Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 18

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 18


Golongan Murni yang berpikiran sempit dan kerdil dalam
kebangsaan ini, karena beranggapan hanya warga Negeri Atap
Langit berhak hidup di Negeri Atap Langit, begitu
membencinya. "Orang-orang bodoh! Tak pantas kalian hidup di bawah
langit!" Bersama dengan jawabannya, pedang Elang Merah pun
menelan jiwa. Para korbannya melayang jatuh mengikuti air
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terjun tanpa suara. Dari atas masih terus berjatuhan sosok-
sosok yang semula menempel pada atap tebing, berjatuhan
untuk menyerang dan mencabut nyawa. Namun tidak selalu
kami berhasil membuat mereka meneruskan perjalanannya ke
dalam jurang tanpa nyawa, karena sesungguhnyalah ilmu s ilat
orang-orang Golongan Murni ini sangatlah tinggi.
Seperti yang pernah kualami menghadapi para pembunuh
Golongan Murni ini di tepi Sungai Merah pada malam berhujan
di antara gubuk-gubuk pengungsi banjir yang dibakar, mereka
sangat piawai bertarung dengan keluar masuk bayang
kehitaman dalam kelam. Dalam kekelaman di bawah atap
tebing dengan suara gemuruh air terjun, mereka juga mampu
keluar masuk segala bayangan sehingga kadang tampak
kadang menghilang. Maka kami bertiga pun mengerahkan
kecepatan yang sangat tinggi, dalam hal diriku bahkan lebih
cepat dari pikiran. Jika tidak begitu, apakah masih mungkin
diriku mengejar siapa pun yang sosoknya ketika dibabat
pedang bisa menghilang ke balik tabir air terjun hanya untuk
muncul lagi dan berkelebat menyerang kembali"
Dengan bergerak lebih cepat dari pikiran artinya kuleburkan
tubuhku dengan alam, sehingga ketika pikiran me lesat lebih
cepat dari cepat, maka tubuh tidak menjadi penghalang bagi
pikiran lagi. Maka bukan hanya bisa kususul, melainkan dapat
kudahului setelah mereka kutendang dan terlontar ke balik
tabir air terjun. Jika semula mereka bisa menghilang ke balik
tabir tanpa terseret ke bawah sama sekali karena telah
melepaskan ketubuhannya, aku pun bisa melakukannya
sehingga di balik tabir itu, yang ternyata berarti di dalam air
terjun sebagai bayangan tanpa tubuh, tetaplah berlangsung
pertarungan antara hidup dan mati.
Setiap kali pisau terbang bergagang gading itu menancap
tepat di jantungnya, saat itulah ketubuhannya serentak
kembali dan air terjun yang deras dan gemuruh menyeretnya
tanpa ampun lagi. Senjata mereka bermacam-macam,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pedang, golok, kelewang, kapak dua sisi, dan ruyung. Di
dalam air segenap senjata itu tak terhalangi untuk membabat
dan diobat-abitkan dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Namun di dalam air terjun yang tiada mampu menyeret diriku
tanpa ketubuhanku aku cukup bergeser ke kiri dan ke kanan
dengan tenang, tetapi dengan amat sangat cepatnya
menancapkan pisau bergagang gading ke jantung dan
mencabutnya lagi tanpa sempat disadari.
Aku masih sempat menikmati kedirianku tanpa ketubuhan
sejenak, merasakan bagaimana tersiram tanpa menjadi basah,
sebelum akhirnya keluar dari balik tabir air terjun, dan
menyaksikan bagaimana pantulan cahaya yang berkilat-kilat
dari Pedang Mata Cahaya melingkar-lingkar menghabisi para
penyerbu Golongan Murni itu, yang meskipun berilmu sangat
tinggi, bagaimana mungkin menghadapi Ilmu Pedang Mata
Cahaya yang tiada duanya ini"
Lawan Elang Merah tinggal satu dan
ia tidak membunuhnya. Pedangnya bergerak cepat sekali. Pedang
lawannya segera terpental, ujung pedangnya sendiri sudah
menempel di bawah dagunya. Tangan kirinya mencabut fu tou
dari kepala orang itu, dan tampaklah rajah Mata Ketiga di
dahinya. Elang Merah yang cantik itu meludah dengan jijik.
"Mata Ketiga! Setiap orang yang ditahbiskan sebagai
anggota Golongan Murni mendapat rajah Mata Ketiga di
dahinya! Karena mereka merasa tahu segalanya sebagai
manusia dengan aliran darah terunggul dalam dirinya!"
Lantas ia me ludah untuk kedua kalinya. Ludahnya
melayang masuk jurang. Dalam gemuruh air terjun ia
berteriak lantang. "Kalian berbelas-belas orang yang mengeroyokku dikalahkan seorang perempuan Tubo! Apa katamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ORANG itu menelan ludah dan siap menerima kematian.
Aku juga melihat rajah di dahi orang yang berilmu silat tinggi
tetapi terkalahkan itu. Benarkah ia rela mati demi kepercayaan
Golongan Murni, bahwa bangsa Negeri Atap Langit harus
dijaga kemurnian darahnya, antara lain dengan cara
membunuhi orang-orang asing yang melampaui perbatasan"
Aku meragukannya. Seperti juga yang terjadi dengan
perkumpulan rahasia di Javadvipa, apa pun yang semula
dilakukan demi pengabdian, kemudian dilakukan hanya demi
uang. Bahkan demi uang seseorang bersedia mendapatkan
rajah di dahinya dan melakukan pembunuhan, karena sejak
berlangsungnya Pemberontakan An Lushan, kesejahteraan
yang pernah bisa dinikmati banyak orang seperti tidak akan
pernah kembali lagi. Pernah kudengar betapa Golongan Murni
membayar mahal kepada siapa pun yang bersedia dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka.
Elang Merah sudah siap menusukkan
pedangnya menembus leher, ketika aku berkata, "Elang Merah yang
perkasa, tidak mungkinkah kita membiarkannya hidup agar
kita mendapatkan sedikit pengetahuan darinya" Mereka telah
menunggu kita di tempat ini. Sahaya pikir ini bukan sekadar
kebetulan sahaja." Tanpa menjawab, Elang Merah langsung menyambar
tengkuk orang itu, mendorongnya seperti akan menjerumuskannya ke jurang, tetapi dengan sebat menangkap kakinya, sehingga orang itu tergantung dengan
kepala di bawah dengan wajah merah karena darah yang
mengalir turun. Tentu dilihatnya jurang tanpa dasar itu,
tempat air terjun telah menggulung segenap anggota
Golongan Murni yang terpental ke sana.
(Oo-dwkz-oO) Episode 184: [Golongan Murni]
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SUARA air terjun begitu gemuruh, tetapi masih kudengar
suara Elang Merah yang lantang.
"Bicara! Atau kulempar setelah kupotong kepalamu yang
bermata tiga itu!" Elang Merah tampak sungguh-sungguh dengan ancamannya, dan dugaanku betapa tidak semua pasukan
Golongan Murni bertugas dengan semangat pengabdian
terbukti. "Jangan bunuh sahaya! Tolong! Jangan bunuh sahaya!"
"Kamu akan bicara?"
"Ya, ya, ya! Akan sahaya sampaikan semua yang sahaya
tahu!" Demikianlah Elang Merah menyendal kaki orang Golongan
Murni itu sehingga ia tersentak ke atas dan membentur tebing
batu. Sebelum ia terpental ke jurang segera Elang Merah
mendorongnya kembali. Perempuan pendekar itu seperti akan
menghajarnya lagi, tetapi aku berkelebat menempatkan diriku
di antara keduanya, sehingga Elang Merah menahan kaki
bersepatu merah yang siap menendang itu.
"Sabarlah pendekar," kataku, "biarkanlah dia berbicara
tanpa perasaan tertindas, daripada dia menutup mulutnya dan
memilih kematian." Kulirik Yan Zi mendengus dengan kesal, tak bisa
dimengertinya tentu, bagaimana Elang Merah yang semula
bermaksud membunuhku kini menjadi sekubu karena
menghadapi musuh bersama.
Kutepuk bahu orang itu, sambil menyalurkan tenaga prana
supaya ia mendapatkan ketenangannya.
"Jangan takut," kataku, "dikau aman sekarang, ceritakanlah
apa yang dikau ketahui."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia pun mulai bercerita. Namun untuk menyingkat yang
panjang menjadi pendek, lebih baik kuceritakan kembali
seperti berikut. Dia mengaku sebagai guru silat di Chang'an yang melatih
anak-anak kecil dengan bayaran sukarela. Suatu hari
seseorang menawarinya pekerjaan sebagai anggota suatu
pasukan dengan bayaran tinggi, dengan syarat harus
merahasiakan segala kegiatannya. Dia mengaku menerimanya
karena tergiur dengan bayaran tail emas yang tinggi. Baginya
tidaklah terlalu berat merahasiakan segenap kegiatannya
kepada keluarganya, karena sejak lama selain melatih silat
pekerjaannya hanyalah bertarung, sehingga mereka memang
tidak pernah bertanya-tanya lagi.
Dijelaskan kepadanya bahwa tugas ini datang dari
kelompok pembela negara yang disebut Golongan Murni.
Membela negara maksudnya adalah menjaga keutuhan
bangsa Negeri Atap Langit dari rongrongan unsur-unsur as ing,
sehingga segala sesuatu yang berbau asing dianggap
berbahaya, dan karena itu harus segera dimusnahkan begitu
ditemukan. Adapun tugas yang diberikannya selama ini adalah
memusnahkan unsur-unsur asing tersebut, yang apabila
berwujud manusia maka harus dibunuhnya.
Pembunuhan itu sendiri bukanlah tujuan Golongan Murni,
melainkan cara untuk menyebarkan ketakutan agar banyak
orang menjadi sadar, bahwa kejayaan bangsa Negeri Atap
Langit demi bangsa Negeri Atap Langit itu sendirilah yang
merupakan keadaan terbaik. Demi tujuan semacam ini, tindak
penghilangan nyawa orang-orang yang pikirannya dianggap
membahayakan dibenarkan. SEMULA dia mengira bahwa Golongan Murni dibentuk
secara resmi oleh pihak istana, tetapi kemudian dia
mengetahui betapa ternyata tidak ada yang besifat resmi,
serba ditutupi, meskipun memang melibatkan sejumlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangsawan, pejabat tinggi, panglima pasukan, maupun
pedagang besar sebagai sumber keuangan mereka.
Dia berkata bahwa segenap tugasnya selama ini
dirahasiakan, dan sebagai anggota pasukan pembunuh pilihan,
mereka dianggap tidak perlu tahu latar belakang tugasnya.
Mereka hanya perlu melakukan pembunuhan itu tanpa perlu
mempertanyakan apapun. Dia tidak mengingkari, bahwa
memang banyak di antara anggota pasukan yang menjalankan
tugas karena pengabdian, tetapi dengan bayaran yang besar
tidaklah menjadi jelas lagi baginya siapa yang bekerja demi
tujuan Golongan Murni dan siapa yang bekerja hanya demi
uang seperti dirinya. Selama ini ia menyembunyikan pikirannya sendiri yang
sebetulnya tidak sejalan dengan begitu rapat, sehingga lolos
dari para pengawas pikiran, dan kemungkinan terdapat pula
anggota pasukan lain yang berlaku serupa dengan dirinya itu.
Namun setelah bekerja cukup lama, kemudian diketahuinya
pula siapa saja yang berpikiran seperti dirinya meski sama-
sama belum terbuka, karena setiap penyelewengan pikiran
hanyalah hukuman mati bayarannya.
Adapun tugasnya yang terakhir ini, meskipun juga sangat
dirahasiakan, ia ketahui pula seluk beluk persoalannya, meski
ia tak tahu pasti bagaimana harus mempertimbangkannya.
Begitulah didengarnya bahwa mereka sedang melaksanakan
tugas besar, sehubungan dengan lolosnya seorang kebiri yang
memiliki jabatan tinggi di istana Chang'an. Lolosnya orang
kebiri yang memegang rahasia negara ini adalah yang kedua,
setelah menghilangnya orang kebiri lain beberapa hari
sebelumnya, yang juga menggelisahkan banyak orang karena
banyaknya rahasia di benaknya.
"Seorang kebiri lain yang menyamar sebagai tukang kedai
seharusnya bertemu dengan masing-masing orang kebiri itu,
bahkan mempertemukan keduanya untuk menggabungkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tiga rahasia," kata anggota Golongan Murni dengan rajah Mata
Ketiga di dahinya itu. "Tiga rahasia?"
Elang Merah tampak seperti tidak mengerti, tetapi mataku
yang justru terbuka. Yan Zi memberi tanda agar diriku
mendekatinya. Ia berbisik ke telingaku.
"Serigala Merah dan Serigala Hitam memberitahu daku
sebelum berangkat, hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa lelaki tua berbaju ungu itu adalah orang kebiri.
Mungkin dialah yang sedang mereka kejar, tetapi yang dikejar
menghilang bersama dikau ke Kampung Jembatan Gantung
yang tersembunyi. Tidak jelas dengan dua orang kebiri lainnya
itu." Namun terdapat sesuatu yang makin jelas bagiku!
"Tiga rahasia apa" Lekas katakan!"
Elang Merah yang sebagai orang Tibet tampak begitu jauh
dari persoalan ini sudah sangat tidak sabar. Namun segala
sesuatu yang gelap menjadi berpijar bagiku sebetulnya hanya
karena kebetulan. "Sahaya juga tidak terlalu memahaminya Puan Pendekar,"


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawab bekas guru silat untuk anak kecil ini pula, "tetapi
rahasia itu baru akan berbuny i jika setiap rahasia yang
diketahui oleh setiap orang kebiri ini digabungkan."
"Rahasia tentang apakah ini" Ilmu silat" Senjata mestika"
Pengkhianatan" Penyerbuan" Jaringan mata-mata?"
"Sahaya tidak mengetahuinya Puan Pendekar, sahaya telah
mengatakan segalanya yang saya ketahui sehubungan dengan
perburuan orang kebiri ini."
Elang Merah kembali menekankan ujung pedangnya ke
leher anggota pasukan pembunuh Golongan Murni itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi kenapa dengan tugas memburu orang kebiri kalian
justru berusaha membunuh kami hah"!"
Ujung pedang itu menekan bagian bawah dagu begitu rupa
sehingga orang ini susah menggerakkan mulutnya.
"Bagaimana kamu akan membuatnya bicara Elang Merah,
jika pedangmu membuatnya tidak bisa bicara!" Y an Zi berujar
dengan kesal. Elang Merah menoleh ke arah Yan Zi dengan tatapan
menusuk. Aku tersadar Yan Zi dalam bahasa Negeri Atap
Langit menyebutnya kamu dan bukan dikau, untuk mereka
yang baru bertarung dengan semangat saling membunuh,
perbedaan itu bisa bermakna banyak. Serangan Golongan
Murni telah membuat keduanya berada di pihak yang sama,
bahkan Elang Merah menyebut kata kami, tetapi ucapan Yan
Zi Si Walet telah membuat kami itu saling berjarak kembali.
Elang Merah masih menatap Si Wa let ketika menurunkan
ujung pedangnya. BICARALAH...'' katanya sambil tetap menatap Yan Zi.
