Pencarian

Pendekar Baja 4

Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 4


baik!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long melepaskan pegangan Cu Jit-jit, katanya,
"Serahkan." "Serahkan apa?" tanya Jit-jit.
"Ketikan api." "Tidak ada." "Aku tahu kau membungkusnya dengan sapu tangan putih
dan kau simpan di kantong sebelah kiri, betul tidak?"
Jit-jit membanting kaki, "Setan alas, setan mampus ... ini,
ambil!" langsung dia lemparkan ketikan api yang dimaksud.
Walau dalam kegelapan sekali meraih Sim Long dapat
menangkap ketikan api itu, segera dia menyalakan sebatang
obor. Dilihatnya pipi Cu Jit-jit bersemu merah, sorot matanya
berkilau entah merasa benci, haus cinta atau entah apa lagi
.... Sim Long tersenyum, katanya, "Ada sinar api jadi lebih mudah
terjang ke depan, ayolah!"
"Huh, siapa yang ingin ikut kau?" jengek Cu Jit-jit sambil
melengos ke arah lain, sesaat kemudian tak urung dia melirik
juga, dilihatnya Sim Long telah melangkah pergi sambil
menggandeng Hoa Lui-sian.
Jit-jit menggereget, serunya, "Baik, kau tidak urus diriku,
boleh kau pergi, biar ... biar aku mampus di sini, coba kau
mau apa!" Tanpa berpaling Sim Long malah tertawa, katanya, "Coba lihat
siapa di belakangmu" Jangan sampai kau ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Belum habis dia bicara, Cu Jit-jit lantas menjerit sambil
memburu maju dan memukul pundak Sim Long belasan kali,
mulut juga menggerutu, "Setan, biar kupukul kau sampai
mampus." Tapi tenaga pukulannya ternyata ringan saja, tidak urung dia
lantas ikut pergi. Sesaat lamanya mereka menyusuri lorong panjang, akhirnya
tiba di depan sebuah pintu setengah terbuka, di balik pintu
ada peti, di atas peti ada lentera. Cu Jit-jit berkata, "Mungkin
di sini ada orang, coba aku masuk melihatnya."
"Jangan masuk," mendadak Sim Long membentak dengan
suara tertahan. "Kenapa?" Jit-jit membandel, "aku justru mau masuk."
Sim Long menghela napas, katanya, "Nona manis, masa kau
tidak tahu di sana dipasang perangkap" Bila kau masuk daun
pintu akan segera tertutup."
Berputar bola mata Cu Jit-jit, mendadak dia tertawa cekikikan,
katanya, "Ya, memang kau lebih pintar."
Bertiga mereka maju lebih lanjut, mendadak jalan simpang
tiga mengadang di depan, pada jalan yang belok ke kiri
menggeletak sebuah lengan kutung berlumuran darah dengan
jari telunjuk menuding ke depan sana. Sementara jalan ke
arah kanan tampak tumpukan tulang manusia.
Cu Jit-jit berkedip, katanya, "Mari kita tempuh jalan tengah
ini." Sim Long berkata setelah termenung sejenak, "Pepatah bilang,
dalam isi ada kosong, yang kosong ada isi. Jalan ke kanan ini
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kelihatannya berbahaya, tapi jalan tengah yang kelihatannya
menuju ke pusat kuburan ini merupakan kunci dari seluruh
rahasia di sini, maka jalan tengah ini tidak boleh ditempuh."
"Kenapa di luar terdapat delapan pintu?" tanya Cu Jit-jit.
"Kini baru kusadari, kedelapan pintu di luar tadi hanyalah
pancingan belaka supaya orang menaruh curiga, bukan saja
kedelapan jalan itu sama, pasti juga menembus ke satu
tujuan, tapi pada setiap lorong pasti ada perangkap, asal kita
dapat menghindarkan diri dari jebakan itu dan menuju ke arah
yang tepat, akhirnya pasti dapat menemukan rahasia utama
yang menyelubungi tempat yang menakutkan ini."
Sembari bicara mereka sudah sampai di ujung jalan kanan.
Tiba-tiba Hoa Lui-sian menjengek, "Hoa Kin-sian biasanya
bekerja teliti dan hati-hati, sekali-kali kalian takkan bisa
meraba rahasianya, kuanjurkan lekas kembali saja, kenapa
harus mengantar kematian?"
Bukan saja tidak menghiraukan ocehannya, Sim Long juga
tidak meliriknya, mendadak didengarnya Cu Jit-jit melonjak
girang, "Betul, betul, arah yang kita tempuh ini pasti betul."
Dia menuding ke sebuah kamar, di sana cahaya gemerlapan
menyilaukan mata, sebuah kamar yang penuh bertaburan
batu permata dan harta benda beraneka ragam.
Berubah hebat air muka Hoa Lui-sian. Cu Jit-jit dilahirkan
dalam keluarga kaya raya, perhiasan atau permata apa yang
tidak pernah dilihatnya, tapi sudah bagi sifat seorang gadis
remaja, melihat permata sebanyak itu, betapa rasa ketariknya
dan menimbulkan rasa ingin memilikinya, tanpa sadar dia ulur
tangan, ingin memegang dan mengelus, tak tahunya baru
tangannya terulur, mendadak Sim Long menariknya mundur.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kenapa kau tarik aku?" Jit-jit muring-muring.
"Kau hidup dalam keluarga kaya, memangnya tidak pernah
melihat permata yang cemerlang" Terutama cahaya gemerdep
dalam ruang yang terasa ganjil ini, kalau kau ingin
memecahkan rahasia di sini, maka jangan kau
menyentuhnya." "Baik, aku menurut petunjukmu sekali lagi," ucap Cu Jit-jit
dengan menggigit bibir. Hoa Lui-sian tertawa dingin, "Anggap kau pintar, ini memang
permainan Hoa Kin-sian, bagian luar permata ini memang
khusus dia ciptakan secara istimewa, di dalamnya
mengandung cairan racun jahat, siapa pun bila menyentuhnya
pasti mampus .... Hehehe, tapi kau pun jangan bangga,
biasanya Hoa Kin-sian sangat cerdik merancang, umpama
sekarang kau dapat memecahkan perangkapnya, tapi masih
banyak perangkap lain yang menunggumu. Maka kuanjurkan
lebih baik kau lepaskan diriku, karena ada aku, mungkin kalian
akan diampuni dia." Panjang lebar dia mengoceh, hakikatnya Sim Long tidak
memerhatikan, maju lagi beberapa kejap, lorong tidak lurus
lagi, kiri putar kanan, sekonyong-konyong bayangan seorang
tampak berkelebat dari kiri dan lenyap ke arah kanan. Hanya
dalam gerakan sekelebat itu, tangannya sudah terayun
menimpukkan tiga larik sinar yang mengincar Sim Long, Cu
Jit-jit, dan Hoa Lui-sian.
Jarak kedua pihak sangat dekat, serangan mendadak dan
tidak terduga lagi, lorong panjang dan remang-remang. Tiga
larik senjata rahasia itu jelas tak bisa dilawan oleh sembarang
orang. Siapa tahu mendadak Sim Long memutar lengan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
bajunya, seperti mengandung daya sedot yang kuat, semua
senjata rahasia itu tersedot ke dalam lengan baju Sim Long.
Kaget, girang, dan kagum sekali Cu Jit-jit, sekilas dia melirik,
dilihatnya ketiga senjata rahasia itu adalah tiga batang anak
panah pendek yang dibuat secara aneh. Cu Jit-jit bersuara
gemetar, "Panah ... panah ini mungkin dibidikkan oleh
malaikat elmaut?" Sim Long menyobek lengan baju, dengan hati-hati dia cabut
ketiga batang panah itu, walau teraling selembar kain, tapi
Sim Long rasakan tangan yang memegang panah kecil itu
dingin luar biasa. Diam-diam dia kaget dan heran, di bawah sinar obor dia
perhatikan panah itu sesaat lamanya, alisnya berkerut, lalu
tertawa, ujarnya, "O, kiranya begitu."
Wajah Cu Jit-jit juga kelihatan senang, katanya sambil
berkeplok, "Kiranya demikian ... panah setan yang dibidikkan
malaikat elmaut itu kelihatannya memang menakutkan,
ternyata juga hanya begini saja."
Tiba-tiba di antara lorong gelap yang berliku-liku tak berujung
itu sayup-sayup terdengar nyanyian sedih yang menggetar
sukma. Di dalam kuburan luas ini mendadak terdengar
nyanyian sedih, sungguh menambah rasa ngeri dan seram.
Tapi Sim Long malah bergelak tertawa, katanya, "Panah setan
apa, tidak lebih hanya beberapa panah es belaka."
Rahasia yang sukar ditebak dan membingungkan orang ini
ternyata hanya sepele saja setelah terbongkar. Panah setan
yang dibidikkan malaikat kematian itu ternyata tidak lebih
adalah gumpalan salju yang mengeras dan dikikis berbentuk
panah, dengan dilandasi Lwekang yang kuat, maka panah es
itu dapat menembus kulit manusia dan menamatkan jiwanya,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
begitu terkena badan manusia yang bersuhu panas, es itu
akan mencair menjadi air, oleh karena itu bila orang
mencarinya tentu saja sudah lenyap.
Sambil menghela napas, Cu Jit-jit berkata dengan tertawa,
"Hihi, ada-ada saja akal setan yang dipikirkannya, kalau akal
bulusnya tidak terbongkar, orang sungguh bisa dibikin kaget
setengah mati, tapi kalau bukan musim salju sedingin ini, akal
liciknya ini juga tidak akan terlaksana."
Sim Long berkata, "Tapi kau pun jangan meremehkan urusan
sepele ini, air yang membeku jadi es dan dibikin panah ini
pasti mengandung racun jahat, sehingga begitu es mencair
racun pun bekerja di dalam badan sehingga jiwa
direnggutnya." Sembari bicara sekenanya dia membuang "panah setan" yang
terbuat dari es itu. Cu Jit-jit mencibir, katanya, "Betapa pun kita telah berhasil
membongkar muslihat keji dalam kuburan kuno ini. Aku jadi
ingin melihat masih ada rencana apa pula mereka ...."
Belum habis dia bicara, sebuah dinding di belakangnya
mendadak bergerak hingga terbuka sedikit celah-celah,
segulung asap tebal segera menyembur. Sebelum Cu Jit-jit
sempat tahan napas, kepala sudah terasa pusing, kontan dia
jatuh tak sadarkan diri. Setelah Cu Jit-jit siuman, kepala masih terasa pening, seperti
orang mabuk yang baru sadar, tapi dapat memandang jelas,
dirinya berada di pojok sebuah kamar batu yang lembap dan
berbau apak, kaki dan tangan tidak terbelenggu, tapi sekujur
badan terasa lemas lunglai.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Waktu ia mengerling, dilihatnya Sim Long, Hoa Lui-sian juga
rebah di sampingnya, badan mereka pun tidak mampu
bergerak, kaget Cu Jit-jit, teriaknya, "Sim Long, ken ... kenapa
kau pun begini." Dia tidak perhatikan nasibnya sendiri, tapi melihat Sim Long
juga tak berdaya, sungguh rasa sedihnya seperti disayat-
sayat. Sim Long hanya tersenyum, menggeleng tanpa bersuara,
kelihatan tenang dan wajar.
Hoa Lui-sian sebaliknya mengunjuk rasa puas, katanya
perlahan, "Asap bius itu juga buatan khusus Hoa Kin-sian, aku
sendiri pun belum pernah tahu, tapi namanya Sin-sian-it-jit-cui
(malaikat dewata mabuk sehari), biarpun dewa bila mencium
asap itu juga akan mabuk sehari semalam lamanya, sesudah
sadar juga kaki dan tangan akan lemas lunglai, sekarang bila
kalian mau berjanji tidak akan membocorkan rahasia di sini
kepada orang lain, nanti bila bertemu dengan Hoa Kin-sian
akan kubantu bicara bagi kalian supaya jiwa kalian diampuni."
Dengan sekuat tenaga Jit-jit berteriak, "Kentut, kau nenek
peyot yang tidak tahu budi, sungguh berengsek kau, pantas
setiap insan persilatan ingin mengganyang kau."
"Budak liar yang galak," damprat Hoa Lui-sian, "dalam
keadaan sekarang kau masih berani memaki orang ...."
Mendadak dilihatnya daun pintu batu tebal itu terbuka sedikit,
selarik sinar lampu menyeret masuk dari luar. Hoa Lui-sian
lantas berteriak, "Nah, itu dia, Toakoku sudah datang. Coba
tunjukkan lagi kebinalanmu!"
Sorot lampu bergerak langsung menyinari muka Sim Long,
Hoa Lui-sian, dan Cu Jit-jit, sinar yang menyilaukan mata
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
entah dipancarkan dari lampu apa, cahayanya benderang dan
keras, sekian lama Sim Long bertiga tidak mampu membuka
mata karena silau sehingga tak tahu apa yang terjadi di depan
mata. Tapi terasa sebuah bayangan kelabu telah menyelinap masuk
terus berduduk di belakang lampu, lalu katanya perlahan,
"Dari jauh kalian datang kemari, Cayhe tidak menyambut
semestinya, harap dimaafkan."
Bicaranya sungkan, tapi nadanya kaku dingin, seperti bukan
diucapkan dari mulut manusia.
Hoa Lui-sian memicingkan mata, lapat-lapat dapat dilihatnya
bayangan orang di belakang lampu, tadinya dia kira yang
datang adalah Toakonya, baru saja ia bergirang, namun demi
mendengar suara orang, seketika berubah pula air mukanya,
tanyanya gemetar, "Siapa kau" Apakah kau murid Toakoku
Hoa Kin-sian" Ayo lekas berikan obat penawarnya kepadaku?"
Si baju kelabu seperti tidak mendengar perkataannya,
jengeknya pula, "Kalian menempuh perjalanan jauh, setiba di
sini selayaknya istirahat dengan tenang. Bila kalian
memerlukan apa-apa silakan katakan saja, akan kusuruh
orang mengantar kemari."
Merah padam muka Cu Jit-jit, ia tak tahan lagi dan menjerit,
"Siapa kau sebetulnya" Apa tujuanmu menipu kami kemari"
Kau sebetulnya apa keinginanmu?"
Suara orang itu berkumandang dari belakang lampu,
"Kabarnya putri kesayangan juragan Cu di Kanglam tanpa
menghiraukan harga diri sudi berkunjung di tempat ini,
tentulah kau nona yang dimaksud itu. Selamat bertemu nona!"
"Kalau benar kau mau apa?" jengek Jit-jit gusar.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Banyak Enghiong ternama dalam Bu-lim yang berhasil
kuundang kemari, apa maksud tujuanku, sebetulnya akan
kujelaskan setelah kalian cukup beristirahat, tapi nona Cu
keburu bertanya, aku jadi rikuh kalau tidak menjelaskan.
Apalagi hari-hari mendatang tidak sedikit tenaga nona Cu
perlu kuminta bantuannya ...."
"Lekas katakan, jangan mengoceh meluku," teriak Jit-jit tidak
sabar. Kalau sekarang dia mampu bergerak, tak peduli siapa orang
ini, tentu akan dilabraknya mati-matian. Tapi orang berbaju
kelabu itu tetap tenang saja, katanya dingin, "Tiada maksud
jahatku mengundang kalian kemari, jika kalian ingin pulang
sembarang waktu boleh berangkat, tidak akan kuhalangi,


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malah akan kusiapkan pesta untuk menjamu kalian."
Jit-jit bingung, pikirnya, "Aneh juga ...."
Si baju kelabu melanjutkan pula, "Tapi sebelum kalian pulang,
aku mohon kalian sudi menulis sepucuk surat pendek."
"Surat pendek apa?" tanya Jit-jit.
