Pencarian

Pena Wasiat 9

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 9


"Akhirnya sampai juga pada sasaran pembicaraan"
Tapi ia tak berani banyak bertanya, se-bab dia tahu
Ouyang Siong serta Kiau Hui nio adalah jago-jago kawakan
dalam dunia persilatan, bila terlalu mendesak malah besar
kemungkinannya akan memancing kecurigaan orang lain,
maka ia tetap bersikap te-nang dan menanti terus dengan
hati yang sabar. Benar juga, Kiau Hui nio segera berkata lagi.
'Bila mereka melakukan perjalanan lewat daratan,
kemungkinan besar tak akan lolos dari ketajaman mata dan
pendengaran orang Kay pang, sebaliknya jika lewat diatas
air, disana ada orang2 Pay kau yang bersiap sedia, baik
didaratan maupun diperairan ada dua kelompok
perkumpulan besar yang mengawasi, lalu bagaimana
caranya orang orang itu menghindarkan diri dari
pengawasan?" "Jangan jangan, mereka masih tinggal dikota Siangyang?"
tiba-tiba Cu Siau hong bertanya.
"Soal ini, memang bukannya tiada ke-mungkinan!
''Tecu rasa, seandainya mereka masih tinggal dikota
Siang-yang, sudah pasti Ti Thian -hua mengetahuinya, itu
berarti ada dua kemungkinannya sekarang"
"Lim Giok, coba kau katakan, dua kemungkinan apakah
itu"' 'Yang pertama adalah berusaha untuk menyelamatkan Ti
Thian hua, yang kedua adalah berusaha untuk melenyapkan
dia dari muka bumi, ini tergantung pada seberapa beratkah
bobot Ti thian hua didalam pandangan mereka '
Kiau Hui nio lantas berpaling ke arah Ouyang Siong,
kemudian katanya pelan: "Aku lihat, lebih baik kita tak usah mencampuri urusan
ini lagi" "Lalu menurut pendapatmu, apa yang harus kita lakukan
sekarang?" "Satu-satunya jalan yang paling bagus buat kita
sekarang adalah mengambil langkah seribu, kita tak mampu
melawan Kay-pang, kita juga tak mampu melawan Pay kau,
kearah manapun kita pergi, semuanya akan berakhir
dengan kerugian di pihak kita, mau apa lagi"
"Ehmm ....! Benar juga perkataanmu," Ouyang Siong
manggut-manggut. Sorot matanya lantas dialihkan ke wajah Cu Siau hong,
kemudian melanjutkan: "Lim Giok, menurut pendapatmu, bagai-tnana cara kita
untuk kabur dari sini?"
"Peluangnya tidak terlalu besar, kini semua anggota Kay
pang yang berada dikan-tor cabang kota Siang yang telah
mulai bergerak serta menjaga tempat-tempat yang penting
disepanjang jalan, di air pun ada penjagaan yang lebih
ketat dari pihak Pay kau, aku rasa tidak gampang untuk
meloloskan diri dari sini"
"Lantas apakah kita harus duduk berpe-luk tangan
belaka sambil menunggu datangnya ajal?" sela Ouyang
Siong. Cu Siau hong, segera menghela napas panjang.
"Aaaai.... kecuali kalau kita bisa menyaru diri sedemikian
rupa sehingga tidak sampai dikenali mereka lagi!" katanya.
Ouyang Siang termenung dan berpikir se-jenak,
kemudian bisiknya dengan murung:
"Aku rasa peluang ini pun amat minim sekali!"
"Aku mempunyai suatu ide yang sangat bagus, entah
bisa dilaksanakan atau tidak?" kata Kiau Hui nio pula
setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Coba katakan?"
"Kita gunakan peti mati, asal bersembunyi didalam peti
mati sudah pasti mereka tak a kan mengetahui diri kita"
Mendengar perkataan tersebut tergerak hati Cu Siau
hong, tindakan tersebut memang suatu tindakan yang
tepat, bagaimanapun juga, mustahil orang Kaypang akan
membongkar peti mati untuk diperiksa isinya.
Berpendapat demikian, dia lantas ber-kata:
Membeli peti matipun bukan sesuatu yang gampang, dan
lagi harus ada keluarga yang mengikuti"
"Kita tak perlu membeli, tapi kita cari orang yang benarbenar
sudah mati untuk bersembunyi bersama dalam satu
peti mati, satu orang saja sudah cukup sementara dua
orang lainnya bisa mencampurkan diri dalam rombongan
keluarga yang sedang kema-tian tersebut"
Cu Siau hong segera berpikir:
"Cara ini memang bagus sekali, tak nyana ia bisa berpikir
sampai kesitu' Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:
''Tapi kita harus mencari dulu adakah orfang yang mati
beberapa hari ini, dan lagi harus dikubur dalam beberapa
hari ini" 'Itu mah soal gampang" kata Kiau Hui nio, "kota Siang
yang begini besar, masa kita tak akan menjumpai orang
mati?" ''Persoalannya sekarang adalah Kay-pang memiliki
banyak mata-mata yang tersebar di dalam kota, bagaimana
cara kita untuk me-nemukan orang mati di kota ini tanpa
ditemukan oleh mata-mata Kay pang, aku pikir persoalan
ini bukan suatu persoalan yang gampang..
"Sekalipun harus menyerempet bahaya, hal ini ada
harganya juga untuk dicoba'
'cara ini memang sangat bagus' kata Ouyang Siong puas,
"dewasa ini Kay pang dan Pay kau telah menyebarkan
penjagaan yang ketat didaratan maupun perairan, bila kita
ingin meninggalkan kota Siang yang rasanya hanya cara
yang dikemukakan Hui nio tersebut yang paling ada
harapan untuk berhasil"
"Suhu, apakah kita tak akan menyelidiki dulu rahasia dari
Ti Thian hua' tanya Cu Siau hong.
"Tiada kesempatan lagi untuk kita buat mengurusi
persoalan itu, Ti Thian hua bukan manusia yang bisa
dipercaya, kitapun tak sanggup melawan kekuatan Kay
pang dan Pay kau, hanya ada satu jalan untuk kita
sekarang, yakni cepat-cepat meninggalkan tempat ini"
"Maksud suhu .........."
"Lim Giok!" tukas Kiau Hui nio, "menurut pendapatmu
diantara kita bertiga siapakah yang harus pergi untuk
mencari tahu keluarga mana yang sedang kematian
anggota keluarganya?"
Cu Siau hong segera tertawa geli:
"Tentu saja tecu yang harus pergi" jawabnya, "aku sudah
lama sekali tinggal disini dan hapal pula dengan kota ini,
tentu saja aku lebih gampang melaksanakan tugas ini
daripada kalian!" Kiau Hui nio berpaling dan memandang sekejap kearah
Ouyang Siong, ketika dilihatnya ia tidak memberikan reaksi
apa-apa, segera katanya lebih jauh.
"Betul Lim Giok tugas ini memang seharusnya kau yang
laksanakan, tapi kapankah kau baru akan berangkat?"
"Agaknya sekarang juga aku harus pergi!"
"Lim Giok, kalau begitu kau harus berhati-hati!" seru
Kiau Hui nio kemudian. "Baik! Aku bisa berhati-hati, aku tak akan sampai
menyusahkan suhu maupun Kiau cianpwe"
Saat itulah Ouyang Siong baru menghembus-kan napas
panjang, kemudian berkata:
"Lim Giok apakah kau mempunyai keyakinan?"
"Ada tugas sudah wajar kalau tecu yang melaksanakan,
sekalipun tidak yakin juga harus dilaksanakan"
"Saudara Ouyang, tampaknya muridmu ini lumayan
juga!. Kiau cianpwe terlalu memuji!"
"Lim Giok, mari akan kurubah sedikit wajahmu agar
jangan sampai diketahui mereka"
Cu Siau hong tidak membantah, sambil mang-gutmanggut
dia lantas mengikuti perempuan itu.
Kiau Hui nio mengajak Cu Siau hong mema-suki sebuah
ruangan, setelah menutup pintu dia lantas memeluk tubuh
Cu Siau hong dan menci-uminya dengan penuh bernapsu,
setelah itu ia baru turun tangan untuk menyarukan
wajahnya. Ketika Cu Siau hong muncul kembali dari dalam kamar,
wajahnya sama sekali telah berubah, sekarang ia berbaju
biru, berbadan seperti orang kaya, wajahnya yang putih
kemerah-merahan itu sekarang telah berubah a-gak
kekuning-kuningan sehingga sepintas lalu seperti orang
yang telah berumur tiga puluh tahunan.
Sambil tertawa Kiau Hui nio lantas berkata:
"Sekararg kau telah berubah menjadi seo-rang manusia
yang lain, sekalipun toucu dari kota Siang yang bertemu
sendiri denganmu, belum tentu ia dapat mengenali dirimu
lagi' Cu Siau hong ikut tertawa.
"Kepandaian Kiau cianpwe dalam ilmu menyaru memang
hebat sekali, tentu saja boanpwe percaya penuh dengan
perkataanmu itu" Setelah memberi hormat, dia lantas memutar badan
berlalu dari situ. . Memandang bayangan punggung Cu Siau -hong yang
berlalu dari situ, Kiau Hui-nio menghembuskan napas
panjang, katanya: "Muridmu itu sungguh luar biasa, usianya masih begitu
muda tapi memiliki ketena-ngan yang luar biasa, aaai .....!
Kalau dilihat dari sikapnya yang begitu hambar menghadapi
soal mati hidup, serta kemampuannya untuk
membedakan mana yang serius mana yang tidak, sampai
akupun merasa kagum sekali."
"Betul sekali, sikapnya yang tenang dan sama sekali
tidak gugup di dalam menghadapi bahaya betul-betul luar
biasa sekali, sampai akupun agak miring tiga bagian
kepada-nya ...." "Jadi kau menaruh curiga kepadanya?" tanya Kiau Hui
nio. 'Segala sesuatunya yang melewali kebiasaan, tentu saja
pantas untuk dicurigai"
"Pandanganku justru jauh berbeda dengan pendapatmu
itu!" "Maksudmu?" "Ketika ia baru datang tempo hari' aku memang rada
menaruh curiga kepadanya, tapi sekarang, aku merasa
bahwa dia ....." 'Bagaimana"- tukas 0uyang Siong.
Aku rasa ia tidak pantas untuk dicurigai lagi.."
'Kenapa ?" Bayangkan sendiri, kalau dia adalah orang yang dikirim
Kay pang untuk menyelidiki kita, tadi kau tak akan berhasil
untuk kabur pulang, jika dia mau meng-hianati kita,
semestinya sudah dihianati sedari tadi-tadi, apa yang musti
ia tunggu sampai sekarang?"
Ouyaug Siong tidak berbicara, tapi dia lantas manggutmanggut
tanda menyetujui pendapat tersebut.
-ooo0ooo- SEMENTARA itu, Cu Siau hong telah berjalan keluar
meninggalkan Liong siang pu ceng, sepanjang dalam
pengawasannya dia merasa ada banyak orang yang secara
diam-diam telah mengurung tempat itu.
Orang yang mengurung tempat itu tidak se-luruhnya
orang Kay pang, ini membuktikan bahwa ada kekuatan lain
yang telah menggabungkan diri dengan perkumpulan Kay
pang. Tapi pengepungan itu dilakukan dengan suatu sistim
yang amat teratur dan sempurna, mereka semua berada
puluhan kaki jauhnya dari sasaran, sehingga orang yang
berada dalam toko kain Liong siang pu ceng sama sekali
tldak merasakan apa-apa. Dari sekian banyak orang ternyata tak seorangpun
diantara mereka yang dikenali Cu Siau hong.
Dengan cepat Cu Siau hong merasakan dirinya dikuntit
orang, dengan cepat dia membelok kedalam sebuah gang
sempit. Orang itu adalah seorang pemuda berbaju hijau dan
bertopi kecil, melihat Cu Siau-hong berbelok ke dalam
sebuah gang sempit, dengan cepatnya ia menerjang ke
depan. Cu Siau hong segera menghimpun tenaga dalamnya dan
melayang keatas lalu melewati wuwung rumah orang, ia
lihat orang itu dengan langkah cepat telah menerjang
keluar dari gang sempit itu.
Begitu meloloskan diri dari kejaran orang, Cu Siau hong
segera membalikkan badan dan berjalan balik ke tempat
semula, siapa sangka dua orang pengemis telah
menghadang dimu-lut gang tersebut.
Seorang pengemis berusia empat puluh tahunan
mengawasi Cu Siau hong beberapa kejap kemudian
tegurnya: "Sobat, apakah kau berasal dari Liong- siang pu ceng?"
"Benar!" Cu Siau hong manggut-manggut.
'Kau ingin bertarung dengan kami dite-ngah jalan raya"
Ataukah akan mengikuti kami untuk meninggalkan tempat
ini?" Aku akan mengikuti kalian berdua!"
Satu didepan yang lain dibelakang, dengan cepat kedua
orang pengemis itu menjepit Cu Siau hong ditengah dan
berjalan kedepan. Cu Siau hong digusur menuju ke sebuah gedung tak jauh
dari sana, tiba-tiba kedua orang pengemis itu turun tangan,
satu dikiri yang laindikanan segera mencengkeram tubnuh
Cu Siau hong dan diseret masuk ke dalam ruangan besar.
Cu Siau hong tidak meronta, juga tidak melawan, ia
membiarkan dirinya diseret ma-suk ke dalam sebuah
ruangan besar. Dalam ruangan itu berdiri tiga orang, Tan Tiang kim, Pek
Bwe serta seorang pengemis tua berbadan kurus.
Dari tiga orang yang ada, dua orang diantaranya adalah
orang yang dikenal, ini membuat Cu Siau hong merasa agak


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lega. Terdengar pengemis berusia setengah umur itu
termenung sebentar, kemudian berkata:
"Lapor tianglo, bocah ini keluar dari Li-ong siang pu
ceng!" "Oooh..Apakah dia!" perintah Tan Tiang kim. "kalian
segera kembali ke posisinya masing-masing, Ouyang Siong
dan Kiau Hui nio amat licik dan banyak tipu musli-hatnya,
bila ada kesempatan mereka pasti akan memanfaatkannya
untuk melarikan diri. Dua orang pengemis itu segera melepas-kan Cu Siau
hong dan membalikkan badan nya berlalu dari sana.
Tan Tiang kim memperharikan Cu Siau- hong sekejap
kemudian pelan-pelan ia berkata:
"Katakanlah! Siapa namamu?"
"Boanpwe Cu Siau hong!"
' Siau hong, kau" ' sera Pek Bwe tertegun.
Rupanya ia sudah menangkap suara sianak muda itu.
"Bukankah semalam kita baru berpisah, mengapa kau
berubah muka lagi?" tegur Tan Tiang kim pula.
"Mereka suruh aku keluar melakukan pemeriksaan,
penyelidikan dan mengatur rencana untuk melarikan diri'
"Masih ada siapa lagi didalam Liong si-ang pu ceng
tersebut?" "Ouyang Siong dan Kiau Hui nio ......."
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan.
Tan cianpwe apakah Ti Thian hua telah memberikan
pengakuannya .... ?"
"Bocah itu menutup mulutnya rapat-rapat kami gagal
untuk menemukan sesuatu keterangan dari mulutnya"
Saat itulah Cu Siau hong baru memalingkan kepala dan
memberi hormat kepada Pek Bwee.
Pengemis tua yang bertubuh kurus kering itu mendehem
pelan kemudian katanya: "Apakah, dia adalah Cu Siau hong yang kalian
maksudkan itu?" "Ooya. Cu Siau hong! cepat memberi hormat kepada
Hongpo cianpwe" buru-buru Pek Bwe berseru.
Dengan cepat Cu Siau hong membalikkan badan dan
menjatuhkan diri berlutut seraya berkata.
