Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 1

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sakit Hati Seorang Wanita Karya : Asmara man S Kho Ping Hoo
Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 "NONA MANIS, hendak ke manakah?"
Pemuda yang menegur itu bertubuh tinggi kurus berwajah
tampan dan dari pakaiannya mudah diketahui bahwa dia
seorang pemuda yang beruang. Usianya ha mpir tiga puluh
tahun dan dari pandang matanya dan senyumnya, dapat pula
diduga bahwa dia tentu seorang pria yang sudah biasa
berhadapan dengan wanita. Dua orang laki-laki la in, agaknya
pengikut-pengikutnya, yang usianya sebaya, tersenyum lebar
me lihat betapa orang itu berlagak dan menegur gadis itu.
Gadis itu tidak menjawab, me lirikpun tidak dan melanjutkan
perjalanannya. Ia melangkah dengan cepat tanpa menoleh,
me mbawa keranjangnya yang terisi seekor ayam dan sayur-
sayuran yang baru saja dibelinya dari pasar.
"Adik cantik, siapakah na ma mu!"
Dara itu tetap berjalan tanpa meno leh. Ia seorang dara
berusia lima belas dan ena m belas tahun, bagaikan setangkai
bunga sedang mulai merekah, belum me kar sepenuhnya,
namun dalam keadaan seperti itu ia me miliki daya tarik
tersendiri yang amat kuat. Tubuhnya sedang, ramping dan
padat. Langkahnya nampak le mah ge mulai na mun gesit dan
bertenaga, lekuk lengkung tubuh mulai na mpak walaupun
belum menonjol sekali. Dari kulit muka, leher dan tangannya
dapat diketahui bahwa ia me miliki kulit yang putih
kekuningan, halus mulus dan sehat kemerahan. Rambut
kepalanya hita m, lebat dan panjang, dikuncir dua dan kuncir-
kuncir itu bergantungan di kanan kiri. Anak rambut yang
berjuntai halus di sekitar dahi dan tengkuknya melingkar
hangat. Sepasang alisnya hitam sekali seperti dipulas, kecil
panjang me lengkung, me mbuat kulit pelupuk mata leb ih putih
nampaknya daripada kedua pipi yang segar kemerahan itu.
Sepasang matanya bersinar lembut, jeli dan jernih, agak lebar
dan biasanya agak tajam akan tetapi saat itu sinar matanya
menunduk, diliput i rasa takut dan malu. Hidungnya kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mancung, ujungnya agak berjungkit ke atas member i kesan
lucu dan nakal. Akan tetapi mulutnya mungkin me miliki daya
tarik paling kuat. Sepasang bibir merah tanpa gincu itu selalu
nampak basah dan penuh, kulit bibirnya demikian tipis seolah-
olah hanya terisi darah dan kalau tergigit sedikit saja tentu
akan muncrat darahnya, mulut yang me mbayangkan
kegairahan dan menjanjikan kenikmatan yang tak terbatas.
Deretan gigi kecil dan putih berkilau kadang-kadang na mpak,
dan dalam kegelisahannya, kadang-kadang na mpak di ujung
lidah yang kecil merah mencuat menjilat bibir. Dagunya
meruncing dan ada tahi la lat kecil ha mpir tak na mpa k di dagu
itu. Seorang perempuan yang cantik jelita, molek dan manis,
yang belum matang benar, na mun jelas mudah dilihat bahwa
ia adalah seorang calon pere mpuan yang sebentar lagi akan
me kar sepenuhnya dengan segala keindahan dan keharumannya. "Nona man is, di ma nakah rumah mu?"
Pertanyaan bertubi-tubi dari la ki-laki bersama dua orang
temannya yang terus mengikut inya itu tak pernah dijawabnya,
bahkan sa ma sekali tidak diperdulikan. Mulutnya yang indah
itu kini agak ce mberut, akan tetapi tidak me ngurangi
kemanisan wajahnya. Sepasang mata yang jeli itu, yang
tadinya menunduk ma lu, kini mula i me lirik taja m dan
mengandung kemarahan. "Adik man is, kau jalan sendirian, bolehkah kuantar
pulang?" Ketika dara itu tidak menjawab dan bahkan me mpercepat
langkahnya, seorang di antara dua pengikut itu terkekeh. "Aih,
kongcu, jangan-jangan dia tidak bisa bicara!"
Laki-laki yang disebut kongcu (tuan muda) itu juga
terkekeh. "Heh-heh, masa" Sayang, ah, kalau seorang gadis
yang begini cantik jelita seperti bidadari ternyata gagu. Tapi,
biar gagu juga, aku tetap cinta, ha-ha!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, orang itu me ngeluarkan suara
"ah-ah-uh-uh" dan me mbuat gerakan-gerakan seperti orang
gagu kalau hendak bicara, diketawai oleh dua orang
temannya. Karena orang itu kini berjalan sa mbil mundur di
depan gadis itu, menghadang dan me mbuat gerakan-gerakan
seperti orang gagu, gadis itu men gerutkan alisnya dan
berhenti me langkah. "Mau apakah engkau mengganggu orang d i tengah jalan ?"
bentaknya dengan suara ketus.
Laki-laki itu tersenyum menyeringai dan me masang aksi
yang dianggapnya paling menguntungkan, yaitu lagak yang
biasa dipasang di depan wanita-wanita yang dirayunya. Dia
menjura dengan sopan dibuat-buat, lalu berkata dengan
senyum ramah. "Maaf, nona, bukan maksudku untuk
mengganggu, melainkan me lihat nona, hatiku terpikat dan
ingin sekali aku berkena lan......"
Pandang mata, senyum dan kata-kata merayu itu bukan
menarik hati gadis re maja itu, bahkan mengejut kannya.
"Tida k, aku tidak ingin berkenalan!" katanya dan iapun
menyelinap hendak melewati orang yang menghadangnya itu.
Akan tetapi, dua orang teman laki-laki itu sudah menghadang
pula di depannya dan seorang di antaranya berkata dengan
suara lantang, agaknya sengaja agar didengar oleh orang-
orang lain yang tertarik oleh peristiwa ini dan berhenti
menonton. "Nona agaknya belu m tahu dengan siapa nona berhadapan.
Pemuda yang mengajak berkenalan ini adalah tuan muda Pui
Ki Cong, putera dari kepala jaksa yang baru di Thian-cin.
Beliau ingin ber kenalan dengan nona, ini merupakan
kehormatan besar bagi nona."
"Aku tidak perduli dia s iapa dan anak siapa, aku tida k mau
berkenalan!" kata dara itu dan iapun me langkah terus. Akan
tetapi tiba-tiba yang diperkenalkan sebagai Pui Ki Cong putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala jaksa yang baru itu sudah berdiri di depannya sambil
tersenyum menyeringai seperti seekor kuda. "He-he, nona man is, jangan berlagak jual mahal!"
katanya dan tangannya dengan sikap kurang ajar sekali mencolek ke arah dagu yang bertahi lalat kecil itu. "Dukk..... plakkk!!"
Lengan kiri gadis itu menang kis tangan yang hendak mencolek dagunya dan tangan kanannya sudah menyambar ke depan
dan mena mpar pipi itu dengan keras sekali.
"Aduhhh.....!" Pui Ki Cong terhuyung ke be lakang, tangan
kirinya mengusap-usap pipi yang menjad i bengkak dan
matang biru sedangkan dari ujung bibirnya menga lir darah
karena sebuah giginya hampir copot dan mengeluarkan darah.
Gerakan gadis re maja itu cepat bukan main dan tenaga
tamparan tangannya juga kuat, sama sekali di luar dugaan
karena tidak sesuai dengan tangannya yang berkulit halus dan
terbentuk kecil itu. "Eh, berani kau me mukul kongcu kami?" Dua orang te man
putera jaksa itu marah sekali me lihat betapa majikan muda
mereka dita mpar, dan mereka berdua lupa bahwa mereka
berhadapan dengan seorang dara remaja. Mereka sudah
langsung saja menyerang dan me mukul ke arah dada dan
kepala gadis itu. Akan tetapi, akibatnya sungguh di luar
dugaan dua orang itu. Dengan tenang gesit sekali dara itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menghindarkan diri dari serangan mereka dan ketika
ia me mbalas dengan kecepatan kilat, tangan kirinya sudah
mena mpar ke arah kepala dan kaki kirinya juga melayang dan
menendang dada orang ke dua. Dua orang itu mengaduh dan
terpelanting, yang seorang menjadi pening kepalanya dan
menge luh kesakitan, sedangkan orang ke dua me megangi
dada yang terasa nyeri dan sesak napasnya. Dara itu tidak
me mandang lag i kepada mereka, cepat mengumpulkan sayur
dan ayam yang tumpah dari dalam keranjang, kemudian
me mbawa keranjangnya dan cepat pergi dari situ setengah
berlari. "Kejar dara itu! Tangkap..... pukul....!"
Pui Ki Cong berteriak-teriak dengan marah kepada dua
orang temannya. Akan tetapi dua orang itu masih kesakitan.
Banyak orang menonton peristiwa itu dan mereka
mengenal siapa adanya pe muda tinggi kurus itu, seorang
pemuda bangsawan, putera kepala jaksa yang baru tiba di
Thian-cin dan biarpun masih baru tinggal di Thian-cin,
namanya sudah terkenal sekali sebagai seorang pe muda yang
amat nakal. Pui Ki Cong dikenal sebagai seorang pemuda yang
suka berkeliaran, me mbawa tukang-tukang pukul, suka pelesir
dan main pere mpuan sehingga terkenal sekali di semua
komple ks pelacuran sebagai seorang kongcu hidung belang
yang kantongnya padat dan royal. Akan tetapi dia juga
terkenal sebagai seorang laki-laki yang suka mengganggu
perempuan baik-baik, suka mengganggu gadis-gadis dan
bahkan isteri-isteri orang. Karena itu, ketika banyak orang
me lihat betapa kongcu itu ditampar dan dua orang tukang
pukulnya dihajar oleh seorang gadis, dia m-dia m mereka
merasa gembira sekali walaupun pada lah irnya, tak
seorangpun berani me mper lihatkannya.
Akan tetapi, selalu saja di antara banyak orang terdapat
penjilat-penjilat. Pui Ki Cong adalah putera kepala ja ksa yang
berkuasa-dan berpengaruh, juga kaya raya, maka tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang jumlahnya orang-orang yang suka menjilat dan
bermuka-muka kepada keluarganya. Oleh karena itu, di antara
banyak orang yang berkerumun itu ada pula yang cepat
mengha mpiri tiga orang itu dan me mbantu mereka bangkit,
dan seorang laki-laki tua yang mendekati Pu i Ki Cong berkata,
"Kongcu, harap jangan dikejar. Gadis itu lihai dan juga
saudara-saudara seperguruannya lihai."
Pui Ki Cong terkejut mendengar ini. Dia me mandang orang
tua itu dan bertanya, "Siapakah gadis itu" Dan tinggal di
mana" " "Na manya Kim Cui Hong, kongcu. Ia puteri tunggal guru
silat Kim Siok yang tinggal d i dusun di selatan kota Thian-cin,
yaitu dusun Ang-ke-bun. Kim-kauwsu (guru s ilat Kim) liha i dan
me mpunyai banyak murid yang lihai. Maka, kalau kongcu
mengejarnya ke sana, akan berbahaya bagi keselamatan
kongcu." Pui Ki Cong mendengus. "He mm, guru s ilat kampungan.
Lihat saja pembalasanku nanti. Hayo kita pulang!" bentaknya
kepada dua orang teman nya dan mereka segera kembali ke
Thian-cin. Sementara itu, dengan jantung berdebar penuh rasa
marah, ma lu dan tegang, gadis remaja itu berlari menuju ke
dusun Ang-ke-bun yang sudah na mpak te mboknya. Wajahnya
yang manis itu mas ih ce mberut dan marah sekali, bukan
hanya merah karena panas tubuhnya dipakai berlari,
me lainkan terutama sekali karena panas hatinya. Semenjak
kecil, Kim Cui Hong ini hidup bersama ayahnya yang sudah
menduda sejak ia berusia lima tahun, la dididik ilmu s ilat oleh
ayahnya, bersama belasan orang murid ayahnya. Di antara
murid ayahnya yang kesemuanya laki-la ki, hanya ada seorang
saja yang dididik sejak kecil bersa ma-sama ia, yaitu Can Lu
San yang tiga empat tahun lebih tua darinya, dan menjadi
satu-satunya suhengnya. Yang lain, biarpun banyak di
antaranya yang usianya lebih tua, termasuk para sutenya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(adik seperguruannya). Cui Hong belum pernah diganggu laki-
laki seperti yang dialaminya tadi. Memang, sejak satu dua
tahun yang lalu se menjak ia me njadi re maja dan menjelang
dewasa, semenjak masa kanak-kanaknya mulai ditinggalkannya, pandang mata kaum pria terhadap dirinya
dirasakan lain, aneh dan me mbuatnya kadang-kadang gugup
dan bingung. Akan tetapi, belum pernah ada orang laki-laki
berani mengganggunya dengan kata-kata atau sikap yang
kurang ajar. Bagaimanapun juga, di dusun Ang-ke-bun nama
ayahnya sebagai seorang guru s ilat sudah dikenal orang, maka
siapakah berani kurang ajar kepada isterinya" Bahkan kota
Thian-cin yang besarpun sudah mengenal na ma Kim-kauwsu.
Akan tetapi, sungguh tak disangkanya sama sekali, ketika


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada pagi hari itu ia pergi berbelanja ke kota Thian-cin, ia
diganggu orang yang kurang ajar! Hatinya memang merasa
puas bahwa ia sudah dapat menampar muka pe muda
jangkung itu, dan menghajar dua orang te mannya, akan tetapi
tetap saja hatinya masih panas oleh kemarahan.
Tidak biasanya Cui Hong marah-marah. Ia seorang gadis
yang berwatak gembira, lincah, Jenaka dan jarang marah.
Akan tetapi sekali ini, ada perasaan aneh yang mendatangkan
bayangan mengerikan ketika ia diganggu tiga orang itu, yang
me mbuatnya marah bukan main. Kalau saja ia tidak ingat
akan pesan-pesan ayahnya bahwa ia tidak boleh me mpergunakan kepandaian silatnya untuk mence lakai orang,
me lukai apalagi me mbunuh, agaknya ia tadi akan me mberi
hajaran yang lebih keras kepada tiga orang itu! Terutama
sekali kepada pemuda yang bernama Pui Ki Cong itu, yang
katanya putera kepala jaksa! Ia tidak tahu benar apa arti
kedudukan jaksa, yang diduganya hanyalah sebuah jabatan
yang me mbuat orangnya menjad i kaya raya saja.
