Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 12

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 12


Busananya yang ketat melibat dan semula berwarna-warni,
kini merah karena darah. Pendekar Kupu-Kupu itu kemudian
ambruk dengan ketujuh pedang dari ketujuh orang yang
dibunuhnya ketika sedang bersujud. Kurasakan betapa cara
kematiannya itu setimpal dengan cara yang dilakukannya
untuk mengajakku bertarung. Rupa-rupanya Pendekar Kupu-
Kupu itu sangat khawatir bahwa diriku tiada akan bersedia
diajaknya bertarung. Tampaknya ia telah mengamati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecenderunganku jauh sebelumnya. Barangkali telah disamarkannya dirinya di antara para penyamun yang
mengendap-endap di balik batu, karena dengan menguasai
Jurus Impian Kupu-Kupu sudah pasti dikuasainya juga ilmu
meringankan tubuh luar biasa yang dapat membuat tubuhnya
berkelebat seringan kupu-kupu.
Bersama dengan ambruknya tubuh yang ditembus pedang
dari segala arah itu, hilang pula segala sesuatu yang muncul
bersama datangnya kupu-kupu. Cahaya matahari melenyap
dan menyurut ditelan kabut yang pelahan tetapi pasti
membuat dunia kembali menjadi kelabu. Puncak-puncak
gunung batu dengan jalan melingkar-lingkar di pinggangnya
yang sempat berkilauan sejenak keemas-emasan kembali
menjulang dalam diam, menembus kabut dan mega-mega
kekelabuan yang setiap saat siap berubah menjadi hujan.
Namun tidak selalu mega-mega yang ditembus akan menjadi
hujan, tidak jarang dalam sapuan mega-mega tubuhku hanya
menjadi basah, tetapi bukan basah kuyup, melainkan sekadar
basah karena titik-titik air yang begitu ringan mengambang
sebagai kabut yang berjalan-jalan.
KUTINGGALKAN mayat-mayat bergelimpangan dunia persilatan yang memang sudah menjadi pilihan. Bukankah di
sungai telaga persilatan kematian bisa datang mendadak
setiap saat karena serangan gelap" Demi sebuah pertarungan
tidak selalu diperlukan tantangan, karena langsung menyerang
secara gelap maupun berterang-terang tidaklah ditabukan
sebagai bagian dari pilihan, sehingga serangan dengan senjata
rahasia tidaklah harus dianggap serangan gelap kaum
penjahat, melainkan memang serangan bersifat rahasia,
serangan terbaik untuk menguji tingkat ilmu silat seorang
pendekar. Jika bahkan hanya langkah seorang pendekar
begitu jelas menunjukkan ketinggian ilmunya, dan karena itu
membuat seseorang berminat mengadu ilmunya sendiri,
bukankah itu memang berarti maut bagaikan debu
beterbangan dalam kehidupan seorang pendekar"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sembari melangkah menuju kedai di tepi jurang yang
kembali muncul dan hi-lang dan muncul lagi dalam kabut,
kembali pula segala persoalan yang bagiku masih jauh dari
selesai, bahkan yang menunjukkan kecenderungan secara
taklangsung berhubungan denganku!
Memang tidak kuketahui maksud dan tujuan perjalanan
kedelapan penyoren pedang itu, tetapi telah diakui betapa
saudara seperguruan mereka yang malang itu memang
seorang mata-mata yang bekerja untuk suku Uighur. Adapun
ketika delapan penyoren pedang itu berangkat dengan keledai
beban mereka yang lamban, apakah perjalanan mereka
terhubungkan dengan tugas saudara seperguruannya atau
tidak" Mungkin pertanyaan ini bisa dijawab oleh isi keranjang
beban yang mereka angkut dengan susah payah mendaki
lautan kelabu gunung batu, tetapi apakah diriku berhak
membukanya" Sesampai di kedai, bapak pemilik kedai, sambil membereskan kedai masih seperti tidak terjadi suatu apa,
berkata kepadaku. ''Tuan, ketujuh orang itu telah mengaku guru kepada Tuan,
kini setelah mereka ma-ti, harta bendanya sah menjadi milik
Tuan.'' Tujuh, bukan delapan, karena satu orang bunuh diri.
''Namun saya kira harta dari yang mati bunuh diri itu lantas
menjadi milik saudara-saudaranya, Tuan, jadi berhak juga
menjadi milik T uan.'' Bukanlah masalah warisan dari orang-orang yang mati
terbunuh ini tentunya yang menjadi perhatianku. Melainkan
bagai-mana caranya aku mengetahui sesuatu supaya aku
dapat membaca keadaan, karena perjalananku kali ini pun
adalah suatu perjalanan dalam tugas rahasia. Pertama, aku
ingin mendapatkan kejelasan tentang siapa yang bertanggung
jawab atas kematian Amrita, dan itulah sebabnya aku harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunggu untuk mengikuti Harimau Perang dengan diam-
diam dari Celah Din-ding Berlian. Kedua, jika benar Hari-mau
Perang dipanggil atas kemampuannya dalam membangun
jaringan mata-mata un-tuk mengatasi pemberontakan, maka
tugas yang dihadapinya tentu berhubungan dengan kebijakan
perimbangan kekuasaan, dalam siasat Wangsa Tang
menghadapi Kerajaan Tibet di perbatasan timur maupun suku-
suku pengembara, termasuk Uighur, di sebelah utara Gurun
Gobi, yang mungkin saja terhubungkan dengan urusan para
murid perguruan ilmu pedang yang semuanya sudah mati
terbunuh ini. Aku mengembara bukan untuk me libatkan diri ke dalam
banyak persoalan, tetapi dalam urusanku yang sederhana ini,
agaknya banyak persoalan harus dipertim-bang-kan untuk
mendapat kejelasan. La-gipula, belum juga dapat kupastikan,
apa-kah Harimau Perang itu memang suatu sos-ok, atau suatu
jaringan. Kuketahui serba-sedikit tentang perma inan dunia
mata-mata yang penuh rahasia dan tipu daya, bahwa tiada
sesuatu pun yang sepintas lalu tampak-nya tidak perlu
dipertanyakan lagi, da-pat diterima begitu sebagai sesuatu
yang pasti. Kupandang delapan kuda Uighur serba bagus yang sedang
makan rumput itu, di dekatnya sekitar dua puluh keledai juga
makan rumput dengan beban yang masih berada di
punggungnya. Bapak kedai itu menyela. ''Tuan telah membunuh Pendekar Kupu-Kupu, hati-hatilah.
Setelah melewati Celah Dinding Berlian nanti, itulah wilayah
kekuasaan Perguruan Kupu-Kupu.''
''Perguruan Kupu-Kupu"''
''Ya, mereka mengembangkan ilmu silat berdasarkan
pendalaman atas Kitab Zhuangzi.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mengerti. Kitab Zhuangzi adalah sebuah nama yang
tidak harus berarti merupakan pemikiran Zhuangzi, melainkan
segala sesuatu yang dihimpun oleh Kuo Hsiang, seorang
pengulas pemikiran Zhuangzi yang hidup seribu tahun lalu,
dan karena itu takdapat dipastikan bagian kitab mana saja
yang ditulis Zhuangzi sendiri. Namun sudah jelas betapa kitab
itu berisi pemikiran Kaum Dao, baik dari tahap pertama,
kedua, maupun ketiga. Hanya pe-mikiran yang dianggap
sebagai tahap ketiga disebut merupakan pemikiran Zhuangzi
sendiri, tetapi yang betapapun telah ditulis ulang oleh para
pengikutnya. Tampaknya menarik sekali mengikuti cara belajar
Perguruan Kupu-Kupu itu, tetapi perhatianku masih tercurahkan kepada keranjang-keranjang beban pada punggung keledai tersebut. Benarkah aku berhak membukanya" Aku tahu bahwa dengan membukanya aku
harus menerima kemungkinan untuk terlibat ke dalam suatu
percabangan cerita yang baru. Jalan hidup bisa dibelokkan
oleh sebutir kerikil di tengah jalan. Bukankah perjalanan
semacam itu pula yang telah kualami selama ini" Jika aku
sudah memilih untuk hidup mengembara, bukan berarti aku
hanya akan berjalan menuruti langkah kaki, melainkan juga
rela terlibat persoalan yang menyeretku. Meski aku sudah
bersepakat dengan diriku sendiri bahwa sebaiknya aku
menghindari persoalan apapun, rupa-rupanya mengembara
tanpa persoalan di dunia persilatan adalah suatu kemewahan.
Apa pun persoalan yang dihindarinya, seorang pendekar tak
boleh menghindar untuk membela mereka yang lemah dan
tertindas. Aku telah berada di depan sebuah keranjang yang masih
terpasang di punggung seekor keledai. Agaknya kedelapan
murid perguruan ilmu pedang itu memang tidak bermaksud
berhenti terlalu lama. Namun mereka ternyata berhenti di sini
untuk selama-lamanya. Apakah kiranya isi karung dalam
keranjang itu" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 156: [Nasib Malang Seorang Kebiri]
Tidak terlalu jelas bagiku mengapa aku merasa sangat
ragu-ragu membuka karung itu. Setelah mengamatinya
dengan cermat, karung-karung itu ternyata bukan hanya
diikat, melainkan juga disegel dengan cap kerajaan. Simpul
talinya ditindas lilin warna merah, dan pada dataran itu
terdapat cap Wangsa Tang. Artinya karung itu sebetulnya
hanya boleh dibuka oleh pejabat kerajaan, itu pun pejabat
yang menjadi tujuan pengiriman karung-karung ini. Seberapa
jauh peraturan itu berlaku bagiku"
Bapak kedai muncul dari belakang dan meraba-raba segel
itu. ''Setidaknya ada dua perkara dengan karung-karung ini,''
ujarnya, ''pertama, pengiriman resmi kerajaan ke Daerah
Perlindungan An Nam biasanya dilakukan melalui laut, karena
lebih murah dan lebih aman; kedua, petugas yang mengawal
kiriman resmi yang disegel seperti ini seharusnya juga petugas
kerajaan.'' Bapak kedai lantas memperhatikan segel itu lagi.
''Segel ini asli,'' katanya, ''tapi pengirimannya tidak resmi,
karena mayat delapan orang itu sudah kugeledah dan tidak
ada bukti apa pun yang menunjukkan bahwa mereka petugas
kerajaan.'' Jadi dia sudah menggeledah mayat itu, pikirku.
''Mungkin mereka petugas pengantar barang, tetapi bukan
dari kerajaan, karena jika tidak mengenakan seragam,
setidaknya terdapat surat jalan yang menjelaskan diri mereka
siapa dan bahwa mereka sedang menjalankan tugas negara.''
''Petugas pengantar barang"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, itu usaha menjual jasa yang berkembang sekali
sekarang. Nanti Tuan akan menyaksikan gardu-gardu negara
yang disediakan untuk mereka, karena pemerintahan
mengakui pentingnya hubungan antarwilayah yang diliputi
pekerjaan para pengantar barang itu.''
Aku mengerti. Para pengantar barang harus memiliki ilmu
silat tinggi untuk menjaga titipan apa pun yang dipercayakan
kepadanya. Ada kalanya mereka mengantar barang. Ada
kalanya mereka mengantar orang. Seperti pernah kualami
dalam perjalanan bersama para mabhasana di Jawadwipa,
pekerjaan mengawal barang dan orang dalam perjalanan
adalah tugas yang penting. Perjalanan jauh pada masa kini
selalu mengandung ancaman bahaya, karena negara yang
manapun dalam kenyataannya tidak mampu menjamin
keamanan warga pada setiap jengkal wilayahnya. Di kota
besar terdapat perbentengan dengan pengawalan dan
perondaan ketat, sementara di desa-desa terdapat penjaga
keamanan yang mengenal wilayahnya dengan sangat baik.
Namun di daerah yang sulit dihuni maupun didatangi
berkeliaran orang-orang dan gerombolan yang menjauhi
hukum, dan sebagai gantinya di wilayah seperti ini berlakulah
hukum rimba. Suatu keadaan yang semakin sah adanya di
daerah tak bertuan. Keadaan semacam ini menuntut peranan
para pengantar barang dan pengawal perjalanan, yang dalam
keadaan negara terlibat peperangan dari saat ke saat takdapat
dipenuhi oleh para pengawal dan petugas kerajaan. Maka
kebutuhan atas jaminan keamanan ini pun dipenuhi oleh
berbagai perguruan ilmu silat, yang mengerahkan murid-
muridnya untuk mengisi lowongan. Keadaan semacam ini juga
memberi kesempatan bagi mereka yang belajar ilmu s ilat agar
mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.
Jika menjadi prajurit adalah pengabdian, menjadi pendekar
adalah pengembaraan, maka hanyalah pengantar barang dan
pengawal perjalanan yang tampak seperti pekerjaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan ilmu silat dengan kemungkinan menghasilkan
uang. PEKERJAAN ini kadang hanya memerlukan sedikit orang,
jika wilayah yang dilewati dianggap aman, dan tidak
memerlukan orang-orang berilmu terlalu tinggi; tetapi tak
jarang memerlukan tenaga sampai lima puluh orang, terutama
jika dipastikan melalui wilayah dengan para pemukim yang
sikapnya ber-musuhan terhadap Wangsa Tang. Tentu
tingginya tingkat bahaya me-nentukan pula tuntutan atas
tingginya ilmu silat para pengawal. Jumlah orang sebetulnya
bukanlah satu-satunya ukuran, karena dalam beberapa hal
jumlah pengawal yang sedikit justru menunjukkan keyakinan
atas tingginya tingkat ilmu silat yang menjadi andalan.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain para pengawal seperti ini, kudengar pula cerita
tentang para pengantar surat cepat, tentunya mengantarkan
surat-surat penting, yang akan membawa surat sendirian saja
di atas kuda yang dipacu laju, jika perlu berganti kuda baru
setiap kali melewati gardu negara yang satu ke gardu negara
yang lain. Seperti juga para pengantar barang dan pengawal
perjalanan, para pengantar surat cepat ini terandaikan pula
memiliki ilmu silat yang tinggi, demi meng-atasi segala
marabahaya dalam perjalanan melewati berbagai wilayah yang
sedang bergolak dengan pemberontakan. Dalam suasana
kekacauan, juga tidak mudah dibedakan antara pemberontak,
penyamun, ataukah regu-regu penyusup musuh, seperti dari
Tibet maupun suku-suku pengembara, yang sengaja membuat
kekacauan. Para pengantar surat cepat dengan begitu selain
memiliki keberanian dan daya tahan berkuda luar biasa, juga
harus memiliki ilmu s ilat tinggi.
Sebagai murid-murid perguruan ilmu pedang yang
menunggangi kuda Uighur, delapan penyoren pedang itu
memenuhi syarat untuk semua kebutuhan tersebut. Tidak
jarang pula negara mempercayakan keperluan dan kepentingannya kepada mereka yang menjual kemampuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersilat ini, sehingga jika karung-karung bersegel lilin merah
kerajaan itu terdapat pada mereka adalah pe-nyamaran yang
bagus pula kiranya. ''Jangan ragu-ragu membuka karung itu, T uan,'' ujar bapak
kedai itu lagi, ''karena dengan begitu kita akan tahu, apakah
mereka terlibat, atau tidak tahu menahu dengan sesuatu yang
tampak seperti disembunyikan ini.''
