Pena Wasiat 17
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 17
kecepatan luar biasa, tak urung pinggang Phu Hong terkena
bidikan juga oleh dua batang anak panah.
Ternyata sekali bidikan anak panah, jumlah panahnya
mencapai belasan batang lebih.
Baru saja Cu Siau hong menyelinap keluar ke balik pintu
pekarangan, Toan San, Hee Hay, Lau Hong dan Be Hui telah
berdatangan semua. Ke empat orang inipun merupakan jago-jago lihay dalam
hal senjata rahasia, tak usah menantikan perintah dari Cu
Siau hong lagi, dengan senjata rahasia tergenggam mereka
segera menyelinap ke kedua belah sisi pintu pekarangan.
Ketika Cu Siau hong mencoba melirik ke samping,
dijumpainya Lau Hong dan Be Hui telah mengenakan sarung
tangan yang terbuat dari kulit menjangan.
Jelas senjata rahasia yang di pergunakan ke dua orang
ini adalah senjata rahasia yang sangat beracun.
Buru-buru dia melirik sekejap kemudian segera
mengalihkan kembali sorot matanya ke wajah Phu Hong
katanya: "Akan ku totok jalan darahmu agar kau ditolong oleh
orang-orang kalian !"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat dia segera
menotok jalan darah dari Phu Hong.
Sementara itu ke empat jagoan Su-kiat telah melepaskan
pula senjata rahasia mereka.
Tampak selapis pasir hitam dan selapis cahaya keperak
perakan ditambah empat buah titik cahaya bintang dengan
kecepatan luar biasa meluncur masuk ke dalam
pekarangan. Diantara menyambarnya senjata rahasia tersebut,
beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan.
"Mundur!" dengan suara dalam Cu Siau hong segera
membentak, "mundur kedalam hutan disebelah timur laut"
Sambil membentak, dia telah mengundurkan diri lebih
dahulu dari tempat itu. Hoa Wan, Seng Hong, Ong Peng dan
Tan Heng segera menyusul di belakangnya.
Sedang Su-kiat kembali melepaskan serentetan senjata
rahasia sebelum ikut mengundurkan diri pula dari sana.
Jarak antara hutan dengan rumah itu kurang lebih dua
tiga puluh kaki, dalam beberapa kali lompatan saja
beberapa orang itu sudah menyelinap masuk kedalam
hutan. Sebenarnya Keng su kongcu dan sekawanan jago
pembidik senjata rahasianya dapat melakukan pengejaran
ke depan, tapi berhubung senjata rahasia yang dilepaskan
Su kiat secara beruntun telah melukai belasan orang anak
buahnya, hal ini menimbulkan suatu perasaan was-was
dalam hati kecilnya. Oleh karena itu, merekapun tidak melakukan
pengejaran. Menanti Keng su kongcu sekalian telah menyusul keluar
pintu pekarangan, Cu Siau hong sekalian telah
menyembunyikan diri dibalik hutan.
Keng su kongcu memandang sekejap sekeliling tempat
itu, ketika menjumpai Phu Hong bersandar pada dinding
pekarangan, paras mukanya segera berubah hebat,
tegurnya kemudian dengan suara dingin:
"Kau belum mampus?"
"Cu Siau hong tidak membunuh aku'
"Elang abu-abu, kau tahu mengapa ia tidak membunuh
dirimu" "Aku pikir dia ingin mempergunakan diriku untuk
menahan serangan senjata rahasia yang kalian bidikkan"
"Sebenarnya Cu Siau hong bakal mampus, tapi dia tidak
mampus gara-gara kau berlagak sok pintar"
"Su kongcu sesungguhnya aku ingin sekali melakukan
yang baik, tapi aku tak mampu untuk melakukannya"
"Phu Hong jika kau tidak ketipu oleh Cu Siau hong, tak
nanti kita akan mengalami kegagalan seperti ini!" Phu Hong
menghela napas panjang dan tidak banyak berbicara lagi.
Keng su kongcu tidak segera membebaskan jalan darah
Phu Hong yang tertotok, dia hanya mengawasi sepasang
lengannya yang masih mengucurkan darah dengan deras
itu. Disamping tubuhnya tergeletak pula dua batang anak
panah. Setelah tertawa dingin, Keng su kongcu segera
menegur: "Siapa yang telah melukai dirimu?"
'Sewaktu Su kongcu menurunkan perintah untuk
melepaskan senjata rahasia tadi, aku telah terkena bidikan
anak panah mereka sehingga menderita luka"
"Siapa yang telah mencabutkan anak panah tersebut?"
tanya Keng su kongcu lagi dingin.
"Cu Siau hong."
"Hmm, tampaknya Cu Siau hong amat memperhatikan
keselamatan hidupmu ...."
"Su kongcu, apa maksudmu mengucapkan kata-kata
seperti itu?" "Cu Siau hong amat membencimu hingga merasuk
kedalam tulang, seharusnya dia akan membunuhmu
malahan mencabutkan anah panah dari tubuhmu"
"Su kongcu, apakah kau menaruh kecurigaan
terhadapku?" "Kenyataan demikian, mau tak mau aku mesti merasa
curiga" "Su kongcu kau "
'Aku cukup tenang, otakku cukup dingin oleh karena itu
kau baru menaruh kecurigaan tersebut, hayo bilang! Apa
yang telah kau katakan untuk menukar selembar nyawamu
itu?" "Aku tidak mempergunakan apa-apa, mungkin saja Cu
Siau hong dia amat membenciku karena dia telah teringat
akan sesuatu siasat"
"Siasat apa?"..
"Menimbulkan kecurigaanmu"
Jilid 31 Paras muka Keng su kongcu segera berubah menjadi
amat serius, katanya kemudian dengan suara dingin:
"Phu Hong, jika kau enggan berterus terang,
kemungkinan besar aku akan membunuhmu pada hari ini"
"Kau. . ." "Aku tidak percaya kalau Cu Siau hong bisa bersikap
begitu baik dan mulia kepadamu, sudah pasti kau telah
memberitahukan banyak rahasia kepadanya, maka dia baru
bersedia melepaskan selembar jiwam"'
"Su Kongcu, kau begitu besar rasa curiganya kepadaku,
jika begini caramu, tak nanti orang mau tunduk dan takluk
kepadamu setulus hati. . .''
Pelan-pelan Kengsu kongcu mengayunkan tangan
kanannya ke tengah udara, kemudian ucapnya: 'Phu Hong,
kuberikan suatu kesempatan lagi kepadamu untuk berterus
terang" Phu Hong tidak menjawab, dia malahan memejamkan
matanya rapat-rapat.... Keng su kongcu segera tertawa dingin, dicengkeramnya
tubuh Phu Hong, lalu serunya:
"Phu Hong, tampaknya kau seorang pahlawan yang
hebat, kau benar-benar tidak takut mati" Tapi aku tak akan
membiarkan kau mampus dengan begitu saja"
Tangan kanannya segera diangkat dan .... "Pleetakk!"
tangan kiri Pho Hong tahu-tahu sudah dipatahkan.
Sesungguhnya siksaan semacam ini merupakan salah satu
siksaan yang paling kejam bagi umat persilatan. Paras
muka Phu Hong berubah hebat, peluh segera jatuh
bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
Tapi dia tetap menggertak gigi menahan diri, ia tidak
mengeluarkan setitik suarapun yang keluar dari mulutnya.
Sudah jelas dia sedang merasakan suatu penderitaan
yaug luar biasa hebatnya. Paras muka Kengsu sedingin es,
pelan-pelan dia berkata lagi:
"Bagus, punya keberanian. Akan kulihat kau dapat
bertahan sampai kapan?" Kembali dia mencengkeram
lengan kanan Phu Hong dan siap-siap dipatahkan pula.
Mendadak Phu Hong melototkan pula sepasang matanya
bulat-bulat, kemudian sambil menyeringai seram tegurnya
dingin: "Hai, apa maksudmu yang sebenarnya ?"
"Aku minta kau berbicara terus terang" setelah berhenti
sejenak, lanjutnya: "Kau banyak pengalaman, pengatahuanmu pun sangat
luas, maka aku baru keluar untuk mencari pengalaman
bersamamu, sungguh tak kusangka ternyata kau adalah
seorang manusia yang sama sekali tak becus"
'Su kongcu, bila kau bersikap dengan cara begini
terhadap aku orang She Phu, sampai mati pun aku tak akan
meram" "Aku menginginkan pengakuanmu yang sebenarnya,
sebelum kuperoleh pengakuanmu itu, hatiku merasa tidak
tenteram" 'Su kongcu, aku tak ada pengakuan apa-apa, tahukah
kau". Sekalipun kau Su-kongcu bersikap demikian
kepadaku, aku masih dapat menahannya, apalagi Cu Siauhong
memang tak pernah memaksa diriku apa-apa"
"Hal ini merupakan suatu perasaan yang keliru dalam
hatimu, dugaan yang keliru itu membuat kau merasa Cu
Siau-hong benar-benar akan membunuh dirimu, maka kau
baru merasa takut dan apa yang dia tanyakan, kaupun
segera menjawabnya" Phu Hong tertawa dingin. "Su kongcu, kalau memang bersalah pasti akan kuakui,
tapi caramu ini bukan memaksa orang untuk mengaku."
"Kalau bukan memaksa orang untuk mengaku, lantas
apa namanya?" "Memaksa orang untuk mengakui dosa yang tidak pernah
dilakukan" "Bagus sekali ucapanmu itu"
Tangan kanannya segera bekerja keras dan "Peletak!
'sikut kanan Phu Hong kembali di patahkan dengan
kekerasan. Padahal pada waktu itu Phu-Hong sudah terluka akibat
bidikan panah, darah masih mengalir terus tiada hentinya,
ditambah lagi beberapa buah jalan darah tertotok membuat
dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi untuk
melawan rasa sakit tersebut.
Bayangkan saja betapa sakit dan tersiksanya bila dua
sikut tangannya dipatahkan orang.. Tak heran kalau sekujur
badannya basah oleh keringat karena kesakitan.
"Su kongcu" kata Phu Hong kemudian, "kau tak dapat
menyiksa aku dengan cara begini"
"Hayo bicara, beritahu kepadaku, apa yang telah kau
katakan kepada Cu Siau hong?"
"Aku tidak mengatakan apa-apa, sungguh! Su kongcu,
apakah tidak kau bayangkan berapa banyak waktu yang
tersedia bagiku selama ini dan apa pula yang dapat
kukatakan?" "Padahal, kata-kata yang penting pun hanya cukup
diutarakan dalam tiga sampai lima patah kata belaka."
"Su kongcu, bila kau ingin membunuhku" silahkan saja
turun tangan! Tak usah kau pergunakan lagi segala macam
kembangan untuk menyelimuti tujuanmu yang sebenarnya"
Keng su kongcu segera tertawa hambar.
"Jika kubunuh dirimu, bukankah kau akan mati tanpa
memberikan pengakuan apa-apa"'"
"Dengarlah baik-baik Keng su, aku tidak tahu apakah kau
mempunyai kecurigaan semacam itu secara sungguhan
ataukah memang kau cari kesempatan untuk
membinasakan aku!". "Aku benar-benar menaruh curiga"
"Itu mah gampang, dalam organisasi kita ini terdapat
suatu peraturan yang sangat ketat, aku tak berani lari juga
tak mungkin bisa lari, asal kau laporkan kepada atasan atas
sebuah tuduhan yang kau lontarkan kepadaku, Chin Ciang
sin yang memegang peraturan dengan ketat pasti tak akan
lepaskan diriku dengan begitu saja!"
"Apakah kau sangat berharap bisa terjatuh ke tangan
Chin Ciang sin?" "Setiap orang yang terjatuh ketangan si Tangan besi
Chin, sekalipun tidak mati juga akan terkelupas kulit
badannya, tapi aku toh tetap berpendapat lebih baik
terjatuh ke tangannya daripada menderita siksaan di
tempat ini. . ." "Kalau begitu, bila aku jauh lebih keras daripada Chian
Ciang sin?" "Bukan begitu, bila berbicara soal kekejamannya dalam
menyiksa dan caranya memaksa orang untuk mengaku, kau
masih belum sepersepuluhnya Chian Ciang sin, tapi ada
satu hal dia jauh lebih baik daripada dirimu"
"Oya" Dalam hal apa ?"
"Dia pakai aturan! Lagi pula jauh lebih cekatan dan
pandai daripada dirimu, dia memiliki kemampuan untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah"
Keng su kongcu menghembuskan napas panjang,
ujarnya kemudian: "Mungkin aku memang tak mampu melebihi kemampuan
dari Chin Ciang sin, tapi dengan mata kepalaku sendiri
kusaksikan. . ." "Apa yang kau saksikan?" seru Phu Hong gusar.
"Kusaksikan persoalan antara kau dengan Cu Siau hong"
jawab Keng su kongcu ketus.
"Persoalan apa yang ada diantara kami?"
"Dalam watak manusia, banyak terdapat kekurangan
kekurangan, takut mati merupakan kekurangan yang paling
besar bagi umat manusia"
"Maka kau lantas menuduh aku telah pergunakan bahan
rahasia dari organisasi kita untuk menukar selembar
nyawaku"` "Benar, dan memang demikianlah"
"Karena aku takut Cu Siau hong membunuh diriku, dan
akupun takut kau menaruh curiga, maka dengan
mempergunakan waktu dan beberapa patah kata yang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
singkat kuutarakan keadaan yang sebenarnya kepada dia
..." "Aaai... jika kau bersedia mengakut sejak tadi, bukankah
kau tak usah merasakan siksaan karena tulang sikutmu
dipatahkan!" kata Keng su kongcu sambil menghela napas.
"Sekarang aku baru mengerti, daripada hidup tak bisa
dan mati tak dapat seperti saat ini, jauh lebih baik jika aku
berbicara terus terang dan bisa segera mati"
"Kau memang seorang yang pandai "
"Su kongcu, bolehkah kita membicarakan suatu
pertukaran syarat?" "Boleh saja" "Andaikata kuakui akan persoalan ini, Su kongcu hendak
menghukum diriku dengan cara bagaimana?"
"Itu mah tergantung sampai berapa jauh kah seriusnya
persoalan yang sedang kuhadapi."
"Baik ku akui!`. "Bagus sekali Phu Hong! Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku, berapa banyak rahasia perguruan kita yang telah
kau bocorkan?" "Boleh saja kukatakan hal ini kepadamu, tapi sepasang
lenganku sakitnya bukan kepalang, dapatkah kau
sembuhkan dulu persendian tulang sikutku yang sudah
terlepas itu" "Dapat saja" Dengan cepat dia menyambung kembali persendian
tulang Phu Hong yang sudah terlepas itu...
Kemudian Keng su kongcu baru berkata sambil tertawa:
'Nah, sekarang tentunya kau sudah da-pat berbicara
bukan!." "luka diatas punggungku sakitnya bukan kepalang,
dapatkah kau bubuhi obat luka lebih dulu?"
"Boleh saja" "Ia segera memanggil dua orang untuk membubuhkan
obat diatas luka yang diderita Phu Hong.
Phu Hong segera menggerakkan sepasang lengannya
untuk mengendorkan otot-ototnya yang kaku kemudian dia
baru berkata: "Aaaah .... sekarang aku baru merasakan lebih nyaman.
. ." "Phu Hong, sikapku kepadamu cukup baik bukan?"
"Bagus, bagus, pada hakekatnya bagus sekali"
"Aaai, manusia bukan Nabi, siapa yang bisa hidup
sempurna tanpa kesalahan" Asal tahu salah dan bersedia
untuk bertobat, itulah baru merupakan tindakan yang
benar' Phu Hong tertawa getir. "Su kongcu, aku telah melanggar sesuatu kesalahan
yang besar sekali, aku tidak seharusnya melepaskan Cu
Siau hong, lebih-lebih tidak seharusnya memberikan rahasia
tentang organisasi kita kepadanya"
"Apa saja yang telah kau beritahukan kepadanya"'
"Aku benar-benar pantas mati, apa yang kuketahui telah
kuutarakan semua kepada nya."
"Tidak sedikit bukan yang kau ketahui?"
"Ya, banyak sekali, sudah belasan tahun aku
menggabungkan diri dengan organisasi ini, apa yang
kudengar pun sudah banyak sekali"
"Seandainya bukan lantaran kesalahanmu, kita telah
berhasil membekuk Cu Siau-hong bukan?"
"Benar, memang keteledoranku kelewat besar, besarnya
sampai bukan kepalang, bukan saja telah membuat Cu
Siau-hong lolos dari kematian, lagipula hampir saja aku
yang terluka ditangan mereka"
Dengan perasaan hati yang amat puas, Keng-su kongcu
manggut-manggut, kembali dia berkata:
'Phu Hong, kau begitu berani mengakui semua kesalahan
yang telah kau lakukan, pada hakekatnya hal ini merupakan
suatu tindakan yang sangat berani"
"Su kongcu, semua dosaku telah kuakui, sekarang apa
lagi yang musti kukatakan?"
"Kita, harus segera mengejar Cu Siau-hong, tapi sayang
kau sudah terluka, agaknya mustahil bagimu untuk
mengejar mereka lagi"
"Yaa, benar aku telah melanggar suatu peraturan yang
amat serius, maka aku memang seharusnya segera dikirim
ke ruang siksa untuk memperoleh pemeriksaan"
"Ucapanmu memang betul. ' Keng-su kongcu tertawa.
Mendadak dia mengulapkan tangannya sambil berseru:
"Keluarlah kalian!"
Dari balik pintu pagar segera bermunculan puluhan orang
lelaki kekar berpakaian ringkas. Ditangan mereka
tergenggam pelbagai macam tabung senjata rahasia yang
beraneka ragam. Sambil tertawa Keng su kongsu segera
berkata: "Apakah kalian sudah mendengar semua?"
"Sudah!" jawab puluhan orang lelaki itu hampir bersama.
Mendadak si burung elang abu-abu Phu Hong merasakan
hatinya bergerak, segera tanyanya:
"Apa yang telah kalian dengar"'
"Seorang lelaki yang membawa tabung api Im leng-luihwee-
tong segera menjawab: "Mendengar pengakuan atas dosa-dosamu, kau telah
melepaskan Cu Siau hong, membuat kami semua
merasakan penderitaan yang amat besar"
"Oya?". 'Phu Hong sekarang kami akan menghukum dirimu"
Jilid 32 "Aku telah mengakui semua dosa-dosaku, maka lebih
baik jika aku dihantar ke ruang pemeriksaan untuk
menerima hukuman disitu"
"Seharusnya memang mesti mengirim kau kesitu, tapi
sayang musuh tangguh berada didepan mata, aku kuatir
kami tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berbuat
demikian" "Jadi maksud Su kongcu?"
"Kita berada bersama sama dan lagi ada begitu banyak
orang yang menyaksikan kau melepaskan Cu Siau-hong
hingga akibatnya banyak diantara anak buah kita yang mati
dan terluka, sekarang mendengar pula kau mengakui
sendiri semua dosa yang telah dilakukan, sekalipun aku ada
maksud untuk mengampuni kesalahanmu, mereka juga
belum tentu akan menyetujuinya "
Paras muka Phu Hong berubah hebat dengan cepat dia
menukas: "Su kongcu, .apakah kau hendak membunuhku?"
"Tidak, aku tak akan membunuhmu, lebih baik carilah
akal sendiri untuk menghabisisi nyawamu sendiri" Phu Hong
segera bersungut-sungut. "Su kongcu" katanya, "apakah diantara kita ada dendam
atau sakit hati?" "Tidak ada, tiada dendam atau sakit hati"
"Kalau memang tiada dendam atau sakit hati, mengapa
kau musti mencelakai diriku?"
"Aku bukan bermaksud mencelakai dirimu, aku hanya
melaksanakan perintah sesuai dengan kenyataan" Setelah
berhenti sejenak, dengan dingin dia melanjutkan:
"Phu Hong, kau hendak turun tangan sendiri ataukah
hendak memaksa kami yang turun tangan"' Diam-diam Phu
Hong menghimpun tenaga dalamnya, kemudian berkata:
"Baiklah, kalau toh Su kongcu bersikeras hendak
membunuhku, terpaksa aku akan memenuhi kehendak
hatimu itu" "Tiba-tiba dia mencabut keluar sebilah pisau belati,
kemudian sambil ditodongkan di atas dadanya, ia berkata
dengan sedih: "Su kongcu, bila aku bunuh diri untuk menebus dosa,
maka kau pun tak usah mem-pertanggungjawabkan diri lagi
atas kejadian ini dan ketiga orang saudara angkatku pun
tak akan menyelidiki sebab-sebab kematianku itu."
"Kau telah melepaskan musuh, telah mengakui sendiri
semua dosamu, didengarkan pula begini banyak orang,
sekalipun mereka hendak mengusut perkara ini, aku juga
tidak takut" "Perkataan Su kongcu memang benar, tapi aku selalu
merasa tidak habis mengerti, mengapa Su kongcu begitu
bernafsu ingin membunuhku?"
Keng su kongcu segera menyeringai menyeramkan,
katanya sambil tertawa dingin: 'Kau sudah bertekad untuk
mati, mengetahui lebih banyak pun apa gunanya?"
"Su kongcu" kata Phu Hong, "golok yang sangat tajam
itu dengan cepat akan membuat aku tewas, apakah aku
harus tewas dalam keadaan yang serba kabur dan tidak
jelas?" Keng su tertawa. "Phu Hong, usiaku masib muda, pengetahuanku dalam
dunia persilalan belum cukup, tapi aku tak akan masuk
perangkapmu itu dan aku tak akan meninggalkan titik
kelemahan apapun yang bisa kau pergunakan"
"Kalau begitu, inilah kelemahanmu!" teriak Phu Hong
dengan suara keras, tiba-tiba dia menghimpun tenaga
dalamnya dan melejit ke tengah udara...
Tampaknya dia sudah melakukan persiapan dengan
seksama, begitu badannya melejit dan berjumpalitan, dia
sudah melayang ketengah halaman pekarangan.
"Lepaskan senjata rahasia !" perintah Keng-su kongcu
cepat. Dengan cepat para jago pelepas senjata rahasianya
menyerbu keluar pintu pekarangan sambil menghamburkan
senjata rahasianya. Terdengar suara bidikan busur berpegas tinggi serta
tabung-tabung senjata rahasia otomatis berkumandang
tiada hentinya, dalam waktu singkat senjata rahasia
beracun, jarum terbang serta aneka macam senjata lainnya
yang memancarkan kilauan cahaya hijau berhamburan
memenuhi seluruh angkasa.
Phu Hong bukan seorang yang bodoh, sejak permulaan
dia sudah memperhitungkan sampai ke situ, dengan cepat
dia menjatuhkan diri menggelinding diatas tanah untuk
meloloskan diri dari ancaman panah pendek, sepuluh
batang jarum terbang serta dua butir peluru Im leng-luihwee-
tan, kemudian tubuhnya melejit sejauh empat-lima
kaki dari tempat semula. Bagi seorang jago persilatan yang berilmu tinggi, asal
kesempatan untuk membunuhnya dengan senjata rahasia
bisa dilampaui, maka jangan harap bisa menggunakan
senjata rahasia untuk melukainya lagi.
Menyaksikan Phu Hong sudah berhasil meloloskau diri
dari jangkauan senjata rahasia, Keng-su kongcu merasa
amat gelisah, dengan gusar bentaknya keras-keras:
"Phu Hong, kau berani kabur?"
"Mengapa tidak berani" Keng-su, bila kau hendak
membunuhku, sepantasnya gunakanlah cara yang lebih
hebat, kalau cuma menggunakan cara rendah semacam
ini.... Hmmm, anak kecil pun tak akan kena dikibulin"
Sembari menjawab, dengan depat dia menyelinap ke
belakang sudut ruangan. Tempat itu merupakan suatu sudut yang tertutup,
sehingga senjata rahasia tak mungkin bisa mencapai
tempat tersebut. "Bagus," kata Keng su kongcu dingin: "Phu Hong, jika
kau berani melarikan diri, aku akan segera menurunkan
perintah untuk membunuh"
Bentakan tersebut sudah diutarakan berulang kali,
namun belum ada juga yang menjawab, tahu kalau Phu
Hong telah berhasil melarikan diri, timbul rasa sesal dan
dendam yang membara dalam hatinya.
Dalam pada itu, Phu Hong sambil membawa tubuh yang
penuh luka dan menggertak gigi kencang-kencang
melarikan diri secepat-cepatnya menuju ke dalam hutan.
Dalam hati dia tahu kalau dalam hutan tersebut
bersembunyi Cu Siau-hong dan kawan-kawannya, tapi
disekitar rumah gubuk itu hanya disana saja yang terdapat
semak belukar dan pepohonan, sedangkan tiga arah lainnya
merupakan tanah lapang kosong, bila tidak
menyembunyikan diri dalam hutan itu, kemungkinan besar
dia tak akan lolos dari pengejaran Keng su kongcu berserta
para jago pelepas senjata rahasianya
Phu Hong cukup memahami akan kelihayan dari senjata
rahasia tersebut, terutama sekali bidikan jarum beracun
dari tabung berpegas tinggi serta peluru api Im leng lui hwe
tan, asal dia sampai terjebak dalam selisih jarak sejauh tiga
kaki, maka kesempatannya untuk melarikan diri jelas tidak
besar. Oleh karena itu, dia melarikan diri masuk ke dalam
hutan. Betul juga, Cu Siau hong yang bersembunyi didalam
hutan dapat menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas,
dia dapat menyaksikan bagaimana Phu Hong kabur masuk
melewati semak belukar dan menerobos masuk kedalam
hutan. Dengan suara lirih Ong Peng segera berbisik:
"Kongcu, empat ekor elang dari dunia persilatan
mempunyai ilmu meringankan tubuh yang sangat baik,
mereka bukan manusia yang mudah untuk dihadapi, kalau
dilihat dari keadaannya, jelas si elang abu-abu sudah
menderita luka yang cukup parah, siapa tahu kalau kita
berhasil menangkap seekor burung elang abu-abu?"
Cu Siau hong segera tertawa lirih.
"Jangan lukai dia, sampaikan perintahku kepada Su eng,
suruh mereka berusaha untuk melindungi keselamatan
jiwanya, jangan sampai menyebabkan ia terjatuh ke tangan
Keng su kongcu" Sebenarnya Ong Peng menaruh rasa curiga dan tidak
habis mengerti, ketika Cu Siau hong melepaskan Phu Hong
tadi, tapi sekarang mau tak mau dia harus memuji akan
kelihayan Cu Siau hong. Sebenarnya siasat tersebut cuma satu siasat mengadu
domba yang amat sederhana, tapi justru mendatangkan
hasil yang luar biasa sekali.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat Ong Peng lari ke depan, dia menjumpai si
elang abu-abu sudah berada dibawah pengawasan Toan
San sekalian... Didalam kenyataan, setelah melarikan diri kedalam hutan
tadi, berhubung ia kehilangan banyak darah, serta siksaan
rasa sakit yang luar biasa, ia sudah tak mampu menahan
diri, maka begitu hatinya lega, tubuhnyapun segera
terkapar ke tanah. Ong Peng dan Su eng saling memberi kode rahasia,
kemudian pelan-pelan maju ke depan, mendekati ke
samping Phu Hong. Sambil tertawa Phu Hong berkata:
"Bagus, kedatanganmu memang bagus sekali, cabut
golokmu dan penggalkan batok kepalaku!" Dengan cepat
Ong Peng menggelengkan kepalanya berulang kali.
'Bila kami ingin membunuhmu, sedari tadi nyawamu
sudah kupunggut, mengapa mesti menunggu sampai
sekarang?" "Lantas mau apa kau datang kemari!"
"Mendapat perintah untuk melindungi jiwamu!"
"Kau " Phu Hong memandang sekejap sekeliling tempat
itu. "Aku dan banyak orang yang lain"
Phu Hong telah menjumpai Toan San sekalian berempat
menyembunyikan diri di balik pohon... Setelah termenung
sebentar, Phu Hong berkata dingin.
"Beritahu kepada Cu Siau hong, aku orang she Phu tidak
membutuhkan orang untuk melindungiku" Ong Peng segera
tertawa. "Apakah melindungi dirimu atau bukan, itu urusan
kongcu kami, tak usah kau banyak bicara "
"Kenapa...."` "aai! Jangan keras-keras, Keng su kongcu sedang
membawa orangnya mendatangi tempat ini, meski kau
tidak takut mati, namun siksaan hidup dapat membuat besi
yang keraspun akan melumer, jadi cair!".
Phu Hong sudah pernah merasakan kelihayan tangan
Keng su kongcu, ngeri juga bila terbayang siksaan siksaan
yang keji itu, maka ujarnya setelah termenung sejenak:
"Sebenarnya apa maksud tujuan dari majikanmu itu?".
"Tidak bermaksud apa-apa, yang mesti kau lakukan
sekarang adalah beristirahat dengan hati tenang, cepatlah
pulihkan kembali kekuatan badanmu kemudian berusaha
untuk meninggalkan tempat ini"
Dengan perasaan agak tertegun karena diluar dugaan,
Phu Hong berseru tertahan..
"Phu Hong!" kembali Ong Peng berkata "cengcu kami
hanya merasa kau patut dikasihani, dan lagi perbuatan dari
anggota organisasimu itu juga kelewatan keji, dan tak
mengenal kasihan" "Cuma begitu?" "Waktulah yang akan membuktikan kebesaran dan
kemuliaan hati kongcu kami..." kata Ong Peng dingin.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Kurang lebih satu kaki disebelah kiri terdapat sebuah
liang yang cukup dalam, rerumputan menutupi diatas liang
tersebut, kau boleh beristirahat didalamnya untuk
beristirahat sambil mengatur napas, tapi paling baik bila
semua gerakan dilakukan secepatnya, sebab agaknya Kengsu
kongcu sangat bernapsu untuk membunuhmu, sekarang
sudah membawa orang-orangnya memasuki hutan ini."
Tampaknya Phu Hong sudah berhasil ditaklukkan hatinya
oleh Ong Peng, dengan memaksakan diri ia bangkit berdiri,
kemudian menuju satu kaki disebelah kiri dan
menyembunyikan diri dibalik liang di belakang semak
belukar. Semak belukar yang sangat lebat hampir menyelimuti
liang yang terbuat secara alam itu, kembali tanpa sengaja
kakimu menginjak tempat tersebut kalau tidak, sulit untuk
menemukannya. Ong Peng dan Toan San sekalian berempat bersembunyi
pula disekeliling tempat itu, jelas sekali terlihat Cu Siauhong
sama sekali tidak punya rencana untuk mengundurkan
diri, ia telah menyiapkan suatu pertarungan seru didalam
hutan tersebut. Ternyata Keng-su kongcu tidak masuk, disamping tepi
hutan dia segera berhenti, lalu mengajak orang-orangnya
mengundurkan diri dari situ.