Perasaan yang mengancam hatinya itu me mbuat ia
me masu ki dusun tanpa menengok ke kanan kiri, bahkan
ketika ia me masuki pekarangan ruma h ayahnya, ia tidak tahu
bahwa seorang pe muda yang sedang me mbetulkan pagar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan itu yang rusak, memandangnya dengan sinar
mata aneh. "Heii , sumoi, engkau seperti dikejar-kejar setan saja!"
Pemuda itu bangkit, dan menegur, suaranya lantang dan sinar
matanya berseri ketika dia me mandang wajah gadis yang
segar kemerahan itu. Baru Cui Hong menengo k dan melihat pe muda itu dan
iapun berhenti ber lari. Dengan sehe lai saputangan, diusapnya
peluh dari dahi dan lehernya. "Uhhh, panasnya...," ia
menge luh untuk menentra mkan hatinya.
"Apakah terjadi sesuatu, sumoi?" tanya pula Can Lu San,
pemuda Itu sa mbil me mandang dengan s inar
mata me mbayangkan kekaguman. Senang hati Cui Hong melihat
pandang mata itu. Sudah lama ia melihat sinar kekaguman itu
me mancar dari mata Lu San kalau suheng itu me mandangnya.
Ia tersenyum. "Tida k ada setan yang mengejarku, suheng.
Hanya aku khawatir kesiangan dan ayam ini ribut saja
sepanjang jalan." Lu San tertawa. Sikap sumoinya yang selalu periang itu
mendatangkan kegembiraan kepada hatinya yang pendiam,
seperti sinar matahari pagi menyinar i sudut-sudut yang
kosong dan gelap. "Akan tetapi engkau berlari-lari sa mpai
bermandi peluh dan lihat, muka mu sampai kemerahan
seperti..... seperti....."
"Seperti apa, suheng?"
"Seperti buah tomat masak!"
"Wah, celaka aku. Kalau mukaku seperti buah to mat, akan
lucu dan jelek sekali. Bulat dan gendut."
Mereka tertawa. "Sumoi, kenapa engkau sendiri yang
berbelanja" Pagi tadi aku sudah mencar i suhu untuk
menanyakan masakan apa yang dikehendaki agar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubelanjakan ke Thian-cin. Eh, tahu-tahu engkau sudah
mendahului aku." "Me mang aku mendahuluimu, suheng. Tidak apakan sekali-
kali aku yang pergi berbe lanja."
"Akan tetapi engkau kini sudah me njadi seorang gadis
dewasa, sumoi. Dan kau tahu betapa tidak amannya sekarang
ini bagi wanita dewasa untuk bepergian seorang diri."
Cui Hong me njebikan bibirnya yang merah basah itu ke
arah suhengnya. "Huh, aku dapat menjaga diri, suheng."
"Aku tahu, akan tetapi kalau suhu mengetahui bahwa
engkau sendiri yang pergi berbelanja, jangan-jangan aku
disalahkan, disang kanya aku ma las dan menyuruh engkau."
"Tida k, suheng. Sekali ini me mang aku ingin pergi, bukan
hanya untuk melihat keramaian Thian-cin yang sudah
beberapa pekan la manya tidak pernah kukunjungi. juga
karena aku har i ini ingin masa k enak untuk ayahku."
"Eh, ada keistime waan apakah har i ini?"
"Hari ini adalah ulang tahun ayah."
"Ahh! Kenapa suhu dia m saja?"
"Sudah la ma ayah tidak pernah mau mengingat lagi hari
lahirnya, akan tetapi aku pernah bertanya kepadanya dan aku
mencatat hari lahirnya. Selalu aku yang menyediakan masakan
atau hidangan istimewa pada hari ulang tahunnya."
"Wah, engkau me mang seorang anak yang baik dan
berbakti, sumoi." "Aihh, tak perlu me muji. Di ba lik pujian mu itu terkandung
rasa girang karena engkaupun akan kebagian masakanku
yang istimewa hari ini!" Gadis ini lalu lar i me masu ki rumah,
men inggalkan Lu San yang me mandang sambil tertawa dan
sinar mata penuh kagum. Sumoinya me mang hebat! Sejak
kecil dia bergaul dengan sumoinya, sejak sumoinya berusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lima tahun dan dia berusia se mbilan tahun. Dia seorang anak
yatim piatu yang dia mbil murid oleh ayah Cui Hong dan dia
berangkat besar bersama dengan Cu i Hong. Kinipun di dalam
rumah itu hanya tinggal mereka bertiga. Murid-murid lain tidak
ada yang tinggal di situ. Dan dia merasa gembira sekali karena
biarpun suhunya belum pernah mengatakannya, namun dari
sikap suhunya, dari kata-katanya, dia dapat menangkap
maksud hati suhunya untuk menjodohkan puteri tunggal itu
dengan dia! Dan baginya, tidak ada kebahagiaan melebihi
bayangan ini. Hidupnya akan lengkap sepenuhnya kalau saja
dia dapat menggandeng Cui Hong sebagai isterinya, untuk
selama hidupnya. Pada masa itu, kekuasaan Kerajaan Beng sudah berada di
ambang pintu kehancuran. Kaisar sendiri, yaitu Kaisar Cung
Ceng, kaisar terakhir Dinasti Beng de mikian le mahnya dan
berada dalam cengkeraman para Thai-kam (Pembesar Kebiri)
yang menguasai istana. Kaisar menjad i boneka yang
diper mainkan mereka. Menteri-menteri dan hulubalang tidak
didengar nasehatnya dan kebanyakan dari mereka adalah
koruptor-koruptor yang tidak peduli akan keadaan negara dan
bangsa melainkan saling berlomba untuk menggendutkan
perut sendiri. Pemberontakan terjadi di ma na- mana dan
rakyat hidup sengsara, menderita dan tidak terjamin
keamanannya karena setiap orang pembesar me mpergunakan
kekuasaannya untuk bersimaharajalela, mengumbar nafsu
menganda lkan kedudukan. Kepala jaksa Pui yang baru saja beberapa bulan la manya
ditugaskan di Thian-cin, tidak ma u ketinggalan dengan rekan-
rekannya dalam hal bermumpung. Mumpung menduduki
jabatan, mumpung me megang kekuasaan, dia pandai
me mpergunakan kekuasaannya untuk kepentingan diri sendiri.
Karena pengaruh uang sogokan yang amat besar jumlahnya,
yang benar bisa saja dituntut dan dibikin salah, sebaliknya
yang bersalah menjad i benar dan dilindungi. Perlindungan
hukum hanya dikenal oleh orang berpangkat dan berduit. Bagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rakyat jelata yang miskin, jangan harap me mperoleh
perlindungan hukum. Dengan seorang ayah seperti itu, tidaklah mengherankan
kalau anak tunggalnya, Pui Ki Cong, bersikap sombong dan
tinggi hati, suka mengganggu anak isteri orang mengandalkan
kedudukan orang tuanya. Dia merupakan anak tungga l yang
dimanja ayahnya. Setiap keinginannya pasti dipenuhi, dan hal
ini tu mbuh menjadi penyakit yang berbahaya dalam batin Ki
Cong. Sampai usianya hampir tiga puluh tahun, dia selalu
berenang dalam kesenangan dan dia menuntut agar semua
keinginannya terkabul. Karena suka berma in pere mpuan,
berganti orang setiap ma la m, dia belum menikah dan hanya
me mpunyai selir yang tak terhitung banyaknya. Di dalam
gedungnya sudah penuh perempuan muda dan cam-yang
menjad i selir. Kalau ada pelayan-pelayan baru yang masih
gadis dan cantik, ha mpir tak pernah dia me mbiarkannya
begitu saja dan dalam waktu beberapa hari saja, pelayan yang
dipilihnya tentu naik pangkat menjadi selir. Belum lagi
perempuan-pere mpuan yang dipilihnya di luar gedung, bahkan
pelacur-pelacur tercantik di Thian-cin menjadi langganannya.
Dengan kehidupan seperti itu, tidaklah mengherankan
bahwa hatinya dibakar oleh kemarahan dan rasa penasaran
karena dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh seorang
gadis dusun puteri guru silat kampungan! Bukan hanya
ditolak, bahkan p ipinya dita mpar sa mpai beng kaknya tiga hari
baru kempis, dan dua orang pengikutnya juga dihajar oleh
gadis ingusan itu! "Awas kau, kalau sa mpai terjatuh ke tanganku....!-"
Berulang kali dia menganca m sa mbil mengepa l tinju dan rebah
gelisah di atas pe mbaringan nya, tidak dapat senang hatinya
walaupun beberapa orang selir tercinta mencoba untuk
menghiburnya. Karena tidak melihat munculnya puteranya
selama dua hari, Jaksa Pui lalu mengunjungi puteranya di
dalam kamarnya dan melihat betapa puteranya itu rebah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan rambut kusut dan wajah mura m, dia merasa khawatir
sekali. "Ki Cong, engkau kenapakah " Sejak kemarin aku t idak
me lihat mu." Dengan sikap manja Ki Cong lalu berkata kepada ayahnya.
"Ayah, aku merasa sangsi apakah benar dengan kedudukan
ayah sebagai kepala jaksa di sini, orang-orang segan dan
menghormat kepada ke luarga kita."
Pembesar yang gendut perutnya itu bangkit berdiri lagi dan
me mbe lalakkan matanya. "Tentu saja! Siapa yang berani tidak menghormat kepada
kita" Aku berkuasa di sini. Aku yang memegang huku m,
siapapun dapat kuhukum dan kutuntut dengan kekuasaanku!"
"He mm, kalau benar begitu, kenapa dua hari yang lalu ada
seorang gadis dusun, anak guru silat kampungan, berani
menghinaku dan mena mpar mukaku?"
"Apa" Kau dita mpar oleh seorang perempuan dusu n" Siapa
orang itu" Biar kusuruh pasukan menangkapnya dan akan
kuhukum berat pere mpuan keparat itu!"
"Tapi..... aku bukan ber maksud menghukumnya, ayah.
Aku..... aku cinta padanya."
Tiba-tiba wajah yang bengis itu berubah dan tertawalah
Jaksa Pui. "Ha-ha-ha! Begitukah
kiranya" Ha-ha-ha, perempuan panas seperti itu me mang menarik sekali. Nah,
apa sukarnya kalau kautarik ia dan jadikan selirmu" Ataukah
engkau sudah ingin beristeri?"
"Tida k, ayah. Akan tetapi aku ingin mendapatkannya.
Hanya..... aku khawatir kalau ditolaknya, ma ka kuharap
ayah....." "Ha-ha-ha, sungguh me ma lukan! Biasa nya dengan
menggapai saja -setiap wanita katanya akan bertekuk lutut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan merangkak mengha mpirimu. Baru sekarang kau minta
bantuanku. Seperti apa sih perempuan ini?"
"Na manya Kim Cui Hong, puteri tunggal guru silat Kim Siok
di dusun Nag ke-bun."
"Baik, sekarang juga akan kukirim utusan
untuk me minangnya menjadi selirmu. Jangan khawatir, pinanganku
pasti diterimanya. Apalagi dia kan hanya guru silat, tentu
dengan bangga dia akan menyerahkan puterinya kepadamu."
Setelah berkata demikian, dengan mulut tersenyum dan hati
penuh kepercayaan diri sendiri, pembesar itu meninggalkan
kamar puteranya yang juga menjadi ge mbira dan penuh
harapan. "Dapat kau sekarang.....!" Dia mengepal tinju, me mbayangkan betapa dia akan me mpermainkan dan
men ikmati pere mpuan yang berani mena mparnya itu sepuas
hatinya. Sudah dapat dipastikan bahwa orang yang menganda lkan
kekuasaannya, dalam bentuk apapun juga kekuasaan itu,
tentu berwatak sombong dan tinggi hati, suka me mandang
rendah orang lain dan men ganggap bahwa dirinya sendiri
yang paling berharga, paling penting dan paling tinggi
kedudukannya di dunia ini. Orang seperti ini, kalau bertemu
dengan orang lain yang lebih tinggi kedudukannya, yang tak
dapat dibantah lagi kenyataan itu, misalnya bertemu dengan
atasannya, maka tentu wataknya akan berubah lagi, menjadi
seorang penjilat yang sudah tidak ketulungan lagi. Menjilat ke
atas menginjak ke bawah, dua watak ini serangkai dan tak
terpisahkan lag i. Dengan penuh kepercayaan, pembesar gendut Pui lalu
mengirim utusan ke ru mah guru s ilat Kim S iok di dusun Ang-
ke-bun, untuk melamar puterinya yang bernama Kim Cui Hong
menjad i selir putera tunggalnya. Dan dengan penuh
kepercayaan akan hasil tugasnya dan membayangkan hadiah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang besar dari kanan kiri, comblang itupun berangkat dengan
wajah gembira. Cui Hong bukan hanya tidak bercerita kepada suhengnya
tentang peristiwa gangguan yang dilakukan Pui Ki Cong
kepadanya, bahkan kepada ayahnyapun ia tidak menceritakan.
Oleh karena itu, hati guru silat Kim Siok tidak menduga
sesuatu ketika pada pagi hari itu dia kedatangan seorang
tamu yang dikenalnya sebagai seorang comblang kenamaan di
kota Thian-cin. Co mblang itu adalah seorang laki-la ki berusia
lima puluh tahun leb ih, bertubuh tinggi kurus dan berkepala
botak, berkumis kecil panjang turun berjuntai ke bawah
me lalui tepi mulutnya dan bersambung dengan jenggotnya


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang jarang. Matanya sipit dan tajam, mulutnya mudah
senyum. Comblang ini berna ma Gu Mo Sim dan terkenal
sebagai perantara perjodohan yang pandai bicara sehingga
banyak orang suka mengutusnya untuk me minang atau
me mbicarakan tentang urusan perjodohan.
Begitu disa mbut oleh tuan rumah, Gu Mo Sim segera
me mber i hormat dengan tergopoh-gopoh dan mukanya
dira maikan senyum gembira, sepasang mata yang sipit itu
bersinar-sinar. "Kim-kauwsu, kionghi..... kionghi.....! Belum tahu apakah
semalam kauwsu ber mimpi kejatuhan bulan" Heh-heh, sekali
lagi kionghi (sela mat)!"
Kim Siok adalah seorang guru silat dan semenjak kecil dia
berkecimpung dengan seni o lah raga bela diri. Wataknya tidak
suka akan hal yang bertele-tele. Dia menyukai sikap yang
singkat padat, tegas dan jujur. Maka, sikap dan pe mbawaan
comblang ini me mbuat ia muak, akan tetapi sebagai tuan
rumah yang bija ksana, diapun menya mbut dengan senyum
dan me mbalas penghormatan ta mu itu.
