Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 1

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 1


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karya Seno Gumira Naga Bumi II "Buddha, Pedang dan Penyamun Terbang" Text edit : Dewi KZ, Arief K, Niken L
Ebook pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita-silat.co.cc/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SINOPSIS: Mengikuti hasrat pengembaraan, Pendekar Tanpa Nama
dari Javadvipa tiba di Tanah Kambuja pada tahun 796.
Perjumpaan dengan seorang perempuan pendekar, membuat
ia terlibat berbagai pertarungan maut yang setiap kali nyaris
mencabut nyawanya. Bersama perempuan pendekar itu, ia bergabung dengan
pasukan pemberontak An Nam yang melawan penjajahan,
yang kemudian membuatnya wajib melakukan perjalanan
rahasia ke Negeri Atap Langit untuk membongkar
persekongkolan. Kesetiaan dan pengkhianatan, sihir dan nalar, silat dan
filsafat, cinta dan birahi, mengharubiru petualangan Pendekar
Tanpa Nama yang harus mengatasi tantangan alam luar biasa
antara dongeng dan kenyataan.
Mengapa ia terdampar di kampung pelarian Pemberontakan
An-Shi" Bagaimana caranya Pendekar Tanpa Nama mengatasi
gungfu Perguruan Shaolin" Apa yang membuat perjalanannya
berbelok ke Shangri-La dan terpaksa menghadapi para
penyamun terbang" Nagabumi, autobiografi Pendekar T anpa Nama, yang ketika
menuliskannya selalu diganggu para pembunuh bayaran!
(Oo-dwkz-oO) Adapun NagaBumi II terdiri dari 6 [enam] Kitab:
Kitab 6: Asmara Para Pendekar
Kitab 7: Darah Tumpah di Sungai Merah
Kitab 8: Negeri Para Penyair
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kitab 9: Jaringan Rahasia Istana
Kitab 10 : Antara Pedang Dan Cinta
Diawali dengan Episode 101 sampai dengan Episode 200,
berarti semuanya ada 100 episode.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
KITAB 6: ASMARA PARA PENDEKAR
(Oo-dwkz-oO) Episode 101: [Orang yang Terasing]
Pembaca yang budiman, kita harus
kembali ke pertarunganku melawan Putri Khmer yang cantik jelita,
menawan, dan memesona, dan sangat amat berbahya ini.
Pagi pertama di tanah Khmer. Kudengar semuanya, tetes
embun, semut berjalan di antara rumputan, cacing menggeliat
dalam serbuan barisan semut api. Pagi masih dingin tetapi
bunuh-membunuh sudah berlangsung sebagai bagian dari
kewajaran alam. Kabut masih mengambang di atas sungai.
Kapal-kapal saling bersentuhan karena arus sungai yang
tersibak oleh kapal-kapal lain yang baru tiba dari pedalaman
pada pagi yang sedikit demi sedikit menjadi semakin terang.
Lawanku belum juga bergerak. Aku tak akan bergerak selama
ia belum bergerak. Berapa lama pun ia tak bergerak aku juga
harus tidak bergerak. SEANDAINYA pagi menjadi siang, siang menjadi sore, sore
menjadi malam, dan malam menjadi gelap berkepanjangan
sampai begitu gelap segelap-gelapnya malam, dengan atau
tanpa rembulan, dengan atau tanpa burung hantu yang
berkelebat di tengah hutan menyambar tikus bagaikan malam
hanyalah siang karena bagi matanya kegelapan malam adalah
terang seterang-terangnya siang, dengan atau tanpa ular yang
menjulur diam-diam di pepohonan dan menyambar telor
burung elang yang begitu siap menetas bahkan dari balik
dinding telur sudah terlihat paruh kecil anak elang, dengan
atau tanpa segala makhluk yang bergerak dalam kegelapan
malam, aku harus tetap bertahan.
Aku tak tahu sampai berapa lama perempuan itu akan
bertahan tetapi ia tampak sungguh sakti dan menawan,
paduan yang mendebarkan dan penuh dengan ancaman,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena setiap pesona adalah bahaya dalam pertarungan yang
sangat membutuhkan ketenangan. Dalam pertarungan tanpa
gerak ketenangan sangat dibutuhkan, dan hanya yang lebih
tenang akan dapat memenangkan pertarungan. Persoalannya
sekarang, dalam sebuah adu tatapan, tidaklah mungkin
kuingkari pesonanya dengan menghindari pandangan,
sebaliknya haruslah kuhadapi tatapan dengan segala pesona
yang terdapat di dalamnya, karena jika tidak maka aku akan
terkalahkan. Namun siapakah kiranya ia di dunia ini yang akan berdaya
menghadapi pandangan penuh pesona seperti matanya yang
maya" Kutahu betapa sekejap kukedipkan mata untuk
menghindari tatapan maka pada kejap itulah leherku akan
putus dengan sangat halus oleh pedang lentur itu, yang
seolah begitu ringan tanpa daya tusuk tetapi kutahu betapa
rambut pun bisa dibelah ketebalannya, bukan panjangnya,
menjadi tujuh bagian. Memang benar betapa Jurus Penjerat
Naga tiada akan mengizinkan penggunanya, betapapun, untuk
menyerang lebih dulu, seberapa lemah dan tanpa dayanya
sang lawan itu, tetapi s iapa yang bisa tahu bahwa perempuan
pendekar ini sedang mengecohku" Bukankah merupakan
siasat yang sangat tepat, bahwa ia mampu membuat aku
mengira dirinya sedang menggunakan Jurus Penjerat Naga,
sehingga betapapun aku tidak akan pernah menyerang"
Tetapi apa pun kemungkinannya, aku tidak akan pernah
menyerang, karena terhadap jurus yang bahkan tak bisa
dikenal, Jurus Penjerat Naga semakin menekankan pentingnya
menanti terbukanya kelengahan lawan.
Maka aku pun harus tetap menatapnya, seperti yang telah
kulakukan sepanjang malam sampai pagi terang begini. Tak
dapat kuperiksa lagi s iapa saja yang telah datang berkerumun
melihat kami. Tampaknya mereka semua mengenal putri
istana ini, karena tampak seperti maklum saja tentang apa
yang terjadi. Hanya setelah mendengar nada ucapan mereka
yang meninggi dan dengan sudut mata meraba-raba apa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terjadi, kuyakini betapa dirikulah perbincangan mereka yang
seperti kicau burung itu, meski kicaunya tidak sama dengan
bahasa orang-orang Negeri Atap Langit. Begitulah bahasa
yang hanya terdengar seperti kicau burung itu memberiku
perasaan yang sangat terasing. Siapakah aku di sini dan untuk
apa aku di sini" Semangat pengembaraan kadang tercairkan
oleh kesepian dan keterasingan. Tentu aku merasa terkejut
ketika ternyata diriku dikenali, sampai kepada hal yang sangat
pribadi. Bagaimana caranya kuterima diriku dikenali sebagai
anak Sepasang Naga dari Celah Kledung, yang tiada pernah
kusampaikan kepada siapa pun jua"
Siapa pun dia, aku tidak mengenalinya, meski ia kemudian
mengenaliku. Hanya satu penghubung yang membuatku terus
menerus berpikir sepanjang malam: Jika ia memang
menguasai Jurus Penjerat Naga, dari manakah ia telah
mempelajarinya" Namun ia tidak mempelajari Jurus Penjerat
Naga seperti yang kupelajari, karena jurusnya masih seperti
jurus, bahkan jurus yang digambarkan hanya untuk
disebutkan sebagai jurus yang tidak akan pernah digunakan
oleh Pendekar Satu Jurus. Ada berapakah kitab yang
menyimpan Jurus Penjerat Naga ini" Ketika aku menemukannya di dalam peti kayu, aku tidak tahu dengan
pasti apakah pasangan pendekar yang mengasuhku itu sudah
mempelajarinya, karena untuk menghadapi para naga, mereka
telah menciptakan Ilmu Pedang Naga Kembar yang juga
sudah kukuasai. Bahkan bukannya takmungkin kitab itu
mereka baca bukan karena tertarik kepada ilmu silatnya,
sebaliknya justru untuk mencari kelemahan Jurus Penjerat
Naga itu. Mereka memang tidak memerlukan Jurus Penjerat Naga
lagi, karena bahkan Pahoman Sembilan Naga telah meminta
keduanya secara bersama menggenapinya sebagai naga
kesepuluh, meskipun Sepasang Naga dari Celah Kledung itu
menolaknya, dengan cara tidak memenuhi undangan
Pahoman Sembilan Naga tersebut. Penolakan itu bisa menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertanda kerendahan hati, tetapi bisa juga keyakinan betapa
mereka berada di atas segala naga.
SEJAUH kukenali kedua orangtua asuhku itu, mungkin saja
mereka tidak mempelajari Jurus Penjerat Naga, antara lain
karena mereka juga tidak akan rnempelajari ilmu-ilmu silat
yang dipelajari orang lain. Jadi benar, terdapat beberapa kitab
Jurus Penjerat Naga yang ditulis Pendekar Satu Jurus, dan kini
dua orang yang sama-sama mempelajari kitab itu berhadapan
sebagai lawan. Bagaimanakah kitab itu dapat berlayar sampai
ke tanah orang-orang Khmer ini" Aku memikirkan sesuatu,
tetapi aku tidak boleh terlalu lama asyik dengan pikiranku,
karena sekejap kelengahan saja akan menyebabkan
tercerabutnya nyawaku. Kudengar suara-suara di sekelilingku tanpa memejamkan
mata, karena jurus ini mewajibkan aku menatap matanya.
Namun mata itu tidak bisa kutatap tanpa menimbulkan
persoalan baru, yakni betapa aku tidak akan bisa melepaskan
diri dari tatapan mata itu. Tanpa melepaskan pandangan
kudengar segalanya di tanah yang asing bagiku ini. Kemudian
kudengar suara Naga Laut dan anak buahnya.
"Tidak mungkinkah ia berhenti daripada mematung terus
menerus seperti itu?"
Tidaklah terlalu jelas apa jawabannya, tetapi tampaknya ia
kesal sekali. Barangkali karena ia memang ingin segera berangkat ke
Indrapura. "Pertarungan ini bisa lama sekali," ujar Dhawa kepadanya,
"jika salah satu berhenti begitu saja, saat itu pula
nyawanya bisa melayang."
"Sudah daku katakan kepadanya agar tidak terlibat dengan
apa pun," TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kudengar lagi nakhoda berkata, "angkat sauh, kita
berangkat sekarang!"
Dhawa mungkin mengatakan sesuatu, tetapi nakhoda
menukas. "Dia seorang pendekar pengembara, tidak penting benar
baginya terus bersama kita atau tidak. Rencana perjalanan
tidak perlu ditunda demi kepentingan satu orang saja. Anak
muda tanpa nama itu akan mengerti."
Kulepaskan pendengaranku dari percakapan itu dan
menyelusuri khalayak yang berbisik-bisik takut mengganggu
pertarungan. Apakah mereka mengerti sifat pertarungan ini"
Aku sendiri hanya mengetahui dari pembacaan Riwayat
Pendekar Satu Jurus, kini setelah kualam i sendiri, dan baru
berlangsung semalam, lawanku masih juga bergeming, tak
bergerak seperti patung. Ilmu yang dilatih dalam Jurus
Penjerat Naga adalah jurus-jurus yang tidak seperti jurus,
antara lain berdiri tanpa kuda-kuda apapun seperti memang
hanya mau berdiri tanpa maksud lain lagi. Perempuan
pendekar itu jelas menggelar sebuah jurus. Apakah pikiranku
yang ingin diperma inkannya"
Sekarang rambutnya berkibar ditiup angin pagi yang masih
dingin. Maka ketiak yang semula tertutup rambut panjang
hitam kelam, dengan jurus pembukaan mengangkat pedang
seperti itu, tampak terbuka dengan segenap bulu-bulunya
yang subur. Namun matahari yang merambat naik bagaikan
muncul dari balik punggungnya, membuat cahaya dari balik
seluruh tubuhnya melesat-lesat berkilauan.
Kewaspadaanku sangat amat meninggi, karena kedudukannya yang membelakangi matahari pagi menguntungkan sekali. Ibarat kata aku hanya melihat sosok
hitam dengan bayangan rambut melambai-lambai, dan begitu
juga kain yang samar-samar memperlihatkan segala sesuatu
di baliknya itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tidak me lihat apa pun akhirnya, hanya kesilauan
cahaya luar biasa, kini kutahu apa yang dinantinya sepanjang
malam! Kelengahan sekejap yang ditunggu adalah saat
munculnya matahari itu, yang telah ia ketahui benar dengan
kedudukannya yang sekarang ini. Ia berpikir sama seperti aku,
seorang petarung yang tidak memanfaatkan keuntungan ini
tidak akan mendapat kesempatan kedua. Ia melesat!
Ini berarti ia tidak membaca dan tidak mengetahui Riwayat
Pendekar Satu Jurus, karena siapa pun yang membacanya
pasti tahu betapa Pendekar Lautan Tombak menemui ajalnya
justru ketika menyerang di balik cahaya berkilatan yang
menerpa pandangan Pendekar Satu Jurus. Itu hal pertama.
Adapun hal kedua, kitab yang dibaca dan dipelajarinya
mungkin adalah kitab yang telah dipalsukan dan sengaja
dikelirukan, untuk menjaga seandainya saja kitab itu hilang
dicuri orang. Dengan kata lain, puteri Khmer yang tubuhnya
meruapkan aroma setanggi itu telah mempelajari Jurus
Penjerat Naga dari sebuah kitab curian!


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Telah kuceritakan tentunya betapa pencurian kitab ilmu
silat pada masa itu merupakan sesuatu yang jamak. Jika
bukan karena seorang murid yang kurang sabar dan sangat
bernafsu menguasai ilmu silat sang guru akan mencuri kitab
pusaka perguruannya, tentunya dari seorang pencuri sakti
yang mempertaruhkan hidupnya memang untuk mencuri
kitab-kitab ilmu silat, baik untuk dipelajari sendiri, maupun
diperjual belikan dengan harga yang tinggi. Bahkan para
pencuri kitab ilmu silat ini berani menerima pesanan atas
kitab-kitab tertentu, yakni kitab ilmu silat yang termasyhur
tetapi belum pernah dilihat orang.
Kiranya keadaan semacam inilah yang membuat kitab-kitab
tertentu pula sengaja disalin untuk dikelirukan.
SAYANG sekali puteri tercinta yang penuh pesona itu telah
mempelajari kitab yang salah, karena sudah jelas Jurus
Penjerat Naga tidak memiliki jurus yang masih seperti jurus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan apa pun yang terjadi Jurus Penjerat Naga tidak akan
digunakan untuk menyerang. Dalam keadaan biasa serangan
sang putri dari balik cahaya ini sudah pasti menelan korban,
tetapi bagiku yang telah mempelajari Jurus Penjerat Naga
yang sebenarnya, serangan itu tiada lebih dan tiada kurang
merupakan kelengahan yang sangat terbuka. Maka dalam
sekejap setelah putri itu me lesat, pedang lenturnya yang luar
biasa itu sudah terpotong-potong menjadi sepuluh bagian,
sementara tubuh putri itu sendiri terpaksa kusentuh dengan
angin pukulan begitu rupa sehingga terpental dan melayang
ke atas tanpa daya.... Tubuhnya menggeliat ketika terputar di atas, tampak
begitu lambat dalam mataku, kain samar-samar itu tersibak,
dan segalanya menjadi begitu jelas dalam cahaya keemasan.
