Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 2

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


me mbuka daun pintu dan dua orang pengawal itu terbelalak
me lihat betapa majikan mereka ditodong pedang oleh gadis
yang menjadi tawanannya. Tentu saja mereka terheran-heran.
Tadi, di luar pintu di mana mereka ditugaskan men jaga
keamanan, mereka kasak-kusuk dan terkekeh-kekeh me mbicarakan dan me mbayangkan betapa majikan muda
mereka tentu tengah me mper mainkan gadis tawanan itu yang
mereka na makan sebagai "me metik bunga" atau "menyembelih ayam". Siapa kira, kini maj ikan muda mereka
itu sama sekali tidak men ikmati tawanannya, bahkan ditodong
oleh tawanan itu, mukanya pucat tubuhnya gemetar seperti
orang r-serang dema m. "Cepat..... pergi ke te mpat tahanan.... dan bawa dua
tawanan itu ke sini......."
"Siapa, kongcu" Tawanan yang mana" " Dua orang
pengawal itu masih bingung dan gugup.
"Guru s ilat Kim Siok dan muridnya yang tertawan.
Bebaskan dan bawa mereka ke sini, atau.... aku akan
me mengga l leher kongcu kalian ini. Cepat!" bentak Cui Hong
dan ujung pedang itu ia te mpelkan pada tengkuk Ki Cong
sehingga terluka sedikit dan berdarah.
"Cepat...... lakukan perintah itu, cepat.....!" Ki Cong berkata
dan dua orang pengawa l itu kini maklum apa yang terjadi.
Ternyata tawanan ini, dara yang mereka sudah dengar pandai
ilmu s ilat ini, telah berhasil me loloskan diri sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaannya menjadi terbalik, kongcu mereka kini menjadi
tawanan. Mereka mengangguk dan bergegas pergi dari situ
untuk melaksanakan per intah. Tempat tahanan berada di
belakang gedung besar. Setelah dua orang pengawal itu pergi, Cui Hong menotok
jalan darah tawanannya dan Ki Cong roboh dengan le mas.
Cepat dara itu mempergunakan tali yang tadi dipakai untuk
mengikatnya, kini ia me mpergunakannya untuk mengikat kaki
tangan Ki Cong dengan erat. Ia tahu bahwa ia berada di
dalam guha singa dan kalau tiga orang jagoan yang pernah
menang kap ia dan ayahnya itu muncul, berarti keselamatannya terancam. Akan tetapi ia mempunyai tawanan
penting dan dengan adanya pemuda ini di dalam
kekuasaannya, tiga orang jagoan itu tidak akan mampu
mengganggunya. Ia bertekad untuk me mbebaskan ayahnya
dan suheng-nya, dengan jalan menjadikan Ki Cong sebagai
sandera yang amat berharga. Ia harus berlaku hati-hati sekali
dan karenanya, ia baru merasa tenang setelah pemuda itu
dibelenggu kaki tangannya dan membiarkan pe muda itu roboh
di atas lantai, sedangkan ia sendiri lalu duduk di atas bangku,
siap dengan pedang di tangan menodong ke arah pe muda itu
dan menghadap ke arah pintu.
Seperti dapat diduga oleh dara perkasa itu, perbuatannya
me mbuat gedung menjad i ge mpar! Tentu saja pembesar Pui
merasa bingung dan khawatir sekali. Memang mudah
mengerahkan pasukan pengawal untuk mengeroyok gadis itu,
akan tetapi bagaimana dengan keselamatan nyawa puteranya" Untung masih ada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng yang
sedang dijamu dengan hidangan mewah oleh pembesar itu.
Tiga orang jagoan inilah yang bersikap tenang dan merekalah
yang mengatur s iasat untuk menghadapi kenekatan Cui Hong.
Hampir habis kesabaran Cui Hong menanti di da la m kamar
itu dengan daun pintunya terbuka dan pedang siap di tangan.
Pui Ki Cong mengeluh per lahan-lahan, akan tetapi pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlampau ketakutan untuk dapat bicara atau banyak
bergerak. Pandang mata Cui Hong ditujukan ke luar kamar
dan ia melihat betapa keadaan di luar kamar itu sunyi saja,
tidak na mpak ada gerakan apa-apa.
Akhirnya dua orang pengawal itu muncul di depan pintu
dan Cui Hong cepat mene mpe lkan ujung pedangnya di dada
Ki Cong. "Mana mereka?" bentaknya kepada dua orang
pengawal itu. "Awas kalau kalian menipuku, dada kong-cu
kalian ini akan kurobek-robek!"
"Tolol kalian! Mana tawanan itu?" Ki Cong juga berseru
dengan ketakutan melihat betapa dua orang pengawal itu
kembali dengan tangan kosong.
"Ampun, kongcu, a mpunkan kami." kata seorang di antara
mereka sedangkan orang ke dua hanya me mandang dengan
muka pucat. "Para penjaga di kamar tahanan tidak percaya
kepada kami dan tidak mau menyerahkan dua tawanan itu.
Mereka minta agar kongcu sendiri yang datang ke sana, baru
mereka ma u percaya."
"Keparat....!" Makian ini keluar dari mulut Cui Hong dan
kembali ujung pedangnya mene mbus baju dan me lukai kulit
dada Ki Cong yang menjer it kesakitan, atau lebih lag i, karena
ketakutan. "Ampun." dia meratap, "biarlah aku sendiri..... yang
me mbebaskan mereka...."
Cui Hong me mutar otaknya. Kalau dibiarkan berlarut-larut
dan ayah serta suhengnya tidak cepat dibebaskan, pihak
musuh akan dapat mengatur siasat. Memang leb ih ba ik kalau
pemuda ini yang me mbebaskan sendiri dua tawanan itu. Kalau
ia terus menodongnya, pihak lawan tidak a kan ma mpu
mengganggunya dan terpaksa harus me menuhi tuntutannya.
"Baik, mar i kita bebaskan mereka!" katanya dan dengan
pedangnya ia me mbabat tali pengikat kedua kaki Ki Cong, lalu
ia me mbebaskan totokannya dari tubuh pemuda itu. Pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dapat bergerak lagi dan dengan susah payah karena kedua
pergelangan tangannya masih dibelenggu, dia bangkit berdiri,
dibantu dengan sepakan kaki oleh Cui Hong. Dengan tangan
kiri me ncengkera m ra mbut kepala, tangan kanan menodongkan pedang yang dite mpelkan d i leher pe muda itu,
Cui Hong lalu me nodongnya keluar dar i kamar, didahului oleh
dua orang pengawal, yang bersikap ketakutan dan menjadi
petunjuk jalan menuju ke kamar tahanan yang berada di
belakang gedung. Hati Cui Hong diliputi penuh kecurigaan dan ia bers ikap
hati-hati sekali, tak pernah melepaskan kewaspadaan dan
dengan keras mencengkeram ra mbut kepada Ki Cong dan
terus mene mpelkan pedangnya di leher orang itu. Ia merasa
lega ketika t iba di ruang tahanan, me lihat bahwa di s itu tidak
nampak penjaga-penjaga yang siap mengeroyoknya, bahkan
para penjaga nampak menyingkir dan berdiri di tepi yang
aman. Dan hatinya girang sekali ketika t iba di sebuah tikungan
sempit, dari jauh ia me lihat ayah dan suhengnya di dalam
sebuah kamar kerangkeng, terbelenggu dan duduk di atas
lantai dalam keadaan selamat.
"Ayah....!" Tak tertahankan lagi keharuan hatinya dan ia
berteriak me manggil. Tiba-tiba ayahnya berseru, "Hong-ji, hati.. hati......!"
Akan tetapi terlambat. Karena pada saat itu, perhatian Cui
Hong tertarik kepada ayah dan suhengnya sehingga ia tidak
me lihat betapa tiba-tiba ada sebuah tubuh menubruknya dari
kanan. Tentu saja ia cepat menggerakkan pedangnya
menya mbut tubrukan orang itu tanpa melepaskan ja mbakan
tangan kirinya dari ra mbut kepala Ki Cong.
"Crokkkk........!" Perut orang yang menubruknya itu
terbacok dan darah muncrat- muncrat ke Cui Hong. Tentu saja
gadis ini merasa terkejut dan ngeri. Biarpun sejak kecil ia
belajar ilmu silat, akan tetapi belum pernah ia me mbunuh
orang, apalagi me mbacok perut sampai muncrat-muncrat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darahnya seperti itu. Tak disangkanya sama sekali bahwa
orang yang menubruknya itu ternyata tidak menubruk,
me lainkan dilontarkan orang dan orang itu sa ma sekali tidak
ma mpu men gelak atau menang kis ketika dibaco knya. Karena
kaget dan ngeri, otomatis me lepaskan ja mbakan ra mbut Ki
Cong dan melompat ke belakang agar tidak terkena darah.
Dan pada saat itu, muncullah Koo Cai Sun dan Gan Tek Un.
Gan Tek Un menyambar tubuh Ki Cong dan Koo Cai Sun
sudah menyerang Cui Hong dengan kedua tangannya. Gadis
ini berusaha me mbela d iri, akan tetapi ia me mang kalah jauh,
dan juga sudah lelah sehingga sebuah tendangan yang
mengenai lututnya me mbuat ia terpelanting dan sebelum ia
dapat bangkit berdiri, Kuo Cai Sun sudah me nubruknya dan
beberapa orang pengawal maju dan me mbelenggu kaki
tangannya! Cui Hong meronta-ronta dan me maki-ma ki, akan tetapi sia-
sia saja dan di lain saat ia sudah tidak ma mpu bergerak, kaki
tangannya ditelikung dengan a mat kuat. Tiba-tiba Pui Ki Cong
tertawa. "Ha-ha-ha-ha, bocah liar. Engkau me mang tidak boleh
disayang! Engkau me mang ingin disiksa, diperkosa, dan
dihina. Aku akan me mpermainkan engkau sa mpa i meratap-
ratap minta a mpun, sampai engkau me nyesal pernah
dilah irkan oleh ibumu!" Setelah berkata demikian, dalam
kemarahannya Ki Cong mengayun tangannya mena mpar muka
gadis yang sudah tak berdaya rebah di atas lantai itu.
"Plak! Plak!" Dua kali tangannya mena mpar, sampai panas
rasanya mengenai kedua pipi gadis itu saking kerasnya. Kedua
pipi gadis itu menjadi merah sekali, akan tetapi sepasang
matanya tetap melotot penuh kebencian. Melihat ini, kemba li
Pui Ki Cong tertawa mengejek. Dia merasa amat penasaran
dan marah. Beberapa kali dia mengalami penghinaan gadis ini
dan kemarahannya me mbuat dia lupa diri bahwa di situ
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdapat tiga orang jagoan itu, dua orang tawanan dan
beberapa orang pengawal yang menjadi penonton.
"Ha-ha-ha, setelah ditampar engkau berta mbah cantik!"
Setelah berkata demikian, tiba-tiba dia merangkul leher Cui
Hong dan mencium mulut yang dikaguminya itu. Dia mencium
dengan rakus, seperti orang kehausan memperoleh minuman
segar yang diteguknya dengan ln-hap.
"Aaughhhh.......!!" Tiba-tiba Ki Cong menjer it dan meronta-
ronta, akan tetapi deretan gigi putih kecil-kecil yang amat kuat
itu tidak mau melepaskannya, karena seperti seekor singa
menggigil korbannya. Ki Cong meronta-ronta dan mengaduh-
aduh, darah bercucuran dari mulutnya. Melihat ini, Koo Cai
Sun cepat menotok jalan darah di leher Cui Hong dan gadis itu
terkulai, gigitannya terlepas.
"Aduhhhh..... iblis betina..... aduhhhh" Ki Cong bangkit dan
menutupi mulutnya yang bercucuran darah. Bibirnya yang
bawah hampir putus oleh gigitan Cui Hong, gigitan yang
dilakukan penuh kebencian tadi. Mulut gadis itupun juga
berlepotan darah yang keluar dari luka di bibir Ki Cong dan
gadis itu, biarpun sudah tertotok le mas, masih ma mpu
me ludahkan darah yang menodai mulutnya.
Koo Cai Sun tertawa. "Ain, kongcu, tidak per lu tergesa-
gesa. Sudah kukatakan bahwa d ia ini seekor kuda betina liar,
ganas dan panas. Kalau engkau ma mpu menjinakkannya,
wah, dia akan hebat sekali. Akan tetapi sebaliknya, ia dapat
me mbawa kau terjun ke jurang, ha-ha!"
Pui Ki Cong menjadi se makin penasaran dan marah.
Dengan kasar dia lalu menggunakan sehelai saputangan untuk
diikatkan di depan mulut Cui Hong, kemudian ia me mondong
tubuh gadis itu dan dibawanya kembali ke dalam kamarnya,
diikuti suara ketawa ketiga orang jagoan itu.
Dapat dibayangkan betapa hancur rasa hati Kim Siok dan
Lu San menyaksikan semua. Mereka tidak berdaya, dibelenggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kuat. Timbul tekad dalam hati mereka untuk mencari
kesempatan, me mberontak dan kalau per lu me mpertaruhkan
nyawa untuk mencoba menyelamatkan Cu i Hong.
-oo0dw0oo- "Tar! Tar! Tarr.....!!"
Berulang kali ca mbuk itu melecut dan men impa tubuh Cui
Hong. Gadis itu terlentang di atas pembaringan dengan
tangan dan kaki terpentang dan terikat pada kaki
pembaringan. Cambuk itu diayun oleh Ki Cong dan me lecut
tubuhnya, menggigiti kulitnya melalui robekan baju. Pakaian
gadis itu koyak-koyak oleh lecutan ca mbuk dan bahkan
kulitnya yang putih mulus itu mulai penuh dengan garis-garis
merah, ada pula yang mengeluarkan darah. Namun tida k satu
kalipun terdengar keluhan dari mulut Cui Hong. Ia merapatkan
bibirnya, bahkan kalau terlalu nyeri, digigitnya bibir sendiri dan
matanya tetap melotot menatap wajah penyiksanya. Habis
koyak-koyak seluruh pa kaiannya dan yang tinggal hanyalah
belenggu pada mas ing-masing tangan dan kakinya.
Kadang-kadang datang pula perasaan takut dan ngeri yang
bergelombang dan ha mpir menenggelamkan kesadarannya,
rasa takut yang jauh lebih hebat dan lebih besar daripada rasa
nyeri karena siksaan ca mbuk itu. la berharap agar orang itu
menca mbukinya terus sampai ia mati. Tida k, ia tidak takut
mati. Kalau ia mati, ia akan terbebas dari siksaan ini, terutama
sekali s iksaan rasa takut yang mengerikan. Hanya satu hal
yang me mbuat ia penasaran kalau ia mati, yaitu ia tidak akan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi ma mpu me mbalas dendam kepada keparat ini.