Aku terkesiap melihat permusuhan mereka yang mendadak
kembali meruncing. Namun orang bayaran Golongan Murni itu
bicara. ''Selain memburu orang kebiri yang disebut Si Musang itu
sebagai tugas utama, kami juga mendapat tugas sampingan
menyerang dan membunuh Pendekar Elang Merah di mana
pun kami berjumpa.'' Setelah kata-kata ini, dengan secepat kilat Elang Merah
menusukkan pedangnya ke dada orang Golongan Murni itu,
tetapi aku bergerak lebih cepat dari kilat untuk memegang
lengannya, sehingga tusukannya terhenti. Ujung pedangnya
hanya menggores sedikit kulit dada orang itu, yang sudah
tampak menyeringai siap menerima kematian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku masih memegang lengannya ketika kukatakan
kepadanya. ''Janganlah pendekar yang gagah membunuh mereka yang
sudah lemah dan tidak berdaya, meskipun semula mereka
bermaksud membunuh kita.''
Elang Merah menatapku dengan tajam. Ada sesuatu dalam
pandangan matanya itu yang tak dapat kubahasakan sekarang
ini, tetapi dapat kusebutkan betapa hatiku berdesir ketika
kurasakan tangan kirinya mengelus punggung tanganku yang
memegang lengannya itu. Sentuhan itu, meski sekejap mata,
terasa segenap tekanannya, terbaca sebagai suatu pesan dan
kehendak, tetapi yang belum dapat kubahasakan juga.
Hanya saja, ketika melepaskan lengannya, aku seperti
merasa bersalah kepada Amrita.
''Aku masih ingin bertanya,'' kataku di antara gemuruh air
terjun yang seperti baru terdengar kembali.
Di jalan setapak seperti ini, di bawah atap tebing yang
mengalirkan air terjun, sebetulnya sangat sulit melakukan
tanya jawab untuk menggali keterangan dengan tenang,
tetapi peristiwa demi peristiwa yang kualam i selama
menjelajahi lautan kelabu gunung batu memberiku pelajaran
betapa segala kepentingan sebaiknya dilakukan tanpa harus
ditunda-tunda lagi. Maut bertebaran di dunia persilatan tanpa
pandang bulu, dan membungkam rahasia dengan pembunuhan sama sekali bukanlah tabu.
Dengan pisau terbang bergagang gading yang masih saja
kupegang ini kusingkapkan bajunya di dada sebelah kiri, dan
memang terlihat rajah dua pedang bersilang, tanda
keanggotaan Golongan Murni yang lain selain Mata Ketiga.
''Dikau memiliki dua tanda, sedangkan yang kutemui di
Thang-long hanya satu,'' kataku, ''apakah karena ilmu silatmu
lebih tinggi dari yang tidak berajah Mata Ketiga"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Rajah Mata Ketiga di dahi memang diberikan kepada
mereka yang berilmu tinggi, tetapi kepadaku tidak diberikan
karena itu.'' ''Jadi kenapa mereka memberikannya kepada dikau"''
''Karena daku juga melatih para anggota baru.
Aku tersentak mendengar kenyataan seperti ini. Golongan
Murni tidak lagi sekadar ingin membeli pengabdian dengan
uangnya, melainkan mencetak para pengabdi, yang tentu
akan menjadi lebih mengerikan karena disuapi pikiran-pikiran
tidak bersahabat sejak kanak-kanak dan remaja. Orang ini
memberi pelajaran ilmu silat, tetapi diakuinya pula bahwa
terdapat juga guru-guru yang berbagai pelajaran ilmu-ilmu
yang lain, seperti ilmu perang, ilmu sastra, ilmu pemerintahan,
dan ilmu filsafat. Perihal ketiga ilmu yang lain, kutahu
merupakan bagian dari usaha mendapatkan kedudukan dalam
jaringan kekuasaan. Namun tentang ilmu filsafat, dalam hal
pendidikan Golongan Murni kuyakini bukanlah ilmu pengetahuan untuk membuka pemikiran dalam usaha
mengembangkan kebijaksanaan, melainkan sebaliknya menutup dan mengunci segala pemikiran, hanya kepada
pembenaran tujuan Golongan Murni sahaja.
Itulah menurutku suatu peracunan pikiran yang menjijikkan
dan sangat memuakkan, terutama karena diarahkan kepada
kanak-kanak dan remaja yang masih terbata-bata mempelajari
dunia dan kehidupan, sehingga belum mampu menyusun
penalaran untuk membangun perbantahan. Sebagai usaha
memperkuat barisan hal itu memang dibutuhkan Golongan
Murni, karena mengandalkan uang untuk mencapai tujuan
betapapun terlalu rapuh dalam perjuangan panjang. Seperti
terjadi dengan guru silat ini, yang sama sekali tidak sudi mati
demi mempertahankan keyakinan.
Aku masih menggali sejumlah keterangan lain, sampai
kuketahui jika orang kebiri berbaju ungu yang membunuh
dirinya sendiri itu disebut sebagai Si Musang, maka orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebiri lain yang kiranya sudah tewas terpotong-potong dalam
karung itu disebut Si Tupai, sedang orang kebiri yang
menyamar sebagai tukang kedai adalah Si Cerpelai.
MEREKA yang memburu orang kebiri ini tidak mengetahui
betapa ketiganya sudah tewas, sementara diriku yang tidak
berkepentingan sama sekali terhadap rahasia yang terbagi tiga
itu tanpa sengaja telah bertemu dengan ketiganya.
Namun aku juga tidak mengendus rahasia apap un kecuali
sejumlah tanda tanya. Aku hanyalah orang asing di Negeri
Atap Langit ini, penguasaan bahasaku masih sangat terbata-
bata, sehingga jangankan yang bersifat rahasia, melainkan
yang terbuka sahaja tiadalah dengan mudah dapat kuterima
sejelas maksudnya. Betapapun menjadi terbuka bagiku sekarang, bapak kedai
yang telah menyelamatkan jiwaku adalah Si Cerpelai yang
dimaksudkan itu, sedangkan orang kebiri yang terpotong-
potong itu adalah Si Tupai. Apakah yang terjadi sehingga ia
tiba di kedai di tengah-tengah lautan kelabu gunung batu
sudah dalam keadaan terpotong-potong mengenaskan seperti
itu" Aku menduga-duga akan terdapatnya suatu pertarungan
rahasia yang amat sangat sengitnya.
Anggota Golongan Murni ini mendengar, artinya suatu
rahasia sudah bocor, bahwa Si Tupai dan Si Musang akan
menemui Si Cerpelai di lautan kelabu gunung batu untuk
menggabungkan ketiga rahasia yang mereka ketahui. Masuk
akal bagiku jika Si Tupai dan Si Musang saling mengenal,
sebagai sesama orang kebiri yang bekerja di istana, tetapi
tidaklah dapat kupastikan apakah masing-masing saling
mengetahui bahwa mereka sama-sama menyimpan rahasia
negara. Namun ternyata ada pihak lain yang mengetahuinya. Maka
Si Tupai dibunuh dan dicincang, mungkin karena rahasianya
sudah berhasil dibongkar; sementara Si Musang hanya
dipotong lidahnya dan tidak dibunuh, supaya rahasia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disampaikan kepada sembarang orang, tetapi masih bisa
tersampaikan kepada yang berkepentingan. Namun jika
diperhatikan, bahwa sebelum Golongan Murni bisa menyusul
Si Musang, pasukan pemerintah telah lebih dulu nyaris
membunuhnya, maka ternyata lebih dari satu pihak pula yang
berkepentingan agar dalam keadaan yang terburuk rahasia itu
tetap tinggal rahasia, dengan cara membunuhnya.
Akan halnya bapak kedai yang disebut sebagai Si Cerpelai,
menjadi terjawab mengapa ia begitu peduli kepada mayat
terpotong-potong yang ternyata memang orang kebiri, karena
sangat mungkin ia memang sedang menunggu Si Tupai itu.
Setidaknya ia tahu, dirinya sendiri menyimpan sepertiga
rahasia, yang baru mungkin terungkap jika terhubungkan
dengan duapertiga rahasia lain. Mengingat betapa sudah lama
Si Cerpelai tinggal bersama kedainya di lautan kelabu gunung
batu, aku menduga selama itu pula rahasia tersebut berada
bersamanya. Memang dia orang yang setia, tetapi setia
kepada siapa" Apakah ini rahasia di antara orang kebiri" Dari ceritanya
maupun gulungan kitab yang diberikan kepadaku, sampailah
suatu pengetahuan betapa jaringan orang kebiri ini sangat
erat, tertutup, dan sangat sulit ditembus; kecuali justru oleh
sesama orang kebiri itu sendiri. Dari riwayat orang-orang
kebiri tersebut, meskipun dari luar tampaknya orang-orang
kebiri itu merupakan suatu kesatuan, ternyata di dalamnya
pun terdapat berbagai bentuk perpecahan, apakah itu
antarpribadi ataukah antarkelompok, karena permainan
kekuasaan rupanya memang merupakan kecenderungan
manusia, untuk menguasai maupun menolak dikuasai, di mana
pun ia berada. Telah diketahui betapa tertutupnya jaringan orang-orang
kebiri, sehingga kukira memang hanya sesama orang kebirilah
yang berani membunuh orang kebiri lain di dalam istana,
memotong-motongnya, dan menyelundupkannya keluar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melalui jalur resmi pula. Aku berusaha mengingat segala
barang untuk menyamarkan keberadaan mayat tersebut.
Tembikar serba halus dan mahal hasil pembakaran tungku-
tungku tercanggih di Hunan, yang biasanya dikirim melalui
laut dari pelabuhan Guangzhou, bukan jalan sempit berbatu-
batu yang sebentar mendaki dan sebentar menurun ke arah
Daerah Perlindungan An Nam ini. Apakah sepertiga rahasia itu
hilang bersama kematiannya yang mengenaskan, ataukah
menjadi bagian dari barang-barang yang datang bersamanya
itu" Jika rahasia ini bentuknya kata-kata, aku teringat sekarung
kertas bertulisan yang penuh kutipan puisi-puisi para penyair
seperti Li Ba i, Du Fu, Wang Wei, dan banyak lagi, yang sangat
sulit ditandai bagaimana puisi yang satu dapat menjadi bagian
dari bahasa sandi, sedangkan yang lain tidak.
Aku menggelengkan kepalaku, seperti mengusir segala
kemungkinan yang mendadak saja seperti meruyak. Kuingat,
bahkan ada piring yang juga bertuliskan sebuah puisi. Sayang
sekali saat itu aku menganggapnya bukan sesuatu yang
menjadi urusanku, padahal sudah jelas bapak kedai yang
benar juga bukan sekadar tukang kedai, melainkan Si Cerpelai
berilmu silat sangat tinggi, seperti berusaha membuat urusan
tersebut menjadi urusanku. Dengan kenyataan betapa ia te lah
mengorbankan dirinya sendiri, untuk menyelamatkan jiwaku,
seolah-olah memang sudah menjadi kewajibanku untuk
memenuhi permintaannya itu.
''APA yang harus kita lakukan dengan manusia ini
sekarang"'' Elang Merah bertanya dengan pedang yang masih
terhunus. Kupikir persoalanku dengannya juga belum jelas.
Apakah cukup kuat alasan untuk membunuhku, hanya karena
seperti katanya, bahwa pisau terbangnya yang ia lempar
sendiri ke arahku dan bukannya kucuri, belum kukembalikan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Tidakkah orang ini bebas untuk pergi, wahai pendekar
yang gagah"'' Sengaja kuucapkan kata-kata yang meninggikannya, agar
tanpa kesulitan segeralah dilepaskannya orang ini, tetapi
rupanya ia tersinggung dan membabatku secepat kilat dengan
pedangnya. ''Gagah! Sudah beberapa kali kata itu ditujukan kepadaku!
Apakah diriku memang tampak seperti lelaki"!''
Apakah karena ini pun Elang Merah bermaksud
membunuhku" Dalam sekejap pedangnya telah menetak
leherku seratus kali. Ia sangat cepat! Namun untuk
menyelamatkan nyawa aku bergerak lebih cepat dari kilat.
Sehingga bukan hanya diriku bisa tiba-tiba saja sudah
melayang jungkir balik ke atas, melainkan juga dapat
kumasukkan pisau terbang yang kupegang ke balik bajunya
tanpa diketahuinya. Aku hinggap di atap tebing yang menjorok itu, punggungku
menempel di sana dengan ilmu cicak.
''Maafkan daku pendekar yang cantik! Apakah dikau


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersungguh-sungguh betapa diriku harus mati karena salah
ucap seperti itu" Maafkan hina kelana tiada bernama ini,
bukanlah maksud daku menganggap dirimu seorang lelaki.''
Elang Merah ternyata sudah melesat pula ke atas
menyerangku! Saat itu kudengar teriakan Y an Zi yang mengatasi gemuruh
air terjun. ''Awaaaaassss!!'' Ternyata anggota Golongan Murni itu telah melemparkan
pisau terbang ke punggung Elang Merah! Dalam keadaan
melesat ke atas dengan pemusatan perhatian ke arahku
seperti ini, tidak mungkinlah bagi Elang Merah berkelit apalagi
berbalik menangkis pisau terbang yang melesat dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecepatan pikiran itu. Maka akulah yang berkelebat lebih
cepat dari pikiran menampel kembali pisau terbang ke arah
pelemparnya. Pada saat yang sama, kaki Yan Zi yang
melayang dengan tendangan maut telah mengenai tengkuk
orang itu, tepat ketika pisau terbangnya sendiri telah
tertancap tepat pada Mata Ketiga di dahinya saat memandang
ke atas. Ia terpental ke atas tanpa suara, dengan darah terciprat
dari mulutnya, ke arah air terjun yang bagai telah
menantikannya dengan bergemuruh. Namun peristiwa ini
belum berakhir, karena suatu bayangan merah berkelebat pula
membabatkan pedang, yang membuat orang itu terseret air
terjun ke bawah dengan kepala yang sudah terlepas dari
badannya. (Oo-dwkz-oO) Episode 185: [Perguruan Shaolin]
DARI jauh terlihat Perguruan Shaolin itu bagaikan benteng
yang kokoh. Tembok perguruan itu seperti tumbuh dari
bebatuan yang mendukungnya sampai begitu menjulang.
Gerbang raksasanya tertutup, dan bagaikan hanya tenaga
seratus gajah saja yang mampu membuka dan menutupnya
kembali. Di belakang benteng itu hanyalah gunung batu,
tetapi dengan pepohonan yang tumbuh di sela bebatuan yang
membuat Perguruan Shaolin itu menjadi tampak rimbun. Tidak
seorangpun tampak di luar tembok. Tentu, para bhiksu
maupun murid-murid perguruan itu sedang melakukan segala
kegiatannya di balik tembok raksasa tersebut, yang barangkali
dimaksudkan agar terlindungi dari segenap ketergodaan
duniawi. Jika sesekali kusebut istilah Kuil Shaolin dan lain kali
Perguruan Shaolin, maka memang maksudnya tidaklah sama.
