Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 19

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 19


Mengusir Anjing Kudisan, dima inkan sendiri-sendiri atau
bersama-sama, setelah semburan mengenai sasaran, wajib
langsung diikuti pemenggalan kepala untuk menghindarkan
lawan dari penderitaan. Aku berkelebat di antara sambaran berbagai senjata dan
semburan arak, betapapun harus jauh lebih cepat dari gerakan
mereka, karena tanpa kecepatan yang lebih cepat dari cepat
Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama tidak mungkin
diberlangsungkan menghadapi mereka sekaligus, sementara
mereka yang tampaknya bergerak lebih lambat dari lambat
tetapi kecepatannya sebetulnya tiada terhingga dilayani oleh
Jurus Naga Kembar Tujuh yang mengubah diriku jadi tujuh
orang dengan seribu bayangan yang sama nyatanya dalam
pertarungan, yang kini ganti mengepung lima ratus penyerbu
dari Partai Pengemis tersebut. Penggabungan kedua jurus ini
menghadapi irama yang sengaja diberagamkan hanya bisa
terjadi karena sebuah kunci yang berasal dari Jurus Tanpa
Bentuk, yang sebetulnya masih berada dalam pengolahan.
Dengan kunci ini ruang dan waktu teratasi dan bisa kuhadapi
Jurus Tongkat Pengemis Mengemis Anjing Kudisan yang ketika
dima inkan bersama sungguh mengacaukan irama itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam sekejap waktu bumi orang-orang berbusana gembel
ini menghilang ke balik kelam, meninggalkan mayat-mayat
para pengemis yang bergelimpangan di dalam dan di luar
tembok perguruan. Mereka yang sempat menjerat diriku
dengan sabit-sabit bertali, dan siap merajamku ketika
terbanting di bumi tadi, ternyata telah diselesaikan hidupnya
oleh Elang Merah dan Yan Zi Si Walet yang memang tidak
pernah memberi ampun. Setidaknya dua puluh lima orang
penjiratku dan dua puluh lima orang lagi yang siap merajamku
rupanya telah ditewaskan dalam waktu terlalu singkat oleh
kedua perempuan, yang ketika ilmu pedangnya masing-
masing digabungkan, akan sangat sulit mendapat tandingan.
Namun suara dari arah hilangnya para pengemis itu masih
juga mengejutkan. ''Pendekar Tanpa Nama! Siapa mengira dikau berada di
daerah terpencil ini! Sayang sekali kami harus pergi, karena
tugas telah diselesaikan! Semoga kita masih akan bertemu lagi
untuk melanjutkan permainan ini!''
Kemudian yang tersisa hanyalah kesunyian. Elang Merah
dan Yan Zi menatapku dengan pandangan tertentu.
Pengertian bahwa tugas te lah diselesaikan tentu menimbulkan
pertanyaan. Apakah sebetulnya tujuan penyerbuan mereka"
Selain juga kenyataan bahwa suara yang jelas mengenalku itu
adalah suara seorang perempuan...
DALAM seni perang di Negeri Atap Langit sejak masa
Wangsa Han, dikenal apa yang disebut Siasat Benteng
Kosong: yang lemah memperlihatkan kelemahan
dan menimbulkan keraguan pada lawan
yang sudah lebih dulu meragukan
jika ini masalah yang lemah
melawan yang kuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan memberi hasil yang hebat
''Ketika pertahanan kita tidak mencukupi, jika kita bersikap
seperti tidak bisa bertahan sama sekali, maka kita bisa
mengacaukan pertimbangan lawan. Siasat ini dianjurkan untuk
dipakai ketika pasukan kita lebih lemah, dan akan
mendapatkan hasil yang tidak terduga,'' kata Amrita suatu hari
kepadaku. Pertimbangan siapakah kiranya yang terkacaukan dalam
penyerbuan ini" Semula aku menerapkan siasat yang sama
dengan memberikan diriku sebagai ganti rencana sergapan
kepada Elang Merah dan Yan Zi, yang gabungan ilmu
pedangnya seperti begitu sulit ditembus, tetapi sudah mereka
temukan kunci kelemahannya. Dengan berhasil mendesak
mereka mundur, siasat itu seperti berlaku untuk digunakan
olehku, meski keputusanku sebetulnya diambil dalam sekejap.
Namun kemudian pintu gerbang raksasa itu terbuka
dengan sendirinya. Cahaya kekuningan lautan lilin menerobos
keluar dan dalam cahaya kekuningan itulah sesosok bayangan
bagaikan terbang langsung menujuku.
''Tubuh Penyangga Langit telah lenyap di depan mata kami
yang buta,'' ujar sosok itu, yang ternyata Penjaga Langit
sendiri. Aku sudah akan melesat ketika tangannya dengan lembut
menggamitku. ''Pendekar Tanpa Nama sudah berbuat terlalu banyak untuk
Perguruan Shaolin,'' katanya, ''janganlah ia mempermalukan
kami lebih banyak.'' Lantas sekitar sepuluh orang bhiksu muncul di pintu
gerbang. Mereka semua pamit menjura sebelum melesat ke
arah menghilangnya orang-orang Partai Pengemis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku merasa lemas, tujuan penyerbuan adalah mencuri
tubuh Penyangga Langit! Siasat itu berlaku bagi mereka, yang
telah mengacaukan pertimbangan kami, tepatnya pertimbanganku, yang mengira tugasku adalah memanfaatkan
kelemahan mereka. Perkiraan yang harapannya mereka
berikan, karena betapapun tujuannya bukan kemenangan,
tetapi melakukan pencurian. Siasat mereka juga cocok dengan
siasat lain, yang pernah kuperbincangkan, yakni Kacaukan
Airnya, Ambil Ikannya, yang intinya membikin kekacauan di
wilayah musuh dan mengambil keuntungan darinya. Adapun
penjelasannya: mengikuti yang keras yang datang dan pergi melalui yang lembut ikuti gerak dengan nikmat
terdapat tusukan dan kebenaran
dan tiada penyalahan di bawah langit ikuti saatnya
saat mengikuti jadi maknawi
Aku ingin sekali melesat untuk menebus kesalahanku, yakni
terlalu banyak berpikir. Barisan Partai Pengemis itu berhasil
mengacaukan pertimbanganku karena aku terpancing untuk
memikirkan siasat mereka, padahal kemunculanku pun
tentunya tidak mereka duga, yang berarti mereka telah
menyiapkan diri terhadap segala sesuatu apapun itu yang
paling tidak terduga sekalipun.
Artinya jika pun tadi kuputuskan untuk melumpuhkan
mereka semua, pasti tubuh Penyangga Langit juga akan tetap
hilang. ''Biarlah kami melakukan tugas yang menjadi kewajiban
kami,'' katanya lagi, ''Pendekar Tanpa Nama biarlah sekadar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beristirahat dahulu, memberi kami kesempatan menyambut
tamu dengan ''semestinya.
Dari suatu arah dalam kegelapan muncul Yan Zi dan Elang
Merah. "KE arah mana pencuri itu diburu [removed][removed] ?"
tanya Yan Zi. "Kami melihat bayangan berkelebat menyambar tubuh
Penyangga Langit," sambung Elang Merah, "ia membawanya
ke arah yang berbeda dari arah menghilangnya pengemis-
pengemis busuk itu!"
Jika Yan Zi dan Elang Merah pun tidak bisa mengejarnya,
tidak dapat kubayangkan tingginya ilmu pencuri tubuh
Penyangga Langit tersebut.
Namun Penjaga Langit segera menjelaskan.
"Partai Pengemis tidak dikenal menguasai ilmu penyusupan,
jadi penyerbuan ini pasti merupakan kerjasama, tetapi yang
belum jelas latar belakangnya. Pencuri tubuh itu mampu
bersembunyi dan melebur dalam kegelapan. Banyak sekali
kelompok penyusup menjual jasa di Negeri Atap Langit
sekarang ini, akibat lemahnya pemerintahan Wangsa Tang."
Aku tahu ilmu yang dimaksudnya. Yan Zi dan Elang Merah
tidak mungkin kalah cepat oleh siapa pun dalam ilmu melesat
dan berkelebat, tetapi mungkin keduanya kehilangan jejak
ketika yang dikejarnya bersembunyi di dalam kelam. Dalam
ilmu penyusupan, kekelaman bukanlah udara kosong,
melainkan ruang yang dapat menjadi tempat persembunyian.
Untuk menyusulnya ke sana harus memiliki ilmu yang sama.
Namun bisa menembus masuk dalam kelam tidak berarti
langsung dapat menangkapnya, bahkan jika lengah akan
tewas pula di sana, karena kekelaman adalah sebuah dunia
yang sama luasnya, bahkan berada di ruang yang sama
dengan dunia itu sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 189: [Kung Sun] PAGI masih gelap ketika para bhiksu Shaolin itu sudah
mulai berlatih kembali. Ketika langit mulai terang, kicau
burung dari hutan meramaikan suasana, seperti baru kali ini
saja aku mendengarnya. Kuperhatikan bagaimana mereka menerapkan Delapan
Belas Latihan dengan sangat sungguh-sungguh, tentu karena
semuanya ingin lulus dengan baik. Apalagi lulus dari
Perguruan Shaolin disebutkan jauh lebih berat dari sebagian
besar perguruan silat yang lain. Di sini seorang murid harus
melewati tiga tahap ujian, dan ia menjadi tawanan bayangan
yang tidak diizinkan melewati gerbang sebelum lulus.
Pertama, terdapat ujian lisan yang sulit tentang sejarah
seni dan pemikiran f ilsafat Negeri Atap Langit. Kedua, ia harus
menang melawan teman-temannya sendiri dalam perlombaan
sebenarnya. Ketiga, terdapat siksaan mengerikan yang
melibatkan suatu ruangan penuh jebakan dan 108 orang-
orangan kayu. Begitu murid tersebut melalui ruangan, orang-orangan
yang dipersenjatai pisau, tombak, dan pentungan, akan
menyerangnya secara serabutan. Ini dilengkapi dengan
sejumlah peralatan buatan sendiri di bawah lantai lorong,
yang akan terpicu oleh berat tubuh murid itu sendiri.
Para bhiksu, yang menciptakan alat-alat ini, sengaja
merancangnya supaya tidak bisa diduga. Akibatnya, sangatlah
mungkin yang terpicu adalah dua, tiga, empat, atau lebih
orang-orangan pada saat bersamaan. Jika murid itu lolos
melewati ruangan tersebut, ia akan berhadapan dengan pasu
besar yang menghalangi jalan keluarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pasu itu beratnya seperti batu sebesar kerbau. Secara
alamiah, murid itu akan memindahkannya dengan cara
merangkul pasu besar tersebut, sehingga lambang naga dan
harimau akan membakar daging pada pundak depannya.
Sekali dilewatinya ujian ini, ia dipersilakan pergi dengan
bebas, dan bakaran pada pundaknya itu tiada henti-hentinya
akan mengundang penghormatan ke mana pun dia pergi
mengembara. Banyak murid yang gagal dalam ujian dengan peralatan ini
dan tidak lulus. Terdapatlah cerita tentang seorang Hu Wei-
ch'uan, yang memasuki Kuil Shaolin sete lah dihajar babak
belur oleh musuh-musuhnya. Ia tinggal selama lima belas
tahun untuk melatih ilmu silatnya. Akhirnya ia lulus yang
pertama dari dua ujian, tetapi dalam usahanya melewati
ruangan yang penuh orang-orangan, ia tak pernah bisa lebih
jauh dari orang-orangan yang ketiga puluh dua.
PADA kali terakhir, ia dibawa keluar, dirawat tabib, dan
dikembalikan ke biliknya. Merasa harus kembali pulang, ia
mencoba menyelinap keluar dari kuil melalui saluran dalam
selokan. Meskipun ia tidak lulus ujian karena ketidakmampuan, ia lebih dari mampu untuk membalas
dendam, karena dengan caranya meloloskan diri itulah, justru
ia menemukan kembali jurus-jurus Shaolin yang sebagian
hilang catatannya dalam suatu penyerbuan yang menghancurkan kuil, yang kemudian disebut Jurus Tangan
Berbunga, yang gerakannya rumit tetapi sangat anggun.
Terdapat berbagai adat yang penting bagi mereka yang
menempuh jalan persilatan. Pertama, busana persilatan
dikenakan dengan benar. Warna hitam maupun warna
mencolok. Lengan panjang. Biasanya terikat pada suatu
simpul di sisi kiri bagi lelaki dan di s isi kanan bagi perempuan.
Seorang suhu akan membuat simpul di tengah. Siapapun yang
mengikatkannya di tengah dan bukan seorang suhu dianggap
menantang serta bisa mendapat pukulan menyakitkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua, penguasaan tatacara sangatlah penting ketika
mengunjungi bangsal suhu lain. Jika seseorang ditawari
minum teh oleh suhu, dan orang itu meminumnya, sang suhu
akan merasa tantangan bertarungnya diterima. Meminum
tehnya, seperti minum teh gurunya sendiri sebelum terdapat
sambutan, adalah suatu penghinaan, kecuali, dalam hal ini, ia
berpikir bahwa orang tersebut datang memang hanya untuk
menantang. Ketiga, penghormatan gung fu adalah suatu tatacara
penting lain, yang membuat orang-orang persilatan saling
mengenali dan menghormati satu sama lainnya. Tidak
menghormat, dalam beberapa hal juga dianggap penghinaan
yang gawat. Penghormatan itu yang selama ini kusebut
menjura atau bersoja. Diperlihatkan dengan menangkupkan
kepalan tangan kanan kepada telapak tangan kiri setinggi
dahi, dan bersama dengan itu menundukkan kepala dan
batang tubuh bagian atas. Di bangsal seorang suhu, sebelum


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan sesudah latihan, gambar maupun ruang suci suhu
sebelumnya dihormati dengan cara ini.
Meskipun memang banyak adat dan tatacara lain pada
berbagai wilayah yang berbeda, tetapi ketiganya inilah yang
berlaku bagi seluruh perguruan silat atau gung fu di Negeri
Atap Langit. Pagi itu ketika langit mulai terang dan segala bhiksu masih
tenggelam dalam latihan aku menghela napas karena
terpesona oleh kerampakan gerak mereka yang indah
mencengangkan. Namun bukan keindahan itu benar yang
membuat diriku menghela napas panjang, melainkan
kebersamaan begitu banyak orang dalam kesatuan. Para
bhiksu mengasingkan diri di Perguruan Shaolin untuk
memperdalam ilmu persilatan, tetapi kebersamaan mereka
sebagai orang-orang sepaham membuat mereka sungguh jauh
dari keterasingan. Alangkah berbeda dengan jalanku di dunia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persilatan, selama ini selalu sendiri dan sepertinya akan tetap
selalu sendiri. Aku tidak pernah dan seperti tidak akan pernah bisa belajar
di perguruan silat mana pun meski diriku menginginkannya,
karena sejak awal bahkan hidupku pun sudah selalu berbeda.