Semua ini berlangsung sangat cepat, melebihi kecepatan kilat,
sehingga tidak seorang pun akan dapat melihatnya. Namun
saat itu berkelebat sesosok bayangan menyambarnya sebelum
aku menyangga tubuhnya. Kubiarkan dia menolongnya,
karena meskipun kusadari kemudian cukup banyak orang dari
wilayah Suvarnadvipa berkeliaran dari wilayah ini, apakah itu
dari Mataram di bawah wangsa Syailendra, apakah itu dari
kedatuan Sriv ijaya, tidak kukenal siapa pun dengan urusan
apa pun di tanah orang-orang Khmer ini.
Sosok itu berkepala gundul, dan tubuhnya dibalut jubah
yang kumal sekali, yang karena hanya dikenakannya
menyamping, maka dapat kulihat dengan jelas tubuhnya yang
sangat kurus ibarat hanyalah tulang dibalut kulit, itu pun
tampaknya bongkok pula. Ia memunggungi aku sembari
membopong putri bangsawan yang tampaknya pingsan itu,
kemudian berbicara dalam bahasa Sansekerta.
"Amrita memang masih terlalu muda dan tidak mau
mendengar kata-kata gurunya. Aku, paman gurunya,
kebetulan lewat untuk mempelajari filsafat Hindu Sankara
ajarah brahmana Siwasoma di kota ini . Apakah yang akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terjadi jika aku tidak kebetulan lewat di sini" Gurunya, Naga
Bawah Tanah, kakak seperguruanku yang tidak pernah
menampakkan diri, telah lama memperingatkan muridnya
yang haus ilmu ini, betapa sangat berbahayanya belajar dari
kitab curian tanpa kesahihan. Telah disampaikannya betapa
ilmu-ilmu silat yang langka telah dilindungi dengan cara
sebegitu rupa, sehingga banyak dibuat kitab palsu untuk
mengelirukannya, karena pencurian ilmu-ilmu silat telah
semakin jadi gejala. Namun Amrita bahkan bersedia
membayar dengan apapun yang dimilikinya dan entah siapa
pula telah menipunya. Kini ia harus membayar kenekatan
melanggar peringatan gurunya. Datanglah ke Puncak Tiga
Rembulan pada malam bulan purnama, wahai Pendekar Tanpa
Nama dari Jawadwipa. Telah kami saksikan kedua pedang iblis
yang telah membantai bangsa ini. Datanglah sekadar
mencicipi ilmu silat yang sebenarnya dari tanah ini, semoga
saat itu Amrita telah diizinkan gurunya keluar dari perguruan
dan mengucapkan terima kasih bahwa dirimu tidak
membunuhnya." Tubuh bongkok itu berkelebat menghilang, meninggalkan
aroma setanggi dari tubuh perempuan yang dibopongnya.
Pedang hitamku rupanya telah keluar masuk tanganku dengan
sendirinya sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pertarungan
yang kecepatannya melebihi kilat, setelah berdiri mematung
semalaman, gerakan tubuh bahkan lebih cepat dari pikiran.
Itulah yang telah berlangsung tanpa bisa diikuti mata,
sehingga tanpa kusadari pedang lenturnya yang luar biasa
tajam dan indahnya berantakan di tanah dalam sepuluh
potongan. Aku tidak terlalu suka bertarung dengan senjata,
tetapi kedua pedang hitam Raja Pembantai dari Selatan itu
telah tertanam dalam kedua tanganku melalui rapalan ilmu
sihir yang tidak kuketahui pemecahannya. Dalam ilmu sihir,
setiap mantra memiliki mantra pemudarnya. Aku tak tahu
apakah mantra semacam itu ikut diwariskan kepadaku. Selama
kedua pedang hitam ini tak bisa kulepaskan dari diriku, aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak bisa menyebutkan diriku telah mencapai kesempurnaan
dalam ilmu persilatan, meski memang telah membuat diriku
semakin sulit dikalahkan.
(Oo-dwkz-oO) FU-NAN adalah kata yang diberikan para sejarawan Negeri
Atap Langit kepada kata Khmer bnam yang artinya adalah
gunung. Para penguasanya pada masa lalu disebut Raja
Gunung. Meski daya tariknya sebagai bandar antarbangsa
sudah dilumpuhkan semenjak armada Srivijaya menguasai
jalur perdagangan antara Negeri Atap Langit dan Jambhudvipa, penduduk Fu-nan yang berasal dari berbagai
bangsa masih mencerminkan kejayaannya pada masa lalu itu.
DALAM perjalananku di wilayah itu, kusaksikan barang-
barang asal Jambhudvipa yang bercampur dengan penemuan-
penemuan masa lalu ketika manusia memanfaatkan bahan
perunggu, tetapi dengan hasil yang sudah sangat maju sekali,
meski sudah diketahui lagi asal-usul mereka yang
membikinnya dahulu kala. Sebelum kapal-kapal dirakit dan
candi-candi dibangun, agaknya manusia merupakan gerombolan yang mengembara dari tempat yang satu ke
tempat lain tanpa pernah kembali lagi, yang memakan waktu
ratusan bahkan ribuan tahun.
Di sebuah tempat tersembunyi, kutemukan tulang belulang
yang dari bentuknya mirip juga dengan tulang belulang
manusia purba yang pernah ayahku perlihatkan kepadaku,
ketika mengajakku mengarungi wilayah pegunungan kapur
pada masa kecilku. Gerombolan manusia masa lalu
mengarungi dunia dengan cara menyusuri pantai, dari pantai
satu ke pantai yang lain, barangkali sambil menunjuk dan
berkata dalam bahasa yang belum pernah dituliskan: "Mari
kita ke sana, melihat apa yang ada di baliknya." Pernah
kudengar teman-teman sekapal bercerita tentang tulang
belulang yang sama di pantai-pantai sepanjang Semenanjung
Melayu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari apa yang kulihat di wilayah utara negeri itu, tempat
kuduga terdapat pengaruh Mon-Khmer, kusaksikan Fu-nan
semula dihuni penduduk dua lapisan yang berdampingan dan
tak lama kemudian melebur dengan akrab satu sama lain.
Orang-orang Fu-nan dianggap leluhur langsung raja-raja
Kamboja yang berpusat di Angkor sekarang. Mereka telah
berkenalan dengan budaya yang datang dari Jambhudvipa
melalui pelabuhan, ketika para pelaut Jambhudvipa memperluas wilayah dagangnya ke mana-mana. Memang Fu-
nan merupakan tempat persinggahan yang terbaik untuk
menuju Suvarnadvipa. Daerah itu dapat dicapai melalui jalan
darat sepanjang pantai Birma, lalu Siam, atau dengan
memotong jalan menyeberangi T eluk Benggala ke arah T anah
Genting Kra, lalu dengan menyeberangi Teluk Siam; atau
dengan mengitari Sumatra dari selatan untuk melintas di
antara pulau tersebut dan Pulau Jawa.
Dari pantai Fu-nan yang terlindung dari angin topan laut di
selatan Negeri Atap Langit, setelah memuat perbekalan,
dengan mudah orang dapat mencapai pantai timur sepanjang
Khmer dan Champa melalui jalan sungai dan meluncur dengan
dorongan angin musim yang menguntungkan ke arah Negeri
Atap Langit, dan dengan demikian menghindari belokan yang
panjang dan sulit di Tanjung Ca-mau. Di samping itu, Fu-nan
terletak di pinggiran hutan Gunung-Gunung Kamboja yang
kaya rempah-rempah dan dicari orang-orang Jambhudvipa
dengan gigihnya. Fu-nan sendiri juga menghasilkan rempah-
rempah dan emas dapat ditemukan jika rajin mencari di
sungai-sungainya. Kuduga seratus tahun yang lalu itu dengan cepat sekali
pantainya menjadi sangat padat penduduk, sedangkan pantai-
pantai lain di Teluk Siam itu sangat jarang penduduknya atau
sama sekali takberpenduduk. Tidak aneh jika para pedagang
Jambhudvipa membuka pasar mereka di sana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di sebuah kedai, kudengar cerita ini, yang baru kuketahui
setelah seseorang menerjemahkannya ke dalam bahasa
Sansekerta kepadaku. Dibimbing mimpi, seorang Brahmana
berlayar ke pantai-pantai itu, tempat ia bertemu dan menikahi
seorang puteri penguasa setempat, yakni suatu raja naga.
Sebagai bekal perkawinan puterinya, penguasa itu minum air
yang menggenangi negerinya, supaya anak-anaknya dapat
bercocok tanam. Cerita ini dapat kutafsirkan sebagai berikut, karena cerita
macam ini memang bukan semacam pengantar tidur,
melainkan cara menerjemahkan hubungan Fu-nan dengan
Jambhudvipa: Pada mulanya adalah pembukaan pemukiman
untuk urusan dagang, kemudian berlangsung perkawinan
dengan penduduk setempat; lantas berkat pelajaran para guru
Jambhudvipa dan kerja bersama, dilakukanlah penggarapan
delta-delta yang terendam sebagai suatu kerja besar yang
ditangani bersama. Penduduk Fu-nan sudah terbiasa dengan adanya orang-
orang asing. Anak-anak kecil tidak lari jika melihat orang
asing, seperti ketika mereka melihatku. Bahkan mendekat,
melihat dari dekat seolah-olah aku makhluk aneh, adakalanya
sambil memegang-megang pula. Namun selalu kubiarkan
mereka. Berkat petunjuk orang-orang aku mengetahui arah
menuju Puncak Tiga Rembulan. Ternyata perjalananku
memang masih jauh, jika aku ingin memenuhi undangan itu.
Bukan sekadar undangan sebetulnya, melainkan suatu
tantangan, dan terhadap suatu tantangan seorang pendekar
tidak boleh menghindarinya -jika memang masih ingin menjadi
pendekar. Dalam perjalanan aku teringat para pencuri kitab.
Bagaimana caranya mereka bekerja" Tentu sudah kudengar
perihal para murid yang membunuh guru, tetapi bagiku yang
lebih mengerikan adalah munculnya pencuri-pencuri bayaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang menjadi sangat mahir dengan tugasnya, memanfaatkan
apa pun yang bisa dilakukannya untuk mencapai tujuannya.
(Oo-dwkz-oO) Episode 102: [Para Pencuri Kitab]
MENURUT cerita yang kudengar, peristiwa ini terjadi
sebelum terdapatnya Pahoman Sembilan Naga, yang meski
berkedudukan di Jawadwipa, berlaku sebagai wibawa yang
memengaruhi seluruh wilayah Suvarnadvipa, yakni ketika
kejayaan dan kegemilangan dalam dunia persilatan tergenggam di tangan tiga kakak beradik Harimau Putih,
Harimau Hitam, dan Harimau Merah, yang mendapatkan ilmu
silat dari ayah mereka, Harimau Kencana. Setelah ayah
mereka meninggal dunia, menuruti wasiat ayahnya, kitab
rahasia ilmu s ilat perguruan dibagi tiga di antara mereka untuk
disimpan, dan masing-masing hanya diberi hak untuk
menurunkan sepertiga dari ilmu silat yang mereka, sesuai
dengan bagian kitab yang mereka miliki. Kebijakan ini akan
membuat ketiganya tidak terkalahkan oleh siapa pun, karena
ilmu silat Harimau Kencana saat itu hanya dapat dikalahkan
oleh ilmu s ilat Harimau Kencana juga.
Perguruan Harimau Kencana terletak di lereng Gunung
Semeru di bagian timur Jawadwipa yang jarang didatangi
manusia. Meskipun terletak di lereng, tidak berarti perguruan
itu mudah dicari dan apabila sudah diketahui tempatnya akan
mudah dicapai, karena letak perguruan itu seolah sengaja
menyembunyikan diri di tengah hutan yang begitu lebat.
Kelebatan hutan itu membuat orang mudah tersesat, dan
tersesat maupun tidak tersesat binatang buas yang
berkeliaran lebih banyak membuat manusia yang merambahi
hutan tersebut tidak selamat. Mereka yang pandai mencari
jalan ke arah yang sedikit tepat, biasanya akan menemukan
tulang belulang manusia di sana-sini, yang masih utuh
maupun sudah berserakan, karena jika pun manusia dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meloloskan diri dari sergapan binatang buas, apakah itu
diterkam harimau atau ditelan ular hidup-hidup, maka ia masih
harus menghadapi para Pengawal Harimau, yakni murid-murid
Perguruan Harimau Kencana yang ditugaskan membunuh


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa pun orangnya yang mendekati perguruan.
Bermaksud baik atau tidak baik, bermaksud berguru
maupun bertarung, selalu diberikan sambutan yang sama,
itulah serangan memastikan kematian yang disebut pembunuhan. Kenapa demikian" Dalam dunia persilatan
memang berlaku suatu kebiasaan, bahwa orang-orang yang
menempuh jalan persilatan untuk menjadi seorang pendekar
akan mencari guru terbaik yang ilmunya tidak pernah
terkalahkan. Pada masa itu Harimau Kencana, sampai ajal
menjemputnya, memang belum pernah kalah dalam
pertarungan mana pun, dan demikian pula dengan ketiga
anaknya yang kemudian membuka perguruan itu.
Namun ternyata kebijakan yang dibuat tidaklah bertujuan
membagi ilmu, melainkan sebaliknya, menguasai dunia
persilatan. Dengan tujuan ini, apa yang berlangsung dalam
kepekatan hutan rimba di lereng Gunung Semeru dapat
dipahami sebagai berikut: Pertama, mereka yang lolos dari
serangan mematikan para Pengawal Harimau maupun
sergapan binatang buas boleh dianggap sebagai bakat-bakat
terbaik dari dunia persilatan saat itu, karena sebagai tokoh-
tokoh tidak terkalahkan mereka akan didatangi orang-orang
yang menyoren pedang dari segala penjuru, baik untuk
menjadi murid maupun menantang bertarung; kedua, siapa
pun yang lolos dan berhak diterima sebagai murid, betapapun
cerdas, berbakat, dan tekun orangnya, hanya akan
mendapatkan sepertiga Ilmu Silat Harimau Kencana, karena
setiap murid hanya boleh diajar oleh satu orang dari Harimau
Putih, Harimau Hitam, dan Harimau Merah tersebut.
