Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 4
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 4
masih terdapat sisa keremangan, yang menandakan bahwa
kegelapan belumlah sempurna, sehingga sempat terlihatlah
olehku di dada tukang perahu dengan yi yang tidak sengaja
terbuka bagian lehernya itu terdapatlah suatu rajah yang
bagiku belum jelas gambarnya. Rajah adalah suatu makna
yang bisa menjelaskan banyak perkara, karena tidak semua
orang bersedia atau perlu dirajah tubuhnya. Maka ketika
seseorang menyediakan dirinya dirajah dengan jarum sambil
menahan sakit, tentulah terdapat suatu makna yang
membuatnya bersedia mengalami kesakitan seperti itu.
Jika aku tahu gambar apa yang dirajahkan pada dada tukang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perahu kami ini, mungkin saja kerahasiaan ini akan terbuka
lebih cepat bagiku dari seharusnya, justru karena rajah itu
sengaja ditutupi dan tidak dibiarkan terbuka. Rajah yang
terbuka mungkin hanya hiasan, setidaknya tidak memiliki
makna rahasia, tetapi jika tersembunyi di balik baju maka
sebetulnya merupakan penanda rahasia. Mungkin tanda
anggota perkumpulan rahasia, tetapi misalnya sekadar bagian
dari adat pun sedikit banyak akan memperjelas asal-usulnya.
Kegelapan akhirnya sempurna setelah kami berpindah lagi,
bagaikan berlayar di dalam dunia yang hitam. Kupejamkan
mataku dan menancap ilmu Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, dan segera tergambar terjemahan segala suara
bagi mata. Tiada lagi perahu-perahu yang menyeberang.
Hanya pemasang bubu di tepi seberang tampak geraknya
dalam keterpejamanku. Dari gaung angin yang menderu dapat
kuperkirakan letak Tiga Ngarai Yangtze yang juga sudah tidak
kelihatan lagi, tetapi perahu ini jelas tidak menuju ke sana.
Setelah tiga kali berganti perahu, sampailah kami ke tepi
seberang. Perahu tidak mendarat, melainkan masuk ke sebuah
anak sungai, dan dari saat ke saat gaung angin dan bisikan
sungai yang mahaluas itu memudar. Kubuka mataku. Kali ini
pendayung perahu kami adalah seorang perempuan. Hanya
suara dayung membelah air perlahan-lahan. Aku takyakin
dirinya seorang tukang perahu. Bahkan jauh dari itu. Ia
menyimpan dua kipas besi pada kain yang mengikat
pinggangnya. Apakah ia seorang pendekar seperti Elang
Merah dan Yan Zi" Tampaknya memang seperti itu. Namun
seorang pendekar tidak bekerja bagi orang lain, juga tidak
untuk perkumpulan rahasia manapun juga, kecuali jika karena
suatu alasan memang telah menjual jiwanya.
Malam semakin bertambah malam ketika dari anak sungai
kami terus dibawa memasuki cabang-cabangnya, yang
semakin lama semakin sempit, sehingga pepohonan di kiri dan
kanannya dapat kami raih dengan tangan kanan maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kiri. Terdengar segala bunyi binatang-binatang malam.
Burung hantu menyambar tikus hutan dan kelelawar saling
menyambar-nyambar di udara.
''Puan dan Tuan harap dimaafkan segala kerahasiaan,'' ujar
perempuan pendekar yang jelas mendayung dengan
penyaluran ch'i ini, ''se-muanya terpaksa dilakukan demi
keamanan kita semua.'' Aku mencari rajah dengan mataku ke dadanya, tetapi tidak
ada yang dapat kulihat karena ia menutupi dadanya dengan
ketat. Sepintas terbandingkan dengan kampung halaman, jika
di sini setiap perempuan menutupi dadanya dengan busana
yang kainnya berlapis-lapis, di Yawabhumipala hanya
perempuan prajurit saja yang terjamin menutupi sambil
merekatkan payudaranya ke dada dengan kain. Sekilas
teringat Harini. Adakah dia masih akan menanti" Segera
kugoyangkan kepala, bagaikan bisa mengusir berbagai ba-
yangan masa lalu yang memasuki kepala dengan tiba-tiba.
''Siapakah kiranya ia yang telah bersusah payah menjemput
kami dengan segala kesulitan seperti ini"''
Malam memang gelap, tetapi segelap-gelapnya malam
tetaplah ada sesuatu yang dapat terlihat, dan dalam
kegelapan seperti itulah sekilas se-nyuman kulihat melesat.
''Dikau akan segera bertemu dengannya, Pendekar, tak lama
lagi. Dikau akan segera mengenalnya sendiri.'' Baiklah, tetapi mengapa perempuan pendekar ini harus
tersenyum mendengar pertanyaanku"
Perahu masih bergerak dengan perlahan. Untunglah
sebelum tiba di tepi sungai tadi kami bertiga sempat mampir
di sebuah kedai dan makan. Kami bertiga makan ikan sungai
rebus yang dipotong-potong, yang setelah diletakkan dalam
mangkuk lantas disiram kuah yang lezat sekali. Kulihat semua
orang makan mengenakan sumpit, begitu juga Yan Zi dan
Elang Merah. Aku sudah terbiasa juga makan dengan sumpit,
jadi kuikuti saja cara mereka makan itu, yakni dengan sumpit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memasukkan potongan-potongan ikan itu ke dalam mulut,
lantas diikuti menenggak kuahnya. Saat itu tidak kuperhatikan,
bahwa setelah potongan masuk ke dalam mulut, orang-orang
lantas mengeluarkan kembali tulang-tulangnya melalui mulut
itu juga, dan barulah kemudian menelan dagingnya bersama
kuah. Melihat diriku menelan potongan-potongan ikan itu
bersama tulangnya, semua orang terbelalak, bahkan Elang
Merah dan Yan Zi pun tidak dapat menahan diri untuk
tertawa. Namun jika pun aku tahu tulang-tulangnya harus
dikeluarkan lebih dulu, aku belum dapat melakukannya di
dalam mulut, sehingga pastilah akan tetap kutelan juga.
Adapun ketika menelan itulah terdapat duri yang tersangkut di
tenggorokan, dan aku menjadi ke-bingungan. Dari luar
mungkin tampak sebagai orang tercekik. Semua orang di
kedai itu pun menjadi s ibuk.
''Telan nasi! T elan nasi!''
Nasi putih hangat berkepul-kepul itu pun kutelan, tetapi
masih saja tulang itu menyangkut di sana. Yan Zi dan Elang
Merah sementara itu terus makan sambil masih menahan tawa
sekuat bisa. Namun di kedai itu pula kami dengar segala cerita, yang
baru kemudian kuketahui kemung-kinannya untuk sedikit
menerangi rahasia dalam kegelapan ini.
(Oo-dwkz-oO) Episode 216: [Yang Mulia Paduka Bayang-bayang]
PERAHU telah melepaskan diri dari anak sungai sempit
yang penuh dengan pepohonan di kiri kanan itu, memasuki
wilayah terbuka yang ternyata telah menjadi penuh sesak
dengan tenda suatu pasukan besar. Tiada tampak api unggun
besar seperti yang biasanya terdapat pada perkemahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebesar itu, karena api untuk masak telah dipindahkan ke
dalam tenda dengan cerobong asap di atasnya, sehingga
perkemahan bagi pasukan sebanyak itu sekilas pintas sama
sekali tidak terlihat dalam kegelapan. Begitu besar pasukan ini,
tetapi sekaligus begitu sunyi. Tampak betapa mereka sudah
sangat terlatih untuk bersikap di medan pertempuran. Jadi,
apakah kami tiba-tiba saja sudah berada di tengah medan
pertempuran" Di kiri dan kanan sungai para pengawal dengan busana
tempurnya berjaga, dan perahu ini bahkan dihentikan dengan
acungan kelewang. Setelah saling bertukar kata sandi, pengawal itu bertanya.
''Siapa mereka"'' ''Mereka adalah para pengembara yang dijemput itu.''
''Oh, ya, Yang Mulia memang sudah menunggunya.''
Perahu itu kembali didayung dan berjalan terus. Kutawarkan
tenagaku jika ingin bergantian, tetapi perempuan pendekar itu
hanya menjawab dengan tertawa pendek.
''Duduklah saja Tuan, tenanglah, tenaga Tuan masih
dibutuhkan untuk urusan yang jauh lebih penting dari sekadar
mendayung perahu.'' Bersama dengan perahu yang menembus kekelaman
perlahan-lahan, melewati berbagai penjagaan yang semakin
lama semakin ketat, kukumpulkan lagi ingatanku dari cerita
simpang siur di kedai tadi, maupun dari kedai lain yang
kadang sempat kami singgahi. Berbagai cerita, potongan-
potongan kalimat, percakapan di kiri dan kanan, di muka dan
belakang, bisikan atau teriakan, maupun gumam tersembunyi
tetapi tertangkap pendengaran, yang semuanya sepintas lalu
tidak penting, kucoba hubungkan satu sama lain sampai
tersusun suatu kerangka gambaran yang berbentuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang ini, tahun 797, sebenarnyalah merupakan masa
yang belum juga pulih dari akibat Pemberontakan An Lushan
antara 755 dan 763, yang berakibat bahwa pemerintahan
pusat kehilangan kendali atas para penguasa daerah. Dengan
getir disebutkan betapa Wangsa Tang hanya dapat
diselamatkan oleh pembebasan penguasa daerah agar tidak
terikat ke pusat. Meskipun, seperti telah diketahui
sebelumnya, tatacara perpajakan Wangsa Tang yang terus
diperbarui ternyata masih tetap bisa dijalankan.
Di bawah Maharaja Dezong yang berkuasa sejak 779,
menteri kepala Yang Yan berhasil menerapkan secara umum
apa yang merupakan pembaharuan pajak abad ini, yakni yang
kemudian disebut sebagai dua tatacara pajak. Dalam tatacara
pemajakan ini, segala pajak dihimpun jadi satu yang harus
dibayar dua kali dalam setahun, bukan hanya oleh petani,
tetapi oleh semua lapisan khalayak yang berpenghasilan.
Kegunaan kedua dari pembaharuan pajak ini memang
sebetulnya adalah memperbaiki kendali istana atas perpajakan, yang sebelumnya jatuh ke tangan para pengurus
keuangan pengaturan garam, maupun orang-orang kebiri
yang memegang kendali perbendaharaan negara.
Pemberontakan jelas telah melemahkan siasat perbatasan
Wangsa Tang. Tatacara daerah bawahan yang diserahkan
kepada para panglima pasukan kerajaan tidak dapat
diberlakukan lagi. Negeri Atap Langit telah kehilangan wilayah-
wilayah padang rumput, yang menjadi sumber kuda-kuda
tempur, karena dikuasa i Kerajaan Tibet, sehingga harus
membeli kuda-kuda tempur dengan harga mahal dari suku-
suku Uighur. SUKU-SUKU pengembara ini menuntut dana bantuan yang
besar sebagai syarat agar mereka tidak menyerbu Negeri Atap
Langit. Antara 780 dan 787, Maharaja Dezong berusaha
menawar dalam suatu perjanjian dengan Tibet, yang
melibatkan peresmian atas lepasnya banyak wilayah dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persetujuan perbatasan antara kedua negara, tetapi yang
tidak membuat Kerajaan Tibet mengurungkan cita-cita jangka
panjangnya. Keadaan ini membuat Maharaja Dezong menggalang suatu
persekutuan dengan orang-orang Uighur, termasuk melalui
perkawinan anaknya dengan seorang kepala suku, dan
persetujuan mahal bahwa untuk mendapatkan kuda-kuda
Uighur maka Negeri Atap Langit harus menukarnya dengan
kain sutera. Dengan ini Maharaja Dezong mendapat jaminan
bantuan Uighur melawan Kerajaan Tibet.
Dalam keadaan seperti ini, di dalam Negeri Atap Langit
sendiri terdapat berbagai pertentangan kepentingan yang
menimbulkan berbagai macam bentuk pembangkangan dan
pemberontakan, atas nama ketidak puasan atas tatacara
perpajakan maupun kebijakan perbatasan. Belum jelas bagiku,
termasuk kepentingan yang manakah telah melibatkan
pasukan kerajaan sebanyak ini di tepi Sungai Yangtze, karena
berkumpulnya pasukan sebanyak ini, jika berada di luar
pengetahuan istana, jelas dapat diartikan sebagai penanda
pemberontakan! Dari kedai ke kedai memang terdengar nada ketidak puasa
penduduk Sichuan. Di antara para prajurit yang berjaga di
sepanjang tepi sungai kulihat juga prajurit perempuan dalam
busana tempur, jelas tampak siap berperang. Kuingat cerita
tentang para istri yang suaminya terbunuh, dan bukannya
mereka menangis, melainkan justru menggantikan suaminya
maju ke medan pertempuran. Kisah sedih memang bertebaran
di Negeri Atap Langit karena banyaknya peperangan dan
korban bergelimpangan. Demikianlah kuingat sebagian yang
ditulis Du Fu: rambut disanggul pertanda istri orang
tikar di ranjang pun belum sempat hangat
sore menikah besok pagi ke medan perang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aduhai sayang betapa cepat, betapa cepat!
Adapun perempuan memegang tombak dan pedang pun
tidak asing di Negeri Atap Langit, sehingga bahkan Du Fu pun
menulis puisi panjang yang memuja seorang perempuan
penyoren pedang, seperti yang disaksikannya ketika sedang
berlatih 30 tahun lalu. Bahkan Du Fu sendiri menuliskan
catatan berikut: Pada tahun ketiga masa Ta Li, bulan ke sepuluh, hari
kesembilanbelas, di kediaman Yuan Shih, hakim Kweichow,
saya melihat anak gadis Li Keduabelas dari Linying memainkan
tarian pedang. Ia memainkannya dengan begitu bagus
sehingga saya bertanya siapakah gurunya, dan dia
mengatakan bahwa dia diberi pelajaran oleh Puteri Kungsun
Pertama, yang pernah saya saksikan pada tahun ketiga Kai
Yuan memainkan Tarian Pedang maupun T arian Topi Jatuh di
Yencheng. Kungsun menarikannya dengan penuh daya dan
kebebasan. Pada awal masa Hsuan Tsung, Kungsun adalah
murid terbaik dua perguruan, Taman Pir dan Istana Musim
Semi. Kecantikannya kini tentu memudar seiring dengan
memutihnya rambut saya, dan sekarang bahkan muridnya
tidaklah tampak muda. Saya melihat bagaimana gerakan guru
dan murid itu sama. Yang saya saksikan ini menyebabkan
saya menulis puisi. Suatu ketika Chang Hsu dari Wu, seorang
pelukis aksara, melihat Kungsun memainkan Tarian Pedang
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sungai Barat di Yeh, kemudian tulisan tangannya dengan
segera menjadi lebih bagus, memperlihatkan kekuatan
maupun irama. Bagaikan masih tertatap olehku puisi Menyaksikan Tarian
Pedang Seorang Murid Putri Kungsun yang kubaca dalam
masa pembelajaranku di Kuil Pengabdian Sejati itu:
suatu ketika terdapatlah puteri jelita
disebut Kungsun, yang tarian pedangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dicintai semua; baris demi baris
penonton terpesona kepadanya
merasa seperti menyaksikan langit
bertempur melawan bumi; a merunduk dan tampak bagaikan
cahaya matahari dilepaskan Y i;
ketika ia melejit ke udara, bagaikan dewa
menunggang naga di atas mega-mega
menyaksikannya, bagai kilat dan halilintar
membadai, sebelum cahaya ketenangan
meliputi lautan kedamaian
tetapi segera keindahannya
tiada lagi terdengar; kini seninya tampak dimainkan
oleh si cantik dari Linying ini
nun di Kweichow, tempat ia menari dan menyanyi;
bercakap dengannya kupikirkan hari lain
dan aku tenggelam dalam kesedihan;
di istana lama terdapat delapan ribu puteri
dan di antara mereka Kungsun berjaya
dalam Tarian Pedang; limapuluh tahun telah berlalu
seperti membalik tangan dan istana tua terbenam gelombang perang;
para penari T aman Pir telah menghilang
bagaikan kabut, tetapi kini
keindahan satu ini berkilatan
dalam cahaya dingin matahari;
pepohonan di pekuburan kerajaan
telah tumbuh tinggi; semak-semak kota tua ini,
di Ngarai Chutang taktumbuh lagi;
pesta, seni bunyi dan tari, telah berakhir
habis senang datanglah kesusahan
karena memandang bulan di timur;
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanyalah seorang tua seperti diriku,
tak tahu ke mana mau menuju,
selain begitu saja melangkahkan
kaki yang malas ke atas perbukitan yang sepi Anak dari anak dari anak sungai yang telah semakin
bercabang masuk ke dalam ini telah menjadi semakin sempit.
Lebarnya kemudian bahkan menjadi sebatas perahu ini saja.
Membuatku sempat berpikir, mengapa tidak turun di sini saja
dan melanjutkan perjalanan berkuda" Penjagaan masih saja
ketat, bahkan kukira telah menjadi semakin ketat. Ke
manakah kiranya perahu ini akan menuju"
"Puan dan Tuan, sebentar lagi kita akan sampai," ujar
perempuan pendayung perahu, yang meskipun bersenjata
kipas besi, tanpa sadar telah kubayangkan sebagai pemain
pedang Puteri Kungsun yang telah memesona Du Fu pada
masa kanak-kanaknya itu. Lantas mendadak saja perahu masuk ke dalam gua dan
berhenti. Ini sebuah gua yang sangat amat besar di kaki
gunung batu. Lamat-lamat kudengar suara air terjun.
Mungkinkah itu berada di baliknya" Aliran anak sungai masuk
ke bagian lebih dalam dari gua yang dinding-dindingnya
sangat tinggi ini, tetapi kami berhenti sampai di sini. Kurasa
anak sungai inilah yang di balik gua berubah menjadi air
terjun. Udara dingin di dalam gua dan penuh dengan uap air.
Kami ikuti perempuan bersenjata kipas itu me langkah dari
perahu ke dataran batu. Sejumlah pengawal berbusana
tempur tampak mengawasi dari jauh, tetapi yang mendatangi
kami adalah seorang lelaki yang berbusana sehari-hari seperti
petani, hanya saja warnanya dari atas ke bawah serba putih,
bahkan sepatunya yang menutup betis itu putih. Ia bertukar
kata sebentar dengan pendayung perahu kami dalam bahasa
sandi, dan baru setelah itu perempuan itu menoleh kepada
kami. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JIKA berita ini sampai pula, meskipun sebagai selentingan,
ke salah satu telinga di dalam jaringan mata-mata istana,
maka tidak akan terlalu mengherankan jika pedang mestika
itu, yang semula hanya tersimpan dalam keadaan tergeletak
tanpa perlu perhatian istimewa, kemudian akan dipindahkan,
bahkan dengan segala kerahasiaan akan disembunyikan.
Dapatlah kubayangkan betapa tanpa bantuan, terutama dari
dalam, dengan segala pemanfaatan suatu jaringan rahasia
tandingan, pengambilan kembali Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kiri itu jelas tidak dimungkinkan.
Kuingat kembali cerita Angin Mendesau Berwajah Hijau
sebelum menitipkan Yan Zi kepadaku. Seorang perempuan
pendekar berusia 41 tahun dititipkan kepada seorang
pengembara takbernama sepertiku yang masih 26 tahun!
Namun pertimbangan Angin Mendesau Berwajah Hijau hanya
satu, yakni betapa diriku yang telah mengatasi serangannya
dengan Jurus T anpa Bentuk, adalah yang dimaksudkan bhiksu
kepala Perguruan Shaolin itu sebagai pendekar yang
gerakannya tidak terlihat. Barangkali bhiksu kepala itu telah
berkata benar, tentang persyaratan ilmu silat yang diperlukan
untuk mencuri pedang mestika di dalam istana, tetapi jelas di
manakah kiranya Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu
diletakkan adalah berbeda.
Kerahasiaan ternyata adalah suatu daya tersendiri pula.
Sedangkan kerahasiaan hanya bisa dilawan dengan cara
membongkarnya. Apabila kerahasiaan berada di tangan suatu
jaringan rahasia, maka hanyalah jaringan rahasia tandingan
dengan segala tipudaya rahasianyalah yang akan dapat
membongkarnya. Artinya jaringan rahasia harus dilawan oleh
jaringan rahasia. Apakah sekarang ini pun kami sedang
berhadapan dengan suatu jaringan rahasia" Jika bukan hanya
riwayat Yan Zi dan Pedang Mata Cahaya sejak lama diketahui
dan diawasinya, melainkan juga rincian perjalanan kami
sehingga dapat dijemputnya di tempat terpencil di tepi Sungai
Yangtze pada titik yang tidak bisa lebih tepat lagi, takdapatlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kubayangkan betapa luas dan dalamnya jaringan rahasia yang
mereka kuasai. Bukankah pernah kusampaikan tentang salah
satu siasat Sun Tzu terpenting"
apa yang memungkinkan para bijak berdaya
dan para panglima menyerang dan menang
adalah mencapai segala sesuatu
di balik pencapaian orang biasa
yakni mengetahui lebih dulu
Bahkan suatu pasukan besar dapat tersembunyi dengan
baiknya di wilayah seluas ini. Mungkinkah terdapat suatu
rencana besar dalam permainan kekuasaan di Negeri Atap
Langit ini, dengan kami hanya sebagai bagian dari rencana
itu" Riwayat Yan Zi, seperti kudengar dari Angin Mendesau
Berwajah Hijau, berhubungan dengan suatu babak sejarah
yang tentunya penting bagi Negeri Atap Langit. Suatu riwayat
amat sangat rahasia, yang begitu rawan jika terbongkar,
karena jelas mengubah jalannya sejarah, sehingga justru
dapat memancing keraguan atas kebenarannya!
Pada tahun 756, artinya 41 tahun lalu, Yang Guifei tidak
dibunuh oleh Gao Lishi, bahkan melahirkan bayi, yang takjelas
anak Maharaja Xuanzong atau pemimpin pemberontak An
Lushan. Apakah lagi yang bisa lebih menggemparkan dari ini"
Bahkan misalnya jika cerita ini hanyalah kabar angin, yang
sengaja maupun tidak sengaja memasuki wacana kerahasiaan,
masihlah merupakan cerita yang menggemparkan pula.
Betapapun, teruji maupun tidak teruji kebenarannya,
sepasang Pedang Mata Cahaya yang kini terpisah itu ada.
Benarkah begitu Puan Pendekar"
Kudengar nada suara, dan memang ia hanyalah suara saja,
dari yang disebut sebagai Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
itu berubah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan jika memang begitu, bagaimana Puan dan T uan tanpa
bantuan kami bisa mencapai dan memasuki istana Changian"i
Kulihat sekeliling. Hanya terdapat lubang-lubang pintu lorong
pada dinding yang melingkari kami, yang begitu miripnya
sehingga kami tidak akan dapat mengetahui darimana kami
masuk agar dapat keluar lagi!
(Oo-dwkz-oO) Episode 217: [Perjanjian di Dalam Gua]
Demikianlah pelataran yang luas di dalam gua ini dikelilingi
dinding-dinding batu yang tinggi, tempat keberadaan lubang
pintu setiap lorong, yang dari salah satu lubang itulah kami
muncul dan menuruni jalan setapak bebatuan sampai ke mari.
Dalam perjalanan menapaki lorong itu telah kuketahui betapa
lorong tersebut bercabang-cabang, yang tentunya kemudian
terhubungkan pula dengan setiap pintu lorong yang tampak
dari pelataran di bawah ini. Mengingat apa yang telah
kuketahui lewat pendengaranku, bahwa di dalam setiap
cabang lorong itu terdapat pengawal-pengawal bersenjata
yang tersembunyi, yang dari langkahnya dapat kuketahui
berilmu silat tinggi, sudah jelas betapa pintu lorong manapun
pada dinding batu tersebut takdapat menjadi jalan keluar
kami. Apakah kami telah terjebak" Apakah diriku telah salah
mengira, bahwa yang disebut Yang Mulia Paduka Bayang-
bayang ini bukannya meminta dan menawarkan kepercayaan,
tetapi memang dengan sengaja menjebak"
Sebenarnyalah betapa dirinya memang berkehendak
membantu kami, dan dengan jujur telah dikatakannya bahwa
dengan tercurinya senjata mestika dari istana, daya kuasanya
akan melemah begitu rupa, ibarat gedung besar yang tercabut
kerangkanya, yang setiap saat dalam goyangan gempa sedikit
saja akan runtuh menjadi rata dengan tanahodan di sanalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terletak kepentingannya. Jika kami berhasil mendapatkan
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, yang tampaknya
hanya mungkin berkat bantuannya, sebagai pihak yang
dengan suatu cara mengetahui rahasia ini, sedikit banyak akan
sesuai dengan tujuannya untuk melemahkan istana, sehingga
kekuasaan ia bayangkan bisa direbutnya.
Dengan demikian Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang
bahkan bayang-ba-yangnya pun tidak pernah terlihat ini
sebetulnya menawarkan suatu kerjasama yang masuk akal.
Meski harus kuakui betapa unsur pendesakan, yang memang
tentunya halus sekali, tetap saja terbaca di sini. Namun,
betapapun, aku merasa bahwa tawaran kerjasama ini, jika
berjalan lancar, sesungguhnyalah menguntungkan.
Masalahnya kini adalah bagaimana caranya meredamkan
Yan Zi, yang kukira bukan taktahu tentang keuntungannya itu,
tetapi tersamarkan oleh perasaan tinggi hati, karena telah
terganggu sejak tadi, ketika kami tidak bermaksud
menyeberangi Sungai Y angtze, tetapi seperti setengah dipaksa
untuk menyeberanginya dan sampai di s ini.