"Bunuhlah aku, bunuhlah, hanya demikian bisik suara
hatinya ketika akhirnya Ki Cong menghentikan siksaannya. Dia
me le mparkan ca mbuk yang berlepotan darah itu, dan
mengusap peluh yang me mbasah i tubuhnya. Matanya liar
menatap seluruh tubuh yang ditinggalkan pa kaian yang sudah
koyak-koyak dan kulit I putih mulus yang dihiasi garis-garis
merah. Memandang dengan penuh gairah nafsu dan Ki Cong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu duduk di tepi pe mbaringan, kedua tangannya mengusap-
usap seperti hendak mengobati atau mengusir semua rasa
nyeri. Berdebar jantung Cui Hong dan seluruh tubuhnya terasa
menggigil. Rasa ngeri dan takut menyerangnya dan ketika Ki
Cong mendekapnya dan menciuminya, iapun terkulai dan
roboh pingsan. Ia tidak tahu apa-apa lagi, tidak merasakan
apa-apa lagi seperti orang pulas atau mati.
Nafsu birahi timbul karena gambaran pikiran. Tanpa adanya
pikiran yang mengga mbarkan hal-ha l yang ada hubungannya
dengan nafsu berahi, maka nafsu itu t idak akan timbul begitu
saja. Dan menurutkan nafsu birah i, tanpa dikendalikan
kebijaksanaan dan kesadaran akan me mbuat seseorang
menjad i ha mba nafsu berahi. Dan celakalah badan dan batin
kalau orang sudah menjad i hamba nafsu. Nafsu apa saja,
termasuk nafsu berahi. Dala m cengkera man nafsu, orang akan
lupa diri dan sanggup melakukan apa saja, bahkan kadang-
kadang me lakukan hal-hal yang me langgar segala hukum
kemanusiaan atau kesusilaan, kadang-kadang malah mengarah kepada perbuatan keji dan kejam sekali, tanpa
me mperdulikan keadaan orang lain, yang terpenting adalah
me menuhi dorongan hasrat untuk me muaskan nafsu sendiri
yang mendesak-desak. Dendam me mbuat seseorang dapat melakukan kekeja man
yang luar biasa. Dendam adalah nafsu kebencian, dan seperti
juga nafsu berahi, sekali orang dicengkera m, ma ka orang itu
akan menjad i boneka, menjadi ha mba dar ipada nafsunya
sendiri. Pui Ki Cong menaruh denda m kebencian yang cukup
menda la m terhadap Cui Hong. Mula- mula karena dia kecewa
bahwa hasrat hatinya tidak mendapat sa mbutan. Kemudian
dia merasa dihina oleh gadis itu, dan terutama sekali merasa
tersinggung rasa harga dirinya oleh semua penolakan dan
penghinaan itu. Apalagi setelah berkali-kali dia gagal, bahkan
hampir celaka di tangan Cui Hong. Rasa suka karena dorongan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
birahi berubah men jadi kebencian, denda m kebencian yang
amat besar. Kebencian men imbulkan hasrat ia melihat orang
yang dibencinya itu menderita sehebat-hebatnya. Dendam
kebencian hanya dapat dipuaskan kalau me lihat orang yang
dibencinya itu menderita hebat. Karena dirinya dicengkeram
dua maca m nafsu yang amat berbahaya itu, nafsu birahi dan
nafsu kebencian, maka perbuatan Ki Cong terhadap diri Cui
Hong sungguh d i luar batas perike manusiaan. Segalanya tidak
dipantangnya untuk dilakukan terhadap Cui Hong, untuk dapat
menghina sehebat-hebatnya, untuk dapat memuaskan hasrat
hatinya sedalam-dalamnya.
Begitu siuma n dari pingsannya dan mendapatkan dirinya
ternoda, tanpa mengeluh atau menangis, Cui Hong pingsan
lagi. Berulang kali ia sadar dan pingsan lag i, dan akhirnya ia
hanya rebah terlentang seperti mayat, pandang matanya
kosong ditujukan ke langit-langit kamar itu dan ia sama sekali
tidak perduli lag i akan dirinya, sama sekali tidak menghiraukan
lagi apa yang a kan terjadi dengan dirinya. Bahkan ia hanya
me mandang kosong ketika Ki Cong men ggodanya dengan
kata-kata, dengan perbuatan, seolah-olah semua itu hanya
terjadi dalam mimpi buruk. Ia hanya menanti datangnya saat
terbangun dari tidur agar mimpi buruk itu dapat terhenti. Akan
tetapi mimpi buruk itu berkelanjutan dan tak pernah terhenti,
baru berhenti kalau ia tenggelam kembali ke dalam
ketidaksadaran! Wajah Ki Cong terukir di dalam lubuk hatinya,
tanpa disadarinya. Wajah seorang laki-laki yang kemerahan,
penuh peluh, yang matanya kemerahan, hidungnya kembang-
kempis, mulutnya dengan bibir pecah menjendol itu terengah-
engah. Ia takkan pernah me lupakan wajah itu!
Cui Hong lupa segala. Lupa akan waktu. Ia tidak tahu
sudah berapa lama ia tersiksa di dalam kamar itu. Ia tidak
ingat apa-apa lagi t idak tahu bahwa sudah sehari se ma la m ia
tersiksa secara me la mpaui batas itu. Ki Cong juga lupa diri.
Hanya berhenti menyiksa gadis itu untuk makan dan minum,
yang diantarkan oleh seorang pengawal. Kini hatinya tenteram
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dia boleh me lakukan apa saja tanpa gangguan karena tiga
orang jagoan itu berada tak jauh dari kamarnya. Di kamar
sebelah, selalu siap melindunginya.
Ki Cong agak mabok, terlalu banyak minum arak.
Diha mpirinya gadis itu dan dituangkannya arak dari cawan ke
mulut Cui Hong yang setengah terbuka. Gadis itu menelannya
dan tersedak. "Heh-heh-heh, Cui Hong, manisku. Bagaimana,
apakah sekarang engkau sudah tunduk dan takluk kepadaku"
Ha-ha-ha.....!" Dia me nunduk untuk mencium dengan buas.
"Brakkk......!!" Tiba-tiba daun pintu jebol dan dua laki-laki
berloncatan masuk. Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati
Ki Cong ketika dia melihat bahwa yang menjebo l daun pintu
itu adalah guru silat Kim Siok dan Lu San!
"Tolooonggg......! Toloooongggg....!!" Dia berteriak-teriak
ketakutan. Pada saat itu, tiga bayangan orang berloncatan masuk
sebelum Kim Siok dan muridnya terbelalak me mandang ke
arah dipan di mana Cu i Hong rebah seperti mayat itu dapat
me lakukan sesuatu, tiga orang jagoan itu telah menerjang
mereka. Kim Siok dan Lu San tadi berhasil melepaskan diri
dari ikatan kaki tangan mere ka dengan susah payah,
meroboh kan enam orang penjaga dan lari ke kamar itu.
Sekarang, melihat tiga orang tangguh itu menerjang, mereka
menga muk dan sekali ini mereka berkelah i seperti dua ekor
harimau terluka. Mereka marah, benci dan sakit hati melihat
keadaan Cui Hong sehingga mereka menjadi nekat, tidak
me mperdulikan nyawa sendiri dan menerjang dengan ganas
dan dahsyat. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 BIARPUN tingkat kepandaian tiga orang jagoan itu leb ih
tinggi, akan tetapi menghadapi amukan dua orang yang sudah
nekad tanpa me mperdulikan keselamatan nyawa sendiri Nitu
Bu-tek Sa m-eng menjad i kewalahan dan terpaksa mereka lalu
menge luarkan senjata mas ing-masing dan akhirnya senjata-
senjata mereka dapat merobohkan Kim Siok dan Lu San. Guru
silat dan murid itu roboh dengan luka-luka parah dan pada
saat itu Cui Hong yang selalu berada dalam keadaan setengah
pingsan itu siuman dan melihat ayah dan suhengnya roboh
mandi darah, ia me njerit.
"Ayaaaahhhh......!." Dan gadis itupun menang is. Baru
sekarang ia menangis, menangis karena me lihat ayahnya,
bukan menang isi dirinya sendiri. Guncangan batin yang
men impa dirinya lebih mendalam daripada tangis. Ia tidak lagi
dapat menangisi diri sendiri, karena di dalam batinnya,
sebagai akibat ma lapetaka yang menimpa dirinya, hanya
terdapat dendam dan seka li lagi denda m!
Ki Cong yang kembali terlepas dari anca man maut itu,
berdiri dengan muka pucat dan dia me mandang kepada Cui
Hong, kepada Kim Siok dan Lu San dengan mata mengandung
kemarahan besar. Dia me mang berhas il me mbalas denda m
kepada gadis itu, berhasil memper mainkannya dan me mper kosanya sesuka hatinya. Akan tetapi dia sama sekali
tidak men ikmati kepuasan dari pengalaman itu, bahkan
semakin dia me maksakan kehendaknya, semakin terasa
olehnya betapa gadis itu menolaknya sehingga dia terpaksa
harus me mperkosanya. Dia merasa bosan harus memper kosa
terus, sedangkan keadaan gadis itu lebih banyak mati
daripada hidup, lebih sering pingsan daripada sadar.
"Phuhh! Keluarga setan!" Dia mengome l. "Sa m-wi eng-
hiong, kuserahkan gadis itu kepada kalian. Ambillah, aku tidak
sudi lagi!" katanya dan diapun men inggalkan kamar itu untuk
pergi ke ka marnya sendiri di gedung besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koo Cai Sun tertawa girang. "Ha-ha-ha, sungguh
beruntung. Aku me mang kagum sekali kepada gadis ini!"
"Pui-kongcu menyerahkan kepada kita bertiga bukan,
bukan kepada seorang!" tiba-tiba Gan Tek Un ber kata dan
matanya yang tajam itu menya mbar dingin.
Koo Cai Sun tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, jangan khawatir,
kawan. Gadis ini me mang menarik sekali dan amat tabah.
Baiklah, kita bagi rasa. Engkau dan Louw toako boleh
mendapat giliran leb ih dulu, biar aku yang terakhir, ha-ha-ha!"
Gan Tek Un dan Louw Ti me mang tidak se mata keranjang
Koo Cai Sun, akan tetapi merekapun bukan laki-laki yang alim.
Melihat Cui Hong yang demikian muda dan demikian cantik
man is, juga melihat sikap gadis itu yang amat tabah dan keras
hati, mereka berduapun merasa tertarik sekali. Dan tiga orang
jagoan ini me mang sudah biasa bersenang-senang bertiga,
maka kini tanpa malu-malu lagi, tanpa banyak cakap lagi, Gan
Tek Un la lu mengha mpiri pe mbaringan di mana Cui Hong
masih terbelenggu kaki tangannya. Dengan jari-jari tangannya
yang kuat, Gan Tek Un membikin putus belenggu-belenggu itu
dan diapun merangkul dengan penuh nafsu.
Ketika merasa betapa kaki tangannya terbebas dari
belenggu, Cui Hong la lu bergerak me mukul. Akan tetapi
dengan mudah Gan Tek Un menangkap pergelangan kedua
tangan gadis yang sudah lemas karena menderita lahir batin,
juga sudah tiga hari tidak pernah ma u makan. Dan kemba li
Cui Hong tidak ingat apa-apa lagi ketika Gan Tek Un mulai
mende kapnya. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan hati Kim Siok dan
Lu San menyaksikan betapa Cui Hong diperkosa orang di
depan mata mereka. Biarpun mere ka berdua sudah terluka
parah, akan tetapi kemarahan dan sakit hati me mbuat mereka
ma mpu bergerak lagi dan mereka lalu meloncat ke atas,
bangkit berdiri dan dengan tubuh berlumuran darah, dengan
mata terbelalak penuh kebencian, merekapun menerjang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah manusia berhati binatang yang sedang memper ma inkan
tubuh Cui Hong di atas pe mbaringan itu.
Akan tetapi sambil tertawa, Koo Cai Sun dan Louw Ti menyambut mereka dan dengan tendangan-tendangan tubuh Kim Siok dan Lu San
terjengkang dan terbanting jatuh kemba li
ke atas lantai. Mereka berusaha bangkit, akan tetapi kemba li dua orang
jagoan itu menyusulkan tendangan-tendangan yang me mbuat mereka jatuh kembali. Koo Cai Sun, Louw Ti tertawa-tawa, berdiri dan setiap kali dua orang
yang sudah luka-luka itu hendak bangkit berdiri, mereka
meroboh kannya ke mbali dengan tendangan-tendangan.
Gan Tek Un me loncat turun kembali dari pe mbar ingan.
Wajahnya keruh karena ia merasa terganggu oleh dua orang
yang sudah luka-luka itu. "Mereka lebih baik dibunuh saja agar
kelak tidak mendatangkan banyak urusan," katanya dan kedua
tangannya bergerak menyambar sepasang pedangnya.
Nampa k sinar pedang berkelebat. Pada saat itu Cui Hong
sudah siuman dan dia se mpat melihat betapa sepasang
pedang itu menyambar dan mene mbus dada ayahnya dan
suhengnya. "Ayaaahhh......! Suhengggg......!" Dan iapun jatuh pingsan
lagi. Cui Hong t idak ingat apa-apa lagi, tidak tahu betapa tiga
orang itu me mper mainkannya secara bergantian. Setiap kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sadar dari pingsannya, yang tampak hanyalah bayangan
ayahnya dan Lu San yang mandi darah.
Jaksa Pui mendengar akan semua peristiwa itu. Setelah dua
jenazah Kim Siok dan Lu San disingkirkan, jaksa Pui lalu
me mbujuk t iga orang jagoan itu agar segera berangkat ke
kota raja, me mbawa suratnya yang memperkenalkan mereka
ke kota raja kepada seorang rekannya yang berpengaruh di
sana. "Sebaiknya kalau sa m-wi segera berangkat. Kini keadaan
kota raja sedang kalut, dan membutuhkan bantuan tenaga-
tenaga yang boleh dipercaya seperti sam-wi. Dan jangan lupa,
kalau sam-wi pergi, bawa perempuan itu bersama sam-wi.
