Pencarian

Cincin Maut 8

Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 8


tampak ami kirinya kena terbacok oleh senjata lawan hingga
muncul sebuah mulut luka yang yang memanjang, darah
segar jatuh bercucuran membasahi mukaan ta.oj6hi.
579 Memandangi bayangan punggung kedua orang yang
menjauh, sekulum senyuman dingin segera menghiasi ujung
bibirnya, dia bertepuk tangan tiga kali lalu mengayunkan
tangannya memberi tanda. Kawanan lelaki berbaju hitam yang membawa tabung
panjang tadi segera mengundurkan diri dari situ dan lenyap
dari pandangan mata, sepeninggal kawanan lelaki berbaju
hitam itu, Lik Im cu bertanya:
"Saudara Leng mengapa kau lepaskan mereka berdua."
Leng Hongya mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak. "Haaah, haaah, haaah, tenaga dalam yang dimiliki kedua
oraag itu sangat lihay, namun bukan berarti tidak mempan
terhadap pengaruh racun, aku hendak mempergunakan
beberapa macam binatang beracun yang kubawa dari wilayah
Biau untuk merubah watak mereka dan memanfaatkan
kemampuan mereka." Seusai berkata, kembali dia menengadah sambil tertawa
terbahak-bahak. Lembah bukit terbentang jauh ke dalam dan berbelok ke
balik sebuah tanah perbukitan
berkata aneh semak belukar tumbuh liar di kedua belah sisi
jalan, bau busuk yang menusuk hidung berhembus lewat
mengikuti tiupan angia, bau itu amat menusuk penciuman.
Liong Tian im menghentikan sebentar gerakan tubuhnya
seraya berpaling dan memandang sekejap kearah jago pedang
580 buta Bok Ci mendadak timbul suatu firasat aneh dalam
hatinya. "Toako kau terluka". tegurnya keheranan.
Jago pedang buta Bok Ci menghembuskan napas dalam
dalam, lalu menjawab pelan:
"llmu pedang yang dimiliki Leng Hongnya telah mencapai
puncak kesempurnaan terutama jurus Seng hui mo ai (Bintang
beterbangan, neraka kesepian) nya amat lihay itu, nyatanya
aku tak mampu untuk menghadapi ancaman mana, bukan
toako sengaja berbicara besar, aku yakin tiada kepandaian
ilmu pedang dari pelbagai perguruan di dunia ini yang
sanggup menandingi ilmu pedang Thian yang Kiam hoat
keluargaku, semenjak terjun ke dunia persilatan, baru pertama
kali ini ku jumpai jagoan yang lihay seperti Leng Hongya, ini
menunjukkan kalau ilmu pedang Tee Ciok kiam hoat miliknya
bukan cuma nama kosong belaka."
Liong Tian im merobek ujung bajunya untuk membungkus
mulut luka ditubuh jago pedang buta, kemudian memandang
sekejap sekeliling tempat itu, dia merasa tempat disekitar sana
amat sepi hening dan agak menyeramkan.
Dia menghela napas panjang, kemudian katanya:
"Toako aku tahu kalau Leng Hongya amat membencimu,
bahkan kalau bisa membinasakan kita berdua, tapi sepanjang
perjalanan mengapa tiada orang yang menghalanginya kita,
bahkan kawanan lelaki berbaju hitam tadipun seolah olah
lenyap dengan begitu saja."
Jago pedang buta menggelengkan kepalanya sambil
menghela napas panjang, katanya:
581 "Liong te, bukan toako sengaja mengatai dirimu,
sesungguhnya pengalamanmu didalam dunia persilatan
kelewat sedikit. sedangkan Leng Hongya adalah seorang
manusia munafik yang licik, keji dan banyak tipu muslihatnya,
dia terlihat bijaksana dan mulia untuk membohongi dunia
persilatan didunia ini, padahal apa yang dilakukan tak lebih
merupakan pembunuhan pembunuhan brutal yang keji dan
busuk. Kali ini Im Tiong cu telah menyaksikan perbuatannya
itu, dia tak akan menyangka kalau bibit bencana sebenarnya
telah menimpa pada dirinya, menurut apa yang toako ketahui
jalanan ini menuju kekota kematia di Tay gwan kwan, sebagai
manusia berhati hitam dan berakal busuk dia memang
terbiasa memancing orang orang yang bermusuhan
dengannya kemari agar mereka mati secara mengenaskan
jenazahnya musnah tak meninggalkan jejak."
Walaupun Liong Tian im merasa tempat itu agak
menyeramkan tapi tidak menjumpai gejala-gejala yang
menunjukkan tempat itu berbahaya, maka dengan kening
berkerut serunya. "Toako, tiada sesosok bayangan setanpun yang berada
disini, masa terdapat marabahaya ditempat semacam ini"
jalanan yang tertentu disini sangat lebar, aku tak percaya
kalau Leng Hongya bisa mengurung kita berdua."
Mendadak jago pedang buta merendahkan suaranya
sembari berkata: "Adik Liong, kemungkinan besar ada orang yang sedang
mengintai dan mengawasi pembicaraan kita sekarang, kita kan
tidak percaya malah menerjang keluar lewat sisi kanan jalan"
Tapi dia sengaja menuding ke sebelah kiri sambil berteriak
keras: 582 "Coba kau lihat dlsebelah kiri ada jalan adik Liong, coba kau
ke sana dan periksalah keadaan di situ!"
Liong Tian im ragu ragu sebentar, tetapi akhirnya dia
berjalan juga ke sebelah kanan lengan langkah lebar.
Baru saja berjalan tujuh delapan langkah, mendadak dari
balik semak belukar berkumandang suara pekikan nyaring,
enam orang lelaki yang membawa tabung panjang telah
munculkan diri dan menghadang jalan perginya. Terdengar
seseorang, berkata dengan suara keras:
"Asal kau tidak melalui tempat ini, kamipun tak akan
menyusahkan dirimu, tapi kalau mencoba dengan kekerasan,
jangan salahkan kalau kami akan melancarkan serangan
dengan tabung pasir emas bara api serta jarum tojaq ekor
lebah . ." Liong Tian im mendengus, kemudian tertawa terbahak
bahak. "Haaaahhh . .. haaahhh. . . menggelikan, sungguh
menggelikan." Ternyata ke enam orang lelaki bertabung panjang itu tidak
mengerti mengapa Liong Tian-im tertawa tergelak, dengan
p&ndacgl kebingungan dan tak habis mengerti mereka awasi
anak muda itu lekat lekat.
Terdengar suara yang berat dan dalam berkata lagi dengan
suara dingin: "Persoalan apakah yang membuat anda tertawa kegelian ?"
583 Liong Tian-im menarik kembali senyumannya, kemudian
berkata dengan nada sinis:
"Hm Leng Hongya harus menggunakan cara semacam itu
untuk menghalangi kami heran apakah hal ini tidak
menggelikan ?" Orang itu mendengus dingin katanya keras:
"Kau jangan memandang enteng tabung pasir emas baja
api itu, saksikan dulu kelihayannya sebelum tertawa. ."
"Blaaammm ..." Mendadak terjadi ledakan berat dan keras menyusul
munculnya gulungan asap tebal yang menyelimuti angkasa,
hujan pasir memancar keempat penjuru dan meluncur ke
tubuh Liong Tian im bagaikan selapis awan, Liong Tian im
tidak menyangka kalau tabung sekecil itu bisa memiliki daya
penghancur yang begitu dahsyatnya, dalam terka ttapo"a buru
buru dia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri.
Dimana bayangan pasir itu menyambar lewat, permukaan
tanah terbakar hangus menjadi arang, pasir pasir tadi telah
menembusi tanah dan membentuk sebuah kubangan besar.
"Bagaimana ?" kata Jago pedang buta sambil tersenyum,
senjata rahasia semacam ini beracun sekali, siapa yang
terkena segera akan mampus, tak ada harganya buat kita
untuk beradu kepandaian dengan manusia manusia semacam
itu, mari pergi dulu sebelum menyusun rencana selanjutnya. .
." 584 Walaupun Liong Tian im tak dapat meredakan hawa
amarah yang bergolak dalam hatitnya, tapi dia pun tahu
bahwa apa yang dikatakan toakonya sebagai suatu kenyataan.
Bila dia sampai mengadu tubuhnya dengan senjata rahasia
beracun semacam itu, berarti tindakannya itu merupakan
suatu tindakan bodoh. Dengan uring uringan dipandangnya keenam orang lelaki
itu sekejap, akhirnya sambil berbincang bincang dan
bersenyum ia berlalu bersama sama jago pedang buta.
Kawanan lelaki itupun tidak melakukan pengejaran, mereka
hanya mengawasi kedua orang itu dengan perasaan tidak
habis mengerti. Cahaya matahari yang panas memancar ke empat penjuru
dan menyoroti hutan tersebut, daun-daun kuning yang
berguguran di tanah mulai membusuk dan menyiarkan bau
yang tak sedap . . ketika uap panas membumbung ke
angkasa. terciptalah kabut tebal yang menyelimuti sekitar
sana. "Liong Siangkong, Liong siangkong. . ." sewaktu Liong Tian
im dan jago pedang buta sedang berjalan ke depan, tiba tiba
muncul seorang nona berbaju putih dari sisi jalan, mainan
yang tergantung pada pinggangnya menimbulkan suara ting
tang yang amat nyaring ketika gadis itu sedang berjalan.
Mendengar suara panggilan tersebut Liong Tian im dan si
Jago pedang bata segera berhenti dan mengawasi wajah nona
berbaju putih itu dengan tertegun.
Dengan lemah gemulai nona berbaju putih itu berjalan
mendekat, ditangannya membawa sebuah nampan besar
585 berwarna merah, di atas nampan terletak dua buah cawan
putih porselen kemudian katanya pelan.
"Perjalanan selanjutnya yang akan kalian berdua tempuh
penuh dengan mara bahaya, apakah bisa berjalan keluar dari
Tay gan kwan," nona kami tak berani memastikan tapi ia ingin
menunjukkan kebaktiannya kepada kalian, karenanya nona
kami telah buatkan kueh obat untuk menawarkan racun kabut
dari wilayah Biau tersebut harap kaliaa berdua sudi meneguk.
. ." "Tolong tanya siapakah nona kalian Mengapa dia menaruh
perhatian yang begitu besar terhadap kami berdua . . . , .".
ucap Liong Tian im dengan wajah tertegun. Nona berbaju
putih itu tertegun. "Liong siangkong benar benar seorang pelupa" katanya,
"sudah berapa kali berjumpa dengan nona kami namun masih
juga pelupa. nona kami she Leng, dia adalah putri kesayangan
Leng Hongya . . ." Selembar wajah yang cantik bagaikan sekuntum bunga
yang baru mekar segera melintas dalam benak Liong Tian im,
hatinya kontan bergetar keras.
"Ooooh... rupanya dia . . . " ujarnya.
Satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya
diam diam pikirnya: "Leng Ning ciu . . . wahai Leng Ning ciu, dia nampaknya
menaruh cinta kepadaku, seperti juga tidak dia selain
memperhatikan aku, tapi setiap kali tak benlka" dia in
kepadaku, apa yang sesungguhnya telah terjadi?"
586 Apakah hati perempuan berubah seribu kali dalam sehari"
Apakah natinya dapat berubah sebentar panas dingin .. ."
Akan tetapi tatkala ia teringat kembali tindakan Leng Ning
ciu yang telah mencabik-cabik secara tak berperasaan
sapatangan yang di simpan bagaikan nyawa sendiri itu, hawa
amarahnya segera berkobar, katanya dengan suara dingin:
"Harap nona sampaikan kepada nona, Liong Tian im
mengucapkan terima kasih padanya."
Nona berbaju patih itu seperti belum memahami
maksudnya, dengan sedih kembali dia berkata:
"Terima kasih tak perlu kami hanya berharap kalian selamat
sepanjang jalan dan jangan melupakan cinta nona kami
kepadamu dikemudian hari. ."
Nada suaranya amat memilukan hati membuat serasa
terperana dibuatnya, Liong Tian im dan Jago pedang buta Bok
Ci segera merasakan hatinya bergetar keras, hampir saja dia
terpikat oleh ucapan lawan.
Jago pedang buta Bok Ci merasakan sekujur badannya
gemetar keras, bagaikan kehilangan sukma saja dia menghela
napas panjang dan membungkam diri dalam seribu basa.
Liong Tian ini menjadi amat terperanjat setelah mendengar
helaan napas itu, buru buru serunya.
Toako, apakah tubuhmu kurang enak..."
587 "Aaah tidak mengapa" jago pedang buta Bok Ci tertawa
sedih, "aku hanya merasakan mulut lukaku secara lamat lamat
terasa sakit ..." Ia tak dapat menutupi penderitaan dan siljj gaan yang
dialami dalam hatinya, namun paran mukanya berubah
menjadi jauh lebih lembut, buru buru diambilnya cawan diatas
nampan itu dan segera dibuka tutupnya, segulung bau harum
semerbak yang amat tebal segera berhembus keIuar.
Ujarnya kemudian dengan sedih:
"Setelah datang kemari, yang penting adalah lelamar" adik
Liong, minumlah, kita masih harus melanjutkan perjalanan ...
." Selesai berkata itu meneguk habis isi cawan itu, kemudian
berlalu dengan langkah lebar.
Liong Tian im segera mengulapkan tangannya kearah nona
berbaju putih itu serunya:
"Pergilah kau, maksud baik nonamu biarlah kuterima
didalam hati saja." Paras muka nona berbaju putih itu berubah hebat, kembali
serunya: "Dengan menpertaruhkan keselamatan jiwa budak datang
menghantarkan obat buatan nona, Liong Siangkong jika kau
tidak meneguknya bukan saja budak tak dapat memberikan
pertanggungan jawabnya nanti sekalipun nona sendiri juga tak
akan memaafkan."

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

588 Liong Tian im meoarik napas panjang panjang, katanya tiba
tiba: "Seandainya kau takut dimarahi nona, tuang saja isi cawan
itu ke atas tanah !"
Nona berbaju putih itu sama sekali tidak menyangka kalau
Liong Tian im akan bersikap begitu tak tahu perasaan, paras
mukanya berubah hebat, sambil memegang nampan tersebut
dia menjadi serba salah, akhirnya gadis itu hanya bisa berdiri
ditempat dengan wajah tersipu sipu.
Namun sepasang matanya secara lamat lamat berkaca2,
diawasinya Liong Tian im yang sombong dan tak berperasaan
itu dengan wajah termangu, agaknya ia merasa sangat tidak
puas terhadap perlakukan pemuda ini terhadap nonanya.
Pada saat itulah, dari balik sebatang pohon melompat
keluar sesosok bayangan manusia yang adalah Leng Ning ciu.
Dengan sorot mata yang penuh kesedihan dia mengawasi
Liong Tian im, lama kemudian ia baru mendengus dingin.
Terkesiap nona berbaju putih itu, serunya dengan suara
gemetar: "Nona, aku , . . ."
"Bwee Hiang !" tukas Leng Ning ciu tak berperasaan, "kalau
toh orang lain tak sudi menerima kebaikan kita, tuang saja isi
cawan itu ke tanah . . . ."
