Pencarian

Bandit Penyulam 4

Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung Bagian 4


Giok Indah adalah sebuah pengecualian.
Luka-luka pada mata Ye Yi Fan masih belum sembuh benar, tapi ia juga telah pulih
dari perasaan terkejut karena ia bisa menggumamkan nama-nama lukisan terkenal
miliknya yang hilang. Mengapa semakin kaya seseorang, semakin sukar bagi mereka
untuk melupakan benda-benda materi yang hilang" Mungkinkah karena mereka tidak
bisa melupakannya maka mereka menjadi kaya"
Saat ini tidak ada lagi cara untuk memberitahukan perubahan situasi yang tak
terduga ini pada Meng Wei, maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa duduk menunggu di
ruang tamu gedung Shi. Hal yang aneh adalah, entah kenapa fikirannya sekarang
benar-benar sedang jernih. Tiba-tiba banyak hal yang muncul di dalam fikirannya,
hal-hal yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya.
Koleksi Kang Zusi
88 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Sementara ia sedang dalam renungan, berita dari Meng Wei tiba.
"Ah-Tu ada di rumahnya."
"Seorang pengemis memiliki rumah?"
"Pengemis tetaplah seorang manusia, bahkan anjing saja mempunyai lubang kecil
miliknya sendiri, apalagi seorang pengemis."
Tapi kau akan sangat bermurah hati bila menyebut rumah Ah-Tu sebagai sebuah
"lubang". Tempat itu tidak lebih dari sebuah dinding bata yang kecil, terkucil
dan setengah runtuh sehingga membentuk sebuah ruangan kecil. Di keempat sisinya
ada lubang-lubang yang berfungsi sebagai jendela. Tempat itu berbau apek karena
gelombang udara musim panas, maka papan kayu yang biasanya digunakan untuk
menutupi "jendela-jendela" itu masih belum dipakukan. Bagian dalamnya tampak
terang. "Apakah Ah-Tu masih ada di dalam?"
"Ya, tidak tahu dari mana ia mendapatkan sekendi arak, tapi ia sedang
menikmatinya sendirian di dalam sana."
"Sudah ada orang yang bicara dengannya?"
"Tidak, tapi tadi ada seseorang di sana."
"Seperti apa orang itu?"
"Orangnya berkulit kuning, memakai sebuah topi yang ujung atasnya berbentuk
seperti buah cherry merah, berpakaian seperti seorang kurir atau seorang pegawai
di kantor pejabat atau seperti itulah."
Tidak lama setelah percakapan singkat itu, seorang kurir yang memakai topi
cherry merah datang dengan penuh lagak mendaki bukit kecil itu. Ia membawa
sebuah kantung kain berwarna kuning. Sesudah mengamati sekelilingnya sebentar,
ia melompat ke dalam rumah Ah-Tu. Tentu saja ia tidak melihat Lu Xiao Feng dan
Meng Wei, keduanya bersembunyi di atas sebuah pohon yang amat besar.
"Haruskah kita masuk dan menyergap mereka sekarang?" Meng Wei berbisik.
"Orang yang akan kita tangkap bukanlah dia." Lu Xiao Feng segera menggelengkan
kepalanya. "Tuan bermaksud menemukan si Bandit Penyulam dari dia?" Meng Wei segera faham.
"Mmhmm."
"Tulisan di kotak itu mengatakan bahwa ia akan segera kembali, menurut Tuan ia
akan kembali ke tempat Nyonya Pertama Gong Sun?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Dan kantung itu tentu sesuatu yang akan diberikan pada perempuan itu, ia
mungkin telah kembali ke tempatnya sekarang!"
Meng Wei menahan sabarnya dan menunggu. Ia tidak harus menunggu lama. Kurir
bertopi cherry merah itu berjalan keluar dan, sambil menggumamkan sebuah irama,
menuruni bukit kecil itu. Ia telah melakukan tugasnya, maka ia tampak jauh lebih
santai sekarang.
Setelah menunggu beberapa saat lagi, cahaya di dalam "rumah" kecil itu tiba-tiba
padam dan setelah itu Ah-Tu berjalan keluar. Sebelum pergi, ia menutup jalan
masuk ke "rumah"nya dengan sebuah pintu yang terbuat dari sebilah potongan kayu
yang cukup besar. Ia membawa dua buah kantung yang terbuat dari tali rami di
punggungnya, kantung kain berwarna kuning tadi tentu berada di dalam salah satu
kantung rami itu.
"Aku akan mengikutinya, kau pulanglah dan rawatlah Bos Jin-mu."
"Tuan akan pergi tanpa membawa bantuan, bagaimana jika...."
"Tak usah cemas, aku tidak mungkin mati!" Lu Xiao Feng menepuk pundaknya.
Bulan masih belum penuh. Angin malam membawa tanda-tanda musim gugur. Ini adalah
cuaca yang sempurna untuk bepergian. Ah-Tu tidak menyewa sebuah kereta, ia juga
tidak menaiki seekor kuda, tapi ia malah hanya berjalan kaki dengan acuh Koleksi
Kang Zusi 89 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
tak acuh di depan, seolah-olah ia tidak memiliki sedikit pun perasaan khawatir
di dunia ini. Tidak ada orang lain yang melintas di jalan raya ini kecuali
mereka berdua, satu di depan dan satunya lagi di belakang. Kadang-kadang Ah-Tu
akan menggumamkan sebuah lagu, kali lain ia akan menirukan adegan-adegan dalam
opera atau drama-drama dengan suara yang keras; tapi tampaknya langkah kakinya
malah semakin lambat.
Lu Xiao Feng berusaha menahan dirinya untuk tidak pergi mencari sebuah cambuk
dan memukul orang ini beberapa kali agar berjalan lebih cepat. Setelah
menghabiskan waktu yang rasanya bertahun-tahun, bintang-bintang mulai tampak
jarang-jarang dan bulan pun mulai menghilang, tapi Ah-Tu masih belum mempercepat
langkahnya. Ia malah menghampiri sebuah pohon di pinggir jalan dan duduk di
bawahnya. Ia membuka salah satu kantungnya, mengeluarkan seekor bebek panggang,
sekendi arak, dan ajaibnya, mulai makan di pinggir jalan itu.
Lu Xiao Feng menarik nafas, yang bisa ia lakukan hanyalah mencari sebatang pohon
yang letaknya jauh dan naik ke atasnya. Ia menunggu, dan menonton. Tiba-tiba ia
menyadari bahwa ia sangat kelaparan. Dua hari terakhir ini ia tidak mendapatkan
makanan yang layak. Tadinya hal itu terjadi karena ia tidak mau makan, tapi
sekarang ia benar-benar tidak bisa makan.
Ah-Tu merobek salah satu kaki bebek itu dan menggigitnya sekali, lalu ia meminum
araknya. Tiba-tiba ia menarik nafas.
"Benar-benar membosankan kalau minum sendirian. Jika ada seseorang di sini
bersamaku, ini baru hebat." Ia bergumam sendirian.
Lu Xiao Feng benar-benar tergoda untuk turun dan ikut makan bersamanya. Tapi ia
malah hanya bisa menontonnya makan. Akhirnya Ah-Tu selesai. Ia menggosok-
gosokkan tangannya ke celananya dan meneruskan perjalanannya. Lu Xiao Feng
benar-benar terkejut bercampur senang saat menemukan bahwa, selain kaki yang
tadinya dirobek oleh Ah-Tu, separuh bagian bebek panggang itu sama sekali belum
tersentuh waktu Ah-Tu meninggalkannya di atas tanah. Pengemis ini tampaknya
benar-benar lupa kalau dirinya adalah seorang pengemis.
Tentu saja ia bukan benar-benar seorang pengemis, tapi Lu Xiao Feng merasa
seakan-akan ia telah hampir mati kelaparan, ia sangat tergoda untuk memungut
separuh bagian bebek itu dan menggunakannya untuk mengisi perutnya. Tapi ia
harus menahan diri. Bila ia mengingat-ingat semua kutu yang berada di tubuh Ah-
Tu, walau ia benar-benar akan mati kelaparan pun ia akan memilih kematian
daripada memakan bebek itu.
Perjalanan diteruskan, dan sebelum ia sadar, Lu Xiao Feng menemukan bahwa hari
telah pagi. Malam hari di bulan Juli selalu relatif singkat waktunya dan
matahari pun tiba-tiba terbit. Dengan perlahan-lahan tapi pasti, semakin banyak
orang yang bermaksud pergi ke pasar, muncul di jalan raya. Tiba-tiba Ah-Tu mulai
berlari secepat mungkin di jalan itu. Seorang pengemis jorok seperti dirinya
tidak akan pernah menarik perhatian orang lain di jalan, biarpun ia sedang lari
atau bergulingan.
Tapi bagaimana mungkin Lu Xiao Feng pun berlari mengejarnya seperti seekor
anjing liar" Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain berlari" Bahkan jika
orang lain menganggapnya gila, ia tetap harus berlari. Dan larinya Ah-Tu
ternyata cukup cepat juga.
Bila tidak ada orang lain di jalan, ia berjalan lebih lambat daripada seekor
siput, tapi bila ada orang lain di jalan, ia berlari lebih cepat daripada seekor
kelinci. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa orang ini bukanlah orang yang
mudah untuk dihadapi. Mengawasi orang seperti ini tidaklah mudah. Untunglah Ah-
Tu tidak pernah melihat ke belakang, dan tampaknya ia juga sudah agak lelah.
Tiba-tiba ia melompat ke bagian belakang sebuah pedati yang ditarik oleh seekor
keledai dan membawa sisa-sisa daging babi. Ia bersandar pada bagian luar pedati
itu dan tampaknya Koleksi Kang Zusi
90 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
bersiap-siap hendak tidur.
Sais pedati itu berpaling ke belakang dan menatapnya dengan marah, tapi tidak
mengusirnya turun. Lu Xiao Feng menarik nafas dan ia mendapatkan sebuah penemuan
lagi: bepergian sebagai seorang pengemis ternyata memiliki sejumlah keuntungan
yang tidak pernah bisa diduga oleh orang lain.
Tidak heran ada pepatah yang mengatakan: "Menjadi orang miskin lebih baik
daripada menjadi pangeran."
Matahari perlahan-lahan naik ke angkasa. Mata Ah-Tu tertutup, seolah-olah ia
benar-benar tidur lelap. Lu Xiao Feng malah sedang keringatan, ia terbakar di
bawah terik matahari, lelah, lapar, haus, dan tidak boleh berhenti.
Untuk dapat menemukan Nyonya Pertama Gong Sun, ia harus mengikuti orang ini
tidak perduli apa pun. Jika beruntung, ia tentu akan bertemu dengan sejumlah
penjual arak dingin atau nasi sapi di pinggir jalan. Tapi keberuntungan tidak
berada di fihaknya, bahkan penjual kue pai pun tidak berhasil ditemukan.
Ternyata orang-orang di selatan sangat pemilih dalam soal makanan. Untuk makan,
mereka harus menemukan sebuah tempat yang nyaman untuk duduk dan makan.
Pedagang-pedagang kecil seperti itu sangat jarang berhasil menjual sesuatu di
wilayah ini. Maka hampir mustahil bagi pedagang-pedagang kecil untuk tetap
bertahan dalam bisnisnya. Maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa bertahan.
Tadinya di pinggir jalan itu ada deretan tanah persawahan yang dialiri air. Baru
sekarang jalan melingkar ke kaki sebuah gunung yang hijau. Tiba-tiba Ah-Tu
melompat turun dari pedati dan mulai berlari mendaki gunung itu. Di bawah
naungan pepohonan dan rerumputan di lereng gunung itu, setidaknya udara akan
terasa lebih sejuk. Setelah tidur di pedati, Ah-Tu sekarang tampaknya telah
penuh dengan energi.
Lu Xiao Feng tidak punya pilihan lain kecuali mengikutinya. Tiba-tiba ia
menyadari satu hal lagi, bukan hanya pengemis jorok dan miskin ini memiliki
fisik yang kuat, tapi ia juga tampaknya memiliki sedikit ilmu meringankan tubuh.
Untunglah baginya gunung itu tidak terlalu tinggi, di samping itu, jika Ah-Tu
mau berlari mendaki lereng gunung, mungkin tempat tujuannya memang tidak terlalu
jauh. Mungkin sekali markas rahasia Nyonya Pertama Gong Sun berada di atas
sebuah gunung. Tapi anehnya, gunung ini benar-benar sepi, bukan hanya tidak ada
bangunan yang terlihat di sisi jalan, tetapi jalan-jalan di gunung itu pun
sangat sempit dan berkelok-kelok.
Setibanya di puncak, udara tiba-tiba dipenuhi oleh sebuah aroma yang mengundang
selera, aroma daging kambing rebus. Tentu ada sebuah rumah di sana, tentu itu
rumahnya Nyonya Pertama Gong Sun. Tapi, Lu Xiao Feng kembali keliru. Tidak ada
bangunan di puncak itu, yang ada hanyalah sekelompok pengemis yang sedang makan
dan minum. "Anggaplah dirimu beruntung," seseorang berkata saat mereka melihat Ah-Tu. "Kami
baru saja mencuri seekor kambing gemuk dan sekarang hendak menikmatinya.
Karena kau muncul, mengapa tidak bergabung dengan kami?"
"Hehe, tentu aku telah berbuat sebuah pahala beberapa hari terakhir ini, tidak
perduli ke mana pun aku pergi, aku selalu bertemu makanan enak!" Ah-Tu tertawa
sambil berjalan menghampiri mereka.
Tapi Lu Xiao Feng terpaksa cuma menonton lagi. Tidak mungkin ia bisa bergabung
dengan para pengemis ini dan ikut memakan kambing curian itu, ia tidak boleh
terlihat oleh Ah-Tu. Maka ia hanya bisa bersembunyi di balik sebuah batu karang,
merasa begitu kelaparan sampai-sampai perutnya pun mulai terasa sakit.
Ia bahkan mulai merasa menyesal, seharusnya ia memungut dan memakan daging bebek
itu tadi malam. Ah-Tu tampaknya segera akrab dengan para pengemis itu.
Mereka tertawa-tawa dan berpesta sepuas hatinya, seakan-akan mereka sedang
berada di Surga ke-7, tapi Lu Xiao Feng merasa seolah-olah ia sedang berada di
Koleksi Kang Zusi
91 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
dasar Neraka. Belum pernah ia begitu menderita seperti ini di dalam hidupnya.
Baru sekarang ia akhirnya menyadari betapa menakutkannya kelaparan itu. Jika ia
bisa menggunakan kesempatan yang sedikit ini dan menutup matanya sebentar,
mungkin rasanya tidak seburuk ini.