Boanpwe yang muda Cu Siau hong, menghunjuk hormat
buat cianpwe!" Tan Tiang kim tidak mencegah Cu Siau hong untuk
melakukan penghormatan besar, Pek Bwe juga tidak,
terpaksa Hongpo To harus mengulapkan tangannya seraya
berseru: "Bangun, bangun"
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, tidak menunggu
Tan Tiang kim bertanya, secara ringkas ia telah
membeberkan semua rencana yang telah diatur oleh
Ouyang Siong serta Kiau Hui nio.
Selesai mendengar penuturan itu, Tan Tiang kim lantas
berkata: ''Kalau begitu, orang penting yang sebenarnya justru
adalah Ti Thian hua?"
"Sikap Ouyang Siong dan Kiau Hui nio tidak seperti
berpura-pura, tampaknya mereka telah diperalat serta
dipermainkan oleh Ti Thian hua, jangan dilihat usia orang
itu masih muda, sesungguhnya dia adalah seorang manusia
yang sangat lihay" Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke
arah Hongpo To, kemudian katanya:
"Saudara Hongpo, bagaimana pendapatmu tentang
persoalan ini?" Hongpo To termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya: "Ouyang Siong dan Kiau Hui nio kalau memang tak ada
harganya untuk dibiarkan bebas, ada baiknya kita tangkap
saja kedua orang itu!"
"Benar juga ucapan ini, sungguh menggelikan sekali dua
jago kawakan tersebut, ternyata mereka kena dipermainkan
oleh seorang yang masih ingusan''
"Locianpwe, boanpwe pikir teka-teki sekitar Ti Thian hua
perlu segera diungkap"
"Setelah urusan berkembang sampai begi-ni rupa,
rasanya semua titik terang telah terhimpun semua diatas
tubuh Ti Thian hua si bocah itu, tentu saja kita harus bisa
mengorek keterangan dari mulutnya!"
Sesudah berhenti sebentar, terusnya:
"Tapi bocah keparat itu tidak mudah dihadapi, aku si
pengemis tua merasa tak sanggup untuk menghadapinya.
untung saja dari Kay pang telah datang seorang jago
tangguh yang khusus ahli dalam menghadapi manusia licik,
terpaksa aku si pengemis tua menyerahkan bocah itu
kepadanya" "Apakah orang tua itu adalah Jin locian-pwe?" tanya Cu
Siau hong. "Kau mendengar nama itu dari siapa?"
"Ouyang Siong dan Kian Hui nio pernah membicarakan
persoalan ini, mereka bilang selama ini Jin locianpwe selalu
mendampingi Pangcu, dengan kedatangan Pangcu disini!,
dua berantai Jin cianpwe juga pasti da-tang pula kemari."
Pelan pelan Hongpo To bangkit berdiri lalu katanya:
"Lo-Tan, Ouyang Siong maupun Kiau Hui nio rasanya
tidak perlu dibiarkan hidup bebas lagi, aku segera akan
membereskan me-reka. Terhadap Hongpo To, tampaknya Tan Tiang kim menaruh
sebagian rasa hormat, dia lantas tertawa.
"Saudara Hongpo, walaupun kedua orang ini bukan
manusia baik-baik, tapi mereka justru turut serta dalam
penyerbuannya ke perkampungan Ing-gwat san ceng,
biarkan me-reka tetap hidup besar kemungkinan akan
bermanfaat dikemudian hari''
Hongpo To segera tertawa.
"Aku akan pergi bersama Ki hay, asal me-reka sedikit
tahu diri, akan kubiarkan mere-ka tetap hidup, nah aku
pergi dulu!" Begitu bilang mau pergi dia lantas pergi, baru selesai
kata-katanya diutarakan, tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Selama ini Cu Siau hong selalu memperhatikan gerak
gerik Hongpo To, tapi ia tak berhasil melihat jelas dengan
cara apakah dia pergi meninggalkan tempat itu, tubuhnya
hanya sedikit bergerak, tahu-tahu bayangan tubuhnya
sudah lenyap tak berbekas.
ilmu meringankan tubuh seperti ini benar-benar amat
hebat, membuat Cu Siau hong terbelalak dengan mulut
melongo dan untuk sesaat lamanya tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
-ooo0ooo- BAGIAN 16 SIAU HONG, mengapa kau melongo seperti orang
kehilangan semangat...?" tiba- tiba Tan Tiang kim menegur
sambil tertawa. "llmu meringankan tubuh yang dimiliki locianpwe ini
sungguh luar biasa sempurnanya.
"Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pengemis tua
Hongpo bukan cuma nomor wahid dalam perkumpulan Kay
pang, dalam dunia persilatan dewasa inipun boleh dibilang
terhitung salah satu tokoh yang pa-ling lihay....
"Cepat sekali, cepatnya bukan kepalang, sampai
matapun sukar mcnangkap gerakan tubuhnya"
"Itulah Tun heng pat poh (delapan langkah gerak
menghilang), suatu ilmu meringankan tubuh yang amat
sempurna. ditambah lagi dengan kom-binasi semacam ilmu
langkah yang sangat aneh dan lihay, semuanya
mendatangkan hasil seakan-akan membuat seseorang
seperti hilang secara mendadak"
''Agaknya sudah belasan tahun pengemis tua itu tak
pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan
bukan?" sela Pek Bwe.
"Benar, dia sudah menutup diri selama lima tahun
kemudian melenyapkan diri selama lima tahun lagi, belum
sampai sebulan lamanya dia ba-lik ke markas besar Kay
pang, selama belasan tahun ini akupun baru pertama kali
ini berjumpa dengannya!..
"Apakah ada perubahannya dengan keadaan di masa
lalu?" "Ia tampak seperti jauh lebih kurusan daripada dulu, tapi
justru ilmu meringankan tubuhnya jauh lebih sempurna dan
ilmu Tun heng pat poh yang dimilikipun tampaknya jauh
lebih sempur-na dan luar biasa"
''Pengemis tua itu bukan seorang manusia yang suka
mempamerkan diri" kata Pek Bwe, "tapi demostrasi yang
diperlihatkannya sekarang benar-benar membuat sepasang
mata kita terbuka lebar"
Tan Tiang kim tertawa. "Wataknya aneh sekali, selama bercokol dalam Kaiy pang
hingga kini, belum pernah ia menerima murid "
Agaknya ucapan itu belum semua diutarakan ta-pi secara
tiba-tiba ia menutup mulut.
Pek Bwe juga tidak banyak bertanya lagi, dia lantas
mengalihkan pembicaraannya ke soal lain katanya:
"Tan heng, mungkinkah Ouyang Siong dan Kiau Hui nio
berhasil meloloskan diri dari ceng-keraman saudara
Hongpo?" "Tidak besar peluang untuk itu, yang kukuatirkan justru
kalau sampai kedua orang itu dibunuh olehnya.
Dari perkataan itu bisa diketahui bahwa ia me-naruh
keyakinan yang besar terhadap kemampuan yang dimiliki
Hongpo To. Perasaan Cu Siau hongpun menjadi tenang kembali,
pelan-pelan dia berkata. "Tan cianpwe, bagaimana dengan kedaan yang diderita
Ngo tok giok li?" "Ilmu menotok jalan darah yang digunakan Ti Thian hua
sangat aneh dan istimewa, aku dengan lo Hay sudah
setengah harian lamanya memeras otak tapi belum juga
berhasil untuk membebaskan pengaruh totokan tersebut,
terpaksa kami masih tetap mempergunakan kemampuan Ti
Thian hua, sampai sekarang mereka masih tetap sama
mem-pertahankan diri"
"Demi keselamatan dari Ngo tok giok Ii apakah kalian
juga tidak menyiksa Ti Thian hua"
Sekalipun Kay pang tidak takut dengan Ngo tok bun tapi
kamipun tak ingin mengikat tali permu-suhan ini. .
"Pangcu kalian toh berpengalaman sangat luas dan
matang, mengapa saudara Tan tidak bertanya kepadanya?"
sela Pek Bwe. Itulah satu-satunya harapno kami, cuma aku dan Ki Hay
telah membicarakannya, kami rasa persoalan ini lebih baik
jangan ditanyakan secara langsung kepada pangcu, sebab
cara menotok jalan darah yang dimiliki Ti Thian hua aneh
sekali!" "Benar juga perkataan itu" sambung Pek Bwe,
seandainya pangcu sampai tak mampu untuk
membebaskannya .....' Tan Tiang kim menghela napas panjang, tukas-nya:
"Pangcu sudah tua dan banyak urusan, ada sementara
persoalan kami tak ingin merepotkan dirinya lagi, maka
belakangan ini kami beberapa orang tianglo sering
berkumpul di markas besar dan membantunya untuk
melaksanakan beberapa tugas"
'Berbicara dari keadaan dalam dunia persilatan saat ini,
semestinya Pangcu kalian adalah jago yang paling terkenal
dan berkedudukan paling tinggi dalam dunia persilatan..."
Belum habis Pek Bwe berkata, terdengar suata seseorang
yang rendah dan berat telah bergema datang.
"Sudah tua, sudah tua, Pat lote tak usah terlalu memuji
diriku lagi .... " Ketika Cu Siau-hong berpaling, dia menyaksikan seorang
kakek berambut putih yang memakai baju abu-abu penuh
tambalan pelan--pelan berjalan masuk ke dalam ruangan.
Tak perlu diperkenalkan lagi oleh Pek Bwe maupun Tan
Tiang-kim, Cu Siau-hong juga tahu kalau kakek ini adalah
Pangcu dari Kay pang, cepat-cepat memberi hormat sambil
berseru: "Cu Siau-hong dari Bu-khek-bun menghunjuk hormat
buat Pangcu!" Ia lantas menyincing baju dan menjatuhkan diri berlutut.
Kakek berbaju abu-abu itu segera membangumkan Cu
Siau hong dengan tangan kirinya, kemudian berkata:
"Nak, bangunlah! Terhadap kematian suhumu, lohu
merasa amat menyesal dan sedih, dalam peristiwa ini partai
kami akan berusa-ha dengan segala kemampuan untuk
membongkar duduk perkara yang sebenarnya"
'Siau hong mengucapkan banyak banyak terima kasih
buat pangcu!" Sementera itu Tan Tiang kim maupun Pek Bwe telah
bangkit berdiri dan memberi hormat.
Kakek berbaju abu-abu itu balas memberi hormat.
Pek lote duduklah ...."
Selesai berkata dia lantas duduk di bangku yang berada
dihadapannya, kemudian baru berkata lagi:
'Tiang kim, barusan aku dengar tentang ilmu totokan
jalan darah, sebenarnya apa yang telah terjadi" '
Tan Tiang kim memberi hormat lebih dahulu, kemudian
jawabnya: "Itulah semacam ilmu totokan jalan darah yang aneh
sekali, baik aku maupun lo Hay tidak berhasil untuk
membebaskannya ' "Baiklah .....bawa aku ke sana, ilmu silat memang lebih
luas dari samudra, sekalipun gagal untuk membebaskannya
juga bukan se-suatu yang memalukan"
Dia adalah pangcu yang paling lama menjabat
kedudukannya dalam sejarah Kay pang, tahun ini telah
berusia sembilan puluh ta-hun, menjabat sebagai ketua
sudah lima puluh enam tahun.
Dia merupakan satu-satunya tokoh yang paling disayang
dan dikagumi oleh semua anggota Kay pang, itulah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebabnya semua anggota Kay pang tidak membiarkan ia
pensiun, tapi kuatir pangcunya kelewat lelah, maka para
tianglo selalu berkumpul dimarkas besar untuk mewakilinya
melaksanakan tugas-tugas sehari-hari.
Terhadap pangcu tuanya ini, Tan Tiang -kim juga
menaruh sikap yang sangat menghormat, maka melihat lo
pangcu sudah beranjak, cepat-cepat dia melompat bangun
seraya berseru. "Tecu akan membawakan jalan buat lo Pangcu!"
Sementara itu Cu Siau hong sedang berbisik kepada Pek
Bwe: "Locianpwe, bolebkah aku turut serta?"
Pek Bwe manggut-manggut. "Hayo berangkat, kita melihat bersama!"
Ngo tok giok li dan Ti Thian hua disekap di dalam sebuah
ruangan rahasia dalam gedung itu.
Empat orang anggota Kay pang siang malam berjagajaga
diluar ruangan tersebut. Ketika keempat orang pengemis berusia setengah umur
itu melihat lo-pangcunya datang, buru-buru mereka
membungkukkan badan untuk memberi hormat.
Buru-buru Tan Tiang kim maju kedepan sambil berseru:
"Buka pintu kamar!"
Empat orang anggota Kay pang itu mengiakan dan
segera membuka pintu ruangan tersebut.
Cu Siau hong mengikuti di belakang lo pangcu, turut
masuk ke dalam ruangan tersebut.
Ketika dia mengalihkan sinar matanya, tampaklah Ngo
tok giok li sedang berbaring di atas sebuah pembaringan
kayu. Ti Thian hua sendiri sedang duduk diatas sebuah kursi
disamping lain dari ruangan tadi.
Lo pangcu berjalan langsung ke hadapan Ti Thian hua,
kemudian sambil tertawa katanya:
"Anak muda, kenal dengan aku si pengemis tua ?"
Ti Thian hua memandang sekejap ke arah kakek itu, lalu
menyahut: "Aku belum pernah bersua denganmu, tapi tahu siapakah
dirimu" "Oya?" "Bukankah kau adalah Ui lo pangcu dari Kay-pang?"
"Benar, aku si pengemis tua adalam pangcu dari Kaypang"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"ada urusan apa kau mencari aku?"
Ui lo pangcu tertawa, katanya:
"Konon kau bisa mempergunakan semacam ilmu
menotok jalan darah yang amat aneh?"
Benar!?" Ti Thian hua mengangguk, "kepandaian
tersebut merupakan suatu kepandaian manunggal dalam
dunia persilatan!" "Dapatkah aku si pengemist tua ikut menyaksikan
kelihayan itu?" "Lihat saja sendiri! Jalan darah Ngo tok giok li telah
kutotok dengan ilmu mangunggalku itu"
Pelan-pelan Ui lo pangcu berjalan ke depan dan
menghampiri kesamping Ngo tok giok li.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke
arah Ti Thian hua dengan pandangan dingin, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu kemudian
diurungkan. Ngo tok giok li sendiri juga sedang mengamati Ui lo
pangcu sekejap, kemudian tegurnya:
"Apakah kau adalah Ui lo pangcu?"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Nak, kau juga tahu tentang aku?"
"Ibu bilang, kau adalah ornga yang pantas dihormati dan
di kagumi di dunia ini!"
Mendengar itu, Ui lo pangcu segera tertawa:
"Aaah.... Itu kan ibumu terlalu memuji aku si pengemis
tua" sesudah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Nak, jalan darah yang amnakah yang telah tertotok?"
"Agaknya jalan darah sin-hong dan Hong hu-hiat!"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Nak, sekarang apa yang kau rasakan dengan tubuhmu
itu?" kembali tanyanya.
"Separuh badanku kaku dan kesemutan sukar bergerak,
agaknya seluruh badan ini sudah bukan milikku lagi!"
"Benar!" kata Ui lo pangcu sambil Mengangguk, kedua
buah jalan darah itu telah menguasahi separuh dari urat
syaraf ditubuhmu, ini menyebabkan separuh badan menjadi
hilang perasaan, bukan demikian?"
"Benarl" "Nak, dikala luka pada jalan darah itu akan mulai
kambuh, apa pula yang kau rasakan?"
"Seluruh nadiku lamat-lamat terasa sakit sekali, seperti
ada beribu-ribu ekor semut yang sedang berjalan didalam
badan" "Ooh, nak dari sekarang sampai kambuhnya luka itu
masih ada berapa lama?"
"Kurang lebih dua jam"
"Aku mengerti sekarang, bersediakah kubebaskan jalan
darahmu yang tertotok itu?"
"LO-PANGCU, apakah kau orang tua bernama Ui Thian
to" Ui lo paugcu segera manggut-manggut.
