Pencarian

Pendekar Baja 5

Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 5


keterangan lagi. Menjelang magrib hujan salju turun pula, terpaksa mereka
mampir di sebuah pondokan di luar Lokyang, pengaruh bius di
tubuh Cu Jit-jit sudah lenyap, maka dia rewel lagi kepada Sim
Long, setelah Sim Long memberi keterangan betapa ruwet
persoalannya, Jit-jit jadi melongo dan ngeri.
Penginapan di dusun kecil ini amat sederhana, setelah Kim Bu-
bong menyodorkan sekeping uang perak, pemilik rumah baru
mau memberikan dipan batu yang di bawahnya diberi
perapian setiap orang menghabiskan beberapa mangkuk
bubur daging sapi, Sim Long berbaring terus tidur, A To juga
meringkuk di pojokan, tapi Jit-jit duduk di atas dipan yang
keras itu, mengawasi selimut kapas yang kasar dan apak,
terbayang yang dibakar di bawah dipan adalah tumpukan tahi
kuda, nona cantik bertubuh montok dari keluarga hartawan ini
mana dapat memejamkan mata.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi kalau dia tidak tidur, tampang Kim Bu-bong sejelek setan
itu selalu terbayang di depan matanya.
Melihat Sim Long dapat tidur nyenyak dan mendengkur,
sungguh dongkol sekali Jit-jit, diam-diam dia membatin,
"Orang yang tidak punya perasaan, masa tidur sendiri seperti
ini?" Saking dongkol dia buang selimut terus turun dan mendorong
pintu, ia berjalan keluar, meski badan terasa dingin sampai
menggigil, tapi melihat taburan bunga salju di udara sungguh
pemandangan yang memesona.
Di kejauhan terdengar kentungan peronda, waktu sudah lewat
tengah malam. Mendadak terdengar suara ringkik kuda dan
kereta sayup-sayup terbawa angin dari kejauhan.
Terbangkit semangat Jit-jit, batinnya, "Mungkinkah mereka
telah tiba, biar aku membangunkan Sim Long."
Tapi belum lenyap pikirannya, mendadak sesosok bayangan
orang sudah melayang keluar lewat sampingnya, siapa lagi
kalau bukan Sim Long. Orang yang tidur paling nyenyak ternyata keluar paling cepat,
entah senang atau gemas, Jit-jit mengomel di dalam hati,
"Bagus, ternyata kau pura-pura tidur ...."
Baru saja dia hendak memanggil, bayangan seorang
berkelebat pula di sampingnya, siapa lagi kalau bukan Kim Bu-
bong. Betapa pesat gerakan kedua orang ini, hanya sekejap sudah
lenyap di balik tembok sana, sama sekali tidak bicara kepada
Cu Jit-jit. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dongkol sekali hati Jit-jit, pikirnya, "Baik, kalian tidak
mengajak diriku, biar kukejar sendiri."
Padahal suara roda kereta dan lari kuda kini tidak terdengar
lagi, Cu Jit-jit tidak jelas dari arah mana datangnya suara
kereta tadi. Keruan ia gelisah. Mendadak dia ambil tusuk
kundai dan dilemparkan ke tanah, ujung tusuk kundai
mengarah ke timur, segera dia kembangkan Ginkang dan
berlari ke timur. Sepanjang jalan jangankan melihat kereta, bayangan setan
pun tidak dilihatnya. Keadaan di sini juga semakin sepi, pohon
kering di tengah hujan salju di malam gelap kelihatan mirip
bayang-bayang setan yang siap menerkam. Kalau orang yang
bernyali kecil pasti akan putar balik, tapi Cu Jit-jit justru gadis
binal yang bandel, makin tidak ketemu makin ingin dicarinya.
Namun usaha pencariannya tetap nihil, Jit-jit sendiri sudah
hampir beku kedinginan, sejak kecil dia biasa diladeni, hidup
mewah dan main perintah, setiap patah katanya harus
dipatuhi ratusan orang, kapan dia pernah menderita seperti
ini. Mendadak embusan angin dingin terasa merasuk tulang,
ternyata sepatunya telah bolong, salju masuk ke dalam sepatu
dan membasahi kaus kaki. Jit-jit menjadi bingung, makin dipikir makin khawatir, akhirnya
dia menggelendot di pohon sambil memegang kaki dan
menangis terisak. Omelnya, "Untuk siapakah aku menderita
begini" Orang tidak punya Liang-sim (perasaan), tahukah
kau?" Belum habis dia bicara sendiri, dari luar hutan kering sana
terdengar langkah orang yang menyaruk salju, suaranya yang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
ganjil ini membikin Jit-jit merinding, saking takut air mata pun
lupa menetes, dia menyurut ke belakang pohon dan mengintip
ke sana. Derap kaki makin dekat, lalu muncul dua sosok bayangan
putih, di bawah pancaran cahaya salju tertampak kedua orang
ini mengenakan jubah putih panjang menyentuh tanah,
rambut panjang melampaui pundak, tangan masing-masing
memegang cambuk panjang hitam, seperti badan halus saja
melayang tiba, waktu ditegasi, ternyata dua gadis belia yang
berwajah cantik. Meski wajah mereka kelihatan kaku dingin, betapa pun
mereka adalah gadis remaja, maka legalah hati Cu Jit-jit,
namun tetap menahan napas dan tetap mengintip tanpa
bergerak. Sambil berjalan kedua gadis berbaju putih itu celingukan kian
kemari, lalu berhenti, gadis di sebelah kiri mendadak
mendekap bibir dan bersuit.
Suara suitannya terdengar tajam melengking seperti pekikan
setan, Cu Jit-jit sampai berjingkat kaget, tapi lantas
didengarnya suitan yang sama dalam jarak puluhan tombak
sana, kejap lain terdengar derap kaki orang banyak semakin
dekat. Mendadak muncul dua belas laki-laki jalan beriring menjadi
dua barisan memasuki hutan.
Kedua belas lelaki ini ada tua-muda, tinggi-pendek, tapi wajah
mereka tampak kaku seperti linglung, lebih mirip mayat hidup
yang digiring, di belakang mereka ada lagi dua gadis berbaju
putih yang memegang cambuk panjang, bila seorang keluar
barisan segera cambuk mereka menghajar tubuhnya, cepat
orang itu menyelinap pula ke dalam barisan, wajahnya tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
menunjuk sesuatu perasaan, seperti tidak merasakan sakit
sama sekali. Baru saja hati Jit-jit merasa lega dan hilang rasa kaget,
melihat keadaan ganjil ini, jantungnya kembali berdebar-
debar. Selama hidupnya dia cuma pernah melihat penggembala
menggiring kambing, sapi, kuda, atau bebek, mimpi pun tak
terbayang olehnya bakal melihat gadis-gadis remaja
menggiring mayat hidup. "Mengiring mayat," mendadak Jit-jit teringat pada cerita yang
biasa terjadi di daerah Siang-say, kembali ia merinding,
batinnya, "Mungkinkah ini menggiring mayat?"
Tapi di sini bukan di Siang-say, juga orang-orang itu meski
kaku dingin, jelas tidak mirip orang mati. Kalau bukan orang
mati kenapa menurut saja digiring"
Tampak gadis yang datang duluan tadi mengangkat
cambuknya, belasan orang itu pun berhenti, seorang gadis
berbaju putih yang berperawakan lebih tinggi berkata sambil
menghela napas, "Ai, letih betul, rasanya mau mati, biarlah
kita istirahat di sini!"
Gadis temannya berwajah bagai bulan, ia pun menghela
napas, katanya, "Tugas menggiring orang seperti ini memang
bukan tugas enteng, sudah tidak bisa istirahat, juga khawatir
kepergok orang. Kepada kita Toasiauya justru memberi nama
julukan yang indah 'Pek-hun-bok-li' ...." mendadak ia tertawa
cekikik geli, lalu menyambung, "Bok-li (gadis gembala), bila
orang mendengar nama ini pasti kita disangka penggembala
kambing atau sapi, siapa tahu yang kita gembala adalah
manusia?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Gadis berperawakan ramping tertawa, katanya, "Menggiring
orang kan lebih baik daripada digiring orang. Kau tahu di
antara orang-orang ini tidak sedikit tokoh-tokoh ternama,
umpama dia ...." cambuknya menuding ke tengah barisan,
"dia ini salah seorang Piauthau terkenal di daerah Ho-say."
Jit-jit ikut mengintip ke arah yang ditunjuk, tertampak di
tengah barisan itu berdiri seorang lelaki berbadan tinggi besar,
tegak kaku dengan selebar muka penuh berewok, siapa lagi
kalau bukan Can Ing-siong"
Jika Can Ing-siong berada di sini, maka orang-orang ini pasti
juga datang dari kuburan kuno itu. Sungguh Jit-jit tak
menyangka tanpa sengaja akan memergoki rahasia ini,
sungguh kejut dan girang hatinya, batinnya, "Walau Sim Long
cerdik dan pandai, pasti tidak pernah menyangka di dunia ini
ada orang menggembala manusia, dia kira setelah orang-
orang ini terpengaruh daya ingatannya pasti akan dinaikkan
kereta .... Hah, terpaut serambut selisihnya ternyata sangat
jauh, seluruh perhatiannya tertuju untuk menguntit kereta,
diam-diam orang lain justru menggiring pergi orang-orang ini
di tengah malam dingin."
Meski Can Ing-siong musuhnya, tapi melihat keadaannya yang
mengenaskan, hati Jit-jit jadi merasa kasihan, pikirnya,
"Bagaimana aku harus memberitahukan kepada Sim Long
supaya dia berusaha menolong mereka?"
Tapi lantas terpikir pula, "Ah, tidak, Sim Long selalu anggap
aku gadis kolokan, aku justru akan melakukan sesuatu yang
mengejutkan dia supaya terbuka matanya, dan kesempatan
kini berada di depan mata, mana boleh kuabaikan. Setelah
aku menyelidiki sampai jelas duduk persoalannya baru pulang
memberitahukan kepadanya, akan kulihat bagaimana mimik
wajahnya nanti." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lantas terbayang olehnya Sim Long yang menyengir dan
kagum serta memuji kepadanya, maka tersimpul senyum
manis di wajahnya. Terdengar salah seorang Pek-hun-bok-li atau Gadis
Penggembala Awan Putih yang bertubuh kecil berkata, "Waktu
sudah mendesak, marilah berangkat! Jangan lupa, sebelum
terang tanah kita harus menggiring orang-orang ini tiba di
tempat tujuan, kalau terlambat kita berempat bakal kena
hukuman." Gadis bermuka bulat berkata, "Kenapa tergesa-gesa, apa
gunanya kita sampai di tempat tujuan lebih dini daripada
waktu yang ditentukan?"
Yang berperawakan tinggi menghela napas, katanya, "Tiba
lebih dini kan lebih baik daripada terlambat, marilah
berangkat." Cambuk panjang terayun, segera dia membuka jalan di depan.
Can Ing-siong dan lain-lain lantas mengintil di belakangnya,
persis kawanan bebek yang digiring ke sawah.
Sementara kedua gadis berbaju putih yang lain mengayun
cambuk panjang untuk menghapus bekas tapak kaki mereka
di atas salju, dengan cepat mereka sudah keluar hutan pula.
Jit-jit berpikir, "Agaknya mereka membagi diri dalam empat
kelompok, asal kukuntit kelompok yang ini ke sarang mereka,
tentu tak bisa mereka lolos."
Dengan penuh semangat dan tekad akan membongkar
peristiwa misterius ini, kaki dingin tidak dirasakan lagi, dengan
main sembunyi dan menahan napas, dia terus menguntit
rombongan orang-orang ini dari kejauhan. Untung langkah
kaki mereka yang menyaruk salju cukup jelas terdengar dari
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kejauhan, maka Jit-jit tidak perlu khawatir kehilangan jejak
buruannya. Agaknya Pek-hun-bok-li juga tidak mengira di tengah malam
dingin hujan salju ini ada orang memergoki rombongan
mereka, maka sedikit pun mereka tidak meningkatkan
kewaspadaan, hakikatnya mereka tidak pernah menoleh atau
memeriksa keadaan di depan dan di belakang.
Kecuali derap kaki lirih, mereka tidak mengeluarkan suara,
cara menggiring tawanan puluhan orang dari satu tempat ke
tempat lain ini memang akal yang bagus.
Makin dipikir makin kagum Jit-jit akan cara yang ditempuh
orang ini, dalam hati dia membatin, "Cara sebagus ini kenapa
sebelum ini tak pernah ada yang memanfaatkannya" .... Tapi
orang yang dapat menggunakan akal misterius ini, tentu dia
sendiri juga makhluk aneh."
Sambil meraba-raba siapa sebetulnya makhluk aneh itu dan
bagaimana tampangnya, tanpa terasa dia sudah menguntit
satu jam lebih. Diperkirakan sekarang mungkin sudah mendekati fajar, tapi
musim dingin biasanya malam lebih panjang dan siang
pendek, maka alam semesta masih gelap gulita, sedikit cahaya
pun belum tampak. Cu Jit-jit menduga rombongan "penggiring mayat" ini pasti
menuju suatu tempat tersembunyi yang jarang dijelajah
manusia, siapa tahu makin maju ke depan, kecuali
menyeberangi sungai yang beku permukaannya, jalanan
ternyata makin rata, di bawah refleksi cahaya salju dapat Jit-jit
melihat bayangan tembok kota besar di kejauhan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Hal ini kembali di luar dugaannya, pikirnya, "Apakah nona
penggiring mayat ini akan masuk ke kota" Ah, kukira tak
mungkin." Tapi kenyataan kawanan mayat hidup itu memang digiring
mendekati kota. Waktu itu pintu kota baru terbuka, dua buah kereta
mentereng mendadak dibedal keluar dengan kencang. Empat
sisi kereta bergantung empat lampu yang menyala terang,
kelihatannya kereta milik keluarga bangsawan atau orang
berpangkat, bukan saja keretanya, kudanya pun tinggi besar.
Jit-jit membatin, "Umpama mereka mau masuk kota tentu
juga takkan naik kereta yang mentereng ini, bukankah
menarik perhatian orang malah?"
Tak tahunya kedua kereta itu justru menyongsong ke arah
rombongan "penggiring mayat" ini, nona bermuka bundar
bersuit sekali, kereta segera berhenti, kedua belas lelaki dan
empat nona berbaju putih segera naik ke atas kedua kereta
itu. Jit-jit melongo mengawasi kejadian ini, bingung dan kaget, dia
tidak tahu bahwa sepak terjang orang-orang ini memang
selalu di luar dugaan orang, jika penggunaan kereta kuda ini
dapat diraba orang, tentu bukan peristiwa misterius lagi.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat sekali kedua kereta itu bergerak. Jit-jit menjadi nekat,
pikirnya, "Sekali bekerja tidak boleh kepalang tanggung,
umpama harus masuk kubangan naga dan gua harimau tetap
akan kukuntit mereka sampai ke sarangnya."
Mendadak ia melompat ke depan, dengan gesit ia menyusup
ke kolong kereta, dengan membonceng di bawah kereta dia
ikut masuk ke sarang musuh.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang lain mungkin harus berpikir dua kali, tapi Jit-jit memang
gadis binal dan bandel, kalau tidak tentu takkan mengalami
macam-macam bahaya. Kereta masuk kota, Jit-jit bergelantung di kolong kereta dan
merasa punggung menyentuh salju, rasa dingin merangsang
badannya, sukar baginya membedakan ke arah mana kereta
dilarikan. Lambat laun sekeliling mulai terdengar suara orang,
sayup-sayup dia mendengar orang berkata, "Bunga anggrek
ini bibit istimewa, sukar ditemukan meski sengaja dicari."
