Pencarian

Pena Wasiat 19

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 19


dengan manusia seperti ini, paling tidak dia harus meraba
cukup lama sebelum berhasil mencapai kesempatan seperti
apa yang berhasil dicapainya sekarang.
Hanya ilmu golok terbaik baru bisa merangsang ilmu
pedang yang baik pula. Kian Hui seng mempunyai banyak kesempatan untuk
membunuhnya, tapi dia selalu mengampuni selembar
jiwanya. Ditengah suatu asahan yang kuat, seorang jago pedang
yang lihaypun lahir lebih cepat didalam dunia persilatan.
Sambil bersembunyi dibalik kegelapan Cu Siau hong
menyaksikan banyangan tubuh ke empat orang itu
mencapai ditepi pantai seberang, kemudian dia baru
berpaling dan ujarnya kepada Seng Hong.
"Sampaikan perintahku, suruh Jit hou melindungi secara
diam-diam sejauh dua puluh li" Seng Hong mengiakan,
dengan cepat dia melompat pergi.
Pelan-pelan Cu Siau-hong berjalan masuk ke dalam
ruang perahu dan duduk termenung disitu.
Terlalu banyak persoalan yang dihadapinya, sekarang dia
membutuhkan suatu keadaan yang tenang untuk
memikirkan semuanya itu, kalau bisa menemukan suatu
cara yang paling baik untuk menghadapi semua persoalan
tersebut. Ong-Peng, Tan Heng mesti dapat membantu, tapi
mereka hanya bisa membantu didalam pelaksanaan, sedang
rencananya harus dia pertimbangkan sendiri, dan
menghadapi masalah besar, dia juga yang harus
menentukannya. Oleh karena itu dia harus memikirkan persoalan itu
dengan tenang, sehingga terhadap persoalan-persoalan
tersebut dia sudah mempunyai suatu rencana kerja yang
sempurna. Pelan-pelan Hoa Wan berjalan masuk kedalam ruang
menghidangkan secawan air teh kemudian mengundurkan
diri dari situ. Tiada orang yang mengusik ketenangan Cu Siau-hong.
Hingga akhirnya Ang Bo-tan masuk ke dalam ruang
perahu dengan tergopoh-gopoh dia baru tersadar dari
lamunannya. Cu Siau hong segera berpalilig dan memandang sekejap
wajah Ang Bo-tan yang diliputi kecemasan dan kegelisahan
itu, kemudian tegurnya. "Tampaknya kau seperti menghadapi suatu kejadian".
"Benar, budak sudah datang cukup lama. karena melihat
kongcu sedang duduk termenung maka tak berani,
mengusik ketenangan kongcu, tapi dalam kenyataan urusan
terlalu gawat dan mendesak, sehingga mau tak mau budak
harus datang, memohon petunjuk dari kongcu"
''Persoalan apa"'' "Kian tayhiap dan anak istrinya telah dilindungi oleh
jago-jago Kay pang dan Pay kau"
"Mana Jit hou dan Su eng?"
"Mereka semua menunggu didalam ruang tengah,
menantikan kongcu' "Menunggu aku ada urusan apa?"
"Dua di antara Su eng terluka, meski lukanya tidak
terlalu parah namun paling tidak harus beristirahat tiga
sampai lima hari sebelum dapat sembuh kembali seperti
sedia kala, tapi jago-jago lihay musuh agaknya telah
mengejar kita sampai disini, dan tampaknya mereka telah
mempersiapkan suatu penyerbuan secara besar-besaran
terhadap kita" "Siapa yang memberitahukan hal ini kepada kalian!"
"Tan Heng yang bilang, walaupun dia tidak memberi
keterangan sejelasnya, tapi tampaknya kabar berita itu
berasal dari mata-mata Kay pang"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Sekarang mereka berkumpul disini untuk bertemu
dengan aku, persoalan apakah yang hendak dibicarakan!
Apakah kalian tahu"''
"Agaknya ingin memohon petunjuk dari kongcu, apakah
kita akan mempersiapkan suatu pertarungan mati-matian
melawan mereka" "Jumlah anggota kita kelewat sedikit apalagi kalau
sampai ada yang terluka atau tewas, lebih baik bagi kita
bisa menghindari suatu pertarungan kekerasan melawan
mereka".. "Tapi kalau didengar pembicaraan antara Seng Hong
melawan Ong Peng, tampaknya pertempuran tersebut
sudah tak dapat dihindari lagi"
"Dalam suatu pertarungan pasti akan jatuh korban entah
terluka atau tewas, tapi kita harus mencari akal untuk
menghindarkan diri dari kejadian-kejadian seperti ini"
"Tampaknya orang-orang yang siap menghadapi kita
sudah sampai disini, bahkan segera akan melancarkan
serangan". Cu Siau hong segera mengulapkan tangannya, menukas
pembicaraan Ang Bo tan yang belum selesai katanya:
"Kalian boleh pergi dulu!"
Ang Bo tan mengiakan dan segera membalikkan badan
mengundurkan diri dari situ.
Sekali lagi Cu Siau hong termenung beberapa saat
lamanya, setelah berhasil mendapatkan suatu perencanaan
garis besarnya, dia baru bangkit berdiri dan melangkah
kedalam ruangan depan. Di ruang depan duduk Jit hou, Su eng, babkan dua
anggota Su eng yang terluka pun hadir pula disana: Kedua
orang Kiam tong dan Seng Tiong gak juga telah berkumpul
semua disana. Hanya Tiong it ki seorang yang belum tiba.
Ditengah ruang depan penuh duduk manusia, mereka
sedang berbisik-bisik membicarakan sesuatu, ketika Cu Siau
hong melangkah masuk ke dalam ruangan, suasana
diruangan itu segera menjadi hening kembali.
Serentak para jago bangkit berdiri.
Cu Siau hong mengulapkan tangannya sambil berseru:
"Saudara sekalian, silahkan duduk kembali!'
Seng Hong segera melangkah kedepan buat
mengambilkan sebuah kursi kebesaran buat Cu Siau hong..
Menanti Cu Siau hong telah duduk para jago baru pelan
pelan duduk kembali Sambil melangkah maju ke depan, Ong-Peng segera
berkata. "Kongcu kami ada urusan penting yang hendak
disampaikan, karenanya mau tak mau terpaksa kami harus
mengganggu ketenangan kongcu"
"Ada urusan apa?"
"Kian tayhiap suami istri dan kedua orang putrinya telah
dilindungi oleh para jago Kay pang serta Pay kau" Cu Siau
hong hanya manggut-manggut tanpa menjawab.
"Hamba sekalian mendapat kabar, konon ada
sekelompok manusia yang tidak jelas asal usulnya sedang
bergerak mendekati tempat ini"
"Apa sangkut pautnya dengan kita?"
"Oooooh .... apakah kabar berita ini dapat dipercaya?"
"Sembilan puluh persen tak bakal salah lagi".
"Lanjutkan, apa maksud kedatangan mereka dan apa
pula sangkut pautnya dengan kita?"
"Konon kedatangan mereka kemari bermaksud
menyergap kita semua"
"Mereka datang dari mana?"
"Kurangjelas, agaknya secara tiba-tiba saja mereka
munculkan diri dari tempat ini"
Cu Siau hong termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian baru berkata:
"Hal semacam ini hanya merupakan suatu dugaan
belaka, mereka bisa muncul secara tiba-tiba tanpa disadari
dan diketahui siapapun, hal ini menunjukkan kalau
kedatangan mereka adalah dengan cara menyaru sebagai
pelbagai macam corak manusia"
"Agaknya memang begitu"
Walaupun Ong Peng yang menyampaikan berita tersebut
tentu saja kabar berita itu datangnya dari pihak Kay pang,
atau dengan perkataan lain, kemunculan dan kedatangan
mereka ke tempat itu sama sekali tidak dirasakan oleh
pihak Kay pang. "Berapa jumlah mereka yang datang kemari?"
"Lebih kurang dua tiga puluh orang"
"Bagaimana cara mereka menyusup sampai disini?",
Suasana di dermaga sungai Siang kang amat kalut
dengan pelbagai manusia yang berlalu lalang kesana
kemari, seandainya mereka datang dengan suatu
penyaruan yang seksama, kemudian baru menyusup
kemari, maka hal ini boleh dibilang merupakan suatu
persoalan yang sukar untuk diselidiki yang sejelasnya."
"Benar, mungkin didalam keadaan seperti inilah mereka
menyusup datang kemari"
"Kongcu, hamba rasa jumlah mereka yang datang kemari
tak sedikit, sekalipun melewati suatu penyaruan yang
seksama, tapi bila ingin menyusup kemari secara gampang,
sesungguhnya bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu
gampang." Ia mulai menunjukkan kepintarannya didalam membahas
setiap masalah yang sedang dihadapinya, pelan-pelan
ujarnya lebih jauh: "Besar kemungkinan mereka adalah orang-orang yang
bekerja di sekitar dermaga sungai Siang kang"
"Soal ini. . . soal ini. . ."
"Aku tahu, mungkin kalian kurang begitu percaya dengan
ucapanaku ini" tukas Cu Siau hong, "tapi dalam kenyataan
sebenarnya hal ini mudah sekali diketahui, bayangkan saja,
andaikata mereka datang dari tempat jauh, mustahil
kehadiran mereka tidak diketahui oleh mata-mata Kay pang
yang begitu banyak dan ketat, tapi mereka toh muncul juga
disini, bagaimanapun juga mustahil bukan kalau orangorang
itu datangnya dari langit?"
"Keterangan kongcu memang benar"
"Kalau toh mereka bisa mendirikan sebuah kebun raya
Ban hoa wan sebagai markas besarnya di kota Siang yang,
mengapa tidak pula dengan sekitar dermaga sungai Siang
kang" "Setelah kongcu berkata demikian, kami baru merasa
kalau hal ini memang ada betulnya juga"
Dengan wajah serius Cu Siau hong segera berkata lebih
jauh. "Kelihatannya kita sedang mengawasi mereka, padahal di
dalam kenyataannya justru semua gerak gerik kitalah yang
berasa di bawah pengawasan mereka. . ."
"Kenyataan memang demikian adanya." Ujar Seng Tiong
gak pula, "beberapa kejadian yang berlangsung selama
berapa hari ini menunjukkan kalau gerak gerik kita selama
ini memang berada dibawah pengawasan orang lain, dalam
suatu lingkaran besar mereka seakan-akan berhasil
menempati posisi yang lebih menguntungkan, sebaliknya
dalam lingkungan yang kecil mereka pun seperti berulang
kali mengalami kegagalan total"
"Paling tidak mereka tidak berhasil, dari peristiwa Wu san
siang sat sampai Kian Hui seng, perhitungan mereka tak
ada yang berhasil, kesemuanya ini tak lain adalah berkat
kemampuan dari saudara sekalian."
"Tapi bila berbicara menurut lingkungan yang lebih
besar, hal tersebut masih belum cukup buat kita untuk
meloloskan diri dari mara bahaya ini"
"Sudah kupikirkan hal itu dengan seksama" ujar Cu Siau
hong, "dewasa ini kita sudah dipaksakan melakukan suatu
pertarungan adu kekerasan dengan mereka, jika didalam
pertarungan ini kita tak berhasil menentukan kemenangan,
maka selanjutnya mungkin sulit buat kita untuk meloloskan
diri dari cengkeraman mereka."
"Benar, kami pun mempunyai pandangan yang sama"
"Sekarang sasaran dari pertarungan ini sudah kita
tetapkan, tapi sistim pertarungan dan tempat kejadian tidak
boleh membiarkan mereka lagi yang menentukan"
"Apakah kongcu sudah mempunyai suatu rencana yang
masak?" kata Ong Peng sambil memberi hormat.
"Aku telah berhasil menemukan suatu taktik pertarungan
untuk melawan mereka, hanya tidak diketahui
bagaimanakah menurut pendapat dari saudara sekalian?"
"Rencana apapun yang kongcu tetapkan, kami akan
melaksanakan dengan senang hati."
Cu Siau hong segera mengulapkan tangannya, Ong Peng,
Su eng, Jit hou sekalian segera maju mengerumun.
Dia lantas mengambil cawan air teh, kemudian dengan
mencelupkan jari tangannya ke dalam air, Cu Siau hong
membeberkan siasatnya untuk melawan musuh:
Sambil berbicara sambil memberi coretan-coretan yang
diperlukan, dengan cepatnya dia telah membeberkan taktik
pertahanannya untuk menghadapi serangan lawan.
Para jago merasa kagum sekali setelah mendengar
keterangan tersebut, mereka merasa walaupun usia Cu
Siau-hong masih muda, namun selain pandai melihat
keadaan juga mempunyai kemampuan untuk segera
melakukan tindakan dan mengambil keputusan.
Begitu rencananya selesai dibeberkan, Cu Siau-hong
baru memperhatikan dua orang anggotanya yang terluka,
segera tegurnya. "Bagaimana dengan luka yang kalian berdua derita?"
Yang terluka adalah Hee Hay dan Lau Hong. .
Sambil menjura Hee Hay segera berkata:
"Luka yang kami derita tidak terlampau parah, silahkan
kongcu membagi tugas buat kami"
"Kalian berdua masing-masing menjaga suatu tempat,
tak usah melancarkan serangan, cukup asal mengirim kabar
saja." "Hamba sekalian menerima perintah"
Cu Siau-hong segera mendongakkan kepalanya
memandang cuaca, kemudian baru berkata lagi:
"Kita putuskan setelah fajar menyingsing nanti baru


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergerak melakukan penyerbuan."
Belum habis dia berkata, seorang kelasi masuk dengan
tergopoh-gopoh memberi laporan:
"Ada empat buah sampan bergerak mendekati perahu
kita" "Oooh, cepat amat kedatangan mereka seru Cu Siauhong."
Serentak semua orang bangkit berdiri, Su eng pun
menerjang keluar dari ruangan.
Cu Siau-hong tidak menghalangi mereka, Sedang Ut-sijit-
hou tetap berdiri tak bergerak..
Ternyata ketujuh harimau dari keluarga Ui ini tak pandai
ilmu dalam air, maka mereka pun tak dapat memberikan
banyak bantuan yang diperlukan.
Cu Siau hong bertindak cukup mantap dan cekatan,
kepada tujuh harimau dari keluarga Ui segera serunya:
"Kalian berjaga-jaga dalam pintu dan balik jendela
ruangan perahu!" Ternyata perahu itu memang khusus digunakan sebagai
perahu penumpang, bukan saja dekorasi dalam ruangan
sangat megah, kedua belah sisi ruanganpun terbuka dua
buah jendela yang besar. Luas ruangan itu mencapai dua kaki lebih, dan sanggup
menampung tiga empat puluh orang.
Setelah memberi perintah kepada Jit-hou pelan-pelan Cu
Siau-hong melangkah keluar dari ruangan perahu.
Seng Hong dan Hoa Wan segera mengikuti dibelakang si
anak muda itu. Ong Peng, Tan Heng, Seng Tiok-gak serta Lik Ho, Ui
Bwee dan Ang Bo-tan turut keluar pula dari dalam ruangan
perahu. Dengan cepat ketujuh harimau dari keluarga Ui
menyebarkan diri ke empat penjuru dan berjaga-jaga
dibalik jendela, pintu serta tempat-tempat strategis lainnya.
Sementara Su eng sudah berada diatas geladak.
Ketika Cu Siau hong mendongakkan kepalanya
memandang empat penjuru, tampak olehnya keempat buah
sampan kecil itu sudah semakin mendekati perahu besar
tersebut. Sampan itu kecil, tapi di ujung perahu masing masing
berdiri dua orang lelaki.