Di Kuil Shaolin, berkumpul para bhiksu dan bhiksuni yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
amat mahir bersilat, dan silat menjadi keistimewaan mereka,
tetapi tidak lebih dari itu, karena betapapun tingginya ilmu
silat yang dimiliki seorang bhiksu atau bhiksuni, pada awal dan
akhirnya mereka adalah tetap bhiksu atau bhiksuni, bukan
seorang pendekar. Adapun di Perguruan Shaolin, meski
upacara keagamaan tidak pernah menjadi takpenting, ilmu
silat menjadi tujuan berdirinya perguruan, karena ke sinilah
para bhiksu dan bhiksuni yang berdasarkan bakatnya dikirim
untuk mempelajari ilmu s ilat, dan setelah masa belajarnya usai
ditempatkan di Kuil Shaolin.
DENGAN kata lain, Perguruan Shaolin adalah tempat ilmu
silat dihimpun, diteliti, dan diuji, untuk kemudian diterapkan
dan disebarkan, tetapi hanya di antara para bhiksu dan
bhiksuni dari Kuil Shaolin. Namun karena di Perguruan Shaolin
upacara keagamaan yang harus dijalani para bhiksu dan
bhiksuni sama sekali tiada berkurang, maka sepintas lalu
pembedaan ini tidak ada artinya. Sementara itu, meski sejak
tadi disebutkan bhiksu dan bhiksuni, pada dasarnya kuil
mereka terpisah dan hanya sedikit dari para bhiksuni yang
mengerti ilmu silat; tetapi justru dari yang sedikit itulah
terdapat para bhiksuni yang ilmu s ilatnya tidak terkalahkan.
Kuil para bhiksu dan bhiksuni terpisah, artinya para bhiksu
takbisa memasuki kuil para bhiksuni dan sebaliknya, tetapi di
Perguruan Shaolin kedua-duanya ada. Yan Zi dapat belajar
ilmu silat di Perguruan Shaolin, padahal tidak saja Yan Zi
bukan seorang bhiksuni, ia juga bukan seorang lelaki. Sudah
kuceritakan betapa Yan Zi dapat diterima belajar di sana
karena alasan tertentu. Lagipula, meskipun di Negeri Atap
Langit perbedaan lelaki dan perempuan sangat ditegaskan
dalam perilaku dan ungkapan kebudayaan, dalam dunia
persilatan justru perbedaan itu tidak menjadi penghalang
apapun untuk mencapai ilmu yang tinggi. Seperti yang telah
kualami sendiri, bahkan ketika baru menjelajahi wilayah
perbatasannya saja, perempuan-perempuan pendekar Negeri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Atap Langit yang bersimpang jalan denganku ilmu silatnya luar
biasa tinggi. Setelah meninggalnya Ta Mo pada 557, ilmu silat atau gung
fu Shaolin mulai berkembang menjadi seni pertarungan
dengan cirinya sendiri. Iblis Suci Peremuk Tulang pernah
bercerita kepadaku, bahwa sejak awal berdirinya Wangsa
Tang pada 705, para bhiksu Kuil Shaolin diminta ikut serta
dalam berbagai pertempuran. Tugas ini dijalankan dengan
sangat baik, sehingga mereka mendadak sontak menjadi
tersohor karena kemampuan bertarungnya di seluruh Negeri
Atap Langit. Seorang bhiksu, Sze Hungpey, menemukan jurus Pukulan
Pura-pura yang mengenalkan seni gerak tipu dalam gung fu
Shaolin. Bentuk tipudaya penglihatan itu semakin mengangkat
jurus-jurus Shaolin, membuatnya jadi yang paling menonjol di
Negeri Atap Langit. Dengan segala cerita itu, tentu aku
menjadi penasaran untuk melihat sendiri seperti apa
kehidupan di dalam Kuil Shaolin, yang tampaknya juga sangat
dimaklumi oleh Yan Zi. "Mungkin kita juga bisa membeli kuda di sana," kata Yan
Zi. Meskipun hidup dipandang sebagai perjalanan jiwa, para
bhiksu ini bukan tidak mengerti bagaimana memperlakukan
raga, bahkan melalui gung fu yang menyehatkan dan
membugarkan badanlah maka pencapaian kejiwaan diandaikan sebagai sesuatu yang pasti. Dengan kata lain,
kehidupan duniawi bukanlah tabu bagi para bhiksu, termasuk
beternak dan mengembangkan kuda, lantas menjualnya.
Dengan kuil merangkap perguruan di tengah hutan seperti ini,
tiada khalayak yang bisa mereka datangi untuk mengemis.
Maka tentu saja mereka harus mampu menghidupi diri mereka
sendiri, dengan berkebun dan beternak, meski memang ada
kalanya datang juga kiriman perbekalan dari pemerintah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi yang tidak bisa dipastikan kedatangannya karena
tempat mereka yang sangat terpencil itu.
Kami sudah dua hari dalam perjalanan dan masih melalui
banyak air terjun, besar maupun kecil, sampai Perguruan
Shaolin itu semakin lama semakin dekat. Perjalanan menjadi
lebih lambat, karena kuda putih Yan Zi ditunggangi dua orang,
Yan Zi dan Elang Merah. Harus kuceritakan betapa segala peristiwa yang telah
berlangsung, bahwa Elang Merah telah beberapa kali
menyerangku dengan maksud membunuh, tetapi beberapa
kali pula diriku telah memperpanjang masa hidupnya, telah
membuat Elang Merah bertekad mengikuti jejakku ke mana
pun aku melangkah. "Hanya itulah tebusan terbaik atas semua kesalahan daku,
wahai Tuan Pendekar, mulai saat ini daku akan mengabdikan
sisa hidupku kepada Tuan Pendekar, mengikuti diri Tuan
Pendekar ke mana pun kaki T uan Pendekar pergi."
Aku tertegun ketika Elang Merah menyatakan hal itu. Jika ia
menyerangku sama seperti Pendekar Kupu-Kupu atau dahulu
Pendekar Cahaya Senja juga menyerangku, yakni serangan
seperti yang berlaku dalam dunia sungai telaga, tempat
pencapaian kesempurnaan diuji dengan pertaruhan kematian,
maka sebetulnya serangan dengan tujuan membunuh itu
bukanlah kebersalahan yang memerlukan penebusan. Namun
masalah yang dibawa Elang Merah rupanya memang lebih dari
itu. PUAN Pendekar, itu bukanlah sesuatu yang Puan Pendekar
harus lakukan kepada pengembara yang bahkan sekadar
nama pun tidak memilikinya. Ikutilah jalan Puan Pendekar
yang semula, jalan seorang pendekar yang dibutuhkan orang-
orang tertindas. Mengikutiku adalah kesia-siaan belaka, karena
daku hidup hanya untuk diriku sendiri sahaja," kataku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kupikirkan betapa tugasku sendiri rasanya sudah begitu
mustahil. Selain membongkar masalah kematian Amrita, yang
membuatku harus membuntuti Harimau Perang sampai ke
Negeri Atap Langit, kini ditambah kewajiban membantu dan
melindungi Y an Zi ketika menyusup ke dalam istana Changian
mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Harimau
Perang melakukan perjalanan panjang juga karena panggilan
istana, tetapi kukira urusan Harimau Perang dan Yan Zi Si
Walet berbeda, masihkah harus ditambah dengan masalah
Elang Merah pula" "Hanya kematianlah kiranya yang dapat membuat daku
tidak mengikuti dikau Tuan Pendekar, dikau harus
membunuhku jika tidak ingin daku mengikuti dikau, dan jika
dikau tetap tidak bersedia diriku mengikuti ke mana pun, daku
tidak akan merasa terlalu bersalah menyelesaikan riwayat
hidupku sendiri." Dengan kalimat seperti itu, Elang Merah mungkin saja
hanya mencari jalan untuk mencapai tujuannya, tetapi aku
dapat dibuatnya merasa terlalu angkuh jika tetap juga
menolaknya. Lagipula, aku belum merasa diriku begitu layak
menolak permintaan yang bagi seorang perempuan pendekar
perkasa seperti Elang Merah adalah mengiba-iba. Jadi tiada
jalan lain bagiku selain mengikuti kemauannya, meski
barangkali ini memang siasatnya sahaja. Namun aku juga
sebetulnya masih penasaran, benarkah Elang Merah muncul
tiba-tiba seperti terjadi di jalan setapak di bawah atap tebing
yang menjorok dan dilalui air terjun di atasnya itu, hanya
karena bermaksud meminta kembali pisau terbang atau
memang sedang gentayangan mencari lawan"
"Keduanya tidak," ujar Elang Merah, "aku sebenarnya
ditugaskan Kerajaan Tibet untuk menemui ketiga orang kebiri
itu, justru pada saat mereka bertemu, karena rahasia yang
akan terungkap dari penggabungan ketiga potongan rahasia
itu disebut berhubungan dengan kepentingan Kerajaan Tibet."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Elang Merah bercerita, bahwa ia memasuki Negeri Atap
Langit dari Kerajaan Tibet yang juga disebut Tufan itu, dan
mencari-cari ketiga orang kebiri di sepanjang wilayah yang
berbatasan dengan Daerah Perlindungan An Nam, melalui
Terusan Shu dan T erusan Do Khel, lantas dari sana ia menuju
wilayah lautan kelabu gunung batu di perbatasan ini dengan
mengikuti Sungai Nu yang berbatasan dengan wilayah orang-
orang Pagan, menyusuri tempat-tempat yang paling terpencil
dari Negeri Atap Langit, seperti Wull, Bingzhongluo,
Gongshan, Fugong, Chenggan, Lushui, dan Liuku, sebelum
berbelok ke Baoshan dan menyeberangi Celah Dinding Berlian,
sehingga aku pun me lihatnya bentrok dengan seorang
pendekar yang dibunuhnya di udara saat itu.
"Dia bukan seorang pendekar," kisah Elang Merah,
"melainkan petugas rahasia istana Chang'an yang ditugaskan
mencari dan menyuap daku, agar rahasia yang kudapat nanti
disampaikan kepada Kerajaan Tibet dengan isi yang
menyesatkan. Jaringan mata-mata Negeri Atap Langit di
Kerajaan Tibet agaknya telah mengendus tugasku tidak lama
setelah perkara terdapatnya suatu rahasia yang terbagi di
antara ketiga orang kebiri ini terlacak. Para petinggi istana
yang sudah hampir putus asa dengan rahasia yang sulit
dibongkar ini, mencoba dengan segala cara, melalui sumber
apa pun, untuk berusaha mendapatkannya.
"Agaknya petugas rahasia yang ilmu silatnya sangat tinggi
dan diambil dari pasukan pengawal rahasia istana ini juga
mendapat perintah, bahwa jika diriku tidak dapat disuap,
maka ia harus membunuh daku. Tentu mereka berpikir, jika
mereka gagal membongkar, maka siapapun juga tidak boleh
mengetahuinya, karena memang belum dapat dipastikan jenis
bahaya macam apa yang akan datang, jika rahasia ini
terungkap ke pihak siapapun yang berkepentingan dengan
runtuhnya Kemaharajaan Negeri Atap Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Daku datang hanya dengan pengetahuan mengenai orang
kebiri yang menjadi tukang kedai, yang kedainya disebut akan
menjadi tempat pertemuan. Rupanya daku telah melewatinya,
karena daku tidak menggunakan kuda dan juga tidak berjalan
kaki, melainkan melayang di udara dengan ilmu meringankan
tubuh Elang Melayang Tanpa Gerakan. Namun dengan kabut
seperti itu, dan ketajaman mata yang tidak sebanding dengan
ketajaman mata elang, rupanya aku telah me layang terlalu
jauh, ketika petugas rahasia yang ternyata mampu melacak
jejak di udara itu menyusulku.
MAKA setelah membunuhnya, pikiranku hanyalah terarah
kepada kedai tersebut, tidak kupedulikan betapa seharusnya
pisau terbang itu hanyalah dilemparkan untuk mematikan,
karena jika tertangkap seperti dikau lakukan, sebetulnya
terdapat jurus lanjutan yang akan membuat penangkap pisau
terbang itu dapat dilumpuhkan. Demikianlah, karena masih
terus melayang, diriku tersesat kian kemari, sembari masih
harus melayani tantangan para pendekar yang setiap saat
menyambar-nyambar tanpa sesumbar, maka kedai itu tidak
dapat segera kutemukan. Apalagi kemudian memang tiada
cara lain selain berjalan kaki, menyusuri jalan sempit
sepanjang dinding tebing yang berkelak-kelok itu, untuk
mendapat kepastian tempat kedai mata-mata tersebut, karena
disebutkan terletak pada satu-satunya jalan menuju Celah
Dinding Berlian dari selatan.
"Barangkali dikau dapat menebaknya wahai Pendekar
Tanpa Nama, ketika daku akhirnya sampai ke kedai itu, orang
kebiri tukang kedai yang bernama sandi Si Cerpelai itu sudah


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hilang lenyap tidak tentu rimbanya. Adapun orang kebiri dari
istana Chang'an yang disebut Si Tupai, ternyata bukan hanya
sudah tiba dengan tubuh terpotong-potong, melainkan saat
daku tiba sudah dibakarlah tubuhnya yang terpotong-potong
itu, yang dibakar bersama delapan mayat lagi yang baru saja
ditewaskan Pendekar Kupu-Kupu, juga bersama mayat
Pendekar Kupu-kupu itu sendiri. Semua ini kudapatkan dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengintaian atas perbincangan, karena sebagai anak buah Si
Cerpelai daku yakin mereka tidak akan bercerita jika kutanya.
"Dari perbincangan mereka pula kudengar sepak terjang
seorang pendekar yang jurus-jurusnya sama sekali tidak
dikenal, bahkan seperti tidak mungkin dilihat sama sekali.
Mereka selalu menyebutkannya sebagai orang asing yang
tidak jelas namanya. Lantas daku teringat tentang pisau
terbangku, dan kupikir mungkin saja orang itu dirimu. Nah,
sepak terjang semacam itu pula yang dapat kubaca dari jejak-
jejak pertarungan di tempat dikau berhadapan dengan para
pemanah pemerintah yang menyamar sebagai orang-orang
biasa itu, dan daku tiada punya dugaan lain yang lebih baik
selain bahwa mereka tentunya memburu seseorang yang
sangat penting, sepenting orang kebiri seperti Si Musang yang
sampai perlu dipotong lidahnya tetapi tidak dibunuh itu,
karena mengetahui rahasia negara yang rupanya amat sangat
penting. "Siapa yang tidak akan kesal jika jejak sedekat ini ternyata
kemudian hilang lenyap bagaikan menguap begitu saja"
Maafkanlah daku telah menumpahkan kekesalan dengan
langsung menyerangmu Tuan Pendekar Tanpa Nama.
Pencarian tanpa kepastian telah membuat jiwaku lelah..."
