Cincin Maut 6
Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 6
tiga jalur cahaya hitam memancar keluar dari ujung jari
tersebut, setelah melesat ketengah udara, dengan melalui tiga
sudut arah yang beda bersama sama meluncur ketubuh Ki
Shia. Tiga biji cincin maut dengan membawa suara desingan
yang sangat aneh menembusi angkasa dan menyambar
kedepan. 414 Belum sempat Ki Shia mempertimbangkan cara bagaimana
untuk menghindarkan diri, tahu tahu tubuhnya sudah terhajar
oleh cincin maut tersebut . . "Aduh ! . . ."
Telapak tangannya yang sudah disiapkan di tengah udara
dan bersiap siaga melancarkan pukulan itu mendadak terkulai
lemas, lalu sekujur badannya mengejang keras dan tubuh
Leng Ning ciu yang dijadikan sandera segera terguling
ketanah. Sepasang matanya terbelalak besar bagaikan gundu IaIu
sambil menuding ke arah Liong Tian im serunya gemetar:
"Kau. . kau sungguh keji . iblis tmet. . ."
Darah segar muncrat keluar dari ujung bibirnya, cakarnya
yang hitam pekat mencakar kesana kemari di tengah udara,
tapi akhirnya dengan lemas ia terkapar ke atas tanah. .
Liong Tian im segera menancapkan senjata patung Kim mo
sin jin nya keatas tanah, lalu mengayunkan kakinya
menendang mayat Ki Shia sehingga mencelat sejauh empat
kaki lebih dan terjatuh ke balik pepohonan di tempat
kegelapan sana. Setelah menghembuskan napas panjang, dia baru
membangunkan tubuh Leng Ning ciu dan membebaskan ke
empat buah jalan darahnya yang tertotok.
Sambil menjerit kaget Leng Ning ciu segera melompat
bangun dan menubruk kedalam pelukan Liong Tian im.
415 Perasaan iba kasihan dan sayang bercampur aduk dalam
benak Liong Tian im, dia mendongakkan kepalanya
memandang bintang yang bertaburan diangkasa lalu
menghembuskan napas panjang.
Leng Ning ciu yang berbaring dalam pelukannya mendadak
bertanya: "Mengapa kau. . . kau menghela napas?"
"Aku sedang menghela napas atas kehidupan manusia yang
tak menentu serta nasib yang jelek"
Waktu itu Leng Ning cu seakan-akan benci kepada pemuda
itu tadi, sewaktu mendengar perkataan Liong Tian im yang
aneh itu, dia segera mendongakkan kepalanya dengan
perasaan tercengang, kemudian katanya:
"Kenapa nasib amat jelek" Aku tidak habis mengerti!"
Memandang cahaya merah yang menyelimuti seluruh
angkasa, dari balik sorot mata Liong Tian im terpancar keluar
selapis perasaan kabur yang tak menentu, akhirnya dengan
sedih dia berkata : "Manusia hidup karena memuaskan nafsu sendiri, seringkali
nyawa sendiri dipertaruhkan dengan nasib, akan tetapi setelah
ajal menjelang tiba, ia baru merasa berat hati untuk
meninggalkannya. . ."
Leng Ning ciu berpikir sejenak, lalu berkata:
"Tentu saja kehidupanmu adalah sesuatu yang berharga,
siapa yang rela pergi mati ?"
416 "Kenapa ?" "Karena. . ." Leng Ning ciu merasa heran mengapa Liong
Tian im mengajukan persoalan yang begitu aneh, maka
setelah termenung sebentar sahutnya, "manusia hanya
mempunyai selembar nyawa, dan kehidupan manusiapun
hanya satu kali, apa yang telah hilang tak mungkin bisa
didapatkan lagi, oleh karena itu manusia menyayangi
kehidupan sendiri." "Kalau memang demikian, mengapa kau menyergap Bok
toako dan ingin membunuhnya?" tanya pemuda itu mendadak
sambil mendorong tubuh si nona tersebut.
Merah padam selembar wajah Leng Ning ciu setelah
mendengar pertanyaan itu, ia menjadi tergagap:
"Aku . . ." Dia sendiripun tidak habis mengerti apa sebabnya dia
melancarkan sergapan terhadap si jago pedang buta tadi, tapi
setelah matanya berkilat dia berkata lagi:
"Aku. . . aku hendak pergi ke lembah depan untuk
menengok ayah!" Paras muka Liong Tian im juga telah pulih kembali didalam
ketenangan dan kehambaran semula, ujarnya dengan suara
dalam: "Kau boleh pergi, tapi aku memerlukan obat penawar racun
buat Bok toako ku!" Mendadak sekilas cahaya aneh memancar keluar dari balik
mata Leng Ning ciu yang jeli, kemudian katanya:
417 "Hei, bersediakah kau membantu ayahku memukul mundur
orang orang jahat itu" dan akulah yang akan pergi mencari si
jago pedang buta untukmu."
Liong Tian-im ragu-ragu sejenak, kemudian katanya:
"Ayahmu berilmu silat amat lihay, apalagi diapun merupakan
ahli waris dari pedang bumi, aku rasa dia tak mungkin akan di
celakai oleh Ban shia ci cun."
Akan tetapi setelah diIihatnya sorot mata penuh
permohonan dari gadis tersebut, sambil menghela napas
panjang katanya lebih jauh :
"Baiklah, aku akan pergi membantu ayahmu cuma kamu
harus mencari Bok Toako sampai ketemu, nih, obat penawar
untukmu." "Kalau begitu kuucapkan banyak terma kasih atas
kesedianmu." kata Leng Ning ciu dengan girang.
Tapi paras mukanya segera menjadi merah kembali ketika
dia terbayang kembali bagai mana si anak muda itu merogoh
ke dalam sakunya untuk mencari obat penawar tadi.
Setelah memandang sekejap dengan penuh rasa cinta,
mendadak dia melompat kesamping pemuda itu dan mencium
pipinya sekecup, setelah sambil membalikkan badan dia lari
masuk kedalam hutan. Untuk beberapa saat lamanya Liong Tian-im berdiri
termangu mangu disitu sementara sorot matanya ditujukan
kebalik kegelapan dengan kering berkerut, akhirnya ia
bergumam: 418 "Aaaai, sebenarnya kau adalah seorang gadis macam apa
?" Sambil mengangkat bahu dia mencabut patung Kin mo sin
jin nya dan melejit hingga lima kaki, kemudian dengan
kecepatan tinggi meluncur kearah mana kebakaran itu berasal.
Dibawah sinar bintang yang redup, dalam waktu singkat
Liong Tian im telah melalui dua buah jembatan kayu dan
sebuah hutan kecil Dengan sorot mata yang tajam, sekarang
dia dapat melihat sebuah jalanan kecil beralaskan batu hitam
membentang masuk ke dalam sebuah hutan di depan sana.
Baru saja Liong Tian im melangkah di atas jalanan tersebut,
mendadak dia berhenti sambil berseru tertahan, lalu dengan
wajah serius pikirnya diam diam.
"Tadi masih kedengaran suara pertarungan mengapa
sekarang malah tak kedengaran sedikit suara pun " jangan
jangan ke sepuluh manusia bengis itu telah mengundurkan diri
dari lembah Tee ong kok ?"
Setelah ragu ragu sebentar, akhirnya dia melanjutkan
kembali perjalanannya ke depan.
Rembulan yang redu tertutup oleh dedaunan yang Iebar,
dalam kegelapan Liong Tian-im bergerak terus ke depan
dengan kecepatan luar biasa . .. .
Sambil berlarian, dia pun berpikir.
"Peristiwa ini benar benar merupakan suatu peristiwa yang
Iuar biasa, aku tidak menyangka kalau air liur dari kerang pun
bisa berkhasiat begini dahsyat, bahkan bisa menyembuhkan
luka ku . . . . " 419 Belum habis dia berpikir, mendadak dari tengah hutan sana
terdengar suara rintihan pelan, suara ini bagaikan suara
helaan napas yang lirih dan menyeramkan.
Liong Tian-im segera menghentikan Iangkahnya, kemudian
menegur dengan suara dalam:
"Siapa disitu ?"
Ditengah keheringan malam yang mencekam sekeliling
tempat itu, kecuali hembusan angin malam, sama sekali tak
kedengaran suara yang Iain.
"Hmm!" Liong Tian-im mendengus dingin, kemudian sambil
mempersiapkan cincin mautnya ia berpikir lagi:
"Bila ada orang berani berlagak menjadi setan untuk
mempermainkan diriku, maka pada malam ini aku pasti akan .
. . ." Sorot matanya memancar cahaya tajam dibalik kegelapan,
kemudian sambil membentak keras tubuhnya bagaikan
sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya meleset
kedalam hutan. "Ciiliti . . ."
Mendadak terdengar suara desiran aneh berkumandang
tiba, kemudian dari belakang sebatang pohon meleset keluar
seekor ular kecil yang, panjang sekali menyongsong
datangnya Liong Tian im. 420 Gerakan ular tersebut dalam bergerak cepat bagaikan kilat
ke hadapan Liong Tian im sedang bergerak memapaki
kedatangannya, tampaknya pemuda itu segera akan terpagut
oleh ular itu. Mendadak di tengah kegalapan muncul setitik cahaya
merah, dalam sinar yang terarah itulah Liong Tian im telah
mengeluarkan ilmu jari berdarah Jian hun hiat ci dari
perguruan Kim mo bun yang sangat lihai itu.
"Koak...!" pekikan aneh menggema dan darah memercik ke
mana mana, ular kecil itu tahu tahu sudah terhajar oleh
totokan jari itu sehingga terkulai ke bawah...
Liong Tian im segera mengayunkan tangan kirinya dan
mencengkram ular kecil tersebut meminjam cahaya yang
redup, tampaklah ular kecil itu bersisik tebal dengan bentuk
yang amat aneh. Dengan perasaan terkesiap, diam diam ia berpikir.
"Tak nyana kalau dikolong langit masih terdapat ular yang
bisa terbang, betul betul menggidikkan hati, seandainya aku
tidak segera menghadapi dengan ilmu Jian hun hiat ci entah
bagaimana caranya untuk menghadapi ancaman tersebut.
Mendadak dari balik semak belukar terdengar suara
seseorang yang sedang bernapas dengan terengah engah.
"Siapakah kau?" bentak Liong Tian im dengan kening
berkerut . "Aaah. . . aku. . ."
Dari balik sebatang pohon muncul sesosok bayangan hitam
dengan sempoyongan, setelah maju beberapa langkah,
katanya dengan suara gemetar:
421 "Aku . Gin Leng cu ku..."
Liong Tiao im menyaksikan rambut orang itu terurai kusut,
tubuhnya penuh dengan noda darah, sepasang tangannya
mencakar ditengah udara seakan akan hendak mencari
sesuatu pada... Tapi setelah maju dua langkah, orang itu terjungkal ke atas
tanah dan tak bisa berkutik.
"Siapakah kau?" kembali Liong Tian im bertanya dengan
sepasang mata berkilat tajam.
Orang itu mendesis lalu mendongakkan kepalanya dengan
perasaan kaget. Tatkala dia menyaksikan Liong Tian im mencengkeram
bangkai ular kecil pada tangan kirinya, sekujur tubuhnya
segera bergetar keras, segera dia menjerit seperti isak tangis
setan: "Oooh. .Gin Leng cu ku . . ."
Dengan cepat dia merampas bangkai ular itu dan
memeluknya dengan penuh kasih sayang, setelah menangis
tersedu berapa saat, akhirnya sambil membelai bangkai ular
tadi, ia menengadah dengan wajah tertegun.
Untuk sesaat lamanya Liong Tian im dibuat terkejut oleh
serangkaian gerak gerik si manusia aneh penuh luka yang
sangat aneh itu, ditatapnya orang itu dengan pesona.
Orang itupun mengawasi wajah Liong Tian im lekat lekat,
kemudian dengan suara gemetar serunya:
422 "Kau .. . kau mempunyai hubungan apa dengan perguruan
Kim mo bun .. ?" Terkejut juga Liong Tian im menghadapi pertanyaan
tersebut, dengan cepat dia berpikir:
"Sekujur badan orang ini penuh dengan luka, tapi dia masih
bisa mengenali siapakah aku, tampaknya orang berhasil
melukainya adalah seorang yang amat luar biasa . . ." Berpikir
demikian, segera sahutnya dalam: "Aku adalah Hiat ci kim mo
(lblis emas berjari darah) Liong Tian im !"
Kemudian setelah berhenti sejenak, tanyanya kembali :
"Apakah kau terluka oleh Leng Hongya?"
Orang itu agak tertegun, lalu manggut-manggut:
"Ooooh, rupanya kau adalah anak murid dari Jian hun kim
mo (lblis emas bersukma-cacad) Lenghou Hay . . .."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Liong Tian im,
ujarnya kemudian: "Kau siapa" Berada dalam urutan keberapakah kau dalam
sepuluh manusia paling bengis dalam jagad?"
Orang aneh itu tertawa kering.
"Heh... heeh.. Iohu adalah Coa jin (Manusia ular) Ang
Thong, berada pada urutan pertama dari sepuluh manusia
paling bengis!" Sesudah menghembuskan napas panjang dia masukkan
bangkai ular itu ke dalam mulutnya dan mengunyah penuh
423 kenikmatan, setelah itu menelannya mentah mentah, seperti
lagi menikmati suatu hidangan yang amat lezat saja.
Liong Tian-im hanya merasakan perutnya menjadi mual
sekali, ia betul betul dibikin terperanjat oleh tingkah lakunya
yang sangat aneh itu.
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya,
kemudian berpikir Iebih jauh:
"Tampaknya ular terbang yang berdaging lebih ini
merupakan binatang peliharaannya, tapi sekarang mengapa
dia menelannya mentah-mentah" Bukankah tadi dia lagi
menangisi ular tersebut?"
"Ehmm. . ." Manusia ular Ang Thong meraba perut sendiri
sambil mendehem, "Gin Leng cu milik lohu itu merupakan
salah satu diantara tiga mahluk paling beracun didunia ini,
seandainya bukan berjumpa dengan ilmu jari berdarah dari
Kim mo bun, tak nanti ular itu bisa terbunuh, tapi dengan
begitu malah lohu bisa hidup lagi, oleh karena itu aku harus
mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. . ."
Untuk sesaat lamanya Liong Tian im menjadi tertegun, dia
tak menyangka kalau Ang Thong bakal berkata demikian
kepadanya, dia lebih tak menyangka kalau dia akan dianggap
sebatai tuan penolong oleh manusia aneh tersebut.
Dia pun tidak habis mengerti apa sebabnya Ang Thong bisa
mengetahui begitu jelas tentang segala sesuatu mengenai
perguruan Kim mo bun, tak heran kalau dia malah dibuat
terperanjat oleh tingkah laku lawannya yang sangat aneh itu.
424 Karena tak tahu apa yang mesti dilakukan terpaksa dia
bersiap sedia sambil menghadapi segala kemungkinan yang
tak diinginkan Manusia ular Aog Thong duduk dibalik semak belukar
sambil menengadah memperhatikan wajah Liong Tian im
kemudian setelah menarik napas dalam dalam dia tertawa
sangat ramah katanya. "Lohu tahu kalau kedatanganmu mencari Leng Yok-peng
adalah dikarenakan peta bumi yang menunjukan tempat
penyimpanan genta emas, sebenarnya lohu ingin
memberitahukan hal ini kepadamu sebagai ucapan terima
kasih ku atas pertolonganmu tapi sekarang aku berubah
ingatan . . ." Liong Tian im merasa terkejut bercampur keheranan,
ternyata Leng Hongya benar benar mengetahui kebar berita
tentang Genta emas pelenyap irama tersebut tapi yang paling
mengejutkan hatinya adalah perkataan dari simanusia ular
Ang Thong yang berulang kali mengatakan hendak membalas
budi karena menolong jiwanya.
Dengan nada keheranan dia lantas bertanya:
"Budi kebaikan apakah yang telah kuberikan kepadamu ?"
Kemudian setelah berhenti sejenak sambungnya lebih jauh.
"Aku tidak pernah melepaskan budi kebaikan kepadamu,
kalau dibilang yang sebenarnya maka sepantasnya jika aku
mempunyai ikatan dendam denganmu. . ."
"Mengapa?" tanya manusia ular Ang Thong sambil
melototkan matanya bulat-bulat.
425 Karena aku telah membunuh ular Gin-leng cu mu yang bisa
terbang itu. ." Ang Thong berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya
berulang kali, ujarnya: "Aku datang ke lembah Tee ong kok ini bersana Ban-shia ci
cun (Rasul dari selaksa kaum sesat) Toan bok si tua bangka,
pada mulanya kami anggap Leng Hongnya sama sekali tidak
bersiap sedia, siapa sangka ke dua orang hidung kerbau pun
datang pula kemari. . ."
Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Mereka adalah Im Tiong cu dan It OJ cu dari empat dewa
kaum agama To, mengerti bukan kau akan kedua orang
hidung kerbau tersebut?"
Ketika dilihatnya Liong Tian Im mangggut manggut,
sambungnya lebih lanjut: "Tatkala si tua bangka Toan bok dan beberapa orang
saudaraku yang keparat menyaksikan keadaan tidak beres,
mereka bersiap siap hendak merat dari sini, lagi aku enggan
kabur dengan begitu saja. . ."
Setelah mendehem beberapa kali, dia melanjutkan: "Kau
pasti pernah mendengar bukan, setelah dua kali sepuluh
manusia bengis dipaksa mengasingkan diri dari keramaian
dunia persilatan, selama tujuh puluh tahun belakangan ini
jumlah kami tinggal tujuh orang saja, tapi nama besar kami
dimasa lalu masih ada, tentu saja kami tak sudi dibikin lari
ketakutan oleh kehadiran kedua orang hidung kerbau
tersebut." 426 "Siapa sangka Leng Yok peng si keparat itu ternyata adalah
putra dari Tee kiam (si pedang bumi) salah satu dari Thian tee
ji kiam yang termashyur dimasa lalu, ilmu pedangnya benarbenar
telah mencapai puncak kesempurnaannya. ehmm, hawa
pedang yang terpancar ke luar dari pedangnya itu sungguh
mengerikan hati, itulah sebabnya kami pun menderita
kekalahan." Setelah menghela napas panjang, katanya:
"Lohu memelihara seekor ular terbang yakni Gin leng cu,
sebenarnya kuingin menggunakan binatang itu untuk menjaga
serangan lawan yang datangnya tak terduga, menanti aku
harus mencari sarang ular guna menangkap berapa ekor buat
mengisi perut, ternyata tak seekor ularpun berhasil kutemukan
disekitar tempat ini, seandainya kau tidak membunuh Gin leog
cu, mungkin pada malam ini lohu bakal mati, ituIah sebabnya
bukan saja lohu tidak marah karena kau telah membunuh Gin
leng cu, bahkan aku merasa berterima kaaih dan berhutang
budi kepadamu." Dengan perasaan terkejut Liong Tian lm segera berpikir:
"Terhadap manusia buas yang sama sekali tidak berhawa
manusia ini buat apa aku mesti ribut terus dengannya " Tapi
kalau dilihat dari kepandaian silat yaog dimilikinya,
kemungkinan besar seperti juga Leng Ning ciu, dia berasal
dari perguruan beracun sekarang tujuanku adalah mencari
Leng Yok peag untuk mencari tahu sebab kematian orang
tuaku dimasa lalu, lebih baik tak usah banyak ribut lagi
dengannya..." Sementara dia masih termenung, Manusia ular Ang Thong
telah berkata Iagi: 427 "Walaupun nama busuk aku si Manusia ular Ang Thong
dalam dunia persilatan cukup termashur, namun aku
selamanya bisa membedakan antara budi dan dendam, malam
ini aku sudah kau selamatkan, budi ini pasti akan kubalas . . ."
Lalu sambil memukul paha sendiri, terusnya: "Sungguh
tidak kusangka ternyata Leng Yok peng adalah Ban kiam ci
cun, (Rasul dari selaksa pedang) yang misterius itu, tak heran
kalau aku pun kena dilukai oleh hawa pedangnya."
Liong Tian im sendiri pun tidak tahu siapa gerangan Rasul
dari selaksa pedang tersebut, tapi dapat menduga maksud
dari perkataan Ang Thong tersebut, dan dia pun percaya
kemungkinan besar Leng Hongya membawakan dua peran
yang misterius. Diam diam dia lantas berpikir:
"Entah bagaimana dengan ilmu pedang yang dimiliki Bok
Toako" Apakah dia sanggup menandingi kelihayan dari Leng
Hong ya ?" Manusia ular Ang Thong sama sekali tidak menyadari kalau
Liong Tian-im sedang terbuai oleh persoalan pribadinya
sehingga tak sepatah katanya yang terdengar oleh pemuda
itu, seakan akan sedang memikirkan suatu persoalan, tiada
hentinya dia mengawasi wajah Liong Tian im lekat Iekat . . .
Sesudah termenung beberapa saat, kembali dia berkata :
"Sebenarnya dalam penyerbuan kami sepuluh manusia
bengis dipimpin oleh Rasul selaksa sesat kali ini, kami
mempunyai keyakinan untuk berhasil menyergap lembah Tee
ong kok siapa sangka Leng Hong ya hebat sekali, ternyata dia
tidak jeri terhadap kami. . ."
428 Saat itulah Liong Tian im baru sadar dari lamunannya,
dengan nada tercengang dia lantas bertanya:
"Dengan kemampuan dari sepuluh manusia bengis dari
jagat pun masih belum mampu untuk menandingi kelihayan
Leng Hong ya"apakah begitu tampaknya Leng Hong ya benar
benar telah berhasil memperoleh inti sari dari ilmu pedang si
iblis bumi hingga pedang dan tubuhnya dapat melebur
menjadi satu . .. " "Ooohh. . ." Manusia ular Ang Thong menengadah dengan
gemas, "Walaupun Leng Hongya telah berhasil mendapatkan
rahasia inti sari dari ilmu pedangnya, tapi bila kami sepuluh
manusia bengis sampai mengeluarkan pula ilmu rahasia kami,
hmm .. . sekalipun dia mempunyai kepandaian yang
bagaimanapun hebatnya toh akan keok juga. . . oya. lm
Tiongcu dan It Oh cu dari To koh su-sian ternyata membantu
pihak Leng Hongya kali ini, dendam kesumat pasti akan
kubalas dikemudian hari."
Jilid 11 DIA SAMA SEKALI TIDAK menyangka kalau Liong Tian Im
secara beruntun telah membunuh Hoat bu siang (setan
gantung hidup) Seng thian jui (palu pemberat langit) serta Ki
Shia, sehingga sepuluh manusia bengis dari kolong langit
kehilangan enam orang anggotanya.
Tiba tiba terdengar Liong Tian im berkata dengan suara
sedingin salju : "Aku lihat kalian sepuluh manusia sesat sudah tak memiliki
peluang lagi dikemudian hari..."
429 "Apa maksudmu berkata demikian?" seru si manusia ular
Ang Thong dengan wajah tertegun.
Liong Tian-im segera tertawa terbahak, bahak. "Haaah,
haaah, haaah, maksudku sederhana sekali, sepuluh manusia
bengis akan segera terhapus namanya dari dunia persilatan."
selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak
pergi dari situ. "Berhenti kau." bentak manusia ular Ang Thong sambil
menjerit keras, "lebih baik terangkan dulu perkataanmu itu
sebelum pergi" Liong Tian-im sangat tak senang hati oleh sikap angkuh
dan jumawa dari Manusia ular Ang Thong, dia segera
mendengus dingin, wajahnya pun dengan cepat pulih kembali
dalam sikap yang dingin kaku seperti salju.
Diliriknya wajah Manusia ular Ang Tboig itu sekejap dengan
pandangan dingin, kemudian katanya:
"Selama ini kalian sepuluh manusia bengis selalu malang
melintang dalam dunia persilatan sambil melakukan banyak
kejahatan di tempat luaran, hmm, tahukah kau bahwa aku
mengirimkan tiga orang manusia yang paling jahat di antara
sepuluh manusia becgis yakni Ki Shia, sipalu pemberat langit
dan setan gantung hidup untuk berpulang kerumah nenek
moyangnya..." OO O X O O O "APA?" saking kagetnya Manusia ular Ang-Thong sampai
melompat ketengah udara, "Kau benar benar telah
membinasakan tiga orang saudara angkatku ,..?"
430 "Hmm, mereka pantas untuk menerima kematian apa arti
kematian bagi mereka?"
Ucapan yang dingin, kaku dan tak berperasaan itu seketika
membuat sekujur badan Manusia ular Ang Thong yang berhati
bengis dan bertangan keji itu gemetar keras, ditatapnya Liong
Tian im dengan wajah aneh, sementara sepasang matanya
memancarkan serentetan cahaya buas yang menggidikkan
hati. Dia menarik napas panjang panjang kemudian berkata:
"Sebenarnya aku berhutang budi kepadamu karena kau
telah menyelamatkan selembar jiwaku, siapa tahu kau pun
telah membunuh sahabat sahabat karibku, hal ini
menyebabkan rasa hormatku kepadamu menjadi punah,
sekarang hubungan budi kita sudah putus, bila kita bersua lagi
di kemudian hari maka sebagai sahabat atau sebagai musuh
hal ini tidak bisa diduga mulai sekarang..."
Tampaknya dia merasa sedih sekali karena sahabat
karibnva telah tewas semua, hingga air mata nampak
mengembang dikelopak mata.
Sambil menatap wajah Liong Tian im, kembali dia berkata
dengan suara dalam: "Pada mulanya aku masih bermaksud untuk mewariskan
ilmu rahasia yang berhasil kami sepuluh orang manusia bengis
ciptakan kepadamu dengan harapan kau bisa membalaskan
dendamku atas Leng Hongya, tetapi sekarang aku sudah tahu
kalau tiada harapan lagi untuk hidup bersama sama dengan
dirimu. . ." 431 "Hmm..." Liong Tian im mendengus dingin "andaikata aku
bergabung dengan kalian sepuluh manusia bengis, bukankah
diriku pun akan berubah menjadi seorang manusia bengis
pula" Hmm, sekalipun ilmu silat yang kau ucap kan itu sangat
hebat jangan harap aku sudi untuk mempelajarinya..."
Sesudab tertawa nyaring dengan suara yang sangat
angkuh, mendadak dia melejit ketengah udara dan melesat
kedepan. Kejadian ini kontan saja membuat si Manusia ular Ang
Tbong menggertakkan gigi keras keras untuk menahan emosi,
kemudian dengan gemasnya dia lepaskan sebuah pukulan
dahsyat, serunya sambil tertawa dingin:
"Kau sibocah keparat yang tak tahu tinggi nya langit dan
tebalnya bumi, dikemudian hari kau pasti akan mengetahui
bagaimaja cara aku si Manusia ular Ang Thong dalam
menghadapi musuh besarku..."
Dengan cepat dia mengambil sebuah tabung bambu dari
sakunya dan meletakkan ke atas tanah dengan sangat berhati
hati, setelah menggulung sepasang ujung bajunya dengan
wajah amat serius tangan kanannya menyambar ke depan dan
melepaskan penutup tabung bambu tersebut. . .
"Ciiiitt . . ."
Serentetan suara desingan tajam dan memekikkan telinga
berkumandang ditengah udara, tampak seekor ular kecil
sepanjang tujuh inci yang memancarkan cahaya keemas
emasan melejitke tengah udara kemudian bergerak mengitari
disekeliling tubuhnya. 432 Dengan suara rendah Marmsia ular Ang Thong segera
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendesis: "Kim Leng cu wahai Kim Leng-cu cepatlah terbang ke
hadapanku sini.. .."
Ular kecil berwarna emas itu seakan akan memahami apa
yang diucapkan, sambil menggetarkan ekornya dia meluncur
ke depan seperti selembar daun kering dan melayang turun
diatas telapak tangan Manusia ular Ang-Thong . .. .
Dengan cepat ulat tadi menengadah, sepasang matanya
yang kecil merah dan memancarkan cahaya tajam itu menatap
tajam kedepan, somentara lidahnya yang berwarna merah
darah menjulur keluar tiada hentinya, seakan-akan siap
memagut mangsanya. Manusia ular Ang Thong segera tertawa seram, kembali dia
berseru: "Kim Leng cu, aku tahu kalau kau lapar, gigitlah diatas
lenganku ini tapi jangan kelewat rakus darah yang kau hisap
pun tak boleh kelewat banyak . .."
"Koookk !" ular kecil berwarna emas itu mendadak melejit
ke udara, lalu menerjang ke atas lengan Manusia ular Ang
Thong yang sementara itu telah dipersiapkan.
Manusia ular Ang Tbong mendengus tertahan, diatas
wajahnya yang dingin terlintas suatu penderitaan yang amat
sangat hingga butiran keringat jatuh bercucuran.
433 Dia membiarkan Kim Leng cu menghisap beberapa teguk
darahnya, kemudian dengan suara gemetar dia baru berseru:
"Darahku tak cukup untuk kau hisap, aku akan menyuruh
kau menghisap darah didalam hati seseorang. ."
"Koook, koookkk,., kkkoookk . . ." ditengah udara kembali
berkumandang suara jeritan ular yang sangat aneh dan amat
menusuk pendengaran. Setelah berpekik tiga kali, Kim Leng-cu manggut manggut
dan melompat turun ke atas tanah dengan jinak.
Dengan cepat Manusia ular Ang Thong mengeluarkan
sebuah pil dan selembar kertas putih dari dalam sakunya,
kemudian dengan kecepatan luar biasa melukis raut wajah
Liong Tian-im. Yaa, siapa pun tak ada yang menyangka kalau Manusia ular
Ang Thong selain merupakan seorang ahli dalam menjinakkan
ular, dia pun masih terhitung seorang pelukis ulung, hanya
berdasarkan daya ingatannya saja dalam perjumpaan yang
satu kali saja dengan Liong Tian-im, ternyata dia berhasil
melukis seluruh ciri khas dari anak muda tersebut di atas
lukisannya. Sekulum senyuman keji segera terlintas dari wajahnya yang
berkeriput dia menggetarkan lukisannya ke tengah udara, lalu
melukiskan pula sebuah hati.
