Pena Wasiat 16
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 16
"Kalau begitu, siau-moay akan berangkat selangkah lebih
duluan" Sambil membalikkan badannya, pelan-pelan dia berlalu
dari tempat tersebut .....
Memandang bayangan punggung nona berbaju hijau
yang menjauh itu, Cu Siau-hong menghembuskan napas
panjang, semua rasa kesal di dalam dadanya segera
dilampiaskan keluar. Kui-meh Ong Peng cepat memburu datang dengan
langkah lebar, bisiknya lirih:
"Saudara Cu, besok apakah kau benar-benar akan
datang kemari?" Cu Siau hong manggut-manggut.
"Yaa, tentu saja akan datang! Aku telah salah menilai
tentang dirinya..." ia menyahut.
"Padahal untuk menghadapi musuh kita tak usah terlalu
memegang janji.. "ucap Ong Peng.
Sementara itu terdengar suara derap kaki kuda bergerak
menjauh, rupanya nona berbaju hijau itu telah berhasil
memperbaiki keretanya dan berlalu dari situ.
Dalam pada itu, Cu Siau hong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, u-jarnya:
"Saudara Ong, aku tak bisa berbuat demikian, walau
nona itu kelihatannya seder-hana dan polos, tapi pendidikan
yang diterimanya penuh dengan ketegasan dan keke-rasan,
selain dari pada itu kepandaian silat yang dimiliki maupun
senjata rahasia tak bersuara yang diandalkannya membuat
gadis itu memiliki daya kemampuan membuat gadis itu
memiliki daya kemampuan yang mengerikan sekali, jika aku
tidak datang menepati janji, niscaya hal mana a-kan
memancing ingatannya untuk melaku-kan pembunuhan
secara besar- besaran"
'Saudara Cu, maksudku tak ada salahnya jika kita
melakukan sedikit persiapan untuk menghadapi kenyataan
tersebut, dewasa ini kekuatan Kay pang yang berada dikota
Siang yang cukup kuat dan tangguh, kamipun mempunyai
beberapa orang Tianglo yang berkumpul disini, kenapa Cu
kongcu tidak merundingkan dulu persoalan ini dengan Tan -
tianglo dari perkumpulan kami sehingga kita dapat pula
menyiapkan suatu perangkap?"
'Cara inipun kurang baik, menurut pendapat siaute,
kutemukan meski nona ini keras kepala namun dia masih
memegang teguh akan prinsip-prinsip kehidupan yang
sewajarnya, bila kita dapat menaklukkan dia, hal mana
justru akan lebih bermanfaat lagi daripada kemenangan
yang bisa kita raih dari ilmu silat"
Ong Peng manggut-manggut berulang kali.
Jelas dia sudah kena ditundukkan oleh perkataan dari Cu
Siau hong itu. Setelah menghela napas panjang, Cu Siau hong berkata
lagi. "Besok aku bermaksud untuk mengajak serta dirimu
untuk memenuhi janji tersebut"
'Bagaimana dengan aku?" dengan cepat Tan Hong
bertanya. 'Nona itu toh sudah berkata dengan sejelas-jelasnya, dia
hanya mengijinkan dua orang belaka?"
-ooo0ooo- BAGIAN 31 AAAI...!" Tan Heng menghela napas panjang,
"sesungguhnya budak ini memang lihay sekali. diluar
wajahnya dia kelihatan seperti polos dan suci bersih tapi
sebetulnya banyak akal muslihat yang dimilikinya, ia
berjanji untuk menunggumu esok siang disini, bahkan
mengirim kereta untuk menjemputmu, dalam sopan santun
hal ini tampaknya amat memenuhi syarat, padahal
sesungguhnya dia hendak mengawasi kita, semula kita
yang mengawasi gerak geriknya menjadi berbalik kita
malah yang dia awasi"
Cu Siau hong manggut-manggut setelah mendengar
ucapan tersebut sebab ia merasa apa yang dikatakan
memang benar. ''Cu-heng adalah seorang lelaki sejati yang jujur dan
berjiwa terbuka" kata Tan Heng lagi, "sekalipun tak ingin
bermaksud untuk mencelakai orang, paling tidak toh kau
musti berjaga-jaga terhadap niat jahat orang untuk
mencelakai dirimu" "Apa yang musti kucegah?"
'Paling tidak saudara Cu harus berjaga-jaga kalau sampai
dia mengatur siasat busuk didalam kereta itu untuk
menjebakmu" ''Ehmmm... hal ini merupakan bahan yang patut
dipertimbangkan" Cu Siau hong segera manggut-manggut.
Setelah terhenti sejenak, ia melanjutkan:
"Saudara Tan, saudara Ong, siaute mempunyai satu
permintaan, aku harap kalian berdua sudi untuk
mengabulkannya." "Silahkan saudara Cu utarakan keluar." -kata Ong peng
cepat. ''Sekembalinya ke kota Siang yang nanti, kuharap kalian
berdua sutra melimpahkan semua tanggung jawab terhadap
peristiwa yang baru terjadi tadi diatas tubuhku, biar aku
saja yang menghadapi pertanyaan-pertanyaan mereka,
setuju bukan" ''Maksud saudara Cu, kami tidak diperkenankan untuk
berbicara?" "Betul! Suruh mereka tanyakan saja langsung
kepadaku!" "Terhadap orang lain, bisa saja kami berbuat demikian,
tapi seandainya Tan ti-anglo yang menanyakan persoalan
itu..." "Kalau begitu terangkan saja secara gamblang, katakan
kalau aku tidak berharap kalian menerangkan duduk
persoalan yang sesungguhnya, maka jika ingin bertanya,
bertanya langsung kepadaku"
Ong Peng segera menghembuskan na-pas panjang,
ucapnya kemudian: "Baiklah! Kami akan meluluskan permintaanmu ini"
Cu Siau hong segera manggut-manggut, katanya lagi:
"Aku tahu peraturan dari Kay pang ketat dan keras,
cuma ada sementara persoalan tidak baik kalau
diperdebatkan oleh kalian, maka dari itu biar aku yang
terangkan, sebab hal ini mungkin akan lebih bisa diterima
oleh mereka" "Baik, kami meluluskan permintaan itu'' Dengan cepat
mereka bertiga berangkat kembali ke kota Siang yang.
Sepanjang jalan Cu Siau hong telah menyusun rencana
yang padat, dia bermaksud untuk berunding dulu dengan
Pek Bwee, kemudian dari mulut Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo tan berusaha untuk mencari tahu siapa gerangan nona
berbaju hijau itu, kemudian baru pergi menjumpai Tan -
Tiang kim. Ternyata semua kejadian yang kemudian berlangsung
sama sekali diluar dugaannya, baru masuk pintu gerbang,
Pek Bwee dan Tan-Tiang-kim telah menantikan kedatangannya
disana. Dari sini dapat dibuktikan kalau pihak Kay-pang maupun
Pek-Bwee sangat mengua-tirkan keselamatannya.
Tapi hal mana justru mempengaruhi ren-cana Cu Siau
hong, membuat semua jawab-an yang sebetulnya telah
dipersiapkan itu menjadi porak poranda tak karuan.
Sambil tertawa Tan Tiang-kim segera ber-kata.
"Cu sauhiap, ciangbunjin perguruan Bu -khek-bun serta
Kay-pang pangcu telah menhantikan kedatanganmu,
silahkan masuk ke-dalam ruangan tengah ....!"
Didalam ruangan duduk menanti Ui lo pangcu serta Tang
Cuan. Sikap Ui pangcu amat sungkan sekali, dia segera bangkit
berdiri seraya menjura. "Silahkan duduk!"
Tan Heng dan Ong Peng tidak ikut masuk, di dalam
ruangan itu hanya terdapat lima orang yakni Ui pangcu,
Tang Cuan, Pek Bwee, Tan Tiang kim ditambah Cu -Siau
hong. Sesungguhnya dlsekitar meja memang telah tersedia
lima buah kursi, jelas hal ini memang sudah diatur
semenjak semula. Dua orang angkatan muda Kay pang segera datang
menghidangkan air teh, kemudian de-ngan cepat mereka
mengundurkan diri sekalian merapatkan pimu ruangan.
Setelah meneguk air teh dan tertawa, Ui lo pangcu
berkata: "Cu sauhiap, sudah kau jumpai nona itu"
"Sudah, sudah kujumpai!" sahut Cu Siau hong sambil
manggut-manggut. "Ada sebelas orang anggota Kay pang yang tewas oleh
sergapan mautnya yang sama sekali tak ditemukan bukti
kejahatannya." "Tentang soal ini boanpwe telah berhasil menyelidikinya"
sahut Cu Siau -hong dengan cepat, "sesungguhnya mereka
sudah terkena semacam rumput hijau yang amat lihay,
barang siapa terkena, mereka akan jatuh tak sadarkan diri,
Tang Heng serta Ong Peng dari Kay pang juga telah terluka
oleh duri beracun tersebut"
"Aaaai ..... sungguh tak disangka kalau di dunia ini
benar-benar terdapat rumput hijau semacam ini.
Ditinjau dari ucapan tersebut, jelas pang-cu tua dari Kay
pang ini telah menduga ke sana.
"Lo pangcu, nona itu berasal dari satu organisasi dengan
pihak kebun raya Ban hoa wan" kembali Cu Siau hong
melaporkan. Ui -lo pangcu segera manggut-manggut.
"Cu kongcu apalagi yang telah ia bicarakan dengan
dirimu?" dia bertanya.
Cu Siau hong termenung beberapa saat lamanya,
kemudian katanya. "Ketika kita membakar kebun raya Ban hboa wan
sehingga menimbulkan ledakan dari minyak yang mereka
tanam di bawah tanah, entah dari berapa orang yang turut
tewas dalam peristiwa itu"
''Cara kerja kita memang agak keji, bila kita tidak
berbuat demikian, mustahil ke-bun raya Ban hoa wan bisa
kita punahkan. ''Adapun kedatangan si nona ke Siang -yang kali ini
adalah untuk membalas dendam"
"Membalas dendam" Membalas dendam untuk siapa"
Bagi semua orang yang berada didalam kebun raya Ban hoa
wan" "Dia bukan pembunuh yang dikirim da-tang" tukas Cu
Siau hong. "bila dia ada-lah orang yang diutus organisasi
tersebut untuk menghadapi kita, tak mungkin hanya dia
seorang yang dikirim kemari, juga tak mungkin dia akan
datang secara terang-terangan"
"Kalau begitu dia adalah ....?"
"Semacam pembalasan dendam untuk kepentingan
pribadi" jawab Cu Siau hong ce-pat, "dia hendak
membalaskan dendam bagi kematian suhengnya juga
merupakan bakal suaminya"
"0rang itu adalah . . ."
"Keng Ji kongcu !"
"Kalian telah membicarakan persoalan i-ni ?" tanya Tan
Tiang kim. ''Benar! Telah kami perbincangkan"
"Lantas ba.galmana dengan penyelesaian-nya?"
"Telah kuakui kalau Keng Ji kongcu memang tewas
ditanganku, kamipun telah bertarung satu kali, namun tidak
berhasil me-nentukan siapa menang siapa kalah, oleh
karena itu kami berjanji akan melangsungkan sebuah
pertarungan sengit lagi esok siang''
''-Cu kongcu, dalam menghadapi masalah ini Kay Pang
tak bisa berpeluk tangan be-laka, besok kami akan
mengutus beberapa orang untuk melakukan perjalanan
bersama mu'' "Tak usah" tampik Cu Siau hong sambil menggeleng, dia
menantang aku untuk bertvarung satu lawan satu.. ."
"Siau hong" tukas Tang Cuan decngan cepat, persoalan
ini toh bukan urusanmu seorang, paling tidak kami tak bisa
berpeluk tangan belaka, berbicara soal dendam sakit hati,
kamipun sudah seharusnya mencari dia, besok aku akan
mengikutimu pergi kesana."
'Tang suheng, besok aku boleh membawa satu orang,
tapi orang itu seharusnya anggota Kay-pang"
"Hanya membawa seorang?" tanya Tan Tiang kim.
'Benar! hanya membawa seorang, orang itu sudah
kupilih, mohon pangcu suka me-ngabulkannya"
"Siapakah orang itu?"
"Ong Peng!" "Kui meh Ong peng?"
"Yaa, benar!" 'Cu kongcu, seperti yang kita maklumi, mereka adalah
suatu organisasi yang amat besar, dan lagi cara kerja
mereka amat kejam dan brutal, bagaimana seandainya
mereka persiapkan jebakan" Niat untuk mencelakai orang
tak boleh ada, tapi kewaspadaan terhadap alat busuk orang
tak boleh hilang, aleh karena itu aku sipengemis tua
menganjurkan agar kita bicarakan persoalan ini secara baikbaik,
lalu kirim lebih banyak orang untuk menghadapinya.."
"Tidak bisa Tan cianpwe, aku telah mengabulkan
permintaannya untuk datang seorang diri untuk memenuhi
janji tersebut, aku tak ingin melanggar perjanjian ini."
"Soal ini, soal ini...."
''Tiang kim dalam peristiwa ini tak usah kau risaukan"
tiba-tiba Ui lo pangcu menukas.
Buru-buru Tan Tiang kim membungku-kkan badannya
memberi hormat. "Tiang kim turut perintah!"
Ui pangcu manggut-manggut,ujarnya.
"Baiklah Cu kongcu, bawalah serta Ong peng, selain itu
akupun menyetujui keinginanmu untuk memberikan semua
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hak dan kekuasaan atas persoalan ini kepadamu, walaupun
dia telah membunuh belasan orang anggota Kay pang,
namun kamipun sudah banyak membunuh orang-orang
mereka, tentang persoalan ini pihak Kay pang boleh saja
tidak menuntut apa-apa."
'Terima kasih lo pangcu"
Sorot matanya segera dialihkan ke atas wajah Tang
Cuan, kemudian melanjutkan:
''Ciangbun suheng, siaute mohon kepada suheng agar
meluluskan pula permintaan siaute itu"
Tang Cuan menghela napas panjang.
"Aaaai....sebetulnya kau boleh tak usah mengikatkan diri
dengan peraturan perguru-an, sebelum suhu
menghembuskan napas yang penghabisan, beliau juga
menyetujui hal ini, cuma Siau hong, bagaimanapun juga
aku tak perlu tahu dengan cara apakah kau hendak
menghadapi persoalan ini, tapi kaupun tak boleh mewakili
Bu khek bun untuk meme-nuhi permintaan yang diajukan
orang itu" "Tentang soal ini, siaute pasti tahu diri, tak perlu
ciangbun suheng risaukan"
"BAIK kalau begitu pergilah! Cuma Siau--hong, kau musti
berhati-hati dalam menghadapi persoalan ini"
"Terima kasih atas perhatian suheng"
"'Siau hong, menurut pesan suhu menjelang ajalnya, kau
boleh tak usah terikat oleh peraturan perguruan Bu khek
bun, oleh karena itu akupun tak akan berpesan apa--apa
kepadamu, hanya aku yang menjadi suhengmu mempunyvi
suatu pengharapan, entah bolehkah aku mengutarakannya
keluar?" Buru-buru Cu siau hong bangkit berdiri kemudian
menjura dalam-dalam, sahutnya:
"Perkataan dari Ciangbun suheng terlalu serius, siaute
tidak berani, bila ada persoalan harap sampaikan saja
secara berterus terang."
''Walaupun tiada peraturan perguruan yang mengikatmu,
tapi sebagai seorang le-lakisejati, kau harus tahu
bagaimana ca-ranya menyayangi diri sendiri, bagaimana
pun juga kau toh berasal dari perguruan Bu-khek-bun"
"Siaute akan mengingatnya selalu, aku pasti akan setiap
hari mengingat pesan suheng ini, paling tidak dalam
menghadapi setiap masalah aku harus teringat dulu pada
kepentingan perguruan"
Tang Cuan merasa puas sekali, katanya sambil tertawa:
'Jit sute, aku tahu kau berasal dari keluarga sastrawan,
sekalipun memiliki il-mu silat yang tinggi otakmu penuh
pula dengan aneka macam pengetahuan, kata-kata
semacam itu mungkin saja tak perlu banyak kukatakan."
"Setiap nasehat suheng merupakan kata-kata yang tak
ternilai harganya" sambung Cu Siau-hong cepat-cepat.
Ui pangcu yang duduk dikursi utama tiba-tiba menghela
napas panjang, katanya: "Tang ciangbunjin, aku si pengemis tua pun ada
beberapa patah kata hendak di sampaikan kepada dirimu"
Tang Cuan segera bangkit berdiri dan menjura dalamdalam,
sahutnya dengan cepat: "Lo-pagucu, kau tak usah sungkan-sungkan, silahkan
kau utarakan, boanpwe akan mendengarkan dengan
seksama" , "Tang ciangbunjin, tahukah kau apa se-babnya
menjelang ajalnya tiba, suhumu telah melepaskan Cu Siauhong
dari belenggu peraturan Bu-khek-bun?"
"Tentang soal ini ..... tentang soal ini... boanpwe bodoh,
masalah ini kurang kupahami"
'Hal ini dikarenakan suhumu memang mempunyai
kemampuan untuk menilai orang."
Jelaskan perkataan itu belum selesai diutarakan, namun
secara tiba-tiba Ui pangcu menghentikan kata-katanya dan
tak berbicara lagi. "Mohon lo-pangcu suka memberi penjelasan' buru-buru
Tang Cuan berseru kembali.
'Orang yang luar biasa dikala menghadapi persoalan
yang luar biasa, ada kalanya harus menggunakan pelbagi
cara dan tindakan yang melanggar garis-garis bijaksana,
bila terlalu mengikat diri pada peraturan yang ketat maka
besar kemungkinan kalau hal ini justeru akan merugikannya
daripada suatu keberuntungan"
'Oooh ...." "Oleh karena itu, aku si pengemis tua beranggapan, ada
sementara persoalan perlu dilimpahkan semua hak dan
kekuasaan kepadanya sehingga dia bisa bertindak menurut
selera dan keinginannya sendiri"
Kembali Tang Cuan manggut-manggut.
"Dalam ini dunia persilatan sedang menghadapi suatu
badai pembunuhan yang luar biasa sekali, perubahan besar
yang berlangsung kali ini sama sekali berbeda dengan
keadaan dimasa-masa lampau, sudah banyak orang yang
terbunuh, namun kita masih belum tahu siapakah pihak
lawan, bila kita harus menghadapi persoalan yang luar biasa
ini dengan tindak tanduk yang jujur dan lurus, aku rasa
banyak kesempa-tan baik yang tak bisa dimanfaatkan
dengan sebaiknya, maksud dari aku si pengemis tua
tentunya dapat dipahami oleh Tang ciang-bunjin bukan?"
"Boanpwe agak mengerti!"
Agak mengerti berarti masih ada hal yang kurang jelas.
Sebagaimana diketahui, Tang Cuan adalah seorang yang
berpikir lurus, ia merasa kurang begitu cocok dengan apa
yang dikatakan oleh Ui pangcu barusan.
Ui lo pangcu adalah seorang yang sangat
berpengalaman, sudah barang tentu diapun dapat menduga
kecurigaan diatas orang, sambil tertawa ia lantas berkata
lagi: `Tang ciangbunjin, ambil contoh dengan peristiwa
penyerbuan yang menimpa Bu khek bun kalian, coba kalau
kita tidak pergunakan sedikit otak dan kecerdasan,
dapatkah kita ketahui siapa pembunuh yang sebenarnya?"
Tang Cuan menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab
lagi. "Kita ambil contoh dengan diri Cu Siau hong," kata Ui lo
pangcu lebih jauh, seandainya dia tidak diberi kebebasan
untuk menghadapi perubahan situasi dengan kehendak
hatinya, kau anggap dia punya berapa bagian kesempatan
untuk melanjutkan hi-dupnya'
Kembali Tang Cuan dibikin tertegun.
Masalah ini merupakan suatu contoh yang amat jelas dan
gamblang, terhadap manusia yang suka menyergap dan
main curang kita memang tak bisa menghadapinya dengan
jalan yang jujur, lurus dan terbuka.
Menyaksikan Tang Cuan sudah tak sang-gup untuk
menghadapi keadaan tersebut, Pek Bwee segera menyela.
"Perkataan dari lo pangcu bagaikan gun-tur yang
membelah bumi disiang hari bo-long, cuma Siau hong
sesungguhnya adalah seorang manusia yang sama sekali
belum berpengalaman, namun dia telah menampilkan
kecerdasan yang luar biasa, juga telah melakukan beberapa
persoalan yang amat berat, sekalipun dibalik kesemuanya
itu fak-tor keuntungan merupa-kan pangkal kesuksesannya.
Tapi nasib manusia toh tidak selamanya mujur terus."
Ui Lo pangcu tertawa katanya.
"Lote, kau anggap keberhasilan itu terpe-ngaruh pula
dari soal kemujuran?"
"Menurut aku si pengemis tua, seharusnya hal ini
termasuk semacam kecerdasan, semacam kecerdasan yang
muncul karena bakat alam, bakat alam semacam ini bukan
setiap orang dapat mempelajarinya.''
Pek Bwee menjadi tertegun, dia tahu Ui pangcu amat
mengagumi kemampuan Cu Siau hong, namun sama sekali
tak menyangka kalau dia begitu memandang tinggi akan
kemanpuannya. Bukan cuma Pek Bwee saja yang merasa kan hal ini
sebagai suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan,
sekalipun Tan Tiang kim dan Tang Cuan juga merasa
tertegun. Setelah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan
Pek Bwee berkata: "Lo pangcu, dia kan masih seorang bocah, janganlah kau
terlalu memanjakan dirinya"
'Ui pangcu segera tertawa, katanya:
"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya aku si
pengemis tua mengamati perkemba-ngan dunia persilatan,
akhirnya kujumpai juga munculnya suatu badai besar dalam
dunia persilatan" Sorot matanya segera dialihkan ketubuh Cu siau hong,
setelah itu sambungnya: 'Aku si pengemis tua juga telah bertemu dengan pemuda
ini, seorang pemuda yang merupakan tumpuan harapan
dari seluruh umat persilatan untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran .... ' Beberapa patah kata itu terlampau berat, membuat Cu
Siau hong merasakan peluh dingin bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya, buru-buru dia bangkit berdiri sembari
ber-kata: "Lo pangcu, boanpwe tak berani menerima sanjunganmu
itu" Ui pangcu kembali tertawa, katanya:
"Nak, duduklah dulu, mari kita berbicara secara baikbaik"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan "Tentunya kau
sudah pernah bersua de-ngan si Dewa pincang Ui Thong
bukan?" "Benar, boanpwe telah menjumpainya"
''Kenapa" Apakah lo pangcu kenal dengan nya?" seru Pek
Bwee. "Dia adalah seorang adik tongku, kepan-daiannya
memang lumayan, tapi ia selalu berusaha untuk melawan
takdir, dengan kepandaiannya dia ingin mencegah
terjadinya takdir pada manusia, meski di usia tuanya agak
menyesal, sayang keadaan sudah terlambat, tidak banyak
umat persilatan yang bisa memahami dirinya"
"Banyak sekali yang dia bicarakan dengan diriku" kata Cu
Siau hong, "sayang sekali dia sudah ........"
Ui pangcu segera menggoyangkan tangan nya berulang
kali mencegah Cu Siau hong berkata lebih lanjut, setelah
menghela napas panjang katanya:
"Didalam kehidupannya selama ini banyak penderitaan
yang telah dialaminya, terlalu banyak pula yang dipikirkan,
dia i-ngin ribut dengan manusia, ingin menen-tang suratan
takdir, untuk membangun ru-mah diatas pohon saja entah
berapa banyak pikiran yang telah dicurahkan kesana dan
pun menyelidiki pelbagai ilmu aneh dengan harapan bisa
menemukan sesuatu" "Apa yang berhasil dia peroleh?" tanya Pek Bwe cepat.
"Ia tak berhasil menemukan apa-apa, Aku pernah
menasehatinya agar dia sedikit tahu diri, namun dia
menolak anjuranku itu dan lagi dia kuatir akan
mempengaruhi namaku, selama ini tak pernah ia singgung
kalau aku adalah kakak Tong nya"
Sorot matanya segera dialihkan kewajah Cu Siau hong,
kemudian melanjutkan: "Siau hong, kau tahu" Walaupun kita belum pernah
berjumpa namun aku sudah mempunyai bayangan tentang
dirimu, itulah pemberitahuan dirinya, ia yang memberitahu
kan kepadaku bahwa orang yang bisa menyelamat-kan
badai pertumpahan darah dalam dunia persilatan hanyalah
kau ....." "Lo Pangcu, dapatkah kau percayai ucapan tersebut"''
tukas Pek Bwee tiba-tiba.
'Yaa, aku percayai apa yang dia katakan kepadaku belum
pernah meleset, ia minta kepadaku untuk percaya
kepadanya, dia telah melakukan pemeriksaan yang cermat
atas diri Cu Siau hong, dan lagi dia minta aku dengan
kedudukan, nama serta kekuatan yang ada pada tubuh Kay
pang untuk me-nunjang dirinya ...."
"0ooh.!" Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Cu Siaui hong, kemudian so-rot matanya dialikkan ke Ui
pangcu, kata nya: "Pangcu, asal kau orang memberi perintah, segenap
anggota Kay pang akan menu-ruti perintahmu'
"Tiang kim, persoalan ini belum boleh disiarkan dalam
dunia persilatan, sebab saat nya belum tiba, apalagi
bantuan yang kita berikan kepada Cu Siau hong selama ini
sesungguhnya adalah demi membantu Kay pang sendiri,
dalam kenyataan dialah yang sedang membantu kita,
membantu segenap umat persilatan yang ada didunia ini"
Masalah yang dibicarakan makin lama semakin besar dan
serius, suasanapun makin lama semakin tegang, dalam
keadaan demikian, agaknya Tang Cuan sudah tak mungkin
untuk turut mengambil bagian lagi dalam pembicaraan
tersebut. Akhirnya Cu Siau hong yang berbicara lebih dulu,
katanya: "Lo pangcu, organisasi tersebut telah berhutang darah
kepada Bu khek bun kami, hutcang darah ini harus dituntut
kembali, ciangbunjin kami dan boanpwe pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menuntut kembali
hutang darah tersebut' "Dalam kenyataan, musibah yang menimpa Bu kbek bun
tak lebih hanya merupakan suatu babak baru didalam dunia
persilatan, ketika kalian musnahkan kebun raya Ban hoa
wan, bukan saja hal itu sama arti nya telah membalaskan
dendam buat Bu khek bun, juga telah mencegah terjadinya
suatu pembunuhan-pembunuhan gelap secara besarbesaran...."
'Darimana lo pangcu bisa mengetahui akan hal ini?"
tukas Pek Bwee. "Ui Thong pernah membicarakan tentang soal ini
denganku, dia meninggalkan beberapa buah kantungan
berisi petunjuk untuk mencegah kejadian besar itu, dia
berpe-san apabila dunia sudah mulai kacau dan badai
pembunuhan telah dimulai, aku harus membuka
kantongnya yang pertama, dalam surat itu dia menulis
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
banyak sekali kejadian-kejadian yang akan berlangsung di
dunia ini, setelah kubaca ternyata memang ham-pir
sebagian besar yang cocok. Coba, bukankah hal ini aneh
sekali?" .. "Ilmu perbintangan dan ilmu meramal kejadian masa
depan merupakan suatu ke-pandaian yang luar biasa sekali,
tentu saja hasilnya tak boleh dianggap sebagai bahan
permainan" Ui pangcu menghela napas panjang, katanya:
'Terus terang saja sebetulnya aku merasa kurang
percaya dengan segala macdam kepandaian dari Ui Thong
tersebut, ta-pi setelah membuktikannya beberapa kali,
tampaknya sekalipun aku tak ingin per-caya juga mau tak
mau harus mempercayai-nya juga"
"Maka sekarang kaupun percaya?" kata Pek Bwee.
"Ya, sekarang mau tak mau aku musti percaya`
"Maksud lo-pangcu, apakah kau hendak menyuruh Siauhong
untuk menanggung se-suatu?"
"Betul! Oleh karena itu, aku si penge-mis tua
mengusulkan agar kalian lepas ta-ngan semua, biar dia
sendiri yang mengha-dapi semua persoalan ini"
"Bagaimana dengan lo-pangcu sendiri?"
"Tentu saja aku lebih-lebih tak akan menghalangi
niatnya, tapi aku akan mengerahkan segenap kekuatan
yang ada didalam Kay-pang untuk membantunya"
''Lo-pangcu" bisik Pek Bwee, "sudahkah kau pikirkan, dia
masih muda dan masih kekurangan soal kemantapan,
didalam meng-hadapi persoalan, bisa jadi dia akan
bertindak gegabah ....'. 'Oooh...!" Melihat Ui pangcu tidak berniat untuk menjawab
pertanyaan itu, tak tahan kembali Pek Bwee berkata:
''Lo pangcu, bertindak secara gegabah memang tak akan
sampai mencelakainya, tapi aku kuatir kalau cara kerjanya
agak sesat" "Pek lote, yang hendak kita hadapi sesungguhnya adalah
suatu organisasi kaum sesat, seandainya kita menghadapi
dengan cara yang lurus, aku kuatir belum tentu a-kan
peroleh hasil yang diinginkan"
"Pek Bwee menjadi terbungkam, ia sama sekali tidak
menyangka kalau tokoh persila-tan yang berkedudukan
amat tinggi ini bi-sa begitu memandang serius kemampuan
Cu Siau hong, sehingga masalah besar dari dunia persilatan
ini telah diserahkan pertanggungan jawabnya atas diri
seorang bocah yang baru berusia dua puluh tahunan.
Setelah hening, beberapa saat lamanya, Pek Bwe
berkata: ''Baik, kalau begitu kita tetapkan begini saja''
"Loya cu...." seru Cu Siau hong:
"Kau tak perlu kuatir" tukas Pek Bwe
"Soal suniomu, serahkan saja kepadaku"
'Baik!" kata Ui pangcu kemudian, "Tang ciangbunjin,
apakah kau bersedia memberi muka kepada aku si
pengemis tua"' Jelas tingkatannya ini merupakan pembe-rian muka
untuk Tang Cuan, buru-buru pemuda itu menjawab.
"Perintah dari lo pangcu, mana berani Tang Cuan tolak'
Agaknya Ui pangcu merasa puas sekali dengan jawaban
tersebut, katanya sambil tertawa.
''Bagus sekali, kalau begitu aku putuskan demikian saja,
aku telah mengeluarkan pe-rintah Tiok hu lang, tak lama
kemudian sepasukan jago dari Kay pang akan dikirim
kemari, selain itu aku si pengemis tua juga telah berjanji
dengan beberapa orang jago dari Pay kau, aku hendak
bertemu dengan mereka serta membicarakan soal kerja
sama kedua belah pihak."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Tang Cuan,
kemudian melanjutkan: "Ciangbunjin, aku rasa lebih baik kau turut serta didalam
pembicaraan ini." 'Lo pangcu'' buru-buru Tang Cuan berseru.