"Saudara Gu, tiada hujan tiada angin mengapa kau
me mber i selamat kepadaku" Aku tidak mengerti dan tidak
dapat menerimanya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, sebentar lagi kau akan mengerti, Kim-kauwsu. -
Aku yang sudah tahu lebih dulu, saking gembiraku maka aku
me mber i selamat. Biarkan a ku duduk me lepas lelah, dan aku
akan menceritakan mengapa aku me mberi selamat. Tentu
kauwsu semalam ber mimpi indah sekali."
Kim Siok tidak mau menanggapi lag i ocehan ta munya.
Dengan singkat dia me mpers ilakan ta munya duduk lalu
bertanya, "Sebetulnya, keperluan apakah yang membawa
saudara datang berkunjung?"
Comblang itu menar ik napas panjang. "Aihhh..... apakah
engkau tidak kasihan kepadaku, kauwsu" Tulang-tu langku
yang sudah tua ini tidak sekuat tulang-tulangmu yang terlatih.
Berilah a ku minum dulu sebelum aku menceritakan ber ita
yang tentu akan amat mengejutkan dan juga a mat
mengge mbirakan hatimu. Tuhan akan selalu me mberkahi
orang yang baik hati, dan tentu engkau suka berbaik hati
kepada seorang tamu yang kelelahan dan kehausan."
Gemas se kali rasa hati Kim-kauwsu. mau rasanya dia
menang kap leher baju orang ini dan melemparnya keluar lagi.
Akan tetapi dia menahan kemarahannya, lalu menga mbil
sendiri sebotol arak dan cawannya, menyuguhkannya kepada
tamu yang cerewet itu. Tanpa sungkan-sungkan lag i, Gu Mo
Sim la lu menuangkan arak ke dalam cawannya dan minum
sampai tiga cawan arak. "He mmm..... segar rasanya. Arakmu enak se kali, kauwsu.
Nah, sekarang barulah aku dapat bicara dengan leluasa. Kalau
engkau tahu keper luan apa yang kubawa, tentu engkau akan
menya mbutku dengan hidangan dua belas maca m! Ketahuilah, aku datang ini sebagai utusan kepala jaksa Thian-
cin, yaitu Pui Taijin."
Dia m-dia m guru silat itu merasa terkejut dan juga heran
sekali, akan tetapi dia menghibur hatinya bahwa tentu
keperluan itu sa ma dengan keperluan para bangsawan dan
hartawan di Thian-cin yang pernah menghubunginya. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaksa inipun ingin dia me latih silat kepada puteranya. Hal ini
banyak diminta para pembesar darinya dan tentu saja dia
tidak dapat meno laknya walaupun dengan hati t idak begitu
suka. Akan tetapi, dia sengaja member i latihan berat sehingga
baru satu dua bulan saja anak-anak bangsawan itu sudah
mundur dengan sendirinya, tidak tahan gemblengan keras dan
sukar. "Keperluannya?" tanyanya dengan singkat, dengan wajah
yang tidak beruban. Comblang itu mengangkat telunjuk kanannya sambil
tersenyum. "Ha-ha, sampai bagaimanapun engkau takkan
pernah dapat menerkanya, kauwsu. Engkau tentu bermimpi
kejatuhan bulan sema la m."
"Saudara Gu, harap segera katakan apa keperluan itu dan
tidak me mutar- mutar pe mbicaraan!" tegurnya.
"Aha, kiranya Kim-kauwsu seorang yang tidak sabaran
menanti berita baik. Baiklah. Engkau me mpunyai seorang
cian-kim s iocia (anak gadis terhormat), bukan" Berapa usianya
sekarang, kauwsu?" Tiba-tiba saja Kim Siok merasa jantungnya berdebar
kencang. Baru dia men duga ke arah mana perkacapan itu dan
mengapa pula yang diutus seorang pe mbesar adalah seorang
comblang. Kiranya mena ksir puterinya!
"Apa hubungannya usia puteriku dengan tugas mu, saudara
Gu?" "Hubungannya erat sekali. Ketahuilah bahwa aku diutus
oleh Kepala Jaksa Pui untuk me minang puterimu untuk
dijodohkan dengan putera tunggalnya, tuan muda Pui Ki Cong
yang tampan, yang kaya raya, yang pandai dan terpelajar,
yang bangsawan itu. Ha-ha, engkau terkejut, bukan" Aku
sendiri terkejut ketika me nerima tugas. Tak kusang ka engkau
me miliki nas ib yang begini baik, saudaraku! Kionghi, kionghi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti du lu, saudara Gu! Maksudmu, anakku dila mar untuk
menjad i isteri" "Bukan..... eh, menjadi selir tuan muda Pui Ki Cong....."
Berubah wajah Kim Siok, menjadi merah karena dia marah
sekali. "Selir" Bahkan isteripun bukan " Anakku dila mar untuk
dijadikan selir....."
Melihat perubahan muka itu, comblang Gu Mo Sim me njadi
terkejut dan gugup. Dia lalu cepat berkata, "Ah, isteri juga...
hanya isteri muda, begitulah istilahnya..."
Kim Siok menahan kemarahannya. Puterinya, anak
tunggalnya, dilamar menjadi selir dan comblang ini na mpak
demikian ge mbira, seolah-olah yakin bahwa la maran itu tentu
akan diterimanya. Kalau menurutkan keinginannya, la maran
yang dianggapnya sebagai penghinaan itu akan langsung
ditolaknya dan utusan itu akan dihajarnya. Akan tetapi guru
silat ini bukan seorang bodoh yang se mbrono. Dia menahan
dirinya, lalu bangkit dan me mberi hormat kepada ta mu itu.
"Saudara Gu Mo Sim, harap sampaikan jawabanku kepada
Pui Taijin, bahwa menyesal sekali aku terpaksa menolak
pinangan ini. Aku merasa terhormat sekali, akan tetapi
pinangan ini tidak mungkin dapat kuterima."
Suara kekeh itu terhenti dan sepasang mata yang sipit itu
mencoba untuk melebar, na mun tak berhasil sehingga na mpak
lucu. Hampir Gu Mo Sim tidak me mpercayai telinganya sendiri.
"Apa...." Mimpi burukkah aku atau.... kau yang sedang
bermimpi buruk atau berubah ingatan" Kau tadi b ilang bahwa
kau..... kau meno lak pinangan Pui Taijin yang berkuasa dan
kaya raya?" "Tida k salah. Aku terpaksa menolak pinangan itu."
"Tapi..... tapi, bagaimana ini" Kenapa ...." Aku tidak
me lihat suatu alasan me ngapa kau sampai beran i meno lak.. ..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Siok maklum bahwa penolakannya tentu mengejutkan
dan tanpa alasan yang kuat bahkan mungkin akan
men imbulkan kemarahan di piha k pelamar. Maka dia-pun
sejak tadi sudah menga mbil keputusan untuk mengajukan
alasan yang memang sudah la ma menjadi keinginan hatinya.
"Harap saudara Gu sampaikan ucapan terima kasih kami
kepada Pui Taijin atas kehormatan yang dilimpahkan kepada
keluarga kami. Akan tetapi terpaksa pinangan itu kami tolak
karena anakku itu sudah terikat dalam pertunangan dengan
Can Lu San, seorang muridku sendiri. Anakku tidak bebas lagi,
me lainkan sudah me mpunyai seorang calon sua mi."
Gu Mo Sim melongo. Hal ini sungguh sa ma sekali tak
pernah disangkanya. Pui Taijin tidak pernah me ngatakan
bahwa gadis yang dipinangnya itu sudah bertunangan dengan
seorang pria lain. Tentu saja penolakan itu wajar dan dia tidak
dapat membantah lagi. Bagaimanapun juga, dia seorang
comblang yang terkenal dan bukan hanya dia akan kehilangan
muka kalau sa mpa i pinangannya gagal, juga akan kehilangan
hadiah besar. Dalam keadaan putus asa itu, diapun mencoba
untuk me mbujuk. "Pertunangan itu masih belum terlambat untuk diputuskan,
kan belum menikah" Apa artinya seorang murid dibandingkan
putera Pui Taijin" Pula, hanya seorang murid, bukan kah murid
itu seperti anak sendiri dan diputuskanpun tidak menjadi
halangan...." "Cukup, saudara Gu Mo Sim!" Hampir habis kesabaran di
dalam hati guru silat Kim itu. "Engkau hanya seorang utusan
dan urusan pertunangan anakku tidak ada sangkut-pautnya
denganmu! Engkau sudah menyampa ikan tugas mu dan aku
sudah men jawab. Sampaikan saja jawaban ini kepada orang
yang mengutus mu. Aku tidak banyak waktu untuk bercakap-
cakap denganmu!" Guru silat itu lalu bangkit dan dari
suaranya jelas bahwa dia mengusir ta munya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan muka berubah merah Gu Mo Sim lalu bangkit,
setelah me mandang beberapa ja m la manya, diapun menjura
dan me mba likkan tubuhnya, pergi men inggalkan rumah guru
silat Kim Siok dengan hati mendongkol dan kecewa bukan
ma in. Sekali saja menjad i utusan Kepala jaksa Pui yang de mikian
kaya dan berkuasa, dan ternyata dia gagal melaksanakan
tugasnya dengan hasil baik.
Karena hatinya kecewa, dia merasa sakit hati terhadap Kim
Siok yang dianggapnya bersikap tidak baik dan merugikannya,
maka begitu menghadap Pui Taijin, dia melapor sa mbil
menje lek-jele kkan diri Kim-kauwsu. "Taijin, guru s ilat she Kim
itu sungguh seorang manusia yang tak tahu diri sekali. Dia
berani menolak pinangan taijin terhadap puterinya!"
"Aihhh....!" Pembesar Pui yang gendut itu berseru marah
dan alis matanya diangkat naik. "Keparat sombong! Berani dia
meno lak" Apa alasannya?"
"Anak pere mpuan itu sudah ditunangkan dengan muridnya
yang bernama Can Lu San."
"Aihhh....?" Kemarahan pe mbesar itu menurun. Bagaimanapun juga, dia mengerti pula aturan dan penolakan
itu menjad i wajar. Bagaimana seorang gadis yang sudah
me mpunyai calon suami dapat menerima pinangan orang lain"
"Wah, kenapa Ki Cong tidak me mberi tahu" Celaka, kita
menjad i ma lu, melamar gadis yang sudah mempunyai calon
suami!" "Kalau Pu i-kongcu menghendaki se lir, biar selusin dan lebih
cantik daripada anak guru silat kampungan itu, saya masih
sanggup mencar ikan, Taijin. Harap hal itu jangan khawatir.
Akan tetapi, guru silat itu harus dihajar. Adalah haknya untuk
meno lak karena anaknya sudah bertunangan, akan tetapi dia
tidak perlu marah- marah dan mengusir saya. Apakah dia tidak
tahu bahwa ketika berhadapan dengan saya, maka saya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mewakili Pui Taijin dan kalau menghina saya, hal itu sama
artinya dengan menghina Pui Taijin?"
Akan tetapi Pui Taijin termenung. Kini dia mengerti
mengapa puteranya dita mpar oleh gadis anak guru silat itu.
Kiranya dia sudah bertunangan dan tentu Ki Cong
menggodanya ma ka gadis itu marah dan mena mparnya.
"Sudahlah, kalau dia marah tentu engkau tidak pandai
me mbawa diri. Hal itu tidak per lu ribut. Yang lebih penting,
coba kau hibur Ki Cong dan tawarkan gadis-gadis mu itu, agar
dia tidak me mikirkan lagi anak tu kang silat itu."
Melihat hasutannya tidak berhasil, Gu Mo Sim tidak berani
mendesak. Dia me mperoleh kesempatan la in yang lebih ba ik
untuk me la mpias kan rasa penasaran dan kecewa hatinya.
Bergegas diapun pergi mene mui Pui Ki Cong dan di depan
pemuda inilah dia me nghasut dengan kata-kata beracun.
"Guru s ilat itu dan anak gadisnya a mat menghina mu,
kongcu. Mereka bukan hanya menolak pinangan, bahkan
berani me mburuk-burukkan kongcu, mengatakan kongcu tidak
tahu aturan berani meminang seorang gadis yang sudah
bertunangan dengan orang lain. Siapa yang tidak panas
perutnya mendengar guru silat itu berkata bahwa biarpun
kongcu putera jaksa atau putera raja sekalipun mereka tidak
takut menolak! Pendeknya, gadis itu dan ayahnya dan
tunangannya, bersikap menantang dan menghina sekali.
Sayapun sebagai utusan Pui Taijin dihinanya dan diusirnya!"
Wajah Pui Ki Cong sebentar merah' sebentar pucat.
Perasaan di hatinya ber macam-maca m, akan tetapi yang
paling kuat adalah kekecewaan dan kemarahan. Kecewa
karena gadis yang me mbuatnya tergila-gila itu tidak jadi jatuh
ke dalam pe lukannya dan marah karena selain ditolak
la marannya, juga keluarga gadis itu berani menghinanya.
Apalagi me lihat sikap pemuda bangsawan itu, Gu Mo Sim
masih mena mbahkan minyak pada api yang berkobar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka itu harus dihajar, kongcu. Kalau tidak tentu na ma
besar kongcu dan Pui Taijin akan menjadi ce mar. Mari,
kongcu, bawa sepuluh orang tukang pukul dan saya yang
akan menjadi saks i. Kita serbu Ang-ke-bun dan kita hajar ayah
dan anak dan calon mantunya itu, agar puas hati kita
walaupun la maran dito lak!"
Kebetulan ketika Gu Mo Sim menghadap, di situ terdapat
dua orang kepala pengawal jagoan yang biasa membantu Pui-
kongcu. Karena mereka berdua itu ditakuti orang, dan mereka
me mang boleh dianda lkan, Pui Ki Cong lalu menarik dua orang
kepala pengawal yang menjadi komandan pasukan pengawal
ayahnya itu dan menjadi pe mbantu-pembantu pribadinya,
me lakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada sangkut-
pautnya dengan tugas mereka berdua sebagai kepala
pengawal. Ketika dua orang kepala pengawal ini mendengar
laporan yang disampaikan Gu Mo Sim, mereka juga ikut


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjad i marah. "Guru silat kampungan itu berani menolak pinangan
kongcu, bahkan menghinanya" Keparat!" bentak komandan
yang bernama Bhong Gun,, yang bertubuh pendek gemuk dan
matanya bundar, mukanya licin seperti muka anak kec il.
