Pencarian

Cula Naga Pendekar Sakti 11

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 11


kun" (Pukulan Naga Api) yang dipergunakan Giok
Han benar-benar terlalu dahsyat, membuat sekitar
tempat itu menjadi panas bagaikan terbakar oleh
kobaran api. Lam-mo, See-mo, Pak-mo dan Tong-mo
berempat jadi heran. Mereka tidak mengerti dalam
usia begitu muda Giok Han sudah memiliki ilmu yang
demikian dahsyat dan sangat ampuh, sehingga
biarpun sinkang mereka sudah terlatih tinggi, namun
tetap saja mereka terdesak mundur oleh hawa panas
yang bagaikan ingin membakar jantung mereka.
Mati-matian keempat tokoh iblis itu memusatkan
sinkang mereka, namun tetap saja mereka gagal
buat berada terlalu dekat dengan Giok Han sebab
setiap kali mereka nekad memaksakan diri untuk
maju lebih dekat menyerang Giok-Han maka
seketika dada mereka sesak dan jantung,mereka
seperti hendak pecah akibat udara panas yang
ditimbulkan dari pukulan telapak tangan kiri Giok
Han. 863 Akhirnya mereka menyerang dari jarak yang
cukup jauh dan sekali-sekali kalau memang ada
kesempatan. Giok Han seperti berobah menjadi naga yang
mengamuk bcrgulung-gulung dengan pedangnya
dan pukulan-pukulan "Liong-ho-kun-nya. Cu Lie
Seng menyaksikan perobahan yang terjadi di arena
pertempuran jadi mengerutkan alisnya. Dia
mengangkat tangan kanannya, Lui Pek Sam segera
menghampiri, dibisiki beberapa patah oleh Cu Lie
Seng,segera dia pergi ke pasukan tentara kerajaan,
tak lama-kemudian kembali dengan beberapa o-rang
pemanah. Semuanya siap dengan panah mereka
untuk menyerang. Kaget Giok Han dan si pengemis melihat keadaan
yang sangat mengancam. Biarpun mereka lihai, tapi
menghadapi barisan pemanah tentu saja repot.
Apalagi pengemis im masih berada di bawah tingkat
kepandaian Giok-Han. Satu-satunya jalan Giok Han dan si-pengemis
memperhebat terjangan untuk menerobos keluar
dari kepungan Pak-mo berempat, tapi selalu gagal.
Biarpun Tong-mo berempat tak tahan oleh hawa
panas, akibat pukulan-pukuIan "Liong-ho-kun" yang
dipergunakan Giok Han, namun mereka tokoh--
tokoh ternama dalam rimba persilatan, kepandaian
mereka sangat tinggi. 864 Mereka memang tak bisa mendekati, namun
untuk menerobos keluar dari kepungan merekapun
tidak mudah, karena Giok Han dan pengemis itu
teiap terkepung didalam lingkaran keempat iblis itu.
Cu Lie Seng sangat cerdik, dia tahu kalau Giok
Han dan pengemis itu dikepung terus oleh Tong-mo
berempat, mereka akan lelah dan nanti setelah
kedua orang ini kecapaian, mereka akan dihujani
anak panah. Cu Lie Seng yakin tak mungkin Giok
Han dan pengemis itu bisa meloloskan diri dari
tangannya. Pertempuran semakin seru, tapi disaat ramainya
suara sambaran berbagai senjata dan juga angin
pukulan telapak tangan yang mengandung tenaga
dalam ampuh berisi maut, mendadak terdengar
suara tertawa yang melengking di kejauhan, disusul
kemudian mengalun suara suling.
Tak lama kemudian suara suling sudah terdengar
dekat. Giok Han dan si pengemis kaget, karena ini
menunjukkan bahwa orang yarg meniup suling itu
memiliki ginkang (ilmu berlari cepat) yang sangat
tinggi, dalam waktu begitu singkat dari tempat yang
sangat jauh sudah bisa berada didekat tempat ini.
Giok Han jadi gelisah juga, bertambahnya
seorang musuh yang tangguh tentu membuat dia
dan si pengemis jadi tambah repot, Sekarang saja
mereka tetap terkurung oleh Tong-mo berempat
tanpa bisa menerobos keluar dari kepungan.Cu Lie
865 Seng waktu mendengar suara suling hanya
mengkerutkan alisnya, tapi dia tidak
memperlihatkan perasaan apapun di mukanya.
Sampai akhirnya muncul sesosok bayangan putih
yang melangkah lemah gemulai menghampiri Cu Lie
Seng. "Lie Seng, kembali kau menimbulkan kerusuhan
lagi!" menggumam orang yang baru datang itu,
ternyata tidak lain seorang wanita sangat cantik,
berpakaian serba putih dan langkahnya sangat
ringan sehingga selintas lihat ada seperti melangkah
tanpa menginjak tanah. Di tangan kanannya tampak memegang suling
yang berukuran cukup panjang, sedangkan tangan
kirinya memeluk sebuah harpa yang berukuran kecil.
"Suhu mereka harus ditangkap, keduanya
pemberontak yang ingin membangkang terhadap
kerajaan!" memberitahukan Cu Lie Seng tanpa
menoleh. Biarpun dia memanggil wanita cantik itu
dengan sebutan guru, dia tak memberi hormat dan
sikapnya tak menghormat sedikitpun juga.
Giok Han sempat melirik melihat orang yang baru
datang ini waktu dia sudah menghindarkan
sambaran bandulan baja Se-mo, Dia jadi heran dan
kaget, karena rasa-nya-dia kenal wanita cantik yang
baru datang ini, tapi dia lupa entah di mana pernah
bertemu dengan wanita ini.
866 Giok Han tak bisa berpikir terlalu lama, ujung
angkin Lam-mo sudah menyambar dengan
mengeluarkan suara melecut yang nyaring, karena
ujung angkin sudah penuh olch tenaga dalam yang
tersalur di situ. Cepat-cepat pedang di tangan
kanannya menabas untuK memotong buntung
angkin itu. Hanya usaha Giok Han tak berhasil, sebab
tabasan pedangnya seperti memotong sesuatu yang
empuk. Kain angkin itu jadi lunak dan tak bisa
tertabas oleh pedangnya. Saat itu ujung angkin sudah melilit pedang Giok
Han dan ketika Lam-mo menghentak, pedang
tergetar, karena Lam-mo memang ingin merampas
pedang si pemuda, cuma saja tenaga dalam Giok
Han tidak lemah, dia bisa mempertahankan
pedangnya yang digenggam kuat, terjadi tarik
menarik di antara mereka.
"Cringgs . . . ! Creeennnggg . . . !" Ter-d-mgar
suara nyaring tinggi memekakkan anak telinga,
tajam sekali, karena wanita cantik yang baru datang
itu telah menyimpan sulingnya pada ikat
pinggangnya, kemudian memetik tali-tali harpanya.
Suara harpa itu yang menggema di udara dan
nyaring menyakitkan anak telinga. Seketika Giok
Han teringat seseorang, yang membuat dia tambah
kaget. 867 Bwee-sim-mo-li (iblis Wanita Hati Bu-nga Bwre)
Liok Bie Lan. Ya, Giok Han sekarang ingat, memang
wanita cantik itu tidak lain dari wanita-iblis yang
sangat di takuti oleh orang-orang Kangouw. Waktu
Giok Han masih kecil dan dalam perjalanan bersama
Lam Sie dan Khang Thiam Lu yang hendak
menyelamatkannya, dalam perjalanan mereka
bertemu dengan Bwee-sim-mo-li ini.
Bahkan Bwee-sim-mo-li pernah bermaksud
membasmi dan membunuh keluarga Yang Bu In,
guru Khang Thiam Lu. Sudah beberapa-kali Giok Han
bertemu wanita iblis ini, tak heran kalau tadi dia
merasa kenal dan pernah lihat wanita cantik ini.
Setelah mendengar suara khim (harpa) wanita
cantik itu, barulah dia ingat bahwa wanita cantik itu
tak lain Bwee-sim-mo-li. Suara harpa Bwee sim-mo-li bukan sembarangan,
karena begitu suara harpa mengalun dengan
dentingan tajam, seketika Giok Han dan si pengemis
merasa dada mereka tergoncang, jantung mereka
berdegup lebib cepat dan yang wajar. Semakin lama
suara harpa itu semakin mengganggu konsentrasi
mereka berdua. Anehnya, suara harpa itu biarpun dipetik di
tempat itu, namun Pak-mo, Tong-mo, Lam-mo
maupun See-mo tak terganggu oleh suara harpa
tersebut. Hal ini bukan disebabkan lwekang Giok
Han dan si pengemis berada di bawah tingkat
keempat tokoh iblis tersebut, tetapi disebabkan
868 suara harpa itu memang ditujukan kepada Giok Han
dan si pengemis. Ini menunjukkan bahwa lwekang
Bwe-sim-mo-li sudah semakin maju, dibandingkan
beberapa tahun lalu. Cepat-cepat Giok Han dan si pengemis
memusatkan tenaga dalam untuk membendung
gangguan suara harpa Bwee-sim-mo-li.
Giok Han segera bisa mengatasi ketenangannya
dan suara harpa itu tak mengganggunya lebih jauh.
Namun, si pengemis yang lwekangnya di bawah
tingkat Giok Han jadi kelabakan, sejauh itu dia gagal
untuk menguasai diri gangguan bunyi harpa Bweesim
mo-li. Bahkan, sekarang cara bersilatnya mulai
kacau. Hal ini membuat Giok- Han gelisah dan bingung,
berkuatir untuk keselamatan si pengemis, karena
kalau semakin terganggu perhatiannya oleh bunyi
harpa, niscaya akhirnya si pengemis mudah
dirubuhkan Tong-mo berempat.
Tapi, diapun sedang dilibat terus oleh pukulanpukulan
berantai Tong-mo dan Pak-mo. Kayu Bokkie
di tangan Tong-mo selalu mengincar berbagai titik
jalan darah Giok Han sedangkan Pak-mo dengan
pedang bergigi menikam berulangkali, membuat
Giok Han sibuk harus mengelak kesana kemari tak
hentinya. 869 di samping mangkok baja sedekah Tong-mo yang
sekali-sekali mengincar kepalanya, Dengan begitu
sulit buat Giok Han memecah permainan untuk,
menolongi si pengemis. Tapi rupanya pengemis itu cerdik sekali. Dia tahu
dirinya terancam. Mendadak tangan kirinya merogo
saku bajunya, dia melontarkan sesuatu, yang jatuh
di tanah mengeluarkan suara letusan dan gumpaIan
asap yang harum tersebar di sekitar tempat itu. See
mo dan Lam-mo yang tengah mendesaknya kaget
cepat-cepat mereka melompat mundur, demikian
juga dengan Pak-mo dan Tong-mo, mereka
menjauh. Rupanya asap yang keluar dari benda yang
ditimpukkan si pengemis dan menimbulkan ledakan
itu adalah asap beracun. Maksud si pengemis agar semua orang di tempat
itu termasuk Cu Lie Seng dan Bwee-sim mo-lie agar
menyingkir oleh asap beracunnya. Dia girang
melinat Lam-mo dan See-mo mundur
mengepungnya, ini merupakan kesempatan baginya
untuk bernapas dan memperbaiki kuda-kudanya
Namu, dia jadi kaget lagi ketika diketahuinya suara
harpa yang sangat mengganggu pendengarannya itu
tetap terdengar, bahkan tampak Bwee-sim-mo-li
sudah lompat ke dekatnya, menggantikan Lam-mo
dan See mo. 870 Sedikitpun Bwee-sim-mo-li tak gentar pada asap
beracun itu. Harpanva tetap dipetiknya, tapi bukan
dengan jari-jari tangannya melainkan
mempergunakan ujung sulingnya. Sulingnya yang
tadi diselipkan di pinggangnya, telah dicabut dan
ujung suling itulah yang telah memetik tali-tali harpa
dan suara harpa itu mendengung-dengung semakin
hebat, ditambah oleh suara aneh akibat benturan
ujung suling pada tali-tali harpa itu.
"Cringggg . . . .! Crengggg . .. ,! Ngungggg
Rasanya si pengemis mau menjerit karena
telinganya semakin tak enak dan hatinya berdebar
keras, seperti juga jantung didalam dadanya akan
meloncat ke luar akibat kuatnya pengaruh suara
harpa tersebut. Dia gagal untuk mengatasi diri
dengan memusatkan tenaga dalamnya, sebab
bukannya jadi tenang, bahkan semakin menggila
godaan yang duimbulkan oleh suara harpa yang
dipetik oleh ujung suling Bwee-sim mo-li.
Dia juga semakin tak tahan ingin menjerit sejadijadinya
atau berteriak sekuat suaranya, untuk
mengurangi tekanan gangguan suara harpa.
Giok Han juga kaget, hatinya berdebar sebentar
kemudian tenang lagi, karena dia bisa memusatkan
lwekangnya menindih tekanan suara suling luar
biasa itu. Tapi, yang membuatnya kaget adalah
kemajuan yang dicapai Bwee-sim-mo-li.
871 Walaupun beberapa tahun yang silam Bwee-sim
mo-li merupakan iblis yang sangat menakutkan,


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai Khang Thian Lu begitu gemetar mendengar
suara harpanya saja, Kini ternyata jauh lebih lihai
dari dulu-dulu. Apa lagi Giok Han melihat si
pengemis terhuyung-huyung badannya, kuda kuda
kedua kaki sipengemis sudah goyah dan tubuhnya
seperti orang mabok diganggu oleh suara harpa
yang luar biasa itu. Keadaannya sangat gawat, kalau
tak cepat-cepat ditolong, tentu sipengemis bisa
terluka didalam yang tidak enteng.
Bwee-sim-mo li tetap memetik tali-tali harpanya
dengan mempergunakan ujung suling, tapi tubuhnya
tak tinggal diam, sudah melesat ringan berada di
samping si pengemis. Seperti kita ketahui, Bweesim-
mo li sangat ahli mempergunakan racun, maka
ia tak memandang mata pada racun yang digunakan
si pengemis. Bukannya mundur malah dia maju mendekati si
pengemis menerjang gumpulan asap beracun yang
berasal dari ledakan benda yang tadi ditimpukkan si
pengemis. Waktu itu si pengemis seperti orang lupa
diri, tak mengetanui dirinya terancam bahaya,
semakin dekat Bwee-sim-mo li dengan tempatnya
berada, semakin kuat pengaruh suara harpa
menggodanya. 872 Mendadak dia merasakan di atas kepalanya
berkesiuran angin yang sangat panas, dia menoleh,
saat itulah biarpun pikirannya seperti melayanglayang
dia masih ingat bahaya maut yang sedang
menyambar datang dan berusaha untuk
menggelakkan. Kepalanya ditengadahkan dan
tubuhnya di doyongkan ke belakang dengan gaya
"Tiat-pian-ko (Jembaian Besi) la bisa
menyelamatkan kepalanya dari cengkeraman tangan
Bwee-sim-mo-li tapi ikat kepalanya kena di tarik
oieh jari jari tangan Bwee-sim-mo-li, segera rambut
si pengemis terurai panjang, menutupi pundaknya.