"Benar, apakah ibumu sering menyebut nama-ku?"'
"Benar, ibu seringkali menyebut nama dari li-ma orang,
kau orang tua adalah salah seorang di antaranya, juga
merupakan orang yang paling di kagumi oleh ibuku"
"Dimasa lalu aku si pengemis tua pernah bertemu
beberapa kali dengan ibumu, suatu ketika kebetulan hujan
sedang turun dengan derasnya. kami berteduh dalam
sebuah kuil kecil, semalam suntuk kami bercakap-cakap
terus tiada hentinya" Setelah tertawa, lanjutnya.
"Sekarang aku sudah tua, masa hiduppun su-dah
semakin pendek. Boleh aku tahu ke empat nama lain yang
sering disinggung ibumu?"
"Ibu bilang kau adalah tulang punggung-nya dunia
persilatan, apa yang kau katakan boleh dipercaya
sepenuhnya, bila aku ada kesempatan berjumpa denganmu,
aku dianjurkan jangan sekali-kali membohongi dirimu"
Ui Thian-to mengelus jenggotnya dan mengangguk tiada
hentinya, kemudian berkata:
'Ibumu benar-benar memandang tinggi diri aku si
pengemis tua!" "Empat orang yang seringkali disinggung ibuku.
antaranya terdapat seorang she Ui yang bernama Dewa
pincang Ui Thong. kali ini jauh-jauh aku datang ke kota
Siang-yang tidak lain adalah untuk memenuhi janjiku
dengannya" "Sudah banyak tahun ia tak pernah muncul dalam dunia
persilatan, bahkan perkumpulan kamipun tak tahu dimana
ia telah menyembunyikan dirinya, mengapa kau bisa datang
ke kota Siang-yang untuk mencarinya?"
"Banyak tahun berselang ia telah mengadakan perjanjian
dengan ibuku untuk berjumpa disini, aku datang untuk
mewakili ibuku" Karena ia tidak menerangkan mengapa datang untuk
memenuhi janji, Ui Thian to juga tidak banyak bertanya, dia
lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain
katanya: "Nak, siapa pula tiga orang lainnya"'
"Yang seorang adalah ciangbunjin partai Bu khek bun
yang bernama Tiong Leng kang sebenarnya aku ingin pergi
menjumpainya, sayang ditengah jalan aku terlalu banyak
berpesiar sehingga ketika tiba dikota Siang-yang, saat
perjanjian telah tiba, aku jadi tak punya waktu untuk
menyambangi-nya lagi. Baik Pek Bwe maupun Cu Siau hong sama-sama
merasakan hatinya bergetar keras, tapi mereka tidak
berkata apa-apa. Sementara itu Ui Thian-to telah manggut-manggut
seraya berkata: "Siapa pula dua orang yang lain?"
"Yang seorang bernama Ouyang Yu hong sedangkan
yang kelima mempunyai nama yang aneh sekali, nama itu
seperti bukan nama aslinya melainkan hanya sebuah julukan,
dia bernama To bu im (manusia tunggal tanpa
bayangan)!" "Aku pernah dengar tentang nama Ouyang Yu hong,
cuma sayang aku tak bisa mengingatnya kembali untuk
sesaat" "Bagaimana dengan To-bu-im" Apakah lo pangcu pernah
mendengar orang menyebut nama itu?"
"Belum pernah ..... "
'Ia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Tan
Tiang kim, kemudian melanjutkan:
"Tiang kim, kau pernah dengar tentang nama orang ini?"
"Lapor pangcu, hamba belum pernah mendengar nama
julukan semacam itu didalam dunia persilatan"
"Kalian pernah dengar tentang manusia yang bernama Ti
Thian hua ini?" tanya Ngo tok giok li kembali.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Ti Thian hua, kemudian sahutnya:
"Belum pernah, baru pertama kali ini kami bertemu
dengannya.." "Nak, aku teringat sekarang apakah kau dilukai karena
penutupan jalan darah" Itu berarti kau sudah terluka oleh
semacam ilmu totokan yang jauh lebih sempurna dari
totokan biasa, coba akan kulakukan pembebasan, bila
berhasil membebaskan jalan darahmu itu, kita baru
berbicara lebih jauh .."
Ngo tok giok li segera memejamkan matanya rapatrapat,
lalu berkata dengan pasrah:
"Locianpwe, silahkan turun tangan!"
Ui Thian to tertawa, baru saja dia akan turun tangan,
mendadak Ti Thian.hua berteriak keras:
"Jangan kau sentuh dirinya!"
Tan Tiang kin segera mendengus dingin.
"Hmm! Orang she Ti" serunya, "kami sudah bersikap
cukup sabar kepada mu, cuma sebentar lagi kau bakal
merasakan penderitaanmu, Tiong hujin segera akan datang
kemari, kami akan serahkan kau kepada Bu--khek bun,
sampai dimanakah kerasnya tulangmu, dengan cepat
semuanya akan terbukti.."
"Kalian..." Ti Thian hua menjadi termangu-mamgu dan
tak mampu melanjutkan kembali kata-katanya.
'Siapa yang berhutang, dia harus memba-yar, Bu Khek
bun segera akan menagih hutang darahnya dari atas
badanmu' sambung Tan Tiang kim lebih lanjut. ..
Sementara itu Ui Thian to telah berpaling seraya
bertanya: "Ti sauheng, mengapa aku si pengemis tua tak boleh
turun tangan?" "Demi kebaikannya juga demi kebaikanku, dia bukan
terluka oleh ilmu penutup jalan darah"
"Lantas dapatkah kau terangkan, ia sudah terluka oleh
kepandaian apa ......"''
"Semacam ilmu menotok jalan darah yang agak
istimewa" "Hmm .....!".'Tan Tiang kim segera mendengus dingin,
lalu katanya, "pangcu bocah ini licik dan banyak tipu
muslihatnya, kita tak boleh percaya dengan perkataannya."
"Jika kalian salah menggunakan kepandai-an, bisa jadi
selembar jiwanya akan mela-yang, bila ia sampai mati
maka aku juga bakal turut menanggung dosanya"
"Bocah keparat ini sudah berbicara sedari tadi, sampai
sekarang bicara pulang pergi yang dipentingkan adalah
kepentingan diri sendiri.."
Sekarang keadaanku ibaratnya ikan didalam jaring, bisa
menemukan setitik harapan untuk menyelamatkan diri,
tentu saja aku tak dapat melepaskannya dengan begitu
saja" "Ti sau-heng kata Ui Thian to sambil tertawa, ''sekalipun
kau berniat untuk menyeret nona ini juga tak akan berhasil
melindungi dirimu sendiri, utang darah dari Bu khek bun..."
"Aku cukup memahami keadaanku sendiri" tukas Ti Thian
hua, "karena itu aku baru mengikat nyawa nona Ciat
dengan keselamatanku, andaikata kau menghukum mati
diriku, sama artinya dengan menghukum mati dirinya"
"Itu berarti jika kami dapat membebaskan jalan darah si
nona yang tertotok, berarti kau tidak mempunyai sandera
lagi bukan?" "Tapi orang lain tak akan berhasil memunahkan totokan
jalan darahku yang istimewa itu..."
"Sekalipun cara monotok jalan darah dari pelbagai aliran
berbeda-beda, namun selisihnya tak akan terlalu jauh,
mungkin saja aku si pengemis tua dapat membebaskan
pengaruh totokanmu itu, cuma aku toh bisa saja untuk
mencobanya....." "Kau harus tahu" sela Ti Thian hua, 'jika sampai salah
menggunakan cara, hal itu bisa mendatangkan penderitaan
yang luar biasa bagi nona Ciat"
"Aku tidak takut" mendadak Ngo tok giok li menukas,
"silahkan Ui lo nanscu untuk mencobanya"
"Tidak bisa!" teriak Ti Thian hua gelisah, nona Ciat darah
yang ngalir secara terbalik bisa mendatangkan suatu
penderitaan yang luar biasa hebatnya"
"Hmm! Ti Thian-hua, sekarang aku baru mengerti,
rupanya kau sedang memperalat diriku" seru Ngo tok-giok li
dengan men-dongkol. "Selama ini aku selalu mempunyai kesempatan untuk
membinasakan dirimu, tapi aku selalu bersabarkan diri dan
tidak turun tangan" "Asal kau berniat untuk merampas obat pemunah dari
sakuku, kau akan segera merasakan pula bagaimana
dahsyatnya cara racun dari Ngo tok bun yang bisa segera
merenggut nyawamu' "Benarkah nona membawa obat racun semacam itu"'
'Kau belum percaya" Ketahuilah, aku tidak


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempergunakan racun itu terhadap di-rimu, lantaran ibuku
telah berpesan agar aku tidak sembarangan menggunakan
racun untuk menghadapi orang lain.'
Ui Thian to segera menghela napas panjang.
'Nona Ciat!" katanya, "bila aku si pengemis tua gagal
membebasksn jalan darahmu kau pasti akan merasakan
penderitaan yang hebat, maka kau boleh saja menampik
per-mintaanku ini, aku si pengemis tua tidak akan
memaksa" "Aku tidak takut, kehidupan yang mati tidak hiduppun
tidak ini sudah bosan kulewati, aku sudah tidak takut lagi
menghadapi ancaman kematian, sekarang aku sudah
membuang jauh-jauh pikiran tentang mati atau hidup. Ui
pangcu, silahkan turun tangan"
Ui Thian to segara menghela napas panjang:
"Bagus, keberanian nona sungguh membuat aku merasa
amat kagum!" "Tiba-tiba tangannya diayunkan ke depan kemudian
secara beruntun melepaskan dua buah pukulan berantai.
Menyusul kemudian, tangan kirinya juga mulai bergerak,
dalam sekejap mata, ia telah menggunakan lima macam
ilmu melepaskan jalan darah.
Tampak Ngo tok giok li mengerutkan dahinya rapatrapat,
rupanya sedang menahan suatu penderitaan yang
luar biasa. Sekalipun wajahnya menunjukkan suatu siksaan dan
penderitaan yang luar biasa, namunn gadis itu tetap
menggertak gigi dan sama sekali tidak mengeluarkan suara
apapun. Peluh sebesar kacang sudah mulai jatuh
bercucuran membasahi seluruh wajah Ui Thian to..
Ucapan Ti Thian hua memang tak salah ilmu menotok
jalan darah yang dimilikinya memang semacam ilmu
menotok jalan darah yang luar biasa hebatnya, dengan
pengetahuan yang dimiliki Ui Thian to ternyata ia belum
sanggup untuk membebas-kannya.
Melihat kenyataan itu Ui Thian to menghembuskan napas
panjang, gumamnya lirih: Nak, kau....' . "Locianpwe, aku sangat menderita, mohon kau orang tua
sukalah menyempurnakan diriku!" seru Ngo tok giok li
dengan wa-jah sedih. Tan Tiang kim maupun Pek Bwe yang menyaksikan
kejadian itu sama-sama berubah wajahnya, mereka adalah
jago kawakan yang berpengalaman, mereka mengerti
bahwa ilmu yang dipakai Ti Thian hua memang benar-benar
sejenis ilmu menotok jalan da-rah yang istimewa, bila salah
cara pembebasannya maka hal itu akan mendatangkan
suatu pendcritaan yang hebat bagi penderitaannya.
Sekarang Ngo tok giot li sudah amat menderita, rupanya
ia sudah tak tahan untuk menanggung perderitaan tersebut
lebih jauh. Sekalipun Ngo tok giok li sudah berusaha dengan
segenap tenaga untuk melawan penderitaan itu, tapi ia
tetap tidak berhasil untuk melawan siksaan akibat
mengumpul nya darah dalam tubuh yang mengalir terbalik,
dengan suara setengah merengek ia meminta:
''Lo pangcu, sempurnakanlah diriku!"
Menyaksikan penderitaan yang diperlihatkan Ngo-tok
giok li, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Cu Siau
hong, mendadak ia teringat kembali dengan kitab yang
diberikan Lo Liok si penjaga istal kuda kepadanya itu.
Meski di atas kitab tersebut tercantum beberapa jurus
ilmu pedang, tapi disinggung pula soal semacam ilmu
membebaskan totokan jalan darah yang sangat aneh.
Tulisan yang tercantum dalam kitab itu masih tertera
jelas dalam benak Cu Siau hong, maka begitu terbayang,
tulisan dalam kitab itupun seakan-akan muncul kembali di
depan mata. Ia hanya tahu kalau ilmu itu adalah semacam ilmu
membebaskan jalan darah orang, tapi tidak diterangkan
dariamna asalnya dan entah dapat atau tidak untuk
membebaskan jalan darah Ngo tok giok li yang tertotok.
Tapi menyaksikan penderitaan yang luar biasa dari gadis
tersebut, timbul ingatan dalam benak Cu Siau hong untuk
mempraktekkan ilmu pembebasan jalan darah tersebut.
Sebagai seorang pemuda yang cepat mengambil
keputusan, begitu berpikir sampai kesitu, dia lantas
mengulurkan tangannya dan meraba jalan darah Ngo tok
giok li yang terluka itu. .
Ujung baju yang lebar menutupi jari tangannya, padahal
secara diam-diam ia telah menggunakan ketiga buah jari
tangannya untuk mengurut jalan darah yang terluka itu,
kemudian katanya: "Lo pangcu, mengapa tidak dicoba dengan cara yang
lain?"' Dengan pandangan dingin Pek Bwee mengawasi gerakgerik
dari Cu Siau hong itu, kemudian dengan perasaan tak
senang pikirnya: "Bocah ini selamanya tenang dan pandai mem-bawa diri,
mengapa sikapnya pada hari ini begi-tu kasar dan
gegabah!" Untung saja Ui Thian to adalah seorang ka-kek yang
berbudi luhur dan penuh welas kasih, dia tidak
menunjukkan sikap apa-apa, cuma setelah menghela
napas, sekali lagi dia melepaskan pukulan.
Baru saja pukulan itu diayunkan, mendadak Ngo tok giok
li bangun berdiri dan mengangkat u-jung bajunya untuk
menyeka keringat diatas wa-jahnya, setelah melirik sekejap
ke arah Cu Siau hong, dia berpaling kembali kewajah Ui
Thian -to seraya berkata.
"Terima kasih banyak locianpwe, luka pada jalan darah
boanpwe telah bebas!"
Ui Thian to manggut-manggut.
"Silahkan nona untuk beristirahat!"
Tan Tiang kim yang berada disampingnya segera
berkerut kening, lalu bisiknya.
"Nona, benarkah totokan jalan darahmu telah bebas?"
"Tentu saja benar" jawab Ngo tok giok li" aku hanya
tertotok jalan darahnya, kini jalan darahku telah bebas,
kesehatan badankupun sudah terasa sehat kembali seperti
sedia kala" Tan Tiang kim segera menghela napas panjang, bisiknya
lagi: "Nona, bila jalan darahmu telah bebas, kau tak usah
menyiksa diri disini lagi, silahkan beritirahat di kamar yang
lain" "Terima kasih locianpwe!"
"Dayang nona juga telah ditolong oleh partai kami,
silahkan nona mengikuti aku si pengemis tua!"
Ngo tok giok li sekali lagi melirik ke wajah Cu Siau hong,
ia merasa wajah orang itu masih asing baginya, bibirnya
bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi
akhirnya niat itu dibatalkan, kemudian mengikuti di
belakang Tan Tiang kim berlalu dari ruangan itu.
Ketika tiba di pintu depan tiba-tiba Tan Tiang kim
berpaling seraya berkata:
"Saudara Pek Bwe kau boleh menanyai orang she Ti itu!"
"Terima kasih saudara Tan" sahut Pek Bwe sambil
mengangguk. Pelan-pelan dia berjalan kesamping Ti Thian hua,
kemudian dengan dingin tegurnya:
"Bocah muda kau kenal dengan lohu?"