Kalau ia ditinggalkan di s ini, ia hanya akan me mbikin pusing
saja. " Tiga orang jagoan itu mener ima hadiah-hadiah berupa
masing-masing sekantung e mas, dan merekapun menerima
masing-masing seekor kuda terbaik. Setelah menyimpan surat
dari 3aksa Pui itu, Koo Cai Sun me mbawa Cui Hong yang
le mas itu ke atas kudanya, dan diikuti oleh dua orang


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

temannya, diapun berangkat pada pagi hari sekali menuju ke
kota raja di utara. Koo Cai Sun ternyata jatuh cinta atau me mpunyai rasa
sayang kepada Cui Hong, maka ia tidak keberatan membawa
gadis itu ke kota raja. Akan tetapi ketika mereka t iba di
sebuah hutan, dan berhenti beristirahat di bawah pohon
dalam hutan, Gan Tek Un me ncelanya. "Koo-toako, sungguh
tidak baik seka li kalau me mbawa pere mpuan ini ke kota raja.
Ia hanya akan menimbulkan kesukaran saja. Lihat, pandang
matanya penuh dendam. Ia takkan pernah mau menyerah
kepada kita dan di sana hanya akan men imbulkan kecurigaan
orang banyak saja. "
"Benar, ia kelak hanya akan men jadi musuh bagi kita. Di
kota raja tentu banyak perempuan yang lebih cantik dan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik daripadanya. Mengapa susah-susah membawa calon
mayat ini ke kota raja saja?"
Dibujuk oleh dua orang rekannya, Koo Cai Sun me njadi
bimbang. Ia menoleh dan me mandang kepada gadis yang
duduk bersandarkan pada pohon itu. Dia telah me notok gadis
itu dan mendudukkannya di sana. Gadis itu merupakan
pandangan yang tidak me narik sa ma sekali. Seorang wanita
muda yang kotor. Rambutnya kusut masai. Mukanya pucat,
bibirnya yang masih na mpa k indah bentuknya itu-pun
kehilangan warna merahnya, bahkan nampak pucat. Sepasang
matanya menger ikan, seperti mata mayat, sama sekali tidak
bercahaya lagi, akan tetapi ketika pandang mata itu ditujukan
kepada mereka bertiga, seperti ada api me mbara di man ik
matanya. Pakaiannya awut-awutan.
Koo Cai Sun menghela napas panjang. Seorang gadis yang
keras hati dan tak pernah mau tunduk walaupun segala-
galanya telah dipatahkan dengan paksa. Betapa akan
mengge mbirakan ka lau saja seorang wanita seperti ini ma mpu
mencurahkan kasih sayang. Seorang wanita yang panas
me mbara, penuh se mangat. Akan tetapi sayang, penuh pula
dengan dendam kebencian. Diapun hanya akan dapat
menguasai gadis itu dengan cara me mperkosanya.
"Baiklah, ia akan kutinggalkan saja di s ini." a khirnya dia
berkata dengan suara bernada menyesal dalam hati.
"Bunuh saja, agar kelak tidak mendatangkan kepusingan."
kata Gan Tek Un. "Benar, me mbas mi tanaman beracun harus sa mpa i ke akar-
akarnya." sambung Louw Ti.
Akan tetapi, hati Koo Cai Sun yang mempunyai rasa sayang
kepada Cui Hong, merasa tidak tega. "Apakah kalian merasa
takut kepadanya" Lihat, ia hanya seorang gadis yang tidak
berdaya. Mau bisa apakah ia terhadap kita" Biarlah, biarkan ia
di sini dan kita lanjutkan perjalanan kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, ke lak.. ...." Louw Ti me mbantah.
"Louw-toako, tidak kita bunuh juga ia akan mati sendiri.
Hutan ini penuh dengan binatang buas. Biarlah ia mati
dimakan b inatang buas. Terus terang saja, setelah men ikmati
dirinya, aku tidak tega melihat ia terbunuh." jawab Koo Cai
Sun. "Mari kita berangkat!"
Tiga orang jagoan itu lalu berangkat meninggalkan tempat
itu, meninggalkan Cui Hong yang masih le mas bersandar
pohon. Mereka tidak tahu bahwa biarpun kelihatan seperti
orang setengah mati, yang seperti kehilangan se mangatnya,
namun sesungguhnya, semangat Cui Hong masih menyala-
nyala. Bahkan kekerasan hatinya menekan penderitaannya
yang dialami tubuh dan batinnya, yang kadang-kadang
me mbuat ia ingin mati saja. Kekerasan hatinya yang
menentang ini. Ia harus hidup! Ia harus hidup terus agar kelak
ia dapat membalaskan se muanya ini! Ia harus hidup, biarpun
semata-mata untuk dendamnya! Ia tidak mau mati sebelum
dapat me mbalas denda m kebencian hatinya terhadap e mpat
orang, yaitu Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, Gan Tek Un, dan Louw
Ti! Ia harus hidup, dan kalau ia sudah memiliki kesempatan, ia
akan mengejar e mpat orang itu, biar sa mpai ke neraka
sekalipun! Karena itu, Cui Hong tahu dan sadar betapa tiga orang itu
berbantah dan kemudian men inggalkannya. Senyum kemenangan mulai menghias bibirnya yang pucat dan
berdarah. Ia berdarah di mana- mana. Bahkan bibirnya luka-
luka bekas gigitan, juga lehernya, dadanya, mereka itu telah
bertindak melebihi binatang-binatang buas terhadap dirinya!
Setelah tiga orang itu pergi menunggang kuda, terjadilah
ketegangan luar biasa da la m hati Cui Hong. Bagaimana kalau
mereka itu mengubah p ikiran dan mereka kembali lagi" Setiap
ada suara, hatinya terguncang keras, takut kalau-kalau
mereka bertiga, atau seorang di antara mereka, ke mbali lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jalan darahnya mulai norma l kembali dan lewat dua tiga
jam ke mudian, totok-an pada tubuhnya mencair dan ia dapat
bergerak kembali. Pertama-ta ma yang dikerjakannya adalah
bangkit berdiri, me mandang ke kanan kiri dan ber indap-indap
pergi dari tempat itu secepat mungkin, untuk menye mbunyikan diri karena khawatir kalau-kalau tiga orang
itu akan datang kembali. Setelah ia berhasil menyusup-nyusup
me lalui pohon-pohon dan semak-sema k belukar, akhirnya ia
menjatuhkan diri ke atas rumput tebal d i balik se mak be lukar.
Dipegang-pegangnya kaki tangannya, kepalanya, tubuhnya, ia
masih hidup dan inilah yang terpenting. Ia masih hidup! Tapi
ayahnya dan suhengnya sudah mati.
"Ayahhh...............! Suheng..........!" Ia mengeluh dan
menang islah Cui Hong. Teringat ia akan ayahnya dan bahwa
kini ia hidup sebatangkara, seorang diri, dalam keadaan
seperti itu. Ayahnya dibunuh orang, suhengnya atau
tunangannya juga dibunuh orang. Dan ia dinodai, diper mainkan dan dihina me la mpaui batas perike manusiaan.
Cui Hong menang is, mengguguk a kan tetapi ia masih
berusaha agar tangisnya tidak mengeluarkan suara.
Ia harus dapat menyelamatkan diri. la harus hidup terus
demi dendam! Ia harus dapat membalas se mua ini! Rasa duka
yang amat berat menindih perasaannya dan membuat ia
merasa lelah bu kan main. Dan iapun terkula i dan roboh pulas,
tertidur di balik se mak-semak be lukar. Tidur da la m arti yang
sesungguhnya karena kelegaan hati terlepas dari cengkeraman musuh, karena kedukaan yang menghimpit.
Tidur yang amat dibutuhkan badan dan batinnya, karena
hanya tidurlah yang dapat menghapus segala duka.
0dw0 Kalau orang tidak me miliki batin yang kuat, apalagi seorang
dara remaja seperti Cui Hong, setelah mengalami segala
penderitaan lahir batin yang merupakan malapetaka amat
hebatnya itu, mungkin saja orang itu akan menjadi gila.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penderitaan badan masih dapat dipertahankan, akan tetapi
penderitaan batin seperti yang dialami Cui Hong itu terlalu
hebat untuk dapat ditahan perasaan. Ayahnya dan
tunangannya walaupun ia belum me miliki perasaan cinta kasih
terhadap tunangannya itu, dibunuh orang di depan matanya.
Dan ia sendiri diperkosa di depan mereka, diper mainkan dan
dihina oleh e mpat orang yang kejam seperti iblis. Dan kini, ia
berada seorang diri di dalam hutan, kehilangan segala-
galanya, keluarganya, harta benda, kehormatannya.
Selama kurang lebih sepekan ia berkeliaran di dalam hutan.
Rasa lapar di perutnya mendorongnya untuk mencari
makanan. Buah-buahan, daun-daun muda, dan binatang
kelinci dan ayam hutan menjad i makanannya. Akan tetapi
yang amat parah menindih hatinya adalah perasaan dendam
yang me mbuatnya putus asa. Bagaimana itu mungkin dapat
me mba las sakit hati kepada e mpat orang itu" Pui Ki Cong
adalah putera seorang jaksa, putera seorang pembesar yang
dilindungi pasu kan pengawal. Dan tiga orang musuh besar
lainnya adalah Thian-cin Bu-tek Sa m-eng, tiga orang jagoan
yang me miliki ilmu kepandaian silat tinggi. Apalagi ia sendiri,
bahkan ayahnyapun tidak ma mpu menand ingi mereka.
Bayangan inilah yang me mbuatnya putus asa. Dendam sakit
hati amat mendidih, akan tetapi ia sadar bahwa ia tidak akan
dapat membalas semua denda m itu. Kenyataan ini merupakan
siksaan batin baginya dan ber kali-kali ia menangis karena ini.
Betapa kita hidup ini terombang-a mbing oleh pikiran yang
me lahirkan keinginan-ke inginan, diper mainkan antara harapan
dan keputusan, suka duka, cinta benci dan sebagainya.
Apakah kita semua dilahirkan hanya untuk menjadi per mainan
antara terang dan gelap ini" Tida kkah kita yang dilah irkan
bukan atas kehendak kita sendiri ini berhak untuk men ikmati
kehidupan ini" Mengapa kehidupan selalu penuh dengan duka
dan hanya sedikit saja datang suka" Mengapa selalu datang
kekecewaan yang mendatangkan duka" Kenapa kita selalu
diganggu oleh keresahan, kemurungan, kemarahan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
men imbulkan kebencian" Mengapa terhadap segala pertentangan dan permusuhan dengan orang lain" Mengapa
ketenteraman, kedamaian dan kebahagiaan hanya merupakan
cahaya khayali yang menggapa i dari jauh tak pernah menjadi
kenyataan" Kita selalu lupa bahwa segalanya itu harapan dan
keputusasaan, suka dan duka, cinta dan benci, kemarahan,
kebencian dan sikap ber musuhan, kesemuanya itu tidaklah
terpisah daripada batin kita sendiri. Kalau kita marah, maka
kemarahan itulah kita! Segala maca m perasaan itu adalah d iri
kita sendiri. Suka duka bukan datang dari luar walaupun
dinyalakan dari keadaan luar. Suka duka adalah suatu
keadaan diri kita sendiri, yang kita buat sendiri! Segala macam
kebencian, kemarahan, segala maca m perasaan datang dari
pikiran, datang dari "aku" yang selalu me mperhatikan dengan
dasar rugi untung. Kalau se mua datang dar i ingatan, dari pikiran, apakah kita
lalu menghentikan pe mikiran itu dan melupakan segala yang
terpikir dan yang menimbulkan duka" Hal ini jelas tidak
mungkin. Bagaimana kita bisa melarikan diri dari diri send iri"
Melarikan diri dar i duka, dengan kewaspadaan, tanpa me muji
atau mencela, tanpa me mbela atau menentangnya, maka kita
telah me masuki dime nsi lain.
Pagi itu Cui Hong berkeliaran sa mpai jauh dari hutan di
mana ia biasa tinggal semenja k ia terlepas dari cengkeraman
tiga jagoan. Kalau ma la m tiba ia naik ke atas pohon dan tidur
dengan aman di atas pohon, jauh dari jangkauan binatang
buas. Pagi itu ia keluar dari h utan besar dan me masu ki hutan
lain yang berada di lereng bukit. Hatinya diliputi kedukaan dan
putus asa. Ingin ia mati saja, karena semakin dipikir, sema kin
hilang harapannya untuk dapat me mbalas denda mnya
terhadap empat orang musuh besarnya. Beberapa kali malam
tadi ia melepas ikat pinggangnya. Betapa mudahnya
mengikatkan ujung yang satu dari ikat pinggangnya pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahan pohon yang didudukinya dan mengikatkan ujung yang
lain pada lehernya lalu me loncat turun. Betapa mudahnya
menghabiskan riwayatnya yang penuh duka itu. Namun, suara
lain dari hatinya selalu menentang perbuatan itu. Sejak kecil ia
dige mbleng kegagahan oleh ayahnya dan ia merasa betapa
perbuatan itu amat pengecut sehingga ia merasa malu send iri
untuk me lakukannya. Pagi itu ia berkeliaran dengan tubuh le mas, dengan langkah
gontai tanpa tujuan. Kalau ada orang mengenal Cui Hong
sebelum malapetaka itu, tentu dia akan terkejut dan sukar
baginya untuk mengenal kembali gadis ini. Dulu, Cui Hong
adalah seorang dara remaja berusia lima belas tahun lebih
yang manis, lincah ge mbira, dengan sepasang mata
me mancarkan ga irah hidup penuh se mangat, dan sebuah
mulut yang selalu tersenyum cerah, seorang dara yang
me miliki lenggang tegap dan mengga irahkan. Akan tetapi
sekarang, perempuan yang berkeliaran di hutan itu sungguh
merupakan pe mandangan yang menyedihkan. Kemudaannya
tidak na mpak lag i, bagaikan setangkai bunga yang layu karena
kekeringan. Rambutnya yang hitam panjang itu kusut masai,
sebagian menutupi mukanya yang amat pucat. Sepasang mata
yang biasanya penuh gairah hidup itu kini na mpa k sayu tidak
bercahaya, seperti lampu yang kehabisan minyak, kadang-
kadang me mandang kosong ke tempat jauh mene mbus pohon
dan kadang-kadang seperti mata orang yang mengantuk.
Mata yang biasanya jeli itu kini agak kemerahan, dan mulut
yang biasanya segar kemerahan penuh senyum itu kini
kepucatan dan me mbayangkan kepedihan hati. Tubuhnya
yang bagaikan bunga baru mulai mekar itu nampak kurus dan
layu. Selagi Cui Hong melangkah tanpa tujuan, dengan hati
kosong dan penuh duka, tiba-tiba mendengar suara orang
bernyanyi. Otomatis langkah kakinya terhenti dan ia
menyelinap di balik sebatang pohon besar, mengintai ke
depan. Tidak nampak ada orang, akan tetapi suara laki-laki itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernyanyi itu terdengar jelas dari depan. Mungkin orangnya
berada di balik se ma k-semak be lukar yang menghadang di


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan. Cui Hong me mperhatikan kata-kata orang itu yang
terdengar lantang dan jelas.