Menanti Keng-su kongcu sekalian sudah pergi jauh,
pelan-pelan Ong Peng baru berjalan menuju ke depan liang
sambil berkata: "Elang abu-abu, Keng-su sekalian telah
pergi, sebentar kamipun akan pergi pula, kau harus baikbaik
menjaga diri!" "Tunggu sebentar" mendadak si elang abu-abu Phu Hong
berseru, kemudian sambil merangkak keluar dari dalam
liang lanjutnya. "aku ingin berjumpa dengan cengcu kalian."
Jilid 33 "Cengcu sudah pergi lama sekali"
"Kalian " "Kami mendapat perintah untuk tetap tinggal disini untuk
melindungimu" "Aaai. .. hal ini sungguh membuat aku merasa sungkan"
"Phu Hong, sekarang kau baru mengerti bukan, meski
usia cengcu kami masih muda namun dia adalah seorang
yang cerdas, berbakat, berjiwa besar dan bijaksana, ia
memiliki kelebihan daripada orang biasa, lihatlah kami,
dengan hati yang rela kami bersedia menerima perintahnya
dan berbakti kepadanya, makin lama bukan semakin jemu,
justru rasa setia kami kepadanya bertambah menebal"
Si elang abu-abu Phu hong segera manggut-manggut.
"Kebaikan dari Cu Siau hong, cengcu kalian tak akan
kulupakan untuk selamanya, sekarang aku hendak mohon
diri lebih dulu" Dia membalikkan badan lalu berjalan ke luar hutan.
Langkahnya makin agak sempoyongan, jelas luka yang
dideritanya masih belum pulih kembali. Namun dia cukup
keras kepala, ia enggan menunjukkan rasa penderitaannya
dihadapan orang lain. Memandang hingga bayangan punggung Phu Hong pergi
jauh, Ong Peng baru memanggil Toan San sekalian
berempat untuk menampilkan diri..
"'Sebenarnya bocah keparat itu sudah membawa orangorangnya
memasuki hutan, diapun bisa lakukan
pertarungan terbuka disini, sungguh tak kusangka tanpa
melakukan sesuatu gerakanpun dia telah mengundurkan
diri dari sini" kata He Hay kemudian.
"Saudara Ong, kongcu sungguh baik hati, masa kami
melindungi musuh" timbrung Toan san pula. Mendengar
perkataan itu, Ong Peng segera tertawa.
"Sebenarnya akupun merasa agak heran, tapi setelah
kupikirkan kembali, sekarang baru kuketahui kalau
kecerdasan kongcu melebihi siapapun, misalnya saja Phu
Hong bila kita membunuhnya maka kematian orang itu
sama sekali takkan menimbulkan kerugian besar untuk
organisasi tersebut, sebaliknya bila dia dibiarkan hidup,
kekuatan yang timbul justru tak terlukiskan dengan katakata"
"Betul!"Toan san mengangguk.
'Yaa, padahal teori semacam ini amat mudah dipahami"
kata Lau Hong pula sambil tertawa.
"Teori apa?" Be Hui segera bertanya.
"Bila kongcu sama dengan kita, maka kita tak akan
bernama Su eng melainkan disebut Ngo kiat (lima orang
gagah)" Toan san segera tersenyum.
"Lau Hong ucapanmu itu keliru besar"
"Dimana letak kekeliruan itu?" Lau Hong tertegun.
"Kongcu itu siapa" Masa dibandingkan-bandingkan
dengan kita?". "Teguran toako memang benar sekali"
Jilid 34 Ong Peng segera bertanya, katanya kemudian:
"Kongcu kita adalah seorang yang sederhana", terhadap
persoalan semacam itu tak pernah dia memikirkannya ke
dalam hati" "Betul!" ucap Lau Hong pula sambil tertawa, "kongcu
adalah seorang manusia besar, seorang manusia cerdas,
masa dia akan meributkan persoalan semacam ini bersama
kita" "Lau heng, kau jangan berkata begitu, aku sudah cukup
lama berkumpul dengan kongcu, maka terhadap wataknya
jauh lebih memahami banyak daripada kalian, aku justru
mengerti bahwa ia lebih suka menganggap kita sebagai
sesama saudara daripada perbedaan tingkatan kedudukan"
kata Ong Peng tertawa. "Itu kan gaya dari seorang majikan, tapi kita sebagai
pembantu haruslah sedikit tahu diri" sela Toan San.
Lau Hong, Hee Hay dan Be Hui dengan cepat manggutmanggut
sambil mengiakan. Ong Peng yang menyaksikan
kejadian itu, diam-diam merasa sangat kagum, tampaknya
orang orang Pay-kau mempunyai disiplin yang sangat
tinggi, jauh lebih tinggi daripada orang-orang Kay pang.
Su-eng dan Cu Siau hong belum lama berkenalan,
sekalipun amat menaruh hormat akan wataknya dan
kecerdasannya, namun mustahil kalau kesemuanya itu
dilakukan dengan hati yang tulus.
Mereka berbuat demikian karena harus melaksanakan
perintah dari kaucunya, beberapa patah kata dari kaucu
mereka dalam pandangannya jauh lebih berbobot daripada
apapun juga, dan menjembatani pula rasa hormat mereka
terhadap Cu Siau hong. Toan San segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah Ong peng, kemudian setelah mendehem pelan
katanya: "Ong congkoan, kini majikan berada dimana?"
"Menuju ke dalam rumah gubuk itu" Ucap Ong Peng
sambil manggut-manggut. "Bagaimana dengan kita?"
"Sekarangjuga menyusul ke sana"
Menanti Toan San sekalian sampai didalam rumah gubuk
itu, benar juga Cu Siau hong berada disana, sedang Ui si jit
hou (tujuh ekor harimau dari keluarga Ui) juga berada
disekeliling rumah gubuk itu sambil bersiap siaga.
Seng Hong dan Hoa wan masing-masing membawa
sebuah lampu lentera berdiri di kedua belah sisi Cu Siau
hong. Kedua orang itu tiada hentinya memutar lampu lentera
ditangan mereka mengikuti geseran mata Cu Siau hong.
Ternyata si anak muda itu sedang melakukan
pemeriksaan yang seksama terhadap rumah gubuk itu.
Su eng segera tinggal diluar rumah melakukan
penjagaan, sedangkan Ong Peng melangkah masuk dengan
langkah lamban dan berdiri tenang disisi arena.
Menanti Cu Siau hong telah menyelesaikan
pemeriksaannya, Ong peng baru berkata dengan suara
pelan: "Phu Hong merasa amat berterima kasih kepada
kongcu"' "Dia masih sanggup untuk mempertahankan diri?" tanya
Cu Siau hong. "Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna,
tampaknya dia masih sanggup untuk mempertahankan diri"
"Bagus sekali kalau begitu"
Pelan-pelan Cu Siau hong bangkit berdiri, kemudian dari
tangan Seng Hong menerima sepucuk pedang dan lambatlambat
memainkan keempat gerakan delapan jurus itu."
Jilid 35 Setengah jam lebih setelah itu, Cu Siau hong baru
tersenyum puas dan melangkah keluar dari ruangan, lalu
sambil duduk di kursi katanya:
"Ong Peng, undang Toan San sekalian berempat masuk!"
Dengan hormat sekali Su eng menjura, kemudian baru
berkata: "Menjumpai kongcu!"
Cu Siau hong tertawa. "Mulai sekarang kita akan seringkali berkumpul, senang
sama dirasakan, susah sama diderita, kalian tak usah
banyak adat...." Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
Bagaimana dengan kepandaian ilmu pedang yang kalian
berempat miliki?" "Didalam permainan ilmu pedang, hamba sekalian sudah
mempunyai pengalaman selama delapan belas tahun"
"Kalian masib muda dan gagah, aku tahu ilmu pedang
yang kalian miliki sangat lihay, cuma ilmu pedang
mempunyai pelajaran yang sangat dalam, sekalipun
seorang manusia yang luar biasa juga tak akan sanggup
untuk menguasahi semua kepandaian itu, apalagi setiap
partai memiliki ciri khas serta keistimewaan masing-masing,
dalam kepandaian pedang akupun mengerti banyak sekali"
"Kongcu adalah seorang pendekar yang hebat, hamba
sekalian sudah pasti bukan tandingan" Cu Siau hong
tersenyum.. "0leh karena ilmu pedang tiap partai memiliki
keistimewaan masing-masing, maka aku bersedia
mewariskan apa yang telah kuketahui itu kepada kalian
semua, mungkin pemberianku itu tidak terhitung seberapa,
tapi anggaplah sebagai pemberian ku untuk kalian semua"
"Majikan berbicara kelewt serius."
"Ilmu pedangku cuma terdiri dari empatjurus dengan
delapan gerakan, setiap gerakan mempunyai dua macam
perubahan, sepintas lalu kelihatan seperti tidak rumit, cuma
ilmu pedang itu merupakan suatu ilmu pedang yang sangat
luwes dalam penggu-naannya"
"Baik, silahkan kongcu memberi petunjuk, kami semua
akan mendengarkannya dengan seksana"
Pada mulanya, Toan San, He hay, Lou Hong dan Be Hui
mengindahkan sopan santun dengan mengucapkan
beberapa patah kata sungkan, akan tetapi setelah menyaksi
kan permainan jurus pedang dari Cu Siau hong perasaan
mereka baru bergetar keras.
Terhadap ilmu pedang, keempat orang itu memiliki
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan yang luar biasa, maka begitu menyaksikan
perubahan jurus yang terdiri dari empat gerakan ini,
dengan cepat dapat disadarinya kalau ilmu pedang tersebut
merupakan serangkaian ilmu pedang pencabut nyawa.
ooo0ooo Jilid 36 BAGIAN 36 SEKETIKA itu juga timbullah perasaan kagum yang
benar-benar muncul dari perasaan hati yang tulus.
Didalam kenyataan, Jit Hou Su eng serta Seng Hong dan
Hoa Wan menaruh hormat kepada Cu Siau hong karena
mereka mendapat perintah untuk melaksanakan tugas, jadi
perasaan hormat itu bukan muncul dari hati sanubari
mereka yang tulus. Mereka semua merupakan murid-murid paling top dari
Kay pang serta Pay kau, lagipula mereka merupakan muridmurid
rahasia yang dididik dan dibina secara khusus oleh
pentolan dari kedua buah organisasi besar itu.
Terhadap kemampuan yang mereka miliki, boleh dibilang
orang-orang itu menaruh perasaan kagum yang tersendiri,
itulah sebabnya meski diluar mereka tunduk dan hormat,
namun bukan perasaan tunduk dan hormat yang tulus hati.
Cu Siau hong memahami akan hal ini, dia pun sadar jika
ia tidak dapat memperlihatkan suatu kepandaian yang
benar-benar bisa membuat orang menjadi kagum dan
takluk, sulit baginya untuk membuat orang-orang itu
tunduk secara tulus kepadanya. Keempat gerakan dengat
delapan jurus inilah merupakan penampilan
ketangguhannya dalam permainan pedang.
Betul juga di atas wajah Su eng segera muncul suatu
perasaan kagum yang luar biasa, dengan sinar yang amat
serius mereka berseru. "Ilmu pedang yang kongcu miliki benar-benar hebat
sekali, hari ini sepasang mata hamba sekalian benar-benar
merasa terbuka lebar"
Cu Siau hong tertawa. "Ke empat gerakan dengan delapan jurus ini terdiri dari
satu rangkaian ilmu pedang, dapatkah kalian mengingatnya
baik-baik?" Toan San sekalian berempat sedang berbisik-bisik
merundingkan sesuatu, kemudian baru jawabnya:
'Ilmu pedang itu merupunyai pelajaran yang amat luas
dan dalam sekali, untuk sesaat sukar buat kami untuk
menyerap intisari yang sebenarnya dari kepandaian itu,
dapatkah kongcu memainkan sekali lagi?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Boleh saja, nah perhatikanlah dengan seksama"
Sekali lagi dia mainkan jurus-jurus pedang itu dengan
gerakan yang lebih lamban lagi.
Kali ini kelambatannya boleh di bilang mencapai titik
yang terendah sehingga setiap jurus dapat terlihat dengan
jelas dan lebih seksama. Setelah itu Cu Siau hong baru menarik kembali
pedangnya dan berkata sambil tertawa. "Sudah kalian ingat
?" "Sudah !" "Bagus sekali . . ."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Seng Hong dan
Hoa Wan, Kemudian lanjutnya: "Apakah kalian pun dapat
melihat dengan jelas"'
"Sudah jelas" jawab Seng Hong dan Hoa wan berdua
hampir bersamaan waktunya. "Kalau begitu, pergilah untuk
melatih kepandaian tersebut agar lebih matang."
Su eng dan kedua orang kiam tong tersebut segera
mengiakan bersama dan buru-buru membalikkan badan
berlalu dari sana. Kini, di dalam ruangan itu tinggal Ong Peng seorang.
Sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong
Peng, pelan-pelan Cu Siau hong berkata lagi: 'Pergi dan
undanglah kemari Ui si jit hou!"
"Kongcu, mereka sedang melakukan perondaan disekitar
tempat ini, mana boleh diundang balik?"
"Aku rasa pada malam ini mereka tak akan balik kemari
lagi" "Ooooh. ..' 'Pergilah dan undang mereka masuk!"
Ong Peng segera mengiakan, dia segera membalikkan
badan dan berlalu dari situ. Tak lama kemudian ketujuh
harimau dari keluarga Ui itu sudah berjalan masuk ke dalam
rumah. "Menjumpai kongcu!' Ui It hou segera menjura.
"Tak usah banyak adat"
Tujuh harimau dari keluarga Ui segera berdiri berjajar
dihadapan anak muda itu dengan sikap yang amat menaruh
hormat: "Ada perintah apa kongcu mengundang kedatangan
kami"' tanya Ui It hou kemudian dengan hormat. "Apakah
kalian semua mempergunakan ilmu golok"
Ui It hou mengangguk. "Betul! Kepandaian silat yang hamba sekalian latih
adalah ilmu golok." "ilmu silat aliran Pak hay bun merupakan ilmu silat yang
mengutamakan serangan golok ditengah golok, Bu khek
buncu kami justru terluka oleh serangan golok ditengah
golok tersebut." "Menjawab pertanyaan kongcu, hamba sekalian baru
terjun ke dunia persilatan, tidak banyak persoalan dunia
persilatan yang kami ketahui.."
"Aku tahu, akupun tidak menanyakan persoalan tersebut
kepada kalian, aku hanya ingin mewariskan beberapa jurus
ilmu golok kepada kalian semua."
Ui It hou tidak seperti Toan San sekalian yang begitu
tahu diri, dia lebih jujur dan berterus terang daripada orang
lain, mendengar tawaran tersebut dengan cepat katanya
sambil membungkukkan badan:
"Ilmu golok yang hamba sekalian latih merupakan suatu
kepandaian yang agak aneh dan termasuk ilmu golok
pembunuh secara langsung, aku kuatir ilmu golok lainnya
tak akan sesuai bagi kami."
Dari nada pembicaraan tersebut bisa ditarik kesimpulan
kalau dia enggan menerima petunjuk dari Cu Siau hong.
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera tertawa:
"Lebih banyak ilmu silat yang dimiliki lebih baik untuk
manusia semacam kita ini, toh ilmu silat tidak akan
menindih badan" Ilmu golok yang akan kuwariskan kepada
kalian ini meski tidak termasuk suatu kepandaian yang
hebat atau luar biasa. Cuma paling tidak pun bukan ilmu
golok yang terlalu jelek, untung saja hanya terdiri dari tiga
jurus, sehingga untuk dipelajari pun amat cepat"
"Baik! Bila kongcu bersikeras akan mewariskan ilmu
golok kepada kami, sudah barang tentu hamba akan
menerima tawaran itu"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Bagaimana kalau golokmu dipinjamkan sebentar
kepadaku"." Dengan sangat menghormat Ui It hou menggangsurkan
goloknya kepada anak muda itu.
Cu Siau hong segera menyambut golok itu, kemudian
berkata: "Hanya suatu ilmu golok sederhana yang terdiri dari tiga
jurus saja, harap saudara sekalian perhatikan dengan
seksama" Dengan cepat dia memutar golok serta memainkan
ketiga jurus ilmu golok tersebut.
Sesudah menyaksikan permainan jurus itu, Ui It hou
sekalian baru berdiri tertegun karena tercengang. Ternyata
ketiga jurus serangan tersebut benar-benar merupakan
suatu ilmu golok yang sangat lihay.
Peluh dingin mendadak saja membasahi jidat Ui It hou,
dengan sangat hormat dia segera menjura seraya berseru:
"Kongcu lihay amat jurus serangan itu, betul-betul
merupakan jurus serangan yang luar biasa"
"Tidak terhitung suatu kepandaian sakti, bila kalian
merasa ketiga jurus ilmu golok itu masih bisa bermanfaat
bagi kalian, silahkan untuk melatihnya dengan lebih
seksama" "Hamba benar-benar tak tahu diri sehingga berbicara tak
benar, untuk kelancangan hamba mohon kongcu sudi
memaafkannya" "Tak usah sungkan-sungkan"
"Perubahan ilmu golok itu kelewat aneh, agaknya
dilancarkan semua dari sudut yang mustahil bisa dilakukan
orang, lagipula perubahannya cukup rumit, sedemikian
dahsyatnya perubahan itu sehingga hamba sekalian tak
sempat menyaksikan permainan jurus itu dengan jelas"
'Maksud Ui heng?" Sambil menjatuhkan diri berlutut, Ui It-hou cepat-cepat
berseru: "Hamba tidak berani, hamba bernama Ui It-hou"
"Baik!" kata Cu Siau-hong sambil tertawa.
"Ui It-hou, maksudmu ..'.
"Maksud hamba, harap Kongcu suka mengajarkan sekali
lagi kepada kami. . ."
"Baik perhatikan dengan seksama"
Pelan-pelan dia mengangkat golok dan sekali lagi
membawakan jurus-jurus serangan tersebut.
Kali ini ketujuh harimau itu memperhatikan dengan lebih
seksama lagi, hampir dengan mata yang terbelalak lebar
mereka ikuti semua gerakan itu satu persatu. Kali inipun Cu
Siau hong menggunakan gerakan yang paling lamban untuk
membawakan ke tiga jurus serangan tersebut..
Walaupun ilmu golok itu terdiri dari tiga jurus, dalam
kenyataan ketiga jurus serangan itu beruntun menjadi satu
sehingga mirip dengan gabungan satu jurus serangan
belaka, perubahan demi perubahan semuanya amat kecil,
tapi justru diantara perubahan yang amat kecil itulah,
tersimpan suatu jurus mematikan yang sangat dahsyat.
Ui si jit hou merupakan jago-jago yang ahli didalam
permainan ilmu golok, namun mereka belum pernah
menjumpai ilmu golok semacam ini, karena semua
kegunaan maupun gerakannya jauh berlawanan dengan
teori ilmu golok pada umumnya.
Mereka pun cukup menyadari, apabila ilmu golok
tersebut dipergunakan maka akan menghabiskan suatu
perubahan yang sama sekali diluar dugaan, membuat pihak
lawan sama sekali tidak menyangka akan datangnya
ancaman tersebut. "Kongcu, apakah ketiga jurus ilmu golok ini ada
namanya?" tanya Ui It hou kemudian.
"Sebut saja sebagai Poo mia sam to (tiga jujus golok
pelindung nyawa) " "Pesan dari kongcu mengandung arti yang mendalam,
hamba sekalian dapat memahami maksud kongcu itu, maka
bila tak sampai keadaan terdesak, kami tak akan
mempergunakan ketiga jurus ilmu golok tersebut"
"Kekuatan yang kita miliki kelewat sedikit, aku tidak
mengharapkan ada yang terluka atau tewas diantara kita"
"Hamba mengerti"
Perubahan jurus dari ketiga jurus ilmu pedang itu
membuat Cu Siau hong mendapatkan suatu ilham yang
aneh sekali. Saat itulah Ui jit hou menaruh hormat kepada Cu Siau
hong lantaran sedang melaksanakan perintah dalam
sekejap saja telah mengalami suatu perubahan yang besar
sekali, kini rasa hormat mereka benar-benar muncul dari
hati sanubari yang murni.
"Baik sekarang kalian boleh mulai melatih diri disini" kata
Cu Siau hong kemudian. Selesai berkata dia lantas beranjak
pergi meninggalkan tempat tersebut....
Dalam halaman rumah, Su eng sedang melatih beberapa
jurus ilmu pedang yang telah diwariskan kepada mereka itu.
Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang
menjauh, rasa hormat yang tulus segera muncul diatas
wajah Ui It hou, terdengar dia bergumam seorang diri:
"Dalam bidang apa saja dia selalu mengungguli kami,
dalam kenyataan kelihayannya memang jauh melebihi kami
semuanya, dia memang seorang majikan yang luar biasa,
beruntung sekali kami dapat mengikuti dirinya, sudah pasti
kepandaian serta keberhasilannya akan meninggalkan suatu
cerita yang hebat didalam dunia persilatan"
Ketika berjalan keluar dari pagar bambu Cu Siau hong
merasa agak bangga juga merasa agak sedih.
Sebetulnya ketiga jurus ilmu golok yang diwariskan itu
bukan ilmu golok yang sesungguhnya, melainkan tiga jurus
ilmu pedang yang dipelajarinya dari dalam kitab Bu beng
kiam boh (kitab ilmu pedang tanpa nama).
Sebetulnya kepandaian itu dinamakan To mia sam kiam
(tiga jurus pedang perenggut nyawa), suatu jurus pedang
yang sangat aneh tapi amat sakti, tiga jurus terlebur
menjadi satu dan merupakan serangkaian ilmu pedang yang
maha dahsyat. Akan tetapi setelah dipengaruhi oleh Cu Siau hong
akhirnya terciptalah suatu kepandaian ilmu golok yang
sangat hebat. Sudah barang tentu semua gerak serangannya sama
sekali berlawanan dengan gerakan ilmu golok pada
umumnya, justru karena itu pula, maka ada satu perasaan
ilmu golok itu menjadi begitu ganas dan luar biasa.
Dia telah merubah tiga jurus pedang menjadi tiga jurus
golok, diantara perubahan ilmu golok yang sangat aneh,
bagaimanapun juga hal ini mendatangkan perasaan bangga
baginya. Akan tetapi bila teringat berapa banyak orarg lagi yang
bakal tewas diujung senjata golok Ui si jit hou dalam
mempraktekkan ketiga jurus serangan tersebut, tanpa
terasa hatinya kembali jadi sedih.
Ia berpendapat, seandainya jurus golok dan jurus
pedang bisa dipersatukan, bukankah hal ini akan
menyebabkan jurus golok maupun ilmu pedang tersebut
semakin dahsyat lagi"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia mulai berpikir, dapatkah seseorang menggunakan
dua macam senjata, dengan dua macam jurus serangan
sekaligus, yakni menggunakan golok dan pedang"
Andaikata ditangan kiri membawa golok tangan kanan
membawa pedang, apakah kedua macam senjata yang
berada itu bisa di pergunakan bersama dalam suatu
gabungan rangkaian jurus serangan yang mematikan"
Dalam waktu singkat persoalan itu segera mencekam
dan menguasahi seluruh pikiran maupun perasaannya.
Sambil memejamkan mata dia mulai memeras otaknya
keras-keras, entah berapa lama sudah lewat. Tiba-tiba ia
mendengar suara teguran dari sisi telinganya:
"Kongcu, waktu sudah siang kau harus pergi beristirahat"
"Sekarang sudah jam berapa?"
"Kurang lebih kentongan ke empat"
"Baik mari kita kembali ke rumah penginapan"
"Kongcu" bisik Ong Peng lagi, "Tan Heng telah berjanji
denganku, sebelum kentongan ke lima, dia akan mengirim
kabar kemari" "Tak mungkin bisa sedemikian cepat" "Kongcu, Tan Heng
" "Aku tahu, mari kita pergi"
Sejak saat itu, baik Su-eng maupun Jit hou sudah mulai
menaruh perasaan kagum yang amat mendalam terhadap
kebijaksanaan serta ketangguhan Cu Siau-hong.
Bukan saja si anak muda itu sudah menampilkan
kecerdasan yang luar biasa dalam menghadapi lawan,
diapun menampilkan satu kepandaian silat yaug sangat
dahsyat. Ong Peng tidak banyak bicara lagi, buru-buru kawanan
jago itu berangkat kembali ke rumah penginapan. Sampai
tengah hari keesokannya, belum ada juga kabar berita dari
Tan Heng. Seng Tiong-gak, Tiong It-ki, Lik-Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo-tan pun tak ada yang kembali.
Ong Peng berusaha menahan diri, tapi setelah bersantap
siang, akhirnya dia tak sabar untuk menanti terus, dengan
cepat dia berkata: "Kongcu, mereka belum juga ada kabar beritanya"
"Aku tahu" "Sudah begini lama mereka belum
TIBA-TIBA para muka Cu Sian hong berubah menjadi
serius sekali, katanya dengan cepat.
"Semua tindakan maupun gerakan yang kita lakukan
yang bisa saja disertai oleh sua-tu rencana yang matang
namun kita tidak akan memiliki waktu yang luar biasa untuk
menyelamatkan suatu kegagalan"
Ong Peng segera mengangguk.
'"Apa yang kau katakan memang benar'
Mendadak terdengar suatu langkah kaki manusia
berkumandang memecahkan keheningan, seseorang telah
berjalan masuk dengan langkah lebar, ternyata dia adalah
Seng Tiong gak. Cu Siau hong benar-benar merasa amat gembira, sambil
tertawa serunya cepat. "Su....." Buru-buru Seng Tiong gak menukas:
"Tiong gak menjumpai majikan!"
"Apakah sudah melakukan kontak dengan lainnya"'
"Sudah ketiga orang nona selamat semua, sekarang
mereka sudah menyusul ke dalam suatu lingkungan
tertentu dan hingga kini masih bergumul dengan
sekawanan manusia." "Sekawanan manusia " manusia dari mana saja?"
"Asal usul mereka kurang begitu jelas, tapi semenjak It
ki sudah disekap cukup lama dalam kebun raya Ban Hoa
wan, sekarang ia sudah mendapatkan banyak perubahan,
berubah menjadi lebih matang"
"Ooooh " "Seng tayhiap, apakah kau telah berjumpa dengan Tan
Heng?" tiba-tiba Ong Peng menimbrung..
"Mungkin lantaran Tan heng sudah lama melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan, pengetahuannya juga
kelewat luas, ilmu menyaru mukanya jauh lebih hebat dari
pada kami, sehingga sekarang aku belum berhasil
menemukan jejaknya" "Oooh rupanya begitu"
Seng Tiong gak tertawa, katanya kembali.
"Cuma saudara 0ng tak usah kuatir, kami saja tidak
mengalani cidera atau kerugian apa-apa, apalagi yang lihay
seperti saudara Tan"..
"Aaai... bila dia tidak kelewat kemaruk akan pahala, hal
ini sulit untuk dibicarakan lagi" Seng Tiong gak kembali
tertawa: "Kongcu" katanya kemudian, "bila tiada pesan yang lain,
Tiong gak ingin mohon diri lebih dulu"
"Beristirahatlah lebih dulu, sebentar kita akan berbicara
lagi dengan seksama"
Dia sangat menguatirkan dari keselamatan dari Tong It
ki, tapi sampai sekarang kekuatiran tersebut belum juga
diutarakan ke luar. Memandang hingga Seng Tiong gak telah berlalu dari
situ, dengan suara rendah Ong Peng segera berkata:
"Kongcu apakah kita akan melakukan suatu gerakan?"
"Tunggu sampai mereka telah kembali semua, baru
dirundingkan lebih jauh, aku telah berkata, siapapun harus
sudah kembali kemari sebelum matahari tenggelam hari ini,
aku tidak ingin menyaksikan ada orang yang melanggar
perintahku ini." Walaupun senyuman masih menghiasi wajahnya, namun
ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang tegas.
Ong Peng tidak berani banyak bicara lagi, dia segera
memberi hormat dan mengundurkan diri dari situ. Seng
Hong dan Hoa wan berdua masih tetap berdiri dibelakang
tubuh Cu Siau hong. "Kalian pun boleh pergi beristirahat" kita Cu Siau hong
kemudian" kemungkinan besar akan terlibat dalam suatu
pertarungan yang sengit pada malam nanti"
Seng Hong segera membungkukkan badan sambil
memberi hormat, katanya: 'Keselamatan kongcu merupakan persoalan yang paling
kami kuatirkan, lagi pula hambapun tidak merasa
kelelahan" "Untuk bisa mendapatkan semangat serta tenaga yang
baru, maka seseorang mesti beristirahat dengan
secukupnya, dengan begitu kau baru akan memiliki
kekuatan yang paling baik untuk membunuh musuh, nah
mundurlah kalian beristirahat, jauh lebih penting dari pada
segala-galanya". "Kongcu, biarlah hamba dan Hoa wan secara bergilir
berjaga-jaga disini, sehingga bilamana perlu kongcupun
bisa memberikan perintahnya kepada kami"
Menyaksikan kesungguhan hati mereka, Cu Siau hong
merasa tak enak untuk menampik, terpaksa dia manggutmanggut...
"Kalau begitu berjaga-jagalah diluar kamar, didalam dua
jam mendatang siapapun dilarang mengusik diriku"
"Seandainya dia telah kembali?"
"Suruh mereka menunggu, menunggu setelah dua jam
lagi baru datang menjumpai aku."
"Hamba turut perintah"
Bersama Hoa wan, ia segera mengundurkan diri dari situ.
Cu Siau hong segera menutup kamar dan beristirahat
sebentar, kemudian dengan jari tangan menggantikan
pedang, ia mulai melatih jurus-jurus pedang yang tertera
didalam kitab tanpa nama itu.
Semua teori tersebut sudah dia hapal di luar kepala, kini
tinggal melatihnya hingga matang..
Selama ini, belum pernah dia mempuyai perasaan bahwa
ilmu silat merupakan suatu kebutuhan yang amat
mendesak seperti kali ini..
Entah bagaimanakah jalan pemikiranmu, tapi bila
seorang manusia sudah terjun ke dunia persilatan, maka dia
tak dapat kelewat mengikat diri dalam peraturan, atau
dengan perkataan lain jika seseorang ingin memimpin suatu
kelompok atau organisasi, maka baik didalam ilmu silat
maupun dalam akal cerdik, dia mesti memiliki kelebihan
dari pada orang lain. Dia teringat betapa banyaknya waktu yang dia
hamburkan dimasa lalu, padahal sudah banyak jurus
serangan yang tercantum dalam kitab tanpa nama itu yang
dihapalkan olehnya, namun hingga kini belum pernah
melatihnya secara bersungguh-sungguh.
Bila dia mau melatih diri dengan setulus hati, maka
sekarang paling tidak sebagian besar jurus serangan
tersebut sudah dapat dikuasahi olehnya.
Kini dia harus mempergunakan setiap detik yang ada
untuk mempelajari semua jurus pedang yang ada dalam
kitab tersebut. Setelah melewatkan banyak waktu untuk beristirahat dan
berpikir, akhirnya dia menjumpai banyak jurus pedang yang
tercantum didalam kitab tersebut tiada suatupun yang
bukan merupakan jurus serangan yang biasa. Asal dia
mengambil berapa jurus saja diantaranya untuk diwariskan
kepada orang lain, maka hal tersebut tentu akan merasa
terkejut bercampur keheranan.
