Pencarian

Sepasang Naga Lembah Iblis 2

Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


seorang sakti untuk membunuhnya , bahkan lalu orang sakti yang bernama Toang-beng Kiam-ong Lui
Tat itu mendapat tugas untuk
mengejar dan mencari kakek Yang Kok It yang melarikan diri bersama cucunya yang
bernama Yang Cien . Akhirnya
pengejaran dihentikan karena tidak terdengar lagi berita tentang kedua orang itu
. Toat-beng Giam-ong Lui Tat yang berjasa membunuh Yang Koan sekeluarga , oleh
para pejabat lalu dihadapkan kaisar dan diberi pujian sehingga kakek ini lalu di
angkat menjadi penasehat militer yang tentu saja memiliki kedudukan yang tinggi
di kota raja . Pada suatu siang udara sangat panas karena musim panas sedang berada di tengah-
tengah . Panasnya udara membuat orang segan keluar dan kedai-kedai minuman di
penuhi tamu yang akan melepas dahaga .
Seorang pemuda memasuki kedai minuman itu . Dia
seorang pemuda tinggi besar , mukanya agak gelap seperti muka yang banyak
terbakar matahari , pakaiannya seperti pakaian orang dusun namun bersih .
Rambutnya yang panjang dibiarkan terjurai ke belakang punggung , di ikat dengan
sehelai kain putih dan punggungnya yang lebar menggendong sebuah buntalan
panjang . Orang ini mendatangkan kesan kokoh kuat sehingga tidak ada yang berani
untuk mencoba mengganggunya . baru kedua lengannya saja yang nampak tersembul
keluar dari lengan bajunya yang di gulung , nampak kekar berotot sebesar jari
tangan . Usianya sekitar duapuluh satu tahun dan begitu memasuki kedai minuman
itu dia 59 langsung memesan minuman kepada pelayan . Suaranya
besar dan dalam , kata-katanya singkat saja . Pemuda ini bukan lain adalah Cian
Kauw Cu atau Akauw . Perantauannya membawa dia ke kota raja Tiang-an di
siang hari itu dan biarpun dia amat menganggumi besarnya dan indahnya rumah-
rumah di sepanjang jalan yang dilaluinya
, namun dia tidak memperlihatkan kekaguman dan
keheranannya . Kini dia sudah terbiasa melihat banyak orang , sungguh pada waktu pertama kali
memasuki sebuah dusun dan melihat begitu banyaknya manusia , dia menjadi panic
dan gentar juga . Apalagi ketika pertama kali melihat wanita muda , dia sampai melotot
memandanginya dan wanita itu menjadi ketakutan lalu melarikan diri . Tak di
sangkanya bahwa bangsanya ada juga betinanya , dan begitu mempesona ! Akan
tetapi karena sebelumnya dia sudah banyak mendengar keterangan Yang Cien , maka
keheranannya tidaklah begitu mengubah sikap dan wataknya . Dia harus sopan
terhadap wanita , demikian ajaran suhengnya . Sopan itu berarti tidak menegur
mereka kalau tidak kenal , tidak memandang terlalu lama , dan tidak mendekati
mereka . Kecuali kalau sudah berkenalan .
" Pelayan , cepat sediakan the dingin untukku ! Aihh , panasnya !" suara nyaring
ini menarik perhatian Cian Kauw Cu
. Dia segera menengok dan hamper saja dia tertawa . Seorang pemuda , melihat
bentuk tubuhnya yang ceking tentu masih remaja , akan tetapi sikapnya seperti
seorang yang sudah dewasa saja , memasuki kedai itu lalu memilih tempat kosong
, tak jauh dari tempat duduk Kauw Cu . Dan begitu the yang dipesannya tiba , dia
lalu mengangkat sebelah kakinya ke atas bangku dan minum dengan lahapnya . Kauw
Cu tersenyum dan kebetulan pemuda remaja itu juga memandang
kepadanya . Mereka saling pandang dan Kauw Cu melihat betapa sepasang mata itu
memiliki senar tajam penuh selidik dan manik matanya bergerak gerak amat
cepatnya , 60 menunjukkan kecerdasan otaknya .
" Hemm , kalau orang tersenyum-senyum sendiri tanpa
sebab itu namanya orang gila . Ku harap engkau masih waras
, sobat . Kenapa engkau tersenyum-senyum sendiri yang menatap aku seperti itu ?"
. Pertanyaan inipun di anggap lucu oleh Kauw Cu . " Aku tersenyum melihat engkau
minum begitu lahapnya , sobat .
Agaknya engkau sudah haus sekali " .
" Siapa tidak haus dalam hawa sepanas ini ?" kata pemuda itu dan selanjutnya dia
tidak memperdulikan lagi kepada Kauw Cu yang juga sudah mengalihkan perhatiannya
kepada minumannya . Yang Cien menasehati bahwa dia tidak boleh usil , tidak boleh
mencampuri urusan orang lain . Inipun demi menjaga kesopanan dan menjauhkan
percekcokan . Dan melihat bahwa di meja lain duduk seorang yang
melihat pakaiannya seperti seorang pembesar , bersama tiga orang yang berpakaian
seperti ahli silat , mungkin tukang-tukang pukulnya . Pembesar itu dengan alis
berkerut melirik kea rah pemuda yang nongkrong mengangkat sebelah kakinya sambil
minum the dengan suara berseruputan dan agaknya dia tidak senang sekali . Lalu
dia berbisik kepada seorang pengawalnya yang bertubuh tinggi besar bermuka
bopeng . Biarpun dia berbisik , namun Kauw Cu dapat mendengar
bisikan itu . Telinganya sudah terlatih baik , bersatu dengan nalurinya .
" Beri hajaran kepada anak muda kurang ajar itu dan
lempar dia keluar !" . kata sang pembesar kepada tukang pukulnya yang bertubuh
tinggi besar . Tukang pukul ini lalu bangkit . Tubuhnya memang tinggi besar , lebih tinggi
dibandingkan tubuh Kauw Cu sehingga mengingatkan Kauw Cu akan seekor biruang ,
musuh utamanya di hutan . Si Biruang itu lalu menghampiri pemuda tadi dan menghardik .
61 " bocah liar ! Di sini terdapat seorang pembesar , dan engkau duduk nongkrong
mengangkat kaki seperti monyet , minum berseruputan seperti babi !" .
Pemuda itu sama sekali tidak nampak ketakutan di hardik dan dimaki seperti itu ,
malah membelalakkan matanya dan nampak keheranan .
" Aih , aih .... Engkau ini mabok ,ya " Di sini tempat umum , aku boleh
nongkrong , boleh duduk sesukaku , aku tidak merugikan orang lain kenapa rebut-
ribut ?" . Si muka bopeng menggerakkan tangannya , memegang
leher baju bagian belakang pemuda remaja itu dan
mengangkatnya tinggi-tinggi , sehingga tubuh pemuda itu tergantung . " Engkau
banyak membantah , ya " Hayo pergi dari sini .... !" .
Dia membawanya keluar dan hendak melemparkan tubuh
pemuda itu ketika Akauw sudah datang menghadangnya .
" Sobat , anak ini tidak bersalah apa-apa , tidak merugikan siapa-siapa , harap
jangan di ganggu " .
Menghadapi pemuda yang membela anak itu , si muka
bopeng menjadi marah sekali . Dia melepaskan anak muda itu yang segera lari ke
belakang meja untuk berlindung .
" Jahanan busuk , engkau tidak tahu aku siapa , ya " Aku pengawal Gu-taijin ,
jaksa di sini tahu ?" .
" Maaf , aku memang tidak mengenalmu , sobat . Dan aku tidak mencari keributan .
Aku hanya minta agar engkau jangan memukul anak yang tidak bersalah itu " .
" Baik , kalau aku tidak boleh memukul dia , aku akan memukulmu ! " .
Setelah berkata demikian , si muka bopeng menggerakkan tangan kanannya yang
dikepal sebesar kepala anak-anak itu meluncur dan menghantam kea rah muka
Akauw . Dengan 62 tenang Akauw menggerakkan tangan kirinya , menyambut
kepalan tangan kanan lawan itu dan mencengkramnya .
" Auuwww .... !" si muka bopeng berteriak kesakitan , akan tetapi dasar dia tidak
tahu diri , kini tangan kirinya melayang kea rah kepala Akauw .
Akauw menggunakan tangan kanannya menyambut dan
menangkap kepalan kiri itu dan kini kedua tangan lawan itu berada dalam
genggamannya dan si muka bopeng mengaduh-aduh karena dia merasa kedua kepalan
tangannya remuk . Akauw lalu mendorongnya ke belakang karena pada saat itu , dua orang pengawal
yang lain sudah menerjangnya . Akan tetapi kedua orang itu terbelalak ketika
tiba-tiba saja orang yang mereka serang itu menghilang . Kiranya Akauw
melompat dengan cepat sekali ke atas dan bergantung kepada tiang , kemudian
selagi kedua orang tukang pukul itu
kebingungan , dia pun meloncat turun ke belakang mereka , kedua tangannya
menjambak rambut kepala mereka dan
mengadukan dua buah kepala itu , tidak terlalu keras akan tetapi cukup membuat
kepala itu benjol dan bermunculan ribuan bintang yang membuat kedua orang itu
pening dan terkulai . Untung Akauw masih ingat untuk tidak membunuh orang .
Kalau terlalu keras dia mengadukan kepala itu sudah pecah dan tentu saja
orangnya mati . Geger di kedai minuman itu . Melihat ketiga tukang
pukulnya sudah roboh , si tinggi besar masih berjingkrak karena kedua tangannya
terasa nyeri , kiut miut rasanya dan kedua orang yang masih duduk memegangi
kepala yang rasanya seperti berputar-putar . Jaksa itu pun tahu diri dan bangkit keluar dari
kedai meinuman . Akan tetapi sebelum keluar , sesosok bayangan menyelinap dan
pemuda remaja itu sudah berdiri di depannya .
" Heii , jaksa . mau kemana kau " sudah membikin kacau hendak menghina orang ,
kini mau pergi begitu saja ?" .
Jaksa yang gendut itu menjadi marah . Dia memang gentar 63
menghadapi Akauw , akan tetapi bocah kurang ajar yang ceking ini tentu saja
tidak membuatnya takut . " Minggir , bocah setan atau ku pukul kepalamu !"
bentaknya . " Wah , malah mau pukul " Kepalan tahumu itu bisa
memukul . Coba hendak ku rasakan kepalan tahumu itu .
Jangan - jangan untuk memukul kepalaku malah remuk !" .
Di ejek begitu sang jaksa lalu mengerahkan seluruh
tenaganya mengayun kepalan tangan kanannya memukul
kepala anak itu , akan tetapi tiba-tiba bocah itu merendahkan tubuhnya sehingga
pukulan itu luput dan tubuhnya terbawa oleh tenaga pukulan terhuyung ke depan .
Tubuh yang perutnya gendut itu terhuyung , maka ketika kaki pemuda itu mengganjal kakinya ,
tanpa dapat di cegah lagi tubuhnya jatuh menubruk meja di depannya . Celakanya ,
tamu meja depan itu memesan semangkok besar bubur ayam yang masih panas dan
ketika roboh menelungkup , muka si jaksa masuk ke dalam mangkok besar bubur ayam
sehingga berlepotan bubur panas . Dia mengaduh-aduh dan menjerit-jerit seperti
babi di sembelih . Akauw merasa tangannya di pegang orang dan ternyata
pemuda remaja itu yang memegang tangannya , " Hayo cepat
, kenapa bengong melulu " Apa engkau kepingin mati ?" .
" Kepengin mati " Tentu saja tidak !"
" Kalau tidak , hayo cepat ikut aku !" .
Pemuda remaja itu lalu menggandeng tangannya dan
menariknya berlari keluar dari kedai minuman itu . " Nanti dulu " , Akauw
membantah . " Aku belum membayar harga minumanku " .
" Alaa , biarkan pembesar gendut itu yang membayarnya .
Hayo cepat kita lari " .
Akauw membiarkan saja dirinya ditarik dan dibawa lari .
64 Mereka pergi keluar kota dan memasuki sebuah kuil tua kosong yang berada diluar
kota raja . Barulah pemuda remaja itu melepaskan tangannya dan dia terengah-
engah , duduk di lantai bersandarkan dinding tua .
Akauw juga ikut duduk di depannya , bersila . " Eh , sobat cilik , kenapa kau
bilang aku tadi kepengin mati " Apa yang kau maksudkan " Dan kenapa pula engkau
mengajakku lari-lari seperti ini dan bersembunyi di tempat ini ?" .
" Wah , engkau tidak mengerti , ya " Kok Tolo benar sih kau ini " Tubuhmu saja
besar akan tetapi engkau bodoh sekali
" . Heran . Akauw tidak marah bahkan merasa geli . Biarpun dimaki , akan tetapi cara
memaki pemuda itu terdengar lucu , karena sikapnya bukan seperti orang yang
menghina atau merendahkan , melainkan seperti seorang nenek memarahi cucunya !.
" Memang aku bodoh . Nah , katakana mengapa " ".
" Kau tahu " Orang gendut tadi seorang jaksa ! Kau tahu apa itu jaksa ?" .
Akauw mengingat-ingat . Setahunya , jaksa itu seorang pembesar yang bekerja di
pengadilan . " Seorang jaksa itu orang yang menuntut seseorang penjahat agar di
adili dan di hukum . Seorang jaksa menentang kejahatan " .
-oo0dw0ooo- Jilid 3 " Itu jaksa yang baik . Akan tetapi Gu-taijin itu bukan seorang jaksa yang
baik . Dia malah menghukum orang baik-baik yang tidak bersalah , membenarkan
orang jahat asal orang jahat itu memberinya uang . Dia sewenang-wenang
menggunakan kekuasaannya , memaksakan kehendaknya
65 seperti kaulihat tadi di kedai minuman . Dia mempunyai banyak tukang pukul untuk
menyiksa orang , untuk memaksa orang yang tidak bersalah membuat pengakuan palsu
. " Hemmm , kalau begitu dia jahat sekali , sudah pantas diberi hajaran . Akan
tetapi mengapa engkau membawa aku pergi melarikan diri ?" .
" Karena , seperti kataku tadi , dia berkuasa dan
mempunyai banyak pengawal . Dia tentu tidak akan tinggal diam dan kalau kita
tidak cepat lari , sampai dia memanggil banyak pengawalnya , kita dapat saja di
fitnah sebagai pemberontak dan di hokum mati " .
" Wah , kalau begitu kita tidak semestinya lari dari sana .
Kita bahkan harus menghukum jaksa jahat itu sampai dia jera berbuat kejahatan
lagi . " Berkata demikian , Akauw
mengepal kedua tinju tangannya dan mengamangkan tinjunya
. Pemuda remaja itu memandang kagum , lalu dengan kedua tangannya dia memegang dan
menekan untuk mencoba kekerasan lengan Akauw yang berotot itu .
