Pencarian

Pedang Seribu Romansa 2

Sebilah Pedang Seribu Romansa Pedang Bilah Bambu Karya Mike Simons Bagian 2


menjalar yang berbunga sangat indah dan berwarna putih.
Tanaman menjalar ini terlihat menjalar dan merambati seluruh makam yang ada,
termasuk pada batu berpedang.
Salah satu sulur tanaman tersebut malah terlihat merambat disepanjang badan
pedang hingga ke gagangnya dan pada gagang tersebut tumbuh sekuntum bunga
berwarna putih yang terlihat menggantung dengan indahnya!
Diatas batu aneh dengan pedang tertancap diatasnya tersebut terukir beberapa
bait tulisan yang sebagian besar sudah tidak bisa terbaca dengan jelas karena
tertutup lumut dan batang tanaman merambat.
Hanya sebait kalimat yang masih bisa terbaca dengan jelas, kalimat tersebut
berbunyi: "Seberapa Dalam Cintamu Padaku..?"
Kedua orang resi tampak tercenung, tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Beberapa saat kemudian...
"lihat mereka disana... " seru resi yang bertubuh tinggi besar.
"Jagat Dewa Bathara...! Syukurlah, nampaknya kita belum terlambat"
Dari arah sebelah tenggara nampak seorang gadis berjalan terseok-seok sembari
mendukung tubuh seorang pria. wajahnya yang cantik nampak digelayuti mendung
kelabu. "kakang Randu... kita sudah sampai....." bisik sang gadis sembari memalingkan
wajahnya kearah wajah pria yang terkulai lemah di pundaknya
Sang pria nampak membuka matanya sedikit, bibirnya yang membiru nampak tersenyum
tipis. "Lestari... Sang gadis terlihat tersenyum.
Manis sekali! "akhirnya kita sampai juga disini kang... lihat! Batu itu sudah terlihat!" ujar
sang gadis sembari menghembuskan nafas lega. Tak dirasanya lagi kelelahan dan
penat yang mendera selama perjalanan panjangnya yang amat melelahkan itu.
Sambil mendukung seorang pria pula!
Langkah sang gadis semakin lama semakin mantap. kakinya yang jenjang semakin
jauh memasuki kompleks pemakaman yang entah dibuat oleh siapa tesebut.
Kedua resi tampak terpaku, wajah terbilang pucat seketika!
"celaka...! Kita harus segera bertindak!"
Kedua resi serentak berkelebat memasuki areal makam, namun baru beberapa langkah
kedua resi memasuki kompleks pemakaman ganjil tersebut, satu keanehan tiba-tiba
terjadi! Begitu menginjakkan kaki ke pelataran makam, tiba-tiba pandangan kedua resi
bagaikan terpesat menjadi dua! Mata kiri melihat batu berpedang tampak amat
dekat hanya terpisah tiga makam dari tempat mereka berdiri, namun mata kanan
masing-masing melihat batu berpedang terlihat amat jauh terpaut puluhan Makam!
"astaga...! Formasi apa ini...?" ucap Resi yang berbadan kecil sembari mengucak-ucak
kedua matanya, apa yang dilakukannya tersebut malah membuat keadaan dirinya
menjadi tidak lebih baik, Kala kedua matanya memandang kedepan pandangan jauh
dekat tersebut malah seakan berganti-ganti pada kedua matanya!
Resi yang berbadan besar terdengar membaca doa sejenak sebelum tiba-tiba melesat
keatas dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, Tubuhnya yang tinggi besar
mendarat tepat diatas sebuah pusara makam dempet.
Resi diatas pusara lalu edarkan pandangan kesekelilingnya, apa yang dilakukannya
justru membuat dirinya malah menjadi bertambah bingung bukan buatan!
Dalam pandangan sang resi diatas pusara, makam-makam dempet tersebut nampak
bergerak berpindah-pindah! Betapapun kerasnya sang resi mencari, wujud batu
pedang malah sudah tidak terlihat lagi!
Sang resi mendadak merasa pening! Tubuhnya tiba-tiba meluncur jatuh dari atas
makam! "Kalinyamat...!" seru resi satunya sembari memapah bangun resi sahabatnya yang
terjatuh dari atas pusara.
"aku tidak apa-apa Jenang Mulya..." ucap resi yang dipanggil dengan sebutan
Kalinyamat ini. "ratusan makam dempet ini benar-benar aneh! Susunannya benar-benar ajaib dan
membingungkan, entah tokoh kosen mana yang mampu menciptakan formasi yang benar-
benar hebat ini..." "Kurasa hanya satu orang yang bisa membuat formasi penyesat seperti ini... " ucap
Resi Kalinyamat pelan. "aku pun percaya kau pasti dapat menduga siapa orangnya..." lanjut Resi
Kalinyamat. Resi Jenang Mulya terhenyak
"apa maksudmu Dia?"
"dengan sendirinya tidak mungkin ada orang lain lagi..."
"tidak mungkin! Bukankah setelah peristiwa itu dia dikabarkan telah meninggal
menjatuhkan diri ke Jurang Lampir?"
Resi Kalinyamat menggeleng pelan.
"aku tidak berpikir demikian... kepandaiannya terlalu tinggi! hanya untuk terjatuh
dari jurang tersebut rasanya bukanlah suatu hal yang terlalu membahayakan bagi
orang seperti dia..."
"Selain itu segala hal bisa saja terjadi... tidak ada yang pasti didunia ini...
hanya kehendak Sang Hyang Widhi Wisesa yang bersifat mutlak!"
"Sabda... Sabda... Sabda..."
Kedua orang resi kembali termenung tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Ruwet! Sementara itu gadis bernama Lestari telah sampai didepan batu berpedang, dengan
sikap penuh hormat sang gadis lalu bersimpuh sembari meletakkan pemuda yang
dipondongnya kedalam pangkuannya.
Sang pemuda membuka matanya sesaat, hanya sesaat...
Sang gadis membelai wajah sang pemuda dengan penuh kasih sayang. Mulutnya
sungguh terasa berat untuk berujar.
Sungguh berat! Namun toh akhirnya dia berucap juga.
"...Bersatu hati di batu pedang... membalas budi penuhi janji... hidup tanpa
penyesalan... " desis sang gadis sembari meneteskan air mata.
"angkara murka tak putuskan cinta... urusan dibelakang tinggal kenangan... biar
bersatu selamanya..."ucap satu suara tersendat yang menyerupai bisikan lirih
membalas perkataan sang gadis.
bisikan yang keluar dari bibir seorang pria yang berada di rembang maut!
Air mata sang gadis meleleh semakin deras kala berucap bersamaan dengan pria
dalam pondongannya. "langit mendengar bumi bersaksi... kami berjanji sehidup semati... segala budi dan
dendam kami ikat di batu pedang... biarlah semua terjadi..."
Apa yang diucapkan oleh sepasang muda-mudi ini ternyata adalah tulisan dibatu
pedang yang sudah tak bisa terbaca lagi!
Siapakah sebenarnya mereka"
Wajah sang pria tampak semakin membiru, sang gadis terlihat membelai lembut
wajah sang pria sebelum berbisik lirih di telinga kekasihnya tersebut.
"Seberapa dalam cintamu padaku...?"
Sang pria tersenyum sembari berucap pelan, sayang ucapannya tak dapat terdengar...
hanya telunjuk yang mengarah birunya Samudera di kejauhan yang menjawab
segalanya... Keesokan harinya nampak sepasang kubur baru telah berdiri di satu sudut area
makam batu pedang. Entah siapa yang membuat tidak ada yang tahu!
Kubur baru ini pun telah dirambati oleh tanaman berbunga putih.
Kedua resi juga tak tampak lagi.
Hanya kesunyian yang terasa.
Diam... Senyap... Dingin... * * * Chapter 1 "Do you like a cup of tea?"
Pagi itu udara bertiup sangat dingin, jalanan pun masih terlihat sangat lengang.
Semalam hujan memang turun lumayan deras sehingga paginya udara terasa benar-
benar mencucuk tulang. Sebagaimana toko-toko dan bangunan lainnya, Wisma Kuntum Melati pagi itu juga
masih nampak sunyi senyap, pintunya saja masih terlihat tertutup rapat.
Memang penginapan ini selalu tutup larut malam jadi tidak mengherankan jika
sampai sepagi itu pemilik penginapan belum membuka pintu depannya.
namun kesunyian pagi itu tiba-tiba terpecahkan kala seorang remaja botak
berdandan seperti seorang kacung menerobos pintu depan lalu berlarian kesana
kemari! remaja berdandan kacung ini berlarian sembari mencoba memeriksa setiap kamar
yang terdapat pada Rumah bordil yang berkedok sebagai penginapan tersebut.
"Den...! Den Kusuma...! Aden dimana...?" teriak kacung tersebut sembari berlari-lari
diantara koridor penginapan tersebut.
"Aaaauuwwww... kang mas ada orang gila...!" teriak seorang gadis seraya meringkuk
bersembunyi kedalam selimutnya kala tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya
dan langsung menerobos kedalam kamar.
"Den... Den Kusuma disini...?"ucap si kacung sembari memandang kian kemari
"keparat...! cepat pergi dari sini...! Bentak seorang pria bertubuh gemuk
berkeringat sembari menimpuk kepala si kacung dengan Sendal!
"maaf... maaf..." ucap si kacung sembari beringsut mundur sambil memegang kepala
botaknya yang kena timpuk.
"Dasar Botak sialan...! Bisanya hanya menggangu saja..." ucap si pria gemuk sembari
beranjak menutup pintu yang terbuka. Setelah itu pria tersebut beranjak kembali
keatas ranjang dan masuk kedalam selimut.
"kita lanjutin lagi yuk...!" bisik sang pria sembari memeluk gadis dibalik selimut
yang langsung terkikik geli kala wajah bulat keringatan si pria disusupkan ke
seluruh pelosok tubuhnya.
Sementara itu si kacung kembali berlari kesana kemari berteriak teriak sehingga
membangunkan beberapa orang yang menginap di penginapan tersebut. Hampir semua
pengunjung penginapan itu terbangun dan keluar dari kamar seraya mengeluarkan
sumpah serapah. Beberapa orang pria bertampang sangar terlihat menunjukan wajah kesal bercampur
marah, jelas-jelas mereka merasa amat terganggu akibat teriakan si kacung.
Seorang diantaranya yang bertubuh besar bertato bahkan langsung mengangkat kerah
baju lurik si kacung tinggi-tinggi.
"monyet sialan...! Berani-beraninya kamu ribut disini pakai acara teriak-teriak
segala! Apa sudah punya nyawa rangkap sampeyan!"
"maaf... saya tidak bermaksud untuk menganggu dan cari ribut disini... saya Cuma
sedang mencari juragan muda saya..."
