Pencarian

Cula Naga Pendekar Sakti 7

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 7


Siauw Hoa tertawa. "Tidak apa-apa
memberitahukan bagaimana cara menyembuhkan
Susiok mereka, agar tidak timbul urusan lain nya
lagi ! Thia-thia sedang menunggu kita, kalau kita
terlambat tentu Tnia thia berkuatir sekali !"
Setelah berkata begitu, Siauw Hoa menoleh
kepada Wie Sin Siansu, sedangkan Cu Lie Seng
tampak jadi tidak senang namun dia tidak berusaha
mencegah pula ketika adiknya menjelaskan lebih
jauh kepada Wie Sin Siansu: "Tang Bun hwesio
cuma di rusak urat "Giok-cie-hiat" di tengkuknya,
juga ia telah menelan semacam obat kami, jika
kelak lewat satu tahun reaksi obat itu lenyap, pikiran
Tang Bun hwesio akan pulih seperti sedia kala.
Untuk menyembuhkan jalan darah "Giok-cic-hiat"
nya, kalian harus membantu melatih lwekangnya
selama 1 tahun, mengingat sinkang Tang Bun
517 hwesio tentu bisa sembuh seperti sediakala, paling
tidak hanya lwekangnya yang berkurang dua bagian
!" Bukan kepalang marahnya Wie Sin Siansu
bertujuh mendengar keterangan si gadis bahwa
yang dirusak adalah urat syaraf "Giok-cie-hiat"
sehingga membuat Tang Bun tidak ingat sesuatu
lagi, bicara selalu seperti tengah mengigau, juga
telah diberikan sejenis racun, yang menurut si gadis
baru akan punah sendirinya setelah satu tahun
Tapi yang hebat, sekarang Wie Sin Siansu
bertujuh mengetahui pemuda dan si gadis adalah
anak-anak Cu Kongkong, Kalau kedua muda-mudi ini
mengalami cidera, berarti Siauw Lim Sie sudah
menanamkan permusuhan dengan orang kedua
terbuat di daratan Tionggoan. Bermusuhan dengan
pemerintah tentu ada risikonya yang berat.
Wie Sin Siansu, walaupun berpengalaman, tidak
berani memutuskan sendiri bagaimana dan langkah
apa yang harus mereka tempuh. Jika mereka
memaksa bersikeras hendak membawa Cu Lie Seng
pulang ke Siauw Lim Sie, Cu Kongkong kemudian
mengirim pasukannya untuk menghancurkan Siauw
Lim Sie, bukankah akan muncul peristiwa besar "
Melihat Wie Sin Siansu tertegun di tempatnya dan
pendeta itu ragu-ragu, Lam-mo tertawa dingin,
"Karenanya. kalau memang Siauw Lim kalian ingin
tetap utuh-menyingkirlah ! Seujung rambut saja Cu
518 Kongcu terganggu, tidak ada seorang pendeta Siauw
Lim Sie yang bisa hidup lebih lama la.gi ! Siauw Lim
Sie pasti akan dihancurkan oleh Cu Kongkong."
Wie Sin Siansu tidak perdulikan ejekan Lam-mo,
dia melirik pada We Tay berenam kemudian
mengibaskan tangannya, mengisyaratkan agar
keenam pendeta itu menyingkir buka jalan buat Cu
Lie Seng dan kawan-kawannya.
Enam pendeta lainnya sebetulnya sudah murka
bukan main dan hampir tidak bisa menahan diri,
mereka ingin cepat-cepat membuka serangan untuk
membekuk Cu Lie Seng namun merekapun tdak
berani membantah perintah Toasuheng mereka,
segera dengan terpaksa keenam pendeta itu kembali
ke belakang Wie Sin Siansu. Hanya mata mereka
yang mengawasi dengan sinar tajam penuh
kebencian dan sakit hati pada Cu Lie Seng.
"Paman-paman pendeta, kalian ternyata pendetapendeta
yang bisa berpikir dengan baik ! Terima
kasih, kami tidak bisa lama-lama menemui kalian,
kami ingin pulang..!" Dia bersama Cu Lie Seng
meninggalkan tempat itu dikawal oleh Lam-mo
berempat Pak-mo, Tong-mo dan See-mo.
Yang paling gegetun adalah Wie Tay Siansu, dia
murka, tapi tidak bisa melampiaskan mendongkol
dan marahnya, karena dia tidak berani melanggar
perintah Toasuheng-nya. Akhirnya untuk
519 melampiaskan penasarannya, dia membantingbantingkan
kakinya. Wie Sin Sianau menghela napas mengawasi
kepergian Cu Lie Seng dan yang lainnya. "Sudahlah,
kita kembali ke Siauw Lim Sie, melaporkan kepada
Hongthio, minta petunjuk Hongthio apa yang bisa
kita lakukan! Urusan berkembang demikian, kalau
sampai kita memaksa si pemuda dan membekuknya
kalau benar-benar dia anak-anak Cu Thaykam
niscaya bisa mengancam keselamatan Siauw Lim Sie
secara keseluruhannya ! Yang terpenting kita mulai
berhasil mencari jejak orang yang mencelakakan
Tang Bun Susiok Yang belum kita ketahui barang
apa yang disebut Liong-kak."
Memang keiujuh pendeta itu penasaran, namun
akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke
Siauw Lim Sie. Hampir duapuluh orang pengemis duduk di
lapangan rumput cukup luas di luar pintu kampung
Lauw-cun. Mereka duduk berjajar membentuk
lingkaran, tengah merundingkan sesuatu, Malam
telah larut, sinar rembulan bersinar terang, sekitar
tempat itu sepi dan senyap, tidak terlihat seorang
manusia lainnya selain belasan pengemis itu.
Mereka merundingkan sesuatu dengan suara
perlahan, seperti saling berbisik. Tapi, pada suatu
kali, salah seorang di artara belasan pengemis itu
berseru nyaring: "Walaupun kiia harus
520 mempertaruhkan jiwa, tidak sepantasnya kita
melepaskan iblis laknat itu ! Sudah cukup banyak
saudara-saudara kita yang dicelakakannya ! Kita
harus bertindak ! Kalau perlu mengumpulkan orangorang
Bu-lim untuk ikut menghadapi keempat
pengawalnya. Memang Lam-mo, See-mo. Pak-mo dan Tong-mo
liehay, namun dengan cara seperti sekarang, di
mana kita seperti takut kebentur dengan iblis laknat
itu, sedangkan musuh yang kita cari sudah ada di
depan mata, hendak kita taruh di mana muka terang
Kay pang?" Suara pengemis yang seorang ini
nyaring dan lantang, mengandung nada marah. Dia
pengemis berusia empat puluh tahun lebih, mukanya
empat persegi, waktu marah seperti itu mukanya
merah-padam. "Sabar, Sute. "pengemis yang duduk di sebelah
kanan, yang tampaknya sebagai pemimpin
pertemuan para pengemis tersebut. Sabar suaranya.
Tangannya memegang tongkat bambu hijau, dia
tidak lain Thian Sin Cu, si Malaikat Langit.
"Kita harus melihat keadaan ! Memang bisa saja
kita berlaku nekad, bertempur mengadu jiwa dengan
iblis laknat dan keempat pengawalnya. Tapi buat apa
" Kita harus mengakui. Lam-mo dedeng-kot iblis
yang berkepandaian tinggi. Belum lagi Pak-mo, Seemo
dan Tong-mo ! 521 Kalau memang hanya ada seorang dari Keempat
dedengkot iblis tersebut, tentu kita masih memiliki
kesempatan memperoleh kemenangan. Tapi dengan
adanya Lam-mo. Pak-mo. Tong-mo dan See-mo
berempat, apa yang bisa kita lakukan " Belum lagi
iblis laknat itu, walaupun usianya masih muda tapi
kepandaiannya ini dan cukup tinggi."
"Thian Suheng, kalau kita tidak berusaha
sekarang untuk membekuk si iblis laknat tentu di
lain waktu tidak ada kesempatan lagi ! Sekali saja
dia kembali ke kotaraja, kembali ke istana ayahnya,
habislah harapan kita bisa membekuknya ! Di sana
bukan hanya Lam-mo, See-mo, Pak-mo dan Tongmo
berempat, tapi banyak sekali pahlawanpahlawan
kerajaan yang memiliki kepandaian
tinggi." "Soal itu nanti akan dibicarakan dsngan pimpinan
kita ! Kalau perlu kita melapor kepada pangcu ! Ini
bukan soal kecil, Sute.... kita harus
mempertimbangkan sebaik-baiknya. Kalau
kenyataannya kita berlaku nekad dan akhirnya
semuanya kita ini binasa di tangan si iblis laknat dan
orang-orangnya, bukankah itu mengecewakan sekali
! Kita bukan melarikan diri dari kenyataan, namun
kita mundur penuh perhitungan untuk kelak
memperoleh kemenangan! Nah, kukira persoalan
sudah jelas, kita harus kembali ke Souwciu Nanti
serahkan apa keputusan dari pimpinan kita ! Sayang
kepandaian kita masih terbatas, kalau saja saat ini
kumpul beberapa orang Susiok kita, niscaya
522 persoalan bisa diselesaikan dengan segera !" Bicara
sampai di situ Thian Sin Cu menghela napas,
mukanya murung. Pengemis-pengemis lainnya pun tampak murung.
Mereka berdiam diri saja penuh rasa marah dan
penasaran. Keadaan di sekitar tempat itu sepi sekali.
Mendadak Thian Sin Cu melompat berdiri,
mukanya tegang. Pengemis-pengemis lain pun
berdiri bersiap-siap untuk menyambut sesuatu.
"Kudengar ada orang yang sedang
mendatangi...!" memberitahukan Thian Sin Cu.
"Apakah... iblis laknat itu yang mencari kita ?"
Pengemis-pengemis lain segera menghunus
senjata masing-masing, Thian Sin Cu menggenggam
tongkat bambu hijaunya erat-erat. Matanya yang
bersinar tajam mengawasi sekitar tempat itu. Dalam
kegelapan malam, terpisah mungkin ratusan
lombak, tampak sesosok tubuh tengah mendatangi.
Langkah kakinya tampak berat, dia berjalan
susah dan di punggungnya menggemblok sesuatu.
Melangkah beberapa tindak lagi, sosok tubuh itu
terguling, terdengar suara rintihan.
"Hati-hati, kita jangan masuk perangkap.
Mungkin iblis laknat itu hendak memperdaya kita !"
memperingatkan Thian sin Cu, dia sendiri
523 mendahului melompat menghampiri ke arah sosok
tubuh yang terguling itu.
Beberapa pengemis lainnya mengikuti Thian Sin
Cu, sedangkan sisanya menanti di tempat mereka,
untuk bersiap-siap memberikan pertolongan kalau
benar yang datang pihak musuh, mereka jadi tidak
masuk perangkap semuanya.
Thian Sin Cu mendengar suara riniihan itu
semakin jelas, dia sudah sampai di dekat sosok
tubuh yang rebah di tanah berumput.
"Saudara, siapa kau ?" Tegur Thian Sin Cu
dengan alis berkerut, tongkatnya dilintangkan di
depan dadanya waspada siap menyambut serangan
membokong dari arah manapun.
"Oooh, tolong... tolong turunkan isteriku !" suara
orang itu lemah, tergetar, tampaknya dia sudah
lelah benar. Thian Sin Cu sudah semakin dekat, dia baru bisa
melihat jelas pakaian orang itu penuh noda darah,
penuh luka ditubuhnya. Yang dipanggulnya tidak lain
sesosok tubuh manusia juga, sama keadaannya,
pakaiannya koyak-koyak berlumuran darah. Thian
Sin Cu cepat-cspat menghampiri lebih dekat. Dia
menolongi orang itu menurunkan orang yang
dipanggulnya. 524 Ketika merebahkan orang yang tadi di panggul
orang terluka itu, ternyata orang tersebut wanita
berusia lanjut, yang mukanya kebiru-biruan,
matanya tertutup rapat dan napasnya sudah tidak
ada. Wanita itu, yang diakui sebagai istri orang yang
terluka, telah mati ! Kaget Thiin Sin Cu dan beberapa orang pengemis
yang ada didekatnya, betipa hebat luka ditubuh
orang itu dan istrinya yang sudah tidak bernyawa
lagi. Cepat-cepat Thian bin Cu mengeluarkan
kantong airnya, meminumkan beberapa teguk
kepada orang yang terluka.
Waktu menolong orang itu minum dengan
menyanggah tengkuknya, Thian Sin Cu melihat jelas
orang tersebut adalah seorang laki-laki berusia
lanjut, pakaiannya yang koyak-koyak itu mirip
pakaian pengemis, penuh tambalan, keadaannya
lemah sekali, sama dengan keadaan istrinya yang
sudah tidak bernapas lagi, muka laki-laki tua inipun
kebiru-biruan, seperti keracunan.
Setelah meminum beberapa teguk, laki-laki ini
agak segar. Tapi dia terlalu lemah. terlalu banyak
darah yang sudah keluar dari tubuhnya. "Dimana
kami... sekarang ini..." Tempat apa... tempat apa
ini?" "Tenanglah, kau perlu istirahat Siapa yang
melukaimu?" Tanya Thian Sin Cu.
525 "Kami... kami telah berusaha mempertahankan
hidup, tapi gagal. Bagaimana istriku" tentu sudah
mendahuluiku, bukan?" Bertanya laki laki tua itu
dengan air mata yang membasahi matanya. Thian
Sin Cu tidak menjawab, dia hanya mengangguk.
"Kami terkena racun... sayang racun itu begitu asing


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buat kami... satu-satunya racun yang tidak kami
ketahui sebelumnya... entah apa nama racun itu...
kami tidak berhasil untuk mengobati diri kami
sendiri... aku tidak lama lagi akan menyusul
istriku..." Bicara sampai disitu suaranya makin lemah,
kepalanya teklok, dia pingsan.
Hati-hati Thian Sin Cu meletakkan tubuh sikakek
tua keatas rumput, memeriksa keadaannya.
Mungkin lebih dari seratus luka tikaman pedang
ditubuh laki-Iaki tua tersebut! itulah luka yang berat
sekali, tapi anehnya orang tua itu masih tetap hidup
dengan luka yang begitu parah !
Thian Sin Cu dengan kawan-kawannya segera
menduga, pasti orang tua ini seorang berkepandaian
tinggi, tokoh persilatan ternama, karena
kepandaiannya pun tidak rendah tentunya,
mengingat luka-luka yang dideritanya seperti itu.
Thian Sin Cu berpaling ke-arah seorang pengemis
di dekatnya. "Entah siapa mereka " Sepasang suami
istri tua ini tampaknya bukan orang sembarangan...
tapi sayang, mereka mengalami keadaan yang
526 mengenaskan ini... menurut pengakuannya mereka
dilukai oleh racun yang asing baginya, sehingga
gagal untuk memunahkannrya ..."
"Mereka tampaknya kuat sekali... istri nya tentu
meninggal belum lama, karena dia masih dipanggulpanggul
suaminya ! Mungkin baru meninggal satu
dua jam yang lalu!" menyahuti pengemis itu. "Entah
siapa mereka berdua ?"
Berkata sampai di situ si pengemis memberi
isyarat kepada kawan-kawannya yang lain, yang
sedang menunggu di tempat mereka semula.
Pengemis-pengemis lainnya segera menghampiri.
Merekapun heran dan kaget melihat kakek tua dan
isterinya yang sudah mati.
"Keadaannya parah sekali, dia pingsan !
Tampaknya sulit untuk menolongnya, paling tidak
dia cuma bisa bertahan satu dua jam saja... akan
segera menyusul isterinya !"
"Siapa namanya ?" Tanya pengemis lain.
Thian Sin Cu menghela napas mengangkat bahu.