" Hemm , engkau memang kuat . Bukan main , lenganmu
seperti besi baja saja . Akan tetapi , engkau tadi mampu merobohkan tiga orang
tukang pukul , apakah engkau mampu mengalahkan tiga puluh orang , atau bahkan
tiga ratus orang " Engkau akanmenghadapi ribuan atau puluhan ribu pasukan dan hendak ku lihat
engkau akan bisa berbuat apa " .
" Apakah ada pemberontak-pemberontak seperti itu , sobat
?" . " Kenapa tidak ada " Banyak sekali ! "
" Kenapa " Tentu untuk merebut kekuasaan . Dan satu
antara lain sebabnya adalah pembesar-pembesar tidak becus seperti jaksa itu .
Mereka berbuat tidak adil sehingga membuat orang menjadi penasaran dan
memberontak . 66 Pemberontakan seperti itu harus di basmi karena
menimbulkan perang yang akan menyusahkan rakyat saja " .
" Sobat , engkau ini masih kecil akan tetapi otakmu cerdas sekali , mengetahui
banyak hal !" kata Akauw kagum .
" Dan engkau ini besar , kuat dan pandai silat akan tetapi lagakmu begini
bodoh . Siapa sih namamu ?".
" Namaku Cian Kauw Cu , akan tetapi engkau boleh
menyebutku Akauw saja , seperti di sebut oleh orang-orang yang baik kepadaku .
Dan siapa namamu ?" " Aku bermarga Bi namaku Soan " .
" Bi Soan " Namamu indah , memang engkau tampan
seperti bulan " , puji Akauw .
" Tampan seperti bulan " Mana ada seorang laki-laki
tampan seperti bulan ?" .
" Tapi engkau memang tampan , aku suka sekali padamu , Bi Soan " , kata Akauw .
" Engkau pintar , tidak seperti aku yang bodoh " .
" Hem , aku juga suka padamu , engkau kuat , pandai
bersilat , dan juga jujur sekali . Terlalu jujur sehingga nampak bodoh . Akan
tetapi aku tidak mengatakan engkau bodoh , engkau seperti orang yang berpura-


Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pura bodoh saja " . " Sudahlah , Bi Soan . Sekarang aku harus pergi . Kalau kau anggap berbahaya
kembali ke kota ,aku akan pergi
meninggalkan Tiang-an , aku tidak suka tempat itu karena terlalu ramai , terlalu
bising " . " Engkau hendak kemana , Akauw ?" .
" Melanjutkan perantauanku . Sudah setahun aku merantau dan baru hari ini aku
bertemu dengan seorang yang baik seperti engkau . Selamat tinggal " .
" Selamat jalan , Akauw . Sampai berjumpa kembali .... " .
67 Akauw sudah meninggalkan kuil itu dan tidak kembali ke Tiang-an , melainkan
melanjutkan perjalanan ke timur . Dia tidak tahu bahwa dari belakang kuil itu
berkelebat bayangan hitam yang membayanginya dari jauh . Juga dia tidak tahu
bahwa Bi Soan nampak melamun setelah dia pergi .
" Bukan main ! Orang yang kuat dan mengagumkan sekali , sayang dia bodoh , kalau
tidak .... Hemmmm .... "
Bi Soan lalu pergi dari kuil itu , kembali ke kota Tiang-an dengan sikap
seenaknya , seolah dia sama sekali tidak takut kalau-kalau akan bertemu dengan
tukang pukulnya Jaksa Gu .
**** Ketika Akauw berjalan sampai di tepi hutan yang sunyi , dia melihat seekor
kijang . Timbul nalurinya untuk berburu , apalagi perutnya memang sudah lapar
dan di tempat sunyi seperti itu tentu saja tidak mungkin dapat membeli makanan .
Dia lalu melompat jauh dan melakukan pengejaran . Kijang itupun mendengar suara
orang mengejar , diapun melompat jauh ke depan memasuki hutan , Akauw lalu
meloncat ke atas pohon dan melakukan pengejaran melalui pohon-pohon .
Dengan cara ini , kijang tidak dapat mencium baunya dan tidak tahu bahwa
pemburunya sudah berada di atasnya .
Semua ini tidak lepas dari pengamatan orang yang
membayangi Akauw . Orang itu seperti kakek yang usianya tentu lebih dari
enampuluh tahun , bertubuh pendek kecil akan tetapi mempunyai gerakan yang
ringan sekali sehingga Akauw tidak tahu bahwa sejak dari kuil tadi orang itu
membayanginya . Bahkan ketika dia melakukan pengejaran terhadap kijang , orang
itu tetap membayanginya , walaupun tidak seperti dia meluncur dari pohon ke
pohon . Orang itu berlari seperti terbang saja , menyelinap dari pohon ke pohon
lain dan terus membayangi kemana saja Akauw pergi .
Setelah tiba di atas kijang itu , Akauw mengeluarkan pekik seperti ketika dia
masih hidup di antara kera-kera itu dan 68
tubuhnya meluncur dari atas pohon , tepat menimpa
punggung kijang itu . Kijang itu kaget ,meronta , namun lehernya telah di pegang
oleh sepasang tangan yang amat kuat dan kepalanya di punter , maka robohlah
kijang itu , tidak bergerak lagi , mati seketika .
Akauw mengeluarkan suara penuh kemenangan yang
terdengar seperti lengking panjang , kemudian dia membuat api unggun dan tak
lama kemudian dia sudah memanggang daging kijang muda yang sedap dan lunak .
Sepasang mata yang mengintainya kini berkedip-kedip dan mulut kakek kecil itu
berliur ketika bau sedap daging kijang panggang itu menyerang hidungnya .
Dia lalu keluar dari tempat sembunyi sambil terkekh .
Akauw terkejut bukan main . Dia melompat berdiri saking kagetnya . Bagaimana dia
tidak dapat mendengar ada orang yang berada begitu dekat dengannya " .
" He-he-he , anak muda , bolehkan aku mendapatkan
sedikit daging kijang yang kau panggang itu ?".
" Ah , tentu saja , paman , tentu saja . Mari , silahkan duduk , paman danmari
silahkan makan bersamaku " , Akauw sudah hilang kagetnya dan dengan ramah dia
menyilakan orang itu duduk menghadapi api unggun .
" Terima kasih " , orang itu memandang Akauw yang
membolak-balik daging kijang yang sedang di panggangnya . "
Engkau siapakah , anak muda ?" .
" Namaku Cian Kauw Cu , paman . Dan paman siapakah
dan bagaimana dapat berada di hutan yang amat lebat ini ?" .
" Aku " ha-ha-ha , aku memang seringkali berkeliaran di hutan ini dan kebetulan
melihat engkau memanggang daging kijang . Wah , , sudah masak rupanya " .
Akauw lalu mematahkan sebagian paha kijang dan
menyerahkannya kepada tamunya yang memakan dengan
69 lahapnya . Mereka makan daging panggang rusa itu tanpa berkata-kata . Setelah
kenyang , kakek itu mengeluarkan seguci arak , lalu minum dari guci itu dengan
suara menggelogok . Lalu dia menyerahkan guci itu kepada Akauw .
" Nah , sebagai pengganti pemberianmu daging rusa ,
minumlah arak ini , orang muda " .
" Terima kasih ,paman . Akan tetapi , aku tidak pernah minum arak . Aku hanya
minum air the atau air putih saja " .
Mendengar jawaban ini , kakek itu bangkit berdiri dan tertawa terkekeh-kekeh . "
He-he-he , orang begini gagah perkasa , minumnya hanya air the atau air putih
saja , seperti seorang gadis pingitan . Ho-he-heh-he , engkau menolak arak
pemberian Thian-te Ciu-kwi ( Setan Arak Langit Bumi ) , itu berarti penghinaan .
Orang muda , hayo kau harus mampu melawanku sebanyak sepuluh jurus . Kalau tidak
mampu , engkau mampus karena berani menghina aku !" .
Akauw juga bangkit berdiri dan sepasang alis yang tebal itu berkerut .
" Paman , siapa yang menghina " Aku menolak karena
memang tidak suka minum arak " .
" He-he-he , suka tidak suka harus minum kalau sudah ku beri . Engkau akan
mampus kalau tidak dapat bertahan lebih dari sepuluh jurus " . Setelah berkata
demikian , kakek itu sudah menyerangnya dengan guci araknya yang terbuat dari
pada baja . Akauw terkejut karena serangan itu hebat sekali . Dari angina suara serangan itu
saja dia tahu bahwa kakek itu menggunakan tenaga yang luar biasa besarnya .
Cepat dia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri .
" Kakek , engkau jahat sekali ! Engkau hendak membunuh orang yang tidak
berdosa " Engkau jahat dan patut di hajar !"
kata-kata terakhir ini di dapatnya dari suhengnya yang mengharuskan dia
menghajar orang yang jahat . Setelah 70
berkata demikian , diapun membalas dengan pukulan
tangannya dan otomatis ia menggerakkan pukulan dari ilmu Bu-tek Cin-keng .
" Siiuuttt ..... ! " Angin besar melanda kakek itu dan
membuat si kakek berjungkir balik dan mengeluarkan seruan kaget .
" Ehhh , ilmu apa ini " Engkau hebat juga , orang muda ! "
katanya dan kembali dia menyerang . Hebat memang
serangan kakek kecil itu . Bukan saja tenaganya amat besar , akan tetapi juga
kecepatan gerakannya mengangumkan .
Kembali Akauw mengelak dengan lompatan ke belakang dan untuk kedua kalinya dia
menyerang dengan menggunakan
jurus dari Bu-tek Cin-keng . Terdengar lagi suara berciutan yang amat dahsyat
dan biarpun kakek itu sempat menghindar
, namun dia semakin kagum .
" Berhenti dulu , orang muda !" kata kakek itu .
Dengan girang Akauw berhenti . " Paman , engkau tidak boleh jahat begitu karena
kulihat engkau seorang yang pandai
, kenapa menggunakan kepandaian untuk membunuh orang
?" . " He-ho-ho-ho , baiklah aku tidak membunuh orang .
Sekarang kita ganti taruhannya . Bukan nyawa lagi , akan tetapi dengan
perjanjian bahwa kalau engkau mampu
bertahan seranganku selama dua puluh lima jurus , aku akan membebaskanmu , akan
tetapi kalau engkau kalah sebelum dua puluh lima jurus , engkau harus menjadi
muridku selama beberapa tahun . Bagaimana ?" .
Akauw juga bukan orang bodoh , akan tetapi jalan
pikirannya memang sederhana sekali . Kalau dalam dua puluh lima jurus kakek ini
mampu mengalahkannya , berarti dia lihai sekali dan apa salahnya menjadi murid
seorang lihai selama beberapa tahun " Dia tidak akan rugi malah untung ! .
" Baiklah , paman . Mari kita mulai !" .
71 " Lihat pukulan jurus pertama !" bentak kakek itu dan kini dia menyerang dengan
loncatan bagaikan burung wallet .
Mula-mula tubuhnya melayang ke atas , kemudian dia
menukik dan menyerang dengan kedua tangannya kea rah
kepala Akauw . Akauw bersikap tenang , dia tetap menggunakan Bu-tek
Cin-keng untuk menyambut serangan , kedua tangannya
membuat gerakan menggunting ke atas untuk menyambut
serangan yang dahsyat itu .
" Desss .... !" Dua pasang tangan bertemu di udara . kakek itu berjungkir balik
beberapa kali dan tubuh Akauw terhuyung
, merasa nyeri pada kedua pundaknya karena tadi dirasakan seolah dia telah
menahan benda yang beratnya ribuan kati ! .
" He-he-he , ilmu yang hebat ! Sungguh ... hebat ... !"
kakek itu memuji dan diapun mulai menyerang lagi . Akauw juga mengerahkan tenaga
dan kepandaiannya untuk melakukan perlawanan , juga kalau sempat dia balas
menyerang dengan tak kalah hebatnya . Berkali-kali kakek itu mengeluarkan seruan
kaget dan heran , akan tetapi
bagaimanapun juga , kakek ini adalah seorang datuk dari daerah timur , maka
tentu dibandingkan dengan Akauw , dia menang banyak dalam hal pengalaman
bertandaing . Setelah beberapa kali mengadu tenaga , tahulah dia bahwa biarpun
ilmu silat yang dimainkan pemuda itu amat aneh dan hebat bukan main , namun
pemuda itu masih belum dapat
mengimbangi kehebatan ilmu itu dengan tenaga . Tenaga sinking pemuda itu tidak
berapa hebat , dia lebih mengandalkan tenaga otot .
Pada jurus ke duapuluh dua , tiba-tiba kakek itu menyerang dengan bergulingan di
atas tanah . Hal ini membingungkan Akauw dan begitu kakek itu mengerahkan tenaga
menarik , tanpa dapat di cegah lagi , Akauw roboh terpelanting ! .
" He-he-he , baru duapuluh dua jurus engkau sudah roboh 72
. Engkau harus mengaku kalah , orang muda " .
Akauw adalah seorang yang jujur . Biarpun tidak menderita nyeri , akan tetapi
dia sudah roboh dan dalam adu kepandaian itu berarti kalah . Maka dia lalu
merangkap kedua tangan memberi hormat .
" Aku mengaku kalah , paman " .
" Husshhh , kenapa menyebut paman " Engkah kalah dan
engkau mulai saat ini harus menjadi muridku , tahu " Nah , engkau harus menyebut
suhu kepadaku dan menaati semua perintahku " .
" Baik , suhu " , kata Akau taat karena dia harus
memegang janjinya . Kakek itu tertawa terkekeh-kekeh dan merasa girang sekali
. Bukan girang karena mendapatkan murid saja , melainkan terutama sekali dia
mendapatkan sebuah ilmu silat aneh melalui muridnya ini . Bagus , bagus ! Siapa
namamu , muridku ?" .
" Suhu , namaku Cian Kauw Cu dan biasa di sebut Akauw saja " .
" Ha-ha-ha , aku sudah melihatmu tadi . Cocok nama itu dengan sepak terjangmu ,
he-he . Akauw mulai sekarang , engkau harus ikut denganku untuk memperdalam ilmu
silatmu . Sebelum ku nyatakan tamat belajar , engkau tidak boleh meninggalkan aku ,
mengerti ?" . " Baik , suhu " .
" Buntalanmu itu , apa isinya ?"
" Pakaian dan pedang , suhu " .
" Hem , coba ku lihat engkau bermain pedang " , katanya lagi .
Akau menurut dan dia mengeluarkan sebatang pedang dari 73
buntalan pakaiannya . Sarung pedang itu sederhana sekali dan si kakek sudah
menganggap rendah pedang itu . Akan tetapi ketika Akauw mencabutnya , kakek itu
terbelalak karena ada sinar hitam yang membuatnya bergidik ! .
