Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 11

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 11


semakin memudarkan kepercayaan banyak orang akan
jaminan keamanannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perubahan besar dalam penulisan puisi Li Bai tercatat
disebabkan antara lain oleh kematian sahabatnya, penyair dan
cendekiawan Li Y ung, yang difitnah dan dituduh berse-kongkol
melakukan pengkhianatan serta dihukum oleh Perdana
Menteri Li Lin-fu yang terkenal licik. Pejabat tinggi itu
berkuasa penuh antara 745 sampai 752, dan perbuatannya itu
hanyalah satu perkara dari banyak kepahitan yang melukai
perasaan Li Bai yang peka. Maka dari kisah-kisah manusia, Li
Bai mengalihkan pokok-pokok gagasan puisinya kepada
keagungan alam yang memiliki daya tarik luar biasa baginya.
Bukankah puisi-puisi seperti ''Nyanyian Air Biru'' ini
menunjukkan kepekaannya terhadap alam itu"
bulan cemerlang membakar air kebiruan
di telaga selatan lelaki itu mengumpulkan bunga leli putih
bunga-bunga teratai berbisik lirih:
si tukang perahu menghela napas panjang
BEGITU pula kukira dengan puisi Li Ba i yang ini, yang juga
sedang dikutip-kutip oleh mereka yang sedang minum arak
sambil menghadapi pemandangan terbentang itu:
malam pun sampai: aku bermalam di kelenteng Puncak
di s ini bisa kusentuh bintang-bintang dengan tanganku
aku tak berani bicara keras dalam keheningan ini
takut mengusik ketenteraman penghuni Langit
Maupun yang pernah kubaca terjemahannya ini:
angin musim gugur betapa hening
bulan jelita daunan yang tertiup mengonggok dan tersebar-sebar
burung gagak yang istirah tersentak dari tidurnya
aku pun bermimpi tentangmu --kapan bisa kutemui kau
kembali" malam ini: ngilu hatiku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemudian mereka berbicara tentang bagaimana Li Bai
membawa urusan antarmanusia ke dalam puisinya. Benar
juga, sebetulnya belum ada minuman di Negeri Atap Langit
yang bisa membuat seseorang mabuk dalam pengertian hilang
seluruh kesadarannya. Bukankah delapan orang pembawa
keledai-keledai beban itu meski sambil tertawa-tawa masih
juga dapat mengutip puisi Li Bai di luar kepala dengan
tepatnya, sementara aku yang mulai merasakan kehangatan
menjalar ke kepalaku, dengan pengetahuan bahasa-bahasa
Negeri Atap Langit yang terbatas masih juga dapat mengikuti
puisi yang mereka maksudkan itu"
bulan terang memuncak di bukit Sorga
berlayar di samudera awan
angin melengking sejauh sepuluhribu li
terdengar suara siul dari celah bukit Y u-men
tentara kerajaan menuruni Jalan Tanggul Putih
bangsa Tartar menyusur sepanjang pantai Laut Biru
perajurit-perajurit menoleh ke arah rumah mereka:
belum pernah ada yang bisa pulang kembali
malam ini perempuan itu menanti di menara tinggi
yang ada tinggal duka dan hisak berkepanjangan
Kehidupan Li Bai bertolak belakang dengan penyair lain
yang juga sangat terkenal dari masanya sampai hari ini, yang
juga adalah sahabatnya nan rendah hati, yakni Du Fu. Semasa
muda mereka hidup bersama-sama di Chang'an dan jika puisi-
puisi keduanya diperiksa, terbaca betapa mereka tak dapat
saling me lupakan satu sama lain. Namun jika Du Fu hidup
berpindah-pindah dalam kemiskinan bersama keluarganya,
maka Li Bai menikah beberapa kali, punya anak-anak yang
mesti dibiayainya, dan suatu kali melakukan perjalanan diiringi
dua gadis penyanyi dan seorang bocah pelayan, sementara di
setiap wilayah para pejabat menyambutnya. Pada masa
Wangsa Tang ini ketika puisi sangat dihargai dan para penyair
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dihormati, Li Bai sebagai penyair cemerlang memang
mendapatkan kemewahan seperti pangeran karena bakatnya.
Meski pernah sangat dicintai oleh seisi istana, Li Bai tidak
pernah secara resmi menjadi bagian daripadanya, karena ia
melihat bagaimana kehidupan di dalamnya adalah semu.
Namun tetap saja Li Bai mencintai segala sesuatu yang baik
dalam hidup, walaupun tidak selalu dapat mencapainya. Ia
menyukai orang-orang di sekitarnya sebagai bagian dari
mereka, daripada hanya melihat mereka dari luar. Pada
masanya Li Bai memiliki keanggunan, pemikiran yang tajam,
serta kepribadian memikat, dan sebagai penyair ia memimpin
dengan bahasa yang di Negeri Atap Langit susah ditampik.
Puisi-puisinya bagaikan bebunyian dan termasuk di antara
yang terbesar dalam riwayat pencapaian manusia. Di seluruh
Negeri Atap Langit puisi-puisinya dicetak dengan cukilan kayu
pada kertas-kertas menguning yang disimpan dengan sangar
baik dari masa ke masa. JADI aku pun tersenyum saja karena bapak kedai tentunya
sudah mengerti. ''Sudah tiga puluh lima tahun,'' ujarnya, lagi, ''puisi-puisi Li
Bai makin banyak dikutip orang, tetapi begitu pula Wang Wei
dan Du Fu.'' Aku merasa beruntung bahwa selama enam bulan
berkubang di bilik pustaka Kuil Pengabdian Sejati, tak hanya
filsafat Nagarjuna yang kupelajari me lainkan juga terbaca
olehku catatan para rahib tentang para penyair Wangsa Tang
yang mengagumkan. Tentu saja Wang Wei dan Du Fu sama
besarnya dengan Li Bai, tetapi kehidupan mereka pribadi
tidaklah penuh dongeng seperti Li Bai.
Wang Wei hidup dari 699 sampai 759. Ia seorang tabib,
tetapi agaknya lebih banyak menulis puisi, sedangkan semasa
hidupnya lebih dikenal sebagai pelukis. Maka puisi-puisinya
dikenal mengandung lukisan, dan lukisan-lukisannya mengandung puisi. Pada usia dua puluh satu tahun ia sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diangkat sebagai chin-shih, yakni seseorang yang sangat
tinggi kadar kepandaiannya, sehingga dapat lulus ujian
negara. Namun Wang Wei pernah ditawan pemberontak
sampai bertahun-tahun lamanya, dan baru dilepaskan setelah
pemberontak itu mati; tetapi kemudian Wang Wei dianggap
sebagai pengkhianat karena selama dalam tawanan ia hidup
tanpa kekurangan. Rupanya memang ia tidak begitu peduli
siapa yang berkuasa. Saudaranya yang menjadi rahib Buddha berhasil mengusahakan Wang Wei menduduki jabatan penting di
istana, meski tidak berlangsung lama. Setelah istrinya
meninggal, Wang Wei sering bersedih. Akhirnya
ia mengundurkan diri dan pergi ke bukit, tinggal di sana sampai
meninggal sebagai pendeta Buddha. Wang Wei terkenal
sebagai penyair yang mampu menampilkan pemandangan
dalam satu baris puisi saja. Bapak kedai di hadapanku
mengutip salah satu puisi Wang Wei:
kerikil-kerikil putih berloncatan di arus sungai
satu-dua lembar daun memerah di musim gugur yang
dingin tak gugur hujan di jalan perbukitan
namun bajuku basah di udara hijau segar
Aku terperangah. Belum lagi kumasuki Negeri Atap Langit,
tetapi alam maupun orang-orang yang kujumpai di perbatasan
lautan kelabu gunung batu yang dalam dirinya sendiri sudah
bagaikan puisi ini begitu penuh dengan pesona. Jika seorang
pemilik kedai di pegunungan terpencil seperti ini, yang dari
gerak-geriknya kuyakini mampu bersilat, pun begitu hafal dan
menguasai perbincangan tentang puisi, tidakkah aku memiliki
banyak alasan untuk menjadi rendah diri"
Namun untuk apa merasa rendah diri bukan" Setiap orang
pasti akan mampu mengatasi kekurangannya jika mau belajar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedangkan bagiku tiada yang lebih menarik dalam kehidupan
ini selain belajar. ''Luar biasa sekali puisi seperti itu Bapak,'' kataku,
''bagaimana caranya kita dapat memiliki pula kepekaan
semacam itu"'' Bapak kedai kemudian bahkan duduk di hadapanku.
''Segalanya adalah masalah sudut pandang, Tuan, dan juga
latihan,'' katanya, ''jika kita berada di tengah alam, tetapi tidak
berpikir tentang alam, maka alam itu tidak akan kelihatan.
Namun seandainya kita berada dalam tahanan, tetapi berada
dalam sudut pandang yang menempatkan diri sebagai bagian
dari alam, maka sebaris lumut, sekuntum bunga rumput,
seberkas cahaya matahari, maupun capung melayang lewat
jendela pun dengan caranya sendiri akan menjelmakan
pengalaman alam untuk kita, menjelmakan suatu kealaman...''
Sebetulnya bahasa Negeri Atap Langit yang kukuasa i
sungguh-sungguh amat terbatas, tetapi karena persoalan yang
diungkapnya bagiku sangat penting, maka dengan segala
kekurangan pemahaman aku merasa sedikit demi sedikit bisa
mengerti juga. Bapak kedai itu mengutip sebuah puisi Wang
Wei lagi: kau yang baru tiba dari desa tua
katakan padaku apa yang terjadi di sana"
tatkala kau tinggalkan, adakah bunga-bunga
sedang mengembang di bawah jendela putih itu, Saudara"
DAN satu lagi: gerimis pagi kota Wei membasahi debu putih
warung-warung menghijau, pohon-pohon wu-tung berbunga sebaiknya kau habiskan segelas anggur lagi
di s isi barat bukit Y uan Kuan tak ada teman akan kau temui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku merasa tubuhku melayang, bu-kan karena arak beras
sederhana ini, te-tapi karena merasa berada dalam sebuah
dunia yang membahagiakan. Aku terpesona oleh kenyataan,
bahwa segala se-suatu yang sederhana dan tampaknya tidak
penting, ternyata bisa menjadi in-dah tanpa kita harus
memoles atau meng-agung-agungkannya, melainkan cukup
dengan menyadari keberadaannya.
Kesederhanaan menjadi cemerlang, tentu karena itu adalah
puisi. Bahkan Du Fu dalam puisi yang ditujukan kepada Li Bai
sampai menyebutkan istilah dewa puisi:
ketika angin dingin mengunjungimu dari sudut-sudut bumi
apa kabar, sahabatku, apa yang kau impikan"
kapan angsa liar terbang membawa suratmu ke mari"
sungai dan telaga musim panas menjadi dalam
dan membuatku terkenang padamu
dewa puisi membenci mereka yang beruntung hidupnya
setan tertawa keras kalau ada lelaki yang berdiri di
sampingnya dunia ini padang pasir! kalau saja kita bisa melemparkan puisi ke Sungai M ilo
dan berbicara kepada sang jiwa agung
korban bagi kesetiaan dan puisi
Sejauh kuketahui dari riwayat hidup para penyair, mereka
sedikit banyak adalah pengembara. Mengembara di tengah
alam yang mampu mereka pandang sebagai sesuatu yang
indah, apakah yang bisa lebih bermakna dari ini" Kalau
seorang penyair bunuh diri, aku tidak yakin mereka mati
karena menderita, melainkan karena menghendaki kebahagiaannya menjadi abadi.
Arakku sudah habis, aku menggeleng ketika bapak kedai
menawarkan untuk tambah. Kubayar apa yang ku-makan dan
kuminum, lantas beranjak. Namun pada saat yang sama pun
ternyata delapan orang yang sejak tadi ber-bicara tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
puisi itu juga beranjak keluar, jadi aku duduk kembali
menunggu mereka keluar semua.
Di luar, agaknya karena melihat kudaku mereka menjadi
ribut sendiri. Perbincangan mereka berlangsung sangat cepat
sehingga hanya terdengar olehku sebagai bahasa burung.
Apakah yang telah terjadi"
(Oo-dwkz-oO) Episode 152: [Tanda Tanya Kuda Uighur]
Waktu aku keluar, mereka semua sudah mencabut pedang
yang entah disimpan di mana sebelumnya karena aku tak
pernah melihatnya. Menjadi jelas betapa arak itu tiada
pengaruhnya, bagi mereka maupun bagiku, karena aku pun
menjadi sangat siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Seorang di antaranya berujar kepa-daku. "Kuda itu," ia
menunjuk kudaku dengan goloknya, "di manakah seka-rang
pemiliknya?" Ternyata aku memahami perta-nyaannya dengan jelas,
karena ia me-mang memberi tekanan kepada setiap kata.
Pertanyaannya memang jelas, tetapi aku merasa tidak akan
dapat menjawabnya dengan mudah.
Kuda orang Uighur ini kudapatkan dari istal kuda istana
milik Pemerintah Daerah Perlindungan An Nam. Jika ku-da ini
diternakkan orang-orang Uighur, berarti telah melewati
perjalanan yang panjang untuk sampai ke Thang-long. Bukan
sekadar perjalanan panjang menyeberangi gurun, menyusuri
sungai, dan mendaki gunung gemunung yang kumaksudkan,
melainkan perja-lanan perma inan kekuasaan yang membuat
kuda orang Uighur itu sekarang kutunggangi kembali melewati
jalan yang sama. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka bertanya tentang pemilik kuda itu. Mungkinkah
kuda itu dimiliki seseorang" Kuda-kuda orang Uighur secara
berombongan dibawa ke Negeri Atap Langit sebagai bagian
kerjasama Wangsa Tang dengan suku-suku pe-ngembara di
luar batas negerinya, karena telah membantu Maharaja Tang
Dezong. Apakah yang telah terjadi sehingga penunggang kuda
ini dicari-cari" Ada dua kemungkinan, penunggang kuda ini
musuh mereka, atau penunggang kuda ini adalah kawan
mereka; dan aku tidak dapat menduga apapun jika tak tahu
siapa mereka. Menilik bahasa, busana, maupun pe-dang yang mereka
pegang, jelas mereka warga Negeri Atap Langit. Namun
bagian mana dari Negeri Atap Langit yang luas itu menjadi
tempat asal mereka aku taktahu.
Aku tahu sedang memasuki wilayah Guangxi yang
berbatasan dengan Daerah Perlindungan An Nam dan
berbahasa Tai, justru bahasa yang sama sekali tidak
kumengerti, tetapi sejauh telah kupelajari, bahasa Tai meliputi
wilayah Guangxi saja, sementara di luar wilayahnya, yakni di
wilayah Guang-dong, Hunan, Fujian, Jiangxi, Guizhou,
Yunnan, di selatan; Hubei, Anhui, Henan, di tengah; Zheijiang,
Jiangsu, Shandong, di timur; Gansu, Shaanxi, Hebei, Liaoning,
Jijin, dan Hedongjiang di utara dan timur laut; juga sampai
Sichuan dan Xinjiang di barat, semua-nya berbahasa Negeri
Atap Langit, meski dengan tekanan yang berbeda-beda.