"aku bebas , tak ingin tak harap tak duka tak suka tak lebih tak kurang tak kiri - tak kanan.........
apa ke marin sudah lalu mengapa sesal - mengapa kecewa
tiada guna..... sekarang sadar - sekarang ubah
sekarang baru - sekarang benar
sekarang bebas......... apa ke mudian - hanya akibat bukan
urusanku sekarang benar - esokpun benar
mengapa harap - mengapa ingin
apa la munan - apa impian
tiada guna...... sekarang insaf - sekarang bebas
aku bahagia karena bebas! tak sudi a ku terkurung - terbelenggu biar kurung e mas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biar belenggu intan lebih baik bebas lepas di udara terbang melayang arah tertentu sabar - yakin - waspada takkan tersesat karena bebas!" Mendengar kata-kata dalam nyanyian yang lantang dan
jelas itu, Cui Hong tersenyu m. Lama sudah suara itu terhenti,
namun ia masih tertegun. Suara nyanyian itu seolah-olah
ditujukan kepadanya. Bebas! Terlepas dari segala sesuatu!
Terlepas dari perasaan duka ini, dari kehancuran hati dan dari
keputusasaan. Kenapa hidup macam ini harus dipertahankan
lagi" Hanya akan menderita siksa batin setiap hari saja. "Aku
ingin bebas... ..." bibirnya mengguma m dan tangannya
menangga lkan kain ikat pinggang yang panjang dan seperti
dalam mimpi saja, Cui Hong lalu meloncat ke atas dahan
terendah, mengikatkan ujung kain itu pada dahan pohon,
kemudian mengikatkan ujung yang lain ke lehernya. Tanpa
ragu sedikitpun, setelah ujung kain ke dua mengikat lehernya,
ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun meloncat turun dari
atas dahan. "Brukkk....!" Tubuhnya jatuh menimpa tanah. Cui Hong
terkejut dan merasa heran, cepat ia bangkit dan me mandang
ke atas. Kiranya ujung tali yang mengikat dahan tadi terlepas!
"Tolol.....!" Ia me maki diri sendiri dengan lantang. Betapa
bodohnya. Mengikatkan ujung kain itu saja ke dahan sampai
begitu ceroboh dan kurang kuat. Kalau ada orang melihat
tentu akan mentertawakannya, mengira ia me mang takut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuh diri ma ka mengikatkan ujung kain pinggang itu
dengan kendur. Dengan gemas ia me loncat lagi ke atas
dahan, me mbawa ikat pinggangnya dan sekali ini ia
mengikatkan ujungnya dengan kuat sampai dua kali. Barulah
ia menga lungkan ikatan pada ujung lain pada lehernya dan
kembali ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun me loncat
ke bawah. "Brukkk.....!" Kembali tubuhnya meluncur dan jatuh ke
bawah. Cui Hong me mbelalakkan matanya dan cepat bangkit,
akan tetapi pinggulnya agak sakit ketika terbanting yang
kedua kalinya itu, pinggulnya terbanting agak keras juga. Dan
ternyata tali ikat pinggang yang tadi diikatnya dengan a mat
kuat itu telah terlepas pula! Cui Hong meno leh ke kanan kiri
dan ia merasa betapa bulu tengkuknya mere mang ketika
pikirannya me mbayangkan bahwa yang me lakukan perbuatan
jahil seperti ini tentulah sebangsa setan penunggu hutan itu.
Celaka, pikirnya, sungguh sial nasibnya. Baru ingin bebas saja
sudah dihalangi oleh setan! Akan tetapi bagaimana ia dapat
me lawan setan yang tidak nampak" Seratus kali berusaha
menggantung diri, tentu seratus kali pula setan itu dapat
me lepaskan tali ikat pinggangnya dari dahan pohon dan ia
akan terbanting-banting seperti tadi.
"Ah, tolol me mang, sungguh tolol seka li.....!"
Cui Hong cepat menengok di belakangnya telah berdiri
seorang kakek bongkok yang entah dari mana datangnya.
Kakek itu sudah a mat tua, sukar ditaksir berapa banyak
usianya, tentu sudah tujuh puluh tahun lebih. Mukanya hitam
keriputan dan a mat kurus. Kulit muka itu ber lipatan pada pipi
dan kedua matanya, menyembunyikan sepasang mata yang
kecil dan a mat hitam mencorong. Mulutnya menyeringai dan
nampak di balik bibir itu tidak ada sebuahpun giginya lagi.
Pakaiannya serba hita m dan kepalanya botak, hanya ada sisa
rambut putih di sekeliling kepala bagian bawah. Tubuh yang
kurus itu berdiri bengkok karena di punggungnya, di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkuk, terdapat tonjolan daging sebesar kepala anak kecil.
Pakaiannya yang serba hitam itu kedodoran, seperti kain
dibelit-be litkan begitu saja pada tubuhnya, juga sepatunya
berwarna hitam. Melihat kake k buruk dan serba hita m ini, Cui
Hong merasa jantungnya berdebar keras dan bulu tengkuknya
makin tegak berdiri. Setan, pikirnya! Akan tetapi ia melirik ke
arah kedua kaki kakek itu dan me lihat bahwa sepasang sepatu
itu menginjak tanah. Padahal, menurut dongeng, setan-setan
itu kakinya tidak me nyentuh tanah, kira-kira sejeng kal di atas
tanah. "Kau..... ssee..... tankah kau....?" Dengan suara gemetar
karena merasa serem dara itu bertanya, telunjuknya
menuding ke arah muka keriputan itu. "Heh-heh-heh-heh!"
bibir yang hitam itu bergerak-gerak dan mulut itu terbuka seperti sebuah
guha kecil yang gelap. "Engkau lah yang hampir
menjad i setan penasaran,
nona. Setan perempuan yang tolol sekali! Aku seorang manusia hidup, masih men ikmati kehidupan ini, tidak seperti
kau anak to lol yang mau mengakhiri hidup beg itu saja, seolah-olah engkaulah pengatur
hidup dan mati. Huh!"
Lenyap seketika semua keseraman dari hati Cui Hong.
Terganti oleh ke marahan yang membuat wajahnya yang pucat
itu menjad i kemerahan, sepasang mata yang sayu dan layu itu
menjad i hidup dan berse mangat kembali. "Jadi engkaukah
yang tadi melepaskan tali gantungan ku sampai dua kali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, kalau bukan aku, la lu s iapa?"
"Manusia jahil!" Cui Hong sudah cepat menyerang dengan
pukulan tangannya ke arah dada kakek itu. Kemarahan
me mbuat tubuhnya tiba-tiba menjad i gesit dan pukulan
tangannya kuat sekali. "Wuuuttt.... heh-heh...!" Pukulan itu luput dan ternyata
kakek itu ma mpu menghindarkan pukulan dengan tanpa
menggeser kaki, hanya menarik tubuhnya bagian dada itu ke
belakang saja. "Setan....!" Cui Hong menyerang lagi, kini dengan
tendangan kakinya yang menyambar dari bawah ke arah perut
orang "Ehhh?" Kembali kakek itu hanya menarik bagian tubuh
yang ditendang dan serangan itupun luput.
Cui Hong men jadi se makin marah. Kakek itu menge lak
sambil terkekeh dan me mbuat gerakan-gerakan yang
mengejek se kali. Ia lalu men gerahkan seluruh tenaga dan
kepandaiannya, menyerang kalang-kabut dan me mbabi buta,
kedua tangan dan kedua kakinya menyambar-nyambar
dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Namun,
terjadilah hal yang lucu dan aneh. Kake k bongkok itu meliuk-
liukkan tubuhnya seperti seekor ular, mengelak ke kanan kiri,
hanya dengan cara menarik tubuh ke belakang atau ke depan,
ke atas atau ke bawah tanpa menggeser kedua kakinya dan
semua serangan itu selalu mengena i te mpat kosong!
Cui Hong sedang dilanda kedukaan, putus asa, dan
kemarahan yang me muncak seh ingga
ia kehilangan kecerdikannya. Kalau tidak dikuasai perasaan yang me mabukkan itu, tentu ia sudah cepat dapat melihat
kenyataan bahwa kakek yang menjad i lawannya itu me miliki
kepandaian yang jauh lebih tinggi darinya. Akan tetapi ia tidak
menginsyafi hal itu dan terus saja menyerang semakin ganas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh nafsu, bahkan ia lalu berseru keras, "Kubunuh
kau.!" "Heh-heh-heh, me mbunuh diri send iri saja tidak becus,
mau me mbunuh orang lain. Wah, jahat sekali kau!" Dan kakek
itu mengangkat tongkatnya. Dia me mang me megang sebuah
tongkat kayu butut berwarna hitam yang sejak tadi
dikempitnya saja ketika dara itu menyerangnya kalang kabut.
"Tukkk.....!" Kepala Cui Hong kena dipukul tong kat. Nyeri
sekali rasanya dan oto matis tangan gadis itu meraba kepala
yang terpukul. Betapa gemas hatinya ketika meraba kepalanya
dan mendapatkan benjolan sebesar telur ayam pada kepala
yang terpukul. Rasa berdenyut-denyut nyeri mena mbah
kemarahannya. "Kurang ajar kau!" Ia berteriak dan menubruk ke depan,
hendak merampas tong kat itu. Dan..... ternyata tongkat itu
dengan mudah dapat dira mpasnya! Akan tetapi sebelum Cui
Hong sempat me mpergunakan tongkat itu, baru diayunnya
untuk me mukul, tahu-tahu tongkat itu seperti bersayap saja,
"terbang" dan kembali ke tangan pe miliknya.
"Bukkk!" Tahu-tahu tongkat itu telah menggebuk pinggul
Cui Hong, cukup keras seh ingga terasa nyeri bukan ma in dan
Cui Hong jatuh terpelanting. Dara itu meringis dan mengusap-
usap pinggulnya. Seolah-olah pecah-pecah
rasa kulit pinggulnya dan baru lega hatinya ketika ia meraba pinggulnya,
di situ tidak ada tanda luka, hanya terasa ngilu saja. Sambil
menggosok-gosok pinggul Cui Hong bangkit dan me mandang
kakek yang ter-senyum-senyum tanpa gigi di depannya itu,
seperti seorang anak kecil kegirangan.
Tiba-tiba Cui Hong teringat akan sesuatu dan ketika
kemarahannya lenyap. "Kakek, engkaukah yang bernyanyi
tadi" Bernyanyi lagu Bebas?"
"Heh-heh-heh, kalau benar begitu, mengapa" Kau marah-
marah karena nyanyianku tadi?" Kakek itu ba las bertanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil men ga mang-a mangkan tong katnya. "Kalau marah-
marah, boleh maju, akan kuhajar lag i. Anak nakal perlu
dihajar sa mpai jera!"
Cui Hong mengge leng kepalanya. "Aku tidak ingin digebuk
lagi. Akan tetapi engkau adalah seorang yang berhati palsu,
kek." "Lho! Palsu" Eh, bocah bengal. Kapan engkau menjenguk
hatiku" Bagaimana engkau bisa mengatakan hatiku pa lsu?"
"Orang yang lain tindakannya dari ucapannya, dia berhati
palsu. Nyanyianmu tadi menyatakan satu hal, akan tetapi
perbuatanmu terhadap diriku mer upakan lain ha l yang sama
sekali bertentangan."
"Eh, kok begitu" Apanya yang berlainan" Kau bocah tolol,
tiada hujan tiada angin mau gantung diri. Apa yang bermimpi
bahwa kau telah menjadi Gia m Lo Ong Si Raja Akhirat" Hal itu
sama sekali tidak boleh, maka aku terpaksa menggunakan
tongkat saktiku untuk menggagalkan perbuatan mu yang tolol
dan pengecut." "Nah, perbuatanmu itulah yang palsu! Engkau tadi
bernyanyi tentang kebebasan, dan nyanyianmu menggugah
hatiku. Aku ingin bebas dari kehidupan yang penuh derita ini.
Aku ingin bebas dar i kesengsaraan lahir batin, dari duka, dari
dendam yang tak mungkin dapat dibalas, dari keputusasaan.
Aku ingin bebas dan menga khiri ini se mua. Akan tetapi engkau
begitu jahil untuk menggagalkan keinginanku untuk bebas.
Bukankah perbuatan mu itu berlawanan dengan nyanyianmu di
mana engkau mengatakan bahwa engkau ingin bebas pula?"
"Ho-ho-ha-ha, wah ngawur! Bebas bukan berarti lalu
me mbunuh diri agar terlepas dari semua kesengsaraan lahir
batin. Siapa bilang ka lau sudah mat i itu la lu dapat bebas dari
kesengsaraan lahir batin" Heh-heh, anak bengal, mari kita
duduk dan bicara. Tubuhku yang tua ini tidak enak kalau
harus bicara sa mbil berdiri la ma-lama." Dan kakek itu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
santainya menjatuhkan diri begitu saja di atas tanah
"berumput tebal. Sampai kaget hati Cui Hong dan ha mpir ia
turun tangan menyambut tubuh kakek yang agaknya
terpelanting jatuh itu. Akan tetapi ia teringat bahwa kake k itu
bukan orang sembarangan, maka ia menahan diri dan benar
saja. Biarpun tadi kelihatan terguling, kakek itu ternyata dapat
mendarat dengan lunak, duduk bersila di atas tanah. Cui Hong
menarik napas panjang. Orang ini aneh dan sakti seperti
setan. Ada-ada saja peristiwa yang dihadapinya dalam hidup
ini. Entah perkembangan apa yang akan menimpa dirinya,


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertemu dengan man usia luar biasa ini. Iapun tidak peduli
lagi. Mati pun bukan apa-apa lagi baginya, apalagi
menghadap i malapetaka lain. Tidak akan ada malapetaka
yang lebih hebat daripada yang pernah dialaminya. Ia pun
duduk di depan kakek itu, me mandang penuh perhatian dan
kembali merasa seram. Wajah kakek itu memang menyeramkan sekali. Tiba-tiba kakek serta hitam itu lalu me nggerakkan bibirnya
me mbaca sajak sambil me mukul-mukulkan tongkatnya ke atas
sebuah batu sehingga terdengar suara "tak-tok-tak-tok"
berirama. Mula- mula hanya suara tak-tok-tak-tok berirama
itulah yang terdengar, kemudian disusul suara kake k itu yang
terdengar lembut dan lirih na mun amat jelas me masu ki telinga
Cui Hong, seolah-olah kakek itu berb isik di de kat telinganya.
Dan Cui Hong yang sejak kecil pernah menerima pe lajaran
sastera dari mendiang ayahnya, kini me ndengar kata-kata
dalam nyanyian itu yang t idak as ing baginya.