"Ihhh, kau wanita?" teriak Bwee sim-mo-li kaget
campur heran, sehingga untuk sejenak dia lupa
meneruskan serangannya dan juga memetik tali-tali
harpanya dengan ujung suling. Lenyapnya suara
yang sangat mengganggu itu menyebabkan si
pengemis memperoleh kesempatan untuk bernapas,
dia menjerit nyaring dan tubuhnya meloncat cepat
ke belakang, menyusul lagi dengan lompatan
berikutnya, sebentar saja si pengemis telah lenyap
cari tempat itu. "Sahabat, mau kemana kau ?" Giok Han
melompat mengejar sambil berteriak, sedangkan
Bwee- sim- mo- li tak mengejar, cuma tertawa
sambil memetik tali-tali harpa dengan main
sulingnya. Cu Lie Seng menghampiri dengan muka
cemberut. 873 "Suhu mengapa kau tidak menangkapnya agar
kita bisa menggiringnya pulang, buat memancing
Toat-beng sin-ciang keluar dari tempat
persembunyiannya ?" tanya Cu Lie Seng dengan
sikap tidak senang karena Bwee-sim-mo li tak
mengejar atau berusaha menangkap si pengemis
dan Giok Han. sehingga kedua orang itu
meninggalkan tempat tersebut.
"Tenang saja, anak manis Mengapa harus repot
seperti kebakaran jenggot dan kehilangan hidup "
Biarkan saja mereka pergi tokh mereda tidak bisa
pergi jauh dari tempat ini. nantipun kita bisa
menangkap mereka !" Tawar suara Bwee-sim mo li dan tanpa menoleh
pada Cu Lie Seng dia melangkah sambil memetik
lagi tali-tali harpanya dengan ujung sulingnya,
seningga terdengar suara ..Cringggg . . . . !
Crenggggg . . . . ! Ngggungggg . . .
Muka Cu-Lie Seng merah padam berdiri diam di
tempatnya mengawasi Bwee-sim mo-li pergi
meninggalkannya. Memang selalu Bwee-sim-mo-li
membawa adat sendiri tak pernah tunduk padanya.
Kalau saja dia tak ingat bahwa perempuan iblis itu
guru adiknya perempuan Siauw Hoa. Tentu dia
berusaha untuk menundukkan iblis itu. Setelah
berdiam diri sejenak, akhirnya Cu Lie seng
melampiaskan kemendongkolan hatinya dengan
memerintahkan Tong mo berempat dibantu oleh Lui-
Pek Sam dan tentara kerajaan untuk merusak porak
874 porandakan tempat itu, taman bunga dirusak dan
dihancurkan, kemudian barulah mengajak orangorangnya
untuk berlalu. -------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------
Giok Han melompat cepat keluar dari tempat ini,
taman bunga yang penuh teka-teki. Disekitar tempat
itu sudah gelap karena malam telah larut. Dia
bermaksud menyusul si pengemis, tapi jangankan si
pengemis, sedangkan bayangannya saja tidak
kelihatan. Dia mempercepat larinya, tetap tak berhasil
mencari pengemis itu. "Kemana dia pergi?" pikir Giok Han kuatir dan
bingung, dia tetap tak berhasil mencari si pengemis
walaupun sudah berlari cukup jauh. "Oh", semuanya
penuh teka-teki, entah saat dia berpakaian sebagai
pengemis, tapi sebenarnya dia seorang gadis.
Mengapa dia menyamar sebagai pengemis" Apa
yang hendak dilakukan ditempat itu, seakan juga dia
sudah tahu bahwa Cu Lie Seng dan orang orangnya
akan datang ke situ. Lalu, siapa Toat beng-sinciang?"
Semuanya penuh oleh kabut yang sulit untuk
ditembus, teka teki yang sulit untuk-diketahui
dengan jelas. Giok Han tetap berusaha mencari si
875 pengemis, tapi tetap saja tak berhasil biarpun
matahari fajar sudah mulai menampakkan diri di
ufuk Timur. Si pengemis seperti lenyap kedalam
bumi berikut bayangannya.
Keteplak keteplok, keteplak, keteplok,
Si binal berkeliaran di taman bunga,
Bertepuk-tangan girang sambil memetik bunga,
Warna-warni bunga yang disenangi,
Tapi tertawanya diganti tangis menyedihkan,
Tangannya tertusuk duri, Tak bisa memetik bunga, Tak bisa bertepuk tangan lagi ..."
Suara nyanyian itu melengking nyaring tapi
merdu, suara seorang gadis yang bernyanyi dengan
riang dan sedang menunggang keledai kecil tapi
gemuk dan dihias bagus sekali.
Sambil bernyanyi tak jarang gadis yang
berpakaian baju serba merah dengan kombinasi
renda kuning itu, bertepuk tangan dengan gembira.
Keledainya dijalankan perlahan-lahan di jalan raya di
kota Yang-cu. Banyak orang mengarahkan matanya
mengawasi tingkah-laku gadis itu, yang usianya
876 mungkin sudah duapuluh tahun lebih. Bukan
pakaiannya ysng merah menyolok menarik
perhatian, juga bukan disebabkan suara nyanyian
gadis itu yang nyaring merdu, tapi yang menarik
perhatian adalah mukanya yang cantik manis,
bernyanyi-nyanyi sambil tersenyum-senyum riang.
Jika dia memandang kearah kiri kanannya dan
melihat beberapa orang laki-laki, tak perduli tua dan
muda, dibalas oleh orang-orang itu dengan sikap
hormat, biarpun mata memandang lantang bersinar
tajam melahap kecantikan muka gadis tersebut.
Semua orang tahu gadis ini puteri bangsawan,
anak pembesar negeri yang tinggi pangkatnya.
Sudah, dua bulan lebih gadis ini berkeliaran di kota
Yang cu dan kehadirannya di tengah-tengah
keramaian kota itu selalu menarik perhatian. Yang
membuat para pemuda di kota itu atau laki-laki tua
lainnya, tak berani menggoda atau mengganggunya,
sebab mereka tahu selama berada di Yang cu gadis
itu tingal dirumah Sam cong-tok.
Siapa yang berani main gila pada gadis itu kalau
memang tidak mau nanti leher dipancung sehingga
kepala terpisah dari leher " Biarpun banyak pemudapemuda
berandal yang biasanya paling senang
menggoda gadts-gadis cantik yang mereka temukan
di jalan raya, namun terhadap gadis baju merah ini
mereka jadi ciut nyalinya dan tidak sampai terlalu
nekad untuk menggodanya. 877 Kalau gadis itu kebetulan mengangguk, pemudapemuda
berandal itu baru balas mengangguk
dengan sikap hormat tapi mata memandang penuh
rasa kagum pada kecantikan muka gadis itu, yang
seperti cantiknya seorang dewi dari kahyangan !
"KetepIak, keteplok keteplak, keteplok,
Si binal berkeliaran di taman bunga,
Bertepuk tangan girang sambil memetik bunga,
Warna-warni bunga yang disarungi..
Gadis itu terus juga bernyanyi duduk di atas
keledainya, seperti tidak acuh pada pandang mata
yang rakus dari laki-laki dijalan raya itu melahap
kecantikan mukanya, dta tetap riang gembira.
Sampai akhirnya dia menahan jalan keledainya,
melompat turun ringan sekali di depa si penjual
sikua (semangka). Buah semangka yang didagangkan hijau tua
sudah matang, sebagian telah dipotong sehingga
terlihat isinya yang merah menggiurkan, ditaruh di
atas tumpukan buah semangka lainnya. Gadis itu
mengawasi sejenak pada semangka yang telah
dipotong, kemudian menoleh pada penjual
semangka itu, laki- laki tua mungkin sudah berumur
limapuluh tahun lebih, tapi matanya masih "galak"
mengawasi dan melahap muka si gadis yang
demikian cantik, mulutnya setengah terbuka
878 sehingga sikapnya seperti orang toloI atau sedang
menyesal mengapa dia sudah tua baru melihat
wanita secantik bidadari ini.
"Lopeh, berapa harga sebuah semangkamu ?"
tanya sigadis itu dengan suara yang merdu dan
seperti menunjukkan kemanjaan.
"Ehhhh, eh ... . tidak mahal kouwnio (nona).
Cuma dua setengah ci." tergagap penjual semangka
itu waktu menyahuti, matanya memandang pada
buah-buah semangkanya karena tak kuat buat
menentang sorot mata gadis itu yang tajam luar
biasa seperti bisa menembus sampai ke jantungnya.
"Coba tolong kau potongkan sikua yang ini
menjadi beberapa potong. Aku ingin memakannya di
sini," menunjuk si gadis kepada salah sebuah
semangka yang tampaknya hijau mengkilap sebagai
semangka yang telah masak.
Tidak ayal lagi penjual semangka itu memotong
menjadi delapan potong, gadis itu tak canggung
mengambil sepotong dan memakannya di situ. Si
penjual semangka sampai bengong, juga orangorang
lainnya di sekitar tempat itu, hampir
semuanya mengawasi si gadis dengan terheranheran.
Gadis cantik berpakaian mewah seperti puteri
bangsawan, tapi makan semangka di tengah jalan
tanpa perduli sekitarnya. Asyik sekali dan nikmat
879 cara makan semangka, cepat sekali dua potong
telah dihabiskan. Waktu itu lewat seorang pengemis
kecil berumur mungkin 9 atau 10 tahun, yang
mengawasi heran-tapi tak berani minta sedekah.
Gadis ith mengambil sepotong semangkanya,
disodorkan keiada pengemis itu. "Mau ?"
Biasanya pengemis kecil paling "galak" menerima
dermaan dari siapa saja, yang akan disambutnya
dengan senang. Tapi sekarang entah kenapa dia jadi
bengong saja tak mau menerima semangka yang
disodorkan gadis itu. "Tidak doyan ?" tanya si gadis itu lagi. "Atau kau
merasa sepotong ini masih kurang dan ingin satu
buah semangka " Nahhh . . . . ambillah ini" Si gadis
telah menaruh sepotong semangka yang tadi
disodorkan kepada pengemis kecil itu, dia
mengambil sebuah semangka yang masih bulat
utuh, disodorkan kepada pengemis itu.
Tetap si pengemis tidak berani menerima
pemberian ini, dia cuma berdiri mengawasi bengong
kepada gadis ini. Si gadis tersenyum, dia menaruh
semangka itu di tangan si pengemis. "Ayo ambil,
jangan malu-malu, tampaknya kau mengiler melihat
semangka-semangka yang telah masak ini."
Si pengemis cilik seperti baru bangun dari
mimpinya, dia berlutut memanggut-manggutkan
kepalanya tetap memeluki semangka yang cukup
besar itu. "Terima kasih siocia. Terinta kasih, siocia."
880 Berulangkali pengemis kecil itu mengucapkan terima
kasih, kemudian bangun dan memutar tubuhnya lari
pergi dari tempat itu. Semua orang yang menyaksikan kejadian ini
cuma mengawasi heran dan merasa iri pada


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengemis kecil itu. Betapa senangnya pengemis kecil
itu menerima hadiah semangka dari seorang gadis
secantik itu, menerima langsung dari pemberian jarijari
tangan yang lentik bagus bentuknya, diiringi
dengan senyum yang penuh persahabatan.
Gadis itu cuma tersenyum melihat kepergian
pengemis kecil itu, kemudian membayar lima ci pada
penjual semangka, naik ke keledainya yang
dijalankan lagi perlahan-lahan.
Kouwnio . . . ! Kouwnio - . - !" memanggilmanggil
penjual semangka itu. Si gadis menoleh.
"Sisa beberapa potong seniangkamu apakah tak
mau dibawa, kouwnio ?"
Gadis iiu menggeleng tersenyum. "Tidak lopeh,
berikan saja kepada mereka yang mau." Kemudian
gadis itu menjalankan keledainya tanpa menoleh
lagi, dia bernyanyi lagi dengan sikap yang riang,
suara plakkkk ploookkk . . . plakkk .... plokkk kaki
keledai yang tengah jalan perlahan-lahan di jalan
raya seperti ganti musik mengiringi nyanyian si
gadis baju merah tersebut.
881 Jilid ke 20 Belum jauh gadis itu menjalankan keledainya.
mendadak lompat seseorang ke tengah jalan
menghalangi jalan maju keledai si gadis, kedua
tangannya memegang tali les keledai. Oang itu
bertubuh tinggi besar, mukanya brewok lebat,
matanya memancarkan kekejaman hatinya.
"Anak manis, tampaknya kau memiliki banyak
uang, aku Si Kadal Tua Lo Pi sedang kesulitan uang,
anakku sedang sakit dan harap nona berbaik hati
untuk membagi uang kepadaku."
Dia bicara dengan suara yang kaku dan nyengirnyengir
mengancam, matanya yang menunjukkan
kekejaman hatinyapun memandang dengan sikap
yang sangat kurangajar sekali.
Si gadis baju merah duduk di atas keledainya
tenang-tenang, sejak tadi dia bersikap gembira dan
riang, baru sekarang alisnya mengkerut sedikit. Dia
tidak senang atas sikap lancang si Kadal Tua Lo Pi,
tapi dia tak marah. "Berapa usia anakmu, paman Lo Pi " Sudan
dibawa ke tabib?" tanyanya sabar.
"Belum. Aku tidak punya uang. Tadi kulihat kau
membeli semangka tanpa tawar dan kemudian
menghadiahkan sebuah semangka buat pengemis
busuk cilik itu, maka kupikir nona tentu banyak uang
882 dan aku minta agar kau mau membagi uang
kepadaku. Tentunya nona manis tak keberatan,
bukan?" Si Kadal Tua Lo Pi sebetulnya buaya darat di kota
itu, dia jagoan di kota tersebut karena memiliki
sedikit ilmu silat. Setiap hari malang melintang di
kota itu memeras pemilik-pemilik toko dan orang
orang kaya. Sedangkan pihak kepolisian tidak berdaya
berurusan dengannya, karena memang si Kadal tua
Lo Pi mempunyai anak buah sangat banyak
jumlahnya, jika dia ditangkap para anak buahnya
selalu menimbulkan kerusuhan di kota tersebut.
Memang sebelumnya si Kadal Tua Lo Pi pernah
ditahan polisi. tapi berakibatnya pengacauan yang
menimbulkan kerusuhan buat penduduk kora Yangcu,
banyak warga kota itu yang terluka oleh sepak
terjang anak buah si Kadal Tua Lo Pi, maka akhirnya
pihak yang berwajib melepaskan Lo Pi dari tahanan.
Semakin lama memang Lo Pi semakin berani dan
kurang ajar. sehingga banyak penduduk kota itu
yang menjadi korban pemerasannya yang semakin
terang-terangan. Kebetulan tadi dia berada di situ
dan menyaksikan apa yang dilakukan gadis itu,
maka pikirnya gadis cantik ini pasti korban yarg
empuk sekali untuk diperas. Banyak perhiasan yang
dipakai gadis itu yang nilainya tentu lebih dari ribuan
tail perak. 883 "Kasihan, sudah berapa hari anakmu itu sakit,
Lopeh?" tanya gadis itu sambil mero-go kantong
uangnya. "Sudah . . . seminggu," jawab si Kadal Tua Lo Pi,
m-itanya melirik ke arah kantong uang gadis itu,
isinya tentu padat dan penuh karena tampaknya
kantong uang itu cukup berat, Tangannya jadi gatal,
mendadak dia menyambar merampas kantong uang
itu. Si gadis tak menyangka memandang heran pada
Lo Pi, yang waktu itu sudah berhasil mengambil
kantong uang si gadis dan melihat isi nya.
Benar saja, isinya penuh sekali dengan uang uang
logam emas dan perak. Muka si Kadal Tua jadi
berseri-seri kegirangan. "Kukira sudah cukup uang
ini, nona cantik. Semoga kau tambah cantik." Dia
memasukkan kantong uang itu ke dalam sakunya.
Alis si gadis naik, dia mendongkol untuk
kelancangan si Kadal Tua. Tadi dia tak menyangka si
Kadal Tua Lo Pi akan bertindak seperti itu maka
kantong uangnya kena dirampas.