DI Qinghai dan Sichuan, karena berbatasan dengan Tibet di
barat, maka bahasa Tibet juga diucapkan oleh penduduk yang
berada pada separo wilayah masing-masing. Di Yunnan,
bahasa cukup campur aduk karena masih masuk dari selatan
mereka yang berbahasa Mon-Khmer, Miao-Yao, Tai, dan juga
sebagian yang berbahasa Tibet. Jika aku menembus
perbatasan Negeri Atap Langit di barat laut dan utara, maka
tentu kujumpai mereka yang berbahasa Korea, Turkic, Manchu
Tungus, Mongolia, maupun Tajik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tak mungkin tahu mereka berasal dari bagian wilayah
mana, karena aku tidak memiliki pengetahuan tentang
perbedaan tekanan berbagai wilayah atas kesatuan berbahasa
Negeri Atap Langit itu. Namun aku dapat memiliki dasar demi
suatu dugaan lain, jika sempat mempertimbangkan kedudukan
suku Uighur atau Huihe ini dalam perimbangan kekuasaan
yang dimainkan Maharaja Tang Dezong di wilayah tengah
benua. "Katakan di mana?"
Delapan orang itu serentak bergerak mengepungku.
"Daku tak tahu," jawabku sambil terus menuju kuda yang
menjadi masalah itu, "kudaku ini pemberian seorang teman."
"Pemberian" Hmmh! Tak mungkin!"
"Mengapa tak mungkin" Apa untungnya daku berbohong?"
Meski delapan orang itu menghunus pedangnya, aku
merasa senang sedikit karena dapat mengucapkan bahasa
Negeri Atap Langit meski dengan agak terbata-bata.
"Karena dikau telah membunuh pemiliknya!"
Bersama dengan habisnya kalimat ini delapan orang itu
berkelebat menyerang diriku. Mereka menyerangku dengan
jurus berpasangan bagi delapan orang, sehingga aku
sebenarnya berada dalam kedudukan terkunci. Ke mana pun
aku berkelit, sebilah pedang tetap akan menembus tubuhku.
Namun siapakah kiranya manusia yang sudi mati di tanah
sejauh ini jika ia dapat menghindarinya" Maka aku pun
berkelebat ke suatu titik, seperti sengaja membiarkan diriku
ditembus salah satu dari delapan pedang yang bergerak
serentak itu. Sllpp! Pedang itu terjepit di ketiakku, dan kudorong pemiliknya
dengan ke depan dengan pukulan Telapak Darah. Orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpental dengan darah mengalir di sudut-sudut bibirnya.
Tujuh orang yang lain berloncatan mundur. Kuambil pedang
yang masih terjepit pada ketiakku dan kulemparkan ke
samping lelaki yang terpental itu. Aku hanya memberikan
sentuhan saja ke dadanya, dan ilmu silatnya sudah jelas cukup
tinggi, sehingga aku tahu ia tidak akan mati.
Namun dalam dunia persilatan, tidak membunuh lawan
yang kalah sering ditafsirkan sebagai penghinaan.
Benarkah harus begitu" Bukankah aku juga terkalahkan
oleh pendeta tua yang mendorongku jatuh melayang dari atas
tebing di Desa Balinawang waktu itu" Ia yang menyerang
seperti melatihku, bukankah jika mau ia dapat membunuhku
setiap waktu" Dengan susah payah ia mencoba berdiri dan tidak berhasil,
tetapi ia dapat meraih pedangnya. Lantas, tanpa dapat
kucegah, dengan kedua tangan ia tusukkan pedang itu ke
lambungnya sendiri sampai tembus ke belakang!
Ah! Sebegitu mahalkah harga kehormatan"
Ketujuh orang sisanya mengangkat pedang, tentunya
dalam suatu jurus berpasangan tertentu. Mata mereka
menyala-nyala penuh dendam atas cara kematian saudara
seperguruan mereka itu. Salah seorang dari mereka berujar
dengan penuh geram. "Seorang pendekar menumpah-kan darah ketika mengalahkan lawan, tetapi ia tidak menghinanya!"
"Kenapa harus kehilangan nyawa karena tak percaya" Kuda
itu memang pemberian! Tiada seorang pun kuhilangkan
nyawanya untuk mendapatkannya! Seorang pendekar tidak
gegabah membunuh seseorang untuk sesuatu yang belum
diketahui kepastiannya."
Mereka saling berpandangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bicaralah yang jelas," kataku lagi, "daku hanya seorang
pengembara dari tempat yang jauh. Tidaklah daku pahami
segenap persoalan kalian."
Namun aku mencoba mengingat kembali segala sesuatu
yang berhubungan dengan kuda Uighur itu, sejauh yang
pernah kupelajari di bilik pustaka Kuil Pengabdian Sejati.
Hubungan segitiga antara Wangsa Tang, Kerajaan Tibet
atau Tubo, dan Kerajaan Uighur atau Huihe disebabkan oleh
Pem-berontakan An Lushan antara 755 sampai 762, ketika
lemahnya pengaruh istana membuat sang maharaja berpaling
kepada negeri-negeri tetangga di bagian timur dan utara
untuk meminta bantuannya.
SUKU Uighur segera memberi bantuan pasukan kepada
balatentara kemaharajaan untuk menekan pemberontak-an,
dan sejak saat itulah para penguasa suku pengembara
tersebut terlibat selamanya dengan permainan kekuasaan di
bagian dalam Negeri Atap Langit. Se-jak saat itu, bukan
sekadar ketenangan di perbatasan yang menjadi tujuan
kebijakan, melainkan pemeliharaan dukungan agar bantuan
untuk mempertahan-kan kekuasaan dapat terus diandalkan.
Sebagai hasilnya, hubungan dagang antara Negeri Atap
Langit dan Ke-raja-an Uighur berkembang, seperti pernah
kuceritakan, ketika berlangsung pertukaran kain sutera untuk
kuda-kuda Uighur sebagai bentuk pembayaran bagi jasa-jasa
suku Uighur. Saat itu di-manfaatkan oleh Kerajaan Tibet untuk
memperluas wilayahnya dengan me-ngambil wilayah Negeri
Atap Langit. Serbuan mereka ke timur dari sebelah barat
Negeri Atap Langit mencapai puncaknya pada bulan kesepuluh
tahun 763, ketika berhasil merebut dan me-nguasai kotaraja
Chang'an selama beberapa minggu. Peristiwa yang ber-
langsung seusai Pemberontakan An Lushan itu, membuat
Wangsa Tang yang telah menjadi lemah perdagangan maupun
ketentaraannya lebih yakin bahwa mereka harus merawat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dukungan negeri-negeri tetangganya itu agar tetap dapat
bertahan. Akibat kerusuhan tak kunjung berhenti itu, pajak tak
pernah dipungut dalam jumlah yang cukup selama waktu yang
lama. Setidaknya pajak itu tidak cukup untuk tetap
mempertahankan pasukan dalam jumlah tertentu, selain
mempertahankan para perwiranya pula. Hubungan Negeri
Atap Langit dengan suku Uighur dan orang-orang Tibet
semakin rumit selama pemberontakan Pugu Huai'en, seorang
jiedu shi atau pejabat tinggi ketentaraan dari Shuofang, yang
baru berakhir 765. Orang-orang Tibet, se-perti juga suku
Uighur semula ber-ga-bung dengan pemberontak, tetapi se-
menjak kematian Pugu Huiai'en, panglima Guo Ziy i dari Negeri
Atap Langit antara 697-781, mengambil kebijakan bersekutu
dengan suku Uighur untuk mengalahkan para pemberontak
dan orang-orang Tibet. Sampai kematian Maharaja Dai-zong yang bertakhta antara
762 sampai 779, suku Uighur terbukti merupakan sekutu setia,
setidaknya lebih setia dari orang-orang Tibet yang menyerbu
wilayah barat laut Negeri Atap Langit, meski ini juga
disebabkan karena persekutuan suku Uighur dan Negeri Atap
Langit memang sudah tak bisa mempertahankan sebagian
besar wilayah Wangsa Tang. Maka, semenjak penerusnya,
Maharaja Dezong, naik takhta dengan gelar Putra Surga pada
779, hubungan segitiga itu memasuki tahap baru.
Dalam paruh pemerintahan Maha-raja Dezong, hubungan
Negeri Atap La-ngit dengan orang-orang Tibet cukup kacau.
Sejak mewarisi tahta, Dezong memiliki kebijakan yang jelas
menghadapi negeri-negeri di wilayah tengah benua. Ia
menolak siasat untuk bersekutu dengan Uighur tetapi me-
musuhi, tetapi menawarkan kebijakan untuk bersekutu
dengan orang-orang Tibet dan mengendalikan suku Uighur.
Kedudukan Dezong disebabkan karena pengalaman pribadinya. Pada bulan kesebelas 762, Dezong yang saat itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih bersama putra mahkota Pa-nge-ran Yong, memimpin
suatu penugasan yang mempertemukannya dengan khaghan
atau pe-mimpin Uighur yang bernama Mouyu, penguasa dari
tahun 759 sampai 779, yang berkemah dengan pasukannya di
Shanzhou. Pada titik rawan Wangsa Tang ini, Mouyu
sebenarnya bermaksud untuk bekerja sama dengan para
pemberontak. Tugas Pangeran Yong adalah memengaruhi
kekuatan Uighur ini untuk bersekutu dengan pemerintahan
Wangsa Tang yang sedang ber-juang melawan pemimpin
pembe-rontak Shi Chaoyi, dan menekan Pemberontakan An
Lushan. Namun berbeda dari ayahnya, Maharaja Daizong yang
sangat pandai membuat perjanjian dengan suku-suku
pengembara, Li Kua yang kelak menjadi Daezong ini terbukti
keras kepala, dan mengundang masalah ketika menolak untuk
menghormati khaghan dan melibatkan diri dalam pertentangan ketika berlangsung tarian upacara bagi
pemimpin Uighur itu. Dengan kerangka bahwa kekuasaan
langit adalah milik mereka, khaghan Uighur tentu ber-ha-rap
agar warganya maupun orang asing menghormati pula
dengan suatu sikap dalam upacara. Tarian upacara ini di-
anggap oleh suku Uighur sebagai tanda penghormartan
terhadap kha-ghan. Empat penasihat Dezong dihu-kum
pukulan karena perilakunya, tetapi ban-tuan Uighur berhasil
didapatkan juga. Peristiwa ini, betapapun, tetap berada dalam benak Dezong
untuk waktu lama dan itulah sebabnya, kemudian hari sebagai
Maharaja Negeri Atap Langit, ia lebih suka kebijakan
perdamaian dengan orang-orang Tibet, de-ngan kemungkinan
bersekutu dan menyerang suku Uighur pada masa depan.
NAMUN bagaimanakah kiranya aku menghubungkan
pengetahuanku yang terbatas dengan telaah masalah kuda
Uighur ini" Bukankah kuda ini justru bukti persekutuan antara
Negeri Atap Langit dengan suku Uighur"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Bicaralah yang jelas,'' kataku lagi menuntut penjelasan,
''supaya tidak ada yang tewas dan terkorbankan karena
kesalahpahaman.'' Mereka saling bertatapan. Adakah masalah ini juga
berhubungan dengan suatu tugas rahasia" Aku jadi bertanya-
tanya tentang kuda yang diberikan Iblis Suci Peremuk Tulang
itu kepadaku. Benarkah ia sekadar mengambil salah satu kuda
dari puluhan kuda yang dirawatnya ketika menyamar sebagai
tukang kuda; ataukah ia te lah dengan sengaja memilihkannya
untukku dari luar kelompok kuda di istal itu"
''Saudara seperguruan kami adalah pemilik kuda itu
sebelumnya, seseorang dari suku Uighur telah memberikan
kuda itu kepadanya sebagai hadiah, dan begitu dekatnya ia
dengan kuda itu, sehingga tidak akan melepaskannya tanpa
kehilangan nyawa. Ia telah pergi ke Daerah Perlindungan An
Nam demi suatu tugas, dan kini kami bermaksud
menyusulnya.'' ''Dan kapankah kiranya saudara seperguruan kalian itu
pergi ke Daerah Perlindungan An Nam"''
''Sekitar setahun yang lalu.''
''Hmm. Setahun yang lalu aku masih berada di tanah
orang-orang Khmer. Enam bulan terakhir aku tidak keluar dari
Kuil Pengabdian Sejati di Thang-long. Bukan tak ada orang
bertarung selama itu, tetapi kuyakinkan kalian bahwa siapa
pun yang terbunuh olehku, ia tidak sedang menunggang kuda
ini.'' Mereka saling berpandangan lagi. Aku belum bisa
menghubungkan kedelapan orang yang satunya sudah mati
tersebut dengan riwayat hubungan Negeri Atap Langit dengan
suku Uighur maupun orang-orang T ibet. Barangkali aku masih
harus mengingatnya lebih jauh lagi. Di samping itu,
penerimaan atas cerita mereka pun harus kutunda, karena aku
memang tidak punya dasar untuk percaya atau tidak percaya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku harus menginngat secepat kilat sejauh-jauhnya,
padahal catatan para bhiksu kubaca dengan kemampuan
bahasa terbata-bata. Setelah perjanjian itu diwujudkannya, Maharaja Dezong
dengan segera menyatakan, bahwa tujuannya adalah
menggunakan kebajikan kerajaan untuk menundukkan empat
jurusan dan ia memusatkan perhatiannya terutama kepada
Kerajaan Tibet. Demi memperlihatkan niat baik dan
keanggunannya, ia memerintahkan seluruh tawanan Tibet
dikumpulkan, sampai 500 orang banyaknya, dan dikembalikan
ke negaranya. Dalam bulan kedelapan tahun 779 ditunjuknya
Wei Lun sebagai tai chang shao qing atau pengurus
rumahtangga istana untuk upacara, dan mengutusnya untuk
suatu tugas ke Tibet. Adapun untuk tugas Wei Lun adalah
memanfaatkan peluang ini dan membicarakan kemungkinan
perjanjian dua pihak dengan Khri-sron lde-btsan, raja Tibet
yang sampai hari ini telah memerintah 23 tahun sejak 754.
Meskipun pihak Tibet semula curiga dan tidak percaya bahwa
sang maharaja akan menengok kembali, Wei Lun akhirnya
mencapai Tibet dan bersepakat dengan raja Tibet tentang
penetapan suatu hubungan damai. Khri-sron lde-btsan setuju
dengan usulannya dan mengirimkan seorang duta bersama
Wei Lun. Namun usaha-usaha perjanjian tanpa kekerasan Maharaja
Dezong ini tidak disetujui para panglima balatentara Negeri
Atap Langit. Pada umumnya para panglima yang ditempatkan
di wilayah Shu menggugat cara-cara maharaja menangani
masalah tawanan Tibet, dan menyatakan bahwa orang-orang
Tibet itu ganas serta takbisa dikembalikan selain diperlakukan
sebagai budak, seperti yang selama ini diberlangsungkan adat.
Meskipun begitu, sang maharaja dengan siasat perdamaian
jangka panjang dalam kepalanya, menolak untuk menerima
telaah gugatan tersebut dan terus menekan melalui
kebijakannya itu. Kegiatan pasukan Tibet di perbatasan tidak
segera menyurut, tetapi maksud yang diarahkan kepada pihak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tibet pun hanyalah untuk melonggarkan tekanan dan
menyiapkan ke keadaan yang akan membuatnya menandatangani perjanjian secara resmi.