Kupandang Elang Merah yang duduk di atas kuda di
belakang Yan Zi. Dua perempuan yang sebelumnya nyaris
saling berbunuhan ini kini lengket di atas satu kuda. Apakah
yang bisa kuceritakan dari sini"
Yan Zi yang telah lama mendengar sepak terjang Elang
Merah, karena meski tersembunyi Kampung Jembatan
Gantung tidaklah terasing dari perkembangan di luarnya,
semula memang tampaknya sangat membencinya karena
perempuan pendekar dari T ibet itu menyerangku dengan jurus
mematikan bagai tanpa alasan. Namun perkembangan
peristiwa membuktikan, adalah Yan Zi jua yang menyentuhkan
tendangan mautnya kepada anggota Golongan Murni itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika melemparkan pisau terbang ke arah Elang Merah dari
belakang. Segenap cerita Elang Merah agaknya mengena di hati Yan
Zi, dan ketika kami melanjutkan perjalanan, memang seperti
tidak ada kemungkinan lain bahwa Elang Merah akan berada
di punggung kuda yang sama dengan Yan Zi.
"Dikau bersamaku saja Elang Merah," katanya, "sampai kita
mendapatkan kuda untukmu."
Sepanjang perjalanan kedua perempuan pendekar itu
bercakap-cakap di atas kuda dengan akrab. Kuda tidak berlari
karena jalanan semakin sempit menyelusuri tepian tebing,
tetapi pemandangan semakin lama memang semakin indah,
meski keduanya seperti hanya peduli kepada diri mereka
sendiri. Dari belakang, bisa kulihat tangan Yan Zi bergerak ke
belakang meraih tangan Elang Merah agar memeluknya, dan
Elang Merah menurut saja, meski setiap kali ada kesempatan
tampaknya ia selalu mencuri pandang atau melirikku.
Memandang Elang Merah membuatku berpikir, jika ia telah
menyatakan bertekad untuk mengikuti diriku ke mana pun aku
pergi, bagaimanakah caranya ia menjalankan tugas Kerajaan
Tibet yang telah dibebankan kepadanya itu" Apakah ia dengan
begitu telah melepaskan tugas membongkar rahasia yang
disebutkan terbagi di antara ketiga orang kebiri" Sebegitu
jauh, Elang Merah hanya tahu bahwa Si Tupai memang telah
tewas terpotong-potong, tetapi ia belum mengetahui betapa Si
Cerpelai yang menyamar sebagai tukang kedai juga sudah
meninggalkan dunia ini, bahkan juga bahwa Si Musang
membunuh dirinya dengan racun.
MESKIPUN Yan Zi kini tampak sangat menyukai Elang
Merah, dengan saling menatap saja kami sudah saling
mengerti, betapa pendekar dari T ibet itu sebaiknya tidak diberi
tahu. Pengakuannya yang terus terang tentang tugas
membongkar rahasia mungkin saja memang jujur, tetapi Yan
Zi yang dibesarkan dalam kerahasiaan keturunan para
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemberontak di Kampung Jembatan Gantung tentu juga
mengerti, tiada rahasia yang akan dibagi begitu saja tanpa
mengharapkan suatu keuntungan di baliknya. Maka dalam hati
aku pun menghela napas panjang, mengingat dunia persilatan
yang begitu penuh dengan tuntutan kewaspadaan. Kuingat
nasihat yang kubawa dari Yavabhumipala, bahwa hanya perlu
titik lemah sebesar ujung jarum dan kelengahan sekejap untuk
membuat nyawa kita terpisah dari badan.
Namun kedua perempuan pendekar itu berpelukan jika
bermalam di gua dengan tirai air terjun di luarnya, dan kini
mereka saling berbisik dan tertawa-tawa, tanpa kuketahui apa
pun yang sedang dibicarakannya. Bahkan kadang-kadang
mereka tertawa-tawa kecil sambil menutupi mulutnya, meski
tidak juga terlalu menyembunyikan suara tawanya, tetapi
sembari menoleh ke belakang melihat kepadaku dengan
sekilas pula. Mereka berbicara dengan bahasa Negeri Atap
Langit yang selain terdengar sangat lemah karena berbisik-
bisik, juga diucapkan dengan luar biasa cepat, sedangkan
kemampuanku dengan bahasa itu memang masih sangat
terbatas, sehingga di kepalaku hilir mudik berbagai dugaan
yang tidak dapat kupastikan.
Yan Zi meskipun sepintas lalu berwajah seperti gadis
remaja sudah berumur 41 tahun, dan Elang Merah kuduga
berusia 35 tahun. Apakah kiranya yang dibicarakan dua
perempuan dengan usia seperti itu, sambil memandang lelaki
26 tahun seperti diriku sambil tertawa-tawa"
Aku berusaha untuk tidak memikirkannya.
(Oo-dwkz-oO) PERGURUAN Shaolin itu akhirnya berada di hadapan mata.
Hari telah senja dan kami telah berada di luar wilayah Seribu
Air Terjun. Setelah dekat barulah menjadi jelas terdapatnya
petak-petak perkebunan yang cukup luas di sekeliling tembok
perguruan yang tampak kokoh tersebut. Disebut luas bukan
karena lebarnya, melainkan karena sangat panjang mengikuti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sisi tebing batu, antara lain karena memang hanya itulah
tanah subur yang bisa diolah dan ditanami di situ.
Pintu gerbang kokoh yang seolah-olah hanya bisa
digerakkan jika ditarik atau didorong seratus gajah itu
memang luar biasa tinggi dan tampak berat. Di luarnya dua
bhiksu tinggi besar berjubah kuning yang gundul dan
berewokan tampak berjaga dengan penggada di tangannya.
Mereka tidak duduk, tidak berdiri dengan diam seperti arca
penjaga, dan tentu tidak pula tidur-tiduran dengan mata
terpejam, melainkan terus berjalan saling bersilang di depan
gerbang tanpa henti-hentinya seperti kera di dalam kurungan.
Di jalan setapak yang menurun ke arah Perguruan Shaolin
itu Yan Zi tertegun. ''Ini tidak seperti biasanya,'' ujar Yan Zi, ''tapi sebaiknya
kita tenang saja, karena sudah kukenal mereka semua.''
Kedua bhiksu yang mondar-mandir saling bersilang itu
langsung berhenti ketika Yan Zi muncul di atas kuda yang
ditungganginya berdua dengan Elang Merah, dan mereka
tampak semakin waspada melihat diriku yang menunggang
kuda Uighur di belakangnya.
''Yan Zi Si Walet!'' ujar salah satu bhiksu yang tiada bisa
kubedakan itu, yang ternyata memang kembar adanya, ''lama
sekali dikau tiada pernah muncul, sekarang tiba-tiba datang
dengan orang-orang asing! Darima na mereka"''
''Cadas Kembar! Janganlah memandang kami dengan
curiga! Daku datang bersama para sahabat yang datang dari
jauh hanya untuk berkenalan dengan para bhiksu Perguruan
Shaolin dan mempelajari gung fu Shaolin yang terkenal di
seluruh dunia.'' Dengan memuji-muji seperti itu, tampaknya Yan Zi ingin
jalan masuknya dipermudah, tetapi meskipun sepasang bhiksu
Cadas Kembar itu memang mengenali Yan Zi, mereka merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebih baik curiga kepada siapa pun yang tidak mereka kenali
dengan pasti. ''Hmmh! Bisa kukenali perempuan berwajah Tubo yang
bersamamu itu,i ujar salah seorang dari Cadas Kembar, itetapi
siapakah anak muda di atas kuda Uighur itu"''
Tampaknya Yan Zi memang terus mencari akal, bukan
hanya agar kami diperbolehkan masuk ke dalam, tetapi juga
agar dapat membeli kuda bagi Elang Merah yang sangat kami
butuhkan. Cadas Kembar! Apakah kalian belum pernah mendengar
nama perempuan pendekar Elang Merah dari Tibet , yang
sejak dulu sampai sekarang belum terkalahkan oleh pendekar
Negeri Atap Langit mana pun" Adapun sahabatku yang muda
itu tiada bernama, tetapi semenjak datang jauh-jauh dari
wilayah Kioun-loun telah mendapatkan gelar Pendekar Tanpa
Nama karena ketinggian ilmunya."
"Hmm, Yan Zi, sejak kapan dikau belajar menggunakan
bahasa murahan seperti itu" Apakah dikau lupa bahwa bahasa
terbaik dalam dunia persilatan adalah penerapan jurus-jurus
itu sendiri" Jadi janganlah berkata ingin mengenal jurus-jurus
Shaolin tanpa siap bertarung me lawan jurus-jurus Shaolin itu
sendiri!" Yan Zi tersenyum, karena tampaknya justru tantangan
seperti itu yang diharapkannya agar pintu terbuka bagi kami.
Si Walet tidak akan mengeluarkan kata-kata semacam itu, jika
tidak diketahuinya apakah diriku dan Elang Merah bisa
mengalahkan kedua bhiksu yang disebutnya Cadas Kembar
tersebut. Namun tampaknya ia masih penasaran untuk
mengetahui, apakah kiranya yang telah membuat Cadas
Kembar mondar-mandir saling bersilang tanpa henti-hentinya
di depan gerbang perguruan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak biasanya gerbang seberat itu harus dijaga," bisiknya,
ilebih baik kita mengetahuinya dahulu sebelum masuk ke
dalam sana ." Maka ia pun melompat turun dari kuda, sementara Elang
Merah dan diriku mengikutinya pula.
"Jadi katakanlah wahai Cadas Kembar, sebelum kalian
bersenang-senang dengan kedua sahabatku ini, mengapa
kalian harus menjaga pintu gerbang perguruan silat yang
paling diakui di Negeri Atap Langit ini?"
Salah seorang Cadas Kembar itu menjawab dengan wajah
yang tiba-tiba sedih. "Justru itulah sebabnya kami berjaga di sini, bhiksu kepala
telah dibunuh ketika sedang memimpin sembahyang bersama
kemarin," jawabnya, yang tentu saja membuat kami terkejut,
mengingat betapa besar nama Shaolin dari negeri ke negeri.
"Hio yang dipegangnya ternyata beracun," sambung Cadas
Kembar yang lain, iasapnya menyebarkan bebauan yang
sama, tetapi itulah racun yang terhisap masuk ke dalam paru-
paru. Bhiksu tabib kami tidak dapat mengenali jenis racun
tersebut, jadi datangnya pasti dari luar wilayah Negeri Atap
Langit." "Karena kami berada di wilayah perbatasan, jadi kami harus
meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap segala
sesuatu yang datang dari luar perbatasan," Cadas Kembar
yang lain menyambung pula, imeskipun pembunuhan ini bisa
saja dilakukan melalui tangan orang dalam."
Aku tahu, mereka semua tidak terbiasa dengan
ketegangan. Berpuluh-puluh tahun hidup tenang di tempat
terpencil, dengan samadi yang bagaikan tidak mungkin
mengalami gangguan, tiba-tiba saja berlangsung pembunuhan. Memang dapat dikatakan gung fu para bhiksu
Shaolin setinggi langit, tetapi belum tentu berarti dapat
mengatasi seluk beluk tipu daya kejahatan golongan hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas tiba-tiba mereka berdua mengangkat gadanya.
"Ayolah perkenalan ini kita lakukan sekarang, agar kami
berdua pun bisa belajar bagaimana anak muda yang dikau
sebut datang dari Kioun-loun ini memainkan gung fu," kata
salah seorang, itapi ingat, hanya jika kami kalah maka anak
muda yang juga dikau sebut takbernama ini boleh memasuki
kuil." Memang inilah Perguruan Shaolin, tempat para bhiksu
terpilih dilatih gung fu, tetapi memang juga benar bahwa di
tempat ini pula berlangsung segala kegiatan seperti di sebuah
kuil. "Nah, bagaimana dengan Puan Elang Merah dari Tibet itu"
Apakah di T ibet juga ada gung fu ?"
Tentu saja ucapan Cadas Kembar yang lainnya itu setengah
menghina, karena meskipun Kemaharajaan Negeri Atap Langit
di bawah kepemimpinan Maharaja Dezong telah membuat
perjanjian damai dan persekutuan dengan Kerajaan Tibet,
kebiasaan untuk menganggap orang Tibet sebagai musuh
bebuyutan masih belum terhapuskan, meskipun juga telah
menjadi bhiksu seperti Cadas Kembar ini.
Namun jawaban Elang Merah sungguh luar biasa. Begitu
Cadas Kembar itu menutup mulutnya, ia berkelebat lebih
cepat dari kilat. Namun aku masih dapat melihat betapa
dengan pedangnya ia te lah mencongkel gada dari genggaman
bhiksu berewokan itu ke udara, dan sebelum hilang rasa
terkejut bhiksu tersebut, kedua jari tangan kiri Elang Merah
telah menotok jalan darah di kaki, pinggang,maupun
tengkuknya, sehingga bhiksu itu tetap saja berdiri seperti arca.
ADAPUN ketika gada itu akhirnya turun kembali
disambutnya dengan pembabatan, bagai juru masak piawai
mengiris bawang, yang membuat gada itu berantakan di tanah
menjadi dua belas bagian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cadas Kembar satunya tertegun. Aku pun tersenyum-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senyum. Dengan begitu saja kukira ia sudah tergentar. Namun
aku sungguh ingin mengenal yang disebut gung fu Shaolin itu.
Maka aku pun berkata kepadanya.
''Sahaya hanya seorang pengembara tak bernama dari
sebuah wilayah K'oun-loun yang di Negeri Atap Langit ini
disebut Ka-ling, meski ada yang lebih tepat menyebutnya Ja-
pa. Tidak sedikit warga Negeri Atap Langit yang mengembara
ke sana, memasuki sungai jauh sampai pedalaman, dan
penduduk Kerajaan Mataram di Yavabhumipala menyambutnya dengan baik, wahai Tuan Bhiksu yang Mulia;
dan mereka peragakan pula gung fu di sana, yang membuat
sahaya ingin belajar langsung di lingkungan alam aslinya.''
Ia tertegun dengan penjelasan yang barangkali takpernah
didengarnya. Para bhiksu memang mampu membaca, tetapi
tentu yang dibacanya adalah sutra, sementara bidang
pengabdian bhiksu Shaolin adalah ilmu silat atau gung fu dan
bukannya ilmu pengetahuan tentang kota dan negeri di bumi
yang di Negeri Atap Langit ini juga terdapat para bhiksu yang
ahli. Namun siapakah mereka yang begitu rela kekurangannya
terbuka" Dengan gadanya ia segera menyerbuku seperti angin
puting beliung, dan aku pun menyambutnya dengan gembira.
Sudah jelas aku akan melayaninya dengan Jurus Bayangan
Cermin untuk menyerap jurus-jurusnya. Cadas Kembar yang
kuhadapi ini pasti tenaganya kuat luar biasa, dan itu
menjelaskan pilihan senjatanya yang berat, yakni penggada
yang begitu siap menghancurleburkan tubuhku. Aku juga tidak
membayangkan betapa penggada bisa menjadi senjata gung
fu yang jurus-jurusnya terungkap sebagai seni permainan
yang indah, tetapi Cadas Kembar ini telah melakukannya.
Senjata gada yang selama ini seperti hanya mampu digunakan
untuk perkelahian yang purba, yakni hanya menggebuk
sekeras-kerasnya demi penghancuran tulang atau tengkorak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepala, ternyata dalam jurus-jurus Shaolin menjadi sangat
tertata. Sejauh kuketahui, gung fu Shaolin menjadikan senjata
sebagai perpanjangan tangan, bahkan latihan bagi gerakan-
gerakan tangan itu sendiri, sehingga tentu saja gada yang
berat ini sesuai bagi sang bhiksu raksasa yang bertenaga
sangat besar, membuat gada ini bagaikan mainan yang ringan
saja baginya. Padahal gada ini terbuat dari besi padat yang
mampu menghancurkan apapun yang menghalanginya.
