Pencarian

Cula Naga Pendekar Sakti 10

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 10


"Tunggu dulu, Lotiamhoa. Beritahukan kepadaku,
siapa yang telah membayarkan buatku semua ini ?"
"Katanya seorang sahabat baik kongcu..."
menyahuti si pelayan. "Bagaimana keadaan orang itu ?"
"Seorang nona cantik jelita ..."
"Apa ?" Si pelayan mengawasi heran. "Bukankah kongcu
seharusnya sudah mengetahui siapa yang
melakukan semua ini?"
776 Giok Han menggeleng. "Tidak. Aku pendatang baru di kota ini tidak ada
seorang kawanpun juga !"
Kini giliran si pelayan yang jadi terheran-heran.
"Kongcu jangan bergurau.... nona itu bilang
kau... kau adalah... adalah calon suaminya !"
"Apa?" Giok Han kaget dan tambah heran.
"Celaka, lo-tiamhoa... kau salah kamar ! Semua ini
bukan untukku ! Kau pasti salah kamar !"
Si pelayan menggelengkan kepala.
"Tidak ! Tidak mungkin salah kamar ! Nona itu
sudah memberitahukan jelas tamu di kamar empat
dan melukiskan muka dan keadaan badan kongcu."
Giok Han jadi tambah heran. "Apakah wanita itu
tidak memberitahukan namanya ?"
Si pelayan tertawa. "Kepada seorang pelayan kotor seperti-ku ini
mana nona itu mau memberitahukan namanya. Dia
cuma bilang, kami harus melayani kongcu sebaikbaiknya...
berapapun akan dibayarnya, asal kongcu
senang tinggal di sini!"
777 Giok Han tambah heran dan ragu-ragu. Dia yakin
pelayan ini pasti salah kamar.
"Percayalah lo-tiamhoa, yang dimaksudkan
wanita itu bukan diriku ! Aku baru datang dari kota
lain, di sini tidab ada sahabat atau sanak famili, apa
lagi calon isteri. Ayo bawa keluar semua barang
santapan itu, aku bukan orang yang dimaksud
wanita itu !" "Tidak mungkin salah !" kata si pelayan dengan
pasti. "Dirumah penginapan ini tidak ada pemuda
lain, selain kongcu ! Memang ada tamu lain yang
datang malam tadi, tapi mereka dua orang wanita
dan seorang lelaki sudah tua-renta. Hanya kongcu
seorang yang masih muda. Maka dari itu, tidak
mungkin salah yang dimaksudkan nona cantik itu
adalah kongcu !" Tidak kepalang heran Giok Han. Siapa wanita itu"
Mengapa dia begitu lancang mengakui dirinya
sebagai calon suaminya "
"Maaf, kongcu. Aku harus melayani tamu-tamu
Iain..." dan si pelayan keluar meninggalkan Giok Han
yang masih berdiri mematung karena benar-benar
tak mengerti Atas kejadian yang berlangsung demikian aneh
dan penuh teka-teki. Apakah wanita itu salah mata "
Tapi hal itu tak mungin. Tapi mengapa wanita itu tak
memperlihatkan diri "
778 Banyak tanda-tanya yang berkumpul di hati Giok
Han dan tak terjawab. Perutnya berbunyi lapar, dia
segera memakan Yan-oh yang dicampur dengan
anggur, enak sekali santapan itu dan memang
makanan tersebut tidak mengandung racun. Giok
Han kemudian keluar dari kamarnya, dilihatnya
pelayan tua tadi tengah duduk di dekat pintu
gerbang rumah penginapan dengan kepala
melenggut, rupanya dia mengantuk.
Giok Han menghampiri. Dibangunkan pelayan itu,
yang segera sibuk bertanya. "Apakah kongcu mau
mencoba jubah biru itu" Apakah kongcu mau keluar
jalan-jalan melihat keramaian kota" Kalau memang
kongcu ingin perintahkan sesuatu padaku, jangan
sungkan-sungkan, perintahkan saja..."
"Lo-tiamhoa, apakah wanita yang telah
membayarkan sewa kamar dan makanan untukku
itu bukan penduduk kota ini ?" tanya Giok Han.
"Aku tak mengenalnya, kongcu, tapi melihat
pakaiannya yang mewah mentereng, tampaknya dia
seorang putri bangsawan atau hartawan kaya.
Sungguh beruntung kongcu mempunyai calon isteri
seperti itu, cantik, kaya dan sangat memperhatikan
kepentingan kongcu..."
Sedang pelayan itu mengoceh terus. Giok Han
justru melihat di luar rumah penginapan seseorang
tengah mengamat-amatinya. Dia segera mengenali
si pengemis muda yang kemarin bertemu
779 dengannya. "Hei tunggu kawan !"panggil Giok Han
meninggalkan si pelayan dan berlari menghampiri si
pengemis Si pelayan menandang heran, mulutnya
yang semula mengoceh jadi terbuka saja.
Pengemis muda itu melihat Giok Han
menghampirinya, segera berlari. Cepat larinya, tapi
Giok Han mengejarnya terus. Waktu ini jalan cukup
ramai orang-orang heran melihat si pengemis saling
kejar cepat dengan Giok Han, yang membuat
mereka lebih heran ke-dua orang itu berlari seperti
terbang saja ! Giok Han menduga pengemis ini pasti bisa
memberikan keterangan sesuatu padanya, sikapnya
mencurigakan. Kemarin ia mengikutinya terus
menerus, sekarang pun tampaknya tengah
mengamat-amati tempat di mana ia menginap.
la mengejar terus, sampai akhirnya si pengemis
melompat masuk ke dalam sebuah kuil dengan cara
meloncati tembok kuil. Giok Han mengikuti cara si
pengemis. Kuil itu ternyata tak berpenghuni sudah
rusak di sana-sini. Si pengemis tampak tengah
duduk tenang di bangku batu, mengawasi Giok Han
dengan mulut tertawa nyengir.
"Hemmm, sekarang sudah terbukti, bukan aku
yang mengikutimu ! Lihatlah, justeru kau yang telah
mengikutiku!" kata si pengemis masih tetap tertawa
nyengir. 780 "Kemarin pun kau yang ikut ke tempat
istirahatku, tapi mulutmu ceriwis dan bilang aku
yang mengikutimu ! Hemmm, ayo bilang, kau
mengikuti aku atau aku yang mengikuti kau?"
Giok Han tercengang sejenak, tapi akhirnya
tersenyum. "Sahabat, mari kita bicara terus terang,
aku Giok Han ingin meminta petunjukmu..."
"Meminta petunjukku " Petunjuk apa ?" tanya
pengemis itu pura-pura tak mengerti. "Bicara
terang" Sekarang sudah menjadi terang urusannya,
kau yang selalu mengikuti aku, bukan aku yang
mengikuti kau !" "Baiklah kalau kau bilang begitu, aku mengakui.
Memang dua kali aku yang ikuti kau ! Tapi.
beritahukanlah, siapa kau sebenarnya "!"
"Aku pengemis kotor dan miskin, apa gunanya
memberitahukan namaku padamu, karena kau tentu
tak akan memandang sebelah mata juga !"
Giok Han tersenyum. "Jangan berkata begitu,
sahabat. Walaupun bagaimana kita sama-sama
orang kangouw, tentu urusan uang bukanlah urusan
yang terlalu penting buat kita. Miskin kaya tidak
menjadi persoalan, asal jiwa kita bersih..."
"Hemm, kau bicara dengan lagak seperti seorang
pendekar besar !" mengejek si pengemis. "Apakah
kau kira dalam kangouw cuma kau saja yang
781 memiliki jiwa bersih dan yang lainnya berjiwa kotor
?" "Bukan, aku tidak bilang begitu..."
"Hemmm, tidak usah kau putar-balik persoalan,
kenyataannya sudah berulangkali kau mengikutiku,
tapi sebelumnya kau tak mengakui ! Apakah dengan
demikian kau bisa menepuk dada dan mengatakan
jiwamu benar-benar bersih ?"
"Sahabat, baiklah aku mengaku salah. Tapi,
janganlah kau mempermainkan aku lebih jauh !"
kata Giok Han mengalah. "Cisss, siapa yang mau mempermainkan kau ?"
bentak si pengemis sambil berdiri-marah menentang
mata Giok Han, matanya bersinar bening dan kalau
saja mukanya tidak kotor mesum seperti itu, tentu
pengemis ini memiliki muka yang cakap. "Kau
menuduhku bahwa selama ini aku
mempermainkanmu ?" "Bukan begitu, yang kumaksudkan kita tidak
perlu saling salah menyalahi. Aku seorang
pendatang di kota ini, segala apa tidak kuketahui.
Tentu kau bisa memberikan petunjuk kepadaku
tentang sesuatu hal..."
"Tentang hal apa ?"
782 "Baru-baru ini aku mengalami suatu kejadian
yang benar-benar aneh..."
Si pengemis memperhatikan Giok Han tampaknya
dia jadi tertarik, tanyanya : "Aneh bagaimana ?"
"Semalam aku menginap di rumah penginapan
yang tadi, siapa tahu, pagi ini waktu pelayan
mengantarkan santapan untukku, ia bilang seluruh
harga makanan dan sewa kamarku telah dibayarkan
seseorang...." "Aduhhhh ! Aduhhhh . . . ! Enak sekali. Kalau aku
bernasib baik seperti kau, tentu aku ucapkan ribuan
kali terima kasih kepada Thian !" Berseru si
pengemis nyaring. Tapi mendadak mukanya jadi
muram, dia menunduk, menggumam perlahan
dengan suara sedih: "Ya, kau memang bernasib baik, tapi aku . . . "
Aku anak celaka bernasib sangat buruk ..."
Giok Han heran melihat kelakuan si pengemis,
yang bisa bersikap riang serta nakal, tapi juga
mendadak bisa bersedih hati seperti itu. Sedang
Giok Han mengawasi heran, si pengemis
mengangkat kepalanya, tertawa lebar. "Ayo
teruskan ceritamu... ku kira itu cerita yang cukup
menarik." 783 "Aku menanyakan pada si pelayan, siapa orang
yang telah membayar semua itu, tapi ia bilang tidak
kenal orang tersebut..."
"Lalu bagaimana ?"
"Pelayan itu cuma bilang yang minta padanya
untuk melayani aku baik-baik adalah seorang nona
..." "Aha... luar biasa ! Tentunya kau mempunyai
hubungan yang erat dengan wanita itu, sehingga dia
demikian memperhatikan semua keperluanmu..."
"Justeru hal ini yang membuatku heran" kata
Giok Han, pipinya berobah merah. "Aku pendatang
baru di kota ini, baru kemarin aku sampai di sini,
juga aku tidak mempunyai sanak famili maupun
sahabat..." "Hu, sejak kemarin kau selalu memanggilku
dengan "sahabat, sahabat, tapi sekarang kau bilang
tidak punya sahabat ! Sungguh mulutmu itu
keterlaluan sekali, selain ceriwis juga selalu
berbohong !" "Jangan salah paham, kau tidak termasuk dalam
ceritaku ini. Memang kuakui, biar pun kita baru
berkenalan, tapi kau sudah ku anggap satu-sutunya
sahabatku di kota ini!"
784 Merah pipi si pengemis, dia membuang pandang
kesamping, tapi jelas dia senang mendengar katakata
Giok Han yang terakhir. "Menurut pelayan." Giok Han melanjutkan
ceritanya "Nona itu... nona itu sangat cantik dan
berpakaian mewah setidak-tidaknya dia puteri
hartawan atau anak pembesar negeri ! Yang
membuat aku bingung, dia memberitahukan pada
pelayan bahwa aku... bahwa aku... adalah... calan
suami nya !" "Cepat kau berterima kasih kepada Thian!"
Berseru si pengemis. "Memperoleh keberuntungan
seperti itu tidak mudah terjadi pada sembarang
orang, kau benar-benar memiliki nasib sangat bagus
!" "Tunggu dulu, dengar ceritaku belum habis," kata
Giok Han lagi. "Aku sendiri tidak merasa punya calon
isteri di kota ini... maka kuyakin dia salah mata !"
"Hemmm, di kota ini kau bilang tidak punya calon
isteri?" tanya si pengemis
"Ya," Giok Han mengangguk. "Aku tidak
mempunyai sanak famili, apa lagi calon isteri di kota
ini !" "Hemmmm, kalau di kota-kora lain tentu banyak
calon-calon isterimu ?" tanya si pengemis dengan
mulut dimonyongkan. 785 Pipi Giok Han merah. "Kawan, jangan bergurau.
Aku bicara sejujurnya, sampai saat ini aku belum


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai calon isteri, di kota manapun juga !"
"Cissss ! Perduli apa denganku!" Kau memiliki
sepuluh calon isteri atau seratus calon isteri, apa
perduliku?" pengemis itu menunduk, mukanya
muram dan kembali ia tampak bersedih hati "Aku
benar-benar bernasib buruk... tidak ada seorangpun
yang memperhatikan diriku... dari kecil sampai
sekarang aku tak pernah memperoleh perhatian
siapapun juga, tidak bernasib bagus seperti kau..."
Dan air matanya mengalir panjang dikedua pipinya.
Giok Han kaget. "Kawan kenapa kau ?" tanyanya.
Si pengemis tiba-tiba mengangkat kepalanya
tertawa. Padahal air mata masih membasahi
mukanya. "Ayo teruskan ceritamu, bukankah kau
bilang, bahwa urusan sangat aneh " Kulihat tidak
ada keanehannya ! Wajar kalau calon isteri
menyambut kedatangan calon suaminya dengan
penuh perhatian..." "Kau keliru! Bukankah tadi sudah kujelaskan
bahwa aku tidak memiliki sanak famili dan apa Iagi
caIon isteri ! Karena itu, urusan demikian aneh, aku
ingin mengetahui siapa wanita itu yang mengaku
sebagai calon isteriku ! Aku ingin minta bantuan,
sahabat, kalau kau tidak keberatan membantuku,
786 selidikilah siapa wanita itu sebenarnya. Sebagai
penduduk lama di kota ini tentu kau bisa melakukan
pekerjaan itu dengan mudah..."
"Ehhh, enak saja kau perintahkan aku menjadi
pesuruhmu, selidik kesana selidik kemari ! Kau
berani membayarku berapa ?" Kata si pengemis.
Giok Han nyengir pahit. "Tentu saja aku tidak
mempunyai maksud jelek seperti itu, aku cuma
minta bantuanmu untuk menolongku memecahkan
teka-teki yang membingungkan ! Tentu kau bersedia
membantuku, bukan ?"
"Teka-teki membingungkan " Kalau kau mau
mendengar kata-kataku, janganlah bingung-bingung
lagi. Mulai sekarang kau tenang-tenang saja di
kamar hotelmu, bukankah peruntungan sangat
bagus kalau tidak lama lagi kau bertemu dengan
calon isterimu itu" Jangan suka menentang jodoh,
nanti kalau Thian marah, jodohmu jadi macet dan
seumur hidup tidak kebagian jodoh lagi !"
"Ah, sahabat, kau jangan bergurau ! Aku
sungguh-sungguh..." kata Giok Han.
"Siapa bilang aku bergurau " Aku juga sungguhsungguh
!" menyahuti si pengemis aseran.
Giok Han menarik napas dalam-dalam, susah
mengajak bicara pengemis yang sifatnya seperti
angin-anginan ini. Biarpun sudah dijelaskan
787 sedemikian rupa, pengemis, itu tetap saja ugalugalan
dan aseran. Jilid ke 18 Tampaknya sulit untuk meminta bantuan
pengemis ini. karena untuk diajak bicara saja sudah
sulit, apa lagi untuk memintanya melakukan sesuatu
penyelidikan atas peristiwa aneh yang dialami Giok
Han. Pengemis itu berdiri, dia menjebi. "Huh, meminta
tolong kok dengan muka cemberut masam begitu "
Mau dengan cara paksa " Aku tidak bisa
membantumu menyelidiki siapa orang yang telah
membayarkan semua makanan dan keperluanmu
yang lainnya, dan kau tidak bisa memaksaku untuk
memenuhi keinginanmu dengan muka asam
cemberut seperti itu."