Berbicari sampai disitu dia lantas mengambil cawan air teh
itu, lalu dengan tubuh gemetar karena sedih, dia menuang isi
cawan berisi obat penawar itu kedepan Liong Tian im.
589 Kemudian cawan itu di banting keras keras ke atas tanah,
sambil menutupi mukanya dia membalikkan badan dan berlalu
dari situ. Beberapa perubahan tersebut berlangsung secara
rnendadak, hal mana membuat Liong Tian im berdiri kaku
karena tertegun di tempat semula, pelbagai persoalan serasa
berkecamuk dalam benaknya hingga dia sendiri tak tahu
bagaimanakah perasaannya waktu itu.
Kemunculan gsdis itu sangat mendadak tapi pergipun amat
mendadak, kecuali tersisa bau Iiarum ditengah udara, Liong
Tian im tidak merasakan apa apa.
Menanti bayangan tubuh dari Leng Ning ciu dan Bwee
Hiang sudah lenyap dari pandangan mata, Liong Tian im baru
seperti bangun dari impian. dengan wajah tertegun,
diawasinya cairan obat yang tumpah di tanah tanpa berkedip,
gumamnya: "Air yang tumpah tak mungkin bisa dikumpulkan lagi, aku
terlampau menyakitkan hati."
Perasaan kesepian dan kosong yang sangat aneh segera
menyergap kedalam hatinya, pikirannya serasa kosong dan
tiada perasaan apapun akhirnya dengan sedih dia menghela
napas. "Entah sejak kapan jago pedang buta telah
menghampirinya. dengan suara duka, katanya:
"Dia telah pergi . . ."
Kemudian setelah menghela napas tambahnya:
590 "Banyak persoalan yang harus kau ketahui dan pahami, aai,
kau kelewat tak mengerti apa arti cinta ..."
Perasaan Liong Tian im waktu itu buruk sekali, tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia meneruskan perjalanannya
ke depan. Sepanjang perjalanan kedua orang itu tidak saling
berbicara lagi, perasaan masing masing seperti dibebani oleh
suatu beban yang amat berat...
Tiba tiba dari balik hutan yang amat tebal kabut itu pelan
pelan membumbung tinggi ke angkasa dan pelan pelan
menyebarkan diri ke empat penjuru, daerah yang diliputi pun
makin lama semakin melebar,
Dengan perasaan terkejut Liong Tian im segera berkata:
"Aaaah. . . inilah kabut selaksa bunga dari wilayah Biau !
Leng Hongya benar benar seorang yang luar biasa sampai
sampai kabut yang langka inipun dapat dipindahkan kemari,
tak heran kalau tiada orang yang bisa keluar dari sini dalam
keadaan hidup.... Setelah mendengus dingin, terusnya: "Tapi Leng Hongya
juga kelewat memandang rendah diriku, sawaktu melatih ilmu
kabut beracun di bukit Lau san tempo hari aku pernah
menyekap diri selama empat puluh sembilan hari dalam
lembah yang beracun itu, kabut macam apapun sudah pernah
kujumpai . . ." Teringat kembali dengan penderitaannya ketika
menggembleng diri dipuncak bukit Lau-san, timbul perasaan
591 sedih dan kecut di dalam hatinya, saking sedihnya hampir saja
dia melelehkan air mata. "Kabut selaksa bunga, kabut selaksa bunga..." jago pedang
buta berguman tiada hentinya, "nama ini seperti pernah
kudengar sebelumnya."
Dalam pada itu, kabut warna warni yang menyelimuti
disekeliling tempat itu makin lama semakin menebal, lambat
laun sekujur tubuh mereka berdua terkurung suatu bau yang
sangat aneh segera menusuk hidung mereka.
Cepat cepat Liong Tian im menutup semua jalan darah
yang berada didalam tubuhnya, kemudian menegur:
"Toako, apakah kau tidak mempunyai suatu perasaan yang
aneh." Jago pedang buta menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Sewaktu baru datang tadi, aku masih merasa muak dan
pening, tapi sekarang muncul segulung bau harum didalam
tubuhku dan sama sekali tidak merasakan sesuatu yang
aneh." Ia seperti secara tiba tiba menangkap sesuatu, dengan
cepat sambungnya pula: "Mungkin hal ini disebabkan aku telah minum obat penawar
yang dibuat sendiri oleh Ling Ning ciu, mana mungkin bisa
berdiri tegak selama ini dengan aman dan selamat ."
Tiba tiba suatu bunyi aneh menggema ke dalam telinga
mereka berdua, jago pedang buta segera memasang telinga
592 baik baik, kemudian dengan wajah serius katanya katanya
kepada Liong-Tian im: "Suara tersebut seperti suara manusia mari kita tengok ke
sana . ." Pelan pelan dia mencabut keluar pedang kayunya,
kemudian bersama Liong Tian im mereka cepat cepat
menerjang masuk kedalam kabut tebal tersebut.
Setelah menembusi sederet pepohonan yang rapat,
mendadak dihadapan mereka muncul sebuah hutan bambu
yang rumit dan berwarna kuning.
Liong Tian im mencoba untuk melongok sekejap ke dalam
hutan bambu itu, tiba tiba hatinya merasa bergetar keras.
Ternyata diatas tanah penuh berserakan tulang belulang
manusia, waktu itu terdapat dua orang manusia aneh
berambut panjang yang penuh berbisul sedang melakukan
pertarungan mati matian. Kedua orang itu turun tangan dengan kecepatan luar biasa
sedemikian cepatnya sampai tak tampak jelas kepandaian
apakah yang dipergunakan mereka, namun yang pasti setiap
jurus serangan yang mereka pergunakan rata rata merupakan
jurus serangan yang mematikan.
Sedemikian serunya pertarungan yang sedang berlangsung
waktu itu membuat Liong Tian im diam diam harus menarik
napas dingin. Mendadak kedua orang itu menyebarkan diri, lalu terdengar
salah seorang diantarnya meraung dengan suara parau:
593 "Kita tak usah bertarung lagi, coba lihai kedua orang itu
sudah cukup buat kita berdua."
Begitu Liong Tian im menyaksikan wajah mereka, hatinya
kontan saja terkesiap, dia sama sekali tak menyangka kalau
kulit dan daging di wajah kedua orang itu sudah hilang lenyap
sehingga yang tersisa hanya tulang belulangnya belaka.
Pada hakekatnya sepasang mata yang masih baik, hampir
tiada bagian tubuh lain yang masih utuh.
Belum lagi Liong Tian im berdua bergerak maju, kedua
orang manusia aneh itu sudah menerjang tiba secara kalap,
dengan cakar setannya mereka langsung mencengkeram
tubuh Liong Tian im dan jago pedang buta Bok ci.
"Tahan!" bentak Liong Tian-im sambil mengayunkan
telapak tangannya ke depan.
Agaknya ke dua orang kakek yang berambut panjang
secara itu tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki
serangkaian ilmu silat yang sangat lihay, setelah tertegun
sebentar, mereka segera menarik kembali serangannya sambil
mundur. Dengan suara dingin Liong Tian im segera bertanya.
"Kita tak pernah terikat oleh dendam sakit hati apa apa,
mengapa kalian turun tangan sekejam itu kepada kami .. ."
Dua orang manusia aneh yang berwajah menyeramkan itu
saling berpandangan sekejap, mendadak ia menengadah dae
memperdengarkan suara tertawa aneh yang amat
memekikkan telinga, seakan akan ada sesuatu lelucon yang
berharga mereka tertawakan.
594 Jago pedang buta segera berkerut kening kemudian
ujarnya: "Adik Liong, kemungkinan besar kita telah bersua dengan
dua orang manusia gila !"
"Ngaco belo!" Bentakan yang keras dan berat seperti geledek itu
berkumandang dari mulut manusia aneh yang berada
disebelah kiri, sedemikian kerasnya bentakan itu membuat
Liong Tian im dan jago pedang buta merasakan telinganya
mendenging keras. Tak terlukiskan rasa terkejut kedua orang itu menghadapi
kenyataan yang tertera di depan mata, mereka tak pernah
mengira kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan
sedemikian sempurnanya. Dengan menggunakan suara bentakan tadi jelas manusia
aneh tersebut telah sertakan pula tenaga dalamnya, dari sini
dapat diduga kalau dua orang manusia aneh yang tak
diketahui asal usulnya ini merupakan pentolan dunia persilatan
yang memiliki kepandaian silat amat luar biasa.. .
Mencorong sinar buas dari balik mata manusia aneh
tersebut. katanya tiba tiba:
"Walaupun aku Thian me-sat kun kena tertipu oleh Leng
Hongya sehingga terkurung selama delapan tahun disini,
namun kami belum sampai gila dibuatnya. Kini kalian
berduapun seperti nasib kami berdua, selama hidup jangan
harap bisa keluar selangkah pun dari sini, setahun sekarang
kalian bersahabat karib, tapi bila rasa lapar sudah membuat
kesadaran kalian menjadi hilang, toh akhirnya kamu berdua
595 bakal bertarung pula untuk saling mempertahankan hidup . . .
." "Sekalipun kehilangan kesadaran toh tidak berarti berus
beradu jiwa . . ." kata Liong Tian im tertegun.
Thian mo sat kun tertawa dingin, "Heeeh . . . heeehh . . .
heeeh .. . . kau mengerti apa " Bila seseorang sudah
kelaparan setengah mati sehingga dirasakan daripada hidup
lebih baik mati, maka untuk melenyapkan rasa lapar yang
menyerang diri tersebut, walau pun terhadap sahabat karib
sendiri pun akan saling bentrok mengapa tidak kau perhatikan
tulang belulang ysng berserakan ditanah. Bukankah mereka
semua rata-rata dibacok mati orang lain kemudian dagingnya
dimakan untuk menahan lapar...."
Selama hidup belum penuh Liong Tian ini mendengar cerita
yang begini aneh dan begitu kejam seperti apa yang
didengarnya sekarang, tanpa terasa peluh dingin jatuh
bercucuran membasahi seluruh badannya, sekujur tubuh
gemetar keras. "Jadi kali saling bertempur mati matian hanya ingin
membunuh pihak yang lain, agar yang satu bisa melanjutkan
hidupnya?" tanyanya keheranan bercampur tidak habis
mengerti tapi, . ,sekalipun untuk sementara waktu nyawa
kalian tertolong namun akhirnya toh bakal kelaparan juga
sebelum mati secara mengenaskan."
Perkataan itu kontan saja membuat dua orang manusia
aneh tersebut berdiri saling berpandangan muka, mereka
hanya tahu bertarung tapi belum pernah memikirkan teori
persoalan itu. 596 Thian mo sat kun (Malaikat sakti iblis langit)
menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian katanya:
"Kami berdua sedang bertarung mati matian bukan
bermaksud untuk membinasakan lawannya, sebetulnya kami
hanya msresba untuk mengambil keputusan siapa yang harus
mati duluan. Sebab dimasa lampau kami berdua pernah
mempunyai hubungan persahabatan yang sangat akrab, kami
ingin sekali membiarkan rekannya hidup terus, berada dalam
keadaan seperti ini, terpaksa kami harus saling bertarung
untuk menentukan mati hidup masing masing."
Jago pedang buta termenung sambil berpikir sebentar,
kemudian katanya lagi: "Kau adalah Thian mo sat kun, kalau begitu yang ini
tentunya The mo siong sin (Dewa bengis iblis bumi)?"
tanyanya kemudian. "Benar..." sahut manusia aneh yang lain ketus. "tak nyana
kau pun masih teringat akan losu, bagus, bagus sekali, aku
merasa gembira sekali karena ada orang yang menyinggung
kembali namaku dimasa lampau."
Diatas wajah berlobang yang tak berperasaan itu sama
sekali tidak menemukan perubahan apa apa, sehingga
membuat orang sukar untuk menemukan perobahan gembira,
marah, sedih atau murung dirinya, akan tetapi kaIau didengar
dari nada suaranya, tak sukar untuk menangkap gejolak emosi
didalam hatinya. Dengan keheranan jago pedang buta berkata:
"Kalau toh kalian berdua sanggup melawan kehebatan dari
kabut selaksa bunga tersebut mengapa kalian berdua tidak
597

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha untuk meninggalkan tempat ini, sebaliknya malah
rela berdiam ditempat yang lebih mirip dengan neraka ini."
"Heeeh, heeeh, heeh." Thian mo sat kun tertawa seram
"andaikata bisa keluar dari sini kami sudah pergi semenjak
dulu, tak nanti kami terkurung selama delapan tahun lamanya
disini. Hu, kalian memang mudah untuk memasuki tempat ini,
tapi jangan harap bisa keluar dari sini dalam keadaan selamat.
Ketahuilah hutan bambu kecil ini tak lain adalah barisan Toksiu
lian buau toa tin (barisan bambu beramai) yang dibangun
dengan menyesuaikan entah berapa banyaknya tertata
sedemikian dahsyatnya barisan tersebut, sudah hampir tiga
puluh orang jago lihay dunia persiIatan yang tewas ditempat
ini.." Mendengar perkataan yang diucapkan amat serius itu,
Liong Tiao im merasa kurang percaya, tanpa terasa dia
merengok kesekeliling tempat itu, apa yang terlihat ternyata
hanya daun daun bambu yang telah berubah seperti air sungai
saja. Dengan perasaan terkesiap segera serunya:
"Apakah kalian tidak berhasil menemuka sesuatu cara
untuk mematahkan barisan ini?"
"Selama delapan tahun, pelbagai cara sudah kami pikirkan,
tapi tak semacampun yang bisa membawa hasil" kata Tee mo
itoag sin Sing, kalau tidak begitu, tak naati Leng Hongya dapat
mengurung kami berdua disini hingga begitu gampang.."
Tiba tiba jago pedang buta bertanya:
"Sebenarnya dendam kesumat apakah yang terjalin antara
kalian berdua dengan Leng Hongya mengapa dia sampai
598 mengurung kalian berdua ditempat berbahaya yang diliputi
kabut beracun ini." Paras muka Thian mo sat kun berubah hebat, dia seperti
hendak melancarkan t iorukM|, bentaknya keras keras :
"Buat apa kau menanyakan persoalan ini ?"
"Apakah aku salah bertanya ?" Jago pedang buta agak
tertegun. "Persoalan itu merupakan rahasia kami, kau dilarang untuk
menanyakannya" kata malaikat sakti iblis langit dengan suara
dingin. Dewa bengis iblis bumi mengelus perutnya berulang kali,
tiba tiba dari dalam perutnya berkumandang suara keruyukan
nyaring, dia menarik napas panjang panjang, lalu dengan
nada penuh penderitaan katanya:
"Toako, aku lapar sekali !"
Mendengar perkatan itu, Malaikat sakti iblis langit segera
mengayunkan sepasang le'apaj langitnya sambil menerjang ke
tubuh Liong Tian im, serunya dengan lantang:
"Bocah ini lebih gemukan, mari kita bunuh dirinya lebih
dahulu. . ." Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan
sambaran kilat dia melepaskan serangan, sedemikian cepatnya
sehingga sulit rasanya untuk melakukan perlawanan.