"Sekarang kan sedang musim bunga, lewat musimnya tentu
sukar dibeli lagi." "Seruni ini terlebih molek lagi, bila ditaruh di meja makan,
suasana tentu bertambah indah."
Mendengar percakapan itu, hidung Jit-jit lantas membau
harum bunga, dapat ditebak tempat ini adalah pasar pagi
yang khusus menjual bunga.
Kereta lantas berhenti sejenak, agaknya keempat Pek-hun-
bok-li membeli tidak sedikit bunga kesayangan mereka. Jit-jit
jadi heran, "Untuk apa mereka membeli bunga?"
Terdengar penjual bunga berkata, "Nona boleh ambil saja,
kenapa bayar segala."
"Besok pagi akan datang jenis bunga lain yang lebih bagus
mutunya, hendaknya nona datang lebih pagi."
Jit-jit tambah heran, "Agaknya mereka adalah langganan
lama, hubungannya dengan para penjual bunga sudah akrab,
orang yang tindak tanduknya serbamisterius ternyata sering
kemari membeli bunga, sungguh aneh."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kereta mulai bergerak pula ke depan, Jit-jit tidak sempat
berpikir lebih banyak. Setelah keluar dari pasar bunga, jalanan kota yang ditempuh
ternyata berbelak-belok ke kiri dan ke kanan, selang sekian
lama lagi, terdengar seorang dalam kereta berkata, "Apakah
pintu gerbang terbuka?"
"Ya, terbentang lebar, orang lain mungkin sudah tiba lebih
dulu." "Nah, kan sudah kubilang pulang lebih dini, kau justru ingin
istirahat segala." "Sekarang sudah sampai, untuk apa mengomel, lekas masuk!"
Di tengah percakapan itu, kereta mendadak berjalan
menanjak, semula Jit-jit mengira mendaki lereng bukit,
akhirnya baru diketahui cuma undakan batu yang lebarnya
hanya tiba cukup lewat sebuah kereta, kedua sisi dipagari
tembok pendek, undakan batu juga hanya belasan tingkat, di
ujung atas terdapat sebuah gerbang yang luas.
Setelah masuk pintu, jalan di situ dilandasi balok batu hijau,
salju sudah tersapu bersih, walau tidak bisa melihat keadaan
sekelilingnya, tapi Jit-jit merasakan pekarangannya sangat
luas dan bangunannya megah, halaman demi halaman berlaku
pula, kemudian baru terdengar seorang berseru, "Kereta
diparkir di barak nomor tujuh, orangnya boleh turun lebih
dulu." Jit-jit coba mengintip, dilihatnya kedua sisi kereta ada belasan
kaki orang yang mondar-mandir, semua mengenakan sepatu
berselongsong tinggi, tapi ada juga yang bersepatu kain
bersulam, ada yang pakai celana, ada yang bergaun, langkah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mereka ringan, cuma tidak kelihatan wajah mereka, baru
sekarang Jit-jit mulai gelisah.
Sekarang dia sudah masuk sarang harimau, ia tak menemukan
akal cara meloloskan diri, bila ada orang berjongkok melongok
kolong kereta, maka dia akan ketahuan, umpama dirinya
punya enam tangan dan tiga kepala juga jangan harap bisa
melarikan diri. Kini selain gugup ia pun agak menyesal, tidak seharusnya
seorang diri dia menyerempet bahaya, kini umpama dia mati
di sini demi Sim Long juga tak diketahui anak muda itu.
Suara orang banyak ribut seperti di pasar, ringkik kuda
terdengar di sana-sini, beberapa orang menarik kereta masuk
ke istal, ada yang sibuk menimba air, mengambil sikat,
mencuci kuda dan membersihkan kereta, untung tiada yang
melongok ke kolong kereta.
Tubuh Jit-jit terasa kaku dingin, lengannya pegal linu,
sungguh dia ingin terjang keluar. Tapi dia belum ingin mati,
terpaksa bertahan sekuat tenaga, hanya satu yang
diharapkan, semoga tukang cuci ini lekas mengakhiri kerjanya
dan menyingkir. Tak tahunya pencuci itu justru tidak mau pergi, sambil
mencuci kuda dan membersihkan kereta malahan sambil
ngobrol, ada yang bertembang lagi, maklum, laki-laki kasar,
yang dibicarakan tentu juga urusan perempuan melulu.
Jit-jit mengertak gigi, dalam hati dia mencaci maki dan
mengutuki supaya orang-orang ini lekas mampus.
Tiba-tiba terdengar bunyi keleningan, seorang berteriak,
"Sarapan pagi sudah tersedia, siapa ingin makan bubur lekas
ambil!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pencuci kereta dan kuda itu serempak bersorak gembira, sikat
dibuang, sapu dilempar, kain lap juga ditinggalkan begitu saja,
hanya sekejap orang-orang kasar itu sudah tidak kelihatan lagi
bayangannya. Lega hati Jit-jit, dia tidak tahan lagi, ia jatuh telentang di atas
tanah, seluruh ruas tulang seperti terlepas. Tapi dia sadar
dirinya masih dalam bahaya, terpaksa dia mengertak gigi dan
menahan sakit, perlahan ia merangkak keluar, sembunyi di
belakang kereta dan mengintip keluar.
Di luar istal ada puluhan pohon cemara tua dan rindang penuh
salju yang bergantungan di pucuk pohon, ke sana lagi
terdapat bangunan yang berderet-deret, entah berapa banyak
gedung yang berada di sekitarnya.
Diam-diam Jit-jit berkerut alis, sungguh dia tidak mengerti
dirinya berada di tempat apa, dari bangunan gedung yang
besar megah berderet ini, ia menduga kalau bukan istana raja
tentu gedung menteri, tapi bila direnungkan lagi hal ini pun
tidak mungkin. Selagi sangsi, tiba-tiba terdengar seorang tertawa mengikik,
kuduk lantas dicium orang dari belakang.
Keruan kaget dan gusar Jit-jit, cepat ia membalik badan,
sayang tubuhnya masih pegal linu dan tak bertenaga, gerak-
geriknya tidak setangkas semula, setelah membalik badan,
ternyata tidak ada bayangan orang.
Tiba-tiba terasa tengkuk dicium orang pula, lalu suara bernada
jahil berkata di belakangnya, "Wah, alangkah wanginya!"
Kontan Jit-jit menyikut ke belakang, tapi sodokannya luput.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Waktu dia putar badan lagi orang itu sudah berada di
belakangnya dan mencium tengkuknya pula dan katanya
dengan tertawa, "Seorang nona sepantasnya lemah lembut,
mana boleh main sikut dan pukul."
Suara orang sekali ini kedengaran serak tua, berbeda dengan
suara tadi. Sungguh kaget, takut, dan marah bukan kepalang Jit-jit, cepat
dia putar tubuh, bayangan orang tetap tidak kelihatan, malah
kuduknya tetap dicium pula sekali. Didengarnya orang di
belakang berkata dengan tertawa, "Meski lebih cepat kau
berputar juga tidak akan melihat diriku."
Sekarang suaranya berubah lembut seperti suara seorang
gadis remaja. Jit-jit menjadi gemas, beruntun dia berputar lima kali, otot
tulangnya sudah bekerja normal maka gerak tubuhnya tambah
cepat dan tangkas, tak tahunya gerak-gerik orang seperti
bayangan setan saja, betapa pun cepat Jit-jit bergerak, orang
terlebih cepat lagi, suara bicaranya juga berubah-ubah, dari
tua menjadi muda, lelaki berubah menjadi suara perempuan,
seolah-olah ada delapan orang ganti-berganti bicara di
belakangnya. Betapa besar nyali Cu Jit-jit, saking ngeri jantungnya seperti
hendak melompat keluar, katanya, dengan gemetar, "Kau ...
sebetulnya orang atau setan?"
Orang itu tertawa senang, sahutnya, "Setan ... setan bajul
buntung!" - Lalu ia mencium pula.
Bibir orang terasa dingin seperti es, setiap kali kuduk Jit-jit
dicium orang rasanya seperti dipagut ular, menyingkir tidak
mungkin, berkelit juga tidak bisa.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Betapa pun Jit-jit memang gadis cerdik yang pandai
menggunakan otaknya, setelah bola matanya berputar,
mendadak dia tertawa cekikik malah, katanya, "Kalau betul
kau setan bajul, kenapa tidak berani mencium pipiku?"
Orang itu tertawa, katanya, "Bila kucium pipimu, bukankah
akan terlihat olehmu?"
"Biar aku memejamkan mata," ujar Jit-jit.
"Meski ucapan perempuan tak dapat dipercaya, tapi .... Ai,
betapa pun aku harus percaya sekali ini."
Kedua tangan Jit-jit sudah penuh terisi tenaga, matanya
terbelalak, mulut berkata sambil mengikik, "Sudah, mulai!"
Tiba-tiba pandangannya kabur, bayangan seorang berkelebat
di depan mata. Dengan sekuat tenaga Jit-jit menghantam
dengan kedua tangan, siapa tahu sebelum tinjunya mengenai
sasaran, kedua tangannya sudah terpegang orang malah.
Orang itu bergelak tertawa, katanya, "Omongan perempuan
memang tidak boleh dipercaya, untung aku sudah sering
tertipu, sekarang tidak mudah ditipu lagi."
Tampak jelas orang ini berpakaian warna jambon, bersepatu
tebal, dandanannya persis pemuda bergajul yang suka
menggoda perempuan, tapi wajahnya jelek, mata kecil, hidung
pesek, alis pendek, bibir tebal, tampang yang menjijikkan.
Jit-jit ngeri dan mual, tapi kedua tangannya dipegang orang
sehingga tidak mampu meronta, serunya gugup, "Kau ...
bunuhlah diriku, aku ini mata-mata yang menyelundup kemari,
lekas kau serahkan diriku kepada majikan gedung ini, biar aku
dihukum berat!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ia pikir lebih baik dirinya tertangkap sebagai musuh yang
menyelundup kemari dan dihukum berat daripada jatuh ke
tangan pemuda bajul yang berwajah jelek ini.
Tak tahunya orang lantas cengar-cengir dan berkata, "Majikan
rumah ini bukan bapakku juga bukan anakku, kau boleh jadi
mata-mata, apa sangkut pautnya dengan aku" Kenapa harus
kuserahkan dirimu kepadanya!"
"Jadi kau pun menyelundup kemari secara sembunyi-
sembunyi?" tanya Jit-jit kaget.
Pemuda baju jambon tertawa, katanya, "Kalau tidak masa aku
keluar dari istal?" Berputar biji mata Cu Jit-jit, harapan hidup timbul dalam
benaknya, katanya dalam hati, "Dinilai dari kungfunya yang
tinggi, bila dia mau membantuku, dengan mudah segera aku
bisa meninggalkan tempat ini."
Tapi berhadapan dengan orang sejelek ini, makin dipandang
makin mual, kalau dia harus memohon kepadanya, betapa
pun dia tidak sudi. Apalagi mata orang yang kecil itu bersinar
cabul, kata-kata minta bantuan yang hampir terlontar dari
mulutnya lantas ditelannya kembali.
Sudah sipit matanya, tapi pemuda itu sengaja memicingkan
mata, seperti menikmati sebuah karya besar pengukir
ternama, ia mengawasi wajahnya, dadanya, pinggulnya, lalu
pahanya, semua bagian tubuh Jit-jit dipandangnya seperti juru
kir atau wasit dalam pemilihan ratu kecantikan, mendadak dia
tertawa lebar, katanya, "Apa kau mau minta kubantu
melarikan diri?" "Ap ... apa kau bisa?" Cu Jit-jit gelagapan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pemuda baju jambon tertawa, katanya, "Orang lain anggap
tempat ini kubangan naga atau gua harimau, bagiku mau
datang boleh datang, mau pergi bisa pergi, mondar-mandir
sesuka hatiku seperti keluar-masuk di rumah sendiri."
"Kukira kau hanya membual saja," kata Jit-jit.
Pemuda baju jambon menyengir, katanya, "Tak perlu kau
pancing diriku, kalau kau ingin kubantu keluar dari sini, aku
harus dipersen dulu cium pipi."
Jit-jit berpikir, "Biar kupejamkan mata dan dicium sekali
daripada mati di sini, kalau mati di sini, Sim Long tak bisa
kulihat lagi." Teringat kepada Sim Long, Jit-jit jadi nekat, asal bisa ketemu
Sim Long, umpama dia harus dicium babi atau anjing juga
rela. Segera ia pejamkan mata, katanya, "Baiklah, silakan ...."
Belum habis dia bicara pipinya sudah di"ngok" keras-keras
satu kali, didengarnya pemuda baju jambon berkata, "Seorang
lelaki sejati harus bisa pegang janji. Nah, ikut padaku!"
Tanpa kuasa Cu Jit-jit lantas terseret pergi, waktu dia
membuka mata, dilihatnya dia berlari ke arah gedung-gedung
megah sana, keruan Jit-jit kaget setengah mati, teriaknya,
"He, mau ke mana kau?"
Pemuda baju jambon tertawa, katanya, "Sebetulnya ingin
kubantu kau lari, tapi bila kau sudah pergi, selanjutnya tentu
takkan menghiraukan aku, setelah kupikir-pikir, lebih baik
menahanmu di sini." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi kau ... kau sudah janji ...."
"Pemilik gedung ini bukan bapakku juga bukan anakku, tapi
adalah ibuku," kata pemuda itu. "Tadi kau menipuku sekali,
giliranku sekarang menipumu sekali, satu lawan satu, sama
kuat. Supaya kau maklum saja, meski perempuan pandai
menipu, tapi bila lelaki mau berdusta kan tidak kalah bila
dibandingkan perempuan."
Kejut dan gusar bukan kepalang Cu Jit-jit, ia mencaci maki,
"Kau babi, kau anjing kurap, kau ... kau binatang lebih rendah
daripada anjing dan babi, aku benci, ingin kubeset kulitmu."
Makin galak dia memaki, senyuman pemuda baju jambon
makin lebar, makin senang.
Ketika para lelaki berbaju hitam, gadis-gadis berbaju putih di


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

halaman itu melihat kedatangannya, semua menyingkir dan
memberi hormat sambil menyapa, "Toasiauya pulang."
Ada seorang gadis agaknya ada hubungan intim dengan dia
lantas berkata, "Toasiauya semalam tidak pulang lagi, awas
bila diketahui Hujin (nyonya), pasti kau dilarang masuk pintu."
Pemuda baju jambon berkata dengan tertawa, "Aku memang
tidak masuk pintu, tapi melompat masuk dari tembok dekat
istal kuda ... Enci yang baik, jangan kau laporkan kepada ibu,
besok pasti kuajak kau main mesra."
Gadis itu tertawa malu, serunya, "Siapa mau main mesra
denganmu" .... Domba yang kau bawa pulang ini tampaknya
lumayan juga ...." Di tengah cekikik para gadis itu, pemuda berbaju jambon
terus melangkah pergi sambil menarik Cu Jit-jit menuju ke
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
deretan rumah yang terletak di belakang pepohonan bambu
sana. "Berhenti!" mendadak seorang membentak. Suara nyaring
berkumandang dari atas loteng di balik pepohonan bambu,
meski tinggi loteng ada beberapa tombak, tapi suara bentakan
itu seperti mengiang di tepi telinga Jit-jit.