"Kita harus menghajarnya! Kongcu tak usah khawatir, kami
berdua cukup untuk me nghajar guru silat itu!" bentak pula
komandan ke dua, yang bertubuh tinggi besar dan mukanya
penuh brewok menyeramkan. Orang ini berna ma Teng Ki dan
terkenal me miliki tenaga besar, sedangkan kawannya yang
bernama Bhong Gun tadi terkenal pula dengan gerakannya
yang lincah dan cepat walaupun tubuhnya bundar.
"Nah dengan adanya dua orang ciang-kun ini, tentu guru
silat kampungan she Kim itu dapat dihajar sampai bertobat!"
Gu Mo Sim mena mbah. "Akan tetapi harus diingat bahwa
mereka itu dan murid, ayah dan anak semuanya adalah ahli-
ahli silat." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ji-wi ciangkun (perw ira berdua) harap me mbawa pasukan
belasan orang. Kita berangkat sekarang juga!" Tiba-tiba Pui Ki
Cong yang sudah menjadi panas perutnya itu mengajak dua
orang pembantunya. "Eh, kongcu mau ikut juga?" tanya Gu Mo Sim. "Kalau
begitu, sayapun ikut. Ingin saya melihat guru silat kampungan
itu dihajar babak be lur, ha-ha!"
Demikianlah, dengan kemarahan meluap-luap, Pui Ki Cong
tanpa setahu ayahnya, membawa dua belas orang pengawal
termasuk Bhong Gun dan Teng Kui, tiga belas bersama Gu Mo
Sim yang sudah berge mbira ingin nonton keramaian untuk
me la mpiaskan rasa kecewa dan marahnya terhadap keluarga
guru silat Kim Siok. Dua orang pengawal itu tentu saja pernah
mendengar na ma guru silat Kim Siok, akan tetapi mereka
tidak merasa gentar karena selain mereka berduapun ah li
silat, juga mereka berdua adalah komandan pengawal dan kini
mereka me mbawa sepuluh orang anak buah. Takut apa" 3uga
kedudukan mereka sebagai kepala pengawa l jaksa Pui
merupakan andalan yang cukup kuat. Bagaikan pasu kan yang
hendak maju perang, empat belas orang itu menunggang
kuda dan keluar dar i kota Thian-cin menuju ke selatan, ke
dusun Ang-ke-bun. **d*w** Cui Hong menghadap ayahnya dengan alis berkerut dan
hati diliput i ketegangan. Ia tadi tahu bahwa ayahnya
kedatangan seorang tamu yang tidak dikenalnya. Akan tetapi
ketika ta mu itu pulang, ayahnya nampak seperti orang marah
dan me manggil dia bersama Lu San untuk menghadap. Kini ia
duduk di atas bangku di depan ayahnya. Lu San juga datang
dan murid ini menjatuhkan diri berlutut, akan tetapi Kim S iok
minta kepada murid ini untuk bangkit dan duduk di atas
bangku dekat Cui Hong, Kini mereka berdua duduk di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangku menghadapi orang tua yang wajahnya nampak mura m
itu. "Ayah, ada urusan apakah maka ayah kelihatan tidak
gembira seperti biasanya, bahkan me manggil aku yang
sedang sibuk me mbuat masakan istime wa untuk ayah?" Gadis
ini mas ih ge mbira kalau mengingat beberapa hari yang la lu,
kembali ia mengejutkan dan men ggembirakan hati ayahnya
dengan masakan istime wa untuk merayakan hari ulang tahun
ayahnya. Dan pagi ini iapun ingin me mbuat masakan istimewa
untuk ayahnya, karena suheng-nya kemarin telah mendapatkan ja mur-jamur kuning yang enak dimakan dan
yang mula i bertu mbuh di dalam hutan karena hujan sudah
mulai turun. Akan tetapi, kegembiraan Cui Hong na mpaknya tidak dapat
mene mbus awan kelabu yang menggelapkan wajah guru silat
itu. Dia bahkan menarik napas panjang, lalu bertanya kepada
puterinya sambil me natap tajam wajah yang manis itu, "Cui
Hong, berapakah usia mu tahun ini?"
"Eh." Aih, bagaimana sih ayah ini" Apakah ayah sudah lupa
berapa usia anaknya sendiri, anak tunggal lag i?"
"Aku tidak lupa, Hong-ji, hanya ingin mengingatkan. Berapa
usia mu sekarang?" "Beberapa bulan lag i enam be las tahun, ayah."
Ayahnya mengangguk-angguk. "Sudah dewasa, bukan
anak-anak lag i. Sungguh bukan anak-anak lagi, Hong-ji."
"Ayah, apa maksudmu...?" Cui Hong me mandang ayahnya,
kini dengan serius dan sinar mata penuh selidik karena ia
merasa benar akan perbedaan dalam sikap dan kata-kata
ayahnya. "Maksudku, Hong-ji, bahwa seorang wanita yang sudah
dewasa, akan kemana lagi kalau bukan me masu ki hidup baru,
menjad i seorang isteri dan ratu ruma h tangga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, jangan bicara seperti teka-teki. Apa ma ksudmu?"
"Hong-ji, keadaan negara sedang tidak aman. Kini bangsa
Mancu sudah mulai menekan dari utara, sedangkan di mana-
mana terjadi pemberontakan. Keadaan sebentar lagi akan
kacau dan tidak aman oleh akibat perang. Karena itu, akan
lebih tenanglah hatiku me lihat engkau sudah terikat dan
sudah ada yang melindungi....."
"Ayah, sekali lagi, apa ma ksudmu terhadap diriku?"
"Engkau sudah dewasa, Hong-ji, sudah tiba waktunya
bagimu untuk men ikah."
"Ahhh.....!" Wajah itu berubah merah sekali dan hampir Cui
Hong lari saking malunya. Ayahnya bicara soal pernikahan
begitu saja, apalagi di depan suhengnya. Akan tetapi, ia
seorang gadis yang lincah dan tabah, maka ia menekan
batinnya yang diliputi perasaan malu dan ia me mbantah
sesuai dengan suara hatinya. "Akan tetapi, ayah. Usiaku baru
hampir ena m belas tahun! Aku..... aku belum ingin menikah,
masih ingin me layani ayah. Dan dengan adanya ayah
disa mpingku, ditambah lagi dengan kekuatanku sendiri, apa
yang ayah khawatirkan" Aku ma mpu menjaga diri sendiri."
"Me mang tadinya akupun berpikir de mikian, tidak akan
tergesa-gesa, setidaknya menanti sampai engkau berusia
tujuh belas atau delapan belas tahun. Akan tetapi kedatangan
tamu tadi mengubah pikiranku....."
"Ta mu siapakah, ayah" Orang yang tinggi kurus berkepala
botak tadi" Siapakah dia dan apa hubungan kedatangannya
dengan aku" Dengan.. ... maksud ayah?"
"Dia ada lah comblang Gu Mo Sim dari Thian-cin dan
kedatangannya tadi adalah untuk meminangmu, Hong-ji."
"Ahh.....! Dan ayah..... ayah menerima pinangannya!" Gadis
itu setengah berteriak saking kaget dan khawatirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati gadis itu lega karena ayahnya menggeleng kepalanya
dengan cepat. "Dia datang sebagai utusan Kepala jaksa Pui
Taijin, melamar engkau untuk puteranya yang bernama Pui Ki
Cong....." "Ahhh...." Cui Hong berseru kaget.
"Untuk menjadi.. selirnya. Aku menolaknya dengan keras."
"Ahhh.....! Si keparat! Berani benar dia!" teriak Cui Hong
dan me mbuat ayahnya menjadi heran mendengar ini. Juga Lu
San yang sejak tadi hanya duduk dia m mendengarkan
percakapan yang menegangkan hatinya ini, kini mengangkat
muka me mandang wajah sumoinya.
"Kau sudah mengenal dia?"
"Tentu saja! Aku belum bercerita kepada ayah, juga kepada
suheng aku tidak bicara apa-apa. Terjadinya pada hari ulang
tahun ayah itu. Aku pergi ke pasar Thian-cin untuk berbelanja
sayur dan ayam untuk me mbuatkan masakan istimewa untuk
ayah. Ketika pulang dari pasar, seorang pemuda jangkung
bersama dua orang kaki tangannya menghadang perjalananku
dan bersikap kurang ajar kepadaku. Karena dia menggangguku, maka aku telah mena mpar mukanya. Dua
orang kaki tangannya menyerangku dan kuhajar mere ka, lalu
aku pulang dengan cepat....."
"Ah, ketika itu engkau na mpak marah- marah dan mukamu
merah pada m, sumoi. Kiranya terjadi hal itu?" kata Lu San
yang teringat akan keadaan sumoinya pada beberapa hari
yang lalu itu. "Benar, dan sekarang, dia berani menyuruh seorang untuk
me minangku. Keparat benar orang itu! Kalau tahu begini,
tentu aku akan men ghajarnya lebih keras lag i!
"He mm..." ada kejadian seperti itu?"
Guru silat Kim Siok mengerutkan alisnya dan berpikir keras.
"Dia tertarik pada mu, mengganggumu dan kauta mpar dia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi dia malah menyuruh ayahnya mengirim utusan
me la mar, dan melamar mu untuk menjadi selirnya. Sungguh
terlalu!" Guru silat itu mengepal t inju. "Memang hatiku sudah
merasa tidak enak sejak munculnya comblang keparat itu. Dan
kini ceritamu lebih meyakinkan lagi hatiku. Engkau harus
segera menikah, Hong-ji!"
"Tapi, ayah! Engkau sudah menolak la marannya, dan
akupun tidak sudi....."
"Jangan bodoh, Hong-ji. Tentu saja akupun tidak rela
me mbiarkan engkau menjadi selir keparat itu. Tidak, engkau
bukan menjad i selir anak jaksa itu, me lainkan menjadi isteri
dari suhengmu ini, Can Lu San."
"Ahh.....!" Cui Hong berseru dan me nahan suaranya,
menunduk dan tidak berani berkutik lagi saking malunya.
Ingin ia lari akan tetapi mengingat akan pentingnya persoalan
yang dibicarakan, ia menahan diri dan hanya menunduk.
"Ahh....!" Can Lu San juga terkejut karena ucapan suhunya
ini terlalu tiba-tiba datangnya, walaupun sudah sejak lama dia
jatuh cinta kepada sumoinya dan sudah lama mengharapkan
putusan suhunya ini. Diapun lalu menundukkan mukanya yang
berwarna ke merahan. Melihat sikap kedua orang muda yang menundukkan muka
dengan malu-ma lu itu, Kim Siok tersenyum. "Kurasa kalian
merasa setuju dan dapat menerima keputusanku agar kalian
berjodoh dan menjad i suami isteri."
Dua orang muda itu tidak dapat menjawab dan kepala
mereka se makin menunduk. Kim Siok mendapat akal. "Kalau
ada di antara kalian merasa tidak setuju, harap menyatakan
sekarang juga karena kalau dia m saja sudah kuanggap kalian
tidak meno lak dan sudah merasa setuju. Bagaimana" "
Can Lu San yang setuju seribu prosen itu tentu saja merasa
lega dan diapun hanya menunduk, bahkan sema kin rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya menunduk. Tiba-tiba Cui Hong mengangkat
mukanya. "Ayah....." Hati ayah ini terperanjat. Apakah puterinya tidak setuju"
Dengan was-was dia menatap wajah puterinya penuh selidik.
"Ayah, perlukah pernikahan dilakukan tergesa-gesa" Kalau
hanya ancaman dari keparat itu saja....."
"Anakku, ketahuilah bahwa tadi aku terpaksa me mpergunakan alasan untuk meno lak pinangan dari Jaksa
Pui, dan alasan yang kupergunakan adalah bahwa kau telah
bertunangan dengan Lu San. Dan hatiku takkan merasa
tenteram sebelum kalian benar-benar menjad i sua mi isteri
sehingga tidak akan ada yang berani mengganggumu lagi
karena- engkau sudah bersuami. Aku merencanakan untuk
merayakan pernikahan itu dalam bulan ke sepuluh depan ini."
"Bulan ke sepuluh" Kini sudah ke tujuh. Tinggal tiga bulan
lagi," pikir Cui Hong dengan jantung berdebar tegang.
"Bagaimana" Apakah kalian setuju" Ingat, kita sekeluarga
hanya tiga orang, aku tidak dapat mengajak siapapun
berunding kecuali kalian. Karena itu, keluarkan pendapat
kalian. Apakah kalian setuju kalau pernikahan dila kukan dalam
bulan ke sepuluh?" Tanpa mengangkat mukanya, Cui Hong berkata lirih,
"Terserah kepada ayah....."
Mendengar sumoinya menjawab, Lu San me mberanikan diri
berkata pula, "Teecu hanya mentaati segala perintah suhu."
"Nah, kalau begitu legalah hatiku."
Akan tetapi baru saja guru silat itu merasa terlepas
daripada himpitan kekhawatiran, tiba-tiba terdengar derap
kaki kuda yang berhenti di depan rumah mereka. Kim Siok
saling pandang dengan puteri dan muridnya, dan ketiganya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu serentak meloncat bangun dan berlari keluar. Dan di
pekarangan rumah mere ka itu telah berloncatan turun enam
belas orang perajurit pengawal berpakaian seragam yang
dikepala i dua orang perwira, dan yang dua orang lagi adalah
Pui Ki Cong dan Gu Mo Sim! Melihat pe muda jangkung kurus
itu, tentu saja Cui Hong sudah menjad i marah sekali dan tahu
bahwa pemuda itu datang mencari gara-gara. Sedangkan Kim
Siok send iri begitu me lihat hadirnya Gu Mo Sim di s itu, sudah
dapat menduga apa artinya kedatangan rombongan perajurit
ini. Tentu ber maksud kurang ba ik.
"Hati-hati....." bisiknya kepada puteri dan muridnya.
Akan tetapi Gu Mo Sim yang sudah me langkah maju dan
orang ini me mperoleh keberanian karena mengandalkan
pasukan itu, sudah menudingkan telunjuknya ke muka Kim
Siok dan me ma ki, "Guru s ilat kampungan she Kim! Engkau
sudah berani meno lak kehormatan dan ma ksud ba ik keluarga
Pui yang mulia, bahkan berani pula mengusir aku yang
menjad i utusannya. Agaknya engkau me mang sudah bosan
hidup! Hayo cepat minta maaf kepada Pui-kongcu dan cepat
menyerahkan nona Kim dengan ba ik-baik untuk menebus


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dosamu!" Bukan main marahnya hati Kim Siok mendengar ucapan ini.
Biarpun dia tahu dar i cerita puterinya bahwa putera jaksa Pui
itupun bukan seorang yang baik-baik, akan tetapi sedikit
banyak comblang Gu Mo Sim ini me mpengaruhinya.
"Mulut mu yang busuk itulah yang perlu dihajar!" katanya
dan dia me langkah maju untuk mena mpar muka comblang itu.