"Tida k condong itulah Tiong (tegak lurus)
tidak berubah itulah Yong (seimbang)
Tiong adalah Jalan Kebenaran
Yong ada lah hukum alam."
Mendengar kata-kata itu, Cui Hong lalu berkata, "Kakek
yang aneh apa maksudmu mengutip kata-kata dari Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Budiman Beng Cu itu" Bukankah itu merupakan penje lasan
tentang kitab Tiong Yong?"
Kini kakek itu yang mencoba untuk melebarkan sepasang
matanya yang sipit dan dia kelihatan lucu, seperti orang
mengantuk yang berusaha me mbuka mata lebar-lebar
me mandang dara itu. "Eh, eh....! Kau tahu tentang Tiong
Yong?" Tiong Yong adalah satu di antara kitab-kitab suci
pelajaran Agama Khong Kauw.
"Aku pernah me mbaca kitab suci itu walaupun su kar untuk
mengerti maksudnya." jawab Cui Hong dengan jujur.
Kakek itu na mpa k girang sekali, terkekeh senang
mendengar bahwa dara itu pernah membaca kitab Tiong
Yong. Dia tidak tahu bahwa mendiang ayah dara ini adalah
seorang penggemar pelajaran Khong Kauw, bahkan banyak
pula me mbaca kitab-kitab Too Kauw sehingga ketika me mberi
pelajaran me mbaca kepada puterinya, dia menyuruh puterinya
me mbaca kitab-kitab itu. Memang pada ja man itu, belajar
me mbaca didasarkan kepada pe mbacaan kitab-kitab agama
atau filsafat yang tinggi-tinggi seh ingga anak-anak itu hanya
ma mpu men ghafal huruf-huruf itu tanpa mengerti artinya
secara mendalam. "Kalau beg itu dengarkan ini: Hi Nouw Ai Lok Ci Bi Hoat, Wi
Ci Tiongl" "Ah, aku ingat!" seru Cui Hong, terseret oleh kegembiraan
kakek itu yang mengingatkan dia akan masa kecilnya ketika
me mpe lajari se mua ujar-ujar itu. "Itulah bagian ke empat dari
kitab Tiong Yong dan artinya Sebelum timbul perasaan
Senang, Marah, Duka dan Girang, keadaan itu disebut Tiong
(tegak lurus tidak miring)!"
"Heh-heh, bagus, bagus! Atau dengan lain kata-kata,
keadaan itulah yang dinamakan Kosong atau Bebas! Aku
selalu rindu a kan keadaan itu." seru ka kek serba hita m dengan
girang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kau tadi bernyanyi bahwa kau rindu akan kebebasan.
Aku yang terhimpit kekecewaan ingin bebas dari semua
kesenangan dengan jalan mengakhiri hidup, akan tetapi
engkau menghalangiku. Bebas yang bagaimana yang
kaumaksudkan, kek?" "Dengarkan ini Lima warna me mbutakan mata, Lima nada
menulikan telinga, Lima ke lezatan menumpulkan rasa."
"Wah, itu kitab Tao-tek-keng....!" seru Cui Hong.
Kakek itu menjad i semakin g irang. "Bagus! Engkau seorang
anak perempuan aneh. Hafal akan ujar-ujar dalam kitab Tiong
Yong dan Tao-tek-keng, akan tetapi hendak me mbunuh diri.
Bebas yang kaumaksudkan bukan melarikan diri dari
kenyataan, betapapun pahit kenyataan itu terasa oleh kita,
me lainkan bebas dari se mua pengaruh panca indranya, bebas
dari pengaruh perasaan dan pikiran. Eh, anak baik, siapakah
engkau dan me ngapa engkau seorang diri berada di tempat ini
dan ingin membunuh diri?" Dia berhenti sebentar, me mukul-
mukulkan tong katnya ke atas tanah lalu berkata lagi,
"Sungguh pun engkau pernah me mpelajari ilmu silat, akan
tetapi kepandaianmu itu mas ih terlampau rendah untuk dapat
kau pakai me mbe la diri, padahal di dunia ini penuh dengan
kekerasan." Setelah semua perasaan kecewa, dendam dan keputusasaan meninggalkan batinnya untuk saat itu karena
pikirannya dipenuhi dengan pertemuan aneh itu, maka
kecerdikan Cui Hong pun timbul kembali. Ia me mang seorang
gadis yang cerdik dan kini ia melihat jelas terbukanya suatu
kesempatan yang amat baik baginya. Kakek inilah yang akan
dapat menolongnya! Kakek ini adalah seorang sakti, hal itu tak
dapat diragukannya lagi dan kalau ia bisa mewarisi ilmu-ilmu
kesaktian dari kake k ini, tentu bukan hal mustahil lagi baginya
untuk kelak me mbalas denda m terhadap empat orang musuh
besarnya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu.
"Locianpwe, saya adalah seorang yang menderita ma lapetaka.
Ayah dan suheng saya dibunuh orang, sehingga sekarang
saya hidup sebatangkara di dunia ini. Karena putus asa, tadi
saya bermaksud mengakhiri penderitaan ini dengan bunuh
diri. Akan tetapi, setelah bertemu dengan locianpwe, baru
saya sadari betapa kelirunya niat saya tadi. Saya akan merasa
beruntung sekali kalau locianpwe sudi menerima saya sebagai
murid locianpwe....."
"Heh-heh-heh, aku harus tertawa agar tidak menang is. Di
pelosok manapun di dunia ini selalu kute mui kebencian,
kekerasan, permusuhan, bunuh-me mbunuh di antara manusia. Tidak mudah untuk menjadi muridku, karena
selamanya aku tak pernah menerima murid. Akan tetapi....
engkau ini anak pere mpuan yang aneh, hapal akan kitab-kitab
suci akan tetapi mau bunuh diri, he mm, siapakah na ma mu?"
"Na ma saya Kim Cui Hong."
"Kenapa ayahmu dan suhengmu dibunuh orang?"
"Mula- mula putera jaksa di Thian-cin me minang saya.
Karena saya sudah ditunangkan dengan suheng, maka
pinangan itu dito lak oleh ayah. Hal ini me mbuat marah putera
jaksa itu dan dia hendak menggunakan kekerasan. Kami
me lawan dan akhirnya kami ditangkap, ayah dan suheng
dibunuh dan saya..... saya mengalami penghinaan- penghinaan, akan tetapi tidak dibunuh dan dibuang di dalam
hutan ini....." "Aihhh.....! Sungguh benar sekali para bijaksana mengatakan bahwa kecantikan, kekayaan, kedudukan,
kepandaian lebih banyak mendatangkan sengketa dan
permusuhan dar ipada kedamaian dan persahabatan. Kim Cui
Hong, jadi sekarang engkau hidup sebatangkara, tanpa sanak-
kadang, tanpa rumah tinggal?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, locianpwe, saya tidak me miliki apa-apa lag i dan
karena itu mohon sudilah locianpwe menerima saya sebagai
murid." "He mmm, selamanya aku belum pernah mener ima murid,
dalam usia setua ini muncul engkau. Inikah yang dina makan
nasib, jodoh atau kebetulan saja" Agaknya aku harus
men inggalkan se mua yang pernah kupe lajari kepada
seseorang, akan tetapi bagaimana kalau kelak kepandaian itu
dipergunakan untuk kejahatan?"
Cui Hong yang mendengarkan kakek itu bicara seperti
bicara kepada diri send iri, cepat menjawab, "Saya bersumpah
tidak akan me mpergunakan ilmu yang saya terima dari suhu
untuk kejahatan. Saya akan mentaati semua pesan dan
perintah suhu!" Dengan cerd iknya ia langsung menyebut
"suhu" kepada kake k itu untuk melenyapkan sa ma sekali
keraguan yang masih me mbayang pada suara kakek itu.
"Suhu..... aih, sungguh enak sebutan itu, agaknya sama
dengan sebutan ayah yang belum pernah kurasakan. Suhu.....
heh-heh-heh, anak baik, aku suka menjadi suhumu."
Bukan main girangnya hati Cui Hong dan iapun segera
me mber i hormat sambil berlutut. "Suhu, teecu (murid) Kim Cui
Hong siap menerima petunjuk dan per intah suhu yang akan
teecu taati dengan taruhan nyawa."
"Heh-heh-heh, bangkit dan duduklah, Cui Hong. Kuharap
saja engkau akan menjad i murid yang baik. Akan tetapi
ketahuilah bahwa tidak enak menjadi murid orang seperti aku,
tidak enak dan tidak mudah. Melihat tingkat kepandaian- mu,
sedikitnya engkau harus berlatih dengan penuh se mangat dan
tekun selama lima tahun, baru boleh diharapkan engkau akan
me mpero leh ke majuan."
"Teecu berjanji akan ber latih dengan tekun dan biarpun
sampai lima tahun leb ih teecu tidak akan mengendurkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat dan akan selalu mentaati petunjuk dan perintah
suhu." "Bagus, dan sekarang sebagai tugas pertama, engkau
harus bersu mpah bahwa kepandaian yang kau pe lajari dariku
tidak akan kau pergunakan untuk me mbunuh! Engkau tidak
boleh me mbunuh!" Mendengar ini, Cui Hong terkejut bukan main sa mpai
mukanya berubah agak pucat dan kedua matanya terbelalak.
Tidak boleh me mbunuh" Dan ia ingin be lajar silat yang tinggi
hanya dengan satu tujuan, yaitu me mbalas denda m dan
me mbunuh musuh-musuhnya!
"Cui Hong, aku bertemu denganmu ketika engkau hendak
me mbunuh diri. Karena itu, aku ingin menghapus semua
keinginan me mbunuh dar i dalam lubuk hatimu. Engkau tidak
boleh me mbunuh, baik me mbunuh diri sendiri maupun orang
lain! Engkau me mpunyai musuh-musuh dan denda m
kebencian me mbayang di wajahmu, karena itu lah ma ka aku
minta kau bersumpah bahwa engkau tidak akan menggunakan
kepandaian dariku untuk me mbunuh!"
Biarpun ia terkejut dan kecewa mendengar larangan
me mbunuh ini, na mun Cui Hong yang mendapatkan kemba li
kecerdikannya, cepat me mutar otaknya dan iapun lalu tanpa
ragu-ragu lagi bersu mpah, "Baiklah, suhu. Teecu bersu mpah
bahwa teecu tidak akan menggunakan kepandaian dari suhu
untuk me mbunuh orang." Ia me mbayangkan bahwa untuk
me mba las dendam kepada musuh-musuhnya, tidak perlu
me mbunuh! Masih banyak jalan lain kecuali me mbunuh untuk
me la mpiaskan denda mnya.
Kakek ini menarik napas panjang. "Bagus, Cui Hong. Aku
percaya engkau akan me megang teguh sumpahmu. Ketahuilah, mengapa aku menyuruh eng kau bersu mpah untuk
pantang me mbunuh" Tiada lain karena aku sudah terlalu
banyak me mbunuh orang! Dan aku tida k ingin muridku, selain
mewarisi ilmu-ilmu-ku, juga mewarisi pula kesenanganku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuh orang." Dia mengangkat tongkat hitamnya dan
mencium tong kat itu. "Dengan kaki tanganku, terutama
dengan tongkat ini, entah sudah berapa ratus atau ribu nyawa
orang kurenggut dari tubuhnya. Gurumu ini pernah dijuluki
orang Toat-beng Hek-mo (Iblis Hita m Merenggut Nyawa)
karena paling suka me mbunuh orang tanpa pilih bulu! Aku
diperha mba nafsu-nafsuku sendiri, karena itu lah aku me larikan
diri ke hutan-hutan, ke gunung-gunung, tidak mau bertemu
manusia dan aku selalu men cari kebebasan, bebas dari nafsu-
nafsuku sendiri. Aih, betapa tersiksanya batinku, betapa
kuatnya ikatan-ikatan ini. Karena itu, aku tidak ingin melihat
engkau terbelenggu oleh denda m, diperha mba nafsu sendiri.
Aku tidak ingin me lihat muridku menderita seperti aku."
Cui Hong tidak mengerti, akan tetapi t idak membantah. Ia
tidak peduli a kan semua masalah gurunya. Yang penting
baginya me mpelajari ilmu agar dapat me mbalas denda m
kepada musuh-musuhnya. Dan ia sudah bersu mpah takkan
me mbunuh, maka iapun tidak akan me mbunuh musuh-
musuhnya, akan tetapi mem balas denda m, itu harus dan
merupakan tujuan tungga l hidupnya! Ia tidak sama dengan
gurunya. Gurunya suka me mbunuh orang tanpa pilih bulu. Ia
tidak, sama sekali tidak! Dendamnya hanya kepada empat
orang saja. "Teecu akan menaati se mua petunjuk dan perintah suhu,"
katanya lagi untuk melegakan hati kakek itu. Suhunya dijuluki
Toat-beng Hek-mo, tentu saja me miliki kesaktian luar biasa,
pikirnya dengan girang. Tidak peduli apakah gurunya itu
seorang datuk sesat, seperti julukannya, yang penting ia dapat
me mpe lajari ilmu silat tinggi dari kake k itu untuk kelak
menghadap i Thian-cin Bu-tek Sa m-eng!


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau tidak akan menyesal telah bertemu dengan aku
yang menggagalkan niat mu me mbunuh diri tadi, Cui Hong.
Kalau engkau sudah mewarisi ilmu-ilmu-ku, maka engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan ma mpu menjelajahi dunia ini tanpa khawatir diganggu
lagi. Engkau akan sukar mene mukan tandingan!"
"Terima kasih, suhu."
"Akan tetapi, jangan dikira menjad i muridku itu enak, Cui
Hong. Aku orang mis kin, tidak punya apa-apa, rumah pun
tidak punya. Aku sudah tua, untuk mencari ma kan sehari-hari
pun sukar. Kalau kau menjadi muridku harus mencarikan
makan setiap hari untukku dan untukmu sendiri, kalau perlu
menge mis, atau mencuri."
"Teecu sanggup!" kata Cui Hong.
"Masih ada satu hal lagi." kata kakek itu, mula i ge mbira
me lihat betapa dara itu me mang keras hati dan besar
semangat, tidak pantang mundur menghadap i segala maca m
kesukaran. "Selama engkau belajar s ilat, kita akan tinggal di
puncak gunung yang sunyi terpencil dan selama itu, engkau
hanya boleh turun ke dusun kalau kehabisan bumbu masak
dan keperluan lain, dan itu pun harus kaulakukan dengan
singkat, sama sekali engkau tidak boleh me libatkan diri
dengan urusan dan pertikaian dengan orang lain, tidak boleh
menca mpuri urusan orang lain. Sanggup kati?"