Maka seorang pendekar pedang yang amat lihay pun
secara diam-diam telah muncul dalam dunia persilatan.
Dia tumbuh dalam suasana yang serba terburu dan serta
repot oleh keadaan. Baru saja Cu Siau hong selesai melatih serangkaian ilmu
pedang, dari luar pintu sudah terdengar suara orang
mengetuk pintu sambil berseru dengan suara keras:
"Kongcu. kongcu..."
Itulah suara dari Seng Hong.
Cu Siau hong bangkit berdiri, mengatur pernapasan dan
pelan-pelan membuka pintu.
Tampak Tan Heng bermandikan keringat serta tubuh
yang kotor karena debu sedang berdiri dibelakang Seng
Hong. Tak usah ditanya lagi, sudah pasti ada persoalan penting
yang hendak segera disampaikan. Benar juga, belum
sampai Cu Siau hong bertanya, Tan Heng telah berkata
lebih dulu: ''Kongcu, Lik hoo, Ui bwee dan Ang Bo tan berada dalam
keadaan berbahaya, dia minta bantuan kongcu untuk
mengirim orang kesana menolong mereka bertiga!"
''Sekarang dimana orangnya"."
"Disekap dalam perahu besar yang berlabuh ditepi pantai
Siang kang" ''Diatas perahu?". ''Benar!" "Baik, masuklah lebih dulu, seka keringat diatas
wajahmu, kemudian terangkan yang lebih jelas".
"Tidak kongcu!, menolong orang bagaikan menolong api,
untuk menolong mereka kita musti bergerak sekarang
juga". Cu Siau hong segera tarik napas panjang-panjang,
sahutnya kemudian: ''Baiklah, mari kita segera berangkat"
"Kongcu, siapa saja yang turut didalam operasi kali ini?"
tanya Seng Hong cepat. ''Panggil Ong Peng, kita akan berangkat dulu, sedang kau
dengan membawa Seng ya, Su eng dan Jit hou menyusul
belakangan" Seng Hong mengiakan dan segera membalikkan badan
berlalu dari situ. ooo0ooo DITEPI sungai siang kang, tampak sebuah perahu besar
berlabuh disitu, perahu itu termasuk ukuran besar, berlayar
dua, berwarna merah dengan tulisan emas yang tertulis
disitu adalah kata-kata: "Siu say tok hu."
"Oooh,.. perahu ini adalah perahu seorang pembesar"
kata Cu Siau hong setelah melihat keadaan perahu
tersebut. "Yaa, dalam perahu inilah mereka disekap, dengan
kepala mata sendiri kusaksikan mereka bertiga dinaikkan ke
atas perahu tersebut"
"Apakah kau tidak salah melihat" Kalau perahu yang
digunakan adalah perahu pembesar, titik kelemahan yang
ada disini menjadi besar sekali...".
"Benarkah perahu pembesar, aku tidak tahu, tapi aku
berani menjamin kalau mere-ka bertiga naik ke atas perahu
ini". Dengan cepat dia melanjutkan:
"Kecuali dengan cepat mereka memindahkan pula
mereka bertiga ke tempat lain, tetapi aku rasa hal ini tidak
mungkin bisa terjadi"
"Baik, mari kiia naik keatas perahu" Tan Heng
menghembuskan napas panjang, kemudian berkata.
"Kongcu, seandainya perahu ini benar-benar adalah
perahu pembesar, maka bila kia naik ke atas, apakah tidak
akan menimbulkan kesulitan yang amat besar untuk kita?"
"Perduli perahu mereka adalah perahu milik siapa,
pokoknya asal mereka berani menawan Lik hoo, Ui Bwee
dan Ang Bo tan, maka kita tak usah takuti dirinya lagi"
"Ooooh..."' Cu Siau hong memperhatikan sekejap suasana sekeliling
tempat itu, segera di jumpainya ada sebuah papan
penyeberang menghubungkan daratan dengan perahu itu,
tanpa berbicara dia segera menuju ke dalam perahu
tersebut. Seng Hong dan Hoa Wan dengan cepat mengikuti
dibelakangnya. Sedangkan Tan Heng, dan Ong Peng
menyusul di belakang Hoa Wan.
Perahu tersebut adalah sebuah perahu besar yang amat
hebat, bahkan diatas papan penyeberangan dilapisi dengan
permadani berwarna merah.
Kalau di lihat dari bentuknya maka perahu besar ini
adalah sebuah perahu penumpang. Ruangan perahu yang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersedia hampir menempati sebagian besar dari perahu itu.
Pintu depan ruang perahu berukirkan suatu ukiran yang
indah, tirai putih menutupi jendela, malah didepan pintu
masih tergantung `dua' buah lentera model keraton.
Diatas geladak suasana amat sepi dan tak nampak
sesosok bayangan manusiapun. Sambil menghembuskan
napas panjang, Cu Siau hong berkata:
"Seng Hong, kesanalah dan ketuk pintu, mohon
bertemu" Seng Hong mengiakan, dia meraba gagang pedang
diatas bahunya, lalu selangkah demi selangkah maju ke
depan. Sebagai seorang pendekar pedang, meraba gagang
pedang yang biasa dipergunakannya merupakan suatu
kebiasaan bila menghadapi suatu peristiwa, karena dengan
meraba gagang pedang tersebut maka akan mendatangkan
suatu perasaan siap dan keyakinan pada kemampuan
sendiri yang amat tebal. Seng Hong yang tebal mendapat didikan dengan disiplin
tinggi segera maju mengetuk pintu ruang perahu, kemudian
dengan cepat dia mundur kembali selangkah.
Pintu ruang perahu segera terbuka seorang lelaki
setengah umur yang berbaju warna hitam dengan
membawa sebuah huncwee berjalan keluar, dia
memperhatikan Seng Hong sekejap, kemudian tegurnya:
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Apa kedudukan lo heng di tempat ini?"
Bukan menjawab pertanyaan itu, lelaki setengah umur
tersebut menjadi naik pitam.
"Kau tahu tempat apakah ini?" teriak nya.
"Aku tahu, inilah sebuah perahu pembesar"
Lelaki setengah umur itu kembali tertawa dingin.
"Kalau sudah tahu kalau perahu seorang pembesar, mau
apa kau naik kemari" Seng Hong tertawa.
"Aku tahu kalau perahu ini adalah sebuah perahu
pembesar, tapi orang yang mempunyai pangkat, biasanya
sangat tahu aturan, oleh karena itu kongcu kami sengaja
datang berkunjung kemari"..
"Ooooh ! ada urusan apa kongcu kalian datang kemari".
"Tentunya kau bukan tuan rumah bukan?" tukas Seng
Hong sambil tertawa lebar.
"Walaupun lohu bukan tuan rumah, namun kedudukanku
adalah seorang congkoan, persoalan yang ada dalam
perahu ini entah kecil atau besar harus mendapatkan
persetujuanku lebih dulu!"
"Walaupun ucapanmu ada benarnya, namun kau hanya
bisa berbicara denganku, sebab kedudukan kongcu kami
amat terhormat, kedudukanmu sebagai congkoan madih
belum berbobot" Lelaki setengah umur itu menjadi gusar sekali tiba-tiba
bentaknya dengau suara keras:
"Hei, kau lagi ngaco belo apa saja."
"Aku tidak mengaco belo, apa yang kujawab adalah katakata
yang sebenarnya, congkoan tayjin, setelah kami berani
datang kemari, itu berarti kami tidak akan takut
menghadapi persoalan macam apapun, paling baik lagi
kalau kita bisa berbincang-bincang dalam suasana yang
baik dan damai". Lelaki setengah umur itu mendengus dingin, sorot
matanya segera dialihkan kesamping dan memperhatikan
sekejap Cu Siau hong yang waktu itu sedang bergendong
tangan sambil memandang angkasa.
"Diakah kongcu kalian?", tegurnya kemudian.
"Betul ... " "Baik kalau kalian tak berani memanggil nya, biar aku
yang memanggil." Seraya berkata lelaki setengah umur itu
segera maju ke depan. Mendadak Seng Hong merentangkan tangan kanannya
untuk menghalangi jalan pergi lelaki setengah umur itu
tegurnya lagi ketus: "Tunggu sebentar, lebih baik panggil keluar majikanmu
lebih dulu baru berbicara lagi."
Lelaki setengah umur itu menghisap huncweenya dalamdalam,
kemudian baru tertawa seraya berkata:
"Anak muda nyalimu benar-benar besar sekali"
"Kalau nyaliku tidak besar masa berani naik ke atas
perahu kalian ini?" "Ehm .... kebesaran nyalimu memang sangat
mengagumkan, sudah banyak manusia yang pernah lohu
jumpai, tapi belum pernah kujumpai seorang manusia yang
bernyali besar takebur seperti kau"
"Mana, mana, hari ini kau toh sudah menjumpainya"
Lelaki setengah umur itu segera manggut-manggut.
"Baiklah, sekarang aku hendak memberitahukan kepada
kalian, siapa saja yang tinggal didalam perahu ini" katanya.
'"Siapa"'' "Keluarga dari Cu Hu ciang, panglima air yang
menguasahi sepanjang sungai Tiang kang!".
"Keluarganya yang tinggal disini!"
"Benar, bila panglima sendiri berada diperahu ini, hmm...
cukup menyaksikan caramu naik ke perahu sambil
membawa pedangpun sudah akan dicap sebagai
pemeberontak yang bermaksud jahat, sedari tadi kau sudah
dibekuk batang lehernya"
"Congkoan tayjin sekarang panglima tidak berada disini,
siapakah diantara penghuni perahu ini yang dapat
mengambil keputusan?"
"Sudah barang tentu Cu hujin"
Seng Hong berpaling dan memandang sekejap ke arah
Cu Siau hong, melihat pemuda itu tidak bermaksud untuk
menghalangi perbuatannya, bahkan berlagak seakan-akan
tidak melihat ataupun mendengar dengan cepat dia tertawa
kembali: "Kalau begitu undanglah keluar Cuhujin."
"Hmmm, kau benar-benar kurang ajar!" seru lelaki
setengah umur itu marah. Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya sambil
melancarkan cengkeraman kedepan.
Dengan cekatan Seng Hong berkelit ke samping
kemudian sambil membalikkan badan dia lancarkan sebuah
babatan balasan. Dengan tangan sebelah memegang huncwe, tangan yang
lain bertarung melawan Seng Hong, dalam waktu singkat
lelaki setengah umur itu sudah melepaskan serangan
sebanyak sepuluh jurus. Seng Hong tidak berhasil menyarangkan pukulan
maupun totokannya ketubuh lelaki
Setengah umur itu, sebaliknya lelaki setengah umur
itupun tidak berhasil mencengkaram urat nadi pada
pergelangan tangan Seng Hong.
Dengan cepat lelaki setengah umur itu mundur satu
langkah, kemudian sambil menghentikan serangannya dia
berkata: "Bagus sekali anak muda, kepandaian silat yang kau
miliki memang hebat sekali"
"Sama sama, sama sama. . ."
Hoa Wan yang selama ini berdiri disamping Cu Siauhong,
mendadak buka suara sambil berkata:
"Seng Hong, kongcu sudah tidak sabar lagi untuk
menunggu lebih lama "
Seng Hong mengiakan, tangan kanannya segera
menggenggam gagang pedangnya dan berkata dingin:
"Bila kau tidak bersedia juga untuk memberikan laporan
ke dalam atas kedatangan kami.. jangan salahkan kalau
aku akan menggunakan pedang untuk menyerangnu."
Sebenarnya lelaki setengah umur itu tidak memandang
sebelah matapun terhadap Seng Hong, tapi setelah terjadi
pertarungan barusan, dia baru sadar kalau telah berjumpa
dengan musuh tangguh. Kalau dilihat gerak gerik si bocah muda yang begitu
cepat cekatan, bisa ditarik kesimpulan kalau dia adalah
seorang manusia yang tidak gampang untuk dihadapi.
Memandang sekejap kearah Hoa wan, lalu memandang
pula kearah Cu Siau hong, akhirnya lelaki setengah umur
itu merasa jeri dengan sendirinya, pelan-pelan dia
menyahut: "Baiklah,jika kalian bersikeras hendak menjumpainya,
terpaksa aku harus memberikan laporan ke dalam"
"Kami bersikeras akan menjumpainya, kalau bisa makin
cepat semakin baik", sambung Seng Hong dingin.
"Baik, harap kalian tunggu sebentar"
"Tunggu sebentar"
Sebetulnya lelaki setengah umur itu sudah bersiap-siap
untuk membalikkan badan dan masuk kedalam, mendengar
seruan tersebut, dia segera berhenti kembali.
"Ada urusan apa"' dia bertanya.
''Kongcu kami sudah tidak sabar menunggu, sebagai
Congkoan seharusnya kau persilahkan kongcu kami untuk
masuk ke ruanganmu dan duduk menunggu disitu"
"Baiklah!" Dengan langkah cepat Seng Hong segera menuju ke
hadapan Cu Siau hong dan berkata sambil memberi
hormat: "Silahkan masuk ke ruangan untuk duduk lebih dulu
kongcu!" Cu Siau hong mengangguk dan segera melangkah masuk
ke dalam ruangan perahu. Seng Hong dan Hoa wan berjalan lebih dulu dipaling
depan, Cu Siau hong di tengah dan Ong Peng serta Tan
Heng mengikuti dari belakang.
Waktu itu Tan Heng telah membersihkan obat penyaru
mukanya dan pulih kembali dalam wajah aslinya. Ruangan
tamu dalam perahu itu amat besar, disitu tersedia enam
buah kursi. Sambil menghembuskan napas panjang, Seng Hong
berkata: "Congkoan, cepat melaporkan kedatangan kami kepada
majikanmu" Lelaki setengah umur itu tertawa hambar, katanya:
"Sekarang juga aku akan pergi,tapi ada satu hal perlu
kuterangkan lebih dulu"
"Baik katakanlah"
"Kalian berani memasuki ruangan yang dihuni keluarga
pembesar, dosa ini sudah cukup untuk menjatuhkan
hukuman mati kepada kalian. Apakah saudara semua
merasa perlu untuk memikirkannya kembali?"
"Apalagi yang musti dipikirkan" Tak usah dipikirkan lagi,
kalau tidak ada keyakinan yang bisa diandalkan, masa akan
datang kemari. Laporkan saja kehadiran kami ini"
Tanpa berbicara lagi lelaki setengah umur itu segera
membalikkan badannya dan berlalu dari situ.
Tak selang beberepa saat kemudian mereka dengar
suara mainan yang berdentingan lalu tampak dua orang
dayang berbaju putih sambil membimbing seorang
perempuan cantik berbaju hijau pelan-pelan berjalan
keluar. Dia adalah seorang perempuan yang amat cantik dengan
mengenakan gaun berwarna hijau, kulit badannya putih dan
halus sekali, gaun panjangnya nampak menutupi sepasang
kakinya hingga sewaktu berjalan amat tertatih-tatih,
agaknya dia berkaki kecil.
Sebenarnya perempuan itu tidak terlampau cantik, tapi
justru mempunyai kematangan seorang perempuan yang
merangsang, Diantara bibirnya yang mungil tampak dua
baris giginya yang kecil dan putih bersih begitu munculkan
diri segera tegurnya "Siapakah yang ingin berjumpa denganku?". Sambil
berkata sepasang matanya dengan cepat dialihkan ke wajah
Cu Siau hong. "Aku ingin menjumpai hujin", jawab Cu Siau hong sambil
tertawa. "Tolong tanya siapa namamu?"
"Cu Siau hong, cengcu dari perkampungan Ing gwat san
ceng" "Aku adalah Lok ong si!"
"Lok hujin!' "Tidak berani, seingatku belum pernah berjumpa muka
dengan Cu cengcu" "Aku orang she Cu pun tidak kenal dengan hujin, aku
baru pertama kali ini datang berkunjung"
"Kalau begitu Cu Cengcu adalah sahabat karib suamiku?"
"Dengan Lok sianseng pun aku belum pernah bersua
muka" "Kalau memang tak pernah saling mengenal, tindakan Cu
Cengcu yang berkunjung ke perahu kami ini apakah tidak
terasa agak berlebihan?"
"Ya, kedatanganku memang terasa agak berlebihan,
cuma kalau tak ada urusan tentu tak akan berkunjung
kemari, aku ingin minta beberapa keterangan tentang suatu
persoalan" "Baik, katakanlah Cu cengcu"
"Aku ingin tahu apakah kedudukan yang sebenarnya dari
Liok tayjin?" "Suamiku adalah wakil panglima yang menguasai daerah
sepanjang sungai Siang kang"
"Oooh .... kalau begitu suatu pangkat yang sangat tinggi"
"Tidak berani, yaa begitulah"
"Hujin, apakah Lok Tayjin tidak berada diatas perahu?"
"Tidak ada, dia sedang ada urusan di kota Siang yang,
tapi sebelum hari menjadi malam nanti pasti sudah kembali
kemari" "Seandainya aku ingin mengajukan pertanyaan kepada
hujin, apakah hujin dapat mengambil keputusan?"
"Ini tergantung pada urusan apakah itu. . "selanya, "aku
tak pernah mencampuri urusan dinas suamiku"
"Persoalan ini boleh dibilang termasuk setengah dinas
setengah pribadi ...."
"Kalau begitu silahkan cengcu utarakan"
Dia lemah lembut dan penuh sopan santun, memang
gerak geriknya menunjukkan gaya seorang nyonya besar.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cu Siau hong memperhatikan Lok hujin sekejap, lalu
ujarnya sambil tertawa: 'Hujin, apakah pihak panglima
mengurusi soal tangkap menangkap orang. ..?"
ooo0ooo Jilid 39 SOAL ini aku tahu, tapi yang membunuh kita kan bukan
Cu cengcu?" seru loji cepat.
"Inilah yang dinamakan siasat melimpahkan bencana
kepada orang lain, mereka telah mempersiapkan segala
sesuatunya secara sempurna, lagi pula dengan cepat kabar
berita ini akan tersiar sampai ke puncak Sin li hong di bukit
Wu san." "Padahal Cu cengcu tidak berniat untuk membunuh kita,
persoalan ini harus diusahakan agarjangan sampai diketahui
Popo, kita harus berusaha sedapat mungkin agar siasat keji
mereka ini jangan sampai bisa terlaksana. . ."
Sang Lotoa segera, tertawa getir, katanya:
"Sekarang, sekalipun mereka bersedia melepaskan kita,
kita pun tak akan sempat untuk mengirim kabar tersebut ke
atas pun-cak Sin li-hong, karena nyawa kita berdua sudah
tinggal beberapa kentongan lagi"
Cu Siau-hong yang ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut segera merasa kalau ia tak bisa berpeluk tangan
belaka, maka sambil maju dua langkah ke depan selanya:
"Saudara berdua, bilamana kalian percaya dengan aku,
tak ada salahnya kalau kita rundingkan bersama persoalan
ini". "Dirundingkan bersama?" tanya sang lotoa.
"Benar, misalnya racun keji yang mengidap dalam tubuh
kalian berdua, mungkin kami dapat membantu kalian untuk
memunahkannya, ,atau bila kalian berdua masih ada
persoalan yang tak bisa diselesaikan, kamipun bersedia
untuk membantu kalian untuk menyelssaikannya, cuma
dibalik kesemuanya ini masih ada sebuah syarat yang
paling penting ......"
"Syarat apa?" "Berbicara terus terang saja, hanya sepatah kata bohong
saja, kemungkinan besar akan membengkalaikan urusan
besar dan mencelakai kalian berdua, meski itupun bakal
mempengaruhi kami juga."
Lo toa dari Wu san siang sat itu termenung dan berpikir
sebentar, kemudian katanya:
"Aku adalah Sim Ciong, tiga puluh tahun telah
ditaklukkan oleh Wu san popo dan ditugaskan menjaga
istananya dipuncak Sin li-hong, selama puluhun tahun
terakhir ini kehidupan kami selalu tenteram dan penuh
kedamaian. bukan saja kami telah melupakan ilmu silat,
jadi orangpun agak malas, tapi kami masih tetap berambisi
besar, kami masih mengira dunia persilatan setelah tiga
puluh tahun kemudian masih tetap merupakan dunianya
kami " Cu Siau tong mendehem pelan menukas pembicaraan
Sim Ciong yang belum selesai, kemudian katanya:
"Sim lotoa lebih baik kita tak usah memperbincangkan
persoalan semacam itu, aku hanya ingin tahu kenapa
secara tiba-tiba kalian meninggalkan istana Sin li hu dan
datang ke kota Siang yang untuk membunuh kami...?"
Sim Cong tertawa getir: "Sebenarnya hal ini berdasarkan maksud baik popo,
ketika ia menyaksikan kami sudah hampirtiga puluh tahun
lamanya hidup terpencil diatas puncak bukit tanpa
meninggalkan barang selangkah pun, maka beliaupun
menitahkan kepada kami berdua agar berlibur selama tiga
bulan dengan berpesiar ke bawah bukit, sungguh tak
disangka kami telah berjumpa dengan seorang sahabat
karib kami yang secara diam-diam telah meracuni arak
yang kita minum, dalam keadaan begitulah kami dipaksa
untuk datang kemari membunuh kau, soal pertama, kami
dua bersaudara masih mempunyai kesombongan dan
kejumawaan seperti tiga puluh tahun berselang, kami
merasa tiada persoalan sulit yang tak bisa kami selesaikan,
Kedua, kehidupan kamipun sudah terancam maka
permintaan merekapun lantas kami luluskan"
"Oooh .....kiranya begitu, jadi kalian berdua hanya
diperalat orang saja ......"kata Cu Siau hong.
"Tapi kenyataan sekarang, ilmu silat yang dimiliki dua
orang saudara kecil ini terlalu hebat sehingga membuat
tujuan kami tak bisa tercapai, tapi yang paling penting lagi
adalah kami telah memikirkan persoalan ini dengan
seksama, makin dipikir kami merasakan kesemuanya
semakin tidak beres, tiga puluh tahun hidup terpencil
dibukit Wu san membuat hawa pembunuh kami telah lama
punah, ambisi kami juga terkendali, kami paham akan
keadaan yang sesungguhnya, kami rasa sekalipun harus
mati keracunan juga tidak seharusnya tanpa sebab datang
kemari mencari dirimu"
"Kalian berdua bisa mempunyai ingatan mulia, hal ini
sungguh membuat aku merasa berterima kasih sekali"
"Setelah bertarung melawan dua orang pembantu
cengcu, kami baru merasa bahwa sebenarnya kami dua
bersaudara telah diti-pu orang, sebenarnya cara semacam
ini merupakan suatu cara pembunuhan secara halus"
"Oooh . . " "Mungkin mereka sudah tahu kalau kami bukan
tandingan dari cengcu, maka merekapun lantas menyusun
rencana dengan mengorbankan nyawa kami berdua agar
bisa memancing kedatangan Wu-san-popo!'
Walaupun Cu Siau-hong tidak tahu siapakah gerangan
manusia yang bernawa Wu san popo itu, tapi menyakstkan
sikap menghormat yang terpancar keluar dari wajah Sim
Ciong, dapat diduga kalau orang itu pasti seorang jagoan
yang luar biasa. Maka dia lantas berkata kembali:
"Wu-san-popo adalah seorang Bu-lim cianpwe, masa dia
bisa ditipu secara gampang"
"Rencana mereka telah diatur secara teliti dan sempurna,
seandainya kami berdua tidak berhasil membongkar rahasia
mereka secara kebetulan, kemungkinan besar nyawa kami
berdua benar-benar telah terluka ditangan cengcu, bila
sampai demikian, berarti apa yang mereka harap pasti akan
tercapai pula dengan sendirinya."
"Masih untung kalian berhasil membong-kar rencana keji
mereka tepat pada waktunya."
"Kini rahasia tersebut sudah dapat diketahui, cuma kami
tak mampu untuk mengirim kembali kabar tersebut ke bukit
Wu-san" "Apakah racun yang bersarang ditubuh kalian berdua
masih mungkin ditolong!"
"Bila dapat berjumpa dengan popo, aku percaya dia
masih sanggup untuk memunahkan pengaruh racun yang
mengendon dalam tubuh kami, persoalannya skarang
adalah kami sama sekali tidak mempunyai kesempatan
untuk dapat berjumpa lagi dengannya"
"Sim lotoa mempunyai usul bagaimana" Asal kami dapat
melakukannya, pasti akan kami lakukan sedapat mungkin"
"Kami sih sudah pasti mati, tapi sampai matipun kami
tak akan membuat rencana mereka berhasil dicapai
sebagaimana yang diharapkan."
"Tapi bagaimana pula caranya untuk merusak rencana
mereka itu dan jangan sampai membuat Wu san popo
menaruh kesalah pahaman terhadap kami?"
Dengan suara rendah Sim Ciong berkata:
"Lohu akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu,
dikemudian hari bila kalian bertemu dengan popo maka
katakanlah kepadanya, dia pasti akan mempercayai
perkataanmu" "Aku akan mendengarkan dengan seksama"
Dengan suara yang sangat lirih Sim Ciong segera
memberitahukan suatu rahasia, sedemikian rendahnya
suara itu sehingga hanya Cu Siau hong seorang yang dapat
mendengar. Selesai mendengarkan rahasia tersbut, Cu Siau hong
segera manggut-manggut, katanya:
"Aku telah mengingatnya baik-baik"
Mendadak Sim Ciong mempertinggi suaranya, berseru
kembali: "Cu cengcu, kau kelewat muda, sedangkan lohu sudah
tua sekali, diantara kita terdapat suatu perbedaan umur
yang amat besar sekali, lohu tidak memahami asal usulmu,
juga tidak memahami watakmu, tapi stelah bertarung
dengan kedua orang kiam-tong mu tadi, kamipun dapat
menyimpulkan satu hal."
"Soal apa ?" "Kalian semua adalah jago-jago muda yang rata-rata
berkepandaian sempurna kalau pelayannya, saja sudah
begitu lihay, apalagi majikannya ini membuktikan juga
kalau ilmu silat yang sudah diturunkan generasi selanjutnya
makin lama telah berubah makin lihay, membuat orang
merasakan suatu perubahan yang luar biasa ....
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:
"Cuma anak muda biasanya memang mengidap satu
penyakit yang sama, yakni jumawa, tekebur dan tinggi hati"
"Oooh. . ." "Kalian jangan memandang rendah kemampuan Sin li hu,
kepandaian silat yang dimiliki Wu san popo sudah mencapai
puncak kesempurnaan yang luar biasa, dua belas orang
dayangnya saja sudah memiliki kepandaian yang lihay, bila
suatu ketika sampai terjadi bentrokan, maka akibatnya
pasti akan mengerikan sekali."
"Kami pasti akan melaksanakan semua tindakan dengan
berhati-hati dan seksama"
"Hanya berhati-hati dan seksama masih belum cukup,
yang paling penting adalah sikap merendah dan sabar" kata
Sim Ciong. "Wu san popo adalah seorang yang berwatak
berangasan, setelah peristiwa ini menyangkut diri kami,
maka cepat atau lambat mereka pasti akan mencari pula
kalian semua, entah persoalan tersebut ada sangkut
pautnya dengan kalian atau tidak, didalam perjumpaan
yang pertama kali, soal damprat mendamprat, tegur
menegur sudah pasti akan berlangsung, saat itu bila kau Cu
Cengcu tak bisa bersabar diri maka kedua belah pihak pasti
akan menjadi bentrokan langsung"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Padahal senjata tajam tak bermata, bila suatu
pertarungan sampai terjadi, maka korbanpun pasti akan
saling berjatuhan, pada hakekatnya keadaan semacam itu
tak akan memberi kesempatan kepada kalian untuk
menerangkan duduk persoalan sampai jelas."
"Terima kasih banyak atss petunjukmu, aku pasti akan
menghadapi mereka dengan berhati-hati"
"Bukan hanya kau, yang penting kaupun harus
mengendalikan anak buahmu secara ketat, jangan sampai
merusak suasana karena suatu keributan yang tak ada
harganya." Cu Siau-hong manggut-manggut:
"Semua nasehatmu pasti akan kuingat selalu"
"Baik, kalau begitu kami akan mohon diri lebih dulu"
"Bagaimana dengan racun keji yang menyerang ditubuh
kalian?" "Tidak menjadi soal, asal kalian ingat saja sekalipun Wusan-
siang-sat harus mengorbankan dua lembar nyawa, asal
dia menghindarkan bentrokan antara kelompokmu dengan
Wu-san popo, hal ini sudah lebih dari cu ku p"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya sambil
berseru: "Loji, mari kita pergi!"
Kedua orang itu segera menggerakkan tubuhnya dan di
dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuh
mereka sudah lenyap dibalik kegelapan sana..
Memandang bayangan punggung Wu san siang sat
hingga menjauh, Cu Siau hong berseru:
"Ong Peng, Tan Heng!"
Dua orang itu segera mengiakan sambil menjura:
"Silahkan kongcu memberikan perintah!"
'Pernah kau mendengarkan tentang manusia yang
bernama Wu san popo?"
"Pernah, dia mempunyai nama besar yang amat
tersohor,tapi sangat jarang berkelana di dalam dunia
persilatan" "Oooh, dia termasuk orang baik atau orangjahat?"
"Soal ini aku tak berani membicarakannya secara pasti"
"Maksudmu?" "Dia jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan,
kamipun belum pernah mendengar dia telah melakuan
sesuatu perbuatan jahat, tapi merekapun tak pernah
mengadakan hubungan dengan orang persilatan, orangorang
Wu san sin-li selamanya bekerja sendirian."
"Mereka hidup mengasingkan diri di tempat yang
terpencil dan jarang bergaul dengan jago persilatan, belum
tentu mereka adalah orang jahat"
"Tapi merekapun tidak bisa terhitung orang baik,
sekalipun sudah puluhan tahun lamanya berada dalam
dunia persilatan, namun belum pernah kami dengar Wu san
popo pernah melakukan suatu perbuatan amal yang baik
dan menguntungkan orang.."
"Ehmm, aku sudah mengerti sekarang"
Dia lantas berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa wan,
kemudian melanjutkan: "Dapatkah kalian mencarikan
sebuah perahu untuk kita"'
"Dapat" sahut Seng Hong.
"Cuma perahu itu jangan ada ciri atau suatu tanda
tertentu" "Baik!" Cu Siau hong manggut-manggut, ujarnya lagi sambil
tertawa: "Apakah kalian pun bisa menyelam didalam air".."
"Aku dan Hoa wan sudah pernah melatihnya, tapi ilmu
menyelam dari Su eng jauh lebih tinggi daripada
kepandaian kami"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau memang demikian, hal ini lebih baik lagi, aku pikir
kita seharusnya tinggal untuk sementara waktu diatas
perahu' Ong Peng tidak mengerti ilmu dalam air, maka begitu
mendengar mereka hendak tinggal diatas perahu, hatinya
kontan saja menjadi keder, buru-buru serunya.