Dilihatnya Lo Pi melangkih meninggalkannya
sambil tertawa bergelak-gelak kegirangan. Orangorang
yang ada di tepi jalan raya yang menyaksikan
kejadian tersebut tak seorangpun berani maju untuk
menegur si Kadal Tua Lo Pi, mereka diam saja
karena tahu penyakit kalau berurusan deugan si
Kadal Tua yang memang menjagoi kota itu dengan
ilmu silatnya. 884 "Hei, mau kau bawa kemana uangku?" bentak
gadis itu, tubuhnya ringan turun dari keledainya.
Tangannya tahu-tahu diulur menjambak pundak Lo
Pi. Keras cengkeram jari-jari tangannya, sebab Lo Pi
tahu-tahu merasakan pundaknya sangat sakit,
membuat dia meringis. Belum lagi Lo Pi menyadari
apa yang terjadi, tubuhnya tiba-tiba melayang di
tengah udara dan terbanting keras sekali di jalan
raya sampai debu mengepul tinggi, Lo Pi
berkelojotan kesakitan pinggulnya menghantam batu
jalan, matanya sampai mendelik seperti biji matanya
itu mau meloncat keluar sakitnya bukan main
terbanting seperti itu, pinggangnya juga seperti mau
patah. Tapi dia satu jagoan, dia cepat bisa bangun
berdiri biarpun mukanya meringis menahan sakit,
mengawasi bengis kepada si gadis. Mendadak dia
bengong heran, karena si gadis dilihatnya berdiri
tenang di tempatnya, sama sekali tidak berusaha
untuk melarikan diri. Mulutnya tersenyum-senyum
dan mengawasi si kadal Tua seakan anak-anak yang
merasa senang serta bangga karena menang main
kelereng. Ditangannya tampak kantong uang nya yang
dilempar-lempar rendah dan ditangkap berulang
kali. Peristiwa itu terjadi hanya beberapa detik saja,
tadi gadis itu selain bisa membanting tubuh si Kadal
Tua yang tinggi besar dan sangat berat, juga
885 tangannya begitu cepat bisa mengambil kembali
kantong uang nya dari saku baju si Kadal Tua, dalam
sekejap mata kantong uang itu sudah pindah tangan
lagi tanpa ada seorangpun yang bisa menyaksikan
dengan cara bagaimana gadis itu merogoh saku baju
si Kadal Tua mengambil kantong uangnya.
Orang-orang yang berkumpul disitu lupa dan
bersorak ramai, tapi waktu Lo Pi mengawasi
sekeliling dengan maia mendelik kelam, seketika
suara sorak-sorai itu lenyap, sunyi senyap, kuncup
hati orang-orang yang berkerumun di tepi jalan
menyaksikan keadaan itu. Kemudian dengan langkah lebar Lo pi
menghampiri gadis cantik itu dengan sikap
mengancam, membuat semua orang yang ada di
situ sangat kuatir buat keselamatan si gadis baju
merah. "Budak hina, rupanya kau mau mampus kuhajar,
ya"! "memaki Lo Pi siap untuk memukul si gadis.
Gadis baju merah itu tetap berdiri tenang di
tempatnya, sedikitpun tidak gentar oleh gertakan Lo
Pi, malah mulutnya tetap tersenyum-senyum. "Masih
kurang cuma dibanting seperti tadi dan minta
tambah lagi?", tanyanya mengejek.
"Kalau kau menginginkan uangku. beritahukan
saja tadi padaku, akan kuberikan. Tidak perlu kau
rampas dengan sikap lancang kurang-ajar seperti
886 tadi! Sekarang, biarpun kau menginginkan satu ci,
tak akan kuberikan, walaupun kau berlutut sambil
menangis air mata darah di kakiku!"
"Budak hina beritahukan namamu! "bentak Lo Pi.
..Sebelum mampus, dengarlah baik-baik siapa aku,
agar nanti di depan Gam-lo-ong kau bisa
memberitahukan siapa yang mengirim kau ke
neraka! Aku si Kadal Tua Lo Pi adalah raja di kota
ini, tak seorangpun berani membantah atau
membangkang terhadgp setiap perintah dan
keinginanku. Kau berani berlaku kurang ajar
menantang di depanku- apakah sudah punya tiga
kepala dan enam tangan?"
"Hemmm, melihat kelakuan buruk seperti kau ini
jelas kau bukan manusia baik, setidak-tidaknya pasti
kau manusia busuk yang jahat Apa yang kau
ceritakan tadi bahwa anakmu sakit pasti cerita
bohong saja. Justeru sekarang kau yang harus
mendengar baik-baik namaku, agar nanti kau tidak
penasaran Aku she Cu, namaku Bunga Kecil Cukup
jelas" Cu Siauw Hoa! Nah, ingat baik baik nama itu
kalau kelak kau ingin melakukan kejahatan lagi,
agar lebih hati-hati tidak bertindak ceroboh seperti
tadi" Si Kadal Tua Lo Pi yang selalu kata-katanya
ditanggapinya oleh gadis itu semakin gusar saja,
tubuhnya menggigil menahan marah. Selama
menjagoi di kota Yang-cu belum pernah ada orang
yang berani memakinya, biasanya dia yang seenak
887 perutnya memaki siapa saja yang tak disenanginya,
atau kalau perlu dia akan menghajarnya dan
menyiksa orang yang jadi korbannya.
Tapi sekarang gadis muda ini berani
menantangnya, mengejeknya malah. Dia mendelik
sambil melangkah maju, mulutnya mempedengarkan
tertawa bergelak-gelak mengandung kekejaman dan
ancaman yang menakutkan. Waktu sampai di depan
si gadis, tangan kanannya di-ayun akan memukul
muka yang putih mulus itu, tangan kirinya
menjambak payudara si gadis, dada yang begitu
membusung padat berisi, maksudnya ingin berlaku
kurangajar. Si Kadal Tua Lo Pi sekali ini keliru dengan
tindakannya. Masih bagus kalau tadi dia tidak
menyerang dengan tangan kirinya ke dada si gadis
yang membusung padat berisi itu, cukup ingin
menampar muka gadis itu, mungkin dia tak akan
mengalami kecelakaan. Sekarang justeru jadi lain.
Gadis ini mendongkol bukan main melihat
keceriwisan si Kadal Tua. Tahu- tahu tubuh si gadis
lenyap dari depan si Kadal Tua, karena loncatannya
sangat gesit sukar dilihat jelas, hanya gumpalan
merah saja. Tangan kanan Lo Pi yang memukul
mukanya dielakkan, tangan kanan itu dibiarkan
lewat disamping mukanya, kemudian cepat tangan
kiri si Kadal Tua Lo Pi yang mau berbuat kurang ajar
telah dicengkeram, terdengar suara "krakkkkk
krakkkkk ..."* disusul oleh jerit kesakitan si Kadal
Tua Lo Pi, bahkan kemudian tubuhnya terbang ke
888 tengah udara, tak bisa ditahan lagi kebanting kuat di
batu jalan raya, menggelepar-gelepar berkelojotan
dengan mata mendelik lidah terjulur keluar seperti
anjing yang kecapaian. Matanya ber-kunang-kunang dan menjadi gelap
tak bisa melihat apapun, ditambah menderita
kesakitan akibat tulang siku tangannya yang kiri
telah patah! Gadis baju merah itu masih berdiri tenang di
tempatnya, seperti tidak terjadi sesuatu di situ,
hanya tangan kanannya dengan jari-jari yang lentik
bentuknya serta runcirg mengebut-ngebut perlahan
bajunya, yang mungkin ditempel debu. Perlahanlahan
dia menghampiri keledainya tidak perduli pada
si Kadal Tua Lo Pi lagi, melompat naik ke atas
keledainya. Si Kadal Tua Lo Pi kesakitan dan penasaran, dia
belum kapok. Kalau memang dia seorang yang
mudah menyerah pada kesulitan, tentu tak mungkin
bisa menempatkan dirinya jadi jagoan di kota Yang
cu. Biarpun matanya masih kunang-kunang gelap,
tangannya sakit bukan main, dia masih memaksakan
diri untuk bangun. Tubuhnya bergoyang-goyang


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan jatuh, tapi mati-matian dia berusaha menahan
dengan kuda-kuda ke dua kakinya agar tidak rubuh
lagi. Semua orang yang berkumpul di sekitar tempat
ini hanya menyaksikan berdiam diri, mereka takut
889 untuk bersorak atau juga mengejek sang jagoan
yang baru saja dipecundangi gadis cantik manis
yang semula tak disangka orang memiliki ilmu yang
sam at tinggi. Si Kadal Tua Lo Pi berteriak nyaring. "Mengapa
kalian diam saja, goblok " Hayo-mampuskan budak
hina itu! Cingcang tubuhnya hancur lumat jadi bubur
!" Suara Lo Pi menggema di sekitar tempat itu,
karena dia berteriak sekuat suaranya.
Menyusul itu belasan sosok bayangan melompat
ke tengah jalan raya menghalang di depan keledai si
gadis. Di tangan masing-masing mencekal berbagai
senjata tajam, seperti pedang, golok, tongkat. ioya
pendek ataupun trisula. Semuanya laki-laki bertubuh
tinggi besar dan memiliki tampang muka bukan
orang baik-baik. Rupanya mereka anak buah Si Kadal Tua Lo Pi,
yang sejak tadi cuma berdiri bengong melihat
pemimpin mereka dipecundangi. Memang sebagai
seorang jagoan Lo Pi mempunyai banyak sekali anak
buah, yang selalu berkeliaran bersamanya, berada
tak jauh dari Si Kadal Tua Lo Pi, Begitu dia berteriak
menganjurkan untuk meT cingcang tubuh gadis
cantik manis itu, segera anak buahnya yang sejak
tadi sudah ada di situ berduyun-duyun lompat buat
menghalangi kepergian gadis itu, yang tak lain Cu
Siauw Hoa. adik kandung Cu Lie Seng, puteri
kesayangan Cu-kongkong, yang kebetulan berada di
890 Yang-cu karena ikut kakaknya, Cu Lie Seng,
menginap di rumah Sam-cong-tok.
Jika Cu Lie Seng selalu sibuk mengurusi orangorang
Kangouw dengan para anak buahnya yang
lihai-lihai, justeru Siauw,Hoa setiap hari
menghabiskan waktunya untuk main-main, pergi ke
tempat-tempat yang indah pemandangan alamnya,
memetik bunga yang menarik hati atau juga
melihat-lihat keadaan kota itu.
Siapa sangka, hari ini justeru ia dihalangi oleh si
Kadal Tua Lo Pi, yang mau merampas kantong
uangnya. Siauw Hoa pikir cukup memberi pelajaran
pahit pada Lo Pi dengan membantingnya satu kali.
Siapa tahu Lo Pi tidak kenal kapok dan terlalu nekad,
malah ingin berbuat karang ajar untuk meremas
dadanya yang membusung padat dengan tangan
kirinya. Naik darah Siauw Hoa, jadi marah campur benci,
itulah sebabnya dia turun tangan langsung
mematahkan tangan kiri si Kadal Tua Lo Pi. Tidak
disangkanya, si Kadal Tua Lo Pi mempunyai anak
buah banyak jumlahnya, sekarang saja belasan
orang anak buah jagoan itu sudah mengurungnya
dengan senjata siap tergenggam di tangan masingmasing
untuk menyerangnya. Siauw Hoa menahan keledainya, duduk di atas
tunggangannya tenang sekali, matanya menyapu
mengawasi satu persatu anak buah si Kadal Tua Lo
891 Pi. Tak ada seorangpun di antara anak buah Lo Pi
yang memiliki muka yang baik, semuanya tampang
jahat dan bengis Juga sinar mata mereka rakus
sekali seperti mau melahap bulat-bulat keindahan
bentuk tubuh maupun kecantikan wajah Siauw Hoa.
Cuma saja tadi dia sudah menghajar Lo Pi, anak
buah jagoan itu tidak berani ceroboh untuk berlaku
kurang ajar padanya, Mengandalkan jumlah banyak
anak buah Lo Pi yakin bisa menangkap hidup-hidup
Siauw Hoa, yang nanti akan mereka giliran untuk
memperkosanya. Mereka merasa sayang kalau harus
membunuh wanita secantik Siauw Hoa.
Tenang sekali Siauw Hoa turun dari keledainya,
dia kuatir kalau tetap duduk di keledainya orangorang
Lo Pi menyerangnya, sehingga melukai
keledainya. Untuk dirinya memang tidak perlu
gentar, karena yakin tak mungkin anak buah si
Kadal Tua Lo Pi bisa melukainya, berapa banyakpun
jumlah mereka. Yang dikuatirkan Siauw Hoa adalah
keselamatan keledai tunggangannya.
"Apa lagi yang kalian ingini dariku?" tanya Siauw
Hoa tenang dan sabar, sedikitpun tidak tampak rasa
takut. "Jangan cari kesulitan untuk kalian. Bubarlah
!" Anak buah si Kadal Tua Lo Pi tampak saling
melirik di antara kawannya dan tertawa-tawa.
Mereka anggap perkataan si gadis lucu sekali,
karena janganlah menghadapi belasan orang,
892 melawan empat atau lima orang dari rombongan
mereka si gadis pasti sudah dapat dibekuk.
Biarpun gadis ini memiliki kepandaian tinggi,
tetap saja dia wanita, yang tenaganya terbatas.
Dikeroyok demikian banyak orang, biarpun si gadis
ditambah lagi sepasang tangan, tidak nanti bisa
menghadapi rombongan mereka. Anak buah si Kadal
Toa Lo Pi jadi semakin berani, sikap mereka mulai
kurang ajar cengar-cengir di depan si gadis.
Si Kadal Tua Lo Pi sakit hati tangannya di
patahkan Siauw Hoa, jadi gusar dan sangat marah
melihat anak buahnya semua cengar-cengir seperti
kuda yang diberi bawang. "Mengapa kalian tidak
turun tangan hanya bengong seperti orang tolol ?"
Teriak si Kadal Tua mendongkol, suaranya bengis
menakutkan. Anak buah Lo Pi kaget, semuanya seperti baru
ingat tugas tugas mereka. Tidak buang waktu lagi
karena telah dibentak bengis seperti itu oleh Lo Pi,
mereka meloncat maju kedepan, menusuk,
menikam, membacok, menotok dan memukul
dengan toya-pedang, golok dan macam- macam
senjata tajam lainnya yang menghujani Siauw Hoa.
Penduduk kota itu yang menyaksikan keadaan
seperti ini jidi menjerit kaget, mereka sangat kuatir
keselamatan gadis baja merah ini, juga merasa ngeri
dan takut melihat senjata-senjata tajam itu sudah
menyambar menghujani tubuh si gadis.
893 Mereka tak bisa membayangkan, entah
bagaimana jadinya kalau senjata-senjata itu berhasil
menyerang sasarannya, pasti tubuh si gadis benar
benar hancur menjadi bubur dicingcang oleh
senjata-senjata tersebut.
Gadis baju merah ini tenang-tenang ditempatnya,
dia menanti senjata-senjata lawanlawannya
datang dekat baru mau menghindarkan
dan menangkisnya. Namun, belum lagi Siauw Hoa
menangkis atau mengelakkan senjata lawan, tahu
tahu berkelebat sesosok bayangan, disusul dengan
suara berkerontangan karena senjata-senjata anak
buah si Kadal Tua Lo Pi sudah pindah tangan
dirampas oleh sosok bayangan yang baru datang.
Semuanya melompat mundur diiringi teriakan
kaget campur marah, Mereka akhirnya melihat di
tempat itu sudah tambah seorang pemuda berumur
tidak lebih dari 20 tahun, mulanya tampan, di
tangannya memegang belasan batang senjata
mereka, yang tadi telah dirampasnya.