Melihat ini Gu Mo Sim lari bersembunyi di belakang Pui
Kongcu. "Kaupun bukan manusia baik-ba ik. Mau apa datang ke sini"
Mau minta dita mpar sampa i muka mu hancur?" bentak Cui
Hong dan iapun sudah melangkah maju untuk mengha mpiri
Pui Ki Cong. Akan tetapi, Bhong Gun dan Teng Kui sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat melangkah maju untuk menghadang ayah dan anak
yang marah itu. "He mm, guru silat Kim Siok, berani engkau hendak
me lawan yang berwajib" Hayo cepat kau berlutut dan
menyerah!" bentak Bhong Gun dengan sikap gagah dan galak.
Kim Siok memandang mereka berdua dan tersenyum
mengejek. "Aha, bukankah kalian ini dua orang perwira
keamanan di Thian-cin yang bertugas mengawal pembesar"
Sebagai kepala pengawal, tugas kalian adalah menjaga
keselamatan pe mbesar, bukan untuk berlagak menindas
rakyat." "Kurang ajar! Tangkap dia!" Pui Ki Cong yang sudah tidak
sabar lagi me lihat Cui Hong di situ dan ingin cepat-cepat
menang kap dan me mbawa pulang gadis itu, sudah me mberi
aba-aba. Mendengar aba-aba ini, dua orang perwira pengawal
itu lalu menerjang maju. Bhong Gun yang gemuk pendek
menerjang Kim Siok, sedangkan Teng Kui yang tinggi besar itu
maju menyerang Cui Hong. Akan tetapi dengan cepat Lu San
yang berdiri di belakang gadis itu meloncat ke depan
menya mbut terjangan Teng Kui mewakili tunangannya atau
sumoinya. Seperti juga Kim Siok yang sudah mulai berkelahi
me lawan Bhong Gun, Lu San segera bertanding melawan
Teng Kui dengan serunya. Sementara itu, melihat betapa ayahnya dan suhengnya
sudah berkelahi, Cui Hong yang sudah marah sekali terhadap
Pui Ki Cong, sudah menerjang ke depan untuk menyerang
pemuda yang menjad i biang keladi se mua keributan ini. Akan
tetapi, beberapa orang perajurit pengawal menyambutnya
dengan senjata mereka dan sebentar saja Cui Hong sudah
dikeroyok oleh belasan orang perajurit itu! yang sebagian
me mbantu Bhong Gun yang nampaknya kewalahan menghadap i guru silat Kim Siok.
Bhong Gun yang ge muk pendek itu, biarpun me miliki
gerakan yang lincah dan cepat, ternyata bukan lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seimbang dari guru silat Kim. Mula- mula dia me mang
menyerang dengan ganas, menggunakan kaki tangannya yang
serba pendek namun cepat dan kuat itu, hendak mendesak
lawan. Namun, Kim Siok adalah se orang ahli silat murid
Siauw-lim-pai yang sudah me miliki ilmu s ilat yang matang.
Ilmu itu sudah mendarah daging dalam gerakannya dan
sebagai guru silat, tentu saja ia seringkali mengajar murid-
muridnya dan hal ini sa ma saja dengan berlatih diri, maka
gerakannya cekatan dan tepat. Mula-mula dia hanya me mbela
diri, akan tetapi agaknya pihak lawan tidak tahu diri, tidak
mau tahu bahwa dia banyak mengalah. Maka setelah lawan
terus mendesaknya sampai dua puluh jurus leb ih, Kim Siok
mulai me mbalas dan baru beberapa jurus saja dia me mbalas,
sebuah kakinya berhasil mendarat dengan tendangan kilat ke
arah perut Bhong Gun yang bundar dan gendut.
"Bukkkk!" Bagaikan sebuah bola yang ditendang, tubuh
Bhong Gun terlempar dan terbanting roboh sampai terguling-
guling. Akan tetapi ternyata dia cukup lihai karena begitu
terlempar, dia sengaja menggulingkan dirinya sehingga dia
ma mpu cepat me lompat bangkit lag i. Kini dia mencabut keluar
goloknya dan menyerang lagi, dibantu oleh e mpat orang
perajurit yang melihat betapa komandan ini kewalahan
menghadap i guru silat Kim. Karena Bhong Gun dan e mpat
orang perajurit itu me mpergunakan senjata, Kim Siok juga
segera melolos ikat pinggangnya yang merupakan senjata
yang ampuh. Ikat pinggang ini terbuat daripada kain yang
ulet, akan tetapi dikedua ujungnya diikatkan mata pisau
bercabang tiga yang kecil namun cukup berat. Segera terjadi
pengeroyokan yang lebih seru lag i.
Perkelahian antara Lu San dan Teng Kui a mat rama i.
Walaupun Teng Kui juga me mpergunakan goloknya dan Lu
San hanya bertangan kosong, namun komandan pengawal itu
tidak ma mpu mengimbangi kecepatan gerakan Lu San dan
sudah beberapa kali dia terkena pukulan dan tendangan.
Kalau saja tidak ada dua orang anak buahnya yang cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbantunya tentu dia sudah roboh dalam waktu kurang dari
dua puluh jurus saja Dikeroyok tiga, Lu San yang gagah
perkasa itu masih menga muk dan sama sekali tidak terdesak
walaupun tiga orang pengeroyoknya mempergunakan senjata
golok. Sisa enam orang anak buah pasukan pengawal itu
mengeroyok Cui Hong. Namun, mereka yang bertangan
kosong dan tidak beran i me mpergunakan senjata karena Pui
Ki Cong melarang mereka me luka i gadis itu, sa ma sekali
bukan lawan tangguh bagi Cu i Hong. Dara re maja ini
berloncatan dengan lincah seperti seekor burung walet
menghindarkan diri dari tangan-tangan yang hendak
menang kapnya, dan me mbagi-bag i ta mparan dan tendangan
yang cukup keras sehingga ena m orang itu jatuh bangun dan
tiap kali terkena tamparan atau tendangan tentu terpelanting
dan mengaduh. Dara itu sungguh lincah dan kecepatan
gerakannya sama sekali t idak dapat diimbangi oleh ena m
orang pengeroyok yang hanya memiliki tenaga otot yang
besar dan keberanian karena mengeroyok itu.
Perkelahian itu, walaupun t idak seimbang dalam jumlah,
namun ternyata keadaannya sama sekali ber lawanan dengan
jumlahnya karena keluarga guru s ilat yang hanya terdiri dari
tiga orang itu ternyata ma mpu mendesak para pengeroyok
yang jumlahnya empat belas orang! bahkan di antara para
pengeroyok, terutama yang mengeroyok guru silat Kim,
banyak yang sudah roboh dan tidak ma mpu melanjutkan
pengeroyokan lagi. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya ini, Gu Mo Sim menjad i ketakutan.
"Kongcu.....! Kongcu.....! Mari kita pergi. Cepat-cepat.....!"
Comblang yang berwatak pengecut ini dengan ketakutan
lalu lari mengha mpiri kudanya dan berusaha meloncat ke atas
punggung kuda. Akan tetapi karena dia me mang bukan ah li
menunggang kuda dan berada dalam keadaan panik,
loncatannya tidak mencapai sasaran dan kakinya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menginjak sanggurdi terpeleset sehingga diapun terjatuh.
Ketika dia hendak bangun dia terkejut setengah mati melihat
bahwa Kim Siok telah berdiri di dekatnya. "Celaka......!"
serunya. "Manusia busuk!" Kim-kauwsu
me ma ki dan sekali tangannya mena mpar, terdengar suara "krekk!" dan tulang
pundak comblang itupun patah-patah. Manusia itu menjer it-
jerit, lebih karena takut dan ngeri daripada karena nyeri dan
belum apa-apa diapun sudah terkulai le mas dan pingsan.
Sementara itu, ketika mendengar teriakan Gu Mo Sim, Pui Ki Cong juga tahu
akan bahaya. Tak disangkanya bahwa keluarga guru s ilat itu sedemikian lihainya. Maka
diapun berpikir bahwa me larikan diri lebih aman
dan diapun cepat lari dan
me loncat ke atas punggung
kudanya. Akan tetapi, baru
saja tubuhnya tiba di atas
sela di punggung kudanya,
tahu-tahu ada bayangan berkelebat dan Cui Hong sudah
berada di sampingnya. "Turun kau, pengacau busuk!" Dara re maja
itu mendorongkan kedua tangannya dan tanpa dapat dihindarkan
lagi, tubuh pemuda bangsawan itu terpelanting dari atas
punggung kuda dan terbanting ke atas tanah sa mpai
menge luarkan suara berdebuk. Pe muda bangsawan itu
mengaduh, akan tetapi dia ketakutan dan memandang dengan
muka pucat kepada dara re maja yang sudah melangkah
mengha mpirinya dengan sikap menganca m. Saking takutnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pui Ki Cong sampa i tidak ma mpu bangun dan celananya
menjad i basah tanpa disadarinya!
"Hong-ji, jangan.....!" Tiba-tiba Kim Siok berseru keras dan
puterinya yang sudah siap me mberi hajaran keras kepada Pui
Ci Kong mengurungkan niatnya dan meninggalkan pemuda
yang masih rebah di atas tanah itu.
Ternyata perkelahian itu sudah se lesai. Bhong Gun sudah
roboh, demikian pula Teng Kui. Dari dua belas orang
pengawal, yang delapan orang luka-luka dan kini yang e mpat
orang tidak beran i lagi me lawan.
"Kalian pergilah dan jangan mengganggu kami lagi!" kata
guru silat Kim Siok. Dengan susah payah, dan saling bantu,
enam belas orang itu lalu men inggalkan dusun Ang-ke-bun,
menunggangi kuda mere ka perlahan-lahan karena sebagian
besar dari mereka luka- luka.
Setelah mereka pergi, Kim Siok ber kata kepada puterinya
dan muridnya, "Kalian ber kemas. Kita harus pergi sekarang
juga!" "Ke mana, ayah?" Cui Hong bertanya heran.
"Ke selatan, makin jauh makin ba ik."
"Ah, perlu apa kita melarikan diri. ayah" Maksud ayah, kita
harus melarikan diri, bukan?"
Guru silat itu menatap wajah puterinya dan juga wajah Lu
San yang agaknya juga merasa penasaran mendengar bahwa
mereka diharuskan melarikan diri dar i dusun tempat tinggal
mereka. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 "AGAKNYA kalian belum dapat me mbayangkan akan
bahaya besar yang mengancam kita. Apakah kalian tidak
menyadari bahwa Pui Ki Cong itu adalah putera kepala jaksa
di Thian-cin" Lihat saja sepak-terjangnya. Ditolak lamarannya,
dia malah me mbawa pasukan pengawa l untuk menghukum
kita. Untung bagi kita bahwa perhitungannya keliru. Kalau dia
datang bersama pasukan besar yang jumlahnya puluhan atau
ratusan orang, tentu kita tadi tidak akan mampu
menyelamatkan diri dan entah bagaimana nasib kita. Oleh
karena itu, sekarang juga kita harus pergi dari s ini sebelum
pasukan yang lebih besar datang untuk menangkap atau
me mbunuh kita." "Aku tida k takut!" Cu i Hong berteriak. "Mereka itu jahat dan
aku akan me lawan mere ka, akan kuhajar mere ka!"
"Cui Hong, jangan bicara seperti anak kecil," ayahnya
menegur. "Keberanian tanpa perhitungan bukan merupakan
kegagahan, melainkan suatu kebodohan. Hanya menganda lkan keberanian me lawan pasukan besar pemerintah dengan nekat, hal itu berarti bunuh diri.
Ucapanmu itu menimbulkan keraguan apakah engkau ini
me mang gagah atau bodoh."
Cui Hong dapat melihat kebodohannya dan iapun tidak
me mbantah lag i hanya mengepa l tinju karena marah sekali
kepada Pui Ki Cong yang menjad i biang keladi semua ini.
"Akan tetapi, suhu. Sudah jelas bahwa sumoi tidak
bersalah, kita tadi hanyalah membela diri. Kalau kita tidak
bersalah, kenapa kita harus pergi" Bukankah melarikan diri
seperti juga menga ku bersalah" Kita tidak bersalah, dan
pemerintah tentu dapat menilainya." Lu San juga me mbantah
karena diapun merasa penasaran mengapa mere ka yang
diganggu, malah kini mereka yang harus me larikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gurunya menarik napas panjang. "Memang mendatangkan
rasa penasaran sekali, Lu San. Akan tetapi engkau harus
menyadari bahwa dalam keadaan pemerintah le mah seperti
ini, kaisar tidak berwibawa sa ma sekali sehingga kita sendiri
bingung siapa sebenarnya yang berkuasa. Oknum-oknum
yang me megang jabatan itu ataukah hukum pe merintah.
Dala m keadaan seperti sekarang ini, bisa saja kita dituduh


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai pemberontak dan dihadap kan kepada pasukan
keamanan pe mer intah. Karena itu, satu-satunya jalan adalah
menghindarkan bentrokan lebih lanjut dan melarikan diri
sejauh mungkin dari s ini."
Dengan hati penuh duka dan penasaran, terpaksa Cui Hong
mentaati ayahnya dan mereka bertiga lalu berkemas. Kepada,
beberapa orang murid yang rumahnya berdekatan dan sudah
berdatangan mendengar keributan yang terjadi di rumah guru
mereka, Kim Siok meninggalkan pesan agar mereka tidak
menca mpuri urusan itu dan sebaiknya menjauhkan diri jangan
sampai terlibat kalau pihak pe mbesar she Pui itu mencari
gara-gara di antara murid-muridnya. Mereka bertiga hanya
dapat me mbawa barang-barang kecil dan berangkatlah
mereka meninggalkan Ang-ke-bun pada hari itu juga.
Apa yang dikhawatirkan guru silat Kim Siok me mang tidak
berselisih jauh dengan kenyataannya. Jaksa Pui menjadi
marah bukan main ketika dia melihat puteranya babak belur
dan kepalanya tumbuh benjolan besar ketika terjatuh dari atas
kuda. Ada dua hal yang me mbuat pe mbesar itu marah.
Pertama karena kelancangan puteranya yang membawa
pasukan untuk bertindak sendiri. Ke dua karena puteranya
telah dipukul dan dihina orang.
"Ayah, kita akan kirim pasukan besar untuk menangkap
dan menghukum mereka!" kata Pui Ki Cong yang merasa malu
dan marah sekali. "Bodoh! Kau hendak menar ik perhatian orang seluruh
Thian-cin" Memukul anjing tidak perlu menggunakan tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu besar. Akan memalukan saja kalau kita harus
menggunakan pasukan. Apalagi, urusan ini adalah urusan
pribadi, bukan urusan pemer intah."
