Pencarian

Pendekar Bego 12

Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 12


heran kalau sepanjang perjalanan mereka menjadi bahan cerita orang banyak.
Ada yang berkata begini. "Waah, kalau gadis secantik itu musti mendampingi pemuda sejelek babi, keadaan
itu ibaratnya sekuntum bunga yang ditancapkan diatas tahi kerbau!"
Ada pula yang mengomel: "Maknya, sialan maka seekor burung hong dipersunting seekor babi budukan..."
Ada yang merasa sayang, ada pula yang merasa mendongkol dan merasa tak enak.
Padahal berbicara yang sesungguhnya apa sangkut pautnya urusan ini dengan
mereka" Mau cantik kek atau buruk kek, apa pula urusannya dengan mereka"
Untung saja Bwe Leng soat sama sekali tidak mempedulikan kejelekan Ong toakonya
ini. Selama belasan hari perjalanan bukan saja hubungannya dengan Ong toako bertambah
akrab dan terbuka, bahkan ia merasakan betapa jujurnya pemuda itu, kecuali
wajahnya yang memang jelek, boleh dibilang pengetahuannya sangat luas
pengalamannya cukup lumayan.
Tanpa terasa gadis itupun berpikir:
"Perkataan suhu memang benar, yang dikatakan bagus bukan dinilai dari wajah
seseorang melainkan dari ketulusan hatinya, perkataan ini sungguh tepat sekali
dengan kenyataan" Begitulah hari itu mereka berdua menyeberangi sungai Tiang kang dan tiba di
Karesidenan Leng kok sian.
Mereka pun menginap di rumah penginapan It peng dengan mengambil kamar nomor
tujuh dan sembilan. Ketika Bwe Ling soat keluar rumah untuk membeli barang, Ong It sin merasa
kesepian maka diapun berjalan jalan didalam serambi.
Pada saat itulah dari balik ruangan disebelah barat terdapat dua pasang mata
yang sedang mengintip gerak gerik pemuda itu dari balik kegelapan.
Terdengar salah seorang diantaranya berkata:
"Sin tongcu coba kau lihat! Bangsat itu tampangnya jelek tapi justru memiliki
rekan seperjalanan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, coba kau
bilang lucu atau tidak?"
Yang berbicara adalah seorang perempuan cantik yang menggembol sepasang golok
dipunggungnya, sayang hawa hitam menyelimuti diantara alis matanya, dia adalah
seorang anggota baru dari Ki thian kau bernama Ciok bok ci yao (Walet merah
bermata indah) Ciau Hong hong.
Siau Hong hong berasal dari seorang pelacur yang beroperasi disekitar wilayah
Kanglam, entah berapa banyak perbuatan terkutuk yang telah ia lakukan selama
ini. Disampingnya adalah Ui siok tongcu yang bernama Hong liu kua bu (Janda cabul)
Sin kim ciu. Adapun kedatangan mereka berdua ke karesidenan Leng kok adalah untuk melakukan
inspeksi perjalanan ke kantor kantor cabang mereka di daerah, secara tak terduga
mereka telah menemukan jejak Ong It sin dan Bwe Ling soat dalam rumah penginapan
tersebut. Terdengar Sin Kim ciu berkata kepada Ciau Hong hong:
"Bila menilai orang dari wajahnya, maka akan hilang nilainya, apalagi dia toh
bukan berwajah demikian yang sebenarnya!"
"Benarkah itu?" tanya Ciau Hong hong keheranan, bila ia benar benar cuma
mengenakan topeng kulit manusia, dilihat dari potongan badannya yang gagah
perkasa, dapat dipastikan dia adalah seorang lelaki tampan, hayo kita segera
bekuk dirinya..." "Jangan bertindak gegabah" seru janda cabul Sin Kim ciu tidak setuju, "coba kau
lihat pedang Kim liong kiam yang digembol pemuda itu, sudah pasti dia adalah
seorang jago muda dari Hoa san pay, kita tak boleh bertindak gegabah"
"Aaah, apalah artinya seorang murid Hoa san" seru Ciau Hong hong penasaran,
sekalipun ia sudah mewarisi segenap kepandaian dari Kim liong lojin, masa kita
tak mampu untuk merobohkannya?"
"Bukan begitu maksudku, aku rasa kurang baik buat kita untuk turun tangan
ditengah keramaian kota."
Lantas bagaimana menurut maksud Toucu
Sin Kim ciu segera membisikkan sesuatu ke sisi telinganya, mendengar itu Ciau
Hong hong mengangguk tiada hentinya.
Yaa, memang ini merupakan suatu rencana yang bagus sekali.
oooOooo Dalam pada itu Ong It sin masih berjalan jalan di serambi sambil menghitung
masih berapa lamakah baru akan tiba di bukit Thian hok san bagian barat.
Tiba tiba... Terdengar suara rintihan tertahan berkumandang dari arah depan sana, kemudian
tampaklah seorang nyonya berbaju hitam yang memakai sekuntum bunga putih
disanggulnya roboh tak sadarkan diri lebih kurang tujuh jengkal dihadapannya.
Entah lantaran terserang penyakit aneh ataukah karena kesedihan yang kelewat
batas, yang pasti perempuan itu sudah roboh terkulai di atas tanah.
Ong It sin memang seorang pemuda yang berhati mulia, sudah barang tentu dia tak
akan berpeluk tangan belaka, apalagi pada waktu itu di sepanjang serambi tidak
nampak orang lain. Ong It sin segera memburu ke depan, membungkukkan badan dan memeriksa nyonya
muda yang pingsan tersebut, dilihatnya ia roboh dengan mata terpejam rapat,
denyutan jantungnya amat lirih dan wajah pucat.
Dengan cepat pemuda itu memeriksa dengusan napasnya... Oh, apa yang terjadi"
Pemuda itu merasakan gawatnya keadaan nyonya itu, bila tidak segera diberi
pertolongan, niscaya jiwanya akan melayang.
Pada saat itulah tiba tiba muncul kembali seorang dayang berbaju merah, sambil
memburu datang serunya dengan panik.
"Hujin! Hujin! Mengapa kau?"
Melihat dayangnya sudah datang, Ong It sin segera merasa agak lega, buru buru
katanya. "Ia sudah jatuh pingsan!"
Dayang berbaju merah itu terlalu kurus dan kecil, sudah beberapa kali ia mencoba
untuk membopong tubuh majikannya, namun ia selalu gagal untuk membopongnya
bangun. Melihat itu, Ong It sin lantas berkata:
"Biar aku yang membopongkan!"
Dirangkulnya tengkuk nyonya itu dan tangan yang lain memeluk sepasang pahanya,
kemudian membopongnya bangun.
"Kalian tinggal dikamar nomor berapa?" tanyanya.
Ciok bok ci yan Ciau Hong hong yang menyaru sebagai dayang itu segera menuding
ke depan seraya menjawab:
"Dalam ruang sebelah barat!"
Walaupun pemilik penginapan juga dibuat terkejut oleh kejadian itu, tapi setelah
dilihatnya ada orang yang telah mengurusi persoalan itu, diapun buru buru angkat
kaki. Kejadian semacam ini sudah sering berlangsung, jadi siapapun tidak menaruh
perhatian lagi. Akan tetapi, sejak masuk ke dalam kamar sebelah barat, pemuda berwajah jelek itu
tak pernah muncul kembali.
Tak lama kemudian, Bwe Leng soat pun kembali ke penginapan.
Ia pulang sambil membawa beberapa bungkusan besar, dengan wajah berseri gadis
itu membuka kamar nomor tujuh sambil serunya.
"Ong toako, hayo makan, aku telah belikan kueh buah tho kegemaranmu...!"
Tapi walaupun dipanggil beberapa kali tak kedengaran juga suara sahutan, maka ia
membuka pintu sambil melangkah masuk, ternyata kamar itu kosong, Ong toakonya
sama sekali tidak ada disana.
Tanpa terasa Bwe Ling soat lantas berpikir:
"Jangan jangan ia keluar rumah karena terlalu lama menunggu kedatanganku."
Maka diapun kembali ke kamar sendiri, ketika seorang pelayan datang membawa air
teh, Bwe Ling soat lantas bertanya:
"Apakah kau melihat Ong siangkong?"
Dengan wajah keheranan pelayan itu balik bertanya.
"Ada apa" Masa Ong siangkong belum kembali..."
Dari ucapan tersebut, Bwe Ling soat segera merasakan ada sesuatu yang tak beres
buru buru tanyanya lagi "Cepat katakan, dia telah pergi ke mana?"
"Nona persennya dulu sebelum bertanya!" seru pelayan itu sambil mengangsurkan
tangannya. Buru buru Bwe Leng soat mengeluarkan sekeping uang perak dan diberikan kepada
pelayan tersebut. "Nah, ambillah sekarang kau boleh menjawab pertanyaanku bukan?" katanya.
Rupanya pelayan itu juga tahu kalau si nona cantik tersebut adalah seorang jago
silat yang lihay, secara jelas dia lantas menceritakan apa yang telah
berlangsung tadi. Mendengar itu, Bwe Leng soat segera berkata:
"Sekalipun tujuannya menolong orang, masa sampai sekarang juga belum pulang?"
"Yaa, itulah sebabnya aku pikir pasti ada sesuatu yang tidak beres..." bisik
pelayan itu. O00odwo00O Jilid 20 APANYA yang tidak beres"
"Nona rupanya kau tidak sering melakukan perjalanan" Dalam masyarakat sekarang
banyak sekali terdapat penipu dan pembohong, aku lihat besar kemungkinan Ong
siangkong sudah dibius orang!"
Sekalipun perasaannya agak tergerak dengan serius Bwe Ling soat toh berseru
juga: "Hey pelayan, jangan sembarangan berbicara, Ong toako kami adalah seorang yang
jujur..." Ia lantas mengulapkan tangannya menitahkan pelayan itu untuk pergi.
Tergesa gesa gadis itu menuju ke meja kasir dan memeriksa buku daftar tamu.
Dari catatan disana dapat diketahui bahwa orang yang tinggal diruang kamar
sebelah barat adalah dua orang perempuan muda.
Yang seorang bernama Sin Kiam ciu berusia dua puluh tujuh tahun, berasal dari
Kang siok. Sedangkan yang lain bernama Ciau Hong hong cuma berusia dua puluh tahun dan
berasal dari Oh lam. Sekalipun gadis ini belum pernah bertemu dengan kedua orang ini tapi
kecurigaannya lantas timbul.
Maka tanpa menimbulkan sesuatu yang menyolok, ia kembali kedalam kamarnya,
mengambil pedang dan melayang keluar lewat jendela sebelah belakang...
Dengan cepatnya ia telah tiba diruangan kamar sebelah barat dan bersembunyi
ditempat kegelapan. Ketika melongok kedalam dilihatnya cahaya lampu belum dipadamkan, terdengar ada
dua orang sedang berbisik bisik.
Salah seorang diantaranya kedengaran sedang bertanya:
"Hong hong, bagaimana dengan rencana ini?"
"Tentu saja luar biasa hebatnya" jawab perempuan yang bernama Hong hong Itu
dengan suara girang. Setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih lanjut.
"Cuma kau bilang dia mengenakan topeng kulit manusia, mengapa aku tidak berhasil
menemukannya?" Perempuan cantik yang sesungguhnya tak lain adalah Sim Kiam ciu itu berjalan ke
depan pembaringan disana seorang pemuda berwajah jelek sedang berbaring,
kemudian setelah diamatinya sekejap, gumamnya sambil mengangguk:
"Yaa, tak salah lagi, topeng ini memang dibuat terlalu indah dan sempurna,
hampir saja aku Sin Kiam ciu terkecoh!"
"Sin Kiam ciu?" pikir Bwe Ling soat diluar jendela dengan hati tergerak,
"bukankah dia adalah sijanda cabul dari Kim thian kau" Konon dia adalah salah
seorang dari keempat tongcu perkumpulan itu"
Belum habis dia berpikir, si janda cabul sudah menggerakkan tangannya untuk
mengusap diatas wajah Ong It sin.
Selembar topeng kulit manusia segera terlepas, dan wajah sang pemuda yang
sebenarnya pun segera jelas.
Agaknya siapapun tidak menyangka kalau selembar wajah dibalik topeng kulit
manusia yang jelek itu adalah wajah tampan rupawan yang susah rasanya ditemukan
tandingannya didunia ini.
Ciau Hong hong menjadi tertegun.
Janda cabul Sin Kim ciu lebih terperana lagi, tapi dari balik matanya yang genit
tampak pancaran sinar gembira.
Terutama sekali Bwe Ling soat yang bersembunyi diluar kamar, saking gembiranya
hampir saja dia akan menerjang masuk ke dalam kamar untuk menyelamatkan pemuda
itu dari cengkeraman kedua orang iblis perempuan tersebut.
Tapi pikiran lain segera melintas dalam benaknya:
"Mengapa aku tidak membiarkan ia menerima percobaan ini agar lebih
berpengalaman?" Setelah mempunyai ingatan tersebut maka untuk sementara waktu Bwe Ling soat
membatalkan niatnya untuk memberi pertolongan.
Sementara itu si Janda cabul Sin Kim siu yang berada dalam ruangan agaknya sudah
terangsang oleh ketampanan pemuda tersebut, kepada Ciok bok ci yan Ciau Hong
hong katanya: "Sesungguhnya tindakan kita kali ini cuma terdorong oleh perasaan ingin tahu
saja, tak tahunya yang kita dapat adalah seorang pemuda yang begini tampannya,
kau telah membuatku sehingga usaha kita kali ini berhasil dengan sukses
sepantasnya kalau kuberi bagian pula kepadamu, cuma sayang kau sudah ada
pemiliknya apakah kau tidak kuatir kalau sampai ketahuan pemilikmu itu?"
Sudah jelas dengan ucapannya itu, dia bermaksud untuk mengangkangi korbannya
seorang diri dihari hari biasa Ciau Hong hong mempunyai pilihan yang amat
tinggi, tapi setelah berjumpa dengan pemuda yang begini tampan tak urung
berdebar juga hatinya karena tak tahan.
Mendengar ucapan tersebut, buru buru sebutnya.
"Hmm! Kalau dia berani cemburu, aku segera akan menceraikannya, memang aku takut
dengannya?" Dari jawaban ini dapat diketahui bahwa diapun telah bertekad untuk meminta
bagian. Janda cabul Sin Kim ciu lantas tertawa lebar, katanya kembali.
"Kalau begitu, apakah kau bermaksud untuk menyingkir lebih dulu?"
Ternyata jawaban dari Ciau Hong hong cukup taktis:
"Aaah, kenapa harus menyingkir" Aku justru ingin banyak belajar darimu, silahkan
saja kau mulai bekerja!"
Si Janda cabul Sin Kiam ciu pun tidak banyak berbicara lagi, dia lantas turun
tangan melepaskan semua baju dan celana yang dikenakan Ong It sin sehingga
berada dalam keadaan bugil.