Liong Tian im hanya merasakan segulung tenaga serangan
yang sangat kuat menekan ke atas kepalnya, buru buru dia
599 membalikkan telapak tangannya menyongsong datangnya
ancaman tersebut "Blaamm!" terjadi suatu ledakan keras yang amat
memekikkan telinga. Liong Tian-im mendengus tertahan, tubuhnya terhajar
mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan sempoyongan,
darah panas bergolak di dalam dadanya kemudian muntah
darah segar, semburan darah itu tepat mengenai wajah
Malaikat sakti iblis langit.
Menggunakan lidahnya Malaikat sakti iblis langit menjilati
noda darah yang melekat di atas wajahnya itu, seakan akan
mencicipi sebuah hidangan yang sangat lezat, dan berkhasiat,
dia bertepuk targan berulang kali sambil tertawa terbahak
bahak. "Haaahh. . .haaah. . . haaah. . . darah segar loji, daging si
bocah muda ini pasti empuk dan lezat sekali. ."
Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan
sambaran kilat, kelima jari tangannya 5 tinggal tulang pulih ttu
dipentangkan lebar-lebar kemudian mencengkeram dada
Liong Tian im yang belum sempat berdiri tegak itu.
Perubahan yang berlangsung amat mendadak ini sama
sekali tidak memberi kesempatan kepada Liong Tian im untuk
melancarkan serangan balasan.
"Heehh... heehh, ..heeehh.. . suara tertawa dingin
berkumandang memecahkan keheningan.
600 Dari suara desingan yang bergema Jago pedang buta Bok
Ci mengerti kalau rekannya sedang terancam bahaya maut,
secepat kilat pedang kayunya melancarkan bacokan ke depan.
Serangan ini di lancarkan olehnya dengan mengerahkan
segenap tenaga yang dimilikinya belum lagi serangannya tiba,
dari tengah udara sudah berkumandang suara desingan tajam
yang amat memekikkan telinga.
Thian-mo sat-kun sama sekali tidak menyangka kalau
serangan lawannya dilancarkan sedahsyat itu, ia mendengus
diogin, kemudian sambil membalikkan tangannya melepaskan
sebuah pukulan dahsyat secara beruntun kakinya bergeser
berganti tempat kedudukan . ,
"Plaaakk. . !" pedang kayu ditangan Jago pedang buta telah
mengetuk diatas punggung tangannya.
"Aduuuh. . ." Thian mo sat kun menjerit kesakitan, "apa
hubunganmu deagan si pedang langit Bok Keng jin"
Jago pedang buta tidak mengira kalau serangan pedangnya
yang dilancarkan dengan kekuatan besar itu hanya sempat
membuat pihak lawan kesakitan, padahal dalan perkiraan
semula, paling tidak tangan tersebut akan terpapas kutung
menjadi dua. Didalam terperanjatnya dia segera menarik kembali
pedangnya sambil melomnat ke sisi Liong Tian im.
"Adik Liong, bagaimanakah keadaan dirimu?" tanyanya
dengan penuh perhatian dan rasa kuatir.
Liong Tian im menggelengkan kepala berulang kali.
601 "Toako, semenjak kecil siaute sudah terbiasa hidup
sebatang kara, tidak pernah ada orang yang menaruh
perhatian terhadapku, tiada orang yang menguatirkan
keselamatanku tapi kau . . . aaai, aku tidak tahu bagaimana
barat membalas budi kepadamu . . ."
Dibalik senyumanya yang rawan, terlintas pula senyuman
puas yang amat cerah, lanjutnya:
"Aku rela mati disini, asal toako bisa lolos dari kurungan
hutan bambu ini." "Hutan bambu?" tiba tiba jago pedang buta seperti
mendapatkan satu ilham, segera serunya "adik Liong cepat
kita tertolong." Dengan pandangan tak habis mengerti Liong Tian im
memperhatikan toakonya yang penuh dengan persaudaraan
itu, ia tak habis mengerti apa sebabnya toakonya
menunjukkan sikap macam orang kehilangan ingatan.
Dalam pada itu Tee mo siong sin dan Thian mo sat kun
telah melompat maju pula ke depan.
"Bocah muda, permainan setan apa yang sedang kau
persiapkan?" tanya dewa bengis iblis bumi dengan suara
dalam. "Aku telah berhasil menemukan sebuah cara yang sangat
baik untuk meninggalkan barisan ini" kata jago pedang buta
dengan wajah serius, "sekarang paling baik kalau kita jangan
bertarung lebih dulu menanti kita sudah meningalkan tempat
ini, mau bertarung terserah kepada keputusan kalian sendiri."
602 Mendengar perkataan itu, Thian mo sat kun menengadah
dan tertawa terbabak-bahak, dia seperti menyaksikan sesuatu
kejadian yang amat menggelikan hati saja.
"Haaahh... haahh haaah kau seorang manusia buta juga
ingin keluar dari sini" Haaah haaah selama berada disini,
pelbagai macam cara telah kupikirkan entah dengan
melompat, melejit, memotong bambu. . hampir semuanya
telah kucoba, namun tiada sebuahpun yang mendatangkan
hasil sedangkan kau, haaah hehehe, Kau ibiratnya burung
pungguk merindukan bulan berhayal yang bukan bukan."
Setelab tertawa tergelak lagi, dia bertanya:
"Coba utarakan dulu caramu itu,"
"Caraku sederhana sekali" kata jago pedang buta dengan
nada bersungguh sungguh, "asal kita lepaskan api dan
membakar tempat neraka ini, bukankah segala sesuatunya
akan beres" Hmm, aku yakin meski kalian berdua telah
mencoba dengan cara apapun, cara paling sederhana ini pasti
belum pernah dipikirkan bukan..."
Begitu ucapan tersebut diutarakan bukan saja Thian mo sat
kun dan Tee mo siong sin menjadi tertegun, bahkan Liong
Tian im pun diam diam memuji dan mengakui kecerdikan sang
toakonya. Dewa bengis iblis bumi segera menepuk tangan sendiri
sambil berkata: "Aaah, benar, kami tak pernah menduga sampai ke situ,
seandainya cara tersebut telah kupikirkan, tak mungkin kami
akan terkurung secara sia sia selama delapan tahun, bet orang
buta, aku mengagumi dirimu. . ."
603 Dengan cepat jago pedang buta meminta bahan pembuat
api. mengumpulkan ranting kering dan segera membakarnya.
Dalam waktu singkat asap hitam membumbung tinggi ke
angkasa, seluruh hutan bambu itu mulai terbakar.
"Kalau dibilang memang cukup aneh, begitu api berkobar,
keampuhan dari barisan bambu berantai Tok-siu-lua huan-toaun
itu segera punah." Ketika Liong Tian-im memperhatikan lagi ke muka, dia
saksikan tempat tersebut tak lebih hanya terdiri dari puluhan
batang bambu sebesar lengan manusia.
Begitu melepaskan diri dari kurungan hutan bambu, mereka
berempat segera menghembuskan napas lega.
Thian mo sat kun segera melompat lompat kegirangan
sambil tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh . . . haaahhh . , . haaahhh ... horeee ... aku
bebas, aku telah bebas .. . "
Tapi kegembiraan tersebut datangnya kelewat cepat,
tatkala dewa bengis iblis bumi mengucapkan kata-kata
tersebut, dengan penuh penderitaan dia melelehkan air
matanya. Terdengar Dewa bengis iblis bumi menghela napas
panjang, kemudian katanya:
"Toako, wajah kita sekarang telah berubah menjadi begini
rupa, manusia tidak mirip manusia, setan tidak mirip setan,
bagaimana mungkin bisa pergi menjumpai orang . . ."
604 (Bersambung Jilid : 15) 605 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 15 DENGAN AMAT SEDIH Thian mo-sat kun berdiri gemetar,
darah panas yang semula bergolak dalam dadanya kini telah
mendingin kembali, dia menghela napas sedih, lalu
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Betul, kita tak punya muka lagi untuk kembali ke Cing shia
san" katanya sedih, "jite selama delapan tahun setiap saat
setiap detik kita selalu ingin kembali dan berjumpa dengan
Sancu untuk memberikan pertanggungan jawab atas kejadian
itu.." Dewa bengis iblis bumi melirik sekejap ke arah Jago
pedang buta, lalu berkata:
"Toako, ada satu hal aku ingin memberi tahukan
kepadamu, dia lantas membisikkan sesuatu disisi telinga Thian
606 mo sat kun kemudian tampak Malaikat sakti iblis langit
mengangguk tiada hentinya.
Mereka berunding sampai lama sekali, tampaknya seperti
lagi mengambil keputusan akan sesuatu persoalan.
Setelah itu dengan sorot mata yang menggidikan dia baru
mengawasi wajah jago pedang buta lekat Iekat, katanya
kemudian: "Apakah hubunganmu dengan pedang langit Bok Keng jin?"
"Dia adalah ayahku!"
"Haaah...haaahh..." dewa bengis iblis bumi tertawa
tergelak, "bagus sekali, toako silahkan turun tangan!"
Baru selesai berkata, jati tangannya sudah diayunkan
kemuka melepaskan sebuah totokan.
Jago padang buta segera merasakan iganya kaku dan
kesemutan, tubuhnya segera roboh terjengkang keatas tanah.
Liong Tian im menjadi amat terperanjat setelah
menyaksikan kejadian itu, buru buru dia maju kemuka sambil
melancarkan totokan. teriakannya keras keras:
"Kalian..." "Minggir kau" bentak Malaikat sakti iblis langit sambil
menyambut kedatangannya serangan tersebut dengan keras
lawan keras, aku hendak menghadiahkan sepasang mata baru
untuk toako mu..." 607 Entah gerakan tubuh apa yang dipergunakan serangan
yang dilancarkan oleh Liong Tian im berulang kali ternyata
tidak berhasil menyentuh tubuh lawan.
Akhirnya dia menghela napas panjang, dengan perasaan
tegang senjata patung Kim nio sio jin dicabut keluar, tapi
sebelum bertindak lebib jauh, tiba tiba saja dia menjerit kaget.
Tampak Dewa bengis iblis bumi mengorek keluar sepasang
matanya dengan kedua buah jari tangannya, diantara percikan
carah segar tampak sepasang biji matanya melompat keluar,
sementara orangnya roboh tak sadarkan diri.
Dengan berhati hati sekali Thian mo sat kun mengambil biji
mata tersebat, kemudian membuka kelopak mata jago pedang
buta dan menggunakan suatu cara yang amat hapal dia
masukkan biji mata tersebut ke dalam kelopak matanya. . .
Kemudian dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebungkus
bubuk obat dan pelan pelan di poleskan diseputar kelopak
mata Bok Ci, kemudian setelah menguruti tiga puluh enam


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah jalan darah penting di tubuhnya, dia bangkit berdiri
seraya berkata: "Dalam tiga puluh dua hari mendatang, Vpn beisaraanya
harus segera naik ke bukit Cing shia untuk bertemu dengan
sancu kami. serahkan bungkusan ini kepadanya, kemudian
mintalah salep Sio goan huan si lok kepadanya, asal matamu
sudah diberi salep jin-goan huan si lok, maka kau akan
memliki sepasang mata baru seperti mata-mata orang lain . .
." Dia mengambil keluar sebuah bungkusan kertas dan
dikerahkan kepada Liong Tian-im.
608 Tindakan dari dewa bengis iblis bumi ini sama sekali diIuar
dugaan Liong Tian-im di tak mengira kalau iblis tersebut
bersedia mempersembahkan sepasang mata sendiri untuk
Jago pedang buta. Ditinjau dari haI ini bisa diduga kalau mereka berdua sudah
menderita keracunan hebat, sadar bila keselamatan jiwanya
sudah terancam, maka untuk menyeksaikan tugas yang
dibebankan kepada mereka, kedua orang itu bersedia
mengorbankan mata mereka untuk jago pedang buta, dengan
harapan jago pedang buta pun bersedia untuk membantu
mereka guna menyelesaikan tugas yang belum sempat
mereka laksanakan. Demikianlah, begitu selesai mengucapkan perkataan
tersebut Malaikat sakti iblis langit segera membopong tubuh
dewa bengis iblis bumi dan berlalu dari situ.
Dari tempat kejauhan sana hanya terdengar suara gelak
tertawanya yang amat memedihkan, sampai lama kemudian
suara tersebut baru lenyap .. . .
ooOoo ocOoo BUNYI keleningan yang sangat ramai berkumandang dari
atas bukit sana, tak lama kemudian muncul dua ekor kuda
yang berjalan mendekat penunggangnya adalah dua orang
pemuda kekar. Pemuda yang berada dlsebelah kiri itu bermata tak bersinar
dan sedang memandang ke arah depan dengan pandangan
hampa, sebuah codet panjang membekas nyata diatas
wajahnya. 609 Tiba tiba ia menghela napas panjang kemudian berkata:
"Adik Liong kita sudah berapa hari melakukan perjalanan?"
Liong Tian im menarik napas panjang panjang, lalu
menyahut: "Dua puluh delapan hari, berarti kita masih ada waktu tiga
hari lagi, sekarang kita sudah memasuki wilayah tanah
perbukitan Ching shia, toako kau tak usah kelewat murung..."
Jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Adik Liong, dewa bengis iblis bumi telah memindahkan biji
matanya kedalam kelopak mataku, budi kebaikan yang besar
ini entah bagai mana caranya untuk membalasnya, aai jika
kita sampai melebihi batas waktu tiga puluh hari kan yang
ditentukan tanpa berhasil mendapatkan salep San goan huan
si lok, bukan saja usaha kedua cianpwe itu akan menjadi siasia
belaka, bahkan aku pun akan merasa menyesal sepanjang
masa..." Perlu diketahui, apa yang didambakan oleh seseorang yang
buta matanya adalah dapat melihat kembali segala sesuatu
yang ada di dunia ini, apalagi setelah mengetahui kalau dia
bakal segera bisa melihat lagi, rasa girangnya tak terlukiskan
dengan kata-kata: Sesaat dia hanya berharap kalau itu bisa cepat menjadi
kenyataan malah kalau bisa tempat tujuan yang hendak
dicapai bisa segera didatangi . . .
Ucapan toako memang benar, mari kita melanjutkan
perjalanan lagi. . ." kata Liong Tian im sambil tertawa ringan.
610 Walaupun dibibir ia berkata dengan enteng diam diam
merasa geli atas kegelisahan jago padang buta Bok Ci.
Sementara dia masih termenung, jago pedang buta Bok Ci
telah berkata lagi: "Adik Liong, tahukah kau apa yang hendak kulihat pertama
kali setelah aku dapat melihat?"
Liong Tian im agak tertegun sahutnya kemudian:
"Tentu saja pemandangan alam dari bukit Cing shia san!
mengenang kembali penderitaan dikala masih buta dulu
merupakan kebiasaan dari setiap manusia."