"Akan tetapi, apa sukarnya mengalihkannya menjadi urusan
pemerintah, ayah" Bukankah mereka telah melabrak pasukan
pengawal dan berarti mereka itu telah me mberontak" Anggap
saja mereka pemberontak-pe mberontak dan ayah berhak
untuk me mbas minya dengan pasukan, bukankah begitu?"
"Bodoh! Mana ada pe mberontak hanya tiga orang dan
alangkah me ma lukan kalau harus menundukkan tiga orang
saja me mpergunakan pasukan besar. Tidak, suruh orang
panggil ke s ini Thian-cin Bu tek Sa m-eng!"
Pui Ki Cong terbelalak. "Bu-tek Sa m-eng" Tapi..... mana
mereka mau me mbantu kita dan..... mereka bukan
pembunuh-pembunuh bayaran."
"He mm, kau tahu apa" Mereka itu haus a kan kedudukan
dan kini aku akan me mberi kesempatan kepada mereka untuk
meraih kedudukan. Kalau aku menjanjikan kedudukan dan
me mper kenalkan mere ka ke kota raja, tentu mereka mau
me mbe kuk tiga orang itu."
"Bagus, kalau mereka yang maju, tentu tiga orang itu dapat
dibekuk. Akan tetapi, jangan boleh me mbunuh mereka, ayah.
Aku ingin me ndapatkan mereka hidup-hidup di tanganku!"
Sang ayah yang sangat sayang kepada puteranya itu
tersenyum dan mengangguk angguk.
"Hayo cepat kirim utusan kepada mereka!"
Pui Ki Cong lalu cepat mengutus pengawal me ngundang
tiga orang jagoan itu dan pengawal itu tentu saja tahu ke
mana harus mencar i mereka. Nama besar tiga orang jagoan
itu amat terkenal. Baru julukannya saja Thian-cin Bu-tek Sa m-
eng (Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak la ma kemudian, tiga orang penunggang kuda
me masu ki pekarangan yang luas dari rumah gedung
pembesar Pui. Melihat laga k dan pa kaian saja, mudah diduga
bahwa tiga orang penunggang kuda ini ada lah jago-jago silat.
Mereka menunggang kuda dengan cara yang gagah, duduk
dengan tegak di atas kuda mere ka yang tinggi besar. Siapakah
tiga orang gagah ini dan mengapa mereka berani
me mpergunakan julukan yang de mikian tekebur, yaitu Tiga
Orang Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin"
Seorang di antara mereka berna ma Gan Tek Un berusia
kurang lebih tiga puluh lima tahun, berperawakan sedang,
mukanya bersih dan termasuk tampan juga, akan tetapi wajah
yang tampan bersih itu dingin sekali, jarang tersenyum dan
matanya amat taja m men usuk. Pakaiannya indah, model
pakaian pendekar yang serba ringkas. Sepasang pedang
tergantung di punggungnya, bersilang dengan ronce-ronce
merah dan kuning. Orang ke dua bernama Koo Cai Sun, usianya juga kurang
lebih t iga puluh lima tahun. Tubuh orang ini agak ge muk,
terutama di bagian perutnya yang gendut. Mukanya juga
bersih karena dia berkulit put ih kuning, muka yang bulat
karena gemuk. Sepasang matanya yang lincah mengerling ke
kanan kiri itu, mulutnya yang bibirnya agak tebal dan selalu
tersenyum-senyum ge mbira, menunjukkan dengan jelas
bahwa dia seorang mata keranjang dan so mbong, pakaiannya
pesolek, bahkan dari pakaian itu berha mburan bau minyak
wangi me lebihi wanginya pakaian pe lacur di waktu ma la m.
Rambutnya disisir licin bekas minyak. Di pinggangnya, secara
menyolok sekali, tampak terselip sepasang to mbak pendek,
yaitu senjata siang-kek, tombak cagak yang pendek, yang di
kedua gagangnya dipasangi tali merah.
Adapun orang ke tiga berna ma Louw Ti, usianya juga
sebaya, kurang lebih tiga puluh lima tahun, la dapat dibilang
buruk rupa di antara ketiganya. Hidungnya pesek dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya pendek tegap na mpak kuat sekali. Mukanya hitam
dan matanya menyeramkan. Dia tidak me mbawa senjata,
akan tetapi di pinggangnya melingkar sebuah benda yang
menarik. Itulah sebatang cambuk hitam yang ujungnya
dipasangi kaitan baja! Tiga orang ini sebenarnya berasal dari aliran yang berbeda.
Akan tetapi secara kebetulan, tiga orang ini sama-sama
menjad i murid seorang pertapa tersesat, seorang tokoh sakti
dari dunia hita m. Karena mereka seguru, maka mere ka la lu bersatu dan
me mang tingkat kepandaian mereka sa ma. Mereka bertiga,
dengan kepandaian mas ing-masing, sudah menjadi seorang
jagoan yang sukar dilawan. Apalagi mereka bersatu dan saling
bela, tentu saja kekuatan mereka menjad i berlipat ganda.
Inilah sebabnya, mereka menjadi jumawa dan merasa tidak
ada lagi yang ma mpu menand ingi mereka dan mereka berani
me mpergunakan julukan Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari
Thian-cin. Bukan hanya karena kepandaian mereka yang
tinggi yang me mbuat mereka berani me makai julukan ini, juga
terutama sekali karena mereka me mpunyai hubungan yang
amat baik dan erat dengan kalangan atas, dengan pejabat-
pejabat tinggi yang berkuasa di Thian-cin. Inilah sebabnya
maka para pendekar, walaupun merasa penasaran mendengar
tentang julukan mereka yang amat tekebur itu, mereka segan
untuk menentang mereka yang berlindung d i ba lik kekuasaan
para pejabat dan membiarkan mereka mabo k dalam
kejumawaan mereka. Tiga orang itu me makai julukan Sa m-eng (Tiga Jagoan atau
Tiga Pende kar) karena me mang mereka merasa diri mereka
sebagai pendekar-pendekar silat yang tangguh. Mereka
me mang bukan penjahat, dalam arti kata tidak melakukan
pekerjaan sebagai penjahat. Hal ini sa ma sekali bukan berarti
bahwa mereka adalah pendekar-pendekar budiman yang suka
meno long sesama hidup, menentang yang kuat menindas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbe la kaum le mah tertindas. Sama sekali t idak. Bahkan
kadang-kadang, di luar kesadaran mere ka sendiri, tiga orang
ini, dalam kepongahan dan kemabokan mas ing-masing, suka
me lakukan hal-ha l yang bertentangan dengan sikap seorang
pendekar. Kadang-kadang mereka itu dipergunakan oleh para
pejabat tinggi untuk me mbela kepentingan sang pejabat. Akan
tetapi mereka bertiga ini terkenal sebagai jagoan-jagoan
bayaran yang menuntut bayar-an tinggi.
Demikianlah sedikit tentang keadaan tiga orang jagoan
yang kini diundang oleh Pui Taijin itu. Mendengar undangan
dari pejabat yang penting ini, tentu saja tiga orang jagoan
yang tempat tinggalnya berpisah, akan tetapi ketiganya sama-
sama tinggal di kota Thian-cin, cepat-cepat berkumpul dan
segera datang berkunjung ke rumah gedung Pui Taijin.
Pembesar gendut itu menya mbut mereka di dalam ruangan
khusus yang biasa dia pergunakan untuk me mbicarakan
urusan rahasia. Setelah pelayan mengeluarkan hidangan,
mereka mula i dengan perundingan mere ka dan daun pintu
dan jendela ditutup rapat, para pelayan tidak diperkenankan
mende kat. Yang berada di dalam kamar itu hanyalah tiga
orang jagoan itu bersama Pui Taijin dan Pui Ki Cong. Pertama-
tama Pui Taijin send iri mengucapkan selamat datang dengan
secawan arak, mempersilakan mereka makan minum dan
diapun menya mpaikan kehendaknya minta bantuan dar i tiga
orang pendekar itu. "Keluarga Kim itu jelas menghina kami sekeluarga, berani
menghina kami dan me lawan pasukan pengawal. Mereka itu
jelas me mberontak, atau setidaknya memperlihatkan sikap
me lawan alat negara dan memberontak. Akan tetapi karena
jumlah mereka hanya bertiga, kami merasa malu kalau harus
mengerahkan pasukan untuk menangkap mereka. Oleh karena
itu, kami mengharap bantuan sam-wi untuk menangkap
mereka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi harap sa m-wi jangan sekali-kali me mbunuh mereka,
bahkan jangan melukai nona Kim. Tangkap mereka hidup-
hidup dan seret mereka ke sini." Pui Ki Cong mena mbahkan
perintah ayahnya. Koo Cai Sun yang bermuka bulat dan selalu tersenyum itu
me ma inkan biji matanya yang berminyak itu, menyumpit
sepotong daging dan me masukkan daging itu ke mulutnya.
Sambil mengunyah daging babi ber minyak itu dia berkata,
"Aha, agaknya kongcu tertarik kepada nona Kim itu, sudah
dapat dipastikan bahwa ia tentu a mat cantik je lita!"
"Aihh, nona itulah yang menjadi gara-gara semua ini." Pui
Taijin berkata gemas. "Dan anak yang kurang hati-hati ini.
bernasib sial. Mula- mula dia berte mu dengan nona itu dan
tertarik. Kami mengajukan pinangan. Pinangan ditolak, bahkan
keluarga itu menghina kami. Dia me mbawa selosin pengawal
untuk me mber i hajaran, akan tetapi malah dilabrak o leh guru
silat Kim, puterinya dan calon mantunya."
"Apakah yang taijin maksudkan dengan guru silat Kim itu
adalah Kim Siok, guru silat dari Ang-ke-bun itu?" tiba-tiba Gan
Tek Un yang sejak tadi dia m saja bertanya.
"Benar, dialah orangnya, guru silat kampungan itu," kata
Pui Ki Cong. Tiga orang jagoan itu saling pandang, "Hemm," kata Louw
Ti yang ber muka hitam itu sa mbil me mandang wajah Pui
Kongcu. "Guru silat kampungan" Dia ada lah murid S iauw-lim-
pai yang cukup lihai ilmu silatnya."
"Akan tetapi bagaimanapun juga aku tidak percaya kalau
sam-wi takut me lawannya." kata Pui Ki Cong. Pemuda ini
me mang cerd ik dan licik sekali. Ucapannya ini merupakan
kesengajaan untuk me mbangkitkan ke marahan mereka karena
harga diri mere ka dis inggung dan kegagahan mereka
diragukan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Takut" Huh, setanpun kami tidak takut melawannya!" kata
Louw Ti setengah me mbentak dan dia m-dia m Ki Cong merasa
girang karena pancingannya mengena.
"Ka mipun sudah tahu bahwa keluarga Kim itu me miliki
kepandaian silat yang lihai sehingga pasukan pengawal
kamipun dihajar oleh mereka. Karena itulah ma ka kami
sengaja mengundang sa m-wi untuk minta bantuan sa m-wi,
karena siapa lagi , kalau bukan sa m-wi yang akan ma mpu
menyeret mereka bertiga ke sini." kata Pui Taijin dan ucapan
ini cocok sekali dengan pancingan puteranya.
Koo Cai Sun yang merupakan orang paling pandai dan
paling suka bicara di antara mereka bertiga, kini mewa kili
saudara-saudaranya berkata kepada Pui Taijin, "Harap taijin
jangan khawatir. Memang Kim Kauwsu itu murid S iauw-lim-pai
yang lihai, akan tetapi bag i kami dia itu bukan apa-apa. Kami
tanggung dalam waktu singkat kami akan dapat menyeret
mereka bertiga itu sebagai tawanan ke sini. Akan tetapi, kami
mengharap agar taijin suka me mpertimbangkan per mintaan
kami bertiga tempo hari yang sampai kini belum juga taijin
penuhi." "Ahh, tentang kedudukan itu" Jangan khawatir. Kami sudah
mencari-carikan di kota raja dan kami sudah mengadakan
hubungan di sana. Kalau sam-wi berhasil me mbantu kami,
kami akan menyerahkan surat perkenalan dan tanggungan
agar sam-wi dapat diterima menjadi calon-calon perwira di
kota raja. Kalau mungkin di istana, kalau tidak tentu di dalam
pasukan pengawal para pejabat tinggi di sana."
Tentu saja tiga orang jagoan itu merasa gembira bukan
ma in. Hanya ada satu cita-cita mereka yang belum tercapai,
yaitu kedudukan tinggi karena mereka tahu bahwa kedudukan
tinggi mendatangkan kekuasaan yang jauh bedanya dari
kekuasaan yang datang karena ilmu silat mereka. Kekuasaan
yang didapat dari kedudukan atau jabatan jauh lebih besar
pengaruhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, taijin." kata Koo Cai Sun.
"Sekarang juga kami akan menangkap keluarga Kim itu."
"Mungkin mere ka me larikan diri dari Ang- ke-bun. Harap
sam-wi mencarinya sampa i dapat kalau mereka telah
me larikan diri," kata sang pe mbesar.
"Tentu saja kami akan me lakukan pengejaran. Mereka
takkan dapat lari jauh." jawab Gan Tek Un.
"Akan tetapi saya mohon dengan sangat kepada sam-wi
agar nona Kim jangan diluka i, dan jangan..... diganggu, ingat,
ia itu milikku, calon selirku....." kata Pui Ki Cong sambil
me mandang taja m wajah bulat Koo Cai Sun. Dia sudah
mendengar tentang jagoan ini, seorang mata keranjang yang
tidak me lewatkan wanita cantik begitu saja.
Koo Cai Sun terkekeh dan matanya makin menyipit. "Ha-
ha-ha, kongcu aku masih tahu pere mpuan mana yang boleh
kuja mah dan ma na yang tidak. Tentu saja a ku tidak akan
mengganggu dara cantik yang me mbuat kongcu tergila-gila


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, ha-ha!" Kim Kauwsu bersa ma puterinya dan muridnya men inggalkan Ang-ke-bun dan me larikan diri me nuju ke
selatan kemudian me mbelok ke barat. Setelah melakukan
perjalanan cepat selama tiga hari, sampailah mereka ke kaki
Pegunungan Tai-hang-san dan mereka pada pagi hari ke
empat berhenti di tepi sebuah sungai yang melintang dan
menghadang perjalanan mereka. Banyak sudah bukit dan
hutan mereka lalui, dusun-dusun kecil mereka lewati. Setelah
berada di le mbah sungai di kaki Pegunungan Tai-hang-san
yang indah itu, cuaca yang cerah dan suasana yang sunyi dan
tenang me mbuat hati mereka merasa tenang pula.