Sementara itu si Janda cabul sendiripun juga sudah melepaskan semua pakaiannya
hingga berada dalam keadaan telanjang bulat.
Bisa dilihat sepasang payudaranya yang besar dan masih kencang itu bergoyang
kesana kemari mengikuti gerakan tubuhnya, kulit badannya cukup putih dan mulus,
terutama bagian pahanya yang halus dan mengkilap, tentu saja tak ketinggalan
lembahnya yang penuh dengan hutan bakau itu...
Agaknya sebentar lagi suatu pertarungan yang seru akan segera berlangsung dalam
ruangan itu... Tiba tiba Bwe Ling soat yang berada dipersembunyannya mendengar ujung baju
tersambar angin yang bergema lewat, cepat cepat dia menyembunyikan dirinya rapat
rapat. Ketika mendongakkan kembali, maka terlihat olehnya bahwa orang itu bukan lain
adalah Ang hun lo sat Hoa long jin.
Begitu masuk kedalam ruangan dan menyaksikan adegan dalam kamar itu, kontan saja
Hoa Long jin berseru sambil tertawa cekikikan.
"Sin Tongcu, rupanya kau sudah tak tahan untuk berada dalam kesepian..."
Mula mula si Janda cabul agak terkejut, tapi setelah diketahui bahwa orang itu
bukan orang asing, dia lantas menggoda:
"Tampaknya Hoa tongcu adalah seorang perempuan yang suci bersih, bila kurang
berkenan dihati, silahkan untuk menyingkir dulu ke kamar sebelah"
"Tak usah gugup" seru Hoa Long jin lagi sambil tertawa, "akan kulihat dulu
barangnya, kalau berkwalitet bagus tentu saja aku akan turut ambil bagian!"
Selesai berkata ia lantas mendekati pembaringan...
Seorang lelaki tampan yang bertubuh kekar berbaring diatas ranjang dalam keadaan
telanjang bulat, ototnya penuh dengan badan yang kekar, sekalipun demikian
kulitnya putih mulus dan menyenangkan, apalagi dengan wajahnya yang ganteng
serta hawa kelaki lakiannya yang merangsang, sungguh merupakan suatu mangsa yang
mengkelik hati. "Apa yang telah kalian berikan kepadanya?" Hoa Long jin segera bertanya setelah
memperhatikan pemuda itu sekejap.
"Aaah, tidak terhitung seberapa, kami cuma memberi secawan teh yang bercampur


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan obat penghilang sukma"
"Oooh, tak heran kalau dia kehilangan kesadarannya, ternyata sudah kalian cekoki
dengan obat pemabuk, lebih baik sekarang diberi obat penawarnya dulu!"
"Bila ia sudah sadar dan kalau tak mau melayani kita?" tanya si Janda cabul rada
sangsi. "Dengan kecantikan kita serta potongan badan yang kita miliki tak seorang
lelakipun yang tak akan tergiur, masa pemuda ingusan ini bisa lolos dari
perangkap kita?" "Betul, betul kalau begitu akan kuberi obat pemunah dulu kepadanya..." kata
Janda cabul kemudian. Seraya berkata dia lantas mengeluarkan obat pemunahnya dan diserahkan kepada
Ciau Hong hong. Dengan menggunakan air teh, Ciau Hong hong segera meloloh obat penawar itu
kedalam mulut sang pemuda.
Sementara itu, si Janda cabul Sin Kim ciu seperti teringat akan sesuatu urusan,
tiba tiba ia bertanya: "Hoa tongcu, bukankah kau membawa sepasukan jago untuk menaklukkan Khong tong
pay, Heng san pay dan Hoa san pay" Kenapa bisa muncul ditempat ini?"
"Aku mendapat perintah dari Hu kaucu untuk membawa Tee lwe siang mo berangkat
kebukit Thian bok san sebelah barat untuk membantu Lam huang pat yau, secara
kebetulan kami lewat tempat ini"
"Kemana perginya Tau hu hoat sekalian?"
"Mereka sudah berangkat selangkah lebih duluan, kebetulan kudengar laporan dari
seorang anggota perkumpulan kita yang mengatakan kalian berdiam disini, maka aku
pun lantas mampir ke sini"
"Dalam serbuan kalian ke utara kali ini, tentu tak kecil jasa yang berhasil
kalian raih?" "Partai Khong tong dan Heng san mah sudah berhasil ditaklukkan, tapi di Bukit
Hoa san kami justru menderita kekalahan total!"
"Aaah, masa?" seru si Janda cabul terkejut bercampur heran, "siapa yang telah
membantu pihak Hoa san?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya tidak terhitung memalukan, sebab mereka adalah
murid murid dari kuil Sian goan si dipuncak Handankorli di bukit Thian san serta
Koan tiau kek dari Lam hay"
Si Janda cabul Sin Kim ciu semakin terkejut serunya tertahan:
"Ooh... rupanya murid murid Ih lwe ji seng" Aaah... kalau mereka sampai
melibatkan diri usaha perkumpulan kita untuk menjagoi seluruh dunia persilatan
pasti akan menjumpai hambatan!"
"Ya memang begitu makanya Hu kaucu lantas menitahkan kami untuk cepat cepat
menyelesaikan persoalan di lembah Lo sian kok"
Ciau Hong hong yang selama ini membungkam terus, tiba tiba bertanya:
"Tahukah kau siapa nama mereka?"
"Murid Koan tiau kek dari Lam hay adalah seorang gadis, dia adalah cucu
perempuan Kim liong lojin dari Hoa san yang bernama Bwe Ling soat, wajahnya
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan"
"Tak usah disebut lagi, yang seorang pastilah seorang hwesio cilik" sambung si
Janda genit. "Bukan, bukan hwesio cilik..."
"Kalau begitu dia pasti seorang koncu yang tampan dan gagah?" sambung Ciau Hong
hong. Kembali Ang hun lo sat Hoa Long jin menggelengkan kepalanya.
"Bukan, bukan, meski orang itu juga masih muda beliau kira kira berusia dua
puluh tiga empat tahunan, tapi mukanya jelek sekali, bibirnya seperti moncong
babi, hidungnya pesek, matanya melotot keluar dan keningnya sempit, pokoknya
asal kita orang perempuan yang bertemu dengannya, sepuluh tahun pun tak akan
terlupakan!" Satu ingatan segera melintas dalam benak si Janda cabul Sin Kim ciu, ujarnya
cepat. "Hoa tongcu, masih ingatkah kau" Senjata apa yang dipergunakan kedua orang itu?"
"Ih lwe ji seng adalah tokoh tokoh persilatan yang termashur dalam dunia
persilatan karena tenaga dalamnya yang sempurna, masa mereka akan menggunakan
senjata tajam yang lain?"
"Jadi kalau begitu muda mudi ini yang satu cantik yang lain jelek semuanya
menggunakan pedang?" tanya si Janda cabul dengan dahi berkenyit.
Berbicara sampai disitu dia lantas menunjuk ke arah sianak muda yang berbaring
diatas ranjang itu seraya bertanya
"Hoa tongcu, coba lihatlah siapa dia?"
Ang hun losat Hoa Long jin bukannya belum melihat tampang pemuda itu, tapi
berhubung wajahnya tidak sama dengan orang yang dicari, maka ia tidak
memperhatikan dengan lebih seksama lagi.
Akan tetapi setelah disinggung kembali oleh si Janda cabul Sim Kim ciu diapun
beranjak dan menghampiri pemuda itu.
Sesudah diamati sekian lama, tiba tiba ia merasa pemuda itu sedemikian mempesona
hatinya, bahkan makin dilihat semakin suka rasanya.
Pemuda itu bukan cuma tampan saja bahkan bagus, gagah dan menyenangkan, belum
pernah ia jumpai lelaki sebagus ini.
Cuma diapun merasa bahwa dibalik ucapan Sin Kim ciu tadi tampaknya mengandung
maksud yang dalam, maka dengan cepat pikirnya.
"Jangan jangan orang ini adalah dia" Tapi jelas tidak mungkin, tampang orang itu
jeleknya tidak ketolongan, sedang dia mana tampan, bagus, gagah lagi... aaah!
Tidak masuk akal!" Berpikir demikian, ia lantas menggelengkan kepalanya sambil bergumam lirih:
"Mana mungkin orang ini adalah dia?"
Tiba tiba si Janda cabul menjawab, bahkan jawabannya sangat mengejutkan hati:
"Pemuda inilah si ahli waris dari Leng mong sin ceng yang kau maksudkan tadi!"
"Sin tongcu, padahal kau kan tak pernah bertemu dengannya" Darimana kau bisa
yakin kalau orang ini adalah orang yang kumaksud" Apakah kau lupa bahwa aku
pernah berkata jika orang itu bertampang jelek sekali seperti babi?"
"Yaa, aku masih ingat!" sahut si Janda cabul sambil tertawa.
"Lantas, mengapa kau begini yakin?"
Halaman ga ada ....likkan badan dan mengapa kesana sebentar"
Walaupun Ang hun lo sat Hoa Long jin merasa amat curiga, untuk sesaat ia tak
bisa menduga permainan busuk apakah yang sedang dipersiapkan Sin Kim ciu, maka
dia pun segera membalikkan badannya tanpa membantah.
Tapi ketika ia memutar badannya lagi dan mengalihkan sorot matanya ke atas
ranjang, dengan cepat perempuan itu berseru kaget, matanya terbelalak lebar
lebar. Ternyata pemuda tampan yang berbaring di atas ranjang tadi, kini sudah berubah
menjadi si pemuda jelek Ong It sin yang pernah dijumpainya di bukit Hoa san itu.
Ang hun lo sat Hoa Long jin segera berseru:
"Aku masih mengira tampangnya betul betul sangat jelek seperti babi, tak tahunya
dia cuma mengenakan topeng belaka"
Mendadak ia teringat akan sesuatu, cepat tanyanya:
"Sebetulnya apa yang telha terjadi" Bagaimana mungkin orang ini bisa kalian
bekuk?" Secara ringkas si Janda cabul Sin Kim ciu lantas menceritakan perasaan ingin
tahunya yang kemudian mengatur siasat untuk menjebak sianak muda itu.
Seusai mendengar penuturan tersebut, Ang hun lo sat segera berkata dengan cemas:
"Jadi kalau begitu, perempuan tersebut masih tinggal dalam rumah penginapan ini"
Masa sampai sekarang dia masih belum tahu kalau rekannya sudah diculik orang?"
Ciau Hong hong yang selama ini hanya membungkam terus itu tiba tiba menyela.
"Sekalipun dia sudah tahu masa tahu kalau orangnya berada ditangan kita"!"
Dengan wajah serius Ang hun losat berkata.
"Apakah kalian lupa bahwa si perempuan kasir penginapan menyaksikan juga
peristiwa ini" Bila dugaanku tidak salah, besar kemungkinan orangnya sudah
sampai disini!" Ciau Hong hong tetap tidak percaya serunya.
"Hoa tongcu, rupanya kau sedang menakut nakuti kami?"
"Mau percaya syukur tidak percaya juga tidak mengapa..."
Baru saja ia berkata sampai disitu si Janda cabul Sim Kim ciu telah mengusulkan.
"Begini saja daripada tidak percaya sama sekali apa salahnya kalau kita anggap
hal itu mungkin terjadi" Aku dan Hoa tongcu sementara melakukan penggeledahan
dikamar, Hong hong, kau tetap tinggal dikamar untuk mengawasinya!"
Selesai berkata ia lantas membuka pintu dan melangkah keluar dari ruangan untuk
melakukan pemeriksaan. Dengan sebilah pisau terhunus, Ciok bok ci yan Ciau Hong hong berjaga jaga
disisi Ong It sin. Tapi ketika dilihatnya tampang pemuda itu makin dilihat semakin menarik, tanpa
terasa ia menjadi pesona sehingga teledor dalam penjagaannya.
Pada saat itulah, sesosok bayangan manusia telah menerobos masuk kedalam
ruangan. Menanti Ciau Hong hong menyadari bahwa orang itu adalah Bwe Ling soat tahu tahu
tiga buah jalan darah penting didepan dadanya sudah berada dibawah ancaman
pedang lawan. Bwe Ling soat segera memeriksa keadaan Ong It sin, ketika dilihatnya pemuda itu
masih belum sadasr, ia segera membopongnya keatas punggung, belum sempat kabur
dari ruangan itu Ang hun losat dan si janda cabul telah balik kembali kesitu.
Dengan cepat mereka telah menyumbat jalan keluar gadis tersebut, kemudian
bentaknya. "Siapa yang berani memasuki kamar tidur pun tongcu secara lancang...?"
Bwe Ling soat meloloskan pedangnya, kemudian menjawab ketus.
"Perempuan perempuan yang tak tahu malu, bukan saja berani menculik Ong toakoku
secara licik, berani pula melakukan perbuatan mesum dengannya, hmm! Betul betul
perempuan nakal yang tak tahu malu. Kalian mau mundur atau tidak?"
Ang hun losat Hoa Long jin amat tergetar perasaannya dan tidak menjawab barang
sepatah katapun. Sebaliknya si Janda cabul segera terkekeh kekeh dengan seramnya, dia berkata.
"Kau mendamprat kami tak tahu malu, kami mengakuinya, tapi kau" Seorang gadis
perawan membopong seorang lelaki bugil, huuh... bila kejadian ini sampai tersiar
ke Koan tiau kek di Lam hay, dengan wajah apa kau hendak bertemu dengan gurumu?"
Bwe Ling Soat sambil menggigit bibir segera sahutnya.
"Kalau hatiku lurus, peduli apa yang kulakukan toh akhirnya tetap lurus, emas
murni tak akaan kuatir dibakar dengan api. Terserah apa mau kalian katakan!"
Sambil berkata dia membalikkan badan dan berjalan keluar lewat pintu depan.
Ang hun losat dan si Janda cabul segera melintangkan pedang mereka untuk
menghalangi jalan perginya, kembali mereka berkata:
"Bila kau merasa punya kepandaian yang hebat, silahkan dicoba untuk menerobosi
pertahanan kami, bila merasa tak mampu lebih baik tak usah dicoba!"
Seandainya Bwe Ling soat hanya seorang diri, bukan kesulitan baginya untuk
menerobosi pertahanan mereka.
Tapi sekarang dia harus membopong Ong It sin yang masih berada dalam keadaan tak
sadar, sudah barang tentu keadaannya jauh berbeda.
Diam diam dia lantas berpikir:
"Jika aku tetap ngotot untuk menerjang keluar secara kekerasan, bukan saja belum
tentu berhasil apalagi masih ada Ong It sin, keselamatannya sulit untuk
dijamin..." Setelah mengetahui akan keadaan tersebut, dengan cepat dia mengundurkan diri
lagi ke dalam kamar. Sesudah membaringkan Ong It sin diatas ranjang, dengan pedang terhunus ia
menerjang keluar lagi dari situ.
Pergelangan tangannya digetarkan, pedangnya segera memancarkan bunga pedang yang
memenuhi seluruh angkasa.