"Yang Mulia Paduka Bayang-bayang," kataku kemudian,
"mungkinkah kiranya Yang Mulia Paduka mengizinkan, jika
kami memilih untuk tidak mengganggu segenap perencanaan
cemerlang ini, dan membiarkan diri kami mengerjakan tugas
kami sendiri?" Suasana sunyi, hanya gaung air terjun terdengar lamat-
lamat di balik dinding batu, tetapi yang segera disusul helaan
napas yang panjang. Jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
ini sungguh hanya suara, betapa bahkan napasnya pun
terdengar di mana-mana. "Baiklah kuceritakan mengapa diriku telah, harus, dan tiada
dapat melepaskan diri dari persoalan kekuasaan dan Pedang
Mata Cahaya ini..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka kami pun mendengarkan penjelasan Yang Mulia
Paduka Bayang yang disampaikannya perlahan-lahan.
"Sejak saudara kami Yang Guifei yang begitu dicintai
Maharaja Xuanzong berperan besar dalam pembangunan
negeri yang dilakukan Wangsa Tang, kami telah menjaga diri
agar keberadaannya di istana tidaklah seperti kami
manfaatkan untuk keuntungan keluarga kami sendiri. Sejak
lama keberadaan keluarga besar kami di Sichuan tidaklah
pernah melanggar segenap ajaran yang kami pelajari dari
Kong Fuzi. Keluarga kami mengembangkan kepandaian dalam
ketatanegaraan maupun perdagangan, tanpa merasa wajib
menyuap, menipu, memeras, dan menerapkan segala daya
kelicikan lainnya. "Sama seperti ujaran Chi K'ang T zu, ketika ditanya tentang
apa yang dikatakannya jika menghendaki pengikutnya setia,
saling menghargai, dan berada di jalan kebajikan, Jagalah
dirimu ketika menghadapi mereka dengan berlaku hormat,
maka dikau akan mendapatkan penghormatan mereka; jadilah
anak yang baik dan pangeran yang baik hati, maka dikau akan
mendapatkan kesetiaan mereka; pujilah yang layak dan
tunjukkan kekurangan, dan mereka akan menjadi tabah dalam
menapaki jalan kebajikan."
"Demikianlah ayahanda Yang Guifei, seorang pejabat
daerah di Sichuan, tetaplah hidup sederhana bersama
keluarganya, karena memperhatikan kata-kata Kong Fuzi,
yang ketika ditanya kenapa tidak ambil bagian dalam
pemerintahan menjawab, "Apakah yang dikatakan Buku
Sejarah tentang kesalehan anak" Lakukan tugasmu sebagai
anak dan saudara, maka mutunya akan dirasakan pemerintah.
Ini kemudian sungguh akan berperan besar dalam
pemerintahan, sehingga menjadi pegawai tidaklah harus
menjadi hakiki. "Namun segala pelajaran tentang kebajikan ini agaknya
dilupakan oleh saudara kami yang lain, Y ang Guozhong, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas anjuran Yang Guifei, telah dilantik oleh Maharaja
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Xuanzong menjadi perdana menteri untuk menggantikan Li
Linfu yang mati karena sakit. Hubungan darah Y ang Guozhong
dengan Yang Guifei jelas telah memancing segala desas-desus
yang timbul dari perasaan iri hati, dan Yang Guozhong
terpancing untuk bersengketa dengan seorang panglima asal
suku Hu yang mendapat kepercayaan Maharaja, yakni An
Lushan." Saat itu pun aku teringat ujaran Kong Fuzi yang
berhubungan dengan itu. orang-orang bisa diatur untuk mengikuti suatu jalan
tetapi mereka tidak bisa diatur untuk mengetahui kenapa
"Pada saat keluarga kami harus menerima akibat karena
dipersalahkan sebagai akar keberadaan Yang Guifei dan Yang
Guozhong," demikianlah Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
itu melanjutkan, sebenarnyalah tidak semua orang mati
terbantai ketika balatentara Wangsa Tang menyapu Sichuan.
Ibarat kata sebuah keluarga beranak sembilan, setidaknya
satu terselamatkan. Memang keluarga dengan hanya satu
atau dua anak banyaklah yang habis begitu saja, tetapi selalu
ada seorang keponakan, ipar jauh, pembantu rumahtangga,
ataupun tamu yang kebetulan di rumah ternyata selamat, dan
membentuk jaringan pembalasan dendam yang semakin nyata
bentuknya sekarang. Banyak orang lupa, orang kebiri kepercayaan Maharaja
Xuanzong, Gao Lishi, sebelum diperintahkan membunuh Y ang
Guifei, selir terkasih yang cerdas, langka kecantikannya, dan
sangat piawai dalam seni bunyi, ia telah menyatakan bahwa
Yang Guifei tidak bersalah, dan dalam pernyataan seperti itu
sangat mungkin terdapat suatu pesan yang disembunyikan.
Meski Gao Lishi sebagai orang kebiri, dan Yang Guifei sebagai
selir, kedudukannya saling bersaingan dalam berebut pe-
ngaruh di istana maupun perhatian Maharaja Xuanzong, kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takpernah tahu perubahan apa saja yang bisa berlangsung
dalam permainan kekuasaan.
Dalam permainan kekuasaan selalu terdapat desas-desus,
kabar angin, dan berita bohong, yang dengan sengaja atau
tidak sengaja berkembang dengan begitu meyakin-kan, jauh
lebih meyakinkan dari kenyataan, sehingga membentuk
wacana yang bahkan menggerakkan kehidupan. Maka tidaklah
terlalu mengherankan bagi kami, ketika kami dengar tentang
keberadaan suatu Pedang Mata Cahaya yang merupakan
suatu pasangan pedang untuk tangan kiri dan tangan kanan,
yang disebutkan sebagai pusaka keluarga kami di Sichuan,
dan telah dibawa sebagai harta rampasan ke Changian.
Sebagian besar dari kami belum pernah mendengar
tentang sepasang pedang pusaka itu, tetapi kemudian kami
dengar pula perihal diselundupkannya kembali pedang
tersebut, setidaknya yang untuk tangan kanan, oleh Gao Lishi
melalui segenap jaringannya, ke sebuah kampung tersembunyi para pemberontak, yang dikabarkan menampung
bayi anak Yang Guifei, bukan dengan Maharaja Xuanzong,
melainkan dengan An Lushan! Apakah ini mungkin" Sesuatu
yang sepintas lalu tidak mungkin! Namun juga sesuatu yang
sangat mungkin! Bukankah Maharaja Xuanzong sudah berusia 61 tahun
ketika menikahi Yang Guifei yang muda jelita, dan tidakkah
Yang Guifei itu sendiri yang mengangkat An Lushan sebagai
anak angkat, sehingga dengan itu bisa keluar masuk istana
dengan bebas" Benarkah Yang Guifei setelah dihukum mati atas perintah
Maharaja Xuanzong, karena desakan para pengawalnya
sendiri, saat itu masih hi-dup, dan hanya mati setelah me-la-
hirkan bayi perempuan" Kami me-ngetahui betapa Yang Guifei
sangat ditakutkan akan membalas dendam atas kematian
Yang Guozhong yang semula bernama Yang Zhao, sepupu
jauh Yang Guifei yang menjadi perdana menteri dibunuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengawal raja dengan tuduhan memberontak itu, hanya
karena Y ang Guozhong ketika dikejar dilindungi oleh pasukan
asal Tibet. JADI pemberontakan An Lushan justru dimanfaatkan untuk
membantai keluarga Yang Guifei, dan baru sete lah itu An
Lushan dilawan dan pemberontakannya dipatahkan, bukankah
mungkin saja karena berita kematian Yang Guifei telah
mematahkan semangatnya"
''Kemudian kami dengar, betapa di dunia persilatan telah
muncul seorang perempuan pendekar yang selain menguasai
Ilmu Pedang Mata Cahaya juga menggunakan Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kanan, dengan pantulan cahaya dari
pedang yang langsung mengeras seperti benda tajam. Dengan
itu antara lain telah dibantainya para pembunuh bayaran
Golongan Murni yang keberadaannya juga tidak kami setujui,
dan bersamanya kami dengar terdapat perempuan pendekar
Elang Merah dari Tibet serta seseorang yang kemudian
disebut-sebut sebagai Pendekar T anpa Nama, karena memang
tidak memiliki nama, yang berasal nun jauh dari Ho-ling, dan
memiliki kemampuan bergerak tanpa bisa dilihat meskipun
oleh sesama pendekar. ''Segeralah kami dapat menduga betapa arah perjalanannya tentulah ke Chang'an, dan kami kira tidaklah
akan terlalu salah jika kami juga menduga bahwa tujuannya
adalah menyatukan sepasang Pedang Mata Cahaya yang telah
terpisahkan selama 41 tahun lebih, dan kami pun tahu betapa
tiada akan terlawan Ilmu Pedang Mata Cahaya jika
memainkan kedua Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dan
kanan. Namun meski menyadari kedahsyatannya jika kedua
pedang dima inkan berpasangan, kami pun tahu betapa
mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dari dalam
istana Changian itu tidaklah seperti membalikkan tangan.
Mengingat Yan Zi Si Wa let yang berhak memiliki kedua
pedang itu betapapun adalah bagian dari keluarga kami,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kiranya tidaklah terlalu salah jika membantunya untuk ikut
mencari dan mencuri pedang itu sampai dapat.
''Nah, Puan dan Tuan Pendekar, kami tidak memaksa dan
kami akan menunjukkan jalan keluar jika kita tidak mencapai
kesepakatan. Namun akan sungguh kami sesalkan diri kami
sendiri karena tidak berhasil meyakinkan Puan dan Tuan,
karena kami sungguh-sungguh pula mengerti betapa tanpa
bantuan dari jaringan di istana Chang'an, Puan dan Tuan
bertiga hanya akan mendapatkan kegagalan. Itu sekadar
untuk menunjukkan betapa kami adalah teman.''
Akhirnya Yang Mulia Paduka Bayang-bayang ini berhenti
bicara. Sangat meyakinkan nada kata-katanya, meski segala
kemungkinan tetap terbuka, yakni bahwa mungkin saja segala
sesuatu seperti kenyataan yang terungkap itu tidak ada
kebenarannya. Kami belum dapat membuktikan apa pun,
bahkan Yan Zi sendiri tidak dapat memastikan dengan cara
bagaimanapun apakah dirinya anak Y ang Guifei dari Maharaja
Xuanzong atau An Lushan, ataukah bukan anak siapa pun,
karena memang tidak terdapat dalam catatan sejarah Wangsa
Tang yang rinci dan penuh pertanggungjawaban, bahwa Y ang
Guifei mati meninggalkan keturunan.
Jadi masalahnya kini adalah soal kepercayaan. Bahkan Yan
Zi sendiri kini membuka kembali percakapan.
''Masalahnya kini adalah soal kepercayaan, karena kami
tidak dapat membuktikan apakah kata-kata dikau merupakan
kebenaran, meski sebagian memang mengungkapkan
kenyataan, tetapi secara keseluruhan sebagai bantuan
memang patut dipertimbangkan.''
Dengan kata-kata ini Yan Zi memandang sekilas kepadaku
dan kepada Elang Merah untuk minta persetujuan. Kami
berdua mengangguk. ''Kini hanya ingin daku dengar,'' Yan Zi melanjutkan, ''jika
kami setuju, apakah kita akan membuat kesepakatan, karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
daku sendiri tidak terlalu yakin betapa di balik semua ini kalian
tidak mengharapkan suatu keuntungan.''
Yan Zi tentu benar, seandainya pun seluruh kata-kata Yang
Mulia Paduka Bayang-bayang itu
dapat digugurkan, penawarannya justru harus kami manfaatkan. Betapapun Yan
Zi dan diriku barulah untuk pertama kalinya akan mengarungi
jalan ke Chang'an dan tentu belum pula mengetahui seluk
beluk kotaraja yang didatangi berbagai bangsa dari seluruh
penjuru dunia itu. Terdengar tawa lirih Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
yang bahkan samasekali tidak terlihat bayang-bayangnya itu.
Memang bukan karena suatu bayang-bayang yang hitam itu
maka ia mendapatkan namanya, melainkan karena ia
sepertinya ada, tetapi sebetulnya tiada. Aku percaya saja ia
tidak berada di sini dengan kemampuan memindahkan
suaranya itu, dan karena itulah aku sibuk bertanya-tanya
sendiri, kiranya ia berada di mana"
Tergantung dari tingkat ilmunya, pemilik Ilmu Pemisah
Suara dapat berada di tempat tertentu, semakin tinggi ilmunya
semakin jauh ia dapat terpisah dari suaranya; dan dengan
Ilmu Pemecah Suara maka tidak akan dapat mengetahui
sumber suara itu, apabila kemudian suaranya terdengar di
mana-mana. Aku menghela napas, betapa dalam dunia
persilatan seorang manusia biasa dapat memiliki kesaktian
seperti dewa. ILMU Pemisah Suara dan Ilmu Pemecah Sua-ra,
digabungkan dan dibolak-balik akan mem-bingungkan
manusia. Kesepakatan ma-cam apakah kiranya yang dapat
kulakukan de-ngan seseorang yang memiliki kemampuan
seperti itu" Masih terdengar suara tawa yang lirih itu. Aku bertanya-
tanya dalam hati, jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu
tidak berada di sini, bagaimanakah caranya ia melihat kami"
Mungkinkah jika ia berada di tempat lain maka matanya bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di sini" Tentu saja aku tahu betapa bodoh
pertanyaanku, yang telah mengetahui keberadaan seseorang
seperti Putri Kupu-kupu, yang seperti bisa berada di segala
tempat nyaris dengan seketika, itu pun dengan mengetahui
segalanya pula, yang terjadi maupun belum terjadi, seperti
yang kualami dan kudengar sendiri melalui Ilmu Pembisik
Sukma. Bagaimanakah caranya tanpa indera maka segala
peristiwa masa lalu yang tidak dialami dan masa depan yang
belum terjadi dapat pula diketahui" Apakah lagi yang bisa
melebihi kemungkinan mengetahui tanpa indera dalam
kebertubuhan ini" ''Telah kukatakan sejak semula wahai Puan, kami ingin
Puan dan Tuan bertiga berhasil dalam tugas mengambil
kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, karena
hilangnya suatu senjata mestika dari istana akan diterima
sebagai memudarnya wibawa, meskipun pedang itu sendiri
bukanlah milik keluarga Wangsa Tang. Dengan penerimaan
memudarnya wibawa, diandaikan juga betapa cahaya
kekuasaan istana meredup, dan sebuah pemberontakan
menjadi terbenarkan.'' ''Sejak tadi pun daku mengerti yang dimaksud sebagai
tukar-menukar kepentingan ini, tetapi apakah yang membuat
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu yang harus diambil,
dan bukan senjata mestika lain, yang jelas menjadi milik
Wangsa Tang, sehingga cahaya kekuasaannya tentu akan jauh
lebih teredupkan" Lagi pula, mengapa Yang Mulia Paduka
Bayang-bayang yang mahasakti dengan segenap jaringan
mata-matanya yang rinci tersembunyi, sehingga bagaikan
tiada lagi segala sesuatu di dunia ini yang tidak mungkin untuk
tidak diketahui, mengambilnya saja sendiri"''
Terdengar tawa yang amat lirih lagi, lantas suara jawaban
yang terdengar lembut, sabar, dan menyejukkan.
''Tidakkah Puan sadari, betapa Puan berada di antara
keluarga sendiri" Kami pun ingin pedang mestika milik leluhur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluarga Yang Guifei itu terhidupkan di tangan seorang
pendekar yang tidak bisa lebih berhak lagi memilikinya
kembali. Jika Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan itu
tiada menolak Puan pegang dan bersedia Puan mainkan dalam
Ilmu Pedang Mata Ca-ha-ya, maka tiadalah dapat diragukan
pula betapa memang Puan berhak atas pedang luar biasa itu.
Artinya hanya Puan yang akan dapat mengangkat Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kiri yang berada di istana Chang'an
itu.'' Kali ini bukan hanya Yan Zi, tetapi juga kami semua
bertanya-tanya. ''Mengapa bisa begitu" Seberapa beratnyakah pedang itu"''
Kali ini suara tawa Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
menjadi lebih keras. ''Tidakkah Angin Mendesau Berwajah Hijau maupun bhiksu
kepala di Perguruan Shaolin itu memberitahu Puan Yan Zi,
betapa pedang mestika yang diciptakan sebagai pasangan itu
sebenarnya tidak bisa dipisahkan" Jika dipisahkan, maka
pedang itu semakin lama akan menjadi semakin berat di luar
takaran, dan hanya jika kembali dipertemukan maka beratnya
akan kembali kepada berat dengan takaran semula. Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kanan tidak menjadi berat,
agaknya karena selalu berada di dekat Yan Zi yang bukan
hanya berhak memilikinya, tetapi juga telah memainkannya
dalam jurus-jurus Ilmu Pedang Mata Cahaya. Setiap kali
dima inkan dalam ilmu pedang yang hanya mungkin berjalan
dengan pedang itu, maka pedang tersebut bagaikan mendapat
makanan jiwanya, dan semakin lama semakin bertuah, seperti
memang demikianlah seharusnya.
''Maka memang benar betapa Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kiri yang berada di istana Chang'an itu telah menjadi
sangat merepotkan, karena tidak seorangpun, betapapun
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi tenaga dalamnya, dapat mengangkatnya. Mula-mu-la ia
jatuh dari gantungan bersama sarung-nya, lantas diletakkan di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas meja, tetapi lama ke-lamaan meja itu pun tidak kuat dan
belah meski terbuat dari batu marmer, dan akhirnya bahkan
lantainya pun melesak dan berlubang. Dapatkah dibayangkan
betapa ketika tersimpan di pagoda berlantai tujuh, maka
lubang itu pun berturut-turut terjadi dari lantai teratas sampai
terbawah" ''Pernah terdapat cerita bahwa Pedang Mata Cahaya ini
kemudian dimasukkan sebuah peti besi beroda yang ditarik
dan didorong begitu banyak orang karena begitu beratnya,
tetapi yang kini sudah jelas tidak diketahui di mana. Meski
begitu, apabila Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang
dibawa Yan Zi Si Walet sendiri disentuhkan kepadanya,
niscaya beratnya kembali ringan dan lentur seperti semula.
(Oo-dwkz-oO) Episode 218: [Bahkan Tidaklah Butiran Terkecil]
KAMI telah kembali menyusuri Sungai Y angtze.
Seperti bagaimana kami telah dijemput, kami telah pula
diantar kembali, keluar lagi dari gua dan dari perahu demi
perahu menyusuri anak sungai demi anak sungai sampai
diseberangkan lagi ke tempat kami telah dijemput oleh mata
rantai jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Kami
bertemu lagi dengan berbagai tukang perahu yang sama,
yang meyakinkan diriku betapa meskipun mereka itu seperti
tukang perahu dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya
memang menjalankan peran ganda sebagai mata-mata dan
bagian dari jaringan. Sebagai mata-mata mereka mengawasi
dan melaporkan dalam kerangka tugas yang mereka
dapatkan, sebagai bagian dari jaringan mereka harus siap
setiap saat untuk mengalihkan pekerjaan sehari-hari mereka
sebagai tukang perahu yang menyeberangkan orang, kuda,
dan barang dari tepi yang satu ke tepi yang lain, jika jaringan
membutuhkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya itulah makna rajah di dada mereka, yang kadang
terlihat dan kadang tidak terlihat, yakni sebagai tanda bagian
dari suatu jaringan. Jadi meskipun dalam kehidupan sehari-
hari tampak sebagai tukang perahu, tetapi setiap saat siap
berganti peran, sebagai bagian dari jaringan. Hanya kemudian
jika terdapat kekurangan dalam mata rantai pengangkutan,
maka seorang tukang perahu yang biasa dari kehidupan
sehari-hari akan dilibatkan dengan suatu pesanan. Namun
justru titik inilah lubang pada jaringan yang akan dimasuki
mata-mata lawan atau mata-mata pemerintah Wangsa Tang,
atau pendekar mana pun yang merasa perlu menyamar dan
memata-matai apa pun untuk mengenali dan menguasai
keadaan. ''Selamat jalan Puan dan Tuan pendekar,'' kata tukang
perahu yang pertama kali menjemput kami, dan kemudian
menjadi mata rantai terakhir yang mengembalikan kami lagi,
''semoga selamat sampai tujuan.''
Itulah memang yang kupikirkan sekarang. Kalimat semoga
selamat sampai tujuan mengandung arti betapa mungkin saja
terdapat halangan di perjalanan, termasuk kemungkinan
bahwa suatu halangan membuat siapa pun yang sedang
melakukan perjalanan itu tidak mencapai tujuan. Adapun
halangan yang membuat seseorang tidak mencapai tujuan itu,
salah satunya tentu yang mengakibatkan kematian.
Dari kemungkinan ke kepastian. Betapa nian. Namun
betapa pula kepastian dirancang dan direncanakan matang-
matang, untuk kemudian diperjuangkan. Zhuangzi yang
gagasannya terjelmakan sebagai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
itu berkata: ingatlah bahwa sejak yang pertama
sampai yang terakhir bahkan tidaklah butiran terkecil
dari apapun yang dapat disaksikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah ada atau akan selalu ada Aku teringat kembali kata-kata ini, karena ketika perahu
melewati kembali lapangan tempat perkemahan balatentara,
yang menurut Yang Mulia Paduka Bayang-bayang jumlahnya
mencapai 10.000 orang, telah bersih kembali tanpa jejak sama
sekali. Mungkinkah pasukan sebesar itu dapat menghilang
diam-diam dengan begitu cepatnya, ketika bahkan semalam
saja tiada tampak persiapan untuk berkemas demi suatu
keberangkatan" Kami berkuda menyusuri Sungai Yangtze, dengan
bayangan akan berbelok mengikuti percabangan dari anak
sungainya, yang datang dari utara, agar dengan begitu tetap
mendekati Chang'an. Sebetulnya kami bisa mengikuti jalan
darat, yang menghubungkan Kaixian dengan Ankang, lantas
menuju Changian me lewati Xunyang dan Shanghuo, tetapi
selain kami sudah bosan dengan perjalanan melalui
pegunungan yang berat itu, kami juga ingin menyusuri tepian
Sungai Yangtze dengan alasan tersendiri. Kami bertiga
sebetulnya ingin berziarah ke kuil-kuil Buddha yang terdapat di
berbagai tempat di tepian sungai, bahkan juga di lereng-
lerengnya, untuk sedikit belajar bukan tentang agama,
melainkan ilmu kebijaksanaan.
Elang Merah juga telah memberitahu Yan Zi dan diriku,
bahwa guru-guru Buddha di sepanjang tepi Sungai Y angtze ini
selain menguasai ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu kebijaksanaan, juga tidak jarang juga menguasai ilmu silat
yang sangat tinggi. Mengingat usaha untuk mengambil
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri di istana itu bagaikan
memasuki sarang naga, menurut Elang Merah tiadalah
salahnya bagi kami untuk menambah ilmu.
BETAPAPUN kami belum tahu siapakah kiranya yang akan
kami hadapi. Meskipun jaringan peninggalan Yang Guifei yang
dihidupkan kembali oleh Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah bekerja dengan sangat rapi, kami tidak ingin
mengabaikan kemungkinan, terdapatnya para pendekar yang
telah menangkap gejala dan berjaga dengan suka rela di
istana, bukan demi negara melainkan demi bangsa dan tanah
air. Di luar kesepakatan dengan Yang Mulia Paduka Bayang-
bayang tersebut, kami memang bebas merancang perjalanan
kami menuju Chang'an, selain untuk tetap menjaga
kewajaran, juga karena kami sebetulnya telah mengajukan
kebebasan menentukan arah dan lamanya masa sebelum
mencapai kotaraja, dengan catatan akan bersedia menanggapi
semua perkembangan. Dengan kalimat lain, jika Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri itu sudah diketahui tempatnya dan
sudah siap untuk kami ambil, maka kami akan terbuka
menerima pesan dari penghubung manapun yang akan
menyampaikannya kepada kami, di mana pun kami sedang
berada. Adapun keberadaan kuil-kuil Buddha yang berada di
sepanjang tepian sungai, bersama dengan para bhiksu yang
ilmu silatnya sangat tinggi, kiranya dengan suatu cara
terhubungkan kepada keadaan, yang kemudian diceritakan
Elang Merah sepanjang perjalanan, tentang tumbuh dan
kemudian tertindasnya para penganut Buddha di Negeri Atap
Langit itu sendiri. "Maharaja Wendi yang merupakan maharaja pertama
Wangsa Sui, telah menggunakan agama Buddha untuk
mengukuhkan haknya memerintah dan menyediakan kepercayaan umum untuk khalayak dari segala lapisan. Para
penguasa Wangsa T ang awal, telah memberikan kepercayaan
semacam ini bagi pemikiran Dao, tetapi pada saat bersamaan
juga mengakui kuatnya kuil-kuil Buddha, yang kemudian
diterima di mana-mana dan menjadi kehadiran yang sangat
berdaya dalam khalayak Negeri Atap Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sejak awal abad ini, agama Buddha sepenuhnya
memenangkan kemapanan di seluruh Negeri Atap Langit.
Patokan-patokan utamanya diacu, kesukmaannya tak dipertanyakan. Ini menandai dan mempengaruhi kehidupan
mereka yang sederhana maupun yang kaya dan berkuasa,
serta mempengaruhi juga semua kelompok, besar maupun
kecil, di dalam kemaharajaan Wangsa Tang. Dalam mencapai
tingkat penerimaan ini, pedoman Buddha telah mengalami
penyesuaian dan berbagai aliran Buddha di Negeri Atap Langit
pun muncul. "Empat aliran yang paling berpengaruh adalah aliran
Tientai dan Huayan, yang sangat dikenal oleh ketegasan
pedomannya, dan aliran Dhyana serta Tanah Murni, yang
keberadaannya lebih bermakna karena mementingkan
tindakan. Aliran Tientai sepenuhnya bersifat Negeri Atap
Langit, berdasarkan ajaran Zhiy i, yang mendirikan perguruan
di Tientai, gunung suci di Zhejiang, akhir abad keenam.