"Tidak kenal!" Tidak kenal" Lohu bisa memberitahukan kepadamu, aku
bernama Pek Bwee, Tiong It ki yang berhasil kalian culik
setelah melakukan penyerbuan ke perkampungan Ing-gwatsan-
ceng itu adalah cucu luarku. Sekarang kau sudah tahu
bukan?" "Aku pernah mendengar tentang itu"
"Baik! Sekarang kau telah mengetahui asal-usul lohu,
tiba pada giliran lohu untuk mengajukan pertanyaan
kepadamu!" Setelah Ti Thian hua kehilangan Ngo tok giok li sebagai
sanderanya yang amat tangguh, sikapnya berubah menjadi
jauh lebih ramah, pelan-pelan dia berkata:
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Tiong It ki, sekarang dia ada dimana?"
"Aku tidak tahu"
"Baik! Kau boleh tidak menjawab pertanyaan dari lohu,
tapi kau harus merasakan penderitaan yang luar biasa
akibat dari totokan yang lohu lakukan kepadamu"
Pelan-pelan dia menghampiri Ti Thian hua, lal-u katanya
dengan suara dingin. "Bagaimana kalau kau merasakan dulu kelihayan lobu?"
Desingan angin tajam berkelebat lewat dengan cepat ia
telah monotok dua buah jalan darah di-tubuh Ti Thian hua.
Waktu itu Ti Thian hua sudah terkena racun jahat dari
Ngo tok giok li, jalan darah pada ke-dua belah kakinya juga
telan tertotok, terhadap serangan totokan dari Pek bwe
sudah barang tentu tak mampu untuk mengatasinya.
"Ti Thian hua aku tidak percaya kalau kau terdiri dari
baja dan otot kawat ....." kata Pek Bwe dingin, "bisakah kau
melawan penderitaan akibat menimbunnya aliran darah
yang membalik?" "Aku bukan terbuat dari baja atau otot kawat, aku juga
tak tahan merasakan penderitaan sema-cam itu, tapi aku
benar-benar tidak tahu saat i-ni Tiong It ki berada dimana"
"Tapi kau tentunya mengatahui banyak masalah yang
lain bukan?" "Benar! Aku memang mengetahui banyak uru-san, tapi
persoalan tersebut semuanya sudah lewat"
"Biar lewat toh merupakan berita hangat, tak ada
salahnya bagimu untuk membicarakan masa-lah yang
sudah lewat itu" ''Selama ini Cu Siau hong berdiri disamping Ti Thian hua,
dengan mulut membungkam, sepatah katapun ia tidak
berbicara. "Baik!" kata Ti Thian hua kemudian "tapi kau harus
membebaskan dulu totokan jalan darahmu itu"
Pek Bwe manggut-manggut. "Dengarkan baik-baik wahai orana she Ti, jika kau berani
bermain setan dihadapanku, akan kusuruh kau merasakan
siksaan dan penderitaan yang beratus-ratus kali lebih
hebat" Ti Thian hua menghembuskan napas panjang, setelah
termenung sebentar ujarnya:
"Aku juga turut serta didalam penyerbuan terhadap
perkampungan Ing-gwat san-ceng, tapi aku bukan otak dari
kejadian tersebut" "Lanjutkan, tak perlu diuraikan!"
'Selain aku, masih ada banyak orang lain, antara lain
Ouyang Siong, Kiau Hui nio dan dela-pan belas jago pedang
macan kumbang hitam (hek pa kiamsu) ......"
"Darimana datangnya jago-jago pedang macan kumbang
hitam itu?" tukas Pek Bwe.
"Aku cuma tahu mereka datang dari lembah Hek pa
kok!" "Lembah Hek pa kok" Sudah setengah abad lohu
berkelana dalam dunia persilatan, mengapa belum pernah
mendengar nama tempat itu?"
"Tentu saja tempat itu sangat rahasia letaknya, sekalipun
aku adalah sobat mereka dibibir, toh sama saja tidak
kuketahui dimanakah letak lembah Hek pa kok tersebut"'
"Siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan terhadap
anak murid Bu khek bun yang berada di perkampungan
Ing-gwat san ceng?" "Sebagian besar mati ditangan pendekar-pendekar
pedang macan kumbang hitam, tentu saja Ouyang Siong
maupun aku juga turut ambil bagian"
"Kemana perginya Tiong It ki?"
"Dibawa pergi oleh pendekar pedang macan kumbang
hitam" Dibaw kembali ke lembah Hek pa kok?"
"Benar!" "Baik! Katakan lebih lanjut"
"Aku hanya bisa mengatakan itu saja..."
Pek Bwe segera tertawa dingin serunya:
"Apa hubunganmu dengan para pendekar pedang macan
kumbang hitam itu .....!''
"Aku adalah mata-mata yang mereka kirim datang ke
kota Siang-yang dengan tugas menyelidiki gerak-gerik dari
Bu kek bun" "Mengapa mereka melakutan penyerbuan berdarah
terhadap Bu kek bun?"Pek Bwe bertanya lagi. "Aku tidak
tahu!" Pek Bwe termenung beberapa saat lamanya, lalu
berkata: "Baik, Hari ini kita berbincang-bincang sampai disini
dulu" Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu
Siau hong, terusnya: "Mari kita pergi!"
Cu Siau hong dengan mengikuti dibelakang Pek Bwe
segera berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil.
Setelah berada dalam ruangan itu, Pek Bwe baru
menghembuskan napas panjang, katanya:
"Siau hong, selama ini aku terlalu memandang tinggi
dirimu, sungguh tak disangka hari ini kau telah melakukan
suatu perbuatan yang membuat kecewanya hatiku"
Sampai waktu itu, Cu Siau hong masih berwujud wajah
penyamaran, bukan saja obat penyaru menutupi
kelembutan wajahnya. se-lain itu juga menutupi kelincahan
dan daya tariknya. Sekalipun paras mukanya mengalami pe-rubahan,
namun tidak merubah ketenangan dan kelembutan
sikapnya. Dia tertawa, lalu katanya:
"Locianpwe maksudkan ....."
"Ngo tok giok-li adalah seorang nona, mengapa kau
sembarangan meraba badannya?"


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Locianpwe, menurut pendapatmu, apakah boanpwe
adalah manusia semacam itu"''
"Oooh...! Bukankah tanganmu kau tekan-kan diatas
badan nona tersebut dengan menyembunyikan jari
tanganmu dibalik ujung baju" Memangnya lohu tidak
melihatnya?" ''Locianpwe. agaknya bila aku tidak ber-terus terang,
mungkin sulit untuk memberi penjelasan kepada
Locianpwe" "Aaaai ....! Nak, kau harus tahu, kesempur-naan tenaga
dalam Ui lo-pangcu sudah mencapai pada taraf yang luar
biasa, sekalipun dalam hati kecilnya tak senang, perasaan
tersebut tak akan diperlihatkan diatas wajahnya, sekalipun
Tan Tiang kim sendiri juga tetap menahan diri tanpa
berbicara, akan tetapi akupun dapat menangkap sinar gusar
diatas wajahnya itu.!"
'Boanpwe tidak tega melihat penderitan yang dialami
nona itu, maka aku berniat membantu Ui lo pangcu dengan
membebaskan jalan darahnya yang tertotok"
Mendengar perkataan itu, Pek Bwe menja-di tertegun.
"Apa kau bilang" Kau membantu Ui pangcu untuk
membebaskan jalan darahnya yang tertotok" ' serunya.
Ia terlalu memahami kemanpuan Cu Siau hong, dia yakin
Cu Siau hong tak akan mampu untuk membebaskan
totokan jalan darah yang amat istimewa itu.
Cu Siau hong segeras mengangguk.
"Yaa! Boanpwe memang sedang membantu Ui pangcu
untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok"
"Dengar ilmu pengetahuan yang dimiliki Ui pangcu saja,
ia musti menggunakan tenaga yang amat besar sebelum
berhasil mem-bebaskan jalan darah si nona yang tertotok,
darimana mungkin kau mampu untuk melakukannya. ?"
Tentu saja Cu Siau hong tak dapat menerangkan kalau
dia mempelajari ilmu itu dari kitab pemberian penjaga kuda
she Liok. Terpaksa katanya: "Belakangan ini boanpwe telah mengalami penemuan
baru, locianpwe toh bukannya tidak tahu"
"Apakah si Dewa pincang yang mewariskannya
kepadamu ...." Belum sempat Cu Siau hong menjawab, tampak Ui
Thian-to dengan jenggot pu-tihnya berkibar terhembus
angin pelan-pe-lan melangkah masuk ke dalam ruangan,
ke-mudian ujarnya: "Pek lote, jangan kau tegur dirinya, memang dialah yang
telah membebaskan pengaruh totokan ditubuh Ngo tok giok
li' Pek Bwe segera menjura. Ui pangcu...." Ui Thian to tertawa lebar, kembali ujarnya . "Enghiong
muncul dari kaum muda, nak apakah kau yang bernama Cu
Siau hong?" "Cu Siau hong segera menjura dalam-dalam, betul
boanpwe orangnya, jika boanpwe- telah bersikap lancang
tadi, harap cianpwe sudi memaafkan!'.
"Bukankah Wajahmu kau tutupi dengan obat penyaru?"
"Benar!" "Pek Bwe yang berdiri disisinya segera menegur:
"Siau hong, apakah kau masih berniat untuk menjumpai
Ouyang Sioug lagi?" "Tidak! ' "Kalau begitu cepatlah cuci mukas dan kembalikan wajah
aslimu, macam tampangmu sekarang benar-benar taj sedap
dipandang" Cu Siau hong mengiakan dan segera mengundurkan diri
dari ruangan itu. Setelah obat penyaru diwajahnya dicuci sampai bersih,
kemudian pemuda itu seakan-akan telah berubah menjadi
seorang yang lain. Dengan sangat teliti Ui Thian to memperhatikan seluruh
wajah Cu Siau hong, kemudian manggut-manggut.
"Nak lohu sangat berharap bisa menemukan kembali
musuh besar pembunuh anggota Bu Khek bun serta
menyelesaikan persoalan ini sampai tuntas, setelah
keinginanku terkabul, aku si pengemis tuapun akan
mengundurkan diri dari keramaian dunia"
"Terima kasih lo pangcu segenap anggota Ku Khek bun
akan bersyukur untuk bantuanmu itu"
Ui Thian to tertawa, katanya kemudian:
"Pek lote, apakah Ti Thian hua berhasil mengungkapkan
masalah-masalah yang lain?"
Pek Bwe segera menghela napas panjang.
"Sekalipun dia berbicara, tapi sama halnya dengan tidak
berbicara, dia menyinggung soal pendekar macan kumbang
hitam serta lembah macan kumbang hitam, belum pernah
siaute mendengar tentang nama tempat itu"
Ui Thian to mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Kalau begitu ia memang cukup menggemas-kan,
sebentar setelah diserahkan kepada Bu khek bun, tak ada
halangannya kalian paksa ia untuk mengucapkan beberapa
patah kata lagi!" "Baik!" Ui Thian to lantas manggut-manggut, diantara
berkibarnya jenggot yang berwarna putih itu, pe-lan-pelan
dia barjalan keluar dari ruangan terse-but.
Memandang hingga bayangan punggung Ui lo pangcu
lenyap dari pandangan mata, Pek Bwe segera berbisik lirih.
"Siau hong, lohu mau tak mau harus takluk juga
kepadamu, sebenarnya masih berapa banyak kepandaian
yang tercatat dalam perutmu, seakan-akan kau menyimpan
suatu tenaga yang tak ada habisnya saja?"'
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Locianpwe, aku tidak lebih hanya beradu na-sib
saja....." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Aku ingin pulang untuk menengok sunio!"
"Benar, kau memang harus pergi menengok suniomu, dia
selalu merindukan dirimu"
"Cinta kasih dari Subo selalu membuat Siau hong merasa
terharu saja .....! "Sekarang Kay Pants telah mengerahkan
tak sedikit jago-jago lihaynya, Ouyang Siong serta Kiau Hui
nio tak bakal lolos dari tangan mereka, pulanglah dengan
perasaan lega !" Tolong cianpwe suka sampaikan salamku pada Ui pangcu
dan Tan Tianglo karena bo-anpwe akan pulang tanpa pamit
lagi" Sekembalinya ke gedung yang didiami Pek Hong, ia baru
merasakan bahwa gedung itu pun dijaga dengan ketat oleh
jago-jago Kay pang, tapi penjagaan mereka hanya
dipusatkan pada halaman depan dan halaman be-lakang,
setelah masuk halaman yang kedua, disana semuanya
adalah orang orang Bu khek bun.
Waktu itu Pek Hong, Seng Tiong gak dan Tang Cuan
sedang duduk berkerumun diruang tengah, entah apa yang
sedang dirun-dingkan"
Ketika melihat kedatangan Cu Siau hong, ketiga orang
itu segera menunjukkan rasa kaget bercampur girang yaug
sedikit diluar dugaan, dengan langkah cepat Cu Siau hong
segera memburu masuk kedalam, setelah menjatuhkan diri
tersebut, serunya: "Siau hong menjumpai sunio!"
Pek Hong segera membangunkan Cu Siau-hong sepasang
matanya basah oleh air mata, sementara sekulum
senyuman tersungging diujung bibirnya.
"Nak, apakah kau tidak merasa menderita," serunya.
''Siau hong tidak merasa menderita, malah selama dua
hari belakangan ini telah memperoleh banyak pengalaman
serta pengetahuan" Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Tiong gak dan
Tang Cuan, buru-guru ia memberi hormat pula.
Walau berada dalam keadaan apapun, Cu Siau hong
selalu menjaga tata kesopanan yang seharusnya.
Tidak sampai Pek Hong bertanya, Cu Siau hong telah
mengisahkan sendiri semua pengalaman yang dialaminya
selama beberapa hari ini.
Selesai mendengar kata-kata tersebut, Tang Cuan segera
berkata: "Apabila pihak Kay pang benar-benar bersedia
menyerahkan Ti Thian hua kepada kita, pasti akan
kutanyakan hal ini sampai sejelas-jelasnya ...."
Sementara beberapa orang itu masih bercakap-cakap,
Kay Pang telah mengutus orang untuk menghantar Ti Thian
hua ke sana. Empat buah jalan darah ditubuh Ti Thian hua masih
tertotok, sambil menahan pergolakan emosi dalam hatinya,
Pek Hong memerintahkan kepada Tang Cuan untuk
mendudukkan Ti Thian hua diatas kursi.
Setelah menghantarkan pergi orang-orang Kay pang, dia
baru memandang sekejap kearah orang itu dengan
pandangan dingin, katanya kemudian dengan suara
nyaring. "Aku adalah Tiong hujin, diatas bahuku memikul
tanggung jawab beban untuk membayarkan sakit hati atas
kematian dari orang-orang Bu khek-bun"
Agaknya Ti Thian hua sudah mengerti bahwa hal tersebut
merupakah suatu keadaan yang sulit dihadapi, dia
menghela napas sedih, lalu berkata pelan:
"Aku mengerti dan apa yang kuketahui telah
kusampaikan kepada Pek Bwe di dalam kenyataan aku
sendiripun tak lebih hanya seorang menusia yang diperalat,
apa yang kuketahui serba terbatas, itu berarti aku dipaksa
untuk menjawab secara mengawur dan asal kena"
''Ti Thian hua, dengarkan baik-baik" kata Seng Tiong gak
dingin. "kami tak akan menyiksamu dengan cara yang keji,
tapi kamipun tak akan memperdulikan soal mati hidupmu,
mungkin saja kami bisa turun tangan untuk
membinasakanmu" "Aku tahu, dalam hati kalian berkobar rasa benci dan
dendam yang membara"
"Betul, rasa benci kami telah terukir sampai dalam hati,
kami tak akan melupakan dendam kesumat tersebut"
Dengan langkah lebar Tang Cuan berjalan maju kedepan,
telapak tangannya segera ditempelkan keatas bahu Ti Thian
hua, setelah itu katanya dengan lantang:
"Sekarang katakan dulu semua persoalan yang kau
ketahui!" Ditatap oleh beberapa pasang mata yang memancarkan
api dendam serta kebencian, Ti-Thian hua merasakan
hatinya bergetar keras, benar juga dia lantas membeberkan
semua yang diketahui olehnya.
