banyak orang?"
Meng Xing-hun tidak tahu, kecuali Gao Lao-da tidak
ada lagi yang tahu. Setiap kali melaksanakan tugas itu
adalah sebuah misi rahasia, tidak boleh dikatakan kepada
orang lain. "Aku sudah membunuh sebanyak 30 orang, tidak lebih
tidak kurang, tepat 30 orang," kata Ye Xiang.
Tangannya gemetaran, dia segera menenggak arak dan
langsung menelannya. Dengan suara pelan dia berkata lagi,
"Kau juga akan membunuh orang dalam jumlah yang
banyak mungkin bisa lebih dari 30 orang. Bila kau tidak
membunuh kau akan menyerupai diriku yang sekarang."
Lambung Meng Xing-hun terasa keram, dia ingin
muntah. Ye Xiang adalah cerminan dirinya. Dari diri Ye Xiang,
Meng Xing-hun dapat melihat keadaan dirinya.
Kata Ye Xiang, "Setiap orang memiliki nasib dan takdir
sendiri. Dan orang yang diatur oleh nasib jarang ada yang
bisa menghindari dan merubah nasibnya. Aku benci diriku,
mengapa aku bukan orang yang hanya pasrah menerima
nasib," matanya yang redup tampak sedikit bercahaya,
katanya, "Aku pernah memiliki kesempatan itu."
"Apa kau pernah memiliki kesempatan?"
Ye Xiang menarik nafas dan berkata, "Pernah suatu kali
aku bertemu dengan seorang perempuan. Perempuan ini
membantuku dengan sepenuh hati. Kalau waktu itu aku
bertekad mengikutinya kemungkinan hidupku sekarang
akan lebih enak. Walaupun mati, aku dapat mati dengan
baik." "Mengapa kau tidak mengikutinya?"
Mata Ye Xiang menyorot gelap, karena, sedih matanya
menyipit, setelah lama dia baru melanjutkan, "Karena aku
adalah seorang yang bodoh dan sangat goblok, aku tidak
punya keberanian."
"Kau bukannya tidak berani tapi tidak tega."
Ye Xiang berkata, "Tidak tega. Tidak tega adalah
tindakan bodoh. Aku berharap kau jangan seperti diriku
begitu bodoh."
Dia memandang Meng Xing-hun, dengan suara pelan
berkata, "Kesempatan hanya datang satu kali, bila sudah
lewat tidak akan datang lagi. Dalam hidup seseorang pasti
akan datang satu kesempatan.
Karena itu aku minta kepadamu jika kesempatan datang,
jangan lewatkan begitu saja."
Ye Xiang membalikkan tubuhnya, dia tidak mau ah
matanya dilihat oleh Meng Xing-hun.
Dia minta Meng Xing-hun untuk melakukan semua itu,
tapi sebenarnya hal itu untuk dirinya sendiri.
Seumur hidupnya dia sudah tidak mempunyai
kesempatan, dia berharap Meng Xing-hun dapat
menyambung nyawanya.
Meng Xing-hun tidak bicara lagi, karena dia tidak dapat
membicarakan isi hatinya kepada orang lain. Perasaannya
kepada Kakak Gao hanya dirinya yang tahu.
Demi Kakak Gao dia rela. mati.
Ye Xiang bertanya lagi, "Apakah kau akan membunuh
orang lagi?"
Meng Xing-hun mengangguk.
"Kali ini siapa yang akan kau bunuh?"
"Sun Yu-bo."
Ini adalah rahasianya tapi di depan Ye Xiang dia tidak
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menyimpan rahasia.
Dia melihat mata Ye Xiang menyipit lagi, setelah lama
Ye Xiang baru bertanya, "Apakah Sun Yu-bo yang
dimaksud adalah Sun Yu-bo yang tinggal di Jiang-nan?"
"Apakah kau mengenalnya?" tanya Meng Xing-hun.
"Aku pernah bertemu dengannya."
"Dia seperti apa orangnya?"
"Dia orang seperti apa, tidak ada yang mampu
menjelaskannya. Aku hanya mengetahui satu hal saja."
"Mengenai apa?" tanya Meng Xing-hun.
"Bila aku jadi kau, aku tidak akan mau membunuhnya."
Meng Xing-hun terdiam lama setelah itu baru berkata,
"Aku juga tahu sesuatu."
"Apa yang kau ketahui?"
Meng Xing-hun menatap jauh kemudian berkata, "Aku
harus membunuhnya."
Sungguh tidak adil langit memperlakukan mereka.
Mereka merasa sedih marah, namun tidak bisa berbuat apaapa.
Ooo)*(ooO Di dunia ini hal yang tidak adil sangatlah banyak.
Untung kecuali ada langit dan mereka masih memiliki Laobo
(Pak Tua). Lao-bo belum pernah mengecewakan mereka.
Artinya Lao-bo bukan murni berarti Pak Tua. Arti Laobo
sangatlah banyak.
Di hati orang-orang bayangan Lao-bo ini sangat
berwibawa, dipercayai dan dekat dengan orang-orang.
Mereka tahu biar ada kesulitan seperti apa pun, Lao-bo
akan membantu mereka membereskan masalah. Walaupun
mendapat hinaan yang sangat besar, Lao-bo tetap akan
membela mereka.
Mereka sangat menghormati, mempercayai, seperti
seorang anak laki-laki mempercayai ayahnya sendiri.
Dia membantu mereka, mencintai mereka, namun dia
tidak pernah meminta apa pun kepada mereka.
Bila Lao-bo membuka mulut, mereka akan dengan suka
hati berkorban memenuhi permintaannya.
Fang Yao-ping sewaktu pulang sudah mabuk seperti
melayang-layang. Dia tidak ingat di mana dia minum arak,
juga tidak tahu bagaimana dia bisa tiba di rumah.
Bila dia tidak mabuk dia tidak akan pulang.
Sebenarnya dia mempunyai keluarga yang hangat
namun 7 bulan yang lalu rumahnya berubah seperti neraka.
Pelayan-pelayan sudah tidur, dia mencari arak yang
tersisa setengah botol lagi.
Dia belum mulai minum tapi malah muntah. Muntah di
karpet buatan luar negri.
Sesudah muntah dia agak sadar, sebenarnya dia tidak
mau sadar. Sewaktu sadar, keadaannya malah seperti orang
gila. Dia memiliki uang dan nama, orang yang mempunyai
nama dan uang kebanyakan akan memiliki istri yang cantik.
Istrinya sangat cantik, boleh dikatakan kecantikan
istrinya begitu menggoda. Dia tidak tahan bila laki-laki lain
memandang istrinya dengan pandangan cabul.
Dia ingin mencungkil mata laki-laki yang memandang
istrinya dengan pandangan seperti itu.
Namun istrinya suka dengan pandangan seperti itu. Dia
suka bila laki-laki memujinya. Juga suka melihat ekspresi
wajah mereka yang cabul itu. Di luar tampak wajah istrinya
dingin seperti es tapi dia tahu di dalam hati istrinya sedang
memikirkan naik ranjang bersama laki-laki lain.
Dia pun tahu sebelum menikahinya, istrinya sudah
sering main dengan laki-laki lain.
Pada waktu hari pertama menikah, dia hampir mencekik
istrinya tapi begitu melihat sepasang mata yang besar,
lincah dan melihat mulutnya yang kecil, tangan yang
terulur untuk mencekik tiba-tiba berubah menjadi pelukan.
Dan dia menangis di dada istrinya. Dia tidak tahu bahwa
istrinya entah sudah beberapa kali naik ranjang bersama
laki-laki lain.
Dia hanya tahu satu hal.
Jika dia tidak ada di tempat tidur, istrinya pasti berada di
tempat tidur laki-laki itu.
Fang Yao-ping berlari masuk ke ruangan tamu dan
mencari sebotol arak, dia berbaling di dekat pintu dan terus
meneguk arak hingga dia mendengar suara di luar jendela.
Suara baju yang diterpa angin.
Zhu Qing (istrinya) sebelum menikah dengannya adalah
seorang penjahat perempuan yang sangat terkenal. Ilmu
meringankan tubuhnya lebih lihai dari Fang Yao-ping.
Sekarang dia tidak perlu mencuri lagi, tapi ilmu
meringankan tubuhnya tetap berguna baginya. Kapan pun
dia bisa keluar dari jendela kemudian pergi mencuri.
Sekarang dia tidak mencuri barang, dia hanya mencuri
laki-laki. Lilin hampir padam, namun masih ada sedikit cahaya.
Tiba-tiba Zhu Qing muncul, dan berdiri di hadapannya.
Pandangannya tampak menghina.
Wajah Zhu Qing terlihat pucat namun bola matanya
hitam. Penampilannya dingin tapi tampak anggun. Siapa
pun tidak tahu dia keluar untuk melakukan apa.
"Kau tadi keluar untuk apa?" tanya Fang Yao-ping.
Dia sebenarnya sudah tahu jawabannya tapi dia tetap
bertanya. Zhu Qing menjawab dengan nada sinis dan berkata
dingin, "Mencari seseorang."
"Mencari siapa?"
"Ya, aku mencari Mao Wei."
Di kota itu semua kenal dengan Mao Wei, sebab harta
Mao Wei sangat banyak. Perempuan yang dipermainkan
oleh Mao Wei tidak terhitung banyaknya.
Dalam hitungan 10 orang, paling sedikit ada 6 orang
yang mengenakan pakaian yang dibeli di toko Mao Wei.
Beras pun. dibeli dari toko Mao Wei.
Berjalan entah kemana pun, tanah yang dipijak
kemungkinan masih dimiliki oleh Mao Wei, bila melihat
ada seorang perempuan, kemungkinan perempuan ini
sudah pernah dipermainkan oleh Mao Wei.