Jalan persilatanku adalah jalan yang sunyi dan sepi, bagai
lorong panjang tanpa penghuni, tempat segala persoalan ilmu
silat kudalami dan pertimbangkan seorang diri. Ditempa
pasangan pendekar yang mengasuhku, meski aku lebih dari
anak kandung bagi mereka, belajar ilmu silat tidak
menjadikanku lebih nyaman. Sementara ketika melakukan
pendalaman ruang dan waktu dalam ilmu silat, begitu rupa
sehingga sepuluh tahun bagaikan sekejap, diriku tidak bisa
lain selain hanya sendirian berada dalam gua yang gelap.
Namun tanpa riwayat seperti itu, apakah diriku juga akan
datang ke sebuah perguruan dan belajar ilmu silat"
Pertanyaan ini melontarkan diriku kembali kepada suatu
kekosongan yang membuat perasaanku menjadi rawan. Tanpa
nama dan tanpa asal-usul takkukira bisa membuat begitu
banyak perbedaan. Adapun di Negeri Atap Langit, seperti diceritakan Iblis Suci
Peremuk Tulang kepadaku, iCalon murid, setelah memilih-
milih aliran persilatan yang ingin dipelajarinya, akan
menghadap seorang suhu dengan harapan akan diterima.
Calon murid ini akan mendapat petunjuk untuk menunggu di
luar pondok sang suhu, yang biasanya berada di dalam
perguruan itu juga, pada saat menjelang fajar.
"Saat kedatangannya, calon murid itu akan me lihat orang-
orang lain yang juga mengharapkan petunjuk. Semuanya
dibiarkan menunggu sampai lama sekali, dan selama itu
kesabaran dan perasaan mereka mengalami ujian pertama,
dari banyak sekali ujian.
AIR dan kotoran mungkin seperti tidak sengaja akan
dilemparkan kepada mereka. Murid-murid akan menganggap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tidak ada, atau berlaku kasar kepada mereka. Lantas
setelah menunggu lama sekali, mereka akan diberi tahu ada
penundaan, karena ada upacara penting yang harus dihadiri
suhu. ''Akhirnya mereka bahkan diberitahu supaya pulang, karena
suhu tidak akan bisa menerima mereka hari itu. Mereka yang
terlihat marah atau tersinggung, langsung tidak diterima dan
diberitahu untuk tidak usah datang lagi.''
Aku tersenyum teringat cerita itu. Namun menjadi sedih
teringat cerita tentang Naga Dadu yang memanfaatkan
keinginan Serigala Putih menjadi murid, dengan memberi
syarat agar menculik diriku yang masih kecil. Serigala Putih
tewas oleh pedang ayahku. Sekarang aku bertanya-tanya, jika
Serigala Putih datang jauh-jauh dari tempat yang oleh
penduduk Mataram disebut Tartar, yang kini kukira adalah
wilayah pengembaraan suku Uighur, akhirnya tertarik untuk
berguru kepada Naga Dadu, tidakkah Naga Dadu, yang
berkelamin lelaki tetapi jelita melebihi wanita, memang sakti
mandraguna" Memang kudengar pula cerita tentang betapa Serigala Putih
mungkin mengalah dalam pertarungan melawan Naga Dadu,
karena sebetulnya telah jatuh cinta kepada lelaki terindah di
Javadvipa yang dalam sungai telaga dunia persilatan telah
menggapai wibawa naga dan menjadi salah seorang dari
Pahoman Sembilan Naga itu. Namun sementara kisah cinta itu
sulit dibuktikan, bagiku semakin mengiang suara-suara yang
menyatakan betapa sebenarnya Naga Dadu mengetahui
sesuatu tentang masa laluku yang bagiku, bahkan bagi
Sepasang Naga Celah Kledung yang mengasuhku, masih
merupakan rahasia... ''Esok harinya,'' begitulah Iblis Suci Peremuk Tulang
melanjutkan ceritanya, ''bagi mereka yang masih datang dan
mengharapkan petunjuk, segala sesuatunya yang berlaku
kemarin diulangi lagi. Sebagai tambahan dari usaha-usaha
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempermalukan yang biasa dilakukan, para calon murid yang
masih bertahan diawasi secara diam-diam untuk memastikan
apakah mereka gugup, tegang, banyak bicara, atau saling
bertengkar di antara mereka sendiri.
''Setelah berlangsung lama, mereka diminta berlutut dan
suhu akan muncul sebentar. Ia tidak akan mengucapkan
sepatah kata pun, selain me lihat mereka sepintas lalu. Jika
ada calon murid yang datang kepadanya, atau berusaha
bicara, mereka akan diminta pergi karena dianggap tidak
menunjukkan hormat kepada yang lebih tua.
''Dengan merayapnya waktu, mereka yang telah terus-
menerus dihina dan dipermalukan, terus-menerus juga ditanya
apa yang mereka lakukan di sana dan akhirnya tetap disuruh
pulang. Jika mereka tetap bertahan, mereka diberi pekerjaan
kasar seperti menggosok lantai. Lantas, sebelum menyelesaikan pekerjaannya, sejumlah murid lama akan
melewatinya dan dengan sengaja mengenakan sepatu penuh
lumpur. Kesenangan lain murid-murid lama ini adalah juga
memberitahu para calon bahwa ada tempat-tempat yang tidak
boleh digosok lantainya. Adapun gunanya adalah untuk
menjamin, bahwa setelah semua pekerjaan membersihkan
selesai, masih ada tempat kotor yang harus mereka gosok
lantainya lagi. Tentu masih dengan mata yang mengawasi,
apakah perintah dituruti dengan penuh pengabdian atau
penuh kejengkelan. ''Akhirnya, para calon murid dipersilakan sarapan bersama
dengan para anggota perguruan. Pertama, setiap calon murid
diberi roti kering, tetapi diberitahu agar jangan memakannya.
Beberapa tetap memakannya, tetapi yang lebih bijak tidak
melakukannya. Kemudian mereka diberi mangkuk kecil yang
tanpa dasar, tetapi hanya pertanyaan bodoh atas pilihan aneh
atas cara makan ini jika tetap dipertanyakan, karena setelah
itu mereka diberi bubur. Mereka yang bertanya bagaimana
cara makannya segera disuruh pergi dan dinyatakan gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua calon murid yang pertanyaannya dianggap kurang
cerdas dan kurang pengetahuan, tidak akan bisa dipercaya
menyimpan rahasia perguruan. Mereka yang cukup bijak
untuk bersabar dan tidak memakan roti keringnya, kini tahu
bisa meletakkannya di dasar mangkuk. Ketika bubur itu tiba,
mangkuk mereka sudah dapat digunakan.
''Mereka yang lulus dari ujian sarapan diberi tugas bekerja
di dapur. Di sana kemampuan mereka diuji lebih jauh dengan
melihat bagaimana masing-masing bekerja sama dengan yang
lain dan bagaimana mereka bekerja ketika melakukan tugas-
tugas yang sulit. Pada akhir penempatan di dapur, mereka
diminta untuk membunuh dan mempersiapkan kelinci putih.
Padahal kelinci putih dianggap sebagai hewan yang disucikan,
dan memakannya adalah suatu kesalahan besar. Dalam hal ini
tanggapan terbijak adalah lebih baik menerima pukulan-
pukulan daripada membunuh makhluk itu.
"SELANJUTNYA, para calon diuji kejujurannya. Maka
mereka diberi sejumlah uang untuk keperluan tertentu.
Kemudian disampaikan kepadanya bahwa yang semula
diperlukan sudah tidak dibutuhkan lagi dan ia diminta
mengembalikannya. Setelah itu mereka diberi kembali
sebagian uang itu, dengan alasan uang yang mereka
kembalikan terlalu banyak. Jika sang calon murid menerima
kelebihan uang itu, ia dipersilakan pergi. Suatu ujian yang
mirip diulangi dengan berbagai macam manik-manik dan
cinderamata, kecuali bahwa ketika mengembalikan segera
dituduh jumlahnya kurang. Di sini calon akan dinilai
kemampuannya menangani keadaan.
"Mereka yang masih saja bertahan, lantas diberi ujian daya
tahan. Calon murid diminta menunggangi kuda yang binal di
bawah terik mentari tengah hari. Lebih lagi, ia harus tetap
berada di atas punggung kuda, sampai sebatang hio yang
panjang habis terbakar. Siapa pun yang tidak mampu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertahan menerima derita dan ketaknyamanan, dianggap
kurang jujur dan tidak cukup bersemangat menjadi murid.
"Akhirnya, yang tersisa dipersilakan bertemu muka dengan
suhu secara resmi. Di sini mereka diminta minum secangkir
teh bersama suhu, untuk menjadi murid secara penuh. Suhu
sendiri yang akan menuangkan teh, tetapi jika siapapun dari
mereka meminumnya, akan langsung dipersilakan pergi.
Adapun alasan dari pengusiran kasar ini, dengan membiarkan
suhu melayani mereka, mereka telah merendahkan perannya
hanya menjadi seorang pelayan, yang berarti mereka merasa
lebih tahu dari sang suhu.
"Tatacara dan sopan santun yang betul adalah mendekati
meja abu para leluhur yang terdapat di setiap perguruan dan
menuang teh dengan tiga ayunan pelahan, sambil berkata,
'Sahaya berikan penghormatan kepada para leluhur dan suhu
di hadapan sahaya, dan para suhu yang tidak sahaya kenal
tetapi yang telah menyumbangkan pengetahuan bagi umat
manusia,'. Selanjutnya, ia harus mengisi kembali cangkirnya
dan berkata, 'Setelah memberikan penghormatan kepada para
suhu sebelum masa hidup sahaya, kini sahaya memberikan
penghormatan kepada suhu yang berada di s ini, kepada s iapa
diri sahaya berharap bahwa sahaya dianggap cukup berharga
melayaninya.' "Jika suhu itu puas, ia akan meminum tehnya dan calon
murid yang tersisa itu pun menjadi murid sepenuhnya."
Gerak rampak jurus-jurus Shaolin yang dibawakan murid-
murid terbaiknya itu menyentakkan diriku dari lamunan yang
panjang. Memang terlalu indah Perguruan Shaolin ini bagiku,
karena aku berada di bilik penginapan para tamu. Sebuah
kolam di tengah taman tampak dari jendela tempat diriku
melamun sekarang ini. Daun-daun teratai yang terbuka lebar
dan bunganya yang seperti sengaja merekah ketika cahaya
pertama menyentuhnya, tepat ketika aku sedang memandanginya. Burung-burung kecil dengan berbagai warna
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bulu yang sangat mencolok, sementara di kejauhan masih
juga terdengar siulan angin yang tentunya bertiup kencang
dari lembah ke lembah dari jurang ke jurang, seperti biasa,
bagai membawakan cerita dan warta dari suatu tempat yang
begitu jauh. Di sini kencangnya tiupan itu sudah jauh
berkurang, tetapi masih juga menggugurkan beberapa helai
daun, yang melayang-layang di udara dingin, dan akhirnya
jatuh memendarkan permukaan kolam. Di atas sebuah batu
yang menyeruak bagaikan pulau kecil di tengah kolam, kulihat
seekor kura-kura termangu di atasnya.
Aku teringat cerita Iblis Suci Peremuk Tulang tentang
kehidupan perguruan silat di Negeri Atap Langit setelah para
calon murid diterima sebagai murid.
"Pada titik itu," ujarnya, "mereka seperti memasuki suatu
keberadaan baru, begitu rupa sehingga mereka dianjurkan
untuk melupakan masa lalu mereka. Bahkan bagi mereka
biasanya diberikan nama baru yang akan menjadi nama
sebagaimana mereka harus dikenal dalam keluarga orang-
orang jantan. "Adapun jantan di sini tidak mutlak menunjuk kelamin,
melainkan s ikap hidup jantan yang selayaknya menjadi bagian
takterpisahkan dalam kehidupan di sungai telaga. Disebut
selayaknya, karena bukan takbanyak mereka yang berilmu
silat sangat tinggi, ternyata bisa begitu licik dan culasnya,
yang tidak memungkinkan untuk disebut sebagai jantan dari
sudut pandang mana pun. "Perguruan kini menjadi keluarga para murid, dan terdapat
susunan kedudukan serta peraturan keras yang harus dipatuhi
semua orang. Guru para murid, karena suhu hanya mengajar
murid-murid yang pelajarannya sudah lanjut, disebut Bapak
Guru atau Bapak Pelatih. Jika Bapak Guru ini sudah menikah,
isterinya akan dikenali sebagai Ibu Guru atau Ibu Pelatih.
MURID yang telah lebih dulu masuk dari murid baru
dikenali sebagai Saudara Tua, tidak peduli berapa umur yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya. Begitu juga murid yang baru masuk dirujuk
sebagai Saudara Muda. Guru lain pada tingkat pengajaran
yang sama disebut Paman Guru dan murid itu menjadi para
keponakannya. ''Kegiatan sehari-hari tidaklah sama di antara berbagai
perguruan. Ada murid-murid yang tinggal di rumahnya
masing-masing, ada yang wajib tinggal di perguruan, dan itu
berarti jika yang satu wajib bekerja di halaman rumah atau
dapur pondok sang suhu, maka yang lain cukup membayar
iuran sahaja. Di Perguruan Shaolin, yang pada dasarnya
adalah Kuil Shaolin, terdapat masa

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerja, dhyana berkelompok, dhyana tunggal, tugas maupun upacara-upacara
yang harus dihadiri. Jadi dengan perbedaan yang besar antara
berbagai perguruan, untuk mencoba menggambarkannya
dengan sesuatu yang mewakili semuanya adalah usaha
kurang bertanggungjawab. ''Lebih aman menyatakan, setiap perguruan yang bersungguh-sungguh memiliki satu kesamaan: dimulai dari
saat matahari terbit yang dirayakan dengan lagu puja atau
tindak dhyana bersama, lantas barulah dibagi antara kerja,
belajar, latihan, dan dhyana, yang berakhir ketika matahari
tenggelam. Biasanya para murid mengkuti urutan kegiatan
seperti ini selama kurang lebih sepuluh tahun, sebelum ia
dipertimbangkan layak untuk mengajar sendiri. Putus di
tengah jalan dari pembelajaran mahaberat ini adalah biasa
dan sedikit yang diterima sebagai telah menyelesaikan
pelajaran. ''Namun murid bisa meninggalkan perguruan karena a lasan
berbeda, yang paling sering adalah menambah perbendaharaan aliran ilmu silat yang mereka kuasai.
Akibatnya, memang tidak mengherankan jika terdapat murid
yang telah belajar pada dua belas suhu, meski tidak berarti ia
bisa disebut yang paling berpengetahuan. Rahasia sebenarnya
ilmu silat biasa disimpan bertahun-tahun, sampai sang suhu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yakin bisa mempercayai seseorang, dan bahkan kemudian
menyampaikannya hanya kepada sedikit murid pilihan.''