Siauw Hoa juga kaget dan heran, dia tidak kenal
pemuda yang menolonginya. Di-awasinya dengan
heran, tapi gadis ini jadi malu karena pemuda itupun
sedang mengawasinya dan malah mengangguk
waktu Siauw Hoa memandang kepadanya.
Entah mengapa mendadak saja hati Siauw Hoa
jadi berdebar-debar. Dia tahu pemuda ini tentunya
menolonginya karena melihat dia dikepung oleh
894 belasan orang yang hendak mencelakainya, namun
maksud baik pemuda ini sempat membuat hati si
gadis berdebar-debar. Biasanya orang
menghormatinya, apa yang dilakukan untuk
bermuka-muka. Berbeda dengan yang dilakukan
pemuda tak dikenal ini. sehingga membuat si gadis
merasakan suatu debaran hati yang yang lain, apa
lagi memang pemuda inipun tampak gagah.
"Bocah ingusan, kau berani kurang ajar pada
kami dan mau mampus rupanya"!" Teriak beberapa
orang anak buah si Kadal Tua Lo Pi, bengis
mengandung ancaman untuk menyerang.
"Cincang dua-duanya !" Si Kadal Tua Lo Pi
memberikan perintah, karena dilihatnya semua anak
buahnya cuma bengong-bengong saja tidak segera
menyerang. Mendapat dorongan dari pemimpin mereka, anak
buah si Kadal Tua Lo Pi tidak berani main lambatlambatan
lagi, mereka segera menyerbu kepada si
pemuda tampan yang sudah merampas senjata
mereka, sehingga pemuda itupun tidak sempat
untuk bicara sepatah dua patah kata dengan Siauw
Hoa, sebab dia diserbu belasan orang anak buah si
Kadal Tua Lo Pi. Belasan batang senjata tajam yang
tadi dirampasnya, telah dilemparkan ke samping,
dibuang ko tepi jalan, sedangkan kedua tangannya
yang sudah kosong dipergunakan untuk menjambak
kesana - kemari cepat luar biasa, tahu-tahu tubuhtubuh
beterbangan. 895 Anak buah si Kadal Tua Lo Pi satu persatu
dilemparkan ke tengah udara, jatuh terbanting di
jalan raya tidak bisa bergerak lagi, pingsan tak
sadarkan diri ! Singkat sekali waktu yang di
pergunakan pemuda itu, karena belasan orang itu
seketika telah dilamparkan semua, jatuh pingsan.
Yang masih bernasib bagus terbanting dan tidak
pingsan, segera angkat kaki, kabur, biarpun Lo Pi ,
berteriak-teriak menganjurkan menyerang lagi.
Pemuda itu menoleh kepada Siauw Hoa,
tersenyum penuh persahabatan. "Nona, kau tidak
apa-apa ?" Siauw Hoa waktu itu tengah berdiri keheranan
melihat ketangkasan pemuda ini.
Melihat gerakannya yang sangat gesit dan
tangannya yang lincah, pemuda ini pasti memiliki
ilmu yang sangat tinggi. Tadi dia begitu mudah
merampas belasan senjata dari belasan orang anak
buah si Kadal Tua Lo Pi. sebagian besar sampai
pingsan tak sadarkan diri.
Di dalam hati Siauw Hoa kagum sekali pada
ketangkasan pemuda itu, juga mengakui bahwa
kepandaiannya tidak sehebat pemuda ini. Mendadak
pemuda itu menoleh padanya menanyakan
keadaannya, muka si gadis jadi berobah merah, dia
menggeleng sambil mengawasi dengan perasaan
berterima kasih. 896 Sebetulnya dia memang tidak gentar menghadapi
belasan orang anak buah si Kadal Tua Lo Pi, karena
dia yakin bisa mengatasi mereka dengan mudah.
Tidak urung pertolongan pemuda ini membuat dia
berterima kasih. Apalagi tampaknya pemuda ini
sangat menguatirkan keselamatannya, maka ia
semakin berterima kasih. Mengetahui gadis itu tidak mengalami
kekurangan apa-apa. si pemuda jadi tersenyum
senang. Tahu-tahu tubuhnya meloncat gesit sekali
dan sudah berada di samping si Kadal Tua Lo Pi.
Tidak bicara lagi pemuda itu sudah memukul dada
Lo Pi, sehingga terpental keras terpelanting
bergulingan di jalan raya dengan mata mendelik,
mulut terbuka dan lidah terjulur keluar, reban tak
bergerak lagi, pingsan tak sadarkan diri.
"Orang-orang jahat tidak tahu malu, hanya berani
menghina wanita saja !" menggumam pemuda itu
sambil memutar lubah tidak perduli lagi pada Lo Pi
dari anak buahnya yang menggeletak pingsan
tercecer di jalan raya, dia melangkah menghampiri
Siauw Hoa. "Sayang aku tiba di tempat ini terlambat
sehingga nona dikagetkan oleh orang-orang jahat
tidak tahu malu ini. Apakah tidak ada sesuatu yang
kurang, nona ?" Siauw Hoa merangkapkan tangan memberi
hormat pada pemuda itu. "Terima kasih atas
pertolonganmu. Apakah boleh kuketahui tuan
penolongku?" Polos dan lancar cara bicara maupun
897 sikap Siauw Hoa, sikap seorang wanita yang biasa
berkelana di dalam kalangan kangouw, tidak malumalu
atau canggung seperti wanita-wanita umumnya
yang tak mempelajari ilmu silat.
"Aku Giok Han," memberitahukan pemuda itu,
yang memang tak lain Giok Han, kebetulan dia lewat
di kota Yang-cu setelah tak berhasil mencari si
pengemis yang ternyata seorang gadis. Sedang
melewati jalan raya itu dilihatnya ramai-ramai orang
berkerumun, maka segera dihampirinya. Begitu
melihat belasan orang mengurung seorang gadis, di
tangan belasan orang iu juga masing-masing


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tergenggam senjata tajam yang siap dipergunakan.
Darah Giok Han seketika meluap, apalagi
memang dilihatnya belasan orang itu yang
semuanya bertampang bukan orang baik-baik,
sudah meloncat maju untuk mencelakai gadis ysng
sangat cantik manis itu. Tidak buang waktu lagi Giok
Han meloncat untuk menolongi gadis itu. "Bolehkah
aku mengerahui nama nona dan mengapa mereka
hendak mengganggumu?"
"Aku Cu Siauw Hoa," menyahuti Siauw Hoa. "Aku
sendiri tak tahu mengapa mereka hendak
menggangguku. Tadinya, dia si Kadal Tua Lo Pi
hendak merampas kantong uangku, tapi dia sudah
kuhajar dan mungkin penasaran dia memanggil anak
buahnya agar mencincang hancur tubuhku menjadi
bubur! " 898 "Manusia jahat...." mengguman Giok Han
mendongkol dan melirik pada si Kadal Tua Lo Pi
yang masih menggeletak pingsan dengan mata
mendelik dan lidah terjulur. Badannya diam tidak
berkelojotan seperti tadi. Kemudian Giok Han baru
menoleh lagi pada Siauw Hoa, diam-diam hatinya
memuji kecantikan wajah gadis di depannya. Jarang
ada gadis jang secantik Siauw Hoa. "Nona mau pergi
kemana?" "Aku sedang melihat-lihat keramaian kota. Untuk
sementara aku memang tinggal di kota ini
menumpang di rumah seorang sahabat ayahku. Kau
sendiri mau pergi kemana?" balik bertanya Siauw
Hoa, senang dia ber-cakap-cakap dengan pemuda
yang sopan tapi jujur dan polos cara bicaranya, tidak
bermuka-muka, bicara wajar dan sikapnya biasa
saja. "Aku baru tiba di kota ini dan kebetulan melihat
kau ingin diganggu oleh orang-orang jahat itu, Cukouwnio..."
"Dan kau segera turun tangan menolongiku,
Giok-kongcu?" memotong Siauw Hoa sambil teriawa.
Giok Han juga tertawa. Walaupun mereka baru
berkenalan, tapi mereka bisa bercakap cakap sangat
akrab, seperti sahabat iama tak perduli orang-orang
yang berkerumun tengah mengawasi mereka.
"Oya. tadi kau bilang baru tiba di kota ini dan
belum lagi sempat kemana mana karena harus
899 menolongiku, maka aku yakin kau pasti melupakan
sesuatu!" "Melupakan sesuatu" Apa maksud Cu-kouwnio?"
Heran dan tidak mengerti pemuda ini atas perkataan
Siaw Hoa. "Kau tidak ingat" Coba pikir-pikir, apa yang
sudah kau lupakan" Liharlah matahari suduh naik
tinggi sekali ..." GioK Han menengok ke atas, dia melihat
matahari memang sudah tinggi, hari telah mendekati
lohor. Tapi dia tidak mengerti apa maksud gadis ini
dengan memberitahukan padanya tentang matahari
yang sudah naik tinggi seperti itu. Apa yaag telah
dilupakannya" "Kau tidak ingat juga?" tanya Siauw Hoa sambil
tertawa geli melihat muka Giok Han seperti
kebingungan. Giok Han menggeleng. "Benar. Aku tak tahu apa
yang dimaksudkan Cu-kouwnio." jawabnya.
"Perutmu! Bukankah kau sekarang belum makan"
Bukankah tadi kau bilang baru saja tiba di kota ini
dan melihat aku ingin diganggu orang jahat,
sehingga kau cepat-cepat turun tangan
menolongiku. Pasti kau belum sempat mencari
rumah penginapan, juga belum makan!"
900 Giok Han tertawa keras mendengar keterangan si
gadis, benar-benar jenaka gadis ini. Tak salah
dugaan gadis itu dia memang belum makan. "Tidak
salah, Cu kounio. Aku memang belum makan,"
katanya polos. "Dan kau tentunya sudah lapar."
"Aku ingin mentraktir kau makan, karena tadi kau
telah menolongiku." "Terima kasih, jangan merepotkan nona."
"Jangan menolak ini sebagai pernyataan terima
kasihku, juga untuk mengikat tali persahabatan.
Kalau kau menolak kutraktir, berarti kau tak mau
bersahabat denganku."
Giok Han tahu tak mungkin menolak, karena bisa
menyinggung perasaan si gadis. Dia mengangguk
"Baiklah, kita makan di mana ?"
"Ayo ikut denganku, akan kujamu kau dengan
makanan yang terlezat di kota ini!" Siauw Hoa
menuntun keledainya, Giok Han ikut di belakangnya
dengan hati bimbang. Gadis ini baru dikenalnya, tapi
ia demikian baik hati, sampai persoalan makan saja
diperhatikannya. Sebetulnya Giok Han merasa agak
canggung diktraktir gadis itu, diapun tak berdaya
untuk menolaknya. Siauw Hoa mengajak si pemuda ke rumah makan
yang memasang merek "Fang hsiang-louw", sebuah
ruman makan bertingkat dua dan ramai oleh
901 pengunjungnya Di sana tampak banyak kuda yang
ditambat pada depan rumah makan itu dengan
seorang pelayan siap menyambut tamu.
Keledai Siauw Hoa telah disambut oleh pelayan
itu, yang juga mempersilahkan mereka masuk.
Gadis ini berpakaian mewah seperti puteri dan
keluarga bangsawan, tak mengherankan kalau
pelayan itu bersikap sangat menghormat.
Bukankah di dunia ini segalanya memang selalu
dinilai untuk awalnya dari luar. Jika berpakaian
mentereng dan mewah, tentu akan dilayani oleh
setiap orang dengan hormat, baik pelayan rumah
makan, rumah penginapan, ataupun pelayanpelayan
toko, pasti akan melayani mereka, yang
lebih diutamakan dari mereka yang berpakaian
sederhana " Ini sudah hukum dunia, cuma Giok Han merasa
muak melihat sikap pelayan yang terlalu
menghormat dengan dibuat-buat, demikian juga dua
orang pelayan di ruang dalam yang menyambut
mereka Giok Han berpakaian sederhana, tani ia
berjalan dengan nona cantik berpakaian mentereng
ini. iapun dihormat dengan sikap yang berlebihan
dari pelayan-pelayan itu.
Di dalam ruang makan penuh oleh tamu, suara
mereka juga berisik. Giok Han dnn Siauw Hoa
dipersilahkan duduk di sebuah meja yang masih
kosong. Si gadis segera memesan bermacamKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
902 macam makanan. Lidah ayam cah, kaki ayam tim
kolesom, kodok goreng cara Souwciu, ikan gurame
masak jamur..." banyak sekali makanan yang
dipesan si gadis, semuanya merupakan makanan
yang mahal-mahal dan belum pernah didengar Giok
Han sebelumnya. "Rupanya kau ahli makan Cukouwnio," kata Giok
Han sambil tertawa setelah si pelayan pergi
tergopoh-gopoh untuk mempersiapkan pesanannya
yang serba istimewa ini. "Kau seperti hafal dan kenal semua makanan
yang istimewa, rupanya setiap hari memang kau
bersantap dengan sayur-sayur seperti itu."
"Kau tahu tidah ayam cah merupakan makanan
kegemaranku, sedangkan kodok goreng cara
Souwcu makanan yang paling lezat di dunia, tak ada
duanya. Nanti kau boleh buktikan." Siauw Hoa
mengerling manis, tersenyum memikat dan bibirnya
yang tipis kecil itu tersenyum menambah cantik
gadis ini. "Aku belum pernah mendengar nama-nama
makanan yang kau pesan tadi, apa lagi
memakannya. Karenanya, aku tak tahu bagaimana
rasa makanan itu." Giok Han polos-mengakui. "Tapi
kukira, semua makanan yang kau pesan itu pasti
mahal sekali." 903 "Soal uang tak jadi soal, asal memang cocok
dengan selera kita. Itu adalah pepatah yang biasa
dipergunakan oleh para ahli makan. Ku kira memang
tak salah kata-kata itu, setiapkali kita makan, tentu
kita mau makan yang enak-enak, bukan?"
Giok Han tersenyum tak menyahuti. Gadis ini
memang luar biasa. Sikapnya selalu lincah dan
riang. Mereka baru berkenalan, tapi gadis ini tak
canggung dan bersikap seakan mereka sudah
bersahabat karib. Melihat dandanannya, tentu dia
bukan gadis sembarangan, setidak-tidiknya dia
puteri seorang kaya raya. Tapi mengapa dia
berkeliaran seorang diri " Juga, dia tampaknya
memiliki ilmu silat yang tidak rendah, karena tadi
waktu menghadapi Lo pi dia pun sanggup
merubuhkan jagoan itu. Siapakah dia sebenarnya "
Siapa ayahnya" Apakah seorang hartawan atau
seorang pembesar negeri "
Makanan yang dipesan si gadis cepat sekali sudah
disajikan, satu meja penuh. Giok Han merasa
kenyang sebelum memakannya, melihat makanan
demikian banyak, lenyap selera makannya, karena
dia sendiri jadi bingung, tak tahu yang mana harus
dimakan lebih dulu. Siauw Hoa sudah mulai menyumpit jamur di
masakan ikan gurame, mulutnya yang tipis bagus itu
kecap-kecip tampaknya dia tengah merasakan
apakah masakan ini cukup asam-garamnya.
Kemudian meng-angguk-angguk. "Koki rumah
904 makan ini cukup pandai, cuma sayangnya jamurnya
terlalu lama digodok dalam masakan ini. Seharusnya
dia memasukkannya 2 menit setelah ikan gurame ini
hendak diangkat." "Rupanya nonapun ahli memasak," memuji Giok
Han. "Kau mengetahui masakan dengan baik,
sampai hal yang sekecil-kecilnya kesalahan yang
dilakukan koki, kau mengetahuinya."