Lelaki-lelaki kekar itu selain menggembol golok bulan
sabit, juga membawa senjata garpu, senjata khusus untuk
suatu pertarungan didalam air.
Ketika sampan sampan kecil itu mencapai tujuh depa
dari perahu besar, mendadak mereka berhenti dan berjajar
menjadi satu garis. Dalam pada itu fajar telah menyingsing, sekalipun kabut
tebal menyelimuti permukaan sungai, namun pemandangan
disekitar sana masih terlihat dengan jelas.
Cu Siau hong memperhatikan sekejap senjata yang
digembol lelaki-lelaki itu, kemudian sambil berpaling ke
arah 0ng Peng ujarnya: "Sudah kalian lihat senjata yang digembol mereka?"
"Yaa, sudah!" "Aku rasa tidak banyak didaratan Tionggoan yang
mempergunakan senjata macam itu"
"Tampaknya senjata itu merupakan semacam senjata
khusus yang berasal dari tepi perbatasan" Ong Peng
menerangkan. "Aku tahu sumber dari senjata tersebut" mendadak Lik
Hoo menyela. "Coba, kau katakan"
"Lik Hoo mengiakan dengan hormat, katanya:
"Cahaya golok lengkung itu adalah senjata Raja
Pomihasu untuk membunuh burung!" "Pomihasu" Seperti
nama orang Tibet?" seru Cu Siau hong.
Dia sudah banyak membaca buku sejarah,
pengetahuannya juga luas sekali, meski pengalamannya
didalam dunia persilatan tidak luas, tapi persoalan yang
diketahuinya banyak sekali'
"Benar!" kata Lik Hoo cepat, memang senjata itu berasal
dari seorang tokoh lihay dari Tibet, agaknya seorang hwesio
" "Bukan hwesio, Lhama namanya", sela Cu Siau hong.
"Yaa, benar, seorang Lhama hwesio" sambung Ui Bwee.
"Darimana kalian bisa tahu?"
Ang Bo tan segera berkata:
"Suatu ketika Keng Ji Kongcu minum banyak arak dan
diapun membicarakan soal ini dengan kami, jurus serangan
dari golok lengkung mereka sangat aneh, serangannya juga
cepat bagaikan sambaran kilat, terutama jurus serangan
yang dinamakan Hui im sam cian (tiga bacokan awan
terbang), pada hakekatnya bisa dipakai untuk memenggal
tubuh si burung yang terbang di angkasa."
"Bisa membunuh tubuh yang terbang di angkasa itu
berarti ilmu golok mereka cepat sekali, tapi serangan itu
entah dilancarkan dengan golok lengkung yang terlepas dari
tangan" Ataukah golok berikut badan itu memenggal ?"
"Soal ini aku kurang tahu, Keng Ji kongcu tidak
menerangkannya kepada kami"
"Empat buah sampan kecil dengan delapan orang
manusia, delapan bilah golok melengkung, andaikata setiap
golok lengkung dapat membunuh orang wah hal itu
sungguh menakutkan sekali"
"Kalau menurut apa yang dikatakan Keng Ji kongcu, ilmu
golok mereka amat buas"
"Buas!" "Buas, maksudnya ilmu golok mereka amat langsung,
amat langsung dalam membunuh manusia."
'Waah, itu berarti semacam ilmu golok yang benar-benar
menakutkan sekali" "Oleh karena itu harap kongcu menyampaikan perintah
agar semua orang berhati-hati"
"Suara pembicaraan kita amat keras, bahkan musuhpun
dapat mendengar dengan jelas apalagi orang dalam
seperahu dengan kita"
Peringatan in: adalah peringatan untuk pertama kalinya,
memberi peringatan kepada orang sendiri agar berhati-hati.
Sementara itu sampan-sampan cepat itu sudah mulai
bergerak lagi mendekati perahu besar itu. Suasana tegang
segera menyelimuti kedua belah pihak.
Pelan-pelan Cu Siau hong menuju kedepan geladak, lalu
memperhatikan sekejap perahu-perahu sampan yang
sedang bergerak mendekat itu, setelah menghembuskan
napas panjang katanya: "Kalian toh datang kemari untuk sesuatu tujuan,
mengapa tidak segera turun tangan.
Seorang laki-laki bersenjata golok lengkung yang berada
disampan sebelah kiri segera berseru dengan suara dingin:
'Siapakah yang bernama Cu Siau hong?"
''Aku!" Lelaki baju hitam yang berbicara itu mendadak
menghimpun tenaga dalamnya dan melayang naik keatas
perahu besar. Mendadak Seng Hong dan Hoa Wan maju selangkah ke
muka, sepasang pedang mereka ditusukkan bersama ke
depan menghadangjalan maju lelaki berbaju hitam tersebut.
Mendadak kaki kanan lelaki berbaju hitam itu menginjak
pada tumpuan kaki kirinya mendadak tubuhnya melambung
setombak lagi ketengah udara dan melayang turun di atas
geladak. "Lepaskan mereka turun!" bisik Cu Siau hong.....
Sebenarnya sepasang pedang Seng Hong dan Hoa wan
telah mengejar kemuka dan sama sekali tidak memberi
kesempatan kepada pihak lawan untuk melayang turun
keatas geladak. Akan tetapi setelah mendengar suara bentakan nyaring
Cu Siau hong tadi, mendadak saja mereka menyelinap
kesamping untuk memberi sebuah jalan lewat.
Dengan cepat manusia berbaju putih itu melayang turun
di geladak, golok lengkungnya masih digenggam kencangkencang.
Seng Hong dan Hoa wan kembali mengayunkan
sepasang pedangnya untuk menghadang jalan pergi orang
itu. Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata: "Sen Hong,
Hoa wan cepat mundur!"
Seng Hong dan Hoa wan segera mengundurkan diri ke
belakang dan menyarungkan kembali pedangnya kedalam
sarung. Orang berbaju hitam itu tertawa, dia pun menyarungkan
kembali golok lengkungnya ke dalam sarung.
"Ada urusan apa kalian datang mencariku, sekarang
boleh kau utarakan secara terus terang!,Apakah saudara
merasa yakin dapat membunuh aku" Cu Siau hong kembali
tersenyum. "Akan kucoba!" Jawabannya amat singkat dan jelas, tapi semuanya
beralasan dan mantap. Sambil tersenyum kembali Cu Siau hong bertanya:
"Saudara bukan berasal dari penduduk daratan
Tionggoan"!.." "Tampaknya masih ada persoalan lain yang hendak kau
bicarakan dengan aku?"
"Betul!" , "Katakan saja sekarang!"
"Kau benar-benar Cu Siau hong?"
"Tanggung seratus persen asli!"
"Harus dibunuh!" bentak orang berbaju hitam itu keras
keras. Ketika tangan kanannya diayunkan kemuka, serentetan
cahaya tajam segera meluncur ke tubuh lawan. Betul-betul
sebuah ayunan golok yang cepat bagaikan sambaran kilat
dan amat dahsyat. Tak bisa dilukiskan jurus serangan apakah yang
dipergunakan dalam ayunan golok itu pun tidak diketahui
perubahan apakah yang terkandung dibalik ancaman
tersebut. Hanya terasa ayunan golok tersebut cepat bagaikan
sambaran petir, dalam sekejap mata cahaya golok telah tiba
diatas kepala Cu Siau hong.
Ilmu golok semacam itu betul-betul merupakan sebuah
ilmu golok pembunuh. Dengan perasaan terkesiap buru-buru Cu Siau hong
mengundurkan diri sejauh enam langkah kebelakang.
Ayunan golok tersebut kelewat cepat dan kelewat dahsyat.
Sekalipun Seng Hong dan Hoa Wan telah bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, toh
terlambat juga untuk menghadapi perubahan yang sangat
mendadak dan diluar dugaan itu.
Menanti mereka berdua mengayunkan pedangnya untuk
menyerang, orang berbaju hitam itu telah menarik kembali
goloknya dan mengundurkan diri keposisi semula.
Cu Siau hong segera mengulapkan tangannya mencegah
Seng Hong dan Hoa wan bertindak lebih lanjut, kemudian
ujarnya sambil tertawa. "Jurus golok yang saudara pergunakan cepat sekali,
cuma sebelum kau turun tangan membunuhku dapatkah
kau ungkapkan alasan yang menjadi dasar dari tindakanmu
ini?" "Membunuh ya membunuh, tiada pokok alasan yang
menjadi dasarnya, aku hanya tahu mencabut selembar
jiwamu' "Bila seseorang membunuh orang lain tanpa didasari oleh
suatu alasan tertentu, berarti orang itu memang memiliki
kegemaran untuk membunuh "
Orang berbaju hitam itu hanya tertawa dingin tiada
hentinya tanpa menjawab. ''Bagi orang yang gemar membunuh, sudah sepantasnya
bila dia dihukum mati!'' ujar Cu Siau hong lebih jauh.
Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa
wan, perintahnya lagi. "Kalian segera laksanakan perintah ini!"
Sementara itu dua orang bocah pedang tersebut sedang
berpikir namun mereka tidak berhasil menemukan suatu
cara untuk membinasakan lawannya yang tangguh itu.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Seng
Hong, dengan cepat dia berseru: "Siang kiam ci hui
(sepasang pedang terbang lurus)!'
"Hap oh wi it (bersatu padu dalam satu kekuatan)!"
sahut Hoa Wan dengan cepat.
Di tengah bentakan, dua orang itu melayang ke tengah
udara, sepasang pedang mereka meluncur bersama seperti
gunting emas dan melakukan pengguntingan ke tubuh
lawan.. Orang berbaju hitam itu turut melompat ke udara, golok
lengkungnya bagaikan salju memancarkan bayangan
cahaya yang berlapis-lapis.
Cahaya golok yang berlapis-lapis meski tangguh dan
rapat, nyatanya belum juga berhasil untuk membendung
datangnya hawa pedang yang amat dahsyat itu.
"Tak terlukiskan rasa cemas orang berbaju hitan itu,
buru-buru golok lengkungnya di ayun ke kiri, dibacok
kekanan berusaha keras untuk membendung datangnya
gerakan pedang yang datang dari dua penjuru.
Sayang usahanya itu tidak berhasil, karena dia gagal
untuk membendung datangnya ancaman tersebut. Begitu
ayunan goloknya mengenai sasaran kosong, sepasang
pedang lawan segera meluncur datang.
Cahaya tajam berkelebat lewat, percikan darah segar
segera memancar ke empat penjuru, seketika itu juga
orang berbaju hitam itu kena tertabas tubuhnya oleh
sepasang pedang lawan hingga putus menjadi dua bagian...
Setelah berhasil membunuh lawan tangguhnya Seng
Hong dan Hoa Wan segera melayang turun ke atas geladak,
kedua orang itu seperti belum begitu percaya kalau
kekuatan mereka sungguh-sungguh telah berhasil
membunuh lawannya. Tapi bukti yang nyata telah berada didepan mata, mayat
pun telah terkapar diatas tanah, malah darah yang
membasahi ujung pedang mereka berdua belum lagi


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengering. Semuanya ini merupakan kenyataan, suatu kenyataan
berdarah yang tak terbantahkan. Seng Hong dan Hoa Wan
saling berpandangan sambil tertawa, kemudian ujarnya:
"Lapor kongcu, hamba sekalian telah berhasil
melaksanakan hukuman mati tersebut"
"Gusur, pergi mayat itu!" perintah Cu Siau hong.
"Dengan sekali tendangan, Seng hong segera menyepak
mayat tersebut hingga tercebur kedalam sungai.
Sambil berdiri bergendong tangan diujung geladak, Cu
Siau hong mengawasi orang-orang berbaju hitam yang
berada di atias ke empat buah sampan cepat itu, sekejap
kemudian katanya dingin: "Dengar baik-baik, pekampungan Ing-gwat san ceng
kami tak pernah mengikat tali permusuhan atau sakit hati
dengan kalian nyatanya tanpa suatu sebab tertentu kalian
telah mencari gara-gara dengan kami, Ketahuilah, kami tak
ingin mencari gara-gara, tapi kamipun tak takut dihadapkan
dengan persoalan, barusan kami telah membuktikan hal ini
kepada kalian, atau dengan perkataan lain kami tak takut
urusan jika kalian masih saja tak tahu diri dan ingin mencari
gara-gara terus, jangan salahkan kami akan melakukan
pembantaian secara besar-besaran"
Diatas ujung geladak empat buah sampan cepat, berdiri
tujuh orang lelaki berbaju hitam, ditangan kanan masingmasing
menggenggam gagang golok lengkungnya erateras,
empat belas sorot mata bersama-sama ditujukan ke
atas wajah Cu Siau hong. Entah mereka menjadi takut, ataukah merasa
terperanjat, nyatanya ketujuh orang itu hanya berdiri
disana dengan wajah tertegun. Dengan suara rendah Ong
Peng segera berteriak: "Kongcu, mungkinkah mereka tidak mengerti dengan apa
yang kongcu katakan?" Tidak mengerti dengan apa yang
dikatakan" Seandainya mereka datang dari tepi perbatasan,
sudah pasti mereka mempunyai bahasa sendiri yang jauh
berbeda dengan bahasa yang kita pergunakan sehari-hari.
"Baik!" Kalau begitu coba tanyakan kepada mereka
apakah tidak mengerti dengan apa yang kita katakan" Ong
Peng mengiakan, dia segera jalan menuju ke geladak, lalu
berseru dengan lantang. "Diantara kalian bertujuh, siapakah yang bisa memahami
pembicaraan kami?" "Ketujuh orang lelaki berbaju hitam yang berdiri di ujung
geladak ke empat buah sampan cepat itu masih berdiri tak
berkutik di tempat semula, tapi dari balik ruangan perahu,
salah satu sampan tiba-tiba berjalan keluar seorang
pemuda berbaju serba putih.
"Pelan-pelan orang itu berjalan menuju ke ujung
geladak, lalu berkata dingin:
"Aku mengerti, mereka pun mengerti, cuma mereka tak
sanggup menjawab pertanyaanmu"
"Mengapa"'' "Sebab mereka tak mampu untuk mengambil
keputusan". "Kalau begitu, kau dapat mengambil keputusan"'
"Benar, orang-orang itu semuanya adalah anak buahku"
"Oooh ! Kalau toh kau sudah menampilkan diri, pertama
sudah sepantasnya bila menyebutkan namamu, kedua,
sudah seharusnya menerangkan mengapa kalian datang
mencari kami" "Kau masih belum pantas untuk membicarakan
persoalan-persoalan semacam ini denganku"
"Tidak pantas. .?"
"Baik!" Cu Siau hong segera tertawa. "kalau begitu mari
kita berbincang-bincang"
"Kau kah Cu Cengcu?" tanya orang berbaju putih itu.
"Yaa, benar! Siapakah nama saudara?"
"Thi Long!" "Oooh bolehkah aku tahu apa alasan saudara Thi datang
mencariku"'' "Sebenarnya kami mendapat undangan untuk
membunuh Ui pangcu dari Kay pang, tapi ditengah jalan
orang yang mengundang kami itu telah berubah pikiran,
sekarang ia menitahkan kepada kami untuk merenggut
nyawamu" "Oooh. .." "Cuma kami tak menyangka kalau kau adalah seorang
musuh yang begitu tangguh" "Sekarang kau baru tahu?"
"Bukan baru tahu melainkan baru melihat"
"Saudara Thi.. apakah kau bermaksud untuk berubah
pikiran?" Dengan cepat Thi Long menggeleng.