Di tempat itu walaupun kau melakukan hal apa pun pasti
ada hubungannya dengan Mao Wei.
Wajah Fang Yao-ping tampak marah dan berkata,
"Untuk apa kau mencari Mao Wei?"
"Kau ingin tahu aku mencari Mao Wei untuk melakukan
apa?" Matanya menyorotkan sinar yang menggoda, wajah Zhu
Qing yang pucat mulai memerah kemudian dia berkata,
"Dia juga minum arak, tapi dia tidak seperti dirimu, meski
dia sudah mabuk tapi masih bisa melakukannya."
Tiba-tiba Fang Yao-ping meloncat dan mencekik leher
Zhu Qing kemudian berteriak, "Aku akan membunuhmu!"
Tiba-tiba Zhu Qing tertawa cekikikan, "Bunuhlah bila
kau mau! Bila kau berani memarahi Mao Wei, aku baru
kagum padamu."
Fang Yao-ping tidak berani, dalam keadaan, mabuk pun
dia tidak berani melakukannya.
Tangan Fang Yao-ping gemetaran kemudian dia
melonggarkan cekikannya. Namun begitu melihat wajah
Zhu Qing yang menghina dirinya, tangannya kembali
mencengkram erat.
Tiba-tiba Zhu Qing berteriak, "Jangan memukuli
wajahku!" Dia berteriak tapi tidak ketakutan malah
terdengar nada tawa di dalam suaranya.
Fang Yao-ping memukul perut Zhu Qing hingga dia
terjatuh, kemudian dia mengait leher Fang Yao-ping,
menariknya supaya ikut terbaring di lantai dan membiarkan
Fang Yao-ping menghirup wangi tubuhnya dan Fang Yaoping
terus memukul dada Zhu Qing yang kenyal.
Tapi dia memukul terlalu ringan, Zhu Qing malah
tertawa cekikikan, dia mengangkat gaun panjangnya
mengeluarkan sepasang kakinya yang panjang dan putih.
Fang Yao-ping seperti seekor sapi yang terengah-engah.
Tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Dia mencoba melakukannya tapi tetap tidak mampu.
Dan dia menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Zhu
Qing. Dia berguling ke tempat bekas muntahannya.
Dia masih ingin muntah, tapi tidak bisa karena itu dia
hanya bisa menangis.
Zhu Qing pelan-pelan berdiri, merapikan rambutnya
yang kusut hanya dalam waktu singkat dia sudah berubah
dari perempuan genit menjadi perempuan anggun.
Dengan dingin dia menatap Fang Yao-ping dan berkata,
"Aku tahu sekali kau mabuk, tidak dapat melakukannya.
Sekarang aku mau tidur, jangan ganggu! Aku harus tidur
nyenyak supaya besok aku ada tenaga mencari Mao Wei."
Dia membalikkan tubuh kemudian masuk ke kamar
tidurnya dan sebelum masuk berkata, "Kecuali kau
membunuh Mao Wei, bila tidak tiap hari aku akan mencari
dia." Dia mendengar suara pintu dikunci. Fang Yao-ping terus
menerus menangis hingga dia terpikir pada seseorang yang
dapat menolongnya yaitu Lao-bo.
Begitu teringat pada orang itu, hatinya terasa tenang
karena dia tahu bahwa Lao-bo bisa membantunya
membereskan masalah. Hanya dia tidak ada yang lain.
Ooo)*(ooO Zhang Lao-tou (Zhang tua) berdiri di dekat tempat tidur,
melihat anak perempuannya yang cantik, air mata Zhang
Lao-tou mengalir.
Dia adalah seorang tua yang memiliki kehidupan yang
susah. Seumur hidup membantu orang bekerja di sawah.
Pada saat panen pun hasilnya adalah milik orang lain.
Hanya anak perempuan satu-satunya yang bisa
membahagiakannya. Anak perempuan ini adalah bagian
dari jiwanya. Namun sekarang anak kesayangannya sudah dirusak
oleh orang bejat.
Semenjak pulang kemarin malam, anak perempuannya
pingsan dan belum sadar sampai sekarang.
Sewaktu digendong dan dibawa pulang, semua bajunya
sudah sobek. Kulit yang putih dan mulus tampak ada biru
lebam-lebam. Di rubuhnya pun banyak darah dan mata
kanannya bengkak. Dagu yang indah pun tampak terluka.
Mengapa dia bisa mengalami kejadian yang menakutkan
seperti itu" Zhang Lao-tou tidak dapat berpikir dan tidak
bisa berpikir, lebih-lebih tidak tega untuk memikirkannya.
Sewaktu dia mengambil air kemarin, dia masih tampak
polos dan begitu gembira. Masih mempunyai mimpi-mimpi
yang indah. Namun pada saat dia pulang kehidupannya
sudah berubah menjadi mimpi buruk.
Sebelum dia pingsan dia sempat menyebutkan 2 nama
orang. Dua ekor binatang.
Zhang Lao-tou sangat ingin mencekik leher mereka
dengan tangannya sendiri. Namun dia tidak sanggup.
Jiang Feng dan Jiang Ping adalah tamu agung dari
keluarga Xu. Ayali mereka dengan orang yang punya
rumah yang bernama Xu Qing-song adalah teman baik.
Kedua kakak adik ini adalah orang yang lumayan
terkenal di dunia persilatan sebab mereka pernah
membunuh harimau tanpa menggunakan senjata.
Bila Zhang Lao-tou ingin membunuh mereka dengan
tenaga sendiri, rasanya selamanya tidak akan berhasil.
Namun Xu Qing-song adalah orang yang sangat adil.
Kali ini dia pasti bisa memberikan jalan keluar yang adil
untuk kedua belah pihak.
Xu Qing-song dengan muka yang marah berdiri di depan
Kang bersaudara. Dia menggulung lengan bajunya, dia
ingin mencekik mati kedua pemuda ini.
Walaupun Jiang Feng dan Jiang Ping menunduk sangat
dalam dan sangat ketakutan tapi dari sorotan mata mereka
terlihat mereka tidak takut sama sekali. Adiknya melihat
sepatunya sendiri karena di sepatunya ada noda darah.
Sepasang sepatu ini baru dibeli di ibukota, karena itu dia
merasa sangat sayang.
Binatang yang jahat.
Kemarahan Zhang Lao-tou membuat tubuhnya
gemetaran tapi dia berusaha meredam kemarahannya. Dia
percaya Xu Qing-song akan menghukum mereka, agar
mereka tidak berani melakukan hal ini lagi.
Suara Xu Qing-song sangat tegas saat mengatakan,
"Apakah hal ini dilakukan oleh kalian" Jawab yang jujur!"
Jiang Feng mengangguk, begitu juga dengan Jiang Ping.
Xu Qing-song sangat marah dan berkata, "Tidak
kusangka, kalian bisa melakukan hal seperti ini, apakah
ajaran orang tua kalian dilupakan begitu saja. Aku adalah
teman baik ayah kalian, paling sedikit harus menggantikan
dia mengajar kalian. Apakah kalian bisa menerimanya?"
"Ya!" jawab Jiang Feng.
Wajah Xu Qing-song tidak marah lagi dan berkata,
"Kelakuan kalian walaupun sangat memalukan namun
masih mau mengakui kesalahan. Di depanku pun kalian
tidak berbohong. Anak muda bila mau mengakui
kesalahannya dia masih bisa ditolong, untung Nona Zhang
lukanya tidak begitu berat...."
Zhang Lao-tou tiba-tiba merasa pusing, kata-kata Xu
Qing-song satu kata pun dia tidak dapat mendengarnya.
Nona Zhang lukanya tidak begitu berat, harus
bagaimana bisa dikatagorikan luka berat" Kebahagiaan
seumur hidupnya sudah dirampas oleh dua ekor binatang
ini. Luka seumur hidup tidak dapat dilupakan. Apakah ini
tidak termasuk berat"
Xu Qing-song berkata lagi, "Sekarang aku tanya kepada
kalian, kelak apakah kalian masih berani melakukan
perbuatan seperti ini lagi?"
Jiang Feng mengeluarkan senyum yang licik, dia tahu
bahwa masalah sudah beres.
Dengan cepat Jiang Feng berkata, "Tidak berani lagi!"
"Karena pertama kalinya kalian melakukan hal ini dan
berani mengakui kesalahan kalian, maka hukumannya agak
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ringan. Kalian dihukum bekerja selama 7 hari di rumahku,
dan semua upah kalian diberikan kepada Nona Thio."
Xu Qing-song melanjutkan lagi, "Lain kali jika kalian
berani melakukan lagi, aku tidak akan mengampuni kalian
lagi." Zhang Lao-tou merasa darah di tubuhnya seperti sudah
terhisap habis, dia sudah tidak sanggup berdiri lagi.
Bila setiap hari mendapat 3 tail perak, dalam 7 hari ada
21 tail perak. Dua puluh satu tail perak untuk Kang
bersaudara hanya seperti sebutir debu. Tapi ternyata bisa
membeli kebahagiaan anak perempuan seumur hidupnya.
Kang bersaudara berjalan sambil menunduk dan terus
keluar. Sewaku mereka melewati Zhang Lao-tou, mereka
memandangnya. Pandangan mata mereka penuh dengan
rasa kemenangan.
Zhang Lao-tou selama ini hidup dalam kesulitan.
Seumur hidup mengalami banyak siksaan dan penghinaan,
dia sudah terbiasa menerima hinaan orang lain.
Namun saat ini dia sudah tidak dapat menguasai dirinya,
dengan sekuat tenaga dia menjambak baju Jiang Feng dan
memukul dadanya sambil berteriak, dia berkata, "Aku juga
mempunyai 21 tail perak, bawa kakak perempuan dan adik
perempuanmu ke sini. Aku juga mau melakukannya!"