Para murid Shaolin telah menyelesaikan latihannya, dan
mereka tidak kelihatan lagi, tetapi di dekat kolam baru kulihat
sekarang para bhiksu kecil berkepala gundul masih
menyelesaikan sisa-sisa latihannya. Tampak salah seorang
anak terkilir, terjatuh, sehingga tak bisa melompat,
menendang, dan memukul seperti yang lain. Bapak Guru
mereka yang sudah tua sekali mendiamkannya saja, sampai ia
menepi sambil merayap sendiri. Inilah anak-anak berbakat
yang diburu Perguruan Shaolin ke berbagai penjuru Negeri
Atap Langit, karena para suhu memang menghendaki bakat
andalan bagi ilmu silat mereka yang tersohor. Bahkan para
panglima perang merasa lebih tenang jika terdapat para
bhiksu Shaolin dalam pasukannya untuk menghadapi pasukan
asing. Sebagian anak-anak itulah yang kulihat berlatih ilmu
meringankan tubuh dengan guru lain. Jika masih sekecil itu
ilmu silat mereka sudah begitu tinggi, bagaimana pula jika
mereka masih terus memperdalam ilmu silatnya sampai
dewasa. Para bhiksu Shaolin dengan pendekatan chan dalam
kebuddhaan tentu menempatkan ilmu silat sebagai cara
penting menuju pencerahan. Ilmu silat untuk mendapatkan
kesehatan badan, ilmu silat untuk mencapai ketenangan jiwa,
dan ilmu silat untuk membela kebenaran.
Pagi masih dingin dan berkabut, tetapi aku sudah menghela
nafas panjang mengingat apa yang kukenal selama ini dalam
dunia persilatan. Mengapa dalam pembelajaran di Kuil Shaolin
tidak pernah disebut tentang kematian dalam puncak
kesempurnaan manusia melalui pertarungan" Mungkinkah
yang kukenal dalam pembelajaran ilmu silat selama ini salah"
Para bhiksu cilik itu tertawa-tawa, salah seorang teman
mereka basah kuyup ketika melakukan kesalahan gerak dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tercebur masuk ke dalam kolam. Aku tersenyum. Betapapun
mereka itu masih kanak-kanak!
(Oo-dwkz-oO) DI ruang minum teh, sebelum Penjaga Langit tiba untuk
sarapan bersama, Yan Zi dan Elang Merah menyampaikan
kepadaku sambil berbisik-bisik, bahwa sebenarnya telah
melihat pencuri tubuh itu sebelum menghilang ke balik kelam.
Setelah mendengar ciri-cirinya aku terhenyak.
''Ia bercaping lebar"''
''Ya!'' ''Ia berambut lurus panjang sampai ke bahu"''
''Ya!'' ''Ia menyoren dua pedang bersilang"''
''Ya!'' AKU tidak bertanya apakah ia menunggang kuda Uighur,
karena seseorang tidak akan mengambil tubuh Penyangga
Langit dan berkelebat menghilang ke dalam kelam di atas
seekor kuda, betapapun hebat kuda yang ditungganginya itu.
Memang dari kedai ke kedai kadang kudengar cerita tentang
pendekar berkuda yang begitu dahsyat, yang bersama
kudanya dapat berkelebat seperti kilat. Namun janganlah
terlalu percaya dengan sembarang cerita di sembarang kedai!
''Harimau Perang!'' Aku berbisik tetapi dengan nada meninggi, sehingga para
bhiksu petinggi Perguruan Shaolin itu menoleh. Mereka
kenalikah nama Harimau Perang" Di tempat terpencil seperti
ini mungkin tidak, tetapi apakah kepentingan Harimau Perang
dengan mencuri tubuh Penyangga Langit itu"
Aku terkesiap, usaha pembunuhan kedua bhiksu kepala di
dua kuil yang berbeda bukan tak ada hubungannya! Y a, nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harimau Perang kini terhubungkan dengan kedua tempat itu!
Kini aku bisa membenarkan dugaan, usaha pembunuhan
Bhiksu Kepala Pemangku Langit dari Kuil Pengabdian Sejati di
Daerah Perlindungan An Nam, selain merupakan usaha
pembersihan unsur-unsur penentang pendudukan Negeri Atap
Langit, juga untuk mengalihkan perhatian atas perjalanan
rahasianya yang penting. Sebegitu jauh, diketahui bahwa
perjalanan itu dilakukan atas panggilan pihak istana di
Chang'an, karena pencapaiannya yang sangat berhasil dalam
mempertahankan Kota Thang-long, memukul mundur gabungan pasukan pemberontak, bahkan menewaskan
Panglima Amrita Vighnesvara yang didatangkan dari Khmer
untuk memimpin para pemberontak Viet yang gemar
berperang. Mungkinkah bukan pihak istana Chang'an melainkan
sebetulnya Golongan Murni yang berada di balik segenap
penugasan Harimau Perang" Jaringan Partai Pengemis yang
menyebar tanpa bisa dibatasi oleh negeri maupun pulau,
mungkin telah memberi jasa agar perhatian teralihkan, bukan
hanya dari tubuh Penyangga Langit, tetapi juga dari Golongan
Murni itu sendiri. Jika benar, tentu masih belum jelas bagiku,
dengan alasan apa Bhiksu Kepala Penyangga Langit harus
dibunuh oleh Golongan Murni, karena betapapun selama ini
Perguruan Shaolin bersedia membantu balatentara Negeri
Atap Langit menghadapi pasukan mana pun yang melanggar
perbatasan. (Oo-dwkz-oO) Episode 190: [Rahasia Penjaga Langit]
SARAPAN bersama ini tampaknya juga dimaksudkan
sebagai acara perpisahan, tetapi sekaligus menguji kemampuan, bukan demi maksud menantang, melainkan
kebiasaan dunia persilatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertama, meskipun disebut makan bubur, mangkuk yang
tiba di tanganku hanya berisi kuah beras yang cair tanpa
sendok. Namun belum lagi aku membuka mulut, melesatlah
sepasang sumpit dengan kecepatan kilat, langsung terarah ke
jantungku! ''Ah, maaf! Kami lupa menyertakan sumpitnya!''
Terdengar teriakan bhiksu yang tadi membagi mangkuk.
Tidak kuketahui kapan ia me lesatkan sumpit itu, yang berarti
ilmu silatnya memang sangat tinggi, tetapi kedua sumpit
ternyata bisa kutangkap juga.
''Terima kasih,'' kataku dengan tenang.
Namun ketika akan kugunakan, kutahu itulah uji
kemampuan kedua, karena tak mungkin menggunakan sumpit
bagi kuah yang cair. Maka kusalurkan ch'i kepada mangkuk
yang kupegang, sehingga kuah itu mengeras, bukan hanya
seperti bubur, tetapi lebih keras lagi seperti nasi!
''Wah, rupanya di Perguruan Shaolin bubur bisa
dikembalikan jadi nasi,'' kataku sambil makan nasi yang agak
lengket itu dengan sumpit, yang nyaris tidak ada rasanya
sama sekali. ''Tapi nasi itu hambar bukan" Silakan ambil garamnya!''
ujar sang bhiksu pula. Tanpa terlihat oleh mata orang awam dilemparkan
segenggam garam ke arahku, yang segera semburat
menyebar dengan kecepatan kilat. Tentulah ini tantangan
untuk tidak membiarkan sebutir pun garam terbuang
percuma. Maka aku pun melesat lebih cepat dari kilat, setelah
menelan nasi yang tersisa aku melompat untuk menyambut
dan menampung setiap butir garam itu dengan mangkukku,
langsung mengembalikannya ke atas baki yang dipegang sang
bhiksu, lengkap dengan sumpit berjajar rapi di atasnya. Tak
lupa kutotok pula jalan darahnya sehingga ia hanya bisa
berdiri mematung saja. Dengan kecepatan begitu tinggi, tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pun mengetahui urutan kejadian ini, tetapi mangkuk
itu bagaikan tiba-tiba saja kembali ke baki.
"TERLALU banyak garam ini, jadinya terlalu asin nanti,
lagipula buburnya sudah tidak ada lagi, jadi tolong diterima
kembali mangkuknya," kataku.
Semua orang di bangsal itu terhenyak dan bergumam
tertahan, Penjaga Langit menatap bhiksu yang masih kaku itu.
Jika bhiksu itu sendiri maupun Penjaga Langit tak bisa
melepaskan dirinya dari totokan, Perguruan Shaolin tentu akan
mendapat malu dan peristiwa ini akan menjadi pembicaraan
dari kedai ke kedai sebagai arang yang mencoreng di wajah.
Pantaslah Penjaga Langit menjadi sangat tegang.
Namun keadaan itu tentu juga tidak kuinginkan. Maka
kujentikkan sebutir garam yang sengaja masih kusisakan
untuk membuka totokan jalan darah itu. Bhiksu itu pun
bergerak kembali tanpa seorang pun menyadari betapa ia
sempat berdiri kaku seperti arca.
"Sekali lagi terima kasih banyak," kataku.
Bhiksu itu, yang mungkin belum mengalami perlakuan
seperti itu, seperti mau melakukan sesuatu, tetapi Penjaga
Langit sempat kulihat mencegahnya. Memang lebih baik
begitu, karena basa-basi uji kemampuan ini sering kudengar
berkembang menjadi pertarungan yang menumpahkan darah.
"Yan Zi," ujar Penjaga Langit mengalihkan perhatian, "jadi
bagaimana kabarnya dengan sahabatku Angin Mendesau
Berwajah Hijau" Sudah lama ia tak pernah berkunjung kemari.
Mau mencari ke tempatnya sama sekali tidak mungkin
bukan?" Saat itu kurasa aku mengerutkan keningku. Dalam
pengalihan perhatian itu tanpa disadarinya Penjaga Langit
secara tidak langsung telah membuka rahasianya sendiri.
Sangat penting bagiku untuk menyadari, Angin Mendesau
Berwajah Hijau tidak mempercayai Penjaga Langit sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali! Memang benar jalan masuk menuju Kampung
Jembatan Gantung tidak dapat diberitahukan kepada
sembarang orang, tetapi jika kepada seorang tokoh Perguruan
Shaolin yang mengaku sebagai sahabat, bahkan perguruan itu
bersedia menerima dan mendidik Yan Zi Si Walet sampai dua
puluh tahun, pastilah terdapat bukan sembarang penyebab.
Aku menduga tentunya Penyangga Langit yang dulu telah
memutuskan untuk menerima Yan Zi, dan mungkin saja justru
Penjaga Langit tidak sepenuhnya setuju, bukan karena Yan Zi
seorang perempuan, melainkan karena Yan Zi adalah anak Wu
Zetian dari An Lushan, yang pemberontakannya masih
menyebabkan kesengsaraan dalam kemiskinan sampai hari ini.
Selama Yan Zi berbasa basi aku terus berpikir-pikir,
tidakkah para bhiksu ini, setidaknya Penjaga Langit sendiri,
telah bersikap terlalu tenang dengan hilangnya tubuh Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit dengan cara seperti
itu" Kuingat saat tubuh mereka masih mengambang saat
tubuh itu menghilang. Apa yang sebenarnya telah terjadi"
Dari sosok yang diceritakan Yan Zi dan Elang Merah, aku
hampir yakin pencuri tubuh Penyangga Langit adalah Harimau
Perang. Jadi perjalanan Harimau Perang sebetulnya memang
sudah terencana arahnya, bahwa dalam perjalanan menuju
Chang'an dia akan melewati Perguruan Shaolin. Betapapun,
usaha pembunuhan Yang Mulia Bhiksu Kepala Pemangku
Langit di Kuil Pengabdian Sejati bukannya tidak diketahui,
tetapi sangat kuat dugaan merupakan bagian dari rencana
Harimau Perang untuk menyamarkan perjalanan rahasianya.
Apakah yang menjadi tujuan Harimau Perang kali ini"
Namun pertanyaan yang lebih mengganggu bagiku,
betapapun tingginya ilmu halimunan demi kepentingan
penyusupan yang dimiliki Harimau Perang, mungkinkah para
bhiksu Shaolin pilihan, yang bahkan mampu sembahyang
dengan tubuh mengambang, tidak akan memergoki pencurian
di depan mata seperti itu" Setidak-tidaknya ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penyangga Langit sendiri tentu begitu tingginya, terbukti aku
pun tidak me lihat kedatangannya ketika berhadapan dengan
Cadas Kembar. Sekarang aku mengerti kenapa pikiranku masih ruwet
menjelang tidur semalam. Pikiranku tertutup oleh kepercayaan
tanpa penalaran, menjadi kebenaran yang sulit dihapuskan.
Bagai tidak ada gunanya telah kupelajari Nagasena maupun
Nagarjuna. Bukankah Nagasena yang berkata:


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bentuk, o Raja! Tak dapat diuraikan oleh kiasan!
Namun isinya bisa! Sementara Nagarjuna berujar:
suatu akibat yang dibuat oleh keadaan atau bukan-keadaan
bukanlah bukti karena ketidakhadiran akibat
bagaimana mungkin keadaan atau bukan-keadaan
menjadi bukti" Kedua pemikir itu berfilsafat tentang dunia sebagaimana
manusia berusaha memberi makna, mengada dan menafsirkannya, di dalamnya. Kutahu mestinya memancing
perbincangan yang jauh lebih rumit. Namun bagi kepentinganku sekarang, cukuplah aku melepaskan Shaolin
dari Shaolin, melepaskan bhiksu dari bhiksu, dan sekaligus
juga berarti melepaskan kebenaran dari kebenaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertimbanganku tentang semua kejadian ini telah dibutakan
oleh pemahamanku sendiri, seolah-olah aku mengetahui
kebenaran. Padahal yang terjadi adalah diriku dipermainkan
oleh kebenaran. Dengan menghapuskan ini, apa yang
seharusnya memang mudah menjadi suatu kemudahan
kembali. Jika Shaolin bukanlah Shaolin, bhiksu bukanlah
bhiksu, dan kebenaran bukanlah kebenaran, aku bisa
mempertimbangkan betapa Yang Mulia Bhiksu Kepala
Penyangga Langit telah dibunuh dan tubuhnya dibawa pergi
dengan sepengetahuan para bhiksu itu, termasuk Penjaga
Langit yang merupakan tangan kanannya sendiri!
Bahkan Perguruan Shaolin, sebagai benteng keagamaan
dalam dunia persilatan, tidak luput dari jaringan rahasia
kejahatan... (Oo-dwkz-oO) DARI Perguruan Shaolin kami berhasil mendapatkan seekor
kuda bagi Elang Merah dan hari itu juga kami bertiga sudah
melanjutkan perjalanan. Aku menatap dinding-dinding raksasa
dengan air terjun gemuruh yang bintik-bintik airnya
membiaskan cahaya pelangi. Di atasnya hutan lebat sampai ke
kaki gunung batu berikutnya, tetapi daerah ini akan segera
kami tinggalkan. Meskipun jalanan di sana-sini masih curam,
dengan lambat tetapi pasti kami semakin mendekati
peradaban, meski janganlah dahulu membayangkan betapa
aku akan segera tiba di Chang'an.