Setelah itu sambiI tertawa seram serunya: "Bocah keparat
itu tak akan menyangka jika akupun pandai mempergunakan
ilmu Tui sim gi hun tay hoat (ilmu pengejar hati pemindah
sukma) yang sangat populer diwilayah Biau, hmmm, . . asal
aku dapat melukis wajahnya dan membuat sebuah hati aku
434 dapat membuatnya menderita siksaan yang amat dahsyat
karena hatinya digigit oleh beribu ribu ekor semut, aku akan
menyuruhnya menderita setiap hari hingga sampai ajalnya
tiba. .. Dengan cepat dia menggigit ujung jarinya sampai berdarah,
ketika diayunkan ke tengah udara, dengan cepat muncrat
keluar gumpalan darah yang menyebar dan membasahi
lingkaran hati diatas lukisan tersebut.
Diam diam Manusia ular Ang Thong membacakan
manteranya, kemudian sambil tertawa seram berseru:
"Aku akan menyuruhnya berlutut dihadapan ku sambil
memohon kepadaku agar melepaskan hati ular ini, waktu itu
semua keangkuhan dan kekerasan hatinya akan berubah
menjadi rengekan dan penuh suara minta belas kasihan,
segenap titik kelemahannya akan terlihat jelas atau jika dia tak
mau berbuat demikian biarlah ia menantikan saat ajalnya tiba
..." Bergumam sampai disitu, dia lantas memandang sekejap ke
arah Kim Leng-cu yang berbaring tenang diatas tanah.
Tampak Kim Leng-cu sedang memperhatikan percikan
darah diatas lukisan tersebut dengan sorot mata amat rakus,
sementara mulutnya memperdengarkan jeritan dan desisan
yang melengking, ia menengadah seakan akan siap menerjang
ke arah lukisan tersebut.
Manusia ular Ang Thong segera meraung keras, serunya:
"Aku hanya menyuruh kepadamu untuk berubah menjadi
seekor ular hati, selamanya menghisap darah dalam hatinya
.." 435 Kim leng cu berkaok aneh, tubuhnya pelan pelan bergerak
ke depan, kemudian melingkari lukisan mana dan mengendus
darah segar yang terpercik diatas lukisan berbentuk hati itu.
Menyaksikan hal ini, Manusia ular Ang Thong segera
mencaci maki dengan marah:
"Kau si keparat yang rakus, sama sama merupakan darah
yang mengalir keluar dari badan ku, mengapa tidak kau hisap"
Apakah darah hati tak berwujud yang berhasil kuciptakan ini
bisa terendus pula bau amisnya bocah keparat itu. . ."
Kim Leng cu mendengus berapa kali ditengah udara,
mendadak dia melompat masuk kedalam hati yang berada
dalam lukisan itu dan menjilati darah yang terpercik disitu.
"Heeehh, . heehhh. , heehhh. . ." Manusia ular Ang Thong
mendesis seram, ke arah di mana Liong Tiang im pergi tadi,
dia segera meraung keras.
"Nilobato si raja Ular, . . harap kau mencengkeram hati si
bocah keparat itu. . ."
ayebaf keseluruh penjuru tempat itu.
Waktu itu Liong Tian-lm sedang berlarian kencang,
mendadak ia merasakan hatinya sakit sekali, hawa murninya
tahu-tahu buyar dan tubuhnya segera roboh terjengkang ke
tanah. Dengan penuh penderitaan dia meraba hati sendiri,
kemudian serunya dengan suara gemetar "Aduuuh, kenapa
hatiku bisa menjadi sakit sekali secara mendadak ?"
436 Seluruh tubuhnya gemetar keras, dia merasa seluruh
hatinya seolah-olah hendak pecah dan hancur, bagaikan ada
seekor ular yang melilitnya kencang kencang, saking kesakitan
dia sampai mundur dengan sempoyongan lalu roboh
terjengkang keatas tanah.
Menanti dia meronta bangun dari atas tanah didepan
matanya sana terbentang sebuah telaga besar berbentuk
kipas yang berwarna hijau, peluh dingin bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya, pemuda itu merasakan hatinya
menderita sekali bagaikan ditusuk tusuk dengan pisau tajam.
Akhirnya sambil mendesis parau, buru buru dia berjalan ke
tepi telaga dan membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air,
setelah meneguk beberapa tegukan air telaga, dia baru me
rasakan penderitaan yang mencekam hatinya makin berkurang
Dengan sedih dia menggelengkan kepalanya berulang kali
gumamnya dengan penuh penderitaan.
"Mengapa hatiku menjadi sakit secara tiba-tiba " Apakah
nyawaku..." Tatkala sorot matanya menyaksikan bayangan tubuh
sendiri diatas permukaan telaga, mendadak wajahnya terlintas
selapis perasaan ngeri bercampur seram. lalu teriaknya
dengan amat terperanjat. "Ular hati . . ular hati. ."
Setitik bayangan ular yang sangat samar muncul diatas
jidatnya, bekas yang amat jelas itu membuat Liong Tian im
merasa terkejut bercampur ketakutan, sepasang matanya
437 terbelalak lebar bagaikan gundu, memandang tampangnya
yang menyeramkan diatas permukaan air, seketika itu juga
paras mukanya berubah menjadi pucat pias.
Katanya dengan suara gemetar:
"Konon Jika ular hati sudah muncul di atas alis mata berarti
nasibku sudah hampir berakhir, perbuatan meuyiakan apakah
yang sebetulnya telah kulakukan sehingga memaksa
keIuarnya ular hati tersebut " Kalau begitu, umur ku sudah
tidak panjang lagi."
Ia segera tertawa tergelak dengan suara yang memilukan
hati, segenap kemurungan, kesedihan dan keresahan yang
terhimpun selama berapa hari ini dilampiaskan keluar semua,
tapi ketika teringat akan budi dendam perguruannya dan
dendan kesumat ayah ibunya, dia pun merasa sedih kembali
karena akan berakhirnya kehidupan di dunia ini.
"Aaaai . .. !" Tiba-tiba dia mendengar suara helaan napas sedih, putus
asa dan pelbagai perasaan lainnya.
Liong Tian-im merasa tertegun buru-buru dia berpaling ke
arah mana berasalnya suara tadi.
Tapi dengan cepat dia menarik napas dingin, saking
terkesiapnya dia sampai mundur beberapa langkah, hampir
saja dia tak percaya kalau di dunia ini terdapat kejadian yang
begitu aneh. "Aaaai, kau anggap aku menakutkan?"
438 Suara teguran yang amat dingin bagaikan salju kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
"Haaahh . ,"! sekali lagi Liong Tian-im menjerit kaget.
Suatu perasaan yang dingin menggidikkan.
Seolah-olah memasuki neraka saja mendadak muncul dan
menyelimuti hatinya, diawasinya orang tersebut dengan
seksama, seketika itu juga hatinya bergetar sangat keras.
Tampak seorang gadis berbaju serba putih tergantung
hidup hidup diatas sebatang pohon itu, perempuan itu
memiliki rambut yang panjang terurai sebahu.
Mendadak perempuan itu melejit lalu melayang turun
keatas tanab dengan pelan, kem,u dian sambil mengawasi
Liong Tian im yang masih berdiri tertegun, ia menggelengkan
kepalanya dan tertawa. "Kau.." Liong Tian Im mundur dua langkah kebelakang.
"Untuk melindungi nyawa sendiripun tak mampu, buat apa
kau takuti aku si mayat hidup"
Sekalipun wajah orang itu dingin seperti es namun suara
pembicaraannya sangat lembut dan halus, hal ini membuat
rasa kagetnya pelan pelan bise diredakan kembali.
Diam-diam dia menghimpun tenaga dalamnya untuk
mengitari seluruh badannya, kemudian dengan sekuat tenaga
berusaha untuk menahan penderitaan didalam hati.
"Tempat ini adalah Cui sim ou (telaga patah hati)" kata
perempuan itu sambil tertawa dingin, "aku tak lebih hanya
439 setiap hari datang kemari untuk mengenang peristiwa tragis
dimana Leng Hongya telah membakar Cubo (majikan
perempuan) kami hidup hidup, Waktu itu Leng Hongya
mengapa Cubo kami seperti Cubo kami seperti musuh besar,
andaikata aku tidak menyaru sebagai Cubo dan
menggantungkan diri disini untuk menipu Leng Hong ya,
sekarang tak mungkin aku bisa bersua denganmu disini."
"Mengapa Leng Hongya bisa menaruh perasaan benci
terhadap Cubomu?" tanya Liong Tian im tertegun.
"Aaai..." perempuan itu menghela napas sedih,
?"perempuan yang tergila gila oleh cinta berjumpa dengan
lelaki yang tak berperasaan ?" Tiada cinta suci didunia ini..."
Seakan akan merasakan suatu penderitaan dan kesedihan
yang luar biasa, tatkala berbicara sampai disitu, selapis
kemurungan dengan cepat menyelimuti wajahnya, dua titik
airmata pun segera mengembang dibalik kelopak matanya itu.
Liong Tian im amat terkesiap, dia dibuat tergetar hatinya
oleh mimik sedih yang diperlihatkan perempuan itu.
Ia tak menyangka kalau dalam lembah Tee ong kok bisa
terjadi begitu banyak kejadian yang sama sekali tak terduga,
terutama sekali tentang rahasia Leng Hongya dimasa lampau,
dia ingin sekali bisa mengetahuinya agar dengan dasar kisah
maut ia bisa menentukan apakah Leng Hongya adalah
seorang manusia budiman ataukah manusia yang paling keji di
dunia ini..." Sesudah menghela napas panjang, katanya:
440 "Jika kudengar dari pembicaraanmu barusan, tampaknya
Cubo mu pasti mempunyai suatu kisah yang tragis di masa
lalu ..,." "Tentu saja" jawab perumpuan itu dengan kening berkerut.
"siapa yang tidak tahu kalau Cubo ku adalah Thian Kiam
Bok..." Dia seperti menyadari akan kesalahannya berbicara, buru
buru kata berikutnya di telan kembali mentah mentah.
Namun Liang Tian im segera merasakan hatinya bergetar
keras, seakan akan menduga kalau kejadian tersebut
merupakan sebuah rahasia dunia bersilatan yang sudah lama
terpendam. Liong Tian im mengiakan pelan, kemudian dengan cepat
berpikir: "Mungkinkah Ong bo yang dimaksudkan perempuan ini
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Thian-kiam (si
Pedang langit )" seandainya begitu, maka kedatangan Bok
toako ke lembah Tee ong kok untuk mencari Leng Hongya pun
pasti mempunyai hubungannya pula dengan Cubo yang
dimaksudkan wanita ini"
Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya:
"Apa hubungan Cubo mu itu dengan si Pedang langit?"
Paras perempuan itu berubah bebat, mendadak sambil
menarik muka serunya: "Masalah ini merupakan persoalan kami, tak usah kau
campuri lagi." 441 Setelah berhasil menemukan titik terang yang akan
menyingkap soal perselisihan antara pedang langit dan
pedang bumi, tentu saja Liong Tian im tak akan melepaskan
kesempatan tersebut dengan begitu saja.
Kendatipun perumpuan itu sudah menarik muka dan
membuat sikap Liong Tian im menjadi tersipu sipu, namun dia
sama sekali acuh, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu
apapun, dia tertawa lebar.
"Aku minta kau sudi menanyakan boleh tidak berjumpa
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Cubomu." pintanya sambil tertawa getir, "aku ada
persoalan yang hendak disampaikan kepadanya."
"Siapakah kau ?"
Paras muka perempuan itu berobah hebat mendadak
tubuhnya menerjang kemuka sambil melakukan tutukan,
telapak tangannya diayunkan dan segulung angin pukulan
yang sangat kuat dengan cepat menghantam tubuh Liong
Tian-im. "Bila kau adalah utusan dari Leng Hongya, aku akan
merenggut selembar nyawamu."
Liong Tian im merasa terperanjat juga ketika dilihatnya
sebuah ayunan telapak tangan yang ringan menghasilkan
segulung angin pukulan yangat kuat.
Satu ingatan djcgaa cepat melintas didalam benaknya, ia
segera berpikir: 442 "Sungguh dahsyat tenaga dalam yang dimiIiki perempuan
ini, aku harus menghadapinya dengan sangat berhati hati,"
Akibat penderitaan yang dialaminya karena gigitan ular hati
dalam tubuhnya si anak muda itu tidak sanggupnya untuk
menghimpun kembali segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
buru buru dia melompat kesamping menghindarkan diri dari
ancaman angin pukulan yang maha dahsyat tersebut.
Buru buru serunya dengan lantang:
"Kau jangan salah paham, aku dan Leng-Hongya sama
sekali tak punya hubungan apa-apa"
Pelan pelan paras muka perempuan itu menjadi lembut
keabali, tetapi mimik wajahnya menunjukkan kalau dia masih
belum mempercayai seratus persen pelan pelan dia
mengulurkan tangan kanannya dan mendesak kearah Liong
Tian im dengan wajah yang dingin.
"Bila kau tak menyebutkan asal usulmu pada hari ini, aku
tak akan melepaskan kau dengan begitu saja. . . " katanya
dengan suara dingin bagaikan es.
Di tinjau dari hawa napsu membunuh yang menyelimuti
wajah perempuan itu, Liong Tian im tahu kalau perempuan
tersebut telah menaruh salah paham kepadanya dianggapnya
dia sebagai anak buah yang dikirim Leng Hongya.
Sementara itu rasa sakit yang melilit telah mencekam
seluruh tubuhnya, secara lamat lamat dia merasa sakit yang
mencekam hatinya begitu menghebat, membuat peluh dingin
jatuh bercucuran dengan derasnya.
443 Ia menarik napas panjang, tangannya pelan pelan diangkat
keatas, sebuah cincin besar yang memancarkan cahaya tajam
segera memancar keluar dan amat menusuk mata.
"Kau jangan kemari...." serunya dengan suara gemetar.
Tiba tiba tubuh perempuan itu pun bergetar keras.
"Aaah, cincin maut. . ."
"Sekarang tentunya kau sudah percaya bukan bahwa aku
bukan diutus oleh Leng Hong-ya." ucap Liong Tian im sambil
tertawa getir. Belum habis dia berkata, mendadak terdengar seseorang
merintih, lalu kedengaran seorang perempuan yang serak tua
berteriak keras, "lm cu, cepat kemari !"
Paras muka perempuan yang bernama Im-po itu berubah
hebat, buru buru serunya:
"Saat Cubo minum obat telah tiba, cepat kau enyah dari
hadapanku!" Selesai mengucapkan perkataan itu, tubuhnya segera
melejit ketengah udara lalu melejit kesamping kiri telaga besar
itu. Buru buru Liong Tian im melengkungkan tubuhnya sambil
membuang bahu, dengan cepat dia menyusul dari
belakangnya. . Im Ba menjadi marah sekali tatkala ia
berpaling dan menyaksikan anak muda tersebut menyusul dari
belakangnya. "Mau apa kau mengikuti diriku ?" hardiknya keras keras.
444 Liong Tian im memperhatikan sekejap keadaan disekitar
sana, tampak dari balik sebuah goa muncul setitik cahaya
lampu yang amat lemah, sengaja dia mempertinggi suaranya
sambil berseru: "Aku ingin bertemu dengan Cubo mu !"
Dari dalam gua segera terdengar suara batuk yang
berulang ulang, kemudian terdengar seseorang bertanya
dengan suara yang parau: "lm Cu, kausedang berbicara dengan siapa?"
"Boanpwe Liong Tian-im ingin sekali berjumpa dengan
locianpwe !" seru Liong Tian im dengan suara lantang.
Dari balik gua tidak kedengaran suara jawaban, setelah
hening sesaat suara helaan napas tadi baru berkumandang
kembali. "Masuklah kemari !" ujar orang itu, "sudah belasan tahun
lamanya tempat ini tak pernah dikunjungi tamu!"
Liong Tian im segera mengucapkan terima kasih, baru saja
akan masuk, mendadak Im Cu menarik ujung bajunya dan
menatap sekejap ke arahnya dengan gemas, lalu bisiknya lirih:
"Cubo ku bertubuh lemah dan berpenyakitan, sebentar bila
bersua dengannya, kau harus sedikit menelan kepadanya,
kalau sampai membuatnya marah mengganggu kesehatan
tubuhnya, bmm ! Pertama tama kaulah yang tak akan
kuampuni !" Setelah melewati sebuah dinding gua yang lembab dalam
sebuah ruangan gua yang basah tampak seorang nenek
445 berambut putih duduk bersandar di atas sebuah batu,
wajahnya penuh keriput, sepasang matanya cekung dan
wajahnya sayu tak bersinar, dia sedang menatap ke arah
dinding gua dengan wajah termangu.
Baru saja Liong Tian-im hendak memberi hormat, nenek itu
sudah menggoyangkan tangannya berulang kali sambil
berseru: "Kau tak usah banyak adat, aku hanya ingin bertanya
kepadamu, ada urusan apa kau datang mencariku ?"
Liong Tian-im tertegun, dia tak menyangka kalau
perempuan itu begitu blak blakan selain menukas
pembicaraannya pun langsung menyinggung soal pokok
pembicaraan untuk sesaat dia tak tahu bagaimana narus
bertindak, hingga untuk sesaat dia hanya berdiri termangu
mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, kembali
nenek itu berkata: "Seandainya tak ada urusan, buat apa kau mendatangi
tempat seperti tempat setan seperti ini?"
Pelbagai ingatan dengan cepat menyelimuti seluruh benak
Liong Tian im, tiba tiba satu ingatan melintas lewat, buru buru
tanyanya. "Cianpwe, apakah kau she Bok?"
Sekujur badan perempuan itu bergetar keras, pelan pelan
sorot matanya di tujukan kembali ke wajah Liong Tian im,
446 agaknya dia tak mengira kalau anak muda tersebut
mengetahui nama marganya.
Sesudah termangu sejenak, akhirnya sorot mata tersebut
dialihkan kembali keatas wajah Im Cu.
"Aku tidak mengatakan. aku tidak memberi tahukan
kepadanya. . ." buru buru Im Cu berseru dengan jelas.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku she Bok?" tanya
perempuan tua itu kemudian dengan wajah tercengang.
Sekarang, Liong Tian im sudah tahu kalau perempuan tua
yang bernasib malang ini mempunyai hubungan sangat erat
dengan si Pedang langit Bok Keng thian, dia menarik napas
panjang panjang. "Bila kusebut nama seseorang, mungkin cianpwe akan
mengetahuinya, dia adalah saudara angkatku !"
"Siapakah dia ?" tanya perempuan tua itu cemas.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Liong
Tian im menatap wajah perempuan tua itu lekat lekat,
kemudian sahutnya: "Dia adalah toako ku, Bok Ci!"
"Haaah, adikku ?" tiba-tiba sekujur badan perempuan ini
bergetar keras seakan akan kena tersambar geledek di siang
hari bolong. Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal sengkal
serunya lagi: 447 "Kau kenal dengan adikku " sekarang dia berada di mana
?" Liong Tian-im cukup memaklumi bagaimanakah luapan rasa
girang dan gelisah yang menyelimuti seseorang yang sedang
bersedih hati, begitu ia mendengar kabar berita tentang sanak
atau keluarganya. Buru-buru katanya: "Toako ku, pun sudah berada didalam
lembab Tee ong kok, kemung kinan besar dia akan menyusul
kemari !" "Aku tak ingin berjumpa dangannya !" teriak perempuan
tua itu dengan suara dalam, "jangan kau beritahukan
kepadanya kalau aku berada disini, bila dia tahu kalau aku
telah berubah menjadi begini rupa, entah bagaimanakah
sedihnya hati bocah itu, Aaaai. , adikku yang patut dikasihani."
Liong Tiang Im menghela napas panjang, ujarnya dengan
nada amat sedih: "Cianpwe, mengapa kau bisa berubah menjadi begini rupa
?" "Aaaaai.,, ,!" perempuan itupun menghela napas panjang,
katanya dengan nada sedih.
"Kejadian lampau bagaikan impian, penderitaan dan
kebahagian datangnya cepat, perginyapun cepat, sekarang
bukankah aku amat baik " Hari hari penuh penderitaan sudah
lewat !" Tiba tiba Im Cu bertanya:
448 "Cubo, penderitaan belum berakhir, kau tak akan bisa
melupakan peristiwa biadab yang telah di lakukan Leng
Hongya untuk membakar dirimu setiap saat setiap detik kau
selalu berusaha untuk membalas dendam !"
"Aaaai . . ." Ketika peristiwa tragis yang menjadi beban dalam hatinya
itu disinggung kembali oleh Im cu, dengan penuh penderitaan
perempuan itu menghela napas sedih, dua titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya, dengan sedih dia
menggelengkan kepalanya dan menutup wajah sendiri sambil
menangis terisak. "Im Cu" katanya dengan suara gemetar. "mengapa kau
menyuruh aku memikirkan kem bali peristiwa tersebut?"
Wajah Im cu dibasahi pula oleh air mata, sambil menyeka
air mata yang meleleh keluar ia berkata:
"Bila Cu bo enggan untuk membicarakannya lagi, biar aku
yang membicarakan soal itu !"
"Akhirnya suatu rahasia dunia persilatan yang selama ini
hanya tersimpan dalam hati pun segera terungkap keluar, hal
ini membuat Liong Tiao im menjadi paham dengan segala budi
dendam yang terikat antara pedang langit dengan pedang
bumi. Setelah tertawa getir, Im Cu berkata sambit tertawa rawan:
"Cu bo adalah putri sulung pedang langit Bok Keng jin,
waktu itu Pedang bumi Leng Gwat-jin pun mempunyai
seorang putra yakni Leng Hongya, berhubung kedua keluarga
persilatan ini mempunyai hubungan yang sangat akrab maka
449 Leng Gwat-jin pun mengajukan pinangan kepada loya
keluarga kami untuk menjodohkan Leng Yok peng dengan Bok
Siau-hiang !" Walaupun usia Bok Siau hiang sudah menanjak tua, namun
diantara kerutan wajahnya masih tersisa kecantikannya
semasa masih muda dulu, dia seperti lagi termenung, tapi
sebelum Im Cu menyelesaikan kata katanya, dengan cepat dia
telah melanjutkan: "Keluarga Bok dan keluarga Leng sama sama merupakan
keluarga persilatan yang termashur pada jaman itu, sudah
barang tentu perkawinan ini dapat disepakati dengan cepat.
Tapi berhubung usiaku lebih tua dua puluh tahun dari pada
Leng Yok peng dia tak pernah mencintai aku dengan setulus
hati diluaran dia selalu menyanjungku dan menuruti
perkataanku, padahal secara diam diam dia mencuri belajar
llmu Pit liong kiam hoat yang merupakan ilmu keluarga Bok
yang hanya di waris kan kepada kaum putri tidak kepada
kaum putra. "Berhubung kami adalah suami istri, aku tak menyangka
kalau dia adalah seorang manusia berhati binatang, maka
akupun mewariskan berapa jurus ilmu pedang Thian yang
kiam hoat kepadanya. "llmu pedang keluarga kami sangat dalam dan luas, bahkan
aku sendiripun tak dapat mempelajarinya secara lengkap, aku
hanya bisa menguasahi tujuh delapan gerakan belaka, itupun
kudapatkan dengan jalan mencuri ketika ayahku sedang
berlatih pedang.." 450 "Leng Hongya memang seorang manusia yang berbakat
aneh, setiap kepandaian silat yang dilihat sekejap olehnya
segera akan dikuasai dengan sempurna, setelah mempelajari
berapa jurus ilmu pedang keluargaku, nampaknya dia belum
jaga merasa puas, dianggapnya aku sengaja tak mau
memberitahukan hal ini kepadanya, hingga persoalan ini
mendendam terus didalam hati kecilnya. Secara beruntun
diapun mempergunakan berapa macam siasat keji untuk
memaksa aku mengatakan rahasia ilmu pedang Thian yang
kiam hoat, tapi semua siasat tersebut gagal total."
"Waktu itu, aku sudah mengetahui akan kebusukan
hatinya. secara diam diam akupun mengutus orang untuk
melaporkan kejadian ini kepada ayahku.. ."
Terdorong oleh emosi dan rasa sedih yang amat besar,
sekalipun Bok Siau hiang mengisahkan semua pengalamannya
sampai disitu, napasnya segera tersengkal sengkal dengan
wajah memucat. Im Cu yang menyaksikan keadaannya amat menderita,
buru buru maju ke depan sambil memijit punggungnya, lalu
berkata: "Cubo, beristirahatlah sebentar ..."
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bok Siau hiang segera menggeleng:
"Tidak, aku harus mengutarakan semuanya, sudah hampir
tiga puluh tahun lamanya peristiwa ini mencekam dalam
dadaku sungguh beruntung aku dapat bersua dengan sahabat
karib adikku pada hari ini, asal semua rahasia yang mencekam
di dalam dadaku bisa teruarkan keluar meski harus matipun
aku tak akan merasa menyesal .. !"
451 Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal
lanjutnya: "Ketika ayahku mendengar berita itu tentu saja marah
sekali, pada malam itu juga dia segera berangkat
meninggalkan Toa pousat nia untuk merundingkan peristiwa
ini dengan pedang bumi Leng Gwat jin.
Walaupun Leng Gwat jin nampak lemah lembut diluar,
sesungguhnya dia merupakan seorang manusia yang amat
licik, ketika ditegur dia segera minta maaf, bahkan memanggil
Leng Hongya datang dan menegurnya dihadapan ayahku,
peristiwa tersebut pun berlalu dengan begitu saja . . ."
Liong Tian im yang mendengar cerita tersebut segera
merasakan darah panas yang mendidih dalam dadanya,
seluruh urat nadi dalam tubuhnya seakan akan hendak
meledak. Diam diam ia menghela napas panjang, pikirnya dengan
cepat. "Sungguh tak kusangka Leng Hongya bersedia mengawini
seorang perempuan yang dua puluh tahun lebih tua darinya
sebagai istrinya, tak heran kalau dia tidak menyukai encinya
Bok toako, kalau begitu dia pasti berniat untuk mencuri
rahasia ilmu pedang diri leluhur pedang langit.."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Bok Siau
hiang telah melanjutkan kembali kata katanya:
"Sejak peristiwa itu Leng Hongya semakin membenci diriku,
dia menganggap aku sebagai duri dalam mata, suatu malam
sewaktu aku sudah tertidur, diam diam dia mencampuri teko
air tehku dengan semacam obat beracun yang lihay sekali,
452 aku memang mempunyai kebiasaan minum teh sebelum tidur,
baru saja air teh beracun itu akan kuteguk, mendadak cawan
itu pecah dan air tehnya tumpah kemana-mana."
"Waktu itu aku belum tahu kalau nyawaku baru saja lolos
dari lubang jarum, baru saja akan kuperintahkan dayangku
untuk membersihkan lantai, kebetulan seekor anjing
peliharaanku menerjang masuk dari luar kamar, lalu menjilati
air teh yang terpercik ditanah, apa yang terjadi " Tak selang
berapa saat kemudian anjing itu muntah darah dan mati
konyol." Liong Tian im merasakan hatinya bergetar keras setelah
mendengar kisah tersebut, diam diam dia menggelengkan
kepalanya sambil menghela napas, pikirnya:
"Aaaai, orang bilang hati manusia sukar di duga, siapa pula
yang mengira Leng Hongya begitu tega menggunakan obat
beracun untuk mencelakai isterinya sendiri."
Sementara itu Bok Siau-hiang sendiripun sudah tenggelam
dalam lamunan sendiri, sepasang matanya memandang
kearah dinding gua dengan pandangan kosong, sementara
wajahnya menunjukkan pelbagai perubahan mimik wajah.
Dengan suara dalam, akhirnya dia berkata lebih jauh:
"Waktu itu aku baru tahu kalau Leng Hong ya ada maksud
untuk mencelakai jiwaku, saking mendongkolnya aku sampai
menangis tersedu, semalaman suntuk aku duduk termenung
sambil memutar otak memikirkan persoalan itu, aku hendak
menunggu datangnya lelaki yang tak berperasaan itu dan
menanyakan masalah tersebut kepadanya."
453 "Siapa tahu tengah malam itu dia baru pulang ke kamar,
aku pura pura berlagak sudah tertidur pulas, dia memanggil
namaku berulang kali, suaranya amat memelas dan hampir
saja aku hendak merangkak bangun sambil mengajaknya
berbincang bincang. "Ketika ia melihat aku Iama sekali tidak menjawab,
mendadak dia menengadah sambil tertawa terbahak bahak
bahkan mengucapkan pula sepatah kata.
Pada saat itu Liong Tian-im seakan akan sudah melupakan
penderitaannya akibat hati yang tersayat sayat, dengan agat
tegang dia segera bertanya:
"Apa yang dia katakan ?"
Dengan menirukan nada suara Leng Hong ya pada waktu
itu, Bok Siau hiang menjawab dengan suara lirih.
"Dia bilang begini "Kau perempuan rendah kiranya mampus
juga, Hmm. . . dengan mengandalkan nama besar keluarga
Leng kami, siapa yang kesudian dengan perempuan jelek
macam kau" Huuh, seandainya tidak memandang pada ilmu
pedang Thian yang kiam hoat kepandaian mu. . ."
"Waktu itu aku merasa gusar bercampur sa p hati, sambil
membalikkan badan ingin segera kuperseni sebuah
tempelengan keras pada wajahnya.
"Tapi orang itu memang seorang yang berwatak licik dan
panjang akal busuknya, sewaktu menyaksikan aku melompat
bangun dengan terperanjat segera dia mengucapkan kata kata
yang sangat enak didengar dengan wajah penuh senyuman
bahkan sengaja menggoda aku, mengatakan aku menjadi
bertambah cantik bila sedang marah. ."