Ang hun lo sat serta si Janda cabul terhitung jago jago kelas satu dalam dunia
persilatan, tapi kenyataannya mereka tidak tahan untuk menghadapi gencarnya
serangan lawan. Untung saja Bwe Ling soat tak sanggup menggunakan tenaga sepenuhnya karena
sempit serta terbatasnya ruang gerak dalam ruangan itu, sehingga nyawa mereka
berdua tak sampai terancam.
Lama kelamaan nyali kedua orang iblis perempuan itu semakin besar, mereka mulai
berteriak dengan lantang:
"Wahai orang she Bwe, jangan harap kau lolos"
"Hmm! Hanya mengandalkan kekuatan kami berdua?" ejek Bwe Ling soat sambil
menggigit bibir: "Tentu saja tidak... kau tahu, sudah berapa banyak jago yang kami persiapkan
disekitar tempat ini?" seru Ang hun losat bermaksud untuk menggertak.
Sudah barang tentu tak ada kenyataannya sebab perempuan itu hanya mengaco belo
belaka. "Dimana orangnya?" tanya Bwe Ling soat sambil tertawa.
Ketika datang kesitu, gadis tersebut sudah melakukan pemeriksaan yang seksama
disekitar sana dan terbukti ditempat itu tiada orang lain kecuali mereka.
Siapa tahu, baru selesai dia berkata, tiba tiba terdengar suara tertawa seram
berkumandang memecahkan kesunyian.
"Heeehh... heeehh... heeehh... orangnya berada disini!" seseorang menjawab.
Begitu mendengar suara tersebut, baik Ang hun lo sat maupun si Janda cabul
segera dapat mengenali sebagai suara dari Tee lwe siang mo tak terlukiskan rasa
girang mereka setelah mengetahui akan hal ini.
"Tau huhoat" teriak mereka segera, "cepat datang kemari, kami sudah mulai tak
tahan!" Tee lwe siang mo dengan seorang membawa pedang yang lain membawa ruyung serentak
menerjang masuk ke dalam arena untuk menggantikan posisi Ang hun lo sat dan si
Janda cabul yang makin terdesak.
Sembari melepaskan babatan kilat dengan pedangnya, Tau Chin berkata dengan suara
menyeramkan. "Bagaimanapun juga, serasa dunia ini memang sempit, akhirnya kita bersua kembali
disini!" "Hmm! Prajurit yang kalah perang, sekalipun ketemu lagi kenapa?" dengus Bwe Ling
soat. Kulit muka dari Tau Chin segera mengejang keras, katanya dengan menyeramkan:
"Hmmm... jadi kau anggap betul betul sudah berhasil menangkan kami..." Nona Bwe
kini keadaan sudah berubah aku kuatir dendam bacokan tersebut akan kami tuntut
kembali pada malam ini"
Bwe Ling soat kembali mendengus dingin.
"Itu kan hasil karya Ong toako ku tapi bila kau perhitungkan diatas namaku juga
tak menjadi soal, nonamu bersedia untuk membikin perhitungan dengan kalian!"
Pedangnya segera diputar kian kemari melancarkan serangkaian serangan yang
demikian dahsyatnya sehingga ibaratnya ada hujan badai, badannya juga tak akan
basah lantaran terlindung dibalik lapisan hawa pedangnya yang tebal.
Untuk sesaat lamanya Tee lwe siang mo dibikin tak berdaya sehingga tak mampu
banyak bertingakah. "Sin tongcu!" tiba tiba Ang hun losat berkata, "pintu ini sudah cukup ditahan
oleh dua bersaudara Tau huhoat mari kita terobos masuk lewat jendela dan
menjagai orang she Ong Itu lebih dulu!"
"Baik!" jawab si Janda cabul.
Dua orang dengan empat buah telapak tangan segera dilontarkan ke depan menjebol
daun jendela setelah itu mereka melompat masuk ke dalam ruangan, yang seorang
menolong Ciau Hong hong sedang lainnya membacok Ong It sin yang berbaring diatas
pembaringan. Seandainya sampai terbacok niscaya badan Ong It sin akan hancur berkeping
keping. Tanpa terasa Bwe Ling soat menjerit kaget.
Pada saat dia sedang teledor itulah, Tee lwe siang mo telah berhasil menerjang
masuk kedalam ruangan. Tiba tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari hadapan mata mereka.
Mula mula semua orang mengira Ong It sin yang datang, siapa tahu setelah diamati
lebih cermat, mereka bertambah tercengang.
Ternyata orang itu tak lain adalah Ang hun lo sat Hoa Long jin adanya.
Sewaktu Bwe Ling soat mendongakkan kepalanya, ditemukan Ong It sin yang semula
berada diatas pembaringanpun kini sudah lenyap tak berbekas.
Malah pakaian yang berada diujung pembaringan pun kini sudah lenyap semua tak
berbekas. Tee lwe siang mo masih belum tahu apa gerangan yang telah terjadi, sebaliknya si
Janda cabul segera berkata:
"Kemungkinan besar bajingan itu sudah sadar, bukankah kita sudah memberi obat
pemunah kepadanya?" Ang hun lo sat menjadi amat tertegun sambil menahan diri segera serunya dengan
lantang: "Tau huhoat, cepat kita mundur dari sini, bila terlambat lagi mungkin kita akan
terkurung disini!" "Hoa huhoat, apakah kau terluka" Masih sanggup untuk melakukan perjalanan


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri" "Tidak dapat, tulang igaku telah patah. lebih baik boponglah aku untuk pergi
meninggalkan tempat ini..."
Tau Chin segera menyambar tubuh Ang hun lo sat dan membopongnya, kemudian
bersama iblis iblis lainnya serentak melarikan diri dari tempat itu.
Bwe Ling soat tidak mengejar lebih jauh, dari atas tanah dipungutnya topeng
kulit manusia itu lalu diamatinya topeng itu dengan seksama.
Tiba tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul Ong It sin
melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Ke mana kaburnya penjahat penjahat itu?" tanyanya.
"Sudah kabur semua! Karena mereka tahu setelah mengenakan pakaian kau akan
kembali ke sini" Ong It sin segera mendepak depakkan kakinya dengan gemas, katanya:
"Aku tidak semestinya pulang ke kamar dulu untuk mengambil kim liong kiam,
sehingga memberi kesempatan kepada mereka untuk melarikan diri dari sini"
Sambil menggertak gigi menahan rasa jengkel dan bencinya, dia menambahkan.
"Aku benar benar amat membenci kepada mereka!"
Bwe Ling soat segera tertawa merdu serunya:
"Tapi aku justru merasa amat berterima kasih kepada mereka!"
"Nona, apa maksudmu berkata demikian?" tanya Ong It sin dengan perasaan tidak
mengerti. "Sebab bagaimanapun juga, berkat mereka maka aku mendapat kesempatan untuk
menyaksikan raut wajah Ong toako yang sebenarnya!"
"Nona sedang mentertawakan aku karena aku bermain perempuan diluar...?" kata Ong
It sin dengan wajah memerah.
"Aku tahu kau sudah terkena oleh siasat busuk orang lain, kenapa aku harus
mentertawakanmu?" Ong It sin menjadi semakin bertambah tidak mengerti, serunya:
"Kalau begitu, aku semakin tidak paham dengan maksud perkataanmu itu...!"
Lalu kemudian katanya lagi.
"Ong toako, lebih baik kau melihat sendiri!"
Ong It sin menerima cermin tersebut dan segera memandangnya...
Diatas permukaan cermin tersebut segera muncul seraut wajah tampan yang amat
mempesona hati dengan bibir yang merah, gigi putih, mata jeli dan hidung
mancung, jelas raut wajah seorang pria yang amat tampan.
Ong It sin menjadi tercengang, dengan perasaan tidak habis mengerti serunya.
"Nona Bwe apa yang telah terjadi?"
Ketika dilihatnya pemuda itu bersikap demikian, disangkanya Ong It sin sedang
berlagak pilon dengan nada tak senang serunya:
"Kenapa kau musti bertanya kepadaku" Semestinya kau harus bertanya kepada dirimu
sendiri!" Ong It sin semakin kebingungan setengah mati, sepasang matanya terbelalak lebar
lebar, diawasinya wajah sinona dengan termangu mangu.
Melihat keadaan tersebut, Bwe Ling soat lantas berpikir.
"menurutmu jelek atau tampan?"
Maka dia perlihatkan topeng kulit manusia itu dihadapan sang pemuda, kemudian
tanyanya: "Kau kenal dengan benda ini?"
"Tidak!" jawab Ong It sin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bwe Ling soat segera mengenakan topeng kulit manusia itu diatas wajahnya
sendiri, kemudian sambil menuding ke arah wajah sendiri katanya lagi.
"Ong toako, mengapa kau tidak amati wajahku sekarang" Coba lihat, siapakah aku
ini?" Ketika Ong It sin mendongakkan kepalanya ia menjadi tertegun.
Itulah seraut wajah yang jelek sekali, mulut seperti congor babi, hidung mancung
ke dalam, mata melotot dan dahi sempit, siapa lagi kalau bukan raut wajahnya
sendiri" Tiba tiba dia menjadi mengerti, katanya kemudian:
"Nona Bwe, jadi kau maksudkan dimasa masa yang lalu aku selalu mengenakan topeng
kulit manusia sehingga wajahku tampak amat jelek?"
Bwe Ling soat manggut manggut.
"Yaa, benar. Tapi kalau dilihat bahwa kau sendiripun tidak tahu itu berarti
orang yang mengenakan topeng tersebut ke atas wajahmu adalah orang yang paling
dekat hubungannya dengan dirimu"
Setelah termenung dan berpikir sebentar dia melanjutkan kembali kata katanya.
"Masih ingatkah kau" sejak kapan ayahmu mengantar kau menuju ke tempat
tinggalnya pamanmu Gin sin (si dewa perak) Li Liong?"
"Ketika aku berusia sepuluh tahun!"
"Anak yang berusia sepuluh tahun masih kecil sekali!"
"Yaa, benar tapi semenjak kedatanganku di lembah keluarga Li tak pernah ada
orang yang menyukai aku"
Bwe Ling soat melepaskan kembali topeng kulit manusia itu dan mencoba untuk
menariknya, ditemukan bahwa topeng kulit manusia itu mempunyai sifat mulur yang
amat tinggi bisa dibesarkan bisa pula dikecilkan, tak heran kalau seorang
manusiapun tak pernah mengetahui bahwa wajah pemuda itu mengenakan sebuah
topeng. Maka gadis itupun mulai menduga duga:
"Kemungkinan besar ayahmu yang memakaikan topeng ini keatas wajahmu mungkin juga
lantaran kotak kemala tersebut, ia sudah tahu kalau cepat atau lambat dirinya
pasti akan ketimpa musibah, itulah sebabnya demi keselamatanmu, ia telah
mengenakan topeng berwajah jelek itu diatas wajahmu"
Akhirnya Ong It sin dapat memahami pula keadaan tersebut, namun ia sama sekali
tidak merasa bangga karena memiliki seraut wajah yang tampan tersebut. Dengan
cepat topeng kulit manusia itu diminta kembali dari tangan Bwe Ling soat:
"Jangan dikenakan lagi" pinta Bwe Ling soat sambil tertawa, "bukankah lebih baik
berwajah seperti sekarang ini?"
Siapakah manusia didunia ini yang tak suka dengan kebagusan" Demikian pula
dengan Ong It sin, sebab dia tak lebih hanya seorang manusia biasa, maka topeng
kulit manusia tersebut segera dimasukkan kembali ke dalam sakunya.
Setelah saling berpandangan dan tertawa, mereka baru meninggalkan ruang kamar
sebelah barat untuk kembali kekamar masing masing.
Keesokan harinya, ketika fajar baru menyingsing mereka telah melanjutkan kembali
perjalanannya. Tapi ketika mereka tiba dilembah Lo sian kok dibukit See thian bok san tampaklah
anggota Ki thian kau dibawah tunjangan Tee lwe siang mo sedang menyerang mulut
lembah habis habisan, bahkan tampaknya sebentar lagi mereka akan berhasil
menyerbu kedalam lembah itu.
Ketika Ang hun lo sat menyaksikan kemunculan Ong It sin dan Bwe Ling soat
disana, ia menjadi terkejut dan ketakutan setengah mati buru buru teriaknya:
"Murid murid Siau goan si dan Koan tiau kek telah datang...!"
Baik Lam huang pat yau maupun Tee lwe siang mo yang mendengar kabar tersebut
menjadi amat terperanjat, mereka tidak menyangka kalau Ong It sin dan Bwe Ling
soat bisa menyusul mereka sampai kesitu.
Tok jiau kou hun (cakar beracun pembetot sukma) Siau Im pada dasarnya adalah
seorang serigala perempuan, ketika menyaksikan kecantikan Bwe Ling soat yang
ibaratnya bidadari dari kahyangan itu, kontan saja ia menjadi terpesona seakan
akan sukmanya telah melayang meninggalkan raga, tanpa mempedulikan mara bahaya
dia segera maju menghampirinya seraya menegur:
"Apakah kau yang bernama Bwe Ling soat murid dari Lam hay Koan tiau kek?"
Menyaksikan orang itu bermata licik berhidung elang dan bicara tak tahu sopan
santun, timbul perasaan muak dalam hati Bwe Ling soat, sahutnya ketus:
"Benar, memang nona orangnya!"
"Ada urusan apa kau mendatangi bukit See thian bok sen in?"
"Aneh betul kau ini, bukit See thian bok san toh bukan tanah warisan kakek
moyangmu, buat apa kau mengurusi diriku?"
"Aaah... bukan kami ingin mencampuri urusan nona, adalah karena kami sedang
menyelesaikan suatu pertikaian tentang masalah dunia persilatan, maka kuanjurkan
kepada nona agar jangan mencampurinya"
"Andaikata aku tetap hendak ke sana, mau apa kau?"
Tok jiau kau hun Siau Im segera mengayunkan cakar setannya ke tengah udara, lalu
sahutnya: "Terpaksa aku hendak mencoba merasakan kelihayan dari ilmu pedang Koan tiau
kekmu itu!" "Bagus, akan kulayani dirimu dengan tangan kosong!"
Mendengar jawaban tersebut, Tok jiau kou hun Siau Im segera berpikir dihati:
"Kalau berbicara soal senjata tajam kemungkinan besar aku tak bisa menandingimu
tapi kalau soal kepalan. Hmmm...! Aku akan suruh kau mengetahui akan
kelihayanku!" Berpikir sampai disitu, sepasang lengannya segera diayunkan ke depan, dengan
sepasang cakar tajam yang berwarna hitam pekat dia langsung mencengkeram ke atas
sepasang payudara diatas dada Bwe Ling soat, serangan tersebut mana kotor, tak
tahu malu, tengik lagi. Sikap cabul musuhnya ini segera menggusarkan Bwe Ling soat, dengan cepat jari
tengah dan jari telunjuknya dikeraskan bagaikan tombak, kemudian meneroboskan ke
depan menembusi bayangan cakar yang menyelimuti angkasa itu.