Kedua perkara ini saja telah membuat Perguruan Harimau
Kencana akan selalu berjaya, karena bahkan murid-muridnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang terbaik pun akan mati oleh calon murid yang lebih baik
lagi, dan demikianlah seterusnya, sehingga kemungkinan
pengkhianatan pun dengan sendirinya sudah ditepis. Sebegitu
jauh, penantang mana pun yang sudah berhasil melewati
hutan, menewaskan segala binatang buas yang menyergap
maupun segenap Pengawal Harimau yang menyerang dengan
tujuan mencabut nyawa, ketika akhirnya berhadapan dengan
salah satu dari ketiga tokoh Perguruan Harimau Kencana,
apalagi ketiganya sekaligus, hanyalah menemui ajal dalam
keadaan mengenaskan. Bukankah Ilmu Silat Harimau Kencana
sampai saat itu memang tidak terkalahkan"
Kebijakan itu telah menghabiskan pendekar-pendekar
terbaik dunia persilatan dari golongan putih maupun golongan
merdeka, karena mereka semua memang akhirnya dikalahkan;
orang-orang golongan hitam, yang selamanya licik, jahat, dan
hanya mementingkan diri sendiri, tidak tertarik sama sekali
menyabung nyawa atas nama kehormatan dan kesempurnaan, bahkan tidak juga kejantanan, yang biasanya
sangat menyinggung perasaan, bukan sekadar karena
kekalahan dan kematian bisa dipastikan, melainkan juga
karena jalan menuju kematiannya yang sangat mengerikan.
TULAH cara Perguruan Harimau Kencana menguasai dunia
persilatan, karena akhirnya memang tersisa orang-orang yang
datang hanya untuk menjadi murid, tiada lagi yang datang
untuk menantang. Mereka yang datang dengan tujuan
menimba ilmu ini sudah dapat dibatasi ilmunya dengan cara
yang sudah kuceritakan tadi, sehingga jika memang
bermaksud menantang gurunya, menurut perhitungan akan
dapat diatasi. Pernah adakah seorang murid yang begitu nekat
menantang ketiga guru ini" Memang pernah terjadi, seorang
murid yang tidak menyadari bahwa keharusan untuk belajar
kepada hanya satu guru dari Tiga Harimau itu maksudnya
membagi ilmu, suatu ketika merasa cukup pantas untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menantang gurunya sendiri untuk bertarung. Kebetulan ia
menjadi murid Harimau Merah yang terkenal paling kejam di
antara Tiga Harimau, meski yang disebut kurang daripada
kejamnya Harimau Putih dan Harimau Hitam itu tiada lebih
dan tiada kurang kejam jualah adanya.
Memang tidak bisa dimengerti mengapa murid satu ini
begitu berani menantang Harimau Merah yang tampangnya
saja sudah begitu seram bukan buatan. Di antara ketiga anak
Harimau Kencana, anak bungsu inilah yang wajahnya paling
mendekati macan, terutama berkat bulu-bulu cambang nan
kaku dan keras yang tumbuh kedua pipinya, sementara
rambut panjangnya yang merah juga begitu tebal seperti
singa. Mereka bertarung di halaman perguruan yang luas,
disaksikan Harimau Putih dan Harimau Hitam yang sudah
dipastikan akan turun tangan jika terjadi sesuatu dengan adik
bungsu mereka itu, meski hal itu tidak mungkin terjadi -karena
bukankah kepada murid mana pun hanya sepertiga ilmu silat
Harimau Kencana yang diturunkan kepadanya"
Harimau Merah berkacak pinggang di bawah bulan
purnama menghadapi muridnya yang bersimpuh di hadapannya dengan sangat sopan, meski tetap menantang.
"Hai murid! Mengapa dikau begitu nekat menantang daku,
gurumu sendiri yang telah menurunkan kepadamu segala ilmu
dengan sepenuh hati?"
"Ampunilah muridmu yang lancang ini, duhai guruku yang
sahaya junjung tinggi," ujarnya sembari membungkuk dalam
sekali, "tiada lain hanyalah kehormatan dalam jalan persilatan
yang sahaya butuhkan, betapa kematian yang terindah akan
tercapai dalam puncak kesempurnaan seorang pendekar."
"Hmm, jadi apa alasanmu bahwa gurumu yang harus dikau
tantang sebagai balas budi segenap ilmu yang telah
diturunkan kepadamu itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maafkan sahaya guru, tetapi apalah artinya sahaya
mengalahkan segala pendekar di seantero Yawabhumipala jika
belum mengalahkan satu dari atau semuanya Tiga Harimau
sekaligus" Sebaliknya, karena ilmu silat Harimau Kencana
belum terkalahkan, maka cukuplah dengan menantang dan
mengalahkan guru, maka itu berarti segenap ilmu silat yang
lain akan dapat juga sahaya atasi."
Harimau Merah meraung, benar-benar mirip raungan
harimau yang memendam kemarahan bukan alang kepalang.
"Kalau begitu bersiaplah untuk mati, wahai murid, untuk
mendapatkan kehormatan yang dikau inginkan!"
Sembari berkata begitu tangannya yang bercakar kuku-
kuku macan menyentak ke depan, mengirim angin pukulan ke
arah murid yang bersimpuh itu, yang segera melenting ke atas
dengan ringan ke udara. Namun belum lagi turun ke bumi,
Harimau Merah telah me leasat ke arahnya dengan dua cakar
terkembang. Ilmu Silat Harimau Kencana sungguh dahsyat. Pertarungan
guru murid itu segera tidak terlihat oleh pandangan mata
orang biasa, meski bagi kedua kakak Harimau Merah bukanlah
persoalan sama sekali. Segera terlihat oleh mereka berdua,
betapa murid yang telah berani menantang gurunya ini
memang memiliki bakat luar biasa, yang jika dikuasa inya Ilmu
Silat Harimau Kencana secara utuh, bukan tidak mungkin
taksatupun dari Tiga Harimau tersebut bisa menang
terhadapnya. Terbukti perhitungan Harimau Kencana benar
belaka. Dengan hanya memberikan sepertiga ilmu kepada
murid manapun, Ilmu Silat Harimau Kencana terjamin dikuasai
keturunan Harimau Kencana tanpa pernah terkalahkan, dan
dengan begitu berarti merajai dunia persilatan.
Seluruh Ilmu Silat Harimau Kencana hanya terdiri atas 30
jurus, tetapi gabungan jurus satu dengan jurus yang lain
memungkinkan lahir ribuan jurus baru yang tidak pernah
terduga dan tidak mungkin ditebak kapan munculnya, kecuali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sering-sering bertarung dengan lawan yang sama, yang tidak
mungkin terjadi, karena pertarungan silat selalu berakhir
dengan kematian. Murid yang berbakat itu tentu mendapatkan
hanya sepuluh jurus, tetapi yang dapat dikembangkan
setidaknya menjadi 900 jurus baru, juga dengan ketentuan
yang sama, yakni tidak pernah dapat diduga dan tidak dapat
ditebak kapan munculnya. INI membuat sang murid untuk sementara bukan hanya
dapat bertahan, melainkan menyerang dan mendesak
Harimau Merah, bahkan mencakar dadanya dengan jurus
Cakar Harimau Mengibas ke Selatan.
"Arrrgghhhh!!!"
Harimau Merah meraung dan merenggangkan rompi kulit
harimaunya. Lima garis merah menyilang di dada, yang segera
mengucurkan darah pula. Ia segera meraung.
"Grrruuuiaahh! Murid! Bersiaplah menerima kematianmu!"
Harimau Merah berkelebat ke arah muridnya yang baru
saja mau membuka mulut untuk minta maaf. Harimau Putih
dan Harimau Hitam yang mengikuti pertarungan itu mengerti,
bahwa Harimau Merah kini menggunakan jurus-jurus dari sisa
duapertiga Ilmu Silat Harimau Kencana yang tidak pernah
diturunkan kepada siapa pun di luar diri mereka bertiga.
Dengan segera terdengar suara-suara kain robek, kemudian
kulit tersayat, lantas desah kesakitan tertahan-tahan.
"Tahankanlah kesakitan ini murid! Seorang pendekar tidak
menangis!" Namun agaknya Harimau Merah memang sengaja menyiksa
muridnya itu dengan sengaja tidak segera membunuhnya.
Murid berbakat ini agaknya segera tahu, betapa belum semua
ilmu telah diturunkan kepadanya. Di tengah hujan cakar dan
pukulan yang telah membuat tubuhnya merah penuh darah,
murid penuh bakat yang belum berkesempatan membuat
nama bagi dirinya itu, berujar dengan marah bercampur pilu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Guru tidak menurunkan segenap ilmu! Jurus-jurus ini tidak
kukenal!" "Dasar tolol! Apa yang membuat dikau berpikir kami akan
menurunkan semua ilmu kepada seseorang yang akhirnya
akan menantang kami?"
Dalam kelebat dua bayangan di tengah ma lam, Harimau
Putih dan Harimau Hitam mendengar percakapan itu.
"Apakah guru tidak bersedia mengakui s iapa pun yang lebih
unggul daripada guru" Tidakkah seorang pendekar selalu siap
mati dalam pertarungan secara ksatria" Tiga Harimau takut
dikalahkan murid-muridnya sendiri,
maka ilmu yang diturunkan sangat terbatas! Itu melanggar hubungan
kepantasan guru dan murid, juga melanggar tata krama dunia
persilatan!" Namun karena kekecewaannya yang mendalam ia yang
sudah terdesak menjadi sangat kurang waspada. Cakar
Harimau Merah dengan kuku-kuku macan sekuat baja melesak
masuk ke dalam perutnya. "Ugh!" Ketika ditarik keluar, seluruh isinya bagaikan sudah
tergenggam oleh cakar Harimau Merah. Murid berbakat yang
telah berguru dan menantang dengan penuh kejujuran itu,
demi jalan yang ingin ditempuhnya untuk mencari
kesempurnaan, terguling di tanah dengan keadaan yang
sangat mengenaskan. Seluruh kulit tubuhnya bagaikan telah
dicabik-cabik cakar harimau, masing-masing dengan lima garis
sayatan, sehingga semuanya berjumlah 500 sayatan, karena
Harimau Merah telah mengeluarkan Jurus Seratus Harimau
Menari yang jelas tidak diajarkan kepada murid yang malang
itu. Jurus Seratus Harimau Menari akan membuat lawannya
merasa diserang oleh seratus harimau dari segala arah
sekaligus, yang tentu saja tidak akan bisa dihindari tanpa
mengetahui rahasia penangkalnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya dengan mempertahankan lingkar penguasaan
Ilmu Silat Harimau Kencana dengan penipuan terhadap murid
seperti itu, terhadap T iga Harimau layak diambil tindakan atas
pelanggaran tata nilai kependekaran, tetapi siapakah yang
berada dalam kedudukan untuk menilai dan mengambil
tindakan" Pada masa itu belum terdapat Pahoman Sembilan
Naga yang memang terbentuk untuk menjaga ketertiban dan
tata nilai dunia persilatan, selain menjadi cara berbagi
kekuasaan, meski kesempatan memperebutkannya secara
ksatria sangat terbuka. Lagipula dalam hal Perguruan Harimau
Kencana, siapakah kiranya dapat mengetahui kebijakan
mereka, jika di luar Tiga Harimau itu murid-muridnya selalu
berganti karena setiap kali mati terbunuh oleh pendatang yang
akan menggantikannya dan seterusnya" Para murid pun,
sekali menjadi bagian perguruan, tak akan bisa lari dan
menembus hutan untuk memberi kabar kepada dunia.
Tiga Harimau itu selalu saja bisa mencium usaha pelarian,
dan hukuman untuk itu jangan ditanya lagi, karena
kesalahannya dianggap jauh lebih besar daripada menantang
guru. Mereka yang dilumpuhkan akan digantung hidup-hidup
dengan kaki di atas dan kepala di bawah dan setelah itu
nasibnya diserahkan kepada seisi rimba raya....
Syahdan, suatu ketika seorang murid ma lang yang masih
tergantung, dan satu-satunya yang beruntung, melihat
seorang perempuan yang menyoren pedang sedang mencari-
cari jalan. Tentu perempuan pendekar itu dilihatnya dalam
keadaan terbalik. Perempuan pendekar itu mengenakan
kancut seperti lelaki, rambutnya digulung ke atas, dan
sepasang payudaranya dibebat dengan kain yang melingkar
ketat ke punggungnya. Di bahunya tergantung pedang
menyilang dalam sarungnya dan di tangannya tergenggam
sebuah kapak. Sepasang kakinya terlindungi kulit dengan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ikatan tali pada betisnya. Ia sangat cantik, kulitnya gelap
karena sering terbakar matahari, tubuhnya tegap dan
rambutnya kemerah-merahan. Alisnya yang tebal membuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tatapannya tambah tajam dalam kerimbunan hutan menjelang
malam. Masih terlihat darah pada mata kapaknya dan tangan
kirinya menggenggam potongan tubuh seekor ular. Mulutnya
masih mengunyah daging ular mentah-mentah.
Wajah orang yang digantung dengan kepala di bawah itu,
dalam penderitaannya, menatap dengan pandangan bertanya-
tanya. ''Ular ini mau memakan daku hidup-hidup,'' katanya dengan
mulut belepotan, ''tidak ada salahnya dia yang kumakan
setelah daku membunuhnya. Apa yang terjadi pada dikau"''
''Puan Pendekar,'' ujarnya dengan sisa tenaga, ''apakah
Puan bermaksud mencari Perguruan Harimau Kencana"''
''Mengapa jika iya dan mengapa jika tidak, wahai orang
yang terikat"'' ''Jika iya, lepaskanlah sahaya, maka akan sahaya ceritakan
segala sesuatu yang penting untuk Puan ketahui, untuk
memutuskan berbalik arah maupun meneruskan perjalanan.''
Sekali tetak dengan kapak jatuhlah orang itu ke tanah, dan
dengan sekali sabet lepaslah ikatan pada tangan maupun
kakinya. Namun ketika ia mau berdiri, perempuan yang
menyoren pedang dan masih mengunyah daging ular mentah
itu menginjak dadanya. ''Ceritakanlah sekarang dan jangan membuat gerakan
mencurigakan,'' katanya, ''aku sudah seminggu berputar-putar
di hutan ini, dan aku sekarang sangat marah.''
Dengan dada terinjak, murid yang me larikan diri itu
menceritakan semuanya. Terbayanglah segalanya dengan segera di mata perempuan
pendekar yang memegang kapak berdarah itu. Segalanya
sebelum dirinya sendiri tiba. Betapa setelah kerimbunan hutan
ini nanti akan berhasil dilewatinya dan mendaki sebuah tebing
maka akan dilihatnya bangunan kayu Perguruan Harimau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kencana yang megah, tiga bangunan yang mengelilingi
sebuah lapangan. Bangunan di sebelah kiri ditinggali Harimau
Hitam, bangunan di sebelah kanan ditinggali Harimau Merah,
dan bangunan yang berhadapan dengan hutan menjadi
tempat bersemayam Harimau Putih. Setiap bangunan
ditinggali bersama murid mereka masing-masing,
yang ruangannya mampu memuat seratus orang, karena
memang merupakan rumah panjang dengan kayu serba
pilihan. Di belakang bangunan Harimau Putih terdapat tebing
curam yang jika siapa pun menatap ke arahnya maka akan
terlihat puncak Gunung Semeru yang kadang-kadang
mengepulkan asap. Kedudukan bangunan-bangunan yang
lebih tinggi ini memang menguntungkan, karena membuat
siapa pun yang keluar dari hutan tersebut dapat diawasi.