Pemuda baju jambon ternyata tidak berani melangkah lagi,
segera berdiri tak bergerak.
Orang di atas loteng lantas menegur, "Besar benar nyalimu,
sesudah pulang lantas mau masuk kamar secara diam-diam?"
Pemuda baju jambon ternyata tidak berani mendongak,
sebaliknya Cu Jit-jit sudah pasrah nasib, segera dia
mendongak, dilihatnya di belakang langkan loteng berdiri
seorang perempuan setengah baya berdandan seperti seorang
ratu. Tidak sedikit perempuan cantik yang pernah dilihat Cu Jit-jit,
tapi bila dibandingkan perempuan cantik setengah baya ini,
maka perempuan lain itu menjadi jelek seperti siluman, hanya
sekilas Jit-jit memandang ke atas dan lantas berat untuk
berpisah, batinnya, "Aku sendiri perempuan, sekali melihatnya
lantas kesengsem, bila lelaki entah bagaimana jadinya,
mungkin berjalan pun tidak kuat lagi."
Perempuan cantik berdandan seperti ratu itu juga menatap Jit-
jit, katanya dengan dingin, "Dari mana kau peroleh
perempuan ini?" "Dia ini ...." tutur pemuda baju jambon sambil menyengir, "dia
... inilah Yan Ping-bun, nona Yan yang sering anak katakan
itu, ibu bilang ingin melihatnya, maka anak membawanya
pulang supaya ibu dapat melihatnya."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berputar biji mata perempuan setengah baya itu, dengan
mengangguk ia berkata, "Ehm, memang cantik, pantas kau
tergila-gila padanya, kalau demikian, silakan dia ...."
Bahwa pemuda berbaju jambon berusaha melindungi dia,
kalau orang lain pasti kegirangan, tapi dasar Jit-jit berwatak
keras, terbayang bila dirinya dibawa masuk ke kamarnya,
rasanya lebih baik mati, maka dia lantas berteriak, "Aku bukan
Yan Ping-bun. Aku she Cu, juga bukan dia yang
mengundangku kemari. Aku menyelundup ke sini dengan
membonceng di bawah kereta, maksudku hendak menyelidiki
rahasia kalian, tak tersangka tertawan oleh dia, sekarang mau
dibunuh atau akan disembelih boleh terserah."
Seketika dingin telapak tangan pemuda baju jambon itu,
perempuan cantik setengah baya itu pun berubah air
mukanya, dengan gusar dia mendelik dan mendesis, "Bawa
dia kemari." Gedung ini dari luar tertampak megah, pajangan di dalam
ternyata juga tidak kalah dibandingkan istana, perempuan
cantik setengah baya duduk bersandar di atas kursi besar
berlapis kulit harimau, duduk santai dengan gaya yang
memesona seperti bidadari.
Begitu masuk pemuda berbaju jambon lantas berlutut di
depannya. Jit-jit sudah tidak memedulikan mati-hidupnya
sendiri, apa pula yang ditakuti" Maka dia berdiri dengan
bertolak pinggang sambil mengulum senyum dingin.
"Kau she Cu, siapa namamu?" tanya perempuan itu.
"Mestinya tidak perlu kau urus. Tapi boleh juga kuberi tahukan
padamu. Cu Jit-jit adalah diriku, aku adalah Cu Jit-jit. Nah,
sudah jelas bukan, jangan dilupakan!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Cu Jit-jit, besar amat nyalimu," desis perempuan itu.
"Berhadapan dengan perempuan secantik kau, sungguh tidak
kepalang senangku, apa pula yang kutakuti" Sayangnya
engkau yang cantik ini melahirkan putra yang jelek sekali."
Agaknya perempuan cantik setengah baya belum pernah
menghadapi gadis seberani ini, wajahnya yang molek
menampilkan rasa tercengang, mendadak dia berseru ke luar,
"Bawa kemari!" Seorang gadis baju putih mengiakan terus berlari turun ke
bawah loteng, kejap lain sudah kembali dengan membawa
empat laki-laki kekar dan menggusur dua gadis baju putih,
yaitu gadis baju putih yang dilihat Jit-jit menggiring barisan
mayat hidup itu. Melihat nyonya cantik setengah baya, kedua gadis itu
ketakutan dan gemetar, cepat mereka berlutut lunglai di
lantai. Perempuan cantik itu lantas tanya kepada Jit-jit, "Apakah kau
membonceng di bawah kereta mereka itu?"
"Seperti benar, tapi juga seperti tidak benar," sahut Jit-jit.
Ujung bibir si perempuan cantik tiba-tiba mengulum senyum
genit, katanya lembut, "Anak baik, usiamu masih muda, biar
bibi mengajar suatu hal kepadamu, bahwa perempuan di
dunia ini semakin cantik semakin jahat dan keji hatinya, yang
berwajah jelek malah berhati baik."
"Apa benar?" ujar Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika kau tidak percaya, boleh kau saksikan, setiap gadis anak
buahku, bila lalai bekerja, apa hukuman yang harus
diterimanya," jari tangannya yang lentik lantas menjentik
perlahan, kedua Pek-hun-bok-li yang berlutut itu seketika
menjerit, menangis takut dan memilukan.
Tapi keempat lelaki itu justru tidak kenal kasihan meski
terhadap gadis cantik dengan tubuh montok sekalipun,
dengan dua lawan satu, yang belakang menjambak rambut
dan yang di depan meraih baju, begitu tangan direntang,
pakaian dirobek sehingga telanjang, terlihatlah tubuh yang
mulus dengan garis tubuh yang ramping, serempak mereka
mengeluarkan cambuk terus menghajarnya, tubuh yang putih
mulus dan padat itu seketika babak belur dan berdarah, jerit
tangis makin memilukan. Kedua gadis itu berguling dan menjerit, meratap minta
ampun, tapi cambuk kulit tanpa kenal kasihan terus
menghajar tubuh mereka. Jalur merah membiru menghiasi
tubuh mulus dan montok itu agaknya menambah kebuasan
keempat lelaki itu, cambuk bekerja semakin gencar.
Jit-jit tidak tahan lagi, teriaknya, "Berhenti ... kumohon
kepadamu ... suruh berhenti."
"Anak baik," ucap si perempuan cantik, "kutahu kau tidak
takut mati, tapi kau pun perlu tahu banyak urusan di dunia ini
jauh lebih menderita daripada mati, umpamanya ...."
Kedua tangan Jit-jit mendekap kuping, teriaknya, "Aku tak
mau dengar ...." "Jika demikian, harus kau bicara terus terang kepadaku.
Berapa banyak rahasia kami yang kau ketahui" Kecuali dirimu
siapa pula yang tahu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Aku tidak ... tidak tahu ... apa pun aku tidak tahu."
"Apa benar kau tidak tahu" Baik ...."
Serentak delapan lelaki kekar telah mengurung Cu Jit-jit.
Ngeri hati Jit-jit, dengan gemetar ia berteriak, "Sim Long, di
mana kau" Lekas kemari menolongku."
Belum lenyap suaranya, tiba-tiba terdengar suara keleningan
dari belakang tabir, seketika berkerut alis si perempuan cantik,
perlahan ia menjulurkan kakinya yang putih dan mengenakan
sepatu bersulam, lalu berdiri, dengan langkah gemulai ia
berjalan keluar. Kaget dan melongo Jit-jit, tapi lega juga hatinya.
Pemuda berbaju jambon menoleh, katanya perlahan, "Kusuruh
jangan banyak omong, kau justru usil, sekarang .... Ai,
agaknya nasibmu masih mujur, ada seorang tamu yang harus
ditemui itu, kalau tidak ...."
Kalau tidak bagaimana, tanpa dijelaskan juga Jit-jit dapat
membayangkan. Tampak seorang gadis berbaju putih naik ke atas loteng, lalu
bicara dengan kereng, "Atas perintah Hujin, sementara nona
Cu ini supaya disekap di kamar bawah tanah untuk menunggu
keputusan lebih lanjut."
Segera si pemuda baju jambon bertanya, "Aku bagaimana?"
Gadis itu cekikik geli, katanya, "Kau boleh ikut padaku."
Berputar biji mata Jit-jit, mendadak dia bertindak, memukul
dan menendang, sekaligus merobohkan keempat lelaki,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
menyusul segera ia menerobos jendela terus melompat ke
bawah loteng. Gadis baju putih dan pemuda baju jambon diam saja melihat
dia melarikan diri. Jit-jit sendiri tidak mengira sedemikian
gampang dia bisa meloloskan diri, keruan hatinya sangat
girang, ia pikir setelah keluar dari loteng ini, orang belum
tentu dapat mencegatnya. Tak tahunya baru saja kakinya menyentuh tanah, mendadak
didengarnya seorang tertawa perlahan di belakang, "Anak
baik, kau menyusul datang, aku memang menunggumu!"
Suaranya lembut, nadanya genit, siapa lagi kalau bukan si
perempuan cantik setengah baya.
Seketika Jit-jit seperti diguyur air dingin, dengan nekat
mendadak dia putar tubuh dan menghantam dengan kedua
telapak tangan, jurus serangan lihai yang sempat terpikir
dilancarkan seluruhnya, dalam sekejap dia menyerang delapan
kali. Ginkangnya memang tidak rendah, serangan juga tidak
lamban, sayang ilmu silat yang diyakinkannya terlalu banyak
ragamnya sehingga kedelapan jurus serangan itu meski cukup
lihai, namun tiada sejurus pun yang diyakinkan dengan
sempurna, untuk menghadapi jago silat biasa memang
berkelebihan, tapi di hadapan perempuan cantik setengah
baya ini ilmu silatnya hanya seperti permainan anak kecil saja.
Didengarnya perempuan cantik itu tertawa dan berkata, "Anak
baik, tidak sedikit juga kungfu yang kau pelajari ...."
Dengan enteng dia mengebaskan lengan baju, Yu-ti-hiat di
siku kanan Cu Jit-jit kena disabetnya, kontan lengan kanan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
tergantung, namun dia tetap bandel, dengan nekat tetap
menyerang pula tiga kali dengan telapak tangan kiri.
"Kau harus tahu, banyak makan sukar dicerna, demikian pula
kungfu, makin banyak ragam yang kau pelajari namun tiada
satu pun yang sempurna, lalu apa gunanya ...."
Sekali nyonya cantik itu berlenggang, kembali lengan bajunya
mengebas. Yu-ti-hiat di sikut kiri Cu Jit-jit kembali tertutuk, lengan kiri
juga lemas tak bisa bergerak, tapi dasar bandel dia tetap tidak
mau kalah, kedua kaki beruntun menendang.
Si perempuan cantik tertawa, katanya, "Dengan
kepintaranmu, bila khusus mempelajari satu macam kungfu
mungkin kau mampu melawan sepuluh jurus seranganku, tapi
sekarang ... lebih baik kau menyerah saja."
Habis berkata, serentak Hoan-tiau-hiat di lutut Jit-jit juga
tertutuk dengan kebasan lengan bajunya, Jit-jit terkulai lemas
dan tak mampu berdiri lagi.
Tiada seujung rambut perempuan itu tampak kusut, biasanya
sikapnya memang anggun, pada waktu bergebrak pun gerak-
geriknya lemah lembut memesona.
Jit-jit memandangnya sejenak, katanya dengan menghela
napas, "Sungguh tak pernah terpikir olehku bahwa di dunia
persilatan ada perempuan seperti dirimu, tak bisa pula
kutebak tipu muslihat apa pula yang sedang kau rancang,
agaknya ... geger dunia persilatan sudah di ambang pintu."
"Apa yang kulakukan memang tiada seorang pun di dunia ini
dapat merabanya, apa kau tunduk sekarang?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Walau badan tidak bisa bergerak, tapi mata Jit-jit tetap
melotot, teriaknya, "Kenapa aku harus tunduk padamu" Jika
usiaku setua kau, belum tentu dapat kau kalahkan."
"Anak bandel, agaknya sampai mati pun tak mau tunduk, tapi
biar kuberi tahukan padamu, waktu usiaku sebaya kau
sekarang namaku sudah tersohor di seluruh dunia, tiada lawan
yang mampu menandingi aku, jika kau bisa hidup setua aku
sekarang, tentu pula kau tahu selama hidupmu jangan harap
dapat menandingi aku, hanya sayang ...."
Mendadak dia berhenti bicara dan mengulapkan tangan terus
putar tubuh dan tinggal pergi.
Jit-jit membayangkan apa arti "hanya sayang" yang dikatakan,
bila dia kembali lagi nanti entah cara bagaimana orang akan
memperlakukan dirinya, terbayang pula keadaan di sini
serbamisterius, umpama jiwanya melayang juga tidak akan
diketahui orang luar, maka jangan harap ada orang akan
menolongnya keluar dari sini.
Semakin dipikir semakin ngeri perasaan Jit-jit, jika tiada
harapan untuk lolos, terpaksa dia hanya menunggu kematian
saja. Dua lelaki besar tampak menghampirinya, mereka
menyeringai, jelas mengandung maksud tidak baik.
Jit-jit mengertak gigi, pikirnya, "Umpama orang luar tidak tahu
aku mati di sini, paling sedikit aku harus tahu di mana aku
meninggal dunia ...."
Untung lehernya mampu bergerak, maka dia celingukan ke
kanan-kiri, dilihatnya di sebelah kanan adalah jalan kecil
berbatu kerikil warna-warni, ada gunung-gunungan dan kolam
teratai, di belakang pepohonan sana tampak deretan rumah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
berloteng, samar-samar kelihatan bayangan beberapa orang
berpakaian berwarna-warni mondar-mandir, entah apa yang
sedang dikerjakan. Mestinya dia ingin melihat jelas, tapi tubuhnya sudah diangkat
kedua lelaki itu, empat tangan berbulu seperti sengaja dan
tidak sengaja meremas-remas tubuhnya.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera Cu Jit-jit memaki kalang kabut.
Lelaki sebelah kiri menyeringai, katanya, "Genduk busuk,
pura-pura suci, sebentar lagi baru ...."
Mendadak seorang menukas, "Sebentar lagi kenapa?"
Kedua lelaki itu tersentak kaget sambil menoleh, tertampak si
pemuda baju jambon tengah menatap mereka dengan dingin,
seketika pucat muka mereka, kepala tertunduk dan tidak
berani bersuara lagi. Sambil mengawasi Jit-jit pemuda baju jambon seperti mau
bicara lagi, tapi segera ditarik pergi oleh si gadis berbaju putih
tadi, kedua lelaki itu pun segera menggusur Jit-jit ke balik
pintu, seorang gadis baju putih sudah menunggu di samping
meja, dengan jarinya yang lentik sedang memajang bunga
anggrek di atas meja. Melihat Jit-jit, gadis berbaju putih itu geleng kepala, katanya
dengan tertawa, "Setelah berada di sini, masih ingin lari"
Membuang-buang tenaga saja ...."
Lalu dia putar meja persegi di depannya dua kali, papan batu
di pinggir meja mendadak menjeplak, muncul sebuah pintu
gua yang menjurus ke bawah tanah, di bawah cahaya terang
benderang, ternyata sepanjang dinding lorong dihiasi lampu
perunggu yang indah. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Gadis berbaju putih lantas berkata, "Kamar Hoa-san masih
kosong, bawa dia ke sana saja."