Saat pada bulan ketiga tahun 780 panglima Liu Wenxi
merebut kekuasaan di Jingzhou dan mengirim anaknya ke
Tibet untuk minta bantuan pasukan, orang-orang Tibet
memutuskan untuk tidak melanggar perjanjian dengan
Maharaja Dezong dan tidak mencampuri masalah dalam
negeri Wangsa Tang. Akibatnya, hanya dalam beberapa
minggu saja Liu Wenxi terbunuh. Hubungan kedutaan antara
kedua negara berlanjut dan utusan masing-masing sibuk
melakukan perjalanan antara Changian dan Lhasa.
SELAMA masa perundingan, suatu kejadian berlangsung
akhir 781, ketika dian zhong shao jian atau wakil kepala istana
Negeri Atap Langit yang bernama Cui Hanheng tiba di Tibet
sebagai utusan. Bagi pihak istana Ne-geri Atap Langit, dalam
hal hubungan dengan pihak di luar batas wilayah yang selalu
mereka anggap sebagai suku-suku takberadab, masalah
upacara selalu ditekankan dalam hubungan kedua negara.
Bukan hanya dalam bentuknya sebagai upacara, tetapi dalam
hubungannya dengan kata-kata yang diucapkan dalam tukar
menukar pernyataan antara Maharaja Negeri Atap Langit
dengan pihak di luarnya, yang tentunya, seperti diucapkannya,
adalah bawahannya. Penggunaan kata-kata jelas me-nun-jukkan, apakah
hubungan antar ne-gara itu antara atas dan bawah ataukah
setara. Sejak lama, seperti 714 dan 727, orang-orang Tibet
berulang-ulang sudah mempertanyakan bentuk upacara yang
mereka sebut bagaikan antara dua negara yang bermusuhan,
tempat terdapatnya bahasa kasar di dalamnya. Agaknya
memang sudah terdapat suatu adat bahwa pemerintah Tibet
meminta kesetaraan pijakan de-ngan maharaja, yang
kemudian diper-kuat oleh perkawinan dua puteri Wang-sa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tang, Wencheng pada 641, dan Jincheng pada 710 dengan
raja-raja Tibet. Maka pada 781, setelah membaca surat pernyataan dari
Dezong, raja Tibet menggugat kepada Cui Han-heng atas
penggunaan kata-kata yang merendahkan kedudukan Tibet
dalam hubungannya dengan Negeri Atap Langit. Raja Tibet
Khri-sron lde-btsan berkata, ''Bagaimana mungkin dikau
memperlakukan kami dengan upa-cara bagi bawahan." Pihak
Negeri Atap Langit segera menyadari betapa ini bukanlah saat
yang pantas untuk berdebat mengenai masalah sepele dalam
kepentingan siasat Wangsa Tang, dan atas permintaan raja
Tibet mengubah kalimat gong xian atau untuk menawarkan
sebagai persembahan menjadi jin atau mempersembahkan,
dan ci atau melimpahkan menjadi ji atau mengirim. Pihak
Negeri Atap Langit bahkan bersedia menerima permintaan
pihak Tibet untuk memindahkan perbatasan, yang semula
diusulkan dari wilayah Ling-zhou menjadi ke pegunungan
Helan, yang lebih menguntungkan pertahanan Tibet.
Masalah ini tidak menghentikan kegiatan tanpa kekerasan
tetapi penuh siasat semasa damai antarnegara, yang
menghasilkan persekutuan antara Negeri Atap Langit dan
Tibet pada hari kelimabelas bulan pertama tahun 783 yang
diresmikan di Qing-shui. Upacara peresmian kesepakatan ini
ditunda sampai tiga kali. Semula direncanakan di perbatasan
Negeri Atap Langit dan Tibet, kemudian di kotaraja masing-
masing negara. Perjanjian itu menetapkan batas baru antara
kedua kerajaan. Bahaya lama dipindahkan dari wilayah
baratlaut Negeri Atap Langit dan peristiwa ini memungkinkan
orang-orang Tibet untuk mengamankan wilayah yang telah
direbut, sebagian besar paruh abad kedelapan ini, me lalui
perjanjian kedua negara. Perjanjian itu menegaskan
penguasaan Tibet atas Turkeshtan Timur, Kansu, dan
sebagian besar Szechwan atau Sichuan. Maharaja Dezong,
yang berperan besar di balik surat perjanjian ini, telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencapai tujuan pertama dari kebijakannya di wilayah tengah
benua, yakni perdamaian dengan Tibet.
Masih banyak yang harus kuingat kembali ketika ketujuh
penyoren pe-dang bercaping itu menyerang serentak dengan
jurus berpasangan yang me-matikan. Aku pun berkelebat
menghindar, tetapi mereka terus mendesakku sampai ke tepi
jurang. Jurus berpasangan ini tak kukenal, tetapi jika jurus
sebelumnya memang berpasangan un-tuk delapan pemain
pedang, maka sekarang mereka me-mainkan jurus ber-
pasangan untuk tujuh pemain pe-dang. Agaknya mereka
memang ber-asal suatu perguruan ilmu pedang, yang jika
bermurid cukup banyak biasanya mengajarkan jurus-jurus
berpasangan selain jurus tunggal dengan satu pedang atau
dua pedang. Bisa pasangan dua orang, bisa pula pasangan
delapan, sepuluh, dua puluh, dua puluh lima, bahkan sampai
lima pu-luh dan seratus orang. Bagi per-guruan silat yang
sudah berumur ra-tus-an tahun, jurus-jurus mereka terja-min
ketangguhannya. Jika negara membutuhkan tenaga pasukan
dari perguruan silat, maka barisan seratus orang dari
perguruan ilmu pedang mi-salnya, akan sangat berguna dalam
membuat pasukan lawan porak poranda.
Agaknya ketujuh orang yang saudara seperguruannya
bunuh diri demi kehormatannya itu berasal dari perguruan
semacam ini. Serangan mereka sungguh dahsyat seperti angin
puting beliung. Kini mereka tidak pernah menyerang serentak
seperti ketika masih berdelapan, melainkan satu per satu silih
berganti tetapi dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga
tidak dapat diikuti mata.
BAHKAN aku pun tidak dapat mengandalkan pandangan
mataku, dan hanya bergerak berdasarkan naluri saja, tentu
dengan kecepatan yang tidak boleh rendah dari kecepatan
mereka. Demikianlah hanya kurasakan desir angin dari
gerakan mereka itu yang menyerangku, tetapi tidak ada satu
pun yang dapat melukaiku. Di tepi jurang mereka masih terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendesakku, seperti mengharapkan aku terpeleset dan tak
berhasil memijak apa pun, sebelum akhirnya melayang jatuh
ke dalam jurang. Namun mereka kubikin terpana ketika
tubuhku yang terlontar ke udara di atas jurang, ternyata dapat
meluncur kembali ke arah mereka dengan serangan sekaligus
kepada tujuh orang. Mereka terpaksa menghindar berlompatan sebelum
akhirnya tersebar kembali dalam kedudukan mengepung. Kuisi
jeda ini dengan kesempatan berbicara.
"Kini apa alasan kalian menyerang seorang pengembara,
wahai tujuh pemain pedang unggulan. Tiada untungnya sama
sekali membunuhku, dan tiada alasannya sama sekali pula
untuk menghilangkan nyawaku. Aku tidak membunuh pemilik
kuda Uighur itu, dan saudara seperguruan kalian itu
membunuh dirinya atas keputusan sendiri yang seharusnya
dihormati." Mereka sekali lagi saling berpandangan. Terpancar sedikit
keraguan. Saat itu sebetulnya aku dapat bergerak lebih cepat
dari kilat untuk merobohkan mereka, tetapi sungguh ingin
kudengar suatu jawaban yang memberi gambaran jelas.
Sangat membingungkan bagiku bahwa ketujuh orang bersama
saudara seperguruannya yang sudah mati itu semula tampak
seperti para pedagang keliling dengan keledai-keledai beban
mereka, sebelum akhirnya kudengar bercakap-cakap dengan
fasih tentang puisi-puisi Li Bai, dan akhirnya memperlihatkan
diri mereka sebagai penyoren pedang.
Kini juga menjadi pertanyaan bagiku, apakah kiranya isi
keranjang-keranjang beban berisi karung tertutup itu. Apakah
mereka membawa barang dagangan" Barang dagangan
apakah kiranya yang harus dibawa melalui lautan kelabu
gunung batu yang penuh penyamun bekas pemberontak yang
tiada tahu cara lain menjalani hidup, dan bukannya dengan
kapal me lalui lautan yang lebih cepat dan aman" Siapakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka yang mendadak saja mengancam jiwaku karena
melihat kudaku yang berasal dari peternakan suku Uighur itu"
(Oo-dwkz-oO) Episode 153: [Tujuh Penyoren Pedang]
Perdamaian antara Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet
tidak berlangsung lama. Hubungan yang semula tampak serasi
kemudian sangat dipengaruhi perkembangan permainan
kekuasaan yang berada di luar kendali keduanya. Pada bulan
kesepuluh tahun 783, panglima pasukan yang ditempatkan di
Jingyuan, yakni Zhu Ci, yang dianugerahi pangkat ta i wei atau
kepala pertahanan, memberontak setelah sebelumnya begitu
setia kepada Maharaja Dezong. Ia merebut kendali Chang'an
dan menyatakan dirinya sendiri sebagai maharaja baru. Pada
saat rawan ini bagi pemerintahan Dezong ini, sekutu lama
Wangsa Tang, suku Uighur, ternyata berpihak kepada
pemberontak dalam usaha menggulingkan wangsa yang
melemah. Pihak istana yang berada di Fengtian segera mengutus Cui
Hanheng, yang memainkan peran penting dalam perundingan
untuk perjanjian tahun 783 di Qingshui, dengan permintaan
bantuan pasukan untuk me lawan para pemberontak. Orang-
orang Tibet siap memberi bantuan kepada pihak istana, yang
baru saja membuat perjanjian dengan mereka beberapa bulan
sebelumnya. Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet
sebelumnya telah menyepakati perjanjian terpisah ketika
pasukan Tibet membantu pembasmian pemberontakan Zhu Ci.
Pihak Negeri Atap Langit menyetujui bahwa pada saat
Changian dapat direbut kembali, maka wilayah Lingzhou,
Jingzhou, Anxi, dan Beiting atau Beshbalik , akan dimasukkan
ke dalam kekuasaan Tibet. Dengan persyaratan ini orang-
orang Tibet setuju untuk memberi bantuan ketentaraan
lengkap dengan para panglimanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada bulan kedua tahun 784, negarawan Tibet Zan Jiezan
atau Zan Rgyal-btsan bertemu dengan Cui Hanheng, tetapi
menolak untuk memimpin balatentaranya ke Negeri Atap
Langit karena surat yang meminta bantuan pasukan tidak
ditandatangani juga oleh panglima Li Huaiguang, yang
memang sangat menentang penggunaan pasukan Tibet untuk
mengatasi pemberontakan di dalam negeri.
ADAPUN Li Huaiguang memiliki tiga alasan yang
mendukung pendapatnya: pada saat pasukan Tibet membantu
pembebasan Changian, mereka akan menjarah kota; menurut
ketentuan istana, setiap prajurit yang membantu pembebasan
Chang'an akan mendapat 100 keping mata uang kontan, te-
tapi akan sulit mendapatkan uang se-banyak itu untuk
membalas jasa orang-orang Tibet; dan mereka tak bisa
dipercaya karena mereka tidak akan ber-perang di garis depan
tetapi menunggu di samping dan mengamati hasilnya, lantas
akan mengakui hasil pasukan Ne-geri Atap Langit atau
melanggar perjanjian dan menyerang. Li Huaiguang menoleh
menandatangani surat dan kemudian ia sendiri pada 784
memberontak terhadap maharaja.
Lu Zhi yang menjabat sebagai nei xiang atau menteri dalam
negeri, juga membicarakan masalah tersebut de-ngan Li
Huaiguang dan tidak setuju pula pasukan Tibet ikut campur
urusan dalam negeri. Adapun orang-orang Tibet terus dibujuk
oleh Cui Hanheng dan baru pada bulan keempat tahun 784
akhirnya mereka mengirim pa-sukan 20.000 orang ke Negeri
Atap Langit di bawah pimpinan Shang Jie-zan. Mereka
bergabung dengan pa-su-kan istana dan bersama-sama me-
nye-rang pemberontak. Orang-orang Tibet menggasak
pasukan pembe-rontak di Sungai Wuting yang terletak di
dekat Wugong. Pertem-puran ini terbukti menentukan, karena
membuat pasukan istana berhasil merebut kembali Changian
dari tangan pemberontak. Betapapun, orang-orang Tibet tidak
ikut dalam pembebasan Chang'an.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Meskipun pihak Negeri Atap La-ngit mengakui peran
penting mereka dalam menekan pemberontakan, mereka


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuduh orang-orang Tibet menerima suap dari pemberontak
dan karena itu mereka pun mundur. Ma-haraja Dezong yang
merupakan perancang persekutuan khawatir atas perkembangan terakhir. Ia membicara-kannya dengan Lu Zhi,
yang kemudian menjelaskan bahwa orang-orang Tibet ini
rakus dan licik. Diya-kinkannya maharaja betapa beruntungnya ia karena orang-orang Tibet mundur. Me-nurut
Lu Zhi, setiap orang menentang gagasan bahwa pasukan Tibet
akan membantu Negeri Atap Langit. Para panglima dan
prajurit yang setia kepada maharaja, cemas bah-wa orang-
orang asing ini akan mengambil hak atas penghargaan dan
pembayaran, sedangkan pemberontak cemas juga bahwa
orang-orang Tibet akan me-nangkap dan menjadikan mereka
bu-dak, sedangkan rakyat men-ce-maskan kenyataan bahwa
pa-sukan Tibet akan menjarah sega-lanya.
Lu Zhi bahkan memperingatkan maharaja, bahwa beliau
tidak boleh bersikap cengeng kepada sekelompok anjing dan
domba. Lu Zhi mendukung gagasan bahwa Changian mesti
direbut menggunakan pasukan Negeri Atap Langit. Pada bulan
ke-enam tahun 784 para pemberontak melarikan diri dari
Chang'an dan Zhu Ci segera dibunuh oleh salah satu pang-
limanya. ''Daku datang dari jauh,'' kataku sambil masih terus
mengingat-ingat ulasan yang kubaca di Kuil Pengab-dian
Sejati itu, ''terlalu jauh untuk da-pat terlibat persoalan kalian.
Daku bah-kan tak paham, bagaimanakah se-orang warga
Negeri Atap Langit, suku Uighur, atau berasal dari Tibet dapat
dibedakan. Daku taktahu me-nahu siapa kalian, tetapi kalian
me-nyerang, dan bukanlah kesalahanku saudara seperguruan
kalian membunuh dirinya sendiri atas nama kehormatan.
Sekarang jelaskanlah duduk persoalan kalian, karena...''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun kata-kataku belum lagi selesai ketujuh bayangan
telah ber-kelebat serentak menyambarku dalam serangan
berpasangan mematikan. Persoalan yang rumit adalah jika
sebenarnya mereka bisa berdamai, tetapi takdapat mundur
kembali karena ke-matian saudara seperguruannya de-ngan
cara begitu rupa, yakni membu-nuh dirinya demi kehormatan,
karena ketika aku takmembunuhnya diterima sebagai
penghinaan. Penghinaan harus dibayar dengan kematian,
tetapi karena mengetahui tidak akan mampu membunuhku
maka terkorbankanlah dirinya sendiri.