Tetapi mungkin ada lagi anak buah Nyonya Pertama Gong Sun yang berada di antara
para pengemis itu, mereka bisa saja menunggu Ah-Tu di sini untuk mengambil alih
barang antaran itu. Maka Lu Xiao Feng tidak boleh lengah sedikit pun, ia harus
berkonsentrasi untuk mengamati mereka. Jika Ah-Tu diam-diam berhasil menyerahkan
kantung kuning itu pada orang lain untuk dibawa kepada Nyonya Pertama Gong Sun
tanpa terlihat olehnya, bukankah semua penderitaan yang ia alami ini akan sia-
sia saja" Akhirnya para pengemis itu telah selesai makan. Ah-Tu mengucapkan terimakasih
kepada mereka sebelum, anehnya, memulai perjalanannya menuruni gunung. Apa
tujuan tamasya-nya tadi ke atas gunung ini"
"Mungkinkah ia telah menyerahkan kantung kuning itu pada orang lain" Kenapa aku
tidak melihatnya?" Lu Xiao Feng tidak mampu membayangkan kejadian yang
sebenarnya. Tapi karena ia tidak melihat apa-apa, ia harus tetap mengikuti Ah-
Tu. Di tengah perjalanan menuruni gunung, tiba-tiba Ah-Tu berhenti dan mengeluarkan
kantung kuning itu dari salah satu kantung tali rami yang ia bawa. Setelah
menelitinya sebentar, ia memasukkannya kembali ke dalam buntalan di punggungnya.
"Untunglah salah satu dari pencuri kambing itu tidak mencurinya," ia tersenyum
dan bergumam pada dirinya sendiri. "Kalau tidak kepalaku mungkin tidak akan lama
lagi berada di leherku!"
Apa yang ada di dalam kantung kuning itu" Kenapa begitu penting" Lu Xiao Feng
tidak bisa melihat, juga tidak bisa menebak.
Tak perduli apa, setidaknya benda itu masih ada pada Ah-Tu. Lagipula, jika benda
itu benar-benar penting, mungkin ia sendiri yang harus menyerahkannya pada
Nyonya Pertama Gong Sun. Tampaknya semua penderitaan yang dialami Lu Xiao Feng
tidaklah sia-sia sama sekali.
Tapi hal yang paling menjengkelkan adalah Ah-Tu menuruni gunung itu tepat
melalui jalan naiknya tadi. Tidak mungkin ia naik ke atas gunung cuma untuk
makan kambing, kan" Mungkinkah ia telah melihat bahwa seseorang sedang
menguntitnya dan sengaja membuatnya menderita sedikit" Tidak, itu juga tidak
mungkin. Ia sama sekali tidak tampak gugup, dan jika ia memang melihat seseorang
mengikutinya, ia tidak mungkin kembali melalui jalan yang sama.
Lu Xiao Feng bahkan semakin yakin kalau ia tidak mungkin ketahuan. Bahkan jika
ia harus kelaparan dua hari lagi, ia tidak akan mengeluarkan suara sedikit pun.
Akhir-akhir ini banyak orang yang sampai pada kesimpulan bahwa ilmu meringankan
tubuhnya termasuk 5 yang terbaik di dunia.
"Bila seseorang dibebani dengan semacam tugas yang rahasia dan penting, tidak
perduli apakah ada orang lain yang mengikutinya atau tidak, perjalanannya tentu
akan sengaja dibuat berliku-liku."
Tentu itulah penyebabnya, Lu Xiao Feng tampak puas dengan penjelasan ini.
Setelah menuruni gunung, gerakan Ah-Tu, seperti yang telah diduga, jadi jauh
lebih stabil. Setelah berjalan satu jam lebih, ia memasuki sebuah kota. Setelah mengelilingi
jalan-jalan di kota itu sebanyak dua kali, ia lalu memasuki sebuah rumah makan,
tapi kemudian keluar lewat pintu belakang. Tiba-tiba, ia berbelok dan menelusuri
sebuah gang, di dalam gang itu hanya ada sebuah pintu. Pintu tersebut adalah
pintu belakang sebuah kebun bunga dari sebuah kompleks yang amat besar.
Ia seperti baru tiba di rumah sendiri, karena ia berjalan masuk tanpa mengetuk
pintu sama sekali. Setelah berada di halaman, tampaknya ia pun sangat mengenali
lika-liku tempat itu. Dua kali belokan dan putaran dan ia telah berhasil keluar
dari Koleksi Kang Zusi
92 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
semak-semak bunga, melewati sebuah jembatan kecil, dan tiba di sebuah paviliun
kecil yang berada di tepi sebuah kolam bunga lotus. Terlihat sinar lampu di
lantai atas paviliun itu. Baru sekarang Lu Xiao Feng menyadari bahwa senja hari
pun telah berlalu.
Lewat senja, matahari terbenam masih bisa terlihat di atas cakrawala. Paviliun
kecil itu tampak terang-benderang, tapi tidak terdengar suara orang, bahkan
tidak terlihat seorang pun pelayan. Ah-Tu juga tidak berhenti di sini, karena ia
terus menaiki tangga. Di dalam sebuah ruangan yang penuh hiasan di lantai atas,
tidak terlihat satu orang pun, tapi satu set perangkat makan yang mahal dan arak
telah tertata rapi di atas sebuah meja.
"Tampaknya nasib mujurnya benar-benar luar biasa, ke mana pun pergi ia selalu


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertemu makanan yang enak."
Walaupun tidak ada orang di sana, di atas meja ada 8 pasang sumpit dan cangkir
arak. Ah-Tu duduk, mengambil sepasang sumpit, menjepit sepotong "Ayam Mabuk",
tapi kemudian menggelengkan kepalanya dan meletakkannya kembali. Ia merogoh ke
belakang dan mengeluarkan kantung kuning itu lagi.
"Tidak disangka kalau aku kembali menjadi orang pertama yang tiba di sini." Ia
bergumam. Jelas ia sedang menunggu orang lain. Tapi orang-orang macam apa yang
ia tunggu" Apakah Nyonya Pertama Gong Sun termasuk di antaranya"
Di samping paviliun itu ada sebuah pohon gingko yang rimbun dan amat besar,
penuh dengan dedaunan dan dahan-dahan, cocok untuk tempat bersembunyi. Dan
letaknya pun persis menghadap jendela ruangan itu.
Seperti seekor kadal, Lu Xiao Feng merayap naik ke batang pohon yang menghadap
jendela dan menemukan sebuah bagian dari pohon itu yang penuh dengan dedaunan.
Hari semakin gelap, jika seseorang melihat keluar dari jendela, ia tentu akan
tetap aman. Setidaknya sekarang Ah-Tu telah tiba di tempat tujuannya, ia tidak
perlu khawatir lagi kalau-kalau ia melakukan tipuan.
Lu Xiao Feng baru saja hendak menarik nafas dalam-dalam dan beristirahat
sebentar waktu ia sayup-sayup mendengar suara kibasan baju yang tertiup angin.
Sebuah bayangan manusia terlihat melintasi dahan-dahan pohon dan mendarat di
paviliun itu dengan gerakan "Mengibas Awan Dengan Cekatan" yang indah.
"Gerakan yang indah, ilmu meringankan tubuh yang sangat murni." Lu Xiao Feng
segera membuka matanya lebar-lebar untuk melihat. Tapi ia telah tahu bahwa orang
ini bukanlah Nyonya Pertama Gong Sun. Walaupun ilmu kungfu orang ini termasuk
kelas satu, tapi masih berada di bawah Nyonya Pertama Gong Sun, dan, tentu saja
di bawah dirinya juga.
Tapi orang ini pun seorang wanita, usianya sekitar 40 tahun, tapi wajahnya
seperti masih berusia separuhnya. Pada dirinya masih tampak kesegaran dan
kepolosan seorang wanita muda, tapi gayanya dan lirikan matanya terlihat jauh
lebih menggoda daripada yang bisa ditemui pada seorang gadis muda. Ia mengenakan
pakaian berwarna ungu gelap tetapi ketat dengan sebuah buntalan kuning pula di
tangannya. Tadi, waktu ia sedang melintasi pohon, Lu Xiao Feng pun telah melihat bahwa ia
juga memakai sepasang sepatu merah.
Tapi sekarang ia telah duduk.
"Kau lagi yang pertama." Ia memberi Ah-Tu sebuah senyuman yang manis.
"Laki-laki memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu wanita." Ah-Tu
menarik nafas. Sekarang ada sesuatu yang bisa disimpulkan oleh Lu Xiao Feng. Ia menyadari bahwa
dugaannya tadi benar, Ah-Tu ini bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi, dan
kedudukannya pun tidaklah rendah. Bagaimana mungkin ia, seorang pengemis yang
penuh kutu, bisa duduk sejajar dengan wanita berbaju ungu yang memiliki ilmu
meringankan tubuh dan gaya yang sangat indah ini" Mungkinkah ia juga seorang
Koleksi Kang Zusi
93 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
jago kungfu"
Lu Xiao Feng selalu menganggap dirinya sendiri memiliki pengetahuan yang amat
luas mengenai orang-orang dan kejadian-kejadian di dunia persilatan. Tapi
sekarang ia menyadari bahwa masih banyak jago-jago di dunia ini yang tidak ia
kenal, setidaknya dua orang di depannya ini adalah orang-orang yang tidak pernah
ia lihat sebelumnya. Angin tiba-tiba membawa sebuah gelombang suara tawa yang
mirip dengan dentingan lonceng perak. Orangnya belum tiba, tapi suara tawanya
sudah. "Adik ke-7 datang." Wanita berbaju ungu itu berkata.
Ucapannya bahkan belum selesai ketika satu orang lagi muncul di ruangan itu.
Tentu saja seorang wanita lagi. Rambutnya dibentuk berupa dua ekor kuda dan
berwarna hitam legam, matanya berkilauan, giginya bersinar-sinar, dan
senyumannya manis.
Ia adalah seorang gadis muda berbaju merah dan tangannya pun menggenggam sebuah
buntalan kuning.
Ia tersenyum kecil pada Ah-Tu dan kemudian berpaling pada si wanita berbaju
ungu. "Nyonya kedua, kau datang cepat!"
"Yang tua memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu yang muda." Si wanita
berbaju ungu menarik nafas.
"Sejak kapan kau jadi tidak sabaran?" Ia tertawa, suara tawa seperti dentingan
lonceng perak pun terdengar lagi. "Orang lain tentu harus bersyukur jika mereka
bisa sabar terhadap apa yang kau lakukan."
Wanita berbaju ungu menatapnya dan menarik nafas.
"Aku tidak faham apa yang kau tertawakan. Mengapa kau terus tertawa siang dan
malam?" "Karena ia mengira bahwa ia kelihatan sangat cantik bila ia tertawa," Ah-Tu
menjawab seenaknya. "Belum lagi sepasang lesung pipinya yang manis itu, jika ia
tidak tertawa, lalu bagaimana mungkin orang bisa melihatnya?"
Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah, tapi kemudian tertawa lagi.
Dan kali ini ia tidak bisa berhenti. Lu Xiao Feng sekarang tahu bahwa wanita
berbaju ungu itu dikenal sebagai Nyonya Kedua. Nyonya Kedua" Mungkinkah itu
singkatan dari Nyonya Kedua Gong Sun" Jika Nyonya Kedua Gong Sun ada di sini,
tentu Nyonya Pertama Gong Sun tidak jauh-jauh dari tempat ini. Lu Xiao Feng
akhirnya merasa sedikit senang, setidaknya semua penderitaannya ini tidak sia-
sia. Di samping itu, suara tawa gadis berbaju merah itu mampu membuat orang yang
mendengarnya merasa bahagia. Sayangnya Lu Xiao Feng pun tidak mengenalnya.
"Mari kita bertaruh," ia masih tertawa. "Siapa menurut kalian yang terakhir
datang kali ini?"
"Adik Ketiga, tentu saja," Nyonya Kedua menjawab. "Ia memerlukan waktu satu jam
hanya untuk membasuh mukanya, bahkan jika kau membakar alis matanya pun ia tetap
tidak akan buru-buru datang."
"Benar!" Gadis berbaju merah itu bertepuk tangan dengan gembira dan tertawa.
"Tentu dia lagi kali ini."
"Salah, kali ini bukan dia." Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari lantai bawah.
Suara itu sangat lembut, dan sangat lambat, sementara seseorang berjalan naik ke
lantai atas. Walaupun ia sedang berjalan perlahan-lahan sekarang, Lu Xiao Feng
tadi tidak melihat kapan ia memasuki gedung itu.
Gadis berbaju merah tampak terkejut melihatnya, tapi kemudian ia segera tertawa
lagi. "Siapa yang mengira kalau sebuah keajaiban telah terjadi" Nyonya Ketiga tidak
terlambat datang!"
Bukan hanya suaranya yang lembut, tingkah-lakunya pun lemah lembut, senyumannya
bahkan semakin lembut ketika ia dengan perlahan berjalan menaiki tangga, duduk
dengan perlahan dan dengan perlahan meletakkan kantung kuning miliknya di atas
meja. Baru kemudian ia menarik nafas.
Koleksi Kang Zusi
94 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Bukan hanya aku tidak datang terlambat, tapi aku pun telah berada di sini
sebelum kalian semua."
"Benarkah?" Gadis berbaju merah bertanya.
"Aku tiba di sini tadi malam dan tidur di lantai bawah. Aku bermaksud datang
lebih dulu dan memberi kejutan pada kalian semua!"
"Jadi mengapa kau menunggu sampai sekarang baru datang ke atas sini?" Gadis
berbaju merah pun tertawa.
"Karena ada banyak hal yang harus kulakukan!" Nyonya Ketiga menarik nafas.
"Seperti apa?"
"Aku harus menyisir rambutku, dan kemudian membasuh wajahku, dan lalu mengenakan
bajuku, dan kemudian memakai sepatuku...." Kali ini, bahkan Lu Xiao Feng pun, yang
sedang bergantung di atas pohon, terpaksa tertawa kecil.
Gadis berbaju merah itu telah terbungkuk-bungkuk sambil tertawa.
"Ini benar-benar hal yang sangat penting." Ia berkata, sambil berusaha menarik
nafas. "Sudah kubilang, dia butuh waktu satu jam untuk membasuh mukanya." Bahkan Nyonya
Kedua pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil.
"Aku hanya mengherankan satu hal!" Ah-Tu tiba-tiba memotong.
"Apa itu?" Gadis berbaju merah bertanya sebelum dua orang lainnya sempat
melakukannya. "Selain menyisir rambutnya, membasuh mukanya, memakai baju dan sepatunya,
bagaimana ia punya waktu untuk melakukan hal lainnya dalam seharian?"
