Pencarian

Cincin Maut 9

Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 9


air mata, mendadak mencorong sinar aneh, semacam sinar
kasih sayang tak terlukiskan dengan kata kata. . .
Waktu itu Bu Siau huan berdiri bodoh, dia hanya bisa
memandang perempuan itu dengan wajah tertegun, tak
sepatah katapun yang sanggup diucapkan olehnya.
Namun sepasang tangannya gemetar keras dan gugup,
juga ngeri dan takut. 661 Dengan pedih Lim Siok boa menghela napas panjang,
katanya dengan nada sedih:
"Siau huan, ingatlah bagaimana ibumu mati, pandanglah
aku dalam-dalam, selewataya malam ini kau tak akan pernah
bisa berjumpa lagi denganku tapi sekalipun aku sudah
berubah menjadi arwah, setiap saat aku pasti akan duatang
kembali dan menengok dirimu, kecuali memberi budi karena
melahirkan kau, aku tak pernah menanggung tugas
mendidikmu, kau tak usah memikirkan aku sebab hal itu
hanya akan melukai tubuhmu sendiri, nak aku.."
Dia benar-benar tak sanggup melanjutkan kembali kata
katanya, mendadak kepalanya diangkat, pedangnya diluruskan
sejajar dada wajahnya menunjukkan sikap yang perkasa,
ujarnya tegas: "Ayah silahkan kau orang tua turun tangan."
Mendadak Bu Siau huan melompat kemuka lalu teriaknya
keras-keras: "Ibu, kau jangan bertarung melawan yaya, kau bisa
dibunuh olehnya." Lim Siok hoa menggelengkan kepalanya berulang kali "Siau
huan, ibu sudah tak berniat untuk hidup terus, aku mengerti
perasaanmu, tapi hal itu percuma, sekalipun aku tidak
terbunuh oleh yayamu. akupun..."
Cing shia sancu mengebaskan ujung bajunya, mendadak
dia mendorong tubuh Bu Siau huan kebelakang setelah
tertawa seram, sambil menuding kearah gadis itu bentaknya:
662 "Kau tak boleh kemari lagi!"
Bu Siau huan hanya mengucurkan air mata saja, tak berani
maju lagi kemuka. Dengan pandangan dingin Cing shia sancu melotot sekejap
kearah Lim Siok hoa, katanya:
"Kau tidak usah mempersoalkan perbedaan tingkatan
diantara kita, silahkan turun tangan dengan sepenuh tenaga,
inilah kesempatanmu yang terakhir, bila kesempatan ini kau
lewatkan maka tiada kesempatan lain yang bisa kau
manfaatkan lagi." Tiba tiba Lim Siok hoa menjatuhkan diri berlutut diatas
tanah dan menyembah tiga kali kenapa Cing shia sancu,
kemudian setelah bangkit berdiri ia baru memutuskan
pedangnya sambil berseru dengan suara gemetar.
"Ayah, harap kau sudi memaafkan ketidak berbaktian
menantumu ." "Aku memberi kesempatan sepuluh jurus kepadamu, jika
kau sanggup melampaui sepuluh gebrakan maka kau boleh
berjumpa selama satu jam dengan Siau huan, cuma aku tak
nanti akan memberi kesempatan semacam ini kepadamu."
Lim Siok hoa tahu kalau kesempatan seperti ini terlampau
kecil, diapun tidak banyak berbicara lagi, seluruh perhatiannya
dipusatkan ke ujung pedang yang diluruskan ke depan itu
kemudian digetarkan ditengah udara menciptakan enam
kuntum bunga pedang. 663 Bunga pedang tanpa bayangan tersebut bahkan kaca yang
digantung ditengah udara, ternyata memancarkan selapis
cahaya hijau yang dingin dan menggidikkan hati.
Tiba tiba ia menarik kembali serangannya dia berkata.
"Ayah, harap kau mencabut pedangmu."
"Turun tangan saja sedapat mungkin, bila mana perlu
pedangku akan lolos dari sarung setiap saat."
Lioi Siok hoa maju mendekat tanpa mengucapkan sepatah
katapun, serangan ini nampaknya hambar dan biasa, namun
kecepatannya tak mungkin bisa dibandingkan dengan
kecepatan orang biasa, dimana cahaya tajam berkelebat
lewat, pedang itu sudah muntah keluar.
Begitu cepatnya serangan itu membuat orang sama sekali
tidak menduganya. "Traang. .!" siapa tahu belum lagi pedangnya mencapai
setengah jalan mendadak selapis cahaya keperak perakan
sudah muncul ditangan Cing shia sancu.
Bersamaan dengan suara dentingan tersebut pedang Lim
Siok hoa terpental balik kebelakang dan hampir saja melukai
diri sendiri. Ketika menengok kembali kearah Cing shia sancu, dia
masih berdiri dengan tangan kosong, entah darimana
datangnya cahaya putih tadi, dan tak diketahui pula
bagaimana caranya dia menarik kembali serangan tersebut.
Ternyata Cing shia sancu sudah berhasil melatih ilmu
pedangnya hingga mencapai tingkatan tak berwujud tanpa
664 bayangan, gerakannya dari mencabut pedang, menyerang
sampai masukkan kembali pedangnya dilakukan dalam
sekejap mata, sehingga sepintas lalu orang mengira dia
melayani musuhnya dengan tangan kosong belaka.
Padahal ilmu pedangnya sudah menyatu dengan badannya
sehingga reaksi maupun serangan balasannya dilakukan
hampir tak nampak. Terhajar oleh tangkisan lawan, seluruh badan Lim Siok hoa
bergetar keras, secara beruntun dia mundur beberapa langkah
sambil menarik napas panjang panjang, kemudian nampak
senjata itu bergetar keras, kemudian tampak sekilas cahaya
tajam melesat ketengah udara.
Tergerak hati Cing shia sancu menyaksikan ancaman
tersebut, serunya tanpa terasa:
"Ternyata kau telah berhasil melatih ilmu pedang tanpa
bayangan." Sekilas cahaya tajam melesat ditengah udara, seolah-olah
ada orang yang tengah mengendalikan, serangan tersebut
langsung menerjang atas kepala Cing shia sancu.
Menghadapi ancaman tersebut, Cing-shia sancu
mengebaskan ujung bajunya dan menyongsong pedang
lawan. "Traaang" kembali terdengar suara benturan nyaring yang
amat memekikkan telinga. Mendadak Lim Siok-hoa merasakan tubuhnya bergetar
keras, pedangnya ditarik kembali, namun mukanya telah
berubah menjadi pucat pias, pergelangan tangannya segera
665 digetarkan keras keras, beribu ribu cahaya pedang yang
menyilaukan mata dengan cepat menyebar kemana mana.
Pedang pendek Cing shia sancu bergetar di tengah udara
menangkis kembali semua ancaman yang tertuju ke arahnya.
Ia memang tak malu disebut seorang cikal-bakal dari suatu
perguruan besar, serangannya sama sekali tidak
meninggalkan jejak, seakan-akan dia hanya berdiri tenang
dibawah hermbusan angin malam.
Setelah tertewa dingin terdengar ia berkata:
"Hanya dalam berapa tahun yang singkat kau telah berhasil
melatih ilmumu hingga mencapai tingkatan seperti ini,
kemampuan mu itu sungguh berada diluar dugaanku, tapi bila
kau ingin mempertahankan dirimu agar tak kalah dalam
pertarungan sepuluh jurus, kemampuan itu masih ketinggalan
sangat jauh, karena aku belum melancarkan serangan
balasan. . ." Lim siok-hoa menggigit bibirnya, mendadak ia mengigit
robek jari tangannya dan disodok ke tubuh Cing shia sancu.
Tampak bayangan darah memancar ke empat penjuru,
bagaikan butiran air saja langsung menyergap ke depan.
Setelah itu dia membentak keras, pedangnya diputar
beberapa kali ditengah udara yg memaksa titik titik darah
yang berhamburan itu berubah menjadi garis garis darah dan
meluncur ke muka mengikuti gerakan pedang tersebut.
666 Paras muka Cing shia sancu berubah hebat serunya
tertahan: "Sebuah jurus bayangan darah butiran mutiara yang sangat
hebat." Tiba tiba ia tertawa nyaring, menyusul gelak tertawa
tersebut seluruh pakaiannya mengembang besar.
Hujan darah yang memancar ke arahnya itu kontan
tertahan ditengan udara, kemudian lengan kanannya diangkat
cahaya pedang meluncur kemuka, dalam waktu singkat
serentetan cahaya pelangi berwarna perak telah melesat
kedepan. "Yaya !" Bu Siau huan menjerit kaget, "Traang !" Suatu
bentrokan nyaring diiringi suara hancurnya besi bergema di
angkasa. Mendadak cahaya pelangi tersebut menjadi...
Lim Siok hoa seperti baru mendapat penyakit parah saja
duduk terkapar diatas tanah, sambil memandang wajah Cing
shia sancu, ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun jua.
Sebaliknya Cing shia sancu memejamkan matanya, entah
apa yang sedang dipikirkan dihadapannya terdapat enam
potong kutungan pedang yang berceceran ditanah, dalam
tanah kelihatan pula noda darah yang berhamburan . . .
Sesaat kemudian Cing shia sancu membuka matanya
kembali, lalu berkata dingin:
"Kau memang cerdik sekali, ingin menggunakan hawa
pedang untuk membawa bayangan darah menyerang
tubuhku, tapi kau lupa kami aku mempunyai hawa khikang
pelindung badan, hawa khikang tersebut bisa dipancarkan
667 keluar tanpa wujud, sayang sekali usahamu kali ini hanya sia
sia belaka .. ." Ternyata Lim Siok hoa tahu kalau dia tak sanggup
menandingi kehebatan Cing shia sancu dalam gelisahnya dia
ingin menggunakan cara hawa pedang menyebar mutiara
untuk membawa hujan darah tadi ke dalam lapisan hawa
serangan Cing shia sancu dan menerjang tubuhnya.
Asal ada satu atau dua tetes darah yang bisa menempel
ditubun Cing shia sancu, niscaya ketua dari Cing shia san ini
akan dianggap sebagai pihak yang kalah.
Siapa tahu tenaga dalam yang dimiliki Cing shia sancu
sangat lihay, diapun memiliki kemampuan untuk melindungi
badan dengan hawa khikangnya, akibat dari hal ini bukan saja
upanya sia sia belaka termasuk pedang yang digunakan untuk
menyerangpun ikut hancur berantakan.
Dengan sedih Lim Siok hoa menggelengkan kepalanya
berulang kali, mendadak ia merasa ada segenggam rambutnya
rontok ke tanah, dengan perasaan terperanjat ia
mendongakkan kepalanya, paras mukanya berubah hebat,
seluruh badannya gemetar keras.
Sambil tertawa dingin Cing shia segera berkata:
"Kau hanya tahu menyerangku, tapi lupa untuk melindungi
diri sendiri . . ." Dengan sempoyongan Lim Siok hoa merangkak bangun
dari atas tanah, lalu berkata:
"Niatku sudah padam, silahkan kau menjatuhkan hukuman
kepadaku." 668 "Didalam perjanjian kita telah disebutkan, asal kau
melanggar peraturan dan menuju ke bukit bagian depan, aku
akan membakarmu sampai mati" kata Cing shia sancu dingin
"ucapanku ini tak dapat dirubah karena kau adalah
menantuku, nantikan saja . . ."
"Ayah..." seru Lim Siok hoa sambil menengadah, "Aku
sedang merasa heran, berulang kali jelas mempunyai
kesempatan untuk membunuhku, mengapa kau hanya
memapas rambutku saja" Mengapa kau tidak sekalian
membunuhku dengan pedang" Sekarang, kau malah
menyuruh aku tersiksa dan menderita karena dibakar hiduphidup."
Cing shia sancu tak memperdulikan ucapannya, dia hanya
tertawa dingin tiada hentinya.
Dengan suara dingin kembali Lim Siok hoa berkata:
"Aku tahu kau amat membenciku, kau menginginkan aku
mati tersiksa secara lambat, ayah sekarang aku baru mengerti
berapa kejamnya hatimu tak nyana kau bisa berbuat sekejam
ini terhadap seorang perempuan yang telah menjadi
menantumu." "Mengapa aku membencimu " Hancurnya hasil latihan Cing
peng sama halnya dengan mencelakai jiwanya, membuat ia
tak bisa memperdalam ilmu pedangnya, dalam sedihnya tentu
saja dia pergi meninggalkan tempat ini, kalau di cari sumber
dari semua bibit bencana ini, dosamu yang terbesar bila tiada
kau, akupun tak akan kehilangan Cing peng, sekarang
jejaknya bilang lenyap, apakah dia masih hidup atau sudah
mati sama sekali tak kuketahui, bukan saja kau telah
menghancurkannya, kaupun mencelakai aku. ."
669 "Kalau begitu aku tidak ssharusaya kawin dengan orang
dari keluarga Bu . ." kata Lim Siok hoa dengan suara gemetar.
"Tentu saja" sahut Cing shia sancu dengan wajah
menyeringai, kau adalah perempuan rendah, jiwamu adalah
jiwa lonte . ." Kali ini Lim Siok hoa tak sanggup menahan diri Iagi, dengan
wajah berubah serunya: "Kamn aku jadi lonte" Dimanakah tempat kerendahan
diriku" Katakan, cepat katakan . ."
Kau ingin aku mengungkapkan semua kerendahanmu itu?"
bentak Cing shia sancu dengan suara keras, "haah , haah. .
haah. .seperti kau tidak kuatir kehilangan muka, kami masih
takut kehilangan muka, seandainya bukan lantaran perbuatan
bagusmu itu, ayahmu r'in tak akan malu untuk datang lagi ke
bukit Cing shia. ." "lbu sebenarnya perbuatan apakah yang telah kau lakukan
sehingga membuat yaya menjadi begitu marah?" tiba tiba Bu
Siau huan bertanya dengan suara gemetar.
Lim Siok hoa mengerling sekejap ke arah Bu Siau huan,
kemudian jawabnya. "Baik, demi kau, aku tak bisa tidak harus mengatakannya."
"Hayo katakan" jengek Cing shia sancu sambil tertawa
dingin. "perbuatan rendah apakah yang telah kau lakukan


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan lelaki liar tersebut.. ."
Paras muka Lim Siok hoa pucat pias seperti mayat, dengan
amat mendongkol dia berkata:
670 "Kau jangan memakinya sebagai lelaki liar, aku harap kau
dapat menghormati watak serta martabat suhengku !"
"Cuuh . . !" jelfaS Cing shia sancu sudah to.arah hingga
mencapai xa ia puncaknya, dia meludahi wajah Lim Siok hoa
dengan penuh kebencian, lalu tertawa seram.
"Suheng... Heeeh... heeh ...karena dia suhengmu maka ia
boleh mengadakan hubungan gelap dengan sumoaynya yang
telah bersuami" Hnm, tak kusangka kau masih punya muka
untuk mengutarakannya keluar, bagaimana pula penjelasanmu
dengan perbuatan yang kau lakukan dalam gua Hay san tong
?" "Kesalah pahaman ini bisa berubah menjadi tragedi gara
gara jalan pemikiranmu yang tidak senonoh, dihadapan Siauhuan
terpaksa aku harus mengutarakan kejadian yang
sebenarnya, mungkin kau anggap aku sedang berbohong, tapi
perduli kau mau percaya atau tidak, kejadian yang sebenarnya
adalah begitu." "Hmm, pada dasarnya kau memang pandai bohong dan
memungkiri apa yang telah kau lakukan, tentu saja tiada
orang yang mempercayai dirimu lagi." ucap Cing shia sancu
sinis. Semertara itu Bu Siau huan telah berkata dengan wajah
serius : "lbu katakanlah, aku percaya."