Giok Han nyengir pahit. "Jangai salah paham,
sahabat Aku tidak memaksa. Kalau memang kau
mau menolongku, aku tentu berterima kasih. Tapi
kalau kau..." "KaIau aku keberatan menolongmu," memotong
pengemis itu, "kau akan marah?"
"Juga tidak, Tapi sayangnya aku masih asing
dikota ini, semula kukira sebagai orang yang telah
lama berdiam di kota ini, kau pasti lebih mudah buat
membuka tabir rahasia atas kejadian yang
788 mengherankan itu. kalau toh kau tidak mau
membantuku, aku pun tidak bisa memaksanya."
"Kau tidai gembira mengalami urusan yang
menyenangkan ini, calon isterimu menyambut
kedatanganmu dengan sikap begitu manis ?"
menegasi si pengemis. "Menyesal sekali, aku sungguh-sungguh tak
mengerti dan merasa tak pernah mempunyai calon
isteri di kota ini."
"KaIau begitu kau tolak saja semua kebaikannya
itu ! bisa saja kau tidak memakan semua santapan
yang disediakan untukmu, pindah ke rumah
penginapan lain dan tidak peduli atas semua
kebaikan! Mengapa harus repot-repot hendak
menyelidiki dan membuka tabir itu " Kalau kau mau
dan tidak berpura-pura, mudah saja kau mengetahui
siapa orang yang baik hati itu."
"Bagaimana caranya ?"
"Kau berani membayarku berapa untuk
keteranganku ?" Mata pengemis itu gemerlap terang
mengawasi Giok Han. Giok Han geleng geleng kepala.
"Menyesal aku tidak mempunyai uang."
"Tidak mempunyai uang ?"
789 "Ya, aku memang tidak membawa perbekalan
yang cukup, uangku telah habis dalam perjalanan."
"Huh ! Huh! Sudah tak mempunyai uang tapi
masih bertingkah dan pura-pura menolak kebaikan
orang lain ! Katakan saja terus terang, kau bukan
hendak menyelidiki untuk mengetahui orang yang
baik hati itu sekedar untuk melihat orangnya, tapi
kalau sudah bertemu dengannya malah ingin minta
uang lebih banyak darinya! Bukankah begitu?""
Pipi Giok Han merah. Dia menggeleng-geleng
kepala. "Tidak, jangan menuduhku serendah itu. Aku
benar-benar sulit menerima kebaikan orang yang tak
kukenal iiu. Benar aku tak mempunyai uang, tapi..."
"Tapi apa ?" "Aku bisa bekerja dan menerima upah."
"Orang seperti kau ini benar-benar aneh !"
menggumam si pengemis. "Diberi enak, malah mau
cari susah bekerja! Kau bisa bekerja apa sih "
Apakah kalau kau kerja, bisa menghasilkan uang
yang ribuan tail perak dalam satu hari " Jangan
pura-pura seharusnya kau berterima kasih, di saat
tak mempunyai uang, sekarang ada orang yang baik
hati membayarkan semua keperluanmu !"
790 Giok Han diam. Berabe bicara dengan pengemis
ini, yang selalu tidak mau percaya padanya. Dia
bangun berdiri, katanya. "Baiklah, kukira sudah cukup lama
mengganggumu, aku ingin kembali ke rumah
penginapan. Sampai bertemu lagi" Setelah berkata
begitu Giok Han memutar tubuhnya untuk
meninggalkan kuil tersebut.
Si pengemis tertawa. "Untuk menantikan calon isterimu, bukan ?"
Muka Giok Han merah lagi, ia mendongkol, tapi
tak mau berdebat pula dengan pengemis itu. Dia -
ngeloyor pergi. Tapi, waktu ingin melompati tembok kuil, tibatiba
si pengemis menyusul dan melewati
sampingnya kemudian mendahului melompat ke
tembok kuil. Berdiri di situ.
Giok Han menengadah, dilihatnya pengemis itu
tengah tersenyum-senyum. "Aku mau membantumu, tapi ada syaratnya."
"Syarat apa ?" 791 "Aku akan memberitahukan kepadamu siapa
orang yang telah berbaik hati padamu tapi kau harus
memenuhi dulu satu syarat."
"Sebutkan syaratmu itu?"
"Kau ikut denganku, dengan syarat tidak boleh
bicara sepatah katapun juga, biar menyaksikan
kejadian yang sangat aneh sekalipun, kau mau
berjanji ?" Syarat yang lucu. Benar-benar pengemis ini aneh
sekali. la mengawasi ragu-ragu. Dia akan diajak si
pengemis ke suatu tempat, tapi tidak boleh bertanya
satu patahpun juga, biarpun menyaksikan kejadian
yang aneh. Sungpuh lucu syaratnya. Lagi pula,
kemana dia mau diajak "
"Baiklah," mengangguk Giok Han. "Aku mau
memenuhi syaratmu." "Jangan begitu mudah menyanggupi syaratku itu
! Kalau nanti kau melanggar janjimu, berarti aku
batal memberitahukan padamu tentang orang yang
hendak kau temukan itu !"
Giok Han mengangguk. Terlanjur ia sudah
meminta keterangan dari pengemis ini, juga
memang ia merasa heran melihat sepak terjang si
pengemis. Karenanya ia segera menyanggupi. "Nah,
mana kau ingin mengajakku ?"
792 "Kau tidak usah bertanya ! Bukankah tadi kau
sudah menyanggupi untuk tak bertanya apa-apa "
Mengapa sekarang belum lagi pergi dari kuil ini
sudah bertanya tetek-bengek ?"
Giok Han mengangkat bahunya. Benar juga, dia
sudah berjanji tidak akan bertanya apa-apa,
sekarang belum lagi pengemis itu mengajaknya
pergi, dia sudah melanggar janjinya.
"Ayo kau ikut aku," mengajak si pengemis,
tubuhnya melesat turun dari tembok kuil di sebelah
luar, berkelebat berlari gesit sekali. Giok Han
mengikutinya. Ginkang pengemis itu memang tinggi,
karena dia bisa berlari sangat cepat. Giok Han
mengikuti sambil bertanya-tanya pada dirinya
sendiri, mau diajak kemana dia "
Apa sebabnya ia tidak boleh bertanya apa-apa
pada si pengemis " Siapa sebenarnya pengemis
yang perangai dan tabiatnya demikian aneh" Juga
dia heran melihat ilmu silat pengemis ini tidak
rendah, menunjukkan bahwa pengemis ini bukanlah
pengemis sembarangan. Dari pintu perguruan
manakah pengemis ini " Siapa gurunya " Dari
Kaypangkah " Sedang Giok Han berlari mengikuti si pengemis,
tak terasa ia telah dibawa si pengemis ke sebuah
tempat, yang membuat dia memandang lebih heran.
Tempat itu penuh dengan pohon-pohon bunga
793 beraneka warna, indah sekali, sunyi, tak ada sebuah
rumahpun. Tak ada seorang manusiapun, keadaan di sekitar
itu diterangi cahaya matahari senja, karena sudah
mendekati magrib. Si pengemis sudah berhenti,
duduk di bawah sebatang pohon yang daunnya
rimbun. "Sahabat .... tempat apakah ini ?" Tanya Giok
Han yang masih heran melihat si pengemis
mengajaknya ke tempat yang mirip-mirip taman
bunga. Si pengemis mendelik, bola matanya tampak
bulat memandang tajam pada Giok Han. Segera
Giok Han teringat bahwa ia tak boleh bertanya-tanya
apapun pada si pengemis. Dia bungkam. Duduk
tidak jauh dari tempat duduk si pengemis. Hatinya
kembali diliputi tanda-tanya.
Apa yang ingin dilakukan pengemis ini
mengajaknya ke sini " Tempat apakah ini " Siapa
pemilik tempat ini " Melihat bunga-bunga yang
tumbuh terawat dan teratur dengan baik, jelas ini
bukan daerah liar yang ditumbuhi pohon-pohon
bunga liar, pasti ada pemiliknya.
Lama juga Giok Han cuma mengawasi si
pengemis duduk bengong tak mengucapkan sesuatu.
Hari semakin gelap, karena magrib telah tiba.
794 Waktu itu si pengemis memberi isyarat padanya,
agar ikut dengannya. Giok Han diajak melewati dua
baris bunga Huang-she, yang bunganya berwarna
kuning terang cemerlang indah-sekali tumbuh dalam
ketinggian sepinggang manusia. Giok Han mengikuti
saja, sekarang biarpun hatinya masih diliputi tandatanya,
dia tidak banyak bertanya. Cuma, matanya
mengawasi tajam dan waspada, kuatir jika pengemis
ini bermaksud sesuatu yang sekiranya bisa
membahayakan dirinya. Tidak jauh pengemis itu mengajak Giok Han
berjalan, sampai akhirnya dia berhenti dan menarik
lengan Giok Han agar lebih dekat dengannya. "Kau
lihat asap itu ?" tanya si pengemis.
Giok Han mengangguk. "Asap apa itu ?" tanya Giok Han heran, melihat
dari sebatang pohon, di mana pada bagian pucuk


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas pohon itu keluar semacam asap tipis. Batang
pohon itu rupanya dilobangi, cukup besar, dari
situlah keluar asap yang tipis tersebut.
"Sekali lagi kau rewel, aku membatalkan janjiku.
Selanjutnya kau-boleh pulang saja ke rumah
penginapanmu!" bisik si pengemis tapi suaranya
ketus. Giok Han tersenyum sambil angkat bahunya,
karena dia ingat kembali telah melanggar janjinya
795 untuk tak bertanya-tanya, walaupun melihat segala
yang aneh. Pengemis itu merogo sakunya, mengeluarkan
semacam botol, memberikan dua butir pil pada Giok
Han. "TeIan ini."
"Apa ini ?" "Telan " Kembali kau melangar janjimu! Ayo
telan!" desis si pengemis.
Giok Han ragu-ragu. "Ayo telan !" bentak si pengemis, perlahan
suaranya, ketika melihat Giok Han hanya
memainkan dua butir pil ditangannya tanpa mau
menelannya. Giok Han memasukkan kedua pil itu ke dalam
mulutnya. Harum sekali kedua pil itu terasa nyaman
pada mulutnya. Giok Han yakin, tentunya ini
semacam pil yang tak beracun. Maka dia mengunyah
dan menelannya. "Sekarang kau terbebas dari pengaruh racun
yang bisa mematikan !" bisik pengemis itu lagi.
"Racun yang mematikan ?"
"Jangan bertanya" bentak pengemis itu perlahan.
"Dengarkan saja keteranganku !"
796 "ingat, ini terakhir kali, kalau kau masih rewel
bertanya, aku tak akan meladenimu lagi !"
Giok Han mengangguk, benar-benar aneh tabiat
pengemis ini. Entah racua apa yang dimaksudnya.
Kedua pil obat yang diberikan padanya tentunya
sebagai penangkal racun. "Asap tipis yang keluar
dari puncak batang pohon adalah asap beracun.
Tidak ada manusia atau binatang apa saja yang bisa
mendekati garis lingkaran satu li pada tempat itu.
Jika sekali saja menghirup udara yang
mengandung asap beracun, seseorang akan segera
mati, karena pernapasannya tertutup, tubuhnya
segera keracunan dan membusuk menjadi rusak,
sampai tinggal hanya tulang tengkoraknya saja!"
Giok Han ksget. Begitu hebatkan racun dari asap
tipis yang keluar dari batang pohon itu " Tapi dia
diam saja, dia ingat janjinya tak akan bertanya apaapa.
Kalau dia membandel dan bertanya lagi, pasti
pengemis itu akan membuktikan ancamannya, yaitu
tidak akan meladeninya dan tidak akan
memberitahukan apa yang akan mereka lakukan
saat itu. "Sekarang kau telah memakan dua butir pil
PERAMPAS ARWAH dariku, maka kau tidak akan
terpengaruh oleh asap beracun itu, walaupun kau
berada di samping pohon yang mengeluarkan asap
tipis itu, kau tak akan celaka. Dirimu sudah kebal
terhadap racun itu."
797 Giok Han hanya mengangguk.
Si pengemis menunjuk ke arah kanan.
"Lihat ular itu ... "
Giok Han melihat seekor ular tengah beringsut
menuju ke batang pohon. Binatang melata itu
meluncur perlahan-lahan dan akhirnya tubuhnya
melingkar. Seperti ada sesuatu yang hendak
diserangnya. Kepala ular terangkat naik, siap
menanti serangan musuh. Namun, tak lama kepala ular tersebut terangkat,
karena kepala binatang melata itu lunglai lemas,
jatuh rebah di tanah. Tubuh ular itu diam tak
bergerak. "Ular itu sudah mati," bisik pengemis itu lagi.
"Terkena asap beracun yang mengandung pada
udara. Lihat, dia mati sebelum bisa melewati terlalu
jauh dari garis lingkar satu lie pada batang pohon
itu.Manusiapun akan mati,seperti itu."
Giok Han menggidik. Apa lagi tak lama kemudian
dia melihat ular itu sudah hancur luluh tubuhnya,
mencair seperti membusuk-Bukan main dahsyatnya
racun yang keluar dari batang pohon tersebut.
Racun apakah sehebat itu, yang dikeluarkan oleh
pohon tersebut " 798 Juga pohon beracun apakah yang bisa
mengeluarkan racun sehebat itu " Walaupun hatinya
diliputi tanda-tanya yang membingungkan, Giok Han
tidak berani bertanya, karena kini dia ingat akan
janjinya yang tak boleh dilanggarnya lagi, yaitu tak
boleh bertanya apapun juga, biarpun menyaksikan
sesuatu kejadian yang paling aneh sekalipun.
Pengemis itu sudah menarik tangan Giok Han.
"Mari kita mendekati batang pohon itu."
Giok Han menurut saja, dia mendekati batang
pohon yang cukup besar, di sisi si pengemis.
Diawasinya batang pohon itu. Hanya batang pohon
biasa, asap tipis masih tetap keluar dari lobang di
puncak batang pohon tersebut. Tercium semerbak
yang keras pada penciuman Giok Han.
Bingung Giok Han melihat kelakuan pengemis ini,
entah apa yang ingin dilakukannya di situ. la hanya
mengawasi saja. Pengemis tersebut mengajak Giok
Han menempatkan diri mereka di balik pohon-pohon
bunga yang bergerombol. Lama mereka berdiam di
situ, membuat Giok Han tak sabar.
Rupanya si pengemis mengetahui perasaan Giok
Han, dia mendekati mulutnya pada telinga Giok Han.
"Jika terjadi sesuatu, apapun yang terjadi, tak boleh
sepatah katapun kau ucapkan. ingat pesanku ini.
Sekali saja kau bertanya dan bersuara, kita berdua
bisa celaka !" 799 Perkataan si pengemis membuat Giok Han
tambah heran dan tidak mengerti. Entah apa yang
tengah mereka naniikan di situ, dan apa yang ingin
diperbuat oleh si pengemis. Juga, mengapa mereka
bisa celaka kalau ia bertanya sesuatu kepada
pengemis tersebut. Tengah pikiran Giok Han dipenuhi tanda-tanya
yang tak terjawab, mendadak tangannya ditarik
perlahan oleh si pengemis. Mulutnya dimonyongkan
ke arah sebelah kanannya. Giok Han melihat ke arah
yang ditunjuk oleh isyarat pengemis ini.