"Ini benar-benar masalah yang serius," gadis berbaju merah berusaha keras
menahan tawanya dan menjawab dengan muka yang kaku. "Jika nanti ia menikah, ia
bahkan mungkin tidak punya waktu untuk punya anak, itu memang serius!"
Tapi sebelum ucapannya selesai, ia sudah hampir bergulingan di lantai karena
tertawa. "Yang kutahu adalah kau tentu saja akan punya waktu untuk punya anak," Nyonya
Ketiga tampaknya sama sekali tidak marah, malah ia menjawab dengan perlahan.
"Nanti kau akan memiliki sedikitnya 70 atau 80 orang anak."
"Bahkan jika aku punya satu setiap tahunnya, bagaimana mungkin aku bisa punya
sebanyak itu?" Gadis berbaju merah masih tertawa.
"Jika kau bisa melahirkan banyak anak sekaligus, bukankah hal itu mungkin saja
terjadi?" "Hanya babi yang bisa melahirkan banyak anak sekaligus, aku bukan seekor...."
Gadis berbaju merah berhenti di tengah kalimatnya, tiba-tiba ia menyadari bahwa
pada dasarnya ia sedang membuat lelucon tentang dirinya sendiri.
Nyonya Kedua tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Hehe, jadi kau bukan seekor babi" Seharusnya kau mengatakan hal ini pada setiap
orang, untuk menghindari kebingungan." Ia bergurau.
"Oh, aku faham," gadis berbaju merah mencibirkan mulutnya. "Kakak Ke-empat dan
Kakak Ke-enam tidak ada di sini, jadi kalian semua menggunakan kesempatan ini
untuk membuat lelucon tentang diriku!"
"Lalu apa bedanya jika mereka berada di sini?" Tanya Nyonya Ketiga.
"Setidaknya mereka akan membantuku bicara, gabungan kalian berdua bahkan tidak
ada artinya bagi salah seorang saja dari mereka."
Angin kembali bertiup dan tiga orang lagi melayang masuk melalui jendela seperti
burung. "Setidaknya ada satu hal yang aku yakini, aku tahu kalau dia bukan seekor babi!"
Salah seorang dari mereka tersenyum dan berkata.
Si gadis berbaju merah bertepuk tangan lagi dengan gembira dan tertawa.
"Kalian dengar itu" Aku tahu bahwa Kakak Ke-empat akan berada di fihakku."
"Tapi, apakah dia jika bukan seekor babi kecil?" Nyonya Ketiga malah bertanya.
Koleksi Kang Zusi
95 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Ia hanya seekor ayam betina, itu saja!" Kakak Ke-empat menjawab.
"Aku seekor ayam betina?" Si gadis berbaju merah tercengang mendengar jawaban
itu. "Jika bukan, lalu kenapa kau selalu: 'hihihihi', tertawa terus-menerus siang dan
malam?" Gadis berbaju merah itu tidak bisa lagi tertawa, Lu Xiao Feng juga tidak - Di
antara 3 orang wanita yang terakhir datang itu, ia mengenali 2 orang di
antaranya. Salah satunya, tentu saja, Jiang Qing Xia, hal itu tidak membuatnya
terkejut. Tapi, walaupun dalam mimpi, tidak pernah ia bisa membayangkan bahwa
"Kakak Keempat" mereka adalah OuYang Qing! Pelacur terkenal yang pernah
dibuatnya marah itu, yang hanya mencintai uang tapi tidak perduli pada wajah,
OuYang Qing yang itu dan satu-satunya!
Melihat OuYang Qing datang bersama dengan Jiang Qing Xia, melihat bahwa ilmu
ginkang OuYang Qing tidak berada di bawah Jiang Qing Xia, Lu Xiao Feng hampir
terjatuh dari atas pohon. Organisasi "Sepatu Merah" ini tampaknya benar-benar
memiliki anggota dari berbagai kalangan. OuYang Qing dan Jiang Qing Xia jelas
merupakan figur-figur yang menonjol di dalam organisasi ini. Di atas meja ada
delapan pasang sumpit, dan sekarang tujuh orang telah tiba.
Wanita berbaju ungu adalah Nyonya Kedua, wanita yang membutuhkan waktu satu jam
untuk membasuh mukanya itu adalah Nyonya Ketiga, Kakak Ke-empat adalah OuYang
Qing, Kakak Ke-lima adalah Jiang Qing Xia, Kakak Ke-enam adalah seorang nikouw
gundul berkaus kaki putih dan berjubah hijau, dan si ayam betina kecil yang
tidak pernah berhenti tertawa itu adalah yang nomor tujuh. Jadi di mana Nyonya
Pertama" Kenapa Nyonya Pertama Gong Sun belum muncul" Dan Ah-Tu yang penuh kutu
itu, apa hubungannya dengan mereka" Di mana posisinya"
Mereka bertujuh telah duduk dan meletakkan kantung kuning di hadapan mereka.
Hanya kursi utama yang masih kosong, jelas disisakan untuk Nyonya Pertama Gong
Sun. "Jadi apa yang kalian berenam bawa pulang kali ini?" Ah-Tu tiba-tiba bertanya.
"Bisakah kalian perlihatkan padaku?"
"Tentu saja bisa," si gadis berbaju merah menjawab sebelum yang lainnya sempat.
"Karena Kakak Ketiga lebih dulu berada di sini, mengapa tidak kita persilakan
dia untuk lebih dulu memperlihatkan apa yang ia bawa pulang?"
Nyonya Ketiga tidak keberatan atau menolak, dengan perlahan ia mengulurkan
tangannya dan mulai membuka kancing-kancing di kantungnya. Sekarang ia sedang
membuka kancing ketiga, tapi tadi perlu waktu 10 menit hanya untuk membuka
kancing pertama.
"Kalian mungkin tahan, tapi aku tidak," Nyonya Kedua menarik nafas dan tersenyum
sabar. "Ijinkan aku yang lebih dulu memperlihatkan apa yang aku dapatkan."
Sekarang Lu Xiao Feng membuka matanya lebar-lebar dan ia memusatkan perhatian
pada kantung itu. Apa yang ada di dalam kantung kuning yang misterius itu" Telah
lama ia ingin mengetahuinya. Maka dialah yang paling tertarik untuk melihat
isinya daripada orang lain yang hadir di situ. Untunglah baginya, gerakan Nyonya
Kedua tidak lambat dan tak lama kemudian ia telah membuka kantungnya. Di
dalamnya ada 70 atau 80 buah buku deposito bank dengan ukuran yang berbeda-beda.
"Tahun ini memang bukan tahun yang berhasil bagiku, dan aku pun hanya keluar
selama 3 bulan," ia menjelaskan. "Maka aku hanya berhasil mendapatkan satu juta
delapan ratus delapan puluh ribu tael perak dari bank-bank sekitar sini. Tapi
tahun depan aku tentu akan mendapatkan hasil dua kali lipat."
Dalam waktu kurang dari setahun ia mampu mengumpulkan lebih dari 1,8 juta tael
perak, dan masih menyatakan bahwa tahun ini adalah tahun yang buruk" Lu Xiao
Feng diam-diam menarik nafas. Seumur-umur ia tidak bisa membayangkan Nyonya
Kedua ini melakukan bisnis apa. Dari apa yang ia ketahui, para bajingan terbesar
Koleksi Kang Zusi
96 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
dan terhebat di dunia penjahat hanya dapat mengumpulkan setengah dari apa yang
didapatkan perempuan ini. Ia tidak bisa memikirkan bisnis lain di dunia ini yang
lebih menguntungkan daripada kejahatan.
"Jika kita hanya mendapatkan 1,8 juta tael, maka kurasa kita harus sedikit
menghemat pengeluaran kita tahun ini." Nyonya Ketiga menarik nafas.
"Bagaimana denganmu" Bagaimana penghasilanmu tahun ini?" Nyonya Kedua bertanya.
"Tahun ini tidak buruk bagiku," Nyonya Ketiga tersenyum. "Tampaknya akhir-akhir
ini cukup banyak orang yang tidak ingin kehilangan hidungnya."
Tidak ingin kehilangan hidungnya, berarti mereka bersedia kehilangan muka
mereka, berarti bahwa mereka tak tahu malu. Lu Xiao Feng pun faham kalimat ini,
tapi apa hubungannya hal itu dengan penghasilan perempuan itu tahun ini" Itu
yang tidak difahami oleh Lu Xiao Feng. Untunglah, kali ini Nyonya Ketiga telah
selesai membuka ketiga kancing pada kantungnya. Di dalamnya ada sehelai kain
minyak. Ia membuka gulungan kain minyak itu, hanya untuk membuka sebuah gulungan kain
satin merah lagi. Luar biasa, di dalam kain satin merah itu ada 70 atau 80 buah
hidung yang berbeda-beda ukuran dan berbeda-beda bentuknya! Hidung manusia!
Lu Xiao Feng hampir terjatuh dari atas pohon lagi. Bagaimana mungkin seorang
wanita yang begini lembut dan sopan bisa begitu kejam, bahkan tidak terbayang
olehnya kalau perempuan ini tega memotong 70 atau 80 buah hidung itu dengan
tangannya sendiri!
"Yah, karena mereka tidak menginginkan hidung mereka lagi, maka aku memutuskan
untuk memotongkannya bagi mereka!" Nyonya Ketiga berkata dengan lembut.
"Itu ide yang sangat bagus!" Gadis berbaju merah bertepuk tangan dan tertawa
lagi. "Tapi tahun depan aku tidak akan melakukan hal ini lagi!"
"Apa yang akan kau lakukan tahun depan?" Tanya si gadis berbaju merah.
"Tahun depan aku akan memotong lidah!"
"Memotong lidah" Kenapa begitu?"
"Karena akhir-akhir ini aku menyadari bahwa orang-orang di dunia ini terlalu
banyak bicara!" Nyonya Ketiga menarik nafas dengan ringan dan menjelaskan dengan
lambat-lambat. "Jika aku tidak mengenalmu, aku tentu tidak akan percaya bahwa kau adalah orang
yang demikian kejam dan tidak kenal belas kasihan walaupun kau memukulku sampai


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati!" Gadis berbaju merah menjulurkan lidahnya sedikit dan tertawa dengan suara
yang mirip dengan bunyi dentingan lonceng perak.
"Aku tidak akan membunuhmu, paling-paling yang kulakukan adalah memotong
lidahmu!" Nyonya Ketiga menjawab dengan santai.
Gadis berbaju merah segera menarik lidahnya dan menutup mulutnya, seakan-akan ia
bahkan takut kalau orang lain melihatnya. Bila urusannya memotong hidung atau
lidah, wanita ini, yang memerlukan waktu satu jam hanya untuk membasuh mukanya,
tentu tidak akan lamban gerak-geriknya.
"Punya siapa hidung terbesar yang ada di sini?" OuYang Qing tiba-tiba bertanya.
"Mengapa kau ingin tahu?"
"Aku selalu tertarik pada laki-laki berhidung besar!" OuYang Qing bergurau.
"Gadis kecil ini telah menghabiskan waktu terlalu banyak di tempat-tempat
seperti itu," Nyonya Kedua tertawa. "Dua tahun di tempat itu dan bukan hanya
hatinya semakin hitam sekarang, kulit mukanya juga semakin tebal."
"Kakak Kedua tentu orang dalam juga," OuYang Qing cekikikan. "Tampaknya ia tahu
benar hal-hal baik tentang laki-laki berhidung besar!"
"Sayangnya orang berhidung terbesar itu adalah orang tak berhidung sekarang!"
ucap Nyonya Ketiga.
"Jadi siapa yang kau bicarakan ini?" OuYang Qing bertanya.
Koleksi Kang Zusi
97 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Duan Tian Cheng!"
Waktu mendengar nama ini, Lu Xiao Feng kembali terkejut. Ia pernah mendengar
nama ini sebelumnya, dan pernah juga bertemu dengan orangnya. Si "Menaklukkan
Tiga Gunung" Duan Tian Cheng bukan hanya terkenal karena hidungnya yang amat
besar, tapi juga karena gaya dan bokongnya yang besar. Memotong hidungnya, tak
perduli siapa pun pelakunya, benar-benar bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
"Apakah kita bermaksud melakukan hal yang sama seperti dulu-dulu?" Gadis berbaju
merah telah menutup mulutnya untuk waktu yang lama dan ia tidak tahan lagi.
"Kita semua makan dan minum dan mabuk sepuasnya?"
"Itu adalah tradisi kita, tentu saja tidak akan berubah," jawab Nyonya Kedua.
"Kalau begitu, karena kita semua sudah ada di sini, mengapa tidak kita mulai?"
Gadis berbaju merah bertanya.
Hati Lu Xiao Feng seperti tenggelam. - Mereka semua sudah ada di sini" - Apakah
Nyonya Pertama Gong Sun sama sekali tidak datang hari ini"
"Siapa bilang kita semua sudah ada di sini" Tidakkah kau lihat kalau masih ada
sebuah kursi yang kosong?" tegur Nyonya Kedua.
"Siapa lagi yang akan datang?"
"Kudengar Kakak Pertama menemukan seorang adik untukmu!" Nyonya Kedua tersenyum.
"Akhirnya ada yang lebih muda dariku!" Gadis berbaju merah pun tersenyum. "Sejak
saat ini, jika kalian menggertakku, aku akan balas menggertak dia!"
"Sayangnya dia tidak akan ke sini hari ini!" Ah-Tu tiba-tiba berkata.
"Mengapa tidak" Dia tidak mau datang?" Nyonya Kedua mengerutkan keningnya.
"Ia mau, tapi tidak bisa!"
"Seseorang tidak mengijinkannya?" Nyonya Kedua bertanya.
Ah-Tu mengangguk.
"Yah, kalau dia tidak datang, lalu siapa lagi yang kita tunggu?" Gadis berbaju
merah segera memotong, ia tidak sabar lagi untuk memulai acara.
"Seorang tamu!"
"Kita punya seorang tamu tahun ini?" Mata gadis berbaju merah pun bersinar-
sinar. "Mmhmm!" jawab Ah-Tu.
"Bagaimana kemampuan minum araknya?" Gadis berbaju merah bertanya.
"Kudengar tidak buruk!"
"Tidak perduli betapa pun bagusnya kemampuan minum araknya, asal dia berani
datang hari ini, kujamin ia akan masuk ke sini dengan tubuh tegak, tapi pergi
dengan tubuh terbujur!" Gadis berbaju merah tertawa.
