Pencarian

Cincin Maut 16

Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 16


daripada yang lain. Tampak mukanya yang lembut dan mengenaskan, bukan
saja membuat hati semua jago tergetar, bahkan Li Bun yang
sendiri pun merasakan hatinya tergetar dan hamper saja tak
sanggup mengendalikan diri,
Kiau Ngo nio merasakan hatinya tergetar keras, diam-diam
pikirnya: "Tak heran kalau lakiku dibikin tergila-gila oleh lonte busuk
ini, rupanya dia memiliki paras muka yang cantik dan
gampang membuat orang merasa terpikat, walau pun aku
juga seorang wanita, namun setelah menyaksikan paras
1242 mukanya yang cantik jelita itu perasaanku toh ikut bergetar
juga, apalagi kaum lelaki."
Sekarang dia semakin beranggapan kalau Tin Cu hoa
berasal dari rumah pelacuran, sudah pasti seorang pelacur
memiliki daya pikat yang luar biasa, sebab dengan begitu hati
kaum pria baru akan terpikat.
Buktinya, Kwan Lok khi sampai terpikat oleh perempuan itu
sangat hebat, sehingga sampai terpukau dan tergila-gila
olehnya. "Hmm!," ia mendengus berat-berat, kemudian berkata
dengan suara sedingin es,"Tiada sesuatu yang perlu
kupertimbangkan lagi, lebih baik matikan saja harapanmu itu."
"Aaai, apakah kau tidak mencintai suamimu"," Tin Cu hoa
berkata samnbil menghela napas panjang, "Kau harus tahu,
jarum ekor lebah dari wilayah Biau merupakan racun paling
keji di dunia ini, dari sepuluh orang yang terkena, delapan
sembilan orang diantaranya mati tak tertolong, oleh karena
aku tak tega membiarkan kau menjanda, maka aku berniat
menambah usianya beberapa tahun lagi, sungguh tak
disangka kau malah acuh tak acuh."
"Hmm..baik betul liangsim mu," jengek Kiau Ngo nio dingin.
"Yaa, karena kita semua adalah kaum wanita," kata Tin Cu
hoa dengan wajah serius, "Aku cukup mengetahui akan
penderitaan dari seorang wanita, aku tak ingin kau dan aku
menjadi sang korban untuk masalah ini, kunasehati diri baikbaik,
soal mau dituruti atau tidak terserah kepada dirimu
sendiri." 1243 Sekali pun dia amat membenci Kwan Lok khi, namun
setelah bertemu dengan Kiau Ngo nio timbul juga rasa lembek
di hati kecilnya, perubahan ini berlangsung sangat aneh, dia
merasa simpatik terhadap musibah serta ketidak beruntungan
Kiau Ngo nio. Sekalipun perempuan ini rada galak bagaimanapun juga
belum pernah merasakan cinta yang sejati, bila di usia
pertengahan dia harus menjanda, sesungguhnya hal ini terlalu
kasihan, apalagi diapun bisa berubah lebih keji, buas dan
berangasan. Dengan sikap yang dingin dan kaku, Kiau Ngo nio berkata:
"Kau anggap suamiku pasti akan mati?"
Benar ! Tin Cu hoa menjawab dengan serius, satu jam
kemudian dia pasti akan rnampus dan aku percaya tiada orang
yang bisa menolong dirinya lagi," Kiau Ngo nio, kau mau
bersedia menuruti perkataanku atau tidak, semuanya terserah
kepadamu sendiri, cuma bila suamimu sudah mati nanti, kau
jangan salahkan aku tak memberitahukan hal ini lebih dulu
kepadamu" Kiau Ngo nio merasakan hatinya bergetar keras, peluh
dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya,
wajahnya telah berubah menjadi hijau membesi, betul watak
perempuan itu kurang baik, bagaimanapun juga dia adalah
istrinya Kwan Lok khi. Maka setelah menyaksikan keadaan tersebut, buru-buru dia
menhampiri Kwan Lok khi dan memandang kearahnya dengan
penuh perasaan kuatir. 1244 "Engkoh Lok, bagaimana keadaanmu"," serunya kemudian
dengan wajah yang sangat gelisah.
Waktu itu Kwan Lok khi sedang menggunakan segenap
tenaga dalamnya untuk mencegah menjalarnya racun dari
jarum ekor lebah tersebut, meskipun dia mendengar ucapan
isterinya namun mustahil baginya untuk bicara, karenanya
diapun hanya membungkam dalam seribu bahasa sambil
diam-diam berusaha mengerahkan tenaganya guna mendesak
keluar racun jarum dalam tubuhnya.
Sambil mendepak kakinya berulang kali, Kiau Ngo nio
berseru dengan gemas: "Tua Bangka celaka, rupanya kau sudah tuli !"
"Enso !," Leng Hong ya yang berada disampingnya segera
berseru sambil tertawa seram, "Saat ini saudara Kwan sedang
bersemedi dan mencapai saat-saat yang paling kritis, dia tak
bisa sembarangan berbicara dalam keadaan begini maka
walau pun kau bertanya sepuluh kalipun belum tentu dia akan
menjawab." "Aaah, aku memang tolol dan pikun masa hanya soal ini
pun tak kuduga." Nampaknya perempuan ini mempunyai kepercayaan besar
terhadap kemampuan ilmu silat suaminya. melihat dia bisa
mengatur napas untuk mengusir racun dalam tubuhnya, se
gera diketahui otehnya bahwa Kwan Lok khi masih memiliki
cukup kekuatan untuk melawan bekerjanya racun tersebut,
diam-diam ia merasa berlega hati.
Namun Tin Cu hoa sama sekali tidak mengendorkan
tekanannya sambil memberikan diri dalam pelukan Li Bun
1245 yang, diliriknya sekejap kearah sana dengan biji matanya yang
jeli. Begitu menyaksikan paras muka Kiau Ngo nio nampak agak
tegang, tahulab dia bahwa perempuan itu mempunyai suatu
pegangan, Maka sambil mendengus dingin serunyna:
"Kiau Ngo nio, bagaimana hasil perundingan kita?"
"Hmm! Anak murid Jit gwa san kami tersebar diseantero
jagad," kata Kiau Ngo nio dingin, "Berbicara soal pengaruh
dan kedudukan masih lebih tangguh dan kuat ketimabng Liu
sah bun mu itu, kau anggap aku akan bersedia untuk
menerima syarat yang kau ajarkan itu dan bersedia
mengurung diri dalam bukit Jit gwa san" Tin Cu hoa, usulmu
itu kurang begitu hebat."
Selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti seluruh
wajah Tin Cu hoa, katanya kemudian.
"Tak perduli apapun yang kau katakana, aku bersikeras
memaksamu untuk menyanggupinya, Kiau Ngo nio kau adalah
seorang yang pintar tak usah memaksaku untuk hanya
berbicara, andaikata kau tetap bersikeras terus bagaimanakah
akibatnya, aku rasa kau pasti akan jauh lebih mengerti
daripada diriku bukan?"
"Apa" Kau berani menggunakan kekerasan"," seru Kian
Ngo nio agak tertegun. Hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Tin Cu
hoa dari tipis kian menebal kemudian menyebar kemanamana,
dari balik matanya mencorong sinar tajam yang
1246 menggidikkan hati, ujarnya kemudian dengan suara yang kaku
dan tegas: "hal ini merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan,
juga merupakan cara terbaik untuk melenyapkan ancaman
bencana di kemudian hari, Kiau Ngo nio, kendatipun aku Tin
Cu hoa adalah seorang perempuan, namun aku memiliki
tindakan yang keji seperti kaum pria, bila kau bersikeras ingin
menyaksikan akhir seperti itu, terpaksa aku memperlihatkan
lebih dulu tindakan yang akan kupakai untuk menghadapi
kalian, cuma setelah kau saksikan nanti, jangan mengatakan
lagi kalau diriku kelewat keji."
Ia bertepuk tangan dua kali, kemudian ujarnya:
"Di sekeliling kuil ini penuh dengan anak buahku yang
melakukan persiapan guna menghadapi pertarungan, begitu
aku bertepuk tangan maka orang-orang yang berada
disekeliling kuil ini akan menyerbu kedalam secara bersamasama
sampai waktunya, heeehee,,hee..untuk menyesal pun
tak sempat." Betul juga, begitu dia selesai bertepuk tangan, dari empat
penjuru segera berkumandang suara gendering yang
dibunyikan bertalu-talu kemudian dari setiap sudut ruangan
bermunculan para jago lihay yang membawa busur otomatis
berpegas tinggi, setiap orang dilengkapi pula dengan pedang,
sementara moncong anak panah tertuju kearah setiap orang
yang berada dalam ruangan.
Kiau Ngo nio dan Leng Hong ya yang menyaksikan kejadian
tersebut menjadi amat terperanjat, dia tak menyangka kalau
Tin Cu hoa begitu lihay, ternyata dia telah persiapkan
pemanah-pemanah jitunya disekitar tempat tersebut dan
mengurung rapat-rapat setiap orang yang masuk kedalam
ruangan tersebut. 1247 Ditinjau dari situasi ini, jelaslah sudah bila Leng Hong ya
dan Kiau Ngo nio berani melakukan sesuatu tindakan, maka
anak panah akan dilepaskan bersama-sama.
Padahal jarak mereka begitu dekat, bila anak panah
tersebut dibidikkan, bagaimanapun lihaynya seseorang,
rasanya bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk
meloloskan diri dari ancaman anak panah tersebut.
Sambil tertawa seram Leng Hong ya segera berseru:
"Pemimpin Tin, hari ini aku orang she Leng betul-betul
terbuka sepasang mataku, tgak kusangka pemimpin Tin bukan
Cuma berbakat bagus, kaupun seorang yang lihay didalam
mengatur siasat perang, cukup ditinjau dari situasi yang
terbentang sekarang, sudah jelas bukan sembarangan orang
yang bisa memikirkannya, cuma Pun hongya agak heran,
dengan cara ini menghadapi keluarga Kwan, apakah kau tidak
seakan-akan membesarkan suatu persoalan kecil."
Tin Cu hoa tertawa getir.
"Setiap orang tahu kalau dia adalah pentolan gembong iblis
di dunia ini, bila Liu sah bun ingin menghadapi pihak keluarga
Kwan, jelas hal ini merupakan tindakan yang tak tahu diri, tapi
untuk membalas dendam sakit hati perguruan kami, hal ini
harus kami lakukan, oleh sebab itu setelah aku pikirkan dan
pertimbangkan masak-masak. Aku rasa hanya dengan cara
inilah kami bisa bertarung mati-matian melawan Kwon tong
keh, mungkin juga akan bertarung sampai titik darah
penghabisan." "Tahukah kau pertarungan semacam ini akan
memusnahkan perguruan Liu sah bun," seru Leng Hong ya
dingin. 1248 "Sudah sejak lama Liu sah bun punah dari muka bumi,
yang muncul dalam dunia persilatan sekarang tak lebih hanya
sedikit asap ditengah api yang telah padam."
"Heeh..heeh..heee..." Semetara itu Leng Hong ya memutar
otak, mulutnya tertawa dingin tiada hentinya.
Rase tua memang bukan manusia sembarangan, begitu
dilihatnya keadaan tidak menguntungkan dirinya, diam-diam
dia menyusun rencana untuk meloloskan diri dari situ.
Akan tetapi dia tak berani menyalahi Kwan Lok khi secara
terang-terangan, karena dia harus menunggu sampai
datangnya kesempatan yang sangat menguntungkan.
Setajam sembilu sorot mata Tin Cu hoa yang memandang
wajah Kiau Ngo nio tegurnya:
"Sekarang, apakah kau masih mempunyai sesuatu usul?"
Jelas maksud dari perkataan itu adalah pihak lawan harus
menerima syarat itu walau enggan untuk menerimanya, dia
seperti ingin menerangkan kepada Kiau Ngo nio bahwa dia
mempunyai pilihan yang lain lagi.
Padahal Kiau Ngo nio bukan lentera yang kehabisan
minyak, setelah menyaksikan siatuasi yang terbentang
didepan mata sekarang, otaknya lantas berputar berusaha
mencari akal untuk mengatasi keadaan tersebut. Mendadak
sebuah ingatan dating melintas didalam benaknya, dia
mempunyai sesuatu rencana, hanya paras mukanya sama
sekali tak berubah, sekulum senyum hambar malah sempat
menghiasi wajahnya. 1249 "Pemimpin Tin, aku Kiau Ngo nio harus mengagumi
dirimu," katanya kemudian, "Dengan menyaksikan ketajaman
lidahmu untuk berbicara, tampaknya manusia yang berhati
sekeras baja pun akan meleleh juga dibuatnya, kau toh
mengerti walaupun aku Kiau Ngo nio masih terhitung
setengah tuan rumah di bukit Jit gwa san, namun dalam
persoalan apapun aku tak bisa mengambil keputusan, lebih
baik persoalan ini dibicarakan setelah si tua Bangka itu bangun
saja akan kucoba untuk merundingkan masalah ini
dengannya, asal dia setuju persoalan apa pun gampang untuk
dibicarakan." Tin Cu hoa tidak takut lawannya sengaja mengulur waktu
maka sahutnya sembari mencibir:
"Baik akan kutunggu."
Diam-diam Kiau Ngo nio memberi tanda kepada Kwan
Hong, dengan penuh pengertian Kwan Hong mengangguk,
keadaan ini sudah jelas sekali, orang-orang keluarga Kwan tak
akan menyerah dengan begitu saja, atau mungkin mereka
masih mempunyai rencana keji lainnya yang hendak
dipergunakan. Cuma lantaran para pemanah jitu dari Liu sah bun
mengawasi mereka secara ketat, maka untuk sesaat mereka
tak berani sembarangan bergerak.
"Tong ! Tong ! Tong !
Mendadak dari kegelapan malam berkumandang suara
tambur yang dibunyikan tertalu-talu, suara tambur yang
rendah seperti Guntur yang membelah bumi, ketika bergema
dalam pendengaran setiap orang, segera terasa memekikkan
telinga. 1250 Paras muka Tin Cu hoa berubah hebat, serunya dengan
cepat: "Komandan Li, apa yang terjadi?"
Li bun yang sendiri pun tak tahu darimana datangnya suara
tambur itu, dia agak tertegun kemudian sahutnya:


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Biar aku pergi menengok !"
Dengan langkah lebar Li Bun yang berjalan menuju
kedepan mendekati It Peng,
Sepanjang jalan dijumpainya para anggota Liu sah bun
menunjukkan sikap yang amat tegang, sorot mata merekapun
bersama-sama ditujukan kearah kawanan jago lihay dari bukit
Jit gwa san. Buru-buru It Peng memburu mendekati sambil berseru:
"Komandan Li, kedua belah pihak sudah hamper
melangsungkan pertarungan !"
"Yaa, tampaknya pihak lawan sudah akan mulai
melancarkan serbuan, kita harus bersikap lebih berhati-hati..."
"Bagaimana keadaan disana"," tanya It Peng sambil
menunjuk orang dalam ruangan.
Li Bun yang tertawa getir.
"Baik sekali, kau tak usah kuatir..."
Setelah melakukan pemeriksaan yang seksama atas
keadaan kedua belah pihak, buru-buru dia membalikkan
1251 badan dan balik kembali ke ruang tengah serta melaporkan
keadaan diluar sana kepada Tin Cu hoa.