Di hadapan gadis berbaju putih ini, kedua lelaki itu bersikap
hormat dan munduk-munduk, dengan langkah lebar mereka
lantas masuk ke sana. Cu Jit-jit menoleh, serunya, "Cici yang baik, sebetulnya tempat
apakah ini, dapatkah kau beri tahukan padaku?"
"Ai, merdu juga kau panggil Cici padaku, sayang aku tidak bisa
memberi tahu." Kontan Jit-jit memakinya, "Setan alas, budak busuk, tidak kau
katakan padaku, suatu hari aku pasti juga tahu."
Gadis itu hanya mengawasinya dengan tertawa, tidak
menjawab dan tidak menghiraukan ocehannya.
Lorong bawah tanah ini ternyata berliku-liku dan ruwet,
gelagatnya tidak kalah rumit dibandingkan kuburan kuno itu.
Tampak oleh Cu Jit-jit di tepi setiap pintu yang dilewati ada
ukiran huruf yang berbunyi Lo-hu, Ceng-seng dan nama
gunung ternama lainnya. Setiba di depan kamar yang terukir huruf Hoa-san, kedua
lelaki itu menekan tombol rahasia dan membuka pintu batu.
Lelaki sebelah kiri menyeringai pula, katanya, "Genduk busuk,
justru ingin kuciummu, coba saja kau bisa berbuat apa?"
Sembari bicara dia lantas menunduk, mulutnya yang penuh
berewok dan berbau bawang itu lantas mencium muka Cu Jit-
jit. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit tidak memaki juga tidak meronta, katanya malah dengan
nada genit, "Asal kau bersikap baik padaku, tidak jadi soal kau
menciumku." Lelaki itu tertawa senang, katanya, "Nah kan begitu, agaknya
sudah kau rasakan nikmatnya dicium olehku, baiklah kucium
lagi ...." Mendadak dia menjerit kesakitan, darah berlepotan di
mukanya, ternyata bibirnya digigit sobek oleh Cu Jit-jit.
Saking kesakitan dan murka lelaki itu mencengkeram dan
hendak merobek pakaian Jit-jit.
Tapi Jit-jit lantas mengancam, "Berani kau sentuhku lagi, bila
nanti Siauya kemari pasti kuadukan padanya .... Hehe, apa
kehendakku pasti akan dilakukannya, coba apa hukuman atas
dirimu nanti." Sambil mendekap mulut lelaki itu melotot gusar. Lelaki
temannya lantas membujuk, "Ma-losam, sudahlah jangan cari
perkara, kau tahu bagaimana watak iblis cilik itu."
Dengan gemas lelaki itu mendorong Jit-jit ke dalam kamar,
lalu daun pintu pun tertutup.
Lega hati Jit-jit, tapi air mata lantas bercucuran, keadaan
sekeliling kamar tidak diperhatikannya lagi, yang terbayang
olehnya hanya wajah Sim Long. Sambil menangis Jit-jit
mengomel, "Setan berhati hitam, di ... di mana kau sekarang"
Kenapa tidak lekas kemari menolongku?"
Mengingat diri sendiri yang salah, kenapa minggat tanpa
pamit, seketika pecah tangisnya. Dia memang teramat lelah,
menangis dan menangis, tanpa terasa dia tertidur.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Entah berapa lama dia pulas, di dalam mimpi terasa Sim Long
menghampirinya dengan tersenyum, dengan girang dia
memanggilnya, siapa tahu Sim Long tidak menghiraukannya,
malah asyik bermain cinta dengan perempuan cantik setengah
umur itu, pemuda baju jambon mendadak muncul dan
merayunya, tapi mendadak pemuda itu berubah menjadi
kucing dan menubruknya ....
Jit-jit menjerit kaget, tiba-tiba dia terjaga dari alam mimpi,
entah sejak kapan pemuda berbaju jambon sudah berdiri di
depannya dan dengan tersenyum tengah mengawasinya,
matanya memang mirip mata kucing, memancarkan sinar
hijau kemilau seolah-olah ingin menelan dirinya bulat-bulat.
Cahaya lampu kelap-kelip. Jit-jit ragu entah kejadian
sesungguhnya atau dalam mimpi" Yang terang sekujur
badannya basah oleh keringat dingin, dengan suara serak dia
mendesis, "Sim Long ... di mana Sim Long?"
Pemuda berbaju jambon tertawa, tanyanya, "Siapa itu Sim
Long?" Jit-jit menenangkan hati, baru diketahuinya tadi dirinya
memang bermimpi, tapi keadaan di depan mata sekarang
rasanya tidak lebih baik daripada mimpi buruk tadi.
Segera bentaknya, "Kau ... untuk apa kau kemari?"
Terpicing mata si pemuda baju jambon, katanya dengan
tersenyum, "Apa yang hendak kulakukan" Masa kau tidak
tahu?" Tangannya lantas mengelus wajah Jit-jit yang pucat.
"Kau ... kau ... enyah dari sini!" teriak Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pemuda baju jambon cengar-cengir, katanya, "Kalau aku tidak
enyah memangnya kau bisa apa?"
Muka Jit-jit yang pucat bersemu merah, serunya gemetar,
"Kau ... kau berani?"
Padahal dia maklum pemuda ini pasti berani melakukan apa
pun, membayangkan apa yang hendak dilakukan orang atas
tubuhnya, sungguh dia merinding.
Tak tersangka pemuda itu lantas menghentikan aksinya,
katanya dengan tertawa, "Walau aku ini pemuda bangor, tapi
selamanya tak pernah main paksa, asal kau mau menuruti
kehendakku, bagaimana kalau kutolong kau keluar?"
"Tidak. Mati pun aku tidak ... tidak mau!"
"Aku ini kurang apa sehingga mati pun kau tidak mau tunduk
padaku" Ah, aku tahu sekarang, mungkin kau anggap mukaku
terlalu jelek?" "Memang pemuda bertampang sejelek setan seperti dirimu,
hanya babi betina yang suka padamu."
Pemuda itu menepuk paha, katanya, "Hah, ternyata benar
karena mukaku jelek. Baik!"
Mendadak dia putar badan membelakangi Cu Jit-jit, sesaat lagi
lantas membalik pula, katanya dengan tertawa, "Sekarang
pandanglah diriku." Jit-jit tidak mau memandangnya, tapi rasa ingin tahu
memaksa dia angkat kepala, seketika dia melongo ... pemuda
yang barusan bertampang jelek mendadak telah berubah
menjadi pemuda bertampang cakap.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Di bawah sinar lampu tertampak bibirnya merah tipis, alis
lentik mata jeli, kulit mukanya yang putih bersemu merah,
biarpun Giok-bin-yau-khim Sin-kiam-jiu Ji Yok-gi yang terkenal
sebagai pemuda tampan di Bu-lim juga bukan tandingannya.
Keruan Jit-jit terkesima, katanya kemudian, "Kau ... kau ...."
"Bagaimana tampangku sekarang" Apa kau mau ...."
"Siluman, iblis, jangan harap!"
"Masih tidak mau" ... kutahu, mungkin kau anggap wajah
secakap ini kurang jantan, bukan lelaki sejati ...." lalu dia
berputar tubuh, setelah membalik kemari pula, kini wajahnya
bersemu hijau perunggu, alis tebal, mata besar, sikapnya
gagah perkasa, memang berbeda dibandingkan pemuda
lembut berpupur tadi, suaranya pun berubah kereng.
"Bagaimana?" Jit-jit menarik napas dingin, katanya, "Kau ... jangan harap."
"Masih belum mau?" ucap pemuda baju jambon. "Ehm,
mungkin kau suka pada laki-laki yang sudah matang, kau
anggap aku masih hijau. Baiklah, boleh kau lihat."
Dia lantas membalik badan pula, mukanya sekarang
bertambah jenggot, alisnya gompiok, kumisnya melintang. Kini
tampangnya memang kelihatan lebih tua sebagai lelaki yang
pandai mengayomi kaum perempuan. Lelaki seperti ini
memang punya daya tariknya tersendiri.
Meski tercengang, tapi Jit-jit tetap mencaci maki.
Lalu pemuda baju jambon lantas berubah menjadi laki-laki
kasar dan bengis, katanya dengan bertolak pinggang, "Kau
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
perempuan rewel, jika tetap tidak tunduk, rasakan kalau
kulahap kau." Bukan saja tampangnya berubah, suaranya juga berubah
persis sesuai orangnya. Sungguh tak pernah terpikir oleh Jit-jit bahwa di dunia ini ada
ilmu merias seaneh ini, keruan dia terkesima.
Melihat Jit-jit terbeliak, pemuda itu tertawa, katanya, "Orang
macam apa pun yang kau sukai, baik tua atau muda, aku bisa
berubah sesuai kehendakmu, bila kau menjadi biniku serupa
sekaligus punya sepuluh suami, betapa senang dan bahagia
hidupmu nanti" Perempuan lain sekalipun menyembah
kepadaku takkan kulayani, masa kau masih tetap tidak mau?"
"Kau ... peduli kau berubah menjadi apa, jangan harap akan
diriku." "Hah, tetap tidak mau" Kenapa" Memangnya kenapa" .... Ah,
aku tahu, mungkin kau mengutamakan ilmu dan tidak menilai
tampang, biarlah kuberi tahukan padamu, meski aku bukan
orang pandai, tapi baik main musik dan tulis-menulis, atau
mengadu kungfu, semuanya mahir, selain ilmu sastra dan ilmu
silat, segala macam ilmu pengetahuan juga kukuasai dengan
baik. Bila kau punya suami seperti diriku, tanggung selama
hidupmu tidak akan kesepian. Kalau tidak percaya, boleh
buktikan." Sembari bicara dia terus menggerakkan kaki dan tangan,
sekaligus dia mempertunjukkan sembilan gerak perubahan,
semuanya ilmu silat Siau-lim, Bu-tong dan perguruan besar
lain yang tidak sembarangan diajarkan kepada orang.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lalu dia menepuk ke dinding, dinding batu seketika melekuk
sebuah cap tangan, lima jari kelihatan nyata seperti ukiran
saja. Ilmu silat Cu Jit-jit sendiri memang tiada satu pun yang
sempurna, tapi kungfu yang pernah dilihatnya sangat banyak,
selintas pandang saja dia kenal pukulan lihai orang berasal
dari sembilan perguruan besar, sementara tepukan ke dinding
itu adalah Toa-jiu-in kaum Lama Tibet. Pemuda ini masih
muda, ternyata mahir menguasai berbagai ilmu pukulan
perguruan besar, sungguh hal ini amat mengejutkan dan
sukar dibayangkan. Jit-jit lantas bertanya, "Dari ... dari mana kau pelajari kungfu
itu?" Pemuda itu tersenyum, katanya, "Apa susahnya" Bila
senggang aku malah memperdalam kungfu dengan perpaduan
syair-syair ciptaan pujangga kuno, harap nona suka
mengoreksi." Lalu kedua lengan bajunya berkibar, dia
memainkan ilmu silatnya sambil membaca syair.
Beruntun si pemuda mempertunjukkan puluhan jurus kungfu
yang dipadukan dengan makna syair yang disenandungkan,
tak kepalang heran dan kagum Cu Jit-jit, akhirnya dia berseru
memuji. "Terima kasih atas pujian nona, dan sekarang tentu nona
maklum, di kolong langit ini memang banyak orang pandai,
tapi untuk mencari pemuda seperti diriku pasti tidak ada
keduanya." Mendadak Jit-jit mendengus, "Huh, juga belum tentu!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apakah nona kenal lelaki bertampang dan berkepandaian
melebihi diriku?" "Kukenal seorang, baik ilmu sastra atau ilmu silat, jelas
seratus kali lebih unggul daripadamu, orang macam dirimu
hanya setimpal menjadi kacungnya."
Mendelik si pemuda, tapi segera dia tertawa, katanya, "Ah,
nona sengaja hendak memancing kemarahanku?"
"Kau tidak percaya, apa boleh buat. Sayang dia tidak berada
di sini .... Hm, kalau dia berada di sini, siapa yang mampu
mengurungku?" Lama pemuda itu melongo, mendadak matanya memancarkan
sinar terang, serunya, "Hah, aku tahu, dia ... dia pasti Sim
Long!" "Betul ... Sim Long, wahai Sim Long, di mana kau sekarang"
Betapa kurindukan dikau?" bila mengucap nama Sim Long,
sorot mata Jit-jit lantas berubah lembut, manis dan mesra.
Merah mata si pemuda, mukanya dingin, dengan sendirinya ia
juga mempunyai daya tarik tersendiri.
Tergerak hati Jit-jit, katanya tak tertahan, "Kecuali Sim Long,
kau pun terhitung pemuda pilihan satu di antara seribu, jika di
dunia ini tiada manusia bernama Sim Long itu, kemungkinan
aku akan jatuh hati padamu."
"Jadi selama Sim Long ada di dunia ini, selama itu pula kau
tidak tertarik padaku, begitu?"
"Pertanyaan ini tidak perlu kujawab, kuyakin kau sendiri
maklum." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika Sim-Long mampus, lalu bagaimana?"
Berubah air muka Cu Jit-jit, tapi lantas tersenyum, katanya,
"Manusia seperti Sim Long kuyakin tidak akan mati muda,
untuk ini tidak perlu kau khawatir."
"Sim Long ... Sim Long ...." si pemuda mendesis benci.
Mendadak dia mengentak kaki, "Baik, ingin kubuktikan orang
macam apakah dia, suatu ketika akan kubunuh dia di
hadapanmu."

Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau berani kau lepaskan diriku, akan kubawa kau menemui
dia, siapa lebih jantan dan siapa lebih unggul antara kalian,
setelah berhadapan tentu dapat kau buktikan ...."
"Pandai juga kau memancingku, tapi aku justru terperangkap
olehmu .... Baik, akan kubebaskan kau, hendaknya kau bawa
dia menemuiku." Dalam hati Jit-jit bersorak girang, tapi lahirnya tetap dingin,
katanya, "Apa kau berani" Tidak takut Sim Long
membunuhmu?" "Aku justru khawatir Sim Long tidak berani menemuiku."
"Sekalipun di sini ada gunung golok dan lautan minyak
mendidih juga dia berani datang, mungkin kau sendiri yang
akan ngacir." Sekarang pemuda ini tidak perlu dibakar lagi, sebelum Jit-jit
habis bicara dia lantas membuka Hiat-to pada kedua tangan
dan lutut Jit-jit. Cepat Jit-jit melompat bangun, hatinya girang, tapi kaki
tangan masih lemas, darah belum lancar, baru berdiri hampir
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
ambruk lagi. Lekas pemuda baju jambon memapahnya,
katanya dingin, "Apa kau dapat berjalan?"
"Tak bisa berjalan juga aku akan merangkak keluar, tak perlu
kau papah diriku." Pemuda itu menjengek, tanpa bicara kedua tangan segera
mengurut sendi tulang lutut Jit-jit dan dibetotnya dua kali,
mata Jit-jit sudah mendelik dan hendak mendorongnya, tapi
kedua tangan orang rasanya seperti mengandung kekuatan
gaib, terasa oleh Jit-jit ke mana tangan orang meraba dan
memijat segera terasa linu, geli dan lemas, tapi rasanya juga
nyaman dan nikmat, selama hidup belum pernah dia rasakan
seperti ini, umpama sekiranya dia mampu mendorongnya juga
tidak rela lagi mendorongnya.