Aku berpikir keras tentang segala peristiwa yang kualami,
sayang sekali nyaris tanpa segala bukti. Namun jika bukti bisa
menipu dan membawa kita ke arah yang keliru, kepekaan
naluri dan ketajaman pikiran menjadi sangat penting dan
berarti. Betapapun, tidakkah dunia ini masih menarik hanya
karena masih ada rahasia yang menantang dibuka" Bagi
manusia tampaknya bahkan tidak terlalu penting suatu rahasia
itu akan menjadi terbuka atau tidak terbuka, karena yang
penting adalah usaha tanpa akhir untuk berusaha
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membongkar rahasia itu, meski tiada jawaban yang akan bisa
memuaskannya, seperti pertanyaan tentang kenapa dunia ini
harus ada. Namun ini bukanlah rahasia filsafat, melainkan permainan
kerahasiaan dalam pertarungan kekuasaan di dunia persilatan,
kenegaraan, maupun keagamaan. Jadi kurasa aku harus
mampu membukanya, karena secara samar-samar kulihat
jaringan halus yang menghubungkannya. Perkara dua bhiksu
kepala di Kuil Pengabdian Sejati dan Perguruan Shaolin
misalnya, jelas terhubungkan oleh perjalanan rahasia Harimau
Perang ke Chang'an. Sementara perjalananku untuk
membuntuti Harimau Perang itu sendiri, tanpa disengaja telah
membongkar banyak keterangan tentang jaringan rahasia di
dalam istana, setidaknya seperti diperlihatkan jaringan orang-
orang kebiri. Mengingat jaringan orang kebiri ini berkait kelindan dan
bersilang sengkarut di dalam istana Chang'an, yang juga
menjadi tujuan Harimau Perang, jika keterangan jaringan
mata-mata para bhiksu Kuil Pengabdian Sejati bukan
keterangan palsu, maka tugas baruku untuk mengawal Y an Zi
menyusup ke istana Chang'an guna mengambil kembali
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, kuharap bukan
menjauhkan tetapi justru mendekatkanku kepada kunci-kunci
pemecahan masalah yang selama ini bagaikan serbagelap.
Penjaga Langit itu, kenapa Angin Mendesau Berwajah Hijau
tdak mempercayainya untuk masuk ke Kampung Jembatan
Gantung" Maka aku pun bertanya kepada Yan Zi seandainya ia
tahu sesuatu tentang hal itu.
''GURU Angin Mendesau Berwajah Hijau sebetulnya tidak
bersahabat dengan Penjaga Langit, melainkan dengan Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit. Kepada beliaulah Guru
berbicara tentang diriku, dan sesungguhnyalah waktu itu
Penjaga Langit pun belum mendapat namanya. Hanya setelah
latihan keras dan ketabahan menerima ujian-ujian Perguruan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Shaolin yang berat, selain penguasaannya atas segala sutra
maka ia bisa menjadi orang kedua setelah Penyangga Langit
di Perguruan Shaolin, dengan gelar Penjaga Langit.
Seharusnya kedudukan orang kedua itu dipegang adik
seperguruan Penyangga Langit, tetapi rupanya ia seorang
bhiksu yang lebih suka mengembara, mula-mula mempelajari
aliran Yogacara seperti diajarkan Dignaga, yang dianut
sejumlah bhiksu di Nalanda, Jambhudvipa, lantas ia berlayar
dari sana dan mendarat di Daerah Perlindungan An Nam, dan
sampai sekarang takpernah kembali.
''Menurut Guru, Penjaga Langit selalu khawatir adik
seperguruan Penyangga Langit itu kembali, karena jika
demikian yang terjadi, maka Perguruan Shaolin tidak akan
dipimpin olehnya setelah Penyangga Langit meninggal,
melainkan oleh adik seperguruannya yang katanya telah
mendirikan Kuil Pengabdian Sejati di Daerah Perlindungan An
Nam dan bergelar Pemangku Langit. Kini setelah Penyangga
Langit terbunuh, tentu Penjaga Langit yang akan memimpin
Perguruan Shaolin, sesuai dengan cita-citanya. Penjaga Langit
pada dasarnya bukan hanya ingin menjadi bhiksu kepala
Perguruan Shaolin, tetapi memendam kehendak menjadi
bhiksu kepala agung yang menguasai Kuil Shaolin di seluruh
Negeri Atap Langit. ''Memang benar Penjaga Langit tinggi ilmu silatnya, karena
jika tidak tak mungkinlah ia menjadi orang kedua sete lah
Penyangga Langit di Perguruan Shaolin, tetapi Shaolin
betapapun adalah tetap kuil keagamaan, tempat ukuran yang
diterapkan bukan sekedar kekayaan pengetahuan tetapi justru
kedalaman jiwa dalam penghayatan dan pencapaian
pencerahannya. Dalam hal ini, meski sutra dan ilmu silat
dikuasai Penjaga Langit, ia tidak mungkin mencapai tingkat
kejiwaan yang tinggi jika tujuan hidupnya masih duniawi.
Adapun yang dikhawatirkan, seperti pernah dibisikkan Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit kepada Angin
Mendesau Berwajah Hijau, jika Perguruan Shaolin yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merupakan pusat pendalaman ilmu silat para bhiksu terpilih
dari berbagai penjuru Negeri Atap Langit, berada di bawah
pimpinan Penjaga Langit, maka justru akan diarahkan
berdasarkan kepentingan pribadinya sendiri.
''Dalam hal Kampung Jembatan Gantung, sebagai tetangga
terdekat yang tersembunyi begitu rapi, dan berpenduduk
keturunan pemberontak yang keselamatannya belum terjamin
sama sekali, Penyangga Langit telah mempunyai suatu firasat
dengan Penjaga Langit ketika diriku semula ditolaknya belajar
di Perguruan Shaolin karena bukan bhiksuni. Ia tidak bisa
berbuat apa-apa ketika Penyangga Langit menerima
permintaan Guru untuk melatihku Ilmu Pedang Mata Cahaya
yang rumit itu. Ia bahkan juga sangat tidak suka bahwa dalam
kenyataannya hanya dirikulah yang akan menguasai ilmu
pedang itu, karena memang hanya diriku yang memiliki
Pedang Mata Cahaya, meski baru yang untuk tangan kanan.
''Penyangga Langit dengan sengaja tidak pernah bertanya
kepada Guru Angin Mendesau Berwajah Hijau tentang letak
Kampung Jembatan Gantung, karena jika dirinya tidak
bertanya maka Penjaga Langit juga tidak dianggap perlu
bertanya. Betapapun, dari Perguruan Shaolin inilah para
bhiksu diminta membantu berbagai pertempuran di perbatasan, sehingga jika menyadari kampung itu menyembunyikan para pelarian dan keturunan pemberontak,
sangat berbahaya jika rahasia persembunyiannya dibuka
kepada sembarang orang. Penyangga Langit memiliki
kebijakannya sendiri untuk membuka Perguruan Shaolin
bagiku, tetapi Penjaga Langit sampai hari ini masih tidak
bersedia membuka diri tentang apa yang dipikirkannya
mengenai kebijakan itu.''
Setelah berjalan berhari-hari mencari jejak Harimau Perang
aku semakin disadarkan betapa telah tertipunya diriku oleh
penampilan para bhiksu, dengan jubah kuning, kepala gundul,
dan dengung lebah dalam upacara mereka, maupun nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besar Shaolin yang sudah lama kudengar, takmasuk di akalku
bahwa kekuasaan bukanlah daya tarik yang tabu bagi
siapapun. Dengan cara dan bahasanya sendiri, para bhiksu
juga memiliki kepentingan untuk ikut meramaikan permainan
kekuasaan. Pantaslah Penjaga Langit memberi kesan tidak mau
dibantu, dan ingin agar urusan hilangnya tubuh Yang Mulia
Bhiksu Kepala Penyangga Langit menjadi urusan mereka saja.
AKU telah mengira alangkah sabar dan tenangnya para
bhiksu, sejak aku diberitahu tentang tewasnya bhiksu kepala
itu, diserang Partai Pengemis, dan akhirnya bahkan tubuh
bhiksu kepala itu hilang. Ternyata perkiraanku sangat mungkin
keliru. Sekarang ini apa salahnya jika kuperkirakan, betapa
ketenangan itu bersumber dari kenyataan bahwa pembunuhan
dan pelenyapan tubuh bhiksu kepala dilakukan sepengetahuan
Penjaga Langit itu sendiri"
"Itulah yang juga kupikirkan," ujar Elang Merah, "hanya
tidak jelas mengapa tubuh itu harus dilenyapkan pula."
Elang Merah setuju bahwa sejauh bisa diketahui
berdasarkan pemikiran Penjaga Langit, bisa diterima bahwa
Penjaga Langit berusaha menyingkirkan Penyangga Langit,
karena cita-citanya atas kekuasaan itu; tetapi masih belum
jelas kenapa tubuhnya harus juga disingkirkan.
Elang Merah menegaskan, "Bahkan sangat mungkin orang-
orang Partai Pengemis itu sebetulnya diundang oleh Penjaga
Langit, dan tidak mendapat perlawanan karena Penjaga Langit
telah memengaruhi hampir semua bhiksu Perguruan Shaolin!"
Aku masih ragu, apakah benar hampir semua, dan bukan
hanya sebuah komplotan yang terlibat perebutan kekuasaan
diam-diam ini" "Cadas Kembar!" Elang Merah berteriak tiba-tiba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mereka tentu tidak termasuk ke dalam komplotan!
Bukankah mereka katanya sedang dihukum! Keduanya tampak
seperti orang jujur!"
"Ya, mereka orang jujur," kataku pula.
"Mereka sengaja ditugaskan berjaga di luar dan rencananya
dikorbankan jika barisan penyusup dari Partai Pengemis itu
tiba, tetapi kita telah datang tanpa diduga dan mengacaukan
rencana," Elang Merah terus berbicara, "memang mereka
akhirnya tetap mati, tetapi tidak dibayangkan tentunya
kehadiran kita saat itu, yang akhirnya mengorbankan ratusan
pengemis juga. Pantas mereka tidak melakukan tindakan apa-
apa ketika barisan itu tiba. Kedatangan kita dan kejadian
selanjutnya terlalu cepat untuk membuat mereka mengubah
rencana! Partai Pengemis itu terlalu mudah masuk ke sana!'
"Tidak banyak yang tahu," ujar Yan Zi menyambung,
"Penyangga Langit menemukan Penjaga Langit sebagai bayi
pengemis yang diletakkan di depan pintu Kuil Shaolin.
Penyangga Langit masih sempat melihat sepasang pengemis
yang meletakkannya berkelebat menghilang, ketika sebagai
bhiksu muda Shaolin ia bertugas meronda kuil. Sedangkan
pengemis yang bisa berkelebat seperti itu tentulah bukan
pengemis sembarang pengemis, melainkan pengemis anggota
Partai Pengemis. Kelakuan para pengemis itu sama saja,
katanya mereka bergaul lebih buruk dari binatang, karena
anaknya hampir selalu mereka buang. Meletakkan bayi di
depan kuil tidak terlalu sering dilakukan, makanya Penyangga
Langit berpikir betapa sepasang pengemis yang berkelebat itu
masih memiliki harapan bagi anak mereka itu.
"Sejak kecil Penjaga Langit sudah diberitahu asal-usulnya,
yang membuatnya di segala kesempatan berusaha mencari
manusia jantan dan manusia betina yang perilakunya telah
membuat dirinya ada di dunia dengan cara seperti itu.
Tampaknya ia tidak pernah menemukan manusia jantan dan
manusia betina yang dimaksudnya, barangkali mereka bahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah mati bergelimpangan begitu saja, sebagai mayat-mayat
terlantar yang dibakar. Namun pencariannya itu, sebagai
bhiksu yang juga pernah mengalam i masa-masa harus selalu
mengemis untuk makanannya hari itu, membuatnya terhubungkan dengan Partai Pengemis, yang karena juga
akhirnya mengetahui riwayat Penjaga Langit maka menganggap sang bhiksu sebagai bagian, bahkan keluarga,
dari Partai Pengemis."
Dengan banyak keterangan tambahan. Memang yang
semula kabur menjadi lebih jelas. Namun bukti tentu tetap
diperlukan demi kepastian. Peristiwa bunuh dirinya orang
kebiri Si Musang di Kampung Jembatan Gantung bisa
dipastikan hanya karena terdapatnya bukti, bahwa ia telah
minum teh beracun seperti yang telah ditemukan dalam
kantong bajunya, dan bahwa racun semacam itu hanya
mungkin didapat dari kalangan istana.
Aku dan Yan Zi saling memandang, kami berpikir tentang
perkara yang sama rupanya, bahwa seperti yang terjadi
dengan Si Musang, kami hanya bisa mendapat kemajuan
dalam penyelidikan jika sempat memeriksa tubuh Yang Mulia
Bhiksu Kepala Penyangga Langit yang lenyap tersebut. Namun
setidak-tidaknya kami tidak mungkin menyangkutkan masalah
ini dengan orang kebiri Si Musang, karena kami betapapun
masih menyembunyikan kematian Si Musang dari pengetahuan Elang Merah. NAMUN pemikiran Elang Merah ternyata tetap sejalan.
"Jika kita bisa menemukan sosok yang dikau sebutkan
sebagai Harimau Perang itu lebih dulu dari sepuluh murid
Perguruan Shaolin yang mereka kirim, wahai Pendekar Tanpa
Nama, tentu kita bisa menyidik dengan lebih baik," katanya,
"artinya jika tubuh bhiksu kepala itu masih dibawanya."
"Tapi kita sudah berjalan beberapa hari tanpa menemukan
jejak apapun Elang Merah," kata Yan Zi, "apakah mungkin
tubuh itu masih dibawanya terus?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Elang Merah tidak menjawab. Aku pun tidak. Kami kesal
karena sempat bersikap betapa sebenarnya kejadian di
Perguruan Shaolin itu bukan urusan kami, seperti terarahkan
oleh pernyataan Penjaga Langit, bahwa masalah ini
merupakan tanggungjawab mereka dan bukan kami. Bahkan
aku pun sampai seperti melupakan, bahwa tujuan utama
perjalananku sebetulnya adalah membuntuti Harimau Perang!
Aku jadi merasa amat bersalah kepada Amrita! Adakah ini
disebabkan karena diriku melakukan perjalanan bersama dua
perempuan, yang dalam kenyataannya memang bukan
sembarang perempuan" Namun janganlah dahulu keliru
dengan apa yang kumaksudkan sebagai bukan sembarang
perempuan. Sempat kuceritakan tentang sesuatu yang tidak kukenali
pada diri Yan Zi Si Walet, dan itu secara samar baru
kudapatkan jawabannya. Bukankah sudah kuceritakan pula
betapa ketika Elang Merah masih menunggang kuda di
belakang Yan Zi keduanya yang semula nyaris saling
berbunuhan itu terlihat bercanda dengan akrab sambil
berbisik-bisik takterdengar olehku" Bahwa dua perempuan
yang bersahabat kalau berbicara tubuhnya bisa begitu
berdekatan, sampai saling menempel, ketika berbisik-bisik
seperti itu bukanlah pemandangan asing bagiku. Namun itu
tidak berarti pandangan Yan Zi ketika Elang Merah berada di
dekatku harus menjadi amat tajam seperti itu bukan"
Kuingat pula usapan tangan Elang Merah di punggung
tanganku waktu itu, yang meski sekilas, tetapi karena dalam
waktu bersamaan terhirup pula olehku harum tubuhnya yang
meruap, memberikan makna yang sedikit banyak berarti.