Dengan cepat jago pedang buta menggelengkan kepalanya
belulang kali. "Tidak" katanya, "pandangan pertama adalah melihat kau,
aku ingin melihat macam apakah bentuk wajah adik Liong
yang selama ini sehidup semati dengan diriku, sampai-sampai
Leng Ning ciu putri dari lembah Tee ong kok begitu terkesima
hingga jauh jauh datang menghantarkan obat."
Liong Tian im merasakan hatinya amat pedih raut wajah
yang amat cantik itu terlintas kembali dalam benaknya
kenangan sewaktu pertemuannya dengan Leng Ning ciu pun
melintas kembali didalam benaknya.
-------------------- salah sambung " ----------------------
Beginilah kejadiannya: 611 Berita tentang munculnya cahaya merah di atas puncak
bukit Cing shia itu dengan cepatnya tersebar sampai diseluruh
penjuru bukit. Hampir semua pemburu dan petani yang hidup disana
mengetahui akan kabar mana.
Cui lo sianseng termasuk orang yang pernah menyaksikan
sendiri kemunculan cahaya merah itu.
Sebagai seorang yang pernah belajar ilmu silat selama
berapa waktu, timbullah rasa ingin tahunya maka pada suatu
malam lima tahun berselang seorang diri ia mendaki bukit itu,
menembusi jalan sempit dan mendekati tempat kejadian.
Cuma jalanan yang ditempuh waktu itu tidak sebaik jalanan
yang ada sekarang. Waktu itu dia haras berjalan memotong kompas dan
menembusi ilalang yang tinggi melebihi dada.
Sampai keesokan harinya dia baru tiba di puncak bukit
yang dituju. Tempat mana merupakan sebuah tebing berkarang yang
menjulang tinggi ke angkasa, berhubung jalanan yang
ditempuh amat sulit maka kulit badannya banyak yang lecet
dan terluka. Akhirnya dia tiba disebuah tebing yang amat licin, sewaktu
naik tadi memang gampang tapi setelah tiba disuatu tempat
yang buntu jaIannya, ia baru bingung, mau maju tak bisa mau
mundurpun sukar. 612 Dalam keadaan demikian, dia baru mengeluh dan
bermuram durja, akhirnya dia duduk disitu sambil melamun.
Senjapun menjelang tiba, dia mengeluarkan rangsum yang
dibawa untuk mengisi perutnya yang lapar.
Apa mau dibilang arak yang dibawa adalah arak Li ji hong
yang sangat harum, sementara dia sedang menikmati arak,
tiba-tiba muncul seekor ular besar yang sangat aceh.
Seluruh tubuh ular itu berwarna kuning emas seakan akan
dilapisi oleh tameng yang tebal, kepalanya yang terangkat ke
atas nampak begitu besar seperti baskom air.
Sekalipun sejak kecil hidup dikelu" ri pemburu, namun
selama hidup Ciu lo sianseng belum pernah menjumpal ular
tembaga seaneh itu, tak terlukiskan rasa takutnya waktu itu.
Dia segera meloloskan pedangnya dan sambil menempel di
atas dinding karang bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan, asal ular aneh itu maju menyerang maka dia
akan berduel mati matian.
Ternyata ular ini pun sangat aneh, dia hanya memandang
Ciu lo sianseng sekejap lalu mendekati ke tempat arak
tersedut, tiba-tiba dari bawah perotnya muncul sebuah tangan
sebesar tangan bocah dan mengambil arak Li ji hong itu,
didalam waktu singkat isi botol arak itu sudah habis terminum.
Ciu lo sianseng betul betul dibikin terperanjat oleh kejadian
itu. sedemikian seramnya sehingga sukmanya terasa
melayang meninggalkan raganya. .
613 Selesai menghabiskan isi arak tersebut, ular aneh tersebut
berpekik aneh, kemudian ekornya yang panjang mendadak
diayunkan kedepan menghantam tubuh Ciu lo sianseng.
Dalam kejutnya timbul keinginan untuk menyelamatkan
hidupnya dalam hati Ciu lo sianseng, dengan sepenuh tenaga
pedangnya dibacokkan ke depan . . . .
Dan diiringi suara nyaring, tahu tahu dia merasakan
tangannya bergetar keras, hampir saja pedangnya terlepas
dari tangan, untuk sesaat kemudian terasa linu dan tak
sanggup di angkat kembali.
Dalam terperanjatnya, dia tak sempat untuk
menghindarkan diri lagi, seluruh tubuhnya kena terpukul oleh
ekor bintang aneh itu dan diangkat tinggi tinggi ketengah
udara. Makhluk aneh itu ternyata pandai sekali menggoda orang,
dia berpaling dan memandang sekejap kearah Cui lo sianseng,
kemudian dengan telapak tangan dibawah tubuhnya dia
mencabik cabik pakaian yang dikenakan Ciu lo sianseng
sampai hancur kemudian dengan telapak tangan yang lunak
tapi keras itu dia meraba seluruh tubuhnya seakan akan
sedang memeriksa apakah dia membawa sesuatu benda.
Waktu itu Ciu lo sianseng benar benar di bikin ketakutan
setengah mati, ia sama sekali tidak berniat untuk melawan,
hanya sorot matanya saja mengikuti itu dengan perasaan
ngeri, seram dan penuh ketakutan.
Disaat yang amat kritis itulah, mendadak dari atas puncak
bukit terdengar suara nyanyian nyaring, kemudian dari tengah
udara muncul serentetan cahaya merah yang amat
menyilaukan mata. 614 Agaknya makhluk aneh itu mengetahui juga akan kelihayan
cahaya merah yang baru saja menampakan diri itu, sambil
meraung keras tubuhnya meleset kedepan membentuk
serentetan cahaya keemas emasan.
Tapi baru saja tubuhnya melampai sampai setengah jalan,
cahaya merah yang amat menyilaukan mata itu telah
menghadang jalan perginya.
Diantara percikan darah segar, tampak potongan badan
makhluk aneh itu berguguran ke atas tanah dan menodai
seluruh badan Ciu sianseng.
Dalam terperanjatnya Ciu lo sianseng segera jatuh tak
sadarkan diri, menanti dia sadar kembali tampak se orang
lelaki setengah umur yang berwajah dingin bagaikan setan
berdiri di belakangnya sambil bergendong tangan.
Begitu melihat dia sadar kembar dengan suara yang dingin
seperti es orang itu berkata:
"Kau adalah orang pertama yang masuk kemari,
seandainya tidak melihat pada sikapmu yang tidak bermaksud
jahat aku tidak bakal menyelamatkan selembar jiwamu, tadi
kau sudah pasti merasakan betapa lihaynya cengkeraman
lempengan baja tersebut, tapi tahukah kau akan riwayat
makhluk aneh tersebut?"
Ciu lo sianseng menarik napas panjang panjang, kemudian
berkata: "Lohu mempunyai beberapa persoalan yang tak kuketahui
dengan jelas, sebenarnya makhluk aneh itu perubahan dari
binatang apakah" Bagaimana caramu membunuhnya."
615 Dengan wajah dingin lelaki setengah umur itu berkata
dalam dalam: "Berapa sih umurmu sekarang" Berani benar kau
membahasakan dirimu sebagai lohu" . . ."
Vvn sancu memberitahukan kepadamu, makhluk aneh
tersebut adalah perpaduan antara ular besar dari wilayah Biau
dengan trenggiling yang berkulit badan keras, makhluk ini
paling rakus dan paling berbahaya, tenaganya besar bukan
kepalang, setiap hari aku berlatih pedang, tentu ada seekor
yang kubunuh, tapi berhubung pertumbuhan dan
perkembangan binatang itu kelewat cepat ditambah lagi
senjata tajam sukar didapatkan maka hingga kini binatang
tersebut belum punah, Tapi meski binatang itu ganas,
darahnya mempunyai khasiat yang luar biasa, tadi kau telah
bermandikan darahnya, maka tubuhmu akan selalu sehat dan
terutama sekali kulit keras yang melapisi tubuhnya keras dan
tajam sanggup menabu^ batu Dulu aku telah menbunuh yang
betina, baru sekarang yang jantan ikut terbunuh, Untung saja
aku datang tepat waktunya, kalau tidak. mungkin kau sudah
mati tersiksa." Ciu lo sianseng mengira orang yang dihadapinya sekarang
adalah sebangsa dewa atau orang pintar, maka buru buru dia
mengangguk berulang kali sambil mengiakan :
"Benar, benar . . . ."
Terdengar Cing shia sancu berkata lagi dingin:
"Tempat kediamanku sekarang telah kujadikan daerah
terlarang bila kau masih ingin hidup terus, lebih baik jangan
memberitahukan tempat ini kepada orang lain, sedangkan ke
616 tiga lempengan kulit makhluk aneh itu kuhadiahkan kepadamu
sebagai kenangan . . . ."
Berbicara sampai disitu dia lantas mengangkat tubuh Ciu Lo
sianseng dan dibawa turun gunung.
Walaupun semua peristiwa tersebut telah berlangsung lima
tahun berselang, tapi Ciu lo sianseng masih dapat mengingat
semuanya dengan jelas, seakan akan peristiwa itu belum lama
terjadinya. Begilah . . dengan susah payah beberapa orang itu berjalan
menembusi bukit karang dan melewati lenbah terjal, akhirnya
sampailah mereka di depan sebuah mulut bukit.
Mendadak Ciu lo sianseng berhenti berjalan sambil
menuding kearah hutan lebat di depan lalu, katanya:
"Tempo hari Cing shia sancu berjalan masuk lewat tempat
ini, tapi berhubung lohu sudah terikat oleh sumpah maka aku
hanya bisa menghantar kalian berdua sampai disini saja,
selanjutnya terserah bagaimanakah nasib kalian berdua . ."
"Ayah, kita benar benar tak akan turut masuk ?" tanya
pemuda berkulit hitam itu agak kecewa.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak" jawab Ciu to sianseng tegas, Cing shia sancu
adalah seorang manusia suci, kita sudah melanggar
pantangan, hal ini sebenarnya sudah merupakan suatu
kejadian yang keterlaluan, apalagi kalau turut masuk ke dalam
sana " Sancu pernah menolong selembar jiwa ku, kita tak
boleh . . ." 617 Belum habis dia berkata, mendadak dari hutan didepan
mulut bukit itu muncul seorang lelaki berbaju hitam yang
membawa pedang. Dengan sorot mata tajam mengawasi orang-orang
dihadapannya sekejap, kemudian selapis hawa amarah
menghiasi wajahnya, Sambil menuding Ciu lo sianseng, bentaknya keras-keras.
"Kakek Ciu bagus sekali perbuatanmu, lima tahun berselang
sancu telah menyelamatkan selembar jiwamu, tapi nyatanya
sekarang bukan saja kau tak tahu budi, malahan membawa
orang luar datang kemari untuk mengacau pertapaan sancu..."
Ciu lo sianseng agak tertegun, rupanya dia tak menyangka
kalau laki laki ini telah mengenali dirinya, setelah termangu
sesaat diapun menjura dan berkata dengan lembut:
"Toako, harap jangan marah, dua orang sahabat yang
kuajak kemari adalah tamu agung sancu kalian, mereka
mempunyai urusan penting yang hendak disampaikan kepada
sancu." oooOooo "SELAMANYA Cing shia sancu tidak menerima tamu" tukas
lelaki itu dengan mata melotot, "soal ini bukannya kau tidak
tahu, Hm tua bangka, kau memang gemar mencampuri
urusan orang, tampaknya putramu harus ditahan disini dan
dijadikan budifc ttlfton hidup.,"
Paras muka Ciu lo sianseng berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, buru buru serunya berulang kali:
618 "Toako, putraku sama sekali tidak bersalah, harap kau suka
berbuat baik, . . . biarlah aku segera memohon diri. ."
"Hmmm, enak benar kalau berbicara." seru lelaki itu sambil
tertawa dingin, "bukit Cing shia bukan tempat tak bertuan,
mau datang lantas datang, mau pergi lantas pergi, tak ada
persoalan yang begini mudahnya. . ."
"Benar... benar . ."
Ciu lo sianseng tak berani membantah, dia hanya bisa
mengiakan berulang kali. Semua kejadian ini dapat diikuti Liong Tian im yang berjiwa
muda ini dengan jelas, kontan saja hawa amarahnya berkobar
setelah mendengus dingin mendadak katanya:
"Saudara, perkataanmu benar benar kelewatan. Cing shiasan
bukan tempat dewa bermukim, disinipun tidak ada
larangan bagi orang banyak mendatanginya, Ciu lo sianseng
tak lebih hanya. .."
Lelaki berbaju hitam itu tidak membiarkan anak muda
tersebut menyelesaikan kata katanya, mendadak dia menukas:
"Boleh saja bila ingin memasuki bukit ini, asal kalian dapat
menembusi tiga pos penjagaan kami, sancu pasti akan
menemui kalian, cuma . . heeh . . heeh . ., ilmu pedang dari
Cing shia sancu tiada taranya dikoIong langit, aku kuatir kalau
kalian tak punya kemampuan semacam itu. . ."
Liong Tian im tertawa terbahak bahak.
"Hahh . . haah . . hah. . setelah mendengar perkataanmu
itu, aku jadi berkeinginan besar untuk mencobanya !"
619 Paras mukanya dengan cepat berubah menjadi dingin
seperti salju, dengan sorot mata yang tajam dia memandang
sekejap wajah lelaki itu, kemudian sambil berpaling ke arah
jago pedang buta Bok Ci, katanya:
"Toako, harap kau meminjamkan pedang kayu itu
kepadaku" Dia tahu pos pos penjagaan yang dipersiapkan pihak Cing
shia san sudah pasti akan dijaga oleh jigo-jago lihay yang
pandai mempergunakan pedang.
Benar dalam sakunya terdapat senjata patung Kim mo sin
jin yang merupakan lawan tandingan dari senjata golok dan
pedang, tapi senjata tersebut tak mungkin bisa dipakai se
enteng pedang karena senjata patung Kim-mo sin jin berat
bagaikan bukit, senjata mana lebih cocok kalau dipakai untuk
mematahkan barisan pedang.
Itulah sebabnya dalam menghadapi lelaki tersebut dia
mengambil keputusan untuk meng hadapi dengan pedang.
Disamping Liong Tian im masih mempunyai sebuah rencana
lain, dia berharap perhatian para jago yang menjadi itu hanya
tertuju pada dia seorang agar mereka mengira ilmu
pedangnya yang paling lihay diantara rombongan tersebut,
dengan demikian dia akan memberi kesempatan pada
toakonya untuk membuat suatu kejutan bilamana keadaan
memaksa untuk berbuat demikian.
Pelan pelan jago pedang buta mencabut kembali pedang
kayunya dan diserahkan kepada Liong Tian im. katanya:
"Hati hatilah kau adik Liong, ilmu pedang aliran Cing shia
pay selamanya mengutamakan kecepatan dan keganasan,
620 jangan terlalu terburu napsu mencari keuntungan, ingat
tujuan kita disini mencari Sancu adalah . . ."
Liong Tian im manggut-manggut "Siaute akan
mengingatnya selalu." Kemudian sambil merentangkan
pedang kayunya didepan dada, ujarnya kepada lelaki itu:
"Saudara adalah pos penjagaan yang ke berapa?"