"hajar saja bacotnya Suro...! Biar dia tidak banyak cakap...! Teriak seorang tamu
dari sebuah kamar yang pintunya juga terpentang.
Rupanya tamu satu ini merupakan teman lelaki bernama Suro yang saat itu sedang
menarik baju si kacung dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"jangan tuan... ampuni saya... saya janji tidak ribut-ribut lagi... sumpah saya hanya
mencari juragan muda saya..." ucap sang kacung memelas.
"kalau kamu hanya mencari tuanmu, kenapa sampai harus berkoar-koar membangunkan
semua orang huh...?"
"saya... saya tidak tahu tuan saya berada dikamar yang mana..."
"keparat...! Kamu kan bisa bertanya pada pemilik penginapan dan bukannya berlarian
sambil berteriak-teriak segala!" bentak Suro sembari memperketat cekalannya.
Wajah si kacung terlihat semakin memerah. Dirinya pasrah kala melihat tangan
Suro yang terayun kearah wajahnya.
Mata sang kacung terpejam menanti pukulan. Namun pukulan itu tak kunjung datang.
Yang datang adalah sebuah barang.
barang itu hanyalah sebuah kasut.
dan kasut tempatnya adalah dikaki.
Namun kali ini sangat jelas terlihat sebuah kasut. Dan kasut itu tidak berada
pada kaki seseorang. Kasut itu ada di wajah Suro!
Jelas itu bukan kasut Suro!
"Keparaaaat...! " teriak Suro seraya membekap wajahnya yang terkena lemparan
kasut. Pegangannya pada kerah baju si kacung botak sontak mengendur.
Setelah mengusap wajahnya beberapa kali pria bertubuh besar ini kemudian
melayangkan pandang ke seluruh bangunan penginapan dengan mata menyala-nyala.
"Setan Alas...! siapa yang berani main gila dengan Suro Berahi Si Pelukan Dewa?"
Mata suro terlihat membeliak besar berputaran dengan wajah merah padam menahan
amarah! Kasut yang tadi mendarat diwajahnya terlihat hancur dalam genggaman
tangannya. Semua orang yang tadinya berdiri didepan pintu kontan tersurut mundur melihat
tampang Suro yang menyeramkan.
"Buseeet...! Nama sama Julukan sampeyan dah klop banget dah...! Merangsang banget...!"
ucap satu suara memecah keheningan
Suro Berahi Si Pelukan Dewa celingukan kekiri dan kekanan mencari asal suara.
"Keparat Haram Jaad..... Hoeekkk...!!!!" belum Sempat Suro menyelesaikan Sumpah
serapahnya, ucapannya kembali terhenti saat sesuatu dirasakan melesat cepat dan
menyumpal mulutnya! Kali ini kembali terlihat sebuah kasut,
namun kembali bukan kasut milik Suro.
Kasut Suro Masih Lengkap, masih menempel di kedua kakinya.
Hanya si kacung yang kasutnya tinggal satu.
Kasut satunya lagi nampak tersangkut ditenggorokan Suro!
"kau boleh pukul diriku sesukamu tapi jangan sekali-kali kau memaki Majikanku...!"
Teriak Si kacung tiba-tiba sembari menghentakkan tubuhnya yang dipegang oleh
Suro Berahi. Satu Tendangan..! Dua Tendangan...!! Tiga Tendangan......!!! Dalam hitungan detik tiga tendangan beruntun melabrak tubuh Suro yang masih
memegang mulutnya yang tersumpal Kasut!
Tendangan dari Si Kacung Botak!
Siapa yang mengira seorang remaja yang terlihat lemah mampu melakukan hal
seperti itu" Bahkan Suro pun pastinya takkan pernah berpikir Si botak yang hampir dilabraknya
bisa mempecundanginya seperti itu.
Dan memang Suro Tak Sempat Memikirkannya.
Suro Berahi keburu Pingsan...
Masih dengan Sebuah Kasut di dalam mulutnya...!
"ha.ha.ha... Cing! Jangan kasar-kasar sama tamu! Kalau sudah tidak ada tamu yang
mau menginap disini, bagaimana nanti nasib kakak kita yang cantik ini..." ucap
seorang pemuda tanggung yang nampak berdiri di balkon lantai dua penginapan
Wisma Kuntum Melati. Sembari berucap tangannya terlihat mencubit pinggul gadis cantik yang bersandar
disampingnya "ih... nakal banget sih..." Entar kalo minta lagi kakak gak bakalan kasih! Biar tahu
rasa...!" ucap gadis yang berdiri di samping sang pemuda sembari merajuk manja.
Pemuda yang berdiri di samping sang gadis hanya bisa tertawa riang. Umur pemuda
ini sekitar sembilan belas tahun. Wajahnya cukup tampan dengan mata tajam dan
alis berbentuk golok. Di wajahnya yang tampan tersebut nampak beberapa luka
antara lain di alis kanan dan dibawah dagu. Walaupun begitu semua luka itu tidak
membuat wajah sang pemuda menjadi buruk. Malah sebaliknya...
Si pemuda malah terlihat lebih jantan!
"Den Kusuma...!"
"kemari Cing...!"
Si kacung botak nampak berlari cepat mendaki anak tangga menuju kehadapan pemuda
yang berdiri bertelanjang dada.
"Kus, dia siapa sih kok dipanggil cing... cing... segala..." Kayak orang manggil
Kucing..." ucap si gadis sembari menggelendot dalam pelukan si pemuda.
"ha.ha.ha benaran kak...! Dia ntu emang namanya "Kucing..."
"Kucing Botak...!"
"benaran...?" "ehm..." "Sumpah...?" "hari gini pake sumpah segala" Ogah ah...! kalo gak percaya Tanya aja ndiri..."
"atau jangan-jangan kakak naksir neeh" he.he.he..."
"Bayu...!!!!" gemes si gadis seraya menggigit bahu si pemuda.
"Adaooow....!! tega banget sih....! Sakit Tahu..! Rasakan nih pembalasan...!"
Tangan Pemuda Bernama Bayu Kusuma ini bergerak cepat menelusup dengan nakalnya
mencubit lembah subur di bawah sana!
Mata si gadis terbeliak besar sebesar rongga mulutnya yang terbuka!
Alkisah disebutkan bahwa Sultan Harun Al Rasyid pernah menantang Abunawas untuk


Sebilah Pedang Seribu Romansa Pedang Bilah Bambu Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyebut nama semua binatang di muka bumi.
Dan Abunawas mampu melakukannya!
Namun nampaknya Gadis ini jauh lebih hebat dari Abunawas...!
Setelah puas memaki ditambah dengan satu tamparan di pipi, Si Gadis akhirnya
meninggalkan Bayu Kusuma sembari bersungut-sungut.
Sementara itu Bayu Kusuma nampak mengelus pipinya yang memerah
"Ada apa Cing" Pagi-pagi sudah ribut di tempat orang... memang ada masalah di
rumah...?" Remaja botak yang dipanggil dengan sebutan Kucing Botak ini terlihat
menganggukkan kepala. "saya disuruh Den Putri untuk menyuruh Tuan Muda pulang... Tuan Besar Pangeran
sedang dalam perjalanan pulang..."
Wajah Bayu Kusuma sontak berubah.
"Wah celaka kalau begitu...! Kita harus pulang sekarang...! Urusan bakalan panjang
kalau kita kedahuluan Ayahanda..."
"kau sudah siapkan kuda Cing?"
"Sudah Den, kuda Aden dan kuda saya, sudah saya ikat di depan wisma..."
"kalau begitu ayo kita berangkat sekarang..."
Setelah terlebih dahulu membayar semua kewajibannya kepada pemilik penginapan,
Bayu Kusuma dan Kucing Botak lalu bergegas menaiki kuda masing-masing dan
melesat cepat meninggalkan penginapan kecil tersebut.
Kuda yang dinaiki oleh Bayu Kusuma dan Kucing Botak adalah sepasang kuda plihan,
sehingga tidak heran kecepatan lari dari kedua kuda itu benar-benar mengagumkan.
Tidak sampai sepenanakan nasi kemudian, kedua orang pemuda ini akhirnya memasuki
patas wilayah kekuasaan Keraton Ufuk Barat tempat tujuan mereka.
Saat pintu gerbang masuk Keraton Ufuk Barat sudah mulai terlihat dengan jelas,
Bayu Kusuma dan Kucing Botak mulai memperlambat laju kuda yang mereka tunggangi,
Putra Tunggal Pangeran Alis Empat ini terlihat sesekali tersenyum dan menyapa
setiap orang yang melintas di dekat mereka.
Sesampainya di depan pintu gerbang, Bayu Kusuma juga nampak menyapa kedua orang
prajurit penjaga gerbang yang sebelumnya terlihat membungkuk memberi hormat.
"Gimana Ki Jembut" Obatnya semalam tokcer kan?" ucap Bayu Kusuma sembari
mengedipkan mata pada salah seorang prajurit yang nampak membimbing tali les
kuda yang dinaikinya. "Wuuuaah...! Hebat Den...! Nini sampai teriak-teriak segala...! Saya sampai malu sama
tetangga..." ucap prajurit yang nampak mulai uzur ini dengan wajah kemerahan.
Bayu Kusuma dan Kucing Botak sontak berpandangan dan tertawa lepas.
Sementara itu prajurit satunya nampak menggeleng-gelengkan kepala.
"aduh... Sampeyan ini bagaimana toh" udah aki-aki masih juga kegatelan...! Pake
minta obat kuat sama den Kusuma Segala...! Gak kasihan bini apa..."
"ha.ha.ha... Paman Sentanu jangan kuatir, masak lupa kalo Nini Jembut badannya
segede gajah" Harusnya paman kasihannya sama Aki Jembut. Lihat! Aki sampai minta
pesan obat kuat segala sama Den Kusuma... itu tandanya Aki Jembut sayang istri..."
ucap Kucing Botak membalas ucapan prajurit yang dipanggil dengan sebutan paman
Sentanu ini. "belain sih belain Cing, tapi jangan bilang istriku segede gajah donk! Gimana
sih...?" sungut Ki Jembut yang langsung disambut ledakan tawa oleh yang lainnya.
Setelah tawanya reda, Bayu Kusuma nampak menyerahkan sebuah bungkusan kecil
terikat kepada Sentanu. "apa ini den?" "beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan seorang Empu di tengah jalan, karena
teringat paman aku lalu meminta Empu tersebut untuk membuatkan sesuatu untuk
paman. Aku harap paman Sentanu menyukainya..."
Prajurit setengah baya ini kemudan membuka bungkusan yang diberikan oleh Bayu
Kusuma dengan kening berkerut.
Bungkusan yang diberikan oleh Bayu Kusuma sebenarnya hanya kecil saja, namun
begitu dibuka oleh Sentanu tidak terkira bagaimana ekspresi kegembiraan yang
ditujukkan oleh Prajurit ini.