454 "Aku memang orang yang tak tahan menghadapi bujuk
rayu yang amat enak didengar itu, kontan saja hatiku menjadi
lunak kembali diapun mengajak aku untuk membicarakan soal
soal lain, kemudian minta diri dengan alasan masih ada
urusan. Siapa tahu dia pergi untuk melaksanakan suatu
rencana pembunuhan yang paling biadab dan terkutuk. . ."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia hentikan sampai
ditengah jalan, diatas wajahnya yang dingin kembali terlihat
kejangan kejangan penuh penderitaan.
Sambil mengepal tinjunya kencang kencang, serunya
sambil menggertak gigi: "Dalam persoalan apa pun aku dapat memaafkan dia, tapi
hanya dalam peristiwa ini sa ja aku tak dapat memaafkan dia.
. ." Suatu perasaan menderita yang amat menyakitkan hati
mendadak muncul pula dari dalam hati Liong Tian im, sakit
hatinya dia sampai menjerit kesakitan, digenggamnya dada
sendiri kencang kencang, sementara peluh dingin jatuh
bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan pandangan dingin Bok Siau hiang melirik sekejap
ke arahnya, kemudian berkata.
"Ular hati sudah muncul di antara kerutan alis matanya, bila
ular hati itu belum tercabut jangan harap bisa sembuh, aai . . .
sungguh tak kusangka kau yang masih begitu muda sudah
mempunyai rahasia hati yang melukai hatimu sehingga
memaksa ular hati menggigit hati..."
455 Walaupun dia adalah seorang keturunan dari suatu
keluarga persilatan besar, namun untuk sesaat tak diketahui
olehnya kalau Liong Tian im sudah terkena ilmu Tui sim gi hun
tay hoat yang merupakan ilmu paling rahasia di dalam wilayah
Biau, kalau tidak, sudah pasti perempuan yang bernasib jelek
ini pasti akan menjerit kaget.
Buru buru Liong Tian im mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melawan penderitaan yang menusuk hati itu, kemudian
setelah berhasil agak menenangkan hatinya, dia berseru:
"Kau tak usah menggubris diriku. cepat lanjutkan ceritamu
itu." Bok Siau hiang tertawa sedih, kemudian melanjutkan
kembali kisah ceritanya: "Setelah Leng Hongya keluar dari kamar, aku pikir dia tentu
merasa menyesal karena sudah bertindak keji terhadap istri
sendiri dalam hati akupun memaafkan perbuatannya itu,
alasannya usiaku memang dua puluh tahun lebil tua
daripadanya, tanpa terasa muncul suan perasaan kasih sayang
seorang kakak terhadap adiknya dibalik hubungan suami istri,
Siapa tahu dia adalah seorang manusia yang lebih rendah
daripada seekor binatang."
"Tak lama setelah dia keluar, aku mendengar ada orang
mengetuk pintu, ketika aku keluar untuk melihat siapa yang
datang, seorang lelaki berkerudung telah menerjang kedalam
kamarku dan merobek robek pakaian yang kukenakan,
sementara itu aku sedang bingung dan kacau pikiranku,
terhadap usaha perkosaan tersebut aku tak beringatan untuk
melakukan perlawanan apa pun.
456 "Disaat yang amat kritis itulah mendadak Leng Hongya
munculkan diri dan memukul lelaki tersebut, kemudian
mencaci maki aku sebagai perempuan rendah yang tidak
setia, perempuan yang nyeleweng, bahkan menitahkan
kepadaku untuk bunuh diri, dia mengancam jika aku tidak
segera bunuh diri maka dialah yang akan membunuhku."
"Waktu itu aku tak bisa membantah atau mengucapkan
sepatah kata pun, yang bisa kulakukan hanya menangis
tersedu sedu." "Setelah meninggalkan seutas tali putih, Leng Hongya
segera berlalu meningggalkan tempat itu, sedang aku tahu
dari pada hidup lebih baik mati saja dengan menggantung
diri." "Pada saat itulah Im Cu datang dengan tergesa-gesa dan
melaporkan kalau Leng Hongya hendak membakar rumah itu,
dia minta kepadaku agar cepat cepat selamatkan diri,,"
Berbicara sampai disini dia melirik sekejap kearah Im Cu,
kemudian lanjutnya dengan suara sedih:
"Pada saat itulah aku baru memahami serangkaian siasat
keji dari Leng Hongya tersebut, aku tidak rela untuk mati
dengan begitu saja, setelah berunding dengan Im Cu, diapun
menyaru sebagai aku untuk menggantung diri sementara aku
berusaha melarikan diri."
"Menanti aku sudah kabur, api telah menjalar ke seluruh
bangunan rumah, sungguh tak nyana Im Cu memang cerdik,
sesaat api mulai membara, dia pergunakan perawakan lelaki
yang tewas itu untuk menggantikan tempat duduknya,
sementara dia pun melarikan diri lewat kebon belakang.
457 "Begitulah, sejak detik itu kami pun bersembunyi terus
disini, dalam waktu angka dua tiga puluh tahun sudah lewat ...
" Makin bercerita hatinya semakin berat dan sedih, air
matanya bercucuran amat derasnya.
Tatkala menyelesaikan kisah tersebut dia sudah
bergoncang keras menahan isak tangisnya yang menjadi jadi,
lm Cu turut melelehkan air mata sambil menangis pula.
Liong Tian In sama sekali tak menyangka kalau Leng
hongya dari lembah Tee ong kok adalah seorang manusia
berhati bengis yang lebih keji dari pada binatang, kontan saja
segulung hawa amarah menerjang keluar dari dalam dadanya.
"Hmm...." dia mendengus dingin, pikirnya kemudian:
"Baru pertama keli ini kujumpai manusia licik yang
berwajah saleh, setelah kuketahui masalahnya maka aku pun
harus mencampurinya pula, akan kutantang Leng Hoogya
untuk bertarung ... "
- OOOoO ^O^ i0Q0O APA yang dipikirkan didalam hatinya tak berani
diperlihatkan keluar, maka sambil menunjukkan sikap
keheranan, anak muda itu segera bertanya lagi:
Dengan menyembunyikan diri disini, apakah kalian dapat
mengelabuhi Leng Hongya?"
Bok Siau hiang tertawa pedih.
458 "Leng Hongya sebegai seorang tokoh persilatan, tentu saja
mempunyai banyak anak buah yang setia kepadanya, tak lama
kemudian diapun sudah mendapat tahu kalau kami berhasil
meloloskan diri dari bahaya maut, tapi dia seperti merasa
takut terhadap suatu hal hingga tidak melakukan pengejaran
lagi terhadap kami, diam-diam mengirim orang untuk siang
malam mengawasi kami berdua dia tidak memberi
kesempatan kepada kami untuk melarikan diri dari lembah Tee
ongkok ini. ." Setelah menyeka air mata, Im Cu turut me
"Hari ini tampaknya disini telah terjadi suatu peristiwa
besar, seluruh pengawal yang mengawasi tempat ini telah
ditarik pergi, oleh karena itulah meski kau sudah lama sekali
tiba disini namun jejakmu belum juga diketahui orang.."
Diam diam Liong Tian im menghela napas panjang sekali
lagi dia berpikir dalam hati.
"Tentu saja kalian tidak tahu kalau Bok toako ku dengan
menyoren pedang telah menyerbu ke dalam lembah Tee ong
kok ini sehingga membuat Leng Hongya ketakutan setengah
mati, ditambah lagi sepuluh manusia bengis dari kolong langit
ikut melakukan pengacauan, tentu saja dia tak punya waktu
lagi untuk mengurusi tempat ini..."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
dari luar gua terdengar suara langkah kaki yang amat lirih.
Im Cu maupun Bok Siau hiang sama-sama terasa
terperanjat dengan pandangan bergidik mereka mengawasi
mulut gua lekat lekat. 459 Liong Tian im pun tak berani bertindak gegabah, diam diam
ia menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya ke dalam
telapak tangan guna bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan.
Dengan cepat Bok Siau hiang memberi tan da kepada Liong
Tian-im. kemudian bisiknya.
"Cepat menyembunyikan diri ke belakangku, kita berbicara
lagi setelah tahu siapa yang datang . ."
Liong Tian-im tahu tenaga dalamnya tak bisa dihimpun
sekarang akibat gigitan ular dalam hatinya, dengan cepat dia
mengangguk dan menyembunyikan diri kebelakang tubuh Bok
Siau hiang, setelah itu mengawasi ke arah depan deagan
pandangan tajam. "Setelah suara langkah itu bergema, tiba tiba suasana
diluar gua menjadi hening kembali, lewat sesaat baru
terdengar seorang berseru dengan suara yang tua tapi penuh
tenaga: "Siau hiang! Siau hiang !"
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu mendengar suara panggilan yang amat dikenalnya
itu, sekujur badan Bok Siau hiang lalu gemetar keras, suatu
perasaan yang bagaikan di alam impian membuatnya tak
sanggup menjawab untuk sesaat lamanya.
"Kau . . . kau masih teringat akan diriku?" akhirnya dia
berseru dengan suara gemetar.
Tampaknya orang yang berada diluar gua itu merasa sedih
sekali setelah menghela napas berat, ujarnya:
460 "Bolehkah aku masuk ke dalam untuk menengok dirimu?"
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, suara langkah
kaki yang amat nyaring segera berkumandang datang.
Dibawah sorot cahaya lentera yang redup, tampak seorang
kakek berdiri didalam ruangan dengan perkasanya.
"Mau apa kau datang kemari?" bentak Bok Siau hiang
kemudian dengan airmata bercucuran.
Kakek tersebut tertawa sedih.
"Bagaimana pun juga kita pernah menjadi suami istri,
apakah kau sama sekali telah melupakan hubungan cinta kita
dulu..." kata kakek itu sambil tertawa rawan.
Liong Tian im yang bersembunyi dibalik pembaringan batu
segera mengintip keluar lewat celah celah batu, tampak
olehnya Leng Hongya adalah seorang kakek yang berwajah
saleh dan ramah, sama sekali tidak terlintas kelicikan.
Melihat itu, diam diam dia menghela napas pikirnya :
"Ai .. tampaknya menilai orang tak bisa menilai dari
wajahnya saja seandainya aku tak pernah mendengar tentang
kejahatan-kejahatan dan kekejaman yang pernah dilakukan
Leng Hongya, aku benar benar tak akan percaya kalau
manusia semacam ini adalah seorang manusia buas yang
kekejamannya seperti harimau ..."
Bok Siau hiang memang bernasib jelek, perkawinan yang
tak berbahagia membuat hatinya yang hancur tak pernah
merasakan setitik kehangatanpun.
461 Walaupun dia membenci Leng Hongya, namun didalam
benaknya masih sering muncul tingkah laku atau gerak gerik
dari Leng Hong ya, telinganya juga seakan akan mendengar
bujuk rayunya yang memabukkan.
Oleh sebab itu, setelah berjumpa dengan Leng Hongya, tak
urung timbul juga perasaan cinta didalam hatinya, goncangan
yang dialami dalam harinya hampir saja membuat dia tak
sanggup untuk mengendalikan diri.
Dengah perasaan bergetar keras, perempuan itu segera
berseru: "seandainya kau masih teringat dengan hubungan cinta
kasih kita dulu, tak mungkin kau baru datang menjengukmu
pada hari ini" Dengan cepat Leng Hongya menggeleng, katanya:
"Siau hiang, hingga kini kau masih belum dapat memahami
diriku, sejak terjadi peristiwa itu, aku tahu kalau aku salah,
tidak seharusnya mencurigai istri sendiri nyeleweng, oleh
karena itu sewaktu kau dan Im Cu melarikan diri kemari,
akupun tak pernah mengusik kalian lagi, setiap hari aku
menyesali kesalahanku dulu, aku berharap suatu hari bisa
mendapatkan perhatian darimu..."
"Ciiis, kau tak usah berlagak lagi dihadapanku, aku
bukannya tidak tahu kalau kau..."
"Walaupun ucapannya masih keras, namun hatinya sudah
mulai melunak dan melumer oleh bujuk rayu yang manis
tersebut." 462 Leng Hongya memang pandai sekali melihat keadaan, dia
tahu sikap keras dan dingin dari Bok Siau-hiang tak mungkin
bisa bertahan kelewat Iama.
Buru buru dia maju sambil memperhatikan wajahnya lekatlekat,
kemudian bisiknya: "Siau hiang, kau amat kurus selama beberapa tahun ini kau
pasti hidup mengenaskan .."
Bok Siau hiang adalah seorang perempuan lemah yang tak
tahan terhadap godaan, sewaktu dilihatnya Leng Hongya
begitu menaruh perhatian kepadanya. tanpa terasa rasa
dendamnya selama berapa tahun seperti melumer didalam
beberapa patah kata tersebut.
Selapis cahaya merah dengan cepat menyelimuti wajahnya,
walaupun sedang sakit namun mana orang dapat
membedakan . . " "Kau masih teringat akan diriku. . ." katanya dengan suara
gemetar keras. Menggunakan kesempatan itu, Leng Hongya maju
selangkah lagi kedepan, katanya lebih jauh:
"Aku tak pernah melupakan dirimu, Siau hiang, bila kau
bisa melupakan kesalahanku dulu, aku bersedia untuk rujuk
kembali denganmu. . ."
"Aaah . ." Bok Siau hiang menghela napas sedih, "terlalu
terlambat, aku tidak mempunya rejeki semacam itu. . ."
463 Leng Hongya benar benar merupakan seorang yang
berotak cerdas, licik dan banyak tipu muslihatnya, hampir
semua perkataan yang diucapkan olehnya merupakan kata
kata yang menarik dan sedap didengar.
BegituIah takala dilihatnya Bok siau hiang sudah mulai
tertarik hatinya, mendadak dia menghela napas panjang,
selapis kemurungan kembali menghiasi wajahnya.
"Aaai. . ." Bok Siau-hiang tak kuasa membendung serangan bujuk
rayunya yang cukup memabukkan hati, ketika melihat wajah
Leng Hongya diliputi kemurungan dan kesedihan, hatinya
segera bergetar keras, tanpa disadari diapun menaruh
perasaan kuatir bagi keselamatan Leng Hongya.
Dengan perasaan tidak habis mengerti dia lantas menegur:
"Yok peng kau mempunyai rahasia hati apa yang
merisaukan hatimu." Leng Hong ya yang cerdik tidak langsung menjawab
pertanyaan itu, dia segera mengatur jebakan berikutnya untuk
memperangkap mangsanya: Tiba-tiba dia mengambil keluar sebutir mutiara besar yang
amat menyilaukan mata dan diserahkan kepada Im Cu yang
berada di sisinya, dengan nada yang bersungguh sungguh dia
berkata. "Im Cu. selama berapa tahun ini kau selalu melindungi dan
merawat Cubo secara seksama, aku tak punya apa apa untuk
menyampaikan rasa terima kasihku itu, ambilah mutiara Pek
sui cu ini sebagai ucapan rasa terima kasih ku.."
464 "Aku tidak membutuhkan pemberianmu." tampak Im Cu
dengan suara dingin, "lebih baik serahkan saja kepada orang
lain...." Agakoya Leng Hongya telah menduga akan penolakan
tersebut, sambil tertawa tersipu sipu dia lantas berpaling
kemudian tanyanya lagi. "Siau hiang, apa yang kau tanyakan kepada ku barusan?"
Waktu itu Bok Siau hiang seakan akan sudah melupakan
semua penderitaan yang dialaminya selama ini akibat
perbuatan dari Leng Hongya, dengan mata berkaca kaca dan
tubuh gemetar ia berkata:
"Tampaknya kau seperti menjumpai suatu persoalan yang
sangat berat dan seriusnya..."
Leng Hongya menghela napas panjang.
"Aiaai, . . benar, sekarang aku memang lagi menjumpai
kesulitan- sahutnya, "oleh karena aku sudah kehabisan akal
dan akupun takut kau marah bila mengajakmu berunding, aai.
. aku. ." Bok Siau hiang segera tertawa getir.
"Bagaimanapua juga kita pernah menjadi suami istri selama
banyak tahun, urusanmu sudah sepantasnya kalau akupun
ikut memikirkannya . ."
"Kalau dibicarakan benar benar membuat orang tidak
percaya." kata Leng Hongya sambil menggelengkan
kepalanya, "tengah hari tadi telah muncul seorang buta yang
melakukan pembantaian secara besar besaran dalam lembah
465 ini, ia bersikeras hendak menjumpai diriku setelah aku keluar,
diapun berulang kali ingin mencarimu, dia menyebutnya
sebagai adikku, oleh karena aku merasa bersalah kepadamu,
dan akupun tak tega membunuhnya, terpaksa aku datang
kemari ingin bertanya kepadamu . ."
Dengan perasaan bingung Bok Siau hiang menggelengkan
kepalanya berulang kali, serunya cepat:
"Aku tidak mempunyai seorang adik yang buta, seandainya
dia adikku, tak mungkin matanya buta. . ."
Liong Tian im merasa hatinya bergetar keras segera
pikirnya: "Yaa, benar Leng Hongya pasti sudah berjumpa dengan
engkoh Bok Ci kalau begitu Bok toako telah bersua dengan
Leng Hongya entah ilmu pedang siapakah yang lebih unggul
?" Tiba tiba terdengar Leng Hongya bertepuk tangan nyaring
sambil berseru keras: "Betul, seandainya dia adalah adikmu, aku pasti akan
kenalinya dalam sekilas pandangan, wajah sibuta ini
mempunyai sebuah codet yang hampir sama dengan codet
adik, itulah sebabnya merasa rada sangsi."
Bok Siau hiang menghela napas panjang.
"Aaai aku tidak kenal dengan orang ini, akupun tidak
mempunyai usul apa apa..."
Leng Hongya tertawa getir, kembali ujarnya "Dia mengaku
sebagai jago pedang buta, ilmu pedangnya benar benar sudah
466 mencapai tingkatan yang luar biasa, musuh tangguh semacam
ini meski tak perlu kita takuti, namun anehnya ilmu pedang
yang dia pergunakan justru ilmu pedang dari keluarga
kalian..." Bok Siau hiang mulai gelisah sekali, serunya kemudian:
"Kalau begitu cepat ajak aku untuk menjumpainya, coba
lihat apakah dia adalah .."
"Buat apa kau menjumpai manusia semacam ini?" kata
Leng Hongya sambil tertawa serius, berulang kali dia
mengatakan hendak merebut kembali pedang hitam Meh bok
im keluarga kalian aku lihat lebih baik serahkan saja kepadaku
agar kuusir orang itu sekarang."
Paras muka Bok Siau hiong segera berubah hebat.
"Tidak." teriaknya, "pedang Meh bok kiam adalah barang
yang menjadi pesalinku sewaktu kawin tempo hari, ayah
pernah berkata kepadaku agar pedang ini jangan
sembarangan diberikan orang, kalau tidak pemegang pedang
bisa menggunakan pedang Meh bok kiam itu menukar ilmu
silat rahasia keluargaku. sekarang di kolong langit dewasa ini
kecuali yang yang berada ditangan Siau te (adik)" jteh dibilang
pedang ini,.. " "Andaikata aku yang menginginkan apakah kau akan
berikan kepadaku?" tanya Leng Hongya sambil tertawa serak.
"Soal ini..." seperti telah mengambil keputusan, Bok Siau
hiang segera berkata lebih lanjut.
467 "Tidak, aku tak akan menyerahkan kepadamu, tenaga
dalammu sudah memperoleh warisan langsung dari ayah, kau
tak usah melatih ilmu pedang Thian yang Kiam hoat ayahku
lagi, apalagi ilmu pedang langit dan pedang bumi tak mungkin
bisa dilatih bersama."
Mendadak dari luar gua berkumandanj suara panggilan
"Ayah..." Kemudian muncullah Leng Ning ciu dalam gua itu sambil
memandang semua orang yang hadir disini dengan
keheranan. Sekujur badan Bok siau hiang gemetar keras, paras
mukanya berubah hebat, sambil menuding ke arah Leng Ning
ciu serunya: "Siapakah dia?"
Walaupun Leng Hongya adalah seorang yang cerdas, tapi
berhubungan perubahan itu berlangsungnya sangat tiba tiba
sehingga sama sekali tak ada waktu baginya untuk mengambil
pertimbangan akibatnya untuk sesaat ia tak mampu menjawab
barang sepatah katapun. Dengan gusar dia melotot sekejap ke arah Leng Ning ciu,
kemudian tegurnya: "Mau apa kau datang kemari?"
Buru buru serunya kepada Bok Siau hiang pula sambil
tertawa paksa: "Dia adalah putri angkatku .. ."
468 "Ayah, kau bilang apa?" seru Leng Ning ciu dengan wajah
tertegun karena tercengang.
Waktu itu Bok Siau hiang sudah dapat melihat persoalan di
balik kejadian itu. saking gusarnya dengan paras muka hijau
membesi dia muntahkan darah segar.
Im Cu menjadi amat terperanjat buru buru dia
mengambilkan secawan air teh baginya.
Tapi perempuan itu segera menyiram air dalam cawan itu
keatas tanah, serunya: "Ternyata secara diam diam kau telah bermain pat pat
gulipat dengan perempuan lain sehingga sudah berputri
seorang pun tak berani memberitahukan kepadaku, bagus
sekali! Hampir saja aku tertipu, rupanya kau ingin
membohongi pedang kayuku untuk pergi menjumpai ayahku"
Hmm .. asal kau dapat menghisap kembali air yang sudah
tumpah di tanah ini, pedang kayu tersebut akan kuserah kan
kembali kepadamu." Saking gusarnya sekujur badan perempuan tua ini gemetar
keras, dari mulutnya dia muntahkan darah segar berulang kali,
namun di balik matanya yang berkaca kaca, mencorong keluar
serentetan cahaya tajam yang buas di menggidikkan hati.
"Heeh . . . . heeeh ., . " melihat siasat kejinya mengalami
kegagalan total, Leng Hongya tertawa dingin tiada hentinya,
"aku sama sekali tidak berharap dengan perempuan busuk
seperti kau, sekarang diantara kita berdua pun sudah tak ada
yang bisa di bicarakan lagi, cepat serahkan pedang kayu itu
padaku, aku akan mempergunakan pedang keluarga kalian
untuk membunuh adikmu . . , . "
469 "Ayah!" seru Leng Ning ciu dengan waja tertegun setelan
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang Bok Siau hiang sekejap, "sebetulnya apa yang
telah terjadi?" "Disini tak ada urusan denganmu, cepat kau enyah dari
sini!" bentak Leng Hongya dingin.
"Aku adalah istrinya, siapakah kau?" ucap Bok Siau hiang
tiba tiba dengan sedih. "Apa?" Leng Ning ciu membelalakkan matanya lebar lebar,
"kau adalab putrinya si pedang langit Bok Keng jin" Bukankan
ayah mengatakan kau telah mati?"
Dengan wajah tercengang dia memandang LengHongya
sekejap, kemudian dengan penuh kesedihan dia menuju
keluar sambil serunya: "Akan kuberitahu kejadian ini kepadanya!"
"Balik!" bentak Leng Hongya tiba tiba sambil melompat
maju kedepan. Saat ini diatas wajahnya yang dingin kaku seperti salju itu
sudah terlintas selapis hawa napsu membunuh yang teramat
tebal, hal ini membuat Leng Ning ciu yang menghentikan
gerakan tubuhnya berpaling dengan rasa ngeri.
Selama hidup belum pernah dia menyaksikan Leng Hongya
bersikap begitu dingin dan menyeramkan seperti itu tanpa
terasa dia mundur dua langkah dengan perasaan ngeri.
Dengan wajah diliputi kemarahan yang memuncak, Leng
Hongya mengancam: 470 "Jika kan berani memberitahukan kejadian ini kepada
ibumu. akan kuhajar kan sampai matipun!"
Tiba tiba Bok Siau hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak bahak dengan seramnya, dibalik suara
tertawanya yang amat memekikkan telinga itu terkandung
pula rasa sedih, murung, duka dan pelbagai perasaan lainnya
yang dilampiaskan keluar semua.
Kemudian selesai tertawa dia berpekik nyaring:
"Heeeb . . . heeeh .. , heeeh , . , tampaknya kau pun takut
dengan bini!" Merah padam selembar wajah Leng Hongya karena jengah,
dalam keadaan begini dia tak manpu untuk mengumbar
napsunya. Leng Ning ciu seperti menjumpai suatu kejadian yang
menyakitkan hatinya. tiba tiba dia menangis sedih seduh, lalu
sambil menutupi mukanya lari keluar dari dalam gua. dari isak
tangisnya terdengar semakin menjadi jadi.
"Balik ." Suatu bentakkan nyaring tiba tiba berkumandang
memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat
itu. Menyusul suara bentakan nyaring yang lewat tersebut,
bayangan pedang nampak bergetar keluar dari luar gua.
Leng Ning ciu menjerit kaget, lalu mundur kebelakang
berulang kali dengan wajah ngeri.
471 Jago pedang buta Bok Ci dengan pedang kayu ditangannya
telah mundur didepan gua dengan gagah, dia mengendus
sebentar ketengah udara, lalu serunya sambil menudingkan
pedangnya kedepan: "Leng Hongya! Kita belum sempat bertarung" Leng Hongya
tertawa seram. "Heeeh , , , heeeh . , . ! heeeh . . . rupanya kau datang
untuk menghantar kematianmu ?"
"Sebelum datang kemari, aku sudah bertekad untuk mati"
kata jago pedang buta Bok Ci dingin, "empat belas tahun
berselang kau telah membuat sepasang mataku buta,
membuat aku kehilangan jendela sukmaku untuk selamanya,
dan sepanjang hidup berada didalam kegelapan, dendam
kesumat ini bagaimana pun juga harus kutuntut balas , .."
Pedang kayunya digetarkan membentuk satu lingkaran
busur di tengah udara, gelombang pedang yang kuat
mengikuti serentetan desingan angin serangan yang tajam
bergerak ditengah udara dan menimbulkan serentetan
gelombang hawa pedang yang amat dahsyat.
Jilid 12 "INILAH ILMU pedang Thian yang kiam hoat" sejak Jago
pedang buta Bok Ci munculkan diri, sepasang mata Bok Siau
hiang mengawasi terus wajahnya tanpa berkedip.
Sebuah raut wajah yang amat samar tapi sangat dikenal
muncul didepan matanya, namun ia tak berani memastikan
apakah orang inilah adiknya Bok Ci atau bukan.
472 Jago pedang buta yang mendengar perkataan itu segera
berpaling, kemudian tegurnya: "Siapa yang mengenali ilmu ini
sebagai ilmu pedang Thian yang kiam hoat.. ."
"Aku adalah Bok Siau hiang, siapakah kau?" buru-buru
perempuan tua itu berseru.
Jago pedang buta Bok Ci segera mengendorkan pedang
kayunya, menyusul kemudian seluruh tubuhnya gemetar
keras, dia nampak agak tertegun, seakan akan tidak percaya
dengan pendengaran sendiri.
"Toaci ku sudah mati, aku adalah Bok Ci" teriaknya
kemudian keras keras. "Oooh . . . Bok Ci. Bok Ci . . " Bok Siau hiang bergumam
dengan suara gemetar, setelah mengulangi nama si Jago
pedang buta beberapa kali, air matanya jatuh bercucuran
dengan amat terharunya dia berseru lebih lanjut : "Ooooh . .
kau adalah adikku?" Dengan cepat jago pedang buta Bok Ci menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Sepasang mataku telah buta, aku tidak tahu apakah kau
adalah enci ku atau bukan, seandainya kau benar benar
adalah enciku yang sudah mati, harap serahkan pedang Meh
bok kie mu kepadaku aku akan segera mengetahui siapa
gerangan dirimu." Bok Siau hiang melirik sekejap kearah Im Cu kemudian
serunya : "Serahkan kepada dia!"
473 Terpaksa Im Cu mengangkat bantal diatas pembaringan
Bok Siau-hiang dan mengeluarkan sebilah pedang kayu yang
berwarna hitam, bentaknya kemudian:
"Sambutlah !" Bayangan pedang berkelebat lewat, bagaikan serentetan
cahaya hitam langsung meluncur ke arah jago pedang buta.
"Aku memerlukan benda itu !" tiba tiba Leng Hongya
membentak dengan suara rendah dan dalam.
Tubuhnya turut bergerak maju ke depan, telapak tangan
kirinya diayunkan ke tengah udara melepaskan sebuah
pukulan, sementara serangan telapak tangan dari tangan
kanannya berubah menjadi ilmu jari yang secepat kilat
mencengkeram pedang kayu tersebut.
"Hmmm ... ! Tidak akan segampang ini!" seru pedang buta
Bok Ci sambil tiba menyingkir ke sampingnya,
Pedang kayu berada di tangannya digetarkan ke tengah
udara, dengan menciptakan screntetan cahaya tajam yang
amat menyilaukan mata tiba tiba saja dia menusuk dada Leng
Hongya, serangan tersebut selain tajam juga amat luar biasa.
Baru saja jari tangan Leng Hongya hendak menyambar
pedang kayu belum sedang melintas ditengah udara, tahu
tahu ujung pedang Jago pedang buta Bok Ci telah menusuk
tiba. Dia menjadi amat terperanjat tak pernah disangka olehnya
kalau si jago pedang buta Bok Ci memiliki tenaga dalam yang
begitu sempurnanya sehingga gerangan yang dilancarkan
tertuju keatas jalan darah pentingnya.
474 Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus
berkelit ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman
yang mematikan itu, tapi pedang kayu hitam tersebut tahu
tahu sudah jatuh ke tangan jago pedang buta Bok Ci.
Kenyataan ini membuat hatinya merasa sangat terperanjat
pelbagai ingatan berkecamuk di dalam benaknya.
"Sungguh tak kusangka seorang buta sudah berhasil
memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, hingga
kepandaian membunuh orang kedahsyatan yang merupakan
ilmu pedang tingkat tinggi pun berhasil di kuasai olehnya,
jikalau aku harus bertarung satu lawan satu dengannya
menang kalah sudah pasti baru bisa ditentukan dua ratus
gebrakan kemudian. tapi kejadian ini sungguh kelewat
memalukan sekali!" Dengan wajah serius ditatapnya wajah sijago pedang buta
lekat lekat dia menyaksikan Bok Ci sedang meraba pedang
kayu hitam itu tiada hentinya, sementara mimik wajahnya
yang dingin menyeramkan itu mengalami pelbagai macam
perubahan. Leng Hongya membentak keras, dia segera mengayunkan
telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan yang maha
dabsyat, teriaknya: "Kau si buta sialan, sambutlan dulu sebuah pukulanku ini!"