Tampak seorang penunggang kuda yang berhenti
di luar gerombolan pohon-pohon bunga, terpisah 1
lie lebih dari batang pohon, tempat di mana Giok
Han dan si pengemis menempatkan diri mereka.
Walaupun malam sudah tiba dan keadaan di tempat
itu mulai gelap, namun Giok Han masih bisa melihat
cukup jelas, matanya memang sudah terlatih untuk
melihat di tempat gelap, apa lagi saat itu dibantu
oleh sinar bulan yang remang-remang.
Melihat bentuk tubuh orang yang turun dari kuda
tunggangannya, rupanya dia seorang bertubuh
tinggi besar, kasar dan juga memiliki ginkang yang
tinggi, karena cara dia turun dari kudanya, nampak
dengan melompat ringan tanpa mengeluarkan suara
sedikitpun, padahal disekitar tempat itu bertaburan
banyak sekali daun-daun kering yang berguguran
dari pohon-pohon bunga. 800 Orang itu tampak memandang sekeliling-nya.
sikapnya seperti ragu-ragu, kemudian terdengar
suaranya: "Toat-beng-sin-ciang ! Aku Lui Pek Sam
ingin bertemu denganmu, ada pesan dari Hongsiang
!" Kaget Giok Han. Siapakah orang ini, yang
mengaku membawa pesan dari Hongsiang (kaisar)"
Apakah dia pahlawan raja" Di-perhatikan lebih
cermat, dalam keremangan malam, pakaian orang
itu terlihat sama-samar, tapi Giok Han yakin orang
itu bukan memakai baju kebesaran sebagai
pembesar negeri ataupun pahlawan istana Kaisar.
Pakaiannya justru tidak beda bahan pakaian orang
Kangauw umumnya, yang dari potongannya tampak
ia seperti orang Selatan.
Giok Han melirik pada si pengemis di
sampingnya, si pengemis mengetahui rasa heran
pada Giok Han, dia geleng-geleng memberi isyarat
agar Giok Han tidak bertanya atau mengeluarkan
suara. Kemudian si pengemis memusatkan seluruh
perhatiannya pada orang yang mengaku bernama
Lui Pek Sam. Lui Pek Sam berdiri diam sejenak dengan sikap
agak gelisah, ia rupanya menantikan jawaban dari
orang yang diduga berada didalam taman bunga itu.
Giok Han sendiri bertanya-tanya, entah siapa orang
yang bergelar Toa-beng-sin ciang (Tangan Sakti
801 Pencabut Nyawa) itu " Menngapa gelarannya itu
demikian menyeramkan "
Keadaan di sekitar tempat itu tetap sunyi, tak
terdengar suara apapun jnga, selain suara daundaun
pohon-pohon bunga yang berkeresekan
terhembus angin. Lui Pek Sam rupanya semakin tak sabar.
la meropo sakunya dan mengacungkan sesuatu
yang berkilauan di malam gelap terkena sinar bulan.
"Toat-beng-sin-ciang..! Lihatlah, aku membawa
Kim-pai (papan emas) Hongsiang !"
Tambah kaget Giok Han. Da tehu apa artinya
seseorang dengan membawa Kim-pai, yang sama
saja berarti orang itu mewakili Kaisar yang memiliki
kekuasaan sepenuhnya, sama saja seperti Kaisar
yang datang sendiri dan siapa saja harus
menyambutnya maupun memperlakukannya sama
seperti tengah berhadapan dengan Kaisar.
Kim-pai (papan emas) Kaisar adalah sepotong pai
yang berukiran empat huruf yang berbunyi : "Jietim-
cin-Ieng" (Seperti juga Kami datang sendiri),
karenanya siapapun yang membawa Kim-pai itu,
berarti sama saja dia dengan Kaisar, yang harus
diperlakukan dengan segala hormat, setiap
perintahnya harus dedengar dan dilaksanakan sebaik
baiknya. 802 Sekarang orang itu, yang mengaku bernama Lui
Pek Sam membawa Kim-pai. tanda kebesaran dan
kekuasaan Kaisar, jelas dia bukan orang
sembarangan. Setidak-tidaknya dia orang
kepercayaan Kaisar. Tetap sunyi di sekitar tempat itu. Lui Pek Sam
sudah tak sabar. "Dengarlah Toat-beng-sin-ciang,
jika kau tak mau keluar memperlihatkan diri, biarlah
aku yang akan lancang masuk ke daerah larangan
milikmu ini ! Maaf, jangan kau nanti menyesali aku
sebagai tamu tak menghormati tuan rumah."
Tetap sunyi, tak ada jawaban. Lui Pek Sam
melangkah maju, ia memasuki taman bunga dengan
langkah penuh kewaspadaan, kemudian dia berhenti
setelah melangkah lagi belasan tindak, waktu
mencium sesuatu yang harum, Terdengar dengus
mengejek, kemudian gumamnya:
"Toat-beng-sin-ciang. kukira segala macam
racun-racunmu hanya bisa mematikan semut-semut,
mana mungkin bita mencelakai aku, Lui Pek Sam "
Hah-hah-hah-, sungguh seorang tuan rumah yang
terlalu angkuh dan kurang ajar, tak mau menerima
Kim-pai Hongsiang !" la menghabisi perkataannya
dengan kakinya melangkah lebih jauh, ingin
mendekati batang pohon yang mengeluarkan asap
tipis menyiarkan harum semerbak.
Giok Han mengerutkan alis melirik pada si
pengemis. Lui Pek Sam jelas orang Kaisar dan
803 berarti orang she Lui itu lawannya. Jika memang Lui
Pek Sam ingin mengganggu orang yang bergelar
Toat-beng-sin-ciang, walaupun Giok Han sendiri
belum lagi melihat orangnya dan belum mengetahui
siapa orang yang bergelar seseram itu, ia sudah
memutuskan untuk membantu Toat-beng-sin-ciang,
kalau tokh Lui Pek Sam hendak mencelakainya.
Tangannya mengepal keras.
"Jangan bersuara.. ." bisik si pengemis perlahan
sekali suaranya. Lui Pek Sam merandek diam sejenak, seakan dia
mendengar samar suara sesuatu. Dia memasang
telinganya untuk memperhatikan sekelilingnya,
memperhatikan lebih cermat dan berusaha untuk
mendengar kalau-kalau memang ada seseorang
yang bicara, Tadi samar-samar dia seperti
mendengar orang yang berkata-kata, tentunya
disekitar tempat ini ada orang, yang diduganya pasti
Toat-beng-sin-ciang. "Hah hah hah ! Toat-beng sin-ciang . . tidak
kusangka sekarang kau menjadi manusia paling


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengecut yang cuma bisa menyembunyikan ekor !
Keluarlah ! Untuk apa hanya bisik bisik seperti itu"
Apakah memang kau tak berani untuk menyambut
Kim-pai Hong-siang?"
Kaget Giok Han. Luar biasa tajam pendengaran
Lui Pek Sam Sebetulnya jarak orang she Lui dengan
tempat di mana Giok Han dan si pengemis
804 menempatkan diri masih terpisah satu lie, namun
suara bisikan si pengemis yang begitu perlahan
masih juga terdengar oleh Lui Pek Sam, hal ini
membuktikan bahwa kepandaian orang she Lui
tersebut memang sangat tinggi.
Apa lagi mengingat orang she Lui itu adalah
orang kepercayaan kaisar, tentu merupakan orang
yang berkepandaian sangat diandalkan, di mana ia
membawa Kim-pai hanya seorang diri. Padahal
menurut kebiasaan yang ada, Kim-pai dibawa oleh
seorang thaikam diiringi oleh sepasukan tentara dan
beberapa pahlawan kaisar, juga dikeluarkan Kim-pai
jika Kaisar hendak menghukum seseorang, baik
pembesar kerajaan yang dianggap berkhianat dan
berdosa, ataupun terhadap orang-orang yang tak
disukai Kaisar. Tapi, Lui Pek Sam justeru hanya seorang diri
datang di tempat ini, entah apa yang ingin
dilakukannya dengan membawa Kim-pai kaisar "
Benar-benar merupakan tanda tanya yang tak habishabisnya
dan tak terjawab bagi Giok Han. Cuma
saja, dia ingat pesan si pengeinis agar dia tidak
boleh bertanya sepatah perkataan walau
menyaksikan kejadian yang paling aneh sekalipun,
maka Giok Han berdiam diri saja, cuma matanya
mengawasi deugan tajam ingin mengetahui apa
yang akan dilakukan Lui Pek Sam selanjutnya.
Tubuh Lui Pek Sam dengan meloncat mendekati
batang pohon yang mengeluarkan asap tipis harum
805 itu. dengan beberapakali loncatan ia sudah melalui
hampir seratus meter. Tapi, mendadak ia berhenti,
mengawasi dengan sikap tegang, pada mukanya
tampak keragu-raguan. la mengendus-endus beberapa kali, kemudian
mengambil sesuatu dari sakunya, menelan beberapa
butir pil obat ! Rupanya ia tahu, asap harum itu
sangat beracun dan ia memakan obat yang bisa
menangkalkan racun yang disiarkan oleh asap tipis
itu. Baru kemudian dengan hati-hati ia maju
selangkah demi selangkah.
"Toat-beng-sin-ciang, apakah kau benar-benar
tak mau memperlihatkan diri menerima Kim-pai
Hongsiang?" Suaranya menggema di sekitar tempat
itu, rupanya ia sudah tak sabar lagi, diliputi
kemendongkolan yang sangat.
Giok Han tengah memperhatikan dengan hati
ketarik, ia tahu, kalau Lui Pek Sam tiba di dekat
batang pohon, niscaya akan terlihat olehnya si
pengemis dan dirinya. la bersiap siap untuk
menghadapi orang kepercayaan kaisar itu. Tapi
pengemis di sampingnya mengambil sesuatu dari
sakunya, Giok Han melirik, dilihatnya si pengemis
mengeluarkan sebuah botol berbentuk sangat kecil
dan membuka tutupnya. 806 Segera tersiar harum yang aneh sekali, sangat
keras, terbawa oleh angin. Di waktu itulah harum
yang terpancar dari dalam botol, telah tercium oleh
Lui Pek Sam, karena mukanya seketika berobah jadi
tegang, ia coba melangkah maju lagi, namun
mendadak mulutnya berseru heran, tubuhnya
bergoyang, kemudian dia seperti orang kebingungan
menggaruk beberapa bagian tubuhnya, semakin
lama semakin cepat, akhirnya dia telah mundur
dengan mulut mencaci-maki kasar sekali.
Heran Giok Han melihat itu, hatinya juga terkejut.
Waktu itu timbul perkiraan di hatinya, apakah
pengemis di sampingnya ini yang bergelar Toatbeng-
sin-ciang " Tapi usianya masih begitu muda,
tidak mungkin pengemis bermuka cakap dan muda
usia seperti itu bergelar seseram itu.
Hanya saja, mengapa dia yang mempergunakan
hawa beracun dari botolnya untuk menyerang Lui
Pek Sam " Banyak tanda-tanya memenuhi hati Giok
Han, sejauh itu tetap saja ia tidak memperoleh
jawabannya Dengan masih terheran-heran tak
mengerti, ia cuma mengawasi- si pengemis.
Si pengemis telah menutup kembali botolnya,
kemudian berkata dingin: "Orang she Lui, jika kau
membandel meneruskan langkahmu memasuki
tempatku, berani kau mencari kematianmu sendiri,
jangan sesalkan aku turunkan tangan terlalu berat
padamu ! Tadipun kau telah menghirup udara
mengandung racun kim-hong (tawon emas), dalam
807 waktu lima hari jika tidak memperoleh penawarnya,
tubuhmu akan membusuk menemui kematian
dengan cara sangat menyedihkan ! Selama lima hari
ini tubuhmu akan gatal-gatal, pergilah kau baik-baik
merawat diri, mungkin bisa bertahan selama dua
bulan kalau memperoleh perawatan yang baik!"
Kini tak ragu lagi Giok Han bahwa orang bergelar
Toat beng-sin-ciang pasti si pengemis di
sampingnya. Dia, jadi tak mengerti orang muda ini
bisa bergelar demikian seram dan juga pandai sekali
menggunakan racun. Besar dugaan Giok Han, bahwa
taman bunga ini milik si pengemis.
Namun, mengapa si pengemis sebagai seorang
yang berkepandaian tidak rendah dan pandai sekali
menggunakan racun, malah berpakaian sebagai
pengemis " Lui Pek Sam masih menggaruk-garuk sekujur
tubuhnya, rupanya ia menderita gatal yang cukup
berat. "Toat-beng-sin ciang, kau sudah berani
menolak Kim-pai Hongsiang dan sekarang
mencelakai aku, Kong Hong istana semacam
pangkat lebih tinggi dari Sie-wie, pengawal istana).
Baiklah. dosa-do-samu semakin besar saja. Akan
kusampaikan pada Hongsiang, hukuman apa
sekiranya yang tepat untukmu!"
"Pergilah kau baik-baik merawat diri, jika
terlambat jiwamu sulit untuk dilindungi Iagi." dingin
sekali suara si pengemis 808 Liu Pek Sam tidak menjawab, hanya tangannya
menyalakan bibit api, dia bermaksud membakar
taman bunga itu. Tapi waktu api pertama dilempar
pada gerombolan pohon, si pengemis telah
menimpukkan sesuatu padanya, segera Kong Hong
istana kaisar itu melompat mundur dengan muka
yang berobah pucat, cepat-cepat memutar
tubuhnya, naik keatas kudanya yang dilarikan
dengan cepat meninggalkan tempat tersebut.
Rupanya barang yang ditimpukkan si pengemis
tak lain sebutir pil yang menyiarkan bau yang busuk
sekali, sehingga Liu Pek Sam cepat menduga bahwa
pil itu adalah semacam pil beracun yang sangat
dahsyat cara kerjanya, yang membuat dia cepatcepat
menjauhi diri meninggalkan tempat tersebut.
Si pengemis menghela napas sambil tertawa.
"Manusia dungu tak tahu selatan!" menggumam
perlahan menoleh pada Giok Han.
"Kau lihat, dia tak mungkin dapat memasuki
daerah ini sekehendak hatinya. Bukan dia saja,
siapapun orangnya." "Tapi... kalau kebetulan ia datang di saat kau tak
ada di sini ?" tanya Giok-Han.
"Hemmmm, siapapun tak akan dapat masuk
kemari!" jawab si pengemis. Bola matanya main
mengawasi Giok Han. "Dan, syaratku masih tetap
berlaku, kau tak boleh bertanya apapun juga !"
809 Giok Han tersenyum. "Aku tak menyangka dalam
usia semuda ini ternyata kau sangat lihai
memainkan racun ! Gelaran-mupun cukup membuat
orang mendengarnya jadi menggidik."
"Hemmmm, jangan rewel!" bentak si pengemis
sambil mendeliki matanya.
"Racun apa yang kau pakai tadi mengusir Kong
Hong istana ?" tanya Giok Han tersenyum.
"Kau ini benar-benar kepala batu, sudah kupesan
jangan bertanya apa apa, tapi kau terialu revel dan
cerewat! Atau, memang kita batalkan saja perjanjian
kita". Giok Han angkat bahunya sambil tersenyum.
"Baik, baik, aku tidaK akan cerewet lagi, sahabatku
yang menyeramkan," katanya bergurau.
Si pengemis ingin tertawa, tapi ia menahan
tawanya itu dan pura-pura sibuk merapikan bajunya
yang tadi agak terangkat keatas akibat dia
berjongkok. "Kita mau kemana lagi" tanya Giok Han.