"Aku Tang Cuan hanya seorang manusia ke-cil, mana
berani mengikuti perundingan besar seperti itu" Aku rasa
tak usah ...." "Nak, jangan terlalu memandang rendah diri sendiri"
'kata Ui pangcu sambil meng-gelengkan kepalanya
berulangkali, "kau adalah seorang ciangbunjin dari
perguruan Bu khek bun, berarti kedudukanmu sama pu-la
dengan kedudukan ciangbunjin partai lain'
Tang Cuan merasa sedikit terkejut mendengar ucapan
tersebut, namun juga mera-sakan beban yang menekan
bahunya sema-kin berat, dengan wajah serius ujarnya:
"Lo pangcu, aku..."
"Ui pangcu menggoyangkan tangannya mencegah Tang
Cuan berkata lebih lanjut, katanya.
"Kau tak usah merendah lagi, keputusankru sudah bulat"
"Baik!''kata Tang Cuan dengan sikap yang sangat
menghormat, "pesan dari cianpwe boanpwe laksanakan' .
"Ui pangcu mengalihkan kembali sorot matanya kewajah
Cu Siau hong, kemudian ujarnya:
"Siau-hong, pergilah! Mulai sekarang Tan Heng, Ong
Peng sudah menjadi anak buahmu, aku serahkan mereka
kepadamu, aku serahkan mereka kepadamu, mulai kini dan
sementara waktu membiar-kan mereka terlepas dari Kaypang"
"Soal ini boanpwe rasa tak perlu" Ui pangcu segera
tertawa. 'Dalam kenyataan, mereka amat ber-sedia untuk bisa
terlepas dari belenggu peraturan Kay-pang yang begitu
berat untuk sementara waktu, selama ini kedua orang ini
selalu memandang tinggi diri sendiri, tapi aku telah
bertanya kepada mereka, agaknya merekapun merasa
takluk sekali kepadamu, maka dengan menyerahkan
mereka kepadamu, akupun tak usah kuatir jika kedua orang
itu sampai nakal'' 'Lo pangcu... . ." "Baiklah kita putuskan demikian saja" tukas Ui pangcu!...
sekarang pergilah beristirahat! Besok kau hendak membawa
serta siapa untuk memenuhi janjimu, lebih baik kau
putuskan sendiri" Cu Siau hong mengiakan, dia lantas beranjak dan mohon
diri dari ruang itu. Memandang bayangan punggung Cu Siau hong hingga
lenyap dari pandangan mata, Ui pangcu menghembuskan
napas panjang, -katanya. "Pek lote, apakah kau merasa keputusan yang kuambil
hari ini terlalu luar biasa?"
"Buat seorang locianpwe seperti kau, tentu saja didalam
mengatasi masalah sema-cam ini tak perlu berunding lagi
dengan orang lain'' jawab Pek Bwe segera.
Ui pangcu tertawa getir, kembali ujarnya: 'Tang
ciangbunjin, Pek lote, ada beberapa persoalan aku ingin
berbicara dulu de-ngari kalian"
'Boanpwe akan mendengarkan dengan seksama!"
''Walaupun aku mengusulkan Cu Siau hong untuk pergi
menempuh bahaya, tapi aku sama sekali tidak
berkeyakinan bahwa dia pasti aman tenteram tak akan
menjumpai bahaya apa-apa, di dalam hal ini kalian berdua
harus mempersiapkan batin sendiri sebaik-baiknya''
"Lo pangcu, benarkah dalam persoalan kali ini, kita
biarkan dia pergi dengan hanya membawa satu orang
pembantu saja." tanya Tang Cuan.
"Benar, seluruh kekuasaan telah kita serahkan
kepadanya, biar dia hadapi menu-rut pendapatnya sendiri,
entah apapun yang hendak dia lakukan, kami tak akan
turun tangan" "Lo-pangcu, apakah dari pihak Bu khek bun kami perlu
juga mengutus seorang utusan?"
''Aku rasa tak perlu, pertama pihak lawan tidak
memperkenankan dia pergi membawa orang, kedua,
dengan diutusnya seseorang dari Bu khek bun, berarti
membuat tindak tanduknya menjadi tidak leluasa"
"Paling tidak sewaktu terperangkap dalam jebakan
musuh, ia mempunyai seorang pembantu yang lebih
banyak' "Tang Cuan" kata Ui pangcu, "tindakanmu itu bukan saja
tak akan membantu dirinya, malah kemungkinan besar
justru akan menyulitkan dirinya."
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan:
"Kau harus mengerti, yang sedang dihadapi Cu Siau
hong sekarang adalah rase yang liciknya bukan kepalang,
mereka juga seperti harimau licik seperti rase, kecuali
orang yang bisa menghadapi perubahan situasi dengan otak
cerdasnya, lebih baik kita jangan mencampurinya, Tang
Ciangbunjin yang ku-maksudkan sebagai tindakan
menghadapi perubahan situasi meliputi pula soal kecerdasan,
siasat licin bahkan tipu menipu"
"Soal ini aku rasa kurang begitu baik!"
"Tindakan penyerbuan terhadap Bu khek bun ditengah
malam buta apakah terhitung pula suatu perbuatan lelaki
sejati?" Tang Cuan segera terbungkam setelah mendengar
perkataan itu. Kembali Ui pangcu berkata:
"Aku percaya dia dapat menghadapi keadaan tersebut,
perduli bagaimanakah ilmu silatnya atau kecerdasan
otaknya, seandai-nya kita turut campur, hal ini benar-benar
merupakan suatu tindakan merusak suasana."
Tergerak juga hati Pek Bwee setelah mendengar
perkataan itu, katanya kemudian:
"Lo pangcu bagaiinana paras muka nona itu?"
"Cantik jelita bak bidadari dari kahyangan"
"Pangcu, terhadap persoalan ini aku kuatir kalau Cu Siau
hong bertindak kurang cermat."
"Budak itu baru pertama kali terjun kedalam dunia
persilatan, menurut apa yang kudengar dari mereka, konon
dia adalah seorang gadis yang keras kepala, bagaimana
cara untuk menghadapinya, aku rasa saat ini merupakan
suatu persoalan yang pelik"
'Benar! "YAA, apa boleh buat" Bila sehari tak dapat menentukan
siapa yang lebih unggul diantara kita, bisa saja kita
bertarung selama dua hari dua malam untuk menentukan
siapa yang lebih unggul diantara kita berdua.
"Tidak bisa, aku tidak mempunyai waktu yang cukup
banyak untuk berbuat demiki-an'
''Lantas maksud nona?"
"Kita harus mencari suatu akal yang bagus untuk
menentukan menang kalah diantara kita dengan
secepatnya" "Aaaah, agak sulit, kau tak mampu membunuhku,
akupun tak mampu membu-nuh nona, coba kau pikirkanlah
kita masih mempunyai cara apa lagi yang bisa digunakan
untuk menentukan menang kalah diantara kita berdua ....".
"Aku masih mempunyai sebuah cara lagi, bahkan cara ini
amat praktis dan bisa menentukan menang kalah diantara
kita berdua dalam waktu sesingkat-singkatnya "'
"Oya" Coba, nona terangkan"
"Cu Siau hong, sebetulnya tidak pantas kalau
kuberitahukan cara ini kepadamu, tapi kami merasa cocok
satu dengan lain-nya, maka dari itu aku hendak memberi
kesempatan kepadamu untuk mempersiap-kan diri dengan
sebaik-baiknya" "Baik, akan kudengarkan dengan seksama"
"Kau mengerti tentang ilmu pedang terbang?"
"Pernah kudengar, konon kepandaian tersebut
merupakan semacam ilmu pedang tingkat tinggi?"
''Kau pernah melatihnya?"
'Belum pernah" ''Aku pernah melatihnya!'
"Oya. . . ?" "Agar menang kalah diantara kita berdua bisa ditentukan
secepatnya, terpaksa aku harus mempergunakan ilmu
pedang terbang ini untuk menghadapi dirimu"
Tergetar juga perasaan Cu Siau hong setelah mendengar
ucapan tersebut, diam-diam pikirnya:
"Menurut suhu, untuk menggunakan ilmu pedang
terbang maka seseorang akan menghimpun segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melancarkan sebuah serangan,
mati hidup, menang kalah akan segera terlihat
hanya dalam satu gebrakan saja, aku lihat budak ini masih
amat muda, masa dia sudah dapat mempelajari kepandaian
tingkat tinggi semacam ini?"
Dalam hati ia berpikir demikian, sementara diluaran
katanya: "Nona Ih, benarkah kau hendak menan-tang aku untuk
bertarung mati-matian ....."
'Perkataanmu memang benar, bagaimana pun juga
menang kalah diantara kita me-mang harus ditentukan,
sebab daripada le-bih lambat semenit, toh lebih baik lebih
a-wal sedikit?" Cu Siau hong tertaweagetir, lalu katanya kembali:
"Nona, bila kau memang bersikeras un-tuk berbuat
demikian, terpaksa aku akan mempertaruhkan nyawa untuk
mengiringi kehendakmu itu"
"Baik, bersiap-siaplah kau, mulai sekarang, setiap saat
aku bisa melancarkan serangan"
Selesai berkata pelan-pelan pedangnya diangkat ke atas
dan disilangkan di depan dada.
Mengikuti gerakan pedangnya itu, sikap Ih Bu lan pun
turut berubah menjadi dingin dan amat serius.
Itulah keseriusan yang telah di perlihat-kan, ketulusan
dihati dan kewibawaan diluar.
Sekalipun seseorang yang tidak mengerti tentang iimu
pedangpun dapat merasakan juga, apalagi serangan mana
dilancarkan sudah pasti akan mendatangkan kekuatan yang
luar biasa dahsyatnya. Cu Sian hong telah memusatkan segenap perhatiannya
untuk mengawasi gerak gerik lawan, ia merasa seluruh
tubuh Ih Bu Ian seakan-akan telah melebur menjadi satu
dengan pedangnya, hal ini membuat hatinya merasa amat
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemetar keras. Tiba-tiba Ong Peng memburu maju kede-pan sambil
berseru: "Cu kongcu, Kau tak boleh menyambut se-rangan itu"
Sekarang dalam jarak lima kaki disekitar tempat ini
sudah tiada burung hidup yang bisa melewatinya lagi, sebab
seluruh wila-yah sudah dilingkupi oleh hawa pedangnya
yang amat kuat, sekalipun kita ingin pergi juga tak akan
berhasil untuk berhasil melepaskan diri dari sini"
Ong peng sendiripun dapat merasakan a-danya segulung
hawa pembunuhan yang sa-ngat kuat menyelimuti
sekeliling tempat itu. Dengan suara lantang Cu Siau hong se-gera berseru:
"Nona Ih, harap tunggu sebentar, aku hendak
memberitahukan rekanku ini tentang beberapa hal"
"Katakanlah aku akan menunggumu, ta-pi jangan terlalu
lama" Cu Siau hong manggut-manggut, sambil berpaling
kearah Ong peng, ujarnya:
"Seandainya aku sampai tewas diujung pedang nona Ih
nanti, tolong antar jena-jahku kepada pihak Bu khek bun
dan serah-kan kepada ciangbun suheng, minta ke-pada
mereka untuk menguburnya dalam perkampungan Ing gwat
san ceng, tak perlu diangkut pulang kedesa kelahiranku...."
"Kongcu........"
"Dengarkan baik-baik" tukas Cu Siau hong, "waktu kita
untuk berbicara tidak terlalu banyak"
"Baik, aku akan mendengarkan dengan seksama"
''Beritahu kepada sunioku, dendam kesumat ini tak
mungkin bisa kami balas, suruh dia bubarkan perguruan Bu
khek bun, lalu mengajak It ki sute pergi jauh, keujung
langit dan mengasingkan diri, jangan sekali-kali memikirkan
lagi soal pembalasan den-dam"
"Kongcu ..... '. Ong peng teramat sedih.
''Dengarkan kata-kataku selanjutnya" tukas Cu Siau
hong. Benar juga, Ong Peng tak berani banyak berbicara lagi.
Cu Siau hong menghembuskan napas pelan lalu berkata:
"Bila berjumpa dengan lo pangcu beritahu dua hal
kepadanya, pertama katakan kalau aku tak dapat
menunaikan tugas sampai selesai'
'Persoalan yang kedua?" tak tahan air mata jatuh
terlinang membasahi wajah Ong Peng.
"Suruh dii mempersatukan kekuatan dari segenap
perguruan yang ada didunia ini dan orang-orang yang telah
mengasingkan diri untuk bersama-sama menghadapi
organisasi ini, kalau hanya mengandalkan Kay pang dan Pay
kau saja mungkin masih belum cukup.
"Hamba akan mengingatnya semua" buru-buru Ong Peng
membungkukkan badannya memberi hormat.
Cu Siau hong segera tertawa.
''Baik, kalau memang sudah diingat, lak-sanakan dengan
sebaik-baiknya" Kemudian sambil membalikkan badannya pelan-pelan dia
mengangkat pedangnya ke atas udara, kemudian
melanjutkan. 'Nona, aku telah selesai untuk menyampai-kan pesanpesan
akhirku, harap nona suka memegang janji dan
jangan membunuh pula orang yang akan menyampaikan
pesan terakhirku ini' "Matilah dengan hati yang lega, semua yang telah
kusanggupi pasti akan kulakukan dengan sebaik-baiknya"
"Kalau memang begitu, akupun tak usah merasa kuatir
lagi, nah, silahkan nona melancarkan serangan"
''Kau hanya meninggalkan beberapa patah kata itu saja?"
"Benar, hanya beberapa patah kata ini saja."
"Konon ayahmu masih hidup sehat wal-afiat, apakah kau
tidak akan meninggalkan pesan apa-apa kepada mereka!
"Orang tuaku bukan anggota persilatan, mereka tak akan
memahami persoalan seperti itu"
'Kalau begitu, tinggalkanlah beberapa pa-tah kata untuk
istrimu!" 'Sayang sekali aku belum beristri"
'Kalau begitu tentunya kau mempunyai kekasih hati atau
pujaan hatimn bukan"'
"Juga tidak ada, cuma aku memang mempunyai
beberapa orang dayang yang genit--genit"
"Dayang?" "Benar, orang yang mengurusi soal makan minum dan
tempat tinggalku, setelah aku mati, mungkin mereka akan
datang menjumpai nona, maka aku harap nona bersedia
menasehati beberapa patah kata kepada mereka
" Ih Bu lan manggut-manggut.
"Aku pasti akan memenuhi keinginan hatimu itu"
Cu Siau hong segera tertawa getir, lalu katanya:
"Baiklah, sekarang nona boleh segera turun tangan untuk
mulai melancarkan serangan."
"Padahal aku benar-benar tak ingin membunuh dirimu,
dapatkah kau beritahukan kepadaku, kau bukanlah
pembunuh dari Keng Ji kongcu. . . . . ?"
"Tidak dapat, sebab Keng Ji kongcu betul-betul sudah
mati ditanganku, mengapa aku tak boleh mengakuinya?"
Dengan sedih Ih Bu Ian menghela napas panjang.
"Aaai.... seandainya kau tidak membu-nuhnya, dia pasti
akan membunuh dirimu' "Nona, bukti nyata sudah berada dide-pan mata,
sekalipun aku berusaha untuk menyangkal atau memungkiri
persoalan ini juga bukan suatu cara yang tepat, bila nona
tidak bermaksud untuk memaafkan kesalahanku itu,
terpaksa diantara kita berdua harus melangsungkan suatu
pertarungan untuk menentukan menang kalah kita berdua"
"Kau amat keras kepala" bisik Ih Bu lan.
Pelan-pelan pedangnya diangkat kembali ke tengah
udara sambil bersiap-siap melancarkan serangan.
Cu Siau hong pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya
dengan mengambil posisi menghadapi lawan, hawa
murninya dihimpun menjadi satu, segenap perhatian
dipusatkan menjadi satu, dia telah bersiap sedia
menghadapi serangan maut dari Ih Bu lan terse-but.
Paras muka Ong Peng amat serius dan mengawasi gerak
gerik dua orang itu tanpa berkedip.
Walau perkenalannya dengan Cu Siau hong belum
berlangsung lama, namun dalam ha-ti kecilnya telah muncul
suatu rasa persahabatan yang amat tebal ....
Walaupun selama ini dia hanya berlagak sebagai
pembantu anak muda itu, namun dalam dua hari ini, dari
dalam hati kecilnya telah timbul semacam perasaan yang
sangat aneh, ia merasa bisa mengikuti manusia seperti Cu
Siau hong, sekalipun benar-benar menjadi pelayannya juga
suatu kejadian yang amat menggirangkan.
Tapi pergaulan yang penuh kegembiraan ini segera akan
berakhir, sejenak lagi bila Ih Bu lan melancarkan serangan
dengan sepenuh tenaga, Cu Siau hong akan roboh
bermandikan darah diatas tanah.
Kendatipun peristiwa itu sendiri belum sampai terjadi,
akan tetapi dalam benak Ong peng seakan-akan telah
terbayang suatu peristiwa yang tragis, Cu Siau hong dengan
tubuh penuh bermandikan darah terkapar diatas tanah.
Mendadak Ong peng membentak keras:
"Tidak bisa!" Sementara itu, Ih Bu lan sudah bersiap-siap melontarkan
serangan, ketika mendengar jeritan lengking dari Ong peng
ter-sebut, ia menjadi tertegun .....
Buru-buru serangannya ditarik kembali sambil menegur:
"Mengapa kau berteriak-teriak?"
Ong Peng menghela napas panjang.
"Aaai.... betul-betul suatu pemandangan yang amat
tragis dan mengenaskan" gumamnya.
"Pemandangan apa?"
"Aaaai .... apa yang kukatakan hanya suatu khayalan
belaka" gumam Ong Peng sam-bil menghela napas, "nona,
tak usah kita bicarakan lagi ..."
Tiba-tiba Ih Bu tan tertawa, katanya:
"'Aku tahu, kau pasti telah membayangkan menang
kalah yang bakal kami tentu-kan dalam pertarungan ini
bukan?" ''Entah apapun yang telah kubayangkan tak mungkin lagi
bagiku untuk menghentikan pertarungan ini''.
"Soal ini jangan hanya menyalahkan kepadaku seorang,
aku toh sudah memberi kesempatan kepadanya"
Cu Siau hong turut tertawa, ucapnya:
'Hari ini bisa dihindari, belum tentu besok bisa dihindari,
lebih baik turun tanganlah dengan segera!"
Ih Bu lan segera berpaling dan meman-dang ke arah Ong
Peng, kemudian ujarnya: "Nah, sudah kau dengar sendiri, dialah yang memaksa
aku, bukan aku yang memaksa dia, mengapa kau
menyalahkan aku?" "Nona Ih" kata Cu Siau hong pula sam-bil tertawa,
"sekarang, mungkin saja kau memang berhasrat untuk
menghentikan pertarungan, tapi hal ini pasti akan menyiksa
dirimu dan lagi sedikit banyak akan timbul perasaan tak
tenang dalam hatimu di kemudian hari, kau bakal teringat
selalu a-kan persoalan ini ...."
"'Sungguh"` tanya Ih Bu lan dengan wa-jah tertegun.
'Sungguh, kau akan selalu menyalahkan diri sendiri,
menganggap dirimu sendiri ti-dak berusaha dengan
sepenuh tenaga" "Cu Siau hong, aku merasa sangat pusing, batinku
bertentangan sendiri, aaai, . .!" Mungkin aku memang tidak
seharusnya da-tang kemari''
"Nona, lancarkanlah seranganmu itu, dalam sernnganmu
iti, entah berhasil atau tidak membunuhku, kau pasti akan
memperoleh ketenangan"
Ih Bu Ian manggut-manggut, sekali lagi dia mengangkat
pedangnya ke tengah uda-ra sambil bersiap-siap. Serangan
kali ini dia tidak ragu lagi, sambil me-lejit ke udara,
pedangnya seperti sebuah bianglala tajam meluncur ke
angkasa dan menyambar ke depan.
Tiba-tiba Ong Peng memejamkan matanya rapat-rapat.
Cu Siau hong menggerakkan pula pedang-nya
menciptakan selapis cahaya bianglala putih yang amat
menyilaukan mata. "Traaang..!" terdengar suara benturan nyaring
berkumandang memecahkan keheningan, cahaya putih
segera lenyap dan ha-wa pedang pun membuyar ke
angkasa. Paras muka Ih Bu lan berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, keningnya berke-rut kencang, dia berdiri dengan
pedang di silangkan didepan dada.
Ternyata keadaan waktu itu tidak seperti apa yang
dibayangkan Ong Peng tadi.
Atau paling tidak, Cu Siau hong belum mati, sekarang
keadaannya sudah amat jelas, Cu Siau hong berdiri dengan
pedang melint-ang badan. Sekujur tubuhnya basah kuyup oleh darah yang
bercucuran keluar amat deras.
Luka itu terletak didada bagian depan, tampak daging
yang merekah keluar sampai darah segar yang
berhamburan membasahi pakaian.
Dalam keadaan demikian, asal Ih Bu lan melancarkan
sebuah serangan lagi, niscaya Cu Siau hong akan terbunun
diujang pedangnya. Ong Peng menjadi tertegun, serunya de-ngan cepat.
"Kongcu... ..!'' Cepat-cepat dia memburu ke depan.
"Ong Ping, aku baik sekali" kata Cu Siau hong sambil
tertawa, "aku telah berhasil menyambut serangannya itu"
"'Tapi kau terluka''
''Aaaah, apakah artinya sedikit luka ini" Dibandingkan
dengan apa yang kuduga semula, keadaanku sekarang jauh
lebih baik" Sementara itu, Ih Bu lan telah menarik kembali
pedangnya seraya berkata pelan:
"Cu Siau hong, aku telah berusaha dengan segala
kemampuan yang kumiliki namun aku tak berhasil
membunuh dirimu" "Ehmmm ......" 'Apa yang kau katakan memang benar, hatiku sekarang
pun lebih tenang dan tenteram, aku sudah memberikan
pertanggungan jawab kepada calon suamiku, dengan tulus
hati dan bersungguh-sungguh aku telah be-rusaha untuk
membalaskan dendam baginya akan tetapi aku gagal untuk
melakukannya." 'Nona, apakah kau masih ada rencana lain?"
"Tidak ada, aku hendak pergi, aku akan pergi
meninggalkan tempat ini, jika kau amat dendam kepadaku,
setiap saat kau boleh datang mencari aku untuk membuat
perhitungan." Cu Siau hong segera menggelengkan kepalanya berulang
kali, Katanya: 'Nona, kau telah berusaha keras demi Keng Ji kongcu,
janji kepada dirimu sendi-ripun sudah terpenuhi, sekarang
aku ingin mengajak nona untuk mernperbincangkan
masalah dunia persilatan"
"Aku tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, orang yang kukenalpun tidak banyak, terhadap
urusan dunia persilatanpun mengetahui amat terbatas
sekali. "Mungkin saja persoalan tentang dunia persilatan yang
kau ketahui tidak banyak tapi untuk membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak timbul dari sanubari masing-
masing orang sendiri, hal mana sama sekali tiada
sangkut pautnva dengan masa-lah dunia persilatan.
Ih Bu lan termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
`Aku tak lebih hanya seorang anak pe-rempuan yang
tidak banyak pengalaman, yang tak tahu urusan apa-apa,
jangan terlalu mengharapkan diriku, nah aku hendak pergi
dulu, baik-baiklah menjaga dirimu baik-baik......"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah tertawa sedih, dia melanjutkan:
"Bukit tidak berbelok, jalannya yang berbelok, mungkin
saja kesempatan kita untuk bersua kembali dimasa
mendatang masih terbuka lebar ......"
Sambil membalikkan badan, dia mengajak dayangnya
beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Dengan termangu-mangu Cu Siau-hong memperhatikan
bayangan punggung dari Ih Bu-lan, memandang hingga
bayangan itu lenyap dari pandangan mata.
Ong Peng menghembuskan napas panjang, ujarnya
kemudian. "Kongcu, mari kita bungkus lukamu itu!"
Cu Siau-hong manggut-manggut.
'Ong-Peng, dia mengetahui banyak sekali rahasia besar
yang kita perlukan, sayang dia enggan untuk
mengutarakannya" "Kongcu, mungkin kau lupa, dia memang sebetulnya
adalah musuh kita semua .. ....! '
Setelah mengeluarkan obat luka luar, dia segera
membalut luka Siau-hong yang berada dibagian dadanya.
Mulut luka itu dalamnya mencapai tiga inci dengan
panjang setengah depa, andaikata luka itu seinci lebih
dalam lagi, besar kemungkinannya akan melukai isi perut atau
otot tulangnya. Sementara itu Ong Peng sembari membubuhkan obat
pada luka dada itu, diam-diam dia berdoa bagi keselamatan
Siau-hong. Sebaliknya Cu Siau hong sendiri tidak memperdulikan
keadaan lukanya, dia termenung dengan kening berkerut,
seakan-akan sedang mempertimbangkan suatu masalah
besar yang amat pelik baginya.
Selesai membalut luka tubuh Cu Siau hong, Ong Peng
lalu baru berbisik dengan lirih.
"Kongcu, sudah saatnya buat kita untuk pulang, lukamu
itu tidak ringan, lebih baik istirahatlah dulu selama
beberapa hari' Dengan nada setengah menjawab setengah tidak, Cu
Siau hong berkata: 'Ong Peng, apakah dari pihak Kay--pang telah mengirim
mata-mata yang mengawasi daerah disekitar tempat ini"
"Sebenarnya ada, tapi untuk memenuhi harapan kongcu,
Tan tianglo telah menitahkan untuk membuyarkan semua
pengawasan disekeliling tempat tersebut.'
Mendadak.Cu Siau hong melompat bangun sambil
berseru: "Kita segera berangkat! Cepat laporkan kepada Tan
tianglo, kita harus menguntit nona tersebut"
Berbicara sampai disitu, mendadak ke-ningnya berkerut
kencang, seakan-akan me-rasa kesakitan.
Jelas mulut lukanya kembali merekah akibat dari
goyangan badannya barusan.
Ong Peng menghela napas panjang, ka-tanya:
"Kepandaian Kay-pang untuk menguntil jejak seorang
adalah nomor wahid didunia, tak nanti budak itu meloloskan
diri. Kaupun tak usah kesal karena persoalan ini, yang
penting adalah rawat lukamu sebaik-baiknya ......"
Cu Siau-hong manggut-manggut dan berjalan keluar dari
hutan. Ong Peng betul-betul sangat hebat, tak lama kemudian
ia telah berhasil mendapat-kan sebuah tandu kecil. .
Dengan naik tandu, Cu Siau-hong segera dilarikan pulang
dengan kecepatan tinggi. Tandu itu langsung masuk ke dalam ru-ang tengah
sebelum berhenti. Sepanjang perjalanan tadi, Cu Siau-hong telah mengatur
napasnya dan bersermedi, menanti tandu itu berhenti, ia
telah selesai pula dengan semedinya. "
Begitu menyingkap tirai dan melangkah keluar dari
tandu, seketika itu juga ia menjadi tertegun.
Tampak Ui lo pangcu, Tan Tiang-kim, Pek Bwee, Pek
Hong dan Tang Cuan berlima telah berdiri berjajar didepan
tandu. Buru-buru dia maju ke depan dan menjatuhkan diri
berlutut katanya: "Sunio dan cianpwe sekalian menyambut kalian tak
berani Siau hong terima....''
"Bangunlah nak, konon lukamu tidak ring-an" tukas Pek
Hong. . "Nak, rupanya aku salah juga setindak'" kata Ui lo
pangcu pula, ak sudah menilai rendah lawanku"
Tang Cuan segera mengulurkan tangan kanannya dan
membangunkan Cu Siau hong dari atas tanah.
"Mari kita berbincang-bincang di ruang dalam saja?" kata
Ui lo pangcu, kemudian sambil memberi tanda.
Dalam ruangan belakang makanan kecil dan air teh
wangi telah disiapkan di atas meja.
Ui lo pangcu, Tan Tiang kim, Pek Bwee Pek Hong, Tang
Cuan ditambah pula deng-an Cu Siau hong, enam orang
bersama-sama mengambil tempat duduk diruang itu.
Agak kebingungan Cu Siau hong memper-hatikan
sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya.
"Lo pangcu adakah suatu kejadian besar"'
"Siau hong, jangan kau tanyak
SAMBIL tertawa Ong Peng segera menggeleng.
''Tidak usah, kita di ruang tengah ini saja, itu. . . meja
dekat jendela' "Maaf toaya, meja ditepi jendela sudah penuh semua"
"Bukankah di sana masih terdapat meja kosong?"
"Meja itu sudah dipesan orang."
"Dipesan siapa?"
"Li ciang-kwee dari toko penjual kain Tay-heng!''
Ong Peng tidak menggubris pelayan itu lagi, dengan
langkah lebar dia segara berjalan menghampiri meja
tersebut. Meja itu cukup besar, diatasnya sudah disiapkan
mangkuk dan sumpit, malah dicantumkan pula kartu nama
dari pemesannya. Sambil tertawa Ong Peng segera mengambil kartu nama
itu dan membuangnya ke lantai, setelah itu ujarnya sambil
tertawa: "Pelayan, aku lihat kami akan menempati meja ini saja"
Sementara itu Tiong It-ki yang bertugas berjalan dipaling
belakang sambil mengawasi keadaan disekelilingnya telah
naik pula ke dalam ruangan Wang-kang-lo.
'Tiong It-ki tidak duduk bcrsama Cu-Siau hong,
melainkan seorang diri duduk dimeja yang berhadapan
dengan mulut anak tangga, Hal ini memang disengaja oleh
Cu Siau hong, agar bilamana perlu bisa mernberi bantuan
dengan secepatnya. Menyaksikan gerak gerik Cu Siau-hong serta sikap Ong
Peng yang siap-siap hendak berkelahi itu, pelayan tersebut
menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Wang-kang-lo adalah rumah makan terbesar dan
termegah di kota Siang-yang, juga merupakan tempat yang
paling suka dida-tangi oleh orang-orang persilatan,
persoalan sekecil pun yang terjadi ditempat ini, dengan
segera akan tersiar sampai dimana-mana.
Cu Siau hong segera mendehem pelan dan mengambil
tempat duduk, sementara dua orang Kiam-tong itu segera
berdiri disebe-lah kiri dan kanan tubuhnya.
Tan Heng dan 0ng Peng duduk dikedua belah samping
sehingga kursi dihadap-an Cu Siau-hong dibiarkan dalam
keadaan kosong. Sambil tertawa Cu Siau-hong segera berkata:
"Ong congkoan, suruh pelayan hidangkan sayur"
Sewaktu bersantap, dikedua belah sampingnya masingmasing
berdiri seorang bocah yang menyoren pedang, lagak
semacam ini selain amat jumawa pun latah sekali.
Ong Peng segera berpaling memandang ke arah sang
pelayan yang masih termangu, kemudian sambil
mendengus dingin serunya:
"Hei, mengapa masih berdiri termangu disitu" Hayo
cepat siapkan sayur dan arak."
Gerak gerik mereka yang jumawa ditambah perselisihan
yang terjadi, dengan cepat menarik perhatian banyak orang
yang ada dalam ruangan rumah makan itu.
Sekarang, sebagian besar sorot mata mereka telah
tertuju ke arah mereka. Dengan suara rendah pelayan itu berseru:
"Congkoan toaya, orang yang memesan tempat ini
adalah langganan kami, dengan perbuatanmu itu bukankah
sama artinya dengan memecahkan mangkok nasi hamba!"
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang ramai
berkumandang datang dari arah tangga, kemudian muncul
enam orang disitu. Orang pertama adalah seorang lelaki berjubah panjang,
dia adalah Li ciang-kwee dari toko cita merek Tay-heng.