"Tidak, aku masih belum merasa akan menderita
kekalahan" "Kalau begitu, saudara Thi masih bermaksud untuk
melanjutkan perbuatan ini?"
"Kami datang atas undangan, sebab itu paling tidak kami
harus memberikan suatu pertanggung jawab kepada orangorang
yang mengundang kami itu"
"Kalau toh begitu, silahkan Thi Long segera turun
tangan, agar persoalan ini bisa segera diselesaikan"
"Baik Siaute masih mempunyai tujuh orang pembantu,
harap Cu cengcu pun mengirirn tujuh orang untuk
menentukan menang kalah kita, seandainya siaute kurang
beruntung dan kalah, hal tersebut akan kami pertanggung
jawabkan kepada orang yang telah mengundang kami itu"
Barusan Cu Siau hong telah menyaksikan ilmu silat
orang-orang itu, melihat pula jurus golok lengkung mereka
serta gerakan-gerakan yang aneh tapi sakti, andaikata dia
harus mengutus tujuh orang pula untuk menyelesaikan
persoalan ini, bagaimanakah hasil dari pertarungan itu,
sesunggubnya hal tersebut masih merupakan sebuah tanda
tanya besar. Maka satu-satunya jalan yang terbaik baginya kini adalah
turun tangan sendiri untuk menentukan menang kalahnya
pertarungan itu. ooo0ooo Jilid 44 BAGIAN 44 SETELAH mengambil keputusan dalam hati kecilnya Cu
Siau hong segera berkata sambil tertawa.
"Saudara Thi, apakah ilmu golok yang kalian pergunakan
adalah ilmu golok dari wilayah Sin kiang milik Pomihasu"`
"Dia adalah guru kami, malam ini dia orang tuapun akan
kemari" ujar Thi Long dengan wajah penuh rasa hormat.
"Oooh, dan orang-orang berbaju hitam itu?"
'Orang-orang berbaju hitam itu, adalah jago-jago anak
buah guru kami" "Apakah mereka semua berasal dari wilayah See ih?"
"Betul" "Dan saudara"' 'Thi Long termenung dan berpikir sebentar, kemudian
sahutnya: "Asal usulku bukan sesuatu yang penting, masalah
terpenting adalah penyelesaian dari pertarungan yang akan
berlangsung pada malam ini!"
"Itulah sebabnya, aku rasa dalam pertarungan kita kali
ini, paling baik kalau berganti dengan suatu cara lain"
"Aku akan mendengarkan usulmu itu!"
"Apakah saudara Thi tidak merasa, bahwa kita harus
tampil sendiri kedalam arena?" ''Kau dan aku maksudmu?"
"Benar" Cu Siau hong mengangguk, "bila pertarungan
kita dapat menentukan menang kalah, buat apa kita musti
bersusah payah untuk melangsungkan suatu pertarungan
satu lawan satu antara anggota-anggota kita lainnya.. ."
"Jadi Cu cengcu hendak menantang aku untuk berduel?"
"Seandainya kau bersedia untuk menerima usulku ini,
anggap saja ucapanku itu sebagai tantanganku terhadap
saudara Thi" Diam-diam Thi Long termenung dan berpikir beberapa
saat lamanya, kemudian dia manggut-manggut.
''Baiklah, akan kuterima usulmu itu" katanya kemudian.
"Baik" kata CU. Siau hong kemudian sambil
mengangguk, silahkan saudara Thi naik ke atas perahu"
Thi Long menarik napas panjang-panjang, mendadak dia
melompat naik ke atas dengan gerakan tubuh yang ringan,
tampak ujung baju berkibar terhembus angin, tahu-tahu dia
sudah melayang turun diatas geladak.
Cu Siau hong memperhatikan lawannya dengan
seksama, ia jumpai orang itu sama sekali tidak
menggembol golok lengkung..
Thi Long segera mengamati sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian berkata: "CU CENGCU, kau bermaksud untuk main kerubut"
ataukah kita akan bertarung satu lawan satu?" Cu Siau
hong segera mengulapkan tangannya dan berkata:
"Kalian boleh mengundurkan diri semua dari sini, aku
akan bertarung satu lawan satu dengan saudara Thi ini,
entah bagaimanapun keadaan pertarungan nanti, kalian
dilarang untuk turut campur."
Seng Hong dan Hoa Wan sekalian cukup mengetahui
akan kemampuan yang dimiliki Cu Siau hong, merekapun
menaruh rasa percaya yang besar terhadap kesanggupan
pemuda itu untuk menghadapi lawan, setelah saling
berpandangan sekejap, serentak mereka mengundurkan diri
dari situ. Cu Siau hong segera berkata kembali.
"Saudara Thi, sekarang kau boleh berlega hati''
"Moga-moga mereka dapat melaksanakan perintah dari
Cu cengcu dengan sugguh hati!"
"Soal ini tak perlu saudara Thi kuatirkan, selama ini
disiplin anak buah kami cukup dipercaya"
Kemudian sorot matanya dialihkan ke wajah orang-orang
berbaju hitam yang menggembol golok lengkung itu, lalu
katanya lebih jauh: "Andaikata saudara Thi bernasib kurang mujur dan
menderita kekalahan di tangan siaute, mungkinkah mereka
akan membalas dendam dan turun tangan secara nekad?"
"Mungkin" "Apakah saudara Thi merasa sudah sepantasnya untuk
meninggalkan pesan kepada mereka"''
"Yaa, memang sepantasnya, cuma kami belum
merundingkan sistim pertarungan yang akan kita lakukan
nanti" "Dalam hal ini, aku ingin sekali mendengarkan pendapat
dari saudara Thi" "Pertama, bila aku menang, aku akan membawa pergi Cu
cengcu" "Hmm..seandainya saudara Thi menang, aku bersedia
untuk menyerahkan diri dan menuruti semua perintahmu"
"Kedua, bila kuajak Cu cengcu pergi dari sini nanti,
paling baik jika mereka tak usah, melakukan
penghadangan, daripada terjadinya suatu peristiwa
pembantaian secara besar-besaran"
"Andaikata aku bukan tandinganmu, sekalipun mereka
maju menghalangimu juga tak akan mampu untuk
menghalangi" Thi Long segera tertawa. "Apa yang Cu cengcu katakan memang benar, kalau
begitu kitapun tak usah memberikan batasan-batasan
dalam pertarungan nanti, mau menggunakan kepalan,
telapak tangan, senjata tajam, senjata rahasia, kau boleh
menggunakannya secara bebas dan sekehendak hati"
"Baik, aliran ilmu silat memang berbeda, apalagi
keistimewaan masing-masing orangpun berbeda, kalau
tidak diberikan batasan-batasannya, hal ini memang lebih
baik lagi, sebab pertarungan mana bisa diselenggarakan
dengan sepuas-puasnya"
"Tamu tak akan mendahului tuan rumah silahkan Cu
cengcu menyerang lebih dulu!" ucap Thi Long kemudian
sambil tertawa. Cu Siau hong ikut tertawa.
"Tunggu sebentar saudara Thi, kau hanya
memperbincangkan syarat-syarat bila kau menang tapi
bagaimana seandainya siaute yang beruntung dan berhasil
menangkan pertarungan ini.?"
"Tentu saja terserah syarat apa yang hendak Cu cengcu
utarakan!" "Aku menginginkan kau tinggal disini!"
"Baik!" "Sedang ke tujuh orang jago golok itu boleh menentukan
kehendak masing-masing, kalau ingin tetap tinggal disini,
silahkan tinggal disini, bila tidak bersedia, silahkan pergi"
"Saudara Cu apakah kau minta kepadaku untuk
menyampaikan pesan-pesan dulu kepada mereka?"
"Benar, lebih baik diterangkan dulu, coba dilihat dulu
bagaimanakah pendapat mereka?"
Thi Long segera membalikkan badan kemudian
berbicang-bincang dengan ketujuh orang lelaki berbaju
hitam itu dengan logat pembicaraan yang sangat aneh.
Tampaknya terjadi keributan diantara mereka, debat
mendebat berlangsung dengan serunya.
Sayang Cu Siau hong tidak memahami ucapan mereka,
sehingga diapun tak tahu apa yang sebenarnya mereka
perbincangkan. Akhirnya Thi Long menghembuskan napas panjang dan
berpaling, katanya cepat:
"Mereka telah menyetujui permintaanmu itu, dan
saudara Cu, kau boleh segera turun tangan!"
Sesunggunnya Cu Siau hong menggembol pedang, akan
tetapi sewaktu dilihatnya, Thi Long bertangan kosong
belaka dan bersikap santai seakan-akan sama sekali tidak
mempunyai persiapan untuk melangsungkan pertarungan,
tentu saja dia rikuh untuk mencabut pedangnya lebih dulu.
Maka samoil miringkan badan dia lepas kan sebuah
pukulan yang amat dahsyat.
Tiba-tiba Thi Long berkelit kesamping sambil
mengayunkan sepasang tangannya ke depan, serentetan
cahaya putih yang amat menyilaukan mata diiringi sekilas


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cahaya berwarna keemas-emasan berbareng meluncur ke
depan. Bagaikan dua ekor naga yang muncul bersama dari
permukaan tanah, ia melakukan pengguntingan ke tubuh
lawan. Seringan ini benar-benar merupakan suatu serangan
yang dahsyat dan luar biasa.
Cu Siau hong menjadi tertegun, dia tak mengira kalau
serangannya tersebut memancing datangnya serangan
balasan yang begitu keji dan dahsyat.
Tak sempat meloloskan pedangnya lagi, terpaksa dia
harus menghimpun tenaga dan mendadak melejit ke tengah
udara. Thi Long tertawa, tubuhnya yang maju ke muka sewaktu
melancarkan serangan tadi mendadak berjumpalitan, dua
titik cahaya tajam yang berada ditangannya tanpa berubah
posisi langsung menyergap lebih ke depan.
Perubahan jurus yang cepat dan jitu pada hakekatnya
tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk
melancarkan serangan balasan.
Berada ditenggah udara, mendadak Cu Siau hong
membalikkan tubuhnya dan melayang turun di sisi arena.
Thi Long tertawa, mendadak ia menarik kembali
sepasang kaki yang kemudian pinggangnya yang lemas
seperti seekor ular berputar ke belakang secara tiba-tiba,
sekali lagi dia mengejar ke belakang Cu Siau hong.
Secara beruntun Cu Siau-hong membalikkan tubuhnya
sebanyak tiga kali ditengah udara, tapi belum berhasil juga
meloloskan diri dari pengejaran Thi Long.
Pertarungan ini boleh dibilang merupakan suatu
pertarungan yang jarang dijumpai didalam dunia persilatan.
Kedua orang itu bagaikan burung yang terbang di
angkasa, bergerak kian kemari dengan kecepatan tinggi.
Kepandaian silat yang dipergunakau Cu Siau hong untuk
melancarkan serangan sekarang bukan ajaran dari
perguruan Bu-khek bun, melainkan ajaran dari si dewa
pincang Ui Thong. Rupanya dengan mengandalikan hawa murni didalam
lambung yang dikendalixan, sepasang kakinya mendayung
kian kemari sehingga badannya bisa berbelok kian kemari
dengan indahnya. Sedangkan tenaga dalam yang dimiliki Thi Long dihimpun
dalam pinggang, pinggang tersebut sangat lemas seakanakan
mempergunakan semacam tenaga kekuatan yang
istimewa untuk mengendalikan gerakan pinggangnya untuk
berputar dan berbalik ditengah udara.
Setelah beberapa kali gagal untuk meloloskan diri dari
pengejaran Thi Long, akhirnya Cu Siau hong merasakan
kehabisan tenaga. Tapi dia adalah seorang pemuda yang cerdas, sekalipun
menghadapi bahaya sedikitpun tidak gugup, sambil
menghimpun tenaga dalamnya ke pusat mendadak dia
meluncur turutn ke bawah.
Tiba-tiba kakinya terasa dingin, tahu-tahu kulit tubuhnya
sudah terluka dan darah jatuh bercucuran dengan derasnya.
Untung saja luka itu tidak terlampau besar, sekalipun
begitu, tatkala sepasang kakinya mencapai tanah toh luka
itu teramat sakit sekali bagaikan diiris-iris.
Walaupun begitu akhirnya dia toh terlepas juga dari
pengejaran Thi Long... Thi Long segera bertekuk pinggang sambil berjumpalitan
turun kebawah, setelah itu katanya sambil tertawa:
"Daripada berjumpa lebih baik mendengarkan namanya
saja, tampaknya aku masih mampu menghadapi dirimu"
Begitu turun ke atas geladak, dengan cepat tangan
kanan Cu Siau hong meraba pula gagang pedangnya.
Setelah menderita sekali kerugian besar dia tak berani
bertindak kelewat gegabah lagi.
Sambil menggertak gigi menahan sakit, pelan-pelan Cu
Siau hong berkata: "Saudara benar-benar lihay sekali"
"Cu cengcu sendiripun lumayan juga"
"Dalam pertarungan ini, aku belum terhitung kalah
bukan?" "Luka yang diderita Cu cengcu tidak begitu parah,
kaupun masih berkemampuan untuk bertempur lagi, Cu
cengcu jika kau belum mengaku kalah, tentu saja
pertarungan boleh kita lanjutkan."
"Baik, kalau begitu mari kita bertarung lagi"
"Akan kulayani"
Cu Siau hong mencoba untuk mengawasi lawannya, ia
saksikan Thi Long masih saja bertangan kosong.
Tapi sekarang Cu Siau hong sudah mengerti, senjata
tajam orang itu rupanya disembunyikan dibalik ujung
bajunya sehingga setiap ayunan tangan yang
dikehendakinya, senjata tersebut akan meluncur keluar
dengan sendirinya untuk melancarkan ancaman.
Sesudah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan
Cu Siau hong berkata lebih jauh.
"Thi Long serangan golokmu itu sungguh hebat sekali."
"Aaah, mana, mana, kali ini Cu cengcu boleh melepaskan
serangan dengan sepenuh tenaga."
"Aku rasa tak perlu, kita boleh bertindak seperti tadi lagi,
siapapun tak usah dikenakan batasan-batasan"
Berbicara sampai disitu, mendadak dia bergerak maju
selangkah ke muka, menyusul pedangpun diloloskan.
"Kali ini aku akan mengalah satu jurus untuk Cu cengcu"
kata Thi Long menambahkan.
"Bila aku bersikeras hendak berbuat demikian, aku akan
menurut perintah saja tanpa membantah." Tangan
kanannya diayunkan kemuka, pedangnya segera berkelebat
ke depan melepaskan sebuah tusukan.
Tangan kiri Thi Long kembali diayunkan sekilas cahaya
putih dengan cepat meluncur dari balik ujung bajunya.
"Traaannng. . .!" terdengar suara dentingan nyaring
bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu pedang Cu
Siau hong sudah kena dipentalkan ke belakang.
Menyusul kemudian Thi Long melancarkan serangan
yang gencar, tangan kanannya diayunkan ke muka
langsung mencengkeram ke wajah lawan.
Tampaknya kelima jari tangan tersebut sudah hampir
mengenai sasaran, jari-jemari tangan kanannya seaktu
berada satu inci didepan badan, mendadak tampak sekilas
cahaya kuning berkelebat lewat.
Benar-benar sebuah serangan yang amat mematikan.
Untung saja Cu Siau hong sudah melakukan persiapan
sebelumnya dengan cepat dia menjatuhkan dir ke belakang
dan merobohkan diri dengan mendatar.