Dalam pada itu, Kwan Lok khi yang sudah mengatur napas
sekian waktu, untuk sementara masih berhasil mencegah
racun jarum ekor lebah tersebut tak sampai menjalar ke
tempat lain, namun dia cukup mengetahui sifat dari racun
tersebut dan jarum ekor lebah yang bersarang di tubuh orang
tak gampang dicabut, betul, sekarang dia masih bisa
mengendalikan keadaan lukanya, namun bila waktu sudah
berlangsung lebih jauh, maka nyawanya toh tetap akan
melayang juga. Oleh sebab itu buru-buru dia membuka matanya dan
memandang sekejap ke sekeliling arena.
Kemudian sambil tertawa getir ujarnya kepada Kiau Ngo
nio: "Hujin, kita harus cepat-cepat kembali ke atas gunung."
"Tapi pemimpin Tin tak mau melepaskan kita dengan
begitu saja," seru Kiau Ngo nio dingin, "Tua Bangka celaka,
bukankah antara kau dengan pemimpin besar Tin yang pernah
mempunyai hubungan setubuh denganmu" Lebih baik kau
saja yang membicarakan persoalan ini dengan dirinya..."
Perempuan ini masih saja dicekam perasaan cemburu yang
berkobar-kobar, setiap patah katanya boleh dibilang semuanya
diutarakan dengan nada sengak dan apek, sampai tak sedap
didengar dalam pendengaran orang.
Mendadak paras muka Li Bun yang berubah hebat, serunya
sambil menahan geram: 1252 "Perempuan busuk, kalau ingin berbicara harap sedikitlah
tahu diri..." "Aduh mak...," jerit Kiau Ngo nio, "Komandan kita yang
agung, apa pula sangkut pautnya urusan ini denganmu" Masa
hak untuk berbicara bagi Kiau Ngo nio juga tak ada" Hmm
mulutku memang sudah begini semenjak dilahirkan, siapapun
jangan harap bisa mencampuri.."
Li Bun yang tertawa dingin.
"Nenek yang bawel, jangan toh aku disuruh mengurusi
urusanmu, bicara denganmu pun sudah ogah, asal katakatamu
tak sampai menyinggung orang lain, aku pun tak akan
mengurusi dirimu. Nenek jelek, lebih baik kita membicarakan
satu masalah demi satu masalah, jangan ngebacot melulu
dengan kata yang bukan-bukan sehingga bikin tuli orang lain
saja." "Li Bun yang !," seru Kiau Ngo nio dengan nada sinis, "Kau
jangan mengira setelah menjadi komandannya orang Liu sah
bun maka kau menganggap dirimu luar biasa, padahal yang
betul kedudukanmu itu cuma kepala berandal biasa, Hmmm!
Dengan tampang dan kemampuanmu itu berani mengatai
diriku untuk membersihkan sepatu lo nio pun aku tak sudi,
huuh, memalukan sekali."
Hawa amarah yang membara kontan meledak dalam hati Li
Bun yang, dia adalah seorang lelaki sejati, sudah barang tentu
dia tak akan membiarkan dirinya dihina orang.
Saking gusarnya dia sampai meraung keras, hamper saja
dia hendak melompat bangun.
1253 Masih untung kesadarannya belum hilang, sambil berpaling
kearah Tin Cu hoa katanya kemudian:
"Pemimpin Tin, aku sudah tak dapat menahan diri lagi, bagi
seorang lelaki lebih baik dibunuh daripada dihina, bukan saja
dia telah menghina ku bahkan berani pula menyinggung
kesucianmu, aku harus beradu jiwa dengan nenek jelek ini.."
"Dapatkah kau bersabar sebentar lagi?" kata Tin Cu hoa
dengan wajah sedih. "Tidak bisa aku tak bisa menahan diri lagi," seru Li Bun
yang dengan suara keras, "Karena aku amat mencintaimu,
maka aku tak akan membiarkan siapa pun menghinamu,
pemimpin harap kau mengijinkan hamba untuk berkelahi
dengan perempuan busuk ini.."
"Pergilah," ujar Tin Cu hoa kemudian dengan sedih, "Aku
memang tak bisa menghalangi niatmu itu."
Pelan-pelan Li Bun yang membalikkan tubuhnya, terpancar
sinar terang dari balik wajahnya, ia menggenggam gagang
pedangnya kencang-kencang kemudian melangkah maju
kedepan. Lion Tian im yang menyaksikan kejadian tersebut segera
menggelengkan kepalanya berulangkali, dia merasa kagum
sekali atas kegagahan dan keberanian Li Bun yang menentang
maut. Disaat Li Bun yang berjalan melalui sisi tubuhnya, dia
menepuk-nepuk bahu orang itu sambil berbisik:
"Hadapilah dengan hati-hati, serang sepasang kakinya,
karena disitulah terletak titik kelemahannya !"
1254 Li Bun yang agak tertegun, kemudian balik bertanya:
"Apakah kau sedang memberi petunjuk kepadaku?"
Dia tahu perkataan dari Liong Tian im tersebut
mengandung maksud yang mendalam maka dengan berhatihati
sekali dia mencabut pedangnya, serentetan cahaya tajam
yang menggidikkan hati segera melesat ke tengah udara,
bentaknya keras-keras: "Perempuan busuk, kemari kau !"
"Huuh, terlalu memalukan untuk bertarung melawan
manusia seperti kau, lonio tak mau bertarung melawanmu."
"Jika kau tak berani munculkan diri untuk bertarung
melawanku berarti kau menyatakan bahwa Jit gwat san telah
mengundurkan diri dari dunia persilatan mulai saat ini dan
tidak mencampuri urusan keduniawian lagi, sudah kau dengar
jelas perempuan busuk?" teriak Li Bun yang dengan suara
keras. Kiau Ngo nio tidak menyangka kalau Li Bun yang begitu
lihay bahkan menjebak dengan perkataan.
Kontan saja dia mendengus dingin berat-berat, serunya
kemudian: "Bocah keparat yang tak tahu diri, kau terlalu memandang
hina lonio." Sebagai seorang perempuan yang angkuh, setelah
menyaksikan Li Bun yang menantang di hadapannya sambil
bertolak pinggang, tak bisa dicegah lagi amarahnya segera
1255 berkobar, pelan-pelan dia maju kemuka sambil tertawa dingin
tiada hentinya. "Ibu !" Kwan Hong segera melompat kedepan, "Serahkan
saja babak ini kepada ananda!"
Mendadak Lion Tian im menuding kearah Kwan Hong
sambil membentak nyaring:
"Enyah kau, disini tiada urusanmu lagi."
Kwan Hong terkesiap segulung prasaan tercekat muncul
dari dasar hatinya, bahkan dia sendiripun tak tahu mengapa
setiap kali bersua dengan Lion Tian im dari dalam hatinya
tentu muncul semacam perasaan takut dan seram.
Kini, dia merasa gusar sekali sehingga bibirnya gemetar
akan tetapi perasaan gusarnya itu tak berani diutarakan
keluar, terpaksa dia harus mundur dengan membawa
perasaan mendongkol, sementara dari balik matanya
terpancar keluar sinar mata kebencian.
Walau pun demikian, dia pun tidak rela menunjukkan
kelemahannya dengan begitu saja, segera teriaknya keraskeras:
"Liong Tian im, tunggu saja tanggal mainnya, kita semua
bakal mendapatkan pertunjukan bagus."
Liong Tian im hanya tertawa dingin.
"Urusan dikemudian hari tak usah dibicarakan dulu, yang
penting kau belum mempunyai kesempatan untuk penampilan
pada saat sekarang."
1256 Diam-diam ia memberi tanda kepada Li Bun yang.
Menggunakan kesempatan tersebut, Li Bun yang segera
memutar pedangnya membentuk satu gelombang hawa
serangan di udara, kemudian sambil membentak keras,
sebuah tusukan tiba-tiba dilancarkan.
"Hmmm !" Kiau Ngo nio mendengus dingin berat-berat, mendadak
bayangan tubuhnya melejit ketengah udara, telapak
tangannya digetarkan pelan, dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir dia bacok batang pedang Li Bun yang dengan
telapak tangan kirinya. Saat ini, kendatipun Li Bun yang sedang diliputi amarah
yang berkobar-kobar, namun dia sudah membuat persiapan
secara diam-diam, begitu menyaksikan datangnya bacokan
tersebut tiba-tiba saja pedangnya membentuk satu gerakan
berputar ditengah udara, kali ini dia membabat kaki kanan
Kiau Ngo nio. Tindakan ini dilakukan sesuai dengan peringatan yang
diberikan Liong Tian im kepadanya tadi dan sekarang hendak
dicoba olehnya apakah akan berhasil atau tidak padahal dalam
hati kecilnya dia sama sekali tidak berpegangan.
Siapa tahu begitu serangannya dilancarkan, paras muka
Kiau Ngo nio berubah hebat, dengan ketakutan setengah mati
perempuan itu cepat-cepat mengundurkan diri kebelakang.
Diam-diam Kiau Ngo nio merasa sangat terkejut, serunya
kemudian: 1257 "Tua Bangka celaka, siapa yang memebritahukan
kepadanya kalau kakiku ada penyakitnya?"
Rupanya perempuan berangasan yang kasar lagi bawel ini
pernah menderita sakit parah sewaktu masih kecil dulu, dia
mengidap suatu penyakit yang aneh sekali dan penyakit aneh
itu tumbuh pada sepasang kakinya.
Oleh karena itu setiap kali dia sedang mengerahkan tenaga
untuk menghadapi lawan, sepasang kakinya selalu menjadi
lembek dan lemas seperti tak bertenaga sama sekali.
Itulah sebabnya setiap kali sedang bertarung, dia selalu
berusaha menjaga sepasang kakinya agar titik kelemahan
tersebut tak sampai dilihat musuh.
Sayang sekali walaupun penyaruannya cukup bagus, toh
titik kelemahan tersebut diketahui juga oleh Lion Tian im
sehingga rahasia tersebut disampaikan kepada Li Bun yang
dan menyuruhnya untuk dicoba.
Alhasil serangannya itu berhasil dengan sukses, ternyata
Kiau Ngo nio berhasil dipaksa sehingga berubah hebat paras
mukanya dan mundur dengan ketakutan.
Dengan napas terengah-engah Kwan Lok khi segera
berseru: "Hujin, aku sendiri pun tidak tahu."
Padahal kecuali mereka suami istri berdua yang
mengetahui rahasia mana, bahkan putra mereka sendiri Kwan
Hong pun tidak tahu kalau Kiau Ngo nio mengidap semacam
penyakit aneh tersebut. 1258 Itulah sebabnya begitu serangan dari Li Bun yang
dilancarkan, Kwan Lok khi maupun Kiau Ngo nio menjadi
terkesiap. Sementara itu Li Bun yang yang merasakan semangatnya
bangkit kembali setelah keberhasilannya, sambil memutar
pedangnya dia mendesak lebih kedepan, untuk sesaat Kiau
Ngo nio kena didesak kembali sehingga mundur sejauh
beberapa langkah. Lama kelamaan Kiau Ngo nio dibikin naik pitam juga, tibatiba
dia membentak keras: "Orang she Li, kau jangan kelewat mendesak orang."
Perempuan ini memang cukup keji, ketika dilihatnya Li Bun
yang berhasil mengetahui titik kelemahannya, kontan saja
hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, kelima jari
tangan kirinya dipentangkan lebar-lebar dan hawa serangan
segera memancar kemana-mana.
"Ngo im kui jiau (cakar setan panca angina)"
Semua jago yang hadir diarena hamper semuanya dibikin
tertegun oleh kelihayan ilmu silat Kiau Ngo nio tersebut, siapa
pun tidak menyangka kalau ilmu sakti yang merupakan ilmu
sesat tersebut dimiliki perempuan tersebut.
"Bun yang, cepat mundur, jangan sentuh jari tangannya..."
"Aduuh...!" Sayang sekali keadaan sudah terlambat, Li Bun yang
merasakan sekujur tubuhnya gemetar keras, segulung hawa
serangan yang sangat aneh telah menembusi tubuhnya.
1259 Karena kesakitan dia menjerit ngeri, tiba-tiba pedangnya
terlepas dari cekalan dan rontok ke tanah, sementara
tubuhnya mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.
"Pemimpin !" serunya kemudian penuh penderitaan, "Ilmu
jari perempuan ini sangat beracun."
Menyaksikan tubuh Li Bun yang terkena serangan jari
beracun, Ti Cu hoa merasakan hatinya seolah-olah ditusuk
oleh dua batang pedang yang tajam sekali, saking
menderitanya seluruh tubuhnya sampai gemetar keras.
"Bun yang, cepat kau kerahkan tenaga dalammu untuk
menahan luka tersebut."
Li Bun yang cukup mengetahui betapa gawatnya situasi,
buru-buru dia duduk bersila sambil menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya untuk mencegah racun tersebut
menjalar sampai kemana-mana.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hee...heee...hee..," Kiau Ngo nio tertawa seram,
"Pemimpin Tin, aku lihat kekasihmu ini menderita luka yang
cukup parah." "Dendam ini pasti ada orang yang menuntutnya kembali,"
ucap Tin Cu hoa dingin. "Kiau hujin, kau jangan keburu
merasa bangga, mati hidup kalian masih berada ditanganku,
dengan mengandalkan sedikit kekuatan yang kalian miliki itu
masih belum mampu untuk menembusi tujuh lapis pertahanan
kami." "Hmm ! " Kiau Ngo nio mendengus dingin, "Orang-orangku
sudah siap sedia diluar kuil, asal kuturunkan perintah, mereka
akan menyerbu masuk bersama-sama, pemimpin Tin,
bertahan terus seperti cara sekarang hanya mendatangkan
1260 kerugian bagi kedua belah pihak."
Tin Cu hoa tertawa hambar.
"Benar, kau bisa melihat keadaan situasi disini, hal ini
sudah terhitung lumayan."
"Heeeh...heee..hee..Leng Hong ya mendesis dingin, "Enso,
tampaknya keadaan luka dari Kwan toako telah kambuh
kembali, kita tak bisa mengulur waktu lebih lama lagi, coba
kau lihat keadaan dari Kwan toako."
Kiau Ngo nio sangat terkesiap, dengan cepat dia berpaling,
tampak Kwan Lok khi sedang bermandikan keringat dingin,
wajahnya mengejang keras sekali.
Meski dia merasa benci kepada Kwan Lok khi karena
penyelewengannya, bagaimanapun juga mereka toh masih
tetap merupakan suami istri, maka setelah menyaksikan
keadaannya yang penuh penderitaan, seakan-akan sedang
menghadapi sakaratul maut tersebut, hatinya menjadi tak
tega juga, perasaan gelisah segera menyelimuti seluruh
benaknya. "Tua Bangka celaka, bagaimana perasaanmu sekarang?"
tanyanya kemudian dengan perasaan cemas.
Peluh sebesar butiran kedelai mengucur keluar membasahi
seluruh wajah Kwan Lok khi, saat itu dia sedang berusaha
keras untuk menahan penderitaan didalam tubuhnya,
sepasang giginya saling gemerutukan, matanya membelalak
lebar tanpa cahaya, sahutnya kemudian lirih:
"Hujin, mungkin aku sudah tidak tahan lagi !"