Kendatipun ia tidak menggunakan pedang akan tetapi hawa pedang yang menggidikkan
hati itu segera memancar keluar dari ujung jari tangannya itu.
Tok jiau kau hun Siau Im sama sekali tidak menyangka kalau malaikat elmaut telah
mengancam selembar jiwanya, dia malah tertawa terkekeh kekeh sembari mengejek.
Nona Bwe, ketahuilah bahwa Thian long jiau (cakar serigala langit) yang kumiliki
ini tak pernah menjumpai tandingannya dikolong langit, belum pernah ada orang
yang sanggup meloloskan diri dari cengkeramanku ini dalam keadaan selamat,
untung saja aku lihat nona berparas cantik dengan payudara yang montok, coba
kalau tidak kuingat tubuh nona yang mungkin nikmat bila ditindihi, mungkin jiwa
nona sudah melayang sedari tadi..."
Siapa tahu, belum habis ucapan tersebut selesai diucapkan, serangan dahsyat dari
nona tersebut sudah menghajar telak diatas dadanya, tak ampun ia menjerit
lengking karena kesakitan, darah segar segera berhamburan ke empat penjuru, tak
selang beberapa lama kemudian robohlah si manusia cabul itu dan tewas seketika
itu juga. Kim sau sia kiam (kipas emas pedang sesat) Thio Pin merasa amat terkejut
menyaksikan kejadian tersebut, ia tak mengira kalau Jite (adik kedua) nya tewas
belum tahu apakah adik angkatnya itu menemui ajalnya.
Ketika dia melayang masuk ke arena dan membopong jenasah dari Tok jiau kou hun
Siau Im, dijumpainya warna merah darah sudah melapisi alis mata adiknya itu, ia
menjadi amat terkesiap sekali.
"Budak sialan, kau telah membunuhnya dengan hawa pedang dari Koan tiau kek?"
teriaknya. "Membunuh seorang manusia cabul, sama artinya dengan melenyapkan bibit bencana
dari muka bumi mengapa tidak?"
Kim san sia kiam Thio Pin merasa gusar sekali, saking geramnya sekujur badan
sampai ikut gemetar keras.
Dalam pada itu, It ciang kim (serombak hijau) Sim Jit nio dan Hiat im ci (jari
bayangan darah) Wang Ling telah menerjang masuk ke arena sambil melancarkan
serangan. Terutama sekali Si It ciang kim Sim Jit nio, dengan mata merah membara karena
dendam ia memutar sepasang golok tipisnya
Sambil meneter terus musuhnya dengan serangan yang mematikan, teriaknya setengah
menyumpah: "Perempuan rendah yang tak tahu malu, kau telah membunuhnya secara keji, aku
bersumpah tak hidup berdampingan denganmu, hari ini aku akan mencincang tubuhmu
menjadi berkeping keping"
Hiat im ci Wong Leng sendiripun tidak banyak berbicara, bayangan jari tangannya
menyambar kesana kemari dengan membawa dengan desingan angin tajam yang
memekikkan telinga. Ong It sin selama ini hanya berpeluk tangan belaka, dia tahu dengan kemampuan
yang dimiliki Bwe Ling soat, dia masih sanggup untuk melayani kedua orang
musuhnya itu tanpa kuatir musti kalah.
Pada mulanya Hek yau hu (siluman rase hitam) Ay Bi masih mengira Bwe Ling soat
itu tidak seberapa hebatnya, tapi selewatnya belasan jurus dan menyaksikan Ngo
moay dan Lak te nya semakin keteter hebat, dia lantas berkata kepada Siang to
(sepasang golok) Yu To: "Hayo kita juga turun tangan untuk menyelesaikan dulu nyawa si budak ingusan
itu!" Siang to (sepasang golok) Yu To segera mengiakan, dengan cepat mereka
menerjunkan diri pula ke arena pertarungan.
Dari Lam huang pat yau kini sudah ada empat orang siluman yang terjun ke arena
untuk mengerubuti Bwe Ling soat, menghadapi kerubutan ini gadis tersebut segera
berpekik nyaring, mendadak badannya melayang ke udara selincah burung hong,
kemudian tangannya berkelebat dan tahu tahu pedangnya sudah diloloskan dari
sarung. Begitu senjatanya berada ditangan dengan cepat situasi dalam arena pertarungan
pun mengalami perubahan besar.
Bukan saja keempat orang siluman itu gagal meraih keuntungan, bahkan keteter
hebat sehingga terdesak mundur berulang kali.
Cahaya pedang bagaikan air bah menggulung datang dari empat penjuru sekalipun
keempat orang siluman itu berusaha menahan dengan senjata masing masing, namun
serangan demi serangan yang dilancarkan Bwe Ling soat itu mendesak tiba terus
tiada hentinya. Baru saja serangan pertama berhasil dihadapi, serangan kedua sudah tiba, baru
berhasil dengan serangan kedua itu dibendung, serangan berikutnya telah menyusul
datang, walau hanya belasan jurus namun keempat orang siluman itu sudah
kepayahan setengah mati. Agaknya Kim san sia kiam dapat menyadari mara bahaya yang sedang mengancam
saudara saudaranya, dia segera berseru:
"Suatu ilmu pedang yang bagus biar pun huthamcu yang akan menghadapi beberapa
jurus ilmu pedang nona!"
Dengan tangan kiri memainkan kipas emas yang menciptakan selapis cahaya emas,
pedang ditangan kananpun diayunkan ke muka bersama waktunya. Pikirnya:
"Aku Lam huang pat yau sudah menggerakkan lima orang jago, bila gadis she Bwe
itu belum berhasil juga ditaklukkan, bisa jadi nama besar Lam huang pat yau akan
rontok ditangannya" Sekalipun ia telah mengeluarkan tanda rahasia untuk memperketat serangan dan
daya tekanannya, namun semua usahanya itu belum berhasil juga menentangkan hasil
seperti apa yang diharapkan.
Suatu ketika, Sam sim ti (seruling penyedih hati) Thian Sin yang berada ditepi
arena mengira ada kesempatan baik untuk menyergap musuhnya, tiba tiba ia
melompat ke samping Bwe Ling soat sambil menotok jalan darah Ki kut hiat diatas
bahunya sambil menggunakan ilmu Tay ki na jiau hoat untuk merampas pedang lawan.
Kim san sia kiam Thio pit yang menyaksikan kecepatan gerak su te nya itu menjadi
amat girang, apalagi setelah menjumpai bahwa serangan yang dilancarkan
menggunakan gerak lurus yang ganas dan buas.
Siapa tahu pada saat itulah tiba tiba cahaya merah berkelebat lewat, tahu tahu
pedang Bwe Ling soat bagaikan seekor ular sakti menerobos kemuka lantas
menyelinap kebelakang punggung Sam sin ti Thian Sin.
ooooOoooo Padahal segenap perhatian dan kekuatan yang dimiliki Thian Sin ketika itu sedang
tertuju untuk merebut pedang lawan, apalagi didalam ilmu Ki na jiau hoat
tersebut telah disertakan juga tenaga dan kemampuan yang luar biasa didalam
perkiraannya ancaman itu pasti tak akan meleset.
Tapi sayang ia sudah menilai terlalu rendah murid dari Lam hay Koan tiau kek
ini. Mendadak Bwe Ling soat menggerakkan pergelangan tangannya kebawah dengan jurus
To piau hui wan (memutar gagang membalikkan waktu).
Akibatnya selain Sang Sim ti Thian Sim gagal untuk merebut senjata lawan,
malahan sebaliknya pergelangan tangan kirinya kena terbabat kutung.
Ia menjerit kesakitan, darah segar berhamburan memenuhi seluruh permukaan tanah,
saking sakitnya dia sampai jatuh tak sadarkan diri...
Dengan begitu, maka dari Lam huang pat yau sudah ada dua orang anggota yang
tewas. Menyaksikan keadaan tersebut Ang hun lo sat Hoa Long jin segera berkata dengan
suara dingin. "Nah, sekarang kalian baru percaya bukan bahwa ucapan pun tongcu bukan tipuan
belaka" Sekarang dengarkan perintahku, segera mengundurkan diri dari sini!"
Seorang Bwe Ling soat saja sudah sedemikian hebatnya, apalagi jika Ong It sin
turut serta melancarkan serangan dan bekerja sama dengan Pek lek to To Hu hong
yang ada dalam lembah Lo sian kok, sudah bisa dipastikan segenap pasukan mereka
akan punah ditempat itu. Sudah cukup banyak kehebatan lawan yang diketahui kawanan iblis tersebut, dalam
keadaan seperti ini, siapapun enggan untuk mencari penyakit lagi bagi diri


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri. Ditengah bentakan nyaring, serentak kawanan iblis itu angkat kaki dan
mengundurkan diri dari tempat itu.
Dengan kaburnya para iblis, Ong It sin dan Bwe Ling soat segera meneruskan
perjalanannya menuju ke mulut lembah.
Sambil tertawa lebar Coa Thian tam munculkan diri sambil menyambut kedatangan
mereka katanya: "Ong lote, bila kau datang terlambat selangkah saja, niscaya dalam lembah Lo
sian kok ini akan bertambah dengan beberapa ratus lembar setan penasaran.
Persoalan apa yang telah menangguhkan perjalananmu selama ini?"
Ong It sin segera maju ke depan dan mencekal tangan Coa Thian tam erat erat,
sahutnya. "Ketika siaute lewat di bukit Hoa san, secara kebetulan kujumpai Tee lwe siang
mo dan rombongan yang baru berhasil menumpas Khong tong pay dan Heng san pay itu
sedang bergerak ke bukit Hoa san untuk melakukan penumpasan"
"Oooh... kalau begitu lote telah turun tangan untuk menolong Hoa san dari
ancaman bahaya maut"
Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kau salah menduga, justru nona inilah yang telah membebaskan Hoa san dari mara
bahaya!" katanya. Dalam pada itu, Pek lek to To Hu hiong kebetulan telah berjalan mendekati ketika
mendengar perkataan tersebut, bersama Coa Thian tam mereka sama sama menjerit
kaget. Bagaimanapun juga mereka tidak menyangka kalau seorang gadis cantik yang lemah
gemulai tersebut sanggup menghadapi serangan gabungan dari kawanan iblis yang
rata rata berilmu tinggi itu.
"Lo te, dapatkah kau memperkenalkan kepada kami?" ujar Coa Thian tam kemudian.
"Tentu saja, nona ini bukan lain adalah cucu perempuan Kim liong lojin, ketua
dari partai Hoa san yang bernama Bwe Ling soat..."
Mendengar jawaban tersebut, baik Coa Thian tam maupun To Hu hiong sama sama
menjadi melongo, pikir mereka hampir berbareng:
"Sekalipun Hoa san terhitung juga sebagai suatu perguruan kenamaan, tapi bukan
suatu pekerjaan yang gampang untuk menandingi kelihayan dari lwe siang mo..."
Itulah sebabnya dengan perasaan terkejut bercampur tercengang mereka awasi wajah
gadis itu tak berkedip. Ong It sin segera tertawa kembali ujarnya:
"Walaupun begitu, ilmu silat nona Bwe bukan berasal dari Hoa san pay, dia adalah
murid kesayangan dari Biau tau Seng ni dari Koan tiau kek di Lam hay!"
Sesudah mendengar perkataan yang terakhir ini Coa Thian tam serta To Hu hiong
baru memahami keadaan yang sesungguhnya, dengan perasaan menghormat mereka
lantas berkata: "Rupanya nona adalah anak murid dari Koan tiau kek, kalau begitu dunia
persilatan benar benar dapat tertolong dari bencana kemusnahan...!"
Dengan nada merendah Bwe Ling soat buru buru berseru:
"Aku dan It sin toako masih berpengalaman cetek, dikemudian hari kami masih
banyak membutuhkan petunjuk dari Coa tayhiap serta To hu tayhiap..."
"Haaahh... haaahh... haaahh... tentu saja, tentu saja" jawab Coa Thian tam
sambil tertawa tergelak, "lo ji mengapa kau tidak mempersilahkan tamu kita masuk
ke dalam perkampungan?"
Jelas perkataan yang terakhir itu ditujukan kepada Pek lek to To hu Hiong...
"Aaah betul hampir saja aku menjadi lupa saking senangnya lantaran musuh musuh
tangguh berhasil dipukul mundur, silahkan Ong sauhiap dan Bwe lihiap masuk ke
dalam perkampungan untuk minum teh"
Kabar berita tentang berhasil dipukul mundurnya kaum iblis itu dengan cepat
telah tersiar ke dalam lembah, ketika rombongan mereka baru tiba di pintu
perkampungan, segenap isi kampung baik laki perempuan tua muda bersama sama
munculkan diri untuk menyambut kedatangan tamu agung...
Andaikata si penjaga mulut lembah tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
siapa yang akan percaya kalau sepasang muda mudi itu sungguh membuat Tee lwe
siang mo yang tersohor karena kelihayan dan kekejamannya itu kabur terbirit
birit. Setelah masuk ke ruang tamu dan mengambil tempat duduk, nyonya To hu bersama
putra dan putrinya muncul untuk bertemu.
Walaupun To hu hujin bukan orang persilatan, namun putra putrinya pernah belajar
silat semua, terutama putra sulungnya To hu Lian, permainan golok Pek lek to
hoatnya boleh dibilang setaraf dengan kehebatan bapaknya.
Sedang kedua putrinya yang seorang bernama To hu Bi, yang lain bernama To hu
Siu, kedua duanya masih remaja.
Pek lek to To hu Hiong segera menitahkan orang untuk menyiapkan perjamuan.
Ditengah perjamuan tersebut, Coa Thian tam berkata:
"Sungguh tak disangka kita Ih lwe su eng telah kehilangan Ciu sam te dan sang su
moay, bahkan tak seorangpun dari anggota keluarganya dibiarkan hidup. perbuatan
dari orang orang Ki thian kau sungguh keji sekali, entah siapakah kaucu mereka?"
"Aku pun pernah mencari tahu soal itu dari para anggotanya" kata Ong It sin,
tapi kenyataannya tak seorangpun yang tahu, tampaknya orang ini benar benar
merupakan seorang manusia yang misterius"
"Peduli bagaimanapun rahasia dan misteriusnya orang itu, kita sudah menyebar
surat undangan Bu lim tiap untuk menghimpun segenap kekuatan yang ada dalam
dunia persilatan untuk bersama mencari markas besarnya, bila sarang rasenya
sudah ketahuan masa dia tak akan menampakkan diri?" kata Pek lek to To hu Hiong.
"Dimana markas besar mereka?" tanya Coa Thian tam.
Ong It sin berseru: "Apa susahnya" Asal kita berhasil membekuk seorang tongcu atau Huhoat mereka,
tidak sulit untuk memaksanya untuk memberi tahu kepada kita..."
"Yaa, benar! Agaknya kita memang terpaksa musti berbuat demikian..."