Jiang Feng dengan dingin, menatapnya, tidak bergerak
juga tidak membalas.
Pukulan Zhang Lao-tou ke dadanya seperti lalat
menggoyang-goyangkan tiang kayu.
Dua orang pelayan datang dan menarik tangan Zhang
Lao-tou dan mengangkat Zhang Lao-tou keluar.
Zhang Lao-tou merasa seperti seekor monyet. Seumur
hidup merasa dihina dan dipermainkan seperti seekor
monyet. Xu Qing-song dengan wajah marah berkata, "Kalau
bukan anak perempuanmu yang menggoda duluan, Kang
bersaudara tidak akan berani melakukan hal itu. Mengapa
mereka tidak melakukan hal itu kepada perempuan lain"
Perempuan di desa ini bukan hanya anakmu saja!"
Dia mengayunkan tangan dan masih marah, "Cepat
pulang! Ajar anak perempuanmu! Jangan marah-marah
seperti orang gila di sini."
Zhang Lao-tou merasa ada air yang pahit keluar dari
tenggorokannya, dia ingin muntah tapi tidak bisa keluar.
Dia mengambil seutas tali dan mengikat di atap rumah.
Dia marah karena dirinya tidak berguna, marah kepada
dirinya mengapa tidak bisa mencari keadilan. Hanya bisa
melihat anak perempuannya diperkosa. Dia rela
mengorbankan semuanya untuk melindungi anak
perempuannya. Tapi saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Bila hidup seperti ini lebih baik mati saja.
Dia mengikat talinya kemudian dia memasukkan
lehernya ke dalam bulatan tali itu. Saat itu dia melihat di
sudut rumah ada beberapa labu dan setumpuk anggur.
Setiap panen di musim gugur dia akan memilih labu
yang paling besar dan anggur yang paling manis, kemudian
mengantarkannya kepada orang itu, karena rasa cinta dan
rasa penghormatan kepada orang itu.
Dia memikirkan orang itu, orang itu adalah Lao-bo. Air
pahit yang terasa di mulutnya tiba-tiba menghilang karena
dia percaya orang ini akan mengembalikan keadilan
untuknya. Lao-bo adalah orang yang bisa dipercayai seumur
hidupnya. Hanya Lao-bo, tidak ada orang lain.
Ooo)*(ooO Tujuh orang pemberani adalah 7 orang anak muda.
Mereka berari dan penuh tenaga kehidupan. Hanya mereka
tidak begitu mengerti apa yang dimaksud dengan kata
'berani'. Mereka berani mengatakan dan melakukan apapun.
Mereka menganggap hal seperti itu yang disebut berani.
Tapi tidak tahu hal seperti itu bisa disebut bodoh.
Ketujuh orang pemberani ini, yang paling besar bernama
Tie Cheng-gang.
Tie Cheng-gang tidak sama dengan keenam pemuda
lainnya. Dia bukan anak yatim piatu tapi dia senang
berkelana. Musim gugur adalah musim yang tepat untuk berburu.
Hari ini Tie Cheng-gang membawa keenam anak
buahnya untuk berburu. Mereka baru mendapat dua ekor
rusa, seekor kucing gunung, dan beberapa ekor kelinci.
Tiba-tiba melihat di balik bukit ada kebakaran. Apinya
sudah besar. Rumah Duan Si-ye, rumahnya ada di sana.
Duan Si-ye adalah paman Tie Cheng-gang.
Mereka dengan cepat berlari menuju tempat kebakaran.
Benar saja kebakaran terjadi di rumah Duan Si-ye.
Api sangat besar namun tidak ada orang yang bisa
memadamkannya. Rumah itu biasa dihuni oleh 70 hingga
80 orang, ke manakah mereka semua"
Mereka berlari masuk ke rumah itu, di sana mereka
mendapatkan jawabannya. Di rumah itu semua laki-laki,
perempuan, yang tua dan yang muda berjumlah 79 orang,
semua sudah menjadi 79 mayat.
Tombak perak yang biasa digunakan oleh Duan Si-ye
sekarang sudah terputus menjadi dua. Dan ujung
tombaknya menancap di dada Duan Si-ye. Namun gagang
tombak tidak ada di tangan Duan Si-ye.
Sepasang tangannya terkepal dengan keras, punggung
tangannya tampak urat nadi hijau masih melingkar-lingkar
seperti ular mati.
Barang apa yang digenggam begitu erat" Hingga mati
pun tidak rela melepaskannya.
Tidak ada orang yang tahu, dia sendiri pun tidak
memiliki kesempatan untuk bicara. Mati pun dia tidak
sempat menutup matanya.
Tie Cheng-gang melihat wajah Duan Si-ye yang sudah
berubah dan memandang bola matanya yang menonjol
keluar karena perasaan marah yang dialami Duan Si-ye
sebelumnya. Tie Cheng-gang merasa hatinya sangat sakit
dan lambungnya pun terasa menciut.
Dia jongkok dan menutupi kelopak mata pamannya,
kemudian membuka genggaman tangan pamannya.
Genggaman itu sangat sulit dibuka.
Tangan Duan Si-ye menggenggam terlalu erat, darah dan
tulang sudah mengeras.
Api semakin mendekat, api sudah memanggang wajah
Tie Cheng-gang yang putih menjadi kemerahan dan
rambutnya mulai tercium bau hangus.
Anak buahnya berteriak, "Cepat lari! Kita keluar dulu
baru bicara lagi!"
Tie Cheng-gang menggigit bibirnya dan mencabut golok
dan memenggal sepasang tangan pamannya. Kemudian
sepasang tangan itu disimpan di dalam pakaiannya.
Anak buahnya merasa aneh.
"Bila kau ingin melihat tangannya menggenggam apa,
mengapa tidak sekalian saja menggotong mayatnya
keluar?" Tie Cheng-gang menggeleng-geleng kepalanya dan
berkata, "Lebih baik paman dikremasi saja."
Dia tidak pernah berbohong kepada anak buahnya
namun, kali ini dia tidak mengatakan yang sejujurnya.
Dia tiba-tiba mempunyai perasaan tidak enak, dia tidak
bisa membawa mayat pamannya keluar. Kemungkinan
jiwanya pun tidak dapat ditolong kemudian dia mundur
keluar. Anak buahnya menatap dia dengan aneh dan
berkata, "Apakah kita biarkan keadaan seperti ini?"
Tie Cheng-gang menggigit lebih keras, "Harus
bagaimana mengurusnya?"
"Paling sedikit kita harus tahu siapa yang membakar
rumah ini."
Tie Cheng-gang belum menjawab dia sudah melihat ada
3 orang muncul. Tiga orang tosu mengenakan baju
berwarna biru. Ada Pita di pedang yang berwarna kuning
bergerak-gerak ditiup angin. Dan jenggotnya yang belang
bergerak-gerak ditiup angin. Mereka seperti 3 orang dewa
yang baru turun dari langit. Ketiga orang ini pasti bukan
pembunuh. Hati Tie Cheng-gang tiba-tiba menjadi berat, tapi anak
buahnya malah merasa senang.
Huang-shan-san-you sudah datang. Asalkan ada tiga
orang Lo-cianpwee ini semua masalah pasti akan beres.
Huang-shan-san-you adalah sebutan untuk Yi Shi
(Sebuah batu), Yi Yun (Sekelompok awan) dan Yi Qiang
(Satu mata air).
Walaupun mereka bertiga adalah tosu namun ilmu
pedang mereka sangat tinggi dan mereka juga sangat adil.
Banyak pemuda yang belajar pedang menganggap mereka
sebagai idolanya.
Ketujuh orang pemberani ini pun tidak terkecuali mereka
membungkukkan badan memberi hormat kepada Huangshan-
san-you, wajah mereka sangat marah.
Tiba-tiba Yi Qiang berseru, "Kalian sangat berani!"
Yi Yun juga berkata, "Aku tahu kalian biasanya sering
melakukan hal yang tidak boleh dilakukan tapi tidak
disangka kalian berani melakukan hal ini."
Yi Shi selalu jarang berbicara. Dia diam seperti
sebongkah batu. Lebih keras dan lebih dingin dari pada
batu. Ketujuh orang pemberani ini, enam orang wajahnya
sudah berubah, mereka bukan takut tapi kaget.
"Kami sudah melakukan apa" Perbuatan ini bukan kami
yang melakukannya."
"Kau masih berani berani berkata seperti itu!" kata Yi
Qiang marah. Yi Yun pun marah dan berkata, "Bila bukan kalian yang
melakukannya, lalu siapa yang melalaikannya" Darah di
pisau kalian pun belum dibersihkan."
"Darah yang berada di pisau adalah darah binatang
buruan bukan darah orang."
Mata Huang-shan-san-you begitu jeli mengapa tidak
dapat membeda kan darah, manusia dan darah binatang"
Mereka tambah kaget, Tie Cheng-gang malah terlihat
tenang. Sebab dia sudah melihat semua penyebabnya, dia juga
tahu tidak ada orang yang bisa membela mereka. Dia tidak
mau mati sebagai kambing hitam. Lebih-lebih dia tidak mau
anak buahnya menemani dia mati. Karena itu dia harus
tenang. "Apa yang ingin kalian bicarakan lagi?" tanya Yi Qiang
lagi. Tie Zheng Gang tiba-tiba berkata, "Hal ini semua aku
yang lakukan, mereka tidak tahu apa-apa."
"Apakah kau menyuruhku melepaskan mereka?" tanya
Yi Qiang. "Asal kau melepaskan mereka, separah kata pun aku
tidak akan membantah, aku jamin."
Mata Yi Shi menyipit dan berkata, "Satu pun tidak dapat
dilepaskan, bunuh semua!"