1261 "Tua Bangka celaka, mari kita pulang lebih dulu," kata Kiau
Ngo nio sedih. Pada saat ini dia hanya menguatirkan keselamatan dari
suaminya, sedang mengenai soal lainnya boleh dibilang
memandang hambar, buru-buru dia perintahkan kepada Kwan
Hong untuk menggotong Kwan Lok khi dari atas tanah,
kemudian serunya kepada Leng Hong ya:
"Leng sianseng, harap kau suka membuka jalan.."
"Enso ! Asal kau lebih mengutamakan soal keselamatan
toako, persoalan apapun bisa kita bicarakan !" sahut Leng
Hongya. Pelan-pelan dia maju kedepan, kemudian sambil
memancarkan sinar mata yang dingin menyeramkan, katanya
kepada Tin Cu hoa: "Pemimpin Tin, harap kau suka memberi muka kepada aku
Leng Hongya dengan mengijinkan mereka untuk kembali dulu,
tentang perselisihan antara kalian dua keluarga, kita bicarakan
kembali dikemudian hari saja."
Dengan cepat Tin Cu hoa menggelengkan kepala berulang
kali: "Leng sianseng, siauli tak berani menampik permintaan
sianseng, saying sekali segenap anggota Liu sah bun sudah
cukup lama menantikan saat seperti hari ini, yang kami
harapkan sekarang adalah suatu penyelesaian, apabila siauli
tidak dapat mempertanggungjawabkan diri kepada mereka,
bisa jadi mereka akan menjadi marah dan menyusahkan siauli,
bila sudah sampai begini sudah pasti siauli tak punya muka
lagi untuk menjadi pemimpin mereka,"
1262 "Jadi maksud pemimpin Tin.." Leng Hongya berkerut
kening kencang. "Aku masih tetap dengan ucapanku tadi," ujar Tin Cu hoa
dengan suara tegas, "Asal Jit gwat san bersedia mengasingkan
diri selama satu tahun didalam dunia persilatan, perselisihan
dengan pihak Liu sah bun akan kami anggap selesai, sekalipun
hal ini sebenarnya keenakkan bagi orang she Kwan tersebut,
namun kami bukan manusia yang kelewat tak tahu diri, asal
semua bisa menyetujui, persoalan apa saja bisa kami
lakukan." Persoalan ini boleh dibilang merupakan suatu masalah
besar yang sangat pelik, dengan kedudukan serta nama baik
Jit gwat san dalam dunia persilatan sudah barang tentu
mereka tak akan tunduk kepada Liu sah bun yang sama sekali
tak bernama, apalagi persoalannya sekarang menyangkut
masalah nama dan kedudukan dalam dunia persilatan.
Kiau Ngo nio bukan seorang yang tolol, kalau dia
diharuskan menyanggupi permintaan tersebut, pada
hakekatnya hal ini jauh lebih menyusahkan dirinya daripada
dibunuh, namun kenyataan telah berkembang sampai disitu,
bagaimanapun jua dia harus memberi
pertanggungjawabannya. "Pemimpin Tin, tindakanmu ini sungguh teramat keji !" seru
Kiau Ngo nio dengan penuh kebencian.
Tin Cu hoa segera tertawa dingin.
"Tatkala Kwan toa-tongkeh menghancurkan perguruan Liu
sah bun dulu mengapa kau tidak mengatakan kejam" Tahukah
kau mengapa orang Liu sah bun hidup menanggung aib dan
cemoohan" Kami tak lain hanya berharap suatu ketika pihak
1263 Jit gwat san juga merasakan bagaimana tersiksanya bila
menderita kekalahan."
Sementara itu, Kwan Hong dapat mendengar suara napas
Kwan Lok khi yang makin lama semakin bertambah berat, dia
tahu keselamatan ayahnya sekarang ibarat lentera yang
kehabisan minyak bila tidak diberi pertolongan yang sesuai,
niscaya selembar jiwanya akan melayang meninggalkan
raganya. Dengan gelisah serunya kemudian:
"Ibu, ayah sudah tidak tahan, kabulkan saja
permintaannya" Kiau Ngo nio berpikir sebentar, kemudian sahutnya dengan
penuh penderitaan: "Baiklah, kukabulkan permintaanmu itu, tapi batas
waktunya cuma setahun. Setahun kemudian kami orang-orang
keluarga Kwan akan membalas dendam atas aib dan
penghinaan yang kami terima hari ini."
Sesudah menghela napas dengan sedih, dia melanjutkan:
"Sungguh tak nyana persatuan bukit Jit gwat san yang
termashur dalam dunia persilatan, akhirnya harus hancur
ditangan aku Kiau Ngo nio, coba kalau tidak memandang
diatas wajah si tua bangka tersebut, aku lebih suka bunuh diri
daripada membiarkan orang lain mentertawakan ketidak
becusan aku Kiau Ngo nio."
Tatkala dia terbayang kembali akan kakeknya serta
perjuangan ayahnya sewaktu mendirikan Jit gwat san, tanpa
1264 terasa ia menjadi sedih sekali, sedih atas persetujuan yang dia
berikan kepada pihak lawan.
Dia tahu nama baik Jit gwat san telah hancur, hancur
ditangannya, ia tidak punya wajah untuk
mepertanggungjawabkan diri kepada leluhurnya lagi, sebab
dia sudah memikul dosa sebagai orang yang tak berbakti.
Sementara itu Leng Hongya tertawa seram, setelah
menyaksikan keadaan berkembang menjadi begini dia
memberi tanda kepada Kwan Hong, kemudian bersama-sama
beranjak keluar dari ruang tersebut.
Kiau Ngo nio sendiri melototi sekejap setiap orang yang
hadir dalam ruangan dengan penuh kebencian kemudian dia
baru menggerakkan kakinya dan berlalu dari situ dengan
susah payah. "Berhenti !" Suara bentakan keras menggelegar memecahkan
keheningan, bentakan itu berasal dari Liong Tian im.
Kiau Ngo nio sangat terkesiap, dia segera menghentikan
langkah tubuhnya sambil membentak:
"Hei, mengapa kau berkaok-kaok macam begitu?"
"Kau hendak berlalu dengan begitu saja?" jengek Liong
Tian im dingin. Kiau Ngo nio tertegun, lalu serunya:
"Kalau aku tidak berlalu dengan begini saja, memangnya
harus merangkak keluar?"
1265 Liong Tian im segera tertawa dingin.
"Komandan Li terkena racun Ngo kui im jiau-mu, tanpa
obat pemunahmu tak mungkin jiwanya bisa tertolong, oleh
sebab itu kau harus tinggalkan obat penawarnya lebih dulu
sebelum pergi." Paras muka Kiau Ngo nio berubah hebat:
"Suamiku terkena juga jarum racun ekor lebah, apakah
pemimpin Tin memberi obat pemunah kepadanya" Orang
muda, kau jangan kelewat tak tahu diri, aku orang she Kwan
bukannya jeri kepadamu."
"Masalahnya berbeda," kata Liong Tian im dingin, sekalipun
orang yang terkena jarum ekor lebah sukar ditolong lagi
jiwanya, namun dengan tenaga dalam yang dimiliki Kwan Lok
khi, rasanya bukan suatu pekerjaan yang terlalu sukar untuk
mempertahankan jiwanya, berfbeda sekali dengan cakar
setanmu itu, bila tiada obat penawar racun darimu mungkin
selembar jiwa komandan Li harus diserahkan kepada dirimu."
Saking gusarnya Kiau Ngo nio sampai mendongakkan
kepalanya tertawa keras. "Heeh...heeh...kau anggap aku bakal menyerahkan obat
penawarnya kepadamu?"
Liong Tian im segera mempersiapkan senjata patung Kim
mo sin jinnya, lalu berkata sinis:
"Kau pasti akan memberikannya, sebab keselamatan jiwa
dari suamimu masih berada dalam cengkeraman kami, bila
kau masih juga mengulur-ulur waktu terus, hmmmm...! Sudah
dapat dipastikan tipis sekali harapan suamimu untuk
1266 melanjutkan hidup...oleh karena itu, aku yakin kau tak akan
menggunakan selembar nyawa suamimu sebagai barang
pertaruhan..." "Hmmm !" dengan gemas bercampur geram Kiau Ngo nio
mendengus berat-berat. Kemudian setelah berhenti sejenak,
dia berseru kembali. Mala mini, aku Kiau Ngo nio benar-benar sudah bertemu
setan, kami betul-betul tak mampu berkutik terhadap kalian."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah botol
porselen, kemudian dengan perasaan gemas bercampur
mendongkol, dia melemparkan botol tersebut kearah Tin Cu
hoa. Kemudian setelah melompat sekejap kearah Liong Tian im
dengan penuh kegusaran teriaknya keras-keras:
"Hari ini kami memang dibikin mati kutunya dan harus
menuruti perkataaan kalian semua, namun hal ini bukan
berarti kami sudah menyerah kalah, suatu ketika semua
penghinaan dan aib yang menimpa diri kami ini akan kami
tuntut kembali, tunggu saja sampai tanggal mainnya !"
Selesai berkata, dengan gemas dan penuh kebencian dia
melotot sekali lagi kearah Liong Tian im, kemudian buru-buru
beranjak pergi meninggalkan ruangan.
Bayangan hitam berkelebat lewat dan tahu-tahu sudah
lenyap dibalik kegelapan sana.
Pertikaian dan perselisihan yang berlangsung cukup seru
itupun untuk sementara waktu berakhir.
1267 -------------00000------------
Di tengah langit yang biru dan cerah, hanya bola api
matahari yang bulat memancarkan sinar keemasan menyoroti
seluruh permukaan tanah. Angin lembut berhembus sepoi-sepoi menggoyangkan
dahan dan ranting, daun yang kuning dan layu rontok dan
jatuh ke bumi, wlau pun waktu itu matahari bersinar cerah,
namun suasananya menyerupai musim gugur, bukankah
demikian" Dedaunan hijau kini telah berubah menguning:
"Took, took took.."
Dari jalan kecil di kejauhan sana berkumandang suara
derap kaki kuda yang ramai dibawah sinar matahari, tampak
seorang pemuda yang menunggang seekor kuda pelan-pelan
berjalan mendekat. Ia mendongakkan kepalanya memandang awan di angkasa,
kemudian pikirnya : "Kembali musim gugur yang seram menjelang tiba mulai
hari ini.." Dengan perasaaan kesepian dia mendongakkan kepalanya
memandang jalanan yang terbentang didepan sana, suatu
perasaan getir dan pahit yang amat tiba-tiba muncul dari hati
kecilnya dan memenuhi rongga dadanya yang kosong,
sekulum senyuman tipis penuh kegetiran sempat tersungging
diujung bibirnya. Dalam waktu singkat, terasa ada beberapa sosok bayangan
manusia melintas didalam benaknya, ia seperti terbuai dalam
lamunan. 1268 "Aaai, lupakan saja ! Orang yang pantas dirindukan."
Ia berpekik dan menjerit didalam hati kecilnya.
Kendatipun dia telah berusaha untuk mengendalikan pikiran
dan perasaannya, namun Leng Ning ciu, Bu Siau huan,
bayangan manis dari gadis-gadis itu serasa melekat didalam
benaknya. Ia menghela napas penuh kesepian.
"Manusia memang sangat aneh, makin bertambah usianya
makin banyak pula kemurungan yang mencekam pikirannya,
heran mengapa aku selalu memikirkan persoalan-persoalan
yang memurungkan diriku selama beberapa hari ini" Mengapa
aku tak pernah merasakan kesepian seperti ini dimasa kecil
dulu" Bahkan tak pernah kupikirkan kalau persoalan antara
muda-mudi sesungguhnya penuh dengan kemurungan."


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekulum senyuman getir makin jelas tertera diujung
bibirnya, pikiran yang kalut dan kusut melingkari benaknya,
membuat dia merasa kesepian dan makin bertambah kesal.
"Hmmm..." Suara dengusan rendah dan dingin tiba-tiba berkumandang
dari kejauhan sana, munculnya sangat aneh dan diluar
dugaan, membuat Liong Tian im sangat terperanjat.
Dengan perasaan tercekat dia memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, namun suasana lengang, tiada seorang
manusia pun ditengah jalan raya yang lebar.
Setelah tertegun beberapa saat, akhirnya dia berpikir:
1269 "Sudah jelas suara tertawa itu berasal dari sekitar tempat
ini, tapi aneh mengapa tidak nampak sesosok manusia pun."
Dengan penuh kecurigaan dia melakukan pemeriksaan atas
daerah disekitar sana, mendadak telinganya menangkap suara
derap kaki kuda yang ramai.
Liong Tian im tertegun, lalu tampaklah beberapa orang
penunggang kuda berbaju hitam bergerak mendekati tempat
tersebut. Tampak orang-orang itu semua menggembol pedang
dipunggungnya dengan ikat pinggang yang ketat, dalam
sekilas pandangan saja orang tahu kalau mereka adalah
sekawanan manusia persilatan.
Dalam keadaan begini, dia tak ingin mencari banyak
urusan, maka smbil menundukkan kepalanya dia melanjutkan
perjalanannya dengan cepat, pada hakekatnya sama sekali
tidak memandang sekejap pun terhadap para penunggang
kuda itu. "Heeeh...heeh..heeh...hehh..." orang berbaju hitam yang
berada didepan, seorang lelaki beralis mata tebal, bermata
besar tertawa dingin. Mendadak dia mengulapkan tangannya, para penunggang
kuda yang berada dibelakang tubuhnya serentak
menghentikan perjalanan. Lelaki itu memandang sekejap kearah Lion Tian Im yang
sedang berjalan sambil menundukkan kepalanya, kemdian
menegur: "Hei, bocah keparat, siapa suruh kau melalui jalanan ini?"
1270 Mendengar teguran tersebut, Liong Tian im segera
mengernyitkan alis matanya dan memandang sekejap kearah
lelaki itu dengan pandanga dingin, kemudian dengan amat
santainya melanjutkan perjalanannya dengan kepala
tertunduk. Disaat kuda tunggangannya melalui rombongan orangorang
itu, seperti tak sengaja dia mendengus.
Dengusan tersebut amat lirih dan cuma dia seorang yang
dapat mendengar, akan tetapi hal mana menunjukkan betapa
tak senangnya si anak muda tersebut.
"Hee..he..hee..." kembali lelaki itu tertawa seram dengan
mangkelnya, "Bocah keparat, sudah kau dengar perkataan
toayamu?" Liong Tian im sengaja celingukan kesana kemari, lalu
berkata dengan hambar: "Oooh..rupanya kau yang mengajak toaya berbicara?"
Lelaki bermata besar beralis tebal itu nampak agak
tertegun, dia tak menyangka kalau pemuda tersebut berani
memperolok dirinya. Kontan saja dia berseru lagi sambil mendengus:
"Hmmm, aku Li jiya sedang bertanya kepadamu.."
Tatkala sorot matanya pelan-pelan dialihkan ke bagian
belakang kuda tunggangan Liong Tian im, dia semakin
tertegun lagi, sesungguhnya dia masih ingin mengucapkan
beberapa patah kata lagi, namun berhubung dia menyaksikan
adanya senjata Kim mo sin jin yang maha berat itu, kontan
1271 saja dia telan kembali ucapan tersebut dengan tubuh
menggigil. "Ong Ma cu !" serunya kemudian sambil berpaling, "Coba
kau lihat, bukankah benda itu adalah.."
"Aaah, Kim mo sin jin..Kim mo sin jin," seru Ong Mo cu
dengan paras muka berubah.