Laki-laki itu tertegun sesaat, kemudian katanya:
"Aku Kim Lek, hanya seorang penjaga bukit biasa, aku tidak
berhak untuk menempati ke tiga pos penjagaan tersebut apa
maksud menanyakan persoalan ini ?"
Liong Tian im menarik kembali pedangnya ia berkata,
"Kalau begitu aku tak jadi bertanding denganmu, aku hanya
bermaksud menembusi ini penjagaan tak ingin membuang
tenaga untuk seseorang yang sama sekali tak ada sangkut
pautnya, harap kau sudi membawa jalan buat kami saja."
Kim Lek segera meloloskan pedangnya, kemudian sambil
membentak geram: "Kau memandang hina diriku."
"Oh, soal ini mah tidak berani." Liong Tian im tertawa
hambar, "aku hanya tak ingin membuang tenaga dengan
percuma." "Keparat !" Jelas Kim Lek tak bisa mengendalikan hawa amarah yang
berkobar dalam dadanya, setelah mendengus berat-berat,
621 pedangnya segera digetarkan membentuk sembilan kuntum
bunga pedang sebesar kepalan, setelah itu dengan suara
dingin ia membentak. "Hari ini, bila kau tidak meninggalkan sebuah lenganmu,
jangan harap tempat ini bisa kau lewati dengan mudah."
Dari getaran pedang lawan tadi, Liong Tian im dapat
merabai kalau lelaki ini sudah memperoleh pelajaran ilmu
pedang tingkat tinggi, kontan hatinya terperanjat semacam
hawa amarah yang berkobar muncul dalam hatinya selapis
hawa napsu membunuh pun menyelimuti seluruh wajahnya.
"Kalau begitu kau memaksa aku untuk turun tangan?"
tegurnya dengan suara dingin.
Kim Lek segera menggetarkan pedangnya ke tengah udara,
lalu tertawa terbahak bahak.
"Haaaahh haah haaaah diatas bukit Cing shia banyak
terdapat jago lihay, sedang aku tak lebih hanya seorang
prajurit tak bernama yang berjalan dipaling depan.."
Sambil membentak nyaring pedangnya segera diayunkan
ke depan melepaskan sebuah bacokan dahsyat.
Bacokan mana sekilas pandangan seperti sama sekali tak
bertenaga akan tetapi ujung pedangnya justru membawa
desingan angin tajam yang menggidikkan hati serangan yang
mantap dan dahsyat semacam ini dengan cepat mengejutkan
kembali bagi Liong Tian im.
Menghadapi keadaan seperti ini Liong Tian im segera
menarik napas panjang-panjang, buru-buru segenap hawa
murninya dihimpun ke ujung pedang, tampak sekilas cahaya
622 hitam berkelebat lewat, sepasang pedang telah saling
melakukan tiga kali perubahan jurus.
Walaupun gerakannya dilakukan dengan kecepatan
bagaikan sambaran petir, namun gerakan tubuh dari Kim lek
tidak terhitung lambat, pada saat Liong Tian im menggetarkan
pedangnya pedang Kim Lek sudah menembusi kabut pedang
lawan dan meluncur tiba. Tak terlukiskan rasa terperanjat Liong Tian im menghadapi
keadaan seperti ini, satu ingatan dengan cepat melintas dalam
benaknya, dia segera berpikir:
"Sungguh tak disangka, hanya seorang lelaki penjaga bukit
saja begini sulit dihadapi, tampaknya bukan suatu pekerjaan
yang gampang untuk menembusi ketiga pos penjagaan
mereka secara mudah."
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, dia
sudah melejit ketengah udara dengan gerakan cepat, begitu
lolos dari ancaman pedang lawan, pedang kayunya secara
beruntun melepaskan tiga buah serangan berantai.
Berhubung dia sudah terbiasa menggunakan senjata
patung Kim mo sin jio yang berat, maka setelah menggantinya
dengan pedang secara tiba tiba, semua gerakannya menjadi
kaku dan tidak leluasa, sering kali gerakan pedangnya kelewat
ganas, tidak gampang ditujukan kearah sasaran secara jitu.
Tapi dalam melepaskan tiga buah serangan berantainya
sekarang dia telah menggunakan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, tampak cahaya pedang memancar kedepan,
segulung cahaya hitam tahu-tahu sudah memancar dari ujung
pedang tersebut. 623 Bayacg pedang bergetar tiga kali, seperti sungguhan
seperti juga tipuan, dengan perasaan terperanjat Kim Lek
menjerit keras lalu menarik pedangnya sambil mengundurkan
diri, segumpal rambut yang rontok jatuh mengotori wajahnya,
ketika Kim Lek mencoba untuk meraba kepalanya, dengan
perasaan terkesiap ia menjerit tertahan, paras muka segera
berubah pucat pias seperti mayat.
"Kau . . ." serunya gemetar.
Walaupun saat itu jago pedang buta Bok Ci tak dapat
menyaksikan jalannya pertarungan antara kedua orang itu,
namun dari pendengarannya yang tajam dia dapat menduga
jalannya pertarungan yang barusan berlangsung.
Dengan perasaan tercengang diapun berseru:
"Adik Liong, benar benar di luar dugaanku, ternyata
kepandaianmu dalam ilmu pedangpun sedemikian lihaynya,
bila mataku sudah sembuh nanti, toako harus mengajakmu
untuk bertanding!" Cepat cepat Liong Tian ini menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Ucapan toako terlalu serius" katanya, "masa siaute berani
beradu kepandaian dengan toako."
Sementara itu paras muka Kim Lek telah berubah menjadi
pucat keabu-abuan, dia amat berduka sekali atas kekalahan
yang dideritanya, bi TUFBV dengan wajah malu, menyesal
beres rr par marah dia menghela napas panjang lalu
mengebaskan pedangnya dengan gemas, teriaknya keras
keras: 624 "Aku tidak percaya kalau kau lebih tangguh daripada diriku.
." Mendadak dari arah mulut lembah kedengaran seseorang
membentak penuh kegusaran:
"Kim Lek, kan masih tidak memimpin mereka datang
kemari. ." Sewaktu mendengar suara bentakan gusar itu, sekujur
tubuh Kim Lek gemetar keras, se akan-akan terhantam oleh
martil berat yang tak berwujud, sesudah tertegun sesaat buru
buru serunya: "Hamba terima perintah!"
Sorot matanya segera dialihkan kewajah Liong Tian im
setelah itu ujarnya lebih jauh:
"Silahkan saudara sekalian berangkat, pos pedang pertama
sudah siap menantikan kedatangan anda!"
Jago pedang buta tertawa dingin, dia menerima kembali
pedang kayunya dari tangan Liong Tian im, kemudian dengan
pedang menggantikan tongkat dia menutul diatas permukaan
tanah dan berjalan lebih dulu.
Terpaksa orang lainnya turut menyusul dari belakang.
Orang yang bertugas menjaga pos pedang pertama adalah
dua orang lelaki beralis mata tebal dan berjenggot hitam,
sorot mata kedua orang itu tajam bagaikan sembilu,
pakaiannya berwarna hitam dan terbuka pada belahan
625 dadanya hingga nampak tubuhnya yang kekar berotot serta
penuh dengan bulu hitam itu.
Kim Lek memberi tanda dengan gerakan tangan kepada ke
dua orang itu, kemudian cepat cepat berlalu dari sana.
Dengan suara dingin Jago pedang buta Bok Ci berkata:
"Apa kedudukan kalian berdua di bukit Cing shia?"
Lelaki yang berada disebelah kiri itu tertawa nyaring lalu
menjawab: "Haah, haaaa, haaaa, kami adalah petugas penjaga
benteng." "Apa?" Jago pedang buta terperanjat "petugas penjaga
benteng" Kau maksudkan bukit Cing shia " Ataukah . . ."
"Aah, kau mengerti apa." tukas lelaki itu sambil
mengulapkan tangannya, "Walaupun Cing shia adalah nama
bukit, namun tiada orang tahu kalau dibukit ini terdapat
sebuah benteng besar, asal kau sanggup menembusi tiga
buah pos penjagaan kami, niscaya benteng tersebut dapat
kalian saksikan sendiri."
Mendadak jago pedang buta membentak keras pedangnya
membacok kedepan secepat sambaran kilat, jurus serangan
tersebut dilancarkan secara tiba-tiba membuat dua orang
lelaki itu sama sekali tidak menyangka.
Tampak pedang kayu itu bergerak Iewat, tahu-tahu ujung
senjata tersebut telah muncul pelan diatas tubuh kedua orang
lelaki tersebut.

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

626 Lelaki yang berada disebelsb kiri segera meraung gusar,
teriaknya penasaran: "Jurus serangan ini tak bisa dihitung !"
Dengan wajah dingin seperti es jago pedang buta berkata:
"Yang dimaksudkan sebagai ilmu pedang tingkat tinggi
adalah penggunaannya dalam keadaan tanpa siaga, ilmu
pedang yang ada di dunia ini bersumber dari satu sekalipun
masing masing aliran memiliki keistimewaan yang berbeda,
walaupun dalam seranganku yang ku gunakan adalah suatu
tipuan yang memanfaat kan kesempatan baik namun
serangannya tepat sekali dan telak. Nah, pos penjagaan ini
telah kami lalui, harap kalian berdua suka menyingkir untuk
memberi jalan lewat !"
Walaupun ke dua orang lelaki itu merasa tidak puas dengan
kekalahan yang dideritanya tapi mereka pun tak bisa berbuat
apa apa sesudah saling berpandangan sekejap akhirnya ke
dua orang itu mengundurkan diri dari situ.
Jago pedang buta dan Liong Tian im ber jalan bersama
sama dengan langkah lebar sedangkan Cui lo sianseng dan
putra kesayangannya tetap akan tinggal disitu atas prakarsa
sendiri karena mereka sadar bahwa tenaga dalam yang
dimiliki terlampau cetek, mereka tetap tinggal disitu sambil
menunggu Cing shia sancu melepaskan mereka berdua
pulang. Dalam hutan yang lebat penuh tumbuhan dan bunga yang
kecil dan berwarna putih bau harum semerbak menyebar ke
mana-mana mendatangkan perasaan segar bagi siapapun
juga. 627 Liong Tian im menarik napas dalam dalam dia merasa
dadanya segar dan nyaman dipetiknya sekuntum bunga putih
itu dari tanah. Mendadak paras mukanya berubah hebat dimana sorot
matanya memandang tampak di depan butan bunga itu berdiri
berjajar tiga orang kakek bersenjata pedang yg persis
menghadang jalan pergi mereka berdua.
Ke tiga orang kakek yang berwajah dingin menyeramkan
dan mengangkat pedang mereka tinggi tinggi itu mengenakan
pakaian yg beraneka ragam ada yg berbaju kuning, merah
dan biru. Mereka bertiga berdiri menyebarkan diri masing masing
menjaga sebuah posisi yang berbeda.
Jago pedang buta memperhatikan suasana disekitar situ,
begitu sudah didengar situasi yang dihadapinya, mendadak
paras mukanya berubah menjadi amat serius, katanya sambil
menggeleng. "Adik Liong, aku kuatir pos penjagaan Ini tidak gampang
untuk ditembusi." Liong Tian im sendiripun turut merasakan betapa anehnya
ketiga orang kakek itu memegang pedangnya dengan cepat ia
menyadari kalau ketiga orang jago lihay dari Cing-shia-san
yang berwajah dingin menyeramkan ini jauh lebih sukar
dihadapi daripada jago kelas satu dalam dunia persilatan.
Cukup memperhatikan sikap lawan yang tenang dan
mantap itu, sudah dapat diketahui bahwa mereka adalah jago
lihay dalam hal ilmu pedang. Sambil tertawa hambar jago
pedang buta berkata: 628 "Kaiian bertiga hendak menggunakan berapa jurus sebagai
batasannya ?" Siapa tahu pihak lawan berlagak seolah olah tidak
mendengar perkataan tersebut ke enam sinar mata mereka
yang tajam bagaikan sembilu hanya mengawasi dua orang
lawannya tanpa berkedip, pedang diangkat sejajar dada,
terhadap segala benda yang berada disekitar sana, mereka
hampir boleh dibilang tidak memandangnya barang sekejap
mata pun, jago pedang bata mendengus dingin.
"Hmm, kalau toh kalian segan berbicara, terpaksa aku
harus membuat kelancangan terhadap kalian!"
Sekalipun dimulut dia berbicara ringan, akan tetapi gerakan
tubuhnya sama sekali tak berani berayal, senjatanya segera
dibalik dan membentuk satu lingkaran busur ditengah udara,
ujung pedangnya memancarkan tiga titik cahaya tajam dan
masing masing mengancam tubuh dan bahu ke tiga orang
kakek tersebut. Mendadak ke tiga orang kakek itu bersatu padu, pedang
mereka bersama sama melakukan tangkisan yang persis
menghadang serangan pedang dari jago pedang buta.
Terasa ada segulung tenaga tekanan tak berwujud yang
menumbuk badan jago pedang buta dan memaksanya mundur
sejauh tiga langkah. Tak terlukiskan rasa kaget jago pedang buta menghadapi
kejadian seperti ini, pedang kayunya diputar sebanyak tiga
kali, akan tetapi tak sekali pun dia berhasil mendesak ciusuh
629 nya, diam diam keringat dingin membasahi tubuhnya karena
panik. Jurus serangan yang digunakan ke tiga orang kakek itu
amat rumit dan lihay, sulit untuk diketahui berasal dari arah
mana, ditambah lagi tenaga serangannya maha dahsyat,
membuat ancaman orang-orang itu benar benar mengerikan
hati. Tatkala jago pedang buta melihat serangan yang
dilancarkan selama ini tidak mendatangkan hasil, diam diam ia
mulai gelisah, kebetulan dia menjumpai adanya sebuah titik
kelemahan, dengan cepat dia mainkan jurus Thian yang Hau
kuo (ujung langit lebar luas), sebuah jurus serangan yang
paling lihay dari Thian yang kiam hoat.
Tampaklah seluruh langit diliputi oleh bayangan pedang
yang menyilaukan mata, seperti antara serangan nyata seperti
pula suatu tipuan, dengan cepat jalan darah kematian di
tubuh ke tiga orang itu tertutup rapat.
Sedemikian lihaynya ancaman tersebut boleh dibilang
sungguh menggetarkan hati siapa pun.
Ke tiga orang kakek itu seperti tertegun, dia sama sekali
tidak menyangka kalau jurus gerangan musuhnya begitu lihay
dan sempurna. Mereka bertiga segera membentak bersama, masing
masing orang segera melancarkan serangan dahsyat dari tiga
arah yang berbeda. Pada saat itulah, dari tengah udara berkumandang suara
tertawa dingin, kemudian kedengaran seseorang berseru
keras: 630 "Mengapa kalian tak menghentikan serangan"
Sewaktu menyerang tadi gerakan pedang yang dilakukan
ke tiga orang kakek itu dilancarkan sangat cepat, sewaktu
ditarik kembali pun dilakukan dengan cepat.