" Tahan dulu , pedangmukah itu " Apa nama pedang itu , Akauw ?" Sungguh pemuda
ini mempunyai banyak kejutan , pikirnya .
" Namanya Hek-liong-kiam , suhu " .
" Coba , aku ingin melihatnya " .
Ketika menerima pedang itu dari tangan Akauw , Thian-te Ciu-kwi merasakan
jantungnya berdebar tegang . Dia pernah mendengar dongeng tentang sepasang
pedang putih dan hitam yang di sebut Pek-liong-kiam dan Hek-liong-kiam . Akan tetapi selama
ratusan tahun pedang-pedang itu tidak pernah keluar dari dunia kang-ouw dan
sekarang tahu-tahu berada di tangan pemuda yang seperti monyet ini ! .
" Akauw , darimana engkau memperoleh pedang ini ?"
tanyanya , sambil memandang penuh selidik .
Akauw teringat akan pesan suhengnya . " Sampai
bagaimanapun , jangan sekali-sekali membuka rahasia tempat ini kepada orang lain
, sute . Baru emas itu saja dapat menimbulkan malapetaka kalau terjatuh ke
tangan orang jahat " . " Akan tetapi , aku harus bilang apa , suheng " Aku tidak dapat berbohong " ,
bantahnya . " Katakan saja engkau mendapatkan disebuah guha dank
au sudah lupa lagi tempatnya . Sekali waktu berbohong boleh asal bukan untuk
menipu orang , sute " .
Demikianlah , teringat akan pesan suhengnya , Akauw lalu berkata , " Aku
mendapatkannya dari guruku , suhu " .
" Juga ilmu silatmu yang aneh itu ?"
74 " Benar , suhu " .
" Dan siapa gurumu itu ?"
" Guruku sudah mati , namanya adalah Yang Kok It " .
Kakek kecil itu membelalakan matanya yang kecil . " Yang Kok It , bekas Panglima
itu " Tahukah engkau bahwa dia adalah seorang bekas panglima yang buron dan
menjadi kejaran orang . Dan tahukah engkau bahwa dia mempunyai seorang cucu pula "
Apakah engkau cucunya itu ?" .
" Ah , bukan suhu . Aku tidak tahu tentang cucunya . Suhu sudah meninggal
dunia , dan aku sudah tidak mempunyai ayah ibu atau saudara lagi " .
Kakek kecil itu berpikir . Agaknya tidak mungkin kalau bocah ini cucu Yang Kok
It . Bocah ini lagaknya seperti orang hutan saja , walaupun ilmu silatnya hebat
dan pedangnya lebih hebat pula .
" Nah , kau mainkan pedang itu !" katanya .
Akauw segera bermain pedang . Akan tetapi berbeda
dengan Yang Cien yang dapat mengubah ilmu pedang dari ilmu Bu-tek Cin-keng ,
Akauw hanya dapat memainkan ilmu pedang yang pernah dia pelajari dari Yang Kok
It , yaitu ilmu pedang Gobi-pai . Yang Kok It adalah seorang murid Gobi-pai .
Melihat ini , kakek itu kecewa . Dibandingkan ilmu silat tangan kosongnya , ilmu
pedang pemuda ini tidak ada artinya
, dan permainan pedang dengan ilmu pedang Gobi-pai itu membenarkan keterangannya
bahwa dia murid Yang Kok It .
" Cukup , simpan pedangmu baik-baik . Pedang itu amat berharga dan jangan sampai
terjatuh ke tangan orang lain , Akauw " , katanya .
" Mari kita berangkat , tempat tinggalku di puncak bukit sana itu " .
Datuk sesat seperti Thian-te Ciu-kwi tentu saja tidak 75
bersungguh-sungguh ingin mengambil murid seperti Akauw .
Dia ingin mengambil murid Akauw karena ingin mempelajari ilmu silat tangan
kosong yang dimainkan Akauw tadi . Harus dia akui , bahwa kalau Akauw lebih
matang ilmunya , agaknya akan sukar baginya untuk dapat mengalahkan ilmu pemuda
itu . Apalagi setelah melihat Hek-liong-kiam . Tentu saja kini tidak hanya ilmu
silat pemuda itu yang ingin dia peroleh , akan tetapi juga pedang hitam itu !
Akan tetapi dia harus bersabar karena ilmu silat itu harus dia pelajari satu
jurus demi satu jurus . Dan untuk membuat pemuda itu tidak curiga
kepadanya , dia harus benar-benar mengajarkan sin-kang dan ilmu lain kepadanya .
Kalau pemuda itu kelak menyenangkan hatinya , bukan hanya ilmu pedang dan pedang
itu yang dapat menjadi miliknya , akan tetapi pemuda pemuda itupun dapat
dijadikan pembantu yang amat berguna .
Demikianlah , mulai hari itu Akauw menjadi murid Thian-te Ciu-kwi , dia tidak
tahu bahwa gurunya adalah seorang datuk sesat yang amat jahat dan kejam .
***** Baru setahun Akauw tinggal bersama Thian-te Ciu-kwi di


Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puncak bukit itu , dia sudah merasa tidak betah sama sekali .
Watak kakek itu mulai kelihatan . Setiap harinya hanya minum arak sampai mabok
dan kalau sudah begitu dia memaksa
Akauw untuk berulang-ulang melakukan jurus ilmu silat dari Bu-tek Cin-keng ,
mengulang dan mengulanginya lagi . Kakek itu merasa mendapatkan ilmu yang aneh
dan sukar bukan main . Rasanya ada sesuatu yang salah dalam ilmu silat itu ,
akan tetapi harus diakuinya bahwa ilmu itu amat dahsyat .
Maka agak sukarlah baginya untuk dapat mengerti inti sari ilmu itu .
Dia juga mengajarkan Samadhi kepada Akauw dan justeru Akauw paling tidak suka
pelajaran ini yang di anggapnya tidak berguna dan membuang-buang waktu saja .
Pada suatu hari datanglah seorang tamu di puncak itu .
76 Tamu ini seorang kakek berusia enampuluh tahun , tinggi besar , raksasa hitam
karena kulitnya amat hitam . Dia membawa sebatang golok yang punggungnya seperti
bentuk gergaji , pakaiannya mewah dan agaknya dia seorang pejabat tinggi ,
karena kedatangannya di iringkan selusin pasukan pengawal .
Begitu melihat orang ini , Thian-te Ciu-kwi bersorak
gembira . " Haiii , sahabatku yang baik , Toat-beng Giam-ong Lui Tat
, angina apa yang meniupmu ke sini " " .
" Thian-te Ciu-kwi , angin baik yang membawaku ke sini , dan ku lihat engkau
masih menjadi setan arak seperti dulu " .
" He-he-he , dan engkau menjadi seorang pejabat tinggi yang dimuliakan orang
agaknya . Amboiii !" .
" Dan kedatangku ini untuk memberi bagian kemuliaan
yang sama kepadamu , Ciu-kwi . Aku menawarkan kedudukan yang baik bagimu kalau
engkau mau ikut bersamaku ke kota raja menghadap Sri baginda Kaisar " .
" Hemm , mari kita duduk dan bicara di dalam , Giam-ong "
. Kedua sahabat itu bergandeng tangan , seorang raksasa tinggi besar dan seorang
yang pendek kecil , lalu memasuki pondok Ciu-kwi . Raksasa itu berteriak
menyuruh anak buahnya beristirahat agak jauh dari situ agar jangan
mengganggu percakapan mereka .
Ketika berada di dalam dan melihat Akauw , Giam-ong
mengerutkan alisnya . " Siapa dia , Ciu-kwi ?" .
" Ha-ha , dia muridku yang baik , Giam-ong . Eeh , Akauw , cepat memberi hormat
kepada sahabatku ini . Engkau harus menyebutnya taijin karena dia pejabat tinggi
dari kota raja " . " Heh , kalau dia muridmu tidak perlu memakai banyak
peraturan , Ciu-kwi . 77 Orang muda , sebut saja aku locianpwe " .
" Selamat datang , locianpwe " , kata Akauw sambil
memberi hormat . " Hei , Akauw . Cepat engkau menyuguhkan arak kepada
dua belah orang pasukan pengawal sahabatku ini dan jangan engkau masuk ke sini
kalau tidak kupanggil " .
" Baik , suhu " , Akauw yang segera melaksanakan perintah itu karena suhunya
memang menyimpan banyak sekali arak , berguci-guci banyaknya .
" Sejak kapan engkau menjadi antek orang Mongol , Giam-ong ?" Tanya Ciu-kwi
dengan nada suara mengejek .
" Hush , jangan berkata demikian . Kaisar-kaisar bangsa kita tidak becus
memerintah . Buktinya , selama berabad mereka itu hanya saling serang , tiada
henti-hentinya . Sekarang , Orang Toba memerintah , dan kalau itu
menguntungkan kita , apa salahnya " Hidup satu kali haruslah dapat memetik
manfaat dari keadaan , bukan " Nah , Kaisar Julan Khan ini dapat menggunakan
tenaga kita , dan dia amat royal memberi pahala . Kalau engkau bersedia ,
asalkan datang bersamaku , engkau segera akan mendapatkan
pangkat dan memiliki kemuliaan yang belum pernah kau
impikan sebelumnya . daripada engkau di sini hidup bersama muridmu yang nampak
ketololan itu " . " Aih , aih , jangan memandang rendah kepada muridku , Giam-ong . Dia merupakan
sumber kebesaran yang tidak
kalah oleh kedudukanmu yang mulia sekarang ini " .
" Hem , apa maksudmu ?"
" Engkau tentu tidak menyangka sama sekali bahwa dia
adalah murid Yang Kok It sebelum menjadi muridku " .
Toat-beng Giam-ong Lui Tat nampak terkejut mendengar
ini . " Ah , kalau begitu aku harus menangkapnya untuk di Tanya , dimana adanya
Yang Kok It dan cucunya , putera 78
pemberontak Yang Koan itu !" .
" Tenang , tenang dan bersabarlah , sobat . Kakek Yang Kok It telah meninggal
dunia dan dia sama sekali tidak tahu dimana adanya cucunya . Dia adalah seorang
yang lugu , akan tetapi tentang Yang Kok It itu tidak penting . Ada yang lebih
penting lagi dan engkau pasti akan tertarik sekali
mendengarnya " . " Hem , apa lagi yang penting itu ?" .
" Dia mempunyai suatu ilmu yang amat hebat , dan aku
sedang mempelajarinya . Orang ini dapat amat berguna kelak untuk membantu kita
dalam segala hal " .
" Hemm , kalau dia masih mau menjadi muridmu , ilmu
hebat apakah yang dia kuasai " " Tanya Toat-beng Giam-ong , tentu saja tidak
percaya karena kalau pemuda itu memiliki ilmu hebat tentu tidak mau menjadi
murid orang lain . " Giam-ong , untuk membuktikan omonganku tadi , mari
coba kita main-main sebentar dank au boleh menyerangku dalam tiga jurus !" .
Giam-ong adalag seorang ahli silat dan dia mengerti benar bahwa rekannya itu
tidak memiliki kepandaian silat yang terlalu istimewa akan tetapi paling hebat
hanya dapat mengimbanginya saja . Tingkat kepandaian mereka tidak berselisih
jauh , maka mendengar dia di tantang bertanding selama tiga jurus , hatinya
tertarik sekali . " Baik , hendak ku buktikan omonganmu " , katanya dan mereka berdua segera
memasang kuda-kuda . " Ciu-kwi , lihat seranganku !" katanya kemudian dan dia
menyerang dengan dahsyat , dengan kedua tangannya yang panjang besar .
Akan tetapi Thian-te Ciu-kwi tidak mengelak , melainkan meluruskan kedua tangan
menyambut dan dari kedua tangannya itu menyambar angina yang aneh , membuat Giam-ong terkejut dan
mengelak , lalu melanjutkan dengan
79 serangan jurus kedua . Kembali Ciu-kwi membuat gerakan aneh dan daya pukulan
Giam-ong meleset dengan sendirinya .
Jurus ketiga dipergunakan oleh giam-ong untuk menyerang dengan seluruh tenaganya
, menggunakan pukulan jarak jauh dengan kedua tangan terbuka . Ciu-kwi menyambut
dengan kedua tangan terbuka pula dan akibatnya . Giam-ong
terdorong mundur sampai terhuyung ! .
" Wah , ilmumu meningkat hebat , Ciu-kwi !" seru Giamong terkejut dan kagum ,
juga penasaran . " Inilah berkat aku mempelajari ilmu aneh dari muridku , Giam-ong . Ini baru
beberapa jurus saja dan amat sukar di pelajari . Nah , apakah murid seperti ini
hendak dimusnakan begitu saja " Masih ada lagi hal penting lain kecuali ilmu ini
. Dia memiliki Hek-liong-kiam " .
" Hek-liong-kiam ..... " . Kaumaksudkan pek-hek-liong-
kiam sepasang pedang kembar dalam dongeng itu ?" .
" Tidak salah . Dia memiliki Hek-liong-kiam yang katanya dia terima dari
mendiang Yang Kok It . Nah , karena itulah dia ku ambil murid dan orang macam
ini dapat kita pergunakan .
Sebagai muridku tentu dia akan menaati semua perintahku " .
" Ha-ha-ha , engkau cerdik sekali , Ciu-kwi . Bagus , kalau begitu engkau dan
muridmu itu ku minta untuk bekerja di istana . Kaisar tentu akan senang sekali
memberi kedudukan tinggi kepadamu " .
" Eh , Giam-ong , ada apa ini " Tiada hujan tiada angina engkau bersikap begitu
baik padaku " Aku menjadi curiga " .
" Ha-ha-ha , kawan , siapa yang berbuat baik kepadamu .
Aku berbuat baik bukan untukmu , melainkan untuk diriku sendiri . Sekarang
banyak gejala timbulnya pemberontakan di sana sini dan dengan sendirinya sebagai
seorang penasehat militer kaisar , aku mempunyai banyak tugas , mempunyai banyak
musuh . Aku membutuhkan kawan yang dapat di
andalkan , dapat di percaya dan aku memutuskan bahwa
80 engkaulah orangnya yang tepat . Ciu-kwi , kita sudah semakin tua . Kalau tidak
sekarang menggunakan kesempatan untuk hidup berkecukupan dan terhormat , mau
kapan lagi ?" . Thian-te Ciu-kwi mengangguk-angguk " Engkau benar juga
, kawan . Baiklah , aku akan membicarakan dengan muridku , dan sebaiknya kalau
engkau pulang lebih dulu . Dalam bulan ini juga kami tentu akan pergi ke Tiang-
an dan mengadap Kaisar di sana . Ku harap saja semua akan berjalan lancer " .
" Cari saja aku lebih dulu , mudah mencari rumah Lui-koksu ( Guru Negara Lui )
di sana aku akan membawamu
menghadap Sri Baginda Kaisar " .