"Teecu (murid) sanggup!" kata pula Cui Hong. Apa pun
syarat-syarat gurunya akan disanggupinya karena me mang
tujuannya hanya satu, ialah me mpelajari ilmu silat dari kakek
ini. Demikianlah, mulai hari itu Cui Hong menjad i murid kakek
yang berjuluk Toat-beng Hek-mo, seorang kakek yang sudah
puluhan tahun la manya tidak pernah lagi muncul di dunia
kang-ouw, yang mengasingkan diri berperang dengan batin
sendiri mencar i kebebasan, seorang kakek yang me miliki ilmu
kepandaian silat tinggi akan tetapi yang memiliki pengetahuan
tentang filsafat hidup melalui ayat-ayat kitab suci yang hanya
diketahui kulitnya saja, dengan penafsiran isinya yang kacau
balau. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebebasan, dalam arti kata bebas lahir batin, tidak mungkin
bisa didapatkan dengan jalan mencari dan mengejar.
Kebebasan, seperti juga kebahagiaan, adalah satu keadaan,
bukan merupakan suatu hasil dari pengejaran atau usaha.
Kebebasan yang sudah didapatkan me lalui usaha bukan
merupakan kebebasan lagi, me lainkan merupa kan kebebasan
semu yang terbelenggu oleh KEINGINAN UNTUK BEBAS. Dan
di mana ada keinginan, dalam bentuk apapun juga, maka
takkan mungkin ada kebebasan. Kebebasan adalah suatu
keadaan di mana tidak ada lagi aku yang ingin ini dan itu,
tidak ada lag i aku yang sarat dengan nafsu-nafsu yang
me mbe lenggu. Kebebasan bukan se kedar bebas dari ikatan
dengan manusia lain atau dengan benda, sehingga tidak
mungkin didapatkan melalui pengasingan diri jauh dari
manusia dan harta benda. Sebaliknya, orang dapat berada
dalam keadaan bebas walaupun hidup di tengah-tengah
masyarakat ramai. Batin yang tidak me miliki apa-apa
walaupun lah irnya me mpunyai banyak benda, batin yang
sama sekali tidak terbelenggu walaupun badannya me mpunyai
ikatan, dengan pekerjaan, dengan keluarga, dengan
kewajiban-kewajiban dan sebagainya.
Memang leb ih mudah dibicarakan tentang kebebasan,
namun se mua pe mbicaraan itu hanya teori belaka. Kebebasan
bukan untuk dibicarakan, melainkan untuk dihayati dalam
kehidupan ini karena tanpa adanya kebebasan, takkan
mungkin ada cinta kasih, takkan mungkin ada kebahagiaan.
Hidup kita ini sudah de mikian sarat dengan beban, demikian
ruwet penuh ikatan-ikatan sehingga is inya hanyalah permainan e mosi belaka karena sang aku sudah terlanjur
merajalela diper mainkan oleh Im dan Yang (Positif dan
Negatif). 0odwo0 Semenjak me ngikuti gurunya ke puncak yang amat sunyi,
sebuah di antara puncak-puncak yang tinggi dar i Pegunungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lu-Iiang-san di sebelah barat kota raja, Cui Hong mulai suka
akan warna pilihan gurunya, yaitu warna hitam. Ia menyukai
warna hita m karena untuk menyusup-nyusup ke dalam hutan
dan semak-semak belukar, warna ini paling a man, tidak cepat
kotor. Dan setelah beberapa bulan la manya ikut gurunya,
berlatih ilmu s ilat setiap hari sa mbil mengurus kepentingan
gurunya dan diri sendiri, mencuci, mencar i air, me masak dan
sebagainya, mulai pulih kembali keadaan badan Cui Hong.
Kedua pipinya menjadi kemerahan lag i, wajahnya nampak
segar berseri, sepasang matanya menjadi hidup dan lincah.
Agaknya sisa-sisa peristiwa hebat itu, bekas-bekas malapetaka
yang menimpanya, tidak lagi meninggalkan bekas di
tubuhnya, walaupun jauh di dalam hatinya, bekas-bekas itu
tak mungkin dapat dihapus begitu saja biarpun Cui Hong tidak
pernah me mbicarakannya dengan suhunya. Dendam yang
amat hebat itu disimpannya di dalam hati sebagai suatu
rahasia pribadi yang takkan diungkap kan kepada siapa pun
juga, kepada gurunya pun tidak. Apalagi karena ia melihat
sikap gurunya yang tidak setuju dengan peme liharaan denda m
itu. Kakek yang berjuluk Toat-beng Hok-mo itu ternyata
me mang seorang yang sakti. Ilmu kepandaiannya tinggi sekali
dan hal ini dirasakan benar oleh Cui Hong. Dari hari pertama
saja ia sudah menerima latihan sinkang yang luar bisa. Kakek
itu bahkan me mbantunya dengan kedua tangannya diletakkan
di punggung dara itu, me mbantunya agar dapat dengan cepat
menghimpun tenaga sakti, me mpergunakannya di seluruh
tubuh dan berlatih samadhi untuk me mperkuat sinkang di
dalam tubuhnya. Setelah berlatih selama hampir dua tahun,
barulah ia dianggap mula i me miliki sinkang yang cukup kuat
untuk me mpe lajari ilmu silat kakek itu. Dan Toat-beng Hek-mo
juga tidak mengajarkan banyak ilmu s ilat, hanya satu maca m
saja! Akan tetapi ilmu s ilat ini dapat dima inkan dengan tangan
kosong maupun dengan senjata tongkat. Nama ilmu s ilat ini
menyeramkan, sama dengan nama julukannya, yaitu Toat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beng-kun (Ilmu Silat Mencabut Nyawa)! Kalau dima inkan
dengan tongkat maka na ma ilmu itu me njadi Toat-beng Koai-
tung (Tongkat Aneh Mencabut Nyawa ). Dan biarpun hanya
satu maca m, ternyata ilmu silat ini sede mikian sukar, aneh
dan dahsyat sehingga untuk melatihnya sampai se mpurnya,
dibutuhkan waktu ha mpir lima tahun! Dapat dibayangkan
betapa kesepian rasanya harus hidup sampai bertahun-tahun
di te mpat sunyi dan dingin itu. Hanya berte man seorang kakek
tua renta yang buruk, dan yang jarang sekali bicara karena
kakek itu leb ih banyak bersa madhi dan hanya bicara kalau
sedang me mberi petunjuk dalam pe lajaran ilmu silat. Bahkan
di waktu makan pun Toat-beng Hek-mo jarang mengajak
bicara muridnya. Waktu yang seolah-olah merayap itu merupakan latihan
yang paling berat bagi Cui Hong. Hampir ia kehilangan
kesabaran dan beberapa kali ada dorongan kuat dalam
hatinya untuk melarikan diri, turun gunung dan mencari
musuh-musuhnya. Apalagi setelah ia
merasa bahwa kepandaiannya telah meningkat dengan cepat. Namun,
dendam yang amat mendalam itu me mbuat ia cerdik dan tidak
mau bertindak lancang dan tanpa perhitungan. Ia teringat
akan keliha ian Thian-cin Bu-tek Sa m-eng. Kalau ia sekali turun
tangan me mbalas denda m, ia tidak boleh gagal! Kegagalan
berarti me mbuat musuh-musuhnya menjadi kuat, berjaga dan
akan sema kin sukarlah kela k baginya untuk mengulangi
usahanya me mbalas dendam. Ia harus berhasil dengan sekali
pukul dan untuk dapat me mperoleh keyakinan da la m hal ini, ia
harus tekun belajar sampai gurunya menyatakan bahwa
pelajarannya sudah tamat.
Cui Hong adalah seorang gadis yang masih muda, dan
me miliki pembawaan lincah ge mbira. Biarpun ia pernah
mender ita ma lapetaka hebat hampir saja me mbuatnya putus
asa dan membunuh diri, namun setelah tinggal di puncak
gunung itu dan menyibukkan diri dengan pekerjaan sehari-hari
dan latihan-latihan, kesegarannya pulih kembali bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setangkai bunga yang pernah layu kini hidup dan segar
kembali mendapatkan air dan embun. Bahkan kini, setelah
lewat kurang lebih ena m tahun, Cui Hong telah berubah, dari
seorang dara remaja yang masih me miliki sifat kekanak-
kanakan, menjadi seorang gadis yang bagaikan bunga sedang
me kar semerbak. Tubuhnya ramping dan padat, keindahan
bentuk tubuhnya yang tidak dapat disembunyikan oleh
pakaian sederhana berwarna hita m itu. Bahkan pakaian serba
hitam itu me mbuat kulitnya yang putih kuning dan halus
nampak se makin menyolok. Cui Hong telah menjadi seorang
gadis dewasa yang amat cantik, seorang perempuan yang
penuh daya tarik. Pada suatu pagi, seperti biasa dila kukannya satu dua kali
setiap bulan, ia berpa mit kepada suhunya untuk me mbe li
bumbu dan sedikit kain untuk me mbuat pakaian baru di
sebuah dusun di kaki gunung. Untuk me mperoleh uang guna
berbelanja, Cui Hong me mbawa sekarung dendeng yang
dibuatnya. Di hutan yang terletak di balik puncak terdapat
banyak binatang hutan. Cui Hong banyak berburu binatang ini,
dagingnya didendeng dan kulitnya dije mur, ke mudian kulit dan
dendeng ini dibawanya ke dusun, dijualnya atau ditukarnya
dengan bumbu-bumbu dapur, pakaian dan keperluan lain.
Karena selama enam tahun lebih ini sudah seringka li ia
berkunjung ke dusun itu, maka se mua orang dusun
mengenalnya sebagai nona penghuni puncak yang cantik
man is. Melihat betapa nona berpakaian serba hitam itu
me mbawa beban berat dan turun dari puncak, semua orang
dapat menduga bahwa tentu nona cant ik ini seorang yang
me miliki ilmu kepandaian tinggi, maka tak seorang pun berani
mengganggunya. Akan tetapi pada pagi hari itu, setelah menjual dendeng
sekarung dan me mbeli bumbu masa kan, kain hita m dan lain
keperluan, seperti minyak, lilin dan lain-lain, terjadi keributan
yang sama sekali tidak dikehendakinya. Sejak terjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ma lapetaka yang menimpa dirinya, Cui Hong merasa tidak
senang kalau me lihat mata laki-laki me mandangnya penuh
gairah. Ingin ia marah- marah dan menghajar orang le laki yang
berani me mandangnya seperti itu, namun ia mas ih harus
menahan kesabarannya selama ini. la teringat akan pesan
suhunya, bahwa ia tidak boleh mencari keributan, permusuhan
dan tidak boleh meca mpuri urusan orang la in. Maka, karena
pandang mata itu tak mungkin d ianggap sebagai gangguan, ia
pun pura-pura tidak me lihatnya saja walaupun hatinya merasa
mendongkol. Agaknya, perbuatan empat orang musuh
besarnya terhadap dirinya menumbuhkan semaca m perasaan
benci di da la m hatinya terhadap pria pada umumnya, apalagi
kalau pria itu me mandangnya dengan sinar mata kagum dan
me mbayangkan gairah birahi. Hal itu dianggapnya kurang
ajar, dianggapnya bahwa pria yang me mandangnya itu tiada
bedanya dengan empat orang musuh besarnya, dan kalau
me mpunyai kesempatan tentu akan me lakukan kekejian yang
sama seperti yang pernah dilakukan e mpat orang musuh
besarnya itu terhadap dirinya.
Ketika Cui Hong selesai berbelanja dan berjalan perlahan-
lahan hendak men inggalkan dusun itu, me mbawa buntalan
terisi barang-barang belanjaannya, tiba-tiba terdengar suara
laki-laki di belakangnya, "Nona, bolehkah aku me ne manimu?"
Cui Hong terkejut dan seketika mukanya berubah merah. Ia
me lirik sa mbil meno leh dan melihat bahwa yang menegurnya
itu seorang laki-laki berus ia tiga puluhan tahun yang bertubuh
besar dan perutnya agak gendut, matanya sipit dan sinar
matanya penuh gairah, mulutnya menyeringai dan sikapnya
jelas menunjukkan bahwa orang ini kagum kepadanya dan
berniat menggodanya. Cui Hong me mbuang muka dan tidak
me layaninya, tidak menjawabnya, melainkan berjalan terus
tanpa me mperdulikan orang itu.
"Aih, nona, mengapa dia m saja" Aku sudah tahu bahwa
nona tinggal di puncak gunung. Siapakah nama nona dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan siapakah nona tinggal di puncak" Kasihan sekali,
seorang perempuan cantik jelita tinggal di tempat yang begitu
tinggi, dingin dan sunyi."
Cui Hong ha mpir tak dapat menahan lag i kemarahannya.
Tanpa menoleh ia me mbentak lirih dan ketus, "Pergilah kau
dan jangan ganggu aku!"
Akan tetapi, orang itu bahkan me mperlebar langkahnya
sehingga kini dia berjalan di sa mping Cui Hong. Ketika Cui
Hong melirik, dilihatnya orang itu menyeringai dan muka yang
agak bulat putih itu me ngingatkan ia akan muka seorang di
antara musuh-musuh besarnya yang paling dibencinya, yaitu
Koo Cai Sun. Akan tetapi jelas bukan karena orang ini masih
muda, baru tiga puluh tahun usianya, sedangkan musuh
besarnya itu sekarang sudah leb ih dar i empat puluh tahun.
"Wahai, nona, kenapa marah" Aku ber ma ksud baik, ingin
berkenalan denganmu. Marilah kute mani kau naik ke puncak
dan biarlah barang-barangmu yang berat itu kubantu
kubawakan." laki-laki itu kembali berkata dengan suara
mengandung rayuan. Dia bukan penduduk dusun itu,
me lainkan pendatang dari kota lain yang datang ke dusun itu
untuk berdagang kain. Ketika dia tadi melihat Cui Hong,
hatinya segera tertarik sekali. Dia me mang seorang yang mata
keranjang dan melihat ada seorang dusun demikian cantik
man isnya, dia merasa ge mbira dan ingin sekali memetik
bunga dusun itu. Apalagi ketika dia bertanya dan mendapat
keterangan bahwa wanita serba hitam yang manis itu tinggal
di puncak gunung, dan tak seorang pun mengenal na manya,
agaknya merupakan seorang wanita penuh rahasia, hatinya
menjad i se makin kagum. Dibereskannya dagangan-nya,
dititipkan kepada seorang kenalannya dan diapun cepat


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengikut i Cui Hong dan menegur di tengah jalan.
"Aku tidak mau berkenalan dan tidak mau dibantu. Pergilah
kau!" kata pula Cui Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu terkekeh. Mereka t iba di pinggir dusun, di mana
keadaan sepi sehingga laki-laki itu menjad i se makin berani.