"Kongcu, bukankah kau sedang melacaki jejak musuh?"
"Organisasi mereka terlalu rapat, bukan suatu pekerjaan
yang gampang buat kita untuk melacaki mereka, maka dari
itu kita harus berusaha mencari akal agar merekalah yang
datang mencari kita lebih dahulu"
"Kongcu, mereka sudah munculkan beberapa
orangjagonya, asal kita mempergunakan sedikit tindakan..."
"Maksudmu kita menyiksa mereka agar mau mengaku?"
"Benar, ada sementara orang memang tak akan
melelehkan air mata sebelum melihat peti mati"
"Sekarang adalah saatnya buat kita untuk mencari nama,
itulah sebabnya kita harus melakukan beberapa macam
pekerjaan besar yang bisa menggetarkan hati orang, ada
kalanya tindakan yang kelewat keji malah tak akan
mendatangkan hasil apa-apa, sekalipun kita telah
mencincangnya secara kejam, belum tentu mereka bersedia
untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya kepada
kita" "Kenapa".."
"Sebab pada hakekatnya mereka sendiripun tidak tahu"
"Oooh, kongcu, kita ...."Cu Siau hong menghela napas
panjang, sambungnya: "Hingga sekarang, musuh yang kita jumpai agaknya
cuma Keng si hengte (dua bersaudara dari keluarga Keng)
serta nona didalam perahu, manusia-manusia macam
beginilah baru terhitung manusia, mungkin dari mulut
mereka bertiga kita bisa mengorek sedikit keterangan yang
berguna sedangkan terhadap lainnya, sekalipun kita
pergunakan cara yang paling kejipun jangan harap bisa
mendapatkan rahasia apa-apa, malahan siksaan yang
kelewat kejam kemungkinan besar dapat membuat kita
terperangkap kedalam suatu jebakan yang mengerikan"
"Kongcu, hamba masih merasa kurang mengerti' kata
Ong Peng, "sekalipun mereka benar-benar tidak tahu
duduknya persoalan, rasanya toh mereka juga tak akan bisa
menyeret kita masuk perangkap"
"Sedikit banyak tentu saja mereka tahu akan keadaan
yang sesungguhnya, tapi yang diketahuinya adalah rencana
yang telah mereka susun sebelumnya, rencana yang telah
disusun biasanya akan dibarengi dengan suatu persiapan
yang seksama juga, andaikata kita mendengar akan hal
tersebut, serta merta kita akan mempercayainya!"
"Sebenarnya hal ini pun bukan sesuatu persoalan yang
menyulitkan, asal kita menyiksa berapa orang bersamaan
waktunya, kemudian mencocokkan pengakuan yang satu
dengan pengakuan yang lain, bukankah semua persoalan
akan menjadi jelas dengan sendirinya?"
"Tapi kalau rencana tersebut telah disusun jauh hari
sebelumnya, tentu saja jawaban mereka sama semua"
Ong Peng segera terbungkam dalam seribu bahasa,
sedang wajahnya pun menunjukkan perasaan kagum.
Ketika ia mencoba untuk mendalami kembali perkataan
dari Cu Siau hong itu, maka segera dirasakan kalau apa
yang dikatakan memang benar dan masuk diakal, buktinya
sekalipun mereka sudah beberapa kali bentrok dengan
musuh-musuh tangguh, tapi hingga sekarang masih belum
jelas mengetahui asal usul musuhnya.
Sementara dia masih termenung, Cu Siau hong telah
mengulapkan taagannya sambil berseru:
"Seng Hong, pergilah!"
Seng Hong mengiakan dan segera membalikkkan badan
berlalu dari tempat tersebut. Dengan suara rendah Cu Siau
hong segera berkata: "Ong Peng, kau dan Hoa Wan mengikuti dibelakangnya!"
"Kalau hamba pun ikut pergi, bukankah tak ada orang
yang akan melayani kongcu"' seru Hoa Wan.
"Saudara Hoa boleh pergi saja, biar kami yang melayani
kongcu" seru Lik Hoo cepat.
Dengan langkah cepat Ong Peng dan Hoa Wan segera
berlalu dari tempat tersebut.
Sepeninggalan mereka, dengan suata gerakan cepat Cu
Siau hong segera menyelinap dibalik pepohonan yang gelap
kemudian sambil tertawa katanya:
"Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan, kalian semua adalah
jago-jago kawakan dari dunia persilatan, bagaimana
ceritanya sehingga bisa dipecundangi orang ?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya memang agak
menakutkan, musuh-musuh kita bukan saja amat misterius,
lagipula merupakan jago-jago yang lihay semua, walaupun
kami telah bersikap cukup berhati-hati, toh kena terjebak
pula oleh siasat mereka"
"Aku ingin sekali mengetahui kisah pengalaman kalian?"
"Seorang kakek yang tidak menyolok datang dan
menghampiri kami kearah berjalan lewat disisi kami, tapi
saat itu juga kami mengendus semacam bau harum yang
aneh sekali, menanti kami menyadari ada sesuatu yang tak
beres, tahu-tahu kami telah kehilangan kemampuan untuk
menguasai diri" Agak terkesiap juga hati Cu Siau hong setelah
mendengar perkataan itu, serunya kemudian:
"Waktu itu, apakah kalian masih tetap sadar?"
"Walaupun kesadaran kami tidak hilang sama sekali, tapi
segala sesuatunya seperti sudah berada dalam kendali
orang lain, paling tidak kami telah kehilangan tujuh delapan
bagian dari kesadaran kami sendiri, saat itu kami hanya
tahu menuruti perkataan orang saja"
"Menuruti perintah orang" Kalau toh kesadaran kalian
telah hilang, darimana pula kalian masih bisa tahu
mendengarkan perintah orang serta melaksanakannya?"
"Yaa, walaupun kami telah kehilangan kesadarannya,
tapi dalam hati kami justru terdapat semacam kekuatan
yang seakan-akan memberi perintah kepada kami untuk
berbuat ini itu" Sekali lagi Cu Siau-hong merasakan hatinya tergetar
keras. "Semacam kekuatan yang memerintah kalian" Kekuatan
macam apakah itu?" serunya lagi.
"Kami merasa kekuatan itu seakan-akan berasal dari
semacam bauan harum yang sangat aneh, bau-bauan
harum itu membuat kami menurutinya meski dalam
keadaan tak sadar". "Masih ingatkah kalian bau-bauan harum semacam
apakah itu?". "Sam-moay. dapatkah kau mengingatnya?" tanya Ui
Bwee sambil berpaling ke arah saudaranya.
"Seperti semacam bau-bauan harum yang sangat
lembut, macam bau bunga kui...' jawab Ang Bo-tan.
"Seperti bau bunga Kui?"
"Tidak salah?" "'Mungkin tak salah"
"Waktu itu kesadaranmu sudah mulai kabur, sekalipun
masih ada sedikit ingatan, rasanya juga tak mungkin bisa
mengingatnya terlalu jelas"
"Tentang soal ini, budakjuga tak berani berdebat dengan
kongcu, waktu itu meskipun kesadaran kami seperti kurang
beres, tapi kemudian setelah kesadaran kami pulih kembali
dan mencoba untuk memikirkan kembali semua kejadian
yang telah berlangsung, dalam ingatan kami pun terasa
begitu samar dan lamat-lamat."
"Seandainya sekarang, secara tiba-tiba muncul kembali
bau harum semacam itu dan kalian mengendusnya, apakah
kalian masih sanggup untuk mengenalinya kembali?"
"Soal itu, budak rasa masih sanggup untuk
melakukanmya" jawab Lik Hoo cepat, "sekalipun kesadaran
kami telah hilang tapi ada satu hal yang masih terasa jelas
di dalam benak kami, maka bau harum itulah merupakan
satu-satunya yang masih tersedia dalam ingatan kami
hingga kini" "Kemungkinan besar obat yang digunakan adalalah
semacam obat pemabuk dari kaum rendah, sekalipun bukan
suatu perbuatan yang baik, tapi kalau di pergunakan akan
mendatangkan kasiat yang besar sekali"
"Masih ada satu hal budak ingin bertanya pula kepada
kongcu, dapatkah aku mengajukan?"
"Coba kalian katakan"
"Terlalu banyak perbuatan busuk dan rendah dari dunia
perstlatan yang kami bertiga ketahui, tapi setelah kami
berjanji kepada kongcu untuk hidup sebagai ntanusia baru,
maka banyak cara yang tak berani kami pergunakan secara
sembarangan, untuk itu kami ingin memohon persetujuan
dari kongcu lebih dahulu"
"Oooh, apa saja yang bisa kalian lakukan?"
"Melepaskan obat pemabuk, memasang paku beracun,
semuanya dapat kami lakukan, hanya tak berani
mempergunakannya" 'Aku tahu soal melepaskan obat pemabuk, tapi apa pula
yang dimaksudkan sebagai memasang paku?"
Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan segera menutupi mulut
sendiri sambil tertawa cekikikan.
"Yang tidak tahu adalah tak tahu, apakah masih ada halhal
yang tak boleh diketahui orang lain?" Seru Cu Siau hong
kemudian ketika dilihatnya ketiga orang nona tersebut
tertawa tertahan. "Itu mah tidak, cuma setelah kuterangkan persoalannya
nanti maka harap kongcu, jangan marah."
"Tak menjadi soal, katakan saja, paling tidak kalian toh
harus meminta persetujuan kami paling dulu, bukan begitu
?" "Padahal setelah dibicarakan sedikitpun tak ada yang
aneh, kami hanya akan memasangkan semacam jarum
beracun entah dipembaringannya atau pakaiannya saja,
cara semacam itu kami namakan sebagai memasang paku"
"Aku belum pernah mendengar tentang kepandaian
semacam ini, kalau kalian sempat berjumpa dengan orang
yang teliti maka sulit rasanya untuk turun tangan"
"Kongcu, sistim memasang paku merupakan suatu sistim
yang jarang sekali dipergunakan dalam dunia persilatan,
karena persiapannya terlalu rumit dan sulit"
"Tapi kami bertiga merupakan ahli-ahlinya, sewaktu kami
masih berkelana dalam dunia persilatan dulu, banyak sekali
jagoan persilatan yang berhasil kami pecundangi"
"Dapatkah kalian menerangkan dengan lebih jelas lagi?"
"Jimoay, kau paling lihay dalam permainan ini, coba kau
terangkan yang sejelasnya kepada kongcu", seru Lik Hoo
sambil berpa-ling ke arah Ui Bwee yang berada disisinya.
Ui Bwee manggut-manggut, katanya kemudian:
"Sesungguhnya cara ini sederhana sekali, kami
menggunakan sebuah tabung besi yang kecil atau tabung
bambu yang diisi dengan jarum beracun, kemudian diikat
dengan tali yang ditariknya sampai ketempat jauh, disana
ada seseorang yang mengendalikannya, maka bilamana ada
orang yang hendak kita jadikan korban, cukup kita tarik tali
tersebut, maka tali itu akan menggerakkan tombol rahasia
diatas tabung, dan jarum beracun yang telah persiapkan
pun segera akan memancar keluar dan melukai sasaran"
"Ooooh, rupanya begitu" Cu Siau hong manggutmanggut.
"Pegas yang kami pasang didalam tabung kecil itu
biasanya tidak bertenaga kelewat besar, otomatis jarum
beracunnya juga tak bisa dibidikkan kelewat jauh, tapi
sistim semacam ini amat praktis dan seringkali membawa
hasil yang tak terduga"
"Kongcu, jimoay sangat asli dalam permainan ini" kata
Lik Hoo pula, "ia bisa melukai orang tanpa disadari oleh
korbannya sendiri" Cu Siau hong hanya termenung tanpa berbicara ....
Walaupun dia mengerti kalau Ui lo pangcu serta ketua
Pay kau telah menyerahkan anak buahnya yang paling lihay
kepadanya dan membebaskannya untuk mempergunakan
kekuatan tersebut kehendak hatinya, akan tetapi
bagaimanapun juga dia adalah jagoan dari golongan lurus,
kalau suruh dia berbuat demikian sebenarnya ia merasa
sangsi untuk melaksanakanya ....
Ketika Lik Hoo menyaksikan sianak muda itu hanya
membungkam diri dalam seribu bahasa, ia menghembuskan
napas panjang lalu bertanya:
"Kongcu, apakah kau tidak setuju"'
Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Baiklah", katanya kemudian, "kalau toh kalian memiliki
keahlian masing-masing, aku bersedia mengabulkan
permintaan kalian untuk berbuat sekehendak hati, toh
dalam organisasi kita ini tidak ada peraturan atau
pantangan yang melarang kita berbuat sesuatu, Cuma
kalian harus ingat, kebenaran harus tetap dijunjung, caracara
semacam itu dilarang dipergunakan untuk menghadapi
kawan-kawan dari golongan lurus, mengerti?"
"Tentang soal itu, budak sekalian yakin masih bisa
melaksanakannya" Cu Siau hong segera manggut-manggut.
Ke tiga orang nona itupun saling berpandangan sekejap,
kemudian bersama-sama menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak kongcu!"
Cu Siau hong tertawa. "Aku meluluskan permintaan kalian, tapi syaratnya cukup
ketat, aku harap kalian jangan sampai melakukan
kesalahan" "Budak sekalian pasti akan bertindak dengan berhati-hati
sekali, bilamana sampai melakukan kesalahan, kami pun
bersedia menerima hukuman"
'Menerima hukuman apa?"
"Hukuman apa saja yang hendak kongcu jatuhkan
kepada kami, kami akan menerimanya".
"Baik, itu kata kalian sendiri!."
Tiba-tiba. . . . dari kejauhan sana berkumandang suara
pekikan yang amat nyaring.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan kening berkerut Cu Siau-hong segera berseru:
"Kalian berjaga-jagalah disini, jangan bergerak, aku akan
pergi untuk melihat keadaan"
Sambil berbicara, tubuhnya telah melejit ke udara dan
meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi. Dengan suara
lirih Lik Hoo segera berseru:
"Ji-moay, sam moay, cepat menyebarkan diri dan
perketat penjagaan" Ui Bwee dan Ang Bo-tan segera mengiakan dengan cepat
mereka membalikkan tubuhnya sambil bersiap siaga.
Sementara itu, Tan Heng juga menarik napas, secara
tiba-tiba tubuhnya langsung melambung lurus ke atas..
Tangan kanannya dengan cepat menyambar sebuah
ranting pohon dan berjumpalitan, dalam sekejap mata dia
telah menyembunyikan diri di balik dedaunan yang rimbun.
Baru saja Tan Heng menyembunyikan diri, sesosok
bayangan manusia telah meluncur datang dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.
Tahu-tahu seorang kakek berbaju putih keperak-perakan
telah munculkan dari sana. Biasanya orang yang sering kali
melakukan perjalanan malam, mereka lebih suka
mengenakan pakaian berwarna hitam pekat, sebab dengan
warna pakaian yang gelap maka jejaknya akan sulit
diketahui orang lain, tapi orang ini justru dia mengenakan
pakaian yang berwarna putih keperak-perakan, Sambil
mengangkat pedangnya Ui Bwee membentak keras:
''Berhenti !" Suara bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang
sangat keras, ditengah kegelapan suara itu berkumandang
sampai ke tempat kejauhan sana.
Kakek berbaju putih keperak perakan itu
menghembuskan napas panjang, lalu menegur.
"Bocah perempuan, apakah kau sedang berbicara dengan
lohu"' "Benar.." Kakek itu segera mendengus dingin, katanya lagi dengan
suara sedingin salju: "Kau benar-benar seorang budak ingusan yang tak tahu
tingginya langit dan tebalnya bumi, tahukah kau siapa
lohu?" "Tidak tahu" Selama beberapa tahun ini Ui Bwe sekalian berdiam terus
dibawah kebun raya Ban hoa wan sekian lama mereka tak
pernah melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan,
maka terhadap kakek berbaju putih keperak-perakan inipun
mereka merasa agak asing.
Terdengar kakek itu mendengus lagi.
"Hmmm. bahkan lohu saja tidak kalian kenali, itu berarti
kalian benar-benar percuma melakukan perjalanan didalam
dunia persilatan" "Kami memang baru saja terjun kedalam dunia
persilatan, jadi kamipun tak usah berbicara bohong untuk
menipu dirimu" "Selamanya bila lohu ingin membunuh orang maka aku
selalu menegur lebih dulu sebelum membunuh", kata kakek
berbaju perak itu dengan suara dingin, "kalau toh kalian
tidak kenal siapa gerangan dengan lohu, itu berarti kalian
adalah prajurit tak bernama dari dunia persilatan,
tampaknya lohupun harus berputar lidah lebih banyak lagi"
"Berputar lidah lagi?"
"Betul, lohu harus memberitahukan dulu kepada kalian
siapa gerangan diriku ini dan bagaimana caraku untuk
membunuh orang kemudian harus mendamprat kalian lagi
sebelum turun tangan, bukankah harus berputar lidah lebih
banyak?" Untuk membunuh harus berbuat begitu merepotkan,
pada hakekatnya hal ini jarang sekali dijumpai dalam dunia
persilatan. Lik Hoo berseru tertahan, lalu katanya:
"Setelah itu apa pula yang hendak kau lakukan".'
"Setelah itu tentu saja lohu akan mengayunkan golokku
untuk membunuh kalian"
"Baiklah!" kata Lik Hoo kemudian sambil tertawa, "kami
akan pasang telinga baik-baik untuk mendengarkan
ocehanmu lebih dulu."
Kakek berbaju perak itu mendehem pelan, kemudian
berkata: "Dengarkanlah baik-baik, lohu she Kian, bernama Hui
seng, orang persilatan memberi julukan To ko bu seng
(golok lewat tanpa suara)"
Mendengar ucapan tersebut Ui Bwee segera berpikir
didalam hati: "Tampaknya kakek ini suka sekali berbicara, apa
salahnya kalau kugodanya dengan beberapa patah kata"
Toh mengulur waktu bagi kami lebih bermanfaat daripada
baginya". Berpikir demikian, dia lantas berkata.
"Oooh, rupanya Kian locianpwe'
"Ehmmm!." "Locianpwe, mengapa orang lain menyebutmu sebagai si
golok lewat tanpa suara"."
Kian Hui seng tertawa terbahak-bahak.
''Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . bocah
perempuan, pertanyaanmu sungguh menarik, kalau lohu
tidak memberitahukan kepada kalian, mungkin kalian
perempuan-perempuan muda yang baru terjun kedalam
dunia persilatan tak akan mengetahui rahasia-rahasia
tersebut" "Betul, itulah sebabnya kami ingin sekali memohon
petunjuk darimu!" "Permainan golok lohu terlalu cepat, dimana golokku
lewat korban pasti tewas, bahkan suarapun tak sempat
dijeritkan, itulah sebabnya orang menyebut diriku sebagai
Golok lewat tanpa suara."
"Ooooh, rupanya begitu"
"Sekarang, lohu sudah menerangkat asal usul yang
sebenarnya' "Kami telah mendengarkan dengan sangat jelas"
"Nah sekarang, kalian pasang telinga baik-baik, lohu
hendak memberi pelajaran kepada kalian"
"Baiklah, kami telah memasang telinga, baik-baik untuk
mendengarkan pelajaranmu itu" seru Lik Hoo sambil
tertawa. "Lohu sudah berusia lanjut, mempunyai nama besar dan
kedudukan tinggi, sedangkan kalian tak lebih cuma
beberapa orang bocah perempuan yang masih ingusan,
berbicara terus terang, sekalipun umur kalian bertiga
dijumlahkan menjadi satupun belum tentu bisa mencapai
usia lohu, tapi kalian ternyata tak tahu diri, kalian berani
bersikap kurang ajar kepada lohu.."
"Tidak, siapa bilang kami kurang ajar kepada kau orang
tua" Kami toh selama ini sangat menaruh hormat
kepadamu" sela Ang Bo tan dengan cepat.
Kian Hui seng menjadi tertegun setelah mendengar
perkataan itu, sahutnya setelah tertegun sebentar.
"Itu kan sekarang, tadi apakah kalian bersikap
menghormat kepada lohu?"
"Yaa benar, tadi kami tidak tahu siapa gerangan dirimu
dan bagaimana harus menghormati dirimu, tapi sekarang
kami sudah tahu, tentu saja kamipun bersikap menghormat
kepadamu" "Oooh ....masuk diakal juga perkataanmu itu"
"Maka dari itu, kau tak boleh membunuh kami" seru Ang
Bo tan lagi dengan suara cepat.
Kian Hui seng berkerut kening, lalu termenung dan
membungkam diri dalam seribu bahasa..
Sedang Lik Hoo diam-diam pun berpikir:
"Bila kedatangan kakek ini adalah bermaksud untuk
membunuh kami, sekalipun kami berbicara sampai robek
mulutnya, belum tentu dia akan menyudahi persoalan ini
dengan begitu saja, sebaliknya jika pihak lawan bukan
pembunuh yang dikirim lawan, kakek ini tak kehilangan
pamornya sebagai seorang lelaki sejati, tampaknya aku
harus menggunakan sedikit kepandaian untuk menjebaknya
agar bisa diketahui dia berasal dari mana"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kian locianpwe kau adalah seorang yang berbudi luhur
dan berkedudukan terhormat, tentu saja apa yang kau
bicarakan adalah kata-kata yang bisa diterima dengan akal
sehat semua bukan?".
"Benar, lohu memang selalu mengutamakan soal cengli,
soal pembicaraan yang bisa diterima dengan akal sehat"
"Yaa benar, selama locianpwe memberi pelajaran kepada
kami, kami selalu menerima pelajaran dengan seksama,
membantah sepatah kata saja tidak ..." sambung Ui Bwee.
"Tapi lohu sudah bilang hendak membunuh kalian, toh
apa yang telah kuucapkan itu tak bisa diingkari dengan
begitu saja" "Kau hanya menyinggungnya sebentar" seru Ang Bo tan
pula, ''rasanya kau takkan sungguh-sungguh membunuh
diri kami bukan?" "Soal ini .... apa yang lohu katakan selamanya
bersungguh-sungguh dan tidak bersifat hanya berbicara
saja"'' "Locianpwe, kau baru mengutamakan soal cengli, kau
toh tahu bahwa kami tidak mempunyai kesalahan apa-apa
yang bisa kau gunakan sebagai alasan guna membinasakan
kami"' bantah Lik Hoo.
"Yaa, kecuali kalau kau memang bermaksud
mengesampingkan soal cengli" sambung Ui Bwee.
"Selamanya lohu adalah seorang yang cengli, mana
mungkin perbuatanku tidak berdasarkan cengli?"
"Kalau kau bicara diajak berbicara yang sebaik-baiknya
maka hal ini lebih bagus toh usia kami bertiga bila
dijumlahkan menjadi satu tak bisa melebihi usiamu" Yang
paling penting lagi adalah kami bertiga sangat menghormati
dirimu, coba bayangkan sendiri, masa kau hendak
membunuh kami yang begitu menaruh hormat kepada mu"'
"Soal ini. . . soal ini, aaai, lohu benar-benar dibikin serba
salah" "Sebetulnya kesulitan apakah yang sedang kau alami?"
tanya Lik Hoo. "Kesulitan yang lohu alami mana boleh diketahui oleh
kalian?" "Justru karena kami tidak tahu, maka kami ingin
memohon petunjuk darimu"
"Aaai... tapi lohu tak boleh memberitahukan soal ini
kepada kalian." Setiap lelaki sejati tentu mempunyai kelemahan, orang
ini memang boleh dibilang seorang Kuncu sejati, oleh
karena itu tiga orang nona tersebut segera menggunakan
akal dan daya upaya untuk memaksa kakek itu menuju
ketitik kelemahannya sendiri.
Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang,
kemudian berkata: "Locianpwe, apakah kau sedang melaksanakan perintah
orang lain untuk datang membunuh kami"."
"Omong kosong, lohu bukan seorang manusia yang suka
diperintah orang, apalagi diperintah orang untuk melakukan
suatu pembunuhan" "Sam moay" Ui Bwe segera menegur, "orang lain toh
seorang locianpwe yang berkedudukan tinggi dan bernama
besar dalam dunia persilatan, sebagai seorang yang
tersohor dia dihormati banyak orang, masa dia sudi
menuruti perintah orang lain"
"Yaa, benar" kata Kian Hui seng kemudian, "dalam dunia
persilatan dewasa ini memang jarang sekali ada orang yang
bisa memberi perintah kepada lohu."
"Betul juga perkataan itu! Kami merasa bahwa locianpwe
bukan seorang manusia yang gampang menuruti perintah
orang lain untuk melakukan suatu tugas"
"Benar" "Locianpwe, selama melakukan perjalanan didalam dunia
persilatan, kami tiga bersaudara tak pernah menjumpai
seorang kakek yang begitu baik dan gagah seperti kau
orang tua, sungguh beruntung pada malam ini kami dapat
menjumpainya, aku harap kau orang tua sudi memberi
sedikit kenangan atau tanda mata kepada kami"
"Tanda mata" Tanda mata apa?"
"Locianpwe, kalau soal itu mah kami merasa rikuh untuk
mengemukakannya, lebih baik kau orangtua
menentukannya sendiri"
"Lohu yang menentukan sendiri" Lohu bisa menentukan
apa?" "Misalkan saja kau orang tua merasa kami tidak terlalu
menjemukan, lagipula paras muka kami rata-rata cantik
rupawan, maka kau lantas mewariskan beberapa jurus ilmu
silat kepada kami sebagai tanda mata"
"Oooh, kiranya begitu"
"Tentu saja hal ini merupakan harapan kami" seru Lik
Hoo cepat, "apakah kau orang tua bersedia meluluskannya
atau tidak, kami tak ingin memaksanya keterlaluan"
"Aaai. . . aaai. . . soal ini. . . soal ini. . . lohu, lohu . .
lohu mungkin sukar buat lohu untuk meluluskan permintaan
kalian itu". "Mengapa"` "Tidak mungkin, tidak mungkin, lohu tak dapat
memberitahukan soal ini kepada kalian"
Wajahnya segera menunjukkan suata perasaan
menderita yang sangat hebat kemudian tanpa berbicara lagi
dia segera membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan
langkah lebar. Memandang bayangan punggung Kian Hui-seng yang
menjauh, selapis rasa sedih muncul juga diatas wajah Lik
Hoo, katanya kemudian. "Ji moay, sam moay, apakah kalian berhasil menemukan
sesuatu?" Ui Bwee segera mengangguk.
'Orang ini adalah seorang Kuncu, tapi dia telah
dibelenggu sendiri oleh kata kebenaran!"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul" sambung Ang Bo tan, "ia datang kemari dengan
tujuan hendak membunuh kita semua, tapi dia telah kena
dihadang maksudnya oleh kata "kebenaran" tersebut, maka
dia pergi, pergi dengan membawa penderitaan serta siksaan
batin." Mendadak terdengar seseorang berseru sambil tertawa:
"Kalian bertiga bisa mempunyai ingatan demikian, hal ini
membuktikan kalau sifat jelek kalian sudah banyak yang
hilang..." Ternyata yang berbicara adalah Cu Siau hong, tampak
dia berjalan mendekat dengan langkah pelan.
"Apakah kongcu sudah datang sedari tadi?" tanya Lik
Hoo. "Benar, akupun sempat mendengar tanya jawab yang
berlangsung antara kalian dengan Kian sianseng itu".
ooo0ooo Jilid 40 KONGCU, apakah perbuatan kami kelewat licik atau
melanggar jalan kebenaran?" Lik Hoo segera bertanya.
"Tidak, perbuatan kalian ini tidak terbilang suatu
perbuatan jahat, inilah yang dinamakan suatu tipu muslihat
dengan akal sehat" "Kongcu, coba lihatlah, apakah orang ini sedang
merasakan suatu penderitaan"
"Benar, sewaktu berlalu tadi ia memang nampak sangat
menderita dan tersiksa, bilamana perlu, aku rasa dia akan
balik kembali kemari"
"Ooooh ?" "Bila dia sampai kembali lagi ke sini, maka apa yang
harus kita lakukan untuk menghadapinya?" tanya Ui Bwee.
"Orang ini adalah seorang lelaki sejati, maka bila suatu
pertarungan dengan kekerasan bisa dihindari, lebih baik kita
jangan sampai bertarung dengannya"
"Kongcu, andaikata kita berhasil mengorek penyebab
dari penderitaannya itu, apapula yang hendak kita lakukan"
membantu ataukah menghadapinya sebagai lawan?"
"Bila kita bisa memperbanyak bantuan orang sehingga
memperbesar kekuatan, lebih baik kita manfaatkan
kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya, sebab hal itu
berarti kita telah mengurangi kekuatan lawan, soal
membantu atau tidak, soal ini mudah untuk diatasi, asalkan
bagi kita tidak mendatangkan kerugian, maka kita bisa saja
membantunya dengan sepenuh tenaga".
Mendadak dia menarik napas panjang-panjang dan
melejit ketengah udara, kemudian dengan suatu gerakan
cepat dia menyelinap kebalik dedaunan yang rimbun.
Ui Bwe menarik napas panjang-panjang kemudian
berseru: "Kongcu, cara kami untuk menyelesaikan persoalan ini
mungkin tidak terhitung baik, harap kongcu suka memberi
petunjuk setiap waktu"
Dari balik rimbunnya dedaunan segera terdengar suara
Cu Siau hong sedang menyahut:
"Lakukanlah menurut selera kalian sendiri dan hadapi
dengan berani, bila mana keadaan memaksaku untuk
menampilkan diri, aku akan munculkan diriku sendiri guna
menggantikan kalian"
Baru selesai ucapan tersebut dikemukakan, dari
kejauhan sana sudah nampak sesosok bayangan putih
keperak-perakan meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam waktu
singkat dia telah berada kembali dibawah pohon, ternyata
dia memang Kian Hui Seng.
Lik-Hoo segera maju sambil menjura, kemudian katanya:
"Menjumpai Locianpwe."
Dalam kenyataan ketiga orang nona itu memang
bermaksud untuk menyudutkan posisi kakek itu, maka
mereka bersama-sama membungkukkan badan untuk
memberi hormat. Kian Hui Seng segera menggoyangkan tangannya
berulang kali sambil berseru:
"Kalian tak usah banyak adat, kalian tak usah banyak
adat, terpaksa lohu harus balik kembali lagi kemari, dan
mungkin juga perbuatan selanjutnya akan menyalahi
kalian'' "Oooh, locianpwe, ada urusan apa". Tanya Lik Hoo
"Walaupun lohu tak ingin mencelakai kalian, akan tetapi..
. akan tetapi.. .'. "Akan tetapi kenapa"' sela Ui Bwee.
"Lohu. . . lohu merasa telah bersalah kepada kalian"
"Aaaai, locianpwe tak usah sungkan-sungkan, ada
persoalan apa silahkan saja dutarakan"
"Lohu datang kemari untuk membunuh kalian!''
"Membunuh kami" Kenapa" Locianpwe, bukankah kami
sangat menaruh hormat kepadamu''
Pedang Sinar Emas 28 Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Para Ksatria Penjaga Majapahit 4
kecepatan luar biasa, tak urung pinggang Phu Hong terkena
bidikan juga oleh dua batang anak panah.