"Aku memang senang memasak, jika di rumah
aku sering memasakan untuk ayah. Ayah selalu
memuji bahwa masakanku jauh lebih lezat dari
makanan manapun," menyahuti si gadis bangga.
"Oya, apakah ibumu tak pernah membuatkan
masakan-masakan seperti ini ?"
Giok Han tertegun. Sejak kecil dia tak pernah lagi
merasakan kasih sayang ayah ibunya, bahkan waktu
kecil itu dia sudah terancam jiwanya oleh orangorang
Cu-kongkong. Kedua orang tuanya dan juga keluarganya telah
dibinasakan oleh kaki-tangan Cu-kong-kong. cuma
dia seorang yang bisa diselamatkan jangankan
mencicipi masakan ibunya, mendengar kata-kata
yang manis memanjakan dari ibunya sudah tak
pernah lagi setelah peristiwa menyedihkan hari itu.
Hidupnya selalu dikejar-kejar ketakutan, juga
tertekan oleh kesedihan jika teringat pada peristiwa
yang terjadi di keluarganya. Hidup di bawah
905 bimbingan yang keras dan disiplin. Terlebih lagi
setelah berdiam di Siauw Lim Si, di mana
penghuninya semua pendeta-pendeta yang ciacai
tak makan masakan berjiwa. Mereka selalu makan
sayur-sayuran. Giok Han juga ikut makan sayursayuran
saja. Melihat Giok Han diam dengan muka berobah
sedih, Siauw Hoa kaget- "Apakah.... apakah aku
salah bicara ?" tanyanya ragu-ragu.
Giok Han menggeleng perlahan, sikapnya sedih.
"Kau beruntung masih mempunyai orang tua.
Sejak kecil aku tak mempunyai ayah dan ibu."
Menjelaskan Giok Han. "Ooo. maafkan, aku telah menimbulkan
kesedihanmu." "Tak apa-apa. Aku sudah biasa hidup sederhana,
karenanya aku belum pernah mendengar, apalagi
memakannya, masakan-masakan seperti ini semua."
Sambil berkata Giok Han menunjuk pada sayursayur
yang ada di atas meja. Sejak kecil Siauw Hoa berada ditengah-tengah
keluarga bangsawan, ayahnya memiliki kedudukan
tertinggi di daratan Tionggoan setelah Kaisar. Di
istana ayahnya banyak sekali koki dan pelayan.
906 Setiap keinginannya selalu diperolehnya, tinggal
memberikan perintah pada pelayan-pelayan maupun
anak buah ayahnya. Tak pernah merasakan susah
sejak kecil, hidup dalam kemewahan dan dimanja.
Tapi mendengar keterangan Giok Han yang
nadanya seperti mengeluh, tak urung Siauw Hoa
terharu juga. Sudahlah, mari kita sikat habis makanan ini !"
katanya gembira, untuk mengalihkan pembicaraan
mereka. Giok Han juga sudah tertawa lagi, karena
Siauw Hoa mengajaknya bicara dengan gembira
tertawa-tawa membicarakan tentang cara memasak


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sayur-sayur yang mereka makan, bagaimana
membuatnya bagaimana penyajiannya dan lainlainya.
Cepat sekali Giok Han melupakan kesedihannya
itu. Siauw Hoa juga bercerita dia mendatangi
tempat-tempat yang memiliki pemandangan indah,
banyak tempat-tempat yang telah dikunjunginya.
Giok Han mendengarkan tertarik campur heran,
karena demikian luas pengetahuan gadis ini.
Menarik sekali bercakap-cakap dengan gadis
cantik manis juga sangat ramah dan riang seperti
Siauw Hoa. Tanpa mereka sadari dua orang
bertubuh tinggi besar, bermata biru langit, bibir
yang lebar dan berewok yang memenuhi janggut,
menghampiri meja Siauw Hoa dan Giok Han.
907 Kedua orang itu bukan orang Han. mereka
tampaknya-seperti orang Persia. Kedua orang ini
menekuk kaki mereka, memberi hormat pada Siauw
Hoa. "Siaow-kuncu, Siauw cukong memanggil segera
pulang," kata salah seorang dari kedua orang Persia
dengan sikap horrnat. "Kami menunggu perintah
Siauw-kuncu" Muka Siauw Hoa berobah, dingin dan tak acuh
mengibaskan tangannya. "Kalian tunggu di luar, aku
belum mau pulang." "Tapi Siauw-kuncu ..."
"jangan rewel, keluar kalian jangan mengganggu
kesenanganku !" bentak Siauw Hoa.
"Baik, baik," kedua orang Persia itu cepat-cepat
meninggalkan ruang makan itu dengan sikap
menghormat campur takut. Giok Han menyaksikan peristiwa ini heran dan tak
mengerti. Siapa sebenarnya gadis ini " Melihat
kedua orang Persia yang bersikap begitu hormat,
juga panggilan "Siauw-kuncu", tentunya gadis ini
puteri seorang pembesar negeri. Waktu itu mulai
timbul keraguan di hati Giok Han.
Dia tak tahu apakah gadis ini bisa dijadikan
sahabatnya atau tidak. Apakah ayah si gadis
908 pembesar kerajaan yang bekerja, jadi kaki tangan
Cu-kongkong atau bukan " Giok Han jadi dingin
sikapnya dan berdiam diri saja.
Kalau tadi Giok Han bercakap cakap dengan riang
bersama si gadis, sekarang dia cuma menjawab satu
dua perkataan saja. Selera makannya juga lenyap.
Siauw Hoa merasakan perobahan sikap Giok Han,
bola matanya yang bening mengawasi Giok Han.
"Orang-orangku itu memang tak tahu aturan, harap
kau maafkan." Si gadis meletakkan sumpitnya.
"Lebih baik kita pergi ke taman "Cing-ki-louw" yang
ada di pintu barat kota ini. Di sana kita bisa
mengobrol tanpa diganggu orang orangku.
Pemandangan di sana sangat indah."
Giok Han tersenyum. "Maaf, aku sangat berterima
kasih atas kebaikan nona yang telah menjamu
makan padaku. Aku ingin melanjutkan perjalanan,
nanti jika ada kesempatan kita bertemu lagi."
Muka si gadis berobah, wajah yang cantik jadi
berobah sedih. "Kau marah?" tanyanya.
"Marah" Mengapa aku harus marah " Nona tak
berbuat salah apa-apa padaku. Aku yang seharusnya
minta maaf, karena tak bisa mengiringi kegembiraan
nona buat pergi ke-Cing-ki-louw."
"Kau mau pergi kemana ?"
909 "Mungkin mencari rumah penginapan, atau
mungkin juga meneruskan perjalanan, karena hari
belum lagi sore." Siau Hoa menunduk sedih, suaranya perlahan
waktu menggumam: "Aku benar-benar bernasib
buruk. Baru saja gembira karena mendapat sahabat,
sudah diganggu oleh orang-orang ayah. Sudahlah,
kau mau pergi, pergilah. mungkin kau tak mau
bersahabat denganku." waktu bilang begitu, dia
menunduk tak menatap pada Giok Han, hati Giok
Han tergerak. Dia terharu melihat kebaikan dan
kesungguhan had gadis ini yang mau bersahabat
dengannya, Tapi dia ragu kalau-kalau gadis ini puteri
pembesar kerajaan. Sedangkan Giok Han memusuhi
Kaisar dan Cu-kongkong, berarti juga musuh semua
pembesar kerajaan. Hal inilah yang membuat Giok Han merasa sulit
bergaul dengan gadis ini, walaupun hatinya tertarik
pada gadis yang cantik dan ramah ini. Sikapnya
yang lincah dan akrab membuat Giok Han semula
merasakan persahabatan yang intim. Tapi sekarang,
di antara mereka berdua seperti dibendung selapis
benda yang memisahkan mereka.
Mendadak di luar terdengar suara ribut-ribut.
Bahkan Giok Han mendengar suara orang Persia
yang tadi menemui Siau Hoa, yang membentak
keras: "Kunyuk belang, kau mencari mampus ?"
Dibarengi oleh suara "Serrrr..! Serrrrr! Desssss!"
910 Muka Siau Hoa berobah, dia melirik pada Giok
Han, yang waktu itu sudah berdiri dan memandang
ke luar. "Entah mereka bentrok dengan siapa "!"
menggumam Siau Hoa sambil berdiri lesu." Mari kita
lihat." Ketika berada diluar, Giok Han kaget, karena
dilihatnya kedua orang Persia itu mengeroyok
seseorang yang dikenalnya. Orang itu berpakaian
compang camping, dengan muka yang kotor
mesum, karenanya tadi orang Persia itu
menyebutnya sebagai kunyuk belang, pengemis
tersebut tidak lain si pengemis yang telah
meninggalkannya beberapa waktu yang lalu.
Tak buang waktu lagi Giok Han segera lompat
sambit berseru: "Hentikan, dia sahabatku !" Dan
tangan Giok Han menyampok kepalan tangan kiri
orang Persia yang ada di-kanan.
Tenaga orang Persia itu kuat, tapi dia memiliki
tenaga gwakang, tenaga luar dan kasar, cuma
mengandalkan kekuaran badan saja, sedangkan
Giok Han menangkis dengan mempergunakan
tenaga lunak, tenaga pukulan orang Persia, yang
kebetulan sedang mengancam dada si pengemis,
seperti amblas kedalam lautan, lenyap. Orang Persia
itu kaget dan melompat mundur, kawannya juga
berhenti menyerang si pengemis.
911 "Sahabat," panggil Giok Han sambil menghampiri
si pengemis. "Kau membuat aku pusing mencari
carimu !" Si pengemis melirik Giok Han seperti juga tak
kenal padanya, dingin sekali. "Buat apa kau
mencari-cariku?" "Sahabat, kau... kau marah padaku" " tanya Giok
Han. "Cissss, buat apa marah padamu?" dan si
pengemis melangkah pergi.
"Sahabat" panggil Giok Han mengejar.
Tapi pengemis itu tak mengacuhkannya dan
berlari pergi. Giok Han jadi berdiri tertegun di
tempatnya. Siau Hoa yang menyaksikan Giok Han menangkis
pukulan orang Persia dengan mudah dan kemudian
memanggil-manggil si pengemis dengan sebutan
"Sahabat", alisnya jadi mengkerut.
Apakah pengemis kotor mesum itu sahabat Giok
Han " Sedangkan kedua orang Persia itu
memandang penasaran pada Giok-Han. Cuma saja
mereka mengetahui Giok-Han kawan Siau-kuncu
mereka, tak berani mereka bertindak sembarangan.
912 "Apa yang terjadi" Mengapa kalia berkelahi
dengan pengemis kotor itu?" tanya Siau hoa pada
kedua orang Persia. "Tadi dia menghampiri kami dan minta sedekah.
Kami bilang tak ada uang kecil untuknya, tahu-tahu
muka kami digamparnya!"
"waktu memberi tahukan demikian, muka kedua
orang Persia itu berobah merah.
Sebetulnya mereka orang-orang berkepandaian
tinggi tapi tadi kcolongan digampar pengemis itu
karena mereka tidak berwaspada selain tangan si
pengemis memang menyambarnya begitu cepat.
"Apakah kalian tak kenal pengemis itu" " tanya
Siau Hoa lagi, sebagai gadis cerdik, dia segera bisa
menduga bahwa didalam urusan ini pasti ada
sesuatu yang tidak beres. Bukankah Giok Han tadi
memanggil-manggil si pengemis dengan sebutan
"sahabat" " Dan juga si pengemis seperti marah
pada Giok Han tak melayani pemuda itu.
"Kami tak pernah bertemu dengan pengemis
kotor itu sebelumnya, Siauw-kongcu. kami juga
heran dia seperti sengaja mencari urusan dengan
kami. Kalau saja tidak dihalangi... dihalangi dia..."
Tapi orang Persia itu tak meneruskan
perkataannya, karena Siauw Hoa sudah mendeliki
mata padanya. Yang dimaksudkan orang Persia
913 dengan sebutan "dia" adalah Giok Han yang
dimaksudkan kalau saja Giok Han tidak
menghalanginya, tentu mereka bisa menghajar si
pengemis yang sudah berlaku kurang ajar
menampar mereka. "Sudahlah kalian lain kali tak boleh mencari-cari
urusan karena jika diketahui oleh ayahKU tentu
mempersulit diriku juga, lain kali tentu aku tak
diijinkan untuk keluyuran diluar."
Kedua orang Persia itu mengangguk, tapi mata
mereka melirik Giok Han, seakan-akan masih
penasaran karena tadi Giok Han sudah menghalangi
mereka menghajar sipengemis.
Giok Han lesu menphampiri si gadis,
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
"Cu-kounio. aku sebetulnya, masih ingin mengobrol
dengan kau, tapi ada sesuatu yang perlu kuurus
maka terpaksa kita harus berpisah."
"Ya, aku tahu engkau hendak melakukan sesuatu.
Percuma jika memang kau mau pergi." menyahut
Siauw Hoa, tawar. Dia menduga, tentu Giok Han
hendak mengejar sipengemis sahabatnya itu.
Melihat sikap Giok Han yang tak tenang, jelas Giok
Han seperti lebih mementingkan si pengemis dari
dirinya, diam-diam Siauw Hoa mendongkol.
Dia cantik jelita, selalu memperlakukan Giok Han
dengan riang dan baik, sedangkan si pengemis
914 compang camping dan kotor, tapi Giok Han lebih
mementingkan "sahabat" nya itu. Dia jadi heran
juga. Biasanya pemuda pemuda lain akan merasa
beruntung jika bisa bercakap-cakap dengannya satu
dua patah saja, tapi Giok Han ternyata lain, dia
malah lebih mementingkan sahabatnya yang kotor
mesum itu. Bukankah kata-kata yang biasa dipergunakan
orang ialah pemuda akan lupa sahabat jika sedang
asyik mengobrol dengan wanita cantik"
Dugaan Siauw Hoa tidak keliru, karena dia sudah
berlari ke arah tadi dimana si pengemis kotor itu
pergi. Siauw Hoa mengawasi kepergian Giok Han
sesaat lamanya, biarpun mukanya dingin tak
memperlihatkan perasaan apa-apa, hatinya justeru
tengah digeluti oleh perasaan yang tidak enak, yang
aneh, yang selama ini belum pernah dirasakannya.
Dia juga menyesal, mengapa tak bisa lebih lama
lagi mengobrol dengan pemuda yang menarik hati
itu" Mengapa harus berpisah secepat itu " Akhirnya
Siauw Hoa menghela napas, mengajak orang Persia
itu meninggalkan tempat tersebut.
-------------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Ruangan itu besar dan penuh oleh perabotan
yang mewah, di sebelah kanan ruang itu tampak
meja ukir dari kayu cendana. Di kursi yang ada di
915 dekatnya duduk seorang bertubuh agak gemuk
berjubah pendeta usianya limapulun tahun lebih.
Tubuhnya diam tak bergerak, tapi kedua
tangannya bergerak-gerak perlahan sekali, cuma
saja setiapkali tangan itu bergerak, lambat-lambat
mengeluarkan suara "Wutttut . . . Wuttttt . . . !"
yang santer dan kuat, membuat ruangan itu seperti
bergoncang ada gempa. Semakin lama tangan pendeta itu bergerak
semakin lambat, tapi tenaga yang keluar dari kedua
telapak tangannya semakin kua ruangan itu seperti
dilanda angin topan yang keras.
Mendadak pendeta itu berhenti menggerakan
tangannya, menoleh ke pintu ruangan. Matanya
bersinar tajam. "Mengapa kau tak masuk?"
tegurnya, parau suaranya.
Daun pintu terbuka, tampak Cu Lie Seng masuk
dan memberi hormat. "Tecu mengganggu latihan
suhu, ada sesuatu yang perlu tecu laporkan."


