Pendekar Guntur 18
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 18
tersebut. Dalam keadaan seperti itu, banyak yang telah dijelaskan oleh Kwang Tan. ia
mengemukakan betapa luhurnya maksud2 dari Bengkauw, yang berjuang untuk
menegakkan keadilan. Dan juga, ia telah menceritakan beberapa peristiwa mengenai sepak terjangnya
tentara kerajaan, juga sikap dari Cu Goan Ciang, Kaisar yang tengah berkuasa
itu, yang sebelumnya merupakan bekas anggota Bengkauw juga.
Semua orang gagah itu jadi gusar sekali, mereka beranggapan Cu Goan Ciang
sebagai manusia yang tidak kenal membalas budi.
Kwang Tan telah mengucapkan berulang kali rasa bersyukur dan terima kasihnya.
Begitulah mereka bertekad, menggabungkan diri dengan Bengkauw. Sedangkan Kwang
Tan memutuskan, setelah membantu Bin Tian Ong menghadapi orang2 Ceng Kie Pay, ia
akan melanjutkan perjalanan kekotaraja untuk melaksanakan tugas yang diberikan
oleh Thio Bu Kie. Kauwcu Bengkauw.
Tidak lama kemudian muncullah Giok Cu sambil ter tawa2. ia berbisik kepada
ayahnya. "Akh, anak nakal" ayah itu berseru, Terus ia berpaling kepada Kwang
Tan, katanya: "Anakku dan nona Siangkoan
telah meyakinkan ilmu pedang dan cambuk, ada beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian yang belum begitu jelas buat mereka, karena itu mereka ingin meminta
Siauwhiap agar mau memberikan petunjuk kepada mereka, sudikah Siauwhiap membantu
mereka?" Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu!" sahutnya cepat dan segera juga ia ikut Giok Cu keluar. Semua orang
gagah itu jadi ber cakap2 dengan gembira, karena mereka benar2 kagum sekali
kepada Kwang Tan walaupun usianya masih begitu muda, namun dia gagah
dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali, juga sifatnya yang halus dan berdiri
diatas keadilan dan membela kebenaran!
Tidak lama kemudian Kwang Tan masuk dengan wajah
berseri2, tangannya mencekal sehelai kertas, Segera ia berkata: "Tian Tiang cu
dan Siang Tiangcu, sudikah jiwi menemani aku pergi sebentar ke To-san-cung "!"
Siang Bu segera menduga ada urusan. sedangkan Tian Ong menduga tentu semuanya
itu ada hubungannya dengan surat yang ditangan Kwang Tan.
"Apakah bunyi surat itu, Siauwhiap"!" kemudian.
Kwang Tan tidak mau membuka rahasia hubungannya dan kerja samanya dengan kaum
Kaypang, karena dari itu perlahan lahan ia merobek hancur surat ditangannya,
sambil tertawa ia bilang:
"Tadi, kebetulan saja seorang sahabatku telah memberitahukan bahwa kawanan
Bendera Hijau telah mengundang kawan2nya rapat di To-san cung, sebentar malam
jam empat! Mungkin mereka hendak merundingkan
sesuatu yang tidak baik untuk pihak kita, oleh karena tanyanya
tentang sahabatku itu hanya seorang diri saja, ia mengirim surat ini kepadaku
meminta agar aku menyelidik aksi mereka itu..!"
Tan Go Sun tertawa. "Selama beberapa hari ini aku menganggur saja, aku senang
sekali menemani siauw-hiap dan juga tentunya
saudara Siang tidak keberatan pergi kesana!" katanya.
Kwang Tan memberi hormat, ia menyatakan terima kasihnya.
"Silahkan Tiangcu bersiap, mari kita pergi Sekarang." kata Kwang Tan. Dia terus
meminta diri, untuk kembali dulu kekamarnya, guna mengambil senjatanya, tidak
dilupakan juga topengnya, topeng seperti muka mayat itu.
Tan Go Sun dan Siang Bu bersiap dengan cepat, maka dilain saat bertiga mereka
telah meninggalkan rumah Bin Tian Ong.
ooooo)-dw-(ooooo LETAK To-San-cung lima belas lie dibarat laut Bin Ke Cung, tempat itu memiliki
pemandangan alam yang indah, penduduknya cuma kurang lebih tiga puluh keluarga,
yang hidup bercocok tanam, ditepi perkampungan itu terdapat sebuah sungai, yang
tepiannya berbaris pohon2 Yangliu yang bermain2 diantara siliran sang angin.
Sungai itu berliku2. Sunyi sekali tempat itu, tapi
suasananya sangat menyenangkan, terlebih pula, setiap menjelang magrib, disaat
para petani pulang dari sawah ladangnya dan bocah2 angon bercokol dipunggung
kerbau mereka sambil meniup seruling, atau diwaktu pagi ayam riuh berkokok dan
asap mulai mengepul keluar dari tiap2 rumah.
Salah seorang penduduk To-san-cung bernama Kang In, turunan seorang berpangkat
di Kotaraja, yang pulang kekampungnya dengan membeli sawah dan kebun.
Tapi sampai pada warisan kejayaan disitu telah merosot jatuh ditangan Kang In,
menurun, Kang In tidak gemar belajar surat, ia lebih senang belajar silat, untuk bercampur gaul dengan
segala buaya darat, sehingga ayahnya mati karena terlalu berduka, ia sampai mati
dengan hati tidak puas. Tapi justeru Kang In jadi girang sekali seluruh warisan telah jatuh ketangannya.
Dia juga jadi bebas untuk melakukan apa yang di senanginya tanpa ada orang yang
bisa menghalanginya lagi.
Setelah sawah ladangnya habis dijual, untuk hidup berpesta-pora! tinggallah
rumahnya belaka, ia terbawa
temannya yang menjadi anggota Ceng Kie Pay, yang menugaskan ia membantu mengurus cabang Ceng Kie Pay
di Khoyu. Karena kedudukannya itu, ia bisa bertindak dan berbuat se-wenang2
kepada semua penduduk, membuat para penduduk menderita, hanya saja mereka
mendongkol tanpa berdaya untuk melakukan sesuatu apapun. Berhubung terjadinya perselisihan antara
Ceng Kie Pay dengan Bin Tian Ong, rumah Kang In di jadi kan markas cabang.
Demikianlah, tiga hari sebelum dibukanya panggung Wan Yo Tai, Yo Sian bersama
lima puluh kawannya menempati rumah untuk mengatur segala sesuatu, diantaranya
untuk menugaskan Khong Su pergi menculik
diantar oleh empat orang lainnya, menanti sambil Giok Cu dan mencuri pedang. Dan
kepergian Khong Su kawannya sedang ia
dan bersembunyi ditempat2 yang berdekatan. Celakanya, ia tidak memperoleh kabar
berita apa2 lagi dari Khong Su, yang pergi dan tidak pernah kembali. Tanpa ada
tanda isyaratnya. Juga lenyap pula keempat kawan Khong Su, sedangkan malamnya,
ketika ia mengirim beberapa orangnya, untuk mencari dan menolongi Khong Su,
orang2nya itu dihajar Kwang Tan ditengah jalan dan diantar pulang dalam keadaan
tertotok jalan darahnya. Bukan main gusarnya Yo Sian, tapi ia tak berdaya. Besoknya ia mengirim orang
lagi, tetapi kali ini orang2nya itu dilabrak oleh orang2 Kaypang, sehingga rusak
separuhnya. Mengerti bahwa Bin Ke Cung terlindung oleh orangorang liehay, Yo Sian segera
muncul secara berterang dimuka panggung luitay, ia cerdik, ia tidak sembarangan
bertindak, ia berharap bentroknya orang lain dengan Bin Ke Cung, sehingga ia
nanti menyerbu Bin Ke Cung untuk
merebut hasil tanpa bekerja berat.
Karena kecerdikannya itu, ia telah memperoleh kepercayaan sepenuhnya dari Oey
Tiam Su, ketuanya. Yo Sian telah memesan orang2nya, tanpa isyarat darinya, mereka tidak boleh
sembarangan turun tangan, ia terkejut dan heran ketika menyaksikan Siauw Cit
Liang dan Ban Un Sie terluka senjata rahasia.
Diwaktu itu ia masih belum tahu bahwa Souw Kong Bun dan lainnya telah kena
ditawan, Jika tidak, kagetnya pasti akan lebih besar lagi.
Hanya saja ia telah memperoleh fisarat, hati kecilnya jadi tidak tentram, Karena
itu, ia segera memikirkan satu akal. Untuk itu ia mengajak bekerja sama sejumlah
orang ditetarap barat, ialah orang2 yang bukan anggota partainya.
Demikianlah malam ini jam empat, mereka berkumpul di To-san cung, untuk mengatur
dan merundingkan cara kerja mereka. Apa mau, maksud dan rencana mereka itu telah
diketahui kaum Kaypang, maka Kwang Tan segera dikisiki dan pemuda ini segera
juga pergi menyatroni perkampungan itu dengan mengajak Tan Go Sun dan Siang Bu.
Di ruangan besar dari rumah Kang In telah berkumpul Yo Sian semua. Api dipasang
terang benderang, suasana didalam ruangan tersebut, walaupun yang tengah
berkumpul tidak sedikit, tetap sunyi, disitu berkumpul kurang lebih delapan puluh orang, Tepat pada waktu
nya, Yo Sian mengangkat tangannya, lalu mulai bicara. "Semua cianpwe dan semua
rekan2!" katanya nyaring, "Pasti kalian telah mengetahui apa sebabnya sehingga
terjadi Bin Tian Ong hendak menutup diri dan membangun
panggung Wan Yo Tai. itulah karena ia menentang partai kami. Kitapun, tidak
dapat mundur lagi, karena memang kami telah bertekad bulat untuk memperoleh
pedang milik orang she Bin tersebut!" ia pun kemudian menunjuk kepada Kang Sun
Bang, barulah kemudian berkata lebih jauh.
"Itu adalah Kang Sun Beng, ketua dari Gwa Sam Tong kami. ia telah ditugaskan
ketua kami untuk mendapatkan pedang dan orang Maka kalau besok lusa ia naik
keatas panggung, aku minta kalian mau mengalah terhadapnya. Untuk bantuan kalian
itu nanti partai kami akan membalas budi, Bagaimana pendapat kalian "!"
Dikala Yo Sian menegasi seperti itu, diatas rumah terdengar suara tertawa
dingin, ia kaget sehingga wajahnya itu berobah hebat.
Tidak sedikit orang yang berkumpul ditempat itu, mendengar suara tertawa
tersebut. Sebat luar biasa, Yo Sian mengibaskan tangannya mengebut padam api
penerangan, terus ia melompat keluar dari jendela, disusul oleh yang lain-
lainnya. Tiba diluar, ia terus melompat keatas genting.
Rembulan sudah doyong kebarat, sinarnya mulai guram, tapi diatas genting itu,
orang masih dapat melihat segala apa dengan jelas.
Hanya saja disitu tidak ada seorang lainnya, keadaan sunyi sekali. Heran bukan
main Yo Sian, ia memikir, mungkin juga orang yang telah memperdengarkan
tertawanya itu lihay sekali.
"Hu Pangcu, dapatkah kau melihat sesuatu ?" Tanya Kauw Bin, dari Pak To San. ia
mendampingi Yo Sian bersama2 Gu Beng dari Hoa San Pay serta Lung Kiang dari
Kwan-gwa. Yo Sian menggelengkan kepalanya. "Segala kurcaci, buat apa saudara Yo
melayaninya!" nyeletuk Gu Beng, sambil tertawa dingin. "Tentu dia sudah
melarikan diri cukup jauh! Kalau tidak, biarlah dia merasakan jeriji sakti dari
aku siorang she Gu!"
Belum lagi berhenti suaranya Gu Beng, di ujung bara genting itu terdengar suara
tertawa tadi, hanya kali ini, terdengarnya sangat jelas sekali.
Bagaikan kilat cepatnya, tubuh Gu Beng telah mencelat maju. iapun membentak:
"Tikus busuk, mengapa kau tidak mau memperlihatkan dirimu?"
Dari arah barat itu terlihat sesosok tubuh mencelat memapaki, dibarengi tertawa
dingin dan bentakan: "Kau turunlah!"
Gu Beng kaget sekali, Terpaksa, ia melompat kesamping. Masih dapat ia bersyukur,
karena ia masih dapat lolos dari serangan orang tidak dikenal itu, yang telah
memisahkan dirinya kurang lebih sepuluh tombak, Tapi ia mendongkol.
Dulu, belum pernah ia diserang orang secara demikian, Maka ia segera maju pula.
Akan tetapi dengan cepat orang itu sudah menghilang.
Yo Sian sangat cerdas, segera ia dapat menduganya bahwa ia berada dengan musuh
ditiga penjuru, Maka bersama2 kawannya ia memecah diri, untuk mendekati mereka
itu. Segera ia merasakan bahwa iapun tengah dipermainkan, sebab musuh yang tidak
dikenal itu, bagaikan bayangan, kesana kemari, selalu menyingkir dari kepungan.
Waktu itu diluar rumah terlihat dua sosok bayangan tubuh yang langsing, mereka
bergerak sangat lincah, mereka dipergoki oleh pihak tuan rumah, dan segera
dihadang untuk diserang Mereka tidak takut, terus melakukan perlawanan.
Kedua bayangan itu masing2 memakai topeng hitam,
senjata mereka adalah senjata yang panjang dan lunak, dibawah sinar rembulan
yang guram, senjata mereka itu bergerak-gerak bagaikan ular licin.
Dipihak tuan rumah, empat orang telah rubuh saling susul. Justeru itu, diantara
mereka terdengar teriakan: "Dua orang wanita! Bekuk mereka hidup2."
Kedua orang itu membentak, suara mereka nyaring, mengikuti itu mereka menyerang
dengan terlebih hebat, sehingga mereka tidak dapat dirangsek.
Tapi dengan begitu, mereka tidak dapat merusak kepungan, Sebaliknya, lantas
terlihat gerakan mereka menjadi perlahan.
Diantara pengepung terdapat juga yang mengumpat caci, sehingga suara mereka jadi
berisik sekali. Dikala kedua wanita itu terkurung hebat, mendadak disitu muncul
sesosok bayangan fajar dan dengan cepat orang melihat nyata mukanya yang pucat
dan menakutkan, tidak miripnya muka manusia biasa, seperti muka mayat
hidup, membuat hati semua orang yang melihatnya jadi ciut nyalinya dan kecil
hatinya. Bayangan itu menyerang keras sekali. Dia juga segera dapat merubuhkan tujuh atau
delapan orang lawannya. Melihat bayangan tersebut, kedua wanita itu kaget dan
girang. "Kwang ...." mereka berseru, tapi segera berhenti suara mereka, Tanpa
mereka merasa mereka dihampiri, untuk dibekuk masing2 dengan sebelah tangan
orang itu, untuk dibawa menyingkir.
Cuma dengan beberapa lompatan, mereka sudah hilang dari delapan para pengepung
itu. Kedua wanita itu bukan lain dari Giok Cu dan Lin Eng. Mereka mengetahui
kepergian Kwang Tan bertiga, lantas
mereka menyusul. Jika mereka minta ikut dengan berterang, pasti mereka ditolak.
Mereka sama2 membekal cambuk! Diluar pekarangan, mereka terlihat oleh para
penjaga, mereka dibiarkan lewat. Tapi orang itu segera lari melaporkan kepada
Bin Tian Ong. Gesit kedua gadis itu, mereka dapat mengikuti Kwang Tan bertiga. Mereka heran
mereka tidak menghadapi mengutarakan kecurigaannya pada Giok Cu, Mustahil musuh
tidak mengadakan penjagaan"
waktu tiba di To-san-cung. suatu rintangan, Lin Eng
"Lihat, enci, apa itu?" kata Giok Cu menunjuk, sebelum ia menjawab. Lin Eng
segera menoleh, maka ia melihat dibawah sebatang pohon Yangliu, rebah dua sosok
tubuh manusia. Ketika nona Bin dan nona Siangkoan itu mendekati mereka
memperoleh kenyataan kedua orang itu dalam keadaan
tertotok urat gagunya. Mereka itu rebah tanpa berkutik. Kedua mata mereka dipentang lebar-lebar.
"Pasti dia yang menotoknya!" kata Lin Eng tertawa, "Adikku, mari kita maju
terus, tidak usah kita berkuatir lagi."
Giok Cu menurut, maka itu mereka maju terus. Mereka tiba dipekarangan rumah Kang
In disaat kawanan Ceng Kie Pay itu
Kwang Tan bertiga, yang tengah dibikin pusing oleh
sengaja bergerak2 mirip bayangan, untuk mengacaukan kawanan Bendera Hijau
tersebut. Mereka kena dipergoki dan itu mereka dicegat dan dikepung.
Kewalahan mereka memecahkan kepungan. Kwang Tan telah memancing Yo Sian pergi
jauh, lantas ia lari mutar, guna menemui Tan Go Sun dan Siang Bu, justeru disaat
kedua gadis itu tengah dikurung dan terancam.
Maka ia segera menyerbu kedalam gelanggang, untuk menolongi mereka, sebenarnya
ia mendongkol untuk kesembronoan kedua gadis tersebut, yang menempuh bahaya
tanpa ada perlunya, ia sendiri hanya bermaksud mengacau belaka.
Dicekalnya sigadis oleh Kwang Tan, kedua nona itu tidak mengadakan perlawanan
bahkan mereka membikin kaku tubuh masing2 sehingga gampang sekali mereka dibawa
lari. Segera mereka tiba di tepi sungai, jauh dari rumah Kang In.
-ooo0dw0ooo Jilid 29 "NONA... hati kalian besar sekali!" kata Kwang Tan, setelah melepaskan
cekalannya. "Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana aku dapat
bicara dihadapan orang tua kalian ?"
"Kami datang sendiri, dapatkan kau mencampur tahu tentang kami"!" balik tanya
Lin Eng keras. Si nakal ini membawa kenakalannya, walaupun sesungguhnya seperti Giok Cu,
hatinya senang dibawa berlari2 pemuda itu.
Tanpa merasa Kwang Tan tertawa.
"Benar2 anak ini berandalan." pikirnya kemudian "Apa memang tabiat mereka gemar
mengacau?" Karena itu ia segera ingat betapapun juga, ia masih memiliki tugas
berat dan tidak bisa ia ber cinta2an dulu memikirkan urusan mereka.
"Jika aku tidak mencampurinya, lalu siapakah?" ia menjawab sambil bertanya,
diiringi tertawanya perlahan. Bukannya gusar, Lin Eng malah tertawa lebar.
"Siapa juga tidak berhak mengurus kami" Giok Cu bilang, "Kau juga tidak berhak!"
"Tidak berhak?" tanya sipemuda masgul, "Bagaimana seharusnya baru berhak!"
itu tidak menjawab, sebaliknya mereka Kedua gadis tertawa.
Kwang Tan teringat kepada sesuatu.
Diwaktu itu, Siang Bu dan Tan kewalahan, Setelah berpikir sejenak, ia Go Sun
belum lagi datang menyusul maka sipemuda berkata: "Nona, kalian berdua tunggu
disini, aku ingin menyambut saudara Siang
dan Tan. Jika kalian tidak
pergi dari sini, nanti aku mengajari kalian suatu kebiasaan lainnya, ilmu yang
tinggi, bagaimana, kalian akur"!"
Kedua gadis itu tampaknya sangat girang.
"Benarkah?" tanya mereka cepat, "Baik, janganlah kau salah janji. jika tidak,
jangan salahkan kami!"
"Benar kalian jangan kuatir, aku tidak akan salah janji!" jawab Kwang Tan. Atas
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jawaban itu, Lin Eng tertawa perlahan sekali.
Kwang Tan pun tertawa, tapi ia lantas pergi.
Hati nona Siangkoan tergerak menyaksikan kegesitan pemuda tersebut.
"Dia benar2 gagah luar biasa!" pikirnya. "Entah bagaimana perasaan dia setelah
dia mendapatkan mutiara dan sapuku, Ohhh kau tahu.,.bagaimana aku kagum sekali
kepadamu!" Giok Cu pun berpikir serupa, matanya terus mengawasi, walaupun tubuh orang itu
telah lenyap ditempat gelap.
"Dia hebat sekali, asal saja aku bisa mendapatkan separuh saja kepandaiannya,
tentu aku bisa merantau dan menjagoi dalam dunia Kangouw." Demikian katanya
didalam hatinya. "Semoga harapanku ini tidak kosong !"
Akhirnya berdua mereka menghela napas
Mereka berdiri diam saling mengawasi, Cuma sejenak, mereka tertawa sendirinya.
Lantas mereka duduk ditanah, untuk menantikan sipemuda yang mereka kagumi itu
Waktu Kwang Tan tiba dirumah Kang In, disana Siang Bu dan Tan Go Sun terlihat
tengah dikepung, karena musuh main mencaci, mereka membalasnya memaki.
Ia tidak lantas menyerbu, ia lompat naik kesebatang pohon dipinggir rumah
tersebut, tempat menjemur gandum. Diluar dugaan, diatas pohon itu terdapat
penjahat yang bertugas menjaga. Dia melihat orang datang, segera menyerang.
Syukur Kwang Tan awas, ia mendahului menotok, sehingga orang itu segera berdiam
diri saja, mata dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya bergoyang-goyang mau jatuh.
Jika saja Kwang Tan tidak mengulurkan tangannya mencekal bajunya, tentu dia akan
terguling jatuh, Tapi Kwang Tan tidak memperdulikannya lebih jauh, terus juga
ia menempatkan dirinya disalah satu cabang. ia ingin sekali menyaksikan
kegagahan Siang Bu dan Tan Go Sun.
Segera terdengar kata2 mengejek dari Yo Sian: "sungguh aku tidak menyangka bahwa
tuan-tuan Siang dan Tan yang terkenal diutara, telah datang berkunjung kemari
dengan membawa sikap bangsa kurcaci, jika tuan-tuan berbicara dengan orang-orangku,
pasti nanti aku mengatur barisan untuk menyambut kedatangan kalian!
"Hemmm, Bin Tian Ong mengadakan upacara menutup pedang dan membuka panggung
pertandingan untuk mengikat tali persahabatan, siapa pun dapat datang disana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka perbuatanmu mengacau di To-san-cung
bukanlah maksudnya Bin Taihiap itu!
ini pasti Sekarang kalian bilanglah, apa keinginan kalian aku akan
mengiringinya! Tempatku ini tidak dapat menerima kalian datang dan pergi
sekehendak hati kalian !"
"Orang she Yo, jangan tekebur!" teriak Siang Bu tertawa lebar, "Bukankah To-san-
cun bukan milikmu" Jika aku siorang tua, aku suka datang kemana saja, aku akan
pergi kesitu. Mana dapat kalian merintangi aku" Tentang maksud kedatangan kami
ini, tidak usah aku menjelaskan lagi. Kau tentunya telah mengetahui baik sekali!
"Satu hal ingin aku jelaskan, Khong Su dan lainnya, jumlahnya dua-puluh orang
lebih, yang kalian utus, tidak usah kalian kuatirkan Mereka berada dalam keadaan
baik2 saja di Bin Ke Cung, tengah dilayani oleh kami dengan baik sekali, nanti
setelah beres pertandingan dan selesai pibu diatas luitai, kami akan
menggotongnya keluar.!"
Untuk sejenak Yo Sian melengak. Kata2 Siang Bu berarti orang2nya telah kena
dibekuk ia jadi malu dan gusar. Akan tetapi ia tertawa terbahak-bahak.
"Sahabat baik, kalian mengantarkan diri kalian masuk dalam jaring, maka dari
itu, marilah aku siorang she Yo juga menggiring kalian pergi!" katanya mengejek.
Siang Bu mengerti pertempuran dahsyat tidak dapat dihindarkan lagi. Dan juga
bahwa dirinya tengah terancam bahaya, ia heran mengapa Kwang Tan belum juga
datang. Tan Go Sun mengerti juga bahaya, ia telah mempersiapkan goloknya.
Yo Sian habis sabar. ia mau segera maju, tapi seorang disampingnya telah
mendahuluinya, sambil kata orang itu: "Yo Hu-pangcu, biarlah kali ini aku Lung
Kiang yang menyambutnya!" terus ia maju kedepan Siang Bu, ia memberi hormat
sambil berkata: "Telah lama aku mendengar nama tuan dipeternakan Ghar-har Utara, sekarang kita
bisa bertemu disini, aku girang sekali. Aku Lung Kiang, aku minta sukalah kau
memberikan pelajaranmu..!"
Siang Bu mengawasi orang itu, yang berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia
ingin menduga orang itu mahir tenaga dalamnya, hanya saja ia tidak kenal
padanya, ia tinggal di Kwan-gwa bersama Tan Go Sun, ia tidak kenal orang ini
yang baru menjagoi selama tujuh atau delapan tahun.
Tapi ia membalas hormat, sambil tertawa ia bilang: "Engkaulah tuan rumah, tuan
Lung, silahkan kau yang mulai!"
Lung Kiang menyahuti: "Baiklah!" sambil dia maju terus maju menyerang kedada.
Siang Bu mendongkol atas kesombongan orang, ia menggeser tubuhnya kekiri, dikala
dengan tangan ia menangkis tangan kirinya balas menyerang dengan tipu
silat "Dua Ekor Naga Berebut Mutiara" dua jari tangannya meluncur kearah mata,
inilah gerakan yang membuat ia dapat gelarannya sebagai jago yang memiliki
Tangan Sakti. Lung Kiang bukan main kagetnya, karena ditangkis, tubuhnya kena ditangkis,
tubuhnya kena tertolak, maka atas datangnya serangan kepada matanya, cepat2 dia
berkelit. Tapi ia tidak takut, Kembali ia menyerang lagi. Tetap dengan
tangannya. Kali ini Siang Bu tidak mau memberi hati lagi, ia telah mengetahui baik tenaga
lawannya itu, ia lantas mendahului.
Dengan melompat ia menyerang dengan kedua tangannya.
Itulah pukulan "Sin Liong Tiauw Bwee" atau Naga Sakti Menggoyangkan Ekor. Dengan
mendengarkan suara "Dukkk" maka dada Lung Kiang kena terhajar tubuhnya terus
rubuh terkapar dan tidak bergerak lagi.
Gu Beng lompat menghampiri Lung Kiang, untuk membalik tubuhnya sehingga ia
melihat darah mulai keluar dari mata, hidung, mulut dan telinganya. Yang telah
menjadi setengah mati. Itulah berarti, andaikata ia dapat hidup, Lung Kiang akan ludas ilmu silatnya,
walaupun demikian, ia segera memasukkan sebutir pil kedalam mulut kawannya itu.
Barulah kemudian ia melompat kedepan Siang Bu, untuk mengatakan dengan suara
dingin: "Sungguh Siang Bu merupakan seorang yang liehay! Jika malam ini kau lolos dari
tanganku, aku Gu Beng, bersumpah tidak sudi menjadi manusia lagi.!"
Gu Beng memang merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang cukup menggetarkan
rimba persilatan dengan kepandaiannya yang tinggi dan tangannya yang telengas,
Waktu itu Kwang Tan telah berpikir: "Dengan cara seperti itu, kapan pertempuran
tersebut akan berakhir " Kedua gadis itu tengah menantikan sebentar juga akan
muncul sang fajar, Juga langit akan segera terang
benderang, lebih baik aku perintahkan mereka mundur !"
Pertempuran sementara itu sudah berlangsung, Gu Beng menyerang, Siang Bu
menyambuti. Orang she Gu itu tidak sudi dihina.
Dia merasakan betapa sakit hati kawannya perlu dibalas, ia memang lihay, begitu
ia menyerang seketika ia menyerang dengan hebat sekali.
Sedangkan Siang Bu juga tidak berdiam diri, ia telah melayaninya dengan baik,
Walaupun memang ia merasakan betapa jari tangan lawannya terlalu lihay dan ia
agak terdesak, namun Siang Bu terus juga melayaninya dengan tidak gentar.
Tidak ada niat Kwang Tan untuk menyaksikan lebih lama, ia mengangkat tubuh
korbannya, yang disandarkan dan dibiarkannya rebah diatas pohon, kemudian dia
melemparkannya jauh kepada Gu Beng.
Gu Beng yang sedang menerjang waktu itu jadi terkejut bukan main, sebab
menyambarnya angin yang kuat sekali, dengan segera ia melompat mundur tiga
tindak jauhnya dan matanya dipentang lebar, ia melihat sesosok tubuh
meluncur kearahnya, ia menduga kepada musuh. Ia memapaki dengan kedua tangannya. Tubuh itu kena
dihajar telak sekali. Segera terdengar suara perlahan dari mulut orang itu, yang segera rubuh ketanah,
Baru sekarang, setelah tubuh itu tidak berkutik lagi, Gu Beng mengenali, orang
itu adalah ketua cabang Bendera Hijau bernama Suo Lay, maka dengan sendirinya ia
jadi kaget, sampai ia melengak tertegun ditempatnya.
Justeru waktu itu dari atas pohon terdengar suara siulan yang panjang dan
nyaring, dibarengi melompat turunnya seseorang yang mukanya luar biasa sekali.
Melihat muka orang itu, hati orang tentu akan ciut, karena muka itu mirip muka
malaikat Pek Bu Siang yang bengis dan menakutkan sekali.
Tapi tidak demikian dengan Siang Bu dan Tan Go Sun, mereka bahkan girang bukan
main, karena mereka segera mengenali dan mengetahui orang dibalik topeng itu
tidak lain adalah Kwang Tan sehingga hati mereka jadi lega.
"Siluman apa berani main gila didepan Gu Beng?" Gu Beng telah menegur dengan
bengis, ia bertindak dengan langkah perlahan malah menghampiri Kwang Tan, "Kau
harus mengganti jiwa ketua cabang kami!"
Ia mendongkol dan menyesal berbareng mengaduk-aduk menjadi satu didalam hatinya.
Karena ia tidak menyangka ada musuh bersembunyi diatas pohon itu, malah ia
menyesal, sebab ia harus membinasakan orang sendiri lantaran kesembronoannya.
Karena itu juga, setelah menegur, ia segera maju
menerjang, Tidak usah di jelaskan lagi, bahwa ia telah mempergunakan sepuluh
jari tangannya yang amat lihay sekali dan mempergunakan tenaga sepenuhnya.
Manusia bermuka aneh menakutkan itu tidak mundur, tepat ketika tangan yang kuat
akan mengenai tubuhnya, mendadak tangannya diangkat, dipakai menyambar kelengan.
Gu Beng kaget tidak terhingga, sampai ia berseru tertahan, mulutnya dibuka
lebar, matanya mencilak, dikeningnya segera terlihat peluh keluar berketel-
ketel, ia berdiam saja, tidak bisa bergerak.
Semua orang jadi berdiam diri. semua heran dan kagum, Gu Beng sangat lihay dan
dapat ditundukkan hanya dalam satu gebrakan saja! Benar! Yo Sian tidak
terkecuali heran dan kaget, sampai membuat ia berdiri menjublek.
Sedangkan orang aneh dengan muka yang menyeramkan itu tertawa dingin, "Jadi,
yang bernama Gu Beng adalah engkau"," kata orang bermuka menyeramkan itu. "Aku
mendengar memang ilmumu sangat liehay, bagaimana sekarang "!"
Gu Beng diam saja, mukanya pucat. Ia gusar namun tanpa berdaya, ia ingin bicara,
tapi batal, ia beranggapan percuma saja ia membuka suara. Tadi ia tidak
dibokong, bahkan ia tengah menyerang secara mendadak, setengah membokong.
"Aku tidak sangka sama sekali bahwa Gu Beng yang terkenal akan kegalakannya dan
bengisnya, disamping sangat telengas dan kejam, tidak tahunya sekarang ini tidak
punya guna, hanya merupakan gentong nasi belaka!" mengejek orang aneh itu.