Tubuh Li jiya turut gemetar pula menyusul perkataan dari
Ong Ma cu dia membelalakan sepasang matanya lebar-lebar.
Kemudian ditatapnya wajah Liong Tian im dengan perasaan
tercengang dan tidak habis mengerti, satu ingatan mendadak
timbul: "Mungkinkah bocah keparat ini adalah Hiat ci kim mo (Iblis
emas jari berdarah)" Tak mungkin, masa si iblis emas berjari
darah begini muda" Aku orang she Li tak boleh dibohongi oleh
bocah keparat ini.."
Karena timbul kecurigaan tersebut, maka dia lantas
bertanya: "Hei bocah keparat, siapa kau?"
"Seorang pelajar lemah, tuan ada urusan apa mengundang
diriku?" "Hmmm, kalau dilihat dari tampangmu sepertinya bukan
seorang jagoan, bocah keparat. Jalan ini sudah dijadikan
daerah terlarang bagi setiap orang, karena kami khusus
menyewa tempat ini bagi Hiat ci kim mo Liong Tian im
seorang, apakah kau si bocah keparat ini buta dan tidak
melihat tanda yang kami tinggalkan..?"
1272 Liong Tian im merasakan hatinya bergetar keras, dia
mencoba untuk memperhatikan keadaan sekeliling situ, betul
juga dia menyaksikan ada sebatang panji kecil berwarna
terang disisi jalanan. Satu ingatan segera melintas didalam benaknya dengan
cepat dia berpikir: "Siapa pula orang ini?" Memangnya mereka berasal dari Jit
gwat san..?" Berpikir demikian dia pura-pura ketakutan sekali sambil
berseru: "Aku tidak melihat akan tanda itu, entah tongkeh dari
manakah yang berbuat disini?"
Ong Ma cu tidak menjawab, sebaliknya berbisik kepada Li
jiya. "Jiya, coba kau lihat, mungkinkah bocah keparat ini adalah
sasaran yang kita cari?"
"Hmmm...!" Li jiya mengejek dingin, "Bocah rudin ini sma
sekali tidak mirip, orang bilang Hiat ci kim mo tinggi besar,
konon tubuhnya mencapai delapan depa, telapak tangannya
sebesar wajan, coba kau perhatikan bocah muyak itu, dia
masih belum pantas untuk mengusik ketenangan tongkeh kita.
Hmm, Ong Ma cu, kau jangan dibikin pecah nyali olehnya
dengan nama besar kita dalam dunia persilatan, janganlah
ketakutan lebih dulu sebelum ketemu musuh, macam tikus
ketemu kucing saja."
1273 Ong Ma cu yang didamprat oleh Li jiya menjadi naik darah,
dengan cepat ia berpaling lagi kearah Liong Tian im kemudian
sambil menuding senjata Kim mo sin jin tersebut, serunya:
"Bocah keparat, darimana kau dapatkan benda tersebut?"
Dengan suatu lompatan cepat dia melayang turun dari atas
punggung kudanya lalu menyambar senjata patung Kim mo
sin jin tersebut, siapa tahu senjata itu berat sekali dan sukar
diangkat, hal mana membuat hatinya sangat terkesiap,
tubuhnya menjadi sempoyongan dan hamper saja menindih
diatas tubuhnya. Paras muka Ong Ma cu berubah hebat, saking kagetnya
hamper saja cekalannya terlepas, diam-diam dia mendesis:
"Aduh mak beratnya !"
Liong Tian im tertawa terbahak-bahak:
"Haa...haa...haa..Oh toa enghiong, kau menanyakan soal
ini" Kebetulan aku tlewat didepan dusun dan menemukan
benda tersebut diatas tanah, oleh karena kulihat benda ini
memancarlkan sinar emas, aku menduga sudah pasti terbuat
dari emas murni, karenanya kuambil benda itu, yaya berdua !
Asal kalian bersedia melepaskan hamba, bila benda ini sudah
kutukar di took emas nanti, pasti akan kubagi beberapa tahil
perak untuk kalian berdua."
Agaknya Li jiya sama sekali tidak menyangka kalau dengan
mengandalkan tenaga dalam Ong Ma cu yang begitu
sempurna, ternyata ia tak sanggup mengangkat senjataa
patung Kim mo sin jin tersebut, didalam kejutnya dia segera
berseru: 1274 "Bawa pulang benda ini dan hadiahkan kepada tongkeh."
"Eeeh..jangan, jangan kau ambil," buru-buru Lion Tian im
menggoyangkan tangannya berulang kali, sudah cukup lama
siauseng mengembara dimana-mana, dengan susah payah
aku berhasil mendapatkan kepingan emas sebesar itu bahkan
aku bermaksud untuk pulang mencari istri dan hidup gembira,
bila kalian merampas sekarang, bukankah aku akan menggigit
jari"Harap kalian suka membantu, jangan mengincar benda
ini, tahun depan siauseng hendak ikut ujian Negara, bila aku
berhasil lulus sudah pasti siauseng akan memberi
penghargaan untuk kalian berdua..."
"Enyah kau, tak usah banyak cerewet lagi disini..," seru
Ong Ma cu sambil mendorong dada Liong Tian im.
Siapa tahu Liong Tian im sama sekali tidak bergeming,
bahkan teriaknya keras-keras:
"Bagus sekali, kalian hendak main rampas!"
Dengan cepat telapak tangan kanannya diayunkan
ketengah udara, tahu-tahu senjata Kim mo sin jin tersebut
sudah melayang sendiri ketengah udara dan pelan-pelan
terjatuh ketangannya. Demonstrasi kepandaian silat ini, kontan saja membuat
para jago menjadi tertegun, mereka berseru tertahan lalu
mundur kebelakang dengan ketakutan.
Dengan suara agak gemetar, Ong Ma cu segera berseru:
"Aduh mak, dia bisa bermain ilmu sihir!"
1275 Seluruh wajah Li jiya telah basah pula oleh peluh sebesar
kacang kedelai, seluruh wajahnya merah padam dengan takut
bercampur gusar dia mengawasi wajah lawannya tanpa
berkedip, lama kemudian ia baru berseru agak gemetar:
"Pandai amat kau berpura-pura, hamper saja siaute kena
kau kelabuhi, coba kalau kau tidak mendemonstrasikan
kehebatanmu tadi, aku masih tak mengira kau adalah seorang
ahli kenamaan." Liong Tian im tertawa dingin.
"Perkataan Li toaya terlalu serius, dengan sedikit
kemampuan yang kumiliki ini rasanya masih selisih jauh bila
dibandingkan dengan Ong dan li suhu berdua, oleh karena
kalian begitu memandang tinggi siaute, terpaksa akupun harus
berusaha dengan segala kemampuan yang kumiliki."
Pucat pias selembar wajah Li jiya, katanya gemetar:
"Aku hanya seorang prajurit tak bernama,
dengankepandaian yang kau miliki itu tentunya tak akan
sampai menyusahkan diriku bukan" Bila kami tgelah
melakukan kesalahan tangan harap kau jangan terlalu
mempersoalkan." Liong Tian im paling benci dengan manusia rendah yang
mengandalkan kekuatan untuk menganiaya orang lain
semacam ini, mencorong sinar dingin dari balik matanya
setelah mendengar ucapan tersebut, serunya dengan nada
menghina: "Sulit untuk kukatakan, bila kalian tidak mengganggu aku,
akupun tak akan rebut dengan manusia rendah semacam
kalian ini tapi hari ini kalian telah dating mencariku, terpaksa
1276 akupun harus mengeluarkan sedikit kemampuan agar kalian
mengetahui apa artinya cengli yang sebenarnya."
"Hmmm," sesosok bayangan hitam melesat kedepan
bagaikan sambaran kilat dari atas kuda, ia meraung keras
ditengah udara kemudian sambil melancarkan sebuah bacokan
dengan pedang serunya: "Hmm..aku yakin kau si bocah keparat tidak memiliki
seberapa kemampuan, Li jiya , aku akan maju lebih dulu."
Liong Tian im segera mendengus dingin, dengan wajah
sinis dia tidak memandang sekejap matapun terhadap
serangan kilat dari lelaki tersebut, pelan-pelan senjata Kim mo
sin jinnya diayunkan keatas, serentetan hujan darah segera
menyebar kemana-mana. "Uaaak.." ditengah udara berkumandang jeritan ngeri yang
memilukan hati, tubuhnya menyusul percikan darah segar
rontok keatas tanah, daging hancurantulang berserakan
menjadi satu, keadaannya sungguh mengerikan hati.
Sambil tertawa hambar Liong Tian im berkata:
"Inilah contohnya, siapa yang ingin mencoba lagi?"
Hmmmm?" Dibalik perkataan yang dingin dan kaku, sedikitpun tidak
terasa hawa manusia, ketika mengalun disisi telinga setiap
orang, terasa bagaikan martil besar yang menghantam di hati
mereka. Lima enam orang yang tersisa disitu menjadi terperanjat
sehingga berdiri kaku, tak seorang pun yang berani bergerak,
seakan-akan mereka lagi mendengarkan hakim yang
1277 membacakan vonis, saking takutnya sekujur tubuh mereka
sampai gemetar keras. "Orang budiman tak akan mengingat kesalahan orang
rendah, tuan kau boleh lepas tangan bukan?" seru Ong Ma cu
dengan suara bergetar keras.
"Hmmm, perkataanmu memang benar, aku boleh saja
lepas tangan, tapi kemana larinya lagakmu yang sok tadi"
Seandainya aku adalah seorang manusia yang benar-benar tak
mengerti ilmu silat, apakah sekarang kau bersedia melepaskan
aku?" Ong Ma cu hanya merasakan hatinya bergidik, ia merasa
selembar jiwanya seakan-akan sudah hilang sepaaruh, dari
balik matanya segera terpancar sinar mata ketakutan.
"Oooh tuan!" serunya gemetar "Maafkanlah ketidaktahuan
hamba, aku Ong Ma cu hanya mengikuti Li jiya datang
melakukan perondaan, kami mendapat perintah dari tongkeh
kami, jadi sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang
terpaksa." "Siapakah tongkeh kalian ?" tegur Liong Tian im dengan


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara sedingin es. "Tongkeh kami adalah It cu kiam (pedang satu huruf) Yau
Toa hiong dari perguruan Kiam seng bun, berapa hari
berselang mendapat perintah tertulis dari Kiau hujin dari Jit
gwat san yang mewajibkan kami untuk menghalangi jalan
pergimu serta membuatkan perhitungan bagi Jit gwat san."
Ia menyangka kalau Kiau Ngo nio tidak segan menyebar
surat undangan liok lim untuk membalas dendam.
1278 Maka sambil tertawa dingin, serunya kemudian:
"Saat ini Yau tongkeh berada diamana?"
Ong ma cu segera menuding kedepan.
"Tongkeh kami bermarkas di perkampungan keluarga Yau
didepan situ, sekarang semua saudara dari berbagai daerah
sedang menanti kabar berita tentang dirimu, asal sudah ada
kabar tentang kau, maka dia akan memimpin anak buahnya
untuk menelusuri jejakmu."
Liong Tian im mendengus dingin.
"Hmmm, sekarang kalian semua harus turun dari kuda dan
membawa jalan untukku."
Li Jiya dan Ong ma cu saling berpandangan sekejap,
siapapun tak berani menun jukkan perkataan apa-apa, mereka
seakan-akan berubah seperti orang-orangan kayu, dengan
cepat para jagoan itu turun dari kudanya, lalu menanti
hukuman dari Liong Tian im dengan wajah murung dan
masam. Liong Tian im sambil tetap duduk diatas punggung kudanya
memberi tanda dengan ulapan tangan, Li jiya segera maju
kedepan dengan langkah lebar, bahkan kuda tunggangannya
pun ditinggal dengan begitu saja.
Dilihat dari kejauhan keadaan tersebut bagaikan seorang
penggembala yang sedang menggiring sejumlah babi sehingga
pemandangan waktu itu kelihatan amat menggelikan.
Walaupun perjalanan itu tidak termasuk pendek, namun
akhirnya toh sampai juga didepan dusun perkampungan
1279 keluarga yau, sepanjang perjalanan orang-orang pada
memandang kearah Li jiya sekalian dengan pandangan
tercengang, sebaliknya Li jiya dan Ong Ma cu seperti anjing
yang kena digebuk, mereka sama-sama menundukkan
kepalanya dengan lemas dan sama sekali tak bersemangat.
Pada hakekatnya keadaan semacam itu sungguh
memalukan orang-orang perkampungan keluarga Yau.
Ditengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang lelaki
setengah umur bertopi kulit kecil dan mengenakan jubah yang
sangat lebar dia berjalan sambil membawa sebuah sangkar
burung. Sembari berjalan mendekat, ujarnya sambil tertawa seram:
"Lo Li, kau si anak monyet, mengapa lama kian bertambah
tak becus, loya kami toh mengutusmu untuk melihat keadaan,
bukan saja kau tidak segera kembali, mengapa sampai kuda
pun hilang" Kalau perkampungan keluarga Yau harus
memelihara gentong nasi macam kalian bagaimana mungkin
kami bisa menancapkan kaki di dunia persilatan?"
CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 1 - 29 kiriman Bintang 73
Jilid 30-34 Tamat oleh Masroni
Ebook oleh Dewi KZ 1280 Jilid 31 BAGAIKAN penyu buta bertemu kura-kura Li jiya boleh
dibilang tak berani menghembuskan napas panjang, diamdiam
dia melirik sekejap kearah Liong Tian im kemudian
bisiknya: "Oh . . . tuan ku, kau harus membantu kami"
Liong Tian im melirik sekejap ke arah lelaki bertopi aneh
itu, kemudian bisiknya: "Siapakah dia?"
Dengan wajah pucat pias, sahut Li jiya dengan suara
gemetar: "Dia adalah adik misan tongkeh kami, Long Cu Hong."
Long cu Hong adalah seorang berandal di kota itu, dengan
andalkan pengaruh Yu Toa hiong saban hari dia selalu malang
melintang di jalan raya, begitu berjumpa dengan orang yang
tak berkenan dia lantas main pukul, pada hakekatnya
merupakan seorang berandal yang di benci tapi ditakuti setiap
orang. Liong Tian iin segera tertawa dingin:
"Heeeeh heeeh heeeh. Leng cu Hong kemari."
Leng cu Hong belum pernah bertemu dengan Liong Tian Im
menyaksikan si anak muda itu memanggil namanya, ia segera
tertawa terbahak-bahak dengan bangganya, sembari berlari
mendekat dia berseru: "Haha heeeh.. rupanyanya kaupun mengetahui tentang
nama Leng cu Hong " Apakah kau dengar dari muIut piauko
ku " Heeh... heeeh, kepalan aku Long cu Hong pernah
menghajar su hay ciau liong (naga sakti dari empat
samudera), kakiku pernah menendang Lam san mong hou
(harimau ganas dari bukit selatan) setiap jago dan orang
gagah yang berkunjung kemari, mereka selalu
1281 mempersembahkan kartu namanya kepadaku, hmm, hmm,
dari mana kau sobat."
Sesungguhnya orang ini tidak memiliki kemampuan apaapa,
namun selembar bibirnya betar-benar lihay dan tajamnya
bukan kepalang, bertemu dengan siapa saja, ia selalu main
gertak. Tatkata dia menyaksikan Liong Tian-im berada bersama
sama Li Jiya sekalian, dikiranya pemuda itu hanya setara
kepandaiannya dengan orang-orang tersebut, maka dia
sengaja main bentak untuk menunjukkan wibawanya.