BEGITULAH caranya kita harus memandang kehormatan"
Ketujuh bayangan berkelebat me-nuntut kematian. Ada
kalanya ujung pedang mereka hanya terpaut serambut dari
titik-titik lemah di seluruh tubuhku, dan hanya karena
mengandalkan kecepatan kilat, bahkan lebih cepat dari kilat
sajalah maka dapat kuhindari maut yang bagaikan begitu tak
sabar untuk segera menjemput.
Samar-samar kukenali jurus berpasangan mereka itu dari
suatu bacaan, yakni Kitab Seribu Jurus Ilmu Pedang Negeri
Atap Langit yang juga terdapat dalam peti kayu pasangan
pendekar yang mengasuhku. Bahkan kurasa kitab yang hanya
berisi gambar-gambar itu menjadi salah satu bahan bacaan
mereka ketika mengolah Ilmu Pedang Naga Kembar, termasuk
Jurus Penjerat Naga yang merupakan kelanjutannya. Maka
kukenali juga bahwa jurus berpasangan tujuh orang itu
disebut Jurus T ujuh Pedang Satu Kibasan, yang berarti bahwa
serangan yang satu adalah bagian dari enam serangan yang
lain. Jika pasangan pendekar yang mengasuhku telah
menggunakan kitab tersebut untuk mengolah ilmu pedang
ciptaan mereka, pantas dipastikan mereka berusaha
memusnahkan pula setiap jurus serangan yang ada di sana.
Jurus-jurus itulah ternyata yang telah tertanam dalam diriku
tanpa aku harus sengaja dengan sadar menggunakannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah maka serangan ketujuh penyoren pedang ini
tidak pernah mengena, justru pada saat-saat ketika aku
tampak begitu terdesak dan tiada berdaya. Sembari melenting
di udara yang semakin dingin dan kembali berkabut itu,
kulihat di bapak kedai me lipat tangan memperhatikan. Apa
pula yang sedang dipikirkannya"
Kupercepat gerakanku begitu rupa tanpa bermaksud
menyerang apalagi melumpuhkan, selain agar mendapat
ruang dalam waktu untuk sekadar menuntaskan ingatan ketika
segalanya menjadi amat lamban, karena hanya dengan begitu
aku mendapat dasar ketepatan untuk mempertimbangkan
suatu dugaan, apakah kiranya yang menghubungkan kuda
Uighur itu dengan persoalan ketujuh penyoren pedang ini.
Setelah Zhu Ci terbunuh, akhir pemberontakan itu
menyakitkan hati para panglima Tibet dan menandai akhir
mendadak suatu masa damai singkat dalam hubungan Negeri
Atap Langit dan Kerajaan Tibet. Setelah tuduhan masalah
suap itu, seorang perwira tinggi penentang persekutuan
dengan Tibet bernama Li Bi, yang pada akhir 787 ditunjuk
menjadi zaixiang atau kepala menteri, menyarankan kepada
maharaja bahwa ia tidak perlu menyerahkan wilayah Anxi dan
Beiting kepada orang-orang Tibet, karena wilayah barat
sangat penting bagi kedudukan Wangsa Tang. Ke-hadiran
pasukan Negeri Atap Langit akan mengikat suatu bagian dari
kesatuan Tibet di batas barat Kerajaan Tibet dan akan
mencegah orang-orang Tibet menyatukan kekuatan pasukan
untuk menyerang Negeri Atap Langit. Maharaja Dezong
akhirnya memutuskan untuk tidak menyerahkan wilayah
kepada Tibet dan membayar kembali bantuan pasukan Tibet
dengan sutera, yang tentu saja meruntuhkan kecenderungan
menjanjikan hubungan Negeri Atap Langit dan Tibet, yang
telah diawali saat naiknya sang maharaja di singgasana.
Maka serangan orang-orang Tibet ke wilayah perbatasan
Negeri Atap Langit pun dimulai lagi. Para negarawan Tibet
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak melupakan perlakuan tidak adil yang mereka terima dari
pihak istana dan mempersiapkan pembalasan dendam. Mereka
ingin menangkap sejumlah perwira tinggi Negeri Atap Langit
yang mereka ang-gap bertanggung jawab atas penolakan
untuk menyerahkan wilayah pada 784.
Ketujuh penyoren pedang itu memutar senjatanya seperti
baling-baling. Tujuh baling-baling menyambar dari kiri kanan
atas bawah, takdapat kubayangkan apa yang telah terjadi
dengan lawan-lawan mereka sebelum ini. Benarkah lawan-
lawannya terca-cah tanpa bentuk"
"Para pecinta puisi-puisi Li Bai," seruku sembari me lesat
berjumpalitan ke udara, "betapa tinggi semangat pembunuhan
kalian!" "Pendekar yang tidak menyebutkan nama," sahut salah
seorang, "setidaknya jujurlah tentang sesuatu. Dikau
membunuh saudara seperguruan kami bukan" Barangkali saja
dikau juga te lah membuatnya bunuh diri seperti nasib saudara
seperguruan kami!" "Janganlah kesedihan dan kemarahan membutakan
kebijakan, wahai ketujuh penyoren pedang. Seseorang yang
seolah datang dari tempat terjauh di dunia seperti Jawadwipa
tidak akan membunuh seorang anggota perguruan ilmu
pedang, karena hal itu diketa-huinya hanya akan membuatnya
celaka. Izinkanlah daku lewat, Tuan-tuan, tiadalah ingin
kutambahkan darah yang tumpah selama perjalanan."
"Jawadwipa. Hmm. Kudengar Wang-sa Syailendra penyerbu
Kam-buja yang ganas itu berasal dari sana. Adakah dikau
termasuk yang telah ditinggalkannya untuk menjadi mata-
mata?" "TIDAK semua orang dari Jawadwipa haus darah, Tuan,
daku tiba dengan kapal-kapal Sriv ijaya dan mengabdi kepada
Puteri Amrita yang telah gugur ketika menembus pertahanan
kota Thang-long." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Panglima Amrita" Perempuan perkasa yang tiada duanya?"
Namun sambil bercakap seperti ini mereka terus
menyerang dan berkelebat me-nyambar-nyambar. Aku
menjadi ragu dan curiga, bahwa percakapan diterus-te-ruskan
hanya untuk menanti saat-saat ke-lemahan. Meski begitu
tanggapan mereka se-betulnya tidaklah asal-asalan. Kuper-ce-
pat lagi gerakanku agar mendapat ruang da--lam permainan
waktu, karena aku masih ha--rus terus memeras sesuatu dari
ingatanku atas ulasan tentang hubungan segitiga orang-orang
Tibet, Negeri Atap Langit, dan suku Uighur yang menjadi asal
kudaku itu. Pada bulan ketiga tahun 787, pasukan Tibet yang dipimpin
Shang Jiezan menguasai Yanzhou dan Xiazhou, serta mulai
sering mengirim utusan ke istana Negeri Atap Langit untuk
meminta perjanjian damai yang baru. Semula maharaja tidak
setuju dengan rencana seperti itu. Setelah itu orang-orang
Tibet menghubungi Ma Sui, seorang panglima tinggi Negeri
Atap Langit, dengan memperlihatkan sebuah rencana
perjanjian yang dapat disetujui bersama. Mereka bahkan
menjanjikan bahwa setelah perjanjian ditandatangani, dua
wilayah yang baru saja direbut itu akan dikembalikan.
Ma Sui mempercayainya dan bersama perwira tinggi lain,
Zhang Y anshang, menawar-nawarkan gagasan ini dalam tukar
pikiran dengan maharaja. Betapapun, terdapat kelompok yang
amat sangat menentang Tibet, yang melihat perkembangan ini
dengan penuh kecurigaan. Panglima Li Sheng berdalih bahwa
tidak seorang pun dapat mempercayai orang-orang liar, tidak
ada yang lebih baik selain menyerangnya. Panglima Han
Youxiang terheran-heran, "Ketika orang-orang Tibet dalam
keadaan lemah, mereka meminta persekutuan, ketika sudah
kuat kembali, mereka menyerang; sekarang mereka telah
masuk begitu jauh ke dalam wilayah kita, dan mereka
meminta perjanjian, sudah jelas
mereka bermaksud mengelabui kita. i Panglima Han Huang juga tidak mendu-kung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagasan bersekutu dengan Tibet dan mengusulkan rencana
untuk membangun benteng pada empat daerah, yakni di
Yuan, Shan, Tao, dan Wei, mengi-rimkan pasukan ke sana dan
dengan begitu memperkuat pertahanan. Adapun per-kara
dibutuhkan sumber dana demi pelak-sanaannya, ia siap
bertanggung jawab. Maharaja menolak lagi tawaran perjanjian damai Tibet itu,
dan bermaksud memenuhi rencana Han Huang. Namun
ternyata Han Huang kemudian meninggal, dan Ma Sui, Zhang
Yanshang, bersama dengan utusan T ibet, Lun Jiare, berusaha
mempengaruhi Maharaja Dezong, yang masih berpikir bahwa
musuh terbesarnya adalah suku Uighur, agar bersekutu
dengan orang-orang Tibet dan menyerbu suku Uighur itu.
Kerja persiapan bagi perjanjian ini ditandai dengan kecurigaan
dari kelompok para panglima dan perwira tinggi yang tidak
percaya kepada ketulusan maksud orang-orang Tibet, yang
semula menawarkan Qingshui sebagai tempat perjanjian,
tetapi kemudian berganti ke Tulishu yang lebih dekat
perbatasan Tibet. Para panglima Negeri Atap Langit tidak
setuju dengan tempat berbahaya dan keduanya pun bersetuju
pindah ke Pingliang, yang berada di dataran rata dan lebih
kurang bahayanya. Li Sheng, yang tidak mempercayai orang-orang T ibet, ingin
melakukan suatu persiapan rahasia dan membuka perkemahan pasukan yang dapat bertindak dalam keadaan
darurat, tetapi Zhang Y anshang mencurigainya bahwa ia ingin
memastikan kesimpulan perjanjian damai.
Pada hari keduapuluhempat bulan kelima tahun 787, wakil kedua belah
pihak bertemu di Pingliang. Pertemuan berakhir buruk karena
orang-orang Tibet menyerang para wakil Negeri Atap Langit.
Banyak sekali panglima dan perwira tinggi Negeri Atap Langit
yang terbunuh atau tertawan dalam serangan ini. Peristiwa ini
menandai akhir kebijakan dan siasat perdamaian Dezong
terhadap Tibet. Delapan tahun pertama pemerintahannya,
ketika ia berusaha dan takselalu berhasil mencapai hasil yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baik dengan Tibet, dalam penentangan sejumlah perwira
tinggi pula, telah berlalu. Kebijakan Negeri Atap Langit
terhadap wilayah tengah benua harus diubah.
PADA 787 diangkatlah Li Bi menjadi kepala menteri dengan
kekuasaan penuh. Sejak awal ia memang sudah keberatan
atas persekutuan Negeri Atap Langit dengan Tibet. Li Bi
menyebutkan bahwa Persekutuan Besar yang direncanakannya bertujuan mengurung Tibet, dengan
membentuk persekutuan bersama suku Uighur, Dashi atau
Arab, kerajaan Nanzhao, dan Negeri Atap Langit. Dengan
keengganan Maharaja De-zong yang belum lupa pengalaman
sebelumnya dengan suku Uighur, usahanya tidak menjadi
mudah. Ketika membahasnya bersama maharaja pada bulan
ketujuh tahun 787, Li Bi belum berani mengungkap apa yang
berada di belakang kalimatnya, ''Tanpa menggunakan pasukan
Negeri Atap Langit, aku bisa mengacaukan orang-orang
Tibet.'' Betapapun, pada bulan berikutnya, suku Uighur
mengirim rombongan kedutaan ke istana, meminta persekutuan

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas dasar pernikahan dan memohon perdamaian. Saat Li Bi mengajukan tawaran perjanjian, sebetulnya
Maharaja Dezong mendukung gagasannya, tetapi keberatan
atas ikut sertanya suku Uighur da-lam perjanjian seperti itu.
Bagi Li B i, su-dah jelas bahwa suku Uighur me-main-kan peran
penting dalam rencana ini, dan akhirnya ia berusaha meya-
kinkan ma-haraja. Maka maharaja pun pada 788 menghadiahkan putrinya, yakni Putri Xian'an kepada khaghan
Uighur yang baru, Mohe, dan setelah itu para pejabat Ne-geri
Atap Langit, terutama perwira ting-gi wilayah Jiannan, Wei
Gao, ''Un-tuk membangun jalan ke Qingxi, guna membuat
perdamaian dengan ma-nusia-manusia buas,'' yakni memba-
ngun kembali hubungan dengan Nan-zhao pada 793-794. Para
negarawan Ne-geri Atap Langit agar serangan menda-dak
Tibet dapat dijauhkan dan me-me-nuhi sebagian dari siasat
dan kepentingan Wangsa Tang di perbatasan barat laut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seringnya penyerbuan T ibet ke wilayah Negeri Atap Langit
setelah Pemberontakan An Lushan adalah bahan perbincangan
di antara para pejabat tinggi untuk waktu yang lama. Misalnya
Lu Zhi, sebagai kepala menteri, dalam catatan riwayat
hidupnya antara bulan kedelapan tahun 792 dan bulan kelima
tahun 793, ketika membicarakan masalah pertahanan di
perbatasan, telah menyimpulkan ber-dasarkan pengalaman
dari serangan-serangan Tibet, yang mengungkap sejumlah
kesalahan dalam pengaturan pertahanan Negeri Atap Langit.
Pertama, menurut Lu Zhi, masalahnya adalah soal
pengambilan keputusan. Para panglima pasukan di perbatasan
mesti menunggu perintah dari istana, sementara panglima
Tibet mendapat hak untuk memberi perintah segera, sehingga
pasukannya dapat bergerak lebih lincah dan lebih cepat.
Dalam catatannya yang pertama, yang dari bulan kedelapan
792, Lu Zhi melihat ini sebagai masalah utama kebijakan
pertahanan Negeri Atap Langit.
Catatan kedua tercurahkan kembali kepada masalah
kebijakan perbatasan, dengan tujuan mengurangi biaya pe-
meliharaan pasukan. Ia menyarankan agar pasukan
perbatasan ditempatkan bersama keluarganya, di tanah yang
menjadi milik mereka sendiri, dan membuat mereka berada
dalam cara tuntian atau mencukupi dirinya sendiri. Lu Zhi
mengagumi kepatuhan pasukan Tibet, yang menurutnya,
merupakan jawaban mengapa mereka sangat mangkus dan
sangkil. Lu Zhi menyatakan, meskipun seluruh pasukan Tibet
setara dengan pasukan Negeri Atap Langit sebanyak yang
dipimpin sepuluh panglima, ber-dasarkan kepatuhan dan cara
turunnya perintah yang langsung berhak dila-kukan panglima
di medan tempur, mereka menjadi kuat dan berbahaya. Ma-
salah utama pertahanan Negeri Atap Langit, menurut Lu Zhi,
adalah tersebarnya pasukan di wilayah yang sangat luas, dan
kekuasaannya terbagi-bagi antara terlalu banyak panglima.
Juga bahwa perintah-perintahnya terkadang bertentangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga kekuatan pa-sukan Negeri Atap Langit tidak dapat
diberdayakan sepenuhnya. Tujuh bayangan berkelebat me-nyam-bar, aku melepaskan
diri dari ke-pungan dan memancing ketujuh pe-nyoren pedang
itu agar mengejarku da-lam satu garis lurus memanjang.