"Surat selamat yang ditujukan kepada keluarga kalian masing-
masing, katakan bahwa kalian sekarang dalam keadaan segar
bugar dan selamat. Untuk menjaga keselamatan kalian
tentunya harus ada sekadar imbalan, oleh karena itu bila
kalian tahu berterima kasih, maka dalam surat kepada
keluarga itu tolong dimintakan kepada ayah bunda, kakak atau
adik di rumah untuk mengantar biaya yang diperlukan sebagai
imbalanku untuk menjaga keselamatan kalian."
Gemetar suara Jit-jit, katanya, "Jadi kau ... kau memeras?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang itu tertawa aneh, seperti suara raung serigala. Tapi
sikapnya tetap tenang, "Bagi seorang ahli, orang seperti nona
sudah tentu tidak boleh dipandang sebagai barang yang tak
berharga. Aku adalah pengumpul emas perak, tidak pantas
nona menggunakan istilah 'pemeras' kepadaku."
"Pengumpul emas perak" Kentut busuk," damprat Cu Jit-jit.
Ternyata si baju kelabu juga tidak marah, suaranya tetap
kalem, "Telah kuatur tipu daya dan memeras keringat baru
berhasil memancing kalian kemari, lalu menaruh kalian di
tempat aman di sini. Kuyakin tuntutanku untuk penggantian
jerih payahku dengan harta yang tak berarti itu, sudah
merendahkan derajatku, kalau kalian masih juga kikir apakah
hatiku tidak akan sedih?"
Tiba-tiba Sim Long tersenyum, katanya, "Ucapanmu memang
benar, entah berapa yang kau tuntut?"
"Setiap benda ada harganya, bergantung baik buruk barang-
itu dan penilaian orang tepat atau tidak. Harga badan kalian
jelas tak dapat dinilai dengan harga biasa. Dibandingkan Pui
Jian-li, Can Ing-siong dan lain-lain, jelas harga kalian berlipat
ganda, jika aku menaikkan tarif bagi mereka, berarti aku
meninggikan harga mereka malah, betapa pun hal ini takkan
kulakukan." Jelas dia hendak mengeduk uang orang, tapi cara bicaranya
justru memutar balik kenyataan sehingga orang akan mengira
dia telah memberi kelonggaran kepada tawanannya malah. Jit-
jit merasa keki dan geli, tanyanya, "Berapa sih yang kau
inginkan?" Orang itu berkata, "Kepada Can Ing-siong aku hanya
menuntut lima belas laksa tahil, tapi terhadap nona, seratus
lima puluh laksa tahil ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hah, seratus lima puluh laksa tahil?" pekik Jit-jit kaget.
"Betul, nona secantik ini, pintar lagi, tentu nona tidak sudi bila
kunilai dirimu terlalu rendah, betul tidak?"
Cu Jit-jit melenggong sekian saat, akhirnya dengan mendelik
dia berkata, "Betul kentut! Kau ... kau gila, binatang keji ...."
Kini perhatian orang berbaju kelabu tertuju kepada Sim Long,
ocehan Cu Jit-jit dianggap tidak mendengar, katanya,
"Tentang Kongcu yang gagah perkasa ini, cakap dan ganteng,
cerdik pandai lagi, kalau kunilai seratus lima puluh laksa tahil
perak kurasa juga tidak terlalu rendah ...."
Sim Long tertawa, katanya, "Banyak terima kasih, tak
kusangka Anda sudi menilaiku setinggi itu, sungguh aku
merasa gembira dan bangga, nilai seratus lima puluh laksa
tahil perak kurasa belum apa-apa."
Melengking tawa orang berbaju kelabu, katanya, "Kongcu
ternyata orang bijaksana dan bisa menyelami perasaan orang,
tentang Hoa ...." "Hoa apa?" bentak Hoa Lui-sian, "memangnya kau juga mau
menuntut uangku?" Orang itu berkata, "Bentukmu seperti labu, kecil buntak dan
jelek, tapi jelek-jelek juga malah ada harganya ...."
"Kentut, binatang, kau ... kau ...." saking marah suara Hoa
Lui-sian sampai gemetar. Tapi si baja kelabu tetap kalem, "Kau terlalu merendahkan diri
sendiri, tapi aku justru tidak memandang rendah kau, paling
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sedikit aku akan menuntut dua atau tiga puluh laksa tahil
kepadamu sebagai tanda penghormatanku."
Walau hati merasa gusar, demi mendengar omongan orang
ini, geli dan keki juga Cu Jit-jit, sementara otot hijau di jidat
Hoa Lui-sian tampak merongkol, bentaknya, "Binatang, bila
sebentar Toakoku tiba, rasakan nanti betapa nikmatnya bila
kubetot ototmu, mengiris kulitmu serta mencacah tubuhmu."
"Toakomu" Siapa itu Toakomu?" tanya orang itu.
"Hoa Kin-sian!" sahut Hoa Lui-sian dengan suara keras. "Masa
kau tidak tahu" Atau pura-pura bodoh?"
"Hoa Kin-sian?" orang itu mengulangnya dengan tawar. "Ya,
orang ini memang memiliki sedikit kepandaian, sayang sekali
jiwanya sudah tamat sejak peristiwa di Heng-san dulu, aku
takut terhadap apa pun, terhadap setan aku tidak pernah
takut." Hoa Lui-sian tambah gusar, serunya, "Hoa Kin-sian, Toakoku
itu adalah pemilik kuburan kuno ini, berani kau ...."
"Yang berkuasa dan mengatur segala muslihat di kuburan ini
adalah diriku," tukas orang itu. Meski suaranya tenang dan
perlahan, tapi betapa keras suara bicara orang lain pasti
lenyap tenggelam oleh suaranya yang perlahan itu.
Gemetar badan Hoa Lui-sian, makinya, "Kentut, kau binatang
ini mengira dapat menipuku, jika Hoa Kin-sian sudah mati,
permata palsu, Sin-sian-it-jit-cui dan lain-lain itu dari mana
munculnya." "Semua itu adalah buah karyaku, hasil kerajinan kedua
tanganku sendiri," tandas dan tegas jawaban orang itu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berubah air muka Hoa Lui-sian, katanya serak, "Kau dusta,
kau bohong ... kecuali Toakoku, tiada orang lain di dunia ini
yang tahu resep racun itu ... Hoa Kin-sian, Toako di mana
kau"! ...." Mendadak ada angin keras menyambar Hiat-to bisu di
lehernya, kontan suaranya terputus dan tak mampu bicara
lagi. Tutukan Hiat-to jarak jauh si baju kelabu ternyata sangat
lihai, tepat dan keji, jelas bukan sembarang jago silat dunia
Kangouw. Si baju kelabu berkata pula, "Bukan aku sengaja kurang ajar,
soalnya Hoa-hujin ini terlalu sok, terpaksa kubantu dia supaya
istirahat saja." Cu Jit-jit menjengek, "Baik juga hatimu."
"Aku bertanggung jawab sebagai pelindung keselamatan
kalian, maka tindak tanduk kalian harus selalu kuperhatikan."
Saking gemas Cu Jit-jit hampir gila rasanya, tiba-tiba dia
tertawa keras malah. Sejak tadi Sim Long memejamkan mata seperti sedang
menghimpun tenaga, sekarang baru dia buka suara, "Tuan
ternyata anak buah Giok-koan Koay-lok-ong, dilihat dari
kungfu dan sepak terjang perbuatanmu ini, kuyakin kau pasti
salah satu duta kepercayaannya, yaitu Duta Harta dari
keempat Duta Arak, Duta Warna, Duta Harta dan Duta Hawa."
Ucapan Sim Long yang tidak terduga ini entah bagaimana
reaksi si baju kelabu, tapi Cu Jit-jit jadi kaget setengah mati,
teriaknya, "Dari mana kau tahu?"
Sim Long tertawa, katanya, "Resep rahasia milik Hoa Kin-sian
jelas tidak mungkin dimiliki orang lain di dunia ini, tapi tuan ini
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
telah membuktikan kemampuannya, jelas hanya ada satu
dalih saja." "Tapi setengah dalih saja aku tidak mengerti," ujar Jit-jit.
"Urusan cukup gamblang, sebelum ajal Hoa Kin-sian, tentunya
dia menitipkan resepnya kepada Giok-koan Siansing, kalau
tuan ini mengaku ahli mengumpulkan harta, maka jelas dia
salah satu dari Duta Harta Giok-koan Koay-lok-ong."
Cu Jit-jit melongo hingga tak mampu bicara lagi.
Dengan kalem Sim Long berkata pula, "Selain itu, Hoa Kin-sian
memang sudah tahu akan rahasia kuburan ini, maka dia juga
meninggalkan rahasia kuburan ini beserta rahasianya resep
itu. Sekarang Giok-koan Siansing mengutus Duta Hartanya ini
ke sini untuk mengeduk harta karun. Siapa tahu berita tentang
harta karun dalam kuburan hanyalah muslihat belaka, padahal
kuburan kuno ini kosong melompong. Dasar cerdik, Duta
Harta ini lantas mengatur tipu daya, yaitu sasaran dia alihkan
kepada kaum persilatan umumnya, kuburan kuno ini dia
gunakan untuk merancang muslihat dan menjebak orang yang
datang ke sini." "Tapi ... jika benar dia sengaja memancing orang kemari,
kenapa pula dia membuat adegan yang mengerikan dan
menakuti orang agar tidak berani masuk ke sini?" tanya Jit-jit.
Sim Long tersenyum, katanya, "Manusia memang aneh, makin
dilarang makin besar hasratnya. Justru karena Duta Harta
yang pintar ini dapat memanfaatkan kelemahan manusia ini,
semakin mengerikan semakin misterius tempat ini makin
banyak pula gembong-gembong persilatan yang akan datang
kemari. Bila tempat ini tidak menakutkan, yang datang tentu
juga cuma kaum keroco. Dari orang-orang rendahan itu dia
tidak akan mengeduk keuntungan, lalu cara bagaimana Duta
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Harta ini akan memberikan pertanggungjawaban kepada
majikannya?" Jit-jit manggut-manggut dan menghela napas, "Betul, betul ....
Ai, kenapa kau selalu dapat memecahkan persoalan,
sebaliknya aku justru tidak tahu?"
Lama si baju kelabu terdiam, akhirnya dia bersuara perlahan,
"Apakah namamu Sim Long" Eh ya ... Sim-heng kau memang
seorang cerdik, kepintaranmu sungguh jauh di luar
dugaanku." Sim Long tertawa, katanya, "Jadi uraianku tadi tidak meleset
bukan?" "Orang kuno bilang diberi tahu satu dipahami tiga, tapi Sim-
heng diberi tahu satu lantas tahu tujuh, kau hanya mendengar
beberapa patah kata Hoa Lui-sian lantas dapat membongkar
seluruh rahasia serta menganalisisnya satu per satu. Kecuali
nama julukanku Duta Harta Kim Bu-bong dan muridku A To
yang belum Sim-heng tebak, semua urusan kira-kira sudah
kau sebut dengan tepat, seperti kau sendiri yang merancang
urusan ini." Ternyata di belakangnya masih berdiri seorang anak kecil.
"Kim-heng ternyata juga suka berterus terang," ujar Sim Long.
Duta Harta Kim Bu-bong berkata, "Di hadapan orang sepintar
Sim-heng, mana kuberani membual, tapi apakah Sim-heng
tidak pernah mendengar orang bilang, orang pintar sering
mengalami nasib jelek, seorang genius sering pendek usia."
Sim Long tersenyum, katanya, "Tapi aku tidak merasa
khawatir apa pun, bila Kim-heng sudah memberi tarif, kukira
jiwaku tidak perlu dikhawatirkan lagi."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi aku pun tidak suka ada manusia pintar yang berani
memusuhiku, terutama lawan seperti Sim-heng," demikian
jengek Kim Bu-bong. Gemetar suara Cu Jit-jit, katanya, "Kau ... apa yang akan kau
lakukan terhadapnya?"
Kim Bu-bong menyeringai hingga kelihatan giginya seperti
taring binatang buas, katanya, "Umpama tidak kurenggut
jiwanya, sedikitnya juga akan kupotong sebelah kaki atau
tangannya, bila musuh setangguh Sim-heng kurang satu lagi
di dunia ini, dapatlah aku makan dan tidur dengan tenteram."
Kalau Cu Jit-jit ketakutan, sebaliknya Sim Long masih tetap
tersenyum, katanya, "Masa Kim-heng setega ini?"
"Memangnya Sim-heng kira aku ini orang yang suka menaruh
belas kasihan terhadap orang lain?"
"Tapi biarpun Kim-heng hendak mengambil seujung rambut
orang she Sim mungkin juga tidak mudah."
Kim Bu-bong tertawa dingin, "Baik, aku akan mencobanya."
Perlahan dia berdiri dan maju selangkah.
Mendadak Sim Long tergelak sambil menengadah, katanya,
"Kukira Kim-heng seorang cerdik pandai, kenyataannya Kim-
heng bukanlah orang pintar yang kuduga."
Tiba-tiba sirna gelak tertawanya, matanya menatap Kim Bu-
bong dengan tajam, lalu sambungnya, "Kim-heng kira aku
telah terbius oleh Sin-sian-it-jit-cui?"
Kim Bu-bong tersentak kaget dan menarik kakinya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long berkata pula, "Begitu asap tebal menyembur masuk,
segera aku menahan napas, meski Sin-sian-it-jit-cui amat
keras daya kerjanya, namun sedikit pun aku tidak menyerap."
Sesaat Kim Bu-bong berdiri diam, ia menyeringai pula,
katanya, "Dalam hal ini Sim-heng mungkin bisa menipu orang
lain, tapi jangan harap bisa menipu diriku. Kalau Sim-heng
tidak terpengaruh oleh asap bius itu, kenapa kau rela menjadi
tawanan Kim Bu-bong?"
"Ah, masa soal sepele ini Kim-heng juga tidak paham?" ujar
Sim Long, senyum pada wajahnya makin cerah. "Coba pikir,
kuburan ini penuh lorong yang menyesatkan, tiga hari juga
belum tentu dapat menemukan rahasianya. Dengan pura-pura
terbius, aku dapat istirahat di kamar ini, adakah cara lain yang
lebih enak daripada cara ini?"
Berubah air muka Kim Bu-bong, katanya sambil menyeringai,
"Sim-heng ternyata juga pandai putar lidah, tapi ...."
"Tapi apa, Kim-heng?" tukas Sim Long, mendadak dia
berbangkit. Wajah Kim Bu-bong yang semula pucat kini kelihatan lebih
mengerikan lagi, tenggorokannya berbunyi, tanpa terasa kaki
pun menyurut mundur. Mencorong sinar mata Sim Long menatap wajah orang,
katanya kelam, "Hari ini dapat perang tanding dengan Kim-
heng, sungguh merupakan peristiwa besar yang
menggembirakan, siapa yang bakal mampus di sini, tentu
tidak usah dikubur lagi."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong diam saja, sorot matanya dingin mantap Sim
Long, keduanya beradu pandang, tiada yang berkedip, sorot
mata Sim Long begitu dingin, tenang dan mantap.
Cu Jit-jit juga mengunjuk rasa senang, katanya, "Sim Long,
boleh kau beri tiga jurus padanya, kalau tidak mana dia berani
melawan kau?" Sim Long tersenyum, katanya, "Kalau hanya tiga jurus kan
sama seperti tidak memberi?"


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika begitu boleh kau beri tujuh jurus."
"Begini baru pantas, baiklah aku mengalah tujuh jurus, silakan
Kim-heng!" kata Sim Long.