"Ayah, kita akan men uju ke manakah?" Cui Hong bertanya
kepada ayahnya selagi mereka makan bekal makanan mereka
yang kemar in mere ka beli dar i sebuah dusun. Mereka duduk di
bawah sebatang pohon besar dan sinar matahari pagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerobos di antara celah-celah daun pohon itu, menimpa
tempat mereka beristirahat dengan sentuhan-sentuhan hangat
dan halus. "Sebaiknya kita pergi ke kota Tai-goan. Di mana aku
me mpunyai seorang sahabat baik. Tentu untuk se mentara
waktu dia akan suka mena mpung kita, sementara kita
berusaha mencari sumber penghasilan baru. Kita harus hidup
baru di te mpat itu, dan sebaliknya kalau kita berganti na ma."
Dara itu mengerutkan alisnya, juga Lu San merasa tidak
setuju. Dua orang muda itu merasa betapa sikap orang tua itu
terlalu ketakutan. Kalau menuruti hati mereka, lebih baik
mereka tetap tinggal di dusun dan melawan mati-matian
terhadap setiap pengganggu yang berani datang mengusik
mereka. Agaknya guru silat itupun dapat menduga akan isi hati
puterinya dan muridnya, maka diapun menarik napas panjang.
"Cui Hong, dan Lu San, aku tahu bahwa kalian merasa tidak
puas dengan sikapku yang melarikan diri seolah-olah takut
menghadap i bahaya. Memang terus terang saja, aku merasa
takut." "Ayah.....!" Ucapan ayahnya itu hebat sekali bagi Cui Hong
yang sejak kecil menganggap ayahnya orang yang paling
hebat, paling gagah dan tidak mengenal takut. Dan sekarang
ayahnya begitu saja mengaku bahwa dia takut!
Orang tua itu me megang tangan ana knya. "Aku me mang
takut sekali, bukan takut kalau aku sa mpa i terkena celaka.
Akan tetapi aku takut kalau-kalau engkau, Cui Hong, kalau-
kalau kalian berdua tertimpa malapetaka. Kalian tidak tahu
betapa kejam dan jahatnya manusia-manusia di dunia ini. Aku
ingin me lihat kalian terhindar dari bencana. Kalau aku sudah
berhasil menyelamatkan kalian, kalau kalian sudah menjadi
suami isteri, aku sendiri akan menggabungkan diri dengan
para pemberontak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu, apa maksud ucapan suhu ini?" Lu San terkejut
mendengar ini. Belum pernah suhunya bicara seperti itu,
apalagi menyatakan hendak bergabung dengan pe mberontak.
"Ketahuilah kalian. Pada waktu ini, pemerintah amat le mah,
Kaisar telah menjad i seperti boneka saja. Yang berkuasa
adalah pejabat-pejabat setempat dan mereka yang me miliki
kekuasaan. Kabarnya, di kota raja sekalipun yang berkuasa
adalah pejabat-pejabat dan di istana yang berkuasa adalah
pejabat-pejabat thai-kam. Kejahatan merajale la, perbuatan-
perbuatan tak patut dan tidak adil terjadi di mana- mana.
Karena itu, orang-orang gagah yang berjiwa patriot
me mberontak terhadap pemerintah yang dianggap tidak
becus. Mereka me mberontak untuk me mbentuk pe mer intahan
baru yang bijaksana dan adil. Sudah lama aku me mikirkan hal
itu dan siapa kira har i ini kita sendiri ma lah menjad i korban
keganasan seorang pejabat yang sewenang-wenang. Hal ini
mendorong se mangatku untuk me mbantu para pemberontak,
yaitu menggulingkan pemer intah lalim dan mendirikan
pemerintah baru yang sehat. Dengan demikian, maka tidak
akan sia-sialah aku menghabis kan sisa hidupku. Aku
mendengar bahwa banyak sekali para pendekar gagah
perkasa yang masuk menjadi pe mbantu suka rela dari
pasukan pe mberontak yang disebut pejuang-pejuang rakyat."
"Kalau begitu, teecu ikut, suhu!" kata Lu San penuh
semangat. "Aku juga ikut, ayah!" sambung Cui Hong.
Tiga orang itu terseret oleh semangat perjuangan yang
timbul karena perhatian yang mereka alami akibat gangguan
seorang pejabat. Demikian tersentuh rasa hati mereka oleh
kegembiraan se mangat itu sehingga mereka tidak begitu
me mperhatikan bunyi derap kaki kuda yang datang dari jauh.
Setelah tiga orang penunggang kuda itu tiba di situ dan
berloncatan turun, barulah Kim Kauwsu, puteri dan muridnya
terkejut dan mereka pun me ngenal tiga orang itu. Jagoan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jagoan sombong yang menyebut diri Thian-cin Bu-tek Sa m-
eng! Tiga orang itu dengan s ikap tenang mena mbatkan kuda
mereka pada batang poho n dan mereka lalu melangkah maju
mengha mpiri Kim Siok dan dua orang muda itu. Koo Cai Sun
me mperhatikan dara remaja yang nampak berdiri dengan
gagahnya itu dan tiba-tiba dia tertawa bergelak.
hal 24-25 gak ada "orang juga." kata Koo Cai Sun, masih tersenyum mengejek
dan pandang nyatanya seperti menggerayangi seluruh bagian
tubuh yang ranum dar i remaja itu.
Karena tidak me lihat cara lain untuk menghindarkan
bentrokan, Kim Kauw-s u me mbentak dengan marah, "Ah,
kalau begitu, benar ucapan anakku tadi bahwa kalian adalah
tiga ekor anjing penjilat dan pe mburu dari ja ksa Pui?"
"Ha-ha-ha, benar Benar! Kami adalah tiga ekor anjing
pemburu yang mengejar-ngejar tiga ekor tikus yang melarikan
diri, ha-ha!" kata Koo Cai Sun yang panda i bicara itu.
"Ayah, menghadapi anjing perlu bertindak, bukan bicara!"
Tiba-tiba Cui Hong sudah menerjang ke depan, mengirim
tendangan yang amat keras dan cepat ke arah perut Koo Cai
Sun yang gendut. Akan tetapi, orang ini sambil terkekeh sudah
menge lak dengan menarik tubuh ke belakang, bahkan dia
berusaha menyambar dengan tangannya untuk menangkap
kaki Cui Hong yang menendang. Dara itu terkejut dan cepat
menarik kemba li kakinya, kemudian menyerang lagi dengan
kedua tangannya, mengirim pukulan-pukulan beruntun.
"Aha, kuda betina liar ini sungguh menarik!" kata Koo Cai
Sun dan dengan mudah dia menghindarkan diri dari semua
serangan itu dengan elakan dan tangkisan. jelas bahwa dia
hendak me mper ma inkan gadis itu karena dia tidak me mba las
serangan-serangan itu, hanya me mbiarkan gadis itu menyerang terus yang semua dapat dihindarkannya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudah, bahkan da la m serangan jurus ke lima, sambil
menge lak dia berhasil mengusap dagu runcing itu.
"Aih, manisnya!"
Tentu saja Cui Hong menjadi marah dan menyerang
semakin dahsyat. Hal itu me mbuat Lu San juga marah sekali.
"Manusia busuk!" bentaknya dan dia-pun terjun ke dalam
perkelahian itu, hendak me mbantu sumoinya atau tunangannya. Akan tetapi, dari kanan menyambar tubuh Gan
Tek Un yang sudah menghadangnya sehingga merekapun
segera berkelahi dengan seru.
Hati guru silat Kim S iok terkejut dan khawatir sekali ketika
dia me lihat gerakan dua orang yang sudah berkelahi dengan
anak perempuan dan muridnya. Tahulah dia bahwa tiga orang
lawan ini bukan hanya berna ma kosong saja dan biarpun
mereka menggunakan julukan yang terlalu so mbong, na mun
Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin ini ternyata
me mang lihai se kali. Tidak ada jalan lain baginya kecuali
menyertai anak dari calon mantunya untuk me mbela diri dan
me lawan mati-matian. Hanya Louw Ti seorang yang masih
belum me mperoleh tanding, maka diapun tak mengeluarkan
kata-kata lagi, langsung saja menyerang Louw Ti yang pendek
tegap itu dengan pukulannya yang ampuh.
Louw Ti menghadapi serangan itu dengan tenang. Pukulan
itu bukan pukulan biasa, melainkan pukulan dari jurus Ilmu
Silat Sin-ho-kun (Silat Bangau Sakti), dilakukan dengan
sempurna dan didorong oleh tenaga sinkang yang a mat kuat.
Namun Louw Ti tidak mengelak, sengaja tidak mengelak
me lainkan me nyambutnya dengan tangkisan sa mbil mengerahkan tenaganya pula karena dia ingin menguji
kekuatan piha k lawan. "Dukkk......!" Dua tenaga yang amat kuat bertemu melalui
dua lengan itu dan akibatnya, tubuh Kim Siok terdorong ke
belakang sa mpai dia terhuyung, sebaliknya, Louw Ti masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri tegak, matanya melotot lebar dan mulutnya bergerak
ke arah senyum mengeje k. Dala m perte muan adu tenaga
gebrak pertama ini, mereka berdua sudah ma klum akan
kekuatan mas ing-masing dan dia m-dia m guru silat Kim
terkejut bukan ma in karena dia tahu bahwa tenaganya masih
kalah jauh dibandingkan dengan lawan yang bertubuh pendek
tegap bermuka hita m ini. Dengan sudut matanya diapun
me lihat betapa keadaan anak perempuan dan muridnya sudah
payah, terdesak terus oleh pihak lawan dan mudah diduga
bahwa mereka berdua itu pasti akan kalah. Maka, dengan
menebalkan muka, de mi kepentingan puterinya, dia segera
berkata dengan lantang. "Tahan dulu......!!"
Tiga orang itu menahan serangan mereka dan me langkah
mundur sa mbil me mandang dengan sikap me mandang
rendah. Bagaimanapun juga, tentu akan lebih menyenangkan
dan lebih mudah bagi mereka kalau t iga orang buruan ini
menyerahkan diri dengan suka re la agar tidak s usah-susah
lagi mere ka menggiring tawanan itu ke Thian-cin. Inilah
sebabnya mengapa mereka me nahan serangan mereka ketika
mendengar suara Kim Siok.
"Bu-tek Sa m-eng, kalian bertiga adalah orang-orang gagah.
Kalau me mang kami dianggap bersalah, biarlah se mua
kesalahan itu aku sendiri yang akan menanggungnya. Kalian
kasihanilah puteriku dan muridku yang tidak berdosa ini.
Biarkan mereka berdua pergi dan aku yang akan menerima
segala macam hukuman yang akan dijatuh kan kepada kami."
"Ayah!" "Suhu.....!" Dua orang muda itu me mandang kepada Kim Siok dengan
mata terbelalak dan alis berkerut. Tentu saja mereka merasa
tidak setuju sa ma sekali dengan sikap Kim Kau wsu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha! Kim Siok, untuk apa kami hanya me mbawa
pulang seorang seperti engkau" Yang dibutuhkan adalah
puterimu, dan engkau bersama muridmu ini harus ikut pula
untuk mener ima hukuman!" kata Koo Cai Sun sambil tertawa
mengejek. "Dar ipada kami harus menggunakan kekerasan dan
bagaimanapun juga kalian takkan dapat menandingi kami,
lebih baik ka lian bertiga lekas berlutut dan me nyerah saja."
"Singgg....!" Nampa k sinar berkilat ketika Cui Hong sudah
mencabut pedangnya. Karena mereka bertiga me larikan diri
dari bahaya, maka dari rumah mere-ka telah me mpersiapkan
senjata dan kini dara itu yang menjad i marah sekali
mendengar ucapan Koo Cai Sun, sudah mencabut pedangnya.
"Manusia so mbong, lihat pedang!" bentaknya dan iapun sudah
menggerakkan pedangnya menyerang Koo Cai Sun dengan
tusukan ke arah dada. "Heh-heh, liar dan panas!" Si perut gendut itu mengelak
dengan cepatnya. Akan tetapi Cui Hong menyerang terus dengan tusukan-
tusukan dan bacokan-bacokan bertubi-tubi dan berbahaya
sekali. Melihat sumoinya sudah maju lag i, Lu San juga mencabut
pedangnya dan tanpa banyak cakap diapun sudah
menggerakkan pedang menyerang Gan Tek Un yang juga
cepat mengelak dari serangan-serangan pedang yang cukup
berbahaya itu. " Kim Siok menghela napas panjang. Usahanya gagal! Tidak
ada jalan la in kecuali melawan mati-matian. Maka diapun
me lolos sabuknya yang merupakan senjatanya yang ampuh
dan dengan sabuk ini diapun menyerang Louw Ti. Louw Ti
menge luarkan dengus mengejek dan tahu-tahu ca mbuk
hitamnya yang disebut Toat beng-joan-pian (Cambuk
Pencabut Nyawa ) sudah berada pula di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tar-tar-tarrr.....!" Cambuknya meledak-ledak me nyambut
sambaran sabuk Kim Siok dan kedua orang ini segera
berkelahi dengan seru. Nampak gulungan sinar putih dan
hitam dari senjata mere ka menya mbar-nyambar.
Perkelahian antara Cui Hong dan Koo Cai Sun terulang
kembali, akan tetapi biarpun kini Cui Hong me nggunakan
pedang, tetap saja keadaan mereka tidak seimbang. Koo Cai
Sun juga me mpergunakan senjatanya, yaitu sepasang tombak
pendek, akan tetapi sepasang senjata ini hanya dia
pergunakan untuk me nangkis dan menganca m saja. Dia tidak
bermaksud melukai gadis itu seperti yang telah dipesankan
dengan sungguh-sungguh oleh Pui Ki Cong. Kalau dia


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghendaki, dengan ilmu kepandaiannya yang jauh lebih
tinggi, akan mudah bagi Koo Cai Sun untuk merobohkan gadis
itu. Dia me mper mainkan sambil tertawa-tawa, dan hanya
mena mbah tenaganya setiap kali menangkis sehingga
beberapa kali ha mpir saja pedang di tangan Cui Hong
terlempar lepas. Tidak banyak perbedaannya dengan keadaan Lu San.