"Nan, kau sudah mulai cerewet lagi banyak
bertanya," menggerutu si pengemis.
810 "Tapi mana mungkin aku harus jadi orang gagu
terus menerus, sedangkan kau tidak menjelaskan
apa yang akan kita lakukan ?" jawab Giok Han.
"Kita akan berdiam terus di sini sampai pagi. Aku
sedang menunggu seseorang, yang bisa
memberitahukan padamu nanti tentang Siang-koan
Giok Lin." "Siangkon Giok Lin?"
"Ya.... bukankah kalian bermusuhan?"
"Apa saja yang kau ketahui tentang Siangkoan
Giok Lin?" "Sudah kuberi tahukan kepada mu, tak lama lagi
akan datang "seseorang yang bisa menceritakan
segala sesuatunya tentang Siangkoan Giok Lin."
"Lalu apa hubungannya antara Siang-koan Giok
Lin dan Liu Pek Sam, Kong Hong dari istana kaisar?"
"Hemm, memang ada hubungannya antara
mereka berdua. Tapi. kuperingatkan
padamu,sekarang kau sudah terlampau banyak
bertanya!" "Oya. Aku lupa lagi."
811 "Mulai sekarang, kau benar-benar harus tutup
mulut, sepatah kata pun tak boleh kau ucapkan. Jika
kau melanggar pesanku ini, ke selamatan jiwamu
tak kujamin lagi!" "Apakah begitu berbahayanya jika aku bertanya
sesuatu kepadamu?" "Terserah padamu, mau mendengarka'n baik-baik
dan menuruti pesanku itu, atau memang kau mau
membawa caramu sendiri, tapi aku tak bisa
menjamin lagi keselamatanmu! Akupun tak bisa
membiarkan kau berada disini pula"
Giok Han meleletkan lidahnya, kemudian diam
tak membuka mulut lagi. Melihat lagak Giok Han,
diam-diam sipengemis menahan tertawa.
Giok Han duduk diam melamun. Pikirannya jadi
melayang-layang teringat pada gurunya, saat-saat ia
akan turun gunung dan diberi wejangan pada
gurunya, yahu Tai Giok Siansu. Harus diingatnya,
gurunya pernah berpesan agar ia harus berusaha
membantu perjuangan para pecinta negeri, di
samping berusaha mencari Tang San Siansu dan
menghukumnya, walaupun Tang San Siansu
memiliki ilmu andalan yang sangat dahsyat, namun
Giok Han harus mengalahkannya. Untuk menghadapi
Liong-beng-kunnya Tang San Siansu telah diajarnya
berbagai ilmu tingkat tinggi oleh gurunya. Satu
pesan guru yang di rasa benar, yang berpesan agar
Giok Han sudah turun gunung, ia harus memakai
812 julukan "Liong-kak-sin-hiap yang menyebabkan Giok
Han selalu memperkenalkan diri pada siapapun
sebagai Liong-kak-sinhiap ( Pendekar sakti Cula
Naga ), guna memancing Tang San Siansu dari
tempatnya bersembunyi. Waktu perpisahan, Tai Giok Siarru telah berpesan
untuk terakhir kali pada cucu murid merangkap
murid tersebut: "Han-jie, Liong-kak adalah semacam
senjata yang pernah dibuat oleh seorang ahli
ternama pada 2000 tahun yang lalu. Senjata yang
bentuknya seperti tanduk itu, memiiiki khasiat yang
luar biasa. Setiap orang yang memiliki ilmu kebal
Tiat po-san maupan Kim-Cong To, tak akan sanggup
menghadapi senjata Liong-kak, karena begitu
tersentuh akan lenyap kekebalannya dan orang
tersebut akan terbinasa. Karenanya, setelah ku
renungkan mengapa Tang Bun selalu mengoceh
tentang Liong kak, jelas yang dimaksudkannya
adalah Liong kak tung (Tongkat Cula Naga ), yang
telah diketahuinya akan dapat menghadapi "Liong
beng kun". Hal ini ku cari setelah sekian bulan
merenungkan. Memang dulu Liong-kak-tung merupakan senjata
pusaka yang diperebutkan oleh seluruh tokoh-tokoh
kangouw, siapa saja ingin memiliki pusaka tersebut.


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dulu, senjata tersebut pernah menjadi milik
Ciangbunjin Heng san pai, kemudian lenyap tak
diketahui kemana. Semua orang gagah mencarinya,
tapi selalu gagal, tentang Liong kak tung akhirnya
dilupakan orang. Siapa tahu urusan Liong kak tung
813 ini seperti muncul kembali.. rupanya Tang Bun
sudah mendengar tentang Liong kak tung, dalam
penyelidikannya ia mengetahui dimana adanya Liong
kak-tung yang bisa memusnahkan "Liong beng
kun"nya Tang San, murid murtad itu. Hanya sayang
ia keburu dicelakai oleh Tang San.
Kau harus pergi menghubungi seorang yang
memiliki pergaulan yang sangat luas, yang selama
ini hanya mengurung diri dan tak mau mencampuri
urusan rimba persilatan. Dia bernama Li Pian, si
serba bisa. Yang sulit tak diketahui dimana ia
berada, karena tempat menetapnya tak menentu,
memiliki perangai yang sangat aneh serta luar biasa.
Jika ia mau membantumu menyelidiki tentang
Liong-kak-tung, tentu bisa diharapkan untuk
mendengar lebih jelas perihal senjata pusaka
tersebut. Dulu waktu mudanya Li Pian seorang tokoh
kaypang. hanya bentrok dengan pangcunya
berselisih pendapat, ia keluar dari kaypang-
Walaupun demikian kesenangannya untuk tetap
berpakaian sebagai seorang pengemis tak juga
hilang, ia selalu berpakaian compang-camping sama
halnya seperti pengemis kaypang umumnya.
Menurut yang kudengar, ia kini berada didaerah
Selatan, jika kau bernasib beruntung tentu bisa
mencari dan bertemu dengannya. Aku sudah terlalu
tua, juga tawar melihat kekotoran demikian
mempengaruhi dunia, disamping kecewa terhadap
814 murid-murtad itu. Kukira, sudah saatnya aku
kembali kepada Yang Mencipta.
Keesokan paginya, waktu Giok Han selesai
memasakkan santapan pagi untuk gurunya dan ingin
memanggilnya keluar dari dalam kamar, ia jadi
tertegun. Gurunya duduk bersila dengan wajah yang
bening bersih, tapi napasnya sudah tak ada.
Rupanya Tai Giok Siansu sudah menutup mata
dengan cara yang sangat tenang sekali.
Dengan hati sangat berduka Giok Han mengubur
jenazah gurunya dan tiga hari kemudian turun
gunung, untuk melaksanakan pesan merangkap
perintah gurunya yang menghendaki dia
menghukum murid murtad Tang-San.
Memang Tai Giok Siansu pernah memberitahukan
juga kepada Giok Han, menghukum Tang San Siansu
bukan berarti harus membunuhnya, cukup dengan
memusnahkan seluruh kepandaian Tang San Siansu,
dan itupun berarti sudah cukup menghukumnya
Tang San selalu melakukan kejahatan dengan
mengandalkan kepandaiannya, jika ilmu silatnya
bisa dimusnahkan Giok Han, tentu ia menjadi
manusia yang tak berbahaya lagi, juga tidak
membahayakan keselamatan orang-orang kang ouw
pada umumnya. Teringat akan semua pesan gurunya Giok-Han
menghela napas dalam-dalam, ia merasa sedih kalau
ingat sekarang benar-benar dirinya yatim piatu tak
815 ada orang yang dekat lagi dengannya. Namun.
teringat bahwa ia ditugaskan gurunya untuk
membantu para orang gagah pecinta negeri,
semangatnya jadi terbangun, perjuangan untuk
mengusir penjajah merupakan perjuangan sangat
mulia walaupun harus mengorbankan jiwa dan
segalanya, merupakan perjuangan yang sangat
membanggakan hati. Karenanya, lenyap
kesedihannya, timbul kegembiraan ditambah
semangat yang menyala nyala.
"Kau ini sungguh aneh, sebentar sedih meringis
kemudian tersenyum-senyum seorang diri, seakan
akan orang yang sudah terganggu pikirannya!" Giok
Han dikagetkan oleh teguran sipengemis
disampingnya. "Apasih yang kau pikirkan sampai
bengong-bengong begitu?"
"Aku teringat pada mendiang guruku..."
menyahuti Giok Han sambil tersenyum. "Memang.
tertawa-tawa sendiri, lalu menangis, sama seperti
orang yang telah kehilangan akal sehatnya."
Muka si pengemis berobah merah, pipinya merah.
"Kau menyindirkan, ya " Mengejeklah ya ?"
"Oooooooh, tidak, mana berani ?" menyahuti Giok
Han cepat sambil geleng-geleng kepala dan
menanan tawanya. "Aku tadi meringis-ringis seperri
mau menangis, kcmudiaa tersenyum-senyum
sendiri, bukankah perbuatan itu sama seperti orang
yang kurang waras !"
816 "Tapi aku tahu kau mengejek dan ingin
menghinaku !" si pengemis tetap bersikeras dan
mukanya tetap cemberut. Kewalahan juga Giok Han menghadapi kelakuan
pengemis ini, yang seperti gadis manja. "Aneh,
lagak dan tingkahnya seperti wanita saja, sering
ngambek dan kepala batu." pikir Giok Han. Namun
akiiirnya dia jadi geli sendiri, tersenyum-senyum,
mana mungkin si pengemis ini seorang wanita, atau
mungkin saja kalau banci ! Bukahkah dia berpakaian
sebagai seorang pengemis muda bermuka kotor dan
mesum " Mana ada seorang gadis yang mau
mesum-mesum sepeti itu "
"Apa yang kau tertawakan " Aku lucu ya ?"
bentak si pengemis ketika melihat Giok Han
tersenyum-senyum sambil mengawasinya. Muka si
pengemis tetap cemberut. "SudahIah, sahabat, untuk apa kita ribut mulut.
Aku hanya mentertawakan diriku sendiri, yang
seperti manusia tolol berdiam di sini bersamamu
tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.. " Tapi bicara
sampai di situ, Giok Han berhenti bicara, dia
mengawasi ke depan pada kegelapan malam, karena
seperti melihat sesuatu. Si pengemis juga mengikuti pandang mata Giok
Han, dan memang tampak berkelebat beberapa
sosok tubuh terpisah cukup jauh, mungkin dua lie, di
luar dari taman bunga tersebut.
817 Sosok-sosok tubuh itu bergerak lincah sekali
sekali lihat saja Giok Han tahu mereka semuanya
tentu orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi,
terbukti dan ginkang mereka yang membuat
masing-masing bisa lari seperti terbang saja.
Si pengemis menarik tangan Giok Han agar
mereka berjongkok bersembunyi pula di balik
pohon-pohon bunga yang bergerombol, mengawasi
orane-orang yang tengah berlari mendatangi itu.
Cepat sekali orang-orang itu sudah tiba di dekat
tempat tersebut, hanya terpisah salu lie.
"Kita jangan sembarang masuk," terdengar salah
seorang di antara pendatang itu berbisik kepada
kawannya. "Kita harus memancing dia keluar dari
sarangnya..!" Semuanya berjumlah lima orang. Bentuk tubuh
mereka macam-macam, ada yang jangkung, ada
yang pendek cebol cebol, ada pula yang bertubuh
tegap. Setelah memperhatikan sejenak, hampir saja
Giok Han berseru heran, karena ia segera mengenali
salah seorang dari para pendatang itu. Orang itu
bertubuh cebol pendek, dan Giok Han ingat orang
itulah yang pernah mengajarkan dia berjalan dengan
tangan tunggal saja, berputar seperti gangsing,
disertai pengerahan tenaga Tan-tian. Orang cebol
itulah yang sempat mengajarkannya di Siauw-sit-san
818 ilmu ginkang dan juga khikang yaitu "Tok Pie
Ginkang". "Orang yang bertubuh cebol pendek itu See mo
Uh Ma," berbisik Giok Han di pinggir telinga si
pengemis. Alis pengemis itu bergerak perlahan,
tampaknya dia heran dan kaget. "Kau kenal padanya
?" tanyanya. Giok Han mengangguk.
"Mau apa mereka datang kemari ?" tanya si
pengemis lagi melihat Giok Han tengah
memperhatikan kedatangan orang-orang itu.
"Entahlah. Tapi See-mo Uh Ma pernah
mengajarkan aku ilmu "Tok Pie Ginkang", sejenis
ilmu meringankan tubuh merangkap latihan khikang,
dimana seseorang mempergunakan tangan tunggal
saja untuk berputar seperti gangsing dan bergerak
lincah!" "Kalau begitu masih ada hubungan murid dan
guru antara kau dengan dia?"
"Tidak... akupun tidak mengetahui jelas tentang
dirinya, pertemuan kami hanya kebetulan saja. "
"Siapa yang lainnya, teman-teman si cebol itu ?"
"Aku tak mengenalnya."
"Tampaknya kepandaian mereka sama tingginya,
sama lihainya," bisik si pengemis lagi.
819 Giok Han mengangguk. Memperhatikan dengan
seksama kepada orang orang itu, yang waktu itu
telah membagi diri daIam barisan sejajar,
menghadap kepada taman bunga.
Empat orang teman See-mo Uh Ma merupakan
orang-orang tua yang pakaiannya aneh-aneh, ada
yang seperti pengemis Kay-pang, ada juga yang
berpakaian sastrawan. Justeru yang berpakaian
sastrawan masih berusia muda remaja, mukanya
cakap berkulit putih, alisnya tebal dan matanya
terang, selain pakaiannja sangat mewah sekali.
Lagak dan sikapnya agung, angkuh dan seperti
juga empat orang yang bersama dengannya
hanyalah orang-orang sebawahannya. Empat orang
yang bersama pemuda itu, berikut See-mo Uh Ma,
merupakan orang-orang berusia lanjut di atas 50
tahun! Pemuda yang berpakaian mewah itu tampak
mengamat-amati keadaan di sekitar tempat itu,
akhirnya ia bilang dengan suara perlahan, dengan
sikap yang congkak dan angkuh sekali: "Kalian harus
hati-hati, taman bunga ini diperlengkapi dengan
perangkap dan racun yang sangat berbisa. Kalau
sampai kita menghirup udara yang mengandung
racun, niscaya sulit untuk menyeret dia keluar dari
sarangnya!" Keempat orang lainnya, yang dari sikapnya
seperti laku orang bawahan, mengangguk
820 mengiyakan. Mereka berlima berdiam diri beberapa
saat, rupanya tengah memperhatikan dan
mempelajari siiuasi dan kondisi tempat itu.
Pengemis di samping Giok Han berbisik perlahan:
"Siapa pemuda menjemukan itu ?"
"Aku pernah melihatnya ketika ia datang bersama
anak buahnya ke kuil Siauw Lim Sie, dia kabarnya
anak Cu Bian Liat, orang ke-biri kepercayaan kaisar.
Kalau tidak salah nama pemuda itu Cu Lie Seng . . .
. ! Oooohhh . . , . ! Aku baru ingat, keempat orang
itu adalah orang-orang andalannya, See mo, Pakmo,
Tong ma dan Lam mo !"
"Ihhh," si pengemis mengeluarkan seruan
tertahan, beruntung ia cepat menutup mulut dengan
tangannya, kalau tidak tentu suaranya terdengar
oleh kelima orang itu. Pengemis ini tampaknya heran
dan kaget mendengar disebutnya empat tokoh rimba
persilatan yang terkenal akan kelihaian ilmunya.