Wajah Kim Bu-bong sebentar hijau sebentar putih, agaknya
sekuatnya dia mengendalikan emosi menghadapi cemooh Sim
Long dan Cu Jit-jit. "Lho, bagaimana, dia mengalah tujuh jurus, kenapa kau malah
tidak berani?" Mendadak Kim Bu-bong melompat mundur, "blang", pintu
kamar tertutup rapat, cepat sekali Kim Bu-bong lenyap di balik
pintu. Jit-jit menghela napas, katanya dengan geregetan, "Wah, dia
melarikan diri." Sim Long tersenyum, katanya, "Lebih baik dia melarikan diri
...." mendadak dia terkulai lemas.
Jit-jit terkesiap, pekiknya, "He, ken ... kenapa kau?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tertawa getir, katanya, "Betapa lihai Sin-sian-it-jit-
cui, mana bisa aku tidak terbius, tadi aku mengerahkan sisa
tenagaku yang masih ada dan berdiri sekuatnya sehingga
berhasil menggertaknya lari."
Sekian lama Jit-jit melenggong, katanya dengan gemetar,
"Untung tadi dia tidak terpancing, kalau ... kalau ...."
Sim Long menghela napas, "Tapi aku tahu, manusia seperti
Kim Bu-bong bagaimanapun tidak mudah terpancing ...."
Belum habis dia bicara, mendadak berkumandang gelak
tertawa orang, perlahan pintu batu terbentang, Kim Bu-bong
muncul kembali. Pucat muka Cu Jit-jit, didengarnya Kim Bu-bong berkata, "Sim-
heng memang pandai, tapi sepintar tupai melompat akhirnya
terjatuh juga. Mungkin Sim-heng tidak mengira bahwa kamar
batu ini dibuat sedemikian rupa hingga segala gerak-gerikmu
dapat kuikuti dari luar," mendadak dia menghardik beringas,
"Urusan sudah begini, apa pula yang ingin kau katakan?"
Sim Long menghela napas panjang, ia memejamkan mata dan
tidak bersuara. Selangkah demi selangkah Kim Bu-bong menghampiri,
katanya dengan menyeringai, "Bermusuhan dengan orang
seperti Sim-heng sungguh hati selalu kebat-kebit saja,
terpaksa kupotong dulu sebelah lengan Sim-heng baru hatiku
bisa tenteram." Segera dia mendekati Sim Long, dia angkat tangannya ....
Jit-jit menjerit khawatir sekerasnya. Tak terduga belum lenyap
suaranya, keajaiban mendadak timbul, pada saat Kim Bu-bong
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
angkat tangan itulah, mendadak tangan Sim Long meraih ke
atas dan tepat mencengkeram urat nadi Kim Bu-bong.
Perubahan ini sungguh di luar dugaan siapa pun, dalam
sekejap ini perasaan Cu Jit-jit berubah beberapa kali, kejut,
khawatir, takut, dan senang, sekarang dia terbeliak dan
melongo. Perlahan Sim Long berdiri, tangan kanannya tetap memegang
urat nadi pergelangan tangan Kim Bu-bong, tangan kiri
mengebut baju dan membersihkan debu, katanya dengan
tersenyum, "Kim-heng tidak menduga akan kejadian ini
bukan?" Butir keringat tampak menghias jidat Kim Bu-bong.
Baru sekarang Jit-jit dapat menenangkan hatinya, serunya
dengan tertawa, "He, sebetulnya apa ... apa yang terjadi?"
"Sebetulnya aku tidak pernah terbius," tutur Sim Long dengan
tertawa, "sekarang tentu Kim-heng sudah tahu akan hal ini."
"Kalau tidak terbius, kenapa tadi ...." Jit-jit merasa bingung.
"Kalau tadi aku bergebrak dengan Kim-heng, terus terang aku
tidak yakin dapat menang, umpama dapat mengalahkan Kim-
heng juga belum tentu dapat membekukmu. Tapi setelah
sekadar main sandiwara tadi, Kim-heng pasti tidak menaruh
curiga kepadaku, secara tidak terduga aku lantas
menyergapmu, maka Kim-heng tak bila lolos lagi."
"Setan mampus," omel Jit-jit kegirangan, "kau ... kau selain
menipu dia, aku pun kaget setengah mati tadi, nanti akan
kubikin perhitungan denganmu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong melenggong lalu menengadah dan menarik
napas, katanya, "Bahwa hari ini Kim Bu-bong terjungkal di
tangan lawan setangguh Sim-heng, kurasa juga bukan hal
yang memalukan. Apa kehendakmu sekarang, lekas katakan."
Sim Long tertawa, "Kalau begitu, tolong Kim-heng bawa kami
keluar dari kamar ini, demikian pula kawan-kawan Kangouw
lainnya yang kau tipu ke sini, hendaknya dibebaskan semua,
untuk kerelaan mana lebih dulu kuucapkan terima kasih."
Kim Bu-bong menarik napas panjang, katanya, "Baiklah, ikut
padaku!" Sim Long menggendong Jit-jit, tangan lain memegang Kim Bu-
bong, setelah keluar dari kamar batu dan berbelok beberapa
kali, tiba di depan kamar batu yang lain, sekujur badan Jit-jit
masih lemas, tapi kedua tangannya merangkul leher Sim Long
dengan erat, dia berteriak, "Siapa yang terkurung di dalam
kamar ini?" Tampak aneh sinar mata Kim Bu-bong, katanya, "Sin-gan-eng
Pui Jian-li, Pok-thian-tiau Li Thing, Joan-hun-yan Ih Ji-hong
dan Congpiauthau Wi-bu-piaukiok Can Ing-siong berempat."
Jit-jit melengak, katanya, "Masa hanya empat orang saja ...."
"Betul, apa mereka harus dibebaskan?" tanya Kim Bu-bong.
"Tunggu dulu," mendadak Jit-jit berteriak, "jangan
dilepaskan." Sim Long berkerut kening, katanya, "Kenapa tidak dilepaskan
saja?" Jit-jit menghela napas, katanya, "Keempat orang ini semua
musuhku, begitu mereka keluar bukan saja tidak akan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
berterima kasih kepada kalian, malah mungkin akan mengadu
jiwa denganku, mana boleh mereka dilepaskan?"
Dingin sorot mata Kim Bu-bong, katanya kepada Sim Long,
"Dilepaskan atau tidak terserah Sim-heng ...."
Jit-jit berteriak gusar, "Memangnya aku tidak boleh
memutuskannya" Sekarang tubuhku lemas lunglai, jika
mereka dilepaskan, bukankah mereka akan merenggut jiwaku
... bila mereka main mengeroyok, Sim Long juga belum tentu
mampu menghadapi mereka."
Kim Bu-bong tetap menatap Sim Long, katanya mendesak,
"Dilepaskan tidak?"
Sim Long menarik napas, katanya, "Lepaskan ... atau tidak ....
Wah, membuatku serbasusah ... apakah mereka berempat
tidak terbius oleh Sin-sian-it-jit-cui?"
Kim Bu-bong menjawab, "Meski bukan obat mujarab, tapi
kalau hanya Pui Jian-li dan Can Ing-siong saja rasanya belum
setimpal bagiku untuk menggunakan obat bius itu."
"Cara bagaimana membuka pintu ini?" tanya Sim Long.
"Pintu ini dikendalikan dengan alat rahasia, tombolnya berada
di benjolan batu ini, putar ke kiri tiga kali lalu ke kanan dan
didorong ke atas, pintu akan terbuka sendiri."
Sim Long mengangguk, tanpa bicara dia melangkah ke depan.
Jit-jit merasa senang, kontan dia persen dua kali cium di
belakang kuping Sim Long, katanya dengan tertawa, "Kau
sangat baik ...." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sebaliknya Bu-bong lantas mendengus, "Kukira Sim-siangkong
seorang yang arif bijaksana, seorang Enghiong yang suka
menolong kesengsaraan orang lain, siapa tahu ... hehe ...
hahahehe." Dia menengadah dan tertawa ejek.
A To, muridnya yang masih kecil ternyata berpikir tidak kecil,
sekilas bola matanya berputar, mendadak dia menanggapi
ucapan gurunya, "Pepatah mengatakan, Enghiong (kesatria)
besar pun bertekuk lutut di bawah kaki si cantik, si ayu, teman
sendiri pun akan dikesampingkan, Sim-siangkong memang
tidak boleh disalahkan."
Sim Long anggap tidak mendengar, tapi Cu Jit-jit lantas
mencaci maki. Sim Long tetap menyeret Kim Bu-bong ke
depan sana, setelah membelok mendadak ia berhenti di
tempat gelap, katanya dengan suara tertahan, "Dari mana
Kim-heng tahu rahasia kuburan ini?"
"Siapa ayahku almarhum, apa kau tahu?" tanya Kim Bu-bong
malah. Tentu saja Sim Long tidak tahu.
Kim Bu-bong lantas menambahkan, "Ayahku almarhum
berjuluk Kim-so-ong (raja kunci emas)."
Sim Long tertawa, katanya, "Betul kalau begitu. Menurut
berita dunia Kangouw, bahwa kepandaian membuat peralatan
rahasia Kim-so-ong tiada bandingannya di dunia, Kim-heng
adalah keturunannya, pantas alat rahasia kuburan ini tidak
menyulitkan dirimu, memang tepat Koay-lok-ong mengutusmu
kemari." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Merandek sejenak, lalu ia berkata pula, "Kim-heng bilang tiada
orang lain lagi yang mondar-mandir dalam kuburan ini,
kuyakin ucapanmu pasti tidak salah."
Jilid 6 "Salah atau tidak dapat kau nilai sendiri," jengek Kim Bu-bong.
"Bagus," ucap Sim Long, mendadak ujung jarinya bergetar,
sekaligus dia tutuk tiga Hiat-to tidur Kim Bu-bong, cepat sekali
tangannya membalik menutuk tiga Hiat-to di tubuh A To pula.
Gerakannya cepat dan ketepatan tutukannya sungguh
menakjubkan, kontan Kim Bu-bong dan A To jatuh terkulai
bersama. Jit-jit heran, katanya, "Apa yang kau lakukan?"
Sim Long menurunkan nona itu, katanya lembut, "Kau tunggu
saja di sini, dalam kuburan ini tiada musuh lain, tidak perlu
kau khawatir." Terbelalak mata Cu Jit-jit, katanya, "Kau ... kau mau lepaskan
...." "Betul, akan kubebaskan dulu mereka berempat dan suruh
mereka segera keluar. Kurasa tidak memakan waktu banyak,
sebentar juga aku kembali."
Semula Jit-jit kelihatan takut, tapi akhirnya dia menghela
napas, katanya, "Aku tahu akan kau bebaskan mereka, seperti
dicocoki jarum, sedetik saja hatimu tak bisa tenteram bila
mereka tidak dilepaskan."
Sim Long tertawa dan melangkah ke sana, katanya, "Aku akan
segera kembali." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tunggu sebentar," seru Cu Jit-jit.
"Ada apa lagi?"
"Kau ... kau ...." sorot mata Jit-jit menampilkan rasa takut dan
minta belas kasihan, suaranya gemetar, "Entah kenapa, aku ...
aku takut, seperti ... seperti ada setan mengintip di tempat
gelap dan akan ... akan mencelakai aku."
Sim Long tersenyum, katanya lembut, "Anak bodoh, Kim Bu-
bong dan A To sudah kututuk Hiat-tonya, apa lagi yang kau
takutkan .... Sudahlah, jangan manja, tunggu saja, segera
kukembali." Setelah mengulapkan tangan bergegas dia pergi.
Jit-jit mengawasi bayangan punggungnya lenyap ditelan
kegelapan, entah kenapa, tiba-tiba timbul rasa takutnya,
tanpa terasa dia duduk menggigil.
***** Tombol pada pintu batu itu setelah diputar ke kiri tiga kali, ke
kanan satu kali terus didorong ke atas oleh Sim Long, betul
juga pintu lantas terbuka, di dalam terdapat sebuah lentera
yang masih menyala tapi minyaknya sudah hampir habis, lidah
api dan asap tipis bergoyang lembut seperti tarian hantu di
udara. Keadaan sepi, kamar kosong, mana ada bayangan Pui Jian-li
dan lain-lain. Sim Long melongo kaget, dengan cermat dia perhatikan
sekelilingnya, debu di lantai memang ada bekas tapak kaki,
jelas tadi ada orang berjalan dan duduk di sini, tapi sekarang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
entah ke mana" Mungkinkah mereka meloloskan diri" Atau
ditolong orang" Lalu siapa yang menolong mereka" Sekarang
berada di mana" Semua ini berkelebat dalam benak Sim Long, hatinya terasa
dingin, cepat dia lari ke arah datangnya tadi, dalam hati ia
berteriak, "Cu Jit-jit, semoga kau tidak kurang suatu apa pun
...." tiba di belokan, dia berhenti, darah juga seperti membeku
seketika, Cu Jit-jit yang duduk membelakangi dinding tadi,
demikian pula Kim Bu-bong dan A To, ternyata telah lenyap,
semua hilang dalam sekejap ini.
Lama Sim Long melenggong di tempatnya, keringat dingin
memenuhi jidatnya, mendadak ada suara serak
berkumandang di belakangnya, "Lama tak bertemu, Sim-
siangkong." Begitu mendengar suara itu, seketika timbul rasa muak dan
bencinya, sedapatnya Sim Long tahan perasaannya, katanya
kemudian dengan tertawa, "Dua hari tidak bertemu, kenapa
Kim-heng sudah merasa lama, apa betul Kim-heng begitu
rindu kepadaku?" Suara serak itu berkata dengan tertawa, "Aku memang rindu,
kenapa Sim-siangkong tidak membalik badan, supaya dapat
kulihat selama dua hari ini, apakah engkau lebih kurus atau
tambah gemuk." "Terima kasih akan perhatianmu ...." mendadak Sim Long
putar tubuh, gerakannya cepat tahu-tahu sudah menubruk ke
arah suara itu, sekilas tampak bayangan hitam berkelebat,
segera ia mencengkeram ke sana, dengan tepat bayangan itu
tertangkap olehnya. Segera terdengar gelak tertawa dari tempat gelap, kejap lain
menyala sebatang obor, tertampak Kian-gi-yong-wi Kim Put-
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
hoan berdiri bersandar dinding dengan santai, tangan kiri
memegang obor yang baru saja disulut, tangan kanan
memegang tongkat pendek, pada ujung tongkat tergantung
sehelai mantel kulit, dan yang terpegang oleh tangan Sim
Long adalah mantel kulit itu.
Tampak bangga dan senang Kim Put-hoan, katanya dengan
tertawa lebar, "Mantel kulit ini pemberian Siangkong kepadaku
tempo hari, apakah sekarang hendak kau minta kembali ...."
Tadi Sim Long mengira aksinya berhasil, baru sekarang dia
menyadari Kim Put-hoan adalah manusia licik dan licin,
agaknya dia memang sudah mengatur rencananya dengan


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik, segera Sim Long berkata dengan tertawa, "Semula
kukira Kim-heng, maka kutubruk kemari untuk bermesraan
sekejap, tak kira hanyalah mantel kulit saja."
Lalu dia mengelus mantel kulit kesayangannya dulu, katanya
pula dengan tertawa, "Syukur tidak rusak bulu kulitmu, silakan
Kim-heng ambil kembali, selanjutnya jangan sampai direbut
orang lain." "Sim-siangkong memang pandai bicara," kata Kim Put-hoan
dengan tertawa, "mana ada bulu pada kulitku, kulit rase ini
justru berasal dari badanmu malah."
Lalu dia sampirkan mantel itu di atas badan sendiri dan
menambahkan, "Namun kulit rase Sim-siangkong ini memang
bisa menghangatkan badan."
Sim Long mengumpat dalam hati, "Keparat ini tidak mau kalah
adu mulut." Ia tetap tertawa, katanya, "Pepatah bilang, pedang pusaka
dihadiahkan kepada pendekar, pupur wangi diberikan kepada
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
perempuan jelita. Dan kulit rase ini memang setimpal
diberikan kepada Kim-heng."