"Tadi belum sempat kutanyakan pada mereka, tapi
melihat luka-luka yang dideritanya pasti mereka
tokoh-tokoh rimba persilatan berkepandaian tinggi
yang bertemu dengan lawan Iiehay! Lihatlah,
ratusan tikaman pedang di tubuh mereka, tapi kakek
ini masih sanggup bertahan tidak segera mati ! Tadi
malah masih sanggup menggendong istrinya ! Dia
527 rubuh bukan disebabkan tikaman-tikaman pedang,
melainkan racun yang mengendap dan kerja di
dalam tubuhnya !" Pengemis-pengemis itu mengawasi dengan penuh
tanda tanya kepada kakek tua yang masih rebah
pingsan. Mereka coba-coba ingat siapa didalam
Kangouw yang mirip-mirip dengan sepasang suami
istri ini. Tapi mereka tidak berhasil menduga.
Pelupuk mata kakek tua itu terbuka perlahanlahan
dan lemah, dia merintih perlahan. Thian Sin
Cu berjongkok di sampingnya. "Lojinke, siapa
namamu ?" Tanya Thian Sin Cu.
"Aku... Tung Yang... dan istriku Tung Im . . . !"
menyahuti kakek itu dengan suara yang lemah
parau, seperti di tenggorokannya sudah penuh riak
kental, membuatnya sulit bicara, di samping
lidahnya yang mulai kaku. "Kalian... kalian tentu
mau menolongku..." "Katakanlah... beritahukanlah Lojinke apa yang
harus kami lakukan untuk menolongmu ?" tanya
Thian Sin Cu cepat. "Pergilah ke... Siauw Lim Sie... beritahukan...
beritahukan pada... Hongthio Siauw Lim... Sie...
bahwa... bahwa kini... telah muncul... Liong-kak...
yang akan... akan... membuka... mem..." Suaranya
terhenti, kepalanya tidak bertenaga lagi, rebah
528 miring, napasnyapun telah berhenti, dia telah pergi
menyusul isterinya. Thian Sin Cu memandang bengong kepada mayat
Tung Yang, kemudian melirik pada Tung Im. la
heran bukan main. Sebelumnya memang pernah
didengarnya perihal sepasang suami isteri lihay ini,
yang memiliki kepandaian luar biasa, merupakan
tokoh tua yang disegani oleh orang Kangouw dari
jalan hitam maupun putih, sepasang pendekar yang
memiliki perangai aneh, yang digelari sebagai
Sepasang Tabib Hutan. Tapi, mengapa kini kedua orang kakek nenek ini
bisa ditemukannya dalam keadaan demikian
mengenaskan " Siapa orang yang membunuh
mereka" Bukankah Tung Im dan Tung Yang memiliki
kepandaian tinggi dan tidak sembarang orang bisa
menandingi kepandaian mereka " Sekarang, bisa
dipastikan musuh mereka sudah turunkan tangan
maut itu jelas orang yang memiliki kepandaian tidak
rendah ! Kepandaian Tung Yang dan Tung Im dalam
pengobatan sangat terkenal, tapi sekarang mereka
mati karena keracunan di samping luka-luka tikaman
yang ratusan jumlahnya di tubuh kedua Sepasang
Tabib Hutan. Tentu racun yang dipergunakan lawan
mereka merupakan sejenis racun yang sangat
dahsyat daya kerjanya, sampai Sepasang Tabib
Hutan tidak sanggup memunahkan racun yang
529 berada dalam tubuh mereka, menyeret mereka pada
kematian ! Lalu, apa maksud Tung Yang yang minta tolong
agar Thian Sin Cu pergi ke Siauw Lim Sie, menemui
Hongthio Siauw Lim Sie "
Juga benda apa itu Liong-kak " Apa yang akan
dibuka oleh Liong-kak " Semuanya begitu
membingungkan, penuh teka-teki yang tidak bisa
dijawab dan dipecahkan oleh Thian Sin Cu bersama
kawan-kawannya. Mendadak seorang pengemis yang berdiri di
samping Thun Sin Cu, yang berada di sebelah
Unannya. menjerit keras dengan tubuh terjungkel ke
depan, bergulingan sampai beberapa kali, Thia Sin
Cu dengan pengemis-pengemis lainnya kaget, dan si
pengemis yang bergulingan sudah merangkak
bangun dengan muka pucat meringis seakan
menahan sakit ! "Kenapa kau, sute?" tegur Thian Sin Cu sambil
lompat mendekatinya. "Aku... punggungku tiba-tiba...." Belum lagi
pengemis itu menjelaskan, mendadak terdengar lagi
suara jeritan dari seorang pengemis lainnya di
belakang Thian Sin Cu. tubuh pengemis itu
jumpalitan di tengah udara seperti dihantam oleh
suatu kekuatan yang sangat besar. Tidak buang
waktu Thian Sin Cu melompat sambil menyambar
530 lengan pengemis tersebut, sehingga dia tidak sampai
terbanting di tanah. Tapi, tidak urung pengemis
tersebut meringis menahan rasa sakit yang tak
terkira. "Ada... ada yang membokong!" memberitahukan,
pengemis itu. "Tadi... punggungku dihantam
seseorang...." Muka Thian Sin Cu merah padam karena
mendongkol campur penasaran, tapi baru saja dia
ingin menoleh ke belakang untuk melihat sekitar
tempat itu, terdengar suara tertawa nyaring seperti
raungan, keras dan menggetarkan tempat itu.
Dan suara tertawa inilah yang disebut raungan
singa pekik naga, sampai Thian Sin Cu kaget tak
terkira. Matanya pun segera melihat seseorang
sudah berdiri terpisah tak jauh dari tempat mereka
berada. Orang itu berpakaian jubah hijau, kurus
jangkung, dengan kopiah warna hijau juga. Mukanya
pucat seperti mayat. Usianya mungkin sudah
limapuluh tahun. Suara tertawanya begitu panjang,
tapi anehnya mulutnya seperti tidak bergerak, muka
yang kaku dan bengis. seperti muka mayat.
Thian Sin Cu segera bisa menduga yang
menyerang menggelap kepada dua orang sutenya di
lakukan orang bermuka dingin kaku seperti mayat
tersebut. Belum lagi Thian Sin Cu sempat menegur,
531 orang itu sudah melangkah kedepan menghampiri ke
arah Thian Sin Cu. Langkahnya lebar sekali.
Waktu lewat di dekat dua orang pengemis, orang
bermuka dingin itu mengibaskan kedua tangannya
masing-masing tangannya akan menyampok dada
kedua pengemis itu. Gusar campur kaget kedua pengemis tersebut,
mereka merasakan sambaran angin yang kuat sekali
menuju ke dada. Mereka hendak menangkis, yang di
sebelah kiri orang bermuka dingin mempergunakan
jurus "Yauw Cu Hoan Sin" (Elang Membalik
Badannya), cepat bukan main dia berkelit, tangan
kanannya menghantam buat balas menyerang
dengan "Tiang Hong Koan Jit" (Bianglala Menembus
Matahari). Tapi dia jadi kaget tidak terkira, karena
mendadak saja, dengan sikap seenaknya, orang
bermuka dingin itu memutar tangannya, dan
"Cesssss," perlahan dada si pengemis kena disentil.
Tapi akibatnya benar-benar hebat, tubuh si
pengemis terpental sampai lebih tiga tombak
terbanting di tanah dan berguling beberapa kali.
Waktu dia melompat berdiri, mukanya pucat pias,
karena dia terluka di dalam yang tidak ringan !
Lain lagi yang dialami oleh pengemis yang di
sebelah kanan Ketika tangan kanan orang bermuka
dingin seperti muka mayat itu menyambar ke
532 dadanya, dia merasakan sambaran segumpal angin
yang menerjang kuat kuat sekali, tidak buang waktu
segera berkelit dengan "Ku Co Hoan Sin" (Anak
Ayam Memutar Badan), sebat bukan main kaki
kirinya menyapu ke arah lambung lawan.
Namun, sama seperti yang dialami oleh pengemis
yang seorang tadi, dengan tangan yang bergerak
lamban dan sikap tenang sekali, tahu-tahu tangan
lanannya menurun ke bawah, lalu masuk menerobos
ke dada si pengemis. Sentilan perlahan mengenai
dada si pengemis terjengkang berkelejatan, matanya
mendelik, lidahnya terjulur dengan mulut berbusa,
lalu pingsan tidak sadarkan diri !
Semua itu berlangsung hanya dalam beberapa
detik saja, dan akibatnya sudah demikian hebat bagi
pihak Thian Sin Cu. Tentu saja selain kaget. Thian
Sin Ci dengan saudara-saudara seperguruannya jadi
marah bukan main. Orang bermuka kaku dingin seperti tidak acuh
kepada semua pengemis yang berada disitu, dengan
mata yang tajam seperti mata pisau dia menatap
Thian Sin Cu. Suaranya tidak kalah dinginnya dari
mukanya waktu menegur: "Apakah kedua manusia
tak punya guna itu sudah mampus?"
Thian Sin Cu tidak bisa menahan kemarahannya.
Sudah dua orang saudara seperguruannya dijatuhi
dengan cara seperti tadi sekarang orang bermuka
533 dingin seperti mayat bertanya seperti kepada
kacungnya saja. "Maaf. bolehkah kami mengetahui nama mu"
Diantara kita tidak ada hubungan apa-apa, mengapa
kau menurunkan tangan seperti itu kepada saudarasaudara
seperguruanku ?" tegur Thian Sin Cu gusar,
namun dia masih berusaha menahan diri.
Mata orang itu mencilak, mukanya bertambah
dingin, dari sikapnya jelas ia tidak memandang
sebelah mata kepada Thian Sin Cu.
"Kalian dari Kaypang, bukan ?" tegurnya.
"Benar." "Hemm, kukira pangcu kalianpun tidak berani
bersikap kurang ajar padaku !" dingin sekali suara
orang bermuka seperti mayat tersebut "Cepat jawab
pertanyaanku tadi !"
Naik darah Thian Sin Cu. Orang ini memang
tampaknya bukan sembarangan kepandaiannyapun
tampaknya tidak rendah. Tapi kalau dia bilang
pangcu Kapjang tidak berani berkutik didepannya
pasti adalah orang itu terlalu besar bicaranya.
Dan Thian Sin Cu bersama saudara-saudara
seperguruannya bertambah gusar, karena merasa
perkataan orang bermuka seperti mayat adalah
penghinaan untuk mereka. 534 "Baiklah, aku Thian Sin Cu ingin meminta
pengajaran dari kau !" kata Thian Sin Cu yang sudah
tak bisa menahan diri lagi, tangan kanannya cepat
luar biasa ingin mencengkram pundak orang itu
dengan "Hui Po Liu Coan" (Air Tumpah Solokan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mengalir), dia bergerak sebat, tenaga dalamnyapun
terlatih baik, sekali ini menyerang disaat tengah
gusar, maka siapa yang kena dicengkram akan
bahaya keselamatan jiwanya" sedikitnya tulang Piepeenya
bisa hancur kena dicengkram oleh tangan
Thian Sin Cu. Namun orang dengan muka seperti mayat benarbenar
luar biasa. Menghadapi ancaman bahaya yang
tidak ringan tersebut ia tetap tenang. Sedikitpun
tubuhnya tidak bergerak berusaha untuk berkelit,
kedua kakinya tetap ditempat tidak bergeser, hanya
tangan kirinya mendadak terangkat, tahu-tahu
dengan gerakan yang sulit diikuti oleh Thian Sin Cu
maupun siapa saja, tangan kanannya melancarkan
pukulan, sedangkan tangan kirinya seperti menahan
tangan Thian Sin Cu. Sebetulnya Thian Sin Cu dengan beberapa orang
sutenya ini bukan orang-orang lemah. Di Kaypang
mereka merupakan anggota yang bisa diandalkan,
selalu bekerja dengan cemerlang. Jarang mereka
rubuh ditangan lawan. Baru-baru ini saja mereka
rubuh justru terbentur dengan Cu Lie Seng, pamor
mereka seperti runtuh. 535 Mereka penasaran sekali. Dan disaat penasaran
mereka belum berkurang, sekarang bertemu dengan
orang yang mukanya dingin seperti mayat, yang
tidak mau memberi tahukan nama maupun
gelarannya. Hal ini benar-benar membuat Thian Sin
Cu jadi bertambah penasaran.
Karenanya, waktu tangan orang yang mukanya
seperti mayat itu menempel tangannya, dia
mengempos semangatnya, tapi tenaga
mendorongnya terbendung kuat, tidak bergerak
maju lagi, bagaikan tangannya dibendung oleh
selapis baja. Kaget Thian Sin Cu, apalagi waktu itu tangan
kanan lawannya menyambar datang kuat sekali. Dia
berusaha menarik pulang tangannya, kembali
hatinya mencelos kaget. Tangannya seperti
menempel lekat tidak bisa ditarik terlepas dari
tempelan tangan kiri lawannya, sedangkan tangan
kanan lawan sudah menyambar dekat sekali.
Pada detik-detik yang berbahaya seperti itu, tidak
pikir dua kali lagi Thian Sin Cu berseru nyaring dan
mempergunakan "Lian Hoan- Tui" (Tendangan
Berantai). kedua kakinya bergerak gerak cepat
bukan main menendang secara berantai kedada dan
lambung lawannya ! "Wutttttt! Dessssssss ! Bukkkkk !" Tubuh Thian
Sin Cu tahu-tahu terpental, terguling ditanah dua
536 kali, walaupun cepat sekali dia melompat bangun
namun mukanya pucat pias dan kepalanya pusing.
Dia merasakan tenggorokannya anyir amis,
segera sipengemis tahu dia akan muntahkan darah,
dia menahannya, agar lawannya tak tahu dia sudah
terluka didalam. Akibat tendangan "Lian Hoan Tui" yang dilakukan
Thian Sin Cu, yang celaka adalah Thian Sin Cu
sendiri, sedangkan lawannya masih tetap berdiri
tenang ditempatnya. Waktu kedua kaki Thian Sin Cu
tadi menendang berantai, tangan kanan orang yang
mukanya seperti mayat telah bergerak seperti
titiran, dia lihay bukan main bisa menahan dan
menarik pulang tenaga serangannya, memutar
tangannya, segera terbentur dengan kedua kaki
Thian Sin Cu berulangkali.
Benturan itulah yang membuat Thian Sin Cu
terpental. Justru dari tangan kiri lawan Thian Sin Cu
keluar hawa yang panas sekali, yang mendorong
tangan Thian Sin Cu yang tadi ditempelnya, tenaga
dalam lawan yang disalurkan menggelap lewat
tangan kirinya itulah yang membuat Thian Sin Cu
terluka didalam tidak ringan !
"Suheng...!" Berseru beberapa pengemis
melompat ke dekat Thian Sin Cu. "Kau tidak apaapa
?" 537 Thian Sin Cu menggeleng tidak berani menjawab,
karena kalau dia bersuara, niscaya dia akan
muntahkan darah segar. Beberapa pengemis lainnya
melompat mengurung orang bermuka seperti mayat.
Orang yang mukanya dingin beku seperti mayat
itu sudah melangkah tenang seperti tidak melihat
pengemis-pengemis yang tengah mengepungnya,
sekalipun dia tidak menoleh-kepada Thian Sin Cu,
sikapnya benar-benar tidak memandang sebelah
mata pada Thian Sin Cu. Dia menghampiri Tung Yang dan Tung Im yang
rebah tidak bergerak. Kaki kanannya menendang
membalikkan tubuh Tung Yang, kemudian
memperhatikan Tung Im. Bibirnya bergerak, ia
tersenyum. inilah senyumnya yang pertama kali
sejak kedatangannya disitu.
Tidak urung senyumnya itu merupakan senyuman
yang bisa menggigilkan orang yang melihatnya,
karena senyum itu seperti mengandung maut!
Setelah yakin Tung Yang dan Tung Im tidak
bernapas lagi, dia memutar tubuh. Tajam sekali
matanya mencilak: "KaIian tidak usah usil pergi ke
Siauw Lim Sie, mengurus diri sendiri saja kalian
belum tentu bisa, jangan mengurusi orang lain!"
Dingin suara orang bermuka mayat.