Disatu pihak dia main gertak, dilain pihak Li Jiya dan Ong
Ma cu merasa panik sekali, diam diam mereka berdua merasa
amat gelisah pikirnya hampir berbareng:
"Oooh, sauya ku, mau mengibul juga harus melihat orang,
kau tak tahu diri sambil mengigau tak karuan, hati-hati kalau
sampai terbentur batunya."
Dalam pada itu, Liong Tian im berseru:
"Long cu Hong, sudah berapa tahun kau berfoya-foya disini
?" "Hmm, sudah banyak tahun aku berada ditempat ini,
berbicara soal tingkatan aku hanya kalah sejari, berbicara soal
keturunan, aku pun berasal dari keluarga terpandang, bila kau
si bocah keparat juga ingin hidup di sini, paling tidak kau
harus belajar dengan aku Long cu Hong, tanggung kau tak
bakal merasa dirugikan.."
Mendadak Liong Tian im mencengkeram baju Long cu Hong
dan menyeretnya mendekat, kemudian serunya:
"Kau harus merangkak di hadapanku.."
Long Cu Hong nampak tertegun, dia tidak menyangka
kalau pemuda sama sekali tak dikenal ini berani membuka
1282 mulut untuk memaki orang, dia seperti tertegun, kemudian
sambil menuding ke arah Liong Tian im serunya:
"Aaaah, kau ini manusia macam apa " Berani benar
bersikap begitu kurang ajar terhadap toaya..."
Paras muka Liong Tian im menjadi dingin, mendadak
selapis hawa pembunuhan yang menyeramkan menghiasi
seluruh wajahnya, dengan sorot mata berkilat dia mengawasi
wajah Long cu Hong lekat-lekat, kemudian sepatah demi
sepatah serunya: "Bila kau tidak mau merangkak seperti apa yang
kuperintahkan, jangan salahkan jika aku tak akan bersikap
sungkan-sungkan lagi terhadap dirimu.."
Sejak terjun ke dunia persilatan, belum pernah Long cu
Hong menjumpai peristiwa yang begitu menggidikkan hati
seperti hari ini, diam-diam ia merasa terkesiap muncul setitik
perasaan takut di dalam hatinya tanpa terasa dia maju
beberapa langkah sementara keangkuhan dan sikap
sombongnya hilang lenyap entah ke mana.
"Mau apa kau ?" serunya kemudian dengan suara gemetar.
Liong Tian Im mencengkeram tubuhnya lalu
mengangkatnya ke tengah udara, serunya.
"Aku menghendaki selembar jiwanya.."
Leng cu Hong menjadi terperanjat dan ketakutan setengah
mati, teriaknya keras-keras:
"Lepas tangan, lepaskan aku, bila ada persoalan mari kita
bicarakan secara baik baik, tongkeh dari perkampungan
keluarga Yau adalah kakak misanku, bila kau membunuhku
maka piauko ku akan mencarimu, sobat aku lihat kau pun
bukan seorang jagoan pembunuh yang lihay, mengapa tidak
kau lepaskan diriku untuk kali ini. ."
1283 Dihari hari biasa dia hanya tahu menganiaya rakyat kecil
yang jujur, bila bertemu dengan jagoan sesungguhnya, tentu
saja mati kutu nya sama sekali.
Kini dengan wajah murung dan kuatir dia berkaok-kaok
ditengah udara, pada hakekatnya perbuatannya itu hanya
akan memalukan orang-orang perkampungan keluarga Yau
saja. Liong Tian im segera menurunkan kembali tubuh Long cu
Hong diatas tanah, kemudian ujarnya:
"Sekarang, bawa aku menjumpai kakak misanmu, hmmm. .
tampaknya kau selalu menganiaya orang baik dihari-hari biasa
dan tak pernah melakukan suatu pekerjaan baik pun,
sekarang kuperintahkan kepadamu untuk setiap satu langkah
berlutut satu kali, kau harus berlutut sampai dihadapan piauko
mu..." "Tapi..." seru Long cu Hong gemetar.
"Tak usah banyak bicara" tukas Liong Tian im sambil
membentak, "hati-hati kalau aku sampai membacok mampus
dirimu..." Menyusul ayunan tangannya, segulung angin pukulan yang
sangat kuat segera berhembus lewat dan menghajar diatas
sebuah batu cadas besar ditepi jalan.
"Blamm...!" diiringi suara ledakan keras, batu tersebut
terhajar hancur sehingga menjadi berkeping keping dan
muncrat keempat penjuru. "Tong cu Hong menjadi amat terperanjat dia sama sekali
tidak menyangka kalau musuhnya memiliki tenaga dalam yang
begitu sempurna tanpa terasa pikirnya dihati.
"Aduh mak, aku benar-benar telah berjumpa dengan
jagoan lihay !" 1284 Saking takutnya seluruh tubuh terasa menjadi lemas, dia
jatuh berlutut keatas tanah dan berteriak keras.
"Ooh Thian kau jangan membacokku, hamba akan segera
berlutut..." Pada saat ini dia hanya tahu mempertahankan selembar
jiwanya, dalam keadaan demikian tentu saja dia tak ambil
perduli terhadap gaya dan gerak geriknya dimasa lalu..
Betul juga, setiap selangkah berjalan dia lantas
menjatuhkan diri berlutut sekali.
Oleh karena orang ini banyak menyalahi orang dihari-hari
biasa dan lagi dibenci banyak orang, maka tatkala para
penduduk kampung menyaksikan keadaan dari Long cu Hong
tersebut hampir semuanya lantas berhenti sambil maju
menonton, diam-diam mereka kegelian, tak seorang manusia
pun yang kasihan terhadap orang ini.
Walaupun perkampungan keluarga Yau hanya sebuah kota
kecil namun jalan raya disitu amat banyak, toko pun tersebar
dimana mana, apalagi waktu itu tepat disaat orang berbelanja,
orang yang berlalu ladang banyak sekali.
Banyak diantara mereka yang datang untuk menyaksikan
keadaan Long cu Hong yang mengenaskan itu.
Sementara itu Long cu Hong yang mesti berlutut sekali tiap
maju selangkah, kini tulang lututnya sudah terasa sakit dan
linu hingga merasuk ke dalam tulang, darah membasahi
tubuhnya sedang mulutnya merintih kesakitan namun dia tak
berani berhenti, terpaksa selangkah demi selangkah maju
terus menuju ke pusat kota.
Akhirnya sampai juga mereka di depan sebuah gedung
besar, di depan gedung tumbuh sebatang pohon kui, empat
penjuru tampak ada enam tujuh belas ekor kuda tertambat di
situ, empat orang lelaki berpedang menjaga di pintu gerbang.
1285 Tatkala ke empat lelaki itu menyaksikan keadaan Long cu
Hong yang mengenaskan dimana setiap kali maju selangkah
lantas berlutut sekali, mereka kelihatan tertegun lalu
memandang ke arah Liong Tian im dengan pandangan
tercengang. Dengan penuh penderitaan Long cu Hong segera berseru:
"Cepat laporkan kepada toaya, hari ini kita orang-orang
perkampungan keluarga Yau telah bertemu dengan..."
Ke empat orang lelaki tersebut nampaknya sudah
merasakan keadaan yang tak beres, seorang diantaranya
segera Iari masuk ke dalam untuk memberi laporan.
Liong Tian im dengan pandangan sedingin es tetap duduk
duduk diatas kudanya sambil mengawasi kawanan gentong
nasi tersebut. Pelan-pelan dia mendongakkan kepalanya memandang
awan di langit, terhadap kejadian yg sedang berlangsung
dihadapannya dia bersikap seolah-olah tidak merasa,
sementara berbagai ingatan berkecamuk di dalam benaknya,
dia sedang berusaha untuk mencari akal bagaimana caranya
menghadapi keadaan seperti hari ini.
Dia tahu besar kemungkinannya Yau Toa-hiong mempunyai
hubungan khusus dengan pihak Jit gwat san, itu berarti dia
bukan seorang manusia sembarangan paling tidak dia harus
membuat persiapan seperlunya ..
Tatkala sorot matanya melirik sekejap kearah Long cu Hong
yang sedang berlutut diatas tanah, tanpa terasa terpancar
juga sikap memandang hinanya terhadap manusia rendah
tersebut. Biasanya manusia semacam ini akan membanggakan diri
mengunggulkan diri bahkan menyombongkan diri dihadapan
orang banyak, tapi setelah penderitaan dan kesulitan
1286 berdatangan dia pun menampilkan sikap patut dikasihani yang
mengenaskan.

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beginilah keadaan yang sesungguhnya dari Long cu Hong,
penampilan semacam itu tampaknya tidak mirip dengan
penampilan dari seorang manusia...
Dari balik gedung bergema suara langkah kaki manusia
yang berat, tak selang berapa saat kemudian muncul empat
lima orang lelaki berbaju hijau dari balik gedung tersebut,
orang-orang itu berjalan keluar mengiringi seorang lelaki
gemuk yang berwajah merah bercahaya.
Bagaikan bertemu dengan bintang penolongnya, segera
Long cu Hong merangkak maju beberapa langkah sembari
berseru. "Tio ya, aku Long cu betul-betul sudah dipencundangi
orang...!" Lelaki gemuk berwajah merah itu mengernyitkan alis
matanya sambil menunjukkan wajah memandang hina, dia
hanya mengiakan pelan lalu mengalihkan sorot matanya yang
setajam sembilu itu ke atas tubuh Liong Tian im. Setelah
memperhatikannya sekejap, dia pun menegur.
"Saudara, siapa namamu?"
Dari sikap tenang, dingin dan mantap dari si lelaki gemuk
she Tio tersebut, terutama ketenangannya menghadapi situasi
yang terbentang didepan mata, Liong Tian im segera sadar
bahwa ia telah berjumpa dengan seorang musuh tangguh.
Sahutnya kemudian sambil tertawa dingin "Aku she Liong,
Tio ya nama besarmu adalah..."
Lelaki gemuk itu tercekat, wajahnya yang memereh
kelihatan sedikit mengejang keras, jelas dia sudah mengetahui
siapa lawannya sekarang, terutama sekali huruf "Liong"
tersebut melambangkan apa" Hanya dia seorang yang
mengerti. 1287 Sekulum senyuman paksa segera tersungging diujung
bibirnya, dia berkata: "Tak kusangka Liong ya yang muncul disini, aku Tio Hok
toan minta maaf bila kurang hormat."
Liong Tian im sendiripun merasakan dadanya seakan akan
dihantam oleh martil yang sangat berat, diam-diam hatinya
amat terkesiap, mimpipun dia tak menyangka kalau lelaki
gemuk berwajah merah itu tak lain adalah jago lihay dari
partai Liu lm pay yang disebut orang sebagai Pat luang sin
kiam (Pedang sakti pat huang) Tio Hok toan.
Konon dengan kepandaian pedangnya yang lihay, dia
pernah membunuh mampus sepuluh orang jagoan yang
tangguh dan mengobrak abrik bukit Thian san, dia terhitung
seorang jago pedang termashyur dimasa lampau.
Dengan wajah serius Liong Tian im segera berkata:
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa, rupanya Pat huang
sin kiam..." Dengan pandangan dingin Pat huang sin kiam Tio Hok toan
melirik sekejap ke arah Long cu hong serta Li Jiya sekalian,
kemudian setelah memperlihatkan suatu perubahan mimik
muka yaag aneh dia menjura seraya berkata:
"Liong ya, terima kasih banyak kuucapkan karena kau
bersedia memberi pelajaran kepada kawanan cecunguk
tersebut, sekarang harap kau sudi memandang di wajah siaute
dengan melepaskan mereka semua.."
Sekalipun dia mengutarakan kata kata yang penuh rasa
sungkan, padahal dibalik kesungkanan tersebut terselip nada
permusuhan yang penuh dengan amarah.
Liong Tian im bukan orang bodoh, sudah barang tentu dia
dapat mendengar nada tersebut, diam-diam pikirnya:
1288 "Lihay amat orang ini !" Namun dengan wajah sama sekali
tak berubah, segera dia menyahut:
"Terserah pada keputusan saudara Tio..."
Dengan wajah sedingin es Tio Hok toan berkata lagi kepada
Long cu Hong: "Liong ya telah melepaskan kalian semua, mengapa kalian
tidak segera enyah dari sini?"
Di saat Long cu Hong sekalian melarikan diri terbirit-birit
kedalam gedung. Pat huang sin kiam Tiok Hok toan telah
berkata lagi kepada Liong Tian im sambil tertawa.
"Saudara Liong silahkan duduk didalam, Yau sianseng telah
meminta kepada siaute untuk mewakilinya."
"Hmm! sungguh besar amat lagak Yau tong keh..." Liong
Tian im mendengus berat-berat.
Diatas wajah Pat huang sin kiam Tio Hok-toan segera
tersungging kembali sekulum senyuman yang dingin dan kaku,
dia berlagak seolah-olah tidak mendengar perkataan tersebut,
sambil membalikkan badan dan menuju ke ruang gedung,
kembali katanya: "Aku akan membawa saudara Liong menuju kedalam."
Liong Tian im memandang sekejap jago lihay yang
bertubuh tegap itu, mendadak timbul perasaan tercekat
dihatinya, dia tertawa hambar, kemudian mengikuti Tio Hok
toan menuju kedalam. Sesudah melewati sebuah serambi panjang, di depan sana
muncul sebuah kebun bunga yang sangat besar, ketika angin
berhembus lewat terendus bau harum yang semerbak.
Liong Tian im hanya merasakan pikirannya menjadi jernih,
dia menghembuskan napas panjang-panjang.
1289 Sebuah jalan kecil beralaskan batu kecil terbentang menuju
ke belakang sebuah gunung-gunungan, sebuah bangunan
berloteng di bangun disisi gunung-gunungan tersebut.
Di depan bangunan loteng itu, terpasang pula sebuah
papan nama yang bertuliskan tiga huruf besar dari emas:
"ENG HlOMG HWEE"
Mendadak dari balik gunung gunungan itu melompat keluar
seorang bocah perempuan berbaju hijau yang membawa
sebilah pedang terhunus, dengan cepat gadis cilik itu
menghadang jalan pergi Liong Tian im.
"Siau hong, mau apa kau?" Tie Hok toan segera menegur
dengan suara lembut. Dengan sepasang matanya yang bulat besar gadis cilik
berkuncir dua ini menatap wajah Liong Tian im lekat-lekat
sembari mencibir sahutnya:
"Empek Tio, bukan orang ini adalah manusia yang telah
menganiaya orang orang keluarga Yau kita?"
"Huuui! Anak kecil jangan sembarangan berbicara, ayo
cepat menyingkir" bentak Tio Hok toan cepat.
Gadis cilik itu kembali cemberut, katanya: "Tidak, aku harus
melihat dulu manusia macam apakah yang berani menghina
orang orang kita, empek Tio, kau jangan turut campur, aku
Yau Siau hong harus memberi pelajaran lebih dulu
kepadanya." Gacis cilik ini hanya berusia delapan sembilan tahunan
namun caranya berbicara seperti orang persilatan saja, meski
kekanak-kanakan namun nadanya mantap dan berat.