Lim Siok-hoa terharu sekali sesudah mendengar perkataan
itu, air matanya bercucuran amat deras saking terharunya dia
671 sampai menangis tersedu, dia tak menyangka kalau putrinya
bersedia mempercayai apa yang dia katakan, dia menganggap
kehidupannya selama ini nalmg tidak tak tersia-siakan saja,
karena akhirnya dia berhasil menemukan orang yang bersedia
mempercayai kepercayaannya dan orang itu adaIah putrinya
sendiri. Bu Siau Huan mengerling sekejap ke arah Cing shia lalu
berkata dengan suara pedih.
"Setelah Cing peng meninggalkan bukit, dalam cemas dan
sedihku aku ingin mencarinya kembali, kebetulan suhengku
datang menjenguk, sebetulnya ia bermaksud menemani aku
berangkat ke kota Kwan liok, siapa tahu belum keluar dari
bukit Cing shia, kami telah tertimpa hujan deras, ditengah
hujan yang turun dengan derasnya itu terpaksa kami
bersembunyi didalam gua Hay san tong Berhubung pakaian
yang kukenakan basah kuyup, suheng menganjurkan
kepadaku untuk melepaskan pakaian bagian luar dia digarang
diatas api. Siapa tahu baru saja pakaian luarku dilepas,
kebetulan Cing peng masuk kedalam gua, melihat aku dan
suheng sedang melepaskan pakaian ia menjadi salah paham
dan segera berlalu dari situ, pada hal begitulah kejadianku
yang sebenarnya, ketika aku pulang dia malah menuduh ku
berbuat serong." "Salah paham " Heeeh .-. . hseeh . ., heeeh." Cing shia
sancu pun segera tertawa dingin tiada hentinya, "aku tidak
mau mendengarkan penjelasanmu dan kau tak perlu
mempersoalkan atau membela diri, Cing peng adalah seorang
yang berhati jujur, kau anggap kami tidak tahu kalau kau
beralasan hendak mencari Cing peng, secara diam diam telah
berbuat serong dengan lelaki liar itu Hmm."
"Asal hatiku suci bersih dan aku merasa tak pernah berbuat
serong, banyak bicarapun tak ada gunanya."
672 "Bagus enak benar kalau bicara, kami tak usah mengulur
waktu Iebih lama lagi." tukas Cing shia sancu sambil tertawa
dingin. Setelah memandang sekejap seluruh arena, mendadak
serunya: "Go Tiong, cepat siapkan api untuk melakukan
pengorbanan dengan pembakaran." Go Tiong tertegun.
"Sancu, apakah hal ini..."
"Laksanakan perintah tersebut." tukas Cing shia sancu
dengan wajah sedingin es, "ini termasuk peraturan Cing shia
san kita." Saking takutnya Go Tiong tak berani banyak berbicara lagi,
buru-buru dia mengulapkan tangnnya memerintahkan anak
buahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Sementara itu Bu Siau huan gemetar keras setelah
mendengar perkataan itu, dia segera menerjang ke hadapan
Cing shia sancu, lalu sambil berlutut mohonnya:
"Yaya ampuniIah ibuku."
"Enyah dari sini, kau tak boleh memanggilnya sebagai ibu
lagi." bentak Cing shia sancu sambil mendorong tubuhnya
keluar. Sewaktu tubuhnya didorong oleh kakeknya, Bu Siau huan
merasakan hatinya hancur lebur secara beruntun dia mundur
sejauh tujuh delapan langkah dari tempat semula, dia seperti
tak percaya kalau yayanya bakal bersikap begitu dingin dan
keji terhadapnya. 673 "Yaya, kau sungguh amat keji." pekiknya dengan air mata
bercucuran. "Enyah kau dari sini" bentak Cing shia sancu lagi gusar,
"kau tak boleh berada disini."
Bu Siau-huan menangis tersedu sedu, sambil menutupi
mukanya dia lari ke belakang.
Karena tidak melihat keadaan sekitarnya, begitu lari dia
lantas menubruk ke dalam pelukan Liong Tian-im.
Si anak muda itu amat terkejut, saking kagetnya dia buru
buru mundur kebelakang. Akan tetapi tenaga terjangan dari Bu Siau huan itu sangat
kuat, seluruh tubuhnya segera jatuh ke dalam pelukan si anak
muda itu. "Nona Bu," bisik Liong Tian-im dengan wajah tertegun.
Berada dalam pelukan pemuda itu, Bu Siau-huan berbisik:
"Tolong carikan akal untuk menyelamatkan jiwa ibuku."
Sementara itu Liong Tian im sudah dapat memahami apa
gerangan peristiwa yang telah berlangsung disitu, melihat
sikap kejam dan tanpa perasaan dari Cing shia sancu, rasa
simpatiknya semula kontan tersapu lenyap, namun sebagai
orang luar bagaimana mungkin ia dapat mencampuri urusan
rumah tangga orang "
Sambit menggelengkan kepalanya berulang kali katanya
kemudian. "Aku rasa tak punya kemampuan untuk berbuat begitu. ."
674 "Kau bisa, kau pasti bisa, hanya bisa menolongnya. . ."
pekik Bu Siau huan dengan suara gemetar.
"Tapi aku adalah orang luar. . ." ujar Liong Tian im dengan
perasaan tidak habis mengerti.
Dengan nada merengek Bu Siau huan kembali berkata:
"Justru karena kau diluar garis, maka hanya kau yang
dapat berbuat demikian, Cing shia sancu mempunyai suatu
peraturan Bila dia sedang melaksanakan peraturan perguruan,
asal ada orang luar yang berusaha menolong orang yang
dijatuhi hukuman tersebut, maka orang itu dapat
menghindarkan diri dari pelaksanaan hukuman yang akan
dilakukannya ini. ."
Liong Tian im manggut-manggut, ditepuknya bahu gadis itu
dengan lembut. "Jangan kuatir, aku akan berusaha dengan sekuat tenaga,
tapi kaupun harus mengerti, menolong ibumu dari kepungan
begini banyak jago lihay bukanlah suatu pekerjaan gampang
apalagi sancu berada disini. . ."
"Aku mengerti akan hal ini" sela Bu Siau huan lirih, "asal
kau telah turun tangan, aku akan membanumu. . ."
Mendadak terjadi kegaduhan ditengah arena.
Ternyata Lim Siok-hoa seperti binatang terluka sedang
menyerbu ke depan dan menerjang ke arah Bu Siau huan, tapi
ia segera dihadang oleh dua orang leIaki.
675 Ketika beberapa kali terjangnya sama sekali tidak
mendatangkan hasil, perempuan setengah umur itu segera
berkaok kaok karena marah. ..
Sambil menghela napas Liong Tian im segera berkata,
"Agaknya ibumu ingin berjumpa dengan kau."
"Aku harus berada bersama ibuku, hanya dengan cara ini
selembar jiwanya depan ditolong. . ." kata Bu Siau huan
gemetar. Belum habis dia berkata, secepat sambaran kilat tubuhnya
sudah melompat kedepan dan langsung melepaskan pukulan
dahsyat kepunggung dua orang lelaki itu.
Sebenarnya perubahan ini dilakukan amat cepat, tapi
gerakan tubuh Cing shia sancu jauh lebih cepat lagi, tahu tahu
ia telah menggenggam pergelangan tangan si nona yang
digunakan untuk menyerang itu.
"Siau-huan" tegur Cing shia sancu dengan keras. "Apakah
kaupun ingin dihukum menurut peratutan perguruan . . ."
"Yaya" pekik Bu Siau huan sambil menangis, "kumohon
kepadamu, lepaskanlah ibuku . . ."
"PIaak.." mendadak Cing shia sancu mengayunkan
tangannya menampar pipi nona itu keras keras.
Bu Siau huan menjerit kaget, sambil memegangi pipinya
yang membengkak ia mundur berapa langkah, kemudian
berdiri tertegun, di situ bagaikan sebuah patung.
Liong Tian-im gusar sekali menyaksikan kejadian itu, segera
tegurnya: 676 "Sancu tidak pantas kau bersikap sekasar itu terhadap Siau
huan." "Apa" Kau hendak menasehati aku ?" teriak Cing shia sancu
sambil melotot besar. "Boanpwe tidak berani, aku hanya berpendapat sejak kecil
Siau-huan sudah tak beribu, dalam hati kecilnya tidak memiliki
kelincahan dan kepolosan dari seorang gadis seperti lainnya,
bila kau bersikap kasar kepadanya, hal ini bisa berakibat
berubahnya cara berpandang nona itu terhadap kejadian di
dunia ini, dia akan merasakan ketidak berperasaannya dunia,
kekejaman manusia manusia"
Sebagaimana diketahui, sejak kecil Liong Tian im sudah
kehilangan kasih sayang orang tuanya, dia cukup memahami
bagaimanakah perasaan seorang anak piatu yang merindukan
ibunya. Riwayat Bu Siau huan telah membangkitkan perasaan
simpatik Liong Tiam im, kejadian tersebut mengingatkan
kembali akan musibah yang telah menimpa dirinya semasa
masih kecil dulu, hingga akibatnya timbul perasaan iba dan
kasihan dihati kecilnya. "Lebib baik kau jangan mecampori urusan di sini, hati hati
kalau kubunuh dirimu." ancam Cing shia sancu sambil tertawa
dingin, "Siau-huan adalah keturunan keluarga Bu, perempuan
rendah tersebut tidak berhak menyentuh tubuhnya."
"Tapi dia toh ibu kandung Siau huan." bantah Liong Tian im
dingin Cing shia sancu tertawa dingin, tanpa mengucapkan
sepatah katapun dia berjalan kedepan.
677 Sementara itu sebuah tiang penggantungan telah didirikan
diatas lapangan, disekeliling tiang penggantungan tersebut
telah ditimbuni ranting dan rumput kering setinggi dada.
Kepada Lim Siok-hoa, Cing shia sancu segera berkata
dingin: "Sekarang kau boleh masuk." teriaknya.
Lim Siok-hoa menghentikan gerakan tangannya dengan
tertegun, selang beberapa saat kemudian dia baru menyahut
dengan suara gemetar: "Baik..." Dengan membawa perasaan yang sedih dan berat ia
melangkah maju ke tiang penggantungan, menuju pintu
gerbang akhirat. ooooOoooo KOBARAN api yang membara menjilat tumpukan ranting
disekitar tiang penggantungan lidah api yang melompat
lompat ditengah kegelapan mendatangkan perasaan seram
bagi yang memandang. Asap putih telah membumbung tinggi dan menyelimuti
seluruh angkasa. Lim Siok hoa digantung hidup hidup diatas tiang
penggantungan dengan putus asa dia menghela napas
panjang, sepasang matanya yang basah oleh air mata
menatap wajah Siau huan lekat lekat, seakan akan pandangan
tersebut merupakan pandangan yang terakhir kali.
678 Beberapa kali Bu Siau huan terjun kelautan api secara
nekad, tapi dia selalu terhadang kembali oleh penghadang
penghadang yang dilakukan kawanan jago lihay dari Cing shia
san, pada hakekatnya ia tidak mempunyai kesempatan untik
maju selangkah lebih kedepan.
Cing-shia sancu duduk seorang diri di atas kursi
kebesarannya, ia menatap Lim Siok hoa yang berada ditengah
kobaran api dengan pandangan dingin, seolah-olah sama
sekali tak tergerak hatinya oleh penderitaan lawan.
Peristiwa ini benar-beiar merupakan tragedi manusia,
hanya berpisah beberapa langka antara ibu dan anak sebentar
lagi akan dipisahkan oleh dunia yang berbeda.
Terutama sekali perasaan seorang putri yang menyaksikan
ibunya sedang meronta dengan penuh penderitaan ditengah
kobaran api, siksa dalam batin yang dialaminya pada
hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata kata.
Tapi sikap Lim Siok hoa pada saat ini justru sebaliknya
berubah menjadi amat tenang, hanya keringat sebesar kacang
kedelai membasahi jidatnya, sementara gelak tertawa seram
menggema tiada hentinya, itulah pelampiasan rasa sakit yang
meluap, luka yang mengguncang perasaan hati kecilnya.
Dia mendongakkan kepalanya memandang awan yang
bergerak diangkasa, mendadak teriaknya keras:
"Cing peng, kau bakal tak bisa melihat diriku lagi."
Sampai menjelang ajalnya, dia masih belum dapat
melupakan suaminya, memana begitulah perasaan wanita,


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

679 cinta kasihnya selalu lebil dalam dari samudra, meskipun
suaminya telah meninggalkannya, namun dia masih amat
mencintainya bahkan menjelang saat ajalnya, dia masih
berharap dapat berjumpa untuk terakhir kalinya.
Hembusan angin malam membawa jeritan yang memilukan
hati itu hingga menggema ditempat kejauhan, menggaung
dalam setiap telinga orang, terutama Bu Siau huan..
Dia merasa sedih bukan kepalang, saking tak kuasa
menahan diri, akhirnya dia muntah darah segar, hampir saja
jatuh tak sadarkan diri. Kejadian ini tentu saja merepotkan Cing shia sancu,
walaupun ia menamparnya tanpa perasaan, meski
membentaknya dengan marah, namun rasa sayangnya
terhadap Siau huan melebihi sayangnya terhadap jiwa sendiri.
Sejak kecil gadis itu sudah dianggap sebagai mestika
hatinya, seandainya perbuatan memalukan dari Lim Siok hoa
tidak membangkitkan amarah kakek itu, kalau bisa dia tak
ingin menegur Bu Siao huan walau hanya sepatah.
"Siau huan, mengapa kau?" seru Cing shia sancu sambil
melayang ke hadapannya. "Aku ingin mati, aku ingin mati saja. . . yaya, mengapa kau
tidak membakar pula dtiiku,." jerit Bu Siau huan dengan suara
gemetar. matanya membengkak.
Bibirnya pucat pias, tubuhnya gemetar keras, rasa kaget
dan ngeri yang terpancar dari balik matanya makin lama
semakin membesar itu, seakan akan dia segera akan mati.
680 Cing shia sancu merasakan hatinya kecut sekali, tanpa
terasa dia menubruk kedepan dan memeluknya erat erat.
"Siau huan, kau harus baik baik menjaga kesehatan
badanmu" pinta Cing shia Sancu dengan emosi. "lupakan saja
kejadian ini, ibumu sudah tidak tertolong lagi, aku percaya kau
tentu mengerti bukan akan peraturan dari Cing shia san."
"Yaya, mergapa kau begitu membenci ibuku ?" seru Bu
Siau huan sambil menggeleng.
Dengan pandangan kosong Cing shia sancu memperhatikan
langit malam yang gelap, ke mudian bergumam:
"Dia telah mencelakai ayahmu, merampas nyawa putraku,
Siau huan kau masih belum memahami akan persoalan ini,
kau tak akal memahami perasaan hati seorang kakek yang
merindukan putranya . . ."
"Darimana kau bisa tahu kalau ayahku telah tiada ?" seru
Bu Siau huan dengan hati kecut.