Gayung bersambut, kata berjawab, kedua saling sindir secara
tajam dengan sikap ramah dan tertawa. Namun Sim Long
tidak menyinggung hilangnya Cu Jit-jit, Kim Put-hoan menjadi
kelabakan sendiri, akhirnya dia tidak tahan, katanya, "Nona Cu
mendadak lenyap, apakah Sim-siangkong tidak merasa
heran?" Sim Long tersenyum, katanya, "Bila nona Cu sudah dijaga oleh
Ji Yok-gi, Ji-siauhiap, kenapa aku harus gelisah ...."
Kim Put-hoan tergelak, "Sim-siangkong memang cerdik,
ternyata sudah kau duga Ji-lote juga ikut datang. Ji-lote
memang pemuda romantis, dia suka kepada nona Cu, maka
keselamatannya tak perlu dikhawatirkan, sekarang keduanya
sedang ...." perkataannya diputus oleh gelak tertawanya,
diam-diam ia memerhatikan reaksi Sim Long apakah berhasil
memancing kemarahannya. Ternyata Sim Long tetap tersenyum saja, katanya, "Entah
bagaimana Kim-heng juga datang kemari, bagaimana dia
kenal segala peralatan rahasia dalam kuburan ini" Sungguh
aku amat heran." Biji mati Kim Put-hoan berputar, katanya dengan tertawa,
"Sim-siangkong boleh ikut padaku ...."
Segera ia berjalan di depan dan Sim Long mengikut di
belakangnya, cahaya obor menyinari mantel kulit di tubuh Kim
Put-hoan. Sim Long menghela napas, batinnya, "Keparat ini memakai
mantelku, uang dalam kantongnya juga milikku, tapi masih
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
berusaha mencelakai aku dengan berbagai akal keji, sungguh
jarang ada orang seperti ini."
Akhirnya mereka masuk ke sebuah kamar batu, pintu memang
terbuka, cahaya lampu terang benderang di dalam kamar, Cu
Jit-jit, Hoa Lui-sian, Ji Yok-gi, Kim Bu-bong dan A To semua
berada di situ. Hiat-to Kim Bu-bong belum terbuka, Cu Jit-jit sedang mencaci
maki, saking malu Ji Yok-gi menyingkir jauh ke samping sana,
begitu melihat kedatangan Sim Long cepat dia memburu ke
samping Cu Jit-jit, pedang di tangannya lantas mengancam
tenggorokan Cu Jit-jit. Melihat Sim Long, Cu Jit-jit tak berani memaki lagi, wajahnya
tampak memelas, sekian lama dia memonyongkan mulut,
katanya kemudian, "Aku ... kusuruh jangan pergi, sekarang ...
sekarang ...." segera bercucuran air matanya.
Ji Yok-gi berpaling, agaknya tidak tega melihat si nona
menangis. Kim Put-hoan berdiri di tengah antara Cu Jit-jit dengan Sim
Long, katanya sambil menuding sebuah kursi batu di pojok
kamar, "Silakan duduk!"
Dengan tersenyum Sim Long melangkah ke sana dan
berduduk dengan tenang. Kim Put-hoan menepuk pundak Ji Yok-gi, katanya,
"Saudaraku, bila Sim-siangkong bergerak, kau pun boleh
menggerakkan pedangmu, jangan pikir kasihan terhadap
paras ayu, kelak masih banyak waktu bagimu untuk bersuka
ria ...." "Aku tahu bagaimana harus bertindak," ucap Ji Yok-gi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ada beberapa persoalan yang tidak dimengerti oleh Sim-
siangkong, kita perlu memberi penjelasan kepadanya,
maklum, hatinya lagi penasaran .... Sim-siangkong, biar
kumain sandiwara di hadapanmu, perhatikan ya?"
Mendadak dia membuka Hiat-to penidur di tubuh Kim Bu-
bong, lalu menutuk pula bagian pinggangnya.
Sim Long tidak tahu apa yang hendak dilakukan Kim Put-hoan,
dilihatnya Kim Bu-bong batuk sekali lalu melompat bangun,
sorot matanya menyapu pandang sekitarnya.
Lalu ia melototi Sim Long, ketika melihat Kim Put-hoan,
seketika wajahnya memperlihatkan rasa kaget, segera dia
membentak dan hendak menubruk, tapi lantas roboh
terjungkal. Ternyata tutukan Kim Put-hoan tadi menutup Ciang-bun-hiat,
Hiat-to besar bagian pinggang. Ciang-bun-hiat merupakan
penyalur darah ke seluruh badan. Bila Hiat-to ini tertutuk,
badan bagian bawah akan mati rasa dan tidak mampu
bergerak, sakitnya bagai digigiti ribuan semut. Meski Kim Bu-
bong adalah laki-laki tabah, begitu dia bergerak seketika dia
rasakan kesakitan yang luar biasa sehingga air mata pun
meleleh. Sim Long menyaksikan keadaan Kim Bu-bong, dia membatin,
"Kelihatannya kedua orang ini musuh bebuyutan, bahwa Kim
Put-hoan menggunakan cara sekeji ini menyiksa lawannya,
sungguh tindakan jahat."
Dari kejauhan Kim Put-hoan gunakan tongkat pendek untuk
mengangkat tubuh Kim Bu-bong, katanya tertawa, "Toako
bertemu dengan Siaute di sini, apakah kau tidak merasa
heran?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Panggilan 'Toako' sungguh membuat Sim Long kaget,
sungguh tak terpikir olehnya bahwa kedua orang ini ternyata
adalah saudara, pikirnya, "Tindakan Kim Put-hoan menyiksa
musuh sudah cukup keji, dengan cara ini dia siksa
saudaranya, sungguh lebih rendah daripada binatang."
Dengan tertawa Kim Put-hoan berkata, "Toakoku ini mengira
rahasia jebakan dalam kuburan ini tiada orang mampu
memecahkannya kecuali dia sendiri, dia lupa masih punya
seorang saudara seperti diriku yang juga ahli dalam bidang
ini." Kim Bu-bong menggereget, desisnya, "Binatang ... binatang,
kenapa kau belum mampus?"
"Orang sebaik Siaute, mana tega Thian merenggut jiwaku.
Tapi baru berhadapan Toako lantas mengutuk Siaute,
bukankah terlalu?" Kim Bu-bong berkata dengan mendelik, "Ayah menerima kau
sebagai anak pungut, diasuh, dididik dan dibesarkan, memberi
ajaran kungfu lagi, tak nyana hanya karena ingin merebut
warisan ayah sampai hati kau mengatur muslihat
mencelakaiku hingga aku tidak punya tempat berpijak dan
terpaksa lari ke luar perbatasan, di sana aku pun hampir mati
...." suaranya makin serak dan lirih, saking gemas dia
kehabisan tenaga dan tak sanggup melanjutkan perkataannya.
Kim Put-hoan tersenyum, katanya, "Tahukah kau sekarang
aku sudah menjadi pendekar besar yang arif bijaksana,
dijuluki Kian-gi-yong-wi segala, kau sebaliknya hanya antek
Koay-lok-ong yang bangsat itu, demi mengeruk harta, kau
sengaja menyiarkan kabar buruk tentang diriku, memangnya
siapa yang mau percaya pada obrolanmu" Umpama aku
membinasakan kau, orang Kangouw juga pasti memujiku demi
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
menegakkan keadilan tidak pandang bulu, meski saudara
sendiri juga tidak segan dihukum .... Hahaha, waktu itu nama
julukan Kim Put-hoan tentu akan tambah cemerlang."
Makin bicara makin senang, akhirnya ia tertawa latah sambil
mendongak. Kim Bu-bong mencaci maki kalang kabut, ternyata Cu Jit-jit
juga ikut memaki. Tiba-tiba Sim Long berkata, "Pui Jian-li, Can Ing-siong dan
lain-lain apakah telah Kim-heng bebaskan?"
"Betul, bagaimana Sim-heng bisa tahu?" tanya Kim Put-hoan.
Sim Long tersenyum, katanya, "Setelah membebaskan mereka
Kim-heng suruh mereka lekas keluar, bukan saja mereka
berterima kasih kepada pertolongan Kim-heng, mereka pun
akan pandang Kim-heng sebagai kesatria besar zaman ini,
selanjutnya di mana mereka berada pasti akan menyiarkan
kebesaran nama Kim-heng, kelak bila Kim-heng mencari
mereka, mau uang ada uang, mau pelesir boleh sesuka hati,
bukankah caramu ini lebih baik daripada memeras uang
mereka .... Ai sayang sekali saudara Kim yang satu ini justru
bekerja sebagai pembantu Koay-lok-ong, meski ia juga
mengerti akan hal ini, tapi tak mampu berbuat apa-apa,
celakanya dia malah diperalat olehmu."
Kim Put-hoan tertawa, serunya, "Ayah bunda melahirkan aku,
dan Sim-heng saja yang dapat menyelami jiwaku."
Sim Long berkeplok, katanya, "Sungguh hebat peran yang kau
mainkan dalam sandiwara ini, kutahu, tidak boleh menonton
gratis sandiwara ini, apa kehendak Kim-heng, boleh katakan
saja." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Sim-siangkong memang pintar, cuma ...." Kim Put-hoan
tertawa, lalu meneruskan, "agak terlalu pintar sedikit, maka
begitu berhadapan dengan Sim-heng, Cayhe lantas
memperingatkan diriku sendiri, 'Kalau Kim Put-hoan dilahirkan
kenapa lahir pula seorang Sim-siangkong" Bila di kalangan
Kangouw ada tokoh macam Sim-siangkong, apakah Kim Put-
hoan bisa hidup aman dan tenteram"'"
"Banyak terima kasih akan pujianmu."
"Meski Cayhe bukan orang jahat, tapi demi kehidupan
selanjutnya, mau tidak mau timbul pikiran untuk mencelakai
jiwa Sim-siangkong, namun dengan kepandaianku sekarang
jelas tak mampu mencelakai Sim-siangkong."
"Kim-heng memang suka bicara blakblakan, sungguh harus
dipuji," kata Sim Long.
"Dan hari ini, kesempatan baik ternyata berada di tanganku,"
ujar Kim Put-hoan, mendadak dia melejit ke samping Cu Jit-jit,
katanya dengan tersenyum, "Silakan Sim-heng perhatikan,
nona Cu ini dari keluarga kaya raya, cantik dan menggiurkan,
dia kesengsem padamu, sungguh mujur sekali Sim-siangkong,
jika sekarang nona Cu mengalami apa-apa, bukankah patut
disayangkan." Sengaja Sim Long tertawa, katanya, "Nona Cu baik-baik saja
duduk di situ, di bawah perlindungan Ji-siauhiap yang gagah
perkasa, masa bisa terjadi sesuatu, apakah Kim-heng bukan
lagi berkelakar?" "Betul, aku memang cuma bergurau," Kim Put-hoan.
Mendadak dia menjatuhkan diri dan menumbuk badan Cu Jit-
jit, jidat Cu Jit-jit membentur pedang Ji Yok-gi, kulit badannya
yang putih seketika tergores luka dan mengeluarkan darah,
Jit-jit mengertak gigi tanpa bersuara, Ji Yok-gi juga kaget.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Put-hoan malah tertawa, katanya, "Jelas aku tidak lagi
bergurau, tentu sudah kau saksikan" Cuaca sukar diramal,
nasib manusia sulit diduga, bila jatuhku lebih keras, nona Cu
secantik bidadari ini mungkin sudah berubah bentuk."
"Ya, sungguh berbahaya, untung ...."
Mendadak Kim Put-hoan menyeringai, "Urusan sudah begini,
kau tidak perlu berlagak-pilon lagi, jika ingin Cu Jit-jit selamat,
kau harus menerima tiga syaratku."
Sim Long tetap kalem, katanya dengan tertawa, "Baru saja
Kim-heng bersikap ramah dan sopan terhadapku, kenapa
mendadak berubah kasar dan beringas begini, sungguh sedih
hatiku." Kim Put-hoan tertawa dingin, ia tidak mengacuh lagi,
mendadak tangannya melayang ke belakang, "plak", kontan
dia tampar muka Cu Jit-jit.
Berubah air muka Sim Long, tapi segera dia berkata dengan
tertawa, "Sebetulnya apa kehendak Kim-heng, tanpa
kehadiran nona Cu sekarang juga pasti kuturut saja, kenapa
Kim-heng harus bertindak sekasar ini terhadap nona cilik yang
lemah ini." "Baiklah, dengarkan, pertama, kau harus bersumpah tidak
menyiarkan apa yang kau lihat dan dengar di sini."
"Itu gampang, aku memang bukan perempuan bawel yang
panjang lidah." "Kedua, selama hidupmu ini kularang mencari perkara
kepadaku ... apa kau terima?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Baiklah." Timbul senyuman misterius dan licik pada wajah Kim Put-
hoan, katanya pula, "Kurasa terlalu mudah kau terima
syaratku ini, sekarang aku jadi sangsi, orang she Kim biasa
hidup prihatin, sesuatu yang tidak aman tidak nanti
kukerjakan." "Cara bagaimana baru Kim-heng merasa aman?"
Mendadak Kim Put-hoan mengeluarkan sebilah badik dan
dilempar ke hadapan Sim Long, katanya dingin, "Jika kau
mati, tentu aku merasa aman, tapi kau tidak pernah
bermusuhan denganku mana tega aku menghabisi jiwamu,
biarlah hari ini aku berlaku bijaksana, aku hanya menuntut
sebelah tanganmu yang biasa memegang pedang, bila kau
tebas putus tanganmu sebatas sikut, Cu Jit-jit tanpa kurang
suatu apa akan kukembalikan dan segera kuantar kalian
keluar dari kuburan kuno ini."
Darah berlepotan di muka Cu Jit-jit, pipinya juga sembap,
namun dia tetap melotot, kini pun berteriak, "Kau ... jangan
kau terima syaratnya ...."
Belum habis dia bicara, "plak", kembali Kim Put-hoan
menggamparnya. Jit-jit berteriak serak, "Pukul ... biarkan aku dipukul mampus
... jangan kau pedulikan diriku, lekas ... lekas kau pergi saja,
kawanan binatang ini takkan kuasa mengalangi dirimu."
Kulit muka Sim Long berkerut menahan emosi, namun tetap
berkata dengan kalem, "Anggota badan ini pemberian ayah


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunda, mana boleh sembarang kurusak sendiri, apalagi bila
lengan kananku ini buntung, bukankah dengan mudah Kim-
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
heng akan menamatkan jiwaku" Kukira aku masih harus ...."
mendadak dia melompat bangun.
Tapi baru tubuhnya bergerak, tangan Kim Put-hoan lantas
menjambak rambut Cu Jit-jit, tangan kanan mengeluarkan lagi
sebilah badik dan mengancam tenggorokan Jit-jit, desisnya,
"Ji-lote mungkin seorang penyayang si cantik, tapi aku ini laki-
laki kasar, berani kau bergerak, nona cantik ini segera akan
menjadi mayat." Terkepal tinju Sim Long, tapi tidak berani bertindak maju.
Dilihatnya Jit-jit telah diseret jatuh, dadanya naik turun, air
mata berlinang di pelupuk matanya, tapi mulutnya berpekik
serak, "Jangan hiraukan diriku ... lekas ... lekas pergi ...."
Seperti ditusuk jarum pedih hati Sim Long, tanpa kuasa dia
menyurut balik dan duduk kembali di kursinya dengan lesu.
"Kalau tidak kau terima syaratku, apa boleh buat, terpaksa
biar kau duduk di situ dan saksikan permainan sandiwara
babak selanjutnya ...." di mana badik di tangannya bergerak,
kain baju depan dada Jit-jit seketika sobek dan terbuka, maka
tertampaklah dada yang montok tepat di sela buah dada
tergores sejalur garis merah, darah mengalir turun ke perut.
Cu Jit-jit menjerit kalap, suaranya berubah rintihan.