Begitu garis itu terbentuk aku berbalik dan me-nyerang
mereka satu persatu dalam satu tarikan napas dengan ke-
cepatan seperti pikiran. Kuketok tangan mereka ma-sing-
masing yang meme-gang pedang sehingga terpental ke udara.
Kemudian kutangkap ketujuh pedang sebelum ja-tuh ke bumi.
Saat mereka kembali menge-pung-ku, ketujuh pedang itu
sudah berada di ta-nganku dan kulemparkan kepada
pemiliknya masing-masing tanpa berniat membunuhnya. Aku
tahu betapa tindakan semacam ini dapat diterima sebagai
penghinaan, tetapi kuharap mereka tidak bunuh diri mengikuti
sau-dara seperguruannya demi kehormatan. Kuharap mereka
berpikir sebaliknya, yakni merasa harus berguru lebih tekun
lagi dem i mencapai kesempurnaan. Tidak semua penyoren pe-
dang kuharap akan berpikir bahwa ha-nya kematianlah jalan
menuju kesempurnaan. Aku telah mendapat gambaran tentang kemungkinan yang
menghu-bung-kan kuda Uighur itu dengan me-reka. Namun
aku masih harus melengkapi ingatanku demi kepastian.
HUBUNGAN antara Negeri Atap Langit, Kerajaan Tibet, dan
suku Uighur pada masa ini didasarkan kepada daya permainan
kekuasaan dan kepentingan kesejahteraan. Keberbedaan
dalam hubungan ketiga pihak ini membawa masalah
tersendiri. Dalam hubungan Negara Atap Langit dan suku
Uighur, masalah kesejahteraan memainkan peranan penting.
Disebabkan oleh ketergantungan Negeri Atap Langit terhadap
bantuan pasukannya, suku Uighur berada dalam kedudukan
untuk menentukan kehendaknya kepada maharaja Negeri
Atap Langit, dan beberapa penguasanya memanfaatkan ini
secara penuh. Para negarawan Negeri Atap Langit lebih suka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa dalam jangka panjang siasat persekutuan dengan
Uighur akan menahan orang-orang Tibet, mungkin sebetulnya
lebih karena orang-orang Turk, istilah lain bagi orang Uighur,
tidak terlalu berbahaya bagi kesatuan Negeri Atap Langit.
Mereka tidak pernah bisa masuk terlalu dalam ke wilayah
pedalaman, ataupun menduduki wilayah manapun, antara lain
karena terpisahkan dari Negeri Atap Langit oleh Gurun Gobi.
Pada sisi lain, hubungan antarpenguasa Tibet dan Negeri
Atap Langit ditandai usaha keduanya untuk memperkuat siasat
bagi kepentingan masing-masing di wilayah perbatasan. Para
negarawan Negeri Atap Langit selama masa ini tidak tertarik
dengan pembahasan dalam dugaan tentang sifat hubungan
Negeri Atap Langit dan suku-suku pengembara di luar
perbatasan, yang mereka sebut sebagai orang-orang liar
maupun orang-orang buas. Pernyataan-pernyataan mereka
terhubungkan dengan segala sesuatu yang berlangsung
sehari-hari. Siasat perdamaian yang dirancang oleh Dezong
hanya bekerja dalam masa yang singkat. Alasan bagi
kegagalannya bermacam-macam, tetapi masalah utamanya
adalah bahwa kepentingan dalam siasat jangka panjang pihak-
pihak yang terlibat ternyata bertentangan. Pihak istana Negeri
Atap Langit tidak memiliki kebijakan jangka panjang terhadap
wilayah tengah benua dan siasat mereka terbentuk kebutuhan
untuk mencegah bahaya mendadak, yang datang dari
pemberontakan di dalam negeri maupun dari luar perbatasan,
yakni suku Uighur maupun orang-orang Tibet.
Para negarawan Negeri Atap Langit hanya memiliki pilihan
terbatas bagi gerakan-gerakan kedutaan, karena mereka
ditekan oleh keadaan yang timbul setelah Pemberontakan An
Lushan untuk membuat persekutuan dengan salah satu dari
dua musuh itu. Mengikuti perkembangan, pihak istana Negeri
Atap Langit secara luwes berganti-ganti sekutu dan dengan
begitu membuat sekutu masa lalu dan masa depannya merasa
sangat terganggu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang, pada bulan ketujuh 797, sisa persoalan apakah
kiranya yang terhubungkan dengan kudaku" Baiklah kuanggap
saja, kuda itu adalah bagian saja dari pertukaran dengan
sutera seperti yang telah diterakan dalam perjanjian, tetapi
setelah maharaja melepaskan perjanjiannya dengan Tibet,
sedangkan ketika bersekutu dengan Tibet, mereka lepaskan
perjanjian dengan suku-suku pengembara di seberang Gurun
Gobi, terutama dengan suku Uighur ini.
Setiap suku di wilayah tengah benua tahu belaka tentang
mutu seekor kuda. Jadi meskipun perjanjian dengan Wangsa
Tang sempat melukai hati mereka, tetaplah kuda yang akan
mereka pertukarkan adalah kuda yang dapat memenuhi
kebanggaan mereka. Di Negeri Atap Langit, kuda-kuda U ighur
dianggap lebih baik dari kuda-kuda biasa, termasuk lebih baik
dari kuda yang digunakan pasukan tempur. Kuda-kuda Uighur,
demikianlah disebutkan, dianggap sangat baik dan berguna,
terutama untuk perjalanan jarak jauh.
Kukira aku boleh menduga bahwa kudaku dapat berada di
Daerah Perlindungan An Nam, karena semula ditunggangi oleh
seseorang yang datang atau ditugaskan dalam hubungannya
dengan kepentingan pengintaian, yakni seorang mata-mata.
Simpulan ini kuambil karena kuda-kuda Uighur terbaik dapat
sampai di Daerah Perlindingan An Nam hanya karena
ditunggangi orang pilihan, dengan tugas sangat amat penting
dan tiada tugas lain yang bisa sangat penting dalam keadaan
seperti sekarang, selain tugas-tugas rahasia.
Kuda-kuda Uighur digunakan terutama untuk pasukan
berkuda di perbatasan, baik di perbatasan dengan Tibet
maupun perbatasan tempat terdapatnya suku-suku pengembara di luarnya. Namun kuda-kuda yang terbaik akan
digunakan pasukan pengawal raja di istana, dan dari sini
dipilih lagi untuk para pengawal rahasia istana. Jika di antara
pengawal rahasia istana ini dikirim seseorang yang terpilih
untuk tugas rahasia sejauh Daerah Perlindungan An Nam,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka kuda terbaik di antara yang terbaiklah kiranya yang
akan diberikan kepada petugasnya.
KUDUGA kemungkinan besar ia memang terbunuh, tentu
karena dengan sua-tu cara rahasianya terbuka. Mung-kin-kah
kiranya ketujuh penyoren pedang ini juga merupakan
rombongan petugas rahasia yang seharusnya berhubungan
dengan saudara seperguruan mereka itu" Kuper-hatikan
beban keranjang pada keledai-keledai itu. Apakah isinya"
Namun kuda-kuda mereka adalah juga kuda-kuda Uighur.
Apakah kiranya tugas rahasia yang mungkin berlangsung
sekarang ini" Mengingat apa yang telah kubaca, maka kiranya
tugas-tugas rahasia tiada lebih dan tiada kurang juga
berhubungan dengan pemberontakan. Negeri Atap Langit
menghadapi orang-orang Tibet di timur, suku-suku pengembara di utara, dan orang-orang Viet di tenggara. Mata-
mata ditanam di antara pemerintah pendudukan untuk
mengetahui ada tidaknya di antara para panglima Negeri Atap
Langit yang ber-khia-nat dan berniat memberontak.
Memberontak kepada Negeri Atap Langit artinya menguntungkan para pemberontak di Daerah Perlindungan An
Nam, meski para panglima ini bukannya berniat memberi
mereka kemerdekaan pula. Be-ta-papun, jika ada panglima
yang berniat mem-berontak maka bagi para pembe-rontak
niat itu sebaiknya tidak diketahui oleh pihak istana Negeri Atap
Langit. Se-orang mata-mata yang ditugaskan untuk mengetahui ada tidaknya niat itu tentunya harus segera
dilenyapkan, atau dibiarkan hidup tetapi disuguhi keterangan
yang ke-liru. Apabila yang terakhir ini gagal dila-ku-kan dan
sebaliknya bahkan mengundang kecurigaan, maka pada
akhirnya ia tetap saja harus dilenyapkan. Masalahnya, be-nar-
kah kiranya memang ada kemungkinan bahwa para panglima
Negeri Atap Langit yang ditempatkan di Daerah Perlindungan
An Nam akan memberontak" Mengingat kekecewaan para
perwira tinggi balatentara Negeri Atap Langit terhadap
kebijakan perdamaian negara, baik dengan pihak Tibet
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maupun Uighur, kemungkinan ini memang bisa dipertimbangkan. Di lain pihak, betapapun para panglima Negeri Atap Langit
yang ditempatkan di Daerah Perlindungan An Nam dianggap
telah berjasa kepada negara karena dianggap telah berhasil
memadamkan pemberontakan. Mereka yang berhasil mere-
dam pemberontakan orang-orang Viet, mungkin juga akan
berhasil meredam ke-ganasan orang-orang Tibet. Namun ba-
gai-mana jadinya jika para panglima yang berjasa ini justru
berniat memberontak, meng-ingat kecenderungan terakhir
bahwa para pang-lima yang merasa dirinya memba-wah-kan
pasukan yang kuat akan memberontak. Jika mata-mata yang
telah diki-rim untuk mengetahuinya terbunuh, sebetulnya apa
yang telah diketahuinya" Pang-li-ma yang memberontak
maupun pemberontakan orang-orang Viet itu sendiri, ketika
permainan kekuasaan menyangkut keberimbangan kedudukan
dengan pihak Tibet dan suku-suku pengembara tiada ha-bis-
nya, akan sangat menyulitkan dan meng-ganggu pihak istana
Negeri Atap Langit. Waktu sangat sempit, ketujuh orang itu bisa mengambil
pedang dan menyerangku kembali, tetapi bisa juga mengambil
pe-dang dan bunuh diri! Keduanya sama sekali tidak
kuinginkan. Aku berpikir cepat sekali, tetapi aku ti-dak dapat
menceritakannya kembali se-ce-pat itu. Tinggal sedikit
kemungkinan dari dugaanku kini, apakah memang ada pang-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lima yang berniat memberontak dan me-ngetahui keberadaan
seorang mata-mata dan lantas membunuhnya; ataukah pihak
pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam yang
membunuh mata-mata itu, karena pemberontakan para
panglima terhadap negaranya sendiri itu tentu sangat
menguntungkan bagi orang-orang Viet.
Tanganku bergerak cepat. Telah ku-sam-bar sejumlah
kerikil yang melesat ke tujuh jurusan yang membuat pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka terpental. Pedang mereka melayang ke udara dan
mereka hanya bisa meman-dangi-nya ketika aku melontarkan
tujuh kerikil lagi ke arah tujuh pedang itu sehingga
membuatnya terpental sekali lagi de-ngan semakin jauh.
Sebelum pedang itu jatuh berdentang di bebatuan, ketujuh
penyoren pedang yang telah kehilangan pedangnya itu
bersujud sambil berkata serentak. ''Tuan Pendekar, terima lah
kami sebagai murid! Akan kami lakukan segala perintah Guru!''
Guru" Aku baru berumur 26 tahun dan aku sendiri masih
selalu berusaha mencari guru. T idak akan kuhabiskan waktuku
un-tuk menjadi guru ketujuh penyoren pedang yang
tampaknya mempunyai tugas rahasia itu di tengah lautan
kelabu gunung batu. ''Bangunlah kalian,'' kataku, ''jangan bersujud seperti itu,
aku seorang pengembara yang tidak akan berhenti di sini
menerima tujuh orang murid.''
Salah seorang mengangkat wajahnya.
''Terima lah kami Guru! Terimalah!''
Lantas ia bersujud kembali.
Kupandang pemilik kedai yang tersenyum simpul dan
segera masuk kembali ke kedainya seperti pura-pura tidak
mengerti. Aku pun tidak ingin mengerti, tetapi aku sekarang
dengan keberadaan kuda Uighur ini.
"JANGAN panggil aku Guru! Kalian semula sangat
bersemangat ingin membunuhku, sekarang kalian mengaku
ingin menjadi murid. Percayakah kalian sekarang bahwa aku
tidak membunuh saudara seperguruanmu?"
"Kami percaya! Tuan tidak perlu membunuh seseorang
untuk mendapatkan kudanya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba katakan kepadaku sekarang, apakah saudara
seperguruan kalian seorang anggota pengawal rahasia istana
Negeri Atap Langit?"
"Benar Tuan Pendekar!"
"Sedangkan dia adalah mata-mata suku Uighur?"
Ketujuh orang itu mengangkat wajahnya serentak dan
ketujuh-tujuhnya bicara berbarengan.
"Hah"! Bagaimana Tuan Pendekar bisa tahu?"
Aku tersenyum dan merasa puas dengan hasil penyelidikanku ke dalam kepalaku sendiri. Pihak istana Negeri
Atap Langit tentu memiliki jaringan rahasia yang sangat ketat.
Saudara seperguruan mereka dikirim oleh khaghan tentunya
sudah menunggangi kuda yang terbaik itu, dan bukannya
kuda di antara begitu banyak kuda yang dipertukarkan dengan
sutera. Betapapun bangga orang-orang Uighur dengan
peternakan kudanya, mereka menyimpan kuda yang paling
terlatih untuk diri mereka sendiri. Kuda yang dipertukarkan
dengan sutera tentulah kuda yang baik pula, tetapi sebagai
suku pengembara yang menganggap kuda sangat berharga,
mereka harus membuat diri mereka tetap lebih unggul dalam
kepemilikan kuda. Maka betapapun hebatnya segenap kuda
yang diserahkan kepada pihak istana Negeri Atap Langit, kuda
yang mereka miliki tetaplah harus lebih baik lagi. Meskipun
Negeri Atap Langit sedang berdamai dengan suku Uighur,
sejarah menunjukkan betapa kedua belah pihak secara diam-
diam sebetulnya selalu berperang juga. Jika perdamaian rusak
dan mereka bertempur lagi, suku U ighur itu ingin memastikan
betapa keunggulan kuda akan menentukan keberimbangan
kekuatan pasukan. Demikianlah kuda terbaik tidak akan ikut diserahkan, dan
jika kuda terbaik itu tampak ditunggangi seseorang yang
melamar sebagai pengawal istana, pantaslah jika mengundang
kecurigaan. Hanya seorang Uighur terpilih atau warga Negeri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Atap Langit yang bekerja bagi kepentingan Uighur akan
dianggap layak mendapat kuda terbaik, dan tiada pekerjaan
lebih penting dalam masa pertempuran berkobar di mana-
mana ini selain pekerjaan sebagai mata-mata di dalam istana
Negeri Atap Langit. Maka ia dibiarkan masuk dan diterima
sebagai pengawal istana, bahkan diangkat pula sebagai
seorang pengawal rahasia.