Bungkusan itu berisi satu set perangkat pahat ukir.
"Ya Tuhan! bukankah ini perangkat pahat yang seperti biasa dipakai oleh Empu
Galunggung tukang ukir terkenal dari Jepara itu Den" Darimana Den Kusuma bisa
mendapatkannya?" ucap Sentanu sembari menatap pulang balik antara perangkat ukir
kayu ditangannya dan wajah Bayu Kusuma seakan tak percaya.
"seperti yang kubilang tadi paman Sentanu, aku bertemu dengan Seorang Empu di
tengah jalan, karena tertarik melihat kepiawaiannya mengukir aku jadi teringat
kepada paman, dan aku pun teringat kalau alat ukir yang paman pakai sudah mulai
karatan dan sudah tidak bagus lagi. Karena itu aku mencoba untuk meminta kepada
Empu itu untuk membuat perangkat ukir seperti yang dipunyainya untuk diberikan
kepada Paman, eh ternyata dia malah memberikan alat ukirnya kepada ku..."
Sentanu kembali memandang dengan takjub perangkat ukir yang berada digenggaman
tangannya. "tidak bisa tidak...! Ini pasti pahat ukir milik empu itu... Empu Galunggung...! Aku
harus mencobanya... aku harus mencobanya...!" gumam Sang Prajurit seakan tak sadar
dengan keadaan sekitarnya.
Sentanu terlihat berjalan kembali ke pos penjagaan tanpa mempedulikan lagi
keberadaan Bayu Kusuma dan yang lainnya.
Prajurit itu kemudian terlihat mengambil balokan kayu yang terlihat tersusun
rapi di dalam posnya dan mulai mengukir menggunakan Alat Ukir yang diberikan
oleh Bayu Kusuma. "tuh lihat den...! Tadi saja saya dicerca habis-habisan...! Sekarang giliran dia
dikasih barang sama Aden, Eh gak pake acara terima kasih langsung ngeloyor
pergi...! Dasar Setan Ukir...!"
"biarkan saja Ki... kita juga semua kan tahu kesukaan paman Sentanu, orang itu
kalau sudah asik ngukir sudah tidak ingat apa-apa lagi..."
"sampai bininya juga pasti dilupain...!"
Semua kembali tertawa lepas.
"Tuan Muda silahkan langsung masuk ke dalam... ibunda tuan muda sudah menunggu
lama..." ucap satu suara pelan dari belakang yang sontak mengejutkan Bayu Kusuma,
Kucing Botak dan Aki Jembut.
Siapa lagi yang punya pekerjaan kalau bukan Hening Swara!
Golok tercepat pada masa itu adalah Golok Semilir Angin milik Mualim Sampang.
Jika ada golok tercepat maka pastinya tidak bisa tidak harus menyebut Ruyung
Tanpa Wujud milik Pendekar Ruyung Ilusi.
Golok Semilir Angin teramat cepat...
Namun Ruyung Tanpa Wujud lebih cepat lagi!
Tapi jika dibandingkan dengan kecepatan tubuh Hening Swara, kedua senjata
tersebut masih tidak ada apa-apanya!
Jika kau jenis orang yang takut dengan setan, kau semestinya takut juga dengan
Hening Swara. Karna hanya dia yang hobinya muncul tiba-tiba seperti setan!
Bahkan kecepatannya pun seperti setan!
Tidak heran jika orang menjulukinya Si Bayangan Setan!
Salah satu Hulubalang kepercayaan Pangeran Alis Empat!
"Buseeet gan! Jangan suka muncul tiba-tiba ngagetin orang tua! Bisa kualat!"
ucap Ki Jembut sembari mengurut-urut dadanya yang berdegup kencang.
Hening Swara adalah seorang pria berbaju hitam, wajahnya tak terlihat karena
dari sepasang mata hingga ke hidung tertutup sebuah topeng Leak Bali.
Topeng itu juga masih tertutup oleh rambutnya yang panjang.
Sang Leak nampak berdiri berpangku tangan tepat dibelakang Bayu Kusuma dan
Kucing Botak. Dibalik tangannya yang saling memangku nampak menyembul gagang
sebuah pedang. Bayu Kusuma juga nampak mengelus dada guna menghilangkan keterkejutannya. Namun
Baru saja Putra Pangeran Alis Empat ini berbalik dan hendak mengamini apa yang
diucap oleh Aki Jembut, sosok Hening Swara sudah tidak nampak lagi di hadapan
mereka! "benar-benar cepat...!"
"Den, saya curiga sama Tuan Hening Swara itu... Masak di dunia ini ada orang yang
tiba-tiba bisa menghilang... jangan-jangan benaran setan...!"
"hush..! jangan omong sembarangan Ki! Nanti bisa didengar sama orangnya. Urusan
bisa panjang! Ya sudah! Aki tolong suruh penjaga istal untuk memasukan dan
mengurus kuda Kami... kami ingin masuk ke dalam sekarang" ucap Bayu Kusuma
"baik Den..." ucap prajurit tua tersebut sembari menuntun kuda milik Bayu Kusuma
dan Kucing Botak ke Istal Kuda.
Bayu Kusuma berjalan perlahan bersama-sama Kucing menyusuri jejeran perumahan
yang berada di dalam kompleks keraton kecil tersebut.
Perumahan yang ada di dalam kompleks Keraton Ufuk Barat. Semuanya dibuat dengan
ukuran dan bentuk yang sama. Tidak ada perbedaan pada satu rumahpun, Baik rumah
perwira, prajurit bahkan Rumah Pangeran sendiri dibuat dengan bentuk dan ukuran
yang sama! Dari sini saja bisa dilihat sampai dimana kebaikan dan kesederhanaan
hati Pangeran Alis Empat.
Bayu Kusuma berjalan santai sambil sesekali tertawa ha-ha hi-hi dengan Kucing
Botak Pembantunya, Tidak terasa Akhirnya sampai juga keduanya di rumah yang
terletak paling tengah dari kompleks keraton.
"kau ikut aku ke dalam ya Cing... kamu Bantu aku kalau aku nanti ditanyain macam-
macam sama Ibu..." "i... iya deh Den..." ucap Kucing dengan wajah meringis
Rumah Pangeran Alis Empat juga berbentuk sama dengan rumah-rumah yang lainnya,
hanya bedanya rumah tersebut memiliki Pendopo dan Serambi yang lebih luas guna
kepentingan menyambut tamu atau tempat untuk mengadakan Sarasehan antara
Pangeran Alis Empat dan para hulubalangnya.
Bayu Kusuma baru saja melangkahkan kaki kedalam serambi ruangan kala langkahnya
terpaku di tempat! Dihadapannya terlihat seorang gadis berkulit putih berambut keemasan dengan
model baju yang tidak pernah dilihatnya nampak sedang menyeduh teh di dalam
sebuah poci porselen. "Do You Like A Cup Of Tea?" ucap si gadis sembari mengacungkan cawannya kearah
Bayu Kusuma! Bayu Kusuma memalingkan wajahnya dan menepuk pundak Kucing Botak pelan.
"Tuh kan Cing...! salah satu alasan dulu aku tidak setuju semua rumah dibuat sama
ya yang kayak gini nih...! Kita Salah masuk Rumah...! Ini rumah Bule Gila...!" ucap
Bayu Kusuma sembari menarik tangan Kucing Botak keluar dari serambi rumah!
* * * Chapter 2 "Tapak Mentari Dewa"
"Siapa yang Bule Gila..." Kalo ngomong jangan asal ya...!"
Bayu Kusuma baru saja membalikkan tubuhnya mana kala hawa tajam itu tiba.
Tidak Percuma Si Bengal ini menjadi anak Pangeran Alis Empat. Dengan gerakan
secepat kilat Bayu Kusuma berhasil menangkap barang yang dilempar kearahnya.
"PaannaaaaSSSSS....!!!"
Lain yang dilempar lain pula yang berteriak.
Barang yang berhasil ditangkap Bayu ternyata adalah Sebuah Cawan
Cawan itu kosong Isinya masih ada, tapi sudah berpindah tempat
Isi cawan kini ada di kepala dan tubuh Kucing Botak!
Ternyata saat Bayu Kusuma berhasil menangkap Cawan, isi cawan tak terselamatkan
dan akhirnya tumpah membasahi Kepala dan Tubuh Si Kucing !
"Ampuun...! Panas Bangeeet... Nangkap Cawan Sekalian airnya Napa..." Panas nih Den ...!"
seru Kucing Botak sambil melompat-lompat kepanasan.
"Maaf Cing...! Refleks sih jadinya gak sempat...!"
Sementara itu gadis yang melempar cawan kembali terlihat bergerak cepat .
Di tangannya tergenggam sebatang pedang aneh
Pedang si gadis berbentuk seperti sebatang lidi, tak ada tepi yang tajam pada
sisinya, hanya ujung pedang yang tajam dan runcing.
Pedang adalah pedang Bagaimanapun bentuknya tetap saja mematikan!
Dan kini pedang itu bergerak cepat memburu kearah Bayu Kusuma!
"hooii...! Kalem dong...! Ngomong baik-baik kenapa...?"
Gerakan pedang si gadis sebenarnya sangat sederhana, hanya berupa satu tusukan
berbentuk lurus sejajar. namun gerakan sesederhana ini ternyata cukup merepotkan
Bayu Kusuma. Si gadis menusukkan pedangnya dengan memajukan kaki kanannya kedepan sejauh
mungkin. hal ini jelas tidak memungkinkan Bayu Kusuma untuk melompat mundur.
Cara menghadapi serangan seperti ini adalah meloncat keatas atau berkelit
kesamping Bayu Kusuma memilih berkelit ke samping
Tiba-tiba si gadis memutar kaki kanannya empat puluh lima derajat, pedang di
tangan si gadis turut berubah haluan dan mengarah kearah ulu hati Bayu Kusuma!
"Kampret...!" Bayu Kusuma menggunakan telapak tangannya untuk memukul meja di hadapannya,
dengan menggunakan tenaga pukulan tangannya Bayu Kusuma melenting tinggi keatas
guna menghindari tusukan Pedang!
"Kau yang mulai Duluan! Jangan salahkan aku kalau aku juga bersikap kasar...!"
teriak si Bengal jengkel.
Bayu Kusuma kemudian meluruk dengan cepat ke bawah, tubuhnya terlihat berputar
kencang sementara sepasang kakinya nampak Melancarkan puluhan tendangan secepat
kilat! Inilah jurus tendangan berantai ciptaan si Bengal!
Jurus No. 2 : Kenangan Tiga Pekan Diatas Ranjang!
Maksudnya barang siapa yang terkena jurus tendangan ini sedikitnya pasti akan
terbaring tiga pekan diatas ranjang...