Sementara itu pedang ditangan lawannya melancarkan
serangan balasan dengan menyapu ke arah dada dan
pinggang musuh.. Begitu cahaya putih yang meluncur keluar dari balik
ujung bahu ThiLong berhasil membendung pedang dari Cu
Siau hong, tiba-tiba dia menarik kembali serangannya.
Tapi ketika menyaksikan pedang Cu Siau hong kembali
menyapu tiba, tiba-tiba saja dia mengayunkan pedangnya
untuk melakukan tangkisan.
"Criiingg. . .?" 'ternyata lengan kirinya tersebut sanggup
dipergunakan untuk menahan serangan dari Cu Siau hong.
Jelas dibalik lengan Thi Long sudah di pasang dengan
alat rahasia yang amat lihay.
Dua kali meluncur keluar, namun tak sekalipun orang
sempat melihat senjata macam apakah yang telah di
sembunyikan diujung bajunya itu
Perubahan yang luar biasa ini kontan saja membuat Cu
Siau hong terdesak dibawah angin sejak terjun ke arena.
Seng Hong dan Hoa wan yang menyaksika kejadian itu
merasa gelisah sekali namun merekapun tak berani maju
kedepan untuk memberikan bantuan.
Terlihat Cu Siau hong berjumpalitan di tengah udara lalu
secara tiba-tiba bergulung lima depa ke samping.
Pedang yang berada di tangannya segera menciptakan
selapis lingkaran pedang yang beruntun menggulung ke
muka. Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, pedang tersebut
sudah meluncur tiba lagi dengan membawa gulungan
cahaya yang amat menyilaukan mata.
Serangan pedang ini sama sekali berbeda dengan sistim
permainan pedang yang umum diketahui, keanehan dalam
perubahanpun jarang dijumpai.
Antara satu serangan dengan serangan lain dilakukan
sedemikian cepatnya sehingga tercipta selapis kabut cahaya
yang membuat orang merasa amat silau, untuk
menghidaripun bukan sesuatu yang mudah untuk
dilaksanakan. Bagi seorang ahli dalam ilmu pedang, menguasai orang
dengan cahaya pedang bukan sesuatu yang sukar, tapi
untuk membuat suatu gerakan pedang yang berubah
menjadi lingkaran cahaya yang saling susul menyusul, hal
ini merupakan suatu yang jarang ditemukan.
Kontan saja semua jago yang menonton jalannya
pertarungan itu menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Tampak Thi Long sendiripun dibikin terkesiap oleh
gerakan pedang yang sakti dan luar biasa itu, ternyata dia
tak berani menyambut datangnya serangan itu dengan
keras lawan keras. Setelah menarik napas panjang, ia segera mundur
sejauh lima langkah ke belakang.
Cahaya lingkaran pedang dengan cepat ditarik kembali,
Cu Siau hong sudah berdiri dengan pedang di silangkan di
depan dada. Paras mukanya diliputi oleh keseriusan dan kesungguhan
yang memancarkan suatu kewibawaan. Thi Long
menghembuskan napas panjang.
"Selama tiga tahun belakangan ini, aku sudah
menjumpai tiga puluhan orang jago pedang kenamaan di
daratan Tionggoan, tapi belum pernah kujumpai seorang
jago yang memiliki ilmu pedang seperti milikmu itu.. ."
"Oooh. . ." "Cu cengcu, dapatkah kau memberitahukan apa nama
dari ilmu pedangmu itu ?"
Perubahan ilmu pedang yang sangat lihay itu tercantum
diatas kitab pusaka tanpa nama, dari tenaga perputaran
pedang itulah tercipta lingkaran pedang yang menyilaukan
mata. Jurus serangan tersebut boleh dibilang merupakan jurus
serangan terdalam dan terhebat yang tercatat dalam kitab
pusaka ilmu pedang tersebut, Cu Siau hong memang
berhasil melatih ilmu pedang itu, akan tetapi ia belum
berhasil untuk memahami makna dari jurus serangan
tersebut.." Sekalipun demikian, kedahsyatan dari jurus serangan
tersebut sudah cukup untuk menggetarkan hati orang.
"Kau ingin mencari tahu kehebatan dari ilmu pedang ini?"
Cu Siau hong bertanya sambil tertawa hambar.
"Benar...." "Berapa besar yang hendak saudara bayar untuk
mengetahui rahasia tersebut?" kembali anak muda itu
tersenyum. "Apa yang Cu cengcu inginkan?"
"Aku hanya ingin tahu, apa sebabnya kalian datang
mencari kami?" "Persoalan ini hanya bisa kuduga saja!"
"Kau duga saja" Apa maksudmu?"
"Sebagaimana Cu cengcu ketahui, aku hanya seseorang
yang sedang melaksanakan perintah, sedang keputusan
berada ditangan guruku!"
"Ooooh. . .?" "Menurut apa yang kuketahui, didalam suatu pertaruhan,
guruku telah menderita kalah dan akupun harus diberikan
orang lain untuk membayar kekalahan tersebut"
"Maka kalianpun, bersedia menjadi alat pembunuh dari
orang tersebut ...."
"Yaa, apa boleh buat, perintah suhu toh tak mungkin bisa
kami bantahkan bukan"' "Sudah berapa tahun kalian datang
kedaratan Tionggoan"'
"Tiga tahun" "Tiga tahun" Ehmmm.. tiga tahun bukan suatu jangka
waktu yang pendek....?"
''Yaa, memang bukan suatu jangka waktu yang pendek."
"Selama tiga tahun ini, tidak sedikit jagoan yang telah
tewas ditangan kalian bukan?"
"Tidak terlampau banyak, tapi juga tak terlalu sedikit,
dalam dunia persilatan kami sudah dikenal sebagai Alo kiu
sat jiu (sembilan pembunuh Alo) dalam tiga tahun
belakangan ini belum pernah kami kehilangan seorang
anggota pun, ternyata seorang rekan kami telah tewas
ditangan kalian hari ini"
"Hidup sebagai pembunuh di daratan Tionggoan,
sebenarnya kalian menjual nyawa buat siapa?"
"Kami tidak tahu"
"Aku percaya kalau kau tak akan berbohong"
"Rasanya akupun tak perlu untuk berbohong!"
''Bagus sekali bagaimanapun juga toh pasti ada orang
yang menyampaikan perintah kepada kalian bukan?"
''Yaa benar" "Dan orang yang memberi perintah kepada kalian itu
tentunya kalian kenal bukan?" "Tentu saja, orang itu
menyebut dirinya sebagai Yu hujin'.
"Seorang perempuan"'
"Yaa, seorang perempuan setengah umur tapi
kecantikannya masih utuh dan sikapnya terhadap kami pun
ramah sekali, bukan cuma sebagai perantara untuk
menyampaikan perintah kepada kami, lagipula diapun
mengurusi kehidupan kami semua''
"Sekarang Yu hujin yang kau maksudkan itu berada
dimana"' "Entahlah setiap kali sedang berhadapan dengan musuh
dia tak pernah datang, disaat dia harus muncul, diapun
munculkan dirinya..'

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooh ... kalau begitu diapun merupakan seorang yang
amat misterius...?" "Kami hanya tahu mendapat perintah untuk membunuh
orang, mengenai soal lain boleh dibilang tidak tahu menahu,
maka jangan harap kau bisa mengetahui persoalan lebih
banyak dari mulutku"
"Gurumu telah kalah bertaruh dan menggadaikan kalian
kepada orang lain, apakah selama hidup kalian akan
menjadi pembunuh bagi orang itu"'
"Tidak, masih ada setengah tahun lagi, batas waktu yang
dijanjikan akan habis, sangat tidak beruntung kami harus
berjumpa lebih dulu dengan kalian!"
"Aaai .... tujuan dari kehadiran kalian didaratan
Tionggoan tak lebih hanya membunuh orang, selama tiga
tahun, tak sedikit bukan orang yang mati ditangan kalian?"
"Tidak terhitung kelewat banyak, mungkin mencapai
puluhan orang, sekalipun jumlahnya tidak kelewat banyak,
namun sebagian besar merupakan jago-jago kenamaan
didalam dunia persilatan"
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap ke arah
Ong Peng kemudian terusnya..
"Sudah tiga tahun kalian membunuh jago-jago
kenamaan dari daratan Tionggoan tapi heran mengapa
tidak banyak kabar berita yang pernah kami dengar dalam
dunia persilatan?" "Sama sekali tak pernah ada kabar berita apa-apa"
"0ooooh ........"
"Kongcu" Ong Peng segera berbisik, "memang tak pernah
ada kabar berita tentang sepak terjang mereka."
"Mengapa?" ''Karena orang yang harus kami bunuh, semuanya telah
terbunuh habis, tak pernah ada seorang korbanpun yang
dibiarkan hidup" kata Thi Long menerangkan.
"Maka dari itu kabar berita tentang kalian pun tak
mungkin bisa tersiar ke luar?"
Disamping itu gerak gerik kami pun sangat rahasia, bila
tidak lagi membunuh orang, tak pernah ada yang berjumpa
dengan kami, setiap orang yang pernah melihat kami,
semuanya sudah dibikin mampus"
"Setelah membunuh sekian banyak jiwa manusia,
seharusnya kalian akan menerima pembalasan karmanya
bukan?" "Yaa, kemungkinan besar hukum karma akan berlaku
untuk kami pada malam ini, cuma..."
"Cuma apa?" "Aku percaya, bila pertempuran berdarah ini harus
dilangsungkan lebih jauh, kalianpun harus membayar
dengan suatu pengorbanan yang tak kecil...."
Cu Siau-hong manggut-manggut.
"Tapi, bagaimana kalau pertarungan kita berdua berhasil
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah?"
"Tak ada gunanya jika hanya menang kalah yang
berhasil diketahui, kita mesti menentukan dahulu siapa
yang mati, asal kami semua sudah dibikin tewas,
pertarungan ini baru dapat dianggap berakhir"
"Jikalau kau sudah tahu bahwa kemenangan mustahil
bisa kau raih, buat apa pertarungan ini mesti dilanjutkan
lebih jauh?" "Kami tak punya pilihan lain, setiap kali turun tangan
keadaannya selalu sama, beruntung setiap kali bertindak
kami selalu berhasil meraih kemenangan dan
menyelesaikan tugas dan kewajiban kami dengan sebaikbaiknya"
"Thi Long, mengapa tidak kau tanyakan dulu persoalan
ini kepada Yu Hujin"
"Tak usah ditanyakan lagi, sebab sebelum datang
kemari, ia telah memberitahukan segala sesuatunya
kepadaku" "Ia menyuruh kalian bertarung sampai titik darah
penghabisan di tempat ini?"
"Artinya sama, cuma cara penyampaiannya berbeda, ia
bilang bagaimanapun yang terjadi, pertarungan ini harus
diakhiri dengan suatu hasil yang nyata, dan hasil tersebut
harus diwujudkan dalam bentuk kalau bukan mati dimedan
laga, pulang dengan kemenangan yang gemilang"
"Thi Long, setelah membunuh orang selama tiga tahun,
pernah kau membayangkan tentang satu hal?"
"Soal apa?" "Soal benar dan tidaknya perbuatan kalian!"
"Kami tak perlu memikirkan persoalan semacam itu,
karena soal tersebut merupakan perbuatan mereka, sedang
kami tak lebih hanya sebagai tenaga pelaksana saja"
"Apakah pesan semacam itu yang diberikan guru kalian
kepada kamu semua sebelum berangkat kemari?"
"Guru kami hanya berkata, setibanya di daratan
Tionggoan kami harus melaksanakan semua perintah yang
disampaikan kepada kami tanpa membantah"
Mendengar sampai disitu Cu Siau hong segera menghela
napas panjang, katanya: "Thi Long, tampaknya kita hanya bisa menyelesaikan
persoalan ini dengan penentuan mati hidup"
"Tiga tahun hidup didaratan Tionggoan, kau merupakan
satu-satunya musuh tangguh yang pernah kujumpai, terus
terang saja, aku pun merasa. agak menyesal mengapa kita
harus bersua dalam suasana semacam ini aku merasa tak
tega untuk berbuat sesuatu kepadamu, sayang saat
perjumpaan kita kurang tepat, dan kita harus
menyelesaikan persoalan ini dengan menentukan mati
hidup diantara kami berdua"
Sampai disitu sorot matanya segera dialihkan sekejap
kewajah ketujuh orang lelaki berbaju hitam itu, kemudian
serunya dengan lantang: 'Sam ciat cian, siap turun tangan!"
Sam ciat cian, tiga penggalan maut, suatu kepandaian
ilmu golok lengkung pembunuh burung yang lihay.
Kepandaian sakti dari wilayah See ih dengan cepat akan
ditampilkan didepan mata.
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, katanya
pelan: "Ong Peng kalian segera menyebarkan diri, jangan
hadapi serangan golok mereka dengan kekerasan, kita
menghendaki kemenangan, bukan kematian mengerti?"
"Bagaimara dengan kongcu sendiri?"
"Aku yakin ilmu Sam Ciat cian mereka masih belum
mampu untuk membinasakan diriku"
Ong Peng mengiakan, orang-orang yang berada
digeledakpun segera menyebarkan diri masing-masing
memencarkan diri untuk mencari tempat persembunyian.
Diatas geladak memang tidak banyak tempat yang bisa
dipakai sebagai tempat persembunyian, tapi dibandingkan
dengan daratan keadaan disitu jauh lebih baikkan.
Seng Hong dan Hoa Wan masih tetap berdiri dikedua
belah sisi Cu Siau hong dengan pedang disilangkan didepan
dada. Sambil berpaling Cu Siau hong segera menegur.
"Mengapa kalian belum juga mengundurkan diri?"
"Kami akan melindungi kongcu sedapat mungkin, mati
atau hidup akan selalu mendampingimu"
"Aku tidak berharap kalian menderita luka atau celaka,
ketahuilah selain beradu tenaga, hidup dalam dunia
persilatanpun ada kalanya perlu untuk beradu kecerdikan.
Bila kami berada disamping kongcu mungkin dengan
tenaga gabungan kami serangan mereka dapat dibendung
sementara waktu" kata Hoa Wan.
Tiba-tiba Cu Siau hong membisikkan sesuatu kepada
mereka. Ketika selesai mendengarkan bisikan tersebut Seng Hong
dan Hoa Wan segera mengundurkan diri kedalam ruangan
perahu. Dengan demikian diatas geladak yang luas hanya tinggal
Cu Siau hong seorang. Sambil tertawa Thi Long segera bertanya.
"Cu cengcu, sudah siapkah kau?"
"Sudah, kalian boleh segera melancarkan serangan"
"Dia adalah seorang majikan yang baik, maka mereka
amat menaruh hormat dan menuruti perkataanmu"
'Ilmu golok lengkung pembabat burung, tiga bacokan
pembawa maut', aku rasa kepandaian tersebut tentulah
hebat sekali" "Seingatku belum pernah ada orang yang sanggup
menghindarkan diri dalam keadaan hidup".
"Thi Long, kau jangan kelewat percaya pada kemampuan
sendiri, adakalanya tugas yang tampaknya sederhana
belum tentu bisa diselesaikan dengan lancar dan gampang,
sebaliknya suatu persoalan yang tampak rumit dan sukar
belum tentu menghadapi banyak rintangan dalam
pelaksanaannya" "Apakah kau sudah mempunyai keyakinan untuk berhasil
menghadapi kami?" Cu Siau hong tersenyum: "Thi Long, apakah jago golokmu tadi sempat
menggunakan jurus Sam ciat cian sebelum ajalnya tiba
tadi?" "Tampaknya sebelum ia sempat melancarkan serangan
dengan kepandaian tersebut dia sudah keburu tewas oleh
serangan gabungan anak buahmu . ..."