Aku tidak tahu mengapa orang tua ini begitu bersemangat.
Untuk mencari dan mendapatkan benda-benda berhargakah"
Ataukah untuk sesuatu yang bersifat lebih rahasia lagi" Aku
belum lupa tentang apa yang kupi-kirkan tentangnya, bahwa
gerak-ge-rik-nya bagiku menunjukkan dirinya sebagai orang
yang mengerti ilmu silat. Namun aku juga sadar, betapa di
dunia persilatan pun tiada kurang yang berpikir demi
keuntungan dirinya sendiri.
Akan kubuka atau tidak karung-karung di dalam keranjang
ini" Aku belum lupa betapa betapa perjalanan hidup dapat
berbelok di luar rencana karena peristiwa tak terduga. Namun
apalah artinya perjalanan hidup yang berbelok di luar rencana
bagi seorang pengembara, yang mestinya tidak mempunyai
rencana apa pun dalam hidupnya"
Pada setiap keledai terdapat dua keranjang beban di kiri
dan kanan. Apakah harus kubuka satu per satu empat puluh
karung dalam keranjang itu" Kubuka ikatan karung. Dengan
membuka segel itu, aku sah untuk dianggap melanggar
peraturan kerajaan, dan karena itu boleh ditangkap, tetapi
tetap kubuka segel itu. Aku da-pat menganggap diriku
seorang pe-ngembara yang terganggu oleh perbuatan warga
Negeri Atap Langit di daerah takbertuan, dan karena itu hu-
kum Negeri Atap Langit tidak ber-laku bagiku.
Di bagian atas karung itu bertum-puk jeram i untuk
melindungi barang-barang porselen yang sangat mahal.
Kuangkat salah satu kundika dengan hiasan kembang
berwarna biru. Kulihat juga yang lain-lain. Kadang kembang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kadang ikan, kadang sulur-sulur tetumbuhan menjulur
mengitari tembikar yang disebut piring. Ka-dang terdapat
gambar kuil di tengah piring dengan seseorang berdiri di
depannya mengenakan baju bagus dan tangan disembunyikan
ke bela-kang. Semua itu juga berwarna biru. Apakah yang bisa
diterima sehingga barang pecah belah semacam itu ha-rus
melewati jalan terjal yang berat, dengan kemungkinan besar
menjadi pecah dan belah"
Tembikar yang rapuh seperti itu tidak akan dibawa dengan
keledai naik turun menyeberangi lautan ke-labu gunung batu,
apalagi jika terda-pat porselen putih yang merupakan temuan
pembakaran baru. Barang seperti itu dibawa dengan kapal,
yang kadang-kadang memang diterjang badai dan tenggelam
ke dasar lautan bersama segenap barang bawaan, tetapi
membawanya dengan kapal tetaplah merupakan kelaziman
dan bukannya dengan karung dalam keranjang keledai beban
di jalan terjal berbatu-batu seperti ini.
KUPERIKSA karung pada keledai lain, ternyata isinya
tumpukan kertas yang bertuliskan puisi. Kuambil, kuraba, dan
kucium benda yang mengagumkan itu. Kudengar kertas ini
dibuat dari bubuk kayu, dan tulisan di atasnya ditorehkan
dengan tinta. Lantas orang dapat memindahkan tulisan itu
kepada suatu papan kayu, dan papan kayu itu kemudian
digunakan untuk mencetak ulang tulisan di atas kertas itu
sebanyak-banyaknya. Teringat betapa berat penyalinan kitab
dengan lontar yang digurat pengutik, aku segera tahu
bagaimana bangsa yang menjadi warga Negeri Atap Langit ini
bisa mendapatkan pengetahuan melalui bahan bacaan dengan
jauh lebih cepat dan mudah.
Sepintas kutengok, hampir semua penyair semasa Wangsa
Tang ada di karung ini, seperti Li Ba i, Du Fu, Wang Wei, Wang
Zhihuan, Meng Haoran, He Zhizang, Song Zhiwen, Cen Can,
bahkan juga para penyair masa sebelumnya, seperti Qu Y uan
dari masa Negeri Berperang dan T ao Yuan Ming dari masa Jin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Timur. Aku belum memasuki satu kota pun di Negeri Atap
Langit, tetapi pernah kudengar kegemaran warganya untuk
memasang kertas bertuliskan puisi di dinding rumah. Tentu
saja puisi terbaik karya para penyair terbaik. Para penulis
aksara puisi itu pun tidak dilakukan oleh sembarang orang,
melainkan juga penulis aksara terbaik yang dibayar dengan
harga mahal. Dalam karung lain terdapat tumpukan sutera, kayu harum,
busana perempuan, dan perhiasan, juga patung-patung batu
giok yang kecil, yang semuanya merupakan barang-barang
dagangan. Terdapat pula kitab-kitab gulungan sutra ajaran
Buddha yang biasa terdapat di dalam kuil. Senua itu tidak ada
yang mencurigakan, kecuali bahwa jalur perjalanannya tidak
dapat diterima untuk barang-barang semahal itu, pun atas
nama kepentingan istana. Barang-barang yang diangkut
dengan keledai beban menyeberangi lautan kelabu gunung
batu seperti ini bukanlah yang akan terlalu penting bagi
urusan istana, sehingga perlu disegel segala. Barang angkutan
yang umum hanyalah barang yang penting dipertukarkan
antara kedua desa, seperti hasil bumi atau binatang buruan,
kadang juga ternak; atau juga barang-barang dagangan dari
kota yang dibawa seorang pedagang keliling, tetapi itu pun
barang-barang kebutuhan sehari-hari sahaja, seperti baju
sederhana setiap pergantian musim atau alas kaki yang
disebut sebagai sepatu. Namun masih ada satu karung yang belum dibuka. Dari
luar sudah terlihat bentuknya berbeda, seperti seharusnya
tidak muat tetapi tetap dipaksakan juga. Kami segera
membukanya, dan... Ah! Sebenarnya aku sangat ingin menceritakannya dengan
rinci, karena dibanding dengan isi karung-karung yang lain, isi
karung terakhir ini luar biasa. Bagaimana menceritakannya"
Betapapun telah kusaksikan begitu banyak pemandangan
mengenaskan di berbagai medan tempur yang penuh dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembantaian, belum pernah kualami rasa mual karena melihat
manusia -tepatnya tubuh manusia- diperlakukan begini rupa.
Barulah kusadari betapa tubuh manusia memang benar
merupakan suatu keutuhan. Bahkan ketika jiwa tiada lagi
menggerakkan tubuh itu berdasarkan kehendaknya, dalam
keutuhan tubuh yang tidak lagi bergerak itu tetap terpandang
dalam suatu penjiwaan, karena keutuhan tubuhnya tetap
memberikan kesan atas jejak-jejak kehidupannya. Namun
menatap tangan hanya sebagai tangan, kaki hanya sebagai
kaki, dan kepala hanya sebagai kepala sangatlah berbeda,
karena memang tetap menyiratkan kesan dari suatu jejak
kehidupan, tetapi yang segera terasingkan dan terhancurkan
oleh kesadaran yang mengingatkan betapa semua ini hanya
potongan. Aku merasa mual, terutama jiwaku yang mual. Mereka
yang hidup dalam dunia persilatan memang selalu hidup
dalam pertaruhan nyawa, tetapi kematian yang berlangsung
karenanya dianggap puncak pencapaian, tidak dapat
disamakan dengan sekadar pembunuhan. Bahkan pembunuhan sebagai bentuk keliaran dan kebuasan, segera
akan berhenti setelah nyawa pergi, maka apakah yang harus
dikatakan tentang pembunuhan yang dilanjutkan dengan
pemotongan tubuh secara rinci" Waktu kulihat wajah dari
kepala yang terpisah dan terbenam di antara potongan
sebelah tangan dan sebelah kaki di tempat yang tidak
semestinya, bagaikan tertoreh luka panjang kedukaan yang
dalam. Seperti ada rasa pedih, seperti ada rasa perih, tetapi
tidak dapat diucapkan... Namun bapak kedai rupanya berhati dingin.
''Jangan pergi dulu,'' katanya, ''kita harus memeriksanya
satu per satu.'' Aku tidak menjawab, meski suatu petunjuk memang harus
dicari. Apakah hubungannya kedelapan penyoren pedang itu
dengan karung-karung yang dibawanya ini" Apakah mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui isinya" Apakah mereka tidak mengetahui isinya"
Apakah mereka sendiri yang mengisinya"
MENGINGAT terdapatnya segel lilin merah bercap Wangsa
Tang, dan sikap mereka yang tidak terlalu peduli kepada
barang-barangnya, aku menduga mereka tidak mengisinya
sendiri, dan diberi tahu apa saja isinya, kecuali tentang tubuh
terpotong-potong. Pendapat ini kuambil, karena untuk tidak
menimbulkan pertanyaan, sebaiknya isinya memang dinyatakan, yang juga biasanya merupakan ketentuan dalam
perjanjian atas penggunaan jasa mengantar barang. Tentu
para pengawal barang tidak memiliki hak apa pun apabila
terdapat segel Wangsa Tang seperti itu dan hanya wajib
mengantar saja. Namun jika hal semacam ini dilakukan,
mengingat tugas resmi menyeberangi lautan kelabu gunung
batu tidak merupakan kelaziman, daripada memancing rasa
penasaran, lebih baik isinya diberitahukan, tanpa menyebut itu
mayat yang bernasib malang.
Kuduga, dan memang hanya dugaan, itu-lah yang memang
terjadi, meski tentu te-tap perlu diberikan alasan sendiri bagi
me-re-ka, agar bisa menerima kenapa barang-ba-rang pecah
belah harus naik turun pegunungan batu serbacuram dan
serbaterjal seperti ini. Alasan ini kiranya penting, karena
mayat terpotong-potong tentunya adalah persoalan besar
yang dalam kenyataannya harus ditutupi. Kedelapan penyoren
pedang itu mengetahui atau tidak mengetahui, perjalanan
mereka jelas adalah juga suatu perjalanan rahasia.
"Lihatlah Tuan! Lihat!"
Bapak kedai yang kuduga seorang pendekar yang sengaja
mengundurkan dari dunia persilatan itu, telah meneliti satu
per satu potongan tubuh dan seperti berusaha menyatukan
kembali potongan-potongan tersebut terbentuklah sebuah
sosok manusia terpotong-potong di atas rerumputan.
Waktu aku tiba, bapak kedai menunjuk ke salah satu
potongan tubuh itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku semula tidak mengerti.
"Lihat!" Ia menunjuk ke arah kemaluan. Ter-da-pat luka potongan,
tetapi bukan luka baru, itu sayatan tajam hati-hati yang sudah
lama sekali. "Orang kebiri!"
Orang kebiri" Wajahku mungkin tampak tidak menunjukkan
pengertian tertentu. "Orang kebiri! Mereka inilah yang menguasai segala
jaringan di istana dan sangat dibenci! Sekarang menjadi jelas
teka-teki segel ini. Seorang kebiri telah dibunuh oleh orang
dalam istana, sehingga karung ini bisa keluar tanpa diperiksa
lagi!" Bapak kedai kemudian menjelaskan perihal keberadaan
orang-orang kebiri di dalam istana.
(Oo-dwkz-oO) Episode 157: [Jaringan Kebiri di Istana]
Gao Lishi adalah orang kebiri yang hidup dari 684 sampai
762. Peranannya dalam pemerintahan Wangsa Tang
diceritakan bapak kedai yang belum kuketahui namanya
dengan sangat hidup, tetapi sayang sekali aku tidak dapat
menceritakan kembali dengan sama hangatnya. Bahasa Negeri
Atap Langit yang kukuasai masih sangat terbatas, sehingga
membatasi pula kemampuanku menghidupkannya. Mohon
Pembaca sudi memaafkan diriku.
"Di istana ia mencapai kedudukan tinggi sebagai Pemangku
Qi, pejabat semasa Wangsa Tang maupun Wangsa Zhou yang
sebentar saja didirikan Wu Zetian, tetapi peranan
terpentingnya adalah semasa kekuasaan Maharaja Xuanzong.
Gao Lishi diyakini berperan dalam banyak keputusan, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seharusnya menjadi tanggungjawab maharaja selama tahun-
tahun terakhir Xuanzong. Konon ia jauh lebih kaya dari para
bangsawan masa itu. Meskipun begitu ia sering dianggap
sebagai contoh yang baik atas keterlibatan orang kebiri dalam
permainan kekuasaan, terutama karena kesetiaannya kepada
Maharaja Xuanzong, yang ternyata kemudian membahayakan
dirinya sendiri dalam masa kekuasaan selanjutnya, yakni
semasa pemerintahan Maharaja Suzong, putera maharaja


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelumnya. "Ancaman bahaya itu datang dari kecemburuan orang
kebiri yang lain, Li Fuguo, yang kemudian membuangnya,
meski saat akhir pemerintahan Suzong itu kehadiran Gao Lishi
taklagi berpengaruh kepada berbagai kebijakan istana. Ia
diberi pengampunan pada 762 setelah Xuanzong maupun
Suzong meninggal. Konon karena berduka, Gao Lishi menjadi
sakit dan ikut meninggal pula.
"Ia berasal dari daerah Pan, nama keluarga asalnya adalah
Feng, dan katanya memang cucu-buyut pejabat pemerintahan
Wangsa Tang masa awal, Feng Ang. Pada 698, seorang
pejabat setempat, Li Qianli, mempersembahkan dua kebiri
muda kepada Wu Zetian, saat perempuan itu meng-angkat
dirinya menjadi penguasa; yang pertama adalah Lishi, yang
waktu itu belum mengambil nama Gao, dan yang kedua
bernama Jin'gang. Ternyata Wu Zetian lebih menyukai Lishi
karena kecerdasannya dan mempertahankannya sebagai
orang kebiri yang harus selalu berada di dekatnya. Kemudian
hari, Lishi melakukan kesalahan kecil, dan setelah itu Wu
Zetian takpernah sudi melihatnya lagi.
"SEORANG kebiri tua, Gao Yanfu, lantas mengangkatnya
sebagai anak, dan dari situlah nama Gao didapatnya. Adapun
karena Gao Yanfu sebelumnya melayani keponakan Wu Zetian
yang juga sangat berkuasa, yakni Wu Sansi, seorang
pangeran dari Liang, maka ia dapat memasukkan Gao Lishi
untuk melayaninya. Setahun kemudian, Wu Zetian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memanggilnya kembali ke istana dan sekali lagi Gao Lishi
melayaninya. Ia telah tumbuh menjadi orang kebiri yang
tinggi, dan karena sikapnya yang selalu berhati-hati, maka ia
diberi tugas mengumumkan maklumat resmi istana, sebelum
akhirnya dinaikkan pang-katnya sebagai gongwei cheng,
jabatan tinggi bagi orang kebiri.