Tanpa terasa badannya malah merapat, di bawah cahaya
lampu mukanya yang pucat sudah bersemu merah, sorot mata
si pemuda juga memancarkan cahaya yang aneh, gerak-gerik
jarinya juga mulai gemetar.
"Berhenti ... berhenti ... lepaskan aku ...." gemetar suara Jit-
jit. Bibir si pemuda berada di tepi telinganya, desisnya perlahan,
"Apa betul kau ingin kulepaskan dirimu?"
Gemetar sekujur badan Cu Jit-jit, tiba-tiba air matanya
bercucuran, katanya, "Aku ... aku tidak tahu ... tolong ... kau
... kau ...." Mendadak terdengar suara tertawa merdu di luar pintu,
seorang mengomel, "Bagus, memang sudah kuduga kau pasti
mengeluyur ke sini. Eh, kalian sedang main apa?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Nadanya mengandung rasa cemburu, ternyata si gadis berbaju
putih tadi. Keruan kaget dan malu Cu Jit-jit, sekuatnya dia dorong si
pemuda. Gadis berbaju putih meliriknya sekejap, katanya dengan
tersenyum, "Bukankah kau benci padanya, kenapa sekarang
tak mau lepas dalam pelukannya?"
Tambah merah muka Cu Jit-jit, biasanya mulutnya usil, tapi
sekali ini dia mati kutu dan tidak mampu bersuara. Sebab dia
sendiri tidak tahu kenapa dirinya bisa terbuai oleh rasa nikmat
tadi. Selama hidup baru kali ini dia merasakan rangsangan
nafsu berahi, nafsu berahi yang menakutkan dan mudah
menjerumuskan. Lalu gadis baju putih melirik pemuda baju jambon, katanya
tetap dengan tertawa, "Tentunya kau gunakan rabaan maut
padanya bukan" Kau ...."
Ketika melihat sorot mata si pemuda memancarkan nafsu
yang menyala, segera dia berhenti bicara, tubuh pun bergetar.
Selangkah demi selangkah pemuda baju jambon
menghampirinya, sorot matanya seperti tertawa tapi tidak
tertawa, katanya, "Aku kenapa?"
Merah muka si gadis baju putih, mendadak dia menjerit, baru
saja memutar badan hendak lari, tapi lengannya sudah ditarik
si pemuda dan dipeluknya kencang. Badannya menjadi lunglai,
tenaga untuk meronta pun tiada lagi.
Perlahan si pemuda berkata, "Kau sendiri yang kemari, jangan
salahkan aku!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sorot matanya makin mencorong, mukanya juga makin
merah, mendadak dia menarik jubah putih si gadis ....
Jit-jit menjerit tertahan, lekas dia melengos ke arah lain.
Didengarnya angin berkesiur, jubah putih itu melayang tiba
dan jatuh di depannya, didengarnya dengus napas si gadis
semakin memburu, makin keras dan setengah merintih. Badan
Jit-jit ikut menggigil, dia ingin lari keluar, sayang kaki tak kuat
bergerak, segera didengarnya pemuda itu berkata, "Telah
kulepaskan dirimu, tidak lekas pergi?"
Jit-jit menggigit bibir, sekuatnya dia berdiri, lalu lari ke pintu
dengan sempoyongan. Mendadak pemuda itu membentak, "Ambil baju itu dan
pakailah, setelah keluar pintu, terus belok kiri, tidak boleh
berhenti dan jangan menoleh, tiba saatnya ada orang akan
menyambutmu ... jangan menunggu sampai aku berubah
pikiran." Bibir Jit-jit berdarah karena tergigit kencang, entah bagaimana
perasaannya, dia lari balik menjemput baju putih itu, tak
berani melirik si pemuda yang telah menindih si gadis, segera
dia berlari. Dengan langkah terhuyung sambil mengenakan jubah putih
itu, setelah membelok dua kali, jantungnya masih berdegup
keras. Baru sekarang teringat ingin melihat keadaan di bawah
tanah tadi, tapi apa pun dia tidak berani menoleh lagi,
dirasakan pemuda tadi sungguh iblis jahat, bahkan lebih
menakutkan daripada iblis, selama hidup belum pernah dia
merasa takut seperti sekarang, juga belum pernah merasa
benci seperti sekarang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dari samping dinding di kejauhan seperti terdengar
gemerencing suara logam, serupa suara rantai. Jit-jit tidak
berani berhenti, setiap menemukan belokan ke kiri dia lantas
masuk, kembali dia berputar dua kali, baru sekarang ia heran
akan bangunan di bawah tanah ini. Waktu dia angkat kepala,
dilihatnya dua lelaki mengadang di depan, jantung Jit-jit
berdegup pula, namun untuk mundur tidak mungkin, terpaksa
harus menerjang ke depan, biarpun kedua orang ini lawan
tangguh juga tidak lebih menakutkan daripada pemuda tadi.
Di luar dugaan, begitu melihat dia, kedua lelaki itu tidak
menampilkan sikap bermusuhan, hanya seorang di antaranya
seperti berkata, "Wajah nona ini kok belum pernah kenal."
Temannya menjawab, "Mungkin baru masuk."
Lega hati Jit-jit, baru sekarang dia mengerti sebab apa
pemuda tadi menyuruh dia mengenakan jubah putih ini,
dengan tabah segera dia maju lagi dengan langkah lebar.
Bukan saja tidak merintanginya, kedua lelaki itu malah
menjura, sapanya, "Apa nona hendak keluar?"
Sudah tentu Jit-jit tidak berani bicara, dia hanya mendengus,
lalu melangkah lewat, didengarnya kedua lelaki itu
menggerutu. Banyak pintu di antara dinding kanan-kiri yang dilewatinya, ia
pikir Can Ing-siong, Pui Jian-li dan orang-orang yang lenyap
itu mungkin dikurung di balik pintu-pintu itu. Sementara
perempuan cantik setengah baya di atas loteng itu pasti
pemilik dan perencana semua perangkap keji ini. Kalau dia
bukan Hun-bong-siancu pasti juga ada hubungan erat dengan
Hun-bong-siancu. Semua ini adalah rahasia yang sedang
diselidiki Sim Long, kini-Jit-jit sudah tahu semuanya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Terbayang bahwa akhirnya dirinya berhasil membantu kekasih
pujaannya menyelidiki peristiwa misterius ini, terasa derita
yang baru dialaminya bukan apa-apa lagi.
Dia mempercepat langkahnya sambil berpikir, "Menderita bagi
orang yang dicintai ternyata juga satu kenikmatan, namun
siapa pula di dunia ini yang bisa menikmati kesenangan
seperti diriku sekarang ... bukankah aku lebih gembira dan
bahagia daripada orang lain ...."
Sementara itu dia sudah sampai di ujung lorong, di sini tidak
kelihatan ada pintu keluar.
Pada saat itulah dari tempat gelap sana muncul sesosok
bayangan orang, begitu menoleh ke sana, semula Jit-jit
berjingkat kaget, tertampak orang yang muncul ini
berperawakan tinggi besar, perawakan Jit-jit tidak terhitung
pendek, tapi berdiri di depan orang ini tingginya hanya
sebatas dadanya, badan Jit-jit juga tidak terhitung kurus, tapi
pinggangnya tidak sebesar lengan orang ini.
Badan besar kekar, gerak-gerik orang ini juga tangkas dan
lincah, Jit-jit tidak mendengar langkahnya, tahu-tahu tubuh
besar seperti raksasa ini sudah berdiri di depannya, dadanya
telanjang, kulit badannya berminyak mengilat, kepalanya juga
besar, dicukur gundul kelimis, lelaki raksasa bermuka sadis ini
ternyata memancarkan sorot mata lembut selembut seorang
ibu yang sayang kepada anaknya, demikian dia pandang Jit-jit
dengan lembut. Jit-jit tenangkan hati dan membesarkan nyali, sapanya,
"Apakah kau ... diutus Kongcu menyambutku?"
Raksasa itu mengangguk, ia menuding kuping sendiri lalu
menuding mulut. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit melengak, batinnya, "Kiranya dia bisu-tuli."
Dilihatnya lelaki raksasa itu mengangkat kedua tangannya
yang panjang besar, langit-langit lorong ini sedikitnya setinggi
dua orang, tapi dapat dicapai oleh tangannya.
Samar-samar kelihatan tubuhnya yang berminyak itu penuh
otot, sepotong papan batu besar dan berat di atas langit-langit
telah diangkatnya. Jit-jit kaget, pikirnya, "Hebat benar tenaganya, kecuali dia,
mungkin tiada orang yang mampu menggeser papan batu di
atas itu." Tapi dia tidak sempat menoleh lagi, dia melompat ke atas dan
menerobos celah-celah papan batu yang tergeser ke pinggir
itu. Semula dia kira di bagian luar kalau bukan hutan tentu adalah
tanah pekuburan, ternyata dugaannya keliru pula. Mulut
lorong ternyata berada di sebuah kamar belakang toko peti
mati. Dalam rumah yang besar dan luas di sana-sini bertumpuk peti
mati, ada yang sudah jadi, ada yang belum rampung
dikerjakan, tukang kayu kekar dengan telanjang dada sedang
sibuk bekerja, jelas toko peti mati ini cukup laris sehingga
pekerja sebanyak ini tiada satu pun yang menganggur.
Sudah tentu Jit-jit berdiri melongo, tapi papan batu sudah
tertutup pula, terpaksa dia harus mengeraskan kepala dan
berjalan keluar. Di luar dugaan, tukang-tukang kayu itu semua tekun pada
pekerjaan masing-masing, tiada satu pun yang menoleh
memerhatikan kehadirannya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Di luar sana kereta berlalu-lalang, manusia pun hilir mudik,
suara ramai sebuah jalan raya. Dua orang sedang memilih dan
menawar peti mati, di sana suara gergaji, di sini suara palu
memukul paku, di depan lagi tukang sedang memasah kayu,
suasana kerja keras benar-benar terasa.
Berada dalam toko peti mati ini, hati Cu Jit-jit merasa ngeri
dan takut, kenapa bisa berada di toko peti mati" Mungkinkah
dari lorong bawah tanah itu sering digotong keluar orang
mati" Begitu digotong keluar lantas dimasukkan ke dalam peti
mati, setan pun tidak tahu perbuatan mereka, adalah jamak
kalau penjual peti mati mengirim barang dagangannya, siapa
pun takkan menaruh curiga, umpama sehari ada dua-tiga
puluh orang mati juga orang luar tidak akan curiga ...
pembunuhan terencana ini sungguh suatu muslihat yang
aman dan misterius. Makin dipikir makin aneh dan ganjil, makin mengerikan, tanpa
terasa mengirik bulu kuduknya, lekas dia lari keluar.
Di bagian depan toko dua pegawai sedang melayani pembeli,
seorang bermuka burik, seorang lagi bibirnya sumbing, kalau
bicara suaranya sumbang. Di pojok sana terdapat meja kasir
yang tinggi, di sebelah kiri tertaruh sebuah timbangan emas.
Jit-jit ingat semua yang dilihatnya ini, batinnya, "Asal aku
ingat baik-baik toko peti mati ini, Sim Long akan kubawa
kemari ...." Tamu itu mengawasinya dengan heran, kedua pegawai itu
malah tak mengacuhkannya.
Jit-jit merasa heran, tapi juga tenang, cepat ia melangkah
keluar, begitu menginjak jalan raya yang ramai, melihat orang
ramai berlalu-lalang, sungguh senang sekali hatinya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sambil menunduk dia mencampurkan dirinya di tengah orang
lalu di seberang sana, kemudian baru berani menoleh,
dilihatnya toko peti mati itu pakai merek "Ong-som-ki" yang
diukir di atas pigura. Jit-jit ingat baik semua yang dilihatnya, batinnya, "Hwesionya
bisa kabur, kelentengnya masa bisa lari" Asal aku ingat
tempat ini, memangnya kutakut mereka lari" Seorang diri aku
berhasil membongkar muslihat besar yang menggemparkan
dunia ini, Sim Long pasti takkan bilang aku tak becus lagi."
Hatinya menjadi riang kembali, beberapa langkah kemudian
dia berpikir pula, "Anehnya, mereka tahu aku bakal
membongkar muslihat mereka, kenapa aku dibebaskan"
Mungkinkah pemuda baju jambon itu sudah gila" Bukankah
perbuatannya secara tidak langsung telah mempertaruhkan
usaha ibunya yang besar itu" Jelas tidak mungkin ...."
Teringat hal "tidak mungkin", tanpa terasa ia mengulum
senyum pula, dia kira hal yang "tidak mungkin" itu telah
didapatkan jawabnya, "Aku dapat berkorban demi Sim Long,
maka pemuda itu tentu juga dapat berkorban demi diriku,
cinta memang sesuatu yang agung dan hebat."
Berpikir demikian, hatinya merasakan manis madu, rasa
ragunya lenyap. Waktu itu sudah menjelang magrib, cahaya mentari keemasan
menyinari wajah orang yang berjalan hingga tampak cerah
dan segar. Cu Jit-jit merasa belum pernah mengalami cuaca secerah ini,
badan terasa ringan, langkah pun cepat bagai mau terbang.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi tabir malam segera tiba, Jit-jit lantas menyadari dirinya
tidak seriang seperti apa yang dibayangkan semula,
hakikatnya masih banyak urusan yang merisaukannya.
Sekarang dia tidak membawa sangu sepeser pun, padahal
perut lapar dan badan kedinginan, di kota seramai ini, di mana
dia bisa menemukan Sim Long" Dia tidak tahu bagaimana dan
ke mana dia harus mencari.
Pada waktu menghadapi mati-hidup tadi, tidak pernah dia
pikirkan urusan ini, kini baru dirasakan soal kecil ini sangat
realistis dan sukar diatasi.
Di sini memang kota Lokyang.
Lama Jit-jit mondar-mandir di depan pintu, sukar mengambil
keputusan apakah harus keluar kota atau tetap tinggal di sini.
Ia yakin Sim Long takkan menunggunya di hotel semula,
ketika mengetahui dia menghilang, pemuda itu pasti gugup
dan gelisah, dan pasti sibuk mencarinya. Tapi ke mana dia
mencarinya" Sekarang bukan lagi Sim Long yang mencarinya,
tapi dia yang mencari Sim Long.
Perubahan ini sangat aneh dan lucu, pikir punya pikir Cu Jit-jit
jadi geli sendiri, namun dalam keadaan kantong kempis dan
perut lapar, bagaimana dia bisa tertawa"
Sambil berkerut alis, dengan bersedekap dia berjalan
menyusuri kaki tembok kota, tiba-tiba dilihatnya seorang
bertopi miring sambil bernyanyi kecil dan berjalan
sempoyongan ke arahnya, dari tampang dan dandanannya
orang ini kalau bukan pencoleng tentu juga kaum
gelandangan. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kebetulan jalan sepi dan tidak kelihatan orang lain, mendadak
Jit-jit melompat maju mengadang di depannya, tegurnya, "He,
kau tahu siapa Enghiong (kesatria) terbesar dan ternama di
kota Lokyang ini?" Semula orang itu kaget, dia mengamati Jit-jit sejenak, segera
ia cengar-cengir, katanya sambil memicingkan mata, "Aha,
adikku manis, tepat kau tanya kepada orangnya, Enghiong
terbesar di kota Lokyang ini siapa lagi kalau bukan aku Hoa-
hoa-thay-swe Tio-lotoa ...."