"Tadi kau tanya siapa namaku, kalau memang
nanti suatu saat kalian penasaran ingin mencariku
538 untuk mengukur tenaga, carilah aku dikaki gunung
Heng-san sebelah barat. Aku Poan Pian Thian (Si
Setengahnya Langit) selalu akan memenuhi
keinginan kalian !" Setelah berkata begitu tubuhnya berkelebat,
seringan sehelai daun kering, tidak bersuara dan
terlalu cepat sekali, telah jauh dan akhirnya lenyap
dari pandangan mata. Ternyata Poan Pian Thian
mempergunakan "It Wie Touw Kiang" (Selembar
Rumput Menyeberangi Sungai), ilmu meringankan
tubuh kalangan atas yang sangat terkenal
dikalangan Kangouw sebagai satu-satunya ilmu
meringankan tubuh yang hanya bisa dikuasai jika
seseorang sudah memiliki ginkang pada puncaknya!
Thian Sin Cu menggidik waktu mengetahui orang
bermuka mayat itu tidak lain Poan Pian Thian, iblis
yang paling sadis didalam Kangouw. Kalau sejak
mula dia tahu yang dihadapinya adalah Poan Pian
Thian, tentu dia tidak berani untuk mengadu
kekuatan tenaga dalam, yang pasti ia berada
disebelah bawah siiblis! Cuma dia bersyukur dirinya tidak menerima
tangan maut Poan Pian Thian, karena biasanya jika
Poan Pian Thian turun tangan, tidak ada korbannya
yang dibiarkan hidup ! "Uwahhh !" Thian Sin Cu memuntahkan darah
segar yang sejak tadi ditahannya. Mukanya pucat
pias. Kaget pengemis-pengemis yang lainnya.
539 "Jangan panik," kata Thian Sin Cu dengan suara
lemah. "Pergilah kalian pulang, beritahukan kepada
Pangcu apa yang terjadi. Juga beritahukan perihal
Poan Pian Thian yang kini nampaknya mulai muncul
pula mengacau Kangouw. Aku akan berangkat
berkunjung ke Siauw Lim Sie untuk melihat
perkembangan apa yang sesungguhnya tengah
terjadi di Kangouw! Tampaknya munculnya lagi Poan
Pian Thian memiliki hubungan dengan pihak Siauw
Lim Sie." "Tapi suheng..." kata salah seorang diantara
pengemis-pengemis itu. "Kau sedang terluka..."
Muka Thian Sin Cu berobah guram, "Ya, aku
memang terluka cukup berat, hajaran Poan Pian
Thian benar-benar berbahaya! Tetapi, kukira aku
masih bisa bertahan... Nah, berangkatlah kalian, aku
akan ke Siauw Lim Sie seorang diri saja !"
Pengemis-pengemis itu tidak tidak bisa
membantah perintah sang suheng, mereka
mengangguk. "Baiklah suheng," kata mereka hampir
berbareng. "Tapi suheng harus baik-baik menjaga diri...
janganlah terlalu memaksakan diri jika memang
kesehatan Suheng tidak mengijinkan untuk mendaki
gunung ke Siau sit san."
Thian Sin Cu mengangguk. "Ya, akupun ingin
berpesan kepada kalian, jika sudah sampai
540 beritahukan pada Pangcu perihal pemuda she Cu itu,
karena tampaknya Cu Lie Seng bisa menimbulkan
badai dan gelombang dahsyat dalam kangouw! Apa
yang telah kita ketahui dalam penyelidikan barubaru
ini, beritahukan dan laporkan kepada Pangcu,
agar Pangcu bisa memberikan petunjuk apa yang
harus kita lakukan lebih jauh di waktu
mendatang...!" Pengemis-pengemis itu mengangguk. Mereka
berpisah. Sebelumnya beberapa orang pengemis
menggali tanah mengubur mayat Tung Yang dan
Tung Im. Sedangkan Thian Sin Cu berangkat
seorang diri menuju ke Siong-san. Siauw Lim Sie, ia
ingin mengetahui jelas apa yang tengah terjadi di
dalam kalangan Kangouw. Dihati kecilnya ia memiliki dugaan bahwa
munculnya Poan Pian Thian, empat dedengkot iblis
See-mo, Tong-mo. Pak-mo dan Lam-mo memiliki
hubungan satu dengan yang lain, juga perihal si
pemuda Cu Lie Seng. Karenanya, walaupun, dia sedang terluka didalam
tidak ringan, dia ingin memaksakan diri berangkat
ke Siauw Lim Sie untuk menyelidiki segalanya di
samping memenuhi pesan terakhir Tung Yang agar
ia menemui Hongthio Siauw Lim Sie.
Tang Bun Siansu duduk dengan muka tidak
memperlihatkan perasaan apapun, matanya
menatap ke depan lurus-lurus kosong tidak bersinar,
541 bibirnya perlahan bergerak-gerak, samar sekali
terdengar ia mengucapkan beberapa patah
perkataan. "Liong-kak.... telah muncul lagi... Liongkak..."
"Omitohud !" Memuji Tang Sin Siansu, kemudian
menghela napas dalam-dalam dengan hati yang
berduka. la menoleh kepada Tang Lang Siansu dan
Tang Lu Siansu yang berada di sampingnya, kedua
adik seperguruannya itupun menunduk dengan
wajah sedih. Mereka bertiiza merupakan pendetapendeta
suci yang dihormati oleh seluruh pendekar
Kangouw, yang sudah memiliki pengalaman dan
latihan tinggi sekali, mereka selalu bisa
mengendalikan perasaan agar tidak tampak pada
muka masing-masing. Namun sekali ini muka mereka memperlihatkan
kemurungan yang sangat. Tang Bun Siansu, saudara
seperguruan mereka telah dicelakai oleh seseorang
secara aneh sekali, ia tidak cidera tubuhnya hanya
seperti hilang ingatan dan selalu mengoceh tentang
Liong-kak. Tang Sin Siansu mengawasi Tang Bun Siansu
sejenak, lalu menghela napas lagi. "Tang Sute,
bagaimana pendapatmu ?" tanyanya. "Dan kau Tang
Lu Sute, keadaan Tang Bun tampaknya
mengkuatirkan! Dia terkena pukulan sejenis "Liong
Beng Kun" (Pukulan Menembus), yang bisa
menghancurkan syaraf ingatannya secara perlahanlahan
jika tidak segera menerima pengobatan yang
542 tepat! Semakin keras dugaan Loheng bahwa DIA
telah berhasil merampungkan ilmunya dan kini
melanggar sumpahnya !"
Tang Lu dan Tang Lang Siansu mengangguk.
"Tampaknya memang dugaan Suheng tidak salah.
Kami pun menduga yang melakukan huru-hara
selama ini tidak lain DIA! Diusahakan agar Siauw
Lim Sie dengan Bu Tong Pay bentrok, coba
menguasai Kangouw, dan menimbulkan kerusuhan
di berbaga tempat, dengan memperluas jaringan
kejahatannya dengan mengumpulkan pengikutpengikutnya
sebanyak mungkin! Tidak salah lagi,
pasti DIA yang melakukan semua ini !"
Tang Sin Siansu menghela napas dengan muka
murung, tampaknya pendeta alim ini sangat
berduka. "Siancai ! Tidak Loceng sangka akan tiba juga
hari yang Loceng kuatirkan ! Kalau benar DIA
berhasil merampungkan ilmunya, berat buat kita
menghadapinya. Walaupun kita bergabung bertiga,
belum tentu dapat mengatasinya! Seluruh ilmu kita
diketahui oleh DIA. dan karenanya selama ini ada
kekeliruan di mana kita tidak berusaha menciptakan
atau menggubnh semacam ilmu untuk mengatasi
"Liong Beng Kun"
"Suheng!" kata Tang Lu Siansu segera. "Jangan
Suheng terlalu putus asa seperti itu" Mustahil kita
bertiga tidak bisa menghadapi DIA" Walaupun ilmu


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

543 "Liong Beng Kun"-nya sudah rampung, tidak
mungkin dia bisa merubuhkan kita! Mungkin benar
kita sulit mengatasinya, tapi diapun tidak akan
mudah merubuhkan kita ! Kita tunggu saja sampai
dia muncul memperlihatkan diri, sementara ini kita
berusaha menyembuhkan luka Tang Bun Suheng !"
Tan Sin Siansu merangkapkan kedua tangarnya
dengan sikap agak bingung, dia memuji kebesaran
Sang Buddha. "Omitohud ! Tang Lu Sute, Kau
rupanya lupa bahwa "Liong Ben Kun" merupakan
ilmu ilmu pukulan yang bisa menghancurkan syaraf
dalam 365 hari. jelasnya dalam satu tahun si korban
bisa hancur mental dan akhirnya digerogoti oleh
lukanya itu sampai pada ajalnya secara perlahan
sekali ! Untuk menyembuhkan luka tersebut, kita harus
mengorbankan latihan lwekang kita selama 10 tahun
atau mungkin juga lebih. Kalau di saat kita tengah
berusaha menyembuhkan luka Tang Bun Sute, lalu
DIA muncul, bagaimana kita bisa menghadapinya di
saat lwekang kita telah dikorbankan sebagian umuk
penyembuhan Tang Bun Sute! Omitohud !
Omintohud!" Belum pernah Tang Sin Siansu bingung seperti
saat ini, di mana dia sulit mengambil keputusan.
Sebetulnya sebagai Hongthio Siauw Lim Sie,
memang agak aneh jika ia bingung menghadapi
peristiwa yang menimpali Tang Bun Siansu.
544 Kepandaian Tang Sin Siansu sudah mencapai
tingkat yang tinggi, demikian pula Tang Lu Siansu
dan Tang Lang Siansu. Jika mereka bertiga turun tangan, siapa yang bisa
menghadapi mereka lagi" Namun sekarang
tampaknya ada seseorang yang mereka segani,
yang rupanya memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, sehingga Hongthio Siauw Lim Sie tersebut
ragu-ragu, apakah mereka bertiga bisa merubuhkan
si DIA itu ! Melihat Hongthio ini berduka, Tang Lu Siansu dan
Tang Lang Siansu tak berani banyak bicara, mereka
hanya menunduk dengan muka murung karena
kedua pendeta alim Siauw Lim Sie inipun bingung
dan berduka. "Semua ini adalah kekeliruan kira berempat, Tang
Lu Sute," kata Tang Sin Siunsu, "Selama Suhu
belum mangkat, telah berulangkali berpesan agar
kita bersiap-siap suatu saat menghadapi dan
mengatasi DIA. Selama ini kita terlalu percaya pada
sumpahnya, maka kita tidak pernah berusaha
menggubah semacam ilmu yang bisa mengatasi
ilmunya." "Sekarang nasi sudah jadi bubur, kita harus
berusaha untuk mengatasinya! Hanya yang
membuat hati Loceng jadi berduka ia mengacau di
dalam Kangouw, berarti banyak korban yang
berjatuhan dari berbagai kalangan !"
545 "Sudahlah Suheng, kita tunggu sampai dia datang
kemari, kita tegur padanya, jika dia tidak menerina
teguran kita, barulah kita menempuh jalan lain..."
Kata Tang Lang Siansu dengan suara perlahan.
"Siancai ! Siancai !" Tang Sin Siansu menghela
napas sambil menggeleng beberapa-kali. "Itu cara
yang tidak mungkin bisa diharapkan. Jika ia sudah
muncul di sini, yang ada di hatinya hanyalah
keinginan untuk menghancurkan Siauw Lim Sie!
Dendamnya pada Suhu dan Siauw Lim Sie sangat
besar, Suhu pernah mengusirnya dan memaksanya
bersumpah untuk seumur hidupnya dia tidak akan
menginjak Kangouw dan hidup mengasingkan diri di
tepi pantai Huangho. Jika memang kelakuannya tidak seburuk itu.
tentu dia yang akan menjabat kedudukan Hongthio
Siauw Lim Sie, karenanya dendamnya kepada
Locengpun tentu sangat besar sekali. dianggap
sudah merampas kedudukannya !"
Tang Lu dan Tang Lang Siansu menghela napas.
Mereka benar-benar bingung, tidak tahu harus
menghibur Suheng mereka. Siapakah DIA yang dibicarakan Tang Sin Siansu
bersama dengan kedua Sutenya " Ternyata DIA
yang dimaksud ketiga pendeta alim itu tidak lain
adalah Tang San Siansu. Toasuheng atau kakak
seperguruan tertua Tang Sin Siansu, Tang Bun, Tang
Lang, dan Tan Lu Siansu. 546 Sebetulnya guru Tang Sin Siansu, yaitu Tai Giok
Siansu. mempunyai lima orang murid, yaitu Tang
San Siansu sebagai murid kepala, menyusul
kemudian Tang Sin, Tang Bun, Tang Lang dan Tang
Lu Siansu. Kelima murid Tai Giok Siansu, yang
waktu itu menjabat sebagai Hongthio Siauw Lim Sie,
merupakan pendeta-pendeta muda yang cepat sekali
terkenal karena memiliki kepandaian yang tinggi.
Terutama sekali Tang San Siansu yang memiliki
kecerdasan luar biasa. Tetapi sayangnya, Tang San
Siansu mempunyai tabiat yang kurang bersih
walaupun dia sudah mencukur rambut dan menjadi
pendeta. Semula Tai Giok Siansu tidak menyadari tentang
perangai buruk murid kepalanya, ia memang sudah
mempersiapkan Tang San Siansu sebagai calon
penggantinya menjadi Hongthio, ini memang
peraturan Siauw Lim-Sie, di mana murid kepala
yang harus menggantikan kedudukan gurunya
sebagai Hongthio. Tetapi akhirnya Tai Giok Siansu mendengar
tentang tabiat buruk murid kepala ini, di mana Tang
San Siansu secara diam-diam ternyata seringkali
turun gunung melakukan perbuatan tak senonoh,
memperkosa membunuh dan Iain-lain perbuatan
tidak terpuji. Bukan kepalang gusarnya Tai Giok Siansu, ia
merasa malu dan kecewa, pendeta alim ini merasa
547 muka leluhur Siauw Lim Sie dicorengkan oleh
perbuatan Tang San Siansu.
Beruntung Tang San Siansu belum diresmikan
sebagai Hongthio Siauw Lim Sie kalau hal itu terjadi
niscaya keadaan bisa menjadi tambah merepotkan.
Segera juga Tang Sin Siansu dipilih Tai Giok Siansu
sebagai calon penggantinya, bahkan seminggu
kemudian diumumkan perihal pengangkatan Tang
Sin Siansu sebagai Hongthio Siauw Lim Sie yang
baru. Sejak mengetahui sepak-terjang murid
pertamanya yang tidak senonoh itu, Tai Giok Siansu
walaupun gusar, tidak menegurnya. la ingin
menangkap basah. Karenanya Tang San Siansu tidak
mengetahui bahwa gurunya sudah mengendus
perbuatan busuknya. Ketika mengetahui jabatan
Hongthio Siauw Lim Sie diserahi pada Tang Sin
Siansu, adik seperguruannya yang nomor dua,
meledak kemarahan dan kecewa Tang San Siansu.
la penasaran bukan main, sebab sebelumnya
sudah yakin dirinya yang berhak menggantikan
kedudukan gurunya sebagai Hongthio Siauw Lim Sie.
Tentu saja marah kepada gurunya tidak mungkin.
Juga tidak mungkin menumpahkan kekecewaannya
pada adik seperguruannya. Maka akhirnya Tang San
Siansu dalam keadaan penasaran serta kecewa
turun gunung, la mengumbar kekecewaan hatinya
dengan memperkosa dua orang wanita dan
548 membunuh belasan orang ! Entah mengapa,
mendadak saja ia berubah seperti iblis yang paling
sadis di dunia ini, dengan topeng sebagai pendeta
yang alim ! Waktu Tai Giok Siansu mempersiapkan Tang San
Siansu sebagai Calon Hongthio Siauw Lim Sie pada
lima tahun yang lalu, ia sudah mewarisi ilmu mujijat
ciptaannya "Liong Beng Kun" (Pukulan Naga
Menembus) yang sebetulnya merupakan salah satu
ilmu paling dahsyat. Sebagai calon Hongthio, tentu saja Tang San
Siansu harus dipersiapkan sebaik-baiknya, dengan
mewarisi ilmu silat terhebat Siauw Lim Sie. Selama
lima tahun itu Tang San Siansu berlatih giat sekali,
ia sudah menyelesaikan delapan bagian dari ilmu
pukulan "Liong Beng Kun". Dua bagian lagi
merupakan yang tersulit untuk dipelajari, mungkin
hams memakan waktu 10 tahun melatih sampai
menguasai benar-benar ilmu pukulan itu.