Mengingat bagaimana pisau terbang bergurat gambar naga
indah pada kedua sisi yang menyambar dengan maksud
membunuhku dulu itu, kuhela napas panjang menyadari
perubahan kedudukan dalam dunia persilatan, dari lawan yang
nyaris saling berbunuhan, menjadi sepasang kekasih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takterpisahkan --tetapi meskipun kurasa diriku dan Elang
Merah bukan sepasang kekasih, pandangan Yan Zi Si Walet
jelas menunjukkan pandangan seseorang yang takut
kehilangan miliknya! Dalam perjalanan ini, setiap kali menemukan tempat
bermalam, mereka berdua selalu tidur dalam satu selimut.
Pengetahuanku tentang hubungan antarperempuan sangatlah
kurang, jadi tentu saja bagiku semula kuanggap wajar jika
dalam udara yang dingin itu keduanya saling berpelukan,
bahkan juga bila terlihat begitu ketatnya bagai takbisa lagi
dilepaskan. Dengan perjalanan mengarungi wilayah hutan dan
masih saja kadang-kadang menyisir tepian jurang yang curam,
dalam kelelahan waktu istirahat malam segala sesuatu tentang
perilaku mereka tidaklah kuperhatikan. Namun suatu malam
ketika mataku terbuka dan menghadap ke samping, hanya
kulihat selimut itu bagaikan suatu gundukan yang bergerak-
gerak. Dari dalam selimut itulah kudengar suara-suara dari kedua
perempuan pendekar tersebut. Suara-suara itu tidak
membentuk kata, tetapi jelas meski bagiku agak aneh
terdengar mesra. Kadang-kadang pula mereka saling
menyebut nama. Pada malam sunyi seperti itu tentu saja
terdengar jelas sekali. Aku baru mengerti bilamana kemudian
kulihat busana mereka ternyata terserak di atas selimut.
Aku segera membalikkan tubuh dan me lanjutkan tidurku
dan pada malam-malam berikutnya menjadi semakin terbiasa
dengan suara-suara seperti itu, meski apabila kemudian
bertemu pandangan mata Elang Merah masih kurasakan
bahasa tatapan yang sama. Pada suatu malam bahkan terjadi,
ketika suara-suara di balik selimut itu telah usai, dan tanpa
sengaja aku di bawah selimut juga memiringkan tubuh dan
membuka mata ke arah mereka, ternyata Elang Merah sedang
menatapku. Yan Zi memeluknya dengan erat dari belakang
dengan mata yang sudah tertutup. Lengan Yan Zi tampak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbuka merengkuh keluar selimut, sementara lengan Elang
Merah yang juga terbuka tampak mendekapnya. Matanya
menatapku dan aku pun menatapnya. Tanpa suara.
Mungkinkah tatapan mata dibahasakan" Apakah yang
dikatakannya kepadaku dan kata-kata apakah kiranya yang
dibacanya dalam tatapanku" Yan Zi sendiri, meski kemudian
tampak mengeratkan pelukannya, tidak pernah membuka
matanya. Hanya lengannya yang bergerak sebentar, seperti
memberi isyarat minta dielus, dan memang Elang Merah,
perempuan pendekar dari Tibet itu, lantas mengelus-elus
lengan putih yang memeluknya, sambil terus menatapku.
CAHAYA bulan yang menembus kabut, memperlihatkan
lengan putih kedua perempuan itu samar-samar bagaikan
pualam, bahkan juga pundak kedua perempuan yang terbuka
itu tampak dengan jelas, karena selimut hanya menutup mulai
dari dada ke bawah. Memang baru kali ini kulihat lengan dan
pundak keduanya dengan jelas, yang tampak lebih lemah
gemulai seperti lengan penari daripada lengan seorang
pendekar yang dengan pedangnya takterhitung lagi telah
menamatkan riwayat berapa ratus orang.
Elang Merah masih sempat kulihat tersenyum, bukan
kepadaku, tetapi atas keadaanku yang tidak punya pilihan lain
selain membalikkan tubuh dan masih mencoba meneruskan
tidur itu. Perempuan dari Tibet itu, pikirku, mengapa tidak menolak
Yan Zi padahal tampak menyambut tatapanku"
(Oo-dwkz-oO) KE manakah mencari jejak Harimau Perang" Sejak dari
Perguruan Shaolin arah yang kami ikuti adalah arah tempat
Yan Zi dan Elang Merah telah melihat sosok yang kusimpulkan
sebagai Harimau Perang itu menghilang ke balik kelam.
Menurut Penjaga Langit waktu itu, sepuluh murid Shaolin
terpilih yang mengejarnya ke arah yang lain, tentu akhirnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga akan memburu jejaknya di dalam kelam. Waktu itu pun
aku sebetulnya sudah heran, karena dengan dugaan betapa
pencuri tubuh itu ilmu silatnya tinggi sekali, semestinyalah
yang mengejar adalah Penjaga Langit sendiri.
Kiranya, seperti yang tidak kupaham i dengan pertunjukan
tubuh mengambang mereka, ternyata itu semua memang
patut dicurigai, apalagi jika setelah sebelumnya memintaku
berjaga-jaga, kemudian mengambil alihnya sebagai urusan
Shaolin sendiri. Rupanya perhatiankulah yang dialihkan, agar
tubuh Penyangga Langit bisa dibawa pergi, sementara para
bhiksu itu jika bukan sudah menjadi komplotan, mungkin
sudah ditipu, yang belum kuketahui bagaimana caranya.
Meski belum jelas bagaimana bisa dihubungkan, jejak
pertama bagai memunculkan dirinya sendiri, tetapi betapa
mengerikan! Kuda Yan Zi yang berjalan paling depan mendadak
berhenti. Di depannya, seorang bhiksu Shaolin tergantung
pada pohon yangliu dengan tali perlengkapan busana silatnya
sendiri. Rupanya satu dari sepuluh bhiksu yang telah
diperintahkan Penjaga Langit untuk mengejar Harimau Perang
itu. Dari bawah pun sudah terlihat dengan jelas, dadanya
merekah merah oleh sayatan bersilang, yang tentunya berasal
dari sabetan dua pedang menyilang dengan kecepatan setan.
Sudah jelas Harimau Perang ilmu s ilatnya tinggi sekali. Bahkan
bhiksu terpilih ini belum memegang senjata ruyungnya sama
sekali. Memang tidak mudah mengejar seseorang dari ke balik
kelam seseorang siap menyergap siapapun yang mengejarnya
dan belum siap sama sekali.
Para bhiksu Shaolin itu agaknya masih terlalu lugu
menghadapi ilmu halimunan yang digemari golongan hitam
dan kaum penyusup seperti ini. Ketika kami melanjutkan
perjalanan tanpa harus menurunkan mayat bhiksu itu,
ternyata memang satu persatu kami jumpai mayat bhiksu
Shaolin tergantung pada pohon yangliu. Tergantung dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergoyang-goyang karena angin yang menderu dari celah-
celah gunung batu, memperdengarkan suara bersiut-siut yang
terasa pedih mengiringi nasib para bhiksu itu. Dada mereka
semuanya tersayat sabetan pedang menyilang, merekah
merah dan menetes-neteskan darah.
(Oo-dwkz-oO) Episode 191: [Peti Mati yang Digantungkan]
"APA perlunya mereka digantung" Tidakkah cukup
membunuhnya dan meninggalkannya pergi jika ia ingin
menghindari orang-orang ini" Mengapa harus menggantungnya?" Yan Zi Si Walet bertanya-tanya.
Dapat kubayangkan bagaimana menggantung masing-
masing dari sepuluh bhiksu itu merupakan pekerjaan
tambahan. Namun kukira Harimau Perang me lakukannya
karena bermaksud mengirim suatu pesan.
"Sepuluh bhiksu itu mungkin menyerangnya satu persatu,
karena mencarinya ke dalam kelam secara tersebar, dan
setiap kali berhasil membunuhnya ia menggantung mayatnya,
mungkin untuk memperingatkan yang lain," ujar Elang Merah,
"tetapi bukannya para bhiksu menjadi takut, melainkan justru
maju karena yang dicari oleh masing-masingnya telah
ditemukan." Semula aku berpikir bahwa Elang Merah akan mengatakan
para bhiksu bukannya mundur, melainkan maju untuk
membalaskan dendam, tetapi rupanya sudah diterima sebagai
kenyataan betapa seorang bhiksu tidak akan melakukan
tindakan karena dendam. Maka Elang Merah menyebutkan,
bahwa mayat-mayat para bhiksu yang tergantung bagi yang
belum tewas dan menemukannya dimaknai sebagai jejak ke
arah sang buronan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
KUKIRA Harimau Perang pun tahu, para bhiksu tidak akan
mundur menyaksikan mayat-mayat kawannya yang tergantung, melainkan terpancing maju ke suatu arah, bukan
karena dendam membara, melainkan sekadar sebagai
petunjuk. Di sinilah justru dapat dikenali kecerdikan Harimau Perang
yang mengesankan! Ia tidak bermaksud mengancam atau
menakut-nakuti. Dari mayat ke mayat yang tergantung dari
pohon yangliu yang satu ke pohon yangliu yang lain ia
bermaksud menunjukkan arah, justru agar diikuti, padahal ia
tentu sudah tidak berada di arah itu! Artinya para bhiksu
Shaolin yang mengejarnya susul menyusul itu, bukanlah
sasaran utama pesannya yang menyesatkan sebagai mayat-
mayat yang tergantung, melainkan siapa pun yang telah
berusaha membuntutinya, agar ia mengira berada di arah
yang tertunjukkan oleh urutan sepuluh penggantungan
tersebut. Ia telah pergi ke arah lain! Ke mana"
''Jika memang pergi ke Chang'an, kita bisa mendahuluinya,''
kata Yan Zi setelah kusampaikan pendapatku, ''tapi siapa
sekarang yang bertanggung jawab atas tubuh Yang Mulia
Kepala Bhiksu Penyangga Langit"''
Aku telah mengambil simpulan, tubuh Penyangga Langit
dilenyapkan untuk menghilangkan jejak racun di tubuhnya,
yang akan menunjukkan kemungkinan segala cara dan asal-
usul pembunuhannya. Disebutkan bahwa kematiannya


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disebabkan oleh asap beracun dari hio yang dipegangnya
ketika memimpin upacara, dan kejadian itu telah mengorbankan pula sejumlah bhiksu yang berdiri di dekatnya,
setidaknya bhiksu-bhiksu baris terdepanlah yang bergelimpangan ketika melakukan pradhaksina. Namun Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit seorang yang tewas.
Karena hio diambil dari gudang perbekalan alat-alat
sembahyang, tentu hio berasap racun yang dipegangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diselundupkan dari luar, dan itu berarti terdapat kerja sama
orang dalam, yang berarti juga terdapatnya suatu komplotan.
Setelah mendengar cerita Yan Zi, kedudukannya mungkin
terbalik, bukannya terdapat komplotan yang bekerja secara
rahasia, melainkan terdapat sejumlah bhiksu saja yang tidak
menyetujui pembunuhan bersama itu. Setidaknya terdapat
para bhiksu yang pendapatnya tidak diketahui atau tidak
terlalu jelas atau cukup meragukan, dan karenanya harus
dilenyapkan. Sepasang Cadas Kembar yang lugu mungkin
berterus terang, dan itulah sebetulnya alasan mereka
ditempatkan di luar, bukan karena berewoknya. Sedangkan
sepuluh bhiksu yang ditugaskan memburu Harimau Perang
adalah mereka yang kemungkinan diragukan ketegasannya
untuk mendukung rencana Penjaga Langit.
Sepuluh bhiksu itu memang tinggi ilmu silatnya, yang tentu
saja mendukung nyali yang mereka miliki untuk menghadapi
barisan bhiksu di belakang Penjaga Langit, tetapi mereka
terjebak oleh kesetiaan terhadap Yang Mulia Bhiksu Kepala
Penyangga Langit. Tentu mereka segera berangkat tanpa
berpikir dua kali ketika diperintahkan memburu pencuri tubuh
tersebut, tidak tahu betapa tujuannya justru untuk
melenyapkan diri mereka sendiri. Kubayangkan dengan
ilmunya yang tinggi mereka menembus ke balik tabir dan
memasuki dunia yang kelam, tetapi mereka belum paham
betapa bisa licik dan curangnya ilmu-ilmu hitam dan itulah
penyebab tumbangnya mereka satu persatu tanpa sempat
mencabut senjata untuk menyerang dan memberikan
perlawanan. ''Tubuh itu tidak akan dibawa tentunya,'' kataku, ''ia masih
harus naik kuda ke Chang'an dengan segala urusannya.''
''Apakah itu berarti dibuangnya begitu saja ke dalam
jurang"'' Elang Merah menatapku.
''Daku tidak bisa memastikan, benarkah kalian lihat ia
membawa tubuh keluar perguruan"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Itu pasti!'' Yan Zi yang menjawab sambil menghentakkan
kaki, ''Menyesal juga daku, kenapa tidak sempat kita
mencegatnya sebelum menghilang!''
''Kalian beruntung tidak terus mengejarnya,'' kataku,
''karena ilmu halimunan memang sangat membingungkan.''
''Jadi di manakah tubuh Penyangga Langit itu sekarang"''
Yan Zi bertanya-tanya sendiri.
Seperti dikatakan Angin Mendesau Berwajah Hijau
kepadaku, ia belum pernah pergi keluar dari Kampung
Jembatan Gantung lebih jauh daripada Perguruan Shaolin. Jadi
jalan ini pun tentu belum diketahuinya. Sementara Elang
Merah datang dari Tibet dan juga belum pernah ke Chang'an.
Artinya ia juga belum pernah melalui jalan ini. Adapun tentang
diriku, sejak awal perjalanan telah diperhitungkan akan dapat
mengandalkan Harimau Perang untuk dibuntuti, sebagai
tujuan perjalananku ini sendiri.
KINI terdapat dua pilihan, jika tidak tahu ke mana harus
mencari Harimau Perang yang telah mencuri tubuh itu, kami
kemungkinan akan menjumpainya lagi di Chang'an, yang
menurut jaringan mata-mata para bhiksu di Thang-long,
menjadi tujuan perjalanan rahasia Harimau Perang. Namun
lantas bagaimanakah nasib tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala
Penyangga Langit, yang jika diperiksa secara langsung
mungkin saja memberikan beberapa petunjuk yang bisa
mengungkap siapa pembunuhnya"
Saat itulah di ujung jalan di belakang kami muncul seorang
lelaki tua dengan setumpuk ranting dan dahan kayu di
punggungnya. Ia menuruni jalan setapak pada tebing di atas
kami yang sangat curam dan sangat sempit bagaikan
melangkah di jalan mendatar, padahal kecuramannya
membuat ia nyaris menapak dengan tumit sahaja. Jika lelaki
tua itu tidak berjalan dengan cara seperti itu di sana, kukira
aku pun tidak akan pernah tahu apakah di sana ada jalan
setapak, karena bagi mataku dinding itu sungguh hanya licin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja, licin dan hitam agak keabu-abuan dan hanya makhluk
yang lahir dan hidup di gunung saja akan bisa
menganggapnya sebagai jalan setapak. Sama seperti
kambing-kambing gunung yang bisa lari dalam kecuraman
dengan badan sejajar tebing itu sendiri. Manusia yang lahir
dan hidup di gunung, tentunya bisa juga hidup sebagai
makhluk gunung bukan"
"Permisi," katanya seperti tidak terjadi sesuatu yang luar
biasa dengan caranya menuruni tebing, "bolehkah kiranya
orang tua ini lewat?"