"Tampaknya ia bukan hanya jago minum arak, tapi ia pun cukup berani," Mata
Nyonya Kedua tampak berkerlap-kerlip. "Kalau tidak, ia tentu telah lari pergi
mendengar kalimat-kalimat kalian itu."
"Ia seberani itu?" Mata gadis berbaju merah tampak berkedip-kedip.
"Ia masih belum lari." Ah-Tu menjawab.
"Jika dia belum lari juga, lalu mengapa dia tidak masuk?" Gadis berbaju merah
tertawa. "Mungkinkah dia lebih suka merasakan angin daripada merasakan arak?"
"Ia telah merasakan angin seharian," Ah-Tu menjawab. "Kurasa dia sudah cukup
kenyang sekarang."
Seseorang menarik nafas dari atas pohon di luar jendela: "Aku benar-benar sudah
cukup kenyang."
Sambil menarik nafas, Lu Xiao Feng melayang masuk bersama hembusan angin yang
lembut. Sudah lama ia memang ingin masuk.
Tujuh orang seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak tahu kalau ada seseorang
di atas pohon di luar jendela" Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa
bersembunyi di luar sana adalah hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Ia merasa
bahwa dirinya makin lama jadi semakin tolol.
Koleksi Kang Zusi
98 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Tapi ia tidak kelihatan seperti orang tolol. Tidak ada orang tolol, tak perduli
seperti apa pun tololnya, yang memiliki empat alis mata.
Gadis berbaju merah itu menatapnya, tiba-tiba ia bertepuk tangan dan tertawa.
"Aku tahu kau siapa, kau adalah si telur tolol Lu Xiao Feng yang beralis empat
itu!" Bab 8: Duel Setelah Adu Minum
Kelaparan seharian, tidak mencicipi apa-apa kecuali angin, itu saja sudah
merupakan hal yang menyedihkan. Tapi hal yang lebih menyedihkan daripada itu
mungkin, di saat-saat hampir pingsan karena kelaparan, lalu ditertawakan orang
dan dipanggil "si telur tolol besar".
Tapi Lu Xiao Feng hanya tertawa.
"Aku tahu banyak orang yang memanggilku si 'telur tolol', tapi banyak juga orang
yang suka memanggilku dengan nama lain!"
"Nama apa itu?" Gadis berbaju merah bertanya.
"Si ayam jantan besar!"
Wajah si gadis berbaju merah tampak memerah, merah menyala seperti warna
bajunya. "Sebenarnya ia punya sebuah nama lain, nama yang lebih bagus." OuYang Qing tiba-
tiba memotong. "Nama apa itu?" Gadis berbaju merah segera bertanya lagi, ia sangat ingin
mengalihkan pokok pembicaraan.
"Lu si Tiga Telur."
"Lu si Tiga Telur?" Gadis berbaju merah tampak bingung. "Apa artinya itu?"
"Sebenarnya sangat sederhana," OuYang Qing menjawab dengan acuh tak acuh.
"Karena ia bukan hanya si telur tolol, ia juga si telur bangsat serta si telur
busuk. Digabungkan semuanya, bukankah itu sama dengan tiga telur?"
"Oh, itu nama yang bagus sekali!" Si gadis berbaju merah kembali tertawa hingga
terbungkuk-bungkuk. "Belum pernah kudengar nama sebagus itu dalam hidupku!"
"Karena kalian semua begitu kelaparan, kenapa kalian tidak memecahkan tiga telur
itu dan menggorengnya untuk dimakan?" Nyonya Kedua bergabung dalam percakapan
itu dengan sebuah senyuman yang tidak bisa ditebak artinya.
"Karena tiga telur ini tidak segar lagi," OuYang Qing menjawab. "Semuanya sudah
busuk." "Sekarang aku hanya mengkhawatirkan satu hal!" Nyonya Ketiga menarik nafas.
"Apa itu?" Tanya OuYang Qing.
"Aku khawatir kalau ia bukan telur bebek, tapi telur ayam!"
"Itu benar-benar sebuah masalah yang amat serius," OuYang Qing mengangguk dan
menjawab dengan muka yang kaku. "Jika ia telur ayam, maka seekor ayam betina
tentu telah melahirkannya. Jika demikian, bukankah ia putera si ayam betina
kecil?" Walaupun wajah si gadis berbaju merah sekarang semakin merah, ia tak tahan lagi
untuk tidak tertawa hingga terbungkuk-bungkuk. Lu Xiao Feng tidak tertawa, tapi
ia menyadari dua hal.
- Kau tidak boleh mencari gara-gara dengan perempuan, terutama perempuan seperti
OuYang Qing. - Seorang laki-laki yang berdebat dengan enam orang wanita akan bernasib seperti
seorang pelajar yang mencoba bicara tentang logika dengan enam orang prajurit,
lebih baik ia membeli sepotong tahu yang amat besar dan memukul dirinya sendiri
dengan tahu itu hingga mati. Ia telah membuat satu kesalahan, maka ia tidak
ingin membuat kesalahan kedua. Gadis berbaju merah itu masih tertawa. Bukan
hanya suara tawanya itu terdengar enak di telinga, tapi juga seperti
menggelitik. Bila orang mendengar suara tawanya, hati mereka tentu akan ikut
merasa gembira, dan mereka pun akan ikut tertawa sedikit. Tapi Lu Xiao Feng
tidak tertawa. Tiba-tiba ia Koleksi Kang Zusi
99 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
melesat ke depan dan, cepat seperti kilat, mencengkeram tangan si gadis berbaju
merah dan menelikungnya ke belakang.
"Awas!" Nyonya Kedua berseru.
Segera setelah kata itu keluar dari mulutnya, si gadis berbaju merah menyikutkan
tangannya yang lain ke rusuk Lu Xiao Feng, bersama dengan tiga jenis senjata
lain yang datang dari dua sisi.
Tindakan mereka sangat cepat, terutama si nikouw berjubah hijau dan berkaus kaki
putih itu. Sebuah sinar terlihat di telapak tangannya dan sebatang pedang pendek
telah melesat ke arah Lu Xiao Feng, hawanya yang dingin dan keji terasa begitu
tebal sehingga sukar bagi orang untuk membuka matanya. Tapi sayangnya Lu Xiao
Feng lebih cepat lagi, dada dan perutnya mengkerut ke dalam dan kedua tangannya
tetap mencengkeram tangan si gadis berbaju merah dengan erat. Ketiga senjata itu
keluar pada saat yang bersamaan, dan berhenti pada saat yang bersamaan pula,
ujungnya tidak lebih dari 10 cm lagi jaraknya dari titik-titik mematikan di
rusuk Lu Xiao Feng.
Tapi Lu Xiao Feng tidak bergerak, bahkan tidak berkedip sedikit pun. Karena ia
tahu bahwa semua serangan itu tidak akan diteruskan. Jika saudaranya juga jatuh
ke tangan seorang musuh, ia pun tidak akan berani bertindak gegabah. Urat-urat
tampak menonjol di tangan si nikouw berjubah hijau yang memegang pedang.
Menghentikan sebuah gerakan seperti itu memang membutuhkan energi yang jauh
lebih besar daripada gerakan itu sendiri.
"Lepaskan!" Nikouw itu berseru dengan gusar, ujung pedangnya sedikit bergetar.
Lu Xiao Feng tidak mau melepaskan.
"Aku tidak berbuat salah padamu, mengapa kau tidak melepaskanku?" Si gadis
berbaju merah bertanya, sambil menggigit bibirnya, ia tidak bisa tertawa lagi.
Lu Xiao Feng masih tidak mau melepaskan, ia juga tidak menjawab.
"Seorang laki-laki besar sepertimu menakut-nakuti seorang gadis kecil, kau tidak
punya malu?" OuYang Qing tertawa dingin, pedangnya telah terhunus keluar dari
lengan bajunya.
Lu Xiao Feng tidak merasa malu. Wajahnya pun tidak berubah menjadi pucat atau
memerah. Golok lengkung berkilauan yang dipegang oleh Nyonya Kedua juga telah keluar dari
dalam lengan bajunya. Panjang senjata itu tidak lebih dari setengah meter.
"Di antara dua pedang dan satu golok kami, kapan saja kami bisa membuat lusinan
lubang di tubuhmu!" Ia mengancam.
"Jika tidak kau lepaskan saat ini juga, kami akan memastikan kau mati di sini!"
OuYang Qing segera menambahkan.
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa.
"Kau tidak mempercayai apa yang kami katakan?" Nyonya Kedua bertanya.
"Aku mempercayai setiap patah kata yang kalian ucapkan," Lu Xiao Feng menjawab
sambil tersenyum, "tapi aku tidak percaya kalian akan benar-benar membuat
gerakan!" "Oh, benarkah?" Nyonya Kedua mendengus dengan dingin.
"Karena aku yakin kalian semua telah melihat bahwa aku bukan seorang laki-laki
sejati!" Lu Xiao Feng berkata dengan santai.
"Kau bahkan bukan seorang manusia!" si nikouw mengumpat dengan sengit.
"Jadi, karena itu, aku bisa melakukan apa saja!"
"Apa yang akan kau lakukan padanya?" Ekspresi wajah Nyonya Kedua tampak berubah.
"Aku sebenarnya ingin melepaskannya!"
Jawaban ini benar-benar tak terduga.
"Mengapa kau tidak melepaskannya?" Nyonya Kedua segera bertanya.
"Setelah kalian menjanjikan dua hal, aku akan melepaskannya!"
Koleksi Kang Zusi
100 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Nyonya Kedua berfikir sebentar.
"Asal kau melepaskan dia, jangankan dua hal, bahkan jika...."
Bagian selanjutnya yang ingin ia katakan adalah: "... bahkan jika ada dua ratus
hal pun, aku akan menurut!"
Tapi Nyonya Kedua tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Bahkan jika itu hanya setengah janji, kami tidak akan pernah menurut!" Nyonya
Ketiga, yang dari tadi duduk terdiam di kursinya, tiba-tiba berseru.
Suaranya masih selambat, sehalus dan selembut itu. Tapi saat kata terakhir
keluar dari mulutnya, ia menyerang! Serangannya tidak lambat dan juga tidak
lunak. Senjata pilihannya adalah seutas cambuk, cambuk yang berkilauan, berwarna hitam
pekat, dan berbentuk seperti ular. Sementara ia tadi duduk membisu dan tenang-
tenang di tempatnya, diam-diam ia telah membuka gulungan cambuknya di bawah
meja. Waktu ia menyerang dengan cambuknya, senjata itu melesat lebih cepat
daripada seekor ular, dan bahkan lebih mematikan daripada ular yang paling
mematikan. "Jangan lukai Adik Ketujuh!" Nyonya Kedua berseru dengan terkejut.
Tapi Nyonya Ketiga tampaknya tidak perduli. Ujung cambuknya melingkar seperti
kepala seekor ular berbisa dan mengancam jalan darah mematikan di belakang
telinga Lu Xiao Feng. Tapi Lu Xiao Feng telah menghindar pergi, sambil membawa
si gadis berbaju merah, sejauh 3 meter. Nyonya Ketiga tiba-tiba melompat ke
udara dan mengayunkan cambuknya dari atas ke bawah. Tampaknya ia benar-benar
telah lupa bahwa adiknya berada di tangan musuhnya karena gerakannya itu tidak
mungkin bisa ditarik kembali. Lu Xiao Feng menarik nafas sendiri. Ia tidak
percaya bahwa wanita yang pendiam dan lemah lembut seperti Nyonya Ketiga ini
sebenarnya merupakan seorang wanita yang begini agresif. Ia tidak percaya kalau
perempuan ini benar-benar akan menyerang.
Sekarang setelah ia menyerang, apalagi yang bisa ia lakukan pada si gadis
berbaju merah" Jika ia menyakitinya, maka saudara-saudaranya tentu akan
bertarung mati-matian dengannya. Jika ia melepaskannya, maka kakak-kakaknya
tetap akan bertarung mati-matian dengannya. Maka satu-satunya yang bisa ia
lakukan hanyalah balas menyerang! Selain dari itu, tampaknya ia tidak punya
pilihan lain. Cambuk Nyonya Ketiga tidak memberikan dirinya pilihan yang lain.
Nyonya Kedua tiba-tiba menghentakkan kakinya.
"Baiklah, mari kita singkirkan dulu dia!"
"Bagaimana dengan adik?" OuYang Qing bertanya.
"Jika ia berani menyentuh sehelai saja rambut adik kita, aku akan mengiris
daging di tubuhnya sepotong demi sepotong!"
Selama percakapan singkat itu, Nyonya Ketiga sudah mengayunkan cambuknya
sebanyak 20 kali atau lebih. Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. Ia tidak suka
melihat orang terluka, lebih-lebih perempuan. Tapi ia tidak bisa menghindar
terus-menerus, cambuk itu terlalu cepat, terlalu keji. Ia harus membalas.
Seperti pelangi yang tiba-tiba muncul, golok lengkung Nyonya Kedua pun datang
menusuk. Gerakannya aneh, tapi jauh lebih keji daripada serangan biasa.
Setelah Nyonya Kedua bergerak, mustahil OuYang Qing tidak ikut berpartisipasi
juga. Tapi tepat saat itulah, sebuah suara "bang!" terdengar saat sebuah cangkir
arak memukul goloknya. Sepasang sumpit tiba-tiba muncul dari samping dan
menjepit cambuk ular itu. Ah-Tu!
Sepasang sumpit itu, anehnya, berada di tangan Ah-Tu!
Wajah Nyonya Ketiga tampak hijau membesi ketika ia menatap Ah-Tu.
"Aku tidak suka ditekan oleh orang lain!" Ia berkata dengan lambat.
"Aku tahu," jawab Ah-Tu.
"Jika aku jatuh ke tangannya, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku dan juga
tidak boleh ragu-ragu!"
Koleksi Kang Zusi
101 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Aku tahu."


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu mengapa kau tidak mengijinkan aku menyerang?"
"Karena walaupun ia mungkin bukan seorang laki-laki sejati, ia tetaplah seorang
manusia!" "Huh?"
"Setidaknya ia tidak menggunakan adik kita sebagai tameng untuk melawan
cambukmu!"
Nyonya Ketiga berfikir sebentar sebelum kembali ke tempat duduknya dengan
perlahan-lahan. Sekarang ia duduk kembali dengan wajar dan tenang di kursinya,
tidak bergerak sedikit pun. Nyonya Kedua juga duduk, sambil memegangi
pergelangan tangannya. Walaupun ia memegang goloknya dengan erat, pergelangan
tangannya masih terasa kaku dan sakit karena benturan cangkir arak itu. Tapi
tidak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya. Tampaknya ia benar-benar patuh pada
si pengemis yang penuh kudis ini. Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar.