Pemuda ini menga muk dengan pedangnya, akan tetapi semua
gerakan pedangnya itu mene mui jalan buntu dan kandas
dalam gerakan sepasang pedang Gan Tek Un. Jagoan ini
menggunakan sepasang pedang dan dengan pedang
pasangan yang digerakkan secara hebat, sepasang pedang itu
demikian ganasnya seperti sepasang naga terbang dan
bermain-main di angkasa, sesuai dengan ilmu pedangnya,
yaitu Siang-liong Kia m-sut (Ilmu Pedang Sepasang Naga). Lu
San sungguh bukan lawan seimbang dari Gan Tek Un dan
setelah me mper mainkan pe muda ini selama t iga puluh jurus
lebih, tiba-tiba Gan Tek Un mengeluarkan bentakan keras dan
tahu-tahu pedang di tangan Lu San terlepas dan pemuda
itupun terpelanting roboh karena pundak kanannya tercium
ujung pedang dan ada otot di pundaknya yang putus!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Robohnya Lu San disusul dengan robohnya Cui Hong. Dara
ini dirobohkan oleh Koo Cai Sun yang merasa sudah cukup
me mper ma inkannya. Tiba-tiba pedang di tangan dara itu
tertangkap oleh kaitan senjata siang-kek di tangannya dan
sekali me mbuat gerakan me mutar, pedang itupun patah dan
karena tangannya terasa nyeri, terpaksa Cui Hong melepaskan
gagang pedang. Sebelum dara ini ma mpu menjaga diri, tahu-
tahu lawannya yang amat lihai telah menotoknya dan
robohlah ia tanpa terluka, terkulai dala m keadaan lumpuh dan
tak ma mpu bergerak lag i.
Melihat betapa dua orang kawannya sudah merobohkan
lawan, Louw Ti mengeluarkan suara me lengking nyaring sekali
dan kini gerakan cambuknya berubah ganas bukan main. Guru
silat Kim Siok terkejut. Dia sendiri adalah seorang ahli bermain
senjata lemas seperti ca mbuk atau sabuknya, akan tetapi kini
dia tahu bahwa dia telah bertemu dengan seorang yang
tingkat kepandaiannya masih jauh lebih t inggi. Dia mencoba
untuk mengerahkan seluruh tenaga dan me mutar senjata
sabuknya itu dengan sebaik mungkin, me mainkan ilmu silat
yang mendarah daging kepadanya. Sabuknya me mbuat
gerakan menyambar-nyambar dan me mbentuk lingkaran
cahaya putih. Akan tetapi, cambuk di tangan Louw Ti
menge luarkan suara meledak-ledak, me mbuat gerakan
me lecut-lecut secara aneh, kadang-kadang menyambar-
nyambar dari atas, bawah, kanan kiri dan depan belakang,
sukar sekali untuk dibendung. Apalagi setiap lecutan itu
mengandung tenaga yang amat kuat sehingga sabuk di
tangan Kim Kauwsu kadang-kadang me mbalik ketika terbentur
senjata lawan. Dia tidak tahu bahwa lawannya telah
me ma inkan Ilmu Cambuk Pencabut Nyawa yang dahsyat
sekali. Kim Siok terlalu la ma men inggalkan dunia persilatan.
Semenjak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, dia tidak
pernah lagi menje lajah dunia pers ilatan dan tidak tahu bahwa
di dunia kang-ouw, telah terjadi banyak perubahan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak bermunculan tokoh-tokoh yang lihai. Juga telah terjadi
perkembangan yang luas dalam ilmu silat sendiri. Karena ini,
biarpun dia setiap hari me latih diri dengan mengajarkan ilmu
silat kepada murid-muridnya, namun sela ma dua puluh tahun
dia tidak mena mbah pengetahuannya dalam ilmu silat. Maka,
begitu bertemu tanding tangguh, yang me ma inkan ilmu silat
baru yang sama se kali tidak dikenalnya, dia menjad i bingung.
"Tar-tar-tarrr..... robohlah kamu!" terdengar Louw Ti
me mbentak dan ujung ca mbuknya yang dipasangi mata pisau
tajam itu menya mbar turun secara bertubi-tubi. Kim Siok
terkejut mengelak dan me mutar sabuknya me lindungi dirinya,
namun terlambat. "Crokkk.. aughhhh...." Dan robohlah guru silat itu, dari kaki
kanannya di bagian lutut bercucuran darah karena sambungan
lututnya hampir putus disa mbar mata pisau di ujung ca mbuk
lawan tadi. Juga di pergelangan tangannya mengucurkan
darah dan terpaksa dia me lepaskan sabu knya. Karena luka di
lutut dan pergelangan tangan, guru silat itu tidak ma mpu
me lakukan perlawanan lagi dan diapun roboh terguling tanpa
dapat mengelak ketika Louw Ti mena mbahkan totokan yang
me mbuat kaki tangannya lumpuh.
"Ha-ha-ha, Kim Siok. Kiranya engkau dan puterimu beserta
muridmu ini tidak seberapa hebat. Engkau me mang orang
keras kepala dan tolol. Kalau saja kau-berikan puterimu
kepada Pui-kongcu, tentu tidak akan begini jadinya dan
engkau akan hidup terhormat dan makmur."
"Bunuhlah aku, tapi bebaskan anakku berdua itu." Kim Siok
masih mencoba untuk me mbujuk karena dia a mat mengkhawatirkan nas ib puterinya. Akan tetapi tiga orang itu
hanya tertawa-tawa dan Koo Cai Sun lalu mengangkat tubuh
Cui Hong yang sudah tak ma mpu bergerak, meletakkan tubuh
itu melintang di atas punggung kudanya. Lalu dia send iri
me loncat naik dan tubuh dara itu me lintang mene lungkup di
depannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita cepat bawa mereka!" katanya dan dua orang
temannya juga segera me mbawa tawanan masing-mas ing.
Kim Siok dan Lu San yang juga sudah tidak ma mpu bergerak
karena ditotok, juga mereka dibelenggu kaki tangannya, diikat
di atas punggung kuda. Lalu tiga orang jagoan itu me larikan
kuda masing-masing me mbawa tawanan itu menuju ke Thian-
cin, me mbayangkan kedudukan terhormat yang akan mereka
terima sebagai hadiah Pui Taijin.
"Ha, nona manis, akhirnya engkau terjatuh ke dalam
tanganku!" Cui Hong rebah di atas pe mbaringan dengan kaki tangan
terikat. Tadi ia dile mparkan oleh Koo Cai Sun ke atas
pembaringan di dala m kamar itu, dan sambil terkekeh Koo Cai
Sun menyerahkannya kepada Pui Ki Cong.
"He-heh-heh, Pui-kongcu. Nih, kuda betina liar itu. Ia panas
dan liar, akan tetapi aku menepati janji, ia tidak kusentuh! Ha-
ha, me mang ia menarik sekali, tapi aku tidak menyentuhnya."
Jagoan itu tertawa bergelak.
"Terima kasih, Koo-enghiong, terima kasih." kata Pui Ki
Cong dan setelah jagoan itu keluar dari kamar, dia cepat
menutupkan daun pintu dan mengha mpiri pe mbaringan
dengan mulut menyeringai.
"Kim Cu i Hong, kalau engkau dahulu
menerima pinanganku, tentu tidak perlu dilakukan kekerasan seperti ini.
Akan tetapi sekarang masih belum terlambat, manis, aku
sungguh cinta pada mu dan kalau engkau mau dengan suka
rela menjad i isteriku, aku akan me mbujuk ayahku agar
ayahmu tidak menerima hukuman berat." Pui Ki Cong duduk
di tepi pe mbar ingan dan men gulur tangan untuk me mbelai
dagu yang meruncing man is itu.
Cui Hong menggera kkan kepalanya menge lak dari belaian
itu. Totokan pada tubuhnya telah punah akan tetapi ikatan
pada kaki tangannya kuat sekali, me mbuat ia tidak ma mpu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan kaki tangannya. "Tida k sudi aku! Lebih ba ik
mati!" ia me mbentak dan melotot kepada pe muda itu.
"Ah, nona man is, kenapa engkau berkeras hati" Ingatlah,
engkau sudah tertawan, juga ayahmu dan muridnya itu.
Betapa mudahnya menjatuhkan hukuman kepada kalian
bertiga dengan dalih pe mberontak. Kalau engkau berkeras dan
meno lak, aku dapat mendapatkan dirimu, kalau per lu dengan
perkosaan. Apa kau lebih suka diperkosa dan melihat ayahmu
dan muridnya itu mati tersiksa" Ataukah engkau lebih ba ik
menyerahkan diri baik-baik kepadaku, menjadi isteriku,
sedangkan ayahmu mungkin akan dibebaskan?"
Ki Cong me mbujuk dan merayu. Dia ingin mendapatkan diri
gadis ini dengan suka rela karena dia benar-benar tertarik oleh
kemurnian dan kecantikan aseli dara puteri guru silat ini. Kalau
harus me mperkosanya, sungguh kurang menyenangkan dan
tidak akan me muaskan hatinya. Pula, hal ini menyinggung
harga dirinya. Sebagai seorang perayu wanita yang tampan
dan kaya, belum pernah ia harus me mperkosa wanita. Semua
wanita yang digodanya dan dirayunya, satu demi satu pasti
akan tunduk bertekuk lutut, menyerahkan diri dengan suka
rela kepadanya. Memperkosa wanita, sama saja mengaku
bahwa dia ditolak dan tida k dikehendaki wanita itu!
Tiba-tiba terjadi perubahan pada wajah yang cantik manis
dan dan agak pucat itu. Sepasang mata yang jeli itu menatap
wajah Pui Ki Cong penuh selidik, kemudian bibir yang mungil
dan walaupun dala m keadaan tegang dan lelah masih na mpak
segar merah me mbasah itu, bergerak mengajukan pertanyaan
lirih. "Be..... benarkan..... kau akan me mbebaskan ayahku kalau
aku.... aku menyerahkan diri dengan suka rela pada mu?"
Wajah pemuda bangsawan itu berseri gembira. "Tentu
saja! Ha-ha, nona Kim yang baik, apakah kau belum percaya
kepadaku" Apakah aku harus bersu mpah" Aku cinta padamu
dan kalau kau mau mener ima cintaku, dengan suka rela,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau akan menjadi seorang isteriku yang tercinta dan tentu
saja aku akan me mbebaskan ayah mu yang menjad i ayah
mertuaku!" "Kalau begitu.... demi keselamatan ayah.... akui... aku
menyerah. Tapi..... harap bersikap sabar denganku, kongcu.
Aku..., aku masih belum dewasa......"
Wajah dara itu menjadi merah sekali dan ia tidak berani
menentang pandang mata pe muda itu yang kini tersenyum
penuh kegembiraan. "Tentu saja, manisku! Aku cinta pada mu, aku akan bersikap
sabar.... ah, girang rasa hatiku kalau kau mau menyerahkan
diri dengan s uka rela." Dan dia-pun merangkul hendak
mencium mulut yang sejak pertama kali dilihatnya telah
me mbuatnya tergila-g ila itu.
"Aih, nanti dulu, kongcu....." Cui Hong miringkan mukanya
menge lak. "Aku ..... tidak enak sekali terbelenggu seperti
ini..... kenapa kau tidak melepaskan ikatan tangan kakiku" Aku
sudah menyerah.... demi keselamatan ayah."
"Ah, aku sampa i lupa! Maafkan, kekasihku, aku a kan cepat
me lepaskan ikatan kaki tanganmu." Dengan penuh kegembiraan, sambil menggunakan jari-jari tangannya
kadang-kadang mencolek sana-sini dengan sikap genit, Ki
Cong lalu me mbuka ikatan tangan kaki Cui Hong. Dia sudah
me mbayangkan betapa akan gembira dan nikmatnya kalau
nanti gadis re maja ini me nyerahkan diri dengan hati terbuka
kepadanya. Dengan kedua tangan ge metar karena gejolak hatinya, Ki
Cong melepaskan ikatan-ikatan pada pergelangan kaki dan
tangan Cui Hong dan me mbantu gadis itu bangkit duduk. Cui
Hong mengurut-urut pergelangan kaki dan tangannya, yang
terasa kaku dan nyeri setelah ikatannya dibuka.
"Mari kuurut kakimu, manis." Ki Cong segera meraba kaki
itu dengan tangan panas me mbelai, akan tetapi tiba-tiba dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut setengah mati karena tengkuknya sudah dicengkeram
dan gadis itu sekali meloncat sudah turun dari atas
pembaringan dan tangan kirinya mencengkeram tengkuk,
tangan kanannya siap me mukul kepala.
"Jangan bergerak!" bentaknya. "Hayo cepat perintahkan
agar ayahku dan suhengku dibebaskan!"
Ki Cong terkejut bukan main, bergerak meronta hendak
me lepaskan diri. "Akan tetapi, nona....."
"Dia m dan jangan bergerak! Hemm, kalau tidak cepat
kaubebaskan mereka, akan kuhancurkan kepala mu!" Dan ia
me mper kuat cengkera mannya sehingga tengkuk Ki Cong
rasanya seperti dijepit besi membuat pe muda itu gelagapan
dan sesak napasnya. "Ba..... baik..... baik....., tapi..... mereka tidak ditahan di
sini....." Pemuda itu merasa mendongkol, menyesal, marah akan
tetapi juga ketakutan. Tak disang kanya sama sekali bahwa
dara remaja itu dapat me mpergunakan siasat selicik itu.
Sedikitpun tidak na mpak kepura-puraannya ketika tadi mau
menyerahkan diri, nampak de mikian sungguh-sungguh. Dia
sama sekali tidak tahu bahwa seorang manusia, dalam
keadaan terhimpit, akan ma mpu me lakukan apa saja untuk
menyelamatkan diri. Dala m hal ini, Cui Hong tidak hanya
mengkhawatirkan diri sendiri, melainkan ia ingin sekali
menyelamatkan ayahnya dan suhengnya.
"Jangan bohong! Hayo panggil pengawalmu dan katakan
bahwa ayahku dan suhengku harus dibebaskan dan dibawa ke
sini. Cepat, atau akan kupatahkan batang lehermu!" Kemba li
cekikannya pada tengkuk menguat dan Ki Cong dengan
ketakutan lalu me manggil pengawalnya.
Dua orang pengawal mengetuk daun pintu karena daun
pintu itu tadi dikunci dari da la m oleh Ki Cong. "Apakah kong-
cu me manggil ka mi?" de mikian terdengar teriakan dari luar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sebatang pedang me nghias dinding, sebatang
pedang yang tidak begitu baik a kan tetapi indah ukirannya
dan lebih menyerupai h iasan daripada! senjata, Cui Hong lalu
menya mbar senjata itu, menghunusnya dan mene mpelkannya
pada leher Ki Cong yang men jadi se ma kin ketakutan.
"Cepat buka pintu dan perintahkan! dia agar cepat
me mbawa ayahku dan suhengku ke sini. Cepat!"
Dengan todongan pedang di tengkuknya, Ki Cong


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Misteri Kapal Layar Pancawarna 10 Pendekar Bayangan Sukma 26 Pertarungan Para Pendekar Misteri Arca Singa 1
^