Ajarannya berpusat pada penafsiran langsung dari Sutra
Teratai, yang menawarkan pedoman penyelamatan semesta
melalui pertimbangan pikiran dan tindak perenungan.
"Huayan atau aliran Taman Bunga didirikan oleh Fazang,
seorang lelaki keturunan Sogdian kelahiran Changian pada
643. Aliran ini menggolongkan berbagai jenis kelompok
Buddha sebagai kendaraan, dan menyatakan bahwa aliran
Huayan menggabungkan segala yang berharga dari setiap
kendaraan, suatu pendekatan peleburan yang merupakan cirri
pemikiran Negeri Atap Langit."
Sembari berkuda di sepanjang tepi sungai yang
permukaannya berkilat keperak-perakan, dan semakin jauh
meninggalkan Tiga Ngarai Y angtze, aku sempat terpukau oleh
pengetahuan Elang Merah akan seluk beluk ajaran Buddha,
sementara ia sendiri berasal dari T ibet. Namun pada saat yang
sama diriku juga seperti diingatkan, bahwa Elang Merah selain
adalah seorang pendekar kelana, sehingga mengenal belaka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alam Negeri Atap Langit, juga sedang bertugas sebagai mata-
mata Kerajaan Tibet. Mungkinkah ia mengikuti diriku atas nama pengabdian,
tetapi sebetulnya menjalankan tugasnya sebagai mata-mata
belaka" Kadang terlintas pikiran semacam itu, tetapi apabila
kemudian terpikir begitu, betapa kemudian aku merasa
bersalah. Kulihat Elang Merah yang perkasa itu begitu tulus
mengikutiku, meskipun nyawanya hampir selalu terancam
karena keberadaanku yang selalu saja dicari seorang lawan.
"Aliran Dhyana, yang dikenal di Negeri Atap Langit sebagai
Chan, melacak kembali asal dirinya sampai kepada
Bodhidharma yang tiba di istana dari Wei Utara sekitar tahun
520. SEJAK lama pertumbuhan Bud-dha menjadi sasaran
pengecaman oleh musuh-musuhnya. Pada 621, seorang
pendeta Dao bernama Fu Yi berujar bahwa khalayak di sekitar
kuil merupa-kan beban yang meru-gikan negara. Ia
menganjurkan kepada maharaja untuk membubarkan kependetaan Buddha, yang juga berarti menghapus dan
mengingkari keberadaan para bhiksu, dan menggunakan
bangunan kuil-kuil Buddha, untuk sesuatu yang lebih ber-
guna. Di bawah Dezong terdapatlah Peng Yan, seorang
pejabat penganut Kong Fuzi pada Badan Pencatatan, yang
memberitahu maharaja agar meng-hapus penyalah gunaan
wewenang di dalam pengajaran agama Bud-dha, sambil
menyebutkan pengabaian para bhiksu dan kerugian dalam
pendapatan pajak. Ia memperkirakan beaya tahunan untuk
makanan dan pakaian yang harus disediakan negara bagi para
bhiksu sama dengan pajak yang dibayarkan lima lelaki
dewasa. Demikianlah harus kuketahui tentu, manakala kami kini
berjalan menyu-suri tepian Sungai Y angtze untuk mencuri kuil-
kuil Buddha Mahayana pada 797, bahwa para penganut
Buddha ini sedang mengalami tekanan, sebagai keyakinan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak tumbuh dari bumi Negeri Atap Langit seperti f ilsafat
Kong Fuzi yang ajarannya ber-laku dan dihayati sebagai
agama, mau-pun pemikiran Dao yang telah tumbuh dan
berkembang dalam tiga tahap da--lam ratusan tahun sehingga
memang semakin sempurna, tetapi dari Jam-bhud-vipa,
tempat Siddharta Gautama telah dilahirkan. Kuingat kembali
ki-sah perjalanan bhiksu Xuanzang yang mengharukan, dalam
perjalanan meng-harubiru lebih dari tiga ratus ratus lalu,
untuk mengambil naskah-naskah sutra yang sesuai dengan
aslinya, langsung ke Jambhudvipa.
Mengingat segala cerita tentang Xuan-zang, yang kemudian
menerjemahkan segenap hasil penemuannya ke bahasa
Negeri Atap Langit, dan me-nye-la-matkan ajaran Buddha
yang justru terdesak sampai hampir musnah di Jambhudvipa
itu, yang sejak lama me-mang dikuasai agama Hindu, aku me-
ra-sa seperti ingin menjejaki kembali langkah-langkah dalam
perjalanannya. Namun aku pun menyadari, betapa sekarang
ini keinginan tersebut ha-nya-lah merupakan lamunan yang
ko-song, meng-ingat segala kewajiban yang telah kusepakati
dan sebenar-nyalah masih jauh dari penyelesaian.
(Oo-dwkz-oO) BEBERAPA hari kemudian sampailah kami bertiga ke
sebuah pondok di tepi sungai di seberang wilayah Zhu-shan.
Meskipun kami menyusuri tepi sungai dengan maksud
menghindari keterjalan gunung dan kecuraman ju-rang,
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesetiaan untuk tetap menyu-suri itu tidak menjadikan tepian
su-ngai itu tempat yang lebih mudah. Perjalanan memang
nyaman dinik-mati dan diha-ya-ti di tempat yang da-tar dan
lapang, sem-bari terpandang perahu-perahu di kejauhan yang
da-lam silau cahaya matahari sering tampak hanya sebagai
sosok bayangan hitam. Kadang masih kami lewati tempat-tempat penyeberangan,
tetapi semakin lama semakin jarang. Hanya para pencari ikan
bercaping, jauh di tengah sungai sana, tampak sabar ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memancing atau menjala ikan, meski kadang-kadang terlintas
dalam pikiran, tidak-kah mungkin salah satu dari antara yang
bertemu dan saling tatap dalam ke-jauhan ini adalah mata-
mata dalam ja-ringan Yang Mulia Paduka Bayang-ba-yang"
Namun pemandangan perahu se-macam itu juga mengingatkan aku ke-pada puisi Li Bai yang ditulis ketika
meninggalkan desa kecil Wang Lun di Anhwei:
perahuku akan berangkat ketika terdengar seketika
langkah kaki dan nyanyian;
di perairan Bunga Persik;
danau dalam, tetapi tidak sedalam
cintaku kepada Wang Lun Tidakkah itu memang merupakan nasib pengembara"
Mencintai suatu tetapi harus meninggalkannya pula" Namun
bagaimana jika ia jatuh cinta kepada seseorang, mestikah ia
melupakan saja cinta itu dan meneruskan pengembaraannya,
ataukah jika memang mencintainya maka tentulah ia berhenti
mengembara, menikah, beranak pinak, dan berbahagia"
Bisakah seorang pengembara mendamaikan dua cinta, antara
kecintaan untuk mengembara dari satu tempat ke tempat
lainnya, dengan kesetiaan untuk mengabdi demi cinta untuk
selama-lamanya" NAMUN kadang-kadang sungai yang kami susuri memasuki
wilayah yang bukan saja terjal tetapi bahkan nyaris tidak
menyediakan ruang bagi kuda melangkah di sepanjang
tepiannya, karena mendadak berubah menjadi dinding-dinding
batu menjulang. Kami akan tetap menyusuri tepiannya jika
masih terdapat batu-batu besar atau jalan setapak tempat
kuda bisa melangkah, tetapi tidak jarang itu pun tidak
dimungkinkan. Lagipula jika sungai berada di antara dinding
batu seperti itu, biasanya itu menjadi deras, dan karena kami
berjalan melawan arah aliran sungai maka akan sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbahaya untuk menyusuri dinding, dengan batu-batu besar
di bawahnya yang sudah berada di dalam air.
Dalam keadaan seperti itu, kami akan memilih jalan ke
samping, meninggalkan tepi sungai dan menempuh jalan
mendaki. Di atas tebing akan kami dengar arus sungai itu
menyebabkan suara bergemuruh. Kadang-kadang kami diam
sejenak di atas tebing sebelum meneruskan perjalanan, tetapi
pernah juga kami terpaksa bermalam di atas tebing seperti itu,
karena hari kemudian seperti menggelap begitu saja dengan
tiba-tiba. Bila ma lam cerah dan langit penuh bintang, kami bertiga
akan memandangnya sambil merebahkan diri di atas dataran
setelah usai makan malam, yakni memakan daging asap
sangat asin yang dari hari ke hari makin alot saja rasanya. Yan
Zi dan Elang Merah selalu berusaha menghitung jumlah
bintang-bintang itu, tetapi yang selalu kupastikan takpernah
berhasil karena salah satu dari mereka akan segera memeluk
dan bersambut pelukan pula dari yang lain.
Demikianlah akhirnya sebelum tiba di pondok ini, kami
telah menjumpai beberapa kuil Buddha, bahkan satu di
antaranya termasuk kuil besar dengan murid-murid yang
banyak, tetapi minat kami agak kurang untuk tinggal agak
lebih lama, karena yang ingin kami pelajari dari kuil-kuil itu
bukanlah agama demi agama saja. Melainkan agama sebagai
tempat terdapatnya ilmu-ilmu kebijaksanaan, karena memang
bukan kehidupan setelah mati yang kami pedulikan, melainkan
kehidupan di dunia ini yang berada di depan mata dan penuh
dengan pertanyaan yang menuntut bahkan menantang
jawaban. Kami menemukannya setelah bertanya-tanya di sebuah
kedai, ketika selalu saja hanya menemukan kuil yang
mengajarkan agama hanya demi agama sahaja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Oh, mungkin bukan di kuil tempatnya, tapi di pondok
orang tua yang agak gila itu, di dekat hutan bambu,'' ujar
seseorang di dalam kedai.
''Kadang-kadang orang datang untuk berobat atau minta
diramal nasibnya ke sana,'' kata seseorang yang lain lagi,
sambil menenggak arak beras.
Lantas mereka semua tertawa terbahak-bahak, dengan
agak setengah menghina. Kami bertiga selintas saling
berpandangan, apakah mereka tergolong orang bodoh yang
tidak tahu dirinya bodoh" Kami tahu, di kedai kita mesti dapat
menafsirkan, bahwa sebagian besar yang berada di kedai
adalah orang-orang awam, dan ucapan orang awam tidak bisa
dipegang seperti apa adanya, karena penilaian dalam ucapan
itu tentunya mencerminkan keawamannya. Jadi jika ia
mengatakan orang tua yang kadang-kadang dikunjungi orang
itu agak gila, itu tentulah penilaian yang tidak dapat dianggap
berdasarkan pemahaman yang agak sedikit seksama. Maka
kami pun justru mencarinya.
Kami harus menerabas semak dan ilalang sebelum
menambatkan kuda dan bergabung dengan orang-orang yang
tiba lebih dulu. Mereka duduk begitu saja di atas rerumputan,
menghadapi seorang tua di atas teras bambu sebuah pondok
bambu juga, yang penuh dengan peralatan menangkap ikan,
mulai dari bubu, pancing, sampai jala. Juga caping dan
berbagai peralatan untuk memotong kayu. Tampaknya ia
tinggal sendirian dan orang-orang tampak mendengarkan.
Kami menyelipkan diri di antara orang-orang pada baris paling
belakang. Kudengar nyanyian hutan bambu di belakang rumah itu,
ketika orang tua itu rupanya sedang memperbincangkan
perihal pertanyaan Raja Milinda kepada Nagasena. Kukenal
dari masa kecilku, ketika pasangan pendekar yang
mengasuhku mengundang para pemikir tentang filsafat dan
agama bertandang ke pondok kami untuk berbincang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepanjang hari, bahwa orang tua itu sedang memperbincangkan perkara:
Bagaimana Caranya Kita Mengetahui
Bahwa Buddha Pernah Ada"
''Kini Raja Milinda mendekati Y ang Mulia Nagasena. Setelah
menjadi dekat, ia membungkuk hormat dan duduk di satu sisi.
DUDUK di satu sisi itu, Raja Milinda yang berminat
mengetahui, berminat mendengar, berminat mendalami,
berminat melihat Cahaya Pengetahuan, berminat memecah
Ketidaktahuan sampai hancur, berminat membuat Cahaya
Pengetahuan bangkit, berminat meremukkan Kegelapan dari
Ketidaktahuan, menghimpun keberanian dan kekuatan dan
kesadaran dan kecerdasan, mengatakan ini kepada Y ang Mulia
Nagasena: ''Yang Mulia Nagasena...tetapi apakah Tuan pernah melihat
Buddha"' ''Tentu tidak, Raja Besar.''
''Tetapi apakah guru-guru Tuan pernah melihat Buddha"'
''Tentu tidak, Raja Besar.''
''Yang Mulia Nagasena, Tuan berkata Tuan tidak pernah
melihat Buddha, dan T uan berkata guru-guru Tuan juga tidak
pernah melihat Buddha. Baiklah, Yang Mulia Nagasena,
Buddha tidak pernah ada! Tiada apa pun di sini yang
menunjukkan bahwa Buddha pernah ada!''
''Kini giliran Nagasena yang bertanya:
''Namun, Raja Besar, apakah Raja-raja ada sejak dahulu
kala...mereka yang menjadi pendahulu Paduka, dalam garis
Raja-raja"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, Yang Mulia Tuan, mengapa diragukan" Raja-raja ada
sejak dulu kala...mereka yang menjadi pendahuluku dalam
garis Raja-raja.'' ''Apakah Paduka, Raja Besar, pernah melihat Raja-raja
dahulu kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.'
''Namun, Raja Besar, apakah para guru yang memberi tahu
Paduka...para pendeta istana, panglima balatentara, hakim,
menteri...apakah mereka pernah melihat raja-raja dahulu
kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.'
''Namun, Raja Besar, jika Paduka belum pernah melihat
Raja-raja dahulu kala, dan jika, seperti kata Paduka, para guru
juga tidak pernah me lihat Raja-raja dahulu kala itu --di
manakah Raja-raja dahulu kala itu"-- di sini tidak ada apa pun
yang memperlihatkan bahwa Raja-raja dahulu kala itu pernah
ada!'' ''Maka berkatalah pula Raja Milinda:
''Terlihat, Yang Mulia Nagasena, tanda-tanda kebesaran
yang disematkan oleh Raja-raja dahulu kala, sebagai saksi,
payung putih, mahkota, sandal, kipas ekor yak, pedang
dengan batu permata, dan kereta yang sangat mahalnya.
Dengan ini, kita akan tahu, dan percaya: 'Raja-raja ada sejak
dahulu kala.' ''Maka berkatalah pula Sang Nagasena:
'''Seperti itulah, Raja Besar, kita juga, dengan rujukan
kepada Keesaan Agung, menjadi tahu dan percaya. T erdapat
suatu alasan, mengapa kita dapat mengetahui dan percaya
bahwa Keesaan Agung itu ada. Apa alasannya" Di sana
terdapat, Raja Besar, tanda-tanda yang digunakan oleh
Keesaan Agung, Sang Buddha; dengan begini dunia manusia
dan dunia dewa mengetahui dan percaya: Keesaan Agung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada. Inilah, Raja Besar, alasannya, penyebabnya, jalannya,
pendekatan atas kesimpulan, yang karenanya menjadi
diketahui: Keesaan Agung ada.''
Orang tua itu lantas mengutip pula ujaran Nagasena:
seperti baginya yang menyeberangkan orang banyak
ke Samudera Kelahiran Kembali,
yang dengan menghancurkan Pokok Keberadaan
mencapai Nibbana dengan simpulan yang akan diketahui:
''Manusia Terbaik ada!'' ''Raja Milinda kemudian berkata: 'Yang Mulia Nagasena,
berilah contohnya!'''Namun sampai di sini, orang tua itu
berhenti. Orang-orang menunggu. Bagi banyak orang yang merasa
lebih baik mendengarkan cerita seorang pembicara daripada
membaca sendiri naskah-naskah Buddha, mendapatkan suatu
contoh gambaran dari sesuatu yang sebetulnya tidak
tergambarkan adalah penting.
Namun orang tua itu masih diam, bahkan menundukkan
kepala. Orang-orang masih menunggu. Aku ikut menundukkan
kepala, begitu juga Elang Merah dan Yan Zi. Kami bertiga
sebetulnya mendengarkan, karena kami bertiga mengerti
bahwa orang tua itu tidak akan begitu saja berhenti mendadak
di tengah cerita. TENTULAH menjadi penting bagi kami, yang kini melakukan
perjalanan di Negeri Atap Langit dengan maksud dan tujuan
tertentu, untuk mengetahui serba sedikit pihak mana sajakah
yang sedang bermusuhan tersebut. Para penyusup biasanya
adalah orang-orang bayaran, dan apabila cukup banyak
tenaga dan dana dikerahkan untuk menghabisi nyawa
seseorang di tempat terpencil, tidaklah terlalu keliru untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengira bahwasanya ia seseorang yang bukan sekadar cukup
penting, tetapi juga dianggap cukup berbahaya sehingga
hidupnya harus diakhiri. Yan Zi dan Elang Merah berkelebat menghilang, sementara
kudengar seseorang berkata kepada orang tua itu.
"Ceritakanlah kepada kami tentang tujuh kedai Buddha,"
katanya. Maka orang tua itu pun menjawab.
"Memang itulah lanjutan cerita yang akan kusampaikan
sekarang ini." Lantas ia pun menyambung ceritanya, ketika Nagasena
menjelaskan perihal tujuh kedai Buddha tersebut.
"Kemudian, raja besar, di dalam Kota Kebenaran, di Jalan
Dhyana Terkhusyuk, Tujuh Kedai terbuka, dan nama-namanya
adalah Kedai Bunga, Kedai Pewangi, Kedai Buah, Kedai Obat,
Kedai Jamu, Kedai Sesajian, Kedai Perhiasan, dan Kedai
Umum." "Yang Mulia Nagasena, apakah Kedai Bunga dari Keesaan
Agung, Sang Buddha, itu sendiri?"
?"Terdapat di sana, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan
Agung, sebagaimana seharusnya tertatacarakan dan tergolong-golongkan seperti berikut."
Ketika orang tua itu menjelaskan, aku teringat kembali,
betapa keberadaan Buddha itu sebetulnya
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang diperbincangkan oleh nama yang sebetulnya juga belum tentu
ada. Ya, Nagasena hanyalah suatu nama khayalan, dan
perbincangannya dengan Raja Milinda atau Menander, Raja
Yunani dari Baktria sebetulnya juga merupakan suatu
perbincangan yang hanya dibayangkan sahaja. Kitab
Milindapanha atau Pertanyaan-pertanyaan Milinda yang
kutipannya sedang dikisahkan orang tua itu, sebetulnya
merupakan naskah Pali yang tidak diwajibkan, meski isi
perbincangan adalah penampilan ajaran Buddha tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketidak-adaan jiwa dan Nibbana atau Nirvana itu penting bagi
siapapun yang berminat terhadap filsafat Buddha, sehingga
memang tetap selalu menjadi rujukan. Seperti pernah kuceritakan dalam bentuk lain, Milinda atau
Menander ini adalah seorang raja yang merupakan pelajar
yang berpengetahuan, pakar perdebatan, yang ingin
memahami ajaran Buddha, tetapi tidak terdapat satu pun
manusia yang didekatinya bisa membantu. Suatu ketika dalam
suatu kesempatan ia memburu bhiksu Nagasena, yang sedang
mengemis berkeliling, dan mulai bertanya-tanya kepadanya.
Raja Milinda kemudian ternyata sangat terkesan dengan
pengetahuan Nagasena, lantas mengatur pertemuan di Wihara
Sankheyya di Sagal, tempat Nagasena menginap. Raja tiba
beserta 500 pengiring dan perbincangan dimulai. Atas
permintaan raja perbincangan disimpulkan di istananya, meski
Nagasena mensyaratkannya mesti secara keilmuan, yang
disebut Panditavada dan bukan kebangsawanan atau
Rajavada. Masalah kesukmaan paling dalam yang terlawankan
kepada raja, adalah ketidakmampuannya untuk memahami
bagaimana Buddha dapat percaya kepada kelahiran kembali,
tanpa pada saat yang sama percaya juga kepada kelahiran
kembali diri sendiri. Sang Nagasena dengan cerdik, pada
setiap perdebatan tidak hanya mengatasi keraguan sang raja,
tetapi membuatnya beserta seluruh pengikutnya memeluk
Buddha. Sebagai tanda terimakasihnya pula, Menander
membangun sebuah kuil, Milindavihara, dan menyerahkannya
kepada Nagasena. Demikianlah orang tua yang hanya tampak seperti
pemukim tepi sungai yang hidup dari mencari ikan ini, seperti
berperan sebagai bhiksu-pengem is Nagasena, ketika menjelaskan perihal T ujuh Kedai Buddha itu:
"... Gagasan-gagasan tentang Kesementaraan, Ketidaknyataan, Ketidakmurnian, Kerudinan, Penolakan, Ketanpagairahan, Kebergencatan; Gagasan tentang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketidakpuasan dengan segala dan semuanya yang ada di
dunia; Gagasan tentang Kesementaraan dari Unsur-unsur
Pokok Keberadaan; Dhyana pada Keluar-Masuk Pernapasan;
Gagasan tentang Mayat: gembung, ungu, membusuk,
terbelah, tergerogoti, terpencar, tergencet dan tersebar,
berdarah, berulat, kelihatan tulangnya; Gagasan tentang
Pertemanan, Belas Kasih, Kegembiraan, Pengabaian; Dhyana
atas Kematian; Dhyana atas Tubuh. Ini, raja besar, adalah
Sasaran Dhyana, dengan cermat tertatacarakan dan
tergolong-golongkan, dinyatakan oleh Keesaan Agung, Sang
Buddha. "Dengan rujukan kepada ini semua, siapapun yang
berminat untuk dibebaskan dari Masa Tua dan Kematian,
memilih salah satu dari Sasaran Dhyana ini, dan dengan
menggunakan Sasaran Dhyana mendapatkan pembebasan
dari Nafsu Jahat, Kehendak Buruk, Khayalan, Kebanggaan,
Pandangan Salah; menyeberangi Samudera Lingkaran
Keberadaan; membendung Arus Idaman; membersihkan
dirinya sendiri dari Noda Lipat Tiga; menghancurkan segenap
Peracunan; memasuki Yang Terbaik dari Kota-kota, Kota
Nibbana, yang bebas dari noda, bebas dari debu, putih bersih,
bebas dari Kelahiran, bebas dari Masa Tua, bebas dari
Kematian, yang adalah Kebahagiaan, Ketenangan, Kebebasan
dari Bahayaomelalui kependetaan mencapai pelepasan hati.
Inilah, raja besar, yang dimaksudkan dengan Kedai Bunga
Sang Buddha. dengan Kamma sebagai harganya
naiklah ke kedai; belilah Sasaran Dhyana; jadi mendapat pembebasan melalui Pembebasan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Namun raja itu pun masih bertanya pula, Yang Mulia
Nagasena, apakah Kedai Wewangian dari Keesaan Agung,
Sang Buddha itu sendiri?"
Maka Nagasena pun menjawab:
"Di sanalah terdapat, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan
Agung, kepastian Aturan, dengan cermat tertatacarakan dan
terpilah-pilah; dan dilumuri perminyakan suci Wewangian dari
Aturan, putera-putera Keesaan Agung, uap dan wewangian
dengan Wewangian dari Aturan dunia manusia dan Dunia
Dewa-dewa. Me-reka hembuskan keharuman, me-reka
hembuskan melampaui keha-rum-an yang manis, dalam arah-
arah uta-ma, dalam arah-arah antara, bersama angin,
melawan angin; mereka tetap meliputinya.
"Kini, apakah Aturan ini tertatacarakan dan terpilah-pilah
dengan cermat" Aturan tentang Tempat Perlindungan, Lima
Aturan, Delapan Aturan, Sepuluh Aturan, Aturan-atur-an
Pengendalian yang terdapat dalam Kitab Pengakuan dan
termasuk di dalam Lima Pembacaan itu.
"Ini, raja besar, adalah yang dimaksud dengan Kedai
Wewangian Sang Buddha. Lebih lagi, raja besar, ini telah
dinyatakan oleh Keesaan Agung, dewa segala dewa:"
wewangian bunga-bunga takmerebak melawan angin,
atau takjuga cendana, atau dari bunga-bunga Tagara dan Malikka;
tetapi wewangian dari keyakinan
merebak melawan angin; dalam segala arah manusia yang baik menghembuskan keharuman. di atas dan di balik segala jenis wewangian,
apakah itu cendana atau teratai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atau dari bunga-bunga Tagara dan Vassiki,
wewangian dari kebajikan itu unggul
kelemahan adalah wewangian ini,
wewangian dari T agara dan cendana;
wewangian dari keluhuran adalah yang terbaik dihembuskan kepada dewa-dewa
Aku teringat bagaimana segenap perasasan Nagasena
tentang bukan-diri telah disebutkan sebagai pendekatan
Hinayana. Disebutkan betapa perasasan bukan-diri itu
kemudian berubah. Para guru Hinayana menjelaskan
perasasan itu sebagai berikut: segala sesuatu adalah nama.
Kereta adalah nama taklebih seperti Nagasena. Tidak ada
yang lebih nyata di balik peralatan atau peristiwanya.