Bangunan-bangunan besar yang saat ini tentunya sepi karena
murid-muridnya makin lama makin habis terbunuh oleh para
calon murid baru yang berhasil menembus hadangan, yang
kemudian juga akan terbunuh lagi dan seterusnya, sampai
tinggal satu orang yang akhirnya melarikan diri dan ditemukan
olehnya itu. Sambil masih menjejak dada dan mengunyah daging ular
mentah, dapat dibayangkannya betapa pada malam-malam
yang telah menjadi larut, di bawah cahaya api yang remang,
Tiga Harimau itu masing-masing menekuni sepertiga kitab
yang menjadi bagian mereka. Namun saat itu ia tidak
mengetahui bahwa masing-masing kitab itu hanyalah
sepertiga dari keseluruhan Kitab Ilmu Silat Harimau Kencana,
yang terbayangkan olehnya, seperti didengarnya dari murid
yang bercerita, karena hanya yang menantang bertarung
sajalah kiranya akan mengetahui terdapatnya jurus-jurus Ilmu
Silat Harimau Kencana yang belum diturunkan kepada
merekaotentu mereka hanya akan mengetahuinya menjelang
ajal tiba. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terbayangkan oleh perempuan pendekar yang memegang
kapak itu betapa masing-masing dari Tiga Harimau itu akan
mematangkan dan memperdalam ilmunya dari malam ke
malam, setiap malam, karena memang tidak ada lagi yang
akan dikerjakan siapa pun yang menempuh jalan persilatan
selain menekuni ilmunya dengan semakin dalam.
TERBAYANGKAN olehnya betapa seusai menekuni segala
sesuatu dari Kitab Ilmu Silat Harimau, masing-masing dari
Tiga Harimau itu akan meniup api dan ruangan mereka akan
menggelap dan mereka akan merebahkan diri di atas tikar
pandan di lantai kayu. Merebahkan diri dan tidur lurus, tanpa
gerak sama sekali, dengan napas sangat teratur sampai ayam
jantan berkokok karena melihat cahaya kemerah-merahan,
dan hanya mereka yang dapat melihatnya, di ufuk timur yang
jauh, nun di balik Gunung Semeru itu.
Membayangkan kehidupan semacam itu, perempuan
pendekar tersebut tersenyum.
(Oo-dwkz-oO) Episode 103: [Murid yang Datang Pagi Hari]
PEREMPUAN pendekar itu masih membutuhkan waktu
sehari semalam untuk mencapai Perguruan Harimau Kencana,
bukan saja karena binatang-binatang buas aneka rupa masih
terus berusaha menyergapnya di dalam hutan gelap nan pekat
apalagi kalau malam itu, tetapi karena setelah murid-muridnya
habis terbunuh Tiga Harimau telah menempatkan Penjaga
Bayangan yang diciptakan me lalui mantra sihir. Para Penjaga
Bayangan akan berlaku seperti Pengawal Harimau, yakni
mencegat dan menyerang setiap orang yang memasuki hutan
dengan tujuan mencari jalan ke Perguruan Harimau Kencana.
Sebagaimana layaknya ciptaan sihir, Penjaga Bayangan ini
akan tampak dengan sendirinya dan langsung menyerang
begitu wilayah penjagaannya dimasuki orang asing. Meski
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya ciptaan sihir dan disebut Penjaga Bayangan, mereka
yang ilmu silatnya lebih rendah tetap akan terbunuh oleh
senjata para Penjaga Bayangan. Sebaliknya, jika ilmu silat
para perambah hutan lebih tinggi, pada saat kelemahan
terbuka para Penjaga Bayangan menjadi sasaran, mereka
akan lenyap begitu saja. Demikianlah perempuan pendekar ini telah berjalan dalam
kegelapan dan kerapatan hutan semalaman sembari setiap
kali memapaskan kedua senjatanya menghadapi para Penjaga
Bayangan. Mereka menyerang satu persatu dari segala sudut
dan segala penjuru dengan jurus-jurus mematikan yang
semuanya dapat ditangkal sang perempuan pendekar.
Sepanjang malam ia hanya berjalan ke satu arah, lurus dan
mendaki, karena semua orang tahu Perguruan Harimau
Kencana terletak di lereng gunung berapi. Ia berjalan,
berjalan, dan berjalan sembari terus menyabet dan
menghindar ke kiri dan ke kanan. Para Penjaga Bayangan
begitu lincah karena memang hanya bayangan, tetapi ilmu
silat perempuan pendekar ini tampaknya begitu tinggi,
sehingga secepat apa pun para Penjaga Bayangan bergerak,
perempuan pendekar itu berkelebat lebih cepat lagi. Dengan
kecepatan seperti itu ia selalu lebih dulu mampu menyentuh
titik lemah para Penjaga Bayangan, yang segera lenyap
menguap tiada tentu rimbanya.
Kadang pedangnya lebih dulu mencapai jantung, kadang
kapaknya lebih dulu mencapai leher, semua itu dilakukannya
sambil terus melangkah maju. Para Penjaga Bayangan
hanyalah sosok-sosok hitam seperti orang, tetapi tiada
berwajah sama sekali. Mungkinkah karena itu pula sang
pendekar perempuan bertempur tanpa merasa perlu melihat
wajah mereka sama sekali" Ia bergerak sangat amat cepat,
yang hanya memancing secara terus-menerus para Penjaga
Bayangan ini, karena setiap kali yang satu mati segera muncul
yang lain lagi. Ketika pagi tiba, tidak kurang dari 3000 sosok
Penjaga Bayangan yang telah dibunuhnya. Seandainya semua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu manusia sesungguhnya, bisakah dibayangkan betapa darah
akan bersimbah pada senjata dan sekujur tubuhnya" Sihir ada
batasnya. Masing-masing dari Tiga Harimau itu telah
menciptakan 1000 sosok Penjaga Bayangan yang semuanya
telah dikalahkan. Maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi
langkah perempuan pendekar ini.
Matahari telah muncul dari balik Gunung Semeru ketika
perempuan pendekar ini akhirnya muncul dari dalam hutan,
melangkah ke tengah lapangan yang dikelilingi tiga rumah
panjang itu. Dari dalam rumah-panjangnya masing-masing,
Harimau Putih, Harimau Hitam, dan Harimau Merah yang baru
saja membuka mata dari samadhi pagi menyaksikan seorang
perempuan yang ditimpa cahaya. Dari ketiga sisi, cahaya
menyepuh tubuh tembaga perempuan itu, yang telah
mengatasi 3.000 sosok Penjaga Bayangan sepanjang malam,
yang kini melangkah ke tengah lapangan dengan pedang di
tangan kanan dan kapak tergantung di pinggang. Sampai di
tengah lapangan ia lepaskan kedua senjatanya ke tanah
sebagai tanda tak ingin bermusuhan, lantas duduk bersimpuh
sebagai tanda permohonan untuk menjadi murid perguruan.
Tiga Harimau menyadari betapa calon murid yang datang
kali ini bukanlah sembarang orang yang menyoren pedang.
"SEHARUSNYA ia datang untuk meminta pertarungan," pikir
Harimau Putih, "bukan datang untuk berguru. Benarkah ia
memang ingin berguru?"
"Seorang perempuan yang telah menembus hutan dan
mengalahkan 3.000 sosok Penjaga Bayangan adalah hal
terbaik bagi sebuah perguruan di dalam hutan," pikir Harimau
Hitam, yang merasa sangat berminat untuk memberi
pelajaran. "Perempuan pendekar yang gagah perkasa dan menarik
pula, semoga Kakak Harimau Putih menyerahkannya
kepadaku, siapa tahu aku bisa menidurinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Malang bagi Perguruan Harimau Kencana, karena calon
murid yang datang pagi hari ini sebenarnya seorang pencuri
kitab tingkat tinggi, yang demi pekerjaannya bersedia
memberikan segala-galanya demi keberhasilan tugasnya.
Betapa Tiga Harimau tidak akan mengangkatnya jadi
murid, jika setelah tiga hari dan tiga malam perempuan
berkulit tembaga ini masih juga bertahan dan bersimpuh di
tempatnya dalam panas maupun hujan"
"Jika dia masih tahan sehari lagi, aku sendiri yang akan
mengambilnya sebagai murid," ujar Harimau Putih yang
sangat terkesan kepada perempuan ini.
Biasanya siapa pun yang muncul dari dalam hutan setelah
mengalahkan para Pengawal Harimau langsung diterima
sebagai murid, tetapi yang dikalahkan perempuan ini adalah
3.000 sosok Penjaga Bayangan, mungkin Harimau Putih
merasa untuk orang hebat harus diberikan ujian yang lebih
berat. Di antara Tiga Harimau, sebetulnya Harimau Putih adalah
yang paling bijak dan paling hati-hati, tetapi rupanya ia telah
jatuh hati. "Mungkin karena inilah perempuan pertama yang tiba di
Perguruan Harimau Kencana," ujar pencerita di dalam kedai
itu. Tidak kuingat apakah ia bercerita juga tentang perempuan
yang melahirkan anak-anak Harimau Kencana.
Demikianlah, karena perempuan itu masih juga bersimpuh
tanpa bergerak sedikit pun di tengah lapangan setelah hujan
semalaman, yang berarti telah dilampaui malam keempat,
Harimau Putih menepati janji kepada dirinya sendiri. Apalagi
perempuan itu memang rela melepaskan segenap ilmu silat
yang telah dikuasa inya, yang merupakan syarat pembelajaran
Ilmu Silat Harimau Kencana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) SELAMA menjadi murid Harimau Putih, perempuan itu
tinggal di rumah-panjang Harimau Putih pula yang menghadap
langsung ke hutan. Seperti murid yang lain ia pun mendapat
tugas untuk berlaku sebagai Pengawal Harimau, yakni
menyergap dan menyerang siapa pun yang memasuki hutan
dan mencari-cari jalan menuju ke perguruan. Kemampuannya
yang tinggi telah membuat ia selalu berhasil dengan tugasnya.
Meskipun sudah dilepaskannya ilmu pedang dan kapak yang
dikuasainya sebelum menerima Ilmu Silat Harimau Kencana,
apa pun yang telah dipelajarinya dengan cepat lebih dari
cukup untuk mengalahkan dan menamatkan riwayat mereka
yang sedang mencari jalan, sehingga untuk beberapa lama
tiada lagi yang merambah hutan di lereng Gunung Semeru itu.
Kepandaiannya yang tinggi sempat membuat Tiga Harimau
waswas. Mereka pernah membicarakan masalah tersebut.
"Kakak Harimau Putih, perempuan ini sangat pandai,
dengan sangat cepat telah dikuasainya sepertiga ilmu yang
Kakak turunkan. Mungkinkah ia seorang mata-mata yang
sedang menipu kita?"
Ini diucapkan Harimau Hitam, yang sebetulnya sangat
tertarik mengangkatnya sebagai murid.
"Adik Harimau Hitam sebaiknya bersikap tenang.
Betapapun pandainya perempuan ini, ia hanya akan
menguasai sepertiga kemampuan kita masing-masing. Bahkan
jika ia ingin menikam kita dalam tidur pun, dalam keadaan
tertidur itu kita masih dapat mengatasinya."
"Bagaimana dengan ilmu silat yang dimiliki perempuan itu
sebelumnya" Meski hanya sepertiga Ilmu Silat Harimau
Kencana dikuasainya, jika ia mampu mengolah dan
meleburkannya dengan jurus yang tidak kita kenal, tentu akan
sangat berbahaya..."
Harimau Putih menukas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik Harimau Merah! Sejak kapan Ilmu Silat Harimau
Kencana bisa dikalahkan" Kita telah menghapus ilmu silatnya
yang lama dengan mantra, dan jika pun masih ada yang
tersisa, peleburannya dengan sepertiga ilmu kita tetap belum
cukup untuk mengatasi Ilmu Silat Harimau Kencana
seutuhnya. Hanya yang mempelajari tiga bagian itu
selengkapnya akan mampu mengalahkan salah satu dari kita.
Ilmu Silat Harimau Kencana hanya dapat dikalahkan oleh Ilmu


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Silat Harimau Kencana!"
HARIMAU Merah hanya manggut-manggut karena ia
memang asal bicara. Semenjak perempuan yang datang untuk
belajar silat itu menjadi murid Harimau Putih, pikirannya selalu
terganggu dan jiwanya selalu gelisah, karena dari hari ke hari
yang diinginkannya hanyalah meniduri perempuan itu saja.
Namun tidak ada yang bisa dilakukannya, karena dalam hal
tata susila, Perguruan Harimau Kencana mempunyai peraturan
yang ketat. Jika menghendaki perempuan tersebut, ia hanya
boleh langsung meminangnya, tetapi meskipun Harimau
Merah tidak takut kepada siapapun di dunia ini, dalam hal
pinangan ia sangat takut ditolak. Sebetulnya ia sama sekali
tidak ingin menjadikan perempuan ini seorang istri, karena
memang tidak memang tidak mencintainya. Ia hanya ingin
meniduri seorang perempuan. Sudah bertahun-tahun ia
membayangkan hal itu. Bayangan yang berkobar membara
begitu perempuan itu memasuki lapangan pertarungan
Perguruan Harimau Kencana.
Maka yang sering dilakukannya adalah mengendap-endap
ke rumah-panjang Harimau Putih untuk mengintip perempuan
itu tidur. Perempuan itu ditempatkan pada sebuah bilik yang
luas, tempat dahulu banyak murid bergelimpangan di atas
tikar sebelum akhirnya habis tanpa sisa. Sehabis meronda
dalam hutan yang juga dilakukannya lewat tengah malam,
perempuan itu akan mencuci kakinya dengan air yang
memancur dari saluran bambu sebelum tidur. Dari celah
dinding kayu, dengan nafas tertahan akan ditatapnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perempuan itu membuka kain penutup payudaranya,
melepaskan kancut lelakinya sebelum menggantikannya
dengan kain, yang rupanya memang hanya dipakainya untuk
tidur. Saat itu perempuan tersebut tidak akan tampak sebagai
orang yang menyoren pedang di sungai telaga dunia
persilatan, melainkan seperti perempuan impian yang
didambakan setiap lelaki.
Dalam cahaya api kemerahan, Harimau Merah masih akan
terus menahan nafasnya menyaksikan di antara celah betapa
perempuan itu me lepaskan ikatan rambutnya, sehingga
rambutnya yang panjang dan tebal itu jatuh ke bahunya, juga
payudaranya, yang akan disisirinya dengan jari-jari yang telah
berkuku panjang karena mempelajari Ilmu Silat Harimau
Kencana. Namun yang paling dinantikannya adalah ketika
perempuan itu merebahkan diri ke atas tikar, tepat di
hadapannya, ketika kedua kaki perempuan itu tidak selalu ikut
terbaring lurus, melainkan centang perenang ke sana dan ke
sini. Apabila hal itu terjadi, bisa dipastikan betapa malam akan
sangat menyiksa bagi Harimau Merah.
Esok paginya, apabila perempuan itu turun ke sungai untuk
mandi, dapat dipastikan bahwa Harimau Merah telah siap
mengintipnya pula. Harus dikatakan hal semacam ini sangat
aneh, karena di luar perguruan, seperti di desa-desa di kaki
gunung, ketelanjangan bukanlah sesuatu yang perlu
diintipomelainkan terbuka tanpa harus menimbulkan getaran
apa-apa. Mungkin karena banyak tabu susila di Perguruan
Harimau Kencana, yang belum pernah terjalani karena tidak
pernah menerima murid perempuan.