Mendengar itu Cu Siau hong segera berpikir didalam
hati: ''Andaikata mereka diberi kesempatan untuk
menggunakan ilmu Sams ciat ciannya, yang libay sehingga
kedahsyatan kepandaian tersebut keburu memancar keluar,
sudah pasti dia bakal menjumpai banyak kesulitan untuk
membereskan mereka" Rencananya kini adalah membiarkan mereka
mewujudkan kelihayan ilmu golok lengkung Sam ciat cian
tersebut, tapi tak akan mampu untuk melukai orang sendiri"
Dan peratu tersebut tampaknya telah memberi
kesempatan tersebut. Tapi sampat dimanakah kehebatan dari ilmu golok
lengkung Sam ciat ciannya itu" Cu Siau hong belum pernah
menjumpainya. 0leh karena itu apakah siasat yang diaturnya sekarang
dapat mematahkan kehebatan dari serangan lawan atau
tidak, hal mana masih merupakan sebuah tanda tanya
besar. Tapi sekarang, persoalan telah berada di depan mata,
ibaratnya anak panah telah berada di atas gendewa, mau
tak mau dia harus mencoba lebih dahulu untuk mengetahui
kehebatan dari ancaman lawan.
Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:
"Thi Long, kau telah bersiap-siap untuk memerintahkan
mereka untuk memperguna-kan ilmu golok lengkung Sam
ciat ciannya?" "Kecuali kami dapat segera angkat kaki dari sini atau rela
mengaku kalah, tapi kedua hal tersebut tak mungkin bisa
kami lakukan" "Bagus, apa yang harus diucapkan telah kau utarakan
sejelas-jelasnya, sekarang bila kau ingin turun tangan,
silahkan saja turunkan perintahmu ...."
Thi Long segera tertawa terbahak bahak.
'Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh.. . Cu cengcu kau
menyuruh mereka menyembunyikan diri apakah kau
bermaksud menggunakan sepasang tanganmu untuk
menyambut serangan golok kami?"
"Yaa. aku memang ada maksud untuk menyaksikan
sampai di manakah kelihayan ilmu silat aliran See ih yang
kalian miliki". Mendadak Thi Long memberi tanda dengan jari telunjuk
tangan kanannya... Seorang lelaki berbaju hitam menyahut dan melejit tiga
kaki ketengah udara, tiba-tiba golok lengkungnya diloloskan
dari sarung. Setelah itu manusia dan golok melebur menjadi satu,
sesudah berjumpalitan di tengah udara, tiba-tiba berubah
menjadi serentetan cahaya tajam langsung membacok
ketubuh Cu siau hong. Tiga bacokan maut dari See ih, nyatanya merupakan
suatu kepandaian yang mengerikan.
Cu Siau hong telah mempersiapkan diri dengan sebaikbaiknya,
dia bersiap sedia menggunakan jurus It kiam keng
thian (pedang sakti menyanggah langit) yang tercantum
dalam kitab pusaka tanpa nama untuk mencoba
menyambut datangnya ancaman tersebut.
Bagi Cu Siau hong, tindakan ini boleh dibilang
merupakan suatu tindakan yang menyerempet bahaya.
Ilmu golok yang sangat lihay dari Kian Hui seng telah
berhasil memanggil semua ilmu pedang yang dipahaminya
didalam dada. Dalam semalaman saja Cu Siau hong telah berhasil
memasuki suatu tingkatan lain yang jauh lebih tinggi. Tapi
hal itu pula yang memberikan kepercayaan yang makin
lama semakin besar bagi Cu Siau hong.
Tampak dia memusatkan segenap perhatian ke depan,
tiba-tiba pedangnya di angkat ke atas, kemudian diantara
getaran pergelangan tangannya, tercipta selapis cahaya
pedang yang melindungi seluruh badan.
Cahaya tajam yang meluncur datang dari atas itu segera
saling membentur dengan cahaya pedang yang meliputi
seluruh angkasa. "Traaanggg" terdengar suara benturan nyaring yang
memekikkan telinga, cahaya golok yang meluncur tiba serta
hawa pedang yang menyelimuti angsasa tiba-tiha saja
saling berpisah satu sama lainnya.
Orang berbaju hitam itu segera melayang turun ke atas
geladak, golok lengkungnya disilangkan didepan dada.
Dengan pedang tersoren didepan dada Cu Siau hong
tersenyum, ujarnya: "Saudara Thi Long, aku lihat ilmu tiga bacokan maut dari
golok lengkungmu itu tak lebih hanya begitu saja" Paras
muka Thi Long berubah hebat lalu sahutnya setelah tertawa
dingin:

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cu cengcu, benar-benar hebat sekali, cuma Cu cengcu
jangan lupa, disini masih ada aku dan enam orang jago
golok lawan yang termashur karena kelihayannya itu, rasa
percaya Cu Siau hong terhadap kemampuan sendiri
semakin meningkat, Dia mempunyai keyakinan untuk
menyambut datang nya serangan lawan.
Dengan demikian dia pun menaruh kepercayaan yang
semakin besar terhadap rencananya untuk menghadapi
serangan golok lawan. Walau demikian, dia pun menaruh kesan yang sangat
baik terhadap jagoan yang datangnya dari wilayah See ih
ini, katanya sambil tertawa hambar:
''Saudara Thi Long, sebelum pertarungan kita dilanjutkan
hingga mencapai suatu babak penentuan antara hidup dan
mati, ada beberapa patah kata nasehat ingin kusampaikan
dahulu kepadamu" "Rombongan kalian merupakan satu-satunya musuh
paling tangguh yang pernah kami jumpai selama tiga tahun
terakhir ini, halmana membuat pandangan kami terhadap
manusia dari daratan Tionggoan sama sekali mengalami
perubahan, selain timbul pula tiga bagian rasa kagum dan
hormat di hati kecil kami. Nah, bila kau mau mengucapkan
sesuatu, katakan saja secara berterus terang!"
"Bila di daratan Tionggoan tiada orang yang lebih hebat
daripada kalian, bagaimana mungkin kalian bisa
dimenangkan dalam taruhan sehingga harus datang
kemari?" Tampaknya ucapan tersebut sama sekali diluar dugaan
Thi Long, dia menjadi tertegun. "Tentang soal ini ....'
"Ilmu tiga bacokan maut memang terhitung suatu
kepandaian sakti yang berkekuatan darah" sambung Cu
Siau hong lebioh jauh, "tapi bukan berarti suatu ilmu kepandaian yang tak dapat
dipatahkan, juga bukan suatu kepandaian yang tak bisa
dibendung, Aku benar-benar memiliki suatu kemampuan
untuk mematahkan serangan kalian itu"
Thi Long segera tertawa getir.
'Sekalipun saudara benar-benar memiliki kepandaian
untuk menghadapi ilmu golok lengkung kami, namun
keadaan kami sekarang ibaratnya anak panah diatas
gendewa, bagaimanapun harus dilepaskan juga"
Nada pembicaraan tersebut diutarakan dengan suara
berat dan dalam, sama sekali tidak berniat untuk
memandang enteng lawannya.
Jelas dalam hati kecilnya, dia sama sekali tidak menarik
perasaan tak percaya atas ucapan dari Cu Siau hong.
"Walaupun saudara datang dari See ih" kata Cu Siau
hong kemudian. "namun kegagahanmu sangat
mengagumkan, bila perjumpaan kita tidak dilangsungkan
dalam suasana begini, aku orang she Cu pasti akan
bersedia untuk mengikat tali persahabatan denganmu"
"Ilmu silat yang kau miliki sangat mengagumkan hati
kami, sayangnya kami pun harus membunuhmu" ucap Thi
Long pula. "Saudara Thi Long, bila kau mempunyai suatu
kepandaian tertentu, silahkan saja kau pergunakan semua"
Thi Long manggut-manggut, dia lantas menunjukkan
kedua jari tangannya sambil diulapkan memberi kode.
Tampak dua orang manusia berbaju hitam melejit
ketengah udara, kemudian dengan berubah menjadi dua
kilas cahaya tajam yang menyilaukan mata langsung
menerjang kearah batok kepala Cu Siau hong.
Sedemikian cepatnya serangan tersebut sehingga sulit
sekali untuk membedakan apakah ancaman tersebut
merupakan suatu serangan yang dilancarkan dengan ilmu
Sam ciat cian atau bukan, tapi ia dapat merasakan betapa
cepat dan luar biasanya ancaman tersebut.
Angin golok yang tajam dengan berubah menjadi selapis
desingan angin tajam langsung meluncur kedepan.
Cu Siau hong segera menggetarkan pedangnya
menciptakan kembali gumpalan cahaya tajam yang amat
rapat untut menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Traangg.... !" ditengah benturan nyaring yang
memekikkan telinga. kedua belah pihak saling berpisah.
Tapi orang berbaja hitam yang melancarkan serangan
untuk pertama kalinya tadi mendadak melejit ketengah
udara, cahaya golok nampak berkelebat lewat dan langsung
menyerang tubuh Cu Siau hong.
Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba dari balik ruangan
perahu melayang keluar sebuah benda yang menyongsong
datangnya kilatan cahaya yang amat tajam itu.
"Pletaak... plettak..." benda yang meluncur ke muka itu
segera terhajar oleh ayunan cahaya golok sehingga hancur
berantakan dan rontok keatas tanah, ternyata benda itu
merupakan sebuah kursi. Dengan hancurnya kursi itu terhajar oleh cahaya golok,
maka tenaga serangan yang terpancar dari ancaman
tersebut pun mengalami suatu hadangan yang sangat
besar. Hal ini segera mendatangkan rasa percaya pada diri
sendiri yang makin besar pada Cu Siau hong terhadap
rencana yang disusunnya itu.
Dengan cepat Thi Long mengulapkan tangannya memberi
tanda, empat orang manusia berbaju hitam yang berada
diatas sampan kecil itu dengan cepatnya melayang naik
keatas perahu besar. Melihat hal ini, Cu Siau hong segera berkata sambil
tertawa: "Thi Long dapatkah kau lihat ada banyak cara yang bisa
kugunakan untuk menghalangi serangan golok kilat dari
kalian!" Thi Long tertawa dingin. "Itulah sebabnya aku bersiap sedia untuk merubah setitik
pertarungan kami" "Kau bersiap sedia untuk menggunakan taktik apa guna
menghadapi kami..." tanya Cu Siau hong sambil berpaling
dan memandang sekejap ke arahnya.
Thi Long mengayunkan tangan kanannya, empat orang
jago golok segera berdiri berjajar menghadang di depan
pintu perahu, sedangkan Thi Long dan ketiga orang lainnya
menghadang di depan Cu Siau hong sambil melakukan
pengepungan. Lalu sambil tertawa katanya:
"Cu Cengcu, sudah pahamkah kau" inilah cara
pertarungan yang hendak kugunakan, separuh menyumbat
mereka, dan separuh lagi mengepung dirimu, Setelah
membunuh kau, kami baru akan menghadapi mereka"
Mendengar perkataan itu Cu Siau hong merasa amat
terkesiap, diam-diam pikirnya: "Oooh. . . rupanya orang
inipun memiliki akal panjang..'
Di bawah kepungan tiga orang jago golok kelas satu dari
dunia persilatan yang dipimpin macam Thi Long, Cu Siau
hong masih tetap tenang dan amat santai, katanya sambil
tertawa. "Perhitungan saudara sekalian benar-benar hebat sekali,
Cuma dapatkah memenuhi harapan, hal ini mesti dilihat dari
cara kerja kalian sendiri.. ."
"Dibawah pimpinan panglima yang tangguh tak akan ada
tentara yang lemah, kami sudah pernah menyaksikan
kelihayan dari Cu cengcu, juga telah menyaksikan ilmu silat
dari anak buahmu, ilmu pedang mereka memang lihay
sekali, aku rasa dengan tenaga gabungan keempat orang
jago golok tersebut masih cukup untuk menghalangi
mereka" "Thi Long, tahukah kau berapa banyak anak buahku yang
berada disini ?" "Aku tahu jumlah mereka cukup banyak tetapi perahu ini
tak bisa dianggap kelewat besar, diatas geladakpun tidak
mungkin bisa digunakan banyak orang untuk
melangsungkan pertarungan"
"Tapi orang-orang yang menguasahi betul situasi
ditempat ini sudah pasti dapat manfaatkan dengan sebaikbaiknya"
sambung Cu Siau hong dengan cepat.
Thi Long menghembuskan napas panjang, lalu berkata
sambil tertawa: "Cu Siau hong persoalan semacam itu tidak terlalu
penting, bertarung didalam keadaan seperti ini, yang
terpenting adalah tempat kedudukannya sekarang kami
telah merebut tempat yang paling strategis, betul jumlah
anak buahmu lebih banyak, namun mereka toh tak akan
bisa turun tangan bersama-sama"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Benar sungguh tak kusangka kau adalah seorang
pemimpin yang amat berotak!"
Jilid 45 BAGIAN 45 "CU CENGCU terlalu memuji ucap", Thi Long.
Sementara itu, ke empat lelaki berbaju hitam itu telah
meloloskan senjata sambil menghadang di muka pintu
ruangan perahu. Sedangkan Thi Long dan ke tiga orang lelaki berbaju
hitam itupun sudan melakukan pengepungan terhadap Cu
Siau hong. Suasana dalam ruangan perahu masih tetap tenang,
seakan-akan diatas perahu tersebut tinggal Cu Siau hong
seorang. Sambil tertawa dingin Thi Long segera berkata:
"Tampaknya orang-orang dari perkampunganmu amat
tenang dan pandai menguasai diri"
"Bila sudah tiba pada saatnya untuk menampakkan diri,
mereka akan menampakkan diri dengan sendirinya"
Sekali lagi Thi Long tertawa dingin.
"Begitupun baik juga, sekarang kami akan membereskan
dirimu lebih dulu, kemudian baru membereskan mereka"
Kemudian setelah berhenti sejenak, bentaknya: "Serbu!"
Tiga orang lelaki berbaju hitam dengan tiga bilah golok
lengkungnya secepat sambaran petir melepaskan bacokan
ke muka. Cu Siau hong tertawa dingin dengan cepat dia
menggerakkan tangan kanannya melakukan tangkisan.
"Traanng, traaang, traaang...?" suara benturan nyaring
yang memekikkan telinga segera berkumandang
memecahkan keheningan. Cu Siau hong telah mengerahkan tenaga dalamnya yang
sempurna untuk menangkis ke tiga serangan golok lawan
dalam sekali ayunan senjata ....
Kali ini dia telah mengerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya, hal mana dilakukan tak lain karena ingin
mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian yang
dimilikinya sekarang. Dari si Dewa pincang Ui Thong, ia sudah mempelajari
kepandalan sakti untuk menambah tenaga dalamnya, dan
kepandaian tersebut telah dipelajarinya dengan seksama.
Akan tetapi bagaimanakah hasil dari kemampuan yang
dipelajarinya itu kurang dipahami olehnya, maka didalam
serangan pedangnya yang keras melawan keras ini, ia telah
mencoba untuk mencari tahu sampai dimanakah
kemampuan yang dimilikinya.
Alhasil dalam sekali getaran pedangnya, tiga bilah golok
lengkung lawan telah berhasil dibendung dengan segera
hasil semacam ini, baginya boleh dibilang cukup
memuaskan. Akan tetapi ketiga orang manusia berbaju hitam itu
segera maju sambil melancarkan serangan lagi, golok
lengkungnya diputar menciptakan selapis cahaya tajam
yang menyilaukan mata. Bukan cuma begitu malah datangnya serangan tersebut
dari empat arah delapan penjuru.