Tampak cahaya pedang menjadi sirap, bayangan
manusiapun segera melayang turun ke atas tanah.
Kelihatan jago pedang buta kecapaian setengah mati
hingga seluruh badannya basah oleh keringat, napasnya
tersengkal sengkal dengan lelah tubuhnya terduduk diatas
tanah, Liong Tian im menjadi sangat terperanjat sekali, buru
buru dia maju kemuka sambil berseru:
"Toako, toako !" jago pedang buta menyeka air keringat
yang membasahi jidatnya, kemudian dengan napas tersengal
berkata: "llmu pedang dari Cing shia san memang terhitung paling
lihay dikolong langit, siau-heng merasa tak mampu untuk
menandinginya, coba kalau tiada orang yang menghentikan
pertarungan tadi, sekarang, besar kemungkinannya aku sudah
tewas diujung pedang . . ."
Dalan pada itu, ketiga orang kakek berpakaian warna warni
tadi indah mengundurkan diri ke belakang, pedang mereka
dlluruskan ke bawah tampaknya mereka sedang menunggu
perintah selanjutnya dari orang yang membentak tadi.
Jangankan bersuara, berkutik saja tak berani, ke tiga orang
itu hanya berdiri ditempat semula bagaikan sebuah patung
arca. 631 Suara keliningan yang amat merdu tersebar di seluruh
angkasa, suaranya merdu bagaikan suaoara dewa dewi yang
datang dari angkasa. Dari balik kebun bunga yang harum semerbak pelan pelan
berjalan keluar seorang gadis berbaju serba putih, gadis itu
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, hidungnya mancung
matanya jeli dan bibirnya kecil mungil.
Sambil membawa sekuntum bunga yang segar ia berjalan
mendekat dan memandang sekejap sekeliling arena.
Tatkala biji matanya yang jeli berhenti di atas wajah Liong
Tian im, mendadak seluruh badannya membeku, kemudian
pipinya yang putih berubah menjadi merah dadu karena
jengah. Buru buru dia menarik kembali sorot matanya lalu tegurnya
dengan suara dingin: "Barusan, berapa jurus serangan yang kalian pergunakan ?"
Paras muka ketiga orang itu berubah hebat, sahutnya
hampir berbareng: "Lima belas jurus !"
"Bagaimana pesanku tadi ?" tegur si nona.
Peluh dingin bercucuran membasahi seluruh tubuh ketiga
orang itu, ujarnya dengan nada gemetar "Nona Bu berpesan
agar kami mengalahkan lawan didalam dua belas jurus saja,"
"Dan hasilnya ?" jengek si nona yang cantik menarik itu
sambil tertawa dingin. 632 Mendadak tiga kakek yang bertenaga dalam sempurna itu
membungkukkan badannya seraya berkata dengan suara
gemetar: "Hasilnya kami telah menggunakan tiga jurus lebih banyak,
nona Bu, harap kau suka menjatuhkan hukuman yang
setimpal buat kami bertiga, hal ini harus disalahkan
kepandaian kami yang tak becus sehingga menyia-nyia kan
pendidikan dari nona Bu."
Kembali nona itu mendengus dingin.
"Hmm. sekarang kalian harus pergi keruang Hway beng
tong untuk menerima hukuman, setelah itu baru datang lagi
menjumpai aku..." "Baik!" Dengan sikap yang sangat menghormat mereka bangkit
berdiri dari atas tanah dan buru buru meninggalkan tempat
itu. Ditinjau dari sikap yang begitu hormat dari ketiga orang
jago pedang maha lihay terhadap gadis yang tak diketahui apa
kedudukan nya ini, tidak sulit untuk menduga kalau
kedudukan gadis ini didalam bukit Cing shia san amat tinggi
sekali. Liong Tian im berdiri termangu mangu sambil
memperhatikan gadis tersebut, meski begitu dihati kecilnya
dia sedang menduga duga kedudukan dari gadis itu.
Sinona berbaju putih itu melirik sekejap kearah sang
pemuda, lalu berkata: 633 "Secara beruntun kau telah menembusi dua pos penjagaan
kami, hal ini menunjukkan kalau kalian memang punya hal
untuk bertemu dengan sancu, cuma kalian harus tahu, pos
penjagaan terakhir dari bukit kami di jaga oleh tujuh
menerima ketiga jurus serangannya, agar kalian tahu,
terpaksa aku mesti memberitahukan hal ini lebih dulu
kepadamu . . ." Jago pedang buta segera tertawa nyaring.
"Hahaaahaaa ., . . sejak kecil aku Bok Ci sudah mendapat
pelajaran dari orang tuaku agar tidak mengundurkan diri
dalam suasana yang betapa sulit pun, sekarang aku telah
menembusi dua pos penjagaan kelian berarti masih ada satu
pos penjagaan terakhir yang harus kutembusi, harap nona
tidak usah banyak berbicara lagi, silahkan saja membawa kami
kesana." "Ah bukannya tidak memandang sebelah mata terhadap
kemampuanmu " ujar nona berbaju putih itu dingin, "dua
buah pos penjagaan yang berada didepan tidak lebih hanya
suatu percobaan saja, sedangkan percobaan yang sebenarnya
berada pada pos penjagaan yang ketiga ini. Aku rasa dalam
hati kecil kalian pasti jauh lebih mengerti keadaan kalian yang
sesungguhnya daripada aku, dapatkah menghadapi mereka,
aku yakin kalian sudah memiliki perhitungan sendiri . . ."
Liong Tian im merasa amat terharu sekalil tanpa terasa dia
berseru lantang: "Nona siapa namamu" Apekah kedudukan mu di atas bukit
ini. . ." Nona berbaju putih itu mengerling sekejap ke arahnya, lalu
menjawab: 634 "Aku bernama Bu Siau huan dibukit ini ."
Mendadak gadis itu seperti merasa terperanjat oleh karena
sesuatu hal, buru buru dia menelan kembali perkataan yang
belum sempat diutarakan itu, sementara sepasang matanya
yang jeli memancarkan serentetan sinar yang sangat aneh.
Selang berapa saat kemudian, gadis itu berkata lagi dengan
suara sedingin es: "Kalian naik ke bukit ini dengan mempertaruhkan jiwa raga,
sebenarnya karena apa ?"
Sambil tertawa Jago pedang buta menggelengkan
kepalanya berulang kali, ujarnya:
"Nona Bu, maaf kalau aku mempunyai sebuah kesulitan
yang terpaksa tak bisa ku utarakan kepadamu, persoalan ini
baru bisa kubicarakan setelah berjumpa dengan Sancu nanti,"
Bu Siau huan mendengus dingin "Hmm! Aku tidak
bermaksud untuk mengetahui akan hal ini, kalian ikutlah aku
menuju ke pos penjagaan tersebut !"
Dia membalikkan badannya lalu pelan-pelan berjalan
menuju ke depan. Suasana senja yang gelap sudah mulai menyelimuti seluruh
angkasa, angin dingin berhembus kencang mendatangkan
suasana yang amat dingin sekali.
Tapi, walaupun Bu Siau huan hanya mengenakan
seperangkat baju yang amat tipis, ia tidak merasakan
kedinginan, bahkan dari langkahnya yang ringan bisa
diketahui kalau gadis yang cantik tapi dingin ini memiliki ilmu


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

635 silat yang baik, sebab setiap langkah tubuhnya selalu enteng
dan gesit seperti burung walet.
Jalanan bukit yang lebar dan beralaskan batu kasar dengan
cepat telah lenyap dari angkasa, di ujung jalanan tersebut
nampak seorang hwesio gundul yang bertelanjang kaki sedang
pelan pelan berjalan keluar, dia membawa tambah dan
menggembol sebilah pedang pula, pedang yang berwarna
kuning berkibar terhembus angin, benar benar nampak
perkasa sekali. Waktu itu dengan sepasang mata yang melotot sebesar
gundu, dia sedang berdiri disitu bagaikan seorang malaikat
raksasa. Tatkala hwesio itu menyaksikan Liong Tian im dan jago
pedang buta berjalan mendekat, sambil berpaling dia tertawa
terbahak bahak. "Haaah.. haaah, orang yang hendak menembusi pos
penjagaan telah datang, kawan kawan keluarlah kalian
semua!" Menyusul gelak tertawa yang nyaring itu, enam sosok
bayangan manusia yang tinggi besar dan kekar melompat
keluar dari tempat persembunyiannya masing masing.
Ternyata mereka adalah ketujuh orang lelaki kekar yang
menggembol pedang, agaknya inilah yang disebut sebagai
tujuh orang Sio tong tersebut.
Tiba-tiba Bu Siau huan berpaling dan tertawa, katanya:
636 "Diantara sekian banyak anggota pelindung hukum,
terhitung mereka bertujulah yang memiliki tenaga dalam
paling tinggi, namun orang orang itu termasuk pula jago kelas
tiga, masih belum bisa berhak untuk memasuki benteng,
setiap orang yang dapat masuk keluar didalam benteng harus
berhasil lulus dari percobaan sancu,"
Jago pedang buta serta Liong Tian im sama merasa
terperanjat, mereka tidak menduga kalau dibukit Cing shia
terdapat jagoan yang begitu banyak.
Padahal salah seorang saja di antara mereka bila terjun
kedunia persilatan, kepandaian silat yang mereka miliki sudah
cukup membuat mereka menjagoi suatu daerah tertentu.
Tapi menurut keterangan dari Bu Siao huan mereka tak
lebih hanya jago jago kelas tiga, bagaimana dengan Cing shia
sancu sendiri" Bukankah kepandaiannya sudah mencapai
tingkatan yang luar biasa.
Sikap si hwesio terhadap Bu Siau huan nampak
menghormat sekali, sedang ke tujuh orang sin tong itupun
menunjukkan rasa tercengang dan keheranan setelah
menyaksikan orang yang mencoba menyerbu ke dalam pos
penjagaan mereka tak lebih hanya dua orang pemuda.
Tiba tiba Bu Siau huan mengulapkan tangannya sambil
berseru: "Minggir, minggir..."
"Nona Bu. . ." hwesio itu nampak tertegun.
"Kuperintahkan kepada kalian untuk menyingkir sudah
kalian dengar belum ?" seru Ba Siau huan dingin.
637 Walaupun ke tujuh orang Sin tong itu menaruh perasaan
jeri dan menghormat terhadap Bu Siau huan, akan tetapi
mereka sama sekali tidak menggerakkan tubuh masing
masing, dengan sorot mata yang tidak habis mengerti orang
orang itu mengawasi si gadis dengan wajah tercengang.
Hwesio itu nampak tertegun, serunya:
"Sancu pernah berpesan, bila orang orang yang hendak
memasuki bukit kita tak berhasil menembusi pos penjagaan
yang ke tiga ini, maka jangan harap mereka dapat berjumpa
dengan Sancu. Nona Bu, harap kau jangan menyusahkan
hamba sekalian . . . "
"Gai Keng-kong, kau berani melawan aku?" bentak Bu Siau
huan dengan gusar sekali.
"Tidak berani !" hwesio itu mundur melangkah dengan
perasaan terkejut, "Cuma peraturan ini telah diterapkan
semenjak cousu pendiri partai Cing shia, kami orang-orang
bawahan tak berani melepaskan tugas dan tanggung jawab
ini, sebagai orang yang pintar tentunya nona Bu juga
mengetahui bukan akan ketatnya Sancu menjaga peraturan
perguruan." Di pihak sancu sana ada aku yang tanggung, pokoknya tak
bakal sampai menyusahkan kalian .. " seru Bu Siau hoan lagi
dingin. Walaupun ke tujuh orang Sin tong itu enggan melepaskan
kedua orang pemuda tersebut dengan begitu saja, akan tetapi
kedudukan nona berbaju putih itu sangat tinggi dan
terhormat, dan terpaksa mereka menyingkir ke samping dan
membiarkan orang orang itu berjalan lewat.
638 Mendadak Bu Siau huan berbisik kepada Jago pedang buta.
"Gunakan jurus Bong bong bu kek mu itu dan perlihatkan
kepada mereka. . .!"
Sudah banyak tahun jago pedang buta menempa diri dalam
hal ilmu pedang, dia pun merupakan ahli waris dari si Pedang
langit, dengan gerakan tubuh yang sangat ringan dia
berkelebat ke depan, pedang kayunya diayun kan kemuka
berulang kali. Menanti bayanganpun mereka sudah lenyap dari
pandangan mata, batu cadas yang berada ditepi jalan itu baru
retak dan terbelah menjadi dua bagian.
Kontan saja peristiwa ini mengejutkan ke tujuh orang Sin
tong tersebut. . . "Traaangg. . ."
Bunyi genta yang berat dan nyaring bergema amat
kerasnya ditengah kegelepan malam dan membelah
keheningan yang mencekam disitu.
Bersamaan dengan menggemanya suara genta sebuah
lingkaran cahaya yang amat besar meluncur datang dari
kejauhan dan tiba diatas tebing bukit yang terjal.
Tampak sepasang tangan Bu Siau huan yang memegang
pedang mendorongnya sejajar ke tengah ndara, cahaya
pedang menunjuk ke tengah angkasa yang Iuas.
Dihadapannya berdiri seorang sastrawan setengah umur
yang merangkap tangannya menghadap ke tengah udara,
gumpalan asap putih yang muncul dari atas ubun ubunnya
639 kelinatan makin lama semakin meluas dan bertambah besar. .
. Mendadak kabut putih itu menjadi sirap, lelaki setengah
umur itu menghembuskan napas panjang dan pelan pelan
bangkit berdiri, sorot matanya menatap ke angkasa dan lama
sekali termenung sambil membungkam diri.
Bu Siau huan menarik kembali pedangnya, lalu berkata:
"Yaya, mengapa kau tidak bersuara?" Cing shia sancu
menghela napas panjang. "Aaai. . . Siau huan" katanya, " mengapa kau harus
melepaskan ke dua orang itu masuk kemari" Tahukah kau
bahwa kedua orang ini merupakan orang yang tak ingin yaya
jumpai..." "Yaya" ujar Bu Siau huan dengan sedih. "mengapa sih kau
bersikap begitu garam" Mereka memiliki kepandaian silat yang
hebat, seandainya sampai tewas ditangan ke tujuh orang sintong
tersebut, sesungguhnya pun disayangkan apalagi belum
tentu mereka adalah dua orang yang yaya maksudkan.."
Cing shia sancu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mungkin lantaran pikiran dan perasaanku yang berbaik
hati, akibatnya mendatangkan bibit bencana yang tak
terkirakan bagi Cing shia san kita, aaii, kesemuanya ini garagara
yaya terlalu menyayangi dirimu dihari hari biasa."
"Yaya, kau kelewat takut urusan." sahut Bu Siau huan
sambil mencibirkan bibirnya yang kecil, "walaupun Cing sbia
640 san belum pernah berhubungan dengan umat persilatan
namun tidak melarang umat persilatan datang kemari, dengan
kepandaian silat yang begitu hebat dari Cing shia san kita,
sudah sepantasnya jika kita terjun pula ke dalam dunia
persilatan . . ." ooOoo oo ooOoo "NGACO BELO!" bentak Cing shia sancu dengan gusar,
"Siau huan, mengapa kau bisa mempunyai jalan pemikiran
semacam ini " Ketahuilah, dunia persilatan merupakan gudang
dosa dan kejahatan, asal kau sudah melangkah ke dalamnya
maka selama hidup jangan harap bisa melepaskan diri,
akhirnya bukan saja kau akan rusak nama dan kehilangan
kedudukan besar kemungkinan Cing shia san tempat kita
memupuk kekuatan ini akan turut musnah tak berbekas.."