Pedangnya lebih cepat dari suaranya.
Saat kilatan pedang berkelebat, sudah ada satu orang
yang roboh. Ketujuh orang pemberani, tidak seperti orang lain.
Mereka bukan teman minum arak dan daging, mereka juga
bukan karena memiliki kepandaian yang hebat kemudian
bersatu. Di antara mereka benar-benar terjalin perasaan
yang erat. Bila di antara mereka ada yang mati, yang lain
matanya akan menjadi merah karena marah.
Walaupun mereka tahu mereka tidak akan pernah bisa
mengalahkan Huang-shan-san-you namun mereka tidak
takut mati. Mereka hanya anak muda yang darahnya masih
bergejolak, tidak mengerti arti kehidupan dan arti sebuah
nyawa yang mahal. Juga tidak mengerti ketakutan akan
kematian. Tie Cheng-gang adalah yang paling tua di antara tujuh
orang pemberani itu.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dia berlari masuk
ke dalam kobaran api. Dia lari bukan karena dia takut mati,
dia hanya tidak mau mati tanpa tahu penyebab
kematiannya. Dia juga tahu bila dia mati, ketujuh orang pemberani
akan dicap sebagai pembunuh yang membakar rumah Duan
Si-ye. Nama buruk selamanya tidak akan bisa dibersihkan
dan pembunuh, sebenarnya akan tetap berkeliaran dengan
bebas. Dia pun tahu Huang-shan-san-you tidak akan
membiarkan dia lolos, karena itu dia berlari masuk ke
dalam kobaran api.
"Jangan membiarkan dia lolos! Bunuh dia! Lima orang
ini cukup kita hadapi berdua saja!" kata Yi Shi dengan
marah. Dia mengayunkan pedangnya dari kiri ke kanan,
kemudian dari atas ke bawah. Tempat dimana pedangnya
lewat darah segera menyembur.
Yi Qiang dan Yi Yun kemudian lari masuk ke dalam
kobaran api. Mereka lari masuk ke dalam kobaran api.
Walaupun api sudah lama membakar rumah itu tapi apinya
masih besar. Jenggot mereka yang belang sudah habis terbakar. Tubuh
mereka ada beberapa, tempat yang terbakar dan tampak
hangus. Kehidupan Huang-shan-san-you biasanya sangat tenang
dan santai. Pembawaan Huang-shan-san-you seperti dewa
tidak seperti sekarang yang begitu kacau.
Tapi kali ini mereka tidak memikirkan hal itu lagi.
Mengapa mereka menganggap nyawa Tie Cheng-gang
begitu penting dan berharga"
Yi Qiang berteriak, "Tie Cheng-gang, apakah kau tidak
mendengar suara anak buahmu yang menjerit kesakitan"
apa kau tidak peduli dengan mereka, sahabat macam apa
kau"!"
Tidak ada sahutan, yang terdengar hanya suara kayu
yang terbakar api.
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yi Yun sudah tidak tahan lagi kemudian berkata, "Kita
mundur dulu, Tie Cheng-gang tidak akan bisa lolos!"
Benar-benar Tie Cheng-gang tidak bisa lolos.
Bila dia bisa lolos dari tempat kebakaran dia tidak bisa
lolos dari pedang Huang-shan-san-you. Bila dia tetap di
tempat itu dia akan mati terbakar.
Api sudah padam.
Huang-shan-san-you mulai membersihkan tempat
kebakaran, semua mayat sudah terbakar hangus.
"Ada berapa mayat?" tanya Yi Shi. "Ada 85 mayat,"
kata Yi Qiang. Wajah Yi Shi langsung berubah, setelah lama dia baru
berkata, "Berarti Tie Cheng-gang belum mati."
Yi Qiang mengangguk dan berkata, "Benar, dia belum
mati." "Dia harus mati," kata Yi Shi.
Yi Qiang menganguk dan mereka mulai mencari lagi.
Akhirnya mereka menemukan ada jalan bawah tanah, di
puing-puing bekas kebakaran itu.
Wajah Yi Qiang tampak lebih marah lagi dan berkata,
"Tie Cheng-gang sudah melarikan diri lewat jalan ini."
"Dia masih keluarga Tuan Toan, tentu sudah pernah ke
tempat ini, karena itu dia tahu jalan bawah tanah ini," kata
Yi Yun. "Mari kita kejar!" kata Yi Shi.
"Harus mengejar kemana pun dia pergi, dia tidak boleh
dibiarkan lolos!" ujar Yi Qiang.
Tie Cheng-gang menelungkup di semak-semak berduri
dia tidak bergerak sama sekali.
Tubuhnya terbakar karena tusukan-tusukan duri. semaksemak
dan darah masih mengalir, dia sudah 2, 3 hari tidak
makan dan juga minum.
Dia merasa lapar hingga matanya menjadi buram. Dan
dia merasa haus hingga bibirnya pecah-pecah. Namun dia
tetap tidak berani bergerak. Sebab dia tahu ada orang yang
mengejarnya. Pendekar Chao-xiong sudah memerintahkan
semua anak buahnya untuk menangkapnya.
Sebenarnya Chao-xiong adalah teman baik ayahnya, Tie
Cheng-gang lari ke tempat itu sebenarnya ingin meminta
perlindungan dan meminta keadilan untuk dirinya.
Namun Chao-xiong lebih mendengarkan kata-kata
Huang-shan-san-you, bila Tie Cheng-gang tidak tahu bahwa
Chao-xiong sudah bersekongkol dengan 3 pendeta itu,
kemungkinan besar sekarang dia sudah mati.
Chao-xiong saja tidak percaya kepadanya, siapa lagi
yang masih bisa mempercayainya"
Orang-orang di dunia persilatan, tidak ada satupun yang
mau melindunginya juga tidak ingin bermusuhan dengan
Huang-shan-san-you.
Wajah Tie Cheng-gang menempel ke tanah dan air
matanya sudah membasahi tanah itu.
Dia tidak mudah meneteskan air matanya. Mati pun dia
tidak mau menangis, namun, sekarang dia merasa sangat
sedih dan putus asa.
Sepasang tangan yang kering dan keriput itu masih
berada di dalam pakaiannya. Tangan yang menggenggam
suatu barang itu adalah bukti yang kuat.
Tapi dia tidak dapat mengeluarkan bukti itu dan
memperlihatkan kepada orang lain, karena tidak ada yang
mempercayainya.
Orang lain akan membawa sepasang tangan ini dan
memberikan kepada Huang-shan-san-you. Bukti-bukti ini
kemungkinan besar akan dimusnahkan, dan Tie Chenggang
hingga mati pun sudah tidak ada tempat lagi.
Saat ini Tie Cheng-gang seperti seekor anjing liar, sedih,
dingin, lapar, tidak ada orang yang mau membantunya.
Kemungkinan kehidupan anjing liar malah bisa lebih
baik dari dirinya. Dia membalikkan tubuhnya. Bintangbintang
sudah bermunculan, sinar bintang masih seperti
dulu begitu terang dan indah.
Sinar bintang selalu membawa harapan.
Tiba-tiba dia terpikir pada seseorang, dialah Lao-bo.
Di dunia satu-satunya orang yang dapat dia percayai
adalah Lao-bo. Hanya dia tidak ada orang lain lagi.
Ooo)*(ooO Tempat itu sangat indah, rumput berwarna hijau,
pemandangannya sangat indah. Berbaling di. tempat itu
bisa melihat gunung yang hijau awan yang bergerak
perlahan juga bisa melihat pemandangan kota yang indah
yang terletak di gunung itu.
Kota itu adalah sebuah kota tua. Sudah hancur 10 tahun
yang lalu, tapi Wan Peng-wang memperbaiki kota itu dan
menjadi baru kembali.
Karena jasanya kota kuno itu sudah menjadi pusat Shier-
fei-peng-bang dengan ketuanya Wan Peng-wang. Dia
tinggal di kota itu. Orang-orang di dunia persilatan tidak
dapat sembarangan merusak rumput dan pohon di tempat
itu. Sekarang bunga-bunga berguguran dan rumput-rumput
berubah warna menjadi kuning, namun mereka tidak
peduli. Asalkan bisa berkumpul mereka tidak mempedulikan hal
lainnya. Walaupun bunga mekar atau layu, apakah saat itu.
musim semi atau musim gugur, asalkan mereka bisa bersatu
mereka akan merasa puas.
Mereka masih muda dan saling mencintai.
Yang lelaki baru berumur 18 tahun, perempuan itu pun
umurnya hampir sama dengan laki-laki itu. Dia berbaring di
pelukannya. Mereka merasa angin begitu halus dan hujan
pun begitu lembut.
Wajah gadis itu selalu tertawa puas. Dan dia berterima
kasih atas kehidupan yang begitu indah.
Tapi bila dia melihat rumah kokoh yang berada di
gunung itu, tawanya segera hilang dan matanya penuh
dengan sinar kesedihan.
Setelah lama, gadis itu menarik nafas dan berkata, "Xiao
Wu, sebenarnya kau tidak boleh mencintaiku dan tidak
boleh memperlakukanku begitu baik."
Tangan Xiao Wu dengan lembut merapikan rambutnya
tanyanya, "Mengapa?"
"Karena aku tidak pantas menerimanya."
Mata gadis itu mulai memerah dan air mata pun mulai
mengalir, kemudian dengan pelan dia berkata, "Kau tahu,
aku hanyalah seorang pelayan. Tubuhku milik orang lain.
Jika orang menyuruhku mati akupun tidak bisa hidup lagi."
Xiao Wu memeluk dia dengan erat kemudian dengan
lembut berkata, "Dai-dai, jangan berkata seperti itu. Hatimu
adalah milikku, hatiku pun milikmu. Kita tidak perlu,
takut." Dia memeluk begitu erat, hati gadis ini pun langsung
luluh. Tapi air matanya terus mengalir dengan sedih dia
berkata, "Aku tidak takut dengan yang lain. Hanya kuaur
bila hubungan kita akan diketahui oleh orang lain."