Yang membuat dia heran, mengapa keempat
tokoh rimba persilatan itu bisa bekerja di bawan
kekuasaan anaknya Cu Ban Liat, kebiri yang
berkuasa besar setelah Kaisar" Alis pengemis ini
mengkerut, tapi akhirnya dia mendengus perlahan,
rupanya hatinya mendongkol sekali.
"Kalau begitu pemuda menjemukan itu harus
diberi pelajaran." 821 "Hati-hati, dulu saja dia sudah memiliki
kepandaian yang tinggi, apa lagi setelah lewat
beberapa tahun, tentu dia semakin lihai."
Pengemis itu tak bisa menyahuti bisikan Giok
Han, karena waktu itu Cu Lie Seng sudah bicara
pada keempat orang anak buahnya: "Apa saja yang
dialami Liu-lopeh " Beratkah lukanya ?"
"Liu Pek Sam terkena racun yang cukup dahsyat
bekerjanya, tubuhnya gatal-gatal dan tersiksa rasa
sakit yang tak hentinya, membuatnya menggaruk
terus menerus. Katanya, kalau ia tak berhasil
mengatasi reaksi racun di dalam tubuhnya, tak
berhasil memperoleh obat penawarnya, lewat dua
bulan tubuhnya bisa membusuk dan akhirnya
menemui kematian dengan mengerikan." See-mo, si
cebol menjelaskan. "Uhhhhhh, yang melukainya Toat-beng-sin-ciang
ini ?" tanya Cu Lie Seng, dingin suaranya, tak
mengandung perasaan dan emosi, sama seperti


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya yang sama sekali tak memperlihatkan
perasaan apapun. See-mo Uh Ma mengangguk. "Benar, justeru
sekarang kita harus bisa memaksanya keluar dari
sarangnya, lalu kita bekuk dan memaksanya
pengeluarkan obat penawar untuk Liu Pek sam. "
Cu Lie Seng mengangguk-angguk perlahan
dengan muka yang kaku, dia kemudian
822 mengibaskan tangannya. "Kalian berempat cari
tempat persembunyian, biarkan aku yang
menghadapi dan memancing dia keluar dari
sarangnya," Yang dimaksudkan Cu Lie Seng dengan
"dia" adalah Toat-beng-sin ciang.
Cepat sekali keempat tokoh persilatan itu
berpencar membagi posisi dalam mencari
persembunyian di empat tempat. Mereka bersiapsiap
dengan berdiam diri, mengawasi Cu Lie Seng
melangkah maju lebih ke depan di taman bunga.
"Toat-beng-sin ciang," kata Cu Lie Seng dengan
suara yang disertai lwekang, karena waktu itu
tempat tersebut tergetar seperti juga pohon-pohon
di situ tergetar dan tanah bergoncang. "Aku Cu Lie
Seng ingin berkenalan dengan kau dan
membicarakan beberapa persoalan. Harap kau
keluar menyambutku, jangan sampai aku lancang
memasuki tempatmu. Kukira, tak ada baiknya jika
kita dua pihak saling bentrok, karena hal itu tidak
akan menguntungkan pihakmu !"
Sunyi tak ada jawaban. Setelah menunggu sejenak tak ada jawaban Cu
Lie Seng melanjutkan perkataannya lagi: "Toatbeng-
sin-ciang, kau sudah berdosa, karena melukai
utusan Hongsiang ! Disamping itu tersiar kau hendak
memberontak membantu para pemberontak,
karenanya jika kau tak mau menemui aku sekarang,
bagaimana mungkin di waktu mendatang bisa kau
823 cuci bersih nama baikmu " Aku memberikan
kesempatan baik kepadamu agar menjelaskan duduk
persoalan kepadaku, mungkin nanti bisa
kupertimbangkan dan membicarakan pada
Hongsiang agar kau diampuni, kita bisa bersahabat.
Tapi, kalau memang kau tak bersedia bertemu
denganku, urusan akan lain lagi dan lebih ruwet
yang bisa membahayakan dirimu! Orang-orang
Hongsiang akan datang kemari untuk membekuk
dirimu, waktu itu biarpun kau menyesal tentu sudah
terlambat!?" Tetap sunyi keadaan di sekitar tempat itu, hanya
terdengar suara Cu Lie Seng yang menggema. Giok
Han berdua pengemis hanya berdiam saja,
tangannya dicekal si pengemis, agar dia tidak
melakukan gerakan. Tangan si-pengemis terasa
dingin, jari-jari tangannyapun dingin.
Giok Han merasakan ujung-ujung jari tangan
sipengemis tergetar, dia melirik. Akhir-nya dia
mendekati bibirnya pada telinga sipengemis,
bisiknya: "Sahabat, kau jangan kuatir ! Biarpun dia
berlima berkepandaian tinggi, aku akan
membelamu, aku jamin mereka tak mungkin bisa
mencelakaimu !" Giok Han merasakan satu kali lagi jari-jari tangan
si pengemis tergetar, pipinya berobah merah dan
matanya mengawasi dengan sorot mata
mengandung rasa terima kasih.
824 Giok Han tersenyum dan mengangguk. "Jangan
kuatir," bisiknya lagi untuk memberi semangat
kepada si pengemis, "Aku akan membelamu sekuat
tenagaku!" Waktu itu Cu Lie Seng rupanya sudah habis
kesabarannya, dia berseru lagi :"Toat-beng sinciang,
jika sehirupan teh tetap tak mau
memperlihatkan diri untukmenerima kunjunganku,
tak ada jalan lain lagi..."
Baru saja dia bicara sampai disitu, mendadak dari
dalam gerombolan pohon bunga meluncur sebuar
benda kecil yang jatuh didekatnya. Benda kecil itu
tidak meledak, hanya memberebes mengeluarkan
asap yang harum semerbak. Alis Cu Lie Seng
mengerut, dia mundur dua langkah dan
memperhatikan. "Hemmm,kau hendak mempergunakan asap
beracunmu untuk mencelakaiku " Kau keliru dan
bermimpi, Toat-beng-sin-ciang ! Aku tak mungkin
gentar terhadap racun-racunmu, karena orang-orang
ayahku yang ahli dalam meramu racun, telah
membekaliku penangkal racun yang hebat sehingga
racun apapun tak mungkin bisa mencelakaiku !"
Sambil berkata begitu, tanpa memperdulikan
benda kecil bulat yang masih mengeluarkan asap,
dia telah melangkah memasuki taman bunga dengan
langkah lebar, memang ia tak terpengaruh apa-apa
825 oleh asap beracun dan juga asap tipis yang tersiar
dari lobang di batang pohon.
Alis si pengemis bergerak-gerak, sedang-Giok
Han bersiap sedia unruk menghadapi putera
thaykam yang paling berkuasa di saat ini dalam
kerajaan. Tapi tangan Giok Han dicekal keras oleh
kawannya yang membisikkannya juga. "Jangan
melakukan gerakan apapun. Diam saja."
Giok Han tak mengerti atas sikap sahabatnya,
namun dia menuruti dan berdiam tanpa melakukan
suatu gerakan apapun, biar Cu Lie Seng sudah
melangkah maju mendekati batang pohon.
Mendadak terdengar suara yang nyaring, batang
pohon dimana keluar asap tipis telah rubuh, akan
menimpa Cu Lie Seng. Hanya saja, sejak tadi Cu Lie
Seng sudah berlaku waspada, maka dia meloncat
kesamping, gesit gerakkannya, mudah sekali ia
menghindarkan diri dari timpahan pohon, dan ketika
batang pohon itu kembali berdiri tegak, seketika Cu
Lie Seng yang cerdik ini mengetahui bahwa pada
batang pohon itu dipasang alat rahasia yang bisa
menggerakkan batang pohon tersebut. Mata Cu Lie
Seng bersinar berkeredep mengawasi kebatang
pohon, malah terdengar suara tertawanya.
"Hah-hah-hah," tertawa Cu Lie Seng di teruskan
oleh kata katanya: "Sungguh perbuatan pengecut!
Keluarlah Toat bengsin ciang, mari kita bicara!"
Waktu bicara seperti itu, sikap Cu Lie Seng angkuh
826 bukan main, dia mengawasi tajam penuh waspada
pada sekelilingnya, karena berjaga-jaga kalau saja
ada serangan mendadak. Mendadak tanah di samping kanan batang pohon
itu mengeluarkan asap yang cukup tebal. Cu Lie
Seng hanya mundur beberapa langkah ke belakang
tanpa merasa gentar memang dia tidak takut
terkena racun yang bagaimanapun jenisnya. Asap
yang keluar dari tanah di samping batang pohon itu
cukup tebal, namun akhirnya menipis setelah
terhembus oleh angin, keadaan di tempat itu tetap
sunyi. "Toat-beog-sin-ciang, apakah tetap tak mau
tampakkan dirimu " Atau memang kau
menginginkan aku menghancurkan tempatmu yang
demikian indah?" Waktu itulah mendadak lompat keluar sesosok
tubuh gesit sekali dari balik gerombolan pohonpohon
bunga, kakinya hinggap di tanah tanpa
bersuara, bahkan tangannya sudah diayun dan dua
titik sinar kuning terang menyamber ke muka Cu Lie
Seng, disusul oleh kata-katanya: "Pemuda congkak,
kau terimalah hadiah dariku agar mulutmu tak
terlalu lebar kalau bicara."
Ternyata dua titik sinar terang yang dilontarkan
oleh sosok bayangan itu adalah dua senjata rahasia
terbuat dari emas dan berbentuk bunga. Orang yang
827 baru muncul tidak lain si pengemis, yang berdiri
bertolak pinggang. Cu Lie Seng benar-benar lihai, biarpun dia sama
saja dibokong dengan serangan yang mendadak,
namun dia tidak kaget dan gugup, malah dia bisa
menghindarkan mukanya dari samberan kedua
senjata rahasia dengan memiringkan pundak kanan
dan memiringkan juga kepalanya, kemudian
tubuhnya meloncat ke sebelah samping.
Dengan cara menghindar seperti itu, dia telah
menempatkan diri pada posisi yang baik, agar tidak
didahului dan dibarengi pihak musuh untuk
menyusuli dengan serangan berikutnya.
Si pengemis mengawasi Cu Lie Seng dengan
tajam, katanya: "Kalau kau masih sayang jiwamu,
cepat ajak anak buahmu meninggalkan tempat ini,
sebelum aku turun tangan .. . ! Keputusan ini mudah
berobah, dan kalau aku sudah merobah keputusan
ini, berarti untuk keluar lagi dari tempat ini saja tak
mungkin untuk kau dan teman-temanmu!"
Cu Lie Seng sudah melihat jelas penyerangannya,
dia bersikap tenang, dingin mengejek. Sudut
bibirnya terungkit sedikit seulas senyuman
mengejek. "Kukira siapa yang berani kurang ajar
terhadapku! Tak tahunya hanyalah pengemis busuk
seperti kau, yang tubuhmu saja bisa membuat orang
828 muntah-muntah selama seminggu! Beritahukan
pada Toat beng-sin-ciang agar keluar
menyambutku!" "Menyambutmu" Oooooh, kau bermimpi! Kau kira
dirimu ini apa" Mana harganya ditemui Toat beng sin
ciang !?" mengejek sipengemis.
Muka Cu LieSeng berobah merah, dia mengawasi
dengan mata semakin tajam pada pengemis itu.
Kakinya melangkah dua tindak mendekati, tahu tahu
tangannya meluncur akan mencengkeram dada
sipengemis disusuli dengan kata-katanya: "Mulutmu
terlalu lancang dan perlu dihajar agar lain waktu bisa
berlaku lebih sopan!" Jari jari tangannya seperti
cakar naga yang menyambar hendak
mencengkeram, dia yakin pengemis itu bisa
dicengkeram dadanya dengan mudah, kesudahannya
dia jadi kecele waktu mencengkeram tempat
kosong, bahkan tahu tahu tulang iganya berkesiuran
angin dingin, menunjukkan adanya se rangan di
tempat itu. Tanpa menarik pulang tangannya. tanpa menoleh
juga, tahu tahu Cu Lie Seng menekuk tangannya
dengan jurus. "Hun Kang Toan Liu" (Membendung
Sungai Memutuskan Aliran), sikunya hendak
menotok pergelangan tangan penyerangnya.
Memang yang menyerang iganya adalah sipengemis,
dia bermaksud akan meremukkan tulang iga Cu Lie
Seng dengan pukulan tangannya, namun melihat
ancaman siku tangan Cu Lie Seng terpaksa dia
829 menarik pulang tangannya, dibarengi melompat
mundur, sebab telapak tangan Cu Lie Seng sudah
menyusul lagi membabat ke samping dengan
mempergunakan tepi telapak tangannya sebagai
penggantinya pedang! Si pengemis diam-diam terkejut. Tak salah apa
yang diberitahukan Giok Han bahwa Cu Lie Seng
memang sangat lihai, karena dalam segebrakan ini
saja dia sudah menyaksikan sendiri bahwa ilmu silat
orang she Cu ini benar-benar harus dihadapi dengan
hati-hati kalau tidak mau celaka.
"Katakan, siapa kau dan masih ada hubungan apa
antara kau dan Toat beng-sin-ciang ?" tegur Cu Lia
Seng, suaranya tak keras, namun tajam dan dingin.
"Manusia macam kau mana pantas mendengar
namaku " Tak ada harganya kau mengetahui
namaku! Nah, terimalah lagi!" Sambil berkata
begitu, si pengemis membarengi dengan pukulan
"Sun Cm Kian Yo" atau Pukulan Menuntun Kambing",
tangannya lincah sekali menyambar dua sasaran,
muka dan perut, inilah serangan yang biasanya sulit
dihindarkan, karena memang pertama sulit untuk
melincungi diri sekaligus dari dua serangan yang
berbeda jauh sekali,juga dilakukan oleh pengemis
yang memiliki kepandaian tak rendah, pukulannya
memantulkan tenaga dalam yang kuat, sampai
mengeluarkan suara "syuuuuuttt ! wuuuuutttt !
wuuuuutttt ! Shiuuuut . . . ." tak hentinya, dingin
dan tajam sekali angin pukulannya, mengincar
830 dengan cara yang sulit untuk dihindarkan oleh
orang-orang yang berkepandaian tanggungtanggung.
Cuma saja Cu Lie Seng bukan lawan
sembarangan, ia gesit dan lihai, dapat bergerak
dengan lincah untuk menghindarkan setiap
ancaman, juga dapat balas menyerang, seperti yang
tampak, waktu dia bisa menghindarkan pukulan di
bagian perutnya dengan menyedot perutnya dalamdalam
memiringkan mukanya, tanpa merobah
kedudukan kedua kakinya, tahu-tahu tangan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kanannya menyambar hendak menotok kedua biji
mata si pengemis dengan jurus yang mematikan
"Cun Ma Pun Coan" atau "Kuda indah Mengejar Mata
Air". "Ihhhhhh ....!" si pengemis menjerit kaget dan
cepat-cepat melompat ke belakang, Kembali dia
kaget, ketika kedua kakinya hinggap di tanah, tahutahu
tangan Cu Lie Seng telah menyusul juga
dengan serangan berikutnya. Tanpa buang waktu si
pengemis mempergunakan jurus "Yauw Cu Hoan
Sin" atau "Elang Membalikkan Badannya", dia
berusaha membuang diri dengan loncatan yang
kuat, ke sampingnya. "Siuuuuuutttt .... !" dua jari tangan Cu Li Seng
lewat di sisi pipinya, hanya terpisah beberapa dim.
Si pengemis mengeluarkan keringat dingin. Benarbenar
tangguh Cu Lie Seng, kalau tadi dia terlambat
sedikit saja dalam gerakannya menghindar, niccaya
831 kedua biji matanya menjadi korban totokan kedua
jari tangan Cu Lie Seng, berarti selanjutnya dia
menjadi manusia buta tak bermata!