Angin pukulan yang menderu deru bagaikan selapis dinding
hawa secara bergelombang meluncur tiba dengan hebatnya
dan menerjang tubuh jago pedang buta Bok Ci.
Jago pedang buta Bok Ci segera melompat ketengah udara,
sepasang pedang kayunya digetarkan ke tengah tengah
475 udara, begitu lolos dari sergapan angin pukulan lawan tibatiba
saja dia melancarkan serangan dari kiri dan kanan dengan
pedangnya. Leng Hong ya merasa terperanjat sekali dengan perasaan
terkesiap pikirnya: "Apa" Dia telah berhasil menguasahi sepasang pedang
terbang?" Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
senjata itu sudah membacok tiba.
Leng Hong ya segera mendengus dingin, sepasang telapak
tangannya diputar membentuk satu lingkaran busur ditengah
udara, kemudian melayang turun kesisi Bok Siau hiang.
"Hei sibuta, tahukah kau apa yang hendak kugunakan
untuk menghadapi dirimu?" tanyanya dengan suara berat dan
dalam. Jago pedang buta Bok Ci tidak menjawab pertanyaan itu
dia menggetarkan pedangnya seraya berteriak keras:
"Cabut keluar pedangmu!"
Leng Hong ya tertawa seram, mendadak dia mengayunkan
telapak tangan kanannya dan mencengkram urat nadi pada
tangan Bok Siau hiang yang sedang duduk diatas
pembaringan kayu. Tindakan tersebut benar benar sama sekali diluar dugaan
siapa saja. walaupun si Jago pedang buta Bok Ci memiliki
476 keberanian yang melebihi orang lain, dia pun tak menyangka
kalau musuhnya bakal mempergunakan cara yang begitu
pengecut untuk menghadapinya.
Tanpa terasa dia meraung gusar, kemudian dengan
kecepatan luar biasa menerjang ke depan.
Sambil tertawa dingin Leng Hongya segera berkata:
"Mundur kau dari hadapanku, kalau tidak aku akan
memberikan suatu atraksi yang menarik untuk cicimu."
Betul juga, si jago pedang buta benar benar tak berani
maju lagi, saking cemasnya peluh dingin telah membasahi
seluruh tubuhnya. dengan gusar dia selipkan kembali pedang
kayu hitamnya kering yang lalu berjaga didepan gua dengan
serius. Bok Siau hiang belum lama sembuh dari sakitnya, ketika
kejadian sandera oleh Leng Hongya, saking gusarnya hampir
saja dia mati lantaran muntah darah.
Beberapa kali dia mencoba untuk meronta dan berusaha
untuk melepaskan diri dari cengkeraman orang, tapi selalu
gagal, lama kelamaan dengan marah dia berseru:
"Kau iblis keji berhati laknat, baru hari ini aku melihat jelas
raut wajah aslimu!" "Heeeh. . .heeh. .heeh . aku menginginktn kalian kakak
beradik dikubur dalam satu liang. ." jengek Leng Hongya
sambil tertawa seram. 477 "Aduuuh. . ." mendadak ia menjerit kesakitan, lalu
melepaskan cengkeramannya atas Bok Siau-hiang dia mundur
berapa langkah dengan sempoyongan.
Setelah itu sambil berpaling bentaknya dengan penuh
kejutan: "Manusia laknat darimana yang berani rnelukai orang
secara diam diam. . ."
Liong Tian im melompat keluar dari belakang pembaringan
katanya dingin. "Bila aku ingin melukai dirimu, mungkin sejak semula
nyawamu sudah melayang tinggalkan raga, tadi aku hanya
menotok jalan darahmu saja lantaran kau telah melakukan
suatu perbuatan yang tak tahu malu, kalau tidak, hm, kau
anggap masih punya nyawa,"
"Bagaimana caramu masuk kemari ?" bentak Leng Hongya
dengan paras muka hijau membesi.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau di dalam dunia ini
masih bersembunyi seorang jago muda lain yang sangat lihay,
andaikata dia tidak memusatkan segenap perhatiannya untuk
menghadapi jago pedang buta Bok Ci, maka bukan suatu
pekerjaan yang gampang bagi Leng Tian im untuk melukai
tubuhnya. Liong Tian im segera tertawa terbahak,
"Haah, haaah, haaah, ketika aku masuk ke mari tadi, entah
kau berada dimana." 478 Sementara itu jago pedang buta Bok Ci telah mengayui kan
pedang kayunya sambil menegur:
"Adik Liong kah di situ?"
Dia maju tiga langkah ke depan, kemudian iambii setengah
membungkukkan badan dia melancarkan sebuah tusukan
ketubuh Leng Hongya dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat. "Leng Yok-peng" teriaknya dengan suara dalam"
"kembalikan sepasang mataku."
Tiba tiba Leng Hongya melompat sambil membentak
"Apa sangkut pautnya antara matamu yang buta dengan
diriku ?"
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia memang tak malu disebut seorang tokoh persilatan
yang sangat lihay, dengan lompatan mana, ujung kakinya
menutul pelan diujung pedang jago pedang buta Bok Ci,
kemudian badannya merendah ke bawah hingga membuat
pedang kayu yang diayunkan ke depan itu melengkung ke
bawah. Waktu itu Bok Ci telah mengerahkan segenap tenaga
dalamnya ke ujung pedang tersebut dan melemparkan tubuh
Leng Hongya ke tengah udara, lantaran di satu pihak
mengerahkan tenaga, tanpa terasa kedua belah pihak pun
saling beradu kekuatan dengan amat dahsyatnya. .
Dengan sedih Jago pedang buta Bok ci berseru:
"Ketika aku masih berada dalam lembah Tee ong Vok dulu,
lantaran kau takut aku berhasil menemukan jejak enciku,
479 maka secara diam-diam kau telah membutakan mataku
membuat aku tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke
bukit Toa pousat nia, Leng Yok peng, siasat busukmu itu
sudah kuketahui dengan amat jelas.."
Liong Tian im yang mendengarkan kisah itu dari sisi arena
ikut naik darah, sekulum senyuman yang angkuh dan sinis
segera tersungging diujung bibirnya yang tipis, pelan pelan dia
meluruskan telapak tangan kanannya ke muka, lalu
membentak keras: "Toako serahkan saja Leng Hongya ini kepadaku. ."
Leng Hongya yg berada ditengah udara dengan cepat dekat
menangkap sebuah cincin bo Ikr ditangan Liong Tian im yang
memancarkan cahaya berkilauan sekujur ubahnya segera
bergetar keras, hawa murninya membuyar hampir saja ia
terjatuh dari ujung pedang.
"Cincin maut iblis emas. . . !" gumamnya dengan wajah
tercengang. Menggunakan kesempatan disaat hawa murni membuyar,
Jago pedang buta Bok Ci membentak keras, pedang yang
sedang diluruskan ke dengan itu mendadak ditarik kembali,
lalu dengan punggung pedangnya dia melepaskan bacokan
maut. Cepat-cepat Leng Hongya melayang turun keatas tanah,
secara beruntunnya berganti empat posisi, dengan suatu
gerakan yang sangat ringan dia menghindarkan diri dari tiga
serangan berantai yang dilancarkan jago pedang buta Bok Ci,
semua gerakan dilakukan sangat lincah dan licin.
480 Kemudian sambil mengepalkan ujung bajunya melancarkan
serangan pukulan dahsyat, ia berseru:
"Tunggu sebentar !"
"Masih ada persoalan apalagi yang hendak kau ucapkan."
dengus jago pedang buta Bok Ci.
Leng Hongya melirik sekejap kearah Liong Tian im,
kemudian katanya: "Tempat ini kelewat kecil, beranikah kalian
berdua untuk bertarung dengan aku diatas tebing Tay gan
kwan" Liong Tian im tertawa dingin.
"Dimanapun boleh saja, aku dan Bok toako tak akan takut
menghadapi dirimu !"
"Jangan ke situ !" tiba tiba Bok Siau hiang membentak
keras. "Cici... !" seru Jago pedang buta Bok Ci agak tertegun.
"Adikku" ujar Bok Siau hiang agak takut, "apakah kau tidak
tahu kalau Leng Yok peng adalah seorang manusia bengis
yang licik dan keji " Tay gan-kwan merupakan sebuah lembah
kematian yang sudah amat termashur, Iebih baik batalkan
saja perjanjian ditempat itu".."
"Perempuan rendah, siapa suruh kau banyak berbicara ?"
bentak Leng Hongya dengan penuh kegusaran.
Kemudian ia menengadah dan tertawa,
481 Sorot matanya pelan pelan dialihkan ke wajah Liong Tian
im dan Jago pedang buta Bok ci, lalu setelah tertawa seram
serunya: "Besok pagi aku akan menantikan kedatangan kalian
selamat tinggal." Dengan pecuh kegusaran dia menarik tangan Leng Ning-ciu
dan diajaknya keluar. "Memandang bayangan punggung Leng Ning ciu yang
menjauh, tiba-tiba Liong Tian im merasakan suatu
kemurungan yang amat tebal, dengan termangu mangu dia
mengawasi kemalul jua itu tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Akhirnya dia menghela napas sedih, suatu ingatan dengan
cepat melintas dalam benaknya.
Sebetulnya dia bukan seorang gadis yang benar benar
jahat dan jelek, dia tak lebih hanya dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sehingga menjadi terbiasa oleh kebiasaan jelek
tersebut. Segulung angin dingin berhembus lewat dan menyadarkan
kembali Liong Tian im dari lamunannya, jago pedang buta Bok
Ci datang mendekat serta menepuk nepuk bahunya, kemudian
CDen&r.knya keluar dari situ.
ooo^ ^ooo Kabut tebal menyelimuti seluruh angkasa membuat seluruh
lembah Tay gan kwan menjadi gelap gulita.
482 Ditengah kabut tebal yang menyelimuti seluruh angkasa,
nampak setitik cahaya merah bergerak lewat dan pelan pelan
bergerak menuju ke arah lembah Tay gun kwan.
"Tay gun kwan" tiga huruf besar yang tersorot cahaya
merah nampak mengerikan sekali karena diatas batuan
didepannya tergeletak tiga sosok kerangka manusia, hingga
kerangka tersebut nampak lebih menggidikkan hati setelah
tertimpa sinar berwarna merah.
Leng Ning ciu sambil membawa sebuah lentera berwarna
merah berdiri dibawah tulisan, Tay gan kwan yang besar dan
memandang jalan bukit yang berilku liku itu dengan penuh
kecemasan. Tampak kabut hampir menyelimuti seluruh jagad, tak
sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan.
Perasaan kaum wanita memang merupakan suatu yang
aneh dan sukar diraba, apalagi perasaan seorang gadis
remaja, setiap saat setiap detik perasaannya akan
berkembang mengikuti perubahan yang terjadi.
Meskipun Liong Tian im pernah membuat hatinya tercabikcabik
hingga remuk rendam diantara cinta dan benci, dia
merasa sukar untuk membedakan diposisi yang manakah dia
berada" Ia cukup mengerti tujuan dan Leng Hong ya mengajak
Liong Tian im dan si jago pedang buta Bok Ci untuk berduel
didalam lembah Tay gan kwan tak lain karena dia hendak
membinasakan kedua orang pemuda tersebut, dia lebih suka
menjahati ayahnya, daripada membiarkan dua orang pemuda
yang merupakan jago jago lihay dari golongan muda ini tewas
dengan begitu saja. apalagi jago pedang buta pernah
483 memancing kenangannya dimasa kanak-kanak dulu, tentu saja
diapun mempunyai pelbagai perasaan pula dimasa kecilnya
dulu. Leng Ning cu membereskan rambutnya yang kusut karena
terhembus angin gunung, kemudian gumamnya:
"Semoga mereka berdua jangan datang, Tay gan kwan
adalah selayak kematian, entah apapun jangan harap bisa
meloloskan diri dari pelbagai macam jebakan maut yang
berada disitu. Belum habis dia berkata, sorot matanya peIan-pelan
berputar, mendadak ia menangkap ke dua sosok bayangan
manusia yang sedang bergerak mendekat dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. Orang yang berada didepan itu mendadak melambatkan
gerakannya dan memperdengarkan keluhan kesakitan,
gerakan tubuhnya serta merta ikut menjadi lamban pula.
"Kenapa kau ?" tanya jago pedang buta dengan gelisah.
Liong Tian-im memegang dadanya kencang-kencang
dengan keringat sebesar kacang meleleh jatuh bercucuran
membasahi jidatnya, ia mengeluh dengan penuh kesakitan,
lalu Itnbil memandang ke arah jago pedang buta ia berkata:
"Belum pernah aku melakukab perbuatan yang memeras
pikiran dan perasaan. tidak semestinya aku akan merasakan
penderitaan aku digigit ular dalam hatiku, jika ular hati ini
harus kambuh dua kali sehari aku lebih suka mati saja"
Jago pedang buta memegang jidatnya sebentar, kemudian
bertanya: 484 "Apakah diatas jidatmu ada bekas leeki ular . . . ."
"Ada" sahut Liong Tian-im sambil berusaha keras untuk
mengendalikan penderitaan dalam tubuhnya, diatas jidatku
terdapat bayangan seekor ular berwarna emas . . . ."
"Aaaah . . !" Jago pedang buta Bok ci cepat terkesiap, buru
buru dia meraba nadi dan memeriksa denyutan jantung anak
muda tersebut. "Agaknya kurang beres", ujarnya kemudian. "kalau hati
digigit ular maka semestinya petanda tersebut berwarna
merah, tapi bukti ini diatas jidatmu muncul sebuah tanda ular
emas, jangan jangan kau sudah terkena ilmu Tui bi gi hun tay
hoat yang merupakan ilmu rahasia dari wilayah Biau .. ?"
Setelah termenung beberapa saat lamanya dia lantas
berkata lebih lanjut: "Jangan-jangan, dia yang melancarkan serangan keji
tersebut ?" "Siapakah yang kan maksudkan dia ?" tanya Liong Tian im
dengan suara gemetar keras.
Tapi jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya
kembali dengan wajah serius, gumamnya lebih jauh:
"Mustahil, walaupun dia adalah muridnya Lie san popo dari
wilayah Biau, tapi tak mungkin dia akan mempergunakan ilmu
rahasia semacam itu untuk melukai orang, apalagi diantara
mereka berdua sama sekali tak terikat dendam sakit hati
apapun . . ." 485 Betapa terkesiapnya dia setelah menyaksikan jidat Liong
Tian-im terasa panas bagaikan baranya api, kembali dia
berseru. "Tunggulah aku disini, selesai membuat perhitungan
dengan Leng Hongya nanti, aku akan mengusahakan untuk
mencabut keluar ular hati dari dalam tubuhmu, jikalau benar
benar perbuatan keji ini dilakukan budak tersebut, aku akan
membacok mati dirinya . .. ."
"Toako, sebenarnya siapa yang kau maksudkan ?" tanya
Liong Tian im lagi sambil berusaha keras untuk mengendalikan
rasa sakit di dalam hatinya.
Jago pedang buta Bok Ci tidak mengucapkan sepatah kata
pun, mendadak dia melejit ke tengah udara, pedang kayunya
menutul ke atas permukaan tanah dan secepat kilat dia
meluncur kedepan, dimana secara kebetulan menyongsong
kedatangan Leng Ning ciu.
"Bok Ci, kau tak boleh kesitu!" seru Leng Ning ciu dengan
perasaan gelisah. Bok Ci tertegun, kemudian mendengus dingin.
"Hmm, diantara kita sudah merupakan permusuhan yang
ibaratnya air dan api, kau tak usah mencampuri urusanku."
Ketika mengucapkan perkataan tersebut, tak terlukiskan
perasaan sedih yang mencekam perasaannya ketika itu,
ingatan semasa masih kecil dulu satu persatu melintas kembali
didalam benaknya hal ini membuat dia harus melanjutkan
kembali gerakan tubuhnya dengan penuh penderitaan.
486 Dengan suara yang besar seperti geledek, Liong Tian-im
segera membentak keras: "Toako, tunggu aku."
Dia berusaha keras untuk mengendalikan penderitaan yang
tak terlukiskan dalam hatinya, sambil melompat bangun
dengan sepenuh tenaga melakukan pengejaran, tapi belum
seberapa jauh tubuhnya sudah roboh terjengkang ke atas
tanah, kemudian memperdengarkan suara rintihan lirih.
Sementara itu bayangan tubuh jago pedang buta Bok Ci
sudah lenyap dibalik kabut yang gelap, yang tertinggal
hanyalah suara pekikan panjang yang amat nyaring.
Dengan gemas Liong Tian im menghantam hantam
permukaan tanah, kemudian berseru dengan lantang:
"Aku tak boleh mengingkari janjiku dengan Leng Hong ya,
lebih-lebih tak boleh membiarkan Bok toako pergi
menyerempet bahaya seorang diri, jika aku tak berhasil
menyusul pertarungan antara Leng Hong ya dan toako, aku
lebih suka mati saja daripada menjadi seorang yang
mengingkari janji?" Dengan memaksakan diri dia merangkak maju beberapa
langkah kedepan, mendadak sepasang sepatu bersulam warna
hijau muncul di hadapannya.
Pelan pelan dia menengadah, tampaklah tangannya sambil
berseru lantang: "Pergi kau dari sini, bukankah kau ingin leticelSi'kal diriku?"
Leng Ning ciu menghela napas sedih, ujarnya pelan:
487 "Kau sudah terkena ilmu Tui sim gi hun tay hoat dari
wilayah Biau, bila tidak dibebaskan dari pengaruh tersebut
maka pikiranmu akan menjadi kalut dan ruwet, akhirnya
hatimu akan pecah dan tewas, keadaan seperti ini paling
berpantangan mengerahkan tenaga, mengapa kau bisa
bentrok dengan seorang tokoh ilmu sesat seperti itu" untung
saja kau telah berjumpa dengan aku, kalau tidak ilmu tenung
seperti itu sukar sekali untuk di punahkan . ."
"Aku tak sudi menerima kebaikanmu, harap kau segera
enyah dari hadapanku. .. " seru Liong Tian-im dengan suara
gemetar. Ling Ning-ciu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Apa sih gunanya kau berkeras kepala. Tak ada orang yang
bisa menahan penderitaan dan siksaan tak berwujud seperti
ini, orang yang menunggumu sedang menunggu kau balik
kepadanya dan mohon bantuan darinya. .."
Selapis hawa pembunuhan yang amat tebal segera
menyelimuti wajahnya, dengan wajah dingin dia melanjutkan:
"Aku akan menyuruh orang yang melepaskan ilmu tenung
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersebut datang menghadapku dengan membawa darah,
kemudian aksn kusuruh dia merasakan ilmu Nio jiu hun si tay
hoat (ilmu panca lengan pemisah nyawa) untuk membalaskan
sakit hatimu itu .."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah bola besar
berwarna merah, selapis kabut merah tampak menyelimuti di
seputar bola tadi sehingga bentuknya menyerupai sebuah
mutiara besar yang tembus mata.
488 Gadis itu meniup mutiara besar itu dua kali kemudian
sambil meletakannya ke atas telapak tangan, dia mengangkat
benda itu tinggi sambil mengucapkan beberapa patah kata
mantera..... Pelan pelan diatas mutiara besar itu muncullah seekor ular
kecil berwarna keemas emasan.
Dengan wajah serius Leng Ning ciu segera serunya kepada
Liong Tian im. "Ular emas tersebut merupakan ular Kim lian coa yang
amat tersohor diwilayah Biau, kau sudah pernah melihatnya."
Liong Tian im menggelengkan kepalanya berulang kali, tapi
dia merasa keheranan mengapa ular emas yang muncul diatas
bola besar itu secara lamat lamat bisa sama dengan badan
ular yang muncul diatas jidatnya, seolal olah kedua ekor ular
tersebut sebenarnya adalah seekor ular yang sama.
Leng Ning ciu memandang sekejap ke arah bayangan ular
diatas mutiara besar tersebut kemudian menutulkan pelan ke
depan sambil berseru: "Kau masih berani bermain gila !"
Ular emas yang muncul diatas bola merah besar itu
kelihatan bergetar keras kemudian memperdengarkan jeritan
ngeri yang memilukan hati . ...
Leng Ning ciu segera merunjuk ke arah belah kiri sambil
berseru: 489 "Aku kira orang yang melepas ilmu tenung tersebut sudah
memiliki kepandaiannya amat lihay, tampaknya kepandaian
tersebut belum mencapai pada puncaknya, dia hanya bisa
melukai orang dengan kepmdaian tersebut dari arah tiga li
saja." Ketika Liong Tian im berpaling, dia menyaksikan si Manusia
ular Ang Thong dengan sekujur badan bermandikan darah,
rambut awut-awutan seperti orang gila berlarian mendekat
dengan keheranan anak muda itu berseru:
"Hei mengapa bisa dia?"
Sementara itu Manusia ular Ang Thong sedang berpekik
penuh kegusaran: "Lonte busuk darimanakah yang tidak tahu aturan dan
berani merusak ilmu tenungan aku manusia ular Ang Thong"
Apakah kau sudah melupakan pantangan yang pernah di
berikan Cousu ilmu tenung tersebut kepadamu ..."
Rupanya orang yang menguasai ilmu tenung tersebut
dilarang untuk saling bunuh membunuh, oleh karena itu
barang siapa yang pergi ke wilayah Biau dan mempelajari
kepandaian mana, semuanya terkena pantangan tersebut dan
tak akan sembarangan bertarung dengan itaui dari sealiran,
kecuali tsntu saja bisa di antara mereka terikat dendam sakit
hati yang lebih dalam dari samudra.
Leng Ning ciu tertawa seram.
"Ehmm, dibandingkan dengan aku, kau masih ketinggalan
kelewat jauh Ang Thong, dalam dunia persilatan kau terhitung
pula seorang manusia yang punya nama, mengapa kau
lakukan tindakan sekeji ini terhadap dirinya..."
490 Dengan penuh kebencian Ang Thong melotot sekejap ke
arah Liong Tian im kemudian katanya:
"Dia telah menbunuh saudara saudara angkatku, dendam
sakit hati ini harus aku tuntut balas."
"Hmm!" Leng Ning ciu mendengus dingin "kau berani
mendatangi lembah Tee ong kok, apakah dosa ini tidak
besar...." Mendadak dia rentangkan telapak tangannya lebar lebar,
kemudian menyambar ke tubuh Ang Thong.
Seekor ular kecil berwarna keemas emasan mendadak
meluncur ketengah udara dan menyambar ketubuh gadis
tersebut. Dengan cekatan Leng Ning ciu menjepit tubuh ular tersebut
dengan kedua jari tangannya, "Kooak . ." ular emas itu segera
terpaut menjadi dua bagian dan rontok ketanah.
"Oooohh . !" Liong Tian im menarik napas panjang panjang
sambil menggetar, dia merasa semua rasa sakit dan
penderitaan yang dialaminya didalam dada kini sudah lenyap
tak berbekas, dengan cepat segulung hawa murni beredar
mengelilingi sekujur tubuhnya.
Begitu kesehatan badannya telah pulih kembali, dengan
gusar dia mendengus dingin, kemudian serunya :
"Ang Thong, aku ingini kau mati.. !" Dengan perasaan
terkejut bercampur ketakutan Ang Thong mundur dua langkah
kebelakang, sekujur tubuhnya gemetar keras, selapis rasa
takut bercampur ngeri dengan cepat menyelimuti wajahnya
yang pucat pias. 491 Tapi akhirnya dia mengangkat telapak tangannya keudara
sambil bersiap sedia serunya.
"Mari kita saling beradu tenaga!"
Begitu ular hati yang mencekam dalam tubuhnya lenyap,
Liuog Tian-im merasakan semangat berkobar kembali, jari
tangannya yang direntangkan memancarkan selapis cahaya
berkilat yang makin lama makin menebal.
Dengan suara dingin dia berseru : "Asal kau dapat
meloloskan diri dari serangan jari tangan ini, permusuhan di
antara kita akan kuanggap impas sampai disini saja."
"Haah, ilmu jari darah cacad sukma," bisik Manusia ular
Ang Thong dengan suara gemetar.
"Criiiit." Segulung desingan aneh yang membetot sukma diiringi
kilauan cahaya merah yang menusuk pandangan mata,
dengan suatu kecepatan yang luar biasa langsung menyergap
ke dada manusia ular Ang Thong.
"Aduuuh." Manusia ular Ang Thong hanya merasakan sepasang
matanya menjadi silau, dadanya bagaikan terbakar oleh api
yang amat menyengat badan.
Tak ampun lagi dia menjerit lengking, lalu jatuh
terjerembab keatas tanah dalam keadaan mengenaskan.
"Kau . .. kau sungguh amat kejam." serunya dengan tubuh
amat gemetar. 492 Liong Tian-im tertawa dingin, dalam hatinya yang masgul
tiba tiba terasa ada segulung hawa panas yang mengalir
lewat, dia menarik dalam dalam lalu berkata dengan sinis:
"Hampir saja nyawaku musnah oleh ilmu tenungmu,
seandainya kuampuni jiwamu, entah masih ada berapa banyak
orang lagi yang bakal celaka ditanganmu itu, maka. . ."
Dengan putus asa si Manusia ular Ang Thong tertawa
sedih, tubuhnya bergerak maju beberapa langkah, mendadak
darah segar menyembur keluar dari mulutnya kemudian
setelah sekujur badannya mengejang, dia roboh dan
menghembuskan napasnya yang terakhir.
Liong Tian im tidak sudi memandang lagi ke arah manusia
ular Ang Thong, pelan pelan dia mengalihkan sorot matanya
dan memandang sekejap ke arah Leng Ning ciu yang berdiri
dikejauhan mendadak timbul suatu gejoIak perasaan yang
sangat aneh didalam hatinya.
Dia menyaksikan gadis itu mempunyai potongan badan
yang langsing dengan rambut panjang yang hitam terurai ke
bawah, sungguh indah dan menawan hati keadaannya.
Tanpa terasa dia memuji didalam hati: "Sungguh cantik
wajahnya!" Kemudian dengan suara agak tergagap serunya:
"Terima kasih atas bantuanmu untuk mematahkan ilmu
tenungan dari manusia ular Ang Thong..."
Pelan pelan Leng Ning ciu membalikkan badannya,
sepasang matanya yang bening dan jeli memancarkan sinar
kelembutan yang sayu, ditatapnya wajah Liong Tian im
dengan termangu kemudian serunya:
493 "Barusan apa yang kau katakan?"
"Aku..." Lian Tian im tidak habis mengerti apa sebabnya dia
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun selama berada
dihadapan Leng Ning ciu, sehingga setelah mengucapkan kata
pertama, kata selanjutnya tak sanggup dia utarakan keluar.
Leng Ning ciu segera mengulapkan tangannya seraya
berkata: "Kau tak usah berkata lagi, akupun cukup memahami
maksud hatimu." "Apa yang kau ketahui?" tanya Liong Tian im agak
tertegun. Leng Ning ciu segera tertawa merdu, suaranya indah
bagaikan bunyi keleningan.
"Aku tahu kau ingin mengucapkan beberapa patah kata
untuk menyatakan rasa terima kasihmu kepadaku, tapi kau tak
berani buka suara untuk mengucapkannya keluar, karena kau
kelewat tinggi hati, kelewat angkuh, kelewat keras kepala..."
Merah padam selembar wajah Liong Tian im setelah
mendengar perkataan itu, serunya agak tersipu sipu.
"Mungkin kau salah berbicara, aku tidak tinggi hati, tidak
keras kepala..." Tiba-tiba dia teringat dengan keadaan jago pedang buta
Bok Ci yang telah memasuki lembah Tay gan kwan seorang
diri, entah bagaimanakah nasibnya waktu itu.
494 Dengan cepat dia mengambil keputusan, satu ingatan tibatiba
saja melintas dalam benaknya.
"Mengapa aku harus mengulur waktu dengan perempuan
ini?" demtkiar dia berpikir, "seandainya Bok toako bernasib
buruk hingga mati terbunuh oleh Leng Hong ya, bukankah aku
akan menjadi seorang manusia yang tak dapat dipercaya"
Padahal hubungan kami erat seperti saudara sendiri, aku tak
boleh membiarkan dia menyerempet bahaya seorang diri."
Begitu ingatan mana melintas didalam benaknya, dengan
cepat dia mengambil keputusan, serunya sambil mengulapkan
tangan kepada Leng Ning ciu:
"Terima kasih banyak nona, aku hendak mohon diri lebih
dahulu.." Dia melejit ketengah udara, kemudian secepat sambaran
petir dia menerjang kearah lembah Tay gan kwan.
"Hei, kembali kau!" seru Leng Ning ciu sambil mendepak
depakan kakinya keatas tanah.
Waktu itu dia sudah membuang jauh jauh semua
keangkuhan serta ketinggian hatinya berbareng menjerit
keras, tubuhnya turut mengejar pula dari belakang.
"Liong Tian-im, jangan kesana !" teriaknya keras keras,
suaranya yang merdu merayu itu segera menyebar ke empat
penjuru dan menembusi kabut yang tebal menyusup kedalam
telinga Liong Tian im menghentikan seketika tubuhnya. Tapi
dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil menghela napas:
"Tidak, aku harus segera menyusul Bok toako."
495 Dengan menelusuri batuan aneh yang berserakan tak
beraturan, dia menembusi kabut pagi yang dingin dan
menyerbu masuk ke dalam lembah . .
"Heehmmm. . . ."
Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin yang amat
menyeramkan bergema memecahkan keheningan.