Keterangan yang segera dari kesadaran tidak menjadi alasan
keberadaan kesatuan apapun yang kita bayangkan.
Menggunakan alasan yang sama, dari ke-diam-an Buddha atas
pertanyaan mengenai jiwa, Nagasena menarik suatu
penidakan dalam penyimpulan, bahwa tidak ada jiwa.
Pendapat ini menjadi ajaran kolot Buddha Hinayana.
Padahal ajaran Buddha yang asli tampaknya sangat
berbeda, karena jelas bahwa penonjolan atas bukan-diri
muncul pada masa akhir, dan bahwa Buddha tidak perlu
mengingkari melainkan diam mengenai jiwa itu. Terlebih lagi,
tampaknya Buddha telah mengetahui diri yang sebenarnya
dari keberadaan manusia, yang muncul di dalam perilaku
adab, yang memenuhi tatacara semesta. Perasasan bukan-diri
tidak berarti Buddha menolak sepenuhnya kebermaknaan diri.
Buddha selalu menyatakan pentingnya diri sebagai asal dari
tindak nalar kedirian. Menurutnya, diri tidak dapat ditandai
dengan apapun yang berada di luarnya. Manusia tidak dapat
menggenggam diri sebagai sesuatu yang nyata atau berada di
dunia luar. Diri dapat disadari hanya ketika manusia bertindak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menurut tatacara semesta keberadaan manusia. Ketika
manusia bertindak secara adab, kedirian sebenarnya menjadi
pernyataan. Dalam kaitan ini, diri dari ajaran Buddha bukanlah
kehakikian di balik ketubuhan, melainkan suatu pernyataan
keseha-rian. DALAM ajaran yang disebut Hinayana, keberadaan dari
banyak kenyataan diperandaikan. Mereka digambarkan
dengan istilah dharma atau unsur. Berbagai dharma adalah
bentukan pudgala atau perorangan. Menurut ajaran berbagai
aliran, terutama Sarvastivadin, segalanya yang tampak di
dalam dunia selalu berubah, dapat membusuk, dan tidak
nyata. Namun dharma adalah selalu-ada, tidak dapat
membusuk; mereka nyata, dan dapat disebut kenyataan.
Saat itu Yan Zi dan Elang Merah yang kuminta memeriksa
kembali mayat para penyusup itu di dalam hutan, sementara
aku memperhatikan dan mengawasi orang tua ini, telah
kembali dan menyampaikan dengan berbisik-bisik betapa
mayat-mayat itu telah hilang!
''Hilang"'' ''Seperti tidak ada bekasnya...''
''Bahkan cipratan darah pada batang-batang bambu yang
rubuh juga lenyap bagaikan bisa menguap.''
Aku tentu mengetahui jika orang tua itu yang
melakukannya, karena aku memang tidak memeriksa sendiri
mayat-mayat itu dengan niat mencermati pengawasan atas
pergerakannya. Jika ia berkelebat lenyap dengan ilmu
penyusupan, aku akan mampu berkelebat memburunya
dengan ilmu penyusupan; jika ia berkelebat lenyap dengan
ilmu halimunan, aku akan mampu memburunya pula dengan
ilmu halimunan. Namun kali ini agaknya, tentang lenyapnya
mayat-mayat para penyusup itu, bahkan orang tua itu pun
ternyata tidak mengetahuinya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di atas langit ada langit. Rasanya tokoh-tokoh persilatan
yang kutemui makin lama semakin sakti sahaja. Jika diriku
harus bentrok dengan setiap tokoh persilatan yang ada di
Negeri Atap Langit ini, mungkinkah diriku kembali lagi ke
Yavabhumi" Terlintas suatu pepatah di negeri para penyair ini:
angin dan gelombang menguntungkan pelaut terbaik
''Seseorang telah mengambilnya,'' kataku, ''tidakkah kalian
bisa membaca jejaknya"''
''Tidak mungkin satu orang,'' sahut Elang Merah.
''Mayat sebanyak itu lenyap tanpa bekas dengan seketika,
tentu merupakan hasil kerja sejumlah orang,'' timpal Y an Zi.
''Tapi tidak ada jejaknya sama sekali.''
''Ya, tidak ada jejaknya sama sekali...''
Jejak yang kumaksud tentu bukan sekadar jejak kaki,
tepatnya alas kaki manusia di atas tanah atau rerumputan,
yang akan sangat mudah dibaca seorang pencari jejak
terlatih; tetapi juga jejak di udara, yang juga akan dapat
dibaca para pendekar berilmu tinggi seperti Elang Merah dan
Yan Zi. Kami saling bertukar pandang tanpa suara, untuk
memutuskan tindakan apa selanjutnya yang harus diperbuat.
Namun sampai beberapa saat ternyata kami belum
memutuskan apapun. Saat itulah kami dengar suara gemuruh yang datang dari
jauh. Kami yang sedang duduk di atas rumput merasakan
bumi bergetar. Aku terkesiap karena sangat mengenal suara
gemuruh yang menggetarkan bumi seperti ini. Yan Zi dan Elang Merah secepat kilat telah menggenggam
pedangnya. Kami tahu belaka betapa suara gemuruh yang
membuat bumi bergetar ini berasa l dari balatentara pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkuda, yang sedang melaju dan menyerbu, yang jelas
bermaksud menyapu apa pun yang berada di atas bumi, agar
menjadi rata dengan tanah...
(Oo-dwkz-oO) Episode 219: ga ada (Oo-dwkz-oO) Episode 220: [''Terimalah Sahaya Menjadi Murid
Tuan,'' Ujar Perempuan Muda Itu.]
Pembaca yang Terhormat, marilah kita kembali ke Pulau
Jawa terlebih dahulu. Meskipun aku berkelebat secepat kilat,
aku masih sadar betapa diriku yang mulai sering terkantuk-
kantuk ketika menulis riwayat hidupku di atas lempir lontar ini
berada di Mantyasih pada 872, yang berarti sudah mencapai
umur 101 tahun. Bahkan ketika aku berkelebat mendahuluinya
pun, haruslah kuakui betapa salah satu di antara
pertimbanganku tiada lebih dan tiada kurang justru untuk
menghindarkan pertarungan berkepanjangan. Pertarungan
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang panjang, begitulah, bisa disebabkan karena dua
petarung memang sama tangguh dan setara tingkat ilmu
silatnya; tetapi jika yang berhadapan itu adalah seorang muda
dan seorang tua, maka seberapa pun tinggi tingkat ilmunya,
maka perkara usia itu akan berbicara pula.
JADI tidaklah mungkin, demikianlah kupikir, seseorang lain
berusia 100 atau 101 tahun yang berada di balik pintu, dan
ternyata tidak membunuhku. Ia pasti lebih muda dariku, dan
itu pun bukan 90 atau 80 tahun, bukan pula 70 atau 60 tahun,
dan masih bukan pula 50 tahun. Masuk akal jika dengan
ketinggian ilmu seperti itu ia berumur 40 tahun. Namun
mengingat apa yang telah kucapai pada masa muda, mengapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pula ia tidak masih berusia 30 atau bahkan 20 tahun"
Mengapa tidak" Pada masa mudaku aku telah berhadapan
dengan musuh-musuh yang paling tangguh dari segala usia,
secara kebetulan maupun setelah mengajukan tantangan
bertarung kepadanya, yang berarti sekarang ini pun tiada
alasan kenapa aku tidak harus bertemu lawan yang jauh lebih
muda dariku. Jika aku berkelebat secepat kilat, yang kulakukan sete lah
tertidur di ma lam hari pula, tidaklah berarti aku tidak bisa
menguraikan pikiranku dalam waktu yang jauh lebih kurang
dari sekejap mata itu dalam tulisan, karena apa yang
tampaknya panjang dalam tulisan sungguh mati bisa dialami
dalam sekelebatan. Jadi aku pun sempat berpikir, jika seseorang yang mungkin
jauh lebih muda dariku sudah setinggi itu ilmunya, siapakah
dia kiranya yang pada malam buta berhasil mendekatiku
sedemikian rupa, sampai pada titik untuk dapat membunuhku
tetapi tidak me lakukannya" Namun karena aku tak dapat
memastikan kepada diriku sendiri, apakah seseorang itu tidak
membunuhku karena memang tidak me lakukannya, atau
sekadar belum sempat sahaja, maka tiada tanggapan yang
lebih baik tentu selain menyerang dan melumpuhkannya pula.
Siapakah dia" Apakah dia salah seorang pembunuh
bayaran, seorang vetana-ghataka, yang mungkin mendapatkan pesanan untuk membunuhku, tetapi mungkin
pula bertindak sendiri tanpa pesanan dari siapa pun, karena
memang memburu hadiah itu; ataukah memang seorang
pengawal rahasia istana, seorang anggota kadatuan gudha
pariraksa, yang bukan karena hadiah 10.000 keping emas itu
kini berada di hadapanku, melainkan memang karena
menjalankan tugas dari istana, untuk menangkapku hidup
atau mati sebagai pengkhianat negara.
Pembunuh bayaran bergerak karena uang, pengawal
rahasia istana bergerak karena pengabdian, keduanya sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbahaya, karena menjadikan pembunuhan sebagai pekerjaan tentunya menuntut tingkat ilmu silat yang tinggi
sekali, sedangkan menjaga segenap penghuni dan pejabat
istana, terutama raja, dari pembunuhan gelap para mata-mata
kelompok rahasia atau pembunuh bayaran, tentunya
mensyaratkan tingkat ilmu s ilat yang jelas tidak bisa berada di
bawahnya. Dengan segera sosok di balik pintu yang tampaknya juga
terkejut oleh gerakan kilatku itu berada di hadapanku, tetapi
aku tak dapat segera melihat sosoknya karena perkelebatannya yang luar biasa cepat. Dalam kelam tengah
malam ia hanya tampak sebagai bayangan hitam yang
berkelebat, dan dapatlah kiranya dibayangkan betapa tidak
mungkin menatap bayangan hitam dalam kelam tengah
malam yang bergerak bahkan lebih cepat dari pikiran. Aku
tidak berhasil menyentuh apa pun darinya, sementara ia pun
seperti tidak berminat menyerangku sama sekali. Kami berdua
bagaikan bayangan pusaran angin, tak dapat dilihat mata
awam meski anginnya membuat dedaunan yang terserak di
tanah dan debu beterbangan.
Dalam waktu kurang dari sekejap, ratusan jurus pukulan,
sabetan, tamparan, dan tangkapan telah sa ling dipertukarkan,
tetapi tidak satu pun saling berbenturan maupun mengenai
sasaran. Segera kulepaskan pikiran dan kuserahkan diriku
kepada alam pergerakan, sehingga tanpa berpikir pun tubuhku
menanggapi segenap gerakan lawan, bahkan kemudian
mendahului dan mendapatkan sasaran. Demikianlah sentuhan
pertama belum berakibat, tetapi pada sentuhan kedua dan
ketiga telah kugunakan jurus pencabut nyawa.
Dengan penuh rasa menyesal memang, semakin tinggi
tingkat ilmu silat seseorang yang menjadi lawanku akan
semakin sulitlah ia sekadar kulumpuhkan, dan karena itu
justru hanya bisa membunuhnya. Dalam pertarungan ilmu
silat yang lebih cepat dari cepat seperti ini, kelengahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperseribu kejap pun dapat menamatkan riwayat kehidupan,
dan bagiku tentu meski sudah 101 tahun umurku tetap lebih
baik riwayat hidup lawan yang kutamatkan daripada ia
menamatkan riwayat hidupku sendiri.
Maka bayangan yang semula bahkan tak tampak sebagai
bayangan hitam tak tersentuh itu terlempar dan begitu jatuh
tetap terdorong daya pukulan sehingga membentuk jejak
panjang dan dalam, bahkan nyaris sedalam parit, dan hanya
terhenti setelah membentur dasar bangunan salah satu rumah
di pekarangan. Pukulan itu hanya seperti sentuhan, tetapi
dalam kenyataannya tubuh tak bernyawa tersebut membuat
rumah itu bergoyang. PADA malam yang begini sunyi, apakah lagi yang bisa
membuat kegemparan" Seisi rumah itu terbangun, dan aku
sungguh mengetahui betapa dalam waktu yang tidak terlalu
lama lagi mereka akan berhamburan keluar. Aku pun sungguh
mengerti be-tapa setelah melihat tubuh tak ber-nyawa berbaju
hitam itu mereka akan cukup terkejut sehingga pasti akan
segera memukul kentongan. Apabila kentongan itu kemudian
dipukul de-ngan nada yang mengabarkan betapa terdapat
seseorang yang bukan saja meninggal dunia tetapi mati
terbunuh, niscaya dengan cepat banyak orang akan segera
melesat kemari dan apakah lagi yang bisa kuharapkan
kemudian selain kegemparan"
Maka aku pun melesat dan me-nyambar tubuh tak
bernyawa yang belum jelas asal usulnya itu sebelum semua
orang berdatangan mengerumuninya. Apalagi dalam kedudukan Mantyasih sebagai kotaraja, maka bukan sekadar
orang-orang yang tinggal di dalam lingkungan pura yang
sejumlah pondoknya disewakan ini akan berdatangan, melain-
kan juga anggaraksa atau pengawal yang menjaga pura milik
seorang pejabat ini, yang pasti akan segera memanggil pula
rajya pariraksa atau pasukan pengawal ibukota kemari. Jika
memang akan demikian kejadiannya, tentulah akan menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sulit bagiku untuk memeriksa, siapakah dia kiranya yang
nyaris membu-nuh-ku di dalam tidurku, dan justru
menamatkan riwayat hidupku yang sedang menuliskan riwayat
hidup ini. Aku melenting dari satu atap ke atap lain dalam kegelapan
menembus malam yang kelam sembari membopong lelaki
takbernyawa ini. Ke manakah kiranya harus kucari tempat,
untuk memeriksa dan menyelidiki segala sesuatu yang
memungkin-kanku mengetahui dan membongkar segenap
kejadian yang berhubungan dengan perburuan diriku ini"
Angin kurasakan berembus pelan, malam yang kelam dan
sunyi seperti ini dalam dunia persilatan tidaklah benar-benar
harus berarti kelam dan sunyi seperti tampaknya. Di balik
kelam dan kegelapan, berkelebatanlah para petualang
golongan hitam, men-cari dan memburu sasaran apa pun
yang daripadanya bisa ditarik keuntungan. Aku tahu belaka
betapa golongan hitam itulah sosok-sosok yang berkelebat di
balik bayang-bayang kegelapan, menjadi bayangan yang
menyambar tanpa pemberitahuan, menusuk dengan kejam
dari belakang, menggorok dan merampas senjata andalan,
dan takpernah menghormati lawan dengan pembakaran.
Orang-orang golongan hitam berke-le-bat sebagai bayangan di
balik ba-yang-bayang, yang dengan begitu ten-tu tak mungkin
tampak dalam pe-mandangan. Hanya kekelaman dan ke-
gelapan, yang menyembunyikan ba-yangan berkelebat penuh
kejahatan. Namun, betapapun, bukankah sudah begitu lama, bahkan
terlalu lama diriku yang sudah 101 tahun ini mengenal dunia
persilatan" Mes-ki-pun selama 25 tahun diriku melebur di
dalam dunia a wam dan 25 tahun berikutnya tenggelam dalam
samadhi berkepanjangan, aku tidak pernah sepenuhnya
terpisah dari dunia persilatan dan dunia persilatan itu sendiri
tampaknya sama sekali belum berubah. Masih juga bayang-
bayang berkelebatan dari kegelapan mencuri kesempatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melakukan kejahatan, tetapi aku tentu saja terlalu terbiasa
dengan kelebat bayangan kejahatan dan sudah pasti pula
tidak akan pernah memberinya kesempatan mela-kukan
pembunuhan. Maka, demi-kianlah sambil melenting dari atap
ke atap, setiap kali suatu bayangan berkelebat mendekat, aku
meludah ke arah mereka dengan tepat ke wajahnya, dan
setiap kali ludah itu mengenainya langsung menyala sebagai
api yang membakar. Malam masih kelam. Mereka yang berkelebatan datang
menyerang semakin lama semakin sakti, tetapi sebegitu jauh
ilmu Ludah Api yang pernah kusaksikan, kuserap, dan
kupelajari dalam pengembaraanku itu berhasil mengatasi,
bahkan me-ngundurkan mereka semua, kembali memudar ke
dalam kegelapan yang seperti akan selalu abadi. Sampai
datang bayangan yang bukan tubuh itu, melainkan bayang-
bayang yang takberasal dari suatu tubuh, yang itu
takbersosok tetapi tetap bisa membunuh dengan kejam.
Dalam kege-lap-an, bayang-bayang takbisa dibe-dakan
dengan kehitaman, dan sungguh licik dia yang telah
mengirimkan bayang-bayang pembunuh ini, karena nun jauh
di mana mungkin dirinya masih tidur nyenyak setelah
melepas-kan bayang-bayang pembunuh ini dengan mantra.
BERARTI bukan hanya pembunuh ba-yaran yang termimpi-
mimpi dan memburu hadiah 10.000 keping emas dari
perbendaharaan negara, melainkan juga para tukang sihir.
Bagaimanakah kiranya mereka menemukanku" Kini, sementara aku masih membopong tubuh takbernyawa yang
belum kuperiksa, pikiranku melayang kembali ke pondok,
tempat segenap gulungan keropak lempir-lempir lontar hasil
pekerjaanku selama ini tertinggal begitu saja! Kuandaikan
betapa kentongan yang berbunyi akan mengundang banyak
orang, tetapi mereka tidak akan menemukan apapun selain
parit panjang yang membentur rumah itu. Mereka mungkin
akan terbingung-bingung dan mengiranya sebagai semacam
bi-natang. Trenggiling. Landak. Biawak. Babi rusa. Namun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu sungguh tiada yang tahu bi-natang apakah kiranya yang
jejaknya sedalam parit seperti itu.
''Binatang besar yang sekarat, tetapi ma-ti-nya tidak di
sini,'' demikianlah kukira sese-orang akan berkata.
''Biarlah kampung lain yang menampung-nya, mati di sini
hanya akan mengganggu tidur kita saja,'' sahut yang lain.
Dapat kubayangkan apa yang akan terjadi. Meski belum
jelas kenapa jejak itu menghilang setelah menabrak rumah,
orang-orang tidak akan melihatnya sebagai suatu bahaya yang
mengancam jiwa mereka dan akan memilih untuk segera
melanjutkan mimpi kembali.
Namun pembayanganku selanjutnya membuat diriku
terkesiap. Seseorang yang sudah lama mengawasi akan tahu betapa
diriku tidak berada di antara kerumunan itu. Dia akan tahu
betapa gulungan keropak yang sudah bertimbun-timbun ba-
nyaknya itu tertumpuk di sudut pondok tanpa terjaga.
Tentu saja ini hanya berada di dalam ke-palaku.
Pembayangan seseorang yang betapa-pun memang sedang
diburu untuk dibunuh dengan hadiah 10.000 keping emas.
Hanya pembayangan, tetapi menggeli-sahkan juga!
Sementara aku masih berurusan dengan tubuh takbernyawa
ini, dan sesosok bayang-bayang tanpa tubuh yang dikirim se-
orang tukang sihir sedang berkelebat siap membunuhku pula.
Dalam umur 101 tahun, sihir macam apa-kah kiranya yang
masih harus mengelabuiku" Menghadapi bayang-bayang sihir
memang tak dapat kugunakan ilmu Ludah Api, karena ba-
yang-bayang itu sebetulnya bahkan bukan ba-yang-bayang
sesungguhnya, meski pedang hi-tam yang juga seperti
bayang-bayang tersebut dapat pula memberikan kematian
sesungguhnya. Jauh, jauh hari semenjak kutelan dan ku-re-
sapi dunia penalaran Nagarjuna, takdapat kuhadapi mantra
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sihir dengan mantra sihir lagi, karena ketika kata dapat
diterjemahkan sebagai makna bernalar, kegaiban mantra itu
me-mudar seperti keremangan pagi yang tersapu matahari.
Demikianlah kunalar bayang-bayang ber-pedang tajam
yang seperti hanya mengganggu tetapi sangat amat dapat
mendatangkan maut itu, dan dapatlah kuembus tubuhnya
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan benda padat yang melebur ke dalam udara dan
melalui kegelapan kukirim kembali kepada asalnya. Pada saat
akhirnya kuletakkan tubuh tak bernyawa yang kubopong itu di
bawah se-buah pohon di sudut kotaraja yang sepi, dapatlah
kupastikan betapa bayang-bayang meme-gang pedang yang
telah kuhembus dengan daya nalar itu meluncur tanpa bentuk
manusia lagi dalam kekelaman tengah malam, tetapi de-ngan
kedua tangan tetap memegang pedang yang terhunus ke arah
suatu sasaran. Maka bagaikan kudengar sendiri jeritan nun jauh di mana
itu, bagaikan kuketahui dengan pasti bagaimana seorang lelaki
tua sekitar 70 tahun yang kurus kering berjenggot putih dan
bermata jahat mendadak tersedak hanya untuk tersentak
memuntahkan darah hitam, ketika da-lam pembayangannya
sendiri sebilah pe-dang tajam hitam telah menembus ulu
hatinya di tengah perapalan mantra. Dengan Jurus Tanpa
Bentuk telah kupermainkan pemikirannya, sehingga ia begitu
percaya betapa sihir bisa dilawan sihir dan matilah ia berkat
keya-kinannya. (Oo-dwkz-oO) KULETAKKAN tubuh takbernyawa itu di bawah pohon.
Seperti yang telah kuduga, tidak terdapat tanda apa pun pada
tubuhnya. Kini kelompok rahasia telah semakin cerdas me-
nyembunyikan rahasianya. Jika dahulu kala mereka yang
terlibat dalam jaringan rahasia da-pat ditandai dari rajahnya,
seperti rajah cakra bagi anggota Cakrawarti dan kalajengking
bagi anggota Kalapasa, maka sekarang betapa mereka tahu
belaka bahwa penandaan keanggotaan lengkap dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pangkat, jabatan, dan wilayah pekerjaannya, hanya akan
membuat ja-ringan mereka terlacak oleh para kadatuan gudha
pariraksa atau pengawal rahasia istana.
Tanda-tanda rajah itu barangkali pada m-ulanya membanggakan bagi mereka yang me-ngenakannya, meski
mereka takboleh me-mamerkannya.
TANDA-TANDA itu diperlukan demi kelancaran kerja, di
tengah dunia penuh kerahasiaan yang serbaremang-remang,
karena tanpa suatu kejelasan sangat mungkinlah akan terjadi
keruwetan dan kekacauan. Namun dari berbagai pembunuhan
gelap dalam permainan kekuasaan yang terbongkar, dan
pembunuhnya tertangkap hidup atau mati, para pengawal
rahasia istana kemudian justru dapat merumuskan kunci
tatacara kerahasiaan itu.
Dahulu bahkan pernah kudengar adalah pengawal rahasia
istana itu yang berhasil menyamar, dan masuk menembus
jaringan rahasia dengan rajah penanda palsu pada tubuhnya,
sehingga justru kerjasama kelompok penyusup Kalapasa itulah
yang berhasil disusupi dan sejumlah rencana pembunuhan
gelap berhasil digagalkan.
Semenjak itulah baik jaringan mata-mata Cakrawarti
maupun perkumpulan rahasia Kalapasa, mengubah kebijakan
mereka perihal rajah sebagai bagian dari tatacara kerahasiaan
mereka. Pada dasarnya apa pun yang bersifat rahasia tidaklah
untuk diketahui sama sekali, maka rajah penanda yang sampai
mati pun tidak pernah bisa dihilangkan itu tidak digunakan
lagi. Sampai sekarang aku belum tahu, penanda dalam bahasa
rahasia macam apakah yang telah menggantikannya.
Cakrawarti yang merupakan jaringan mata-mata, yang
meskipun bergerak dalam kerahasiaan tetapi sama sekali tidak
menggunakan ketersembunyian, sebaliknya justru harus selalu
tampak dalam penyamaran, adalah yang paling TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkepentingan menghilangkan dan menghindarkan rajah-
rajah penanda ini dari pengawasan para kadatuan gudha
pariraksa yang sungguh bernafsu membongkar guhyasamayamitra atau perkumpulan rahasia yang sangat
berbahaya itu. Mula-mula Cakrawarti hanya menggantikan saja mereka
yang tubuhnya berajah penanda, dengan yang tubuhnya
bersih tiada berpenanda apa pun jua. Namun kudengar pula
bahwa setelah digantikan lantas mereka itu dibunuh, untuk
menjamin tutupnya segala rahasia.
Kalapasa adalah perkumpulan rahasia yang selalu
bersembunyi, begitu keluar pun melakukan penyusupan
tersembunyi, sehingga karena itu tidaklah langsung berpikir
bahwa rajah penanda pada tubuh seharusnya tidak ada.
Namun betapapun, para anggota perkumpulan yang paling
rahasia sekalipun tidaklah tinggal di dalam gua di atas gunung
yang terpencil, melainkan justru lebur sebagai orang awam
biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Maka pernah pula terjadi, betapa seorang anggota
Kalapasa berajah penanda yang sehari-harinya bekerja
sebagai penjagal sapi, ditangkap ketika sedang bekerja sambil
membuka baju, oleh kadatuan gudha pariraksa yang ternyata
tetangganya sendiri dan diam-diam telah lama mengawasinya.
Dalam kekelaman malam kupandangi tubuh tanpa nyawa
ini. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan dirinya
sebagai bagian dari guhyasamayamitra, baik dari pihak
Cakrawarti maupun Kalapasa, tetapi itu bukanlah jaminan
bahwa ia tidaklah datang dari salah satu di antara keduanya.