Biar kaget, si pengemis rupanya pemuda
gemblengan, dia tak gentar. Dia cepat merobah
posisinya dengan membarengi menghantam
memakai telapak tangannya pada dengkul Cu Lie
Seng dengan jurus "Tiang Hong Koan Jit" atau"
Pelangi Menembus Matahari", hantamannya ini
disertai oleh tujuh bagian tenaga dalamnya,
jangankan lutut seorang manusia, sedangkan batu
gunung yang keras sekalipun kalau terkena pukulan
seperti ini, pasti akan pecah hancur menjadi tepung.
Cu Lie Seng memperdengarkan tertawa dingin,
dia berhasil meloncat menghindar. Pertempuran
berlangsung terus semakin lama semakin seru, tapi
si pengemis tidak jarang agak terdesak oleh
pukulan-pukulan balasan pemuda she Cu tersebut.
Giok Han yang menyaksikan jalan pertempuran
dari tempat persembunyiannya mengawasi agak
tegang menguatirkan keselamatan sahabatnya.
Pengemis itu memang lihai, tapi setelah
pertempuran tersebut berlangsung beberapa puluh
jurus, Giok Kan mendapat kesan kepandaian si
pengemis masih berada di-bawah satu tingkat dari
Cu Lie Seng, Karenanya pemuda ini memasang mata
dan bersiap-siap jika kawannya itu terancam
bahaya, ia akan keluar untuk membantu.
832 Bukan hanya Giok Han yang menyaksikan jalan
pertandingan itu, karena See-mo Uh-Ma. Pak mo.
Lam-mo maupun Tong mo berempat menyaksikan
jalan perkelahian tersebut dengan penuh perhatian.
Semula mereka menyangka si pengemis adalah
Toat-beng-sin-ciang yang tengah mereka cari.
Tapi setelah melihat jelas muka si pengemis yang
masih berusia muda, mereka kecewa. Pengemis itu
jelas bukan orang yang tengah mereka cari. Tapi
menyaksikan beberapakali pengemis itu
mempergunakan jurus-jurus yang dahsyat dan
setiap pukulannya sangat tangguh mematikan,
mereka jadi memperhatikan penuh minat.
Kalau sampai Cu Lie Seng tak bisa
menghadapinya, mereka akan keluar, buat
membekuk pengemis tersebut. Setelah lewat sekian
jurus, mereka jadi senang, karena Cu Lie Seng
tampaknya menang di atas angin dan jika
perkelahian itu berlangsung lebih dari seratus jurus,
tentu pengemis muda tersebut akan berhasil
dirubuhkan Cu Lie Seng. Keempat tokoh rimba persilatan itu jadi
memperhatikan keadaan di sekitar tempat tersebut,
kalau-kalau ada orang lain yang bersembunyi di situ,
selain si pengemis. Tapi tak terlihat orang lain, hanya asap putih tipis
yang harum semerbak masih keluar dari lobang di
puncak pohon, juga pohon-pohon bunga yang
833 menyiarkan berbagai macam harum aneh dan
kurang enak untuk penciuman di hidung.
Cu Lie Seng waktu itu berhasil menghindarkan
pukulan tangan kanan si pengemis, tahu-tahu ia
menepuk kedua tangannya, mendadak pula
tubuhnya berputar setengah lingkaran dengan gerak
yang aneh membuat si pengemis sekejap bingung
kehilangan pegangan kemana bergerak lawannya. Di
waktu itulah dia menerima hantaman dahsyat dari
Cu Lie-Seng. Terkesiap hati Giok Han menyaksikan cara
menyerang Cu Lie Seng. Sampai dia berseru
tertahan. Ia mengenali ilmu silat yang dipergunakan
Cu Lie Seng tak lain "Liong-beng-kun" !
Untung saja waktu itu dari kedus tangan Cu Lie Seng
mengeluarkan angin yang bcrkesiutan keras,
menyebabkan pohon-pohoa bunga bergerak
berkeresekan ramai, suara seruan Giok Han tak
sampai terdengar Cu Lie-Seng maupun keempat
tokoh persilatan yang tengah bersembunyi, karena
keempat tokoh persilatan itu tengah memperhatikan
penuh minat pada ilmu silat yang dipergunakan Cu-
Lie Seng. Memang selama beberapa tahun terakhir ini Cu
Lie Seng belajar dibawah gemblengan Tang San
Siansu, yang telah mewarisi "Liong-beng-kun"
kepada muridnya yang istimewa ini. Walaupun Cu
Lie Seng belum bisa menguasai sepenuhnya ilmu
silat yang tangguh luar biasa itu, tokh sedikitnya dia
834 sudah berhasil melatih lima bagian, serangannya
mengandung maut yang menakutkan !
Jilid ke 19 Sekarang setelah lewat sekian puluh jurus dan
ternyata tak berhasil merobohkan lawannya,
darahnya jadi naik, dia penasaran dan
dipergunakannya "Liong beng-kun"-nya, dengan
harapan bisa secepatnya merobohkan si pengemis
dengan satu dua jurus serangan saja.
Memang kesudahannya sangat hebat, sebab si
pengemis menjerit kaget dan berusaha menjauhi diri
dari tangan Cu Lie Seng, dia mendorong dengan
pukulan "Swat Koat Liok Cut" atau "Kembang Salju
Berhamburan Enam Penjuru", kemudian tubuhnya
meloncat ke belakang dengan gerakan "Liu Seng
Kan Goat" atau "Bintang Sapu Mengejar Rembulan".
Cepat gerakan tubuh si pengemis, namun lebih
cepat lagi tangan Cu Lie Seng. Dia mempergunakan
jurus dari ilmu yang sangat dahsyat, walaupun si
pengemis sudah membalas dengan pukulan yang
bisa membahayakan dirinya, lalu melompat ke
belakang dengan loncatan tubuh yang begitu lincah
tetap saja Cu Lie Seng berhasil untuk berada di
dekat si pengemis, kedua telapak tangannya yang
merah seperti darah berkumpul di situ meluncur
turun akan menepuk pundak si pengemis.
835 Kaget bukan main pengemis itu, keringat dingin
mengucur keluar. Dia melihat tak ada kesempatan
untuk meloloskan diri dari tangan maut Cu Lie Seng.
Tak ada kesempatan untuk meloncat ke tempat lain,
hawa amis yang menerjang mukanya terasa santer
sekali. Maut sudah berada di atas kepalanya.
Giok Han tak bisa menahan diri, dia ingin
melompat keluar untuk membantui si pengemis. Tak
boleh dia membiarkan si pengemis terluka oleh
pukulan "Liong-beng-kun", sebab untuk selanjutnya
si pengemis akan terluka parah, menjadi lumpuh
dan lupa ingatan, seperti yang telah dialami oleh
Tang Bun Siansu dari Siauw Lim Sie ! Benar Cu Lie
Seng belum begitu sempurna menguasai "Liongbeng-
kun," seperti halnya pada latihan yang dicapai
Tang San Siansu, namun tetap saja pukulan yang
dilakukan Cu Lie Seng mengandung maut yang
mengerikan sebab kepandaian si pengemis pun
belum setinggi Tang Bun Siansu!Kalau terkena
tangan maut itu, niscaya habislah masa depan si
pengemis. Belum lagi Giok Han menjejak kakinya, tiba-tiba
terdengar seruan kaget perlahan, disusul tubuh Cu
Lie Seng "terbang" ke belakang, mukanya pucat pias
ketika kedua kakinya telah hinggap di atas tanah,
tangan kirinya memegangi tangan kanannya.
Matanya memandang dengan sinar tajam
memancarkan kemarahan yang tak kepalang.
Sedangkan si pengemis berdiri di tempatnya dengan
836 muka tersenyum-senyum, tidak kurang suatu
apapun juga. "Enak ditusuk jarum?" mengejek si pengemis
dengan sikap meremehkan Cu Lie seng.
Rupanya waktu melihat tak ada jalan keluar dari
tangan maut Cu Lie Seng, cepat luar biasa si
pengemis telah mempergunakan sebatang jarum
unmk menyambuti telapak tangan Cu Lie Seng.
Telapak tangan Cu Lie Seng seperti juga
menghantam mata jarum itu, yang menembus
cukup dalam, membuatnya tadi menjerit perlahan
dan ia lompat ke belakang kaget dan kesakitan ! Apa
lagi jarum yang dipergunakan si pengemis ternyata
beracun, telapak tangan Cu Lie Seng dalam waktu
hanya beberapa detik saja telah membengkak!
Darah Cu Lie Seng meluap sampai terasa
meledak di ubun-ubun kepalanya, dia melangkah
maju dengan mata melotot mengancam. untuk
menyerang si pengemis lebih hebat dari
sebelumnya, selangkah demi selangkah
menghampiri tanpa memperdulikan telapak tangan
kanannya membengkak cukup besar.
Belum lagi Cu Lie Seng menyerang kembali pada
si pengemis. Tong-mo Kwang Cu Pu sudah lompat ke
sampingnya. Dia memegang lengan Cu Lie Seng dan
agak kuatir berkata: "Kongcu. pengemis ini rupanya
perlu dihajar! Untuk menghajar manusia kotor
837 mesum seperti itu tak layak mempergunakan tangan
Kongcu, biarkan aku yang mewakilinya."
Kemudian dengan suara berbisik ia bilang lagi:
"Kongcu harus mengendalikan diri, racun itu cukup
kuat kerjanya." Tersadar Cu Lie Seng bahwa
tangannya sudah keracunan, membengkak cukup
besar dan merah, dia segera berusaha mengurangi
kemarahan dan mengendalikan diri, karena kalau di
turuti kemarahan hatinya, di mana darah beredar
lebih cepat ke jantung, dirinya bisa celaka, jantung
bisa bekerja lebih cepat lagi. la harus memakan obat
penawar racun, rupanya Tong-mo Kwang Cu Pu
memang sengaja menginginkan ia mundur untuk
mengurusi lukanya itu. Maka tanpa bicara apa-apa dia melompat mundur
membiarkan Tong-mo Kwang Cu Pu menghadapi si
pengemis cuma mata Cu Lie Seng yang masih
melototi si pengemis waktu ia melompat mundur.
Pak-mo cepat-cepat menyerahkan obat pulung
yang khusus memunahkan racun, yang diterima oleh
Cu Lie seng. Tong-mo sudah, berhadapan dengan si
pengemis. "Pengemis busuk, kau benar benar tak kenal
tingginya langit dan dalamnya bumi, sehingga berani
kurang-ajar pada Cukongcu. Kau mau pulang ke
neraka rupanya !" Bentak Tong-mo dengan suara
meremehkan, tapi bengis mengandung ancaman.
838 "Pendeta busuk," balas maki si pengemis, karena
dilihatnya Tong-mo berpakaian seperti pendeta "Kau
rupanya mau cepat cepat pulaug-ke neraka !"
Sengaja dia mengikuti cara memaki Tong-mo untuk
membangkitkan kemarahan Tong-mo.
Tadi melihat cara meloncat Tong-mo, si pengemis
segera tahu banhwa Tong-mo memiliki ilmu yang
tinggi, kakinya begitu ringan. Maka untuk
membangkitkan kemarahan Tong-mo ia sengaja
mengikuti cari memaki Tong mo, jika ia marah tentu
sulit mengerahkan seluruh konsentrasinya dun akan
lebih mudah dihadapi, Tak tak disangkanya, Tongmo
malah tertawa bergelak-gelak.
"Heh-heh-heh. kau benar-benar setan jelek yang
sudah bosan hidup!" Sambil tertawa disusul
makiannya itu, tubuh Tong-mo sudah melompat ke
depan, tangannya sudah menyambar dan karena
tenaga pukulannya sangat kuat, mengeluarkan
suara angin berkesiutan. Si pengemis tahu bahwa lawannya lihai, ia tak
mau membuang waktu. Belum tangan Tong-mo
sampai, tubuh si pengemis sudah berkelebat
mengelak, sambil dibarengi serangan membalas,
yang tenaga pukulannya pun tak kalah kuatnya.
Melihat pukulannya yang pertama gagal, Tongmo
menyusuli dengan tiga pukulannya. la tahu
bahwa pengemis muda yang kotor mesum ini
memiliki kepandaian yang tinggi, tadi dia sempat
839 menyaksikan waktu si pengemis berkelahi dengan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cukongnya. Sekarang dia turun tangan tidak
tanggung-tanggung, sekaligus mempergunakan
pukulan-pakulan yang ampuh dan mengandung
maut ! Si pengemis juga tidak manda diserang begitu,
berulangkali ia menghindar, diselingi oleh pukulan
balasan yang juga bisa mematikan lawan. Mereka
berloncatan ke sana kemari cepat sekali sehingga
seperti bayangan belaka, angin pukulan mereka
menyebabkan pohon-pohon bergoyang dan daundaun
ranting berjatuhan. Sebentar saja sudah lebih
dari sepuluh jurus. Giok Han menyaksikan tokoh persilatan itu
berkumpul di sini, jadi heran. Entah apa yang ingin
mereka lakukan di tempat ini " Juga Cu Lie Seng
bersikeras hendak bertemu dengan Toat-bengsinciang,
entah apa yang diinginkannya.
Berkumpulnya mereka di tempat ini, jelas alamat
yang kurang bagus bagi orang-orang rimba
persilatan, karena ancaman buat mereka yang tidak
mau tunduk pada anaknya Cu-kongkong ini dan para
pengikutnya. Juga, adanya Cu Lie Seng di sini pasti
Tang San Siansu juga berada di sekitar tempat ini.
Hati Giok Han jadi berdebar, ia mengawasi betapa
Tong-mo berusaha mendesak si pengemis, tapi
pengemis itu selalu dapat memunahkan setiap
serangan lawannya. Waktu itulah Pak-mo, Lam-mo
840 dan See-mo ikut melompat maju buat membantu
Tong-mo. Keempat tokoh persilatan ini, yang masingmasing
memiliki ilmuyang tinggi, sudah berbareng
menyerang dan mengeroyok si pengemis.
Tidak puas Giok Han melihat pengeroyokan ini,
tak mungkin dia bersembunyi terus, sedangkan si
pengemis tengah terancam bahaya maut dibawah
pengeroyokan lawan-la-wannya itu, Tanpa pikir dua
kali lagi Giok Han segera lompat sambil berseru:
"Manusia-manusia rendah tak tahu malu main
keroyokan, terimalah seranganku !" Dan memang
bentakan Giok Han disusul oleh pukulannya yang
saling susul. See-mo Uh Ma yang berada raling dekat dari arah
munculnya Giok Han merasakan sambaran angin
yang kuat, ia segera menangkis tanpa menoleh.
Malah mengoceh: "Uh-uh-uh, kiranya dia ada
kawannya..." "Dessss! Bukkkkk ! "Suara benturan tangan See
mo Uh Ma dengan tangan Giok Han sangat keras
dan kuat sekali, bahkan Uh Ma jadi kaget tak terkira.
Semula dia menyangka yang muncul anak buah
sipengemis. yang kepandaiannya berada di bawah si
pengemis, Siapa tahu justeru waktu tangan mereka
membentur, tubuh See Mo bergoyang-goyang.
Untung saja dia seorang tokoh persilatan yang
berpengalaman dan memiliki ilmu yang tinggi. cepat
841 dia bisa mengendalikan tubuhnya dan tangan kirinya
menyerang untuk mencegah lawan menyusuli
dengan pukulan berikutnya.