Selama itu pihak istana mengatur agar pengawal rahasia
istana yang sebenarnya bekerja untuk suku Uighur ini
mendapatkan keterangan-keterangan yang menyesatkan.
Negeri Atap Langit membutuhkan perdamaian dengan suku
Uighur agar bisa memusatkan perhatian menghadapi orang-
orang Tibet. Jika kepentingan ini diketahui, suku Uighur bisa
memeras Negeri Atap Langit sesukanya selagi masih bisa,
karena permusuhan dengan suku Uighur akan sangat besar
ongkosnya, apalagi kuda-kuda mereka dipastikan dapat
bergerak lebih cepat pula. Demikianlah mata-mata Uighur ini
diberi makan keterangan palsu tanpa diketahuinya, yang
tujuannya mengarah kepada kepentingan agar perdamaian
dengan Uighur tetap bertahan, setidaknya sampai Tibet tidak
lagi menjadi ancaman. Siasat seperti ini tidak dapat berlangsung selama-lamanya,
karena dalam kegiatan mata-mata, kesalahan kecil saja
mengundang kecurigaan dan membongkar kerahasiaan.
(Oo-dwkz-oO) Episode 154: [Matinya Seorang Mata-mata]
KABUT kembali turun di seluruh lautan kelabu gunung batu.
Bahkan kedai itu pun tidak dapat kulihat dari tepi jurang ini,
seperti juga jurang ini sendiri yang sudah tidak
memperlihatkan apa-apa lagi. Tidak kulihat ketujuh penyoren
pedang yang masih bersujud memohonku jadi guru itu.
Namun isi kepalaku berada di sebuah dunia tempat seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata-mata suatu ketika tewas tanpa mengetahui siapa yang
telah membunuhnya. Bukankah begitu rawan menjalani
kehidupan sebagai mata-mata"
Siapakah ia kiranya yang tewas dalam kegelapan di sebuah
istal kuda-kuda terbaik istana di kotaraja Thang-long itu,
meninggalkan kudanya yang perkasa di antara kuda-kuda
lainnya, sebelum seseorang yang lain datang mengendap-
endap dan membawa mayatnya pergi entah ke mana"
IA bukan seorang Uighur, tetapi kuda itu semenjak
kemunculannya di Chang'an untuk melamar pekerjaan sebagai
anggota pengawal istana, dengan terlalu mudah telah
menghubungkannya dengan kegiatan mata-mata Uighur. Bagi
suku pengembara yang hidup mengembara sepanjang tundra
membawa tenda-tendanya itu, kegiatan mata-mata mungkin
masih dianggap sebagai tindakan yang terlalu sederhana,
seperti hanya tinggal datang, melihat, mendengar, dan
melaporkan. Tidak seperti kegiatan rahasia istana yang sudah
amat canggih jaringannya, kegiatan mata-mata yang diniatkan
orang-orang Uighur seolah-olah dapat dilakukan dengan
penyamaran seadanya tanpa jaringan apa pun yang mendu-
kungnya. Maka alih-alih diketahuinya segala sesuatu yang rahasia,
sebaliknya ia menjadi sasaran kegiatan rahasia tanpa
disadarinya. Pesan-pesan rahasia yang disampaikannya
kepada seorang penghubung dari Uighur adalah pesan yang
sengaja diumpankan untuknya, agar ketika semuanya sampai
ke telinga khaghan akan memberi kesan bahwa menerima
perjanjian perdamaian adalah yang terbaik bagi mereka. Salah
satu umpan yang menyesatkan adalah pesan bahwa Negeri
Atap Langit akan menempatkan pasukan pilihan Uighur
sebagai pasukan pengawal istana. Betapapun kedudukan
Wangsa Tang sedang berada dalam keadaan lemah, tidaklah
akan mungkin keselamatan seorang maharaja diserahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada pasukan yang semula merupakan musuhnya. Tidak
mungkin dan tidak akan pernah.
Namun karena pesan ini disampaikan oleh satu-satunya
mata-mata di dalam jaringan rahasia istana di Chang'an, pihak
Uighur mengira bahwa Wangsa Tang memang telah menjadi
begitu lemah oleh pemberontakan para panglimanya sendiri,
sehingga tidak seorang pun dipercayai Maharaja Dezong untuk
menjaga istana, karena membuat dirinya terlalu mudah
disandera. Pihak Uighur memang tak sembarang percaya.
Mereka menguji dengan sejumlah permintaan kepada Wangsa
Tang, mulai dari perkawinan dengan putri raja sampai
penyerahan sejumlah wilayah, yang ternyata berusaha
dipenuhi demi kelancaran jebakan. Tidak ada yang
mengetahui serba-serbi tersembunyi di balik perjanjian
perdamaian kecuali mereka yang terlibat kegiatan rahasia.
Saat perjanjian perdamaian ditandatangani barangkali pihak
Uighur sudah sangat siap untuk mengambil alih istana,
menangkap dan membunuh maharaja, sementara burung
merpati yang mereka kirim membawa pesan ke Gurun Gobi
akan memberi perintah serbuan bergelombang dari perbatasan. Perhatian para panglima Negeri Atap Langit akan
terpecah dan karena itu menjadi lemah dan pasukannya
mudah dikalahkan. Namun bukan saja tidak pernah ada permintaan kepada
pasukan Uighur untuk menjaga istana, tetapi juga mata-mata
yang kepadanya akan mereka minta pertanggungjawaban
hilang lenyap taktentu rimbanya. Memang benar bahwa murid
perguruan ilmu pedang yang telah menyediakan dirinya
menjadi mata-mata bagi kepentingan suku Uighur itu, karena
sebab-sebab yang belum dapat diduga, telah dikirim secara
mendadak ke Daerah Perlindungan An Nam dengan
pengawalan ketat. Mungkin ia mengira betapa pengawalan itu
adalah demi kepentingan atas keselamatan dirinya. Siapa
mengira justru tujuannya adalah supaya ia tidak dapat
menyelamatkan diri ke mana-mana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setiba di Kota Thang-long yang sedang dikepung oleh
pasukan gabungan para pemberontak, mungkin ia masih
dipekerjakan dalam kegiatan rahasia seolah tiada kecurigaan
apapun jua, dan hanya setelah pertempuran usai dan suasana
lebih tenang, maka suatu ketika di istal kuda di depan kuda
kesayangannya sebilah pisau melengkung menyobek dadanya
dari belakang tanpa tertahankan. Pandangannya menjadi
gelap sebelum ambruk dan tidaklah pernah ia ketahui siapa
pembunuh itu, karena pembunuhan gelap niscaya dilakukan
per-kumpulan rahasia yang menyediakan jasa pembunuhan
demi bayaran. Per-kumpulan rahasia para pembunuh bayaran
ini telah menjadi sangat mahir dan terampil dalam seni
pembunuhan gelap, sehingga sebisa mungkin tiada jejak yang
ditinggalkan, tetapi kutahu hanya ada satu perkumpulan
rahasia semacam itu di Thang-long, yakni yang menamakan
dirinya sebagai Kalakuta karena keahlian mereka dengan
racun. Ketika kabut berpendar, segalanya tampak kembali dengan
jelas, seperti sebuah puisi Wang Wei yang terbaca olehku di
Kuil Pengabdian Sejati: bukit yang dingin menjelma hijau tua
gemercik sungai musim gugur bergumam suaranya
bertelekan tongkat, di ambang pintu pagar
kudengar jerit cengkerik terbawa angin
MEMANG benar ini menjelang musim gugur dan meski tak
kudengar jerik cengkerik, kudengar segala macam suara
terbawa angin yang justru semakin menekankan kesunyian
pegunungan. Aku terkesiap, ketujuh penyoren pedang itu
terkapar sebagai mayat di tempatnya masing-masing.
Aku merasa sangat bersalah. Bu-kankah mereka semua
sedang bersujud memohon kesudianku menjadi guru" Mereka
yang mengarungi su-ngai telaga persilatan, jika sudah berniat
untuk berguru seperti itu, tidak akan pernah mengangkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wajahnya sebe-lum guru yang dimaksud mengabul-kan
permintaannya, yakni menerima-nya sebagai murid. Sang
guru pun ka-dang menguji kekerasan hati calon mu-ridnya
dengan cara seperti itu. Se-orang calon murid bersimpuh atau
bersujud siang malam dalam hujan dan panas di muka pintu
perguruan atau ru-mah gurunya, sampai sang guru sendiri
menyuruhnya berdiri; takjarang sang guru pergi lebih dahulu
berhari-hari dan baru ketika kembali dan dilihatnya calon
murid itu masih bersujud atau ber-simpuh di situ, maka saat
itulah ia akan merasa wajib menghargai ke-kerasan hati ca lon
murid tersebut. Jika ternyata ketujuh orang yang bermaksud berguru
kepadaku itu telah dibunuh saat bersujud, kurasa aku ha-rus
menganggapnya sebagai penghinaan yang ditujukan kepadaku. Te-patnya seseorang bukan hanya ber-maksud
menguji, melainkan dengan jelas, terang-terangan, dan
kurang ajar telah menantangku!
Aku menghela napas panjang. Sulit sekali menghindarkan
diri dari pertarungan belakangan ini. Meskipun aku tak pernah
berniat menerima mu-rid, tetapi aku merasa harus
menghormati kematian tujuh penyoren pedang yang dibunuh
ketika sedang bersujud kepadaku itu. Jika mereka tidak
sedang bersujud dan pedangnya tidak ku-pentalkan dengan
kerikil jauh-jauh dari mereka, belum tentu mereka akan dapat
terbunuh semudah itu.

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malang benar nasib ketujuh penyo-ren pedang itu. Aku
belum tahu apakah tujuan mereka membawa keledai-keledai
beban mengarungi lautan kelabu gunung batu ini. Apakah ber-
hubungan dengan tugas rahasia sau-dara seperguruan mereka
yang telah terbongkar begitu ia muncul. Mungkin jika
keranjang beban di atas keledai-keledai itu dibongkar akan
terdapat suatu jawaban. Namun bisa pula ke-matian mereka
hanya berhubungan dengan diriku, seperti yang telah ku-
duga, bahwa seseorang bermaksud mengajakku bertarung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan cara membunuh ketujuh penyoren pedang yang
sedang bersujud memohon ke-padaku agar menjadi gurunya
itu. Kutelusuri satu persatu ketujuh ma-yat yang tergeletak itu.
Hatiku bersedih dua kali untuk mereka. Pertama karena
kuketahui betapa diriku tidak akan menerima mereka sebagai
murid; ke-dua, karena bersujud itulah mereka terbunuh
dengan terlalu mudah. Aku tak tahu menahu siapa mereka,
tetapi ra-sanya pantas jika kematian mereka kubalaskan. Maka
setelah memeriksa satu per satu bekas luka mereka, ku-
pungut pula ketujuh pedang mereka yang telah kubuat
terpental sehingga mereka tak bisa membela diri itu, de-ngan
pikiran bahwa siapa pun yang telah membunuh mereka demi
sebuah pertarungan denganku harus mati oleh ketujuh
pedang itu. Demikianlah ketujuh pedang itu kumasukkan ke dalam
sarung pedang yang kuambil dari tubuh mereka ma-sing-
masing. Kemudian aku me-langkah ke arah kedai dengan
tujuh pedang tersoren di punggungku. Se-genap pemandangan hilang dari pandangan karena sedang
kunantikan serangan paling berbahaya dalam perjalananku di
sungai telaga dan rimba hijau dunia persilatan. Siapa pun ia
yang mampu membunuh tujuh manusia di sekitarku,
meskipun saat itu diriku dilingkungi kabut, tentulah ilmu
silatnya tidak berada di bawah diriku, dan syukurlah betapa
diriku tidak usah menanti terlalu lama...
Di arah kedai, kulihat bapak kedai itu sedang membereskan
warungnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Mengapa ia
harus bersikap seperti itu jika sebetulnya betapa ia
mengetahui semuanya"
(Oo-dwkz-oO) MATAHARI mendadak saja semburat dari balik kabut yang
tiba-tiba saja seperti menyingkir. Rerumputan yang basah
seperti bersemu kuning, daun rumput yang basah berkilauan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
warna-warni bunga menjadi jelas dalam keterangbenderangan
dunia yang menjadi riang seketika.
Kuhentikan langkahku dan kutarik satu dari ketujuh pedang
yang tersoren di punggungku. Sebentar kemudian dari segala
arah muncullah kupu-kupu beterbangan ke arahku. Kupu-kupu
yang indah, kupu-kupu aneka warna dengan sayap terindah di
dunia. Ke-indahan yang sungguh tak tergambar-kan dengan
kata-kata. Seandainya aku seorang penulis, mungkin aku bisa
ber-cerita lebih baik, tetapi aku hanyalah salah seorang
penyoren pedang yang mencari arti di dunia persilatan dari
pertarungan satu ke pertarungan lainnya. Aku tidak mengerti
bahasa sastra, aku hanya memahami bahasa pedang, dan kini
harus kuhadapi segala kein-dahan ini dengan ayunan pedang
pula. PULUHAN kupu-kupu, ratusan kupu-kupu, ribuan kupu-
kupu, pu-luh-an ribu kupu-kupu yang muncul dari segala arah,
dari tepi jurang, dari balik bukit batu, dari balik bunga rumput,
bahkan seolah-olah muncul begitu saja di udara di hadapanku
di atas kepalaku di belakangku di kiri kananku di ba-wahku,
dari mana saja, mula-mula satu dua, tetapi lambat laun
kemudian menjadi selaksa.
Maka semula aku bergerak sesuai dengan jumlah kupu-
kupu itu. Setiap kupu-kupu kubelah tepat di tengah dengan
pedang tipisku, sehingga jatuh ke tanah tepat menjadi dua.
Begitulah maka semula aku melayang ke sana kemari dengan
ringan dan begitu ringannya seperti kupu-kupu itu juga, tetapi
kemudian setelah kupu-kupu itu menjadi semakin banyak,
tentunya aku pun harus bergerak lebih cepat, sangat amat
cepat, bahkan lebih cepat dari cepat, agar dapat
menyelamatkan nyawaku dari keindahan yang sangat
membunuh itu. Untunglah bahwa dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu
Silat Ajaib dari Negeri Atap Langit yang pernah kubaca di
Negeri Atap Langit terdapat juga penjelasan mengenai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serangan yang kuhadapi ini. Seperti diketahui bahwa seperti
juga yang sedang kulakukan sekarang, terdapat suatu
pendekatan dalam penciptaan jurus-jurus baru ilmu s ilat, yakni
rujukan penciptaan gerak berdasarkan suatu pemikiran
filsafat. Agak sulit diperiksa bagaimanakah caranya suatu
bentuk gerak dapat ditimba dari gagasan tak berbentuk, tetapi
kecenderungan semacam inilah yang menarik untuk kutekuni,
dan ternyata aku memang tidak sendirian. Jawaban atas
persoalan dalam gerakan jurus-jurus ilmu silat dicari dari
pemikiran filsafat yang bukan hanya menjadi latar belakang,
melainkan justru sumber gagasan penciptaan geraknya.
Dari kitab yang kubaca itu dikisahkan terdapatnya seorang
filsuf yang hidup sekitar 400 tahun lalu bernama Zhuangzi.