Masih di atas kuda, di jalan sesempit itu kami memang
memenuhi jalanan, dan kami semua segera melompat turun,
membiarkannya lewat dengan kayu bakar di punggungnya.
Busananya bertambal-tambal dan sudah usang, bahkan alas
kakinya yang disebut sepatu pun bertambal-tambal meski
tampak kuat sekali. Ia tidak mengenakan fu tou di kepalanya,
rambut putihnya digelung dan diikat di atas serta kumis dan
janggutnya sudah putih. Sebagai orang tua, ia tampak tegap
dan lincah. Kami saling berpandangan dengan pengertian yang sama.
Di dekat tempat ini terdapat sebuah permukiman.
Lelaki tua itu tertegun melihat bhiksu tergantung dalam
tiupan angin. "Hah" Siapa yang tergantung ini?"
"Itu para bhiksu dari Perguruan Shaolin, apakah Bapak
berasal dari sekitar ini?"
"Hah! Satu lagi?" Ia tidak langsung menjawab, "Beberapa
hari yang lalu seseorang juga menyerahkan tubuh seorang
bhiksu kepada kami, meminta kami menguburkannya sesuai
adat di kampung kami."
Tentu kami saling berpandangan lagi.
"Di mana?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kampung kami, Kampung Orang Bo yang tak seberapa
jauh lagi," katanya.
"Orang Bo?" Yan Zi menyela, "Orang Bo yang
menggantungkan peti mati di dinding tebing?"
"Ya, dia juga meminta agar tubuh bhiksu yang dibawanya
diletakkan di dalam peti seperti Orang Bo dan digantungkan di
tempat yang tertinggi."
Yan Zi mengangguk-angguk.
"Kami diutus Perguruan Shaolin untuk mencari tubuh itu
Bapak, kami harus membawanya kembali,"
katanya, "bersediakah Bapak menunjukkan tempatnya?"
"Tapi tubuh bhiksu itu tabu untuk diambil kembali," jawab
orang tua itu, "kami sudah mengadakan upacara untuk
menguburkannya, dan mengambilnya kembali bisa dianggap
menghina adat dan menimbulkan pertumpahan darah.'
Aku tidak mengerti arah perbincangan ini. Namun Yan Zi
terus mendesak. "Kami setidak-tidaknya harus memeriksa tubuh bhiksu itu,
bahkan kami sebenarnya akan minta tolong untuk
menyempurnakan tubuh yang tergantung ini bersama dengan
sembilan tubuh lain sepanjang jalan ini. Bisakah?"
Orang tua itu memandang Yan Zi, lantas Elang Merah,
lantas diriku. Ketika memandangku matanya naik turun dari
atas ke bawah. "Darimanakah asal Anak?"
Aku tentu sebaiknya memberi jawaban singkat, sesingkat-
singkatnya. "Dari Huang-tse, Bapak."
"Itu hanya suatu arah, Anak."
"Mungkinkah K'oun-loun lebih jelas?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu wilayah yang luas, Anak."
"Bagaimana kalau Ho-ling?"
"Ah! Ho-ling!" SEBENARNYA dia juga akan tahu jika kusebut Ho-ling
sebagai Ka-ling. Antara 766 dan 779 catatan Wangsa Tang
menyebutkan setidak-tidaknya tiga kali utusan dari Ka-ling tiba
di Negeri Atap Langit. Namun aku tidak mengetahui apakah
itu berarti sebagai utusan Rakai Panangkaran yang berkuasa
di Mataram dari 746 sampai 784, dan sekarang telah
digantikan oleh Rakai Panunggalan.
''Kami orang-orang Bo memang terasing dan terpencil,''
kata orang tua itu, ''tapi bukan berarti kami tidak mengikuti
perkembangan.'' Orang-orang Bo" Siapakah mereka" Dari perbincangan Y an
Zi dengan orang tua itu setidaknya aku mengetahui
terdapatnya adat mereka untuk menggantung peti mati di
dinding-dinding tebing. Agaknya betapapun Harimau Perang
masih menghormati Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga
Langit dan karena itu tidak sembarang membuang tubuhnya
agar dimakan binatang buas. Jika Yan Zi bisa mendapat
perkenan kepala adat mereka untuk membuka peti dan
menengok tubuh Penyangga Langit, barangkali kami bisa
mendapatkan sesuatu, yang juga akan memutuskan kami
tetap mencari jejak Harimau Perang atau langsung menuju
Chang'an. ''Ikutilah saja Bapak,'' kata orang tua itu, ''kampung kami
hanyalah beberapa gunung lagi. Nanti Bapak minta mereka
yang masih muda mengambil tubuh tergantung para bhiksu ini
kemari.'' Kami saling berpandangan. Beberapa gunung lagi" Apakah
tidak terlalu jauh bagi seorang tua seperti itu mencari kayu
bakar sampai ke tempat ini"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika ia mulai melangkah, aku pun berkata.
''Naiklah kudaku saja Bapak, supaya lebih cepat.''
''Biarlah Bapak berjalan kaki saja, Anak, mudah-mudahan
tidak akan terlalu menghambat.''
Lelaki tua yang memang tampak masih sigap itu segera
berjalan dan kuda-kuda kami tanpa disuruh pun mengikutinya.
Meskipun gunung-gunung batu telah menjadi lebih hijau, lebih
banyak dataran berumput, banyak pepohonan, dan hutan-
hutan kecil, jalan sempit yang naik dan turun di tepi jurang
nan curam masih juga tiada habisnya. Namun ternyata orang
tua itu melangkah tidaklah selambat tampaknya. Bagi kakek
tua dari Kampung Orang Bo itu jalan mendaki, menurun,
maupun mendatar sama saja, dengan kecepatan yang
membuat kamilah yang justru menghambat perjalanannya.
Berkali-kali ia tampak dengan penuh pengertian harus menanti
di berbagai tikungan, seperti takut kami tersesat dalam
perjalanan. Bahkan juga di jalan mendatar, ketika kuda bisa dipacu
laju, ia hanya tampak melangkah pelahan saja, agak
terbungkuk karena beban kayu bakar di punggungnya, tetapi
betapa tiada pernah kuda-kuda kami bisa menyusulnya. Kami
saling berpandangan sekilas dan tahu bahwa tentu orang tua
ini bukanlah sembarang orang tua dari sebuah kampung
terasing yang menghabiskan sisa hidupnya dengan mencari
kayu bakar. Apakah orang tua itu tertawa dalam hati" Sudah
jelas ilmu meringankan tubuh yang dikuasainya sangat tinggi,
karena dengan langkahnya yang pelan tetapi lebih cepat dari
laju terpacu kuda kami, sebenarnya ia telah melangkah
bagaikan tidak menginjak tanah sama sekali. Dalam dunia
persilatan, memang sangat dimungkinkan seorang pendekar
dari peringkat para suhu, muncul dari berbagai sudut yang
tiada terduga. Betapapun, bagiku sudah bagus ia bersedia
menunjukkan kampungnya untuk memeriksa tubuh Yang
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apabila kemudian kecepatan harus diturunkan karena jalan
menyempit di tepi jurang curam, Yan Zi bercerita dengan
ringkas tentang Orang-orang Bo, seperti yang pernah
didengarnya ketika menjadi murid Perguruan Shaolin.
''Orang-orang Bo sebetulnya berasal dari wilayah Sichuan,
dan hanya sampai ke daerah lautan kelabu gunung batu di
wilayah Yunnan ini nyaris sama seperti yang lain, yakni
sebagai pelarian yang dikejar-kejar untuk dimusnahkan hanya
karena perbedaan. Dahulu kala para leluhurnya mendukung
Wangsa Zhou Barat menggulingkan Wangsa Shang hampir
1800 tahun yang lalu. MEREKA telah mengembara dan berpindah-pindah tempat
di Negeri Atap Langit ini, sejak sekitar 1500 tahun lalu di
wilayah Tiga Ngarai yang terkenal semasa pemerintahan
Wangsa Zhou Masa Musim Semi dan Musim Gugur.
"Orang-orang Bo terutama berbeda dari suku lain dalam
adat penguburan. Mereka menempatkan orang mati dalam
peti mati kayu. Pada zaman purba cara seperti itu tersebar di
seluruh barat lau Negeri Atap Langit yang memang
takbertanah dan hanya bergunung batu, tetapi kini hanya
dilakukan Orang-orang Bo saja yang rupa-rupanya memang
memiliki alasannya sendiri. Peti mati yang digantungkan
tinggi-tinggi dianggap mendatangkan tuah. Semakin tinggi
peti mati itu semakin menguntungkan bagi yang mati. Adapun
siapa pun yang peti matinya segera jatuh ke bawah dianggap
lebih beruntung lagi. "Orang-orang Bo, meskipun masih bisa ditemukan sekarang
ini, sebetulnya makin lama sudah semakin sedikit, karena bagi


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka yang berminat hidup berdampingan dengan suku lain
akan pindah dari kampungnya, bahkan melebur antara lain
dengan cara berganti nama. Jumlah mereka telah semakin
berkurang." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yan Zi bicara tanpa merasa harus memelankan suaranya,
sehingga kurasa Orang Bo tua yang membawa kayu bakar itu
mendengarnya. "Itulah yang menjadi masalah dengan kekuasaan, Anak,"
katanya, "segala sesuatu yang tidak sesuai dengan seleranya
mesti dihapuskan, seperti dunia ini menjadi miliknya sendiri
saja." Bagiku tidak menjadi aneh jika sejarah kekuasaan itu juga
selalu berarti sejarah perlawanan terhadap kekuasaan itu,
siapapun yang berkuasa dan apapun bentuk kekuasaannya.
Bahkan juga jika kekuasaan itu begitu adil dan begitu berhasil
memakmurkan penduduknya, karena betapapun perbedaan
akan tetap ada. Dalam bentuknya yang purba perlawanan
menjadi pemberontakan dan penindasan menjadi pembantaian. Meski berlangsung di kalangan beradab,
menjadi biadab dalam tindakan bukanlah tabu dalam
permainan kekuasaan. Apakah lagi yang bisa
lebih mengerikan, jika pembunuhan hanyalah bagian dari suatu
permainan, meskipun itu permainan kekuasaan"
Kuselusuri lagi mayat-mayat bergelimpangan dalam
permainan kekuasaan itu. Para pengawal rahasia istana yang
dibunuh Harimau Perang, orang-orang kebiri termasuk yang
terpotong-potong, pasukan kerajaan yang menyamar jadi
penyamun, dan para anggota Golongan Murni yang melayang
jatuh ke dalam jurang untuk ditelan gemuruh air terjun
bergulung mengerikan. Bahkan para penyamun yang
merupakan orang-orang tersingkir yang harus bersembunyi
tujuh turunan, sebagai pihak yang kalah dalam pemberontakan. Tidakkah mereka semua hanyalah dikorbankan" Benarkah begitu" Aku tahu betapa diriku bukanlah orang
yang terlalu layak untuk mengerti masalah ini, betapapun
dalam kebisuan perjalanan aku mencoba merenungkannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan teringat ujaran Nagarjuna dalam suratnya kepada Raja
Gautamiputra : janganlah berbuat dosa demi kepentingan brahmana, bhiksu, dewa, tamu, orangtua, anak, ratu, atau anakbuah karena takseorang pun akan berbagi hasil dari neraka ADA di manakah kami" Tempat-tempat tersembunyi seperti
Kampung Jembatan Gantung maupun yang tidak terlalu
disembunyikan, tetapi cukup terasing seperti Kampung Orang-
orang Bo boleh diandaikan tidak terdapat dalam peta mana
pun. Bahkan seluruh lautan kelabu gunung batu yang penuh
dengan sarang penyamun, permukiman tersembunyi, serta
jalan-jalan rahasia, niscaya terhampar dalam gambar tanpa
rincian apa pun jua. Namun kucoba mengurutkan kembali jalan
resmi pemerintah yang hanya satu jalur dari Thang-long sampai
Celah Dinding Berlian, untuk bercabang menjadi dua belas dan
kutempuh salah satu lorong yang dimasuki Harimau Perang,
yang kembali muncul di jurusan menuju Perguruan Shaolin
setelah melewati wilayah Seribu Air Terjun. Dengan catatan
Kampung Jembatan Gantung dirahasiakan, maka percabangan
memang terdapat setelah Perguruan Shaolin dan ternyata
Harimau Perang menuju Kampung Orang-orang Bo untuk
menyerahkan tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga
Langit agar dimasukkan dalam peti mati dan digantungkan
setinggi-tingginya di dinding tebing.
Ini berarti kami berada di dekat Yuxi, tempat terdapat dua
danau, yang tidak jauh lagi dari Kunming. Dari Kunming,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meski sudah jelas, tetapi masih panjang jalan ke Chang'an.
Masalahnya, selain Harimau Perang bisa menghilang dalam
penyamaran, itu pun melalui jalan mana pun, tentu saja kami
masih harus menentukan ke mana kami akan me langkah,
hanya setelah memeriksa tubuh, tepatnya penyebab kematian
Penyangga Langit. Lelaki tua dengan kayu bakar di punggungnya itu ternyata
berjalan sangat cepat, sehingga bahkan di tempat yang datar
pun kuda-kuda kami takpernah bisa menyusulnya. Kami
bertiga hanya bisa saling melirik tanpa kata-kata. Lelaki tua
yang seolah-olah berjalan sangat lambat tetapi dalam
kenyataanya cepat sekali itu seperti sedang mempermainkan
kami, tetapi kami harus bertahan mengikutinya sampai
Kampung Orang-orang Bo. Pemandangan sedikit berubah,
tidak lagi begitu tandus dan kelabu, melainkan sudah semakin
banyak pepohonan, bahkan hutan cemara, yang kami rayapi
naik turun tanpa terlalu banyak lagi jurang.
Dengan langkahnya yang cepat, aku takterlalu sempat
menikmati pemandangan. Namun aku merasa puisi Li Bai
tentang Puncak Xianglu di Gunung Lu di Jiangx i Utara, yang
pernah kubaca di Kuil Pengabdian Sejati, meski tentang
tempat lain, seperti menggambarkannya juga:
matahari bersinar di Puncak Xianglu
lantas mengendap kabut ungu
dari jauh kami saksikan air terjun
seperti sungai yang tergantung
di tengah angkasa melayang tigaribu kaki sehingga daku ternganga tidakkah ini sungai semesta
yang turun dari surga"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang tampak air terjun semacam itu, di kejauhan dan
mungkin bukan arah yang akan kami lewati, karena mendekati
Kampung Orang-orang Bo, jalanan kembali menjadi amat
sangat sempit, bahkan segala pemandangan menghilang
karena setelah mendaki suatu bukit, begitu menurun kami
segera ditelan celah dengan dinding batu menjulang di kiri dan
kanan yang hanya cukup untuk satu penunggang kuda, itu
pun berakhir di sebuah terowongan yang gelap. Justru karena
terowongan ini tidak terlalu panjang, siapa pun belum akan
sempat menyesuaikan matanya ketika keluar lagi. Sebagai
jalan masuk satu-satunya ke Kampung Orang-orang Bo, pihak
manapun yang berusaha masuk dan menyerbu, akan terlalu
mudah dibantai di terowongan tersebut.