Memikirkan hal itu, hati. gadis ini menjadi takut sebab
dia pernah melihat wajah majikannya yang sedang marah.
Majikannya adalah Wan Peng-wang. Bila Wan Pengwang
sedang marah tidak ada orang yang bisa
menahannya. Gadis ini membalikkan tubuhnya dan memeluk Xiao
Wu kemudian berkata, "Majikanku tidak akan mengijinkan
kita bersama dia selalu bertindak kejam kepada pelayanpelayannya.
Bila dia tahu hal ini...."
Xiao Wu tiba-tiba menutup mulut Dai-dai dengan
mulutnya, tidak mengijinkan dia meneruskan kata-katanya.
Tapi mulut Xiao Wu pun terasa dingin dan tubuhnya
gemetaran kemudian dia pun berkata, "Aku tidak akan
mengijinkan orang lain memisahkan kita, tidak akan
pernah." Dia berhenti berkata-kata, karena dia merasa tubuh Daidai
yang berada di pelukannya menjadi beku dan mengeras.
Dia membalikkan tubuh Dai-dai dan melihat Wan Pengwang
ada di hadapan mereka.
Di mata orang-orang, Pheng-ong dianggap sebagai dewa.
Bila benar-benar ada dewa dialah Wan Peng-wang,
orang ini tubuhnya terasa lebih tinggi dan lebih besar dari
dewa. Wajahnya lebih berwibawa dari dewa.
Walaupun dia tidak dapat membuat petir tapi dia dapat
membuat angin dan awan berubah. Xiao Wu adalah
seorang terpelajar tetapi dia juga mempunyai ilmu
kepandaian yang cukup lihai.
Tapi begitu tangan Wan Peng-wang diayunkan dia tidak
dapat menahan atau mengelak ternyata kepandaian Phengong
jauh lebih lihai dari padanya.
Dia hanya bisa mendengarkan suara tulang retak, dalam
keadaan sadar dan tidak sadar, dia mendengar tangisan
Dai-dai dan mendengar suara Wan Peng-wang yang
menakutkan, "Aku tahu kau adalah anak Wu Lao-dao dia
pernah bekerja padaku. Hari ini aku tidak membunuhmu
tetapi lain kali bila kau masih berani datang kemari akan
kubunuh kau dengan cara ditarik oleh 5 ekor kuda."
Bila Wan Peng-wang sudah berkata seperti itu semua
orang pasti mempercainya. Bila dia mengatakan akan
membunuh dengan cara ditarik oleh 5 ekor kuda dia tidak
akan menggunakan cara lain untuk membunuh.
"Gotong dia pulang! Dan beritahu pada Wu Lao-dao
bila ingin anaknya selamat, jangan biarkan anaknya keluar
rumah!" Semenjak itu Wu Lao-dao tidak berani membiarkan
anaknya keluar dari rumah, karena dia sangat menyayangi
anaknya. Tetapi dia tidak tega melihat anak satu-satunya makin
hari makin kurus dan lemah.
Dia juga pernah meminta pada Wan Peng-wang agar
Dai-dai dapat menikah dengan anaknya.
Jawaban yang dia dapat adalah suatu gaplokan.
Bila Wan Peng-wang menolak dia akan menolak satu
kali, karena tidak ada orang yang berani meminta untuk
kedua kalinya. Saat orang lain sedang panen musim gugur. Nyawa Xiao
Wu hampir berakhir.
Xiao Wu tidak mau makan juga tidak mau minum.
Tidak mau tidur hingga tidak dapat bangun, tiap hari seperti
orang linglung memanggil nama orang yang dia sayangi.
Hati Wu Lao-dao terasa hancur mendengar teriakan
anaknya. Dia rela mengorbankan segalanya untuk menolong
anaknya tetapi dia tidak berbuat apa-apa. Dia hanya bisa
pasrah melihat anaknya mati perlahan-lahan, dia sendiri
sudah tidak mau hidup lagi.
Suatu ketika dia menerima undangan, undangan ini
berasal dari temannya sejak kecil. Walaupun umur mereka
tidak terlalu jauh tetapi dia memanggilnya dengan sebutan
Lao-bo. 'Lao-bo', dua kata ini cukup menerangkan bahwa dia
sangat menghormatinya.
Dia benci kepada dirinya mengapa tidak dari dulu
terpikir kepada Lao-bo, hanya dia yang bisa menjadi dewa
penolong anaknya.
Hanya ada dia tidak ada orang lain. Lao-bo adalah Sun
Yu-bo. Tidak ada orang yang tahu Sun Yu-bo orang macam apa
dan tindakan apa yang akan dilakukannya. Namun siapa
pun yang mendapatkan kesulitan dan tidak dapat mengatasi
kesulitannya, maka orang dapat meminta bantuan
kepadanya. Dia tidak pernah menolak dan tidak pernah memberikan
janji palsu, asalkan dia berjanji apa pun akan dia lakukan,
dia tidak akan mengecewakannya.
Kau tidak perlu membayar apa pun kepadanya, semua
orang pasti akan ditolongnya, entah dia teman atau orang
lain. Walaupun kau orang miskin tetapi dia selalu
menganggap masalahmu adalah masalahnya dan ikut
memikirkan cara untuk memecahkannya. Dia senang
menegakkan keadilan, dia benci kepada semua yang tidak
adil. Seperti petani yang membenci hama.
Biarpun dia tidak menerima bayaran, secara tidak
sengaja orang-orang sudah memberikan sesuatu kepadanya.
Bayarannya berupa rasa penghormatan dan persahabatan
orang kepadanya dengan memanggilnya Lao-bo.
Dia senang orang-orang memangilnya Lao-bo dan dia
sangat membanggakannya, dia senang membantu orang dia
pun sangat menyukai bunga segar.
Tempat tinggalnya bagai sebuah kota bunga, lautan
bunga, di setiap musim yang berbeda pasti ada beberapa
jenis bunga yang tidak sama indah dengan juga mekarnya.
Dan dia selalu berada di tempat yang banyak bunga
bermekaran. Sekarang bunga yang paling banyak mekar adalah bunga
Chrysan. Lao-bo berada di tengah-tengah mekarnya bunga
Chrysan sedang menjamu para tamunya.
Tamu tamunya sudah datang dari berbagai daerah, ada
yang membawa benda-benda mahal, ada yang datang
hanya membawa sebuah mulut dan perasaan hati yang
sungguh-sunguh. Lao-bo menganggap mereka semua
adalah sama. Walaupun kau miskin atau kaya, terhormat
atau rendah, asal kau datang, kau temanku. Dia tetap akan
melayaninya. Terutama hari ini, tawanya lebih ramah karena hari ini
adalah hari ulang tahunnya.
Dia berdiri di luar taman Chrysan menyambut tamutamunya.
Sebenarnya tubuh Sun Yu-bo tidak tinggi namun orang
lain berkata bahwa Sun Yu-bo terlihat paling tinggi.
Wajahnya selalu tersenyum tetapi tidak mengurangi
wibawanya semua orang tetap menghormatinya.
Banyak orang lebih menghormati Sun Yu-bo dari pada
Sun Jian, anaknya ini memiliki tubuh yang tidak begitu
tinggi tetapi dari seluruh tubuhnya seperti mengandung
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga besar yang tidak akan ada habisnya. Dia juga seperti
ayahnya senang menolong orang-orang, dia pun sering
melepaskan bajunya untuk menolong orang lain, tetapi
orang lain menganggap dia tidak seperti ayahnya.
Sifat Sun Jian sangat keras seperti bara, setiap saat dapat
meledak-ledak. Sifat seperti itu sering membuatnya salah
langkah. Karena itu juga dia sering kehilangan teman.
Orang lain bukan tidak mau mendekatinya melainkan
takut kepadanya. Kecuali perempuan.
Walaupun perempuan takut kepadanya tetapi sulit
menolak daya tariknya. Banyak perempuan rela
mengikutinya. Sekarang Sun Jian berdiri di luar taman Chrysan
menemani ayahnya menyambut tamu. Dia merasa kesal
karena sudah lama berdiri disana. Untung saja sekarang
sudah waktunya makan, kebanyakan tamu sudah pada
hadir. Di antara para tamu banyak yang tidak dia kenal. Di
antaranya ada seorang pemuda yang mengenakan pakaian
sederhana dan berwajah yang dingin.
Dia membawa bingkisan yang terlihat tidak terlalu
mahal juga tidak terlalu murah.
Namun ayah dan anak Sun tidak mengenalnya. Hal ini
tidak menjadi masalah karena mereka senang berteman.
Pinta rumah Lao-bo selalu terbuka untuk semua orang.
Asalkan dia mau datang, Lao-bo sudah merasa senang.
Apalagi pemuda asing ini kelihatannya menyenangkan.
Ayah dan anak ini sangat senang melihatnya. Sun Jian juga
senang berteman.
Karena itu Sun Jian sengaja melihat kartu namanya yang
tertera di bingkisan yang dibawanya.
Namanya Chen Zhi-ming.
Nama yang sangat biasa.
Sun Yu-bo tiba-tiba bertanya, "Apakah kau pernah
mendengar nama Chen Zhi-ming?"
"Tidak pernah," jawab Sun Jian.
Sun Yu-bo mengerutkan dahinya dan berkata, "Dua
tahun belakangan ini kau senang berkelana, mengapa tidak
bisa mengetahui nama orang ini?"
"Kemungkinan nasibnya kurang mujur jadi namanya
tidak dikenal."