Maka alangkah terkejutnya Harimau Merah, ketika pada
suatu malam disaksikannya Harimau Putih telah berada di
dalam bilik perempuan tersebut. Hanya sepintas adegan itu
disaksikannya, tetapi cukup untuk memberitahukan keadaannya, bahwa tiada batas lagi antara Harimau Putih
dengan perempuan itu. Hanya sepintas, tetapi gambaran mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpejam perempuan berambut panjang itu, yang tangannya
menancap di punggung Harimau Putih, bagaikan akan
bertahan selama-lamanya. Saat itu Harimau Merah langsung berkelebat tanpa suara.
Tak diketahuinya mata yang tadi bagaikan terpejam tanpa
kesadaran dengan mulut terbuka, kini terbuka dengan wajah
menyungging senyuman pula. Senyum seseorang yang
merasa pasti dirinya akan menang.
(Oo-dwkz-oO) DI tengah hutan, ketika sedang meronda, perempuan itu
tahu belaka betapa Harimau Merah mengikutinya. Meski Ilmu
Silat Harimau Kencana yang dikuasa inya hanya sepertiga,
lebih dari cukup untuk mengenali Jurus Harimau Melangkah di
Atas Daun Teratai yang digunakan Harimau Merah untuk
meringankan tubuhnya. Tanpa menoleh perempuan itu berkata. "Paman Guru
Harimau Merah, apakah dia sedang menguji pendengaranku
sehingga diperlukannya ilmu meringankan tubuh untuk
mengikutiku?" Baru setelah itu ia menoleh sambil tersenyum. Harimau
Merah melangkah maju dengan bibir bergetar. "Kakak
Harimau Putih telah melanggar tabu perguruan yang telah
ditentukannya sendiri, tiada lagi tabu bagiku untuk
mendapatkan apa yang juga didapatkannya. Berikanlah juga
kepadaku apa yang telah dikau berikan kepada Harimau
Putih." NAMUN perempuan itu menjulurkan tangan dengan telapak
ke depan. Tangan itu sudah berwarna kemerahan bagai besi
yang sedang ditempa, tanda pengerahan tenaga dalam.
"Tunggu dulu Paman Guru. Jangan terburu nafsu. Guruku
Harimau Putih berhak atas apa yang didapatkan sebagai
imbalan. Aku akan memberikan juga kepada Paman Guru,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebagai imbalan sepertiga Ilmu Silat Harimau Kencana yang
paling dikuasa i Paman."
Harimau Merah tertegun. Ia menyadari apa artinya
melanggar sumpah perguruan. Namun ia hanya berpikir jika
Harimau Putih yang paling tua dan kini memimpin perguruan
pun telah melanggar tabu itu, maka baginya pun ikatan tabu
itu kini tidak berlaku. "Berikanlah kepadaku apa yang dikau berikan kepada
Kakak Harimau Putih, wahai murid, maka akan kuberikan
kepadamu sepertiga dari Ilmu Silat Harimau Kencana yang
kukuasai." Perempuan itu tersenyum. "Berikanlah dahulu apa yang dikuasa i Paman Guru, setelah
itu Paman Guru boleh mendapatkan seluruh tubuhku," ujarnya
dengan pandangan mata yang menggugurkan segenap daya
pertimbangan Harimau Merah.
Hutan lebat tanpa manusia itu pun kemudian menjadi saksi,
bagaimana Harimau Merah memberikan kunci-kunci sepertiga
bagian terakhir dari Ilmu Silat Harimau Kencana. Telah
disebutkan bahwa meskipun Tiga Harimau itu mewarisi
segenap ilmu warisan Harimau Kencana dengan sama
baiknya, semenjak kitab ajaran ilmu silatnya dibagi tiga,
masing-masing dari mereka dianjurkan memperdalam
bagiannya. Apabila perempuan ini telah menguasai bagian
pertama dari Harimau Putih, dan kini mempelajari bagian
ketiga dari Harimau Merah, maka setelah menguasainya
berarti ia tinggal mempelajari bagian tengah atau kedua yang
diperdalam oleh Harimau Hitam untuk menguasai Ilmu Silat
Harimau Kencana selengkapnya.
"Kini ikutilah gerakanku," ujar Harimau Merah, "dikau telah
mengetahui kuncinya dan kini seraplah gerakannya."
Di tengah hutan, di sebuah petak agak lapang, perempuan
itu memperdalam Jurus Seratus Harimau Menari yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengandalkan cakar maut sebagai penghancur lawan. Ilmu
Silat Harimau Kencana mendasarkan gerakannya kepada
segenap gerak harimau dalam pertarungan yang dikembangkan dengan segala kemungkinan gerak tubuh
manusia. Maka segera terlihat bagaimana perempuan itu
mengikuti terkaman dan cakaran, geliat dan lompatan, elakan
dan raungan, yang dari jauh bagaikan tarian berpasangan,
tetapi bukan tarian halus mulus mengesankan melainkan
ganas kejam tangkas buas sembari terus menggeram-geram.
Terlihat kemudian bagaimana kuku-kuku tangan keduanya
menyala bagaikan besi membara yang sedang ditempa karena
tenaga dalam yang dikerahkannya. Ilmu Silat Harimau
Kencana memang sama sekali tidak mengandalkan senjata,
tetapi kuku-kuku tangan mereka yang panjang menjadi sekuat
baja dan sangat berbahaya. Adalah biasa bila pedang,
tombak, panah, maupun trisula akan berkeping-keping
disampoknya. Apabila kemudian Jurus Seratus Harimau Menari
ini dibawakan dengan lambaran tenaga dalam dan ilmu
meringankan tubuh, maka di dalam hutan yang remang
memang hanya cahaya bara api dari kuku-kuku itu yang akan
kelihatan, bergerak sesuai jurus-jurus cakaran tetapi orangnya
tidak kelihatan. Usai mengikuti seluruh gerakan, berarti usai pula Jurus
Seratus Harimau Menari diserapkan, dan Harimau Merah
menatap perempuan itu dengan pandangan penuh tuntutan.
Perempuan yang kini telah menguasai duapertiga Ilmu Silat
Harimau Kencana itu mengerti dan paham sepenuhnya betapa
kini Harimau Merah menuntut imbalan. Dengan senyuman
penuh pengertian, tetapi terkandung juga sedikit ejekan,
perempuan itu pun serta merta mengundang.
Sembari melepaskan segenap kain di tubuhnya ia berkata.
"Paman Guru yang perkasa, tidakkah Paman Guru kuasa i
juga Jurus Harimau Bercinta di T engah Hutan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa membuang waktu lagi Harimau Merah menyergap
perempuan yang kini menyeringai bagaikan harimau dalam
berahi. Di atas pepohonan tinggi yang daun-daunnya
menghalangi jalan cahaya matahari, burung-burung mencericit
dan monyet-monyet mencerecek melihat sepasang manusia
bercumbu seperti harimau bercumbu. Keduanya saling
menggeram dan meraung, saling menyergap sampai tubuh
mereka tersayat-sayat cakaran mesra.
SEGENAP taring, misai, dan cakar berubah menjadi
peralatan cinta. Bahkan harimau yang sesungguhnya pun
tidak akan mempunyai gairah yang sama.
Di antara dahan dan ranting terlihat sesosok bayangan
hitam seperti harimau kumbang, bergerak lincah tanpa suara
dari dahan ke dahan. Gerakan itu berhenti di sana, menatap
adegan di bawahnya dan menyeringaikan mulutnya. Dilihatnya
perempuan itu, sementara adiknya menyergap. Ketika
raungan sepasang harimau itu menguak langit, sosok yang
mengendap seperti harimau kumbang itu, yang ternyata
adalah Harimau Hitam, berkelebat menghilang...
(Oo-dwkz-oO) Episode 104: [Bercinta di Atas Pepohonan]
KEMUDIAN hari-hari berlalu seperti biasa di Perguruan
Harimau Kencana, bahkan Harimau Merah sudah tidak lagi
mengendap-endap ke rumah-panjang Harimau Putih, karena
apapun yang bisa didapatkan Harimau Putih dari perempuan
itu sekarang bisa didapatkannya pula -dan perempuan itu
tidak pernah memberikan apa yang dikehendaki keduanya
begitu saja. Ia hanya memberikannya dengan imbalan atas
pendalaman jurus-jurus tertentu.
Sedemikian pentingnyakah ilmu silat, sehingga seorang
perempuan bersedia memberikan tubuh, dan bersama itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehormatannya, demi penguasaan atas jurus-jurus pamungkas dan rahasia dari Ilmu Silat Harimau Kencana"
Pertanyaan ini mendapat jawab, hanya bila telah diketahui
bahwa perempuan itu ternyata adalah seorang pencuri kitab.
Demikianlah dalam dunia persilatan, seperti kita kenal dari
kehidupan Pendekar Mahasabdika, terdapat orang-orang yang
menyoren pedang tetapi menguji kesempurnaan hidupnya
dengan mencuri kitab-kitab ilmu silat. Setidaknya terdapat tiga
jenis pencuri kitab ini: Pertama, yang mencuri demi
penguasaan ilmu silat; kedua, yang mencuri untuk
memperjual belikannya; ketiga, yang mencuri demi kepuasan
dalam mencuri itu sendiri -semakin sulit sebuah kitab dicuri,
semakin tertantang mereka untuk mencurinya. Tentu saja
tujuan pencurian itu bisa menjadi satu, karena tanpa ilmu s ilat
yang tinggi, mencuri kitab ilmu silat adalah tindakan bunuh
diri. Bukankah kitab ilmu silat dianggap sebagai pusaka yang
dijaga, karena sifatnya yang rahasia, dan apalagi kalau
memang langka" Pencuri kitab dari jenis pertama adalah yang paling sering
dipergoki, karena dengan pengutamaan kepentingannya
terhadap ilmu silat, biasanya ilmu mencuri mereka lemah
sekali, dan jika tertangkap nasibnya janganlah dipertanyakan
lagi. Pencuri kitab dari jenis yang kedua, jelas menjadikan
pencurian sebagai pekerjaan, sehingga ilmu mencuri mereka
memang tinggi, tetapi minat untuk mempelajarinya tidak ada,
karena tujuannya terutama adalah menjual kembali. Pencuri
kitab dari jenis ketiga adalah yang paling diwaspadai, karena
mereka menjadikan pekerjaan mencuri sebagai seni; mereka
mencuri kitab bukan karena tujuan mencapai kesempurnaan
dalam ilmu silat, melainkan kesempurnaan sebagai manusia
melalui seni mencuri, dan untuk menjadikan pencurian sebagai
sebagai seni yang tinggi, ilmu mencuri mereka mutlak harus
tinggi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di dalam ilmu mencuri yang tinggi itu, ilmu silat yang juga
tinggi adalah bagian dari persyaratannya, karena ilmu mencuri
hanya diakui tinggi jika mampu dimanfaatkan untuk mencuri
kitab-kitab ilmu silat tingkat tinggi. Sedangkan kitab-kitab itu
tentu bukan saja disimpan di tempat tersembunyi, tetapi
dikitari orang-orang berilmu tinggi. Tidak heran jika para
pencuri jenis yang terakhir ini menjadi sangat tinggi ilmu


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

silatnya, tetapi yang mereka pelajari hanya untuk mendukung
tujuan mencuri. Sehingga dengan ilmu silatnya mereka tidak
akan pernah bercita-cita mencari dan menguji kesempurnaan
sebagai manusia melalui pertarungan antara hidup dan mati.
Sudah tentu ilmu silat yang tinggi itu sangat diperlukan jika
jiwa mereka terancam dan karena itu harus membela diri.
Perempuan pendekar yang datang setelah menempuh
perjalanan dan ujian berat itu jelas memenuhi ukuran jenis
yang pertama, bahwa dengan suatu cara ia telah mencuri
kitab itu demi ilmu silatnya. Namun tentu saja ia juga
memenuhi syarat bagi ukuran jenis yang ketiga, bahwa
setidaknya ia telah menggunakan cara tertentu untuk
mempelajari bagian kitab yang tidak diperuntukkan baginya,
dan itu adalah seni mencuri namanya. Baginya tidak penting
benar kehormatan atas tubuhnya, karena kehormatannya
dipertaruhkan dalam keberhasilan mencuri. Itulah falsafah
para pencuri kitab ilmu silat.
MAKA setelah akhirnya ia mengetahui, betapa Harimau
Hitam ternyata juga sering mengintip percumbuannya dengan
Harimau Putih maupun Harimau Merah, ia biarkan saja anak
kedua Harimau Kencana itu mengikutinya ke dalam hutan
ketika meronda, hanya untuk memasang jebakan yang sama.
Ia berkelebat dari dahan ke dahan dengan cepat menjauhi
perguruan, dan Harimau Hitam pun berkelebat dengan sangat
cepatnya. Hutan itu begitu luas, sehingga meskipun keduanya
melesat luar biasa cepat, meronda ke segenap sudut hutan itu
tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berkelebat, artinya pergerakan mereka tidak terlihat.
Namun bagi mereka yang mampu menyaksikannya karena
bergerak secepat mereka, kecepatan itu menjadi gerak lambat
yang mengesankan seperti keindahan. Hutan rimba hanyalah
kelebat hijau tua, dengan garis-garis cahaya matahari yang
menembus dedaunan, membuat pandangan Harimau Hitam
menjadi nanar, karena cahaya kuning keemasan telah
membuat rambut kemerahan perempuan itu berkilau-kilauan.
Perempuan itu melirik, maksudnya memang mengundang, dan
masih mereka melesat bergelantungan dari akar pohon yang
satu ke akar pohon lain ketika dengan sengaja tetapi seolah-
olah tak sengaja ia lepaskan kain yang melibat erat dadanya.
Kain itu melayang-layang turun dan belum sampai ke tanah
ketika di atas sana sambil masih bergelantungan Harimau
Hitam berkelebat memeluk perempuan yang seolah tidak
memberi perlawanan itu. Memang perempuan itu tidak
melawan, tetapi ternyata tetap menghindar dan berkelit jua.
Seolah-olah diberinya kesempatan Harimau Hitam merasakan
hangat tubuhnya dalam dingin hutan, tetapi dengan licin ia
berputar melepaskan diri sambil melejit kembali ke akar pohon
yang lain. Harimau Hitam mengejar sambil menggeram-geram.
"Kedua saudaraku telah melanggar tabu, wahai murid
Harimau Putih, daku berhak mendapatkan pula apa yang telah
dikau berikan kepada mereka berdua," katanya sambil
memburu perempuan itu. Dalam hutan yang kelam, dalam kilau seleret cahaya yang
menembus dedaunan, kerlingan mata perempuan yang telah
membuka pula ikatan rambut merahnya itu semakin membuat
Harimau Hitam penasaran, sampai rasanya betapa ingin
menubruk dan menyeretnya ke rerumputan.
"Apa yang membuat Paman Guru berpikir daku
memberikan semua itu tanpa imbalan" Berikanlah kepadaku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa yang telah mereka berikan, maka Paman Guru akan
menerima dariku apa yang juga mereka dapatkan."
Harimau Hitam menggeram-geram.
"Katakan segera yang telah mereka berikan."
Ketika perempuan itu sambil masih berayun-ayun
menyebutkannya, Harimau Hitam yang mengikutinya tertegun.