Ujung badik Kim Put-hoan masih bergerak turun, jengeknya,
"Setuju tidak ...."
Di tengah rintihan Cu Jit-jit berteriak pula, "Kau ... jangan kau
terima ... jika lenganmu buntung ... mereka pasti
membunuhmu ... lekas pergi ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Put-hoan menyeringai, katanya, "Kau tega melihat
penolong jiwamu dahulu dan juga kekasihmu ini tersiksa" ...."
kembali badiknya diturunkan lebih ke bawah hingga mencapai
pusar, darah sudah membasahi badannya yang putih halus
dan menimbulkan perpaduan warna yang kontras, lukisan
yang keji dan siksa yang keterlaluan.
Mendadak Sim Long mengertak gigi, dia jemput badik tadi
seraya berseru, "Baik, kuterima!"
"Akhirnya kau menyerah juga," seru Kim Put-hoan bergelak
tertawa. "Jangan ... jangan ... jiwamu ...." Jit-jit menjerit-jerit.
Sampai Kim Bu-bong juga memejamkan mata karena tidak
tega menyaksikannya. Begitu memegang badik, kelima jari Sim Long sampai
memutih, ototnya merongkol, tangan gemetar, keringat
memenuhi dahi. Mendadak sinar putih berkelebat, "trang", Jit-jit menjerit ... di
tengah jeritan itulah badik di tangan Kim Put-hoan ternyata
terpukul jatuh oleh pedang panjang Ji Yok-gi.
Keruan Kim Put-hoan berjingkrak gusar, "Kau ... gila!"
Kelam wajah Ji Yok-gi, dampratnya bengis, "Semula kukira
kau ini manusia, tak tahunya lebih rendah daripada babi dan
anjing. Ji Yok-gi adalah laki-laki sejati, mana sudi berbuat
sejahat ini." Mulut bicara, sinar pedang pun berkelebat, dalam sekejap Ji
Yok-gi menyerang tujuh kali.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kejut dan girang sekali Sim Long, dilihatnya Kim Put-hoan
dikurung sinar pedang dan mundur kerepotan, lekas ia
melompat ke samping Jit-jit dan merapatkan pakaiannya. Rasa
takut dan panik Jit-jit belum hilang, berada dalam pelukan
sang kekasih, tak tertahan lagi dia melepaskan tangisnya.
Gusar Kim Put-hoan makinya, "Binatang, makan dalam bela
luar. Memangnya kau lupa betapa besar rencana kita bila
berhasil, masa kau lupa bila Sim Long mampus, Cu Jit-jit bakal
jatuh ke tanganmu" .... Berhenti, lekas berhenti!"
Ji Yok-gi mengertak gigi tanpa bicara, bukan berhenti,
serangannya malah tambah gencar, dia berjuluk Sin-kiam-jiu
(si Pedang Sakti), ilmu pedangnya memang hebat, dibakar
marah lagi, maka dia mainkan jurus Siu-hun-toh-bing-kiam
(pedang perampas nyawa) yang jarang dia keluarkan, sesuai
namanya ilmu pedangnya memang ganas dan keras.
Jiwa Kim Put-hoan memang jahat, tapi kungfunya juga tidak
rendah, walau dalam keadaan tidak siaga dan dicecar lebih
dulu, setelah agak tenang, segera dia kembangkan Khong-jiu-
jip-pek-to dan Cip-pwe-loh-te-jiat-jiu (berkelahi dengan tangan
kosong) dari Kay-pang, dengan tangkas dia bergerak di
tengah sambaran sinar pedang Ji Yok-gi, dan ternyata masih
mampu balas menyerang juga.
Jit-jit menahan tangisnya, katanya, "Jang ... jangan kau urus
diriku, lekas bekuk bangsat Kim Put-hoan itu, akan ... akan
kubeset kulitnya baru terlampias dendamku."
Sim Long menyahut lembut, "Baik, kau tunggu ...." baru dia
berdiri, dilihatnya Kim Put-hoan balas menyerang tiga kali lalu
menyurut mundur tiga langkah, bentaknya, "Berhenti,
dengarkan perkataanku."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau sekarang ibarat ikan dalam jaring atau kura dalam kuali,
apa pula yang ingin kau katakan?" jengek Ji Yok-gi.
Kim Put-hoan tertawa, katanya, "Perlu kuberi tahu padamu,
akan datang satu hari kau akan menyesal ...." mendadak
badannya menempel dinding di belakangnya terdengar "krak"
sekali, dinding batu di belakangnya mendadak terbuka, kontan
Kim Put-hoan menyelinap ke belakang.
Waktu Ji Yok-gi memburu maju dengan tebasan pedang,
dinding batu itu segera merapat hingga pedangnya mengenai
dinding. Sim Long mengentak kaki, katanya dengan gegetun, "Celaka,
kenapa aku melupakan hal ini."
"Kita kejar ...." teriak Ji Yok-gi.
Tiba-tiba Kim Bu-bong berkata, "Jalan rahasia dalam kuburan
ini banyak ragamnya, mana bisa kalian mengejarnya?"
Ji Yok-gi gusar, semprotnya, "Kau tahu hal ini, kenapa tidak
sejak tadi kau katakan?"
Dingin suara Kim Bu-bong, "Yang menjadi saudaraku dia atau
kau?" Sim Long tertawa getir, ujarnya, "Betul, dalam hal ini Ji-heng
tidak boleh menyalahkan dia ...."
Ji Yok-gi menghela napas, "trang", pedang panjang mengetuk
lantai. Jit-jit mengomel, "Kaulah yang salah, jika kau tidak urus
diriku, mana dia mampu melarikan diri?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sambil tertawa getir, Sim Long memeluk pundaknya, katanya
lembut, "Jangan khawatir, suatu hari aku pasti dapat
membekuk orang ini, akan kutaruh dia di bawah kakimu,
terserah bagaimana akan kau hukum dia, supaya rasa dendam
dan penasaranmu terlampias."
Jit-jit mendekap dalam pelukannya, katanya tiba-tiba,
"Sekarang aku malah tidak lagi membencinya .... Bukan saja
tidak benci, malah aku harus berterima kasih kepadanya."
Sim Long heran, katanya, "Lho, kenapa begitu, sungguh aku
tidak mengerti." "Kalau dia tidak berbuat sekeji itu padaku, mana kutahu
betapa baiknya kau terhadapku" Biasanya kau dingin dan
kaku, tapi hari ini kau rela mati demi diriku .... Setelah tahu
hal ini, meski lebih menderita lagi juga tidak menjadi soal."
Perlahan dia memejamkan mata, bulu matanya yang panjang
masih dibasahi air mata, pipinya yang sembap bersemu merah
dengan senyuman manis. Menyaksikan si nona menderita tadi, keadaannya
mengenaskan, tapi sekarang semua itu telah dilupakannya,
dari sini terbukti betapa besar cintanya kepada Sim Long, asal
Sim Long baik terhadapnya, maka dia puas melebihi apa pun.
Tentang bagaimana sikap orang lain terhadapnya, baik atau
jahat, hakikatnya tidak dipikir lagi. Hal ini mau tak mau
membuat patah semangat Ji Yok-gi, dengan wajah guram dia
mendekati Sim Long, katanya sambil menghela napas,
"Karena pikiran sesat, Siaute telah diperalat oleh manusia
jahat, sungguh aku sangat menyesal."
Sim Long tertawa lantang, katanya, "Ji-heng tahu salah dan
segera bertobat, keberanianmu ini patut dipuji, selanjutnya
hendaknya kau pandai menempatkan diri, kelak pasti menjadi
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
pendekar ternama, aku bersyukur hari ini dapat berkenalan
dengan Ji-heng." "Jika demikian, aku ...." mendadak dia melirik ke arah Cu Jit-
jit, mulutnya lantas terkancing, lekas dia putar badan dan
melangkah keluar. "Ji-heng, tunggu sebentar ...." teriak Sim Long.
"Gunung tinggi air mengalir, kelak masih sempat bertemu,
semoga Sim-heng hidup rukun sampai tua dengan nona Cu
...." belum habis ucapannya bayangannya sudah tidak
kelihatan. Cu Jit-jit tertawa manis, katanya, "Sebetulnya dia juga orang
baik, kelak kita harus membuatnya ...."
Sim Long tertawa getir, katanya, "Sudah untung bila kita tidak
minta bantuan orang."
Mendadak Kim Bu-bong menimbrung dengan suara dingin,
"Orang lain sudah pergi, sekarang apa yang akan kau
perlakukan kepadaku, boleh lekas turun tangan saja ...."
Sim Long tersenyum, ia lantas membuka Hiat-to orang malah.
Keruan Kim Bu-bong melenggong.
Sim Long tertawa, katanya, "Selamanya aku tidak mau kurang
adat kepada kaum pendekar di jagat ini, Kim-heng adalah
seorang Enghiong, sepatutnya aku menghormati dirimu."
Terbayang rasa terima kasih di mata Kim Bu-bong, namun
sikapnya tetap dingin, katanya, "Aku sudah menjadi
tawananmu, terhitung Enghiong macam apa?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tersenyum tanpa bicara, tangan orang juga
dilepaskan. Jit-jit kaget, serunya, "Hah, kau tidak khawatir dia lari?"
Tapi Kim Bu-bong tetap berdiri dan tiada maksud melarikan
diri, air mukanya tampak berubah hijau, akhirnya berkata,
"Aku tahu sikapmu terhadapku ini pasti mengandung maksud
tertentu, tapi secara jantan kau perlakukan diriku,
memangnya aku harus memperlakukan dirimu sebagai
manusia rendah" Apa kehendakmu, silakan bicara saja."
Sim Long tersenyum, katanya, "Tolong tunjukkan jalan keluar
kuburan kuno ini." Kim Bu-bong juga tidak bicara lagi, dia membuka Hiat-to A To,
mengambil lentera dari dinding terus melangkah keluar.
Sim Long menggendong Jit-jit, akhirnya Cu Jit-jit tak tahan
dan berbisik di pinggir telinganya, "Kau tidak khawatir dia
lari?" "Dalam keadaan seperti ini, dia pasti tidak lari," ujar Sim Long.
Jit-jit menghela napas, katanya, "Perbuatan kaum lelaki
memang membingungkan, aku pun menjadi rada ... rada
pusing." "Memangnya berapa banyak pula lelaki di dunia ini yang dapat
menyelami hati perempuan"!" sahut Sim Long.
"Satu pun tidak ada, termasuk kau, tapi ... hatiku terhadapmu,
masa kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long seperti tidak mendengar, Jit-jit buka mulut hendak
menggigit kupingnya, tapi begitu bibirnya menyentuh kuping
orang, dia malah menciumnya, katanya mesra, "Lekas jalan."
"Masih ada seorang di sini, masa kau lupa?"
Melotot mata Cu Jit-jit mengawasi Hoa Lui-sian yang pingsan
karena ditutuk Kim Bu-bong tadi, katanya benci, "Manusia
tidak kenal budi, biarkan mati di sini ...."
Sim Long tidak lantas bergerak, segera Jit-jit mendorongnya,
"Kenapa melamun, lekas bawa dia?"
Sim Long tertawa geli, katanya, "Katamu tidak, kenapa
menolongnya pula. Adakalanya mencintainya setengah mati,
mendadak membencinya pula supaya dia lekas mampus ...
itulah hati perempuan yang sukar diraba?"
Segera dia kempit Hoa Lui-sian dan melangkah pergi. Dengan
memegang lentera Kim Bu-bong menunggunya di luar pintu.
Jit-jit tidak melihat A To, dia berkerut kening dan bertanya,
"Mana setan cilik itu?"
"Setan cilik ada di sini!" seorang segera menjawab dengan
tertawa di belakang. Tampak A To berlari keluar dari pojok sana dengan membawa
bungkusan besar kain hijau yang berat, memanggul sebuah
gendewa berbentuk aneh, panjang gendewa lebih tinggi
daripada perawakannya, demikian pula buntelan berat itu
lebih besar daripada perutnya, tapi gerak-gerik A To tetap
enteng dan cekatan, jelas Ginkangnya sudah punya dasar
yang kuat. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit membatin, "Anak ini pintar dan lincah, Lo-pat tentu
senang padanya ...."
Teringat kepada adiknya, ia menjadi khawatir dan marah,
katanya, "Bila Lo-pat mengalami sesuatu, coba saja kalau aku
tidak membeset kulit Hoa Lui-sian."
Setiap timbul kemarahannya selalu dia menyumpah ruah mau
menguliti orang, padahal bila ada orang dikuliti, mungkin dia
akan lari lebih dulu daripada orang lain.
Dengan membawa lentera Kim Bu-bong jalan di depan,
agaknya dia amat hafal segenap pelosok kuburan kuno ini, di
bawah cahaya lampu baru sekarang Sim Long sempat
memerhatikan bangunan ini ternyata teramat megah dan tidak
kalah dibandingkan makam raja di zaman dahulu, alat rahasia
yang dipasang di sini justru lebih lihai dan rumit. Mengagumi
betapa besar proyek kuburan ini, Sim Long berkata dengan
gegetun, "Entah karya raja dinasti manakah kuburan sebesar
ini?" "Dari mana kau tahu ini kuburan raja?" tanya Jit-jit.
"Untuk membangun proyek sebesar ini, bukan saja
memerlukan tenaga dan keuangan yang besar, jiwa manusia
pasti juga tidak sedikit dikorbankan di sini, coba lihat saka dan
pilar ini, demikian pula lampu minyak itu, setiap karya di sini
adalah hasil seni yang luar biasa, kecuali keluarga raja, siapa
pula yang mampu mengerahkan tenaga manusia dan
mengeluarkan biaya sebesar ini ...."
"Kau keliru," tiba-tiba Kim Bu-bong menukas.
Sim Long melengak, "Masa bukan kuburan raja?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan kuburan raja tapi kuburan Bu-lim-ci-cun ...." sejenak
dia merandek, lalu menyambung dengan lebih kereng,
"Apakah kau pernah dengar nama kebesaran Kiu-ciu-ong Sim
Thian-kun?" "Per ... pernah dengar," Sim Long tergegap.
"Kaum persilatan hanya tahu keluarga Sim adalah keluarga
besar paling tua dalam sejarah dunia persilatan. Anak murid
keluarga Sim selama dua ratusan tahun pernah mengalami
tujuh kali petaka besar, tapi tujuh kali pula dapat
menanggulangi bencana yang menimpanya, cerita ini cukup
diketahui umum. Di luar tahu orang banyak bahwa di kalangan
Kangouw juga terdapat sebuah keluarga turun-temurun,
bukan saja wibawa, kekayaan dan kungfunya tidak lebih asor
daripada keluarga Sim, malah sejarah keluarga besar ini
dimulai dari dinasti Han atau Tong."
"Maksudmu apakah keluarga besar Ko dari Tionggoan?" tanya
Sim Long. "Betul, kuburan raksasa ini memang betul dibangun oleh
keturunan terakhir keluarga besar Ko untuk tempat semayam
jenazahnya." "Keturunan terakhir" .... Apakah Ko San-ceng?"
"Memang dia, orang ini berbakat besar, kungfunya menggetar
dunia, pada waktu keluarga Ko berada di zamannya,
kebesaran nama keluarga mereka menjulang tinggi, tak nyana
pada masa tuanya, entah kenapa sifatnya berubah suka
menyendiri dan nyentrik, percaya kepada takhayul,
menyembah setan dan jin, hingga lupa makan dan tidur,
seluruh harta bendanya dipergunakan untuk membangun
kuburan ini, malah anak keturunannya pun tiada yang tahu
akan letak kuburan misterius ini."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit menimbrung, "Kenapa begitu" Memangnya dia tidak
ingin keturunannya menyembah dan berbakti kepadanya?"