Terdapat suatu kisah, entah benar entah tidak, tentang sang
filsuf yang berbunyi seperti ini:
pada suatu hari setelah matahari terbenam
Zhuangzi tidur mendengkur
dan mimpi berubah jadi kupu-kupu
ia mengepakkan sayapnya dan yakin sekali betapa dirinya kupu-kupu betapa senangnya mengepak kian kemari
sampai lupa dirinya adalah Zhuangzi
meskipun segera disadarinya
kupu-kupu bahagia itu adalah Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu,
atau kupu-kupu bermimpi dirinya Zhuangzi!
mungkinkah Zhuangzi adalah kupu-kupu
dan kupu-kupu itu adalah Zhuangzi"
Seorang pendekar dari Negeri Atap Langit semasa itu telah
mengaduk-aduk cerita ini sebagai jurus silat yang tidak akan
pernah diketahui jurus mana merupakan tipuan dan jurus
mana yang mengarah ke sasarannya. Ter-masuk dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menciptakan kekaburan antara gambaran kupu-kupu dan
dirinya. Jika kupu-kupu itu dikatakan tidak nyata karena
ketidakmungkinannya hadir begitu saja, dalam kenyataannya
sentuhan sayapnya, bahkan serbuk melayang dari kepakan
sayapnya itu, sangat beracun dan dapat membunuh seketika.
Namun jika kupu-kupu itu dikatakan nyata, mana mungkin
lama kelamaan dapat jadi selaksa dan memenuhi udara"
Aku melayang-layang mengerahkan seluruh kemampuan
untuk menghindari serbuk racun tak terduga dan membabati
kupu-kupu itu dengan kecepatan lebih dari kecepatan cahaya,
tepat di tengah, terbelah dua, sehingga tiada mungkin
sepasang sayapnya terkepakkan lagi, oleh angin maupun
daya-daya yang masih tersembunyi. Bahaya serbuan kupu-
kupu ini belum seberapa jika mengingat bahwa tentunya
seseorang entah di sebelah mana sedang mengawasi dan
menanti ke-sempatan mencabut nyawa, dengan sambaran
mematikan yang juga telah menyelesaikan riwayat ketujuh pe-
nyoren pedang itu. MAKA harus kupecahkan persoalan filsafat dalam Impian
Kupu-Kupu dari Zhuangzi yang terkenal itu, agar mendapatkan
jalan keluar yang saat ini jelas nyaris buntu. Pertama,
ingatanku atas kalimat dalam cerita itu haruslah tepat, karena
kitab lain dalam bahasa aslinya, yang tidak berhubungan
dengan ilmu silat, seperti yang pernah kugunakan sebagai
bahan pelajaran membaca bahasa Negeri Atap Langit di Kuil
Pengabdian Sejati, tampaknya agak sedikit berbeda, dan
sedikit perbedaan saja dalam kata-kata sangat mungkin
membawa penafsiran berbeda.
Suatu ketika Zhuangzi bermimpi ia menjadi kupu-kupu,
seekor kupu-kupu yang terbang dan berkepak berkeliling,
bahagia dengan dirinya sendiri dan melakukan apa pun yamg
disukainya. Ia tak tahu dirinya adalah Zhuangzi. Mendadak ia
terbangun, dan di sanalah ia, dapat dipegang dan tak mungkin
salah sebagai Zhuangzi. Namun ia tak tahu apakah ia adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Zhuangzi yang bermimpi dirinya kupu-kupu, ataukah kupu-
kupu yang bermimpi dirinya adalah Zhuangzi. Antara Zhuangzi
dan seekor kupu-kupu pasti terdapat sejumlah perbedaan!
Inilah yang disebut Perubahan Segala Sesuatu.
Tentulah ini agak berbeda. Jika cerita pertama diakhiri
pertanyaan, maka cerita kedua diakhiri pernyataan.
Mengingatnya berurutan, yang kedua bagaikan jawaban bagi
yang pertama, meski jika yang pertama berdiri sendiri juga
bisa ditafsirkan menjadi pernyataan yang kedua. Dalam suatu
perbincangan, kisah Zhuangzi ini ditafsirkan seperti berikut:
pertama, ketika Zhuangzi bermimpi tentang kupu-kupu, ini
adalah suatu mimpi biasa, ketika kupu-kupu itu dikiranya
dirinya sendiri; kedua, memasuki tahap mimpi pada saat
sadar, seperti tahap penghubung antara bermimpi dan
terbangun, saat tak diketahuinya apakah ia sedang bermimpi
tentang kupu-kupu atau sebaliknya, kupu-kupu yang bermimpi
bahwa dirinya Zhuangzi; ketiga, saat ia berada pada tahap
pemahaman filsafat, betapa ia telah menyimpulkan mimpi itu
sebagai gagasan atas perubahan segala sesuatu.
Dalam ketegasan perbedaan antara Zhuangzi dan kupu-
kupu, terdapat kekaburan keduanya untuk menegaskan
perbedaan masing-masing, karena yang satu merasa dirinya
yang lain, yang berarti juga menunjukkan perubahan segala
sesuatu itu. Namun mengingat mustahilnya manusia menjadi
kupu-kupu dan sebaliknya, maka segenap pemahaman itu
berlaku bukan untuk manusia dan kupu-kupu sebagai makhluk
hidup, melainkan manusia dan kupu-kupu sebagai hubungan
antara manusia dan segala sesuatu yang dipikirkannya, yang
bisa disebut juga segala makna. Misalnya betapa manusia
dapat menempatkan dirinya dalam sudut pandang seekor
kupu-kupu, dan dalam sudut pandang seekor kupu-kupu yang
menempatkan dirinya jadi manusia.
Kemungkinan ini ditimba bagi peluang lahirnya jurus-jurus
persilatan baru, yang bukan sekadar memanfaatkan gerak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelincahan kupu-kupu, melainkan kekaburan perbedaan antara
manusia dan kupu-kupu ketika manusia merasa dirinya kupu-
kupu dan kupu-kupu merasa dirinya manusia; dalam
pertarungan tiadalah lawan dapat membedakan di sebelah
mana jurus tipuan dan di sebelah mana jurus pembunuhan
yang sebenarnya. Inilah kemudian yang disebut Jurus Impian
Kupu-Kupu, yang akan membuat siapapun yang menguasainya dapat bergerak dengan ringan dan lincah
seperti kupu-kupu, sementara pedangnya membabat cepat
secepat kepakan sayap kupu-kupu itu.
Begitu hebatnya jurus silat ini, sehingga kelebat bayangan
pedang dan daya batin penggunanya dapat membentuk
pembayangan seekor kupu-kupu, seribu kupu-kupu, bahkan
selaksa kupu-kupu, masih ditambah pengaburan hubungan
kupu-kupu dengan manusia yang sangat menipu, karena
ketika nanti tampak seseorang menyerang, saat ditangkis dan
diserang balik ia bagai memecahkan diri jadi seribu kupu-kupu
yang sedang menyerang dari segala penjuru.
Jurus silat itu bukanlah ilmu sihir, melainkan daya
pengelabuan dalam siasat pertarungan biasa, tetapi yang
dikuasai dengan tingkat kemahiran yang amat sangat tinggi.
Jurus Impian Kupu-Kupu ini mendasarkan jurus-jurusnya pada
pemikiran: jika kesadaran dirumuskan sebagai kemampuan
menyatakan, dan karena itu perbedaan tahap kesadaran
hanyalah perbedaan tahap kewaspadaan, sehingga terdapat
dua tahap kesadaran dalam perjalanannya, yakni impian dan
kebangunan. Aku dapat kemungkinan digunakannya jurus ini
sejak memeriksa mayat-mayat ketujuh penyoren pedang itu.
Dari serbuk-serbuk beracun maupun cara bekas luka
sayatannya tertoreh, dapat dibaca bukan hanya senjata apa
yang digunakannya, tetapi juga ilmu silat yang dikuasainya.
Itulah sebabnya aku telah waspada sejak matahari membuat
lapangan rumput keemasan dan kupu-kupu beterbangan
muncul dari segala penjuru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini bagaimana caranya kuatasi dan kupunahkan serangan
semacam ini" Aku bersyukur sempat membaca perihal
Zhuangzi ini, dan bukan sekadar perihal filsafat Impian Kupu-
Kupu itu, melainkan juga perkara yang lain. Zhuangzi diduga
hidup pada masa pemerintahan raja Hui dari Liang dan raja
Xuan dari Qi, dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun lalu.
Ia berasal dari Kota Meng atau Meng Cheng di Negara Bagian
Song, Henan, dan nama aslinya adalah Zhou. Ia juga dikenal
sebagai Meng Zhuang. Filsafatnya disebut sebagai filsafat
yang bersifat ragu-ragu, menalarkan bahwa hidup manusia
sangat terbatas, tetapi menghendaki segala sesuatu tanpa
batas. Menggunakan yang terbatas untuk memburu yang
takterbatas adalah bodoh. Bahasa dan pengenalan manusia
mensyaratkan suatu dao tempat masing-masing orang
bertindak sesuai masa lalu yang berarti juga sebagai jalannya.
Dengan begitu manusia harus waspada dan sangat hati-
hati mempertimbangkan kesimpulan, yang tampaknya akan
salah arah jika masa lalunya berbeda lagi. ''Pikiran dan jiwa


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita terlengkapi bersama seluruh tubuh kita,'' ujarnya.
Penempatan alam atas perilaku tergabungkan dengan yang
diperoleh, termasuk pembagian dalam penggunaan nama-
nama, untuk menyetujui atau tidak menyetujui berdasarkan
nama-nama dan untuk berlaku sesuai dengan ketentuan yang
sudah terbentuk. Berpikir dan memilih langkah dalam dao
ditentukan oleh keputusan alam yang lain daripada yang lain
atau yang tersendiri. Pemikiran Zhuangzi juga dapat dipertimbangkan sebagai
perintis cara-cara keberbagaian nilai. Keberbagaian nilainya
bahkan membuat ia meragukan dasar penalaran atas guna,
yang menjadi sebab tindak tersedia dalam hidup manusia,
karena ini mengandaikan bahwa hidup itu baik dan mati
adalah buruk. Dalam bab 18 bagian keempat ''Kebahagiaan
Besar'', dikisahkan betapa ia menyatakan rasa kasihan atas
tergeletaknya sebuah tengkorak di tepi jalan. Zhuangzi
meratapi kenyataan betapa tengkorak itu sekarang mati,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi tengkorak itu menjawab, ''Bagaimana kau tahu bahwa
mati itu buruk"'' Terdapat dua kisah yang menjadi contoh bahwa tiada
ukuran bagi keindahan, dan tentunya menyatakan tidak ada
nilai yang berlaku sama bagi segalanya, apalagi untuk
selamanya, yang terdapat bab 2, berjudul ''Tentang Menata
Segala Sesuatu'': Kata orang Puteri Qiang dan Puteri Li sangat cantik, tetapi
jika ikan-ikan melihatnya akan menyelam ke dasar arus; jika
burung-burung me lihatnya akan terbang pergi, dan jika rusa
melihatnya juga akan mendadak lari. Dari empat keadaan ini,
siapa yang tahu cara menetapkan ukuran keindahan di dunia"
NAMUN filsafat keberbagaian itu oleh semacam kepekaan
atas keutuhan dan kesatuan dunia ini dalam ba-gian yang
disebut "Kebahagiaan Ikan":
Zhuangzi dan Huizi sedang berjalan-jalan di bendungan Air
Terjun Hao ketika Zhuangzi berkata, "Li-hatlah ikan-ikan kecil
yang melompat dan melesat sesukanya! Itulah yang sangat
membahagiakan ikan!"
Huizi berkata, "Dikau bukan ikan, bagaimana dikau tahu
apa yang disukai ikan?"
Zhuangzi berkata, "Dirimu bukan diriku, jadi bagaimana
dikau tahu diriku tak tahu apa yang disukai ikan?"
Huizi berkata, "Diriku bukan dirimu, jadi daku tentu ta
ktahu apa yang kamu tahu. Di s isi lain, dikau jelas bukan ikan,
jadi itu masih membuktikan dirimu ta ktahu apa yang disukai
ikan!" Zhuangzi berkata, "Mari kita kembali kepada pertanyaan
semula. Dikau bertanya bagaimana daku tahu apa yang
disukai ikan. Jadi dirimu sudah tahu betapa diriku
mengetahuinya ketika dikau mengajukan pertanyaannya.
Daku mengetahuinya dengan berdiri di s ini di tepi Hao."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jika kisah kedua ini dimaksudkan sebagai gagasan tentang
keutuhan dan kesatuan, maka gagasan tentang keutuhan dan
kesatuan ini jelas tidaklah menghapuskan keberbagaian sama
sekali, karena jika aku menjadi Huizi yang berada di dekat
Zhuangzi dalam peristiwa itu, aku akan menyatakan dengan
tegas bahwa meskipun aku yang bertanya bagaimana sang
filsuf mengetahui betapa ikan suka berlompatan dan me lesat
di bawah arus, itu bukanlah karena diriku percaya ia mengerti
perihal kebahagiaan ikan secara mutlak, melainkan justru
mempertanyakannya. Pertanyaan bagai-mana tidak membuktikan kepercayaan betapa yang ditanya mengetahuinya, apalagi bahwa yang ditanya itu memang
mengetahuinya. Saat itulah di antara kepak seribu kupu-kupu sebilah
pedang tipis mendadak saja terarah ke jantungku. Aku
berkelebat melejit ke atas, tetapi tidak turun lagi karena telah
kugunakan ilmu meringankan tubuh yang membuat diriku
menjadi lebih ringan dari kapas, melayang-layang terbawa
angin. Berikut inilah penalaranku dalam memecahkan persoalan
menghadapi Jurus Impian Kupu-Kupu.
Telah diuraikan betapa kekaburan yang berlangsung antara
apakah Zhuangzi merasa dirinya kupu-kupu dan kupu-kupu
merasa dirinya Zhuangzi atau Zhuangzi merasa dirinya kupu-
kupu yang merasa di-rinya Zhuangzi, telah diperjelas sebagai
perjalanan kesadaran mulai dari mimpi, bangun dan terjaga
dalam keadaaan setengah sadar, dan bangun sepenuhnya
dengan kesadaran terdapat perubahan segala sesuatu.