"Tapi aku ingin mengingatkan kepadamu, bahwa baru kali ini kau berbuat kurang
ajar terhadapku. Masih mau aku memberi pengampunan Nah, pergilah kau !"
Ketika cekalan pada nadi tangannya dilepaskan, tanpa ia dapat menahan lagi, Gu
Beng harus membiarkan tubuhnya terhuyung dan rubuh tiga tombak. ia pun mendengar
tulang-tulang dan ototnya pada berbunyi ia jadi kaget sekali.
Itu berarti musnahlah semua kepandaian dan ilmu silatnya, bahwa ia telah menjadi
seorang manusia bercacad, Maka habislah sudah waktu dan kesempatannya untuk
menuntut balas. Tidak ada jalan lain, ia segera ngeloyor pergi meninggalkan
tempat itu! "Mari kita pergi!" kata orang aneh itu kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, ia
tertawa, lalu melangkah kepada kedua kawannya itu.
Walaupun bagaimana Yo Sian toh gusar bukan main, sehingga ia jadi berani nekad.
Tidak bisa ia membiarkan orang pergi dengan cara nya seperti itu, Mendadak ia melompat menyerang sambil
berteriak: "Siluman,aku akan mengadu jiwa dengan kau!"
"Kau ingin mencari mampus?" orang aneh itu menegur, tanpa menoleh lagi, terus
juga ia berkelit. Yo Sian menyerang tempat kosong, tangan nya meluncur terus bersama tubuhnya. Dikala begitu,
tubuhnya itu segera ditepuk, sehingga ia ngusruk, membentur pada sebatang pohon
didepannya. Bukan main sakit pada kepalanya itu, rasanya mau pecah, Matanya juga
kabur. "Yo Sian, aku memperingatkan padamu!" kata orang itu bengis, "selanjutnya tidak
dapat kau membiarkan orang2mu main gila lagi Tidak dapat mereka menimbulkan
gara2! jika tidak, hemmm Gu Beng adalah contohnya!"
Setelah berkata, ia segera berjalan pergi, diikuti oleh Siang Bu dan Tan Go Sun.
Dengan memaksakan diri, tampak Yo Sian merayap bangun. Jika tadi ia mendongkol
dan juga amat marah, tetapi sekarang otaknya menjadi dingin, sehingga ia dapat
berpikir lebih baik: "Bin Ke Cung dibela oleh orang2 liehay seperti dia, percumalah seluruh usahaku!
Tidak dapat tidak, harus memberitahukan kepada Pangcu agar pangcu datang sendiri
kemari...!" Karena itu, ia segera perintahkan orangnya melepaskan isyarat tanda urusan
penting. Kwang Tan berjalan terus, sampai ditepi kali, ia tertawa dan berkata
kepada kedua kawannya: "Tan Tiangcu dan Siang Tiangcu, tahukah kalian bahwa
kedua bocah yang nakal telah ikut datang kemari?"
Tan Go Sun kaget, demikian juga Siang Bu.
"Mereka datang "!" serunya, "Ohhh, benar-benar mereka sembrono sekali !" Kwang
Tan menunjuk kedepan, ia tertawa.
"Lihatlah, bukanlah itu mereka ?" tanyanya.
Siang Bu dan Tan Go Sun menoleh. Sekarang dia melihat Lin Eng dan Giok Cu, yang
tengah duduk digili2 sawah dan ber cakap2 riang sambil tertawa-tawa.
"Akh... kedua bocah itu benar-benar nakal sekali!" menggumam Siang Bu.
Setelah berkata begitu, Siang Bu tidak dapat meneruskan perkataannya, ia menoleh
kepada Kwang Tan, untuk katanya, "Kwang Siauwhiap, jika kau tidak datang, pasti
kami berdua akan kehilangan jiwa di To san-cung....!"
Kwang Tan tertawa. "Syukur sang fajar mendatangi, kalau tidak, tidak dapat aku bekerja!" dia bilang
merendahkan diri, "Tan Tiangcu, dan Siang Tiangcu, setelah aku menyaksikan
kepandaian kalian, maka sekarang aku pun ingin sekali sesungguhnya menyaksikan
beberapa macam kepandaian lainnya dari kalian berdua !"
Waktu itu, tampak Lin Eng dan Giok Cu dikagetkan oleh suara tertawa mereka,
segera juga kedua gadis itu telah melompat berdiri dengan lincah.
Kwang Tan mengajak kedua kawannya melintasi sungai,
untuk menghampiri kedua gadis itu, yang sebaliknya juga lari menghampiri mereka.
Segera juga mereka mengawasi sipemuda, tidak memperdulikan pada waktu itu Kwang
Tan memakai topengnya dan tampak menakutkan, bahkan Giok Cu menjadi berani, ia
mengulurkan tangannya untuk
meloloskan topeng itu, sambil ia bilang: "Buat apa memakai topeng ini" Bukan ini
akan membuat orang mati karena ketakutan?"
Kwang Tan meluncurkan tangannya merampas pulang topengnya.
"Nakal! Sungguh nakal!" katanya, tersenyum.
"Ya, anak, kau terlalu nakal!" kata Sian Bu
"Apa yang terlalu nakal?" membantah si gadis, tapinya tertawa.
Siang Bu tertawa, sedangkan Tan Go San tersenyum. Mereka berdua tidak memberikan
komentar lagi, sedangkan Lin Eng telah ikut tertawa. Diwaktu itu, sang fajar
telah mendatangi, Kwang Tan memandang kelangit.
"Mari kita pulang...!" ajaknya, "Bin Cungcu pasti tidak tidur semalaman suntuk!"
Segera juga mereka berlima berangkat meninggalkan tempat itu dengan segera, dan
ketika mereka tiba diperbatasan dimulut kampung, dimana ada beberapa orang
penjaga merpati, kampung, mereka telah melepaskan burung untuk memberitahukan
kepada cungcu mereka akan kedatangan Kwang Tan berlima. Maka setibanya mereka dirumah Bin Tian Ong,
tampak Bin Cungcu bersama Khiam Lo Ang tengah duduk menantikan Memang mereka itu
berdua tidak tidur, mereka terus menunggu.
Waktu itu Giok Cu tampak berduka, ia hampir menangis. Melihat puterinya seperti
itu yang tampaknya harus dikasihani, maka sikap Tian Ong tidak guram seperti
semula, ia gusar karena anaknya itu telah pergi secara diamdiam.
Khiam Lo Ang tertawa dan berkata: "Setelah kita mendapat kabar bahwa kedua bocah
nakal ini pergi, Bin Laote mau segera menyusul sendiri, tapi aku telah dapat
mencegahnya. Karena dengan adanya Kwang Siauwhiap tidak perlu kami berkuatir, Aku juga
mengatakan, tanpa membiarkan
mereka merasakan sedikit kesulitan, mereka tentu tidak akan tahu rasa, Lagi
pula, anak perempuan itu terlahir untuk pihak luar, biarlah mereka dibiasakan
pergi seorang diri. Bukankah jika nanti mereka menikah, mereka tidak dapat
dijagai terus?" Mendengar perkataan Khiam Lo Ang seperti itu, Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa
lebar. Kwang Tan sebaliknya telah berobah wajahnya menjadi bersemu dadu memerah.
ia bilang. "Akh, locianpwe jail sekali..."
Muka Lin Eng pun berobah merah tapi hatinya senang, ia bilang dalam hatinya:
"Tua bangka she Khiam ini memiliki mata yang sangat tajam sekali, cara bagaimana
ia bisa mengetahui bahwa Giok Cu dan
Kwang Siauwhiap" Aku harap saja aku mengagumi sekalian ia bisa usahakan agar kami berdua menuntut
pelajaran silat dari Kwang Siauwhiap..."
Segera juga ia melirik kepada Giok Cu, ia merasakan Giok Cu berperasaan sama
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ia sendiri. Giok Cu pun melirik kepada kawannya, segera mereka sama2 tersenyum, tapi ia
likat, ia mengeluarkan sapunya, untuk menutupi mulutnya.
Tiang Ong tertawa senang hatinya.
"Khiam Laoji, kau gemar bergurau!" katanya, setelah itu ia tanya kepada Siang Bu
dan Tan Go Sun, bagaimana kesudahannya dengan kepergian mereka tadi.
Senang sekali Siang Bu menjelaskan. Dengan gembira dan bernafsu ia menceritakan
pengalaman yang telah dialaminya selama di To san-cung. Dimana Kwang Tan
telah mempertunjukkan kegagahannya.
Selama Siang Bu bercerita, bungah dan bangga hati Lin Eng dan Giok Cu, hampir
tidak hentinya mereka mengawasi Kwang Tan.
"Jika kawanan bangsat itu mau naik dipanggung dengan mempergunakan siasat,"
berkata Khiam Lo Ang, tertawa, "Baiklah, nanti aku naik dan menghajar mereka
terjungkel dari atas panggung!"
"Hebat kau, Khiam Laoji !" kata Tian Ong tertawa, "Orang naik ke panggung untuk
merebut jodoh, tetapi kau hendak menghajar orang !"
"Bukannya begitu, saudara Bin, aku hanya sangat sebal terhadap mereka !"
menyahut Khiam Lo Ang. Pembicaraan mereka terhenti, karena munculnya seorang penjaga yang datang secara
ter gesa2, segera melaporkan bahwa diarah To-san-cung tampak isyarat meluncur
kembang api lima warna. Tian Ong mengundurkan memberi isyarat agar orangnya itu diri. Setelah mana ia berkata sambil
tertawa: "Tidak lebih tidak kurang karena merasa tidak akan ungkulan, mereka
telah meminta bala bantuan! Biarlah, kita boleh menantikan mereka."
Khiam Lo Ang berdiam diri saja, tampaknya ia berpikir keras. Sedangkan Lin Eng
bersama Giok Cu masih menatap kepada Kwang Tan dengan sinar mata yang
memancarkan kekaguman luar biasa. Malah Lin Eng tampaknya agak gelisah, Kwang
Tan dilihatnya begitu tenang.
"Kwang Siauwhiap," sapanya "Bukankah tadi kau menjanjikan kepada kami, akan
mengajarkan sesuatu "!" "Ya, Kwang Siauwhiap, janganlah kau menyangkal!" Giok Cu
pun tertawa, Khiam Lo Ang memandang kepada kedua gadis itu, dia geleng2kan
kepala sambil tertawa. "Ohhh, bocah2 nakal!" katanya kemudian, "kau menyebut2 Siauwhiap, tidakkah itu
berbau asing" Kalian seharusnya menyebut dengan panggilan Kwang Toako! Kalau
tidak, tidak nantinya kalian diajari ilmu silat !"
Belum lagi berhenti suara orang tua itu, ia sudah diserbu kedua gadis tersebut.
"Ohhh! Ohhh !" Khiam Lo Ang tertawa terpingkalpingkal. "Siauwhiap cepat kau
mengajari mereka, nanti tulang-tulang tuaku yang sudah rapuh ini dipatahkan
mereka." Bin Tian Ong segera menegur puterinya, "Anak Cu, jangan kurang ajar!" katanya.
Kedua gadis itu berhenti, muka mereka berobah merah, Kwang Tan segera datang
sama tengah. "Nona, kalian ingin belajar apa?" tanya nya kemudian, sabar dan tenang.
Lin Eng menyingkap naik rambut dikeningnya ia tertawa.
"Aku ingin diajari kepandaianmu yang di perlihatkan ditaman belakang itu, yang
dipakai menangkap tangan Gu Beng seperti ceritanya Tan Locianpwe." ia menyahuti,
"Tentang adik Giok Cu, ia ingin mempelajari apa, kau tanya sendiri saja
kepadanya." Dan Lin Eng tertawa lagi.
"Aku" Aku ingin belajar seperti yang kau minta, encie." kata Giok Cu cepat
dengan gembira dan tertawa.
Waktu itu, keduanya tidak malu-malu lagi, bahkan mereka telah bicara dengan
polos sekali. Kwang Tan tertawa didalam hatinya. "Hemmm, besar sekali hati mereka ini!"
pikirnya, "Kepandaian itu kecuali kakek guru dan juga guruku,
hampir tidak ada yang bisa mempelajari, sedangkan suhengku, Ban Tok Kui juga masih tidak bisa
mempelajarinya !" Segera juga Kwang Tan bilang: "Aku telah memberikan janjiku,
tidak nantinya aku menyangkal! Tentang kedua macam ilmu kepandaian yang kalian
minta itu, aku mau mengajarinya, hanya itu sulit sekali, kecuali waktunya lama, sampai lima tahun,
juga setelah dapat dipahami orang masih harus berlatih terus, tidak dapat dia
tidak segera keluar pintu.
Maka aku melihat, lebih baik begini saja. Lebih dulu aku akan mengajari pokoknya
pelajaran, yang dapat segera digunakan Bagaimana" Apakah kalian setuju "!"
Kedua gadis itu mempercayai keterangan itu, mendengar waktunya sampai lima
tahun, mereka mengulur keluar lidah mereka.
"Baik!" kata Lin Eng. "sekarang kau mengajari aku apa saja yang kau rasa baik!
Asal nanti kau jangan melupakan janjimu akan mengajarkan kami juga kedua macam
ilmu itu!" Kwang Tan tertawa. "Pelajaran ini tidak dapat didengar oleh telinga yang keenam, maka marilah
kalian ikut aku !" katanya, yang mengajak kedua gadis itu pergi ketaman, ia pun
segera meminta diri kepada Bin Tian Ong dan semua yang lainnya.
Orang2 tua itu mengawasi sampai sipemuda lenyap, barulah Siang Bu menggeleng2
dan berkata: "Semalaman suntuk kita tidak tidur, sekarang masih ada waktu satu
jam, mari kita beristirahat dulu !"
Tian Ong semuanya akur dan setuju dengan usul dari sahabat mereka yang seorang
itu, mereka segera mengundurkan diri.
Setengah jam kemudian, dari luar Bin Ke Cung datang isyarat beruntun2 tentang
mulai berdatangan sekalian tamu, maka Tian Ong mengatur penyambutan terhadap
mereka. Siang Bu dan Tan Go Sun terus beristirahat, sedangkan Kwang Tan setibanya dari
taman, ia mulai merebahkan dirinya dipembaringannya. ia merasa kesepian,
sehingga lantas ia teringat akan tugasnya sendiri, buat pergi kekota raja guna
melakukan penyelidikan disana, juga teringat kepada pasukan Bengkauw, yang pasti
tengah bertempur dengan semangat tinggi menghadapi pasukan kerajaan.
Sekarang ia telah berada di Bin Ke Cung, tentu saja Kwang Tan menyadari, ia
tidak boleh berlama2 berada disini, ia harus segera menyelesaikan persoalan Bin
Tian Ong, kemudian melanjutkan perjalanannya lagi, untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan Thio Bu Kie.
Juga mengenai kedua gadis yang sama cantik dan menariknya itu, yang memang
sangat mengagumkannya, ia belum lagi ingin terikat membuat ia ragu2 dalam
diberikan Thio Bu Kie. dengan mereka, sebab akan
melaksanakan tugasnya yang Karena itu, ia memutuskan diwaktu-waktu mendatang
menjauhi sedikit dari gadis itu, membatasi hubungan mereka, agar tidak terlalu
dekat. Ia menghela napas, membuka pintu kamarnya untuk memanggil pelayan, meminta
kertas dan alat tulis. Maka dilain saat, ia telah menulis syair dalam mana ia
melukiskan rasa hatinya tentang cita2nya yang belum terwujudkan. Tulisannya pun
indah sekali. Waktu Kwang Tan memanggil pelayan, Siang Bu dan Tan Go Sun mendengarnya, mereka
bangun dari pembaringan untuk menghampiri,
menyaksikan sipemuda itu menulis
sehingga mereka syairnya cepat dan indah, Mereka telah dapat membacanya: Pedang ditangan kanan,
Pit ditangan kiri, Berjuang untuk kepentingan rakyat,
Darah mengucur tidak perduli !
Membela keadilan dan kemakmuran rakyat
Siapa menghadang. Tabas membelah awan, Siapa yang membendung, Terjang dengan pertaruhan jiwa !
Oh, betapa indah dan menakjubkan,
Tanah airku yang terinjak-injak !
Betapapun juga, Kelainan harus dienyahkan !
Rakyat akan hidup penuh senyum bermekaran !
"Hebat !" memuji Tan Go Sun sambil menghela napas, karena kagumnya, ia tahu,
itulah semangat berjuang Kwang Tan, sebagai salah seorang anggota Bengkauw, yang
kini tengah melakukan perjuangan yang gigih. Betapa gagah bunyi syair Kwang Tan.
"Aku tidak menyangka menyimpan diri demikian bahwa Siauwhiap dapat rupa. Sudah
ilmu silatnya memang lihay luar biasa, ilmu suratnya pun demikian mahir, sungguh
sukar dicari orang sehebat engkau !"
"Jiwi mentertawakan saja !" kata Kwang Tan tersenyum, "Aku hanya mempelajari
ilmu bersyair dan menulis indah, sedangkan tulisanku ini lugat-legot seperti
juga cacing, mana bagus untuk dipandang"!"
Waktu itu terdengar suara langkah kaki dilantai loteng, segera terlihat
munculnya Lin Eng dan Giok Cu menolak pintu, melangkah masuk. Segera juga sinona
Siangkoan dan nona Giok Cu melihat syair yang terletak diatas meja. Malah, Lin Eng segera
mengambilnya. "Ini untuk aku!" katanya, "Kau dapat menulis yang lainnya lagi!"
Giok Cu berdiam diri saja, ia bimbang untuk ikut bicara, hanya mukanya yang
berobah. "Itulah tidak berarti!" berkata Kwang Tan tertawa, "Biar lain kali aku
menulis lagi. Sekarang aku hendak bertanya pada kalian, bagaimana dengan latihan
kalian?" "Kami ingat semua!" menyahuti Giok Cu tertawa, "Cuma kata enci Siangkoan, kau
masih menyembunyikan sesuatu !"
Kwang Tan memandang dengan mata terbuka lebar mengawasi kedua gadis itu.
Lin Eng tertawa. "Kau... kau...!" katanya ragu2 diantara tertawanya, namun
akhirnya ia menemukan perkataannya: "Kau hanya mengajari kami ilmu cambuk, ilmu
kelincahan, tapi ilmu pedang masih dihutang."
Mendengar itu, Siang Bu tertawa bergelak2 "Lihatlah, Kwang Siauwhiap!" dia
bilang "Kedua bocah ini tamak sekali dan tidak kenal puas! Menurut aku, kau
seharusnya membongkar kopermu sampai terlihat dasarnya, jika tidak, tidak
nantinya mereka akan mau sudah."
Kwang Tan memang mengetahui Lin Eng nakal sekali, hanya kenakalan yang menarik
hati. ia ingin mengujinya. "Sudah! Sudah!" katanya sesaat kemudian, "Aku memang
tahu kalian hendak melibat aku. Untuk belajar ilmu silat, kita harus menunggu
sampai sebentar malam, Bagaimana, kalian puas sekarang ?"
Kedua orang gadis nakal itu saling mengawasi, mereka tertawa sambil menutup
mulut mereka! Tampaknya mereka memang puas.
Sementara itu terdengarlah suara lonceng dari seluruh Bin Ke Cung, menandakan
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Siang Bu terkejut. "Celaka!" dia berseru nyaring, "Jangan-jangan ada orang liehay, yang tidak
memakai aturan, yang menyerbu masuk, Siauwhiap mari kita pergi melihatnya!"
Tanpa memberikan jawaban lagi, Kwang Tan menurut. Maka berlima mereka lari
keluar. Mereka tidak turun lagi di tangga loteng, hanya masing-masing terus
lompat naik kegenting, untuk memotong jalan ketetarap timur.
Kwang Tan melesat paling dulu, segera ia melihat beberapa orang berlompatan
diujung tembok, Sekelebatan saja, bagaikan bayangan mereka itu lewat. Tidak
jelas muka mereka, tapi terlihat mereka bukannya masuk dari satu tempat, ia
segera mengetahui ada orang menyusup kedalam taman belakang.
Segera juga ia mengenakan topengnya, dari mulutnya terdengar suara tertawa
mengejek. Siang Bu berempat mendengar suara tertawa mengejek dari Kwang Tan,
maka segera juga mereka menduga bahwa tentunya sipemuda memiliki maksud
tertentu, sebab topengnya pun telah dipakainya.
"Siauwhiap, kau mencurigai sesuatu?" tanya Siang Bu kemudian, Perlahan.
Pemuda itu mengangguk. "Aku belum pasti," sahut Kwang Tan, "silahkan tiangcu berempat pergi kedepan,
aku akan menyusulnya." "Tidak, mana boleh begitu, aku bersama adik Giok Cu ingin
ikut bersama kau!" kata Lin Eng, yang memonyongkan mulutnya, Keluarlah sikap
manja atau kepalannya itu.
Kwang Tan tidak sempat melayani gadis tersebut.
"Baik!" katanya, cepat dan singkat, tubuh nya segera bergerak.
Lin Eng dan Giok Cu mengikuti, Siang Bu dan Tan Go Sun langsung menuju kedepan,
ketatarap Timur. Kwang Tan bergerak sangat gesit, dalam singkat ia telah
meninggalkan kedua gadis itu sehingga mereka tidak melihat lagi bayangan Kwang
Tan, Sampai mereka sambil
mengawasi dengan muka merah dan bingung. Sebab segera juga merekapun mendapatkan
kenyataan ditempat penjagaan ada orang yang rebah disana sini.
"Adik, cepat." Lin Eng berseru, "Kita telah terlambat!" Berdua mereka menuju
kekamar batu dimana Khong Su, Souw Cit Lan bersama kawan-kawan mereka ditahan.
Mereka melihat pintu kamar telah terpentang. Didepan pintu Souw Cit Ling semua,
Hanya saja, Khong Su seorang yang tampak menyender ditembok.
Matanya melotot. Teranglah, menolongi mereka, tapi mereka Kwang Tan. Lantas
mereka semua ditotok. Kalau tidak begitu, pasti mereka berhasil angkat kaki dari tempat itu, Hanya
saja, sebab mereka pasti tidak dapat dibebaskan oleh orang lain, maka mereka
sengaja ditinggalkan saja disitu.
Kedua gadis itu penasaran, mereka mencarinya. Benar saja, disitu tidak ada musuh
seorangpun juga, Apa yang mereda temukan adalah Tan Kie dan Tan Hong berdua,
serta dua orang tamu lainnya, yang mulutnya terpentang, matanya terbuka, agaknya
mereka tengah sangat menderita jelas mereka sudah dirubuhkan musuh.
"Bagaimana ini "." Lin Eng segera menegur Khong Su, bengis sikapnya.
Khong Su tidak bisa menjawab, karena dia ketakutan, mukanya juga meringis.
"Disini, nona?" mendadak Lin Eng mendengar jawaban dari sebelah belakangnya,
sehingga ia terkejut. Suara itu perlahan, tapi tajam untuk telinganya, suatu
tanda dari tenaga dalam yang liehay, ia segera memutar tubuh, demikian pula
halnya dengan Giok Cu. orang datang untuk telah dapat dirintangi Mereka lantas melihat dua tembok lebih didepan mereka, tiga orang berdiri
berbaris. Orang yang paling kiri bertubuh tinggi besar, mukanya melihat, selain
sepasang berewokan, sehingga mereka matanya yang bersinar tajam
bagaikan api menyala, maka seluruh muka orang itu penuh dengan bulu dan
jenggotnya, ia mengenakan jubah biru yang kebesaran.
Dua yang lain berpakaian seperti imam, memakai jubah dan kopiah, muka mereka
bersih dengan kumis dan jenggotnya yang panjang terpecah menjadi tiga dan
dipunggung masing2 tergemblok sebatang pedang. Yang
beda antara kedua imam ini ialah yang seorang ada bekas luka dipipinya.
Melihat orang yang wajahnya bengis seperti itu, Lin Eng terkejut bukan main. ia
tahu orang itu tentunya Bun Siu Ie, orang tua aneh dari Thian-san, yang
kedudukannya didalam rimba persilatan sangat disegani dan dihormati, karena kepandaiannya
yang tinggi. Ia pun mengetuai tiga belas jago-jago sesat yang ilmu silatnya umumnya tinggi
dan hebat, Sehingga dapat dibayangkan bahwa orang ini tentunya memang tangguh
sekali. Hanya saja, biasanya ia hanya bergerak disekitar Thian-san, di Kamsok,
Su Coan dan Laiam, tiga propinsi, tapi sekarang ini ia mendadak muncul di Bin Ke
Cung, mungkinkah orang undangan partai Bendera Hijau "!
Tentang kedua imam itu, mereka adalah Im Yang Siang Kiam, sepasang pedang Dingin
dan Panas, itulah It Hui dan It Siu, Mereka biasanya berada berduaan, tidak
perduli mereka berada dimana saja mereka tidak pernah berpisahan, dan dalam
pertempuran pun saja, mereka berdua tinggi ilmu pedangnya, lihay totokannya,
yang berdasarkan ilmu menotok kelas satu.
Mereka lihaynya benar2 sangat menggetarkan rimba persilatan, Justeru mereka
adalah suheng dari Gu Beng, yang seluruh ilmunya telah dimusnahkan oleh Kwang
Tan beberapa saat yang lalu.
Nama mereka pun merupakan jaminan buat orang2 yang mempergunakan untuk
menggertak lawan, membuktikan bahwa berapapun juga memang kepandaian dari kedua
imam itu sangat liehay sekali.
Setiap kali turun sekali, tidak pernah
tetap hidup. Dikala Siangkoan Lin Eng berpikir, Giok Cu bahkan menjadi gusar sekali, ia belum
pernah terjun ke dalam dunia persilatan, dia tidak kenal siapa ketiga orang itu.
"Siapa kalian "!" tegurnya dengan suara yang galak, "Mengapa kalian bertiga
lancang memasuki rumahku ini "!" "Siluman wanita, kau tentunya anaknya Bin Tian
Ong!" kata Bun Siu Ie dengan mata nya memancarkan sinar sangat tajam dan tertawa
dingin. "Namaku siorang tua, tidak apa jika orang tidak menanyakannya. Tapi jika saja
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau menyebutnya, pasti kau akan mati karenanya! Baiklah kau beritahukan
kepadaku, di mana orang yang di To san-cung telah mencelakai Gu Beng "!"
Dia berdiam sejenak, kemudian berkata lagi: "Aku tidak mau melakukan sesuatu
yang keterlaluan, mau aku memberi ampun kepada jiwa kalian berdua !"
Giok Cu tambah gusar, ia sampai memandang dengan muka merah padam, iapun bilang
dengan suara dan sikap menantang: "Kau mau mencari orang itu, bukan " Baiklah !
tangan, merekapun sangat telengas mereka membiarkan lawan mereka Kau menangkan
dulu cambuk ditanganku, barulah nonamu mau memberitahukan !"
Kata2 itu ditutup dengan gerakan tangan, sehingga ujung cambuk menyambar pundak
orang bermuka bengis itu. "Setan cilik, kau cari mampus!" tertawa Bun Siu Ie
dengan suara menyeramkan, segera juga ia mengangkat tangannya yang besar dan
lebar untuk menangkap cambuk, akan tetapi aneh, cambuk itu lolos dari
sambarannya, lalu kembali menyambar, ke pundaknya juga!
Bun Siu Ie jadi heran, mau atau tidak ia berkelit, sambil
berkelit begitu, tangannya menyambar lagi, Tapi sekali lagi ujung cambuk lolos,
sekarang ujung itu menyambar kearah ke kepala!
Bukan main herannya Bun Siu Ie, inilah tidak pernah disangkanya sama sekali, ia
tidak mengerti, kenapa ia selalu gagal menangkap cambuk itu.
Juga It Hui dan It Sui, mereka telah menyaksikan semuanya, mereka jadi ikut
heran, Karena mereka sudah berpengalaman tapi belum pernah mereka menemukan ilmu
silat cambuk yang selincah itu.
Bun Siu Ie jadi penasaran, setelah berkelit ia merangsek maju, kedua tangannya
dimajukan secara cepat. Dengan mendesak demikian ia yakin kali ini ia berhasil
menangkap cambuk sigadis, namun tetap untuk sekian kalinya terus menerus, ia
membuatnya lolos lagi! Bukan main malunya jago itu. Bukankah disitu ada Im Yang Siang-kiam" Maka ia
merangsek pula. Sekarang Giok Cu tidak dapat berlaku lincah lagi seperti semula,
ia merasakan sambaran-sambaran hawa dingin, yang membuatnya kurang leluasa
bergerak. Dengan terpaksa sekali ia jadi terdesak mundur, langkah kakinya jadi tidak wajar
pula. Serangan Bun Siu It ialah serangan "Touw Kut Han Hong Ciang", itulah hawa
dingin yang dapat meresap ketulang-tulang. Maka kagetlah Giok Cu, ia segera
mempergunakan akal ialah ia menyerang dengan sekalian
melepaskan cekalannya, sehingga cambuknya meluncur pada lawannya cepat sekali.
Bun Siu membiarkan Ie jadi terkejut, Tentu saja ia tidak dapat matanya dibikin buta oleh
ujung cambuk, Maka ia menyambar, Kali ini ia berhasil. Terus cambuk itu dilempar
ke-samping. Dilain pihak, serangannya tidak ditunda, ia mendesak terus, ia hanya merasa
heran untuk ketangguhan sigadis. Belum pernah ia menemui lawan yang sanggup
bertahan lebih dari sepuluh jurus untuk runtunan serangan nya yang
berhawa dingin itu, akibat ilmu Touw Kut Han Hong Ciang Pukulan Tangan Dingin.
Ia pasti memang tidak mengetahuinya, sebabnya ialah Giok Cu telah memperoleh
pimpinan dan petunjuk Kwang Tan, sehingga dalam waktu yang begitu singkat, nona
Bin telah memperoleh kemajuan pesat, ilmu yang diajari Kwang Tan juga ilmu yang
memiliki gerakan dan langkah kaki yang aneh.
Setelah melepaskan cambuknya, hal mana membuat Bun Siu Ie berayal juga sedikit,
karena ia harus menangkap cambuk dan melemparkannya, Giok Cu terus bersilat
dengan langkah kaki Kiu Kiong Ceng Hoan Im Yang Pau yang baru saja ia pelajari,
sedangkan tangannya memainkan gerakan Pat Kiu Leng Long Ciu Hoat, juga pelajaran
baru yang diterimanya dari Kwang Tan.
Perlawanan seperti itu membikin Bun Siu ie jadi tambah heran terutama sekali
sebab ia telah serangannya. Biasanya lawan bagaimana memperhebat
tangguh juga, dalam jarak sepuluh tombak. sukar lolos dari pukulannya yaitu
pukulan Tangan Dingin itu.
Untuk menyerang gadis itu, ia baru mempergunakan lima bagian tenaganya, toh ia
heran sekali, Setiap akan kena diserang tubuh sigadis berkelit lincah, dan
berkelebat bebas. Sigadis bergerak kekiri atau kekanan, atau juga sebaliknya, mendadak dia berada
dibelakangnya, Setiap ada kesempatan, dia membalas menyerang, antara dengan
totokan. Atau tangannya bermaksud di tangkap sigadis, Saking cepat bergeraknya gadis itu,
ia merasakan matanya kabur, Pernah ia ditotok pundaknya, segera ia merasakan
pundak itu kesemutan, ia tangguh, ia tidak dapat ditotok sampai roboh.
Lin Eng menyaksikan kawannya bertempur seperti itu, mulanya ia berkuatir juga,
lalu kemudian dapat ia menetapkan hati2. Diam-diam ia bersyukur kepada Kwang
Tan, yang memberikan pelajaran kepada mereka, sehingga sekarang Giok Cu menjadi
lihay. Disamping itu, sering2 ia melirik kepada Im Yang Siang Kiam, ia melihat wajah
orang itu memperlihatkan sikap kaget dan heran, mungkin berkuatir.