Dia tahu, menurut pengalamannya, bahwa jika seorang wanita
berkata tidak dengan mulutnya, hal itu besar kemungkinan
berarti ya di dalam hatinya. Pengetahuan ini me mbuat ia
semakin berani melihat betapa wanita cantik yang menarik
hatinya ini "pura-pura" tidak mau.
"Nona man is, tidak usah malu-malu. Aku adalah pedagang
kain. Nanti kuberi segulung kain yang paling baik, sutera halus
yang mahal. Mari kute mani, mau bukan?" Dan tiba-tiba saja,
sungguh di luar dugaan Cui Hong, laki-la ki itu menggunakan
tangan kirinya untuk meraba dan mencubit pinggulnya!
Meledak kemarahan di hati Cui Hong dan sekali me mbalikkan
tubuhnya dan mencengkeram, punggung baju baju orang itu
sudah dicengkeramnya dan sekali ia berseru, tubuh la ki-laki itu
sudah diangkatnya ke atas. Buntalannya dilepaskan begitu
saja dan kini tangan kirinya sudah diangkat hendak memukul
remuk kepala orang yang berani kurang ajar kepadanya itu!
Laki-laki itu terkejut, meronta namun tidak
ma mpu me lepaskan diri. Tangan kiri Cui Hong sudah diangkat dan sudah ber isi
tenaga sinkang sepenuhnya, akan tetapi mendadak ia teringat
akan sumpahnya kepada suhunya. Dilarang me mbunuh! Maka,
ketika tangannya meluncur turun, ia mengubah serangannya,
bukan kepala orang itu melainkan tangan kirinya yang menjadi
serangan tangan Cui Hong yang meluncur ke depan.
"Krekkk.....I" Pergelangan tangan laki-laki itu remuk tulang-
tulangnya dan dia pun menjerit-jerit kesakitan. Cui Hong
me lontarkan tubuh itu jauh ke depan.
"Brukkkk....!" Tubuh itu terbanting ke atas tanah dan tidak
ma mpu bergerak lagi karena saking nyerinya laki-la ki cer iwis
itu jatuh pingsan ketika tubuhnya terbanting.
Cui Hong tidak menengok lag i kepada laki-laki itu,
menga mbil buntalannya kemudian perg i dari situ dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat. Setelah tidak ada orang melihatnya, ia lalu
mengerahkan tenaganya dan menggunakan ilmu berlari cepat
mendaki puncak. Wajahnya masih merah sekali, sepasang
matanya menge luarkan sinar berapi. Marah sekali ia. Kalau
menurut kan hatinya, ingin ia menghancurkan kepala orang
tadi, menginjak-injak dadanya sa mpai patah-patah semua
tulang iganya! Orang itu baginya tadi seolah-olah menjadi
pengganti empat orang musuh besarnya dan semua dendam
dan kebencian ia tu mpahkan kepada orang itu. Akan tetapi ia
sudah bersumpah tidak akan me mbunuh dan bagaimanapun
juga, ia tidak boleh me langgar sumpahnya sendiri.
0oo-dw-oo0 Jilid 4 KETIKA tiba di depan pondok kayu kasar yang menjadi
tempat tinggal mereka, Cui Hong melihat suhunya sudah
duduk bersila di depan rumah, tidak seperti biasanya karena
pada saat seperti itu biasanya gurunya itu masih bersamadhi
di depan kamarnya dan baru akan keluar kalau ia sudah
me mber itahukan bahwa ma kanan siang telah tersedia. Dan
gurunya itu me mandang kepadanya dengan matanya yang
kecil mencorong itu dengan sinar aneh. Agaknya gurunya
me lihat perubahan pada wajahnya yang kemerahan, pada
sinar matanya yang berapi itu.
"Cui Hong, apakah yang telah terjadi?"
"Suhu, teecu seperti yang telah teecu katakan ketika
berpamit pagi tadi, pergi menjual ikan kering dan me mbe li
bumbu-bumbu dan kain hitam untuk pakaian kita. Sayang
benang hitamnya habis dan tidak ada yang menjual, suhu,
terpaksa nanti teecu menjahit dengan benang merah."
"Bukan itu ma ksudku. Engkau penuh dengan se mangat
berapi, penuh kemarahan. Apakah engkau telah me mbunuh
orang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong terkejut. "Tidak, suhu. Mana berani teecu
me langgar sumpah teecu sendiri" Teecu tidak me mbunuh
orang, hanya..... teecu menghajar seorang laki-laki yang
kurang ajar terhadap teecu."
"Apa yang dia lakukan dan apa pula yang telah
kaulakukan?" "Dia kurang ajar terhadap teecu, tidak teecu layani, akan
tetapi dia berani meraba tubuh teecu. Teecu mematahkan
tangan itu dan melemparkannya akan tetapi tidak me mbunuhnya, lalu teecu pulang."
Kakek itu mengangguk-angguk, me mandang muridnya dan
berkata, "Cui Hong, sudah berapa la ma engkau menjadi
muridku?" "Teecu tidak dapat menghitung tepat, akan tetapi kurang
lebih tujuh tahun." "Nah, bersiaplah, mari kau hadapi serangan-seranganku.
Ini merupakan latihan terakhir, kalau lulus engkau boleh pergi,
kalau tidak lulus engkau harus mene mani aku sa mpai aku
mati." Tiba-tiba kakek itu bangkit berdiri.
Dia m-dia m Cui Hong terkejut mendengar ini. Suhunya
sering mengajak latihan dan kadang-kadang menyerangnya
dengan sungguh-sungguh, akan tetapi dalam batas-batas
latihan. Kini, suhunya ingin men gujinya, sebagai latihan
terakhir dan yang mengejut kan hatinya adalah kalimat terakhir
itu. Kalau ia lulus, ia boleh perg i, kalau tidak lulus, ia harus
mene man i suhunya itu sampai suhunya mati! Jantungnya
berdebar keras, inilah saat yang dinanti-nantikannya selama
ini, yang ditunggunya dengan menyabarkan hatinya. Agaknya
pelajarannya sudah tiba di saat terakhir, sudah ta mat!
"Teecu menaati per intah suhu." katanya dan ia pun
menyingkirkan buntalan itu, lalu berdiri tegak, menghadap
suhunya, kedua tangan lurus ke bawah di kanan kiri tubuh,
kedua kaki rapat. Inilah kuda-kuda yang aneh dari Toat-beng-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kun! Gurunya juga me masang kuda-kuda yang sama. Mereka
berdua itu saling berhadapan dengan berdiri tegak seperti
patung, dengan kedua tangan merapat di kanan kiri dan
kedua kaki juga merapat. Pasangan kuda-kuda yang lucu
sekali, akan tetapi jangan dikira bahwa kuda- kuda seperti ini
le mah! Biarpun pe masangan kuda-kuda itu de mikian kaku,
akan tetapi kaki dan tangan ini dapat bergerak setiap saat ke
segala jurusan, baik ketika menghadap i serangan maupun
ketika menyerang. Keistimewaan kuda-kuda ini ada lah sukar
bagi lawan untuk me nduga ke arah mana kaki dan tangan
akan bergerak dalam serangan pertama.
"Lihat serangan!" tiba-tiba kakek itu berseru dan mula ilah
dia menyerang dengan cepat, kuat dan dahsyat sekali.
Namun, Cui Hong sudah siap s iaga dan ke manapun gurunya
menyerang, ia selalu dapat mengelak atau menang kis dengan
tepat sekali. Dan gadis itu pun tidak sungkan-sungkan lagi, hal
yang diperbolehkan dalam latihan itu, dan ia pun me mba las
serangan gurunya setiap kali terbuka kesempatan baginya.
Terjadilah serang-menyerang antara guru dan murid itu.
Kakek itu tidak ma in-main, me lainkan me ngeluarkan se mua
keahliannya dan mengerahkan se mua tenaganya. Juga Cui
Hong tidak bersikap sungkan dan gurunya itu dianggap
seorang lawan yang harus dilawannya mati-matian. Dia m-
dia m Toat-beng Hek-mo merasa kagum, bangga dan girang
sekali. Tidak percuma selama tujuh tahun mengge mbleng
muridnya ini. Biarpun d ia ber kelahi sungguh-sungguh, na mun
dia sama sekali tidak ma mpu mendesak muridnya dan setelah
mereka bertanding selama seratus jurus, napasnya sendiri
mulai terengah-engah sedangkan muridnya mas ih segar
bugar. "Haiiiitttt....." Tiba-tiba kakek itu berseru keras dan tahu-
tahu tongkat hitam sudah berada di tangannya. Dia
menyerang dengan tongkatnya, memukul ke arah kepala Cui
Hong. Gadis ini cepat mengelak dengan melempar diri ke kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tongkat itu menyambar, dekat sekali dengannya dan agak
la mbat sehingga me mikat orang untuk menang kap dan
mencoba merebutnya. Namun Cui Hong tida k mau melakukan
ini. Ia tahu bahwa itulah satu di antara keampuhan Ilmu
Tongkat Toat-beng Koai-tung. Nampak begitu mudah
dira mpas, akan tetapi sekali lawan mera mpasnya, tentu dia
akan terkena hantaman tongkat itu sendiri. Tongkat itu
menya mbar ke bawah, me mbabat kedua kakinya. Cui Hong
me lompat ke atas dan berjungkir balik ke belakang. Akan
tetapi tongkat itu terus mengejar-sehingga terpaksa ia
me mbuat jungkir ba lik berkali-ka li ma kin me ndekati pohon
yang berada di sebelah kanan pondok. Ketika tongkat itu
masih terus mengejar, Cui Hong tiba-tiba melempar tubuh ke
belakang dan bergulingan di atas tanah, menuju ke pohon.
Ketika tiba di bawah pohon, tiba-tiba ia mengeluarkan suara
me lengking dan tangannya bergerak. Segenggam pasir dan
tanah menyambar ke depan, ke arah muka Toat-beng Hek-
mo. Kakek ini tentu saja tidak mau kalau mata atau hidungnya
kena sa mbaran pasir dan tanah. Dia me loncat ke sa mping
menghindarkan diri. Akan tetapi pada saat itu, Cui Hong sudah
me loncat ke atas, menyambar sebatang dahan pohon sebesar
lengannya. Terdengar dahan patah dan ketika meloncat turun
kembali, gadis itu sudah me megang tongkat dari dahan pohon
yang masih ada daunnya pada ranting-ranting kecil.
"Haii ttt....!" Cui Hong berteriak, menggerakkan tongkatnya
dan berhamburanlah ranting dan daun-daun itu sehingga
dahan itu kini gundul dan berubah menjadi sebatang tongkat
yang menjad i senjatanya.
"Bagus!" Gurunya me muji kagum dan menyerang lagi. Cui
Hong menangkis dan balas menyerang. Kembali guru dan
murid itu saling serang dan kedua tongkat mereka berkali-ka li
saling bertemu mengeluarkan bunyi tak - tuk - tak - tuk.
Keduanya bergerak cepat sehingga tubuh mereka lenyap
terbungkus sinar kedua senjata itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali seratus jurus telah lewat dan Toat-beng Hek-mo
sudah merasa lelah. Tiba-tiba dia meloncat jauh ke belakang
dan berseru, "Cui Hong, kau lulus!"
Cui Hong girang bukan ma in, me mbuang tong katnya dan
cepat menjatuhkan diri berlutut di depan ka ki gurunya.
"Su-he, teecu menghaturkan terima kasih atas segala budi
suhu yang telah me mbimbing teecu selama tujuh tahun ini.
Teecu tidak akan ma mpu me mba las budi kebaikan suhu."
"He mm, akupun t idak mengharapkan ba lasan, Cui Hong.
Asal saja engkau me megang teguh sumpahmu, tidak
me lakukan pe mbunuhan, berarti engkau telah me mbalas b udi
itu." "Teecu pasti a kan me megang teguh sumpah teecu."
"Bagus, kalau begitu kau perg ilah turun gunung, muridku."
"Tapi, suhu. Suhu sudah tua, bagaimana teecu tega
men inggalkan suhu hidup sendirian di s ini" Siapa yang akan
menanak nasi untuk suhu, me mbuatkan minuman hangat,
siapa yang akan merawat suhu?"
Kakek itu menyeringai dan mulutnya menjadi sebuah guha
kecil menghita m. "Heh-heh, engkau ini me mbuat diriku
menjad i manja saja. Sebelum ada engkau, aku pun hidup
sendirian dan ma mpu merawat diri send iri. Pula, setelah
engkau pergi, aku pun hendak pergi dari sini. Sudah bosan
aku terlalu la ma tinggal di sini. Pergilah dengan tenang,
muridku, engkau berhak untuk men ikmat i hidup di dunia
ramai." Cui Hong me mber i hormat lag i la lu mengusir keharuan
hatinya yang tiba-tiba saja muncul. Ia tidak pernah merasa
cinta kepada gurunya ini dan ia bahkan ingin menguasai ilmu
silat tinggi. Akan tetapi setelah secara tiba-tiba gurunya
menga mbil keputusan bahwa ia telah selesai be lajar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mperbo lehkan turun gunung, setelah secara tiba-tiba
mereka hendak saling berpisah, timbul juga keharuan itu di
dalam hatinya. Baru terasa olehnya betapa selama tujuh tahun
ini, tanpa mengenal lelah, kake k ini me latihnya dengan ilmu
silat yang hebat dan biarpun tak pernah memperlihatkan sikap
kasih sayang, namun dari ketekunan kake k itu saja ia pun kini
dapat melihat dengan jelas bahwa kakek itu a mat sayang
kepadanya! Dan selama hidup bersa ma tujuh tahun itu, Toat-
beng Hek-mo yang sudah me lepas budi, me mberikan ilmunya
yang tinggi, sebaliknya ia tidak pernah me mberi apa-apa.
"Suhu, teecu akan selalu ingat kebaikan-keba ikan suhu dan
tidak akan melanggar sumpah teecu. Selamat tinggal, suhu,
harap suhu menjaga diri baik-baik."
"Selamat jalan, muridku. Engkaulah yang harus menjaga
diri baik-ba ik dan ingatlah bahwa ilmu s ilat ada batasnya dan
betapapun tinggi ilmu kepandaian mu, mas ih ada orang-orang
lain yang leb ih liha i lag i. Karena itu, jangan terlalu
menganda lkan ilmu silat. Kecerdikan dan kewaspadaan selalu
lebih berguna daripada se kedar kekerasan ilmu silat."
Cui Hong lalu turun dari puncak, me mbawa buntalan terisi
dua stel pakaian hitamnya, dan juga me mbawa bekal daging
kering dan roti yang tadi dibe linya di dusun. Sebagian
belanjaannya ditinggalkan untuk suhunya.