Cing shia sancu menghela napas panjang katanya:
"Hari kedua setelah ayahmu pergi meninggakkan tempat ini
dalam lembah bukit Cing shia telah ditemukan sesosok mayat,
seluruh tubuh sudah hancur lebur, pakaian yang dikenakan
ternyata adalah pakaian yang dikenakan ayahmu,
kemungkinan besar dalam sedihnya ayahmu jadi pendek
pikiran sehingga melakukan bunuh diri, aaai .. . Cing peng si
bocah itu. kenapa ia berbuat begitu bodoh, puluhan tahun
latihan dengan tekun tapi akhirnya hanya sia-sia belaka . . . ."
"Ooooh. . ." 681 Dari balik kabut asap yang tebal mendadak berkumandang
jerit kesakitan yang amat memilukan hati, suara tersebut
menyambar di tengah angkasa membuat semua orang
mendongakkan kepalanya memandang kearab Lim Siok hoa.
Tampak seluruh tubuhnya sudah mulai terapung oleh
jilatan api yang membara, sedang perempuan itu tiada
hentinya memperdengarkan jeritan lengking yang memilukan
hati Liong Tian im merasakan darah panas dalam dadanya
bergolak keras, sepasang matanya merah membara dia tak
menyangka Cing shia sancu bisa meeggunakan cara semacam
ini untuk menghukum orang sendiri.
Diam diam ia mendendam terhadap perbuatan terkutuk
yang sama sekali tak berperi kemanusiaan itu, alis matanya
yang tebal berkernyit, mendadak ia meloloskan senjata patung
kim mo sin jin dari telacg punggung, segenap kilatan yang
dimiliki telah dikerahkan penuh, Kim mo sin jin tersebut
memancarkan serentetan cahaya tajam yang berwarna
keemasan. Tiba tiba Liong Tian im melejit ketengah udara setinggi
berapa kaki, setelah meIampaui kepala semua orang, dia
langsung meluncur ke tengah kobaran api yang membara.
Begitu cepat gerakan tubuhnya ibarat sesosok setan
gentayangan saja, membuat jago jago lihay yang berada
diatas bukit Cing shia san itu bersama sama menjerit kaget. . .
"Kau sudah tak ingin nyawamu lagi!" bentak Go Tiong
sambil membentak nyaring.
682 Berada dibukit Cing shia, dia merupakan jagoan paling lihay
yang bertugas menjadi bukit, tenaga dalamnya masih
setingkat lebih hebat daripada kawanan jago pada umumnya,
di tengah bentakan nyaring, tubuhnya berubah menjadi
segulung angin meluncur kemuka, di antara getaran
pedangnya yang berubah menjadi rentetan cahaya tajam, ia
melancarkan serangan ke tubuh Liong Tian im.
Liong Tiam-im segera menggetarkan senjata patung Kim
mo sin jinnya sambil melancarkan serangan, teriaknya keras
keras: "Apakah kalian tidak malu membakar mati seorang
perempuan.." "Hmmm... urusan di bukit Cing shia lebih baik tak usah kau
campuri . . . " kata Go Tiong dingin.
Kedua belah pikak sama sama merupakan jago lihay yang
berilmu tinggi, kecepatan gerak mereka pun amat hebat,
sementara pembicaraan berlangsung, kedua belah pihak
sudah bertarung tujuh delapan jurus banyaknya.
Secara beruntun Liong Tian im melancarkan dua buah
serangan dahsyat yang memaksa Go Tiong mundur berapa
langkah, kemudian bentaknya keras keras.
"Go Tiong, jika kau berani menghalangi niatku lagi, jangan
salahkan kalau aku tak akan sungkan sungkan lagi terhadap
dirimu." Walaupun diluarnya Go Tiong seperti beradu jiwa,
menyerang dengan sepenuh tenaga namun yang sebetulnya
683 dia cuma menggunakan tenaganya sebesar tujuh bagian saja,
dia memang ada maksud membantu Liong Tian im, hanya
maksudnya tak berani diutarakan secara terangan-terangan.
Maka selama pertarungan berlangsung, dia selalu
mengalah, bahkan beberapa kali ia mempunyai kesempatan
untuk membunuh Liong Tian-im pun dilepaskan dengan begitu
saja. Akan tetapi bagi perasaan Liong Tian im, tenaga drlam
yang dimiliki Go Tiong benar-benar lihaynya bukan kepalang,
dia telah mengerahkan segenap kepandaian yang dimiliki
namun hasilnya hanya seimbang, diam diam ia kagum sekali
atas kelihayan ilmu pedang Cing shia pay.
Dalam pada itu, Cing shia sancu telah menurunkan Bu Siauhuan
ke atas tanah, kemudian dengan suara lantang serunya:
"Go Tiong bekuk bocah keparat itu aku hendak
membakarnya pula sampai mampus..."
Bu Siau huan cukup mengetahui watak dari kakeknya jika
sedang marah marah dia tak akan memberi muka kepada
siapa saja. Liong Tian im turun tangan menolong orang sudah
merupakan pelanggaran terhadap pantangan bukit Cing shia,
bila ia sampai terjatuh ke tangan sancu maka tak mungkin ada
kesempatan untuk meloloskan diri.
Dalam gelisahnya buru buru Bu Siau-buan mencengkeram
lengan Cing sia sancu kemudian dengan paras sedih ia
menatap wajah kakeknya tanpa berkedip.
684 "Siau-huan, apa apaan kau?" tegur Cing sia sancu decgan
wajah tertegun. "Oooh, yaya, harap kau jangan turun tangan" pinta Bu Siau
huan sambil terisak "sebagai seorang sancu masa kau hendak
menghadapi seorang boanpwee " Bila hal ini sampai tersiar
luar orang pasti akan .. ."
"Hmm, jadi hal ini merupakan ideemu?" Cing sia sancu
mendengus dingin. Sepasang matanya memancarkan sinar tajam bagaikan
sembilu, pelan pelan dia mengalihkan sorot mata tersebut ke
wajah Bu Siau-huan, seperti hendak mengorek rahasia di
dalam hatinya saja. "Aku..." sekujur badan Bu Siau huan gemetar keras.
Cing-shia sancu tertawa dingin, ujarnya: "seandainya kau
bukan cucu perempuanku, sekarang juga aku telah
membacokmu sampai mati."
Dengan penuh kegusaran dia melompat ke depan lalu
menerjang ketengah arena.
Tatkala Liong Tian im menyaksikan Cing shian sancu
menerjang kearahnya, ia menjadi terperanjat setelah tertawa
gusar, sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke muka
menghantam tubuh Go Tiong dengan juru Bong-hong bu khek
(kosong melompong tanpa batasan)
Go Tiong sengaja menjerit kaget dan mundur sejauh tujuh
delapan langkau, kemudiaj sambil memberi kode kerlingan
mata pada Liong Tian im, sengaja bentaknya:
685 "Bocah keparat lihay amat kepandaianmu."
Liong Tian im segera memahami maksud lawannya, begitu
tubuhnya menerjang ketengah udara, sambil membentak ia
langsung meluncur keballk kobaran api yang sedang
membara. Cing shia sancu merasa gusar sekali, bentaknya keras
kerss: "Go Tiong, kau benar benar manusia yang tak berguna !"
Baru saja dia hendak menerjang ke dalam bara api, tiba
tiba Bu Siau hian menjerit.
"Yaya api yang membara dipanggung penggantungan
adalah api suci, kecuali orang yang menjalani hukuman, siapa
saja dilarang memasukinya, larangan ini ditetapkan oleh cousu
dan ditaati turun temurun, meski kau adalah sancu namun
peraturan ini tak boleh dilanggar kalau tidak . . ."
Betul juga, Cing shia sancu benar benar tak berani
melanjutkan perjalanannya menuju ke titik api.
Cousu Cing shia pay telah menurunkan sebuah peraturan
yang melarang setiap orang memasuki kobaran api dari api
yang membara disekitar panggung hukuman, api suci tersebut
hanya boleh menjilat tubuh orang yang sedang menjalani
hukuman saja. Konon hanya jenasah yang dibakar dengan api lah yang
dianggap sebagai kematian yang sempurna, hingga ada
harapan untuk menitis kembali kedunia, tapi orang yang
ternoda oleh api suci tersebut, maka dalam penitisan yang
686 akan datang, dia akan dijebloskan sebagai manusia berjiwa
kecil dan berwatak jahat.
Agak lega juga hati Liong Tian-im ketika menyaksikan Cingshia
sancu tidak mengejar lebih jauh, begitu terjun ke tengah
hutan api, patung Kim mo sin jin nya segera diputar
menciptakan serentetan cahaya kuat berwarna emas"
D mana cahaya itu menyambar lewat, bara api segera
menjadi padam dengan sendirinya.
Agak tertegun juga anak muda tersebut menghadapi
kenyataan yang berada didepan mata, diam diam pikirnya:
"Sungguh tak kusangka, senjata yang diserahkan suhu
kepadaku ini memiliki khasiat memadamkan api dan
menghindari air, andaikata aku tak menemukan kasiatnya
secara kebetulan ini, mungkin selama hidup aku takanme
memahaminya. Begitu kobaran api padam, asap hitam segera
membumbung tinggi ke angkasa dan menyebar ke empat
penjuru lamat lamat bayangan Lim Siok hoa pun nampak
kembali. Seluruh tubuh Lim Siok hoa telah basah kuyup oleh
keringat, luka terbakar memenuhi badannya, dia
menghembuskan napas panjang dan pelan-pelan membuka
matanya kembali, dua titik air mata segera merembes keluar
dan membasahi pipinya. "Mengapa kau menolong aku?" tegurnya kemudian sambil
tertawa sedih, Liong Tian im sejenak tertegun lalu sahutnya:
687 "Aku tidak terbiasa menyaksikan perbuatan kejam yang
sama sekali tak berperi kemanusiaan macam begitu."
Baru saja dia hendak menutuskan tali temali yang
membelenggu tubuh Lim Siok boa mendadak dari belakang
tubuhnya menyebar datang segulung tenaga pukulan yang tak
berwujud, Lim Siok hoa segera menjerit kaget.
"Hati hati..." Liong Tian im memutar badannya sambil bergeser lima
depa ke samping lalu melayang pergi dengan suatu gerakan
enteng. Terdengar Cing shia sancu mendengus dingin, kembali dia
memutar tangannya mencengkram bahu lawan.
Buru-buru Liong Tian im memutar patung Kim mo sii jinnya
seraya berseru: "Sancu. harap kau suka mendengarkan dulu beberapa
patah kata boanpwe..."
Cing shia sancu sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar, tentu saja segan melakukan tindakan yang
bisa merosotkan martabatnya, ia menarik kembali tangannya
dan tertawa dingin. (Bersambung jilid 17) 688 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 17 "HMM, APA yang hendak kan katakan Ugi?"
"Sancu, sungguh tega kau mencelakai nyawa Lim cianpwee
. . ." "Dosanya besar dan tak bisa diampuni, hal ini tak bisa
salahkan lohu" jawab Cing shia sancu sambil tertawa dingin."
besar amat nyalimu" Meski kau bisa menyelamatkan jiwatya
untuk sementara waktu, namun kau sendiri telah melanggar


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peraturan dari Cing sia pay, kami, cukup berdasarkan hal ini,
nyawamu tak bisa diampuni lagi."
"Peraturan Cing sia san kalian betul betul tidak mengenal
peri kemanusiaan." kata Liong Tian-im gagah, "dosa macam
apakah yang di lakukan Lim cianpwee sehingga kau
menjatuhkan hukuman sekeji ini kepadanya" San cu, kau pun
seorang manusia. ." 689 Cing shia sancu merasa amat gusar bentaknya:
"Kau berani mencampuri urusan dari keluarga Bu kami"
Bocah keparat, terus terang kuberitahukan kepadamu ilmu
pedang keluarga Bu kami baru bisa berhasil bila perasaan dan
napsu bisa teratasi lebih dulu, kemudian baru melatih ilmu
berhati dingin, terhadap siapa pun tak boleh mempunyai
perasaan, kalau tidak, ilmu pedang yang dipelajari tak akan
bisa mencapai tingkatan yang tertinggi. Selama ini aku selalu
bersikap sama terhadap setiap orang, siapa yang melakukan
kesalahan dia harus dihukum. Lim Siok hoa telah melanggar
pantangan berzinah, maka menurut peraturan perguruan dia
harus dijatuhi hukuman mati, inipun sudah kelewat sungkan
kepadanya!" Liong Tian im segera menggelengkan kepalanya berulang
kali, katanya: "Mungkin Lim cianpwe telah dibuat penasaran oleh tuduhan
tersebut, seandainya betul demikian hal ini pun hanya bisa
disalahkan pada jiwanya belaka, apalagi masalah semacam ini
sepantasnya dibereskan sendiri oleh putramu, kini putramu
tak ada digunung, bila kau membakarnya dengan begitu saja,
mungkin andaikata putramu kembali kau tak bisa memberikan
pertanggungan jawabmu . . ."
Cing shia sancu agak tertegun setelah mendengar
perkataan itu, ujarnya kemudian:
"Putraku sudah mati lama, boleh dibilang, dia dibunuh
secara tidak langsung oleh perempuan cabul berhati keji ini . .
." Liong Tian im segera tertawa, sebelum San cu dari Cing
shia san itu menyelesaikan kata katanya dia telah menukas:
690 "Sancu, ilmu yang kau latih adalah ilmu hati dingin, yakni
melupakan tujuh perasaan enam napsu, bahkan terhadap
orang yang paling dekat dengan dirimu pun tak boleh
melahirkan soal perasaan, tapi dari ucapan Sancu barusan,
aku dapat mengetahui kau tak bisa menghilangkan perasaan
tersebut, atau dengan perkataan lain, ilmu hati dinginmu
belum berhasil mencapai pada puncaknya . . . ."
Tiba tiba Cing shia Sancu menghela napas panjang,
katanya kemudian dengan sedih:
"Manus!a bukan malaikat, siapakah yang benar benar bisa
menghilangkan segala perasaan " Aku sudah melatih ilmu
pedang hampir seratus tahun Iamanya, namun aku tak pernah
berhasil mencapai taraf tak berperasaan sama sekali, oleh
karena itu ilmu pedangku masih tetap tertahan sampai pada
tahap ilmu pedang saja. tak bisa maju lagi barang setapakpun
." Liong Tian im tertegun, dia tidak menyangka kalau ilmu
pedang dari Cing shia sancu telah berhasil mencapai tingkatan
ilmu pedang terbang, dia cukup mengetahui apa yang disebut
ilmu pedang terbang itu yakni membunuh orang dengan suatu
sinar tak berwujud yang menyerupai pedang.
Akan tetapi kepandaian semacam itu hanya pernah
didengar dan tak pernah disaksikan orang, sedang Cing shia
sancu yang berhasil mencapai tahap sedemikian tinggi pun
masih belum merasa puas, lantas taraf kepandaian seperti
apakah yarg diincar olehnya"
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa dia lantas bertanya:
"Sebetulnya tahap macam apakah yang di harapkan sancu
daiam melatih itu pedangmu itu?"
691 Cing shia sancu agak termenung sebentar, kemudian
sahutnya dengan perasaan bimbang:
"Jagad tiada batasnya, samudra tiada ukuran. sejauh mata
memandang, selapis langit di atas langit, itulah rahasia ilmu
pedang terbang coba kau pikirkan sendiri."