Tampaknya Li ciangkwee sudah mengetahui letak meja
yang dipesannya, dia langsung berjalan menuju ke depau
Cu Siau-hong Melihat kedua belah pihak telah saling bertemu, sambil
bermasam muka pelayan itu berdiri kaku disamping.
Senyuman yang semula menghiasi bibir Li ciangkwee
segera lenyap begitu dilihat-nya meja yang dipesan telah
terisi tamu dan segera berpaling ke arah pelayan, kemudian
dengan kemarahan yang meluap te-riaknya...
"Hei apa, yang terjadi" Tampaknya usaa Wang-kang-lo
terlalu baik sehingga meja yang kami pesan pun sudah di
jual kepada orang lain ?"
"Li ciangkwee" seru pelayan itu, sambil terbungkukbungkuk
penuh ketakutan, "se-benarnya meja ini sudah
kami tinggalkan buatmu, tapi beberapa orang toaya ini
bersikeras hendak mendudukinya, hamba. . . hamba. ."
Li ciangkwee segera berpaling ke arah Cu Siau-hong,
ketika dilihatnya Cu Siau hong mendongakkan kepalanya
tanpa me-mandang sekejap matapun terhadapnya,
kemarahan nya yang berkobar makin menjadi dan segera
tertawa dengan tiada hentinya"
"Heeehh. . . heeehhh. . . heeehh. . . masa kejadian
seperti ini" Dalam persoalan apa pun tentu ada perbedaan
antara siapa yang datang duluan dan siapa belakangan,
apakah lantaran Li toaya suka makan gratis maka tiada
tempat bagi ku". Hmm, panggil ciangkwe kalian! Hari ini
aku harus menuntut suatu keadilan dari kalian!''
Pelayan itu segera mengiakan dan membalikkan badan
berlalu dari situ. Tapi Ong Peng segera menghalangi jalan perginya seraya
berseru: 'Tunggu sebentar.....' Setelah bangkit berdiri, Ong Peng mengangkat bahunya
seraya berkata lebih jauh:
"Aku pikir, kau tentunya Li ciangkwe dari toko cita merek
Tay heng bukan?" ''Betul, aku she Li!"
"Seorang yang mulia tak akan menyalahkan orang kecil,
Li ciangkwe, aku lihat kemarahanmu itu tak perlu kau
lampiaskan diatas tubuh pelayan tersebut"
''Apa maksudmu?" teriak Li ciangkwe dengan gusar.
"'Pelayan itu sudah mengatakan kalau meja ini telah
dipesan oleh Li toa-ciangkwe, cuma kami tidak melihat
kehadiran Li toa--ciangkwe disini, maka kami pun datang
kemari duluan, kau toh sudah bilang, ada yang datang lebih
dulu ada yang belakangan, itulah sebabnya kamipun
menempati meja ini lebih dahulu '
"Tapi sekarang kami toh sudah datang'
"Kalian sudah datang terlambat, maka aku minta lebih
baik kalian berpindah tempat saja."
*********************************
Hal 9 s/d 12 Hilang *********************************
kemudian sambil tertawa, "dalam Wang kang-lo ini
penuh dengan mangkuk dan piring porselen, berkelahi
ditempat ini bukankah hanya akan merusak peman-dangan
saja?" Dimulut dia berkata demikian, sepasang tangannya sama
sekali tidak berhenti, secara beruntun dia telah menyambut
ke enam buah serangan yang dilancarkan dua orang lelaki
berbaju panjang itu. Kedua orang lelaki berjubah panjang itu masing-masing
melanearkan tiga buah- sera-ngan, serangan pertama dan
ke du.a dapat dipunahkan Ong P.3ng secara mudah,,
sedang serangan yang ketiga ternyata disambut o-leh Ong
Peng dengan kekerasan. ' "Blaaammm!" ditengah suara benturan yang amat
nyaring, dua orang lelaki berjubah panjang itu masingmasing
mundur satu langkah. Paras muka Li ciangkwe segera berubah hebat serunya:
"Kalian berdua masa tak sanggup untuk membereskan
satu orang saja. . ."
Dua orang lelaki berjubah panjang itu segera
menundukkan kepalanya dengan wajah malu.
Li ciangkwe menghela napas panjang, kembali
gumamnya: "Memelihara tentera seribu hari, menggunakannya dalam
sesaat, dihari-hari biasa kalian makan kelewat mewah,
minum kelewat kenyang, setelah menjumpai persoalan satu
pun tak becus!'' Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadi-an itu, diamdiam
lantas berpikir: "Saudara hanya memikirkan soal rejeki dan uang, orang
ini mah sedikit pun tidak mirip seorang saudagar"
Mendadak dua orang lelaki berjubah panjang itu
menyingkap jubah panjangnya sambil meraba ke pinggang,
tampaknya mere-ka sudah bersiap-siap hendak menggunakan
senjata tajam. Dengan kening berkerut Li ciangkwe segera menegur:
'Hei, mengapa tidak segera mengundur-han diri". Apakah
kalian suka kehilangan muka di situ?"
Pada waktu itu, dua orang lelaki berju-bah panjang itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah meraba gagang go-lok mereka, tapi setelah
mendengar tegur-an tersebut, mereka segera
mengendorkan kembali tangannya dan~mengundurkan diri
dengan kepala tertunduk. Dalam pada itu, Cu Siau-hong sedang memutar otaknya
menduga-duga siapa gerangan Li ciangkwe tersebut, namun
diluar dia bersikap acuh tak acuh, melirik sekejappun
kearah Li ciangkwe pun tidak. Tan Heng dan kedua orang
kiam-tong itupun hanya berdiri tak berkutik ditempat
semula. Sambil tersenyum Ong Peng, segera berkata lagi.
"Soal bersantap mah setiap hari harus melakukannya
beberapa kali, pekerjaan semacam ini bukan terhitung
sesuatu yang luar biasa, masa soal isi perut pun mesti
beradu jiwa?" "Perkataanmu memang benar" kata Li-ciangkwe sambil
tertawa dingin, "tempat yang kami pesan telah kau serobot,
kejadian ini mah kejadian kecil, untuk bersantap juga tak
perlu saling beradu jiwa, anggap saja kalian lebih hebat,
kami mengaku kalah. . ."
Sambil mempertinggi suaranya, dia melanjutkan:
"Pelayan! kami akan berpindah tempat!"
"Silahkan Li-ya!" buru-buru pelayan itu berseru.
'Dia segera membalikkan badan dan berlalu lebih dulu
dari sana. Li ciangkwe segera mengikuti dari be-lakangnya.
Ong Peng berkerut kening, dia segera berpaling dan
memandang sekejap kearah Cu Siau hong, sementara
wajahnya memperlihatkan perasaan apa boleh buat.
Agaknya dia sama sekali tidak menyangka kalau Li
ciangkwe bisa menahant sabar dengan menyudahi
persoalan sampai disitu saja.
Setibanya disamping Cu Siau-hong, dia lantas berbisik
dengan suara lirih. 'kongcu, bajingan itu sanggup menyesuaiktan diri dengan
keadaan, kenyataan ini benar-benar berada diluar dugaan
kami" "Duduk dan bersantaplah, jangan sampai membuat
orang lain tahu kalau kita memang sengaja mencari garagara"
Ong Peng mengiakan dan duduk kembali ke tempat
semula. Dengan cepat pelayan datang menghidang-kan sayur
dan arak. Dua oxang Kiam-tong tersebut hanya berdiri dibelakang
Cu Siau-hong sambil menun-dukkan kepalanya, mereka
tidak berkata apa-apa. Dalam kenyataan kedua orang itu selalu memperhatikan
setiap orang yang berada di ruang Wang kang lo tersebut.
Sayur dan arak telah dihidangkan, dalam waktu singkat
seluruh meja telah di penuhi oleh hidangan-hidangan yang
lezat. -ooo0ooo- BAGIAN 34 SEMENTARA itu, Li ciangkwe bersama semua orang yang
dibawanya telah ber-lalu dari pengawasan dari Cu Siau
hong sekalian. Sedang tamu yang berkunjung ke rumah makan Wang
kang lo makin lama semakin ba-nyak, sedemikian penuhnya
sampai tiada tempat yang kosong lagi.
Tapi tamu yang berkunjung kesana masih berrdatangan
terus tiada hentinya. Diatas ruangan Wang kang lo masih tersedia dua tempat
kosong yang dapat menampung dua orang lagi, yaitu di
meja yang ditempati oleh Cu Siau hong.
Tapi setiap orang yang melihat tampang Cu Siau hong
segera berusaha untuk menyingkir jauh-jauh, tak seorang
manusia yang tak ingin mencari kesulitan buat diri sendiri.
Tapi di dunia ini justru ada juga orang yang tidak takut
dengan segala macam kesulitan.
Misalkan saja kakek dan orang muda ini.
Yang tua sudah berusia lima puluh tahunan, mengenakan
jubah panjang berwarna a-bu-abu, bertubuh kurus,
sedemikian kurus-nya hingga tinggal kulit pembuagkus
tulang, mungkin dari seluruh badannya belum tentu bisa
terkumpul daging seberat tiga kati.
Sepasang matanya mana cekung kedalam, mukanya
kuning seperti lilin, tampang se-perti itu persis seperti
seorang yang sudah banyak tahun mengidap penyakit t b c.
Sebaliknya yang muda barwajah tampan berbibir merah
dan bergigi putih, dia mengenakan pakaian ringkas
berwarna biru, sebilah golok lengkung bergagang emas
tersoren dipinggangnya. Diatas sarung golok itu bertatahkan tujuh biji mutiara
sebesar buah kelengkeng, Mutiara-mutiara itu jelas tak
ternilai harganya, berkelip-kelip memancarkan sinar yang
menyilaukan mata. Dua orang manusia semacam itu melaku-kan perjalanan
bersama-sama, dengan cepat memberikan suatu
pemandangan yang kontras dan tak sedap dipandang ........
Dua orang itu langsung berjalan kede-pan meja, lalu
tanpa mengucapkan sepatah katapun segera duduk.
Kakek kurus berjubah abu-abu itu segera berteriak
keras: "Hei, pelayan, pelayan...."
Semenjak terjadinya keributan tadi, pelayan itu benarbenar
tak berani mengusik ketenangan Cu Siau hong
sekalian. Maka sewaktu dua orang itu duduk, walaupun sang
pelayan sudah melihatpun pura--pura tidak melihat, buruburu
dia melihat ke arah lain.
Tapi setelah dipanggil, tentu saja dia tak dapat berlagak
pilon terus, terpaksa sambil mengeraskan kepala dia
berjalan mendekat: "Tuan, kau ada pesan apa?" tegurnya.
"Tolong tanya apakah tempat ini adalah sebuah rumah
makan yang menjual hida-ngan?"
"Betul" "Kalau betul, mengapa mesti bertanya lagi". Cepat
siapkan sayur dan arak."
Pelayan itu memandang sekejap ke arah Cu Siau hong
dan Ong Peng, kemudian se-runya:
"Tuan, disini sudah ada tamu."
"Ada tamu lantas kenapa" Toh disini masih terdapat dua
tempat yang kosong. Apalagi sang tamu pun tidak
berbicara, buat apa kau mesti cerewet melulu?"
"Aku. . . aku. . ."
Cu Siau hong segera mengangkat cawan araknya dan
berkata sambil tertawa: `Pelayan, tambahkan dua cawan dan dua pasang
sumpit" Sayur yang dipesan Cu Siau-hong benar-benar banyak
sekali, meskipun cuma empat orang yang sedang duduk
bersantap, paling tidak ada belasan macam sayur yang
dihidangkan. Malahan diantaranya ada setengah yang sama sekali
belum di jamah mereka. Agaknya palayan itu tidak menyangka kalau tamunya
yang satu ini sebentar dingin sebentar panas, melihat
kesulitan secara tiba-tiba bisa teratasi, dengan cepat dia
me-ngiakan dan buru-buru membalikkan badan berlalu dari
sana. Mendadak terdengar kakek berbaju abu-abu itu
membentak dengan suara dingin:
"Berhenti kau jangan bergerak!"
Pelayan itu menjadi tertegun, kemudian serunya:
"Ada urusan apa?"
"Lohu bukan seorang peminta-minta, akupun bukan
seorang yang tak sanggup membayar, mengapa aku mesti
makan sisa sayur orang lain" Siapkan hidangan persis
seperti yang dia pesan itu!"
"Oooh tuan, kalau pesan seperti itu lagi, mana muat
tempatnya?" Kontan saja kakek berbaju abu-abu itu tertawa dingin. .
"Mengapa tidak muat" Apakah kaliaa tak bisa
menyingkirkan hidangan yang sudah mereka?"
'Soal ini, soal ini ...' Dari dalam sakunya kakek berbaju abu-abu itu
mengeluarkan sekeping uang perak seberat tujuh delapan
tahil, kemudian sambil diletakkan diatas meja, serunya:
"Kau takut aku makan gratis" Nah, terimalah dulu
uangnya' Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
"Pelayan sayur yang sudah kami makan seharusnya kau
singkirkakn semua!' Pelayan itu agak tertegun sebentar, kemudian sahutnya
dengan cepat: "Baik, baik! Tuan berdua tentunya sahabat lama"
"Teman" Teman apa" Lohu tak punya teman'" tukas
kakek berbaju abu-abu itu ketus.
Kalau dilihat dari keadaan sekarang, seratus persen
dapat dipastikan kalau kakek itu memang datang untuk
mencari gara-gara, sebab gaya yang diperlihatkan sekarang
adalah gaya orang yang sedang mencari urusan.
Cu Siau Hong segera tertawa, dia keringkan secawan
arak yang berada dihadapannya tanpa balas berbicara,
malah hawa amarahpun tidak terlihat diatas wajahnya .
Yang paling aneh lagi, adalah Ong Peng, ternyata dia
hanya menundukkan kepalanya sambil makan minum
dengan la-hap, sepatah katapun tidak diucapkan...
Pelayan itu masih berdiri tertegun disana untuk beberapa
saat lamanya dia tak tahu apa yang mesti dilakukan"
Agaknya kakek kerbaju abu-abu itu sudah habis
kesabarannya, mendadak dia berkata lagi dengan dingin:
`Pelayan, mengapa kau masih berdiri tak berkutik disitu"
Apakah kau anggap lohu tak bisa membunuh orang?"
Walaupun kakek berbaju abu-abu itu berperawakan
ceking, namun dia mempunyai suatu hawa seram yang
menggidikkan hati, hawa seram tadi bisa membuat orang
merasa ngeri, seram dan ketakutan.
Pelayan itu segera merasakan hatinya bergetar keras,
tanpa banyak berbicara dia lantas membalikkan badan dan
berlalu dari situ. Kakek berbaju abu-abu itu segera
mendongakkan kepalanya memandang sekejap ke-arah Cu
Siau-hong, lalu ujarnya: "Kau sungguh berjiwa besar!"
"Empat samudra semuanya adalah saudara, kita bisa
bertemu boleh dibilang masih berjodoh"
"Aku lihat inilah yang dinamakan musuh bebuyutan jalan
terasa sempit . . ."
'Musuh bebuyutan" Kita bermusuhan?"
'Betul, kita memang bermusuhan"
"Aku belum pernah berselisih denganmu, sejak kapan
dendam ini terikat" Harap sobat bersedia menerangkan"
Kakek berbaju abu-abu itu segera tertawa dingin.
"Heeehhh..... heeehhh. . . heeehhh. . lohu senang
berbicara apa, aku akan berbicara apa, memangnya di
dunia ini masih ada orang yang dapat mengurusi diriku?"
"Benarkah tiada orang yang mengurusi dirimu?" tiba-tiba
Cu Siau-hong mengejek. . Mendadak kakek berbaju abu-abu itu menekankan
tangannya ke atas meja, sepiring ang-sio-hi yang berada di
meja mendadak mencelat ke angkasa dan menyambar ke
wajah Cu Siau-hong. Seakan-akan ada orang yang mengangkat piring tersebut
dan menimpuknya ke depan.
Piring tersebut berputar amat kencang di angkasa,
kemudian meluncur kedepan dan menerjang pula keatas
tenggorokan Cu Siau hong.
Pada waktu itu, Cu Siau hong sedang memengang
sebuah cawan, dengan cawan itulah dia menghantam sisi
piring tersebut, "Traang" piring yang sedang berputar itu
mendadak meluncur balik ke belakang.
Jilid 25 Cawan arak itu tidak pecah, piringpun tidak retak,
didalam mementalkan benda pecah belah tersebut, mereka
berdua saling mengerahkan tenaga dalam yang dimilikinya.
Hanya tenaga dalam yang paling hebat saja yang dapat
merubah suatu kekuatan yang bersifat keras menjadi suatu
kekuatan yang lunak, kekuatan itu membuat benturan
antara cawan dengan piring tersebut tak sampai
menimbulkan keretakan apa-apa sebaliknya justru dengan
mempergunakan kesempatan tersebut,menyalurkan tenaga
dalamnya untuk menyerang lawan.
Kakek berbaju abu-abu itu mendengus dingin, mendadak
dia menyambar sebatang sumpit dan menghantam keatas
piring besar. Tiba-tiba saja piring besar itu berputar kencang dan
menyambar lagi kearah Cu Siau hong.
Menghadapi ancaman tersebut, Cu Siau hong segera
tertawa dingin, diapun menyambar sebatang sumpit dan
mengetuknya diatas piring mana.
Bagaikan permainan sulap saja, sepiring besat ikan Ang
sio hi tersebut berputar tiada hentinya ditengah udara.
Anehnya piring besar makin lama berpu-tar semakin
cepat ditengah udara sehingga terciptalah suatu
pemandangan yang sangat aneh.
Segenap tamu yang berada dalam ruangan Wang kang lo
segera dibikin terpesona oleh pemandangan itu, sehingga
tanpa terasa mereka meletakkan sumpit serta cawan
masing-masing untuk mendongakkan kepalanya.
Kini seluruh perhatian orang terpusatkan pada piring
besar yang sedang berputar kencang.
Tampak piring mana berputar kencang sampai puluhan
kali dengan kecepatan yang semakin melipat ganda.
Agaknya kakek berjubah abu abu itu sudah habis
kesabarannya, dengan dingin dia lantas berseru:
"Bocah keparat, tak kusangka dengan usiamu yang
begini muda, ternyata memiliki kepandaian silat yang begini
hebat" Tangan kanannya segera diayunkan ke muka, mendadak
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sumpit yang berada ditangan nya itu dihantamkan keatas
piring itu keras-keras. "Praaang!" bunyi piring pecah bergema memecahkan
keheningan, saus dan Ang sio hi yang dua kati beratnya ifu
tahu-tahu berubah menjadi potongan kecil-kecil yang
serentak menyambar ke wajah serta badan Cu Siau hong.
Tampaknya pecahan piring, hancuran da-ging serta saus
kuah itu sudah dipengaruhi oleh segulung kekuatan yang
maha besar, bagaikan segumpal kabut gelap saja segera
melayang tiba dengan kecepatan luar biasa.
Mendadak tampak cahaya tajam berkilauan, Seng Hong
dan Hoa wan tahu-tahu sudah turun tangan bersama.
Empat bilah pedang dari kedua orang kiam tong itu
menciptakan selapis kabut cahaya yang sangat rapat di
depan tubuh Cu Siau hong, terhalang oleh lapisan kekuatan
yang sangat kuat itu, pecahan piring, ikan dan saus kuah
yang menyambar ketubuh Cu Siau hong itu segera
terhadang dan berjatuhan ketanah.
Sungguh cepat gerakan yang dilakukan dua orang Kiam
tong itu, begitu serangan berlalu, serentak mereka
menyarungkan kembali pedang masing-masing
Tapi dengan terjadinya peristiwa itu keadaan dimeja
makan menjadi porak peronda tak keruan wujudnya lagi.
Paras muka kakek berbaju abu-abu itu segera berubah
hebat. Tan Heng serta Ong Peng dengan cepat telah
meninggalkan pula tempat duduk masing-masing. Sedang
Cu Siau hong masih tetap tenang, gumamnya sambil
menggelengkan kepala. "Saudara, cara yang kau pakai barusan sangat tidak
terpuji" Seraya bergumam, pelan-pelan dia meletakkan
cawannya di atas meja. Ong Peng dan Tan Heng maju ke depan secara tiba tiba
dan menghadang di kedua belah samping kakek berbaju
abu abu itu. 'Pelan-pelan kakek berbaju abu-abu itu pun turut bangkit
berdiri. Pemuda yang duduk disampingnya kini sudah mulai
meraba gagang goloknya untuk bersiap-siap.
Tiong It ki yang duduk dikejauhan hanya duduk
menonton terjadinya setiap perubahan disitu, dia begitu
acuh sehingga seakan-akan persoalan tersebut tiada
sangkut pautnya dengan dia..
"Cengcu", Ong Peng segera berkata."tua Bangka ini
terlalu kurang ajar, apakah perlu diberi pelajaran"
"Tanya kepadanya asal kedatangannya,kalau Cuma
manusia tak ternama, suruh mereka menyembah didepanku
minta maaf, kemudian lepaskan pergi"
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang ramah,
tapi nadanya justru amat memandang rendah musuhnya.
Kakek berbaju abu-abu itu segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . Apakah kau adalah
Cu Siau hong"' tiba-tiba dia menegur.
Diam-diam Cu Siau hong merasa terperanjat, namun
wajahnya masih tetap tenang seperti sedia kala, sahutnya
sambil tertawa.. "Betul, Aku memang Cu Siau hong, siapa namamu?".
"Asal aku tahu kalau kau adalah Cu Siao hong, hal ini
sudah lebih dari cukup, siapa kah lohu, lebih baik tak usah
kau campuri" "Oooh...!' "Cu Siau hong, tempat ini kelewat sempit, jika ingin
berkelahi, mengapa kita tidak mencari suatu tempat yang
lebih luas dan lebar untuk menentukan siapa yang menang
dan siapa yang kalah!"
"Rupanya kau memang sengaja datang untuk mencari
gara-gara denganku. . ."` tegur Cu Siau hong dingin.
'Anggap saja perkataanmu memang benar, kami memang
datang untuk mencari gara-gara.'
Cu Siau hong segera manggut-manggut, tanyanya
kemudian sambil tertawa lebar:
`Hanya kalian berdua?"
"Lohu merasa kami berdua pun sudah lebih dari cukup".
Cu Siau hong segera tertawa hambar.
"Baiklah!' katanya kemudian, "pun cengcu baru pertama
kali terjun ke dalam dunia persilatan, aku memang
bermaksud untuk menaklukkan semua orang serta
mengangkat nama, cuma kami hanya berniat untuk
bertarung melawan orang-orang ternama, jika orang yang
tidak ternama ma-afjika kami tak akan melayaninya"
'Apakah kedudukan lohu kurang berbo-bot?" seru kakek
berjubah abu-abu itu gusar.
"Hingga kini kami masih belum tahu siapakah kau?"
'Kalian tidak kenal lohu, tapi justru melakukan perjalanan
didalam dunia persilatan, apakah hal ini tidak memalukan?"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera berpikir
dalam hatinya. Ong Peng dan Tan Heng adalah jago kawakan yang
sudah lama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan,
sekalipun aku telah keluar dengan mereka berdua, namun
seharusnya mereka juga tahu akan kedua orang ini,
mengapa merekapun tidak memberikan reaksi apa-apa"
Mungkinkah mereka pun sedang mencoba diriku?"
Berpikir demikian, dia lantas tertawa hambar, katanya:
"Pun cengcu memang baru terjun kedalam dunia
persilatan, maklumlah jika aku tidak banyak mengenal
nama-nama orang persilatan toh tidak kenal dirimu juga
bukan suatu kejadian yang maha besar."
"Pada dasarnya kau memang tidak kenal dengan diriku.
sekalipun kuucapkan namaku kau bisa apa pula?"
"Benar juga perkataanmu itu, silahkan kau membawa
jalan buat kami", ucap Cu Siau hong.
Kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan memandang
sekejap ke arah pemuda tampan itu, kemudian mereka
berdua bangkit berdiri dan bersama-sama menuju kedepan.
Ong Peng, Tan Heng segera membawa jalan, Cu-Siau
hong berjalan ditengah sedang kedua orang kiam tong itu
mengikuti dengan kencang dibelakang pemuda she Cu itu.
Tiong It ki tetap tak ikut, dia tetap tinggal ditempat
semula tanpa beranjak. Rupanya waktu Cu Siau hong bangkit berdiri
meninggalkan tempat duduknya, secara diam-diam dia
telah menurunkan perintah, yang menitahkan kepada Tiong
It ki agar tetap tinggal ditempat untuk melakukan
pengawasan. Sedangkan perintah kedua disampaikan lewat Ong Peng
yang memerintahkan kepada Cap ji kim kong agar
membawa dua orang naik ke atas membantu Tiong It ki.
Cara penyampaian perintah tersebut mereka lakukan
dengan cara mencampurkan gerakan mana dengan gerakan
yang lumarah dilakukan orang dihari-hari biasa, seperti cara
memegang sumpit, cara berjalan, permainan jari tangan
serta kombinasi cara berjalan antara ayunan tangan dengan
kaki, pokoknya dari suatu gerakan yang sederhana dan
tiada berarti bagi orang lain justru merupakan suatu tanda
perintah. Tampaknya kakek berbaju abu-abu serta pemuda itu
sudah mempunyai rencana yang matang, setelah turun dari
loteng Wang kang lo, mereka langsung berjalan menuju
kepintu kota sebelah selatan.
Cu Siau hong segera manggut-manggut sambil berbisik
kepada Seng Hong dengan suara lirih:
"Cepat kabarkan kepada Toan San, suruh empat orang
diantara mereka tetap tinggal di loteng Wang kang lo
sedang delapan orang diantaranya menyusul kemari"
Jika anak buah Cu Siau hong dikumpulkan menjudi satu
maka jumlahnya tidak terhitung sedikit, akan tetapi kalau
dianggap sebagai anggota suatu perguruan, maka
jumlahnya tak bisa dianggap terlalu banyak.
Terutarna sekali mereka kekurangan kurir mata-mata
serta penyampai berita. Bila dua belas orang jago kelas satu bergabung menjadi
satu, mereka memang merupakan suatu kekuatan yang tak
boleh dianggap enteng, tapi bila sudah berpencar, maka
kekuatan mereka akan nampak amat minim dan lemah.
Seng Hong segera membalikkan badan dan berlalu.
Cu siau hong sengaja mengendurkan langkah kakinya
dengan harapan bisa memberi waktu yang cukup untuk
kedua belas Kim kongnya. Sebenarnya kakek berbaju abu-abu itu berjalan amat
cepat, tapi setelah Cu Siau hong dengan rombongannya
memperlambat perja-lanannya, terpaksa merekapun harus
melambatkan pula langkah masing-masing.
Jelaslah sudah kini bahwa undangannya merupakan
suatu perangkap yang telah diatur dengan sebaik-baiknya.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
'Ong Peng, tampaknya mereka sudah bertekad untuk
memancing kita untuk memasuki perangkap yang telah
mereka persiapkan itu"
"Benar .... mereka mengira kita betul-betul sudah
termakan oleh jebakannya, dia terlalu memandang rendah
kemampuan kita" Jilid 26 Kembali Cu Siau hongtersenyum.
"Kalau tidak memasuki sarang harimau, darimana bisa
didapatkan anak harimau?" katanya. "Benar, malah kita
harus mengikutinya ke sana"
Sementara itu Seng Hong nampak menyusul datang
dengan langkah cepat, bisiknya kemudian: "Lapor kongcu,
hamba telah menyampaikan perintah dari kongcu"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Mulai sekarang kalian harus memperha-tikan
pemandangan di kedua sisi jalan, periksalah ada sesuatu
tempat yang mencurigakan" perintahnya kemudian.
Seng Hong dan Hoa wan bersama-sama mengangguk.
Sementara itu matahari senja telah tenggelam dilangit
barat, senja pun menjelang tiba.
Kakek berbiju abu-abu serta pemuda berbaju biru itu
sudah tiba diluar kota pintu sebelah selatan. Mendadak Ong
Peng berhenti sambil menegur:
"Hei, apa-apaan kau ini" Masih berapa jauh lagi" Kami
belum selesai bersantap?"
"Sudah hampir sampai, dirumah gubuk sebelah depan
sana." jawab kakek berbaju abu-abu itu cepat..
Tampak cahaya api berkelebat lewat, mendadak dalam
rumab gubuk itu sudah terang benderang bermandikan
cahaya lentera. Rumah gubuk itu letaknya terpencil, pagar bata
mengelilingi diseputarnya, menambah indahnya
pemandangan. Sejalur jalan menembusi sebidang sawah dan mencapai
rumah gubuk itu. Setelah memasuki pintu pekarangan, terlihatlah halaman
didepan rumah gubuk itu besar sekali, dari rumah yang
berdiri tegak dikelilingi pagar itu tampak ruangan-ruangan
yang besar pula.. Didepan pintu gerbang rumah tadi tergantung sebuah
lampu lentera yang tahan hembusan angin, cahaya api
menerangi sekeliling tempat itu.
Saat itu, sikakek berbaju abu-abu serta pemuda berbaju
biru itu sedang berdiri ditengah halaman.
"Tan Heng dan Ong peng berdiri dimuka Cu Siau hong,
sedangkan Seng Hong dan Hoa wan dua orang kiam-tong
berdiri dikedua belah sisi majikannya dibagian belakang.
Cu Siau hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian tegurnya. "Apakah disini?"
"Benar" jawab kakek berbaju abu-abu itu dingin, "'Cu
Siau hong, kau tidak seharusnya datang kemari"
"Mengapa?" "Sebab tempat ini merupakan suatu perangkap, kau bisa
datang kemari tapi jangan harap bisa meninggalkannya
dalam keadaan hidup'. "Oya! Mengapa didalam hal ini aku tak berhasil
melihatnya" ucap Cu Siau hong sambil tertawa..
"Jadi kau ingin mencobanya'" seru si kakek berbaju abuabu
itu sambil tertawa dingin.
"Aku selamanya mempunyai suatu kebiasaan, yakni
sebelum melihat peti mati tak akan mengucurkan air mata,
kalau toh kau sudah mempersiapkan perangkap tersebut,
mengapa tidak kau pertunjukkan dengan segera di
hadapanku"' Kakek berbaju abu-abu itu segera mengangguk.
"Baik, agaknya kau memang perlu untuk melihatnya
lebih dulu...." demikian ujarnya. Selesai berkata dia lantas
bertepuk tangan tiga kali.
Mendadak tirai yang semula menutupi daun jendela
disekeliling bangunan rumah itu disingkap orang, kemudian
muncullah busur-busur berpegas tinggi serta tabung jarum
yang semuanya ditujukan ke arahnya, dari balik setiap daun
jendeia, paling tidak muncul belasan macam alat pembidik
senjata rahasia yang beraneka ragam dan semuanya tertuju ke arah mereka
berlima, 'Terdengar kakek berbaju abu-abu itu berkata lagi.
"Sekarang terdapat dua puluh empat buah gendewa
otomatis, dua belas buah tabung jarum Ngo tok bwe hoa
ciam serta delapan belas tabung sembur api Im leng tok
hwee tong yang ditujukan ke arah saudara, asal kuturunkan
perintah, sekalipun ada malai-kat yang datang menolong
kalianpun jangan harap selembar jiwa kalian bisa tertolong"
"Aaaah... benarkah sedemikian lihaynya "seru Cu Siau
hong sambil tertawa hambar.