Hasil yang diperoleh Tang San Siansu, walaupun
baru delapan bagian menguasai "Liong Beng Kun",
sudah memuaskan Tai Giok Siansu, kini justru ia
mengetahui sepak terjang Tang San Siansu yang
tercela. Sang guru kecewa serta menyesal ia sudah
mewarisi ilmu mujijat yang sangat dahsyat "Liong
Beng Kun" kepada murid tertuanya.
Dalam keadaan kecewa. Tai Giok Siansu
menyerahkan kedudukan Hongthio kepada Tang Sin
549 Siansu, ia tidak menurunkan lagi ilmu pukulan
"Liong Beng Kun" kepada Tang Sin Siansu, hanya
berpesan agar dalam berbagai kesempatan Tang Sin
Siansu harus berlatih diri sebaik mungkin dan
berusaha menciptakan semacam ilmu untuk
mengatasi "Liong Beng Kun" Tang San Siansu.
Menurut Tai Giok Siansu, selama ia masih hidup
tentu Tang San Siansu tidak berani berbuat sesuatu,
memang gurunya masih bisa mengatasinya. Tapi
jika ia sudah mangkat, jelas Tang Sin Siansu bukan
jadi tandingan Tang San Siansu, walaupun ia di
warisi ilmu pukulan "Liong Beng Kun."
Tang San Siansu sudah lima tahun lebih dulu
mempelajari ilmu itu, maka akan sia-sia saja kalau
Tang Sin Siansu mulai mempelajari ilmu yang sama,
ia tetap akan tertinggal oleh sang suheng. Tai Giok
Siansu cuma memberitahukan kunci-kunci
terpenting "Liong Beng Kun" kemudian
memerintahkan muridnya berusaha menciptakan
semacam ilmu silat baru untuk mengatasi "Liong
Beng Kun " Malam itu ketika Tang San Siansu menumpahkan
amarah dan kecewanya pada penduduk di kaki
gunung, dua wanita diperkosa dan belasan orang
laki-laki menjadi korban tangan mautnya,
sesungguhnya Tai Giok Siansu tengah bersemedhi.
Seorang pendeta muda Siauw Lim Sie ysng selama
ini diperintah Tai Giok Siansu untuk mengawasi
gerak-gerik Tang San Siansu, datang melapor bahwa
550 Tang San Siansu tengah menyebar maut di kaki
gunung. Tidak berayal lagi Tai Giok Siansu berangkat
turun gunung dengan hati berduka. iapun bisa
menangkap basah murid kepalanya ketika Tang San
Siansu sedang menyiksa seorang korbannya yang
nantinya akan dibunuhnya juga. Bukan kepalang
kagetnya Tang San Siansu, dia berusaha untuk
melarikan diri. Tapi Tai Giok Siansu sudah mencapai puncak
tertinggi ilmu Siauw Lim Sie, muridnya mana bisa
lepas dari tangannya. la berhasil menangkap Tang
San Siansu setelah sebelumnya melukai sang murid
dengan salah satu jurus ilmu pukulan "Liong Beng
Kun" Dalam keadaan terluka parah Tang San Siansu
dibawa pulang ke kuil, Tai Giok Siansu
mengumpulkan murid-murid Siauw Lim Sie dari
berbagai tingkat, memberitahukan dosa-dosa yang
dilakukan Tang San Siansu, kemudian tangan kanan
pendeta alim itu terangkat akan menenuk kepala
Tang San Siansu, ia ingin menghukum mati murid
murtad tersebut didepan murid-murid Siauw Lim Sie
lainnya. Tang Sin Siansu, Tang Bun. Tang Lang, dan Tang
Lu berempat cepat-cepat maju berlutut didepan guru
mereka memohonkan pengampunan buat Tang San
Siansu, walaupun bagaimana mereka masih memiliki
551 ikatan persaudaraan dalam perguruan, yang selama
belasan tahun terpupuk, karenanya mereka tidak
tega kalau Tang San Siansu harus menerima
kematian secara demikian.
Tangan Tai Giok Siansu yang tengah meluncur
jadi berhenti di tengah jalan, mukanya murung dan
hatinya sangat berduka. "Kalau Tang San mau
bersumpah tidak akan melakukan perbuatan tercela
seumur hidupnya, ia kuampuni !"
Tang San Siansu semula yakin jiwanya sulit
dilindungi, tidak disangka dalam detik-detik
menentukan itu gurunya merobah keputusan. Dia
segera menangis dan bersumpah selanjutnya tidak
akan melakukan perbuatan tercela.
"Baik," kata Tai Giok Siansu. "Selanjutnya kau
akan kutempatkan ditepi pantai Barat-daya sungai


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Huangho, seumur hidupmu tidak boleh
meninggalkan lembah kecil yang terdapat disitu!"
Tangan Tai Giok Siansu meluncur turun menepuk
pundak Tang San Siansu, murid itu meringis
menahan kesakitan yang hebat, karena tepukan
gurunya sudah memunahkan sebagian ilmu silat dan
tenaga dalamnya. Memang maksud Tai Giok hendak memusnahkan
seluruh ilmu silat Tang San Siansu, agar selanjutnya
ia menjadi manusia bercacad tak berguna. Namun
disaat tangannya hampir menepuk pundak sang
552 murid, dikepala Tai Giok Siansu berkelebat ingatan
akan hubungan guru dan murid yang selama ini ia
sangat memanjakan murdnya tersebut. Maka
hatinya tergoncang. Tenaga tepukannya ditarik pulang sebagian, dia
memukul tidak sepenuh kekuatan, maka hanya dua
bagian ilmu silat Tang San Siansu yang musnah. Tai
Giok Siansu didetik menentukan itu merasa sayang
kalau harus memusnahkan seluruh ilmu silat murid
murtad ini, yang selama ini bersusah payah telah
dilatihnya. Lagi pula, sebagai pendeta alim yang welas asih,
dia masih berharap muridnya yang seorang ini bisa
menepati sumpahnya dan merobah kelakuannya
menjadi baik. Waktu pundak Tang San Siansu terpukul telapak
tangan, gurunya, ia menjerit tertahan dengan muka
menahan kesakitan hebat dan pingsan tidak
sadarkan diri. "Dia akan pingsan selama tiga hari, setelah
siuman, sementara waktu dia tidak bisa melakukan
sesuatu yang berarti. Tang Bun, Tang Lu, kalian
berdua bawa dia kelembah kecil ditepi sungai
Huangho, dihutan kecil bernama "Hie Lim" Rimba
Bermain). disana terdapat sebuah rumah, dimana
dulu aku pernah mengasingkan diri selama setahun.
Tempatkan Tang San disana, buatkan rantai besi,
kedua tangan dan kakinya dirantai ! Jika selama
553 sepuluh tahun ia benar-benar berkelakuan baik,
barulah rantai besi itu dilepaskan dan jika dua puluh
tahun dia sudah insyaf diperbolehkan kembali ke
Siauw Lim Sie!" Tai Giok Siansu selesai berpesan begitu,
melangkah pergi. Waktu tiba digerbang Siauw Lim
Sie, mendadak tangan kanannya bergerak keatas,
dan ?"ceppp" dua jari tangannya jari telunjuk dan
jari tengahnya telah "menancap" dalam sekali ke
matanya. mengorek kedua biji matanya, sendiri
sehingga darah mengucur deras dari matanya.
"Suhu...!" memekik Tang Sin Siansu dan yang
lainnya, mereka berlutut dan menangis. Guru
mereka berlaku nekad membutakan matanya sendiri
itu disebabkan terlalu berduka dan kecewa,
disamping merasa malu karena gagal mendidik
murid kepalanya, yang sepak terjangnya berbeda
dan bertentangan dari yang diharapkannya.
Kegagalannya ini menimbulkan kedukaan yang
tak terobati, karena Tai Giok Siansu merasa malu
pada leluhur Siauw Lim Sie. Tanpa menoleh dan
tidak perduli pada murid-murid Siauw Lim Sie yang
menangis sambil berlutut.
Tai Giok Siansu melangkah pergi dan akhirnya
lenyap di balik tebing. Sejak saat itu tidak
seorangpun murid Siauw Lim Sie yang mengetahui
di mana dan kemana perginya Tai Giok Siansu...
Sedangkan Tang San Siansu dua hari kemudian
554 dibawa ke "Hie Lim" yang ada di tepi pantai
Huangho, sebuah rimba yang terkenal sekali
keindahan maupun keanehan letak kedudukannya.
Dua orang pendeta Siauw Lim Sie ditempatkan di
sana untuk melayani Tang San Siansu. Tetapi cuma
dua tahun Tang San Siansu terkekang kebebasannya
seperti itu, karena pada suatu hari ia berhasil
memutuskan rantai besi yang mengekang
kebebasan tangan maupun kedua kakinya, bahkan
dua orang murid Siauw Lim Sie dibunuhnya,
kemudian menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Ketika Tang Sin Siansu perintahkan seorang
murid Siauw Lim Sie tingkat ketiga pergi menengoki
Toasusiokcouw, murid itu jadi kaget tak terkira
menemukan dua saudara seperguruannya
menggeletak tak bernapas lagi dengan kepala yang
hancur.Sedangkan Tang San Siansu sudah
menghilang. Cepat-cepat dia pulang kekuil dan
memberikan laporan kepada Hongthionya.
Jilid ke 13 Peristiwa Tai Giok siansu sudah menghukum
murid kepalanya dan kemudian membutakan kedua
matanya merupakan kejadian hebat yang pernah
terjadi di Siau Lim Sie, dimana Tai Giok Siansu pergi
meninggalkan kuil entah kemana tidak diketahui
lagi. 555 Peristiwa tersebut dirahasiakan ketat sekali,
hanya murid-murid Siauw Lim Sie yang mengetahui,
dan itupun tidak pernah dibicarakan mereka.
Menghilangnya Tang San Siansu dari tempat ia
menjalani hukumanku di "Hie Lim" membuat Tang
Sin Siansu dan yang lainnya jadi sibuk berusaha
mencari si Toasuheng. Tapi selama itu tidak juga berhasil menemukan
jejak Tang San Siansu, yang menghilang dan tidak
ada kabar beritanya. Entah dimana Tang San Siansu
bersembunyi. Sekarang melihat luka yang diderita Tang Bun
Siansu, maka Tang Sin Siansu tidak bisa
menyangkal kenyataan bahwa luka itu akibat
pukulan "Liong Beng Kun" dan yang paham "Liong
Beng Kun" hanya Tang San Siansu, disamping guru
mereka Tai Giok Siansu ! Tenaga pukulannya pun sangat mengejutkan,
memperlihatkan latihan yang sudah tinggi sekali,
mungkin Tang San Siansu sudah merampungkan
latihan "Liong Beng Kun" nya.
Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam.
"Ya, sute, kita memang hanya menantikan
kedatangannya, dimana suatu saat kelak ia pasti
muncul di hadapan kita !"
Tang Lang dan Tang Lu siansu menghela napas,
mengundurkan diri. Tang Sin Siansu berdiri dengan
556 muka berduka, mengawasi Tang Bun Siansu yang
rebah di bantalan tikar di depannya, mulut Tang Bun
Siansu masih terus menggumam dengan ocehan
tidak karuan: "Liong-kak... Ya, Liong-kak telah
muncul ..." Tang Sin Siansu menunduk berduka, ia bersusah
hati. Mendadak di kepalanya berkelebat serupa
ingatan, mukanya sejenak menjadi terang, namun
kemudian guram lagi dergan sepasang alis
mengkerut. Dihampiri pintu, memanggil seorang
hwesio muda "panggil Giok Han menghadap Loceng
!" perintah Tang Sin Siansu.
Hwesio muda itu segera melaksanakan perintah.
Giok Han tidak berani berayal menghadap
Susiokcouwnya. Ketika sampai di kamar
Susiokcouwnya, ia berdiri dengan sikap hormat.
Tang Sin Siansu tengah mengawasi Tang Bun Siansu
yang masih terus mengoceh tidak karuan.
"Susiokcouw... apakah ada perintah untukku?"
tanya Giok Han dengan perasaan heran.
Tang Sin Siansu memutar tubuhnya, menghela
napas wajahnya memancarkan kedukaan mendalam,
sehingga tampaknya pendeta alim Hongthio Siauw
Lim Sie ini bertambah tua melebihi dari usia
sebenarnya. Belum pernah Giok Han melihat muka
Susiokcouwnya seperti itu, karena biasanya berseri
sehat dan memerah segar. 557 "Duduklah, Giok Han !" Tang Sin Siansu
menunjuk ke tikar yang ada di depannya, dia sendiri
duduk di tikar bersulam bunga teratai. "Ada yang
ingin kubicarakan dengan kau."
Hati Giok Han diliputi tanda-tanya, tapi dia tidak
berani rewel, cepat-cepat duduk di tikar yang
satunya, menunggu apa yang akan diperintahkan
Susiokcouwnya. Tang Sin Siansu mengawasi Giok Han. Anak ini
masih kanak-kanak, masih kecil sekali. Apa mungkin
harapannya bisa diletakkan pada pundak anak ini"
Tapi, mengingat Giok Han sangat cerdas, masih ada
harapan yang bisa dijadikan pegangan dalam
kesulitannya ini. Diawasi oleh Susiokcuwnya seperti itu, Giok Han
jadi kikuk dan hatinya semakin tidak tenang. Belum
pernah Susiokcouwnya mengawasinya seperti sekali
ini. Sinar mata Hongthio itupun sangat tajam,
sehingga Giok Han menunduk dengan hati agak
menggigil-Sinar mata itu seperti hendak menyusup
ke dalam hati Giok Han. "Sudah setahun kau menjadi murid pintu
perguruan ini," tiba-tiba Tang Sin Siansu
memecahkan kesunyian. "Selama itu tampak jelas
kau tekun berlatih diri."
"Ya, Susiokcouw... berkat petunjuk Susiokcouw
dan Suhu..." menyahuti Giok Han ragu-ragu, katena
558 dia belum mengetahui apa maksud Susiokcouwnya
memanggilnya menghadap. "Apakah selama setahun ini ksu sudah
mempelajari cukup ilmu silat Siauw Lim ?" tanya
Tang Sin Siansu. Tidak berayal lagi Giok Han berlutut.
"Tecu mohon petunjuk Susiokcouw mungkin
selama ini Tecu melakukan suatu kesalahan!"
Tang Sin Siansu menghela napas.
"Duduklah, Giok Han !" sabar suaranya, mukanya
tidak kaku seperti tadi. Setelah Giok Han duduk
kembali, Tang Sin Siansu melanjutkan
perkataannya: "Sebagai murid Siauw Lim Sie, tentu
cita-citamu ingin mempelajari ilmu silat Siauw Lim
Sie yang tertinggi, bukan ?"
"Benar, Susiokcouw."
"Tetapi tahukah kau bahwa Siauw Lim Sie
memiliki 108 macam ilmu silat, yang setiap
muridnya tidak mungkin bisa mempelajari sekaligus
ilmu-ilmu itu yang beraneka ragam. Paling banyak
hanya satu dua macam ilmu silat Siauw Lim Sie yang
dipilih untuk diyakini dan dilatih sampai sempurna,
itupun sudah lebih dari cukup sehingga dalam
kalangan Kangouw sulit orang menandinginya. Jika
kau bercita-cita mempelajari ilmu silat Siauw Lim Sie
559 yang tertinggi, berarti kau harus memilih satu dari
108 macam ilmu silat Siauw Lim Sie. kemudian
melatihnya sebaik mungkin, pasti kelak kau bisa
memperoleh kemahiran dan kesempurnaan untuk
ilmu silatmu. Tapi jika kau mempelajari bermacammacam
ilmu silat Siauw Lim, tidak satupun pada
akhirnya yang bisa kau yakini dengan mahir. Kau
mengerti, Giok Hm ?"