Dengan tenang Cu Siau hong mendengarkan ke
semuanya itu, apa yang dia katakan ternyata memang tak
jauh berbeda bila dibandingkan dengan apa yang didengar
sewaktu berada di Kay pang tadi.
Selesai mendengarkan keterangan tersebut de-ngan
dingin Pek Hong lantas bertanya:
"Seandainya kau bersedia untuk bekerja sama lagi
dengan pihak kami . "
Jilid 17 "Kenapa?" sambung Ti Thian hua cepat..?"
"Maka kau akan memperoleh kesempatan untuk hidup
lebih jauh" "Bagaimana kau memberi jaminan tersebut?"
"Jaminan apa yang kau minta?"
"Agar aku percaya kalian benar-benar akan melepaskan
diriku" 'Baik Kau boleh mengajukan beberapa syarat, cuma kau
harus mengerti aku adalah istrinya Ti-ong Leng kang, dalam
hidupnya Tiong Leng-kang tak pernah berbicara bohong,
asal apa yang telah ia kabulkan, perkataan itu lebih berat
dari bukit karang, sekalipun aku bukan Tiong Leng kang,
aku telah menjadi suami istri selama puluhan tahun dengan
nya, aku tak dapat menodai nama baik suamiku yang telah
tiada" Dari perkataanya itu jelas tercermin perasaan cinta
kasihnya yang murni. Ti Thian hua menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian: "Maksud hujin, kau suruh aku mempercayaimu...?"
Pek Hong meendengus dingin.
"Kau adalah salah seorang pembunuh yang telah
menghancurkan perguruan Bu Khek bun, bukan saja kau
telah menculik putraku bahkan membunuh puluhan lembar
nyawa anggota perguruan kami, rasa benciku kepadamu
boleh dibilang telah merasuk sampai ketulang sum-sum,
jika kau sampai menimbulkan kemarahanku, aku dapat
mencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping oleh
karena itu lebih baik lenyapkan semua persiapanmu untuk
bermain busuk" "Hujin aku sedang bertanya kepadamu, kau belum
menjawab cara apakah kau hendak menjamin keselamatan
jiwaku?" "Jika kau bersedia untuk bekerja sama dengan
bersungguh hati, akupun bersedia juga untuk melepaskan
dirimu!" "Tidak akan memunahkan ilmu silatku" Atau melakukan
sesuatu diatas tubuhku?"
"Benar, akan kulepaskan dirimu secara utuh!"
"Baik! Aku bersedia untuk mencobanya, sekarang aku
minta racun yang mengeram dalam tubuhku bisa
dipunahkan lebih dulu, daya kerja racun ini bisa
mengakibatkan kematian dalam dua jam mendatang"
Pek Hong manggut-manggut.
"Masih ada yang lain?" tanyanya:
"Setelah racun dalam tubuhku punah, akan
kuberitahukan cara untuk mengadakan kontak dengan
mereka dan kalian boleh mengikuti diriku"
Pek Hong segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Tang Cuan, kemudian katanya:
"Sekarang juga pergi cari orang Kay pang, suruh mereka


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mintakan obat pemunahnya dari Ngo tok giok li" Tang Cuan
segera mengiakan dan berlalu dari sana.
Seng Tiong gak segera mendehem pelan, lalu katanya:
"Ti Thian hua, apakah kau mempunyai ikatan dendam
atau sakit hati dengan perguruan Bu-khek bun?"
"Tidak ada!" "Kalau memang tak ada dendam maupun sakit hati, apa
sebabnya kau membantu mereka untuk menghadapi Bu
Khek bun?" Ti Thian hua tertawa hambar.
"Pertanyaan yang kalian ajukan terlalu banyak, bolehkah
aku untuk tidak menjawabnya?"
"Boleh, cuma kau harus ingat, bila gagal untuk
mengadakan kontak dengan mereka, saat itulah kau akan
merasakan siksaan bagaimana kalau orang ingin mati tak
bisa mati ingin hidup tak bisa hidup"
Tiba-tiba saja suasana ruangan itu berubah menjadi
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun, tak
seorangpun yang bertanya lagi kepada Ti Thian hua.
Selama ini Cu Siau hong sendiri juga membungkam
dalam seribu bahasa, ia cuma berdiri saja disamping
dengan tenang. Sekalipun demikian, sspasang matanya me-natap terus
wajah Ti Thian hua lekat-lekat seakan akan dia hendak
menembusi isi hati orang itu.
Dalam keheningin inilah Tang Cuan telah muncul kembali
sambil membawa obat pemunah.
Itulah sebutir pil berwarna putih, pelan-pelan Tang Cuan
berjalan ke hada-pan Ti Thian hua, kemudian serunya:
"Telan..!" Ti Thian-hua, memandang pil itu sekejap, kemudian
menelannya. Lebih kurang seperminum teh kemudian, Pek Hong baru
bertanya dengan dingin: "Betulkah obat pemunahnya?"
" Betul!' "Kau bermaksud kapan baru mulai" '
"Sepasang kakiku, sepasang lenganku m-asih tertotok
dan tak bisa berkutik, apakah hujin bisa menolong untuk
membebaskannya lebih dahulu?"
-ooo0ooo- BAGIAN 17 BAIK, Tang Cuan bebaskan jalan darahnya!"
Tang Cuan mengiakan, sepasang tangannya segera
diayunkan berulang kali untuk menepuk keempat buah
jalan darahnya. Pelan-pelan Ti Thian hua bangkit berdiri setelah
melancarkan peredaran darah pada sepasang lengan dan
sepasang kakinya, ia menghembuskan napas panjang.
"Aku masih ada suatu permintaan lagi!'
"Katakanlah!" "Aku ingin mengisi perut lebih dahulu!"
' Segera perintahkan kedapur untuk menyiapkan
hidangan!" Pek Hong segera berseru.
Tak lama kemudiam Ti Thian hua sudah duduk bersantap
dengan lahapnya, setelah kenyang dia baru bangkit berdiri,
ujarnya: "Hujin, bagai mana caramu untuk mempersiapkan
orang?" "Aku ingin mengetahui terlebih dahulu dengan cara
apakah kau hendak mengadakan kontak dengan mereka?"
"Sederhana sekali, kami mempunyai tan-da rahasia yang
telah dijanjikan lebih dahulu, asal kulepaskan tanda rahasia
ini, dan mereka menyaksikan tanda rahasia yang kulepaskan,
dengan cepat mereka akan datang untuk
menemui diriku" "Dimana tempatnya?"
"Soal tempat, hujin boleh memilih sesukanya, aku harap
kalian bisa membuat persiapan lebih dahulu, cuma
sebisanya jangan sampai meninggalkan bekas"
"Seandainya mereka tidak datang?"
'Aku hanya bisa berusaha dengan segala kemampuan
yang bisa kulakukan, tapi sampai pada taraf manakah hasil
yang bisa tercapai, aku belum dapat menduganya?"
"Asal kau benar-benar telah berusaha dengan segala
kemampuan yang bisa kau lakukan, sekalipun tidak
berhasil, aku juga tak akan menyalahkan dirimu!"
"Baik! Setelah hujin berkata demikian, aku merasa amat
berterima kasih sekali"
"Cuma, bila kau bermain setan secara di-am-diam,
apalagi kalau sampai ketahuan, kau akan merasakan
siksaan yang luar bia-sa hebatnya, mungkin siksaan itu
akan membuat kau ingin mati tak bisa, hiduppun tak dapat"
Ti Thian hua segera tertawa getir-
"Hujin kau juga harus tahu" katanya, "a-pabila
perbuatanku ini sampai diketahui oleh para pendekar
pedang macan kumbang hitam, mereka pasti tak akan
melepaskan pula diriku` Pek Hong manggut-manggut, sambil berpaling ke arah
Tang Cuan dan Cu Siau hong, katanya:
'Kaliau lakukanlah perundingan untuk menyusun
rencana, bagaimana baiknya kita akan bertindak"
''Subo tak usah bingung" jawab Cu Siau hong, "Siau
hong telah merundingkannya dengan suheng..."
"Oooh ....?" "Hujin, maaf kalau aku turut banyak ber-bicara!" tibatiba
Ti Thian hua menyela: "Katakanlah!" "Dengan kekuatan yang dimiliki perguru-an kalian, aku
rasa masih sulit untuk menghadapi kelihayan para pendekar
pedang macan kumbang hitam, lebih baik minta saja
bantuan dari orang-orang Kay pang"
"Dalam soal ini kami sudah punya persiapan sendiri dan
tak usah saudara Ti risaukan, cuma aku mah ingin bertanya
lagi beberapa persoalan padamu'.
'Katakan!" 'Aku masih ingat saudara Ti pernah berkata bahwa
kaupun turut ambil bagian didalam penyerbuan ke dalam
perkampungan Ing gwat san ceng pada malam itu?"
"Benar?"' "sejak awal sampai akhir apakah kau hadir terus dalam
arena?" "Benar!" sahut Ti Thian hua sambil me-ngangguk.
kedatangan mereka, apa pula yang akan hujin lakukan
terhadap diriku?" tanya Ti Thian hua lebih lanjut.
"Katakan dulu, kau berharap bagaimana aku
menjatuhkan hukuman kepadamu?" Pek Hong berkata.
"Tentu saja aku berharap tidak dijatuhi hukuman apaapa,
tapi mungkinkah hal ini bagiku?"
"Tidak mungkin, jika kau berhasil memancing
kemunculan mereka, maka kau boleh mengundurkan diri
dengan selamat, sebaliknya, kalau gagal untuk memancing
kemunculan mereka " "Kalian akan membunuhku!" sambung Ti Thian hua.
"itu mah tak sampai begitu, jangan lupa kalau aku
adalah istrinya Tiong Leng kang, selama hidup ia tak pernah
berbohong, tak pernah pula mengingkari janji, aku pernah
menyanggupi untuk melepaskan dirimu, maka akupun tak
akan membunuhmu, cuma aku bisa jadi akan memunahkan
ilmu silat yang kau miliki!"
Mendengar perkataan itu Ti Thian hua segera tertawa
getir. "Daripada memunahkan ilmu silat yang kumiliki, lebih
baik bunuh saja sekalian diriku" serunya.
"Ketika kalian menyerbu perkampungan Ing-gwat sanceng
sambil melakukan pembantaian, apakah waktu itu
juga timbul perasaan welas kasih dihati kalian?"
Ti Thian hua termenung dan berpikir sebentar, lalu
katanya: "Cuma aku percaya, sembilan puluh persen aku pasti
akan berhasil untuk memancing kemunculan mereka"
Sementara itu Tang Cuan telah menghampiri Pek Hong,
kemudian membisikkan sesuatu kepadanya:
Mendengar bisikan itu Pek Hong segera mengangguk.
"Baik..!" katanya, "Ti Thian hua, sekarang juga kita boleh
berangkat meninggalkan tempat ini!"
"Kalian telah membuat persiapan?"
"Sudah" "Baik! Kalau begitu ikutlah diriku!"
Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan menghampirinya
sambil berkata: 'Aku akan mengikuti dirimu!"
Ketika Ti Thian hua berpaling tampaklah olehnya Cu Siau
hong telah bertukar pakaian dengan sebuah jubah panjang
berwarna hi-jau, sekarang ia berdandan sebagai seorang
sastrawan. Seng Tiong gak dan Tang cuan buru-buru berjalan
keluar. Ti Thian hua tidak banyak bertanya lagi, dia beranjak
meninggalkan tempat itu sera-ya berkata:
"Apakah kau yang bernama Cu Siau hong, dan dalam
urutan ke dua belas orang murid Bu khek bun menempati
urutan ke tujuh?" Cu Siau hong segera mengangguk.
"Benar!" sahutnya, tampaknya kau mengetahui amat
jelas sekali tentang persoalan-persoalan Bu khek bun,
agaknya tidak sedikit perhatian yang kau curahkan kesana!"
"Aaaai .....Cu Siau hong, benarkah kalian ingin
memancing keluarnya para pendekar pedang macan
kumbang hitam?" "Apakah dalam hatimu masih terselip perasaan curiga?"
"Aku hanya bermaksud untuk menasehati saudara Cu
saja, bila mereka benar-benar sampai terpancing keluar,
maka bagi perguruanmu maupun bagi Cu heng sama sekali
tak ada manfaat serta kebaikannya"
"Aku bersedia mendengarkan penjelasan lebih jauh!"
Sementara itu mereka berdua sudah berjalan keluar dari
pintu gerbang, diam-diam Ti Thian hua mencoba untuk
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu, ternyata
tak seorang penjaga pun yang ditemukan, ini membuatnya
menjadi keheranan. "Apakah mereka benar-benar begitu percaya kepadaku?"
pikirnya dalam hati. Setelah keluar dari pintu gerbang, tiba-tiba Ti Thian hua
mempercepat langkahnya menuju ke depan, sambil
menghembuskan napas panjang katanya seraya tertawa:
"Saudara Cu, tahukah kau bagaimanakah perasaanku
pada saat ini?" Cu Siau hong segera tertawa:
"Tentu saja ibaratnya naga yang kembali ke samudra,
atau harimau yang pulang ke gunung!"
"Benar! Aku benar-benar merasakan suatu perasaan
yang nyaman sekali .........
"Cara kerja kami orang-orang Bu khek bun selamanya
memang jujur, terbuka dan sangat mempercayai perkataan
orang" "Sayang sekali orang persilatan banyak yang licik,
banyak tipu muslihat dan sukar dipercaya, misalnya saja
....." "Tentunya kau tak akan melakukan tipu muslihat untuk
memperdaya kami bukan" sela Cu Siau hong.
"Siapa yang bilang demikian" Saudara Cu!"
Cu Siau hong kembali tertawa.
"Aku harap saudara Ti juga tak sampai berbuat demikian,
bagaimana juga sunioku adalah seorang jago yang sudah
lama berkelana dalam dunia persilatan, mungkin saja ia
telah melakukan persiapan sebelumnya.."
Ti Thian hua berpaling dan memandang sekejap
sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa.
"Betul juga perkataanmu itu, baru saja Bu khek bun
ketimpa musibah, mana mungkin Pek-Hong akan bertindak
gegabah seperti itu"
''Apalagi para jago lihay dari Kay pang sebagian besar
telah berkumpul semua disini......"
"Betul! Betul, betul!" seru Ti Thian hua, "saudara Cu,
barusan kita berbicara sampai dimana?"
"Tampaknya saudara merasa kuatir sekali bila para
pendekar pedang macan kumbang hitam itu sampai
terpancing keluar" "Aaaai, kalian hanya memikirkan dendam sakit hati
terbasminya Bu Khek bun, tapi tidak tahu sampai
dimanakah keganasan dan kekejian para pendekar pedang
macan kumbang hitam tersebut ....."
Cu Siau hong termenung lagi beberapa saat lamanya,
kemudian melanjutkan lebih jauh:
"Saudara Cu, kau pernah melihat macan kumbang
hitam?" "Meliaht sih belum pernah, tapi konon macan kumbang
hitam adalah sejenis makhluk yang ganas dan buas sekali"
"Benar! Bila para pendekar pedang macan kumbang
hitam sedang menyerang, maka gaya serangan mereka
akan mirip seekor macan kumbang hitam. .. aaai,
Sesungguhnya kejadian ini merupakan suatu kenangan
yang amat menakutkan, pendekar pedang macan kumbang
hitam yang garang bergerak bagaikan binatang liar dan
sangat keji, sudah banyak tahun siaute berkelana di dalam
dunia persilatan, tapi belum pernah berjumpa dengan
kawanan busu semacam itu, pada hakekatnya mereka tidak
mirip manusia lagi.."'