"Baik,....lohu akan mendemontrasikan kelihayan dari
tabung-tabung senjata rahasia kami itu" kata si kakek.
Mendadak ia memperkeras suaranya sam-bil berseru:
"Lepaskan sebatang peluru api Im leng tok hwee tan
agar dia dapat menyaksikan kehebatannya"
Terdengar suara desingan angin tajam menderu-deru
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memecahkan keheningan, lalu tampak selapis cahaya hijau
menyambar lewat. "Blaamm....!" suatu ledakan keras segara menggelegar
di udara, jilatan api berwarna hijau tiba-tiba saja membakar
permukaan ubin. "Api beracun Im leng tok hwee tan akan menempel
disetiap benda yang dijumpainya, api itu tak akan mati bila
dipadamkan dan tak akan mengecil sebelum mangsanya
habis terbakar, entah manusia macam apakah kau dan
kepandaian silat macam apakah yang berhasil kau latih,
asal terkena api beracun itu maka hanya ada satu akibat,
terbakar hidup-hidup sampai habis"
Diam diam Cu Siau hong merasa terperan-jatjuga
menghadapi kenyalaan tersebut, dia sama sekali tidak
menyangka kalau mereka bakal terjebak kedalam
perangkap sekeji ini. Walaupun begitu diluar wajahnya dia masih tetap
bersikap tenang, sambil tertawa dingin katanya: "Api
beracun itu memang betul-betul sangat lihay'
Mendadak kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan
memandang sekejap ke arah pe-muda berpakaian ringkas
warna biru yang berada disampingnya, kemudian ujarnya:
"Aaah hampir saja lohu lupa memperkenalkannya kepada
Cu kongcu" "Kau maksudkan saudara itu"' tanya Cu- Siau
hong. `Benar! benar." Cu Siau hong segera tertawa:
"Apakah saudara inipun seorang jago yang amat
termashur namanya dalam dunia persilatan."
'Benar!" kakek berjubah abu-abu itu mengangguk, "kau
tentunya kenal dengan Keng Ji kongcu?"
"Keng Ji kongcu"
"Betul dia tewas ditanganmu?"
Waah, cepat betul berita tersebut tersiar sampai dalam
telingamu. yaa, betul, Keng Ji Kongcu memang tewas di
tanganku' "Baiklah, sekarang kuperkenalkan orang ini kepadamu,
dia adalah Keng Su adik seperguruan dari Keng Ji, juga
terhitung adik kandungnya, hubungan antara kakak dan
adik berdua selalu baik"
"Nah, apa kubilang, makanya aku merasa seperti pernah
mengenal wajah orang ini", seru Cu Siau hong cepat.
'Sekarang tentunya kau sudah jelas bukan"
Ya, delapan sampai sembilan puluh persen mah sudah
jelas, cuma aku masih belum jelas siapakah kau?"
"Baiklah,jika kau memang ingin tahu, terpaksa lohu akan
memberitahukannya kepadamu"
'Aku telah bersiap-siap untuk mendengarkannya"
'Dalam dunia persilatan terdapat tiga ekor burung elang '
ucap Kakek berbaju abu-abu itu dengan suara dalam.
"Dan kau adalah si burung elang abu-abu" sambung Ong
Peng. "Betul, lohu adalah si burung elang abu-abu Phu Hong!"
'Ehmm. burung elang abu-abu memang terhitung
seorang jagoan lihay yang amat tersohor dalam dunia
persilatan, tapi aku tidak habis mengerti mengapa kau bisa
mengadakan hubungan dengan Keng Ji kongcu."
"Kau tak usah mengetahui kelewat banyak, pokokrya
asal kau sudah tahu kalau aku adalah si burung elang abuabu
Phu Hong, hal itu sudah lebih dari cukup"
"Ong congkoan!" tiba-tiba Cu Siau hong memanggil.
"Hamba ada disini!"
"Manusia macam apakah si burung elang abu-abu Phu
Hong itu" Coba kau katakan kepadaku"
"Tutup mulut!" Phu Hong segera membentak dingin.
Ong Peng sama sekali tidak memandang sekejap
matapun terhadap Phu Hong, katanya dengan cepat.
"Pada sepuluh tahun berselang dalam dunia persilatan
telah muncul empat ekor elang yang termashur, burung
elang abu-abu adalah salah seorang diantaranya, lagi pula
berada pada urutan yang terakhir.'
"Ehmm, kemudian?"
'Sudah hampir sepuluh tahun lamanya ke empat ekor
burung elang ini lenyap dari peredaran dunia persilatan,
sungguh tak disangka, hari ini kita telah bertemu kembali`.
"Bagaimanakah tabiat dari burung elang abu-abu ini?"
"Dari empat ekor burung elang tersebut; mungkin
burung elang abu-abu lah yang terhitung paling tak becus"
"Bagalmana dengan tabiatnva di dalam dunia
persilatan?" "Ke empat ekor burung elang itu saja, mereka adalah
manusia yang berdiri antara lurus dan sesat"
"Oooh. . . kiranya begitu"
"Sudah habiskah pembicaraan kalian?" mendadak si
burung elang abu-abu Phu Hong menyela.
"Sudah selesai, sekarang aku sudah mengetahui garis
besar tentang dirimu, aku pun sudah tahu siapakah kau dan
pantaskah untuk dibunuh?"
Paras muka Phu Hong segera berubah hebat.
Jilid 27 "Kau hendak membunuhku, itu adalah urusan
dikemudian hari, sekarang jawab dulu pertanyaan lohu"
Sementara itu Cu Siau-hong sedang berpikir mencari
akal guna menghadapi ke delapan belas buah tabung
beracun itu, sebab menurut pendapatnya benda itulah
merupakan benda yang mematikan.
Tapi diapun mengerti, jangan sekali-kali dia membuat
pihak lawan mengetahui bila dirinya tak sanggup
menghadapi ancaman senjata rahasia tersebut ....
Kalau dibilang memang gampang, tapi untuk dilakukan
benar-benar sukar sekali.
Tapi nyatanya Cu Siau-hong dapat merahasiakan
kelemahan sendiri dengan sebaik-baiknya, katanya sambil
tertawa: "Aku musti menjawab pertanyaan apa?"
"Lepaskan, senjatamu dengan menyerah untuk
dibelenggu!" "Bila senjata rahasia tersebut benar-benrar sangat lihay
seperti apa yang kau kata-kan dan sanggup merenggut
nyawa kami, itu berarti jiwa kami terancam bahaya maut,
mesti belum tentu bekal mati, sebaliknya bila kami
menyerahkan senjata dan menyerah kalah, bukankah jiwa
kami sudah dapat dipastikan akan mampus?"
"Itu mah belum tentu, kami tak akan membunuh kalian
karena kau masih berguna bagi kami"
"Oooh, benarkah aku masih memiliki bobot sebesar itu"
Coba katakan dulu, keadaan apakah yang bakal kualami
nanti?". "Setelah meletakkan senjata, kami akan mengajakmu
menjumpai seseorang, bila pembicaraan yang
dilangsungkan kemudian berjalan secara baik, mungkin aku
bisa menjamin keselamatan jiwamu"
`'Bila pembicaraan itu berakhir kurang menyenangkan?"
"Kau hanya cukup meluluskan permin-taannya saja,
sudah pasti pembicaraan tak akan berakhir kurang
menyenangkan" Cu Siau hong segera mengangkat jarinya sambil
mengetuk batok kepala sendiri, menggunakan kesempatan
mana dia telah melepaskan sebuah kode rahasia.
Kode itu berarti kesiap-siagaan penuh, namun tak boleh
bergerak secara sembarangan, segala sesuatunya harus
bertindak menanti perintahnya, tapi jika sudah bergerak,
maka gerakan mesti dilakukan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Demikianlah, setelah menunjukkan sikap seperti apa
boleh buat, pelan-pelan Cu Siau hong berkata:
"Phu Hong, dapatkah kau memberitahukan kepadaku,
kau hendak mengajak kami pergi kemana?"
"Tidak bisa, steleah berjumpa nanti, kau akan
mengetahui dengan sendirinya. . ."
"Phu Hong, kaupun terhitung seorang jago kawakan yang
sudah banyak tahun melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, coba bayangkan sendiri, andaikata permintaanKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
permintaan kami kembalikan pada dirimu sendiri, dapatkah
kau meluluskannya?" "Itu tergantung pada posisi macam apakah yang sedang
kami hadapi ketika itu"
"Bagaimana seandainya keadaan tersebut seperti
keadaan yang kami hadapi sekarang"'
"Akan kululuskan, paling tidak nyawa kami bisa
dipertahankan, karena sekarang kalian sudah berada
diujung tanduk" Cu Siau-hong segera tertawa.
"Phu-heng" katanya, "maksudmu. kau hendak
menasehati kepadaku agar selama gunung nan hijau, tidak
kuatir kehabisan kayu bakar'
''Kau keliru besar" dengan cepat Phu Hong menukas,
"aku minta kepadamu agartahu gelagat, kau mesti tahu
hingga detik ini kita masih berhadapan sebagai musuh"
"Oooh ' 'Orang she Cu, aku tak ingin banyak bi-cara lagi
denganmu, aku minta kau segera mengambil suatu
keputusan dengan cepat!"
Cu Siau-hong termenung dan berpikir sebentar,
kemudian sahutnya: 'Aku telah mengambil keputusan!"
"Bagus bagaimanakah keputusanmu itu?"
"Kami tak akan menerima segala macam bentuk
ancaman...." kata Cu Siau-hong sambil tertawa. Begitu
selesai berkata, dia lantas menye-rang kearah Phu Hong.
Seng Hong dan Hoa Wan segera meloloskan pula
sepasang pedang mereka dan menyerang Keng Su, si
pemuda berbaju biru itu. Golok bulan sabit ditangan Keng Su, secepat kilat
bergerak kemuka, serentetan cahaya pelangi dengan
tajamnya meluncur ke muka..
'Traang. . .!" benturan keras segera bergema
memecahkan keheningan, pedang ditangan kedua orang
bocah itu segera kena ditangkis miring oleh kilatan cahaya
golok tersebut. Benar-benar sebuah serangan yang kuat dan dahsyat..
Ong Peng dan Tan Heng tak kalah cekatannya, satu dari
kiri yang lain dari kanan dengan cepat mereka menubruk
tubuh Keng Su. Dikala, tubuhnya menerjang kearah Keng Su tadi,
serentak mereka berdua pun meloloskan.senjatanya.
Ong Peng mempergunakan dua batang golok pendek
sedangkan Tan Heng mempergunakan sepasang pedang
pendek. Senjata semacam itu semuanya bukan termasuk senjata
tajam yang biasanya dipergunakan oleh orang-orang Kaypang.
"Jelas Ui Lo-pangcu yang berbudi luhur dan
berpandangan jauh ke depan itu sudah melakukan pelbagai
persiapaan sejak banyak tahun berselang, ini terbukti dari
kemahiran anak buahnya mempergunakan senjata yang
bukan merupakan senjata khas dari pihak Kay-pang.
Maka dari itu, bisa dilihat betapa ganasnya ilmu golok
dari Ong Peng dan betapa kejinya serangan-serangan dari
sepasang pedang pendek Tan Heng...
Sementara itu, Cu Siau-hong dengan tangan kosong
sedang bertarung melawan sepasang senjata dari Phu
Hong. Ong Peng, Tan Heng dan Hoa Wan de-ngan enam pedang
sepasan golok mengurung Keng Su-kongcu rapat-rapat.
EmPat bilah senjata pendek, empat bilah senjata
panjang, delapan macam senjata harus bertarung
mengerubuti sebilah golok sabit, namun dalam kenyataan
mereka belum juga berhasil untuk menaklukkan pemuda
berbaju biru itu. Tapi ke empat pemuda itu pun rata-rata buas dan
cekatan, meski usia dari ke dua orang Kiam-tong itu tidak
besar, namun kesempurnaannya didalam permainan
pedang sangat mengagumkan, masing-masing orang
mempermainkan semacam ilmu pedang yang sama sekali
berbeda, sepasang pedang terse-but sebentar merapat
sebentar memecah, jurus-jurus serangan yang dipakai
semuanya disertai dengan perubahan yang tak terhi-tung
jumlahnya. Sekalipun demikian, andaikata hanya mereka berdua
saja yang menghadapi permainan golok bulan sabit
tersebut, mustahil mereka sanggup menghadapi perubahan
demi perubahan yang amat dahsyat itu.
Untung saja disana masih ada Tan Heng dan Ong Peng,
dua bilah golok pendek dan dua bilah pedang pendek
masing-masing memainkan serangkaian serangan sergapan
yang amat lihay. Orang bilang satu cun senjata makin pendek, satu cun
pula semakin berbahaya, jurus serangan yang dipergunakan
kedua orang itu mana aneh juga sangat lihay, empat orang
bekerja sama dengan ketat memaksakan suatu posisi
seimbang yang berlangsung ketat..
`Pertarungan antara Cu Siau-hong dengan Phu Hong pun
berlangsung sengit, angin pukulan dari Phu Hong sangat
ganas dan menderu-deru sehingga membuat Cu Siau-hong
seakan-akan tak sanggup menahan serangan lawan ..
Jilid 28 Tapi didalam jurus-jurus serangan yang digunakan Cu
Siau-hong pun sering kali menunjukkan perubahan di luar
dugaan, kadangkala bila posisinya sudah terjepit dan
berbahaya, mendadak telah berubah menjadi membaik
kembali. Dengan keadaan macam itu, maka kedua belah pihak
pun saling mempertahankan posisinya masing-masing
dalam kedudukan seimbang.
Meskipun dalam ruangan itu terdapat puluhan macam
senjata rahasia beracun yang ditujukan ke arah mereka,
tapi berhubung ke dua belah pihak sedang terlibat dalam
suatu pertarungan yang amat seru, maka hal ini memaksa
orang-orang tersebut tak berani melepaskan serangannya
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
secara gegabah.. Tentu saja mereka kuatir jika bidikan senjata rahasia
tersebut malah melukai orang sendiri.
Inilah yang menjadi tujuan dari Cu Siau hong, pertamatama
dia harus menciptakan dulu suatu suasana dimana
senjata rahasia beracun lawan tak sanggup melukai
mereka, kemudian baru mencari akal guna berusaha untuk
meloloskan diri dari kepungan.
Tenaga pukulan yang dilancarkan Phu Hong sangat kuat,
meski seringkali Cu Siau hong mengeluarkan jurus-jurus
serangan yang tangguh, namun tidak berhasil menahan
seranggan musuh yang datangnya berantai itu..
Tiba-tiba.... Cu Siau hong terkena sebuah pukulan secara
telak, serangan itu dengan tepat sekali menghantam diatas
lengan kiri Cu Siau hong 'Plaak"tak kuasa lagi Cu Siau hong mundur selangkah
dengan sempoyongan. Menyaksikan keadaan tersebut, Phu
Hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. . . tampaknya kami
sudah menilai dirimu kelewat tinggi, tahu begini percuma
kami persiapkan segala macam jebakan untuk menantikan
kedatanganmu, cukup lohu seorang pun dapat pula
membekuk dirimu" Tubuh Cu Siau hong bergoncang cukup keras, tapi hanya
sejenak kemudian ia telah menerjang kembali ke depan.
Phu Hong segerta maju selangkah dengan tindakan
lebar, serangan langsung dilontarkan kembali ... "Plaaak !'
Kali ini serangannya bersarang telak diatas bahu kanan Cu
Siau- hong. Untuk kedua kalinya Cu Siau-hong kena terhajar
sehingga mundur selangkah ke belakang.
Agaknya akibat dari serangannya kali ini Cu Siau hong
tak sanggup menahan seranagan yang sangat berat itu,
tubuhnya segera terjengkang ke belakang dan roboh.
Dengan suatu kecepatan bagaikan kilat, Phu Hong
mengayunkan tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman.. Dengan tepat sekali urat nadi pada pergelangan tangan
kanan Cu Siau-hong kena dicengkeram. Ketika ia membetot
dengan sepenuh tenaga, tubuh Cu Siau-hong segera kena
terseret bangun. Tampaknya luka yang diderita Cu Siau
hong cukup parah, noda darah telah membasahi ujung
bibirnya. "Orang she Cu" ucap Phu-Hong kemudian, 'Tahu begini,
aku pasti tak akan mempersiapkan jebakan dengan
kekuatan sebesar ini, perangkap singa yang kupasang, tak
tahunya yang tertangkap cuma seekor kelinci belaka"
Sebelah tangan kanannya berhasil mencengkeram urat
nadi Cu Siau hong tentu saja dia tidak kualtr kalau sampai
si anak muda itu melakukan perlawanan lagi.
Berpaling ke arah lain, dijumpainya Keng Su kongcu
sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru
melawan empat orang musuhnya.
Keng su kongcu memang kelihatannya tak akan
menderita kekalahan, tapi diapun tak memiliki kesempatan
baik untuk merebut kemenangan.
Tampaknya suatu pertempuran sengit masih akan
melibatkan kedua belah pihak berapa waktu lagi.
Memandang paras muka Cu Siau hong yang pucat pias
seperti mayat, Pho Hong segera berkata dingin. "Orang she
Cu, suruh mereka menghentikan pertarungan"
Phu Hong ingin sekali memperlihatkan keadaan yang
amat membanggakan hati ini kepada Keng su kongcu maka
dengan suara lantang kembali dia berseru:
"Su kongcu, menangkap pencoleng harus membekuk
pentolangan, memukul ular harus memukul kepalanya,
sekarang aku telah berhasil membekuk Cu Siau hong, telah
kuperintahkan kepadanya untuk menitahkan anak buahnya
menghentikan pertarungan,jika kita bisa membekuk
beberapa musuh dalam keadaan hidup, jelas hal ini
merupakan suatu pahala besar"
Setelah berhenti sebentar, dengan suara dingin dia
melanjutkan: "Cu Siau hong suruh mereka hentikan pertarungan!"
Cu Siau hong terengah-engah seperti ke habisan tenaga,
sambil memaksakan diri ia lantas berteriak keras:
"Kalian tak usah bertarung lagi"
Sin Jut, Kui Meh dan dua orang kiam-tong, segera
menghentikan pertarungan.
Keng su kongcu pun segera menarik pula permainan
golok bulan sabit Tadinya dia tidak percaya jika Phu Hong sanggup
membekuk Cu Siau hong dengan begitu mudah.
Tapi setelah, menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
dimana urat nadi pada pergelangan tangan Cu Siau hong
benar-benar sudah kena dicengkeram oleh Phu Hong, mau
tak mau dia harus mempe-cayainya.
Sebab bila urat nadi pada pergelangan tangan kanannya
kena dicengkeram, orang tak bisa berkutik lagi, jelas hal ini
mustahil bisa dipalsukan belaka..
Sekalipun demikian, toh masih terdapat juga rasa curiga
didalam hatinya, dia lantas berkata:
"Phu Hong, dengan begitu mudahkah Cu Siau hong
berhasil kau bekuk, kalau memang begitu tak becus,
mengapa ia mampu membunuh Kengji kongcu ?".
"Su kongcu konon kisah terbunuhnya kengJi kongcu
bukan seluruhnya mengandalkan kelihayan ilmu silat"
"Kau dapat mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangannya, hal ini menunjukkan kalau ilmu silat yang
dimilikinya tak bisa terhitung terlalu hebat"
Dibalik perkataan tersebut masih ada perkataan lain, Phu
Hong merasakan hatinya amat tak sedap, katanya
kemudian sambil tertawa: "Su kongcu ucapanmu itu memang benar, ia dapat
membunuh Ji kongcu, mungkin hanya di karenakan
nasibnya lagi mujur saja, kekalahan yang diderita Ji
kongcupun mungkin disebabkan pengalamannya yang
kelewat cetek " . Keng su kongcu segera tertawa:
"Entah bagaimanapun juga, yang pasti kau telan berhasil
membekuk Cu Siau hong sekarang"
"Perkataan Su kongcu memang benar, walaupun yang
dibutuhkan dalam suatu pertempuran adalah kepandaian
silat yang hebat, namun ada kalanya pengalaman didalam
dunia persilatanpun merupakan faktor yang penting untuk
menentukan suatu kemenangan."
"Jelas keberhasilanmu ini merupakan suatu jasa besar,
saudara Phu pasti akan memperoleh pahala untuk jasa ini"
kata Keng su kongcu lagi sambil tertawa..
"Aaah, mana, mana, dalam keberhasi!an ini, Su
kongcupun mempunyai andil yang sangat besar"
Kemudian sorot matanya di alihkan kewajah Cu Siau
hong dan sambungnya kembali. "Suruh mereka meletakkan
senjata!". "Baik!" jawab Cu Siau-hong, "kalian kemarilah, serahkan
senjata-senjata tajam tersebut"
Mendengar ucapan mana, Sin Jut, Kui Meh, Seng Hong
dan Hoa Wan segera mengiakan dan pelan-pelan berjalan
mendekat. Sementara itu, puluhan buah tabung senjata yang
berada dibalik jendela meski masih ditodongkan ke arah Cu
Siau-hong sekalian, tapi pertama karena Cu Siau-hong
sekalian berada bersama Phu Hong, Keng-su kongcu
sekalian, kedua, Phu Hong telah berhasil merebut posisi
yang menguntungkan, tentu saja mereka tak perlu
meningkatkan kewaspadaannya lagi
Sementara itu, Sin Jut dan Kul Meh sekalian dengan
kepala tunduk dan badan lemas telah berjalan mendekat.
Phu Hong sendiri meskipun telah berhasil merebut posisi
yang sangat menguntungkan dimana urat nadi pada
pergelangan tangan kanan Cu Siau-hong telah kena
dicengkeram, namun kewaspadaannya masih tetap
ditingkatkan, dengan sorot mata yang tajam bagaikam
kilat, dia mengawasi ke empat orang itu tanpa berkedip..
"Kalian hendak kemana" tiba-tiba Keng su kongcu
menegur dengan suara dingin.
"Kami hendak menyerahkan senjata tajam ini kepada
Cengcu!" jawab Ong Peng cepat.
"Cu Siau-hong maksudmu?"
"Benar!" "Letakkan saja dilantai sana, mengapa kalian musti
repot-repot memyerahkan kepadanya!"
"Aaai...! Kami sama sekali tak menyangka kalau Cengcu
adalah seorang manusia yang begitu takut menghadapi
kematian" "Oooh?" "Oleh karena itu kami hendak serahkan senjara tajam ini
kepadanya dan akan meninggalkannya pergi, selama hidup
tak akan sudi menjadi pengawalnya lagi'.
Mendengar ucapan tersebut, Phu Hong tertawa dingin.
Jilid 29 "Heehhh. . . heeehhh. . . heehhh. . . sudah puluhan
tahun lamanya lohu berada didalam dunia persilatan,
kerjaku setiap saat adalah menangkap burung belibis, kau
anggap mataku bisa dipatuk dengan mudah oleh burung
belibis itu" Lebih baik tak usah bermain setan lagi
dihadapanku, bila kalian tidak segera letakkan senjata,
sekarang juga lohu akan mematahkan tangan Cu Siauhong"
Sementara pembicaraan berlangsung, Ong Peng sekalian
masih melanjutkan perjalanannya selangkah demi
selangkah mendekati ke arah depan.
Tiba-tiba Cu Siau-hong menghela napas panjang,
kemudian katanya dengan sedih: "Jika kalian bersikap keras
hendak pergi, terserah keinginan kalian itu, letakanlah
senjata dan pergilah!"
'Kami amat kecewa terhadap kemampuan cengcu "
Seraya berkata pelan-pelan dia meletakkan sepasang golok
pendeknya itu ke atas tanah.
Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan turut membukukkan
pula badannya. Disaat senjata beberapa orang itu hampir diletakkan di
atas tanah inilah mendadak mereka menjatuhkan diri
menggelinding ke atas tanah, secepat kilat menggelinding
sejauh dua kaki lebih. Dengan menggelinding ke samping, maka terhindarlah
mereka dari ancaman senjata rahasia yang muncul dari
balik jendela. Sementara itu, pada saat yang bersamaan Cu Siau hong
membalikkan pula tangan kanannya dan balas
mencengkeram pergelangan tangan Phu Hong, lalu
diseretnya kakek itu sejauh tujuh delapan depa lebih dari
tempat semula. Bukan hanya menyeretnya tujuh delapan depa saja,
bahkan melintangkan tubuh Phu Hong didepannya sebagai
tameng. Saat itu, Cu Siau hong sudah terhindar sama sekali dari
ancaman senjata rahasia yang muncul dari balik jendela,
meski sebenarnya masih ada sedikit celah, namun dengan
direntangkannya tubuh Phu Hong sebagai tameng, otomatis
dia menjadi terhindar sama sekali dari ancaman.
PERUBAHAN itu terjadi amat mendadak, Phu Hong
segera membelalakkan matanya lebar-lebar, diawasinya
wajah Cu-Siau-hong dengan pandangan tercengang
kemudian katanya: "Kenapa kau. . kau bisa. . "
"Aku mampu membunuh Keng-ji kongcu, tentu saja aku
adalah seorang manusia yang sukar untuk dihadapi."
"Tapi aku toh sudah berhasil mencengkeram urat
nadimu." "Sayang aku telah berhasil mempelajari ilmu merubah
letak jalan darah, sewaktu pergelangan tanganku kubiarkan
kau mencekalnya tadi, letak jalan darahnya telah kugeser
posisinya". "Kau licik sekali"
"Apakah kau tidak merasa bahwa dirimupun lebih licik"
Buktinya kalian telah memancing kami untuk mendatangi
tempat seperti ini" Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja dia teringat
kembali dengan Koay-siang (si dewa pincang) Ui Thong,
ilmu menggeser jalan darah ini merupakan kepandaian
warisannya. Mendadak saja dia merasakan kesedihan yang dalam,
kakek ini pandai sekali dalam ilmu perbintangan dan ilmu
jebakan yang lihay, tapi dia sendiri justru hidup didalam
kesengsaraan, dia selalu berusaha menghirdarkan diri dari
takdir, namun hal mana justru membuatnya menjadi amat
sengsara. Sebenarnya dia dapat hidup senang selama puluhan
tahun, tapi oleh karena yang diketahui olehnya keliwat
banyak, maka dia harus hidup sengsara selama puluhan
tahun lamanya. Aliran ilmu silatnya seperti juga dengan watak orang ini,
semuanya menyimpang dari kebiasaan, alirannya termasuk
misterius dan rahasia, sesungguhnya Cu Siau-hong telah
belajar banyak sekali darinya.
Semua kepandaian tersebut bukan bisa di kuasai dalam
sekejap dan bukan setiap orang dapat mempelajarinya.
Tapi Ui Thong mampu, selama hidup dia sengaja berjalan
menyimpang dari kenyataan, bukan saja ia memahami
tentang takdir, lagi pula diapun mempunyai pengertian
yang mendalam sekali tentang organ tubuh manusia, oleh
karena itu kepandaian silatnyapun dengan cepat
memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Dalam pada itu, Phu Hong telah berkata lagi dengan
suara sedingin es: "Cu Siau-hong, asal kuturunkan perintah, mereka tak
akan memperdulikan mati hidup mu dengan menembakkan
senjata-senjata rahasia terkeji untuk menghabisi nyawamu"
"Phu Hong, sekalipun mereka membidikkan senjata
rahasianya, namun belum tentu senjata-senjata rahasia itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mampu untuk membidik diriku"
'Aku akan beradu jiwa denganmu"
"Suruh saja mereka untuk mencobanya!"
Dalam pada itu kedua orang Kiam-tong, Sin Jut dan Kui
Meh telah mengundurkan diri lagi sejauh lima enam depa
dari tempat semula. Sekarang merekapun sudah lolos dari lingkaran bahaya
maut dan mengundurkan diri keluar dinding pekarangan,
tapi demi Cu-Siau-hong, mereka masih tetap berdiri tegak
disana. Keng-su kongcu yang selama ini jarang sekali berbicara,
tiba-tiba buka suara, katanya dengan dingin:
"Phu Hong, kau kelewat gegabah, kau mengaku diriku
sebagai seorang bocah ingusan yang baru muncul dalam
dunia persilatan" ooo0ooo Jilid 30 BAGIAN 35 "SU KONGCU, hal ini tak dapat kau salahkan diriku"
sahut Phu Hong cepat-cepat, "sebab kalau dilihat dari
usianya itu, dia tidak seharusnya memiliki ilmu untuk
merubah kedudukan jalan darah"
"Dia dapat membunuh jiko ku, tentu saja dia bukan
seorang manusia yang sederhana, tapi kenyataannya kau
tak dapat berhati-hati sehingga kena dipecundangi olehnya"
"Su kongcu, apa maksudmu?"
"Terpaksa kau harus menemani mereka untuk mampus
bersama, aku hendak menurunkan perintah kepada mereka
untuk melepaskan senjata rahasia"
Selesai berkata dia lantas mengayunkan golok bulan
sabitnya sambil memberi tanda. "Kepung dari empat
penjuru!" perintahnya dengan suara lantang.
Tampak pintu dan jendela terpentang lebar-lebar, para
pembidik senjata rahasia yang berada didalam ruangan tadi
kini sudah berlompatan keluar dari tempat
persembunyiannya. "Cepat mundur. . ." Cu Siau-hong segera berseru:
"Kongcu, kau. . ."
"Jangan gubris diriku!"
Ong Peng segera memberi tanda, Seng Hong, Hoa Wan
dan Tan Heng serentak melompat keluar dari tem pat itu.
"Phu Hong, hati-hati kau" seru Cu Siau-hong pula.
Dengan mengerahkan tenaga pada tangan kanannya, dia
segera menyeret Phu Hong mengundurkan diri dari tempat
itu. Kali ini Phu Hong sama sekali tidak meronta, dia
membiarkan dirinya diseret Cu Siau-hong untuk
mengundurkan dari tempat tersebut.
Meski begitu, sepintas lalu hal ini nampaknya seakanakan
Cu Siau-hong lah yang memaksa Phu Hong untuk
menyingkir dari sana. Gerakan yang dilakukan kedua belah pihak dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, dalam waktu singkat Cu Siauhong
telah mengundurkan diri ke depan pintu.
Tapi jago-jago pembidik senjata rahasia yang
bersembunyi di dalam rumah gubuk itu telah berlompatan
ke tengah halaman semua. Mereka belum juga turun tangan, agaknya sedang
menantikan perintah selanjutnya dari Keng-su Kongcu.
Melihat itu, dengan gusar Keng-su Kong-cu segera
membentak keras: "Hei, mengapa kalian belum juga turun tangan" Apa lagi
yang sedang kalian nantikan?"
Desingan angin tajam segera berkumandang
memecahkan keheningan, serentetan hujan anak panah
dengan cepat berhamburan dari empat penjuru.
Dalam pada itu, pintu pagar telah di buka oleh Ong Peng,
sekuat tenaga Cu Siau hong menarik tubuh si burung elang
abu-abu Phu Hong untuk menerobos keluar lewat pintu
pekarangan tersebut. Sekalipun gerakan tubuh mereka dilakukan dengan
Muslihat Cinta Iblis 2 Roro Centil 02 Tiga Paderi Pemetik Bunga Cinta Bernoda Darah 1
"Kalau begitu, siau-moay akan berangkat selangkah lebih
duluan" Sambil membalikkan badannya, pelan-pelan dia berlalu
dari tempat tersebut .....