"Jurus kacangan! Jangan takut! Balas dengan tusukan! Ya Begitu...! Buseet dah...!"
Sorak seorang kakek dengan suara cempreng tiba-tiba.
Beberapa saat kemudian terdengar suara merdu menimpali ocehan sang kakek.
"Eyang... biar lebih seru bagaimana kalau kita taruhan saja" Saya pegang Bayu,
Eyang Pegang Si Cantik Itu Bagaimana...?"
"Siapa Takut...! Eyang Pegang si Bule Cantik Tiga Kepeng Enam Duit...!"
"hayoo cantik...! Tusuk saja Pantatnya...! Jangan Ragu-ragu...!"
Bayu Kusuma saat melakukan tendangan sempat juga melirik kearah dua orang yang
sedang menyorakinya tersebut.
"Kutu Kupret...! Anak Sendiri di jadiin barang taruhan...! Emangnya aku ini ayam
sabung apa.." Eyang dan Ibu sama saja...! Sama-sama Edan...! Ndak punya Hati
Nurani...!" "Anak Setan...! Kualat ngatain orang tua Edan...! Hayo cantik terus hajar saja
bacotnya...!" teriak si kakek makin panas.
Sementara itu Si gadis kala melihat Bayu Kusuma melancarkan tendangan bagaikan
gerimis juga tidak mau kalah! Dengan mengikuti saran si kakek, sang gadis
kemudian menggerakkan pedangnya menusuk keatas menyambut datangnya hujan
tendangan! Hujan tendangan VS Hujan Tusukan Pedang!
Mana yang lebih keras kaki atau pedang"
Cuma orang gila yang akan membiarkan kakinya di tusuk dengan pedang!
Bayu Kusuma adatnya memang rada-rada gila, tapi tidak segila itu...
Begitu hujan tusukan pedang dengan gencar menyambut dirinya, Bayu Kusuma
kemudian menarik sepasang kakinya kemudian melengkungkan tubuhnya kebelakang
sejauh mungkin. Dengan melentingkan tubuhnya kebelakang maka posisi jatuh Bayu Kusuma agak
melenceng beberapa tombak kebelakang hingga bisa terselamatkan dari tusukan
pedang sang gadis yang cukup ganas.
Namun naas, karena menghindari tusukan pedang saat mendarat dilantai bukan kaki
Bayu Kusuma yang lebih dahulu yang sampai...
Melainkan pantatnya... Bayu Kusuma menahan sakit di pantatnya dan dengan cepat bergerak bangkit hendak
menyerang lagi. "Sudah... Sudah.... Bayu ayo cukup...! jadi laki-laki itu harus bisa sabar dan
mengalah sama Wanita..." ucap wanita yang bukan lain ibu tiri Bayu Kusuma ini
"Betul itu Bayu...! Kita itu harus bisa sabar sama wanita, apalagi sama wanita
cantik... he.he.he..." sambung si kakek sembari menimang-nimang recehan kemenangan.
Bayu Kusuma akhirnya melepas Kuda-kudanya.
Walaupun begitu Wajah si Bengal masih terlihat tertekuk sebal!
"Sabar sih sabar...! Tapi coba eyang dan ibu jadi saya..! baru pulang belum juga
ngapa-ngapain...! eh udah ditimpukin pake gelas...! Abis itu disosor pake pedang
pula...! Siapa coba yang bisa sabar...?" sewot Bayu Kusuma seakan tak bersalah.
"Setubuh Gan...! Saya juga kebagian Teh Panas...! Saya Juga gak sabar...!" sambung Si
Kucing ikutan sewot "Setubuh... Setubuh...! Tuh setubuh sama Kucing Kampung...! Dasar Kucing Botak!
Ngompor-ngomporin aja...!"
Suara tawa pecah dipagi itu menghiasi sudut-sudut Rumah Bayu Kusuma.
"would you like a cup of tea?" ucap si gadis pirang kembali. Kali ini sang gadis
terlihat tersenyum riang, Sembari menawarkan kembali cawannya kearah Bayu
Kusuma.

Sebilah Pedang Seribu Romansa Pedang Bilah Bambu Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"hati-hati Den... naga-naganya kita bakalan ditimpuk lagi...!" Bisik Si Kucing
pelan. Bayu Kusuma perlahan beranjak mendekat kearah sang gadis.
"Anabela... Anabela Wilson" ucap si gadis seraya mengangsurkan tangan kanannya,
sementara tangan kirinya mengangsurkan cawan teh yang barusan dibuatnya kepada
Bayu Kusuma. "Bayu Kusuma..." ucap si Bengal sembari menyambut tangan dan cangkir yang di
berikan oleh sang gadis. "Maaf ya soal yang tadi..." ucap si gadis dengan bahasa jawa yang kaku.
Bayu Kusuma memandang heran kearah gadis didepannya.
"Kamu bisa bahasa Jawa?"
"ehm... Ibu orang Jawa Asli, makanya tadi aku marah waktu kamu bilang aku bule
gila..." Si Bengal tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"maaf ya, aku memang kalau ngoceh suka kebablasan..."
Si gadis terlihat tersenyum melihat tingkah Bayu Kusuma.
"ha..ha..ha.. nah kalau begini baru benar...! He.he.he... emang gak pernah salah...
kalo jodoh emang gak akan lari kemana..!" ucap SI Kakek yang dibalas dengan
delikkan mata oleh Bayu Kusuma.
"Den, kalau Aden gak minat, saya siap mewakili sambut ranjang Den..." bisik Kucing
Botak kurang ajar. "sambut... sambut.... Nih Sambut...!" gemas Bayu Kusuma sembari menjitak kepala Botak
si Kucing! "Addaaaooouuuwww.......!"
Kembali suara gelak tawa terdengar bersahutan di udara.
Pada masa itu diceritakan di Jawa Dwipa berdiri sebuah kerajaan yang bernama
kerajaan Campu. Kerajaan Campu sendiri dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan
bijaksana yang bernama Prabu Merak Tunggal.
Prabu Merak Tunggal memiliki dua orang putra yaitu Pangeran Trawang Jagat dan
Pangeran Alis Empat. Kedua Pangeran tersebut amat disayang oleh Sang Prabu karena Perbawa yang
dimiliki oleh kedua anak itu semenjak lahirnya.
Trawang Jagat dilahirkan dengan sebuah rembang merah berbentuk sebuah mata
ditengah dahinya. Sementara Alis Empat terlahir sudah memiliki kumis tipis diatas bibirnya.
Jika Trawang Jagat mampu melihat masa depan
Maka Alis Empat adalah anak jenius!
Dalam waktu dua minggu sudah bisa bicara
Sebulan sudah bisa berjalan
Setahun sudah bisa bermain silat!
Tidak heran Sang Prabu sangat menyayangi keduanya!
Waktupun berlalu umur Sang Prabu sudah semakin tua, namun Sang Prabu belum juga
bisa menentukan siapa yang menjadi Putra Mahkota menggantikan dirinya.
Akhirnya Sang Prabu memutuskan membagi Kerajaan menjadi dua. Wilayah Istana Ufuk
Timur yang didiami oleh Sang Prabu diserahkan Kepada Pangeran Trawang Jagat.
Sementara wilayah Keraton Ufuk Barat diberikan kepada Pangeran Alis Empat.
Bayu Kusuma adalah anak Pangeran Alis Empat dari Almarhum istrinya yang pertama.
Sejak kecil anak inipun sudah terlalu disayang dan dimanja oleh Kakeknya yaitu
Prabu Merak Tunggal. Tidak heran Bayu Kusuma tumbuh menjadi anak yang Bengal!
Pangeran Alis empat adalah seorang anak yang sederhana dan berbakti terhadap
ayahnya yaitu Sang Prabu, karenanya saat "diusir" dari Istana Ufuk Timur untuk
menempati Wilayah Keraton Ufuk Barat Sang Pangeran muda ini pun mandah saja dan
menyangupi tanpa persyaratan apapun.
Wilayah kekuasaan Keraton Ufuk Barat sebenarnya adalah suatu wilayah yang sepi
dan tandus. Namun Semenjak Kedatangan Pangeran Alis Empat dan keluarganya wilayah tersebut
menjadi ramai dan mulai dikenal orang
Di wilayah ini Pangeran Alis Empat memerintah dengan arif dan bijaksana bersama
para hulubalang dan keluarganya.
Di dalam Keraton Ufuk Barat Pangeran Alis Empat tinggal bersama Istrinya yang
kedua Nilam Suri, Bayu Kusuma, dan Ronggo Warsito Si Peramal Edan.
Ronggo Warsito adalah Ayah Dari Tantri Dewi, almarhum istri pertama Pangeran
Alis empat. Ibu Bayu Kusuma. Kembali ke Keraton Barat...
Baru saja Bayu Kusuma hendak mengaso duduk tiba-tiba bersiur bau busuk yang amat
sangat berbarengan dengan menderunya ratusan bahkan ribuan ekor lalat kedalam
serambi rumah! " Bau Busuk apa ini...?"
"seperti bau bangkai den...!" ucap kucing botak sembari menutup hidungnya
"Waladalah...! Lalat darimana ini.." Kenapa bisa banyak sekali...?" ujar si kakek
seraya mengebutkan ujung jubahnya kearah lalat-lalat hijau yang berterbangan.
"hoeekhhh...!" Anabela Si Gadis pirang tak tertahankan lagi langsung tumpah!
"Lihat Den... diatas Sana...!" teriak Kucing sembari menunjuk keatas tembok keraton.
Semua orang memandang kearah tembok keraton.
Diatas tembok keraton nampak seseorang berdiri dibalik kerumunan ribuan ekor
lalat hijau! Saat itu cuaca sebenarnya amat cerah
Namun tiba-tiba langit terlihat seakan gelap...
Semua hanya karena Lalat-lalat yang berterbangan...!
Orang ini mengenakan sehelai jubah kumal berwarna hijau gelap, wajahnya tak
terlihat karena terhalang sebuah caping bambu.
"he...he...he.."
Terdengar suara kekehan dari mulutnya yang berwarna biru kehitaman.
Bau busuk yang amat sangat keluar dari tubuh orang ini...!
"Keparaat Busuk...! Siapa kau..." Baumu membuat orang muntah...!" Bayu Kusuma berseru
sembari menekap hidung. "he..he..he.." Kembali terdengar kekehan dari mulut si pria berjubah hijau.
Saat diperhatikan lebih jelas nampak beberapa ekor belatung berjatuhan dari
mulutnya! Kali ini Nilam Suri ibu tiri Bayu Kusuma yang tumpah tak karuan!
"Turun dari situ...!"
Kucing Botak yang lebih dahulu bertindak, teman sepermainan Bayu Kusuma ini
melesat keatas tembok seraya melayangkan tinjunya.