Liong Tian-im terperanjat sekali, dia tidak menyangka bila
dalam dunia persilatan benar benar terdapat ilmu pedang
yang tiada berbatasan semacam itu, satu ingatan segera
melintas dalam benaknya. "Tahap semacam itu benar benar kelewat tinggi." demikian
ia berpikir, "Bagaimana pun juga kekuatan manusia ada batas
batasnya, aku rasa mustahil manusia dapat mencapai taraf
kepandaian semacam itu, tak mungkin keadaan semacam itu
bisa tercapai aaai ! Sungguh tak dsangka kepandaian ilmu
pedang masih mempunyai pengetahuan demikian dalamnya,
mungkin aku tiada berjodoh untuk menyaksikan ke kln aku
tiada berjodoh untuk menyaksikan kepandaian semacam itu.
Padahal ilmu pedang dari Cing shia sancu sudah tiada
tandingannya di kolong langit, ilmu pedang terbang saja telan
dikuasai tapi dia masih melatih terus tiada hentinya,
sebenarnya apa yang dia cari ?"
Berp'kir sampai disitu, timbul perasaan ingin tahu dalam
hatinya, diapun bertanya Iagi.
"Aku rasa dikolong langit tak mungkin terdapat manusia
semacam ini." "Siapa bilang tak ada ?" Cing shia sancu mendengus dingin
di lautan timur terdapat seorang pertapa yang sanggup
mencapai tingkatan semacam itu, jangan mengira ilmu pedang
Cing shia pay betul betul tiada tandingannya dikolong langit,
692 aku hanya bisa menakut-nakuti orang persilatan biasa,
andaikata benar benar berjumpa dengan jagoan lihay,
mungkin aku tak mampu menahan sebuah serangannya."
Yang dia maksudkan sebagai jagoan lihai itu entah jagoan
yang memiliki kepandaian sampai taraf dimana, namun dilihat
dari ucapannya yang amat serius bisa di ketahui kalau ucapan
tersebut bukan gertak sambal belaka, tapi itu pun sukar
dipercaya dengan akal manusia.
Cing shia sancu mengerling sekejap ke arah Liong Tian im
kemudia dengan suara dingin ujarnya kembali.
"Persoalan yang kuberi tahukan kepadaku sudah kelewatan
banyak, siau pwee, sekarang bersiap siaplah menerima
kematianmu pun sancu tak dapat merusak peraturan
perguruanku gara gara kau seorang."
Setelah mengerling sekejap ke arah senjata patung Kim mo
sin jin yang berada ditangan Liong Tian im mendadak dia
berkata lagi sambil tertawa seram:
"Bila kau tuk ingin mati, serahkan senjata patung Kim mo
sin jin tersebut kepadaku, pun sancu akan mengijinkan kau
pulang dan mengundang gurumu untuk datang mengambilnya
sendiri cuma..." Mula mula agak tertegun juga Liong Tian im sewaktu
mendengar Cing shia sancu menginginkan patung kim mo sin
jin tersebut, kemudian setelah mendengus dingin, katanya
seraya memutar senjata patung kim mo sin jin tersebut:
"Tidak bisa, lebih baik kau turua tangan sendiri saja!"
693 Cing shia sancu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh .haahh...besar amat lagakmu anak muda, lohu
ingin melihat sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang
dimilikimu sehingga begitu berani berbuat keonaran dibukit
Cing shia ini, dalam lima gebrakan aku akan merebut
nyawamu." "Tidak segampang itu" jengek Liong Tian im dingin, "lebih
baik kau tambah dengan lima gebrakan lagi saja."
Melihat anak muda itu ada maksud memandang rendah
dirinya, kontan naik darah Cing shia sancu, sambil membentak
nyaring tubuh nya melompat kedepan, telapak tangannya di
ayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan ke tubuh
Liong Tian im. Liong Tian im mengegos sambil melompat, mendadak
dadanya terasa dingin, segulung hawa darah menggelora
dalam tubuhnya, lalu setelah memelLb segumpal darah segar
menyembur keluar dari mulutnya.
Tapi si anak muda itu tetap menahan diri, sambil memutar
senjata patung Kim-mo-sin jinnya, dia membentak keras:
"Keluarkan pedangmu, kalau tidak aku tak bertarung
melawanmu .. ." Cing-shia sancu sama sekali tidak menyangka, dalam
keadaan terluka arak muda itu ma sih tetap keras kepala.
Sesudah tertawa dingin, katanya.
"Baik, sekalian kutunjukkan dari ilmu pedang Cing shia pay
kami . . ." 694 Diantara kebasan ujung bajunya, tahu tahu dia sudah
menggenggam sebilah pedang pendek yang memancarkan
cahaya tajam. Serentetan cahaya dingin memantul keluar dari balik
pedang yang tipis, terutama dikala tersentil pelan, segera
menggema suara dengungan yana amat nyaring membelah
angkasa. Setajam sembilu sorot mata Cing shia sancu tanpa berkedip
ia menatap Liong Tian im lekat lekat, sementara pedang
pendeknya dini dirp ke depan.
"Yaya, dia sudah terluka." Bu Siau huan menjerit kaget,
"mengapa kau turun tangan lagi.."
Liong Tian im tertawa getir, serunya:
"Nona Bu, terima kasih atas perhatianmu, akan kuingat
terus didalam hati."
Diam diam ia merjgbimpua tenaga, mendadak mencorong
sinar ke emas emasan dari balik senjata patung Kim mo sin jin
tersebut, ditatapnya Cing shia sancu dengan serius, lalu
setelah membentak keras, ia melancarkan serangan secepat
kilat dengan jurus Kay thian pit tee (membuka langit menutup
bumi). Ditengah percikan cahaya keemas emasan, mendadak
terdengar suara bentakan nyaring, "Traaang."
Tubuh Liong Tian im telah didesak hingga mundur
kesamping oleh jurus pedang lawan yang memancar
memercikan pelbagai cahaya gemerlapan itu..
695 Dengan gusar Liong Tiao im membenak keras, secara
beruntun dia lancarkan empat jurus serangan berantai akan
tetapi semuanya berhasil dihadapi Ciag-shia sancu dengan
mudah. Sebaliknya ilmu pedang lawan yang lihay membuat Liong
Tian lm tak sempat berpikir lebih mendalam, dia hanya
merasa pedang pendek Cing shia sancu ibaratnya seekor naga
sakti, kelihayannya sanggup membelah emas, kecepatannya
melebihi sambaran petir, sedemikian lihaynya sampai setitik
bekas pun sukar dicari. Sambil tertawa dingin mendadak Cing shia sancu berkata.
"Kau telah melancarkan empat buah serangan, sekarang
tiba giliranmu untuk melancarkan sebuah serangan balasan"
Pedang pendeknya digetarkan miring, ditengah udara
segera memercik keluar dua puluh empat titik gelombang
bunga, hawa padang yang dingin memencar kemana mana,
diantara getaran cahaya pedang langsung mendesak ke tubuh
anak muda itu. Liong Tian im terperanjat sekali menyaksikan kejadian itu,
dia merasa tak mampu untuk menghindarkan diri dari
serangan yang amat dahsyat tersebut, diam-diam dia
menghela napas panjang. matanya dipejamkan rapat rapat
siap menantikan datangnya kematian.
Mendadak, ditengah udara berkumandang suara dengusan
rendah lalu disusul suara bentrokan nyaring yang memekikkan
telinga, diantara percikan bunga api yang memancar keempat
penjuru, pedang pendek Cing shia sancu sudah ditangkis
dengan sebatang pedang yang meluncur datang dari luar
arena. 696 Cepat cepat Liong Tian-im membuka matanya sambil
menengok ke depan, tampak seorang lelaki berkerudung yang
mengenakan baju biru telah muncul ditengah arena, dengan
pedang terhunus dia sedang saling bertatap muka dengan
Cing shia sancu. Sementara itu Cing shia sancu dengan wajah gusar dan
pedang pendek digetarkan keras keras sedang menegur:
"Siapa kau ?" "Buat apa sancu menanyakan siapakah aku, boan-seng
hanya mohon kepada sancu agar sudi melepaskan siauya itu .
. ." kata orang berkerudung itu dingin.
Dia memandang sekejap ke arah Liong Tian im, lalu
memandang pula Lim Siok hoa yang terikat diatas tiang
hukuman, tiba tiba tanyanya dengan nada emosi:
"Juga perempuan itu , ,"
"Hmm!" Cing shia sancu mendengus dingin "tiada
pekerjaan yang begitu gampang, bukan saja aku hendak
menghancurkan mereka berdua, termasuk kau pun tak akan
kulepaskan, jangan mengira dengan mengandalkan berapa
jurus ilmu pedang rongsokmu itu, kau berani membuat
keonaran dibukit Cing shia san ini, terus terang kukatakan kau
masih ketinggalan terlampau jauh. .."
"Benar, benar harap Sancu sudi berbelas kasihan!" kata
orang berkerudung itu berulang kali.
"Enyah kau!" mendadak Cing shia sancu membentak keras.
697 Cahaya pedang berkilauan diangkasa mendadak muncul
segulung cahaya tajam yang makin !ama semakin membesar
seperti gelombang tak berwujud saja menggulung tubuh
manusia berkerudung itu. Manusia berkerudung tersebut segera tertawa tergelak.
"Haahh, , baahh- . .barbh, . , jurus Tiap kiam aiu im
(SiSuoan pedang tayangan baju) Sancu memang pantas
disebut kepandaian nomor wahid dikolong langit. . ."
Dengan sikap amat serius dia mendorong pedangnya ke
depan, gerakan itu enteng seperti kapas dan lantang
menerjang ombak kebalik cahaya kilat hawa pedang Iawan
yang hebat. Tatkala sepasang pedang tersebut saling membentur,
segera terjadi suara benturan pe ai
Woro manusia berkerudung itu menarik kembali


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya, lalu membuat gerakan busur ditengah udara,
setelah itu melesat secepat kilat. . .
Cing shia sancu berseru dengan mendadak:
"Hai, mengapa kau pun pandai menggunakan ilmu pedang
perguruan kami . . ?"
Manusia berkerudung itu menghela napas pelan.
"Aai . . . akar dan bunga sesungguhnya bersumber sama,
Sancu, buat apa kau menyelidiki persoalan ini dengan
seksama ?" 698 Cing shia sancu menarik kembali pedangnya sambil
mengundurkan diri kebelakang kembali dia berseru:
"Lepaskan kain kerudung yang menutupi wajahmu !"
Ucapan tersebut bagaikan guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong, mendadak lelaki berkerudung itu
gemetar keras, dia menatap wajah Cing shia sancu dengan
termangu, lalu mundur dua langkah dengan perasaan ragu.
Sesaat kemudian manusia berkerudung itu baru
menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya:
"Wajahku sudah hancur dan rusak, sekalipun sancu dapat
melihatnya juga tak akan bisa mengenali diriku"
"Heeh . . heeh . . heeh . . hanya setan yang percaya
dengan perkataanmu itu" jengek Cing shia sancu sambil
tertawa dingin, "kecuali anggota perguruan kami, tak mungkin
ada orang yang bisa menggunakan ilmu pedang keluarga Bu,
jurus serangan yang kau gunakan untuk melancarkan
serangan tadi hampir semuanya merupakan jurus serangan
perguruan kami, bahkan kemantapannya jauh lebih
mengungguli lohu, aku tak dapat mengerti anggota perguruan
manakah dirimu yang sebetulnya " ilmu pedang keluarga kami
tak pernah diwariskan kepada orang lain, dari siapakah kau
mempelajari ilmu pedang tersebut ?"
Sekali lagi manusia berkerudung itu menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Mengapa sancu begitu ngotot ingin mengungkap rahasiaku
" Bukankah sudah kukatakan tadi, persoalan apapun lebih baik
tak usah di tanyakan sampai mendetail, kalau sudah menjadi
jelas malah tiada berarti jadinya . .."
699 "Kau tak mau bicara ?" Seru Cing shia sancu gusar "hmmm,
baik. aku masih mempunyai cara untuk menghadapi dirimu."
Baru saja dia hendak menghimpun tenaganya untuk
melancarkan serangan lagi, tiba tiba terdengar Lim Siok-hoa
merintih penuh penderitaan.
Walaupun Cing shia sancu berhati sekeras baja, tak urung
dia berpaling juga kearahnya.
Tampak Bu Siau huan dan Liong Tian im telah berdiri
disamping Lim Siok-hoa, waktu itu Liong Tian im telah
memotong tali yang membelenggu perempuan tersebut.
Sancu gusar sekali, kepada Go Tiong segera serunya:
"Hei, apakah kalian telah manpus semua " Mengapa tidak
segera kalun bekuk bajingan cilik itu . . ."
Go Tiong tak berani membangkang dengan membawa ke
tiga orang anak buahnya dia menerjang ke depan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilatan . . .
Mendadak manusia berkerudung itu berpekik nyaring,
pedangnya digetarkan dan melepaskan tiga kali tusukan ke
atas tubuh Go Tiong. "Jika kau berani mengusik mereka, kucabut segera
selembar jiwamu." ancam manusia berkerudung itu dingin.
Go Tiong menjerit kaget, tahu tahu pakaian yang dikenakan
telah terpapas kutung tiga bagian, paras mukanya segera
berubah hebat, ia tak menyangka kalau ilmu pedang lawan
sudah mencapai tingkat seperti itu, bahkan belum pernah
dijumpai sebelumnya. 700 Manusia berkerudung itu segera mundur setelah menarik
kembali serangannya lalu melompat ke hadapan Lim Siok hoa
dan memutuskan tali temali yang membelenggu tubuh
perempuan itu. Kemudian sambil melayang turun dihadapan Bu Siau huan,
bisiknya. "jaga ibumu baik baik!"
Cing shia sancu tidak menyangka kalau manusia
berkerudung itu begitu bernyali sehingga tak memandang
sebelah matapun terhadapnya dengan gusar ia tertawa
nyaring, kemudian ia lompat ke depan suatu gerakan cepat.
Cahaya pedang berkilat, kemudian melepaskan sebuah
bacokan ke tubuh manusia berkerudung itu.
Dengan cekatan manusia berkerudung itu mengegos ke
samping, pedangnya berkilauan tajam dan segera
memunahkan ancaman tersebut.
Lagi lagi jurus serangan yang dipergunakan adalah Jan san
teng sui (bukit gundul air mengering) sebuah jurus dari ilmu
pedang keluarga Bu. Cing-shia sancu tertegun, ia tak habis mengerti siapa
gerangan manusia berkerudung yang misterius itu "
Dia ingin sekali mengetahui asal usul orang ini, tanyanya
dengan gusar. "Dari mana kau pelajari jurus serangan tersebut ?"
701 Manusia berkerudung itu menyusut mundur dengan
ketakutan. "Sancu, mengapa kau menanyakan persoalan itu lagi?"
serunya "bukankah sudah kukatakan bahwa ilmu silat itu
sumbernya satu" Apa manfaatnya bagi keluarga Bu kalian
setelah mengetahui riwayatku ?"
"Omong kosong !" Cing-shia sancu gusar sekali "ilmu
pedang partai kami tak pernah di wariskan kepada orang lain,
kalau kau bukan mendapatkannya dengan jalan mencuri
tentu." Belum lagi ia menyelesaikan perkataannya, mendadak Lim
Siok hoa berseru keras: "Ayah, tak usah ditanya lagi, dia adalah Cing peng.."