Karena itu ia segera melompat ke-depan mereka, sambil tertawa ia bilang: "Im-
Yang Siang Kiam, dari berdiam saja, bagaimana jika nonamu belajar kenal dengan
kalian"!" Muka It Hui tojin dan It Siu lojin berobah.
"Jika nona ingin belajar kenal, hunuslah pedangmu?" sahut It Hui tojin, ia
mendongkol untuk kesombongan sigadis, yang terang tidak memandang mata kepada
mereka berdua. Iapun segera menghunus pedangnya Waktu ia mengibaskan pedang itu,
mengeluarkan sinar yang berkelebat menyilaukan mata.
Lin Eng mundur tiga tindak, ia tertawa kembali.
"Katanya Im Yang Siang Kiam biasanya maju berdua, tidak pernah terdengar majunya
sendiri saja: Mungkinkah Totiang berdua tidak sudi memberikan pengajaran
kepadaku?" tanyanya, berani dan menantang.
Itulah suatu ejekan. It Sui menjadi gusar sekali, maka ia pun menghunus
pedangnya. "It Hui, mari kita bekuk setan celaka itu." katanya sengit bukan main, Terus
juga ia memaki si gadis. "Belum tentu!" kata Lin Eng tertawa mengejek, pedangnya
siap sedia ditangannya, "Kalian majulah! Apakah kalian menghendaki nonamu
mengalah tiga jurus?"
Tidak dapat Im Yang Siang Kiam menahan diri, berbareng mereka melompat maju
untuk terus menyerang, masing2 dikiri dan kanan.
Lin Eng tertawa, ia melangkah dengan Kiu Kiong Ceng Hoan In Yang Pouw seperti
yang dilakukan oleh Giok Cu,
maka sekejap saja, ia sudah bebas dari serangan pedang sepasang lawannya itu,
menyusul mana, ia membalas menyerang dengan tipu silat "Liong Yauw le Yan" atau
"Naga Melompat Disarangnya".
Pedangnya itu menyambar dari bawah kearah atas, dengan berani ia
membenturkan kedua pedang lawan dengan pedangnya, sehingga senjata ke dua pihak
beradu keras dan suaranya sangat nyaring sekali. It Hui dan It Siu terkejut.
Bentrokan itu membuat pedang mereka hampir terlepas dari cekalan tangan masing2.
mereka pun sampai mundur setindak kebelakang.
Lin Eng pun heran berbareng girang, ia mempergunakan satu jurus dari Pat Kiu
Leng Long Biu Hoat, ia tidak sangka akibatnya demikian rupa baik buat dirinya.
Oleh karena itu, dalam gembiranya, karena mendapat hati, ia segera juga
mengulangi serangannya, mendesak dengan tiga serangan berantai.
Hati Im Yang Siang Kiam berdebar. Mereka terkenal terutama untuk ilmu silat
pedang bersatu padu, jarang mereka memperoleh tandingan, tapi sekarang mereka
telah dibikin sibuk oleh seorang gadis tidak dikenal.
Dari heran, mereka berbalik menjadi gusar, Dengan satu isyarat, mereka maju
serentak, untuk memecah desakan gadis itu, buat mereka berbalik merangsek maju
mendesak sigadis. Lin Eng telah tertawa dingin, ia tabah sekali, tidak mau membiarkan dirinya kena
didesak. Kembali seperti Giok Cu, menunjukkan juga kelincahannya, selalu
berkelit dari berbagai tikaman dahsyat kedua orang imam itu, ia juga setiap kali
membalas menikam atau menotok.
Ketika itu, dengan lewatnya waktu, Tan Kie dan Tan Hong berdua telah ditolongi
seseorang, sehingga mereka bebas dari totokan, setelah mana mereka berdiri
menonton sepuluh tombak diluar kalangan pertempuran mereka berdiri terpaku
ditempati karena kagum melihat Giok Cu dan Lin Eng dapat bersilat begitu hebat.
Malah mereka yakin, ilmu silat yang tengah dipergunakan oleh Lin Eng dan Giok Cu
merupakan kepandaian yang berada diatas kepandaian mereka berdua.
Diam-diam Tan Kie dan Tan Hong merasa malu, karena kepandaian mereka berada di
bawah kepandaian kedua gadis itu.
Dirombongan pertama, Bun Siu Ie tampak telah menghabiskan puluhan jurus, belum
juga ia memperoleh kemenangan, ia heran bukan main. Belum pernah ia menghadapi
lawan begini licin, ia malu sendirinya, sebab sebagai seorang ternama, ia harus
melayani seorang gadis demikian lama, jangan kata tubuhnya, ujung baju sigadis saja tidak pernah
tersentuh sedikitpun atau hanya untuk satu kali saja.
Kumis dan berewokannya menjadi bangun berdiri saking murkanya, Telah
dipergunakan seluruhnya Touw Kut Han Hong Ciang, sehingga kalau ia berada dekat
pohon, ia membikin cabang-cabangnya pada patah !
Masih Giok Cu mengandalkan Kiu Kiong Cang Hoan Im Yang Pou, senantiasa ia
membebaskan diri dari setiap
serangan jago tua itu, cuma saja lama-lama ia jadi bermandikan keringat, itulah disebabkan
kepandaiannya itu baru saja diperoleh, latihannya pun belum lagi berarti. Juga
demikian dengan Lin Eng yang bercacad pada latihannya, hanya saja ia memang
menang sedikit dari Giok Cu, sebab ia memiliki tenaga dalam lebih mahir, dengan
begitu ia dapat bertahan lebih lama.
Setelah pertempuran dua rombongan itu berjalan sekian lama, se-konyong2
terdengar siulan aneh dari atas sebuah pohon besar diarah barat gelanggang itu,
jernih dan panjang siulam itu.
Menyusul dengan mana berkelebatan sesosok bayangan orang, berkelebat menghampiri
mereka. Bertiga Bun Siu Ie, Im Yang Siang kiam, yaitu Siu tojin dan It Hui
tojin, mereka terkejut. Hanya dengan mendengar saja suara siulan itu, mereka
sudah mengetahui lihaynya tenaga dalam dari orang yang tengah mendatangi itu.
Terpaksa mereka melompat keluar kalangan untuk mengawasi orang itu. Segera juga
mereka jadi kaget, Didepan mereka berdiri seorang dengan pakaian hitam yang
mukanya pucat pasi, seperti muka mayat, sedang dari leher kebawah, warna
kulitnya itu lain, Tidak dapat
dipastikan orang mengenakan topeng atau bukan.
Yang jelas ialah disamping wajahnya menakutkan, kedua matanya sangat tajam
berpengaruh sekali, Seperti juga mayat hidup saja orang yang baru datang ini.
Sebaliknya, kedua gadis itu, Lio Eng dan Giok Cu, waktu melihat si mayat hidup
tersebut mereka bukannya takut, malah mereka sangat girang sekali, saling
bersenyum. Mereka mengundurkan diri, berdiri didekat Tan Kie dan Tan Hong beramai, Dengan
mata masing-masing mereka
mengawasi simayat hidup itu, yang diketahuinya adalah Kwang Tan, yang mereka
sangat kenal sekali, dan kagumi.
Sebenarnya Kwang Tan tiba disitu disaat Giok Cu mulai bertempur dengan Bun Siu
Ie, tapi ia ingin menyaksikan perlawanan sigadis, maka ia menyembunyikan diri.
Demikian ia melihat nona Bin mempergunakan baik sekali ilmu silat ajarannya,
sehingga membuat jago tua itu menjadi gusar sekali. Diam2 Kwang Tan girang.
Setelah ia menolongi Tan Kie dan Tan Hong, juga kedua orang tamu, Keempat orang
ditotok bebas dengan ilmu totok dari jarak jauh, yang bernama Leng Khong Kay
Hoat, pembebasan "Kumpul Di Udara"!
Empat orang itu heran atas bebasnya mereka dari totokan, sebab percobaan mereka
sendiri sia-sia belaka, Karena mereka tidak memperoleh jawabannya, terpaksa
mereka lantas berdiri menonton.
Khong Su pun heran, sehingga dia bengong saja. Kemudian Kwang Tan menyaksikan
juga perlawanan Lin Eng. iapun girang, ia kagum terhadap kedua gadis itu, yang
bisa belajar dengan cepat.
Adalah kemudian, setelah melihat kedua gadis itu letih, ia memperdengarkan suara
siulannya, sambil melompat turun dari tempatnya bersembunyi.
"Bukankah tuan yang tadi malam melukai adik seperguruan kami, yaitu Gu Beng?"
tanya Im Yang Siang Kiam serentak, "Bukankah adik seperguruan kami itu tidak
bermusuhan dengan tuan, mengapa tuan demikian telengas telah membuatnya bercacad
seumur hidupnya" Kenapa?"
"Hemmm!" Kwang Tan mendengus dingin "Adik seperguraan kalian itu terkenal sangat
jahat diseluruh jagat, aku mewakili Thian untuk menjatuhi hukuman padanya
menjalankan keadilan, apakah salahnya" Bahwa jiwanya masih tetap ditinggal biar
hidup, tandanya aku masih memandang terhadapnya" Mengapa kalian berdua hendak
membelai dia?" Dingin sekali suara Kwang Tan waktu ia bertanya seperti itu, matanya juga
memancarkan sinar yang sangat tajam, sehingga gentar juga Im Yang Siang Kiam,
hati mereka tergetar. It Hui dan It Sui tidak menjawab, sebaliknya dengan mendadak mereka melompat
menyerang, setelah lebih dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menetapkan hati mereka yang tergoncang, itulah disebabkan mereka telah
memperoleh keterangan dari Yo Sian bahwa musuh mereka sangat lihay.
Mereka pun mempergunakan ilmu silat pedang yang bernama To Hoan Im Yang Ngo Heng
Kiam, atau ilmu pedang "Im Yang dan Ngo Heng yang jungkir Balik".
Ilmu pedang tersebut dapat bekerja sama antara It Hui dan It Sui. Beraneka ragam
juga serangannya benar2 dapat merupakan gertakan atau sebaliknya, atau yang satu
menyusul yang lain. Dengan ilmu pedang mereka ini, entah sudah berapa banyak
jago rimba persilatan yang mereka rubuhkan.
Kwang Tan melihat bagaimana ilmu pedang kedua lawannya itu tidak memakai aturan
tertentu, ia melayani dengan langkah Hian Thian Cit Seng Poa maka sekejap saja,
ia lolos dari kepungan, ia berkata nyaring: "sungguh
hebat Im Yang Siang Kiam yang kenamaan, belum apa2 sudah lantas mendesak lawan!
Apakah ini dia kepandaian istimewa dari kalian."
Sedangkan didalam hati Kwang Tan berpikir, jika diperlukan, karena mengingat
bahwa bukanlah tojin baik2, maka ia ingin
Pukulan Gunturnya untuk merubuhkan
kedua tojin ini mempergunakan kedua lawannya
tersebut. Waktu itu muka It Hui dan It Sui berubah merah, mereka heran lawan dapat lolos
demikian licin. "Bu liang Siu Hud" It Hui memuji. "Karena ingin menyaksikan kepandaian tuan,
maka kami sengaja lantas mengepung ! Kalau demikian, silahkan tuan menghunus
senjatamu." ia telah menantang.
Kwang Tan tertawa. "Sudah banyak tahun aku tidak mempergunakan lagi senjata, Baiklah, aku melayani
kalian bermain-main dengan tangan kosong !" itulah jawaban yang diberikan Kwang
Tan. Memperoleh jawaban seperti itu, bukan hanya Im Yang Siang Kiam belaka yang jadi
heran, sehingga mereka mengawasi dengan mata terbuka lebar, tetapi juga Bun Siu
Ie dan yang lainnya, mereka tidak mengerti terhadap sikap sipemuda ini, yang
dianggapnya sebagai sikap terlalu tekebur.
Im Yang Siang Kiam tidak berlaku ayal lagi, keduanya segera maju menyerang,
bukan main penasaran hati mereka, disamping juga amat marah.
Kwang Tan juga tidak menahan harga pula, kembali ia bertindak dengan Hian Thian
Ciang Pou, ia senang mempergunakan ilmu kelincahan ini, sebab tadi ia girang
menyaksikan Lin Eng dan Giok Cu mempergunakan secara baik, ia tidak mau
sembarangan memperlihatkan ilmu pukulan Gunturnya.
Dari itu, ia mempergunakan jurus-jurus dari Bie Lek Sin Kang dan Hian Wan Sip
Pat Kay. It Hui dan It Sui segera bertempur dengan hati yang diliputi keheranan
mereka mencoba lawannya dengan mempergunakan jurus2 andalan mereka, lawan mereka
selalu dapat lolos secara luar biasa sekali diluar dugaan.
yang sangat dan gentar, Sia2 belaka menikam atau membacok menabas
Kwang Tan sebaliknya beberapa kali bersuara. "Hemmm," dan bersenyum.
Dalam belasan jurus, yang berjalan cepat sekali, tidak satu kali juga Im Yang
Siang Kiam berhasil menyentuh tubuh mereka. Maka setelah itu mereka merobah
siasat, dari menyerang, mereka membela diri, menjadi ciut sendirinya hati mereka
dan bergelisah, karena mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung
terus, niscaya mereka akan bercelaka ditangan manusia yang mukanya seperti mayat
hidup itu. Setelah melayani sekian lama, sehingga ia mengerti baik cara bersilat musuh2nya
itu, Kwan Tan tiba2 tertawa panjang dan tangannya dikibaskan sebat sekali. Untuk
itu segera juga terdengar dua kali suara jeritan, disusul pula dengan tubuh Im
Yang Siang Kiam terpental mundur
beberapa tombak, tampak juga dengan segera, muka mereka pucat pias, peluh
mengucur, sebaliknya ditangan Kwang Tan tampak dua batang pedang, yang
berkilauan dicahaya matahari pagi.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
It Hui dan It Siu tahu-tahu merasakan tangan mereka disambar, lalu dilempar,
sehingga tubuh mereka terlempar dan pedang mereka terlepas. Mereka tidak
mengetahui bahwa Kwang Tan telah mempergunakan jurus "Jit-Goat Jit-Hoa" atau
"Matahari dan Rembulan Berpelukan" suatu jurus yang sangat lihay dari Hian Wan
Sip Pat Kay. Juga Bun Siu Ie yang lihay tidak dapat melihat kegesitan si mayat hidup, ia cuma
merasa heran bukan main. Im Yang Siang Kiam kena ditotok jalan darahnya dibagian
Keng Kie, lantas kedua tangannya kaku dan tenaganya lenyap, tidak dapat mereka
mereka bergerak terasa tulang2 mereka bertindak, asal ngilu sehingga menembus ke ulu hati dan napas mereka sesak..!
Lin Eng dan Giok Cu saling mengawasi, mata mereka dibuka lebar2 saking heran dan
kagum. Benar2 mereka belum pernah menyaksikan ilmu silat demikian hebat dan
lihay. Dari heran dan kagum, mereka juga jadi girang luar biasa.
Kwang Tan segera melambaikan tangannya pada Tan Hong, dan memberikan kisikan
untuk minta Tan Hong pergi pada Bin Tian Ong ditetarap timur, agar Tian Ong
tidak meninggalkan tempat, sebab disini ada Kwang Tan bertiga dengan kedua gadis
itu. Tan Hong menurut, ia berlalu dengan cepat, kemudian pemuda ini mengawasi Im Yang
Siang Kiam, ia menegurnya dengan tertawa, tangannya tetap memegangi kedua pedang
lawannya. "Sebegitu sajakah kepandaian Im Yang Siang Kiam yang datang kemari dengan banyak
lagak"!" mengejek Kwang Tan dengan suara yang dingin. Sambil berkata begitu, ia
mengerahkan tenaganya, mematahkan kedua pedang itu menjadi empat potong dan
dibuang ! "Siluman tua!" kemudian Kwang Tan telah menoleh kepada Bun Siu Ie, dan
bentaknya. Ia mengawasi dengan tajam sekali, "Kau menjadi pemimpin dari tiga belas kaum
sesat dirimba persilatan, kau ternama dan sangat terkenal, mengapa sekarang kau
membawa tingkah seperti seorang kurcaci rendah, mirip dengan kawanan tikus yang
tidak tahu malu "!"
Lalu suaranya itu diperkeras, meninggi bengis: "Mengapa pagi hari demikian kau
menyerbu kemari dan main melukai orang" Apakah maksudmu" Cepat kau bicara !"
Kata2 itu tajam dan keras menyakiti telinga terlebih lagi buat Bun Siu Ie. ia
ternama dan angkuh, bisa dimengerti ia jadi sangat mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika ia mendengar Yo Sian memuji
musuh, ia tidak percaya, ia sangat menyangka Yo Sian jeri dan kapok belaka, ia
penasaran, maka dari itu sengaja ia bersama Im Yang Siang Kiam datang menyerbu
diwaktu pagi hari. Dengan mudah mereka melewati berbagai penjagaan, sampai mereka dirintangi kedua
gadis itu dan sekarang oleh si mayat hidup ini, yang kepandaiannya ia saksikan
sendiri. Baru sekarang ia mengakuinya, bahwa kepandaian lawan sangat hebat, hatinya
gentar ia memaksakan diri berlaku sabar, matanya memperlihatkan sinar yang
licik. "Hmm, kau demikian muda, tetapi kau sudah lihay sekali. Kau tentunya memang
harus dikagumi!" ia memuji, sambil tertawa dingin,
"Aku mohon tanya, siapakah gurumu" Mungkin dia salah seorang sahabatku dulu
hari..!" Kwang Tan tertawa tawar. "Siluman seperti kau ingin berendeng dengan guruku"
Hemmmm!" mengejek Kwang Tan dengan sikap angkuh, "Sudahlah, jangan bicara
tentang persahabatan dengan aku! Kau tidak berderajat! Bukankah kau telah
mencari aku" Nah, sekarang aku berdiri didepanmu! Kau mau turun tangan atau tidak, tinggal
kau bilang saja !" Sepasang alis Bun Siu It terbangun.
"Bocah setan, kau tidak tahu langit yang tinggi dan tebal bumi!" makinya sengit
dan amat marah, "Baru kepandaian seperti itu saja kau sudah berani bertingkah"
Baiklah cepatcepat kau angkat kaki meninggalkan tempat ini, mungkin masih ada
waktu untuk kau nanti coba2 angkat nama didalam rimba persilatan."
Kwang Tan tertawa dingin.
"Siluman tua, kau memiliki muka atau tidak?" katanya tajam sekali, "Tidak sudi
aku mendengarkan kata2mu itu" Kabarnya kau memiliki kepandaian yang lihay,
sekarang boleh coba mempergunakannya kepadaku! Kita nanti lihat, kabar itu
memang benar atau palsu!"
Setelah mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu,
habislah ia kesabaran Bun Siu Ie. Segera juga ia berseru: "Bocah, kau tidak tahu
gelagat!" teriaknya, terus kedua tangannya menyerang dengan pukulan hawa
dinginnya yang dapat merembes ke tulang sumsum.
Ia telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, katanya hawa dingin itu setelah meresap
ke jantung tidak mungkin dapat diobati, itulah yang tersiar didalam rimba
persilatan. Dan lewat tujuh hari, maka akan menyebabkan korban pukulan tersebut membuang
jiwa tanpa ampun lagi, itulah yang telah membuat nama Bun Siu Ie naik tinggi
disegani didalam rimba persilatan.
Kwang Tan mengetahui baik siapa juga yang terkenal tanggguh ini, maka ia
menangkis dengan Bie Lek Sin Kang, untuk keras di lawan keras.
Dengan kedua tangannya ia mempergunakan jurus "Liok Hap Sit Mie", jurus yang
kedua belas. Begitu kedua pihak bentrok, Bun Siu Ie memperdengarkan seruan
tertahan, begitu cepat juga tubuhnya segera terpental karena dalam kesempatan
itu, disaat tangan mereka saling bentur, Kwang Tan mempergunakan ilmu Pukulan Gunturnya jurus
ketiga! Karenanya tidak terlalu mengherankan, tubuh dari lawannya terpental
sejauh enam tombak, kedua tangannya
patah dan hangus, cuma tersambung pada kulitnya, darahnya mengucur dan sebagian telah kering ditempat,
ia mempertahankan diri dengan tubuh menggigil, dan mengawasi Kwang Tan dengan
muka sebagian telah hangus, lalu Bun Siu Ie memutar tubuhnya, untuk melompat
pergi. "Kau ingin pergi angkat kaki begitu saja"!" Kwang Tan membentak bengis, tubuhnya
melesat menyusul, ketika ia sudah dapat mengejar, tangan kirinya menghajar
kebatok kepala menepuk jalan darah Gioktio.
Bun Siu Ie tidak berdaya, tidak keburu ia berkelit, begitu tertepuk, kepalanya
pusing, tubuhnya terputar, terus juga ia rubuh ditanah!
Kwang Tan menepuk tangan, segera ia melambaikan Lin Eng dan Giok Cu.
Sambil tertawa kegirangan, Lin Eng dan Giok Cu lari menghampirinya.
"Tolong kalian perintahkan orang menggotong mereka bertiga kebawah panggung!"
Kwang Tan berkata dan terus memesan sesuatu lagi, ia memang tidak ingin
memperlihatkan diri, ia ingin kembali kekamarnya untuk menyalin pakaian dulu.
"Kemana saja kau tadi?" Lin Eng menyesali manja sekali "Kalau kau tidak keburu
sampai, mungkin mayat kami sudah menggeletak ditanah ini! Apakah kau sengaja
senang melihat kami berdua mati dan rubuh ditangan musuh!"
Kwang Tan hanya tertawa, kemudian katanya dengan sabar: "Nona yang baik, jika
aku tidak bersembunyi diatas pohon itu, mana aku memiliki kesempatan buat
menyaksikan ilmu silat kalian yang indah sekali." katanya "Kau tahu mengapa aku
tidak dapat segera datang kemari?"
Kedua gadis itu mengawasi, ingin sekali mereka memperoleh keterangan dari Kwang
Tan, pemuda yang mereka sangat kagumi itu,
Sebenarnya waktu tadi Kwang Tan memburu terdepan, ia segera melihat dua sosok
bayangan orang melintas kearah loteng Pek Bin Kok.
Segera ia menduga penjahat hendak mencuri kedua pedang Kim Kiam dan Gin Kiam. Ia
heran mengapa penjahat ini mengetahui pedang itu disimpan dibawah tangga loteng,
sedang yang mengetahui hanya beberapa orang saja bahwa sepasang pedang itu disimpan disitu, itulah
orang dalam. Karena kecurigaannya ia segera mengikuti mereka.
Didepan tangga Pek Cim Kok, kedua bayangan itu berhenti untuk mengawasi dan
melihat disekitarnya. "Laoji, lekas kau bekerja!" berkata yang seorang kepada kawannya, suaranya
perlahan sekali, "Kukira sekarang ini semua orang yang melakukan tugas menjaga
telah dirubuhkan oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam, Kalau kita terlambat,
dikuatirkan mereka yang didepan
keburu datang mengetahui tentang hal ini."
Untuk kata2 kawannya itu, yang dipanggil Laoji itu segera mengeluarkan goloknya,
ia jongkok di depan undakan tangga untuk mencongkelnya, sedang kawannya, dengan
golok siap ditangan, memasang mata.
Mengertilah Kwang Tan bahwa orang ini mengetahui tempat penyimpanan pedang itu
di sebabkan ada musuh yang menyembunyikan diri, yang bercampur aduk dengan orang
dalam, ia tidak mau berayal lagi, ia mematahkan cabang pohon didekatnya, segera
ia menimpuk. Si Laoji terkejut, ia melompat. Goloknya jatuh ketanah, sampai suaranya nyaring,
Kawannya pun kaget. "Eh, Laoji, kau kenapa?" tegurnya.
"Entah mengapa, mendadak lengan kananku kaku." sahut kawannya itu, si Laoji,
"Tahu-tahu aku melompat sendirinya !"
"Mungkin karena kau jeri dan bimbang!" kata kawannya itu "Kau tegang sendirinya,
Kita berdua pernah menempuh badai dan gelombang, kita tidak takut apapun juga
dan Bin Kie Cung ini bukannya sarang naga atau goanya harimau,
apa yang mesti di takuti" Pula kita terhitung sebagai orangorang yang terlindung
sebaik2nya oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam locianpwe, maka mengapa kita
harus jeri" Ayo cepat bekerja?"
Kwang Tan mendengar perkataan orang itu, segera melompat kebelakangnya,
tangannya menekan kepundak orang tersebut, membuatnya, terkejut tidak terkira,
ia memutar tubuh, mulutnya menegur: "Siapa ?" baru saja ia berkata, mendadak
tubuhnya telah rubuh! Si Laoji terperanjat bukan main, apa lagi ketika ia telah melihat orang yang
muncul memang sangat luar biasa, yang tadi malam muncul di To san cung, saking
ketakutan tanpa berpikir lagi, ia lompat kesamping.
Ia bermaksud menyingkirkan diri kerumpun pohon2 bunga. ia memang gesit sekali,
tapi ia masih kalah dibandingkan dengan kegesitan Kwang Tan yang mendahului menotok dia, maka dengan merasakan yang
bukan kepalang pada tubuhnya, ia roboh terguling dengan tidak bisa mengeluarkan
keluhan lagi. Kwang Tan segera menghampiri buat menepuk bebas jalan darahnya. "Sahabat, aku
mengetahui bahwa kalian orang-orang suruhan belaka!" katanya tertawa. "Kalian
tidak bebas dan merdeka, kalian harus melaksanakan tugas sebaik2nya, apapun
tugas itu, Maka dari itu aku tidak mau mempersulit kalian, asal kalian
menyebutkan mengapa kalian mengetahui pedang disembunyikan disini dan siapa
orang itu yang telah mem buka rahasia?"
Laoji takut bukan main. "Kami... kami diperintah Hu-pangcu Yo Sian." katanya
tergagap dan ketakutan. "Tentang orang yang memberikan bisikan tersebut, aku
tidak tahu siapa dia, tapi menurut
keterangan dia adalah Bauw Sun Lie, seorang bertubuh pendek dan kurus, yang
matanya tajam bersinar kekuning2an, aku telah bicara tuan, maka tolonglah kau
berlaku murah hati...!"
"Kau telah bicara, tidak nantinya aku mempersulit kalian!" kata Kwang Tan
kemudian tertawa, "Hanya saja untuk dua hari ini, terpaksa kalian harus berdiam
dulu disini, jika nanti telah beres semua urusan Ceng Kie Pay, maka kalian pasti
akan dibebaskan!" Setelah berkata begitu, Kwang Tan menotok lagi, maka kedua orang itu segera
rebah bagaikan mayat. Setelah itu ia mengambil kedua pedang untuk disembunyikan
dilain tempat. Barulah kemudian ia memeriksa sekelilingnya, untuk menotok sadar para penjaga
yang tadi dalam keadaan tertotok dirubuhkan musuh. Setelah mengembalikan Khong
Su semuanya ke rumah batu, barulah ia pergi menyaksikan perlawanan Giok Cu dan
Lin Eng terhadap Bun Siu Ie dan Im Yang Siangkiam.
"Sekarang nona Bin," kata Kwang Tan perlahan. "Cepat kau kembali ketetarap
timur, kau minta ayahmu melihat Bauw Sun Lie, Dia masih ada atau tidak, kalau
ada, cepat bekuk dia. Kau sendiri nona Siangkoan, kau tunggu sebentar. Sampai
Bun Siu Ie bertiga telah dibawah panggung, disana kau lihat, pihak musuh dapat
melihat gelagat atau tidak. Yang terpenting ialah memesan mereka yang melihat
aku, agar mereka tidak membuka rahasia.
Sekarang aku ingin kembali
dulu kekamar, untuk mengganti pakaian "!" Begitu selesai bicara, segera tubuh
Kwang Tao melesat, hanya sekejap mata saja ia telah lenyap dari pandangan mata.
Giok Cu segera juga melaksanakan perintah yang diberikan oleh Kwang Tan, ia
pergi ke depan, ketetarap timur. pertandingan diatas luitai masih belum dimulai,
tapi para tamu sudah memenuhi kedua tetarap, suara mereka bagaikan suara nyamuk
berisiknya. Ia segera menghampiri Khiam Lo Ang, yang berkumpul bersama dengan ayahnya dengan
yang lainnya, ia membisikkan jago tua itu pesan dari Kwang Tan.
"Akhhh, kiranya binatang itu!" kata Khiam Lo Ang, alisnya berdiri, terus juga
dia melompat dengan amat marah.
Bauw Sun Lie waktu itu tengah duduk di tempatnya, diapun rupanya tengah memiliki
perasaan, bahwa pihak lawan telah mengetahui peranannya, karena begitu melihat
Giok Cu membisikkan sesuatu kepada Khiam Lo Ang dan
melihat jago tua itu melompat berdiri dengan muka merah padam amat marah dan
alis berdiri. Ia segera juga menjejakkan kakinya, ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tapi lebih cepat lagi gerakan dari Khiam Lo Ang, karena begitu tubuhnya melesat,
ia sudah berada disamping Bauw Sun Lie, malah ia pun segera turun tangan.
Dengan mudah ia telah dapat membekuk Bauw Sun Lie, Kemudian dia menenteng Bauw
Sun Lie kehadapan Bin Tian Ong.
Muka Bauw Sun Lie tampak pucat pias, dibekuknya dia kali ini benar2 urusan yang
membuat dia gentar, sebab sebagai seorang yang telah menyusup musuh, jelas ia
akan dikompres dan kedalam sarang
dipaksa untuk membuka rahasia, dengan disertai siksaan-siksaan.
Sedangkan wajah Yo Sian, Hu pangcu dari Ceng Kie Pay, berobah hebat. Hatinya
tergetar, ia menyaksikan betapa Bauw Sun Lie ditangkap dan dibekuk begitu mudah
oleh Khiam Lo Ang. Ia menyadari bahwa dengan dibekuknya Bauw Sun Lie, maka jelas akan gagallah
usaha mencuri pedang, Rahasianya juga akan terbuka, sebab dengan siksaan2, tidak
nantinya Bauw Sun Lie tidak buka mulut.
Tetapi beberapa kali, menenangkan hatinya,
"Hemmmm, hemm!" untuk menghibur diri dan
Yo Sian telah mendengus Tidak lama kemudian muncullah Siangkoan Lin Eng, yang
wajahnya berseri2, dibelakangnya mengikuti tiga orang pelayan yang masing2
membawa Bun Sun le dan Im Yang Siang Kiam, It Hui tojin dan It Siu tojin.
Ketiga orang itu tampak lemas tidak bertenaga, sehingga mereka bertiga dapat
diletakkan berbaris dengan Bauw Sun Lie, Mereka berempat hanya berdiam diri
tanpa berdaya dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, mulut mereka juga
terbuka lebar, dan dari mulut mereka masing2
menetes tidak hentinya air, jatuh kebaju mereka didekat dada.
Tubuh mereka sama sekali tidak bisa berkutik! Tampaknya ke-empat tokoh rimba
persilatan disaat itu seperti juga manusia2 bodoh dan dungu.
Bin Tian Ong kemudian perintahkan orang nya untuk membawa Khong Su dan yang
lain2 nya keluar, untuk dikumpulkan didekat Bun Siu Ie. ia sendiri terus
mengawasi tajam ke arah orang2 Ceng Kie Pay di tetarap barat.
Yo Sian bingung bukan main, jelas pihaknya yang bersalah, iapun tidak mengerti
mengapa Bun Siu Ie dan It Hui serta It Siu dapat dibekuk juga oleh musuh,
sedangkan mereka sangat lihay sekali"!