Adapun kesadaran akan perubahan segala sesuatu itu bukan
kebetulan membawa-bawa makhluk kupu-kupu, karena
bukankah memang kupu-kupu itu berasal dari ulat yang
lamban dan buruk tetapi setelah menjadi kepompong lantas
menjelma kupu-kupu yang lincah beterbangan kian kemari"
Saat itu tidakkah kupu-kupu tersebut masih ingat betapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dirinya dulu adalah seekor ulat, ataukah ia merasa dirinya ulat
yang sedang bermimpi jadi kupu-kupu"
Cerita tentang makhluk-makhluk yang lari me lihat putri
cantik menunjukkan tiada ukuran yang sama bagi segala
sesuatu, yang juga berarti segala sesuatu memiliki ukurannya
sendiri-sendiri; dan cerita kedua menegaskan betapa
keberbedaan segala sesuatu yang mutlak sebenarnyalah bisa
diatas i dengan penalaran. Di satu pihak kupu-kupu
membedakan dirinya dengan mutlak dari ulat, di pihak lain
pena-laran dapat memandang keduanya takterpisahkan sama
sekali. Jadi aku sebaiknya melihat kupu-kupu beracun yang
beterbangan banyak sekali ini sebagai bagian dari manusia
yang menyerang dengan pedang; jika aku hanya mengandalkan kecepatan aku takdapat mengatasi kupu-kupu
dan manusia sekaligus mereka bergerak dengan satu jiwa dan
satu pikiran, tetapi yang telah memecahkan tubuhnya menjadi
takterhitung lagi. Namun dengan menyadari keadaan ini tidak berarti aku
sudah menemukan cara mengalahkannya, karena sulit sekali
melawan dan mengelabui jumlah yang banyak dengan satu
jiwa dan satu pikiran. HANYA kuketahui betapa Jurus Impian Kupu-Kupu ini
sangat mengandalkan keberadaan kupu-kupu. Adapun
keberadaan kupu-kupu yang beterbangan ini adalah hasil
pengerahan daya seperti yang telah mengubah ulat menjadi
kupu-kupu. Aku hanya tak tahu apakah kiranya yang dapat
menjadi kupu-kupu sebanyak ini jika tidak ada sesuatu pun
yang tampak dapat dikerahkan dayanya untuk menjelma
kupu-kupu. Betapapun dengan suatu cara aku harus dapat
melenyapkan segenap kupu-kupu itu, tetapi dalam waktu yang
sama juga melumpuhkan orangnya. Keberbagaian diterima
sebagai kesatuan, dan karena itu harus dilawan dengan
keberbagaian sebagai kesatuan juga. Begitulah ilmu s ilat yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersumber dari filsafat dihadapi dengan pemecahan filsafatnya
lebih dulu sebelum menemukan jurus terbaik untuk
mengatasinya. Kuingat betapa aku menyoren tujuh pedang, sedangkan
yang satu telah kupegang. Dari atas kulihat sosok yang
memegang pedang tipis karena pedang itu berkilatan
memantulkan cahaya matahari. Busananya kain warna-warni
seperti sayap kupu-kupu sehingga tiada dapat dibedakan
sama sekali dari warna-warni sayap kupu-kupu yang
beterbangan terlalu banyak dan menyambar-nyambar itu.
Dengan gerakan begitu ringan di antara begitu banyak kupu-
kupu beterbangan niscaya mustahil lawan manapun dapat
menghadapinya pada setiap arah dengan serentak.
Maka kuberatkan tubuhku kembali, langsung menuju ke
arahnya. Begitu berat tubuhku itu karena kugunakan bukan
ilmu meringankan tubuh, melainkan ilmu memberatkan tubuh,
yang jika menimpanya nanti akan membuat tubuhnya menjadi
pipih. Tentu aku tahu betapa sosok berbusana kain warna-
warni itu akan menghindar. Memang tubuhku yang menjadi
sekeras batu dengan berat selaksa kati jatuh menghajar
permukaan bumi yang membuat lapisan teratasnya berhamburan. Tubuhku melesak masuk bumi sementara
pecahan batu-batu kecil yang berhamburan itu semburat
melesat-lesat ke segala penjuru sedikit banyak juga
membuyarkan serangan mengerikan kupu-kupu impian
Zhuangzi itu. Tak cukup melesak aku melejit keluar lubang sebagai tujuh
orang yang keluar serentak dengan tangan masing-masing
memegang pedang. Inilah Jurus Naga Kembar Tujuh yang
merupakan bagian dari Ilmu Pedang Naga Kembar, yang
setelah kugabungkan dengan Ilmu Naga Berlari di Atas Langit
membuat dapat bergerak begitu cepat sehingga tampak di
mana-mana bagaikan diriku berubah menjadi 7.000 orang.
Dapatkah dibayangkan betapa cepatnya pergerakanku itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam dunia ilmu silat, segala sesuatu memang berlangsung
amat sangat cepat, bahkan lebih cepat dari pikiran, dan tentu
jauh lebih cepat dari penulisan maupun pembacaan tercepat.
Demikianlah persoalan filsafat dipecahkan secepat kilat, segala
catatan yang kutuliskan sebetulnya ingatan sekelebat, dan
memang begitulah segala sesuatu berlangsung, bahwa
siapapun yang kalah cepat terjamin segera menjadi mayat.
(Oo-dwkz-oO) Episode 155: [Jurus Naga Kembar Tujuh]
DENGAN diriku menjadi tujuh penyoren pedang yang setiap
orangnya bergerak begitu cepat bagaikan terdapat seribu
orang bergerak serentak, maka Pendekar Kupu-Kupu itu
bagaikan menghadapi lawan ta kkurang dari 7.000 orang,
tetapi hanya perlu satu diriku untuk memburunya sementara
6.999 lainnya bertarung melawan kupu-kupu beracun tak
terhitung. Kupusatkan diriku yang satu untuk menghadapi dan
melumpuhkan Pendekar Kupu-Kupu yang bukan hanya
busananya berwarna-warni seperti kupu-kupu sehingga begitu
sulit dilacak dan diikuti, melainkan juga pergerakannya yang
sangat ringan dan cepat sekali. Dengan begitu memang tak
pernah dapat kulihat sosoknya secara tegas, hanya kelebat
sosok warnap-warni seperti sayap kupu-kupu, yang membuatnya begitu baur dan hablur di tengah hamburan
selaksa sayap-sayap beracun di sekitarku. Setiap kali
pedangku menetak ia menghilang, tetapi setiap kali
menghilang itulah pedangnya menetakku. Tetak menetak
sambar menyambar kejar mengejar tangkis menangkis kini
membuat suara benturan logam berdentang-dentang dan
bergema dan memantul dari lembah ke lembah dari tebing ke
tebing dari jurang ke jurang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jurus Impian Kupu-Kupu yang tidak pernah memberi
kepastian mana sosok sebenarnya mana bayangan memang
paling tepat dihadapi dengan Jurus Naga Kembar T ujuh yang
membuat sosok sebenarnya dihadapi dengan sosok
sebenarnya dan bayangan dihadapi dengan bayangan,
termasuk juga ketika tiada pernah dapat dipastikan karena
memang dikaburkan mana sosok sebenarnya dan mana
bayangan. Ketika Jurus Impian Kupu-Kupu dihadapi dengan
Jurus Naga Kembar Tujuh sebenarnya yang berlangsung
adalah pertarungan kekaburan me lawan kekaburan dalam
wujud bayangan warna-warni melesat-lesat saling menghindar
dan saling menyerang dengan bayangan kelabu yang
terbungkus cahaya putih tujuh pedang yang berputar seperti
baling-baling. DALAM tabir bayangan kabur yang melesat-lesat tak
terlihat maut bagaikan merayap dengan pelahan menuju urat
leher tanpa kepastian apakah dapat dihindari. Bagiku maupun
baginya maut hanya seujung rambut jaraknya bagaikan tiada
yang lebih tipis lagi dalam jarak antara kehidupan dan
kematian. Seperti kupu-kupu gerakannya begitu tak terduga
dan seperti gerakan sayap kupu-kupu serangan pedangnya
yang tak dapat sekadar ditangkis dan dihindari dengan
sembarang jurus biasa. Denting benturan pedang terdengar
sebagai rentetan ribuan dentang dalam sekejap mata
bersamaan dengan semburatnya ribuan pijar cahaya nyaris
seketika. Ia dapat menyerang sekaligus ke kiri dan ke kanan
bagai ingin membuntungkan tangan, sehingga mesti
kumiringkan tubuhku sembari menggerakkan pedang ke atas
dalam lingkaran yang jika tidak berhasil dihindarinya tentu
tubuhnya akan terbelah menjadi dua bagian. Dalam kekaburan
bayangan berlesatan maut mengancam dari segala penjuru.
Diriku yang 6999 telah berhasil mengurangi jumlah kupu-
kupu yang senyatanya adalah senjata rahasia dan bukan
bayangan sihir palsu. Bahwa senjata rahasia itu berwujud
seperti kupu-kupu ataukah merupakan kupu-kupu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang sebenarnyalah hidup tiada kutahu, karena Jurus
Impian Kupu-Kupu tidak memungkinkan lawan untuk
mengetahui. Namun memang seekor demi seekor kupu-kupu
beracun itu oleh 6999 bayangan diriku yang adalah diriku dan
bukan bayangan sihir palsu karena bergerak amat sangat


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepatnya, bahkan lebih cepat dari kilat maupun pikiran,
berhasil dilumpuhkan dengan cara membelah tubuhnya
menjadi dua bagian. Selama masih punya sayap berpasangan
kupu-kupu itu masih dapat mengepak-ngepak dan melayang-
layang terbawa angin sama seperti ketika masih hidup. Jadi
memang mesti dibelah dua, karena dengan sebelah sayap
tiada lagi yang dapat dilakukan kupu-kupu itu dalam
kenyataan maupun dalam impian.
Setiap bayangan dari yang 6999 itu bergerak dengan cepat
di antara celah sempit hamburan kupu-kupu beterbangan
yang menyerang. Tiada lagi yang dapat dilakukan terhadap
segenap kupu-kupu yang indah itu selain pembunuhan dalam
pembelahan, karena jika tidak maka segenap pesona
keindahan hanya akan memberikan kematian mengerikan.
Meski seiring pembelajaranku terhadap filsafat Nagarjuna
maka ilmu racun yang terwariskan dari Raja Pembantai dari
Selatan dalam diriku menyusut, tetapi pengetahuan tentang
racun itu tidak akan pernah hilang, sehingga kuketahui bahwa
dalam kerumunan kupu-kupu sebanyak ini adalah pantang
bagi siapapun yang tak ingin teracuni untuk bersentuhan.
Maka bisa dimaklumi seberapa banyak kecepatan dibutuhkan,
agar dapat bergerak lebih cepat dari kepungan kupu-kupu dan
memberlangsungkan pemusnahan.
Kemudian Pendekar Kupu-Kupu itu menyerang dengan dua
pedang. Luar biasa serangannya karena meski tangannya
memegang dua pedang masih berhamburan senjata rahasia
jarum-jarum beracun ke arahku, entah bagaimana cara
mengambil dan menghamburkannya ke arahku dengan
seketika. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun tentu saja Jurus Naga Kembar Tujuh yang
membuatku bagaikan terpecah menjadi tujuh orang dan setiap
orangnya dapat bergerak bagaikan terdapat seribu orang
bergerak nyaris bersamaan, membuat diriku tidak usah terlalu
khawatir dengan serangan seperti ini. Sesosok bayangan,
yang tak lain adalah diriku sendiri, merontokkan seluruh jarum
beracun itu cukup dengan sisi lebar pedangnya, sementara
pedangku sendiri bergerak secepat kilat menggulungnya
dengan cahaya keperakan. Meskipun begitu masih juga
Pendekar Kupu-Kupu itu mampu melejit ke luar dari gulungan
cahaya pedang dan bahkan menyerang. Ditetak ke sini
melesat ke sana, disambar di sana menyambar kemari. Suara
pedang berbenturan terdengar terus menerus dan meledak-
ledak semakin keras karena pengerahan tenaga dalam yang
semakin lama tingkatnya semakin tinggi.
Jurus Impian Kupu-Kupu bukan hanya dahsyat tetapi
sangat indah. Pendekar Kupu-Kupu me layang-layang dengan
ringan bagaikan sedang menari dengan riang betul-betul
seperti merasa dirinya seekor kupu.
Apakah aku Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu
ataukah aku kupu-kupu yang bermimpi jadi Zhuangzi bagaikan
pertanyaan yang terwujudkan dalam segenap gerakan
Pendekar Kupu-Kupu, yang seolah berada di mana-mana
dalam ruang waktu yang sama seketika padahal satu jua
orangnya. Aku merasa sedih harus
berpikir untuk memunahkan keindahan yang sepintas lalu begitu rapuh
serapuh sayap kupu-kupu, meski kutahu gerakan ringan
seperti itu sangatlah amat menipu.
SEMBARI berkelebat menghindari serangan dahsyat
sepasang pedang tipis yang arahnya tak pernah bisa diduga,
bagaikan baru kusadari hari ini betapa pesona keindahan
memang semu dan dapat menjadi berbahaya. Adapun bahaya
itu dapat berarti kita lupa keindahan hanyalah sesuatu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semu, tetapi juga berarti bahaya karena merupakan bagian
dari gerak pembunuhan! Kuingat ketujuh penyoren pedang yang sedang bersujud
ketika terbunuh itu. Bersujud dan terbunuh ketika memohon
agar diterima sebagai muridku.
Sepasang pedang tipis lagi-lagi ingin membuat kedua
tanganku buntung sejak pangkal lengan. Namun kupu-kupu
sudah banyak sekali berkurang setelah Jurus Naga Kembar
Tujuh seolah menghadapinya dengan 6999 orang yang
menggunakan pedangnya seperti penampel lalat. Setiap kali
seekor kupu-kupu terpental dan menggelepar di udara karena
tampelan, saat itu pula tubuhnya terbelah jadi dua oleh
sambaran cahaya. Semua itu hanyalah gerakan satu orang yang dijelmakan
langsung dari dalam pikiran, yang kecepatannya sama sekali
tiada berkurang setelah jumlah kupu-kupu menyusut, karena
penyusutan itu sama sekali bukanlah penunjuk bahwa bahaya
sudah berkurang. Dalam Jurus Impian Kupu-Kupu apa pun
yang terlihat tiada dapat dipercaya, dan karenanya suatu
gerak pemusnahan harus dilakukan tanpa keraguan dan tanpa
ampun. Tidak kukurangi sama sekali kecepatanku, tetapi kujaga
agar cukup tujuh bayangan yang membawa tujuh pedang
mereka yang terbunuh itu terus menerus berkelebat
menggempur Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut. Memang
tujuh pedang, tetapi hanya satu manusia sebenarnya, yakni
diriku jua yang bergerak lebih cepat dari cepat menyambar
pedang yang semuanya berada di udara bergantian dalam
setiap kali serangan. Betapapun Jurus Naga Kembar Tujuh sebagai bagian dari
Ilmu Pedang Naga Kembar adalah jurus yang tepat untuk
mengatasi Jurus Impian Kupu-Kupu. Kuselingi sebentar Ilmu
Pedang Naga Kembar ini dengan Jurus Bayangan Cermin
untuk menyerap Jurus Impian Kupu-Kupu tersebut sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
milikku, lantas kutancap kembali Jurus Naga Kembar Tujuh
yang menggunakan tujuh pedang para korban itu.
Tujuh diriku mengepungnya dan menyerang satu persatu
dari segala arah dengan kecepatan pikiran yang tak tertangkis
lagi. Dalam sekelebat tujuh pedang berturut-turut menancap
di tubuhnya. "Ini pedang korbanmu yang pertama!"
Kuharap ia berasal dan mengenal bahasa Negeri Atap
Langit yang kuucapkan tanpa kuketahui benar salahnya itu,
tetapi kalau pun ia takberasal dari sana, sudah semestinyalah
di wilayah perbatasan ini setiap orang mengenal serbasedikit
bahasa Negeri Atap Langit.
"Ini pedang korbanmu yang kedua!"
"Ini pedang korbanmu yang ketiga!"
"Ini pedang korbanmu yang keempat!"
"Ini pedang korbanmu yang kelima!"
"Ini pedang korbanmu yang keenam!"
"Ini pedang korbanmu yang ketujuh!"
Ketujuh pedang itu menancap takterelakkan dalam waktu
nyaris bersamaan. Aku sudah tidak memegang apa-apa lagi
ketika kusaksikan tubuh yang bersimbah darah itu masih
berdiri, dengan pedang yang menancap saling menyilang,
menembus tubuh dari segala arah.
Pendekar Sakti 21 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Sepasang Iblis Betina 2
^