"Dengan kembalinya Maharaja Zhong-zong, Gao Lishi
menjalin persahabatan dengan Li Longji, keponakan maharaja,
pa-ngeran dari Linzi yang menjadi anak Li Dan, pangeran dari
Xiang. Li Dan adalah saudara Maharaja Zhongzong yang juga
per-nah menjadi raja. Pada 705, setelah ke-matian mendadak
Maharaja Zhong-zhong, Li Longji dan saudara perempuan
Zhong-zong, Puteri Taiping, menggulingkan kedudukan
permaisuri Zhongzong yang sangat berkuasa, Maharani Wei,
dan me-ngembalikan Li Dan ke atas tahta. Li Longji menjadi
putera mahkota dan Gao menjadi salah seorang pejabat di
bawahnya. "Pada 712, Li Dan yang telah menjadi Maharaja Ruizong
menyerahkan takhta kepada Li Longji, yang kemudian
bergelar Maharaja Xuanzong, meski tetap saja Li Dan
memanfaatkan kedudukannya sebagai taishang huang atau
purnamaharaja untuk mempengaruhi pemerintahan, dibantu
Puteri Taiping yang memang memanfaatkan Li Dan demi
kepentingannya sendiri. Pada 713, disebutkan bahwa lima dari
tujuh perdana menteri ditentukan oleh sang puteri, seperti
Dou Huaizhen,Cen Xi, Xiao Zhizhong, Cui Shi, dan Lu
Xiangxian, meski yang terakhir ini bukanlah pengikutnya.
"Dalam persaingan kekuasaan antara Maharaja Xuanzong
dan Puteri Taiping, Zhang Shuo dari wilayah tugasnya di
Luoyang, mengirim utusan yang mempersembahkan sebuah
pedang kepada Maharaja Xuanzong, yang merupakan pesan
bahwa sudah waktunya mengambil tindakan menentukan.
Disebutkan bahwa Puteri Taiping, Dou, Cen, Xiao, dan Cui,
bersama para pejabat seperti Xue Ji, Li Jin pangeran dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Xinxing cucu Li Deliang keponakan Maharaja Gaozu pendirin
Wangsa Tang, Li You, Jia Yingfu, Tang Jun, maupun para
panglima seperti Chang Yuankai, Li Ci, dan Li Qin, bahkan
termasuk rahib Huifan, berkomplot untuk menggulingkan
Maharaja Xuanzong. "Dikatakan lagi, bahwa mereka membicarakan dengan
seorang dayang, Puan Yuan namanya, untuk meracuni obat
perangsang chijian yang biasa diminum Maharaja Xuansong.
Ketika rencana ini dilaporkan kepada Maharaja Xuansong oleh
Wei Zhigu, sang maharaja yang telah menerima nasihat dari
Wang Ju, Zhang Suo, dan Cui Riyong untuk bertindak cepat
pun segera melakukannya. Ia mengundang saudara-
saudaranya nya, Li Fan dan Li Ye, masing-masing pangeran
dari Q i dan Xue, bersama para pendukungnya, panglima Wang
Maozhong, pejabat Jiang Jiao dan Li Lingwen, saudara iparnya
Wang Shouyi, orang kebiri Gao Lishi, dan pemimpin pasukan
Li Shoude, lantas memutuskan langsung bertindak.
"Pada hari ke-29 bulan ketujuh tahun itu, Wang Maozhong
mengerahkan 300 pasukan ke bagian penjagaan istana untuk
memenggal kepala Chang dan Li Ci. Kemudian Jia, Li You,
Xiao, dan Cen ditahan dan akhirnya juga dipenggal. Dou dan
Puterin Taiping memilih untuk bunuh diri. Purnamaharaja
Ruizong akhirnya menyerahkan kekuasaan istana sepenuhnya
kepada Maharaja Xuansong, dan tidak lagi terlibat dalam
keputusan-keputusan penting.
"Sebagai akibat keterlibatan Gao Lishi dalam tindakan
terhadap Putri T aiping dan komplotannya, Maharaja Xuanzong
menganugerahinya jabatan panglima pengawal istana, yang
juga menjabat neishi sheng atau kepala bagian orang-orang
kebiri. Penugasan ini membuat Gao Lishi menjadi orang kebiri
pertama dalam sejarah Wangsa Tang yang mencapai tingkat
ketiga dari tatacara sembilan tingkat, dan inilah awal
bangkitnya peranan orang-orang kebiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maka Gao pun menjadi orang kepercayaan terdekat
Maharaja Xuansong, dan adalah Gao itu yang akan diutus
untuk menyampaikan kehendaknya kepada para pejabat
penting. "Ketika pada 713 perdana menteri Yao Y uanzhi mula-mula
terkejut dan cemas saat maharaja menolak untuk membahas
tugas-tugas para pejabat rendahan ber-samanya, Gao
berbicara kepada maharaja dan diberitahu bahwa alasannya
bukanlah karena maharaja tidak berkenan terhadap Yao,
melainkan karena Yao sendiri sebagai ketua penanggungjawab
istana mempunyai wewenang yang harus dijalankan. Setelah
Gao memberi tahu Yao soal ini, maka kekhawatiran Yao pun
memudar. "Pada 726, ketika Zhang Suo dituduh menggelapkan uang
untuk memperkaya dirinya sendiri dan ditahan, adalah Gao
yang diutus untuk melihat apa yang dilakukannya, dan adalah
berdasarkan campur tangan Gao selanjutnya bahwa hukuman
Zhang pun diringankan. "Pada 730, ketika Maharaja Xuanzong mulai gelisah perihal
kekuasaan dan keangkuhan Wang Maozhong, adalah Gao
yang menyarankan agar bertindak lebih dulu, dan pada musim
semi 731 sang maharaja pun mengasingkan Wang bersama
para pembantunya, bahkan kemudian dipaksanya Wang agar
melakukan bunuh diri. "Dikatakan bahwa Gao memang sangat dipercaya oleh
Maharaja Xuanzong, yang menyatakan, 'Jika Gao Lishi berada
di sini, daku bisa tidur nyenyak.' Gao sendiri memang sangat
jarang pulang ke rumahnya sendiri, dan suatu permohonan
yang diajukan kepada maharaja terlebih dahulu harus disaring
oleh Gao sebelum meneruskannya kepada Maharaja
Xuanzong, dan Gao menangani sendiri perkara-perkara yang
kurang penting, yang membuat kekuasaannya dengan cepat
meningkat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Banyak tenaga dicurahkannya untuk membantu orangtua
angkatnya, Gao Y anfu dan istrinya. Ia juga meminta jiedushi
atau kepala pasukan di Lingkaran Lingnan mencari ibu
kandungnya Puan Mai dan mengirimnya ke Kotaraja Chang'an,
supaya ia bisa membantunya juga. Ketika Puan Mai meninggal
dunia, panglima Cheng Boxian dan pejabat Feng Shaozheng
yang sudah angkat sumpah persaudaraan dengan Gao Lishi
sangatlah berduka. "Ketika Gao masih sangat berkuasa, disebutkan ia sangat
hati-hati dan juga rendah hati, yang membuatnya terus
menerus dipercaya Maharaja Xuansong. Di antara para
pejabat dan panglima yang tercatat menjilat dan mengambil
muka, serta telah membuat ia membantu kenaikan pangkat
mereka adalah Yuwen Rong, Li Linfu, Li Shizi, Gai Jiayun, Wei
Jian, Yang Shenjin, Wang Hong, Y ang Guozhong, An Lushan,
An Sishun, dan Gao Xianzhi. Para cendekiawan saat itu
menyalahkan Gao atas kenaikan pangkat sejumlah pejabat
haus kekuasaan, selain juga mengenali bahwa setiap kali
pejabat yang terhubungkan dengannya dituduh melakukan
kejahatan, ia tidak akan gegabah campurtangan menyelamatkan mereka."
Sampai di sini bapak kedai itu berhenti. Hari menjelang
gelap. "Mengapa tidak kita masukkan dulu semua ini ke dalam
karung, Tuan" Sahaya pikir segel kerajaan dan kenyataan
bahwa orang bernasib malang ini seorang kebiri adalah tanda-
tanda yang cukup jelas untuk melacak jejak selanjutnya."
Aku hanya mengangguk, membiarkan ia menjalankan
peran pura-pura bodohnya. Setidaknya ia ingin aku tampak
percaya, jadi biarlah ia percaya. Di samping aku tahu, betapa
aku tentunya tidak akan terlalu bahagia memasuk-masukkan
potongan tubuh dan badan itu berdesak-desak ke dalam
karung. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapapun sepintas terlihat bagian yang membuatnya
disebut orang kebiri. Bapak kedai yang rupanya melihat
bagaimana tidak enaknya perasaanku, bukannya membicarakan masalah lain, tetapi berkisah tentang serba-
serbi pengebirian itu sambil terus mendesak-desakkan
potongan tubuh ke dalam karung.
"Tuan tahu bagaimana alat kelam in mereka dipotong"
Mula-mula mereka diletakkan dalam keadaan setengah
berbaring di ranjang yang rendah, lantas mereka ditanya
untuk terakhir kalinya, apakah akan menyesal jika dikebiri.
Jika jawabnya 'tidak', seseorang akan menjepitnya di sekitar
pinggang, sementara dua orang membuka kakinya dan
menekannya kuat-kuat untuk mencegah segala gerakan.
Dengan pembalut mengikat erat sekitar paha dan perut
bawah, calon orang kebiri ini diberi minum teh yang akan
membuat urat syarafnya terbius, dan alat kelam innya dibuat
mati rasa dengan siraman air merica panas. Semuanya lantas
dipotong habis dengan pisau kecil serapat mungkin. Sebuah
sumbat logam segera dimasukkan ke saluran kencing, dan
segenap luka ditutup dengan kertas yang dibasahi, lantas
dibalut dengan hati-hati."
Aku menunjukkan wajah tidak suka dan melangkah ke
kedai, tetapi rupanya bapak kedai yang sementara itu telah
selesai memasukkan kembali potongan-potongan tubuh ke
dalam karung, dan memasukkan pula karung itu ke dalam
keranjang, ternyata cepat sekali menyusulku dan terus bicara.
"Segera setelah itu, si orang kebiri sudah diminta berjalan
di sekitar kamar selama dua atau tiga kali penanakan nasi,
dibimbing oleh para pemisau tadi di kiri dan kanan, sebelum
akhirnya boleh berbaring. Ia tidak boleh minum cairan apa
pun selama tiga hari, dan selama itu ia akan sangat menderita
karena haus dan kesakitan luar biasa, juga tak bisa buang air
kecil. Setelah tiga hari balut dilepas, sumbat dikeluarkan, dan
diharapkan penderita sudah bisa mengurangi kesakitannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan mengalirnya air seni. Saat itulah ia diberi selamat dan
dianggap lepas dari bahaya. Jika pemotongan ini membuatnya
tak bisa buang air, karena merekatnya saluran air seni dan
kulit, ia terkutuk untuk mati dengan sangat menderita."
KUKIBASKAN tanganku karena tidak tahan lagi.
''Lanjutkan cerita yang tadi saja Bapak,'' kataku.
''Sabarlah sebentar Tuan, lebih baik sahaya masak dahulu,
karena sebentar lagi waktu makan.''
Akhirnya kami berada di dalam kedai lagi. Artinya aku
tertahan semalam di sini jika tetap tinggal. Aku berpikir
tentang Hari-mau Perang yang tentu jaraknya telah semakin
dekat. Jika ia muncul ketika aku masih di s ini, tentulah segala
rencana untuk mengikutinya diam-diam bisa batal. Aku
merasa harus pergi secepatnya agar tidak tersusul, tetapi aku
juga merasa wajib mendengarkan cerita bapak kedai itu
sampai habis. Meski belum kudapatkan titik terang, betapapun
seluruh urusan rahasia istana berhu-bungan dengan peranan
jaringan orang kebiri di dalam istana.
Setidaknya aku merasa tidak terlalu keliru menduga, jika
perjalanan Harimau Perang yang dirahasiakan itu tentu
diketahui juga oleh jaringan orang kebiri tersebut. Tentu saja
masih terlalu jauh menghu-bung-kan mayat kebiri terpotong-
potong dalam karung itu dengan tugas rahasia Harimau
Perang yang belum kuketahui, tetapi bahwa saudara
seperguruan kedelapan penyoren pedang itu tewas di wilayah
penugasan rahasia Harimau Perang membuatku penasaran.
''Jadi apalagi ceritamu itu Bapak"''
Kutanya ia setelah menanak nasi dan me-manaskan lauk,
baunya sungguh me-rang-sang perutku di udara yang sangat
dingin ini. Aku belum tahu apa yang bisa kulakukan dengan barang-
barang dalam karung di keranjang keledai beban itu. Meskipun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku sangat tertarik dengan puisi-puisi maupun gulungan kitab-
kitab agama yang ada di sana, kukira tidak mungkin aku
membawanya, karena hanya akan membuatku terlibat lebih
dalam kesulitan, terutama dengan terdapatnya segel dengan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cap Wangsa Tang tersebut.
Bapak kedai itu, setelah menyorongkan ekor rusa yang
direbus dalam kuali, melanjutkan ceritanya.
''Pada 737, selir Maharaja Xuanzong yang paling disayang,
Wu, berusaha membuat putranya, Li Mao Pangeran dari Shou,
menjadi putra mahkota, membuat tuduhan palsu kepada Putra
Mahkota Li Ying, seperti juga tuduhan kepada dua pangeran
yang lain, Li Yao dan Li Ju. Mereka bertiga diberhentikan dan
dipaksa untuk mela-kukan bunuh diri.
''Yang Diperistri Wu meninggal bela-kangan tahu itu juga.
Namun ketua penanggung jawab, Li Linfu, yang bersekutu de-
ng-annya, meneruskan pendekatan demi ke-pentingan Li Mao.
Meskuipun begitu, Maharaja Xuansong telah mempertimbangkan putra-nya yang lebih tua, Li Yu Pangeran
dari Zhong, tetapi ia tak dapat memilih segera, dan tertekan
oleh masalah itu seperti juga dengan pembunuhan ketiga pu-
tranya sendiri. Ia tak dapat tidur maupun makan enak. Gao
mempertanyakan alasannya, dan ia menjawab, 'Kamu adalah
pela-yan lamaku. Tidakkah dirimu bisa menga-ta-kannya"' Gao
menjawab, 'Apakah itu tentang kedudukan putra mahkota
yang belum ditentukan"'. Dijawab, 'Ya.' Gao pun berkata,
'Sang Maharaja tidak perlu bersusah hati. Pilih saja yang
tertua, dan tidak akan ada yang mempersoalkannya.'