Bwe Ling soat yang selama ini cuma membungkam, tiba tiba mengusulkan:
"Aku lihat perkumpulan Ki thian kau berambisi untuk merajai dunia persilatan,
cepat atau lambat mereka toh pasti akan melakukan pergerakan lagi, menurut
pendapatku yang bodoh, asal kita bisa mendapat tahu apakah rencana mereka
selanjutnya dan sasaran manakah yang selanjutnya akan mereka serang, asal kita
siapkan jebakan disitu niscaya semua pasukan musuh dapat dimusnahkan. Dengan
terjadinya pelajaran tersebut, masakah kaucu mereka tetap menyembunyikan diri?"
"Yaa, walaupun Khong tong pay, Heng san pay, Bu tong pay Cing sia pay, Tiong lam
pay dan Go bi pay yang belum diganggu, kendatipun partai partai tersbut telah
mendapat surat peringatan yang terakhir untuk menyerah"
"Go bi pay dan Cing sia pay terletak jauh di wilayah Szechwan bagian baarat,
membawa pasukan menyerang ke tempat yang jauh merupakan pantangan terbesar bagi
siasat pertemputan sebab gampang bocor beritanya maka menurut pendapatku mereka
pasti akan menangguhkan rencananya untuk menyergap ke dua partai tersebut!" kata
Ong It sin, "jadi andaikata mereka hendak menyerang sudah pasti sasarannya
adalah Siau lim pay atau Bu tong pay. Asal kedua partai besar ini bisa mereka
taklukkan, keadaan dunia persilatan akan gawat jadinya"
"Kalau begitu, asal kita berjaga jaga disepanjang jalan raya yang menuju kekota
Kay hong, entah mereka akan menyerang ke Siau lim pay ataukah Bu tong pay pasti
akan melewati tempat itu" seru Coa Thian tam.
"Tepat sekali perkataan Coa toako, bagaimana kalau sekarang juga kita
berangkat?" Tiba tiba Bwe Ling soat berkata:
"Kemungkinan besar para gembong iblis yang menyerang kita tadi masih
meninggalkan sebagian kekuatannya disekitar tempat ini. Demi keamanan, aku rasa
sebelum tindakan selanjutnya kita ambil, terlebih dahulu kantor kantor cabang
mereka harus dimusnahkan lebih dulu!"
Mendengar ucapan tersebut, Coa Thian tam yang pertama tama menyatakan
persetujuannya. Pek lek to To Hu hiong juga amat setuju dengan usul itu.
Pada saat itulah seorang Centeng yang dikirim turun gunung untuk mencari berita
telah kembali. Menurut laporan yang didapat, katanya markas kantor cabang Ki thian kau untuk
kota Ling an terletak disebuah kuil bobrok di luar kota.
Malah katanya Te lwe siang mo dan Ang hun losat telah pergi meninggalkan tempat
itu... Coa Thian tam segera berkata:
"Lam huang pat yau adalah manusia manusia terkutuk yang sudah banyak melakukan
kekejaman, dalam operasi rahasia yang kita adakan kali ini, kalau bisa jangan
membiarkan seorangpun dari antara mereka yang dapat lolos dengan selamat"
Begitulah, setelah melakukan persiapan yang matang, malam itu juga berangkatlah
mereka meninggalkan bukit See thian bok san dengan jalan menyamar.
Lebih kurang menjelang kentongan ketiga sampailah mereka di kota Ling an.
Sementara itu, Kim san sia kiam (kipas emas pedang sesat) Thio Pin sedang
menghibur It ciang cin Sim Jit nio yang sedang dilanda kesedihan itu, katanya.
"Ngo moay, jangan bersedih hati, meskipun Siau ji te sudah tewas, aku toh tak
akan sampai menyia nyiakan dirimu"
Sim Jit nio mengerling sekejap ke arahnya, kemudian menjawab:
"Toako, aku sekarang sudah bertubuh rapuh dan jelek, apakah kau tidak jemu
kepadaku?" Mendengar ucapan tersebut, Kim san sia kiam Thio Pin segera tertawa terkekeh
kekeh, katanya: "Justru kematangan seorang perempuan ada diatas umur, makin bertambah umur makin
menarik dalam pandanganku, betul dibawah matamu sudah muncul keriput, tapi
dadamu masih begitu montok dan padat berisi, buat seseorang yang lebih memandang
kenyataan, mengapa aku musti keberatan untuk menerima dirimu?"
It ciang kim Sim Jit nio menjadi malu sekali bisiknya lirih.
"Toako jahat, senang amat kau mengajak orang untuk bergurau..."
"Kini sam moay, lak te dan jit te sudah pada tidur, mari kedalam kamarku, kita
teruskan permainan diatas ranjang saja mau bukan?"
"Aaah... jangan toako jahat!"
Walaupun dimulut dia berkata begitu, tapi tubuhnya yang montok dengan payudara
yang besar itu sudah ditempelkan diatas tubuh Thio Pin bahkan menjatuhkan diri
dalam pelukannya. "Apakah kau tidak kuatir sam ci cemburu?"
"Jangan urusi dia, rase binal itu mungkin sedang bermesrahan dengan lo lak!"
Seraya berkata dia lantas membopong tubuh perempuan itu dan masuk kedalam kamar
tidurnya. Tak lama setelah pintu kamar tertutup, dari dalam ruangan itu terdengarlah suara
rintihan lirih serta dengusan napas memburu yang penuh membawa merangsang.
"Hayo kita turun tangan!" Coa Thian tam yang sementara itu sudah bersembunyi
disana segera berseru. Dalam waktu singkat kobaran api segera membakar seluruh bangunan kuil bobrok
itu, kebakaran yang terjadi secara tiba tiba ini sudah barang tentu mengejutkan
segenap penjahat yang berada disana.
Dengan langkah tergopoh gopoh Lam huang pat yau menampakkan diri dari dalam
kamar masing masing. Siang to Yu To segera berseru kepada anak buahnya:
"Aai apakah kalian semua mampus" kenapa tidak berusaha untuk memadamkan api?"
Baru saja jago jago dari Ki thian kau itu hendak mengambil air untuk memadamkan
kebakaran mendadak dari luar pintu terdengar seseorang berkata dengan dingin.
"Bajingan dari Ki thian kau dengarkan menyerahlah"
"Siapa disitu?" bentak sepasang golok Yu To dengan perasaan kaget bercampur
marah. Baru selesai bentakan itu dari balik kegelapan muncul seorang lelaki setengah
umur berjubah hijau yang berdandan sebagai seorang sastrawan
Orang itu muncul dengan pedang terhunus dan dia tak lain adalah Long tiong
tayhiap (pendekar dari Szechwan) Coa Thian tam, salah seorang dari Ih lwe su
eng. Dengan kemunculan orang ini para siluman pun segera menyadari apa gerangan yang
sudah terjadi. "Hanya kau seorang?" jengek si Jari bayangan darah Wong Leng
"Tidak, masih ada tiga orang lagi!"
"Apakah termasuk sepasang anjing lelaki perempuan itu?" seru Kim san sia kiam
Thio Pin. "Hmm! Dengan berdasarkan ucapanmu itu Ong lote tak akan mengampuni jiwamu!"
"Toako tak usah banyak berbicara lagi, hayo segera kita babat mereka semua!"
Maka bayangan golok cahaya pedang pun menyambar kian kemari, jeritan ngeri yang
menyayatkan hati segera berkumandang dari mana mana.
Didalam keadaan begini, terpaksa Lam huang pat yau harus maju ke depan untuk
memberi perlawanan. Siluman rase hitam Ay Bi dan si jari bayangan darah Wong Ling menghadapi Long
tiong tayhiap Coa Thian tam.
It ciang kim Sim Jit nio yang masih berpakaian kusut bersama sepasang golok Yu
To bertempur melawan Pek lek to To hu Hiong.
Baru saja Kim san sia kiam Thio Pin hendak menitahkan anak buahnya untuk
mengerubuti kedua orang itu, tiba tiba dari balik pintu berjalan masuk Ong It
sin dan Bwe Ling soat. Menyaksikan kedua orang muda mudi itu, dengan ketakutan Thio Pin mundur berulang
kali ke belakang kemudian kabur ke dalam ruangan.
Bwe Ling soat segera mengejar dari belakang sambil berseru:
"Orang she Thio katanya saja kau seorang jago dari dunia persilatan, kalau punya
nyali hayo bertarung melawan nonamu!"
Berulang kali ia berteriak sambil menantang, akan tetapi tiada jawaban yang
terdengar dari dalam ruangan itu
Ong It sin lantas berkata:
"Nona Bwe ruangan ini tak ada jendelanya, tak nanti ia bisa kabur, jaga saja
pintu keluarnya, aku akan membantu Coa toako untuk melenyapkan dulu anakan iblis
tersebut!" Seraya berkata pedang Kim liong kiamnya digetarkan keras, selapis cahaya hitam
segera memancar ke empat penjuru.
Batok kepala manusia bergelindingan ke atas tanah darah kental bercucuran
memenuhi seluruh tempat semua anggota Ki thian kau yang tak sempat melarikan
diri hampir mati semua diujung pedangnya.
Tak lama kemudian Sepasang golok Yu To ikut tertembus pedang dan tewas dalam
keadaan mengerikan. Menyusul kemudian It ciang kim Sim Jit nio terpapas pinggangnya hingga kutung
menjadi dua bagian. Melihat rekannya mati semua sijari bayangan darah Wong Ling menjadi panik, baru
saja dia hendak kabur, sebuah bacokan golok Pek lek to dari To hu Hiong mencabik
tubuhnya menjadi dua bagian.
Akhirnya siluman rase hitam Ay Bi juga kena tertusuk ulu hatinya hingga mampus.
Melihat para pemimpinnya sudah pada mampus para anggota Ki thian kau lainnya
yang tak sempat melarikan diri segera berlutut minta ampun.
Dengan suara lantang Ong It sin lantas berkata:
"Jiwa kalian meski bisa diampuni, tapi ilmu silatnya harus dimusnahkan..."
Dalam waktu singkat ia melancarkan berpuluh puluh totokan kilat ketubuh kawanan
penjahat itu sehingga ilmu silat yang dimiliki semua penjahat itu punah tak
berbekas. Dari pertarungan dimulai sampai pertempuran berakhir, ternyata Kim san sia kiam
Thio Pin yang berada dalam ruangan belum juga munculkan diri.
"Nona Bwe, harap menyingkir, aku akan melihat dimana ia menyembunyikan diri!"
Ketika pintu ruang dihantam sampai roboh ternyata ruangan itu kosong melompong,
entah kemana kaburnya gembong iblis tersebut.
Setelah diperiksa dengan seksama, akhirnya ditemukan sebuah lorong rahasia
ditempat itu, rupanya sikipas emas pedang sesat Thio Pin telah melarikan diri
lewat lorong tersebut. Kendatipun demikian, akibat pertarungan tersebut kecuali Kim san sia kiam Thio
Pin seorang yang berhasil meloloskan diri hampir semua anggota dari Lam huan pat
yau telah terbasmi habis.
Ong It sin lantas berkata:
"Bila dugaanku tidak salah, Kim san sia kiam Thio Pin pasti telah kabur kembali
kemarkas besarnya kini kantor cabang kota Leng an sudah musnah, untuk
dibangunpun mungkin agak susah, mari kita kembali kekota Siang sia untuk
mempersiapkan diri!"
Maka para jago pun segera berangkat meninggalkan tempat itu.
Markas Ki thian kau yang terletak di bukit Long ya san, para gembong iblis
sedang berkumpul dalam balai pertemuan.
Diatas singgosan duduklah seorang lelaki berkain cadar warna hitam.
Kalau dilihat dari bayangan punggung lelaki itu, tampaknya masih muda belia,
tapi siapapun tak tahu siapa gerangan dia yang sebenarnya.
Semua orang hanya tahu kalau dia adalah wakil ketua dari perkumpulan Ki thian
kau. Bukan saja hu kaucu ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay, lagipula otaknya
cerdas dan mempunyai banyak akal busuk.


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berhubung pada waktu itu sang kaucu sedang menutup diri untuk melatih sejenis
ilmu silat yang sangat lihay, maka semua persoalan yang mengenai perkumpulan
diatasi olehnya sendiri. Semenjak Tee lwe siang mo gagal menaklukkan partai Hoa san dan dikalahkan oleh
sepasang muda mudi, bahkan setelah tahu kalau muda mudi itu yang seorang adalah
ahli waris dari Leng mong Sengceng di kuil Sian goan si, sedang yang lain adalah
murid Biau lam Seng ni dari Koan tiau kek rencana mereka untuk menaklukkan
pelbagai perguruan pun mengalami pengaruh yang sangat besar.
Menyusul diterima laporan yang mengatakan bahwa sepasang muda mudi itu muncul
pula di lembah Lo sian kok dibukit See thian bok san dimana tiga orang anggota
dari Lam huang pat yau tewas.
Sementara semua orang masih murung dengan rentetan kekalahan yang diderita itu,
keesokan harinya datanglah Kim san kiam yang melaporkan musibah dikantor cabang
kota Leng an sambil menangis tersedu sedu.
Mendengar laporan itu, dengan gusar Hu kaucu tersebut segera bertanya:
"Siapakah nama sepasang muda mudi itu?"
"Tau huhoat mengetahui akan hal ini" sahut Kim san sia kiam Thio Pin dengan
cepat. Mendengar itu, Hu kaucu yang bercadar kain hitam itu segera berpaling ke arah
samping, kemudian tanyanya:
"Tau huhoat, benarkah kau mengetahui akan hal ini?"
"Hamba tahu!" sahut Tau Chin cepat, "yang perempuan adalah cucu perempuan dari
Kim liong lojin, itu ketua dari Hoa san pay yang bernama Bwe Ling soat,
sedangkan yang lelaki bernama Ong It sin..."
"Ong It sin?" seru hu kaucu dengan perasaan bergetar keras, "apakah dia
bertampang jelek, bermulut seperti congor babi, hidung pesek, mata melotot dan
kening sempit?" "Ketika bertemu dibukit Hoa san, dia memang bertampang demikian!"
Hu kaucu itu segera tertegun.
"Kalau didengar dari perkataanmu itu, apakah selanjutnya wajahnya mengalami
perubahan?" "Benar, ketika Sin tongcu berhasil membentuknya di karesidengan Leng kok sian,
dikemukakan topeng kulit manusia!"
"Bagaimanakah wajah aslinya?"
"Seorang lelaki tampan yang sukar dicarikan tandingannya didunia ini...!"
"Percayakah kau bahwa mereka adalah satu orang yang sama?"
"Hamba yakin penglihatan kami tidak salah!"
"Atas dasar apa kau berani berkata demikian?"
"Hamba yakin dia adalah Ong It sin, karena meski wajahnya yang jelek tiba tiba
jadi berubah. Selain itu Kim liong kiam yang tersoren dipunggungnya merupakan
bukti yang lebih nyata"
Wakil ketua dari Ki thian kau itu tidak berbicara lagi, agaknya dia sudah tahu
siapa gerangan lelaki yang bernama Ong It sin itu.