' Baik , Giam-ong , eh Kok-su !" kata Ciu-kwi gembira .
Setelah para tamunya pergi , Ciu-kwi memanggil Akauw . "
Muridku yang baik , peruntunganmu memang bagus sekali .
Kau tahu siapa yang datang berkunjung tadi ?" .
Akauw menggeleng kepalanya . " Nampaknya seorang
pembesar " . " Memang benar . Akan tetapi pembesar yang bagaimana "
Dia penasehat Kaisar ! Dia pejabat yang kedudukannya tinggi sekali . Dan kau
tahu apa keperluannya datang ke sini tadi ?" .
" Tidak tahu , suhu . Agak dia berkunjung karena suhu adalah sahabatnya " .
" Memang benar , akan tetapi dia datang menawarkan
kedudukan kepada kita " .
" Kita , suhu ?"
" Ya , engkau dan aku . Kita akan berangkat ke kota raja , Akauw dan di sana
kita akan menjabat kedudukan tinggi , menjadi orang-orang terhormat dan mulia ,
hidup serba kecukupan " .
Akan tetapi di dalam hatinya , Akauw tidak begitu suka mendengar ini . Dia akan
memasuki kehidupan baru dan dia 81
teringat akan pengalamannya di Kota Raja . Teringat kepada jaksa yang sombong
itu . Kalau para pejabat seperti itu wataknya , tentu kehidupan di kota raja
akan menjadi tidak amat menyenangkan . Akan tetapi dia teringat kepada Bi Soan
, pemuda remaja yang lucu dan menyenangkan itu ! Dan
mendadak saja wajahnya berubah berseri gembira ! .
" Suhu , aku senang sekali pergi ke kota raja . Di Sini sudah kurang lebih
setahun , membosankan karena sepi sekali " .
" Bagus , kalau begitu kita berkemas , besok pagi-pagi kita melakukan perjalanan
ke kota raja , Akauw " .
**** " Ayah , aku telah di hina orang , ayah !" kata gadis itu dengan sikap manja
sekali . Perdana Menteri Ji Sun Cai mengerutkan alisnya . Gadis itu adalah puteri
tunggalnya yang amat di sayangnya . " Siapa berani menghinamu ?" tanyanya
marah . " Seorang jaksa di rumah minum , dia telah menghinaku !"
. " Di kedai minum " Ahhh , engkau tentu telah pergi dalam penyamaranmu lagi ,
Goat-ji ( Anak Goat ) !" kata ayahnya mencela dan kemarahannya mereda . Kalau
ada orang menghina anaknya dalam penyamaran , hal itu tidak aneh karena tentu orang itu
tidak tahu bahwa Ji Goat adalah puterinya .
Puterinya ini suka sekali keluyuran menyamar sebagai
seorang pria , nakalnya bukan main .
" Akan tetapi , Jaksa Gu itu memang kurang ajar sekali .
Biarpun dia tidak mengenalku , dia tidak boleh menghina orang seenaknya saja .
Aku dan seorang teman sudah
memberi hajaran kepada dia dan anak buahnya , akan tetapi aku khawatir dia akan
mencariku dan kalau bertemu tentu anak buahnya akan menyerangku " .
82 " Hemmm , lalu apa yang harus kulakukan " Jaksa Gu
cukup berpengaruh di kalangan rakyat , dia seorang Jaksa yang keras " .
" Keras terhadap rakyat miskin , akan tetapi lunak terhadap orang kaya , bukan
begitu , ayah " Jangan mengira aku tidak tahu , ayah " Kelakuan sebagian besar
para pejabat di Kota Raja sudah berada di tanganku . Tidak sia-sia aku suka
berkeluyuran menyamar sebagai pria karena banyak hal yang ku ketahui " .
" Sudahlah , jangan macam-macam . Lalu apa yang kau
ingin lakukan ?" . " Undang Jaksa Gu ke sini ayah ?"
" He " Kalau sudah datang lalu bagaimana " Menegurnya ?"
. " Tidak usah . Aku yang akan menghadapinya kelak " .
Saking cintanya kepada anaknya , dan kadang suka
memanjakan , Perdana menteri Ji Sun Cai tidak menolak dan segera mengirim utusan
menyampaikan surat mengundang
datang Jaksa Gu . Jaksa Gu terkejut juga menerima undangan Perdana
menteri Ji , maka bergegas dia datang berkunjung dalam pakaian kebesarannya yang
mewah . Akan tetapi ketika tiba di rumah itu , penjaga mempersilahkan langsung
ke kamar tamu di sebelah kiri dan kata penjaga Perdana menteri sudah tahu akan
kedatangannya . Ketika dia memasuki ruangan tamu yang pintunya terbuka itu , dia tertegun
melihat siapa yang menyambutnya . Anak muda kurang ajar yang tempo hari
dijumpainya di kedai minum dan yang bersama pemuda tinggi besar yang telah
menghajar dia dan para anak buahnya , pemuda ini sudah berhari - hari dia cari
tak juga berhasil . " Engkau .... ! Setan cilik , mau apa engkau di sini . Aku 83
memang sedang mencarimu , kebetulan engkau berada di sini
!" Jaksa itu membuat gerakan seperti hendak menerkamnya .
" Jaksa Gu , coba kau maki aku sekali lagi . Yang keras , yang lengkap begitu !"
. " Setan cilik kurang ajar , jahanan keparang anjing babi !"
Jaksa itu memaki sambil menudingkan telunjuknya kepada Ji Goat yang berpakaian
seperti seorang pemuda miskin dengan kepala di tutupi topi butut .
Pada saat itu , sang perdana menteri muncul dari dalam .
Melihat pembesar ini , Jaksa Gu cepat membungkuk memberi hormat .
" Eeh , Jaksa Gu . Kenapa engkau marah-marah " Aku
mendengar engkau memaki-maki , siapa yang kau maki itu ?"
. " Maaf , yang mulia . Yang saya maki adalah setan cilik ini
!" katanya sambil menudingkan telunjuknya kepada Ji Goat dengan mata mendelik .
" Kenapa engkau memaki dia ?" .
" Tempo hari , di kedai minum , dia telah menghina saya dan anak buah saya .
Mungkin dia itu pemberontak , Yang Mulia . Harus di tangkap dan di hokum
berat !" . " Ah , begitukah " Goat-ji , lepaskan pakaian dan topimu itu
! " . Ji Goat lalu melepaskan topi penutup kepalanya dan baju laki-laki seperti jubah
butut itu , dan kini nampaklah ia seorang gadis cantik dengan rambut terurai dan
pakaian puteri yang indah .
Jaksa Gu Terbelalak , lalu dia mengerti karena dia tahu bahwa Perdana Menteri
mempunyai seorang anak perempuan
. Bocah setan itu ternyata puteri Perdana Menteri . Mukanya seketika menjadi
pucat sekali . Dengan tubuh gemetar ia 84
berkata gugup . " Aahh ... paduka ... ahh , jadi ini adalah puteri paduka ....... ?" .
" Hemm Jaksa Gu , engkau hendak memaki lagi puteriku "
Boleh , silahkan maki lagi sepuasmu " .
Tiba-tiba Jaksa Gu merasa lututnya lemas dan dia
menjatuhkan diri berlutut di depan Perdana Menteri , " Yang Mulia , hamba mohon
ampun ... karena tidak tahu maka
hamba ......... "

Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Engkau memaki aku sebagai setan cilik kurang ajar , jahanam keparat dan anjing
babi , ya ?" kini Ji Goat bertanya sambil tersenyum mengejek .
" Saya .... Saya tidak berani ....... Mohon maaf sebanyaknya
...... " kata Jaksa Gu dengan muka pucat dan berulang kali dia menganggukan
kepalanya . " Ah , begitu " Jelas sekarang macam apa adanya engkau , Jaksa Gu . Dalam
kedudukanmu dan tugasmu , engkau tentu bersikap seperti ini juga . Berhadapan
dengan orang melarat , dengan rakyat jelata , engkau memaki-maki , bersikap
kasar , mudah menjatuhkan hukuman dan melakukan penindasan
semena-mena . Akan tetapi terhadap atasan dan orang kaya , engkau menunduk-
nunduk dan membela , tentu karena
menerima sogokan dari orang kaya , begitukah ?" .
" Tidak , tidak berani ........ " Hanya itu yang dapat di ucapkan Jaksa Gu yang
sudah tidak berdaya itu karena dia seorang telah tertangkap basah memaki-maki
seenak perutnya kepada " setan cilik " tadi .
" Kau memaki aku setan cilik , jahanam keparat dan anjing babi , hukuman apa
yang harus ku balaskan kepadamu " Hayo kau pukul sendiri mukamu sebanyak sepuluh kali !" kata Ji Goat dengan marah .
Karena sudah merasa bersalah dan mengharapkan
pengampunan , Jaksa itu lalu menampari mukanya sendiri 85
dengan kedua tangan sebanyak sepuluh kali sambil memaki diri sendiri , " Anjing
kau , babi kau , jahanam keparat kau ...
!" " nah , sekarang kau harus berjanji , kalau engkau masih melanjutkan sikapmu
seperti itu , menindas orang kecil dan menjilat orang besar , memeras orang dan
koropsi , ayah pasti akan melaporkannya kepada Sri Baginda !" .
" Ampun , saya tidak berani lagi .... " Jaksa itu meratap , mukanya pucat , hanya
kedua pipinya yang membengkak
merah karena di tampari sendiri tadi .
" Pergilah !" Ji Goat membentak dan Jaksa yang gendut itu setengah merangkak
meninggalkan ruangan itu .
Setelah dia pergi , Ji Goat tertawa terkekeh-kekeh .
Ayahnya mengerutkan alisnya . " Ji Goat , engkau agak keterlaluan . Biarpun di
depan kita dia tidak berani apa-apa , akan tetapi aku khawatir dia mendendam
kepadamu " . " Takut apa , ayah " Kalau baru dia dan selusin
pengawalnya saja , mampu berbuat apa kepadaku " Dan juga nama besar ayah tentu
membuat dia ketakutan , lebih lagi kalau aku melapor kepada suhu , tentu dia
akan di hajar " . " Sudahlah , jangan membawa-bawa gurumu dalam urusan
kecil itu . Jangan urusan ini di besar-besarkan karena ku rasa Jaksa Gu sudah
jera dan tidak akan berani bermain gila lagi " .
" Aku akan tetap mengawasi orang-orang macam dia , ayah
" . " Engkau akan kekurangan tenaga dan kelelahan , anakku .
Di jaman ini , hamper semua pejabat tidak jujur . Akan tetapi sudahlah , lebih
baik engkau membantu usaha gurumu yang menentang gerakan mereka yang hendak
memberontak " . " Justeru pemberontak itu tidak akan terjadi kalau para pejabatnya bertindak
adil dan jujur , memperhatikan
kepentingan rakyat , ayah " .
86 " Aih , engkau anak kecil tahu apa . Yang penting , kita bekerja untuk Kerajaan
dan kita harus melaksanakan tugas dengan baik . Kalau tidak demikian , sebaiknya
jangan menjadi seorang pejabat pemerintah " .
" Ayah , aku akan pergi dulu " , gadis itu mengenakan kembali pakaian dan
topinya . Ayahnya menghela napas .
" Ji Goat , aku khawatir sekali sekali waktu engkau akan mengalami malapetaka
dengan ulahmu ini . Apakah engkau tidak dapat tinggal di rumah saja seperti
puteri-puteri lain ?" .
" Dan untuk apa sejak kecil aku mempelajari ilmu silat , ayah " Aku dapat
menjaga diri , dan kalaupun kekuatanku tidak mampu untuk menjaga diri , masih
ada nama suhu dan nama ayah yang akan melindungiku !" .
Tanpa menanti jawaban ayahnya , Ji Goat sudah berlari keluar . Ayahnya hanya
menggeleng kepalanya . Anak itu terlalu manja , pikirnya . Anaknya memang hanya
satu itu dan dia amat menyayanginya . dan anak itu boleh dibuat kagum .
Menurut Kok-su , yang menjadi guru anaknya , Ji Goat
memiliki bakat yang besar sekali sehingga Koksu sendiri amat sayang kepada murid
itu . Beberapa bulan yang lalu , seorang diri saja , Ji Goat sudah berhasil
membongkar pencurian-pencurian di istana kaisar yang ternyata dilakukan oleh
orang dalam , beberapa pengawal istana . Dengan ilmu silatnya yang tinggi , Ji
Goat berhasil menangkap lima orang pencurinya yang kesemuanya juga lihai karena
mereka adalah pengawal istana . Semenjak saat itu , nama Ji Goat dikenal orang
sebagai puteri perdana menteri yang lihai ilmu silatnya . Akan tetapi kalau dia
sudahmenyamar pria , tidak ada yang
mengenalnya kecuali ayahnya sendiri dan orang kepercayaan ayahnya . Bahkan para
penjaga tidak mengenalnya , maka ia selalu keluar masuk rumah itu melalui sebuah
jalan rahasia . Perdana Menteri Ji Sun Cai bukan seorang koruptor . Bagi dia , tidak perlu
melakukan korupsi , karena kaisar amat 87
percaya kepadanya dan menganggapnya sebagai tangan
kanan sehingga kaisar amat royal dengan hadiah-hadiah untuknya . Dia
mendapatkannya pembagian tanah yang cukup luas , rumah seperti istana serba
lengkap . Dan Menteri Ji ini amat setia terhadap Kaisar . Dalam tugasnya ini ,
dia amat dekat dengan Koksu dankedua pejabat inilah yang merupakan tenaga
terpenting bagi kaisar . Semua pejabat yang lain hanya akan mengekor saja apa
yang di usulkan dua pejabat ini kepada kaisar yang telah mempercayai mereka
berdua . Karena itu , hubungan antara perdana menteri Ji dan Lui Koksu amatlah akrabnya ,
demikian akrabnya sehingga
Perdana menteri Ji mempercayakan puteri tunggalnya untuk menjadi murid Lui Koksu
. Dalam segala hal menyangkut tugas kenegaraan , mereka selalu mengadakan
perundingan . Ketika itu , terdapat perasaan permusuhan antara Perdana Menteri Ji berdua Lui
Koksu terhadap seorang Panglima yang bertugas di selatan . Panglima ini menjaga
keamanan di selatan dan Panglima Coa ini yang menjadi benteng Negara , menghalau
semua kerusuhan dan musuh-musuh dari selatan , yaitu para raja muda di selatan
yang berdiri sendiri di wilayah masing-masing .
Mula-mula adalah suatu Kerajaan Sun yang cukup kuat di selatan . Menurut Perdana
Menteri dan Koksu , Kerajaan Sun ini perlu di dekati dan di ajak bersahabat ,
karena memiliki pasukan yang kuat . Akan tetapi tidak demikian dengan sikap yang
di ambil oleh Coa-ciangkun . Panglima ini tidak
memandang bulu . Penguasa di selatan yang tidak mau
tunduk , pasti akan di serbunya dan di tundukkan dengan kekerasan .