Ternyata sekali bidikan anak panah, jumlah panahnya
mencapai belasan batang lebih.
Baru saja Cu Siau hong menyelinap keluar ke balik pintu
pekarangan, Toan San, Hee Hay, Lau Hong dan Be Hui telah
berdatangan semua. Ke empat orang inipun merupakan jago-jago lihay dalam
hal senjata rahasia, tak usah menantikan perintah dari Cu
Siau hong lagi, dengan senjata rahasia tergenggam mereka
segera menyelinap ke kedua belah sisi pintu pekarangan.
Ketika Cu Siau hong mencoba melirik ke samping,
dijumpainya Lau Hong dan Be Hui telah mengenakan sarung
tangan yang terbuat dari kulit menjangan.
Jelas senjata rahasia yang di pergunakan ke dua orang
ini adalah senjata rahasia yang sangat beracun.
Buru-buru dia melirik sekejap kemudian segera
mengalihkan kembali sorot matanya ke wajah Phu Hong
katanya: "Akan ku totok jalan darahmu agar kau ditolong oleh
orang-orang kalian !"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat dia segera
menotok jalan darah dari Phu Hong.
Sementara itu ke empat jagoan Su-kiat telah melepaskan
pula senjata rahasia mereka.
Tampak selapis pasir hitam dan selapis cahaya keperak
perakan ditambah empat buah titik cahaya bintang dengan
kecepatan luar biasa meluncur masuk ke dalam
pekarangan. Diantara menyambarnya senjata rahasia tersebut,
beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan.
"Mundur!" dengan suara dalam Cu Siau hong segera
membentak, "mundur kedalam hutan disebelah timur laut"
Sambil membentak, dia telah mengundurkan diri lebih
dahulu dari tempat itu. Hoa Wan, Seng Hong, Ong Peng dan
Tan Heng segera menyusul di belakangnya.
Sedang Su-kiat kembali melepaskan serentetan senjata
rahasia sebelum ikut mengundurkan diri pula dari sana.
Jarak antara hutan dengan rumah itu kurang lebih dua
tiga puluh kaki, dalam beberapa kali lompatan saja
beberapa orang itu sudah menyelinap masuk kedalam
hutan. Sebenarnya Keng su kongcu dan sekawanan jago
pembidik senjata rahasianya dapat melakukan pengejaran
ke depan, tapi berhubung senjata rahasia yang dilepaskan
Su kiat secara beruntun telah melukai belasan orang anak
buahnya, hal ini menimbulkan suatu perasaan was-was
dalam hati kecilnya. Oleh karena itu, merekapun tidak melakukan
pengejaran. Menanti Keng su kongcu sekalian telah menyusul keluar
pintu pekarangan, Cu Siau hong sekalian telah
menyembunyikan diri dibalik hutan.
Keng su kongcu memandang sekejap sekeliling tempat
itu, ketika menjumpai Phu Hong bersandar pada dinding
pekarangan, paras mukanya segera berubah hebat,
tegurnya kemudian dengan suara dingin:
"Kau belum mampus?"
"Cu Siau hong tidak membunuh aku'
"Elang abu-abu, kau tahu mengapa ia tidak membunuh
dirimu" "Aku pikir dia ingin mempergunakan diriku untuk
menahan serangan senjata rahasia yang kalian bidikkan"
"Sebenarnya Cu Siau hong bakal mampus, tapi dia tidak
mampus gara-gara kau berlagak sok pintar"
"Su kongcu sesungguhnya aku ingin sekali melakukan
yang baik, tapi aku tak mampu untuk melakukannya"
"Phu Hong jika kau tidak ketipu oleh Cu Siau hong, tak
nanti kita akan mengalami kegagalan seperti ini!" Phu Hong
menghela napas panjang dan tidak banyak berbicara lagi.
Keng su kongcu tidak segera membebaskan jalan darah
Phu Hong yang tertotok, dia hanya mengawasi sepasang
lengannya yang masih mengucurkan darah dengan deras
itu. Disamping tubuhnya tergeletak pula dua batang anak
panah. Setelah tertawa dingin, Keng su kongcu segera
menegur: "Siapa yang telah melukai dirimu?"
'Sewaktu Su kongcu menurunkan perintah untuk
melepaskan senjata rahasia tadi, aku telah terkena bidikan
anak panah mereka sehingga menderita luka"
"Siapa yang telah mencabutkan anak panah tersebut?"
tanya Keng su kongcu lagi dingin.
"Cu Siau hong."
"Hmm, tampaknya Cu Siau hong amat memperhatikan
keselamatan hidupmu ...."
"Su kongcu, apa maksudmu mengucapkan kata-kata
seperti itu?" "Cu Siau hong amat membencimu hingga merasuk
kedalam tulang, seharusnya dia akan membunuhmu
malahan mencabutkan anah panah dari tubuhmu"
"Su kongcu, apakah kau menaruh kecurigaan
terhadapku?" "Kenyataan demikian, mau tak mau aku mesti merasa
curiga" "Su kongcu kau "
'Aku cukup tenang, otakku cukup dingin oleh karena itu
kau baru menaruh kecurigaan tersebut, hayo bilang! Apa
yang telah kau katakan untuk menukar selembar nyawamu
itu?" "Aku tidak mempergunakan apa-apa, mungkin saja Cu
Siau hong dia amat membenciku karena dia telah teringat
akan sesuatu siasat"
"Siasat apa?"..
"Menimbulkan kecurigaanmu"
Jilid 31 Paras muka Keng su kongcu segera berubah menjadi
amat serius, katanya kemudian dengan suara dingin:
"Phu Hong, jika kau enggan berterus terang,
kemungkinan besar aku akan membunuhmu pada hari ini"
"Kau. . ." "Aku tidak percaya kalau Cu Siau hong bisa bersikap
begitu baik dan mulia kepadamu, sudah pasti kau telah
memberitahukan banyak rahasia kepadanya, maka dia baru
bersedia melepaskan selembar jiwam"'
"Su Kongcu, kau begitu besar rasa curiganya kepadaku,
jika begini caramu, tak nanti orang mau tunduk dan takluk
kepadamu setulus hati. . .''
Pelan-pelan Kengsu kongcu mengayunkan tangan
kanannya ke tengah udara, kemudian ucapnya: 'Phu Hong,
kuberikan suatu kesempatan lagi kepadamu untuk berterus
terang" Phu Hong tidak menjawab, dia malahan memejamkan
matanya rapat-rapat.... Keng su kongcu segera tertawa dingin, dicengkeramnya
tubuh Phu Hong, lalu serunya:
"Phu Hong, tampaknya kau seorang pahlawan yang
hebat, kau benar-benar tidak takut mati" Tapi aku tak akan
membiarkan kau mampus dengan begitu saja"
Tangan kanannya segera diangkat dan .... "Pleetakk!"
tangan kiri Pho Hong tahu-tahu sudah dipatahkan.
Sesungguhnya siksaan semacam ini merupakan salah satu
siksaan yang paling kejam bagi umat persilatan. Paras
muka Phu Hong berubah hebat, peluh segera jatuh
bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
Tapi dia tetap menggertak gigi menahan diri, ia tidak
mengeluarkan setitik suarapun yang keluar dari mulutnya.
Sudah jelas dia sedang merasakan suatu penderitaan
yaug luar biasa hebatnya. Paras muka Kengsu sedingin es,
pelan-pelan dia berkata lagi:
"Bagus, punya keberanian. Akan kulihat kau dapat
bertahan sampai kapan?" Kembali dia mencengkeram
lengan kanan Phu Hong dan siap-siap dipatahkan pula.
Mendadak Phu Hong melototkan pula sepasang matanya
bulat-bulat, kemudian sambil menyeringai seram tegurnya
dingin: "Hai, apa maksudmu yang sebenarnya ?"
"Aku minta kau berbicara terus terang" setelah berhenti
sejenak, lanjutnya: "Kau banyak pengalaman, pengatahuanmu pun sangat
luas, maka aku baru keluar untuk mencari pengalaman
bersamamu, sungguh tak kusangka ternyata kau adalah
seorang manusia yang sama sekali tak becus"
'Su kongcu, bila kau bersikap dengan cara begini
terhadap aku orang She Phu, sampai mati pun aku tak akan
meram" "Aku menginginkan pengakuanmu yang sebenarnya,
sebelum kuperoleh pengakuanmu itu, hatiku merasa tidak
tenteram" 'Su kongcu, aku tak ada pengakuan apa-apa, tahukah
kau". Sekalipun kau Su-kongcu bersikap demikian
kepadaku, aku masih dapat menahannya, apalagi Cu Siauhong
memang tak pernah memaksa diriku apa-apa"
"Hal ini merupakan suatu perasaan yang keliru dalam
hatimu, dugaan yang keliru itu membuat kau merasa Cu
Siau-hong benar-benar akan membunuh dirimu, maka kau
baru merasa takut dan apa yang dia tanyakan, kaupun
segera menjawabnya" Phu Hong tertawa dingin. "Su kongcu, kalau memang bersalah pasti akan kuakui,
tapi caramu ini bukan memaksa orang untuk mengaku."
"Kalau bukan memaksa orang untuk mengaku, lantas
apa namanya?" "Memaksa orang untuk mengakui dosa yang tidak pernah
dilakukan" "Bagus sekali ucapanmu itu"
Tangan kanannya segera bekerja keras dan "Peletak!
'sikut kanan Phu Hong kembali di patahkan dengan
kekerasan. Padahal pada waktu itu Phu-Hong sudah terluka akibat
bidikan panah, darah masih mengalir terus tiada hentinya,
ditambah lagi beberapa buah jalan darah tertotok membuat
dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi untuk
melawan rasa sakit tersebut.
Bayangkan saja betapa sakit dan tersiksanya bila dua
sikut tangannya dipatahkan orang.. Tak heran kalau sekujur
badannya basah oleh keringat karena kesakitan.
"Su kongcu" kata Phu Hong kemudian, "kau tak dapat
menyiksa aku dengan cara begini"
"Hayo bicara, beritahu kepadaku, apa yang telah kau
katakan kepada Cu Siau hong?"
"Aku tidak mengatakan apa-apa, sungguh! Su kongcu,
apakah tidak kau bayangkan berapa banyak waktu yang
tersedia bagiku selama ini dan apa pula yang dapat
kukatakan?" "Padahal, kata-kata yang penting pun hanya cukup
diutarakan dalam tiga sampai lima patah kata belaka."
"Su kongcu, bila kau ingin membunuhku" silahkan saja
turun tangan! Tak usah kau pergunakan lagi segala macam
kembangan untuk menyelimuti tujuanmu yang sebenarnya"
Keng su kongcu segera tertawa hambar.
"Jika kubunuh dirimu, bukankah kau akan mati tanpa
memberikan pengakuan apa-apa"'"
"Dengarlah baik-baik Keng su, aku tidak tahu apakah kau
mempunyai kecurigaan semacam itu secara sungguhan
ataukah memang kau cari kesempatan untuk
membinasakan aku!". "Aku benar-benar menaruh curiga"
"Itu mah gampang, dalam organisasi kita ini terdapat
suatu peraturan yang sangat ketat, aku tak berani lari juga
tak mungkin bisa lari, asal kau laporkan kepada atasan atas
sebuah tuduhan yang kau lontarkan kepadaku, Chin Ciang
sin yang memegang peraturan dengan ketat pasti tak akan
lepaskan diriku dengan begitu saja!"
"Apakah kau sangat berharap bisa terjatuh ke tangan
Chin Ciang sin?" "Setiap orang yang terjatuh ketangan si Tangan besi
Chin, sekalipun tidak mati juga akan terkelupas kulit
badannya, tapi aku toh tetap berpendapat lebih baik
terjatuh ke tangannya daripada menderita siksaan di
tempat ini. . ." "Kalau begitu, bila aku jauh lebih keras daripada Chian
Ciang sin?" "Bukan begitu, bila berbicara soal kekejamannya dalam
menyiksa dan caranya memaksa orang untuk mengaku, kau
masih belum sepersepuluhnya Chian Ciang sin, tapi ada
satu hal dia jauh lebih baik daripada dirimu"
"Oya" Dalam hal apa ?"
"Dia pakai aturan! Lagi pula jauh lebih cekatan dan
pandai daripada dirimu, dia memiliki kemampuan untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah"
Keng su kongcu menghembuskan napas panjang,
ujarnya kemudian: "Mungkin aku memang tak mampu melebihi kemampuan
dari Chin Ciang sin, tapi dengan mata kepalaku sendiri
kusaksikan. . ." "Apa yang kau saksikan?" seru Phu Hong gusar.
"Kusaksikan persoalan antara kau dengan Cu Siau hong"
jawab Keng su kongcu ketus.
"Persoalan apa yang ada diantara kami?"
"Dalam watak manusia, banyak terdapat kekurangan
kekurangan, takut mati merupakan kekurangan yang paling
besar bagi umat manusia"
"Maka kau lantas menuduh aku telah pergunakan bahan
rahasia dari organisasi kita untuk menukar selembar
nyawaku"` "Benar, dan memang demikianlah"
"Karena aku takut Cu Siau hong membunuh diriku, dan
akupun takut kau menaruh curiga, maka dengan
mempergunakan waktu dan beberapa patah kata yang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
singkat kuutarakan keadaan yang sebenarnya kepada dia
..." "Aaai... jika kau bersedia mengakut sejak tadi, bukankah
kau tak usah merasakan siksaan karena tulang sikutmu
dipatahkan!" kata Keng su kongcu sambil menghela napas.
"Sekarang aku baru mengerti, daripada hidup tak bisa
dan mati tak dapat seperti saat ini, jauh lebih baik jika aku
berbicara terus terang dan bisa segera mati"
"Kau memang seorang yang pandai "
"Su kongcu, bolehkah kita membicarakan suatu
pertukaran syarat?" "Boleh saja" "Andaikata kuakui akan persoalan ini, Su kongcu hendak
menghukum diriku dengan cara bagaimana?"
"Itu mah tergantung sampai berapa jauh kah seriusnya
persoalan yang sedang kuhadapi."
"Baik ku akui!`. "Bagus sekali Phu Hong! Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku, berapa banyak rahasia perguruan kita yang telah
kau bocorkan?" "Boleh saja kukatakan hal ini kepadamu, tapi sepasang
lenganku sakitnya bukan kepalang, dapatkah kau
sembuhkan dulu persendian tulang sikutku yang sudah
terlepas itu" "Dapat saja" Dengan cepat dia menyambung kembali persendian
tulang Phu Hong yang sudah terlepas itu...
Kemudian Keng su kongcu baru berkata sambil tertawa:
'Nah, sekarang tentunya kau sudah da-pat berbicara
bukan!." "luka diatas punggungku sakitnya bukan kepalang,
dapatkah kau bubuhi obat luka lebih dulu?"
"Boleh saja" "Ia segera memanggil dua orang untuk membubuhkan
obat diatas luka yang diderita Phu Hong.
Phu Hong segera menggerakkan sepasang lengannya
untuk mengendorkan otot-ototnya yang kaku kemudian dia
baru berkata: "Aaaah .... sekarang aku baru merasakan lebih nyaman.
. ." "Phu Hong, sikapku kepadamu cukup baik bukan?"
"Bagus, bagus, pada hakekatnya bagus sekali"
"Aaai, manusia bukan Nabi, siapa yang bisa hidup
sempurna tanpa kesalahan" Asal tahu salah dan bersedia
untuk bertobat, itulah baru merupakan tindakan yang
benar' Phu Hong tertawa getir. "Su kongcu, aku telah melanggar sesuatu kesalahan
yang besar sekali, aku tidak seharusnya melepaskan Cu
Siau hong, lebih-lebih tidak seharusnya memberikan rahasia
tentang organisasi kita kepadanya"
"Apa saja yang telah kau beritahukan kepadanya"'
"Aku benar-benar pantas mati, apa yang kuketahui telah
kuutarakan semua kepada nya."
"Tidak sedikit bukan yang kau ketahui?"
"Ya, banyak sekali, sudah belasan tahun aku
menggabungkan diri dengan organisasi ini, apa yang
kudengar pun sudah banyak sekali"
"Seandainya bukan lantaran kesalahanmu, kita telah
berhasil membekuk Cu Siau-hong bukan?"
"Benar, memang keteledoranku kelewat besar, besarnya
sampai bukan kepalang, bukan saja telah membuat Cu
Siau-hong lolos dari kematian, lagipula hampir saja aku
yang terluka ditangan mereka"
Dengan perasaan hati yang amat puas, Keng-su kongcu
manggut-manggut, kembali dia berkata:
'Phu Hong, kau begitu berani mengakui semua kesalahan
yang telah kau lakukan, pada hakekatnya hal ini merupakan
suatu tindakan yang sangat berani"
"Su kongcu, semua dosaku telah kuakui, sekarang apa
lagi yang musti kukatakan?"
"Kita, harus segera mengejar Cu Siau-hong, tapi sayang
kau sudah terluka, agaknya mustahil bagimu untuk
mengejar mereka lagi"
"Yaa, benar aku telah melanggar suatu peraturan yang
amat serius, maka aku memang seharusnya segera dikirim
ke ruang siksa untuk memperoleh pemeriksaan"
"Ucapanmu memang betul. ' Keng-su kongcu tertawa.
Mendadak dia mengulapkan tangannya sambil berseru:
"Keluarlah kalian!"
Dari balik pintu pagar segera bermunculan puluhan orang
lelaki kekar berpakaian ringkas. Ditangan mereka
tergenggam pelbagai macam tabung senjata rahasia yang
beraneka ragam. Sambil tertawa Keng su kongsu segera
berkata: "Apakah kalian sudah mendengar semua?"
"Sudah!" jawab puluhan orang lelaki itu hampir bersama.
Mendadak si burung elang abu-abu Phu Hong merasakan
hatinya bergerak, segera tanyanya:
"Apa yang telah kalian dengar"'
"Seorang lelaki yang membawa tabung api Im leng-luihwee-
tong segera menjawab: "Mendengar pengakuan atas dosa-dosamu, kau telah
melepaskan Cu Siau hong, membuat kami semua
merasakan penderitaan yang amat besar"
"Oya?". 'Phu Hong sekarang kami akan menghukum dirimu"
Jilid 32 "Aku telah mengakui semua dosa-dosaku, maka lebih
baik jika aku dihantar ke ruang pemeriksaan untuk
menerima hukuman disitu"
"Seharusnya memang mesti mengirim kau kesitu, tapi
sayang musuh tangguh berada didepan mata, aku kuatir
kami tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berbuat
demikian" "Jadi maksud Su kongcu?"
"Kita berada bersama sama dan lagi ada begitu banyak
orang yang menyaksikan kau melepaskan Cu Siau-hong
hingga akibatnya banyak diantara anak buah kita yang mati
dan terluka, sekarang mendengar pula kau mengakui
sendiri semua dosa yang telah dilakukan, sekalipun aku ada
maksud untuk mengampuni kesalahanmu, mereka juga
belum tentu akan menyetujuinya "
Paras muka Phu Hong berubah hebat dengan cepat dia
menukas: "Su kongcu, .apakah kau hendak membunuhku?"
"Tidak, aku tak akan membunuhmu, lebih baik carilah
akal sendiri untuk menghabisisi nyawamu sendiri" Phu Hong
segera bersungut-sungut. "Su kongcu" katanya, "apakah diantara kita ada dendam
atau sakit hati?" "Tidak ada, tiada dendam atau sakit hati"
"Kalau memang tiada dendam atau sakit hati, mengapa
kau musti mencelakai diriku?"
"Aku bukan bermaksud mencelakai dirimu, aku hanya
melaksanakan perintah sesuai dengan kenyataan" Setelah
berhenti sejenak, dengan dingin dia melanjutkan:
"Phu Hong, kau hendak turun tangan sendiri ataukah
hendak memaksa kami yang turun tangan"' Diam-diam Phu
Hong menghimpun tenaga dalamnya, kemudian berkata:
"Baiklah, kalau toh Su kongcu bersikeras hendak
membunuhku, terpaksa aku akan memenuhi kehendak
hatimu itu" "Tiba-tiba dia mencabut keluar sebilah pisau belati,
kemudian sambil ditodongkan di atas dadanya, ia berkata
dengan sedih: "Su kongcu, bila aku bunuh diri untuk menebus dosa,
maka kau pun tak usah mem-pertanggungjawabkan diri lagi
atas kejadian ini dan ketiga orang saudara angkatku pun
tak akan menyelidiki sebab-sebab kematianku itu."
"Kau telah melepaskan musuh, telah mengakui sendiri
semua dosamu, didengarkan pula begini banyak orang,
sekalipun mereka hendak mengusut perkara ini, aku juga
tidak takut" "Perkataan Su kongcu memang benar, tapi aku selalu
merasa tidak habis mengerti, mengapa Su kongcu begitu
bernafsu ingin membunuhku?"
Keng su kongcu segera menyeringai menyeramkan,
katanya sambil tertawa dingin: 'Kau sudah bertekad untuk
mati, mengetahui lebih banyak pun apa gunanya?"
"Su kongcu" kata Phu Hong, "golok yang sangat tajam
itu dengan cepat akan membuat aku tewas, apakah aku
harus tewas dalam keadaan yang serba kabur dan tidak
jelas?" Keng su tertawa. "Phu Hong, usiaku masib muda, pengetahuanku dalam
dunia persilalan belum cukup, tapi aku tak akan masuk
perangkapmu itu dan aku tak akan meninggalkan titik
kelemahan apapun yang bisa kau pergunakan"
"Kalau begitu, inilah kelemahanmu!" teriak Phu Hong
dengan suara keras, tiba-tiba dia menghimpun tenaga
dalamnya dan melejit ke tengah udara...
Tampaknya dia sudah melakukan persiapan dengan
seksama, begitu badannya melejit dan berjumpalitan, dia
sudah melayang ketengah halaman pekarangan.
"Lepaskan senjata rahasia !" perintah Keng-su kongcu
cepat. Dengan cepat para jago pelepas senjata rahasianya
menyerbu keluar pintu pekarangan sambil menghamburkan
senjata rahasianya. Terdengar suara bidikan busur berpegas tinggi serta
tabung-tabung senjata rahasia otomatis berkumandang
tiada hentinya, dalam waktu singkat senjata rahasia
beracun, jarum terbang serta aneka macam senjata lainnya
yang memancarkan kilauan cahaya hijau berhamburan
memenuhi seluruh angkasa.
Phu Hong bukan seorang yang bodoh, sejak permulaan
dia sudah memperhitungkan sampai ke situ, dengan cepat
dia menjatuhkan diri menggelinding diatas tanah untuk
meloloskan diri dari ancaman panah pendek, sepuluh
batang jarum terbang serta dua butir peluru Im leng-luihwee-
tan, kemudian tubuhnya melejit sejauh empat-lima
kaki dari tempat semula. Bagi seorang jago persilatan yang berilmu tinggi, asal
kesempatan untuk membunuhnya dengan senjata rahasia
bisa dilampaui, maka jangan harap bisa menggunakan
senjata rahasia untuk melukainya lagi.
Menyaksikan Phu Hong sudah berhasil meloloskau diri
dari jangkauan senjata rahasia, Keng-su kongcu merasa
amat gelisah, dengan gusar bentaknya keras-keras:
"Phu Hong, kau berani kabur?"
"Mengapa tidak berani" Keng-su, bila kau hendak
membunuhku, sepantasnya gunakanlah cara yang lebih
hebat, kalau cuma menggunakan cara rendah semacam
ini.... Hmmm, anak kecil pun tak akan kena dikibulin"
Sembari menjawab, dengan depat dia menyelinap ke
belakang sudut ruangan. Tempat itu merupakan suatu sudut yang tertutup,
sehingga senjata rahasia tak mungkin bisa mencapai
tempat tersebut. "Bagus," kata Keng su kongcu dingin: "Phu Hong, jika
kau berani melarikan diri, aku akan segera menurunkan
perintah untuk membunuh"
Bentakan tersebut sudah diutarakan berulang kali,
namun belum ada juga yang menjawab, tahu kalau Phu
Hong telah berhasil melarikan diri, timbul rasa sesal dan
dendam yang membara dalam hatinya.
Dalam pada itu, Phu Hong sambil membawa tubuh yang
penuh luka dan menggertak gigi kencang-kencang
melarikan diri secepat-cepatnya menuju ke dalam hutan.
Dalam hati dia tahu kalau dalam hutan tersebut
bersembunyi Cu Siau-hong dan kawan-kawannya, tapi
disekitar rumah gubuk itu hanya disana saja yang terdapat
semak belukar dan pepohonan, sedangkan tiga arah lainnya
merupakan tanah lapang kosong, bila tidak
menyembunyikan diri dalam hutan itu, kemungkinan besar
dia tak akan lolos dari pengejaran Keng su kongcu berserta
para jago pelepas senjata rahasianya
Phu Hong cukup memahami akan kelihayan dari senjata
rahasia tersebut, terutama sekali bidikan jarum beracun
dari tabung berpegas tinggi serta peluru api Im leng lui hwe
tan, asal dia sampai terjebak dalam selisih jarak sejauh tiga
kaki, maka kesempatannya untuk melarikan diri jelas tidak
besar. Oleh karena itu, dia melarikan diri masuk ke dalam
hutan. Betul juga, Cu Siau hong yang bersembunyi didalam
hutan dapat menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas,
dia dapat menyaksikan bagaimana Phu Hong kabur masuk
melewati semak belukar dan menerobos masuk kedalam
hutan. Dengan suara lirih Ong Peng segera berbisik:
"Kongcu, empat ekor elang dari dunia persilatan
mempunyai ilmu meringankan tubuh yang sangat baik,
mereka bukan manusia yang mudah untuk dihadapi, kalau
dilihat dari keadaannya, jelas si elang abu-abu sudah
menderita luka yang cukup parah, siapa tahu kalau kita
berhasil menangkap seekor burung elang abu-abu?"
Cu Siau hong segera tertawa lirih.
"Jangan lukai dia, sampaikan perintahku kepada Su eng,
suruh mereka berusaha untuk melindungi keselamatan
jiwanya, jangan sampai menyebabkan ia terjatuh ke tangan
Keng su kongcu" Sebenarnya Ong Peng menaruh rasa curiga dan tidak
habis mengerti, ketika Cu Siau hong melepaskan Phu Hong
tadi, tapi sekarang mau tak mau dia harus memuji akan
kelihayan Cu Siau hong. Sebenarnya siasat tersebut cuma satu siasat mengadu
domba yang amat sederhana, tapi justru mendatangkan
hasil yang luar biasa sekali.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat Ong Peng lari ke depan, dia menjumpai si
elang abu-abu sudah berada dibawah pengawasan Toan
San sekalian... Didalam kenyataan, setelah melarikan diri kedalam hutan
tadi, berhubung ia kehilangan banyak darah, serta siksaan
rasa sakit yang luar biasa, ia sudah tak mampu menahan
diri, maka begitu hatinya lega, tubuhnyapun segera
terkapar ke tanah. Ong Peng dan Su eng saling memberi kode rahasia,
kemudian pelan-pelan maju ke depan, mendekati ke
samping Phu Hong. Sambil tertawa Phu Hong berkata:
"Bagus, kedatanganmu memang bagus sekali, cabut
golokmu dan penggalkan batok kepalaku!" Dengan cepat
Ong Peng menggelengkan kepalanya berulang kali.
'Bila kami ingin membunuhmu, sedari tadi nyawamu
sudah kupunggut, mengapa mesti menunggu sampai
sekarang?" "Lantas mau apa kau datang kemari!"
"Mendapat perintah untuk melindungi jiwamu!"
"Kau " Phu Hong memandang sekejap sekeliling tempat
itu. "Aku dan banyak orang yang lain"
Phu Hong telah menjumpai Toan San sekalian berempat
menyembunyikan diri di balik pohon... Setelah termenung
sebentar, Phu Hong berkata dingin.
"Beritahu kepada Cu Siau hong, aku orang she Phu tidak
membutuhkan orang untuk melindungiku" Ong Peng segera
tertawa. "Apakah melindungi dirimu atau bukan, itu urusan
kongcu kami, tak usah kau banyak bicara "
"Kenapa...."` "aai! Jangan keras-keras, Keng su kongcu sedang
membawa orangnya mendatangi tempat ini, meski kau
tidak takut mati, namun siksaan hidup dapat membuat besi
yang keraspun akan melumer, jadi cair!".
Phu Hong sudah pernah merasakan kelihayan tangan
Keng su kongcu, ngeri juga bila terbayang siksaan siksaan
yang keji itu, maka ujarnya setelah termenung sejenak:
"Sebenarnya apa maksud tujuan dari majikanmu itu?".
"Tidak bermaksud apa-apa, yang mesti kau lakukan
sekarang adalah beristirahat dengan hati tenang, cepatlah
pulihkan kembali kekuatan badanmu kemudian berusaha
untuk meninggalkan tempat ini"
Dengan perasaan agak tertegun karena diluar dugaan,
Phu Hong berseru tertahan..
"Phu Hong!" kembali Ong Peng berkata "cengcu kami
hanya merasa kau patut dikasihani, dan lagi perbuatan dari
anggota organisasimu itu juga kelewatan keji, dan tak
mengenal kasihan" "Cuma begitu?" "Waktulah yang akan membuktikan kebesaran dan
kemuliaan hati kongcu kami..." kata Ong Peng dingin.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Kurang lebih satu kaki disebelah kiri terdapat sebuah
liang yang cukup dalam, rerumputan menutupi diatas liang
tersebut, kau boleh beristirahat didalamnya untuk
beristirahat sambil mengatur napas, tapi paling baik bila
semua gerakan dilakukan secepatnya, sebab agaknya Kengsu
kongcu sangat bernapsu untuk membunuhmu, sekarang
sudah membawa orang-orangnya memasuki hutan ini."
Tampaknya Phu Hong sudah berhasil ditaklukkan hatinya
oleh Ong Peng, dengan memaksakan diri ia bangkit berdiri,
kemudian menuju satu kaki disebelah kiri dan
menyembunyikan diri dibalik liang di belakang semak
belukar. Semak belukar yang sangat lebat hampir menyelimuti
liang yang terbuat secara alam itu, kembali tanpa sengaja
kakimu menginjak tempat tersebut kalau tidak, sulit untuk
menemukannya. Ong Peng dan Toan San sekalian berempat bersembunyi
pula disekeliling tempat itu, jelas sekali terlihat Cu Siauhong
sama sekali tidak punya rencana untuk mengundurkan
diri, ia telah menyiapkan suatu pertarungan seru didalam
hutan tersebut. Ternyata Keng-su kongcu tidak masuk, disamping tepi
hutan dia segera berhenti, lalu mengajak orang-orangnya
mengundurkan diri dari situ.