Tanpa banyak berbicara, Hu kaucu itu segera bangkit berdiri dan masuk ke dalam
istana. Di ruang dalam, seorang nyonya setengah umur sedang berbaring diatas pembaringan
dengan santainya, ketika melihat kemunculkan Hu kaucu tersebut, dengan nada yang
gesit dia menegur: "Persoalan apa yang membuat kau berada lama sekali diluar?"
Dengan wajah murung sahut Hu kaucu:
"Lapor kepada Tay sang kaucu, ahli waris dari Ih lwe ji seng terus menerus
memusuhi perkumpulan kita!"
"Apakah mereka telah membuat gara gara di kantor cabang kita!"
"Benar, kedua orang ini dengan membawa berita dari kantor cabang kita dikota
Leng an" "Oooh..." seru Tay sang kaucu.
Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Hu kaucu telah berkata lebih jauh:
"Lagi pula cara kerja mereka amat keji, selain ketua kantor cabang seorang yang
berhasil kabur, hampir semua anggota lainnya kena dibasmi, kalau bukan
ditewaskan, ilmu silat mereka telah dimusnahkan"
Tay sang kaucu tersebut tak lain adalah si Kelabang hitam Be Ji nio, sekalipun
dia tersohor karena kekejiannya, toh terkesiap juga hatinya setelah mendengar
laporan tersebut, katanya kemudian:
"Bu cing, turunkan perintah ke seluruh kantor cabang, bila sampai bertemu lagi
dengan kedua orang itu, berusahalah untuk menghindari segala bentuk bentrokan,
bila waktu yang kita nantikan sudah sampai nanti, mereka baru kita basmi sampai
ludas!" Ternyata wakil ketua dari perkumpulan Ki thian kau ini tak lain adalah Sangkoan
Bu cing putra dari Bwe hoa kiam kek.
Sekalipun hitam diatas putih dia adalah suami Be Siau soh, tapi berhubung Siau
soh sedang menutup diri guna mempelajari ilmu maha sakti yang terdapat diatas
sarung naga berusia seribu tahun itu, maka dia mengadakan hubungan gelap dengan
mertuanya yang memang tersohor karena kejalangannya itu.
Sambil duduk ditepi pembaringan dan tertawa, dia kembali berkata:
Selain itu masih ada sebuah kabar busuk lagi:
"Kabar busuk apa" Termasuk urusan kumpulan" Ataukah urusan pribadi kita berdua?"
"Tentu saja urusan pribadimu!"
Be nio mengerling jalang kearahnya, kemudian makinya:
000ooooodeooowiooooo00 Jilid 21 "SETAN cilik, kau berani bergurau dengan lo nio" Ketahuilah, kehebatan racun
yang dimiliki oleh kelabang hitam tiada tandingannya dikolong langit, siapa saja
yang bertemu dengan kupastikan akan ketakutan setengah mati, kecuali urusan kita
berdua telah diketahui oleh Siau soh si budak cilik itu, masa ada berita lebih
buruk lagi buat kita?"
"Oooh... Ji nio ku sayang, jangan lupa, ketika kau bersama Kim san sia kiam Thio
Pin Tiang bi lo yau Ik tianglo berlima merampas kotak kemala diluar perbatasan
dulu kalian telah membunuh Kim to bu tek Ong Tan thian!"
Dengan tangannya si Kelabang hitam Be Ji nio menowel pipi Sangkoan Bu cing,
kemudian katanya sambil tertawa:
"Aaah, itu mah urusan yang sudah lewat banyak tahun, lo nio sudah melupakannya!"
"Ji nio, tahukah kau siapakah ahli waris dari Leng mong Sin ceng yang datang
dari kuil Sian goan si itu?"
Be Ji nio segera menggelengkan kepalanya.
"Dia bukan lain adalah putranya Kim to bu tek Ong Tang thian yang bernama Ong It
sin" kata Sangkoan Bu cing.
Be Ji nio segera tertawa terkekeh kekeh.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... kalau orang lain yang kau sebut, mungkin lo
nio akan waspada, tapi kalau Ong It sin simanusia tolol itu yang kau singgung,
lo nio mah tidak ambil pusing!"
"Air samudra tak bisa ditimbang, melihat orang jangan menilai dari wajahnya,
justru kekalahan perkumpulan kita yang secara beruntun ini konon hancur ditangan
sibocah keparat tersebut. Huuh...! Rupanya orang lain sudah tidak tolol lagi,
malahan katanya ilmu silat yang dimiliki bajingan tersebut lihaynya bukan
kepalang, aku lihat Ji nio sayang! Kau harus mulai mempersiapkan diri, agar
jangan sampai terkena apesnya bangsat tersebut!"
oooOdwOooo Be Ji nio tertawa lebar, katanya:
"Dulu lo nio juga sudah tahu kalau Ong Tang thian mempunyai seorang keturunan
yang dititipkan di kediaman Gin sin Li Liong di lembah Li hukok, akupun telah
menyelidiki ke situ ketika kuketahui bahwa Ong It sin tidak lebih cuma seorang
bocah yang mana jelek, goblok lagi maka niatku untuk membunuhnya menjadi padam
aku tidak percaya kalau ia menjadi pintar setelah belajar silat. Seandainya dia
tidak mencari lo nio untuk membuat perhitungan, urusan sih mendingan, kalau
tidak lo nio pasti akan menghadiahkan segumpal jarum beracun Hong wi ciam untuk
mengirimnya pulang ke akhirat"
Ucapan tersebut diutarakan amat enteng dan santai, seakan akan sama sekali bukan
suatu persoalan yang serius.
Tapi Sangkoan Bu cing segera berkata lagi, bahkan ucapan tersebut seakan akan
sebaskom air dingin yang mengguyur diatas kepalanya:
"Kita sudah berpisah cukup lama, kau tahu Ong It sin yang sekarang sudah bukan
Ong It sin yang dulu lagi, bukan saja ia tampan rupawan, bahkan cerdik sekali!"
Be Ji nio segera melompat bangun dari atas pembaringan, teriaknya:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Ji nio, apa sih hubungan kita berdua" Buat apa aku musti membohongi dirimu?"
Setelah urusan menjadi begini, Ji nio baru merasakan betapa seriusnya persoalan
itu. Sangkoan Bu cing melirik sekejap ke arahnya, kemudian sengaja ia membakar lagi
hatinya: "Ketika dulu sebelum belajar ilmu, bangsat itu sudah berkelana kesana kemari
mencari musuh besar pembunuh ayahnya, sekarang ia sudah berhasil memiliki ilmu
silat yang maha dahsyat, coba bayangkan, apakah ia tidak bakal mencari musuh
besar pembunuh ayahnya untuk membuat perhitungan berdarah?"
"Ketika melakukan perbuatan tersebut dulu, aku melakukannya dengan sangat
berhati hati, tidak mungkin bangsat itu bisa tahu kalau akulah otaknya"
"Ji nio, tolol amat sih kau ini, jarum Hong wi tok ciam adalah sebuah jarum
beracun yang sangat lihay, apakah didalam dunia ini terdapat orang kedua yang
mempergunakannya?" "Yaa, betul, memang tak ada orang lain yang bisa menggunakan senjata rahasia
tersebut!" sahut Be Ji nio sambil tertawa bangga.
"Nah, itulah dia! Ketika kau berhasil membunuh Ong Tang thian dulu, jarum
beracunmu telah ditemukan oleh Ho hoa siancu Liok Tui dari Tiong lam pay, apakah
hal ini bukan merupakan suatu titik terang yang gampang diketahui orang?"
"Bocah muda, aku tahu kalau kau punya banyak akal busuk, hayolah bantu aku untuk
mencarikan sebuah akal bagus!"
"Hanya orang yang diberi balas jasa yang akan rajin bekerja, dengan apa kau
hendak memerseni aku?"
Be Ji nio segera mengetuk kening Sangkoan Bu cing dengan ujung jarinya, ia
mengomel: "Kau si bocah muda betul betul tak punya liangsim, bukan saja putriku sudah kau
makan, lo nio pun ikut kau lalap, apakah masih kurang puas...?"
Sangkoan Bu cing segera mengangkat bahunnya.
"Ji nio sesungguhnya aku yang telah melalap dirimu, ataukah aku terpaksa
menuruti kemauanmu karena takut melanggar perintah" Hayo jawablah menurut
liangsimmu" Be Ji nio segera tertawa cekikikan.
"Kau betul betul tak punya liangsim, nah, asal kau bersedia membantuku untuk
membunuh Ong It sin, sibocah busuk itu, lo nio jamin kau pasti mendapat
kesempatan untuk turut serta melatih ilmu silat yang tercantum diatas sarung
pedang cian nian liong siau tersebut"
Yang dinantikan Sangkoan Bu cing tak lain justru adalah perkataan itu, ia
menjadi amat gembira setelah mendengar ucapan tersebut, serunya dengan cepat:
"Terima kasih Ji nio!"
Agaknya Be Ji nio sudah tak berniat untuk bermain cinta pada saat ini, dengan
cepat dia berseru: "Sekarang kau jangan berterima kasih dulu kepadaku, hayo cepat carikan dulu akal
bagus buat lo nio untuk menghadapi Ong It sin si bocah busuk tersebut!"
Sangkoan Bu cing kembali tertawa terkekeh kekeh.
"Tapi sayang sebelum melakukan suatu olah raga diatas ranjang yang bisa
mengendorkan urat syaraf, otaknya serasa tak mau jalan"
Be Ji nio segera menghela napas panjang
"Aaai... sayangku, kau betul betul pandai menyiksa orang, hayolah kita lakukan
sekarang!" Sembari berkata dia lantas merangkul Sangkoan Bu cing dan dipeluknya dengan
hangat. Selanjutnya terjadilah suatu hubungan yang gelap antara sang menantu dengan
mertuanya sekalipun mereka berbeda banyak dalam usia, tampaknya perbedaan
tersebut tidak memengaruhi kedua belah pihak untuk sama sama mencari kenikmatan
dan kepuasan dari tubuh masing masing.
Ketika selesai "membuang hajad", sambil menghembuskan napas lega Be Ji nio
bertanya: "Sekarang tentunya kau sudah merasa lega bukan?"
"Yaa, terasa lega sekali!"
"Nah, bawa kemari siasatmu itu!"
Agaknya perempuan setengah baya ini berprinsip setelah membayar kontan maka
barang diminta. Tampaknya Sangkoan Bu cing sudah mempunyai persiapan yang cukup matang, bisiknya
"Siasat yang bagus tak boleh sampai terdengar oleh telinga keenam..."
Be Ji nio mengerling sekejap ke arahnya, katanya.
"Tempat ini toh kamar tidurku, kecuali aku siapa saja tak boleh kemari, apa yang
kau takuti?" "Tapi dibalik dinding toh besar kemungkinan ada telinga telinga yang lain?"
Be Ji nio berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Kalau begitu hanya ada satu cara: Bagaimana kalau keluar dari mulutmu, langsung
masuk ke telingaku?"
"Aku rasa memang cara ini paling bagus"
Maka kedua orang itupun kembali berangkulan sambil berbisik bisik amat lirih.
Selesai mendengar siasat itu, Be Ji nio segera berkata.
"Rencana ini memang sangat bagus, cuma kalau tidak manjur, hati hati dengan
batok kepalamu itu!"
"Tak usah kuatir Ji nio aku sengaja menyusun rencana itu setelah disesuaikan
dengan wataknya, tanggung dia pasti akan terjebak oleh siasat kita"
"Kapan berangkat?"
"Menurut laporan dari kantor cabang Kang han Say bin jin mo bersama Tee leng kau
telah berhasil menaklukkan Kun lun, sekarang mereka sudah berada seratus li dari
markas besar, bila mereka sudah sampai disini kita boleh memilih orang dan
segera berangkat" Be Ji nio manggut manggutkan kepalanya dengan puas, sambil kemalas malasan
diapun bangkit dari pembaringannya sambil mengenakan kembali pakaiannya yang
semula telah ditanggalkan semua itu.
Keesokan harinya ketika fajar baru saja menyingsing Say bin jin mo dan Tee leng
kun serta sekalian jago jagonya telah balik kedalam markas.
Dalam markas besar selain diselenggarakan pesta perjamuan, Hu kaucu juga
mengumpulkan Tee leng kun, Say bin jin mo, Tee ih siang mo yaitu Tau Chin dan
Tau Chu dua bersaudara, serta Ang yok pek tau, Ui kiok dan Pek bwe empat orang
tongcu untuk mengadakan suatu rapat rahasia.
Selesai rapat diadakan, yang diketahui adalah tetap tinggalnya Ui kiok dan Pek
bwe tong cu melindungi markas besar.
Sedangkan sisanya dengan Tee leng kun sebagai pemimpinnya membawa Ciong lay su
sia, Wu san jit sia cap si yau yang tinggal beberapa orang serta kawan jago
lainnya berangkat menuju ke bukit Siong san kuil Siau lim si.
Sementara kawanan iblis yang dipimpin oleh Hu kaucu dan Tay sang kaucu dengan
jalan menyamar berangkat lebih duluan untuk berjaga jaga dikota Teng hong Yong
yang Sian yang dan disekitarnya untuk bersiap siap memasang perangkap sambil
menunggu lawannya masuk jebakan.
Sesungguhnya tindakan mereka ini merupakan suatu rencana yang sempurna dan amat
keji. Tapi sayang Ong It sin tak menduga sampai kesitu.
Berita tentang diserangnya kuil Siau lim si oleh perkumpulan Ki thian kau, tak
sampai setengah hari kemudian sudah tersiar dalam dunia persilatan.
Ong It sin sekalian yang sedari sebelumnya sudah berjaga jaga dikota Siang sia
menjadi tertawa sendiri setelah mendengar kabar tersebut tapi mereka tidak
merasa gembira. Sebab jago jago yang diutus oleh pihak Ki thian kau kali ini, selain terdiri
dari jago jago lihay yang datang dari markas besar juga ditunjang oleh delapan
kantor cabangnya dan tiga belas ranting, jumlah mereka mencapai dua ribu orang
lebih. "Untung Coa toako telah berangkat kekuil Siau lim lebih dulu" kata Pek lek to hu
Hiong, "kalau tidak bukankah ciangbunjin partai Siau lim akan ketakutan dan
menyerah kalah?" "Gerak gerik Ki thian kau juga tampak aneh sekali" kata Ong It sin "hanya dalam
tiga hari yang singkat, mereka telah berhasil menghimpun pasukan sebesar ini
bahkan tidak diketahui darimana datangnya, coba bayangkan, apakah kejadian ini
tidak aneh?" "Hal ini hanya bisa menyalahkan mata mata kita yang kurang gesit" kata Bwe Leng
soat, "sama sekali tak usah diherankan!"
"Sepantasnya mereka menyerang kuil Siau lim si dengan jalan suatu penyergapan,
dengan demikian serangan tersebut baru akan membuat pihak Siau lim pay
gelagapan. Tapi heran, mengapa mereka tidak memanfaatkan peluang ini, jangan
jangan mereka punya maksud lain?"