Maharaja ke-mudian memantapkan dirinya, dan me-milih Li Y u
yang nanti namanya berganti sebagai Li Heng, sebagai putra
mahkota. ''Sementara itu, sudah menjadi adat bahwa para maharaja
Tang akan menggilir tem-pat tinggal antara Kotaraja Chang'an
dan ibukota wilayah timur, Luoyang, ter-gan-tung dari
besarnya panen tahun itu, karena lebih mudah mengirim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahan pa-ngan ke Luoyang daripada Chang'an. Beta-papun,
sejak Maharaja Xuansong terakhir kali kembali ke Chang'an
dari Luoyang pada 736, ia tidak mengunjungi Luoyang lagi. Li
Linfu tahu betapa sang maharaja, seiring dengan meningkatnya usia, yakni 49 pada 736 itu, telah menjadi lelah
dengan penggiliran tersebut, dan karena itu meng-gi-atkan
usaha membangun penyediaan pangan di dalam wilayah
Guanzhong, de-ngan pemusatan di sekitar Chang'an. Pada
744, suatu ketika Maharaja Xuansong berujar kepada Gao:
'''Sudah sepuluh tahun sejak kutinggal-kan Chang'an,
alamnya damai, membuatku ingin beristirahat dan tidak
melakukan apa pun, menyerahkan pemerintahan kepada Li
Linfu. Apa pendapatmu"'
''Gao yang tidak mempercayai Li Linfu, menjawab:
'''Sejak zaman kuna, telah menjadi adat bagi Putra Surga
untuk mengunjungi ber-bagai tempat sepanjang perjalanan di
te-ngah alam. Juga, kuasa pemerintahan tidak dengan mudah
diberikan kepada orang lain. Jika kekuasaannya dikukuhkan,
siapa yang berani melawannya"'
"MAHARAJA Xuanzong kurang berkenan, dan Gao
membungkuk hormat serta menyatakan, 'Hamba gila, hamba
tak tahu apa yang hamba katakan, dan hamba harus dibunuh.'
Maharaja Xuanzong berusaha membuat suasana menjadi
ringan dengan mengadakan perjamuan untuk Gao, tetapi Gao
tidak bernyali membahas masalah pemerintahan lagi sete lah
itu. "Pada 746, terdapat kejadian ketika selir kesayangan baru
Maharaja Xuanzong, yakni Yang Yuhuan, menimbulkan
amarah maharaja karena bersikap cemburu dan kasar
terhadapnya, sehingga dikirimnya ke gedung keponakan selir
itu, Yang Xian. Keadaan itu membuat perasaan kacau
sehingga maharaja tidak bisa makan, dan para pelayan
mengalami kemurkaannya meski hanya membuat kesalahan
kecil saja. Gao mengerti bahwa sebenarnya maharaja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merindukan Yang Yuhuan, dan Gao memohon agar harta
benda di istana Y ang dikirimkan kepada selirnya itu. Maharaja
Xuanzong setuju, dan lebih jauh mengirimkan pula hidangan
istana kepadanya. Malamnya, Gao meminta agar Maharaja
Xuan-zong menerima kembali Yang Yu-huan di istana, suatu
permintaan yang dengan mudah disetujui. Setelah itu, Yang
bah-kan semakin disayang, dan tiada selir lain dapat memikat
perasaan sang maharaja. "Sementara, dikatakan bahwa Li Linfu tidak memiliki
hubungan yang baik dengan Putra Mahkota Li Heng. Gao
sering melindungi Li Heng dari kasak-kusuk, meski betapapun
kedudukan Li Heng tidak pernah benar-benar terancam.
Sebagai hasilnya, Li Heng menempatkan Gao sebagai saudara
tua. Para pangeran dan kaum bangsawan di istana
menempatkannya sebagai orangtua, atau tepatnya 'ayah', dan
menantu Maharaja Xuansong menyebutnya 'guru'. Pada 748 ia
mendapat pangkat yang sangat tinggi bagi seorang panglima,
yang disebut piaoqi da jiangjun dan juga bergelar Yang
Dipertuan dari Bohai."
"Pada 750, terdapat kejadian lain ketika Yang menyerang
Maharaja Xuanzong dengan kata-kata, dan maharaja pun
mengirimnya kembali ke marganya. Pejabat Ji Wen
mengatakan kepada maharaja bahwa tindakannya berlebihan,
dan Maharaja Xuansong pun menyesali tindakannya. Maka
dikirimkannya lagi hidangan istana kepadanya, dan menangislah Yang sembari mengaku kepada orang kebiri yang
mengirimkannya. "'Kekurangajaranku layak dihukum dengan kematian dan
betapa baik nasibku karena Yang Mulia tidak menghukum mati
diriku, tetapi sebagai ganti pengembalian diriku kembali
kepada marga, daku akan meninggalkan istana untuk selama-
lamanya. Segenap emas, zamrud,
dan harta telah dianugerahkan kepadaku oleh maharaja, dan adalah tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sopan untuk mengirimkannya kembali. Hanya terhadap
pemberian orangtuaku diriku punya nyali menawarnya.'
"Yang pun memotong sebagian rambutnya dan mengirimkannya kepada Maharaja Xuanzong, yang kemudian
mengirimkan Gao untuk mengawalnya kembali ke istana,
untuk semakin dicintainya sepenuh hati."
Aku menghela napas. Luar biasa nian pengaruh orang
kebiri di istana ini. Bapak kedai masih bercerita sambil makan.
"Pada 752, ketika komplotan Wang Han, saudara Wang
Hong, merencanakan pengkhianatan dan membangkitkan
pemberontakan di dalam Kotaraja Changian, pasukannya
dipimpin Yang Guozhong, saudara selir Yang Yuhuan, dan
Wang Hong takberdaya menundukkan komplotan Wang Han,
maka bertindaklah Gao dengan pasukannya untuk menghancurkan para pemberontak itu sampai tuntas.
Selanjutnya, ketika Wang Hong memohon pengampunan bagi
saudaranya, Yang Guozhong pun menuduhnya terlibat,
sehingga Wang Han maupun Wang Hong dihukum mati.
"Kemudian di akhir tahun itu, ketika Maharaja Xuanzong
melihat bahwa pemimpin pasukan W ilayah Longyou, Geshu
Han, hubungannya buruk dengan An Lushan, pemimpin
pasukan Wilayah Fanyang, maupun An Sishun, pemimpin
pasukan Wilayah Shuofang yang pamannya adalah ayah tiri
An Lushan, dan ingin agar hubungan ketiganya membaik,
segera memanggil mereka bertiga dan meminta Gao menjamu
mereka. Namun alih-alih maksud maharaja mendamaikan
mereka, Geshu dan An Lushan terlibat pertengkaran, yang
hanya berhenti setelah Gao menatap tajam ke arah Geshu,
agar berhenti menjawab maki-makian An Lushan.
"PADA 754, Yang Guozhong yang sudah menjadi
penanggungjawab istana, mulai sering menuduh An Lushan
merencanakan pemberontakan, dan menyatakan bahwa kalau
Maharaja Xuanzong me-manggil An itu datang ke kotaraja,
pastilah An tidak akan datang. Ternyata, ketika Maharaja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Xuanzong menitahkannya datang awal 754, An Lushan
muncul, dan maharaja mempertimbangkan agar ia diberi
jabatan penanggungjawab istana juga. Meski pejabat Zhang
Ji, putera Zhang Shuo, sempat menulis maklumat karenanya,
hal itu tidak terjadi. Saat An siap kembali ke Fanyang,
maharaja menugaskan Gao mengadakan perjamuan bagi An
sebagai ucapan selamat jalan. Setelah usai, Gao melaporkan
kepada maharaja bahwa tampaknya An Lushan tidak terlalu
senang, mungkin karena semula ia mengira akan diberi
jabatan tetapi ternyata tidak. Maharaja Xuanzong, yang
percaya bahwa Zhang Ji dan saudara-saudaranya, Zhang Jun
dan Zhang Shu, telah membocorkan berita itu, memindahkan
dan menurunkan jabatan mereka semua.
"Ketika peristiwa itu terjadi, sedang berlangsung pertempuran di wilayah barat daya antara pasukan Wangsa
Tang mela-wan pasukan Nanzhao, dan kedudukan sangat
buruk bagi Wangsa Tang yang sudah kehilangan 200.000
prajuritnya. Yang Guozhong menutupi kenyataan tersebut dari
pengetahuan maharaja, dan sebaliknya menyatakan bahwa
mereka mendapatkan sejumlah kemenangan.
"Maka berkatalah maharaja kepada Gao, 'Daku sudah tua
sekarang, daku percayakan masalah pemerintahan kepada
para penanggungjawab istana dan daerah perbatasan kepada
para panglima. Daku tidak khawatir terhadap mereka.'
"Gao, yang melihat kekacauan mulai menyeruak, pun
menjawab, 'Hamba mendengar bahwa mereka menderita
kekalahan berulangkali di Yunnan, dan di perbatasan para
panglima terlalu berkuasa. Ba-gai-mana mungkin Yang Mulia
memegang kendali atas keadaan" Jika suatu pemberontakan
meletus, tidak ada jalan meng-hentikannya. Bagaimana
mungkin Yang Mulia tidak merasa perlu khawatir"'
"Maharaja Xuanzong baru mulai memperhatikan, tetapi
tidak melakukan tindak-an apa pun, selain berujar, 'Jangan bi-
ca-ra lebih jauh, biarlah daku pikirkan masalah ini.'
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pada saat yang sama, Yang Guozhong juga tidak
melaporkan terjadinya bencana banjir besar kepada maharaja.
Ketika sedang sendirian, maharaja berkata kepada Gao, 'Hujan
tidak akan berhenti, katakanlah apa kehendakmu.' Gao
menjawab, 'Sejak Yang Mulia mempercayakan kekuasaan
kepada para penanggungjawab istana, penghargaan dan
penghukuman tidak berada di tangan, dan yin serta yang
berada di luar kesejajaran. Bagaimana mungkin hamba
lancang bicara" "Yang Guozhong sementara itu terus berusaha memancing
dan mendorong An Lushan agar berontak, termasuk dengan
cara menangkap dan menghukum para pembantu utamanya
di gedung An di Chang'an, yang akhirnya membuat An Lushan
memang memberontak pada 755. Setahun kemudian, pada
756, pasukan Geshu dikalahkan pasukan An, setelah dipaksa
oleh Yang Guozhong untuk menghadapi An. Bahkan Terusan
Tong, pertahanan besar terakhir melawan pasukan An,
akhirnya jatuh juga. Yang Guozhong menyarankan agar
mengungsi ke Chengdu, ibukota wilayah Jiannan, tempat Yang
Guozhong menjadi kepala pasukan.
"Pada tanggal 14 bulan ketujuh, Maharaja Xuanzong,
sambil tetap meraha-siakan berita itu dari penduduk Chang'an,
membawa pengawal istana untuk melindungi dirinya, selir
Yang dan keluarganya, dan keluarga dekat marganya, keluar
dari Chang'an menuju Chengdu. Bersamanya ikut pula Yang
Guozhong, sesama penanggungjawab istana Wei Jiansu,
pejabat Wei Fangjin, panglima Chen Xuanli, dan sejumlah
orang kebiri serta dayang yang dekat dengannya, termasuk
Gao. "Sehari kemudian kereta Maharaja Xuanzong mencapai
gardu Mawei. Para pengawal istana tidak mendapat makanan
dan marah kepada Yang Guozhong. Panglima Chen juga yakin
jika Yang Guozhong yang menyebabkan malapetaka ini dan
berencana menangkapnya. Ia memberitahukan maksudnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Li Heng, melalui orang kebiri bawahan Li Heng yang
bernama Li Fuguo, tetapi Li Heng ragu-ragu dan tidak
memberikan persetujuan. Sementara para utusan dari Tufan
yang menyertai Maharaja Xuanzong ke selatan, bertemu
dengan Yang Guozhong dan juga mengeluh karena tidak ada
makanan. Para pengawal istana mengambil peluang ini untuk
menyatakan bahwa Yang Ghuozong merencanakan pengkhianatan bersama para utusan dari Tufan, dan
membunuhnya bersama puteranya, Yang Xuan, puteri-puteri
dari Han dan Qin, maupun Wei Fangjin. Adapun Wei Jiansu
juga nyaris terbunuh, tetapi dihindarkan pada saat-saat
terakhir dengan luka yang parah.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"PARA prajurit lantas mengelilingi pesanggrahan Maharaja
Xuanzong, dan menolak untuk berpencar meskipun maharaja
telah berusaha menenangkan mereka dan memerintahkan
mereka menyebar. Chen menyatakan secara terbuka agar selir
Yang Yuhuan dihukum mati, yang langsung ditolak oleh
maharaja. Setelah putra Wei Jiansu yang bernama Wei E dan
Gao bicara lebih jauh, maharaja memenuhinya dengan
mengirim selir Yang ke sebuah kuil Buddha, dan di sanalah
Gao menjalankan tugas untuk mencekiknya."
"Mencekiknya?" tanyaku.
"Ya, mencekiknya."
"Di sebuah kuil Buddha?"
"Ya, begitulah catatan yang kubaca di tempat penyimpanan
naskah di istana." Aku menggelengkan kepala. Orang kebiri Gao Lishi ini,
apalah yang tidak dapat dilakukannya"
Bapak kedai yang rupanya rajin membaca dan hafal luar
kepala segala rinciannya itu meneruskan cerita.
"Setelah mayat selir Yang diperlihatkan kepada Chen dan
para panglima pengawal istana, pasukannya barulah bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disebar dan bersiap menghadapi gerakan lebih jauh. Pasukan
pengawal istana akhirnya mengiringi Maharaja Xuanzong ke
Chengdu, dan Gao tetap siap sedia di sampingnya. Atas
kesetiaan Gao ini, Maharaja Xuanzong mengangkatnya
sebagai Yang Dipertuan atas Qi.
"Li Heng kemudian memisahkan dirinya dari rombongan
maharaja dan menuju Shuofang, lantas menyatakan dirinya
sebagai Maharaja Suzong pada 756. Suatu pernyataan yang
diterima oleh Maharaja Xuanzong, karena dirinya sendiri
menerima gelar purnamaharaja atau taishang huang dengan
kekuasaan sangat terbatas.
"ada 757, Maharaja Suzong merebut kembali Chang'an dan
menyambut Maharaja Xuanzong kembali ke Chang'an. Gao
Lishi menemani Maharaja Xuanzong kembali ke kotaraja dan
mendapat penghargaan gelar kehormatan Kaifu Yitong Sansi.
"Di Chang'an, Maharaja Xuanzong tinggal di Istana
Xingqing, yang telah dialihkan berdasarkan penghuniannya
menjadi istana pangeran. Gao dan Chen Xuanli tetap
dipekerjakan kepadanya, seperti juga adik perempuannya, Li
Chiy ing Putri Yushen, dayang-dayang Ru Xianyuan, orang-
orang kebiri Wang Cheng'en dan Wei Yue. Adapun orang
kebiri Li Fuguo kemudian menjadi sangat berkuasa, tetapi
para pengikut Maharaja Xuanzong tidak merasa perlu
menghormatinya. Untuk membalasnya, Li Fuguo mulai
berusaha meyakinkan Maharaja Suzong bahwa Maharaja
Xuanzong dan para pembantunya merencanakan untuk
merebut kembali kekuasaan.