Belum habis dia bicara mendadak mukanya kena gampar
empat kali pulang-pergi, kontan dia roboh terjungkal. Sebelum
tahu apa yang menimpa dirinya, lengan kanannya sudah
ditelikung orang, saking sakitnya sampai dia mencucurkan air
mata. Baru sekarang dia tahu nona cilik ini tidak boleh dibuat
main-main, lekas dia minta ampun.
"Lekas katakan," bentak Jit-jit, "siapa Enghiong ternama di
kota Lokyang?" Gemetar suara Tio-lotoa, "Yang tinggal di kota barat bergelar
Thi-bin-un-hou Lu Hong-sian. Di kota timur juga ada Tiong-
goan-beng-siang Auyang Hi, kedua orang ini adalah Enghiong
ternama di kota Lokyang."
Jit-jit pikir, "Sesuai julukannya, tentu Auyang Hi lebih luas
pergaulannya dan royal duitnya ...."
Lalu dia membentak, "Auyang Hi tinggal di mana" Lekas bawa
nona ke rumahnya." Terkilas senyum licik pada sinar mata Tio-lotoa, serunya,
"Baik, baik, sudilah nona lepaskan dulu tanganku, pasti hamba
antar ke sana." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tiong-goan-beng-siang Auyang Hi memang tokoh terkenal di
kota Lokyang, rumahnya terletak di kota timur, gedungnya
besar dan angker, loteng bersusun dengan pekarangan yang
luas. Dari jauh Jit-jit sudah melihat sinar lampu yang terpancar dari
kediaman Auyang Hi, suara hiruk-pikuk orang bicara dan
bersenda gurau pun berkumandang dari sana.
Setelah dekat jadi lebih jelas, orang keluar-masuk dan kereta
berseliweran, semua adalah orang-orang Bu-lim yang dada
busung dan perut buncit. Jit-jit membatin, "Melihat keadaannya memang tidak malu dia
dijuluki Tiong-goan-beng-siang (Sosiawan Tionggoan).
Tampaknya cukup aku membocorkan sedikit rahasia
kepadanya, kuminta dia mencari jejak Sim Long, sekaligus
supaya menghubungi orang gagah daerah Tionggoan ...."
Sementara dia berpikir, tiba dia di depan gedung, Jit-jit lantas
membebaskan Tio-lotoa. Mendadak Tio-lotoa berteriak sekeras-kerasnya, "Hai, saudara-
saudara, lekas kemari, perempuan celaka ini hendak mencari
perkara pada kita." Orang-orang yang berkumpul dan mengobrol iseng di depan
rumah segera merubung maju setelah mendengar teriakan
Tio-lotoa, ada yang berteriak dan ada pula yang memaki, "Tio-
lotoa makin tua makin tak berguna, seorang nona cilik saja
tidak mampu kau atasi?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jilid 8 Baru sekarang Cu Jit-jit tahu bahwa Tio-lotoa ternyata salah
seorang pengagum Tiong-goan-beng-siang, melihat belasan
lelaki merubung tiba, lekas Jit-jit jambret bahu Tio-lotoa terus
dilemparkan ke arah dua lelaki yang memburu datang lebih
dulu. Sudah tentu kedua orang itu tidak kuat menahannya. Tiga
orang terguling mencium tanah, sementara orang lain yang
memburu tiba jadi kaget dan merandek, tapi Jit-jit lantas
menerjang maju. Kungfu yang pernah dipelajarinya beraneka ragam dan tiada
satu pun yang boleh dikatakan mahir, namun untuk
menghadapi lawan keroco ini masih cukup berlebihan, seperti
harimau mengamuk di tengah rombongan domba, dalam
sekejap belasan lelaki itu telah dihajarnya hingga tunggang
langgang. Sudah beberapa hari ini Cu Jit-jit menanggung penasaran,
marah, dan takut, sekarang baru dia berhasil melampiaskan
kekesalan hatinya, hingga perut lapar pun terlupakan.
Merasa bukan tandingan Jit-jit, orang-orang itu melawan
sambil mundur, sementara Jit-jit menghajar sambil mengejar,
sebentar saja mereka sudah dekat di depan pintu gerbang.
"Berhenti!" mendadak seorang membentak. Seorang lelaki
berperawakan pendek dan kekar berusia 30-an, berpakaian
sutra warna hijau berdiri di ambang pintu sambil
menggendong tangan, wajahnya kelihatan kereng dan sedang
mengawasi Cu Jit-jit dengan aliasnya berkerut, agaknya heran
karena Cu Jit-jit dapat menguasai ilmu silat sebanyak itu
ragamnya, tapi sikapnya tetap tenang saja.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Melihat lelaki ini, kawanan lelaki tadi berlari dan sembunyi di
belakangnya. Cu Jit-jit masih memburu maju dan hendak
menjotos, tiba-tiba dilihatnya lelaki kekar ini mengadangnya
sambil menjura dengan tertawa, "Sabar, kungfu nona
memang mengagumkan."
Tabiat Cu Jit-jit memang senang dilayani secara ramah dan
pantang dikasari, melihat orang berlaku sopan, maka
jotosannya yang sudah melayang segera ditarik kembali.
Lelaki berbaju sutra hijau tertawa, katanya, "Kawanan hamba
itu memang tidak bermata hingga lancang terhadap nona,
semoga nona suka mengampuni mereka."
"Ah, tidak apa-apa," ujar Jit-jit, "sudah kenyang juga kuhajar
mereka." Lelaki berbaju sutra melengak, katanya pula, "Sifat nona
ternyata suka berterus terang."
"Sifatku ini baik atau jelek?" tanya Jit-jit.
Tidak sedikit orang yang dikenal lelaki ini, tapi gadis sebinal ini
belum pernah dihadapinya, sesaat dia melenggong, katanya
kemudian, "O, baik ... tentu saja baik."
"Melihat tampangmu ini, tentu kau inilah Tiong-goan-beng-
sian Auyang Hi." "Betul ... entah nona ada petunjuk apa?"
"Kalau kau dijuluki Beng-siang, maka sepantasnya kau
meladeni aku dengan baik, makan minum dulu sampai puas,
sebab ada urusan penting ingin kuberi tahukan kepadamu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tamu seperti nona biarpun sengaja kuundang juga belum
tentu sudi kemari, cuma hari ini ...."
"Hari ini kenapa" Apakah hari ini kau kehabisan uang dan
tidak mampu mentraktir aku?"
"Biar kukatakan terus terang kepada nona, hari ini ada
seorang saudagar besar kalangan Kangouw, Leng-jiya, beliau
telah meminjam tempatku ini, tamu agung dari berbagai
penjuru sudah berdatangan, maka Cayhe tidak berani ...."
Berputar bola mata Cu Jit-jit, katanya dengan tertawa, "Dari
mana kau tahu bahwa kedatanganku tidak untuk berdagang.
Tolong kau bawa aku masuk."
Dengan sangsi Auyang Hi pandang dia beberapa kali lagi,
meski pakaian si nona tidak keruan, tapi sikapnya agung dan
berani, selagi ragu, Cu Jit-jit lantas melangkah masuk rumah
orang seperti rumah sendiri.
Keruan Auyang Hi makin bingung dan tidak dapat meraba asal
usul si nona, tapi ia pun tidak berani sembrono, terpaksa
dengan tertawa getir dia silakan orang masuk.
Cahaya lampu terang benderang di ruang besar, dua baris
meja kayu cendana yang panjang penuh diduduki tiga puluhan
orang, baik usia, tampang, dan dandanan mereka berbeda,
tapi pakaian mereka sama perlente, jelas mereka adalah
saudagar besar yang sering berkecimpung di dunia Kangouw.
Melihat Auyang Hi datang mengiringi seorang nona cantik,
semua mengunjuk rasa heran.
Cu Jit-jit sudah biasa dipandang sedemikian rupa oleh orang
banyak, kalau orang mengawasi kepalanya sampai ke kaki, dia
tetap tak peduli dan tenang-tenang saja, dia malah melirik ke
sana-sini. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sudah tentu kehadirannya menarik perhatian dan
menimbulkan kasak-kusuk, tapi Jit-jit langsung menarik kursi
terus berduduk, katanya dengan lantang, "Apakah kalian tidak
pernah melihat orang perempuan" Ayolah, bisnis lebih
penting, aku kan manusia biasa dan tidak punya tiga mata,
kenapa aku dipandang begitu rupa?"
Delapan di antara sepuluh hadirin merah mukanya oleh
sindiran Cu Jit-jit, banyak yang menunduk atau melengos.
Sungguh senang, bangga juga geli hati Cu Jit-jit. Dia melarang
orang memandang dirinya, matanya justru menjelajah kanan-
kiri dengan pandangan tajam.
Di antara sekian orang yang hadir, dia yakin yang benar-benar
pedagang hanya tujuh-delapan orang, belasan yang lain
adalah jago-jago kosen Bu-lim, dua di antaranya malah lain
daripada yang lain. Seorang duduk di depan Jit-jit, bibir merah
muka putih, pakaiannya serbasutra, di antara sekian hadirin
usianya terhitung yang paling muda, wajahnya juga sangat
tampan, secara sembunyi-sembunyi dia melirik Jit-jit, bila Jit-
jit balas menatapnya, dengan muka jengah dia lantas
melengos. Cu Jit-jit tertawa di dalam hati, "Kelihatannya pemuda ini anak
pingitan yang jarang keluar pintu, lebih pemalu dari gadis ...."
Makin orang pemalu, makin dipandangnya, hingga pemuda itu
tidak berani angkat kepalanya, sungguh senang hati Cu Jit-jit.
Seorang lagi kelihatan seperti pelajar tua rudin yang tidak
lulus ujian, mukanya kurus, berjenggot kambing yang jarang-
jarang, mengenakan jubah panjang yang warnanya sudah
luntur, saat mana sedang memejamkan mata seperti orang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
yang sudah beberapa hari tidak makan, hingga duduk lemas
dan tidak mampu bicara lagi.
Di belakangnya berdiri seorang kacung berbaju hijau pula,
juga kurus tinggal kulit membungkus tulang, untung bola
mata masih berputar kian kemari, kalau tidak, hampir tak
kelihatan gairah hidup sedikit pun.
Diam-diam Jit-jit membatin pula, "Pelajar rudin begini juga
berani datang untuk urusan dagang" Memangnya akan
menjual pensil butut."
Kasak-kusuk dalam ruang besar sudah sirap, terdengar
Auyang Hi berdehem, lalu berseru, "Kini tinggal Leng-jiya dan
Keh-siangkong saja, kedatangan Keh-siangkong ke Lokyang
kali ini entah membawa barang-barang aneh apa."
Akhir katanya matanya menatap seorang lelaki gemuk putih,
berdandan lucu, usianya jelas tidak muda lagi tapi sengaja
berlagak Siangkong (tuan muda), kepalanya pakai ikat kain,
jubahnya yang kedodoran bersulam aneka warna, belasan
kantong sutra bergantungan di sekeliling pinggangnya, tangan
memegang pipa tembakau. Keh-siangkong memicingkan mata, lalu menoleh ke kanan-kiri,
katanya dengan tersenyum, "Akhir-akhir ini aku sudah makin
malas, kutahu dengan kedatangan Leng-jiya, pasaran dagang
di kota Lokyang pasti ramai, namun aku hanya membawa dua
macam barang saja." Auyang Hi berkata, "Barang mengutamakan kualitas dan
bukan kuantitas. Barang yang dibawa Keh-siangkong kuyakin
pasti luar biasa, silakan Keh-siangkong mengeluarkannya
supaya hadirin ikut menyaksikan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Keh-siangkong berkata, "Ah, janganlah pujian melulu, cuma
kawan Kangouw juga sama tahu, barang berharga di bawah
lima ribu tahil aku tidak pernah jual-beli."
Cu Jit-jit berkerut kening, batinnya, "Besar juga mulutnya,
dipandang dari dandanan dan sikapnya, bukan mustahil dia ini
salah seorang Ngo-toa-ok-kun (lima penjahat) yang merajalela
di Kangouw, yaitu Kan-sian Keh-pak-bwe" (pedagang licik Keh
si Pembeset Kulit). Jika benar dia adanya, orang yang berjual-
beli dengan dia pasti akan mengalami kerugian."
Tampak Keh-siangkong telah mengeluarkan sebuah kodok-
kodokan pualam warna hijau sebesar mangkuk, terutama
kedua matanya ternyata terbuat dari sepasang mutiara besar
dan bundar, di bawah sinar lampu tampak gemerlap,
harganya tentu tidak bernilai.
Keh-siangkong berkata, "Kalian sama ahli, baik-jelek barang
ini tentu dapat kalian lihat, maka tidak perlu aku membual,
silakan saja kalian menentukan harga sendiri."
Beruntun dia bersuara dua kali, tapi hadirin tiada yang
memberi reaksi. Cu Jit-jit tertawa geli di dalam hati, pikirnya, "Mungkin orang
takut pada yang ahli membeset kulit, maka tiada yang berani
memberi penawaran, padahal kodok pualam hijau ini memang


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berharga sekitar lima-enam ribu tahil."
Keh-siangkong menoleh kian kemari, satu per satu hadirin
ditatapnya, akhirnya pandangannya berhenti pada seorang
bertubuh gemuk pendek, katanya dengan tertawa, "Si Yong-
kui, kau berdagang batu permata, berapa kau menawar
barangku?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berdenyut kulit muka Si Yong-kui yang gempal itu, katanya
sambil menyengir, "Ah ... baiklah, aku menawar tiga ribu
tahil." Keh-siangkong menarik muka, katanya dengan tertawa dingin,
"Tiga ribu tahil, tega kau tawar serendah ini, jangankan badan
kodok yang hijau ini, hanya sepasang mata mutiaranya saja ...
hehe, mutiara sebesar ini pun sukar dicari, besarnya sama,
bundar lagi, hehehe, kalau kau punya dua butir yang sama
kuberani bayar enam ribu tahil."
Si Yong-kui menyengir, katanya, "Aku tahu mestika sebesar ini
kalau tiga ribu tahil memang terlalu murah, tapi sebelum
kuperiksa barang itu secara teliti, terus terang aku tidak berani
memberikan tawaran lebih tinggi."
Beringas sorot mata Keh-siangkong, katanya, "Memangnya
sedekat ini tidak kau lihat jelas, barang mestika mana yang
boleh sembarang dipegang orang, memangnya kau tidak
percaya kepada orang she Keh?"
Kembali bergoyang kulit muka Si Yong-kui, ia menunduk,
suaranya juga gelagapan, "Wah, ini ... baiklah kutawar enam
ribu tahil ...." Keh-siangkong terkekeh, katanya, "Meski enam ribu belum
cukup modal, tapi orang she Keh kalau berdagang biasanya
'cincay', demi hubungan yang lebih erat selanjutnya, kali ini
biar aku jual murah kepadamu, tapi bayar dulu baru barang
diserahkan, ini adalah kebiasaan jual-beli, enam ribu tahil
perak, sepeser pun tidak boleh kurang."