"Mengerti, Susiokcouw."
"Sudah berapa jauh gurumu mengnjrrkan ilmu
silat Siauw Lim kepadamu?" tanya Tang Sin Siansu.
"Coba kau jalankan untuk Lo-ceng lihat. sampai
dimana kemajuan yang sudah kau peroleh !"
Giok Han tidak berani berayal, dia memberi
hormat kepada Susiolcouwnya, kemudian
menjalankan ilmu pukulan dasar Siauw Lim Sie yang
bernama Cap Peh Lo Han Kun, setelah selesai
menjalani seluruh Jurus Cap Peh Lo Han Kun yang
berjumlah 108 jurus ini, Giok Han menyusuli dengan
jurus-jurus Sin Wan Kun, kemudian disusul dengan
Tat Mo Kun hoat. Tang Sin Siansu mengawasi dengan cermat,
mukanya tampak terang sejenak, karena dilihatnya
walaupun masih kecil, Giok Han sudah bisa
menjalankan jurus-jurus Cap Peh Lo Han Kun, Sin
Wan Kun maupun Tat Mo Kunhoat dengan baik.
Hanya yang kurang adalah tenaganya, karena itu
pukulan-pukulan yang dilakukan Giok Han seperti
560 kembang-ilmu silat Cap Peh Lo Han Kun, Sin Wan
Kun maupun Tat Mo Kun-hoat. merupakan ilmu
pukulan yang hebat, tapi masih kosong di dalam
karena tiaak disertai oleh kekuatan berarti !
Setelah membawakan jurus-jurus ilmu silat yang
pernah dipelajarinya dari Wie Sin Siansu. Giok Han
berlutut di depan Tang Sin Siansu sambil
menganggukkan kepalanya. "Harap Susiokcauw mau
memberikan petunjuk pada tecu...!"
"Ya, akan kupenuhi keinginanmu !" kata Tang Sin
Siansu sambil mengulurkan tangan kanannya. "Kau
sambuti tangan Loceng !"
Giok Han terkesiap kaget tak terhingga, karena ia
merasakan dari tangan Hongthio Siauw Lim Sie


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengalir hawa yang panas luar biasa kepundaknya.
Dia tengah berlutut, sekarang pundaknya hendak
ditepuk oleh Susiokcouw, dia kaget namun tidak
berani mengelak. Dia diam saja, cuma merasa heran
apa sebetulnya yang diinginkan Susiokcouw ini.
Melihat Giok Han tetap berlutut tidak memberikan
reaksi atas serangannya, Tang Sin Siansu menahan
tangannya. "Sambuti tangan Loceng !"
Giok Han ragu ragu, namun Tang Sin Siansu
sudah membentak, sekali ini suaranja keras: "Ayo
pergunakan ilmu silat yang telah kau pelajari !"
561 Kaget Giok Han dibentak begitu, terlebih lagi
Tang Sin Siansu sudah meneruskan tangannya
meluncur menyambar ke pundak Giok Han. Dia
sampai merasakan kulit punggungnya seperti
terbakar api karena hawa pukulan itu terlalu panas.
Tidak buang waktu lagi Giok Han menghindarkan
pukulan tangan Tang Sin Siansu dengan
memiringkan tubuh bagian atas keki-ri dan kanan
terayun. Dia dalam keadaan berlutut, maka lututnya
tetap dilantai, hanya bagian tubuh sebelah atas,
mulai dari pinggang keatas, bergerak-gerak berayun
kekiri kanan dengan jurus "Cun Ma Pun Coan" atau
"Kuda Bagus Mengejar Mata Air", dia berusaha untuk
mengelakkan. Tapi, tahu tahu punggungnya panas
bukan main, sampai dia menjerit karena sakitnya
luar biasa, disusul oleh tubuhnya terpental.
Sebelum tubuhnya terbanting, Giok Han
merasakan pinggulnya seperti disanggah oleh suatu
kekuatan, kemudian turun perlahan-lahan, sehingga
tidak sampai menderita kesakitan lagi.
Tang Sin Siansu menghela napas dengan muka
muram, menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Tampaknya keinginanku akan terbentur berbagai
kesulitan..." Giok Han bangkit sambil meringis, kemudian
maju berlutut didepan Susiokouwnya tersebut.
..Mohon Couwsu memberikan petunjuk !" kepalanya
dimanggutkan beberapa kali.
562 "Dasar ilmu silatmu masih terlalu lemah. Mungkin
berlatih tiga tahun lagi barulah bisa mempelajari
ilmu yang berarti. Tiga tahun terlalu lama untuk
mengatasi kesulitan yang tengah kami hadapi !"
Tang Sin Siansu menghela napas dengan muka yang
muram. Giok Han tetap berlutut mendengarkan terus
tanpa berani bertanya. "Giok Han," kata Tang Sin Siansu lagi kemudian,
suaranya terdengar jauh lebih sabar dari
sebelumnya, "Dengarkanlah baik-baik ! Kita tengah
menghadapi kesulitan. Kau belum mengetahui,
bukan " Pintu perguruan kita tengah menerima
ancaman dari seseorang, yang memiliki semacam
ilmu silat yang sukar dihadapi. Selama belasan
tahun ini memang Loceng tengah mempersiapkan
semacam ilmu silat, untuk mengatasi ilmu silat
orang yang hendak meruntuhkan Siauw Lim Sie,
cuma Loceng belum sempat merampungkannya.
Sengaja Loceng menciptakan ilmu silat itu, untuk
dipelajari oleh orang lain, bukan oleh Loceng. Orang
yang akan mengacau dan memusuhi Siauw Lim Sie
masih memiliki hubungan dekat dengan loceng,
karenanya tidak mungkin Loceng yang mempelajari
ilmu itu, sebab sekali saja perasaan dan hati
tergoncang disaat pertempuran berlangsung, bisa
membahayakan. Disebabkan itu yang melatih ilmu itu harus orang
lain, tugasnya kelak menghadapi orang yang
563 memusuhi Siauw Lim Sie itu. Dia memiliki semacam
ilmu silat yang diberi nama "Liong Beng Kun",
semacam ilmu yang terlalu dahsyat, jika disalah
gunakan dengan cara-cara menyeleweng, bisa
tersesat dan berobah menjadi semacam ilmu yang
paling sadis didalam dunia ini.
Loceng sengaja telah menciptakan semacam
ilmu, yang Loceng beri nama "Sin Beng Kun" (Ilmu
Pu-kulan Malaikat). vang bisa dipelajari selama lima
tahun. Dalam keadaan mendesak seperti sekarang,
sedapat mungkin hurus diyakini dalam tiga tahun!"
Bercerita sampai disitu Tang Sin Siansu berhenti
sejenak, muram sekali mukanya. Tampaknya hati
pendeta alim yang sudah lanjut usia ini tertekan
perasaannya oleh suatu masalah yang sangat sulit.
Giok Han tidak berani bertanya, cuma memasang
kuping buat mendengarkan terus cerita
Hongthionya. Dia makin bingung dan heran, entah apa maksud
Hongihionya dengan ceritanya tersebut" Juga ada
hubungan apa dirinya dengan peristiwa yang tengah
terjadi dimana menurut Tang Sin Siansu bahwa
Siauw Lim Sie akan kedatangan seorang musuh "
Mengapa Hongthio Siauw Lim Sie ini
menceritakan padanya perihal ia menciptakan
semacam ilmu pukulan yang diberi nama "Sin Beng
Kun". sedangian G.ok Han masih terlalu kecil, juga
baru setahun menjadi murid Siauw Lim Sie "
564 "Giok Han, sekarang Loceng ingin bertanya
kepadamu, kau harus menjawab yang jujur !" kata
Tang sin Siansu sambil mengawasi Giok Han.
"Ya, Susiokcouw," menyahuti Giok Han.
"Tanyalah Susiokcouw."
"Kalau Siauw Lim Sie terancam bahaya besar dan
kami ingin minta kau menghadapi musuh, apakah
kau bersedia melaksanakan perintah itu ?"
Kaget Giok Han. Pertanyaan seperti ini tidak
pernah terpikir olehnya, Cepat-cepat dia berlutut.
"Susiokcouw, walaupun harus terjun kedalam
minyak panas atau rimba golok, tecu pasti
melaksanakan perintah. Tapi, tecu... tecu merasa
belum memiliki kepandaian berani untuk melakukan
sesuatu, apalagi harus menghadapi musuh... masih
banyak suheng-suheng lainnya yang lihay"
Tang Sin Siansu tersenyum, tapi senyumnya itu
kecut dan mengandung kedukaan, "Ya memang
kalau diminta sekarang kau menghadapi seorang
musuh, tidak usah selihai musuh yang pasti akan
datang mengacau kemari, cukup musuh yang
memiliki kepandaian biasa saja, tentu kau tidak bisa
menghadapinya ! Tetapi sekarang ini justeru kau
akan Loceng persiapkan selama tiga atau empat
tahun, melatih ilmu pukulan yang baru Loceng
ciptakan, yaitu Sin Beng Kun, sehingga kelak jika
sudah menguasai ilmu itu kau bisa menghadapi
musuh yang akan datang mengacau kemari...!"
565 Giok Han tetap berlutut sambil memanggutmanggutkan
kepalanya. "Perintah Susiok-couw tidak
berani tecu bantah... silahkan Susiokcovw
peiintahkan saja !" "Bagus ! Tahukah kau mengapa Loceng memilih
kau?" tanya Tang Sin Siansu.
Giok Han menggeleng sambil mengawasi
Susiokcouwnya. Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam.
"Persoalan yang sebenarnya nanti akan Loceng
beritahukan jika kau sudah selesai mempelajari Sin
Beng Kun. Loceng memilih kau karena mengingat
kau memiliki kecerdasan yang cukup. Yang
terpenting, kau baru setahun menjadi murid kami,
sehingga kau masih murni, baru memiliki dasar ilmu
silat kami, Jika kau sudah memilih salah satu macam
ilmu silat Siauw Lim Sie dan sudah meyakininya lima
atau sepuluh tahun, sudah sulit untuk mendidikmu
melatih Sin Beng Kun! Memang terdapat kekurangan
padamu, usiamu masih terlalu muda, belum memiliki
dasar Lwekang yang cukup! Namun Loceng akan
berusaha menambal kekurangan-kekurangan
tersebut ! Nah, sekarang kau duduklah, dengarkan
baik pesan Loceng !"
Giok Han dudak di tempatnya dan mendengar
baik-baik pesan Susiokcouwnya.
566 "Mulai malam ini, setiap kentongan kedua kau
harus datang ke mari untuk menerima pelajaran
langsung dan Loceng. Tapi semua ini harus kau
rahasiakan, gurumu pun jangan diberitahu ! Rahasia
ini harus kau pegang biar teguh. jika ada yang
mengetahui hal ini. berarti jodoh kita habis sampai
di situ dan Loceng tidak akan mengajarkan Sin Beng
Kun lebih jauh! Kau bisa melaksanakan perintah
Loceng, agar memegang teguh rahasia ini, Giok
Han?" "Bisa. Susiokcouw, Kalau tecu membocorkan
rahasia ini. biarlah tecu mati ditikam seribu mata
pedang !" menyahuti Giok Han, yang girang bukan
main mengetahui Susiokcouwnya akan mewarisi
ilmu silat ciptaannya, inilah bermimpipun dia tidak
berani mengharapkannya. Tang Sin Siansu tersenyum. "Tidak usah
bersumpah, cukup kalau kau berjanji tidak akan
membocorkan rahasia ini, itupun sudah lebih dari
cukup." kata pendeta alim tersebut "Loceng perlu
menegaskan di sini bahwa mempelajari Sin Beng
Kun harus disertai ketekunan, tidak boleh mainmain,
harus bersungguh-sungguh. Memang berat
mempelajari Sin Beng Kun, apa lagi Locengpun akan
menggembleng Lwekangmu, karenanya mulai
sekarang kau harus mencurahkan seluruh perhatian
pada pelajaranmu ..."
Giok Han berjanji. Dan menang mulai malam itu
ia banyak menerima petunjuk dari Tang Sin Siansu.
567 Besok malamnya, dia mulai menerima pelajaran Sin
Beng Kun dari Tang Sin Siansu. Bahkan bukan hanya
Sin Beng Kun saja yang diajarkan Tang Sin Siansu,
pendeta tua itu menurunkan pelajaran lwekang
Siauw Lim Sinkang yang tertinggi, ilmu tenaga
dalam tingkat atas. Memang pada mulanya Tang Sin Siansu
memupuk dasar Giok Han agar kuat, baru lewat dua
bulan dia mulai serius dengan setiap jurus yang
diturunkannya. Setiap malam Giok Han datang secara diam-diam
ke kamar Tang Sin Siansu. Tidak seorangpun
mengetahui hai tersebut, sampai suheng-suhengnya
pun tidak mengetahui. Selama kepergian Wie Sin Siansu dengan
beberapa orang saudaranya seperguruannya, maka
yang mengamati dan mendidik Giok Han suhengsuhengnya.
di samping sekali-sekali Tang Ling, Tang
Lu dan Tang Sin Siansu bertiga suka juga
memberikan petunjuk. Kini memang secara langsung Tang Sin Siansu
menangani menggembleng anak itu, kemajuan yang
dicapai oleh Giok Han pesat sekali. Selama itu ia
tetap merahasiakan terhadap siapapun juga, bahwa
ia tengah mempelajari Sin Beng Kun dari Tang Sin
Siansu. 568 Tang Sin Siansu sengaja memilih Giok Han
karena di samping anak itu sangat cerdas, juga ia
belum menerima pelajaran berani di pintu perguruan
Siauw Lim Sie, masih kosong. Dengan demikian
lebih mudah untuk "diisi" oleh pelajaran Sin Beng
Kun, berarti anak ini bisa menghayati sepenuhnya
pelajaran Sin Beng Kun tersebut.
Dugaan Tang Sin Siansu tidak meleset. Giok Han
bisa menerima semua yang diajarkannya dengin
baik, Bahkan jauh lebih cepat dari dugaan semula.
Dalam waktu tiga bulan lebih. Giok Han sudah
berhasil menghafal Kauw-koat (teori) Sin Beng Kun.
Mungkin diperlukan waktu lima tahun untuk Giok
Han benar benar menguasai setiap jurus Sin Beng
Kun. Memang cukup lama, tapi bagi Tang Sin Siansu
tampaknya tidak terlalu kesusu mendicik anak ini.
Tang San Simsu belum lagi kepastian kapan muncul
di Siauw Lim Sie untuk mengacau, selama Tang San
Siansu belum muncul, selama itu pula Giok Han
memiliki kesempatan untuk menerima gemblengan
Tang Sin Siansu memperdalam Sin Beng Kun.
Pagi itu Giok Han berlatih diri di luar kuil.
Tubuhnya melompat gesit kesana kemari. Lincah
bukan main. Dia berlatih seorang diri, dan akhirnya
melatih Sin Beng Kun. Telah dipelajari beberapa
jurus Sin Beng Kun, dengan tekun setiap ada
kesempatan Giok Han selalu melatihnya.
569 Mendadak Giok Han merasakan sambaran tangan
yang kuat sekali pada lengannya. Dia tidak sempat
mengelak dari tangan orang itu, tahu-tahu tubuhnya
dilemparkan ke tengah udara.
Hati Giok Han tercekat kaget, pasti dia celaka
kalau orang yang melemparkannya ke tengah udara
itu musuh yang mencelakakan nya. Tapi waktu Giok
Han hendak ber-poksay (salto), terdengar suara


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gelak tertawa yang Giok Han kenal benar suara
tertawa itu. "Suhu.. . !" Teriak Giok Han ketika tubuhnya
sedang meluncur turun. Orang yang melemparkan Giok Han ke tengah
udara masih tertawa, tapi tangannya menyambuti
tubuh Giok Han, menurunkannya. Cepat-cepat Giok
Han dengan girang berlutut memberi hormat kepada
gurunya, karena orang itu memang tidak lain dari
Wie Sin Siansu, yang sudah kembali ke Siauw Lim
Sie setelah kepergiannya sekian lama.