Tindakan tubuh Kucing Botak sebenarnya cukup cepat, namun sesampainya diatas
tembok si kucing malah melongo keheranan.
Si Jubah Hijau telah lenyap!
Berbarengan di bawah sana terdengar bentakan-bentakan keras!
Apa yang terjadi" Ternyata kala Kucing merandek keatas, Si Jubah Hijau dengan kecepatan tak
terduga meluncur dengan cakar terpentang menuju kearah Ana!
Tubuh si Jubah Hijau bersiur amat cepat!
Namun bicara soal kecepatan, di Keraton Ufuk Barat masih ada Dia!
Dan Dia yang dimaksud Kini sudah menampakkan diri dengan bergerak cepat memapak
datangnya Pukulan si Jubah hijau!
Siapalagi kalau bukan Hening Swara Si Bayangan Setan!
Hening Swara memapak serangan cakar si jubah Hijau dengan menggunakan sarung
pedang. Terdengar benturan keras manakala sepasang tangan berbenturan dengan sarung
pedang. "heeaahhh...!" Hening Swara Berseru keras, tak disangkanya tenaga si jubah hijau teramat
dahsyat! Tubuh Si Bayangan Setan tersurut mundur tiga langkah.
Si Jubah Hijau kembali memutar tapaknya.
Angin keras berhembus kencang berbarengan dengan menderunya ribuan Lalat Hijau
kearah Hening Swara! "Jahanam Busuk...!" bentak Sang Hulubalang sembari meloloskan pedang dan menusuk
kedepan menghadang serangan Tapak si Jubah Hijau.
Enersi tapak si jubah hijau mendarat tepat di ujung pedang Hening Swara, pedang
sang hulubalang nampak bergetar sebelum akhirnya terpelintir dan pecah
berkeping-keping! Tubuh Si Bayangan Setan terbang layaknya Layang-layang putus.
"Hening Swara...!"
Peramal Edan Ronggo Warsito melayang cepat menahan Tubuh Hening Swara yang
terhempas keras kearah Nilam Suri.
Sementara itu Bayu Kusuma, Anabela dan Kucing botak yang telah turun dari atas
tembok secara serentak menyerang si Jubah Hijau.
Anabela kembali menggunakan pedang anggarnya menusuk kearah tenggorokan Si Jubah
Hijau Kucing Botak menyerang dengan Tinjunya
Sementara Si Bengal kembali mengeluarkan jurus tendangan ciptaannya sendiri
Jurus No 1: Jangan Marah!
Kaki Bayu Kusuma nampak berubah menjadi puluhan tendangan beruntun yang
kesemuanya mengarah ke titik paling berbahaya pada tubuh Si Jubah Hijau!
"he..he..he.." Badai serangan yang mendera kearahnya kembali hanya dibalas dengan kekehan tawa!
Benar-benar edan! Tusukan Pedang Anabela sampai dilehernya.
Tinju Kucing Botak juga sampai ke dadanya.
Terlebih badai tendangan dari Jurus Tendangan Jangan Marah juga menghantam
sekujur tubuhnya... Namun semuanya hanya dibalas dengan derai tawa!
Serangan Kucing Botak serta Bayu Kusuma tak dirasanya sama sekali!
Hanya pedang Anabela yang berhasil menembus tenggorokan si jubah hijau.
Di luar dugaan Si jubah Hijau hanya tampak mengerang sesaat, lalu dengan
kecepatan luar biasa Si Jubah Hijau bergerak cepat menggunakan kesempatan kala
Anabela tertegun memandang pedangnya yang tertinggal di tenggorokan Si Jubah
Hijau. Si Jubah Hijau menotok urat besar di leher sang gadis dan melarikan si gadis
secepat kilat. "Kejar dia Kusuma...! Dia membawa lari Ana...!" teriak Nilam Suri dan Eyang Ronggo
Warsito serentak. Bayu Kusuma dan Kucing Botak secepat kilat melenting kearah jurusan dimana Si
Jubah Hijau Melarikan Anabela.
Sementara itu Si jubah hijau berlari semakin sebat kearah Pintu Gerbang Keraton,
Sementara Bayu Kusuma dan Kucing juga mempercepat laju larinya
Namun tak disangka gerakan si Jubah Hijau terlihat semakin lama semakin
bertambah pelan Hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Langkah si Jubah hijau laksana terpantek diatas tanah kala merasakan betapa
kuatnya Perbawa itu melanda.
Dua orang pria separuh baya berdiri tegak dikelilingi tiga orang hulubalang dan
dua orang resi berjubah kuning.
Sementara di belakangnya berjejer pasukan pemanah dengan ujung panah mengarah ke
jantung Si Jubah Hijau! Lelaki pertama adalah seorang pria bertubuh tinggi tegap berbaju zirah dan
memakai jubah. Wajahnya yang tampan dan selalu tersenyum nampak dihiasi sebuah
kumis tipis. Lelaki kedua adalah seorang pria asing berambut pirang yang mengenakan sehelai
baju hitam panjang. Di tangannya nampak teracung sebuah bedil yang mengarah
kearah Si Jubah Hijau. "Lepaskan Putriku Keparat...!" ucap si pria Asing dengan bahasa jawa yang kaku.
Si Jubah Hijau terlihat kembali tersenyum menampakkan belatung yang berjatuhan
dari sudut mulutnya. "heaaah....!" Si jubah hijau berteriak keras dan melesat sembari melepaskan pukulan telapaknya
kearah rombongan yang baru datang ini.
Angin deras berbareng dengan serbuan ribuan ekor lalat kembali menghantam dengan
ganasnya! "Doorrrr...!" Terdengar letusan keras kala bedil di tangan Si pria asing meletus dan
meledakkan kepala Si Jubah Hijau!
"Nice Shoot...!" ucap lelaki disebelahnya.
Sementara itu begitu angin dahsyat yang dibarengi dengan serbuan ribuan lalat
hijau hendak melabrak dirinya dan yang lainnya, pria berkumis tipis ini tampak
dengan santai mengarahkan telapak kanannya.
Nampak satu sinar terang memancar dan menghantam gelombang angin dan serbuan
lalat hijau hingga pecah dan porak poranda!
Tapak Mentari Dewa Level III
"Cahaya Lentera Jiwa"
"benar-benar pukulan Mentari Dewa yang hebat...!"
Desis si Pria Bule sembari bertepuk tangan.
"kepandaian menembakmu juga sangat mengagumkan Richard ..." ucap pria yang tidak
dan lain tidak bukan adalah Pangeran Alis Empat ini.
Sang Penguasa Keraton Ufuk Barat!
Belum lagi pria disamping Pangeran Alis Empat membalas perkataan sang pangeran
tiba-tiba terdengar suara teriakan keras.
"Ayaah...!" "Anabela...!" Apa yang terjadi" Ternyata makhluk berjubah hijau ini benar-benar luar biasa! walaupun sudah tidak
memiliki kepala dan sudah terpukul dengan Tapak Mentari Dewa milik Sang
Pangeran, Makhluk satu ini ternyata masih mampu untuk bangkit berdiri!
Totokan yang dilancarkan makhluk berjubah hijau ini hanya membuat tubuh Ana
menjadi kaku namun tidak membuatnya suaranya lumpuh.
Sang gadis kemudian berteriak memanggil ayahnya namun naas satu pukulan di
punggungnya membuat gadis ini terjengkang di tanah dan tidak bangun lagi...!
"Anaa....!!!" Pria yang ternyata adalah ayah Anabela ini berteriak saking gusarnya!
Secepat kilat pria ini kemudian meloloskan pedangnya yang serupa dengan milik
Ana dan meluruk kearah Makhluk tanpa kepala dihadapannya dengan penuh amarah!
"Richard...! Jangan gegabah...!" teriak sang Pangeran cemas
Tiba-tiba dari samping kanan dan kiri Pangeran Alis Empat melesat dua bayangan
kuning. "pangeran jangan Khawatir, biar kami yang melindungi sahabat pangeran.."
Bayangan kuning yang melesat ternyata adalah dua orang Resi yang sebelumnya
berdiri di belakang Pangeran Alis empat.
Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat
Penasihat Pribadi Pangeran Alis Empat!
"Prajna Paramitha... Prajna Paramitha... Prajna Paramitha...!!!"
Sementara itu didepan sana makhluk berjubah hijau tanpa kepala tersebut tiba-
tiba nampak melayang diantara kerumunan lalat hijau yang mengerumuninya,
sepasang tangannya nampak dikobari cahaya api berwarna hitam!
"Ilmu Iblis...!" desis Ayah Anabela, sontak serangannya terhenti di Tempat.
"Tuan menyingkir dari situ...! Biar kami yang menghadapi makhluk sesat ini...!"
Pria yang dipanggil dengan sebutan Richard oleh Pangeran alis Empat ini hanya
bisa menghela nafas sembari beranjak mundur.
"aku serahkan dia pada kalian, tapi aku mohon tolong selamatkan anakku...."
"kami akan berusaha semampunya..." ucap Resi Kalinyamat.
Sementara itu makhluk tanpa kepala yang melayang diudara tiba-tiba menunjukan
perubahan yang amat luar biasa, Ribuan Lalat hijau yang mengerumuninya nampak
satu persatu memasuki tubuhnya melalui lubang kutungan dilehernya!
Tubuh makhluk kutung ini perlahan membesar hingga lima Kali Lipat!
"Jagat Dewa Bathara...!"
* * * Chapter 3 "Tenaga Mistik Alam Gaib"
Tubuh Makhluk berkepala buntung tersebut semakin lama semakin bertambah besar.
Cahaya kobaran api berwarna hitam di sepasang telapak tangannya juga semakin
lama semakin gemilang. Lalu bertepatan dengan masuknya lalat terakhir ke dalam tubuhnya, sepasang
tapaknya Tiba-tiba menderu keras kearah Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat!
Awan Gelap bergulung dilangit kala satu gelombang Sinar hitam Raksasa Menderu di
Pelataran Keraton Ufuk Barat!
"Prajna Paramitha... Prajna Paramitha...!!!"
"Maitreya turun ke dunia....!!!"


Sebilah Pedang Seribu Romansa Pedang Bilah Bambu Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepasang Resi tersebut Nampak melepaskan tapak masing-masing menyongsong
gelombang hitam yang menderu keras!
Sementara itu di satu tempat tak jauh dari situ, tepatnya di sebuah hutan kecil
yang terletak di belakang Kompleks Keraton Ufuk Barat, di satu gundukan batu
tinggi yang agak kelindungan nampak satu pemandangan ganjil sekaligus
mengerikan! Seorang kakek tua berbadan kurus ceking nampak sedang menggauli tubuh seseorang...