Agaknya Si Yong-kui tidak mengira tawaran semurah ini dapat
membeli barang antik yang mahal ini, seketika dia mengunjuk
rasa kejut dan girang, orang lain juga mengiri bahwa dia
mendapat barang murah, semuanya mengiler.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit membatin, "Orang bilang dia tukang beset kulit, tapi dari
jual-beli ini, kenyataan bukan saja adil, malah boleh dikatakan
dia agak rugi." Maklum sebagai putri keluarga hartawan, nilai sesuatu
permata cukup dikuasainya dengan baik, nilai mutiara sebesar
dan sebundar itu harganya memang pantas enam ribu tahil
perak. Sementara itu Si Yong-kui sudah suruh orangnya mengambil
uang dan menimbang bobotnya, setelah uang diserahkan,
kodok pualam itu pun diambilnya, tapi hanya dua kali dia
mengamati barang itu, seketika wajahnya berubah pucat,
serunya dengan suara gemetar, "Kodok pualam ini cacat,
demikian pula mutiara ini ... hanya sebutir di ... dibelah dua,
Keh-siangkong, ini ... ini ...."
Keh-siangkong menyeringai, katanya, "Apa betul" Aku sendiri
juga tidak memerhatikannya waktu membeli, tapi barang
sudah dibeli, tidak boleh dikembalikan, kuyakin kau Si Yong-
kui juga tahu aturan ini?"
Si Yong-kui melenggong sesaat lamanya, "bluk", badannya
yang gendut duduk lemas di atas kursi, air mukanya sungguh
lebih jelek daripada tampang babi.
Keh-siangkong tertawa terkekeh, katanya, "Dan barang kedua
yang kubawa untuk kalian adalah ... merupakan suatu
keajaiban, ya, keajaiban yang selalu kalian impikan, keajaiban
yang diciptakan Tuhan untuk kalian, keajaiban yang tanggung
belum pernah kalian lihat .... Ini, silakan kalian periksa
keajaiban itu berada di sini."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Meski suaranya tidak enak didengar, tapi dia memang pandai
bicara hingga menimbulkan daya pikat yang besar, seluruh
hadirin sama menoleh ke arah yang ditudingnya.
Betul juga, hadirin sama menjerit tertahan dan melongo
seketika, keajaiban yang dikatakan Keh-siangkong ternyata
adalah seorang gadis berbaju putih, berambut panjang hitam
legam dan terurai di atas pundak.
Gadis ini berdiri malu-malu, wajahnya putih bersih dan molek,
meski pucat karena takut, gayanya ternyata memesona dan
menimbulkan rasa belas kasihan. Kedua bola matanya yang
bercahaya bening juga memancarkan rasa kaget, takut, dan
malu, mirip seekor rusa yang baru tertangkap dari hutan.
Tubuhnya semampai, dadanya montok, karena dipandang
sekian banyak orang ia kelihatan gemetar.
Melihat hadirin terpesona, tersimpul senyuman licik pada
wajah Keh-siangkong, sekali raih dia tarik gadis itu, lalu
serunya, "Inilah bidadari dari kahyangan, permaisuri raja,
entah kapan kalian mendapat rezeki, barang siapa dapat
memberikan tawaran tertinggi, bidadari ini akan menjadi
miliknya, bila hatimu kesal, dia bisa bernyanyi menghiburmu,
bila kau kesepian dia akan mendampingimu menikmati surga
dunia, badannya yang mulus, hangat dan kenyal ini adalah
obat untuk melenyapkan kesepian."
Mendengar komentarnya, hadirin berduduk mematung
terkesima. Entah berapa lama kemudian tiba-tiba terdengar
seorang berseru lantang, "Kalau dia begitu menggiurkan,
kenapa tidak kau pakai sendiri?"
Hadirin memang takut berhadapan dengan Keh-pak-bwe yang
suka menggorok pembelinya ini, khawatir dikibuli.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Keh-siangkong terkekeh, katanya, "Kenapa tidak kupakai
sendiri" .... Hahaha, terus terang saja, soalnya 'harimau
betina' di rumah terlalu lihai, kalau tidak, masa aku mau
menjualnya?" Hadirin saling pandang, masih curiga, juga kurang percaya.
Keh-siangkong memancing lagi, "Ayolah, apa lagi yang kalian
tunggu?" Mendadak dia menarik baju si gadis hingga kelihatan bahunya
yang putih melebihi pakaiannya, payudaranya yang mengintip
tampak mengilat lagi padat.
Keh-siangkong berteriak-teriak, "Gadis seperti ini, apa kalian
pernah melihatnya" Bila ada orang berani bilang dia kurang
cantik, pasti dia lelaki tolol, lelaki buta."
Belum habis bicaranya, seorang lelaki bermuka burik segera
berdiri, serunya, "Baik, aku tawar seribu ... seribu lima ratus
tahil ...." Ternyata tawaran pertama ini mendapat sambutan orang
banyak, maka di sana-sini orang lantas berlomba, "Seribu
delapan ratus tahil ... dua ribu tahil ... tiga ribu ...."
Lelang berjalan terus, badan si gadis makin gemetar, matanya
yang sayu mulai berkaca-kaca, makin dipandang Jit-jit makin
merasa kasihan, dia membatin, "Gadis cantik molek ini, mana
tega aku melihat dia terjatuh ke tangan lelaki busuk ini ...."
Entah mengapa mendadak terasa darahnya mendidih, tanpa
pikir ia ikut berteriak, "Aku tawar delapan ribu tahil."
Hadirin melongo, tapi pemuda berbaju sutra di seberang Cu
Jit-jit tiba-tiba tersenyum, serunya, "Selaksa tahil!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berkilat bola mata Keh-siangkong, wajahnya kegirangan,
hadirin tersirap kaget oleh tawaran yang teramat tinggi ini. Cu
Jit-jit mengertak gigi, mendadak dia berseru pula, "Dua laksa
tahil perak!" Harga ini terlebih mengejutkan, keruan hadirin menjadi
gempar. Gadis itu angkat kepalanya dan menatap Cu Jit-jit
dengan heran dan juga senang.
Dengan tertawa Keh-siangkong menatap pemuda berbaju
sutra, tanyanya, "Bagaimana Ong-kongcu?"
Pemuda itu tertawa sambil menggeleng kepala.
Keh-siangkong lantas menghadap ke arah Cu Jit-jit, katanya
sambil menghormat, "Selamat nona, gadis secantik bidadari ini
kini sudah menjadi milik nona, entah di mana uang nona"
Hahaha, dua laksa tahil perak sungguh teramat murah!"
Jit-jit jadi melenggong, sahutnya dengan gelagapan, "Uang ...
uang tidak kubawa, tapi ... dua hari ...."
Kontan Keh-siangkong menarik muka, katanya, "Apa nona
berkelakar" Tanpa uang mana bisa bicara jual-beli?"
Ruang besar ini seketika penuh suara gelak tertawa, ada yang
mencemooh, ada yang berolok.
Merah muka Jit-jit, dari malu dia jadi gusar, baru saja dia
hendak menyemprot mereka, tiba-tiba sastrawan tua miskin
yang sejak tadi duduk dengan mata terpejam itu membuka
matanya dan berkata, "Tidak apa-apa, uang akan kupinjamkan
padamu." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Hadirin melengak kaget, Jit-jit juga terbeliak, kakek ini
kelihatan rudin, mana punya uang untuk dipinjamkan padaku
segala. Keh-siangkong menyengir, katanya, "Nona ini tidak dikenal
engkau orang tua, mana ...."
Kakek rudin tertawa dingin, "Kau tidak memercayainya, aku
justru percaya padanya, soalnya kalian tiada yang kenal siapa
dia, aku orang tua sebaliknya mengenalnya dengan jelas."
"Siapa nona ini?" tanya Keh-siangkong heran.
Kakek rudin berkata, "Kau Keh-pak-bwe hanya mahir menipu
uang orang lain, biar kau menipu tiga puluh tahun lagi juga
belum dapat membandingi secuil kuku bapaknya. Tidak perlu
kubicara banyak, cukup kuberi tahukan padamu, dia she Cu."
Keh-siangkong terperanjat, serunya, "She Cu, apakah ...
apakah dia putri mestika keluarga Cu?"
Kakek rudin mendengus sambil memejamkan mata pula,
pandangan hadirin serentak beralih kepada Cu Jit-jit semua
memandangnya dengan terbelalak.
Sejak dahulu kala uang memang punya daya pikat luar biasa,
manusia mana pun tidak terkecuali. Terutama orang berwatak
seperti Keh-siangkong, dia lebih tahu betapa hebat daya tarik
uang di dunia ini. Sikapnya yang meremehkan tadi kini berubah tertawa lebar
hingga kedua matanya hampir terpejam, katanya, "Baiklah,
bila engkau orang tua yang menanggung, apa pula yang perlu
kukatakan .... Fifi, sejak kini kau menjadi milik nona Cu ini,
lekas ke sana!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang paling terkejut di dalam ruang ini adalah Cu Jit-jit
sendiri, sungguh dia tidak mengerti dari mana kakek rudin ini
mengenal dirinya. Tidak habis pula herannya manusia
semacam Keh-siangkong ternyata menaruh kepercayaan
penuh kepada kakek rudin ini. Padahal kakek ini kurus kering,
pakaiannya, topinya, harta miliknya dari kepala sampai ke kaki
paling-paling cuma berharga satu tahil perak saja.
Gadis baju putih itu lantas menghampiri Jit-jit, sinar matanya
tampak terang, lembut dan tetap malu-malu. Segera dia
berlutut memberi hormat serta menyapa dengan suara merdu,
"Lanli (perempuan kesusahan) Pek Fifi menyampaikan sembah
hormat kepada nona Cu."
Lekas Jit-jit menariknya bangun, sebelum dia bicara
didengarnya Tiong-goan-beng-siang Auyang Hi berseru
lantang, "Acara baik masih ada pada babak terakhir, kuyakin
hadirin sedang menunggu dan ingin lihat barang dagangan
Leng-jiya." Hadirin sama mengiakan. Timbul rasa ingin tahu Cu Jit-jit. "Orang macam apa pula
Leng-jiya itu" Orang-orang ini kelihatan sangat segan
kepadanya, tentu dia seorang luar biasa."
Waktu matanya mengerling, tampak puluhan pasang mata
hadirin sama menatap ke arah kakek rudin kurus itu. Keruan
Jit-jit kaget, "Jadi Leng-jiya adalah kakek ini?"
Waktu dia menoleh, mendadak dilihatnya di belakang pemuda
berbaju sutra tahu-tahu berdiri seorang kacung berwajah
bersih, kacung ini tengah menatapnya dengan tajam, Jit-jit
merasa pernah melihat wajah si kacung, cuma tidak ingat di
mana pernah melihatnya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sementara itu si kakek rudin telah membuka mata dan batuk
dua kali, lalu katanya, "Go-ji, sekali ini apa saja yang kita
bawa, satu per satu boleh kau sebutkan supaya hadirin tahu,
ingin kulihat berapa pula tawaran yang diajukan mereka."
Go-ji (anak sengsara), anak yang berperawakan kurus hitam
dan berdiri di belakangnya mengiakan dengan suara lemah
seperti sudah tidak makan tiga hari, dengan perlahan ia tampil
ke depan, lalu serunya, "Lima puluh kuintal Oh-liong-teh."
Setelah terjadi tawar-menawar yang cukup seru terhadap
daun teh terkenal itu, seorang pedagang besar penduduk
Lokyang menutupnya dengan harga lima ribu tahil perak.
Go-ji berseru pula, "Tong-hoa-yu lima ratus tong .... Tinta bak
seribu potong ...." beruntun dia sebutkan delapan jenis barang
dagangan, setiap jenis adalah barang-barang produksi suatu
daerah yang jarang ada di pasaran, dalam sekejap barang-
barang itu sudah terjual habis dengan harga tinggi.
Cu Jit-jit menyaksikan perak sebungkus demi sebungkus
digaruk seluruhnya oleh Leng-jiya, namun barang-barang yang
disebutkan tadi satu pun tidak kelihatan, maka dia membatin,
"Agaknya Leng-jiya memang seorang pedagang besar
sehingga dia mendapat kepercayaan orang sebanyak ini, tapi
kenapa dia justru berdandan mirip orang rudin" Ah, mungkin
kakek ini seorang kikir."
Kemudian Go-ji berseru pula, "Bik-kin-hiang-to tersedia lima
ratus kuintal." Sejak tadi Keh-siangkong kelihatan duduk tenang sambil udut
tembakau dengan merem melek, begitu mendengar 'Bik-kin-
hiang-to-bi' (beras unggul gagang wangi), matanya mendadak
bersinar, serunya segera, "Partai itu kuborong seluruhnya!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Berapa tawaranmu?" tanya Go-ji.
Keh-siangkong tampak berkerut kening, setelah berpikir dia
pura-pura murah hati, katanya, "Selaksa tahil!"
Beras unggul gagang wangi memang jarang ada di pasaran,
kalau ada, harga pasaran sekuintal juga cuma dua puluhan
tahil saja, bahwa Keh-siangkong berani menutup dengan
harga setinggi itu memang sudah terhitung berani.
Tak nyana si pemuda berbaju sutra mendadak berseru dengan
tertawa, "Selaksa lima ribu tahil!"
Keh-siangkong tampak melengak, akhirnya dia mengertak gigi
dan berteriak, "Selaksa enam ribu."
Ong-kongcu berseru, "Dua laksa."


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hah, dua laksa" .... Ong-kongcu, apa kau bergurau" Sejak
dulu kala beras unggul ini tiada harga setinggi itu."
Ong-kongcu tersenyum, katanya, "Kalau kau tidak berani beli,
tiada orang memaksa."
Air muka Keh-siangkong berubah pucat, menghijau lalu merah
padam, giginya bergemertuk, sesaat dia melenggong,
akhirnya berteriak lagi, "Baik kubayar dua laksa seribu."
Harga ini jelas jauh melampaui harga pasaran, bahwa Keh-
siangkong yang sering menggaruk uang orang lain secara
nakal ini berani membayar setinggi ini, hadirin sama kaget dan
heran, di sana-sini mulai terdengar bisik-bisik.
Ong-kongcu mendadak berseru, "Tiga laksa!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kali ini Keh-siangkong melompat bangun dari tempat
duduknya, teriaknya, "Tiga laksa" Apa kau ... kau gila?"
Ong-kongcu menarik muka, jengeknya, "Keh-heng, kalau
bicara harap hati-hati."
Keh-pak-bwe, si Pembeset Kulit yang terkenal nakal ini
ternyata jeri terhadap pemuda lemah lembut yang baru keluar
kandang macam Ong-kongcu ini, dia tidak berani lagi berkata
kotor, dengan lemas dia duduk pula di kursinya, mukanya
pucat dan penuh keringat.
Go-ji lantas berkata, "Tiada penawaran lagi, baiklah barang itu
akan diserahkan kepada Ong-kongcu!"
"Nanti dulu," mendadak Keh-siangkong berseru sambil
menggebrak meja, teriaknya dengan suara parau, "Kutambah
menjadi tiga laksa seribu .... Nah, Ong-kongcu, harga ini
sudah memeras keringatku, kumohon kepadamu, jangan ...
jangan berebut lagi denganku."
Ong-kongcu tertawa lebar, katanya, "Baiklah, hari ini aku
mengalah kepadamu." Keh-pak-bwe tampak kegirangan, segera dia keluarkan uang
dan menghitung, bahwa dia membayar lima ratus kuintal
beras dengan harga setinggi itu, ternyata masih kegirangan,
tiada hadirin yang tidak heran, siapa pun tidak mengerti
mengapa Keh-pak-bwe hari ini mau berdagang rugi.
Setelah menerima uang dan memberikan tanda terima, Go-ji
lantas tertawa seperti mengalami sesuatu kejadian yang amat
menyenangkan, demikian pula Ong-kongcu juga tertawa lebar.