Namun tentu mungkin pula ia hanya lah salah satu pemburu
hadiah yang telah mampu mengendus jejakku sampai di
depan pondok itu. Adapun yang menjadikannya agak lebih menarik perhatian,
sebetulnya adalah tingkat ilmu silatnya yang sangat amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi. Begitu tinggi sehingga aku takdapat melumpuhkannya
agar dapat sedikit bicara, melainkan hanya dapat membunuhnya sahaja. Kutatap tubuh tak bernyawa itu. Siapakah ia yang begitu
tinggi ilmunya, sehingga dapat berada di hadapanku tanpa
kuketahui sama sehingga dengan begitu mudahnya,
sebetulnya, dapat membunuhku pula" Ia tampak sudah
matang, sekitar 50 tahun umurnya, mungkinkah ia sebenarnya
seorang pendekar yang terkenal"
Maklumlah, sekeluarnya diriku dari dalam gua, setelah
tenggelam dalam samadhi sampai 25 tahun lamanya, sudah
setahun lebih aku hanya berkubang dalam penulisan riwayat
hidupku sendiri. Aku masih menatap tubuh tak bernyawa itu. Ia
kugeletakkan di bawah pohon itu seperti orang tertidur.
Pikiranku me layang ke arah tumpukan keropak di pondokku
yang sudah cukup tinggi. Bagaimanakah kiranya jika
seseorang, yang memang sudah mengintai dan merencanakannya, mengambilnya"
Saat itulah aku disentakkan oleh suara seorang perempuan
muda di belakangku. ''Tuan Pendekar, terimalah saya menjadi murid Tuan,'' ujar
perempuan muda itu. Aku segera menoleh ke belakang.
(Oo-dwkz-oO) SEKIAN BELILAH BUKU ASLINYA Si Cantik Dalam Guci 2 Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur Rahasia Mo-kau Kaucu 6
masih terdapat sisa keremangan, yang menandakan bahwa
kegelapan belumlah sempurna, sehingga sempat terlihatlah
olehku di dada tukang perahu dengan yi yang tidak sengaja
terbuka bagian lehernya itu terdapatlah suatu rajah yang
bagiku belum jelas gambarnya. Rajah adalah suatu makna
yang bisa menjelaskan banyak perkara, karena tidak semua
orang bersedia atau perlu dirajah tubuhnya. Maka ketika
seseorang menyediakan dirinya dirajah dengan jarum sambil
menahan sakit, tentulah terdapat suatu makna yang
membuatnya bersedia mengalami kesakitan seperti itu.
Jika aku tahu gambar apa yang dirajahkan pada dada tukang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perahu kami ini, mungkin saja kerahasiaan ini akan terbuka
lebih cepat bagiku dari seharusnya, justru karena rajah itu
sengaja ditutupi dan tidak dibiarkan terbuka. Rajah yang
terbuka mungkin hanya hiasan, setidaknya tidak memiliki
makna rahasia, tetapi jika tersembunyi di balik baju maka
sebetulnya merupakan penanda rahasia. Mungkin tanda
anggota perkumpulan rahasia, tetapi misalnya sekadar bagian
dari adat pun sedikit banyak akan memperjelas asal-usulnya.
Kegelapan akhirnya sempurna setelah kami berpindah lagi,
bagaikan berlayar di dalam dunia yang hitam. Kupejamkan
mataku dan menancap ilmu Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, dan segera tergambar terjemahan segala suara
bagi mata. Tiada lagi perahu-perahu yang menyeberang.
Hanya pemasang bubu di tepi seberang tampak geraknya
dalam keterpejamanku. Dari gaung angin yang menderu dapat
kuperkirakan letak Tiga Ngarai Yangtze yang juga sudah tidak
kelihatan lagi, tetapi perahu ini jelas tidak menuju ke sana.
Setelah tiga kali berganti perahu, sampailah kami ke tepi
seberang. Perahu tidak mendarat, melainkan masuk ke sebuah
anak sungai, dan dari saat ke saat gaung angin dan bisikan
sungai yang mahaluas itu memudar. Kubuka mataku. Kali ini
pendayung perahu kami adalah seorang perempuan. Hanya
suara dayung membelah air perlahan-lahan. Aku takyakin
dirinya seorang tukang perahu. Bahkan jauh dari itu. Ia
menyimpan dua kipas besi pada kain yang mengikat
pinggangnya. Apakah ia seorang pendekar seperti Elang
Merah dan Yan Zi" Tampaknya memang seperti itu. Namun
seorang pendekar tidak bekerja bagi orang lain, juga tidak
untuk perkumpulan rahasia manapun juga, kecuali jika karena
suatu alasan memang telah menjual jiwanya.
Malam semakin bertambah malam ketika dari anak sungai
kami terus dibawa memasuki cabang-cabangnya, yang
semakin lama semakin sempit, sehingga pepohonan di kiri dan
kanannya dapat kami raih dengan tangan kanan maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kiri. Terdengar segala bunyi binatang-binatang malam.
Burung hantu menyambar tikus hutan dan kelelawar saling
menyambar-nyambar di udara.
''Puan dan Tuan harap dimaafkan segala kerahasiaan,'' ujar
perempuan pendekar yang jelas mendayung dengan
penyaluran ch'i ini, ''se-muanya terpaksa dilakukan demi
keamanan kita semua.'' Aku mencari rajah dengan mataku ke dadanya, tetapi tidak
ada yang dapat kulihat karena ia menutupi dadanya dengan
ketat. Sepintas terbandingkan dengan kampung halaman, jika
di sini setiap perempuan menutupi dadanya dengan busana
yang kainnya berlapis-lapis, di Yawabhumipala hanya
perempuan prajurit saja yang terjamin menutupi sambil
merekatkan payudaranya ke dada dengan kain. Sekilas
teringat Harini. Adakah dia masih akan menanti" Segera
kugoyangkan kepala, bagaikan bisa mengusir berbagai ba-
yangan masa lalu yang memasuki kepala dengan tiba-tiba.
''Siapakah kiranya ia yang telah bersusah payah menjemput
kami dengan segala kesulitan seperti ini"''
Malam memang gelap, tetapi segelap-gelapnya malam
tetaplah ada sesuatu yang dapat terlihat, dan dalam
kegelapan seperti itulah sekilas se-nyuman kulihat melesat.
''Dikau akan segera bertemu dengannya, Pendekar, tak lama
lagi. Dikau akan segera mengenalnya sendiri.'' Baiklah, tetapi mengapa perempuan pendekar ini harus
tersenyum mendengar pertanyaanku"
Perahu masih bergerak dengan perlahan. Untunglah
sebelum tiba di tepi sungai tadi kami bertiga sempat mampir
di sebuah kedai dan makan. Kami bertiga makan ikan sungai
rebus yang dipotong-potong, yang setelah diletakkan dalam
mangkuk lantas disiram kuah yang lezat sekali. Kulihat semua
orang makan mengenakan sumpit, begitu juga Yan Zi dan
Elang Merah. Aku sudah terbiasa juga makan dengan sumpit,
jadi kuikuti saja cara mereka makan itu, yakni dengan sumpit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memasukkan potongan-potongan ikan itu ke dalam mulut,
lantas diikuti menenggak kuahnya. Saat itu tidak kuperhatikan,
bahwa setelah potongan masuk ke dalam mulut, orang-orang
lantas mengeluarkan kembali tulang-tulangnya melalui mulut
itu juga, dan barulah kemudian menelan dagingnya bersama
kuah. Melihat diriku menelan potongan-potongan ikan itu
bersama tulangnya, semua orang terbelalak, bahkan Elang
Merah dan Yan Zi pun tidak dapat menahan diri untuk
tertawa. Namun jika pun aku tahu tulang-tulangnya harus
dikeluarkan lebih dulu, aku belum dapat melakukannya di
dalam mulut, sehingga pastilah akan tetap kutelan juga.
Adapun ketika menelan itulah terdapat duri yang tersangkut di
tenggorokan, dan aku menjadi ke-bingungan. Dari luar
mungkin tampak sebagai orang tercekik. Semua orang di
kedai itu pun menjadi s ibuk.
''Telan nasi! T elan nasi!''
Nasi putih hangat berkepul-kepul itu pun kutelan, tetapi
masih saja tulang itu menyangkut di sana. Yan Zi dan Elang
Merah sementara itu terus makan sambil masih menahan tawa
sekuat bisa. Namun di kedai itu pula kami dengar segala cerita, yang
baru kemudian kuketahui kemung-kinannya untuk sedikit
menerangi rahasia dalam kegelapan ini.
(Oo-dwkz-oO) Episode 216: [Yang Mulia Paduka Bayang-bayang]
PERAHU telah melepaskan diri dari anak sungai sempit
yang penuh dengan pepohonan di kiri kanan itu, memasuki
wilayah terbuka yang ternyata telah menjadi penuh sesak
dengan tenda suatu pasukan besar. Tiada tampak api unggun
besar seperti yang biasanya terdapat pada perkemahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebesar itu, karena api untuk masak telah dipindahkan ke
dalam tenda dengan cerobong asap di atasnya, sehingga
perkemahan bagi pasukan sebanyak itu sekilas pintas sama
sekali tidak terlihat dalam kegelapan. Begitu besar pasukan ini,
tetapi sekaligus begitu sunyi. Tampak betapa mereka sudah
sangat terlatih untuk bersikap di medan pertempuran. Jadi,
apakah kami tiba-tiba saja sudah berada di tengah medan
pertempuran" Di kiri dan kanan sungai para pengawal dengan busana
tempurnya berjaga, dan perahu ini bahkan dihentikan dengan
acungan kelewang. Setelah saling bertukar kata sandi, pengawal itu bertanya.
''Siapa mereka"'' ''Mereka adalah para pengembara yang dijemput itu.''
''Oh, ya, Yang Mulia memang sudah menunggunya.''
Perahu itu kembali didayung dan berjalan terus. Kutawarkan
tenagaku jika ingin bergantian, tetapi perempuan pendekar itu
hanya menjawab dengan tertawa pendek.
''Duduklah saja Tuan, tenanglah, tenaga Tuan masih
dibutuhkan untuk urusan yang jauh lebih penting dari sekadar
mendayung perahu.'' Bersama dengan perahu yang menembus kekelaman
perlahan-lahan, melewati berbagai penjagaan yang semakin
lama semakin ketat, kukumpulkan lagi ingatanku dari cerita
simpang siur di kedai tadi, maupun dari kedai lain yang
kadang sempat kami singgahi. Berbagai cerita, potongan-
potongan kalimat, percakapan di kiri dan kanan, di muka dan
belakang, bisikan atau teriakan, maupun gumam tersembunyi
tetapi tertangkap pendengaran, yang semuanya sepintas lalu
tidak penting, kucoba hubungkan satu sama lain sampai
tersusun suatu kerangka gambaran yang berbentuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang ini, tahun 797, sebenarnyalah merupakan masa
yang belum juga pulih dari akibat Pemberontakan An Lushan
antara 755 dan 763, yang berakibat bahwa pemerintahan
pusat kehilangan kendali atas para penguasa daerah. Dengan
getir disebutkan betapa Wangsa Tang hanya dapat
diselamatkan oleh pembebasan penguasa daerah agar tidak
terikat ke pusat. Meskipun, seperti telah diketahui
sebelumnya, tatacara perpajakan Wangsa Tang yang terus
diperbarui ternyata masih tetap bisa dijalankan.
Di bawah Maharaja Dezong yang berkuasa sejak 779,
menteri kepala Yang Yan berhasil menerapkan secara umum
apa yang merupakan pembaharuan pajak abad ini, yakni yang
kemudian disebut sebagai dua tatacara pajak. Dalam tatacara
pemajakan ini, segala pajak dihimpun jadi satu yang harus
dibayar dua kali dalam setahun, bukan hanya oleh petani,
tetapi oleh semua lapisan khalayak yang berpenghasilan.
Kegunaan kedua dari pembaharuan pajak ini memang
sebetulnya adalah memperbaiki kendali istana atas perpajakan, yang sebelumnya jatuh ke tangan para pengurus
keuangan pengaturan garam, maupun orang-orang kebiri
yang memegang kendali perbendaharaan negara.
Pemberontakan jelas telah melemahkan siasat perbatasan
Wangsa Tang. Tatacara daerah bawahan yang diserahkan
kepada para panglima pasukan kerajaan tidak dapat
diberlakukan lagi. Negeri Atap Langit telah kehilangan wilayah-
wilayah padang rumput, yang menjadi sumber kuda-kuda
tempur, karena dikuasa i Kerajaan Tibet, sehingga harus
membeli kuda-kuda tempur dengan harga mahal dari suku-
suku Uighur. SUKU-SUKU pengembara ini menuntut dana bantuan yang
besar sebagai syarat agar mereka tidak menyerbu Negeri Atap
Langit. Antara 780 dan 787, Maharaja Dezong berusaha
menawar dalam suatu perjanjian dengan Tibet, yang
melibatkan peresmian atas lepasnya banyak wilayah dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persetujuan perbatasan antara kedua negara, tetapi yang
tidak membuat Kerajaan Tibet mengurungkan cita-cita jangka
panjangnya. Keadaan ini membuat Maharaja Dezong menggalang suatu
persekutuan dengan orang-orang Uighur, termasuk melalui
perkawinan anaknya dengan seorang kepala suku, dan
persetujuan mahal bahwa untuk mendapatkan kuda-kuda
Uighur maka Negeri Atap Langit harus menukarnya dengan
kain sutera. Dengan ini Maharaja Dezong mendapat jaminan
bantuan Uighur melawan Kerajaan Tibet.
Dalam keadaan seperti ini, di dalam Negeri Atap Langit
sendiri terdapat berbagai pertentangan kepentingan yang
menimbulkan berbagai macam bentuk pembangkangan dan
pemberontakan, atas nama ketidak puasan atas tatacara
perpajakan maupun kebijakan perbatasan. Belum jelas bagiku,
termasuk kepentingan yang manakah telah melibatkan
pasukan kerajaan sebanyak ini di tepi Sungai Yangtze, karena
berkumpulnya pasukan sebanyak ini, jika berada di luar
pengetahuan istana, jelas dapat diartikan sebagai penanda
pemberontakan! Dari kedai ke kedai memang terdengar nada ketidak puasa
penduduk Sichuan. Di antara para prajurit yang berjaga di
sepanjang tepi sungai kulihat juga prajurit perempuan dalam
busana tempur, jelas tampak siap berperang. Kuingat cerita
tentang para istri yang suaminya terbunuh, dan bukannya
mereka menangis, melainkan justru menggantikan suaminya
maju ke medan pertempuran. Kisah sedih memang bertebaran
di Negeri Atap Langit karena banyaknya peperangan dan
korban bergelimpangan. Demikianlah kuingat sebagian yang
ditulis Du Fu: rambut disanggul pertanda istri orang
tikar di ranjang pun belum sempat hangat
sore menikah besok pagi ke medan perang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aduhai sayang betapa cepat, betapa cepat!
Adapun perempuan memegang tombak dan pedang pun
tidak asing di Negeri Atap Langit, sehingga bahkan Du Fu pun
menulis puisi panjang yang memuja seorang perempuan
penyoren pedang, seperti yang disaksikannya ketika sedang
berlatih 30 tahun lalu. Bahkan Du Fu sendiri menuliskan
catatan berikut: Pada tahun ketiga masa Ta Li, bulan ke sepuluh, hari
kesembilanbelas, di kediaman Yuan Shih, hakim Kweichow,
saya melihat anak gadis Li Keduabelas dari Linying memainkan
tarian pedang. Ia memainkannya dengan begitu bagus
sehingga saya bertanya siapakah gurunya, dan dia
mengatakan bahwa dia diberi pelajaran oleh Puteri Kungsun
Pertama, yang pernah saya saksikan pada tahun ketiga Kai
Yuan memainkan Tarian Pedang maupun T arian Topi Jatuh di
Yencheng. Kungsun menarikannya dengan penuh daya dan
kebebasan. Pada awal masa Hsuan Tsung, Kungsun adalah
murid terbaik dua perguruan, Taman Pir dan Istana Musim
Semi. Kecantikannya kini tentu memudar seiring dengan
memutihnya rambut saya, dan sekarang bahkan muridnya
tidaklah tampak muda. Saya melihat bagaimana gerakan guru
dan murid itu sama. Yang saya saksikan ini menyebabkan
saya menulis puisi. Suatu ketika Chang Hsu dari Wu, seorang
pelukis aksara, melihat Kungsun memainkan Tarian Pedang
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sungai Barat di Yeh, kemudian tulisan tangannya dengan
segera menjadi lebih bagus, memperlihatkan kekuatan
maupun irama. Bagaikan masih tertatap olehku puisi Menyaksikan Tarian
Pedang Seorang Murid Putri Kungsun yang kubaca dalam
masa pembelajaranku di Kuil Pengabdian Sejati itu:
suatu ketika terdapatlah puteri jelita
disebut Kungsun, yang tarian pedangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dicintai semua; baris demi baris
penonton terpesona kepadanya
merasa seperti menyaksikan langit
bertempur melawan bumi; a merunduk dan tampak bagaikan
cahaya matahari dilepaskan Y i;
ketika ia melejit ke udara, bagaikan dewa
menunggang naga di atas mega-mega
menyaksikannya, bagai kilat dan halilintar
membadai, sebelum cahaya ketenangan
meliputi lautan kedamaian
tetapi segera keindahannya
tiada lagi terdengar; kini seninya tampak dimainkan
oleh si cantik dari Linying ini
nun di Kweichow, tempat ia menari dan menyanyi;
bercakap dengannya kupikirkan hari lain
dan aku tenggelam dalam kesedihan;
di istana lama terdapat delapan ribu puteri
dan di antara mereka Kungsun berjaya
dalam Tarian Pedang; limapuluh tahun telah berlalu
seperti membalik tangan dan istana tua terbenam gelombang perang;
para penari T aman Pir telah menghilang
bagaikan kabut, tetapi kini
keindahan satu ini berkilatan
dalam cahaya dingin matahari;
pepohonan di pekuburan kerajaan
telah tumbuh tinggi; semak-semak kota tua ini,
di Ngarai Chutang taktumbuh lagi;
pesta, seni bunyi dan tari, telah berakhir
habis senang datanglah kesusahan
karena memandang bulan di timur;
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanyalah seorang tua seperti diriku,
tak tahu ke mana mau menuju,
selain begitu saja melangkahkan
kaki yang malas ke atas perbukitan yang sepi Anak dari anak dari anak sungai yang telah semakin
bercabang masuk ke dalam ini telah menjadi semakin sempit.
Lebarnya kemudian bahkan menjadi sebatas perahu ini saja.
Membuatku sempat berpikir, mengapa tidak turun di sini saja
dan melanjutkan perjalanan berkuda" Penjagaan masih saja
ketat, bahkan kukira telah menjadi semakin ketat. Ke
manakah kiranya perahu ini akan menuju"
"Puan dan Tuan, sebentar lagi kita akan sampai," ujar
perempuan pendayung perahu, yang meskipun bersenjata
kipas besi, tanpa sadar telah kubayangkan sebagai pemain
pedang Puteri Kungsun yang telah memesona Du Fu pada
masa kanak-kanaknya itu. Lantas mendadak saja perahu masuk ke dalam gua dan
berhenti. Ini sebuah gua yang sangat amat besar di kaki
gunung batu. Lamat-lamat kudengar suara air terjun.
Mungkinkah itu berada di baliknya" Aliran anak sungai masuk
ke bagian lebih dalam dari gua yang dinding-dindingnya
sangat tinggi ini, tetapi kami berhenti sampai di sini. Kurasa
anak sungai inilah yang di balik gua berubah menjadi air
terjun. Udara dingin di dalam gua dan penuh dengan uap air.
Kami ikuti perempuan bersenjata kipas itu me langkah dari
perahu ke dataran batu. Sejumlah pengawal berbusana
tempur tampak mengawasi dari jauh, tetapi yang mendatangi
kami adalah seorang lelaki yang berbusana sehari-hari seperti
petani, hanya saja warnanya dari atas ke bawah serba putih,
bahkan sepatunya yang menutup betis itu putih. Ia bertukar
kata sebentar dengan pendayung perahu kami dalam bahasa
sandi, dan baru setelah itu perempuan itu menoleh kepada
kami. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JIKA berita ini sampai pula, meskipun sebagai selentingan,
ke salah satu telinga di dalam jaringan mata-mata istana,
maka tidak akan terlalu mengherankan jika pedang mestika
itu, yang semula hanya tersimpan dalam keadaan tergeletak
tanpa perlu perhatian istimewa, kemudian akan dipindahkan,
bahkan dengan segala kerahasiaan akan disembunyikan.
Dapatlah kubayangkan betapa tanpa bantuan, terutama dari
dalam, dengan segala pemanfaatan suatu jaringan rahasia
tandingan, pengambilan kembali Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kiri itu jelas tidak dimungkinkan.
Kuingat kembali cerita Angin Mendesau Berwajah Hijau
sebelum menitipkan Yan Zi kepadaku. Seorang perempuan
pendekar berusia 41 tahun dititipkan kepada seorang
pengembara takbernama sepertiku yang masih 26 tahun!
Namun pertimbangan Angin Mendesau Berwajah Hijau hanya
satu, yakni betapa diriku yang telah mengatasi serangannya
dengan Jurus T anpa Bentuk, adalah yang dimaksudkan bhiksu
kepala Perguruan Shaolin itu sebagai pendekar yang
gerakannya tidak terlihat. Barangkali bhiksu kepala itu telah
berkata benar, tentang persyaratan ilmu silat yang diperlukan
untuk mencuri pedang mestika di dalam istana, tetapi jelas di
manakah kiranya Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu
diletakkan adalah berbeda.
Kerahasiaan ternyata adalah suatu daya tersendiri pula.
Sedangkan kerahasiaan hanya bisa dilawan dengan cara
membongkarnya. Apabila kerahasiaan berada di tangan suatu
jaringan rahasia, maka hanyalah jaringan rahasia tandingan
dengan segala tipudaya rahasianyalah yang akan dapat
membongkarnya. Artinya jaringan rahasia harus dilawan oleh
jaringan rahasia. Apakah sekarang ini pun kami sedang
berhadapan dengan suatu jaringan rahasia" Jika bukan hanya
riwayat Yan Zi dan Pedang Mata Cahaya sejak lama diketahui
dan diawasinya, melainkan juga rincian perjalanan kami
sehingga dapat dijemputnya di tempat terpencil di tepi Sungai
Yangtze pada titik yang tidak bisa lebih tepat lagi, takdapatlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kubayangkan betapa luas dan dalamnya jaringan rahasia yang
mereka kuasai. Bukankah pernah kusampaikan tentang salah
satu siasat Sun Tzu terpenting"
apa yang memungkinkan para bijak berdaya
dan para panglima menyerang dan menang
adalah mencapai segala sesuatu
di balik pencapaian orang biasa
yakni mengetahui lebih dulu
Bahkan suatu pasukan besar dapat tersembunyi dengan
baiknya di wilayah seluas ini. Mungkinkah terdapat suatu
rencana besar dalam permainan kekuasaan di Negeri Atap
Langit ini, dengan kami hanya sebagai bagian dari rencana
itu" Riwayat Yan Zi, seperti kudengar dari Angin Mendesau
Berwajah Hijau, berhubungan dengan suatu babak sejarah
yang tentunya penting bagi Negeri Atap Langit. Suatu riwayat
amat sangat rahasia, yang begitu rawan jika terbongkar,
karena jelas mengubah jalannya sejarah, sehingga justru
dapat memancing keraguan atas kebenarannya!
Pada tahun 756, artinya 41 tahun lalu, Yang Guifei tidak
dibunuh oleh Gao Lishi, bahkan melahirkan bayi, yang takjelas
anak Maharaja Xuanzong atau pemimpin pemberontak An
Lushan. Apakah lagi yang bisa lebih menggemparkan dari ini"
Bahkan misalnya jika cerita ini hanyalah kabar angin, yang
sengaja maupun tidak sengaja memasuki wacana kerahasiaan,
masihlah merupakan cerita yang menggemparkan pula.
Betapapun, teruji maupun tidak teruji kebenarannya,
sepasang Pedang Mata Cahaya yang kini terpisah itu ada.
Benarkah begitu Puan Pendekar"
Kudengar nada suara, dan memang ia hanyalah suara saja,
dari yang disebut sebagai Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
itu berubah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan jika memang begitu, bagaimana Puan dan T uan tanpa
bantuan kami bisa mencapai dan memasuki istana Changian"i
Kulihat sekeliling. Hanya terdapat lubang-lubang pintu lorong
pada dinding yang melingkari kami, yang begitu miripnya
sehingga kami tidak akan dapat mengetahui darimana kami
masuk agar dapat keluar lagi!
(Oo-dwkz-oO) Episode 217: [Perjanjian di Dalam Gua]
Demikianlah pelataran yang luas di dalam gua ini dikelilingi
dinding-dinding batu yang tinggi, tempat keberadaan lubang
pintu setiap lorong, yang dari salah satu lubang itulah kami
muncul dan menuruni jalan setapak bebatuan sampai ke mari.