Dengan perasaan tak puas Bu Siau huan berseru:
"Kita mempunyai ilmu pedang yang tisda keduanya
dikolong langit, kita mempunyai ilmu silat yang dapat
menjagoi persilatan siapa tahu kalau dikemudian hari keluarga
Bu akan menjadi keluarga nomor satu di kolong langit " Yaya
mengapa kau tidak dapat memahami keadaan " Siapakah
orang yang tidak menyukai nama besar " Siapa yang tak mau
kekuasaan hebat" Kita sebagai manusia tidak terkecuali pula
dalam hal ini." "Mencari nama mengobral kekerasan, cara hidup semacam
itu hanya perbuatan dari budak budak masyarakat."
"Tapi toh tidak semuanya demikian ?"
641 Mendadak Cing shia sancu bertanya: "Siau huan, kau masih
ingat dengan peristiwa yang berlangsung sepuluh tahun
berselang?" "Tentu saja tahu," sahut Siau huan setelah tertegun.
"waktu aku berusia delapan tahun. urusan apapun tidak
kupahami, aku hanya tahu ada orang melarikan diri dari bukit
ini, yaya, mengapa kau menanyakan persoalan ini secara tibatiba?"
Cing-shia sancu kelihatan amat murung, ia tanya dengan
perasaan yang sangat sedih:
"Kau tidak tahu betapa seriusnya kejadian tersebut buat
kita, walaupun Cing shia pay kita diketahui orang persilatan,
bukan berarti setiap orang akan mengetahui hal ini. menurut
apa yang yaya ketahui, dalam dunia persilatan terdapat tiga
partai yang tidak mencari nama ke tiga partai ini masing
masing mempunyai keistimewaan masing masing, mereka
semua berambisi untuk memimpin dunia persilatan, hanya
saja mereka takut terhadap Cing shia san kita, sebab
semenjak kita mendapatkan induk diri suara, yakni genta
emas ilmu pedang kita sudah terada jauh diatas ke tiga partai
tersebut." "Partai mana saja itu?" tanya Bu Siau huan keheranan
sepasang matanya melotot besar, "mengapa aku tidak
mengetahui akan hal ini.."
Cing shia sancu tertawa. "Ketiga partai itu adalah Lo hu Kiam bun Hiat im, sesudah
berhenti sejenak. dia melanjutkan:
642 "Murid kita yang minggat dari gunung itu begitu terjun ke
dunia persilatan, ketiga partai itu pasti akan mendapat tahu
dalam perjalanan yaya turun gunung waktu itu, telah
kusaksikan terjadinya perubahan besar dalam dunia
persilatan, sekalipun perubahan itu tak sampai menyeret Cing
shia san kita, namun mempunyai sangkut paut yang besar
sekali dengan partai kita."
Trang . .. ! Dari puncak bukit itu berkumandang lagi suara genta yang
berbunyi rendah dan berat, gema suara yang berkumandang
diangkasa, menyebar sampai diseluruh bukit Cing shia.
Cing shia sancu mendongakkan kepalanya memandang
cuaca, lalu bertanya pelan:
"Siau huan, sampai dimanakah hasil latihan mu tentang
ilmu pedang?" Bu Siau huan mengerakkan pedangnya menciptakan
serentetan cahaya putih, ia menyahut:
"Baru mencapai dua bagian kesempurnaan selisih jauh
sekali bila dibandingkan dengan ilmu pedang terbang dari
yaya, mungkin selama hidup sulit bagiku umuk melatih
kepandaian yang sejajar dengan kepandaian yaya."
Cing shia sancu menepuk bahunya dan menghibur.
"Jangan cepat putus asa, ilmu pedang terbang adalah
kepandaian yang dikendalikan oleh perasaan, asal kau
sanggup mengendalikan diri sambil menghimpun tenaga suatu
hari kau pasti akan berhasil memahami inti sari dari ilmu
pedang terbang itu."
643 Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia
melompat datang dengan gerakan ringan, setelah memberi
hormat serunya: "Sancu, dua orang bocah keparat itu berniat keras hendak
bertemu dengan sancu, sebelum mendapat perintah dari
sancu, kami tak berani melepaskan mereka."
"Ehmm, akan kulihat."
Tiga sosok bayangan manusia segera bergerak ke depan
dan lenyap dibalik kegelapan.
Sinar lentera memancar keluar dari balik jendela menyinari
suasana remang remangnya senja, dua sosok bayangan
manusia berdiri tegak di depan sebuah gedung, empat orang
lelaki yang bersenjata lengkap berjaga jaga diluar pintu
dengan wajah serius, terhadap sikap gusar dari dua orang
pemuda diluar pagar mereka sana sekali tidak ambil perduli.
Terdengar Jago pedang buta Bok Ci berkata dengan gusar:
"Tahu kalau sancu enggan menjumpai kami, tak nanti kami
akan datang kemari . . ."
"Bila sancu enggan berjumpa dengan kita, apakah kita tak
dapat pergi mencari mereka. . ." sambung Liong Tian im
dengan kening berkerut. Ke dua orang itu termenung beberapa saat lamanya,
mereka seperti lagi mempertimbangkan suatu persoalan.
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang, ternyata Cing-shia sancu telah
munculkan diri di sana. 644 Sorot mata Cing shia sancu dialihkan sekejap ke atas wajah
kedua orang itu, mendadak ia merasakan hatinya bergetar
keras, ia merasa hawa membunuh yang tersungging diujung
bibir Liong Tian im membuat hatinya tercekam.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil tertawa ewa Bu Siao huan berkata:
"Dialah Sancu, yaya ku!"
"Ada urusan apa kalian berdua datang ke bukit Cing shia
ini?" tegur Cingshia sancu dingin.
645 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 16 Itulah bait syair Kang Shia-cu ciptaan Cfait Sau nu, sebuah
syair yang penuh keluh kesah dan kesedihan.
Dibawah kegelapan malam, pemuda itu segera
menyaksikan sesosok bayangan tubuh perempuan berdiri
ditempat kegelapan. Terpengaruh oleh syair yang penuh kedukaan itu, tanpa
terasa Liong Tian im menghela napas panjang, ia tak habis
mengerti siapakah yang membawakan syair sedih semacam
itu ditengah kegelapan malam yang mencekam.."
Akhirnya dengan perasaan ingin tahu ia maju ke depan.
"Siau huan!" ingatan pertama yang melintas dalam
benaknya adalah Bu Siau huan.
646 Hampir saja dia memanggil nama tersebut. untung dia
belum memanggil karena perempuan itu telah membalikkan
badannya karena mendengar ada orang berjalan mendekat,
ternyata dia adalah seorang perempuan setengah umur yang
basah oleh air mata. Ia tertawa rawan terhadap Liong Tian im, kemudian
ujarnya: "Siangkong dapatkah kau membantu diriku?"
"Aku. . ." Liong Tian Im tertegun.
Dengan sedih kembali nyonya setengah umur itu berkata:
"Aku hanya minta tolong kepadamu untuk panggilan Bu
Siau huan, dibukit Cing shia ini tak ada seorang pun yang
akan membantuku, sejak kalian datang kemari aku telah
memperhatikan kalian maka menggunakan kesempatan disaat
semua jago lihay dari bukit ini sedang berkumpul aku
berharap kau bisa membantu diriku agar kami ibu dan anak
dapat berjam pa sebentar saja . ."
LloogTianim memperhatikan wajah perempuan itu dengan
seksama, dia merasa wajah perempuan ini memang mirip
sekali dengan Bu Siau huan, tapi dia pun merasa heran
mengapa Siau huan bisa berpisah dengan ibunya" Bahkan
kalau didengar dari perkataannya itu, dia tahu kalau mereka
ibu dan anak tak pernah saling bersua muka.
"Kau adalah ibunya?" Liong Tian itn bertanya dengan
perasaan tidak habis rnengerti.
"Betul" sahut perempuan setengah umur itu dengan air
mata bercucuran "dia adalah putriku, tapi sancu tidak
647 mengijinkan kami bertemu, malam ini aku datang kemari
secara diam diam, aku berharap bisa berjumpa muka
dengannya." Makin lama Liong Tian im merasa semakin kebingungan
serunya: "Apakah kalian ibu dan anak tidak saling mengenali?"
Sambil menghela napas perempuan setengah umur itu
menggelengkan kepala berulang kali.
"Sejak aku melahirkan Siau huan, Sancu telah mengusirku
kelstana dingin di belakang bukit sana, sepanjang hari aku tak
boleh datang ke mari barang selangkah pun, kalau tidak, aku
bisa mati. . ." Mendadak terdengar suara aneh bergema di depan sana,
seluruh tubuh nyonya setengah umur itu gemetar keras, buru
buru dia memandang ke tempat kejauhan sana, lalu sambil
bergerak meninggalkan tempat ini, katanya:
"Aku akan rrenunggunya di depan sana, harap kau jangan
sampai membiarkan orang lain tahu . . ."
Dalam sekali gerakan, bayangan tubuh perempuan itu
sudah lenyap tak berbekas.
Sekalipun Liong Tian im merasa benaknya dipenuhi tanda
tanya besar, namun diapun tak dapat menduga duduk
persoalan yang sebenarnya di balik semua kejadian ini.
Sementara dia masih berpikir bagaimana caranya
memberitahukan persoalan ini kepada Bu Siau huan, tahutahu
Bu Siau huan telah melompat datang dihadapannya.
648 Tampak Bu Siau huan menatap wajahnya dengan
pandangan dingin, kemudian menegur.
"Kau sedang berbicara dengan siapa?"
"Dengan ibumu." jawab Liong Tian im tanpa berpikir
panjang. "Apa?" Bu Siau huan membelalakkan sepasang matanya
lebar lebar "kau bilang apa?"
Tampaknya gadis remaja yang belum pernah bergaul
dengan masyarakat ini sedikit kurang percaya dengan apa
yang didengarnya, dia berdiri tertegun disitu sementara titik
air matanya jatuh berceceran membasahi pipinya, pada saat
itulah dari balik kegelapan terdengarlah suara bentakan
nyaring: "Siapa disitu?"
Penjagaan diatas bukit Cing shia sangat ketat, dimanamana
penuh dengan pos penjagaan perondaan dilangsungkan
seringkali. Begitu suara bentakan berkumandang, tampak bayangan
manusia munculkan diri ternyata perempuan itu sudah muncul
lagi disitu sementara tiga orang lelaki bersenjata pedang
menyusul dibelakangnya. Dengan suatu gerakan tubuh yang enteng perempuan itu
membalikkan badannya, lalu berdiri dengan telapak tangan
disilangkan didepan dada, sorot matanya yang tajam
mengawasi tiga orang pengajarnya dengan pandangan dingin
kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia tertawa seram.
Begitu mengetahui siapakah perempuan di hadapan
mereka, tiga orang lelaki itu segera berseru kaget:
649 "Aah, nyonya muda!"
"Yaa, benar memang aku, Go Tiong. apakah kau hendak
menghalangi jalan pergiku?" tegur perempuan itu dingin.
Go Tiong adalah komandan dari ke tiga orang itu, ia
menjadi tertegun kemudian tanyanya:
"Nyonya muda, ada urusan apa kau datang kebukit sebelah
depan?" "Aku ingin berjumpa dengan Siau huan melihat putriku."
jawab perempuan itu sedih.
Paras muka Go Tiong segera berubah hebat.
"Sancu ada perintah melarang siau nay nay
memberitahukan persoalan itu kepada Siau huan, sekarang
dia berada dalam keadaan baik baik, harap kau segera
kembali kamipun tak akan menyinggung persoalan ini kepada
Sancu" Nyonya itu segera tertawa dingin.
"Hari ini aku akan mempertaruhkan selembar jiwaku,
sekalipun harus mati, aku akan menengok anakku Co Tiong,
bila kau masih mengingat hubungan kita sebagai majikan dan
pembantu, harap kau jangan mencampuri urusan ku ini."
"Tidak bisa." Go Tiong menggeleng, "ucapan Sancu harus
dilaksanakan, ucapannya tak bisa ditentang maupun dilawan,
bila siau nay nay tetap berkeras kepala, seandainya tujuh Sin
650 tong sampai kemari, mungkin akan sulit buat Sau nay nay
untuk meninggalkan tempat ini."
"Hmm. Kau tak usah menakut-nakuti aku, bila ingin
bertarung akan kulayani kalian."
Go Tiong amat gelisah, peluh dingin telah bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya, dia tahu sau nay nay nya
merupakan jago kelas satu diatas bukit Cing-shia ini, bila
kepandaian silatnya dibandingkan dengan kepandaiannya
maka ia masih ketinggalan jauh. apalagi pihak lawan adalah
seorang yang berkedudukan tinggi, tapi kalau sampai turun
tangan... Untuk sesaat lamanya dia tidak dapat mengambil
keputusan, sehingga untuk sementara waktu berdiri kaku
ditempat. Terdengar nyonya setengah umur itu berkata lagi dengan
suara sedingin salju. "Turuti perintahku ini, kalau tidak jiwamu akan terancam
bahaya maut." Mendadak Go Tiong menjatuhkan diri berlutut ke atas
tanah, serunya dengan perasaan terharu:
Terima kasih sau nay nay!"
Perlu diketahui, peraturan Cing shia san amat ketat, bila
mengetahui musuh tidak melapor maka dosa tersebut bisa
diganjar dengan hukuman mati, sekarang perempuan itu
munculkan diri secara terang terangan, untuk merahasiakan
kehadirannya, jelas sudah tak mungkin terpaksa ia mesti
melaksanakan perintah dengan melaporkan kehadiran
651 perempuan itu, sebab dengan demikian mana hukuman mati
bisa dihindarinya. Dari dalam sakunya Go Tiong mengeluarkan sebuah
seruling pendek kemudian dibuoyi kan tiga kali, setelah itu
ujarnya penuh penderitaan:
"Nyonya muda, maafkanlah budakmu..."
Nyooya setengah umur itu mengulapkan tangannya dengan
penuh penderitaan, dua titik airmata jaruh berlinang
membasahi pipinya, pelan pelan dia berpaling, sorot matanya
di alihkan ke arah Bu Siau-huan yang sementara iiu berdiri
kaku disana, kemudian sambil mementangkan tangannya dia
berteriak keras: "Siau huan !" Walaupun Bu Siau huan sudah tahu kalau ibunya masih
hidup didunia, tapi ia tak berani mempercayai kejadian mana
sebagai suatu kenyataan, sambil berdiri tertegun dia menangis
terisak. untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun . . . "Siau huan" kembali nyonya itu berseru pedih "aku adalah
ibumu . . ." Bagaikan baru mendusin dari impian, Bu Siau huan
membelalakkan matanya lebar lebar, hampir saja dia tak
percaya kalau kesemuanya itu merupakan suatu kenyataan,
panggilan yang rendah tapi hangat itu membuat hatinya sedih,
dia merasakan suatu kesedihan yang tak terlukiskan dengan
kata kata mencekam perasaannya.