Giok Han tidak tahu. dia malah menyambuti lagi
tangan kiri Ui Ma dengan tangan kanan, tangan
kirinya bekerja menyambar baju dipundak lawan,
Begitu terdengar bentakan Giok Han, segera tubuh
Uh Ma terpental ketengah udara, karena waktu Giok
Han bisa menjambak baju di pundak lawan, segera
melemparkannya... Uh Ma tidak menyangka lawannya demikian gesit
dan cepat tangannya maka tubuhnya kena
dilemparkan. Untung saja dia masih bisa
mengendalikan tubuhnya tidak sampai terbanting
ditanah, cuma jatuh berdiri dengan kedua kaki lebih
dulu, dia tidak pernah menderita malu yang terlalu
hebat. Alis Cu Lie seng bergerak-gerak melihat
munculnya Giok Han dan salah seorang anak
buahnya berhasil dilemparkan seperti itu, Tangannya
yang tadi membengkak sekarang sudah kempis
kembali, hanya masih tersisa warna merah.
Racun sudah di punahkan, karena ia memakan
obat mujarab yang dibikin ramuannya oleh tabibtabib
istana, la menduga-duga entah siapa pemuda
yang baru muncul ini, yang ilmu silatnya kelihatan
lebin tinggi dari si pengemis.
842 Giok Han bekerja cepat, setelah berhasil
melemparkan See mo, ia segera menghantam
punggung Pak-mo, pukulannya sama kuat seperti
yang tadi dilakukan pada See mo. Pak-mo sudah
menyaksikan bahwa pemuda yang baru muncul ini
tak boleh dibuat main, segera menghindar dia batal
meneruskan pukulannya pada si pengemis,
melainkan tangan itu dipergunakan untuk memukul
dada Giok Han. Dahsyat sekali tenaga pukulannya, dia seorang
tokok persilatan yang lwekangnya sudah mencapai
tingkat tinggi, jika pukulan itu mengenai sasaran,
tentu kurban pukulannya tak akan ada harapan,
hidup. Batu karang saja jika dipukul oleh Pak mo
dengan tenaga sedahsyat itu, niscaya akan hancur
lebur menjadi tepung! Giok Han tidak takut, dia tidak mengelak dan
malah tangan kanannya menangkis. Keras lawan
keras. Terdengar dua tenaga membentur ditengah
udara. Menyusul dengan itu, tangan kiri Giok Han
menyambar lagi, dan telak sekali pundak Pak-mo
kena dupikul sampai dia terhuyung beberapa
langkah kebelakang. Bukan main kagetnya Pak-mo melihat sepak
terjang si pemuda yang ternyata sangat tangguh
malah belum dia sempat berpikir,Giok Han sudah
berada didepannya lagi. "Manusia tak tahu malu,
kau pantas di beri hajaran!" Tangan Giok Han sudah
berada didepan matanya, mengincar jalan darah
843 "Tu-cie-hiat yang berada diantara ujung dalam
kedua alisnya. Jika jalan darah ini tertotok, maka akan celaka
Pak-mo, karena "tu-cie-hiat" merupakan titik jalan
darah yang sangat penting, jika tertotok dengan
dengan tenaga yang cukup kuat pasti bisa
menyebabkan kematian. Tak ayal lagi Pak-mo
menghindari pukulan itu. Namun kembali dia kaget.
Waktu tubuhnya meloncat kebelakang, saat itulah
kaki Giok Han menyambar menendang
selangkangannya. Pak-mo jadi sibuk menghindar,
sekali ini dia agak terlambat. Memang ia bisa
menyelamatkan jalan darah "tu-cie-hiat" dipangkal
hidungnya dari totokan jari tangan Giok Han, namun
sekali ini biarpun tak tepat pada selangkangannya,
tapi pangkal pahanya kena di tendang oleh Giok
Han. Hal ini disebabkan mati-matian. Pak-mo berusaha
menghindar, alat vitalnya bisa diselamatkan, tapi
akibat tertendang pangkal pahanya, tubuh Pak- mo
terpental hampir terguling di tanah. Dia berhasil
mengerahkan tenaga dalam pada kedua kaki dan
kuda-kudanya, sehingga tak perlu terguling, tak
urung dia berdiri dengan muka yang merah dan
pucat bergantian. Marah karena malu campur mendongkol, pucat
akibat kaget yang tak terkira. Selama dia berkelana
dalam kang-ouw, setelah dia sekian puluh tahun
844 menyembunyikan diri di tempat menyepinya, baru
sekali ini dia mendalami kejadian seperti sekarang.
Setelah rasa kagetnya berkurang bagaikan suara
geledek dia melompat untuk menerkam Giok Han.
Giok Han setelah berhasil menendang pangkal
paha Pak-mo, cepat-cepat menyusulkan pukulan
pada Lam mo karena waktu itu si pengemis tengah
dilibat oleh Tong-mo dengan pukulan pukulan yang
mematikan sehingga tak keburu untuk menangkis
pukulan yang dilakukan Lam mo.
Si-pengemis tengah mempergunakan kedua
tangannya menyanggah tangan kanan Tong-mo,
karena Tong-mo menyerang dengan tenaga yang
kuat seribu kati. Saat itulah dipergunakan Lam-mo
buat menghantam tengkuk si pengemis dengan dua
jari tangannya. Serangan ini memang tampak ringan, tapi kalau
sampai mengenai sasarannya bisa membikin si
pengemis seketika menemui kematian, sebab yang
diincar adalah titik jalan darah Yu-hiat-to yang ada
di tulang punduk. Seperti diketahui, tulang pundak yang
menyambung terus dengan tulang punggung
merupakan bagian yang sangat penting bagi
manusia. Seseorang bisa lumpuh atau tak sehat
karena tulang punggung yang tak bagus dan tak
845 sehat, dimana urat-urat syaraf besar berkumpul
disitu. Sekarang sipengemis dihantam oleh kepretan
jari-jari tangan mengandung maut, kalau kepretan
itu menotok tepat niscaya sulit untuk menjamin si
pengemis bisa mengadakan perlawanan terus.
Kemungkinan iapun akan lumpuh jika terserang
begitu. Melihat ancaman maut yang datang pada si
pengemis membuat Giok Han tidak melompat
kepada Pak-mo yang berhasil ditendangnya,
melainkan cepat-cepat menghantam Lam-mo,
berusaha mencegah dia meneruskan pukulannya
pada tengkuk si pengemis.
Memang Lam-mo merasakan sambaran angin
yang dahsyat, berkesiuran mengancam tulang
iganya. Dia tidak berani meremehkan pukulan Giok
Han, walaupun tadi sedang berkelahi, dia sempat
melihat Pak-mo dan See-mo dibikin repot dan
terserang oleh pukulan-pukulnn yang dilakukan Giok
Han. Tidak buang waktu dia membatalkan
pukulannya pada si pengemis, melainkan cepatcepat
menarik tenaga pukulan, yang lalu
dipergunakan untuk menghantam Giok Han.
Tak ampun lagi dua kekuatan tenaga dalam
bertemu. Giok Han kaget karena dadanya dirasakan
bergetar, menunjukkan kuatnya tenaga dalam Lammo.
Tapi Lam-mo juga tidak kurang kagetnya,
846 karena waktu itu dia merasakan siku tangannya
sakit, berbunyi dan seakan bonggolan siku
tangannya ingin terlepas.
Yang lebih hebat dadanya seperti menjadi sempit
menyebabkan dia sesak bernapas! Tak buang waktu
lagi Lam-mo melompat mundur menjauhi Giok Han.
Tong-mo yang tengah ditangkis tangannya oleh si
pengemis, menarik tangannya dan melompat
mundur, dia tidak mendesak terus si pengemis. Dia
tengah heran melihat dalam beberapa detik dan
waktu begitu singkat Giok Han bisa memukul
mundur tiga orang kawannya ! Dia penasaran, tapi
sebagai orang yang cerdik tentu saja Tong mo tak
mau ceroboh untuk menerkam Giok Han.
Si pengemis tersenyum mengejek, sedangkan
Giok Han berdiri disampingnya. "Hebat ilmu silatmu,
membuat tua bangka yang sudah mau pada
mampus itu kelabakan !"
Giok Han tidak menghiraukan gurau si-pengemis,
dia mengawasi tajam pada Cu Lie-Seng. "Orang she
Cu, tadi kau mempergunakan Liong-beng-kun
sangat jelek sekali, banyak kesalahan yang kau
lakukan!" Kaget Cu Lie Seng diejek seperti itu oleh Giok
Han. Dia kaget bukan disebabkan tiga orang dari
empat orang anak buahnya berhasil dipukul mundur
begitu mudah oleh Giok Han.
847 Sekarang, malah Giok Han menyebut nama jurus
ilmu andalannya, yang dikatakannya telah dilatih
oleh Cu Lie Seng secara buruk ! Siapakah pemuda
ini " Apakah masih mempunyai hubungan perguruan
dengan gurunya. Tang-San Siansu " Hati Cu Lie
Seng jadi penuh oleh pertanyaan-pertanyaan yang
membingungkannya. Di samping itu, ia juga penasaran campur marah.
Dengan muka dingin dia mendekati Giok Han,
matanya tajam seperti ingin menembus mata Giok
Han terus kehatinya. "Siapa kau " Apakah kau murid Toat-beng-sin ciang
juga seperti pengemis mesum itu?"
Giok Han menggeleng. Sebagai orang yang jujur
ia tak bisa berbohong. "Bukan, aku tak kenal siapa
Toat-beng-sin-ciang yaag kau tanyakan itu.
Sedangkan dia ini sahabatku, aku tak ingin melihat
kau sewenang-wenang melakukan pengeroyokan
padanya secara tidak tahu malu !"
Cu Lie Seng tertawa dingin tidak memperlihatkan
perasaan apapun pada mukanya yang tampan tapi
beku. "Kedatangan kami kemari," katanya, "untuk


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertemu dengan Toat-beng-si i ciang. Tapi dia tak
mau menemui kami, bahkan pengemis mesum ini
yang telah banyak tingkah coba menghalangi kami
mencari Toat-beng sin-ciang. Apakah kami tak
pantas untuk memberikan hajaran padanya ?"
848 Si pengemis yang sejak tadi diam saja sambil
tersenyum-senyum mengejek, sekarang berteriak
marah : "Sudan menjadi peraturan buat siapa saja,
bagi yang berani lancang masuk ke daerah ini berarti
harus menerima imbalannya, yaitu mati ! Kalian
berlima telah lancang memaksa untuk masuk
kemari, bagian kalian yang paling setimpal ialah
kematian. Kau tak usah banyak bicara untuk masuk
memang mudah tapi untuk keluar dari sini jangan
harap, kalian harus mati ! Ini sudah peraturan yang
tak bisa di tawar-tawar, karenanya kau tak usah
bicara terkebur lagi. Bersiap-siaplah kalian, karena
kematian sudah dekat"
Cu Lie Seng melirik dingin menghina kepada si
pengemis, kemudian menoleh kepada Giok Han. Kau
mengenali ilmu "Liong-beng-kun" ku. apakah kau
ada hubungan dengan guruku ?"
Hemm. pasti gurumu Tang San Sian-su," kata
Giok Han tawar. "Di mana sekarang dia berada "
Apakah tidak datang bersama kalian ?"
Cu Lie Seng seorang pemuda yang cerdas,
otaknya sangat pintar dan licin. Sekali melihat saja
cara Giok Han bicara dan menyebut tentang
gurunya, segera dia mengetahui bahwa Giok Han
seperti memandang rendah gurunya, maka segera
dia bisa menarik kesimpulan bahwa Giok Han pasti
bukan sahabat gurunya, bahkan sebaliknya. Cuma
yang membuat Cu Lie Seng ragu-ragu turun tangan,
849 justeru dia sempat menyaksikan tadi betapa gagah
perkasa pemuda yang tak dikenalnya ini.
"Guruku akan datang kemari, kau tentu bisa
bertemu dengannya" jawab Cu Lie Seng maksudnya
ingin menggertak Giok Han. "Siapa namamu ?"
"Aku " Cukup kau sebut aku Liong-kak-sin-hiap!"
menyahuti Giok Han tawar.
Muka Cu Lie Seng berobah, seperti mendengar
sesuatu yang hebat, tubuhnya sampai menggigil di
samping mukanya yang jadi pucat kehijau-hijauan.
Dia pernah diberitahukan oleh gurunya, Liong-bengkun
merupakan ilmu yang tangguh dan sangat
dahsyat, jarang orang bisa melayani ilmu itu, apa
lagi kalau Cu Lie Seng sudah berlatih dengan
sempurna, tentu jarang ada tokoh persilatan yang
sanggup melayaninya. Cuma gurunya berpesan, Liong-beng-kun
memiliki satu kelemahan, yaitu akan hancur punah
kalau berhadapan dengan tongkat Liong-kak-tung.
Pemuda ini bergelar Liong-kak-sin-hiap (Pendekar
Sakti Cula Naga), apakah mempunyai hubungan
dengan Liong-kak-tung"
Apakah pemuda ini memiliki tongkat Liong-kaktung
yang pernah disebut-sebut oleh gurunya " Tapi
tak mungkin, bantah Cu Lie Seng sendiri dalam hati,
Liong-kak-tung menurut gurunya sudah lenyap
selama ratusan tahun, selama itu tak ada orang
850 yang sempat menyaksikan tongkat pusaka itu. Mana
mungkin pemuda ini bisa memiliki tongkat itu.
Mungkin Giok Han hanya ingin menggertaknya saja.
"Baru pertamakali kudengar tentang dirimu,
apakah kau belum lama berkelana dalam kalangan
Kangouw ?" tanya Cu Lie Seng Sengaja dia bertanya
seperti itu, seakan ia meremehkan dan memandang
rendah kepada Giok Han. ..Siapa gurumu?"
"Nanti kalau aku bertemu denpan gurumu, kau
akan mengetahui jelas siapa aku sebenarnya,"
rnenyahuti Giok Han tawar. "Kau pun pernah
bertemu denganku, tapi itu dulu... mungkin kau
sudah lupa." Cu Lie Seng mengingat-ingat, tapi tetap saja tak
diingatnya ia pernah bertemu Giok Han di mana. "Di
mana kita pernah bertemu ?" tanya Cu Lie Seng
akhirnya. Giok Han mengawasi Cu Lie Seng sejenak,
kemudian baru menyahuti: "Sudah kukatakan, nanti
semuanya menjadi jelas untukmu kalau aku sudah
bertemu dengan gurumu. Sekarang dimana aku bisa
bertemu dengannya?" "Tidak lama lagi kau akan bertemu dengan
guruku," jawab Cu Lie Seng dengan sikap congkak.
"Dan kawanmu itu, pengemis mesum yang
menyebalkan akan ikut bersama untuk menemui
guruku." Setelah berkata begitu Cu Lie Seng bersiul
851 nyaring. Pak-mo, See-mo, Lam-mo dan Tong-mo
berempat waktu itu bersiap-siap untuk menyerbu
pada Giok Han, mereka penasaran karena tadi
mereka telah diberi "pelajaran pahit" olen pemuda
yang semula tak dipandang sebelah mata tapi
kenyataannya memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Mendengar Cu Lie Se-ng bersiul, mereka batal untuk
melompat menyerang, hanya berdiri mengawasi.