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Menurut pendapatku" kata Pek lek to To hu Hiong. "belum tentu demikian halnya,
sekalipun nama besar pihak Siau lim belakangan ini merosot jauh kalau
dibandingkan dengan seratus tahun berselang, tapi diantara pelbagai perguruan
besar, pihak mereka masih terhitung suatu kelompok perguruan yang kuat Ki thian
kau pasti tahu bahwa pertarungan ini akan mengakibatkan banyak korban
berjatuhan, maka mereka baru menghimpun kekuatan yang besar untuk melancarkan
serangan secara besar besaran"
Perkataan ini memang masuk diakal juga!
"Kalau begitu kita harus segera berangkat ke kuil Siau lim si" seru Bwe Leng
soat kemudian, "tak usah banyak berpikir yang bukan bukan lagi, hayo berangkat!"
Begitu berbicara sampai disitu, dia lantas menitahkan kepada pelayan untuk
mempersiapkan kuda mereka.
Dengan menunggang kuta, berangkatlah ketiga orang itu menuju ke kota Teng hong.
Sayangnya begitu mereka keluar dari kota Siang yang, jejaknya segera diketahui
orang. Mata mata pihak Ki thian kau yang ditugaskan untuk mencelakai jejak mereka,
segera mengirim laporan kepada si Kelabang hitam Be Ji nio dengan melalui
merpati pos. Begitu Be Ji nio menerima laporan, dengan cepat ia menarik sekalian jago jagonya
yang berada di kota Yong yang dan Siang yang untuk berkumpul di kota Teng hong
serta melaksanakan tugas seperti apa yang telah mereka rencanakan sebelumnya.
Ong It sin bertiga dengan melalui kota Pek tiok, ki kiau, Kho cong, so kiau
akhirnya tiba di kota Tiang kat.
Sewaktu tiba dikota Tiang kat waktu sudah menunjukkan kentongan kedua.
Suasana dipasar malam yang ada disepanjang jalan raya ramai sekali dikunjungi
orang. Pek lek to To hu Hiong segera membawa mereka sekalian menuju ke rumah penginapan
yang memakai merek Kim kilin.
Selesai membersihkan badan serta bersantap, Ong It sin sekalian bertiga lantas
kembali ke kamarnya masing masing untuk beristirahat.
Setelah pada siang harinya melakukan perjalanan jauh yang melelahkan, tidur
mereka pada malam itu nyenyak sekali.
Ketika kentongan ketiga malam itu menjelang tiba, tiba tiba diatas wuwungan
rumah penginapan Kim kilin muncul dua sosok bayangan manusia.
Dengan suatu gerakan yang sangat enteng kedua sosok bayangan manusia itu
melayang turun ketengah halaman.
Ternyata mereka berdua tak lain adalah Tee lwe siang mo yang terdiri dari Tau
Chin dan Tau Chu dua orang.
Ketika tiba didepan kamar yang ditinggali Ong It sin dua bersaudara dari
keluarga Tau itu segera meloloskan sebilah pisau belati yang tajam untuk
memotong palang pintu samping, kemudian diam diam menyelinap masuk keruang
dalam. Tee lwe siang mo adalah jago jago yang sudah terlatih untuk melihat ditempat
kegelapan, hampir semua benda yang berada dalam ruangan itu dapat mereka lihat
semua dengan jelas. Mereka berdua menyaksikan Ong It sin berbaring diatas pembaringan dan sedang
tertidur nyenyak, malah lamat lamat kedengaran suara pernapasannya yang teratur.
Tau Chin segera memberi tanda kepada adiknya untuk mendekati pembaringan, sedang
Tau Chu dengan gerakan yang sangat berhati hati pelan pelan menyingkap kelambu
didepan pembaringan. Tau Chin segera menggetarkan pedangnya lalu menusuk ke arah tenggorokan Ong It
sin sementara mulutnya memperdengarkan suara tertawa seram yang menggidikkan
hati. Siapa tahu, baru saja gelak tertawanya berkumandang, mendadak sesosok bayangan
menggulung pedang Tau Chin yang menyebabkan tusukannya tak mampu dilanjutkan
kembali. Kiranya bayangan hitam yang menyambar ke udara itu tak lain adalah selimut.
Tee lwe siang mo amat terperanjat, cepat cepat mereka melompat mundur untuk
menghindarkan diri. Pada saat itulah Ong It sin melyang turun dari atas pembaringan, setelah menyapu
sekejap wajah kedua orang iblis itu katanya:
"Bagaimanapun juga kalian berdua juga terhitung jago kenamaan dalam wilayah Liok
lim, kenapa perbuatan kamu berdua begitu rendah bagaikan kaum kurcaci" Tidak
malukah kalian bila sampai ditertawakan orang banyak...?"
Gagal melakukan penyergapan, Tau Chin tertawa seram, serunya dengan dingin:
"Orang she Ong, tempo hari lohu sangat tidak puas karena kalah ditanganmu,
beranikah kau menerima tantangan kami bersaudara untuk berduel pada malam ini?"
"Huuuh! Siapa yang takut kepadamu" Katakan saja kalain akan menungguku dimana?"
"Dalam hutan Liu diluar kota!"
"Baik, silahkan kalian berangkat duluan aku pasti akan tiba ditempat itu"
"Apakah kau ingin mencari pembantu lebih dulu?"
Ong It sin segera tertawa dingin sesudah mendengar perkataan itu, sahutnya
sinis: "Untuk menghadapi kalian berdua aku seorang diripun sudah lebih dari cukup"
Sementara pembicaraan berlangsung, ia telah selesai berpakaian, maka
berangkatlah pemuda itu menyusul dibelakang sepasang gembong iblis tersebut.
Dengan kecepatan yang luar biasa, berangkatlah ketiga orang itu menuju kesebuah
tanah lapang dalam hutan Liu diluar kota.
Baru saja Ong It sin berhenti bergerak, dari balik kegelapan segera muncul
kembali dua sosok bayangan manusia.
Orang yang ada disebelah kiri berbadan kurus ceking dengan indera hampir
menempel menjadi satu, kepalanya gundul dengan alis mata yang patah dan mata
tikus, orang ini jauh lebih jelek tampaknya ketimbang wajah sendiri bila
mengenakan topeng kulit manusia, tapi jubahnya justru berwana keemas emasan.
Orang itu bukan lain adalah Kek po pocu yang bernama Tee leng kun.
Sedangkan orang yang berada disebelah kanan bertubuh tinggi kekar, kasar dengan
hidung cekung kedalam, bibir tebal, rambut kuning yang berikal dan terurai ke
bawah. Orang inipun pernah dijumpainya sebab dia tak lain adalah Say siu jin mo (iblis
manusia berkelapa singa).
Dalam waktu singkat, keempat orang gembongan iblis itu telah mengambil posisi di
empat penjuru dan mengepung musuhnya rapat rapat.
Ong It sin berdiri angker ditengah arena dengan sekulum senyuman dingin
tersungging diujung bibirnya, kepada Tee lwe siang mo ejeknya:
"Tadinya aku masih keheranan, kenapa kalian siprajurit prajurit yang kalah
perang begitu berani menantang aku untuk berduel, kiranya banyak juga bala
bantuan yang telah kau undang.
Setelah berhenti sejenak terusnya.
"Sayangnya sekalipun berhasil menangkan pertarungan, kemenangan ini juga tidak
terlalu cemerlang" "Bocah keparat kau takut?" ejek Tau Chin sambil tertawa seram.
"Tentu saja aku takut kalian cuma punya sepasang kaki sehingga tak sanggup lari
dengan lebih cepat lagi"
"Keparat sialan!" bentak Tau Chin marah, "kematian sudah didepan mata, kau masih
begitu berani meledek kami" Saudara sekalian, kenapa kita tidak turun tangan
sekarang juga untuk membereskannya, dari pada malam yang terlalu panjang akan
berakibat impian yang terlalu banyak...?"
Ong It sin masih juga menyembunyikan sepasang tangannya dibalik jubah yang
lebar, ketika mendengar perkataan tadi, dia lantas mengejek
"Yaa, siapa duluan yang akan maju untuk menghantar kematian"
Tiga tahun berselang, ketika berada dibentang Khek poo Say siu jin mo pernah
menotok jalan darah orang dengan ilmu Kiu thian ho sui kang yang menyebabkan
pemuda itu berguling guling karena kesakitan, walaupun kejadian ini sudah
berlangsung pada tiga tahun berselang, namun ia tak percaya kalau pemuda ini
telah berilmu tinggi sekalipun beberapa tahun terakhir ini telah belajar silat
dari Leng mong Seng ceng.
Itulah sebabnya dengan langkah lebar dia lantas maju ke depan, kemudian katanya
kepada tiga orang iblis lainnya:
"Saudara sekalian, biar lohu yang mencoba lebih dulu sampai dimanakah kehebatan
dari bocah keparat ini!"
Sebenarnya Tee lwe siang mo akan menampik, tapi Tee Leng kun sudah keburu
berseru "Lohu juga merasa kalau persoalan yang kecil sengaja dibesar besarkan, silahkan
saja kau untuk menjajal kepandaiannya terlebih dahulu"
Say siu jin mo segera melangkah kedepan tangannya dengan kecepatan luar biasa
mencengkeram dada Ong It sin.
"Bocah keparat sambut dulu sebuah seranganku ini!"
Ilmu cengkeraman Hong say jiau (cakar singa gila) yang diyakininya ini sudah
mengalami banyak kemajuan yang cukup pesat selama banyak tahun belakangan ini,
jangankan tubuh yang terdiri dari darah dan daging, sekalipun terdiri dari batu
karang juga akan hancur bila sampai tercengkeram olehnya.
Tapi anehnya, ternyata Ong It sin cuma berdiri tenang saja tanpa bermaksud untuk
menghindar, selain bajunya yang kelihatan menggelembung besar, tidak nampak
gejala lain yang aneh. Akan tetapi, begitu cengkeraman dari Say siu jin mo bersarang ditubuh anak muda
tersebut, dia segera merasakan tangannya seolah olah sedang mencengkeram diatas
sebuah benda lembek yang sama sekali tak bertenaga apa apa.
Rupanya Ong It sin telah mempergunakan ilmu Boan yok ji kok sip kang untuk
menghadapi ancaman tersebut.
Dengan cepat Say siu jin mo merasakan tangannya menjadi sakit sekali bagaikan
akan patah dia tahu bila serangan itu tidak buru buru ditarik kembali, akibatnya
dia akan menderita kerugian yang besar sekali
Dalam kaget dan gugupnya, tergopoh gopoh dia menarik kembali serangan
cengkeramannya dan diubahnya menjadi serangan memukul.
Dia masih mencoba untuk meraih kembali nama baiknya dengan sodokan tinju
tersebut. Siapa tahu, baru saja kepalannya meluncur ke depan, Ong It sin telah membalikkan
tangannya sambil membabat.
Babatan ini dilakukan amat dahsyat membuat serangan yang luar biasa hebatnya
dari Say siu jin mo itu harus disalurkan ke samping untuk menghindari serangan
keras lawan keras yang merugikan bagi dirinya.
Sreet...! Sreeeet...! Sreet...! desingan tajam menderu deru segera menyambar
beberapa puluh batang pohon liu yang berada puluhan kaki jauhnya dari arena itu
sehingga patah beberapa bagian.
Ong It sin segera mengejek:
"Hei, kalau tahu kalah dalam pertarungan, janganlah menggunakan pohon Liu yang
tak bersalah untuk pelampiasan hawa amarah!"
Mendengar ejekan tersebut, kontan saja merah padam selembar wajah Say siu jin mo
karena jengah. Dengan cepat dia meloloskan pedangnya sambil berseru
"Bocah keparat, rupanya ilmu Cian ing sin kang (ilmu sakti memancing tenaga
untuk disalurkan ke arah lain) dari si Leng mong keledai gundul telah diwariskan
pula kepadamu, bangsat! Lihat tusukan pedang kilatku ini!"
Serangan yang dilancarkan dengan penuh kegusaran ini luar biasa hebatnya, Ong It
sin tak berani menanggapi secara gegabah.
Seraya berkelit ke samping, ejeknya lagi:
"Kwik losu, kau toh sudah tua, buat apa musti membantu kaum jahanam untuk
melakukan kejahatan?"
Gagal dengan tusukan pedangnya, Say siu jin mo telah bersiap siap untuk
melancarkan serangan berikutnya, tapi Tee leng kun yang berada di samping arena
segera berseru: "Sudahlah saudara Kwik, biar aku saja yang maju bila akupun tak mampu, lebih
baik kita keroyok saja keparat itu!"
Berbicara sampai disitu, Tee leng kun segera meloloskan sebuah ruyung tulang
putih dari sakunya, kemudian diantara getaran tanganny, ruyung tersebut bagaikan
seekor ular berwarna putih segera menyambar kedepan dan mengurung empat belas
buah jalan darah penting disekujur badan Ong It sin.
Jurus serangan yang dipakainya banyak yang berjalan serong, mana aneh dan diluar
dugaan, keji lagi. Menghadapi ancaman ancaman maut yang hebat dan keji ini, sepasang alis mata Ong
It sin segera berkenyit, dengan cepat dia mainkan pula ilmu Hua im san heng sat
(ilmu membuyarkan bayangan melenyapkan tubuh) semacam ilmu yang sudah lama
lenyap dari peredaran dunia persilatan untuk mengatasi ancaman lawan.
Dengan mengandalkan kepandaian yang luar biasa ini, kendatipun permainan ruyung
pek kut pian dari Tee leng kun sedemikian hebatnya, sayang ia seakan akan sudah
kehilangan musuhnya, semua ancaman maut yang dalam perkiraannya akan
mendatangkan hasil, ternyata gagal total sama sekali.
Melihat serangan Hui coa nian hoat (ilmu ruyung ular terbang) yang dipakainya
gagal menangkan musuh, Tee leng kun segera merubah gerak serangannya dengan
mempergunakan ilmu Teh mia sam keng (ilmu ruyung perenggut nyawa) yang
diperolehnya dari Kiu im cinkeng.
Meski hanya terdiri dari tiga gebrakan namun kehebatannya diluar dugaan, ini
memancing reaksi hebat dari Ong It sin.
Selain itu diapun segera mengambil kesimpulan bahwa Tee leng kun merupakan musuh
yang paling tangguh diantara keempat gembong iblis yang hadir sekarang.
Gurunya pernah memperingatkan, barang siapa pernah melatih ilmu sesat warisan
Kiu im cinkeng dari tubuhnya akan memancar keluar hawa sesat berbau bangkai yang
sangat beracun, bila kurang berhati hati dalam menghadapi kepandaian tersebut,
besar kemungkinannya akan mengakibatkan keadaan yang fatal.
Maka ia bersiap siap mengatasi kepandaian itu dengan ilmu Tian hoa wi siau
(sambil tersenyum memetik bunga).