Bahkan batu gunung pun langsung menjadi tepung jika
digebuknya. Dengan senjata seberat itu, gerakan Cadas
Kembar tidak menjadi lamban, melainkan begitu cepatnya
sampai tidak terlihat. Dalam gung fu di Negeri Atap Langit pada umumnya,
latihan dengan berbagai macam senjata selalu diwajibkan oleh
perguruan-perguruan ternama. Kewajiban ini alasannya
bermacam-macam, sebagaimana sejarah Negeri Atap Langit
itu sendiri. Dalam ketentaraan misalnya, kemampuan
memainkan senjata jelas diperlukan untuk kenaikan pangkat,
selain tentu saja untuk tetap bertahan hidupodan karena
setiap orang dari jenis kelam in jantan diwajibkan bergabung
dengan ketentaraan setidaknya dua tahun, lelaki yang telah,
sedang, maupun belum bergabung seperti mewajibkan dirinya
menguasai setidaknya jurus-jurus dasar memainkan senjata.
Di sebuah negeri tempat kekerasan selalu terjadi, tidak
memiliki kemampuan dengan senjata akan membuat
seseorang tidak dihargai.
Penyamun dan perompak di Negeri Atap Langit sebetulnya
tidak hanya berada di tempat-tempat sepi, mereka berada di
mana pun untuk melanggar hukum, selama masih ada
rombongan pedagang gemuk dan petani kaya untuk dijarah.
Para pemangsa ini bersenjata bahkan sampai kepada gigi-
giginya, sehingga para pendekar yang hanya mengandalkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kosong, jika bukan seorang suhu atau guru terkemuka
pastilah orang yang kurang menggunakan otaknya.
DEMIKIANLAH para murid perguruan gung fu ini
memanfaatkan masa-masa yang penuh bahaya demi
kemajuan mereka sendiri. Dengan disewa sebagai pengawal
rombongan pedagang maupun petani, mereka tidak hanya
bisa hidup dengan penghasilan cukup, tetapi juga tetap bisa
mengasah keterampilan bersenjata dan menggali jurus-jurus
baru. Adapun para suhu, dalam hal persenjataan dalam gung fu,
akan menghadapi masalah yang lain lagi, karena setiap saat ia
harus siap me layani tantangan untuk bertarung. Tantangan
tentu berdatangan dari para pendekar muda yang ingin
mencari nama, tetapi yang harus dihadapi dengan perhatian
penuh justru tantangan suhu lain, yang biasanya ingin
membuktikan betapa gung fu perguruannya lebih unggul. Jika
penantang ini menang, tidak saja namanya akan semakin
tersohor, melainkan akan menjadi semakin kaya karena murid-
murid perguruan lawan yang dikalahkan berpindah ke
perguruannya. Demikianlah segala tantangan dalam persaingan maupun kecemburuan sering berlangsung, dan
pertaruhannya yang tinggi membuat kemampuan memainkan
senjata menjadi mutlak, karena menghadapi lawan bersenjata
dengan tangan kosong berarti harus siap menerima
kekalahan. Senjata bagi gung fu Negeri Atap Langit memang hanya
alat untuk melatih kekuatan tangan demi jurus-jurus tangan
kosong, tetapi tidak bisa dimungkiri betapa permainan senjata
itu juga berkembang sebagai seni gung fu tersendiri. Tak
kurang dari Kong Fuzi sekitar 1200 tahun lalu menganjurkan
murid-muridnya belajar memanah, sementara penyair Li Bai
yang menjadi kebanggaan Wangsa Tang mengaku, dirinya
tekun dan giat bermain pedang pada usia 15 tahun. Bahkan
Du Fu, penyair semasanya, disebut sangat pandai memanah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan pernah menulis puisi tentang permainan pedang
perempuan pendekar Kung Sun yang begitu indahnya.
Langit telah menjadi semakin gelap. Dalam keremangan
tidaklah mudah melihat Cadas Kembar yang bergerak secepat-
cepatnya, bahkan lebih cepat dari cepat, sehingga tiada jalan
lain selain mengimbanginya dengan kecepatan yang sama.
Maka dengan segera pusaran angin puting beliung sebagai
akibatnya pun menerbangkan segala-galanya. Setiap kali
gebukan gada Cadas Kembar luput, terdengar suara
berdebum dari batu yang meledak dan hancur menjadi
tepung, yang segera buyar dan ikut berpudar dalam pusaran
angin yang terbentuk oleh pertarungan kami.
Jika Elang Merah telah menyelesaikan pertarungan secepat-
cepatnya, maka aku justru perlu bertarung selama mungkin,
karena Jurus Bayangan Cermin yang sedang kuterapkan
menuntut jaminan bahwa segala jurus lawan telah dikeluarkan
sebelum akhirnya nanti dikembalikan dalam bentuk serbaterbalik, sehingga lawan yang menjadi sumber jurus-
jurus itu pun tidak mengenalinya lagi.
(Oo-dwkz-oO) Episode 186: [Siapa Membunuh Bhiksu Kepala"]
Senja semakin menggelap, tanpa harus bertarung dengan
kecepatan tinggi pun segala sesuatunya telah menjadi sulit
dilihat dengan tegas. Namun sembari berkelebat dalam Jurus
Bayangan Cermin yang serbamemancing, dengan sendirinya
telah kuserap jurus-jurus dasar Shaolin yang terlacak dari
jurus-jurus yang dimainkan Cadas Kembar.
Pada tingkat gung fu yang dikuasa i Cadas Kembar lawanku
ini, dalam kecepatan tinggi telah dikeluarkannya 360 jurus
yang umum dikuasai pendekar Negeri Atap Langit seperti
pernah kubaca di Kuil Pengabdian Sejati, sehingga yang belum
kukenal tentulah merupakan jurus-jurus Shaolin. Setiap aliran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di sungai telaga dunia persilatan mengembangkan jurus-
jurusnya sendiri dan merahasiakannya, tetapi dengan Jurus
Bayangan Cermin, tanpa harus berguru, jurus-jurus rahasia
macam apapun selama diterapkan untuk menghadapiku akan
dapat kuserap sekaligus kuma inkan tanpa perlu latihan lagi.
Delapanbelas Latihan yang diwariskan Ta Mo sebagai bagian
dasar yang termainkan secara tidak langsung dalam serangan
Cadas Kembar, mengalir ke dalam diriku seperti air dari talang
bambu memasuki pasu. JURUS Bayangan Cermin menyerap ilmu silat lawan bukan
seperti meniru jurus-jurusnya, melainkan mencerap kunci-
kuncinya, dan karena yang kukuasai adalah kunci-kuncinya
itulah maka diriku dapat mengembangkannya, sampai ke
bentuk jurus-jurusnya yang serbaterbalik, sehingga membingungkan lawan yang menghadapiku. Dari gerak dalam
Delapan Belas Latihan warisan Ta Mo, kupilih Latihan Kelima,
Angsa Liar Mengepakkan Sayap untuk kukembangkan dan
kuputarbalikkan untuk menghadapi Cadas Kembar, karena
watak cara latihan yang tenang dan justru mengistirahatkan
tubuh ini meredam ch'i atau tenaga dalam, sehingga tidak
akan mencelakakan Cadas Kembar.
"Hah?" Terdengar nada terkejut Cadas Kembar, karena jika
dikenalinya gerak dasar Angsa Liar Mengepakkan Sayap, tentu
itu dikenalinya sebagai gerak latihan olah kesehatan,
berbentuk perapatan tangan pada kaki untuk menarik tenaga
dari ketiak, pundak rata seperti sayap angsa liar terbuka,
sementara tumit naik turun bersama terbuka dan tertutupnya
lengan. Jika gerak yang sama berkembang menjadi jurus
serangan tanpa bisa ditangkisnya, wajarlah jika dianggapnya
sangat mengejutkan. Aku berkelebat dengan gerak angsa terbang berputar balik,
seolah terbangnya mundur, tetapi dengan kecepatan yang
melebihi pusaran angin puting beliung Cadas Kembar itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jurus yang dikuasa i Cadas Kembar, meski seluruhnya
berlandaskan gung fu Shaolin murni, tertitik beratkan kepada
Latihan Ketiga, Mendorong Gunung, yang terdiri dari empat
gerakan, merenggangkan jarak antara kaki, mendorongkan
telapak tangan ke depan, sehingga tenaga terpusatkan ke
pusat telapak tangan dan chii tenggelam ke pusar. Tampaknya
karena Cadas Kembar memang cenderung mengandalkan
kekuatan tenaga daripada kelincahan gerakan. Padahal dalam
perkembangan gung fu keduanya semakin terleburkan, seperti
yang kulakukan. Setiap kali pertahanannya kutembus, aku
hanya menyentuhnya. Pada punggung, dada, pinggang, bahu,
lengan. Kadang bahkan memijitnya agak keras sampai Cadas
Kembar berteriak keras-keras.
"Aaaaaahh!" Seperti itu pula yang terjadi ketika gadanya terlepas,
kusambar, dan bersama dengan itu kutotok beberapa bagian
tubuhnya. Seperti saudara kembarnya, Cadas Kembar yang ini
pun berdiri mematung seperti arca.
Yan Zi tertawa menutupi mulutnya.
"Hihihihihihi! Sekarang betul-betul mereka jadi Cadas
Kembar, pantas ditaruh di samping kanan pintu gerbang!"
Namun tentu saja aku tidak setuju terhadap lawan
terkalahkan dilakukan penghinaan seperti itu. Baik Elang
Merah maupun diriku hanya menotok keduanya agar
takbergerak-gerak hanya sepenanakan nasi lamanya.
Seperti muncul begitu saja dari balik kelam, tiba-tiba sudah
muncul seorang bhiksu berjubah kuning yang langsung
menjura. "Tidak heran jika Yan Zi Si Walet berteman seperjalanan
dengan para pendekar perkasa seperti Puan dan Tuan, tiada
lagi yang lebih menggembirakan selain mempelajari ilmu-ilmu
silat dari tempat yang jauh, dari Kerajaan Tibet maupun
Suvarnadvipa, tempat segala pembelajar agama maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persilatan dari Negeri Atap Langit juga telah menuntut ilmu.
Siapakah kiranya yang bisa memainkan Ilmu Pedang Cakar
Elang dengan sempurna, selain Pendekar Elang Merah yang
namanya telah dibawa angin dari lembah ke lembah
sepanjang Negeri Atap Langit karena ilmu silatnya yang
mengagumkan" Siapa pula yang tiada lain hanya bisa disebut
hebat, jika segenap geraknya mampu menyerap segenap
jurus yang dimiliki lawan, dan mengembalikannya dalam
segala cara kebalikan berdasarkan kunci-kunci jurus lawan itu
sendiri, meski mengaku bahkan tiada memiliki meski hanya
sebuah nama" Sahaya mewakili para bhiksu Perguruan Shaolin
mengucapkan selamat datang dan mohon maaf atas
penyambutan yang tidak semestinya ini," katanya sepanjang
ini sambil menjura lagi berkali-kali.
Meskipun penguasaan bahasaku sangat terbatas, kurasa
kalimatnya yang panjang itu dapat kutangkap. Aku tertegun
karena meskipun tampaknya merendahkan diri, ilmu silat
bhiksu ini pasti tinggi sekali. Tidak sembarang manusia di
muka bumi ini apat membaca terdapatnya Jurus Bayangan
Cermin, lengkap dengan cara bekerja seperti yang telah
dikatakannya. Aku pun segera menjura.
"Pengembara rendah dan hina yang tidak memiliki nama ini
telah disanjung, tetapi semakin merasa rendah diri ketika
mengetahui seseorang yang sangat tinggi ilmunya telah dapat
membaca segenap gerakannya yang terlalu sederhana,
sehingga ia tidak lagi memiliki jurus rahasia yang bisa
diandalkan melawan siapapun dalam peringkat seperti itu.
Pengembara rendah dari wilayah yang di Negeri Atap Langit


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disebut sebagai K'oun-loun mohon maaf untuk menjadi
semakin tidak tahu diri, dengan memohon agar diperkenankan
serba sedikit mempelajari ilmu Shaolin supaya matanya yang
selama ini buta agak sedikit bisa melihat secercah cahaya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DALAM keremangan, sebetulnya bhiksu itu tidak dapat
kulihat dengan jelas, tetapi suara tertawanya memastikan
betapa dirinya seorang yang ramah.
''Huahahahahahaha! Yan Zi! Bagaimana bisa kau dapatkan
makhluk yang pandai bermain kata-kata seperti ini" Dengan
jurus seperti itu tahukah dikau betapa setidak-tidaknya
sepertiga gung fu Shaolin telah diserapnya"''
Yan Zi dan Elang Merah sepintas saling berpandangan.
Lantas ia kembali menjura, kini kepada kami semua.
''Perguruan Shaolin terbuka bagi semua pengembara yang
membutuhkan sekadar air untuk minum atau selembar tikar
untuk tidur, maafkanlah sambutan kedua bhiksu yang
memang sedang kami hukum untuk terus berjaga di luar itu,
semoga sudilah kiranya Puan-puan dan Tuan memaklumi,
betapa kami sedang berkabung dengan meninggalnya bhiksu
kepala kami, karena seseorang telah membunuhnya secara
licik dan kejam sekali, sehingga kini segala sesuatu dengan
terpaksa kami curigai. Selain bhiksu kepala, beberapa bhiksu
dengan jabatan penting di Perguruan Shaolin kini masih
terbaring karena ikut menghisap dan terkena asap hio
tersebut. Mohon maklum, silakan masuk, dan selamat
datang!'' Dengan begitu upacara selesai. Kukira bahwa kami datang
bersama Yan Zi sangat menjadi pertimbangannya, karena Yan
Zi tidak akan membawa siapa pun yang tak bisa dipastikan
dapat dipercayainya ke Perguruan Shaolin yang telah bersedia
mendidiknya dalam kerahasiaan pula. Ia memberi tanda agar
kami mengikutinya, tetapi sebelum itu ia membungkuk dan
mengambil kerikil dari tanah, untuk segera dijentikkannya
masing-masing ke arah sepasang Cadas Kembar yang berdiri
kaku seperti arca. Itulah cara sang bhiksu membebaskan
keduanya dari totokan jalan darah.
Cadas Kembar pun langsung berlutut dan tangannya
menjura. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Maafkan Cadas Kembar yang bodoh ini, wahai Penjaga
Langit, kami menantikan hukuman!''
Lantas mereka mengetuk-ngetukkan kepalanya ke bumi
tiga kali. Bhiksu yang disebut Penjaga Langit itu menoleh pun
tidak ketika melangkah ke gerbang sambil menjawab.
''Cukur saja berewok kalian,'' katanya, ''sampai licin tandas
tanpa sisa!'' Cadas Kembar kembali mengetuk-ngetukkan kepalanya ke
bumi. ''Terima kasih, Penjaga Langit! Terima kasih! Terima kasih!