"Kalau tidak mirip manusia mirip apa?" tukas Cu Siau
hong secara tiba-tiba. "Mirip macan kumbang hitam, seluruh tubuh mereka
terbungkus oleh kulit baju berwarna hitam pekat, sorot
matanya dingin menggidikkan hati, gerakan pedangnya tak
kenal ampun, pada hakekatnya persis seperti macan
kumbang hitam yang siap menerkam manusia"
"Kalau memang demikian kejadiannya, berarti saudara Ti
bukan berasal sekomplotan dengan mereka"''
"Sebenarnya aku ingin menggunakan kekuatan mereka
sebagai kekuatan yang kuandalkan, siapa tahu pada


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya malah aku yang kena diperalat oleh mereka"
"Saudara Ti bilang para pendekar macan kumbang hitam
itu mengenakan pakaian kulit berwarna hitam pekat"'
"Benar! Seluruh badan mereka terbungkus di balik kulit
pakaian berwarna hitam, hanya sepasang mata, mulut dan
sepasang tangan yang memegang senjata saja yang
kelihatan" "Dandanan semacam ini sangat aneh dan luar biasa,
mungkin dihari-hari biasa mereka tidak mengenakan
dandanan aneh semacam itu bukan?"
'Justru disinilah terletak persoalannya, kalau mereka
sedang melepaskan kulit bajunya maka sekalipun kalian
bersua muka jangan harap bisa mengenalinya"
"Betul" Cu Siau hong manggut-manggut. "kalau begitu
tujuan mereka yang sebenarnya dengan mengenakan
pakaian kulit yang aneh itu adalah untuk menyembunyikan
indentitas mereka yang sebenarnya"
Selain daripada itu, pakaian kulit mereka pun sangat
kuat dan tebal, tidak takut terhadap sergapan senjata
rahasia kecil yang beracun . "
Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka telah
berjalan menuju ketengah jalan raya.
"Saudara Ti!" Cu Siau hong segera berkata.
"kau bermaksud menggunakan cara apa untuk
memancing datangnya pendekar pedang macan kum-bang
hitam itu?" "Mari kita menuju keloteng Wong kang lo lebih dahulu"
"Lagi-lagi loteng Wong kang lo pikir Cu-Siau hong,
tampaknya rumah makan yang paling termasyhur dikota
Siang yang ini telah banyak disalah gunakan oleh umat
persilatan. " Tiba diatas loteng Wong kang lo, Ti Thian-hua dan Cu
Siau hong segera memilih sebuah meja memesan sayur dan
arak tapi meminta tiga perangkat alat makan.."
Cu Siau hong juga tidak banyak bertanya hanya secara
diam-diam ia perhatikan semua gerak- gerik Ti Thian hua
tersebut. Tampak Ti Thian hua bangkit berdiri kemudian mengisi
penuh cawan arak yang belum ada penghuninya itu dengan
sikap yang amat sopan. Cu Siau bong makin keheranan pikirnya:
"Mungkinkah masih ada orang yang bakal datang?"
Setelah Ti Thian hua memenuhi ketiga cawan arak itu, ia
lantas mengangkat ca-wannya dan berbisik kepada Cu Siau
hong. "Mari kita hormati dahulu Ceng toako dengan secawan
arak!" Siapakah Ceng toako itu" sudah jelas tempat itu masih
kosong, lalu darimana datangnya Ceng toako tersebut"
Walaupun Cu Siau hong sedang berpikir dalam hati, tapi
ia tak sampai mengutarakannya keluar.
Memyaksikan sikap Ti Thian hua yang bersungguh hati
itu, seakan-akan Ceng toa-ko benar-benar berada
disampingnya. Dalam ruangan rumah makan itu ada lima bagian sudah
dipenuhi tamu, rumah makan yang tersohor dikota Siang
yang ini memang selalu baik usahanya.
Walaupun sudah banyak orang disana, tapi tingkah laku
Ti Thian hua selalu saja mendatangkan perasaan
tercengang bagi siapapun yang melihatnya.
Cu Siau hong mengangkat cawan araknya dan
mengeringkan isi cawannya sampai ke-ring.
Ti Thian hua kembali berkata:
"Sekarang, kita boleh makan minum dengan leluasa"
"Apakah boleh berbicara pula dengan leluasa?"
'Lebih baik jangan!"
Cu Siau hong segera menutup mulutnya rapat-rapat.
Takaran minum arak dari Ti Thian hua sungguh luar
biasa sekali, secawan demi secawan ia meneguk terus arak
itu sampai habis. Sebaliknya Cu Siau hong tidak berani sembarang minum.
Ia tetap mempertahankan ketenangan dan kesadarannya.
Sepoci arak sudah diminum sampai habis, akan tetapi
tempat duduk utama tersebut masih tetap berada dalam
keadaan kosong. Mulai timbul perasaan curiga dalam hati Cu Siau hong,
tak tahan dia Lantas bertanya.
"Apakah Ceng toako tidak datang untuk menemani
kami?" Sekali lagi Ti Thian hua menghabiskan isi cawannya, lalu
berkata: "Ia sudah datang kemari"
'O ya?" Ti Thian hua bangkit berdiri, kemudian melangkah keluar
dari rumah makan itu. Cu Siau hong melemparkan sekeping perak ke meja dan
mengikuti dibelakang Ti Thian hua.
Agaknya pada waktu itu Ti Thian hua sudah mempunyai
tujuan tertentu, dia langsung berjalan keluar dari kota
Siang-yang, kemudian langsung menuju ke arah tenggara.
Dalam waktu singkat tujuh delapan li sudah dilewatkan
tanpa terasa. Suasana disekeliling tempat itupun makin lama semakin
sepi dan terpencil, empat penjuru tak kelihatan sesosok
bayangan manusiapun. Ternyata sikap Cu Siau hong cukup tenang selama ini ia
tidak banyak bertanya. Tiba-tiba Ti Thian hua menghentikan langkahnya, sambil
membalikkan badan ia berkata:
"Sepanjang jalan datang kemari, apakah di belakang kita
ada orang yang mengikuti?"
Cu Siau hong segera menggeleng.
"Tidak ada" sahutnya. "atau paling tidak aku tidak
melihat akan hal tersebut"
"Aku juga tidak melihat apa-apa....." kata Ti Thian hua.
Kemudian sambil tertawa lebar katanya lagi.
"Saudara, lebih baik kita berpisah sampai disini saja"
Cu Siau hong sama sekali tidak merasa heheran, kaget
atau tercengang, katanya sambil tertawa ewa:
"Apakah kau akan pergi dengan begitu saja?"
"Seorang kuncu hanya berada dipihak yang selalu
tertindas, siapa suruh anggota Bu khek bun kalian
semuanya lelaki sejati" Makanya manusia macam kalian
paling gampang tertipu"
"Setiap murid Bu Khek bun semuanya memang seorang
Kuncu, dan hal ini memang tidak salah, cuma sayang ada
seorang yang tidak terlalu bersikap Kuncu"
"Siapakah orang itu"'
"Aku!" Ti Thian hua memperhatikan Cu Siau hong beberapa
kejap, kemudian katanya sambil tertawa:
'Kau tampaknya masih muda sekali!"
"Padahal usia mu sendiripun tidak terlampau besar!" kata
Cu Siau hong sambil tersenyum pula.
Sekulum senyuman yang amat misterius segera
tersungging diujung bibir Ti Thian hua, katanya:
"Saudara cilik apakah kau merasa bahwa cayhe telah
meloloskan diri dari kepungan dan mendapatkan kembali
kebebasannya. "Oooh....! Jadi kau ingin berubah pikiran?"
'Aaaai! Sesungguhnya ini kesempatan yang terlalu baik
bagiku, walaupun aku ingin sekali memenuhi janjiku sendiri,
tapi akupun merasa sayang untuk melepaskan kesempatan
yang demikian baiknya ini dengan begitu saja'
"Jadi kalau begitu, maksudmu ....."
"Burung terbang bebas diangkasa, tentu saja aku ingin
pergi dengan bebas merdeka"
sahut Ti Thian hua. "Apa kau telah mengadakan janji dengan -para pendekar
pedang macan kumbang hitam''
"Sudah! Bahkan mereka telah memberi tahu kepadaku
tempat pertemuan tersebut"
"Sekarang, apakah kita sudah sampai di tempat yang
dimaksudkan sebagai tempat pertemuan tersebut?"
Ti Thian hua mendongakkan kepalanya untuk
memandang cuaca, lalu jawabnya:
"Cuma tak lebih masih ada dua tiga li"
"Seandainya memang demikian adanya, aku ingin
menganjurkan kepadamu lebih baik jangan pergi saja"
Ti Thian hua segera melototkan sepasang matanya lebarlebar,
kemudian serunya: "Jika seseorang yang berhadapan dengan kesempatan
untuk melarikan diri yang demikian baiknya, tapi ia tak tahu
untuk melarikan diri maka orang itu sudah pasti adalah
seorang manusia tolol, untung saja aku bukan seorang
tolol" "Aku lihat kau bukan cuma tolol saja, bahkan tololnya
luar biasa" "Mengapa aku sendiri sama sekali tidak merasakan apaapa"''
tanya Ti Thian hua sambil tertawa.
"Bila kau dapat memikirkannya, maka kau tak akan
mempunyai pikiran untuk melarikan diri"
Kontan saja Ti Thian hua tertawa dingin tiada hentinya.
"Saudara cilik" ia berkata, "tampaknya kau tenang sekali,
kalau dibilang kau adalah manusia yang paling hebat dalam
Bu khek bun. berita ini tampaknya tepat sekali"
"Jikalau aku ini tolol, mana mungkin su-nio ku mengutus
aku untuk mengikuti dirimu" '
"Jadi kalau begitu, aku patut untuk mohon petunjuk
darimu" "Apakah kau bersikeras ingin mendapatkan petunjuk
itu?" "Sayang sekali aku terlalu tidak memper-cayai dirimu,
saudara, lebih baik kita berpisah sampai disini saja"
"Baik! Silahkan untuk pergi, Sekalipun a-ku tidak
menghalangimu, orang-orang Kay pang juga tak akan
melepaskan dirimu, Kau telah membohongi para pendekar
pedang macan kumbang hitam. merekapun tak akan
melepaskan kau dengan begitu saja"
Ti Thian hua menjadi tertegun setelah mendengar
perkataan itu, serunya tertahan:
"Tentang soal ini .....''
"Ti Thian hua" lanjut Cu Siau hong, apakah lantaran kau
tidak melihat ada orang dari pihak kami yang melakukan
penguntilan maka kau ingin menggunakan kesempatan ini
untuk melarikan diri?"
Ti Thian hua mengiakan. Cu Siau hong segera berkata lebih lanjut, -"Yang akan
kami hadapi bukan kau, melainkan para pendekar pedang
macan kumbang hitam, tentu saja kami membutuhkan
suatu persiapan yang cukup matang "
Tiba-tiba Ti Thian hua menghela napas panjang, ujarnya:
"Cu Siau hong, bila kuajak kau untuk menjumpai
mereka, bisa jadi dalam perguruan Bu Khek bun akan
kehilangan seorang anggota lagi"
"Kenapa?" "Mereka dapat membunuh kau"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Aku pikir kau tak akan terlalu menguatirkan soal mati
hidupku bukan" tampaknya didalam persoalan ini kita tak
perlu untuk berunding lagi bukan?"
Kembali Ti Thian hua menghela napas panjang.
"Jika kau ingin mampus, terpaksa akan kupenuhi
keinginanmu itu, nah mari kita berangkat!"
Diam-diam Cu Siau hong menghembuskan napas lega,
dengan suatu gerakan cepat ia meninggalkan kode rahasia
disitu kemudian menyusul dibelakang Ti Thian hua.
Setelah melewati sebuah hutan, sebuah rumah gubuk
tampak muncul didepan sana.
Itulah sebuah rumah kuno yang sudah lama
terbengkalai. Tempat itu benar-benar terlalu terpencil dan jauh dari
keramaian manusia, dua tiga li disekitarnya sama sekali
tidak nampak penduduk yang lain.
Sambil menunjuk ke arah rumah gubuk didepan sana,
dengan suara dingin Ti Thian hua berkata:
"Dengarkan baik-baik, jika kau melangkah masuk ke
dalam rumah gubuk itu maka kau pasti akan tewas'
Dengan seksama Cu Siau hong memperhatikan rumah
gubuk itu sekejap, kemudian katanya sambil tertawa.
'Hayo jalan! Kita masuk kedalam untuk melihat-lihat"
Agaknya Ti Thian hua merasa kagum sekali dengan
keberanian Cu Siau hong, sambil manggut-manggut
katanya: ''Cu Siau hong kau betul-betul luar biasa, ternyata nama
besarmu memang bukan kosong be-laka"
"Terlalu memuji, terlalu memuji.....'
Ti Thian hua tidak banyak berbicara lagi dia lantas
melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah gubuk itu.
Cu Siau hong memang seorang pemuda yang pemberani
dan berpikiran cermat, sekalipun sikap nya kelihatan santai,
tapi secara diam-diam ia telah menghimpun tenaga
dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan.
Ti Thian hua berjalan masuk lebih dulu ke dalam rumah
gubuk itu. Dalam rumah gubuk itu tidak nampak debu, lagipula
selain ada sebuah meja besar berkaki delapan, terdapat
pula empat buah kursi. Meja yang begitu megah bila dibandingkan dengan
rumah gubuk yang bobrok sebenarnya amat tidak
sebanding. Selain daripada itu diatas meja kursi tidak tampak ada
debu.. hal ini menerangkan kalau tempat itu seringkali
dibersihkan orang. Akan tetapi rumah gubuk itu kosong melom-pong, tak
kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Setelah mengamati sekejap situasi didalam rumah gubuk
itu pelan-pelan Cu Siau hong berka-ta:
"Ti Thian hua, disinikah para pendekar pedang macan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kumbang hitam itu bercokol?"
"Tempat tinggal mereka kebanyakan amat misterius,
selain para pendekar pedang macan kumbang hitam sendiri
boleh dibilang tak seorangpun yang tahu dengan jelas,
tempat ini tidak lebih hanya merupakan salah satu dari
sekian banyak tempat pertemuan yang seringkali kami
gunakan selama ini" "Aku sangat memperhatikan semua gerak gerikmu
selama berada di atas loteng rumah makan"
"Tapi kau tidak melihat bagaimana cara mereka
menyampaikan kabar kepadaku tentang tempat
pertemuannya bukan?" sambung Ti Thian hua.
"Dapatkah kau mengatakannya sehingga menambah
pengetahuanku tentang hal ini?"
"Setelah aku membawamu kemari, maka kalau tidak
mati ditempat ini pasta akan terjadi pertarungan,
selanjutnya mereka pasti tak akan mempercayai diriku lagi,
sekalipun kuterangkan juga tak ada salahnya"
"Baik, akan ku pasang telinga lebar-lebar untuk
mendengarkan keteranganmu itu"
"Ketika seorang pelayan menghidangkan air teh kepada
kita tadi, ia letakkan tiga buah cawan air teh..."
'Sebenarnya kita memang memesan tiga perangkat
sumpit dan cawan, kalau dia pun menghidangkan tiga
cawan air teh, itu mah tidak salah"
"Tapi dalam cawan itu telah berisikan air teh ........."
Cu Siau hong manggut-manggut, katanya dengan cepat:
"Aku mengerti sekarang, bila ia berjanji kepadamu untuk
bertemu ditempat pertemuan yang nomor berapa, maka
dalam beberapa cawan ia mengisinya dengan air teh, bukan
begitu?" "Benar!" "Cara ini memang pintar sekali, cuma harus bekerja
sama dengan pelayannya"
"Apakah kau curiga pelayan itu juga seorang pendekar
pedang macan kumbang hi-tam!'