"Tadi kau mengatakan tentang dua hal yang kau ingin kami janjikan?" Tiba-tiba
Ah-Tu bertanya.
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Mengapa tidak kau katakan yang pertama!"
"Tadinya aku hendak meminta kalian untuk membawaku kepada Nyonya Pertama Gong
Sun!" "Dan sekarang?"
"Sekarang hal itu tidak ada gunanya!"
"Mengapa?"
Lu Xiao Feng memandang langsung ke wajahnya.
"Karena sekarang aku sedang berhadapan dengan Nyonya Pertama Gong Sun!"
Ah-Tu tersenyum. Senyumannya tampak sangat ganjil, seperti senyuman sebuah
boneka. "Seharusnya aku telah lama menduga bahwa kau adalah Nyonya Pertama Gong Sun," Lu
Xiao Feng menarik nafas, menyesali dirinya sendiri. "Bukan hanya aku telah
mengikutimu seharian, aku pun pernah melihatmu sekali sebelumnya!"
"Sebenarnya lebih dari satu kali!" Ah-Tu tertawa.
"Lebih dari satu kali?" Lu Xiao Feng agak terkejut mendengar pernyataan itu.
"Malam itu di Gerbang Barat bukanlah pertemuan kita yang pertama!"
"Lalu di mana pertemuan pertama kita?" Lu Xiao Feng semakin bingung.
Ah-Tu tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung, tapi ia malah balik
bertanya. "Kau ingat Huo Xiu?"
Tentu saja Lu Xiao Feng ingat pada Huo Xiu.
"Hari itu, waktu kau berjalan keluar dari paviliun kecil Huo Xiu dan sedang
menunggu Hua Man Lou di kaki bukit, adakah seorang wanita tua yang membawa
sebuah keranjang penuh tumbuh-tumbuhan obat yang baru dipetik, berjalan
melewatimu?"
"Wanita itu adalah kau?" Lu Xiao Feng hampir berteriak.
Ah-Tu mengangguk.
"Kau juga berada di sana hari itu?"
Kembali Ah-Tu tertawa kecil.
"Jika aku tidak berada di sana, lalu bagaimana Huo Xiu bisa terjebak di dalam
kandang itu?"
Lu Xiao Feng terdiam. Baru sekarang, pada saat inilah, ia akhirnya faham mengapa
mesin Huo Xiu yang berada di bawah altar batu jadi tidak berfungsi. Hal itu
bukan karena seekor tikus masuk dengan tidak disengaja dan menyebabkan mesin itu
terkunci. Tidak mungkin ada kejadian yang begitu kebetulan, dan juga tidak
mungkin ada keajaiban. Keajaiban tidak lebih dari hasil kreasi manusia!
"Aku tahu bahwa Huo Xiu adalah seekor rubah tua, tapi aku tidak akan perduli
Koleksi Kang Zusi
102 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
walaupun ia memotong-motong kalian dan menjual kalian ke tukang jagal," Ah-Tu
meneruskan. "Tapi seharusnya ia tidak menjual ShangGuan FeiYan juga."
Tentu saja, ShangGuan FeiYan adalah salah satu dari mereka. Lu Xiao Feng tiba-
tiba teringat pada sepasang sepatu merah yang bersulamkan seekor burung walet
terbang itu. "Ia membunuh adikku, maka ia harus mati," Ah-Tu berkata dengan acuh tak acuh.
"Walaupun ia masih hidup saat ini, kurasa ia lebih suka mampus!"
"Apakah Xue-Er melihatmu hari itu?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
"Anak itu benar-benar seorang setan kecil yang cerdik," Ah-Tu tersenyum.
"Setelah kalian berdua pergi, ia segera pergi ke ruang mesin di bawah altar batu
itu. Ia tahu bahwa di bawah sana tentu ada sesuatu!"
"Ia melihatmu?"
"Tidak, ia tidak melihatku, tapi ia melihat sepatu merah yang aku tinggalkan di
sana!" "Dan itulah sebabnya ia mengira bahwa kakaknya belum mati!" Lu Xiao Feng
tersenyum sedih.
"Akhirnya, ia tetaplah seorang anak-anak, harapannya itu terlalu tinggi," Ah-Tu
menarik nafas. "Orang yang mati di tangan Huo Xiu tidak akan pernah kembali
lagi!" "Dan itulah sebabnya kau membiarkan Huo Xiu hidup, kau meninggalkannya untuk
Xue-Er!" "Benar, aku ingin dia sendiri yang balas dendam."
"Tapi aku tidak faham, mengapa kau mau meninggalkan semua harta Huo Xiu untuk
dia" Tampaknya kau sendiri pun sangat membutuhkan harta itu!"
Mata Ah-Tu tiba-tiba menampilkan sebuah ekspresi yang amat ganjil.
"Sayangnya jumlah uang yang bisa ia dapatkan dari Huo Xiu tidaklah banyak."
"Oh?"
"Harta itu telah lama jatuh ke tangan orang lain, tidak seorang pun bisa
mengharapkan satu tael perak pun dari tangan orang ini!"
"Siapa orang ini?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya. "Dan bagaimana harta yang
amat besar itu bisa jatuh ke tangan orang ini?"
Ah-Tu memandang ke kejauhan, matanya menyorotkan sinar ketakutan yang tak dapat
diuraikan dengan kata-kata.
"You had said you wanted us to promise you two things," she suddenly changed the
subject and coldly asked. "You have told us one, what is the other thing?"
"Tadi kau bilang kau menginginkan kami menjanjikan dua hal untukmu," tiba-tiba
ia mengubah pokok pembicaraan dan bertanya dengan dingin. "Kau baru menyebutkan
satu, apa yang kedua?"
"Aku ingin kau ikut denganku!"
"Kau ingin aku ikut denganmu?" Ah-Tu kembali tertawa. "Kau jatuh cinta padaku?"
"Ya!"
"Kau jatuh cinta pada nenek penjual kacang gula itu?" Ah-Tu bertanya, masih
tertawa sambil menutupi mulutnya. "Atau pengemis yang penuh kudis ini?"
"Aku jatuh cinta pada dirimu yang lain!"
"Kau membicarakan tentang - si Bandit Penyulam?" Mata Ah-Tu tampak berkerlap-
kerlip. Lu Xiao Feng mengangguk.
"Kau mengira aku si Bandit Penyulam?"
"Kau menyangkalnya?"
"Tampaknya, walaupun aku membantah sekarang, tentu tidak akan ada gunanya!"
Ah-Tu menarik nafas.
Faktanya ada, bukti-bukti pun sesuai, apa gunanya lagi ia menyangkal"
"Setidaknya kau pernah menolongku sekali," Lu Xiao Feng menarik nafas. "Aku
bukan orang yang mudah melupakan hal seperti itu!"
Koleksi Kang Zusi
103 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Aku tahu," Ah-Tu menjawab secara sederhana, "kau hanya telur tolol!"
Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah berpura-pura tidak mendengarnya.
"Kau bermaksud membawaku kepada Jin Jiu Ling untuk diberi hukuman?"
"Kujamin bahwa kau akan menerima pertimbangan dan persidangan yang adil!"
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara "duk!". Golok Nyonya Kedua telah menancap di
meja. Si nikouw berbaju hijau pun memegang pedangnya di tangannya yang lain.
Ekspresi wajah OuYang Qing tampak dingin, dan bibir Jiang Qing Xia kelihatan
pucat. "Kau ingin kakak kami ikut pergi denganmu" Kau sedang bermimpi ya?" Si gadis
berbaju merah tiba-tiba mulai tertawa, suara tawanya sekarang tidak lagi enak
didengar. "Ia tidak bermimpi," Ah-Tu berkata setelah selesai tertawa. "Aku bersedia ikut
dengannya!"
Si gadis berbaju merah terdiam, semua orang terdiam. Bahkan Lu Xiao Feng pun
tercengang mendengar ucapannya itu.
"Aku menyukai laki-laki yang bisa berbuat sesuatu, laki-laki yang punya
kemampuan," Ah-Tu meneruskan dengan lambat. "Jika seorang laki-laki yang benar-
benar memiliki keahlian muncul, aku bersedia pergi ke mana saja bersamanya."
Seseorang tertawa.
Kali ini OuYang Qing yang tertawa.
Ia adalah orang pertama yang memahami arti ucapan Ah-Tu itu: "Jadi jika kau
ingin kakak kami ikut denganmu, kau harus lebih dulu memperlihatkan keahlianmu!"
"Aku memiliki beberapa keahlian," Lu Xiao Feng tersenyum, "Cuma, aku tidak tahu
keahlian mana yang kalian ingin lihat?"
"Aku hanya ingin melihat tiga macam saja!"
"Tiga macam?"
Ah-Tu menatapnya, kelopak matanya tampak melebar.
"Kita akan bertanding sebanyak tiga babak. Jika kau bisa mengalahkanku dalam dua
dari tiga babak itu, maka aku akan ikut denganmu!"
"Bertanding tiga babak" Kedengarannya menarik!"
"Kujamin hal ini akan lebih menarik daripada yang engkau perkirakan!"
Mata Lu Xiao Feng tampak berkedip-kedip.
"Jadi apa yang pertama akan kita adu" Lomba minum?" Ia bergurau. Ia tahu bahwa
perempuan ini tidak akan mau bertanding minum dengannya. Hanya wanita dungu yang
mau bertanding minum dengan seorang laki-laki seperti dirinya.
Tapi Ah-Tu menjawab dengan sebuah kalimat yang bahkan tidak pernah terbayangkan
dalam mimpinya: "Baik! Tanding minum!"
Waktu arak diletakkan di atas meja, Lu Xiao Feng baru menyadari bahwa ia telah
melakukan suatu kebodohan lagi. Saat ini ia dalam keadaan lelah seperti seekor
rubah tua dan kelaparan seperti seekor serigala lumpuh. Yang ia butuhkan untuk
diminum saat ini adalah semangkuk besar sop ayam, tapi ia malah meminta adu
minum. Minum tidaklah berbeda dengan aktifitas lain, ia membutuhkan energi. Di samping
itu, saat ini bukanlah masalah besar bagi Nyonya Pertama Gong Sun untuk mabuk,
tapi ia sendiri tidak boleh, karena tempat ini dipenuhi oleh orang-orangnya
Nyonya Pertama Gong Sun. Bahkan, seharusnya ia tidak boleh menyentuh alkohol
setetes pun. Tapi sekarang, di atas meja ada enam kendi arak. Enam kendi arak
"Lagu Dari Huzhou".
Sekarang kudis dan luka-luka di tubuh "Ah-Tu" tidak bisa lagi ditemukan, ia pun
tidak lagi botak. Ia telah menukar pakaiannya dengan baju bulu yang lembut.
Tampak anggun, ia kelihatan seperti seorang ibu rumah tangga biasa yang berusia
setengah baya. Apakah ini penampilannya yang sebenarnya" Lu Xiao Feng tidak
tahu, juga tidak bisa menebak. Tidak ada yang tahu seperti apa sebenarnya Nyonya
Pertama Gong Sun. Bahkan suaranya pun bisa berubah kapan saja. Saat ini, Koleksi
Kang Zusi 104 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
suaranya seperti seorang tuan rumah yang sedang giat menghibur tamunya.
"Enam kendi arak untuk diminum 2 orang," ia tersenyum sambil menatap Lu Xiao
Feng, "menurutmu ini cukup?"
"Kurasa minuman ini malah cukup untuk 2 ekor kuda," Lu Xiao Feng balas tersenyum
murung, "sayangnya makanan pengantar araknya tidak cukup banyak!"
Di atas meja hanya tersisa sepiring kecil sayuran dingin.
"Memang makanannya tidak cukup, itu benar," Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum.
"Untunglah, kita cuma akan beradu minum, bukan adu makan!"
Tentu saja ia tahu bahwa bila seseorang minum arak dalam keadaan perut kosong,
maka jumlah alkohol yang bisa diminumnya akan turun drastis; dan sekarang perut
Lu Xiao Feng kosong seperti dompet seorang pengemis. Setelah minum tiga mangkuk
arak, ia telah merasa ada sesuatu yang tidak beres; setelah enam mangkuk, ia
seolah-olah merasa kalau dirinya baik-baik saja; dua mangkuk lagi, dan ia
menyadari bahwa ia sedang bertarung dengan perasaan mual karena arak. Lalu,
entah kenapa, tiba-tiba ia menyadari bahwa ia sedang muntah, muntah-muntah
begitu hebatnya sehingga seluruh isi perutnya seperti keluar.
"Kau mabuk!" Nyonya Pertama Gong Sun masih baik-baik saja dan bersikap seperti
Guan Zhong. "Kau kalah dalam babak ini!"
Lu Xiao Feng ingin menyanggahnya, tapi ia tidak bisa, maka yang bisa ia lakukan
hanyalah bergumam sendirian sebagai jawabannya.
"Aku sama sekali tidak merasa mabuk, perutku saja yang rasanya sedikit tidak
enak!" "Kau tidak mengakui kekalahanmu?"
"Baiklah, aku mengakuinya, memangnya kenapa!"
Tentu saja tidak apa-apa. Di dalam fikirannya sekarang, tidak ada hal di dunia
ini yang amat penting. Di samping itu, walaupun ia kalah dalam babak pertama,
masih tersisa dua babak lagi. Tapi ia lupa satu hal. Kalah dalam babak ini telah
menjamin bahwa ia juga akan kalah pada dua babak berikutnya. Satu-satunya yang
bisa diadu oleh orang mabuk dengan orang lain adalah tidur. Jelas Nyonya Pertama
Gong Sun tidak akan mau adu tidur dengannya.
"Untuk babak kedua, kita akan bertanding pedang!" Nyonya Pertama Gong Sun
berkata. "Baiklah, tanding pedang!" Lu Xiao Feng membusungkan dadanya. "Apa susahnya?"
"Bagus, silakan tunggu di sini sementara aku bertukar pakaian!" ucap Nyonya
Pertama Gong Sun.
"Kau akan bertukar pakaian lagi?"
"Mm!"
"Kita sedang bertarung atau sedang adu model pakaian?"
"Rupanya kau tidak faham. Bila sedang berduel, orang harus mengenakan pakaian
yang cocok untuk berduel!"
"Mengapa begitu?"
Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum.
"Karena pakaian seseorang bisa mempengaruhi pembawaan dan sikap orang itu; dan
juga karena wanita selalu suka berganti pakaian!"
Lu Xiao Feng sekarang tidak lagi mrasa lapar atau pun lelah. Alkohol biasanya
bisa memberi orang semacam energi dan kekuatan yang aneh. Tapi gelombang
kekuatan dan energi ini adalah tipuan - jika tidak bisa menipu orang lain,
setidaknya ia bisa menipu orang itu sendiri. Tiba-tiba ia teringat pada para
"Pendekar Mabuk" yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang berkembang di
dunia persilatan.