Terima kasih!'' Sebelum mengikuti langkah Penjaga Langit, kukembalikan
juga gada yang tadi kupegang, yang diterima Cadas Kembar
dengan kepala tertunduk. Dalam hati aku merasa iba, dan
mengerti artinya mengapa seorang pendekar memilih mati
daripada hidup dalam kekalahan.
Pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya ketika Penjaga
Langit yang melangkah naik tangga tiba di hadapannya. Dari
balik pintu yang tebal dan berat itu rupanya terdapat cara
untuk mengawasi apa pun yang terjadi di luarnya. Segera
kulihat bhiksu-bhiksu remaja berkepala gundul yang menarik
pintu itu beramai-ramai, dan segera kulihat betapa di balik
tembok tinggi ini suatu kehidupan jiwa dapat diwujudkan.
(Oo-dwkz-oO) LAUTAN lilin dan dengung para bhiksu yang berdoa
mengingatkan diriku kepada Kuil Pengabdian Sejati, ketika
bhiksu kepala yang diserang anggota Golongan Murni itu
berpura-pura mati dalam yoga langit yang membuatnya dapat
bernapas melalui pori-pori. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya
saat itu" Kuraba rambutku yang mulai memenuhi kepala, dan
juga segala bulu wajah yang mengubah wajahku sepenuhnya.
Sebetulnya belum lama aku meninggalkan Kuil Pengabdian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejati, bahkan tujuan keberangkatanku dari sana sama sekali
belum tercapai, tetapi rasanya sudah begitu lama diriku
berada dalam perjalanan. Mungkinkah karena banyaknya
peristiwa yang kualami ketika menyeberangi perbatasan ini"
Ribuan lilin bergerak-gerak seperti menari, bagaikan
makhluk hidup yang menanggapi puja para bhiksu yang
membubung ke langit. Lilin tidak hanya menyala di balairung
tempat bhiksu kepala yang terbunuh oleh hio racun itu
disemayamkan, melainkan menyala di mana-mana. Jika di luar
gelap telah turun sepenuhnya, di dalam ini tembok
mengurung cahaya lilin, sehingga dunia yang remang menjadi
serba kekuning-kuningan. Cahaya ribuan lilin yang bergerak-
gerak serempak sesuai arah angin yang tiada pernah berhasil
mematikan api, menjadi latar yang tidak bisa lebih sesuai lagi
bagi para bhiksu yang berdoa bersama-sama. Dengung
ratusan bhiksu memberikan gambaran perahu melayari lautan
lilin dengan bhiksu kepala yang terbaring tenang di atasnya.
Jubah para bhiksu yang kuning membiaskan cahaya lilin yang
kuning, kekuningan jubah dan kekuningan lilin melebur
menyatu dalam kekuningan yang remang, muram, dan
tampaknya sungguh begitu rawan...
KUIL Shaolin ini adalah kuil perguruan, tempat para bhiksu
dikirim dari berbagai Kuil Shaolin di seluruh Negeri Atap
Langit, dan itu berarti bhiksu yang dikirim justru merupakan
bhiksu pilihan yang tertinggi ilmu silatnya di antara bhiksu-
bhiksu lain di sebuah Kuil Shaolin. Jika mereka semua
berkumpul di Perguruan Shaolin ini, yang penghuninya
merupakan para suhu ilmu s ilat Shaolin terhebat di bidangnya
masing-masing, tidak terbayangkan nyali macam apa dan
ketinggian ilmu silat seperti apa yang dibutuhkan untuk
menembus kepekaan dan kewaspadaan tingkat tinggi para
suhu ini. Aku jadi mengerti, jika seorang penyusup mengira sete lah
melumpuhkan penjaga gerbang seperti Cadas Kembar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segalanya akan menjadi lebih mudah, artinya ia te lah terkecoh
dan akan segera terperangkap, karena dugaan itu cenderung
akan membuatnya gegabah. Mungkin ia akan terbang begitu
saja melewati tembok dan begitu melayang turun sudah pasti
penyusup itu tidak akan pernah keluar lagi.
Jika kini seseorang telah menyelundupkan hio beracun,
tidak ada kemungkinan lain betapa seorang pembunuh berada
di antara para bhiksu ini. Pantaslah di antara wajah-wajah
muram dan kepala tertunduk itu, terkadang menyambar
pandangan mata menusuk tajam penuh kecurigaan.
Kepada Penjaga Langit kuceritakan apa yang terjadi di Kuil
Pengabdian Sejati, meski tidaklah kubuka rahasia bahwa
bhiksu kepala di sana hanyalah berpura-pura saja mati, karena
bagiku persamaan incaran korbannya barangkali mengungkapkan sesuatu. Saat itu Penjaga Langit telah memerintahkan seorang
bhiksu pengurus kuda membawa kuda kami, dan seorang
bhiksu membawa Elang Merah dan Yan Zi ke tempat
tersembunyi, karena meskipun Perguruan Shaolin melatih pula
para bhiksuni, menerima perempuan awam dalam kuil tanpa
alasan mendesak tidak dibenarkan. Elang Merah dan Yan Zi
adalah perempuan pendekar, tetapi dalam keagamaan tentu
keduanya dianggap awam. Aku menceritakannya ketika Penjaga Langit sendiri akan
menunjukkan sendiri bilik tempatku bisa beristirahat. Ia sangat
terkejut. ''Maksud Anak, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati di
Thang-long"'' Di luar tadi aku dipanggil Tuan, itulah sebutan menghormat
tapi berjarak, dengan menyebut Anak, artinya kehadiranku
diterima oleh Perguruan Shaolin yang berisi sekitar 500 bhiksu
terpilih ini. ''Begitulah Bapak,'' kataku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Jadi Pemangku Langit sudah pergi,'' ia mendesis, seperti
berbicara untuk dirinya sendiri.
Aku sendiri baru tahu sekarang nama bhiksu kepala Kuil
Pengabdian Sejati adalah Pemangku Langit.
Dengan keterbatasan bahasa Viet yang kukuasai saat itu, segala
penjelasan tentang Kuil Pengabdian Sejati nyaris hanya
kudapatkan dari Iblis Suci Peremuk Tulang. Jika ia tidak
menyampaikan apa pun tentang sesuatu kepadaku, aku pun
tidak akan mengetahui apa pun tentang sesuatu itu.
Api ribuan cahaya lilin bagai bersujud ke arah yang sama.
Penjaga Langit kuduga berusia sekitar 50 tahun, dan tentu
saja terlatih menahan perasaan. Namun dalam remang
kekuningan kulihat matanya berkaca-kaca.
''Pemangku Langit mengajariku banyak hal,'' katanya, ''kami
pernah berada di kuil yang sama, ketika belajar di Nalanda.''
Ah, jadi nama yang sejenis, Pemangku Langit dan Penjaga
Langit, mungkinkah mewakili pembelajaran Mahayana dengan
penafsiran tertentu, mengingat kuil yang sama itu" Sejauh
kuingat dari berbagai percakapan yang kudengar sewaktu
kecil, ketika sepasang pendekar yang mengasuhku berbincang
dengan guru-guru agama, dalam Kitab Sang Hyang
Kamahayanikan disebutkan nama Dignaga, yang mengembangkan pemikiran dalam aliran Yogacara, dan ajaran
disebarkan juga di Nalanda, kuil pembelajaran Mahayana
terkenal di Jambhudvipa, tepatnya di bagian wilayah Teluk
Benggala. Setidaknya terdapat tiga garis ajaran Yogacara
selain garis Dignaga, karena masih terdapat nama tokoh-tokoh
lain seperti Agotra dan Dharmapala. Adapun Dharmapala,
sepertiu juga nama Dharmakirti, bahkan pernah juga
mengajar di Suvarnadvipa. Disebutkan, betapa Silabadhra dan
muridnya, Hiuen T sang, juga menuntut ilmu di Nalanda.
Namun bukanlah karena masuk akalnya Penjaga Langit
bertemu Pemangku Langit di Nalanda yang menjadi tujuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertimbanganku. Melainkan karena mungkin saja sesama
sasaran pembunuhan ini mempelajari garis ajaran yang sama!
Apakah aku perlu menyampaikan kepadanya bahwa
Pemangku Langit sebetulnya masih hidup" Namun kuingat
kata-kata yang dibisikkan Pemangku Langit, bhiksu kepala Kuil
Pengabdian Sejati itu, sementara korban yang jatuh di
Perguruan Shaolin adalah juga bhiksu yang menjabat sebagai
kepala kuil. ADAKAH hubungan antara pembunuhan gelap bhiksu
kepala pada kedua kuil ini" Meskipun saat itu tersidik bahwa
pelaku pembunuhan berasa l dari Golongan Murni, tetapi
sebagian dari pesan yang dibisikkan Pemangku Langit adalah
kecurigaan bahwa sebetulnya terdapat peranan orang dalam.
Akhir cerita di Kuil Pengabdian Sejati tidak kuketahui,
karena aku harus segera meninggalkan kuil itu untuk
mendahului rombongan Harimau Perang ke perbatasan. Kini
seorang bhiksu kepala juga terbunuh. Peristiwa yang
bermiripan seperti ini tidak mungkin tak mengundang siapa
pun untuk menghubungkannya.
"Golongan Murni itu ada di mana-mana sekarang," keluh
Penjaga Langit sambil menggeleng-gelengkan kepala, "jumlah
mereka tidak banyak, tetapi pikiran yang mereka sebarkan
sangat berbahaya. Jika pesannya dituruti, Negeri Atap Langit
akan terkucil dari pergaulan dunia. Ini sangat mengerikan,
karena pikiran ini juga sudah merasuki kalangan istana. Jika
maharaja sampai terpengaruh, pelabuhan dan perbatasan
akan ditutup, sementara orang-orang asing mungkin saja akan
dibunuh. Negeri Atap Langit akan hidup sebagai bangsa
dengan kebudayaan yang kerdil."
Itulah memang yang pernah kudengar dari Amrita. Dengan
pengaruh yang merasuk di kalangan istana, dan para pejabat
dapat mengumpulkan biaya dari uang suap, akan sangat
cukup untuk menyewa para pembunuh bayaran dari
perkumpulan rahasia untuk melenyapkan siapa pun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghalangi jalan mereka. Masalah menjadi lebih rumit,
karena selain orang-orang bayaran yang tidak akan bergerak
tanpa kepingan emas, ternyata lebih banyak lagi orang-orang
sungai telaga yang melaksanakan permintaan menyusup dan
membunuh dengan suka rela, karena setuju dengan gagasan
Golongan Murni, bahwa bangsa mereka yang sempurna harus
dilindungi kemurniannya dari racun kebodohan bangsa-bangsa
lain di dunia. "Pikiran mereka sungguh beracun," kata Penjaga Langit
lagi, "jika tidak bisa disadarkan, justru mereka itulah yang
harus dibasmi." Angin yang bertiup pelahan mengubah arah tertunduknya
api. Aku terkejut mendengar kata-kata itu, yang tidak seperti
tampil dari seorang bhiksu. Tentu saja jalan untuk menjadi
Bodhisattva bukanlah jalan yang mudah
Seorang Bodhisattva mencoba alihkan
tiga jenis perasaan menjadi rasa iba terhadap semua makhluk perasaan direnungkan dengan hasil dua
memupuk rasa iba mendalam
dan meningkatkan kepribadian
melalui pengalihan raga, dvesa, dan moha perenungan atas perasaan dimanfaatkan mencapai tujuan
yang tertinggi dalam perjalanan
seorang Bodhisattva Saat itu seorang bhiksu muda mendekat, memberitahukan
akan segera berlangsungnya upacara yang harus dipimpinnya.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tinggallah di sini sebentar, Anak, barangkali Anak bisa
melihat sesuatu," ujarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku terkesiap, tidakkah segenap bhiksu di s ini memiliki ilmu
silat yang sangat tinggi, begitu rupa sehingga penyusupan ke
Perguruan Shaolin ini merupakan kemustahilan" Namun
dengan begitu aku pun segera mengerti, Penjaga Langit tidak
mempercayai siapa pun di dalam kuil! Memang benar hio yang
asapnya beracun itu datang dari luar, tetapi bahwa yang
beracun hanya terdapat di tangan bhiksu kepala, tentu
bukanlah peristiwa kebetulan.
Ia lebih mempercayaiku sebagai orang yang tidak memiliki
kepentingan sama sekali, tetapi yang baginya kebetulan
menyaksikan peristiwa terbunuhnya Pemangku Langit.
AKU dapat mengerti jika Penjaga Langit berpikir begitu,
karena sebagai bhiksu terpelajar dalam ilmu agama maupun
sebagai suhu di Perguruan Shaolin yang pernah menuntut ilmu
di Nalanda, tentu dipelajarinya pula Arthasastra yang
menyatakan bahwa jaringan mata-mata melibatkan udhasita
atau pendeta yang ingkar, tapasa atau pertapa suci, satri yang
merupakan petugas rahasia itu sendiri, maupun rasada sang
pemberi racun. Dalam diri seorang pembunuh bayaran yang
disebut tikshna, semua itu bukan tak mungkin menjadi satu.
Tentang racun itu sendiri, yang berhubungan dengan asap,
tak bisa lain selain kuingat bagian Arthasastra yang dalam hal
peracunan menyatakan: arang yang dibakar oleh petir
atau nyala yang disebabkannya
ditangkap dan diberi kayu
yang dibakar petir api ini dengan sajian yang dibuat ke dalamnya di bawah Krttika atau Brharani
dalam upacara penghormatan Rudra
membakar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bila ditujukan kepada musuh
tanpa ada obatnya Meskipun cara-cara pembunuhan rahasia itu berada di alam
Hindu, sangat mudah mengalihkannya ke alam Mahayana
bukan" Penjaga Langit adalah wakil bhiksu kepala, sedangkan
bhiksu kepala yang tewas itu disebut Penyangga Langit. Ilmu
silat Penjaga Langit tentu lebih tinggi daripada yang telah
kuduga, karena sejak kami tiba di luar tembok perguruan,
segala sesuatu tidak lepas dari perhatiannya, padahal ia
sedang memimpin doa bersama!
Ketika Penjaga Langit menghilang karena mendengar
Cadas Kembar bicara keras, para bhiksu yang waspada tidak
merasa perlu menjadi gempar dan tetap melanjutkan doa
mereka yang mendengung seperti lebah itu, sementara
Penjaga Langit dapat mengawasi pertarungan kami bahkan
tanpa kuketahui. Kini Penjaga Langit sudah kembali berada di
depan, tenggelam dalam dengungan gumam yang kudengar
sebagai pengalihan tangisan, membuat nyala ribuan lilin
terlihat suram. Aku berada di barisan paling belakang, tenggelam dalam
gelombang jubah kuning di bawah cahaya lilin yang bergerak-
gerak pelan dengan kepala-kepala licin gundul di permukaannya. Siapa mengira para bhiksu yang tiada lain
memang para pendeta Mahayana ini adalah juga para
pendekar terpilih yang serbatinggi ilmu silatnya" Namun
betapa di antara para bhiksu ini juga terdapat seorang
pembunuh, dan aku terkesiap menyadari betapa mungkin saja
bukan hanya seorang, melainkan beberapa pembunuh
bersekongkol untuk menghabisi riwayat Yang Mulia Bhiksu
Kepala Penyangga Langit! Diriku sama sekali tidak bisa menyatu dalam perkabungan
ini, karena tanggung jawab yang dengan begitu mendadak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibebankan telah membuat aku sibuk berpikir dan mengawasi.