Dengan suatu gerakan cepat Cu Siau hong menggunakan
serangkaian ilmu pedang yang besifat cepat untuk balas
menghadapi serangkaian serangan gencar lawan.
Tiga bilah golok dengan melebur menjadi satu kekuatan,
dengan cepat menciptakan serentetan cahaya golok yang
tebal dan rapat. Tapi Cu Siau hong tidak menyerah kalah dengan begitu
saja, dengan cepat pedangnya pun melancarkan pula
serentetan cahaya bintang yang berkilauan.
Dengan demikian antara golok lengkung dan pedang
mestika itu terciptalah selapis cahaya tajam yang
menyilaukan mata. Sebetulnya Thi Long menaruh kepercayaan yang besar
terhadap kemampuan ketiga jago goloknya, semula dia
berharap bisa melukai Cu Siau hong dalam dua tiga puluh
gebrakan. Akan tetapi begitu pertarungan berkobar Thi Long segera
merasa agak kecewa. Dia sama sekali tak menyangka kalau ilmu pedang yang
dimiliki Cu Siau hong telah mencapai puncak kesempurnaan
yang begini hebatnya, bahkan disertai pula dengan tenaga
dalam yang begitu sempurnanya.
Walaupun serangan demi serangan yang dilancarkan ke
tiga orangjago golok itu hebat. kemampuan mereka untuk
mengepung lawan pun amat tangguh, akan tetapi serangan
mereka itu tak pernah berhasil meraih setitik kemenangan
pun. Tanpa terasa Thi Long mulai meraba golok lengkung
yang berada dipinggangnya, kemudian dengan cepat
menggenggam gagang golok tersebut dan meloloskannya
dari sarung. Setelah menghembuskan napas panjaug, dia
memperdengarkan suara pembicaraan yang sangat aneh,
sekalipun Cu Siau hong tahu kalau dia sedang berbicara,
namun tidak diketahui apa yang sedang di bicarakan.
Tapi dengan cepat Cu Siau hong menjadi paham apa
gerangan yang dia bicarakan, sebab ke tiga orangjago golok
itu segera mengundurkan diri ke belakang.
Golok lengkung yang dipergunakan Thi Long jauh
berbeda dengan senjata yang dipergunakan rekanrekannya,
golok tersebut tampaknya jauh lebih panjang
daripada keadaan biasa.

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga orang manusia berbaju hitam lainnya sama sekali
tidak mengundurkan diri, mereka masih tetap berada di
sekeliling tempat itu. Setelah mengayunkan golok lengkungnya, Thi Long
segera berkata: "Cu cengcu, kau memang lihay sekali, tampaknya
terpaksa aku harus turun tangan sendiri untuk menghadapi
dirimu" "Kali ini, kau baru meloloskan golok lengkungmu" kata
Cu Siau hong kemudian. Thi Long tidak berbicara lagi, pelan-pelan dia
mengangkat golok lengkungnya dan berjalan menuju ke
arah yang berkebalikan dari Cu Siau hong.
Entah apa yang menjadi maksud tujuannya, akan tetapi
Cu Siau hong tak berani bertindak gegabah. Thi Long
berjalan hingga ke sisi geladak mendadak ia membalikkan
tubuhnya. Diantara ayunan golok lengkungnya, tercipta selapis
cahaya tajam yang berkilauan, tubuhnya pun mengikuti
gerakan golok tersebut meluncurkan kembali.
Tiga bacokan maut yang benar-benar sangat lihay.
Ternyata gerakan golok yang dimiliki Thi Long jauh
berbeda dengan gerakan golok yang dimiliki orang-orang
berbaju hitam itu. Cahaya golok tampak berkembang semakin luas ditengah
babatan kilat yang malang melintang, kemudian tercipta
selapis kabut golok yang tebal dan menggulung kesana.
Gerakan Jian bong it tiong (seribu mata pedang
berkumpul satu) ternyata merupakan kebalikan dari
gerakan golok dari Thi Long, sebab segenap tenaga dalam
dan hawa pedang seolah-olah terhimpun menjadi satu titik.
Cahaya pedang dengan cepat menembusi kabut golok
yang tebal. Ditengah serentetan suara bentrokan senjata yang amat
nyaring cahaya golok maupun hawa pedang bersama-sama
lenyap tak berbekas. "Blaaammm, blaaammm!" dua sosok tubuh terjatuh dari
tengah udara. Kalau didengar dari suara benturan sewaktu terjatuh
diatas geladak, dapat diketahuu kalau kedua orang itu
sudah kehilangan kemampuannya untuk mengendalikan
diri. Untung saja ke dua orang itu sama-sama dapat
mencapai permukaan tanah dengan sepasang kaki
menempel di tanah terlebih dahulu.
Bagian dada dan sepasang lengan Cu Siau hong telah
terkena bacokan golok sehingga terluka, darah segar
bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Tampak ayunan golok lengkung dari Thi Long telah
berhasil melukai banyak tempat di tubuhnya.
Tapi Cu Siau hong sendiri pun berhasil pula
menghadiahkan sebuah tusukan ke tubuh lawan, ini dapat
dilihat dari darah yang menetes keluar dari ujung
pedangnya. Sementara itu, Thi Long dengan tangan kanan
memegang golok lengkung, tangan kiri memegang dadanya
berdiri tegak ditemprat semula, sekulum senyuman
menghiasi wajahnya, senyum yang amat rawan, Ujarnya
kemudian: "Sungguh sebuah serangan pedang yang sangat lihay."
Ketika tangannya diangkat, darah segar segera
menyembur keluar dengan gencarnya. Darah menyembur
sejauh berapa depa dan mengenai seluruh badan Cu Siau
hong. Sebuah tusukan pedang yang menembusi ulu hati, ketika
Thi Long menyelesaikan kata-kata pujian itu, tubuhnya
roboh terkapar diatas tanah...
Memandang Thi Long yang tergeletak, di atas geladak,
tiga orang lelaki berbaju hitam itu bersama-sama berpekik
aneh, kemudian melompat ke tengah udara.
Tiga bilah golok dengan kecepatan luar biasa langsung
menyerang ketubuh Cu Siau hong.
Sekalipun sekujur badan Cu Siau hong penuh dengan
luka, tampaknya luka yang dideritanya tak lebih hanya luka
dikulit luar saja. Dia masih mempunyai kekuatan untuk menghadapi
serangan, pedangnya segera di ayunkan ke muka
mencintakan selapis kabut pedang untuk melindungi badan
..... To ko bu seng (golok lewat tanpa suara) Kian Hui seng
bagaikan seorarg ahli pengasah pedang yang cekatan,
dengan ilmu golioknya yang lihay dia telah menggali seluruh
rahasia pedang yang terpendam dalam dada Cu Siau hong
dan berhasil mengasah sebilah pedang yang tajam,
membuat Cu Siau hong dalam waktu yang amat singkat
berhasil mencapai suatu tingkatan yang luar biasa.
Ditengah suara dentingan senjata yang amat ramai Cu
Siau hong berhasil menembusi serangan gabungan dari tiga
orang itu. Tampaknya tiga orang manusia berbaju hitam itu telah
menggunakan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk
melancarkan serangan, begitu mencapai permukaan
geladak, mereka segera mempersiapkan sebuah sergapan
lagi. Tapi Cu Siau hong segera manfaatkan peluang yang
sedikit itu untuk bertindak cepat, dengan membawa
kecepatan gerak yang luar biasa, secepat kilat dia
melancarkan sebuan serangan balasan.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan, seorang lelaki
berbaju hitam kena terpapas pinggangnya sehingga kutung
menjadi dua bagian. Kecepatan tersebut merupakan suatu kecepatan gerak
tubuh yang luar biasa sekali, bahkan membawa semacam
kekuatan serangan balasan yaag penuh dengan perubahan.
Membunuh satu orang tanpa mengurangi kekuatan
gerakan pedang itu sendiri, benar-benar merupakan
sesuatu yang luar biasa. Nampaklah hawa pedang yang dingin dan dahsyat itu
dengan cepat mendesak ke dua orang manusia berbaju
hitam lainnya harus menyingkir kesamping.
Diatas terjadinya perubahan tersebut, mendadak dari
ruang tengah, ruangan belakang menerjang keluar jit hou,
su-eng serta kedua orang kiam tong....'
Sergapan bersama dari empat penjuru yang dilancarkan
secara tiba-tiba ini dilancarkan dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Sebetulnya orang berbaju hitam itu memang tak sempat
untuk melejit sambil mengembangkan permainan golok
lengkungnya, tak ampun kalau tubuhnya segera terjerumus
ke dalam kepungan. Kematian dari Thi Long membuat kawanan pembunuh
berbaju hitam itu merasakan suatu pukulan dan beban yang
amat berat di dalam hal semangat, seakan-akan mereka
sama sekali telah kehilangan daya kemampuannya untuk
mempertahankan diri. Jit hou, Su eng masing-masing mengeluarkan jurus
serangan yang amat tangguh untuk melakukan
penyerangan, tidak sampai sepuluh gebrakan kemudian,
tiga orang lelaki berbaju hitam telah roboh binasa diujung
golok dan pedang mereka".
Tak usah Cu Siau hong turun tangan, dua orang lelaki
berbaju hitam lainnyapun ikut binasa dibawah kerubutan
kedua orang bocah pedang dan tiga orang dayangnya.
Pada dasarnya, kawanan lelaki berbaju hitam itu belum
lagi mengeluarkan segenap kepandaian silat yang
dimilikinya, tahu-tahu orangnya sudah tewas diujung
senjata dan terkapar diatas genangan darah..
Di dalam pertarungan ini, kecuali Cu Siau hong yang
menderita beberapa luka bacokan, lainnya tiada yang
terluka lagi, bantuan mereka berhasil membasmi
pembunuh-pembunuh bergolok lengkung yang sudah
malang melintang selama hampir tiga tahun lamanya di
daratan tionggoan. Seng Hong dan Hoa wan telah menyarungkan kembali
pedangnya, kemudian sambil menghampiri Cu Siau hong,
bisiknya lirih. "Kongcu, parahkah luka yang kau derita?"
"Masih untung hanya luka-luka diluar badan saja"
Walaupun hanya luka diluar badan namun yang parah
mencapai satu hun lebih dalamnya, darah telah membasahi
seluruh tubuhnya apalagi luka yang diderita cukup banyak.
Sudah barang tentu penderitaan semacam ini merupakan
suatu penderitaan yang amat menyiksa. Dengan suara lirih
Lik Hoo lantas berkata: "Kongcu, silahkan masuk ke dalam ruangan perahu,
budak akan memberi obat pada luka-luka kongcu itu"
Cu Siau hong mengalihkan sorot matanya ke depan, di
jumpainya ke empat buah sampan kecil itu sudah
mengundurkan diri dari sekitar sana, malah bayangan
mereka sudah lenyap tak berbekas.
Di dalam ruangan perahu telah disulut dua batang lilin
raksasa, suasana menjadi terang benderang. Dengan
berhati-hati sekali Ang Bo tan melepaskan pakaian yang
dikenakan oleh Cu Siau hong.
Diatas kulit badannya yang halus, kini sudah malang
melintang bertambah dengan lima enam buah bekas
bacokan yang dalam. Darah segar masih saja jatuh bercucuran dari mulut
lukanya. Dengan kening berkerut, Lik Hoo segera berkata.
"Kongcu, luka yang diderita parah sekali."
"Aaai. . . pertarungan yang telah berlangsung tabi benarbenar
merupakan suatu pertarungan yang amat seru,
pembunuh-pembunuh yang berasal dari wilayah See ih itu
memang betul-betul memiliki ilmu golok yang luar biasa
sekali" "apakah mulut lukanya masih terasa sakit" tanya Ang Bo
tan. "Jika daging disayat pisau, mengucurkan darah lagi,
siapa yang mengatakan kalau hal mana tidak sakit" Cuma,
rasa sakit semacam ini masih sanggup kutahan"
"Aaah.. . bikin hati orang turut sakit saja" bisik Ui Bwee
lirih. Cu Siau hong segera tertawa.
"Kalau begitu, cepatlah bubuhkan obat itu diatas mulut
lukaku itu" katanya.
Meskipun orang in pemberani, cekatan dan amat cerdas,
namun diapun romantis dan pandai menikmati hidup.
Tampak dia memejamkan matanya dan menyandarkan
kepalanya di dalam pelukan Ui Bwee.
Agar si anak muda itu bisa bersandar dengan nyaman
diatas tubuhnya, Ui Bwee segera membuat suatu gerakan
dan kemudian tak berani bergerak lagi....
Untuk sesaat ke tiga orang nona itu menjadi repot sekali
dan masing-masing, sibuk dengan urusan masing-masing.
Ang Bo tan mengambil air hangat dan dipakai untuk
menyeka noda-noda darah di sekitar luka Cu Siau hong.
Lik Hoo mengambil kotak obat dan membubuhkan obat
tersebut diseputar luka..
Sepintas lalu tampaknya pekerjaan Ui Bwee paling
enteng, sebab dia hanya berdiam diri dan membiarkan Cu
Siau hong bersandar diatas tubuhnya.
Namun di dalam kenyataan, justru dialah yang paling
payah. Gerak gerik ke tiga orang dayang itu sangat enteng dan
lincah, namun pekerjaan yang mereka lakukan dilakukan
sangat lamban tapi amat cermat.
Di dalam pertarungan yang berlangsung tadi, bukan saja
Cu Siau hong telah mengerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya, diapun telah menggunakan segenap kekuatan
dan pikiran yang dipunyainya.
Oleh karena itu, Cu Siau hong merasa lelah sekali.
Sementara ketiga orang dayang itu sibuk membalut
lukanya, Cu Siau hong telah mengendorkan sama sekali
semangatnya. Tanpa terasa diapun tertidur nyenyak.
Ketika bangun dari tidurnya, semua luka dibadan telah
dibalut, tiga orang perempuan itu sedang berada
disekeliling tubuhnya. Ang Bo tan sedang mengambil sebuah selimut untuk
ditutupkan ke atas tubuh Cu Siau hong.
Semua gerak gerik ketiga orang perempuan dilakukan
amat pelan, kuatir membangun-kan Cu Siau hong.
Setelah Cu Siau hong bangun, dia segera mendengar
suara dengusan napas orang yang tersengkal-sengkal,
ketika ia berpaling maka dijumpai Ui Bwee sudah
bermandikan keringat. Dia menghembuskan napas panjang, lalu bangun dan
duduk, tanyanya. "Sekarang sudah jam berapa?"
"Kongcu, tidurmu nyenyak sekali, mungkin sudah satu
jam lamanya, akibatnya ji-ci tak berani bergerak barang
sedikitpun" bisik Ang Bo tan.
Waktu itu Ui Bwe sedang mengambil secarik saputangan
untuk menyeka keringat di badan, mendengar perkataan itu
segera serunya... "Sam moay, hanya urusan kecil saja, buat apa musti kau
bicarakan lagi". Lik Hoo yang sedang melayani Cu Siau hong berganti
pakaian segera berseru sambil tertawa:
"Coba lihat tingkah laku kalian dua orang budak, selama
kita mengikuti kongcu, baru kali ini menyumbangkan sedikit
tenaga buat kongcu, tapi kalian sudah berkaok-kaok
duluan, apakah tidak kuatir ditertawakan oleh kongcu?"
"Toa-ci, apakah kau tidak melihat, posisi dari jici tadi
seperti telah menggunaklan seluruh tenaga yang
dimilikinya, selama satu jam dia tak berani menggerakkan
badannya barang sedikitpun juga.."