Sun Yu-bo berpikir sebentar kemudian berkata,
"Sebentar lagi kau harus bertanya kepada Lu Xiang-chuan,
kemungkinan dia tahu siapa pemuda itu."
"Baiklah."
Walaupun Sun Jian berjanji untuk bertanya, tetapi dia
tidak sempat menanyakan karena tamu yang berdatangan
semakin banyak dan mereka melupakan kejadian tadi.
Jika Sun Jian tidak tapa juga belum tentu dia akan
menanyakan kepada Lu Xiang-chuan, sebab dia
menganggap bahwa Lu Xiang-chuan terlalu kebancibancian.
Bila Sun Jian mengenal pemuda itu dan menanyakan
mengapa datang ke tempat itu, keadaannya akan lain.
Begitu banyak hal yang membuat darah orang bergolak dan
begitu banyak hal yang membuat orang meneteskan air
mata, hal ini tidak akan terjadi bila Sun Jian mengikuti
nasehat ayahnya.
Sebenarnya pemuda itu bukan bernama Chen Zhi-ming.
Dia datang ketempat itu untuk membunuh orang, dan
sasarannya adalah Sun Yu-bo. Nama sebenarnya adalah
Meng Xing-hun. Bila Sun Jian sempat bertanya kepada Lu Xiang-chuan,
Lu Xiang-chuan pasti akan menyelidiki pemuda itu, bila
tidak berhasil maka dia tidak akan puas begitu saja....
Lu Xiang-chuan sebenarnya tidak seperti perempuan
tetapi dia orang yang teliti, lebih hati-hati dan lebih
waspada dari pada perempuan.
Dia dan Sun Jian memiliki sifat yang sangat bertolak
belakang. Wajah mereka pun tidak ada sama.
Sun Jian berwajah gagah, alisnya tebal, mata besar,
kulitnya berwarna coklat karena terjemur matahari. Saat dia
memelototi dirimu maka kau tidak akan bisa mengalihkan
pandanganmu kepada orang lain dan tidak ada kekuatan
memandang orang lain.
Lu Xiang-chuan berwajah pucat, orangnya terlihat
terpelajar, kadang-kadang musuh sering meremehkannya,
menganggap dia tidak bisa apa-apa.
Kesalahan ini sangat sepele tetapi justru sangat
menakutkan. Lu Xiang-chuan adalah tangan kanan Su Yu Bo. Dia
adalah seorang pesilat tangguh di dunia persilatan yang
memiliki senjata rahasia, seperti senjata piau nya di dunia
ini tidak ada yang bisa menandinginya.
Dia tidak pernah menggunakan senjata.
Seseorang yang dibalik tubuhnya penuh dengan senjata
rahasia kapan pun dia bisa mengeluarkan senjata rahasia
dan dia tidak perlu memakai senjata lain.
Sun Yu Bo melihat labu dan anggur ada di dalam
keranjang, dia tahu Zhang Lao-tou sudah datang. Setiap
tahun Zhang Lao-tou tidak pernah lupa mengantar labu dan
anggur ke tempatnya.
Dalam setahun dia rajin bekerja jarang ada waktu kosong
dan dia jarang bisa menikmati hidup, hanya pada waktu ke
tempat ini dia bisa benar-benar bisa bersantai, menikmati
makanan dan kesenangan yang tidak pernah dinikmati di
tempat lain. Karena itu setiap kali dia datang, dia sangat senang.
Namun kali ini saat bertemu dengan Sun Yu-bo, wajahnya
penuh dengan air mata.
Sun Yu-bo membawa Zhang Lao-tou masuk ke ruang
perpustakaan dan memberi dia secangkir arak dan pipa
rokok agar Zhang Lao-tou bisa lebih tenang.
Ruang perpustakaan adalah tempat yang tidak bisa
sembarangan dimasuki. Siapa pun yang bercerita di tempat
itu tidak dapat didengar oleh orang lain. Karena itu Sun Yubo
membawa Zhang Lao-tou ke tempat itu. Karena dia tahu
teman lamanya banyak kesedihan yang ingin diungkapkan.
Sun Yu-bo mengetahui bahwa seseorang bila ingin
mengutarakan isi hatinya kemudian meminta bantuan, hal
ini sangat sulit diutarakan.
Akhirnya Zhang Lao-tou menceritakan hal yang
menyedihkan baginya. Setelah mendengar cerita itu Sun.
Yu-bo marah hingga wajahnya menjadi kehijau-hijauan.
Walaupun Sun Yu-bo tidak menjanjikan apa pun tetapi
Zhang Lao-tou tahu dia pasti akan menyelesaikan masalah
ini dengan adil. Dia akan menghukum dua binatang itu
dengan adil. Sewaktu Zhang Lao-tou meninggalkan ruang
perpustakaan, perasaannya pun sangat tenang dan sangat
berterima kasih. Begitu pula dengan Fang Yao-ping, siapa
pun yang pernah datang ke tempat itu, mereka tidak akan
kecewa. Kemudian ada beberapa orang datang untuk meminjam
uang mereka juga dengan puas pulang rumah masingmasing.
Kali ini Lu Xiang-chuan memasuki ruang perpustakaan,
dia tahu Sekarang Sun Yu-bo memiliki pesan untuknya.
Perintah Sun Yu-bo biasanya sangat sederhana.
Dia menyuruh beberapa orang dalam waktu tiga hari lagi
ke rumah Xu Qing-song, tidak perlu mencabut nyawa Jiang
bersaudara tapi harus memberi pelajaran dengan cara
membuat mereka tidak bisa bangun dalam waktu tiga bulan
dari tempat tidur.
Lu Xiang-chuan setelah lama berpikir baru berkata,
"Bagaimana bila menyuruh Wen Hu dan Wen Bao ke sana"
Mereka sangat berpengalaman mengurus hal semacam ini."
Sun Yu Bao mengangguk dan berkata, "Mao Wei harus
dihadapi sendiri oleh Sun Jian."
Lu Xiang-chuan tertawa, dia sudah mengetahui maksud
Lao-bo. Bila Lao-bo menyuruh Sun Jian menghadapi seseorang
artinya sama dengan liari kiamat bagi orang itu.
Sun Yu-bo berkata lagi, "Yang ke rumah Wan Pengwang
harus kau sendiri yang pergi karena Wan Peng-wang
adalah orang yang sangat menyusahkan, aku harap kau
pergi ke sana saat pulang nanti bisa membawa anak gadis
itu." Dia hanya memerintah tetapi tidak menjelaskan, dia
menyuruhmu melakukan perintahnya dan tidak boleh gagal
dalam melaksanakannya, bagaimana dengan caranya
adalah urusanmu sendiri.
Lu Xiang-chuan mengetahui bahwa tugas ini sangat sulit
namun di wajahnya tidak menampakkan rasa susah. Semua
orang tahu demi Lao-bo dia mau melakukan apa pun.
Lao-bo memberikan tugas yang paling sulit kepadanya,
artinya Lao-bo mempercayainya.
Memikirkan hal itu, dia tersenyum seorang diri.
Sepertinya Lao-bo bisa membaca isi hatinya, Lao-bo pun
tersenyum dan menepuk-nepuk pundaknya sambil berkata,
"Kau adalah anak baik, aku harap kau adalah anak lakilakiku
sendiri." Lu Xiang-chuan dengan susah payah menahan gejolak
hatinya dan berkata, "Han Tang sudah datang, dia sudah
lama menunggu di luar. Dia ingin berpamitan kepada
tuan." Mendengar nama Han Tang, wajah Lao-bo tiba-tiba
membeku dan berkata, "Seharusnya dia jangan datang."
Lu Xiang Cuan tidak berbicara apa-apa karena dia pun
tidak tahu Han Tang orang semacam apa dan bagaimana
hubungan Han Tang dengan Lao-bo.
Lu Xiang-chuan jarang bertemu dengan Han Tang,
namun saat bertemu dengan dia hatinya akan merasa
sangat dingin. Mengapa bisa seperti itu dia sendiri pun tidak
mengetahuinya. Han Tang orangnya tidak galak tapi sopan, di matanya
selalu membawa pandangan dingin, tidak ada yang mau
berteman dengannya.
Dia sendiri pun tidak mau dekat dengan orang lain, di
mana pun dia berada dia selalu menjauhi orang lain. Bila
ada orang yang mendekatinya, dia akan segera menjauh.
Di depan Lao-bo dia pun jarang membuka mulut,
sepertinya dia hanya bisa menggunakan isyarat dalam
mengungkapkan maksudnya.
Lu Xiang-chuan melihat antara Han Tang dengan Laobo
tidak ada persahabatan hanya ada rasa hormat. Semua
orang adalah teman Lao-bo hanya dia yang bukan.
Dia seperti budak Lao-bo.
Akhirnya Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Bila dia
sudah datang, biarkan dia masuk."
Begitu Han Tang memasuki mang perpustakaan, dia
langsung berlutut dan mencium kaki Lao-bo.
Kelakuan ini sungguh sangat berlebihan dan membuat
orang ingin tertawa.
Namun apa yang dilakukan oleh Han Tang tidak ada
orang yang ingin tertawa. Walaupun dia mengerjakan suatu
hal yang lucu, orang lain pun tidak akan berani tertawa.
Sebab bila dia mengerjakan sesuatu pasti akan dilakukan
dengan sepenuh hati. Kesungguhannya membuat orang ikut
terpengaruh kadang malah membuat orang takut.
Sun Yu-bo menerima penghormatannya tanpa basa-basi,
hal ini sangat jarang dilihat, Lao-bo tidak mau orang lain
berlutut untuknya. Namun Lu Xiang-chuan tidak mengerti,
mengapa buat Han Tang ada pengecualian"
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Lao-bo.
"Ya."
"Apakah kau belum mempunyai kekasih?"