Menanti Keng-su kongcu sekalian sudah pergi jauh,
pelan-pelan Ong Peng baru berjalan menuju ke depan liang
sambil berkata: "Elang abu-abu, Keng-su sekalian telah
pergi, sebentar kamipun akan pergi pula, kau harus baikbaik
menjaga diri!" "Tunggu sebentar" mendadak si elang abu-abu Phu Hong
berseru, kemudian sambil merangkak keluar dari dalam
liang lanjutnya. "aku ingin berjumpa dengan cengcu kalian."
Jilid 33 "Cengcu sudah pergi lama sekali"
"Kalian " "Kami mendapat perintah untuk tetap tinggal disini untuk
melindungimu" "Aaai. .. hal ini sungguh membuat aku merasa sungkan"
"Phu Hong, sekarang kau baru mengerti bukan, meski
usia cengcu kami masih muda namun dia adalah seorang
yang cerdas, berbakat, berjiwa besar dan bijaksana, ia
memiliki kelebihan daripada orang biasa, lihatlah kami,
dengan hati yang rela kami bersedia menerima perintahnya
dan berbakti kepadanya, makin lama bukan semakin jemu,
justru rasa setia kami kepadanya bertambah menebal"
Si elang abu-abu Phu hong segera manggut-manggut.
"Kebaikan dari Cu Siau hong, cengcu kalian tak akan
kulupakan untuk selamanya, sekarang aku hendak mohon
diri lebih dulu" Dia membalikkan badan lalu berjalan ke luar hutan.
Langkahnya makin agak sempoyongan, jelas luka yang
dideritanya masih belum pulih kembali. Namun dia cukup
keras kepala, ia enggan menunjukkan rasa penderitaannya
dihadapan orang lain. Memandang hingga bayangan punggung Phu Hong pergi
jauh, Ong Peng baru memanggil Toan San sekalian
berempat untuk menampilkan diri..
"'Sebenarnya bocah keparat itu sudah membawa orangorangnya
memasuki hutan, diapun bisa lakukan
pertarungan terbuka disini, sungguh tak kusangka tanpa
melakukan sesuatu gerakanpun dia telah mengundurkan
diri dari sini" kata He Hay kemudian.
"Saudara Ong, kongcu sungguh baik hati, masa kami
melindungi musuh" timbrung Toan san pula. Mendengar
perkataan itu, Ong Peng segera tertawa.
"Sebenarnya akupun merasa agak heran, tapi setelah
kupikirkan kembali, sekarang baru kuketahui kalau
kecerdasan kongcu melebihi siapapun, misalnya saja Phu
Hong bila kita membunuhnya maka kematian orang itu
sama sekali takkan menimbulkan kerugian besar untuk
organisasi tersebut, sebaliknya bila dia dibiarkan hidup,
kekuatan yang timbul justru tak terlukiskan dengan katakata"
"Betul!"Toan san mengangguk.
'Yaa, padahal teori semacam ini amat mudah dipahami"
kata Lau Hong pula sambil tertawa.
"Teori apa?" Be Hui segera bertanya.
"Bila kongcu sama dengan kita, maka kita tak akan
bernama Su eng melainkan disebut Ngo kiat (lima orang
gagah)" Toan san segera tersenyum.
"Lau Hong ucapanmu itu keliru besar"
"Dimana letak kekeliruan itu?" Lau Hong tertegun.
"Kongcu itu siapa" Masa dibandingkan-bandingkan
dengan kita?". "Teguran toako memang benar sekali"
Jilid 34 Ong Peng segera bertanya, katanya kemudian:
"Kongcu kita adalah seorang yang sederhana", terhadap
persoalan semacam itu tak pernah dia memikirkannya ke
dalam hati" "Betul!" ucap Lau Hong pula sambil tertawa, "kongcu
adalah seorang manusia besar, seorang manusia cerdas,
masa dia akan meributkan persoalan semacam ini bersama
kita" "Lau heng, kau jangan berkata begitu, aku sudah cukup
lama berkumpul dengan kongcu, maka terhadap wataknya
jauh lebih memahami banyak daripada kalian, aku justru
mengerti bahwa ia lebih suka menganggap kita sebagai
sesama saudara daripada perbedaan tingkatan kedudukan"
kata Ong Peng tertawa. "Itu kan gaya dari seorang majikan, tapi kita sebagai
pembantu haruslah sedikit tahu diri" sela Toan San.
Lau Hong, Hee Hay dan Be Hui dengan cepat manggutmanggut
sambil mengiakan. Ong Peng yang menyaksikan
kejadian itu, diam-diam merasa sangat kagum, tampaknya
orang orang Pay-kau mempunyai disiplin yang sangat
tinggi, jauh lebih tinggi daripada orang-orang Kay pang.
Su-eng dan Cu Siau hong belum lama berkenalan,
sekalipun amat menaruh hormat akan wataknya dan
kecerdasannya, namun mustahil kalau kesemuanya itu
dilakukan dengan hati yang tulus.
Mereka berbuat demikian karena harus melaksanakan
perintah dari kaucunya, beberapa patah kata dari kaucu
mereka dalam pandangannya jauh lebih berbobot daripada
apapun juga, dan menjembatani pula rasa hormat mereka
terhadap Cu Siau hong. Toan San segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah Ong peng, kemudian setelah mendehem pelan
katanya: "Ong congkoan, kini majikan berada dimana?"
"Menuju ke dalam rumah gubuk itu" Ucap Ong Peng
sambil manggut-manggut. "Bagaimana dengan kita?"
"Sekarangjuga menyusul ke sana"
Menanti Toan San sekalian sampai didalam rumah gubuk
itu, benar juga Cu Siau hong berada disana, sedang Ui si jit
hou (tujuh ekor harimau dari keluarga Ui) juga berada
disekeliling rumah gubuk itu sambil bersiap siaga.
Seng Hong dan Hoa wan masing-masing membawa
sebuah lampu lentera berdiri di kedua belah sisi Cu Siau
hong. Kedua orang itu tiada hentinya memutar lampu lentera
ditangan mereka mengikuti geseran mata Cu Siau hong.
Ternyata si anak muda itu sedang melakukan
pemeriksaan yang seksama terhadap rumah gubuk itu.
Su eng segera tinggal diluar rumah melakukan
penjagaan, sedangkan Ong Peng melangkah masuk dengan
langkah lamban dan berdiri tenang disisi arena.
Menanti Cu Siau hong telah menyelesaikan
pemeriksaannya, Ong peng baru berkata dengan suara
pelan: "Phu Hong merasa amat berterima kasih kepada
kongcu"' "Dia masih sanggup untuk mempertahankan diri?" tanya
Cu Siau hong. "Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna,
tampaknya dia masih sanggup untuk mempertahankan diri"
"Bagus sekali kalau begitu"
Pelan-pelan Cu Siau hong bangkit berdiri, kemudian dari
tangan Seng Hong menerima sepucuk pedang dan lambatlambat
memainkan keempat gerakan delapan jurus itu."
Jilid 35 Setengah jam lebih setelah itu, Cu Siau hong baru
tersenyum puas dan melangkah keluar dari ruangan, lalu
sambil duduk di kursi katanya:
"Ong Peng, undang Toan San sekalian berempat masuk!"
Dengan hormat sekali Su eng menjura, kemudian baru
berkata: "Menjumpai kongcu!"
Cu Siau hong tertawa. "Mulai sekarang kita akan seringkali berkumpul, senang
sama dirasakan, susah sama diderita, kalian tak usah
banyak adat...." Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
Bagaimana dengan kepandaian ilmu pedang yang kalian
berempat miliki?" "Didalam permainan ilmu pedang, hamba sekalian sudah
mempunyai pengalaman selama delapan belas tahun"
"Kalian masib muda dan gagah, aku tahu ilmu pedang
yang kalian miliki sangat lihay, cuma ilmu pedang
mempunyai pelajaran yang sangat dalam, sekalipun
seorang manusia yang luar biasa juga tak akan sanggup
untuk menguasahi semua kepandaian itu, apalagi setiap
partai memiliki ciri khas serta keistimewaan masing-masing,
dalam kepandaian pedang akupun mengerti banyak sekali"
"Kongcu adalah seorang pendekar yang hebat, hamba
sekalian sudah pasti bukan tandingan" Cu Siau hong
tersenyum.. "0leh karena ilmu pedang tiap partai memiliki
keistimewaan masing-masing, maka aku bersedia
mewariskan apa yang telah kuketahui itu kepada kalian
semua, mungkin pemberianku itu tidak terhitung seberapa,
tapi anggaplah sebagai pemberian ku untuk kalian semua"
"Majikan berbicara kelewt serius."
"Ilmu pedangku cuma terdiri dari empatjurus dengan
delapan gerakan, setiap gerakan mempunyai dua macam
perubahan, sepintas lalu kelihatan seperti tidak rumit, cuma
ilmu pedang itu merupakan suatu ilmu pedang yang sangat
luwes dalam penggu-naannya"
"Baik, silahkan kongcu memberi petunjuk, kami semua
akan mendengarkannya dengan seksana"
Pada mulanya, Toan San, He hay, Lou Hong dan Be Hui
mengindahkan sopan santun dengan mengucapkan
beberapa patah kata sungkan, akan tetapi setelah menyaksi
kan permainan jurus pedang dari Cu Siau hong perasaan
mereka baru bergetar keras.
Terhadap ilmu pedang, keempat orang itu memiliki
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan yang luar biasa, maka begitu menyaksikan
perubahan jurus yang terdiri dari empat gerakan ini,
dengan cepat dapat disadarinya kalau ilmu pedang tersebut
merupakan serangkaian ilmu pedang pencabut nyawa.
ooo0ooo Jilid 36 BAGIAN 36 SEKETIKA itu juga timbullah perasaan kagum yang
benar-benar muncul dari perasaan hati yang tulus.
Didalam kenyataan, Jit Hou Su eng serta Seng Hong dan
Hoa Wan menaruh hormat kepada Cu Siau hong karena
mereka mendapat perintah untuk melaksanakan tugas, jadi
perasaan hormat itu bukan muncul dari hati sanubari
mereka yang tulus. Mereka semua merupakan murid-murid paling top dari
Kay pang serta Pay kau, lagipula mereka merupakan muridmurid
rahasia yang dididik dan dibina secara khusus oleh
pentolan dari kedua buah organisasi besar itu.
Terhadap kemampuan yang mereka miliki, boleh dibilang
orang-orang itu menaruh perasaan kagum yang tersendiri,
itulah sebabnya meski diluar mereka tunduk dan hormat,
namun bukan perasaan tunduk dan hormat yang tulus hati.
Cu Siau hong memahami akan hal ini, dia pun sadar jika
ia tidak dapat memperlihatkan suatu kepandaian yang
benar-benar bisa membuat orang menjadi kagum dan
takluk, sulit baginya untuk membuat orang-orang itu
tunduk secara tulus kepadanya. Keempat gerakan dengat
delapan jurus inilah merupakan penampilan
ketangguhannya dalam permainan pedang.
Betul juga di atas wajah Su eng segera muncul suatu
perasaan kagum yang luar biasa, dengan sinar yang amat
serius mereka berseru. "Ilmu pedang yang kongcu miliki benar-benar hebat
sekali, hari ini sepasang mata hamba sekalian benar-benar
merasa terbuka lebar"
Cu Siau hong tertawa. "Ke empat gerakan dengan delapan jurus ini terdiri dari
satu rangkaian ilmu pedang, dapatkah kalian mengingatnya
baik-baik?" Toan San sekalian berempat sedang berbisik-bisik
merundingkan sesuatu, kemudian baru jawabnya:
'Ilmu pedang itu merupunyai pelajaran yang amat luas
dan dalam sekali, untuk sesaat sukar buat kami untuk
menyerap intisari yang sebenarnya dari kepandaian itu,
dapatkah kongcu memainkan sekali lagi?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Boleh saja, nah perhatikanlah dengan seksama"
Sekali lagi dia mainkan jurus-jurus pedang itu dengan
gerakan yang lebih lamban lagi.
Kali ini kelambatannya boleh di bilang mencapai titik
yang terendah sehingga setiap jurus dapat terlihat dengan
jelas dan lebih seksama. Setelah itu Cu Siau hong baru menarik kembali
pedangnya dan berkata sambil tertawa. "Sudah kalian ingat
?" "Sudah !" "Bagus sekali . . ."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Seng Hong dan
Hoa Wan, Kemudian lanjutnya: "Apakah kalian pun dapat
melihat dengan jelas"'
"Sudah jelas" jawab Seng Hong dan Hoa wan berdua
hampir bersamaan waktunya. "Kalau begitu, pergilah untuk
melatih kepandaian tersebut agar lebih matang."
Su eng dan kedua orang kiam tong tersebut segera
mengiakan bersama dan buru-buru membalikkan badan
berlalu dari sana. Kini, di dalam ruangan itu tinggal Ong Peng seorang.
Sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong
Peng, pelan-pelan Cu Siau hong berkata lagi: 'Pergi dan
undanglah kemari Ui si jit hou!"
"Kongcu, mereka sedang melakukan perondaan disekitar
tempat ini, mana boleh diundang balik?"
"Aku rasa pada malam ini mereka tak akan balik kemari
lagi" "Ooooh. ..' 'Pergilah dan undang mereka masuk!"
Ong Peng segera mengiakan, dia segera membalikkan
badan dan berlalu dari situ. Tak lama kemudian ketujuh
harimau dari keluarga Ui itu sudah berjalan masuk ke dalam
rumah. "Menjumpai kongcu!' Ui It hou segera menjura.
"Tak usah banyak adat"
Tujuh harimau dari keluarga Ui segera berdiri berjajar
dihadapan anak muda itu dengan sikap yang amat menaruh
hormat: "Ada perintah apa kongcu mengundang kedatangan
kami"' tanya Ui It hou kemudian dengan hormat. "Apakah
kalian semua mempergunakan ilmu golok"
Ui It hou mengangguk. "Betul! Kepandaian silat yang hamba sekalian latih
adalah ilmu golok." "ilmu silat aliran Pak hay bun merupakan ilmu silat yang
mengutamakan serangan golok ditengah golok, Bu khek
buncu kami justru terluka oleh serangan golok ditengah
golok tersebut." "Menjawab pertanyaan kongcu, hamba sekalian baru
terjun ke dunia persilatan, tidak banyak persoalan dunia
persilatan yang kami ketahui.."
"Aku tahu, akupun tidak menanyakan persoalan tersebut
kepada kalian, aku hanya ingin mewariskan beberapa jurus
ilmu golok kepada kalian semua."
Ui It hou tidak seperti Toan San sekalian yang begitu
tahu diri, dia lebih jujur dan berterus terang daripada orang
lain, mendengar tawaran tersebut dengan cepat katanya
sambil membungkukkan badan:
"Ilmu golok yang hamba sekalian latih merupakan suatu
kepandaian yang agak aneh dan termasuk ilmu golok
pembunuh secara langsung, aku kuatir ilmu golok lainnya
tak akan sesuai bagi kami."
Dari nada pembicaraan tersebut bisa ditarik kesimpulan
kalau dia enggan menerima petunjuk dari Cu Siau hong.
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera tertawa:
"Lebih banyak ilmu silat yang dimiliki lebih baik untuk
manusia semacam kita ini, toh ilmu silat tidak akan
menindih badan" Ilmu golok yang akan kuwariskan kepada
kalian ini meski tidak termasuk suatu kepandaian yang
hebat atau luar biasa. Cuma paling tidak pun bukan ilmu
golok yang terlalu jelek, untung saja hanya terdiri dari tiga
jurus, sehingga untuk dipelajari pun amat cepat"
"Baik! Bila kongcu bersikeras akan mewariskan ilmu
golok kepada kami, sudah barang tentu hamba akan
menerima tawaran itu"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Bagaimana kalau golokmu dipinjamkan sebentar
kepadaku"." Dengan sangat menghormat Ui It hou menggangsurkan
goloknya kepada anak muda itu.
Cu Siau hong segera menyambut golok itu, kemudian
berkata: "Hanya suatu ilmu golok sederhana yang terdiri dari tiga
jurus saja, harap saudara sekalian perhatikan dengan
seksama" Dengan cepat dia memutar golok serta memainkan
ketiga jurus ilmu golok tersebut.
Sesudah menyaksikan permainan jurus itu, Ui It hou
sekalian baru berdiri tertegun karena tercengang. Ternyata
ketiga jurus serangan tersebut benar-benar merupakan
suatu ilmu golok yang sangat lihay.
Peluh dingin mendadak saja membasahi jidat Ui It hou,
dengan sangat hormat dia segera menjura seraya berseru:
"Kongcu lihay amat jurus serangan itu, betul-betul
merupakan jurus serangan yang luar biasa"
"Tidak terhitung suatu kepandaian sakti, bila kalian
merasa ketiga jurus ilmu golok itu masih bisa bermanfaat
bagi kalian, silahkan untuk melatihnya dengan lebih
seksama" "Hamba benar-benar tak tahu diri sehingga berbicara tak
benar, untuk kelancangan hamba mohon kongcu sudi
memaafkannya" "Tak usah sungkan-sungkan"
"Perubahan ilmu golok itu kelewat aneh, agaknya
dilancarkan semua dari sudut yang mustahil bisa dilakukan
orang, lagipula perubahannya cukup rumit, sedemikian
dahsyatnya perubahan itu sehingga hamba sekalian tak
sempat menyaksikan permainan jurus itu dengan jelas"
'Maksud Ui heng?" Sambil menjatuhkan diri berlutut, Ui It-hou cepat-cepat
berseru: "Hamba tidak berani, hamba bernama Ui It-hou"
"Baik!" kata Cu Siau-hong sambil tertawa.
"Ui It-hou, maksudmu ..'.
"Maksud hamba, harap Kongcu suka mengajarkan sekali
lagi kepada kami. . ."
"Baik perhatikan dengan seksama"
Pelan-pelan dia mengangkat golok dan sekali lagi
membawakan jurus-jurus serangan tersebut.
Kali ini ketujuh harimau itu memperhatikan dengan lebih
seksama lagi, hampir dengan mata yang terbelalak lebar
mereka ikuti semua gerakan itu satu persatu. Kali inipun Cu
Siau hong menggunakan gerakan yang paling lamban untuk
membawakan ke tiga jurus serangan tersebut..
Walaupun ilmu golok itu terdiri dari tiga jurus, dalam
kenyataan ketiga jurus serangan itu beruntun menjadi satu
sehingga mirip dengan gabungan satu jurus serangan
belaka, perubahan demi perubahan semuanya amat kecil,
tapi justru diantara perubahan yang amat kecil itulah,
tersimpan suatu jurus mematikan yang sangat dahsyat.
Ui si jit hou merupakan jago-jago yang ahli didalam
permainan ilmu golok, namun mereka belum pernah
menjumpai ilmu golok semacam ini, karena semua
kegunaan maupun gerakannya jauh berlawanan dengan
teori ilmu golok pada umumnya.
Mereka pun cukup menyadari, apabila ilmu golok
tersebut dipergunakan maka akan menghabiskan suatu
perubahan yang sama sekali diluar dugaan, membuat pihak
lawan sama sekali tidak menyangka akan datangnya
ancaman tersebut. "Kongcu, apakah ketiga jurus ilmu golok ini ada
namanya?" tanya Ui It hou kemudian.
"Sebut saja sebagai Poo mia sam to (tiga jujus golok
pelindung nyawa) " "Pesan dari kongcu mengandung arti yang mendalam,
hamba sekalian dapat memahami maksud kongcu itu, maka
bila tak sampai keadaan terdesak, kami tak akan
mempergunakan ketiga jurus ilmu golok tersebut"
"Kekuatan yang kita miliki kelewat sedikit, aku tidak
mengharapkan ada yang terluka atau tewas diantara kita"
"Hamba mengerti"
Perubahan jurus dari ketiga jurus ilmu pedang itu
membuat Cu Siau hong mendapatkan suatu ilham yang
aneh sekali. Saat itulah Ui jit hou menaruh hormat kepada Cu Siau
hong lantaran sedang melaksanakan perintah dalam
sekejap saja telah mengalami suatu perubahan yang besar
sekali, kini rasa hormat mereka benar-benar muncul dari
hati sanubari yang murni.
"Baik sekarang kalian boleh mulai melatih diri disini" kata
Cu Siau hong kemudian. Selesai berkata dia lantas beranjak
pergi meninggalkan tempat tersebut....
Dalam halaman rumah, Su eng sedang melatih beberapa
jurus ilmu pedang yang telah diwariskan kepada mereka itu.
Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang
menjauh, rasa hormat yang tulus segera muncul diatas
wajah Ui It hou, terdengar dia bergumam seorang diri:
"Dalam bidang apa saja dia selalu mengungguli kami,
dalam kenyataan kelihayannya memang jauh melebihi kami
semuanya, dia memang seorang majikan yang luar biasa,
beruntung sekali kami dapat mengikuti dirinya, sudah pasti
kepandaian serta keberhasilannya akan meninggalkan suatu
cerita yang hebat didalam dunia persilatan"
Ketika berjalan keluar dari pagar bambu Cu Siau hong
merasa agak bangga juga merasa agak sedih.
Sebetulnya ketiga jurus ilmu golok yang diwariskan itu
bukan ilmu golok yang sesungguhnya, melainkan tiga jurus
ilmu pedang yang dipelajarinya dari dalam kitab Bu beng
kiam boh (kitab ilmu pedang tanpa nama).
Sebetulnya kepandaian itu dinamakan To mia sam kiam
(tiga jurus pedang perenggut nyawa), suatu jurus pedang
yang sangat aneh tapi amat sakti, tiga jurus terlebur
menjadi satu dan merupakan serangkaian ilmu pedang yang
maha dahsyat. Akan tetapi setelah dipengaruhi oleh Cu Siau hong
akhirnya terciptalah suatu kepandaian ilmu golok yang
sangat hebat. Sudah barang tentu semua gerak serangannya sama
sekali berlawanan dengan gerakan ilmu golok pada
umumnya, justru karena itu pula, maka ada satu perasaan
ilmu golok itu menjadi begitu ganas dan luar biasa.
Dia telah merubah tiga jurus pedang menjadi tiga jurus
golok, diantara perubahan ilmu golok yang sangat aneh,
bagaimanapun juga hal ini mendatangkan perasaan bangga
baginya. Akan tetapi bila teringat berapa banyak orarg lagi yang
bakal tewas diujung senjata golok Ui si jit hou dalam
mempraktekkan ketiga jurus serangan tersebut, tanpa
terasa hatinya kembali jadi sedih.
Ia berpendapat, seandainya jurus golok dan jurus
pedang bisa dipersatukan, bukankah hal ini akan
menyebabkan jurus golok maupun ilmu pedang tersebut
semakin dahsyat lagi"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia mulai berpikir, dapatkah seseorang menggunakan
dua macam senjata, dengan dua macam jurus serangan
sekaligus, yakni menggunakan golok dan pedang"
Andaikata ditangan kiri membawa golok tangan kanan
membawa pedang, apakah kedua macam senjata yang
berada itu bisa di pergunakan bersama dalam suatu
gabungan rangkaian jurus serangan yang mematikan"
Dalam waktu singkat persoalan itu segera mencekam
dan menguasahi seluruh pikiran maupun perasaannya.
Sambil memejamkan mata dia mulai memeras otaknya
keras-keras, entah berapa lama sudah lewat. Tiba-tiba ia
mendengar suara teguran dari sisi telinganya:
"Kongcu, waktu sudah siang kau harus pergi beristirahat"
"Sekarang sudah jam berapa?"
"Kurang lebih kentongan ke empat"
"Baik mari kita kembali ke rumah penginapan"
"Kongcu" bisik Ong Peng lagi, "Tan Heng telah berjanji
denganku, sebelum kentongan ke lima, dia akan mengirim
kabar kemari" "Tak mungkin bisa sedemikian cepat" "Kongcu, Tan Heng
" "Aku tahu, mari kita pergi"
Sejak saat itu, baik Su-eng maupun Jit hou sudah mulai
menaruh perasaan kagum yang amat mendalam terhadap
kebijaksanaan serta ketangguhan Cu Siau-hong.
Bukan saja si anak muda itu sudah menampilkan
kecerdasan yang luar biasa dalam menghadapi lawan,
diapun menampilkan satu kepandaian silat yaug sangat
dahsyat. Ong Peng tidak banyak bicara lagi, buru-buru kawanan
jago itu berangkat kembali ke rumah penginapan. Sampai
tengah hari keesokannya, belum ada juga kabar berita dari
Tan Heng. Seng Tiong-gak, Tiong It-ki, Lik-Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo-tan pun tak ada yang kembali.
Ong Peng berusaha menahan diri, tapi setelah bersantap
siang, akhirnya dia tak sabar untuk menanti terus, dengan
cepat dia berkata: "Kongcu, mereka belum juga ada kabar beritanya"
"Aku tahu" "Sudah begini lama mereka belum
TIBA-TIBA para muka Cu Sian hong berubah menjadi
serius sekali, katanya dengan cepat.
"Semua tindakan maupun gerakan yang kita lakukan
yang bisa saja disertai oleh sua-tu rencana yang matang
namun kita tidak akan memiliki waktu yang luar biasa untuk
menyelamatkan suatu kegagalan"
Ong Peng segera mengangguk.
'"Apa yang kau katakan memang benar'
Mendadak terdengar suatu langkah kaki manusia
berkumandang memecahkan keheningan, seseorang telah
berjalan masuk dengan langkah lebar, ternyata dia adalah
Seng Tiong gak. Cu Siau hong benar-benar merasa amat gembira, sambil
tertawa serunya cepat. "Su....." Buru-buru Seng Tiong gak menukas:
"Tiong gak menjumpai majikan!"
"Apakah sudah melakukan kontak dengan lainnya"'
"Sudah ketiga orang nona selamat semua, sekarang
mereka sudah menyusul ke dalam suatu lingkungan
tertentu dan hingga kini masih bergumul dengan
sekawanan manusia." "Sekawanan manusia " manusia dari mana saja?"
"Asal usul mereka kurang begitu jelas, tapi semenjak It
ki sudah disekap cukup lama dalam kebun raya Ban Hoa
wan, sekarang ia sudah mendapatkan banyak perubahan,
berubah menjadi lebih matang"
"Ooooh " "Seng tayhiap, apakah kau telah berjumpa dengan Tan
Heng?" tiba-tiba Ong Peng menimbrung..
"Mungkin lantaran Tan heng sudah lama melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan, pengetahuannya juga
kelewat luas, ilmu menyaru mukanya jauh lebih hebat dari
pada kami, sehingga sekarang aku belum berhasil
menemukan jejaknya" "Oooh rupanya begitu"
Seng Tiong gak tertawa, katanya kembali.
"Cuma saudara 0ng tak usah kuatir, kami saja tidak
mengalani cidera atau kerugian apa-apa, apalagi yang lihay
seperti saudara Tan"..
"Aaai... bila dia tidak kelewat kemaruk akan pahala, hal
ini sulit untuk dibicarakan lagi" Seng Tiong gak kembali
tertawa: "Kongcu" katanya kemudian, "bila tiada pesan yang lain,
Tiong gak ingin mohon diri lebih dulu"
"Beristirahatlah lebih dulu, sebentar kita akan berbicara
lagi dengan seksama"
Dia sangat menguatirkan dari keselamatan dari Tong It
ki, tapi sampai sekarang kekuatiran tersebut belum juga
diutarakan ke luar. Memandang hingga Seng Tiong gak telah berlalu dari
situ, dengan suara rendah Ong Peng segera berkata:
"Kongcu apakah kita akan melakukan suatu gerakan?"
"Tunggu sampai mereka telah kembali semua, baru
dirundingkan lebih jauh, aku telah berkata, siapapun harus
sudah kembali kemari sebelum matahari tenggelam hari ini,
aku tidak ingin menyaksikan ada orang yang melanggar
perintahku ini." Walaupun senyuman masih menghiasi wajahnya, namun
ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang tegas.
Ong Peng tidak berani banyak bicara lagi, dia segera
memberi hormat dan mengundurkan diri dari situ. Seng
Hong dan Hoa wan berdua masih tetap berdiri dibelakang
tubuh Cu Siau hong. "Kalian pun boleh pergi beristirahat" kita Cu Siau hong
kemudian" kemungkinan besar akan terlibat dalam suatu
pertarungan yang sengit pada malam nanti"
Seng Hong segera membungkukkan badan sambil
memberi hormat, katanya: 'Keselamatan kongcu merupakan persoalan yang paling
kami kuatirkan, lagi pula hambapun tidak merasa
kelelahan" "Untuk bisa mendapatkan semangat serta tenaga yang
baru, maka seseorang mesti beristirahat dengan
secukupnya, dengan begitu kau baru akan memiliki
kekuatan yang paling baik untuk membunuh musuh, nah
mundurlah kalian beristirahat, jauh lebih penting dari pada
segala-galanya". "Kongcu, biarlah hamba dan Hoa wan secara bergilir
berjaga-jaga disini, sehingga bilamana perlu kongcupun
bisa memberikan perintahnya kepada kami"
Menyaksikan kesungguhan hati mereka, Cu Siau hong
merasa tak enak untuk menampik, terpaksa dia manggutmanggut...
"Kalau begitu berjaga-jagalah diluar kamar, didalam dua
jam mendatang siapapun dilarang mengusik diriku"
"Seandainya dia telah kembali?"
"Suruh mereka menunggu, menunggu setelah dua jam
lagi baru datang menjumpai aku."
"Hamba turut perintah"
Bersama Hoa wan, ia segera mengundurkan diri dari situ.
Cu Siau hong segera menutup kamar dan beristirahat
sebentar, kemudian dengan jari tangan menggantikan
pedang, ia mulai melatih jurus-jurus pedang yang tertera
didalam kitab tanpa nama itu.
Semua teori tersebut sudah dia hapal di luar kepala, kini
tinggal melatihnya hingga matang..
Selama ini, belum pernah dia mempuyai perasaan bahwa
ilmu silat merupakan suatu kebutuhan yang amat
mendesak seperti kali ini..
Entah bagaimanakah jalan pemikiranmu, tapi bila
seorang manusia sudah terjun ke dunia persilatan, maka dia
tak dapat kelewat mengikat diri dalam peraturan, atau
dengan perkataan lain jika seseorang ingin memimpin suatu
kelompok atau organisasi, maka baik didalam ilmu silat
maupun dalam akal cerdik, dia mesti memiliki kelebihan
dari pada orang lain. Dia teringat betapa banyaknya waktu yang dia
hamburkan dimasa lalu, padahal sudah banyak jurus
serangan yang tercantum dalam kitab tanpa nama itu yang
dihapalkan olehnya, namun hingga kini belum pernah
melatihnya secara bersungguh-sungguh.
Bila dia mau melatih diri dengan setulus hati, maka
sekarang paling tidak sebagian besar jurus serangan
tersebut sudah dapat dikuasahi olehnya.
Kini dia harus mempergunakan setiap detik yang ada
untuk mempelajari semua jurus pedang yang ada dalam
kitab tersebut. Setelah melewatkan banyak waktu untuk beristirahat dan
berpikir, akhirnya dia menjumpai banyak jurus pedang yang
tercantum didalam kitab tersebut tiada suatupun yang
bukan merupakan jurus serangan yang biasa. Asal dia
mengambil berapa jurus saja diantaranya untuk diwariskan
kepada orang lain, maka hal tersebut tentu akan merasa
terkejut bercampur keheranan.