Menurut kabar angin, orang-orang ini "hanya bertarung dengan baik jika mereka
sedang mabuk, dan semakin banyak mereka minum maka semakin tangguh mereka dalam
bertarung."
Menurut cerita, Wu Song si Pembunuh Harimau dari Legenda 108 Pendekar (Para
Koleksi Kang Zusi
105 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pendekar Batas Air) adalah orang seperti itu. Jika ia minum satu kendi arak, ia
akan memiliki kemampuan bertarung satu "kendi". Jika ia minum 10 kendi arak,
maka ia akan lebih tangguh 10 kali lipat. Sekarang Lu Xiao Feng merasa seolah-
olah ia telah minum 10 kendi arak. Tiba-tiba ia merasa sebuah gelombang
kepercayaan diri muncul dalam dirinya, seakan-akan kemampuannya meningkat 10
kali lipat. Bahkan jika ia diserang oleh 7 atau 8 ekor harimau sekarang, ia
yakin bahwa ia akan dapat mengalahkan dan membunuh mereka. Sayangnya yang ia
hadapi sekarang bukanlah harimau, tapi Nyonya Pertama Gong Sun. Bila dua orang
jago berduel, perhitungan waktu, posisi dan pengambilan keputusan tidak boleh
lalai sedikit pun.
Masih bisakah Lu Xiao Feng membuat keputusan dan penilaian yang tepat saat ini"
Dilihat dari tampangnya, ia sedang mengalami kesukaran dalam menentukan apakah
ruangan ini bundar atau persegi. Sampai saat ini, Jiang Qing tidak pernah
mengucapkan sepatah kata pun padanya, tapi saat itu sinar matanya memperlihatkan
tanda simpati dan sedih, seakan-akan ia sedang melihat seseorang yang akan
segera mati. Selain dari Nyonya Ketiga, tatapan mata semua orang yang hadir
tampak serupa dengannya.
Lu Xiao Feng menatap Nyonya Ketiga sebentar sebelum tersenyum dengan tiba-tiba.
"Jika aku kalah, bolehkah aku memotong telingaku dan memberikannya padamu?"
"Sudah kubilang, aku tidak mencari telinga lagi!" Nyonya Ketiga menjawab dengan
tenang. "Oh, benar, kau sekarang mencari lidah!"
"Tapi aku tidak menginginkan lidahmu!"


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku menginginkan kepalamu!"
"Baik!" Lu Xiao Feng menegakkan tubuhnya dan tertawa terbahak-bahak. "Jika aku
kalah, maka aku akan menyerahkan kepalaku padamu!"
Bagi dirinya, apakah seseorang punya kepala atau tidak tampaknya tidak begitu
penting. Sekarang, bila Jiang Qing Xia memandangnya, ia seolah-olah sedang
memandang seseorang yang tidak berkepala, bahkan tatapan mata si gadis berbaju
merah juga memperlihatkan semacam perasaan iba. Siapa pun bisa melihat dengan
mudah bahwa si pemabuk beralis empat ini akan kalah dalam babak berikutnya!
Tapi Lu Xiao Feng masih mencari arak lagi. Kendi arak berada di atas meja di
hadapannya, tetapi ia tetap tidak melihatnya. Ini karena bola matanya sudah
hampir melompat keluar dari kelopaknya, karena seseorang baru saja berjalan
keluar dari belakang sana. Seorang wanita. Seorang wanita yang cantik, seorang
wanita yang lebih menyilaukan daripada sinar matahari, lebih anggun daripada
seorang ratu, lebih agung daripada seorang malaikat. Bahkan pakaian yang
dikenakan pun tampaknya bukan dibuat oleh tangan manusia, tapi diciptakan dengan
cara mencampurkan warna-warna dan sinar-sinar pelangi dari dunia lain di
angkasa. Lu Xiao Feng tidak mengenal wanita ini, karena seumur hidupnya ia tidak pernah
melihat seorang wanita yang demikian cantik dan anggun. Untunglah, ia masih
mengenali pedang di tangannya, sepasang pedang pendek seperti belati dengan
panjang sekitar 20 cm dan sehelai pita sutera merah yang terikat pada masing-
masing gagangnya. Mungkinkah ini Nyonya Pertama Gong Sun" Orang yang sama dengan ibu rumah tangga biasa
yang berusia setengah baya tadi" Orang yang sama dengan si pengemis yang penuh
kudis tadi, juga si nenek penjual kacang gula itu"
Lu Xiao Feng menggosok-gosok matanya. Ia hampir tidak bisa mempercayai apa yang
ia lihat di hadapannya ini.
Nyonya Pertama Gong Sun balas menatapnya, sambil tersenyum.
"Kau tidak mengenalku lagi?"
"Hanya ada satu hal yang tidak bisa kubayangkan!"
"Apa itu?"
"Aku tak bisa membayangkan mengapa seorang wanita secantik dirimu mau Koleksi
Kang Zusi 106 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
berpakaian seperti seorang nenek tua. Jika aku menjadi kau, aku tidak akan
melakukan itu walaupun ada sebatang pisau di leherku!"
"Bagaimana kau tahu kalau ini adalah penampilanku yang sebenarnya?"
"Aku tidak tahu, aku hanya berharap bahwa ini adalah dirimu yang sebenarnya!"
"Mengapa begitu?"
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
"Karena jika aku harus mati di tangan seseorang, harapanku satu-satunya adalah
mati di tangan seseorang sepertimu."
"Kau benar-benar pintar bicara dengan seorang wanita, ya?" Nyonya Pertama Gong
Sun menjawab dengan genit. "Bahkan hatiku hampir tersapu bersih."
Ia mendekati Lu Xiao Feng dengan anggun, bajunya yang berwarna-warni seperti
pelangi berkibar seperti tertiup oleh angin yang tidak dapat dirasakan, terlihat
seperti beratus-ratus ribu utas benang sutera yang sedang menari-nari.
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
"Kalau lain kali aku berduel pedang lagi, aku pasti akan mengenakan pakaian
sepertimu!"
"Oh?"
"Kau belum membuat sebuah gerakan pun, dan mataku telah dibuat kabur!"
"Hatiku tersapu bersih, matamu kabur, kurasa kita berimbang!"
"Tidak!"
"Tidak?"
"Kau punya sepasang pedang di tanganmu, yang aku punya hanyalah segenggam
keringat!"
"Di mana pedangmu?"
"Aku tidak membawa sebatang pedang pun!"
"Kau membawa golok?"
"Tidak juga."
"Orang sepertimu" Tidak membawa senjata apa pun bila keluar?" Nyonya Pertama
Gong Sun menarik nafas. "Itu benar-benar berbahaya!"
"Memang berbahaya, terutama hari ini."
"Kau ingin meminjam sebatang pedang?"
"Ya."
"Kau ingin meminjam dari siapa?"
Lu Xiao Feng berpaling dan tersenyum ke arah si nikouw berjubah hijau.
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas lagi.
"Ternyata dia tidak benar-benar mabuk, ia masih bisa mengenali barang bagus."
Pedang ini juga tidak begitu panjang, tapi tampak berkilauan. Aura pedang itu
tampak mencorong dan mendesak keluar. Hanya dengan sebuah sentilan perlahan,
pedang itu telah berdengung tiada hentinya.
"Pedang yang amat bagus!" Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak memujinya ketika ia
menggenggam pedang itu di tangannya.
"Sayangnya pedang itu hari ini berada di tangan seorang pemabuk yang akan segera
mati!" si nikouw berjubah hijau berkata dengan dingin.
Lu Xiao Feng tertawa.
"Pemabuk memang benar pemabuk, tapi aku tidak terlalu yakin tentang bagian
'akan segera mati' itu!"
Sekarang mereka berjalan menelusuri paviliun dan tiba di halaman luar. Sinar
bintang tampak berkerlap-kerlip di antara daun-daun pohon gingko raksasa itu dan
menerpa wajah Lu Xiao Feng. Sorot matanya yang seperti orang mabuk tadi tiba-
tiba menghilang, sekarang ia tampak secerdik Zhu Ge Liang.
"Kau tidak mabuk?" Nyonya Kedua berujar dengan tidak percaya.
Lu Xiao Feng tidak menyangkal ucapannya.
"Jika kau tidak mabuk, lalu mengapa tadi kau mengaku kalah?" Nyonya Kedua
Koleksi Kang Zusi
107 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mendesak. Lu Xiao Feng tersenyum kecil.
"Jika aku tidak mengaku kalah di babak pertama, tentu aku akan kehilangan babak
kedua ini, dan lupakan sajalah babak ketiga!"
"Tampaknya orang ini sebenarnya bukan seorang telur dungu," Nyonya Kedua menarik
nafas. "Tapi ia benar-benar seorang telur bajingan!" si gadis berbaju merah menyela
dengan ketus, sambil menggigit bibirnya.
"Walaupun kau mengaku kalah di babak pertama, belum tentu kau bisa memenangkan
babak kedua ini!" Nyonya Pertama Gong Sun berkata dengan santai.
Setelah menyelesaikan ucapannya itu, ia membuat gerakannya. Kilatan pedang
menari-nari dan pakaian sutera warna-warni yang ia kenakan pun mulai menari-nari
pula. Seluruh tubuhnya seperti berubah menjadi sinar matahari yang menyilaukan
dan membutakan, sehingga hampir mustahil bagi orang lain untuk membuka mata,
apalagi untuk menebak di mana ia berada atau ke mana arah pedangnya. Jika orang
tidak bisa menduga di mana dia berada, bagaimana orang bisa melihat gerakannya"
Pada pertemuannya yang pertama dengan perempuan ini, Lu Xiao Feng sudah tahu
bahwa jurus-jurus dan tekniknya tidak dapat diramal dan selalu berubah, hingga
mencapai suatu tingkatan yang nyaris lebih menakutkan daripada jurus-jurus XiMen
ChuiXue. Tapi baru sekarang ia tahu bahwa tekniknya yang dulu itu malah belum
mendekat kekuatan puncaknya. Tampaknya kekuatan teknik seperti ini baru bisa
ditampilkan sepenuhnya bila digunakan dengan pakaian warna-warni seperti ini.
Menurut legenda, pedang dan pita seperti ini bukanlah "senjata", tapi merupakan
sebuah tarian kuno di mana penarinya menari dengan tangan kosong, memutar-mutar
pita itu di udara, dan barulah Nyonya Pertama Gong Sun, di jaman dulu, orang
pertama yang mengambil tarian yang spektakuler ini dan, dengan menambahkan
sejumlah variasi, merubahnya menjadi sebuah teknik bertarung yang bisa digunakan
untuk membunuh!
Mungkin dulu ia tidak menggunakan pedang bila ia menari di hadapan Kaisar Sheng
Wen Shen Wu karena khawatir kalau hawa pedangnya akan membuat takut sang kaisar.
Tapi, secara diam-diam, ia benar-benar menciptakan sebuah ilmu pedang, merubah
"pedang dan pita" itu menjadi semacam ilmu pedang.
Karena ilmu pedang seperti ini diturunkan dari sebuah tarian, jelas ilmu ini
berbeda dari segala jenis ilmu pedang lainnya. Itulah sebabnya Nyonya Pertama
Gong Sun yang ini sengaja bertukar pakaian hari ini, tak perduli hal itu akan
menyingkapkan seperti apa penampilannya yang sebenarnya. Karena kekuatan yang
sebenarnya dari ilmu pedang ini hanya bisa ditampilkan melalui "kecantikan", dan
hanya seorang wanita cantik yang legendaris seperti dirinya yang bisa
menggunakan ilmu ini sampai ke puncaknya!
Diam-diam Lu Xiao Feng menarik nafas. Baru sekarang ia menyadari bahwa rahasia
ilmu kungfu bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh siapa pun.
Karena permainan ilmu pedang seperti ini benar-benar tak dapat diramalkan,
jurus-jurusnya pun terlalu rumit, sekali dimulai rasanya tentu akan seperti air
raksa yang sanggup memasuki setiap lubang apa saja! Bahkan lubang sekecil apa
pun, kesalahan sekecil apa pun dalam keputusannya, atau kelalaian sekecil apa
pun dalam konsentrasinya, bisa membawa dirinya pada kematian! Jika ia ingin
menang, ia hanya bisa mengandalkan satu kata!
Kecepatan! Gunakan kecepatan untuk menembus kekacauan, gunakan 'tiada perubahan'
untuk menjawab 'selalu berubah'. Setelah Nyonya Pertama Gong Sun memulai
gerakannya, tubuh Lu Xiao Feng pun segera melayang ke arah atap bangunan
seberang. "Ia melarikan diri!" si gadis berbaju merah berseru.
Sebelum ia selesai mengucapkan tiga patah kata itu, Lu Xiao Feng telah melayang
Koleksi Kang Zusi
108 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
lagi, tubuh dan pedangnya seperti melebur menjadi satu. Kilatan pedangnya
seperti lecutan cambuk kuda, seperti pelangi, langsung mengarah pada Nyonya
Pertama Gong Sun dari segala arah. Kilauan pedangnya berkerlap-kerlip dengan
liar tetapi cepat, tapi tidak ada perubahan dalam gerakannya dan seolah-olah ia
bahkan tidak memiliki satu pun jalan keluar. Ia telah memindahkan seluruh energi
dan kekuatan di dalam tubuhnya ke dalam serangan yang satu ini -- Tiada
perubahan, tiada variasi, terkadang hal ini malah merupakan variasi yang
terbaik. Tubuh Nyonya Pertama Gong Sun seperti embun di waktu malam, pedangnya seperti
bintang jatuh, tapi ia tetap saja tidak memiliki waktu yang cukup untuk
bereaksi. Tiba-tiba, tubuh dan pedangnya seperti telah diselubungi oleh hawa serangan Lu
Xiao Feng. "Trang!"
Suara itu bergema di keheningan malam.
Kilatan pedang pun berbaur dan serpihan sutera memenuhi angkasa ketika puluhan
rumbai-rumbai di baju Nyonya Pertama Gong Sun terpotong.
Tak seorang pun bergerak, tak seorang pun bersuara.
Nyonya Pertama Gong Sun telah berhenti bergerak, ia berdiri tanpa bergerak di
sana, tidak menyerang lagi. Lu Xiao Feng pun berhenti menyerang, ia juga berdiri
di sana tanpa bergerak, sambil menatap Nyonya Pertama Gong Sun.
"Babak ini belum berakhir!" Nyonya Kedua segera berseru. "Mengapa kalian berdua
berhenti?"