Tubuh Si Kakek yang ringkih nampak melejang-lejang keringatan diatas tubuh
seorang wanita cantik... Wajah sang kakek terlihat sangat mengerikan, Selain karena memang berwajah buruk
ditambah lagi karena sang kakek memang sedang menyalurkan nafsunya
Sang Kakek menghentakkan pinggulnya sekeras mungkin.
Sementara wanita dibawahnya hanya bisa pasrah dan diam
Pandangan mata sang wanita terlihat kosong
Bukan kosong karena pasrah
Tapi kosong karena diam Dan diam adalah mati! Sang Kakek sedang Menyetubuhi Mayat!
"Jenang Mulya... Kalinyamat....keparat Kalian Berdua...!"
Desis sang kakek sembari menambah kecepatan hentakan pinggulnya.
Tangan dan mulut sang kakek juga tak dibiarkan menganggur
Sepasang tangannya nampak meremas-remas gemas buah dada si mayat, Sementara
mulutnya yang tak henti-hentinya mengucapkan mantra nampak melumat buas bibir
Jenazah! Tak dipedulikannya bagaimana cairan busuk kental keluar dari mulut dan payudara
Mayat yang digaulinya! Benar-benar Gila! Siapa sebenarnya kakek edan ini"
Kau tidak akan pernah menemukan kakek ini di rumah makan...
Kau pun juga tidak akan pernah melihat bayangan si kakek di antara keramaian
pasar... Tapi cobalah tengok jika ada orang yang hajatan dan nanggap wayang semalam
suntuk. Kau akan melihatnya disana.
Karena dia memang seorang Dalang...
Secara lahiriah Namun secara Batiniah... Dia adalah Iblis... Kartopati, Si Dalang Bangkai...! Jika ada Dalang pastinya ada wayang, Lalu dimana Wayang milik Si Dalang Bangkai"
Ada... Wayang si dalang bukan hanya terbuat dari kulit layaknya wayang biasa
Namun juga terdiri dari darah dan daging!
Dan kali ini wayang si dalang adalah orang itu
Makhluk kutung berjubah hijau!
Sementara itu marilah kita kembali melihat apa yang terjadi di Keraton Ufuk
Barat. Makhluk kutung berjubah hijau yang kini besarnya lima kali lipat dari biasanya
kini nampak menghentakkan sepasang tapaknya kearah Sepasang Resi dan Rombongan
Pangeran Alis Empat. Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya juga tidak mau kalah!
Sepasang Resi Sakti ini juga melancarkan serangan tapaknya
Sinar Kuning berbentuk simbol Swastika raksasa menderu dari telapak sepasang
Resi dan langsung bentrok dengan cahaya api hitam yang dilepas oleh makhluk
berjubah hijau! Tiba-tiba terjadi Keanehan manakala sinar kuning berbentuk Swastika bertumbukan
dengan sinar hitam. Langit tiba-tiba berubah gelap laksana terjadi Gerhana!
"ah... dia terlalu kuat Jenang Mulya...."
"Pertahankan terus Kalinyamat...! Kejahatan takkan mungkin bisa mengalahkan
Kebaikan...!" seru Resi Jenang Mulya sembari mendorong telapaknya sekuat tenaga.
Sinar Kuning dan hitam nampak saling mendorong berusaha saling menguasai.
Perlahan sinar kuning mulai terlihat surut!
Berbahaya! Dilain tempat Kartopati Si Dalang bangkai semakin menggila menggagahi tubuh
jenazah malang dibawahnya.
Tubuh wanita malang tersebut perlahan hancur berantakan.
Namun si kakek semakin kesetanan menggagahinya.
"Mati Kalian Berduaaaaa....!"
Teriak sang kakek sembari menghentakkan pingulnya sekuat mungkin! Inilah puncak
Kenikmatan bagi si kakek, Sekaligus pamungkas bagi si makhluk berjubah hijau!
Tenaga Mistik Alam Gaib! Cahaya Kuning berbentuk Swastika hancur berantakan terhantam cahaya hitam!
"Prajna Paramitha.... Prajna Paramitha... Prajna Paramitha...!"
Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya terjengkang hebat sembari muntahkan darah
segar. "Jagat Dewa Batara....!"
Sedetik lagi sinar hitam yang dilepas oleh makhluk berjubah hijau meluluh
lantakkan tubuh kedua Resi, sekejap itu juga harapan itu datang.
Langit gelap tiba-tiba seakan terbelah kala cahaya benderang itu tiba...
Cahaya yang turun dari langit!
Begitu menyilaukan! Hingga semua orang bahkan menjadi kesilauan dibuatnya!
"astaga...! Bukankah itu Sang Pangeran...?"
"benar...! Itu memang beliau...!"
Apa yang sebenarnya terjadi"
Ternyata disaat-saat genting dimana kedua Resi hanya bisa pasrah menanti
datangnya kematian, Sang Pangeran Penguasa Keraton Ufuk Barat dengan kecepatan
yang amat mencengangkan melesat tinggi keatas!
Lalu bagaikan seekor naga murka Sang Pangeran mengembangkan sepasang tapaknya
yang berkilat menyilaukan dan meluruk dengan kecepatan luar biasa kearah Sinar
Hitam yang sedetik lagi akan meluluh lantakkan dua orang resi kepercayaannya
tersebut! Tapak Mentari Dewa Level VII
"Dewa Naga Turun Ke Dunia!"
Dentuman besar laksana letusan Gunung terdengar membahana di barengi kepulan
debu yang berhaburan kala enersi Tapak Mentari Dewa menghantam Sinar Hitam yang
dilepaskan oleh Makhluk berjubah hijau.
Jika sebelumnya suasana berubah menjadi gelap manakala Sinar Hitam yang berasal
dari Tenaga Mistik Alam Gaib kiriman Si Dalang Bangkai menghentak, kini cahaya
terang yang menyilaukan ditembah enersi tapak yang menggetarkan berganti
mengoncang pelataran pintu Gerbang Keraton Ufuk Barat!
Cahaya hitam meledak berkeping-keping bersama tubuh si Jubah Hijau manakala
Enersi Tapak Mentari Dewa yang membara dilepaskan oleh Pangeran Alis Empat dari
udara! Tubuh makhluk berjubah hijau akhirnya jatuh laksana hujan dalam bentuk
Serpihan abu yang masih terbakar!
Benar-benar dahsyat! Sementara itu di tempat lain, begitu tubuh makhluk berjubah hijau meledak
dahsyat akibat hantaman pukulan Telapak Mentari Dewa yang dilepas oleh Pangeran
Alis Empat bersamaan pula tubuh jenazah wanita yang sudah tidak karuan bentuknya
akibat digeluti oleh Kartopati turut meledak dan melemparkan Dalang sesat
tersebut kearah bebatuan!
Tubuh kakek ini mencelat tinggi diiringi teriakan setinggi langit!
Tubuhnya terlihat hangus berasap dan menebar bau sangit terbakar!
Sementara itu akibat getaran dan cahaya tapak yang menyilaukan, sebagian besar
orang yang menyaksikan jalannya pertempuran dahsyat di pagi itu nampak
mengerjap-ngerjapkan mata masing-masing.
Kala sinar yang menyilaukan tersebut mulai sirna dan kepulan debu mulai
berkurang maka nampaklah Pangeran Alis Empat berjalan sembari membopong Anabela
diiringi Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat.
"apa dia baik-baik saja?" ucap Richard dengan cemas sembari menerima Anabela
dari bopongan Pangeran Alis Empat
Pangeran Alis Empat hanya bisa terdiam sesaat sembari memandang Punggung pakaian
Sang gadis yang terkoyak dan menampilkan bekas luka bakar berwarna hitam
kebiruan. "Wirat, coba kau kemari dan periksa Luka kakak ini..." ucap sang pangeran kearah
seorang bocah kecil yang nampak berdiri diantara pasukan pemanah yang berada di
belakangnya. Di zaman itu ahli obat yang paling terkenal adalah Ki Lapang Samudera. Dalam
prakteknya menyembuhkan pasiennya, Ki Lapang Samudera selalu menggunakan racikan
tetumbuhan dan akar-akaran. Kepandaiannya dalam hal ilmu pengobatan sudah tidak
diragukan lagi. Suatu ketika Ki Lapang Samudera menemukan seorang orok yang ditinggalkan di
dalam hutan. Tubuh orok tersebut sangat mengenaskan dan penuh luka.
Namun Orok tersebut Masih Hidup!
Dapat dibayangkan bagaimana besarnya kekuatan makhluk kecil tak berdosa tersebut
untuk tetap bertahan hidup!
Sang ahli obat kemudian mengambil dan merendam orok itu dalam reramuan obat dan
akar-akaran selama delapan tahun lamanya untuk menyambung hidup sang jabang
bayi. Waktu pun terus berlalu sang orok pun tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas
dan cekatan. Terlalu cerdas malah! Hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir bocah ini sudah mengetahui dan hapal
seluruh kitab ilmu dan jenis obat-obatan yang dimiliki Ki Lapang Samudera!
Benar-benar bocah ajaib! Dialah Sudawirat, Si Tabib Cilik...
Murid terkasih Pangeran Alis Empat!
Sementara itu Sudawirat yang dipanggil oleh sang guru berjalan tergopoh-gopoh
sembari sesekali membenarkan sorban putihnya yang kebesaran.
Setelah sampai di dekat Pangeran Alis Empat sang bocah terlihat menjura memberi
hormat dan setelah itu langsung memeriksa nadi dan luka yang terletak di
punggung Anabela. "bagaimana keadaanya Wirat...?"
Sang Bocah nampak merapikan punggung sang gadis yang tersingkap sebelum akhirnya
berucap pelan. "Luka kakak ini sangat parah, ada baiknya jika kita membawanya dulu kedalam
rumah agar bisa saya periksa lebih lanjut..."
Sang pangeran nampak menganggukan kepalanya.
"baiklah Richard... memang sebaiknya kita selekasnya masuk ke dalam rumah..."
Pangeran alis empat kemudian memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membawa
Anabela kedalam rumah bersama-sama dengan Ayah anabela dan para Hulubalangnya.
Sesampainya di halaman rumah rombongan mereka langsung disambut oleh Nilam Suri
dan Ronggo Warsito yang masih memapah Tubuh Hening Swara.
"Apa Yang terjadi disini...?" Tanya sang pengeran dengan kening berkerut kala
melihat halaman rumah dan sebagian serambi rumah tampak berantakan bagai tersapu
angin topan! * * * Chapter 4 "Meditasi Serat Sutra Lembayung"
Nilamsuri bergegas berjalan mendapati Sang Pangeran dan mencium telapak
tangannya. "seseorang yang tidak diketahui tadi mengamuk disini dan membawa lari Anabela...
Hening Swara terluka akibat bentrok dengan orang tersebut..."