"Kalau begitu, aku benar-benar telah merugikan Ui
Bwee'' sela Cu Siau hong tiba-tiba, "Tanpa bergerak selama


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu jam memang lebih lelah daripada melangsungkan
suatu pertarungan sengit"
"Kongcu tidak seberapa lelah" kata Ui Bwe sambil
tertawa merdu. Sementara itu, dari pintu ruangan terdengar seseorang
mengetuk pintu. "Masuk!" kata Cu Siau hong.
Pintu ruangan segera terbuka, pelan-pelan Seng Hong
berjalan masuk kedalam, katanya.
"Kongcu diluar ruangan telah di siapkan hidanganhidangan,
silahkan kongcu bersantap"
"Baik, aku memang sedikit merasa agak lapar'
Hidangan kali itu dilahap oleh anak muda tersebut
dengan penuh kenikmatan Sementara ia masih bersantap. Cu Siau-hong merasakan
perahunya sedang pelan-pelan bergerak kedepan
Merasakan hal itu, Cu Siau hong memandang sekejap
kearah Seng Hong yang menjaga pintu, kemudian
tegurnya: "Perahu ini sedang bergerak maju?"
"Benar, Seng ya yang memutuskan akan hal ini"
"Oooh, kita hendak ke mana?"
"Silahkan kongcu bersantap dahulu, selesai bersantap
nanti Seng ya akan memberikan laporan sendiri kepada
kongcu" "Sekarang aku telah selesai bersantap, silahkan dia
masuk kedalam ruangan"
Seng Hong segera membungkukkan badan memberi
hormat, kemudian mengundurkan diri dari situ.
Tak selang berapa saat kemudian Seng Hong telah
mengajak Seng Tiong gak berjalan masuk kedalam
ruangan. Cu Siau hong segera beranjak dari tempat duduknya
sembari berseru: "Susiok, silahkan duduk!'
Seng Tiong gak membungkukkan badannya memberi
hormat, kemudian baru mengambil tempat duduk.
Hal ini menunjukkan kalau kedua orang ini sama-sama
mempunyai kedudukan yang seimbang. bila dipandang dari
sudut pandangan yang lain, maka diantara kedua orang itu
masing-masing mempunyai suatu kedudukan tersendiri
yang lebih tinggi daripada lainnya..
"Menurut laporan Seng Hong, konon kau yang telah
menurunkan perintah agar perahu ini berjalan?" kata Siau
hong kembali. "Benar, tempat berlabuh perahu ini sudah bocor dan
diketahui pihak lawan, aku kuatir kalau mereka akan
mempergunakan siasat licik untuk mencelakai kita, oleh
sebab itu akupun menitahkan kepada mereka agar
menjalankan perahu ini"
Cu Siau hong segera tersenyum.. "Susiok memang
sangat lihay" "Tidak berani. !"
"Susiok sekarang kita hendak pergi kemana?"
"Dalam hal ini aku belum menganbil keputusan, aku
hanya membiarkan perahu ini bergerak saja diatas sungai."
"Oooh, kecuali untuk menghindarkan diri dari
penyergapan mereka, apakah kau masih mempunyai
maksud tujuan lainnya?"
"Ada, aku menemukan seandainya kita mempunyai
sesuatu gerakan tindak lebih lanjut, maka naik perahu jauh
lebih leluasa daripada bergerak diatas daratan"
"Ehmm, ada benarnya juga perkataanmu itu, sekarang
kita harus pergi ke mana"
"Soal ini, lebih baik cengcu saja yang mengambil
keputusan" "Apakah mempunyai suatu petunjuk?"
"Aku pikir, cengcu amat cerdas dan memiliki kemampuan
yang melebihi orang lain, sudah pasti kau mempunyai
sesuatu usul lain, Tapi berbicara soal usulku, aku memang
mempunyai suatu pendapat yakni kita harus berusaha
untuk bergerak dari tempat kedudukan yang terang ke
dalam posisi yang gelap"
"Betul, betul sekali!"
"Paling tidak cara ini bisa menghincarkan kita dari
pengawasan pihak lawan sehingga setiap saat pihak lawan
dapat mengirim orang untuk mencelakai kita, menghadapi
kita." "Ucapan susiok memang benar, Siau hong
memahaminya" Seng Tiong gak segera bangkit berdiri, ujarnya:
"Kalau memang begitu, aku ingin mohon diri lebih dulu"
"Silahkan" sahut Cu Siau hong sambil membungkukkan
badan memberi hormat. Seng Tiong gak segera beranjak
dan meninggalkan tempat itu.
Memandang bayangan punggung Seng Tiong gak, Cu
Siau hong termenung beberapa saat, tiba-tiba serunya:
"Seng Hong!" "Hamba siap disini!" sahut Seng Hong sambil
membungkukkan badannya memberi hormat.
"Sampaikan perintahku, agar perahu dijalankan secepatcepatnya,
bila sudah berada lima puluh li dari sini, beri
laporan lagi kepadaku."
Seng Hong mengiakan dan segera berlalu.
Perahu layar yang sebetulnya bergerak lamban, tiba-tiba
saja mempercepat geraknyadan meluncur ke depan.
Beberapa saat kemudian, Seng Hong muncul kembali
dengan langkah cepat sembari berkata:
"Lapor kongcu, perahu telah berada lima puluh li!"
Cu Siau hong manggut-manggut, dia lantas berjalan
keluar dari ruangan perahu.
Mendongakkan kepalanya, tampak ombak menggulung di
tengah sungai, banyak sekali perahu yang hilir mudik
disana. Semenjak dahulu kala, sungai tersebut memang sudah
merupakan urat nadi yang menghubungkan kota
perdagangan satu dengan lainnya, hingga tak heran kalau
banyak sekali perahu yang berlalu lalang disekitar tempat
tersebut. Sambil bergendong tangan, Cu Siau hong berdiri diatas
geladak, perasaannya bergolak tak menentu, sambil
mengawasi sungai dengan air yang deras, lama sekali dia
berdiri termangu. Tiba-tiba muncul sebuah sampan kecil yang meluncur
datang secepat sambaran petir dan langsung menerjang ke
atas perahu besar itu. Para kelasi yang berada diatas perahu rata-rata
merupakan pelaut nomor satu dari perkumpulan Pay kau.
Kepandaian mengemudikan perahu yang mereka miliki
boleh dibilang sudah amat tinggi, serentak mereka bekerja
keras dengan membelokkan kemudinya sedapat mungkin,
serta merta perahu tersebut bergerak miring ke samping...
Sementara itu Cu Siau hong telah menyaksikan pula
tindakan yang dilakukan sampan kecil itu terhadap
perahunya, dia mengerti bahwa orang itu tidak bermaksud
baik terhadap mereka. Melihatnya memang sudah, tapi untuk Sesaat anak muda
itu tak tahu bagaimana cara untuk mengatasinya.
Mendadak perahunya terasa oleng sekali ke samping,
setelah itu dilihatnya perahu yang mereka tumpangi
bergerak ke samping untuk menghindarkan diri dari
tubrukan tersebut. Sampan kecil itu dengan cepat menyambar lewat dari sisi
tubuh perahu besar tersebut.
Sekarang, Cu Siau hong dapat melihat jelas orang yang
memegang kemudi diatas sampan tersebut, ternyata dia
adalah seorang lelaki yang berkulit hitam.
Dibawah sorot cahaya matahari, tampak sampan kecil itu
dengan membawa gulungan ombak segera meluncur lewat
dari samping perahu mereka.
Cepat dan lincah sekali gerakan sampan kecil itu,
tampaknya pengemudinya adalah seorang ahli yang sangat
lihay. Dengan cepat sampan kecil tadi telah membalikkan
arahnya dan sekali lagi meluncur datang untuk menerjang
perahu besar itu. Tiba-tiba sesosok bayagan manusia berkelebat lewat
seseorang telah melompat keluar dari ruang perahu besar
itu dan terjun ke air. Ternyata dia adalah Hee Hay, loji dari Su eng.
Sebatang bambu panjang muncul pula dari tengah
ruangan perahu besar dan menyodok ke atas sampan kecil
itu. Rupanya tujuan dari sodokan bambu itu adalah agar
sampan kecil tadi tak bisa mendekat, dengan demikian
perahu besar tersebut pun tak sampai kena tertumbuk
Berbicara sesungguhnya, kendatipun sampan kecil itu
berhasil menumbuk perahu besar mereka tak akan
berakibat sesuatu kerugian yang besar, karena perahu
besar itu adalah sebuah perahu besar yang sangat kuat.
TAPI, kalau dilihat dari kenekatan sampan kecll itu untuk
menerjang perahu besar mereka, dapat ditarik kesimpulan
kalau mereka mempunyai sesuatu kekuatan yang bisa
diandalkan. Orang yang menyodok dengan gala bambu itu adalah
Lau Hong, losam dari Su eng.
Tatkala gala bambu tersebut hampir menyodok ditubuh
sampan kecil tersebut, mendadak sampan itu miring ke
samping. Begitu sodokan gala tersebut mengenai sasaran kosong,
sampan kecil itu membuat gerakan berputar lagi dan sekali
lagi menerjang ke atas perahu besar tersebut.
Tiba-tiba seseorang melompat keluar dari gulungan
ombak, lalu dengan membawa tubuh yang basah kuyup
melompat naik keatas sampan kecil itu.
Begitu sampai diatas geladak, tanpa memperdulikan
gerakan sampan itu lagi, dia langsung menubruk lelaki yang
mengemudikan sampan tersebut..
Mendadak dari balik ruang perahu kecil itu meluncur
keluar sebilah pedang mestika..
Cahaya pedang tampak berkelebat lewat dan langsung
menyambar tubuh Hee Hay. Sementara itu tangan kanan Hee Hay sudah hampir
berhasil mencengkeram tubuh lelaki yang mengemudikan
sampan tersebut asal dia berhasil memaksa lelaki itu untuk
melancarkan serangan balasan, niscaya dia pun akan
berhasil memaksanya meninggalkan tempat tugasnya.
Akan tetapi serangan pedang yang meluncur keluar sari
balik ruangan perahu itu datangnya kelewat cepat dan
langsung membabat lengan kanannya...
Sudah barang tentu Hee Hay tak bisa mengacuhkan
datangnya serangan pedang itu, sebab andaikata dia
melanjutkan serangannya sekalipun pengemudi sampan itu
berhasil dihajar telak namun diapun akan terluka pula oleh
sambaran pedang lawan. Satu gaya refleks membuat Hee Hay segera menarik
kembali lengan kanannya dan berjumpalitan ditengah
udara, setelah terhindar dari serangan pedang, sekali lagi
dia tercebur ke dalam air.
Dalam pada itu, serangan gala bambu dari Lau Hong
telah menyodok datang untuk kedua kalinya dan tepat
menghajar di atas sampan kecil tersebut.
Dengan tenaga dalam yang amat sempurna, sodokan itu
segera berhasil melubangi sampan kecil itu.
Begitu sampan kecil tersebut kena ditahan oleh bambu
panjang, tentu saja tak mungkin lagi bagi mereka untuk
melanjutkan usaha nya untuk menerjang perahu besar itu..
Toan San melompat keluar dari dalam ruangan perahu
dan melayang keatas geladak.
Sampan kecil itu betul-betul kelewat kecil separuh adalah
ruangan perahu, sedangkan separuhnya lagi merupakan
buritan perahu serta geladak.
Tiba-tiba pintu ruangan perahu terbuka, seorang gadis
berbaju hijau segera melompat keluar. Baru saja orangnya
meluncur keluar dari ruangan, pedangnya telah menusuk ke
dada Toan San. Sebuah tusukan yang dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa. Sesungguhnya Toan San menggembol pedang, tapi
sewaktu kakinya melayang turun diatas geladak tangan
kanannya tak sempat lagi meloloskan pedangnya untuk
memberikan perlawanan. Hawa pedang yang amat dahsyat memaksanya untuk
berkelit kesamping guna menyelamatkan diri.
Perahu kecil itu benar-benar kelewat sempit, karena
mundur kakinya segera menginjak tempat kosong, sehingga
tak ampun dia pun turut tercebur kedalam air.
Sesosok bayangan manusia lain melayang turun pula dari
perahu besar, cahaya pedang berkilauan dan langsung
menyerang gadis berbaju hijau itu.
Dia adalah Hoa wan yang menyusul dibelakang Toan San
melompat turun kegeladak lawan.
Gadis berbaju hijau itu segera mengayunkan pedangnya
melancarkan sebuah tangkisan.
"Traaaang... !." sepasang pedang segera saling
membentur satu sama lainnya dan menimbulkan suara
dentingan yang amat nyaring..
Gadis berbaja hijau itu mundur selangkah ke belakang,
menggunakan kesempatan itu Hoa wan melompat naik
keatas geladak sampan. Kembali pedang Hoa wan meluncur kian kemarl
melancarkan dua buah serangan lagi.
Setelah berhasil membendung kedua buah serangan
lawan, gadis berbaju hijau itu segera mengembangkan
kembali suatu serangan balasan ynng sangat dahsyat.
Ilmu silat yang dimiliki gadis berbaju hijau itu hebat
sekali, ternyata dia sanggup untuk melangsungkan suatu
pertarungan seimbang melawan Hoa wan.
Luas geladak diujung sampan itu terlampau kecil,
sehingga kedua orang itu sama-sama merasa tak dapat
mengembangkan semua serangannya dengan leluasa tak


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani kalau pertarungan yang berlangsung pun dilewatkan
dalam keadaan yang sangat berbahaya.
Secara beruntun gadis berbaju hijau itu melancarkan
puluhan buah serangan berantai, tapi semuanya kena
dibendung atau di patahkan oleh Hoa Wan dengan begitu
saja. Sementara itu, diatas sampan kecil telah terjadi lagi
suatu perubahan besar. Toan San telah berhasil memegang pinggiran perahu
kecil itu dengan tangan kirinya, sementara tangan
kanannya digunakan untuk melangsungkan suatu
pertarungan seru melawan lelaki pendayung perahu.
Sebenarnya lelaki pendayung perahu itu mempunyai
posisi yang lebih menguntungkan, tapi berhubung dia harus
mempertahankan keseimbangan dari sampan kecil tersebut,
maka jadinya dia nampak kepayahan sekali.
Kaki kanan yang dipakai untuk mengimbangi ketenangan
dari sampannya menjadi kurang berfungsi, itulah sebabnya
walaupun dia mempunyai sepasang tangan yang bisa
dipergunakan menyerang, namun bukan berarti
mendatangkan banyak manfaat.
Sebaliknya Toan San didesak oleh serangan-serangan
lawan yang mempergunakan sepasang telapak tangan pun
menjadi kepayahan, sebab dia hanya bisa melakukan
perlawanan anya dengan sebuah tangan belaka, akibatnya
sulit baginya untuk melompat naik ke atas sampan
tersebut. Sampan yang begitu kecil digunakan beberapa orang itu
untuk melakukan pertarungan, kontan saja tubuh sampan
tersebut oleng kesana kemari dan setiap saat kemungkinan
besar akan terbalik. Sementara itu Hee Hay telah munculkan diri lagi ke atas
permukaan air, sepasang tangannya segera menepuk ke
atas permukaan . . . "Plaaakk!" seluruh badannya melejit ke udara, dengan
membawa curahan air yang membasahi mana-mana, dia
menerjang naik ke atas sampan dan menerjang orang yang
mengemudikan sampan itu. Dengan gelisah lelaki itu melepaskan sebuah tendangan
untuk menghajar tubuh Hee Hay setelah dilihatnya pihak
lawan menerjang tiba dengan garang...