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah kau dapat barang yang kuinginkan itu?"
tanya pendeta tersebut yang tak lain dari Tang San
Siansu. "Tecu sudah berhasil menyelidiki dan mengetahui
di mana adanya Liong kak-tung. Bahkan tecu sudah
bertemu dengan seseorang yang memakai gelaran
Liong kak-sin-hiap."
916 Alis Tang San Siansu bergerak-gerak, keningnya
mengkerut, tanganya terkepal, tapi tak berkata apaapa.
Cu Lie Seng meneruskan perkataannya: "Tecu
menerima laporan bahwa Liong-kak-tung berada di
tangan Toat-beng-sin-ciang. Dia pemilik terakhir
Liong-kak-tung. Bersama-sama dengan Bwee-simmo
li suhu, tecu sudah pergi kesana. Pak-mo, Tongmo,
See-mo dan Lam-mo juga ikut serta.
Toat-beng-sin-ciang mengandalkan racunnya, ia
rupanya seorang yang benar-benar ahli
mempergunakan racun. Waktu tecu sampai di sana,
ada seorang pengemis berusia muda yang
menghalangi tecu dan yang lainnya, mungkin dia
murid Toat-beng-sin-ciang.
Tecu bermaksud menawannya, tapi gagal, karena
waktu itu muncul orang yang mengaku sebagai
Liong-kak-sin hiap dan menolongnya. Jika saja tecu
berhasil menawan hidup-hidup pengemis iiu, niscaya
tecu bisa mengorek keterangan dirinya."
"Sekarang di mana pengemis itu ?" tanya Tang
San Siansu, dingin suaranya. Walaupun hatinya agak
tegang mendengar barang yang selama ini dicaricarinya
sudah diketahui berada di mana" wajahnya
tetap dingin dan biasa saja.
"Dia melarikan diri, demikian juga pemuda yang
menolonginya berhasil lolos. Tapi, tecu kira mereka
917 melarikan diri tak jauh dari tempat ini kalau
memang suhu mau mencari mereka, tentu tak
begitu sulit, tecu sudah perintahkan Pak-mo
berempat pergi menyelidiki dan mencari jejak
pengemis itu dan pemuda yang bergelar Liong-kaksin-
hiap." "Hemmm, bagaimana kepandaian pernuda yang
bergelar Liong-kak-sin-hiap itu?"
"Ampunkan tecu suhu, karena tecu tak berhasil
menangkapnya. Tapi tecu berjanji, jika suatu saat
nanti tecu berhasil mencarinya, tentu tecu akan
menangkapnya hidup-hidup, untuk mengorek
keterangan. Kepandaiannya memang tinggi, tapi
tecu bisa mengatur siasat sebaik-baiknya."
"Kecewa kau menjadi muridku, sudah cukup
banyak kepandaian yang kuwariskan kepadamu.
Tapi, mengapa kau membiarkan kedua orang itu
lolos?" tegur Tang San Siansu.
Muka Cu Lie Seng berobah merah, dia malu.
Memang gurunya sudah mewariskan bermacammacam
ilmu, biasanya Cu Lie Seng-pun bersikap
congkak dan yakin bahwa dia sudah memiliki
kepandaian tanpa tandingan.
Menurut gurunya, yang bisa menandingi Cu Lie
Seng saat itu cuma beberapa orang saja, itupun
tokoh-tokoh tua berkepandaian tinggi. Tapi
sekarang, selain dia gagal menawan pengemis yang
918 diduga nurid Toat - beng - sin-ciang, juga dia tak
berhasil menangkap pemuda yang memakai gelaran
Liong-kak-sin-hiap. "Dalam waktu dekat tecu akan berusaha
menangkap mereka," janji Cu Lie Seng menunduk.
"Dalam penyelidikanmu itu,apakah sudah dapat
dipastikan bahwa Liong-kak- tung berada di tangan
Toat-beng-sin-ciang" "menegaskan gurunya.
"Sembilan bagian memang dia pemilik terakhir
tongkat Liong-kak-tung, tapi sejauh itu tecu belum
berhasil bertemu dengannya. Kemarin waktu gagal
menangkap pengemis itu. tecu sudah merusak
tempat kediamannya, mungkin Toat beng-sin-ciang
dalam waktu dekat memperlihatkan diri, di waktu itu
pasti tecu lebih mudah untuk membekuknya dan
memaksa dia menyerahkan tongkat Liong-kak tung.
Tang San Siansu menggeleng-geleng perlahan,
gumamnya: "Toat-beng-sin-ciang bukan orang
berkepandaian lemah, walaupun aku yakin kau
bersama-sama Tong-mo, Pak-mo, See-mo, Lam mo
dan Bwee-sim-mo-lie bisa menghadapi mereka, tapi
agar urusan tak jadi berantakan, aku akan ikut buat
membekuk Toat-beng-sin ciang. Sekarang pergilah
kau selidiki, dimana dia berdiam, secepatnya
beritahukan padaku setelah berhasil mengetahui
beradanya Toat beng-sin-ciang. Demikian juga
halnya dengan pengemis dan pemuda yang
mengaku sebagai Liong-kak-sin-hiap kau selidiki di
919 mana mereka berada. Jika sudah mengetahui,
segera bersama-sama denganku pergi untuk
membekuk mereka. " "Baik suhu," Cu Lie Seng mengundurkan diri dari
ruangan itu, untuk melaksanakan perintah gurunya.
Tang San Siansu duduk diam di kursinya, tak
melatih kedua tangannya lagi. Kalau tadi dia tengah
menyempurnakan latihan Liong-beng- kun".
Sekarang dia sudah mencapai tingkat sangat tinggi,
telah sampai pada titik penentuan dari latihannya.
Itulah sebabnya selama seminggu ini dia selalu
mengurung diri untuk melatih bagian terakhir
ilmunya yang dahsyat itu.
Mungkin memerlukan waktu tiga hari lagi untuk
merampungkan latihannya tersebut, sehingga dia
benar-benar sangat tangguh dengan ilmunya yang
terlatih sampai pada titik yang tertinggi, Cuma saja
mendengar ada pemuda yang bergelar "Liong-kaksin-
hiap", dia jadi penasaran dan ingin cepat cepat
menangkap pemuda itu. buat mengetahui siapa
sebenarnya pemuda itu. Hal ini disebabkan si pemuda memakai gelaran
dari nama senjata yang paling ditakuti Tang San
Siansu, senjata yang bisa memunahkah ilmu "Liong
beng-kun" nya ! Tang San Siansu sekarang sudah mencapai
tingkat latihan "Liong beng-kun" yang sangat tinggi.
920 Dapat dikatakan jarang ada lawan yang bisa
menandingi pendeta bekas murid Siauw Lim si ini.
Memang ambisi Tang San Siansu ingin menguasai
rimba persilatan terutama sekali untuk merampas
kedudukan pimpinan atau Ciangbunjin Siauw Lim Si
karena dia sakit hati pernah diusir dari Siauw Lim Si.
Yang membuatnya tak berani segera turun
tangan, ia tahu Siauw Lim Si merupakan pintu
perguruan yang memiliki murid-murid lihai.
merupakan pintu perguruan besar yang disegani
semua orang. Bekerja seorang din saja tak mungkin
bisa menguasai Siauw Lim Si, akhirnya Tang San
Siansu menghamba pada Cu-kongkong.
Ia bukan tak mempunyai maksud. Dengan
menghamba pada kebiri yang paling berkuasa pada
saat itu, niscaya ia bisa memanfaatkan kekuasaan
Cu-kongkong untuk membantunya, memperalat
pembesar kerajaan itu. meminjam tangan Cukongkong
buat merampas Siauw Lim Si. Tapi tak
disangkanya, justeru gurunya yang semula diduga
sudah mati, ternyata masih hidup.
Karenanya setelah meninggalkan Siauw Lim Si,
Tang San Siansu mati-matian melatih Liong beng
kunnya lebih giat, ia mengurung diri dan hanya
mendidik Cu Lie Seng. Luka di dalam tubuh yang
disebabkan pukulan gurunya, memaksa dia harus
menyembuhkannya dengan mengorbankan
lwekangnya sebagian, setelah setahun barulah
lwekangnya pulih. 921 Dendamnya pada Siauw Lim Si semakin hebat,
dia bertekad walaupun bagaimana harus merampas
kedudukan pimpinan Siauw Lim Si, jika perlu
membumi hangus kan Siauw Lim Si.
Tentu saja jika jalan ini ditempuh, dia akan
memanfaatkan kekuasaan Cu kongkong, meminjam
tangannya untuk mengerahkan pasukan tentara
untuk menghancurkan Siauw Lim Si, dengan
tuduhan bahwa Siauw Lim Si ingin memberontak
pada kerajaan, dan Kaisar menghukum pintu
perguruan itu ! Siapa sangka sekarang justeru didengar-nya ada
seorang pemuda berkepandaian tinggi yang
memakai gelaran Liong-kak-sin-hiap membuat Tang
San Siansu tak sabar ingin cepat-cepat menangkap
nemuda itu, untuk dikorek keterangannya.
Entah murid siapa pemuda itu, tapi yang pasti
ada tantangan dengannya, karena pemuda itu
memakai gelaran Liong-kak-sin hiap, yang
berhubungan dengan Liong-kak-tung, senjata yang
paling ditakuti oleh Tang San Siansu, sebab Liongkak-
tung bisa menghancurkan sinkangnya dan
latihan Liong beng-kunnya bisa buyar kalau
terserang oleh totokan Liong-kak-tung pada
beberapa jalan darah tertentu di tubuhnya.
Mati atau hidup pemuda itu harus ditangkap, juga
pengemis yang diduga murid Toat-beng-sin ciang,
harus ditangkap juga, buat mengetahui dimana
922 bersembunyinya Toat-beng-sin-ciang yang menurut
muridnya justeru merupakan pemilik terakhir Liongkak-
tung, senjata yang diinginkan benar oleh Tan
San Siansu. Kalau usaha mendapatkan Liong-kak-tung sudah
berhasil, selanjutnya Tang San Siansu tak takut
pada apapun juga, terhadap siapapun dia tak gentar
lagi, karena Liong beng-kunnya sudah dilatih
demikian hebat dan tinggi jarang ada orang yang
bisa mengalahkan Tang San Siansu sekarang ini,
apa lagi kalau Liong-kak-tung sudah berada di
tangannya. Tang San Siansu tak perlu kuatir lagi nanti
seseorang mempergunakan senjata yang
menakutkan baginya itu untuk menyerang dirinya.
Mati-matian Tang San Siansu menyuruh muridnya
mencari dan menyelidiki di mana adanya Liong-kaktung.
Siapa tahu, sekarang muridnya sudah
memperoleh kabar yang menggembirakan, yaitu
Liong kak-tung berada di tengah Toat-beng-sinciang.
Tang San Siansu memang pernah mendengar
perihal Toat-beng-sin-ciang, seorang jago tua yang
berperangai aneh, tapi Tang San Siansu yakin ia bisa
menghadapi Toat-beng-sin ciang dengan Liongbeng-
kunnya. Berita yang dibawa muridnya
923 menyenangkan, juga menggelisahkan Tang San
Siansu. Rasanya dia tak sabar lagi,ingin cepat-cepat
mengetahui dimana adanya Toat-beng-sin ciang
buat merampas Liong kak-tung. Semakin cepat
semakin baik baginya. -------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------
Giok Han mencari-cari si pengemis, tapi tetap tak
berhasil menemukan jejaknya, biarpun dia sudah
berlari ke sana kemari cukup jauh. Karena sudah
mengetahui bahwa pengemis itu seorang gadis, Giok
Han bisa menduga-duga mungkin si pengemis
marah melihat dia bersama-sama dengan Siauw Hoa
di rumah makan dan pengemis itu jadi iak mau
meladeni nya lagi, tak acuh.
Entah mengapa Giok Han merasa pengemis itu
merupakan sahabatnya, biarpun mereka berkenaIan
belum terlalu lama. Sikap dan kelakuan si pengemis
yang selalu bicara blak-blakan dengannya, juga
memang si pengemis pernah menjanjikan padanya
untuk bantu menghadapi Siangkoan Giok Lin,
rupanya pengemis itu menyimpan sesuatu rahasia.
Banyak yang ingin diketahui Giok Han, terutama
sekali Toat-beng-sin ciang apakah mempunyai
hubungan dengan si pengemis ?" Mengapa gadis ini
berpakaian sebagai pengemis " Padahal waktu
924 kopiahnya terbuka sehingga rambutnya terurai,
sekilas Giok Han bisa melihat pengemis ini yang
cukup cantik, walaupun mukanya begitu kotor tak
karuan. Di samping itu Giok Han mengetahui bahwa
pengemis itu terancam keselamatannya oleh Cu Lie
Seng dan orang-orangnya, biar bagaimanapun sikap
si pengemis terhadapnya, tetap dia bermaksud
membantu pengemis itu. Tapi setelah mencari-cari sekian lama tetap tak
berhasil bertemu dengan pengemis itu, Giok Han
jadi putus asa. Waktu itu dia berada didepan pintu
kota sebelah selatan, terpisah kurang lebih lima lie.
Di sana sepi, hanya banyak pohon-pohon yang
rindang tumbuh dikedua tepi jalan tersebut.
Kemana harus dicarinya pengemis itu " Kemana
perginya pengemis yang memiliki kelakuan aneh dan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga penuh dengan rahasia itu " Sedangkan Giok
Han berdiri di situ mengawasi sekitarnya dengan
putus asa karena tak berhasil mencari si pengemis
mendadak dilihatnya ada sesosok tubuh dari balik
sebatang pohon yang berputar-putar menghampiri
padanya. Giok Han mengawasi lebih tegas, ternyata orang
itu berjalan bukan dengan kedua kakinya, melainkan
jungkir balik, jalan dengan tangannya yang kiri
tubuhnya berputar-putar seperti gangsing dan
ringan menghampiri Giok Han.
925 Orang itu tak lain See-mo Uh Ma, iblis dari Barat
yang bertubuh cebol seperti tinggi tubuh seorang
anak berusia 12 tahun. See-mo tak kenal Giok Han
lagi, karena dulu waktu dia pernah bertemu dengan
Giok Han dan mengajarkan "Tok Pie Ginkang",
pemuda ini masih kecil. Sekarang See-mo cuma tahu bahwa Giok Han
"Liong-kak-sin-hiap" yang pernah dikepung dia dan
kawan-kawan-nya, tapi tak berhasil
menundukkannya. See-mo tengah menyelidiki keadaan di sekitar
itu, mencari Giok Han dan si pengemis atas perintah
Cu Lie Seng Demikian juga Pak-mo, Lam-mo dan
Tong-mo, semuanya mencari Giok Han dan si
pengemis ditempat berpencaran.
Tak disangkanya ia melihat Giok-Han tengah
berlari lari mendatangi, dia mendekam diatas cabang
pohon mengawasi gerak-gerik Giok Han. Melihat si
pemuda berhenti berlari dan berdiri diam mengawasi
sekitar tempat itu, See-mo yang tak bisa menahan
diri lagi ingin cepat cepat menangkapnya segera
lompat turun buat menangkap Li-ong-kak-sin-hiap
ini. Tentu Cu-cukongnya girang sekali. Dengan
mempergunakan "Tok-Pie Ginkang", tubuhnya
jumpalitan, kedua kakinya menjulang ke atas,
kepala dibawah dan dia maju berputar seperti
926 gangsing, di mana kelima jari tangannya yang
bertenaga itu berputar seperti roda saja.
"Bocah, sekarang kau tak bisa pergi lagi!" Teriak
See-mo waktu dia sudah dekat dengan Giok Han.