Lembah Selaksa Bunga 7 Tanah Semenanjung Karya Putu Praba Drana Sukma Pedang 8
tiga jalur cahaya hitam memancar keluar dari ujung jari
tersebut, setelah melesat ketengah udara, dengan melalui tiga
sudut arah yang beda bersama sama meluncur ketubuh Ki
Shia. Tiga biji cincin maut dengan membawa suara desingan
yang sangat aneh menembusi angkasa dan menyambar
kedepan. 414 Belum sempat Ki Shia mempertimbangkan cara bagaimana
untuk menghindarkan diri, tahu tahu tubuhnya sudah terhajar
oleh cincin maut tersebut . . "Aduh ! . . ."
Telapak tangannya yang sudah disiapkan di tengah udara
dan bersiap siaga melancarkan pukulan itu mendadak terkulai
lemas, lalu sekujur badannya mengejang keras dan tubuh
Leng Ning ciu yang dijadikan sandera segera terguling
ketanah. Sepasang matanya terbelalak besar bagaikan gundu IaIu
sambil menuding ke arah Liong Tian im serunya gemetar:
"Kau. . kau sungguh keji . iblis tmet. . ."
Darah segar muncrat keluar dari ujung bibirnya, cakarnya
yang hitam pekat mencakar kesana kemari di tengah udara,
tapi akhirnya dengan lemas ia terkapar ke atas tanah. .
Liong Tian im segera menancapkan senjata patung Kim mo
sin jin nya keatas tanah, lalu mengayunkan kakinya
menendang mayat Ki Shia sehingga mencelat sejauh empat
kaki lebih dan terjatuh ke balik pepohonan di tempat
kegelapan sana. Setelah menghembuskan napas panjang, dia baru
membangunkan tubuh Leng Ning ciu dan membebaskan ke
empat buah jalan darahnya yang tertotok.
Sambil menjerit kaget Leng Ning ciu segera melompat
bangun dan menubruk kedalam pelukan Liong Tian im.
415 Perasaan iba kasihan dan sayang bercampur aduk dalam
benak Liong Tian im, dia mendongakkan kepalanya
memandang bintang yang bertaburan diangkasa lalu
menghembuskan napas panjang.
Leng Ning ciu yang berbaring dalam pelukannya mendadak
bertanya: "Mengapa kau. . . kau menghela napas?"
"Aku sedang menghela napas atas kehidupan manusia yang
tak menentu serta nasib yang jelek"
Waktu itu Leng Ning cu seakan-akan benci kepada pemuda
itu tadi, sewaktu mendengar perkataan Liong Tian im yang
aneh itu, dia segera mendongakkan kepalanya dengan
perasaan tercengang, kemudian katanya:
"Kenapa nasib amat jelek" Aku tidak habis mengerti!"
Memandang cahaya merah yang menyelimuti seluruh
angkasa, dari balik sorot mata Liong Tian im terpancar keluar
selapis perasaan kabur yang tak menentu, akhirnya dengan
sedih dia berkata : "Manusia hidup karena memuaskan nafsu sendiri, seringkali
nyawa sendiri dipertaruhkan dengan nasib, akan tetapi setelah
ajal menjelang tiba, ia baru merasa berat hati untuk
meninggalkannya. . ."
Leng Ning ciu berpikir sejenak, lalu berkata:
"Tentu saja kehidupanmu adalah sesuatu yang berharga,
siapa yang rela pergi mati ?"
416 "Kenapa ?" "Karena. . ." Leng Ning ciu merasa heran mengapa Liong
Tian im mengajukan persoalan yang begitu aneh, maka
setelah termenung sebentar sahutnya, "manusia hanya
mempunyai selembar nyawa, dan kehidupan manusiapun
hanya satu kali, apa yang telah hilang tak mungkin bisa
didapatkan lagi, oleh karena itu manusia menyayangi
kehidupan sendiri." "Kalau memang demikian, mengapa kau menyergap Bok
toako dan ingin membunuhnya?" tanya pemuda itu mendadak
sambil mendorong tubuh si nona tersebut.
Merah padam selembar wajah Leng Ning ciu setelah
mendengar pertanyaan itu, ia menjadi tergagap:
"Aku . . ." Dia sendiripun tidak habis mengerti apa sebabnya dia
melancarkan sergapan terhadap si jago pedang buta tadi, tapi
setelah matanya berkilat dia berkata lagi:
"Aku. . . aku hendak pergi ke lembah depan untuk
menengok ayah!" Paras muka Liong Tian im juga telah pulih kembali didalam
ketenangan dan kehambaran semula, ujarnya dengan suara
dalam: "Kau boleh pergi, tapi aku memerlukan obat penawar racun
buat Bok toako ku!" Mendadak sekilas cahaya aneh memancar keluar dari balik
mata Leng Ning ciu yang jeli, kemudian katanya:
417 "Hei, bersediakah kau membantu ayahku memukul mundur
orang orang jahat itu" dan akulah yang akan pergi mencari si
jago pedang buta untukmu."
Liong Tian-im ragu-ragu sejenak, kemudian katanya:
"Ayahmu berilmu silat amat lihay, apalagi diapun merupakan
ahli waris dari pedang bumi, aku rasa dia tak mungkin akan di
celakai oleh Ban shia ci cun."
Akan tetapi setelah diIihatnya sorot mata penuh
permohonan dari gadis tersebut, sambil menghela napas
panjang katanya lebih jauh :
"Baiklah, aku akan pergi membantu ayahmu cuma kamu
harus mencari Bok Toako sampai ketemu, nih, obat penawar
untukmu." "Kalau begitu kuucapkan banyak terma kasih atas
kesedianmu." kata Leng Ning ciu dengan girang.
Tapi paras mukanya segera menjadi merah kembali ketika
dia terbayang kembali bagai mana si anak muda itu merogoh
ke dalam sakunya untuk mencari obat penawar tadi.
Setelah memandang sekejap dengan penuh rasa cinta,
mendadak dia melompat kesamping pemuda itu dan mencium
pipinya sekecup, setelah sambil membalikkan badan dia lari
masuk kedalam hutan. Untuk beberapa saat lamanya Liong Tian-im berdiri
termangu mangu disitu sementara sorot matanya ditujukan
kebalik kegelapan dengan kering berkerut, akhirnya ia
bergumam: 418 "Aaaai, sebenarnya kau adalah seorang gadis macam apa
?" Sambil mengangkat bahu dia mencabut patung Kin mo sin
jin nya dan melejit hingga lima kaki, kemudian dengan
kecepatan tinggi meluncur kearah mana kebakaran itu berasal.
Dibawah sinar bintang yang redup, dalam waktu singkat
Liong Tian im telah melalui dua buah jembatan kayu dan
sebuah hutan kecil Dengan sorot mata yang tajam, sekarang
dia dapat melihat sebuah jalanan kecil beralaskan batu hitam
membentang masuk ke dalam sebuah hutan di depan sana.
Baru saja Liong Tian im melangkah di atas jalanan tersebut,
mendadak dia berhenti sambil berseru tertahan, lalu dengan
wajah serius pikirnya diam diam.
"Tadi masih kedengaran suara pertarungan mengapa
sekarang malah tak kedengaran sedikit suara pun " jangan
jangan ke sepuluh manusia bengis itu telah mengundurkan diri
dari lembah Tee ong kok ?"
Setelah ragu ragu sebentar, akhirnya dia melanjutkan
kembali perjalanannya ke depan.
Rembulan yang redu tertutup oleh dedaunan yang Iebar,
dalam kegelapan Liong Tian-im bergerak terus ke depan
dengan kecepatan luar biasa . .. .
Sambil berlarian, dia pun berpikir.
"Peristiwa ini benar benar merupakan suatu peristiwa yang
Iuar biasa, aku tidak menyangka kalau air liur dari kerang pun
bisa berkhasiat begini dahsyat, bahkan bisa menyembuhkan
luka ku . . . . " 419 Belum habis dia berpikir, mendadak dari tengah hutan sana
terdengar suara rintihan pelan, suara ini bagaikan suara
helaan napas yang lirih dan menyeramkan.
Liong Tian-im segera menghentikan Iangkahnya, kemudian
menegur dengan suara dalam:
"Siapa disitu ?"
Ditengah keheringan malam yang mencekam sekeliling
tempat itu, kecuali hembusan angin malam, sama sekali tak
kedengaran suara yang Iain.
"Hmm!" Liong Tian-im mendengus dingin, kemudian sambil
mempersiapkan cincin mautnya ia berpikir lagi:
"Bila ada orang berani berlagak menjadi setan untuk
mempermainkan diriku, maka pada malam ini aku pasti akan .
. . ." Sorot matanya memancar cahaya tajam dibalik kegelapan,
kemudian sambil membentak keras tubuhnya bagaikan
sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya meleset
kedalam hutan. "Ciiliti . . ."
Mendadak terdengar suara desiran aneh berkumandang
tiba, kemudian dari belakang sebatang pohon meleset keluar
seekor ular kecil yang, panjang sekali menyongsong
datangnya Liong Tian im. 420 Gerakan ular tersebut dalam bergerak cepat bagaikan kilat
ke hadapan Liong Tian im sedang bergerak memapaki
kedatangannya, tampaknya pemuda itu segera akan terpagut
oleh ular itu. Mendadak di tengah kegalapan muncul setitik cahaya
merah, dalam sinar yang terarah itulah Liong Tian im telah
mengeluarkan ilmu jari berdarah Jian hun hiat ci dari
perguruan Kim mo bun yang sangat lihai itu.
"Koak...!" pekikan aneh menggema dan darah memercik ke
mana mana, ular kecil itu tahu tahu sudah terhajar oleh
totokan jari itu sehingga terkulai ke bawah...
Liong Tian im segera mengayunkan tangan kirinya dan
mencengkram ular kecil tersebut meminjam cahaya yang
redup, tampaklah ular kecil itu bersisik tebal dengan bentuk
yang amat aneh. Dengan perasaan terkesiap, diam diam ia berpikir.
"Tak nyana kalau dikolong langit masih terdapat ular yang
bisa terbang, betul betul menggidikkan hati, seandainya aku
tidak segera menghadapi dengan ilmu Jian hun hiat ci entah
bagaimana caranya untuk menghadapi ancaman tersebut.
Mendadak dari balik semak belukar terdengar suara
seseorang yang sedang bernapas dengan terengah engah.
"Siapakah kau?" bentak Liong Tian im dengan kening
berkerut . "Aaah. . . aku. . ."
Dari balik sebatang pohon muncul sesosok bayangan hitam
dengan sempoyongan, setelah maju beberapa langkah,
katanya dengan suara gemetar:
421 "Aku . Gin Leng cu ku..."
Liong Tiao im menyaksikan rambut orang itu terurai kusut,
tubuhnya penuh dengan noda darah, sepasang tangannya
mencakar ditengah udara seakan akan hendak mencari
sesuatu pada... Tapi setelah maju dua langkah, orang itu terjungkal ke atas
tanah dan tak bisa berkutik.
"Siapakah kau?" kembali Liong Tian im bertanya dengan
sepasang mata berkilat tajam.
Orang itu mendesis lalu mendongakkan kepalanya dengan
perasaan kaget. Tatkala dia menyaksikan Liong Tian im mencengkeram
bangkai ular kecil pada tangan kirinya, sekujur tubuhnya
segera bergetar keras, segera dia menjerit seperti isak tangis
setan: "Oooh. .Gin Leng cu ku . . ."
Dengan cepat dia merampas bangkai ular itu dan
memeluknya dengan penuh kasih sayang, setelah menangis
tersedu berapa saat, akhirnya sambil membelai bangkai ular
tadi, ia menengadah dengan wajah tertegun.
Untuk sesaat lamanya Liong Tian im dibuat terkejut oleh
serangkaian gerak gerik si manusia aneh penuh luka yang
sangat aneh itu, ditatapnya orang itu dengan pesona.
Orang itupun mengawasi wajah Liong Tian im lekat lekat,
kemudian dengan suara gemetar serunya:
422 "Kau .. . kau mempunyai hubungan apa dengan perguruan
Kim mo bun .. ?" Terkejut juga Liong Tian im menghadapi pertanyaan
tersebut, dengan cepat dia berpikir:
"Sekujur badan orang ini penuh dengan luka, tapi dia masih
bisa mengenali siapakah aku, tampaknya orang berhasil
melukainya adalah seorang yang amat luar biasa . . ." Berpikir
demikian, segera sahutnya dalam: "Aku adalah Hiat ci kim mo
(lblis emas berjari darah) Liong Tian im !"
Kemudian setelah berhenti sejenak, tanyanya kembali :
"Apakah kau terluka oleh Leng Hongya?"
Orang itu agak tertegun, lalu manggut-manggut:
"Ooooh, rupanya kau adalah anak murid dari Jian hun kim
mo (lblis emas bersukma-cacad) Lenghou Hay . . .."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Liong Tian im,
ujarnya kemudian: "Kau siapa" Berada dalam urutan keberapakah kau dalam
sepuluh manusia paling bengis dalam jagad?"
Orang aneh itu tertawa kering.
"Heh... heeh.. Iohu adalah Coa jin (Manusia ular) Ang
Thong, berada pada urutan pertama dari sepuluh manusia
paling bengis!" Sesudah menghembuskan napas panjang dia masukkan
bangkai ular itu ke dalam mulutnya dan mengunyah penuh
423 kenikmatan, setelah itu menelannya mentah mentah, seperti
lagi menikmati suatu hidangan yang amat lezat saja.
Liong Tian-im hanya merasakan perutnya menjadi mual
sekali, ia betul betul dibikin terperanjat oleh tingkah lakunya
yang sangat aneh itu.
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya,
kemudian berpikir Iebih jauh:
"Tampaknya ular terbang yang berdaging lebih ini
merupakan binatang peliharaannya, tapi sekarang mengapa
dia menelannya mentah-mentah" Bukankah tadi dia lagi
menangisi ular tersebut?"
"Ehmm. . ." Manusia ular Ang Thong meraba perut sendiri
sambil mendehem, "Gin Leng cu milik lohu itu merupakan
salah satu diantara tiga mahluk paling beracun didunia ini,
seandainya bukan berjumpa dengan ilmu jari berdarah dari
Kim mo bun, tak nanti ular itu bisa terbunuh, tapi dengan
begitu malah lohu bisa hidup lagi, oleh karena itu aku harus
mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. . ."
Untuk sesaat lamanya Liong Tian im menjadi tertegun, dia
tak menyangka kalau Ang Thong bakal berkata demikian
kepadanya, dia lebih tak menyangka kalau dia akan dianggap
sebatai tuan penolong oleh manusia aneh tersebut.
Dia pun tidak habis mengerti apa sebabnya Ang Thong bisa
mengetahui begitu jelas tentang segala sesuatu mengenai
perguruan Kim mo bun, tak heran kalau dia malah dibuat
terperanjat oleh tingkah laku lawannya yang sangat aneh itu.
424 Karena tak tahu apa yang mesti dilakukan terpaksa dia
bersiap sedia sambil menghadapi segala kemungkinan yang
tak diinginkan Manusia ular Aog Thong duduk dibalik semak belukar
sambil menengadah memperhatikan wajah Liong Tian im
kemudian setelah menarik napas dalam dalam dia tertawa
sangat ramah katanya. "Lohu tahu kalau kedatanganmu mencari Leng Yok-peng
adalah dikarenakan peta bumi yang menunjukan tempat
penyimpanan genta emas, sebenarnya lohu ingin
memberitahukan hal ini kepadamu sebagai ucapan terima
kasih ku atas pertolonganmu tapi sekarang aku berubah
ingatan . . ." Liong Tian im merasa terkejut bercampur keheranan,
ternyata Leng Hongya benar benar mengetahui kebar berita
tentang Genta emas pelenyap irama tersebut tapi yang paling
mengejutkan hatinya adalah perkataan dari simanusia ular
Ang Thong yang berulang kali mengatakan hendak membalas
budi karena menolong jiwanya.
Dengan nada keheranan dia lantas bertanya:
"Budi kebaikan apakah yang telah kuberikan kepadamu ?"
Kemudian setelah berhenti sejenak sambungnya lebih jauh.
"Aku tidak pernah melepaskan budi kebaikan kepadamu,
kalau dibilang yang sebenarnya maka sepantasnya jika aku
mempunyai ikatan dendam denganmu. . ."
"Mengapa?" tanya manusia ular Ang Thong sambil
melototkan matanya bulat-bulat.
425 Karena aku telah membunuh ular Gin-leng cu mu yang bisa
terbang itu. ." Ang Thong berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya
berulang kali, ujarnya: "Aku datang ke lembah Tee ong kok ini bersana Ban-shia ci
cun (Rasul dari selaksa kaum sesat) Toan bok si tua bangka,
pada mulanya kami anggap Leng Hongnya sama sekali tidak
bersiap sedia, siapa sangka ke dua orang hidung kerbau pun
datang pula kemari. . ."
Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Mereka adalah Im Tiong cu dan It OJ cu dari empat dewa
kaum agama To, mengerti bukan kau akan kedua orang
hidung kerbau tersebut?"
Ketika dilihatnya Liong Tian Im mangggut manggut,
sambungnya lebih lanjut: "Tatkala si tua bangka Toan bok dan beberapa orang
saudaraku yang keparat menyaksikan keadaan tidak beres,
mereka bersiap siap hendak merat dari sini, lagi aku enggan
kabur dengan begitu saja. . ."
Setelah mendehem beberapa kali, dia melanjutkan: "Kau
pasti pernah mendengar bukan, setelah dua kali sepuluh
manusia bengis dipaksa mengasingkan diri dari keramaian
dunia persilatan, selama tujuh puluh tahun belakangan ini
jumlah kami tinggal tujuh orang saja, tapi nama besar kami
dimasa lalu masih ada, tentu saja kami tak sudi dibikin lari
ketakutan oleh kehadiran kedua orang hidung kerbau
tersebut." 426 "Siapa sangka Leng Yok peng si keparat itu ternyata adalah
putra dari Tee kiam (si pedang bumi) salah satu dari Thian tee
ji kiam yang termashyur dimasa lalu, ilmu pedangnya benarbenar
telah mencapai puncak kesempurnaannya. ehmm, hawa
pedang yang terpancar ke luar dari pedangnya itu sungguh
mengerikan hati, itulah sebabnya kami pun menderita
kekalahan." Setelah menghela napas panjang, katanya:
"Lohu memelihara seekor ular terbang yakni Gin leng cu,
sebenarnya kuingin menggunakan binatang itu untuk menjaga
serangan lawan yang datangnya tak terduga, menanti aku
harus mencari sarang ular guna menangkap berapa ekor buat
mengisi perut, ternyata tak seekor ularpun berhasil kutemukan
disekitar tempat ini, seandainya kau tidak membunuh Gin leog
cu, mungkin pada malam ini lohu bakal mati, ituIah sebabnya
bukan saja lohu tidak marah karena kau telah membunuh Gin
leng cu, bahkan aku merasa berterima kaaih dan berhutang
budi kepadamu." Dengan perasaan terkejut Liong Tian lm segera berpikir:
"Terhadap manusia buas yang sama sekali tidak berhawa
manusia ini buat apa aku mesti ribut terus dengannya " Tapi
kalau dilihat dari kepandaian silat yaog dimilikinya,
kemungkinan besar seperti juga Leng Ning ciu, dia berasal
dari perguruan beracun sekarang tujuanku adalah mencari
Leng Yok peag untuk mencari tahu sebab kematian orang
tuaku dimasa lalu, lebih baik tak usah banyak ribut lagi
dengannya..." Sementara dia masih termenung, Manusia ular Ang Thong
telah berkata Iagi: 427 "Walaupun nama busuk aku si Manusia ular Ang Thong
dalam dunia persilatan cukup termashur, namun aku
selamanya bisa membedakan antara budi dan dendam, malam
ini aku sudah kau selamatkan, budi ini pasti akan kubalas . . ."
Lalu sambil memukul paha sendiri, terusnya: "Sungguh
tidak kusangka ternyata Leng Yok peng adalah Ban kiam ci
cun, (Rasul dari selaksa pedang) yang misterius itu, tak heran
kalau aku pun kena dilukai oleh hawa pedangnya."
Liong Tian im sendiri pun tidak tahu siapa gerangan Rasul
dari selaksa pedang tersebut, tapi dapat menduga maksud
dari perkataan Ang Thong tersebut, dan dia pun percaya
kemungkinan besar Leng Hongya membawakan dua peran
yang misterius. Diam diam dia lantas berpikir:
"Entah bagaimana dengan ilmu pedang yang dimiliki Bok
Toako" Apakah dia sanggup menandingi kelihayan dari Leng
Hong ya ?" Manusia ular Ang Thong sama sekali tidak menyadari kalau
Liong Tian-im sedang terbuai oleh persoalan pribadinya
sehingga tak sepatah katanya yang terdengar oleh pemuda
itu, seakan akan sedang memikirkan suatu persoalan, tiada
hentinya dia mengawasi wajah Liong Tian im lekat Iekat . . .
Sesudah termenung beberapa saat, kembali dia berkata :
"Sebenarnya dalam penyerbuan kami sepuluh manusia
bengis dipimpin oleh Rasul selaksa sesat kali ini, kami
mempunyai keyakinan untuk berhasil menyergap lembah Tee
ong kok siapa sangka Leng Hong ya hebat sekali, ternyata dia
tidak jeri terhadap kami. . ."
428 Saat itulah Liong Tian im baru sadar dari lamunannya,
dengan nada tercengang dia lantas bertanya:
"Dengan kemampuan dari sepuluh manusia bengis dari
jagat pun masih belum mampu untuk menandingi kelihayan
Leng Hong ya"apakah begitu tampaknya Leng Hong ya benar
benar telah berhasil memperoleh inti sari dari ilmu pedang si
iblis bumi hingga pedang dan tubuhnya dapat melebur
menjadi satu . .. " "Ooohh. . ." Manusia ular Ang Thong menengadah dengan
gemas, "Walaupun Leng Hongya telah berhasil mendapatkan
rahasia inti sari dari ilmu pedangnya, tapi bila kami sepuluh
manusia bengis sampai mengeluarkan pula ilmu rahasia kami,
hmm .. . sekalipun dia mempunyai kepandaian yang
bagaimanapun hebatnya toh akan keok juga. . . oya. lm
Tiongcu dan It Oh cu dari To koh su-sian ternyata membantu
pihak Leng Hongya kali ini, dendam kesumat pasti akan
kubalas dikemudian hari."
Jilid 11 DIA SAMA SEKALI TIDAK menyangka kalau Liong Tian Im
secara beruntun telah membunuh Hoat bu siang (setan
gantung hidup) Seng thian jui (palu pemberat langit) serta Ki
Shia, sehingga sepuluh manusia bengis dari kolong langit
kehilangan enam orang anggotanya.
Tiba tiba terdengar Liong Tian im berkata dengan suara
sedingin salju : "Aku lihat kalian sepuluh manusia sesat sudah tak memiliki
peluang lagi dikemudian hari..."
429 "Apa maksudmu berkata demikian?" seru si manusia ular
Ang Thong dengan wajah tertegun.
Liong Tian-im segera tertawa terbahak, bahak. "Haaah,
haaah, haaah, maksudku sederhana sekali, sepuluh manusia
bengis akan segera terhapus namanya dari dunia persilatan."
selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak
pergi dari situ. "Berhenti kau." bentak manusia ular Ang Thong sambil
menjerit keras, "lebih baik terangkan dulu perkataanmu itu
sebelum pergi" Liong Tian-im sangat tak senang hati oleh sikap angkuh
dan jumawa dari Manusia ular Ang Thong, dia segera
mendengus dingin, wajahnya pun dengan cepat pulih kembali
dalam sikap yang dingin kaku seperti salju.
Diliriknya wajah Manusia ular Ang Tboig itu sekejap dengan
pandangan dingin, kemudian katanya:
"Selama ini kalian sepuluh manusia bengis selalu malang
melintang dalam dunia persilatan sambil melakukan banyak
kejahatan di tempat luaran, hmm, tahukah kau bahwa aku
mengirimkan tiga orang manusia yang paling jahat di antara
sepuluh manusia becgis yakni Ki Shia, sipalu pemberat langit
dan setan gantung hidup untuk berpulang kerumah nenek
moyangnya..." OO O X O O O "APA?" saking kagetnya Manusia ular Ang-Thong sampai
melompat ketengah udara, "Kau benar benar telah
membinasakan tiga orang saudara angkatku ,..?"
430 "Hmm, mereka pantas untuk menerima kematian apa arti
kematian bagi mereka?"
Ucapan yang dingin, kaku dan tak berperasaan itu seketika
membuat sekujur badan Manusia ular Ang Thong yang berhati
bengis dan bertangan keji itu gemetar keras, ditatapnya Liong
Tian im dengan wajah aneh, sementara sepasang matanya
memancarkan serentetan cahaya buas yang menggidikkan
hati. Dia menarik napas panjang panjang kemudian berkata:
"Sebenarnya aku berhutang budi kepadamu karena kau
telah menyelamatkan selembar jiwaku, siapa tahu kau pun
telah membunuh sahabat sahabat karibku, hal ini
menyebabkan rasa hormatku kepadamu menjadi punah,
sekarang hubungan budi kita sudah putus, bila kita bersua lagi
di kemudian hari maka sebagai sahabat atau sebagai musuh
hal ini tidak bisa diduga mulai sekarang..."
Tampaknya dia merasa sedih sekali karena sahabat
karibnva telah tewas semua, hingga air mata nampak
mengembang dikelopak mata.
Sambil menatap wajah Liong Tian im, kembali dia berkata
dengan suara dalam: "Pada mulanya aku masih bermaksud untuk mewariskan
ilmu rahasia yang berhasil kami sepuluh orang manusia bengis
ciptakan kepadamu dengan harapan kau bisa membalaskan
dendamku atas Leng Hongya, tetapi sekarang aku sudah tahu
kalau tiada harapan lagi untuk hidup bersama sama dengan
dirimu. . ." 431 "Hmm..." Liong Tian im mendengus dingin "andaikata aku
bergabung dengan kalian sepuluh manusia bengis, bukankah
diriku pun akan berubah menjadi seorang manusia bengis
pula" Hmm, sekalipun ilmu silat yang kau ucap kan itu sangat
hebat jangan harap aku sudi untuk mempelajarinya..."
Sesudab tertawa nyaring dengan suara yang sangat
angkuh, mendadak dia melejit ketengah udara dan melesat
kedepan. Kejadian ini kontan saja membuat si Manusia ular Ang
Tbong menggertakkan gigi keras keras untuk menahan emosi,
kemudian dengan gemasnya dia lepaskan sebuah pukulan
dahsyat, serunya sambil tertawa dingin:
"Kau sibocah keparat yang tak tahu tinggi nya langit dan
tebalnya bumi, dikemudian hari kau pasti akan mengetahui
bagaimaja cara aku si Manusia ular Ang Thong dalam
menghadapi musuh besarku..."
Dengan cepat dia mengambil sebuah tabung bambu dari
sakunya dan meletakkan ke atas tanah dengan sangat berhati
hati, setelah menggulung sepasang ujung bajunya dengan
wajah amat serius tangan kanannya menyambar ke depan dan
melepaskan penutup tabung bambu tersebut. . .
"Ciiiitt . . ."
Serentetan suara desingan tajam dan memekikkan telinga
berkumandang ditengah udara, tampak seekor ular kecil
sepanjang tujuh inci yang memancarkan cahaya keemas
emasan melejitke tengah udara kemudian bergerak mengitari
disekeliling tubuhnya. 432 Dengan suara rendah Marmsia ular Ang Thong segera
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendesis: "Kim Leng cu wahai Kim Leng-cu cepatlah terbang ke
hadapanku sini.. .."
Ular kecil berwarna emas itu seakan akan memahami apa
yang diucapkan, sambil menggetarkan ekornya dia meluncur
ke depan seperti selembar daun kering dan melayang turun
diatas telapak tangan Manusia ular Ang-Thong . .. .
Dengan cepat ulat tadi menengadah, sepasang matanya
yang kecil merah dan memancarkan cahaya tajam itu menatap
tajam kedepan, somentara lidahnya yang berwarna merah
darah menjulur keluar tiada hentinya, seakan-akan siap
memagut mangsanya. Manusia ular Ang Thong segera tertawa seram, kembali dia
berseru: "Kim Leng cu, aku tahu kalau kau lapar, gigitlah diatas
lenganku ini tapi jangan kelewat rakus darah yang kau hisap
pun tak boleh kelewat banyak . .."
"Koookk !" ular kecil berwarna emas itu mendadak melejit
ke udara, lalu menerjang ke atas lengan Manusia ular Ang
Thong yang sementara itu telah dipersiapkan.
Manusia ular Ang Tbong mendengus tertahan, diatas
wajahnya yang dingin terlintas suatu penderitaan yang amat
sangat hingga butiran keringat jatuh bercucuran.
433 Dia membiarkan Kim Leng cu menghisap beberapa teguk
darahnya, kemudian dengan suara gemetar dia baru berseru:
"Darahku tak cukup untuk kau hisap, aku akan menyuruh
kau menghisap darah didalam hati seseorang. ."
"Koook, koookkk,., kkkoookk . . ." ditengah udara kembali
berkumandang suara jeritan ular yang sangat aneh dan amat
menusuk pendengaran. Setelah berpekik tiga kali, Kim Leng-cu manggut manggut
dan melompat turun ke atas tanah dengan jinak.
Dengan cepat Manusia ular Ang Thong mengeluarkan
sebuah pil dan selembar kertas putih dari dalam sakunya,
kemudian dengan kecepatan luar biasa melukis raut wajah
Liong Tian-im. Yaa, siapa pun tak ada yang menyangka kalau Manusia ular
Ang Thong selain merupakan seorang ahli dalam menjinakkan
ular, dia pun masih terhitung seorang pelukis ulung, hanya
berdasarkan daya ingatannya saja dalam perjumpaan yang
satu kali saja dengan Liong Tian-im, ternyata dia berhasil
melukis seluruh ciri khas dari anak muda tersebut di atas
lukisannya. Sekulum senyuman keji segera terlintas dari wajahnya yang
berkeriput dia menggetarkan lukisannya ke tengah udara, lalu
melukiskan pula sebuah hati.