Juga, bagaimana jika sebentar lagi Khong Su telah dibawa keluar Karena
bimbangnya ia berdiam diri saja. Namun tidak lama kemudian ia melompat keluar
dari tetarap, ia menghampiri Tian Ong untuk menuju berkata kasar:
-ooo0dw0ooo Jilid 30 "MEMANG, semua itu perbuatan kami kaum Ceng Kie Pay! Tapi ini
disebabkan kelicikan mu! Mengapa engkau mempergunakan akal licin" Mengapa kau
sengaja menolak lamaran Kang Sun Beng Tongcu kami, apakah dengan melamar puterimu itu kami telah
merendahkan kau" Mengapa kau selalu menolak walaupun kami telah mengajukan lamaran berulang kali"
Sudah begitu, mengapa sekarang kau malah membangun luitai ini" Bukankah itu
berarti engkau hendak mempersulit kami" Bukankah itu juga jelas penghinaan besar
terhadap Ceng Kie Pay kami"
Mengapa kau mengadakan peraturan yaitu pertandingan harus dimenangkan demikian
sulit, sampai sepuluh kali" Kau tidak adil maka kau jangan mempersalahkan kami!"
"Ohhh, begitu"!" kata Bin Tian Ong tawar, "Menurut kau, Hu Pangcu, menjadi sebab
semua ini adalah seluruhnya karena aku yang tidak adil sekarang ingin sekali aku
bertanya bagaimana aku harus lakukan dan berbuat baru dinamakan adil" Aku akan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencuci telingaku untuk mendengar dengan hormat penjelasanmu!"
Ditanya begitu Yo Sian terdiam, tidak dapat ia bilang sesuatu buat menjawabnya.
Melihat Yo Sian terdiam saja, Bin Tian Ong berkata bengis: "Hu Pangcu, jika kau
tidak dapat memberikan penjelasan, hari ini jangan harap kau dapat keluar dari
Bin Ke-Cung." Waktu itu beberapa orang Bin Ke Cung yang diperintahkan Cungcunya, telah kembali
dengan menggotong belasan orang Ceng Kie Pay, dengan menimbulkan suara yang cukup berisik mereka
diletakkan dilantai berdampingan dengan Bun Siu Ie berempat. Cuma Khong Su
seorang yang dapat berjalan, walaupun tampaknya lesu dan langkah kakinya
perlahan dan lambat. Yo Sian sangat kuatir dan juga bercampur dengan perasaan mendongkol ia berseru:
"Segala Bin Ke Cung yang sebesar telur busuk, dapatkah untuk menahan aku orang
she-Yo"!" Bin Tian Ong tidak gusar, ia sebaliknya tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tidak percaya, kau boleh lihat saja nanti!" katanya, sebagai
jawabannya. Waktu itu dan tetarap barat muncul seorang pemuda yang mukanya
tampan dan pada punggungnya menggembol pedang, pakaiannya serba putih dan
singkat, sikapnya gagah sekali.
Cuma saja pada sepasang matanya yang bersinar tajam itu memancarkan sinar yang
jahat dan kelicikan ia berdiri menghadapi Bin Tian mengandung Ong, setelah
menjura memberi hormat diam2, terus ia bilang:
"Dalam urusan ini yang bersalah ialah partai kami, untuk dibuat menyesalpun
sudah terlambat tapi karena dipihak Cungcu tidak menderita kerugian apa-apa,
baiklah Cungcu mau membikin habis saja urusan ini.
Aku yang muda, Kang Sun Beng, mau aku mentaati peraturan bertanding diatas
luitai, andaikata dalam sepuluh gebrakan aku tidak memperoleh kemenangan biarlah
nanti aku mengajak kawan2ku berlalu dari sini. Aku berjanji untuk selama2 nya
tidak akan mengganggu lagi pada Bin Ke Cung. Bagaimana pendapat Cungcu?"
Bin Tian Ong tidak menyangka bahwa Kang Sun Beng dapat berkata seperti itu,
sehingga sejenak lamanya ia jadi berpikir.
"Oleh karena Kang Tongcu mau mengaku keliru, baiklah, akupun tidak sudi berlaku
keterlaluan." sahutnya setelah lewat sekian lamanya.
"Tongcu, andaikata kau tidak memiliki urusan, silahkan kau pergi lebih dulu,
Tentang pertandingan baiklah itu tidak usah dilakukan lagi. Tongcu tidak
memiliki harapan untuk memperoleh kemenangan Tentang orang orang kaummu
ini, biarlah mereka ditinggal lagi beberapa hari disini, sampai Oey Tiang Su
pangcu datang sendiri kemari untuk membereskan persoalan kita, diwaktu itu pasti
aku akan membebaskan mereka!"
Kang Sun Beng terdiam sejenak, mukanya berubah jadi merah karena diwaktu itu ia
benar2 jadi serba salah. Yo Sian gusar bukan main, ia bilang nyaring: "Kang Laote, buat apa kau adu lidah
dengan iblis tua itu" Lihat saja, ia sanggup menahan kita atau tidak!"
Bin Tian Ong tertawa bergelak-gelak, dengan mata tajam ia memandang kepada Hu-
Pangcu dari Ceng Kie Pay tersebut, kemudian ia menunjuk kepada Bun Siu Ie, terus ia bilang.
"Apakah kalian yakin bahwa kalian sanggup melawan menang mereka bertiga?" Dan
iapun telah menunjuk kepada It Hui dan It Siu.
Muka Yo Sian berubah jadi pucat, seperti Kang Sun Beng, ia jadi berdiam diri
saja. Syukur diwaktu itu telah datang seorang pengawal Bin Kie Cung yang
memberitahukan telah datang Oey Tiam Su, Pangcu dari Ceng Kie Pay, membuat Tian
Ong jadi heran, karena tidak disangkanya ketua dari Ceng Kie Pay datang demikian cepat.
Ia segera berpikir untuk mengambil sikap kelak jika berhadapan dengan ketua dari
partai Bendera Hijau itu. Dipihak Ceng Kie Pay mereka jadi sangat girang
mengetahui kedatangan ketua mereka, segera juga terdengar suara tertawa dan
bisik-bisik diantara mereka, rupanya mereka telah terbangun semangatnya.
Segera juga terlihat munculnya Oey Tiam Su, yang diiringkan belasan orang
partainya. ia memiliki potongan muka, empat persegi dan telinganya besar,
hidungnya apa yang disebut sebagai "hidung singa" dan "mulut harimau".
Demikian juga dengan sepasang matanya sangat bengis. ia memelihara kumis pendek,
bajunya adalah baju hitam panjang dilapis mantel merah tua yang gedombrangan,
langkah kakinya pun lebar.
Tian Ong segera menyambut, memberi hormat ia tertawa dan berkata: "Aku si orang
she Bin tidak mengetahui Oey Pangcu datang, Aku tidak dapat menyambut dari jauh-
jauh, harap dimaafkan!"
Oey Tiam Su segera melihat jelas menggeletaknya Bun Siu Ie beramai, mukanya
seketika berobah. Tapi dengan cepat ia dapat bersenyum. Malah dengan sikap dan
katakata yang manis ia bilang:
"Aku Oey Tiam Su, telah mendengar berita bahwa Bin Tayhiap merayakan hari ulang
tahun dan sudah selayak nya aku datang untuk memberi ucapan selamat akan tetapi
urusan partaiku banyak yang harus diselesaikan, menyesal aku datang terlambat
maka itu, aku mohon diberi maaf!"
"Terima kasih, terima kasih!" kata Bin Tian Ong berulang kali, "Sebenarnya
mengundang pangcu pun aku tidak berani..."
Oey Tiam Su tertawa, tapi mendadak ia mengerutkan sepasang alisnya, ia terus
menoleh memandang tajam kepada Yo Sian dan Kang Sun Beng. Sambil menunjuk
kepada orang-orang Ceng Kie Pay tertawan dan sudah tidak berdaya itu, segera
tanyanya: "Apa artinya semua ini, Kang Tongcu "!"
Muka Kang Sun Beng berobah jadi pucat pula, sekian lama ia tidak dapat menjawab.
Bin Tian Ong tertawa dalam hatinya, dengan sabar ia berkata. "Oey Pangcu,
silahkan kau bertanya kepada Khong Su, nanti segala urusan akan jadi jelas!"
Iapun menunjuk kepada siraja pencuri yang sudah mati kutunya.
Cepat bagaikan kilat Oey Tiam Su menyambar tangan Khong Su. Dicekalnya kuat
sekali, malah ia telah memerintah bengis." Cepat kau bicara!"
Diwaktu itu keadaan Khong Su harus dikasihani ia telah tertotok Kwang Tan, benar
ia sudah ditolongi Khiam Lo
Ang, sampai ia bisa berjalan, akan terapi tenaganya sudah habis, tidak dapat ia
bertahan dari cekalan bengis ketuanya itu, tubuhnya segera gemetaran keras ia
segera saja menjelaskan semuanya.
Oey Tiam Su memandang bengis kepada Yo Sian setelah ia mendengus beberapa kali,
ia menghela napas dalamdalam.
"Bin Tayhiap." terus ia bilang kepada Bin Tian Ong dengan suara yang tidak
begitu keras, "Menyesal, semua peristiwa ini terjadi diluar tahuku, walaupun
demikian aku nanti mempergunakan peraturan Perkumpulanku untuk menghukum kepada mereka ini.
Hanya saja mengenai..."
Oey Tiam Su berhenti sejenak, untuk mengawasi kepada Bin Siu Ie dan yang
lainnya, baru ia menambahkan: "Mengenai mereka ini, dengan memandang mukaku, aku
harap kau mau mengijinkan aku membawa mereka pergi, untuk dibebaskan. Mereka
dari partai persilatan ternama, dan juga bukan seperti partai kami yang dapat
bermurah hati terhadap siapa saja, maka aku ingin memberitahukan bahwa
selanjutnya lebih bijaksana kalau Tayhiap berhatihati untuk pembalasan..."
Bin Tian Ong tertawa lebar.
"Oey Pangcu aku orang she Bin girang untuk kejujuran kau ini!" katanya. ia
lantas menunjuk kepada Bun Siu Ie semua, barulah ia bilang: "Oey Pangcu hendak
mengurus mereka itu, baiklah, akupun tidak akan menarik panjang lagi. Tentang
Bun Siu Ie dan orang2 itu lainnya, jika benar
seperti kata Pangcu, mereka hendak datang pula kemari, baiklah, pada waktunya
aku nanti menyambutnya dengan sebaik-baiknya!"
Oey Tiam Su tertawa. "Jika memang Tayhiap mengatakan demikian, baiklah aku jadi mirip orang Kie yang
menguatirkan langit rubuh!" katanya kemudian.
Ia lantas membungkuk untuk membuka totokan pada Bun Siu Ie, guna dibebaskan.
Tapi jago itu ditotok Kwang
Tan dengan cara menotok istimewa, tidak berdaya pangcu dari Ceng Kie Pay
tersebut membebaskan jago itu.
Hal ini tentu saja membuatnya jadi heran bukan main. Didalam hatinya ia berkata.
"Untuk urusan ilmu menotok latihanku lebih dari cukup, karena telah puluhan
tahun lama nya dan juga mencapai tingkat yang tinggi, aku telah mempelajari ilmu
menotok dari berbagai partai diseluruh negeri, aku dapat menotok dan aku dapat
juga membebaskannya. Maka aneh sekali sekarang ini justeru aku gagal.... apakah
disini menyelip keracunan"!"
Karena penasaran, ketua Ceng Kie Pay berusaha menolongi It Siu dan It Hui. ia
tetap gagal, bahkan kedua akhli pedang itu mendelik matanya, mengawasi ia dengan
sikap gusar sekali. Mereka memperlihatkan sikap tidak puas dan juga mengeluarkan suara yang tidak
begitu jelas, rupanya karena terlalu sakit dan mendongkol.
Mau atau tidak dengan sikap dan wajah bertanya, Oey Tiam Su telah menoleh
memandang kepada Bin Tian Ong. "Oey Pangcu," kata tuan rumah tertawa, "Mereka
ini semua telah ditotok seorang gagah yang aneh luar biasa ! peristiwa itu aku
orang she Bin tidak menyaksikan sendiri, hanya aku mendengarnya saja, orang
gagah itu memang hebat luar biasa, Sayang aku tidak bertemu dengannya, jika
tidak, pasti dapat aku menjadi perantara untuk mengadakan
pertemuan antara Pangcu dengan dia...."
"Apakah benar dia seorang aneh"!" menggerutu Oey Tiam Su penuh kegusaran karena
ia lebih besar dugaannya Bin Tian Ong tengah mempermainkannya.
Bin Tian Ong cuma tertawa sambil mengangkat bahunya. Oey Tiam Su coba
menyabarkan diri, tapi didalam hatinya ia berkata: "jika dibelakang hari aku
tidak bisa memampusi engkau sampai tidak ada tempat untuk mengubur, bersumpah sampai mati juga aku tidak mau
sudah!" Walaupun demikian, wajahnya tetap berseri-seri, bahkan ia bisa memperlihatkan
senyumnya. "Bin Taihiap, kau memuji terlalu tinggi pada orang itu !" katanya kemudian "Aku
percaya bahwa kau belum pernah bertemu dengannya !"
Bin Tian Ong hendak memberikan jawabannya, atau Yo Sian yang gusar bukan
kepalang, mendahuluinya menjawab sambil berseru:
"Pangcu, jangan percaya bangsat tua ini! Tadi malam orang aneh itu bersama
dengan Siang Bu dan Tan Go Sun serta dua orang gadis itu telah datang ke To-san-
cung! Mereka mengacau dan menimbulkan keonaran, Mana mungkin sekarang ia
mengatakannya tidak kenal "!"
Oey Tiam Su memandang tuan rumah.
"Bin Taihiap," katanya, "Aku datang kemari untuk menyudahi urusan ini, maka
paling benar kau sebutkanlah siapakah orang itu yang telah menotok kawan2 kami
ini!" Baru saja berhenti pertanyaannya itu, belum lagi Bin Tian Ong memberikan
jawabannya, dari tetarap timur terdengar suara tertawa nyaring, disusul dengan
melesatnya sesosok tubuh yang bagaikan bayangan turun didepan nya ketua partai
Bendera Hijau itu. Karena herannya, Oey Tiam Su mundur dua tindak kebelakang, setelah itu ia
mengawasi sehingga ia melihat seorang dengan kulit muka seperti kulit mayat
berdiri didepan nya, laksana patung batu, Biar ia gagah, ia tokh terperanjat
juga, Baru sejenak kemudian ia tertawa dingin.
"Tuan, siapakah kau" "tegurnya, "Benarkah semua orangku dirubuhkan olehmu?"
Orang yang mukanya seperti mayat itu seorang muda, mengawasi dengan tajam.
"Tidak salah!" jawabnya. "Tepat sekali! Memang semua itu adalah perbuatanku!
Terhadap kawanan maling seperti tikus2 keparat tidak tahu malu itu, yang
sebenarnya harus mampus, aku sudah berlaku sungkan dan terlalu murah hati!
Tentang namaku, kau tidak berderajat untuk menanyakannya!"
Oey Tiam Su belum berusia empat puluh tahun tetapi ia telah membangun Ceng Kie
Pay, dia mengetuai anggota2nya ditiga propinsi yaitu Kangsouw, Ouwpak dan Anhur
yang berjumlah dua atau tiga ribu jiwa.
Maka dialah seorang besar, Pula, tidak biasanya ia turun tangan sendiri, kalau
sekarang ia telah datang ke-Khoyu, itulah disebabkan berulang kali ia menerima
laporan hebat dari Yo Sian, wakil ketuanya itu.
Waktu ia tiba diTo-san-cung, ia diberitahukan Yo Sian sudah pergi ke-Bin Ke
Cung, maka ia segera menyusulnya, Tidak pernah ia menduga bahwa peristiwa telah
terjadi demikian hebat, walaupun bagaimana ia harus menjaga diri, sebab kalau ia
rubuh, runtuhlah partainya.
Andai kata menang, ia masih kuatir orang mengatakan ia menghina Bin Ke Cung yang
disatroni itu, ia memikir untuk melampiaskan kemendongkolannya dilain
kesempatan, ia tidak menyangka, sekarang ia berhadapan dengan sipemuda yang
tidak dikenalnya, yang sikapnya demikian sombong dan angkuh.
Ia sampai melengak memperdengarkan tertawanya yang menusuk telinga.
"Tahukah engkau, siapakah aku ini?" tanyanya dengan muka merah karena murka
bukan main. "Aku tidak memperdulikan siapa kau adanya." menyahuti pemuda itu
dengan suara yang dalam. "Tidak lebih tidak kurang, tentulah kepalanya
sipenjahat!" Bukan kepalang gusarnya Oey Tiam Su.
"Aku kepala penjahat! Aku Oey Tiam Su kau sendiri siapa" Kau berani demikian
kurang ajar didepanku" "ia berseru karena dada nya seakan juga hendak meledak
akibat kemarahan yang begitu meluap.
"Oey...Tiam...Su..." Maaf, aku tidak kenal!" kata pemuda itu setelah mengulangi
nama Oey Tiam Su beberapa saat, "Mungkin ini disebabkan aku muncul belum
lama..." Lalu ia menoleh kearah tetarap barat dan bertanya. "Tuan-tuan, Oey Tiam Su itu
mahluk apa" Apakah kalian mengetahuinya"!"
Pertanyaan itu dijawab tertawa ramai ditetarap barat. Hati Oey Tiam Su panas
luar biasa, belum pernah orang menghina dia dimuka umum seperti sekarang ini.
Mukanya jadi guram, alisnya bangun berdiri, tapi belum lagi ia bertindak ia
sudah didahului oleh Kang Sun Beng.
Rupanya Kang Sun Bing sejak tadi sangat mendelu dan panas hatinya menyaksikan
sikap dan tingkah si pemuda
berkulit mayat, dilain pihak
memang ia jeri, maka itu timbul niatnya yang busuk, yaitu diam-diam menyerang
dengan lima senjata rahasianya yang merupakan piauw. Kebetulan ia menyerang,
diwaktu itu keadaan tengah riuh sekali berisik oleh suara tertawa, maka suara
menyambarnya piauw itu tertindih oleh suara berisik tersebut.
Sipengemis bermuka mayat itu benar-benar lihay, matanya juga sangat tajam. ia
melihat kecurangan Kang Sun Beng, segera ia mengulur tangannya untuk menyerang.
Tepat pundak dari Kang Sun Beng kena terhajar, ia segera
meringkel tubuhnya, menggigil dan berjongkok, sedangkan matanya mendelik, kulit
mukanya berkerut. Ia seperti menderita kesakitan hebat. Lima batang piauw mengenai tubuh
sasarannya, tapi semua senjata rahasia itu runtuh ketanah, orang yang diserang
tidak kurang suatu apapun juga.
Oey Tian Su mengerutkan menyaksikan orang dengan alisnya, Belum pernah ia
kepandaian seperti yang dimiliki pemuda ini. Ia tidak pernah juga kenal partai mana yang memiliki ilmu
silat demikian lihay. Ditetarap timurpun orang semuanya heran bercampur kagum, tidak terkecuali
beberapa orang yang kenal dengan pemuda itu.
Setelah menghajar Kang Sun Beng, pemuda ini dengan dingin memandang Oey Tiam Su.
Bukan main sulitnya ketua Ceng Kie Pay ini, yang untuk sementara waktu berdiri
tercengang, Tindakan apa yang
harus diambinya. Berdiam salah, berlalu juga salah, ia harus mempersalahkan Kang
Sun Beng, yang main curang itu ia sendiri kalau dibokong, pasti ia bertindak
seperti pemuda itu. Dikala orang berdiam Bin Tian Ong menjura kepada sipemuda, Katanya: "Taihiap,
aku bersyukur untuk bantuanmu ini. Aku orang she Bin, aku akan ingat sekali
budimu ini. Tapi aku tinggal disini, musuhku banyak, entah bagaimana jadinya
nanti, maka..." Sipemuda mengangkat tangan kanannya mencegah Bin Tian Ong lebih jauh, "Jika
mereka mau pergi, tidak dapat aku mencegah mereka, hanya lain dari itu Oey Tiam
Su, bukankah tadi dia yang menyuruh Cungcu menyerahkan aku padanya" sekarang aku
berada didepan, aku mau lihat, dia hendak mengatakan apa! Cungcu menyebut2
rumahmu, apakah itu disebabkan Cungcu kuatir pembalasan mereka dibelakang hari"
Baiklah! sekarang aku beri tahukan. kalau mereka mau pergi, mereka boleh pergi,
hanya mereka harus pergi semua, berikut cabang2nya! Dan mereka harus pergi dari
propinsi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, tidak dapat mereka menginjak sekalipun dengan sebelah kaki saja!"
Darah Oey Tiam Su jadi naik mendidih, karena dadanya dirasakan ingin meledak.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tuan, kau begitu jumawa dan congkak, kau tentu
mengandalkan kepandaianmu, bukan?" ia bilang, "Kau harus mengetahui didalam
kalangan Kangouw, diluar orang masih ada orang lainnya, diluar langit ada langit
lain lagi! Maka dari itu, aku Oey Tiam Su, aku tidak puas! Ceng Kie Pay memang
tidak terkenal, akan tetapi tidak dapat hanya sebab kata2mu itu aku harus
membawa pindah dari sini...!"
Sipemuda tetap tertawa dingin dengan sikapnya yang sinis dan congkak. "Habis,
apa maumu maka kau perintahkan Bin Taihiap menyerahkan aku "!" tanyanya, "Aku
bilang terus terang, kau puas atau tidak terserah kau sendiri, jika kau tetap tidak puas mari, mari
kita mengadu kepandaian kita !"
Oey Tiam Su tertawa lebar.
"Aku Oey Tiam Su, tidak pernah aku bertempur dengan Bu Beng Siauw Cut!" katanya
jumawa, ia menyebut pemuda itu dengan sebutan Bu Beng Siauw Cut, yaitu si maling
kecil yang tidak bernama.
Pemuda itu gusar. "Apa" Berani kau memandang enteng pada ku "!" segera juga sebelah tangannya
melayang dimuka ketua Ceng Kie Pay itu,sampai ketua perkumpulan itu harus
mundurnya lebih berapa kaki, mukanya pucat, ia terkejut untuk serangan tersebut.
Pemuda itu tidak menyerang terus, tangannya, tubuhnya pun tidak bergerak. ia
menahan Berdiri tetap ditempatnya, ia menurunkan tangannya, dan bersenyum. "Jangan takut !" katanya
halus, "Hari ini aku tidak akan melukai kau! Ada lain kesempatan jika memang
engkau tidak mau mendengar kata2ku, diwaktu itulah tidak ada
tawar menawar lagi. Aku akan turunkan tangan keras padamu! Kau baik2lah
mendengar nasehat ku, lantas kau menarik diri, berlalu dari wilayah Kangsouw ini
jika tidak, dibelakang hari kau akan menyesal laginya sudah terlambat !"
Di belakang Oey Tiam Su berdiri belasan orang kawannya, yang sikapnya garang.
Mereka itu gusar, asal diberi perintah, mereka segera akan turun tangan, Tapi
Oey Tiam Su tidak memberikan perintahnya, sebaliknya, ia telah menghela napas
dalam2. "Didalam hal-hal selama beberapa hari ini, pihakkulah yang salah!" katanya
kemudian. "Maka dari itu, biar bagaimana, tidak dapat aku bertempur dengan kau
tuan. Hanya sayang tidak dapat aku mengetahui she dan namamu. Lain tahun, jika
gunung hijau tidak berobah,
nanti kita bertemu pula!" ia terus menoleh kebelakang, untuk menggapai, maka
belasan orangnya maju serentak.
"Bawa mereka ini semua!" perintahnya, ia memandang kepada si pemuda dan Tian Ong
untuk memberi hormat, dan mengucapkan: "Sampai ketemu!"
Bin Tian Ong membalas hormat, ia maju dua tindak. "Oey Paycu, maaf, tidak dapat
aku mengantar lebih jauh!" katanya kemudian.
Sebaliknya, pemuda itu berkata dengan suara yang dingin: "Oey Tiam Su, jika kau
tidak menarik diri seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang kuperintahkan jika nanti kita bertemu lagi, itu artinya sudah saat
kematianmu." Sepasang alis ketua Ceng Kie Pay bangun karena murka bukan main,
mukanya berobah jadi guram sekali, namun ia tidak mengatakan apa2, ia ngeloyor
terus. Masih sipemuda mengawasi punggung orang, sampai kemudian terlihat tubuhnya
bergerak, dimana pemuda itu melesat sangat gesit sekali, mencelat terapung
tinggi, melompat kekanan tetarap barat, maka dilain saat ia ludah lompat pula
melewati tembok pekarangan, terus lenyap dilain sebelah bagian lainnya.
Menyaksikan ilmu meringankan tubuh yang begitu tinggi, yang dapat melompat
selain tinggi juga sangat jauh, semua hadirin jadi memandang tercengang dan
kagum luar biasa. Baru setelah lewat sejenak, Bin Tiang Ong memecahkan kesunyian dengan kata2 yang
nyaring, ia berkata: "sekarang marilah kita mulai pula Andaikata ada saudara 2
terlalu keras, silahkan mengutarakannya. Aku memberi waktu satu jam!" Setelah
berkata, ia lalu kembali ketetarap timur.
dengan pibu diatas luitai! yang menganggap peraturan
Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang kepada orang banyak dengan suara yang nyaring:
"Pemuda itu lihay sekali, ia dapat membikin orang mundur tanpa bertanding lagi,
itulah hebat, dia sungguh mengagumkan sekali."
Kata-kata ini merupakan mengetahui, agar mereka isyarat untuk mereka yang jangan membuka rahasia
sipemuda, rahasianya Kwang Tan. Beberapa orang mengetahui Kwang Tan pasti lihay,
tapi mereka ini tidak berani menyangka dia.
Untuk sementara ramailah orang berbicara, sebab aneh mundurnya orang2 Ceng Kie
Pay itu. Baru kemudian terlihat seorang keluar dari tetarap barat, dia menghampiri Tian
Ong, untuk memberi hormat sambil berkata: "Aku yang rendah Sun Kui Ong, aku
mewakili pihak barat untuk mengutarakan sesuatu dan harap Bin Taihiap dapat
menerimanya !" Bin Tiang Ong segera bangkit, membalas pemberian hormat orang itu. "silahkan
bicara, Sun Giesu!" katanya mempersilahkan.
"Aku bicara tentang batas pertandingan sepuluh kali." kata Sun Kui Ong, "Tidak
dapatkah itu dirobah menjadi hanya tiga kali" Juga baiklah jangan dipakai batas
usia, cukup asal seorang tidak mempunyai isteri. Andaikata usul ini tidak dapat
disetujui taihiap, aku hendak menyarankan lainnya, yaitu supaya puteri taihiap
sendiri yang naik kepanggung sebagai taicu, siapa yang dapat mengalahkan taicu, ia menjadi
menantunya taihiap. Bagaimana....?"
Mendengar itu, Bin Tian Ong tertawa lebar.
"Usul yang pertama, perihal pengurangan batas pertandingan dan usia, masih dapat
aku menyetujuinya." katanya kemudian. "Hanya saran anakku menjadi taicu, itulah
sulit untuk dipertimbangkan. Anakku cuma satu2nya, cuma manusia bukannya naga
atau harimau, mana dapat ia melawan begitu banyak orang yang menantangnya"
Tidakkah dengan demikian ia tidak akan dapat melakukan
tugasnya,dengan sebaik2nya" Bukankah begitu, Sun Giesu "!"
Sun Kui Ong memang hendak menjawab atau Siang Bu telah mendahului "Aku pikir
bagaimana kalau begini saja!" berkata pemilik peternakan tersebut. "Kita jangan
merobah syarat pertandingan, kita robah itu dengan Khiam Lo Ang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
locianpwe yang menjadi taicu, siapa dapat mengalahkan dia mendapat orang dan
pedang. Tidakkah usul yang singkat "!" San Kui Ong geleng2kan kepalanya.
"Mengenai usul ini, aku tidak dapat mengambil keputusan sendiri," ia bilang,
"Nanti aku berdamai dulu,
baru aku memberikan jawaban kami !"
Maka ia kembali ketetarap barat. Siang Bu dapat menerka hati Bin Tian Ong, ia
makanya ikut bicara, Tian Ong ingin memperoleh menantu yang tampan dan gagah
setelah melihat Kwang Tan, ia segera setuju pemuda itu sebagai calon menantunya.
Giok Cu-pun sangat kagum atas kegagahan pemuda tersebut Hanya itu kesangsiannya
Cungcu itu, ialah Kwang Tan suka naik ke-luitai atau tidak, asal dia mau,
perjodohan pasti tidak meleset lagi.
Karena ini, orang she Sun itu mengajukan sarannya, ia bimbang untuk
memutuskannya. Terlebih lagi, setelah Siang Bu memberikan usulnya, ia bisa
menerimanya usul tersebut ia tahu majunya Khiam Lo Ang akan membikin semua orang
ditetarap barat itu mundur sendirinya.
Khiam Lo Ang dapat menerka maksud Siang Bu ia mengawasi sahabatnya itu, dan
katanya: "Laote, saranmu itu berarti menutup jalan..!"
Waktu itu dari tetarap barat telah muncul tiga orang, satu diantara mereka telah
berkata kepada tuan rumah:
"Kami telah mengadakan
mengetahui dibangunnya pembicaraan sebenarnya kami Wan Yo Tai ini disebabkan
urusan Taihiap dengan pihak Ceng Kie Pay, maka dari itu kami-pun datang untuk
menonton saja, sekarang urusan dengan Ceng Kie Pay itu sudah beres, syukur.
Mengenai perjodohan, kami kira Tayhiap sudah mendapatkan pilihan sendiri, dari
itu untuk apakah kami harus naik pula dipanggung menjadi perintang" Oleh karena
itu, kami memutuskan untuk pulang saja. Hanya nanti, dihari kegirangan kami
bersabar hati menantikan untuk datang menggerecok secangkir dua cangkir arak !"
Tian Ong mengurut jenggotnya, ia tertawa, wajahnya berseri-seri. "ltulah
pasti !" katanya, "Saudara-saudara sudi datang sendiri, itulah bagus, Memang
untuk mengundangnya aku kuatir tidak ada kesempatan.!"
Ketiga orang itu tertawa, mereka memberi hormat, lantas mereka mengundurkan diri
untuk pergi keluar. Maka yang lain-lain, yang menanti dibawah tetarap lantas
bangkit, untuk turut berlalu. Tian Ong cepat-cepat pergi ke pintu guna mengantar
mereka semua. Sesungguhnya badai dahsyat di Bin Ke Cung telah lewat setelah angin lewat dan
hujan berhenti berarti langit jadi terang benderang dan tenang.
Demikian juga dengan semua penghuni Bin Ke Cung, semuanya jadi bergembira karena
bahaya telah lewat. Setelah mengantar semua tamu, Tian Ong menghampiri Khiam Lo Ang dan Siang Bu
untuk berbicara perlahan, setelah mana kedua orang sahabat itupun mengundurkan
diri dari tetarap timur. Kwang Tan telah merebahkan diri didalam kamarnya, ia tengah berpikir untuk
mempersiapkan diri melanjutkan perjalanannya ke kotaraja dan pamitan kepada tuan
rumah. Waktu itulah ia mendengar suara langkah kaki, dimana ia telah mengetahui
beberapa orang tengah mendatangi. Namun ia rebah terus, sampai muncullah Khiam
Lo Ang dan Tan Go Sun serta Siang Bu. Ia segera bangun duduk di tepi pembaringan
waktu melihat orang2 itu menolak pintu dan langsung masuk kedalam kamarnya.
Khiam Lo Ang tertawa lebar menyaksikan orang tengah rebah dan telah duduk ditepi
pembaringan. "Laote, jangan kau bersikap pura2 bodoh!" katanya gembira, "Sepak
terjang kau tadi telah memadamkan api berkobar2 sampai Oey Tiam Su si-cabang
atas dapat dengan begitu saja disuruh angkat kaki. . . ! Sungguh kau membuat
Pedang Naga Kemala 20 Satria Gendeng 19 Pertunangan Berdarah Golok Bulan Sabit 2
tersebut. Dalam keadaan seperti itu, banyak yang telah dijelaskan oleh Kwang Tan. ia
mengemukakan betapa luhurnya maksud2 dari Bengkauw, yang berjuang untuk
menegakkan keadilan. Dan juga, ia telah menceritakan beberapa peristiwa mengenai sepak terjangnya
tentara kerajaan, juga sikap dari Cu Goan Ciang, Kaisar yang tengah berkuasa
itu, yang sebelumnya merupakan bekas anggota Bengkauw juga.