Akhirnya , karena bujukan Ji-Sin-Siang ( Perdana Menteri Ji
) dan Lui Koksu , kaisar mengutus penguasa untuk pergi ke selatan , menyerahkan
surat perintah Kaisar agar Coa-ciangkun tidak melanjutkan penyerbuannya terhadap
Kerajaan Sun . Hal ini amat mengecewakan hati Coa-ciangkun yang 88
menjadi marah sekali . Pasukan Sun selalu mengganggu
perbatasan , melakukan perampokan dan perkosaan ,
mengapa dia tidak boleh di serbu " Dan dia mendengar akan usaha Sin-Siang dan
Koksu yang hendak melakukan
pendekatan kepada Kerajaan Sun . Hal ini membuatnya marah sekali . Apakah Sin-
siang dan Koksu hendak menjual Negara "
Timbul kecurigaannya dan dia mengira bahwa kedua pejabat tinggi itu agaknya
hendak mengadakan persekutuan rahasia dengan Kerajaan Sun . Padahal , bukan itu
yang dikehendaki mereka . Mereka hanya maklum akan kekuatan Kerajaan Sun dan
kalau sampai Kerajaan Toba dapat bersekutu dengan mereka , tentu seluruh wilayah
selatan akan dapat dikuasai dengan kerjasama dengan Kerajaan Sun .
Permusuhan atau persaingan ini secara diam-diam masih dirasakan kedua pihak .
Hanya mereka tidak berani bertindak lancing , karena selain kaisar juga
mempercayai Coa-ciangkun , panglima ini memiliki pasukan besar yang kuat .
Karena adanya permusuhan inilah maka Koksu lalu
berkunjung kepada Im Yang Ciu-kwi , karena dia hendak menarik orang-orang pandai
sebanyaknya agar dia dapat menyingkirkan para musuhnya yang hanya akan menjadi
penghalang bagi kemajuan kedudukannya .
Im Yang Ciu-kwi dan Akauw melakukan perjalanan
seenaknya ke kota raja . Akauw merasa gembira karena dia membayangkan Bi Soan .
Dia rindu sekali kepada sahabatnya ini dan mengharapkan akan dapat bertemu
dengan Bi Soan di kota raja .
Selama tinggal dengan Ciu-kwi , Akauw tidak pernah
mengeluarkan uang , dan hanya karena kebetulan saja pada suatu hari gurunya itu
melihat kantung uang berisi potongan-potongan emas mentah itu .
Suhunya memeriksa potongan emas itu dan bertanya , "
Akauw , dari mana engkau mendapatkan potongan-potongan emas ini ?" .
89 Akauw masih ingat akan pesan suhengnya , maka diapun
berkata , " Ini adalah pemberian mendiang suhu Yang Kok It "
. Tentu saja Im Yang Ciu-kwi tidak menaruh curiga lagi dan hanya merasa heran
darimana Yang Kok It mendapatkan
potongan emas yang masih bercampur batu karang itu .
Ketika mereka tiba di sebuah padang rumput di luar hutan yang tandus , mereka
melihat sebuah kedai arak di tempat sunyi itu . Ciu-kwi yang mencium bau arak
ingin mencoba arak dari kedai itu , maka dia mengajak muridnya berhenti . Ada
lima orang penjaga kedai , dan karena lalu lalang di situ sedang sepi , maka
tidak nampak ada tamu seorangpun
kecuali mereka . Seorang pelayan segera menghampiri mereka . " Bawa
seguci arak terbaik ke sini " , kata Ciu-kwi .
" Dan sepoci air the untukku " , kata Akauw yang biarpun sudah pernah merasakan
minum arak , tetap saja dia memilih air the daripada arak .
Ketika pelayan itu mengambilkan pesanan , sepasang mata Ciu-kwi yang
berpengalaman melihat gerak-gerik mereka yang mencurigakan . Oleh karena itu
ketika arak dan air the datang
, dia mencegah muridnya untuk minum air tehnya dan dia menangkap lengan pelayan
itu . " Hayo kau minum dulu arak ini !" .
Dia menuangkan sedikit arak dari guci ke dalam cawan
kosong . Pelayan itu menjadi pucat wajahnya . Dia meronta dan
menggeleng kepalanya . " Tidak aku ... tidak biasa minum arak
..... " . " Kalau begitu , engkau cicipi air the ini !" bentak Ciu-kwi dan ketika orang
itu pun menggeleng kepala , Ciu-kwi
memaksa mulutnya terbuka dengan tangan kirinya dan tangan 90
kanannya menuangkan air teh ke dalam mulutnya . Lalu dia melepaskan orang itu
yang nampak terhuyung-huyung lalu roboh pingsan ! .
Empat penjaga lain sudah mencabut golok masing-masing .
" Kenapa dia suhu ?"
" Mereka orang jahat , Akauw . Minuman kita diberi racun
!" kata Im-yang Ciu-kwi .
Seorang di antara empat orang itu mengeluarkan sempritan yang di tiupnya nyaring
dan dari belakang kedai bermunculan belasan orang yang kesemuanya memegang golok
. Im-yang Ciu-kwi duduk menghadapi meja , mengeluarkan
arak dari gucinya sendiri dan sambil menghadapi guci dan cawan arak , dia
berkata , " Akauw , keluarkan pedangmu dan kau lawanlah penjahat-penjahat itu !"
. " Baik , suhu " , kata Akauw dan dia sudah mencabut
pedang Hek-liong-kiam dari sarungnya . Begitu dia
menggerakkan pedangnya , nampak gulungan sinar hitam
berkelebat kian kemari dan menyambut pengeroyokan belasan orang itu . Terdengar
suara berkerontangan nyaring dan banyak golok menjadi patah ketika bertemu
dengan Hek-liong-kiam . Akauw yang hendak menyenangkan gurunya ,
menggunakan ilmu pedang yang dia pelajari dari gurunya , memainkan pedangnya
sehingga sinar pedang itu bergulung-gulung merobohkan belasan orang itu dalam
waktu singkat saja . Penjahat harus di hajar , dia teringat pesan suhengnya ,
akan tetapi jangan mudah membunuh orang kalau tidak
terpaksa sekali . Maka diapun hanya merobohkan para
pengeroyok nya tanpa membunuh , hanya melukai paha atau pundak mereka saja .
Dalam waktu beberapa menit saja , semua orang yang mengeroyoknya telah di
robohkan , dan cepat pula pedang itu sudah memasuki sarung kembali .
" Ihh , Akauw , mengapa begitu engkau memainkan
pedangmu " Coba beri aku pinjam sebentar " , kata Ciu-kwi .
91 Karena tidak mengerti maksud suhunya dan mengira suhunya itu hendak
memperlihatkan jurus yang mungkin kurang benar dia menggerakkannya , maka dia
mencabut pedangnya dan menyerahkannya kepada suhunya .
" Seharusnya begini engkau menggunakan pedang !"
Gurunya bergerak berloncatan ke sana sini dan Akauw
terbelalak , karena gurunya telah membabati pengeroyoknya tadi , di tebasnya
semua leher orang-orang itu termasuk pelayan yang tadi terbius sehingga dalam
waktu singkat saja semua kepala terpisah dari badannya .
" Suhu ... mengapa suhu ....?" Akauw berseru heran ketika gurunya mengembalikan
pedang itu kepadanya . Memang
gurunya hebat . Memenggal belasan batang leher itu
pedangnya sama sekali tidak ternoda darah ! Hal ini hanya dapat terjadi saking
kuat dan cepatnya pedangnya itu
membabati leher belasan orang itu .
" Mengapa apa " Mereka menghendaki kematian kita ,
kenapa kita tidak mendahului saja mereka " Hayo kita pergi dari sini !" .
" Tapi , mereka itu , suhu ..... " , Akauw teringat akan pelajaran dari kakek Yang
Kok It bahwa mayat manusia
haruslah di kubur sebagaimana mestinya .
" Mereka sudah mampus , tidak perlu di pikirkan lagi .
Mereka hendak mencelakakan kita , berarti mereka itu musuh yang pantas di
bunuh . hayolah , Akauw !" bentak Ciu-kwi agak kecewa melihat sikap muridnya
yang di anggapnya lemah itu . Terpaksa Akauw mengikuti gurunya dan beberapa kali dia menoleh
memandang kea rah belasan mayat manusia yang berserakan itu .
Sejak sat itu Akauw mulai menaruh hati syak wasangka
terhadap gurunya . Tak dapat dia melupakan betapa gurunya itu memenggal kepala
belasan orang yang sudah tidak
berdaya itu secara kejam sekali . Padahal menurut ajaran 92
Yang Kok It dan juga suhengnya , seorang gagah tidak akan membunuh orang yang
sudah tidak berdaya dan tidak dapat melawan . Dan lebih lagi , gurunya
meninggalkan belasan mayat itu begitu saja tanpa mau menguburkannya .
Ketika mereka memasuki kota raja Tiang-an , tiba di dekat pasar dimana terdapat
banyak orang berlalu lalang , tiba-tiba Akauw melihat seorang pemuda bertopi
butut . " Bi Soan ..... !" Dia memanggil dan mengejar , akan tetapi Bi Soan menyelinap di
antara orang banyak dan memasuki pasar . Akauw mencari beberapa lamanya , akan
tetapi dia tidak melihat lagi Bi Soan . Dia tidak mungkin salah lihat .
Jelas yang dilihatnya tadi Bi Soan , pemuda remaja yang di rindukannya itu . Dia
merasa menyesal sekali mengapa Bi Soan tidak mau menemuinya . Padahal dahulu
pemuda remaja itu amat baik terhadap dirinya .
" Akauw , engkau mencari siapakah ?" gurunya menegur
setelah dapat mencari pemuda itu di dalam pasar .
" Suhu , aku mencari seorang kenalan yang tadi ku lihat berada di sini . Akan
tetapi dia menghilang di antara orang banyak " .
" Kenalan " Siapa dia ?" Tanya gurunya heran dan curiga .
Tentu saja Akauw tidak ingin menceritakan pengalamannya bentrok dengan seorang
jaksa , maka dia menjawab singkat .
" Dahulu aku pernah bertemu dan berkenalan dengannya
dalam perjalananku , akan tetapi perkenalan itu hanya sepintas saja . Mungkin
dia sudah lupa kepadaku , suhu " .
" Sudahlah , jangan pedulikan sembarang orang . Kita akan menjadi tamu Koksu dan
bahkan akan mendapatkan jabatan tinggi yang terhormat , jangan bergaul dengan
segala macam orang . Mari kita lanjutkan perjalanan kita " .


Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akauw mengikuti suhunya , akan tetapi dia masih
memandang ke sana sini mencari-cari dan hatinya merasa 93
kecewa sekali . Bi Soan merupakan orang yang selalu teringat olehnya , kenapa
sekarang tidak lagi mau mengenalnya " Apa barangkali Bi Soan sudah lupa
kepadanya " Dia sungguh kecewa karena tadinya dia mengira bahwa Bi Soan amat
baik kepadanya , seperti halnya suhengnya .
Sangat mudah bagi Thian-te Ciu-kwi untuk mencari tahu dimana rumah Koksu Lui .
Semua orang juga mengetahui
dimana istana tempat tinggal penasehat Kaisar itu .
Rumah besar seperti istana itu di jaga oleh belasan orang prajurit yang
menghadang guru dan murid itu . " Berhenti , siapa kalian dan ada keperluan apa
datang ke sini ?" bentak perwira jaga dengan keren .
Ciu Kwi tertawa dan berkata , " Heii , perwira , jangan bersikap kasar terhadap
kami . Kalau Koksu mengetahui , pangkatmu tentu akan di turunkan . Cepat
laporkan kepada Koksu bahwa Thian-te Ciu-kwi dan muridku sudah datang untuk
bertemu dengan dia " .
Melihat lagak dan mendengar ucapan kakek itu , si perwira menjadi ragu dan
gentar juga . Dia tahu bahwa Koksu adalah bekas seorang datuk persilatan dan
tentu mengenal segala macam orang aneh dari dunia kangouw . Kalau dia bersikap
kasar dan kemudian ternyata bahwa mereka ini memang
sahabat baik Koksu , tentu setidaknya dia akan mendapat teguran dari atasannya .
Akan tetapi untuk bersikap hormat kepada kakek dan pemuda yang pakaiannya
seperti petanimiskin ini dia merasa enggan juga .
" Baiklah , harap kalian menanti si sini , aku hendak melapor ke dalam lebih
dulu " , katanya dan perwira itu sendiri lalu melapor ke dalam . Benar saja
seperti di khawatirkan perwira itu , begitu mendengar di sebutnya nama Thian-te
Ciu-kwi , Kok-su Lui menjadi gembira dan wajahnya berseri-seri .
" Cepat persilahkan mereka duduk di ruangan tamu , dan 94
bersikaplah hormat kepada mereka !" .
Tentu saja perwira itu menjadi takut dan begitu
berhadapan dengan Ciu-kwi dan Akauw , dia cepat memberi hormat dengan sikap
merendah . " harap lo-cianpwe berdua suka memberi maaf atas
sambutan kami yang kurang hormat karena tidak mengenal lo-cianpwe . Lui-kosu
mempersilahkan lo-cianpwe berdua menanti di kamar tamu . Silahkan !" .
Sambil tersenyum dan mengangkat dadanya yang
kerempeng , Ciu-kwi mengikuti perwira itu bersama Akauw yang memandang bangunan
seperti istana itu dengan penuh kagum . Belum pernah dia memasuki rumah semewah
dan sebesar ini . Mereka duduk di kursi-kursi berukir yang berada di ruangan tamu
itu dan perwira itu dengan hormat
mempersilahkan mereka menunggu , lalu dia memberi hormat dan keluar dengan hati
lega . Taklama mereka duduk menanti , Koksu itu memasuki
ruangan tamu dari dalam , mengenakan pakaian yang mewah gemerlapan . " Ha , Ciu-
kwi , engkau datang juga !" tegurnya girang .
" Tentu saja , Giam-ong . Sekali berjanji kepadamu , tentu ku penuhi . Hanya
tinggal menagih janjimu saja kepadaku untuk memberi kedudukan kepada aku dan
muridku " . " Kebetulan aku memang hendak menghadap Sri Baginda
Kaisar , mari kalian ikut aku menghadap dan kuperkenalkan kepada Sri Baginda .
kami hendak membicarakan sikap
Gubernur Gak yang agaknya condong melakukan hubungan
dengan Coa-ciangkun , yang ku maksudkan dengan kami
adalah aku dan Ji-taijin . Menteri Ji Sun Cai mendengar dari penyelidikan bahwa
hubungan antara Gubernur Gak di
perbatasan selatan amat dekat dengan Coa-ciangkun , orang keras kepala yang
agaknya akan menjadi penghalang besar bagi kemajuan kami . Marilah sebelum ku
ajak singgah di 95 kediaman Perdana Menteri Ji Sun Cai untuk kuperkenalkan .