"Jika babak ini adalah pertandingan untuk saling membunuh, maka jelas babak ini
belum berakhir," Lu Xiao Feng menjawab dengan santai. "Tapi jika babak ini
adalah sebuah duel pedang, maka aku telah menang!"
Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya menarik nafas panjang.
"Benar, kekuatan seranganmu itu adalah sesuatu yang tidak dapat kukalahkan!"
"Terima kasih banyak."
"Tapi aku tidak pernah menduga bahwa kau bisa melakukan sebuah gerakan seperti
itu." Lu Xiao Feng tersenyum.
"Sebenarnya aku mencuri gerakan itu!"
"Dari mana kau mencurinya?"
"Majikan Benteng Awan Putih."
"Ye Gu Cheng?" Nyonya Pertama Gong Sun tampak terkejut mendengar jawaban itu.
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Serangan ini disebut 'Malaikat dari Luar Langit', inilah inti dari ilmu pedang
Majikan Benteng Awan Putih, bahkan Tosu Kayu yakin bahwa ilmu ini bisa disebut
sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!"
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
"Gerakan ini dibuat sebelum gerakan sebenarnya dimulai, penerapannya dilakukan
setelah gerakan itu dibuat, ia menggunakan kekerasan untuk melawan kelembutan,
menggunakan tiada perubahan sebagai perubahan." Ia berkata. "Ilmu ini memang
bisa disebut sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!"
"Jika Majikan Benteng Awan Putih mendengar sendiri ucapan Nyonya Pertama itu, ia
tentu akan sangat senang!" Lu Xiao Feng tersenyum.
"Tapi seandainya gerakan ini dilakukan olehnya, belum tentu bisa mengalahkanku!"
Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan dingin.
"Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya.
"Karena ia adalah seorang jago pedang tanpa tandingan. Sebelum ia membuat satu
gerakan pun, aku tentu telah berjaga-jaga. Tapi tadi, waktu kau melompat ke
wuwungan atap, aku malah mengira bahwa kau sedang berusaha melarikan diri,
karena itu konsentrasiku pecah, dan aku tidak bisa menangkis serangan yang kau
buat dengan seluruh kekuatan tubuhmu itu!"
Koleksi Kang Zusi
109 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Dan juga karena aku bahkan tidak membawa sebatang pedang pun," Lu Xiao Feng
tersenyum dan menambahkan. "Kau mungkin tidak mengira bahwa aku mampu melakukan
gerakan seperti itu!"
"Itulah sebabnya kelembutan bisa mengalahkan kekerasan atau yang lemah bisa
mengalahkan yang kuat, prinsipnya sama!" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
Lu Xiao Feng pun menarik nafas.
"Untunglah aku sama sekali bukan seorang jago pedang terkenal, kalau tidak aku
mungkin telah mati di tanganmu hari ini!"
"Tapi kau belum menang!" Wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak berubah menjadi
gelap. "Kita masih punya babak ketiga!"
Babak ketiga dan penentuan!
"Kita akan bertanding apa di babak ketiga?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Qing-Gong, ilmu meringankan tubuh!"
Lu Xiao Feng tertawa kecil.
"Aku tahu kalau ilmu meringankan tubuh adalah keistimewaanmu; di samping itu kau
adalah seorang pria dan memiliki keuntungan tenaga disbanding denganku."
Nyonya Pertama Gong Sun menambahkan. "Bertanding denganmu dalam ilmu ini akan
memberi kerugian padaku, maka...."
"Maka aku seharusnya mengalah dan memberimu sedikit keuntungan juga!" Lu Xiao
Feng menyelesaikan ucapannya.
"Setidaknya kau harus membiarkan aku lari lebih dulu!"
"Tidak masalah!"
"Tapi jika kau bisa menyusulku, maka kau telah menang, kau tidak perlu lagi
bersusah-payah."
"Aku memang bukan orang yang suka melakukan hal yang membuat diriku sendiri
bersusah-payah!"
"Aku akan menyuruh seseorang untuk memukul lonceng satu kali sebagai tanda, kau
baru boleh mengejar setelah lonceng itu berhenti berbunyi!"
"Lonceng itu hanya dipukul satu kali?"
"Hanya satu kali."
"Tampaknya aku sebenarnya tidak dibuat susah sama sekali!"
"Tapi aku harus...."
"Tentu saja kau harus berganti pakaian dulu!" Lu Xiao Feng menyelesaikan kalimat
itu untuknya. "Ada baju untuk minum, baju untuk duel, tentu saja ada satu baju
lagi untuk adu lari."
Nyonya Pertama Gong Sung tertawa merdu.
"Kau sebenarnya sama sekali tidak tolol!" Ia berkata dengan genit.
Malam terasa sedingin air. Ekspresi wajah saudara-saudaranya pun dingin seperti
air - seperti air yang beku.
Si gadis berbaju merah tiba-tiba mendengus dingin.
"Berpura-pura mabuk, lalu mencuri jurus orang lain, aku paling benci laki-laki
seperti ini."
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Aku memang bukan sedang berusaha membuatmu menyukaiku!"


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku ingin bertanya padamu, kau ini sebenarnya seorang laki-laki bukan?"
"Kau tidak tahu?"
"Aku tak tahu."
"Kurasa kau memang tidak akan tahu," Lu Xiao Feng menarik nafas, "kau hanya
seorang anak kecil!"
Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan
melangkah pergi, seakan-akan ia tidak ingin memperdulikan Lu Xiao Feng lagi.
Mata OuYang Qing tampak berkedip-kedip.
Koleksi Kang Zusi
110 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kau tidak bisa menganggapku hanya seorang anak kecil, bukan?" Ia bertanya.
"Tentu saja kau bukan seorang anak kecil, kau hampir cukup tua untuk menjadi
seorang nenek."
OuYang Qing juga menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan berjalan
masuk ke dalam paviliun.
Lu Xiao Feng menarik nafas dan duduk di atas tangga yang terbuat dari batu.
"Jika seorang laki-laki hidup sampai umur 60 tahun, setidaknya 10 tahun masa
hidupnya tentu akan sia-sia." Ia bergumam pada dirinya sendiri.
"Kenapa sia-sia?" Perasaan ingin tahu Nyonya Kedua tidak dapat ditahan lagi.
"Dari 10 tahun itu, setidaknya 5 tahun terbuang karena menunggu wanita berganti
pakaian." "Dan yang 5 tahunnya lagi?"
"Kau ingin mendengarnya?"
"Kau takut mengatakannya?"
Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.
"Yah, jika kau harus tahu, akan kuberitahu. Waktu 5 tahun lainnya terbuang
karena menunggu wanita melepaskan pakaiannya."
Wajah Nyonya Kedua merah padam karena murka, sementara wajah si nikouw berjubah
merah berubah menjadi pucat pasi karena marahnya.
"Aku berubah fikiran!" Nyonya Ketiga tiba-tiba menyeletuk.
"Berubah fikiran tentang apa?" Kali ini perasaan ingin tahu Lu Xiao Feng yang
tidak bisa ditahan-tahan lagi.
"Aku telah memutuskan bahwa aku ingin memotong lidahmu!" Nyonya Ketiga menjawab
dengan dingin. Kali ini, seorang pria berbaju hijau dengan wajah penuh jenggot
berjalan keluar dari paviliun dengan membawa sebuah lonceng di tangannya dan
berhenti di atas tangga batu.
"Kurasa peruntunganku sama sekali tidak buruk." Lu Xiao Feng kembali bergumam
pada dirinya sendiri. "Setidaknya aku sedang menunggu Nyonya Pertama bertukar
pakaian. Jika aku menunggu orang lain, itu baru benar-benar buruk!"
"Orang lain?" Nyonya Ketiga meliriknya dengan marah.
"Aku tidak menyebut dirimu, kenapa kau marah?" Lu Xiao Feng menjawab.
Wajah Nyonya Ketiga sekarang berubah sebentar merah dan sebentar pucat. Saat
itulah suara lonceng tiba-tiba berdentang ketika tiga orang melesat keluar dari
dalam paviliun.
Tiga orang itu mengenakan pakaian hitam yang serupa, bahkan wajah mereka pun
tampak sama. Setelah melesat keluar dari gedung, mereka bersalto sekali dan
meluncur dalam tiga arah yang berbeda. Teknik yang digunakan tiga orang ini pun
sama. Sebelum dentang lonceng berhenti, ketiganya telah berada di luar tembok
yang mengelilingi halaman. Yang manakah Nyonya Pertama Gong Sun yang sebenarnya"
- Si gadis berbaju merah dan OuYang Qing tentu tadi pura-pura marah supaya
mereka bisa masuk dan berpakaian sebagai dua orang umpan. Siapa yang seharusnya
dikejar oleh Lu Xiao Feng" Tidak perduli yang mana ia pilih untuk dikejar,
walaupun ia berhasil menyusulnya, ia tentu akan kehilangan 2 orang lainnya.
Dan di antara 2 orang itu, sangat mungkin salah seorang di antara mereka adalah
Nyonya Pertama Gong Sun. Ini seperti sebuah permainan di jaman dulu, tapi jauh
lebih sukar. Lu Xiao Feng tidak tahu harus melakukan apa.
Nyonya Kedua, Nyonya Ketiga, dan si nikouw berjubah hijau semuanya menyeringai
dengan dingin - kali ini Lu Xiao Feng tetap jatuh ke dalam perangkap.
Lu Xiao Feng pun menarik nafas.
"Tampaknya aku tetap saja jatuh oleh tipuannya kali ini!" Ia tersenyum murung
sambil bangkit berdiri dan bergumam. "Tak perduli apa, kejar saja satu dan lihat
hasilnya!"
Koleksi Kang Zusi
111 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Ia pun melesat, tapi tiba-tiba, dan dengan secepat kilat, melayang balik dan,
dalam sekejap mata, mencengkeram pergelangan tangan laki-laki yang membawa
lonceng itu. "Trang!"
Lonceng itu jatuh ke atas tanah saat laki-laki tersebut terpana melihat
perubahan situasi itu.
"Kenapa kau melakukan ini?" Ia bertanya dengan suara yang serak.
"Bukan karena alasan tertentu," Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku hanya ingin
membawamu menemui seseorang!"
"Siapa?"
"Jin Jiu Ling!"
Laki-laki itu memandangnya, menatapnya selama beberapa saat sebelum tiba-tiba ia
tertawa terbahak-bahak, suara tawa yang merdu seperti suara burung berkicau.
"Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, bahkan aku pun terkesan!"
Ternyata laki-laki pembawa lonceng ini adalah Nyonya Pertama Gong Sun yang
sebenarnya. "Bagaimana kau bisa tahu samaranku?"
Tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana Lu Xiao Feng bisa tahu.
"Waktu Nona OuYang marah dan masuk ke dalam, aku tahu kalau ada sesuatu yang
salah!" Lu Xiao Feng tersenyum.
"Mengapa begitu?"
"Karena dia bukanlah orang yang bisa kubuat marah hanya dengan satu kalimat
saja!" "Tiga orang wanita masuk dan tiga orang wanita keluar lagi, bagaimana kau tahu
kalau aku tidak berada di antara tiga orang itu?"
"Aku tidak tahu."
"Tidak tahu?"
"Aku hanya tahu bahwa seorang laki-laki dewasa dengan wajah yang penuh jenggot
seharusnya tidak seharum ini!"
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
"Kelihatannya aku seharusnya tidak berdiri dekat-dekat denganmu," ia berkata
sambil tersenyum jengkel, "benar-benar berbahaya bagi seorang wanita bila berada
di dekatmu!"
"Terutama seorang wanita yang seharum kamu!" Lu Xiao Feng tersenyum.
Nyonya Pertama Gong Sun mengeluarkan suara tawa yang terdengar seperti bunyi
lonceng. "Tapi aku tidak pernah mengira bahwa kau akan bertingkah laku seperti seekor
anjing kecil, kau bukan hanya bisa menggunakan matamu, tapi juga hidungmu!"
"Ini juga sesuatu yang baru-baru ini kutiru dari orang lain!"
"Dari Hua Man Lou?"
"Benar."
"Tampaknya setiap keistimewaan orang lain akan langsung ditirukan olehmu!"
Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas.
"Itu karena aku selalu bersikap rendah hati."
"Orang yang rendah hati akan selalu bernasib baik!" Nyonya Pertama Gong Sun
mengangguk. "Itulah sebabnya kalian semua seharusnya bersikap sedikit rendah hati sekarang
dan mendengarkan apa yang harus kukatakan!"
"Kami semua mendengarkan!" Nyonya Pertama Gong Sun meyakinkan dirinya.
"Sekarang kau telah jatuh ke tanganku, jika adik-adikmu menginginkan agar kau
tetap aman dan sehat sejahtera, maka sebaiknya mereka tetap tinggal di sini dan
menunggu instruksi." Matanya perlahan-lahan menyapu wajah Nyonya Kedua dan
Ketiga sebelum meneruskan dengan dingin. "Jika seseorang masih ingin mencoba
Koleksi Kang Zusi
112 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
sesuatu, maka itu berarti ia menginginkanmu segera mati sehingga ia bisa
mengambil alih posisimu dan menjadi pemimpin di tempat ini."
"Jangan khawatir, tidak seorang pun di sini yang menginginkan aku mati!" Nyonya
Pertama Gong Sun tersenyum dan menjawab.
Nyonya Ketiga tiba-tiba menghentakkan kakinya walaupun biasanya ia selalu
bersikap dingin.
"Kau benar-benar hendak pergi bersamanya?"
"Kau seharusnya tahu bahwa aku bukanlah orang yang suka menarik kembali kata-
kataku," Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan santai. "Di samping itu,
walaupun aku tidak ingin pergi bersamanya, aku tetap harus pergi. Sekali orang
ini mencengkeramkan tangannya pada seorang wanita, ia tidak akan melepaskannya
walaupun hal itu akan membunuhnya."
"Terutama seorang wanita yang secantik dan seharum dirimu." Lu Xiao Feng
menambahkan dengan acuh tak acuh.
"Sekarang, aku hanya ingin agar kau hati-hati mengenai sesuatu!" Nyonya Pertama
Gong Sun berkata.
"Apa itu?"
"Hati-hati tanganmu jangan sampai terpotong!"
Bab 9: Keberhasilan Dan Kegagalan
Meng Wei selalu bersikap amat waspada walaupun sedang tidur. Seorang laki-laki
yang dikenal di dunia persilatan sebagai "Ular Berkepala Tiga" tentulah seorang
yang selalu waspada, kalau tidak kepalanya tentu akan telah lama ditebas orang
walaupun ia memiliki 30 kepala. Tapi waktu ia terbangun dari tidurnya malam ini,
telah ada seseorang yang berdiri di ujung ranjangnya, sedang menatapnya dengan
sepasang mata yang berkilauan. Malam masih larut, di kamar itu tidak ada cahaya,
maka ia tidak bisa melihat wajah orang ini.