Semua orang gagah itu jadi gusar sekali, mereka beranggapan Cu Goan Ciang
sebagai manusia yang tidak kenal membalas budi.
Kwang Tan telah mengucapkan berulang kali rasa bersyukur dan terima kasihnya.
Begitulah mereka bertekad, menggabungkan diri dengan Bengkauw. Sedangkan Kwang
Tan memutuskan, setelah membantu Bin Tian Ong menghadapi orang2 Ceng Kie Pay, ia
akan melanjutkan perjalanan kekotaraja untuk melaksanakan tugas yang diberikan
oleh Thio Bu Kie. Kauwcu Bengkauw.
Tidak lama kemudian muncullah Giok Cu sambil ter tawa2. ia berbisik kepada
ayahnya. "Akh, anak nakal" ayah itu berseru, Terus ia berpaling kepada Kwang
Tan, katanya: "Anakku dan nona Siangkoan
telah meyakinkan ilmu pedang dan cambuk, ada beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian yang belum begitu jelas buat mereka, karena itu mereka ingin meminta
Siauwhiap agar mau memberikan petunjuk kepada mereka, sudikah Siauwhiap membantu
mereka?" Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu!" sahutnya cepat dan segera juga ia ikut Giok Cu keluar. Semua orang
gagah itu jadi ber cakap2 dengan gembira, karena mereka benar2 kagum sekali
kepada Kwang Tan walaupun usianya masih begitu muda, namun dia gagah
dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali, juga sifatnya yang halus dan berdiri
diatas keadilan dan membela kebenaran!
Tidak lama kemudian Kwang Tan masuk dengan wajah
berseri2, tangannya mencekal sehelai kertas, Segera ia berkata: "Tian Tiang cu
dan Siang Tiangcu, sudikah jiwi menemani aku pergi sebentar ke To-san-cung "!"
Siang Bu segera menduga ada urusan. sedangkan Tian Ong menduga tentu semuanya
itu ada hubungannya dengan surat yang ditangan Kwang Tan.
"Apakah bunyi surat itu, Siauwhiap"!" kemudian.
Kwang Tan tidak mau membuka rahasia hubungannya dan kerja samanya dengan kaum
Kaypang, karena dari itu perlahan lahan ia merobek hancur surat ditangannya,
sambil tertawa ia bilang:
"Tadi, kebetulan saja seorang sahabatku telah memberitahukan bahwa kawanan
Bendera Hijau telah mengundang kawan2nya rapat di To-san cung, sebentar malam
jam empat! Mungkin mereka hendak merundingkan
sesuatu yang tidak baik untuk pihak kita, oleh karena tanyanya
tentang sahabatku itu hanya seorang diri saja, ia mengirim surat ini kepadaku
meminta agar aku menyelidik aksi mereka itu..!"
Tan Go Sun tertawa. "Selama beberapa hari ini aku menganggur saja, aku senang
sekali menemani siauw-hiap dan juga tentunya
saudara Siang tidak keberatan pergi kesana!" katanya.
Kwang Tan memberi hormat, ia menyatakan terima kasihnya.
"Silahkan Tiangcu bersiap, mari kita pergi Sekarang." kata Kwang Tan. Dia terus
meminta diri, untuk kembali dulu kekamarnya, guna mengambil senjatanya, tidak
dilupakan juga topengnya, topeng seperti muka mayat itu.
Tan Go Sun dan Siang Bu bersiap dengan cepat, maka dilain saat bertiga mereka
telah meninggalkan rumah Bin Tian Ong.
ooooo)-dw-(ooooo LETAK To-San-cung lima belas lie dibarat laut Bin Ke Cung, tempat itu memiliki
pemandangan alam yang indah, penduduknya cuma kurang lebih tiga puluh keluarga,
yang hidup bercocok tanam, ditepi perkampungan itu terdapat sebuah sungai, yang
tepiannya berbaris pohon2 Yangliu yang bermain2 diantara siliran sang angin.
Sungai itu berliku2. Sunyi sekali tempat itu, tapi
suasananya sangat menyenangkan, terlebih pula, setiap menjelang magrib, disaat
para petani pulang dari sawah ladangnya dan bocah2 angon bercokol dipunggung
kerbau mereka sambil meniup seruling, atau diwaktu pagi ayam riuh berkokok dan
asap mulai mengepul keluar dari tiap2 rumah.
Salah seorang penduduk To-san-cung bernama Kang In, turunan seorang berpangkat
di Kotaraja, yang pulang kekampungnya dengan membeli sawah dan kebun.
Tapi sampai pada warisan kejayaan disitu telah merosot jatuh ditangan Kang In,
menurun, Kang In tidak gemar belajar surat, ia lebih senang belajar silat, untuk bercampur gaul dengan
segala buaya darat, sehingga ayahnya mati karena terlalu berduka, ia sampai mati
dengan hati tidak puas. Tapi justeru Kang In jadi girang sekali seluruh warisan telah jatuh ketangannya.
Dia juga jadi bebas untuk melakukan apa yang di senanginya tanpa ada orang yang
bisa menghalanginya lagi.
Setelah sawah ladangnya habis dijual, untuk hidup berpesta-pora! tinggallah
rumahnya belaka, ia terbawa
temannya yang menjadi anggota Ceng Kie Pay, yang menugaskan ia membantu mengurus cabang Ceng Kie Pay
di Khoyu. Karena kedudukannya itu, ia bisa bertindak dan berbuat se-wenang2
kepada semua penduduk, membuat para penduduk menderita, hanya saja mereka
mendongkol tanpa berdaya untuk melakukan sesuatu apapun. Berhubung terjadinya perselisihan antara
Ceng Kie Pay dengan Bin Tian Ong, rumah Kang In di jadi kan markas cabang.
Demikianlah, tiga hari sebelum dibukanya panggung Wan Yo Tai, Yo Sian bersama
lima puluh kawannya menempati rumah untuk mengatur segala sesuatu, diantaranya
untuk menugaskan Khong Su pergi menculik
diantar oleh empat orang lainnya, menanti sambil Giok Cu dan mencuri pedang. Dan
kepergian Khong Su kawannya sedang ia
dan bersembunyi ditempat2 yang berdekatan. Celakanya, ia tidak memperoleh kabar
berita apa2 lagi dari Khong Su, yang pergi dan tidak pernah kembali. Tanpa ada
tanda isyaratnya. Juga lenyap pula keempat kawan Khong Su, sedangkan malamnya,
ketika ia mengirim beberapa orangnya, untuk mencari dan menolongi Khong Su,
orang2nya itu dihajar Kwang Tan ditengah jalan dan diantar pulang dalam keadaan
tertotok jalan darahnya. Bukan main gusarnya Yo Sian, tapi ia tak berdaya. Besoknya ia mengirim orang
lagi, tetapi kali ini orang2nya itu dilabrak oleh orang2 Kaypang, sehingga rusak
separuhnya. Mengerti bahwa Bin Ke Cung terlindung oleh orangorang liehay, Yo Sian segera
muncul secara berterang dimuka panggung luitay, ia cerdik, ia tidak sembarangan
bertindak, ia berharap bentroknya orang lain dengan Bin Ke Cung, sehingga ia
nanti menyerbu Bin Ke Cung untuk
merebut hasil tanpa bekerja berat.
Karena kecerdikannya itu, ia telah memperoleh kepercayaan sepenuhnya dari Oey
Tiam Su, ketuanya. Yo Sian telah memesan orang2nya, tanpa isyarat darinya, mereka tidak boleh
sembarangan turun tangan, ia terkejut dan heran ketika menyaksikan Siauw Cit
Liang dan Ban Un Sie terluka senjata rahasia.
Diwaktu itu ia masih belum tahu bahwa Souw Kong Bun dan lainnya telah kena
ditawan, Jika tidak, kagetnya pasti akan lebih besar lagi.
Hanya saja ia telah memperoleh fisarat, hati kecilnya jadi tidak tentram, Karena
itu, ia segera memikirkan satu akal. Untuk itu ia mengajak bekerja sama sejumlah
orang ditetarap barat, ialah orang2 yang bukan anggota partainya.
Demikianlah malam ini jam empat, mereka berkumpul di To-san cung, untuk mengatur
dan merundingkan cara kerja mereka. Apa mau, maksud dan rencana mereka itu telah
diketahui kaum Kaypang, maka Kwang Tan segera dikisiki dan pemuda ini segera
juga pergi menyatroni perkampungan itu dengan mengajak Tan Go Sun dan Siang Bu.
Di ruangan besar dari rumah Kang In telah berkumpul Yo Sian semua. Api dipasang
terang benderang, suasana didalam ruangan tersebut, walaupun yang tengah
berkumpul tidak sedikit, tetap sunyi, disitu berkumpul kurang lebih delapan puluh orang, Tepat pada waktu
nya, Yo Sian mengangkat tangannya, lalu mulai bicara. "Semua cianpwe dan semua
rekan2!" katanya nyaring, "Pasti kalian telah mengetahui apa sebabnya sehingga
terjadi Bin Tian Ong hendak menutup diri dan membangun
panggung Wan Yo Tai. itulah karena ia menentang partai kami. Kitapun, tidak
dapat mundur lagi, karena memang kami telah bertekad bulat untuk memperoleh
pedang milik orang she Bin tersebut!" ia pun kemudian menunjuk kepada Kang Sun
Bang, barulah kemudian berkata lebih jauh.
"Itu adalah Kang Sun Beng, ketua dari Gwa Sam Tong kami. ia telah ditugaskan
ketua kami untuk mendapatkan pedang dan orang Maka kalau besok lusa ia naik
keatas panggung, aku minta kalian mau mengalah terhadapnya. Untuk bantuan kalian
itu nanti partai kami akan membalas budi, Bagaimana pendapat kalian "!"
Dikala Yo Sian menegasi seperti itu, diatas rumah terdengar suara tertawa
dingin, ia kaget sehingga wajahnya itu berobah hebat.
Tidak sedikit orang yang berkumpul ditempat itu, mendengar suara tertawa
tersebut. Sebat luar biasa, Yo Sian mengibaskan tangannya mengebut padam api
penerangan, terus ia melompat keluar dari jendela, disusul oleh yang lain-
lainnya. Tiba diluar, ia terus melompat keatas genting.
Rembulan sudah doyong kebarat, sinarnya mulai guram, tapi diatas genting itu,
orang masih dapat melihat segala apa dengan jelas.
Hanya saja disitu tidak ada seorang lainnya, keadaan sunyi sekali. Heran bukan
main Yo Sian, ia memikir, mungkin juga orang yang telah memperdengarkan
tertawanya itu lihay sekali.
"Hu Pangcu, dapatkah kau melihat sesuatu ?" Tanya Kauw Bin, dari Pak To San. ia
mendampingi Yo Sian bersama2 Gu Beng dari Hoa San Pay serta Lung Kiang dari
Kwan-gwa. Yo Sian menggelengkan kepalanya. "Segala kurcaci, buat apa saudara Yo
melayaninya!" nyeletuk Gu Beng, sambil tertawa dingin. "Tentu dia sudah
melarikan diri cukup jauh! Kalau tidak, biarlah dia merasakan jeriji sakti dari
aku siorang she Gu!"
Belum lagi berhenti suaranya Gu Beng, di ujung bara genting itu terdengar suara
tertawa tadi, hanya kali ini, terdengarnya sangat jelas sekali.
Bagaikan kilat cepatnya, tubuh Gu Beng telah mencelat maju. iapun membentak:
"Tikus busuk, mengapa kau tidak mau memperlihatkan dirimu?"
Dari arah barat itu terlihat sesosok tubuh mencelat memapaki, dibarengi tertawa
dingin dan bentakan: "Kau turunlah!"
Gu Beng kaget sekali, Terpaksa, ia melompat kesamping. Masih dapat ia bersyukur,
karena ia masih dapat lolos dari serangan orang tidak dikenal itu, yang telah
memisahkan dirinya kurang lebih sepuluh tombak, Tapi ia mendongkol.
Dulu, belum pernah ia diserang orang secara demikian, Maka ia segera maju pula.
Akan tetapi dengan cepat orang itu sudah menghilang.
Yo Sian sangat cerdas, segera ia dapat menduganya bahwa ia berada dengan musuh
ditiga penjuru, Maka bersama2 kawannya ia memecah diri, untuk mendekati mereka
itu. Segera ia merasakan bahwa iapun tengah dipermainkan, sebab musuh yang tidak
dikenal itu, bagaikan bayangan, kesana kemari, selalu menyingkir dari kepungan.
Waktu itu diluar rumah terlihat dua sosok bayangan tubuh yang langsing, mereka
bergerak sangat lincah, mereka dipergoki oleh pihak tuan rumah, dan segera
dihadang untuk diserang Mereka tidak takut, terus melakukan perlawanan.
Kedua bayangan itu masing2 memakai topeng hitam,
senjata mereka adalah senjata yang panjang dan lunak, dibawah sinar rembulan
yang guram, senjata mereka itu bergerak-gerak bagaikan ular licin.
Dipihak tuan rumah, empat orang telah rubuh saling susul. Justeru itu, diantara
mereka terdengar teriakan: "Dua orang wanita! Bekuk mereka hidup2."
Kedua orang itu membentak, suara mereka nyaring, mengikuti itu mereka menyerang
dengan terlebih hebat, sehingga mereka tidak dapat dirangsek.
Tapi dengan begitu, mereka tidak dapat merusak kepungan, Sebaliknya, lantas
terlihat gerakan mereka menjadi perlahan.
Diantara pengepung terdapat juga yang mengumpat caci, sehingga suara mereka jadi
berisik sekali. Dikala kedua wanita itu terkurung hebat, mendadak disitu muncul
sesosok bayangan fajar dan dengan cepat orang melihat nyata mukanya yang pucat
dan menakutkan, tidak miripnya muka manusia biasa, seperti muka mayat
hidup, membuat hati semua orang yang melihatnya jadi ciut nyalinya dan kecil
hatinya. Bayangan itu menyerang keras sekali. Dia juga segera dapat merubuhkan tujuh atau
delapan orang lawannya. Melihat bayangan tersebut, kedua wanita itu kaget dan
girang. "Kwang ...." mereka berseru, tapi segera berhenti suara mereka, Tanpa
mereka merasa mereka dihampiri, untuk dibekuk masing2 dengan sebelah tangan
orang itu, untuk dibawa menyingkir.
Cuma dengan beberapa lompatan, mereka sudah hilang dari delapan para pengepung
itu. Kedua wanita itu bukan lain dari Giok Cu dan Lin Eng. Mereka mengetahui
kepergian Kwang Tan bertiga, lantas
mereka menyusul. Jika mereka minta ikut dengan berterang, pasti mereka ditolak.
Mereka sama2 membekal cambuk! Diluar pekarangan, mereka terlihat oleh para
penjaga, mereka dibiarkan lewat. Tapi orang itu segera lari melaporkan kepada
Bin Tian Ong. Gesit kedua gadis itu, mereka dapat mengikuti Kwang Tan bertiga. Mereka heran
mereka tidak menghadapi mengutarakan kecurigaannya pada Giok Cu, Mustahil musuh
tidak mengadakan penjagaan"
waktu tiba di To-san-cung. suatu rintangan, Lin Eng
"Lihat, enci, apa itu?" kata Giok Cu menunjuk, sebelum ia menjawab. Lin Eng
segera menoleh, maka ia melihat dibawah sebatang pohon Yangliu, rebah dua sosok
tubuh manusia. Ketika nona Bin dan nona Siangkoan itu mendekati mereka
memperoleh kenyataan kedua orang itu dalam keadaan
tertotok urat gagunya. Mereka itu rebah tanpa berkutik. Kedua mata mereka dipentang lebar-lebar.
"Pasti dia yang menotoknya!" kata Lin Eng tertawa, "Adikku, mari kita maju
terus, tidak usah kita berkuatir lagi."
Giok Cu menurut, maka itu mereka maju terus. Mereka tiba dipekarangan rumah Kang
In disaat kawanan Ceng Kie Pay itu
Kwang Tan bertiga, yang tengah dibikin pusing oleh
sengaja bergerak2 mirip bayangan, untuk mengacaukan kawanan Bendera Hijau
tersebut. Mereka kena dipergoki dan itu mereka dicegat dan dikepung.
Kewalahan mereka memecahkan kepungan. Kwang Tan telah memancing Yo Sian pergi
jauh, lantas ia lari mutar, guna menemui Tan Go Sun dan Siang Bu, justeru disaat
kedua gadis itu tengah dikurung dan terancam.
Maka ia segera menyerbu kedalam gelanggang, untuk menolongi mereka, sebenarnya
ia mendongkol untuk kesembronoan kedua gadis tersebut, yang menempuh bahaya
tanpa ada perlunya, ia sendiri hanya bermaksud mengacau belaka.
Dicekalnya sigadis oleh Kwang Tan, kedua nona itu tidak mengadakan perlawanan
bahkan mereka membikin kaku tubuh masing2 sehingga gampang sekali mereka dibawa
lari. Segera mereka tiba di tepi sungai, jauh dari rumah Kang In.
-ooo0dw0ooo Jilid 29 "NONA... hati kalian besar sekali!" kata Kwang Tan, setelah melepaskan
cekalannya. "Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana aku dapat
bicara dihadapan orang tua kalian ?"
"Kami datang sendiri, dapatkan kau mencampur tahu tentang kami"!" balik tanya
Lin Eng keras. Si nakal ini membawa kenakalannya, walaupun sesungguhnya seperti Giok Cu,
hatinya senang dibawa berlari2 pemuda itu.
Tanpa merasa Kwang Tan tertawa.
"Benar2 anak ini berandalan." pikirnya kemudian "Apa memang tabiat mereka gemar
mengacau?" Karena itu ia segera ingat betapapun juga, ia masih memiliki tugas
berat dan tidak bisa ia ber cinta2an dulu memikirkan urusan mereka.
"Jika aku tidak mencampurinya, lalu siapakah?" ia menjawab sambil bertanya,
diiringi tertawanya perlahan. Bukannya gusar, Lin Eng malah tertawa lebar.
"Siapa juga tidak berhak mengurus kami" Giok Cu bilang, "Kau juga tidak berhak!"
"Tidak berhak?" tanya sipemuda masgul, "Bagaimana seharusnya baru berhak!"
itu tidak menjawab, sebaliknya mereka Kedua gadis tertawa.
Kwang Tan teringat kepada sesuatu.
Diwaktu itu, Siang Bu dan Tan kewalahan, Setelah berpikir sejenak, ia Go Sun
belum lagi datang menyusul maka sipemuda berkata: "Nona, kalian berdua tunggu
disini, aku ingin menyambut saudara Siang
dan Tan. Jika kalian tidak
pergi dari sini, nanti aku mengajari kalian suatu kebiasaan lainnya, ilmu yang
tinggi, bagaimana, kalian akur"!"
Kedua gadis itu tampaknya sangat girang.
"Benarkah?" tanya mereka cepat, "Baik, janganlah kau salah janji. jika tidak,
jangan salahkan kami!"
"Benar kalian jangan kuatir, aku tidak akan salah janji!" jawab Kwang Tan. Atas
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jawaban itu, Lin Eng tertawa perlahan sekali.
Kwang Tan pun tertawa, tapi ia lantas pergi.
Hati nona Siangkoan tergerak menyaksikan kegesitan pemuda tersebut.
"Dia benar2 gagah luar biasa!" pikirnya. "Entah bagaimana perasaan dia setelah
dia mendapatkan mutiara dan sapuku, Ohhh kau tahu.,.bagaimana aku kagum sekali
kepadamu!" Giok Cu pun berpikir serupa, matanya terus mengawasi, walaupun tubuh orang itu
telah lenyap ditempat gelap.
"Dia hebat sekali, asal saja aku bisa mendapatkan separuh saja kepandaiannya,
tentu aku bisa merantau dan menjagoi dalam dunia Kangouw." Demikian katanya
didalam hatinya. "Semoga harapanku ini tidak kosong !"
Akhirnya berdua mereka menghela napas
Mereka berdiri diam saling mengawasi, Cuma sejenak, mereka tertawa sendirinya.
Lantas mereka duduk ditanah, untuk menantikan sipemuda yang mereka kagumi itu
Waktu Kwang Tan tiba dirumah Kang In, disana Siang Bu dan Tan Go Sun terlihat
tengah dikepung, karena musuh main mencaci, mereka membalasnya memaki.
Ia tidak lantas menyerbu, ia lompat naik kesebatang pohon dipinggir rumah
tersebut, tempat menjemur gandum. Diluar dugaan, diatas pohon itu terdapat
penjahat yang bertugas menjaga. Dia melihat orang datang, segera menyerang.
Syukur Kwang Tan awas, ia mendahului menotok, sehingga orang itu segera berdiam
diri saja, mata dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya bergoyang-goyang mau jatuh.
Jika saja Kwang Tan tidak mengulurkan tangannya mencekal bajunya, tentu dia akan
terguling jatuh, Tapi Kwang Tan tidak memperdulikannya lebih jauh, terus juga
ia menempatkan dirinya disalah satu cabang. ia ingin sekali menyaksikan
kegagahan Siang Bu dan Tan Go Sun.
Segera terdengar kata2 mengejek dari Yo Sian: "sungguh aku tidak menyangka bahwa
tuan-tuan Siang dan Tan yang terkenal diutara, telah datang berkunjung kemari
dengan membawa sikap bangsa kurcaci, jika tuan-tuan berbicara dengan orang-orangku,
pasti nanti aku mengatur barisan untuk menyambut kedatangan kalian!
"Hemmm, Bin Tian Ong mengadakan upacara menutup pedang dan membuka panggung
pertandingan untuk mengikat tali persahabatan, siapa pun dapat datang disana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka perbuatanmu mengacau di To-san-cung
bukanlah maksudnya Bin Taihiap itu!
ini pasti Sekarang kalian bilanglah, apa keinginan kalian aku akan
mengiringinya! Tempatku ini tidak dapat menerima kalian datang dan pergi
sekehendak hati kalian !"
"Orang she Yo, jangan tekebur!" teriak Siang Bu tertawa lebar, "Bukankah To-san-
cun bukan milikmu" Jika aku siorang tua, aku suka datang kemana saja, aku akan
pergi kesitu. Mana dapat kalian merintangi aku" Tentang maksud kedatangan kami
ini, tidak usah aku menjelaskan lagi. Kau tentunya telah mengetahui baik sekali!
"Satu hal ingin aku jelaskan, Khong Su dan lainnya, jumlahnya dua-puluh orang
lebih, yang kalian utus, tidak usah kalian kuatirkan Mereka berada dalam keadaan
baik2 saja di Bin Ke Cung, tengah dilayani oleh kami dengan baik sekali, nanti
setelah beres pertandingan dan selesai pibu diatas luitai, kami akan
menggotongnya keluar.!"
Untuk sejenak Yo Sian melengak. Kata2 Siang Bu berarti orang2nya telah kena
dibekuk ia jadi malu dan gusar. Akan tetapi ia tertawa terbahak-bahak.
"Sahabat baik, kalian mengantarkan diri kalian masuk dalam jaring, maka dari
itu, marilah aku siorang she Yo juga menggiring kalian pergi!" katanya mengejek.
Siang Bu mengerti pertempuran dahsyat tidak dapat dihindarkan lagi. Dan juga
bahwa dirinya tengah terancam bahaya, ia heran mengapa Kwang Tan belum juga
datang. Tan Go Sun mengerti juga bahaya, ia telah mempersiapkan goloknya.
Yo Sian habis sabar. ia mau segera maju, tapi seorang disampingnya telah
mendahuluinya, sambil kata orang itu: "Yo Hu-pangcu, biarlah kali ini aku Lung
Kiang yang menyambutnya!" terus ia maju kedepan Siang Bu, ia memberi hormat
sambil berkata: "Telah lama aku mendengar nama tuan dipeternakan Ghar-har Utara, sekarang kita
bisa bertemu disini, aku girang sekali. Aku Lung Kiang, aku minta sukalah kau
memberikan pelajaranmu..!"
Siang Bu mengawasi orang itu, yang berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia
ingin menduga orang itu mahir tenaga dalamnya, hanya saja ia tidak kenal
padanya, ia tinggal di Kwan-gwa bersama Tan Go Sun, ia tidak kenal orang ini
yang baru menjagoi selama tujuh atau delapan tahun.
Tapi ia membalas hormat, sambil tertawa ia bilang: "Engkaulah tuan rumah, tuan
Lung, silahkan kau yang mulai!"
Lung Kiang menyahuti: "Baiklah!" sambil dia maju terus maju menyerang kedada.
Siang Bu mendongkol atas kesombongan orang, ia menggeser tubuhnya kekiri, dikala
dengan tangan ia menangkis tangan kirinya balas menyerang dengan tipu
silat "Dua Ekor Naga Berebut Mutiara" dua jari tangannya meluncur kearah mata,
inilah gerakan yang membuat ia dapat gelarannya sebagai jago yang memiliki
Tangan Sakti. Lung Kiang bukan main kagetnya, karena ditangkis, tubuhnya kena ditangkis,
tubuhnya kena tertolak, maka atas datangnya serangan kepada matanya, cepat2 dia
berkelit. Tapi ia tidak takut, Kembali ia menyerang lagi. Tetap dengan
tangannya. Kali ini Siang Bu tidak mau memberi hati lagi, ia telah mengetahui baik tenaga
lawannya itu, ia lantas mendahului.
Dengan melompat ia menyerang dengan kedua tangannya.
Itulah pukulan "Sin Liong Tiauw Bwee" atau Naga Sakti Menggoyangkan Ekor. Dengan
mendengarkan suara "Dukkk" maka dada Lung Kiang kena terhajar tubuhnya terus
rubuh terkapar dan tidak bergerak lagi.
Gu Beng lompat menghampiri Lung Kiang, untuk membalik tubuhnya sehingga ia
melihat darah mulai keluar dari mata, hidung, mulut dan telinganya. Yang telah
menjadi setengah mati. Itulah berarti, andaikata ia dapat hidup, Lung Kiang akan ludas ilmu silatnya,
walaupun demikian, ia segera memasukkan sebutir pil kedalam mulut kawannya itu.
Barulah kemudian ia melompat kedepan Siang Bu, untuk mengatakan dengan suara
dingin: "Sungguh Siang Bu merupakan seorang yang liehay! Jika malam ini kau lolos dari
tanganku, aku Gu Beng, bersumpah tidak sudi menjadi manusia lagi.!"
Gu Beng memang merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang cukup menggetarkan
rimba persilatan dengan kepandaiannya yang tinggi dan tangannya yang telengas,
Waktu itu Kwang Tan telah berpikir: "Dengan cara seperti itu, kapan pertempuran
tersebut akan berakhir " Kedua gadis itu tengah menantikan sebentar juga akan
muncul sang fajar, Juga langit akan segera terang
benderang, lebih baik aku perintahkan mereka mundur !"
Pertempuran sementara itu sudah berlangsung, Gu Beng menyerang, Siang Bu
menyambuti. Orang she Gu itu tidak sudi dihina.
Dia merasakan betapa sakit hati kawannya perlu dibalas, ia memang lihay, begitu
ia menyerang seketika ia menyerang dengan hebat sekali.
Sedangkan Siang Bu juga tidak berdiam diri, ia telah melayaninya dengan baik,
Walaupun memang ia merasakan betapa jari tangan lawannya terlalu lihay dan ia
agak terdesak, namun Siang Bu terus juga melayaninya dengan tidak gentar.
Tidak ada niat Kwang Tan untuk menyaksikan lebih lama, ia mengangkat tubuh
korbannya, yang disandarkan dan dibiarkannya rebah diatas pohon, kemudian dia
melemparkannya jauh kepada Gu Beng.
Gu Beng yang sedang menerjang waktu itu jadi terkejut bukan main, sebab
menyambarnya angin yang kuat sekali, dengan segera ia melompat mundur tiga
tindak jauhnya dan matanya dipentang lebar, ia melihat sesosok tubuh
meluncur kearahnya, ia menduga kepada musuh. Ia memapaki dengan kedua tangannya. Tubuh itu kena
dihajar telak sekali. Segera terdengar suara perlahan dari mulut orang itu, yang segera rubuh ketanah,
Baru sekarang, setelah tubuh itu tidak berkutik lagi, Gu Beng mengenali, orang
itu adalah ketua cabang Bendera Hijau bernama Suo Lay, maka dengan sendirinya ia
jadi kaget, sampai ia melengak tertegun ditempatnya.
Justeru waktu itu dari atas pohon terdengar suara siulan yang panjang dan
nyaring, dibarengi melompat turunnya seseorang yang mukanya luar biasa sekali.
Melihat muka orang itu, hati orang tentu akan ciut, karena muka itu mirip muka
malaikat Pek Bu Siang yang bengis dan menakutkan sekali.
Tapi tidak demikian dengan Siang Bu dan Tan Go Sun, mereka bahkan girang bukan
main, karena mereka segera mengenali dan mengetahui orang dibalik topeng itu
tidak lain adalah Kwang Tan sehingga hati mereka jadi lega.
"Siluman apa berani main gila didepan Gu Beng?" Gu Beng telah menegur dengan
bengis, ia bertindak dengan langkah perlahan malah menghampiri Kwang Tan, "Kau
harus mengganti jiwa ketua cabang kami!"
Ia mendongkol dan menyesal berbareng mengaduk-aduk menjadi satu didalam hatinya.
Karena ia tidak menyangka ada musuh bersembunyi diatas pohon itu, malah ia
menyesal, sebab ia harus membinasakan orang sendiri lantaran kesembronoannya.
Karena itu juga, setelah menegur, ia segera maju
menerjang, Tidak usah di jelaskan lagi, bahwa ia telah mempergunakan sepuluh
jari tangannya yang amat lihay sekali dan mempergunakan tenaga sepenuhnya.
Manusia bermuka aneh menakutkan itu tidak mundur, tepat ketika tangan yang kuat
akan mengenai tubuhnya, mendadak tangannya diangkat, dipakai menyambar kelengan.
Gu Beng kaget tidak terhingga, sampai ia berseru tertahan, mulutnya dibuka
lebar, matanya mencilak, dikeningnya segera terlihat peluh keluar berketel-
ketel, ia berdiam saja, tidak bisa bergerak.
Semua orang jadi berdiam diri. semua heran dan kagum, Gu Beng sangat lihay dan
dapat ditundukkan hanya dalam satu gebrakan saja! Benar! Yo Sian tidak
terkecuali heran dan kaget, sampai membuat ia berdiri menjublek.
Sedangkan orang aneh dengan muka yang menyeramkan itu tertawa dingin, "Jadi,
yang bernama Gu Beng adalah engkau"," kata orang bermuka menyeramkan itu. "Aku
mendengar memang ilmumu sangat liehay, bagaimana sekarang "!"
Gu Beng diam saja, mukanya pucat. Ia gusar namun tanpa berdaya, ia ingin bicara,
tapi batal, ia beranggapan percuma saja ia membuka suara. Tadi ia tidak
dibokong, bahkan ia tengah menyerang secara mendadak, setengah membokong.
"Aku tidak sangka sama sekali bahwa Gu Beng yang terkenal akan kegalakannya dan
bengisnya, disamping sangat telengas dan kejam, tidak tahunya sekarang ini tidak
punya guna, hanya merupakan gentong nasi belaka!" mengejek orang aneh itu.
"Tapi aku ingin mengingatkan kepadamu, bahwa baru kali ini kau berbuat kurang
ajar terhadapku. Masih mau aku memberi pengampunan Nah, pergilah kau !"