Di samping Wie Sin Sansu tampak Wie Khie
Siansu, Wie Un Siansu dan yang lainnya, semuanya
mengawasi Giok Han sambil tersenyum. Giok Han
tidak berayal memberi hormat kepada pamanpaman
gurunya. "Bagus ! Tampaknya kau sudah memperoleh
kemajuan pesat, Giok Han !" kata Wie Sin Siansu
sambil mengusap-usap kepala anak itu. "Coba kau
570 perlihatkan lagi padaku, berapa jauh kemajuan yang
Sudan kau peroleh !"
Giok Han rnengiyakan dan menjalankan ilmu silat
yang telah dipelajari selama ini. Waktu menyaksikan
muridnya bersilat, muka Wie Sin Siansu berseri-seri
terang namun ketika Giok Han memperlihatkan
jurus-jurus Sin Wan Kun, alia Wie Sin Siansu jadi
mengkerut. "Hentikan !" perintahnya. Giok Han kaget dan
heran, dia berhenti bersilat. Wie Sin Siansu
menghampiri. Muka pendeta ini tampak keheranan.
"Tadi kau membawakan jurus "Sin Wan Tho Ko"
(Kera Sakti Mencuri Buah) dari "Sin Wan Kun", Tapi
mengapa cara bergeraknya berobah dari yang
kuajarkan ?" Jika yang benar harus dari kiri berputar setengah
lingkaran sambil menggeser kaki kanan, tangan kiri
menyerang ke depan, ke dada lawan. Tapi kau
melakukannya sebalik nya, mengapa begitu?""
Giok Han menunduk, belum pernah dia melihat
gurunya marah seperti itu. "Tecu memang telah
merobah gerakan jurus tersebut Suhu..."
"Kau yang merobahnya ?" tanya Wie Sin Siansu,
alisnya tambah berkerut Jelas pendeta tua ini
merasa tidak senang. 571 Giok Han mengangguk. "Benar Suhu, Susiokcouw
yang memberikan petunjuk agar tecu merobah arah
gerakan jurus-jurus Sin Wan Kun, karena terdapat
kelemahan pada setiap gerak Sin Wan Kun yang
perlu memperoleh perbaikan. Susiokcouw pun bilang
bahwa sebetulnya Sin Wan Kun bukan hanya 13
jurus, melainkan 20 jurus. 7 jurus sisanya nanti
akan diajarkan langsung olch Susiokcouw."
Wie Sin Siansu tampak semakin keheranan. Dia
mengawasi Wie Kie Siansu dan yang lainnya.
Merekapun tampaknya keheranan. "Apakah kau
tidak berdusta ?" tanya Wie Sin S;ansu pada Giok
Han. Giok Han cepat-cepat berlutut di depan Wie Sin
Siansu: "Mana berani tecu berbohong pada Suhu...
apa yang tecu jelaskan tadi memang yang
sebenarnya, nanti Suhu bisa menanyakannya pada
Susiokcouw..!" Wie Sin Siansu mengangguk, wajahnya berobah
sabar kembali. "Baiklah. mungkin Susiokcouwmu
mempunyai pertimbangan lain mengenai ilmu silat
itu. Baiklah, mari kita pergi menemui Hongthio."
Mereka segera masuk kedalam kuil. Pendeta muda
telah melaporkan kepada Tang Sin Siansu perihal
kembalinya Wie Sin Siansu dengan para sute nya,
segera Hongthio Siauw Lim Sie menyambut keluar,
diruang utama kuil Siauw Lim Sie.
572 Wie Sin Siansu bersama adik-adik
seperguruannya memberi hormat kepada
hongthionya, kemudian mereka melaporkan perihal
bentrokan yang terjadi dengan Cu Lie Seng dan juga
perihal munculnya See-mo Tong-mo, Pak-mo dan
Lam-mo. empat dedengkot iblis, yang tampaknya
mereka bisa bekerja saling bahu membahu dibawah
pimpinan seseorang. Muka Tang Sin Siansu jadi berobah guram. Cu Lie
Seng putera Cu Kongkong Thaykam ?"
"Benar, Hongthio." Mengangguk Wie Sin Siansu.
"kepandaiannya tidak terlalu tinggi tetapi See-mo,
Tong-mo, Pak-mo dan Lam mo berempat bertindak
sebagai pelindungnya, Kami dirintangi oleh mereka.
Malah menurut hasil penyelidikan kami, disamping
See-mo berempat, ada seseorang yang
kepandaiannya luar biasa, yang bisa menguasai dan
menaklukan keempat dedengkos iblis itu, yang
dipersatukan, untuk menjadt pengikutnya. Tapi kami
belum mengetahui jelas, entah siapa orang yang
berhasil mengendalikan keempat dedengkot iblis
tersebut, hanya dapat dipastikan bukan Cu Lie
Seng." "Omitohud ! Omitohud !" memuji Tang Sin S'ansu
dengan muka muram, Tang Lu dan Tang Lang
Siansu yang baru datang. mendengarkan kembali
laporan Wie Sin Siansu. Merekapun terkejut, malah
Tang Lu Siansu bertanya: "Jadi empat dedengkot itu
sudah bekerja sama untuk seseorang ?"
573 Wie Sin Siansu mengangguk. "Benar. Biasanya
empat dedengkot iblis itu saling berlomba, bersaing
satu dengan yang Iain tanpa pernah mau saling
mengalah ! Namun sekarang mereka sekaligus
empat dedengkot iblis dari empat wilayah kekuasaan
masing-masing, telah dapat dikumpulkan dan
dikendalikan oleh seseorang, sehingga mereka
berempat tidak saling berlomba lagi, malah bisa
bekerja sama untuk menentang siapa saja yang
menjadi musuh mereka."
Tang Lu Siansu menghela napas, menoleh kepada
Tang Sin Siansu. "Suheng, apakah tidak mungkin
orang yang menguasai dan mengendalikan keempat
dedengkot iblis itu adalah DIA ."
Tang Sin Siansu menghela napas dalam-dalam,
"Mungkin juga DIA, mungkin juga bukan. Tetapi, kini
tampaknya kita mulai akan menghadapi kesulitan,
Siauvv Lim Sie akan menerima ujian...! Berurusan
dengan Cu Thaykam bukanlah persoalan kecil,
karena berurusan dengan Thaykam itu sama saja
berurusan dengan pemerintah dan berurusan
dengan pemerintah akan mendatangkan, kesulitan
yang tidak kecil ! Selama ini Siauw Lim Sie berusaha
membatasi diri tidak pernah mencampuri segala
persoalan di luar Siauw Lim Sie, hal itu untuk
mencegah terjadi bentrokan dengan pihak
pemerintah.. Tapi siapa sangka, tampaknya kini hal
itu sulit untuk dihindarkan. Dengan adanya niat
mengadu dombakan Siauw Lim Sie dengan Bu Tong
Pay, memang ada orang-orang yang bermaksud
574 buruk pada Siauw Lim Sie, yang pasti tidak akan
berhenti sampai disini saja, masih akan ada ekornya
..." Setelah berkata begitu Tang Sin Siansu menghela
napas dalam-dalam dia menoleh kepada Wie Sin
Siansu, menceritakan apa yang terjadi pada Tang
Bun Siansu, juga memberitahukan perihal
dugaannya pada pelakunya tidak lain Tang San
Siansu. Wie Sin Siansu beramai terkejut, tapi
mereka ber-diam diri tidak berani berkomentar apaapa.
"MuIai sekarang," kata Tang Sin Siansu- "Kita
harus lebih hati-hati. Hindarkanlah bentrokan
dengan pihak manapun. Wie Sin kau beritahukan
murid-murid lain, untuk membatasi diri jangan
melakukan kegiatan apapun diluar kuil! !"
"Baik, Hongthio ! menyahuti Wie Sin Siansu.
"Perintah akan kujalankan segera." Segera Wie Sin
Siansu dengan sute-sutenya mengundurkan diri.
Tang Lu dan Tang Lang pun meninggalkan ruangan
itu setelah berunding beberapa saat dengan Tang
Sin Siansu. Melihat yang lainnya sudah mengundurkan diri,
Giok Han pun bermaksud mengundurkan diri. Tang
Sin Siansu tiba-tiba menoleh kepadanya,
melambaikan tangannya. "Kemari kau Giok Han !"
Giok Han menghampiri dengan sikap hormat.
575 "Giok Han," kata Tang Sin Siansu, suaranya jadi
sabar. "Peristiwa telah berkembang sedemikian
rupa, maka Loceng harap kau lebih tekun dan giat
melatih Sin Beng Kun ! Harapan Loceng hanya
padamu, kelak setelah dewasa bisa menjaga nama
baik Siauw Lim Sie. Besok akan Loceng beritahukan
kepada gurumu, Wei Sin, agar sementara dia
menghentikan pengajaran padamu, memberikan
kesempatan sepenuhnya kepadamu melatih Sin
Beng Kun. Tetapi, Loceng harap kau tidak
mengecewakan harapan kami!"
Giok Han cepat-cepat berlutut. "Tecu akan
memperhatikan setiap petunjuk dan berusaha tidak
mengecewakan harapan Susiok-couw !"
"Bagus ! Berdirilah I" perintah Tang Sin Siansu.
"Perhatikanlah, Loceng akan menurunkan sejurus
lagi dari ilmu pukulan Sin Beng Kun!" Kemudian
Tang Sin Siansu mulai bergerak sangat lincah,
memberikan petunjuk I epada Giok Han. Dengan
penuh perhatian Giok Han memperhatikan cermat
sekali. Kemudian Tang Sin Siansu perintahkan Giok
Han mengikuti setiap gerakan yang dilakukannya,
anak itu bisa mengikutinya dengan baik.
Tang Sin Siansu tampak puas. "Pergilah kau
berlatih lagi !" Giok Han membungkuk memberi hormat dia ingin
mengundurkan diti. Namun sebelum Giok Han
meninggalkan ruangan tersebut, masuk seorang
576 pendeta muda, melaporkan diluar kuil ada seorang
pengemis yang mengaku sebagai murid Kaypang,
ingin bertemu dengan Tang Sin Siansu.
Alis Tang Sin Siansu mengkerut, dia heran apa
maksud kunjungan murid Kaypang, itu. Malah
pendeta tua itu sudah menduga pasti ada persoalan
baru yang dibawa pengemis Kaypang itu.
"Perintahkan dia masuk !" kata Tang Sin Siansu
akhirnya. Ternyata pengemis Kaypang itu tidak lain dari
Thian Sin Cu Mukanya pucat pias, sekali lihat Tang
Sin Siansu tahu bahwa pengemis ini tengah
menderita luka di dalam yang parah.
"Kiesu (pendekar) apa yang terjadi padamu ?"
tanya Tang Sin Siansu bimbang.
Mengetahui di depannva adalah Tang Sin Siansu.
Hongthio Siauw Lim Sie. Thian Sin Cu memberi
hormat, Lalu dia menceritakan apa yang dialaminya,
pertemuannya dengan Tung Yang dan Tung Irn,
pesan yang diminta Tung Yang agar disampaikan
kepada pimpinan Siauw Lim Sie tersebut.
"Liong-kak! Ooooh. persoalan itu tampaknya
menjadi persoalan yang cukup penting !"
mengguman Tang Sin Siansu tambah guram
mukanya. "Siancai. Terima kasih atas berita yang
dibawa Kiesu. Luka Kiesu tampaknya tidak ringan,
577 lebih baik beristirahat dulu !" Tang Sin Siansu
kemudian perintahkan pendeta muda yang tadi
memberi tahukan kedatangan Thian Sin Cu agar
membawa sang tamu ke sebuah kamar tamu, agar
Thian Sin Cu bisa bisa beristirahat. la pun
memberikan obat kepada Thian Sin Cu.
Seminggu lamanya Thian Sin Cu beristirahat di
kuil Siauw Lim Sie. Kesehatannya berangsur
membaik karena obat yang diberikan Tang Sin
Siansu mujarab sekali. Dalam kesempatan hal
banyak yang diceritakan Thian Sin Cu pada Hongthio
Siauw Lim Sie, apa yang telah dialaminya,
"Sebetulnya Taysu, cukup membingungkan juga
Tung Yang Taihiap bersama isterinya yahg
berkepandaian tinggi bisa dianiaya seperti itu,
sampai menemui ajal mereka !" kata Thian Sin Cu
dalam suatu kesempatan bercakap-cakap dengan
ketua Siaaw Lim Sie tersebut. "Benda apakah Liong
Kak itu, Taysu ?" "Omitohud ! Loceng sendiri belum mengetahui
sebetulnya benda apakah Liong Kak (Cula Naga) itu
! Tadi Kiesu bicara perihal Poan Pian Thian, apa saja
yang dikatakan padamu?"
"Dia tampaknya hanya memiliki satu tujuan, yaitu
memperoleh kepastian bahwa Tung Yang berdua
Tung Im sudah binasa. Kemudian dia pergi !"
"Tahukah Kiesu Poan Pian Thian bekerja untuk
siapa?" tanya Tang Sin Siansu lagi.
578 Si pengemis menggeleng "Sampai sekarang
perihal dedengkot iblis See mo, Pak-mo Lam mo dan
Tong-mo pun belum lagi diketahui oleh kami bekerja


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk siapa, selain dugaan kami mereda berada di
bawah pengaruhnya Cu Lie Seng pemuda iblis
sangat kejam itu, putera Cu Thaykam ! Poan Pian
Thian apakah bekerja untuk pemuda iblis Cu Lie
Seng seperti keempat dedengkot iblis itu, belum
kami ketahui !" Tang Sin Siansu menghela napas dengan
perasaan jengkel. Peristiwa berlangsung demikian
beruntun, tampaknya ketenangan Siauw Lim Sie di
waktu mendatang bisa dilanda oleh badai, dan
gelombang. Dua hari lagi Thian Sin Cu berdiam di kuil Siauw
Lim Sie, kemudian dia pamitan. Tung Sin Siansu
kirim salam buat Pangcu Kaypang.
Seperginya pengemis itu, Tang Sin Siansu
mengumpulkan Tang Lu Siansu dan Tang Lang
Siansu, untuk berunding. Mereka membicarakan
Iangkah-langkah apa yang harus mereka tempuh,
jika suatu saat badai menyerang Siauw Lim Sie. Wie
Sin Siansu di-ajak ikut serta dalam perundingan itu.
Dengan sikap yang tenang dan langkah kaki satusatu,
tampak seorang lelaki tua berkumis dan
jenggot panjang sudah berwarna putih tengah
mendaki gunurg Siong-san. Mukanya dingin seperti
mayat, tidak bersinar dan pucat kuning menakutkan.
579 Mukanya yang kaku itu seperti tertawa tapi bukan
tertawa, seperti menangis tapi pun bukan menangis.
Dia melangkah terus dengan sikap seenaknya.
Ketika bertemu dengan dua orang hweshio Siauw
Lim Sie yang tengah turun gunung untuk pergi
membeli keperluan dapur, orang yang seperti muka
mayat itu tidak memperlihatkan reaksi apa-apa.
seakan tidak melihat kedua hweshio tersebut.
Kedua hweshio itu adalah pengurus dapur Siauw
Lim Sie. Yang seorang Cie An Hweshio dan yang
satunya lagi Gu Bie Hweshio. Mereka curiga melihat
sikap orang asing yang mencirigakan ini. Cie An
Hweshio melirik kepada temannya, memberi isyarat,
kemudian melompat ke depan orang yang mukanya
seperti mayat tersebut, Kedua tangannya
dirangkapkan. "Maaf, apakah Siecu ingin berkunjung ke Siauw
Lim Sie untuk bersembahyang ?" tegurnya.
Orang bermuka seperti mayat mengawasi Cie An
Hweshio dengan sorot mata dingin, dia tidak
menyahuti, hanya meneruskan langkahnya,
Sikapnya seperti tidak melihat si hweshio yang ada
di depannya. Cie An Hweshio mengerutkan keningnya. "Apakah
orang ini tuli dan gagu?" pikirnya. Tapi dia masih
berseru: "Sementara ini kuil kami tidak menerima
tamu bersembahyang, karena kami sedang sibuk
mengurus perbaikan ruang pemujaan !"