Sekujur tubuh manusia berkerudung itu gemetar keras.
"Siok hoa, kau..."
Agak emosi Lim Siok hoa berseru lagi:
"Walaupun kau sudah mengembara selama banyak tahun,
namun caramu belum berubah, dari tingkah lakumu aku sudah
dapat menduga akan dirimu."
Cing shia sancu termangu mangu, mendadak dua titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dia merasa makin
tua semakin pikun sanpai sampai putra sendiripun tak di kenal
lagi. "Nak, benarkah kau . ." dia bertanya ragu agak emosi.
Bu Cing Peng mengangguk pelan.
702 "Benarkah aku Cing peng!"
Dia seperti ingin mengutarakan banyak perkataan tapi
untuk sesaat tak tahu harus berbicara darimana, buru buru ia
menjatuhkan diri berlutut didepan Cing-shia sancu dan
mencium kaki ayahnya. Sambil tertawa Cing shia sancu berkata: "Seharusnya aku
dapat mendugamu semenjak tadi, kalau tidak, siapa pula
manusia dalam dunia persilatan yang bisa menggunakan ilmu
pedang keluarga Bu kami " Nak. ilmu silatmu makin lama
semakin tangguh, apakah kan telah berhasil . . ."
Dengan cepat Bu Cing-peng menggeleng "SoalIini .. .
bolehkah kumohonkan ampun bagi Siok hoa ?"
Cing shia sancu segera tertawa. "Setelah kau kembali,
tentu saja kau yang berhak mengambil keputusan, cuma . . ."
"Ayah, kita telah menyiksa Siok-hoa selama banyak tahun"
Bu Cing-peng menghela napas sedih, "dia tak bersalah,
selama banyak tahun aku tak punya muka kembali ke rumah
karena aku takut kepada Siok hoa . . ."
"Hmm, darimana kau bisa tahu . . ." Cing shia sarcu
mendengus dingin. Kembali Bu Cing-peng menghela napas panjang.
"Peristiwa itu telah kuselidiki dengan sejelas jelasnya, Siau
yau yoso benar benar seorang manusia yang jujur dan ksatria
sejati, seandainya bukan dia yang menasehati diriku terus
menerus, tak nanti aku akan balik lagi kemari."
703 Buru buru dia berjalan ke hadapan Lim Siok hoa, lalu
bisiknya lirih: "Siok hoa..." Lim Siok hoa tertawa getir.
"Cing peng, kau telah bertemu dengan toa suhengku?" dia
bertanya. Sekali lagi Bu Cing peng menghela napas panjang "Bukan
hanya bertemu muka, kami telah bersahabat karib justru
karena peristiwa tempo hari, dia selalu mengembara ke sana
kemari dan tak pernah membicarakan soal ilmu silat lagi."
"Aaaai pikirannya kelewit cepat." Lim Siok hoa menghela
napas sedih. Agaknya dia tak ingin menyinggung kembali peristiwa lama
yang amat mengharukan hati itu, setelah tersenyum lirih
kepada Bu Cing peng, pelan pelan sorot matanya dialihkan ke
wajah Bu Siau huan. "Dia adalah anak kita." katanya kemudian sambil tertawa,
"Siau huan. ." "Ayah . . ." Bu Siau huan teriak keras.
Bu Cing peng segera menggenggam tangan anak gadisnya
erat erat seraya berseru:
"Nak kau telah dewasa . . . ."
Awan kelabu yang semula menyelimuti bukit Cing shia kini
terbang lenyap dengan kehadiran Bu Cing peng, penderitaan
704 dan tekanan batin yang dialami Lim Siok hoa seIama belasan
tahun akhirnya tersapu bersih sedang Bu Siau huan pun dari
seorang anak yatim kini berubah menjadi anak yang
berbahagia, karena ayah dan ibunya kembali
mendampinginya. Seharusnya gadis itu merasa gembira, merasa bahagia
sekali . . . tapi tidak demikian dengannya, karena kebahagiaan
tersebut hanya bersifat sementara, kembali ada masalah lain
yang menggerogoti perasaan dan pikirannya.
Dia adalah seorang gadis, seorang gadis remaja yang baru
mekar, perasaan gadis remaja memang lebih dalam dari
samudra, dengan kemunculan Liong Tian im, membuat
hatinya kembali melayang ke tubuh orang lain ke tubuh Liong
Tian im. Terombang ambing ditengah samudra cinta memang suatu
kejadian yang tragis, kejadian yang tragis kadang kala bisa
mengakibatkan suatu keadaan dan akhirnya membuahkan
kenangan . . . . ooOoo ooOoo BU SIAU HUAN sudah tahu urusan, gadis yang tahu urusan
berarti tahu pula kesedihan gadis yang mengerti kesedihan
berarti mulai mempunyai kemurungan, apakah yang dia
murungkan " Bjhiac ia sendiripun tidak tahu.
Seorang diri ia duduk diatas puncak bukit, membiarkan
angin gunung yang kencang menerpa tubuhnya membuat
ujung bajunya berkibar, rambutnya ttrarat kalut dan tubuh
serasa dingin. 705 TiM, . . bahkan dia sendiripun tak tahu apa yang kurang
dilakukan disana" Melihat matahari terbitkah" Atau melihat
matahari terbenam, . " Semuanya tidak, ia sedang menanti
seseorang. "Aaaai!" dia menghela napas pelan dan berpikiran," belum
pernah aku menunggu orang, belum pernah merasakan
gelisahnya menunggu orang baru hari ini kurasakan
kesemuanya itu tak disangka kalau semuanya itu sangat
menjemukan . ." Sesudah membasahi bibirnya dengan lidah, kembali
gumamnya sambil tertawa: "Padahal siapa suruh aku buru buru datang kemari sebelum
waktunya" Dan sekarang aku malah mempunyai lamanya
waktu yang berjalan, benar-besar menggelikan. . ."
Pelan pelan dia mengalihkan sorot matanya memperhatikan
awan yang menggantung di angkasa dan akhirnya terhenti
diatas sebuah batu cadas dipuncak bukit sana, mendadak
hatinya bergetar keras, gumamnya dengan perasaan heran:
"Mengapa dia duduk disana" Apakah dia pun sedang
menantikan kedatanganku lantaran datang kelewat awal"
seandainya benar-benar begitu, bukankah peristiwa ini
menggelikan sekali " Kami berdua sama sama menantikan
kedatangan lawan, siapa pun sedang menantikan kedatangan
sendiri." Sesosok bayangan punggung yang lebar dan kekar muncul
diatas tebing bukit yang curam itulah bayangan seorang
706 pemuda yang duduk seorang diri diatas batu sambil
memandangi awan diangkasa dengan termangu. . .
Bu Siau-huan ingin menyapanya, namun tak tahu
bagaimana mesti membuka suara, meski perjumpaan ini
bukan perjumpaan yang pertama namun setiap kali mereka
selalu berpisah dalam keheningan, siapapun tidak
mengucapkan sepatah katapun, mereka menyampaikan
perasaan cintanya dengan pandangan mata belaka, hati
mereka berpadu dalam keheningan, cinta yang membisu
biasanya langgeng, mungkin juga dalam hati mereka sudah
saling memadu janji.. Setelah termenung berapa saat, akhirnya sambil
memberanikan diri ia berseru lantang: "Hei!"
Teriakan itu mengalun sampai di seluruh daerah dan
memancarkan ke empat penjuru, suara gaung yang memantul
mendengung susul menyusul dan memekikan telinga.
Bu Siau huan merasa pipinya agak panas, ia tertunduk
dengan wajah tersipu, sementara jantungnya berdebar keras.
Orang yang berada dipuncak bukit itu seakan akan tidak
mendengar menggerakkan tubuhnya sedikitpun tidak, ia tetap
duduk terpekur disitu seperti sedang memikirkan suatu
persoalan. "Hmm!" Bu Siau huan mendengus dingin, lalu mencibirkan
bibirnya. "kau berani tidak menggubrisku!"
Ia menanti berapa saat lagi, namun orang itu belum juga
bergerak, Bu Siau nuan benar benar tak sabar lagi, dia ingin
angkat kaki dari situ, sayang sepasang kakinya tak menuruti
perintahnya lagi, bahkan niat untuk bergeserpun tidak.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

707 Akhirnya dengan marah Bu Siau huan menjerit lengking
Iagi: "Hei, kau ini !"
Kali ini orang yang berada dipuncak bukit itu mendengar
pelan pelan ia membalikkan badan dan memandang ke arah
Bu Siau huan dengan termangu, tiada seruan yang emosi,
tiada perubahan wajah mukanya tetap murung, sedih. .
Bu Siau huan tertegun, ia tak menyangka wajah orang itu
basah oleh air mata, dibawah sinar matahari memantulkan
sinar tajam yang berkilauan, dengan termangu dia
memandang lawan, tak diketahui persoalan apa yang
membuatnya sedih" "Liong, kau ..." sepasang keningnya berkerut mukanya
nampak amat murung. Buru buru Liong Tian im menyeka noda air mata diujung
matanya, lalu melejit keudara, meski senyuman paksa
menghiasi bibirnya namun tidak menutupi awan kesedihan
yang menghiasi wajahnya. "Liong, kau menangis!" tanya Bu Siau huan lirih.
Tidak. .." Liong Tian im menggeleng.
Bu Siau huan menyentil sebutir air mata yang sempat
menghiasi pipi pemuda itu, lalu berkata murung.
"Buat apa kau membohongiku" Lihatlah, air matapun belum
mengering, persoalan apa sih yang membuatmu sedih ?"
"Aaah . . !" 708 Betapa beratnya helaan nafas itu, bagaikan sebuah godam
raksasa tak berwujud yang menghantam hati Bu Siau huan,
dengan perasaan terkejut dia mengangkat kepalanya lalu
memandang wajah pemuda yang penuh hawa misterius itu
dengan termangu, entah sedari kapan dua titik air mata jatuh
berlinang membasahi wajahnya, perasaan sedih dan murung
menyelimuti perasaannya .. .
Ia merasa sedih karena helaan napas pemuda itu, dia
menderita dan sengsara karena kedukaannya.
Liong Tian im menghela napas panjangnya dengan pedih:
"Aku menjadi sedih karena teringat orang tuaku, Siau huan
tidak seharusnya ku bawa penderitaan ini untukmu,
mengertikah kau akan maksudku ini . . . ?"
Siau huan mengerti, cuma dia makin bingung, ia merasa
keheranan oleh kerahasiaan Liong Tian im, lebih Iagi terpikat
oleh perasaan kagum membuat dia kehilangan pegangan, di
genggamnya tangan pemuda itu kencang-kencang.
"Kau seharusnya gembira, hati-hati kalau kepedihan akan
merusak badanmu !" katanya mengangguk.
Inilah tumpahan perhatian yang suci murni, Liong Tian-im
merasa hatinya manis bercampur hangat tapi muncul pula
perasaan kecut dan sedih yang aneh, dia merasa gadis yang
suci dan polos ini memiliki kecantikan yang rupawan, keayuan
dibalik kecerdikan, kepolosan dibalik kelembutan, diam diam ia
menghela napas, tidak berkata kata lagi.
"Baru pertama kali ini kukenal gadis sepolos dan selembut
dia, demikian ia berpikir, "aku tidak pantas bertemu dengan
709 gadis secantik ini, aaai aku masih mempunyai dendam
kesumat sedalam lautan. Dikemudian hari masih banyak mara bahaya yang
mengancamku, siapa tahu tiap hari mesti luntang lantung
dalam dunia persilatan, aku tak boleh menyusahkannya,
apabn membuatnya kuatir dan murung sepanjang hari . . .
"Nona Bu !" Siau huan tidak mengerti akan panggilan yang begitu
dingin dan asing itu, buru buru serunya:
"Kau sepantasnya memanggil namaku, sebutan itu tidak
hangat, tidak mesrah . . ."
"Aai, aku takut tidak memadahi bagimu!" Liong Tian-im
menghela napas sedih. "Eeh . . jangan berkata begitu kita sama sama manusia,
tidak terbagi dalam tingkatan sosial yang berbeda, kita
setingkat sederajat, siapa bilang kau tidak memadahi ?"
Saking gelisahnya hampir saja dia menangis, matapun
sudah memerah, di tatapnya Liong Tian-lm dengan sorot mata
yang sedih dan penuh permohonan, dia berharap pemuda itu
bisa memanggilnya "Siau huan" suatu keinginan yang
membara, juga suatu pengharapan yang memilukan hati.
Liong Tian-im menarik napas panjang, akhirnya dia berbisik
juga. "Siau huan !" 710 Bu Siau huan segera tertawa, senyuman yang manis
menawan hati, pelan-pelan ia bersandar diatas lengannya
yang kuat, terbenam dalam dunia cinta yang hangat.
Sayang waktu yang begitu syahdu hanya berlangsung
sebentar, sebab cinta kasih yang penuh kemesraan dan
kehangatan itu segera di kacau oleh kehadiran dua orang
tamu tak di undang. Pertama-tama Bu Siau huan yang melompat dulu, teriaknya
dengan cemas: "Liong, ada orang menyerbu puncak Kim-teng!"
"Dimana letak Kim teng ?" Liong Tian im tidak mengerti.
Bu Siau huan makin gelisah.
"Kim teng adalah tempat kami menyimpan pusaka, juga
merupakan daerah terlarang dibukit Cing shia ini . ."
"Oooh," pelan pelan Liong Tian im mengalihkan sorot
matanya ke arah dua sosok bayangan manusia yang sedang
berlarian mendekat. Dua sosok bayangan manusia itu meluncur tiba bagaikan
sukma gentayangan dan berhenti disebuah batu cadas, dari
situ mereka memandang ke tempat kejauhan sana.
Kemudian terdengar seseorang berkata dengan suara
dalam: "Saudara Pek Ii, disinikah letaknya ?"
711 Yang berbicara adalah seorang lelaki gemuk yang berwajah
merah bersinar, sebilah pedang terselip dipunggungnya,
namun sorot mata orang itu tak jujur, ia sedang celingukan
kesana ke mari dengan liar.
Rekannya adalah seorang kakek yang kurus kering ia
sedang mendengus seraya menjawab "Betul, menurut peta,
disinilah Ietaknya."
"Haahh...haahh, bila penyelidikan kita mendapatkan hasil
nyata, Tiong cu akan datang sendiri."
"Hem Pek li kau jangan kau pandang musuh ini kelewat
sederhana" kakek ceking itu memperingatkan dengan serius,
"meski ilmu Toa lo sin kang dari Tiong cu kita telah berhasil
dengan sukses namun diapun enggan bertarung dengan
sitelur busuk dari Cing shia san."
"Hmm!"Pek li kit mendengus dingin, "kau Hu lo jin (si
manusia sebatang kara) memang selalu pengecut, apa sih
kelihayan dari Cing shia san" Sudah sekian lama kita sampai
disini namun bayangan setan pun tak nampak satupun."
Bu Siau huan sungguh tak leluasa menyaksikan
keangkuhan kedua orang itu, sambil tertawa dingin ia
menyumpah: "Sialan, manusia tekebur!"
Sebetulnya suara itu diucapkan sangat lirih dan maksudnya
ditujukan kepada Liong Tian lm apalagi jarak kedua belah
pihakpun amat jauh, tapi nyatanya kedua orang tamu tak
diundang itu dapat mendengarnya dengan jelas.