Ketika cekalan pada nadi tangannya dilepaskan, tanpa ia dapat menahan lagi, Gu
Beng harus membiarkan tubuhnya terhuyung dan rubuh tiga tombak. ia pun mendengar
tulang-tulang dan ototnya pada berbunyi ia jadi kaget sekali.
Itu berarti musnahlah semua kepandaian dan ilmu silatnya, bahwa ia telah menjadi
seorang manusia bercacad, Maka habislah sudah waktu dan kesempatannya untuk
menuntut balas. Tidak ada jalan lain, ia segera ngeloyor pergi meninggalkan
tempat itu! "Mari kita pergi!" kata orang aneh itu kepada Siang Bu dan Tan Go Sun, ia
tertawa, lalu melangkah kepada kedua kawannya itu.
Walaupun bagaimana Yo Sian toh gusar bukan main, sehingga ia jadi berani nekad.
Tidak bisa ia membiarkan orang pergi dengan cara nya seperti itu, Mendadak ia melompat menyerang sambil
berteriak: "Siluman,aku akan mengadu jiwa dengan kau!"
"Kau ingin mencari mampus?" orang aneh itu menegur, tanpa menoleh lagi, terus
juga ia berkelit. Yo Sian menyerang tempat kosong, tangan nya meluncur terus bersama tubuhnya. Dikala begitu,
tubuhnya itu segera ditepuk, sehingga ia ngusruk, membentur pada sebatang pohon
didepannya. Bukan main sakit pada kepalanya itu, rasanya mau pecah, Matanya juga
kabur. "Yo Sian, aku memperingatkan padamu!" kata orang itu bengis, "selanjutnya tidak
dapat kau membiarkan orang2mu main gila lagi Tidak dapat mereka menimbulkan
gara2! jika tidak, hemmm Gu Beng adalah contohnya!"
Setelah berkata, ia segera berjalan pergi, diikuti oleh Siang Bu dan Tan Go Sun.
Dengan memaksakan diri, tampak Yo Sian merayap bangun. Jika tadi ia mendongkol
dan juga amat marah, tetapi sekarang otaknya menjadi dingin, sehingga ia dapat
berpikir lebih baik: "Bin Ke Cung dibela oleh orang2 liehay seperti dia, percumalah seluruh usahaku!
Tidak dapat tidak, harus memberitahukan kepada Pangcu agar pangcu datang sendiri
kemari...!" Karena itu, ia segera perintahkan orangnya melepaskan isyarat tanda urusan
penting. Kwang Tan berjalan terus, sampai ditepi kali, ia tertawa dan berkata
kepada kedua kawannya: "Tan Tiangcu dan Siang Tiangcu, tahukah kalian bahwa
kedua bocah yang nakal telah ikut datang kemari?"
Tan Go Sun kaget, demikian juga Siang Bu.
"Mereka datang "!" serunya, "Ohhh, benar-benar mereka sembrono sekali !" Kwang
Tan menunjuk kedepan, ia tertawa.
"Lihatlah, bukanlah itu mereka ?" tanyanya.
Siang Bu dan Tan Go Sun menoleh. Sekarang dia melihat Lin Eng dan Giok Cu, yang
tengah duduk digili2 sawah dan ber cakap2 riang sambil tertawa-tawa.
"Akh... kedua bocah itu benar-benar nakal sekali!" menggumam Siang Bu.
Setelah berkata begitu, Siang Bu tidak dapat meneruskan perkataannya, ia menoleh
kepada Kwang Tan, untuk katanya, "Kwang Siauwhiap, jika kau tidak datang, pasti
kami berdua akan kehilangan jiwa di To san-cung....!"
Kwang Tan tertawa. "Syukur sang fajar mendatangi, kalau tidak, tidak dapat aku bekerja!" dia bilang
merendahkan diri, "Tan Tiangcu, dan Siang Tiangcu, setelah aku menyaksikan
kepandaian kalian, maka sekarang aku pun ingin sekali sesungguhnya menyaksikan
beberapa macam kepandaian lainnya dari kalian berdua !"
Waktu itu, tampak Lin Eng dan Giok Cu dikagetkan oleh suara tertawa mereka,
segera juga kedua gadis itu telah melompat berdiri dengan lincah.
Kwang Tan mengajak kedua kawannya melintasi sungai,
untuk menghampiri kedua gadis itu, yang sebaliknya juga lari menghampiri mereka.
Segera juga mereka mengawasi sipemuda, tidak memperdulikan pada waktu itu Kwang
Tan memakai topengnya dan tampak menakutkan, bahkan Giok Cu menjadi berani, ia
mengulurkan tangannya untuk
meloloskan topeng itu, sambil ia bilang: "Buat apa memakai topeng ini" Bukan ini
akan membuat orang mati karena ketakutan?"
Kwang Tan meluncurkan tangannya merampas pulang topengnya.
"Nakal! Sungguh nakal!" katanya, tersenyum.
"Ya, anak, kau terlalu nakal!" kata Sian Bu
"Apa yang terlalu nakal?" membantah si gadis, tapinya tertawa.
Siang Bu tertawa, sedangkan Tan Go San tersenyum. Mereka berdua tidak memberikan
komentar lagi, sedangkan Lin Eng telah ikut tertawa. Diwaktu itu, sang fajar
telah mendatangi, Kwang Tan memandang kelangit.
"Mari kita pulang...!" ajaknya, "Bin Cungcu pasti tidak tidur semalaman suntuk!"
Segera juga mereka berlima berangkat meninggalkan tempat itu dengan segera, dan
ketika mereka tiba diperbatasan dimulut kampung, dimana ada beberapa orang
penjaga merpati, kampung, mereka telah melepaskan burung untuk memberitahukan
kepada cungcu mereka akan kedatangan Kwang Tan berlima. Maka setibanya mereka dirumah Bin Tian Ong,
tampak Bin Cungcu bersama Khiam Lo Ang tengah duduk menantikan Memang mereka itu
berdua tidak tidur, mereka terus menunggu.
Waktu itu Giok Cu tampak berduka, ia hampir menangis. Melihat puterinya seperti
itu yang tampaknya harus dikasihani, maka sikap Tian Ong tidak guram seperti
semula, ia gusar karena anaknya itu telah pergi secara diamdiam.
Khiam Lo Ang tertawa dan berkata: "Setelah kita mendapat kabar bahwa kedua bocah
nakal ini pergi, Bin Laote mau segera menyusul sendiri, tapi aku telah dapat
mencegahnya. Karena dengan adanya Kwang Siauwhiap tidak perlu kami berkuatir, Aku juga
mengatakan, tanpa membiarkan
mereka merasakan sedikit kesulitan, mereka tentu tidak akan tahu rasa, Lagi
pula, anak perempuan itu terlahir untuk pihak luar, biarlah mereka dibiasakan
pergi seorang diri. Bukankah jika nanti mereka menikah, mereka tidak dapat
dijagai terus?" Mendengar perkataan Khiam Lo Ang seperti itu, Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa
lebar. Kwang Tan sebaliknya telah berobah wajahnya menjadi bersemu dadu memerah.
ia bilang. "Akh, locianpwe jail sekali..."
Muka Lin Eng pun berobah merah tapi hatinya senang, ia bilang dalam hatinya:
"Tua bangka she Khiam ini memiliki mata yang sangat tajam sekali, cara bagaimana
ia bisa mengetahui bahwa Giok Cu dan
Kwang Siauwhiap" Aku harap saja aku mengagumi sekalian ia bisa usahakan agar kami berdua menuntut
pelajaran silat dari Kwang Siauwhiap..."
Segera juga ia melirik kepada Giok Cu, ia merasakan Giok Cu berperasaan sama
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ia sendiri. Giok Cu pun melirik kepada kawannya, segera mereka sama2 tersenyum, tapi ia
likat, ia mengeluarkan sapunya, untuk menutupi mulutnya.
Tiang Ong tertawa senang hatinya.
"Khiam Laoji, kau gemar bergurau!" katanya, setelah itu ia tanya kepada Siang Bu
dan Tan Go Sun, bagaimana kesudahannya dengan kepergian mereka tadi.
Senang sekali Siang Bu menjelaskan. Dengan gembira dan bernafsu ia menceritakan
pengalaman yang telah dialaminya selama di To san-cung. Dimana Kwang Tan
telah mempertunjukkan kegagahannya.
Selama Siang Bu bercerita, bungah dan bangga hati Lin Eng dan Giok Cu, hampir
tidak hentinya mereka mengawasi Kwang Tan.
"Jika kawanan bangsat itu mau naik dipanggung dengan mempergunakan siasat,"
berkata Khiam Lo Ang, tertawa, "Baiklah, nanti aku naik dan menghajar mereka
terjungkel dari atas panggung!"
"Hebat kau, Khiam Laoji !" kata Tian Ong tertawa, "Orang naik ke panggung untuk
merebut jodoh, tetapi kau hendak menghajar orang !"
"Bukannya begitu, saudara Bin, aku hanya sangat sebal terhadap mereka !"
menyahut Khiam Lo Ang. Pembicaraan mereka terhenti, karena munculnya seorang penjaga yang datang secara
ter gesa2, segera melaporkan bahwa diarah To-san-cung tampak isyarat meluncur
kembang api lima warna. Tian Ong mengundurkan memberi isyarat agar orangnya itu diri. Setelah mana ia berkata sambil
tertawa: "Tidak lebih tidak kurang karena merasa tidak akan ungkulan, mereka
telah meminta bala bantuan! Biarlah, kita boleh menantikan mereka."
Khiam Lo Ang berdiam diri saja, tampaknya ia berpikir keras. Sedangkan Lin Eng
bersama Giok Cu masih menatap kepada Kwang Tan dengan sinar mata yang
memancarkan kekaguman luar biasa. Malah Lin Eng tampaknya agak gelisah, Kwang
Tan dilihatnya begitu tenang.
"Kwang Siauwhiap," sapanya "Bukankah tadi kau menjanjikan kepada kami, akan
mengajarkan sesuatu "!" "Ya, Kwang Siauwhiap, janganlah kau menyangkal!" Giok Cu
pun tertawa, Khiam Lo Ang memandang kepada kedua gadis itu, dia geleng2kan
kepala sambil tertawa. "Ohhh, bocah2 nakal!" katanya kemudian, "kau menyebut2 Siauwhiap, tidakkah itu
berbau asing" Kalian seharusnya menyebut dengan panggilan Kwang Toako! Kalau
tidak, tidak nantinya kalian diajari ilmu silat !"
Belum lagi berhenti suara orang tua itu, ia sudah diserbu kedua gadis tersebut.
"Ohhh! Ohhh !" Khiam Lo Ang tertawa terpingkalpingkal. "Siauwhiap cepat kau
mengajari mereka, nanti tulang-tulang tuaku yang sudah rapuh ini dipatahkan
mereka." Bin Tian Ong segera menegur puterinya, "Anak Cu, jangan kurang ajar!" katanya.
Kedua gadis itu berhenti, muka mereka berobah merah, Kwang Tan segera datang
sama tengah. "Nona, kalian ingin belajar apa?" tanya nya kemudian, sabar dan tenang.
Lin Eng menyingkap naik rambut dikeningnya ia tertawa.
"Aku ingin diajari kepandaianmu yang di perlihatkan ditaman belakang itu, yang
dipakai menangkap tangan Gu Beng seperti ceritanya Tan Locianpwe." ia menyahuti,
"Tentang adik Giok Cu, ia ingin mempelajari apa, kau tanya sendiri saja
kepadanya." Dan Lin Eng tertawa lagi.
"Aku" Aku ingin belajar seperti yang kau minta, encie." kata Giok Cu cepat
dengan gembira dan tertawa.
Waktu itu, keduanya tidak malu-malu lagi, bahkan mereka telah bicara dengan
polos sekali. Kwang Tan tertawa didalam hatinya. "Hemmm, besar sekali hati mereka ini!"
pikirnya, "Kepandaian itu kecuali kakek guru dan juga guruku,
hampir tidak ada yang bisa mempelajari, sedangkan suhengku, Ban Tok Kui juga masih tidak bisa
mempelajarinya !" Segera juga Kwang Tan bilang: "Aku telah memberikan janjiku,
tidak nantinya aku menyangkal! Tentang kedua macam ilmu kepandaian yang kalian
minta itu, aku mau mengajarinya, hanya itu sulit sekali, kecuali waktunya lama, sampai lima tahun,
juga setelah dapat dipahami orang masih harus berlatih terus, tidak dapat dia
tidak segera keluar pintu.
Maka aku melihat, lebih baik begini saja. Lebih dulu aku akan mengajari pokoknya
pelajaran, yang dapat segera digunakan Bagaimana" Apakah kalian setuju "!"
Kedua gadis itu mempercayai keterangan itu, mendengar waktunya sampai lima
tahun, mereka mengulur keluar lidah mereka.
"Baik!" kata Lin Eng. "sekarang kau mengajari aku apa saja yang kau rasa baik!
Asal nanti kau jangan melupakan janjimu akan mengajarkan kami juga kedua macam
ilmu itu!" Kwang Tan tertawa. "Pelajaran ini tidak dapat didengar oleh telinga yang keenam, maka marilah
kalian ikut aku !" katanya, yang mengajak kedua gadis itu pergi ketaman, ia pun
segera meminta diri kepada Bin Tian Ong dan semua yang lainnya.
Orang2 tua itu mengawasi sampai sipemuda lenyap, barulah Siang Bu menggeleng2
dan berkata: "Semalaman suntuk kita tidak tidur, sekarang masih ada waktu satu
jam, mari kita beristirahat dulu !"
Tian Ong semuanya akur dan setuju dengan usul dari sahabat mereka yang seorang
itu, mereka segera mengundurkan diri.
Setengah jam kemudian, dari luar Bin Ke Cung datang isyarat beruntun2 tentang
mulai berdatangan sekalian tamu, maka Tian Ong mengatur penyambutan terhadap
mereka. Siang Bu dan Tan Go Sun terus beristirahat, sedangkan Kwang Tan setibanya dari
taman, ia mulai merebahkan dirinya dipembaringannya. ia merasa kesepian,
sehingga lantas ia teringat akan tugasnya sendiri, buat pergi kekota raja guna
melakukan penyelidikan disana, juga teringat kepada pasukan Bengkauw, yang pasti
tengah bertempur dengan semangat tinggi menghadapi pasukan kerajaan.
Sekarang ia telah berada di Bin Ke Cung, tentu saja Kwang Tan menyadari, ia
tidak boleh berlama2 berada disini, ia harus segera menyelesaikan persoalan Bin
Tian Ong, kemudian melanjutkan perjalanannya lagi, untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan Thio Bu Kie.
Juga mengenai kedua gadis yang sama cantik dan menariknya itu, yang memang
sangat mengagumkannya, ia belum lagi ingin terikat membuat ia ragu2 dalam
diberikan Thio Bu Kie. dengan mereka, sebab akan
melaksanakan tugasnya yang Karena itu, ia memutuskan diwaktu-waktu mendatang
menjauhi sedikit dari gadis itu, membatasi hubungan mereka, agar tidak terlalu
dekat. Ia menghela napas, membuka pintu kamarnya untuk memanggil pelayan, meminta
kertas dan alat tulis. Maka dilain saat, ia telah menulis syair dalam mana ia
melukiskan rasa hatinya tentang cita2nya yang belum terwujudkan. Tulisannya pun
indah sekali. Waktu Kwang Tan memanggil pelayan, Siang Bu dan Tan Go Sun mendengarnya, mereka
bangun dari pembaringan untuk menghampiri,
menyaksikan sipemuda itu menulis
sehingga mereka syairnya cepat dan indah, Mereka telah dapat membacanya: Pedang ditangan kanan,
Pit ditangan kiri, Berjuang untuk kepentingan rakyat,
Darah mengucur tidak perduli !
Membela keadilan dan kemakmuran rakyat
Siapa menghadang. Tabas membelah awan, Siapa yang membendung, Terjang dengan pertaruhan jiwa !
Oh, betapa indah dan menakjubkan,
Tanah airku yang terinjak-injak !
Betapapun juga, Kelainan harus dienyahkan !
Rakyat akan hidup penuh senyum bermekaran !
"Hebat !" memuji Tan Go Sun sambil menghela napas, karena kagumnya, ia tahu,
itulah semangat berjuang Kwang Tan, sebagai salah seorang anggota Bengkauw, yang
kini tengah melakukan perjuangan yang gigih. Betapa gagah bunyi syair Kwang Tan.
"Aku tidak menyangka menyimpan diri demikian bahwa Siauwhiap dapat rupa. Sudah
ilmu silatnya memang lihay luar biasa, ilmu suratnya pun demikian mahir, sungguh
sukar dicari orang sehebat engkau !"
"Jiwi mentertawakan saja !" kata Kwang Tan tersenyum, "Aku hanya mempelajari
ilmu bersyair dan menulis indah, sedangkan tulisanku ini lugat-legot seperti
juga cacing, mana bagus untuk dipandang"!"
Waktu itu terdengar suara langkah kaki dilantai loteng, segera terlihat
munculnya Lin Eng dan Giok Cu menolak pintu, melangkah masuk. Segera juga sinona
Siangkoan dan nona Giok Cu melihat syair yang terletak diatas meja. Malah, Lin Eng segera
mengambilnya. "Ini untuk aku!" katanya, "Kau dapat menulis yang lainnya lagi!"
Giok Cu berdiam diri saja, ia bimbang untuk ikut bicara, hanya mukanya yang
berobah. "Itulah tidak berarti!" berkata Kwang Tan tertawa, "Biar lain kali aku
menulis lagi. Sekarang aku hendak bertanya pada kalian, bagaimana dengan latihan
kalian?" "Kami ingat semua!" menyahuti Giok Cu tertawa, "Cuma kata enci Siangkoan, kau
masih menyembunyikan sesuatu !"
Kwang Tan memandang dengan mata terbuka lebar mengawasi kedua gadis itu.
Lin Eng tertawa. "Kau... kau...!" katanya ragu2 diantara tertawanya, namun
akhirnya ia menemukan perkataannya: "Kau hanya mengajari kami ilmu cambuk, ilmu
kelincahan, tapi ilmu pedang masih dihutang."
Mendengar itu, Siang Bu tertawa bergelak2 "Lihatlah, Kwang Siauwhiap!" dia
bilang "Kedua bocah ini tamak sekali dan tidak kenal puas! Menurut aku, kau
seharusnya membongkar kopermu sampai terlihat dasarnya, jika tidak, tidak
nantinya mereka akan mau sudah."
Kwang Tan memang mengetahui Lin Eng nakal sekali, hanya kenakalan yang menarik
hati. ia ingin mengujinya. "Sudah! Sudah!" katanya sesaat kemudian, "Aku memang
tahu kalian hendak melibat aku. Untuk belajar ilmu silat, kita harus menunggu
sampai sebentar malam, Bagaimana, kalian puas sekarang ?"
Kedua orang gadis nakal itu saling mengawasi, mereka tertawa sambil menutup
mulut mereka! Tampaknya mereka memang puas.
Sementara itu terdengarlah suara lonceng dari seluruh Bin Ke Cung, menandakan
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Siang Bu terkejut. "Celaka!" dia berseru nyaring, "Jangan-jangan ada orang liehay, yang tidak
memakai aturan, yang menyerbu masuk, Siauwhiap mari kita pergi melihatnya!"
Tanpa memberikan jawaban lagi, Kwang Tan menurut. Maka berlima mereka lari
keluar. Mereka tidak turun lagi di tangga loteng, hanya masing-masing terus
lompat naik kegenting, untuk memotong jalan ketetarap timur.
Kwang Tan melesat paling dulu, segera ia melihat beberapa orang berlompatan
diujung tembok, Sekelebatan saja, bagaikan bayangan mereka itu lewat. Tidak
jelas muka mereka, tapi terlihat mereka bukannya masuk dari satu tempat, ia
segera mengetahui ada orang menyusup kedalam taman belakang.
Segera juga ia mengenakan topengnya, dari mulutnya terdengar suara tertawa
mengejek. Siang Bu berempat mendengar suara tertawa mengejek dari Kwang Tan,
maka segera juga mereka menduga bahwa tentunya sipemuda memiliki maksud
tertentu, sebab topengnya pun telah dipakainya.
"Siauwhiap, kau mencurigai sesuatu?" tanya Siang Bu kemudian, Perlahan.
Pemuda itu mengangguk. "Aku belum pasti," sahut Kwang Tan, "silahkan tiangcu berempat pergi kedepan,
aku akan menyusulnya." "Tidak, mana boleh begitu, aku bersama adik Giok Cu ingin
ikut bersama kau!" kata Lin Eng, yang memonyongkan mulutnya, Keluarlah sikap
manja atau kepalannya itu.
Kwang Tan tidak sempat melayani gadis tersebut.
"Baik!" katanya, cepat dan singkat, tubuh nya segera bergerak.
Lin Eng dan Giok Cu mengikuti, Siang Bu dan Tan Go Sun langsung menuju kedepan,
ketatarap Timur. Kwang Tan bergerak sangat gesit, dalam singkat ia telah
meninggalkan kedua gadis itu sehingga mereka tidak melihat lagi bayangan Kwang
Tan, Sampai mereka sambil
mengawasi dengan muka merah dan bingung. Sebab segera juga merekapun mendapatkan
kenyataan ditempat penjagaan ada orang yang rebah disana sini.
"Adik, cepat." Lin Eng berseru, "Kita telah terlambat!" Berdua mereka menuju
kekamar batu dimana Khong Su, Souw Cit Lan bersama kawan-kawan mereka ditahan.
Mereka melihat pintu kamar telah terpentang. Didepan pintu Souw Cit Ling semua,
Hanya saja, Khong Su seorang yang tampak menyender ditembok.
Matanya melotot. Teranglah, menolongi mereka, tapi mereka Kwang Tan. Lantas
mereka semua ditotok. Kalau tidak begitu, pasti mereka berhasil angkat kaki dari tempat itu, Hanya
saja, sebab mereka pasti tidak dapat dibebaskan oleh orang lain, maka mereka
sengaja ditinggalkan saja disitu.
Kedua gadis itu penasaran, mereka mencarinya. Benar saja, disitu tidak ada musuh
seorangpun juga, Apa yang mereda temukan adalah Tan Kie dan Tan Hong berdua,
serta dua orang tamu lainnya, yang mulutnya terpentang, matanya terbuka, agaknya
mereka tengah sangat menderita jelas mereka sudah dirubuhkan musuh.
"Bagaimana ini "." Lin Eng segera menegur Khong Su, bengis sikapnya.
Khong Su tidak bisa menjawab, karena dia ketakutan, mukanya juga meringis.
"Disini, nona?" mendadak Lin Eng mendengar jawaban dari sebelah belakangnya,
sehingga ia terkejut. Suara itu perlahan, tapi tajam untuk telinganya, suatu
tanda dari tenaga dalam yang liehay, ia segera memutar tubuh, demikian pula
halnya dengan Giok Cu. orang datang untuk telah dapat dirintangi Mereka lantas melihat dua tembok lebih didepan mereka, tiga orang berdiri
berbaris. Orang yang paling kiri bertubuh tinggi besar, mukanya melihat, selain
sepasang berewokan, sehingga mereka matanya yang bersinar tajam
bagaikan api menyala, maka seluruh muka orang itu penuh dengan bulu dan
jenggotnya, ia mengenakan jubah biru yang kebesaran.
Dua yang lain berpakaian seperti imam, memakai jubah dan kopiah, muka mereka
bersih dengan kumis dan jenggotnya yang panjang terpecah menjadi tiga dan
dipunggung masing2 tergemblok sebatang pedang. Yang
beda antara kedua imam ini ialah yang seorang ada bekas luka dipipinya.
Melihat orang yang wajahnya bengis seperti itu, Lin Eng terkejut bukan main. ia
tahu orang itu tentunya Bun Siu Ie, orang tua aneh dari Thian-san, yang
kedudukannya didalam rimba persilatan sangat disegani dan dihormati, karena kepandaiannya
yang tinggi. Ia pun mengetuai tiga belas jago-jago sesat yang ilmu silatnya umumnya tinggi
dan hebat, Sehingga dapat dibayangkan bahwa orang ini tentunya memang tangguh
sekali. Hanya saja, biasanya ia hanya bergerak disekitar Thian-san, di Kamsok,
Su Coan dan Laiam, tiga propinsi, tapi sekarang ini ia mendadak muncul di Bin Ke
Cung, mungkinkah orang undangan partai Bendera Hijau "!
Tentang kedua imam itu, mereka adalah Im Yang Siang Kiam, sepasang pedang Dingin
dan Panas, itulah It Hui dan It Siu, Mereka biasanya berada berduaan, tidak
perduli mereka berada dimana saja mereka tidak pernah berpisahan, dan dalam
pertempuran pun saja, mereka berdua tinggi ilmu pedangnya, lihay totokannya,
yang berdasarkan ilmu menotok kelas satu.
Mereka lihaynya benar2 sangat menggetarkan rimba persilatan, Justeru mereka
adalah suheng dari Gu Beng, yang seluruh ilmunya telah dimusnahkan oleh Kwang
Tan beberapa saat yang lalu.
Nama mereka pun merupakan jaminan buat orang2 yang mempergunakan untuk
menggertak lawan, membuktikan bahwa berapapun juga memang kepandaian dari kedua
imam itu sangat liehay sekali.
Setiap kali turun sekali, tidak pernah
tetap hidup. Dikala Siangkoan Lin Eng berpikir, Giok Cu bahkan menjadi gusar sekali, ia belum
pernah terjun ke dalam dunia persilatan, dia tidak kenal siapa ketiga orang itu.
"Siapa kalian "!" tegurnya dengan suara yang galak, "Mengapa kalian bertiga
lancang memasuki rumahku ini "!" "Siluman wanita, kau tentunya anaknya Bin Tian
Ong!" kata Bun Siu Ie dengan mata nya memancarkan sinar sangat tajam dan tertawa
dingin. "Namaku siorang tua, tidak apa jika orang tidak menanyakannya. Tapi jika saja
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau menyebutnya, pasti kau akan mati karenanya! Baiklah kau beritahukan
kepadaku, di mana orang yang di To san-cung telah mencelakai Gu Beng "!"
Dia berdiam sejenak, kemudian berkata lagi: "Aku tidak mau melakukan sesuatu
yang keterlaluan, mau aku memberi ampun kepada jiwa kalian berdua !"
Giok Cu tambah gusar, ia sampai memandang dengan muka merah padam, iapun bilang
dengan suara dan sikap menantang: "Kau mau mencari orang itu, bukan " Baiklah !
tangan, merekapun sangat telengas mereka membiarkan lawan mereka Kau menangkan
dulu cambuk ditanganku, barulah nonamu mau memberitahukan !"
Kata2 itu ditutup dengan gerakan tangan, sehingga ujung cambuk menyambar pundak
orang bermuka bengis itu. "Setan cilik, kau cari mampus!" tertawa Bun Siu Ie
dengan suara menyeramkan, segera juga ia mengangkat tangannya yang besar dan
lebar untuk menangkap cambuk, akan tetapi aneh, cambuk itu lolos dari
sambarannya, lalu kembali menyambar, ke pundaknya juga!
Bun Siu Ie jadi heran, mau atau tidak ia berkelit, sambil
berkelit begitu, tangannya menyambar lagi, Tapi sekali lagi ujung cambuk lolos,
sekarang ujung itu menyambar kearah ke kepala!
Bukan main herannya Bun Siu Ie, inilah tidak pernah disangkanya sama sekali, ia
tidak mengerti, kenapa ia selalu gagal menangkap cambuk itu.
Juga It Hui dan It Sui, mereka telah menyaksikan semuanya, mereka jadi ikut
heran, Karena mereka sudah berpengalaman tapi belum pernah mereka menemukan ilmu
silat cambuk yang selincah itu.
Bun Siu Ie jadi penasaran, setelah berkelit ia merangsek maju, kedua tangannya
dimajukan secara cepat. Dengan mendesak demikian ia yakin kali ini ia berhasil
menangkap cambuk sigadis, namun tetap untuk sekian kalinya terus menerus, ia
membuatnya lolos lagi! Bukan main malunya jago itu. Bukankah disitu ada Im Yang Siang-kiam" Maka ia
merangsek pula. Sekarang Giok Cu tidak dapat berlaku lincah lagi seperti semula,
ia merasakan sambaran-sambaran hawa dingin, yang membuatnya kurang leluasa
bergerak. Dengan terpaksa sekali ia jadi terdesak mundur, langkah kakinya jadi tidak wajar
pula. Serangan Bun Siu It ialah serangan "Touw Kut Han Hong Ciang", itulah hawa
dingin yang dapat meresap ketulang-tulang. Maka kagetlah Giok Cu, ia segera
mempergunakan akal ialah ia menyerang dengan sekalian
melepaskan cekalannya, sehingga cambuknya meluncur pada lawannya cepat sekali.
Bun Siu membiarkan Ie jadi terkejut, Tentu saja ia tidak dapat matanya dibikin buta oleh
ujung cambuk, Maka ia menyambar, Kali ini ia berhasil. Terus cambuk itu dilempar
ke-samping. Dilain pihak, serangannya tidak ditunda, ia mendesak terus, ia hanya merasa
heran untuk ketangguhan sigadis. Belum pernah ia menemui lawan yang sanggup
bertahan lebih dari sepuluh jurus untuk runtunan serangan nya yang
berhawa dingin itu, akibat ilmu Touw Kut Han Hong Ciang Pukulan Tangan Dingin.
Ia pasti memang tidak mengetahuinya, sebabnya ialah Giok Cu telah memperoleh
pimpinan dan petunjuk Kwang Tan, sehingga dalam waktu yang begitu singkat, nona
Bin telah memperoleh kemajuan pesat, ilmu yang diajari Kwang Tan juga ilmu yang
memiliki gerakan dan langkah kaki yang aneh.
Setelah melepaskan cambuknya, hal mana membuat Bun Siu Ie berayal juga sedikit,
karena ia harus menangkap cambuk dan melemparkannya, Giok Cu terus bersilat
dengan langkah kaki Kiu Kiong Ceng Hoan Im Yang Pau yang baru saja ia pelajari,
sedangkan tangannya memainkan gerakan Pat Kiu Leng Long Ciu Hoat, juga pelajaran
baru yang diterimanya dari Kwang Tan.
Perlawanan seperti itu membikin Bun Siu ie jadi tambah heran terutama sekali
sebab ia telah serangannya. Biasanya lawan bagaimana memperhebat
tangguh juga, dalam jarak sepuluh tombak. sukar lolos dari pukulannya yaitu
pukulan Tangan Dingin itu.
Untuk menyerang gadis itu, ia baru mempergunakan lima bagian tenaganya, toh ia
heran sekali, Setiap akan kena diserang tubuh sigadis berkelit lincah, dan
berkelebat bebas. Sigadis bergerak kekiri atau kekanan, atau juga sebaliknya, mendadak dia berada
dibelakangnya, Setiap ada kesempatan, dia membalas menyerang, antara dengan
totokan. Atau tangannya bermaksud di tangkap sigadis, Saking cepat bergeraknya gadis itu,
ia merasakan matanya kabur, Pernah ia ditotok pundaknya, segera ia merasakan
pundak itu kesemutan, ia tangguh, ia tidak dapat ditotok sampai roboh.
Lin Eng menyaksikan kawannya bertempur seperti itu, mulanya ia berkuatir juga,
lalu kemudian dapat ia menetapkan hati2. Diam-diam ia bersyukur kepada Kwang
Tan, yang memberikan pelajaran kepada mereka, sehingga sekarang Giok Cu menjadi
lihay. Disamping itu, sering2 ia melirik kepada Im Yang Siang Kiam, ia melihat wajah
orang itu memperlihatkan sikap kaget dan heran, mungkin berkuatir.