Maka seorang pendekar pedang yang amat lihay pun
secara diam-diam telah muncul dalam dunia persilatan.
Dia tumbuh dalam suasana yang serba terburu dan serta
repot oleh keadaan. Baru saja Cu Siau hong selesai melatih serangkaian ilmu
pedang, dari luar pintu sudah terdengar suara orang
mengetuk pintu sambil berseru dengan suara keras:
"Kongcu. kongcu..."
Itulah suara dari Seng Hong.
Cu Siau hong bangkit berdiri, mengatur pernapasan dan
pelan-pelan membuka pintu.
Tampak Tan Heng bermandikan keringat serta tubuh
yang kotor karena debu sedang berdiri dibelakang Seng
Hong. Tak usah ditanya lagi, sudah pasti ada persoalan penting
yang hendak segera disampaikan. Benar juga, belum
sampai Cu Siau hong bertanya, Tan Heng telah berkata
lebih dulu: ''Kongcu, Lik hoo, Ui bwee dan Ang Bo tan berada dalam
keadaan berbahaya, dia minta bantuan kongcu untuk
mengirim orang kesana menolong mereka bertiga!"
''Sekarang dimana orangnya"."
"Disekap dalam perahu besar yang berlabuh ditepi pantai
Siang kang" ''Diatas perahu?". ''Benar!" "Baik, masuklah lebih dulu, seka keringat diatas
wajahmu, kemudian terangkan yang lebih jelas".
"Tidak kongcu!, menolong orang bagaikan menolong api,
untuk menolong mereka kita musti bergerak sekarang
juga". Cu Siau hong segera tarik napas panjang-panjang,
sahutnya kemudian: ''Baiklah, mari kita segera berangkat"
"Kongcu, siapa saja yang turut didalam operasi kali ini?"
tanya Seng Hong cepat. ''Panggil Ong Peng, kita akan berangkat dulu, sedang kau
dengan membawa Seng ya, Su eng dan Jit hou menyusul
belakangan" Seng Hong mengiakan dan segera membalikkan badan
berlalu dari situ. ooo0ooo DITEPI sungai siang kang, tampak sebuah perahu besar
berlabuh disitu, perahu itu termasuk ukuran besar, berlayar
dua, berwarna merah dengan tulisan emas yang tertulis
disitu adalah kata-kata: "Siu say tok hu."
"Oooh,.. perahu ini adalah perahu seorang pembesar"
kata Cu Siau hong setelah melihat keadaan perahu
tersebut. "Yaa, dalam perahu inilah mereka disekap, dengan
kepala mata sendiri kusaksikan mereka bertiga dinaikkan ke
atas perahu tersebut"
"Apakah kau tidak salah melihat" Kalau perahu yang
digunakan adalah perahu pembesar, titik kelemahan yang
ada disini menjadi besar sekali...".
"Benarkah perahu pembesar, aku tidak tahu, tapi aku
berani menjamin kalau mere-ka bertiga naik ke atas perahu
ini". Dengan cepat dia melanjutkan:
"Kecuali dengan cepat mereka memindahkan pula
mereka bertiga ke tempat lain, tetapi aku rasa hal ini tidak
mungkin bisa terjadi"
"Baik, mari kiia naik keatas perahu" Tan Heng
menghembuskan napas panjang, kemudian berkata.
"Kongcu, seandainya perahu ini benar-benar adalah
perahu pembesar, maka bila kia naik ke atas, apakah tidak
akan menimbulkan kesulitan yang amat besar untuk kita?"
"Perduli perahu mereka adalah perahu milik siapa,
pokoknya asal mereka berani menawan Lik hoo, Ui Bwee
dan Ang Bo tan, maka kita tak usah takuti dirinya lagi"
"Ooooh..."' Cu Siau hong memperhatikan sekejap suasana sekeliling
tempat itu, segera di jumpainya ada sebuah papan
penyeberang menghubungkan daratan dengan perahu itu,
tanpa berbicara dia segera menuju ke dalam perahu
tersebut. Seng Hong dan Hoa Wan dengan cepat mengikuti
dibelakangnya. Sedangkan Tan Heng, dan Ong Peng
menyusul di belakang Hoa Wan.
Perahu tersebut adalah sebuah perahu besar yang amat
hebat, bahkan diatas papan penyeberangan dilapisi dengan
permadani berwarna merah.
Kalau di lihat dari bentuknya maka perahu besar ini
adalah sebuah perahu penumpang. Ruangan perahu yang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersedia hampir menempati sebagian besar dari perahu itu.
Pintu depan ruang perahu berukirkan suatu ukiran yang
indah, tirai putih menutupi jendela, malah didepan pintu
masih tergantung `dua' buah lentera model keraton.
Diatas geladak suasana amat sepi dan tak nampak
sesosok bayangan manusiapun. Sambil menghembuskan
napas panjang, Cu Siau hong berkata:
"Seng Hong, kesanalah dan ketuk pintu, mohon
bertemu" Seng Hong mengiakan, dia meraba gagang pedang
diatas bahunya, lalu selangkah demi selangkah maju ke
depan. Sebagai seorang pendekar pedang, meraba gagang
pedang yang biasa dipergunakannya merupakan suatu
kebiasaan bila menghadapi suatu peristiwa, karena dengan
meraba gagang pedang tersebut maka akan mendatangkan
suatu perasaan siap dan keyakinan pada kemampuan
sendiri yang amat tebal. Seng Hong yang tebal mendapat didikan dengan disiplin
tinggi segera maju mengetuk pintu ruang perahu, kemudian
dengan cepat dia mundur kembali selangkah.
Pintu ruang perahu segera terbuka seorang lelaki
setengah umur yang berbaju warna hitam dengan
membawa sebuah huncwee berjalan keluar, dia
memperhatikan Seng Hong sekejap, kemudian tegurnya:
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Apa kedudukan lo heng di tempat ini?"
Bukan menjawab pertanyaan itu, lelaki setengah umur
tersebut menjadi naik pitam.
"Kau tahu tempat apakah ini?" teriak nya.
"Aku tahu, inilah sebuah perahu pembesar"
Lelaki setengah umur itu kembali tertawa dingin.
"Kalau sudah tahu kalau perahu seorang pembesar, mau
apa kau naik kemari" Seng Hong tertawa.
"Aku tahu kalau perahu ini adalah sebuah perahu
pembesar, tapi orang yang mempunyai pangkat, biasanya
sangat tahu aturan, oleh karena itu kongcu kami sengaja
datang berkunjung kemari"..
"Ooooh ! ada urusan apa kongcu kalian datang kemari".
"Tentunya kau bukan tuan rumah bukan?" tukas Seng
Hong sambil tertawa lebar.
"Walaupun lohu bukan tuan rumah, namun kedudukanku
adalah seorang congkoan, persoalan yang ada dalam
perahu ini entah kecil atau besar harus mendapatkan
persetujuanku lebih dulu!"
"Walaupun ucapanmu ada benarnya, namun kau hanya
bisa berbicara denganku, sebab kedudukan kongcu kami
amat terhormat, kedudukanmu sebagai congkoan madih
belum berbobot" Lelaki setengah umur itu menjadi gusar sekali tiba-tiba
bentaknya dengau suara keras:
"Hei, kau lagi ngaco belo apa saja."
"Aku tidak mengaco belo, apa yang kujawab adalah katakata
yang sebenarnya, congkoan tayjin, setelah kami berani
datang kemari, itu berarti kami tidak akan takut
menghadapi persoalan macam apapun, paling baik lagi
kalau kita bisa berbincang-bincang dalam suasana yang
baik dan damai". Lelaki setengah umur itu mendengus dingin, sorot
matanya segera dialihkan kesamping dan memperhatikan
sekejap Cu Siau hong yang waktu itu sedang bergendong
tangan sambil memandang angkasa.
"Diakah kongcu kalian?", tegurnya kemudian.
"Betul ... " "Baik kalau kalian tak berani memanggil nya, biar aku
yang memanggil." Seraya berkata lelaki setengah umur itu
segera maju ke depan. Mendadak Seng Hong merentangkan tangan kanannya
untuk menghalangi jalan pergi lelaki setengah umur itu
tegurnya lagi ketus: "Tunggu sebentar, lebih baik panggil keluar majikanmu
lebih dulu baru berbicara lagi."
Lelaki setengah umur itu menghisap huncweenya dalamdalam,
kemudian baru tertawa seraya berkata:
"Anak muda nyalimu benar-benar besar sekali"
"Kalau nyaliku tidak besar masa berani naik ke atas
perahu kalian ini?" "Ehm .... kebesaran nyalimu memang sangat
mengagumkan, sudah banyak manusia yang pernah lohu
jumpai, tapi belum pernah kujumpai seorang manusia yang
bernyali besar takebur seperti kau"
"Mana, mana, hari ini kau toh sudah menjumpainya"
Lelaki setengah umur itu segera manggut-manggut.
"Baiklah, sekarang aku hendak memberitahukan kepada
kalian, siapa saja yang tinggal didalam perahu ini" katanya.
'"Siapa"'' "Keluarga dari Cu Hu ciang, panglima air yang
menguasahi sepanjang sungai Tiang kang!".
"Keluarganya yang tinggal disini!"
"Benar, bila panglima sendiri berada diperahu ini, hmm...
cukup menyaksikan caramu naik ke perahu sambil
membawa pedangpun sudah akan dicap sebagai
pemeberontak yang bermaksud jahat, sedari tadi kau sudah
dibekuk batang lehernya"
"Congkoan tayjin sekarang panglima tidak berada disini,
siapakah diantara penghuni perahu ini yang dapat
mengambil keputusan?"
"Sudah barang tentu Cu hujin"
Seng Hong berpaling dan memandang sekejap ke arah
Cu Siau hong, melihat pemuda itu tidak bermaksud untuk
menghalangi perbuatannya, bahkan berlagak seakan-akan
tidak melihat ataupun mendengar dengan cepat dia tertawa
kembali: "Kalau begitu undanglah keluar Cuhujin."
"Hmmm, kau benar-benar kurang ajar!" seru lelaki
setengah umur itu marah. Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya sambil
melancarkan cengkeraman kedepan.
Dengan cekatan Seng Hong berkelit ke samping
kemudian sambil membalikkan badan dia lancarkan sebuah
babatan balasan. Dengan tangan sebelah memegang huncwe, tangan yang
lain bertarung melawan Seng Hong, dalam waktu singkat
lelaki setengah umur itu sudah melepaskan serangan
sebanyak sepuluh jurus. Seng Hong tidak berhasil menyarangkan pukulan
maupun totokannya ketubuh lelaki
Setengah umur itu, sebaliknya lelaki setengah umur
itupun tidak berhasil mencengkaram urat nadi pada
pergelangan tangan Seng Hong.
Dengan cepat lelaki setengah umur itu mundur satu
langkah, kemudian sambil menghentikan serangannya dia
berkata: "Bagus sekali anak muda, kepandaian silat yang kau
miliki memang hebat sekali"
"Sama sama, sama sama. . ."
Hoa Wan yang selama ini berdiri disamping Cu Siauhong,
mendadak buka suara sambil berkata:
"Seng Hong, kongcu sudah tidak sabar lagi untuk
menunggu lebih lama "
Seng Hong mengiakan, tangan kanannya segera
menggenggam gagang pedangnya dan berkata dingin:
"Bila kau tidak bersedia juga untuk memberikan laporan
ke dalam atas kedatangan kami.. jangan salahkan kalau
aku akan menggunakan pedang untuk menyerangnu."
Sebenarnya lelaki setengah umur itu tidak memandang
sebelah matapun terhadap Seng Hong, tapi setelah terjadi
pertarungan barusan, dia baru sadar kalau telah berjumpa
dengan musuh tangguh. Kalau dilihat gerak gerik si bocah muda yang begitu
cepat cekatan, bisa ditarik kesimpulan kalau dia adalah
seorang manusia yang tidak gampang untuk dihadapi.
Memandang sekejap kearah Hoa wan, lalu memandang
pula kearah Cu Siau hong, akhirnya lelaki setengah umur
itu merasa jeri dengan sendirinya, pelan-pelan dia
menyahut: "Baiklah,jika kalian bersikeras hendak menjumpainya,
terpaksa aku harus memberikan laporan ke dalam"
"Kami bersikeras akan menjumpainya, kalau bisa makin
cepat semakin baik", sambung Seng Hong dingin.
"Baik, harap kalian tunggu sebentar"
"Tunggu sebentar"
Sebetulnya lelaki setengah umur itu sudah bersiap-siap
untuk membalikkan badan dan masuk kedalam, mendengar
seruan tersebut, dia segera berhenti kembali.
"Ada urusan apa"' dia bertanya.
''Kongcu kami sudah tidak sabar menunggu, sebagai
Congkoan seharusnya kau persilahkan kongcu kami untuk
masuk ke ruanganmu dan duduk menunggu disitu"
"Baiklah!" Dengan langkah cepat Seng Hong segera menuju ke
hadapan Cu Siau hong dan berkata sambil memberi
hormat: "Silahkan masuk ke ruangan untuk duduk lebih dulu
kongcu!" Cu Siau hong mengangguk dan segera melangkah masuk
ke dalam ruangan perahu. Seng Hong dan Hoa wan berjalan lebih dulu dipaling
depan, Cu Siau hong di tengah dan Ong Peng serta Tan
Heng mengikuti dari belakang.
Waktu itu Tan Heng telah membersihkan obat penyaru
mukanya dan pulih kembali dalam wajah aslinya. Ruangan
tamu dalam perahu itu amat besar, disitu tersedia enam
buah kursi. Sambil menghembuskan napas panjang, Seng Hong
berkata: "Congkoan, cepat melaporkan kedatangan kami kepada
majikanmu" Lelaki setengah umur itu tertawa hambar, katanya:
"Sekarang juga aku akan pergi,tapi ada satu hal perlu
kuterangkan lebih dulu"
"Baik katakanlah"
"Kalian berani memasuki ruangan yang dihuni keluarga
pembesar, dosa ini sudah cukup untuk menjatuhkan
hukuman mati kepada kalian. Apakah saudara semua
merasa perlu untuk memikirkannya kembali?"
"Apalagi yang musti dipikirkan" Tak usah dipikirkan lagi,
kalau tidak ada keyakinan yang bisa diandalkan, masa akan
datang kemari. Laporkan saja kehadiran kami ini"
Tanpa berbicara lagi lelaki setengah umur itu segera
membalikkan badannya dan berlalu dari situ.
Tak selang beberepa saat kemudian mereka dengar
suara mainan yang berdentingan lalu tampak dua orang
dayang berbaju putih sambil membimbing seorang
perempuan cantik berbaju hijau pelan-pelan berjalan
keluar. Dia adalah seorang perempuan yang amat cantik dengan
mengenakan gaun berwarna hijau, kulit badannya putih dan
halus sekali, gaun panjangnya nampak menutupi sepasang
kakinya hingga sewaktu berjalan amat tertatih-tatih,
agaknya dia berkaki kecil.
Sebenarnya perempuan itu tidak terlampau cantik, tapi
justru mempunyai kematangan seorang perempuan yang
merangsang, Diantara bibirnya yang mungil tampak dua
baris giginya yang kecil dan putih bersih begitu munculkan
diri segera tegurnya "Siapakah yang ingin berjumpa denganku?". Sambil
berkata sepasang matanya dengan cepat dialihkan ke wajah
Cu Siau hong. "Aku ingin menjumpai hujin", jawab Cu Siau hong sambil
tertawa. "Tolong tanya siapa namamu?"
"Cu Siau hong, cengcu dari perkampungan Ing gwat san
ceng" "Aku adalah Lok ong si!"
"Lok hujin!' "Tidak berani, seingatku belum pernah berjumpa muka
dengan Cu cengcu" "Aku orang she Cu pun tidak kenal dengan hujin, aku
baru pertama kali ini datang berkunjung"
"Kalau begitu Cu Cengcu adalah sahabat karib suamiku?"
"Dengan Lok sianseng pun aku belum pernah bersua
muka" "Kalau memang tak pernah saling mengenal, tindakan Cu
Cengcu yang berkunjung ke perahu kami ini apakah tidak
terasa agak berlebihan?"
"Ya, kedatanganku memang terasa agak berlebihan,
cuma kalau tak ada urusan tentu tak akan berkunjung
kemari, aku ingin minta beberapa keterangan tentang suatu
persoalan" "Baik, katakanlah Cu cengcu"
"Aku ingin tahu apakah kedudukan yang sebenarnya dari
Liok tayjin?" "Suamiku adalah wakil panglima yang menguasai daerah
sepanjang sungai Siang kang"
"Oooh .... kalau begitu suatu pangkat yang sangat tinggi"
"Tidak berani, yaa begitulah"
"Hujin, apakah Lok Tayjin tidak berada diatas perahu?"
"Tidak ada, dia sedang ada urusan di kota Siang yang,
tapi sebelum hari menjadi malam nanti pasti sudah kembali
kemari" "Seandainya aku ingin mengajukan pertanyaan kepada
hujin, apakah hujin dapat mengambil keputusan?"
"Ini tergantung pada urusan apakah itu. . "selanya, "aku
tak pernah mencampuri urusan dinas suamiku"
"Persoalan ini boleh dibilang termasuk setengah dinas
setengah pribadi ...."
"Kalau begitu silahkan cengcu utarakan"
Dia lemah lembut dan penuh sopan santun, memang
gerak geriknya menunjukkan gaya seorang nyonya besar.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cu Siau hong memperhatikan Lok hujin sekejap, lalu
ujarnya sambil tertawa: 'Hujin, apakah pihak panglima
mengurusi soal tangkap menangkap orang. ..?"
ooo0ooo Jilid 39 SOAL ini aku tahu, tapi yang membunuh kita kan bukan
Cu cengcu?" seru loji cepat.
"Inilah yang dinamakan siasat melimpahkan bencana
kepada orang lain, mereka telah mempersiapkan segala
sesuatunya secara sempurna, lagi pula dengan cepat kabar
berita ini akan tersiar sampai ke puncak Sin li hong di bukit
Wu san." "Padahal Cu cengcu tidak berniat untuk membunuh kita,
persoalan ini harus diusahakan agarjangan sampai diketahui
Popo, kita harus berusaha sedapat mungkin agar siasat keji
mereka ini jangan sampai bisa terlaksana. . ."
Sang Lotoa segera, tertawa getir, katanya:
"Sekarang, sekalipun mereka bersedia melepaskan kita,
kita pun tak akan sempat untuk mengirim kabar tersebut ke
atas pun-cak Sin li-hong, karena nyawa kita berdua sudah
tinggal beberapa kentongan lagi"
Cu Siau-hong yang ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut segera merasa kalau ia tak bisa berpeluk tangan
belaka, maka sambil maju dua langkah ke depan selanya:
"Saudara berdua, bilamana kalian percaya dengan aku,
tak ada salahnya kalau kita rundingkan bersama persoalan
ini". "Dirundingkan bersama?" tanya sang lotoa.
"Benar, misalnya racun keji yang mengidap dalam tubuh
kalian berdua, mungkin kami dapat membantu kalian untuk
memunahkannya, ,atau bila kalian berdua masih ada
persoalan yang tak bisa diselesaikan, kamipun bersedia
untuk membantu kalian untuk menyelssaikannya, cuma
dibalik kesemuanya ini masih ada sebuah syarat yang
paling penting ......"
"Syarat apa?" "Berbicara terus terang saja, hanya sepatah kata bohong
saja, kemungkinan besar akan membengkalaikan urusan
besar dan mencelakai kalian berdua, meski itupun bakal
mempengaruhi kami juga."
Lo toa dari Wu san siang sat itu termenung dan berpikir
sebentar, kemudian katanya:
"Aku adalah Sim Ciong, tiga puluh tahun telah
ditaklukkan oleh Wu san popo dan ditugaskan menjaga
istananya dipuncak Sin li-hong, selama puluhun tahun
terakhir ini kehidupan kami selalu tenteram dan penuh
kedamaian. bukan saja kami telah melupakan ilmu silat,
jadi orangpun agak malas, tapi kami masih tetap berambisi
besar, kami masih mengira dunia persilatan setelah tiga
puluh tahun kemudian masih tetap merupakan dunianya
kami " Cu Siau tong mendehem pelan menukas pembicaraan
Sim Ciong yang belum selesai, kemudian katanya:
"Sim lotoa lebih baik kita tak usah memperbincangkan
persoalan semacam itu, aku hanya ingin tahu kenapa
secara tiba-tiba kalian meninggalkan istana Sin li hu dan
datang ke kota Siang yang untuk membunuh kami...?"
Sim Cong tertawa getir: "Sebenarnya hal ini berdasarkan maksud baik popo,
ketika ia menyaksikan kami sudah hampirtiga puluh tahun
lamanya hidup terpencil diatas puncak bukit tanpa
meninggalkan barang selangkah pun, maka beliaupun
menitahkan kepada kami berdua agar berlibur selama tiga
bulan dengan berpesiar ke bawah bukit, sungguh tak
disangka kami telah berjumpa dengan seorang sahabat
karib kami yang secara diam-diam telah meracuni arak
yang kita minum, dalam keadaan begitulah kami dipaksa
untuk datang kemari membunuh kau, soal pertama, kami
dua bersaudara masih mempunyai kesombongan dan
kejumawaan seperti tiga puluh tahun berselang, kami
merasa tiada persoalan sulit yang tak bisa kami selesaikan,
Kedua, kehidupan kamipun sudah terancam maka
permintaan merekapun lantas kami luluskan"
"Oooh .....kiranya begitu, jadi kalian berdua hanya
diperalat orang saja ......"kata Cu Siau hong.
"Tapi kenyataan sekarang, ilmu silat yang dimiliki dua
orang saudara kecil ini terlalu hebat sehingga membuat
tujuan kami tak bisa tercapai, tapi yang paling penting lagi
adalah kami telah memikirkan persoalan ini dengan
seksama, makin dipikir kami merasakan kesemuanya
semakin tidak beres, tiga puluh tahun hidup terpencil
dibukit Wu san membuat hawa pembunuh kami telah lama
punah, ambisi kami juga terkendali, kami paham akan
keadaan yang sesungguhnya, kami rasa sekalipun harus
mati keracunan juga tidak seharusnya tanpa sebab datang
kemari mencari dirimu"
"Kalian berdua bisa mempunyai ingatan mulia, hal ini
sungguh membuat aku merasa berterima kasih sekali"
"Setelah bertarung melawan dua orang pembantu
cengcu, kami baru merasa bahwa sebenarnya kami dua
bersaudara telah diti-pu orang, sebenarnya cara semacam
ini merupakan suatu cara pembunuhan secara halus"
"Oooh . . " "Mungkin mereka sudah tahu kalau kami bukan
tandingan dari cengcu, maka merekapun lantas menyusun
rencana dengan mengorbankan nyawa kami berdua agar
bisa memancing kedatangan Wu-san-popo!'
Walaupun Cu Siau-hong tidak tahu siapakah gerangan
manusia yang bernawa Wu san popo itu, tapi menyakstkan
sikap menghormat yang terpancar keluar dari wajah Sim
Ciong, dapat diduga kalau orang itu pasti seorang jagoan
yang luar biasa. Maka dia lantas berkata kembali:
"Wu-san-popo adalah seorang Bu-lim cianpwe, masa dia
bisa ditipu secara gampang"
"Rencana mereka telah diatur secara teliti dan sempurna,
seandainya kami berdua tidak berhasil membongkar rahasia
mereka secara kebetulan, kemungkinan besar nyawa kami
berdua benar-benar telah terluka ditangan cengcu, bila
sampai demikian, berarti apa yang mereka harap pasti akan
tercapai pula dengan sendirinya."
"Masih untung kalian berhasil membong-kar rencana keji
mereka tepat pada waktunya."
"Kini rahasia tersebut sudah dapat diketahui, cuma kami
tak mampu untuk mengirim kembali kabar tersebut ke bukit
Wu-san" "Apakah racun yang bersarang ditubuh kalian berdua
masih mungkin ditolong!"
"Bila dapat berjumpa dengan popo, aku percaya dia
masih sanggup untuk memunahkan pengaruh racun yang
mengendon dalam tubuh kami, persoalannya skarang
adalah kami sama sekali tidak mempunyai kesempatan
untuk dapat berjumpa lagi dengannya"
"Sim lotoa mempunyai usul bagaimana" Asal kami dapat
melakukannya, pasti akan kami lakukan sedapat mungkin"
"Kami sih sudah pasti mati, tapi sampai matipun kami
tak akan membuat rencana mereka berhasil dicapai
sebagaimana yang diharapkan."
"Tapi bagaimana pula caranya untuk merusak rencana
mereka itu dan jangan sampai membuat Wu san popo
menaruh kesalah pahaman terhadap kami?"
Dengan suara rendah Sim Ciong berkata:
"Lohu akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu,
dikemudian hari bila kalian bertemu dengan popo maka
katakanlah kepadanya, dia pasti akan mempercayai
perkataanmu" "Aku akan mendengarkan dengan seksama"
Dengan suara yang sangat lirih Sim Ciong segera
memberitahukan suatu rahasia, sedemikian rendahnya
suara itu sehingga hanya Cu Siau hong seorang yang dapat
mendengar. Selesai mendengarkan rahasia tersbut, Cu Siau hong
segera manggut-manggut, katanya:
"Aku telah mengingatnya baik-baik"
Mendadak Sim Ciong mempertinggi suaranya, berseru
kembali: "Cu cengcu, kau kelewat muda, sedangkan lohu sudah
tua sekali, diantara kita terdapat suatu perbedaan umur
yang amat besar sekali, lohu tidak memahami asal usulmu,
juga tidak memahami watakmu, tapi stelah bertarung
dengan kedua orang kiam-tong mu tadi, kamipun dapat
menyimpulkan satu hal."
"Soal apa ?" "Kalian semua adalah jago-jago muda yang rata-rata
berkepandaian sempurna kalau pelayannya, saja sudah
begitu lihay, apalagi majikannya ini membuktikan juga
kalau ilmu silat yang sudah diturunkan generasi selanjutnya
makin lama telah berubah makin lihay, membuat orang
merasakan suatu perubahan yang luar biasa ....
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:
"Cuma anak muda biasanya memang mengidap satu
penyakit yang sama, yakni jumawa, tekebur dan tinggi hati"
"Oooh. . ." "Kalian jangan memandang rendah kemampuan Sin li hu,
kepandaian silat yang dimiliki Wu san popo sudah mencapai
puncak kesempurnaan yang luar biasa, dua belas orang
dayangnya saja sudah memiliki kepandaian yang lihay, bila
suatu ketika sampai terjadi bentrokan, maka akibatnya
pasti akan mengerikan sekali."
"Kami pasti akan melaksanakan semua tindakan dengan
berhati-hati dan seksama"
"Hanya berhati-hati dan seksama masih belum cukup,
yang paling penting adalah sikap merendah dan sabar" kata
Sim Ciong. "Wu san popo adalah seorang yang berwatak
berangasan, setelah peristiwa ini menyangkut diri kami,
maka cepat atau lambat mereka pasti akan mencari pula
kalian semua, entah persoalan tersebut ada sangkut
pautnya dengan kalian atau tidak, didalam perjumpaan
yang pertama kali, soal damprat mendamprat, tegur
menegur sudah pasti akan berlangsung, saat itu bila kau Cu
Cengcu tak bisa bersabar diri maka kedua belah pihak pasti
akan menjadi bentrokan langsung"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Padahal senjata tajam tak bermata, bila suatu
pertarungan sampai terjadi, maka korbanpun pasti akan
saling berjatuhan, pada hakekatnya keadaan semacam itu
tak akan memberi kesempatan kepada kalian untuk
menerangkan duduk persoalan sampai jelas."
"Terima kasih banyak atss petunjukmu, aku pasti akan
menghadapi mereka dengan berhati-hati"
"Bukan hanya kau, yang penting kaupun harus
mengendalikan anak buahmu secara ketat, jangan sampai
merusak suasana karena suatu keributan yang tak ada
harganya." Cu Siau-hong manggut-manggut:
"Semua nasehatmu pasti akan kuingat selalu"
"Baik, kalau begitu kami akan mohon diri lebih dulu"
"Bagaimana dengan racun keji yang menyerang ditubuh
kalian?" "Tidak menjadi soal, asal kalian ingat saja sekalipun Wusan-
siang-sat harus mengorbankan dua lembar nyawa, asal
dia menghindarkan bentrokan antara kelompokmu dengan
Wu-san popo, hal ini sudah lebih dari cu ku p"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya sambil
berseru: "Loji, mari kita pergi!"
Kedua orang itu segera menggerakkan tubuhnya dan di
dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuh
mereka sudah lenyap dibalik kegelapan sana..
Memandang bayangan punggung Wu san siang sat
hingga menjauh, Cu Siau hong berseru:
"Ong Peng, Tan Heng!"
Dua orang itu segera mengiakan sambil menjura:
"Silahkan kongcu memberikan perintah!"
'Pernah kau mendengarkan tentang manusia yang
bernama Wu san popo?"
"Pernah, dia mempunyai nama besar yang amat
tersohor,tapi sangat jarang berkelana di dalam dunia
persilatan" "Oooh, dia termasuk orang baik atau orangjahat?"
"Soal ini aku tak berani membicarakannya secara pasti"
"Maksudmu?" "Dia jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan,
kamipun belum pernah mendengar dia telah melakuan
sesuatu perbuatan jahat, tapi merekapun tak pernah
mengadakan hubungan dengan orang persilatan, orangorang
Wu san sin-li selamanya bekerja sendirian."
"Mereka hidup mengasingkan diri di tempat yang
terpencil dan jarang bergaul dengan jago persilatan, belum
tentu mereka adalah orang jahat"
"Tapi merekapun tidak bisa terhitung orang baik,
sekalipun sudah puluhan tahun lamanya berada dalam
dunia persilatan, namun belum pernah kami dengar Wu san
popo pernah melakukan suatu perbuatan amal yang baik
dan menguntungkan orang.."
"Ehmm, aku sudah mengerti sekarang"
Dia lantas berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa wan,
kemudian melanjutkan: "Dapatkah kalian mencarikan
sebuah perahu untuk kita"'
"Dapat" sahut Seng Hong.
"Cuma perahu itu jangan ada ciri atau suatu tanda
tertentu" "Baik!" Cu Siau hong manggut-manggut, ujarnya lagi sambil
tertawa: "Apakah kalian pun bisa menyelam didalam air".."
"Aku dan Hoa wan sudah pernah melatihnya, tapi ilmu
menyelam dari Su eng jauh lebih tinggi daripada
kepandaian kami"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau memang demikian, hal ini lebih baik lagi, aku pikir
kita seharusnya tinggal untuk sementara waktu diatas
perahu' Ong Peng tidak mengerti ilmu dalam air, maka begitu
mendengar mereka hendak tinggal diatas perahu, hatinya
kontan saja menjadi keder, buru-buru serunya.