Tiba-tiba ia merasa bahwa telapak tangannya telah penuh dengan keringat dingin.
Orang ini tidak bergerak, ia pun tidak. Ia sengaja mengeluarkan suara dengkuran
beberapa kali untuk membuat orang ini yakin bahwa ia masih tidur. Tiba-tiba, ia
bergerak dan berusaha meraih golok yang tersembunyi di bawah ketiaknya. Tapi
gerakan orang itu jauh lebih cepat. Saat lengannya mulai bergerak, orang ini
segera menekan pundaknya ke tempat tidur. Tidak pernah seumur hidupnya ia
bertemu dengan orang yang memiliki sepasang tangan yang demikian kuat,
seandainya tangan itu menjepit tenggorokannya, nafasnya tentu akan segera
berhenti. Kenyataannya, nafasnya memang hampir saja berhenti.
"Apa yang kau inginkan?" Ia bertanya dengan suara gemetar.
Jawaban orang ini sangatlah sederhana.
"Uang."
"Berapa banyak?" Meng Wei segera bertanya.
"Seratus ribu tael!" Ternyata orang ini pun amat tamak. "Jika kau tidak bisa
menyerahkan 100.000 tael, aku akan mencabut nyawamu!"
"Aku akan menyerahkan uang itu!" Meng Wei bahkan tidak bimbang sedikit pun.
"Aku menginginkannya sekarang juga!"
"Aku bisa memberikannya sekarang juga!"
Orang itu tiba-tiba tertawa.
"Aku tidak tahu kalau Ketua Meng adalah orang yang begitu murah hati."
Ketika ia tertawa, suaranya pun berubah. Suara yang sangat ia kenal.
"Lu Xiao Feng?" ucap Meng Wei dengan terkejut.
"Ini aku." Orang itu mengangguk.
Meng Wei menarik nafas dalam-dalam beberapa kali sebelum ia mengeluarkan
keluhannya. Koleksi Kang Zusi
113 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Itu lelucon yang amat lucu, aku hampir mati ketakutan!"
"Aku pun tidak merencanakan gurauan ini dari awal," Lu Xiao Feng menjawab sambil
tertawa pertanda minta maaf. "Tapi aku merasa sangat gembira hari ini!"
"Tuan telah menangkap si Bandit Penyulam?" Mata Meng Wei segera bersinar-sinar.
"Di mana Bos Jin?" Lu Xiao Feng tidak menjawab, tapi malah mengajukan
pertanyaannya sendiri.
"Ia telah pergi kembali ke kota!"
"Apakah racun itu memberi masalah pada dirinya?"
"Untunglah Tuan segera membawanya ke tempat Tabib Shi, Shi Jing Mo memang
seorang tabib yang hebat."
"Aku membawa seorang buronan, maka aku harus amat berhati-hati. Itulah sebabnya
aku hanya bisa mendatangimu pada malam hari, aku tidak bisa membiarkan para
bawahannya menemukan tempat aku berada."
"Aku mengerti." Meng Wei menjawab. Diam-diam, ia merasa sedikit lega karena ia
tidak mengajak Xiao Hong menginap malam ini. Ia tidak pernah membiarkan seorang
wanita tetap bersamanya di malam hari karena ia tidak pernah percaya pada
wanita. Ini adalah sebuah kebiasaan yang baik sehingga ia memutuskan bahwa ia
harus mempertahankannya - seandainya Lu Xiao Feng menemukan seorang pelacur
terkenal seperti Xiao Hong tidur di ranjangnya, maka ada kemungkinan Bos Jin
juga akan tahu, dan itu bukanlah hal yang baik.
Lu Xiao Feng terdiam dan berfikir sebentar.
"Bisakah kau kirimkan pesan pada orang-orangmu di Yang Cheng dengan menggunakan
burung merpati untuk memberitahu Bos Jin agar menungguku tengah malam besok di
paviliun tempat tinggal Raja Ular dulu?"
"Tentu saja!" Meng Wei melompat bangkit dari tempat tidurnya dan segera
mengenakan sepatunya. "Burung merpati itu ada di belakang sini."
"Kau juga punya tinta dan kuas di sini?"
"Ya."
"Mengapa kau tidak menuliskan pesan itu sekarang juga sebelum pergi keluar?"
Meng Wei mengangguk dan menyalakan beberapa buah lentera sebelum mengeluarkan
tinta. "Tuan Lu telah berhasil, minta Bos Jin untuk menunggu di markas Raja Ular tengah
malam besok."
Bagi seseorang yang bekerja di Enam Pintu sejak masih kecil, tulisannya sama
sekali tidak buruk, dan bahasanya pun mengalir dengan lancar.
Lu Xiao Feng berdiri di sampingnya sambil tersenyum.
"Mengapa kau tidak menulisnya dalam tulisan Xiao Zhuan" Dengan cara itu,
informasi tidak akan bocor walaupun jatuh ke tangan yang salah?"
{Catatan: Xiao Zhuan adalah sebuah bentuk tulisan yang dikembangkan oleh Qing
Shi Huang, Kaisar pertama China, sebagai bentuk tulisan pemersatu bagi seluruh
rakyat China. Selama masa dinasti Han, Xiao Zhuan perlahan-lahan berkembang ke
dalam bentuk yang mirip dengan tulisan tradisional China yang kita kenal
sekarang; tetapi, orang-orang terpelajar China masih mempelajari Xiao Zhuan
karena "mutu estetika-nya". Walau sebagian besar orang tidak bisa membaca Xiao
Zhuan, tulisan ini masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai
segel.} "Aku adalah orang tua yang tidak berpendidikan." Meng Wei menjawab sambil
tersenyum mencela. "Aku bahkan tidak bisa menulis Da Zhuan, apalagi Xiao Zhuan.
Tapi Tuan tidak usah khawatir, merpati ini semuanya dilatih sendiri oleh Bos
Jin, mereka tidak akan tersesat."
"Apakah ia bisa mendapatkan pesan itu pada waktunya?"
"Tentu!" Meng Wei meyakinkan dirinya sambil menggulung surat itu dan
memasukkannya dengan hati-hati ke dalam sebuah tabung kosong yang berukiran amat
indah dan terbuat dari sepotong bambu. Di atas permukaan bambu itu ada Koleksi
Kang Zusi 114 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
sebuah cap berbentuk api.
"Kau akan mengirimkan pesan itu sekarang juga?"
"Aku akan pergi sekarang juga."
Ia menutupi pundaknya dengan mantel dan bergegas keluar. Setelah menungu
sebentar, suara seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya pun terdengar di
udara. Lu Xiao Feng menunggu di kamarnya, menunggu sampai ia kembali. Baru kemudian ia
merangkap tangannya dan bersiap untuk pergi.
"Aku akan pergi ke Yang Cheng sekarang."
Meng Wei bimbang sebentar tapi akhirnya ia bertanya.
"Tadi aku keluar, tapi tampaknya tidak ada seorang pun di luar sana."
"Memang tidak ada."
"Lalu di mana Nyonya Pertama Gong Sun?" Meng Wei bertanya sambil tersenyum
dipaksa. Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika kau menahannya, maukah kau berjalan-jalan di luar sana bersamanya?"


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meng Wei menggelengkan kepalanya.
"Lalu bagaimana kau menahannya?"
"Sebuah rahasia tidak akan menjadi rahasia lagi bila dibocorkan," Lu Xiao Feng
menjawab sambil tersenyum santai. "Setelah mengantarkannya, aku akan bercerita
bila aku sempat."
"Tuan Lu benar-benar orang yang teliti dan cermat. Seperti yang kukatakan dulu,
jika Tuan Lu menekuni profesi kami, ia tentu akan menjadi orang nomor satu di
seluruh Enam Pintu!"
Tak terduga, Lu Xiao Feng hanya menarik nafas sebagai jawabannya.
"Sejujurnya, aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa menandingi Bos Jin kalian
itu, tak perduli apa pun yang aku lakukan!"
"Tapi Tuan Lu adalah orang yang menangkap Nyonya Pertama Gong Sun!" Meng Wei
memprotes. Lu Xiao Feng tersenyum murung.
"Ia membuatku bekerja keras untuknya sementara ia sendiri bersantai-santai di
tempat tidur. Berdasarkan hal itu saja, kau bisa melihat bahwa ia jauh lebih
hebat dariku!"
______________________________
Keadaan paviliun kecil itu masih sama seperti semula, satu-satunya perbedaan
adalah orang yang duduk di kursi itu. Jin Jiu Ling sedang berbaring di kursi
dengan mata tertutup. Air mukanya tampak cemerlang, dan suasana hatinya pun amat
baik. Makanan yang lezat dan mengenyangkan tadi masih ada di dalam perutnya.
Masakan Tuan Mai dari Taman Riang Gembira itu memang bisa dianggap selalu
memuaskannya. Di samping itu, sekarang bandit itu telah tertangkap, ia bisa
menikmati hidupnya tanpa perasaan cemas untuk beberapa tahun ke depan. Ia merasa
bahwa ia memang sangat beruntung, begitu mujurnya sehingga ia bisa mendapatkan
seorang pembantu sebaik Lu Xiao Feng.
Walaupun Lu Xiao Feng belum tiba, ia tidak khawatir sedikit pun, karena ia tahu
bahwa rencana Lu Xiao Feng tidak akan pernah kacau. Di atas meja ada secangkir
arak Persia. Ia menyentuh kilauan arak di dalam cangkir yang gelap itu dan
menghirup araknya dengan perlahan-lahan, menikmati rasanya dengan santai. Ia
memang orang yang tahu cara menikmati hidup. Tidak banyak orang seperti ini di
dunia. Walau Lu Xiao Feng pun terkadang bisa menikmati hidupnya, sayangnya ia
memang terlahir suka ikut campur dalam urusan orang lain. Jin Jiu Ling telah
memutuskan bahwa sesudah kasus ini selesai, ia tidak akan pernah lagi terlibat
dalam urusan Enam Pintu.
Saat inilah ia mendengar sebuah bunyi di atas atap. Itu bukanlah bunyi yang
keras, Koleksi Kang Zusi
115 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
hanya sesuatu yang mungkin saja disebabkan oleh seekor kucing yang berlarian di
atas atap. Wajahnya segera mengembangkan sebuah senyuman. Ia tahu bahwa Lu Xiao
Feng tentu telah tiba, dan bahwa ia tentu membawa sesuatu yang berat bersamanya.
Bila Lu Xiao Feng bergerak, ia tentu tidak akan pernah membuat suara sedikit
pun. "Aku menghabiskan waktu siang dan malam dengan menyeret-nyeret peti yang berat
ini ke mana-mana, sementara kau duduk nyaman di sini sambil minum arak,
tampaknya kau memang ditakdirkan untuk hidup enak!" Jin Jiu Ling baru saja
meletakkan cangkirnya waktu ia mendengar Lu Xiao Feng menarik nafas di luar
jendela. Jendela telah dibuka, Jin Jiu Ling telah membukanya dari dalam. Lu Xiao Feng
sendiri tidak masuk, tapi ia mendorong masuk sebuah peti bambu yang amat besar.
"Aku bukan ditakdirkan untuk hidup enak," Jin Jiu Ling tersenyum. "Aku hanya
beruntung karena memiliki seorang sahabat seperti Lu Xiao Feng."
Waktu ia menyelesaikan ucapannya itu, Lu Xiao Feng pun telah berada di
hadapannya. "Nasibmu memang benar-benar lebih baik dariku," ia berkata dengan wajah yang
kaku. "Kau memiliki teman-teman yang baik, aku tidak."
"Tugas ini sebenarnya memang sangat sulit, aku tahu kau akan marah," Jin Jiu
Ling tersenyum. "Itulah sebabnya aku telah mempersiapkan arak Persia ini untuk
meredakan kemarahanmu!"
Kendi emas itu telah berada di atas meja, araknya pun telah dituangkan ke dalam
cangkir. Jin Jiu Ling menyerahkannya pada Lu Xiao Feng dengan kedua tangannya.
"Aku sendiri yang mendinginkan es batu ini, dijamin bisa mendinginkanmu pula."
Lu Xiao Feng pun terpaksa tersenyum.
"Ternyata kau benar-benar hebat dalam hal membuat orang lain merasa senang.
Seandainya aku seorang wanita, aku juga mungkin telah jatuh cinta padamu." Ia
menerima cangkir itu dan meminum isinya dalam satu tegukan sebelum mengangkat
peti bambu itu ke atas meja. "Menurutmu, apa yang ada di dalam peti ini?"
"Apakah itu seorang penyulam?" Mata Jin Jiu Ling tampak berkedip-kedip.
"Dia bukan hanya bisa menyulam bunga, tapi juga orang buta!"
Mata Jin Jiu Ling pun tampak bersinar-sinar.
"Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, luar biasa!" Ia mengacungkan jempolnya.
"Aku tidak tahu sudah berapa kali dalam hidupku aku tertipu karena kalimat itu,"
Lu Xiao Feng tertawa getir. "Tapi anehnya, aku tetap suka mendengarnya!"
"Satu ciuman, dua ciuman, tidak ada yang bisa mengalahkan ciuman keledai!" Jin
Jiu Ling pun tertawa terbahak-bahak. "Yang mencium tentu tidak akan pernah
keliru!" Masih sambil tertawa, ia membuat sebuah gerakan seakan-akan hendak membuka peti
itu. "Tunggu dulu." Lu Xiao Feng menghalangi jalannya.
"Kenapa?" Jin Jiu Ling tercengang.
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
"Apakah kau tahu siapa si Bandit Penyulam ini?"
"Bukankah dia Nyonya Pertama Gong Sun?"
Lu Xiao Feng mengangguk. "Dan apakah kau tahu seperti apa Nyonya Pertama Gong
Sun itu?" Ia bertanya lagi.
"Tidak!"
"Menurut dugaanmu?"
"Seorang nenek tua?" Jin Jiu Ling tampak bimbang.
"Tebak lagi."
"Walau dia bukan seorang nenek tua, dia tidak mungkin muda, karena seorang
wanita muda tidak akan pernah melakukan kejahatan dengan begitu ahli dan keji!"
"Oh?"
Koleksi Kang Zusi
116 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Dan kurasa dia tidak terlalu cantik, karena seorang wanita cantik tidak akan
Pedang Golok Yang Menggetarkan 23 Dewa Arak 66 Pembunuh Gelap Pendekar Bayangan Setan 15
^