"Soalnya dia terlalu takhayul, dia percaya manusia mati jika
harta benda juga dibawa ke liang kubur, kelak bila menitis
kembali dia tetap akan dapat memanfaatkan harta
peninggalannya itu, maka dia tidak ingin keturunannya tahu
tempat penyimpanan hartanya, dia khawatir anak cucunya
mencuri harta yang dibawanya ke liang kubur ini."
Jit-jit tertarik, tanyanya pula, "Tapi orang yang menguburnya
tentu juga tahu ...."
"Sebelum dia mati, seluruh harta kekayaan dan pelajaran ilmu
silat warisan keluarganya telah dipindah ke dalam kuburan ini,
lalu dia tutup kuburan dari dalam, di sini dia menunggu
ajalnya sendiri ...."
"Gila," seru Jit-jit, "orang itu benar-benar orang gila."
Kim Bu-bong menghela napas, katanya, "Benar, keluarga
besar yang turun-temurun selama ratusan tahun tetap jaya
tiada bandingan, akhirnya habis di tangan si gila ini, untuk
mencari kuburan besar ini, keturunan keluarga Ko entah
keluarkan berapa besar tenaga dan pikiran, ilmu silat warisan
keluarga mereka pun diabaikan, di antara dua generasi
mereka ada sebelas orang menjadi gila, waktu cucu Ko San-
ceng masih hidup, keluarga besar Ko sudah merosot
pamornya, tempat tinggal terakhir milik mereka pun sudah
dijual untuk membayar utang, keluarga besar yang semula
jaya dan kaya telah ludes benar, tidak sedikit keturunannya
yang menjadi pengemis, kebesaran nama keluarga mereka
sebagai kaum persilatan ternama juga putus turunan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sampai di sini cerita Kim Bu-bong, waktu Cu Jit-jit angkat
kepala, cahaya terang di mulut kuburan sudah kelihatan, dia
menarik napas panjang, hatinya tidak merasa lega, tapi malah
merasa kesal. "Keturunan keluarga Ko sendiri harus disalahkan, mereka tidak
berusaha membangun kembali kejayaan keluarga, malah rela
menjalani kemiskinan."
"Kalau aku jadi keturunannya, bila tahu kakek moyang
menyimpan harta kekayaan sebesar itu, tentu apa pun aku
tidak mau bekerja, ini sudah menjadi sifat manusia, mana
boleh kau salahkan mereka," demikian debat Jit-jit.
Sim Long menghela napas sambil menggeleng kepala, dua
langkah berjalan mendadak dia berhenti, katanya, "Selama
seratus tahun ini, kan tiada orang masuk kuburan ini?"
"Waktu kusuruh orang membuka kuburan ini, secara cermat
telah kuselidiki, kuyakin kuburan ini tidak pernah diinjak
manusia. Peti jenazah Ko San-ceng tidak tertutup rapat, ini
membuktikan sebelum sempat dia tutup rapat peti mati
sendiri, napas sudah putus lebih dulu. Jenazah Ko San-ceng
tinggal tulang belulangnya saja, di pinggir peti kutemukan
sebuah cangkir batu kemala yang pecah karena jatuh waktu
jiwanya melayang. Lebih penting lagi alat rahasia di sini tiada
tanda-tanda pernah digerakkan .... Dari berbagai bukti ini
berani kupastikan bahwa selama ratusan tahun kuburan ini
belum pernah dijelajahi manusia."
"Kalau begitu, lalu di mana harta kekayaan dan Bu-kang-pit-
kip (kitab ilmu silat) itu" Pasti masih tersimpan dalam kuburan
ini, cuma Kim-heng belum menemukannya," demikian kata
Sim Long dengan berkerut kening.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong tertawa dingin, katanya, "Untuk ini tidak perlu
khawatir, kalau benar dalam kuburan ini menyimpan harta
karun, aku pasti dapat menemukan, jika sekarang aku tak
menemukan apa-apa, ini membuktikan kuburan ini memang
kosong melompong." Lama Sim Long termenung, katanya kemudian, "Kalau orang
lain bilang demikian tentu aku tidak percaya. Tapi apa yang
Kim-heng katakan kuyakin tidak salah, cuma, lantas di mana
harta karun itu" Mungkin tidak dibawa masuk kuburan" Atau
harta kekayaannya habis untuk membangun kuburan ini?"
Mendadak dia menghela napas, lalu berkata pula, "Ai, harta
benda orang lain buat apa aku memikirkannya?"
Mengikuti langkah Kim Bu-bong, dia melompat keluar kuburan
kuno itu. Hujan salju sudah berhenti, mentari memancarkan cahayanya
yang benderang. Jit-jit tertawa senang, katanya, "Sifatmu inilah yang menarik
hatiku, persoalan apa pun dapat kau angkat dan rela
meletakkan pula, urusan yang mungkin dipikir orang hingga
belasan tahun, tapi dalam sekejap dapat kau lepaskan begitu
saja ...." sampai di sini suaranya berubah khawatir, "Tapi
jangan kau lupakan Lo-pat, adikku. Lekas, lekas buka Hiat-to
Hoa Lui-sian, tanya padanya, di mana dia menyembunyikan
Lo-pat?" Setelah Hiat-to terbuka, keadaan Hoa Lui-sian masih lemah,
berdiri pun tidak tegak. Jit-jit lantas membentak, "Di mana Lo-
pat, lekas katakan!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Hujan salju meski sudah berhenti, namun hawa tetap amat
dingin, walau kedinginan, tapi Jit-jit tidak pikir lagi, dia
khawatirkan keselamatan Hwe-hay-ji, si anak merah.
Dia sangat gelisah, Hoa Lui-sian justru malas-malasan,
katanya dingin, "Kepalaku pening, mana bisa ingat di mana
kusembunyikan dia?" "Kau ... kau ... biar kubunuh kau," desis Jit-jit.
"Apa gunanya kau bunuh aku" Nanti bila pengaruh obat bius
hilang, otakku jadi terang, kalau tidak ...."
Sim Long menukas, "Katakan di mana kau sembunyikan Lo-
pat, sebelum pengaruh obat bius hilang, aku bertanggung
jawab atas keselamatanmu."
Dia tahu Hoa Lui-sian licik dan banyak perhitungan, tentu dia
khawatir setelah menyerahkan Hwe-hay-ji, umpama Jit-jit
tidak mencelakainya, pada saat tenaga belum pulih, bisa
celaka juga bila kebentur musuh. Sebaliknya bila Hwe-hay-ji
masih berada di tangannya, betapa pun Cu Jit-jit dan Sim
Long pasti akan melindungi dia.
Rupanya ucapan Sim Long telah membongkar isi hatinya, mau
tak mau berubah juga air mukanya, bola matanya berputar,
sesaat dia berpikir, akhirnya berkata, "Bagaimana pula bila
Lwekangku pulih?" Jit-jit berkata, "Setelah Lwekangmu pulih, aku menuju ke
arahku dan kau boleh pergi sesukamu, buat apa aku
menahanmu?" Hoa Lui-sian berpikir pula sejenak, katanya kemudian,
"Baiklah, mari ikut padaku!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Setelah setengah hari, pengaruh obat bius mulai lemah, walau
sekarang dia belum bebas bergerak, tapi untuk berjalan
sendiri sudah mampu. Demikian pula Cu Jit-jit, sebetulnya
sudah bisa jalan, tapi dia justru masih ngendon di punggung
Sim Long dan tidak mau turun, tangannya malah memeluk
leher orang dengan lebih kencang.
Kim Bu-bong ikut di belakang mereka, air mukanya kaku,
tampaknya tidak berniat lari, A To juga mengintil di
belakangnya, berulang ia menggerundel, "Kalau aku tentu
sudah tinggal pergi, untuk apa ikut orang" Memangnya
menunggu digorok lehernya?"
Kim Bu-bong diam saja, anggap tidak mendengar ocehannya.
Hoa Lui-sian menyusuri lereng gunung menuju ke bawah
tebing yang tingginya puluhan tombak, setiba di depan sebuah
batu besar persegi baru berhenti, katanya, "Pindahkan batu
ini, di bawahnya ada lubang, adik mestikamu itu berada di
dalam .... Hm, lucunya, aku membungkus tubuhnya dengan
mantel kulit itu, sekarang aku sendiri kedinginan, bukankah
penasaran?" Melihat lubang di bawah batu masih utuh dan rapat, lega hati
Cu Jit-jit, jengeknya, "Hm, penasaran apa" Jangan lupa siapa
yang memberi mantel itu .... Sim Long, ayo geser batu itu."
Sim Long menoleh ke arah Kim Bu-bong dengan tertawa,
sebelum dia bicara, Kim Bu-bong sudah menghampirinya,
sekenanya tangannya menepuk batu besar itu, kelihatannya
dia tidak mengeluarkan tenaga, tapi batu seberat tiga ratusan
kati itu tertolak dan menggelinding ke samping.
Sim Long berseru memuji, "Pukulan hebat ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Belum lenyap suaranya mendadak Jit-jit menjerit, Hoa Lui-sian
terbeliak kaget, berubah air mukanya. Lubang itu ternyata
kosong, Hwe-hay-ji entah hilang ke mana"
"Nenek setan, nenek bejat, kau ... kau berani menipuku!"
damprat Jit-jit. Hoa Lui-sian juga kebingungan, katanya, "Aku ... jelas
kusembunyikan dia ...."
"Sembunyikan apa?" damprat Cu Jit-jit, "buktinya adikku tidak
terdapat di sini .... Di mana kau sembunyikan Lo-pat" Lekas ...
lekas cari! Lekas kembalikan dia!"
Hoa Lui-sian jadi gugup, katanya, "Buat apa kudusta,
memangnya aku tidak ingin hidup ... mungkin dia membuka
Hiat-to sendiri dan ... dan mendorong batu besar ini terus
melarikan diri." Kim Bu-bong menjengek, "Kalau dia mampu lari sendiri, buat
apa menutup pula batu ini?"
"Betul, apalagi usianya sekecil itu, mana mampu
membebaskan Hiat-to sendiri, Sim Long, bunuh dia, lekas
bunuh nenek setan ini!"
Sim Long menghela napas, katanya, "Sekarang biar dibunuh
juga percuma. Menurut hematku, Hoa Lui-sian tidak
berbohong, adikmu mungkin ... mungkin jatuh ke tangan
orang lain." Hoa Lui-sian menghela napas lega, katanya, "Sim-siangkong
memang adil." "Lalu bagaimana ... lekas cari akal!" seru Jit-jit gelisah.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tergesa-gesa juga tidak berguna, carilah akal perlahan ...."
"Cari akal masa harus perlahan" Jiwa Lo-pat mungkin tidak
tertolong lagi .... Kau tega ... tega berkata demikian ...."
akhirnya pecah tangis Jit-jit.
Kim Bu-bong berkerut kening, katanya, "Biarkan dia tidur
saja!" "Ya, itulah cara terbaik," ujar Sim Long.
Kim Bu-bong segera mengebaskan lengan bajunya menutuk
Hiat-to penidur Cu Jit-jit, tangis Cu Jit-jit akhirnya berhenti,
kelopak mata pun terpejam, sekejap saja sudah pulas dalam
gendongan. Air matanya yang tersisa menetes di pundak Sim
Long dan beku menjadi butiran es.
Kim Bu-bong mengawasi Hoa Lui-sian, katanya perlahan,
"Cara bagaimana Sim-heng akan bereskan dia?"
Melihat sorot mata orang yang tajam dingin tanpa terasa Hoa
Lui-sian menggigil, di bawah cahaya matahari baru dia melihat
jelas tampang Kim Bu-bong ternyata aneh, ganjil dan
menakutkan. Jika kuping, hidung, mata dan mulutnya dipandang satu per
satu, kelihatannya memang tiada beda dengan indra orang
lain. Tapi kenyataan kedua daun kupingnya besar-kecil,
demikian pula biji matanya satu besar mendelik dan yang lain
kecil sipit, hidungnya menonjol besar seperti terung, bibirnya
justru tipis seperti pisau, letak kedua mata pun kalau diukur
ada sebesar telapak tangan jauhnya, bola mata kiri bundar
mendelik seperti kelintingan, sementara mata kanan sipit
segitiga. Mungkin tatkala Thian mencipta umatnya yang satu
ini, karena kurang hati-hati hingga pancaindra lima-enam
orang yang berbeda keliru diterapkan padanya, perempuan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
siapa saja atau anak kecil bila melihat wajahnya di tengah
malam gelap pasti akan menjerit ketakutan seperti melihat
setan. Makin tidak ingin melihat wajah orang, Hoa Lui-sian jadi makin
tertarik untuk memandangnya, makin mengirik, semula dia
siap melontarkan caci makinya kepada Kim Bu-bong yang
mencampuri urusan orang lain, tapi entah kenapa tiba-tiba
terasa kelu, sepatah kata pun tak mampu diucapkan.
A To juga menatap majikan atau gurunya ini dengan
terbelalak kaget, seperti heran kenapa Kim-loya (juragan Kim)
yang biasanya tinggi hati, tidak pernah tunduk kepada orang
lain sekarang sedemikian penurut pada Sim Long.
Sim Long tersenyum, katanya, "Kalau Kim-heng menjadi diriku
entah cara bagaimana akan kau bereskan dia?"
"Bunuh saja habis perkara daripada menjadi beban, atau
tinggalkan saja di sini," sahut Kim Bu-bong.
Keruan Hoa Lui-sian ketakutan, teriaknya, "Dar ... daripada
aku ditinggalkan di sini, lebih baik kau bunuh aku saja?"


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maklum, sekarang tubuhnya lemas lunglai, berbaju tipis,
umpama tiada ditemukan musuh, ia pun tak kuat menahan
hawa dingin dan bakal mati kedinginan tertimbun salju.
Kim Bu-bong menjengek, "Huh, Ciang-tiong-thian-mo ternyata
juga takut mati ... sambutlah!"
Dia lepaskan ikat pinggang, seperti cambuk saja dia lempar ke
sana, cepat Hoa Lui-sian menyambutnya, tapi tidak tahu apa
maksud orang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tertawa, katanya, "Kim-heng sudah mengampuni
jiwamu, lekas ikat tali pinggang itu di tanganmu, tentu Kim-
heng akan membantumu."
Kim Bu-bong berkata, "Kalau Sim-heng tidak bermaksud
membunuhnya, terpaksa aku membawanya saja."
Sim Long tertawa, katanya, "Siapa nyana Kim-heng dapat
menyelami perasaanku, sungguh seorang sahabat baik."
Apa boleh buat terpaksa Hoa Lui-sian mengikat tali pinggang
itu pada tangannya, selama hidupnya tak terhitung jiwa
manusia direnggut atau dilukainya, dia anggap selama ini
dirinya tak takut mati, sekarang menghadapi saat mati hidup
baru dia sadar "tidak takut mati" hanya omong kosong belaka.
Kim Bu-bong berkata pula, "Sejak dahulu manusia mana yang
tidak mati, kalau Hoa Lui-sian takut mati, memangnya aku
tidak takut" Sim-heng telah membebaskan jiwaku, mana boleh
kulupakan budimu, ke mana Sim-heng hendak pergi akan
kuturut untuk mengabdi."
Sim Long tertawa, katanya, "Kalau aku tidak percaya Kim-
heng adalah seorang lelaki yang tegas membedakan budi dan
dendam, mana aku bersikap sebebas ini terhadap Kim-heng"
.... Marilah kita tinggalkan dulu tempat ini."
Segera ia berjalan cepat, Kim Bu-bong menarik Hoa Lui-sian
ikut di belakang. Alam sekitarnya sunyi, tapi tanah bersalju penuh tapak kaki
yang semrawut, jelas Pui Jian-li, Can Ing-siong dan lain-lain
pergi dalam keadaan runyam.