Engkau harus tahu , Ciu-kwi , bahwa Perdana Menteri adalah rekan kerjaku yang
baik dan di antara kami ada kerja sama yang cocok sekali
" Baiklah , Giam-ong . Aku menurut saja apa katamu , yang penting kami berdua
memperoleh kedudukan yang baik di kota raja ini " .
Mereka bertiga lalu memasuki sebuah kereta yang sudah dipersiapkan oleh para
penjaga di luar , dan berangkatlah mereka menuju ke kediaman Perdana Menteri ,
di kawal oleh beberapa orang yang mengiringkan kereta .
Benar saja , ketika tiba di gedung Perdana Menteri yang juga amat indah bagi
Akauw , Lui-Koksu di terima dengan hormat oleh para penjaga dan langsung di
antar ke kamar tamu . Tak lama mereka duduk , muncullah Perdana Menteri Ji
Sun Cai bersama seorang gadis yang cantik jelita . Akauw terbelalak memandang
gadis itu , bukan saja karena cantik jelitanya , melainkan karena dia merasa
sudah sering melihat wajah itu dalam mimpi ! Setiap kali dia membayangkan wajah
bidadari seperti itulah bentuk wajahnya ! Ketika gadis itu memandang kepadanya ,
Akauw tersipu dan cepat menundukkan mukanya karena menurut ajaran yang diterima dari suhengnya , sikap
seperti itu , memandang langsung wajah seorang gadis yang tidak dikenalnya ,
apalagi dengan pandangan kagum , adalah sikap yang tidak sopan ! .
Lui-Koksu Toat-beng Giam-ong segera memberi hormat
kepada Perdana Menteri dan puterinya . " Maafkan kalau kami mengganggu Ji-taijin
dan Ji-siocia " . " ah , sama sekali tidak , suhu " , kata gadis itu yang bukan lain adalah Ji
Goat . " Akan tetapi suhu datang bersama ...
siapakah mereka ini , suhu ?" .
" Koksu , siapakah kedua orang ini yang kau ajak datang 96
berkunjung ?" Perdana Menteri Ji juga bertanya .
" Taijin , inilah yang pernah saya bicarakan tempo hari . Ini adalah Thian-te
Ciu-kwi " . " Ah , datuk kang-ouw itu " Siapakah nama lo-cianpwe
yang mulia ?" kata pula Perdana Menteri Ji dengan sikap cukup hormat . Agaknya
Perdana Menteri ini dapat
menghargai orang-orang pandai di dunia kang-ouw .
" He-he-he , Yang Mulia Perdana Menteri Ji , saya sendiri sudah lupa siapa nama
saya pemberian orang tua . Harap sebut saja saya Ciu-kwi ( Setan Arak ) , karena
itu sudah menjadi nama saya , he-he-he " .
" Begitukah " Dan siapakah orang muda yang gagah ini , Ciu-kwi ?" Tanya Perdana
Menteri itu dengan ramah .
" Akauw , hayo perkenalkan dirimu " .
" Tai-jin , nama saya Cian Kauw Cu , biasa di sebut Akauw
" , berkata demikian die mengerling kea rah wajah gadis jelita itu yang
kelihatan tersenyum manis .
" Dia murid saya , taijin " kata Ciu-kwi dengan bangga .
" Aih , dia muridmu , Ciu-kwi ?" Ji Goat berseru . Gadis ini tidak ragu lagi
menyebut Ciu-kwi begitu saja , sesuai dengan perkenalan diri Thian-te Ciu-kwi
kepada ayahnya tadi . " Aku sudah pernah mendengar namamu di puji-puji suhu ,
akan tetapi belum pernah mendengar engkau mempunyai seorang murid . Menilai
kelihaian gurunya dapat di lihat dari kepandaian muridnya , maka aku ingin
sekali bertanding ilmu silat dengan Akauw ini !" .
" Hsss , Ji Goat , jangan kurang ajar !" tegur ayahnya .
" Ha-ha-ha , apa salahnya , taijin " Ji Sio-cia adalah murid saya dan Akauw ini
adalah murid Ciu-kwi . Kami berdua adalah sahabat sejak lama dan saya sudah pula
menguji ilmunya . Apa salahnya kalau Ji Siocia menguji ilmu murid Ciu-kwi " Mari 97
kita sama menonton !" .
Karena ruangan tamu itu cukup luas , maka Ji Goat yang ingin sekali menguji
kepandaian Akauw sudah memasang
kuda-kuda menghadapi pemuda tinggi besar itu dan berkata ,
" Akauw , aku sudah siap , keluarkan ilmumu agar ayah dan aku dapat melihatnya "
. " Akauw , kita hendak mencari pekerjaan di kota raja , maka perlihatkanlah
kemampuanmu " , kata pula Thian-te Ciu-kwi kepada muridnya .
Sebetulnya Akauw merasa enggan sekali untuk bertanding melawan gadis itu . Gadis
yang demikian cantiknya lemah gemulai sehingga tertiup angina keras saja agaknya
akan roboh , kulitnya begitu halus , bagaimana dia dapat memukul seorang gadis
seperti itu " Dia meragu , dan berdiri biasa saja
, tidak memasang kuda-kuda seperti nona itu .
-oo0dw0ooo- Jilid 4 " Ha-ha-ha-ha , Akauw , jangan engkau memandang
rendah nona ini . Ia adalah murid Toat-beng Giam-ong , tahukah engkau " Dan
tingkat kepandaian Lui Koksu ini tidak berada di bawah tingkatku . Hati-hatilah
jangan sampai engkau kena di robohkan !" Ciu-kwi menegur muridnya yang kelihatan
tidak bersungguh-sungguh .
" Lihat serangan !" tiba-tiba gadis itu menyerang dan Akauw betul-betul terkejut
ketika matanya nyaris tertusuk jari tangan gadis itu yang menyambar sedemikian
cepat dan kuatnya . Baru angina pukulan tangan itu saja dapat dia rasakan dan ketahui
bahwa gadis ini memiliki tenaga sakti yang amat kuat dan juga gerakannya tadi
amatlah cepatnya . Kalau dia tidak membuang diri ke belakang sebagai gerakan 98
terdorong naluri sebagai gerakan terdorong naluri sebagai gerakan kera , tentu
dia akan terkena totokan itu ! Diapun cepat membuat gerakan silat dan otomatis
karena bertangan kosong dia lalu bergerak menurut ilmu silat yang di latihnya di
dalam guha itu . Dia tidak tahu bahwa ilmu silat itu adalah ilmu dari Bu-tek
Cin-keng . Sekarang Ji Goat yang terkejut karena dari gerakan tangan Akauw menyambar angina
yang lembut namun dahsyat sekali
, yang membuat serangannya berikutnya membalik . Cepat ia lalu mengerahkan gin-
kangnya dan dengan mengandalkan
kecepatan gerakannya di lancarkan serangan yang bertubi-tubi kepada Akauw .
Pemuda ini bersikap tenang saja . Memang gadis itu
memiliki gerakan yang cepat , akan tetapi gerakan gadis itu cepat karena latihan
gin-kang sedangkan dia sendiri memiliki gerakan cepat alami dan juga karena
naluri . Dia mampu mengimbangi gerakan gadis itu dan semua
serangan dapat di hindarkan dengan elakan atau tangkisan .
Sebetulnya kalau Akauw menghendaki dan mau
menggunakan tenaganya , tentu gadis itu akan dapat di robohkannya . Akan tetapi
tentu saja dia tidak mau merobohkan gadis sejelita itu . Namanya keterlaluan kalau dia melakukan itu ,
dan suhengnya tentu akanmerasa tidak
senang sekali . Gadis itu menyerangnya hanya untuk menguji kepandaian , bukan
berkelahi sungguh-sungguh maka tentu saja dia tidak ingin membuat malu dengan
merobohkannya . Akan tetapi hal ini amat merugikannya karena dia hanya mengelak dan menangkis
saja . dan tidak pernah membalas !
dan betapa pun rapat pertahanannya karena ilmu silat gadis itu yang di warisi
dari datuk Toat-beng Giam-ong juga merupakan ilmu silat tinggi , akhirnya
pundaknya terkena pukulan tangan kiri gadis itu .
" Dukkk ...... !" Akibatnya , tubuh Akauw terdorong ke
99 belakang , akan tetapi sebaliknya Ji Goat juga terhuyung dan dia memegangi
kepalan kirinya yang terasa nyeri . Dia merasa seolah memukul pundak yang
terbuat dari baja , bukan dari kulit daging ! .
" Siocia amat lihai , saya mengaku kalah ! " kata Akauw cepat-cepat agar gadis
itu menyudahi pertandingan .
Wajah Ji Goat berubah merah karena penasaran . Memang kelihatannya saja dia
menang karena dia dapat memukul pundak itu , akan tetapi dia sendiri terhuyung
dan tangannya sakit sedangkan yang dipukulnya tidak apa-apa !.
" Kepandaianmu hebat , tidak percuma menjadi murid
Thian-te Ciu-kwi !" katanya sambil membalas penghormatan Akauw yang mengangkat
kedua tangan depan dada .
Sementara itu , Ciu-kwi mengerutkan alisnya dan tidak merasa puas dengan
pertandingan yang dilakukan muridnya itu .
Menurut dia , kalau Akauw bersungguh-sungguh tentu dia akan mampu mengalahkan
gadis itu . Baginya , tidak ada perasaan sungkan atau tenggang rasa seperti yang
dirasakan Akauw terhadap seorang gadis .
Perdana Ji Girang sekali . Dari pengamatannya tadi dia pun dapat menduga bahwa
pemuda itu cukup gagah perkasa dan akan menjadi seorang pembantu yang amat
baik . Dia lalu mempersilahkan tamu-tamu duduk , sedangkan Ji Goat
berpamit untuk masuk ke dalam .
Setelah kini duduk berempat saja , Perdana Menteri itu lalu berkata , " Memang
sebaiknya kalau lo-cianpwe ini dan muridnya di hadapkan kepada Sri Baginda dan
sedapat mungkin diperbantukan padamu , Koksu . Dengan demikian kita dapat bekerjasama .
aku ingin sekali agar Akauw atau gurunya melakukan penyelidikan kepada Gubernur
Gak . Mereka belum di kenal dan akan mudah sekali melakukan penyelidikan ke sana tanpa
khawatir diketahui orang " .
" Tepat sekali , taijin . Memang saya pun berpendapat 100
demikian , maka sebelum membawa mereka menghadap Sri
Baginda , saya membawa mereka ke sini lebih dulu untuk mendapatkan persetujuan
taijin " . " Tentu saja saya setuju sekali , Koksu . dan sebaiknya kalau koksu membawa
mereka menghadap Kaisar , lebih
cepat lebih baik . Jangan lupa untuk membujuk agar Sri Baginda suka memanggil
pulang Coa-ciangkun dari garis depan agar penyerangan terhadap Kerajaan Sun
dapat dihentikan . Tanpa di panggilnya pulang Coa-ciangkun , saya kira usaha kita tidak akan
berhasil . Sementara itu , saya akan bertugas membujuk Sri Baginda agar bersikap
lunak kepada Kerajaan Sun , menariknya sebagai sekutu agar lebih mudah bagi kita
menguasai daerah selatan pada umumnya " .
" Baiklah , taijin . Kita membagi tugas dan sebaiknya kalau taijin menghubungi
para thaikam kepala agar ikut membujuk kaisar " .
" Jangan khawatir , Koksu . Mereka semua sudah berada di tanganku " .
Setelah berunding sebentar , Lui Koksu berpamit dan
bersama Ciu-kwi dan Akauw mereka lalu naik kereta menuju ke istana . kalau tadi
melihat istana Kok-su dan Perdana Menteri yang mewah itu Akauw sudah merasa
terkagum-kagum , kini begitu dibawa masuk istana , dia benar-benar terpesona .
Tak pernah dibayangkan semula ada rumah
manusia seperti itu mewah dan megahnya . Semuanya serba besar , serba indah dan
serba mewah . baru pintunya saja sudah begitu besar dan tinggi , agaknya pintu
itu dibuat untuk masuk seekor gajah ! .
Dan dimana-mana penuh tanaman buatan , taman-taman
kecil , air pancuran , batu-batu karang beraneka bentuk , ukiran-ukiran ,
lukisan-lukisan ,pendeknya , tidak habis-habisnya dia kagumi . Sampai nanar dia
di buatnya 101 memandangi semua keindahan itu .
Para prajurit pengawal yang berjaga di setiap lorong dan tikungan istana itu
memberi hormat kepada Koksu , dan setelah mereka tiba di bagian dalam , para
pengawal yang berjaga adalah orang-orang sida-sida atau Thaikam .
Akhirnya mereka dibawa menghadap kaisar di sebuah
ruangan yang amat indahnya . Karena saat itu bukan waktu persidangan , maka
Koksu di terima oleh kaisar
diperpustakaan , dimana Sri Baginda sedang memilih buku untuk di bacanya .
Biarpun dia Kaisar bangsa Mongol ( Toba )
, namun kaisar Julan Khan suka akan kesusastraan , di samping lihai pula ilmu
silatnya . Para pengawal thaikam itu segera di suruh keluar dari ruangan setelah
kaisar melihat bahwa yang menghadapnya adalah Lui Koksu yang dipercaya penuh ,
bersama seorang kakek kecil kurus dan seorang pemuda yang gagah perkasa . Mereka
bertiga segera menjatuhkan diri berlutut menghadap kaisar . Hal ini di lakukan oleh Akauw
setelah lebih dulu dia diberitahu dan di ajari bagaimana harus bersikap kalau
berhadapan dengan kaisar , akan tetapi ketika menjatuhkan dirinya berlutut ,
tetap saja caranya kasar karena memadang di dalam hatinya dia masih meragu
mengapa dia harus berlutut seperti itu di depan seorang yang baru saja di


Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jumpainya dan belum di kenalnya sama sekali .
" Oh , engkau , Koksu . Bangkit dan duduklah dan juga kalian berdua yang datang
bersama Kok-su " . " Terima kasih Yang Mulia " , kata mereka hamper
berbarengan . Kini mereka menghadap Kaisar yang duduk di atas kursi berukir indah itu dengan
berdiri saja , berdiri dengan kepala di tundukkan dan sama sekali tidak boleh
kepala itu di angkat kalau tidak sedang di ajak bicara oleh Kaisar . Juga setiap
kali bicara , kedua tangan harus di rangkap di depan dada sebagai tanda
penghormatan . 102 " Lui-koksu , siapakah yang kau bawa menghadap ini " Tadi pengawal memberitahu
akan tetapi kami kurang memperhatikan " . " Yang Mulia , ini adalah seorang sahabat hamba di waktu muda . Julukannya
adalah Thian-te Ciu-kwi , dan dia memiliki ilmu kepandaian yang tinggi . Yang
muda ini adalah muridnya , bernama Cian Kauw Cu yang biasa di sebut Akauw . Mereka berdua ini menawarkan
tenaga mereka untuk membantu
paduka , untuk bekerja dengan hamba . Mengingat bahwa kepandaian mereka boleh di
andalkan , maka hamba sengaja mengajak mereka untuk menghadap paduka , untuk
mohon perkenan paduka agar mereka di perbolehkan membantu
hamba dan di angkat sebagai panglima " .