580 Tiba-tiba orang itu menghentikan langkah
kakinya. "Apakah Tang Sin Siansu ada ?"
Pertanyaan itu tidak enak didengar oleh Cie An
Hweshio maupun Gu Bie Hweshio. Selain pertanyaan
itu cukup kasar, juga Hongthio mereka seperti
diremehkan benar oleh orang tua bermuka seperti
mayat ini. Gu Bie Hweshio memang seorang berdarah
panas. Dia memiliki tubuh yang kekar dan tegap.
"Kalau Siecu tidak ada urusan penting, silahkan
turun gunung. Sudah sebulan Hongthio kami tidak
menerima tamu !" "Tang Sin Siansu ada ?" masih orang itu bertanya
dengan nada yang dingin tidak perdulikan Gu Cie
Hweshio "Oooo, benar-benar manusia tuli!" menggumam
Gu Bie Hweshio mendongkol "Sudah pinceng
beritahukan Hongthio kami sudah sebulan lebih tidak
menerima tamu." Muka orang itu tetap dingin. Dia merogoh
sakunya. "Tapi sekali ini Tang Sin Siansu pasti mau
menemuiku ! Bawalah surat namaku ini !" Dia
memberikan selembar kartu nama lebar di mana
tertulis di situ: "Poan Pian Thian hap tiauw ingin
bertemu, harap Hongthio Siansu mau menerimaku."
581 Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio saling
pandang, kemudian Cie An Hweshio mengangguk.
"Baiklah, tampaknya kau tidak percaya pada kami,
masih ingin memaksa buat bertemu dengan
Hongthio kami. Kalau nanti ditolak, kau jangan
kecewa!" Setelah berkata begitu Cie An Hweshio
berpesan pada Gu Bie Hweshio untuk menantinya di
situ, dia sendiri pergi kembali ke kuil, untuk
mengantarkan surat nama tamu yang aneh ini.
Tapi ketika Cie An Hweshio memutar tubuh,
orang bermuka seperti mayat itu, yang di surat
namanya tertulis sebagai Poan Pian Thian Yap Bauw
ikut melangkah, Gu Sie Hweshio segera
menghalanginya. "Kita tunggu di sini saja..."
Baru saja Gu Bie Hweshio berkata seperti itu,
tahu-tahu dadanya kena dicengkeram Poan Pian
Thian. Begitu cepat tangan orang she Yap tersebut,
sampai Gu Bie Hweshio tidak bisa menghindarkan.
Dadanya kena dicengkeram, kemudian digentak ke
samping, tubuhnya disenderkan ke batang pohon
"Kreekkkk." terdengar tulang iganya ada yang
patah, dia menjerit kesakitan.
Cie An Hweshio kaget mendengar jeritan
kawannya, menoleh. Dia tambah kaget. "He
mengapa kau lukai Suhengku?"" teriaknya sambil
memutar tubuh untuk kembali. Tapi orang itu sangat
gesit, tahu-tahu dia sudah menendang Gu Bie
Hweshio dan berada di dekat Cie An Hweshio.
582 Tangan kirinya pun bergerak sama cepatnya
seperti tadi, mencengkeram dada Cie An Hwesgio,
menghentak kuat sekali kebatang pohon, terdengar
suara "krekkkkk?", disusul jerit kesakitan Cie An
Hweshio Sebetulnya Cie An Hweshio tadi hendak
menghindar dari cengkeraman tangan Yap Bauw,
tapi dia tidak berhasil, karena tangan itu bergerak
terlalu cepat, tahu-tahu sudah mencengkeram
dadanya dan tubuhnya kena ditarik keras, kemudian
terdorong menyender dibatang pohon, tulang
iganyapun ada yang patah, seperti yang dialami Gu
Bie Hweshio. "Ayo jalan " bentak Yap Bauw bengis, sambil
melontarkan tubuh kedua Hweshio itu disusul
dengan terlepasnya cengkeraman tangannya. Gu Bie
Hweshio dan Cie An Hweshio terpelanting, mereka
merasa dada masing-masing sakit bukan main, lalu
bangkit berdiri. "Kau... kau berani melukai orang disiang hari ?"
Bentak Gu Bie Hweshio dengan suara tidak lancar.
"Jalan! Atau kalian hendak dihajar lebih dulu baru
kedua kaki kalian mau melangkah?" bentak Poan
Thian Yap Bauw bengis, mukanya yang dingin
menakutkan seperti mayat hidup itu sangat
mengerikan. Gu Bie Hweshio dan Cie An Hweshio
penasaran dan gusar, tapi merekapun tak berdaya.
Tampaknya orang seperti mayat ini memang
memiliki kepandaian tinggi, mereka pasti tidak
583 mungkin bisa melawan. Keringat dingin mengucur
deras membasahi baju mereka.
"Jalan !" bentak Poan Plan Thian Yap Bauw sama
bengisnya seperti tadi. Terpaksa Gu Bie dan Cie An Hweshio melangkah
menuju ke kuil Siauw Lim Sie.
Poan Pian Thian Yap Biauw mengikuti di
belakang, tidak sepatah perkataanmu yang
diucapkannya, Mukanya tetap dingin tidak
memperlihatkan perasaan apapun.
Akhirnya mareka tiba di depan pintu kuil Siauw
Lim Sie. gerbang pertama. Ada tiga orang hweshio
yang tengah membersihkan pintu gerbang kuil.
Mereka heran melihat dua orang saudara
seperguruan mereka pulang dengan muka pucat pias
dan mandi keringat dingin, di belakangnya mengikuti
seorang bermuka menakutkan seperti mayat.
"Gu Bie kenapa kau?" tegur salah seorang
diantara ketiga hweshio itu.
"Orang ini... orang ini menganiaya kami..."
memberitahukan Gu Bie Hweshio sambil ingin
berlari. Tapi tahu-tahu tengkuknya dirasakan sakit,
karena telah dicengkeram jari-jari tangan kuat
seperti baja, kemudian tubuhnya mengejang kaku
kesakitan, cengkeraman itu seperti hendak
menghancurkan tengkuknya, dia hanya megapKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
584 megap tidak bisa berkata apapun, untuk menjerit
saja tidak bisa. Cie An Hweshio pun ingin berlari, tapi sebelum
kakinya bergerak, kaki kanan orang she Yap sudah
menendang, segera tubuh Cie An terjungkel
bergulingan di tanah sambil menjerit kesakitan.
Hebat cara datangnya Poan Pian Thian Yap Bauw
ke Siauw Lim Sie, tidak banyak rewel main bunuh.
Sedangkan orang lain untuk banyak tingkah di kuil
Siauw Lim Sie akan berpikir sepuluh kali! Siauw Lim
Sie merupakan pusat perguruan silat tertua di
daratan Tionggoan, yang sangat dihormati oleh
segala lapisan orang Kangouw.
Murid-murid Siauw Lim Sie pun umumnya
merupakan pendeta-pendeta sakti berkepandaian
tinggi yang tidak pernah menyombongkan
kepandaian mereka, tapi juga tidak akan mudah
diperhina. Tokoh-tokoh Kangouw umumnya menaruh
hormat-hormat pada pendeta-pendeta Siauw Lim
Sie. Tapi sekarang Poan Pian Thian Yap Bauw
sekaligus telah membunuh tiga hweshio di depan
kuil Siauw Lim Sie, dalam sejarah persilatan
memang inilah pertamakali terjadi ! Tangannya
telengas, hatinya kejam dan akan membunuh kalau
ada orang yang merintanginya, selalu membuktikan
ancamannya tanpa banyak rewel.
585 Gu Bie Hweshio berdua Cie An Hwesfrro jadi
gentar juga, karena tamu tak diundang ini
tampaknya tak main-main dengan ancamannya.
Segera mereka setengah berlari ke ruang dalam
untuk mengantarkan surat-nama tamu yang ganas
ini. Yap Bauw tidak masuk lebih jauh, dia berdiri
dipelataran kuil tersebut. Matanya bersinar dingin
memandang sekeliling. Tidak lama ia menunggu,
dari dalam tampak muncul beberapa orang hweshio,
yang menghampiri padanya. "Omitohud ! Onitohud !
Ada keperluan apakah kiesu berkunjung kemari?"
Sabar suara seorang hweshio yang berjalan di
depan hweshio-hweshio lainnya. Dia Wie Sin Siasu,
sabar sekali suaranya, hanya matanya tajam luar
biasa menatap tamu yang menurut laporan Gu Bie
dan Cie An Hweshio merupakan orang yang ganas
bukan main. "Aku ingin bicara dengan Tang Sin Hongthio,"
menyahuti Yap Bauw dingin, mukanya tetap tidak
memperlihatkan reaksi apa-apa. "Suruh dia yang
keluar menyambutku ! "
Wie Sin Siansu merangkapkan kedua tangannya.
"Siancai. Hongthio kami kebetulan berhalangan
untuk menyambut tamu, karena tengah menyepi
diri. Sungguh tidak kebetulan kedatangan Kiesu.
Bolehkah Loceng mengetahui nama harum Kiesu,
586 agar nanti setelah Hongthio selesai menyepi, dapat
Loceng beritahukan perihal kunjungan Kiesu?"
Alis Yap Bauw mengkerut, mukanya yang
memang bengis semakin tidak sedap dilihat.
"Kalian hweshio-hwesio Siauw Lim Sie memang
terlalu bertingkah dan banyak tetek-bengek dengan
segala peraturan menjemukan! Sudah kuberitahukan
tadi aku ingin bicara dengan Tang Sin Hongthio,
tidak mungkin aku bicara dengan kau."
Gu Bie Hweshio menghampiri Wie Sin Siansu
menyodorkan surat-nama Yap Bauw. Wie Sin Siansu
membaca surat-nama, mukanya berobah, tapi
segera pulih kembali ketenangannya. "Ah. tidak
tahunya Poan Pian Thian Yap Bauw, Yap Kiesu." kata
Wie Sin Siansu kemudian. "Maukah Kiesu memberitahukan urusan apa yang
hendak Kiesu bicarakan, sekarang ini Loceng yang
mewakili Hongthio menerima tamu !"
Mata Yap Bauw mencilak. "Kau terlalu rewel!"
dengusnya, dia melangkah ke depan, tangan
kanannya mendorong ke dada Wie Sin Siansu.
"Minggir, biar aku pergi menemui Hongthio kalian ! "
Omitohud !" memuji Wie Sin Siansu terhadap
kebesaran Sang Budha. Dia merasakan dorongan
tangan Yap Bauw kuat sekali, juga mengandung
hawa yang panas, dia tidak menyambuti, hanya
587

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyedot hawa udara sampai dadanya naik dan
perutnya kempis, hanya terpisah satu dim, telapak
tangan Yap Bauw tak berhasil mengenai dada si
pendeta. Tapi Yap Bauw tidak berhenti di situ, tangannya
tahu-tahu seperti bisa panjang, dia mendorong
dengan membungkukkan sedikit tubuhnya,
melanjutkan dorongan yang pertama, tenaganya
malah semakin kuat ! Kaget Wie Sin Siansu, tak sempat berpikir lagi
terpaksa pendeta tua Siauw Lim Sie ini harus
menangkis tangan Yap Bauw. Tidak terdengar suara
bentrokan, hanya tampak tangan Bauw dengan Wie
Sin Siansu saling bentrok, perlahan kelihatannya,
tapi dahsyat tenaga mereka yang beradu, karena
keduanya mempergunakan ilmu tenaga dalam
tingkat tinggi. Wic Sin Siansu menggigil, mukanya
berobah pucat dan dia mundur satu langkah. Yap
Bauw tertawa dingin, juga mundur selangkah.
Bagi yang kepandaiannya sedang-sedang saja,
tentu menyangka kepandaian Yap Bauw berimbang
dengan khikang Wie Sin Siansu. Namun bagi yang
bermata tajam, segera bisa melihat bahwa Wie Sin
Siansu masih berada satu tingkat di bawah khikang
Poan Pian Thian Yap Bauw.
Mengapa bisa begitu " Karena Wie Sin Siansu
mundur melangkah akibat serangan Yap Biauw,
kuda-kuda kaki si pendeta kena digempur. Tapi Yap
588 Bauw mundur hanya untuk mencari posisi yang baik,
ia kuatir si hweshio balas menyerangnya, Tadi Yap
Bauw cuma merasakan tangannya tergetar dan
cadanya panas, tapi dia tidak sampai tergempur
kuda-kuda kedua kakinya Bagi orang-orang yang sudah memiliki ilmu
tinggi, dalam sekali gebrak saja sudah bisa
mengetahui dan menakar kepandaian lawan.
Kaget Wie Sin Siansu. Memang dia sering
mendengar perihal Poan Pian Thian Yap Bauw, si Se
enrali Langit, yang kabarnya menrupakan memedi
tunggal berkepandaian tinggi dan sepak terjangnya
aneh tak bisa diduga, sejauh ini ia belum pernah
bertemu muka dengan memedi tunggal itu, baru
sekarang mereka beradu tangan.
Ternyata khikang memedi tunggal itu memang
sangat tinggi, Wie Sin Siansu sadar, jika ia
memaksakan diri menghadapi Yap Biauw, mungkin
ia tidak sampai rubuh di tangan Yap Biauw, tapi
kemungkinan mereka berdua bisa rusak sendirinya,
terluka bersama. Walaupun Yap Bauw sudah mengetahui tenaga
dalam Wie Sin Siansu masih kalah seangka dengan
khikangnya, dia tidak berani ceroboh. Di luar dia
tampak dingin tak berperasaan, sebetulnya hati Yap
Bauw kaget. 589 Dia sudah memiliki lwekang demikian tinggi
belum lagi Tang Sin, Tang Lu dan Tang Lang bertiga
keluar mengepungku dibantu oleh pendeta-pendeta
tingkat kedua dan ketiga.
"Biar aku iumbuh sayap, rasanya sulit
menghadapi mereka!" Pikir Yap Biauw. Karena
berpikir begitu, dia mengambil sikap lain, tidak
menyusuli dengan serangan lagi.
"Aku membawa berita buat Tang Sin Hongthio
dari Tang San Siansu," bilang Yap Bauw kemudian.
Kaget Wie Siansu, sejenak dia tertegun.
Kemudian dia menyuruh. "Silahkan Yap Kiesu
beritahukan kepada Loceng, nanti Loceng
menyampaikannya kepada Hongthio !"
"Pesan itu hanya bisa disampaikan kepada Tang
Sin Hongthio, tidak boleh dititipkan kepada orang
lain !" dingin sekali suaru Yap Bauw.
Wie Sin Siansu jadi sulit kedudukannya. "Dia
tahu, kalau saudara-saudara seperguruannya
mengepung tamu tak kenal aturan dan ganas ini
mungkin ia dengan kawan-kawannya bisa merebut
kemenangan, Namun itulah perbuatan yang terpuji.
Sedangkan tadi Tan Sin Siansu sudah perintahkan
kepadanya agar ia bersama saudara seperguruannya
yang menyambut tamu. 590 Urusan demikian penting, padahal pesan Tang
San Siansu, Toa-susiok-nya. Dengan membuat Wie
Sin Siansu dalam sejenak bimbang tak bisa
mengambil keputusan. "Kalau memang Tang Sin Hongthio tidak mau
menemuiku menerima pesan yang dititipkan Tang
San Siansu padaku, biarlah-Jika kelak di kemudian
hari terjadi sesuatu, jangan mengatakan kami tak
kenal aturan tanpa memberitahukan terlebih dulu !
inipun dilakukan Tang San Siansu mengingat bahwa
antara dia dengan kalian dari Siauw Lim Sie masih
ada ikatan perguruan !" Mendesak Poan Pian Thian
Yap Bauw, dingin suaranya.
Tergerak We Sin Siansu, dia menoleh pada We
Khie Siansu, mengisyaratkan untuk melapor ke
dalam. Lalu dia sendiri menghadapi Yap Bauw.