Lelaki gemuk itu segera tertawa terbabak-bahak.
712 "Haah, haaah, haaah saudara Hu-lo, tak kau sangka bukan
kalau disini pun ada orang yang sedang bersembunyi"
Jangan dilihat bentuk badannya yang gemuk dan bulat
seperti gumpalan daging, nyatanya gerakan tubuh orang itu
cepatnya bagaikan sambaran kilat, dalam sekali kelebatan saja
dia sudah berada sejauh berapa kaki dan melayang turun
dihadapan Bu Siau huan. Sambil menuding ke arah gadis itu, Pek li Kik segera
menegur: "Hmm, barusan kau yang memakiku?"
"Kalau benar kenapa ?" ia balik menanya.
"Woow. . . tajam betul mulut kecilmu itu, apakah
kedudukanmu di bukit Cing shia ?"
"Tak usah tanya !" katanya kemudian.
Gadis ini masih polos dan lincah, belum punya pengalaman
dalam dunia persilatan, membuat orang lain segera
mengetahui keadaannya dengan jelas, Liiong Tian im berkerut
kening, ia merasa perkataan itu amat menggelikan hati.
Dalam pada itu Pek li Kit telah berkata lagi sesudah tertawa
dingin: "Nona, tahukah kau kalau disini terdapat suatu tempat
yang bernama Kim teng " Konon dalam bukit itu penuh
dengan emas mestika dan barang barang bagus lainnya, bila
kau bersedia memberitahukan kepadaku letaknya, entah
kuhadiahkan mutiara indah untukmu."
713 "WOOWW . . . sok sosial kau !" dengus Bu Siau huan
sambil tertawa dingin, "kau anggap barang kami boleh
dibagikan kepada orang sesuka hatinya . ."
Mendadak Hu lo Jin melancarkan sebuah serangan untuk
mencengkeram tubuh Bu Siau huan, serunya:
"Bagus sekali, kini ada kau, kami tak akan takut tak berhasil
menemukan tempatnya"
Gerakan itu dilancarkan sedemikian cepatnya hingga sukar
diikuti dengan pandangan mata, baru berkelebat tahu tahu
sudah sampai pada sasarannya.
Liong Tian im gelisah, buru buru dia lancarkan sebuah
serangan membabat pergelangan tangan Hu lo jin.
"Hebat amat kepandaianmu!" jengek Tian im sambil
membentak. Ia lupa kalau Bu Siau-huan adalah cucu perempuan Cing
shia sancu, sudah barang tentu kepandaian silat yang
dimilikinya jauh lebih sempurna daripada kepandaian yang
dimiliki. Belum lagi cengkeraman Hu lo Jin mencapai sasarannya,
gadis itu sudah berkelit sambil mundur, cepatnya seperti
hembusan angin puyuh, sedemikian cepatnya sampai gerakan
apa yang dipergunakanpun tak sempat terlihat jelas.
Bu Siau buan segera tertawa terkekeh kekeh, ejeknya:
"Huuuh, cuma cakar anjing budukan" Gagal dengan
cengkeramannya Hu lo Jin jadi tertegun, sementara badannya
714 masih melonjak mendadak dilihatnya serangan Liong Tian im
menyambar tiba, tanpa terasa ia mendengus dingin sambil
berseru: "Bangsat, pingin mampus rupanya kau!"
Telapak tangannya segera dibalik, segulung hawa pukulan
memancar ke luar diri telapak tangannya dan langsung
menyongsong datangnya serangan dari Liong Tian im.
"Blaaammm . . ." ditengah udara terjadi benturan keras
yang memekikkan telinga. Hawa pukulan yang saling beradu segera memancarkan ke
empat penjuru berupa pusaran angin berpusing, kontan kedua
belah pihak sama sama merasakan hatinya bergetar keras dan
tak kuasa lagi mundur dua langkah.
Hu-lo jin marah sekali, ia segera berkaok kaok keras:
"Bocah keparat, tampaknya kau punya juga ilmu simpanan
.. ." Ia berdiri dengan telapak tangan tunggal disilangkan di
depan dada, dari balik matanya terpancar keluar sinar mata
yang dingin, sekujur badannya bergemerutukan nyaring, tiba
tiba jubahnya ciut menggelembung besar hingga tampangnya
kelihatan mengerikan hati,
Liong Tian-im terkesiap, ia tak menyangka kalau Hu to jin
sanggup mendesak hawa murninya keluar badan hingga
membuat jubahnya menggelembung besar, meski begitu ia
tak merasa gentar, sambil tertawa dingin ia berdiri dengan
tangan disiapkan, matanya mengawasi tubuh lawan tanpa
berkedip. 715 "Hehmm!" Hu lo jin mendehem rendah, tiba tiba ia mengayunkan
telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan.
Liong Tian im mendengus dingin, sambil membentak ia
sambut ayunan tangan lawan dengan sebuah pukulan dahsyat
pula. "Blaamm!" sekali lagi terdengar suara benturan keras.
Kali ini Liong Tian im merasakan hawa darah dalam
dadanya bergolak, dengan sempoyongan dia mundur jauh
tujuh delapan langkah, tiap kali mundur selangkah, kakinya
melesak ke tanah sedalam tiga inci, hal mana membuat Bu
Siau huan amat terperanjat.
"Kau terluka?" serunya penuh perhatian.
"Tidak" Liong Tian im menggeleng, "hebat juga tenaga
dalam keparat ini . . . "
"Kau sudah jeri?" dengus Hu to jin sinis.
"Bangsat siapa yang takut padamu!" bentak Liong Tian im
gusar. Ia segera menyiapkan terjangan lagi, kini dia berdiri saling
berhadapan dengan hu to jin.
"Haahh . .haahh. , haahh . ." mendadak Pek li Kit tertawa
terbahak bahak, "Saudara Ho-to, biar aku saja yang
menghadapi orang ini."
716 "He heh ! Kau ingin bertarung dua lawan lam?" jengek Bu
Siau huan dengan mata berkelit, "Hmm! Cing shia san bukan
tempat yang bisa dikunjungi semau hati sendiri, kalau sudah
datang, paling tidak kau harus meninggalkan beberapa macam
kepandaianmu lebih dulu."
Lalu kepada Liong Tian im katanya sambil tertawa:
"Kemarilah kau!"
Sejak berjumpa dengan gadis polos yang halus dan
menawan hati ini tanpa terasa Liong Tian im telah jatuh hati
kepadanya tapi berhubung ia merasa gadis itu kelewat
anggun, sedang ia sendiri rendah kedudukannya maka ia
merasa tak memadahi untuk mendampinginya."
Kendatipun persoalan ini belam pernah dipikirkan secara
seksama, namun sudah terlintas dalam benaknya, itulah


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebabnya tatkala Bu Siau huan memanggiInya, tanpa disadari
pula Liong Tian im maju berlari ke sisinya. "Biar aku saja yang
memberi pelajaran kepada dua makhluk tak tahu diri ini !"
ucapnya dingin. Dengan cepat Bu Siau-huan menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Liong, buat apa kau mesti turun tangan " Aku ingin
mengurung mereka berdua, agar yaya yang menghukum
mereka . ." Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah panji keciI
berbentuk segi tiga, lalu berkata lagi:
"Panji ini adalah panji naga langit dari Cing shia-san,
mungkin kalian berduapun pernah mendengar akan benda ini,
717 nah sekarang aku akan mengurung kalian berdiam disini,
menanti yaya mengirim orang untuk membekuk kamu berdua
. . ." Pek li Kit segera tertawa terbahak bahak.
"Haah . haahh . . haaahh . . bocah perempuan, besar amat
lagakmu . ." "Kau akan segera merasakan keihayan dari panji Thianliong
ki ini, lihat saja."
Dengan tangannya yang halus dan putih, gadis itu
menyentil pelan kemuka. tiba tiba panji Thian-liong-ki tersebut
tertancap diatas tanah seketika itu juga angin puyuh
menderu-deru, kabut dan awan menyelimuti seluruh angkasa.
Hu to Jin dan Pek li Kit sama sama berubah mukanya,
mereka tak menyangka kalau panji yang begitu kecilnya
ternyata memiliki kekuatan yang maha besar sehingga mampu
memanggil angin membuat angin mengurung mereka berdua
dalam barisan seketika itu juga, kedua orang itu merasakan
jagad seketika telah menjadi gelap, dari sekeliling tubuh
mereka bermunculan panji panji besar yang tak terhitung
jumlahnya, panji panji tersebut tingginya mencapai dua kaki
dan mengurung ke dua orang itu npu rapu
Sudah beberapa kali Pek li Kit mencoba untuk menerjang
keluar dari kepungan namun tak pernah berhasil melampai
tiga batang panji kecil yang mengurungnya.
Tak terlukiskan rasa gusar Pek li Kit menghadapi kejadian
seperti ini, dia segera mendongakkan kepala dan tertawa
seram. 718 "Budak sialan, bila lohu berhasil lolos dari sini kucincang
tubuhmu menjadi berkeping keping . ."
Panji tersebut dibuat oleh Cing-shia sancu menurut
kedudukan bintang ngoheng pat-kwa ditambah dengan Im
yang Tay khek, asal ada manusia yang tersekap di dalamnya
maka akan timbul gangguan pemikiran yang berakibat
munculnya pelbagai khayalan.
Bila orang yang terkurung dilam barisan tersebut tidak
mengenal kedudukan bintang Ngo heng maka selama hidup
jangan harap ia bisa lolos dari kepungan.
Yang paling mengerikan lagi adalah khayalan yang
kemudian muncul dan memenuhi benak sang korban, bila
telaga dalam orang itu tak sempurna, tiap kali akan
bermunculan pelbagai bayangan musuh yang seolah olah
sedang menyergapnya, hingga tanpa disadari dia akan
bertarung sendiri dengan bayangan khayalan tersebut.
Sehingga dia akan kehabisan tenaga, muntah darah dan
akhirnya mati dalam keadaan yang mengerikan.
Kini, Hu to jin dan Pek li Kit jelas mengalami khayalan
seperti itu, dalam kepungan barisan ternyata mereka berdua
tidak bisa membedakan antara musuh dan kawan, bahkan
saling menggempur dengan sengitnya.
Seketika itu juga hampir angin pukulan menderu-deru.
serangan maut dilancarkan bertubi-tubi bagaikan mereka
sudah nekad ingin beradu jiwa saja.
719 Liong Tian im berdiri tertegun sesudah menyaksikan
kejadian tersebut, dia tak menyangka kalau dua orang jago
re-"Ha.n yang begini !a-ig!th t" r r v a i a berhasil di kurung
oleh panji naga sakti yang kecil dalam daerah seluas satu kaki
saja tahu-tahu saling bertarung nekad
Dari sini bisa disimpulkan kalau barisan ini benar-benar
mempunyai daya pengaruh yang luar biasa.
Setelah terir,anei" sekian waktu, akhirnya 6\z ter urnani.
"jin"gtTn ha1 ini miru.ia'ian eLJuah b:-ihi:i yang sangat
lihay." Bu Siau huan sendiri pun merasa agak bangga terdengar ia
berkata. "Kshanak8D anggota partai kami mengetahui akan satu dua
macam ilmu barisan semacam ini untuk melindungi
keselamatan sendiri, ilmu barisan partai kami tak perlu
persiapan sebelumnya. tapi sudah dipersiapkan jauh hari
sebelum peristiwa, asal kita membawa benda seperti natu
atau bambu atau ranting, maka musuh bisa kita kurung
didalam barisan mana, coba kalau bukan disebabkan
kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini kelewat hebat,
tak nanti aku gunakan panji Thian liong ki .."
"Siau huan, tenaga dalam yang dimiliki orang ini memang
amat sempurna." ujar Liong Tian-im, "mesktpun mereka
terkurung untuk sementara waktu, tetapi lama kelamaan pasti
akan menemukan keistimewaan barisan tersebut, siapa tahu
kalau mereka dapat menjebolkan diri dan keluar dari
kepungan barisan itu . "
720 "Haa . . haa . haa . . . mustahil hal ini bisa mereka lakukan"
Bu Siau-hian tertawa geli, "asal kugunakan bel emas Hu tagkin
dan membunyikannya, niscaya kedua orang itu akan muntah
darah sampai mati, dalam keadaan bingung dan terpengaruh
oleh kelihayan ilmu barisan, mereka pasti akan mengira bunyi
bel perenggut nyawa sebagai irama dewa dewi, mereka tentu
akan mendengarkan dengan seksama, maka dalam keadaan
seperti inilah keadaan mereka akan sangat berbahaya, bunyi
bel itu akan mengacaukan perasaan dan pikiran mereka,
hingga sang korban lebih mudah mengalami jalan api menuju
neraka yang berakibat muntah darah dan mati . ."
Sembil mengeluarkan sebuah genta kecil berwarna emas,
dia melanjutkan: "Bila kau tak percaya, mari kita buktikan."
Dia lantas membunyikan genta itu pelan, seketika itu juga
diangkasa bergema suara keleningan yang amat menusuk
pendengaran. "Tingg, ting, tingg..."
Bunyi keleningan yang tajam menyebar ke seluruh puncak
bukit tersebut dan mengalun sampai ditempat kejauhan sana .
. . "Aduuuh. . !" Tiba-tiba Hu to jin menjerit ngeri dan muntah darah segar,
tubuhnya bergoncang keras sebelum roboh tergelepar ke atas
tanah. Walaupun ia terluka oleh bunyi keleningan yang maha
dahsyat itu, namun telinganya masih direntangkan lebar lebar
721 menikmati bunyi keleningan terserut, seakan akan baginya
bunyi keleningan itu merupakan suatu musik yang sangat
indah. . . Sebaliknya keadaan Pek-li Kit meski jauh lebih baikan,
namun diapun meraung dan menjerit tiada hentinya, agaknya
dia sedang berusaha untuk mengerahkan segenap kekuatan
yang dimilikinya untuk melawan bunyi keleningan tersebut.
Akan tetapi, setelah meronta sekian waktu akhirnya suara
rauopacnya makin lama semakin bertambah lemah dan
akhirnya dia kehilangan tenaga, setelah muntah darah tiga
kali, ia roboh tergelapar pula keatas tanah sambil tersengkal
sengkal. Sambil tertawa Bu Siau huan berkata:
"Asal kubunyikan keleningan ini tiga kali lagi niscaya
mereka berdua akan mati dalam "keadaan mengenaskan."
Liong Tian im berkerut kening.
"Kita toh tak punya dendam atau sakit hati dengan mereka,
buat apa kau mesti . . ."
"Baik, bukankah mereka dulu yang hendak membunuh kita
tapi sekarang, mengapa kau justeru mintakan ampun buat
mereka" Aku mah tak akan berbelas kasihan, paling tidak ilmu
silat mereka berdua harus dipunahkan lebib dulu."
"Memunahkan ilmu silat mereka?" Liong Tian im semakin
tertegun, "bukankah keadaan tersebut jauh lebih menyiksa
daripada menyabut jiwa mereka."
722 "Haaah, haaah, haaah, siapa suruh mereka datang mencari
gara gara dibukit Cing shia..."
Tangannya segera diputar dan keleningan itu sudah
digenggam lagi kemudian diangkat ke atas dan digoyangkan
berapa kali, ternyata keleninginnya kali ini tidak menimbulkan
suara apa-apa. Gadis ini tertegun, tiba tiba serunya: " Hei, siapa kau?"