Setelah itu sambiI tertawa seram serunya: "Bocah keparat
itu tak akan menyangka jika akupun pandai mempergunakan
ilmu Tui sim gi hun tay hoat (ilmu pengejar hati pemindah
sukma) yang sangat populer diwilayah Biau, hmmm, . . asal
aku dapat melukis wajahnya dan membuat sebuah hati aku
434 dapat membuatnya menderita siksaan yang amat dahsyat
karena hatinya digigit oleh beribu ribu ekor semut, aku akan
menyuruhnya menderita setiap hari hingga sampai ajalnya
tiba. .. Dengan cepat dia menggigit ujung jarinya sampai berdarah,
ketika diayunkan ke tengah udara, dengan cepat muncrat
keluar gumpalan darah yang menyebar dan membasahi
lingkaran hati diatas lukisan tersebut.
Diam diam Manusia ular Ang Thong membacakan
manteranya, kemudian sambil tertawa seram berseru:
"Aku akan menyuruhnya berlutut dihadapan ku sambil
memohon kepadaku agar melepaskan hati ular ini, waktu itu
semua keangkuhan dan kekerasan hatinya akan berubah
menjadi rengekan dan penuh suara minta belas kasihan,
segenap titik kelemahannya akan terlihat jelas atau jika dia tak
mau berbuat demikian biarlah ia menantikan saat ajalnya tiba
..." Bergumam sampai disitu, dia lantas memandang sekejap ke
arah Kim Leng-cu yang berbaring tenang diatas tanah.
Tampak Kim Leng-cu sedang memperhatikan percikan
darah diatas lukisan tersebut dengan sorot mata amat rakus,
sementara mulutnya memperdengarkan jeritan dan desisan
yang melengking, ia menengadah seakan akan siap menerjang
ke arah lukisan tersebut.
Manusia ular Ang Thong segera meraung keras, serunya:
"Aku hanya menyuruh kepadamu untuk berubah menjadi
seekor ular hati, selamanya menghisap darah dalam hatinya
.." 435 Kim leng cu berkaok aneh, tubuhnya pelan pelan bergerak
ke depan, kemudian melingkari lukisan mana dan mengendus
darah segar yang terpercik diatas lukisan berbentuk hati itu.
Menyaksikan hal ini, Manusia ular Ang Thong segera
mencaci maki dengan marah:
"Kau si keparat yang rakus, sama sama merupakan darah
yang mengalir keluar dari badan ku, mengapa tidak kau hisap"
Apakah darah hati tak berwujud yang berhasil kuciptakan ini
bisa terendus pula bau amisnya bocah keparat itu. . ."
Kim Leng cu mendengus berapa kali ditengah udara,
mendadak dia melompat masuk kedalam hati yang berada
dalam lukisan itu dan menjilati darah yang terpercik disitu.
"Heeehh, . heehhh. , heehhh. . ." Manusia ular Ang Thong
mendesis seram, ke arah di mana Liong Tiang im pergi tadi,
dia segera meraung keras.
"Nilobato si raja Ular, . . harap kau mencengkeram hati si
bocah keparat itu. . ."
ayebaf keseluruh penjuru tempat itu.
Waktu itu Liong Tian-lm sedang berlarian kencang,
mendadak ia merasakan hatinya sakit sekali, hawa murninya
tahu-tahu buyar dan tubuhnya segera roboh terjengkang ke
tanah. Dengan penuh penderitaan dia meraba hati sendiri,
kemudian serunya dengan suara gemetar "Aduuuh, kenapa
hatiku bisa menjadi sakit sekali secara mendadak ?"
436 Seluruh tubuhnya gemetar keras, dia merasa seluruh
hatinya seolah-olah hendak pecah dan hancur, bagaikan ada
seekor ular yang melilitnya kencang kencang, saking kesakitan
dia sampai mundur dengan sempoyongan lalu roboh
terjengkang keatas tanah.
Menanti dia meronta bangun dari atas tanah didepan
matanya sana terbentang sebuah telaga besar berbentuk
kipas yang berwarna hijau, peluh dingin bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya, pemuda itu merasakan hatinya
menderita sekali bagaikan ditusuk tusuk dengan pisau tajam.
Akhirnya sambil mendesis parau, buru buru dia berjalan ke
tepi telaga dan membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air,
setelah meneguk beberapa tegukan air telaga, dia baru me
rasakan penderitaan yang mencekam hatinya makin berkurang
Dengan sedih dia menggelengkan kepalanya berulang kali
gumamnya dengan penuh penderitaan.
"Mengapa hatiku menjadi sakit secara tiba-tiba " Apakah
nyawaku..." Tatkala sorot matanya menyaksikan bayangan tubuh
sendiri diatas permukaan telaga, mendadak wajahnya terlintas
selapis perasaan ngeri bercampur seram. lalu teriaknya
dengan amat terperanjat. "Ular hati . . ular hati. ."
Setitik bayangan ular yang sangat samar muncul diatas
jidatnya, bekas yang amat jelas itu membuat Liong Tian im
merasa terkejut bercampur ketakutan, sepasang matanya
437 terbelalak lebar bagaikan gundu, memandang tampangnya
yang menyeramkan diatas permukaan air, seketika itu juga
paras mukanya berubah menjadi pucat pias.
Katanya dengan suara gemetar:
"Konon Jika ular hati sudah muncul di atas alis mata berarti
nasibku sudah hampir berakhir, perbuatan meuyiakan apakah
yang sebetulnya telah kulakukan sehingga memaksa
keIuarnya ular hati tersebut " Kalau begitu, umur ku sudah
tidak panjang lagi."
Ia segera tertawa tergelak dengan suara yang memilukan
hati, segenap kemurungan, kesedihan dan keresahan yang
terhimpun selama berapa hari ini dilampiaskan keluar semua,
tapi ketika teringat akan budi dendam perguruannya dan
dendan kesumat ayah ibunya, dia pun merasa sedih kembali
karena akan berakhirnya kehidupan di dunia ini.
"Aaaai . .. !" Tiba-tiba dia mendengar suara helaan napas sedih, putus
asa dan pelbagai perasaan lainnya.
Liong Tian-im merasa tertegun buru-buru dia berpaling ke
arah mana berasalnya suara tadi.
Tapi dengan cepat dia menarik napas dingin, saking
terkesiapnya dia sampai mundur beberapa langkah, hampir
saja dia tak percaya kalau di dunia ini terdapat kejadian yang
begitu aneh. "Aaaai, kau anggap aku menakutkan?"
438 Suara teguran yang amat dingin bagaikan salju kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
"Haaahh . ,"! sekali lagi Liong Tian-im menjerit kaget.
Suatu perasaan yang dingin menggidikkan.
Seolah-olah memasuki neraka saja mendadak muncul dan
menyelimuti hatinya, diawasinya orang tersebut dengan
seksama, seketika itu juga hatinya bergetar sangat keras.
Tampak seorang gadis berbaju serba putih tergantung
hidup hidup diatas sebatang pohon itu, perempuan itu
memiliki rambut yang panjang terurai sebahu.
Mendadak perempuan itu melejit lalu melayang turun
keatas tanab dengan pelan, kem,u dian sambil mengawasi
Liong Tian im yang masih berdiri tertegun, ia menggelengkan
kepalanya dan tertawa. "Kau.." Liong Tian Im mundur dua langkah kebelakang.
"Untuk melindungi nyawa sendiripun tak mampu, buat apa
kau takuti aku si mayat hidup"
Sekalipun wajah orang itu dingin seperti es namun suara
pembicaraannya sangat lembut dan halus, hal ini membuat
rasa kagetnya pelan pelan bise diredakan kembali.
Diam-diam dia menghimpun tenaga dalamnya untuk
mengitari seluruh badannya, kemudian dengan sekuat tenaga
berusaha untuk menahan penderitaan didalam hati.
"Tempat ini adalah Cui sim ou (telaga patah hati)" kata
perempuan itu sambil tertawa dingin, "aku tak lebih hanya
439 setiap hari datang kemari untuk mengenang peristiwa tragis
dimana Leng Hongya telah membakar Cubo (majikan
perempuan) kami hidup hidup, Waktu itu Leng Hongya
mengapa Cubo kami seperti Cubo kami seperti musuh besar,
andaikata aku tidak menyaru sebagai Cubo dan
menggantungkan diri disini untuk menipu Leng Hong ya,
sekarang tak mungkin aku bisa bersua denganmu disini."
"Mengapa Leng Hongya bisa menaruh perasaan benci
terhadap Cubomu?" tanya Liong Tian im tertegun.
"Aaai..." perempuan itu menghela napas sedih,
?"perempuan yang tergila gila oleh cinta berjumpa dengan
lelaki yang tak berperasaan ?" Tiada cinta suci didunia ini..."
Seakan akan merasakan suatu penderitaan dan kesedihan
yang luar biasa, tatkala berbicara sampai disitu, selapis
kemurungan dengan cepat menyelimuti wajahnya, dua titik
airmata pun segera mengembang dibalik kelopak matanya itu.
Liong Tian im amat terkesiap, dia dibuat tergetar hatinya
oleh mimik sedih yang diperlihatkan perempuan itu.
Ia tak menyangka kalau dalam lembah Tee ong kok bisa
terjadi begitu banyak kejadian yang sama sekali tak terduga,
terutama sekali tentang rahasia Leng Hongya dimasa lampau,
dia ingin sekali bisa mengetahuinya agar dengan dasar kisah
maut ia bisa menentukan apakah Leng Hongya adalah
seorang manusia budiman ataukah manusia yang paling keji di
dunia ini..." Sesudah menghela napas panjang, katanya:
440 "Jika kudengar dari pembicaraanmu barusan, tampaknya
Cubo mu pasti mempunyai suatu kisah yang tragis di masa
lalu ..,." "Tentu saja" jawab perumpuan itu dengan kening berkerut.
"siapa yang tidak tahu kalau Cubo ku adalah Thian Kiam
Bok..." Dia seperti menyadari akan kesalahannya berbicara, buru
buru kata berikutnya di telan kembali mentah mentah.
Namun Liang Tian im segera merasakan hatinya bergetar
keras, seakan akan menduga kalau kejadian tersebut
merupakan sebuah rahasia dunia bersilatan yang sudah lama
terpendam. Liong Tian im mengiakan pelan, kemudian dengan cepat
berpikir: "Mungkinkah Ong bo yang dimaksudkan perempuan ini
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Thian-kiam (si
Pedang langit )" seandainya begitu, maka kedatangan Bok
toako ke lembah Tee ong kok untuk mencari Leng Hongya pun
pasti mempunyai hubungannya pula dengan Cubo yang
dimaksudkan wanita ini"
Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya:
"Apa hubungan Cubo mu itu dengan si Pedang langit?"
Paras perempuan itu berubah bebat, mendadak sambil
menarik muka serunya: "Masalah ini merupakan persoalan kami, tak usah kau
campuri lagi." 441 Setelah berhasil menemukan titik terang yang akan
menyingkap soal perselisihan antara pedang langit dan
pedang bumi, tentu saja Liong Tian im tak akan melepaskan
kesempatan tersebut dengan begitu saja.
Kendatipun perumpuan itu sudah menarik muka dan
membuat sikap Liong Tian im menjadi tersipu sipu, namun dia
sama sekali acuh, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu
apapun, dia tertawa lebar.
"Aku minta kau sudi menanyakan boleh tidak berjumpa
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Cubomu." pintanya sambil tertawa getir, "aku ada
persoalan yang hendak disampaikan kepadanya."
"Siapakah kau ?"
Paras muka perempuan itu berobah hebat mendadak
tubuhnya menerjang kemuka sambil melakukan tutukan,
telapak tangannya diayunkan dan segulung angin pukulan
yang sangat kuat dengan cepat menghantam tubuh Liong
Tian-im. "Bila kau adalah utusan dari Leng Hongya, aku akan
merenggut selembar nyawamu."
Liong Tian im merasa terperanjat juga ketika dilihatnya
sebuah ayunan telapak tangan yang ringan menghasilkan
segulung angin pukulan yangat kuat.
Satu ingatan djcgaa cepat melintas didalam benaknya, ia
segera berpikir: 442 "Sungguh dahsyat tenaga dalam yang dimiIiki perempuan
ini, aku harus menghadapinya dengan sangat berhati hati,"
Akibat penderitaan yang dialaminya karena gigitan ular hati
dalam tubuhnya si anak muda itu tidak sanggupnya untuk
menghimpun kembali segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
buru buru dia melompat kesamping menghindarkan diri dari
ancaman angin pukulan yang maha dahsyat tersebut.
Buru buru serunya dengan lantang:
"Kau jangan salah paham, aku dan Leng-Hongya sama
sekali tak punya hubungan apa-apa"
Pelan pelan paras muka perempuan itu menjadi lembut
keabali, tetapi mimik wajahnya menunjukkan kalau dia masih
belum mempercayai seratus persen pelan pelan dia
mengulurkan tangan kanannya dan mendesak kearah Liong
Tian im dengan wajah yang dingin.
"Bila kau tak menyebutkan asal usulmu pada hari ini, aku
tak akan melepaskan kau dengan begitu saja. . . " katanya
dengan suara dingin bagaikan es.
Di tinjau dari hawa napsu membunuh yang menyelimuti
wajah perempuan itu, Liong Tian im tahu kalau perempuan
tersebut telah menaruh salah paham kepadanya dianggapnya
dia sebagai anak buah yang dikirim Leng Hongya.
Sementara itu rasa sakit yang melilit telah mencekam
seluruh tubuhnya, secara lamat lamat dia merasa sakit yang
mencekam hatinya begitu menghebat, membuat peluh dingin
jatuh bercucuran dengan derasnya.
443 Ia menarik napas panjang, tangannya pelan pelan diangkat
keatas, sebuah cincin besar yang memancarkan cahaya tajam
segera memancar keluar dan amat menusuk mata.
"Kau jangan kemari...." serunya dengan suara gemetar.
Tiba tiba tubuh perempuan itu pun bergetar keras.
"Aaah, cincin maut. . ."
"Sekarang tentunya kau sudah percaya bukan bahwa aku
bukan diutus oleh Leng Hong-ya." ucap Liong Tian im sambil
tertawa getir. Belum habis dia berkata, mendadak terdengar seseorang
merintih, lalu kedengaran seorang perempuan yang serak tua
berteriak keras, "lm cu, cepat kemari !"
Paras muka perempuan yang bernama Im-po itu berubah
hebat, buru buru serunya:
"Saat Cubo minum obat telah tiba, cepat kau enyah dari
hadapanku!" Selesai mengucapkan perkataan itu, tubuhnya segera
melejit ketengah udara lalu melejit kesamping kiri telaga besar
itu. Buru buru Liong Tian im melengkungkan tubuhnya sambil
membuang bahu, dengan cepat dia menyusul dari
belakangnya. . Im Ba menjadi marah sekali tatkala ia
berpaling dan menyaksikan anak muda tersebut menyusul dari
belakangnya. "Mau apa kau mengikuti diriku ?" hardiknya keras keras.
444 Liong Tian im memperhatikan sekejap keadaan disekitar
sana, tampak dari balik sebuah goa muncul setitik cahaya
lampu yang amat lemah, sengaja dia mempertinggi suaranya
sambil berseru: "Aku ingin bertemu dengan Cubo mu !"
Dari dalam gua segera terdengar suara batuk yang
berulang ulang, kemudian terdengar seseorang bertanya
dengan suara yang parau: "lm Cu, kausedang berbicara dengan siapa?"
"Boanpwe Liong Tian-im ingin sekali berjumpa dengan
locianpwe !" seru Liong Tian im dengan suara lantang.
Dari balik gua tidak kedengaran suara jawaban, setelah
hening sesaat suara helaan napas tadi baru berkumandang
kembali. "Masuklah kemari !" ujar orang itu, "sudah belasan tahun
lamanya tempat ini tak pernah dikunjungi tamu!"
Liong Tian im segera mengucapkan terima kasih, baru saja
akan masuk, mendadak Im Cu menarik ujung bajunya dan
menatap sekejap ke arahnya dengan gemas, lalu bisiknya lirih:
"Cubo ku bertubuh lemah dan berpenyakitan, sebentar bila
bersua dengannya, kau harus sedikit menelan kepadanya,
kalau sampai membuatnya marah mengganggu kesehatan
tubuhnya, bmm ! Pertama tama kaulah yang tak akan
kuampuni !" Setelah melewati sebuah dinding gua yang lembab dalam
sebuah ruangan gua yang basah tampak seorang nenek
445 berambut putih duduk bersandar di atas sebuah batu,
wajahnya penuh keriput, sepasang matanya cekung dan
wajahnya sayu tak bersinar, dia sedang menatap ke arah
dinding gua dengan wajah termangu.
Baru saja Liong Tian-im hendak memberi hormat, nenek itu
sudah menggoyangkan tangannya berulang kali sambil
berseru: "Kau tak usah banyak adat, aku hanya ingin bertanya
kepadamu, ada urusan apa kau datang mencariku ?"
Liong Tian-im tertegun, dia tak menyangka kalau
perempuan itu begitu blak blakan selain menukas
pembicaraannya pun langsung menyinggung soal pokok
pembicaraan untuk sesaat dia tak tahu bagaimana narus
bertindak, hingga untuk sesaat dia hanya berdiri termangu
mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, kembali
nenek itu berkata: "Seandainya tak ada urusan, buat apa kau mendatangi
tempat seperti tempat setan seperti ini?"
Pelbagai ingatan dengan cepat menyelimuti seluruh benak
Liong Tian im, tiba tiba satu ingatan melintas lewat, buru buru
tanyanya. "Cianpwe, apakah kau she Bok?"
Sekujur badan perempuan itu bergetar keras, pelan pelan
sorot matanya di tujukan kembali ke wajah Liong Tian im,
446 agaknya dia tak mengira kalau anak muda tersebut
mengetahui nama marganya.
Sesudah termangu sejenak, akhirnya sorot mata tersebut
dialihkan kembali keatas wajah Im Cu.
"Aku tidak mengatakan. aku tidak memberi tahukan
kepadanya. . ." buru buru Im Cu berseru dengan jelas.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku she Bok?" tanya
perempuan tua itu kemudian dengan wajah tercengang.
Sekarang, Liong Tian im sudah tahu kalau perempuan tua
yang bernasib malang ini mempunyai hubungan sangat erat
dengan si Pedang langit Bok Keng thian, dia menarik napas
panjang panjang. "Bila kusebut nama seseorang, mungkin cianpwe akan
mengetahuinya, dia adalah saudara angkatku !"
"Siapakah dia ?" tanya perempuan tua itu cemas.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Liong
Tian im menatap wajah perempuan tua itu lekat lekat,
kemudian sahutnya: "Dia adalah toako ku, Bok Ci!"
"Haaah, adikku ?" tiba-tiba sekujur badan perempuan ini
bergetar keras seakan akan kena tersambar geledek di siang
hari bolong. Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal sengkal
serunya lagi: 447 "Kau kenal dengan adikku " sekarang dia berada di mana
?" Liong Tian-im cukup memaklumi bagaimanakah luapan rasa
girang dan gelisah yang menyelimuti seseorang yang sedang
bersedih hati, begitu ia mendengar kabar berita tentang sanak
atau keluarganya. Buru-buru katanya: "Toako ku, pun sudah berada didalam
lembab Tee ong kok, kemung kinan besar dia akan menyusul
kemari !" "Aku tak ingin berjumpa dangannya !" teriak perempuan
tua itu dengan suara dalam, "jangan kau beritahukan
kepadanya kalau aku berada disini, bila dia tahu kalau aku
telah berubah menjadi begini rupa, entah bagaimanakah
sedihnya hati bocah itu, Aaaai. , adikku yang patut dikasihani."
Liong Tiang Im menghela napas panjang, ujarnya dengan
nada amat sedih: "Cianpwe, mengapa kau bisa berubah menjadi begini rupa
?" "Aaaaai.,, ,!" perempuan itupun menghela napas panjang,
katanya dengan nada sedih.
"Kejadian lampau bagaikan impian, penderitaan dan
kebahagian datangnya cepat, perginyapun cepat, sekarang
bukankah aku amat baik " Hari hari penuh penderitaan sudah
lewat !" Tiba tiba Im Cu bertanya:
448 "Cubo, penderitaan belum berakhir, kau tak akan bisa
melupakan peristiwa biadab yang telah di lakukan Leng
Hongya untuk membakar dirimu setiap saat setiap detik kau
selalu berusaha untuk membalas dendam !"
"Aaaai . . ." Ketika peristiwa tragis yang menjadi beban dalam hatinya
itu disinggung kembali oleh Im cu, dengan penuh penderitaan
perempuan itu menghela napas sedih, dua titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya, dengan sedih dia
menggelengkan kepalanya dan menutup wajah sendiri sambil
menangis terisak. "Im Cu" katanya dengan suara gemetar. "mengapa kau
menyuruh aku memikirkan kem bali peristiwa tersebut?"
Wajah Im cu dibasahi pula oleh air mata, sambil menyeka
air mata yang meleleh keluar ia berkata:
"Bila Cu bo enggan untuk membicarakannya lagi, biar aku
yang membicarakan soal itu !"
"Akhirnya suatu rahasia dunia persilatan yang selama ini
hanya tersimpan dalam hati pun segera terungkap keluar, hal
ini membuat Liong Tiao im menjadi paham dengan segala budi
dendam yang terikat antara pedang langit dengan pedang
bumi. Setelah tertawa getir, Im Cu berkata sambit tertawa rawan:
"Cu bo adalah putri sulung pedang langit Bok Keng jin,
waktu itu Pedang bumi Leng Gwat-jin pun mempunyai
seorang putra yakni Leng Hongya, berhubung kedua keluarga
persilatan ini mempunyai hubungan yang sangat akrab maka
449 Leng Gwat-jin pun mengajukan pinangan kepada loya
keluarga kami untuk menjodohkan Leng Yok peng dengan Bok
Siau-hiang !" Walaupun usia Bok Siau hiang sudah menanjak tua, namun
diantara kerutan wajahnya masih tersisa kecantikannya
semasa masih muda dulu, dia seperti lagi termenung, tapi
sebelum Im Cu menyelesaikan kata katanya, dengan cepat dia
telah melanjutkan: "Keluarga Bok dan keluarga Leng sama sama merupakan
keluarga persilatan yang termashur pada jaman itu, sudah
barang tentu perkawinan ini dapat disepakati dengan cepat.
Tapi berhubung usiaku lebih tua dua puluh tahun dari pada
Leng Yok peng dia tak pernah mencintai aku dengan setulus
hati diluaran dia selalu menyanjungku dan menuruti
perkataanku, padahal secara diam diam dia mencuri belajar
llmu Pit liong kiam hoat yang merupakan ilmu keluarga Bok
yang hanya di waris kan kepada kaum putri tidak kepada
kaum putra. "Berhubung kami adalah suami istri, aku tak menyangka
kalau dia adalah seorang manusia berhati binatang, maka
akupun mewariskan berapa jurus ilmu pedang Thian yang
kiam hoat kepadanya. "llmu pedang keluarga kami sangat dalam dan luas, bahkan
aku sendiripun tak dapat mempelajarinya secara lengkap, aku
hanya bisa menguasahi tujuh delapan gerakan belaka, itupun
kudapatkan dengan jalan mencuri ketika ayahku sedang
berlatih pedang.." 450 "Leng Hongya memang seorang manusia yang berbakat
aneh, setiap kepandaian silat yang dilihat sekejap olehnya
segera akan dikuasai dengan sempurna, setelah mempelajari
berapa jurus ilmu pedang keluargaku, nampaknya dia belum
jaga merasa puas, dianggapnya aku sengaja tak mau
memberitahukan hal ini kepadanya, hingga persoalan ini
mendendam terus didalam hati kecilnya. Secara beruntun
diapun mempergunakan berapa macam siasat keji untuk
memaksa aku mengatakan rahasia ilmu pedang Thian yang
kiam hoat, tapi semua siasat tersebut gagal total."
"Waktu itu, aku sudah mengetahui akan kebusukan
hatinya. secara diam diam akupun mengutus orang untuk
melaporkan kejadian ini kepada ayahku.. ."
Terdorong oleh emosi dan rasa sedih yang amat besar,
sekalipun Bok Siau hiang mengisahkan semua pengalamannya
sampai disitu, napasnya segera tersengkal sengkal dengan
wajah memucat. Im Cu yang menyaksikan keadaannya amat menderita,
buru buru maju ke depan sambil memijit punggungnya, lalu
berkata: "Cubo, beristirahatlah sebentar ..."
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bok Siau hiang segera menggeleng:
"Tidak, aku harus mengutarakan semuanya, sudah hampir
tiga puluh tahun lamanya peristiwa ini mencekam dalam
dadaku sungguh beruntung aku dapat bersua dengan sahabat
karib adikku pada hari ini, asal semua rahasia yang mencekam
di dalam dadaku bisa teruarkan keluar meski harus matipun
aku tak akan merasa menyesal .. !"
451 Setelah berhenti sejenak, dengan napas tersengkal
lanjutnya: "Ketika ayahku mendengar berita itu tentu saja marah
sekali, pada malam itu juga dia segera berangkat
meninggalkan Toa pousat nia untuk merundingkan peristiwa
ini dengan pedang bumi Leng Gwat jin.
Walaupun Leng Gwat jin nampak lemah lembut diluar,
sesungguhnya dia merupakan seorang manusia yang amat
licik, ketika ditegur dia segera minta maaf, bahkan memanggil
Leng Hongya datang dan menegurnya dihadapan ayahku,
peristiwa tersebut pun berlalu dengan begitu saja . . ."
Liong Tian im yang mendengar cerita tersebut segera
merasakan darah panas yang mendidih dalam dadanya,
seluruh urat nadi dalam tubuhnya seakan akan hendak
meledak. Diam diam ia menghela napas panjang, pikirnya dengan
cepat. "Sungguh tak kusangka Leng Hongya bersedia mengawini
seorang perempuan yang dua puluh tahun lebih tua darinya
sebagai istrinya, tak heran kalau dia tidak menyukai encinya
Bok toako, kalau begitu dia pasti berniat untuk mencuri
rahasia ilmu pedang diri leluhur pedang langit.."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Bok Siau
hiang telah melanjutkan kembali kata katanya:
"Sejak peristiwa itu Leng Hongya semakin membenci diriku,
dia menganggap aku sebagai duri dalam mata, suatu malam
sewaktu aku sudah tertidur, diam diam dia mencampuri teko
air tehku dengan semacam obat beracun yang lihay sekali,
452 aku memang mempunyai kebiasaan minum teh sebelum tidur,
baru saja air teh beracun itu akan kuteguk, mendadak cawan
itu pecah dan air tehnya tumpah kemana-mana."
"Waktu itu aku belum tahu kalau nyawaku baru saja lolos
dari lubang jarum, baru saja akan kuperintahkan dayangku
untuk membersihkan lantai, kebetulan seekor anjing
peliharaanku menerjang masuk dari luar kamar, lalu menjilati
air teh yang terpercik ditanah, apa yang terjadi " Tak selang
berapa saat kemudian anjing itu muntah darah dan mati
konyol." Liong Tian im merasakan hatinya bergetar keras setelah
mendengar kisah tersebut, diam diam dia menggelengkan
kepalanya sambil menghela napas, pikirnya:
"Aaaai, orang bilang hati manusia sukar di duga, siapa pula
yang mengira Leng Hongya begitu tega menggunakan obat
beracun untuk mencelakai isterinya sendiri."
Sementara itu Bok Siau-hiang sendiripun sudah tenggelam
dalam lamunan sendiri, sepasang matanya memandang
kearah dinding gua dengan pandangan kosong, sementara
wajahnya menunjukkan pelbagai perubahan mimik wajah.
Dengan suara dalam, akhirnya dia berkata lebih jauh:
"Waktu itu aku baru tahu kalau Leng Hong ya ada maksud
untuk mencelakai jiwaku, saking mendongkolnya aku sampai
menangis tersedu, semalaman suntuk aku duduk termenung
sambil memutar otak memikirkan persoalan itu, aku hendak
menunggu datangnya lelaki yang tak berperasaan itu dan
menanyakan masalah tersebut kepadanya."
453 "Siapa tahu tengah malam itu dia baru pulang ke kamar,
aku pura pura berlagak sudah tertidur pulas, dia memanggil
namaku berulang kali, suaranya amat memelas dan hampir
saja aku hendak merangkak bangun sambil mengajaknya
berbincang bincang. "Ketika ia melihat aku Iama sekali tidak menjawab,
mendadak dia menengadah sambil tertawa terbahak bahak
bahkan mengucapkan pula sepatah kata.
Pada saat itu Liong Tian-im seakan akan sudah melupakan
penderitaannya akibat hati yang tersayat sayat, dengan agat
tegang dia segera bertanya:
"Apa yang dia katakan ?"
Dengan menirukan nada suara Leng Hong ya pada waktu
itu, Bok Siau hiang menjawab dengan suara lirih.
"Dia bilang begini "Kau perempuan rendah kiranya mampus
juga, Hmm. . . dengan mengandalkan nama besar keluarga
Leng kami, siapa yang kesudian dengan perempuan jelek
macam kau" Huuh, seandainya tidak memandang pada ilmu
pedang Thian yang kiam hoat kepandaian mu. . ."
"Waktu itu aku merasa gusar bercampur sa p hati, sambil
membalikkan badan ingin segera kuperseni sebuah
tempelengan keras pada wajahnya.
"Tapi orang itu memang seorang yang berwatak licik dan
panjang akal busuknya, sewaktu menyaksikan aku melompat
bangun dengan terperanjat segera dia mengucapkan kata kata
yang sangat enak didengar dengan wajah penuh senyuman
bahkan sengaja menggoda aku, mengatakan aku menjadi
bertambah cantik bila sedang marah. ."