Sang Pangeran menganggukan kepalanya sembari mengusap sepasang kumis tipis
diatas bibirnya. "orang itu sudah kita atasi... kita bisa merebut kembali Anabela namun sayang dia
terluka..." ucap Sang pangeran seraya memberi tanda kepada Para Penjaga yang
membawa Anabela untuk membawa gadis tersebut dan meletakkan kedalam kamarnya.
Sementara itu Sudawirat nampak memeriksa dan memberikan obat kepada Hening Swara
yang kini sudah tidak dipapah oleh ronggo Warsito lagi.
Setelah memeriksa dan memberikan obat kepada Sang Hulubalang, bocah kecil itu
kemudian berucap kepada Pangeran Alis Empat dan semua yang ada disitu.
"Aku sudah memeriksa dan memberi obat kepada Kakak Hening Swara, dia tidak
terluka terlalu parah dan hanya perlu istirahat dalam jangka waktu beberapa
lama... namun untuk kakak pirang itu aku harus meminta bantuan guru dan ibu guru
untuk membantuku dalam proses penyembuhan lebih lanjut..."
Pangeran Alis empat nampak menepuk bahu Richard sahabatnya tersebut.
"doakan kami Richard, aku dan Wirat akan berusaha untuk menyembuhkan anakmu....
Percayakanlah pada kami... lebih baik kau beristirahat dahulu di ruang tamu dan
aku akan mengabarimu jika kami sudah selesai..."
Richard mengangguk pelan "aku percaya padamu Pangeran... aku mohon selamatkan putriku... hanya dia yang kami
Punya..." Sang Pangeran tersenyum dan mengangguk perlahan Kemudian bergegas memasuki kamar
diikuti oleh Sudawirat dan Nilamsuri
'baiklah Sudawirat, katakanlah yang sebenarnya aku tahu kau menyimpan sesuatu
yang serius" ucap Sang Pangeran seraya menatap Sudawirat dengan Tajam.
Sang bocah nampak menghela nafas berat.
"luka kakak ini terlalu berat... pukulan yang dilancarkan oleh orang itu
mengandung bisa yang amat kuat... dia hanya bisa bertahan selama sepekan..."
'benarkah separah itu..." Apa kita tidak punya jalan lain untuk
menyelamatkannya...?"
"Mungkin hanya buah pohon Kalpataru yang bisa menyelamatkan nyawanya namun jelas
kita tidak akan mungkin dapat menemukan buah ajaib tersebut dalam waktu sepekan
ini... buah itu mungkin Cuma hanya ada dalam dongeng..." keluh si bocah
"tidak... buah itu ada...! Aku pernah melihatnya... Kakang Trawang Jagat memilikinya!
" ucap sang pangeran gembira
Namun kegembiraannya sontak menghilang
"kau benar Wirat... kita tidak akam mungkin mencapai Istana Ufuk Timur dalam waktu
seminggu... apa tidak ada jalan Lain...?"
Sang Bocah nampak menggeleng lemah
Suasana kembali terasa hening sebelum kembali dipecahkan oleh seruan sang Bocah
"Masih ada jalan Guru...! Kita masih punya cara lain...!"
"apa itu...?" Sang bocah lalu membisikkan seuatu kepada Sang Pangeran yang membuat Sang
Pangeran melonjak kegirangan
"kau benar...! Ayo kita cepat lakukan sekarang"
Sang pangeran kemudian berjalan dan berbicara kepada Nilamsuri. Wajah Nilamsuri
terlihat memerah namundia pun akhirnya menganggukan kepalanya dan berjalan
kearah Anabela yang terbaring diatas ranjang
Sementara itu Sang Pangeran dan Sudawirat nampak melepaskan semua pakaian yang
mereka kenaki! Nilamsuri perlahan juga melepaskan seluruh pakaian yang dikenakan anabela dan
meletakkan tubuh gadis tersebut kembali keatas pembaringan.
"Dia sudah siap, kalian boleh melakukannya"
Pangeran Alis empat berjalan kearah pembaringan dengan tidak mengenakan sehelai
pakaian pun. Walaupun berjalan dengan mata tertutup, namun Sang Pangeran tetap dapat
menemukan letak pembaringan dimana Sang Gadis dibaringkan.
Pangeran Alis Empat kemudian perlahan mengangkat tubuh Anabela pada punggung
sang gadis yang terluka dan mengangkatnya tinggi keatas!
"Lakukan Sekarang Wirat...!"
Seiring dengan seruan Sang Pangeran, Sudawirat yang juga nampak bertelanjang
bulat dan menutup matanya nampak melenting dan bersalto diudara dan mendarat
tepat dengan sepasang tangan terpentang diatas dada Sang Gadis!
Anabela mengeluh pendek dalam ketidak sadarannya manakala dua arus enersi
mengalir melalui dada dan punggungnya.
Nilamsuri perlahan beranjak menjauhi ranjang manakala hawa yang amat panas
menyeruak keluar dari tubuh telanjang Pangeran Alis empat dan Sudawirat.
Nampak bagaimana seluruh tubuh Pangeran Alis Empat mengepulkan asap dan cahaya
berwarna keputihan kala sang pangeran mengerahkan enersi Tapak Mentari Dewa
miliknya ke punggung sang gadis.
Lain Pangeran Alis Empat lain pula yang terjadi dengan Sudawirat.
Jika Pangeran Alis Empat memancarkan asap dan cahaya berwarna putih dari
tubuhnya, maka pada bocah ini terpancar asap dan cahaya berwarna lembayung.
Bersamaan itu dari sepasang telapak tangan sang bocah yang menempel pada dada
sang gadis menyeruak keluar serat-serat halus yang perlahan melingkupi dan
membungkus tubuh sang gadis layaknya sebuah Kepompong!


Sebilah Pedang Seribu Romansa Pedang Bilah Bambu Karya Mike Simons di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meditasi Serat Sutra Lembayung!
Dikisahkan saat ditemukan pertama kali oleh Ki Lapang Samudera, tubuh Sudawirat
hampir saja dimakan oleh seekor Ulat Raksasa.
Bayi kecil malang tersebut ditemukan dalam keadaan penuh luka dan hampir mati
oleh racun bisa Ulat yang akhirnya bisa dibunuh oleh si ahli obat.
Untuk menyelamatkan nyawa sang bayi, Ki Lapang Samudera merendam tubuh Sudawirat
dalam sebuah tong berisi ramuan obat dan sisa-sisa tubuh Ulat yang menggigitnya
tersebut selama delapan tahun!
Alhasil bukan saja berhasil sembuh dari racun, bisa ulat tersebut akhirnya
menyatu dalam darah dan tulang Si bocah ajaib dan menjadi satu cikal sumber
tenaga dalam dan kekuatan yang menakjubkan!
Enersi Serat Sutra Lembayung!
Namun begitu Ki Lapang Samudera turut menyadari bahwa tenaga yang terkandung di
dalam tubuh Sudawirat terlampau berbahaya dan masih harus "dijinakkan" hal
inilah yang menyebabkan Ki Lapang samudera pergi menghadap Kepada pangeran Alis
Empat untuk bersedia menerima Sudawirat untuk menjadi murid.
Saat itu sang kakek berpikir kalau hanya Tapak Mentari Dewa yang bisa
menundukkan Enersi Serat Sutra Lembayung didalam tubuh Sudawirat.
Dan kini perpaduan Tapak Mentari Dewa dan Serat Sutra Lembayung digunakan oleh
pasangan Guru dan Murid ini untuk menyelamatkan nyawa seorang Gadis!
Enersi Tapak Mentari Dewa merupakan tenaga Inti yang Panas Membara sementara
Serat Sutra Lembayung bersifat Sejuk.
Pangeran Alis Empat dan Sudawirat terpaksa harus melepaskan pakaian yang mereka
kenakan saat menggabungkan kedua inti tenaga ini kala disalurkan ke tubuh
Anabela. Hal ini dilakukan agar hawa enersi murni yang keluar dari bentrokan dua tenaga
inti bisa terlepas sempurna dari tubuh mereka tanpa berbalik melukai tubuh
masing-masing. hawa enersi murni yang dimaksud adalah asap tipis berwarna putih dan lembayung
yang keluar dari tubuh Pangeran Alis Empat dan Sudawirat
Selama berjam-jam Pangeran Alis empat dan Sudawirat tanpa mengenal lelah
mengerahkan enersi masing-masing ke tubuh anabela.
Malam pun akhirnya tiba. tubuh anabela pun akhirnya berubah menjadi satu
kepompong putih Raksasa! "Cukup...!" seru sang pangeran seraya berangsur-angsur menarik enersi Tapak
Mentari Dewa miliknya dari tubuh sang gadis yang kini berubah menjadi Kepompong
tersebut. Sudawirat pun kemudian menghentikan Enersi seratnya dan bersalto turun dari
kepompong masih dengan Menutup sepasang matanya.
Dia baru membuka matanya kala mendengar Gurunya berucap.
"kau boleh membuka Matamu Wirat..."
Sudawirat perlahan membuka matanya namun kepalanya masih ditundukkan.
Sementara itu Pangeran Alis empat yang sudah mengenakan pakaiannya kembali
nampak mengangsurkan pakaiannya.
"pakai Pakaianmu dulu setelah itu beristirahatlah... kau pastinya lelah setelah
mengerahkan Enersi sedemikian lama..."
Sudawirat langsung mengiyakan dengan secara tergesa-gesa memakai pakaiannya
dengan muka merah. Setelah itu si Tabib cilik langsung mencium tangan sang pangeran dan Nilamsuri
dan hendak berjalan keluar dari kamar gurunya tersebut.
"ehm, udah besar yach...!?" ucap Nilamsuri sembari tersenyum penuh arti membuat
muka sang bocah semakin Merah.
"Jangan menggodanya Nilam... lihat kau membuatnya Takut...!"
Dengan wajah kemerahan Sudawirat kembali membungkuk memberi hormat kepada Guru
dan Istri gurunya tersebut sebelum akhirnya meninggalkan ruang peraduan Sang
Pangeran. Sementara itu selepas kepergian Sudawirat, wajah Nilamsuri nampak berubah
serius. Jemarinya nampak menggengam erat lengan suaminya tersebut.
"bagaimana kabarnya Lestari kang..." dia tidak apa-apa kan...?"
Pangeran Alis Empat memandang lesu kearah istrinya tersebut sebelum akhirnya
menggeleng lemah. "gadis itu benar-benar nekat... cintanya terhadap Randu Seta yang sudah sekarat
membawa langkah keduanya ke Makam Batu Pedang..."
"Jadi Kang..." Maksud kakang Lestari sudah...."
Nilamsuri tak kuasa melanjutkan perkataannya...
Sang Pangeran nampak mengagguk lemah.
"Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat telah berusaha keras untuk mencegah
tindakan bodoh keduanya, namun Mereka tidak dapat memasuki kawasan Makam Dempet
dimana Lestari dan Randu berada. Formasi Penyesat Ratusan Makam Dempet tersebut
benar-benar membuat Kedua Resi tersebut tidak berdaya..."