Selepas mata memandang Sim Long mendapatkan perbedaan
tapak kaki yang mencolok antara yang datang dan pergi,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
waktu datang tapak kaki tampak ringan dan bekasnya cetek,
jarak kaki yang satu dengan yang lain kira-kira ada lima-enam
kaki, tapi tapak kaki waktu pergi ternyata ambles lebih dalam,
jarak satu dengan yang lain juga lebih pendek, ini
menandakan tapak kaki Pui Jian-li dan lain-lain waktu
pulangnya sudah terluka sehingga langkah kakinya tampak
berat. Sedikit merenung, Sim Long tertawa sambil menoleh, katanya,
"Hebat benar tindakanmu, Kim-heng."
Kim Bu-bong melengak, katanya, "Apakah maksud perkataan
Sim-heng?" "Semula kukhawatir Pui Jian-li akan putar balik mencari
perkara kepada nona Cu, kini setelah mereka terluka oleh Kim-
heng, maka legalah hatiku."
"Cayhe tidak pernah turun tangan, apalagi melukai mereka?"
jawab Kim Bu-bong. Sim Long terperanjat, pikirnya, "Kalau dia bilang tidak,
kupercaya bukan dia yang melukai Pui Jian-li dan lain-lain, lalu
siapa yang melukai mereka" Kim Put-hoan jelas tidak mampu
melukai orang sebanyak itu?" - merasa aneh, tanpa terasa
dia mengendurkan langkah.
Selama itu mereka sudah menempuh perjalanan cukup jauh.
Mendadak tampak sesosok bayangan meluncur datang.
Semula hanya kelihatan setitik kecil dan samar-samar, tapi
cepat sekali bayangan itu sudah tiba di depan mata, ternyata
putri Loan-si-sin-liong, atau istri Thi Hoat-ho, nyonya cantik
yang mukanya ada bekas luka, dia menggendong putrinya,
Ting-ting, wajahnya kelihatan gelisah dan bingung, melihat
Sim Long seperti melihat sanak kadang, segera ia berhenti
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
dan tanya dengan napas memburu, "Siangkong, apa kau lihat
suamiku?" Berubah air muka Sim Long, katanya, "Apakah Thi-heng
belum pulang?" Nyonya itu tampak lebih gelisah, sahutnya, "Sampai sekarang
belum ada kabar beritanya."
"Pui Jian-li, Seng Ing dan It-siau-hud ...."
"Bukankah mereka ikut Siangkong menyelidiki rahasia kuburan
kuno." Terkejut Sim Long, "Jadi orang-orang ini juga belum pulang."
Dia tahu betapa besar kasih sayang Thi Hoat-ho terhadap istri
dan putrinya, bila sudah bebas keluar kuburan, pasti
selekasnya dia pulang berkumpul dengan anak bininya, kalau
sekarang belum pulang pasti terjadi perubahan, apa lagi jejak
Pui Jian-li dan lain-lain juga belum jelas, kalau tidak pulang ke
kota, lalu ke mana" Melihat sikap bimbang Sim Long, nyonya cantik itu makin
gugup, tanpa sadar dia tarik lengan baju Sim Long, tanyanya
dengan suara gemetar, "Hoat-ho ... apakah dia ...."
Sim Long berkata lembut, "Hujin jangan khawatir, soal ini ...."
Sekilas ia memandang ke sana, seketika juga ia berhenti
berucap. Mendadak diketahuinya bekas telapak kaki kiri hanya tersisa
yang menuju ke kuburan kuno saja, sedangkan tapak kaki
yang meninggalkan kuburan itu ternyata telah putus sampai di
sini. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Diam-diam Sim Long mengeluh. Tak sempat ia memberi
penjelasan kepada si nyonya segera dia putar balik ke sana.
Wajah Kim Bu-bong tampak prihatin, sementara air mata
tampak berlinang di pelupuk mata si nyonya, Ting-ting,
putrinya menyikap kencang lehernya dan menangis.
Mereka ikut lagi di belakang Sim Long, kira-kira sepemanah
jaraknya, mendadak Sim Long berseru, "Nah, di sini."
Kim Bu-bong memandang ke sana, tapak kaki orang banyak
yang menuju ke kota ternyata putus sampai di sini, belasan
orang tua-muda itu mendadak lenyap setelah sampai di sini.
Gemetar suara nyonya cantik, "Ini ... apa yang terjadi?"
Berat suara Sim Long, "Thi-heng, Pui Jian-li, It-siau-hud dan
lain-lain telah lolos dari bahaya di dalam kuburan, rombongan
mereka buru-buru ingin pulang ke kota, tapi sampai di sini ...
sampai di sini ...."
Mana mungkin setiba di sini rombongan orang itu mendadak
lenyap" Sebetulnya terjadi apa yang menakutkan" Sim Long
sendiri bingung dan tidak mengerti, dia hanya geleng kepala
sambil menghela napas. Betapa pun nyonya cantik ini bukan nyonya rumah umumnya,
walau dalam keadaan gugup dan khawatir, dia masih cukup
tabah menghadapi kenyataan, ia pun perhatikan bekas kaki di
permukaan salju, tiada yang putar balik atau membelok,
lenyap seperti mendadak terbang ke langit.
Meski hatinya cukup tabah, tapi semakin dipandang semakin
aneh dan makin mencemaskan, tanpa terasa kaki dan tangan
menjadi gemetar, saking bingung sepatah kata pun tak
terucapkan lagi dari mulutnya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekilas Sim Long adu pandang dengan Kim Bu-bong, kedua
orang ini biasanya cukup tajam penglihatan dan otaknya
dalam menghadapi sesuatu peristiwa, namun meski sekarang
sudah memeras otak tetap tidak mengerti apa sebetulnya
terjadi. Kalau mereka takhayul pasti mengira orang sebanyak itu telah
ditelan setan, bila kedua orang ini bodoh dan kurang
pengalaman, paling-paling mereka akan menarik kesimpulan,
pasti ada sesuatu yang aneh, cuma seketika tidak bisa
merabanya. Tapi kedua orang ini justru berotak dingin, tabah, dan cermat,
dalam sekejap ini mereka sudah memikirkan berbagai
kemungkinan, namun tiada satu pun dari kemungkinan yang
terpikir oleh mereka sesuai untuk memberi jawaban secara
meyakinkan. Bahwa mereka tidak percaya takhayul, mereka
yakin kalau peristiwa ini tak dapat dipercaya mereka, orang
lain jelas lebih tak bisa memecahkan persoalan ini, maka
semakin dipikir terasa peristiwa ini amat ganjil dan misterius.
Tak tertahan lagi si nyonya cantik meneteskan air mata,
katanya dengan menunduk, "Aku bingung setengah mati,
bagaimana peristiwa ini harus diselidiki, seluruhnya
kuserahkan kepada Siangkong."
Sim Long tertawa, katanya, "Dalam persoalan ini pasti
tersembunyi suatu muslihat yang mengejutkan, dalam waktu
singkat ini belum dapat kutentukan langkah apa yang harus
kita lakukan, semoga Hujin tidak terlalu bersedih, marilah kita
...." Mendadak seorang bersuara serak berteriak, "Thi-toaso,
jangan percaya obrolan orang ini, orang di sebelahnya itu
adalah anak buah Koay-lok-ong yaitu biang keladi yang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
merencanakan jebakan dalam kuburan kuno itu, ia
bersekongkol dengan orang she Sim. Thi-toako, Pui-tayhiap
dan belasan tokoh Bu-lim yang lain sudah terbunuh oleh
mereka, aku Kian-gi-yong-wi Kim Put-hoan berani dijadikan
saksi." Suara serak itu memang diucapkan Kim Put-hoan, dia
sembunyi di belakang pohon di pinggir jalan sana. Di
sampingnya ada empat orang lagi, yaitu Put-pay-sin-kiam Li
Tiang-ceng, Khi-tun-to-gu Lian Thian-hun dan kedua saudara
Leng yang jarang bicara itu.
Ternyata Li Tiang-ceng juga mendengar keributan yang terjadi
di kota Pok-yang, maka malam itu juga mereka menyusul
kemari, kebetulan bersua dengan Kim Put-hoan yang lagi ingin
cari perkara. Kalau Li Tiang-ceng masih tetap tenang, tapi Lian Thian-hun
menjadi gusar, bentaknya, "Pantas kami tidak tahu asal usul
orang she Sim, kiranya dia antek Koay-lok-ong. Nah, Leng Toa
dan Leng Sam, sekali ini jangan kalian lepaskan dia!"
Nyonya cantik itu merasa sangsi apakah tuduhan Kim Put-
hoan dapat dipercaya, setelah mendengar salah satu majikan
Jin-gi-ceng juga bilang demikian, ia tidak ragu lagi, sambil
mengertak gigi sebelah tangannya mendadak menepuk ke
dada Sim Long, gerakannya aneh, pukulannya keras, jauh
lebih hebat dibandingkan Thi-sah-ciang yang pernah
didemonstrasikan Hongbu Siong.
Walau menggendong satu orang, tapi sekali berkelebat,
dengan mudah Sim Long dapat berkelit, dia tahu dalam
keadaan seperti sekarang ini tak berguna memberi penjelasan.
Kim Put-hoan tambah senang, makinya, "Nah, bukankah
keparat itu diam-diam sudah mengaku. Thi-toaso,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
seranganmu tak perlu kenal kasihan ... Lian-locianpwe, kau
pun lekas turun tangan!"
Lian Thian-hun berteriak murka, "Memangnya aku tukang
main keroyok." Kim Put-hoan menjengek, "Menghadapi orang seperti dia,
kenapa harus bicara aturan Bu-lim segala" Coba Lian-
locianpwe lihat, siapa yang duduk di tanah bersalju sana itu?"
Begitu melihat Hoa Lui-sian, bola mata Lian Thian-hun
seketika merah membara, sambil menggerung segera dia
menubruk ke sana, mendadak dilihatnya seorang berjubah
kelabu bertampang sadis mengadang di depannya. Lian Thian-
hun membentak gusar, "Siapa kau, berani merintangiku?"
Kim Bu-bong mengawasinya dengan dingin dan tidak
bersuara. Kontan Lian Thian-hun menggenjotnya. Kim Bu-bong sempat
mematahkan jotosannya. Beruntun Lian Thian-hun memukul
lima kali, kedua tangan Kim Bu-bong bekerja cepat memotong
urat nadi tangan lawan, kakinya tidak bergeser sedikit pun,
keruan Lian Thian-hun semakin murka, bentaknya, "Ada
hubungan apa kau dengan Hoa Lui-sian?"
Dingin suara Kim Bu-bong, "Hoa Lui-sian bukan sanak
kadangku, tapi Sim-siangkong sudah menyerahkan dia
kepadaku, siapa pun dilarang melukainya."
Hoa-Lui-sian yang duduk di sana tampak mengunjuk rasa haru
dan terima kasih meski dirinya tadi diseret dan kesakitan
setengah mati. Dilihatnya jenggot rambut Lian Thian-hun
seakan-akan menegak, dalam sekejap dia telah menyerang
sembilan kali pula. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Khi-tun-to-gu Lian Thian-hun meski kungfunya tinggal separuh
sejak peristiwa Heng-san dulu, tapi pukulannya tetap dahsyat.
Namun Kim Bu-bong tetap berdiri sekukuh gunung tanpa
bergeser selangkah pun. Li Tiang-ceng menonton dengan heran, kaget dan kagum atas
kungfu Kim Bu-bong yang hebat, namun ia pun kagum dan
takjub menyaksikan kegesitan Sim Long, betapa tinggi
Ginkangnya, meski menggendong satu orang, ternyata gerak-
geriknya masih begitu enteng, kakinya tidak meninggalkan
bekas sedikit pun di tanah bersalju, serangan si nyonya cantik
cukup gencar, tapi tak dapat menyentuh ujung bajunya sekali
pun. Kim Put-hoan tampak sangat senang, semakin seru orang
berkelahi semakin gembira hatinya, tak tahan dia mengoceh
lagi, "Leng Toa, Leng Sam, sudah saatnya kalian pun turun
tangan, apakah ...."
Belum habis bicara, angin keras mendadak menerjang
mukanya, ternyata tangan Leng Sam yang dipasangi kaitan
besi mengilap itu sudah menyambar tiba.
Saking kagetnya Kim Put-hoan melompat ke belakang,
teriaknya gusar, "Apa yang kau lakukan?"
Leng Sam menjengek, "Tampangmu setimpal memerintah
diriku?" Hanya bicara empat patah kata, rasanya sudah terlalu banyak,
lalu dia berludah ke tanah.
Gusar Kim Put-hoan, ia mendelik, tapi apa boleh buat.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sementara itu kedua orang yang bertempur di tanah bersalju
sudah berlangsung belasan jurus. Sim Long dan Kim Bu-bong
tetap mengelakkan serangan lawan. Walau dibebani satu
orang, nyonya itu juga membawa putrinya, maka gerak-
geriknya juga terhalang. Sebaliknya Kim Bu-bong yang harus melayani Lian Thian-hun
kelihatan kerepotan, karena hanya bertahan dan tidak balas
menyerang, keadaannya cukup gawat, sebentar lagi mungkin


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia bakal dikalahkan. Li Tiang-ceng berpengetahuan luas, dengan prihatin ia
bergumam, "Nyonya ini pasti putri tunggal Say-gwa-sin-liong,
Liu Poan-hong, kungfunya ternyata tidak lebih rendah
dibandingkan Hoa-san-giok-li. Suaminya Thi Hoat-ho pasti
juga memiliki kungfu yang lebih tinggi, dari sini dapat
disimpulkan dalam dunia Kangouw masih banyak lagi
Enghiong yang tidak ternama .... Jika suami-istri ini keturunan
tokoh kosen ternama, lalu siapa pula pemuda ini" Sungguh
sukar diraba." Maklum, sejauh ini Sim Long belum memainkan sejurus
pukulan pun, orang lain sudah tentu sukar meraba asal usul
ilmu silatnya. Li Tiang-ceng memerhatikan pula Kim Bu-bong, kerut alisnya
tambah rapat. Mendadak dilihatnya Liu Poan-hong, yaitu si nyonya cantik
mundur beberapa langkah dengan mandi keringat, napas pun
tersengal-sengal, bertempur sekian lama dia tetap tidak
mampu menyentuh ujung baju Sim Long, dia menuding sambil
membentak, "Kau ... kenapa kau tidak balas menyerang?"
"Cayhe tidak bermusuhan dengan Hujin, kenapa harus balas
menyerang?" ujar Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Omong kosong, kalau bukan kau lalu ke mana orang-orang
itu, bila tidak kau jelaskan ...."
"Cayhe sendiri juga heran dan tidak mengerti menghadapi
persoalan ini, bagaimana aku bisa memberi penjelasan?"
"Baik," seru Liu Poan-hong sambil mengentak kaki. "Kau ...
kau ...." Mendadak dia turunkan putrinya, Ting-ting, yang ketakutan
hingga tak berani menangis lagi, tapi begitu kaki menyentuh
tanah seketika dia menangis pula. Liu Poan-hong berdiri
bingung mengawasi putrinya, lalu mendelik kepada Sim Long,
matanya berkaca-kaca, mendadak dia memeluk putrinya dan
menangis tersedu sedan. Sim Long menghela napas, ujarnya, "Duduk perkara
sebetulnya belum diketahui, siapa salah dan siapa yang
menjadi biang keladi sukar ditentukan, kalau Hujin sudi
memberi tempo setengah bulan aku pasti dapat menemukan
jejak Thi-tayhiap." Liu Poan-hong mendadak mendongak dan menatapnya lekat-
lekat. Kim Put-hoan mau bicara lagi, tapi sorot mata dingin Leng Toa
dan Leng Sam telah menghentikan kata-katanya yang hampir
terlontar dari mulutnya. Pandangan Liu Poan-hong makin sayu, mendadak ia berkata,
"Baik, aku menunggu beritamu di Pok-yang."