Bukan sekadar tabu perguruan tentang hubungan guru dan
murid yang telah dilanggar, melainkan juga sumpah mereka
sendiri kepada ayah dan guru mereka, bahwa tiada seorang
murid pun dari perguruan mereka akan menerima lebih dari
sepertiga bagian I lmu Silat Harimau Kencana.
Semula ia bermaksud mengurungkan niatnya, tetapi cara
berpikirnya telah dirusak oleh nafsunya.
"Jika kedua saudaraku telah melanggar sumpah dan tabu
perguruan untuk mendapatkan perempuan ini, mengapa pula
aku tidak boleh melakukannya," pikir Harimau Hitam.
Jadi bukan cara menyelamatkan amanat, bahwa Ilmu Silat
Harimau Kencana jangan sampai dikuasai seutuhnya oleh
siapa pun di luar garis keturunan, melainkan pembenaran atas
kesalahan, agar dirinya bisa mendapatkan apa yang selama ini
dibayangkannya sebagai puncak kenikmatan.
"Berhentilah di atas dahan yang melintang di ujung itu,
wahai murid Harimau Putih, agar dapat kuberikan kepadamu
sepertiga bagian I lmu Silat Harimau Kencana yang dikuasakan
kepada Harimau Hitam."
Perempuan itu pun dengan ringan hinggap pada dahan
yang sangat lebar itu. Menyusul kemudian Harimau Hitam pun
hinggap di situ. "Ikutilah semua gerakanku," ujar Harimau Hitam.
Maka perempuan itu pun mengikuti peragaan setiap jurus
dalam bagian kedua Ilmu Silat Harimau Kencana di atas dahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sangat amat tinggi di atas hutan yang kelam. Ilmu Silat
Harimau Kencana memang mengacu kepada gerak pertarungan macan, tetapi bagian kedua terutama memanfaatkan segala keistimewaan harimau kumbang, yang
memang hitam, dan selalu mengendap tak terlihat di antara
dahan. "JADI itulah ceritamu,'' ujar Harimau Putih sembari
mengangguk-angguk, ''tidak penting benar bagiku ceritamu itu
karangan atau bukan, karena sudah pasti aku akan
membunuhmu.'' Keduanya berhadapan dengan kuda-kuda yang sama, yakni
kedua kaki ditekuk, sebelah kiri di depan dan kanan di
belakang dengan tubuh serong ke arah kanan. Kedua tangan
terangkat dengan cakar terkembang, kuku-kukunya menyala
seperti besi panas ditempa, penanda telah dikerahkannya
tenaga dalam. Logam sekeras apapun berbenturan dengan
kuku-kuku ini, niscaya meleleh karena panasnya yang tiada
terkira. ''Ketahuilah Guru, jika berhasil daku kalahkan dirimu hari
ini, berarti dikau mengalami tiga kekalahan: Pertama, bahwa
Ilmu Silat Harimau Kencana berhasil dicuri seutuhnya; kedua,
bahwa orang luar takdikenal mampu mengalahkan Tiga
Harimau dengan ilmu mereka sendiri; ketiga, bahwa daku
adalah anak ibuku yang kalian aniaya dengan jumawa dan kini
daku membalaskan dendam ibuku.''
''Hmmh! Orang luar" Tidakkah kamu adalah anak salah
seorang dari kami berempat" Mana yang benar" Dikau
anakku, keponakanku, atau adikku"''
Ucapan Harimau Putih itu jelas membuat darah perempuan
ini menggelegak, meskipun ia memaksakan dirinya agar tetap
berkepala dingin. Ia tahu Harimau Putih berusaha merusak
pemusatan perhatiannya. Harimau Putih tahu ia telah
membunuh Harimau Hitam dan Harimau Merah dan karena itu
tentu akan mengeluarkan jurus yang mungkin saja belum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diketahuinya. Tiga puluh jurus memang sudah dikuasainya,
tetapi penggabungannya satu sama lain tidak terlalu mudah
diduga. Namun begitu Harimau Putih selesai bicara,
perempuan itu telah melesat ke arahnya, dan segera
keduanya berubah menjadi gulungan bara menyala.
Perguruan di lereng gunung itu masih tetap sunyi seperti
biasa, tetapi tanah lapang yang biasanya lembab oleh hawa
dingin kini mengepul bagaikan di atasnya telah berlangsung
perkelahian dua harimau. Mereka yang bertarung memang
tidak terlihat wujudnya, justru karena itu suara-suara yang
terdengar seperti dua harimau yang bertarung antara hidup
dan mati dengan geram dan raungan silih berganti.
Pertarungan yang tidak bisa diikuti mata tentu menjanjikan
kecepatan takterkira. Namun bagi kedua petarung yang
bergerak sama cepatnya, gerakan masing-masing cukup
lambat dalam pengamatan mata, meski jika kemudian kalah
cepat, yang tampaknya lambat ternyata takbisa ditangkisnya
pula. Itulah yang disaksikan Harimau Putih ketika cakar
terkembang perempuan itu bagaikan sangat
lambat menyambar lehernya, tetapi tangannya sendiri serasa begitu
berat untuk diangkat guna menangkis cakar maut itu. Ia
berusaha berkelit dengan mengundurkan lehernya, tetapi juga
terasa berat bukan alang kepalang.
Maka dengan sangat terpaksa disaksikannya sendiri betapa
cakar yang menyala seperti besi membara sedang ditempa itu
melesak ke dalam urat lehernya dari sebelah kiri, menancap
sampai tembus ke kerongkongannya dan segala yang
tergenggam ditarik keluar tanpa ampun. Harimau Putih
merasakan pandangan matanya gelap, sehingga tak dapat
dilihatnya lagi segenap busana kulit harimau loreng hitam
putihnya menjadi merah semerah-merahnya merah karena
pancuran darah. Ambruklah Harimau Putih, bersama dengan
ambruknya Perguruan Harimau Kencana, yang ingin
menguasai dunia persilatan dengan cara begitu rupa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Disebutkan betapa perempuan itu berteriak ke langit sambil
mengembangkan kedua cakarnya ke langit.
''Ibu! Ibu! T elah kubalaskan dendam Ibu!''
Tidak ada yang mengenal nama asli perempuan itu, karena
nama yang kemudian dikenal adalah Cakar Maut dari Timur.
Konon, ia tidak pernah meninggalkan lagi lereng Gunung
Semeru itu, bahkan membuka jalan dalam hutan agar siapa
pun bisa datang kepadanya untuk mempelajari segala ilmu. Ia
mengundang para penyalin kitab untuk menyalin kitab-kitab
yang pernah dicurinya, lantas menyebarkannya, agar ilmu s ilat
dan pengetahuan apa pun jua lebih mudah dipelajari semua
orang. Seratus tahun kemudian, tempat itu menjadi tujuan mereka
yang mencari kitab-kitab ilmu persilatan, ilmu pengobatan,
maupun kesusastraan dan keagamaan, baik dengan membeli
atau menyalinnya sendiri di tempat itu juga. Cakar Maut dari
Timur meninggalkan dunia ini bukan sebagai pencuri kitab,
melainkan penyebar pengetahuan. Untuk mendapatkan kitab-
kitabnya kemudian ia tak selalu mencuri, karena ada juga
yang mengantarkan sendiri kitab-kitab perguruan mereka ke
tempat itu, terutama apabila para pewaris tidak berminat lagi
meneruskan perguruannya. Penyebaran kitab-kitab telah
menyadarkan bahwa ilmu silat tidak seharusnya menjadi
rahasia yang hanya dimiliki sedikit orang.
Inilah yang juga terjadi dengan Kitab Ilmu Silat Harimau
Kencana yang telah dibagi tiga itu. Perempuan yang kemudian
dikenal sebagai Cakar Maut dari Timur itu kemudian
menggabungkannya kembali menjadi satu, melakukan
penyalinan, menjualnya kepada siapa pun yang berminat
membeli salinan-salinan itu, sehingga kini di dunia awam
tersebar ilmu silat harimau tanpa dikenali asa l-usulnya lagi,
meski lebih banyak tanpa ilmu meringankan tubuh dan tenaga
dalam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keadaan semacam ini memberikan penggolongan dunia
perkitaban, yakni terdapatnya kitab-kitab yang dengan mudah
didapatkan dalam jangkauan, dan kitab-kitab langka yang
memang isinya dirahasiakan dan hanya menjadi pengetahuan
sedikit orang. Kitab dari golongan terakhir inilah yang
membuat para pencuri kitab di sungai telaga persilatan masih
penasaran. PEREMPUAN itu adalah anak seorang bekas prajurit dari
Kerajaan Mataram di bawah wangsa Sanjaya. Ia mencari
Harimau Kencana yang namanya tersohor di bagian timur
Yawabhumipala. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang
terawat membangkitkan niat jahat Harimau Kencana, yang
sementara itu telah kehilangan istri yang menjadi ibu ketiga
anaknya. Istrinya tersebut, juga pengelana di sungai telaga
persilatan, Harimau Kuning namanya, telah dibunuhnya
karena berselingkuh dengan seorang awam terpelajar yang
pekerjaannya menerjemahkan kitab-kitab dari Jambhudvipa ke
bahasa dan huruf Jawa di perpustakaan istana. Meskipun istri
dan kekasihnya itu berhasil ia bunuh ketika memergokinya di
sebuah penginapan, Harimau Kencana telah kehilangan rasa
percaya terhadap cinta. Maka ia enggan membasmi golongan
hitam, malas menyebarkan ilmu, bahkan merasakan suatu
dendam kepada setiap perempuan.
Malang nian nasib perempuan yang dari tempat sangat
jauh datang untuk belajar ilmu silat tersebut. Ketika ia
menunjukkan penolakan atas berahi Harimau Kencana sebagai
ganti ilmu silat yang akan diajarkannya, ternyata Harimau
Kencana justru memperkosanya, yang segera disusul oleh
pemerkosaan oleh ketiga anaknya. Perempuan yang malang
itu kemudian dibuang ke hutan, jauh dari gubuk mereka,
dengan tujuan agar dimakan binatang, tetapi nasibnya
ternyata belum menentukan demikian. Seorang tabib yang
sedang mencari jamur, akar kayu, dan daun-daun tertentu
untuk pengobatan, menemukan perempuan yang tergolek
lemah tanpa daya itu dan menolongnya. Sembilan bulan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemudian ia melahirkan seorang anak perempuan akibat
pemerkosaan itu. Sepanjang sisa hidupnya perempuan yang
semula ingin belajar ilmu silat itu sakit-sakitan, tetapi tidak


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera mati sebelum menceritakan riwayat hidupnya yang
pahit kepada sang anak setelah dewasa.
Anak perempuannya kemudian berguru kepada seorang
perempuan pencuri kitab tingkat tinggi, yang tidak termasuk
dalam ketiga jenis pencuri kitab yang telah disebutkan, karena
tujuannya mencuri kitab yang dirahasiakan bukanlah untuk
meningkatkan ilmu silat, memperjualbelikan, atau demi seni
mencuri, melainkan untuk digandakan sebanyak-banyaknya
agar bisa disebarkan seluas-luasnya.
''Kalau dalam setiap rumah terdapat setidaknya satu kitab
ilmu silat, orang awam tidak usah tergantung kepada para
pendekar untuk menghadapi para penjahat, karena dapat
melindungi dirinya sendiri,'' ujar gurunya itu, yang sudah tentu
sangat tinggi pula ilmu silatnya.
''Juga kaum perempuan,'' katanya lagi, ''bisa melawan jika
lelaki memaksakan kehendak dengan kekuatan tenaganya.''
Kiranya anak perempuan itu, atas petunjuk tabib yang
merawat ibunya, telah mendapatkan guru yang tepat untuk
melaksanakan dendam ibunya, yang telah diwariskan menjadi
dendamnya sendiri. Kini ia telah berhadapan dengan Harimau Putih, yang
berbusana kulit harimau loreng hitam-putih yang diburunya di
sebuah hutan di Jambhudvipa. Kuku-kuku keduanya sudah
menyala seperti besi membara dalam tungku api. Harimau
Putih menggeleng-gelengkan kepala. Selama perempuan itu
tinggal bersamanya, tentu banyak hal telah diperiksa.
Termasuk potongan kitabnya yang hanya sepertiga. Sebagai
murid pencuri kitab tingkat tinggi, setiap tanda pada kitab
dapat dibacanya, termasuk bahwa yang dilihatnya hanyalah
sepertiga. Sebuah kitab yang dibagi-bagi sebagai warisan
keluarga bukanlah sesuatu yang terlalu langka dalam dunia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persilatan. Banyak dongeng beredar di kedai perihal kitab
perguruan yang tidak utuh karena terbagi-bagi.
(Oo-dwkz-oO) Episode 105: [Puncak Tiga Rembulan]
PANTAI Fu-nan hanya memiliki dua pelabuhan alam i, yaitu
muara-muaranya; selebihnya rendah dan berawa-rawa
sehingga bukan tempat berlabuh yang bagus. Kota-kota tidak
dapat dibangun di tanah yang lembab itu. Supaya para
pengembara, penjelajah, dan pedagang-pedagang dapat
hidup, bahan makanan mereka harus dibawa dari luar. Jadi
dasar seluruh pengaturan dan kemudian perluasan Fu-nan
adalah penataan daerah pedalaman negeri itu serta
pemanfaatannya dalam pertanian. Mereka yang dianggap guru
dalam pertanian didatangkan dari Jambhudvipa, tepatnya dari
negeri Tamil di bawa wangsa Pallavas. Atas nasehat mereka
orang-orang Fu-nan dapat menggunakan bidang-bidang tanah
endapan antara Sungai Bassac dan pantai Teluk Siam. Dari
sungai ke arah laut terdapat jaringan berbentuk bintang terdiri
atas kanal-kanal yang serba lurus, saling berhubungan dan
menuruti kerangka umum timur laut-barat daya.
Kuperhatikan memang air laut dengan mudah masuk ke
sungai me lalui muaranya yang lamban arusnya dan melapisi
tanah dengan garam, sehingga akibatnya tidak dapat
ditanami. Maka jaringan saluran-saluran di Funan itu
digunakan untuk mengalirkan alur sungai ke arah laut dan
sekaligus mencuci tanahnya, sambil membuang air asin dan
dengan demikian memberi kemungkinan untuk bertanam padi
terapung. Bersama dengan itu, saluran-saluran dibuka untuk
angkutan melalui sungai yang melayani seluruh negeri;
pokoknya kapal-kapal besar dapat langsung mencapai kota-
kota yang didirikan jauh di pedalaman, bahkan mungkin
melalui Sungai Bassac dan Sungai Mekong mencapai pantai-
pantai di sebelah timur Tanjung Ca-Mau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di pusat-pusat jaringan yang rumit berdirilah kota-kota
besar yang pada masa lalu menimbun seluruh kekayaan Fu-
nan. Kota-kota itu dikelilingi oleh beberapa benteng tanah dan
parit, yang penuh dengan buaya. Kanal-kanal memasuki kota
dan membagi-baginya dalam kampung-kampung kecil, tempat
keberadaan rumah-rumah dan toko-toko panggung di samping
deretan kapal-kapal, dan mereka semua berserikat sebagai
anggota persekutuan dagang. Kini, meskipun Fu-nan telah
ditaklukkan T chen-la, yang pada gilirannya ditaklukkan Angkor
pula, masih dapat kubayangkan kebesaran kekuatan
dagangnya dan bahwa masyarakatnya terpusat di kota-kota,
yang menunjukkan pula betapa besar kekuasaannya. 2
Demikianlah aku memperhatikan dan mempelajari segala
sesuatu, selama mencari dan menempuh perjalanan ke
Puncak Tiga Rembulan. Perjalanan kemudian lebih sering
kutempuh dengan kapal. Berhari-hari kapal berlayar tanpa
henti dan perjalanan dengan kapal yang berkelak-kelok
menyusuri sungai sering membuat aku melamun. Dalam
lamunan itu kadang-kadang aku teringat kembali Amrita
dengan jurus takterpakai dalam Jurus Penjerat Naga yang
justru dipakainya, yang tidak pernah kuketahui apakah kiranya
yang menjadi sebab, apakah ia sekadar mencoba-coba,
ataukah memang mendapatkan salinan kitab yang salah.