Dalam perjalanan menapaki lorong itu telah kuketahui betapa
lorong tersebut bercabang-cabang, yang tentunya kemudian
terhubungkan pula dengan setiap pintu lorong yang tampak
dari pelataran di bawah ini. Mengingat apa yang telah
kuketahui lewat pendengaranku, bahwa di dalam setiap
cabang lorong itu terdapat pengawal-pengawal bersenjata
yang tersembunyi, yang dari langkahnya dapat kuketahui
berilmu silat tinggi, sudah jelas betapa pintu lorong manapun
pada dinding batu tersebut takdapat menjadi jalan keluar
kami. Apakah kami telah terjebak" Apakah diriku telah salah
mengira, bahwa yang disebut Yang Mulia Paduka Bayang-
bayang ini bukannya meminta dan menawarkan kepercayaan,
tetapi memang dengan sengaja menjebak"
Sebenarnyalah betapa dirinya memang berkehendak
membantu kami, dan dengan jujur telah dikatakannya bahwa
dengan tercurinya senjata mestika dari istana, daya kuasanya
akan melemah begitu rupa, ibarat gedung besar yang tercabut
kerangkanya, yang setiap saat dalam goyangan gempa sedikit
saja akan runtuh menjadi rata dengan tanahodan di sanalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terletak kepentingannya. Jika kami berhasil mendapatkan
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, yang tampaknya
hanya mungkin berkat bantuannya, sebagai pihak yang
dengan suatu cara mengetahui rahasia ini, sedikit banyak akan
sesuai dengan tujuannya untuk melemahkan istana, sehingga
kekuasaan ia bayangkan bisa direbutnya.
Dengan demikian Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang
bahkan bayang-ba-yangnya pun tidak pernah terlihat ini
sebetulnya menawarkan suatu kerjasama yang masuk akal.
Meski harus kuakui betapa unsur pendesakan, yang memang
tentunya halus sekali, tetap saja terbaca di sini. Namun,
betapapun, aku merasa bahwa tawaran kerjasama ini, jika
berjalan lancar, sesungguhnyalah menguntungkan.
Masalahnya kini adalah bagaimana caranya meredamkan
Yan Zi, yang kukira bukan taktahu tentang keuntungannya itu,
tetapi tersamarkan oleh perasaan tinggi hati, karena telah
terganggu sejak tadi, ketika kami tidak bermaksud
menyeberangi Sungai Y angtze, tetapi seperti setengah dipaksa
untuk menyeberanginya dan sampai di s ini.
"Yang Mulia Paduka Bayang-bayang," kataku kemudian,
"mungkinkah kiranya Yang Mulia Paduka mengizinkan, jika
kami memilih untuk tidak mengganggu segenap perencanaan
cemerlang ini, dan membiarkan diri kami mengerjakan tugas
kami sendiri?" Suasana sunyi, hanya gaung air terjun terdengar lamat-
lamat di balik dinding batu, tetapi yang segera disusul helaan
napas yang panjang. Jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
ini sungguh hanya suara, betapa bahkan napasnya pun
terdengar di mana-mana. "Baiklah kuceritakan mengapa diriku telah, harus, dan tiada
dapat melepaskan diri dari persoalan kekuasaan dan Pedang
Mata Cahaya ini..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka kami pun mendengarkan penjelasan Yang Mulia
Paduka Bayang yang disampaikannya perlahan-lahan.
"Sejak saudara kami Yang Guifei yang begitu dicintai
Maharaja Xuanzong berperan besar dalam pembangunan
negeri yang dilakukan Wangsa Tang, kami telah menjaga diri
agar keberadaannya di istana tidaklah seperti kami
manfaatkan untuk keuntungan keluarga kami sendiri. Sejak
lama keberadaan keluarga besar kami di Sichuan tidaklah
pernah melanggar segenap ajaran yang kami pelajari dari
Kong Fuzi. Keluarga kami mengembangkan kepandaian dalam
ketatanegaraan maupun perdagangan, tanpa merasa wajib
menyuap, menipu, memeras, dan menerapkan segala daya
kelicikan lainnya. "Sama seperti ujaran Chi K'ang T zu, ketika ditanya tentang
apa yang dikatakannya jika menghendaki pengikutnya setia,
saling menghargai, dan berada di jalan kebajikan, Jagalah
dirimu ketika menghadapi mereka dengan berlaku hormat,
maka dikau akan mendapatkan penghormatan mereka; jadilah
anak yang baik dan pangeran yang baik hati, maka dikau akan
mendapatkan kesetiaan mereka; pujilah yang layak dan
tunjukkan kekurangan, dan mereka akan menjadi tabah dalam
menapaki jalan kebajikan."
"Demikianlah ayahanda Yang Guifei, seorang pejabat
daerah di Sichuan, tetaplah hidup sederhana bersama
keluarganya, karena memperhatikan kata-kata Kong Fuzi,
yang ketika ditanya kenapa tidak ambil bagian dalam
pemerintahan menjawab, "Apakah yang dikatakan Buku
Sejarah tentang kesalehan anak" Lakukan tugasmu sebagai
anak dan saudara, maka mutunya akan dirasakan pemerintah.
Ini kemudian sungguh akan berperan besar dalam
pemerintahan, sehingga menjadi pegawai tidaklah harus
menjadi hakiki. "Namun segala pelajaran tentang kebajikan ini agaknya
dilupakan oleh saudara kami yang lain, Y ang Guozhong, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas anjuran Yang Guifei, telah dilantik oleh Maharaja
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Xuanzong menjadi perdana menteri untuk menggantikan Li
Linfu yang mati karena sakit. Hubungan darah Y ang Guozhong
dengan Yang Guifei jelas telah memancing segala desas-desus
yang timbul dari perasaan iri hati, dan Yang Guozhong
terpancing untuk bersengketa dengan seorang panglima asal
suku Hu yang mendapat kepercayaan Maharaja, yakni An
Lushan." Saat itu pun aku teringat ujaran Kong Fuzi yang
berhubungan dengan itu. orang-orang bisa diatur untuk mengikuti suatu jalan
tetapi mereka tidak bisa diatur untuk mengetahui kenapa
"Pada saat keluarga kami harus menerima akibat karena
dipersalahkan sebagai akar keberadaan Yang Guifei dan Yang
Guozhong," demikianlah Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
itu melanjutkan, sebenarnyalah tidak semua orang mati
terbantai ketika balatentara Wangsa Tang menyapu Sichuan.
Ibarat kata sebuah keluarga beranak sembilan, setidaknya
satu terselamatkan. Memang keluarga dengan hanya satu
atau dua anak banyaklah yang habis begitu saja, tetapi selalu
ada seorang keponakan, ipar jauh, pembantu rumahtangga,
ataupun tamu yang kebetulan di rumah ternyata selamat, dan
membentuk jaringan pembalasan dendam yang semakin nyata
bentuknya sekarang. Banyak orang lupa, orang kebiri kepercayaan Maharaja
Xuanzong, Gao Lishi, sebelum diperintahkan membunuh Y ang
Guifei, selir terkasih yang cerdas, langka kecantikannya, dan
sangat piawai dalam seni bunyi, ia telah menyatakan bahwa
Yang Guifei tidak bersalah, dan dalam pernyataan seperti itu
sangat mungkin terdapat suatu pesan yang disembunyikan.
Meski Gao Lishi sebagai orang kebiri, dan Yang Guifei sebagai
selir, kedudukannya saling bersaingan dalam berebut pe-
ngaruh di istana maupun perhatian Maharaja Xuanzong, kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takpernah tahu perubahan apa saja yang bisa berlangsung
dalam permainan kekuasaan.
Dalam permainan kekuasaan selalu terdapat desas-desus,
kabar angin, dan berita bohong, yang dengan sengaja atau
tidak sengaja berkembang dengan begitu meyakin-kan, jauh
lebih meyakinkan dari kenyataan, sehingga membentuk
wacana yang bahkan menggerakkan kehidupan. Maka tidaklah
terlalu mengherankan bagi kami, ketika kami dengar tentang
keberadaan suatu Pedang Mata Cahaya yang merupakan
suatu pasangan pedang untuk tangan kiri dan tangan kanan,
yang disebutkan sebagai pusaka keluarga kami di Sichuan,
dan telah dibawa sebagai harta rampasan ke Changian.
Sebagian besar dari kami belum pernah mendengar
tentang sepasang pedang pusaka itu, tetapi kemudian kami
dengar pula perihal diselundupkannya kembali pedang
tersebut, setidaknya yang untuk tangan kanan, oleh Gao Lishi
melalui segenap jaringannya, ke sebuah kampung tersembunyi para pemberontak, yang dikabarkan menampung
bayi anak Yang Guifei, bukan dengan Maharaja Xuanzong,
melainkan dengan An Lushan! Apakah ini mungkin" Sesuatu
yang sepintas lalu tidak mungkin! Namun juga sesuatu yang
sangat mungkin! Bukankah Maharaja Xuanzong sudah berusia 61 tahun
ketika menikahi Yang Guifei yang muda jelita, dan tidakkah
Yang Guifei itu sendiri yang mengangkat An Lushan sebagai
anak angkat, sehingga dengan itu bisa keluar masuk istana
dengan bebas" Benarkah Yang Guifei setelah dihukum mati atas perintah
Maharaja Xuanzong, karena desakan para pengawalnya
sendiri, saat itu masih hi-dup, dan hanya mati setelah me-la-
hirkan bayi perempuan" Kami me-ngetahui betapa Yang Guifei
sangat ditakutkan akan membalas dendam atas kematian
Yang Guozhong yang semula bernama Yang Zhao, sepupu
jauh Yang Guifei yang menjadi perdana menteri dibunuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengawal raja dengan tuduhan memberontak itu, hanya
karena Y ang Guozhong ketika dikejar dilindungi oleh pasukan
asal Tibet. JADI pemberontakan An Lushan justru dimanfaatkan untuk
membantai keluarga Yang Guifei, dan baru sete lah itu An
Lushan dilawan dan pemberontakannya dipatahkan, bukankah
mungkin saja karena berita kematian Yang Guifei telah
mematahkan semangatnya"
''Kemudian kami dengar, betapa di dunia persilatan telah
muncul seorang perempuan pendekar yang selain menguasai
Ilmu Pedang Mata Cahaya juga menggunakan Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kanan, dengan pantulan cahaya dari
pedang yang langsung mengeras seperti benda tajam. Dengan
itu antara lain telah dibantainya para pembunuh bayaran
Golongan Murni yang keberadaannya juga tidak kami setujui,
dan bersamanya kami dengar terdapat perempuan pendekar
Elang Merah dari Tibet serta seseorang yang kemudian
disebut-sebut sebagai Pendekar T anpa Nama, karena memang
tidak memiliki nama, yang berasal nun jauh dari Ho-ling, dan
memiliki kemampuan bergerak tanpa bisa dilihat meskipun
oleh sesama pendekar. ''Segeralah kami dapat menduga betapa arah perjalanannya tentulah ke Chang'an, dan kami kira tidaklah
akan terlalu salah jika kami juga menduga bahwa tujuannya
adalah menyatukan sepasang Pedang Mata Cahaya yang telah
terpisahkan selama 41 tahun lebih, dan kami pun tahu betapa
tiada akan terlawan Ilmu Pedang Mata Cahaya jika
memainkan kedua Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dan
kanan. Namun meski menyadari kedahsyatannya jika kedua
pedang dima inkan berpasangan, kami pun tahu betapa
mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dari dalam
istana Changian itu tidaklah seperti membalikkan tangan.
Mengingat Yan Zi Si Wa let yang berhak memiliki kedua
pedang itu betapapun adalah bagian dari keluarga kami,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kiranya tidaklah terlalu salah jika membantunya untuk ikut
mencari dan mencuri pedang itu sampai dapat.
''Nah, Puan dan Tuan Pendekar, kami tidak memaksa dan
kami akan menunjukkan jalan keluar jika kita tidak mencapai
kesepakatan. Namun akan sungguh kami sesalkan diri kami
sendiri karena tidak berhasil meyakinkan Puan dan Tuan,
karena kami sungguh-sungguh pula mengerti betapa tanpa
bantuan dari jaringan di istana Chang'an, Puan dan Tuan
bertiga hanya akan mendapatkan kegagalan. Itu sekadar
untuk menunjukkan betapa kami adalah teman.''
Akhirnya Yang Mulia Paduka Bayang-bayang ini berhenti
bicara. Sangat meyakinkan nada kata-katanya, meski segala
kemungkinan tetap terbuka, yakni bahwa mungkin saja segala
sesuatu seperti kenyataan yang terungkap itu tidak ada
kebenarannya. Kami belum dapat membuktikan apa pun,
bahkan Yan Zi sendiri tidak dapat memastikan dengan cara
bagaimanapun apakah dirinya anak Y ang Guifei dari Maharaja
Xuanzong atau An Lushan, ataukah bukan anak siapa pun,
karena memang tidak terdapat dalam catatan sejarah Wangsa
Tang yang rinci dan penuh pertanggungjawaban, bahwa Y ang
Guifei mati meninggalkan keturunan.
Jadi masalahnya kini adalah soal kepercayaan. Bahkan Yan
Zi sendiri kini membuka kembali percakapan.
''Masalahnya kini adalah soal kepercayaan, karena kami
tidak dapat membuktikan apakah kata-kata dikau merupakan
kebenaran, meski sebagian memang mengungkapkan
kenyataan, tetapi secara keseluruhan sebagai bantuan
memang patut dipertimbangkan.''
Dengan kata-kata ini Yan Zi memandang sekilas kepadaku
dan kepada Elang Merah untuk minta persetujuan. Kami
berdua mengangguk. ''Kini hanya ingin daku dengar,'' Yan Zi melanjutkan, ''jika
kami setuju, apakah kita akan membuat kesepakatan, karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
daku sendiri tidak terlalu yakin betapa di balik semua ini kalian
tidak mengharapkan suatu keuntungan.''
Yan Zi tentu benar, seandainya pun seluruh kata-kata Yang
Mulia Paduka Bayang-bayang itu
dapat digugurkan, penawarannya justru harus kami manfaatkan. Betapapun Yan
Zi dan diriku barulah untuk pertama kalinya akan mengarungi
jalan ke Chang'an dan tentu belum pula mengetahui seluk
beluk kotaraja yang didatangi berbagai bangsa dari seluruh
penjuru dunia itu. Terdengar tawa lirih Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
yang bahkan samasekali tidak terlihat bayang-bayangnya itu.
Memang bukan karena suatu bayang-bayang yang hitam itu
maka ia mendapatkan namanya, melainkan karena ia
sepertinya ada, tetapi sebetulnya tiada. Aku percaya saja ia
tidak berada di sini dengan kemampuan memindahkan
suaranya itu, dan karena itulah aku sibuk bertanya-tanya
sendiri, kiranya ia berada di mana"
Tergantung dari tingkat ilmunya, pemilik Ilmu Pemisah
Suara dapat berada di tempat tertentu, semakin tinggi ilmunya
semakin jauh ia dapat terpisah dari suaranya; dan dengan
Ilmu Pemecah Suara maka tidak akan dapat mengetahui
sumber suara itu, apabila kemudian suaranya terdengar di
mana-mana. Aku menghela napas, betapa dalam dunia
persilatan seorang manusia biasa dapat memiliki kesaktian
seperti dewa. ILMU Pemisah Suara dan Ilmu Pemecah Sua-ra,
digabungkan dan dibolak-balik akan mem-bingungkan
manusia. Kesepakatan ma-cam apakah kiranya yang dapat
kulakukan de-ngan seseorang yang memiliki kemampuan
seperti itu" Masih terdengar suara tawa yang lirih itu. Aku bertanya-
tanya dalam hati, jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu
tidak berada di sini, bagaimanakah caranya ia melihat kami"
Mungkinkah jika ia berada di tempat lain maka matanya bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di sini" Tentu saja aku tahu betapa bodoh
pertanyaanku, yang telah mengetahui keberadaan seseorang
seperti Putri Kupu-kupu, yang seperti bisa berada di segala
tempat nyaris dengan seketika, itu pun dengan mengetahui
segalanya pula, yang terjadi maupun belum terjadi, seperti
yang kualami dan kudengar sendiri melalui Ilmu Pembisik
Sukma. Bagaimanakah caranya tanpa indera maka segala
peristiwa masa lalu yang tidak dialami dan masa depan yang
belum terjadi dapat pula diketahui" Apakah lagi yang bisa
melebihi kemungkinan mengetahui tanpa indera dalam
kebertubuhan ini" ''Telah kukatakan sejak semula wahai Puan, kami ingin
Puan dan Tuan bertiga berhasil dalam tugas mengambil
kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, karena
hilangnya suatu senjata mestika dari istana akan diterima
sebagai memudarnya wibawa, meskipun pedang itu sendiri
bukanlah milik keluarga Wangsa Tang. Dengan penerimaan
memudarnya wibawa, diandaikan juga betapa cahaya
kekuasaan istana meredup, dan sebuah pemberontakan
menjadi terbenarkan.'' ''Sejak tadi pun daku mengerti yang dimaksud sebagai
tukar-menukar kepentingan ini, tetapi apakah yang membuat
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu yang harus diambil,
dan bukan senjata mestika lain, yang jelas menjadi milik
Wangsa Tang, sehingga cahaya kekuasaannya tentu akan jauh
lebih teredupkan" Lagi pula, mengapa Yang Mulia Paduka
Bayang-bayang yang mahasakti dengan segenap jaringan
mata-matanya yang rinci tersembunyi, sehingga bagaikan
tiada lagi segala sesuatu di dunia ini yang tidak mungkin untuk
tidak diketahui, mengambilnya saja sendiri"''
Terdengar tawa yang amat lirih lagi, lantas suara jawaban
yang terdengar lembut, sabar, dan menyejukkan.
''Tidakkah Puan sadari, betapa Puan berada di antara
keluarga sendiri" Kami pun ingin pedang mestika milik leluhur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluarga Yang Guifei itu terhidupkan di tangan seorang
pendekar yang tidak bisa lebih berhak lagi memilikinya
kembali. Jika Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan itu
tiada menolak Puan pegang dan bersedia Puan mainkan dalam
Ilmu Pedang Mata Ca-ha-ya, maka tiadalah dapat diragukan
pula betapa memang Puan berhak atas pedang luar biasa itu.
Artinya hanya Puan yang akan dapat mengangkat Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kiri yang berada di istana Chang'an
itu.'' Kali ini bukan hanya Yan Zi, tetapi juga kami semua
bertanya-tanya. ''Mengapa bisa begitu" Seberapa beratnyakah pedang itu"''
Kali ini suara tawa Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
menjadi lebih keras. ''Tidakkah Angin Mendesau Berwajah Hijau maupun bhiksu
kepala di Perguruan Shaolin itu memberitahu Puan Yan Zi,
betapa pedang mestika yang diciptakan sebagai pasangan itu
sebenarnya tidak bisa dipisahkan" Jika dipisahkan, maka
pedang itu semakin lama akan menjadi semakin berat di luar
takaran, dan hanya jika kembali dipertemukan maka beratnya
akan kembali kepada berat dengan takaran semula. Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kanan tidak menjadi berat,
agaknya karena selalu berada di dekat Yan Zi yang bukan
hanya berhak memilikinya, tetapi juga telah memainkannya
dalam jurus-jurus Ilmu Pedang Mata Cahaya. Setiap kali
dima inkan dalam ilmu pedang yang hanya mungkin berjalan
dengan pedang itu, maka pedang tersebut bagaikan mendapat
makanan jiwanya, dan semakin lama semakin bertuah, seperti
memang demikianlah seharusnya.
''Maka memang benar betapa Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kiri yang berada di istana Chang'an itu telah menjadi
sangat merepotkan, karena tidak seorangpun, betapapun
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi tenaga dalamnya, dapat mengangkatnya. Mula-mu-la ia
jatuh dari gantungan bersama sarung-nya, lantas diletakkan di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas meja, tetapi lama ke-lamaan meja itu pun tidak kuat dan
belah meski terbuat dari batu marmer, dan akhirnya bahkan
lantainya pun melesak dan berlubang. Dapatkah dibayangkan
betapa ketika tersimpan di pagoda berlantai tujuh, maka
lubang itu pun berturut-turut terjadi dari lantai teratas sampai
terbawah" ''Pernah terdapat cerita bahwa Pedang Mata Cahaya ini
kemudian dimasukkan sebuah peti besi beroda yang ditarik
dan didorong begitu banyak orang karena begitu beratnya,
tetapi yang kini sudah jelas tidak diketahui di mana. Meski
begitu, apabila Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang
dibawa Yan Zi Si Walet sendiri disentuhkan kepadanya,
niscaya beratnya kembali ringan dan lentur seperti semula.
(Oo-dwkz-oO) Episode 218: [Bahkan Tidaklah Butiran Terkecil]
KAMI telah kembali menyusuri Sungai Y angtze.
Seperti bagaimana kami telah dijemput, kami telah pula
diantar kembali, keluar lagi dari gua dan dari perahu demi
perahu menyusuri anak sungai demi anak sungai sampai
diseberangkan lagi ke tempat kami telah dijemput oleh mata
rantai jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Kami
bertemu lagi dengan berbagai tukang perahu yang sama,
yang meyakinkan diriku betapa meskipun mereka itu seperti
tukang perahu dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya
memang menjalankan peran ganda sebagai mata-mata dan
bagian dari jaringan. Sebagai mata-mata mereka mengawasi
dan melaporkan dalam kerangka tugas yang mereka
dapatkan, sebagai bagian dari jaringan mereka harus siap
setiap saat untuk mengalihkan pekerjaan sehari-hari mereka
sebagai tukang perahu yang menyeberangkan orang, kuda,
dan barang dari tepi yang satu ke tepi yang lain, jika jaringan
membutuhkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya itulah makna rajah di dada mereka, yang kadang
terlihat dan kadang tidak terlihat, yakni sebagai tanda bagian
dari suatu jaringan. Jadi meskipun dalam kehidupan sehari-
hari tampak sebagai tukang perahu, tetapi setiap saat siap
berganti peran, sebagai bagian dari jaringan. Hanya kemudian
jika terdapat kekurangan dalam mata rantai pengangkutan,
maka seorang tukang perahu yang biasa dari kehidupan
sehari-hari akan dilibatkan dengan suatu pesanan. Namun
justru titik inilah lubang pada jaringan yang akan dimasuki
mata-mata lawan atau mata-mata pemerintah Wangsa Tang,
atau pendekar mana pun yang merasa perlu menyamar dan
memata-matai apa pun untuk mengenali dan menguasai
keadaan. ''Selamat jalan Puan dan Tuan pendekar,'' kata tukang
perahu yang pertama kali menjemput kami, dan kemudian
menjadi mata rantai terakhir yang mengembalikan kami lagi,
''semoga selamat sampai tujuan.''
Itulah memang yang kupikirkan sekarang. Kalimat semoga
selamat sampai tujuan mengandung arti betapa mungkin saja
terdapat halangan di perjalanan, termasuk kemungkinan
bahwa suatu halangan membuat siapa pun yang sedang
melakukan perjalanan itu tidak mencapai tujuan. Adapun
halangan yang membuat seseorang tidak mencapai tujuan itu,
salah satunya tentu yang mengakibatkan kematian.
Dari kemungkinan ke kepastian. Betapa nian. Namun
betapa pula kepastian dirancang dan direncanakan matang-
matang, untuk kemudian diperjuangkan. Zhuangzi yang
gagasannya terjelmakan sebagai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
itu berkata: ingatlah bahwa sejak yang pertama
sampai yang terakhir bahkan tidaklah butiran terkecil
dari apapun yang dapat disaksikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah ada atau akan selalu ada Aku teringat kembali kata-kata ini, karena ketika perahu
melewati kembali lapangan tempat perkemahan balatentara,
yang menurut Yang Mulia Paduka Bayang-bayang jumlahnya
mencapai 10.000 orang, telah bersih kembali tanpa jejak sama
sekali. Mungkinkah pasukan sebesar itu dapat menghilang
diam-diam dengan begitu cepatnya, ketika bahkan semalam
saja tiada tampak persiapan untuk berkemas demi suatu
keberangkatan" Kami berkuda menyusuri Sungai Yangtze, dengan
bayangan akan berbelok mengikuti percabangan dari anak
sungainya, yang datang dari utara, agar dengan begitu tetap
mendekati Chang'an. Sebetulnya kami bisa mengikuti jalan
darat, yang menghubungkan Kaixian dengan Ankang, lantas
menuju Changian me lewati Xunyang dan Shanghuo, tetapi
selain kami sudah bosan dengan perjalanan melalui
pegunungan yang berat itu, kami juga ingin menyusuri tepian
Sungai Yangtze dengan alasan tersendiri. Kami bertiga
sebetulnya ingin berziarah ke kuil-kuil Buddha yang terdapat di
berbagai tempat di tepian sungai, bahkan juga di lereng-
lerengnya, untuk sedikit belajar bukan tentang agama,
melainkan ilmu kebijaksanaan.
Elang Merah juga telah memberitahu Yan Zi dan diriku,
bahwa guru-guru Buddha di sepanjang tepi Sungai Y angtze ini
selain menguasai ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu kebijaksanaan, juga tidak jarang juga menguasai ilmu silat
yang sangat tinggi. Mengingat usaha untuk mengambil
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri di istana itu bagaikan
memasuki sarang naga, menurut Elang Merah tiadalah
salahnya bagi kami untuk menambah ilmu.