Pat huang sin kiam Tio Hok toan segera tertawa terbahakbahak:
"Haaahh...haaah, kau sibocah yang kelewat tak tahu diri."
1290 Namun dia sama sekali tidak berniat untuk menghalangi
niat gadis cilik itu. Meski Yau Siau hong polos dan lincah, namun ia cukup
tenang dan tak takut urusan, walaupun usianya masih sangat
muda, sembari menggetarkan pedangnya dia berseru:
"Hei beranikah kau bertarung melawan diriku?"
Liong Tian im tertawa terbahak-bahak:
"Haahh...haaahh...adik kecil, aku tak akan bertarung
melawan mu." "Hai, kau jangan menganggap aku masih kecil,
sesungguhnya kepandaian yang kumiliki tidak sedikit, bila kau
tak berani bertarung melawanku silahkan angkat kaki dan
enyah dari sini sekarang juga, kami orang-orang dari
perkampungan keluarga Yau tidak senang menyambut
kedatanganmu." Ucapan ini tidak bisa ditanggapi dengan begitu saja, sudah
jelas bocah perempuan ini berniat untuk memperolok-olok
Liong Tian im. Dengan pandangan tak senang Liong Tian im melirik
sekejap ke arah Tio Hok toan kemudian tegurnya.
"Saudara Tio, aku lihat lebih baik kau sendiri saja!"
Tio Hok toan tak berani saling bertatapan muka dengan
pihak lawan, buru-buru dia melengos ke arah lain, seakanakan
dia memang sengaja hendak membuat malu Liong Tian
im. "Silahkan saudara Liong memberi pelajaran kepada bocah
ini.." Liong Tian im agak tertegun.
"Saudara Tio!" serunya dengan cepat, "apakah perbuatan
semacam ini tidak kelewat batas."
1291 Yau Siau hong segera menggetarkan pedangnya sembari
melancarkan bacokan, dia membentak nyaring:
"Siapa bilang kelewat batas atau tidak kelewat batas" Kau
telah menghina dan mempermainkan orangku, apakah
sekarang kami pun tak boleh memperolok-olok dirimu?"
Cahaya pedangnya bergetar diudara dan membias ke
mana-mana, nampaknya dia berniat untuk turun tangan.
Liong Tian-im sama sekali tidak menyangka kalau
kepandaian silat yang dimiliki bocah itu sudah mencapai
tingkat yang tinggi, dalam kejutnya cepat-cepat tubuhnya
mengegos ke-samping, lalu serunya dengan suara lantang:
"Adik kecil, lebih baik kau bermain di dalam sana, hati-hati
kalau sedang memegang pedang."
Pada saat ini dia berusaha keras untuk menekan hawa
amarahnya didalam dada, dengan gerakan jang aneh, tahutahu
ia telah berhasil mencengkeram pedang ditangan Yau
Siau hong tersebut kemudian ujarnya lagi:
"Adik cilik, kepandaian mu cukup lain kali mesti banyak
berlatih lagi" Paras muka Yau Siau hong berubah hebat, paras mukanya
segera menjadi pucat pias, dia sama sekali tidak menyangka
kalau ayunan tangan yang begitu ringan telah berhasil
mencengkeram tangannya ...
Saking malunya dia membalikkan badan dan segera kabur
meninggalkan tempat itu, sekejap mata kemudian bayangan
tubuhnya sudah lenyap dibalik kebun sana.
"Hehehh... dari balik gedung berloteng itu berkumandang
suara jengekan dingin. "benar-benar suatu kepandaian yang
sangat lihay saudara Tio, tamu agung telah datang mengapa
kau tidak segera mempersilahkannya masuk?"
1292 Suara tertawa rendah yang berat itu segera diikuti suara
pekikan panjangnya yang amat nyaring, begitu kerasnya suata
tersebut membuat pendengaran Liong Tian im menjadi
mendengung keras, diam-diam ia terkejut atas kesempurnaan
tenaga dalam lawannya. penilaian dan pandangannya
terhadap Yau Toa hiong pun segera ikut berubah.
Sambil tertawa hambar Pat huang sin kiam Tio Hok toan
berkata lagi: "Saudara Liong, silahkan duduk didalam..." Liong Tian im
tertawa dingin, bersama Pat huang sin kiam Tio Hok toan
mereka berjalan menuju kedalam bangunan loteng tersebut.
Lamat-lamat setitik bunga api muncul dari ruangan,
dibawah cahaya api tersebut tampak seorang lelaki setengah
umur yang mengenakan jubah berwarna biru berdiri angker
disitu. Begitu menyaksikan Long Tian im melangkah masuk
kedalam ruangan, buru-buru dia maju kedepan sambil
berseru: "Saudara Liong, silahkan masuk, siaute Yau Toa hiong
minta maaf bila tak dapat menyambut kedatanganmu dari
depan." "Aah, mana. mana, Yau tongkeh terlampau merendah..."
sahut Liong Tian im hambar.
Yau Toa hiong bisa menjadi pemimpin dunia persilatan di
wilayah tersebut, boleh dibilang keberhasilannya itu dicapai
bukan secara gampang, bukan saja tergantung pada
kemampuannya, selain itu dia memiliki pula sepasang mata
yang tajam. Barang siapa pernah munculkan diri sekejap saja
dihadapannya, maka ia sudah dapat menilai orang itu sampai
delapan sembilan bagian,.
1293 Kini, begitu ia bersua muka dengan Liong Tian im, sadarlah
dia kalau sudah bertemu dengan musuh tangguh, meski tidak
sampai diutarakan keluar, namun dalam hati kecilnya sudah
mempunyai perhitungan. Sambil tertawa terbahak-bahak dia lantas berseru:
"Haah..haaahh..saudara Liong, terus terang saja keadaanku
ibarat: Mendengar suara orang menuruni tangga, namun tak
nampak orangnya nongol. Beberapa kali aku ingin terjun
kedunia persilatan untuk berjumpa dengan dirimu, apa mau
dibilang tidak mempunyai kesempatan tersebut, kali ini...
Heeeh... heeeeh... heehheehh... ternyata kau telah
berkunjung sendiri kemari haahhaah... boleh dibilang
kedatanganmu ini amat memenuhi seleraku!"
"Oooh.... perkampungan keluarga Yau merupakan seorang
pemimpin suatu wilayah, aku bisa berkesempatan untuk
bertemu dengan dirimu, hal ini boleh di bilang merupakan
rejeki ku, cuma kali ini, sewaktu siaute lewat disini terus
terang saja aku ada beberapa patah kata kritikan hendak
kusampaikan kepadamu, harap kau jangan marah."
Yau Toa hiong nampak tertegun, kemudian serunya:
"Silahkan kau utarakan, siaute akan mendengarkannya
dengan penuh perhatian !"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Liong Tian im,
sepatah kata demi sepatah kata serunya:
"Kau harus mampus..."
Paras muka Yau Toa hiong mengejang keras. Senyuman
yang semula menghiasi wajahnya kini lenyap tak berbekas,
sudah jelas ucapan tersebut menempati posisi yang amat
hebat di dalam hatinya, tampaknya dia seperti tak pernah
menduga bila Liong Tian im bakal mengucapkan kata-kata
yang begitu menusuk pendengaran.
1294 Sesudah tertegun beberapa saat, mendadak ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak suara


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawanya begitu keras dan memekikkan telinga, bahkan
dibalik gelak tertawa mana tarselip suara raungan marah yang
membara, seolah-olah binatang liar yang menderita luka parah
saja. Kemudian setelah berhenti tertawa dia berkata.
Bagus bagus sekali, perkataanmu itu memang amat tak
sedap didengar, saudara Liong mari kita meneguk secawan
lebih dulu kemudian siaute baru ingin bertanya kepada
saudara, mengapa aku harus mampus, paling tidak kau harus
memberi keterangan yang sejelas-jelasnya agar siaute pun
bisa mati dengan jelas pula ..."
"Tentu saja" kata Liong Tian im sambil tertawa dingin,
"sampai waktunya aku berharap kau jangan menjadi marah..."
Yau Toa hioog segera bertepuk tangan satu kali sembari
berseru: "Hidangkan arak !"
"Baik" dari belakang ruangan terdengar seseorang
menyahut, kemudian pelan-pelan muncul dua orang dayang
berbaju merah dengan gerak-gerik yang luwes dan cekatan
mereka menghidangkan arak ke atas meja, kemudian diam
diam mengundurkan diri dari tempat tersebut.
Yau Toa hiong segera mempersilahkan tamunya masuk,
bersama Liong Tian im mereka duduk berjajar, ia memenuhi
cawan dengan arak, dan sambil mengangkat cawannya sambil
tertawa keras, serunya: "Saudara Liong inilah arak perjumpaan kita Kan pai...!"
Orang ini benar-benar bersikap supel begitu selesai berkata
dia segera meneguk habis araknya lebih dulu.
Liong Tian im segera menegok habis pula isi cawannya.
1295 Dengan cepat Tio Hok-toan memenuhi kembali cawan
mereka, dan ke tiga orang itupun menghabiskan lagi isi
cawannya, keadaan tersebut bagaikan teman lama yang
sudah lama tak bersua, kini telah berkumpul kembali,
sedikitpun tidak mirip dengan musuh tangguh yang saling
berhadapan muka. Padahal dalam hati kecil masing-masing mempunyai
perhitungannya sendiri-sendiri...
Sikap Yau Toa hiong pada malam ini sedikit agak luar biasa,
tanpa maksud tujuan tertentu dia meneguk araknya berulang
kali. Setelah terpengaruh arak tujuh delapan bagian dan merasa
sedikit kurang beres, dia baru membuang cawannya ke tanah
hingga hancur berantakan, serunya terkekeh-kekeh sembari
menepuk bahu Liong Tian im:
"Saudara Liong, coba kau terangkan apa sebabnya siaute
harus mati" Cuma kau harus berhati-hati kalau berbicara,
sebab walaupun aku Yau Toa hiong adalah seorang manusia,
namun kadangkala bisa melakukan perbuatan yang tidak mirip
perbuatan manusia..."
"Mengapa" Yau tongkeh, memangnya kau anggap dirimu
sebagai seorang manusia.?" seru Liong Tian im dingin.
Yau Toa hiong tertegun, kemudian serunya sambil tertawa
seram. "Lebih baik jangan gusar lebih dulu, kau masih belum
memberitahukan kepadaku apa sebabnya aku pantas untuk
mati?" Sambil tertawa dingin, Liong Tian im berseru:
"Kau mendapat perintah siapa untuk menyusahkan diriku?"
Yau Toa hiong termenung sambil berpikir sebentar,
kemudian sahutnya cepat: 1296 "Dari Kiau Ngo nio! saudara Liong, kau tak usah keheranan
mengapa aku Yau Toa hiong bisa menuruti perintahnya, terus
terang saja anggota kaum iblis tersebar diseantero jagad,
lagipula antara aku orang the Yau dengan Kiau Ngo nio juga
mempunyai persetujuan kerjasama dalam menghadapi
serbuan musuh luar, oleh karena saudara Liong telah
menyalahi nyonya tauke kami, hal ini sama artinya dengan
kau telah menyalahi Yau Toa hiong..."
Liong Tian im mendengus dingin.
"Hmm. itulah sebabnya sudah kukatakan tadi, kau harus
mampus karena kau bersedia melaksanakan perintah..."
"Heeeh... heeeh... heeeh..." Yau Toa hiong tertawa seram,
"saudara Liong, aku tak bisa tidak harus mengagumi akan
keberanianmu, aku pun mau tak mau harus menghormati
kesetiaan kawanmu, tapi sayang walaupun kau memiliki
kepandaian silat yang melebihi orang lain, toh mustahil bisa
memusuhi semua orang yang berada di kolong langit,
bagaimanapun juga kau toh bakal mati juga diujung senjata
orang lain, mengerti " Musuh banyak kepandaian jauh lebih
ampun daripada dirimu, hanya saja mereka belum berhasil
menemukan dirimu..."
Liong Tian im tertawa hambar.
"Itu mah urusan dikemudian hari, Yau tongkeh kau bukan
seorang yang pintar, bila kau mengerti akan kenyataan maka
kau tak akan mempersiapkan situasi seperti hari ini.."
Baik Yau Toa hiong maupun Pat huang sin kiam Tio Hok
toan sama-sama dibikin tertegun, mereka tak bisa menduga
apa maksud dibalik perkataan dari Liong Tian im itu.
Pat huang sin kiam Tio Hok toan segera melompat bangun,
kemudian serunya: "Arak telah habis diminum, rasanya kinilah saatnya bagi
kita untuk membicarakan persoalan kita."
1297 "Aaah, buat apa kau mesti terburu-buru?" seru Yau Toa
hiong sembari menggeleng, "kalau toh sobat kental sudah
datang, itu tak boleh membiarkan mereka kecewa, saudara
Tio bila arak bertemu sobat karib, seribu cawanpun terasa
kurang, kau harus menghormati saudara Liong dengan arak
lebih dulu..." Pada saat itulah, seorang lelaki kekar muncul dari ruangan
kemudian berseru. "Majikan Ciong Ping mohon bertemu.."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Yau Toa hiong yang
berapi-api, alis matanya yang tebal berkernyit, lalu sambil
tertawa terbahak-bahak serunya:
"Cepat benar berita mereka, suruh dia masuk kedalam..."
Tak selang berapa saat kemudian tampak seorang kakek
kurus yang menggembol pedang berjalan masuk ke dalam
ruangan, sinar matanya tajam bagaikan kilat, langkah kakinya
tegap dan mantap wajahnya sedingin salju, ia memandang
sekejap ke atas wajah Liong Tian im dengan hambar
kemudian katanya dingin. "Saudara Yau siaute datang tanpa diundang..."
Yau Toa hoang tertawa terkekeh kekeh.
"Heeehh... heeeeh... sebenarnya aku bermaksud untuk
pergi mengundang tak disangka saudara Ciang telah datang
duluan, haaahh... haahh... saudara Ciang tentunya Kiau ngo
nio-nio telah meninggalkan sesuatu pesan bukan."
"Aku mendapat perintah dari Kiau Ngo nio untuk
berbincang-bincang dengan Liong Tian im..." sahut Ciang
Peng. Liong Tian im mendengar ucapan mana segera berseru
ketus: 1298 "Oh, rupanya Cian sianseng datang untuk mencariku" Kita
adalah manusia yang suka berterus terang bila ingin memberi
pelajaran, aku Liong Tian im tak bakal membuatmu menjadi
kecewa." "Heehh... heeeh," Ciang Peng tertawa seram "saudara
Liong benar-benar pandai berbicara, kali ini aku Ciang Peng
jauh-jauh datang kemari adalah mendapat perintah untuk
memenggal batok kepalamu saudara Liong, kau tak akan
membuat siaute merasa kecewa bukan?"
Liong Tian im tidak menyangka kalau Ciang Peng berani
bicara begitu tekebur, darah panas didalam dadanya kontan
saja berkobar keras, ia merasa amarahnya meluap sampai di
ujung rambut sembari menarik muka dan tertawa seram,
serunya: "Saudara Ciang, asal kau mempunyai kepandaian, setiap
saat batok kepalaku ini akan kupersembahkan kepadamu,
hanya masalahnya sekarang mampukah saudara Ciang untuk
melaksanakannya," Ciang Peng segera menggerakkan sepasang tangannya
dengan cepat. "Criiing!" diantara kilatan cahaya tajam yang menyilaukan
mata, tahu-tahu pedangnya sudah diloloskan keluar, ketika
senjata tersebut digetarkan, maka terdengarlah suara
dengungan yang memekikkan telinga.