" Hemmm , kami percaya dengan semua keteranganmu ,
Koksu . Akan tetapi kau tahu tidak mudah begitu saja
mengangkat seseorang menjadi panglima sebelum kami
melihat sendiri kemampuan mereka " . Kaisar lalu bertepuk tangan dan bermunculan
pengawal thaikam dari pintu dalam .
Agaknya para pengawal itu biarpun tidak diperbolehkan memasuki kamar , namun
selalu mereka siap diluar pintu sehingga sekali di panggil mereka akan
bermunculan dalam waktu cepat sekali .
" Coba panggil Ngo-heng Kiam-tin ( Barisan Pedang Lima unsur ) dan suruh mereka
bersiap di lian-bu-thia ( tempat berlatih silat ) !" kata kaisar memerintah
kepada para pengawal . Mereka memberi hormat dan pergi .
" Koksu , kami hendak melihat apakah guru dan murid ini akan mampu menghadapi
Ngo-heng Kiam-tin !" kata Kaisar kepada Lui-Koksu . Tentu saja Toat-beng Giam-
ong sudah tahu siapa itu Barisan Pedang Lima Unsur , maka dia
menjawab . " Hamba kira sobat Ciu-kwi akan mempu menghadapi
mereka , Yang Mulia " .
103 Mereka semua lalu mengikuti Kaisar pergi ke ruangan yang amat luas . Ruangan
yang memang biasanya dipergunakan untuk berlatih silat . Seperti di ketahui ,
Kaisar Julan Khan sendiri adalah seorang yang kuat , ahli gulat dan ahli silat .
Ketika mereka tiba di sana , sudah menanti lima orang yang berpakaian aneh .
Pakaian mereka itu saling berbeda warnanya . Ada yang serba merah , serba biru ,
serba kuning , hitam dan putih . Lima macam warna ! Kaisar muncul ,
mereka berlima lalu menjatuhkan diri berlutut .
" Bangkitlah !" perintah kaisar dan setelah mereka semua bangkit berdiri ,
kaisar berkata , " kalian harus menguji kemampuan dua orang guru dan murid ini
yang mencalonkan diri sebagai panglima pembantu Koksu " , katanya dan
seorang thaikam segera mengangkat kursi kaisar ke belakang kaisar yang segera
duduk dengan wajah gembira . Kaisar ini memang suka sekali menonton orang
bertanding mengadu ilmu silat . Sementara itu , Lui Koksu sudah membisiki Ciu-kwi bahwa biarpun kepandaian lima
orang itu tidak berapa hebat , akan tetapi karena merupakan barisan pedang yang
bekerja sama dengan baik sekali , maka cukup berbahaya . Akan tetapi dia percaya
bahwa dengan tangan kosong saja dia atau Akauw mampu mengatasi mereka ! .
Mendengar bisikan sahabatnya itu , Thian-te Ciu-kwi lalu berkata kepada Kaisar ,
" Yang Mulia , kalau paduka
mengijinkan , hamba akan lebih dahulu maju menghadapi Ngo-heng Kiam-tin ini
dengan tangan kosong , baru sesudah hamba murid hamba akan menandingi mereka " .
Mendengar ini , Kaisar mengerutkan alisnya . Dia tahu akan kemampuan Ngo-heng
Kiam-tin , dan kakek kecil kurus seperti orang pemadatan ini hendak menandingi
dengan tangan kosong saja . Ini hanya ada dua kemungkinan . Kakek itu memang sakti atau
sombong . Kalau sombong , biarlah
mendapat hajaran keras dari Ngo-heng Kiam-tin .
104 " Dengan tangan kosong , Ciu-kwi . Ingat , lima batang pedang itu dapat
melukaimu !" . " Kalau memang demikian , sudah nasib hamba , Yang
Mulia " . " Baiklah , kalau begitu Ngo-heng Kiam-tin , kalian siap menandingi Thian-te
Ciu-kwi yang bertangan kosong !" .
Lima orang itu lalu berloncatan membentuk lingkaran segi lima . Tubuh mereka
rata-rata tinggi besar dan dengan pakaian mereka yang saling berbeda warna itu ,
gerakan mereka tadi kelihatan indah sekali seperti lima orang penari .
tahu-tahu mereka telah mencabut pedang mereka dan siap dengan bermacam pasangan
kuda-kuda . Ada yang melintangkan pedang di depan dada , ada yang
mengacungkan pedang di atas kepala , ada yang
menyembunyikan pedang di bawah lengan . Mereka semua
sudah siap untuk menyerang kakek yang berdiri seenaknya itu
. Akan tetapi ,lima orang ini tidak berani memandang rendah .
Nama besar Thian-te Ciu-kwi sudah pernah mereka dengar sebagai datuk kang-ouw
dari pantai timur dan kabarnya lihai bukan main .
" Apakah engkau sudah siap , Ciu-kwi ?" Tanya kaisar .
" Sejak tadi hamba sudah siap , Yang Mulia " .
" Kalau begitu , mulailah !" kata kaisar , di tujukan kepada lima orang itu .
Mereka adalah jagoan-jagoan istana , merupakan anggota pasukan pengawal pribadi
kaisar . Mendengar seruan kaisar ini , lima orang itu mulai bergerak melangkah dengan
teratur mengelilingi Ciu-kwi yang kelihatan masih berdiri dengan santai saja .
Tiba-tiba seorang di antara mereka , yang berpakaian putih dan agaknya menjadi
pemimpin Ngo-heng Kiam-tim , mengeluarkan bentakan
nyaring . " Thian-te Ciu-kwi , lihat pedang !" .
105 Dan diapun sudah menyerang dari depan dengan gerakan
dahsyat . Dua orang lain menggerakkan pedang mereka
memperkuat serangan baju putih dan dua orang lagi
menggerakkan pedang menjaga kalau lawan membalas
serangan . Ciu Kwi mengeluarkan kecepatan gerakannya . Dengan
mudah saja dia mampu menerobos di antara sambaran tiga batang pedang itu ,
berloncatan ke sana sini seperti orang mabok dan tahu-tahu kedua kakinya yang
kecil itu mengirim tendangan , bukan membalas serangan tiga orang itu
melainkan menyerang dua orang orang yang tadi berjaga-jaga
. Dua orang itu terkejut , maklum lihainya tendangan itu dan berlompatan ke
belakang . Mereka mengepung lagi dan
dengan bergantian pedang mereka menyerang bertubi-tubi , namun tidak ada pedang
yang mampu melukai Ciu-kwi . Dia mengelak , berloncatan dan kadang dengan
tangannya menyapok pedang dari samping . Ciu-kwi memperlihatkan ilmu yang menjadi
andalannya , yaitu Thian-te Sin-kun ( Silat Sakti Langit Bumi ) dan mencampurnya
dengan gerakan Dewa Mabok untuk mengelak dan mengacaukan lawan .
Ngo-heng Kiam-tin memang kuat sekali . Mereka itu saling tunjuang , saling bantu
dan saling melindungi . Mereka dapat bekerja sama dengan rapid an teratur
sehingga Ciu-kwi seperti melawan lima orang dengan satu hati dan pikiran . Namun
, karena memang tingkatnya jauh lebih tinggi dari mereka , dia dapat selalu
menghindarkan diri dan balasan serangannya beberapa kali membuat barisan pedang
menjadi kacau . Setelah lewat tiga puluh jurus , Ciu-kwi mengeluarkan bentakan melengking dan
begitu kedua tangannya berputar dan memukul ke depan angina pukulan dahsyat
menyambar dan lima orang itu terhuyung ke belakang , bahkan dua di antara mereka
terjengkang . Ciu-kwi cepat melangkah mundur dan memberi hormat
kepada Sri Baginda ." Harap paduka maafkan hamba " .
106 Sri Baginda bertepuk tangan memuji . " Bagus , bagus
sekali , Ciu-kwi . Engkau memang pantas menjadi sahabat dan pembantu Kok-su !
Dan bagaimana dengan muridmu itu " " .
" Hamba kira dengan menggunakan pedangnya , Akauw
akan mampu menandingi Ngo-heng Kiam-tin " .
Mendengar ucapan Ciu-kwi , Sri Baginda menjadi gembira sekali . Orang yang mampu
mengalahkan Ngo-heng Kiam-tin merupakan orang yang sakti dan tentu saja dia
dapat mempergunakan tenaga orang-orang seperti itu . Akan tetapi Lui-Koksu tidak heran
karena dia sudah mendengar dari Ciu-kwi bahwa Akauw memiliki ilmu aneh dan juga
memiliki Hek-liong-kiam yang ampuh .
" Akauw , lawanlah mereka dengan pedangmu . Akan tetapi jangan sekali-sekali
melukai mereka " , pesan Ciu-kwi kepada muridnya .
" Baik , suhu " , kata Akauw yang telah melihat gerakan lima orang itu dan
merasa dapat mengatasi mereka dengan pedangnya . Dia lalu memberi hormat kepada
Kaisar , " Mohon perkenan paduka , Yang Mulia " .
" Baik , bangkit dan lawanlah Ngo-heng Kiam-tin dengan pedangmu , orang muda " ,
kata kaisar gembira . Akauw lalu bangkit berdiri , mencabut Hek-liong Po-kiam dari sarungnya dan
nampaklah sinar hitam yang
menyeramkan . Bahkan kaisar sendiri berseru kagum . " Po-kiam yang hebat !" .
Ngo-heng Kiam-tin kini sudah maju lagi mengepung .
Dalam pertandingan melawan Ciu-kwi tadi , jelas mereka telah kalah , akan tetapi
tak seorang pun dari mereka mengalami luka sehingga kini mereka dapat maju
dengan lengkap dan tenaga mereka masih tidak berkurang . Hanya mereka agak
gentar menghadapi pedang hitam di tangan pemuda tinggi besar itu . Mereka pun
dapat menduga bahwa pemuda itu memegang sebatang pedang pusaka yang ampuh .
107 Lima orang itu , seperti tadi mengepung Akauw dengan
berbagai macam kuda-kuda . Akauw sendiri dengan tenang berdiri dengan pedang
melintang di depan dada , seluruh saraf di tubuhnya menengang dalam keadaan siap
siaga . Kembali si baju putih mengeluarkan bentakan . " Lihat pedang !" Dan dia mulai
menyerang , di susul teman-temannya Kadang mereka menyerang bertubi-tubi , susul
menyusul , kadang mereka menyerang berbarengan dan
menyatukan tenaga dalam pedang mereka .
Namun Akauw telah maklum akan gerakan mereka . Kalau
mereka menyerang bertubi-tubi , dia pun mengandalkan
kelincahan tubuhnya untuk menghindar , kalau mereka
menyatukan pedang mereka , diapun menangkis dengan
pengerahan tenaga . Memang agak repot juga baginya kalau mengadu dengan tenaga
lima orang yang menggabungkan
tenaga mereka itu . Di keroyok oleh lima orang , tenaganya tidak kuat bertahan
dan beberapa kali dia terpaksa melangkah mundur . Akan tetapi , setelah lewat
dua puluh lima jurus , Akauw mengubah gerakan pedangnya berubah menjadi
gulungan sinar hitam yang membelit dan memutar .
" Kraakk !" terdengar suara keras dan pedang si baju putih patah menjadi dua
ketika dia berani menangkis dengan
langsung sambaran sinar hitam yang bergulung-gulung itu .
Kepatahan pedang baju putih sebagai pemimpin ini
mengacaukan yang lain dan Akauw menggunakan kesempatan ini untuk menyambar
pedangnya dan empat batang pedang yang lain juga patah semua ! Tentu saja Ngo-
heng Kiam-tin menjadi rusak dan mereka berlima terpaksa berlompatan ke belakang
karena sudah tidak ada senjata di tangan mereka .
Sri Baginda Kaisar Julan Khan bertepuk tangan memuji . "
Bagus , Kiam-sut ( ilmu pedang ) yang bagus ! " dia memuji lalu berkata kepada
Lui-koksu , kami telah melihat ilmu Ciu-kwi dan Akauw . Mereka boleh kau terima
menjadi panglima untuk membantu pekerjaanmu " .
108 Ciu-kwi dan Akauw segera menjatuhkan diri berlutut dan menghaturkan terima kasih
. Mereka bertiga meninggalkan istana dengan gembira dan semenjak hari itu , Ciu-
kwi menjadi pembantu Koksu dan Akauw menjadi seorang
panglima muda yang di perbantukan pula kepada Kok-su .
Mereka berdua untuk sementara tinggal di tempat kediaman Kok-su .
***** Sudah terlalu lama kita meninggalkan Yang Cien . Seperti telah diceritakan di
bagian depan . Yang Cien tinggal seorang diri di dalam guha besar bawah tanah
itu setelah di tinggal pergi oleh Akauw . Dia segera dapat menghilangkan
perasaan kesepiannya di tinggalkan sutenya itu , dan dengan tekun dia
melanjutkan latihannya , mempelajari ilmu Bu-tek Cin-keng yang ternyata amat
sulit di latih itu . Dia tahu bahwa sutenya telah hafal akan semua gerakan ilmu
silat itu , akan tetapi tanpa petunjuk kitab , ilmu yang di miliki sutenya itu
hanyalah kulitnya saja , tanpa isi . Dia berjanji pada diri sendiri bahwa kelak
kalau dia bertemu kembali dengan sutenya , dia akan mengajarkan ilmu itu secara
yang semestinya agar sutenya juga menguasai Bu-tek Cin-keng secara benar .
Setiap hari Yang Cien tekun berlatih , hidup secara
sederhana sekali , tidak pernah berhubungan dengan manusia lain . Dia seolah
menjadi seorang pertapa yang hidup
menyendiri di tempat sunyi itu , di Lembah Iblis .
Tiga tahun telah lewat tanpa terasa . Yang Cien telah menyelesaikan pelajaran
ilmu itu dan kini akibat racun jarum di kitab itu sudah hilang sama sekali .
Tanpa di sadarinya sendiri , dia telah menguasai ilmu yang amat dahsyat , yang
di pelajari dan di latihnya selama lima tahun di tempat itu ! Juga dia tidak
menyadari bahwa kini dia telah menjadi seorang pemuda yang sudah dewasa benar ,
pemuda yang berusia dua puluh lima tahun ! .