BETAPAPUN kami belum tahu siapakah kiranya yang akan
kami hadapi. Meskipun jaringan peninggalan Yang Guifei yang
dihidupkan kembali oleh Yang Mulia Paduka Bayang-bayang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah bekerja dengan sangat rapi, kami tidak ingin
mengabaikan kemungkinan, terdapatnya para pendekar yang
telah menangkap gejala dan berjaga dengan suka rela di
istana, bukan demi negara melainkan demi bangsa dan tanah
air. Di luar kesepakatan dengan Yang Mulia Paduka Bayang-
bayang tersebut, kami memang bebas merancang perjalanan
kami menuju Chang'an, selain untuk tetap menjaga
kewajaran, juga karena kami sebetulnya telah mengajukan
kebebasan menentukan arah dan lamanya masa sebelum
mencapai kotaraja, dengan catatan akan bersedia menanggapi
semua perkembangan. Dengan kalimat lain, jika Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri itu sudah diketahui tempatnya dan
sudah siap untuk kami ambil, maka kami akan terbuka
menerima pesan dari penghubung manapun yang akan
menyampaikannya kepada kami, di mana pun kami sedang
berada. Adapun keberadaan kuil-kuil Buddha yang berada di
sepanjang tepian sungai, bersama dengan para bhiksu yang
ilmu silatnya sangat tinggi, kiranya dengan suatu cara
terhubungkan kepada keadaan, yang kemudian diceritakan
Elang Merah sepanjang perjalanan, tentang tumbuh dan
kemudian tertindasnya para penganut Buddha di Negeri Atap
Langit itu sendiri. "Maharaja Wendi yang merupakan maharaja pertama
Wangsa Sui, telah menggunakan agama Buddha untuk
mengukuhkan haknya memerintah dan menyediakan kepercayaan umum untuk khalayak dari segala lapisan. Para
penguasa Wangsa T ang awal, telah memberikan kepercayaan
semacam ini bagi pemikiran Dao, tetapi pada saat bersamaan
juga mengakui kuatnya kuil-kuil Buddha, yang kemudian
diterima di mana-mana dan menjadi kehadiran yang sangat
berdaya dalam khalayak Negeri Atap Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sejak awal abad ini, agama Buddha sepenuhnya
memenangkan kemapanan di seluruh Negeri Atap Langit.
Patokan-patokan utamanya diacu, kesukmaannya tak dipertanyakan. Ini menandai dan mempengaruhi kehidupan
mereka yang sederhana maupun yang kaya dan berkuasa,
serta mempengaruhi juga semua kelompok, besar maupun
kecil, di dalam kemaharajaan Wangsa Tang. Dalam mencapai
tingkat penerimaan ini, pedoman Buddha telah mengalami
penyesuaian dan berbagai aliran Buddha di Negeri Atap Langit
pun muncul. "Empat aliran yang paling berpengaruh adalah aliran
Tientai dan Huayan, yang sangat dikenal oleh ketegasan
pedomannya, dan aliran Dhyana serta Tanah Murni, yang
keberadaannya lebih bermakna karena mementingkan
tindakan. Aliran Tientai sepenuhnya bersifat Negeri Atap
Langit, berdasarkan ajaran Zhiy i, yang mendirikan perguruan
di Tientai, gunung suci di Zhejiang, akhir abad keenam.
Ajarannya berpusat pada penafsiran langsung dari Sutra
Teratai, yang menawarkan pedoman penyelamatan semesta
melalui pertimbangan pikiran dan tindak perenungan.
"Huayan atau aliran Taman Bunga didirikan oleh Fazang,
seorang lelaki keturunan Sogdian kelahiran Changian pada
643. Aliran ini menggolongkan berbagai jenis kelompok
Buddha sebagai kendaraan, dan menyatakan bahwa aliran
Huayan menggabungkan segala yang berharga dari setiap
kendaraan, suatu pendekatan peleburan yang merupakan cirri
pemikiran Negeri Atap Langit."
Sembari berkuda di sepanjang tepi sungai yang
permukaannya berkilat keperak-perakan, dan semakin jauh
meninggalkan Tiga Ngarai Y angtze, aku sempat terpukau oleh
pengetahuan Elang Merah akan seluk beluk ajaran Buddha,
sementara ia sendiri berasal dari T ibet. Namun pada saat yang
sama diriku juga seperti diingatkan, bahwa Elang Merah selain
adalah seorang pendekar kelana, sehingga mengenal belaka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alam Negeri Atap Langit, juga sedang bertugas sebagai mata-
mata Kerajaan Tibet. Mungkinkah ia mengikuti diriku atas nama pengabdian,
tetapi sebetulnya menjalankan tugasnya sebagai mata-mata
belaka" Kadang terlintas pikiran semacam itu, tetapi apabila
kemudian terpikir begitu, betapa kemudian aku merasa
bersalah. Kulihat Elang Merah yang perkasa itu begitu tulus
mengikutiku, meskipun nyawanya hampir selalu terancam
karena keberadaanku yang selalu saja dicari seorang lawan.
"Aliran Dhyana, yang dikenal di Negeri Atap Langit sebagai
Chan, melacak kembali asal dirinya sampai kepada
Bodhidharma yang tiba di istana dari Wei Utara sekitar tahun
520. SEJAK lama pertumbuhan Bud-dha menjadi sasaran
pengecaman oleh musuh-musuhnya. Pada 621, seorang
pendeta Dao bernama Fu Yi berujar bahwa khalayak di sekitar
kuil merupa-kan beban yang meru-gikan negara. Ia
menganjurkan kepada maharaja untuk membubarkan kependetaan Buddha, yang juga berarti menghapus dan
mengingkari keberadaan para bhiksu, dan menggunakan
bangunan kuil-kuil Buddha, untuk sesuatu yang lebih ber-
guna. Di bawah Dezong terdapatlah Peng Yan, seorang
pejabat penganut Kong Fuzi pada Badan Pencatatan, yang
memberitahu maharaja agar meng-hapus penyalah gunaan
wewenang di dalam pengajaran agama Bud-dha, sambil
menyebutkan pengabaian para bhiksu dan kerugian dalam
pendapatan pajak. Ia memperkirakan beaya tahunan untuk
makanan dan pakaian yang harus disediakan negara bagi para
bhiksu sama dengan pajak yang dibayarkan lima lelaki
dewasa. Demikianlah harus kuketahui tentu, manakala kami kini
berjalan menyu-suri tepian Sungai Y angtze untuk mencuri kuil-
kuil Buddha Mahayana pada 797, bahwa para penganut
Buddha ini sedang mengalami tekanan, sebagai keyakinan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak tumbuh dari bumi Negeri Atap Langit seperti f ilsafat
Kong Fuzi yang ajarannya ber-laku dan dihayati sebagai
agama, mau-pun pemikiran Dao yang telah tumbuh dan
berkembang dalam tiga tahap da--lam ratusan tahun sehingga
memang semakin sempurna, tetapi dari Jam-bhud-vipa,
tempat Siddharta Gautama telah dilahirkan. Kuingat kembali
ki-sah perjalanan bhiksu Xuanzang yang mengharukan, dalam
perjalanan meng-harubiru lebih dari tiga ratus ratus lalu,
untuk mengambil naskah-naskah sutra yang sesuai dengan
aslinya, langsung ke Jambhudvipa.
Mengingat segala cerita tentang Xuan-zang, yang kemudian
menerjemahkan segenap hasil penemuannya ke bahasa
Negeri Atap Langit, dan me-nye-la-matkan ajaran Buddha
yang justru terdesak sampai hampir musnah di Jambhudvipa
itu, yang sejak lama me-mang dikuasai agama Hindu, aku me-
ra-sa seperti ingin menjejaki kembali langkah-langkah dalam
perjalanannya. Namun aku pun menyadari, betapa sekarang
ini keinginan tersebut ha-nya-lah merupakan lamunan yang
ko-song, meng-ingat segala kewajiban yang telah kusepakati
dan sebenar-nyalah masih jauh dari penyelesaian.
(Oo-dwkz-oO) BEBERAPA hari kemudian sampailah kami bertiga ke
sebuah pondok di tepi sungai di seberang wilayah Zhu-shan.
Meskipun kami menyusuri tepi sungai dengan maksud
menghindari keterjalan gunung dan kecuraman ju-rang,
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesetiaan untuk tetap menyu-suri itu tidak menjadikan tepian
su-ngai itu tempat yang lebih mudah. Perjalanan memang
nyaman dinik-mati dan diha-ya-ti di tempat yang da-tar dan
lapang, sem-bari terpandang perahu-perahu di kejauhan yang
da-lam silau cahaya matahari sering tampak hanya sebagai
sosok bayangan hitam. Kadang masih kami lewati tempat-tempat penyeberangan,
tetapi semakin lama semakin jarang. Hanya para pencari ikan
bercaping, jauh di tengah sungai sana, tampak sabar ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memancing atau menjala ikan, meski kadang-kadang terlintas
dalam pikiran, tidak-kah mungkin salah satu dari antara yang
bertemu dan saling tatap dalam ke-jauhan ini adalah mata-
mata dalam ja-ringan Yang Mulia Paduka Bayang-ba-yang"
Namun pemandangan perahu se-macam itu juga mengingatkan aku ke-pada puisi Li Bai yang ditulis ketika
meninggalkan desa kecil Wang Lun di Anhwei:
perahuku akan berangkat ketika terdengar seketika
langkah kaki dan nyanyian;
di perairan Bunga Persik;
danau dalam, tetapi tidak sedalam
cintaku kepada Wang Lun Tidakkah itu memang merupakan nasib pengembara"
Mencintai suatu tetapi harus meninggalkannya pula" Namun
bagaimana jika ia jatuh cinta kepada seseorang, mestikah ia
melupakan saja cinta itu dan meneruskan pengembaraannya,
ataukah jika memang mencintainya maka tentulah ia berhenti
mengembara, menikah, beranak pinak, dan berbahagia"
Bisakah seorang pengembara mendamaikan dua cinta, antara
kecintaan untuk mengembara dari satu tempat ke tempat
lainnya, dengan kesetiaan untuk mengabdi demi cinta untuk
selama-lamanya" NAMUN kadang-kadang sungai yang kami susuri memasuki
wilayah yang bukan saja terjal tetapi bahkan nyaris tidak
menyediakan ruang bagi kuda melangkah di sepanjang
tepiannya, karena mendadak berubah menjadi dinding-dinding
batu menjulang. Kami akan tetap menyusuri tepiannya jika
masih terdapat batu-batu besar atau jalan setapak tempat
kuda bisa melangkah, tetapi tidak jarang itu pun tidak
dimungkinkan. Lagipula jika sungai berada di antara dinding
batu seperti itu, biasanya itu menjadi deras, dan karena kami
berjalan melawan arah aliran sungai maka akan sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbahaya untuk menyusuri dinding, dengan batu-batu besar
di bawahnya yang sudah berada di dalam air.
Dalam keadaan seperti itu, kami akan memilih jalan ke
samping, meninggalkan tepi sungai dan menempuh jalan
mendaki. Di atas tebing akan kami dengar arus sungai itu
menyebabkan suara bergemuruh. Kadang-kadang kami diam
sejenak di atas tebing sebelum meneruskan perjalanan, tetapi
pernah juga kami terpaksa bermalam di atas tebing seperti itu,
karena hari kemudian seperti menggelap begitu saja dengan
tiba-tiba. Bila ma lam cerah dan langit penuh bintang, kami bertiga
akan memandangnya sambil merebahkan diri di atas dataran
setelah usai makan malam, yakni memakan daging asap
sangat asin yang dari hari ke hari makin alot saja rasanya. Yan
Zi dan Elang Merah selalu berusaha menghitung jumlah
bintang-bintang itu, tetapi yang selalu kupastikan takpernah
berhasil karena salah satu dari mereka akan segera memeluk
dan bersambut pelukan pula dari yang lain.
Demikianlah akhirnya sebelum tiba di pondok ini, kami
telah menjumpai beberapa kuil Buddha, bahkan satu di
antaranya termasuk kuil besar dengan murid-murid yang
banyak, tetapi minat kami agak kurang untuk tinggal agak
lebih lama, karena yang ingin kami pelajari dari kuil-kuil itu
bukanlah agama demi agama saja. Melainkan agama sebagai
tempat terdapatnya ilmu-ilmu kebijaksanaan, karena memang
bukan kehidupan setelah mati yang kami pedulikan, melainkan
kehidupan di dunia ini yang berada di depan mata dan penuh
dengan pertanyaan yang menuntut bahkan menantang
jawaban. Kami menemukannya setelah bertanya-tanya di sebuah
kedai, ketika selalu saja hanya menemukan kuil yang
mengajarkan agama hanya demi agama sahaja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Oh, mungkin bukan di kuil tempatnya, tapi di pondok
orang tua yang agak gila itu, di dekat hutan bambu,'' ujar
seseorang di dalam kedai.
''Kadang-kadang orang datang untuk berobat atau minta
diramal nasibnya ke sana,'' kata seseorang yang lain lagi,
sambil menenggak arak beras.
Lantas mereka semua tertawa terbahak-bahak, dengan
agak setengah menghina. Kami bertiga selintas saling
berpandangan, apakah mereka tergolong orang bodoh yang
tidak tahu dirinya bodoh" Kami tahu, di kedai kita mesti dapat
menafsirkan, bahwa sebagian besar yang berada di kedai
adalah orang-orang awam, dan ucapan orang awam tidak bisa
dipegang seperti apa adanya, karena penilaian dalam ucapan
itu tentunya mencerminkan keawamannya. Jadi jika ia
mengatakan orang tua yang kadang-kadang dikunjungi orang
itu agak gila, itu tentulah penilaian yang tidak dapat dianggap
berdasarkan pemahaman yang agak sedikit seksama. Maka
kami pun justru mencarinya.
Kami harus menerabas semak dan ilalang sebelum
menambatkan kuda dan bergabung dengan orang-orang yang
tiba lebih dulu. Mereka duduk begitu saja di atas rerumputan,
menghadapi seorang tua di atas teras bambu sebuah pondok
bambu juga, yang penuh dengan peralatan menangkap ikan,
mulai dari bubu, pancing, sampai jala. Juga caping dan
berbagai peralatan untuk memotong kayu. Tampaknya ia
tinggal sendirian dan orang-orang tampak mendengarkan.
Kami menyelipkan diri di antara orang-orang pada baris paling
belakang. Kudengar nyanyian hutan bambu di belakang rumah itu,
ketika orang tua itu rupanya sedang memperbincangkan
perihal pertanyaan Raja Milinda kepada Nagasena. Kukenal
dari masa kecilku, ketika pasangan pendekar yang
mengasuhku mengundang para pemikir tentang filsafat dan
agama bertandang ke pondok kami untuk berbincang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepanjang hari, bahwa orang tua itu sedang memperbincangkan perkara:
Bagaimana Caranya Kita Mengetahui
Bahwa Buddha Pernah Ada"
''Kini Raja Milinda mendekati Y ang Mulia Nagasena. Setelah
menjadi dekat, ia membungkuk hormat dan duduk di satu sisi.
DUDUK di satu sisi itu, Raja Milinda yang berminat
mengetahui, berminat mendengar, berminat mendalami,
berminat melihat Cahaya Pengetahuan, berminat memecah
Ketidaktahuan sampai hancur, berminat membuat Cahaya
Pengetahuan bangkit, berminat meremukkan Kegelapan dari
Ketidaktahuan, menghimpun keberanian dan kekuatan dan
kesadaran dan kecerdasan, mengatakan ini kepada Y ang Mulia
Nagasena: ''Yang Mulia Nagasena...tetapi apakah Tuan pernah melihat
Buddha"' ''Tentu tidak, Raja Besar.''
''Tetapi apakah guru-guru Tuan pernah melihat Buddha"'
''Tentu tidak, Raja Besar.''
''Yang Mulia Nagasena, Tuan berkata Tuan tidak pernah
melihat Buddha, dan T uan berkata guru-guru Tuan juga tidak
pernah melihat Buddha. Baiklah, Yang Mulia Nagasena,
Buddha tidak pernah ada! Tiada apa pun di sini yang
menunjukkan bahwa Buddha pernah ada!''
''Kini giliran Nagasena yang bertanya:
''Namun, Raja Besar, apakah Raja-raja ada sejak dahulu
kala...mereka yang menjadi pendahulu Paduka, dalam garis
Raja-raja"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, Yang Mulia Tuan, mengapa diragukan" Raja-raja ada
sejak dulu kala...mereka yang menjadi pendahuluku dalam
garis Raja-raja.'' ''Apakah Paduka, Raja Besar, pernah melihat Raja-raja
dahulu kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.'
''Namun, Raja Besar, apakah para guru yang memberi tahu
Paduka...para pendeta istana, panglima balatentara, hakim,
menteri...apakah mereka pernah melihat raja-raja dahulu
kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.'
''Namun, Raja Besar, jika Paduka belum pernah melihat
Raja-raja dahulu kala, dan jika, seperti kata Paduka, para guru
juga tidak pernah me lihat Raja-raja dahulu kala itu --di
manakah Raja-raja dahulu kala itu"-- di sini tidak ada apa pun
yang memperlihatkan bahwa Raja-raja dahulu kala itu pernah
ada!'' ''Maka berkatalah pula Raja Milinda:
''Terlihat, Yang Mulia Nagasena, tanda-tanda kebesaran
yang disematkan oleh Raja-raja dahulu kala, sebagai saksi,
payung putih, mahkota, sandal, kipas ekor yak, pedang
dengan batu permata, dan kereta yang sangat mahalnya.
Dengan ini, kita akan tahu, dan percaya: 'Raja-raja ada sejak
dahulu kala.' ''Maka berkatalah pula Sang Nagasena:
'''Seperti itulah, Raja Besar, kita juga, dengan rujukan
kepada Keesaan Agung, menjadi tahu dan percaya. T erdapat
suatu alasan, mengapa kita dapat mengetahui dan percaya
bahwa Keesaan Agung itu ada. Apa alasannya" Di sana
terdapat, Raja Besar, tanda-tanda yang digunakan oleh
Keesaan Agung, Sang Buddha; dengan begini dunia manusia
dan dunia dewa mengetahui dan percaya: Keesaan Agung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada. Inilah, Raja Besar, alasannya, penyebabnya, jalannya,
pendekatan atas kesimpulan, yang karenanya menjadi
diketahui: Keesaan Agung ada.''
Orang tua itu lantas mengutip pula ujaran Nagasena:
seperti baginya yang menyeberangkan orang banyak
ke Samudera Kelahiran Kembali,
yang dengan menghancurkan Pokok Keberadaan
mencapai Nibbana dengan simpulan yang akan diketahui:
''Manusia Terbaik ada!'' ''Raja Milinda kemudian berkata: 'Yang Mulia Nagasena,
berilah contohnya!'''Namun sampai di sini, orang tua itu
berhenti. Orang-orang menunggu. Bagi banyak orang yang merasa
lebih baik mendengarkan cerita seorang pembicara daripada
membaca sendiri naskah-naskah Buddha, mendapatkan suatu
contoh gambaran dari sesuatu yang sebetulnya tidak
tergambarkan adalah penting.
Namun orang tua itu masih diam, bahkan menundukkan
kepala. Orang-orang masih menunggu. Aku ikut menundukkan
kepala, begitu juga Elang Merah dan Yan Zi. Kami bertiga
sebetulnya mendengarkan, karena kami bertiga mengerti
bahwa orang tua itu tidak akan begitu saja berhenti mendadak
di tengah cerita. TENTULAH menjadi penting bagi kami, yang kini melakukan
perjalanan di Negeri Atap Langit dengan maksud dan tujuan
tertentu, untuk mengetahui serba sedikit pihak mana sajakah
yang sedang bermusuhan tersebut. Para penyusup biasanya
adalah orang-orang bayaran, dan apabila cukup banyak
tenaga dan dana dikerahkan untuk menghabisi nyawa
seseorang di tempat terpencil, tidaklah terlalu keliru untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengira bahwasanya ia seseorang yang bukan sekadar cukup
penting, tetapi juga dianggap cukup berbahaya sehingga
hidupnya harus diakhiri. Yan Zi dan Elang Merah berkelebat menghilang, sementara
kudengar seseorang berkata kepada orang tua itu.
"Ceritakanlah kepada kami tentang tujuh kedai Buddha,"
katanya. Maka orang tua itu pun menjawab.
"Memang itulah lanjutan cerita yang akan kusampaikan
sekarang ini." Lantas ia pun menyambung ceritanya, ketika Nagasena
menjelaskan perihal tujuh kedai Buddha tersebut.
"Kemudian, raja besar, di dalam Kota Kebenaran, di Jalan
Dhyana Terkhusyuk, Tujuh Kedai terbuka, dan nama-namanya
adalah Kedai Bunga, Kedai Pewangi, Kedai Buah, Kedai Obat,
Kedai Jamu, Kedai Sesajian, Kedai Perhiasan, dan Kedai
Umum." "Yang Mulia Nagasena, apakah Kedai Bunga dari Keesaan
Agung, Sang Buddha, itu sendiri?"
?"Terdapat di sana, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan
Agung, sebagaimana seharusnya tertatacarakan dan tergolong-golongkan seperti berikut."
Ketika orang tua itu menjelaskan, aku teringat kembali,
betapa keberadaan Buddha itu sebetulnya
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang diperbincangkan oleh nama yang sebetulnya juga belum tentu
ada. Ya, Nagasena hanyalah suatu nama khayalan, dan
perbincangannya dengan Raja Milinda atau Menander, Raja
Yunani dari Baktria sebetulnya juga merupakan suatu
perbincangan yang hanya dibayangkan sahaja. Kitab
Milindapanha atau Pertanyaan-pertanyaan Milinda yang
kutipannya sedang dikisahkan orang tua itu, sebetulnya
merupakan naskah Pali yang tidak diwajibkan, meski isi
perbincangan adalah penampilan ajaran Buddha tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketidak-adaan jiwa dan Nibbana atau Nirvana itu penting bagi
siapapun yang berminat terhadap filsafat Buddha, sehingga
memang tetap selalu menjadi rujukan. Seperti pernah kuceritakan dalam bentuk lain, Milinda atau
Menander ini adalah seorang raja yang merupakan pelajar
yang berpengetahuan, pakar perdebatan, yang ingin
memahami ajaran Buddha, tetapi tidak terdapat satu pun
manusia yang didekatinya bisa membantu. Suatu ketika dalam
suatu kesempatan ia memburu bhiksu Nagasena, yang sedang
mengemis berkeliling, dan mulai bertanya-tanya kepadanya.
Raja Milinda kemudian ternyata sangat terkesan dengan
pengetahuan Nagasena, lantas mengatur pertemuan di Wihara
Sankheyya di Sagal, tempat Nagasena menginap. Raja tiba
beserta 500 pengiring dan perbincangan dimulai. Atas
permintaan raja perbincangan disimpulkan di istananya, meski
Nagasena mensyaratkannya mesti secara keilmuan, yang
disebut Panditavada dan bukan kebangsawanan atau
Rajavada. Masalah kesukmaan paling dalam yang terlawankan
kepada raja, adalah ketidakmampuannya untuk memahami
bagaimana Buddha dapat percaya kepada kelahiran kembali,
tanpa pada saat yang sama percaya juga kepada kelahiran
kembali diri sendiri. Sang Nagasena dengan cerdik, pada
setiap perdebatan tidak hanya mengatasi keraguan sang raja,
tetapi membuatnya beserta seluruh pengikutnya memeluk
Buddha. Sebagai tanda terimakasihnya pula, Menander
membangun sebuah kuil, Milindavihara, dan menyerahkannya
kepada Nagasena. Demikianlah orang tua yang hanya tampak seperti
pemukim tepi sungai yang hidup dari mencari ikan ini, seperti
berperan sebagai bhiksu-pengem is Nagasena, ketika menjelaskan perihal T ujuh Kedai Buddha itu:
"... Gagasan-gagasan tentang Kesementaraan, Ketidaknyataan, Ketidakmurnian, Kerudinan, Penolakan, Ketanpagairahan, Kebergencatan; Gagasan tentang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketidakpuasan dengan segala dan semuanya yang ada di
dunia; Gagasan tentang Kesementaraan dari Unsur-unsur
Pokok Keberadaan; Dhyana pada Keluar-Masuk Pernapasan;
Gagasan tentang Mayat: gembung, ungu, membusuk,
terbelah, tergerogoti, terpencar, tergencet dan tersebar,
berdarah, berulat, kelihatan tulangnya; Gagasan tentang
Pertemanan, Belas Kasih, Kegembiraan, Pengabaian; Dhyana
atas Kematian; Dhyana atas Tubuh. Ini, raja besar, adalah
Sasaran Dhyana, dengan cermat tertatacarakan dan
tergolong-golongkan, dinyatakan oleh Keesaan Agung, Sang
Buddha. "Dengan rujukan kepada ini semua, siapapun yang
berminat untuk dibebaskan dari Masa Tua dan Kematian,
memilih salah satu dari Sasaran Dhyana ini, dan dengan
menggunakan Sasaran Dhyana mendapatkan pembebasan
dari Nafsu Jahat, Kehendak Buruk, Khayalan, Kebanggaan,
Pandangan Salah; menyeberangi Samudera Lingkaran
Keberadaan; membendung Arus Idaman; membersihkan
dirinya sendiri dari Noda Lipat Tiga; menghancurkan segenap
Peracunan; memasuki Yang Terbaik dari Kota-kota, Kota
Nibbana, yang bebas dari noda, bebas dari debu, putih bersih,
bebas dari Kelahiran, bebas dari Masa Tua, bebas dari
Kematian, yang adalah Kebahagiaan, Ketenangan, Kebebasan
dari Bahayaomelalui kependetaan mencapai pelepasan hati.
Inilah, raja besar, yang dimaksudkan dengan Kedai Bunga
Sang Buddha. dengan Kamma sebagai harganya
naiklah ke kedai; belilah Sasaran Dhyana; jadi mendapat pembebasan melalui Pembebasan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Namun raja itu pun masih bertanya pula, Yang Mulia
Nagasena, apakah Kedai Wewangian dari Keesaan Agung,
Sang Buddha itu sendiri?"
Maka Nagasena pun menjawab:
"Di sanalah terdapat, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan
Agung, kepastian Aturan, dengan cermat tertatacarakan dan
terpilah-pilah; dan dilumuri perminyakan suci Wewangian dari
Aturan, putera-putera Keesaan Agung, uap dan wewangian
dengan Wewangian dari Aturan dunia manusia dan Dunia
Dewa-dewa. Me-reka hembuskan keharuman, me-reka
hembuskan melampaui keha-rum-an yang manis, dalam arah-
arah uta-ma, dalam arah-arah antara, bersama angin,
melawan angin; mereka tetap meliputinya.