Memandang bayangan punggung nona berbaju hijau
yang menjauh itu, Cu Siau-hong menghembuskan napas
panjang, semua rasa kesal di dalam dadanya segera
dilampiaskan keluar. Kui-meh Ong Peng cepat memburu datang dengan
langkah lebar, bisiknya lirih:
"Saudara Cu, besok apakah kau benar-benar akan
datang kemari?" Cu Siau hong manggut-manggut.
"Yaa, tentu saja akan datang! Aku telah salah menilai
tentang dirinya..." ia menyahut.
"Padahal untuk menghadapi musuh kita tak usah terlalu
memegang janji.. "ucap Ong Peng.
Sementara itu terdengar suara derap kaki kuda bergerak
menjauh, rupanya nona berbaju hijau itu telah berhasil
memperbaiki keretanya dan berlalu dari situ.
Dalam pada itu, Cu Siau hong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, u-jarnya:
"Saudara Ong, aku tak bisa berbuat demikian, walau
nona itu kelihatannya seder-hana dan polos, tapi pendidikan
yang diterimanya penuh dengan ketegasan dan keke-rasan,
selain dari pada itu kepandaian silat yang dimiliki maupun
senjata rahasia tak bersuara yang diandalkannya membuat
gadis itu memiliki daya kemampuan membuat gadis itu
memiliki daya kemampuan yang mengerikan sekali, jika aku
tidak datang menepati janji, niscaya hal mana a-kan
memancing ingatannya untuk melaku-kan pembunuhan
secara besar- besaran"
'Saudara Cu, maksudku tak ada salahnya jika kita
melakukan sedikit persiapan untuk menghadapi kenyataan
tersebut, dewasa ini kekuatan Kay pang yang berada dikota
Siang yang cukup kuat dan tangguh, kamipun mempunyai
beberapa orang Tianglo yang berkumpul disini, kenapa Cu
kongcu tidak merundingkan dulu persoalan ini dengan Tan -
tianglo dari perkumpulan kami sehingga kita dapat pula
menyiapkan suatu perangkap?"
'Cara inipun kurang baik, menurut pendapat siaute,
kutemukan meski nona ini keras kepala namun dia masih
memegang teguh akan prinsip-prinsip kehidupan yang
sewajarnya, bila kita dapat menaklukkan dia, hal mana
justru akan lebih bermanfaat lagi daripada kemenangan
yang bisa kita raih dari ilmu silat"
Ong Peng manggut-manggut berulang kali.
Jelas dia sudah kena ditundukkan oleh perkataan dari Cu
Siau hong itu. Setelah menghela napas panjang, Cu Siau hong berkata
lagi. "Besok aku bermaksud untuk mengajak serta dirimu
untuk memenuhi janji tersebut"
'Bagaimana dengan aku?" dengan cepat Tan Hong
bertanya. 'Nona itu toh sudah berkata dengan sejelas-jelasnya, dia
hanya mengijinkan dua orang belaka?"
-ooo0ooo- BAGIAN 31 AAAI...!" Tan Heng menghela napas panjang,
"sesungguhnya budak ini memang lihay sekali. diluar
wajahnya dia kelihatan seperti polos dan suci bersih tapi
sebetulnya banyak akal muslihat yang dimilikinya, ia
berjanji untuk menunggumu esok siang disini, bahkan
mengirim kereta untuk menjemputmu, dalam sopan santun
hal ini tampaknya amat memenuhi syarat, padahal
sesungguhnya dia hendak mengawasi kita, semula kita
yang mengawasi gerak geriknya menjadi berbalik kita
malah yang dia awasi"
Cu Siau hong manggut-manggut setelah mendengar
ucapan tersebut sebab ia merasa apa yang dikatakan
memang benar. ''Cu-heng adalah seorang lelaki sejati yang jujur dan
berjiwa terbuka" kata Tan Heng lagi, "sekalipun tak ingin
bermaksud untuk mencelakai orang, paling tidak toh kau
musti berjaga-jaga terhadap niat jahat orang untuk
mencelakai dirimu" "Apa yang musti kucegah?"
'Paling tidak saudara Cu harus berjaga-jaga kalau sampai
dia mengatur siasat busuk didalam kereta itu untuk
menjebakmu" ''Ehmmm... hal ini merupakan bahan yang patut
dipertimbangkan" Cu Siau hong segera manggut-manggut.
Setelah terhenti sejenak, ia melanjutkan:
"Saudara Tan, saudara Ong, siaute mempunyai satu
permintaan, aku harap kalian berdua sudi untuk
mengabulkannya." "Silahkan saudara Cu utarakan keluar." -kata Ong peng
cepat. ''Sekembalinya ke kota Siang yang nanti, kuharap kalian
berdua sutra melimpahkan semua tanggung jawab terhadap
peristiwa yang baru terjadi tadi diatas tubuhku, biar aku
saja yang menghadapi pertanyaan-pertanyaan mereka,
setuju bukan" ''Maksud saudara Cu, kami tidak diperkenankan untuk
berbicara?" "Betul! Suruh mereka tanyakan saja langsung
kepadaku!" "Terhadap orang lain, bisa saja kami berbuat demikian,
tapi seandainya Tan ti-anglo yang menanyakan persoalan
itu..." "Kalau begitu terangkan saja secara gamblang, katakan
kalau aku tidak berharap kalian menerangkan duduk
persoalan yang sesungguhnya, maka jika ingin bertanya,
bertanya langsung kepadaku"
Ong Peng segera menghembuskan na-pas panjang,
ucapnya kemudian: "Baiklah! Kami akan meluluskan permintaanmu ini"
Cu Siau hong segera manggut-manggut, katanya lagi:
"Aku tahu peraturan dari Kay pang ketat dan keras,
cuma ada sementara persoalan tidak baik kalau
diperdebatkan oleh kalian, maka dari itu biar aku yang
terangkan, sebab hal ini mungkin akan lebih bisa diterima
oleh mereka" "Baik, kami meluluskan permintaan itu'' Dengan cepat
mereka bertiga berangkat kembali ke kota Siang yang.
Sepanjang jalan Cu Siau hong telah menyusun rencana
yang padat, dia bermaksud untuk berunding dulu dengan
Pek Bwee, kemudian dari mulut Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo tan berusaha untuk mencari tahu siapa gerangan nona
berbaju hijau itu, kemudian baru pergi menjumpai Tan -
Tiang kim. Ternyata semua kejadian yang kemudian berlangsung
sama sekali diluar dugaannya, baru masuk pintu gerbang,
Pek Bwee dan Tan-Tiang-kim telah menantikan kedatangannya
disana. Dari sini dapat dibuktikan kalau pihak Kay-pang maupun
Pek-Bwee sangat mengua-tirkan keselamatannya.
Tapi hal mana justru mempengaruhi ren-cana Cu Siau
hong, membuat semua jawab-an yang sebetulnya telah
dipersiapkan itu menjadi porak poranda tak karuan.
Sambil tertawa Tan Tiang-kim segera ber-kata.
"Cu sauhiap, ciangbunjin perguruan Bu -khek-bun serta
Kay-pang pangcu telah menhantikan kedatanganmu,
silahkan masuk ke-dalam ruangan tengah ....!"
Didalam ruangan duduk menanti Ui lo pangcu serta Tang
Cuan. Sikap Ui pangcu amat sungkan sekali, dia segera bangkit
berdiri seraya menjura. "Silahkan duduk!"
Tan Heng dan Ong Peng tidak ikut masuk, di dalam
ruangan itu hanya terdapat lima orang yakni Ui pangcu,
Tang Cuan, Pek Bwee, Tan Tiang kim ditambah Cu -Siau
hong. Sesungguhnya dlsekitar meja memang telah tersedia
lima buah kursi, jelas hal ini memang sudah diatur
semenjak semula. Dua orang angkatan muda Kay pang segera datang
menghidangkan air teh, kemudian de-ngan cepat mereka
mengundurkan diri sekalian merapatkan pimu ruangan.
Setelah meneguk air teh dan tertawa, Ui lo pangcu
berkata: "Cu sauhiap, sudah kau jumpai nona itu"
"Sudah, sudah kujumpai!" sahut Cu Siau hong sambil
manggut-manggut. "Ada sebelas orang anggota Kay pang yang tewas oleh
sergapan mautnya yang sama sekali tak ditemukan bukti
kejahatannya." "Tentang soal ini boanpwe telah berhasil menyelidikinya"
sahut Cu Siau -hong dengan cepat, "sesungguhnya mereka
sudah terkena semacam rumput hijau yang amat lihay,
barang siapa terkena, mereka akan jatuh tak sadarkan diri,
Tang Heng serta Ong Peng dari Kay pang juga telah terluka
oleh duri beracun tersebut"
"Aaaai ..... sungguh tak disangka kalau di dunia ini
benar-benar terdapat rumput hijau semacam ini.
Ditinjau dari ucapan tersebut, jelas pang-cu tua dari Kay
pang ini telah menduga ke sana.
"Lo pangcu, nona itu berasal dari satu organisasi dengan
pihak kebun raya Ban hoa wan" kembali Cu Siau hong
melaporkan. Ui -lo pangcu segera manggut-manggut.
"Cu kongcu apalagi yang telah ia bicarakan dengan
dirimu?" dia bertanya.
Cu Siau hong termenung beberapa saat lamanya,
kemudian katanya. "Ketika kita membakar kebun raya Ban hboa wan
sehingga menimbulkan ledakan dari minyak yang mereka
tanam di bawah tanah, entah dari berapa orang yang turut
tewas dalam peristiwa itu"
''Cara kerja kita memang agak keji, bila kita tidak
berbuat demikian, mustahil ke-bun raya Ban hoa wan bisa
kita punahkan. ''Adapun kedatangan si nona ke Siang -yang kali ini
adalah untuk membalas dendam"
"Membalas dendam" Membalas dendam untuk siapa"
Bagi semua orang yang berada didalam kebun raya Ban hoa
wan" "Dia bukan pembunuh yang dikirim da-tang" tukas Cu
Siau hong. "bila dia ada-lah orang yang diutus organisasi
tersebut untuk menghadapi kita, tak mungkin hanya dia
seorang yang dikirim kemari, juga tak mungkin dia akan
datang secara terang-terangan"
"Kalau begitu dia adalah ....?"
"Semacam pembalasan dendam untuk kepentingan
pribadi" jawab Cu Siau hong ce-pat, "dia hendak
membalaskan dendam bagi kematian suhengnya juga
merupakan bakal suaminya"
"0rang itu adalah . . ."
"Keng Ji kongcu !"
"Kalian telah membicarakan persoalan i-ni ?" tanya Tan
Tiang kim. ''Benar! Telah kami perbincangkan"
"Lantas ba.galmana dengan penyelesaian-nya?"
"Telah kuakui kalau Keng Ji kongcu memang tewas
ditanganku, kamipun telah bertarung satu kali, namun tidak
berhasil me-nentukan siapa menang siapa kalah, oleh
karena itu kami berjanji akan melangsungkan sebuah
pertarungan sengit lagi esok siang''
''-Cu kongcu, dalam menghadapi masalah ini Kay Pang
tak bisa berpeluk tangan be-laka, besok kami akan
mengutus beberapa orang untuk melakukan perjalanan
bersama mu'' "Tak usah" tampik Cu Siau hong sambil menggeleng, dia
menantang aku untuk bertvarung satu lawan satu.. ."
"Siau hong" tukas Tang Cuan decngan cepat, persoalan
ini toh bukan urusanmu seorang, paling tidak kami tak bisa
berpeluk tangan belaka, berbicara soal dendam sakit hati,
kamipun sudah seharusnya mencari dia, besok aku akan
mengikutimu pergi kesana."
'Tang suheng, besok aku boleh membawa satu orang,
tapi orang itu seharusnya anggota Kay-pang"
"Hanya membawa seorang?" tanya Tan Tiang kim.
'Benar! hanya membawa seorang, orang itu sudah
kupilih, mohon pangcu suka me-ngabulkannya"
"Siapakah orang itu?"
"Ong Peng!" "Kui meh Ong peng?"
"Yaa, benar!" 'Cu kongcu, seperti yang kita maklumi, mereka adalah
suatu organisasi yang amat besar, dan lagi cara kerja
mereka amat kejam dan brutal, bagaimana seandainya
mereka persiapkan jebakan" Niat untuk mencelakai orang
tak boleh ada, tapi kewaspadaan terhadap alat busuk orang
tak boleh hilang, aleh karena itu aku sipengemis tua
menganjurkan agar kita bicarakan persoalan ini secara baikbaik,
lalu kirim lebih banyak orang untuk menghadapinya.."
"Tidak bisa Tan cianpwe, aku telah mengabulkan
permintaannya untuk datang seorang diri untuk memenuhi
janji tersebut, aku tak ingin melanggar perjanjian ini."
"Soal ini, soal ini...."
''Tiang kim dalam peristiwa ini tak usah kau risaukan"
tiba-tiba Ui lo pangcu menukas.
Buru-buru Tan Tiang kim membungku-kkan badannya
memberi hormat. "Tiang kim turut perintah!"
Ui pangcu manggut-manggut,ujarnya.
"Baiklah Cu kongcu, bawalah serta Ong peng, selain itu
akupun menyetujui keinginanmu untuk memberikan semua
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hak dan kekuasaan atas persoalan ini kepadamu, walaupun
dia telah membunuh belasan orang anggota Kay pang,
namun kamipun sudah banyak membunuh orang-orang
mereka, tentang persoalan ini pihak Kay pang boleh saja
tidak menuntut apa-apa."
'Terima kasih lo pangcu"
Sorot matanya segera dialihkan ke atas wajah Tang
Cuan, kemudian melanjutkan:
''Ciangbun suheng, siaute mohon kepada suheng agar
meluluskan pula permintaan siaute itu"
Tang Cuan menghela napas panjang.
"Aaaai....sebetulnya kau boleh tak usah mengikatkan diri
dengan peraturan perguru-an, sebelum suhu
menghembuskan napas yang penghabisan, beliau juga
menyetujui hal ini, cuma Siau hong, bagaimanapun juga
aku tak perlu tahu dengan cara apakah kau hendak
menghadapi persoalan ini, tapi kaupun tak boleh mewakili
Bu khek bun untuk meme-nuhi permintaan yang diajukan
orang itu" "Tentang soal ini, siaute pasti tahu diri, tak perlu
ciangbun suheng risaukan"
"BAIK kalau begitu pergilah! Cuma Siau--hong, kau musti
berhati-hati dalam menghadapi persoalan ini"
"Terima kasih atas perhatian suheng"
"'Siau hong, menurut pesan suhu menjelang ajalnya, kau
boleh tak usah terikat oleh peraturan perguruan Bu khek
bun, oleh karena itu akupun tak akan berpesan apa--apa
kepadamu, hanya aku yang menjadi suhengmu mempunyvi
suatu pengharapan, entah bolehkah aku mengutarakannya
keluar?" Buru-buru Cu siau hong bangkit berdiri kemudian
menjura dalam-dalam, sahutnya:
"Perkataan dari Ciangbun suheng terlalu serius, siaute
tidak berani, bila ada persoalan harap sampaikan saja
secara berterus terang."
''Walaupun tiada peraturan perguruan yang mengikatmu,
tapi sebagai seorang le-lakisejati, kau harus tahu
bagaimana ca-ranya menyayangi diri sendiri, bagaimana
pun juga kau toh berasal dari perguruan Bu-khek-bun"
"Siaute akan mengingatnya selalu, aku pasti akan setiap
hari mengingat pesan suheng ini, paling tidak dalam
menghadapi setiap masalah aku harus teringat dulu pada
kepentingan perguruan"
Tang Cuan merasa puas sekali, katanya sambil tertawa:
'Jit sute, aku tahu kau berasal dari keluarga sastrawan,
sekalipun memiliki il-mu silat yang tinggi otakmu penuh
pula dengan aneka macam pengetahuan, kata-kata
semacam itu mungkin saja tak perlu banyak kukatakan."
"Setiap nasehat suheng merupakan kata-kata yang tak
ternilai harganya" sambung Cu Siau-hong cepat-cepat.
Ui pangcu yang duduk dikursi utama tiba-tiba menghela
napas panjang, katanya: "Tang ciangbunjin, aku si pengemis tua pun ada
beberapa patah kata hendak di sampaikan kepada dirimu"
Tang Cuan segera bangkit berdiri dan menjura dalamdalam,
sahutnya dengan cepat: "Lo-pagucu, kau tak usah sungkan-sungkan, silahkan
kau utarakan, boanpwe akan mendengarkan dengan
seksama" , "Tang ciangbunjin, tahukah kau apa se-babnya
menjelang ajalnya tiba, suhumu telah melepaskan Cu Siauhong
dari belenggu peraturan Bu-khek-bun?"
"Tentang soal ini ..... tentang soal ini... boanpwe bodoh,
masalah ini kurang kupahami"
'Hal ini dikarenakan suhumu memang mempunyai
kemampuan untuk menilai orang."
Jelaskan perkataan itu belum selesai diutarakan, namun
secara tiba-tiba Ui pangcu menghentikan kata-katanya dan
tak berbicara lagi. "Mohon lo-pangcu suka memberi penjelasan' buru-buru
Tang Cuan berseru kembali.
'Orang yang luar biasa dikala menghadapi persoalan
yang luar biasa, ada kalanya harus menggunakan pelbagi
cara dan tindakan yang melanggar garis-garis bijaksana,
bila terlalu mengikat diri pada peraturan yang ketat maka
besar kemungkinan kalau hal ini justeru akan merugikannya
daripada suatu keberuntungan"
'Oooh ...." "Oleh karena itu, aku si pengemis tua beranggapan, ada
sementara persoalan perlu dilimpahkan semua hak dan
kekuasaan kepadanya sehingga dia bisa bertindak menurut
selera dan keinginannya sendiri"
Kembali Tang Cuan manggut-manggut.
"Dalam ini dunia persilatan sedang menghadapi suatu
badai pembunuhan yang luar biasa sekali, perubahan besar
yang berlangsung kali ini sama sekali berbeda dengan
keadaan dimasa-masa lampau, sudah banyak orang yang
terbunuh, namun kita masih belum tahu siapakah pihak
lawan, bila kita harus menghadapi persoalan yang luar biasa
ini dengan tindak tanduk yang jujur dan lurus, aku rasa
banyak kesempa-tan baik yang tak bisa dimanfaatkan
dengan sebaiknya, maksud dari aku si pengemis tua
tentunya dapat dipahami oleh Tang ciang-bunjin bukan?"
"Boanpwe agak mengerti!"
Agak mengerti berarti masih ada hal yang kurang jelas.
Sebagaimana diketahui, Tang Cuan adalah seorang yang
berpikir lurus, ia merasa kurang begitu cocok dengan apa
yang dikatakan oleh Ui pangcu barusan.
Ui lo pangcu adalah seorang yang sangat
berpengalaman, sudah barang tentu diapun dapat menduga
kecurigaan diatas orang, sambil tertawa ia lantas berkata
lagi: `Tang ciangbunjin, ambil contoh dengan peristiwa
penyerbuan yang menimpa Bu khek bun kalian, coba kalau
kita tidak pergunakan sedikit otak dan kecerdasan,
dapatkah kita ketahui siapa pembunuh yang sebenarnya?"
Tang Cuan menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab
lagi. "Kita ambil contoh dengan diri Cu Siau hong," kata Ui lo
pangcu lebih jauh, seandainya dia tidak diberi kebebasan
untuk menghadapi perubahan situasi dengan kehendak
hatinya, kau anggap dia punya berapa bagian kesempatan
untuk melanjutkan hi-dupnya'
Kembali Tang Cuan dibikin tertegun.
Masalah ini merupakan suatu contoh yang amat jelas dan
gamblang, terhadap manusia yang suka menyergap dan
main curang kita memang tak bisa menghadapinya dengan
jalan yang jujur, lurus dan terbuka.
Menyaksikan Tang Cuan sudah tak sang-gup untuk
menghadapi keadaan tersebut, Pek Bwee segera menyela.
"Perkataan dari lo pangcu bagaikan gun-tur yang
membelah bumi disiang hari bo-long, cuma Siau hong
sesungguhnya adalah seorang manusia yang sama sekali
belum berpengalaman, namun dia telah menampilkan
kecerdasan yang luar biasa, juga telah melakukan beberapa
persoalan yang amat berat, sekalipun dibalik kesemuanya
itu fak-tor keuntungan merupa-kan pangkal kesuksesannya.
Tapi nasib manusia toh tidak selamanya mujur terus."
Ui Lo pangcu tertawa katanya.
"Lote, kau anggap keberhasilan itu terpe-ngaruh pula
dari soal kemujuran?"
"Menurut aku si pengemis tua, seharusnya hal ini
termasuk semacam kecerdasan, semacam kecerdasan yang
muncul karena bakat alam, bakat alam semacam ini bukan
setiap orang dapat mempelajarinya.''
Pek Bwee menjadi tertegun, dia tahu Ui pangcu amat
mengagumi kemampuan Cu Siau hong, namun sama sekali
tak menyangka kalau dia begitu memandang tinggi akan
kemanpuannya. Bukan cuma Pek Bwee saja yang merasa kan hal ini
sebagai suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan,
sekalipun Tan Tiang kim dan Tang Cuan juga merasa
tertegun. Setelah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan
Pek Bwee berkata: "Lo pangcu, dia kan masih seorang bocah, janganlah kau
terlalu memanjakan dirinya"
'Ui pangcu segera tertawa, katanya:
"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya aku si
pengemis tua mengamati perkemba-ngan dunia persilatan,
akhirnya kujumpai juga munculnya suatu badai besar dalam
dunia persilatan" Sorot matanya segera dialihkan ketubuh Cu siau hong,
setelah itu sambungnya: 'Aku si pengemis tua juga telah bertemu dengan pemuda
ini, seorang pemuda yang merupakan tumpuan harapan
dari seluruh umat persilatan untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran .... ' Beberapa patah kata itu terlampau berat, membuat Cu
Siau hong merasakan peluh dingin bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya, buru-buru dia bangkit berdiri sembari
ber-kata: "Lo pangcu, boanpwe tak berani menerima sanjunganmu
itu" Ui pangcu kembali tertawa, katanya:
"Nak, duduklah dulu, mari kita berbicara secara baikbaik"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan "Tentunya kau
sudah pernah bersua de-ngan si Dewa pincang Ui Thong
bukan?" "Benar, boanpwe telah menjumpainya"
''Kenapa" Apakah lo pangcu kenal dengan nya?" seru Pek
Bwee. "Dia adalah seorang adik tongku, kepan-daiannya
memang lumayan, tapi ia selalu berusaha untuk melawan
takdir, dengan kepandaiannya dia ingin mencegah
terjadinya takdir pada manusia, meski di usia tuanya agak
menyesal, sayang keadaan sudah terlambat, tidak banyak
umat persilatan yang bisa memahami dirinya"
"Banyak sekali yang dia bicarakan dengan diriku" kata Cu
Siau hong, "sayang sekali dia sudah ........"
Ui pangcu segera menggoyangkan tangan nya berulang
kali mencegah Cu Siau hong berkata lebih lanjut, setelah
menghela napas panjang katanya:
"Didalam kehidupannya selama ini banyak penderitaan
yang telah dialaminya, terlalu banyak pula yang dipikirkan,
dia i-ngin ribut dengan manusia, ingin menen-tang suratan
takdir, untuk membangun ru-mah diatas pohon saja entah
berapa banyak pikiran yang telah dicurahkan kesana dan
pun menyelidiki pelbagai ilmu aneh dengan harapan bisa
menemukan sesuatu" "Apa yang berhasil dia peroleh?" tanya Pek Bwe cepat.
"Ia tak berhasil menemukan apa-apa, Aku pernah
menasehatinya agar dia sedikit tahu diri, namun dia
menolak anjuranku itu dan lagi dia kuatir akan
mempengaruhi namaku, selama ini tak pernah ia singgung
kalau aku adalah kakak Tong nya"
Sorot matanya segera dialihkan kewajah Cu Siau hong,
kemudian melanjutkan: "Siau hong, kau tahu" Walaupun kita belum pernah
berjumpa namun aku sudah mempunyai bayangan tentang
dirimu, itulah pemberitahuan dirinya, ia yang memberitahu
kan kepadaku bahwa orang yang bisa menyelamat-kan
badai pertumpahan darah dalam dunia persilatan hanyalah
kau ....." "Lo Pangcu, dapatkah kau percayai ucapan tersebut"''
tukas Pek Bwee tiba-tiba.
'Yaa, aku percayai apa yang dia katakan kepadaku belum
pernah meleset, ia minta kepadaku untuk percaya
kepadanya, dia telah melakukan pemeriksaan yang cermat
atas diri Cu Siau hong, dan lagi dia minta aku dengan
kedudukan, nama serta kekuatan yang ada pada tubuh Kay
pang untuk me-nunjang dirinya ...."
"0ooh.!" Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Cu Siaui hong, kemudian so-rot matanya dialikkan ke Ui
pangcu, kata nya: "Pangcu, asal kau orang memberi perintah, segenap
anggota Kay pang akan menu-ruti perintahmu'
"Tiang kim, persoalan ini belum boleh disiarkan dalam
dunia persilatan, sebab saat nya belum tiba, apalagi
bantuan yang kita berikan kepada Cu Siau hong selama ini
sesungguhnya adalah demi membantu Kay pang sendiri,
dalam kenyataan dialah yang sedang membantu kita,
membantu segenap umat persilatan yang ada didunia ini"
Masalah yang dibicarakan makin lama semakin besar dan
serius, suasanapun makin lama semakin tegang, dalam
keadaan demikian, agaknya Tang Cuan sudah tak mungkin
untuk turut mengambil bagian lagi dalam pembicaraan
tersebut. Akhirnya Cu Siau hong yang berbicara lebih dulu,
katanya: "Lo pangcu, organisasi tersebut telah berhutang darah
kepada Bu khek bun kami, hutcang darah ini harus dituntut
kembali, ciangbunjin kami dan boanpwe pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menuntut kembali
hutang darah tersebut' "Dalam kenyataan, musibah yang menimpa Bu kbek bun
tak lebih hanya merupakan suatu babak baru didalam dunia
persilatan, ketika kalian musnahkan kebun raya Ban hoa
wan, bukan saja hal itu sama arti nya telah membalaskan
dendam buat Bu khek bun, juga telah mencegah terjadinya
suatu pembunuhan-pembunuhan gelap secara besarbesaran...."
'Darimana lo pangcu bisa mengetahui akan hal ini?"
tukas Pek Bwee. "Ui Thong pernah membicarakan tentang soal ini
denganku, dia meninggalkan beberapa buah kantungan
berisi petunjuk untuk mencegah kejadian besar itu, dia
berpe-san apabila dunia sudah mulai kacau dan badai
pembunuhan telah dimulai, aku harus membuka
kantongnya yang pertama, dalam surat itu dia menulis
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
banyak sekali kejadian-kejadian yang akan berlangsung di
dunia ini, setelah kubaca ternyata memang ham-pir
sebagian besar yang cocok. Coba, bukankah hal ini aneh
sekali?" .. "Ilmu perbintangan dan ilmu meramal kejadian masa
depan merupakan suatu ke-pandaian yang luar biasa sekali,
tentu saja hasilnya tak boleh dianggap sebagai bahan
permainan" Ui pangcu menghela napas panjang, katanya:
'Terus terang saja sebetulnya aku merasa kurang
percaya dengan segala macdam kepandaian dari Ui Thong
tersebut, ta-pi setelah membuktikannya beberapa kali,
tampaknya sekalipun aku tak ingin per-caya juga mau tak
mau harus mempercayai-nya juga"
"Maka sekarang kaupun percaya?" kata Pek Bwee.
"Ya, sekarang mau tak mau aku musti percaya`
"Maksud lo-pangcu, apakah kau hendak menyuruh Siauhong
untuk menanggung se-suatu?"
"Betul! Oleh karena itu, aku si penge-mis tua
mengusulkan agar kalian lepas ta-ngan semua, biar dia
sendiri yang mengha-dapi semua persoalan ini"
"Bagaimana dengan lo-pangcu sendiri?"
"Tentu saja aku lebih-lebih tak akan menghalangi
niatnya, tapi aku akan mengerahkan segenap kekuatan
yang ada didalam Kay-pang untuk membantunya"
''Lo-pangcu" bisik Pek Bwee, "sudahkah kau pikirkan, dia
masih muda dan masih kekurangan soal kemantapan,
didalam meng-hadapi persoalan, bisa jadi dia akan
bertindak gegabah ....'. 'Oooh...!" Melihat Ui pangcu tidak berniat untuk menjawab
pertanyaan itu, tak tahan kembali Pek Bwee berkata:
''Lo pangcu, bertindak secara gegabah memang tak akan
sampai mencelakainya, tapi aku kuatir kalau cara kerjanya
agak sesat" "Pek lote, yang hendak kita hadapi sesungguhnya adalah
suatu organisasi kaum sesat, seandainya kita menghadapi
dengan cara yang lurus, aku kuatir belum tentu a-kan
peroleh hasil yang diinginkan"
"Pek Bwee menjadi terbungkam, ia sama sekali tidak
menyangka kalau tokoh persila-tan yang berkedudukan
amat tinggi ini bi-sa begitu memandang serius kemampuan
Cu Siau hong, sehingga masalah besar dari dunia persilatan
ini telah diserahkan pertanggungan jawabnya atas diri
seorang bocah yang baru berusia dua puluh tahunan.
Setelah hening, beberapa saat lamanya, Pek Bwe
berkata: ''Baik, kalau begitu kita tetapkan begini saja''
"Loya cu...." seru Cu Siau hong:
"Kau tak perlu kuatir" tukas Pek Bwe
"Soal suniomu, serahkan saja kepadaku"
'Baik!" kata Ui pangcu kemudian, "Tang ciangbunjin,
apakah kau bersedia memberi muka kepada aku si
pengemis tua"' Jelas tingkatannya ini merupakan pembe-rian muka
untuk Tang Cuan, buru-buru pemuda itu menjawab.
"Perintah dari lo pangcu, mana berani Tang Cuan tolak'
Agaknya Ui pangcu merasa puas sekali dengan jawaban
tersebut, katanya sambil tertawa.
''Bagus sekali, kalau begitu aku putuskan demikian saja,
aku telah mengeluarkan pe-rintah Tiok hu lang, tak lama
kemudian sepasukan jago dari Kay pang akan dikirim
kemari, selain itu aku si pengemis tua juga telah berjanji
dengan beberapa orang jago dari Pay kau, aku hendak
bertemu dengan mereka serta membicarakan soal kerja
sama kedua belah pihak."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Tang Cuan,
kemudian melanjutkan: "Ciangbunjin, aku rasa lebih baik kau turut serta didalam
pembicaraan ini." 'Lo pangcu'' buru-buru Tang Cuan berseru.