"Kau harus baik-baik turut denganku menemui
Siauw-cukongku!" Dalam jengkelnya, Giok Han jadi ingin
mempermainkan si cebol ini, timbul
kegembiraannya. Dia tadi begitu kesal karena tak
berhasil mencari si pengemis, tapi sekarang timbul
keinginannya untuk coba-coba kepandaian See-mo,
karena dulu ia pernah diajarkan ilmu "Tok Pie Gin
kang". Tapi Giok Han tak tahu apa namanya ilmu
tersebut, dia hanya tahu ilmu ini bisa di pergunakan
untuk jalan dengan kepala dibawah dan hanya
mempergunakan tangan kiri saja berputar seperti
gangsing. Mendadak tubuh Giok Han melompat ke-atas
loncatannya tinggi, waktu tubuhnya meluncur turun,
kepalanya lebih dulu, kemudian tangan kirinya
menyangga tubuhnya, berputar-putar seperti yang
dilakukan See mo. "Ihhhhh! "Si cebol berseru kaget, dia mengenali
Giok Han mempergunakan ilmu andalannya sendiri,
dari mana pemuda ini memperoleh dan mempelajari
ilmu andalannya tersebut " Dia jadi mengawasi
bengong sebentar, sedangkan tubuhnya sejenak
berhenti berputar. 927 Dia tak mengerti mengapa Giok-Han bisa
melakukan seperti yang dilakukannya, yaitu tubuh
berjungkir balik seperti itu. "Ayo, mari kita mainmain
!" ajak Giok Han. "Bukankah kau senang mainmain?"
"Hahaha... haha...!" tertawa See-mo setelah
berkurang rasa kagetnya. "Kau mencuri dari mana
ilmuku "Tok Pie Ginkang itu ?"
Tubuh Giok Han berputar-putar, sengaja tertawa.
ingin mempermaiankan See-mo.
"Aku diajarkan olehmu, aku anak angkatmu,
bukan ?" menjawab si pemuda.
"Apa ?" kembali See-mo kaget. "Kau... kau anak
angkatku " Aku mengajarkan kau Tok Pie Ginkang ?"
"Ya", menyahuti Giok Han. "Nah, ayolah kita
main-main, mengapa bengong saja di situ ?"
See-mo seperti berpikir keras, lenyap
kegembiraannya untuk men;alankan Tok Pie-
Ginkang, yang sedang dipikirkannya siapakah
pemuda di depannya ini, yang mengaku sebagai
anak angkatnya dan juga mengaku pernah
menerima pengajaran ilmu "Tok Pie Gin-kang"
langsung dari dia. "Siapa namamu ?" Tanya See-mo mengawasi
tajam pada Giok Han, karena tetap saja dia tak ingat
928 siapa pemuda ini, tak mengenalinya dan memang
dia merasa baru satu kali bertemu dengan Giok Han
yaitu ketika ia bersama Pak mo, Lam-mo danTongmo
serta yang lain-lannya mengeroyok Giok Han.
Tapi See-mo cuma tahu bahwa pemuda ini
bergelar "Liong-kak-sin-hiap" dan mempunyai
kepandaian yang tinggi tak bisa diremehkan. Tapi
sekarang justru Giok Han membawakan jurus-jurus
"Tok Pie Ginkang" jurus ilmu andalannya karuan saja
dia jadi tercengang dan bingung.
Jilid ke 21 "Aku Liong-kak-sinhiap. Bukankah kau dan
teman-temanmu sudah mengetahui gelaranku itu !
?" menyahuti Giok Han.
"Kau jangan bicara sembarangan mengatakan
bahwa kau anak angkatku, nanti kurobek mulutmu !
Aku tidak punya anak angkat, kapan aku pernah
angkat anak ?" Melihat See-mo kebingungan seperti itu, geli hati
Giok Han. Dia semakin ingin mempermainkannya.
"Dengarlah See-mo, kau pernah mengangkat aku
menjadi anak angkatmu sekarang kau
membantahnya ! Kau juga telah mengajarkan aku
ilmu andalanmu, yaitu jurus-jurus untuk berjalan
dengan tangan kiri, sedangkan kedua kaki berada di
929 tengah udara. Nah, lihatlah, bukankah aku mahir
menjalankan jurus-jurus ilmu andalanmu itu?"
Memang See mo melihat bahwa Giok Han mahir
sekali mempergunakan jurus-jurus Tok Pie Ginkangnya,
tapi dia tak tahu dan tak ingat kapan
pernah mengajarkan pemuda ini "
"Sudah ! Sudah ! Aku pusing !" Teriak See mo
yang kepusingan karena tak juga dia ingat di mana
dia pernah bertemu dengan Giok Han, mengangkat
jadi anaknya dan malah mewariskan jurus-jurus ilmu
silat andalannya, Tok Pie Ginkang.
Dia tak sabar lagi, tubuhnya segera meloncat ke
depan, kembali jungkir balik, tubuh itu berputar
seperti gangting, dengan tangan kiri See-mo yang
menyanggah berat tubuhnya tersebut. Tangan
kanannya yang bisa digerakkan bebas menyambarnyambar
keselangkangan Giok Han, karena Giok
Han juga dalam keadaan jungkir balik.
Giok Han cerdas, dia dapat melihat dan memakai
jurus2 yang dipergunakan See mo.
Setelah menghindarkan jari jari tangan See mo
yang mau mencengkeram selangkangannya, da
mengikuti cara menyerang See mo, ingin
mencengkeram selangkangan See-mo.
Kaget tak terkira See mo. Pemuda ini bisa
memakai juga jurus jurus serangannya Padahal tadi
930 dia mempergunakan jurus serangan yang jarang
sekali di pakai, karena terlalu hebat akibatnya kalau
seseorang terkena serangan itu. Tapi, pemuda ini
justeru bisa balas menyerang dengan
mempergunakan jurus yang sama, walaupun tenaga
pukulannya tidak sekuat yang dilakukan See-mo tapi
ini sudah membuat Sie-mo jadi tercengang.
Sampai dia meloncat berdiri memandang dengan
mata terbuka lebar-lebar, mulut yang menganga dan
lidah iler jatuh menetes. Benar-benar See-mo tak
mengerti, mengapa pemuda ini bisa menjalankan
jurus-jurus ilmu andalannya. Karena penasaran dan
heran, kembali See-mo jungkir balik, tubuhnya
berputar cepat dan tangan kanannya menyerang
lagi, sekali ini paha Giok Han.
Giok Han waktu itu masih jungkir balik, dia
mengelakkan pukulan itu, kemudian mencontoh
gerakan yang dilakukan See-mo, buat balas
menyerang. See-mo sekali ini biarpun saking heran,
juga tambah penasaran, tidak dihentikan
pukulannya. Beruntun dia memukul lima kali.
Keruan saja Giok Han jadi repot. Dia berdiri
dengan tangan kirinya mempergunakan ilmu "Tok
Pie Ginkang", yang dulu pernah diajarkan See mo.
tapi tak pernah dilatihnya Sedangkan yang
menyerangnya sekarang justeru pemilik ilmu itu
sendiri, maka tidak leluasa gerak badan Giok Han.
Waktu didesak sampai pukulan ketiga. Giok Han
sudah kewalahan dan terpaksa lompat berdiri
931 dengan kedua kakinya, barulah dia menghadapi See
mo dengan lincah. Sisa dua serangan See-mo
dihindarkan dengan gampang.
"Siutttt... ! Syuuuttt...!" Terus juga See-mo
menghantam dengan dahsyat, mendesak Giok Han.
Sekarang Giok Han dapat menghadapinya dengan
baik, tangan kanan See-mo yang menyambar kearah
tumitnya, dielakkan dengan mengangkat kaki
kanannya dan menendang dengan dupakan kuat,
mengincar leher See mo. See-mo cepat-cepat menyelamatkan lehernya,
tangan kanannya menyambar lagi. Tubuhnya terus
berputar, sehingga sulit diduga arah mana yang
diincar See-mo. "Bocah, beritahukan dari mana kau curi belajar
ilmuku?" bentaknya penasaran.
"Sudah kuberitahukan padamu hal yang
sebenarnya, aku pernah diangkat jadi anak dan
diajarkan ilmumu itu!"
"Jangan kau permainkan aku, nanti mulut mu
kurobek lebar lebar!" Mengancam See-mo karena
dia semakin penasaran. Bukan cuma mulutnya yang
berkata melainkan tangan kanannya sudah
menyambar kuat sekali, saling susul, karena dia
ingin melihat sampai berapa jauh Giok Han bisa
menghadapi ilmu andalannya.
932 Kemarin, waktu dikeroyok See-mo, Pak-Tong mo,
dan Lam mo G ok Han tak gentar, bahkan bisa
memberikan perlawanan yang baik. Sekarang hanya
See-mo seorang diri, dia tak menemui banyak
kesulitan. Cuma saja kini See-mo iam"aknya
menyerang tidak tanggung-tanggung, jari-jari
tangannya jadi kaku siap mencengkeram melebihi
kekuatan baja, juga yang diincar See-mo adalah
bagian bagian yang mematikan dianggota tubuh
Giok Han. Bertubi-tubi tangannnya itu menyambar,
berulang kali juga selalu gagal.
Setelah merasa cukup mempermainkan See-mo,
Giok Han mempergunakan ilmunya untuk balas
menyerang dan mendesak See-mo Dia
mempergunakan Ginkangnya untuk lompat kesana
kemari, tubuhnya berkelebat seperti bayangan dan
ringan sekali tahu-tahu sudah ada disebelah kiri
See-mo atau segera pindah ke sebelah kanan, hal ini
membuat See-mo jadi repot mengelakkan, sekarang
berbalik dia yang diserang gencar oleh Giok Han.
"See mo, tak perlu kuatir, kami membantumu!"
Tiba-tiba terdengar suara orang berteriak nyaring,
disusul munculnya beberapa orang yang tubuhnya
melesat sangat lincah cepat sudah sampai di dekat
tempat pertempuran kedua orang itu. Ternyata
mereka Pak-mo, Tong-mo dan Lam-mo. Bahkan
ketiga iblis ini, yang juga merupakan kaki tangan Cu
933 Lie Seng, segera menerjang maju menyerang hebat
pada Giok Han. Dikeroyok berempat Giok Han sekarang tak
leluasa seperti tadi, dia harus hati-hati. Biarpun dia
tak gentar menghadapi keempat dedengkot iblis
tersebut, setidak-tidaknya kepandaian mereka
sangat tinggi dan tak boleh diremehkan. Apa lagi
sekarang keempai dedengkot iblis itu menyerang
dan mengepungnya dengan rapat, gencar sekali
bergantian tangan mereka mendesak untuk mencari
kelemahan Giok Han. Biarpun ilmu yang dipergunakan Giok Han jurus
pukulan Siauw Lim Si, tokoh keempat dedengkot
iblis itupun merupakan orang-orang yang sulit
dihadapi oleh orang yang kepandaiannya tanggungtanggung.
Justeru waktu itu Giok Han juga tahu,
bahwa keempat orang ini berusaha untuk
menangkapnya.

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan biarkan dia lolos lagi. Tong mo! "Teriak
Pak-mo nyaring. "Siauw-kongcu tentu menegur dan
meremehkan kita kalau dia bisa lolos lagi!"
"Ya, Cu-kongkongpun mungkin bisa ikut
memberikan teguran pada kita sebagai manusiamanusia
tak punya guna! Hari ini, walaupun
bagaimana pemuda ini harus ditangkap hiduphidup....!"
Begitulah keempat orang ini telan
menerjang dengan pukulan-pukulan yang
934 mematikan, Giok Han mati-matian memberikan
perlawanan. Mendadak, waktu Giok Han hendak mengganti
jurus pukulan, tampak olehnya dua orang tengah
berdiri di luar arena perkelahian, Kedua orang itu
berdiri diam tak bersura. Giok Han kaget juga.
Orang itu tak lam Cu Lie Seng dan Tang San Siansu,
yang pernah dilihatnya juga satu kali waktu
sipendeta bersama muridnya menyerbu ke Siauw
Lim Si. Hati Giok Han tercekat juga. Kaiau Cu Lie Seng
dia tak gentar, tapi Tang San Siansu diketahuinya
memiliki kepandaian tinggi dan sulit dijajaki. Guru
nya sendiri berpesan, dia harus hati-hati kalau
melayani Tan San Siansu. Benar Giok Han hendak mencari jejak Tang San
Siansu, tapi diapun hendak mempergunakan siasat
guna mengatasi si pendeta. Kini justeru dia tengah
dilibat oleh keempat dedengkot iblis, kalau Tang San
Siansu ikut turun tangan dibantu Cu Lie Seng,
sehingga mereka berenam ikut mengeroyoknya,
niscaya dia lebih repot lagi.
Tang San Siansu mengibaskan sedikit lengan
jubahnya, bahkan disusul bentakannya: "Sudahlah,
bocah itu serahkan kepadaku!" Dan tubuh sipendeta
meloncat ke depan mendekati Giok Han.
935 "See-mo, Pak-mo, Tong-mo dan Lam-mo
meloncat mundur begitu mendengar kata-kata Tang
San Siansu. Mereka berdiri di luar lingkaran arena
pertempuran, meninggalkan Giok Han seorang diri.
Sikap mereka tetap waspada, karena sewaktu-waktu
mereka akan menerjang maju lagi buat mengepung
Giok Han, kalau saja Tang San Siansu gagal untuk
merubuhkan pemuda tersebut, yang kepandaiannya
ternyata tinggi sekali dan tidak mudah untuk
dirobohkan. Tang San Siansu sudah berada di depan Giak
Han, yang telah bersiap-siap dengan hati agak
berdebar, karena yakin sipendeta akan
menggunakan Liong-beng-kun yang diketahuinya
sangat dahsyat. Tapi Tang San Siansu tidak segera menyerangya,
cuma mengawasi dengan sorot mata tajam, seakan
mata selaksa golok ingin menusuk dari mata Giok
Han ke hatinya. "Siapa gurumu !" tegur Tang San Siansu. "Dan,
siapa yang memberikan kau gelaran Liong-kak-sin
hiap ?" "Kau pasti kenal dengan guruku, karena kau
memang pernah ada hubungan dengan guruku. Tapi
waktu turun gunung, guruku pernah berpesan, kau
tidak pantas lagi mendengar nama guruku. Gelaran
yang kupakai bukan diberikan oleh orang lain, tapi
oleh guruku sendiri!" Giok Han menyahut tawar dia
936 tahu si pendeta lihai, dia berwaspada, matanya tetap
mengawasi Tang San Siansu, terutama sekali
tangannya. Muka Tang San Siansu berobah, kuning
kehijauan, urat-uratnya di kening dan pelipis tampak
meringkel menonjol keluar. Menahan kegusarannya,
sampai ruas-ruas jari tangannya pucat kehijauan,
jari-jari tangannya itu terkepal kuat-kuat.
"Baik, aku akan memaksa kau memberitahukan
siapa gurumu lewat ilmu silatmu !" kata Tang San
Siansu, Dia bukan cuma bicara, tangan kanannya
yang terkepal keras terangkat perlahan-lahan siap
menyerang. Giok Han tak berani meremehkan, diapun
berwaspada mengerahkan tenaga dalamnya pada
lengan, ia bersiap-siap menyambuti serangan Tang
San Siansu, karena memang pendeta bekas tokoh
Siauw Lim Si yang telah melupakan pintu perguruan
dan berbuat murtad itu memiliki kepandaian yang
sangat tinggi. Tangan kanan Tang San Siansu sudah terangkat
melewati kepalanya, waktu itulah jari-jari tangarnya
terbuka, seperti cengkeraman, sikapnya angker,
benar-benar seperti seekor naga yang siap
menerjang mematikan lawan. Rupanya, Tang San
Siansu sudah mempersiapkan Liong beng-kun untuk
menyerang. 937 Hati Giok Han agak berdebar, dia mengawasi
tangan Tang San Siansu melayang menyambar
mengeluarkan suara keras menderu "syuuuutttt...."
dan jari-jari tangan yang siap mencengkeram itu
sudah menyambar ke arah kepala Giok Han, tapi
belum lagi Giok Han menyambuti, jari-jari tangan itu
sudah berobah arah sasaran, di mana tahu-tahu
sudah berada di depan dada Giok Han.