454 "Aku memang orang yang tak tahan menghadapi bujuk
rayu yang amat enak didengar itu, kontan saja hatiku menjadi
lunak kembali diapun mengajak aku untuk membicarakan soal
soal lain, kemudian minta diri dengan alasan masih ada
urusan. Siapa tahu dia pergi untuk melaksanakan suatu
rencana pembunuhan yang paling biadab dan terkutuk. . ."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia hentikan sampai
ditengah jalan, diatas wajahnya yang dingin kembali terlihat
kejangan kejangan penuh penderitaan.
Sambil mengepal tinjunya kencang kencang, serunya
sambil menggertak gigi: "Dalam persoalan apa pun aku dapat memaafkan dia, tapi
hanya dalam peristiwa ini sa ja aku tak dapat memaafkan dia.
. ." Suatu perasaan menderita yang amat menyakitkan hati
mendadak muncul pula dari dalam hati Liong Tian im, sakit
hatinya dia sampai menjerit kesakitan, digenggamnya dada
sendiri kencang kencang, sementara peluh dingin jatuh
bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan pandangan dingin Bok Siau hiang melirik sekejap
ke arahnya, kemudian berkata.
"Ular hati sudah muncul di antara kerutan alis matanya, bila
ular hati itu belum tercabut jangan harap bisa sembuh, aai . . .
sungguh tak kusangka kau yang masih begitu muda sudah
mempunyai rahasia hati yang melukai hatimu sehingga
memaksa ular hati menggigit hati..."
455 Walaupun dia adalah seorang keturunan dari suatu
keluarga persilatan besar, namun untuk sesaat tak diketahui
olehnya kalau Liong Tian im sudah terkena ilmu Tui sim gi hun
tay hoat yang merupakan ilmu paling rahasia di dalam wilayah
Biau, kalau tidak, sudah pasti perempuan yang bernasib jelek
ini pasti akan menjerit kaget.
Buru buru Liong Tian im mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melawan penderitaan yang menusuk hati itu, kemudian
setelah berhasil agak menenangkan hatinya, dia berseru:
"Kau tak usah menggubris diriku. cepat lanjutkan ceritamu
itu." Bok Siau hiang tertawa sedih, kemudian melanjutkan
kembali kisah ceritanya: "Setelah Leng Hongya keluar dari kamar, aku pikir dia tentu
merasa menyesal karena sudah bertindak keji terhadap istri
sendiri dalam hati akupun memaafkan perbuatannya itu,
alasannya usiaku memang dua puluh tahun lebil tua
daripadanya, tanpa terasa muncul suan perasaan kasih sayang
seorang kakak terhadap adiknya dibalik hubungan suami istri,
Siapa tahu dia adalah seorang manusia yang lebih rendah
daripada seekor binatang."
"Tak lama setelah dia keluar, aku mendengar ada orang
mengetuk pintu, ketika aku keluar untuk melihat siapa yang
datang, seorang lelaki berkerudung telah menerjang kedalam
kamarku dan merobek robek pakaian yang kukenakan,
sementara itu aku sedang bingung dan kacau pikiranku,
terhadap usaha perkosaan tersebut aku tak beringatan untuk
melakukan perlawanan apa pun.
456 "Disaat yang amat kritis itulah mendadak Leng Hongya
munculkan diri dan memukul lelaki tersebut, kemudian
mencaci maki aku sebagai perempuan rendah yang tidak
setia, perempuan yang nyeleweng, bahkan menitahkan
kepadaku untuk bunuh diri, dia mengancam jika aku tidak
segera bunuh diri maka dialah yang akan membunuhku."
"Waktu itu aku tak bisa membantah atau mengucapkan
sepatah kata pun, yang bisa kulakukan hanya menangis
tersedu sedu." "Setelah meninggalkan seutas tali putih, Leng Hongya
segera berlalu meningggalkan tempat itu, sedang aku tahu
dari pada hidup lebih baik mati saja dengan menggantung
diri." "Pada saat itulah Im Cu datang dengan tergesa-gesa dan
melaporkan kalau Leng Hongya hendak membakar rumah itu,
dia minta kepadaku agar cepat cepat selamatkan diri,,"
Berbicara sampai disini dia melirik sekejap kearah Im Cu,
kemudian lanjutnya dengan suara sedih:
"Pada saat itulah aku baru memahami serangkaian siasat
keji dari Leng Hongya tersebut, aku tidak rela untuk mati
dengan begitu saja, setelah berunding dengan Im Cu, diapun
menyaru sebagai aku untuk menggantung diri sementara aku
berusaha melarikan diri."
"Menanti aku sudah kabur, api telah menjalar ke seluruh
bangunan rumah, sungguh tak nyana Im Cu memang cerdik,
sesaat api mulai membara, dia pergunakan perawakan lelaki
yang tewas itu untuk menggantikan tempat duduknya,
sementara dia pun melarikan diri lewat kebon belakang.
457 "Begitulah, sejak detik itu kami pun bersembunyi terus
disini, dalam waktu angka dua tiga puluh tahun sudah lewat ...
" Makin bercerita hatinya semakin berat dan sedih, air
matanya bercucuran amat derasnya.
Tatkala menyelesaikan kisah tersebut dia sudah
bergoncang keras menahan isak tangisnya yang menjadi jadi,
lm Cu turut melelehkan air mata sambil menangis pula.
Liong Tian In sama sekali tak menyangka kalau Leng
hongya dari lembah Tee ong kok adalah seorang manusia
berhati bengis yang lebih keji dari pada binatang, kontan saja
segulung hawa amarah menerjang keluar dari dalam dadanya.
"Hmm...." dia mendengus dingin, pikirnya kemudian:
"Baru pertama keli ini kujumpai manusia licik yang
berwajah saleh, setelah kuketahui masalahnya maka aku pun
harus mencampurinya pula, akan kutantang Leng Hoogya
untuk bertarung ... "
- OOOoO ^O^ i0Q0O APA yang dipikirkan didalam hatinya tak berani
diperlihatkan keluar, maka sambil menunjukkan sikap
keheranan, anak muda itu segera bertanya lagi:
Dengan menyembunyikan diri disini, apakah kalian dapat
mengelabuhi Leng Hongya?"
Bok Siau hiang tertawa pedih.
458 "Leng Hongya sebegai seorang tokoh persilatan, tentu saja
mempunyai banyak anak buah yang setia kepadanya, tak lama
kemudian diapun sudah mendapat tahu kalau kami berhasil
meloloskan diri dari bahaya maut, tapi dia seperti merasa
takut terhadap suatu hal hingga tidak melakukan pengejaran
lagi terhadap kami, diam-diam mengirim orang untuk siang
malam mengawasi kami berdua dia tidak memberi
kesempatan kepada kami untuk melarikan diri dari lembah Tee
ongkok ini. ." Setelah menyeka air mata, Im Cu turut me
"Hari ini tampaknya disini telah terjadi suatu peristiwa
besar, seluruh pengawal yang mengawasi tempat ini telah
ditarik pergi, oleh karena itulah meski kau sudah lama sekali
tiba disini namun jejakmu belum juga diketahui orang.."
Diam diam Liong Tian im menghela napas panjang sekali
lagi dia berpikir dalam hati.
"Tentu saja kalian tidak tahu kalau Bok toako ku dengan
menyoren pedang telah menyerbu ke dalam lembah Tee ong
kok ini sehingga membuat Leng Hongya ketakutan setengah
mati, ditambah lagi sepuluh manusia bengis dari kolong langit
ikut melakukan pengacauan, tentu saja dia tak punya waktu
lagi untuk mengurusi tempat ini..."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
dari luar gua terdengar suara langkah kaki yang amat lirih.
Im Cu maupun Bok Siau hiang sama-sama terasa
terperanjat dengan pandangan bergidik mereka mengawasi
mulut gua lekat lekat. 459 Liong Tian im pun tak berani bertindak gegabah, diam diam
ia menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya ke dalam
telapak tangan guna bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan.
Dengan cepat Bok Siau hiang memberi tan da kepada Liong
Tian-im. kemudian bisiknya.
"Cepat menyembunyikan diri ke belakangku, kita berbicara
lagi setelah tahu siapa yang datang . ."
Liong Tian-im tahu tenaga dalamnya tak bisa dihimpun
sekarang akibat gigitan ular dalam hatinya, dengan cepat dia
mengangguk dan menyembunyikan diri kebelakang tubuh Bok
Siau hiang, setelah itu mengawasi ke arah depan deagan
pandangan tajam. "Setelah suara langkah itu bergema, tiba tiba suasana
diluar gua menjadi hening kembali, lewat sesaat baru
terdengar seorang berseru dengan suara yang tua tapi penuh
tenaga: "Siau hiang! Siau hiang !"
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu mendengar suara panggilan yang amat dikenalnya
itu, sekujur badan Bok Siau hiang lalu gemetar keras, suatu
perasaan yang bagaikan di alam impian membuatnya tak
sanggup menjawab untuk sesaat lamanya.
"Kau . . . kau masih teringat akan diriku?" akhirnya dia
berseru dengan suara gemetar.
Tampaknya orang yang berada diluar gua itu merasa sedih
sekali setelah menghela napas berat, ujarnya:
460 "Bolehkah aku masuk ke dalam untuk menengok dirimu?"
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, suara langkah
kaki yang amat nyaring segera berkumandang datang.
Dibawah sorot cahaya lentera yang redup, tampak seorang
kakek berdiri didalam ruangan dengan perkasanya.
"Mau apa kau datang kemari?" bentak Bok Siau hiang
kemudian dengan airmata bercucuran.
Kakek tersebut tertawa sedih.
"Bagaimana pun juga kita pernah menjadi suami istri,
apakah kau sama sekali telah melupakan hubungan cinta kita
dulu..." kata kakek itu sambil tertawa rawan.
Liong Tian im yang bersembunyi dibalik pembaringan batu
segera mengintip keluar lewat celah celah batu, tampak
olehnya Leng Hongya adalah seorang kakek yang berwajah
saleh dan ramah, sama sekali tidak terlintas kelicikan.
Melihat itu, diam diam dia menghela napas pikirnya :
"Ai .. tampaknya menilai orang tak bisa menilai dari
wajahnya saja seandainya aku tak pernah mendengar tentang
kejahatan-kejahatan dan kekejaman yang pernah dilakukan
Leng Hongya, aku benar benar tak akan percaya kalau
manusia semacam ini adalah seorang manusia buas yang
kekejamannya seperti harimau ..."
Bok Siau hiang memang bernasib jelek, perkawinan yang
tak berbahagia membuat hatinya yang hancur tak pernah
merasakan setitik kehangatanpun.
461 Walaupun dia membenci Leng Hongya, namun didalam
benaknya masih sering muncul tingkah laku atau gerak gerik
dari Leng Hong ya, telinganya juga seakan akan mendengar
bujuk rayunya yang memabukkan.
Oleh sebab itu, setelah berjumpa dengan Leng Hongya, tak
urung timbul juga perasaan cinta didalam hatinya, goncangan
yang dialami dalam harinya hampir saja membuat dia tak
sanggup untuk mengendalikan diri.
Dengah perasaan bergetar keras, perempuan itu segera
berseru: "seandainya kau masih teringat dengan hubungan cinta
kasih kita dulu, tak mungkin kau baru datang menjengukmu
pada hari ini" Dengan cepat Leng Hongya menggeleng, katanya:
"Siau hiang, hingga kini kau masih belum dapat memahami
diriku, sejak terjadi peristiwa itu, aku tahu kalau aku salah,
tidak seharusnya mencurigai istri sendiri nyeleweng, oleh
karena itu sewaktu kau dan Im Cu melarikan diri kemari,
akupun tak pernah mengusik kalian lagi, setiap hari aku
menyesali kesalahanku dulu, aku berharap suatu hari bisa
mendapatkan perhatian darimu..."
"Ciiis, kau tak usah berlagak lagi dihadapanku, aku
bukannya tidak tahu kalau kau..."
"Walaupun ucapannya masih keras, namun hatinya sudah
mulai melunak dan melumer oleh bujuk rayu yang manis
tersebut." 462 Leng Hongya memang pandai sekali melihat keadaan, dia
tahu sikap keras dan dingin dari Bok Siau-hiang tak mungkin
bisa bertahan kelewat Iama.
Buru buru dia maju sambil memperhatikan wajahnya lekatlekat,
kemudian bisiknya: "Siau hiang, kau amat kurus selama beberapa tahun ini kau
pasti hidup mengenaskan .."
Bok Siau hiang adalah seorang perempuan lemah yang tak
tahan terhadap godaan, sewaktu dilihatnya Leng Hongya
begitu menaruh perhatian kepadanya. tanpa terasa rasa
dendamnya selama berapa tahun seperti melumer didalam
beberapa patah kata tersebut.
Selapis cahaya merah dengan cepat menyelimuti wajahnya,
walaupun sedang sakit namun mana orang dapat
membedakan . . " "Kau masih teringat akan diriku. . ." katanya dengan suara
gemetar keras. Menggunakan kesempatan itu, Leng Hongya maju
selangkah lagi kedepan, katanya lebih jauh:
"Aku tak pernah melupakan dirimu, Siau hiang, bila kau
bisa melupakan kesalahanku dulu, aku bersedia untuk rujuk
kembali denganmu. . ."
"Aaah . ." Bok Siau hiang menghela napas sedih, "terlalu
terlambat, aku tidak mempunya rejeki semacam itu. . ."
463 Leng Hongya benar benar merupakan seorang yang
berotak cerdas, licik dan banyak tipu muslihatnya, hampir
semua perkataan yang diucapkan olehnya merupakan kata
kata yang menarik dan sedap didengar.
BegituIah takala dilihatnya Bok siau hiang sudah mulai
tertarik hatinya, mendadak dia menghela napas panjang,
selapis kemurungan kembali menghiasi wajahnya.
"Aaai. . ." Bok Siau-hiang tak kuasa membendung serangan bujuk
rayunya yang cukup memabukkan hati, ketika melihat wajah
Leng Hongya diliputi kemurungan dan kesedihan, hatinya
segera bergetar keras, tanpa disadari diapun menaruh
perasaan kuatir bagi keselamatan Leng Hongya.
Dengan perasaan tidak habis mengerti dia lantas menegur:
"Yok peng kau mempunyai rahasia hati apa yang
merisaukan hatimu." Leng Hong ya yang cerdik tidak langsung menjawab
pertanyaan itu, dia segera mengatur jebakan berikutnya untuk
memperangkap mangsanya: Tiba-tiba dia mengambil keluar sebutir mutiara besar yang
amat menyilaukan mata dan diserahkan kepada Im Cu yang
berada di sisinya, dengan nada yang bersungguh sungguh dia
berkata. "Im Cu. selama berapa tahun ini kau selalu melindungi dan
merawat Cubo secara seksama, aku tak punya apa apa untuk
menyampaikan rasa terima kasihku itu, ambilah mutiara Pek
sui cu ini sebagai ucapan rasa terima kasih ku.."
464 "Aku tidak membutuhkan pemberianmu." tampak Im Cu
dengan suara dingin, "lebih baik serahkan saja kepada orang
lain...." Agakoya Leng Hongya telah menduga akan penolakan
tersebut, sambil tertawa tersipu sipu dia lantas berpaling
kemudian tanyanya lagi. "Siau hiang, apa yang kau tanyakan kepada ku barusan?"
Waktu itu Bok Siau hiang seakan akan sudah melupakan
semua penderitaan yang dialaminya selama ini akibat
perbuatan dari Leng Hongya, dengan mata berkaca kaca dan
tubuh gemetar ia berkata:
"Tampaknya kau seperti menjumpai suatu persoalan yang
sangat berat dan seriusnya..."
Leng Hongya menghela napas panjang.
"Aiaai, . . benar, sekarang aku memang lagi menjumpai
kesulitan- sahutnya, "oleh karena aku sudah kehabisan akal
dan akupun takut kau marah bila mengajakmu berunding, aai.
. aku. ." Bok Siau hiang segera tertawa getir.
"Bagaimanapua juga kita pernah menjadi suami istri selama
banyak tahun, urusanmu sudah sepantasnya kalau akupun
ikut memikirkannya . ."
"Kalau dibicarakan benar benar membuat orang tidak
percaya." kata Leng Hongya sambil menggelengkan
kepalanya, "tengah hari tadi telah muncul seorang buta yang
melakukan pembantaian secara besar besaran dalam lembah
465 ini, ia bersikeras hendak menjumpai diriku setelah aku keluar,
diapun berulang kali ingin mencarimu, dia menyebutnya
sebagai adikku, oleh karena aku merasa bersalah kepadamu,
dan akupun tak tega membunuhnya, terpaksa aku datang
kemari ingin bertanya kepadamu . ."
Dengan perasaan bingung Bok Siau hiang menggelengkan
kepalanya berulang kali, serunya cepat:
"Aku tidak mempunyai seorang adik yang buta, seandainya
dia adikku, tak mungkin matanya buta. . ."
Liong Tian im merasa hatinya bergetar keras segera
pikirnya: "Yaa, benar Leng Hongya pasti sudah berjumpa dengan
engkoh Bok Ci kalau begitu Bok toako telah bersua dengan
Leng Hongya entah ilmu pedang siapakah yang lebih unggul
?" Tiba tiba terdengar Leng Hongya bertepuk tangan nyaring
sambil berseru keras: "Betul, seandainya dia adalah adikmu, aku pasti akan
kenalinya dalam sekilas pandangan, wajah sibuta ini
mempunyai sebuah codet yang hampir sama dengan codet
adik, itulah sebabnya merasa rada sangsi."
Bok Siau hiang menghela napas panjang.
"Aaai aku tidak kenal dengan orang ini, akupun tidak
mempunyai usul apa apa..."
Leng Hongya tertawa getir, kembali ujarnya "Dia mengaku
sebagai jago pedang buta, ilmu pedangnya benar benar sudah
466 mencapai tingkatan yang luar biasa, musuh tangguh semacam
ini meski tak perlu kita takuti, namun anehnya ilmu pedang
yang dia pergunakan justru ilmu pedang dari keluarga
kalian..." Bok Siau hiang mulai gelisah sekali, serunya kemudian:
"Kalau begitu cepat ajak aku untuk menjumpainya, coba
lihat apakah dia adalah .."
"Buat apa kau menjumpai manusia semacam ini?" kata
Leng Hongya sambil tertawa serius, berulang kali dia
mengatakan hendak merebut kembali pedang hitam Meh bok
im keluarga kalian aku lihat lebih baik serahkan saja kepadaku
agar kuusir orang itu sekarang."
Paras muka Bok Siau hiong segera berubah hebat.
"Tidak." teriaknya, "pedang Meh bok kiam adalah barang
yang menjadi pesalinku sewaktu kawin tempo hari, ayah
pernah berkata kepadaku agar pedang ini jangan
sembarangan diberikan orang, kalau tidak pemegang pedang
bisa menggunakan pedang Meh bok kiam itu menukar ilmu
silat rahasia keluargaku. sekarang di kolong langit dewasa ini
kecuali yang yang berada ditangan Siau te (adik)" jteh dibilang
pedang ini,.. " "Andaikata aku yang menginginkan apakah kau akan
berikan kepadaku?" tanya Leng Hongya sambil tertawa serak.
"Soal ini..." seperti telah mengambil keputusan, Bok Siau
hiang segera berkata lebih lanjut.
467 "Tidak, aku tak akan menyerahkan kepadamu, tenaga
dalammu sudah memperoleh warisan langsung dari ayah, kau
tak usah melatih ilmu pedang Thian yang Kiam hoat ayahku
lagi, apalagi ilmu pedang langit dan pedang bumi tak mungkin
bisa dilatih bersama."
Mendadak dari luar gua berkumandanj suara panggilan
"Ayah..." Kemudian muncullah Leng Ning ciu dalam gua itu sambil
memandang semua orang yang hadir disini dengan
keheranan. Sekujur badan Bok siau hiang gemetar keras, paras
mukanya berubah hebat, sambil menuding ke arah Leng Ning
ciu serunya: "Siapakah dia?"
Walaupun Leng Hongya adalah seorang yang cerdas, tapi
berhubungan perubahan itu berlangsungnya sangat tiba tiba
sehingga sama sekali tak ada waktu baginya untuk mengambil
pertimbangan akibatnya untuk sesaat ia tak mampu menjawab
barang sepatah katapun. Dengan gusar dia melotot sekejap ke arah Leng Ning ciu,
kemudian tegurnya: "Mau apa kau datang kemari?"
Buru buru serunya kepada Bok Siau hiang pula sambil
tertawa paksa: "Dia adalah putri angkatku .. ."
468 "Ayah, kau bilang apa?" seru Leng Ning ciu dengan wajah
tertegun karena tercengang.
Waktu itu Bok Siau hiang sudah dapat melihat persoalan di
balik kejadian itu. saking gusarnya dengan paras muka hijau
membesi dia muntahkan darah segar.
Im Cu menjadi amat terperanjat buru buru dia
mengambilkan secawan air teh baginya.
Tapi perempuan itu segera menyiram air dalam cawan itu
keatas tanah, serunya: "Ternyata secara diam diam kau telah bermain pat pat
gulipat dengan perempuan lain sehingga sudah berputri
seorang pun tak berani memberitahukan kepadaku, bagus
sekali! Hampir saja aku tertipu, rupanya kau ingin
membohongi pedang kayuku untuk pergi menjumpai ayahku"
Hmm .. asal kau dapat menghisap kembali air yang sudah
tumpah di tanah ini, pedang kayu tersebut akan kuserah kan
kembali kepadamu." Saking gusarnya sekujur badan perempuan tua ini gemetar
keras, dari mulutnya dia muntahkan darah segar berulang kali,
namun di balik matanya yang berkaca kaca, mencorong keluar
serentetan cahaya tajam yang buas di menggidikkan hati.
"Heeh . . . . heeeh ., . " melihat siasat kejinya mengalami
kegagalan total, Leng Hongya tertawa dingin tiada hentinya,
"aku sama sekali tidak berharap dengan perempuan busuk
seperti kau, sekarang diantara kita berdua pun sudah tak ada
yang bisa di bicarakan lagi, cepat serahkan pedang kayu itu
padaku, aku akan mempergunakan pedang keluarga kalian
untuk membunuh adikmu . . , . "
469 "Ayah!" seru Leng Ning ciu dengan waja tertegun setelan
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang Bok Siau hiang sekejap, "sebetulnya apa yang
telah terjadi?" "Disini tak ada urusan denganmu, cepat kau enyah dari
sini!" bentak Leng Hongya dingin.
"Aku adalah istrinya, siapakah kau?" ucap Bok Siau hiang
tiba tiba dengan sedih. "Apa?" Leng Ning ciu membelalakkan matanya lebar lebar,
"kau adalab putrinya si pedang langit Bok Keng jin" Bukankan
ayah mengatakan kau telah mati?"
Dengan wajah tercengang dia memandang LengHongya
sekejap, kemudian dengan penuh kesedihan dia menuju
keluar sambil serunya: "Akan kuberitahu kejadian ini kepadanya!"
"Balik!" bentak Leng Hongya tiba tiba sambil melompat
maju kedepan. Saat ini diatas wajahnya yang dingin kaku seperti salju itu
sudah terlintas selapis hawa napsu membunuh yang teramat
tebal, hal ini membuat Leng Ning ciu yang menghentikan
gerakan tubuhnya berpaling dengan rasa ngeri.
Selama hidup belum pernah dia menyaksikan Leng Hongya
bersikap begitu dingin dan menyeramkan seperti itu tanpa
terasa dia mundur dua langkah dengan perasaan ngeri.
Dengan wajah diliputi kemarahan yang memuncak, Leng
Hongya mengancam: 470 "Jika kan berani memberitahukan kejadian ini kepada
ibumu. akan kuhajar kan sampai matipun!"
Tiba tiba Bok Siau hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak bahak dengan seramnya, dibalik suara
tertawanya yang amat memekikkan telinga itu terkandung
pula rasa sedih, murung, duka dan pelbagai perasaan lainnya
yang dilampiaskan keluar semua.
Kemudian selesai tertawa dia berpekik nyaring:
"Heeeb . . . heeeh .. , heeeh , . , tampaknya kau pun takut
dengan bini!" Merah padam selembar wajah Leng Hongya karena jengah,
dalam keadaan begini dia tak manpu untuk mengumbar
napsunya. Leng Ning ciu seperti menjumpai suatu kejadian yang
menyakitkan hatinya. tiba tiba dia menangis sedih seduh, lalu
sambil menutupi mukanya lari keluar dari dalam gua. dari isak
tangisnya terdengar semakin menjadi jadi.
"Balik ." Suatu bentakkan nyaring tiba tiba berkumandang
memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat
itu. Menyusul suara bentakan nyaring yang lewat tersebut,
bayangan pedang nampak bergetar keluar dari luar gua.
Leng Ning ciu menjerit kaget, lalu mundur kebelakang
berulang kali dengan wajah ngeri.
471 Jago pedang buta Bok Ci dengan pedang kayu ditangannya
telah mundur didepan gua dengan gagah, dia mengendus
sebentar ketengah udara, lalu serunya sambil menudingkan
pedangnya kedepan: "Leng Hongya! Kita belum sempat bertarung" Leng Hongya
tertawa seram. "Heeeh , , , heeeh . , . ! heeeh . . . rupanya kau datang
untuk menghantar kematianmu ?"
"Sebelum datang kemari, aku sudah bertekad untuk mati"
kata jago pedang buta Bok Ci dingin, "empat belas tahun
berselang kau telah membuat sepasang mataku buta,
membuat aku kehilangan jendela sukmaku untuk selamanya,
dan sepanjang hidup berada didalam kegelapan, dendam
kesumat ini bagaimana pun juga harus kutuntut balas , .."
Pedang kayunya digetarkan membentuk satu lingkaran
busur di tengah udara, gelombang pedang yang kuat
mengikuti serentetan desingan angin serangan yang tajam
bergerak ditengah udara dan menimbulkan serentetan
gelombang hawa pedang yang amat dahsyat.
Jilid 12 "INILAH ILMU pedang Thian yang kiam hoat" sejak Jago
pedang buta Bok Ci munculkan diri, sepasang mata Bok Siau
hiang mengawasi terus wajahnya tanpa berkedip.
Sebuah raut wajah yang amat samar tapi sangat dikenal
muncul didepan matanya, namun ia tak berani memastikan
apakah orang inilah adiknya Bok Ci atau bukan.
472 Jago pedang buta yang mendengar perkataan itu segera
berpaling, kemudian tegurnya: "Siapa yang mengenali ilmu ini
sebagai ilmu pedang Thian yang kiam hoat.. ."
"Aku adalah Bok Siau hiang, siapakah kau?" buru-buru
perempuan tua itu berseru.
Jago pedang buta Bok Ci segera mengendorkan pedang
kayunya, menyusul kemudian seluruh tubuhnya gemetar
keras, dia nampak agak tertegun, seakan akan tidak percaya
dengan pendengaran sendiri.
"Toaci ku sudah mati, aku adalah Bok Ci" teriaknya
kemudian keras keras. "Oooh . . . Bok Ci. Bok Ci . . " Bok Siau hiang bergumam
dengan suara gemetar, setelah mengulangi nama si Jago
pedang buta beberapa kali, air matanya jatuh bercucuran
dengan amat terharunya dia berseru lebih lanjut : "Ooooh . .
kau adalah adikku?" Dengan cepat jago pedang buta Bok Ci menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Sepasang mataku telah buta, aku tidak tahu apakah kau
adalah enci ku atau bukan, seandainya kau benar benar
adalah enciku yang sudah mati, harap serahkan pedang Meh
bok kie mu kepadaku aku akan segera mengetahui siapa
gerangan dirimu." Bok Siau hiang melirik sekejap kearah Im Cu kemudian
serunya : "Serahkan kepada dia!"
473 Terpaksa Im Cu mengangkat bantal diatas pembaringan
Bok Siau-hiang dan mengeluarkan sebilah pedang kayu yang
berwarna hitam, bentaknya kemudian:
"Sambutlah !" Bayangan pedang berkelebat lewat, bagaikan serentetan
cahaya hitam langsung meluncur ke arah jago pedang buta.
"Aku memerlukan benda itu !" tiba tiba Leng Hongya
membentak dengan suara rendah dan dalam.
Tubuhnya turut bergerak maju ke depan, telapak tangan
kirinya diayunkan ke tengah udara melepaskan sebuah
pukulan, sementara serangan telapak tangan dari tangan
kanannya berubah menjadi ilmu jari yang secepat kilat
mencengkeram pedang kayu tersebut.
"Hmmm ... ! Tidak akan segampang ini!" seru pedang buta
Bok Ci sambil tiba menyingkir ke sampingnya,
Pedang kayu berada di tangannya digetarkan ke tengah
udara, dengan menciptakan screntetan cahaya tajam yang
amat menyilaukan mata tiba tiba saja dia menusuk dada Leng
Hongya, serangan tersebut selain tajam juga amat luar biasa.
Baru saja jari tangan Leng Hongya hendak menyambar
pedang kayu belum sedang melintas ditengah udara, tahu
tahu ujung pedang Jago pedang buta Bok Ci telah menusuk
tiba. Dia menjadi amat terperanjat tak pernah disangka olehnya
kalau si jago pedang buta Bok Ci memiliki tenaga dalam yang
begitu sempurnanya sehingga gerangan yang dilancarkan
tertuju keatas jalan darah pentingnya.
474 Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus
berkelit ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman
yang mematikan itu, tapi pedang kayu hitam tersebut tahu
tahu sudah jatuh ke tangan jago pedang buta Bok Ci.
Kenyataan ini membuat hatinya merasa sangat terperanjat
pelbagai ingatan berkecamuk di dalam benaknya.
"Sungguh tak kusangka seorang buta sudah berhasil
memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, hingga
kepandaian membunuh orang kedahsyatan yang merupakan
ilmu pedang tingkat tinggi pun berhasil di kuasai olehnya,
jikalau aku harus bertarung satu lawan satu dengannya
menang kalah sudah pasti baru bisa ditentukan dua ratus
gebrakan kemudian. tapi kejadian ini sungguh kelewat
memalukan sekali!" Dengan wajah serius ditatapnya wajah sijago pedang buta
lekat lekat dia menyaksikan Bok Ci sedang meraba pedang
kayu hitam itu tiada hentinya, sementara mimik wajahnya
yang dingin menyeramkan itu mengalami pelbagai macam
perubahan. Leng Hongya membentak keras, dia segera mengayunkan
telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan yang maha
dabsyat, teriaknya: "Kau si buta sialan, sambutlan dulu sebuah pukulanku ini!"