"Aku Tang Cuan hanya seorang manusia ke-cil, mana
berani mengikuti perundingan besar seperti itu" Aku rasa
tak usah ...." "Nak, jangan terlalu memandang rendah diri sendiri"
'kata Ui pangcu sambil meng-gelengkan kepalanya
berulangkali, "kau adalah seorang ciangbunjin dari
perguruan Bu khek bun, berarti kedudukanmu sama pu-la
dengan kedudukan ciangbunjin partai lain'
Tang Cuan merasa sedikit terkejut mendengar ucapan
tersebut, namun juga mera-sakan beban yang menekan
bahunya sema-kin berat, dengan wajah serius ujarnya:
"Lo pangcu, aku..."
"Ui pangcu menggoyangkan tangannya mencegah Tang
Cuan berkata lebih lanjut, katanya.
"Kau tak usah merendah lagi, keputusankru sudah bulat"
"Baik!''kata Tang Cuan dengan sikap yang sangat
menghormat, "pesan dari cianpwe boanpwe laksanakan' .
"Ui pangcu mengalihkan kembali sorot matanya kewajah
Cu Siau hong, kemudian ujarnya:
"Siau-hong, pergilah! Mulai sekarang Tan Heng, Ong
Peng sudah menjadi anak buahmu, aku serahkan mereka
kepadamu, aku serahkan mereka kepadamu, mulai kini dan
sementara waktu membiar-kan mereka terlepas dari Kaypang"
"Soal ini boanpwe rasa tak perlu" Ui pangcu segera
tertawa. 'Dalam kenyataan, mereka amat ber-sedia untuk bisa
terlepas dari belenggu peraturan Kay-pang yang begitu
berat untuk sementara waktu, selama ini kedua orang ini
selalu memandang tinggi diri sendiri, tapi aku telah
bertanya kepada mereka, agaknya merekapun merasa
takluk sekali kepadamu, maka dengan menyerahkan
mereka kepadamu, akupun tak usah kuatir jika kedua orang
itu sampai nakal'' 'Lo pangcu... . ." "Baiklah kita putuskan demikian saja" tukas Ui pangcu!...
sekarang pergilah beristirahat! Besok kau hendak membawa
serta siapa untuk memenuhi janjimu, lebih baik kau
putuskan sendiri" Cu Siau hong mengiakan, dia lantas beranjak dan mohon
diri dari ruang itu. Memandang bayangan punggung Cu Siau hong hingga
lenyap dari pandangan mata, Ui pangcu menghembuskan
napas panjang, -katanya. "Pek lote, apakah kau merasa keputusan yang kuambil
hari ini terlalu luar biasa?"
"Buat seorang locianpwe seperti kau, tentu saja didalam
mengatasi masalah sema-cam ini tak perlu berunding lagi
dengan orang lain'' jawab Pek Bwe segera.
Ui pangcu tertawa getir, kembali ujarnya: 'Tang
ciangbunjin, Pek lote, ada beberapa persoalan aku ingin
berbicara dulu de-ngari kalian"
'Boanpwe akan mendengarkan dengan seksama!"
''Walaupun aku mengusulkan Cu Siau hong untuk pergi
menempuh bahaya, tapi aku sama sekali tidak
berkeyakinan bahwa dia pasti aman tenteram tak akan
menjumpai bahaya apa-apa, di dalam hal ini kalian berdua
harus mempersiapkan batin sendiri sebaik-baiknya''
"Lo pangcu, benarkah dalam persoalan kali ini, kita
biarkan dia pergi dengan hanya membawa satu orang
pembantu saja." tanya Tang Cuan.
"Benar, seluruh kekuasaan telah kita serahkan
kepadanya, biar dia hadapi menu-rut pendapatnya sendiri,
entah apapun yang hendak dia lakukan, kami tak akan
turun tangan" "Lo-pangcu, apakah dari pihak Bu khek bun kami perlu
juga mengutus seorang utusan?"
''Aku rasa tak perlu, pertama pihak lawan tidak
memperkenankan dia pergi membawa orang, kedua,
dengan diutusnya seseorang dari Bu khek bun, berarti
membuat tindak tanduknya menjadi tidak leluasa"
"Paling tidak sewaktu terperangkap dalam jebakan
musuh, ia mempunyai seorang pembantu yang lebih
banyak' "Tang Cuan" kata Ui pangcu, "tindakanmu itu bukan saja
tak akan membantu dirinya, malah kemungkinan besar
justru akan menyulitkan dirinya."
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan:
"Kau harus mengerti, yang sedang dihadapi Cu Siau
hong sekarang adalah rase yang liciknya bukan kepalang,
mereka juga seperti harimau licik seperti rase, kecuali
orang yang bisa menghadapi perubahan situasi dengan otak
cerdasnya, lebih baik kita jangan mencampurinya, Tang
Ciangbunjin yang ku-maksudkan sebagai tindakan
menghadapi perubahan situasi meliputi pula soal kecerdasan,
siasat licin bahkan tipu menipu"
"Soal ini aku rasa kurang begitu baik!"
"Tindakan penyerbuan terhadap Bu khek bun ditengah
malam buta apakah terhitung pula suatu perbuatan lelaki
sejati?" Tang Cuan segera terbungkam setelah mendengar
perkataan itu. Kembali Ui pangcu berkata:
"Aku percaya dia dapat menghadapi keadaan tersebut,
perduli bagaimanakah ilmu silatnya atau kecerdasan
otaknya, seandai-nya kita turut campur, hal ini benar-benar
merupakan suatu tindakan merusak suasana."
Tergerak juga hati Pek Bwee setelah mendengar
perkataan itu, katanya kemudian:
"Lo pangcu bagaiinana paras muka nona itu?"
"Cantik jelita bak bidadari dari kahyangan"
"Pangcu, terhadap persoalan ini aku kuatir kalau Cu Siau
hong bertindak kurang cermat."
"Budak itu baru pertama kali terjun kedalam dunia
persilatan, menurut apa yang kudengar dari mereka, konon
dia adalah seorang gadis yang keras kepala, bagaimana
cara untuk menghadapinya, aku rasa saat ini merupakan
suatu persoalan yang pelik"
'Benar! "YAA, apa boleh buat" Bila sehari tak dapat menentukan
siapa yang lebih unggul diantara kita, bisa saja kita
bertarung selama dua hari dua malam untuk menentukan
siapa yang lebih unggul diantara kita berdua.
"Tidak bisa, aku tidak mempunyai waktu yang cukup
banyak untuk berbuat demiki-an'
''Lantas maksud nona?"
"Kita harus mencari suatu akal yang bagus untuk
menentukan menang kalah diantara kita dengan
secepatnya" "Aaaah, agak sulit, kau tak mampu membunuhku,
akupun tak mampu membu-nuh nona, coba kau pikirkanlah
kita masih mempunyai cara apa lagi yang bisa digunakan
untuk menentukan menang kalah diantara kita berdua ....".
"Aku masih mempunyai sebuah cara lagi, bahkan cara ini
amat praktis dan bisa menentukan menang kalah diantara
kita berdua dalam waktu sesingkat-singkatnya "'
"Oya" Coba, nona terangkan"
"Cu Siau hong, sebetulnya tidak pantas kalau
kuberitahukan cara ini kepadamu, tapi kami merasa cocok
satu dengan lain-nya, maka dari itu aku hendak memberi
kesempatan kepadamu untuk mempersiap-kan diri dengan
sebaik-baiknya" "Baik, akan kudengarkan dengan seksama"
"Kau mengerti tentang ilmu pedang terbang?"
"Pernah kudengar, konon kepandaian tersebut
merupakan semacam ilmu pedang tingkat tinggi?"
''Kau pernah melatihnya?"
'Belum pernah" ''Aku pernah melatihnya!'
"Oya. . . ?" "Agar menang kalah diantara kita berdua bisa ditentukan
secepatnya, terpaksa aku harus mempergunakan ilmu
pedang terbang ini untuk menghadapi dirimu"
Tergetar juga perasaan Cu Siau hong setelah mendengar
ucapan tersebut, diam-diam pikirnya:
"Menurut suhu, untuk menggunakan ilmu pedang
terbang maka seseorang akan menghimpun segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melancarkan sebuah serangan,
mati hidup, menang kalah akan segera terlihat
hanya dalam satu gebrakan saja, aku lihat budak ini masih
amat muda, masa dia sudah dapat mempelajari kepandaian
tingkat tinggi semacam ini?"
Dalam hati ia berpikir demikian, sementara diluaran
katanya: "Nona Ih, benarkah kau hendak menan-tang aku untuk
bertarung mati-matian ....."
'Perkataanmu memang benar, bagaimana pun juga
menang kalah diantara kita me-mang harus ditentukan,
sebab daripada le-bih lambat semenit, toh lebih baik lebih
a-wal sedikit?" Cu Siau hong tertaweagetir, lalu katanya kembali:
"Nona, bila kau memang bersikeras un-tuk berbuat
demikian, terpaksa aku akan mempertaruhkan nyawa untuk
mengiringi kehendakmu itu"
"Baik, bersiap-siaplah kau, mulai sekarang, setiap saat
aku bisa melancarkan serangan"
Selesai berkata pelan-pelan pedangnya diangkat ke atas
dan disilangkan di depan dada.
Mengikuti gerakan pedangnya itu, sikap Ih Bu lan pun
turut berubah menjadi dingin dan amat serius.
Itulah keseriusan yang telah di perlihat-kan, ketulusan
dihati dan kewibawaan diluar.
Sekalipun seseorang yang tidak mengerti tentang iimu
pedangpun dapat merasakan juga, apalagi serangan mana
dilancarkan sudah pasti akan mendatangkan kekuatan yang
luar biasa dahsyatnya. Cu Sian hong telah memusatkan segenap perhatiannya
untuk mengawasi gerak gerik lawan, ia merasa seluruh
tubuh Ih Bu Ian seakan-akan telah melebur menjadi satu
dengan pedangnya, hal ini membuat hatinya merasa amat
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemetar keras. Tiba-tiba Ong Peng memburu maju kede-pan sambil
berseru: "Cu kongcu, Kau tak boleh menyambut se-rangan itu"
Sekarang dalam jarak lima kaki disekitar tempat ini
sudah tiada burung hidup yang bisa melewatinya lagi, sebab
seluruh wila-yah sudah dilingkupi oleh hawa pedangnya
yang amat kuat, sekalipun kita ingin pergi juga tak akan
berhasil untuk berhasil melepaskan diri dari sini"
Ong peng sendiripun dapat merasakan a-danya segulung
hawa pembunuhan yang sa-ngat kuat menyelimuti
sekeliling tempat itu. Dengan suara lantang Cu Siau hong se-gera berseru:
"Nona Ih, harap tunggu sebentar, aku hendak
memberitahukan rekanku ini tentang beberapa hal"
"Katakanlah aku akan menunggumu, ta-pi jangan terlalu
lama" Cu Siau hong manggut-manggut, sambil berpaling
kearah Ong peng, ujarnya:
"Seandainya aku sampai tewas diujung pedang nona Ih
nanti, tolong antar jena-jahku kepada pihak Bu khek bun
dan serah-kan kepada ciangbun suheng, minta ke-pada
mereka untuk menguburnya dalam perkampungan Ing gwat
san ceng, tak perlu diangkut pulang kedesa kelahiranku...."
"Kongcu........"
"Dengarkan baik-baik" tukas Cu Siau hong, "waktu kita
untuk berbicara tidak terlalu banyak"
"Baik, aku akan mendengarkan dengan seksama"
''Beritahu kepada sunioku, dendam kesumat ini tak
mungkin bisa kami balas, suruh dia bubarkan perguruan Bu
khek bun, lalu mengajak It ki sute pergi jauh, keujung
langit dan mengasingkan diri, jangan sekali-kali memikirkan
lagi soal pembalasan den-dam"
"Kongcu ..... '. Ong peng teramat sedih.
''Dengarkan kata-kataku selanjutnya" tukas Cu Siau
hong. Benar juga, Ong Peng tak berani banyak berbicara lagi.
Cu Siau hong menghembuskan napas pelan lalu berkata:
"Bila berjumpa dengan lo pangcu beritahu dua hal
kepadanya, pertama katakan kalau aku tak dapat
menunaikan tugas sampai selesai'
'Persoalan yang kedua?" tak tahan air mata jatuh
terlinang membasahi wajah Ong Peng.
"Suruh dii mempersatukan kekuatan dari segenap
perguruan yang ada didunia ini dan orang-orang yang telah
mengasingkan diri untuk bersama-sama menghadapi
organisasi ini, kalau hanya mengandalkan Kay pang dan Pay
kau saja mungkin masih belum cukup.
"Hamba akan mengingatnya semua" buru-buru Ong Peng
membungkukkan badannya memberi hormat.
Cu Siau hong segera tertawa.
''Baik, kalau memang sudah diingat, lak-sanakan dengan
sebaik-baiknya" Kemudian sambil membalikkan badannya pelan-pelan dia
mengangkat pedangnya ke atas udara, kemudian
melanjutkan. 'Nona, aku telah selesai untuk menyampai-kan pesanpesan
akhirku, harap nona suka memegang janji dan
jangan membunuh pula orang yang akan menyampaikan
pesan terakhirku ini' "Matilah dengan hati yang lega, semua yang telah
kusanggupi pasti akan kulakukan dengan sebaik-baiknya"
"Kalau memang begitu, akupun tak usah merasa kuatir
lagi, nah, silahkan nona melancarkan serangan"
''Kau hanya meninggalkan beberapa patah kata itu saja?"
"Benar, hanya beberapa patah kata ini saja."
"Konon ayahmu masih hidup sehat wal-afiat, apakah kau
tidak akan meninggalkan pesan apa-apa kepada mereka!
"Orang tuaku bukan anggota persilatan, mereka tak akan
memahami persoalan seperti itu"
'Kalau begitu, tinggalkanlah beberapa pa-tah kata untuk
istrimu!" 'Sayang sekali aku belum beristri"
'Kalau begitu tentunya kau mempunyai kekasih hati atau
pujaan hatimn bukan"'
"Juga tidak ada, cuma aku memang mempunyai
beberapa orang dayang yang genit--genit"
"Dayang?" "Benar, orang yang mengurusi soal makan minum dan
tempat tinggalku, setelah aku mati, mungkin mereka akan
datang menjumpai nona, maka aku harap nona bersedia
menasehati beberapa patah kata kepada mereka
" Ih Bu lan manggut-manggut.
"Aku pasti akan memenuhi keinginan hatimu itu"
Cu Siau hong segera tertawa getir, lalu katanya:
"Baiklah, sekarang nona boleh segera turun tangan untuk
mulai melancarkan serangan."
"Padahal aku benar-benar tak ingin membunuh dirimu,
dapatkah kau beritahukan kepadaku, kau bukanlah
pembunuh dari Keng Ji kongcu. . . . . ?"
"Tidak dapat, sebab Keng Ji kongcu betul-betul sudah
mati ditanganku, mengapa aku tak boleh mengakuinya?"
Dengan sedih Ih Bu Ian menghela napas panjang.
"Aaai.... seandainya kau tidak membu-nuhnya, dia pasti
akan membunuh dirimu' "Nona, bukti nyata sudah berada dide-pan mata,
sekalipun aku berusaha untuk menyangkal atau memungkiri
persoalan ini juga bukan suatu cara yang tepat, bila nona
tidak bermaksud untuk memaafkan kesalahanku itu,
terpaksa diantara kita berdua harus melangsungkan suatu
pertarungan untuk menentukan menang kalah kita berdua"
"Kau amat keras kepala" bisik Ih Bu lan.
Pelan-pelan pedangnya diangkat kembali ke tengah
udara sambil bersiap-siap melancarkan serangan.
Cu Siau hong pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya
dengan mengambil posisi menghadapi lawan, hawa
murninya dihimpun menjadi satu, segenap perhatian
dipusatkan menjadi satu, dia telah bersiap sedia
menghadapi serangan maut dari Ih Bu lan terse-but.
Paras muka Ong Peng amat serius dan mengawasi gerak
gerik dua orang itu tanpa berkedip.
Walau perkenalannya dengan Cu Siau hong belum
berlangsung lama, namun dalam ha-ti kecilnya telah muncul
suatu rasa persahabatan yang amat tebal ....
Walaupun selama ini dia hanya berlagak sebagai
pembantu anak muda itu, namun dalam dua hari ini, dari
dalam hati kecilnya telah timbul semacam perasaan yang
sangat aneh, ia merasa bisa mengikuti manusia seperti Cu
Siau hong, sekalipun benar-benar menjadi pelayannya juga
suatu kejadian yang amat menggirangkan.
Tapi pergaulan yang penuh kegembiraan ini segera akan
berakhir, sejenak lagi bila Ih Bu lan melancarkan serangan
dengan sepenuh tenaga, Cu Siau hong akan roboh
bermandikan darah diatas tanah.
Kendatipun peristiwa itu sendiri belum sampai terjadi,
akan tetapi dalam benak Ong peng seakan-akan telah
terbayang suatu peristiwa yang tragis, Cu Siau hong dengan
tubuh penuh bermandikan darah terkapar diatas tanah.
Mendadak Ong peng membentak keras:
"Tidak bisa!" Sementara itu, Ih Bu lan sudah bersiap-siap melontarkan
serangan, ketika mendengar jeritan lengking dari Ong peng
ter-sebut, ia menjadi tertegun .....
Buru-buru serangannya ditarik kembali sambil menegur:
"Mengapa kau berteriak-teriak?"
Ong Peng menghela napas panjang.
"Aaai.... betul-betul suatu pemandangan yang amat
tragis dan mengenaskan" gumamnya.
"Pemandangan apa?"
"Aaaai .... apa yang kukatakan hanya suatu khayalan
belaka" gumam Ong Peng sam-bil menghela napas, "nona,
tak usah kita bicarakan lagi ..."
Tiba-tiba Ih Bu tan tertawa, katanya:
"'Aku tahu, kau pasti telah membayangkan menang
kalah yang bakal kami tentu-kan dalam pertarungan ini
bukan?" ''Entah apapun yang telah kubayangkan tak mungkin lagi
bagiku untuk menghentikan pertarungan ini''.
"Soal ini jangan hanya menyalahkan kepadaku seorang,
aku toh sudah memberi kesempatan kepadanya"
Cu Siau hong turut tertawa, ucapnya:
'Hari ini bisa dihindari, belum tentu besok bisa dihindari,
lebih baik turun tanganlah dengan segera!"
Ih Bu lan segera berpaling dan meman-dang ke arah Ong
Peng, kemudian ujarnya: "Nah, sudah kau dengar sendiri, dialah yang memaksa
aku, bukan aku yang memaksa dia, mengapa kau
menyalahkan aku?" "Nona Ih" kata Cu Siau hong pula sam-bil tertawa,
"sekarang, mungkin saja kau memang berhasrat untuk
menghentikan pertarungan, tapi hal ini pasti akan menyiksa
dirimu dan lagi sedikit banyak akan timbul perasaan tak
tenang dalam hatimu di kemudian hari, kau bakal teringat
selalu a-kan persoalan ini ...."
"'Sungguh"` tanya Ih Bu lan dengan wa-jah tertegun.
'Sungguh, kau akan selalu menyalahkan diri sendiri,
menganggap dirimu sendiri ti-dak berusaha dengan
sepenuh tenaga" "Cu Siau hong, aku merasa sangat pusing, batinku
bertentangan sendiri, aaai, . .!" Mungkin aku memang tidak
seharusnya da-tang kemari''
"Nona, lancarkanlah seranganmu itu, dalam sernnganmu
iti, entah berhasil atau tidak membunuhku, kau pasti akan
memperoleh ketenangan"
Ih Bu Ian manggut-manggut, sekali lagi dia mengangkat
pedangnya ke tengah uda-ra sambil bersiap-siap. Serangan
kali ini dia tidak ragu lagi, sambil me-lejit ke udara,
pedangnya seperti sebuah bianglala tajam meluncur ke
angkasa dan menyambar ke depan.
Tiba-tiba Ong Peng memejamkan matanya rapat-rapat.
Cu Siau hong menggerakkan pula pedang-nya
menciptakan selapis cahaya bianglala putih yang amat
menyilaukan mata. "Traaang..!" terdengar suara benturan nyaring
berkumandang memecahkan keheningan, cahaya putih
segera lenyap dan ha-wa pedang pun membuyar ke
angkasa. Paras muka Ih Bu lan berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, keningnya berke-rut kencang, dia berdiri dengan
pedang di silangkan didepan dada.
Ternyata keadaan waktu itu tidak seperti apa yang
dibayangkan Ong Peng tadi.
Atau paling tidak, Cu Siau hong belum mati, sekarang
keadaannya sudah amat jelas, Cu Siau hong berdiri dengan
pedang melint-ang badan. Sekujur tubuhnya basah kuyup oleh darah yang
bercucuran keluar amat deras.
Luka itu terletak didada bagian depan, tampak daging
yang merekah keluar sampai darah segar yang
berhamburan membasahi pakaian.
Dalam keadaan demikian, asal Ih Bu lan melancarkan
sebuah serangan lagi, niscaya Cu Siau hong akan terbunun
diujang pedangnya. Ong Peng menjadi tertegun, serunya de-ngan cepat.
"Kongcu... ..!'' Cepat-cepat dia memburu ke depan.
"Ong Ping, aku baik sekali" kata Cu Siau hong sambil
tertawa, "aku telah berhasil menyambut serangannya itu"
"'Tapi kau terluka''
''Aaaah, apakah artinya sedikit luka ini" Dibandingkan
dengan apa yang kuduga semula, keadaanku sekarang jauh
lebih baik" Sementara itu, Ih Bu lan telah menarik kembali
pedangnya seraya berkata pelan:
"Cu Siau hong, aku telah berusaha dengan segala
kemampuan yang kumiliki namun aku tak berhasil
membunuh dirimu" "Ehmmm ......" 'Apa yang kau katakan memang benar, hatiku sekarang
pun lebih tenang dan tenteram, aku sudah memberikan
pertanggungan jawab kepada calon suamiku, dengan tulus
hati dan bersungguh-sungguh aku telah be-rusaha untuk
membalaskan dendam baginya akan tetapi aku gagal untuk
melakukannya." 'Nona, apakah kau masih ada rencana lain?"
"Tidak ada, aku hendak pergi, aku akan pergi
meninggalkan tempat ini, jika kau amat dendam kepadaku,
setiap saat kau boleh datang mencari aku untuk membuat
perhitungan." Cu Siau hong segera menggelengkan kepalanya berulang
kali, Katanya: 'Nona, kau telah berusaha keras demi Keng Ji kongcu,
janji kepada dirimu sendi-ripun sudah terpenuhi, sekarang
aku ingin mengajak nona untuk mernperbincangkan
masalah dunia persilatan"
"Aku tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, orang yang kukenalpun tidak banyak, terhadap
urusan dunia persilatanpun mengetahui amat terbatas
sekali. "Mungkin saja persoalan tentang dunia persilatan yang
kau ketahui tidak banyak tapi untuk membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak timbul dari sanubari masing-
masing orang sendiri, hal mana sama sekali tiada
sangkut pautnva dengan masa-lah dunia persilatan.
Ih Bu lan termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
`Aku tak lebih hanya seorang anak pe-rempuan yang
tidak banyak pengalaman, yang tak tahu urusan apa-apa,
jangan terlalu mengharapkan diriku, nah aku hendak pergi
dulu, baik-baiklah menjaga dirimu baik-baik......"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah tertawa sedih, dia melanjutkan:
"Bukit tidak berbelok, jalannya yang berbelok, mungkin
saja kesempatan kita untuk bersua kembali dimasa
mendatang masih terbuka lebar ......"
Sambil membalikkan badan, dia mengajak dayangnya
beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Dengan termangu-mangu Cu Siau-hong memperhatikan
bayangan punggung dari Ih Bu-lan, memandang hingga
bayangan itu lenyap dari pandangan mata.
Ong Peng menghembuskan napas panjang, ujarnya
kemudian. "Kongcu, mari kita bungkus lukamu itu!"
Cu Siau-hong manggut-manggut.
'Ong-Peng, dia mengetahui banyak sekali rahasia besar
yang kita perlukan, sayang dia enggan untuk
mengutarakannya" "Kongcu, mungkin kau lupa, dia memang sebetulnya
adalah musuh kita semua .. ....! '
Setelah mengeluarkan obat luka luar, dia segera
membalut luka Siau-hong yang berada dibagian dadanya.
Mulut luka itu dalamnya mencapai tiga inci dengan
panjang setengah depa, andaikata luka itu seinci lebih
dalam lagi, besar kemungkinannya akan melukai isi perut atau
otot tulangnya. Sementara itu Ong Peng sembari membubuhkan obat
pada luka dada itu, diam-diam dia berdoa bagi keselamatan
Siau-hong. Sebaliknya Cu Siau hong sendiri tidak memperdulikan
keadaan lukanya, dia termenung dengan kening berkerut,
seakan-akan sedang mempertimbangkan suatu masalah
besar yang amat pelik baginya.
Selesai membalut luka tubuh Cu Siau hong, Ong Peng
lalu baru berbisik dengan lirih.
"Kongcu, sudah saatnya buat kita untuk pulang, lukamu
itu tidak ringan, lebih baik istirahatlah dulu selama
beberapa hari' Dengan nada setengah menjawab setengah tidak, Cu
Siau hong berkata: 'Ong Peng, apakah dari pihak Kay--pang telah mengirim
mata-mata yang mengawasi daerah disekitar tempat ini"
"Sebenarnya ada, tapi untuk memenuhi harapan kongcu,
Tan tianglo telah menitahkan untuk membuyarkan semua
pengawasan disekeliling tempat tersebut.'
Mendadak.Cu Siau hong melompat bangun sambil
berseru: "Kita segera berangkat! Cepat laporkan kepada Tan
tianglo, kita harus menguntit nona tersebut"
Berbicara sampai disitu, mendadak ke-ningnya berkerut
kencang, seakan-akan me-rasa kesakitan.
Jelas mulut lukanya kembali merekah akibat dari
goyangan badannya barusan.
Ong Peng menghela napas panjang, ka-tanya:
"Kepandaian Kay-pang untuk menguntil jejak seorang
adalah nomor wahid didunia, tak nanti budak itu meloloskan
diri. Kaupun tak usah kesal karena persoalan ini, yang
penting adalah rawat lukamu sebaik-baiknya ......"
Cu Siau-hong manggut-manggut dan berjalan keluar dari
hutan. Ong Peng betul-betul sangat hebat, tak lama kemudian
ia telah berhasil mendapat-kan sebuah tandu kecil. .
Dengan naik tandu, Cu Siau-hong segera dilarikan pulang
dengan kecepatan tinggi. Tandu itu langsung masuk ke dalam ru-ang tengah
sebelum berhenti. Sepanjang perjalanan tadi, Cu Siau-hong telah mengatur
napasnya dan bersermedi, menanti tandu itu berhenti, ia
telah selesai pula dengan semedinya. "
Begitu menyingkap tirai dan melangkah keluar dari
tandu, seketika itu juga ia menjadi tertegun.
Tampak Ui lo pangcu, Tan Tiang-kim, Pek Bwee, Pek
Hong dan Tang Cuan berlima telah berdiri berjajar didepan
tandu. Buru-buru dia maju ke depan dan menjatuhkan diri
berlutut katanya: "Sunio dan cianpwe sekalian menyambut kalian tak
berani Siau hong terima....''
"Bangunlah nak, konon lukamu tidak ring-an" tukas Pek
Hong. . "Nak, rupanya aku salah juga setindak'" kata Ui lo
pangcu pula, ak sudah menilai rendah lawanku"
Tang Cuan segera mengulurkan tangan kanannya dan
membangunkan Cu Siau hong dari atas tanah.
"Mari kita berbincang-bincang di ruang dalam saja?" kata
Ui lo pangcu, kemudian sambil memberi tanda.
Dalam ruangan belakang makanan kecil dan air teh
wangi telah disiapkan di atas meja.
Ui lo pangcu, Tan Tiang kim, Pek Bwee Pek Hong, Tang
Cuan ditambah pula deng-an Cu Siau hong, enam orang
bersama-sama mengambil tempat duduk diruang itu.
Agak kebingungan Cu Siau hong memper-hatikan
sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya.
"Lo pangcu adakah suatu kejadian besar"'
"Siau hong, jangan kau tanyak
SAMBIL tertawa Ong Peng segera menggeleng.
''Tidak usah, kita di ruang tengah ini saja, itu. . . meja
dekat jendela' "Maaf toaya, meja ditepi jendela sudah penuh semua"
"Bukankah di sana masih terdapat meja kosong?"
"Meja itu sudah dipesan orang."
"Dipesan siapa?"
"Li ciang-kwee dari toko penjual kain Tay-heng!''
Ong Peng tidak menggubris pelayan itu lagi, dengan
langkah lebar dia segara berjalan menghampiri meja
tersebut. Meja itu cukup besar, diatasnya sudah disiapkan
mangkuk dan sumpit, malah dicantumkan pula kartu nama
dari pemesannya. Sambil tertawa Ong Peng segera mengambil kartu nama
itu dan membuangnya ke lantai, setelah itu ujarnya sambil
tertawa: "Pelayan, aku lihat kami akan menempati meja ini saja"
Sementara itu Tiong It-ki yang bertugas berjalan dipaling
belakang sambil mengawasi keadaan disekelilingnya telah
naik pula ke dalam ruangan Wang-kang-lo.
'Tiong It-ki tidak duduk bcrsama Cu-Siau hong,
melainkan seorang diri duduk dimeja yang berhadapan
dengan mulut anak tangga, Hal ini memang disengaja oleh
Cu Siau hong, agar bilamana perlu bisa mernberi bantuan
dengan secepatnya. Menyaksikan gerak gerik Cu Siau-hong serta sikap Ong
Peng yang siap-siap hendak berkelahi itu, pelayan tersebut
menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Wang-kang-lo adalah rumah makan terbesar dan
termegah di kota Siang-yang, juga merupakan tempat yang
paling suka dida-tangi oleh orang-orang persilatan,
persoalan sekecil pun yang terjadi ditempat ini, dengan
segera akan tersiar sampai dimana-mana.
Cu Siau hong segera mendehem pelan dan mengambil
tempat duduk, sementara dua orang Kiam-tong itu segera
berdiri disebe-lah kiri dan kanan tubuhnya.
Tan Heng dan 0ng Peng duduk dikedua belah samping
sehingga kursi dihadap-an Cu Siau-hong dibiarkan dalam
keadaan kosong. Sambil tertawa Cu Siau-hong segera berkata:
"Ong congkoan, suruh pelayan hidangkan sayur"
Sewaktu bersantap, dikedua belah sampingnya masingmasing
berdiri seorang bocah yang menyoren pedang, lagak
semacam ini selain amat jumawa pun latah sekali.
Ong Peng segera berpaling memandang ke arah sang
pelayan yang masih termangu, kemudian sambil
mendengus dingin serunya:
"Hei, mengapa masih berdiri termangu disitu" Hayo
cepat siapkan sayur dan arak."
Gerak gerik mereka yang jumawa ditambah perselisihan
yang terjadi, dengan cepat menarik perhatian banyak orang
yang ada dalam ruangan rumah makan itu.
Sekarang, sebagian besar sorot mata mereka telah
tertuju ke arah mereka. Dengan suara rendah pelayan itu berseru:
"Congkoan toaya, orang yang memesan tempat ini
adalah langganan kami, dengan perbuatanmu itu bukankah
sama artinya dengan memecahkan mangkok nasi hamba!"
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang ramai
berkumandang datang dari arah tangga, kemudian muncul
enam orang disitu. Orang pertama adalah seorang lelaki berjubah panjang,
dia adalah Li ciang-kwee dari toko cita merek Tay-heng.