"Siancai. tunggulah sebentar, apakah Hongthio
bersedia menyambut tamu atau menolak, itu
terserah atas keputusan Hongthio."
Yap Biauw mendengus. Sikapnya benar-benar
tidak memandang sebelah mata pada pendetapendeta
Siauw Lim Sie, seakan di dunia ini hanya dia
satu-satunya yang memiliki kepandaian tertinggi.
Sikapnya membuat pendeta-pendeta Siauw Lim Sie
yang ada di situ mendongkol.
591 Wie Khie Siansu tak lama kemudian keluar, diikuti
oleh tiga orang hweshio, yaitu Tang Sin, Tang lu,
dan Tang Lang Siansu. Muka Tang Sin Siansu bertiga
guram sekali. "Siancai, ada pesan apakah yang
dititipkan Tang San Toa-suheng kepada Kiesu ?"
Tanya Tang Sin Siansu dengan muka guram, setelah
berada dipelataran kuil. Hati Yap Bauw bergetar juga melihat mata
pendeta alim yang sudah berkumis jenggot putih,
yang tajam luar biasa. Sikapnya tenang berwibawa.
Sinar matanya itu menunjukkan latihan khikang
Tang Sin Siansu sudah mencapai tingkat yang tinggi
sekali. "Tang San Siansu berpesan, mengingat akan
persaudaraan yang pernah terhalang antara dia
dengan kalian pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, maka
diharap kalian memberi muka kepadanya,
mengundangnya pulang ke Siauw Lim Sie,
menyerahkan hak dan kedudukan yang seharusnya
menjadi miliknya !" Bilang Poan pian Thian dengan
suara tawar. Muka Tang Sin Siansu bertiga Tang Lu dan Tang
Lang Siansu berobah, cepat Tang Sin Siansu bisa
mengendalikan perasaannya. "Omi-tohud !
Omitohud ! Jika Tang San Toasuheng mau kembali
ke Siauw Lim Sie, itulah berita yang sangat
menggembirakan ! Kami akan bahagia menerima
pulangnya Tang San Toasuheng. Beritahukanlah
begitu padanya, Tapi bicara tentang hak-hak dan
592 kedudukan, itu bisa nanti dibicarakan oleh kami
bersama-sama, itu urusan dalam pintu perguruan
kami yang tidak memungkinkan Loceng bicara
dengan Kiesu." Baru saja kata-kata Tang Sin Siansu selesai,
lengan jubah kanannya mengibas. Yap Bauw kaget,
serangkum angin menerjang padanya. Jarak mereka
terpisah cukup jauh, tapi angin kibasan lengan jubah
Tang Sin Siansu menyambar sangat dahsyat. Cepatcepat
Yap Bauw mengerahkan khikangnya dan balas
mendorong. Kakinya menggigil keras, bahkan
telapak kakinya melesak ke-dalam lantai pelajaran
satu dim, batu lantai retak pecah!
"Silahkan Kiesu memberitahukan pada Tang San
Toasuheng apa yang telah jadi jawaban kami!" kata
Tang Sin Siansu lagi, sikapnya seperti tidak terjadi
sesuatu, tenang sekali. Yap Bauw mengeluarkan keringat dingin. Luar
biasa tenaga dalam pendeta tua ini, sekali mengibas
dari jarak terpisah cukup jauh bisa mengeluarkan
khikang begitu dahsyat. Jelas, ia tidak boleh mainmain.
Benar dia tidak sampai tergempur kudakudanya
kedua kakinya, dirinya juga tidak sampai
celaka, tokh tadi dia sudah memusatkan sebagian
terbesar tenaga khikangnya baru bisa
mempertahankan kedudukan kedua kakinya!
Sejenak Yap Bauw terdiam, keringat dingin
dihapus, baru kemudian dia bilang dengan suara
593 tidak sedingin dan sesombong tadi: "Tang San
Siansu berperan untuk minta jawaban yang tegas.
Taysu cukup memberikan jawaban "Ya" atau "Tidak".
Kalau menolak bilang menolak, kalau menerima
beritahukan memang menerima, jangan berteletele."
"Omitohud ! Omitohud! Tang San Taysu-heng
adalah saudara seperguruan kami, kami
menghormatinya. Segala sesuatu nanti bisa
bicarakan bersama. Nah, apakah Kiesu sudah tak
ada pesan lain dari Toasuheng kami?" Mata Tang Sin
Hweshio tajam sekali memandang Yap Bauw.
Biji mata pendeta itu, yang sikapnya tenang, tapi
sinarnya melebihi mata pisau, membuat hati Yap
Bauw tergetar juga akan keangkeran sikap Hongthio
Siauw Lim Sie tersebut. Dia menggeleng.
"Baiklah, nanti pesan Taysu akan kusampaikan
padanya," kata Yap Bauw, dia memancang hwesiohweshio
lain yang tengah mengawasi padanya
dengan sikap murka. Hatinya mendadak tergetar
lagi, Jadi ciut. Kalau sampai Hongthio Siauw Lim Sie
turun tangan, dibantu oleh Tang Lu maupun Tang
Lang Siansu dan hweshio-hweshio Siauw Lim Sie
lainnya, biar pun ia memiliki lima kepala dan sepuluh
tangan, tidak nanti dia bisa meninggalkan kuil Siauw
Lim Sie. Hal itu disadarinya dengan mendadak,
menurun kesombongannya. Dia memutar badannya
hendak berlalu. 594 "Tunggu dulu !" mendadak dibelakang Yao Bauw
berkesiur angin dingin menyertai bentakan itu. Yap
Bauw mendadak untuk menghindarkan pukulan itu,
dia menangkis dengan tangan kanannya, tapi dia
kecele, menangkis tempat kosong.
Tahu-tahu pinggangnya sakit, dia sampai
meringis, dan menyusul kuda-kudanya tergempur,
tubuhnya terhuyung sampai beberapa langkah,
namun tidak sampai ter-jungkel.
Kaget bukan main Yap Bauw, itulah perbuatan
Tang Sin Siansu yang menyerangnya dari jarak jauh
dengan ilmu pukulan " Coan Kang Cok Tek" (Dengan
gelombang Khikang Merobohkan Musuh). semacam
ilmu Siauw Lim Sie yang terkenal !
Dengan "Coan Kang Cok Tek" musuh dapat
diserang dari jarak cukup jauh, hanya menyalurkan
khikang belaka. Akibat pukulan itu bahkan jauh lebih
berbahaya dibandingkan pukulan langsung. Cuma,
orang yang bisa mempergunakan jurus-jurus "Coan
Kang Cok Tek" harus memiliki khikang tinggi, jika
tidak jangan harap bisa mempelajari ilmu hebat
Siauw Lim Sie yang satu itu.
Tang Sin Siansu merupakan Hongthio Siauw Lim
Sie, Khikangnya sulit diukur lagi, dia sudah melatih
baik sekali " Coan Kang Cok Tek". Melihat Yap Bauw
hendak meninggalkan Siauw Lim Sie begitu saja,
sepontan ia mengibas dengan tangan kanannya, dari
lengan bajunya menyambar khikang yang tersalur
595 karena mempergunakan "Coan Kang Cok Tek"
memang kesudahannya membuat Yap Bauw kaget
sekali. Ketika dia menoleh, dilihatnya Tang Sin
Siansu berdiri angker mengawasinya, sikapnya luar
biasa. "Yap Kiesu, kau sudah menyampaikaa pesan yang
dititipkan oleh Toasuheng kami, Tapi yang belum
dipertanggungjawabkan oleh Kiesu ialah kelakuan
Kiesu yang mengacau di kuil kami. Apakah setelah
membunuh tiga orang murid kami, Kiesu mau
berangkat begitu saja " Omitohud! Omitohud !"
Sabar suara Tang Sin Siansu, tapi sikapnya angker
berwibawa, menunjukkan ia serius sekali dalam
persoalan ini. Yap Bauw mengerutkan alis, mukanya yang
dingin jadi semakin dingin, walaupun hatinya
berdebar juga menyaksikan keangkeran Hongthio
Siauw Lim Sie. la bisa memahami makna perkataan
Hongthio tersebut yang ingin menahannya.
" Apa yang Hongthio kehendaki dariku " Apakah
Hongihio hendak mempergunakan tenaga banyak
buat menahanku" Silahkan! Aku akan menerima
dengan senang hati" Sengaja Yap Bauw mengejek
menantang seperti itu. "Omitohud! Omitohud! Kami mana boleh
bertindak seperti itu" Kami selalu diharuskan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertindak dengan penuh welas-asih, harus
memberikan contoh-contoh yang baik, Siancai! Tak
596 mungkin kami bertindak serendah itu! Loceng hanya
ingin minta pertanggungan jawab Kiesu terhada
ketiga murid Siauw Lim Sie yang telah dicelakai
Kiesu !" Mata Tang Sin Siansu tak berkedip,
mengawasi tajam Yap Bauw.
Bergidik juga Yap Biauw ditatap begitu oleh Tang
Sin Siansu, Tadi ia sudah merasakan tenaga khikang
hweshio ini luar biasa. Memang ia tidak jeri, hanya ia
kuatir kalau nanti dirinya masuk dalam lingkaran
pengepungan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang
bisa saja mempersulit dirinya.
Benar tidak mungkin ia merubuhkan Tang Sin
Siansu, mengingat lwekang hwesio itu lebih menang
darinya, hanya dia memiliki ilmu istimewa
andalannya, yaitu ginkang yang bernama "Touw Sui
Tauw Su" (Menenun Menginjak Rumput) semacam
ginkang kelas tinggi yang jarang sekali tertandingi
dalam kalangan Kangouw. Yap Biauw justeru angkat nama besarnya dengan
mengandalkan ginkang "Touw Sui Tauw Su"-nya
tersebut, di mana dia bisa berlari dan bergerak
melebihi kecepatan kilat!
Betul "Coan Kang Cok Tek" Tang Sin Siansu lihai
melebihi dari ilmu umum "Pek Kong Ciang" (Pukulan
Udara Kosong), rasanya untuk bisa meloloskan diri
Yap Bauw masih bisa, dia mungkin saja melayani si
pendeta alim itu dengan ginkangnya yang sangat
597 tinggi, dan mencari kesempatan buat meloloskan
diri. Tapi kalau sampai dia tergulung dalam kepungan
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie. biarpun dia tumbuh
sayap tentu tidak mungkin bisa meninggalkan Siauw
Lim Sie! Setelah menenangkan goncangan hatinya. Yap
Bauw tertawa dingin mukanya yang mengerikan
tarabah menyeramkan "Jadi apa yang Hongthio
kehendaki " Jiwaku " Hutang jiwa ganti jiwa,
begitu?" "Omitohud ! Omitohud ! Sedapat mungkin kami
menjauhi permusuhan ataupun dari mengalirnya
darah Tapi tadi Kiesu sudak turunkan tangan
berdosa kepada tiga murid kami, Kiesu harus
mempertanggungjawab-kannya ! Loceng mengingat
kebesaran Sang Buddha akan memberikan
kesempatan pada Kiesu menyambuti tiga pukulan,
kalau K'esu sanggup menerimanya, itulah nasib
Kiesu masih dilindungi Sang Buddha, tapi kalau
bercelaka itupun tanda dosa Kiesu sudah tak berampun
melewati takaran." Diam-diam Yap Bauw girang. Bagaimana lihainya
Tang Sin Siansu, tapi kalau hanya menerima tiga
pukulannya apa sulitnya. Dia yakin bisa
menyambutinya. Tidak perlu keras dilawan keras.
Dia bisa mengandalkan ginkangnya yang luar biasa
untuk mengelak dan memunahkan tiga serangan
598 Hongthio Siauw Lim Sie itu, Tanpa pikir panjang Yap
Bauw mengangguk. "Baiklah!", katanya "Silahkan
Taysu memberi petunjuk ! "
Tidak ada senyum di muka Tang Sin-Siansu, dia
melangkah mendekati Yap Bauw, yang waktu itu
sudah bersiap-siap menerima serangan Hongthio
Siauw Lim Sie tersebut. Pendeta-Pendeta Siauw Lim
Sie pun mengawasi dengan tajam. Mereka ingin
melihat bagaimana caranya Hongthio mereka
memberikan pengajaran kepada tamu yang ganas
ini. "Sudan bersiap, Kiesu " Loceng akan mulai
dengan pukulan pertama !" Memberitahu Tang Sin
Siansu, Yap Bauw tertawa dalam hati. "Hemmm", kepala
botak, kau terlalu sombong! Dengan cara
menyerang memberitahukan lebih dulu begitu, apa
yang kau bisa lakukan terhadapku !"
Tapi dia manggut2" Silahkan I" katanya.
Tang Sin Siansu mengibaskan lengan kirinya,
lengan jubahnya yang kebesaran itu berkelebat ke
arah Yap Bauw, tangan kanannya tampak bergerak
lambat sekali akan mendorong dada Yap Bauw.
Yap Bauw jadi heran melihat cara menyerang
Tang Sin Siansu. jurus biasa dari "Cap Pen Lo Han
Kun" yang bernama "Lo Han Pe In" (Arhad Menyapu
599 Awan) yang dikenal oleh setiap orang Bu-lim (
Rimba Persilatan ). Heranlah Yap Bauw, Hongthio Siauw Lim Sie tidak
membuka serangan dengan jurus simpanan Siauw
Lim Sie, mengingat ia hanya memiliki tiga kali
kesempatan menyerang padanya. Tenaga serangan
itupun dirasakan lemah, hampir tidak terasa, selain
gerak tangan Tang Sin Siansu lambat sekali.
Dengan tertawa mengejek Yap Bauw berkelit
kekanan dengan jurus "Yauw Cu Hoan Sin?" (Elang
Membalikkan Tubuhnya), dia mencelat ingin berada
di sisi kanan pendeta alim itu. Menurut
perhitungannya, gerakannya jauh lebih sebat dari
Tang Sin Hongthio, tentu pendeta tua itu akan
kecele menyerang tempat kosong, Namun
kesudahannya Yap Bauw kaget sendirinya, sampai
dia menjerit saking kagetnya.
Tangan Tang Sin Siansu yang bergerak lambat ini
tahu-tahu berbelok dengan kelima jari tangan
menunduk ke bawah, dan telah mendorong,
Tenaganya memang tidak keras atau kuat, tapi
begitu Yap Bauw mengibaskan menyampok tangan
Hongthio Siauw Lim Sie, tangan mendatangnya
seperti karet, disanggah kuat, semakin kuat tenaga
mendorongnya, semangat Yap Bauw serasa terbang
dan mukanya pucat. 600 "Dukkkk !" perlahan telapak tangan Tang Sin
Siansu mengenai dada Yap Bauw, tapi dia terdorong
sampai belasan langkah baru bisa berdiri tetap.
Jilid ke 14 Keringat dingin mengucur dari keningnya,
dadanya dirasakan sakit bukan main, lehernya bau
amis, seperti mau memuntahkan darah !
Kini Yap Bauw baru sadar, biarpun jurus yang
dipergunakan Tang Sin Siansu jurus biasa saja,
namun dipergunakan orang yang sudah memiliki
latihan begitu tinggi seperti Hongthio Siauw Lim Sie,
tentu saja berobah jadi pukulan yang sangat
dahsyat! Yap Bauw menyesal atas kecerobohannya,
untung saja tadi dia masih sempat mengimbangi
tenaga pukulan Tang Sin Siansu dengan ginkangnya
untuk melompat mundur, coba kalau dia
menyambuti dengan kekerasan, pasti sekarang
sudah ada tulang iganya yang patah !
Cepat-cepat Yap Bauw mengempos semangat, ia
waspada dan memasang mata tidak berani
meremehkan Tang Sin Siansu lagi !
"Omitohud ! Tadi pukulan pertama. Sekarang
bersiaplah Kiesu menerima pukulan yang kedua."
Kata Tang Sin Siansu sambil menghampiri. Sekali
Pendekar Cacad 15 Dewa Arak 57 Perguruan Kera Emas Insan Tanpa Wajah 3
^