Merajalelanya pencurian kitab ilmu silat di mana-mana di
Jawadwipa, telah membuat para penyalin melindungi kitab-
kitab langka dari pembelajaran yang tidak dikehendaki dengan
cara penulisan rahasia, sehingga pembaca yang tidak
mengenali kunci-kunci rahasia tersebut bukan hanya terkecoh,
tetapi juga mempelajari dengan cara yang akan mencelakakan
dirinya dalam saat-saat genting.
Ada kalanya aku turun dari kapal dan melakukan perjalanan
di daratan sebelum naik kembali ke sebuah kapal di pelabuhan
lain, karena seorang pengembara sejati memang sebaiknya
menyerap sebanyak-banyaknya, dengan memasang telinga
serta membuka mata selebar-lebarnya, jika ingin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perjalanannya tidak terlalu sia-sia. Begitulah kupelajari bahwa
tahun 503, raja yang bernama Kaundiya-Jayawarman
mengirimkan sebuah arca Buddha dari batu karang dan
sebuah stupa dari gading kepada maharaja Negeri Atap
Langit, sedangkan seorang ratu Fu-nan mendirikan patung-
patung dari perunggu yang dilapisi emas. Tentu juga menarik
bagiku untuk me lihat berbagai benda yang berasal dari luar
Fu-nan, tetapi telah mengembangkan kesenian Fu-nan, di
samping menunjukkan masalalu Fu-nan sebagai tempat
persinggahan dan pertemuan antarbangsa, dalam suatu
kegiatan dagang yang sibuk. 4) Karya-karya dari Jambhudvipa
misalnya, sebuah kepala arca Buddha gaya Gandhara di Ba-
the yang jelas tua, perhiasan emas, cincin-cincin yang dihiasi
sapi berpunuk, atau juga cincin stempel yang ditulisi istilah-
istilah dagang dalam bahasa Sansekerta berabjad brahmi.
BENDA-BENDA itu berasal dari masa 600 tahun sampai 200
tahun lalu, tulisannya terdapat pada batu yang keras, karena
cara cukilan tampaknya pernah sangat digemari di wilayah itu.
Dengan cara cukilan itu terbentuk juga gambar-gambar
seperti seorang perempuan yang sedang mempersembahkan
air suci di atas altar untuk memuja api atau sejumlah jimat
dari timah, menunjukkan lambang ajaran Visnu atau Siva,
sebagai tanda keberadaan igama-igama dari Jambhudvipa di
Fu-nan. Selain benda-benda dari Jambhudvipa, juga
kusaksikan benda-benda dari Negeri Atap Langit, seperti
cermin dari perunggu semasa wangsa Han, patung-patung
Buddha yang kecil, juga dari perunggu, tampaknya dari masa
wangsa Wei; bahkan juga benda-benda dari suatu negeri jauh
yang disebut Romawi, seperti medali emas cetakan tahun 152
dari Maharaja Antonius yang Saleh, maupun medali emas lain
dari masa Maharaja Marcus-Aurelius. Tampak juga kemudian
gambar cukilan pada batu seperti gambar ayam jago di atas
kereta yang ditarik oleh tikus, dan kemudian gambar-gambar
percumbuan, yang secara berturut-turut berasal dari masa
600 tahun sampai 400 tahun lalu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak dapat kubayangkan betapa ramainya Fu-nan pada
masa-masa itu, bahkan kulihat pula dari kejauhan di rumah
seorang pejabat tinggi, sebentuk benda kaca biru memperlihatkan seorang tokoh kerajaan sedang mencium
bunga, yang tampaknya berasal dari wangsa Sasan. Aku tidak
perlu heran tentunya, jika sempat kulihat gerabah yang
berasal dari sebuah negeri yang disebut Yunani di kapal Naga
Laut waktu itu, yang katanya dibelinya di Semenanjung
Melayu. Dhawa, yang telah meninggalkan aku karena
mengikuti Naga Laut, pernah bercerita tentang lampu
perunggu indah yang dihiasi Silenos dari masa Ptolemaus,
maupun lampu-lampu dari gerabah dari Romawi, di sebuah
tempat bernama Pong Tuk di Siam. Aku menghela nafas,
dunia bagai terpampatkan di Fu-nan.
Pada sebuah kapal, aku teringat Amrita. Bagaimanakah
sebuah salinan dari Kitab Jurus Penjerat Naga sampai
kepadanya" Kitab itu keterangan gambar-gambarnya ditulis
dengan huruf Jawa, dalam bahasa Jawa pula. Pasti terdapat
peranan seseorang yang berasal dari Jawadwipa dalam
perjalanan kitab itu. Apakah itu seorang pencuri kitab" Dalam
perjalanan di tanah Khmer ini aku mempelajari bahasanya
sedikit demi sedikit, asal bisa untuk percakapan sehari-hari,
sambil mempelajari aksaranya pula, dan tahu bahwa bahasa
dan huruf Jawa bukan takdikenal di sana, setidaknya di
kalangan mereka yang membaca dan menulis. Kuingat
kembali poros jalur pelayaran yang hanya lurus saja dari
Jawadwipa ke Teluk Siam. Sebenarnya aku tidak berada di
sebuah negeri yang terlalu asing, tetapi seberapa banyak
orang Jawa menjelajah masuk sampai ke pedalamannya"
Aku teringat kembali gambar-gambar percumbuan itu,
gambar-gambar yang tercukil pada batu itu dalam kepalaku
sering bergerak dengan sosok Amrita sebagai gantinya.
Kupertanyakan kepada diriku sendiri, apakah aku menjelajahi
tanah Khmer ini untuk melayani tantangan adik seperguruan
tokoh yang bernama Naga Bawah Tanah, ataukah karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemungkinannya bertemu lagi dengan Amrita" Bagaimana jika
ia berhasil memperbaiki kembali Jurus Penjerat Naga itu dan
menantangku kembali" Perempuan muda seperti Amrita,
kerasnya kepala mereka bukan pula perkara yang membuatku
harus merasa asing pula. Entah kenapa aku teringat kedua
orangtuaku, yang demi persiapan menghadapi naga yang
manapun jua memilih untuk menciptakan Ilmu Pedang Naga
Kembar daripada mempelajari dan menggunakan Jurus
Penjerat Naga meskipun mereka memilikinya. Darimanakah
kiranya mereka mendapatkan Kitab Jurus Penjerat Naga, yang
semenjak sebelas tahun lalu kutinggalkan di Balinawang itu"
Aku belum selesai dengan pertanyaan-pertanyaanku, ketika
kapal merapat di sebuah pelabuhan di tepi sungai.
"Dikau lihat tiga puncak itu" Berjalanlah lurus saja ke
arahnya, maka akhirnya dikau akan tiba di Puncak Tiga
Rembulan." BULAN purnama masih lima hari lagi, apakah Puncak Tiga
Rembulan dapat kucapai dalam lima hari perjalanan" Berjalan
lurus dalam hal ini tidak berarti terdapat jalan yang betul-betul
lurus. Namun kuturuti saja langkah kakiku, selama langkah
kakiku mengarah ke tiga puncak tersebut. Tiada lagi sungai
yang bisa dilayari menuju ke sana, karena arahnya yang
semakin mendaki dan berbatu-batu pula. Meninggalkan sawah
dan pemukiman, aku memasuki hutan dan mencari sungai
untuk menyusurinya sampai ke atas. Apakah sebaiknya aku
menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit" Dalam salah
satu kitab ilmu silat yang pernah kubaca, disebutkan bahwa
semakin cepat kita kenali gelanggang pertarungan, semakin
lama kita berada di dekatnya, akan semakin berkurang pula
perasaan terasing kita, ketika harus berada di tempat tak
dikenal, menghadapi orang yang juga belum dikenal, dengan
ilmu s ilat yang bahkan belum pernah terlihat.
Namun aku tetap saja berjalan seperti biasa, melangkahkan
kaki satu persatu, sebentar tunduk sebentar terangkat, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertatap ketiga tiang batu yang menjulang ke langit, yang
kadang tertutup kabut sehingga tidak kelihatan sampai lama
sekali, tetapi sebentar kemudian muncul kembali. Puncak Tiga
Rembulan memang tampak anggun, dan begitu hidup ketika
matahari yang naik di belakang ketiga puncak itu membuat
ketiga tiang itu bagaikan bergerak-gerak. Kilatan cahaya
bagaikan berdenting. Hutan berderak-derak. Aku melangkah di
atas tumpukan daun-daun yang basah, sembari mempertahankan jarakku dari sungai, dengan perkiraan
berdasarkan pendengaranku sahaja. Apabila kemudian tiada
lagi jalan yang bisa kutempuh, karena di hadapanku hanya
terdapat dinding lereng yang penuh dengan lumut serba licin,
kuturuti saja jalan sungai itu, dengan segala dahan melintang
dan lorong gua yang harus kulewati karena itu.
Kukira hutan ini pun tidak pernah dirambah oleh orang-
orang Khmer. Ini bukan soal Jawa atau Khmer. Ini soal
manusia dan hutan. Ada hutan yang memang dirambah
manusia untuk berburu, mencari kayu, dan tumbuh-
tumbuhan; ada hutan ada kebudayaan, aku harus siap merasa
kesepian dalam kesendirian di hutan tanpa jejak manusia
selain jejak waktu yang menumbuhkan alam. Namun
kapankah kiranya aku akan kesepian" Sudah kukatakan aku
berjalan dengan kepala yang kadang tengadah dan kadang
menunduk. Pada saat tengadah, tidak selalu terlihat Puncak
Tiga Rembulan karena semakin rapatnya hutan itu, tetapi
apabila aku berhasil merayap ke tempat yang lebih tinggi, dan
melampaui ketinggian hutan, tampaklah kembali tiang-tiang
raksasa yang seolah menembus mega itu. Di manakah adik
seperguruan Naga Bawah Tanah itu menantangku bertarung"


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di bawah tiang atau di puncak tiang batu itu"
Pada saat berjalan menunduk kulihat sebagian dari diriku
sendiri. Sepasang kaki tanpa alas, kancut kumal yang tidak
berwarna lagi, dan sekadar kain penahan dingin yang
kuselempangkan menutup bagian atas tubuhku. Tidak bisa
kulihat diriku sendiri, tetapi dapat kuraba wajah dan kepalaku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kukira wajahku sudah tidak bisa lagi dilihat secara langsung.
Semenjak terapung-apung di laut bersama Puteri Asoka, aku
belum pernah bersentuhan dengan pisau cukur sama sekali.
Rambutku yang kasar kuikat dengan tali kulit seperti yang
dikenakan awak kapal Naga Laut, tetapi karena sudah sangat
panjang, ujung-ujungnya menjuntai di atas bahu, melebar liar
bagaikan orang tidak beradab, yang tidak berkasta dan
menjadi gelandangan di jalan-jalan kota.
Betapapun harus kuceritakan bahwa diriku ini tetap mandi
setiap hari. Masalahnya, di tanah orang-orang Khmer ini aku
tidak mudah menemukan daun lidah buaya, atau daun lain
yang bisa menggantikan lidah buaya tersebut. Dalam
perjalanan tidak dapat kutanyakan hal itu di sembarang
tempat, karena jika keberadaan diriku sebagai orang asing
terlalu kentara, hanya akan memancing pemerasan dan
perampokan. Memang aku tidak memiliki harta benda lagi,
semenjak peristiwa pecahnya kapal Samudragni, tetapi
penangkapan manusia tak dikenal untuk dijadikan budak
sangatlah mungkin. Adapun aku selalu menghindari keributan
dengan orang awam, apalagi orang awam di sebuah negeri
tempat diriku adalah seorang as ing. Jadi tidak ingin kupersulit
diriku dengan pertanyaan tentang daun pencuci rambut.
Orang-orang asing hanya bebas di pelabuhan, penginapan,
kedai, atau rumah-rumah pelacuran, yang semuanya
berdekatan. Di luar pelabuhan, selama terdapat tempat-
tempat tersebut, orang-orang asing tentu merasakan itu
sebagai rumahnya. MESKIPUN orang Jawa meninggalkan luka dalam serangan
mereka yang kejam, tidak berarti semua orang Jawa yang
sebelum dan sesudahnya berada di sana dimusuhi, bahkan tak
jarang kulihat pengaruh seni arca dan gaya bangunan candi
wangsa Syailendra di sana. Pada gilirannya mereka berbaur
dan beranak pinak, dan tidak melupakan asal usul mereka. Ini
membuat orang-orang Jawa maupun Sriwijaya dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Samudradwipa yang mereka samakan begitu saja, termasuk di
antara orang-orang asing yang tidak dianggap terlalu asing di
tempat-tempat pertemuan antarbangsa tersebut.
Masalahnya aku belum sempat tinggal terlalu lama di
tempat-tempat itu selain untuk makan dan minum sekadarnya,
antara lain karena aku terus-menerus memikirkan Amrita.
Serasa masih terhirup olehku aroma yang meruap dari
tubuhnya, dan meskipun sebagai pencari kesempurnaan di
dunia persilatan seharusnya kupersiapkan diriku menghadapi
adik seperguruan Naga Bawah Tanah, bahkan Naga Bawah
Tanah itu sendiri, meski katanya tidak pernah menampakkan
diri, aku hanya teringat kepada Amrita. Bukan dalam
kedudukannya sebagai lawan dalam pertarungan yang belum
usai, melainkan sebagai perempuan yang telah membuat
diriku melupakan segala hal selain kembali merasakan punya
tubuh. Setiap kali teringat Amrita dengan perasaan masygul
aku teringat juga kepada Harini yang telah membacakan dan
menguji coba Kama Sutra. Alangkah jauhnya kini terasa
Balinawang! Namun kemudian, menjelang hari pertemuan, setelah
merayapi sebuah jurang dengan ilmu cicak, karena tiada
pijakan untuk kaki jika ingin melenting ringan dari batu ke
batu maupun dari dahan ke dahan, bahkan bibir jurang itu
melengkung begitu rupa sampai punggungku menghadap ke
bumi, tibalah aku di Puncak Tiga Rembulan.