Tampaknya Li ciangkwee sudah mengetahui letak meja
yang dipesannya, dia langsung berjalan menuju ke depau
Cu Siau-hong Melihat kedua belah pihak telah saling bertemu, sambil
bermasam muka pelayan itu berdiri kaku disamping.
Senyuman yang semula menghiasi bibir Li ciangkwee
segera lenyap begitu dilihat-nya meja yang dipesan telah
terisi tamu dan segera berpaling ke arah pelayan, kemudian
dengan kemarahan yang meluap te-riaknya...
"Hei apa, yang terjadi" Tampaknya usaa Wang-kang-lo
terlalu baik sehingga meja yang kami pesan pun sudah di
jual kepada orang lain ?"
"Li ciangkwee" seru pelayan itu, sambil terbungkukbungkuk
penuh ketakutan, "se-benarnya meja ini sudah
kami tinggalkan buatmu, tapi beberapa orang toaya ini
bersikeras hendak mendudukinya, hamba. . . hamba. ."
Li ciangkwee segera berpaling ke arah Cu Siau-hong,
ketika dilihatnya Cu Siau hong mendongakkan kepalanya
tanpa me-mandang sekejap matapun terhadapnya,
kemarahan nya yang berkobar makin menjadi dan segera
tertawa dengan tiada hentinya"
"Heeehh. . . heeehhh. . . heeehh. . . masa kejadian
seperti ini" Dalam persoalan apa pun tentu ada perbedaan
antara siapa yang datang duluan dan siapa belakangan,
apakah lantaran Li toaya suka makan gratis maka tiada
tempat bagi ku". Hmm, panggil ciangkwe kalian! Hari ini
aku harus menuntut suatu keadilan dari kalian!''
Pelayan itu segera mengiakan dan membalikkan badan
berlalu dari situ. Tapi Ong Peng segera menghalangi jalan perginya seraya
berseru: 'Tunggu sebentar.....' Setelah bangkit berdiri, Ong Peng mengangkat bahunya
seraya berkata lebih jauh:
"Aku pikir, kau tentunya Li ciangkwe dari toko cita merek
Tay heng bukan?" ''Betul, aku she Li!"
"Seorang yang mulia tak akan menyalahkan orang kecil,
Li ciangkwe, aku lihat kemarahanmu itu tak perlu kau
lampiaskan diatas tubuh pelayan tersebut"
''Apa maksudmu?" teriak Li ciangkwe dengan gusar.
"'Pelayan itu sudah mengatakan kalau meja ini telah
dipesan oleh Li toa-ciangkwe, cuma kami tidak melihat
kehadiran Li toa--ciangkwe disini, maka kami pun datang
kemari duluan, kau toh sudah bilang, ada yang datang lebih
dulu ada yang belakangan, itulah sebabnya kamipun
menempati meja ini lebih dahulu '
"Tapi sekarang kami toh sudah datang'
"Kalian sudah datang terlambat, maka aku minta lebih
baik kalian berpindah tempat saja."
*********************************
Hal 9 s/d 12 Hilang *********************************
kemudian sambil tertawa, "dalam Wang kang-lo ini
penuh dengan mangkuk dan piring porselen, berkelahi
ditempat ini bukankah hanya akan merusak peman-dangan
saja?" Dimulut dia berkata demikian, sepasang tangannya sama
sekali tidak berhenti, secara beruntun dia telah menyambut
ke enam buah serangan yang dilancarkan dua orang lelaki
berbaju panjang itu. Kedua orang lelaki berjubah panjang itu masing-masing
melanearkan tiga buah- sera-ngan, serangan pertama dan
ke du.a dapat dipunahkan Ong P.3ng secara mudah,,
sedang serangan yang ketiga ternyata disambut o-leh Ong
Peng dengan kekerasan. ' "Blaaammm!" ditengah suara benturan yang amat
nyaring, dua orang lelaki berjubah panjang itu masingmasing
mundur satu langkah. Paras muka Li ciangkwe segera berubah hebat serunya:
"Kalian berdua masa tak sanggup untuk membereskan
satu orang saja. . ."
Dua orang lelaki berjubah panjang itu segera
menundukkan kepalanya dengan wajah malu.
Li ciangkwe menghela napas panjang, kembali
gumamnya: "Memelihara tentera seribu hari, menggunakannya dalam
sesaat, dihari-hari biasa kalian makan kelewat mewah,
minum kelewat kenyang, setelah menjumpai persoalan satu
pun tak becus!'' Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadi-an itu, diamdiam
lantas berpikir: "Saudara hanya memikirkan soal rejeki dan uang, orang
ini mah sedikit pun tidak mirip seorang saudagar"
Mendadak dua orang lelaki berjubah panjang itu
menyingkap jubah panjangnya sambil meraba ke pinggang,
tampaknya mere-ka sudah bersiap-siap hendak menggunakan
senjata tajam. Dengan kening berkerut Li ciangkwe segera menegur:
'Hei, mengapa tidak segera mengundur-han diri". Apakah
kalian suka kehilangan muka di situ?"
Pada waktu itu, dua orang lelaki berju-bah panjang itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah meraba gagang go-lok mereka, tapi setelah
mendengar tegur-an tersebut, mereka segera
mengendorkan kembali tangannya dan~mengundurkan diri
dengan kepala tertunduk. Dalam pada itu, Cu Siau-hong sedang memutar otaknya
menduga-duga siapa gerangan Li ciangkwe tersebut, namun
diluar dia bersikap acuh tak acuh, melirik sekejappun
kearah Li ciangkwe pun tidak. Tan Heng dan kedua orang
kiam-tong itupun hanya berdiri tak berkutik ditempat
semula. Sambil tersenyum Ong Peng, segera berkata lagi.
"Soal bersantap mah setiap hari harus melakukannya
beberapa kali, pekerjaan semacam ini bukan terhitung
sesuatu yang luar biasa, masa soal isi perut pun mesti
beradu jiwa?" "Perkataanmu memang benar" kata Li-ciangkwe sambil
tertawa dingin, "tempat yang kami pesan telah kau serobot,
kejadian ini mah kejadian kecil, untuk bersantap juga tak
perlu saling beradu jiwa, anggap saja kalian lebih hebat,
kami mengaku kalah. . ."
Sambil mempertinggi suaranya, dia melanjutkan:
"Pelayan! kami akan berpindah tempat!"
"Silahkan Li-ya!" buru-buru pelayan itu berseru.
'Dia segera membalikkan badan dan berlalu lebih dulu
dari sana. Li ciangkwe segera mengikuti dari be-lakangnya.
Ong Peng berkerut kening, dia segera berpaling dan
memandang sekejap kearah Cu Siau hong, sementara
wajahnya memperlihatkan perasaan apa boleh buat.
Agaknya dia sama sekali tidak menyangka kalau Li
ciangkwe bisa menahant sabar dengan menyudahi
persoalan sampai disitu saja.
Setibanya disamping Cu Siau-hong, dia lantas berbisik
dengan suara lirih. 'kongcu, bajingan itu sanggup menyesuaiktan diri dengan
keadaan, kenyataan ini benar-benar berada diluar dugaan
kami" "Duduk dan bersantaplah, jangan sampai membuat
orang lain tahu kalau kita memang sengaja mencari garagara"
Ong Peng mengiakan dan duduk kembali ke tempat
semula. Dengan cepat pelayan datang menghidang-kan sayur
dan arak. Dua oxang Kiam-tong tersebut hanya berdiri dibelakang
Cu Siau-hong sambil menun-dukkan kepalanya, mereka
tidak berkata apa-apa. Dalam kenyataan kedua orang itu selalu memperhatikan
setiap orang yang berada di ruang Wang kang lo tersebut.
Sayur dan arak telah dihidangkan, dalam waktu singkat
seluruh meja telah di penuhi oleh hidangan-hidangan yang
lezat. -ooo0ooo- BAGIAN 34 SEMENTARA itu, Li ciangkwe bersama semua orang yang
dibawanya telah ber-lalu dari pengawasan dari Cu Siau
hong sekalian. Sedang tamu yang berkunjung ke rumah makan Wang
kang lo makin lama semakin ba-nyak, sedemikian penuhnya
sampai tiada tempat yang kosong lagi.
Tapi tamu yang berkunjung kesana masih berrdatangan
terus tiada hentinya. Diatas ruangan Wang kang lo masih tersedia dua tempat
kosong yang dapat menampung dua orang lagi, yaitu di
meja yang ditempati oleh Cu Siau hong.
Tapi setiap orang yang melihat tampang Cu Siau hong
segera berusaha untuk menyingkir jauh-jauh, tak seorang
manusia yang tak ingin mencari kesulitan buat diri sendiri.
Tapi di dunia ini justru ada juga orang yang tidak takut
dengan segala macam kesulitan.
Misalkan saja kakek dan orang muda ini.
Yang tua sudah berusia lima puluh tahunan, mengenakan
jubah panjang berwarna a-bu-abu, bertubuh kurus,
sedemikian kurus-nya hingga tinggal kulit pembuagkus
tulang, mungkin dari seluruh badannya belum tentu bisa
terkumpul daging seberat tiga kati.
Sepasang matanya mana cekung kedalam, mukanya
kuning seperti lilin, tampang se-perti itu persis seperti
seorang yang sudah banyak tahun mengidap penyakit t b c.
Sebaliknya yang muda barwajah tampan berbibir merah
dan bergigi putih, dia mengenakan pakaian ringkas
berwarna biru, sebilah golok lengkung bergagang emas
tersoren dipinggangnya. Diatas sarung golok itu bertatahkan tujuh biji mutiara
sebesar buah kelengkeng, Mutiara-mutiara itu jelas tak
ternilai harganya, berkelip-kelip memancarkan sinar yang
menyilaukan mata. Dua orang manusia semacam itu melaku-kan perjalanan
bersama-sama, dengan cepat memberikan suatu
pemandangan yang kontras dan tak sedap dipandang ........
Dua orang itu langsung berjalan kede-pan meja, lalu
tanpa mengucapkan sepatah katapun segera duduk.
Kakek kurus berjubah abu-abu itu segera berteriak
keras: "Hei, pelayan, pelayan...."
Semenjak terjadinya keributan tadi, pelayan itu benarbenar
tak berani mengusik ketenangan Cu Siau hong
sekalian. Maka sewaktu dua orang itu duduk, walaupun sang
pelayan sudah melihatpun pura--pura tidak melihat, buruburu
dia melihat ke arah lain.
Tapi setelah dipanggil, tentu saja dia tak dapat berlagak
pilon terus, terpaksa sambil mengeraskan kepala dia
berjalan mendekat: "Tuan, kau ada pesan apa?" tegurnya.
"Tolong tanya apakah tempat ini adalah sebuah rumah
makan yang menjual hida-ngan?"
"Betul" "Kalau betul, mengapa mesti bertanya lagi". Cepat
siapkan sayur dan arak."
Pelayan itu memandang sekejap ke arah Cu Siau hong
dan Ong Peng, kemudian se-runya:
"Tuan, disini sudah ada tamu."
"Ada tamu lantas kenapa" Toh disini masih terdapat dua
tempat yang kosong. Apalagi sang tamu pun tidak
berbicara, buat apa kau mesti cerewet melulu?"
"Aku. . . aku. . ."
Cu Siau hong segera mengangkat cawan araknya dan
berkata sambil tertawa: `Pelayan, tambahkan dua cawan dan dua pasang
sumpit" Sayur yang dipesan Cu Siau-hong benar-benar banyak
sekali, meskipun cuma empat orang yang sedang duduk
bersantap, paling tidak ada belasan macam sayur yang
dihidangkan. Malahan diantaranya ada setengah yang sama sekali
belum di jamah mereka. Agaknya palayan itu tidak menyangka kalau tamunya
yang satu ini sebentar dingin sebentar panas, melihat
kesulitan secara tiba-tiba bisa teratasi, dengan cepat dia
me-ngiakan dan buru-buru membalikkan badan berlalu dari
sana. Mendadak terdengar kakek berbaju abu-abu itu
membentak dengan suara dingin:
"Berhenti kau jangan bergerak!"
Pelayan itu menjadi tertegun, kemudian serunya:
"Ada urusan apa?"
"Lohu bukan seorang peminta-minta, akupun bukan
seorang yang tak sanggup membayar, mengapa aku mesti
makan sisa sayur orang lain" Siapkan hidangan persis
seperti yang dia pesan itu!"
"Oooh tuan, kalau pesan seperti itu lagi, mana muat
tempatnya?" Kontan saja kakek berbaju abu-abu itu tertawa dingin. .
"Mengapa tidak muat" Apakah kaliaa tak bisa
menyingkirkan hidangan yang sudah mereka?"
'Soal ini, soal ini ...' Dari dalam sakunya kakek berbaju abu-abu itu
mengeluarkan sekeping uang perak seberat tujuh delapan
tahil, kemudian sambil diletakkan diatas meja, serunya:
"Kau takut aku makan gratis" Nah, terimalah dulu
uangnya' Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
"Pelayan sayur yang sudah kami makan seharusnya kau
singkirkakn semua!' Pelayan itu agak tertegun sebentar, kemudian sahutnya
dengan cepat: "Baik, baik! Tuan berdua tentunya sahabat lama"
"Teman" Teman apa" Lohu tak punya teman'" tukas
kakek berbaju abu-abu itu ketus.
Kalau dilihat dari keadaan sekarang, seratus persen
dapat dipastikan kalau kakek itu memang datang untuk
mencari gara-gara, sebab gaya yang diperlihatkan sekarang
adalah gaya orang yang sedang mencari urusan.
Cu Siau Hong segera tertawa, dia keringkan secawan
arak yang berada dihadapannya tanpa balas berbicara,
malah hawa amarahpun tidak terlihat diatas wajahnya .
Yang paling aneh lagi, adalah Ong Peng, ternyata dia
hanya menundukkan kepalanya sambil makan minum
dengan la-hap, sepatah katapun tidak diucapkan...
Pelayan itu masih berdiri tertegun disana untuk beberapa
saat lamanya dia tak tahu apa yang mesti dilakukan"
Agaknya kakek kerbaju abu-abu itu sudah habis
kesabarannya, mendadak dia berkata lagi dengan dingin:
`Pelayan, mengapa kau masih berdiri tak berkutik disitu"
Apakah kau anggap lohu tak bisa membunuh orang?"
Walaupun kakek berbaju abu-abu itu berperawakan
ceking, namun dia mempunyai suatu hawa seram yang
menggidikkan hati, hawa seram tadi bisa membuat orang
merasa ngeri, seram dan ketakutan.
Pelayan itu segera merasakan hatinya bergetar keras,
tanpa banyak berbicara dia lantas membalikkan badan dan
berlalu dari situ. Kakek berbaju abu-abu itu segera
mendongakkan kepalanya memandang sekejap ke-arah Cu
Siau-hong, lalu ujarnya: "Kau sungguh berjiwa besar!"
"Empat samudra semuanya adalah saudara, kita bisa
bertemu boleh dibilang masih berjodoh"
"Aku lihat inilah yang dinamakan musuh bebuyutan jalan
terasa sempit . . ."
'Musuh bebuyutan" Kita bermusuhan?"
'Betul, kita memang bermusuhan"
"Aku belum pernah berselisih denganmu, sejak kapan
dendam ini terikat" Harap sobat bersedia menerangkan"
Kakek berbaju abu-abu itu segera tertawa dingin.
"Heeehhh..... heeehhh. . . heeehhh. . lohu senang
berbicara apa, aku akan berbicara apa, memangnya di
dunia ini masih ada orang yang dapat mengurusi diriku?"
"Benarkah tiada orang yang mengurusi dirimu?" tiba-tiba
Cu Siau-hong mengejek. . Mendadak kakek berbaju abu-abu itu menekankan
tangannya ke atas meja, sepiring ang-sio-hi yang berada di
meja mendadak mencelat ke angkasa dan menyambar ke
wajah Cu Siau-hong. Seakan-akan ada orang yang mengangkat piring tersebut
dan menimpuknya ke depan.
Piring tersebut berputar amat kencang di angkasa,
kemudian meluncur kedepan dan menerjang pula keatas
tenggorokan Cu Siau hong.
Pada waktu itu, Cu Siau hong sedang memengang
sebuah cawan, dengan cawan itulah dia menghantam sisi
piring tersebut, "Traang" piring yang sedang berputar itu
mendadak meluncur balik ke belakang.
Jilid 25 Cawan arak itu tidak pecah, piringpun tidak retak,
didalam mementalkan benda pecah belah tersebut, mereka
berdua saling mengerahkan tenaga dalam yang dimilikinya.
Hanya tenaga dalam yang paling hebat saja yang dapat
merubah suatu kekuatan yang bersifat keras menjadi suatu
kekuatan yang lunak, kekuatan itu membuat benturan
antara cawan dengan piring tersebut tak sampai
menimbulkan keretakan apa-apa sebaliknya justru dengan
mempergunakan kesempatan tersebut,menyalurkan tenaga
dalamnya untuk menyerang lawan.
Kakek berbaju abu-abu itu mendengus dingin, mendadak
dia menyambar sebatang sumpit dan menghantam keatas
piring besar. Tiba-tiba saja piring besar itu berputar kencang dan
menyambar lagi kearah Cu Siau hong.
Menghadapi ancaman tersebut, Cu Siau hong segera
tertawa dingin, diapun menyambar sebatang sumpit dan
mengetuknya diatas piring mana.
Bagaikan permainan sulap saja, sepiring besat ikan Ang
sio hi tersebut berputar tiada hentinya ditengah udara.
Anehnya piring besar makin lama berpu-tar semakin
cepat ditengah udara sehingga terciptalah suatu
pemandangan yang sangat aneh.
Segenap tamu yang berada dalam ruangan Wang kang lo
segera dibikin terpesona oleh pemandangan itu, sehingga
tanpa terasa mereka meletakkan sumpit serta cawan
masing-masing untuk mendongakkan kepalanya.
Kini seluruh perhatian orang terpusatkan pada piring
besar yang sedang berputar kencang.
Tampak piring mana berputar kencang sampai puluhan
kali dengan kecepatan yang semakin melipat ganda.
Agaknya kakek berjubah abu abu itu sudah habis
kesabarannya, dengan dingin dia lantas berseru:
"Bocah keparat, tak kusangka dengan usiamu yang
begini muda, ternyata memiliki kepandaian silat yang begini
hebat" Tangan kanannya segera diayunkan ke muka, mendadak
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sumpit yang berada ditangan nya itu dihantamkan keatas
piring itu keras-keras. "Praaang!" bunyi piring pecah bergema memecahkan
keheningan, saus dan Ang sio hi yang dua kati beratnya ifu
tahu-tahu berubah menjadi potongan kecil-kecil yang
serentak menyambar ke wajah serta badan Cu Siau hong.
Tampaknya pecahan piring, hancuran da-ging serta saus
kuah itu sudah dipengaruhi oleh segulung kekuatan yang
maha besar, bagaikan segumpal kabut gelap saja segera
melayang tiba dengan kecepatan luar biasa.
Mendadak tampak cahaya tajam berkilauan, Seng Hong
dan Hoa wan tahu-tahu sudah turun tangan bersama.
Empat bilah pedang dari kedua orang kiam tong itu
menciptakan selapis kabut cahaya yang sangat rapat di
depan tubuh Cu Siau hong, terhalang oleh lapisan kekuatan
yang sangat kuat itu, pecahan piring, ikan dan saus kuah
yang menyambar ketubuh Cu Siau hong itu segera
terhadang dan berjatuhan ketanah.
Sungguh cepat gerakan yang dilakukan dua orang Kiam
tong itu, begitu serangan berlalu, serentak mereka
menyarungkan kembali pedang masing-masing
Tapi dengan terjadinya peristiwa itu keadaan dimeja
makan menjadi porak peronda tak keruan wujudnya lagi.
Paras muka kakek berbaju abu-abu itu segera berubah
hebat. Tan Heng serta Ong Peng dengan cepat telah
meninggalkan pula tempat duduk masing-masing. Sedang
Cu Siau hong masih tetap tenang, gumamnya sambil
menggelengkan kepala. "Saudara, cara yang kau pakai barusan sangat tidak
terpuji" Seraya bergumam, pelan-pelan dia meletakkan
cawannya di atas meja. Ong Peng dan Tan Heng maju ke depan secara tiba tiba
dan menghadang di kedua belah samping kakek berbaju
abu abu itu. 'Pelan-pelan kakek berbaju abu-abu itu pun turut bangkit
berdiri. Pemuda yang duduk disampingnya kini sudah mulai
meraba gagang goloknya untuk bersiap-siap.
Tiong It ki yang duduk dikejauhan hanya duduk
menonton terjadinya setiap perubahan disitu, dia begitu
acuh sehingga seakan-akan persoalan tersebut tiada
sangkut pautnya dengan dia..
"Cengcu", Ong Peng segera berkata."tua Bangka ini
terlalu kurang ajar, apakah perlu diberi pelajaran"
"Tanya kepadanya asal kedatangannya,kalau Cuma
manusia tak ternama, suruh mereka menyembah didepanku
minta maaf, kemudian lepaskan pergi"
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang ramah,
tapi nadanya justru amat memandang rendah musuhnya.
Kakek berbaju abu-abu itu segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . Apakah kau adalah
Cu Siau hong"' tiba-tiba dia menegur.
Diam-diam Cu Siau hong merasa terperanjat, namun
wajahnya masih tetap tenang seperti sedia kala, sahutnya
sambil tertawa.. "Betul, Aku memang Cu Siau hong, siapa namamu?".
"Asal aku tahu kalau kau adalah Cu Siao hong, hal ini
sudah lebih dari cukup, siapa kah lohu, lebih baik tak usah
kau campuri" "Oooh...!' "Cu Siau hong, tempat ini kelewat sempit, jika ingin
berkelahi, mengapa kita tidak mencari suatu tempat yang
lebih luas dan lebar untuk menentukan siapa yang menang
dan siapa yang kalah!"
"Rupanya kau memang sengaja datang untuk mencari
gara-gara denganku. . ."` tegur Cu Siau hong dingin.
'Anggap saja perkataanmu memang benar, kami memang
datang untuk mencari gara-gara.'
Cu Siau hong segera manggut-manggut, tanyanya
kemudian sambil tertawa lebar:
`Hanya kalian berdua?"
"Lohu merasa kami berdua pun sudah lebih dari cukup".
Cu Siau hong segera tertawa hambar.
"Baiklah!' katanya kemudian, "pun cengcu baru pertama
kali terjun ke dalam dunia persilatan, aku memang
bermaksud untuk menaklukkan semua orang serta
mengangkat nama, cuma kami hanya berniat untuk
bertarung melawan orang-orang ternama, jika orang yang
tidak ternama ma-afjika kami tak akan melayaninya"
'Apakah kedudukan lohu kurang berbo-bot?" seru kakek
berjubah abu-abu itu gusar.
"Hingga kini kami masih belum tahu siapakah kau?"
'Kalian tidak kenal lohu, tapi justru melakukan perjalanan
didalam dunia persilatan, apakah hal ini tidak memalukan?"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera berpikir
dalam hatinya. Ong Peng dan Tan Heng adalah jago kawakan yang
sudah lama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan,
sekalipun aku telah keluar dengan mereka berdua, namun
seharusnya mereka juga tahu akan kedua orang ini,
mengapa merekapun tidak memberikan reaksi apa-apa"
Mungkinkah mereka pun sedang mencoba diriku?"
Berpikir demikian, dia lantas tertawa hambar, katanya:
"Pun cengcu memang baru terjun kedalam dunia
persilatan, maklumlah jika aku tidak banyak mengenal
nama-nama orang persilatan toh tidak kenal dirimu juga
bukan suatu kejadian yang maha besar."
"Pada dasarnya kau memang tidak kenal dengan diriku.
sekalipun kuucapkan namaku kau bisa apa pula?"
"Benar juga perkataanmu itu, silahkan kau membawa
jalan buat kami", ucap Cu Siau hong.
Kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan memandang
sekejap ke arah pemuda tampan itu, kemudian mereka
berdua bangkit berdiri dan bersama-sama menuju kedepan.
Ong Peng, Tan Heng segera membawa jalan, Cu-Siau
hong berjalan ditengah sedang kedua orang kiam tong itu
mengikuti dengan kencang dibelakang pemuda she Cu itu.
Tiong It ki tetap tak ikut, dia tetap tinggal ditempat
semula tanpa beranjak. Rupanya waktu Cu Siau hong bangkit berdiri
meninggalkan tempat duduknya, secara diam-diam dia
telah menurunkan perintah, yang menitahkan kepada Tiong
It ki agar tetap tinggal ditempat untuk melakukan
pengawasan. Sedangkan perintah kedua disampaikan lewat Ong Peng
yang memerintahkan kepada Cap ji kim kong agar
membawa dua orang naik ke atas membantu Tiong It ki.
Cara penyampaian perintah tersebut mereka lakukan
dengan cara mencampurkan gerakan mana dengan gerakan
yang lumarah dilakukan orang dihari-hari biasa, seperti cara
memegang sumpit, cara berjalan, permainan jari tangan
serta kombinasi cara berjalan antara ayunan tangan dengan
kaki, pokoknya dari suatu gerakan yang sederhana dan
tiada berarti bagi orang lain justru merupakan suatu tanda
perintah. Tampaknya kakek berbaju abu-abu serta pemuda itu
sudah mempunyai rencana yang matang, setelah turun dari
loteng Wang kang lo, mereka langsung berjalan menuju
kepintu kota sebelah selatan.
Cu Siau hong segera manggut-manggut sambil berbisik
kepada Seng Hong dengan suara lirih:
"Cepat kabarkan kepada Toan San, suruh empat orang
diantara mereka tetap tinggal di loteng Wang kang lo
sedang delapan orang diantaranya menyusul kemari"
Jika anak buah Cu Siau hong dikumpulkan menjudi satu
maka jumlahnya tidak terhitung sedikit, akan tetapi kalau
dianggap sebagai anggota suatu perguruan, maka
jumlahnya tak bisa dianggap terlalu banyak.
Terutarna sekali mereka kekurangan kurir mata-mata
serta penyampai berita. Bila dua belas orang jago kelas satu bergabung menjadi
satu, mereka memang merupakan suatu kekuatan yang tak
boleh dianggap enteng, tapi bila sudah berpencar, maka
kekuatan mereka akan nampak amat minim dan lemah.
Seng Hong segera membalikkan badan dan berlalu.
Cu siau hong sengaja mengendurkan langkah kakinya
dengan harapan bisa memberi waktu yang cukup untuk
kedua belas Kim kongnya. Sebenarnya kakek berbaju abu-abu itu berjalan amat
cepat, tapi setelah Cu Siau hong dengan rombongannya
memperlambat perja-lanannya, terpaksa merekapun harus
melambatkan pula langkah masing-masing.
Jelaslah sudah kini bahwa undangannya merupakan
suatu perangkap yang telah diatur dengan sebaik-baiknya.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
'Ong Peng, tampaknya mereka sudah bertekad untuk
memancing kita untuk memasuki perangkap yang telah
mereka persiapkan itu"
"Benar .... mereka mengira kita betul-betul sudah
termakan oleh jebakannya, dia terlalu memandang rendah
kemampuan kita" Jilid 26 Kembali Cu Siau hongtersenyum.
"Kalau tidak memasuki sarang harimau, darimana bisa
didapatkan anak harimau?" katanya. "Benar, malah kita
harus mengikutinya ke sana"
Sementara itu Seng Hong nampak menyusul datang
dengan langkah cepat, bisiknya kemudian: "Lapor kongcu,
hamba telah menyampaikan perintah dari kongcu"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Mulai sekarang kalian harus memperha-tikan
pemandangan di kedua sisi jalan, periksalah ada sesuatu
tempat yang mencurigakan" perintahnya kemudian.
Seng Hong dan Hoa wan bersama-sama mengangguk.
Sementara itu matahari senja telah tenggelam dilangit
barat, senja pun menjelang tiba.
Kakek berbiju abu-abu serta pemuda berbaju biru itu
sudah tiba diluar kota pintu sebelah selatan. Mendadak Ong
Peng berhenti sambil menegur:
"Hei, apa-apaan kau ini" Masih berapa jauh lagi" Kami
belum selesai bersantap?"
"Sudah hampir sampai, dirumah gubuk sebelah depan
sana." jawab kakek berbaju abu-abu itu cepat..
Tampak cahaya api berkelebat lewat, mendadak dalam
rumab gubuk itu sudah terang benderang bermandikan
cahaya lentera. Rumah gubuk itu letaknya terpencil, pagar bata
mengelilingi diseputarnya, menambah indahnya
pemandangan. Sejalur jalan menembusi sebidang sawah dan mencapai
rumah gubuk itu. Setelah memasuki pintu pekarangan, terlihatlah halaman
didepan rumah gubuk itu besar sekali, dari rumah yang
berdiri tegak dikelilingi pagar itu tampak ruangan-ruangan
yang besar pula.. Didepan pintu gerbang rumah tadi tergantung sebuah
lampu lentera yang tahan hembusan angin, cahaya api
menerangi sekeliling tempat itu.
Saat itu, sikakek berbaju abu-abu serta pemuda berbaju
biru itu sedang berdiri ditengah halaman.
"Tan Heng dan Ong peng berdiri dimuka Cu Siau hong,
sedangkan Seng Hong dan Hoa wan dua orang kiam-tong
berdiri dikedua belah sisi majikannya dibagian belakang.
Cu Siau hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian tegurnya. "Apakah disini?"
"Benar" jawab kakek berbaju abu-abu itu dingin, "'Cu
Siau hong, kau tidak seharusnya datang kemari"
"Mengapa?" "Sebab tempat ini merupakan suatu perangkap, kau bisa
datang kemari tapi jangan harap bisa meninggalkannya
dalam keadaan hidup'. "Oya! Mengapa didalam hal ini aku tak berhasil
melihatnya" ucap Cu Siau hong sambil tertawa..
"Jadi kau ingin mencobanya'" seru si kakek berbaju abuabu
itu sambil tertawa dingin.
"Aku selamanya mempunyai suatu kebiasaan, yakni
sebelum melihat peti mati tak akan mengucurkan air mata,
kalau toh kau sudah mempersiapkan perangkap tersebut,
mengapa tidak kau pertunjukkan dengan segera di
hadapanku"' Kakek berbaju abu-abu itu segera mengangguk.
"Baik, agaknya kau memang perlu untuk melihatnya
lebih dulu...." demikian ujarnya. Selesai berkata dia lantas
bertepuk tangan tiga kali.
Mendadak tirai yang semula menutupi daun jendela
disekeliling bangunan rumah itu disingkap orang, kemudian
muncullah busur-busur berpegas tinggi serta tabung jarum
yang semuanya ditujukan ke arahnya, dari balik setiap daun
jendeia, paling tidak muncul belasan macam alat pembidik
senjata rahasia yang beraneka ragam dan semuanya tertuju ke arah mereka
berlima, 'Terdengar kakek berbaju abu-abu itu berkata lagi.
"Sekarang terdapat dua puluh empat buah gendewa
otomatis, dua belas buah tabung jarum Ngo tok bwe hoa
ciam serta delapan belas tabung sembur api Im leng tok
hwee tong yang ditujukan ke arah saudara, asal kuturunkan
perintah, sekalipun ada malai-kat yang datang menolong
kalianpun jangan harap selembar jiwa kalian bisa tertolong"
"Aaaah... benarkah sedemikian lihaynya "seru Cu Siau
hong sambil tertawa hambar.