"Belum."
"Kau harus mencari seorang perempuan," kata Lao-bo.
"Aku tidak percaya pada perempuan."
Lao-bo tertawa dan berkata, "Terlalu mempercayai
perempuan tidak baik, tidak percaya kepada perempuan
juga tidak baik. Perempuan bisa menyenangkan laki-laki."
"Perempuan juga bisa membuat laki-laki menjadi gila."
Lao-bo malah tertawa dan berkata, "Kau sudah melihat
Xiao Fang?"
"Dia tidak melihatku," jawab Han Tang.
Lao-bo mengangguk seperti menyetujuinya.
Han Tang tiba-tiba berkata, "Walaupun dia melihatku,
dia pasti tidak akan mengenaliku."
Setelah mengatakan kalimat itu matanya yang dingin
terlihat sedikit ada ekspresi. Ekspresi itu adalah ekspresi
yang menertawakan sesuatu.
Lu Xiang-chuan tidak pernah melihat ekspresi seperti itu
di mata orang lain.
"Kau boleh pergi, tahun depan kau tidak perlu kemari,
aku sudah mengerti isi hatimu," kata Lao-bo.
Han Tang menunduk dan setelah lama dia berkata,
"Tahun depan aku akan datang, tiap tahun aku hanya
keluar satu kali."
Lao-bo merasa kasihan kepadanya, hanya Lao-bo yang
mengetahui kesulitan orang ini. Namun Lao-bo tidak dapat
membantu juga tidak mau membantu.
Karena itu Lao-bo selalu menyesal, kemungkinan alasan
inilah Lao-bo enggan bertemu dengan Han Tang.
Han Tang sudah membalikkan tubuh dan keluar dari
ruangan. Lu Xiang-chuan tidak tahan dan berkata, "Kamarku
tidak ada orang lain, bila kau ingin tinggal aku akan
menemanimu."
Han Tang menggelengkan, kepalanya tanpa melihat dia
langsung keluar dari ruangan.
Lu Xiang-chuan tertawa kecut dia merasa Lao-bo sedang
melototnya dan sorot matanya tampak kejam.
Lao-bo jarang bertindak kejam kepada Lu Xiang-chuan,
dia pun tahu dia telah melakukan kesalahan namun tidak
tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Sudah lama dia tidak melakukan kesalahan.
Tiba-tiba Lao-bo bertanya, "Apakah kau kasihan
kepadanya?"
Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya dan
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengangguk. "Bisa merasa kasihan kepada orang lain, ini adalah hal
yang baik, kau bisa merasakan kasihan kepada semua orang
tetapi kau jangan merasa kasihan kepadanya."
Lu Xiang-chuan ingin bertanya apa sebabnya tetapi dia
tidak berani. Akhirnya Lao-bo sendiri yang menjawab, "Bila kau
kasihan kepadanya, dia akan menjadi gila."
Lu Xiang-chuan tidak mengerti.
Lao-bo menarik napas dan berkata, "Sebenarnya dari
dulu dia sudah gila dan sebenarnya dia harus mati, tetapi
sekarang dia masih bertahan hidup karena dia merasakan
semua orang di dunia ini tidak ada yang baik kepadanya."
Lu Xiang-chuan tetap tidak mengerti, akhirnya dia
bertanya, "Sebenarnya dia orang macam apa dan apa yang
pernah dilakukannya?"
Wajah Lao-bo kelihatan marah dan berkata, "Kau tidak
perlu mengetahui dia orang macam apa. Banyak hal yang
kau tidak perlu tahu!"
Lu Xiang-chuan menunduk dan menjawab, "Ya."
Lao-bo tiba-tiba menarik napas panjang dan berkata,
"Tetapi aku akan memberitahukanmu sedikit. Dia
melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain.
Kemungkinan tidak pernah ada orang lain lagi yang
melalaikannya."
Lu Xiang-chuan masih menundukkan kepalanya saat dia
keluar ruangan, tiba-tiba ada keributan dan ada orang yang
berteriak karena di taman bunga di belakang rumah datang
satu makhluk aneh.
Yang menerobos masuk ke dalam taman bunga bukan
makhluk aneh, dia adalah Tie Cheng-gang, kelihatannya
dia sangat menakutkan.
Tubuhnya dari atas hingga bawah penuh dengan luka
dan rambutnya hampir habis terbakar. Wajahnya terbakar
hingga berubah bentuk, sepasang mata merah seperti darah.
Bibirnya kering dan belah-belah seperti tanah tandus.
Begitu dia menerobos masuk seperti seekor binatang
yang lari karena dikejar pemburu. Dari tenggorokan keluar
suara terengah-engah dan berteriak, hampir tidak ada yang
bisa mendengar dia berteriak memanggil siapa. Nama yang
diteriakannya adalah Lao-bo.
Waktu itu Sun Jian sedang mengobrol dengan seorang
perempuan, dia tidak tahu siapa perempuan itu. Dia hanya
tahu bahwa perempuan ini bukan istri orang dan juga bukan
perempuan baik-baik. Saat itu dia telah melihat Tie Chenggang.
Dia sudah lama mengenal Tie Cheng-gang namun,
sekarang dia hampir tidak mengenalinya. Dia mendekati
orang itu kemudian memapahnya, kemudian Sun Jian
berteriak, "Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?"
Sun Jian mengayunkan tangan meminta arak kemudian
mencekoki arak itu ke dalam mulut Tie Cheng-gang, napas
Tie Cheng-gang menjadi sedikit tenang namun Tie Chenggang
masih belum dapat berbicara.
Dari sorot matanya, Sun Jian dapat melihat Tie Chenggang
sangat ketakutan kemudian Sun Jian berkata, "Tidak
perlu takut, bila sudah sampai di tempat ini kau tidak perlu
takut, di sini tidak ada orang yang berani melukaimu."
Kalimat ini belum habis, dia sudah mendengar seorang
menjawab, "Kalimat ini tidak boleh katakan."
Orang yang bicara adalah Yi Qiang tojin, ternyata
Huang-shan-san-you sudah mengejar Tie Cheng-gang
hingga ke tempat itu. "Tidak bisa!" kata Sun Jian.
"Kemungkinan kau belum tahu bahwa dia adalah
seorang pembunuh, dan yang dibunuhnya adalah
pamannya sendiri," kata Yi Qiang.
"Aku hanya tahu bahwa dia adalah temanku. Sekarang
dia terluka dan aku tahu dia percaya kepadaku, kerena itu
dia bisa ke tempat ini. Tidak ada seorang pun bisa
membawanya pergi dari tempat ini," Yi Qiang marah.
Yi Qiang berkata dengan marah, "Suruh ayahmu ke sini
kami ingin bicara dengannya!"
Urat di dahi Sun Jian sudah tampak menonjol, dia
berkata, "Omongan ayah akan sama denganku, siapa pun
tidak ada yang dapat membawanya pergi dari tempat kami
ini." "Kau sangat berani. Tapi kemungkinan ayahmu tidak
berani berbuat tidak sopan kepada kami," kata Yi Qiang
marah. Tiba-tiba ada seseorang yang menjawab, "Kau salah! Dia
tidak sopan adalah sifat turunan, kemungkinan ayahnya
lebih tidak sopan lagi!"
Kata-kata orang ini sangat tenang tetapi sangat
berwibawa. "Mengapa kau tahu....?" kata Yi Qiang.
"Aku pasti tahu sebab aku adalah ayahnya," kata Laobo.
Yi Qiang menjadi terpaku. Dia hanya mendengar nama
Lao-bo tetapi belum pernah bertemu dengannya.
"Kemungkinan Tuan Sun tidak kenal kami karena itu
tuan bisa bicara seperti itu," kata Yi Yun.
"Walaupun kami tidak kenal kalian, apa yang akan
kuutarakan semuanya sama."
Yi Qiang dengan marah berkata, "Sudah lama
mendengar berita bahwa Sun Yu-bo adalah orang yang
sangat adil, mengapa hari ini dia melindungi seorang
pembunuh?"
"Bila dia memang seorang pembunuh, kita harus
menunggu lukanya sembuh, baru bisa bertanya. Apalagi
tidak ada yang bisa membuktikan bahwa dia adalah seorang
pembunuh."
"Kami melihat dengan mata kepala sendiri, apakah itu
semua adalah suatu kebohongan?" kata Yi Yun.
"Kalian melihat sendiri, tetapi aku tidak melihatnya.
Aku hanya lalui bila dia seorang pembunuh dia tidak akan
berani kesini."
Tidak ada orang yang berani menipu Lao-bo.
Bila ada yang berani, menipu Lao-bo sama dengan
menggali lubang kematiannya sendiri.
"Apakah kata-kata dari Huang-shan-san-you kau juga
tidak percaya?" Teriak Yi Yun.
"Huang-shan-san-you adalah orang. Tie Cheng-gang pun
manusia. Semua orang mempunyai hak untuk bicara.
Sekarang aku mau mendengar apa yang ingin dia katakan."
Tie Cheng-gang dengan sekuat tenaga berteriak, "Mereka
adalah pembunuh, aku mempunyai bukti. Mereka tahu aku
mempunyai bukti karena itu mereka ingin melenyapkan aku
untuk tutup mulut."
"Dimana buktinya?" tanya Sun Yu-bo.
Tie Cheng-gang dengan susah payah berusaha duduk
dan dari balik bajunya mengeluarkan sepasang tangan yang
sudah kering. Melihat sepasang tangan ini, wajah Huang-shan-san-you
berubah. Yi Shi tiba-tiba berteriak, "Pembunuh ini harus
mati, tidak perlu bicara lagi! Bunuh dia!"