Tampaklah cahaya emas berkelebat lewat suara dentingan nyaring menggema
memecahkan keheningan. Sreet...! Sreeet...! Sreeeet...! Ditengah desingan angin tajam yang menderu
deru, mendadak ruyung pek kut pian dari Tee leng kun telah tersayat kutung
sepanjang beberapa cun. Menyusul kemudian... "Weees...!" ia terhajar dadanya oleh gelombang hawa pedang
yang memancar keluar dari pedang Ong It sin.
Duuk... dengan telak serangan tersebut menghajar dadanya, dengan wajah pucat
pias seperti mayat ia segera melompat mundur dari arena, bahkan kekalahan yang
dideritanya jauh lebih mengenaskan ketimbang Say siu jin mo tadi.
Menyaksikan kekalahan demi kekalahan telah diderita oleh rekan rekannya, Tau
Chin dan Tau Chu segera membentak keras, serentak mereka memutar senjatanya
sambil ikut melancarkan serangan dahsyat.
Untuk mengatasi rasa malu yang dideritanya akibat kekalahan yang dia alami
barusan, Say siu jin mo dan Tee leng kun serentak maju pula kearena untuk ikut
didalam pertempuran itu. Rupanya mereka sudah bertekad untuk melenyapkan musuh yang teramat tangguh ini
dari muka bumi. Begitu keputusan sudah diambil, empat orang dengan empat macam senjata segera
melancarkan serangan bersama.
Cahaya pedang bayangan ruyung menciptakan lapisan hawa serangan yang mengepung
Ong It sin ditengah arena.
Sejak terjun kedalam dunia persilatan baru pertama kali ini Ong It sin bertarung
melawan empat orang musuh tangguh dalam keadaan dmeikian ia tak berani berayal
atau bertindak gegabah cahaya pedang yang terpancar dari pedang Kim liong kiam
tersebut diputar kian lama kian bertambah kecil lingkaran arenapun makin lama
menyusut semakin kencang.
Pada saat itulah dibalik kegelapan dalam hutan liu itu muncul tiga orang
perempuan dan seorang laki laki.
Mereka bukan lain adalah Tay sang kaucu si Kelabang hitam Be ji nio Hu kaucu
Sangkoan bu cing, Ang bun lo sat, Si Long jin serta Pek to bi kui Hong Hian jin.
Waktu itu si Kelabang hitam Be Ji nio sudah tidak berkerut kening lagi, sebab ia
menyaksikan keempat orang pelindung hukumnya telah berhasil mengepung Ong It sin
ditengah arena. Dalam perkiraannya cepat atau lambat Ong It sin pasti akan terjatuh ketangannya.
Maka kepada Sangkoan Bu cing katanya sambil tersenyum.
"Hei bukankah kau melukiskan kepandaiannya tak ada tandingannya dikolong langit"
Kenapa ia sudah kewalahan meski baru dikerubut oleh keempat orang huhoat
kita...?" Sangkoan Bu cing sendiri sedang keheranan sebelum ia menjawab, Ang hun lo sat
telah menimbrung. "Jelas bocah keparat itu tak akan mampu untuk menahan diri, bayangkan saja
berapa orangkah dalam dunia persilatan dewasa ini yang mampu untuk menghadapi
kerubutan dari Tee lwe siang mo, Tee leng kun dan Say siu jin mo empat orang?"
"Aku rasa selain Seng ceng dan sin ni dari Lam hay, cuma kaucu kita yang mampu"
sahut Be Ji nio. "Itulah dia, dari sini bisa diketahui bahwa perkataan hu kaucu bukan ucapan yang
tanpa dasar" Mendengar perkataan Sangkoan Bu cing segera menunjukkan wajah berseri.


Pendekar Bego Karya Can Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Pek tok bi kui (bunga mawar selaksa racun) Hong Hiang jin segera membentak
katanya: "Menurut penilaian hamba, pihak lawan sama sekali tidak terkurung"
"Atas dasar apa kau berkata demikian?" tanya Be Ji nio dengan hati terkejut.
"Tay seng kaucu tidakkah kau perhatikan, meski kabut pedang dari Ong It sin
makin lama menyusut semakin kecil, tapi sama sekali tiada titik kelemahannya"
Dia hanya bersikap bertahan saja, bukan berarti terdesak hebat!"
Rupanya waktu itu Be Ji nio juga telah berperasaan demikian, buru buru ia
bertanya. "Tapi kenapa ia berbuat demikian?"
"Ada orang bilang Ong It sin adalah seorang jago yang cerdik dan cekatan,
tampaknya ucapan tersebut tidak keliru, selain mengambil posisi bertahan
tampaknya ia sudah mulai menjajaki kemampuan dari tenaga dalam lawan, selain itu
diapun bermaksud untuk memahami dahulu seberapa banyak jago lagi yang bersiap
siap diseputar hutan pohon Liu ini..."
"Lantas bagaimana baiknya?" tanya Be Ji nio gelisah.
"Hanya ada satu cara, kita harus siapkan senjata rahasia dan bersiap sedia, bila
dia berniat kabur dari kepungan, kita harus berusaha menghalanginya agar ia
kabur ke arah barisan Lok hun tin (barisan perontok sukma)..."
Baru berbicara sampai disitu, ia lantas membentak dengan suara dalam:
"Siap sedia!" Pada waktu itu tiba tiba Ong It sin berpekik panjang, tampak cahaya emas yang
berkilauan menyelimuti angkasa, dua buah ruyung dan dua bilah pedang yang sedang
mengerubutinya serentak terlempar ketengah udara.
Ong It sin tertawa nyaring, bagaikan seekor burung rajawali pemuda itu melejit
ke udara dan meluncur kearah selatan.
Dari balik hutan pohon Liu, segera berkumandang suara bentakan nyaring:
"Orang she Ong, malam ini hutan pohon Liu ini akan menjadi tempat kuburmu untuk
selamanya!" Menyusul kemudian, berpuluh puluh batang senjata rahasia berhamburan datang dari
empat penjuru. Ong It sin mengerutkan dahinya rapat rapat, dengan gerakan Sin liong tiau wi
(naga sakti mengebaska ekor) dia balik meluncur kearah sebelah barat.
Baru saja tubuhnya akan melayang turun, mendadak dari atas tanah meluncur datang
empat sosok bayangan manusia, pedang dan ruyung dipergunakan bersama menyerang
ke udara. Ong It sin segera mengenali mereka berempat sebagai Tee leng kun, Say siu jin mo
dan Tee lwe siang mo Tau bersaudara.
Dalam keadaan demikian, seandainya berganti dengan orang lain maka sudah pasti
dia akan gugup atau paling tidak juga gelagapan, berbeda sekali dengan Ong It
sin. Ketika dilihatnya ruyung Pek kut nian dari Tee leng kun secara langsung
menyambar lambungnya, dia segera tertawa terbahak bahak sepasang kakinya
menjejak tanah dan sekali lagi tubuhnya melejit ke udara kemudian kabur ke arah
sebelah timur hutan Liu tersebut.
Hu kaucu Sangkoan Bu cing yang menyaksikan kejadian itu segera tersenyum,
serunya dengan girang: "Kali ini dia tak akan lolos lagi, sebab aku telah menyiapkan sebuah barisan Pek
lui lok hun tin (barisan seratus guntur perontok sukma) ditempat itu"
Say siu jin mo agak melongo mendengar nama tersebut, segera ujarnya.
"Barisan apapun sudah kudengar, misalnya Lo han tin dari partai Siau lim, Pak
kwa tin, Ngo heng tin, To ngo hen tin, Ku kiong tin Tiang coa tin... dari partai
Tiang sia... tapi belum pernah kudengar tentang barisan Pek lui lok hun tin
tersebut..." Mencorong sinar tajam dari balik kain cadar itu yang menutupi wajah Sangkoan Bu
cing, sahutnya: "Sesungguhnya barisanku ini amat sederhana sekali tapi disekitar arena dari
barisan itu telah kutambah seratus buah ranjau darat yang akan segera meledak
jika tersentuh kaki, sementara diluarnya sama sekali tidak menunjukkan gejala
atau pertanda yang mencurigakan, jangan roh baru manusia, dewapun jangan harap
bisa lolos dari barisan tersebut!"
Betapa kagumnya kawanan iblis tersebut setelah mendengar perkataan itu, pikirnya
mereka hampir bersama: "Jangan dilihat usia hu kaucu masih begitu muda, tak nyana cara kerjanya amat
hebat!" Ang hun lo sat Hoa Long jin merasa agak sangsi oleh kehebatan tersebut, tiba
tiba ia bertanya: "Hu kaucu, yakinkah kau dengan keberhasilannya?"
"Rencana ini telah kususun dengan rapi dan sempurna, tentu saja meyakinkan
sekali atau dengan perkataan lain, Ong It sin si bajingan keparat itu benar
benar sudah terkurung olehku"
Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Bila dugaanku tidak salah, bocah keparat itu pun sudah merasa curiga dan
waspada" "Darimana bisa tahu?" tanya Tee leng kun
"Urusan ini sudah jelas sekali ketahuan, seandainya Ong It sin belum sampai
ditengah barisan atau tidak mengenal kelihayan dari barisan tersebut dan
melarikan diri ranjau darat yang kupasang pasti sudah meledak semua"
Bagaikan baru memahami, Tee leng kun manggut manggut.
"Jadi maksud Hu kaucu, hingga kini ranjau darat yang telah dipersiapkan itu
belum meledak?" "Benar!" Sangkoan Bu cing mengangguk.
oooodOoowoo Sekalipun demikian kata Kelabang hitam Be Ji nio tiba tiba, lebih baik kita
tinjau sendiri ke situ, asal dia benar benar sudah tersekap, kita baru merasa
lega. "Terima perintah dari Tay sangkaucu!" sahut Sangkoan Bu cing dengan hormat.
Maka berangkatlah kawanan jago dari Ki thian kau ini menuju ke luar barisan Pek
lui lok hun tin tersebut.
Tempat itu merupakan sebuah tanah lapang yang amat luas, satu satunya perbedaan
disekitar sana adalah pohon pohon liu yagn sudah ditebas ranting seta daunnya
sehingga tinggal batang pohonnya saja.
Dibawah sinar rembulan yang redup tampaklah Ong It sin sedang duduk bersila
diatas tanah sambil memejamkan mata, sikapnya yang amat tenang itu seakan akan
menunjukkan bahwa dia tak sadar bahwa dirinya sedang berada dalam keadaan
berbahaya. Melihat itu, Sangkoan Bu cin segera tertawa terbahak bahak, serunya dengan
lancar: "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... banyak orang bilang saudara Ong adalah seorang
lelaki luar biasa, tak tahunya kau cuma seorang manusia tak becus yang tak
pandai menggunakan otak, sekarang, kau sudah terjerumus kedalam barisan Pek lui
lok hun tin kami jika berani maju selangkah lagi maka tubuhmu akan hancur
berantakan menjadi berkeping keping tampaknya sia sia belaka jerih payah Beng
mong sin ceng selama tiga tahun ini.
Pelan pelan Ong It sin membuka matanya dan menatap wajah Sangkkoan Bu cing
dengan sorot mata yang gemerlapan, katanya kemudian:
"Kalau dilihat dari kedudukanmu, rupanya kau adalah hu kaucu dari perkumpulan Ki
tian kau!" Terkejut juga Sangkoan Bu cing setelah mendengar perkataan itu, pikirnya:
"Bocah keparat ini betul betul berotak tajam dan sangat lihay, aku tak boleh
memandang enteng dirinya..."
Berpikir sampai disitu, buru buru serunya:
"Tajam amat penglihatan saudara Ong, betul, aku adalah Hu kaucu. Entah saudara
Ong ada petunjuk apa?"
"Kalau didengar dari suara anda, agaknya kita pernah saling bersua, bahkan bukan
cuma sekali saja" "Yakinkah saudara Ong akan hal ini?"
"Setiap teman yang pernah kujumpai, tak akan kulupakan suaranya! Bersediakah kau
untuk memberitahukan siapa dirimu?"
Sangkoan Bu cing tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh jikalau saudara Ong telah melupakannya, buat apa
musti bertanya lagi?"
"Mencelakai orang dengan cara serendah ini bukanlah perbuatan dari seorang
lelaki sejati, bila kau punya kepandaian hebat, mengapa tidak kau bubarkan
ranjau ranjau tersebut agar kita bisa berduel secara jantan?"
"Sayang sekali aku tak bisa melayanimu, sebab waktunya bertepatan dengan saat
kami untuk menyerbu kuil Siau lim si!"
"Apakah kau tidak meledakkan dulu ranjau ranjau tersebut untuk melenyapkan
diriku lebih dulu sebelum berangkat?"
"Kalau kami yang meledakkan ranjau ranjau itu, besar kemungkinannya gurumu akan
mencari kami untuk menuntut balas, sebaliknya jika kau sendiri yang salah
melanggar ranjau, suhumu kan tak bisa menimpah kemarahannya kepada kami"
Sesudah berhenti sejenak, dengan bangga dia melanjutkan.
"Dengan demikian, rekan rekanmu pasti tak akan tega membiarkan kau mati
kelaparan disini atau mampus terkena ranjau, merekapun tak akan sempat lagi
untuk mencampuri urusan Siau lim pay, nah! Bayangkan sendiri, bukan siasat ini
bagus sekali" Sekali tepuk dapat dua lalat..."
Sesudah mendengar perkataan itu, Ong It sin baru mengerti bahwa orang ini benar
benar licik dan banyak tipu muslihatnya, bukannya menjadi marah ia malah tertawa
lebar. "Apakah kau tidak kuatir mereka datang untuk menyelamatkan jiwaku..." sindirnya.
"Soal itu mah sudah kuatur dengan sebaik baiknya! Perlukah kuberitahukan juga
kepadamu?" "Kalau kau bersedia memberitahukan kepada kami, hal ini lebih baik lagi!"
"Sementara aku memimpin kawanan jago menyerbu kuil Siau lim si akan kupersiapkan
dua belas orang jago kami untuk berjaga jaga disekeliling barisan, bila mereka
menjumpai ada orang hendak menolongmu, maka ranjau ranjau tersebut segera akan
diledakkan, dengan demikian tak ada gunanya perjuangan sahabatmu itu, menanti
Siau lim pay sudah kami taklukkan, nah saat itulah kau akan kubunuh..."
Ong It sin benar benar kehabisan daya, terpaksa katanya sambil tertawa getir
"Cara kerjamu benar benar amat keji, cuma kau jangan terlalu pandang rendah aku
orang she Ong, aku tidak percaya kalau barisan Pek lui lok hun tinmu ini benar
benar mampu untuk mengurung diriku"
"Saudara Ong" jengek Sangkoan Bu cing sambil tertawa seram, kecuali kau punya
sayap dan bisa terbang, jangan harap bisa kau tinggalkan barisan ini dengan
selamat. Seusai berkata, ia lantas memberi tanda kepada para jagonya sambil berseru.
Jeratan Ilmu Iblis 1 Dewi Ular Misteri Gadis Tengah Malam Badai Awan Angin 1
^