Karena itu ia segera melompat ke-depan mereka, sambil tertawa ia bilang: "Im-
Yang Siang Kiam, dari berdiam saja, bagaimana jika nonamu belajar kenal dengan
kalian"!" Muka It Hui tojin dan It Siu lojin berobah.
"Jika nona ingin belajar kenal, hunuslah pedangmu?" sahut It Hui tojin, ia
mendongkol untuk kesombongan sigadis, yang terang tidak memandang mata kepada
mereka berdua. Iapun segera menghunus pedangnya Waktu ia mengibaskan pedang itu,
mengeluarkan sinar yang berkelebat menyilaukan mata.
Lin Eng mundur tiga tindak, ia tertawa kembali.
"Katanya Im Yang Siang Kiam biasanya maju berdua, tidak pernah terdengar majunya
sendiri saja: Mungkinkah Totiang berdua tidak sudi memberikan pengajaran
kepadaku?" tanyanya, berani dan menantang.
Itulah suatu ejekan. It Sui menjadi gusar sekali, maka ia pun menghunus
pedangnya. "It Hui, mari kita bekuk setan celaka itu." katanya sengit bukan main, Terus
juga ia memaki si gadis. "Belum tentu!" kata Lin Eng tertawa mengejek, pedangnya
siap sedia ditangannya, "Kalian majulah! Apakah kalian menghendaki nonamu
mengalah tiga jurus?"
Tidak dapat Im Yang Siang Kiam menahan diri, berbareng mereka melompat maju
untuk terus menyerang, masing2 dikiri dan kanan.
Lin Eng tertawa, ia melangkah dengan Kiu Kiong Ceng Hoan In Yang Pouw seperti
yang dilakukan oleh Giok Cu,
maka sekejap saja, ia sudah bebas dari serangan pedang sepasang lawannya itu,
menyusul mana, ia membalas menyerang dengan tipu silat "Liong Yauw le Yan" atau
"Naga Melompat Disarangnya".
Pedangnya itu menyambar dari bawah kearah atas, dengan berani ia
membenturkan kedua pedang lawan dengan pedangnya, sehingga senjata ke dua pihak
beradu keras dan suaranya sangat nyaring sekali. It Hui dan It Siu terkejut.
Bentrokan itu membuat pedang mereka hampir terlepas dari cekalan tangan masing2.
mereka pun sampai mundur setindak kebelakang.
Lin Eng pun heran berbareng girang, ia mempergunakan satu jurus dari Pat Kiu
Leng Long Biu Hoat, ia tidak sangka akibatnya demikian rupa baik buat dirinya.
Oleh karena itu, dalam gembiranya, karena mendapat hati, ia segera juga
mengulangi serangannya, mendesak dengan tiga serangan berantai.
Hati Im Yang Siang Kiam berdebar. Mereka terkenal terutama untuk ilmu silat
pedang bersatu padu, jarang mereka memperoleh tandingan, tapi sekarang mereka
telah dibikin sibuk oleh seorang gadis tidak dikenal.
Dari heran, mereka berbalik menjadi gusar, Dengan satu isyarat, mereka maju
serentak, untuk memecah desakan gadis itu, buat mereka berbalik merangsek maju
mendesak sigadis. Lin Eng telah tertawa dingin, ia tabah sekali, tidak mau membiarkan dirinya kena
didesak. Kembali seperti Giok Cu, menunjukkan juga kelincahannya, selalu
berkelit dari berbagai tikaman dahsyat kedua orang imam itu, ia juga setiap kali
membalas menikam atau menotok.
Ketika itu, dengan lewatnya waktu, Tan Kie dan Tan Hong berdua telah ditolongi
seseorang, sehingga mereka bebas dari totokan, setelah mana mereka berdiri
menonton sepuluh tombak diluar kalangan pertempuran mereka berdiri terpaku
ditempati karena kagum melihat Giok Cu dan Lin Eng dapat bersilat begitu hebat.
Malah mereka yakin, ilmu silat yang tengah dipergunakan oleh Lin Eng dan Giok Cu
merupakan kepandaian yang berada diatas kepandaian mereka berdua.
Diam-diam Tan Kie dan Tan Hong merasa malu, karena kepandaian mereka berada di
bawah kepandaian kedua gadis itu.
Dirombongan pertama, Bun Siu Ie tampak telah menghabiskan puluhan jurus, belum
juga ia memperoleh kemenangan, ia heran bukan main. Belum pernah ia menghadapi
lawan begini licin, ia malu sendirinya, sebab sebagai seorang ternama, ia harus
melayani seorang gadis demikian lama, jangan kata tubuhnya, ujung baju sigadis saja tidak pernah
tersentuh sedikitpun atau hanya untuk satu kali saja.
Kumis dan berewokannya menjadi bangun berdiri saking murkanya, Telah
dipergunakan seluruhnya Touw Kut Han Hong Ciang, sehingga kalau ia berada dekat
pohon, ia membikin cabang-cabangnya pada patah !
Masih Giok Cu mengandalkan Kiu Kiong Cang Hoan Im Yang Pou, senantiasa ia
membebaskan diri dari setiap
serangan jago tua itu, cuma saja lama-lama ia jadi bermandikan keringat, itulah disebabkan
kepandaiannya itu baru saja diperoleh, latihannya pun belum lagi berarti. Juga
demikian dengan Lin Eng yang bercacad pada latihannya, hanya saja ia memang
menang sedikit dari Giok Cu, sebab ia memiliki tenaga dalam lebih mahir, dengan
begitu ia dapat bertahan lebih lama.
Setelah pertempuran dua rombongan itu berjalan sekian lama, se-konyong2
terdengar siulan aneh dari atas sebuah pohon besar diarah barat gelanggang itu,
jernih dan panjang siulam itu.
Menyusul dengan mana berkelebatan sesosok bayangan orang, berkelebat menghampiri
mereka. Bertiga Bun Siu Ie, Im Yang Siang kiam, yaitu Siu tojin dan It Hui
tojin, mereka terkejut. Hanya dengan mendengar saja suara siulan itu, mereka
sudah mengetahui lihaynya tenaga dalam dari orang yang tengah mendatangi itu.
Terpaksa mereka melompat keluar kalangan untuk mengawasi orang itu. Segera juga
mereka jadi kaget, Didepan mereka berdiri seorang dengan pakaian hitam yang
mukanya pucat pasi, seperti muka mayat, sedang dari leher kebawah, warna
kulitnya itu lain, Tidak dapat
dipastikan orang mengenakan topeng atau bukan.
Yang jelas ialah disamping wajahnya menakutkan, kedua matanya sangat tajam
berpengaruh sekali, Seperti juga mayat hidup saja orang yang baru datang ini.
Sebaliknya, kedua gadis itu, Lio Eng dan Giok Cu, waktu melihat si mayat hidup
tersebut mereka bukannya takut, malah mereka sangat girang sekali, saling
bersenyum. Mereka mengundurkan diri, berdiri didekat Tan Kie dan Tan Hong beramai, Dengan
mata masing-masing mereka
mengawasi simayat hidup itu, yang diketahuinya adalah Kwang Tan, yang mereka
sangat kenal sekali, dan kagumi.
Sebenarnya Kwang Tan tiba disitu disaat Giok Cu mulai bertempur dengan Bun Siu
Ie, tapi ia ingin menyaksikan perlawanan sigadis, maka ia menyembunyikan diri.
Demikian ia melihat nona Bin mempergunakan baik sekali ilmu silat ajarannya,
sehingga membuat jago tua itu menjadi gusar sekali. Diam2 Kwang Tan girang.
Setelah ia menolongi Tan Kie dan Tan Hong, juga kedua orang tamu, Keempat orang
ditotok bebas dengan ilmu totok dari jarak jauh, yang bernama Leng Khong Kay
Hoat, pembebasan "Kumpul Di Udara"!
Empat orang itu heran atas bebasnya mereka dari totokan, sebab percobaan mereka
sendiri sia-sia belaka, Karena mereka tidak memperoleh jawabannya, terpaksa
mereka lantas berdiri menonton.
Khong Su pun heran, sehingga dia bengong saja. Kemudian Kwang Tan menyaksikan
juga perlawanan Lin Eng. iapun girang, ia kagum terhadap kedua gadis itu, yang
bisa belajar dengan cepat.
Adalah kemudian, setelah melihat kedua gadis itu letih, ia memperdengarkan suara
siulannya, sambil melompat turun dari tempatnya bersembunyi.
"Bukankah tuan yang tadi malam melukai adik seperguruan kami, yaitu Gu Beng?"
tanya Im Yang Siang Kiam serentak, "Bukankah adik seperguruan kami itu tidak
bermusuhan dengan tuan, mengapa tuan demikian telengas telah membuatnya bercacad
seumur hidupnya" Kenapa?"
"Hemmm!" Kwang Tan mendengus dingin "Adik seperguraan kalian itu terkenal sangat
jahat diseluruh jagat, aku mewakili Thian untuk menjatuhi hukuman padanya
menjalankan keadilan, apakah salahnya" Bahwa jiwanya masih tetap ditinggal biar
hidup, tandanya aku masih memandang terhadapnya" Mengapa kalian berdua hendak
membelai dia?" Dingin sekali suara Kwang Tan waktu ia bertanya seperti itu, matanya juga
memancarkan sinar yang sangat tajam, sehingga gentar juga Im Yang Siang Kiam,
hati mereka tergetar. It Hui dan It Sui tidak menjawab, sebaliknya dengan mendadak mereka melompat
menyerang, setelah lebih dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menetapkan hati mereka yang tergoncang, itulah disebabkan mereka telah
memperoleh keterangan dari Yo Sian bahwa musuh mereka sangat lihay.
Mereka pun mempergunakan ilmu silat pedang yang bernama To Hoan Im Yang Ngo Heng
Kiam, atau ilmu pedang "Im Yang dan Ngo Heng yang jungkir Balik".
Ilmu pedang tersebut dapat bekerja sama antara It Hui dan It Sui. Beraneka ragam
juga serangannya benar2 dapat merupakan gertakan atau sebaliknya, atau yang satu
menyusul yang lain. Dengan ilmu pedang mereka ini, entah sudah berapa banyak
jago rimba persilatan yang mereka rubuhkan.
Kwang Tan melihat bagaimana ilmu pedang kedua lawannya itu tidak memakai aturan
tertentu, ia melayani dengan langkah Hian Thian Cit Seng Poa maka sekejap saja,
ia lolos dari kepungan, ia berkata nyaring: "sungguh
hebat Im Yang Siang Kiam yang kenamaan, belum apa2 sudah lantas mendesak lawan!
Apakah ini dia kepandaian istimewa dari kalian."
Sedangkan didalam hati Kwang Tan berpikir, jika diperlukan, karena mengingat
bahwa bukanlah tojin baik2, maka ia ingin
Pukulan Gunturnya untuk merubuhkan
kedua tojin ini mempergunakan kedua lawannya
tersebut. Waktu itu muka It Hui dan It Sui berubah merah, mereka heran lawan dapat lolos
demikian licin. "Bu liang Siu Hud" It Hui memuji. "Karena ingin menyaksikan kepandaian tuan,
maka kami sengaja lantas mengepung ! Kalau demikian, silahkan tuan menghunus
senjatamu." ia telah menantang.
Kwang Tan tertawa. "Sudah banyak tahun aku tidak mempergunakan lagi senjata, Baiklah, aku melayani
kalian bermain-main dengan tangan kosong !" itulah jawaban yang diberikan Kwang
Tan. Memperoleh jawaban seperti itu, bukan hanya Im Yang Siang Kiam belaka yang jadi
heran, sehingga mereka mengawasi dengan mata terbuka lebar, tetapi juga Bun Siu
Ie dan yang lainnya, mereka tidak mengerti terhadap sikap sipemuda ini, yang
dianggapnya sebagai sikap terlalu tekebur.
Im Yang Siang Kiam tidak berlaku ayal lagi, keduanya segera maju menyerang,
bukan main penasaran hati mereka, disamping juga amat marah.
Kwang Tan juga tidak menahan harga pula, kembali ia bertindak dengan Hian Thian
Ciang Pou, ia senang mempergunakan ilmu kelincahan ini, sebab tadi ia girang
menyaksikan Lin Eng dan Giok Cu mempergunakan secara baik, ia tidak mau
sembarangan memperlihatkan ilmu pukulan Gunturnya.
Dari itu, ia mempergunakan jurus-jurus dari Bie Lek Sin Kang dan Hian Wan Sip
Pat Kay. It Hui dan It Sui segera bertempur dengan hati yang diliputi keheranan
mereka mencoba lawannya dengan mempergunakan jurus2 andalan mereka, lawan mereka
selalu dapat lolos secara luar biasa sekali diluar dugaan.
yang sangat dan gentar, Sia2 belaka menikam atau membacok menabas
Kwang Tan sebaliknya beberapa kali bersuara. "Hemmm," dan bersenyum.
Dalam belasan jurus, yang berjalan cepat sekali, tidak satu kali juga Im Yang
Siang Kiam berhasil menyentuh tubuh mereka. Maka setelah itu mereka merobah
siasat, dari menyerang, mereka membela diri, menjadi ciut sendirinya hati mereka
dan bergelisah, karena mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung
terus, niscaya mereka akan bercelaka ditangan manusia yang mukanya seperti mayat
hidup itu. Setelah melayani sekian lama, sehingga ia mengerti baik cara bersilat musuh2nya
itu, Kwan Tan tiba2 tertawa panjang dan tangannya dikibaskan sebat sekali. Untuk
itu segera juga terdengar dua kali suara jeritan, disusul pula dengan tubuh Im
Yang Siang Kiam terpental mundur
beberapa tombak, tampak juga dengan segera, muka mereka pucat pias, peluh
mengucur, sebaliknya ditangan Kwang Tan tampak dua batang pedang, yang
berkilauan dicahaya matahari pagi.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
It Hui dan It Siu tahu-tahu merasakan tangan mereka disambar, lalu dilempar,
sehingga tubuh mereka terlempar dan pedang mereka terlepas. Mereka tidak
mengetahui bahwa Kwang Tan telah mempergunakan jurus "Jit-Goat Jit-Hoa" atau
"Matahari dan Rembulan Berpelukan" suatu jurus yang sangat lihay dari Hian Wan
Sip Pat Kay. Juga Bun Siu Ie yang lihay tidak dapat melihat kegesitan si mayat hidup, ia cuma
merasa heran bukan main. Im Yang Siang Kiam kena ditotok jalan darahnya dibagian
Keng Kie, lantas kedua tangannya kaku dan tenaganya lenyap, tidak dapat mereka
mereka bergerak terasa tulang2 mereka bertindak, asal ngilu sehingga menembus ke ulu hati dan napas mereka sesak..!
Lin Eng dan Giok Cu saling mengawasi, mata mereka dibuka lebar2 saking heran dan
kagum. Benar2 mereka belum pernah menyaksikan ilmu silat demikian hebat dan
lihay. Dari heran dan kagum, mereka juga jadi girang luar biasa.
Kwang Tan segera melambaikan tangannya pada Tan Hong, dan memberikan kisikan
untuk minta Tan Hong pergi pada Bin Tian Ong ditetarap timur, agar Tian Ong
tidak meninggalkan tempat, sebab disini ada Kwang Tan bertiga dengan kedua gadis
itu. Tan Hong menurut, ia berlalu dengan cepat, kemudian pemuda ini mengawasi Im Yang
Siang Kiam, ia menegurnya dengan tertawa, tangannya tetap memegangi kedua pedang
lawannya. "Sebegitu sajakah kepandaian Im Yang Siang Kiam yang datang kemari dengan banyak
lagak"!" mengejek Kwang Tan dengan suara yang dingin. Sambil berkata begitu, ia
mengerahkan tenaganya, mematahkan kedua pedang itu menjadi empat potong dan
dibuang ! "Siluman tua!" kemudian Kwang Tan telah menoleh kepada Bun Siu Ie, dan
bentaknya. Ia mengawasi dengan tajam sekali, "Kau menjadi pemimpin dari tiga belas kaum
sesat dirimba persilatan, kau ternama dan sangat terkenal, mengapa sekarang kau
membawa tingkah seperti seorang kurcaci rendah, mirip dengan kawanan tikus yang
tidak tahu malu "!"
Lalu suaranya itu diperkeras, meninggi bengis: "Mengapa pagi hari demikian kau
menyerbu kemari dan main melukai orang" Apakah maksudmu" Cepat kau bicara !"
Kata2 itu tajam dan keras menyakiti telinga terlebih lagi buat Bun Siu Ie. ia
ternama dan angkuh, bisa dimengerti ia jadi sangat mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika ia mendengar Yo Sian memuji
musuh, ia tidak percaya, ia sangat menyangka Yo Sian jeri dan kapok belaka, ia
penasaran, maka dari itu sengaja ia bersama Im Yang Siang Kiam datang menyerbu
diwaktu pagi hari. Dengan mudah mereka melewati berbagai penjagaan, sampai mereka dirintangi kedua
gadis itu dan sekarang oleh si mayat hidup ini, yang kepandaiannya ia saksikan
sendiri. Baru sekarang ia mengakuinya, bahwa kepandaian lawan sangat hebat, hatinya
gentar ia memaksakan diri berlaku sabar, matanya memperlihatkan sinar yang
licik. "Hmm, kau demikian muda, tetapi kau sudah lihay sekali. Kau tentunya memang
harus dikagumi!" ia memuji, sambil tertawa dingin,
"Aku mohon tanya, siapakah gurumu" Mungkin dia salah seorang sahabatku dulu
hari..!" Kwang Tan tertawa tawar. "Siluman seperti kau ingin berendeng dengan guruku"
Hemmmm!" mengejek Kwang Tan dengan sikap angkuh, "Sudahlah, jangan bicara
tentang persahabatan dengan aku! Kau tidak berderajat! Bukankah kau telah
mencari aku" Nah, sekarang aku berdiri didepanmu! Kau mau turun tangan atau tidak, tinggal
kau bilang saja !" Sepasang alis Bun Siu It terbangun.
"Bocah setan, kau tidak tahu langit yang tinggi dan tebal bumi!" makinya sengit
dan amat marah, "Baru kepandaian seperti itu saja kau sudah berani bertingkah"
Baiklah cepatcepat kau angkat kaki meninggalkan tempat ini, mungkin masih ada
waktu untuk kau nanti coba2 angkat nama didalam rimba persilatan."
Kwang Tan tertawa dingin.
"Siluman tua, kau memiliki muka atau tidak?" katanya tajam sekali, "Tidak sudi
aku mendengarkan kata2mu itu" Kabarnya kau memiliki kepandaian yang lihay,
sekarang boleh coba mempergunakannya kepadaku! Kita nanti lihat, kabar itu
memang benar atau palsu!"
Setelah mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu,
habislah ia kesabaran Bun Siu Ie. Segera juga ia berseru: "Bocah, kau tidak tahu
gelagat!" teriaknya, terus kedua tangannya menyerang dengan pukulan hawa
dinginnya yang dapat merembes ke tulang sumsum.
Ia telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, katanya hawa dingin itu setelah meresap
ke jantung tidak mungkin dapat diobati, itulah yang tersiar didalam rimba
persilatan. Dan lewat tujuh hari, maka akan menyebabkan korban pukulan tersebut membuang
jiwa tanpa ampun lagi, itulah yang telah membuat nama Bun Siu Ie naik tinggi
disegani didalam rimba persilatan.
Kwang Tan mengetahui baik siapa juga yang terkenal tanggguh ini, maka ia
menangkis dengan Bie Lek Sin Kang, untuk keras di lawan keras.
Dengan kedua tangannya ia mempergunakan jurus "Liok Hap Sit Mie", jurus yang
kedua belas. Begitu kedua pihak bentrok, Bun Siu Ie memperdengarkan seruan
tertahan, begitu cepat juga tubuhnya segera terpental karena dalam kesempatan
itu, disaat tangan mereka saling bentur, Kwang Tan mempergunakan ilmu Pukulan Gunturnya jurus
ketiga! Karenanya tidak terlalu mengherankan, tubuh dari lawannya terpental
sejauh enam tombak, kedua tangannya
patah dan hangus, cuma tersambung pada kulitnya, darahnya mengucur dan sebagian telah kering ditempat,
ia mempertahankan diri dengan tubuh menggigil, dan mengawasi Kwang Tan dengan
muka sebagian telah hangus, lalu Bun Siu Ie memutar tubuhnya, untuk melompat
pergi. "Kau ingin pergi angkat kaki begitu saja"!" Kwang Tan membentak bengis, tubuhnya
melesat menyusul, ketika ia sudah dapat mengejar, tangan kirinya menghajar
kebatok kepala menepuk jalan darah Gioktio.
Bun Siu Ie tidak berdaya, tidak keburu ia berkelit, begitu tertepuk, kepalanya
pusing, tubuhnya terputar, terus juga ia rubuh ditanah!
Kwang Tan menepuk tangan, segera ia melambaikan Lin Eng dan Giok Cu.
Sambil tertawa kegirangan, Lin Eng dan Giok Cu lari menghampirinya.
"Tolong kalian perintahkan orang menggotong mereka bertiga kebawah panggung!"
Kwang Tan berkata dan terus memesan sesuatu lagi, ia memang tidak ingin
memperlihatkan diri, ia ingin kembali kekamarnya untuk menyalin pakaian dulu.
"Kemana saja kau tadi?" Lin Eng menyesali manja sekali "Kalau kau tidak keburu
sampai, mungkin mayat kami sudah menggeletak ditanah ini! Apakah kau sengaja
senang melihat kami berdua mati dan rubuh ditangan musuh!"
Kwang Tan hanya tertawa, kemudian katanya dengan sabar: "Nona yang baik, jika
aku tidak bersembunyi diatas pohon itu, mana aku memiliki kesempatan buat
menyaksikan ilmu silat kalian yang indah sekali." katanya "Kau tahu mengapa aku
tidak dapat segera datang kemari?"
Kedua gadis itu mengawasi, ingin sekali mereka memperoleh keterangan dari Kwang
Tan, pemuda yang mereka sangat kagumi itu,
Sebenarnya waktu tadi Kwang Tan memburu terdepan, ia segera melihat dua sosok
bayangan orang melintas kearah loteng Pek Bin Kok.
Segera ia menduga penjahat hendak mencuri kedua pedang Kim Kiam dan Gin Kiam. Ia
heran mengapa penjahat ini mengetahui pedang itu disimpan dibawah tangga loteng,
sedang yang mengetahui hanya beberapa orang saja bahwa sepasang pedang itu disimpan disitu, itulah
orang dalam. Karena kecurigaannya ia segera mengikuti mereka.
Didepan tangga Pek Cim Kok, kedua bayangan itu berhenti untuk mengawasi dan
melihat disekitarnya. "Laoji, lekas kau bekerja!" berkata yang seorang kepada kawannya, suaranya
perlahan sekali, "Kukira sekarang ini semua orang yang melakukan tugas menjaga
telah dirubuhkan oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam, Kalau kita terlambat,
dikuatirkan mereka yang didepan
keburu datang mengetahui tentang hal ini."
Untuk kata2 kawannya itu, yang dipanggil Laoji itu segera mengeluarkan goloknya,
ia jongkok di depan undakan tangga untuk mencongkelnya, sedang kawannya, dengan
golok siap ditangan, memasang mata.
Mengertilah Kwang Tan bahwa orang ini mengetahui tempat penyimpanan pedang itu
di sebabkan ada musuh yang menyembunyikan diri, yang bercampur aduk dengan orang
dalam, ia tidak mau berayal lagi, ia mematahkan cabang pohon didekatnya, segera
ia menimpuk. Si Laoji terkejut, ia melompat. Goloknya jatuh ketanah, sampai suaranya nyaring,
Kawannya pun kaget. "Eh, Laoji, kau kenapa?" tegurnya.
"Entah mengapa, mendadak lengan kananku kaku." sahut kawannya itu, si Laoji,
"Tahu-tahu aku melompat sendirinya !"
"Mungkin karena kau jeri dan bimbang!" kata kawannya itu "Kau tegang sendirinya,
Kita berdua pernah menempuh badai dan gelombang, kita tidak takut apapun juga
dan Bin Kie Cung ini bukannya sarang naga atau goanya harimau,
apa yang mesti di takuti" Pula kita terhitung sebagai orangorang yang terlindung
sebaik2nya oleh Bun Siu Ie dan Im Yang Siang Kiam locianpwe, maka mengapa kita
harus jeri" Ayo cepat bekerja?"
Kwang Tan mendengar perkataan orang itu, segera melompat kebelakangnya,
tangannya menekan kepundak orang tersebut, membuatnya, terkejut tidak terkira,
ia memutar tubuh, mulutnya menegur: "Siapa ?" baru saja ia berkata, mendadak
tubuhnya telah rubuh! Si Laoji terperanjat bukan main, apa lagi ketika ia telah melihat orang yang
muncul memang sangat luar biasa, yang tadi malam muncul di To san cung, saking
ketakutan tanpa berpikir lagi, ia lompat kesamping.
Ia bermaksud menyingkirkan diri kerumpun pohon2 bunga. ia memang gesit sekali,
tapi ia masih kalah dibandingkan dengan kegesitan Kwang Tan yang mendahului menotok dia, maka dengan merasakan yang
bukan kepalang pada tubuhnya, ia roboh terguling dengan tidak bisa mengeluarkan
keluhan lagi. Kwang Tan segera menghampiri buat menepuk bebas jalan darahnya. "Sahabat, aku
mengetahui bahwa kalian orang-orang suruhan belaka!" katanya tertawa. "Kalian
tidak bebas dan merdeka, kalian harus melaksanakan tugas sebaik2nya, apapun
tugas itu, Maka dari itu aku tidak mau mempersulit kalian, asal kalian
menyebutkan mengapa kalian mengetahui pedang disembunyikan disini dan siapa
orang itu yang telah mem buka rahasia?"
Laoji takut bukan main. "Kami... kami diperintah Hu-pangcu Yo Sian." katanya
tergagap dan ketakutan. "Tentang orang yang memberikan bisikan tersebut, aku
tidak tahu siapa dia, tapi menurut
keterangan dia adalah Bauw Sun Lie, seorang bertubuh pendek dan kurus, yang
matanya tajam bersinar kekuning2an, aku telah bicara tuan, maka tolonglah kau
berlaku murah hati...!"
"Kau telah bicara, tidak nantinya aku mempersulit kalian!" kata Kwang Tan
kemudian tertawa, "Hanya saja untuk dua hari ini, terpaksa kalian harus berdiam
dulu disini, jika nanti telah beres semua urusan Ceng Kie Pay, maka kalian pasti
akan dibebaskan!" Setelah berkata begitu, Kwang Tan menotok lagi, maka kedua orang itu segera
rebah bagaikan mayat. Setelah itu ia mengambil kedua pedang untuk disembunyikan
dilain tempat. Barulah kemudian ia memeriksa sekelilingnya, untuk menotok sadar para penjaga
yang tadi dalam keadaan tertotok dirubuhkan musuh. Setelah mengembalikan Khong
Su semuanya ke rumah batu, barulah ia pergi menyaksikan perlawanan Giok Cu dan
Lin Eng terhadap Bun Siu Ie dan Im Yang Siangkiam.
"Sekarang nona Bin," kata Kwang Tan perlahan. "Cepat kau kembali ketetarap
timur, kau minta ayahmu melihat Bauw Sun Lie, Dia masih ada atau tidak, kalau
ada, cepat bekuk dia. Kau sendiri nona Siangkoan, kau tunggu sebentar. Sampai
Bun Siu Ie bertiga telah dibawah panggung, disana kau lihat, pihak musuh dapat
melihat gelagat atau tidak. Yang terpenting ialah memesan mereka yang melihat
aku, agar mereka tidak membuka rahasia.
Sekarang aku ingin kembali
dulu kekamar, untuk mengganti pakaian "!" Begitu selesai bicara, segera tubuh
Kwang Tao melesat, hanya sekejap mata saja ia telah lenyap dari pandangan mata.
Giok Cu segera juga melaksanakan perintah yang diberikan oleh Kwang Tan, ia
pergi ke depan, ketetarap timur. pertandingan diatas luitai masih belum dimulai,
tapi para tamu sudah memenuhi kedua tetarap, suara mereka bagaikan suara nyamuk
berisiknya. Ia segera menghampiri Khiam Lo Ang, yang berkumpul bersama dengan ayahnya dengan
yang lainnya, ia membisikkan jago tua itu pesan dari Kwang Tan.
"Akhhh, kiranya binatang itu!" kata Khiam Lo Ang, alisnya berdiri, terus juga
dia melompat dengan amat marah.
Bauw Sun Lie waktu itu tengah duduk di tempatnya, diapun rupanya tengah memiliki
perasaan, bahwa pihak lawan telah mengetahui peranannya, karena begitu melihat
Giok Cu membisikkan sesuatu kepada Khiam Lo Ang dan
melihat jago tua itu melompat berdiri dengan muka merah padam amat marah dan
alis berdiri. Ia segera juga menjejakkan kakinya, ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tapi lebih cepat lagi gerakan dari Khiam Lo Ang, karena begitu tubuhnya melesat,
ia sudah berada disamping Bauw Sun Lie, malah ia pun segera turun tangan.
Dengan mudah ia telah dapat membekuk Bauw Sun Lie, Kemudian dia menenteng Bauw
Sun Lie kehadapan Bin Tian Ong.
Muka Bauw Sun Lie tampak pucat pias, dibekuknya dia kali ini benar2 urusan yang
membuat dia gentar, sebab sebagai seorang yang telah menyusup musuh, jelas ia
akan dikompres dan kedalam sarang
dipaksa untuk membuka rahasia, dengan disertai siksaan-siksaan.
Sedangkan wajah Yo Sian, Hu pangcu dari Ceng Kie Pay, berobah hebat. Hatinya
tergetar, ia menyaksikan betapa Bauw Sun Lie ditangkap dan dibekuk begitu mudah
oleh Khiam Lo Ang. Ia menyadari bahwa dengan dibekuknya Bauw Sun Lie, maka jelas akan gagallah
usaha mencuri pedang, Rahasianya juga akan terbuka, sebab dengan siksaan2, tidak
nantinya Bauw Sun Lie tidak buka mulut.
Tetapi beberapa kali, menenangkan hatinya,
"Hemmmm, hemm!" untuk menghibur diri dan
Yo Sian telah mendengus Tidak lama kemudian muncullah Siangkoan Lin Eng, yang
wajahnya berseri2, dibelakangnya mengikuti tiga orang pelayan yang masing2
membawa Bun Sun le dan Im Yang Siang Kiam, It Hui tojin dan It Siu tojin.
Ketiga orang itu tampak lemas tidak bertenaga, sehingga mereka bertiga dapat
diletakkan berbaris dengan Bauw Sun Lie, Mereka berempat hanya berdiam diri
tanpa berdaya dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, mulut mereka juga
terbuka lebar, dan dari mulut mereka masing2
menetes tidak hentinya air, jatuh kebaju mereka didekat dada.
Tubuh mereka sama sekali tidak bisa berkutik! Tampaknya ke-empat tokoh rimba
persilatan disaat itu seperti juga manusia2 bodoh dan dungu.
Bin Tian Ong kemudian perintahkan orang nya untuk membawa Khong Su dan yang
lain2 nya keluar, untuk dikumpulkan didekat Bun Siu Ie. ia sendiri terus
mengawasi tajam ke arah orang2 Ceng Kie Pay di tetarap barat.
Yo Sian bingung bukan main, jelas pihaknya yang bersalah, iapun tidak mengerti
mengapa Bun Siu Ie dan It Hui serta It Siu dapat dibekuk juga oleh musuh,
sedangkan mereka sangat lihay sekali"!