"Apa ... apa yang membuatmu tertawa?" tanya Keh-pak-bwe.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Di kota Kayhong ada seorang saudagar yang berani
membayar lima laksa tahil untuk lima ratus kuintal beras
unggul gagang wangi, maka sekarang kau berani membayar
tiga laksa tahil perak untuk jumlah beras yang sama, betul
tidak?" Berubah air muka Keh-pak-bwe, serunya, "Dari ... dari mana
kau tahu?" Go-ji tertawa geli, katanya, "Pedagang yang menawar lima
laksa tahil untuk membeli beras jenis itu di Kayhong itu
sengaja diutus oleh Leng-jiya kita, bila kau bawa beras itu ke
Kayhong, tentu orang itu juga sudah pergi. Hahaha ... Keh-
pak-bwe, siapa nyana sekali tempo kau pun akan mengalami
rugi, biasanya kau menipu, hari ini kau tertipu."
Pucat pasi muka Keh-pak-bwe, katanya, "Tapi, Ong ... Ong-
kongcu ...." Go-ji menjelaskan, "Ong-kongcu juga sudah dipesan oleh
Leng-jiya untuk memerankan sandiwara ini hingga kau tertipu
...." Belum habis dia bicara Keh-pak-bwe meraung terus menubruk
maju. Mendadak melotot mata Leng-jiya, jengeknya, "Kau mau
apa?" Melihat sorot mata tajam orang, Keh-pak-bwe seperti kena
dicambuk, seketika kuncup nyalinya, lekas dia mundur
kembali, sesaat dia melongo, lalu mendekap muka dan
menangis tergerung-gerung.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tak tahan Jit-jit, dia tertawa geli, demikian pula hadirin ikut
bertepuk, bahwa Keh-pak-bwe juga kena tipu, siapa pun
merasa girang. Leng-jiya tersenyum, katanya, "Si Yong-kui tadi ditipunya, Go-
ji, hitung tiga ribu tahil dan kembalikan kepada juragan Si,
bulu kambing tumbuh di atas badan kambing, hendaknya Si-
heng jangan sungkan!"
Sudah tentu Si Yong-kui kegirangan, berulang dia ucapkan
terima kasih. Dalam hati Cu Jit-jit juga memuji, baru sekarang dia tahu
kakek rudin mirip pengemis, Leng-jisiansing, bukan saja
seorang lelaki hebat, ternyata juga bukan orang kikir seperti
diduganya semula. Kini mata Leng-jisiansing terpejam pula, sikap Go-ji kembali
lesu seperti tidak punya semangat, lalu katanya perlahan,
"Masih ada ... delapan ratus ekor kuda pilihan."
"Delapan ratus kuda pilihan", sungguh menarik perhatian
hadirin, terutama dua kelompok orang yang duduk seberang-
menyeberang, kedua kelompok itu sama terbelalak dengan
bersemangat. Kedua kelompok orang ini, masing-masing terdiri dari tiga
orang dan dua orang. Kelompok tiga orang itu adalah lelaki yang bertampang jelek,
kulit daging pada mukanya benjol-benjol. Sementara kedua
orang yang lain, seorang bermuka kuning seperti disepuh
emas, mirip orang berpenyakitan, seorang lagi bermata elang
berhidung betet, alisnya tebal, wajahnya bengis, gagah dan
kasar, sikapnya kelihatan angkuh, seperti tidak pandang
sebelah kepada siapa pun.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sepintas pandang Cu Jit-jit lantas tahu bahwa kelima orang ini
pasti orang-orang gagah dari golongan hitam, tenaga mereka
pun pasti besar. Ketiga lelaki itu serempak berdiri, orang pertama berseru,
"Siaute Ciok Bun-hou."
"Siaute Ciok Bun-pa," sambung orang kedua.
Orang ketiga berseru juga, "Siaute Ciok Bun-piau."
Mereka bicara dengan membusung dada, sikapnya garang dan
bertolak pinggang, agaknya sengaja mau pamer kekuatan.
Mendengar nama ketiga orang ini, Si Yong-kui dan lain-lain
tampak berubah air mukanya.
Auyang Hi lantas bergelak tawa, katanya, "Kaum persilatan
siapa yang tidak tahu nama besar Ciok-si-sam-hiong (tiga jago
keluarga Ciok) dari Bing-hou-kang, buat apa pula kalian harus
memperkenalkan diri."
Ciok Bun-hou bergelak, katanya, "Betul, mungkin Auyang-
heng juga tahu, kehadiran kami ini adalah untuk kedelapan
ratus ekor kuda itu, semoga kalian sudi memberi muka kepada
kami bersaudara, supaya kami tidak pulang dengan bertangan
kosong." Ketiga Ciok bersaudara lantas bergelak tertawa, paduan suara
tertawa yang keras ini serasa menggetar atap rumah.
Umpama ada pihak lain bermaksud membeli kuda pasti akan
kuncup nyalinya dan mundur teratur.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ciok Bun-hou bertiga menyapu pandang hadirin, sikapnya
takabur dan bangga. Tak terduga lelaki hidung betet tiba-tiba menjengek, "Kurasa
kalian memang akan pulang dengan tangan kosong."
Suaranya tidak keras, tapi setiap hadirin dapat mendengar
dengan jelas. Ciok Bun-hou menarik muka, serunya gusar, "Apa katamu?"
Lelaki berhidung betet berkata pula, "Kedelapan ratus ekor
kuda itu, kami bersaudara yang akan membelinya."
"Berdasar apa kau berani bilang demikian?" teriak Ciok Bun-
hou. Si hidung betet menyeringai, katanya, "Di hadapan Leng-
jisiansing, tentunya harus dengan uang untuk membeli kuda,
siapa berani main rebut atau merampok?"
"Bera ... berapa tawaranmu?" teriak Ciok Bun-hou.
"Berapa tawaranmu, pasti kutambah di atasmu."
"Sebun Kau," bentak Ciok Bun-hou, "jangan kira aku tidak
mengenalmu. Mengingat kita sesama satu golongan, selalu
kami mengalah kepadamu, tapi kau ... kau terlalu menghina
orang ...." "Memangnya apa kehendakmu?" tantang Sebun Kau.
Ciok Bun-hou gebrak meja, sebelum dia bicara Ciok Bun-pa
lantas menarik tangannya, katanya dengan suara keras dan
tegas, "Bing-hou-kang kami dengan seribuan anggota sedang
menunggu kedelapan ratus ekor kuda ini untuk membuka
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
usaha baru, bila Sebun-heng suruh kami pulang dengan
bertangan kosong, lalu cara bagaimana kami akan memberi
pertanggungan jawab."
"Kalau kalian sedang menunggu kedelapan ratus ekor kuda
ini, memangnya Loh-be-ouw kami tidak memerlukan kuda-
kuda ini" Kalau pulang bertangan kosong kalian sukar
memberi pertanggungan jawab, memangnya kami tidak harus
bertanggung jawab juga."
Ciok Bun-piau mendadak menimbrung, "Jika demikian, biarlah
kita mengalah saja."
Sembari bicara segera dia tarik Bun-hou dan Bun-pa keluar.
Selagi hadirin heran kenapa ketiga saudara ini mendadak mau
mengalah, tiba-tiba sinar kemilau berkelebat, tiga golok
panjang serempak membacok ke arah Sebun Kau, bacokan
keras dan keji, jika Sebun Kau terkena bacokan ini, badannya
pasti hancur. Betapa ganas serangan golok ketiga saudara Ciok ini, ternyata
Sebun Kau juga sudah waspada dan siaga, dia tertawa dingin,
sekali mengegos dapatlah menghindar.
Yang jadi korban adalah kursi tempat duduk Sebun Kau tadi
terbacok hancur lebur. Keruan Si Yong-kui dan lain-lain sama
berteriak kaget. Membara mata Ciok Bun-hou, teriaknya serak, "Bukan kau
yang mampus biar aku yang mati, ayo sikat dia."
Kembali tiga batang golok mereka berputar pula dan hendak
menerjang lagi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lelaki muka kuning yang tidak bersuara sejak tadi mendadak
berdiri, hanya sekali berkelebat tiba-tiba Sebun Kau ditariknya
menyingkir sambil membentak, "Berhenti sebentar, dengarkan
perkataanku." Walau wajahnya kuning seperti orang sakit, tapi gerak-
geriknya ternyata gesit dan mengejutkan.
Ciok Bun-hou bertiga terpaksa berhenti, katanya, "Baik, coba
kita dengarkan apa yang hendak dikatakan Liong Siang-peng."
Liong Siang-peng lantas berkata, "Bila kita berkelahi di sini, di
samping menimbulkan permusuhan sesama orang Kangouw,
rasanya juga tidak enak terhadap Auyang-heng, maka
menurut pendapatku, lebih baik ...."
"Bagaimanapun juga kedelapan ratus ekor kuda itu adalah
bagian kami," tukas Ciok Bun-hou lantang.
Liong Siang-peng atau Liong si Sakit Melulu tertawa, katanya,
"Kalian ingin mendapatkannya, orang lain juga tidak mau
mengalah, bukankah terpaksa harus diselesaikan dengan
pertarungan sengit. Tapi kalau masing-masing pihak mau
membagi empat ratus ekor kuda, permusuhan kan tidak perlu
terjadi." Ciok bersaudara saling pandang, Ciok Bun-pa lantas berkata,
"Ucapan Liong-lotoa memang beralasan ...."
"Kalau begitu marilah kita saling tepuk tangan sebagai tanda
perjanjian," ucap Liong Siang-peng.
Ciok Bun-hou berpikir sejenak, akhirnya dia menjawab,
"Baiklah, empat ratus ekor kuda sementara juga cukup."
Lalu dia mendahului maju ke depan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Liong Siang-peng juga menyongsong maju dengan tertawa,
masing-masing mengulurkan tangan, mendadak dari tangan
kiri Liong Siang-peng menyambar dua titik sinar dingin,
berbareng tangan kanan juga menghantam, "blang", dengan
telak dada Ciok Bun-hou digenjotnya, kedua bintik sinar itu
pun tepat mengenai leher Bun-pa dan Bun-piau.
Terdengar ketiga bersaudara itu menjerit ngeri, tubuh
sempoyongan, mata melotot gusar, lama mereka menatap
Liong Siang-peng, teriaknya dengan suara parau, "Kau ... kau
...." Belum lanjut suaranya, Ciok Bun-hou menyemburkan darah
hitam, wajah Bun-pa dan Bun-piau juga berubah hitam. Satu
per satu mereka roboh tersungkur, tiga orang segar bugar
dalam sekejap telah melayang jiwanya menjadi mayat.
Semua hadirin terbelalak kaget, sementara itu dengan tenang
Liong Siang-peng berjalan balik ke tempat duduknya, tetap
seperti orang penyakitan yang lemah dan acuh tak acuh,
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Wajah Auyang Hi tampak gusar tapi entah mengapa akhirnya
dia menahan rasa gusarnya.
Semula Cu Jit-jit juga gusar, tapi kejap lain dia berpikir,
"Orang lain tidak peduli, buat apa aku usil, memangnya
urusanku belum cukup merepotkan?"
Ternyata Go-ji juga bersikap tak acuh, katanya dingin,
"Setelah terjadi pembunuhan, apakah jual-beli tetap
menggunakan uang?" Sebun Kau tertawa, serunya, "Tentu saja pakai uang."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Diturunkan ransel yang digendongnya di atas meja, perlahan
dia buka buntelan kain kuning itu, ternyata isinya emas murni.
"Berapa nilainya?" tanya Go-ji.
Sebun Kau tertawa, katanya, "Dua ribu tahil, kukira cukup."
Tak nyana Ong-kongcu yang pendiam dan pemalu itu
mendadak angkat kepala, katanya dengan tersenyum, "Siaute
tawar dua ribu seratus tahil!"
Mendengar tawarannya, hadirin kaget, Jit-jit juga berubah air
mukanya. Sebun Kau menyeringai, katanya, "Apakah Siangkong ini tidak
berkelakar?" Ong-kongcu tertawa, "Tiga sosok mayat masih ada di sini,
apakah tega orang berkelakar di hadapan mayat?"
Sebun Kau berputar menghadap ke arahnya, selangkah demi
selangkah dia menghampirinya, setiap langkahnya makin
menimbulkan suasana tegang.
Pandangan semua orang tertuju kepadanya sehingga siapa
pun tidak menyadari tahu-tahu Liong Siang-peng sudah


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melayang ke belakang Ong-kongcu tanpa mengeluarkan suara
sedikit pun, perlahan dia angkat telapak tangannya.
Ong-kongcu masih tetap tidak merasakan ancaman bahaya,
Sebun Kau menyeringai, "Bila kau mampu menghindar tiga
kali pukulanku, kedelapan ratus kuda ditambah emas ini akan
menjadi milikmu." Pada akhir perkataannya, secepat kilat kedua tangannya
menggempur kedua pundak Ong-kongcu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pada saat yang sama, dari kedua tangan Liong Siang-peng
juga menyambar tujuh bintik sinar dingin, jadi dua orang
menggencet dari depan dan belakang, bukan saja jiwa Ong-
kongcu terancam, kacung di belakangnya juga sukar terhindar
dari malapetaka. Cu Jit-jit menjerit sambil melompat bangun.
Pada saat itulah mendadak lengan baju Ong-kongcu
menggulung ke belakang, di belakang kepalanya seperti
bermata, demikian pula lengan bajunya seperti ular sakti,
ketujuh bintik sinar dingin itu tergulung semua ke dalam
lengan bajunya, sekali kebut lagi ke depan, bintik tajam itu
langsung menyambar ke dada Sebun Kau.
Sebun Kau menjerit ngeri, mendekap dada sambil mundur
terhuyung. Muka Liong Siang-peng juga berubah pucat, tapi
dia tidak gugup, kedua tangan mengkeret ke dalam lengan
baju, waktu dikeluarkan lagi setiap tangan sudah memegang
sembilan badik, di mana sinar gemerdep segera badik
menikam punggung Ong-kongcu.
Betapa keji serangannya, badik itu juga hitam gilap, jelas
dilumuri racun jahat, bila Ong-kongcu tergores sedikit saja
kulit badannya, jangan harap bisa hidup lagi.
Tapi Ong-kongcu tetap tidak berpaling, hanya sedetik itu,
mendadak tubuhnya mengapung ke atas hingga kedua badik
menusuk punggung kursi kayu cendana yang berukir. Saking
kaget, kuncup nyali Liong Siang-peng, dia tidak berani turun
lagi ia putar badan terus kabur.
Ong-kongcu tersenyum, katanya, "Ini pun bawa pulang saja!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Waktu mengucapkan "ini" dari lengan bajunya melesat setitik
sinar dingin, ketika mengatakan "pulang" sinar dingin itu
lantas bersarang di punggung Liong Siang-peng. Bila dia
selesai berkata, Liong Siang-peng pun menjerit dan terkapar di
lantai, kaki tangan berkelojotan, lalu tak bergerak lagi.
Bukan saja tidak pernah menoleh, bahkan Ong-kongcu tetap
bersenyum, hanya mulutnya berkata, "Sungguh Am-gi
(senjata rahasia) yang jahat, tapi Am-gi itu milik dia sendiri."
Pedang Medali Naga 13 Pendekar Slebor 42 Manusia Laba-laba Racun Gugah Jantan 3
^