Pada halaman terakhir kitab Bu-tek Cin-keng itu terdapat 109
tulisan yang mengharuskan murid yang mempelajari kitab itu sampai habis , agar
menutup guha itu . " Gulingkan batu yang berada di atas tebing dan hujan batu besar akan menutup
guha ini untuk selamanya " , demikian bunyi pesan itu . Yang Cien melangkah
keluar guha . Biasanya , hanya untuk mencari makan saja dia keluar dari guha itu, paling banyak sekali
dua kali dia keluar guha dalam sehari .
Dia tidak begitu memperhatikan di atas tebing dan baru sekarang dia berdongak
memperhatikan keadaan di atas
tebing . Tebing itu tinggi dan permukaan dinding tebing memang penuh dengan batu
besar yang kalau tertimpa batu dari atas tentu akan dapat terlepas dan runtuh ke
bawah . Tentu itu yang di maksudkan pesan dalam halaman terakhir kitab itu . Dia masuk
kembali lalu menjatuhkan diri berlutut di depan meja sembahyang , menghadap
kerangka yang berada di kursi itu. Kedudukan kerangka yang berada di kursi itu
pun ternyata membantunya memecahkan rahasia dari jurus
terakhir sebagai penutup kitab pelajaran itu . Tadinya , sampai berhari-hari dia
bingung , tidak dapat mengerti dengan baik gerakan jurus penutup . Baru setelah
dia melihat kedudukan kerangka itu , memperhatikan kedudukan kedua tangan dan
kakinya , dia mengerti . Kerangka itu justeru berkedudukan seperti yang di
kehendaki dalam jurus terakhir tadi .
" Suhu , siapapun adanya suhu , teccu ( murid )
menghaturkan banyak terima kasih atas semua petunjuk suhu sehingga teecu dapat
menyelesaikan pelajaran Bu-tek Cinkeng ini . Karena khawatir kalau sampai
terjatuh ke tangan orang jahat , kitab ini teecu tinggalkan di sini bersama suhu
, dan pedang Pek-liong-Po-kiam teecu bawa sedangkan Hek-liong-Po-kiam di bawa
sute Akauw . " Setelah berlutut dan memberi hormat delapan kali , di atas meja
dan dia membawa Pedang Naga Putih keluar , bersama buntalan pakaiannya .
Kemudian dia mendaki tebing itu ke atas dan baru dia
mengetahui betapa mudahnya hal itu dilakukannya . Padahal , 110
tadinya dia mengira bahwa memanjat tebing itu akan sukar sekali karena tebing
itu terjal . Namun setelah kakinya memanjat , dia merasa ringan dan mudah saja !


Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia sendiri tidak menyadari bahwa latihan-latihan itu telah meningkatkan sinking
dan ginkangnya sehingga dia mampu bergerak seperti seekor cecak merayap
dinding ! . Setelah tiba di atas tebing , dia lalu mencari batu yang terbesar . Di temukan
batu itu , sebesar gajah . Tadinya diapun meragukan apakah dia akan mampu ,
menggulingkan batu sebesar gajah itu , apakah tidak lebih baik memilih yang
lebih kecil . Akan tetapi , begitu dia mencoba untuk
menggerakkan batu itu , ternyata terasa tidak terlalu berat baginya dan dengan
mudah dia mampu mendorong dan
menggelindingkan batu ke tepi tebing , tepat di atas guha besar yang selama lima
tahun menjadi tempat tinggalnya itu .
Begitu batu terguling , terdengar suara gemuruh dan ketika dia melongok ke bawah
, benar saja , batu itu menghantam batu-batu di bawah sehingga terlepas dari
dinding tebing dan hujan batu besar terjadi di depan guha sehingga guha itu
tertutup sama sekali oleh ratusan , bahkan mungkin ribuan batu besar ! Tidak
mungkin lagi bagi seorang atau beberapa orang manusia untuk membongkar batu-batu
itu . Guha itu benar-benar telah menjadi kuburan bagi gurunya yang tak di kenal
namanya itu . Kemudian , dia menuruni tebing kembali dan memasuki
guha yang penuh emas . Sampai lama dia mengamati emasemas yang menempel di
dinding guha . Sekali waktu benda berharga ini akan berguna juga , entah kapan
dan untuk apa , dia belum mampu membayangkan . Dia lalu mengambil
secukupnya untuk bekal . kemudian mencari batu besar dan menggulingkan batu itu
menutupi guha kecil itu sehingga tidak nampak sama sekali dari luar . Hanya dia
yang tahu bahwa di balik batu besar itu terdapat sebuah guha penuh emas .
Dalam guha-guha lain yang berjajar di daerah itu tidak 111
terdapat apa-apa lagi , kecuali guha pertama yang penuh dengan arca yang tidak
begitu penting untuk di sembunyikan .
Setelah selesai menutup kedua guha yang di rahasiakannya itu , Yang Cien lalu
pergi meninggalkan tempat itu . Beberapa kali dia menoleh untuk memandang tempat
yang di jadikan tempat tinggalnya selama lima tahun itu . Menduga-duga kapan
kiranya dia akan dapat kembali ke tempat itu . Lembah Iblis ! Dia tidak mengerti
mengapa rakyat di wilayah itu menamakannya Lembah Iblis . Padahal baginya ,
lembah itu amat indah dan menjadi tempat dia menghabiskan waktunya bertahun-
tahun . Sejak dia memasuki lembah itu bersama kakek nya , tidak kurang lebih
sepuluh tahun dia tinggal di sana , lima tahun tinggal di gubuk atas pohon
seperti kera , dan lima tahun tinggal di guha seperti pertapa . Dan kini , dia
memasuki dunia ramai . Apakah yang menanti dia di depan "
Dia tidak tahu , dan menyerahkan diri kepada kekuasaan Tuhan .
Nasib " Menurut pelajaran tentang kehidupan yang dia
dapatkan dari kakeknya , dia tidak mau menggantungkan diri kepada nasib . Nasib
tidak datang bagitu saja , nasib hanya merupakan mata rantai dari sebab akibat .
Kalau orang menanam bibit baik lalu menuai hasil panen baik , itu bukan nasib
namanya ! Juga kalau menyebar bibit baik , itu juga dapat memetik panen baik ,
itu juga bukan nasib karena pasti ada penyebabnya ! Entah karena pemupukannya
kurang baik , atau penjagaannya kurang baik sehingga terusak oleh hujan atau
oleh burung-burung atau hama lainnya . Jelas bukan karena nasib buruk dan
sebagainya ! . Kekuasaan Tuhan memang mutlak . Akan tetapi Kekuasaan Tuhan juga adil ! Jadi
tidak ada yang di sebut nasib baik atau nasib buruk karena semua yang terjadi
sudah semestinya demikian , sesuai dengan hokum karma masing-masing . Dan karma
itu siapa penyebabnya , siapa pembuatnya " Kita sendiri ! Karena itu , setiap
perbuatan adalah menyebar benih 112
, setiap peristiwa yang terjadi menimpa diri adalah penuaian dari penyebaran
benih tadi , atau akibat dari perbuatan kita .
Maka orang bijaksana tidak mengeluh kalau sesuatu menimpa dirinya karena sadar
bahwa itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri , lama atau baru , sedangkan
kalau melakukan sesuatu , maka pekerjaan itu dilakukan tanpa pamrih imbalan apapun .
Demikianlah apa yang telah dipelajari Yang Cien dari kakek nya , oleh karena itu
, dia pun tidak gentar menghadapi apapun karena maklum bahwa segalanya
tergantung dari padanya sendiri . ***** Pemandangan di Telaga Tai-hu amatlah indah . Di tengah
telaga yang besar itu terdapat beberapa pulau kecil dan banyak orang yang
berpesiar naik perahu di telaga di samping perahu-perahu nelayan penangkap
ikan . Ada pula orang-orang berpakaian sastrawan yang naik perahu kecil ,
menghadapi kitab sambil minum arak atau sambil memancing ikan .
Seorang pemuda berpakaian sederhana naik sebuah perahu kecil dan mandayungnya
mendekati sebuah pulau . Dia
tertarik sekali kepada seorang laki-laki yang juga berperahu seorang diri sambil
membaca sajak . Pemuda ini selain pakaiannya yang sederhana , juga gerak-
geriknya amat sederhana . Rambutnya yang di gelung ke atas itu tertutup sebuah caping lebar ,
bajunya dari kain kasar berwarna biru dan potongannya seperti yang biasa di
pakai para petani . Wajahnya yang terlindung caping itu tampan , berbentuk persegi dan berkulit
putih . Alisnya tebal melindungi sepasang mata yang mencorong seperti mata
naga , hidungnya mancung dan mulutnya selalu mengembangkan senyum yang ramah . Wajah yang
menyenangkan , akan tetapi juga
mengandung wibawa yang kuat .
Pemuda itu adalah Yang Cien . Dia menyembunyikan
Pedang Pusaka Naga Putih di dalam buntalan pakaian yang di 113
gendongnya . Pemuda ini dalam perjalanannya merantau telah membeli beberapa
potong pakaian baru yang di gendongnya dalam buntalan kain kuning .
Ketika melakukan perjalanan merantau karena sampai
selesai melatih diri dengan Kitab Bu-tek Cin-keng sutenya belum juga pulang ,
dia tiba di Telaga Tai-hu dan menyewa sebuah perahu . Tertarik oleh pemandangan
yang amat indah itu . Ketika tadi mendengar orang membaca sajak , dia tertarik
oleh kata-kata dalam sajak itu .
" Pohonku dikuasai burung gagak
Sarangku terancam musnah Namun apa dayaku " Semua burung dara pergi ketakutan
Tidak ada yang berani melawan gagak
Tiada harapan kecuali menanti munculnya
Sang Garuda Pengusir burung gagak dari pohonku "
Dia tertarik sekali karena dia dapat menangkap inti dari sajak atau nyanyian itu
. Pohon dikuasai burung gagak , yaitu termasuk burung liar seperti yang terjadi
sekarang . Cina bagian utara sepenuhnya di kuasai bangsa Mongol ( Toba ) dan
semua burung dara pergi ketakutan . Bukan hanya
ketakutan bahkan banyak penduduk pribumi yang
menghambakan dirinya kepada kekuatan asing itu . Bahkan mendiang ayahnya juga
menghambakan dirinya kepada kaisar Toba . Hal ini sebetulnya tidak di setujui
kakeknya . Kakeknya seringkali menyesalkan hal itu .
Bagaimanapun juga , seorang patriot haruslah menentang penjajahan , bukannya
membantu kaum penjajah untuk
memakmurkan rakyat " , kata kakek nya .
114 Di dalam sajak di sebutkan bahwa semua burung dara tidak ada yang berani melawan
gagak , maka di harapkan munculnya sang garuda untuk mengusir burung gagak .
Mengusir Bangsa Toba dari tanah air " Bukan pekerjaan mudah !.
" Ayahmu salah langkah " , kata kakeknya dahulu , "
sepatutnya dia membantu mereka yang menentang Kaisar
Toba , bukan menghambakan diri kepadanya . Di bawah
kekuasaan Kaisar Toba , para pejabat melakukan koropsi dan penindasan terhadap
rakyat . Mereka tidak memperdulikan nasib rakyat jelata karena menganggap tidak
perlu bekerja dengan sungguh-sungguh mengingat bahwa pemerintahan itu adalah
Kerajaan Mongol . Semua pejabat berlomba untuk menggendutkan diri , menebalkan
kantung sendiri dan berlomba untuk mewah-mewahan .
Para pendekar yang berjiwa patriot melihat penindasan oleh Bangsa Mongol merasa
prihatin sekali . Namun pasukan Kerajaan Toba amat kuat sehingga setiap
pemberontakan mengalami kegagalan . Para pejabat yang bekerja dengan sungguh-
sungguh untuk kesejahteraan rakayt , seperti
mendiang ayahmu , malah di musuhi oleh pejabat-pejabat tinggi yang berkuasa .
Nah , mendiang ayahmu telah salah langkah , dan tidak seharusnya engkau
mengikuti jejaknya itu " . " Kakek pernah mengatakan bahwa yang membunuh ayah
ibu adalah Koksu " .
" Benar . Anak buah Toat-beng Giamh-ong Lui Tat yang kini menjadi Koksu itu yang
telah mengeroyok dan membunuh
ayah ibumu . Dia tidak senang melihat ayahmu membela
rakyat yang terindas dan berani memprotes kenaikan pajak dan kerja paksa .
Pemeritah penjajah memang sifatnya
menindas dan memeras , dan ayahmu telah berani menentang arus . Akan tetapi ,
singkirkan dendammu pribadi itu , Yang Cien . Engkau harus mempergunakan segala
daya dan 115 kepandaianmu untuk mempersatukan rakyat , mempersatukan semua kekuatan agar
tidak terpecah-belah dan hanya dengan persatuan saja kiranya penjajah Mongol
akan dapat di halau dari negeri kita " .
Demikianlah , percakapan itu mengiang di telinga Yang Cien ketika dia tertarik
mendengar bunyi sajak yang
mengandung semangat menantang penjajah itu . Dia lalu mendayung perahunya
mendekat perahu orang itu . Ternyata yang membaca sajak tadi adalah seorang
kakek berusia enam puluh tahun yang berpakaian seperti pengemis ! Kakek itu
menghadapi seguci arak dan dia tadi membaca sajak sambil di seling minum arak.
Yang Cien dapat menduga bahwa kakek itu tentulah bukan seorang pengemis biasa
saja . Mana ada seorang pengemis berperahu , menikmati arak sambil
membaca sajak " " Lo-cianpwe , sajakmu tadi sungguh indah !" katanya
memuji . Kakek itu menoleh dan melihat bahwa yang memujinya
seorang pemuda tampan gagah berpakaian sederhana dan
bercaping lebar , dia tersenyum ramah .
" Orang muda , kalau engkau suka sajak dan minum arak , naiklah ke perahuku .
Berdua lebih menggembirakan daripada seorang diri saja " .
" Baik , lo-cianpwe dan terima kasih " , kata Yang Cien gembira .
Akan tetapi pada saat dia mengikatkan tali perahunya pada perahu kakek pengemis
itu , tiba-tiba saja datang sebuah perahu besar . Perahu itu sudah dekat sekali
dan dari perahu besar itu meluncur banyak anak panah kea rah mereka ! .
Kakek itu cepat menangkis dengan kedua tangannya sambil berseru " Jahanam
penjilat Mongol yang busuk !" dan
tubuhnya sudah melompat ke atas perahu besar . Melihat kegagahan kakek itu ,
Yang Cien khawatir kalau kakek itu 116
akan menghadapi pengeroyokkan , maka diapun ikut pula melompat ke atas perahu
besar . Benar seperti yang di khawatirkannya , kakek itu telah di kepung dan di keroyok
oleh belasan orang yang memegang golok . Kakek pengemis itu menggerakkan tongkat
Serigala Berbulu Domba 1 Wiro Sableng 124 Makam Ke Tiga Pendekar Latah 14
^