Diluar taman bunga itu terdengar suara sangat
ramai, bermunculan banyak sekali tentara negeri
yang lengkap masing masing bersenjata tombak
atau golok. Ternyata tempat itu telah dikepung olah
tentara negeri yang sengaja dibawa oleh Cu Lie
Seng, cuma mereka semua bersembunyi diluar
taman bunga. Mendengar isyarat dari Cu Lie Seng barulah
mereka memperlihatkan diri. Tentara kerajaan itu
dipimpin oleh Lui Pek Sam. Ramai suara tentara
kerajaan, mereka terdiri dari beberapa
lapis,sehingga jangankan manusia, seekor lalatpun
tak akan lolos keluar dari kepungan tentara kerajaan
tersebut. Barisan lapis ketiga dari tentara kerajaan itu
bersenjatakan panah, siap untuk dilepaskan anak
panahnya kalau ada musuh yang hendak melarikan
diri. Ketat sekali pengepungan ini. yang diatur
sangat sempurna. 852 Alis Giok Han mengkerut menyaksikan ini,
hatinya agak kaget juga. Benar-dia lihai dan juga si
pengemis memiliki ilmu yang tidak rendah. Namun
kalau dikepung demikian banyak tentara perajaan,
ditambah lagi oleh empat orang tokoh persilatan
seperti Tong-mo, Pak-mo See mo dan Lam-mo.
kemudian adanya Cu Lie Seng dan Lui Pek Sam,
maka keadaan mereka sulit untuk bisa melepaskan
diri atas pengepungan yang ada.
Si pengemis melirik dan tersenyum melihat Giok
Han tengah memperhatikan sekelilingnya dengan
alis yang mengkerut. "Kau takut?" bisiknya.
Giok Han seperti baru tersadar dari tidurnya,
cepat-cepat dia menggeleng. "Tidak," jawabnya.
"Kita akan menghadapi mereka bersama-sama,
kukira tidak terlalu sulit untuk melepaskan diri dari
pengepungan mereka."
"Tapi kalau kita menghadapi mereka dengan cara
biasa, tentu kita akan terkepung lama dan akhirnya
kehabisan tenaga, diwaktu itu berbahaya, empat
iblis itu pasti akan memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk membekuk kita. Aku ada jalan untuk
menghadapi mereka, jangan kuatir."
"Ya, memang kita harus secepatnya menyingkir,
karena tak ada gunanya menghadapi mereka
berlama-lama. Sebetulnya aku mempunyai urusan
853 umuk mencari guru pemuda she Cu itu, tapi itu bisa
dilakukan nanti saja, jika kita sudah meninggalkan
tempat ini." "Siapa guru pemuda congkak itu ?" tanya si
pengemis, tetap berbisik. "Dan, ada urusan apa
antara kau dengan guru dia " Permusuhan dan
menaruh dendam padanya?"
Giok Han menggeleng. "Bukan," jawabnya.
"Bukan dendam, tapi gurunya seorang yang sangat
berbahaya untuk ketenteraman rimba persilatan.
Gurunya sebetulnya masih merupakan saudara
seperguanku. tapi dia sudah dipecat dan diusir dari
perguruan kami, sekarang tak ada hubungan apa
antara aku dengan dia. Tapi ilmunya sangat tinggi,
jiwanya kotor dan hatinya sangat kejam, jika dia tak
disingkirkan atau dimusnahkan ilmu silatnya, tentu
akan membahayakan sekali. Apa lagi kudengar
belakangan ini ia membantu pihak penjajah, menjadi
kaki tangan Kaisar lalim. Jika hal ini dibiarkan tentu
mengganggu sekali perjuangan para pencinta negeri,
ilmunya harus dimusnahkan, itulah perintah
guruku." "Masih ada hubungan apa antara kau dengan dia
dalam perguruan kalian " Kau menyebutnya apa ?"
tanya si penpemis yang jadi tertarik untuk
mendengar lebih jauh cerita Giok Han.
"Nanti akan kujelaskan lebih terang kalau kita
sudah meninggalkan tempat ini" menyahuti Giok
854 Han. "Sekarang kita harus mencurahkan seluruh
perhatian kepada manusia-manusia rendah
tampaknya kejam-kejam ini."
Si pengemis mengangguk beberapa kali, dia tidak
mendesak terus. Sedangkan Cu Lie Seng melihat
Giok Han berbisik bisik dengan pengemis itu
memperlihatkan tertawa yang sinis.
"Biarpun kalian ditambahi sepasang sayap, tak
mungkin kalian bisa meloloskan diri meninggalkan
tempat ini!" Katanya dengan suara yang mengejek.
"Lebih bagus kalau kalian menyerahkan diri,
sehingga tak perlu dipergunakan kekerasan, jangan
sampai tubuh kalian hancur lebur baru mau
menyerah. Liharlah. seekor lalatpun sudah tak
mungkin lolos dari tempat ini. Serahkanlah baik-baik
diri kalian buat kami tangkap dan nanti akan
kupertemukan kau dengan guruku?"
Sambil berkata begitu Cu Lie Seng mengibas
tangan dan Pak-mo berempat dengan See-mo, Lammo
dan Tong-mo-sudah bersiap-siap maju dengan
langkah satu-satu mendekati Giok Han dan si
pengemis. "Menyerahlah baik-baik, jangan memberikan
perlawanan jika kalian tidak mau nanti tersiksa,"
kata See-mo dengan sikap mengejek. "Aku biasanya
jadi kasihan pada orang yang mau menyerah dan
tahu diri bisa melihat gelagat; tapi bagi yang
855 berkepala batu akan kuperlihatkan bagaimana
hukuman yang harus diterimanya."
Giok Han melirik si pengemis, karena waktu itu si
pengemis berbisik padanya: "Kita hadapi mereka,
jika ada kesempatan akan kurubuhkan tentara
kerajaan itu dengan asap racunku, kita bisa
melarikan diri dari tempat ini."
"Tapi bagaimana dengan Toat-beng-sin-ciang"
Apakah kita tinggalkan tempatnya begitu saja
bagaimana kalau nanti pemuda she Cu itu
perintahkan anak buahnya untuk merusak dan
menghancurkan tempat ini?"
"Biarlah, kalau mereka mau menghancurkannya,
biarkan mereka hancurkan tempat ini. Toat-beng-sin
ciang kebetulan tidak berada di sini, kita tak perlu
menguatirkannya." "Bagus, mari kita terobos kepungan mereka!"
Sambil berkata begitu tangan Giok Han meraba
pinggangnya, sekejap mata ia sudah menggenggam
sebatang pedang. Si pengemis tersenyum melihat
pedang di tangan Giok Han yang berkilauan terang,
menunjukkan pedang yang bagus. Dia sendiri
mengeluarkan sebatang tongkat berukuran pendek,
yang terbikin dari bambu kuning, terraut halus dan
mengkilap. Tongkat ini berbeda dan tongkat-tongkat
pengemis pada umumnya" yang berukuran panjang,
856 justru tongkat yang di tangan pengemis ini pendek
cuma panjangnya tak melebihi dari empat puluh
senti meter, di ujung yang dekat genggaman
tercatat gagang yang menonjol panjangnya tidak
lebih dari sepuluh senti meter, mungkin untuk
menyanggah setiap sambaran senjata tajam yang
mengarah ke tangan. Tongkat pendek ini diputar-putar dan siap
dipergunakan untuk menghadapi musuh. Sedikit
juga si pengemis tidak takut menghadapi musuhmusuh
tangguh demikian banyak jumlahnya, tidak
seimbang dengan pihaknya yang cuma berdua
dengan Giok Han. Pak-mo berempat tak membuang waktu, mereka
menyerbu mengepung Giok Han berdua pengemis,
mereka juga berlaku hati-hati karena tadi sudah
merasai tangan Giok Han yang lihai.
Mereka berempat memiliki kepandaian yang
tinggi, justeru salahnya mereka meremehkan Giok


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han, sehingga tadi hampir saja mereka cslaka di
tangan pemuda ini.Sekarang, mereka berlaku hatihati
dan penuh kesungguhan, tentu saja mereka
merupakan lawan-lawan yang sangat berat buat
Giok Han maupun pengemis itu.
Diserbu berempat begitu, Giok Han segera
memutar redangnya, sedangkan pengemis
mempergunakan tongkatnya untuk mengetuk dan
menotok pada jalan darah lawan-lawannya.
857 Tetapi Lam-mo, Pak-mo, Tong-mo dan See-mo
berempatpun tak bertangan kosong, mereka
berempat sudah mengeluarkan senjata masingmasing.
Lam-mo mempergunakan ikat pinggangnya,
setiap dilecutkan terdengar suara memecah udara
yang bagaikan dirobek-robek: "Tarrrr...! Taarrrr...!!"
menyakiti kuping yang mendengarnya. Kalau ikat
pinggang yang cukup panjang dan dijadikan
pengganti senjata itu jauh lebih dahsyat dari senjata
logam, karena kalau angkin itu melecut batang
pohon, maka kulit pohon akan terkelupas disambar
ujung angkin yang sudah mengandung tenaga dalam
kuat dan ampuh. Jika menyambar batu segera batu
itu hancur menjadi berkeping-keping !
Tong-mo juga sudah mengeluarkan senjatanya,
yaitu mangkok untuk minta sedekah dan kayu
bokkie, yaitu kayu untuk sembahyang diketukkan
perlahan-lahan, tapi kini berobah menjadi senjata
yang ampuh. Mangkok untuk minta sedekahnya
terbuat dari baja murni, yang jika dikeprukkan ke
kepala lawan, niscaya kepala lawan remuk hancur
berserakan. Sedangkan kayu bokkienya berguna untuk dua
cara, yaitu mengetuk hancur sesuatu yang
dipukulnya atau ujungnya bisa dipergunakan untuk
menotok titik jalan darah. Bisa dibayangkan
dahsyatnya kedua senjata istimewa ini, karena yang
mempergunakannya seorang lihai seperti Tong-mo.
858 Pak-mo juga sudah mengeluarkan senjatanya,
sebatang pedang pendek bergigi-gigi, mirip gaetan.
Pedang itu bisa dipergunakan untuk menikam, tapi
perut korban akan robek lebar kalau pedang ditarik
keluar. Setiap korban yang tertikam pedang Pak-mo
jangan harap bisa hidup lagi, langsung mati.
Pertama, tertikam mata pedang, kedua waktu
pedang itu ditarik dari badan korban, gaetannya
merobek badan si korban. Dengan demikian tak ada
tawaran lain untuk si korban yang pasti harus mati
seketika itu juga! Senjata yang dipergunakan See-mo Iain lagi. Dia
bersenjatakan dua bola besi yang memiliki rantai
cukup panjang. Bola bulat berukuran seperti buah
apel itu licin rata, terbuat dari baja dan sangat berat.
Apa lagi ditimpuk oleh orang lihai seperti See-mo,
yang menyerang dengan mempergunakan tenaga
yang tangguh, maka korban yang kena sambaran
bola maut ini akan segera mati dengan kepala yang
hancur. Yang jadi incaran See-mo selalu kepala lawannya,
jantung dan selangkangan lawan juga menjadi
incaran. Jika dada lawan terpukul bola maut itu,
tulang rusuk akan patah hancur serta jantungnya
pecah seketika. Selangkangan jika kena terpukul
sambaran bola maut ini, juga akan hancur
mematikan. 859 Lam-mo yang membuka pukulan pertama dengan
angkinnya, ia melecut-lecutkan ang-kinnya sambil
menyerbu maju. Disusul oleh Tong mo yang
memakai kayu bokhie untuk mengancam berbagai
titik jalan darah di badan Giok Han dan pengemis,
sekali-sekali jika mempunyai kesempatan untuk
menutup kepala Giok Han dan si pengemis dengan
mangkok sedekah baja di tangan kiri.
See-mo menyusul dengan bola baja mautnya
yang menyambar-nyambar mengandung ancaman
hebat pada kedua orang lawannya, karena memiliki
rantai yang panjang bola itu bisa menyambarnyambar
cukup leluasa dari jarak yang cukup jauh.
Ancaman bola maut yang berjumlah dua buah ini
jauh lebih hebat dari yang lainnya, karena bisa
menyambar dengan tiba-tiba ke atas tengkorak
kepala di luar dugaan, menyerangnya pun dari
tempat cukup jauh sehingga tak diduga-duga.
Ancaman senjata pedang bergigi Pak-mo juga tak
kalah dahsyatnya, setiap saat pedang itu
mengancam bergulung-gulung sinarnya.
Sulit diterka arah yang diserangnya, dan
menyambarnya sangat cepat, menyilaukan mata.
Empat macam senjata yang aneb-aneh dan juga
semuanya mengandung maut yang mematikan,
menyambar-nyambar mengancam Giok Han dan si
pengemis. 860 Tidak percuma Giok Han digembleng oleh Siauw
lim-si, karena biarpun dikepung oleh tokoh-tokoh
iblis yang ganas dan mempergunakan senjatasenjata
aneh, ia bisa menghadapinya dengan baik,
tubuhnya berkelebat ke sana kemari sambil
memutar pedangnya yang bergulung-gulung
melindungi tubuhnya dari setiap ancaman senjata
lawan juga sekali-sekali kalau si pengemis terancam
bahaya dia masih bisa melindungi dengan bantu
menangkis dan menghadapi lawan si pengemis.
Tapi, biarpun Giok Han dan si pengemis berusaha
menghadapi keempat lawannya itu, tetap saja
mereka tidak berhasil untuk menerobos keluar dari
kepungan itu, jangankan untuk menyingkir dari
tempat itu, sedangkan untuk melonggarkan
kepungan tersebut, tetap saja tak berhasil.
Bahkan garis lingkaran kepungan keempat
lawannya itu semakin kecil dan sempit. Namun Giok
Han dan si pengemis tak gentar, mereka tetap
memberikan perlawanan, bersemangat.
Cu Lie Seng mengawasi penuh perhatian, dia
ingin mengetahui dari pintu perguruan mana Giok
Han, tapi sejauh itu dia masih tak bisa mengenali
ilmu silat Giok Han. Hanya sekali-sekali dia merasa
seperti juga ilmu silat yang dipergunakan Giok Han
berasal dari Siauw-lim-si.
"Ilmu silatnya campur aduk, tak mungkin dia
murid Siauw-lim-si. Diapun bukan pendeta... tapi
861 dari pintu perguruan manakah babi kecil ini " Ada
urusan apa antara dia dan guruku ?" Sambil
memperhatikan jalan pertempuran yang tengah
berlangsung, Cu Lie Seng memperhatikan cermat
sekali setiap jurus yang dipergunakan Giok Han, dia
cerdas dan sangat tajam ingatannya, dia bisa
mengingat setiap jurus ilmu silat yang dipergunakan
Giok Han. Waktu itu di arena pertempuran telah berobah.
Giok Han yang melihat keadaan tidak
menguntungkan pihaknya, segera merobah cara
bersilatnya Jika sebelumnya dia cuma memakai
jurus-jurus ilmu pedangnya untuk menghalau setiap
serangan lawan dan sekali-sekali balas mengancam
dengan tikaman-tikaman maupun tabasan
pedangnya sekarang dia menambah dengan
pukulan-pukulan telapak tangan kirinya.
Pukulan telapak rangan kirinya ini menimbulkan
hawa panas luar biasa, seperti juga membakar dan
membuat tubuh jadi mandi keringat, mengejutkan
Pak-mo berempat. Semakin lama hawa panas
membakar yang keluar dan telapak tangan kiri Giok
Han semakin dahsyat, menyesakkan napas.
Rupanya lwekang yang di pakai Giok Han setahap
demi setahap semakin kuat juga, memaksa keempat
orang lawannya mengepung dia dan si pengemis
dari jarak yang semakin jauh tak kuat untuk berada
terlalu dekat dengan Giok Han dan si pengemis.
862 Kalau tidak mereka menyerang dengan desakandesakan
yang memperkecil garis lingkaran kepungan
mereka, sekarang arena pertempuran itu sudah
terbuka semakin lebar. Yang kasihan adalah si pengemis di samping Giok
Han, dia merasakan tubuhnya seperti terbakar,
mandi keringat, biarpun bukan dia yang diserang
Giok Han, "api ilmu pukulan telapak tangan " Liongho-
Senopati Pamungkas I 12 Jaka Sembung 9 Membabat Kiyai Murtad Sepasang Pendekar Kembar 4
^