Sim Long berpaling ke arah Li Tiang-ceng, katanya,
"Bagaimana pendapat Cianpwe?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Li Tiang-ceng masih bimbang, katanya dengan tersenyum,
"Kurasa Leng bersaudara bersimpati kepadamu, tentu mereka
juga tidak ingin melabrakmu, cuma Samteku ini .... Ai, kecuali
kau mau menyerahkan Hoa Lui-sian."
"Cayhe berani tanggung dia pasti tiada sangkut paut dengan
pembunuhan segenap keluarga Kim Tin-ih," kata Sim Long.
Walau sedang bertempur, tapi kuping Lian Thian-hun tidak
menganggur, serunya gusar, "Kentut, kulihat dengan mata
kepalaku sendiri ...."
"Apakah Cianpwe tahu, sekarang bermunculan berbagai
kungfu yang sudah lama putus turunan di dunia Kangouw"
Apakah Cianpwe tahu bahwa kematian An-yang-ngo-gi
dikarenakan pukulan Jik-sat-jiu" Padahal Thi Hoat-ho tidak
pernah turun tangan, boleh kuserahkan Hoa Lui-sian kepada
kalian, tapi sebelum duduk persoalannya diselidiki dengan
terang, Cianpwe harus bertanggung jawab akan
keselamatannya." Li Tiang-ceng berpikir sambil mengelus jenggot, katanya
kemudian, "Baik, kuberi waktu setengah bulan, setelah
setengah bulan, datanglah ke Jin-gi-ceng, Thi-hujin juga boleh
menunggu di perkampungan kami."
Liu Poan-hong mengusap air mata sambil mengangguk.
Li Tiang-ceng lantas membentak, "Samte, lekas berhenti!"
Beruntun Lian Thian-hun menjotos pula tiga kali baru
melompat mundur, sorot matanya menatap Kim Bu-bong
dengan gemas. Kim Bu-bong menengadah mengawasi langit tanpa
menggubrisnya lagi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Segera Kim Put-hoan berseru, "Sim Long boleh pergi, tapi
keparat ini anak buah Koay-lok-ong, betapa pun tidak boleh
dilepaskan pergi." "Kau mampu menahan dia?" tanya Sim Long.
Kim Put-hoan melengak, katanya, "Aku ... aku ...."
Lalu berkata pula Sim Long, "Apakah betul dia anak buah
Koay-lok-ong atau bukan, kalau kalian sudah membebaskan
dia, maka siapa pun tidak boleh mencari perkara lagi padanya,
tanpa bantuannya terus terang aku pun sukar menyelidiki
persoalan ini." Li Tiang-ceng menghela napas, katanya, "Kalau saudara ini
mau pergi, memang tiada orang yang dapat merintanginya
...." mendadak dia mengebas lengan baju, katanya pula
dengan tegas, "Keputusan sudah diambil, siapa pun tak boleh
banyak bicara lagi, harap Thi-hujin suka bantu memapah Hoa-
hujin pulang bersama kita."
Sim Long tersenyum dan menjura kepada kedua Leng
bersaudara. Wajah Leng Toa dan Leng Sam yang kaku sekilas
seperti tersembul senyuman tipis, tapi waktu sorot mata
mereka beralih ke arah Kim Put-hoan, senyum mereka
seketika sirna. Kim Put-hoan berdehem dan menyingkir cukup jauh dan tidak
berani lagi beradu pandang dengan orang lain.
Sekilas Li Tiang-ceng melirik ke arahnya, lalu menggeleng
kepala dan menghela napas.
Setelah rombongan orang banyak pergi baru A To
mengacungkan ibu jari dan memuji dengan tertawa, "Sim-
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
siangkong memang seorang kawan sejati, meski dalam
keadaan bahaya tetap tidak melupakan keselamatan Suhuku,
pantas Suhu rela menjual jiwanya kepada Sim-siangkong."
Sim Long tersenyum, katanya, "Anak baik, ingat, hanya dalam
kesulitan baru kelihatan sahabat sejati."
A To berkata, "Tapi tetap tidak kumengerti kenapa Siangkong
melepas ... melepaskan orang she Kim itu?"
Sim Long menghela napas katanya, "Umpama aku bertindak
kepadanya, Li-jihiap tentu melindunginya."
A To manggut-manggut. Mendadak Sim Long berkata pula, "Ada satu hal ingin
kutanyakan kepada Kim-heng, entah ...."
Sebelum lanjut ucapan orang segera Kim Bu-bong berkata, "Di
antara empat duta Koay-lok-ong hanya diriku yang diutus
lebih dulu ke Tionggoan, tapi tidak pernah kugunakan nama
Hoa Lui-sian untuk mencelakai orang, siapa yang membunuh
Kim Tin-ih, terus terang aku tidak tahu."
Bahwa dia dapat meraba pertanyaan apa yang akan diajukan,
Sim Long tidak merasa heran, tapi apa yang dikatakan itu
benar-benar membuatnya terkejut, sesaat dia melenggong,
gumamnya, "Kalau begitu, lalu siapa yang membunuh
keluarga Kim Tin-ih" Kecuali anak buah Koay-lok-ong, adakah
aliran lain dalam dunia Kangouw yang juga meyakinkan
kungfu andalan perguruan orang lain?"
"Kurasa demikian," ujar Kim Bu-bong, "dan lagi ... Jik-sat-jiu
adalah kungfu andalan Say-gwa-sin-liong yang tidak diajarkan
kepada pihak luar, kecuali seorang murid Koay-lok-ong tiada
lain yang pernah meyakinkannya, padahal orang ini sekarang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
jauh berada di luar perbatasan sana, bila An-yang-ngo-gi mati
karena Jik-sat-jiu, sungguh aku pun tidak habis mengerti."
Sim Long kaget, katanya, "Kuyakin biasanya dugaanku jarang
meleset, siapa nyana hari ini segala rekaanku tiada satu pun
yang tepat, tapi ... tapi An-yang-ngo-gi jelas keluar dari
kuburan kuno itu dalam keadaan terluka, jika bukan Kim-heng
yang turun tangan, apakah dalam kuburan itu ada orang lain"
Lalu siapa dia" Dari mana pula dia bisa mempelajari kungfu
andalan orang lain?"
Kim Bu-bong menghela napas, katanya, "Keadaan semakin
ruwet, agaknya geger dunia persilatan sudah di depan mata
...." Guram air muka Sim Long, katanya dengan prihatin, "Hwe-
hay-ji tidak jelas parannya, Thi Hoat-ho dan belasan jago lain
lenyap secara misterius" Pembunuh keluarga Kim Tin-ih sukar
ditemukan, kecuali anak murid Koay-lok-ong ternyata masih
ada orang lain dalam dunia Kangouw yang mahir kungfu maut
itu" Di balik persoalan ini pasti ada muslihat keji, peristiwa ini
masih terselubung, tiada titik terang untuk bahan
penyelidikan, tapi dalam jangka waktu setengah bulan harus
kupecahkan persoalannya."
Kalau orang lain menghadapi persoalan serumit ini mungkin
akan putus asa dan menangis, tapi setelah menghela napas,
alis Sim Long lantas terbuka lebar, katanya dengan tertawa,
"Padahal waktu masih ada lima belas hari, tapi aku sekarang
gelisah setengah mati, tentu bikin Kim-heng geli."
Di tengah gelak tertawa dia lantas berjalan cepat beberapa
langkah, melihat Kim Bu-bong masih berdiri terlongong,
mendadak dia berhenti, katanya, "Kenapa Kim-heng ...."
belum habis dia bicara, mendadak suatu ilham terkilas dalam
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
benaknya, cepat dia mundur pula beberapa langkah dan
mengawasi Kim Bu-bong. Mereka saling pandang, wajah mereka seketika mengunjuk
rasa girang, tanpa bicara lagi langsung mereka melangkah ke
kuburan kuno, A To kaget dan heran, tak tahan dia bertanya,
"Apa yang hendak kalian lakukan?"
Sim Long berkata, "Jika orang itu tidak ambles ke dalam bumi
atau terbang ke langit, tapi tapak kaki mereka justru terputus
di tengah jalan, kecuali orang-orang itu menyurut mundur
pula, jawaban apa lagi yang bisa kita dapatkan?"
A To memang cerdik, katanya, "Betul, bila mereka mundur
kembali dengan menginjak tapak kakinya sendiri, orang lain
dengan sendirinya tidak akan tahu .... Pantas semua tapak
kaki itu kelihatan berat dan ambles dalam serta agak kacau,
ternyata setiap tapak kaki itu diinjak dua kali."
Maklum, tapak kaki siapa pun bila diinjak dua kali pasti akan
lebih dalam dan kacau keadaannya.
Kim Bu-bong berkata, "Sekarang masih ada satu hal yang
belum kumengerti. Tujuan mereka berbuat demikian jelas
untuk mengelabui orang lain, lalu siapa yang ingin mereka
tipu?" "Yang hendak ditipu jelas kau dan aku, yang tidak kupahami
adalah kenapa Thi Hoat-ho tidak mau menemui anak bininya,
kecuali ...." Gemerdep sinar mata Kim Bu-bong, tukasnya, "Kecuali orang-
orang itu sudah menjadi tawanan, dan di bawah pengaruhnya,
demi menculik belasan tokoh itu, maka mereka dipaksa
berbuat demikian untuk mengelabui mata orang sehingga
sukar menemukan jejak mereka. Tapi ... tapi orang sebanyak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
itu, bukan saja tunduk pada perintahnya dan pergi
bersamanya dengan menyurut mundur ke sana, bukankah hal
ini terlalu luar biasa?"
"Kalau orang lain tidak perlu dibuat heran, bahwa Thi Hoat-ho
juga rela meninggalkan anak bininya, itulah yang luar biasa,
kecuali ... kecuali dia kehilangan kesadarannya atau
terpengaruh oleh kekuatan gaib."
"Ya, pasti demikian," seru Kim Bu-bong, "kalau tidak, biarpun
orang itu memiliki kungfu setinggi langit dan mampu
menguasai mati-hidup orang, tapi jago-jago Bu-lim yang
gagah dan keras hati itu belum tentu mau tunduk pada
perintahnya." Sembari bicara mereka terus menyusuri bekas tapak kaki
hingga sampai di depan kuburan kuno, mereka saling pandang
sekali, lalu berhenti. Tampak salju di sebelah kiri semrawut
dengan tapak kaki acak-acakan, lebih ke depan lagi bekas
tapak kaki kelihatan lebih cetek dan lebih rata.
Kim Bu-bong berkata, "Orang-orang itu pasti mundur sampai
di sini, lalu naik kereta di tepi jalan, di belakang kereta
menyeret ranting pohon sehingga bila kereta berjalan bekas
roda pun tersapu bersih."
Bahwa persoalan ruwet yang tak terpecahkan akhirnya bisa
dibikin jelas, sungguh lega perasaan mereka, tapi hanya
sekejap Kim Bu-bong lantas berkerut kening pula, katanya,
"Cara kerja orang itu begini teliti, dia dapat memikat puluhan
orang hingga rela mengekor dia, sungguh aku tidak habis pikir
tokoh macam apa ini?"
Sim Long termenung, katanya kemudian, "Tahukah Kim-heng
dalam dunia ini siapa yang mahir menggunakan Bi-hun-sip-
sim-tay-hoat (semacam ilmu sihir)?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tanpa pikir Kim Bu-bong menjawab, "Hun-bong-siancu!"
"Betul, Hun-bong-siancu dulu pernah menggunakan Am-gi
(senjata rahasia) paling jahat Thian-hun-ngo-han-bian (kapas
pancawarna) dan Bi-hun-sip-sim-tay-hoat hingga namanya
menggetarkan Bu-lim. Jago silat kelas wahid sekalipun bila
berhadapan dengan Hun-bong-siancu juga bertekuk lutut."
"Tapi ... bukankah Hun-bong-siancu sudah mati sekian tahun
lamanya ...." "Kalau Ca Giok-koan bisa pura-pura mati, padahal masih
hidup, kenapa Hun-bong-siancu tidak bisa berbuat demikian
pula?" sembari bicara Sim Long mengeluarkan sebuah pelat
besi, katanya, "Apakah Kim-heng tahu besi apa ini?"
Kim Bu-bong hanya melirik saja, air mukanya seketika
berubah, serunya, "Thian-hun-ling."
"Betul, inilah Thian-hun-ling yang digunakan Hun-bong-siancu
untuk memerintah kawanan iblis."
"Dari mana Sim-heng memperoleh pelat ini?"
"Di atas meja batu yang terletak di mulut gua kuburan kuno
itu, semula kukira pelat ini milik Kim-heng, kini dapatlah
kutarik kesimpulan bahwa yang menaruh pelat ini di atas meja
pasti orang yang membunuh An-yang-ngo-gi dengan Jik-sat-
jiu, yang membawa Pui Jian-li dan lain-lain pasti perbuatannya


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula." Pucat muka Kim Bu-bong, "Orang ini berada dalam kuburan,
aku ternyata tidak tahu, malah segala gerak-gerikku di bawah
pengawasannya .... Siapa dia, betulkah Hun-bong-siancu
sendiri?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Membayangkan musuh yang tidak kelihatan selalu mengintip
gerak-geriknya di dalam kuburan kuno itu, Kim Bu-bong jadi
bergidik sendiri. "Apakah betul dia Hun-bong-siancu" Apa betul Hun-bong-
siancu muncul dalam percaturan Kangouw pula" Muslihat apa
pula yang dirancangnya dengan menculik Thi Hoat-ho dan
lain-lain" Ke mana pula Thi Hoat-ho dan belasan orang itu
dibawa pergi" Pembunuhan keluarga Kim Tin-ih apakah juga
perbuatannya" .... Ai, dalam setengah bulan aku harus
memecahkan semua persoalan ini, entah sudikah Kim-heng
membantuku?" "Semua persoalan ini ada sangkut pautnya dengan diriku, bila
persoalan itu tidak terpecahkan, sehari pun aku tidak bisa
tenang," ujar Kim Bu-bong.
Jilid 7 "Kalau begitu, silakan Kim-heng ikut padaku, apa pun yang
akan terjadi tetap harus kuselidiki. Soal kelak engkau akan
menjadi kawan atau lawanku tidak perlu dipikirkan sekarang."
Jawab Kim Bu-bong, "Ya, memang demikian seharusnya."
Maka mereka terus mengikuti bekas salju yang tersapu,
sepanjang jalan memang tidak sedikit penemuan mereka, Kim
Bu-bong melepas pandang ke empat penjuru, katanya dengan
menghela napas, "Melihat gelagatnya, mereka seperti menuju
ke barat." Sim Long berkerut kening, katanya, "Kalau mereka menuju ke
tempat yang ramai tentu akan menarik perhatian orang, tapi
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
ke arah barat adalah Thay-hang-san, jalan yang jelas sangat
sepi." "Dengan orang sebanyak itu, tentu tak bisa berjalan cepat.
Bila kita percepat mungkin dapat menyusul mereka."
Tapi meski mereka mengejar hingga mentari sudah doyong ke
barat tetap tidak menemukan kereta yang patut dicurigai, bila
ketemu orang lewat, Kim Bu-bong lantas menyingkir dan Sim
Long cari keterangan, soalnya tampang Kim Bu-bong yang
aneh dan jelek itu mungkin menakutkan orang dan pasti tak
mau memberi keterangan. Namun sepanjang jalan usaha Sim Long juga selalu nihil, ada
yang menjawab tidak melihat apa-apa, ada yang bilang
pernah melihat kereta, ditegaskan kereta macam apa dan ada
berapa" Bagaimana pula tampang kusir keretanya" Orang-
orang itu hanya melongo saja dan tidak mampu memberi
Bayang Bayang Kematian 2 Joko Sableng 30 Pengadilan Neraka Pendekar Laknat 1
^