"Kalau bukan, mengapa mereka bersedia untuk bekerja
sama?" 'Saudara Cu, di tempat semacam ini asal mau
mengeluarkan uang sebesar satu, dua tahil perak, tidak
sulit untuk melakukan pekerjaan yang sepele macam itu"
"Bagus, bagus ...." cara ini sungguh rapi, kalau begitu si
pemimpin yang mengepalai pendekar pendekar pedang
macan kumbang itu sudah pasti adalah seorang manusia
cer-das dan berotak brillian?"
"Kalau tidak berotak encer, dari mana kita tak bisa
mengetahui tempat tinggal mereka, meski dengan jelas
mengetahui kalau mereka berdiam di kota Siang yang" "
"Termasuk saudara Ti sendiri?"
"Yaa, kalau dibicarakan sesungguhnya memalukan
sekali!" Cu Siau hong segera tertawa:
"Saudara Ti, sampai kapan mereka baru akan datang
kemari?" tanyanya. Dengan kening berkerut, Ti Thian hua menghela napas
panjang, katanya pelan. "Saudara Cu, kau tampak amat santai dan riang
gembira, kelihatannya sedikitpun tidak merasa kuatir"
"Saudara Ti, bila aku merasa takut ap kah saudara Ti
mempunyai akal untuk melindungi keselamatan siaute?"
"Ti Thian hua tertegun lalu serunya sambil tertawa.
"Apakah aku bisa melindungimu?"
"Kalau toh kau tak bisa melindungi, kenapa pula meski
menguatirkan keselamatanku?"
Ti Thian hua segera tertawa.
"Cu Siau hong, Usiamu masih muda akan tetapi
mendatangkan suatu perasaan tenang, mantap dan teguh,
seandainya posisi kita masih tetap ber-hadapan sebagai
musuh, maka kau adalah seorang musuh yang amat
menyenangkan hati" "Terima kasih banyak atas pujian saudara Ti" kata Cu
Siau hong sambil tersenyum.
"CU SIAU HONG apakah kau benar-benar tidak merasa
takut?" "Situasi sangat aneh, macan kumbang hitampun amat
misterius, terus terang saja a-kupun merasa agak takut,
cuma sekalipun takut juga harus menghadapi macam
bahaya yang datang dari muka"
"Tapi, wajahmu amat tenang, setenang sebuah bukit
karang?" Mendadak terdengar serentetan suara dalam
menyambung: "ltulah disebabkan ia belum pernah bersua dengan
pendekar macan kumbang hitam!"
"Sekarang, bukankan kita telah bersua?" kata Cu Siauhong
Paras muka Ti Thian-hua segera berubah nenjadi pucat
pias bagaikan mayat, serunya pula:
"Apakah kalian baru datang?"
Tiga orang manusia yang mengenakan baju kulit
berwarna hitam munculkan diri di depan pintu rumah
gubuk. Ketiga orang itu semuanya menggembol pedang
panjang, sarung pedang berwarna bitam dengan gagang
pedang berwarna hitam pula.
Selain dua butir batu permata berwarna putib diujung
gagang pedang tersebut, boleh dibilang seluruh pedang
tersebut berwarna hitam pekat.
Tiga orang berdiri dalam posisi segi tiga, seo-rang
dimuka dan dua orang di belakang.
Topi kulit yang berwarna hitam berbentuk kepala macan
kumbang, hanya tampak sepasang mata, sepasang telinga
hidung dan bibir. Dengan pandangan dingin tapi serius Cu Siau hong
mengawasi ke tiga orang pendekar pedang macan kumbang
hitam itu lalu tegurnya. "Pada malam penyerbuan dan pembantaian terhadap
perkampungan Ing gwat san ceng, apakah kalian bertiga
juga turut serta?" "Selamanya kami tidak menjawab pertanyaan dari
musuh!" jawab pendekar pedang macan kumbang hitam
yang berada dipaling depan itu.
"Ada belasan orang pendekar pedang macam kumbang
hitam yang tinggal dikota Siang yang, mengapa hanya
kalian bertiga yang datang?" kembali Cu Siau hong
menegur. Pendekar pedang macan kumbang hitam yang berada
dipaling depan itu tidak menjawab pertanyaan tersebut
sebaliknya menegur dengan dingin:
"Ti Thian hua, kau telah membocorkan banyak sekali
rahasia kami .....!"
'Sebenarnya Ti Thian hua kelihatan agak takut
bercampur ngeri, akan tetapi dalam waktu singkat ia telah
menjadi tenang kem-bali, pelan-pelan ujarnya:
"Ingat kalian pernah berjanji akan melindungi
Keselamatan jiwaku tapi kenyataannya kalian tidak
memegang janji, ketika aku tertawan oleh pihak Kay
Pang....." "Kau tidak menjaga rahasia kami, kaupun tidak minta
bantuan kepada kami, hanya karena seorang gadis pincang,
kau telah bersembunyi dalam rumah kecil dibawah bukit"
'Tutup mulut!" bentak Ti Thian hua marah, urusan
pribadiku tidak termasuk didalam perjanjian diantara kita"
Sementara itu Cu Siau hong telah menemukan kode
nomor diatas topi yang dikenakan para pendekar pedang
macan kumbang hitam itu. Cuma saja pada bagian atasnya melukiskan sebuah
kepala macan dengan motif bunga yang ka-cau, andaikata
tidak diperhatikan dengan seksa-ma memang sulit untuk
menemukannya. Dalam kenyataannya sebagian besar orang me-mang tak
akan menaruh perhatian sampai kesitu.
Tapi Cu Siau hong sangat teliti dan seksama, ia sadar
diantara pakaian yang sama pasti terda-pat suatu tanda
yang berbeda, sebab perbedaan tanda itu sangat penting
untuk menandaikan kedudukan mereka.
Maka ia memeriksanya dengan seksama, betul juga
akhirnya tanda tersebut berhasil ia temukan.
Orang yang berada dipaling depan adalah Hek-pa nomor
lima, sedang dua orang yang berada di belakang adalah
nomor tujuh dan nomor sembilan .......
Bagi orang-orang mereka sendiri hanya dalam sekilas
pandangan saja segera akau bisa membedakan kedudukan
lawan. Diam-diam Cu Siau hong berpikir.
"Mungkin makin kecil nomornya makin tinggi
kedudukannya" Sementara itu si Hekpa nomor lima telah berkata lagi
dengan suara dingin: "Oleh sebab itu kami telah bertekad untuk tidak
melindungi keselamatanmu lagi, tapi kau ternyata berani
membantu musuh, maka kami akan membunuhmu"
"Beginikah cara kalian bersikap terhadap teman?"
"Masih ada kau!" bentak Hek pa kiamsu nomor lima itu,
"kaupun harus mampus!"
Paras muka Ti Thian hua telah berubah menjadi pucat
pias seperti mayat, tubuhnya juga tampak gemetar, tapi
masih untung ia dapat berdiri terus disana tanpa roboh
terjengkang. Pelan-pelan Cu Siau hong maju selangkah ke depan,
sambil menghadang di muka Ti Thian hua, katanya sambil
tertawa: Kalian bertiga mengenakan pakaian seperti ini, memang
modelnya persis seperti tiga ekor Hek pa (macan kumbang
hitam)" Tiba-tiba hek pa kiamsu nomor lima menggelengkan
kepalanya, Hek pa kiam su nomor sembilan segera
menerjang maju ke depan, tangan kanannya digerakkan,
cahaya tajam yang berkilauan segera menebas kebawah
dengan kecepatan luar biasa.
Sungguh sebuah tabasan pedang yang ce-pat bagaikan
kilat. Cu Siau hong segera menggerakkan badannya, secepat
kilat ia berkelit lima depa kesamping, kemudian tangannya
menyambar dan menyeret Ti Thian hua mundur sejauh lima
depa. gerak gerik Hek pa kiam su tersebut betul betul cepat
bagaikan seekor macan tutul, kilatan cahaya tajam
berkilauan memenuhi seluruh angkasa.
Menggunakan kesempatan dikala menghin-dar tadi, Cu
Siau hong telah meloloskan pula pedang pendeknya yang
tersembunyi dibalik jubah panjangnya itu.
Pedang pendek itu cuma dua jengkal panjangnya, untuk
menghindari perhatian orang, Cu Siau hong memang belum
pernah pergi sambil mem-bawa pedang panjang.
"Trang......!" bunyi yang amat nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, tahu-tahu Cu Siau hong telah
membendung lima buah serangan berantai yang
dilancarkan oleh Hekpa kiamsu namor sembilan itu.
Cu Siau hong tidak melancarkan serangan balasan
sedangkan Hek pa kiam su nomor sembilan pun tidak maju
pula selangkah lebih kedepan.
Menyaksikan cara Cu Siau hong membendung serangan
pedang lawan yang cepat bagaikan sambaran kilat itu,
diam-diam Ti Thian hua merasakan hatinya bergetar keras.
Ia turut serta didalam penyerbuan berdarah ke dalam
perkampungan Ing gwat san ceng, diapun pernah bertarung
melawan anak murid Bu Khek -bun, meskipun ilmu pedang
Cing peng kiam-hoat lihay dan hebat tapi bukan suatu
pekerjaan yang gampang untuk sekaligus membendung
lima buah serangan kilat yang dilancarkan Hek pa kiam su.
Paling tidak dia harus terdesak mundur sejauh beberapa
langkah oleh serangan kilat tersebut.
Akan tetapi Cu Siau hong telah membendung serangan
pedang lawan dengan santai dan tenang malahan dia masih
memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan balasan.
Ia memang belum pernah manyaksikan permainan
pedang Tiong Leng kang, tapi penampilan Cu Siau hong
yang luar biasa dan lain daripada yang lain ini merupakan
seorang jago pedang yang paling hebat dan lain daripada
apa yang pernah di jumpai Ti Thian hua selama ini, dia
merupakan murid Bu khek bun terlihay yang pernah
dijumpai pula selama ini.
Dengan suara dingin Hek pa kiam su nomor lima
berkata: "Kalian berdua maju bersama, bunuh kedua orang itu"
Cu Siau hong mendengus sinis:
"Sekarang kalian sudah terkepung......."
Hek pa kiam su nomor lima semakin gusar, bentaknya
keras-keras. "Maju. . .. bunuh dia!"
Dua orang Hek-pa kiam su itu segera mengiakan dan
maju menyerang, cahaya tajam berkilauan, sepasang
pedang mereka bagaikan gunting menerobos maju ke
muka. Sungguh serangan itu merupakan sebuah serangan yang
amat dahsyat, inilah sebuah jurus pembunuh yang paling
hebat dari kerja sama para pendekar pedang macan
kumbang hitam. Jarang sekali ada orang yang mampu menghindarkan diri
dari serangan ini. Ti Thian hua sendiripun sadar bahwa ia tidak memiliki
kemampuan semacam itu. Namun Cu Siau hong sanggup menghin-darkan diri
secara mudah, dengan semacam ilmu gerakan tubuh yang
sangat aneh ia berhasil menghindarkan diri dari sergapan
bersama dari sepasang pedang tersebut.
Tapi kedua orang Hek pa kiamsu itu segera mengejar lagi
ke depan. suatu pertempuran sengit pun segera berkobar
didalam gubuk itu. Ti Thian hua menarik napas panjang, hawa murni yang


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimilikinya segera dihimpun menjadi satu, dengan cepat ia
menyambar sebuah kursi, mematahkan sepasang kakinya
dan bersiap sedia memberi bantuan setiap saat.
Waktu itu ia sudah memahami sama seka-li akan
keadaannya, Hek pa-kiam su tak akan meninggalkan
korbannya dalam keada-an hidup, Cu Siau hong dan dia
sudah berada dalam posisi mati hidup bersama.
Walaupun Cu Siau hong telah mengeluarkan serangkaian
ilmu silat yang luar biasa, tapi menurut perhitungan Ti
Thian hua, anak muda itu tak akan mampu bertahan
sebanyak lima puluh gebrakan lagi. anak-mu-rid Bu khek
bun yang manapun tak akan sanggup menahan serangan
gabungan dari dua orang Hek pa kiam-su.
Tapi lima puluh gebrakan dengan cepat sudah lewat,
bukan saja Cu Siau hong tidak menandakan gejala akan
kalah, malahan makin bertarung ia kelihatan semakin
gagah. Hampir saja Ti Thian hua tidak percaya akan kenyataan
yang terbentang di depan matanya ini, tapi pertarungan
antara kedua orang itu masih tetap berlangsung dengan
sengit dan garang. Sekalipun Hek pa kiam-su nomor lima tidak turun
tangan, akan tetapi sepasang matanya mengawasi terus
jalannya pertarungan itu tanpa berkedip ....
Mendadak terdengar suatu bentakan nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian.
"Tahan!" Dengan serangkaian jurus aneh Cu Siau hong segera
memukul senjata dari Hek pa kiam su nomor tujuh itu
sampai terjatuh ke tanah, kemudian ia mundur tiga
langkah. Hek pa kiam su nomor tujuh menjadi tertegun,
sementara Hek pa kiam su nomor sembilan juga segera
menghentikan serangan-nya.
Ketika berpaling keluar, tampaklah Tan Tiang kim, Pek
Bwe, Pek Hong, Seng Tiong gak dan Tang Cuan telah
muncul diluar ru-mah gubuk itu.
Sambil tertawa dingin Tan Tiang kim segera berseru:
"Rupanya Hek pa kiam su yang penuh membawa
kemisteriusan itu merupakan manusia-manusia macam
begini!" Ilmu pedang Cu Siau hong yang luar biasa lihaynya itu
membuat sistim pertarungan kilat yang diterapkan oleh
para pendekar pedang macan kumbang itu kehilangan
kemampuannya. Sebenarnya mereka bersiap-siap untuk membunuh Cu
Siau hong dan Ti Thian hua dalam lima jurus, tapi serangan
gabungan dari sepasang pedang itu tetap gagal untuk
membunuh Cu Siau hong. Sesungguhnya hal ini merupakan suatu perhitungan yang
meleset dari serangkaian rencana yang matang.
Sekali gagal bertindak mengakibatkan kegagalan total
disegala bagian, para Hek pa kiam su itu terlampau yakin
dengan kemampuan sendiri, tapi akibatnya mereka harus
kehilangan sifat misterius dan rahasia yang terbawanya
selama ini. Cu Siau hong sendiripun tidak ter-lalu kemaruk untuk
mencari untung, ia sege-ra menghentikan serangannya.
Para Hek pa kiam su pun tidak melancarkan serangan
lagi. Hek pa kiamsu nomor lima segera berpaling, setelah
memandang Tan Tiang kim se-kejap, kemudian tegurnya:
"Siapa kau?" "Aku si pengemis tua adalah orang Kay--pang! ' jawab
Tan Tiang kim dingin. Sekali lagi Hek pa kiam su nomor lima i-tu
memperhatikan Tan Tiang kim, lalu ujar-nya:
"Anggota Kay pang tak terhitung jumlahnya, apa
kedudukan mu dalam perkumpulan tersebut?"
"Selama hidup aku si pengemis tua tak pernah berganti
she, tak pernah berganti nama, akulah Tan Tiang kim,
tianglo dari perkumpulan Kay pang ....''
"Oooh...." Hek pa kiam su nomor lima berseru tertahan,
konon pangcu dari perkumpulan Kay-pang juga telah
datang?" Dengan kening berkerut, Tan Tiang kim menyahut:
"Dalam hidupku di dunia ini tak sedikit orang jahat yang
pernah kujumpai, tapi mereka berdandan manusia,
memakai pakaian dan bermuka orang, paling-paling hanya
menutupi wajahnya dengan selembar kain berwarna hitam,
hal mana karena merasa bahwa perbuatan yang mereka
lakukan sangat memalukan sekali, tapi tidak seperti kalian
yang mengenakan kulit binatang dan berdandan sebagai
seekor binatang buas, kalau toh kalian ini manusia,
mengapa tidak berdandan saja sebagai tampang seorang
manusia?" Wajah para Hek pa kiam su itu mengenakan kulit hitam
berkepala hek pa, hal ini menyebabkan perubahan wajah
mereka sukar terlihat, tapi beberapa patah kata dari Tan
Tiang kim tersebut betul-betul bernada tajam, dingin dan
sinis. Dengan suara dingin menyeramkan, Hek pa kiam su
nomor lima segera berseru:
"Ada satu hal aku perlu untuk menerang-kan lebih
dahulu" "Tidak mengapa, kami tidak takut kalian sedang
mengulur waktu" tukas Tan Tiang kim. . .