"Kongcu, bukankah kau sedang melacaki jejak musuh?"
"Organisasi mereka terlalu rapat, bukan suatu pekerjaan
yang gampang buat kita untuk melacaki mereka, maka dari
itu kita harus berusaha mencari akal agar merekalah yang
datang mencari kita lebih dahulu"
"Kongcu, mereka sudah munculkan beberapa
orangjagonya, asal kita mempergunakan sedikit tindakan..."
"Maksudmu kita menyiksa mereka agar mau mengaku?"
"Benar, ada sementara orang memang tak akan
melelehkan air mata sebelum melihat peti mati"
"Sekarang adalah saatnya buat kita untuk mencari nama,
itulah sebabnya kita harus melakukan beberapa macam
pekerjaan besar yang bisa menggetarkan hati orang, ada
kalanya tindakan yang kelewat keji malah tak akan
mendatangkan hasil apa-apa, sekalipun kita telah
mencincangnya secara kejam, belum tentu mereka bersedia
untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya kepada
kita" "Kenapa".."
"Sebab pada hakekatnya mereka sendiripun tidak tahu"
"Oooh, kongcu, kita ...."Cu Siau hong menghela napas
panjang, sambungnya: "Hingga sekarang, musuh yang kita jumpai agaknya
cuma Keng si hengte (dua bersaudara dari keluarga Keng)
serta nona didalam perahu, manusia-manusia macam
beginilah baru terhitung manusia, mungkin dari mulut
mereka bertiga kita bisa mengorek sedikit keterangan yang
berguna sedangkan terhadap lainnya, sekalipun kita
pergunakan cara yang paling kejipun jangan harap bisa
mendapatkan rahasia apa-apa, malahan siksaan yang
kelewat kejam kemungkinan besar dapat membuat kita
terperangkap kedalam suatu jebakan yang mengerikan"
"Kongcu, hamba masih merasa kurang mengerti' kata
Ong Peng, "sekalipun mereka benar-benar tidak tahu
duduknya persoalan, rasanya toh mereka juga tak akan bisa
menyeret kita masuk perangkap"
"Sedikit banyak tentu saja mereka tahu akan keadaan
yang sesungguhnya, tapi yang diketahuinya adalah rencana
yang telah mereka susun sebelumnya, rencana yang telah
disusun biasanya akan dibarengi dengan suatu persiapan
yang seksama juga, andaikata kita mendengar akan hal
tersebut, serta merta kita akan mempercayainya!"
"Sebenarnya hal ini pun bukan sesuatu persoalan yang
menyulitkan, asal kita menyiksa berapa orang bersamaan
waktunya, kemudian mencocokkan pengakuan yang satu
dengan pengakuan yang lain, bukankah semua persoalan
akan menjadi jelas dengan sendirinya?"
"Tapi kalau rencana tersebut telah disusun jauh hari
sebelumnya, tentu saja jawaban mereka sama semua"
Ong Peng segera terbungkam dalam seribu bahasa,
sedang wajahnya pun menunjukkan perasaan kagum.
Ketika ia mencoba untuk mendalami kembali perkataan
dari Cu Siau hong itu, maka segera dirasakan kalau apa
yang dikatakan memang benar dan masuk diakal, buktinya
sekalipun mereka sudah beberapa kali bentrok dengan
musuh-musuh tangguh, tapi hingga sekarang masih belum
jelas mengetahui asal usul musuhnya.
Sementara dia masih termenung, Cu Siau hong telah
mengulapkan taagannya sambil berseru:
"Seng Hong, pergilah!"
Seng Hong mengiakan dan segera membalikkkan badan
berlalu dari tempat tersebut. Dengan suara rendah Cu Siau
hong segera berkata: "Ong Peng, kau dan Hoa Wan mengikuti dibelakangnya!"
"Kalau hamba pun ikut pergi, bukankah tak ada orang
yang akan melayani kongcu"' seru Hoa Wan.
"Saudara Hoa boleh pergi saja, biar kami yang melayani
kongcu" seru Lik Hoo cepat.
Dengan langkah cepat Ong Peng dan Hoa Wan segera
berlalu dari tempat tersebut.
Sepeninggalan mereka, dengan suata gerakan cepat Cu
Siau hong segera menyelinap dibalik pepohonan yang gelap
kemudian sambil tertawa katanya:
"Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan, kalian semua adalah
jago-jago kawakan dari dunia persilatan, bagaimana
ceritanya sehingga bisa dipecundangi orang ?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya memang agak
menakutkan, musuh-musuh kita bukan saja amat misterius,
lagipula merupakan jago-jago yang lihay semua, walaupun
kami telah bersikap cukup berhati-hati, toh kena terjebak
pula oleh siasat mereka"
"Aku ingin sekali mengetahui kisah pengalaman kalian?"
"Seorang kakek yang tidak menyolok datang dan
menghampiri kami kearah berjalan lewat disisi kami, tapi
saat itu juga kami mengendus semacam bau harum yang
aneh sekali, menanti kami menyadari ada sesuatu yang tak
beres, tahu-tahu kami telah kehilangan kemampuan untuk
menguasai diri" Agak terkesiap juga hati Cu Siau hong setelah
mendengar perkataan itu, serunya kemudian:
"Waktu itu, apakah kalian masih tetap sadar?"
"Walaupun kesadaran kami tidak hilang sama sekali, tapi
segala sesuatunya seperti sudah berada dalam kendali
orang lain, paling tidak kami telah kehilangan tujuh delapan
bagian dari kesadaran kami sendiri, saat itu kami hanya
tahu menuruti perkataan orang saja"
"Menuruti perintah orang" Kalau toh kesadaran kalian
telah hilang, darimana pula kalian masih bisa tahu
mendengarkan perintah orang serta melaksanakannya?"
"Yaa, walaupun kami telah kehilangan kesadarannya,
tapi dalam hati kami justru terdapat semacam kekuatan
yang seakan-akan memberi perintah kepada kami untuk
berbuat ini itu" Sekali lagi Cu Siau-hong merasakan hatinya tergetar
keras. "Semacam kekuatan yang memerintah kalian" Kekuatan
macam apakah itu?" serunya lagi.
"Kami merasa kekuatan itu seakan-akan berasal dari
semacam bauan harum yang sangat aneh, bau-bauan
harum itu membuat kami menurutinya meski dalam
keadaan tak sadar". "Masih ingatkah kalian bau-bauan harum semacam
apakah itu?". "Sam-moay. dapatkah kau mengingatnya?" tanya Ui
Bwee sambil berpaling ke arah saudaranya.
"Seperti semacam bau-bauan harum yang sangat
lembut, macam bau bunga kui...' jawab Ang Bo-tan.
"Seperti bau bunga Kui?"
"Tidak salah?" "'Mungkin tak salah"
"Waktu itu kesadaranmu sudah mulai kabur, sekalipun
masih ada sedikit ingatan, rasanya juga tak mungkin bisa
mengingatnya terlalu jelas"
"Tentang soal ini, budakjuga tak berani berdebat dengan
kongcu, waktu itu meskipun kesadaran kami seperti kurang
beres, tapi kemudian setelah kesadaran kami pulih kembali
dan mencoba untuk memikirkan kembali semua kejadian
yang telah berlangsung, dalam ingatan kami pun terasa
begitu samar dan lamat-lamat."
"Seandainya sekarang, secara tiba-tiba muncul kembali
bau harum semacam itu dan kalian mengendusnya, apakah
kalian masih sanggup untuk mengenalinya kembali?"
"Soal itu, budak rasa masih sanggup untuk
melakukanmya" jawab Lik Hoo cepat, "sekalipun kesadaran
kami telah hilang tapi ada satu hal yang masih terasa jelas
di dalam benak kami, maka bau harum itulah merupakan
satu-satunya yang masih tersedia dalam ingatan kami
hingga kini" "Kemungkinan besar obat yang digunakan adalalah
semacam obat pemabuk dari kaum rendah, sekalipun bukan
suatu perbuatan yang baik, tapi kalau di pergunakan akan
mendatangkan kasiat yang besar sekali"
"Masih ada satu hal budak ingin bertanya pula kepada
kongcu, dapatkah aku mengajukan?"
"Coba kalian katakan"
"Terlalu banyak perbuatan busuk dan rendah dari dunia
perstlatan yang kami bertiga ketahui, tapi setelah kami
berjanji kepada kongcu untuk hidup sebagai ntanusia baru,
maka banyak cara yang tak berani kami pergunakan secara
sembarangan, untuk itu kami ingin memohon persetujuan
dari kongcu lebih dahulu"
"Oooh, apa saja yang bisa kalian lakukan?"
"Melepaskan obat pemabuk, memasang paku beracun,
semuanya dapat kami lakukan, hanya tak berani
mempergunakannya" 'Aku tahu soal melepaskan obat pemabuk, tapi apa pula
yang dimaksudkan sebagai memasang paku?"
Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan segera menutupi mulut
sendiri sambil tertawa cekikikan.
"Yang tidak tahu adalah tak tahu, apakah masih ada halhal
yang tak boleh diketahui orang lain?" Seru Cu Siau hong
kemudian ketika dilihatnya ketiga orang nona tersebut
tertawa tertahan. "Itu mah tidak, cuma setelah kuterangkan persoalannya
nanti maka harap kongcu, jangan marah."
"Tak menjadi soal, katakan saja, paling tidak kalian toh
harus meminta persetujuan kami paling dulu, bukan begitu
?" "Padahal setelah dibicarakan sedikitpun tak ada yang
aneh, kami hanya akan memasangkan semacam jarum
beracun entah dipembaringannya atau pakaiannya saja,
cara semacam itu kami namakan sebagai memasang paku"
"Aku belum pernah mendengar tentang kepandaian
semacam ini, kalau kalian sempat berjumpa dengan orang
yang teliti maka sulit rasanya untuk turun tangan"
"Kongcu, sistim memasang paku merupakan suatu sistim
yang jarang sekali dipergunakan dalam dunia persilatan,
karena persiapannya terlalu rumit dan sulit"
"Tapi kami bertiga merupakan ahli-ahlinya, sewaktu kami
masih berkelana dalam dunia persilatan dulu, banyak sekali
jagoan persilatan yang berhasil kami pecundangi"
"Dapatkah kalian menerangkan dengan lebih jelas lagi?"
"Jimoay, kau paling lihay dalam permainan ini, coba kau
terangkan yang sejelasnya kepada kongcu", seru Lik Hoo
sambil berpa-ling ke arah Ui Bwee yang berada disisinya.
Ui Bwee manggut-manggut, katanya kemudian:
"Sesungguhnya cara ini sederhana sekali, kami
menggunakan sebuah tabung besi yang kecil atau tabung
bambu yang diisi dengan jarum beracun, kemudian diikat
dengan tali yang ditariknya sampai ketempat jauh, disana
ada seseorang yang mengendalikannya, maka bilamana ada
orang yang hendak kita jadikan korban, cukup kita tarik tali
tersebut, maka tali itu akan menggerakkan tombol rahasia
diatas tabung, dan jarum beracun yang telah persiapkan
pun segera akan memancar keluar dan melukai sasaran"
"Ooooh, rupanya begitu" Cu Siau hong manggutmanggut.
"Pegas yang kami pasang didalam tabung kecil itu
biasanya tidak bertenaga kelewat besar, otomatis jarum
beracunnya juga tak bisa dibidikkan kelewat jauh, tapi
sistim semacam ini amat praktis dan seringkali membawa
hasil yang tak terduga"
"Kongcu, jimoay sangat asli dalam permainan ini" kata
Lik Hoo pula, "ia bisa melukai orang tanpa disadari oleh
korbannya sendiri" Cu Siau hong hanya termenung tanpa berbicara ....
Walaupun dia mengerti kalau Ui lo pangcu serta ketua
Pay kau telah menyerahkan anak buahnya yang paling lihay
kepadanya dan membebaskannya untuk mempergunakan
kekuatan tersebut kehendak hatinya, akan tetapi
bagaimanapun juga dia adalah jagoan dari golongan lurus,
kalau suruh dia berbuat demikian sebenarnya ia merasa
sangsi untuk melaksanakanya ....
Ketika Lik Hoo menyaksikan sianak muda itu hanya
membungkam diri dalam seribu bahasa, ia menghembuskan
napas panjang lalu bertanya:
"Kongcu, apakah kau tidak setuju"'
Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Baiklah", katanya kemudian, "kalau toh kalian memiliki
keahlian masing-masing, aku bersedia mengabulkan
permintaan kalian untuk berbuat sekehendak hati, toh
dalam organisasi kita ini tidak ada peraturan atau
pantangan yang melarang kita berbuat sesuatu, Cuma
kalian harus ingat, kebenaran harus tetap dijunjung, caracara
semacam itu dilarang dipergunakan untuk menghadapi
kawan-kawan dari golongan lurus, mengerti?"
"Tentang soal itu, budak sekalian yakin masih bisa
melaksanakannya" Cu Siau hong segera manggut-manggut.
Ke tiga orang nona itupun saling berpandangan sekejap,
kemudian bersama-sama menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak kongcu!"
Cu Siau hong tertawa. "Aku meluluskan permintaan kalian, tapi syaratnya cukup
ketat, aku harap kalian jangan sampai melakukan
kesalahan" "Budak sekalian pasti akan bertindak dengan berhati-hati
sekali, bilamana sampai melakukan kesalahan, kami pun
bersedia menerima hukuman"
'Menerima hukuman apa?"
"Hukuman apa saja yang hendak kongcu jatuhkan
kepada kami, kami akan menerimanya".
"Baik, itu kata kalian sendiri!."
Tiba-tiba. . . . dari kejauhan sana berkumandang suara
pekikan yang amat nyaring.
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan kening berkerut Cu Siau-hong segera berseru:
"Kalian berjaga-jagalah disini, jangan bergerak, aku akan
pergi untuk melihat keadaan"
Sambil berbicara, tubuhnya telah melejit ke udara dan
meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi. Dengan suara
lirih Lik Hoo segera berseru:
"Ji-moay, sam moay, cepat menyebarkan diri dan
perketat penjagaan" Ui Bwee dan Ang Bo-tan segera mengiakan dengan cepat
mereka membalikkan tubuhnya sambil bersiap siaga.
Sementara itu, Tan Heng juga menarik napas, secara
tiba-tiba tubuhnya langsung melambung lurus ke atas..
Tangan kanannya dengan cepat menyambar sebuah
ranting pohon dan berjumpalitan, dalam sekejap mata dia
telah menyembunyikan diri di balik dedaunan yang rimbun.
Baru saja Tan Heng menyembunyikan diri, sesosok
bayangan manusia telah meluncur datang dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.
Tahu-tahu seorang kakek berbaju putih keperak-perakan
telah munculkan dari sana. Biasanya orang yang sering kali
melakukan perjalanan malam, mereka lebih suka
mengenakan pakaian berwarna hitam pekat, sebab dengan
warna pakaian yang gelap maka jejaknya akan sulit
diketahui orang lain, tapi orang ini justru dia mengenakan
pakaian yang berwarna putih keperak-perakan, Sambil
mengangkat pedangnya Ui Bwee membentak keras:
''Berhenti !" Suara bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang
sangat keras, ditengah kegelapan suara itu berkumandang
sampai ke tempat kejauhan sana.
Kakek berbaju putih keperak perakan itu
menghembuskan napas panjang, lalu menegur.
"Bocah perempuan, apakah kau sedang berbicara dengan
lohu"' "Benar.." Kakek itu segera mendengus dingin, katanya lagi dengan
suara sedingin salju: "Kau benar-benar seorang budak ingusan yang tak tahu
tingginya langit dan tebalnya bumi, tahukah kau siapa
lohu?" "Tidak tahu" Selama beberapa tahun ini Ui Bwe sekalian berdiam terus
dibawah kebun raya Ban hoa wan sekian lama mereka tak
pernah melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan,
maka terhadap kakek berbaju putih keperak-perakan inipun
mereka merasa agak asing.
Terdengar kakek itu mendengus lagi.
"Hmmm. bahkan lohu saja tidak kalian kenali, itu berarti
kalian benar-benar percuma melakukan perjalanan didalam
dunia persilatan" "Kami memang baru saja terjun kedalam dunia
persilatan, jadi kamipun tak usah berbicara bohong untuk
menipu dirimu" "Selamanya bila lohu ingin membunuh orang maka aku
selalu menegur lebih dulu sebelum membunuh", kata kakek
berbaju perak itu dengan suara dingin, "kalau toh kalian
tidak kenal siapa gerangan dengan lohu, itu berarti kalian
adalah prajurit tak bernama dari dunia persilatan,
tampaknya lohupun harus berputar lidah lebih banyak lagi"
"Berputar lidah lagi?"
"Betul, lohu harus memberitahukan dulu kepada kalian
siapa gerangan diriku ini dan bagaimana caraku untuk
membunuh orang kemudian harus mendamprat kalian lagi
sebelum turun tangan, bukankah harus berputar lidah lebih
banyak?" Untuk membunuh harus berbuat begitu merepotkan,
pada hakekatnya hal ini jarang sekali dijumpai dalam dunia
persilatan. Lik Hoo berseru tertahan, lalu katanya:
"Setelah itu apa pula yang hendak kau lakukan".'
"Setelah itu tentu saja lohu akan mengayunkan golokku
untuk membunuh kalian"
"Baiklah!" kata Lik Hoo kemudian sambil tertawa, "kami
akan pasang telinga baik-baik untuk mendengarkan
ocehanmu lebih dulu."
Kakek berbaju perak itu mendehem pelan, kemudian
berkata: "Dengarkanlah baik-baik, lohu she Kian, bernama Hui
seng, orang persilatan memberi julukan To ko bu seng
(golok lewat tanpa suara)"
Mendengar ucapan tersebut Ui Bwee segera berpikir
didalam hati: "Tampaknya kakek ini suka sekali berbicara, apa
salahnya kalau kugodanya dengan beberapa patah kata"
Toh mengulur waktu bagi kami lebih bermanfaat daripada
baginya". Berpikir demikian, dia lantas berkata.
"Oooh, rupanya Kian locianpwe'
"Ehmmm!." "Locianpwe, mengapa orang lain menyebutmu sebagai si
golok lewat tanpa suara"."
Kian Hui seng tertawa terbahak-bahak.
''Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . bocah
perempuan, pertanyaanmu sungguh menarik, kalau lohu
tidak memberitahukan kepada kalian, mungkin kalian
perempuan-perempuan muda yang baru terjun kedalam
dunia persilatan tak akan mengetahui rahasia-rahasia
tersebut" "Betul, itulah sebabnya kami ingin sekali memohon
petunjuk darimu!" "Permainan golok lohu terlalu cepat, dimana golokku
lewat korban pasti tewas, bahkan suarapun tak sempat
dijeritkan, itulah sebabnya orang menyebut diriku sebagai
Golok lewat tanpa suara."
"Ooooh, rupanya begitu"
"Sekarang, lohu sudah menerangkat asal usul yang
sebenarnya' "Kami telah mendengarkan dengan sangat jelas"
"Nah sekarang, kalian pasang telinga baik-baik, lohu
hendak memberi pelajaran kepada kalian"
"Baiklah, kami telah memasang telinga, baik-baik untuk
mendengarkan pelajaranmu itu" seru Lik Hoo sambil
tertawa. "Lohu sudah berusia lanjut, mempunyai nama besar dan
kedudukan tinggi, sedangkan kalian tak lebih cuma
beberapa orang bocah perempuan yang masih ingusan,
berbicara terus terang, sekalipun umur kalian bertiga
dijumlahkan menjadi satupun belum tentu bisa mencapai
usia lohu, tapi kalian ternyata tak tahu diri, kalian berani
bersikap kurang ajar kepada lohu.."
"Tidak, siapa bilang kami kurang ajar kepada kau orang
tua" Kami toh selama ini sangat menaruh hormat
kepadamu" sela Ang Bo tan dengan cepat.
Kian Hui seng menjadi tertegun setelah mendengar
perkataan itu, sahutnya setelah tertegun sebentar.
"Itu kan sekarang, tadi apakah kalian bersikap
menghormat kepada lohu?"
"Yaa benar, tadi kami tidak tahu siapa gerangan dirimu
dan bagaimana harus menghormati dirimu, tapi sekarang
kami sudah tahu, tentu saja kamipun bersikap menghormat
kepadamu" "Oooh ....masuk diakal juga perkataanmu itu"
"Maka dari itu, kau tak boleh membunuh kami" seru Ang
Bo tan lagi dengan suara cepat.
Kian Hui seng berkerut kening, lalu termenung dan
membungkam diri dalam seribu bahasa..
Sedang Lik Hoo diam-diam pun berpikir:
"Bila kedatangan kakek ini adalah bermaksud untuk
membunuh kami, sekalipun kami berbicara sampai robek
mulutnya, belum tentu dia akan menyudahi persoalan ini
dengan begitu saja, sebaliknya jika pihak lawan bukan
pembunuh yang dikirim lawan, kakek ini tak kehilangan
pamornya sebagai seorang lelaki sejati, tampaknya aku
harus menggunakan sedikit kepandaian untuk menjebaknya
agar bisa diketahui dia berasal dari mana"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kian locianpwe kau adalah seorang yang berbudi luhur
dan berkedudukan terhormat, tentu saja apa yang kau
bicarakan adalah kata-kata yang bisa diterima dengan akal
sehat semua bukan?".
"Benar, lohu memang selalu mengutamakan soal cengli,
soal pembicaraan yang bisa diterima dengan akal sehat"
"Yaa benar, selama locianpwe memberi pelajaran kepada
kami, kami selalu menerima pelajaran dengan seksama,
membantah sepatah kata saja tidak ..." sambung Ui Bwee.
"Tapi lohu sudah bilang hendak membunuh kalian, toh
apa yang telah kuucapkan itu tak bisa diingkari dengan
begitu saja" "Kau hanya menyinggungnya sebentar" seru Ang Bo tan
pula, ''rasanya kau takkan sungguh-sungguh membunuh
diri kami bukan?" "Soal ini .... apa yang lohu katakan selamanya
bersungguh-sungguh dan tidak bersifat hanya berbicara
saja"'' "Locianpwe, kau baru mengutamakan soal cengli, kau
toh tahu bahwa kami tidak mempunyai kesalahan apa-apa
yang bisa kau gunakan sebagai alasan guna membinasakan
kami"' bantah Lik Hoo.
"Yaa, kecuali kalau kau memang bermaksud
mengesampingkan soal cengli" sambung Ui Bwee.
"Selamanya lohu adalah seorang yang cengli, mana
mungkin perbuatanku tidak berdasarkan cengli?"
"Kalau kau bicara diajak berbicara yang sebaik-baiknya
maka hal ini lebih bagus toh usia kami bertiga bila
dijumlahkan menjadi satu tak bisa melebihi usiamu" Yang
paling penting lagi adalah kami bertiga sangat menghormati
dirimu, coba bayangkan sendiri, masa kau hendak
membunuh kami yang begitu menaruh hormat kepada mu"'
"Soal ini. . . soal ini, aaai, lohu benar-benar dibikin serba
salah" "Sebetulnya kesulitan apakah yang sedang kau alami?"
tanya Lik Hoo. "Kesulitan yang lohu alami mana boleh diketahui oleh
kalian?" "Justru karena kami tidak tahu, maka kami ingin
memohon petunjuk darimu"
"Aaai... tapi lohu tak boleh memberitahukan soal ini
kepada kalian." Setiap lelaki sejati tentu mempunyai kelemahan, orang
ini memang boleh dibilang seorang Kuncu sejati, oleh
karena itu tiga orang nona tersebut segera menggunakan
akal dan daya upaya untuk memaksa kakek itu menuju
ketitik kelemahannya sendiri.
Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang,
kemudian berkata: "Locianpwe, apakah kau sedang melaksanakan perintah
orang lain untuk datang membunuh kami"."
"Omong kosong, lohu bukan seorang manusia yang suka
diperintah orang, apalagi diperintah orang untuk melakukan
suatu pembunuhan" "Sam moay" Ui Bwe segera menegur, "orang lain toh
seorang locianpwe yang berkedudukan tinggi dan bernama
besar dalam dunia persilatan, sebagai seorang yang
tersohor dia dihormati banyak orang, masa dia sudi
menuruti perintah orang lain"
"Yaa, benar" kata Kian Hui seng kemudian, "dalam dunia
persilatan dewasa ini memang jarang sekali ada orang yang
bisa memberi perintah kepada lohu."
"Betul juga perkataan itu! Kami merasa bahwa locianpwe
bukan seorang manusia yang gampang menuruti perintah
orang lain untuk melakukan suatu tugas"
"Benar" "Locianpwe, selama melakukan perjalanan didalam dunia
persilatan, kami tiga bersaudara tak pernah menjumpai
seorang kakek yang begitu baik dan gagah seperti kau
orang tua, sungguh beruntung pada malam ini kami dapat
menjumpainya, aku harap kau orang tua sudi memberi
sedikit kenangan atau tanda mata kepada kami"
"Tanda mata" Tanda mata apa?"
"Locianpwe, kalau soal itu mah kami merasa rikuh untuk
mengemukakannya, lebih baik kau orangtua
menentukannya sendiri"
"Lohu yang menentukan sendiri" Lohu bisa menentukan
apa?" "Misalkan saja kau orang tua merasa kami tidak terlalu
menjemukan, lagipula paras muka kami rata-rata cantik
rupawan, maka kau lantas mewariskan beberapa jurus ilmu
silat kepada kami sebagai tanda mata"
"Oooh, kiranya begitu"
"Tentu saja hal ini merupakan harapan kami" seru Lik
Hoo cepat, "apakah kau orang tua bersedia meluluskannya
atau tidak, kami tak ingin memaksanya keterlaluan"
"Aaai. . . aaai. . . soal ini. . . soal ini. . . lohu, lohu . .
lohu mungkin sukar buat lohu untuk meluluskan permintaan
kalian itu". "Mengapa"` "Tidak mungkin, tidak mungkin, lohu tak dapat
memberitahukan soal ini kepada kalian"
Wajahnya segera menunjukkan suata perasaan
menderita yang sangat hebat kemudian tanpa berbicara lagi
dia segera membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan
langkah lebar. Memandang bayangan punggung Kian Hui-seng yang
menjauh, selapis rasa sedih muncul juga diatas wajah Lik
Hoo, katanya kemudian. "Ji moay, sam moay, apakah kalian berhasil menemukan
sesuatu?" Ui Bwee segera mengangguk.
'Orang ini adalah seorang Kuncu, tapi dia telah
dibelenggu sendiri oleh kata kebenaran!"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul" sambung Ang Bo tan, "ia datang kemari dengan
tujuan hendak membunuh kita semua, tapi dia telah kena
dihadang maksudnya oleh kata "kebenaran" tersebut, maka
dia pergi, pergi dengan membawa penderitaan serta siksaan
batin." Mendadak terdengar seseorang berseru sambil tertawa:
"Kalian bertiga bisa mempunyai ingatan demikian, hal ini
membuktikan kalau sifat jelek kalian sudah banyak yang
hilang..." Ternyata yang berbicara adalah Cu Siau hong, tampak
dia berjalan mendekat dengan langkah pelan.
"Apakah kongcu sudah datang sedari tadi?" tanya Lik
Hoo. "Benar, akupun sempat mendengar tanya jawab yang
berlangsung antara kalian dengan Kian sianseng itu".
ooo0ooo Jilid 40 KONGCU, apakah perbuatan kami kelewat licik atau
melanggar jalan kebenaran?" Lik Hoo segera bertanya.
"Tidak, perbuatan kalian ini tidak terbilang suatu
perbuatan jahat, inilah yang dinamakan suatu tipu muslihat
dengan akal sehat" "Kongcu, coba lihatlah, apakah orang ini sedang
merasakan suatu penderitaan"
"Benar, sewaktu berlalu tadi ia memang nampak sangat
menderita dan tersiksa, bilamana perlu, aku rasa dia akan
balik kembali kemari"
"Ooooh ?" "Bila dia sampai kembali lagi ke sini, maka apa yang
harus kita lakukan untuk menghadapinya?" tanya Ui Bwee.
"Orang ini adalah seorang lelaki sejati, maka bila suatu
pertarungan dengan kekerasan bisa dihindari, lebih baik kita
jangan sampai bertarung dengannya"
"Kongcu, andaikata kita berhasil mengorek penyebab
dari penderitaannya itu, apapula yang hendak kita lakukan"
membantu ataukah menghadapinya sebagai lawan?"
"Bila kita bisa memperbanyak bantuan orang sehingga
memperbesar kekuatan, lebih baik kita manfaatkan
kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya, sebab hal itu
berarti kita telah mengurangi kekuatan lawan, soal
membantu atau tidak, soal ini mudah untuk diatasi, asalkan
bagi kita tidak mendatangkan kerugian, maka kita bisa saja
membantunya dengan sepenuh tenaga".
Mendadak dia menarik napas panjang-panjang dan
melejit ketengah udara, kemudian dengan suatu gerakan
cepat dia menyelinap kebalik dedaunan yang rimbun.
Ui Bwe menarik napas panjang-panjang kemudian
berseru: "Kongcu, cara kami untuk menyelesaikan persoalan ini
mungkin tidak terhitung baik, harap kongcu suka memberi
petunjuk setiap waktu"
Dari balik rimbunnya dedaunan segera terdengar suara
Cu Siau hong sedang menyahut:
"Lakukanlah menurut selera kalian sendiri dan hadapi
dengan berani, bila mana keadaan memaksaku untuk
menampilkan diri, aku akan munculkan diriku sendiri guna
menggantikan kalian"
Baru selesai ucapan tersebut dikemukakan, dari
kejauhan sana sudah nampak sesosok bayangan putih
keperak-perakan meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam waktu
singkat dia telah berada kembali dibawah pohon, ternyata
dia memang Kian Hui Seng.
Lik-Hoo segera maju sambil menjura, kemudian katanya:
"Menjumpai Locianpwe."
Dalam kenyataan ketiga orang nona itu memang
bermaksud untuk menyudutkan posisi kakek itu, maka
mereka bersama-sama membungkukkan badan untuk
memberi hormat. Kian Hui Seng segera menggoyangkan tangannya
berulang kali sambil berseru:
"Kalian tak usah banyak adat, kalian tak usah banyak
adat, terpaksa lohu harus balik kembali lagi kemari, dan
mungkin juga perbuatan selanjutnya akan menyalahi
kalian'' "Oooh, locianpwe, ada urusan apa". Tanya Lik Hoo
"Walaupun lohu tak ingin mencelakai kalian, akan tetapi..
. akan tetapi.. .'. "Akan tetapi kenapa"' sela Ui Bwee.
"Lohu. . . lohu merasa telah bersalah kepada kalian"
"Aaaai, locianpwe tak usah sungkan-sungkan, ada
persoalan apa silahkan saja dutarakan"
"Lohu datang kemari untuk membunuh kalian!''
"Membunuh kami" Kenapa" Locianpwe, bukankah kami
sangat menaruh hormat kepadamu''
Pedang Sinar Emas 28 Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Para Ksatria Penjaga Majapahit 4