Dari Tai Giok Siansu Giok Han pernah
mempelajari Liong beng-kun, juga pernah
melatihnya dengan giat. Dia tahu bahwa yang
sedang dipergunakan Tang san Siansu adalah Liong
sin-kong-ciang" (Tangan sinar Sakti Naga) Jurus ini
memusatkan tenaga lengan seluruhnya pada ruasruas
jari tangan, dan kelima jari tangan itu akan
kuat sekali melebihi baja, terlebih lagi bagi mereka
yang memiliki sinkang tinggi, pukulan dengan jurus
ini bisa mematikan. Yang luar biasa dan membuat Giok Han kaget,
dari jari-jari tangan Tang San Siansu mengeluarkan
uap tipis kebiru-biruan ini yang tak pernah diketahui
Giok Han. Sebagai orang yang mempelajari dan
mahir mempergunakan juga jurus-jurus Liong-beng
kun, Giok Han tahu, jika jurus ini dipergunakan
dengan mempergunakan tenaga berlebihan, bisa
mencelakai dirinya sendiri dan tampaknya memang
Tang San Siansu mempergunakan jurus itu dengan
pemusatan tenaga dalam sepenuhnya, bahkan
berlebihan, pada kelima jari tangan, sehingga
mengeluarkan asap biru. 938 Cuma saja Tang San Siansu tak kekurangan
suatu apapun, malah waktu menyerang angin
pukulannya begitu tajam seperti ingin merobek
badan Giok Han, biarpun kelima jari tangan itu
belum Ingi menyentuh badannya.
Giok Han tak mengetahui bahwa Tang San Siansu
sudah melatih Liong-heng-kun hampir pada puncak
kesempurnaan juga memang untuk menambah
lihainya Liong-beng-kun sengaja Tang San Siansu
teiah merobah cara-cara pernapasannya, sehingga
dapat memusatkan tenaga dalam sepenuhnya pada
ke lima ruas jari-jari tangannya tanpa
mencelakainya. Tapi cara berlatih Tang San Sian su sudah
menjurus ke jalan yang sesat, itulah sebabnya
mengapa waktu dia memusatkan tenaga dalamnya
pada kelima ruas jari-jari tangannya, keluar asap
yang tipis, kebiru-biruan.
Tanpa membuang waktu Giok Han-menyambuti
pukulan itu dengan mempergunakan tangan kirinya,
tangan kanannya seperti seekor naga
mencengkeram dada Tang San Siansu.
"Ihh...!" Tang San Siansu menjerit kaget, karena
Giok Han mempergunakan jurus dari Liong-bengkun.
Dia bahkan melompat mundur dengan
berputar, mengawasi Giok-Han dengan biji mata
yang seperti mau meloncat keluar dari rongga mata.
939 "Siapa yang mengajarkan Lioug beng-kun
padamu?" Bentaknya bengis.
Giok Han sudah berdiri tegak lagi, sengaja ia
bersikap meremehkan Tang San Siansu, walaupun
sebetulnya dia tetap waspada tak lengah sedikitpun
juga. "Sudah kukatakan, guruku cukup kau kenal, tapi
sayangnya aku tak boleh memberitahukan nama
guruku padamu, kau tak pantas mendengar nama
guruku!" Bagaikan seekor naga yang meraung murka,
kedua tangan Tang San Siansu bergerak-gerak
sehingga terdengar suara: "Syuutttt, kelebak...
wuttttt, kelebuk..." disusul dengan suara tulangtulang
berkerotok di sekujur tubuh Tang San Siansu.
"Beritahukan nama gurumu, jika memang kau tak
mau mati dengan tubuh hancur luluh seperti pasir!"
Teriak Tang San Sjainu penasaran campur murka.
Dia menduga-duga, apakah Giok Han murid
gurunya. Tai Giok Siansu "
Tapi tak mungkin. Usia Giok Han masih terlalu
muda. Juga gurunya tak mungkin menerima murid
baru. Apakah Giok Han murid pendeta-pendeta
Siauw Lim Si" Juga tak mungkin. Murid-murid Tai
Giok Siansu. cuma Tang San yang menerima warisan
ilmu pukulan Liong beng-kun, karena itu, dia jadi
bingung, siapa guru pemuda ini.
940 Melihat keringat mengucur deras dan kulit muka
yang merah seperti kulit kepiting direbus, Giok Han
tahu Tang San Siansu dalam keadaan murka dan
akan menggunakan seluruh tenaga sakti dari
pukulan Liong beng-kunnya, apa lagi suara
kerotokan tulang-tulang di tubuh Tang San Siansu
semakin lama semakin terdengar jelas.
Cu Lie Seng mengawasi dengan mata terbuka
lebar, dia juga heran mengapa gurunya bisa murka
begitu, sedangkan biasanya Tang San Siansu sangat
tenang dan meremehkan lawan. Sekarang
gurunyapun tampaknya mempergunakan serta
mengerahkan sebagian terbesar tenaga dalamnya
untuk menggunakan pukulan sakti Liong-beng-kun.
Segera Cu Lie Seng tahu akan terjadi
pertempuran yang seru. Tidak urung diapun heran.
Mengapa Giok Han bisa menggunakan jurus Liongbeng
kun. Dia yang menerima warisan ilmu pukulan
Liong-beng-kun dari Suhunya, baru memiliki kulitnya
saja, belum berhasil menguasai semua jurus
pukulan-pukulan sakti itu, mungkin tak akan
sanggup menyambuti pukulan yang tadi dilakukan
Suhunya. Kenyataannya Giok Han berhasil memunahkan
tenaga pukulan itu seningga Suhunya harus
memusatkan pengerahan tenaga sakti pada
lengannya bertambah besar.
941 Giok Han sendiri sudah memusatkan tenaga
singkangnya, dia tahu sinkangnya belum bisa
mengimbangi sinkang Tang San Siansu, tapi dia
sudah diberitahukan oleh gurunya, bagaimana
menghadapi Tang San Siansu.
Dia bersiap-siap dengan mata awas. Sengaja dia
tak menjawab perkataan Tang San Siansu yang
mendesak agar dia mum beri tahukan siapa
gurunya, untuk memancing kemarahan Tang San
Siansu. Memang akhirnya Tang San Siansu tak bisa
menahan kemarahan hatinya, kedua tangannya
seperti kaki naga yang mengandung kekuatan
mematikan menyerang Giok Han berulangkali.
Sekitar arena perkelahian tersebut seperti
dikuasai oleh deru angin yang bisa mematikan,
seperti jerit hantu dan iblis, yang bisa membikin
telinga jadi tuli dan syaraf jadi rusak. Suara itu
keluar dari kedua tangan Tang San Siansu, yang
sudah menggunakan sebagian terbesar tenaga
Liong-beng-kunnya. Jika seseorang berkepandaian biasa-biasa saja,
dalam waktu satu dua jurus saja pasti sudah akan,
roboh dengan syaraf yang jadi rusak. Tapi Tang San
Siansu mengalami kesulitan untuk menjatuhkan Giok
Han, sebab tetap saja ia tak berhasil mendesak apa
lagi merobohkan Giok Han.
942 Pukulan-pukulannya yang mematikan hanya
mengenai tempat-tempat kosong. Jika tak tertangkis
oleh tangan Giok Han, juga hanya mengenai bagian
yang lunak seperti kapas, membuat tenaga pukulan
Tang San Siansu tak berdaya menerobos keluar.
Butir-butir keringat membanjiri muka Tang San
Siansu, dia kaget dan penasaran campur marah.
Kaget karena melihat Giok Han seperti memiliki
semacam ilmu pukulan yang setiap jurusnya
bagaikan mengimbangi dan mengiringi Liong-bengkun,
sehingga setiap pukulan Liong-heng-kunnya
seperti lenyap tak berarti apa-apa.
Juga, sinkang pemuda yang masih berusia sangat


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muda ini, tidak rendah. Ini yang mengherankan
Tang San Siansu, Penasaran karena dia tak bisa
mendesaknya dengan Ltong-beng-kun pada pemuda
ini dan di saat itu sekali-sekali Giok Han malah bisa
membuat Tang San Siansu harus menarik pulang
tenaga pukulannya sebab tenaga pukulan Giok Han
juga tak kalah mematikan dari sinkang yang
dipergunakannya. Tergoncang hati Tang San Siansu. Dia kuatir
bukan main, kalau-kalau pemuda ini memiliki
semacam ilmu yang merupakan tumbal dan
penangkis Liong-beng-kunnya. Tapi, dia juga
semakin bertekad hendak membinasakan Giok Han.
Kalau pemuda ini tak dibunuhnya, kelak merupakan
duri yang bisa mencelakai dirinya. Sekarang saja
dalam usia demikian muda Giok Han bisa menerima
943 dan menyambuti pukulan-pukulan Liong-bengkunnya
tanpa kurang suatu apapun juga, bahkan
masih sempat balas menyerangnya, kalau sepuluh
tahun lagi, niscaya Giok Han menjadi seorang yang
bisa saja mengatasi Liong-beng-kun serta memiliki
kepandaian yang lebih dahsyat dari Tang San
Siansu. Suara berkesiutan tenaga dalam dari kedua
tangan Tang San Siansu memenuhi arena
perkelahian tersebut, bumi bergoncang seperti ada
gempa bumi, juga hawa udara jadi panas, karena
dari kedua tangan Tang San Siansu memancarkan
hawa panas, karena cepatnya berputar kedua
tangan itu, hawa panas itu seperti memenuhi arena
pertempuran tersebut. Giok Han sendiri kaget dan kagum tidak terkira.
Kaget melihat tingkat latihan Tang San Siansu sudah
demikian tinggi. Kagum karena Liong-beng-kun
benar-benar merupakan jurus pukulan yang
dahsyat, setiap pukulannya mengandung maut.
Karena usianya yang masih muda, juga kalah
pengalaman maupun latihan tenaga dalam, Giok Han
merasa tertekan berat sekali menghadapi Liongbeng-
kun lawan. Cuma saja, berkat petunjukpetunjuk
yang diberikan Tai Giok Siansu yang
khusus harus dipergunakan kalau menghadapi Liong
beng-kun, sejauh itu Giok Han masih sanggup
menghadapi Tang San Siansu.
944 Kedua orang itu bertempur semakin lama
meningkat pada keadaan yang menentukan. Kedua
kaki Tang San Siansu sudah tak menggeser lagi, dia
hanya berdiri tegak diam di tempatnya, kedua
tangannya yang menyerang beruntun dan gencar
sekali, dengan tekanan tenaga dalam yang semakin
lama semakin ganas. Telapak kakinya semakin lama semakin melesat
masuk ke dalam setiap kuda-kuda kakinya sudah
menggempur tanah, dan masuk ke dalam perlahanlahan.
Giok Han sendiri, biarpun kalah lwekang, tapi
karena dia memang sudah mempelajari jurus-jurus
pukulan untuk memunahkan Liong-beng-kun,
berhasil menghadapi terus, kakinya tak urung ikut
melesat juga, sebab tenaga kuda-kuda kedua
kakinya tak kalah dahsyatnya dari Tang San Siansu.
Semakin lama kedua orang itu berdiri semakin
rendah, tenaga yang mereka pergunakan sangat
menentukan sekali. Sedikit saja mereka kalah
tenaga ataupun juga lengah menghindar, niscaya
akan menemui kematian di saat itu juga.
"Pendeta busuk tak tahu malu!"
Tiba-tiba terdeagar suara nyaring yang disusul
dengan tersiarnya bau harum yang menusuk hidung.
Tang San Siansu dan Giok Han mencium harum
semerbak itu, mereka merasakan kepala masingKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
945 masing pusing. Tang San Siansu kaget tak terkira.
Dia sedang memusatkan delapan bagian tenaga
dalamnya, jika menarik kembali tenaga dalamnya
dengan tiba-tiba, dirinya bisa celaka, tenaga
dalamnya akan berbalik mencelakai dirinya.
Tapi jika dia tak melompat mundur, harum
semerbak itu semakin santer menerjang hidungnya,
dia tahu itu adalah asap beracun, yang akan
menyebabkan dia celaka juga.
Giok Han sendiri tak kurang kagetnya, karena
merasakan kepalanya pusing, matanya berkunang
kunang. Dirinya tengah dilibat oleh pukulan-pukulan
Tang San Siansu. Dia berusaha untuk menahan
napas, tapi hawa udara beracan telah sempat
tersedot masuk hidungnya.
Dalam keadaan seperti itu, tampak rlua butir
benda bulat menyambar ke muka Tang San Siansu,
meledak di depan muka- pendeta itu. Tak ada
pilihan lain buat Tang San Siansu, dia harus lompat
menjauhi diri, karena ledakan itu mengandung asap
beracun. Semula, kedua benda itu sebelum meledak,
menyambar akan menghantam mukanya, tapi
terhalang oleh kekuatan tenaga Liong-beng kun
Tang San Siansu, mukanya seperti dilapisi oleh
sebidang dinding yang tak tampak oleh penglihatan,
dan seperti juga membentur sesuatu yang keras tapi
tak terlihat, menyebabkan kedua benda itu meledak.
946 Cepat-cepat Tang San Siansu meloncat ke
belakang, kedua tangannya telah ditarik mundur,
Liong-beng-kunnya dipergunakan untuk menyerang
ke tengah udara, menyalurkan tenaga dalam yang
ditarik pulang itu agar tak berbalik menyerangnya,
dibuang ke tengah udara. Giok Han sendiri merasakan tubuhnya bergoyanggoyang
hampir tak bisa mempertahankan diri berdiri
terus menghadapi tenaga Liong beng-kun Tang San
Siansu, tiba-tiba merasakan tenaga menekan yang
semula begitu menyesakkan napas, telah lenyap.
Tak buang waktu lagi dia loncat menjauhi diri dari
Tang San Siansu. Tidak urung tubunnya terhuyung
ketika kedua kakinya hinggap di tanah.
Di tempat tersebut sudah tambah seseorang.
Tubuhnya kurus semampai, mukanya cantik, kunnya
terbuat dari sutera ungu, dengan rambut yang
disanggul rapi. Dia seorang gadis yang matanya
sangat jeli dan berbulu mata lentik. Sikapnya gagah
sekali. "Pendeta jahat, ilmumu terlalu ganas dan sesat."
Menggumam gadis itu dengan sikap seenaknya.
"Coba kau terima lagi peluru-peluru asapku!"
Sambil berkata begitu tangan si gadis memang
sudah bergerak melontarkan belasan butir benda
bulat ke arah muka Tang San Siansu, sehingga si
pendeta mengibaskan lengan jubahnya untuk
menghalau benda-benda bulat itu, yang meledak
947 setiap kali kena dikibas lengan jubah si pendeta,
keluar asap yang tebal dan berbau harum semerbak:
merupakan asap beracun. Cu Lie Seng dan yang lainnya ke:ika melihat
munculnya gadis itu yang demikian tiba-tiba
mereka, segera bergerak hendak mengepung gadis
Pendekar Aneh Dari Kanglam 6 Pendekar Pulau Neraka 26 Ratu Lembah Mayat Pendekar Panji Sakti 9
^