"Selamat datang di Kampung Orang-orang Bo!"
Lelaki tua itu berbalik menghadap kami yang terpaksa
turun dari kuda ketika merayap ke atas untuk keluar dari
terowongan. Di belakangnya, di balik batu-batu besar sudah
siap sekitar dua puluh orang muda, lelaki maupun perempuan,
yang membidikkan panah dengan busur silangnya masing-
masing. Aku telah mengenal kedahsyatan busur-busur silang
itu ketika terlibat berbagai pertempuran di Daerah
Perlindungan An Nam. JIKA panah yang dilepaskan busur biasa memang mampu
menancap dalam-dalam di tempat yang tepat, maka panah
yang dilepaskan busur silang takhanya akan menancap dalam-
dalam melainkan juga mematahkan tulang. Penunggang kuda
yang berlari menjauh bisa patah tulang punggungnya apabila
panah yang menancapnya diluncurkan oleh busur silang dari
belakang. "Kakek! Darimana saja, Kakek" Seseorang telah mencuri
tubuh bhiksu yang diserahkan kepada kita waktu itu!"
Tentu saja ucapan itu seperti membuat kepala kami
meledak. Apakah Harimau Perang yang kami sangka sudah
pergi jauh ternyata kembali, dan mencuri lagi tubuh Yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit" Mungkinkah ternyata
ia belum pergi ke mana pun dan membayangi kami sehingga
didengarnya rencana kami untuk memeriksa tubuh bhiksu
kepala itu" Kami semua telah berada di luar terowongan, dan segera
kulihat ratusan peti mati yang bergelantungan pada dinding
tebing. Belum kulihat sesuatu yang tampak seperti
pemukiman, yang menandakan tempat ratusan peti mati yang
tergantung adalah bagian terluar dari Kampung Orang-orang
Bo tersebut. "Seseorang?" Orang tua yang dipanggil Kakek itu bertanya dengan
kening berkerut. "Sebetulnya enam orang, Kek, tetapi yang lima orang
berhasil kami bunuh."
"Bunuh?" "Sebetulnya kami juga tidak ingin membunuhnya Kek,
tetapi mereka ini sangat berbahaya, karena seperti bermaksud
pula membunuh perempuan dan kanak-kanak. Mereka
melesat dan melayang dari rumah ke rumah dengan cepat
sekali. Kami harus membunuhnya sebelum mereka membacok
bayi-bayi." Kakek tua itu manggut-manggut sambil mengelus janggut
putihnya. Ia segera memberi perintah agar kuda-kuda kami
diurus, dan juga menugaskan sepuluh orang untuk mengambil
tubuh-tubuh para bhiksu Shaolin yang masih tergantung di
pohon-pohon itu. (Oo-dwkz-oO) Episode 192: [Pengejaran dan Pertarungan]
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Langit mulai temaram. Dinding-dinding curam menjadi
bayangan hitam yang muram. Ratusan peti mati bergelantungan di dinding curam, mulai dari yang paling
rendah, yang tingginya pun sudah sepuluh kali ukuran
tubuhku, sampai yang tertinggi, yakni sepuluh kali ukuran
tubuhku tadi diperpanjang sampai sebelas kali. Peti mati yang
semula berisi tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga
Langit terletak di tempat teratas, dan berarti talinya paling
pendek, karena peti mati ini memang diturunkan dari atas.
Kami melenting-lenting di antara ratusan peti mati itu
menuju ke atas, nyaris hanya dengan sentuhan tangan
sekadarnya pada peti maupun tali, karena jika menjadikan peti
mati itu sebagai injakan, tentu bisa dianggap sebagai
penghinaan. Siapa pun cenderung lebih dihormati sete lah
mati, kecuali jika selama hidupnya ia menyusahkan banyak
orang. Kakek itu sudah tidak lagi membawa kayu bakar di
punggungnya, dengan ilmu meringankan tubuhnya naik ke
atas dengan langkah kaki seperti berjalan ke depan, padahal
tubuhnya tidak maju ke depan melainkan naik ke atas. Itulah
ilmu yang disebut Berjalan di Atas Rumput Sambil Mendaki
Langit, yang sudah kutengarai sejak ia berjalan seperti
melangkah pelan, tetapi bahkan kuda yang dipacu laju pun
tiada pernah bisa menyusulnya.
Yan Zi dan Elang Merah juga memiliki ilmu meringankan
tubuh yang sangat berbeda wataknya. Sesuai namanya,
gerakan Yan Zi seperti walet yang berkelebat lincah nyaris
takterlihat, cukup mengandalkan sentuhan-sentuhan sekejap
pada dinding, seperti juga burung-burung walet yang
membangun sarang di tebing-tebing curam. Hampir seluruh
Ilmu Silat Aliran Wa let pada dasarnya lebih mengandalkan
ilmu meringankan tubuh daripada tenaga dalam, meski untuk
meringankan tubuh itu sendiri pun sudah dibutuhkan tenaga
dalam dari tingkatan yang sangat tinggi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara Elang Merah, sebaliknya dari Yan Zi, seperti
pernah kusaksikan ketika untuk pertama kalinya mengarungi
lautan kelabu gunung batu, melayang ke atas dengan anggun,
nyaris tanpa gerak sama sekali. Tenaga dalamnya dihela oleh
tujuan dalam pemusatan perhatiannya, seperti meluncur tapi
bukan meluncur, seperti terbang tetapi bukan terbang, hanya
tangannya seperti mengepak pelan, tetapi bukan mengepak,
hanya sedikit bergerak, dan setiap kali tangannya bergerak
tubuhnya membubung seperti terbangnya elang
AKU sendiri, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
keadaan, meluncur ke atas dengan meliuk-liuk seperti berada
di dalam air menuju ke permukaan, mencoba ilmu
meringankan tubuh Naga Me liuk Menembus Awan, tempat
liukan badan menjadi dorongan tenaga dalam untuk meluncur
ke atas. Kami tiba di atas tebing dalam waktu bersamaan.
Kejadiannya ternyata belum lama. Di sana masih tertelungkup
lima mayat dengan panah-panah yang menembus tubuh dari
belakang. Orang-orang yang berjaga di sana menyalakan obor
agar kami bisa mengamati.
Mereka mengatakan tidak mengira betapa tubuh bhiksu
kepala itulah yang menjadi tujuannya, karena semula mereka
memang seperti musuh yang menyerbu saja, yang meski
belum jelas dari mana tetapi justru terhadap serbuan
semacam itulah Orang-orang Bo selalu mempersiapkan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya. Maka ketika mereka melenting dari rumah ke rumah
siap membantai siapapun yang tampak di luar rumah, suatu
cara menangkal serangan yang paling mendadak pun sudah
lama dilatih oleh Orang-orang Bo.
Para penyerbu itu segera tersudut bagaikan ikan dalam
bubu. Saat mereka terkepung, mereka sambar bayi dan
perempuan untuk dijadikan sandera. Berbagai macam senjata
mereka terhunus siap menggorok leher sandera-sandera tak
berdosa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Pencuri mayat! Tolong! Pencuri mayat!"
Terdengar teriakan seseorang dari tepi tebing di atas peti
mati yang bergelantungan tersebut. Perhatian semua orang
terpecah. Betapapun dengan cara penguburan yang susah
payah seperti itu, bagi Orang-orang Bo agaknya orang mati
sangat dihormati. Namun ternyata para penyerbu itulah yang
melesat lebih dulu dengan sandera-sandera mereka, agaknya
dengan maksud melindungi kawan mereka yang mencuri
mayat tersebut. Mereka ini segera tewas oleh sambaran anak panah yang
dilepaskan busur silang, tetapi pencuri mayat itu sudah
berkelebat menghilang, setelah membungkam perempuan
yang berteriak-teriak karena kebetulan me lihatnya itu dengan
pisau terbang. Perempuan itu belum mati. Ketika Kakek tiba tangannya
meraih-raih ke udara. Kakek mendekatkan telinganya.
Perempuan berbisik sebentar lantas tewas.
Kakek itu membalikkan tubuh dan menyingkap wajah
mereka yang tertutup. Ia juga menyibak busana hitam para
penyusup, dan terlihatlah rajah dua pedang bersilang.
"Golongan Murni," kami mendesis hampir bersamaan.
Kakek itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Akhirnya mereka temukan juga tempat ini," katanya,
"apakah itu berarti kami harus berpindah lagi" Sudah ratusan
tahun kami Orang-orang Bo selalu diburu seperti makhluk
yang harus dimusnahkan. Kami tidak mengerti apakah yang
bisa dianggap sebagai kesalahan kami. Orang-orang Bo selalu
membantu pemerintah dari wangsa yang berkuasa, tetapi
selalu saja ada orang-orang yang merasa dunia ini terlalu
sempit dengan keberadaan kami, meskipun kam i memencilkan
diri kami sejauh ini..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tercekat. Di Negeri Atap Langit yang peradabannya
tinggi dan cahayanya gemilang memancar ke seantero bumi,
masih terdapat pemikiran sepicik Golongan Murni.
Kakek itu meminta kami bertiga mendekat.
"Tahukah Anak bertiga apa yang dikatakan perempuan
malang itu, satu-satunya pencurian tubuh bhiksu tersebut"'
Hanya lelaki tua itu yang mendengar bisikannya, jadi kami
diam saja. "Pencurinya berkepala gundul, seorang bhiksu," katanya,
"karena anak bertiga datang dari Perguruan Shaolin, mungkin
mengerti siapa yang melakukannya. Kejarlah sekarang juga,
cepat! Dia tentunya belum jauh dari s ini dan Anak bertiga bisa
mengejarnya!" Kami bertiga segera menjura.
"Baiklah jika ini merupakan tugas Bapak yang bijak, kami
segera mengejarnya," kataku.
Kami langsung melesat ke dalam kelam. Kali ini aku
menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit yang hanya
dengan beberapa sentuhan pada dinding tebing-tebing
raksasa membuat dua tiga gunung segera terlampaui. Hari
sudah gelap dan udara begitu dingin, aku melaju melawan
angin dengan kecepatan sangat amat tinggi sehingga setiap
kali terdengar ledakan demi ledakan sebelum akhirnya
kutingkatkan kecepatanku yang sudah melebihi kecepatan
suara itu menjadi lebih cepat dari cahaya.
MENGARUNGI kegelapan yang terus berkelebat ke
belakang, aku merasa lelaki tua tokoh Orang-orang Bo yang
seperti ingin selalu berpura-pura bodoh itu sudah mengetahui
siapakah kiranya pencuri mayat tersebut. Bukan tanpa alasan
tentunya ia meminta kami bertiga mengejar pencuri tubuh
Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit itu. Ia telah bisa
membaca tingkat ilmu silat kami dari cara kami mengikutinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke atas tebing. Ia lebih tua, lebih berpengalaman, dan tinggi
pula ilmunya, aku percaya saja atas keputusannya.
Aku berlari pelan dan tenang menembus kelam, tetapi
dengan kecepatan cahaya yang bahkan menghilangkanku dari
segala pandangan. Melangkah di udara di atas hutan, dalam
sekejap sepuluh gunung terlampaui. Aku melangkah pelahan
tetapi dengan kecepatan luar biasa yang sudah begitu sulit
diungkapkan. Melaju dengan kecepatan lebih cepat dari cepat
membuat kekelaman lebih kelam dari kelam sehingga gunung
hilang rimba hilang bintang hilang rembulan hilang langit
hanya kegelapan meski bukan kegelapan yang hitam
melainkan kegelapan yang meruang sesuai kecepatan tempat
segala sesuatu dalam ruang terlihat jelas tanpa cahaya dan
tetaplah akan selalu jelas sejelas-jelasnya kejelasan.
Maka segera terlihatlah kepala gundul itu dari belakang
membawa tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit,
tetapi yang tepat pada saat kulihat langsung berbalik arah dan
melesat ke arahku setelah melepaskan tubuh itu!
Sepintas kulihat tubuh itu melayang mengambang bagaikan
berada di ruang hampa. Ataukah udara telah menjadi hampa"
Dalam ruang pikiran, udara dan benda-benda mengada
dengan cara berbeda. Namun aku taksempat berpikir lagi, hanya memiringkan
tubuh dan cahaya melesat hanya berjarak satu jari dari kulitku
yang berarti terbakarlah kain bajuku yang sudah kumuh itu.
Aku berputar-putar sejenak menjauhkan diri dengan Jurus
Naga Meringkuk di Dalam Telur, tetapi yang segera berhenti
untuk menerima serangan cahaya-cahaya berkilatan, dan
hanya dengan melepaskan kepadatan tubuhku menjadi hanya
bayangan yang sangat dimungkinkan oleh permainan
kecepatan, maka cahaya-cahaya itu menembusinya tanpa
menimbulkan akibat apapun.
Namun ketika datang lagi suatu serangan cahaya,
kukibaskan capingku yang telah menjadi lebih keras dari besi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk mengembalikannya, yang rupanya ditangkisnya pula
yang mengakibatkan terjadinya ledakan nan amat membahana mementalkan kami dengan jauhnya. Ia
takmenunggu daya dorong ledakan itu selesai untuk segera
melesat menyerang kembali. Ia berkelebat menyambar tanpa
sempat kulihat sosok maupun wajahnya dengan tegas, karena
kecepatan cahaya membuatnya menjadi cahaya, dan hanya
kecepatan melebihi cahaya memungkinkan diriku sekadar
melihatnya. Aku melesat menyambut serangannya. Dengan kecepatan
takterkatakan kami bertukar pukulan beberapa kali. Dalam
langit yang kelam cahaya berpijar-pijar dan meledak-ledak
dalam kelebat pertarungan yang lebih cepat dari kilat. Setiap
kali serangan kami saling berbenturan, kami terpental dan
terpisah sampai ke ujung timur dan ujung barat tetapi tidak
pernah menunggu titik henti untuk segera melesat dan saling
menyerang kembali. Kecepatan dilawan dengan kecepatan,
cahaya dilawan dengan cahaya, kejar mengejar berlangsung
mengitari segenap semesta kegelapan, melesat-lesat,
berkeredap, dan setiap kali peluang terbuka ia melepaskan
senjata rahasia bola yang meledak dan mengembuskan bubuk
beracun menerbangkan nyawa seketika. Namun aku melesat
begitu cepat seperti pikiran sehingga bubuk beracun itu
beterbangan di udara tanpa menelan korban.
Di antara berbagai ledakan ia terus menerus menyerang
dan melemparkan senjata rahasianya itu yang suatu kali
kusapu dengan capingku diiringi pengerahan chii tingkat tinggi
sehingga berbalik menyambarnya seketika itu juga. Duabelas
bola peledak menancap di tubuhnya dan meledak sembari
membakar tubuhnya dengan racun dan api, membuat
tubuhnya itu berhamburan tidak kelihatan ujudnya lagi.
Saat itulah Yan Zi dan Elang Merah tiba dan hanya melihat
serpihan-serpihan daging tersebar dalam kegelapan dengan
sisa api yang masih menyala.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lihat!" Elang Merah menunjuk langit malam. Tabir kegelapan telah
tersibak dan cahaya rembulan memperlihatkan lekuk pohon
siong di puncak bukit batu. Melewati pohon siong itulah tubuh
Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit yang tadi
mengambang ternyata telah melayang semakin tinggi.