"Pada 760, dengan persetujuan diam-diam Maharaja
Suzong, meski tidak dinyatakan, suatu ketika saat Maharaja
Xuanzong sedang keluar berkuda, Li Fuguo mencegat dan
memaksanya kembali ke istana. Bahkan terhadap peristiwa
itu, betapapun, Gao tidak sudi menyerah kepada Li Fuguo,
dan membentak agar Li Fuguo turun dari kudanya dan
mengawal Maharaja Xuanzong dengan berjalan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersamanya. Segera setelah Maharaja Xuanzong dengan
paksa dipindahkan, Li Fuguo juga memaksa Chen untuk
berhenti, Li Chiy ing yang sejak 711 telah menjadi biarawati
Kaum Dao agar kembali ke kuilnya, dan mengasingkan Gao,
Wang, Wei, dan Ru. Dalam hal Gao, ia diasingkan ke wilayah
Fu. "Pada musim semi 762, Maharaja Suzong sakit berat dan
menyatakan pemaafan umum. Gao Lishi diizinkan kembali ke
Changian dan segera melakukan perjalanan. Dalam perjalanan
kembali itu, pada hari kelima bulan lima, Maharaja Xuanzong
berpulang, yang segera disusul Maharaja Suzong pada hari
keenambelas bulan yang sama. Ketika tiba di wilayah Lang ia
mendengar meninggalnya kedua maharaja dan menangisi
Maharaja Xuanzong dengan penuh kepahitan, sampai
meludahkan darah, lantas segera meninggal juga.
"Putra Maharaja Suzong, yakni Maharaja Daizong, yang
menggantikannya segera setelah kematian ayahnya, mengetahui kesetiaan dan pengutamaan melindungi maharaja
yang selama ini dilakukan Gao, mengembalikan nama baik dan
segenap tanda kehormatan Gao. Bahkan Gao kemudian juga
dimakamkan berdekatan dengan Maharaja Xuanzong.
"Selain Gao Lishi dan Li Fuguo, masih ada Yu Chao'en
yang..." Sampai di s ini aku segera berdiri.
"Terim akasih atas semua ceritanya Bapak, tetapi saya
harus pergi, berapakah harga makanan dan minuman yang
harus saya bayar?" BAPAK kedai terperangah, mungkin ia tidak mengira bahwa
aku akan pergi justru setelah malam tiba dan hari sudah
menjadi gelap. "Sungguh-sungguhkah Tuan ingin pergi sekarang" Angin
dingin sangat ganas di pegunungan batu ini, banyak binatang
buas, belum lagi para penyamun, dan orang-orang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menuntut balas. Perguruan Kupu-Kupu berada di balik gunung
itu." Hmm. Apakah Perguruan Kupu-Kupu akan menuntut bela
atas pertarungan yang adil dan laz im berlaku dalam dunia
persilatan" "Lantas bagaimana dengan keledai dan kuda dengan segala
karung dalam keranjang itu" Apakah Tuan akan membawanya
juga?" Mungkin bukan keledai dan kuda itu benar yang
dimaksudnya, tetapi harta benda serbamahal di dalam karung-
karung itu, gulungan kitab, tumpukan kertas bertuliskan puisi,
dan bagaimana pula dengan mayat orang kebiri yang
terpotong-potong itu"
Namun aku tidak mau tertahan lebih lama lagi, karena
semenjak bertarung melawan Pendekar Kupu-Kupu sebetulnya
aku selalu teringat Harimau Perang. Mereka akan menjadi
masalah baru jika melihat dan mengenali diriku. Bahkan masih
menjadi masalah besar bagi rencanaku jika mereka dapat
membaca segala sesuatu yang telah terjadi.
"Semua itu untuk Bapak, karena saya tak mungkin
membawanya. Sudilah membuatnya tidak menjadi perhatian
orang banyak." Ia memandangku dengan tajam sejenak, tetapi lantas
tersenyum. "Akan saya lakukan Tuan, tentu akan saya lakukan, tetapi
mohon Tuan pelajari masalah orang kebiri dari catatan yang
akan saya bawakan, karena tanpa memahaminya Tuan bisa
terjebak urusan yang sulit T uan pahamkan."
Benarkah begitu" Aku sebetulnya terkejut karena ia bisa
membaca pikiranku, yang merasa memang ingin mengetahui
lebih lengkap tentang orang kebiri, karena betapapun kini
termasuk ke dalam wilayah penyelidikanku, jika jaringan orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebiri ingin kulihat kemungkinannya untuk terhubungkan
dengan jaringan rahasia Harimau Perang. Adapun yang
membuat aku terkejut, kurasa tidak semestinyalah seorang
pemilik kedai di tempat terpencil seperti ini dapat menduga
sejauh itu. Siapakah kiranya pemilik kedai yang sudah jelas tampak
sebagai orang persilatan yang mengasingkan diri itu"
(Oo-dwkz-oO) Episode 158: [Melaju ke Celah Dinding Berlian]
Malam gelap, dingin, dan berangin. Meskipun musim dingin
telah berlalu, tetapi ketinggian gunung tetap memberikan
suhunya sendiri. Kutinggalkan bapak kedai dengan segala
harta benda istana di dalam karung di atas punggung keledai-
keledai itu, yang keberadaannya ternyata hanya untuk
mengelabui terdapatnya mayat orang kebiri yang terpotong-
potong tersebut. Telah kuminta bapak kedai menyempurnakan mayat
tersebut, mau dikubur atau dibakar aku tidak terlalu peduli.
Betapapun ia harus me lakukan sesuatu, juga terhadap mayat-
mayat delapan penyoren pedang yang bergeletakan di
lapangan rumput itu, karena jika siapa pun yang lewat
menyaksikannya, besar kemungkinan akan segera menaruh
kecurigaan. "Jangan khawatir Tuan, segalanya akan saya bereskan,"
katanya. Tentu, karena jika petugas kerajaan yang melihatnya, ia
bisa mendapatkan kesulitan. Betapapun aku sendiri memang
berpendapat bapak kedai tersebut bukan sekadar orang
persilatan yang mengundurkan diri dari dunia ramai untuk
mencari ketenangan. Tidakkah rawan mengurus sebuah kedai
di tengah lautan kelabu gunung batu yang setiap gunungnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sarang gerombolan penyamun" Ia tidak mungkin
hidup tenang dalam kesendirian di sana tanpa gangguan,
karena bukanlah adat para penyamun untuk membiarkan
siapa pun yang lewat untuk berlalu dengan tenteram, apalagi
jika bahkan berani tinggal di daerah kekuasaan mereka tanpa
memberikan kepada mereka suatu keuntungan.
Bahwa gerak ringan langkahnya menunjukkan dirinya
sebagai salah seorang penyoren pedang dari dunia persilatan,
tidak menjamin hak macam apa pun untuk dapat tinggal
ongkang-ongkang. Siapa pun ia betapapun saktinya akan
selalu digempur oleh para penyamun bagaimanapun caranya.
Jika lawan tak bisa dikalahkan satu per satu mereka akan
melakukan pengeroyokan. Jika pengeroyokan tak juga
menundukkan lawan, tetap juga tiada kata menyerah dari
para penyamun yang akan terus melakukan gangguan. Aku
memang telah menghancurkan setidaknya dua gerombolan
penyamun dari dua gunung, tetapi aku terus bergerak cepat
dan pergi; jika aku tetap tinggal dan membangun gubuk
seperti ini, belum tentu aku akan dapat bahagia hidup
bersama segala gangguan yang diusahakan dengan penuh
tipu daya. MAKA aku merasa tidaklah terlalu keliru untuk mencurigainya justru sebagai bagian dari gerombolan
penyamun itu. Bagian dari kawanan yang mana aku tidak
tahu, karena dari gunung yang satu ke gunung yang lain, para
penyamun ini tidak jarang saling bermusuhan, meski
kesepakatan atas kedaulatan wilayah masing-masing biasanya
tetap terjaga. Sebagai pemilik kedai, kurasa ia dapat menjual
keterangan setidaknya tentang orang atau rombongan yang
mampir di kedainya. Kedudukan kedai itu di depan lapangan
rumput luas yang menghubungkan dua jalan sempit dan
curam berkelak-kelok panjang, membuat rombongan manapun yang kelelahan akan merasa lega tiba di sana, dan
akan menikmati kelegaannya lebih dengan makan dan minum,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau perlu berma lam pula, sebelum mengarungi jalanan
sempit di antara dinding dan juram itu lagi.
Para pengembara yang berkuda sendirian lebih dapat
dijamin tidak memiliki benda berharga, meski tentunya adalah
bapak kedai tersebut yang diandalkan untuk memastikannya,
karena di antara para penunggang kuda yang berjalan
sendirian bukan tak mungkin terdapat seorang pengantar
surat-surat rahasia, yang selain dibayar mahal juga membawa
bekal uang yang banyak. Rombongan yang dikawal orang-
orang bersenjata, apalagi yang tampak membawa keledai-
keledai beban, lebih merangsang untuk dicegat, dirampok,
dan dijarah, tetapi jika tidak dipastikan juga akan membuang
tenaga sia-sia, karena yang disangka harta karun bisa saja
hasil bumi, bahan makanan, atau kitab-kitab agama, ilmu
filsafat, dan karya sastra. Bagi para penyamun semua itu tidak
ada gunanya. Bahkan aku sebetulnya juga merasa layak menduganya
bukan sekadar sebagai penjual keterangan, melainkan juga
bagian dari para penyamun itu. Mengapa pula aku tidak harus
menduga betapa dirinya adalah pemimpin salah satu kawanan
di balik gunung sana" Mengingat riwayat para penyamun
bukan sebagai penjahat kambuhan,
melainkan para pecundang dalam perang dari sebuah pemberontakan yang
gagal, peran mata-mata demi kepentingan mereka bukan tak
mungkin pula. Para pecundang, mereka yang terkalahkan
dalam perang, masih menyimpan semangat tinggi bahwa
suatu hari akan mampu melakukan pembalasan. Mereka
terkumpul bukan hanya dari sisa pasukan sebuah pemberontakan, melainkan dari berbagai pasukan dalam
berbagai pemberontakan dari masa ke masa.
''Bawalah kitab penjelasan tentang orang-orang kebiri ini
Tuan,'' ujarnya sekali lagi ketika aku melompat ke atas
kudaku, ''sahaya merasa belum tuntas menyampaikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjelasan, sedangkan hal ini penting untuk memahami
persoalan.'' Kuterima saja gulungan kitab itu, yang berarti tidak terlalu
banyak digandakan, jika bukan satu-satunya, karena sejak
ditemukan cara pembuatan kertas yang lebih kuat ditindas alat
pencetak, penggandaan dengan penulisan ulang telah menjadi
semakin berkurang. Jadi ia menyerahkan sebuah kitab yang
bukan saja langka, tetapi juga sangat berharga.
''Saya tak tahu bagaimana bisa membalas budi Bapak,''


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kataku. ''Jangan begitu, Tuan, barangkali kami semua nanti yang
berutang budi kepada Tuan.''
Saat kuda Uighur yang kutunggangi melaju tanpa perlu
kukendalikan ke dalam kegelapan malam, aku tidak menyadari
terdapatnya kata-kata 'kami semua' di situ. Sekarang dalam
kegelapan dan dingin malam, segala kesunyian tak dapat
menjawab pertanyaanku, apakah kami semua adalah para
penyamun, sebagai para pecundang tersingkir yang menuntut
keadilan, ataukah sesuatu yang lain"
Lagipula apakah kiranya yang dimaksudkan sebagai
'memahami persoalan'" Apakah ia mengetahui tugas yang
sedang kujalankan, ataukah ia menganggap diriku terlibat dan
telah mengetahui persoalannya yang sebenarnyalah tak
kuketahui meski hanya sebagai dugaan" Mungkin memang
harus kubaca kitab yang kukalungkan dalam karung di leher
kudaku itu lebih dahulu, tetapi tentu tidak bisa kulakukan
sekarang. Sembari melaju dalam kegelapan malam kadang terlihat
juga di baliknya sosok-sosok puncak batu menjulang. Dalam
kegelapan, puncak-puncak menjulang hanya bisa dibedakan
dari langit yang menjadi latar belakangnya dari tebal tipisnya
kehitaman. Apakah bedanya hitam yang tebal dan hitam yang
tipis" Atau apakah bedanya hitam yang tidak terlalu tebal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan hitam yang tidak terlalu tipis" Tentu aku pernah
tinggal sepuluh tahun di dalam gua, yang segala pengalaman
di dalamnya belum pernah kubongkar sampai takbersisa,
tetapi setidaknya penghayatan atas perbedaan antara berada
dalam kegelapan dengan mata terbuka dan berada dalam
kegelapan dengan mata tertutup ternyata dapat membantu
pembedaan. MAKA malam gelap menjadi tidak terlalu gelap lagi bagiku.
Segalanya memang tetap menghitam, tetapi dapat kutandai
pemandangan yang masih selalu sama. Kutandai gerigi
puncak-puncak menjulang yang curam, tegak ke angkasa
dalam embusan angin dingin. Angin dingin yang dalam
kekencangan tiupannya itu lantas terdengar bagaikan sebuah
siulan, berbunyi bagaikan rintihan panjang, meliuk-liuk di
antara celah tonggak-tonggak batu menjulang ke angkasa
bagaikan menopang langit. Mengikuti cara angin meliuk di
antara celah, terbayang olehku seekor naga yang berkelebat,
tetapi mendengarkan suara angin yang seperti siulan dan
berbunyi bagaikan rintihan panjang, terbayang olehku seorang
perempuan yang duduk bersimpuh dengan rambut panjang
menutupi wajah dalam ratapan.
Namun tiada seorang manusia pun dalam dingin malam
seperti ini. Hanya angin, dan memang hanya angin bertiup
dingin, begitu dinginnya sehingga selalu terbayang olehku
arak panas yang pernah disediakan di dalam kedai itu, yang
mengingatkan kembali ingatanku kepada bapak tua itu.
Siapakah dia sebenarnya sehingga memilih jalan seperti itu,
ataukah kiranya lebih tepat dikatakan: jalan apakah kiranya
yang telah dia tempuh, sehingga membuat ia berada di
tempat seperti itu" Demikianlah kudaku membawa diriku menempuh kembali
jalan setapak di pinggir jurang, yang dalam kegelapan hanya
dapat kuraba dindingnya sebagai pengukur lebar jalan. Jika
teraba dinding oleh tangan kiriku, berarti jurang sudah berada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di bawah rentangan tangan kananku. Kudaku yang cerdas
sudah lebih tahu dari aku mengenai jalan-jalan setapak di
pinggir jurang, jadi ia tahu kapan berjalan pelan penuh kehati-
hatian dan kapan bisa melaju menembus malam dengan
kencang. Aku tak bisa lagi berhenti, dan tak perlu, karena memang
aku ingin mencapai Celah Dinding Berlian secepatnya setelah
terus-menerus mendapat halangan. Tidaklah pernah kukira
tentunya, bahwa rencana membuntuti Harimau Perang yang
tampak sederhana, yakni mendahuluinya dan menunggu di
Celah Dinding Berlian harus mengalami lebih dahulu begitu
banyak peristiwa yang selalu diiringi tercabutnya nyawa.