Pikiranku juga terpecah belah antara pemusatan perhatian
kepada masalah Harimau Perang, masalah Yan Zi, Si Walet,
dan kini masalah para pembunuh yang di balik keremangan
Perguruan Shaolin. Dalam keremangan diriku berpikir, jika berdasarkan
kemiripan gelar Pemangku Langit dan Penjaga Langit, maka
boleh kusimpulkan bahwa Penyangga Langit juga belajar di
Nalanda, dan setidaknya mereka bertiga pernah berkenalan
dengan garis ajaran Y ogacara. Namun jika kuingat bagaimana
Pemangku Langit mengembalikan jarum-jarum beracun yang
diluncurkan penyusup anggota Golongan Murni itu, tentunya
kebuddhaan mereka lebih memberi kepada pencapaian
kejiwaan me lalui latihan raga, yang di Negeri Atap Langit
dikenal sebagai Chan. Bagiku ini membingungkan, karena jika
kebuddhaan dalam pendekatan Chan, dengan pengaruh Dao,
percaya betapa pencerahan dapat tercapai melalui pengalaman langsung atas kenyataan ; maka aliran Yogacara
menekankan pentingnya ketenangan dan penglihatan dalam
dhyana sebagai jalan ke arah pencerahan itu, dan ini tentu
saja sangat berbeda. APAKAH mesti kusingkirkan unsur Nalanda di sini"
Betapapun aku tidak memiliki bukti apapun bahwa ketiga
bhiksu itu menganut garis ajaran Yogacara. Apakah usaha
pembunuhan masing-masing tidak berhubungan sama sekali"
Betapapun sangat mungkin ketiganya pernah belajar bersama
di Nalanda. Mungkinkah justru urusan di luar agama yang
menjadi sumber masalahnya"
(Oo-dwkz-oO) Episode 187: [Ch'i] DEMIKIANLAH lima ratus bhiksu ini mendengung dan
dalam dengungannya kupelajari tenaga dalam seperti yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka pelajari, yakni yang disebut ch'i. Jika para pendekar
bisa mengukur tinggi rendahnya ilmu silat seseorang hanya
dari caranya melangkah, dan hanya karena itu bisa langsung
berkelebat dan bertarung, melalui ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang dapat kujejaki olah pernapasan
semacam apa yang selama ini dilakukan para bhiksu Shaolin.
Banyak aliran di Negeri Atap Langit mengajarkan bentuk
lembut ilmu silat. Semuanya dimulai dan ditutup dengan ch'i
atau tenaga dari dalam. Cara menguasai tenaga ini seperti
menembus ketidaktahuan, dan mencapai keadaan saat hidup
dan mati melepaskan bobot ketakutannya. Apabila keadaan ini
tercapai, suatu ancaman tidak akan mengganggu dan
pancingan apapun tidak akan menarik perhatian. Seseorang
akan menjadi tuan atas dirinya sendiri.
Terdapat dua sisi ch'i. Pertama seseorang mesti mengolah,
kemudian melatihnya. Ketika tenaga diolah berlangsung
keseimbangan dalam tubuh, sehingga jiwa terheningkan dan
setiap gerak menjadi anggun dan sesuai. Apabila ini tercapai,
barulah seseorang bisa bicara tentang menghadapi lawan.
Kong Fuzi menekankan pentingnya ch'i, ketika tiada lain selain
mengalahkan lawan yang dapat dilakukan ilmu silat.
Ch'i diolah tanpa usaha yang sadar. Dengan kesadaran,
pernapasan dilatih dalam penghirupan dan pelepasan. Semula
akan berlangsung dari lembut ke keras, tetapi kemudian harus
dibalik dari keras ke lembut. Ilmu silat yang berhasil dengan
pendekatan ini menggabungkan yang lembut dan yang keras.
Sangat penting untuk menjadi lembut bersama yang lemah
dan menjadi keras bersama yang kuat. Ketika lembut di sisi
kanan haruslah menjadi keras di s isi kiri.
Pernah disampaikan oleh Yan Zi kepadaku.
''Kekuatan berbalik dari lembut menuju keras dan ch'i
menjadi kuat karena pengolahan. Kekuatan berasal dari chii
dan bertindak begitu ch'i tenggelam. Tanpa ch'i tiada
kekuatan. Seorang pesilat tukang jual obat gerakannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampak ganas, tetapi tanpa kekuatan yang benar dalam
pukulannya. Pesilat sejati tidak terlalu cemerlang gerakannya,
tetapi sentuhan seberat gunung. Melalui pembelajaran yang
panjang segenap ch'i dapat terpusatkan pada titik serangan.
Kehendak memerintahkan ch'i yang bisa dipusatkan ke titik
manapun dengan seketika,'' katanya.
Dalam melatih ch'i, sebelumnya seseorang harus lebih dulu
memantapkan kuda-kudanya. Ia harus berdiri dengan kaki
seperti menunggang kuda, yang akan memungkinkannya naik
atau turun dengan cepat, sehingga pinggang dan kakinya
bertahan lama, serta seluruh tubuhnya kukuh. Dengan begini
siapa pun akan tetap berdiri teguh meski berada di tepi jurang
yang curam. Setelah mencapai kedudukan seperti ini, ia harus
mengarahkan chii ke bawah batang tubuh, dan menjaganya
agar tidak mengalir ke dada, karena jika terjadi maka bagian
atas akan menjadi lebih berat dan ia tak akan bisa
mengakarkan kakinya ke bumi. Banyak yang jatuh meski
hanya didorong tanpa pengerahan tenaga, karena tidak
pernah berlatih bagaimana harus berdiri.
Yan Zi pun saat itu mengutip sebuah pepatah Negeri Atap
Langit. sebelum kamu belajar mengalahkan yang lain
kamu harus lebih dulu belajar berdiri
Hanya dengan menahan ch'i berada di bawah pusar, maka
seseorang akan kukuh kuda-kudanya pada saat apapun dan di
mana pun ia berada. ''Setelah itu barulah seseorang dianggap siap belajar ilmu
silat,'' ujar Yan Zi, lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia berkisah bagaimana di Perguruan Shaolin ini masalah
kuda-kuda dianggap sangat penting, karena seorang murid
dari hari ke hari diwajibkan berdiri dengan kuda-kuda yang
telah diajarkan, dengan waktu yang setiap kali harus
bertambah lama. MESKIPUN semula dirasakan berat, karena kaki menjadi
sakit sekali, mereka harus tetap berdiri setiap hari sampai
kesakitan itu hilang dengan sendirinya, yang berarti ch'i telah
membenam ke bawah pusar dan menguatkan kaki.
Saat itulah di tepi tebing, di puncak gunung, maupun di
bawah air terjun, tangan akan bergerak, setelah ch'i diarahkan
turun dari ketiak ke ujung jari. Lantas seluruh kekuatan tubuh
diarahkan menuju dan melalui tangan. Maka tubuh, kaki, dan
tangan akan menari dengan serasi. Urat dan otot akan
terhidupkan dan aliran darah menjadi lebih lancar. Tubuh akan
menanggapi dengan sempurna bahkan atas permintaan yang
paling ringan. Dengung lebah yang berasal dari gumam doa para bhiksu
naik turun seperti gelombang tenang mengarungi lautan. Dari
suara itulah, melalui ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam
Liang, bisa kujejaki bagaimana paru-paru menjadi tempat
penyimpanan udara, sedangkan udara merupakan tuan dari
kekuatan. Siapapun yang bicara tentang kekuatan harus
mengenal udara, ini merupakan kebenaran semesta. Paru-
paru yang baik sama dengan kekuatan berdaya, lemah paru-
paru tak berdaya pula kekuatannya. Seorang pesilat belajar
bernapas dengan pantas. Yan Zi sempat bercerita dalam perjalanan, bahwa dalam
dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian utara
pernapasan merupakan prasyarat pertama untuk menimba
daya raga. Terbukti betapa para bhiksu yang tampaknya kurus
kering mampu mengangkat batu gunung sebesar kerbau.
Pernapasan membawa kekuatan bagi tangan. Sementara itu,
dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian se latan, terbiasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melatih kuda-kuda sebagai prasyarat pertama daripada
melatih pernapasan. Ini disebabkan oleh pemahaman bahwa
anggota tubuh bagian bisa rusak karena kesalahan
pernapasan. Namun Perguruan Shaolin di tepi hutan ini, yang
juga berada di bagian selatan, tentu merupakan perkecualian.
Kudengar langsung cara mereka bernapas dalam doa
berdengung lebah itu, yang terjejaki menghindari empat tabu.
Pertama, tidak melakukan perputaran menghirup dan
mengeluarkan napas lebih dari seratus kali, bahkan kudengar
banyak yang cukup 49 kali. Kedua, bahwa jika mereka melatih
pernapasan mereka pagi hari, itu dilakukan di tempat yang
terlindungi dengan baik, agar tak bernapas dalam debu, dan
seperti sekarang, latihan malam berlangsung di luar. Ketiga,
mulut tidak digunakan untuk bernapas, kecuali ketika
mengawalinya, menghirup dan menghembuskan napas sampai
tiga kali, karena akan membersihkan perut dari udara basi,
selebihnya pernapasan harus melalui hidung. Keempat, sekali
memberlangsungkan perputaran ch'i dan darah, tidaklah
dibenarkan pikiran sendiri mengganggu, pikiran mesti
terpusatkan dalam latihan, karena jika tidak maka tidak akan
pernah sampai pada kemajuan.
''Empat tabu itu harus dihindari,'' kata Yan Zi, ''karena
dengan kemajuan yang dicapai urat dan otot, akan didapat
kelenturan dan seluruh tubuh akan menjadi lebih kuat. Ch'i
dan darah akan mengalir dalam keserasian sempurna bersama
pernapasan. Lantas ch'i akan bisa diarahkan ke bagian tubuh
manapun dalam waktu yang nyaris seketika. Kehendak
mengarahkan ch'i bersama dengan kekuatan. Lantas, hanya
sebuah sentuhan kepada lawan akan berakibat gawat. Ch'i
memang tak terjelaskan dan dahsyat takterduga!''
Betapapun, bahkan diriku yang mampu menepuk batu
menjadi abu, tidak pernah mendapat penjelasan tentang
tenaga dalam yang di Negeri Atap Langit disebut ch'i sebaik
itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seorang suhu disebutkan pernah berkata, bahwa ch'i dapat
menjadi pelindung di sekujur bagian tubuh manapun. Seorang
pesilat dapat mengarahkan chii ke kepala, dada, perut, bahkan
pukulan gada besi ke bagian-bagian tubuh itu tidak akan
menyakitkan sama sekali. Yan Zi telah memberitahu bahwa di Negeri Atap Langit
bagian utara terdapart dua aliran pernapasan, yakni aliran
Hsichiang dan Honan. Rahasia dasar mereka terletak pada
penerapan yang menekankan hembusan napas panjang dan
penghirupan napas pendek. Intinya dimulai dari berdiri tegak
lurus dan menghembuskan napas tiga kali melalui mulut.
Lantas sang pesilat menekuk pinggangnya dan memanjangkan
lengannya ke bawah, kemudian menepukkan tangannya dan
mengangkatnya seperti mengangkat batu gunung sebesar
kerbau. Selama bergerak, ia mengarahkan ch'i ke pusar dan
ketiaknya dengan menghirup napas. Berdiri tegak lurus, ia
memukulkan tangan kiri dan lantas kanan dengan telapak
terbuka ke depan, menghentakkan napas keluar melalui
mulut, untuk menghindari akibat sampingan.
AKU masih terus mendengar dan membaca riwayat
pernapasan yang tergurat dalam dengungan lebah itu. Jika
semua bhiksu ini telah menerapkan semuanya, setiap orang
tentu akan memukulkan tangannya ke atas atau ke samping
kiri dan kanan, dengan tujuan selalu untuk mendorong
peredaran ch'i. Ketika memukul ke atas, ia merasakan ch'i
menuju ketiak dan turun ke setiap ujung jari. Ketika menuju
ke samping maka pusarnya penuh dengan ch'i. Ketika
membawa kembali lengan ke samping kiri dan kanan
tubuhnya, ia menutupkan tangan dan menariknya bagai
terdapat beban yang berat.
''Ketekunan merupakan kata kunci di sini,'' kata Yan Zi,
''peningkatan datang bersama kesabaran.''
Aku masih membaca guratan jejak napas pada suara,
ketika ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberitahukan kepadaku, betapa di balik suara dengung
ribuan lebah ini, di luar tembok terdengar suara ratusan
langkah mengendap-endap! Kini aku mengerti, kenapa Penjaga Langit meminta aku
tetap tinggal, karena betapapun tingginya ilmu silat para
bhiksu Shaolin, tenggelamnya perhatian kepada berlangsungnya upacara dalam suasana perkabungan yang
mendalam, sedikit banyak juga akan menurunkan tingkat
kewaspadaan. Meski hanya sedikit, dan hanya sebentar,
seperti kata ibuku, hanya perlu titik kelemahan seujung jarum
dan saat kelengahan kurang dari sekejap, untuk membuat
seorang pendekar tak terkalahkan sekalipun mendadak pindah
dari dunia ini ke dunia lain.
Maka kukirimkan pesan kepada Penjaga Langit melalui
dengung lebah yang mengambang di udara itu. Aku
menggerak-gerakkan mulut mengucapkan kata-kata tanpa
suara, yang menggurat udara dan merayapi dengungan
sampai ke telinga Penjaga, yang dengan ketinggian ilmunya
tentu mampu menguraikan getaran yang terbentuk gerakan
mulut dan lidahku menjadi suara berbahasa.
Sehabis mengirim pesan aku pun berkelebat dan melenting
ke balik tembok. Siapapun mereka yang datang ini, selama
datangnya dengan cara mengendap-endap, tidak berlebihan
kiranya dicurigai sebagai tidak bermaksud baik.
Aku telah berpesan kepada Penjaga Langit agar
diteruskannya saja memimpin upacara dan biarlah diriku
menyambut kedatangan tamu-tamu yang tidak diundang ini.