652 "Ibu ! Benarkah kau adalah ibuku ?" dia bertanya dengan
suara gemetar. Dibalik ucapan tersebut terkandung nada
seperti tak percaya, namun dia toh maju pula ke depan,
berjalan sangat pelan, setiap langkahnya seakan akan berjalan
diujung pisau yang tajam, karena hatinya sedang berdarah,
hatinya yang semula utuh, kini sudah hancur dan remuk
berkeping keping . . . Buru-buru nyonya itu menubruk ke depan seraya berteriak.
"Anakku, Oooh anakku . . . "
Bu Siau huan menundukkan kepalanya rendah rendah, dia
menjatuhkan diri ke dalam pelukan nyonya itu sambil
menikmati hangatnya belaian kasih sayang . . .
Sayang kehangatan semacam itu hanya bisa dinikmati
sebentar saja, sebab suatu bentakan gusar telah
menggetarkan mereka berdua dan memisahkan mereka dari
pelukan. . . "Lepaskan dia!" suatu bentakan rendah dan berat bergema
memecahkan keheningan malam.
Dengan perasaan tercekat Bu Siau-huan mendongakkan
kepalanya, diantara buramnya pemandangan ia menyaksikan
selembar wajah yang dingin tak berperasaan selembar wajah
menggidikkan hati, karena wajah sama sekali tak berperasaan
yang ada hanya hawa napsu pembunuh yang sangat tebal.
Selama hidup belum pernah ia menyaksikan yayanya
menunjukkan sikap seperti ini, tanpa terasa dia menjerit
dengan perasaan terkesiap. .
"Yaya!" serunya gemetar.
653 Cing shia sancu sama sekali tidak memandang kearehnya,
walau hanya sekejap matapun, dia hanya memperhatikan
nyonya setengah usia itu sambil tertawa seram, suara tertawa
yang lebih mirip dengan jeritan kuntilanak, dari pada suara
tertawa manusia. "Siapi yang suruh kau keluar?" bentak gusar.
"Ayah!" nyonya setengah umur itu menjatuhkan diri
berlutut diatas tanah, sekujur badannya gemetar keras.
"Hmmm, aku bukan ayahmu, aku tak mempunyai menantu
seperti kau," tukas Cing shia sancu dingin.
Benar-benar suatu pemandangan yang kejam, suatu
kejadian yang tak berperasaan, suatu peristiwa memedihkan
hati yang bisa berubah menjadi kobaran api kebencian bila
diingat, peristiwa itu akan mendatang bayangan suram bagi
hati orang. Kejadian itu merupakan suatu aib bagi Cing shia san,
sebuah aib yang tak ingin disinggung kembali untuk
selamanya. Rembulan ada diatas awang-awang menyiarkan sinarnya
yang redup, bintang bertaburan diangkasa dan berkedip kekip,
kegelapan malam te!ah mencekam seluruh jagad.
Segulung angin malam berhembus lewat mengibarkan
rambut di kepala Cing shia sancu, menerpa wajahnya yang
tanpa perasaan dengan sepasang mata yang dingin
menggidikkan hati, sepasang mata setajam sembilu yang
menusuk perasaan setiap orang.
654 Bu Siau huan memandang Cing shia sancu dengan
termangu, wajahnya basah oleh butiran air mata, dia
memandang wajah Cmg shia sancu, lalu memandang pula
wajah perempuan setengah umur yang mengaku sebagai
ibunya yang patut dikasihani itu, untuk sesaat dia tak tahu apa
yang mesti diucapkan "
Karena itu dia hanya berdiri kaku disitu, berdiri bodoh,
hanya hembusan angin yang mendatangkan suatu perasaan
bagiua, hanya angin yang memahami penderitaannya
sekarang Cing shia sancu tidak berbicara lagi, dia hanya memandang
perempuan itu dengan pandangan keji, dia ingin perempuaa


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini mati karena malu bercampur marah, dia menginginkan
perempuan itu roboh di situ karena malu kepada diri sendiri,
bahkan dia bara ar perempuan itu bisa menyaksikan putranya
berdiri tepat dihadapinya namun tiada kesempatan untuk
berkasih sayang dengannya.
Pukulan keji dan tak berperasaan seperti juga akan lebih
mengerikan daripada membinasakan perempuan tersebut.
Karena Cing-shia sancu membencinya, membenci
kepadanya karena pengkhianatannya atas putra sendiri, lebih
membencinya karena ia tak setia sebagai seorang istri hingga
memalukan keluarga Bu dari Cing shia-san, membuat keluarga
Bu tak punya muka lagi menancapkan kakinya didepan umat
persilatan, tidak punya muka lagi bertemu dengan nenek
moyangnya. Bu Siau huan tak kuasa menahan suasana yang hening dan
sepi itu, dia menyeka air matanya pelan pelan bergerak ke
muka menghampiri pe rempuan tersebut.
655 Paras muka Cing thia sancu berubah hebat, mendadak
bentaknya dengan suara menggeledek. "Kembali !"
Dengan perasaan terkejut Bu siau huan menarik kembali
langkahnya lalu memandang sekejap wajah si kakek yang tak
berperasaan itu dengan pandangan murung dan sedih, air
matanya jatuh bercucuran amat deras, dia tak sanggup
memperdulikan luapan perasaan yang telah disimpan selama
belasan tahun dalam hati kecilnya, setelah menjerit penuh
kepediban, dia melompat maju ke depan.
Walaupun gerakan tubuhnya itu amat cepat dan sama
sekali diluar dugaan, namun gerakkan tubuh dan Cing shia
sancu jauh lebih cepat deripadanya, leagan kanannya
digetarkan tahu tahu ia sudah mencengkeram tubuh Bu Siau
huan yang menubruk kemuka dan membantingnya knras
keras ke atas tanah . . .
"Mau apa kau?" bentaknya dengan wajah dingin.
Begitu tubuhnya kena dibanting keras-keras oleh Cing shia
sancu, seluruh hawa amarah yang semula meliputi wajah Bu
siau huan ikut terbanting keluar pula, betul yayanya amat
cinta dan menyayanginya, merawatnya dengan seksama,
namun rasa rindu kepada ibunya jauh lebih tebal daripada
perasaan sayang yayanya itu.
"Aku menginginkan ibu," serunya sambil teriak.
"Ibumu sudah mampus." seru Cing shia sancu gusar.
"Tidak!" seakan akan menyaksikan suatu peristiwa yang
menakutkan mendadak perempuan itu berteriak keras
rambutnya ditarik-tarik keras hingga kalut dan terurai tak
karuan. 656 "Oooh ayah...." pekiknya dengan sedih, "kau tak boleh
berkata demikian, aku kawin dengan putramu bukan atas
dasar kehendakku sendiri waktu itu aku hanya dipaksa."
"Cuuuh!" Cing shia sancu mdudah dengan sinis, "kau
perempuan bedebah, perempuan tak tahu malu, putraku
benar benar sudah buta perempuan cabul macam kau pun
bisa dikawini. Hmmm! kalau bukan gara gara perbuatanmu
tak mungkin putraku akan pergi selama belasan tahun dan tak
pernah kembali lagi .."
Sewaktu barbicara sampai disitu, tanpa terasa muncul
perasaan sedih dalam hatinya, di bawah sinar matanya yang
dingin, lamat-lamat mengembang juga bayangan air mata,
mukanya hijau membesi, bibirnya gemetar berulang kali,
namun tak sepatah katapun yang bisa diucapkan.
Perempuan itu menggelengkan kepala berulang kali,
kemudian katanya: "Kau tak dapat menyalahkan aku, coba
kau bayangkan sendiri, bagaimasakah sikap keluarga Bu kalian
terhadapku atas dasar apa kalian keluarga Bu marah-marah."
"Hmm. kau kawin dengan anakku karena kau ingin
mempelajari ilmu pedang yang tanpa tandingannya dari
keluarga Bu kami." Agaknya perempuan setengah itu merasa gusar sekali, dia
seperti tak dapat menahan ucapan yang bernada menghina
itu, sambil menyeka air matanya, dia berseru dengan suara
gemetar: "Walaupun ilmu pedang tanpa tandingan dari keluarga Bu
disebut ilmu pedang nomor satu dikolong langit. tapi aku Lim
Siok-noa masih tidak tertarik, sejak masuk kedalam keluarga
Bu aku belum pernah belajar ilmu silat Cing shia-san barang
657 setengah jurus pun, lagipula walaupum keluarga Lim kami
tidak sehebat Cing shia san, kamipun bukan keluarga yang tak
punya nama, kecuali Cing shia-san, dikolong langit tiada orang
yang dapat menandingi kami lagi."
Cing-shia sancu mendengus dingin:
"Hm, buat apa kau mesti sungkan sungkan, keluarga Lim
bisa mengikat tali hubungan berbesanan dengan Bu toh atas
karya ayahmu, siapa tahu kau tak tahan kehidupan sepi di
atas bukit dan melakukan perbuatan tak tahu malu."
Lim Siok boa mendongakkan kepalanya dan tertawa keras.
"Haaa, haaa, haaa. janganlah mengucapkan kata kata
tersebut dengan nada yang tak sedap, waktu itu putramu
mendesak terus menerus, karena tak bisa berbuat banyak
terpaksa ayahku mengabulkan permintaannya, tapi hasilnya
karena keburu mengambil keputusan. hampir saja nyawa
seorang perempuan mati karena tersiksa."
"Omong kosong!" bentak Cing shia sancu dengan gusar,
"keluarga Bu bersikap baik kepadamu, putraku amat
menyayangimu, coba bayangkan sendiri, kehidupanmu sudah
terpenuhi semua, apalagi yang menyebabkan kau menderita?"
"Kalian tak akan memahami penderitaanku, dalam pikiran
dan perasaan, kau hanya tahu ilmu pedang keluarga Bu tiada
tandingannya dikolong langit, tapi melupakan kebutuhan
hidup yang normal dari seorang perempuan, kecuali berlatih
pedang, pernahkah putramu memberikan setitik kehangatan
bagiku" Ayah, aku adalah manusia, yang kubutuhkan adalah
kepuasan hidup sebagai manusia wajar, manusia tidak akan
658 terlepas dari tujuh perasaan dan napsu. tapi keluarga Bu
kalian hakekatnya tak berperasaan tak bernafsu, kalian hanya
tahu berlatih pedang, menciptakan jurus-jurus serangan
baru." "Perasaan... napsu..." Cing shia sancu tertegun, "kalau
begitu Siau huan bukan..."
Lim Siok hoa segera tertawa dingin.
"Heehh. . heeh. . .heeh . . soal itu tak usah kau curigakan"
sahutnya "Siau huan benar-benar merupakan keturunan
keluarga "Bu kalian, justru karena persoalan inilah Cing peng
meninggalkan aku, dia menuduh aku telah merusak jejakanya
sehingga tak dapat melatih ilmu pedang terbang, selama
banyak tahu kami menikah hanya sekali itu saja kami
berhubungan erat layaknya suami istri, justru karena
hubungan itu pula lahir Siau huan, aku benar-benar tidak
habis mengerti kalau toh Cing peng lebih mengutamakan ilmu
silau buat apa dia mesti mengejar diriku terus menerus. Apa
manfaatnya bagiku seorang suami abnormal semacam dia."
Bu Cing peng adalah putra tunggal Cing shia sancu, dia
adalah suami Lim Siok hoa."
Dengan suara dingin Cing shia sancu berkata:
"Dia mengawinimu karena hendak menjadikan dirimu
sebagai patner dari dewa dewi, tidak mempersoalkan cinta
dan napsu birahi,dasar kau memang berwatak rendah, hingga
merusak htsrl akibatnya tak heran kalau dia amat membenci
dirimu. . ." "Patner dewa dewi. ." jengek Lim Siok hoa sambil tertawa
dingin, "heeh heeh, heeh, aku lebih mengagumi sepasang
659 sejoli daripada dewa dewi, sepanjang hidup manusia tak
mungkin bisa melewati kehidupannya secara hambar,
sehingga bak menikmati kehidupan tidak mUki...
Bagaimana pun juga Cing shia sancu adalah seorang jago
yang mempunyai iman tinggi ketika dilihatnya perkataan Lim
Siok hoa makin lama semakin tidak genah, keningnya kontan
berkerut, setelah mendengus dingin ujarnya dengan wajah
masam: "Kau telah melanggar perjanjian yang kita buat, aku tak
dapat mengampuni dirimu lagi, bagaimana kuperingatkan
kepadamu dulu, bagaimana pula kuhukum dirimu sekarang,
lebih baik turun tangan sendiri untuk menghabisi nyawamu,
bila kau tak bersedia melakukan apa yang kau janjikan, Hmm,
penderitaan dan siksaan yang lebih hebat sudah
menantikanmu." Tampaknya kedatangan Lim Siok hoa malam ini sudah
disertai dengan suatu tekad tertentu, mendengar perkataan
tadi, rasa kaget dan takut yang semula menghiasi wajahnya
kontan lenyap tak berbekas.
Dia segera melompat bangun dari atas tanah, kemudian
teriaknya keras-keras: "Bagaimanapun juga aku bakal mati, sebelum mati aku
harap kau sudi memberi sedikit waktu kepadaku agar aku
dapat berbicara dengan anakku, kemudian. . ."
"Kemudian mau apa apa kau?" paras muka Cing-shia sancu
berubah hebat, "apakah kau masih ingin bertarung
denganku." 660 "Aku tak berani dan tak ingin berbuat demikian." Lim siok
hoa menggelengkan kepalanya berulang kali "aku hanya
berharap kau sudi mengabulkan sedikit permintaanku ini."
"Tidak bisa." tampik Cing shia sancu dengan tegas "antara
kau dengan Siau huan sudah tiada setitik hubunganpun, aku
tak akan mengijinkan kepadamu untuk berbicara dengannya,
kecuali kau dapat mengalahkan aku."
Lim Siok-koan meloloskan pedangnya dari punggung
kemudian berseru: "Demi bocah ini, terpaksa aku harus bertarung dengan
mempertaruhkan selembar jiwaku, meskipun kesempatan ini
tipis sekali bahkan hampir boleh dibilang tak ada, namun kau
tak akan memahami peraasaan seorang ibu. Ayah, aku tahu
bertarung denganmu berarti tidak berbakti, tapi demi Siau
huan, terpaksa akan kupikul dampratan orang kepadaku
sebagai orang yang tak berbakti ..."
Waktu itu dia sudah mengesampingkan soal mati hidupnya,
sebelum pertarungan dimulai, suatu naluri seorang ibu
terhadap anaknya membuat ia berpaling dan memandang Bu
Siao huan, dengan hangat diantara matanya yang basah oleh
Pembunuh Misterius 1 Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja Naga Sasra Dan Sabuk Inten 34
^