Dengan wajah sedingin es, serunya kemudian: "Kalau
begitu mari kita buktikan dengan kekerasan."
Liong Tian im mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaaah... haaah... haaah Kiau Ngo nio melanggar
perkataan sendiri, ia berjanji akan mengurung diri selama
setahun dibukit jit gwat san nya tanpa menginjakkan kakinya
kembali dalam dnnia persilatan, siapa tahu manusia yang
1299 menganggap dirinya sebagai pentolan kaum sesat itu hanya
dapatnya mengingkari janji, huuuh..."
"Ngaco belo..." teriak Ciang Pang sambil melotot,
"walaupun Kiau Ngo nio berjanji tak akan meninggalkan Jit
gwat san dalam setahun mendatang, namun dia tak pernah
mengatakan kalau dia tak akan mencampuri dunia persilatan,
asal dia tidak menampilkan diri didalam dunia persilatan hal ini
tak bisa bisa dianggap sebagai suatu tindakan mengingkari
janji..." Liong Tian im mendengus dingin, dia melirk sekejap ke
arah Ciang Peng dan berkata ketus.
"Boleh aku tahu, apa kedudukan Ciang sianseng dalam
bukit Jit gwat san..?"
Ciang Peng tertegun. "Aku hanya seorang pembantu Kiau Ngo cio, tentu saja tak
dapat dibandingkan sejajar dengan Kiau Ngo nio, kali ini aku
mendapat perintahnya..."
"Enyah kau dari sini !" bentak Liong Tian im sembari
menarik muka. "dl tempat ini tiada hak bagimu untuk
berbicara" Bentakan gusar dari Liong Tian im tersebut segera
disambut oleh Ciang Peng dengan tertegun, sekalipun dia
bukan jago kenamaan dalam dunia persilatan, toh selama ini
belum pernah ada orang menghardik dirinya seperti hari ini.
Oleh sebab itu paras mukanya segera berubah hebat, hawa
napsu membunuh segera menghiasi wajahnya, dengan penuh
amarah dia membentak keras-keras:
"Apa maksudmu " Orang she Liong, tunjuk kan cengli mu"
Dengan pandangan menghina Liong Tian im
mendongakkan kepalanya memandang langit-langit rumah,
1300 sikapnya yang angkuh dan ketus sungguh membuat orang
merasa tak tahan. Pelan-pelan dia berkata: "Kwan Lok khi dan Kwan Heng sendiripun tak berani
bersikap begini kurang ajar bila bertemu denganku, kau
dengan kedudukan seorang pembantu berani menantangku
berduel " Hmm berbicara soal tingkat kedudukan kau hanya
termasuk tingkatan kacung, buat apa mesti tetap tinggal disini
untuk membuat malu..."
Saat ini Ciang Peng benar-benar tak sanggup menahan diri
lagi, dengan marah ia membentak, lalu sambil mengayunkan
pedangnya membentuk cahaya kilat, ia menerjang ke depan
sembari melancarkan bacokan kilat.
Liong Tian im segera melayang pula ke depan, lalu serunya
sambil tertawa dingin. "Tampaknya kau pingin modar !"
"Kentut busuk!" balas Ciang Peng sembari menggetarkan
pedangnya, "kau sendiri yang pingin modar..."
Segulung hawa dingin yang tebal segera menyelimuti
seluruh wajah Liong Tian im.
Menyusul kemudian sepasang matanya memancarkan sinar
dingin yang menggidikkan hati, ditatapnya Ciang Peng dalamdalam
membuat orang tersebut menjadi bergidik dan pucat
pias wajahnya karena ketakutan.
Pelan-pelan Liong Tian im mengangkat tangan kanannya ke
atas. lalu berkata dingin:
"Ciang Peng, nasibmu tergantung pada pukulanku ini..."
"Aku tidak percaya" seru Ciang Peng dengan sekujur badan
gemetar keras, "orang she Liong, mari kita beradu jiwa."
Di kala seseorang mengetahui kalau dirinya sudah tak
mungkin lolos dari kematian, biasanya dia akan merubah
perasaan takutnya menjadi suatu keberanian dengan harapan
1301 bisa melakukan serangan terakhir yang merupakan
penentuan. Keadaan Ciang Peng sekarang tak lain adalah keadaan
macam begitu, sambil membentak gusar, cahaya pedangnya
bergetar menciptakan berlapis-lapis bayangan hancur yang
langsung menyergap ke tubuh Liong Tian im.
Dengan cekatan Liong Tian-im mengigos ke samping lalu
meluncur pergi dengan kecepatan bagaikan segulung
hembusan angin, kemudian sembari mendengus dingin,
telapak tangan kanannya secepat kilat melepaskan sebuah
cengkeraman kearah bayangan hitam tersebut.
Angin serangan yang dahsyat dan menderu-deru langsung
menembusi dada Ciang Peng, lima jari tangan anak muda
tersebut menancap telak diatas dada lawan, kemudian darah
segar pun memancar keluar bagaikan pancuran.
Ciang Peng melototi wajah Liong Tian im sambil
memperdengarkan teriakan keras yang memekikkan telinga,
pedang yang berada di tangan kanannya segera terjatuh
ketanah, kemudian dari tenggorokannya berkumandang suaru
yang aneh sekali. "Kau... kau sungguh kejam !" serunya gemetar.
Pelan-pelan Liong Tian im mengendorkan cengkeramannya
atas tubuh Ciang Peng, kemudian berkata dingin:
"Apa yang masih tersisa dalam pandanganmu kini" Ciang
Peng, aku toh sudah memperingati dirimu, janganlah
mengusik aku, tetapi kau tak percaya. sekarang inilah
kenyataannya seseorang yang bertanggung jawab penuh
untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, selamanya tak


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan hidup bersama dengan kaum sesat, siapa suruh kau
menjadi pentolan golongan hitam..."
"Saudara Ciang, bagaimana keadaanmu ?" Yau Toa hiong
segera berseru dengan wajah berubah.
1302 Ciang peng tertawa getir.
"Aku sudah tak sanggup untuk mempertahankan diri lagi,
saudara Yau, harap kau sampai kan itu kepada sancu hujin,
katakan kalau aku Ciang Peng tak sanggup menahan
penganiayaan manusia laknat tersebut, ingat, sehari bocah
keparat ini hidup di dunia ini, kita semua jangan harap bisa
hidup terus, saudara Yau, kan harus berusaha untuk
melenyapkan bibit bencana ini !"
Kenyataan yang terbentang didepan mata ini segera
menghilangkan pengaruh arak pada diri Yau Toa hiong, paras
mukanya segera mengejang keras, hawa amarah yang
membarapun segera menyelimuti seluruh wajahnya.
"Liong . , kau sangat keji !" serunya gemas.
"Kekejianku hanya terhadap manusia-manusia rendah
kaum hitam." kata Liong Tian im hambar. "Saudara Yau, bila
kau segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar, aku
Liong Tian-im pasti akan menganggap dirimu sebagai sahabat
!" "Orang she Liong, kau tak usah membicarakan soal
semacam itu dengan diriku, apa yang kupikirkan sekarang
hanya ingin membunuhmu, dengan membunuhmu saja semua
perasaan benci dan dendam dalam hatiku baru dapat
terlampiaskan." "Saudara Yau" kata Liong Tian im sedih, "berhargakah
bagimu untuk berbuat demikian" Disaat aku masuk kemari
tadi, kujumpai putri kesayanganmu, dia memang seorang
gadis yang baik, polos dan lincah, apakah kau tidak
memikirkan dirinya" Apakah kau menghendaki dia
berkembang dalam situasi seperti ini" Kita semua adalah
manusia, manusia yang berperasaan, tentunya kau tak akan
mengesampingkan putrimu bukan" Aku percaya tiada orang
tua didunia ini yang tidak mengharapkan anaknya berhasil."
1303 Sekujur tubuh Yau Toa hiong gemetar keras, sepasang
matanya berkaca-kaca, sayang kesemuanya itu hanya
berlangsung sekejap mata, diam-diam ia menggigit bibirnya
kencang-kencang, kemudian serunya dengan suara keras.
"Tutup mulut, tiada orang yang bersedia mendengarkan
kuliahmu itu..." "Sudahlah, tak usah berkeras kepala!" seru Liong Tian im
sambil menggeleng, "aku tahu liangsim mu sudang mendapat
teguran, saudara Yau kau masih mempunyai sifat yang baik
tapi mengapa harus bersikeras untuk bercokol dalam
lingkungan yang gelap ?"
"Criling..." Terdengar suara gemerincingannya pedang bergema di
tangan Tio Hok toan, sambil mengangkat pedangnya yang
diangkat di depan dada, ia maju dan langkah kedepan, lalu
serunya. "Kau berbicara terlalu banyak, saudara Liong lebih baik kita
selesaikan persoalan ini diujung senjata saja."
Liong Tian im tidak menyangka kalau Pat huang sin kiam
Tio Hok toan bakal mencabut pedangnya dan menghalangi dia
di saat seperti itu, dia melirik sekejap ke arah Tio Hok toan
kemudian sambil mendengus dingin katanya.
"Saudara Tio apakah kah ingin bertarung melawan diriku ?"
"Kita berdiri dalam pihak yang berbeda, sekalipun berasal
dari sudut yang berbeda pula, namun bagi kita orang-orang
golongan hitam dan putih rasanya tiada cara yang lebih bagus
untuk menentukan siapa menang siapa kalah selain
diputuskan Iewat pertarungan, saudara Liong, apakah kau
tidak mengijinkan siaute untuk mencobanya ?"
"Saudara Tio, tidakkah kau rasakan hal tersebut sebuah
tindakan menyerempet bahaya." tegur Liong Tian im dingin.
1304 Tio Hok toan segera tertawa dingin.
"Adakalanya nyerempet bahaya merupakan permulaan dari
suatu keberhasilan, asal tugas lohu dapat tercapai sekalipun
harus menyerempet bahaya juga bukan masalah. saudara
Liong kau anggap betul tidak ?"
Ketika dilihat jago pedang kenamaan ini berkeras kepala
untuk melaksanakan keinginannya sadarlah Liong Tian im
bahwa satu pertarungan tak bisa dihindari lagi, terpaksa dia
mencabut keluar senjata patung kim mo sin jinnya lalu sambil
digetarkan keras katanya.
"Baiklah! Saudara Tio aku akan mengiringi untuk bermain
sebanyak beberapa jurus !"
Dia cukup mengetahui akan kepandaian silat dari
musuhnya, dan diapun tahu kalau dia adalah seorang jago
pedang lihay yang belum pernah di jumpai sebelumnya, oleh
sebab itu dia harus meloloskan senjatanya untuk beradu
kepandaian dengan Tio Hok toan.
Sambil menggenggam senjata ditangan, Tio Hok toan
menggetarkan senjatanya pelan, beberapa bunga pedang
segera terpancar kemana-mana, setelah menghembuskan
napas panjang, wajahnya berubah menjadi dingin bagaikan es
ujarnya ketus: "Kita bukan lagi mencoba kepandaian, melainkan untuk
beradu jiwa, saudara Liong selama pertarungan berlangsung
tiada batasan bagi kita untuk menggunakan kepandaian apa
pun, akupun berharap kau tak usah berbelas kasihan pula,
siaute paling benci dengan orang yang berpura-pura sok baik
hati!" Paras muka Liong Tian im berubah hebat:
"Saudara Tio, kau boleh melancarkan serangan dengan
sekehendak hatimu, akan kusambut semua ancamanmu itu!"
1305 Tio Hok toan bisa di anggap orang sebagai Pat huang sin
kiam, sudah barang tentu kepandaian dalam permainan
pedangnya cukup ampuh, mendadak ia menggetarkan
pedangnya, kemudian sambil membentak keras selapis cahaya
pedang segera menyelimuti seluruh angkasa.
Liong Tian im sangat terperanjat, dia tidak menyangka
kalau tenaga dalam yang di miliki lawan begitu sempurna,
sekalipun hanya satu gebrakan saja, namun sudah dapat di
ketahui sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang di
milikinya. Satu ingatan segera berkelebat lewat dalam benaknya,
pikirnya kemudian: "Pat huang sin kiam memang betul-betul bukan manusia
sembarangan, cukup ditinjau dari kepandaian ilmu pedang
yang dimilikinya, sudah dapat diketahui sampai dimanakah
taraf iImu pedang yang dia miliki, aku harus menghadapinya
dengan berhati-hati. Bagaikan sukma gentayangan tubuhnya berkelebat lewat
dan menerobos keluar melalui tengah sambaran pedang
lawan, menyusul kemudian senjata patung Kim mo sin jinnya
diayunkan ke luar. Tampak selapis cahaya keemas-emasan memancar
kemana-mana, begitu menyilaukan cahaya tersebut, membuat
sepasang mata pat huang sin kiam Tio Hok toan tak sanggup
untuk dipentangkan kembali..
Dengan perasaan terkesiap Tio Hok toan segera berteriak:
Sambil tertawa dingin Liong Tian im segera mengejek:
Sekarang aku akan menyuruh kalian saksikan betapa
lihaynya senjata nomor satu dikolong langit ini.."
Pat huang sin kian Tio Hok toan menggetarkan pedangnya
dan secepat sambaran kilat melancarkan tujuh delapan buah
bacokan kilat, semua ancaman tersebut dilakukan dengan
1306 kecepatan luar biasa sekali dan kehebatan yang menggetarkan
sukma, pada hakekatnya tiada peluang barang sedikitpun
juga. Hawa serangan Liong Tian im membukit senjatanya
didorong kedepan dengan kemampuan yang luar biasa,
padahal waktu itu Tio Hok toan sedang menggerakkan
pedangnya untuk melakukan pertolongan untuk
menyelamatkan diri, dengan wajah berubah hebat karena
terkesiap secara beruntun tubuhnya mundur beberapa
langkah kebelakang. "Traang...!" Mendadak terdengar suara benturan nyaring ditengah
udara, serentetan cahaya pedang tahu-tahu mencelat
ketengah udara dan "Blaaaa" menembusi atap rumah
sehingga tinggal gagang pedangnya saja yang bergetar
ditengah udara. "Kau !" Tio Hok toan berseru dengan perasaan terkesiap.
"Hmm, jika aku ingin membunuhmu, maka hal ini bisa
kulakukan semudah membalikkan tanganku sendiri, tapi aku
tak ingin berbuat demikian" kata Liong Tian im dingin.
Pelan-pelan Tio Hok toan berhasil juga mengendalikan
perasaannya, ia bertanya.
"Benda apa yang kau kenakan di tanganmu itu ?"
"Cincin maut !"
"Oooh.." pelan-pelan Pat huang sin kiam Tio Hok toan
menundukkan kepalanya tanpa menjawab, dia seakan-akan
sedang memikirkan suatu persoalan, bibirnya bergetar keras,
lama kemudian ia baru berguman seorang diri:
"Cincin maut . . cincin maut. . kalau begitu adalah . ."
Sementara itu Yau Toa hiong merasakan hatinya bergetar
keras setelah menyaksikan saudara angkatnya Pat huang sin
1307 kiam Tio Hok toan turut menderita kekalahan total, dengan
cepat pedangnya dicabut keluar kemudian serunya:
"Orang she Liong, sungguh hebat kepandaian silatmu. ."