Angin masih bertiup seperti siulan, lagu siulan yang seperti
bercerita tentang dunia yang penuh malapetaka. Meskipun
angin tak kelihatan tetapi kurasakan kehadirannya seperti
nagasalju yang melaju tanpa putus, seperti makhluk hidup,
seperti kehidupan tersendiri di balik malam kelam yang
menyusup ke balik angan-angan. Aku menggigil kedinginan di
atas kudaku yang terus melaju, kadang lambat, kadang cepat,
tergantung tiupan angin yang tidak jarang memang begitu
kuatnya sehingga bukan tak dapat mementalkan seseorang
dari punggung kuda. Kadang kudaku berhenti di balik celah,
kadang cepat melaju di antara celah karena angin pun bukan
tak kenal istirahat. Kadang cepat kadang lambat tergantung
lebar sempit ruang di antara celah dan tonggak pada puncak-
puncak nan menjulang. Apakah penyamun juga bergerak pada malam yang ganas
seperti ini" Kukira mestinya tidak, tetapi mengapa tidak" Maka
menghadapi hantaman angin dingin yang begitu kuat bersiul-
siul di antara celah aku tidak menghilangkan kewaspadaanku.
Sebagai orang yang pernah menggenggam ilmu racun
bersama ilmu sihir dalam diriku kutahu bagaimana serbuk
ditebarkan dalam angin untuk membunuh penduduk bukan
hanya satu kampung tetapi berkampung-kampung di sebuah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wilayah yang luas, amat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa
lebih luas, sebagai teluh yang mematikan, membunuh dan
memusnahkan, tak hanya orang tetapi juga binatang,
tanaman, dan siapa tahu bahkan juga jiwa-jiwa penasaran
yang masih gentayangan. Jika bukan racun tentunya bisa juga senjata rahasia, bukan
dilempar tetapi cukup diulurkan kepada angin dengan mantra,
maka angin yang seperti punya mata akan membawanya
melesat ke arah sasaran yang menjadi tujuan untuk segera
menjadikannya korban. Mungkin bukan sekadar penyamun,
melainkan orang-orang persilatan yang ajaib, yang memang
benar menamakan diri pendekar tetapi bukan pendekar yang
membela orang-orang lemah dan tertindas, karena para
pendekar jenis ini hanya peduli kepada kemajuan ilmu silatnya
sendiri. Mata mereka tajam dan telinga mereka peka terhadap
berita, betapa suatu ketika di suatu tempat terdapat pendekar
ternama, kepada siapa mereka akan mengujikan kepandaian
ilmu silatnya. Ketika tiada lagi lawan yang mampu
mengatasinya, mereka akan mengundurkan diri ke tempat
sepi untuk memperdalam dan meningkatkan ilmu, dengan
kesiapan betapa suatu kali ada saja lawan tangguh yang layak
mereka tantang dan serang untuk melibatkannya ke dalam
pertarungan. ITULAH dua jenis lawan yang mungkin saja kuhadapi
sementara kudaku masih terus melaju dalam gelap malam
menembus angin dingin yang terus berhembus membekukan
badan; jika bukan gerombolan penyamun yang sungguh
tangguh untuk keluar sarang menerkam mangsa yang
tentunya memang menghadapi kesulitan dengan alam,
pastilah para pendekar dengan ilmu silat yang telah menjadi
sangat sulit dikenal karena dikembangkan dan diolah di
tempat terpencil dengan lawan yang hanya berujud bayangan.
Namun tanpa kedua jenis bahaya yang datang dari sesama
manusia itu pun alam ini sudah sangat berat untuk diatasi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan hanya karena dingin udara yang membekukan tulang,
tetapi kekuatan luar biasa embusan angin yang berdaya
membentur-benturkan apa saja ke dinding dan menjatuhkannya ke jurang. Betapa malam menjadi sangat
amat ganas, tetapi aku mantap dengan pilihanku untuk tetap
meneruskan perjalanan, taklebih dan takkurang agar cepat
sampai ke Celah Dinding Berlian dan memperlebar jarak
dengan rombongan Harimau Perang. Dalam perkiraanku
rombongannya tidak akan berjalan dalam keadaan alam
seperti sekarang, apalagi jika mereka sudah sampai ke kedai
tempat pemiliknya pasti menawarkan daging ayam hutan
bakar dan arak panas. Meski begitu, tidakkah seorang Harimau Perang memiliki
ketangguhan yang tak begitu mudah lekang oleh tantangan,
dan mungkinkah kiranya selama dalam perjalanan tidak
memutar otak-nya menghadapi segala kemungkinan" Meskipun seluruh jejak pertarunganku melawan para
penyamun itu sudah tersapu bersih, kukira Harimau Perang
tetap mempertimbangkan segala kemungkinan seandainya
perjalanan rahasia itu diketahui orang. Jika tidak dipertimbangkannya kemungkinan dibuntuti, tidak mungkinkah dipertimbangkannya pula kemungkinan dicegat"
Ia tidak mungkin mengubah arah perjalanan karena sebelum
Celah Dinding Berlian ini hanya satu-satunya jalan, tetapi jika
ada sesuatu tanda yang dapat dibacanya, bukan takmungkin
ia memecahkan rombongan berdasarkan kecepatannya. Ada
yang bergerak sangat cepat untuk mengamankan jalan di
depan dan ada yang berjalan sangat lambat untuk menjaga
kemungkinan di belakang. Saat itulah kudengar teriakan yang bagiku sangat
mengejutkan. ''Pendekar Tanpa Nama!'' Teriakan itu diucapkan dalam bahasa Viet. Tidak terlalu
keras. Namun karena untuk beberapa lama telah kubiasakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diriku tak dikenal, ucapan itu terasakan bagai ujung belati
yang terarah ke leher. Dalam udara dingin dan gelap ma-lam, bersama embusan
angin yang kuatnya bukan alang kepalang berkelebatlah dari
belakang sebuah sosok dengan pedang lurus panjang
menyambar tengkukku. Jika aku diam saja, nama Pen-dekar
Tanpa Nama yang sebenar-nya-lah bukan suatu nama,
mungkin justru akan menjadi suatu nama. Ya, jika aku diam
saja kepalaku akan meng-ge--linding dan sebelum tubuhku
ambruk akan ditendangnya dari atas kuda ke dalam jurang
pula. Aku pun berkelebat menyatukan diri de-ngan angin
sementara kubiarkan ku-daku terus melaju tanpa aku. Angin
yang sungguh kuat, sangat amat terlalu kuat, segera
membawaku melayang ke atas jurang tanpa aku harus
mengerahkan daya tambahan. Maka ketika bayangan yang
berkelebat dengan meminjam tenaga angin itu mendekatiku,
kami segera bertarung sambil terus dibawa angin yang
berembus kuat entah sampai ke mana. Aku berputar seperti
gasing menghindari sambaran pedangnya yang berputar
seperti baling-baling. Sekali waktu angin menabrakkan kami
berdua ke tonggak batu, yang segera menjadi rompal terkikis
baling-baling putaran pedangnya yang penuh daya. Namun
angin tak selesai di sana karena memang terus menerbangkan
kami entah ke mana. Dengan tangan kosong, hanya dapat kutunggu agar titik
lemahnya terbuka. Maka sambil berjungkir balik ke udara,
kuperagakan Jurus Penjerat Naga, yang ternyata langsung
mengena. Pedangnya menyambar ke suatu titik yang dikiranya
tanpa sengaja terbuka, tetapi saat itu pula pedang lepas dari
tangannya, karena kuambil dan kutancapkan ke punggungnya
sendiri sampai tembus ke depan. Saat itu angin menabrakkan
kami sekali lagi ke tonggak batu, menancapkan pula pedang
yang menembus tubuhnya itu melesak di sana. Susah payah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku mengambil jarak dari tubuhnya karena tekanan angin
yang sungguh luar biasa, tetapi setidaknya aku justru harus
mencabut pedang itu dengan segera.
Alangkah beratnya mencabut yang melesak di batu setelah
menembus tubuh itu, bagaikan batu dan tubuh sama-sama
mencengkeram pedang, padahal aku harus mencabutnya jika
tidak ingin mati ma lam ini di sini, karena dalam kegelapan
berangin kencang ini telah kupasang ilmu pendengaran
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dan kutangkap
sosok berpedang yang melesat secepat kilat ke arahku.
Akhirnya pedang itu berhasil kucabut dan langsung
kutusukkan ke belakang. Hugh! ANGIN yang sangat amat dingin masih sangat amat
ributnya di puncak-puncak gunung batu menjulang ini. Tak
kudengar kata-kata apa pun dari mulutnya yang tertutup kain
tebal itu, yang kini telah bersimbah darah karena muntahan
darah segar dari mulutnya, tetapi matanya masih menatapku,
dalam kegelapan sempat kusaksikan kilat cahaya terakhir
kehidupannya. Pedang yang kucabut telah membunuhnya,
sedangkan pedangnya luput dan terpental entah ke mana.
Kugeledah sebentar kedua mayat dalam kesulitan berat di
dinding tonggak menjulang ini, dan segera kutemukan pisau
melengkung beracun seperti yang digunakan kelompok
rahasia Kalakuta. Angin tak kunjung berhenti jua. Aku harus segera mencapai
Celah Dinding Berlian. Kedua anggota kelompok rahasia
Kalakuta itu tentu berasal dari rombongan Harimau Perang.
Mereka diperintahkan bergerak ke depan untuk melacak
segala kemungkinan. Bagi kelompok rahasia, membaca jejak
adalah bagian dari keahlian. Mungkin tak mereka temukan
mayat-mayat para penyamun, karena semuanya berjatuhan ke


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jurang dalam untuk segera dihanyutkan arus sungai deras ke
jeram. Namun mungkin saja mereka menemukan sesuatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mencurigakan tanpa dapat kuketahui kiranya apa.
Sedangkan aku pun tak dapat menghilangkan segala jejak
sampai sekecil-kecilnya. Segala pertarungan berlangsung
sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kilat, sementara aku dan
kudaku hampir terus menerus menderap dan melaju, tentulah
tidak akan sempat kutegakkan kembali setiap helai rumput
yang terinjak. Mendadak mayat yang semula menempel pada batu dan
pedangnya kucabut untuk kutancapkan kepada penyerang
kedua itu lepas melayang terbawa angin. Penyerang kedua
masih tertancap pedang penyerang pertama yang tadi
kutusukkan seperti dengan begitu saja ke arah belakang.
Namun angin seperti punya tangan yang menyeret dan
menarik-nariknya sementara aku tidak punya kepentingan
lebih lama untuk menahannya karena sudah mengetahui
darimana keduanya berasal. Mayat penyerang kedua segera
melayang terbawa angin yang begitu kuatnya, sangat amat
kuatnya, bagaikan tiada lagi yang mungkin lebih kuat darinya,
sehingga dalam sekejap segera hilang dari pandangan ditelan
kegelapan malam. Aku masih menempel pada sebuah tonggak menjulang
yang seolah-olah berada di lorong angin, sebuah tonggak di
antara banyak tonggak-tonggak batu alam yang menjulang di
puncak-puncak lautan kelabu gunung batu. Aku bertahan
dengan ilmu cicak agar tetap dapat menempel pada tonggak
itu, tetapi aku takdapat terus menerus bertahan karena takkan
pernah kutahu kapan angin berhenti dan apakah akan pernah
berhenti...Mungkinkah aku kembali melawan arus angin yang
masih terus bersiul-siul ganas sepanjang malam" Sementara
kuda Uighur itu telah melaju entah sampai di mana karena
aku memang menyuruhnya begitu. Kubayangkan aku bisa
kembali berada di punggungnya dengan segera karena
pertarungan yang kuketahui memang akan berlangsung
dengan amat sangat singkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Angin seperti ribuan jarum yang berusaha mencabik kain
pembungkus tubuhku. Kulit tangan dan pipiku begitu sakit
oleh kuatnya tarikan angin itu sehingga aku mau takmau
akhirnya membiarkan diriku diterbangkan angin pula,
melayang-layang seperti daun kering di langit malam,
berharap angin akan menjadi lebih lemah di tempat berbeda
sehingga bisa kulawan atau kugunakan daya dorongnya untuk
mendarat. Begitulah aku melayang-layang, melayang-layang, dan
melayang-layang dalam kegelapan malam sambil masih
menggenggam kedua belati melengkung yang kuambil dari
anggota kelompok rahasia Kalakuta itu. Sembari melayang
sempat kupikirkan apakah keduanya dikirim karena memang
mengejar diriku atas perintah Harimau Perang yang berhasil
mengendus keberadaanku, ataukah keduanya hanya kebetulan mengenaliku sebagai ujung tombak perjalanan
rahasia untuk berjaga terhadap segala ancaman. Terhadap
kedua kemungkinan itu, tiada kembalinya mereka akan
meningkatkan kewaspadaan dan mengundang kecurigaan.
Pada suatu titik tertentu dalam pendekatan keamanan ini
mereka pasti harus bertemu kembali, sedangkan hal itu tidak
akan terjadi! Kuperkirakan pengejaranku berlangsung bukan karena
jejak yang kutinggalkan karena pertarungan melawan para
penyamun, termasuk Sepasang Elang Puncak Ketujuh yang
tangguh itu, melainkan dari apa yang mereka temukan di
sekitar kedai. Tak akan sempatlah kiranya aku maupun pemilik
kedai menyapu bersih tumpukan selaksa kupu-kupu yang
terbelah dua sebagai penanda kehadiran Pendekar Kupu-Kupu
yang tak kusadari ternyata sangat termasyhur itu. Aku pun tak
tahu apakah setelah kutinggalkan bapak kedai sempat
mengurus mayat delapan penyoren pedang yang takkurang
dari tujuh pedangnya menancap pada tubuh Pendekar Kupu-
Kupu dan mayatnya juga masih terdapat di lapangan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
CEROBOH! Sungguh ceroboh diriku telah membiarkan
semua itu! Namun kutahu bahwa betapapun bapak kedai itu
belum punya waktu saat kutinggalkan, dan seandainya pun
aku masih tinggal untuk membakar, membuang, atau
mengubur mayat-mayat itu, pastilah kedua orang itu telah tiba
dan langsung menyerangku. Maka rombongan Harimau
Perang mungkin berjalan lambat, tetapi kedua perintisnya
menderap secepat-cepatnya, dan karena mereka sudah tidak
lagi dicegat atau diserang para penyamun seperti aku, maka
mereka dengan cepat dapat melaju menyusulku. Masalahnya,
ketika mereka seharusnya memecah diri untuk memberi
laporan dan menunggu perintah selanjutnya, mereka mungkin
takdapat menahan diri untuk segera membunuhku setelah
gagal melakukannya di Kuil Pengabdian Sejati.