Pedangnya bergerak lebih cepat dari pada suaranya,
secepat kilat pedang sudah menusuk ke arah tenggorokan
Sun Yu-bo. Pedang Yi Ojang dan Yi Yun pun tidak kalah
cepat yang di tuju mereka adalah Tie Cheng-gang dan Sun
Jian. Lao-bo tidak bergerak, jari-jarinya pun tidak bergerak,
semua orang merasa marah dan berlari ke arah Sun Yu-bo
untuk melindunginya.
Tetapi mereka tidak perlu melindungi Sun Yu-bo.
Saat pedang Yi Shi baru menusuk, dia sudah terjatuh dan
tersungkur.... Tangannya yang memegang pedang, sudah
penuh dengan paku, paku-paku itu adalah senjata rahasia.
Yi Shi juga tidak melihat senjata rahasia ini datang dari
mana. Dia hanya melihat ada seorang pemuda yang terlihat
sangat terpelajar berdiri di belakang Sun Yu-bo dan
mengayunkan tangannya.
Senjata rahasia itu tiba-tiba telah menusuk lengannya.
Rasa sakit pun sudah tidak dirasakan olehnya karena
tiba-tiba dia mati rasa.
Sun Jian tiba-tiba berubah seperti seekor singa yang
mengamuk, dia menerkam Yi Qiang dia tidak peduli kalau
Yi Ojang masih memegang pedang dan pedang itu bisa saja
mencabut nyawanya.
Bila dia sudah marah walaupun di depan matanya ada
bahaya dia akan tetap menerjang musuhnya.
Yi Ciang tidak pernah berpikir di dunia ada orang
semacam ini, dia terkejut. Pedang yang digenggamnya
sudah dicengkram oleh sebuah tangan, tangan ini adalah
sebuah tangan yang hidup.
Hanya terdengar suara 'KREK' dan pedang itu putus,
pedang yang terbuat dari baja yang kuat sudah terputus
menjadi dua. Tangan Sun Jian mengalir darah berwana merah.
Bagi Sun Jian darah yang mengalir tidak menakutkan
baginya, asal dia bisa mengalahkan lawan apa pun dia
sudah tidak peduli.
Yi Yun yang berada di sisinya pun merasa terkejut,
karena itu gerakan tangannya menjadi sedikit lambat.
Dalam waktu singkat entah dari mana ada orang yang
berlari mendekati mereka. Tidak ada orang yang bisa
melihat jelas apakah orang itu tinggi atau pendek, gemuk
atau kurus, Yang terlihat oleh orang-orang dia mengenakan
baju berwarna abu tua.
Semua orang bisa mendengar dia mengatakan satu
kalimat, "Siapa yang tidak honnat kepada Lao-bo dia akan
mati!" Mengucapakan kata-kata itu tidak membutuhkan waktu
yang panjang. Begitu selesai dikatakan Huang-shan-san-you
sudah menjadi tiga mayat. Tiga orang dalam waktu
bersamaan sudah putus nyawanya.
Waktu orang itu menerjang ke arah mereka, belati yang
dipegang di tangan kirinya sudah menusuk ketiak Yi Ciang.
Begitu belati sudah menusuk, tangannya langsung
melepaskan belati.
Suara kepalan tangan terdengar memukul hidung Yi Shi,
tangan kanannya mencekal ikat pinggang Yi Yun.
Yi Yun sangat terkejut dan dia segera mengayunkan
pedangnya, pedang belum sempat diayunkan namun
orangnya sudah terlempar.
Kepalanya membentur batu, semua orang bisa
mendengar suara tulang kepala yang retak.
Tidak ada orang yang dapat melihat jelas wajah orang
yang memakai baju abu-abu ini.
Sewaktu tangan kanannya melempar Yi Yun, tangan
kirinya dengan darah Yi Shi melumuri wajahnya agar
orang-orang tidak dapat melihat wajahnya.
Sebenarnya dia tidak perlu melakukannya sebab semua
orang dalam keadaan terkejut mana ada orang yang sempat
melihat wajahnya.
Yang ada ke tempat itu kebanyakan adalah orang-orang
dunia persilatan. Membunuh dua. hingga tiga orang bagi
orang-orang persilatan bukan tindakan yang aneh namun
mereka tetap dikejutkan oleh tindakan tadi.
Membunuh orang tidak menakutkan, yang menakutkan
adalah cara membunuhnya, cepat, tepat, dan kejam.
Tidak ada orang yang bisa membunuh orang begitu
cepat, tepat, dan kejam.
Sepasang tangan yang kering dan keriput yang dibawa
oleh Tie Cheng-gang, barang yang digenggam erat adalah
separuh dari pita kuning yang berada di ujung pegangan
pedang salah satu dari Huang-shan-san-you dan secarik
kain biru, di atas kain masih ada kancing berwarna kuning.
Pita pedang itu dengan pita pedang Huang-shan-san-you
adalah sama. Pecahan kain dengan pakaian, mereka sama
namun bukti ini tidak penting.
Yang penting adalah mereka sudah tidak sopan kepada
Lao-bo maka mereka harus mati.
Kata-kata ini pasti didukung oleh semua orang dan katakata
ini tidak dapat dilupakan oleh semua orang, apalagi
bagi Meng Xing-hun, dia tidak akan pernah melakukannya.
Sewaktu Huang-shan-san-you tewas, Meng Xing-hun
sudah meninggalkan taman Chrysan Lao-bo.
Dia tidak perlu ada di sana lagi karena yang dilihatnya
dan didengarnya sudah jelas Sun Yu-bo orang macam apa.
Dia membunuh orang dan langkah pertama yang
diambilnya adalah, harus mengetahui dulu lawannya
seperti apa. Hal yang lain bisa menunggu hari lain. Dia
tidak tergesa-gesa.
Sekarang batas waktu diberikan oleh Kakak Gao tinggal
113 hari lagi. Langkah pertama untuk membunuh orang sudah dia
jalankan . Ooo)dw(ooO BAB 2 Sun Jian biasanya paling membenci orang yang kerjanya
tidak tegas. Dia sendiri pun tidak pernah mengulur-ulur
waktu. Dia biasa mengerjakan sesuatu sering menggunakan
cara langsung tepat menuju sasaran. Ketika Lao-bo
menyuruh dia mencari. Mao Wei, dia langsung
mencarinya. Dia langsung berjalan menuju rumah Mao
Wei. Dia selalu langsung ke tujuan, dia tidak bisa dihalangi
sebelum mencapai tujuannya.
Mao Wei sedang duduk di ruang tamu, dia sedang
minum-minum dengan anak buahnya. Penjaga pintu
mengantarkan sehelai kertas putih dan di atas kertas putih
tertulis dua. huruf yang sangat besar, bertuliskan 'Sun Jian'.
Mao Wei mengerutkan dahinya dan bertanya, "Siapa
yang pernah mendengar nama ini?"
Anak buahnya segera menjawab, "Sepertinya dia anak
Sun Yu-bo."
Mao Wei bertanya lagi, "Siapa yang dimaksud dengan
Sun Yu-bo, apakah yang biasa dipanggil dengan Lao-bo?"
"Benar, dia senang dipanggil Lao-bo," jawab anak
buahnya. "Ada apa anaknya mencariku?"
Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kata orang-orang, Lao-bo senang berteman.
Kemungkinan dia datang ingin berteman dengan Tuan."
Sebenarnya anak buahnya tahu mengapa Sun Jian
datang ke tempat itu. Mereka hanya memilih kata-kata yang
enak didengar oleh Mao Wei.
"Kalau begitu, persilakan dia masuk," kata Mao Wei
tertawa. Sun Jian tidak perlu dipersilakan masuk lagi karena dia
sudah masuk sendiri, sebab dia tidak suka menunggu terlalu
lama di depan pintu.
Tidak ada orang yang bisa melarangnya masuk. Orang
yang melarangnya masuk sudah terkapar di lantai dan tidak
dapat bangun. Mao Wei berdiri dan memelototinya.
Sun Jian tidak berlari juga tidak loncat namun setelah
berjalan 2,3 langkah sudah berada di hadapan Mao Wei.
Tidak ada yang dapat melukiskan kecepatan gerakannya.
Mao Wei mulai merasa takut dan bertanya, "Apakah
Tuan she Sun?"
Sun Jian mengangguk dan dia bertanya, "Apakah kau
Mao Wei?" Mao Wei mengangguk dan kemudian dia bertanya,
"Ada maksud apa Tuan kemari?"
"Hanya ingin bertanya satu kalimat kepadamu."
Mao Wei melihat anak buahnya kemudian bertanya lagi,
"Apa yang dia tanyakan?"
"Apakah kau mengenal istri Fang Yao-ping" Dan apakah
kau mempunyai hubungan gelap dengannya?"
Wajah Mao Wei berubah.
Wajahnya berubah dan anak buahnya sudah segera
berada di. dekatnya, satu di antara mereka yang berwajah
bopeng mendekati Sun Jian niatnya ingin mendorong dada
Sun Jian. "Kau berani?" Sun Jian melotot.
Bila Sun Jian sudah marah tubuhnya mengeluarkan
tenaga yang tidak dapat diduga kekuatannya, jika orang
sudah melihat sepera itu, mereka akan ketakutan. Tangan si
bopeng pun ditarik kembali.
Menjadi tukang pukul memang tidaklah mudah, harus
siap menjual nyawa untuk melindungi majikannya.
Beberapa tahun ini Mao Wei semakin terkenal dan dia
jarang ada kesempatan untuk melindungi majikannya.
Sudah beberapa tahun ini si bopeng sudah keenakan
hidup. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan. Dia
mengepalkan tangannya memukul dada Sun Jian.
Sun Jian tiba-tiba memegang pergelangan tangannya
Kitab Pusaka 7 Pendekar Cambuk Naga 13 Utusan Lembah Kubur Rahasia Ciok Kwan Im 2