Angin pukulan yang menderu deru bagaikan selapis dinding
hawa secara bergelombang meluncur tiba dengan hebatnya
dan menerjang tubuh jago pedang buta Bok Ci.
Jago pedang buta Bok Ci segera melompat ketengah udara,
sepasang pedang kayunya digetarkan ke tengah tengah
475 udara, begitu lolos dari sergapan angin pukulan lawan tibatiba
saja dia melancarkan serangan dari kiri dan kanan dengan
pedangnya. Leng Hong ya merasa terperanjat sekali dengan perasaan
terkesiap pikirnya: "Apa" Dia telah berhasil menguasahi sepasang pedang
terbang?" Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
senjata itu sudah membacok tiba.
Leng Hong ya segera mendengus dingin, sepasang telapak
tangannya diputar membentuk satu lingkaran busur ditengah
udara, kemudian melayang turun kesisi Bok Siau hiang.
"Hei sibuta, tahukah kau apa yang hendak kugunakan
untuk menghadapi dirimu?" tanyanya dengan suara berat dan
dalam. Jago pedang buta Bok Ci tidak menjawab pertanyaan itu
dia menggetarkan pedangnya seraya berteriak keras:
"Cabut keluar pedangmu!"
Leng Hong ya tertawa seram, mendadak dia mengayunkan
telapak tangan kanannya dan mencengkram urat nadi pada
tangan Bok Siau hiang yang sedang duduk diatas
pembaringan kayu. Tindakan tersebut benar benar sama sekali diluar dugaan
siapa saja. walaupun si Jago pedang buta Bok Ci memiliki
476 keberanian yang melebihi orang lain, dia pun tak menyangka
kalau musuhnya bakal mempergunakan cara yang begitu
pengecut untuk menghadapinya.
Tanpa terasa dia meraung gusar, kemudian dengan
kecepatan luar biasa menerjang ke depan.
Sambil tertawa dingin Leng Hongya segera berkata:
"Mundur kau dari hadapanku, kalau tidak aku akan
memberikan suatu atraksi yang menarik untuk cicimu."
Betul juga, si jago pedang buta benar benar tak berani
maju lagi, saking cemasnya peluh dingin telah membasahi
seluruh tubuhnya. dengan gusar dia selipkan kembali pedang
kayu hitamnya kering yang lalu berjaga didepan gua dengan
serius. Bok Siau hiang belum lama sembuh dari sakitnya, ketika
kejadian sandera oleh Leng Hongya, saking gusarnya hampir
saja dia mati lantaran muntah darah.
Beberapa kali dia mencoba untuk meronta dan berusaha
untuk melepaskan diri dari cengkeraman orang, tapi selalu
gagal, lama kelamaan dengan marah dia berseru:
"Kau iblis keji berhati laknat, baru hari ini aku melihat jelas
raut wajah aslimu!" "Heeeh. . .heeh. .heeh . aku menginginktn kalian kakak
beradik dikubur dalam satu liang. ." jengek Leng Hongya
sambil tertawa seram. 477 "Aduuuh. . ." mendadak ia menjerit kesakitan, lalu
melepaskan cengkeramannya atas Bok Siau-hiang dia mundur
berapa langkah dengan sempoyongan.
Setelah itu sambil berpaling bentaknya dengan penuh
kejutan: "Manusia laknat darimana yang berani rnelukai orang
secara diam diam. . ."
Liong Tian im melompat keluar dari belakang pembaringan
katanya dingin. "Bila aku ingin melukai dirimu, mungkin sejak semula
nyawamu sudah melayang tinggalkan raga, tadi aku hanya
menotok jalan darahmu saja lantaran kau telah melakukan
suatu perbuatan yang tak tahu malu, kalau tidak, hm, kau
anggap masih punya nyawa,"
"Bagaimana caramu masuk kemari ?" bentak Leng Hongya
dengan paras muka hijau membesi.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau di dalam dunia ini
masih bersembunyi seorang jago muda lain yang sangat lihay,
andaikata dia tidak memusatkan segenap perhatiannya untuk
menghadapi jago pedang buta Bok Ci, maka bukan suatu
pekerjaan yang gampang bagi Leng Tian im untuk melukai
tubuhnya. Liong Tian im segera tertawa terbahak,
"Haah, haaah, haaah, ketika aku masuk ke mari tadi, entah
kau berada dimana." 478 Sementara itu jago pedang buta Bok Ci telah mengayui kan
pedang kayunya sambil menegur:
"Adik Liong kah di situ?"
Dia maju tiga langkah ke depan, kemudian iambii setengah
membungkukkan badan dia melancarkan sebuah tusukan
ketubuh Leng Hongya dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat. "Leng Yok-peng" teriaknya dengan suara dalam"
"kembalikan sepasang mataku."
Tiba tiba Leng Hongya melompat sambil membentak
"Apa sangkut pautnya antara matamu yang buta dengan
diriku ?"
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia memang tak malu disebut seorang tokoh persilatan
yang sangat lihay, dengan lompatan mana, ujung kakinya
menutul pelan diujung pedang jago pedang buta Bok Ci,
kemudian badannya merendah ke bawah hingga membuat
pedang kayu yang diayunkan ke depan itu melengkung ke
bawah. Waktu itu Bok Ci telah mengerahkan segenap tenaga
dalamnya ke ujung pedang tersebut dan melemparkan tubuh
Leng Hongya ke tengah udara, lantaran di satu pihak
mengerahkan tenaga, tanpa terasa kedua belah pihak pun
saling beradu kekuatan dengan amat dahsyatnya. .
Dengan sedih Jago pedang buta Bok ci berseru:
"Ketika aku masih berada dalam lembah Tee ong Vok dulu,
lantaran kau takut aku berhasil menemukan jejak enciku,
479 maka secara diam-diam kau telah membutakan mataku
membuat aku tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke
bukit Toa pousat nia, Leng Yok peng, siasat busukmu itu
sudah kuketahui dengan amat jelas.."
Liong Tian im yang mendengarkan kisah itu dari sisi arena
ikut naik darah, sekulum senyuman yang angkuh dan sinis
segera tersungging diujung bibirnya yang tipis, pelan pelan dia
meluruskan telapak tangan kanannya ke muka, lalu
membentak keras: "Toako serahkan saja Leng Hongya ini kepadaku. ."
Leng Hongya yg berada ditengah udara dengan cepat dekat
menangkap sebuah cincin bo Ikr ditangan Liong Tian im yang
memancarkan cahaya berkilauan sekujur ubahnya segera
bergetar keras, hawa murninya membuyar hampir saja ia
terjatuh dari ujung pedang.
"Cincin maut iblis emas. . . !" gumamnya dengan wajah
tercengang. Menggunakan kesempatan disaat hawa murni membuyar,
Jago pedang buta Bok Ci membentak keras, pedang yang
sedang diluruskan ke dengan itu mendadak ditarik kembali,
lalu dengan punggung pedangnya dia melepaskan bacokan
maut. Cepat-cepat Leng Hongya melayang turun keatas tanah,
secara beruntunnya berganti empat posisi, dengan suatu
gerakan yang sangat ringan dia menghindarkan diri dari tiga
serangan berantai yang dilancarkan jago pedang buta Bok Ci,
semua gerakan dilakukan sangat lincah dan licin.
480 Kemudian sambil mengepalkan ujung bajunya melancarkan
serangan pukulan dahsyat, ia berseru:
"Tunggu sebentar !"
"Masih ada persoalan apalagi yang hendak kau ucapkan."
dengus jago pedang buta Bok Ci.
Leng Hongya melirik sekejap kearah Liong Tian im,
kemudian katanya: "Tempat ini kelewat kecil, beranikah kalian
berdua untuk bertarung dengan aku diatas tebing Tay gan
kwan" Liong Tian im tertawa dingin.
"Dimanapun boleh saja, aku dan Bok toako tak akan takut
menghadapi dirimu !"
"Jangan ke situ !" tiba tiba Bok Siau hiang membentak
keras. "Cici... !" seru Jago pedang buta Bok Ci agak tertegun.
"Adikku" ujar Bok Siau hiang agak takut, "apakah kau tidak
tahu kalau Leng Yok peng adalah seorang manusia bengis
yang licik dan keji " Tay gan-kwan merupakan sebuah lembah
kematian yang sudah amat termashur, Iebih baik batalkan
saja perjanjian ditempat itu".."
"Perempuan rendah, siapa suruh kau banyak berbicara ?"
bentak Leng Hongya dengan penuh kegusaran.
Kemudian ia menengadah dan tertawa,
481 Sorot matanya pelan pelan dialihkan ke wajah Liong Tian
im dan Jago pedang buta Bok ci, lalu setelah tertawa seram
serunya: "Besok pagi aku akan menantikan kedatangan kalian
selamat tinggal." Dengan pecuh kegusaran dia menarik tangan Leng Ning-ciu
dan diajaknya keluar. "Memandang bayangan punggung Leng Ning ciu yang
menjauh, tiba-tiba Liong Tian im merasakan suatu
kemurungan yang amat tebal, dengan termangu mangu dia
mengawasi kemalul jua itu tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Akhirnya dia menghela napas sedih, suatu ingatan dengan
cepat melintas dalam benaknya.
Sebetulnya dia bukan seorang gadis yang benar benar
jahat dan jelek, dia tak lebih hanya dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sehingga menjadi terbiasa oleh kebiasaan jelek
tersebut. Segulung angin dingin berhembus lewat dan menyadarkan
kembali Liong Tian im dari lamunannya, jago pedang buta Bok
Ci datang mendekat serta menepuk nepuk bahunya, kemudian
CDen&r.knya keluar dari situ.
ooo^ ^ooo Kabut tebal menyelimuti seluruh angkasa membuat seluruh
lembah Tay gan kwan menjadi gelap gulita.
482 Ditengah kabut tebal yang menyelimuti seluruh angkasa,
nampak setitik cahaya merah bergerak lewat dan pelan pelan
bergerak menuju ke arah lembah Tay gun kwan.
"Tay gun kwan" tiga huruf besar yang tersorot cahaya
merah nampak mengerikan sekali karena diatas batuan
didepannya tergeletak tiga sosok kerangka manusia, hingga
kerangka tersebut nampak lebih menggidikkan hati setelah
tertimpa sinar berwarna merah.
Leng Ning ciu sambil membawa sebuah lentera berwarna
merah berdiri dibawah tulisan, Tay gan kwan yang besar dan
memandang jalan bukit yang berilku liku itu dengan penuh
kecemasan. Tampak kabut hampir menyelimuti seluruh jagad, tak
sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan.
Perasaan kaum wanita memang merupakan suatu yang
aneh dan sukar diraba, apalagi perasaan seorang gadis
remaja, setiap saat setiap detik perasaannya akan
berkembang mengikuti perubahan yang terjadi.
Meskipun Liong Tian im pernah membuat hatinya tercabikcabik
hingga remuk rendam diantara cinta dan benci, dia
merasa sukar untuk membedakan diposisi yang manakah dia
berada" Ia cukup mengerti tujuan dan Leng Hong ya mengajak
Liong Tian im dan si jago pedang buta Bok Ci untuk berduel
didalam lembah Tay gan kwan tak lain karena dia hendak
membinasakan kedua orang pemuda tersebut, dia lebih suka
menjahati ayahnya, daripada membiarkan dua orang pemuda
yang merupakan jago jago lihay dari golongan muda ini tewas
dengan begitu saja. apalagi jago pedang buta pernah
483 memancing kenangannya dimasa kanak-kanak dulu, tentu saja
diapun mempunyai pelbagai perasaan pula dimasa kecilnya
dulu. Leng Ning cu membereskan rambutnya yang kusut karena
terhembus angin gunung, kemudian gumamnya:
"Semoga mereka berdua jangan datang, Tay gan kwan
adalah selayak kematian, entah apapun jangan harap bisa
meloloskan diri dari pelbagai macam jebakan maut yang
berada disitu. Belum habis dia berkata, sorot matanya peIan-pelan
berputar, mendadak ia menangkap ke dua sosok bayangan
manusia yang sedang bergerak mendekat dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. Orang yang berada didepan itu mendadak melambatkan
gerakannya dan memperdengarkan keluhan kesakitan,
gerakan tubuhnya serta merta ikut menjadi lamban pula.
"Kenapa kau ?" tanya jago pedang buta dengan gelisah.
Liong Tian-im memegang dadanya kencang-kencang
dengan keringat sebesar kacang meleleh jatuh bercucuran
membasahi jidatnya, ia mengeluh dengan penuh kesakitan,
lalu Itnbil memandang ke arah jago pedang buta ia berkata:
"Belum pernah aku melakukab perbuatan yang memeras
pikiran dan perasaan. tidak semestinya aku akan merasakan
penderitaan aku digigit ular dalam hatiku, jika ular hati ini
harus kambuh dua kali sehari aku lebih suka mati saja"
Jago pedang buta memegang jidatnya sebentar, kemudian
bertanya: 484 "Apakah diatas jidatmu ada bekas leeki ular . . . ."
"Ada" sahut Liong Tian-im sambil berusaha keras untuk
mengendalikan penderitaan dalam tubuhnya, diatas jidatku
terdapat bayangan seekor ular berwarna emas . . . ."
"Aaaah . . !" Jago pedang buta Bok ci cepat terkesiap, buru
buru dia meraba nadi dan memeriksa denyutan jantung anak
muda tersebut. "Agaknya kurang beres", ujarnya kemudian. "kalau hati
digigit ular maka semestinya petanda tersebut berwarna
merah, tapi bukti ini diatas jidatmu muncul sebuah tanda ular
emas, jangan jangan kau sudah terkena ilmu Tui bi gi hun tay
hoat yang merupakan ilmu rahasia dari wilayah Biau .. ?"
Setelah termenung beberapa saat lamanya dia lantas
berkata lebih lanjut: "Jangan-jangan, dia yang melancarkan serangan keji
tersebut ?" "Siapakah yang kan maksudkan dia ?" tanya Liong Tian im
dengan suara gemetar keras.
Tapi jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya
kembali dengan wajah serius, gumamnya lebih jauh:
"Mustahil, walaupun dia adalah muridnya Lie san popo dari
wilayah Biau, tapi tak mungkin dia akan mempergunakan ilmu
rahasia semacam itu untuk melukai orang, apalagi diantara
mereka berdua sama sekali tak terikat dendam sakit hati
apapun . . ." 485 Betapa terkesiapnya dia setelah menyaksikan jidat Liong
Tian-im terasa panas bagaikan baranya api, kembali dia
berseru. "Tunggulah aku disini, selesai membuat perhitungan
dengan Leng Hongya nanti, aku akan mengusahakan untuk
mencabut keluar ular hati dari dalam tubuhmu, jikalau benar
benar perbuatan keji ini dilakukan budak tersebut, aku akan
membacok mati dirinya . .. ."
"Toako, sebenarnya siapa yang kau maksudkan ?" tanya
Liong Tian im lagi sambil berusaha keras untuk mengendalikan
rasa sakit di dalam hatinya.
Jago pedang buta Bok Ci tidak mengucapkan sepatah kata
pun, mendadak dia melejit ke tengah udara, pedang kayunya
menutul ke atas permukaan tanah dan secepat kilat dia
meluncur kedepan, dimana secara kebetulan menyongsong
kedatangan Leng Ning ciu.
"Bok Ci, kau tak boleh kesitu!" seru Leng Ning ciu dengan
perasaan gelisah. Bok Ci tertegun, kemudian mendengus dingin.
"Hmm, diantara kita sudah merupakan permusuhan yang
ibaratnya air dan api, kau tak usah mencampuri urusanku."
Ketika mengucapkan perkataan tersebut, tak terlukiskan
perasaan sedih yang mencekam perasaannya ketika itu,
ingatan semasa masih kecil dulu satu persatu melintas kembali
didalam benaknya hal ini membuat dia harus melanjutkan
kembali gerakan tubuhnya dengan penuh penderitaan.
486 Dengan suara yang besar seperti geledek, Liong Tian-im
segera membentak keras: "Toako, tunggu aku."
Dia berusaha keras untuk mengendalikan penderitaan yang
tak terlukiskan dalam hatinya, sambil melompat bangun
dengan sepenuh tenaga melakukan pengejaran, tapi belum
seberapa jauh tubuhnya sudah roboh terjengkang ke atas
tanah, kemudian memperdengarkan suara rintihan lirih.
Sementara itu bayangan tubuh jago pedang buta Bok Ci
sudah lenyap dibalik kabut yang gelap, yang tertinggal
hanyalah suara pekikan panjang yang amat nyaring.
Dengan gemas Liong Tian im menghantam hantam
permukaan tanah, kemudian berseru dengan lantang:
"Aku tak boleh mengingkari janjiku dengan Leng Hong ya,
lebih-lebih tak boleh membiarkan Bok toako pergi
menyerempet bahaya seorang diri, jika aku tak berhasil
menyusul pertarungan antara Leng Hong ya dan toako, aku
lebih suka mati saja daripada menjadi seorang yang
mengingkari janji?" Dengan memaksakan diri dia merangkak maju beberapa
langkah kedepan, mendadak sepasang sepatu bersulam warna
hijau muncul di hadapannya.
Pelan pelan dia menengadah, tampaklah tangannya sambil
berseru lantang: "Pergi kau dari sini, bukankah kau ingin leticelSi'kal diriku?"
Leng Ning ciu menghela napas sedih, ujarnya pelan:
487 "Kau sudah terkena ilmu Tui sim gi hun tay hoat dari
wilayah Biau, bila tidak dibebaskan dari pengaruh tersebut
maka pikiranmu akan menjadi kalut dan ruwet, akhirnya
hatimu akan pecah dan tewas, keadaan seperti ini paling
berpantangan mengerahkan tenaga, mengapa kau bisa
bentrok dengan seorang tokoh ilmu sesat seperti itu" untung
saja kau telah berjumpa dengan aku, kalau tidak ilmu tenung
seperti itu sukar sekali untuk di punahkan . ."
"Aku tak sudi menerima kebaikanmu, harap kau segera
enyah dari hadapanku. .. " seru Liong Tian-im dengan suara
gemetar. Ling Ning-ciu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Apa sih gunanya kau berkeras kepala. Tak ada orang yang
bisa menahan penderitaan dan siksaan tak berwujud seperti
ini, orang yang menunggumu sedang menunggu kau balik
kepadanya dan mohon bantuan darinya. .."
Selapis hawa pembunuhan yang amat tebal segera
menyelimuti wajahnya, dengan wajah dingin dia melanjutkan:
"Aku akan menyuruh orang yang melepaskan ilmu tenung
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersebut datang menghadapku dengan membawa darah,
kemudian aksn kusuruh dia merasakan ilmu Nio jiu hun si tay
hoat (ilmu panca lengan pemisah nyawa) untuk membalaskan
sakit hatimu itu .."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah bola besar
berwarna merah, selapis kabut merah tampak menyelimuti di
seputar bola tadi sehingga bentuknya menyerupai sebuah
mutiara besar yang tembus mata.
488 Gadis itu meniup mutiara besar itu dua kali kemudian
sambil meletakannya ke atas telapak tangan, dia mengangkat
benda itu tinggi sambil mengucapkan beberapa patah kata
mantera..... Pelan pelan diatas mutiara besar itu muncullah seekor ular
kecil berwarna keemas emasan.
Dengan wajah serius Leng Ning ciu segera serunya kepada
Liong Tian im. "Ular emas tersebut merupakan ular Kim lian coa yang
amat tersohor diwilayah Biau, kau sudah pernah melihatnya."
Liong Tian im menggelengkan kepalanya berulang kali, tapi
dia merasa keheranan mengapa ular emas yang muncul diatas
bola besar itu secara lamat lamat bisa sama dengan badan
ular yang muncul diatas jidatnya, seolal olah kedua ekor ular
tersebut sebenarnya adalah seekor ular yang sama.
Leng Ning ciu memandang sekejap ke arah bayangan ular
diatas mutiara besar tersebut kemudian menutulkan pelan ke
depan sambil berseru: "Kau masih berani bermain gila !"
Ular emas yang muncul diatas bola merah besar itu
kelihatan bergetar keras kemudian memperdengarkan jeritan
ngeri yang memilukan hati . ...
Leng Ning ciu segera merunjuk ke arah belah kiri sambil
berseru: 489 "Aku kira orang yang melepas ilmu tenung tersebut sudah
memiliki kepandaiannya amat lihay, tampaknya kepandaian
tersebut belum mencapai pada puncaknya, dia hanya bisa
melukai orang dengan kepmdaian tersebut dari arah tiga li
saja." Ketika Liong Tian im berpaling, dia menyaksikan si Manusia
ular Ang Thong dengan sekujur badan bermandikan darah,
rambut awut-awutan seperti orang gila berlarian mendekat
dengan keheranan anak muda itu berseru:
"Hei mengapa bisa dia?"
Sementara itu Manusia ular Ang Thong sedang berpekik
penuh kegusaran: "Lonte busuk darimanakah yang tidak tahu aturan dan
berani merusak ilmu tenungan aku manusia ular Ang Thong"
Apakah kau sudah melupakan pantangan yang pernah di
berikan Cousu ilmu tenung tersebut kepadamu ..."
Rupanya orang yang menguasai ilmu tenung tersebut
dilarang untuk saling bunuh membunuh, oleh karena itu
barang siapa yang pergi ke wilayah Biau dan mempelajari
kepandaian mana, semuanya terkena pantangan tersebut dan
tak akan sembarangan bertarung dengan itaui dari sealiran,
kecuali tsntu saja bisa di antara mereka terikat dendam sakit
hati yang lebih dalam dari samudra.
Leng Ning ciu tertawa seram.
"Ehmm, dibandingkan dengan aku, kau masih ketinggalan
kelewat jauh Ang Thong, dalam dunia persilatan kau terhitung
pula seorang manusia yang punya nama, mengapa kau
lakukan tindakan sekeji ini terhadap dirinya..."
490 Dengan penuh kebencian Ang Thong melotot sekejap ke
arah Liong Tian im kemudian katanya:
"Dia telah menbunuh saudara saudara angkatku, dendam
sakit hati ini harus aku tuntut balas."
"Hmm!" Leng Ning ciu mendengus dingin "kau berani
mendatangi lembah Tee ong kok, apakah dosa ini tidak
besar...." Mendadak dia rentangkan telapak tangannya lebar lebar,
kemudian menyambar ke tubuh Ang Thong.
Seekor ular kecil berwarna keemas emasan mendadak
meluncur ketengah udara dan menyambar ketubuh gadis
tersebut. Dengan cekatan Leng Ning ciu menjepit tubuh ular tersebut
dengan kedua jari tangannya, "Kooak . ." ular emas itu segera
terpaut menjadi dua bagian dan rontok ketanah.
"Oooohh . !" Liong Tian im menarik napas panjang panjang
sambil menggetar, dia merasa semua rasa sakit dan
penderitaan yang dialaminya didalam dada kini sudah lenyap
tak berbekas, dengan cepat segulung hawa murni beredar
mengelilingi sekujur tubuhnya.
Begitu kesehatan badannya telah pulih kembali, dengan
gusar dia mendengus dingin, kemudian serunya :
"Ang Thong, aku ingini kau mati.. !" Dengan perasaan
terkejut bercampur ketakutan Ang Thong mundur dua langkah
kebelakang, sekujur tubuhnya gemetar keras, selapis rasa
takut bercampur ngeri dengan cepat menyelimuti wajahnya
yang pucat pias. 491 Tapi akhirnya dia mengangkat telapak tangannya keudara
sambil bersiap sedia serunya.
"Mari kita saling beradu tenaga!"
Begitu ular hati yang mencekam dalam tubuhnya lenyap,
Liuog Tian-im merasakan semangat berkobar kembali, jari
tangannya yang direntangkan memancarkan selapis cahaya
berkilat yang makin lama makin menebal.
Dengan suara dingin dia berseru : "Asal kau dapat
meloloskan diri dari serangan jari tangan ini, permusuhan di
antara kita akan kuanggap impas sampai disini saja."
"Haah, ilmu jari darah cacad sukma," bisik Manusia ular
Ang Thong dengan suara gemetar.
"Criiiit." Segulung desingan aneh yang membetot sukma diiringi
kilauan cahaya merah yang menusuk pandangan mata,
dengan suatu kecepatan yang luar biasa langsung menyergap
ke dada manusia ular Ang Thong.
"Aduuuh." Manusia ular Ang Thong hanya merasakan sepasang
matanya menjadi silau, dadanya bagaikan terbakar oleh api
yang amat menyengat badan.
Tak ampun lagi dia menjerit lengking, lalu jatuh
terjerembab keatas tanah dalam keadaan mengenaskan.
"Kau . .. kau sungguh amat kejam." serunya dengan tubuh
amat gemetar. 492 Liong Tian-im tertawa dingin, dalam hatinya yang masgul
tiba tiba terasa ada segulung hawa panas yang mengalir
lewat, dia menarik dalam dalam lalu berkata dengan sinis:
"Hampir saja nyawaku musnah oleh ilmu tenungmu,
seandainya kuampuni jiwamu, entah masih ada berapa banyak
orang lagi yang bakal celaka ditanganmu itu, maka. . ."
Dengan putus asa si Manusia ular Ang Thong tertawa
sedih, tubuhnya bergerak maju beberapa langkah, mendadak
darah segar menyembur keluar dari mulutnya kemudian
setelah sekujur badannya mengejang, dia roboh dan
menghembuskan napasnya yang terakhir.
Liong Tian im tidak sudi memandang lagi ke arah manusia
ular Ang Thong, pelan pelan dia mengalihkan sorot matanya
dan memandang sekejap ke arah Leng Ning ciu yang berdiri
dikejauhan mendadak timbul suatu gejoIak perasaan yang
sangat aneh didalam hatinya.
Dia menyaksikan gadis itu mempunyai potongan badan
yang langsing dengan rambut panjang yang hitam terurai ke
bawah, sungguh indah dan menawan hati keadaannya.
Tanpa terasa dia memuji didalam hati: "Sungguh cantik
wajahnya!" Kemudian dengan suara agak tergagap serunya:
"Terima kasih atas bantuanmu untuk mematahkan ilmu
tenungan dari manusia ular Ang Thong..."
Pelan pelan Leng Ning ciu membalikkan badannya,
sepasang matanya yang bening dan jeli memancarkan sinar
kelembutan yang sayu, ditatapnya wajah Liong Tian im
dengan termangu kemudian serunya:
493 "Barusan apa yang kau katakan?"
"Aku..." Lian Tian im tidak habis mengerti apa sebabnya dia
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun selama berada
dihadapan Leng Ning ciu, sehingga setelah mengucapkan kata
pertama, kata selanjutnya tak sanggup dia utarakan keluar.
Leng Ning ciu segera mengulapkan tangannya seraya
berkata: "Kau tak usah berkata lagi, akupun cukup memahami
maksud hatimu." "Apa yang kau ketahui?" tanya Liong Tian im agak
tertegun. Leng Ning ciu segera tertawa merdu, suaranya indah
bagaikan bunyi keleningan.
"Aku tahu kau ingin mengucapkan beberapa patah kata
untuk menyatakan rasa terima kasihmu kepadaku, tapi kau tak
berani buka suara untuk mengucapkannya keluar, karena kau
kelewat tinggi hati, kelewat angkuh, kelewat keras kepala..."
Merah padam selembar wajah Liong Tian im setelah
mendengar perkataan itu, serunya agak tersipu sipu.
"Mungkin kau salah berbicara, aku tidak tinggi hati, tidak
keras kepala..." Tiba-tiba dia teringat dengan keadaan jago pedang buta
Bok Ci yang telah memasuki lembah Tay gan kwan seorang
diri, entah bagaimanakah nasibnya waktu itu.
494 Dengan cepat dia mengambil keputusan, satu ingatan tibatiba
saja melintas dalam benaknya.
"Mengapa aku harus mengulur waktu dengan perempuan
ini?" demtkiar dia berpikir, "seandainya Bok toako bernasib
buruk hingga mati terbunuh oleh Leng Hong ya, bukankah aku
akan menjadi seorang manusia yang tak dapat dipercaya"
Padahal hubungan kami erat seperti saudara sendiri, aku tak
boleh membiarkan dia menyerempet bahaya seorang diri."
Begitu ingatan mana melintas didalam benaknya, dengan
cepat dia mengambil keputusan, serunya sambil mengulapkan
tangan kepada Leng Ning ciu:
"Terima kasih banyak nona, aku hendak mohon diri lebih
dahulu.." Dia melejit ketengah udara, kemudian secepat sambaran
petir dia menerjang kearah lembah Tay gan kwan.
"Hei, kembali kau!" seru Leng Ning ciu sambil mendepak
depakan kakinya keatas tanah.
Waktu itu dia sudah membuang jauh jauh semua
keangkuhan serta ketinggian hatinya berbareng menjerit
keras, tubuhnya turut mengejar pula dari belakang.
"Liong Tian-im, jangan kesana !" teriaknya keras keras,
suaranya yang merdu merayu itu segera menyebar ke empat
penjuru dan menembusi kabut yang tebal menyusup kedalam
telinga Liong Tian im menghentikan seketika tubuhnya. Tapi
dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil menghela napas:
"Tidak, aku harus segera menyusul Bok toako."
495 Dengan menelusuri batuan aneh yang berserakan tak
beraturan, dia menembusi kabut pagi yang dingin dan
menyerbu masuk ke dalam lembah . .
"Heehmmm. . . ."
Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin yang amat
menyeramkan bergema memecahkan keheningan.
Lembah Selaksa Bunga 7 Tanah Semenanjung Karya Putu Praba Drana Sukma Pedang 8