"Haaahh haaa haahh gelak tertawa nyaring berkumandang
secara tiba tiba dari belakang tubuh mereka berdua.
Dalam kejut dan keheranan Bu Siau huan merasa ada
sebuah telapak tangan yang besar dan aneh sedang
merampas keleningan kecilnya dari arah belakang.
"Kau. , kau.. ." saking marahnya Bu Siau huan tak sanggup
melanjutkan perkataannya.
Orang yang munculkan diri secara tiba tiba itu adalah
seorang kakek berjenggot hitam, ia segera tertawa terbahak
bahak kemudian menghancurkan lumatkan keleningan emas
itu hingga berkeping keping.
Setelah itu dengan sinar mata yang tajam bagaikan
sembilu, dia tertawa sinis ujarnya:
"Memangnya partai Cing shia hanya mau menggunakan
pelbagai ilmu sesat belaka?"
"Siapa kau?" bentak Bu Siau huan marah.
723 "Kalian berdua telah melukai orangku, maka hari ini akupun
hendak mena"al kalian bt\ !au . .." kata kakek berjenggot
hitam itu keras. Paras muka Bu Siau huan berubah hebat, segera serunya:
"Liong, hajar dia . . ."
Liong Tian im melompat ke udara lalu mengayunkan
telapak tangannya menghantam dada kakek berjenggot hitam
itu. "Hmm, enyah kau dari sini." seru kakek berjenggot hitam
itu sinis. Liong Tian im merasa sempoyongan, ternyata tubuhnya
telah didorong Iawan sehingga mundur sejauh dua kaki lebih,
ia tak menyangka sama sekali kalau orang itu memiliki tenaga
dalam yang begitu sempurna, sehingga dalam sekali kebasan
saja sudah memiliki Kekuatan begitu dahsyat.
"Aaah . . kau . .. " Bu Siau huan tak sanggup melanjutkan
perkataannya lebih jauh. Kakek berjenggot hitam itu hanya tertawa terbahak bahak,
memandang sekejap kearah mereka berduapun tidak.
Saking ngerinya Bu Siau huan membelalakkan matanya
lebar lebar, dia menatap wajah kakek berjenggot hitam itu
dengan perasaan seram, dia tak mengira kalau dorongan
telapak tangan lawan yang begitu eateng ternyata tak mampu
dilawan Liong Tian Im. bahkan menyebabkan tubuhnya
terjerembab keatas tanah, tenaga dalam yang begini
sempurna benar benar mengejutkan hati orang.
724 Liong Tian im segera merangkak bangun dari atas tanah,
kemudian tanpa memikirkan resikonya dia menerjang lagi ke
depan. Tapi, baru saja tenaga serangannya siap di muntahkan,
tahu tahu segulung angin pukulan yang amat ketat telah
menekan tubuhnya sehingga membuat sejujur badannya
gemetar keras, kendatipun tak sampai terjatuh ketanah,
namun cukup membuat hawa darahnya bergelora keras.
Sambil tertawa terbahak bahak, kakek berjenggot hitam itu
berseru: "Kau masih selisih jauh sekali, lebih baik tak usah mencari
penyakit di sini !" "Hmm !" Liong Tian-im mendengus dingin, keningnya
berkerut, hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya.
Setelah melototi wajah kakek berjenggot hitam itu sekian
lama, ujarnya dingin: "Aku ingin mencoba kepandaian silatmu. ."
"Ooh. keangkuhanmu benar-benar menyenangkan," seru
kakek berjenggot hitam itu sam bil tertawa keheranan.
Kemudian setelah berhenti sejenak, mendadak ia menarik
kembali senyumannya lalu ber seru lebih jauh:
"Apa kedudukanmu dalam bukit Cing shia?"
"Aku bukan orang Cing shia san, kali ini kau telah salah
melihat. ." 725 "APA?" Kakek berjenggot hitam itu tertegun, "Kau bukan
anggota Cing shia san " Kalau begitu kau murid siapa " Selain
pihak Cingsia san siapa lagi yang sanggup mendidik seorang
murid semacam kau ?"
Liong Tian-im tertawa dingin.
"Aku rasa hal itu adalah urusan pribadiku sendiri, tak usah
kau urusi." "Hah, haahh, haahh, haaah, kau benar benar merupakan
pemuda paling angkuh yang pernah kujumpai selama tni,
meski kau berani menantang lohu, cuma aku tak akan marah,
semasa masih muda dulu, akupun mempunyai tabiat seperti
ini." Kemudian setelah melirik sekejap ke arah Bu Siau huan, ia
menambahkan: "Apakah dia binimu ?"
Bu Sian buan masih termasuk seorang gadis remaja, dia
baru mulai menanjak dewasa, maka setelah mendengar
perkataan itu mukanya berubah menjadi merah padam karena
jengah. Kendatipun dia membenci kelancangan mulut kakek
berjenggot hitam itu. namun jantung nya berdebar keras,
kepalanya tertunduk rendah rendah hingga hampir boleh
dikata tak berani menengok lagi kearah Liong Tian im meski
hanya sekejap mata pun, dia pun kuatir pemuda itu...


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun gelak tertawa kakek berjenggot hitam yang makin
menjadi membuat Bu Siau huan semakin malu, sehingga
726 andaikan disana ada lubang, tentu ia sudah menerobos masuk
ke dalamnya. Liong Tian-im juga merasakan hatinya bergetar keras, dia
tak menyangka kalau kakek berjenggot hitam tersebut bakal
mengajukan pertanyaan seperti ini, dia merasa tingkatannya
amat rendah, kurang memadahi kalau mau mempersunting
gadis cantik dari Cing shia san ini.
Tak heran kalau hatinya sakit seperti di tusuk tusuk dengan
jarum segera setelah mendengar perkataan itu, buru buru
serunya: "Kau jangan sembarangan berbicara. . ." Sekali lagi kakek
berjenggot hitam itu memandang wajah Bu Siau-hoan dengan
sinar mata setajam sembilu, lalu ia tergelak keras.
"Hah. . haah . . haah . . . bagus sekali, bila dia bukan
binimu, akupun dapat berlega hati."
Bu Siau huan serta Liong Tian im sama-sama tertegun
sesudah mendengar perkataan itu, mereka dapat merasakan
betapa banyaknya arti daIam ucapan mana hingga membuat
mereka tak dapat menebak apa maksud yang sebenarnya dari
orang itu. Kedua oreng muda mudi itu hanya merasa kalau cara kerja
kakek yang berilmu tinggi ini aneh sekali, tidak sebagaimana
umumnya cara kerja kebanyakan orang, bahkan menyimpang
sama sekali dari peraturan umum.
Sambil mencibirkan bibirnya, Bu Siau huan tertawa dingin,
serunya: 727 "Kau si tua bangka, apa sangkut pautnya urusanku
denganmu." Kakek berjenggot hitam itu tertawa, dia mengangkat
lengannya keatas, segulung hawa khikang segera memancar
keluar dari balik ujung bajunya dan menyambar kearah tiga
batang panji Thian liong ki yg menancap diatas tanah.
"Weess.,." deru angin tajam disertai gelombang hawa
khikang yang maha dahsyat menghembus keluar dan
menyapu ketiga batang panji kecil itu sampai hilang lenyap tak
berbekas. Pada saat itulah Hu to jin dan Pek li Kit baru bangun dari
impian, dengan sempoyongan pelan pelan mereka berjalan
keluar, Ho to Jin yang penuh berlepotan darah segera tertawa
seram. "Heehh... heeehh... betul betul sebuah barisan yang sangat
lihay, benar benar amat lihay."
"Aaai, sungguh tak disangka baru saja tiba dibukit Cing
shia, kami telah jatuh pecundang ditangan orang, entah
bagaimana tanggung jawab kami terhadap majikan nanti?"
keluh Pek li Kit dengan sedih, "Yaa..semuanya ini harus
disalahkan kami yang bertindak kelewat gegabah."
Dengan tubuh gemetar dan menggelengkan kepalanya
tiada hentinya, kedua orarg itu berjalan meninggalkan tempat
itu, pada hakekatnya mereka sama sekali tidak melihat akan
kehadiran kakek berjenggot hitam tersebut.
728 Hal ini dapat dimaklumi sebab mereka berdua belum lama
meninggalkan barisan, pemandangan khayal yang tertera
didepan mata masih membekas dalam benak mereka,
karenanya setelah keluar dari barisan mereka masih mengira
tetap terkurung dalam kepungan.
Tiba tiba terdengar Bu Sian huan membentak dengan
wajah sedingin es: "Kau berani melepaskan keluar ke dua orang telur busuk
itu?" "Mereka adalah dua orang budakku" kata kakek berjenggot
hitam itu ketus, "mengapa aku tak boleh melepaskan mereka"
kau sibudak cilik betul betul hebat, kecil kecil sudah sanggup
menggunakan barisan panji Thian liong ki dari Cing shia san,
tampaknya kalau bukan anak murid Cing shia sancu, sudah
pasti keturunan dari keluar Bu."
"Kau sendirilah bajingan tua." Bu Siau huan membalas
dengan marab, akan ku kurung sekali dirimu bersama
mereka.." "Heh. heh, heeh kau tak akan berhasil mengurung aku,
lebih lebih kaupun tak memiIiki kemampuan sehebat itu,
jangankan kau bahkan Cing shia Sancu sendiripun belum tentu
berani bersikap kurang ajar kepadaku, heeh...heh, heeh,
orang besar tak akan mengingat lagi kesalahan manusia
rendah, kau tak lebih cuma seorang bodoh, bila aku mesti
ribut denganmu, hal ini hanya akan merosotkan kedudukanku
saja . .." Ucapan mana diutarakan amat keras dan nyaring,
berkumandang hingga ke tempat kejauhan dan menyusup
kedalam telinga Hu to Jin serta Pek li Kit.
729 Mendadak ke dua orang itu merasa terperanjat, serentak
mereka melompat mendekat dan menjatuhkan diri berlutut ke
atas tanah. "Majikan" serunya bersama, "budak .. ."
"Minggir ke samping sana" tukas kakek berjenggot hitam
itu dingin, "disini tiada tempat bagi kalian untuk
mencampurinya . .." Kalau dibilang sungguh aneh sekali, dengan kedudukan Pek
li Kit dan Ho to Jin dalam dunia persilatan ternyata mereka
menunjukkan perasaan jeri dan takut dihadapan kakek
misterius itu. Setelah mengiakan berulang kali, dengan sepasang tangan
diluruskan kebawah mereka mengundurkan diri dua langkah
kebelakang dan berdiri dikedua belah sisi kakek berjenggot
hitam itu seperti gaya seorang pelayan saja.
Kakek berjenggot hitam itu tidak menggubris mereka lagi,
sambil tertawa seram dia berseru:
"Hei budak cilik, tahukah kau dimana letak lorong rahasia
diatas puncak Kim teng ini" Cepat bawa lohu kesana, asal kau
bersedia membawa jalan, lohu pasti akan memberi banyak
kebaikan untukmu." "Sekalipun aku tahu juga tak akan memberitahukan
kepadamu" tukas Bu Siau huan dingin.
"Haa... Benar itu Heehh. . .heeehh. . aku toh kurang
percaya." 730 Sorot matanya yang tajam pelan pelan dialihkan ke wajah
Bu Siau huan, sementara sekulum senyuman yang dingin dan
hambar segera tersungging diujung bibirnya, pelan pelan dia
berjalan mendekati gadis tersebut.
Liong Tian lm, merasa anat terperanjat setelah
menyaksikan kejadian itu, buru buru dia maju ke muka seraya
berseru: "Berhenti kau !"
Dia tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki kakek berjenggot
hitam ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, maka
sewaktu di lihatnya kakek tersebut menghampiri Bu Siau huan,
dia kuatir gadis itu dicelakai olehnya, dalam cemasnya buru
buru anak muda tersebut mencabut keluar senjata patung Kim
mo sin jin nya dan disiapkan didepan dada.
Bu Siau huan tertawa dingin, kepada Liong Tian-im
ujarnya: "Liong, kau tak usah mencampuri urusan ini, dia tak akan
mampu melukai diriku..."
Sedang kakek berjanggot hitam itu juga melotot ke arah
Liong Tian im seraya berseru:
"Hei, mengapa kau mesti tegang " Masa aku akan
bertarung melawan seorang angkatan muda " Hm..."
Tatkaln sorot matanya membentur dengan senjata patung
Kim mo sin jin yang berada di tangan Liong Tian im, sekilas
perasaan heran menghiasi wajabnya, kemudian agak emosi ia
berseru : 731 "Aah . . . Klm mo siu jin, Kim mo sin jin, rupanya benda
tersebut berada ditangan mu. ."
Sewaktu menemukan sinar aneh dibalik sorot mata orang.
Liong Tian im sendiripun merasa tertegun, dia tidak habis
mengerti mengapa serjata Kim-mo sin-jin tersebut dapat
membangkitkan rasa kaget bagi kakek berjenggot hitam itu.
Pelan pelan dia memutar senjata mestikanya sehingga
membuat memancarkan serentetan cahaya tajam yang aneh
dan menyilaukan mata, lalu ujarnya dingin:
"Darimana kau bisa kenali senjataku ini.."
"Heeeh, heeeh, heeeh, kalau begitu kedatanganmu
kesinipun disebabkan persoalan tersebut. Hm. sungguh tak
disangka barang barang yang tak berhasil ditetemukan selama
ini bisa muncuI semuanya disini, hai anak muda, senjata
tersebut tak akan mendatangkan manfaat dan kegunaan apa
apa bagimu, aku bersedia menukarnya dengan senjata pedang
Tay-hoan li kiam yang termashyur itu.
"Heeeh, heeeh. heeeh, lebih baik kau gunakan sendiri
saja," jengek Liong Tian im sambil tertawa dingin "aku masih
tidak tertarik." "Ini berarti kau sengaja mencari kesulitan buat diri sendiri,
baik. kalau begitu jangan saIahkan lohu."
(Bersambung jilid 18) 732 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 18 MENYAKSIKAN musuhnya sudah bermaksud melakukan
serangan dengan wajah Liong Tian im mengangkat senjata
patung kim mo sin jin nya ketengan udara, sorot matanya
menatap lawan lekat lekat, asal kakek berjengjot hitam itu
melakukan sesuatu gerakan, maka dia akan melancarkan
serangan mematikan tanna ktstnao lagi.
Kakek berjenggot hitam itu melirik sekejap ke arah Hu to
jin, lalu tegurnya. "Sekarang, kau sudah mampu untuk bertarung lagi !"
"Budak bersedia melaksanakan perintah majikan" sahut Hu
to jin dengan suara gemetar. "sekalipun bakal terluka parah
dan tewaspun aku tak akan menyesal..."
733 "Hmmm, tak nyata kalau kau begitu setia kepadaku, cuma
saja aku tidak menginginkal kau membikin malu diriku lagi. . .
." Mendadak wajahnya berubah menjadi dingin seperti es,
ditatapnya Liong Tian im dengan pandangan seram, kemudian
setelah tertawa dingin mendadak tubuhnya menerjang ke
muka, sebuah cengkeraman maut dilepaskan mengarah bahu
lawan. Dalam pada itu Liong Tian-im telah melimpahkan segenap
perhatiannya untuk mengamati gerak gerik kakek berjenggot
hitam itu. Melihat datangnya sebuah cengkeraman kilat mengarah
bahunya, ia mendengus dingin, senjata patung Kim mo sin
jinnya langsung diayunkan ke muka.