Juga, bagaimana jika sebentar lagi Khong Su telah dibawa keluar Karena
bimbangnya ia berdiam diri saja. Namun tidak lama kemudian ia melompat keluar
dari tetarap, ia menghampiri Tian Ong untuk menuju berkata kasar:
-ooo0dw0ooo Jilid 30 "MEMANG, semua itu perbuatan kami kaum Ceng Kie Pay! Tapi ini
disebabkan kelicikan mu! Mengapa engkau mempergunakan akal licin" Mengapa kau
sengaja menolak lamaran Kang Sun Beng Tongcu kami, apakah dengan melamar puterimu itu kami telah
merendahkan kau" Mengapa kau selalu menolak walaupun kami telah mengajukan lamaran berulang kali"
Sudah begitu, mengapa sekarang kau malah membangun luitai ini" Bukankah itu
berarti engkau hendak mempersulit kami" Bukankah itu juga jelas penghinaan besar
terhadap Ceng Kie Pay kami"
Mengapa kau mengadakan peraturan yaitu pertandingan harus dimenangkan demikian
sulit, sampai sepuluh kali" Kau tidak adil maka kau jangan mempersalahkan kami!"
"Ohhh, begitu"!" kata Bin Tian Ong tawar, "Menurut kau, Hu Pangcu, menjadi sebab
semua ini adalah seluruhnya karena aku yang tidak adil sekarang ingin sekali aku
bertanya bagaimana aku harus lakukan dan berbuat baru dinamakan adil" Aku akan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencuci telingaku untuk mendengar dengan hormat penjelasanmu!"
Ditanya begitu Yo Sian terdiam, tidak dapat ia bilang sesuatu buat menjawabnya.
Melihat Yo Sian terdiam saja, Bin Tian Ong berkata bengis: "Hu Pangcu, jika kau
tidak dapat memberikan penjelasan, hari ini jangan harap kau dapat keluar dari
Bin Ke-Cung." Waktu itu beberapa orang Bin Ke Cung yang diperintahkan Cungcunya, telah kembali
dengan menggotong belasan orang Ceng Kie Pay, dengan menimbulkan suara yang cukup berisik mereka
diletakkan dilantai berdampingan dengan Bun Siu Ie berempat. Cuma Khong Su
seorang yang dapat berjalan, walaupun tampaknya lesu dan langkah kakinya
perlahan dan lambat. Yo Sian sangat kuatir dan juga bercampur dengan perasaan mendongkol ia berseru:
"Segala Bin Ke Cung yang sebesar telur busuk, dapatkah untuk menahan aku orang
she-Yo"!" Bin Tian Ong tidak gusar, ia sebaliknya tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tidak percaya, kau boleh lihat saja nanti!" katanya, sebagai
jawabannya. Waktu itu dan tetarap barat muncul seorang pemuda yang mukanya
tampan dan pada punggungnya menggembol pedang, pakaiannya serba putih dan
singkat, sikapnya gagah sekali.
Cuma saja pada sepasang matanya yang bersinar tajam itu memancarkan sinar yang
jahat dan kelicikan ia berdiri menghadapi Bin Tian mengandung Ong, setelah
menjura memberi hormat diam2, terus ia bilang:
"Dalam urusan ini yang bersalah ialah partai kami, untuk dibuat menyesalpun
sudah terlambat tapi karena dipihak Cungcu tidak menderita kerugian apa-apa,
baiklah Cungcu mau membikin habis saja urusan ini.
Aku yang muda, Kang Sun Beng, mau aku mentaati peraturan bertanding diatas
luitai, andaikata dalam sepuluh gebrakan aku tidak memperoleh kemenangan biarlah
nanti aku mengajak kawan2ku berlalu dari sini. Aku berjanji untuk selama2 nya
tidak akan mengganggu lagi pada Bin Ke Cung. Bagaimana pendapat Cungcu?"
Bin Tian Ong tidak menyangka bahwa Kang Sun Beng dapat berkata seperti itu,
sehingga sejenak lamanya ia jadi berpikir.
"Oleh karena Kang Tongcu mau mengaku keliru, baiklah, akupun tidak sudi berlaku
keterlaluan." sahutnya setelah lewat sekian lamanya.
"Tongcu, andaikata kau tidak memiliki urusan, silahkan kau pergi lebih dulu,
Tentang pertandingan baiklah itu tidak usah dilakukan lagi. Tongcu tidak
memiliki harapan untuk memperoleh kemenangan Tentang orang orang kaummu
ini, biarlah mereka ditinggal lagi beberapa hari disini, sampai Oey Tiang Su
pangcu datang sendiri kemari untuk membereskan persoalan kita, diwaktu itu pasti
aku akan membebaskan mereka!"
Kang Sun Beng terdiam sejenak, mukanya berubah jadi merah karena diwaktu itu ia
benar2 jadi serba salah. Yo Sian gusar bukan main, ia bilang nyaring: "Kang Laote, buat apa kau adu lidah
dengan iblis tua itu" Lihat saja, ia sanggup menahan kita atau tidak!"
Bin Tian Ong tertawa bergelak-gelak, dengan mata tajam ia memandang kepada Hu-
Pangcu dari Ceng Kie Pay tersebut, kemudian ia menunjuk kepada Bun Siu Ie, terus ia bilang.
"Apakah kalian yakin bahwa kalian sanggup melawan menang mereka bertiga?" Dan
iapun telah menunjuk kepada It Hui dan It Siu.
Muka Yo Sian berubah jadi pucat, seperti Kang Sun Beng, ia jadi berdiam diri
saja. Syukur diwaktu itu telah datang seorang pengawal Bin Kie Cung yang
memberitahukan telah datang Oey Tiam Su, Pangcu dari Ceng Kie Pay, membuat Tian
Ong jadi heran, karena tidak disangkanya ketua dari Ceng Kie Pay datang demikian cepat.
Ia segera berpikir untuk mengambil sikap kelak jika berhadapan dengan ketua dari
partai Bendera Hijau itu. Dipihak Ceng Kie Pay mereka jadi sangat girang
mengetahui kedatangan ketua mereka, segera juga terdengar suara tertawa dan
bisik-bisik diantara mereka, rupanya mereka telah terbangun semangatnya.
Segera juga terlihat munculnya Oey Tiam Su, yang diiringkan belasan orang
partainya. ia memiliki potongan muka, empat persegi dan telinganya besar,
hidungnya apa yang disebut sebagai "hidung singa" dan "mulut harimau".
Demikian juga dengan sepasang matanya sangat bengis. ia memelihara kumis pendek,
bajunya adalah baju hitam panjang dilapis mantel merah tua yang gedombrangan,
langkah kakinya pun lebar.
Tian Ong segera menyambut, memberi hormat ia tertawa dan berkata: "Aku si orang
she Bin tidak mengetahui Oey Pangcu datang, Aku tidak dapat menyambut dari jauh-
jauh, harap dimaafkan!"
Oey Tiam Su segera melihat jelas menggeletaknya Bun Siu Ie beramai, mukanya
seketika berobah. Tapi dengan cepat ia dapat bersenyum. Malah dengan sikap dan
katakata yang manis ia bilang:
"Aku Oey Tiam Su, telah mendengar berita bahwa Bin Tayhiap merayakan hari ulang
tahun dan sudah selayak nya aku datang untuk memberi ucapan selamat akan tetapi
urusan partaiku banyak yang harus diselesaikan, menyesal aku datang terlambat
maka itu, aku mohon diberi maaf!"
"Terima kasih, terima kasih!" kata Bin Tian Ong berulang kali, "Sebenarnya
mengundang pangcu pun aku tidak berani..."
Oey Tiam Su tertawa, tapi mendadak ia mengerutkan sepasang alisnya, ia terus
menoleh memandang tajam kepada Yo Sian dan Kang Sun Beng. Sambil menunjuk
kepada orang-orang Ceng Kie Pay tertawan dan sudah tidak berdaya itu, segera
tanyanya: "Apa artinya semua ini, Kang Tongcu "!"
Muka Kang Sun Beng berobah jadi pucat pula, sekian lama ia tidak dapat menjawab.
Bin Tian Ong tertawa dalam hatinya, dengan sabar ia berkata. "Oey Pangcu,
silahkan kau bertanya kepada Khong Su, nanti segala urusan akan jadi jelas!"
Iapun menunjuk kepada siraja pencuri yang sudah mati kutunya.
Cepat bagaikan kilat Oey Tiam Su menyambar tangan Khong Su. Dicekalnya kuat
sekali, malah ia telah memerintah bengis." Cepat kau bicara!"
Diwaktu itu keadaan Khong Su harus dikasihani ia telah tertotok Kwang Tan, benar
ia sudah ditolongi Khiam Lo
Ang, sampai ia bisa berjalan, akan terapi tenaganya sudah habis, tidak dapat ia
bertahan dari cekalan bengis ketuanya itu, tubuhnya segera gemetaran keras ia
segera saja menjelaskan semuanya.
Oey Tiam Su memandang bengis kepada Yo Sian setelah ia mendengus beberapa kali,
ia menghela napas dalamdalam.
"Bin Tayhiap." terus ia bilang kepada Bin Tian Ong dengan suara yang tidak
begitu keras, "Menyesal, semua peristiwa ini terjadi diluar tahuku, walaupun
demikian aku nanti mempergunakan peraturan Perkumpulanku untuk menghukum kepada mereka ini.
Hanya saja mengenai..."
Oey Tiam Su berhenti sejenak, untuk mengawasi kepada Bin Siu Ie dan yang
lainnya, baru ia menambahkan: "Mengenai mereka ini, dengan memandang mukaku, aku
harap kau mau mengijinkan aku membawa mereka pergi, untuk dibebaskan. Mereka
dari partai persilatan ternama, dan juga bukan seperti partai kami yang dapat
bermurah hati terhadap siapa saja, maka aku ingin memberitahukan bahwa
selanjutnya lebih bijaksana kalau Tayhiap berhatihati untuk pembalasan..."
Bin Tian Ong tertawa lebar.
"Oey Pangcu aku orang she Bin girang untuk kejujuran kau ini!" katanya. ia
lantas menunjuk kepada Bun Siu Ie semua, barulah ia bilang: "Oey Pangcu hendak
mengurus mereka itu, baiklah, akupun tidak akan menarik panjang lagi. Tentang
Bun Siu Ie dan orang2 itu lainnya, jika benar
seperti kata Pangcu, mereka hendak datang pula kemari, baiklah, pada waktunya
aku nanti menyambutnya dengan sebaik-baiknya!"
Oey Tiam Su tertawa. "Jika memang Tayhiap mengatakan demikian, baiklah aku jadi mirip orang Kie yang
menguatirkan langit rubuh!" katanya kemudian.
Ia lantas membungkuk untuk membuka totokan pada Bun Siu Ie, guna dibebaskan.
Tapi jago itu ditotok Kwang
Tan dengan cara menotok istimewa, tidak berdaya pangcu dari Ceng Kie Pay
tersebut membebaskan jago itu.
Hal ini tentu saja membuatnya jadi heran bukan main. Didalam hatinya ia berkata.
"Untuk urusan ilmu menotok latihanku lebih dari cukup, karena telah puluhan
tahun lama nya dan juga mencapai tingkat yang tinggi, aku telah mempelajari ilmu
menotok dari berbagai partai diseluruh negeri, aku dapat menotok dan aku dapat
juga membebaskannya. Maka aneh sekali sekarang ini justeru aku gagal.... apakah
disini menyelip keracunan"!"
Karena penasaran, ketua Ceng Kie Pay berusaha menolongi It Siu dan It Hui. ia
tetap gagal, bahkan kedua akhli pedang itu mendelik matanya, mengawasi ia dengan
sikap gusar sekali. Mereka memperlihatkan sikap tidak puas dan juga mengeluarkan suara yang tidak
begitu jelas, rupanya karena terlalu sakit dan mendongkol.
Mau atau tidak dengan sikap dan wajah bertanya, Oey Tiam Su telah menoleh
memandang kepada Bin Tian Ong. "Oey Pangcu," kata tuan rumah tertawa, "Mereka
ini semua telah ditotok seorang gagah yang aneh luar biasa ! peristiwa itu aku
orang she Bin tidak menyaksikan sendiri, hanya aku mendengarnya saja, orang
gagah itu memang hebat luar biasa, Sayang aku tidak bertemu dengannya, jika
tidak, pasti dapat aku menjadi perantara untuk mengadakan
pertemuan antara Pangcu dengan dia...."
"Apakah benar dia seorang aneh"!" menggerutu Oey Tiam Su penuh kegusaran karena
ia lebih besar dugaannya Bin Tian Ong tengah mempermainkannya.
Bin Tian Ong cuma tertawa sambil mengangkat bahunya. Oey Tiam Su coba
menyabarkan diri, tapi didalam hatinya ia berkata: "jika dibelakang hari aku
tidak bisa memampusi engkau sampai tidak ada tempat untuk mengubur, bersumpah sampai mati juga aku tidak mau
sudah!" Walaupun demikian, wajahnya tetap berseri-seri, bahkan ia bisa memperlihatkan
senyumnya. "Bin Taihiap, kau memuji terlalu tinggi pada orang itu !" katanya kemudian "Aku
percaya bahwa kau belum pernah bertemu dengannya !"
Bin Tian Ong hendak memberikan jawabannya, atau Yo Sian yang gusar bukan
kepalang, mendahuluinya menjawab sambil berseru:
"Pangcu, jangan percaya bangsat tua ini! Tadi malam orang aneh itu bersama
dengan Siang Bu dan Tan Go Sun serta dua orang gadis itu telah datang ke To-san-
cung! Mereka mengacau dan menimbulkan keonaran, Mana mungkin sekarang ia
mengatakannya tidak kenal "!"
Oey Tiam Su memandang tuan rumah.
"Bin Taihiap," katanya, "Aku datang kemari untuk menyudahi urusan ini, maka
paling benar kau sebutkanlah siapakah orang itu yang telah menotok kawan2 kami
ini!" Baru saja berhenti pertanyaannya itu, belum lagi Bin Tian Ong memberikan
jawabannya, dari tetarap timur terdengar suara tertawa nyaring, disusul dengan
melesatnya sesosok tubuh yang bagaikan bayangan turun didepan nya ketua partai
Bendera Hijau itu. Karena herannya, Oey Tiam Su mundur dua tindak kebelakang, setelah itu ia
mengawasi sehingga ia melihat seorang dengan kulit muka seperti kulit mayat
berdiri didepan nya, laksana patung batu, Biar ia gagah, ia tokh terperanjat
juga, Baru sejenak kemudian ia tertawa dingin.
"Tuan, siapakah kau" "tegurnya, "Benarkah semua orangku dirubuhkan olehmu?"
Orang yang mukanya seperti mayat itu seorang muda, mengawasi dengan tajam.
"Tidak salah!" jawabnya. "Tepat sekali! Memang semua itu adalah perbuatanku!
Terhadap kawanan maling seperti tikus2 keparat tidak tahu malu itu, yang
sebenarnya harus mampus, aku sudah berlaku sungkan dan terlalu murah hati!
Tentang namaku, kau tidak berderajat untuk menanyakannya!"
Oey Tiam Su belum berusia empat puluh tahun tetapi ia telah membangun Ceng Kie
Pay, dia mengetuai anggota2nya ditiga propinsi yaitu Kangsouw, Ouwpak dan Anhur
yang berjumlah dua atau tiga ribu jiwa.
Maka dialah seorang besar, Pula, tidak biasanya ia turun tangan sendiri, kalau
sekarang ia telah datang ke-Khoyu, itulah disebabkan berulang kali ia menerima
laporan hebat dari Yo Sian, wakil ketuanya itu.
Waktu ia tiba diTo-san-cung, ia diberitahukan Yo Sian sudah pergi ke-Bin Ke
Cung, maka ia segera menyusulnya, Tidak pernah ia menduga bahwa peristiwa telah
terjadi demikian hebat, walaupun bagaimana ia harus menjaga diri, sebab kalau ia
rubuh, runtuhlah partainya.
Andai kata menang, ia masih kuatir orang mengatakan ia menghina Bin Ke Cung yang
disatroni itu, ia memikir untuk melampiaskan kemendongkolannya dilain
kesempatan, ia tidak menyangka, sekarang ia berhadapan dengan sipemuda yang
tidak dikenalnya, yang sikapnya demikian sombong dan angkuh.
Ia sampai melengak memperdengarkan tertawanya yang menusuk telinga.
"Tahukah engkau, siapakah aku ini?" tanyanya dengan muka merah karena murka
bukan main. "Aku tidak memperdulikan siapa kau adanya." menyahuti pemuda itu
dengan suara yang dalam. "Tidak lebih tidak kurang, tentulah kepalanya
sipenjahat!" Bukan kepalang gusarnya Oey Tiam Su.
"Aku kepala penjahat! Aku Oey Tiam Su kau sendiri siapa" Kau berani demikian
kurang ajar didepanku" "ia berseru karena dada nya seakan juga hendak meledak
akibat kemarahan yang begitu meluap.
"Oey...Tiam...Su..." Maaf, aku tidak kenal!" kata pemuda itu setelah mengulangi
nama Oey Tiam Su beberapa saat, "Mungkin ini disebabkan aku muncul belum
lama..." Lalu ia menoleh kearah tetarap barat dan bertanya. "Tuan-tuan, Oey Tiam Su itu
mahluk apa" Apakah kalian mengetahuinya"!"
Pertanyaan itu dijawab tertawa ramai ditetarap barat. Hati Oey Tiam Su panas
luar biasa, belum pernah orang menghina dia dimuka umum seperti sekarang ini.
Mukanya jadi guram, alisnya bangun berdiri, tapi belum lagi ia bertindak ia
sudah didahului oleh Kang Sun Beng.
Rupanya Kang Sun Bing sejak tadi sangat mendelu dan panas hatinya menyaksikan
sikap dan tingkah si pemuda
berkulit mayat, dilain pihak
memang ia jeri, maka itu timbul niatnya yang busuk, yaitu diam-diam menyerang
dengan lima senjata rahasianya yang merupakan piauw. Kebetulan ia menyerang,
diwaktu itu keadaan tengah riuh sekali berisik oleh suara tertawa, maka suara
menyambarnya piauw itu tertindih oleh suara berisik tersebut.
Sipengemis bermuka mayat itu benar-benar lihay, matanya juga sangat tajam. ia
melihat kecurangan Kang Sun Beng, segera ia mengulur tangannya untuk menyerang.
Tepat pundak dari Kang Sun Beng kena terhajar, ia segera
meringkel tubuhnya, menggigil dan berjongkok, sedangkan matanya mendelik, kulit
mukanya berkerut. Ia seperti menderita kesakitan hebat. Lima batang piauw mengenai tubuh
sasarannya, tapi semua senjata rahasia itu runtuh ketanah, orang yang diserang
tidak kurang suatu apapun juga.
Oey Tian Su mengerutkan menyaksikan orang dengan alisnya, Belum pernah ia
kepandaian seperti yang dimiliki pemuda ini. Ia tidak pernah juga kenal partai mana yang memiliki ilmu
silat demikian lihay. Ditetarap timurpun orang semuanya heran bercampur kagum, tidak terkecuali
beberapa orang yang kenal dengan pemuda itu.
Setelah menghajar Kang Sun Beng, pemuda ini dengan dingin memandang Oey Tiam Su.
Bukan main sulitnya ketua Ceng Kie Pay ini, yang untuk sementara waktu berdiri
tercengang, Tindakan apa yang
harus diambinya. Berdiam salah, berlalu juga salah, ia harus mempersalahkan Kang
Sun Beng, yang main curang itu ia sendiri kalau dibokong, pasti ia bertindak
seperti pemuda itu. Dikala orang berdiam Bin Tian Ong menjura kepada sipemuda, Katanya: "Taihiap,
aku bersyukur untuk bantuanmu ini. Aku orang she Bin, aku akan ingat sekali
budimu ini. Tapi aku tinggal disini, musuhku banyak, entah bagaimana jadinya
nanti, maka..." Sipemuda mengangkat tangan kanannya mencegah Bin Tian Ong lebih jauh, "Jika
mereka mau pergi, tidak dapat aku mencegah mereka, hanya lain dari itu Oey Tiam
Su, bukankah tadi dia yang menyuruh Cungcu menyerahkan aku padanya" sekarang aku
berada didepan, aku mau lihat, dia hendak mengatakan apa! Cungcu menyebut2
rumahmu, apakah itu disebabkan Cungcu kuatir pembalasan mereka dibelakang hari"
Baiklah! sekarang aku beri tahukan. kalau mereka mau pergi, mereka boleh pergi,
hanya mereka harus pergi semua, berikut cabang2nya! Dan mereka harus pergi dari
propinsi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, tidak dapat mereka menginjak sekalipun dengan sebelah kaki saja!"
Darah Oey Tiam Su jadi naik mendidih, karena dadanya dirasakan ingin meledak.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tuan, kau begitu jumawa dan congkak, kau tentu
mengandalkan kepandaianmu, bukan?" ia bilang, "Kau harus mengetahui didalam
kalangan Kangouw, diluar orang masih ada orang lainnya, diluar langit ada langit
lain lagi! Maka dari itu, aku Oey Tiam Su, aku tidak puas! Ceng Kie Pay memang
tidak terkenal, akan tetapi tidak dapat hanya sebab kata2mu itu aku harus
membawa pindah dari sini...!"
Sipemuda tetap tertawa dingin dengan sikapnya yang sinis dan congkak. "Habis,
apa maumu maka kau perintahkan Bin Taihiap menyerahkan aku "!" tanyanya, "Aku
bilang terus terang, kau puas atau tidak terserah kau sendiri, jika kau tetap tidak puas mari, mari
kita mengadu kepandaian kita !"
Oey Tiam Su tertawa lebar.
"Aku Oey Tiam Su, tidak pernah aku bertempur dengan Bu Beng Siauw Cut!" katanya
jumawa, ia menyebut pemuda itu dengan sebutan Bu Beng Siauw Cut, yaitu si maling
kecil yang tidak bernama.
Pemuda itu gusar. "Apa" Berani kau memandang enteng pada ku "!" segera juga sebelah tangannya
melayang dimuka ketua Ceng Kie Pay itu,sampai ketua perkumpulan itu harus
mundurnya lebih berapa kaki, mukanya pucat, ia terkejut untuk serangan tersebut.
Pemuda itu tidak menyerang terus, tangannya, tubuhnya pun tidak bergerak. ia
menahan Berdiri tetap ditempatnya, ia menurunkan tangannya, dan bersenyum. "Jangan takut !" katanya
halus, "Hari ini aku tidak akan melukai kau! Ada lain kesempatan jika memang
engkau tidak mau mendengar kata2ku, diwaktu itulah tidak ada
tawar menawar lagi. Aku akan turunkan tangan keras padamu! Kau baik2lah
mendengar nasehat ku, lantas kau menarik diri, berlalu dari wilayah Kangsouw ini
jika tidak, dibelakang hari kau akan menyesal laginya sudah terlambat !"
Di belakang Oey Tiam Su berdiri belasan orang kawannya, yang sikapnya garang.
Mereka itu gusar, asal diberi perintah, mereka segera akan turun tangan, Tapi
Oey Tiam Su tidak memberikan perintahnya, sebaliknya, ia telah menghela napas
dalam2. "Didalam hal-hal selama beberapa hari ini, pihakkulah yang salah!" katanya
kemudian. "Maka dari itu, biar bagaimana, tidak dapat aku bertempur dengan kau
tuan. Hanya sayang tidak dapat aku mengetahui she dan namamu. Lain tahun, jika
gunung hijau tidak berobah,
nanti kita bertemu pula!" ia terus menoleh kebelakang, untuk menggapai, maka
belasan orangnya maju serentak.
"Bawa mereka ini semua!" perintahnya, ia memandang kepada si pemuda dan Tian Ong
untuk memberi hormat, dan mengucapkan: "Sampai ketemu!"
Bin Tian Ong membalas hormat, ia maju dua tindak. "Oey Paycu, maaf, tidak dapat
aku mengantar lebih jauh!" katanya kemudian.
Sebaliknya, pemuda itu berkata dengan suara yang dingin: "Oey Tiam Su, jika kau
tidak menarik diri seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang kuperintahkan jika nanti kita bertemu lagi, itu artinya sudah saat
kematianmu." Sepasang alis ketua Ceng Kie Pay bangun karena murka bukan main,
mukanya berobah jadi guram sekali, namun ia tidak mengatakan apa2, ia ngeloyor
terus. Masih sipemuda mengawasi punggung orang, sampai kemudian terlihat tubuhnya
bergerak, dimana pemuda itu melesat sangat gesit sekali, mencelat terapung
tinggi, melompat kekanan tetarap barat, maka dilain saat ia ludah lompat pula
melewati tembok pekarangan, terus lenyap dilain sebelah bagian lainnya.
Menyaksikan ilmu meringankan tubuh yang begitu tinggi, yang dapat melompat
selain tinggi juga sangat jauh, semua hadirin jadi memandang tercengang dan
kagum luar biasa. Baru setelah lewat sejenak, Bin Tiang Ong memecahkan kesunyian dengan kata2 yang
nyaring, ia berkata: "sekarang marilah kita mulai pula Andaikata ada saudara 2
terlalu keras, silahkan mengutarakannya. Aku memberi waktu satu jam!" Setelah
berkata, ia lalu kembali ketetarap timur.
dengan pibu diatas luitai! yang menganggap peraturan
Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang kepada orang banyak dengan suara yang nyaring:
"Pemuda itu lihay sekali, ia dapat membikin orang mundur tanpa bertanding lagi,
itulah hebat, dia sungguh mengagumkan sekali."
Kata-kata ini merupakan mengetahui, agar mereka isyarat untuk mereka yang jangan membuka rahasia
sipemuda, rahasianya Kwang Tan. Beberapa orang mengetahui Kwang Tan pasti lihay,
tapi mereka ini tidak berani menyangka dia.
Untuk sementara ramailah orang berbicara, sebab aneh mundurnya orang2 Ceng Kie
Pay itu. Baru kemudian terlihat seorang keluar dari tetarap barat, dia menghampiri Tian
Ong, untuk memberi hormat sambil berkata: "Aku yang rendah Sun Kui Ong, aku
mewakili pihak barat untuk mengutarakan sesuatu dan harap Bin Taihiap dapat
menerimanya !" Bin Tiang Ong segera bangkit, membalas pemberian hormat orang itu. "silahkan
bicara, Sun Giesu!" katanya mempersilahkan.
"Aku bicara tentang batas pertandingan sepuluh kali." kata Sun Kui Ong, "Tidak
dapatkah itu dirobah menjadi hanya tiga kali" Juga baiklah jangan dipakai batas
usia, cukup asal seorang tidak mempunyai isteri. Andaikata usul ini tidak dapat
disetujui taihiap, aku hendak menyarankan lainnya, yaitu supaya puteri taihiap
sendiri yang naik kepanggung sebagai taicu, siapa yang dapat mengalahkan taicu, ia menjadi
menantunya taihiap. Bagaimana....?"
Mendengar itu, Bin Tian Ong tertawa lebar.
"Usul yang pertama, perihal pengurangan batas pertandingan dan usia, masih dapat
aku menyetujuinya." katanya kemudian. "Hanya saran anakku menjadi taicu, itulah
sulit untuk dipertimbangkan. Anakku cuma satu2nya, cuma manusia bukannya naga
atau harimau, mana dapat ia melawan begitu banyak orang yang menantangnya"
Tidakkah dengan demikian ia tidak akan dapat melakukan
tugasnya,dengan sebaik2nya" Bukankah begitu, Sun Giesu "!"
Sun Kui Ong memang hendak menjawab atau Siang Bu telah mendahului "Aku pikir
bagaimana kalau begini saja!" berkata pemilik peternakan tersebut. "Kita jangan
merobah syarat pertandingan, kita robah itu dengan Khiam Lo Ang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
locianpwe yang menjadi taicu, siapa dapat mengalahkan dia mendapat orang dan
pedang. Tidakkah usul yang singkat "!" San Kui Ong geleng2kan kepalanya.
"Mengenai usul ini, aku tidak dapat mengambil keputusan sendiri," ia bilang,
"Nanti aku berdamai dulu,
baru aku memberikan jawaban kami !"
Maka ia kembali ketetarap barat. Siang Bu dapat menerka hati Bin Tian Ong, ia
makanya ikut bicara, Tian Ong ingin memperoleh menantu yang tampan dan gagah
setelah melihat Kwang Tan, ia segera setuju pemuda itu sebagai calon menantunya.
Giok Cu-pun sangat kagum atas kegagahan pemuda tersebut Hanya itu kesangsiannya
Cungcu itu, ialah Kwang Tan suka naik ke-luitai atau tidak, asal dia mau,
perjodohan pasti tidak meleset lagi.
Karena ini, orang she Sun itu mengajukan sarannya, ia bimbang untuk
memutuskannya. Terlebih lagi, setelah Siang Bu memberikan usulnya, ia bisa
menerimanya usul tersebut ia tahu majunya Khiam Lo Ang akan membikin semua orang
ditetarap barat itu mundur sendirinya.
Khiam Lo Ang dapat menerka maksud Siang Bu ia mengawasi sahabatnya itu, dan
katanya: "Laote, saranmu itu berarti menutup jalan..!"
Waktu itu dari tetarap barat telah muncul tiga orang, satu diantara mereka telah
berkata kepada tuan rumah:
"Kami telah mengadakan
mengetahui dibangunnya pembicaraan sebenarnya kami Wan Yo Tai ini disebabkan
urusan Taihiap dengan pihak Ceng Kie Pay, maka dari itu kami-pun datang untuk
menonton saja, sekarang urusan dengan Ceng Kie Pay itu sudah beres, syukur.
Mengenai perjodohan, kami kira Tayhiap sudah mendapatkan pilihan sendiri, dari
itu untuk apakah kami harus naik pula dipanggung menjadi perintang" Oleh karena
itu, kami memutuskan untuk pulang saja. Hanya nanti, dihari kegirangan kami
bersabar hati menantikan untuk datang menggerecok secangkir dua cangkir arak !"
Tian Ong mengurut jenggotnya, ia tertawa, wajahnya berseri-seri. "ltulah
pasti !" katanya, "Saudara-saudara sudi datang sendiri, itulah bagus, Memang
untuk mengundangnya aku kuatir tidak ada kesempatan.!"
Ketiga orang itu tertawa, mereka memberi hormat, lantas mereka mengundurkan diri
untuk pergi keluar. Maka yang lain-lain, yang menanti dibawah tetarap lantas
bangkit, untuk turut berlalu. Tian Ong cepat-cepat pergi ke pintu guna mengantar
mereka semua. Sesungguhnya badai dahsyat di Bin Ke Cung telah lewat setelah angin lewat dan
hujan berhenti berarti langit jadi terang benderang dan tenang.
Demikian juga dengan semua penghuni Bin Ke Cung, semuanya jadi bergembira karena
bahaya telah lewat. Setelah mengantar semua tamu, Tian Ong menghampiri Khiam Lo Ang dan Siang Bu
untuk berbicara perlahan, setelah mana kedua orang sahabat itupun mengundurkan
diri dari tetarap timur. Kwang Tan telah merebahkan diri didalam kamarnya, ia tengah berpikir untuk
mempersiapkan diri melanjutkan perjalanannya ke kotaraja dan pamitan kepada tuan
rumah. Waktu itulah ia mendengar suara langkah kaki, dimana ia telah mengetahui
beberapa orang tengah mendatangi. Namun ia rebah terus, sampai muncullah Khiam
Lo Ang dan Tan Go Sun serta Siang Bu. Ia segera bangun duduk di tepi pembaringan
waktu melihat orang2 itu menolak pintu dan langsung masuk kedalam kamarnya.
Khiam Lo Ang tertawa lebar menyaksikan orang tengah rebah dan telah duduk ditepi
pembaringan. "Laote, jangan kau bersikap pura2 bodoh!" katanya gembira, "Sepak
terjang kau tadi telah memadamkan api berkobar2 sampai Oey Tiam Su si-cabang
atas dapat dengan begitu saja disuruh angkat kaki. . . ! Sungguh kau membuat
Pedang Naga Kemala 20 Satria Gendeng 19 Pertunangan Berdarah Golok Bulan Sabit 2