"Dalam dunia persilatan memang terdapat banyak sekali
manusia yang takut dengan perkumpulan kalian, tapi Hek
pa kiam su tak pernah merasa takut"
Tangan kirinya segera diulapkan, kemudian serunya:
"Maju! Bunuh si pergernis tua ini!"
Hek pa kiam su nomor sembilan segera mengiakan, tibatiba
ia menyerbu maju ke depan sebuah tusukan kilat
segera dilancarkan menusuk ke dada Tan Tiang kim.
Dalam pada itu, Hek pa kiam-su nomor tujuh telah
menggerakkan kaki kanannya untuk menggaet pedangnya
yang tergeletak ditanah itu, dalam sekali bentakan, tahutahu
pedang itu sudah berada di tangannya.
Tan Tiang kim segera menarik napas panjang dan
menyurut mundur sejauh tiga depa lebih.
Gaya terjangan dari Hek pa kiam-su itu dilakukan dengan
gerakan amat cepat, sedemikian cepatnya sehingga pada
hakekatnya tak sempat lagi buat Tna Tiang kim untuk
menangkis. Tiba-tiba sebilah pedang menyambar lewat dari samping
menghadang jalan pergi Hek pa kiamsu nomor sembilan,
kemudian terdengar seseorang menegur:
"Apakah kalian semua adalah pembunuh-pembunuh yang
telah membantai anggota Bu khek bun?"
Hek pa kiam su itu mendengus dingin:
"'Kau adalah angota Bu khek bun?" tegurnya.
Yang melancarkan serangan adalah Seng Tiong gak
sambil tertawa dingin sahutnya:
"Benar, aku adalah Seng Tiong gak!"
"Kau harus mampus!" seru Hek pa kiam su nomor
sembilan dengan seramnya.
Sambil memutar senjata, ia segera menerjang ke muka
sambil melancarkan serangan.
Pek Bwe, Pek Hong, Tang Cuan dan Tan Tiang kim
segera mundur beberapa depa kebelakang sambil
memperhatikan permainan pedang dari Hek pa kima-su
tersebut. Setelah memperhatikan sekian lama, tiba-tiba Pek Bwe
menghela napas panjang katanya:
"Hei pengemis tua, apakah kau berhasil menemukan
sesuatu?" "Manusia yang berkulit binatang buas ini amat dahyat
dan hebat, mereka merupakan jago pedang kelas satu
dalam dunia persilatan".
Sementara itu serangan dan tubrukan yang dilakukan
para pendekar pedang macan kumbang hitam itu makin
lama semakin garang dan buas, ancaman-ancamam yang
dilakukanpun semakin mengerikan.
''Aku maksudkan gaya serangan yang mereka miliki"
kata Pek Bwe. "Mirip apa?" "Mirip macan kumbang, coba lihat gaya mereka
menubruk sambil menyerang persis seperti macan lapar
yang menerkam mangsanya, Hek pa adalah jenis macan
yang paling ganas, pernah lohu saksikan Hek pa berkelahi
dengan singa yang berbadan satu lipat lebih besar, tapi
akhirnya singa itu kalah diujung cakar si macan kumbang
hitam itu" Tan Tiang kim manggut-manggut.
''Yaa, betul! " katanya. "setiap serangan yang mereka
lancarkan selalu disertai dengan gerakan melompat, gerakgerik
mereka memang persis seperti seekor macan
kumbang hitam" "Aliran ilmu pedang yang mereka gunakan tampaknya
juga mengkombinasikan aliran ilmu silat yang mereka
miliki" Pek Hong berkata pula mengemukakan
pendapatannya. "Subo!" kata Tang Cuan, "tampaknya susiok sudah mulai
tak sanggup mempertahankan diri, bagaimana kalau tecu
menggantikan kedudukannya itu .....?"
Pek Hong segera mengalihkan sinar matanya ketengah
arena, dia menyaksikan gerakan melompat, menerkam dan
menubruk yang dilakukan pendekar pedang macan
kumbang hitam itu sudah mengurung seluruh tubuh Seng
Tiong-gak, bahkan ilmu pedang Bu khek pay mereka yang
begitu tangguhpun seakan-akan sudah terkendalikan sama
sekali. Seng Tiong gak sendiri juga sudah sedemikian
terdesaknya sehingga harus merubah posisinya menjadi
pihak yang bertahan. Sesungguhnya ilmu pedang Cing peng kiam hoat
merupakan suatu ilmu pedang yang sangat dahsyat dan
lihay untuk menyerang musuh, akan tetapi sekarang
agaknya kehebatan dari ancaman tersebut sama sekali tak
sanggup dipergunakan lagi.
Cara bertarung yang digunakan para pendekar pedang
macan kumbang hitam juga aneh sekali, seluruh perubahan
gerak pedang mereka semua dikombinasikan pada gerak
maju mundur, menerjang, menerkam yang mereka lakukan
dengan gerakan secepat sambaran kilat itu.
Hal mana membuat permainan ilmu golok atau ilmu
pedang pada hakekatnya seperti kehilangan daya gunanya
sama sekali, sekali pun memiliki perubahan jurus serangan
yang bagaimanapun sempurnanya, serangan itu seperti
sama sekali tak mampu dikembangkan lagi.
Kecuali seseorang memiliki serangkaian ilmu pedang
yang bisa menguasahi gerakan menubruk dan menerkam
yang dimiliki lawan-lawannya, terpaksa hanya
mengandalkan kecerdikan dan pengalaman baru bisa
menghadapi gerak maju, mundur, melompar, menerkam
yang digunakan musuhnya, walau tentu saja amat payah
sekali. Betul ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang dipelajari
Seng Tiong gak amat sempurna dan sudah diselami selama
banyak waktu, akan tetapi ilmu pedang tersebut sama
sekali bukan suatu kepandaian silat yang bisa dipergunakan
untuk mengendalikan gerakan-gerakan dari pendekar
pedang macan kumbang hitam.
Mendadak Pek Hong maju beberapa langkah ke depan,
tiba disisi Pek Bwe dia lantas berbisik.
"Ayah, sudah kau lihat be1um, rupanya Seng sute sudah
mulai keteter hebat dan tak mampu untuk bertahan lebih
jauh" "Ya, memang aneh sekali kepandaian si-lat yang mereka
miliki itu, sudah banyak tempat yang kujelajahi sepanjang
hidupku, dari utara sampai selatan aku telah berkelana,
pengetahuan yang kuperoleh juga tak sedikit, tapi belum
pernah kujumpai kepandai-an silat semacam ini"
Tan Tiang kim sendiripun sedang berdiri terpesona
sambil mengikuti pertarungan yang sedang berlangsung.
Mereka semua ingin sekali mencari tahu aliran perguruan
orang-orang itu dari perma-inan ilmu silatnya, tapi mereka
segera kecewa. Pendekar pedang macan kumbang hitam yang sedang
menyerang Seng Tiong gak itu mendadak meraung keras,
seluruh badannya dijatuhkan berguling diatas tanah.
Waktu itu, segenap perhatian Seng Tiong gak telah
tertuju pada gerak-gerik musuh, ketika melihat lawannya
menjatuhkan diri berguling diatas tanah, mendadak saja ia
men-jadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu
bagaimana caranya untuk mengatasi keadaan tersebut.
Terpaksa dia harus mengembangkan pe-dangnya
menciptakan selapis cahaya pedang lalu menusukannya ke
depan. Dalam kenyataan, jangankan Seng Tiong gak yang lebih
muda, sekalipun Pek Bwe yang lebih berpengalamanpun
tidak mengerti bagaimana dia harus bertindak untuk
menghadapi serangan aneh yang dilakukan oleh musuhnya
itu. "Traaaang.....!" terdengar suara bentrokan senjata yang
amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan,
sesudah mengitari seluruh badan Seng Tiong gak satu kali,
pendekar pedang macan kumbang hitam itu berbalik ke
posisi semula. Sepintas lalu, hal itu seakan-akan seperti dari serangan
Seng Tiong gak berhasil membendung serangan musuh dan
memaksa si pendekar pedang macan kumbang hitam harus
mengitari Seng Tiong gak satu lingkaran kemudian balik
kembali ke posisi semula.
Tapi dalam kenyataannya bukan demikian kejadiannya,
pakaian yang dikenakan Seng Tiong gak waktu itu sudah
tercabik-cabik, beberapa mulut luka yang lebar sudah
muncul diatas badannya, darah segar bercucuran
membasahi sekujur badannya.


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek Hong yang melihat kejadian itu segera
menggenggam gagang pedangnya, menekan tombol dan
"Criing!" pedangnya sudah diloloskan dari dalam sarung.
"Tiong gak mundur kau!" serunya dingin, 'biar aku yang
menjumpai orang itu!"
Tang Cuan juga telah meloloskan pedangnya siap-siap
melancarkan serangan. "Aku tidak apa-apa'". seru Seng Tiong gak, "dengan luka
sekecil ini siaute masih sanggup untuk mempertahankan
diri, ilmu pedang yang dimiliki orang-orang itu sunggug
aneh sekali, aku tidak berhasil menyelusuri gerak pedang
moreka..." ''Tidak, kami tidak ingin mencoba gerakan pedang orangorang
itu" seru Pek Hong, "kami harus mengenali gerakan
lebih dulu, agar dikemudian hari sudah ada cara untuk
mengatasinya bila sampai bertemu lagi"
Ucapan tersebut amat luwes dan beralasan kuat, ini
memberi kesempatan buat Seng Tiong gak untuk
mengundurkan diri dari medan pertarungan tanpa kuatir
kehilangan muka. "Sunio, biar tecu saja!" tiba-tiba Tang Cuan berseru
dengan suara berat dan dalam. '
Sebelum Pek Hong sempat mengucapkan sesuatu, tibatiba
terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat lewat. di
antara himpitan dua orang pendekar pedang macan
kumbang hitam, Cu Siau hong telah melesat mundur
kebelakang kemudian katanya sambil tertawa:
"Suheng adalah seorang ciangbunjin dari suatu
perguruan besar, buat apa kau musti hadapi sendrii
manusia-manusia semacam ini....."
Seraya berpaling kearah Pek Hong, dia melanjutkan.
"Sunio adalah seorang yang sangat terhormat, kau lebihlebih
tidak pantas untuk bertarung sendiri melawan
makhluk-makhluk yang manudia bukan manusia, binatang
bukan binatang ini. Bila harus berkelahi maka biar tecu saja
yang melakukannya, serahkan saja ketiga ekor macan
kumbang hitam ini kepada tecu"
"Tapi, Siau hong..... kau seorang diri...."
"Hong-ji, biarkan Siau hong menyelesaikan sendiri
persoalan ini" tukas Pek Bwe dengan cepat, "kalau toh
seandainya dia tak tahan, kita kan belum terlambat untuk
membantunya" Pek Hong mengiakan dan segera mengundurkan diri.....
Pelan-pelan Cu Siau hong menarik kembali pedang
pendeknya, lalu berkata: "Nah, sekarang kalian bertiga boleh maju bersamasama!"
Hek pa kiam su nomor lima mengawasi musuhnya
sebentar, lalu menegur agak ragu:
"Betulkah kau adalah anak murid perguruan Bu Khek
bun?" Cu Siau hong segera tertawa hambar:
"Kau sangat mencurigai kedudukanku bukan?"
"Tapi jelas terlihat ilmu pedang yang kau pergunakan
sama sekali bukan ilmu pedang aliran Bu Khek bun"
"Ilmu pedang dari Bu Khek bun tak terhitung banyaknya,
memang kau anggap kepandaian kami bisa dipahami oleh
manusia-manusia macam kalian itu" Sudahlah, tak usah
banyak bicara, hayo cepat turun tangan kalau ingin turun
tangan!" Walaupun ucapannya bernada tajam bagaikan golok, tapi
suaranya sama sekali tidak emosi, malahan kelihatannya
tenang sekali. Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Pek Bwe kemudian bisiknya:
"Saudara Pek, Siau hong dia......"
"Mari kita bersama-sama menguji kehebatan dari
generesi mendatang!" tukas Pek Bwe. "buat orang muda,
kegagalan yang berulang kali masih tidak terhitung
seberapa!" "Betul! Manusia seperti Siau hong memang seharusnya
banyak melatih diri, biar gagal asal ada kemauan, akhirnya
pasti akan berhasil juga....."
Sementara itu Hek pa kiamsu nomor lima masih
mengawasi terus wajah Cu Siau hong dengan pandangan
dingin, ia tidak menurunkan perintah untuk melakukan
serangan. Melihat itu Cu Siau hong tertawa dingin katanya.
"Jika kau tidak memerintahkan lagi untuk melancarkan
serangan, terpaksa aku akan turun tangan lebih dulu"
"Benarkah, kau hendak mempergunakan tangan kosong
untuk menyambut serangan kami?" Jengek Hek pa kiam su
nomor lima sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Kita sedang berhadapan sebagai musuh, rasanya
akupun tak usah membicarakan soal syarat apa-apa
denganmu, mau bertangan kosong kah, atau
mempergunakan senjata tajam. itu urusan pribadiku
sendiri. aku rasa bukan suatu kewajiban bagiku untuk
memberitahukannya kepada kalian semua"
Keragu-raguan para pendekar pedang macan kumbang
hitam itu untuk turun tangan membuat Pek Hong dan Tan
Tiang kim sekalian turut menjadi curiga dan bertanyatanya.
Mereka tidak habis mengerti mengapa para pendekar
pedang macan kumbang hitam yang begitu ganas dan
begitu bengis, ternyata menunjukkan sikap yang begitu
ketakutan terhadap Cu Siau hong.
Mendadak....... Hek pa kiam su nomor lima mengulapkan
tangannya, dengan suatu gerakan cepat bagaikan sambaran
kilat Hep pa kiam su nomor sembilan langsung menerkam
ke muka. Serangan ini benar-benar merupakan suatu sergapan
yang luar biasa dahsyatnya.
Pek Hong yang berada di samping arena pun dapat
merasakan pula betapa dahsyatnya serangan tersebut,
ibaratnya gelombang dahsyat di tengah samudra, jangan
toh perahu kecil, kapal besarpun kadangkala bisa tersapu
juga. maka dengan perasaan tergetar keras, dia lantas
berseru lantang: ''Siau hong, hati-hati...."
Ditengah teriakan tersebut, tiba-tiba ia saksikan
pendekar pedang macan kumbang hitam yang melakukan
tubrukan ke arah Cu Siau hong itu mencelat ke samping,
kemudian melayang keluar dari rumah gubuk tersebut.
"Blaam......!" terdengar suatu getaran keras yang
memekikkan telinga berkumandang memecahkan
keheningan, tusukan pedang dari Hek pa kiam su nomor
sembilan itu sudah menembusi sebuah pohon yang besar
sekali diluar rumah sana tapi tubuhnya sendiripun turut
menumbuk diatas pohon tersebut.
Pohon itu segera bergoyang kencang,daun dan ranting
berguguran ke tanah, batok kepala Hek pa kiam su nomor
sembilan itu hancur berantakan tak ada wujudnya lagi, isi
bercampur darah kental berceceran diseluruh permukaan
tanah. Sesungguhnya tenaga terjangan yang dilakukan Hek pa
Wanita Iblis 19 Pendekar Naga Putih 52 Penyembah Dewi Matahari Penyair Maut 1
^