Hanya sebentar saja rasa keharuan karena berpisah dari
gurunya itu menyelubungi hatinya. Setelah ia tiba di lereng
gunung, melihat ke bawah, melihat dunia yang luas
terbentang di bawah kakinya me mbayangkan betapa ia mulai
sekarang hidup seorang diri, bebas lepas seperti seekor
burung di udara, hatinya berdebar penuh ketegangan dan
kegembiraan, la sudah bebas, berarti boleh berbuat apa saja
sesuka hatinya sendiri. Dan tentu saja ia harus pergi mencari
musuh-musuhnya. Itulah tujuannya me mpelajari ilmu s ilat!
Bahkan itu lah tujuan hidupnya, karena kalau bukan untuk
me mba las dendam, tentu ia sudah mati me mbunuh diri. Untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa hidup me nanggung a ib, malu dan penghinaan yang
sedemikian hebatnya, menderita kesengsaraan yang demikian


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menda la m" Ia harus membalas dendam! Tanpa disadarinya, ia
berjalan sambil mengepal kedua tangannya dan bibirnya
bergerak-gerak, akan tetapi suaranya hanya terdengar oleh
dirinya sendiri, karena hanya hatinya yang berbisik melalui
gerak bibirnya, "Jahanam keparat Pui Ki Cong, Gan Tek Un, Koo Cai Sun,
dan Louw Ti, tunggulah pembalasanku!"
Kemudian gadis ini pun me mpercepat langkahnya, dengan
penuh semangat ia lalu turun gunung menuju ke kota Thian-
cin. Kalau dibandingkan dengan tujuh tahun yang la lu,
sukarlah mengenal dara re maja puteri gur u silat Kim Siok itu.
Kim Cui Hong kini bukan seorang gadis re maja lagi, bukan
setangkai bunga yang sedang mulai me kar kuncupnya. Ia kini
seorang gadis yang dewasa, berusia dua puluh dua tahun
lebih seorang gadis bertubuh ra mping dan padat, ma kin
menonjol lekuk lengkung tubuhnya oleh pakaian serba "hitam
yang ketat dan ringkas itu. Di dagunya masih na mpak tahi
lalat kecil yang me mbuat dagu itu nampak manis sekali.
Sepasang matanya lebar dan je li, bahkan kini me mancarkan
sinar yang mencorong taja m. Mulutnya bahkan lebih indah
daripada dahulu, kini mulut itu na mpa k selalu segar basah
kemerahan, dengan bibir yang dapat bergerak secara hidup
dan mengge maskan, seakan-akan menantang dan menjanjikan kegairahan yang penuh nikmat. Mulutnya itu
merupakan bagian yang paling manis dan indah dari wajah
gadis ini. Selain buntalan d igendong d i punggungnya, ia tidak
me mbawa apa-apa lagi. Tidak ada apa pun padanya yang
me mbayangkan bahwa ia adalah seorang gad is yang me miliki
ilmu silat tinggi! Ia tidak akan menarik perhatian orang sebagai seorang ahli
silat, akan tetapi jelas bahwa seorang gadis seperti Cui Hong
akan selalu menarik perhatian kaum pria karena gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik jelita dan man is sekali. Justru pakaiannya yang serba
hitam dan a mat sederhana itulah yang me mbuat kecantikannya menonjol, kemulusan kulit yang putih kuning
itu nampa k jelas dan me mbuat ia berbeda daripada wanita
lain. Akan tetapi tentu saja Cui Hong tidak menyadari hal ini
sebelum ia terjun dalam dunia ramai.
0odwo0 Perubahan besar terjadi di mana-mana, juga di Thian-cin
semenjak ditinggalkan selama tujuh tahun oleh Cui Hong.
Dala m waktu tujuh tahun itu telah terjadi banyak sekali
peristiwa penting. Bukan hanya diri Cui Hong yang berubah
banyak sekali, akan tetapi juga keadaan dalam negeri telah
menga la mi perubahan. Karena lemahnya kaisar Beng-tiauw terakhir, yaitu Kaisar
Cung Cen, yang menjad i seperti boneka di tangan para
pembesar thai-ka m (kebiri), pemerintahan yang penuh dengan
para pejabat korup itu men imbulkan kekacauan dan
pemberontakan di mana- mana. Mereka yang merasa kecewa
dengan pemer intah yang le mah dan korup itu me mberontak
dan yang paling terkenal adalah pemberontakan- pemberontakan yang dipimpin oleh Lee Cu Seng dan Bu Sa m
Kwi. Sementara itu, kekuasaan bangsa
Mancu se makin berkembang dan pasukan-pasukan telah menerobos ke
selatan, menguasai banyak wilayah di utara dan timur. Pada
waktu itu, bangsa Mancu yang berhasil menaklukkan banyak
suku bangsa liar di utara, dan sudah mulai melebarkan
sayapnya ke selatan dan mendesak pe mer intah Beng yang
mulai sura m, segera mendirikan suatu wangsa baru yang
mereka na makan Kerajaan Ceng-tiauw. Yang menjadi kaisar
pada waktu itu adalah Kaisar Tha i Cung yang di waktu
mudanya berna ma Pangeran Huang Thai Ci, seorang pe muda
yang gagah perkasa dan ta mpan, juga a mat terkenal sebagai
seorang penakluk wanita. Dan seperti tercatat dalam sejarah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dalam kekuasaan Kaisar Thai Cung dari Kerajaan baru
Mancu yang disebut Kerajaan Ceng itu, permaisurinya
me mpunyai jasa yang amat menonjol. Per maisuri dar i Kaisar
Thai Cung ini berasal dari puteri seorang kepala suku bangsa
liar, dan namanya Ta Giok (Ke ma la Besar). la amat dicinta
oleh Kaisar Tha i Cung karena me mang sejak muda, di antara
mereka telah terjadi suatu ja linan cinta yang mesra.
Ketika Kaisar Thai Cung masih muda dan masih disebut
Pangeran Huang Thai Ci, di perbatasan Mancuria sebelah
selatan terdapat sekelompok suku bangsa yang masih belum
takluk kepada bangsa Mancu, penakluk oleh kepa la suku yang
gagah perkasa. Kepala suku ini me mpunyai dua orang puteri
yang sudah menjelang dewasa. Yang perta ma diberi na ma
Kema la Besar atau Ta Giok, sedangkan yang ke dua diberi
nama Siauw Giok atau Kema la Kecil. Keduanya merupakan
dara-dara remaja yang cantik sekali, terutama Ta Giok yang
amat jelita dan manis. Sebagai puteri kepa la suku, dua orang
dara ini sejak kecil sudah pandai berburu binatang buas,
pandai menunggang kuda, pandai melepas anak panah,
me ma inkan senjata dan me mbe la diri. Suku bangsa Mancu
me mang lebih besar, dan me mbiar kan wanita-wanita mereka
bekerja seperti laki-laki, terbiasa dengan hidup yang serba
keras dan sukar karena mereka adalah bangsa Nomad, yaitu
bangsa yang suka berpindah-pindah dalam kelompok, mencari
daerah baru yang lebih mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Suku bangsa yang dipimpin o leh ayah Ta Giok ini merupakan
suku bangsa yang gagah perkasa dan dengan gigih mereka
me mpertahankan kedaulatan mereka, tidak mau tunduk
kepada bangsa lain, juga tidak mau tunduk kepada bangsa
Mancu yang mulai ber kembang kuat itu. Mereka juga tidak
peduli akan lahirnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Ceng-tiauw
yang didirikan oleh bangsa Mancu yang mulai menguasai
wilayah luas di sebelah selatan Tembok Besar. Dan agaknya,
mengingat bahwa kelompok ini hanya merupakan sekelompok
suku bangsa pe mburu yang kecil jumlahnya, Kerajaan Ceng-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiauw yang baru ini pun tidak mengganggu mereka, apalagi
kerajaan yang baru ini ingin menar ik para kepala suku bangsa
yang kecil-kecil itu sebagai se kutu, ma ka kebebasan suku
bangsa ini pun tidak mereka ganggu. Bangsa Mancu tidak mau
mengganggu wilayah suku bangsa ini yang tidak begitu luas,
dan menghindarkan setiap kesalah-pahaman atau bentrokan
kecil antara perajurit mereka.
Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai kecil yang
menga lir di tepi hutan, terdengar dua orang gadis bersenda-
gurau. Mereka mandi di sungai yang jernih airnya itu,
berenang ke sana ke mar i, saling siram, tertawa-tawa dan
me mbuat suara berirama dengan menepuk-nepukkan telapak
tangan ke permukaan air. Memang sejuk dan segar sekali
mandi di a ir sungai itu, ditimpa sinar matahari pagi yang
hangat. Suasana amat gembira dan meriah, apalagi karena
tempat itu sunyi sekali. Dua orang gadis itu adalah Ta Giok
dan Siauw Giok. Karena tempat itu sunyi dan tidak ada
manusia la in kecuali mereka maka dua gadis itu ma ndi
bertelanjang bulat tanpa malu-ma lu lagi. Mereka menangga lkan pakaian mereka di tepi sungai, ditumpuk di
atas batu kering dan baga ikan dua ekor ikan yang aneh
mereka masu k ke dalam air. Tubuh mereka yang berkulit
mulus dan agak coklat karena sering kali tertimpa matahari itu
nampak kee masan. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan dua orang dara
remaja itu terkejut bu kan main. Tak mereka sang ka bahwa di
tempat itu akan ada orang lewat! Mereka tentu saja cepat
mende kam ke dalam air dan hanya nampak kepala mereka
saja, dengan dua pasang mata yang lebar jernih itu terbelalak
mereka me mandang ke arah jalan d i tepi hutan, tak jauh dari
tempat mereka mandi. Tak la ma kemudian, muncullah lima orang pria muda yang
menunggang kuda. Mereka itu adalah lima orang muda,
berusia antara dua puluh sampa i tiga puluh tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesemuanya na mpak gagah dan bertubuh tegap, dengan
pakaian indah dan kuda mereka merupakan kuda pilihan
Mereka itu adalah seorang perwira dan empat orang
pembantunya, perajurit-perajurit Kerajaan Ceng, orang-orang
muda Mancu yang pandai menunggang kuda. Ketika mereka
me lihat dua wajah cantik tersembul di atas permukaan air
sungai, mereka pun tertegun dan menahan kuda mereka.
"Aihhh.... ada dua orang bidadari d i sana....!" kata perwira
itu dan mereka berlima segera mengajukan kuda dan
mengha mpiri sungai itu ke tepinya. Di situ mereka
me mandang dengan penuh kagum. Melihat ini, Ta Giok yang
tadi sudah me mbis iki adiknya, tiba-tiba bangkit berdiri
sehingga tampaklah tubuhnya dari pusar ke atas, telanjang
sama sekali, diikut i adiknya. Tentu saja penglihatan ini
me mbuat lima orang pria itu melongo, mata terbelalak dan
mulut ternganga saking kagumnya menyaksikan segala
keindahan di depan mata mereka itu. Akan tetapi, sebelum
mereka se mpat melompat turun untuk men uruti dorongan hati
mereka, tiba-tiba dua orang dara remaja itu menggerakkan
kedua tangan mereka bergantian dan hujan batu kerikil
menyerang lima orang itu. Tiba-tiba lima ekor kuda itu
mer ingkik kesakitan lalu meloncat dan kabur! Kiranya, dua
orang dara itu memiliki kepandaian menya mbit dengan baik
sekali sehingga mereka berhasil menya mbit dengan jitu dan
kerikil-kerikil mereka me ngenai mata lima ekor kuda itu.
Binatang-binatang itu menjadi ketakutan sekali dan mereka
kabur tanpa dapat dikendalikan lagi. Saking kuatnya mereka
me lompat dan mengangkat kedua kaki ke atas, dua di antara
lima orang pria itu terlempar dari atas punggung kuda, dan
karena kaki mereka masih terlibat, mereka pun terseret
sampai beberapa mil jauhnya sebelum kuda mereka dapat
ditenangkan dan mereka dapat me mbebaskan diri, dengan
tubuh penuh luka dan babak belur! Tentu saja mereka
menjad i marah sekali dan setelah mereka ma mpu menguasai
kuda mereka, lima orang itu kembali ke tepi sungai, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dua orang dara yang cantik jelita dan bengal itu sudah
tidak na mpak lag i batang hidungnya.
Berita tentang peristiwa itu tersiar di kalangan perajurit
dalam pasu kan pe merintah Ceng dan lima orang itu menjadi
bahan tertawaan mereka. Akan tetapi, ketika Pangeran Huang
Thai Ci men dengar tentang dua orang dara itu, hatinya
tertarik bukan main. Dia adalah seorang pria yang suka sekali
mende kati wanita cantik, seorang mata keranjang dan
penakluk wanita yang terkenal karena me mang dia gagah
perkasa, berwajah tampan dan bertubuh tegap. Kenyataan
bahwa dua orang dara itu termasuk keluarga suku yang tidak
bersahabat, yang tentu akan menyerang setiap orang asing
yang me masuki wilayah mereka, tidak me mbuat pangeran
mata keranjang dan petualang as mara ini menjadi gentar.
Pangeran Huang Thai C i ingin sekali berkenalan dengan
dua orang dara itu. Dia lalu mengutus pembantu-
pembantunya yang cerdik dan pandai untuk melakukan
penyelidikan, siapa adanya dua orang dara itu dan kapan
kiranya ia dapat bertemu dan berkenalan dengan mereka
bertiga saja. Petugas itu me lakukan penyelidikan dan segera
me laporkan bahwa dua orang dara itu bernama Ta Giok dan
Siauw G iok, dua orang puteri kepala suku itu dan melaporkan
pula kebiasaan dua orang dara itu berburu b inatang di dalam
hutan dala m wa ktu-waktu tertentu.
Mendengar laporan ini, sang pangeran lalu berangkat
seorang diri. Dengan penuh keberanian dan menyembunyikan
kudanya di dalam sebuah guha di tepi hutan di mana dua
orang gadis itu akan datang berburu, dan diapun mengenakan
kulit harimau yang sudah dipersiapkannya, dan menunggu di
tengah jalan. Tak lama ia menunggu. Sesuai dengan laporan
yang diterimanya, terdengar derap kaki kuda dan tak la ma
kemudian dua orang dara itu nampak menunggang kuda
perlahan-lahan, me mbawa belasan ekor kelinci dan ayam
hutan hasil buruan mereka, dan mereka lewat sa mbil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercakap-cakap dan bersendau-gurau penuh kegembiraan.
Pangeran Huang Thai C i me mpersiapkan diri di balik se mak-
Senopati Pamungkas I 2 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Sumpah Palapa 4
^