Mungkin tak lama aku melayang-layang tetapi rasanya
bagaikan terlalu lama berada di lorong angin yang panjang,
amat sangat panjang, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih
panjang, dalam siulan yang lirih merintih tetapi serasa begitu
membahana dalam kemelayang-layanganku, di dalam siulan
dan bukan di luarnya, menjadi siulan lirih itu sendiri yang
merintih-rintih berkepanjangan, sepanjang-panjang angan
dalam bayangan kepahitan yang dalam kemelayang-
melayangan berkepanjangan tinggal terasa sebagai torehan
luka menggiriskan... O berapa banyak luka telah kusayatkan"
Berapa banyak penderitaan" Tidakkah pernah kubayangkan
betapa sebenarnya tidak setiap orang sebatang kara seperti
diriku yang dapat melayang-layang bebas dalam kehidupan
tanpa ikatan tanpa beban tanpa perjanjian tanpa kesetiaaan
tanpa pengabdian dan tanpa tujuan" Tidakkah setiap kali
kuhilangkan nyawa seseorang sebenarnya telah kuruntuhkan
sesuatu semacam bangunan yang begitu berharga seperti
cinta dengan begitu banyak pengorbanan yang sungguh
menjadi amat mulia ketika memang takpernah dikatakan"
Aku melayang dalam luka, berguling-guling dalam luka,
sampai terbuka sebuah dunia... Terang seperti siang, padahal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya malam yang terang karena cahaya rembulan yang
dipantulkan dinding-dinding berkilauan bak berlian ke angkasa
raya! Angin telah menyeret, mendorong, dan menekanku sampai
ke Celah Dinding Berlian! Dengan sangat amat cepat diriku
akan segera menabrak dinding yang takbisa dihancurkan
meski oleh tenaga dalam tingkat sempurna. Apakah aku akan
mati dengan kepala pecah berantakan dan jatuh sebagai
gumpalan daging bertulang remuk berdarah-darah ke dasar
jurang" Angin bagaikan mulut naga yang mencengkeram dan
berusaha membenturkanku ke dinding bercahaya yang jelas
mahakeras itu! (Oo-dwkz-oO) Episode 159: [Pantulan Bayangan Masa Silam]
Aku dilontarkan angin, tetapi aku merasa terhisap oleh
suatu daya yang luar biasa. Apakah yang harus kulakukan"
Pantulan cahaya serba terang yang sangat menyilaukan
membuat aku semakin tidak dapat berpikir. Celah Dinding
Berlian yang cahayanya dari jauh tampak lembut karena
cahaya yang dipantulkannya adalah cahaya keperakan
rembulan, ketika mendadak begini dekat ternyata menjadi
sangat cemerlang, begitu berkilauannya sehingga membutakan. Jika dalam kebutaan bermakna gelap dapat
kukerahkan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang yang akan menampilkan garis-garis cahaya
kehijauan dalam keterpejaman, maka dalam kebutaan
bermakna terang seperti kesilauan garis-garis cahaya
kehijauan dalam keterpejaman menjadi tidak kelihatan. Dalam
keterpejamanku hanya terdapat cahaya berkilau-kilauan, yang
justru membuatku tenggelam dalam kebutaan.
Demikianlah peristiwa ini berlangsung cepat sekali, begitu
cepatnya, sehingga lebih cepat dari pikiran. Aku merasa diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lenyap di telan cahaya dan hanya cahaya. Kilas-kilas cahaya
berkelebat menelan dan menggulungku, mengunyah dan
meremukkan diriku. Aku tak bertulang, aku tak berdaging,
rasanya diriku tiada bertubuh. Aku menjadi cahaya dan hanya
cahaya, tetapi tetap diriku, ditelan cahaya demi cahaya...
Darah melepaskan diri dari tubuh, juga daging dan tulang
saling berpisah, anggota badan terpencar-pencar, jangan
dikatakan lagi mata, hidung, lidah, telinga, rambut, usus,
ginjal, limpa, dan entah apa lagi...
Ke mana diriku. Ke mana diriku. Ke mana diriku.
Aku hanya cahaya tanpa mata sehingga tidak bisa melihat
apa-apa. (Oo-dwkz-oO) AKU seperti hidup di dalam mimpi. Namun jika setiap mimpi
datang dari dalam diri, apakah makna mimpiku kali ini"
Aku adalah bayi dalam buaian. Tenang dan tenteram dalam
tatapan mata terindah yang memang begitu indahnya
sehingga tiada dapat dirumuskan. Mata yang indah dan suara
yang merdu... Tak kutahu betapa itu terdapat dalam diriku.
SEMULA hanya sosok baur yang selalu bergerak,
merengkuhku dalam jaminan kehangatan yang menenteramkan, sosok baur kekelabuan yang setiap kali
mengendap ketika diriku menangis dalam keterasingan
memberikan keakraban dan keteduhan.
Mengapa begitu jauh segala kedamaian itu kini, ketika
kutempuh jalan menuju kesempurnaan, yang ternyata begitu
sepi dan sunyi, karena siapa pun yang bertujuan sama harus
disingkirkan" Jika kesempurnaan hanya memberi tempat bagi
satu manusia sempurna, berapa banyakkah manusia harus
menjadi korban sepanjang jalan persilatan dalam perebutan
tempat di puncak kesempurnaan itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tangisan itu tidak pernah pergi dariku. Setiap kali aku
merasa terasing, sendirian, dan ditinggalkan, aku menangis,
dan setiap kali menangis sosok kelabu itu selalu datang lagi
dan datang lagi. Tangisan itu selalu datang lagi kemudian, ketika sosok
kelabu itu berganti tiba-tiba, menjadi sosok kelabu lain, yang
juga mendekapku setiap kali perasaan terasing yang
mengilukan itu tiba, yang juga mendekap dan menghangatiku,
sangat amat menyayangiku, bagaikan masih terasa olehku
belaiannya yang begitu lembut dan sungguh meneduhkan
itu... Namun aku kemudian diberi pelajaran agar membiasakan
diri dengan keterasingan dan kesendirian itu.
''Dikau tidak harus menjadi seorang pendekar, Anakku,
meski segenap ilmu silat yang kami miliki juga telah menjadi
milikmu, tetapi sekali dikau menempuh jalan persilatan,
Anakku, ketahuilah betapa itu merupakan jalan yang sangat
sepi, karena dikau akan selalu berjalan sendiri. Dikau hanya
akan dicari oleh lawan yang akan menantangmu bertarung
dan membunuhmu pada kesempatan pertama, dan karena itu
dikau harus membunuhnya sehingga dikau akan selalu
berjalan dalam sepi. Begitulah akan selalu terjadi sampai
suatu ketika seorang pendekar mengalahkanmu. Namun tak
dapat kami bayangkan ilmu s ilat macam apa yang akan dapat
mengalahkan dirimu, Anakku, apabila telah dikau pelajari
segala kitab ilmu silat yang juga telah kami pelajari....''
Demikian pula kini aku merasa sendiri, melayang-layang
sendiri dalam dunia kelabu masa laluku yang tak pernah
kuketahui meski kualam i. Memang besar perbedaan antara
kenangan yang terabadikan dengan naluri dibanding yang
sengaja diabadikan dengan kesadaran bukan" Maka sebelum
mampu menerjemahkan ap apun yang kualami dalam pustaka
ingatanku, hanya sosok kelabu, suara merdu, dan dekapan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hangat itu yang terasa kembali olehku, tanpa pernah
kuketahui semua itu ternyata mengendap dalam diriku.
Jadi apakah yang membuat aku tiba-tiba tenggelam ke
dalam ingatan yang sebetulnya tak pernah kuingat itu"
Kenapa aku mendadak melayang di suatu semesta yang
seperti impian penuh dengan bayangan maupun bayang-
bayang baur yang membaur dan terus menerus berbaur-baur
membuatku setiap kali seperti dapat mengingat sesuatu
segera kembali menjadi kabur"
Dalam keterbauran kudengar pula suara-suara. Kadang
seperti suara senandung, semacam senandung yang akan
membuatku tertidur dan bermimpi indah, tetapi yang segera
disusul dan berbaur dengan suara-suara lainnya, seperti derap
kaki-kaki kuda, derik roda kereta, teriakan-teriakan yang
takkuketahui persisnya apa, dentang-dentang logam, lantas
kembali sunyi, tetapi dalam kesunyian yang manapun sayup-
sayup suara angin selalu kembali, kembali, dan kembali,
kadang memang hanya sayup-sayup sahaja tetapi kadang
juga membadai tiba-tiba menghilangkan takhanya suara-suara
lainnya melainkan juga segala bayangan dalam kekelabuan
yang maya... Aku tidak melihat bayangan dan tidak mendengar suara
melainkan aku berada di dalam bayangan dan di dalam suara.
Sejak kapan mata melihat sejak kapan telinga mendengar dan
sejak kapan urat syaraf yang mengabadikan kenangan di
kepala bekerja" Apakah aku mendengar sebuah nama" Apakah kudengar
suara menyebutkan sebuah nama" Seperti kutatap sosok
dalam bayangan yang mendekap seluruh diriku itu, sosok


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tercium kembali harum tubuhnya, tubuh yang selalu
kurindukan kembali kedamaian dan keteduhannya, kehangatan nyata tubuh yang sungguh begitu mesra,
mengendap dan mendekap untuk membisikkan sebuah nama.
Siapa" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kudengar sebuah bisikan, kudengar bisikan sebuah nama,
siapa" Apakah yang dibisikkannya itu sebuah nama dan apakah
yang dibisikkannya itu namaku"
Siapa" Apakah aku bernama" Apakah aku pernah mempunyai nama"
Apakah aku pernah dipanggil dengan suatu nama"
Namaku siapa" Siapa" Siapa" Siapa"
Mereka menyebutku Pendekar Tanpa Nama, tetapi itu
bukan namaku meski tampaknya dimaksudkan untuk
menandaiku, untuk membedakan aku dengan yang lainnya.
Suatu tanda bahwa aku tidak punya nama.
Apakah bisikan itu memang namaku" Kalau bisikan hanya
terdengar sebagai bisikan, kenapa diriku harus menduganya
sebagai suatu nama dan itu namaku pula"
Mengapa aku harus mempunyai nama" Benarkah manusia
harus bernama" Kurasakan diriku bagaikan sedang bermimpi, tetapi ini
bagaikan mimpi dengan makna nyata tentang masa lalu yang
tersembunyi di dalam relung kenangan tanpa bahasa,
sehingga apa pun yang akan kukatakan tentang gambaran
yang berkelebat di dalam kepalaku mungkin keliru tetapi aku
akan tetap mengatakannya.
Bisikan itu mungkin menyebutkan sebuah nama, tetapi aku
tak bisa menyebutkannya. Mungkin itu namaku, meski tiada
dasar apa pun dalam diriku untuk meyakininya sebagai
namaku. Bisikan lembut ketika sosok bayangan kelabu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendekapku dengan keharuman dan kehangatan akrab yang
terasakan sangat melindungi.
Lantas senandung yang merdu itu lagi...
Lantas suara lelaki. Suara banyak sekali laki-laki, dan
gambaran kacau sosok-sosok tak jelas yang berhamburan kian
kemari. Lantas sekali lagi suara ringkik kuda dan roda-roda gerobak
dan langit biru. Dalam gambaran langit biru kudengar suara pedang
berdentang-dentang. Ya, kini aku tahu, bunyi logam yang terus menerus beradu
diseling suara jerit kesakitan tertahan itu adalah suara pedang
yang berbenturan dengan pedang lainnya.
(Oo-dwkz-oO) Waktu kubuka mataku kusaksikan betapa diriku sudah
terkapar di Celah Dinding Berlian. Dinding-dinding memantulkan cahaya menyilaukan ke segala arah siap
membutakan mata siapapun yang menatapnya, sehingga
siapa pun yang menuju dan melewati celah itu harus
memejamkan mata, dan hanya bisa melewatinya dengan
bergantung kepada naluri kuda. Menjadi buta di sini bukanlah
menjadi mati urat syaraf pada matanya, melainkan karena
kesilauan yang luar biasa memang tidak akan membuat
seseorang dapat melihat apa pun jua.
Kulihat jalan setapak berliku-liku mengikuti lekak-lekuk
pinggang jurang yang menuju kemari, dan kulihat pula betapa
dari sini jalan terpecah menjadi sekian percabangan yang
semuanya juga hanya setapak dan juga berliku-liku mengikuti
lekak-lekuk pinggang jurang semakin lama semakin jauh
sebelum akhirnya menghilang. Siapa pun yang mau tidak mau
harus melewati tempatku terkapar sekarang ini, jika tidak
ingin buta memang harus memejamkan matanya atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menutup matanya dengan kain, dan setelah melewatinya bisa
segera membuka mata atau penutup kain itu asal jangan
menoleh ke belakang untuk beberapa saat lamanya.
Dari tempatku ini, aku membelakangi dinding yang
memantulkan cahaya menyilaukan itu, sehingga aku dapat
melihat ke segala arah tanpa menjadi silau sama sekali. Hari
telah menjadi siang, tetapi dingin masih tetap mencengkam.
Apakah yang telah terjadi" Tidakkah aku seharusnya mati
dengan tubuh remuk takberwujud lagi" Aku yang semula
memanfaatkan angin untuk mengatasi serangan mendadak
kedua anggota perkumpulan rahasia Kalakuta itu, akhirnya
terseret oleh tarikan angin yang luar biasa dan melayang-
layang bagaikan berada di lorong angin dengan takberdaya
sampai akhirnya terbanting menuju dinding bercahaya
menyilaukan yang merupakan dinding pada Celah Dinding
Berlian yang ternama. Kuingat betapa cahaya menyilaukan yang membutakan itu
telah menelanku, dan semakin menghilangkan segala dayaku
untuk mengatasinya, ketika dengan cepat dan pasti, aku
meluncur secepat kilat menuju dan semestinyalah menabrak
dinding berkilauan itu. Apakah aku memang telah menabrak
dinding keras tak terperi itu, jatuh dengan tubuh remuk dan
semakin remuk ketika membentur lantai batu tempat aku
seharusnya menunggu rombongan Harimau Perang dan kini
sudah mati" Segera telapak tanganku meraba lantai batu,
terasa kasar dan berpasir, tentu saja ini masih alam jasmani
tempat dapat kurasakan segala sesuatu dengan pancainderaku. Aku belum mati. Namun bagaimana mungkin"
Aku beranjak bangkit. Tubuhku tidak kurang suatu apa.
Jika aku membentur dinding karena bantingan angin dan jatuh
meluncur untuk membentur lantai batu dasar dinding tentu
aku tidak dapat beranjak dan melenting ringan seperti ini.
Apakah yang telah terjadi"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"ILMU Berlari Kencang Menunggang Angin membuat
sahaya bisa berkelebat lebih cepat dari angin itu, bahkan
dengan mata terpejam, karena mata yang terbuka sangat
mungkin dibutakan pantulan cahaya berkilauan dari Celah
Dinding Berlian. Sahaya menyambar Tuan sebelum menabrak
dinding dan meskipun tubuh sahaya pun tidak urung terbentur
ke dinding, dalam keadaan seringan bulu burung benturan itu
tidak ada artinya..."
Napasnya mendadak tersengal. Aku tahu dirinya akan
segera meninggal. "Yang sahaya berikan kepada Tuan adalah riwayat kami,"
bisiknya lirih, "mohon tak berprasangka kepada kami..."
Lantas penolongku ini tidak bergerak lagi.