Baru saja kaki kanannya diangkat, tiba-tiba sampan kecil
itu kehilangan keseimbangannya ....
"Weesss!" tak ayal lagi seluruh sampan terbalik dan
tercebur ke sungai. Dengan begitu, semua orang yang berada di sampan
itupun turut tercebur ke dalam sungai.
Cu Siau hong yang berdiri diatas geladak dapat
menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, diam-diam
dia terperanjat sekali. Ia tak pandai ilmu dalam air, tak bisa dibayangkan apa
jadinya bila seseorang tercebur kedalam sungai dengan
ombak yang begitu besar, sebab menurut pendapatnya,
terang ada yang bisa hidup setelah tercebur ke air sungai
dengan ombak deras. Sementara ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
dalam air telah terjadi perubahan lagi. Hee Hay yang
muncul paling duluan. Lau Hong segera menggerakkan bambu panjangnya ke
tengah sungai ketika Hee Hay telah memegang ujung
bambu tersebut, Lau Hong segera menyentaknya dengan
sepenuh tenaga, meminjam kesempatan tersebut Hee Hay
melompat naik ke atas perahu.
Tampak dibawah ketiaknya mengempit seseorang, dia
tak lain adalah lelaki yang mengemudikan sampan tadi.
Menyusul kemudian Toan San turut munculkan diri
dengan meminjam tenaga pantulan dari bambu panjang
yang disodorkan Lau Hong, dengan mengempit tubuh nona
berbaju hijau itu dia turut melompat pula keatas perahu
besar... "Blaaammm... !" Hee Hay segera membanting tubuh
lelaki yang mendayung sampan itu kelantai, kemudian
serunya: "Ilmu dalam air yang dimiliki keparat ini cukup hebat
juga." Toan San sambil membaringkan si nona berbaju hijau
kelantai, berkata pula: "Budak inipun pernah belajar ilmu dalam air'
"Hoa Wan sudah sekian lama terjun ke air, mengapa
belum nampak juga ia munculkan diri?" tanya Cu Siau hong
penuh rasa kuatir. "Tak usah kuatir kongcu, ilmu berenang dan menyelam
yang dimiliki setan cilik itu hebat sekali, dia tak mungkin
akan tenggelam" Tiba-tiba terdengar suara dari Hoa wan berkumandang
datang. "Tak usah kuatir Kongcu, aku baik-baik saja".
Dengan cepat Cu Siau hong berpaling, tampak olehnya
Hoa wan dengan pakaian basah kuyup sedang berjalan
mendekat. Tentunya dia telah merangkak naik ke atas perahu besar
lewat bagian lain. Sambil tersenyum Cu Siau hong segera
berseru: "Ong Peng, kemarilah! Coba tanyakan kepada mereka,
sebenarnya apa yang terjadi?"
Ong Peng mengiakan dan segera berjalan mendekat, dia
menutuk dulu jalan darah di atas sepasang kaki lelaki kekar
tadi. Kemudian Hee Hay baru turun tangan menepuk bebas
jalan darah pingsan dari lelaki tersebut.
Ong Peng segera mengayunkan tangannya memerseni
beberapa kali tempelengan keatas wajah lelaki tadi,
kemudian ujarnya. "Dengarkan baik-baik seorang lelaki sejati berani berbuat
berani pula bertanggung-jawab, setelah berani datang."
Lelaki itu mendengus dingin, tukasnya tiba-tiba:
"Hitung-hitung nasib kalian masih mujur, tapi aku tidak
percaya kalau. . ." Dia mendongakkan kepalanya memandang cuaca,
kemudian melanjutkan. "Kalian tak dapat lolos dari bencana yang akan tiba hari
ini." "Benarkah begitu?" jengek Ong Peng sambil tertawa
dingin, "apakah masih ada orang-orang dungu yang akan datang
menghantarkan kematiannya" Berapa banyak orang dungu
lagi yang bakal datang?"
"Banyak sekali" sahut lelaki itu dingin, "kalian bisa
meloloskan diri satu kali, tapi jangan harap bisa lolos
sepuluh kali, akhirnya suatu ketika usaha kami pasti akan
berhasil." "Satu kali apa?" tegur Cu Siau hong tiba-tiba setelah
merasakan hatinya tergerak. "Heeehhh. . . heeehhh. . .
heeehhh. . . sampai waktunya, kalian akan mengerti
sendiri" "Sekalipun perahu-perahu sampan macam belalang
kalian menumbuk diatas perahu besar kami, apa pula yang
bisa dilakukannya" Memangnya lengan belalang bisa
menghalau kereta dengan menenggelamkan perahu besar
kami?" Pertanyaan yang diajukan secara tiba-tiba itu kontan
saja membuat lelaki kekar itu tersipu, sambil tertawa dingin
ia berkata: 'Walaupun perahu kami amat kecil, namun jika sampai
menumbuk perahu besar kalian, jangan harap perahu kalian
itu bisa tetap utuh"
Ong Peng tidak bertanya lebih lanjut, hanya ujarnya
dengan dingin.. "Sekalipun perahu ini tenggelam kena tertumbuk, apa
pula yang bisa kalian lakukan, toh semua orang yang
berada di perahu ini pandai berenang semua...."
"Omong kosong" kembali lelaki berbaju hitam itu
menukas, "yang bisa berenang cuma sebagian kecil, kami
telah mengetahui dengan jelas, sedang yang tidak mengerti
ilmu dalam air banyak sekali, Cu Siau-hong adalah salah
seorang diantaranya".
"Tampaknya banyak juga yang kau ketahui?"
"Tahu diri tahu lawan, setiap pertempuran baru bisa
dimenangkan, tujuan kami hanya untuk membunuh Cu Siau
hong seorang kendatipun harus mengorbankan sepuluh
buah sampan kecil dan mengorbankan dua puluh jiwa
manusia juga masih cukup berharga.."
Berbicara sampai disitu, mendadak dia merasa kalau
sudah terlanjur membuka rahasia, tapi untuk merubah
pembicaraan sudah tak mungkin lagi, terpaksa dia harus
mengeraskan hati untuk membungkam diri
Tanpa berkata Cu Siau hong berkata:
"Sungguh tak kusangka ada orang yang begitu menaruh
dendam kepadaku, bahkan tak segan-segan mengorbankan
sepuluh buah sampan dan dua puluh lembar jiwa manusia
untuk ditukar dengan selembar jiwaku"
Lelaki berbaju hitam itu mengertak gigi menahan diri,
katanya kemudian. "Ilmu pedangmu kelewat ganas, dahsyat dan
mengerikan, tak mungkin kami bisa menangkan kau dengan
beradu kepandaian silat itulah sebabnya terpaksa kami
harus memakai cara seperti ini untuk menghadapi dirimu"
"Oooh, rupanya begitu" Setelah tertawa lanjutnya.
"Sekarang kalian tinggal sembilan buah sampan dengan
delapan belas orang lagi...
Itu sudah lebih dari cukup, kami tak lebih Cuma suatu
percobaan, setelah kegagalan kami, orang yang akan
datang menyerang akan semakin banyak, andaikata
terdapat empat buah sampan yang bersama-sama
menyerang perahumu, maka salah satu diantaranya pasti
akan berhasil menubruk perahu kalian sampai hancur."
Cu Siau hong manggut-manggut..
"Betul", katanya: "aku percaya sampan-sampan kalian
pasti disertai dengan suatu perlengkapan yang luar biasa,
mungkin juga telah dipasangi bahan bahan peledak yang
mudah terbakar, akan tetapi kesemuanya itu belum tentu
bisa melukai aku" "Asal kau sudah tercebur kedalam sungai, seluruh
kekuatan kami akan terhimpun untuk menyerang kau
seorang, betapapun lihaynya kepandaian silat yang kau
miliki, bila seseorang yang tak pandai ilmu berenang
tercebur ke air, maka jaugankan melakukan perlawanan,
kesempatan untuk menyelamatkan sendiripun kecil sekali"
"Ong Peng, lepaskan mereka" kata Cu Siau hong tibatiba.
"Kongcu, mereka masih mempunyai delapan belas orang
rekan, seandainya dilepaskan, bukankah jumlah mereka
akan berubah menjadi dua puluh orang lagi?"
"Aku tahu, lepaskan mereka! Seandainya mereka benarbenar
masih mempunyai sembilan buah perahu dengan
delapan belas orang, rasanya walaupun bertambah dua
orang lagi juga tak ada artinya".
Ong Peng segera membungkukkan badannya dan
membebaskan jalan darah dari orang berbaju hitam serta
nona berbaju hijau itu. Setelah jalan darahnya dibebaskan dan melompat
bangun kedua orang itu mengangkat kepalanya
memandang sekejap ke arah Cu Siau hong.
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menegur:
"Kau adalah Cu Siau hong?"
"Benar, ingatlah baik-baik, sehingga sebentar tidak lagi
salah membunuh" "Tampaknya kau tidak mirip seseorang yang gemar
membunuh!" "Nona terlampau memuji!"
"Cu Siau hong, benarkah kau akan melepaskan kami
dengan begitu saja?"
"Andaikata kalian berdua tak ingin kami mengutus orang
untuk menghantar kamu berdua, sekarang juga kalian
boleh pergi dari sini"
Lelaki berbaju bitam itu segera melompat lebih dulu dan
menceburkan diri ke dalam air. Nona berbaju hijau itu
memandang lagi wajah Cu Siau hong sekejap, kemudian dia
turut melompat kedalam sungai.
Memandang dua orang itu berenang sampai jauh, Cu
Siau hong baru berkata. "Ong Peng, perintahkan seluruh anggota kita agar
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan"
Begitu diperintahkan, serentak semua orang yang berada
di perahu bersiap siaga. Su eng telah berganti dengan pakaian untuk berenang.
Delapan orang pendayung pun sama pamit menggembol
senjata piaw masing-masing.
Hoa wan serta Seng Hong telah melepaskan jubah
panjangnya dengan berganti pakaian ringkas, sedangkan
Seng Tiong gak, Jit hou serta tiga orang dayang itu telah
menggembol senjata masing-masing.
Cuma Cu Siau hong seorang yang masih mengenakan
jubah panjang. Tapi Seng Hong telah mengangsurkan pedang yang biasa
dipakai olehnya. Cu Siau hong memandang sekejap air sungai yang
menggulung gulung ditempat kejauhan sana, kemudian
setelah menghembuskan napas panjang, katanya:
"Ong Peng, hentikan perahu, kemungkinan besar perahu
besar ini akan mereka tumbuk sampai tenggelam, orangorang
yang tak pandai ilmu dalam air harap membuat
persiapan sendiri-sendiri"
"Kongcu, menurut pendapatku, bagaimana kalau kita
menerjang ke arah pantai dengan sepenuh tenaga"
mungkin sebelum mereka menyerang tiba, kita sudah
mendarat?" bisik Ong Peng.
"Mereka telah menentukan pilihannya untuk melancarkan
serangan ditempat ini, sudah barang tentu mereka telah
melakukan persiapan pula yang matang disitu" kata Cu Siau
hong.. "Bila kita hentikan perahu untuk menantikan kedatangan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

musuh, bukankah hal ini sama artinya dengan memberikan
suatu kesempatan yang sangat baik buat mereka untuk
melancarkan serangan?"
Rupanya Cu Siau hong telah memerintahkan kepada
Seng Hong untuk menurunkan jangkar, perahu itupun
segera berlabuh ditengah sungai.
Cu Siau hong tertawa. "Tentunya kita tak perlu terlampau kuatir atau takut
akan kelihayan ilmu silat para pendatang bukan?" katanya.
"Benar, hamba telah mendengar pembicaraan mereka
yang mengatakan bahwa kepandaian silat yang dimiliki
telah peroleh kemajuan pesat setelah mendapat petunjuk
dari kongcu, meski jurus serangannya tidak terlalu banyak
namun memiliki suatu kekuatan pendobrak yang sangat
hebat sehingga membuat ilmu silat mereka telah mencapai
tingkatqn yang lebih maju'
Cu Siau hong tertawa, katanya:
"Ong Peng, aku jarang sekali melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, persoalan tentang dunia persilatan
yang kuketahui pun tidak terlalu banyak, Aku hanya
merasa, kalau toh mereka sudah memutuskan untuk
melancarkan serangan di tempat ini, berarti mereka pun
sudah mempunyai perhitungan mereka sendiri, atau dengan
perkataan lain mereka telah memperhitungkan keadaan
situasi di sekitar tempat ini dengan secermat-cermatnya,
Aku tak berani memastikan apakah mereka telah
persiapkan perangkap disekitar sini, tapi kemungkinan
besar mereka tak menduga kalau kita akan menghentikan
perahu secara tiba-tiba".
"Benar, pendapat kongcu memang sangat lihay."
"Su-eng dan Seng Hong, Hoa Wan ditambah delapan
orang pendayung adalah jago-jago didalam air, dengan
dihentikannya perahu ini, berarti kita memberi kesempatan
pula buat mereka untuk turun tangan menghadapi mereka
." Ong Peng semakin kagum lagi setelah mendengar
perkataan itu, buru-buru dia menjura seraya berkata:
"Kongcu, kecerdasanmu benar-benar hebat, jalan
pemikiranmu sungguh melebihi kita semua"
ooo0ooo Jilid 46 BAGIAN 46 "AAAAH, apa yang kuucapkan hanya merupakan suatu
dugaan saja, benarkah demikian, didalam kenyataanya
nanti masih harus menunggu pembuktiannya lebih dahulu".
Sementara pembicaraan berlangsung, dari kejauhan sana
telah muncul empat buah sampan kecil yang melaju
mendekat dengan menentang ombak.
Dilihat dari model sampan tersebut, dapat diketahui
kalau musuh tangguh telah datang menyerang. Dengan
langkah cepat Toan San datang mendekat, kemudian
ujarnya: "Kongcu perlukah hamba sekalian terjun ke air untuk
menyambut serangan mereka?"
"Mereka mengirim dulu sebuah sampan kecil untuk
mencoba menyerang kita, tampaknya mereka ingin
mengetahui lebih dulu bagaimana cara kita untuk
menghadapi serangan mereka. Hmmm.... aku rasa ke
empat buah sampan tersebut datang dengan persiapan
yang matang, kalian harus bertindak hat-hati".
"Hamba terima perintah" sahut Toan San.
Dia segera memberi tanda, Su eng bagaikan empat ekor
walet segera terjun kedalam air. Keempat orang masingmasing
menggunakan sampan untuk menyambut mereka,
empat diantara delapan pendayungpun turut terjun keair,
dengan bersenjatakan tombak bergaetan.
Tapi mereka tidak terlalu jauh meninggalkan perahu
besar, melainkan hanya berjaga-jaga disekitar perahu
mereka. Sementara empat orang pendayung lainnya melepaskan
tali jangkat yang lebih panjang agar perahu yang berada di
air mempunyai tempat yang lebih lebar untuk bergerak.
Sementara itu tiada angin yang berhembus disungai,
ombakpun tidak terlalu besar.
Tan Heng dan Ong Peng masing-masing mempersiapkan
senjata tajam ditangan, sedang Jit hou dan tiga budak
berdiri berjajar, ditepi perahu yang menggunakan senjata
rahasia telah menggenggam senjata rahasianya sedangkan
yang tidak menggunakan senjata rahasia mencari benda
lain sebagai pengganti senjata rahasia..
Mentari Senja 7 Pedang Siluman Darah 3 Titisan Budak Iblis Heng Thian Siau To 3
^