ELANG Merah melesat ke atas bagaikan elang membubung,
tetapi seperti tahu sedang diburu tubuh itu membubung lebih
tinggi lagi dan tidak pernah berhenti. Ketika Elang Merah
hinggap di puncak bukit batu, tubuh yang seperti tidur dengan
tenang itu, dengan tangan saling menangkup di atas perut,
masih terus membubung semakin tinggi, seperti mendekati
rembulan, dan kemudian hilang di langit malam.
Saat Elang Merah mengejar tubuh yang mengambang dan
membubung itu, aku pun sudah tahu betapa memang tidak
perlu dilakukan pengejaran, karena bhiksu itu telah
menentukan sendiri ke mana ia mau pergi.
Dalam Dhammapada dikatakan:
ia yang sungguh kusebut brahmana
yang dalam dunia telah melepaskan segala hasrat
mengembara ke mana-mana tanpa rumah yang dalam dirinya segenap keinginan punah YANG Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit telah
membuktikan kesuciannya. Ia moksa, pergi bersama
tubuhnya. Tinggal kami di dunia ini, me lanjutkan perjalanan
setelah menginap semalam di Kampung Orang-orang Bo.
Yan Zi telah menandai bahwa bhiksu yang tubuhnya
meledak oleh senjata rahasianya sendiri itu adalah Penjaga
Langit, bukan hanya dari sisa kain jubah kuning yang lengket
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada serpihan daging itu, melainkan dari sisa serbuk racun
berdasarkan pelajaran yang didapatkannya dari Angin
Mendesau Berwajah Hijau. "Racun ini berasal dari jamur yang telah membunuh
Siddharta Gautama, sang Buddha, sehingga disebut Racun
Pembunuh Buddha, tetapi juga disebut Racun Jamur Cunda,
karena kejadiannya berlangsung di rumah Cunda Si Pandai
Besi," kata Yan Zi. Aku pernah mendengar cerita itu dari masa kecil. Buddha
yang telah mengabdi selama 45 tahun, dalam usia 80 tahun
makan di rumah Cunda, pandai besi tersebut. Tanpa sengaja
jamur beracun masuk ke dalam makanannya. Diriwayatkan
betapa di ranjang kematiannya pun ia masih memikirkan
Cunda yang merasa bersalah.
"Sampaikanlah kepada Cunda," ujar Buddha sekitar 1246
tahun lalu itu, "hanya dua kali sepanjang hidupku makanan
menjadi bertuah; yang pertama, makanan yang telah
mencerahkan di bawah pohon Bo; yang kedua, makanan yang
telah membukakan kepadaku pintu gerbang terakhir Nirvana."
Namun dalam dunia persilatan, racun dari jamur itu
dikembangkan sebagai senjata pembunuh yang mematikan,
terutama di kalangan Partai Pengemis. Tidak jelas apakah ini
ada hubungannya dengan kenyataan, bahwa para anggota
Partai Pengemis biasanya menolak untuk beragama, tetapi
untuk menghormati Buddha, racun dari jamur yang tanpa
sengaja masuk ke dalam makanan yang disuguhkan Cunda itu
merupakan tabu untuk digunakan sebagai racun senjata.
"Maka para bhiksu Shaolin, yang hanya menggunakan
racun sebagai pengobatan, tidak mungkin menggunakannya,
kecuali mereka yang mengenalnya karena pergaulan erat
dengan Partai Pengemis," ujar Yan Zi, lagi.
Aku pun tidak bisa berpikir lain bahwa bhiksu itu memang
Penjaga Langit. Satu-satunya bhiksu di Perguruan Shaolin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selain bhiksu kepala yang bisa masuk ke semua ruangan,
termasuk ke dalam ruangan-ruangan yang paling terlarang
dan dirahasiakan. Selain itu, memang Penjaga Langit itulah
yang bertanggungjawab untuk mengawasi setiap persiapan
upacara dan perlengkapannya.
"Kita belum tahu, bagaimana Penjaga Langit bisa bekerja
sama dengan Harimau Perang," kataku, "tetapi jika Harimau
Perang dengan menggantung sepuluh bhiksu secara berurutan
bermaksud menjauhkan kita darinya, Penjaga Langit mungkin
tidak bermaksud seperti itu..."
"Rencana semula mungkin saja seperti itu," sahut Elang
Merah, "bahwa yang disebut Harimau Perang itu akan
membunuh sepuluh bhiksu yang mengejarnya, lantas
menyerahkan tubuh Penyangga Langit ke Kampung Orang-
orang Bo yang sangat menghormati orang mati itu, dan tidak
kembali lagi." "Tapi kemunculan kita merusak rencana," sambung Yan Zi
Si Walet, "Harimau Perang merasa harus menghindari
pengejaran dikau, maka justru digunakannya tubuh sepuluh
bhiksu itu untuk mengarahkan kita ke Kampung Orang-orang
Bo, dengan pertimbangan adat menggantung peti mati itu
sudah dikenal, sehingga kita akan terbawa juga ke sana.
Penjaga Langit jelas minta Harimau Perang membunuh
sepuluh bhiksu yang tidak akan mendukungnya itu, tetapi juga
tanpa perkiraan bahwa pengejaran kita akan membuat
Harimau Perang akan memperlakukan tubuh-tubuhnya seperti
itu." "Namun ia khawatir kita akan tetap mencari tubuh itu
sebelum mengejar Harimau Perang, sehingga diarahkannya
Golongan Murni ke Kampung Orang-orang Bo untuk membuat


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekacauan, sementara ia mengambil lagi tubuh itu," kataku,
"dan karena tidak segera tahu peti mana yang baru,
perempuan itu sempat memergokinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kami telah berada di atas kuda kami dan langsung me laju
ke arah Yuxi. Jalan sempit dan jalan setapak masih
bercabang-cabang dengan begitu luar biasa, sehingga
mestinya mustahil mengikuti Harimau Perang tanpa langsung
membuntutinya. Namun untunglah jalan tidak lagi selalu
berbatu, dan semakin lama semakin kurang berbatu, dan tak
banyak orang berkuda melewati daerah ini, yang membuat
jejak kuda Harimau Perang terlihat dengan jelas. Elang Merah
sebagai petugas rahasia Kerajaan Tibet mampu membaca
jejak seperti membaca kitab.
"Dia sebetulnya bisa melangkah agak lebih hati-hati di atas
batu-batu," katanya, "tetapi, rupanya seperti sudah kehabisan
waktu." Aku teringat kuda Uighur yang ditungganginya, yang
sebetulnya dicuri dariku. Kuda secerdas itu mestinya tanpa
disuruh akan memilih untuk menapak di jalan berbatu agar tak
meninggalkan jejak, setidak-tidaknya menguranginya jika
terpaksa kelihatan juga. Namun di sini kuda itu justru seperti
sengaja meninggalkan jejak!
Mungkinkah kuda itu sempat mengetahui keberadaanku,
atau mencium bau kehadiranku, ketika dalam seluruh
perjalanan di wilayah lautan kelabu gunung batu ini ternyata
memang takselalu kami berada di belakang dalam kedudukan
membuntuti, melainkan justru Harimau Perang itu tampaknya
pernah mengamati kami. Dalam peristiwa di Perguruan
Shaolin misalnya, ketika mencuri tubuh Yang Mulia Bhiksu
Kepala Penyangga Langit, tentu ia melihat kami ketika harus
menghadapi serbuan Partai Pengemis, sementara para bhiksu
hanya sibuk mengambang itu. Mungkin saja ia menambatkan
kudanya di suatu tempat agar lebih leluasa berkelebat. Tentu
pernah kujelaskan betapa para pendekar itu meski mampu
berkelebat menghilang dan terbang, tidak akan mungkin
melakukannya setiap saat, karena meskipun tubuh bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diringankannya seperti kapas, daya yang dibutuhkan untuk
haruslah menggunakan tenaga dalam.
Jejak-jejak itu memang membawa kami ke arah Yuxi.
Sebagai petugas rahasia yang telah menguasai keadaan, dan
memang pernah melalui sehingga mengenal wilayah ini, Elang
Merah bahkan kadang-kadang bisa mengambil jalan tembus di
dalam hutan dan ketika bersambung kembali masih
menemukan kembali jejak-jejak kuda Uighur yang ditunggangi
Harimau Perang itu. (Oo-dwkz-oO) PEREMPUAN dari Tibet ini baru berumur 30 tahun. Belajar
ilmu silat dari seorang mahaguru yang menurunkan Ilmu
Pedang Cakar Elang, tetapi bersama mahaguru itu Elang
Merah mendapat perlakuan yang buruk. Sebagai perempuan
remaja ia diserahkan orangtuanya pada usia 15, sebetulnya
sekadar untuk belajar ilmu beladiri seperti yang dibutuhkan
perempuan untuk menghadapi usaha pemerkosaan. Dengan
tujuan ini ia pun tentu tidak diserahkan langsung kepada sang
mahaguru, yang memang tidak sembarang manusia dapat
menemuinya, melainkan kepada seorang guru atau pelatih,
seperti biasanya yang berlaku jika murid datang dari kalangan
awam dengan kebutuhan yang juga awam.
Adapun pelatih bagi murid-murid perempuan remaja ini
juga masih muda, sekitar 20 tahun, yang ternyata kemudian
saling jatuh cinta dengan murid perempuan remaja berusia 15
tahun itu. Namun kecantikan dan sinar mata yang memancar
bagai bintang kejora ini ternyata tanpa sengaja menjerat
birahi sang mahaguru, yang dalam usia 50 tahun bagaikan
sedang berada di puncak kemasyhuran sebagai pemegang
Ilmu Pedang Cakar Elang yang tidak terkalahkan.
Dalam kedudukan seperti itu, Mahaguru Cakar Elang
Perkasa, demikianlah gelarnya, merasa sangat berkuasa dan
merasa berhak mengambil dan memiliki segala sesuatu di
bawah kekuasaannya, termasuk perempuan remaja bermata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bintang kejora itu, untuk dipetiknya sebagai bunga terindah
yang telah melumpuhkan segala penalarannya.
TENTU ia bukan tak tahu betapa Elang Muda, muridnya
yang berbakat menjadi pendekar besar, telah saling memadu
kasih dengan perempuan remaja tersebut. Maka dengan
liciknya, ketika suatu tantangan bertarung dari seorang
pendekar tiba, ditugaskannya Elang Muda untuk menghadapi
lawan tangguh itu, yang diketahuinya pasti akan berhasil
menewaskan sang murid. Pada saat Elang Muda tewas mengenaskan dalam
pembantaian lawan yang hanya bisa dikalahkan oleh gurunya
itu, perempuan remaja kekasihnya diundang Mahaguru Cakar
Elang Perkasa tersebut untuk menghadap; dan dengan
segenap pengawal yang berjaga di luar, perempuan remaja
yang masih 15 tahun usianya itu diperkosa. Masih belum
cukup, perempuan remaja ini harus melayani birahi sang guru
yang selalu berhasil menguasainya itu sampai lima tahun
berikutnya. Semula perempuan remaja itu dengan hati hancur hanya
bermaksud pulang ke rumah orangtuanya setelah mengalami
pemerkosaan tersebut. Namun serentak didengarnya bagaimana Elang Muda telah bertarung pada hari yang sama
dan ditewaskan, tahulah ia tentang akal bulus mahaguru yang
licik itu. Seketika itu juga hilanglah cahaya kemurnian perawan
dari matanya yang bersinar bagaikan bintang kejora itu,
berubah menjadi ketajaman mata seorang pembalas dendam.
Apalagi ternyata Elang Muda dibunuh dengan cara yang
sangat amat kejam, yakni dengan tubuh yang penuh pisau
terbang, sampai 50 jumlahnya, bahkan kepalanya dipenggal
dan dikirim dalam keranjang kepada mahaguru itu, untuk
menunjukkan betapa Mahaguru Cakar Elang Perkasa dengan
hanya mengirimkan murid mudanya itu untuk melayani
tantangan, telah bertindak gegabah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perempuan remaja itu berhasil menyembunyikan kilatan
dendam dari matanya, tetapi tidak sanggup mengembalikan
cahaya kemurniannya sebagai remaja; sebaliknya, untuk
menjebak mahaguru itu dilayaninya segala kehendak birahi
dengan tatapan tajam mengundang. Mahaguru itu terjebak.
Dalam waktu singkat perempuan remaja itu telah menjadi
perempuan yang tahu benar bagaimana harus menggunakan
tubuhnya untuk menguasai lelaki; dan dalam hal lelaki itu
adalah Mahaguru Cakar Elang Perkasa, diserapnya Ilmu
Pedang Cakar Elang yang diajarkan dengan lengkap
kepadanya, termasuk jurus-jurus rahasia yang sebetulnya tabu
diajarkan seorang guru silat untuk murid yang mana pun juga.
Setelah lima tahun, pada usianya yang ke-20, ditantangnya
mahaguru itu di hadapan seluruh murid perguruan untuk
bertarung. Diungkapnya segenap rahasia memalukan, bahwa
mahaguru itu telah memperkosanya, setelah dengan sengaja
mengirim kekasihnya untuk mati. Diungkapnya juga siapa saja
pengawal pribadi mahaguru itu yang berjaga di luar ketika
pemerkosaan berlangsung, dan dikatakannya bahwa setelah
usai dirinya membunuh mahaguru itu, ia juga akan bertarung
melawan enam orang pengawal pribadi itu sekaligus, dan
karena itu segenap murid perguruan harus mengepung
mereka supaya tidak kabur.
"Apa yang dikau lakukan dengan mahaguru cabul itu?"
Yan Zi bertanya dengan geram, seolah peristiwa itu baru
berlangsung kemarin saja. Namun Elang Merah memberi
tanda agar kami yang sedang beristirahat di tepi sungai yang
jernih dan kelihatan dasarnya diam dahulu, dan mendengarkan sesuatu di balik angin yang berdesir.
(Oo-dwkz-oO) Episode 193: [Mahaguru Kupu-Kupu]
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
PENDENGARAN Elang Merah sungguh tajam. Kami berada
di tepi sungai tiada jauh dari hutan cemara ketika matahari
bersinar cerah. Angin berembus dari dalam hutan cemara itu
dan bersama angin itulah agaknya Elang Merah telah
menangkap gerakan seseorang yang melangkah dan melesat
di dalam angin. Ini membuatku teringat kata-kata Zhuangzi:
di antara mereka yang mencapai kebahagiaan
orang seperti ini langka meskipun ia bisa berjalan tanpa kaki
ia tetap harus tergantung kepada sesuatu
sesuatu ini adalah angin dan karena tergantung kepada angin
kebahagiaannya serba tergantung
ADAPUN ingatan kepada Zhuangzi dengan filsafat kupu-
kupunya membuatku teringat Pendekar Kupu-Kupu, dengan
Jurus Impian Kupu-Kupu yang nyaris membunuhku jika tidak
Jeratan Ilmu Iblis 2 Wiro Sableng 097 Liang Lahat Gajahmungkur Kekaisaran Rajawali Emas 5
^