"Baik,....lohu akan mendemontrasikan kelihayan dari
tabung-tabung senjata rahasia kami itu" kata si kakek.
Mendadak ia memperkeras suaranya sam-bil berseru:
"Lepaskan sebatang peluru api Im leng tok hwee tan
agar dia dapat menyaksikan kehebatannya"
Terdengar suara desingan angin tajam menderu-deru
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memecahkan keheningan, lalu tampak selapis cahaya hijau
menyambar lewat. "Blaamm....!" suatu ledakan keras segara menggelegar
di udara, jilatan api berwarna hijau tiba-tiba saja membakar
permukaan ubin. "Api beracun Im leng tok hwee tan akan menempel
disetiap benda yang dijumpainya, api itu tak akan mati bila
dipadamkan dan tak akan mengecil sebelum mangsanya
habis terbakar, entah manusia macam apakah kau dan
kepandaian silat macam apakah yang berhasil kau latih,
asal terkena api beracun itu maka hanya ada satu akibat,
terbakar hidup-hidup sampai habis"
Diam diam Cu Siau hong merasa terperan-jatjuga
menghadapi kenyalaan tersebut, dia sama sekali tidak
menyangka kalau mereka bakal terjebak kedalam
perangkap sekeji ini. Walaupun begitu diluar wajahnya dia masih tetap
bersikap tenang, sambil tertawa dingin katanya: "Api
beracun itu memang betul-betul sangat lihay'
Mendadak kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan
memandang sekejap ke arah pe-muda berpakaian ringkas
warna biru yang berada disampingnya, kemudian ujarnya:
"Aaah hampir saja lohu lupa memperkenalkannya kepada
Cu kongcu" "Kau maksudkan saudara itu"' tanya Cu- Siau
hong. `Benar! benar." Cu Siau hong segera tertawa:
"Apakah saudara inipun seorang jago yang amat
termashur namanya dalam dunia persilatan."
'Benar!" kakek berjubah abu-abu itu mengangguk, "kau
tentunya kenal dengan Keng Ji kongcu?"
"Keng Ji kongcu"
"Betul dia tewas ditanganmu?"
Waah, cepat betul berita tersebut tersiar sampai dalam
telingamu. yaa, betul, Keng Ji Kongcu memang tewas di
tanganku' "Baiklah, sekarang kuperkenalkan orang ini kepadamu,
dia adalah Keng Su adik seperguruan dari Keng Ji, juga
terhitung adik kandungnya, hubungan antara kakak dan
adik berdua selalu baik"
"Nah, apa kubilang, makanya aku merasa seperti pernah
mengenal wajah orang ini", seru Cu Siau hong cepat.
'Sekarang tentunya kau sudah jelas bukan"
Ya, delapan sampai sembilan puluh persen mah sudah
jelas, cuma aku masih belum jelas siapakah kau?"
"Baiklah,jika kau memang ingin tahu, terpaksa lohu akan
memberitahukannya kepadamu"
'Aku telah bersiap-siap untuk mendengarkannya"
'Dalam dunia persilatan terdapat tiga ekor burung elang '
ucap Kakek berbaju abu-abu itu dengan suara dalam.
"Dan kau adalah si burung elang abu-abu" sambung Ong
Peng. "Betul, lohu adalah si burung elang abu-abu Phu Hong!"
'Ehmm. burung elang abu-abu memang terhitung
seorang jagoan lihay yang amat tersohor dalam dunia
persilatan, tapi aku tidak habis mengerti mengapa kau bisa
mengadakan hubungan dengan Keng Ji kongcu."
"Kau tak usah mengetahui kelewat banyak, pokokrya
asal kau sudah tahu kalau aku adalah si burung elang abuabu
Phu Hong, hal itu sudah lebih dari cukup"
"Ong congkoan!" tiba-tiba Cu Siau hong memanggil.
"Hamba ada disini!"
"Manusia macam apakah si burung elang abu-abu Phu
Hong itu" Coba kau katakan kepadaku"
"Tutup mulut!" Phu Hong segera membentak dingin.
Ong Peng sama sekali tidak memandang sekejap
matapun terhadap Phu Hong, katanya dengan cepat.
"Pada sepuluh tahun berselang dalam dunia persilatan
telah muncul empat ekor elang yang termashur, burung
elang abu-abu adalah salah seorang diantaranya, lagi pula
berada pada urutan yang terakhir.'
"Ehmm, kemudian?"
'Sudah hampir sepuluh tahun lamanya ke empat ekor
burung elang ini lenyap dari peredaran dunia persilatan,
sungguh tak disangka, hari ini kita telah bertemu kembali`.
"Bagaimanakah tabiat dari burung elang abu-abu ini?"
"Dari empat ekor burung elang tersebut; mungkin
burung elang abu-abu lah yang terhitung paling tak becus"
"Bagalmana dengan tabiatnva di dalam dunia
persilatan?" "Ke empat ekor burung elang itu saja, mereka adalah
manusia yang berdiri antara lurus dan sesat"
"Oooh. . . kiranya begitu"
"Sudah habiskah pembicaraan kalian?" mendadak si
burung elang abu-abu Phu Hong menyela.
"Sudah selesai, sekarang aku sudah mengetahui garis
besar tentang dirimu, aku pun sudah tahu siapakah kau dan
pantaskah untuk dibunuh?"
Paras muka Phu Hong segera berubah hebat.
Jilid 27 "Kau hendak membunuhku, itu adalah urusan
dikemudian hari, sekarang jawab dulu pertanyaan lohu"
Sementara itu Cu Siau-hong sedang berpikir mencari
akal guna menghadapi ke delapan belas buah tabung
beracun itu, sebab menurut pendapatnya benda itulah
merupakan benda yang mematikan.
Tapi diapun mengerti, jangan sekali-kali dia membuat
pihak lawan mengetahui bila dirinya tak sanggup
menghadapi ancaman senjata rahasia tersebut ....
Kalau dibilang memang gampang, tapi untuk dilakukan
benar-benar sukar sekali.
Tapi nyatanya Cu Siau-hong dapat merahasiakan
kelemahan sendiri dengan sebaik-baiknya, katanya sambil
tertawa: "Aku musti menjawab pertanyaan apa?"
"Lepaskan, senjatamu dengan menyerah untuk
dibelenggu!" "Bila senjata rahasia tersebut benar-benrar sangat lihay
seperti apa yang kau kata-kan dan sanggup merenggut
nyawa kami, itu berarti jiwa kami terancam bahaya maut,
mesti belum tentu bekal mati, sebaliknya bila kami
menyerahkan senjata dan menyerah kalah, bukankah jiwa
kami sudah dapat dipastikan akan mampus?"
"Itu mah belum tentu, kami tak akan membunuh kalian
karena kau masih berguna bagi kami"
"Oooh, benarkah aku masih memiliki bobot sebesar itu"
Coba katakan dulu, keadaan apakah yang bakal kualami
nanti?". "Setelah meletakkan senjata, kami akan mengajakmu
menjumpai seseorang, bila pembicaraan yang
dilangsungkan kemudian berjalan secara baik, mungkin aku
bisa menjamin keselamatan jiwamu"
`'Bila pembicaraan itu berakhir kurang menyenangkan?"
"Kau hanya cukup meluluskan permin-taannya saja,
sudah pasti pembicaraan tak akan berakhir kurang
menyenangkan" Cu Siau hong segera mengangkat jarinya sambil
mengetuk batok kepala sendiri, menggunakan kesempatan
mana dia telah melepaskan sebuah kode rahasia.
Kode itu berarti kesiap-siagaan penuh, namun tak boleh
bergerak secara sembarangan, segala sesuatunya harus
bertindak menanti perintahnya, tapi jika sudah bergerak,
maka gerakan mesti dilakukan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Demikianlah, setelah menunjukkan sikap seperti apa
boleh buat, pelan-pelan Cu Siau hong berkata:
"Phu Hong, dapatkah kau memberitahukan kepadaku,
kau hendak mengajak kami pergi kemana?"
"Tidak bisa, steleah berjumpa nanti, kau akan
mengetahui dengan sendirinya. . ."
"Phu Hong, kaupun terhitung seorang jago kawakan yang
sudah banyak tahun melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, coba bayangkan sendiri, andaikata permintaanKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
permintaan kami kembalikan pada dirimu sendiri, dapatkah
kau meluluskannya?" "Itu tergantung pada posisi macam apakah yang sedang
kami hadapi ketika itu"
"Bagaimana seandainya keadaan tersebut seperti
keadaan yang kami hadapi sekarang"'
"Akan kululuskan, paling tidak nyawa kami bisa
dipertahankan, karena sekarang kalian sudah berada
diujung tanduk" Cu Siau-hong segera tertawa.
"Phu-heng" katanya, "maksudmu. kau hendak
menasehati kepadaku agar selama gunung nan hijau, tidak
kuatir kehabisan kayu bakar'
''Kau keliru besar" dengan cepat Phu Hong menukas,
"aku minta kepadamu agartahu gelagat, kau mesti tahu
hingga detik ini kita masih berhadapan sebagai musuh"
"Oooh ' 'Orang she Cu, aku tak ingin banyak bi-cara lagi
denganmu, aku minta kau segera mengambil suatu
keputusan dengan cepat!"
Cu Siau-hong termenung dan berpikir sebentar,
kemudian sahutnya: 'Aku telah mengambil keputusan!"
"Bagus bagaimanakah keputusanmu itu?"
"Kami tak akan menerima segala macam bentuk
ancaman...." kata Cu Siau-hong sambil tertawa. Begitu
selesai berkata, dia lantas menye-rang kearah Phu Hong.
Seng Hong dan Hoa Wan segera meloloskan pula
sepasang pedang mereka dan menyerang Keng Su, si
pemuda berbaju biru itu. Golok bulan sabit ditangan Keng Su, secepat kilat
bergerak kemuka, serentetan cahaya pelangi dengan
tajamnya meluncur ke muka..
'Traang. . .!" benturan keras segera bergema
memecahkan keheningan, pedang ditangan kedua orang
bocah itu segera kena ditangkis miring oleh kilatan cahaya
golok tersebut. Benar-benar sebuah serangan yang kuat dan dahsyat..
Ong Peng dan Tan Heng tak kalah cekatannya, satu dari
kiri yang lain dari kanan dengan cepat mereka menubruk
tubuh Keng Su. Dikala, tubuhnya menerjang kearah Keng Su tadi,
serentak mereka berdua pun meloloskan.senjatanya.
Ong Peng mempergunakan dua batang golok pendek
sedangkan Tan Heng mempergunakan sepasang pedang
pendek. Senjata semacam itu semuanya bukan termasuk senjata
tajam yang biasanya dipergunakan oleh orang-orang Kaypang.
"Jelas Ui Lo-pangcu yang berbudi luhur dan
berpandangan jauh ke depan itu sudah melakukan pelbagai
persiapaan sejak banyak tahun berselang, ini terbukti dari
kemahiran anak buahnya mempergunakan senjata yang
bukan merupakan senjata khas dari pihak Kay-pang.
Maka dari itu, bisa dilihat betapa ganasnya ilmu golok
dari Ong Peng dan betapa kejinya serangan-serangan dari
sepasang pedang pendek Tan Heng...
Sementara itu, Cu Siau-hong dengan tangan kosong
sedang bertarung melawan sepasang senjata dari Phu
Hong. Ong Peng, Tan Heng dan Hoa Wan de-ngan enam pedang
sepasan golok mengurung Keng Su-kongcu rapat-rapat.
EmPat bilah senjata pendek, empat bilah senjata
panjang, delapan macam senjata harus bertarung
mengerubuti sebilah golok sabit, namun dalam kenyataan
mereka belum juga berhasil untuk menaklukkan pemuda
berbaju biru itu. Tapi ke empat pemuda itu pun rata-rata buas dan
cekatan, meski usia dari ke dua orang Kiam-tong itu tidak
besar, namun kesempurnaannya didalam permainan
pedang sangat mengagumkan, masing-masing orang
mempermainkan semacam ilmu pedang yang sama sekali
berbeda, sepasang pedang terse-but sebentar merapat
sebentar memecah, jurus-jurus serangan yang dipakai
semuanya disertai dengan perubahan yang tak terhi-tung
jumlahnya. Sekalipun demikian, andaikata hanya mereka berdua
saja yang menghadapi permainan golok bulan sabit
tersebut, mustahil mereka sanggup menghadapi perubahan
demi perubahan yang amat dahsyat itu.
Untung saja disana masih ada Tan Heng dan Ong Peng,
dua bilah golok pendek dan dua bilah pedang pendek
masing-masing memainkan serangkaian serangan sergapan
yang amat lihay. Orang bilang satu cun senjata makin pendek, satu cun
pula semakin berbahaya, jurus serangan yang dipergunakan
kedua orang itu mana aneh juga sangat lihay, empat orang
bekerja sama dengan ketat memaksakan suatu posisi
seimbang yang berlangsung ketat..
`Pertarungan antara Cu Siau-hong dengan Phu Hong pun
berlangsung sengit, angin pukulan dari Phu Hong sangat
ganas dan menderu-deru sehingga membuat Cu Siau-hong
seakan-akan tak sanggup menahan serangan lawan ..
Jilid 28 Tapi didalam jurus-jurus serangan yang digunakan Cu
Siau-hong pun sering kali menunjukkan perubahan di luar
dugaan, kadangkala bila posisinya sudah terjepit dan
berbahaya, mendadak telah berubah menjadi membaik
kembali. Dengan keadaan macam itu, maka kedua belah pihak
pun saling mempertahankan posisinya masing-masing
dalam kedudukan seimbang.
Meskipun dalam ruangan itu terdapat puluhan macam
senjata rahasia beracun yang ditujukan ke arah mereka,
tapi berhubung ke dua belah pihak sedang terlibat dalam
suatu pertarungan yang amat seru, maka hal ini memaksa
orang-orang tersebut tak berani melepaskan serangannya
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
secara gegabah.. Tentu saja mereka kuatir jika bidikan senjata rahasia
tersebut malah melukai orang sendiri.
Inilah yang menjadi tujuan dari Cu Siau hong, pertamatama
dia harus menciptakan dulu suatu suasana dimana
senjata rahasia beracun lawan tak sanggup melukai
mereka, kemudian baru mencari akal guna berusaha untuk
meloloskan diri dari kepungan.
Tenaga pukulan yang dilancarkan Phu Hong sangat kuat,
meski seringkali Cu Siau hong mengeluarkan jurus-jurus
serangan yang tangguh, namun tidak berhasil menahan
seranggan musuh yang datangnya berantai itu..
Tiba-tiba.... Cu Siau hong terkena sebuah pukulan secara
telak, serangan itu dengan tepat sekali menghantam diatas
lengan kiri Cu Siau hong 'Plaak"tak kuasa lagi Cu Siau hong mundur selangkah
dengan sempoyongan. Menyaksikan keadaan tersebut, Phu
Hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. . . tampaknya kami
sudah menilai dirimu kelewat tinggi, tahu begini percuma
kami persiapkan segala macam jebakan untuk menantikan
kedatanganmu, cukup lohu seorang pun dapat pula
membekuk dirimu" Tubuh Cu Siau hong bergoncang cukup keras, tapi hanya
sejenak kemudian ia telah menerjang kembali ke depan.
Phu Hong segerta maju selangkah dengan tindakan
lebar, serangan langsung dilontarkan kembali ... "Plaaak !'
Kali ini serangannya bersarang telak diatas bahu kanan Cu
Siau- hong. Untuk kedua kalinya Cu Siau-hong kena terhajar
sehingga mundur selangkah ke belakang.
Agaknya akibat dari serangannya kali ini Cu Siau hong
tak sanggup menahan seranagan yang sangat berat itu,
tubuhnya segera terjengkang ke belakang dan roboh.
Dengan suatu kecepatan bagaikan kilat, Phu Hong
mengayunkan tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman.. Dengan tepat sekali urat nadi pada pergelangan tangan
kanan Cu Siau-hong kena dicengkeram. Ketika ia membetot
dengan sepenuh tenaga, tubuh Cu Siau-hong segera kena
terseret bangun. Tampaknya luka yang diderita Cu Siau
hong cukup parah, noda darah telah membasahi ujung
bibirnya. "Orang she Cu" ucap Phu-Hong kemudian, 'Tahu begini,
aku pasti tak akan mempersiapkan jebakan dengan
kekuatan sebesar ini, perangkap singa yang kupasang, tak
tahunya yang tertangkap cuma seekor kelinci belaka"
Sebelah tangan kanannya berhasil mencengkeram urat
nadi Cu Siau hong tentu saja dia tidak kualtr kalau sampai
si anak muda itu melakukan perlawanan lagi.
Berpaling ke arah lain, dijumpainya Keng Su kongcu
sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru
melawan empat orang musuhnya.
Keng su kongcu memang kelihatannya tak akan
menderita kekalahan, tapi diapun tak memiliki kesempatan
baik untuk merebut kemenangan.
Tampaknya suatu pertempuran sengit masih akan
melibatkan kedua belah pihak berapa waktu lagi.
Memandang paras muka Cu Siau hong yang pucat pias
seperti mayat, Pho Hong segera berkata dingin. "Orang she
Cu, suruh mereka menghentikan pertarungan"
Phu Hong ingin sekali memperlihatkan keadaan yang
amat membanggakan hati ini kepada Keng su kongcu maka
dengan suara lantang kembali dia berseru:
"Su kongcu, menangkap pencoleng harus membekuk
pentolangan, memukul ular harus memukul kepalanya,
sekarang aku telah berhasil membekuk Cu Siau hong, telah
kuperintahkan kepadanya untuk menitahkan anak buahnya
menghentikan pertarungan,jika kita bisa membekuk
beberapa musuh dalam keadaan hidup, jelas hal ini
merupakan suatu pahala besar"
Setelah berhenti sebentar, dengan suara dingin dia
melanjutkan: "Cu Siau hong suruh mereka hentikan pertarungan!"
Cu Siau hong terengah-engah seperti ke habisan tenaga,
sambil memaksakan diri ia lantas berteriak keras:
"Kalian tak usah bertarung lagi"
Sin Jut, Kui Meh dan dua orang kiam-tong, segera
menghentikan pertarungan.
Keng su kongcu pun segera menarik pula permainan
golok bulan sabit Tadinya dia tidak percaya jika Phu Hong sanggup
membekuk Cu Siau hong dengan begitu mudah.
Tapi setelah, menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
dimana urat nadi pada pergelangan tangan Cu Siau hong
benar-benar sudah kena dicengkeram oleh Phu Hong, mau
tak mau dia harus mempe-cayainya.
Sebab bila urat nadi pada pergelangan tangan kanannya
kena dicengkeram, orang tak bisa berkutik lagi, jelas hal ini
mustahil bisa dipalsukan belaka..
Sekalipun demikian, toh masih terdapat juga rasa curiga
didalam hatinya, dia lantas berkata:
"Phu Hong, dengan begitu mudahkah Cu Siau hong
berhasil kau bekuk, kalau memang begitu tak becus,
mengapa ia mampu membunuh Kengji kongcu ?".
"Su kongcu konon kisah terbunuhnya kengJi kongcu
bukan seluruhnya mengandalkan kelihayan ilmu silat"
"Kau dapat mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangannya, hal ini menunjukkan kalau ilmu silat yang
dimilikinya tak bisa terhitung terlalu hebat"
Dibalik perkataan tersebut masih ada perkataan lain, Phu
Hong merasakan hatinya amat tak sedap, katanya
kemudian sambil tertawa: "Su kongcu ucapanmu itu memang benar, ia dapat
membunuh Ji kongcu, mungkin hanya di karenakan
nasibnya lagi mujur saja, kekalahan yang diderita Ji
kongcupun mungkin disebabkan pengalamannya yang
kelewat cetek " . Keng su kongcu segera tertawa:
"Entah bagaimanapun juga, yang pasti kau telan berhasil
membekuk Cu Siau hong sekarang"
"Perkataan Su kongcu memang benar, walaupun yang
dibutuhkan dalam suatu pertempuran adalah kepandaian
silat yang hebat, namun ada kalanya pengalaman didalam
dunia persilatanpun merupakan faktor yang penting untuk
menentukan suatu kemenangan."
"Jelas keberhasilanmu ini merupakan suatu jasa besar,
saudara Phu pasti akan memperoleh pahala untuk jasa ini"
kata Keng su kongcu lagi sambil tertawa..
"Aaah, mana, mana, dalam keberhasi!an ini, Su
kongcupun mempunyai andil yang sangat besar"
Kemudian sorot matanya di alihkan kewajah Cu Siau
hong dan sambungnya kembali. "Suruh mereka meletakkan
senjata!". "Baik!" jawab Cu Siau-hong, "kalian kemarilah, serahkan
senjata-senjata tajam tersebut"
Mendengar ucapan mana, Sin Jut, Kui Meh, Seng Hong
dan Hoa Wan segera mengiakan dan pelan-pelan berjalan
mendekat. Sementara itu, puluhan buah tabung senjata yang
berada dibalik jendela meski masih ditodongkan ke arah Cu
Siau-hong sekalian, tapi pertama karena Cu Siau-hong
sekalian berada bersama Phu Hong, Keng-su kongcu
sekalian, kedua, Phu Hong telah berhasil merebut posisi
yang menguntungkan, tentu saja mereka tak perlu
meningkatkan kewaspadaannya lagi
Sementara itu, Sin Jut dan Kul Meh sekalian dengan
kepala tunduk dan badan lemas telah berjalan mendekat.
Phu Hong sendiri meskipun telah berhasil merebut posisi
yang sangat menguntungkan dimana urat nadi pada
pergelangan tangan kanan Cu Siau-hong telah kena
dicengkeram, namun kewaspadaannya masih tetap
ditingkatkan, dengan sorot mata yang tajam bagaikam
kilat, dia mengawasi ke empat orang itu tanpa berkedip..
"Kalian hendak kemana" tiba-tiba Keng su kongcu
menegur dengan suara dingin.
"Kami hendak menyerahkan senjata tajam ini kepada
Cengcu!" jawab Ong Peng cepat.
"Cu Siau-hong maksudmu?"
"Benar!" "Letakkan saja dilantai sana, mengapa kalian musti
repot-repot memyerahkan kepadanya!"
"Aaai...! Kami sama sekali tak menyangka kalau Cengcu
adalah seorang manusia yang begitu takut menghadapi
kematian" "Oooh?" "Oleh karena itu kami hendak serahkan senjara tajam ini
kepadanya dan akan meninggalkannya pergi, selama hidup
tak akan sudi menjadi pengawalnya lagi'.
Mendengar ucapan tersebut, Phu Hong tertawa dingin.
Jilid 29 "Heehhh. . . heeehhh. . . heehhh. . . sudah puluhan
tahun lamanya lohu berada didalam dunia persilatan,
kerjaku setiap saat adalah menangkap burung belibis, kau
anggap mataku bisa dipatuk dengan mudah oleh burung
belibis itu" Lebih baik tak usah bermain setan lagi
dihadapanku, bila kalian tidak segera letakkan senjata,
sekarang juga lohu akan mematahkan tangan Cu Siauhong"
Sementara pembicaraan berlangsung, Ong Peng sekalian
masih melanjutkan perjalanannya selangkah demi
selangkah mendekati ke arah depan.
Tiba-tiba Cu Siau-hong menghela napas panjang,
kemudian katanya dengan sedih: "Jika kalian bersikap keras
hendak pergi, terserah keinginan kalian itu, letakanlah
senjata dan pergilah!"
'Kami amat kecewa terhadap kemampuan cengcu "
Seraya berkata pelan-pelan dia meletakkan sepasang golok
pendeknya itu ke atas tanah.
Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan turut membukukkan
pula badannya. Disaat senjata beberapa orang itu hampir diletakkan di
atas tanah inilah mendadak mereka menjatuhkan diri
menggelinding ke atas tanah, secepat kilat menggelinding
sejauh dua kaki lebih. Dengan menggelinding ke samping, maka terhindarlah
mereka dari ancaman senjata rahasia yang muncul dari
balik jendela. Sementara itu, pada saat yang bersamaan Cu Siau hong
membalikkan pula tangan kanannya dan balas
mencengkeram pergelangan tangan Phu Hong, lalu
diseretnya kakek itu sejauh tujuh delapan depa lebih dari
tempat semula. Bukan hanya menyeretnya tujuh delapan depa saja,
bahkan melintangkan tubuh Phu Hong didepannya sebagai
tameng. Saat itu, Cu Siau hong sudah terhindar sama sekali dari
ancaman senjata rahasia yang muncul dari balik jendela,
meski sebenarnya masih ada sedikit celah, namun dengan
direntangkannya tubuh Phu Hong sebagai tameng, otomatis
dia menjadi terhindar sama sekali dari ancaman.
PERUBAHAN itu terjadi amat mendadak, Phu Hong
segera membelalakkan matanya lebar-lebar, diawasinya
wajah Cu-Siau-hong dengan pandangan tercengang
kemudian katanya: "Kenapa kau. . kau bisa. . "
"Aku mampu membunuh Keng-ji kongcu, tentu saja aku
adalah seorang manusia yang sukar untuk dihadapi."
"Tapi aku toh sudah berhasil mencengkeram urat
nadimu." "Sayang aku telah berhasil mempelajari ilmu merubah
letak jalan darah, sewaktu pergelangan tanganku kubiarkan
kau mencekalnya tadi, letak jalan darahnya telah kugeser
posisinya". "Kau licik sekali"
"Apakah kau tidak merasa bahwa dirimupun lebih licik"
Buktinya kalian telah memancing kami untuk mendatangi
tempat seperti ini" Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja dia teringat
kembali dengan Koay-siang (si dewa pincang) Ui Thong,
ilmu menggeser jalan darah ini merupakan kepandaian
warisannya. Mendadak saja dia merasakan kesedihan yang dalam,
kakek ini pandai sekali dalam ilmu perbintangan dan ilmu
jebakan yang lihay, tapi dia sendiri justru hidup didalam
kesengsaraan, dia selalu berusaha menghirdarkan diri dari
takdir, namun hal mana justru membuatnya menjadi amat
sengsara. Sebenarnya dia dapat hidup senang selama puluhan
tahun, tapi oleh karena yang diketahui olehnya keliwat
banyak, maka dia harus hidup sengsara selama puluhan
tahun lamanya. Aliran ilmu silatnya seperti juga dengan watak orang ini,
semuanya menyimpang dari kebiasaan, alirannya termasuk
misterius dan rahasia, sesungguhnya Cu Siau-hong telah
belajar banyak sekali darinya.
Semua kepandaian tersebut bukan bisa di kuasai dalam
sekejap dan bukan setiap orang dapat mempelajarinya.
Tapi Ui Thong mampu, selama hidup dia sengaja berjalan
menyimpang dari kenyataan, bukan saja ia memahami
tentang takdir, lagi pula diapun mempunyai pengertian
yang mendalam sekali tentang organ tubuh manusia, oleh
karena itu kepandaian silatnyapun dengan cepat
memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Dalam pada itu, Phu Hong telah berkata lagi dengan
suara sedingin es: "Cu Siau-hong, asal kuturunkan perintah, mereka tak
akan memperdulikan mati hidup mu dengan menembakkan
senjata-senjata rahasia terkeji untuk menghabisi nyawamu"
"Phu Hong, sekalipun mereka membidikkan senjata
rahasianya, namun belum tentu senjata-senjata rahasia itu
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mampu untuk membidik diriku"
'Aku akan beradu jiwa denganmu"
"Suruh saja mereka untuk mencobanya!"
Dalam pada itu kedua orang Kiam-tong, Sin Jut dan Kui
Meh telah mengundurkan diri lagi sejauh lima enam depa
dari tempat semula. Sekarang merekapun sudah lolos dari lingkaran bahaya
maut dan mengundurkan diri keluar dinding pekarangan,
tapi demi Cu-Siau-hong, mereka masih tetap berdiri tegak
disana. Keng-su kongcu yang selama ini jarang sekali berbicara,
tiba-tiba buka suara, katanya dengan dingin:
"Phu Hong, kau kelewat gegabah, kau mengaku diriku
sebagai seorang bocah ingusan yang baru muncul dalam
dunia persilatan" ooo0ooo Jilid 30 BAGIAN 35 "SU KONGCU, hal ini tak dapat kau salahkan diriku"
sahut Phu Hong cepat-cepat, "sebab kalau dilihat dari
usianya itu, dia tidak seharusnya memiliki ilmu untuk
merubah kedudukan jalan darah"
"Dia dapat membunuh jiko ku, tentu saja dia bukan
seorang manusia yang sederhana, tapi kenyataannya kau
tak dapat berhati-hati sehingga kena dipecundangi olehnya"
"Su kongcu, apa maksudmu?"
"Terpaksa kau harus menemani mereka untuk mampus
bersama, aku hendak menurunkan perintah kepada mereka
untuk melepaskan senjata rahasia"
Selesai berkata dia lantas mengayunkan golok bulan
sabitnya sambil memberi tanda. "Kepung dari empat
penjuru!" perintahnya dengan suara lantang.
Tampak pintu dan jendela terpentang lebar-lebar, para
pembidik senjata rahasia yang berada didalam ruangan tadi
kini sudah berlompatan keluar dari tempat
persembunyiannya. "Cepat mundur. . ." Cu Siau-hong segera berseru:
"Kongcu, kau. . ."
"Jangan gubris diriku!"
Ong Peng segera memberi tanda, Seng Hong, Hoa Wan
dan Tan Heng serentak melompat keluar dari tem pat itu.
"Phu Hong, hati-hati kau" seru Cu Siau-hong pula.
Dengan mengerahkan tenaga pada tangan kanannya, dia
segera menyeret Phu Hong mengundurkan diri dari tempat
itu. Kali ini Phu Hong sama sekali tidak meronta, dia
membiarkan dirinya diseret Cu Siau-hong untuk
mengundurkan dari tempat tersebut.
Meski begitu, sepintas lalu hal ini nampaknya seakanakan
Cu Siau-hong lah yang memaksa Phu Hong untuk
menyingkir dari sana. Gerakan yang dilakukan kedua belah pihak dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, dalam waktu singkat Cu Siauhong
telah mengundurkan diri ke depan pintu.
Tapi jago-jago pembidik senjata rahasia yang
bersembunyi di dalam rumah gubuk itu telah berlompatan
ke tengah halaman semua. Mereka belum juga turun tangan, agaknya sedang
menantikan perintah selanjutnya dari Keng-su Kongcu.
Melihat itu, dengan gusar Keng-su Kong-cu segera
membentak keras: "Hei, mengapa kalian belum juga turun tangan" Apa lagi
yang sedang kalian nantikan?"
Desingan angin tajam segera berkumandang
memecahkan keheningan, serentetan hujan anak panah
dengan cepat berhamburan dari empat penjuru.
Dalam pada itu, pintu pagar telah di buka oleh Ong Peng,
sekuat tenaga Cu Siau hong menarik tubuh si burung elang
abu-abu Phu Hong untuk menerobos keluar lewat pintu
pekarangan tersebut. Sekalipun gerakan tubuh mereka dilakukan dengan
Muslihat Cinta Iblis 2 Roro Centil 02 Tiga Paderi Pemetik Bunga Cinta Bernoda Darah 1