Aku memang tidak menunggu jawaban Penjaga Langit, karena
siapapun yang mengerahkan banyak orang ke Perguruan
Shaolin untuk maksud yang kurang berkenan bagi para bhiksu
itu, tentu tidak akan begitu bodohnya mengirim orang-orang
berilmu rendah. Siapapun yang ingin mencapai keberhasilan
dalam tujuannya mengerahkan orang-orang ini, setidaknya
akan mengirim orang-orang dari rimba hijau, yang jika tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setara tentu lebih tinggi ilmunya dibanding para bhiksu
Perguruan Shaolin ini. Itulah yang membuatku tidak menunggu jawaban lagi dan
segera melayang ke atas menembus kegelapan. Telah
kusebutkan betapa tembok Perguruan Shaolin itu tinggi dan
megah bagaikan benteng. Perguruan itu bagai menempel
pada tebing gunung batu di belakangnya, menjadikannya
sebagai pertahanan yang kuat menghadapi serbuan pasukan
sebesar apapun. Namun cerita menjadi lain jika yang
menyerbu bukanlah pasukan tentara, melainkan para
penyusup yang sangat tinggi ilmu silatnya, mungkin orang-
orang golongan hitam, bahkan bisa melibatkan beberapa
pendekar yang berganti haluan, dan menjual jiwanya demi
bayaran. Dengan mengerahkan orang-orang rimba hijau dan
sungai telaga yang sangat tinggi ilmu silatnya di antara
barisan para penyusup, penyerbuan malam ini menjadi sangat
berbahaya, dan keadaan para bhiksu sebetulnya sangat
terancam! Perkiraan ini terbukti ketika diriku tiba di atas tembok,
ketika belum lagi hinggap aku sudah harus melenting jungkir
balik, menghindari sambaran sabit-sabit bertali yang bagaikan
memiliki mata itu. Dengan mengarahkan ch'i seperti yang
biasa kulakukan, tetapi baru kudapat kejelasannya dalam
penyelusuran dengung lebah para bhiksu, aku bisa berjungkir
balik lagi menghindari sambaran sabit-sabit bertali berikutnya.
Begitulah dengan mengarahkan ch'i ke s isi tubuh bagian yang
kukehendaki, aku bisa bertahan mengambang di udara, miring
ke kanan atau miring ke kiri, berputar balik dan balik berputar
lagi, karena serangan memang bertubi-tubi dan bertingkat
tinggi. Sambil berputar balik itulah kulihat seluruh bagian atas
tembok sudah dikuasai para penyusup yang berbusana seperti
gembel, sehingga kini tiada lagi tempatku berpijak jika masih
mau hinggap. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Partai Pengemis!'' Aku berteriak dalam hati. Ini sangat mengherankan, karena
tempat ini sangat jauh dari kota, bahkan kota yang paling
terpencil sekalipun, yang membuat mereka bisa menjalankan
perannya secara mantap sebagai pengemis, yang bisa muncul
dan menghilang di berbagai tempat persembunyian bawah
tanah dalam keramaian kota.
BELUM habis sabit-sabit bertali yang lain lagi berusaha
menjiratku, jarum-jarum beracun melesat dari segala penjuru,
sehingga sambil masih mengambang seperti itu, aku bukan
saja mesti miring ke kanan dan ke kiri, tetapi juga membuat
tubuhku telentang dan telungkup dengan cepat, untuk segera
berputar-putar dengan memeluk lutut dalam Jurus Naga
Meringkuk di Dalam Telur, agar segala serangan termentahkan
dengan seketika pula. Dari atas, nyala api lautan lilin tampak indah sekali.
Limaratus bhiksu itu tidak mungkin tidak mendengar jarum-
jarum beracun yang berjatuhan di belakangnya. Angin
memang mendadak bertiup kencang, tetapi jika nyala lilin pun
tidak mati, kenapa pula jarum-jarum beracun harus
beterbangan entah ke mana. Jarum-jarum yang gagal
mencapai sasarannya memang tidak jatuh berdenting-denting,
tetapi tetap saja bagi telinga yang tajam karena ch'i yang
terolah dengan matang, bunyi-buny i terhalus dari jarum-jarum
beracun yang jatuh baginya akan terdengar berdentang
sangat jelas. Mereka tetap mendengung di sana, tetapi sampai berapa
lama" Dengan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur aku
masih berputar-putar dan melayang-layang ke sana dan
kemari dicecar berbagai macam senjata bagai tiada habis-
habisnya. Namun aku merasa harus bergerak lebih cepat,
begitu rupa sehingga tidak mungkin sama sekali terlihat, dan
tiada lain selain bergerak dalam pikiran dan menyerang
pikiranlah yang harus kulakukan. Saat untuk berada di luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerak dan menentukan keadaan hanya dengan pikiran, yang
meskipun belum kuanggap terlalu matang, tetapi sudah dapat
kuterapkan. Suatu awal dari Jurus T anpa Bentuk.
Hanya dengan memikirkannya saja rontoklah dua puluh
gelandangan dan pengemis gembel dari atas tembok,
melayang kembali ke bawah di luar tembok perguruan, karena
kubayangkan perguruan Shaolin yang merupakan kuil suci nan
tak boleh dinodai. Maka aku pun dapat hinggap di atas tembok dan menatap
ke bawah, saat ketika berkelebat bayangan kuning nyaris
menabrak diriku. Satu bayangan kuning, dan satu lagi,
keduanya berturut-turut nyaris menabrakku, dan kutahu jika
membenturku kekuatannya sama dengan batu gunung selaksa
kati yang jatuh ke jurang dari tebing yang tinggi. Ternyata
merekalah Cadas Kembar yang tewas dan dilemparkan dengan
tenaga luar biasa, sehingga bahkan mataku hanya
menangkapnya sebagai kelebat bayangan kuning yang nyaris
menabrakku, dan kini melayang jatuh ke arah para bhiksu
yang sebenarnyalah tiada ingin perkabungannya terganggu.
Segalanya berlangsung amat sangat cepat seperti kilatan
petir. Tubuh kedua Cadas Kembar yang tampaknya meluncur
ke bawah cepat sekali dan akan jatuh di tengah para bhiksu
yang sedang mendengungkan suara lebah itu tiba-tiba lenyap
disambar kelebat bayangan merah dan bayangan putih,
sehingga tidak terjadi kekacauan apa pun di bawah itu, jika
memang kekacauan adalah maksud dilemparkan kedua tubuh
Cadas Kembar yang sudah tewas tersebut. Nyala api ribuan
lilin masih menari-nari mengikuti angin yang berputar dari
barat ke utara maupun dari selatan ke timur. Dengung lebah
belum terputus, seolah para bhiksu tidak mengetahui apa saja
yang telah terjadi. Sekarang aku berpikir betapa kematian bhiksu kepala
Penyangga Langit, sebenarnyalah merupakan bagian dari
penyerbuan ini! Apakah urusannya sehingga Partai Pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datang dari jauh ke tempat yang tidak memungkinkan mereka
mengemis" Namun diriku tidak bisa memikirkan lebih jauh,
ketika begitu banyak sabit bertali tiba-tiba saja telah berputar
secepat kilat menjeratku, dan langsung menyentakku ke
bawah sehingga aku melayang jatuh ke luar tembok dengan
begitu banyak tali menjirat tubuhku. Meskipun begitu
pikiranku masih jelas ketika aku memutar tubuhku untuk
melihat apa yang berlangsung di belakangku, dan ternyata
dari puncak tebing batu di belakang perguruan itu beterjunan
ratusan sosok berbusana gembel dengan senjata terhunus,
langsung ke arah para bhiksu yang sedang tenggelam dalam
doa bersama! Tubuhku masih ditarik ke bawah ketika para pengemis
yang terjun dengan senjata terhunus itu menghilang ke balik
tembok. Menyadari pembantaian yang akan berlangsung,
kugunakan Jurus Naga Meliuk Sambil Berjoged yang membuat
tubuhku begitu saja lolos dari jeratan tali-tali itu, tepat pada
saat terbanting di bumi. Tubuhku terpantul kembali ke atas
tanpa jeratan tali-tali itu lagi. Aku langsung menjejak udara
dan meluncur ke atas untuk masuk ke balik tembok perguruan
lagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 188: [Para Bhiksu Mengambang di Udara]
AKU turun tidak sampai menginjak tanah, cukup menapak
di atas api di lilin, lantas melesat kembali ke atas menyambut
gelombang serangan kedua pasukan cadangan Partai
Pengemis. Disebut pasukan cadangan, tetapi jelas merupakan
orang-orang pilihan, yang setidak-tidaknya secara bersama
tentu diandaikan akan mampu mengatasi pasangan Yan Zi
dan Elang Merah yang perpaduan ilmu pedangnya sungguh
tak terduga dan tak bisa dibendung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sempat kusaksikan para gelandangan dan pengemis yang
tewas bergelimpangan di sela-sela deretan para bhiksu yang
masih mendengung lebah dan berdoa itu. Meskipun tampak
hanya bersila dan berdoa, sekujur tubuh para bhiksu bagaikan
dilumuri lapisan tenaga pelindung, membuat tubuh para
penyerbu yang tewas dibantai Ilmu Pedang Mata Cahaya
maupun Ilmu Pedang Cakar Elang ketika menimpa para bhiksu
itu akan terpeleset atau terpental, sehingga para bhiksu yang
berdoa tetap bergeming. Dengan mayat-mayat tewas bergelimpangan dan terkapar
bersimbah darah di depan para bhiksu, mereka sepintas lalu
bagaikan berdoa bagi para pengemis yang menyerbu
perguruan ini! Maka dalam sekejap itu alangkah tercekatnya
diriku, melihat betapa lima ratus bhiksu yang sedang berdoa
itu dengan tetap bersila tubuhnya terangkat dan mengambang
di atas tanah selutut tingginya! Seolah upacara penyucian jiwa
bagi yang mereka doakan akan ternoda jika berada satu
dataran dengan mayat para pengemis itu...
Pemandangan nyala api ribuan lilin, dengan lima ratus
bhiksu berjubah kuning yang mengambang, dengan dengung
lebah yang bertambah tinggi nadanya itu, memberikan suatu
perasaan yang aneh. Namun aku tidak punya waktu lagi
merenungkannya, dan berkelebat menghadapi barisan Partai
Pengemis itu dengan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama
yang kugabungkan dengan Jurus Naga Kembar Tujuh. Aku
berkelebat lebih cepat dari kilat, karena harus kuhadapi lima
ratus penyusup berbusana gembel sekaligus yang beterjunan
dari atas tebing dengan kecepatan terkendali. Ada yang cepat
sekali dan ada yang lambat sekali, karena memang sengaja
dimaksudkan untuk membingungkan Elang Merah dan Yan Zi.
Dalam pertarungan tingkat tinggi, salah satu kunci
menghadapi lawan adalah penguasaan irama dalam jurus-
jurus serangan, agar dapat diputuskan bagaimana kiranya
akan menanggapinya, sama cepat ataukah lebih cepat, karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
permainan irama itulah yang akan menentukan terbuka atau
tidaknya kelengahan lawan. Maka jelas keberagaman irama
serangan ini, dari yang lebih cepat dari cepat sampai yang
lebih lambat dari lambat, dimaksud untuk mengacaukan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perpaduan Ilmu Pedang Mata Cahaya dan Ilmu Pedang Cakar
Elang yang seperti tidak mungkin ditembus itu.
Demikianlah para pengemis itu berkelebatan dan sebagian
melenting dari batu ke batu semakin dekat, sementara mereka
yang turunnya lambat sempat kulihat dengan santai
mengambil penyimpan arak dari balik baju dan meminumnya
sambil me layang. Dalam dunia persilatan telah menjadi
pengetahuan setiap penyoren pedang, apabila seorang
anggota Partai Pengemis sudah minum arak sebelum
pertarungan, maka akan keluarlah jurus-jurusnya yang sangat
berbahaya dan membingungkan , karena memang aneh dan
berada di luar dugaan. Namun meski tampak serabutan,
sebetulnyalah dalam keberagaman itu dapat kubaca jurus
pertempuran andalan mereka jika bergabung dalam satu
pasukan, yakni Jurus Tongkat Pengemis Mengusir Anjing
Kudisan. Tidak salah tentunya jika kugabungkan Jurus Seribu Naga
Menyerbu Bersama dengan Jurus Naga Kembar Tujuh, karena
jika yang pertama memang digunakan untuk menghadapi
gelar perang suatu pasukan dalam pertempuran, maka yang
kedua untuk menghadapi banyak orang juga, tetapi yang
bergabung tidak sebagai kesatuan, melainkan keberagaman
dalam kelebihan setiap orang. Jurus Tongkat Pengemis
Mengusir Anjing Kudisan menggabungkan kedua siasat yang
memang seharusnya dihadapi dengan kedua jurusku itu, maka
akupun mengedarkan chii ke seluruh tubuh dan berkelebat
naik menghadapi lima ratus pengemis yang melesat-lesat
dengan bau arak dari mulutnya.
Aku hanya bertangan kosong. Dengan pukulan Telapak
Darah aku bermaksud sekadar mendesak setiap orang agar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mundur, sementara dengan ch'i yang terhimpun pada
sentuhan tangan, hanya senjata merekalah yang ingin kutepuk
menjadi tepung. Betapapun, penyerbuan Partai Pengemis ke
sebuah Perguruan Shaolin ini bagiku menyimpan banyak
pertanyaan yang harus dijawab, dan tiada jawaban yang akan
memuaskan jika para pengemis yang menyerang ini semua
mati berkalang tanah. SEKALI kibas sepuluh pengemis terpental, tetapi mereka
tidak akan mati karena aku masih berharap mereka berpikir
untuk mengundurkan diri. Demikianlah dengan Jurus Seribu
Naga Menyerbu Bersama maka kedudukan pasukan Partai
Pengemis hanya bertahan, dan dengan Jurus Naga Kembar
Tujuh setiap pengemis memiliki lawan sesuai ilmu silatnya.
Aku bergerak begitu cepat sehingga tampak sebagai lima ratus
orang, tetapi yang setiap orangnya memiliki tujuh bayangan,
yang setiap kali dianggap sebagai bayangan ternyata bukan
bayangan, dengan kesadaran yang tentunya datang
terlambat, yakni saat senjata-senjata mereka hancur lebur
karena tiba-tiba buyar menjadi tepung, dan saat mereka
terjerembab ke balik tembok dengan gambar telapak tangan
merah di dada hasil pukulan Telapak Darah.
Aku bertarung tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya
bergerak dan berkelebat, yang setiap saat memakan korban.
Para bhiksu masih mengambang. Panjang lilin bahkan sama
sekali bagai belum berkurang. Namun barisan Partai Pengemis
dengan segera sudah terpukul mundur. Kejadian ini hanya
berlangsung memang kurang dari sekejap mata, tetapi aku
ingin menjelaskan betapa Partai Pengem is ini betapapun tidak
terdiri atas orang-orang sembarangan.
Jurus-jurus mereka aneh, tidak seperti bersilat melainkan
seperti seorang widu yang dengan terampil mempertunjukkan
gerakan-gerakan musykil. Ketika menyerang mereka tidak
seperti sedang menyerang, ketika bertahan mereka tidak
seperti sedang bertahan, dan meski dalam kenyataannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersilat tetapi memang tidak seperti sedang bersilat. Dapat
kubayangkan bagaimana lawan akan terbingungkan, dan
tanpa disadarinya nyawa sudah melayang.
Maka aku harus memusatkan perhatian dengan sepenuh-
penuhnya, bukan hanya dengan senjata mereka yang
kadangkala begitu sederhana seperti alat pengusir lalat, alat
penggaruk punggung, tongkat pengorek sampah, atau
sepasang sumpit, tetapi juga bahwa tiba-tiba dari mulutnya
menyembur arak panas yang bisa membakar wajah.
Disebutkan dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu Silat Ajaib
dari Negeri Atap Langit betapa wajah itu langsung akan
menyala karena api, sehingga dalam Jurus Tongkat Pengemis
Si Kumbang Merah 2 Dewa Arak 41 Macan-macan Betina Kupu Kupu Iblis 3
^