Nilamsuri membenamkan wajahnya ke dada bidang suaminya dan menangis sepuasnya.
Sang pangeran hanya bisa balas memeluk dan menenangkan sang istri dengan
membelai rambut sang istri yang panjang.
"Kuatkan hatimu istriku... apa yang terjadi pada diri Lestari dan Randu sudah
merupakan guratan takdir yang telah di tulis oleh Sang Hyang Widhi... kita hanya
bisa berharap setelah kejadian ini kakang Trawang Jagat bisa lebih baik dalam
bertindak dan mengambil keputusan..."
Nilamsuri peerlahan bangkit dari pelukan Sang suami dan menyeka air mata di
wajahnya. Setelah terdiam beberapa saat Ibu tiri Bayu Kusuma ini kemudian
menatap Kepompong raksasa yang masih tergeletak diatas peraduan.
"bagaimana dengan nasib Anabela Kang" Apakah dengan cara ini luka dalam tubuh
gadis tersebut bisa disembuhkan...?"
"Racun yang mengendap di tubuh gadis itu teramat kuat... Kepompong Serat Sutra
Lembayung dan enersi Tapak Mentari Dewa milikku hanya bisa menahan racun itu
selama setengah purnama..."
"Jalan satu-satunya yang saat ini bisa kupikirkan adalah pergi menemui Kakang
Trawang Jagat untuk memohon buah Kalpataru yang dimlikinya untuk diracik menjadi
obat pemunah racun Tenaga Mistik Alam Gaib yang mendera Putri Richard
tersebut.."lanjut Sang Pangeran
"bilakah Kakang Trawang Jagat akan memberikannya kepada kita" Setelah peristiwa
yang terjadi terhadap Lestari dan Randu Seta...?"
Sang Pangeran menarik nafas berat
"aku tidak punya pemikiran lain lagi... disamping itu apa yang terjadi pada Randu
dan Lestari bukanlah merupakan mutlak kesalahan di pihak kita... walaupun Lestari
adalah Pelayan Kita namun anak kakang Trawang Jagat itu juga sudah cukup besar
untuk menentukan pilihannya... disamping itu bukan kita yang melukai Randu
melainkan Orang-orang Kakang Trawang Jagat Sendiri..."
"tapi kang... biar bagaimanapun Kakang Trawang jagat pasti tidak akan duduk diam
begitu saja mendengar kematian Randu Seta di Makam Batu Pedang...! Dia pasti akan
menyalahkan kita...!"
Hening sejenak melingkupi ruang peraduan Sang Pangeran
"aku tahu itu... oleh karenanya biarlah esok aku sendiri bersama Sudawirat yang
akan menghadap ke Istana Ufuk Timur untuk menjelaskan hal yang sebenarnya
terjadi sekaligus mencoba untuk meminta sebutir buah Kalpataru untuk pengobatan
Anabela..." "kang aku takut... aku mengkhawatirkan dirimu dan Wirat jika terjadi sesuatu
denganmu didalam perjalanan ke sana... bagaimana kalau kau mengajak Hening Swara
dan para hulubalang lainnya agar aku bisa lebih tenang..."
Sang Pangeran menggeleng pelan.
"Hening Swara masih terluka akibat bentrok dengan makhluk berjubah hijau tadi
pagi... disamping itu aku ingin menunjukkan itikad baik terhadap kakang Trawang
Jagat dengan menghadap sendiri bersama Sudawirat..."
Mata Nilamsuri tiba-tiba bersinar terang...
"Kang...! Bagaimana kalau Kakang Ajak Saja Bayu Kusuma bersama kakang..." Bukankah
sudah lama dia tidak mengunjungi Paman dan Kakeknya Sang Prabu Merak Tunggal"
Aku yakin Dia pasti mau kalau kakang mengajaknya...!"
Pangeran Alis Empat mengerutkan keningnya.
"Bayu Kusuma..." Anak Bengal itu ada dirumah" Kenapa aku tidak melihatnya tadi
pagi...?" Nilamsuri terkejut besar "Kakang tidak melihat Bayu Kusuma...?"
Sang Pangeran mengangguk "Kucing Botak juga...?"
Sang Pangeran kembali mengangguk.
"Astaga...! Jadi kemana mereka berdua..?" seru Nilamsuri
Sang Pangeran memandang istrinya dengan pandangan terheran-heran.
"jadi anak itu memang benar-benar ada dirumah...?"
Ujar Sang Pangeran seolah tak percaya!
Ya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Bayu Kusuma dan Kucing Botak"
Kemana Perginya mereka berdua"
Seperti sama diketahui pada saat Makhluk berjubah hijau melarikan Anabela, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak sontak melesat bersamaan mengejar kearah Perginya sosok bercaping dan berjubah hijau tersebut.
Terjadi kejar-kejaran yang cukup sengit diantara mereka bertiga.
Pada saat itu Bayu Kusuma dan Kucing Botak sedang berkonsentari penuh untuk
mengejar si jubah hijau. Mereka tidak menyadari manakala sepasang bayangan hitam
turut membumbung diatas kepala mereka!
Di dunia ini hanya burung dan serangga yang bisa terbang...
Manusia bukan burung dan juga bukan Serangga
Jadi sudah jelas kalau manusia tidak bisa terbang!
Namun pada saat itu dua bayangan yang melesat membelah angkasa itu tidak bisa
dipungkiri memang manusia adanya...
Dari bentuk tubuh masing-masing dapat dipastikan bahwa sepasang orang yang
sedang melayang di angkasa ini adalah sepasang laki-laki dan perempuan.
Wajah kedua orang tersebut tidak terlihat jelas karena tertutup oleh lilitan
kain hitam sebatas hidung dan mulut yang serupa dengan warna pakaian yang mereka
kenakan saat itu. Hanya sepasang mata yang tajam laksana sorotan elang yang terlihat dari wajah
kedua orang ini Sepasang Mata yang penuh dendam!
Kedua orang tersebut nampak menggunakan sebuah alat aneh yang terbuat dari
samakan kulit binatang yang amat tipis dan besar yang kemudian di rentangkan dan
dirangkai menggunakan Sebuah rangka Logam dan dipasang pada punggung masing-
masing. Di depan dada kedua orang tersebut terdapat sepasang pegangan besi berpegas yang
dihubungkan dengan perangkat yang terpasang dipunggung masing-masing
setiap kali pegangan besi ini ditarik maka kulit yang berperan layaknya sayap di
punggung mereka tersebut bergerak mengepak dan mengangkat tubuh kedua orang
tersebut lebih tinggi keangkasa.
"kau atasi Si Botak itu, biar aku yang menangkap anak Pangeran Keparat itu..."
ucap si pria bersayap kepada teman wanitanya yang langsung dibalas dengan
anggukan. Sang Wanita kemudian nampak mengeluarkan sebuah jaring tipis dari kantung
dipinggangnya, sementara sang Pria nampak memegang seutas rantai panjang.
Di dunia ini orang yang menggunakan Jaring dan rantai sebagai senjata sebenarnya
cukup banyak. Ada Resi Pamukti dari Sumbawa...
Bintang Penyesat Si Penjerat Jiwa juga mengunakan Jaring sebagai senjatanya...
Pendekar Berangasan Sawung Angek pun kadang-kadang menggunakan rantai sebagai
senjatanya... Namun tak satupun dari mereka yang bisa terbang...
Kecuali mereka berdua... Sepasang Kelelawar Penyiksa Batin
Lowo Ireng dan Lowo Srindi
Kecepatan kedua kelelawar ini memang benar-benar menakjubkan...! hanya dengan satu
kali kelebatan keduanya sudah berhasil menjerat dan menangkap Bayu Kusuma dan
Kucing Botak dan membawanya terbang kelangit!
"Den Kusuma...!" teriak si kucing ketakutan kala mendapatkan dirinya terjaring
dalam satu jarring tipis yang entah datang darimana apalagi kala dirasanya
kakinya teras tidak menapak tanah...!
Si Kucing langsung gamang!
"Keparat Lepaskan Kakiku... Siapa Kalian...?" bentak Bayu Kusuma kepada Lowo Ireng
yang menjerat kakinya menggunakan rantai.
"he..he..he.. nanti juga kau akan tahu... lebih baik kau diam atau kau lebih
memilih untuk jatuh dan mati dibawah sana...?"
Si Bengal memandang kebawah dan terkejut kala menyadari kalau mereka sudah
berhasil membawanya terbang jauh dari kompleks Keraton Barat.
"keparat...! apa mau kalian sebenarnya...?"
Sang Pemuda terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dri jerat rantai
dikakinya. Tanpa terasa kedua Kelelawar Penyiksa Batin tersebut telah terbang melintasi
Danau Situ Halimun yang penuh Kabut.
Lowo Srindi yang pertama menyadarinya
dan dia tiba-tiba panik kala menyadarinya!
"Ireng...! Kita harus berbelok...! Kita sudah memasuki Kawasan Telaga Terlarang!"
Lowo Ireng pun baru menyadarinya namun sekejap dia tersentak kala dirasakan
puluhan hawa tendangan muncul dari bawah!
Rupanya Bayu Kusuma dengan menggunakan rantai yang mengikat kakinya menggunakan
rantai tersebut sebagai satu tumpuan untuk melesat keatas dan melancarkan jurus
tendangan kebanggaannya. Jangan Marah! "Dasar Anak Keparat...!" bentak Sang Kelelawar manakala enersi tendangan
menghantam sekujur tubuhnya.
Lowo Ireng memutar cakarnya dan membalas menghantam Bayu Kusuma!
Cakar Penyesat Batin! Bayu Kusuma terhempas! Ikatan pada kakinya terlepas sehingga tubuh Si Bengal
terhempas jatuh kearah Telaga Situ Halimun!
"Den Bayuuuu.....!" teriak Kucing Botak keras kala melihat Si Bengal terhempas
jatuh kedalam Telaga Berkabut dibawahnya!
BERSAMBUNG Bagaimana Kisah Bayu Kusuma dan Kucing Botak selanjutnya" Mampukah Si Bengal
selamat setelah terjatuh ke dalam Telaga Situ Halimun"
Lalu bagaimana dengan kisah Pangeran Alis Empat dan Sudawirat Si Tabib Cilik
selanjutnya" Tunggu episode berikutnya!
Episode Berikut: Pedang Bilah Bambu "Sebilah Pedang yang Bukan Pedang"
Itu juga kalau saya lagi kepengen nulis and ada waktu....
He.he.he.... Yang sabar ya... Sumpah Palapa 9 Dewa Arak 16 Pewaris Ilmu Tokoh Sesat Pendekar Pemanah Rajawali 2
^