"Yau tongkeh, bila kau bersikeras hendak turun tangan,
tentu saja aku harus mengiringi kehendakmu itu" kata Liong
Tian im dingin, "cuma sebelumnya aku hendak berkata lebih
dulu, sebentar bila pertarungan telah berlangsung dan ada
seseorang yang terluka, atau mati, jangan salahkan aku Liong
Tian in tidak menerangkan sebelumnya."
Yau Toa hiong tertawa terkekeh kekeh "Heeeeh, heeeh,
heeeeh, tak usah banyak berbicara, yang soal ini tak usah
disinggung-singgung."
Terlukanya Ciang Pang telah membangkitkan hawa napsu
membunuh dari Yau Toa hiong, kekalahan dari Pat huang sin
kiam Tio Hok toan membuat Yau Toa hiong merasa amat
sedih. Keadaan seperti ini Yau Toa hiong perkampungan keluarga
Yau bakal hancur hari ini.
Maka dengan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya, Yau Toa hiong berseru dengan gusar:
"Orang she Liong, kau berani membuat keonaran didalam
perkampunganku, perbuatan tersebut merupakan suatu
perbuatan yang sangat tidak cerdik."
Setelah pihak tuan rumah mendesaknya dengan perkataanperkataan
yang memojokkan padamlah niat Liong Tian im
untuk membimbingnya kembali kejalan yang benar, dia tahu
hal tersebut merupakan suatu yang tak mungkin terjadi,
karenanya setelah mendengus, serunya dingin.
"Yau cengcu, apakah kau bersikeras hendak mengorbankan
segala sesuatunya untuk bermusuhan denganku?"
1308 "Mungkinkah bagiku untuk lepas tangan ?" Yau Toa hiong
tertawa seram, "kau datang ke perkampungan kami untuk
melukai orang, tindakanmu tersebut pada hakekatnya tidak
memandang sebelah matapun terhadap aku orang she Yau,
cukup berdasarkan hal ini, aku tidak bisa harus
mencampurinya." Liong Tian im mengernyitkan alis matanya yang tebal, dari
dasar hatinya muncul segulung api amarah yang tak diketahui
darimana datangnya, sekulum senyuman hambar segera
tersungging di ujung bibirnya, ujarnya kemudian dengan suara
dingin: "Yau cengcu, kau tak akan mampu untuk mengatasi
persoalan ini, bahkan Kwan Lok khi sendiripun tak berani
bersikap begini kurang ajar kepadaku, apalagi kau, hahah
haah ingatlah kau tak lebih hanya seorang kepala kampung
kecil !" Yau Toa hiong benar-benar merasa gusar sekali sehingga
sekujur tubuhnya gemetar keras, teriaknya keras-keras:
"Kau terlalu menghina orang !"
Kemarahannya pada saat ini telah memuncak, pada
hakekatnya dia seperti melupakan semua kelihayan,
pedangnya segera diputar kencang membentuk serentetan
cahaya tajam di angkasa, lalu dengan jurus Kiam-im tengkhong
(bayangan pedang melesat diudara) langsung
membacok ke tubuh Liong Tian im.
"Cengcu, terpaksa aku harus membuat kesalahan
kepadamu" seru Liong Tian im sembari mengigos ke samping.
Senjata patung kim mo sin jin yang berada ditangannya
digetarkan membentuk selapis cahaya emas yang segera
menyelimuti seluruh angkasa, seketika itu juga serangan
pedang dari Yau Toa hiong berhasil didesak kembali ke
belakang. 1309 Yau Toa hiong semakin terkesiap lagi menyaksikan
serangan Kiam im teng khong yang dilancarkan olehnya itu
berhasil dipunahkan lawan secara begitu gampang, dengan
tubuh gemetar keras dia lantas mengigos ke samping sambil
melancarkan sebuah bacokan.
Bayangan cahaya meluncur di udara, Liong Tian im tahutahu
sudah melayang keluar dari kepungan cahaya pedang
Iawan, senjata Kim mo sin jinnya diputar setengah lingkaran
busur lalu dibacokkan ke dada lawan.
"Triiingg..." Diiringi dentingan nyaring, tubuh lawan yang baru berdiri
tegak segera mundur ke belakang, kemudian mendengus
berat-berat. Ketika Yau Toa hiong mencoba untuk melirik sekejap ke
atas pedang sendiri, tampak ujung pedang tersebut telah
gumpil sebesar ibu jari, kenyataan ini membuat hatinya ia
makin terperanjat lagi sehingga paras mukanya berubah
hebat, ditatapnya wajah Liong Tian im dengan ketakutan.
Dengan cepat pikirnya:

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku benar-benar telah berjumpa dengan musuh tangguh
nomor sini di dunia ini. berbicara soal kepandaian silat, aku
merasa tak mampu untuk menandingi dirinya. Tapi kalau aku
disuruh menyerah kalah hmm. aku Yau Toa hiong lebih suka
mati dari pada melakukan pekerjaan semacam ini."
Liong Tian im telah menggetarkan senjata mestikanya
sambil mengawasi lawannya lekat-lekat, dengan tenangnya
dia menunggu datangnya serangan mematikan dari pihak
lawan. Akan tetapi, walaupun sudah ditunggu sekian waktu,
ternyata pihak lawan sama sekali tidak bermaksud untuk
melanjutkan serangannya. 1310 Yau Toa hiong mengayunkan pula pedangnya sambil
mengawasi lawan dengan wajah serius, dalam hati kecilnya
sudah tumbuh sedikit perasaan takut, rasa takut itu
munculnya sangat aneh, dia tahu bila persoalan ini tidak bisa
diselesaikan secara baik, niscaya perkampungan keluarga Yau
yang aman tenteram ini akan hancur berantakan berkepingkeping.
Itulah sebabnya mau tak mau dia harus bertaruh,
mempertaruhkan seluruh harta kekayaan serta kedudukannya
dalam perkampungan tersebut.
Ketika Pat huang-sin kiam Tio Hok toan menyaksikan ke
dua orang itu masih bermaksud untuk melanjutkan
pertarungan buru buia dia menerobos maju ke depan,
kemudian sambil mengerutkan alis matanya, dia berjalan
mendekati Yau Toa hiong. "Cengcu, harap kau jangan turun tangan lagi" serunya agak
emosi. "Mengapa ?" tanya Yau toa hiong.
Tio Hok-toan menghela napas panjang2 "Aaaai... cengcu,
apakah kau belum bisa melihat siapa gerangan pemuda itu ?"
Waktu itu, Yau Toa hiong sedang diliputi oleh amarah yang
berkobar-kobar, pada hakekatnya dia tidak berkesempatan
untuk memikirkan persoalan tersebut maka setelah
mendengar perkataan dari Tio Hok toan, dia mendengus
berat-berat. "Hmmm, paling banter hanya seorang pemuda yang tak
tahu diri, apanya yang patut dilihat?"
Liong Tian im naik darah setelah mendengar ucapan itu,
serunya kemudian sambil menahan geram: "Apa kau bilang .."
Waktu itu Tio Hok toan sudah mengetahui asal usul serta
kedudukan Liong Tian im, melihat kedua orang bersiap sedia
melangsungkan pertarungan lagi, buru-buru dia
1311 menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru:
"Cengcu, dia putra Liong Siau thian !"
"Apa?" Yau Toa hiong berseru gemetar "Kau bilang dia
adalah putra tuan penolong?"
Dengan pandangan hampir tak percaya dia memandang
sekejap ke arah Liong Tian im, kemudian sambil
menggelengkan kepalanya dan menghela napas, katanya lagi.
"Saudara Tio kau jangan bergurau, persoalan ini luar biasa
sekali pengaruhnya..."
"Siapa bilang aku berbicara sembarangan" Aku mempunyai
bukti dan semuanya itu merupakan kenyataan..." kata Tio Hok
toan dengan wajah amat serius."
Sementara itu Liong Tian im turut menjadi tertegun, dia
menganggap asal usulnya merupakan suatu teka-teki yang
tidak diketahui orang bahkan hingga kini dia sendiripun tidak
tahu ayahnya mati di tangan siapa, apalagi nama ayahnya
juga hampir tidak diketahui orang".
Tapi hari ini dia mendengar nama ayahnya disebut oleh Tio
Hok toan, tak heran kalau si anak muda itu menjadi amat
terkejut dibuatnya, segera ditatapnya Tio Hok toan dengan
perasaan tercengang, setelah itu serunya:
"Dari mana kau bisa mengetahui nama ayahku?"
Dengan wajah sedih, Tio Hok toan berkata:
"Ayahmu adalah saudara angkat kami, sedang kami
bersaudara pernah menerima budi kebaikan dari ayahmu, budi
tersebut belum pernah kami balas hingga kini, untunglah hari
ini kami dapat berjumpa dengan keturunannya, bayangkan
saja bagaimana mungkin aku tak merasa gembira..."
Yau Toa hiong masih belum percaya dengan saudaranya
itu, terdengar ia berseru lagi:
1312 "Saudara Tio, darimana kau bisa tahu kalau dia adalah
putra Liong Siau thian ?"
Tio Hok tosu tertawa getir.
"Masa kau masih belum menyaksikan cincin maut yang
dikenakan olehnya itu " Cincin tersebut milik keluarga Liong di
saat siaute menjumpai musibah dulu, bukankah pemilik cincin
yang telah menyelamatkan kita ?"
"Aaaah, benar, kenapa aku bisa melupakan akan hal itu,"
seru Yau Toa hiong kemudian.
Dipandangnya Liong Tian im sekejap dengan perasaan
menyesal, kemudian ia berkata:
"Liong sauhiap, maafkanlah dosa serta kesalahan kami,
seandainya aku Yau Toa hiong tahu kalau kau adalah putra
tuan penolongku Liong Siau thian, sekalipun aku diancam
dengan golok pun tidak akan bertarung denganmu, mari...
mari, . tidak bertarung kita tak akan saling mengenal, mari
kita meneguk secawan!"
Orang ini benar-benar seorang lelaki yang berjiwa terbuka,
setelah mengetahui kalau Liong Tian im adalah putra tuan
penolongnya, seluruh perasaan dendamnya segera punah tak
berbekas. Buru-buru dia menitahkan orang untuk menghidangkan
arak, kedua belah pihak pun segera minum arak dengan
riangnya, tentu saja kali ini tiada pendapat yang meledakledak,
tiada pula suasana sindir menyindir.
Dalam perjamuan, Liong Tian im terbayang kembali akan
kematian ayahnya yang mengenaskan, suatu perasaan sedih
dan menderita yang amat sangat segera menyelimuti hatinya.
Kenangan sedih serta penderitaan yang pernah dialaminya
sejak kecil, membuat pemuda itu bermuram durja dan diliputi
perasaan sedih yang sangat mendalam.
1313 Setelah menghela napas panjang, dia pun bertanya:
"Bagaimana ceritanya kalian berdua hingga dapat
berkenalan dengan ayahku ?"
"Aaai . . !" helaan napas panjang rendah dan murung
bergema dari mulut Tio Hok toan, sepasang matanya ikut
berkaca-kaca pula, katanya sedih.
"Ayahmu pernah melepaskan budi yang amat besar kepada
kami bersaudara. sebab beliau lah yang telah memberikan
hidup baru untuk kami, kejadian ini berlangsung pada belasan
tahun berselang, andaikata tiada pertolongan dari ayahmu,
aku dan Yau cengcu tak akan hidup hingga hari ini . . ."
Liong Tian im tertegun, kemudian serunya:
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ?"
Tio Hok toan tertawa hambar.
"Kejadian lampau berlalu bagaikan asap, bila dibayangkan
kini rasanya tinggal sisa-sisa tipis, dalam waktu yang singkat
dua puluh tahun sudah lewat, dari usia pertengahan pun kami
telah menjadi tua, aai, waktu memang berlalu dengan cepat !"
Di dalam benaknya segera muncul kembali kenangan
dimasa lampau, kejadian yang sudah lewat satu demi satu
muncul kembali dari hatinya dan melintas dalam benak kakek
itu. Peristiwa tersebut berlangsung amat lama, mesti sudah
lama namun kejadian tersebut tidak menjadi pudar dengan
beralihnya sang waktu, malah sebaliknya kedua orang itu
setiap saat hampir selalu terbayang dalam benak mereka
berdua, terutama bila malam yang sepi telah tiba.
Yau Toa-hiong dan Tio Hok toan selalu akan menyinggung
kembali peristiwa tersebut dan membicarakan musibah yang
menimpa diri mereka itu. 1314 Rupanya dimasa masih muda dulu, Yau Toa hiong serta Tio
Hok toak adalah jago-jago lihay yang khusus melakukan
pekerjaan pengawalan barang kiriman gelap.
Berhubung kedua orang ini tidak bergabung dengan
sesuatu perusahaan atau mendirikan suatu kantor, maka
jarang sekali ada orang persilatan yang mengetahui pekerjaan
mereka yang sebenarnya. Orang-orang persilatan yang tahu, kedua orang jago lihay
ini seringkali mondar-mandir dipelbagai daerah dan
mempunyai hubungan kontak dengan pelbagai partai dan
perguruan besar dalam dunia persilatan.
Oleh sebab mereka sosial, banyak teman serta partai
bergaul karena banyak teman serta hubungan merupakan
modal dasar bagi orang yang melakukan pekerjaan ini, maka
di mana pun mereka sampai, temannya selalu membantu.
Jilid 32 ITULAH SEBABNYA SELAMA Beberapa tahun, mereka tidak
pernah menjumpai suatu musibah apa pun.
Terutama sakali sistim yang mereka pakai untuk menerima
barang kiriman berbeda dengan kebanyakan orang, maka
orang lain hanya bisa mengetahui siapa orang yang mengawal
barang tersebut namun tak pernah berhasil membegalnya.
"Setiap kali transaksi terjadi, dia tidak pernah munculkan
diri sendiri, biasanya segala hubungan di lakukan oleh seorang
kurir, bila ongkosnya sudah cocok mereka baru berangkat.
Tentu saja, bila tiada barang berharga yang dikirim, orang lain
tak akan mencari mereka. Tapi empat tahun kemudian, seorang langganan mereka
berhasil menemukan identitas mereka berdua dikatakan ia
perlu untuk mengirim sejilid kitab kekota Leng an dengan
bayaran lima ribu tahil perak.
1315 Ongkos yang begitu tinggi membuat hati mereka terkejut,
mereka tidak habis mengerti mengapa sejilid kitab bisa bernilai
begitu besar" Waktu itu, mereka berdua hanya mempersoalkan jumlah
ongkos yang diterima tapi lupa untuk menanyakan nama serta
asal usul kitab tersebut, akibatnya hampir saja selembar
nyawa mereka hilang. Ketika mereka berangkat untuk menghantar kitab tersebut
adalah akhir musim semi sewaktu dalam perjalanan kitab kecil
yang tipis itu mereka simpan didalam saku Tio Hok toan.
Untuk mempermudah melakukam perjalanan, Yau Toa
hiong dan Tio Hok toan menyamar sebagai pelancong.
Siapa tahu belum sampai seratus li mereka tinggalkan
perkampungan keluarga Yau, kedua orang itu sudah
Bentrok Rimba Persilatan 11 Pendekar Pulau Neraka 01 Geger Rimba Persilatan Pedang Angin Berbisik 11
^