Dengan cepat kakek berjenggot hitam itu menarik kembali
tangan kanannya, kemudian membalik dan mengarah ke atas,
secara tiba tiba saja dia cengkeram ujung senjata Kim mi sia
jin tersebut. Seketika itu juga muncul segulung aliran hawa serangan
yang kuat menyusupi senjata patung itu dan menerjang
ketubuh sang pemuda. Liong Tian im merasa terperanjat sekali, butiran keringat
sebesar kacang kedele telah bercucuran membasahi jidatnya,
namun ia tetap bertahan dengan gigih, segenap tenaga dalam
yang dimiliki dikerahkan semua untuk melawan.
Akan tetapi tiap kali hawa murninya di aIirkan keluar, selalu
saja kandas ditengah jalan atau di pukul mental oleh
terjangan tenaga dalam si kakek berjenggot hitam yang
734 sempurna, oleh karena itu kuda kudanya menjadi gempur dan
tubuhnya mundur lima enam langkah ke belakang.
Meski begitu, ia tetap bersikeras untuk mempertahankan
diri, ia bertekad sampai matipun senjata Kim-mo sin jin
tersebut tak akan dilepaskan dari tangannya.
"Aduuuh. . ." Liong Tian im merasakan tenggorokannya ia anyir, lalu
muncrat keluar gumpalan darah segar menyusul keluhan lirih
yang menggema keluar. Dalam waktu singkat inilah paras mukanya beberapa kali
berubah hebat, diri merah padam berobah menjadi pucat, lalu
dari pucat berubah menjadi hijau membesi.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Bu Siau huan menyaksikan
kejadian tersebut, teriaknya tanpa terasa.
"Liong, lepaskan tanganmu !"
Dengan cepat Liong Tian-im menggeleng sekuat tenaga ia
mempertahankan diri, serunya terbata bata.
"T i i i . .. tidak ! Selamanya tidak . ."
Dasar pemuda ini memang berwatak kerai kepala
kendatipun dia tahu bahwa perlawanan semacam ini tidak ada
manfaatnya, tapi dia tak sudi menyerahkan benda hadiah dari
gurunya kepada seorang asing yang sama sekali tak
dikenalnya, dia lebih rela mati seketika daripada menyerahkan
senjata tersebut kepada orang lain . .
735 "Liong, buat apa kau mesti berkeras kepala?" seru Bu Siau
huan dengan tubuh gemetar.
Dia sudah mengetahui akan gawatnya situasi, diapun tahu
bila keadaan semacam itu dibiarkan berlangsung beberapa
saat lagi, niscay Liong Tian-im akan termakan oleh tenaga
getaran kakek berjenggot hitam yang tiada taranya itu.
Dalam gelisah bercampur cemasnya, cepat cepat ia
melompat ke depan, telapak tangannya segera diayunkan ke
depan menghajar punggung kakek berjenggot hitam itu.
"Haehh . . tampaknya kau pingin mampus!" jengek Pek-li
Kit sambil tertawa seram.
Baru saja tubuhnya bergerak, tiba tiba kakek berjenggot
hitam itu berpaling sambil melotot.
Pek-li Kit merasa terkesiap, buru buru dia menarik kembali
gerakan tubuhnya dan melompat kembali ke posisi semula.
Sunggub cepat gerakan tubuh Bu Siau hian, tahu tahu dia


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah menubruk datang sambil menyerangkan pukulannya
kepunggung lawan. "Blaaamm. . . !" serangan tersebut menghajar telak dan
menimbulkan suara yang amat keras.
Kalek berjenggot hitam itu mendongakkan kepalanya lalu
tertawa seram, ternyata dia sanggup menerima serangan yang
maha dahsyat itu tanpa menderita cidera barang sedikitpun
juga. Tak heran kalau Bu Siau huan, si gadis masih ingusan dan
poIos dalam pengalaman ini menjadi ketakutan setengah
736 mati, untuk berapa saat lamanya dia hanya berdiri mematung
ditempat tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan.
"Traaanng. . .!"
Mendadak ditengah udara berkumandang suara genta yang
rendah dan berat, suara genta yang amat nyaring itu
menggema ditengah angkasa dan sampai lama sekali baru
membuyar. . . Bu siau huan segera sadar kembali dari lamunannya setelah
menghembuskan napas panjang serunya:
Aai, akhirnya dari Cing shia san ada juga yang datang. ."
Kakek berjenggot hitam itupun memasang telinga dan
mendengarkan suasana disekitar tempat itu dengan seksama,
lalu sorot matanya pelan pelan dialihkan kearah puncak yang
terlapis dikejauhan sana.
Dari atas puncak bukit itulah tiba tiba meluncur keluar
sekilas cahaya emas, lalu tampak sesosok bayangan hitam
meluncur datang dengan entengnya sementara tangannya
bergoyang goyang kian kemari.
Melihat itu, sikakek berjenggot hitam itu menarika napas
panjang panjang, satu ingatan melintas dalam benaknya:
"Mungkin anak hong telah berhasil menemukan tempat itu,
semoga saja dia bisa menemukan ruang rahasia dibawah
tanah yang dipakai untuk menyimpan mestika itu, seandainya
dia gagal memasuki ruang rahasia tersebut menurut peta yang
ada, seluruh rencanaku terpaksa harus di rubah."
737 Beium habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya dari
atas tebing di depan situ S'u lah muncul dua sosok bayangan
manusia. Begitu menyaksikan kemunculan ke dua orang itu, Bu Siau
hian segera berteriak keras keras:
"Yaya, ayah.." Bu Cing peng yang melompat datang lebih duluan, dengan
tercengang dia memandang sekejap ke arah kakek berjenggot
hitam itu, kemudian serunya tertahan:
"Ooh, keluarga Kwan dari bukit Jit gwij san . . ."
"Kwan Lok khu" Cing shia sancu telah menegur buia
dengan wajah dingin, "kau iblis sialan, berani benar
mendatangi bukit Cing shia kami. . ."
Dia segera mengebaskan ujung bajunya ke depan,
segulung tenaga pukulan yang amat kuat tanpa mengeluarkan
sedikit suara pun menumbuk ke atas tubuh kakek berjenggot
hitam itu. Menghadapi datangnya ancaman, paras muka kakek
berjenggot hitam itu berubah hebat, dia tak berani bertindak
gegabah lagi, buru buru ia lepaskan cengkeramannya pada
tubuh Liong Tian-im dan cepat cepat mengundurkan diri ke
belakang. Setelah itu, Kwan Lok-khi baru tertawa seram seraya
berkata. "Bu Liong, sungguh perbuatan yang bagus sekali, berani
mengutus dua orang muridmu pura pura kabur dari sebuah
738 buku Cing shia dan mengaku sebagai pengkhianat perguruan
untuk menjadi mata-mata di bukit jit gwat san kami, kau
berani menyuruh mereka menyelidiki ilmu silat kami."
Bu Liong adalah Cing shia sancu, setajam sembilu sorot
matanya menyorong keluar dan menatap wajah Kwan Lok khi
lekat-lekat, kemudian katanya dingin:
"Kau anggap pun sancu tidak tahu perbuatan apa saja yang
dilakukan anak murid Mo tiong di bukit Jin gwat san" Hmm
kau berani berbuat terkutuk hanya untuk mewujudkan ilmu
Kiu yo hu hun mu, kau angap perbuatan ini bila dibiarkan
dengan begitu saja" untuk menegakkan kebenaran didalam
dunia." Kwan Lok khi segera tertawa dingin.
"Aliran kami berbeda dengan aliran kalian, jika ilmu yang
kau latih adalah ilmu putih maka ilmu yang kulatih adalah ilmu
hitam yang sesat, pada hakekatnya diantara kita berdua
memang tak pernah ada kecocokan."
"Dalam kitab catatan dewa dan iblis", kita berdua sama
sama menempati kedudukan sebagai pemimpin dunia
persilatan." dengus Cing shia sancu dingin, "selamanya dewa
berada di atas iblis, itu berarti kau harus menuruti
perkataanku, dengarkan baik baik aku melarangmu melatih
ilmu Yu-hun-san tian cing (pukulan kiIat sukma gentayangan)
. . ," "Jadi kau telah berhasil." Bu Liong terperanjat.
Kwan Lok khi tertawa seram.
"Heehh . . heeeh . . heeehh, . belum, tapi sudah tinggal
berapa bagian lagi mencapai kesempurnaan, yang sekarang
tinggal beberapa persoalan yang kecil, dan persoalan tersebut
739 ada satu diantaranya yang harus diselesaikan bila aku naik
sekali kebukit Cing shia ini . . ."
Bu Liong menghembuskan napas lega, katanya kemudian:
"Jadi kau ingin menyaksikan gen..."
Ia seperti menguatirkan sesuatu, buru-buru ucapan mana
ditelan kembali mentah-mentah.
Kwan Lok-khi memperhatikan wajahnya dengan perasaan
tegang, agaknya dia ingin mencari bukti dari mulutnya.
"Benar." sahut Kwan Lok khi kemudian, "bila aku tidak
melihat sendiri benda tersebut, agaknya persoalan yang
mencekam dalam dada belum juga berhasil juga diatasi, dan
sebelum kesulitan mana teratasi, ilmu Yu leng sau tan ciang
yang kulatihpun selamanya tak berhasil mencapai puncak
kesempurnaan. "Percuma saja pemikiranmu itu, selamanya aku tak akan
mengijinkan kau untuk memasuki puncak Kim teng, lebih-lebih
lagi tak akan ada orang yang sudi membantumu untuk melatih
ilmu pukulan beracun guna mencelakai orang lain,"
"Hmm, aku rasa kau tak akan sanggup menghalangi niatku
lagi." jengek Kwan Lok-khi sambil tertawa dingin, "Bu Liong,
sudah banyak tahun kita bersaing dalam urutan nama nama
kita, dewa bersama iblis dan selama ini dewa selalu diatas
iblis, tapi muIai sekarang aku akan berusaha uatuk
membalikkan kedudukan itu, iblis akan berada diatas dewa,
atau mungkin kau tak akan puas ?"
"Sayang kenyataannya memang begitu dan kau bukan
cuma gertak sambal belaka."
740 Telapak tangan kanannya segera diangkat, tiba tiba muncul
segulung asap tebaI berwarna hitam yang memancar keluar
dari balik tangannya, ditengah kabut hitam yang menyelimoti
seluruh angkasa, ttbi tiba muncul sembilan sosok bayangan
seperti sukma gentayangan yang siap menerjang ke tubuh
lawan. Bu Cing peng serta Bu Liong sama-sama merasa
terperanjat setelah menyaksikan kejadian itu, mereka tak
menyangka kalau Kwa Lok khi benar-benar telah berhasil
mempelajari ilmu Yu leng san tian kang yang merupakan
kepandaian paling sukar untuk dipelajari dalam kalangan
hitam. Kepandaian tersebut mempunyai kemampuan yang
mengerikan, dikala sembilan sosok bayangan sukma
gentayangan itu memancar keio bersamaan dengan
meluncurnya kekuatan pukulan, tanpa menimbulkan sedikit
suarapun bersama-sama akan menghajar tubuh korban.
Sebagai akibat dari serangan tersebut maka jiwa sesat
yang sesungguhnya dibicnpun dari hawa bangkai manusia itu
akan menyusup ke tubuh orang hingga mengakibatkan
kematian yang mengerikan dari korban tersebut.
Dengan wajah dingin bagaikan es, Bu Liong berseru:
"Kau hanya berhasil mencapai tiga bagian ini,
kemampuanmu itu belum mampu menandingi ilmu Thian lui
cap it cha (sebelas geledek guntur langit) milikku!"
Dalam pada itu Bu Cing peng telah maju ke depan sambil
berseru: 741 "Ayah, dia berani mendatangi bukit Cing shia kita, berarti ia
sudah melanggar perjanjian yang dibuat antara dewa dan
iblis. terlepas apakah maksud kedatangannya, lebih baik kita
membekuknya lebih dahulu. . ."
Pedangnya segera diloloskan dari sarungnya kemudian
digetarkan ditengah udara menciptakan selapis bayangan
cahaya. Pak-li Kit serta Hu to Jin membentak bersama, serentak
mereka pun mengayunkan telapak tangannya melancarkan
pukulan. Bu Cing peng membuat gerakan lingkaran ditengah udara
dengan pedangnya, lalu berseru dengan suara lantang:
"Kalian tak akan mampu menghadapiku, lebih baik cepatcepat
enyah saja dari sini"
Serangan pedang itu sedemikian cepatnya sampai tak
meninggalkan bekas apapun jua, Hu to Jin dan Pik li Kit
bersama sama menjerit kaget, tahu tahu pakaian yang mereka
kenakan sudah robek sebagian tersambar pedang lawan,
sebaliknya Bu Cing peng seakan akan tak pernah terjadi
apapun, pedangnya masih tetap menuding ketengah udara,
bahkan memandang sekejap ke arah Hu to jin dan Pek li Kit
pun tidak. Kwan Lok khi geram, serunya:
"Tampaknya ilmu pedang dari keluarga Bu kalian benar
benar telah berhasil mencapai puncak kesempurnaan, terima
kasih banyak atas pelajaranmu untuk budak kami, selama
berada dibukit Cing shia, aku menghormatimu sebagai tuan
742 rumah, maka aku akan mengalah tiga jurus lebih dulu
kepadamu . . ." "Hiat ti bu im (seruling darah tanpa bayangan) dari
golongan iblis merupakan ilmu tangguh dalam dunia
persilatan" kata Bu Cing peng dingin, "aku hendak
memberanikan diri untuk mencoba keiihayan ilmu Hiat ti bu im
itu sekalipun harus bertarung mati matian, aku pun rela."
"Bagus" seru Kwan Lok khi sambil mengacungkan ibu
jarinya, "golongan dewa memang manusia manusia luar biasa,
tampaknya seluruh kepandaian keluarga Bu telah diwarisi
kepadamu, dihadapanku. kau tak akan dibuat kecewa."
Diantara kebasan ujung bajunya, tahu tahu dalam
genggamannya telah bertambah dengan sebuah seruling kecil
yang berwarna merah darah.
Begitu seruling tersebut dikeluarkan kabut merah yang
tebal segera memancar keempat penjuru, membuat tangan
Kwan Lok-khi seakan akan mengenakan ikat pinggang berpita
merah. Setelah tertawa Kwan Lok khi berkata:
"Seandainya bukan menjumpai jago lihay seperti kau, aku
tak akan menggunakan Jit kott hiat ri (seruling darah tujuh
lubang) untuk menghadapi dirimu, seruling ini disebut puIa
sebagai seruling darah tanpa bayangan, ini berarti sewaktu
dilancarkan sama sekali tidak meninggalkan bekas apa apa,
oleh karena itu selagi bertarung nanti kau harus perhatikan
dengan lebih seksama."
"Terima kasih atas petunjukmu, maaf terpaksa aku berbuat
kurang sopan !" jengek Bu Cing peng sambil tertawa dingin.
Jago Kelana 5 Pendekar Rajawali Sakti 104 Perawan Lembah Maut Langkah Manusia Beracun 2
^