Dalam desis angin dingin, aku menahan napas, mega-mega
sedang berarak melewatinya. Begitu tinggikah tempat ini"
Hanya mengandalkan kain yang bahkan tidak cukup untuk
seluruh tubuhku, tentu saja aku bisa mati membeku. Hanya
karena tenaga dalam yang kusalurkan melalui pernapasan ke
seluruh tubuh sajalah, maka udara dingin ini bagaikan tiada
berarti. Kulihat burung elang yang kelabu, melayang tanpa
mengepakkan sayap mengelilingi Puncak Tiga Rembulan. Hari
masih siang, tetapi cahaya matahari bagaikan diselaputi tabir,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga hanya kekelabuan yang pekat, sepekat-pekatnya
kelabu yang paling kelabu yang paling mungkin dari
kekelabuan yang membuat tempat itu menjadi serbakelabu.
Kukitari tempat itu dan kusadari betapa besar tiang-tiang
raksasa yang membentuk Puncak Tiga Rembulan itu dan
memanglah harus begitu besarnya karena dari zaman ke
zaman tentu sempatlah suatu ketika gempa melewati dan
menggoyangnya tetapi karena memang kokoh tiada terkira
maka sampai hari ini kulihat tiang-tiang itu masih saja ada.
Puncak Tiga Rembulan, bentuknya terjal, seluruh sisinya
penuh batu-batu tajam menceruat, tetapi begitu curamnya
dinding setiap tiang sehingga Puncak Tiga Rembulan benar-
benar merupakan tiang yang menembus mega bagaikan
menyangga langit. Hmm. Sementara ini aku merasa lebih
tepat disebut Tiga Penyangga Langit. Aku mendekat dan
meraba dindingnya, dalam dingin udara yang membekukan
darah, kurasakan serpihan-serpihan batu itu tajam seperti
pecahan gelas. Tanpa ilmu meringankan tubuh yang tinggi,
kaki hanya akan melesak dalam ketajaman pisau.
KUTATAP ke atas. Burung elang itu masih melingkar-lingkar
di sekitar tiga tiang, kini bahkan sepasang. Mungkinkah di
puncaknya terdapat sarang anak-anak mereka" Jika di atas
sana terdapat sarang burung elang dan anak-anaknya, tidak
mungkinlah adik seperguruan Naga Bawah Tanah itu
mengajakku bertarung di atas sana" Di manakah kami akan
bertarung" Apakah kiranya keuntungan yang akan didapatkan
adik seperguruan Naga Bawah Tanah itu di tempat ini"
Lantas malam tiba dan rembulan muncul. Kukelilingi tempat
itu sekali lagi sebelum penantangku itu muncul, karena aku
tidak tahu jenis ilmu silat macam apa kiranya yang akan
kuhadapi. Gelar naga yang telah diterima Naga Bawah Tanah
yang tak pernah muncul itu, kemungkinan karena tiada lagi
tandingannya, menjelaskan kedigdayaannya. Jika ia mengaku
sebagai adik seperguruan, tentu ilmunya tidak akan terpaut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlalu jauh. Adapun Amrita yang tentu ilmu silatnya masih
berada di bawah paman gurunya saja sudah begitu saktinya,
bagaimana pula harus kuhadapi paman gurunya ini"
Begitulah aku me lamun sembari melangkah berkeliling di
daerah berbatu-batu itu. Kabut datang dan pergi menutupi
cahaya bulan purnama. Kuperhatikan serat kabut yang
mengertap lemah dalam sepuhan lembut purnama itu.
Kemudian ketika mendongak ke atas kumengerti makna nama
Puncak Tiga Rembulan tersebut. Kukira inilah keajaiban dunia
yang tersembunyi dari mata manusia.
Jika kita mengelilingi tiga tiang sebesar bukit yang
menjulang ke langit itu, terdapatlah suatu titik yang
menempatkan ketiga tiang tersebut dalam satu garis lurus,
dan dari sudut pandang tersebut tentu saja seolah-olah hanya
terdapat satu tiang. Ketika bulan purnama tiba, maka dari
sudut pandang ini akan terlihat pemandangan tiang
menyangga rembulan. Betapapun indahnya pemandangan ini,
di manakah kiranya keajaibannya"
Aku masih harus berjalan terus, meninggalkan titik yang
membuat ketiga tiang itu berada dalam satu garis lurus dan
tampak bagaikan satu tiang menyangga sebuah rembulan
dalam keadaan purnama. Saat kutinggalkan titik itu, yang
semula tampak sebagai satu tiang segera menjadi tiga
kembali, tetapi kali ini masing-masing menyangga sebuah
rembulan di atasnya... (Oo-dwkz-oO) Episode 106: [Buddha dan Dua Pedang]
SEKARANG aku tahu kenapa tempat ini disebut Puncak T iga
Rembulan, entah gejala alam macam apa telah menggandakan rembulan yang purnama menjadi tiga, hanya
pada malam bulan purnama, dan hanya setelah seseorang
melihat ketiga tiang itu menjadi satu dari sebuah titik dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudut pandang tertentu, yakni ketika tiga tiang tersebut
berada dalam satu garis lurus.
Namun, pada malam bulan purnama di Puncak Tiga
Rembulan, bukan hanya rembulan yang tergandakan menjadi
tiga. Pengetahuan atas perubahan yang dimungkinkan selama
malam bulan purnama, telah dimanfaatkan adik seperguruan
Naga Bawah Tanah yang ternyata disebut Pangeran Kelelawar
itu, untuk menggandakan dirinya juga menjadi tiga. Ketika
perasaan terpesonaku belum lagi hilang, tiga titik hitam
melayang ke bawah, langsung ke arahku dengan kedua
tangan terkembang. Sepasang pedang hitam muncul sendiri
dari kedua tanganku. Sebentar kemudian, tiga titik hitam itu
menjelma tiga sosok yang berkelebat cepat menyerangku
tanpa pernah menyentuh permukaan bumi.
"Pendekar Tanpa Nama," ujarnya dalam bahasa Sansekerta, "Pangeran Kelelawar menyambutmu dan memohon sedikit pelajaran."
"Pangeran Kelelawar terlalu merendah," kataku, "daku yang
tiada bernama tak mengenal peradaban, sepantasnya diberi
sekadar pelajaran." Dalam kegelapan, ketiga sosok bergerak cepat, sangat
cepat, terlalu cepat, karena bagai tak terlihat dalam bayangan
malam. Karena hanya merupakan penggandaan, kedua sosok
yang lain mengikuti saja gerakan Pangeran Kelelawar, meski
wujud rupanya sungguh bagai pinang dibagi tiga, sehingga
memang tiada jelas siapa yang mengikuti dan siapa yang
diikuti. Begitulah aku menghadapi satu orang, tetapi yang
telah tergandakan menjadi tiga orang dengan ilmu silat yang
sama tingginya, ilmu silat yang aneh pula, yakni kemampuan
untuk bertarung tanpa menyentuh tanah dalam dingin malam.
Telah banyak kuhadapi pendekar silat dengan tingkat ilmu
meringankan tubuh yang sangat tinggi, tetapi setinggi apapun
ilmu meringankan tubuh seorang pendekar, tetap saja perlu
menyentuh dan menjejak apa pun agar tubuhnya dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melenting kembali, sehingga dalam kecepatan tinggi ia akan
terkesan terbang dan tidak menyentuh tanah meski
kenyataannya tetap membutuhkan sesuatu untuk tetap
melayang. Maka kutingkatkan kecepatanku agar dapat
kusaksikan bagaimana caranya ketiga Pangeran Kelelawar ini
terbang melayang dan selalu menyerangku dari atas kepala.
Dengan menjadi sama cepat, bahkan lebih cepat, kusaksikan
segala sesuatunya dengan lebih jelas.
Setiap orang ternyata memiliki selaput kulit yang terpasang
dari pergelangan tangan sampai ke pinggangnya, membentuk
sayap yang membuatnya bisa terbang. Mereka bertarung
dengan mata tertutup, bukan karena mengandalkan
pendengaran, melainkan karena melalui telinganya mereka
membaca ruang melalui getaran suara yang terpantul kembali
sehingga dapat menandai benda di sekitarnya. Suara yang
dikirimkan itu sendiri tidak terdengar, karena matranya di luar
wilayah pendengaran manusia.
Sembari menghindari serangan dari tiga jurusan di atas
kepala, aku teringat Kitab I lmu Silat Kelelawar dari dalam peti
kotak kayu yang pernah kubaca. Aku memang membaca dan
memahaminya, tetapi tidak pernah kubayangkan Ilmu Silat
Kelelawar akan mungkin dikuasai manusia, karena persyaratan
berat yang mesti dilaluinya, antara lain bertapa menggantungkan diri dengan tubuh terbalik seperti kelelawar
di atas pohon. Selama masa penggantungan terbalik itulah,
berkat ramuan tertentu yang harus diminum, akan tumbuh
selaput kulit di antara pergelangan tangan sampai pinggang,
yang akan membuat seseorang memiliki sayap seperti
kelelawar. Dengan ilmu meringankan tubuh dan sayap seperti
itu manusia dapat memenuhi impiannya untuk terbangODalam
hal pemilik Ilmu Silat Kelelawar itu bermukim di Puncak Tiga
Rembulan, pada malam bulan purnama ia dapat menggandakan dirinya menjadi tiga dengan cara yang juga
telah membuat bulan yang sedang purnama itu menjadi tiga.
Kenapa ia menamakan diri atau dinamakan orang sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pangeran" Teringat Amrita, dan kerajaan Fu-nan maupun
Tchen-la yang sudah terhapuskan, kuduga mereka sisa-sisa


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

golongan darah biru dari kerajaan yang sudah hilang. Namun
setelah mengingat lagi para pengawal yang mengiringi Amrita,
tidak mungkin pula Amrita adalah bagian dari bangsawan yang
sudah terhapuskan itu. Kuduga Amrita adalah puteri bangsawan Angkor, jika bukan
putri raja yang berguru kepada para pendekar berdarah biru
dari kerajaan yang tersingkir. Kerajaan boleh timbul
tenggelam di tanah Khmer, tetapi persekutuan antarbangsawan membuat ilmu-ilmu silat langka hanya
beredar di antara mereka saja. Dalam beberapa hal, ilmu s ilat
juga menjadi syarat dalam pengukuhan kekuasaan. Aku
berguling-guling di atas dataran batu untuk menghindari
berbagai serangan di bagian atas tubuhku. Kuduga mereka
akan kesulitan terbang rendah di atas tanah, tetapi bukan saja
mereka mampu melakukannya, bahkan mereka mampu
melakukannya dengan kepala di bawah dan kaki di atas.
Semula mereka mengandalkan cakar pada jari-jarinya, tetapi
kini di kedua tangan masing-masing tergenggam belati
panjang yang berkilatan dalam cahaya bulan purnama.
Lentik api dari benturan logam berkilatan bagaikan pesta
kembang dan suara dentingannya meruyak kebekuan Puncak
Tiga Rembulan. Hmm. Jika yang mengaku adik seperguruannya saja sudah begitu sakti seperti ini, bagaimana
pula jika Naga Bawah Tanah mengambil keputusan untuk
menampakkan diri" "Pendekar Tanpa Nama, dikau sungguh
sakti mandraguna, pantaslah Amrita tak berdaya!iiPangeran
Kelelawar sungguh terlalu memuji! Hanya yang sakti
mandraguna bisa terbang dan menggandakan dirinya menjadi
tiga!iSebetulnya aku malas bertempur sambil berbicara,
karena pemusatan pikiran bisa pecah dan titik lemah segera
terbuka. Namun kali ini aku senang melayaninya, karena ingin
kuketahui sosok yang asal dari ketiganya, sosok yang semula
satu dan kini menjadi tiga. Begitu kuketahui sosok mana yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbicara, dengan kecepatan kilat kuubah permainanku, dari
Ilmu Pedang Cahaya Naga menjadi Ilmu Pedang Naga
Kembar, dengan tujuan mendesak kedua sosok yang hanya
bayangan itu dan menyelesaikannya.
Ketergandaan tiga sosok kuhadapi dengan ketergandaan
permainan pedang. Kedua pedang terasa bagaikan empat
pedang, sehingga aku masih memiliki sebuah, yang bebas
memilih dan menentukan korban. Empat belati panjang segera
terlempar dari kedua sosok bayangan, tetapi ketika sembari
masih berbaring kedua pedang hitamku melesak ke dalam
jantung masing-masing dari keduanya, yang menyembur
keluar adalah darah yang sebenarnya. Jadi keduanya bukanlah
bayangan ciptaan sihir. Dengan segera pula kedua pedang
hitam warisan Raja Pembantai dari Selatan itu telah
mengurung Pangeran Kelelawar dengan kedua belati
panjangnya. Jika kumasuki Jurus Dua Pedang Menulis
Kematian sekarang juga, niscaya riwayatnya segera dapat
kutamatkan. Namun kunantikan jurus-jurus pamungkasnya,
agar dapat kuserap dengan jurus-jurus yang kelak akan
terkenal sebagai Jurus Bayangan Cermin.
Seperti yang kuduga, ia menyerang dengan memanfaatkan
kedua sayapnya. Diriku bagaikan terkurung jala hitam dan
kedua pedang yang kuayun untuk merobek selaput kulit yang
menjadi sayap itu selalu luput mengenainya. Maka
kugabungkan Jurus Bayangan Cermin dan Jurus Penjerat
Naga. Dengan Jurus Bayangan Cermin terseraplah sudah
segenap jurus dalam ilmunya, dan dengan Jurus Penjerat
Naga meski aku tetap bergerak membuat ia mengira aku
dalam kelemahan terbuka. Saat kedua belatinya bermaksud
menggunting leherku, kedua pedangku malah masuk kembali
dalam tanganku, karena aku hanya perlu menyorongkan
tangan ke depan memberikan kepadanya pukulan Telapak
Darah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia terlempar ke atas memuntahkan darah. Namun
bukannya jatuh, ia mengepakkan sayapnya, terbang ke atas.
Aku melesat ke atas dengan kedua pedang yang sudah
muncul kembali dari dalam tanganku. Setiap kali sambaran
pedangku ditangkisnya, kugunakan dorongan tenaganya
sebagai daya melenting ke atas, dengan demikian Pangeran
Kelelawar itu selalu bisa kukejar ke atas. Jadi sebetulnya
pedangku tidak menyambar untuk membunuh, melainkan
untuk ditangkis agar aku bisa melayang ke atas tanpa harus
memijak sesuatu. Meski siasatku ini sebetulnya gampang
dibaca, tetapi pukulan Telapak Darah telah membuatnya tidak
bisa berpikir. Ia seperti menghindariku, seperti ada yang
menunggunya di atas, meski dalam pertarungan tingkat tinggi
seperti ini tentu aku tidak bisa berpikir terlalu panjang. Pada
saat kedua tangannya terbuka kutusukkan pedang hitam yang
kehitamannya disebabkan ramuan racun bercampur darah
korban. Begitu kuat tusukan pedang di tangan kananku itu ke
dadanya, sampai tembus ke punggung, dan menancap pada
dinding tiang penyangga bulan. Lantas kutancapkan pula
pedang di sebelah kiriku, sehingga ia tertancap makin di
Tangan Berbisa 3 Gento Guyon 21 Sang Petaka Badai Awan Angin 33
^