Aku menghela nafas karena dapat membayangkan apa
yang telah dilakukannya. Aku tidak terlalu keliru ketika
menimbang dari caranya bergerak dan melangkah, bahwa
pemilik kedai yang seperti selalu tergopoh-gopoh melayani
segala pesanan adalah seseorang yang ilmu silatnya tidak bisa
diabaikan. Namun taksekadar berilmu silat tinggi ia adalah
seorang prajurit yang tampaknya berjuang sampai titik darah
penghabisan. Meskipun merendahkan diri sebagai orang-orang
kalah, ia dan mereka yang berada bersamanya sama sekali
bukan para pecundang. Pernah kudengar sebuah siasat yang berasal dari masa
kekuasaan Musim Semi dan Musim Gugur, ketika penguasa
Yue yang bernama Chu Chien, dipaksa untuk menandatangani
perdamaian memalukan di Gunung Hui Chi setelah dikalahkan
penguasa Wu yang bernama Fu Chia. Ia diampuni dan
diizinkan pulang kembali, tetapi kehormatannya runtuh dan
semangatnya pudar, dan justru hanya dengan bersumpah
untuk tidak me lupakan kekalahan pahit itulah jiwanya masih
tetap hidup. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bahwa kemudian digunakannya gadis Hsi Shih yang
dididiknya takkurang dari tiga tahun untuk memikat hati Fu
Chia, dan dalam kelengahan Fu Chiaoyang hanya peduli
kepada selir barunyaomaka Chu Chien balas menggempur
sampai Wu hancur lebur, itu perkara lain yang merupakan
bagian dari Siasat Perempuan Cantik dalam kitab Lu Tiao.
Betapapun itu memang siasat yang dianjurkan kepada pihak
yang kalah perang. jika pasukan kuat, serang panglimanya
jika panglimanya bijak, serang jiwanya
jika panglima lemah dan pasukan terpecah belah
kekuatannya akan hancur sendiri
adalah bermanfaat untuk menekan musuh
inilah pertahanan yang lentur dan serasi
Kiranya cukup jelas bahwa tanpa harus membawa-bawa
perempuan, siasat yang dijalankan masih sama, yakni
menghadapi kekuatan bukan dengan kekuatan, tetapi dengan
kelenturan tanpa sama sekali mengurangi tekanan terhadap
lawan. Kubayangkan dengan ilmu meringankan tubuhnya yang
luar biasa itu, ilmu Berlari Kencang Menunggang Angin, ia
bukan sekadar dapat berkelebat mendahului angin, tetapi juga
menyambarku yang sedang terempas menembus cahaya
berkilauan nan membutakan sebelum membentur dinding
sekeras berlian itu. Untuk menyambarku ia mesti mendahuluiku, lantas berbalik sambil me layang mundur,
sehingga adalah telapak kakinya yang dengan segera
menempel ke dinding sementara kedua tangannya membawaku yang sudah tidak sadarkan diri.
BAGIAN yang tersulit adalah melepaskan diri dari jebakan
angin, karena tekanannya yang dahsyat membuat siapapun
bagai akan menempel selamanya pada dinding, dan hanya
karena angin tekanannya berubah-ubah maka peluang untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lepas dapat ditunggu meski kepastiannya takbisa ditentukan.
Sedangkan ketika tekanan berkurang, benda maupun manusia
akan segera melayang jatuh, kecuali bobotnya seringan kapas
atau bulu ayam. Demikianlah bapak kedai yang belum kuketahui namanya
tentu juga akan turun perlahan-lahan dengan tubuh seringan
kapas, tetapi saat itulah lima bayangan yang telah
berkekelebat mendahuluinya sedang menanti, bahkan sangat
mungkin telah menyerangnya dengan tujuan membunuhku
sebelum sampai di lantai batu tempatku sekarang
menghadapinya tanpa nyawa lagi.
Pertarungan bisa berlangsung lama, tetapi juga bisa
berlangsung cepat sekali. Melihat bagaimana senjata rahasia
cakra itu tertanam pada dahi kelima anggota Kalakuta itu,
kukira penolongku baru me lepaskannya setelah terluka lebih
dahulu, karena ketika masih membawaku tak mungkinlah ia
memegang apa pun selama diserang kelima orang yang tentu
mengurungnya dengan jurus-jurus berpasangan tersebut.
Kulihat lengan bajunya robek dan terlihat darah kering di
sepanjang sisi robekannya. Ia tak bisa menghindar atau
menangkis karena membawaku. Aku marah kepada diriku
sendiri karena telah membuat seseorang kehilangan nyawa
demi kehidupanku. Padahal s iapakah aku! Sedangkan namaku
sendiri pun aku taktahu, bahkan tak punya!
Kukira memang itulah yang terjadi. Mereka melayang
dalam suatu jurus berpasangan ke atas, ketika penolongku
melayang turun sambil membawa diriku.
Prajurit pemberontak lanjut usia itu jelas menghindari
empat sambaran belati melengkung yang sangat beracun,
tetapi salah satu dari lima sambaran, entah berturutan entah
serempak pasti mengenainya dalam papasan di udara itu.
Hanya setelah tiba di bawah dan meletakkan diriku sempat
dilontarkannya kelima senjata rahasia berbentuk cakra yang
langsung menancap pada jidat kelima penyerangnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mendongak. Angin masih kencang, tetapi tidak begitu
kencang seperti semalam sehingga mampu menerbangkan
manusia seperti debu beterbangan. Dinding itu adalah sisi
pipih tonggak raksasa menjulang yang bukan alang kepalang
luar biasa tingginya. Dinding yang memantulkan cahaya menyilaukan siang dan
malam, baik cahaya matahari maupun rembulan, yang
membuatnya dari tempat amat jauh pun sudah kelihatan. Aku
tahu bagaimana diriku akan jatuh terbanting dan tubuhku
remuk redam jika tiada seseorang yang menolongku seperti
itu. Kuperiksa kelima mayat maupun senjata kelompok rahasia
Kalakuta itu, dan pada salah satu belatinya terdapat darah
yang juga sudah mengering. Kuambil belati me lengkung
tersebut dan ketika kuangkat agar kena cahaya tampak suatu
pantulan redup kuning kehijauan karena rendaman racun
bertahun-tahun yang sangat mematikan.
Seperti semua senjata, racun sebetulnya hanyalah sesama


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alat pembunuh, tetapi terdapat semacam kesepakatan tanpa
pernah dikatakan bahwa hanya golongan hitam yang akan
menggunakannya sebagai senjata, seperti yang juga
digunakannya untuk penyerangan secara gelap.
Saat kelima penyerang mendarat kembali di tanah saat itu
pula mereka tergelimpang dengan dahi tertancap.
Mungkin mereka sempat me-nangkis tetapi senjata rahasia
cakra itu terlalu cepat, mungkin juga mereka taksempat
menyadarinya ketika senjata rahasia itu menancap, sampai
terbenam setengahnya ke dalam kepala. Jelas lebih dari cukup
untuk mengakhiri riwayat hidup mereka.
Namun sementara itu racun yang merasuk melalui luka
pada lengan bapak kedai tersebut juga langsung bekerja, dan
hanya karena tingkat tenaga dalamnya saja seolah ia sempat
menungguku tersadar dan berbicara. Kukira aku harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengingat dengan baik segenap kata-katanya. Siapakah dia
sebenarnya" Setidaknya dua perkara teringat dengan baik olehku.
Pertama, bahwa ia bercerita cukup banyak tentang peranan
orang-orang kebiri dalam permainan kekuasaan di istana
Wangsa Tang; kedua, bahwa ia mengakui dirinya sebagai
orang-orang kalah, suatu pengertian merendah dari para
pemberontak yang gagal dan mengungsi ke perbatasan.
Bahwa ia beberapa kali menyebut istilah kami membuktikan
betapa dugaanku tidak terlalu tepat. Semula aku mengira
dirinya seorang penyoren pedang, seorang pendekar silat
yang mengundurkan diri dari dunia ramai dan menenggelamkan diri dalam perenungan, yang membuka
kedai sekadar untuk mempertahankan kehidupan.
NAMUN karena kedai itu bagaikan satu-satunya kehidupan
di sepanjang lautan ke-labu gunung batu, aku sempat
mencurigainya sebagai tempat yang sengaja dibangun sebagai
bagian dari jaringan mata-mata, bahwa dari pengamatannya
atas para pe-ngembara dan rombongan yang singgah, ia akan
menjual keterangan kepada para penyamun tentang siapa
kiranya yang layak dirampok karena membawa banyak uang
atau harta berharga. Perkiraanku kemudian bergeser, bahwa jika tidak bekerja
demi kepentingan para penyamun, yang tidak semuanya
merupakan penjahat kambuhan, melainkan para pelarian yang
tersingkir dari pertarungan kekuasaan, mungkin saja ia
memang mata-mata, tetapi bukan untuk tujuan perampokan,
melainkan perkembangan keadaan. Untuk siapa dia bekerja,
untuk pemerintah atau untuk salah satu kelompok pembe-
rontak, sangatlah sulit ditentukan. Meskipun lautan kelabu
gunung batu itu seolah tak pernah terlihat ada manusianya,
sebetulnya dari abad ke abad terus didatangi orang-orang
yang tersingkir dalam perebutan kekuasaan, tetapi yang terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempertahankan impian bah-wa dengan menghimpun
kekuatan suatu saat bukan tak mungkin meraih kemenangan.
Mayat kelima anggota kelompok rahasia Kalakuta itu dalam
waktu s ingkat telah melayang jatuh ke kedalaman jurang yang
bagai tiada berdasar. Seluruh belati melengkung mereka
kuambil, karena merasa akan ada gunanya nanti menghadapi
saat-saat takterduga yang rasanya terus menerus datang.
Namun kubawa jenazah bapak kedai itu melenting ke atas
dinding. Kulihat ada sebuah tonjolan batu pipih di situ, dan
seperti yang kuduga batu pipih yang menjorok lebar itu
bagaikan serambi bagi sebuah gua kecil. Di sini akan
kutinggalkan jenazahnya agar dimakan usia, tetapi untuk
sementara aku akan berada bersamanya, karena dari tempat
ini aku dapat mengawasi keadaan dengan sangat baik.
Sekarang aku mengerti arti petunjuk Iblis Suci Peremuk
Tulang bahwa diriku harus secepatnya tiba di Celah Dinding
Berlian. Dari sini aku dapat mengawasi ke kedua jalan itu
sekaligus, melihat siapa datang dan siapa pergi tanpa
diketahui, dan memang sangat penting untuk tiba di sini lebih
dahulu dari rombongan Harimau Perang yang suidah
berkurang tujuh orang itu, sebab jalan yang meninggalkan
tempat ini langsung terbagi ke arah Dali dan Kunming. Dari
Kunming, demikianlah aku diberi tahu, jalan memang menuju
Chengdu, dan dari sana ke Chang'an. Namun arah perjalanan
rombongan itu tidak dapat dipastikan, karena meski dari Dali
pun jalannya bersambung ke Chang'an, bagaimana jika
Harimau Perang tidak ditemui pengundangnya itu di
Chang'an" Memang benar maharaja sendirilah yang telah
mengundangnya ke istana, tetapi jika Harimau Perang
diundang sebagai tokoh jaringan rahasia, mengapa ia tidak
disambut di suatu tempat entah di mana secara rahasia pula"
Meski akhirnya ia akan tiba di Chang'an, apa saja yang
berlangsung sebelum itu harus dianggap sama pentingnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka dalam beberapa hari segera kukuasa i keadaan di
sekitar Celah Dinding Berlian ini. Kedudukanku di gua itu
sangat menguntungkan, karena tentunya tiada seorang pun
mengira ada manusia bermaksud tinggal di sana meski hanya
untuk sementara. Celah Dinding Berlian memang terdiri dari
celah-celah sempit yang menuju dan datang dari setiap arah,
yang semuanya bertemu di pelataran batu luas tempat
tubuhku semestinya jatuh dan hancur jika tidak ditolong itu.
Namun pelataran batu itu sebenarnyalah hanya jalan di
pinggang gunung yang mendadak saja melebar, dan
karenanya berhadapan dengan dinding menjulang tetaplah
jurang mahadalam bagai takberdasar tempat telah kubuang
lima mayat ke balik mega mengambang.
Pada hari pertama ternyata yang datang adalah kuda
Uighur itu. Kuda itu memang cerdas, karena meskipun aku
tidak segera keluar dari tempat persembunyianku bagaikan
tahu saja aku ada di sekitarnya. Ia bahkan tidak seperti
mencari-cari karena memang seperti tahu saja dan juga tidak
menunggu, mencari sekadar rumput di celah batu. Justru aku
yang harus segera keluar karena merasa amat lapar. Pada
selempang kain yang tergantung di leher kuda itulah
perbekalan daging asapku berada. Begitu juga kitab gulungan
yang diberikan bapak kedai tersebut.
Maka sambil makan kubaca kitab itu. Aku masih juga belum
lancar membaca aksara Negeri Atap Langit, belum lagi
bahasanya yang sungguh amat berbeda, sehingga isinya tentu
kubaca dengan kemampuan seadanya. Rupanya sambungan
cerita tentang orang kebiri yang terputus itu dulu. Aku teringat
mayat orang kebiri yang terpotong-potong tersebut. Lantas
teringat pula duka mendalam dan rasa penasaran yang
tergambar pada wajah bapak kedai yang harus ditahannya,
mengingat kepemilikan segala barang di atas keledai-keledai
beban tersebut yang menurutnya sendiri menjadi hakku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kami berdua menemukan mayat orang kebiri yang
terpotong-potong, dan setelah itu diceritakannya segala
perkara tentang orang kebiri dalam sejarah Negeri Atap
Langit. Apakah artinya" Di Jawadwipa pun pernah kudengar
tentang orang kebiri ini, tetapi tidaklah begitu jelas dan tegas
seperti sekarang, karena dulu tidak kupikirkan betapa hal
semacam itu adalah mungkin.
(Oo-dwkz-oO) Episode 160: [Tulisan, antara Peristiwa dan Makna]
PEMBACA yang Budiman, untuk kese-ki-an kali izinkan aku
berhenti sebentar, de-ngan alasan yang mungkin sudah
sangat membosankan, bahwa menjadi tua itu tidaklah
mungkin kiranya berlangsung tanpa akibat. Tanpa terasa hari
sudah senja. Langit semburat jingga di balik dedaunan pohon
ke-lapa. Nanti ketika langit menjadi gelap, ke-lelawar akan
beterbangan di mana-mana. Aku telah menulis berhari-hari
tanpa tidur, kurasa sudah waktunya untuk tidur, me-
ngembalikan pemusatan perhatian, karena jika tidak begitu,
apa jaminannya diriku akan menuliskan sesuatu yang agak
dapat dipercaya" Pernah kukatakan betapa aku ingin me-nyelesa ikan seluruh
riwayat hidupku ini secepat-cepatnya, dan karena itulah aku
menulis terus-menerus tanpa tidur seolah-olah tiada waktu
lagi. Namun setelah untuk beberapa lama melakukannya,
tidakkah kekurangan tidur itu, yang akan selalu membuatku
menulis dalam keadaan mengantuk, akan berakibat kepada
kesadaranku" Aku ingin menulis dengan sadar, bukan asal
panjang apalagi asal jadi, dan pertaruhanku jelas sangat
tinggi, yakni nyawaku sendiri.
Bukankah aku berusaha menuliskan kembali segala sesuatu
sampai sekecil-kecilnya, dengan selengkap-lengkapnya dari
saat ke saat sampai terjamin tiada akan ada yang lolos lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena aku tidak me-ngerti mengapa negeriku sendiri meng-
inginkan aku mati" Kupikir takdapat ku-jamin diriku mengingat
segala sesuatu yang memang penting dan wajib kutuliskan
Bara Maharani 12 Candika Dewi Penyebar Maut I V Naga Dari Selatan 11
^