"Kini, apakah Aturan ini tertatacarakan dan terpilah-pilah
dengan cermat" Aturan tentang Tempat Perlindungan, Lima
Aturan, Delapan Aturan, Sepuluh Aturan, Aturan-atur-an
Pengendalian yang terdapat dalam Kitab Pengakuan dan
termasuk di dalam Lima Pembacaan itu.
"Ini, raja besar, adalah yang dimaksud dengan Kedai
Wewangian Sang Buddha. Lebih lagi, raja besar, ini telah
dinyatakan oleh Keesaan Agung, dewa segala dewa:"
wewangian bunga-bunga takmerebak melawan angin,
atau takjuga cendana, atau dari bunga-bunga Tagara dan Malikka;
tetapi wewangian dari keyakinan
merebak melawan angin; dalam segala arah manusia yang baik menghembuskan keharuman. di atas dan di balik segala jenis wewangian,
apakah itu cendana atau teratai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atau dari bunga-bunga Tagara dan Vassiki,
wewangian dari kebajikan itu unggul
kelemahan adalah wewangian ini,
wewangian dari T agara dan cendana;
wewangian dari keluhuran adalah yang terbaik dihembuskan kepada dewa-dewa
Aku teringat bagaimana segenap perasasan Nagasena
tentang bukan-diri telah disebutkan sebagai pendekatan
Hinayana. Disebutkan betapa perasasan bukan-diri itu
kemudian berubah. Para guru Hinayana menjelaskan
perasasan itu sebagai berikut: segala sesuatu adalah nama.
Kereta adalah nama taklebih seperti Nagasena. Tidak ada
yang lebih nyata di balik peralatan atau peristiwanya.
Keterangan yang segera dari kesadaran tidak menjadi alasan
keberadaan kesatuan apapun yang kita bayangkan.
Menggunakan alasan yang sama, dari ke-diam-an Buddha atas
pertanyaan mengenai jiwa, Nagasena menarik suatu
penidakan dalam penyimpulan, bahwa tidak ada jiwa.
Pendapat ini menjadi ajaran kolot Buddha Hinayana.
Padahal ajaran Buddha yang asli tampaknya sangat
berbeda, karena jelas bahwa penonjolan atas bukan-diri
muncul pada masa akhir, dan bahwa Buddha tidak perlu
mengingkari melainkan diam mengenai jiwa itu. Terlebih lagi,
tampaknya Buddha telah mengetahui diri yang sebenarnya
dari keberadaan manusia, yang muncul di dalam perilaku
adab, yang memenuhi tatacara semesta. Perasasan bukan-diri
tidak berarti Buddha menolak sepenuhnya kebermaknaan diri.
Buddha selalu menyatakan pentingnya diri sebagai asal dari
tindak nalar kedirian. Menurutnya, diri tidak dapat ditandai
dengan apapun yang berada di luarnya. Manusia tidak dapat
menggenggam diri sebagai sesuatu yang nyata atau berada di
dunia luar. Diri dapat disadari hanya ketika manusia bertindak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menurut tatacara semesta keberadaan manusia. Ketika
manusia bertindak secara adab, kedirian sebenarnya menjadi
pernyataan. Dalam kaitan ini, diri dari ajaran Buddha bukanlah
kehakikian di balik ketubuhan, melainkan suatu pernyataan
keseha-rian. DALAM ajaran yang disebut Hinayana, keberadaan dari
banyak kenyataan diperandaikan. Mereka digambarkan
dengan istilah dharma atau unsur. Berbagai dharma adalah
bentukan pudgala atau perorangan. Menurut ajaran berbagai
aliran, terutama Sarvastivadin, segalanya yang tampak di
dalam dunia selalu berubah, dapat membusuk, dan tidak
nyata. Namun dharma adalah selalu-ada, tidak dapat
membusuk; mereka nyata, dan dapat disebut kenyataan.
Saat itu Yan Zi dan Elang Merah yang kuminta memeriksa
kembali mayat para penyusup itu di dalam hutan, sementara
aku memperhatikan dan mengawasi orang tua ini, telah
kembali dan menyampaikan dengan berbisik-bisik betapa
mayat-mayat itu telah hilang!
''Hilang"'' ''Seperti tidak ada bekasnya...''
''Bahkan cipratan darah pada batang-batang bambu yang
rubuh juga lenyap bagaikan bisa menguap.''
Aku tentu mengetahui jika orang tua itu yang
melakukannya, karena aku memang tidak memeriksa sendiri
mayat-mayat itu dengan niat mencermati pengawasan atas
pergerakannya. Jika ia berkelebat lenyap dengan ilmu
penyusupan, aku akan mampu berkelebat memburunya
dengan ilmu penyusupan; jika ia berkelebat lenyap dengan
ilmu halimunan, aku akan mampu memburunya pula dengan
ilmu halimunan. Namun kali ini agaknya, tentang lenyapnya
mayat-mayat para penyusup itu, bahkan orang tua itu pun
ternyata tidak mengetahuinya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di atas langit ada langit. Rasanya tokoh-tokoh persilatan
yang kutemui makin lama semakin sakti sahaja. Jika diriku
harus bentrok dengan setiap tokoh persilatan yang ada di
Negeri Atap Langit ini, mungkinkah diriku kembali lagi ke
Yavabhumi" Terlintas suatu pepatah di negeri para penyair ini:
angin dan gelombang menguntungkan pelaut terbaik
''Seseorang telah mengambilnya,'' kataku, ''tidakkah kalian
bisa membaca jejaknya"''
''Tidak mungkin satu orang,'' sahut Elang Merah.
''Mayat sebanyak itu lenyap tanpa bekas dengan seketika,
tentu merupakan hasil kerja sejumlah orang,'' timpal Y an Zi.
''Tapi tidak ada jejaknya sama sekali.''
''Ya, tidak ada jejaknya sama sekali...''
Jejak yang kumaksud tentu bukan sekadar jejak kaki,
tepatnya alas kaki manusia di atas tanah atau rerumputan,
yang akan sangat mudah dibaca seorang pencari jejak
terlatih; tetapi juga jejak di udara, yang juga akan dapat
dibaca para pendekar berilmu tinggi seperti Elang Merah dan
Yan Zi. Kami saling bertukar pandang tanpa suara, untuk
memutuskan tindakan apa selanjutnya yang harus diperbuat.
Namun sampai beberapa saat ternyata kami belum
memutuskan apapun. Saat itulah kami dengar suara gemuruh yang datang dari
jauh. Kami yang sedang duduk di atas rumput merasakan
bumi bergetar. Aku terkesiap karena sangat mengenal suara
gemuruh yang menggetarkan bumi seperti ini. Yan Zi dan Elang Merah secepat kilat telah menggenggam
pedangnya. Kami tahu belaka betapa suara gemuruh yang
membuat bumi bergetar ini berasa l dari balatentara pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkuda, yang sedang melaju dan menyerbu, yang jelas
bermaksud menyapu apa pun yang berada di atas bumi, agar
menjadi rata dengan tanah...
(Oo-dwkz-oO) Episode 219: ga ada (Oo-dwkz-oO) Episode 220: [''Terimalah Sahaya Menjadi Murid
Tuan,'' Ujar Perempuan Muda Itu.]
Pembaca yang Terhormat, marilah kita kembali ke Pulau
Jawa terlebih dahulu. Meskipun aku berkelebat secepat kilat,
aku masih sadar betapa diriku yang mulai sering terkantuk-
kantuk ketika menulis riwayat hidupku di atas lempir lontar ini
berada di Mantyasih pada 872, yang berarti sudah mencapai
umur 101 tahun. Bahkan ketika aku berkelebat mendahuluinya
pun, haruslah kuakui betapa salah satu di antara
pertimbanganku tiada lebih dan tiada kurang justru untuk
menghindarkan pertarungan berkepanjangan. Pertarungan
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang panjang, begitulah, bisa disebabkan karena dua
petarung memang sama tangguh dan setara tingkat ilmu
silatnya; tetapi jika yang berhadapan itu adalah seorang muda
dan seorang tua, maka seberapa pun tinggi tingkat ilmunya,
maka perkara usia itu akan berbicara pula.
JADI tidaklah mungkin, demikianlah kupikir, seseorang lain
berusia 100 atau 101 tahun yang berada di balik pintu, dan
ternyata tidak membunuhku. Ia pasti lebih muda dariku, dan
itu pun bukan 90 atau 80 tahun, bukan pula 70 atau 60 tahun,
dan masih bukan pula 50 tahun. Masuk akal jika dengan
ketinggian ilmu seperti itu ia berumur 40 tahun. Namun
mengingat apa yang telah kucapai pada masa muda, mengapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pula ia tidak masih berusia 30 atau bahkan 20 tahun"
Mengapa tidak" Pada masa mudaku aku telah berhadapan
dengan musuh-musuh yang paling tangguh dari segala usia,
secara kebetulan maupun setelah mengajukan tantangan
bertarung kepadanya, yang berarti sekarang ini pun tiada
alasan kenapa aku tidak harus bertemu lawan yang jauh lebih
muda dariku. Jika aku berkelebat secepat kilat, yang kulakukan sete lah
tertidur di ma lam hari pula, tidaklah berarti aku tidak bisa
menguraikan pikiranku dalam waktu yang jauh lebih kurang
dari sekejap mata itu dalam tulisan, karena apa yang
tampaknya panjang dalam tulisan sungguh mati bisa dialami
dalam sekelebatan. Jadi aku pun sempat berpikir, jika seseorang yang mungkin
jauh lebih muda dariku sudah setinggi itu ilmunya, siapakah
dia kiranya yang pada malam buta berhasil mendekatiku
sedemikian rupa, sampai pada titik untuk dapat membunuhku
tetapi tidak me lakukannya" Namun karena aku tak dapat
memastikan kepada diriku sendiri, apakah seseorang itu tidak
membunuhku karena memang tidak me lakukannya, atau
sekadar belum sempat sahaja, maka tiada tanggapan yang
lebih baik tentu selain menyerang dan melumpuhkannya pula.
Siapakah dia" Apakah dia salah seorang pembunuh
bayaran, seorang vetana-ghataka, yang mungkin mendapatkan pesanan untuk membunuhku, tetapi mungkin
pula bertindak sendiri tanpa pesanan dari siapa pun, karena
memang memburu hadiah itu; ataukah memang seorang
pengawal rahasia istana, seorang anggota kadatuan gudha
pariraksa, yang bukan karena hadiah 10.000 keping emas itu
kini berada di hadapanku, melainkan memang karena
menjalankan tugas dari istana, untuk menangkapku hidup
atau mati sebagai pengkhianat negara.
Pembunuh bayaran bergerak karena uang, pengawal
rahasia istana bergerak karena pengabdian, keduanya sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbahaya, karena menjadikan pembunuhan sebagai pekerjaan tentunya menuntut tingkat ilmu silat yang tinggi
sekali, sedangkan menjaga segenap penghuni dan pejabat
istana, terutama raja, dari pembunuhan gelap para mata-mata
kelompok rahasia atau pembunuh bayaran, tentunya
mensyaratkan tingkat ilmu s ilat yang jelas tidak bisa berada di
bawahnya. Dengan segera sosok di balik pintu yang tampaknya juga
terkejut oleh gerakan kilatku itu berada di hadapanku, tetapi
aku tak dapat segera melihat sosoknya karena perkelebatannya yang luar biasa cepat. Dalam kelam tengah
malam ia hanya tampak sebagai bayangan hitam yang
berkelebat, dan dapatlah kiranya dibayangkan betapa tidak
mungkin menatap bayangan hitam dalam kelam tengah
malam yang bergerak bahkan lebih cepat dari pikiran. Aku
tidak berhasil menyentuh apa pun darinya, sementara ia pun
seperti tidak berminat menyerangku sama sekali. Kami berdua
bagaikan bayangan pusaran angin, tak dapat dilihat mata
awam meski anginnya membuat dedaunan yang terserak di
tanah dan debu beterbangan.
Dalam waktu kurang dari sekejap, ratusan jurus pukulan,
sabetan, tamparan, dan tangkapan telah sa ling dipertukarkan,
tetapi tidak satu pun saling berbenturan maupun mengenai
sasaran. Segera kulepaskan pikiran dan kuserahkan diriku
kepada alam pergerakan, sehingga tanpa berpikir pun tubuhku
menanggapi segenap gerakan lawan, bahkan kemudian
mendahului dan mendapatkan sasaran. Demikianlah sentuhan
pertama belum berakibat, tetapi pada sentuhan kedua dan
ketiga telah kugunakan jurus pencabut nyawa.
Dengan penuh rasa menyesal memang, semakin tinggi
tingkat ilmu silat seseorang yang menjadi lawanku akan
semakin sulitlah ia sekadar kulumpuhkan, dan karena itu
justru hanya bisa membunuhnya. Dalam pertarungan ilmu
silat yang lebih cepat dari cepat seperti ini, kelengahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperseribu kejap pun dapat menamatkan riwayat kehidupan,
dan bagiku tentu meski sudah 101 tahun umurku tetap lebih
baik riwayat hidup lawan yang kutamatkan daripada ia
menamatkan riwayat hidupku sendiri.
Maka bayangan yang semula bahkan tak tampak sebagai
bayangan hitam tak tersentuh itu terlempar dan begitu jatuh
tetap terdorong daya pukulan sehingga membentuk jejak
panjang dan dalam, bahkan nyaris sedalam parit, dan hanya
terhenti setelah membentur dasar bangunan salah satu rumah
di pekarangan. Pukulan itu hanya seperti sentuhan, tetapi
dalam kenyataannya tubuh tak bernyawa tersebut membuat
rumah itu bergoyang. PADA malam yang begini sunyi, apakah lagi yang bisa
membuat kegemparan" Seisi rumah itu terbangun, dan aku
sungguh mengetahui betapa dalam waktu yang tidak terlalu
lama lagi mereka akan berhamburan keluar. Aku pun sungguh
mengerti be-tapa setelah melihat tubuh tak ber-nyawa berbaju
hitam itu mereka akan cukup terkejut sehingga pasti akan
segera memukul kentongan. Apabila kentongan itu kemudian
dipukul de-ngan nada yang mengabarkan betapa terdapat
seseorang yang bukan saja meninggal dunia tetapi mati
terbunuh, niscaya dengan cepat banyak orang akan segera
melesat kemari dan apakah lagi yang bisa kuharapkan
kemudian selain kegemparan"
Maka aku pun melesat dan me-nyambar tubuh tak
bernyawa yang belum jelas asal usulnya itu sebelum semua
orang berdatangan mengerumuninya. Apalagi dalam kedudukan Mantyasih sebagai kotaraja, maka bukan sekadar
orang-orang yang tinggal di dalam lingkungan pura yang
sejumlah pondoknya disewakan ini akan berdatangan, melain-
kan juga anggaraksa atau pengawal yang menjaga pura milik
seorang pejabat ini, yang pasti akan segera memanggil pula
rajya pariraksa atau pasukan pengawal ibukota kemari. Jika
memang akan demikian kejadiannya, tentulah akan menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sulit bagiku untuk memeriksa, siapakah dia kiranya yang
nyaris membu-nuh-ku di dalam tidurku, dan justru
menamatkan riwayat hidupku yang sedang menuliskan riwayat
hidup ini. Aku melenting dari satu atap ke atap lain dalam kegelapan
menembus malam yang kelam sembari membopong lelaki
takbernyawa ini. Ke manakah kiranya harus kucari tempat,
untuk memeriksa dan menyelidiki segala sesuatu yang
memungkin-kanku mengetahui dan membongkar segenap
kejadian yang berhubungan dengan perburuan diriku ini"
Angin kurasakan berembus pelan, malam yang kelam dan
sunyi seperti ini dalam dunia persilatan tidaklah benar-benar
harus berarti kelam dan sunyi seperti tampaknya. Di balik
kelam dan kegelapan, berkelebatanlah para petualang
golongan hitam, men-cari dan memburu sasaran apa pun
yang daripadanya bisa ditarik keuntungan. Aku tahu belaka
betapa golongan hitam itulah sosok-sosok yang berkelebat di
balik bayang-bayang kegelapan, menjadi bayangan yang
menyambar tanpa pemberitahuan, menusuk dengan kejam
dari belakang, menggorok dan merampas senjata andalan,
dan takpernah menghormati lawan dengan pembakaran.
Orang-orang golongan hitam berke-le-bat sebagai bayangan di
balik ba-yang-bayang, yang dengan begitu ten-tu tak mungkin
tampak dalam pe-mandangan. Hanya kekelaman dan ke-
gelapan, yang menyembunyikan ba-yangan berkelebat penuh
kejahatan. Namun, betapapun, bukankah sudah begitu lama, bahkan
terlalu lama diriku yang sudah 101 tahun ini mengenal dunia
persilatan" Mes-ki-pun selama 25 tahun diriku melebur di
dalam dunia a wam dan 25 tahun berikutnya tenggelam dalam
samadhi berkepanjangan, aku tidak pernah sepenuhnya
terpisah dari dunia persilatan dan dunia persilatan itu sendiri
tampaknya sama sekali belum berubah. Masih juga bayang-
bayang berkelebatan dari kegelapan mencuri kesempatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melakukan kejahatan, tetapi aku tentu saja terlalu terbiasa
dengan kelebat bayangan kejahatan dan sudah pasti pula
tidak akan pernah memberinya kesempatan mela-kukan
pembunuhan. Maka, demi-kianlah sambil melenting dari atap
ke atap, setiap kali suatu bayangan berkelebat mendekat, aku
meludah ke arah mereka dengan tepat ke wajahnya, dan
setiap kali ludah itu mengenainya langsung menyala sebagai
api yang membakar. Malam masih kelam. Mereka yang berkelebatan datang
menyerang semakin lama semakin sakti, tetapi sebegitu jauh
ilmu Ludah Api yang pernah kusaksikan, kuserap, dan
kupelajari dalam pengembaraanku itu berhasil mengatasi,
bahkan me-ngundurkan mereka semua, kembali memudar ke
dalam kegelapan yang seperti akan selalu abadi. Sampai
datang bayangan yang bukan tubuh itu, melainkan bayang-
bayang yang takberasal dari suatu tubuh, yang itu
takbersosok tetapi tetap bisa membunuh dengan kejam.
Dalam kege-lap-an, bayang-bayang takbisa dibe-dakan
dengan kehitaman, dan sungguh licik dia yang telah
mengirimkan bayang-bayang pembunuh ini, karena nun jauh
di mana mungkin dirinya masih tidur nyenyak setelah
melepas-kan bayang-bayang pembunuh ini dengan mantra.
BERARTI bukan hanya pembunuh ba-yaran yang termimpi-
mimpi dan memburu hadiah 10.000 keping emas dari
perbendaharaan negara, melainkan juga para tukang sihir.
Bagaimanakah kiranya mereka menemukanku" Kini, sementara aku masih membopong tubuh takbernyawa yang
belum kuperiksa, pikiranku melayang kembali ke pondok,
tempat segenap gulungan keropak lempir-lempir lontar hasil
pekerjaanku selama ini tertinggal begitu saja! Kuandaikan
betapa kentongan yang berbunyi akan mengundang banyak
orang, tetapi mereka tidak akan menemukan apapun selain
parit panjang yang membentur rumah itu. Mereka mungkin
akan terbingung-bingung dan mengiranya sebagai semacam
bi-natang. Trenggiling. Landak. Biawak. Babi rusa. Namun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu sungguh tiada yang tahu bi-natang apakah kiranya yang
jejaknya sedalam parit seperti itu.
''Binatang besar yang sekarat, tetapi ma-ti-nya tidak di
sini,'' demikianlah kukira sese-orang akan berkata.
''Biarlah kampung lain yang menampung-nya, mati di sini
hanya akan mengganggu tidur kita saja,'' sahut yang lain.
Dapat kubayangkan apa yang akan terjadi. Meski belum
jelas kenapa jejak itu menghilang setelah menabrak rumah,
orang-orang tidak akan melihatnya sebagai suatu bahaya yang
mengancam jiwa mereka dan akan memilih untuk segera
melanjutkan mimpi kembali.
Namun pembayanganku selanjutnya membuat diriku
terkesiap. Seseorang yang sudah lama mengawasi akan tahu betapa
diriku tidak berada di antara kerumunan itu. Dia akan tahu
betapa gulungan keropak yang sudah bertimbun-timbun ba-
nyaknya itu tertumpuk di sudut pondok tanpa terjaga.
Tentu saja ini hanya berada di dalam ke-palaku.
Pembayangan seseorang yang betapa-pun memang sedang
diburu untuk dibunuh dengan hadiah 10.000 keping emas.
Hanya pembayangan, tetapi menggeli-sahkan juga!
Sementara aku masih berurusan dengan tubuh takbernyawa
ini, dan sesosok bayang-bayang tanpa tubuh yang dikirim se-
orang tukang sihir sedang berkelebat siap membunuhku pula.
Dalam umur 101 tahun, sihir macam apa-kah kiranya yang
masih harus mengelabuiku" Menghadapi bayang-bayang sihir
memang tak dapat kugunakan ilmu Ludah Api, karena ba-
yang-bayang itu sebetulnya bahkan bukan ba-yang-bayang
sesungguhnya, meski pedang hi-tam yang juga seperti
bayang-bayang tersebut dapat pula memberikan kematian
sesungguhnya. Jauh, jauh hari semenjak kutelan dan ku-re-
sapi dunia penalaran Nagarjuna, takdapat kuhadapi mantra
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sihir dengan mantra sihir lagi, karena ketika kata dapat
diterjemahkan sebagai makna bernalar, kegaiban mantra itu
me-mudar seperti keremangan pagi yang tersapu matahari.
Demikianlah kunalar bayang-bayang ber-pedang tajam
yang seperti hanya mengganggu tetapi sangat amat dapat
mendatangkan maut itu, dan dapatlah kuembus tubuhnya
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan benda padat yang melebur ke dalam udara dan
melalui kegelapan kukirim kembali kepada asalnya. Pada saat
akhirnya kuletakkan tubuh tak bernyawa yang kubopong itu di
bawah se-buah pohon di sudut kotaraja yang sepi, dapatlah
kupastikan betapa bayang-bayang meme-gang pedang yang
telah kuhembus dengan daya nalar itu meluncur tanpa bentuk
manusia lagi dalam kekelaman tengah malam, tetapi de-ngan
kedua tangan tetap memegang pedang yang terhunus ke arah
suatu sasaran. Maka bagaikan kudengar sendiri jeritan nun jauh di mana
itu, bagaikan kuketahui dengan pasti bagaimana seorang lelaki
tua sekitar 70 tahun yang kurus kering berjenggot putih dan
bermata jahat mendadak tersedak hanya untuk tersentak
memuntahkan darah hitam, ketika da-lam pembayangannya
sendiri sebilah pe-dang tajam hitam telah menembus ulu
hatinya di tengah perapalan mantra. Dengan Jurus Tanpa
Bentuk telah kupermainkan pemikirannya, sehingga ia begitu
percaya betapa sihir bisa dilawan sihir dan matilah ia berkat
keya-kinannya. (Oo-dwkz-oO) KULETAKKAN tubuh takbernyawa itu di bawah pohon.
Seperti yang telah kuduga, tidak terdapat tanda apa pun pada
tubuhnya. Kini kelompok rahasia telah semakin cerdas me-
nyembunyikan rahasianya. Jika dahulu kala mereka yang
terlibat dalam jaringan rahasia da-pat ditandai dari rajahnya,
seperti rajah cakra bagi anggota Cakrawarti dan kalajengking
bagi anggota Kalapasa, maka sekarang betapa mereka tahu
belaka bahwa penandaan keanggotaan lengkap dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pangkat, jabatan, dan wilayah pekerjaannya, hanya akan
membuat ja-ringan mereka terlacak oleh para kadatuan gudha
pariraksa atau pengawal rahasia istana.
Tanda-tanda rajah itu barangkali pada m-ulanya membanggakan bagi mereka yang me-ngenakannya, meski
mereka takboleh me-mamerkannya.
TANDA-TANDA itu diperlukan demi kelancaran kerja, di
tengah dunia penuh kerahasiaan yang serbaremang-remang,
karena tanpa suatu kejelasan sangat mungkinlah akan terjadi
keruwetan dan kekacauan. Namun dari berbagai pembunuhan
gelap dalam permainan kekuasaan yang terbongkar, dan
pembunuhnya tertangkap hidup atau mati, para pengawal
rahasia istana kemudian justru dapat merumuskan kunci
tatacara kerahasiaan itu.
Dahulu bahkan pernah kudengar adalah pengawal rahasia
istana itu yang berhasil menyamar, dan masuk menembus
jaringan rahasia dengan rajah penanda palsu pada tubuhnya,
sehingga justru kerjasama kelompok penyusup Kalapasa itulah
yang berhasil disusupi dan sejumlah rencana pembunuhan
gelap berhasil digagalkan.
Semenjak itulah baik jaringan mata-mata Cakrawarti
maupun perkumpulan rahasia Kalapasa, mengubah kebijakan
mereka perihal rajah sebagai bagian dari tatacara kerahasiaan
mereka. Pada dasarnya apa pun yang bersifat rahasia tidaklah
untuk diketahui sama sekali, maka rajah penanda yang sampai
mati pun tidak pernah bisa dihilangkan itu tidak digunakan
lagi. Sampai sekarang aku belum tahu, penanda dalam bahasa
rahasia macam apakah yang telah menggantikannya.
Cakrawarti yang merupakan jaringan mata-mata, yang
meskipun bergerak dalam kerahasiaan tetapi sama sekali tidak
menggunakan ketersembunyian, sebaliknya justru harus selalu
tampak dalam penyamaran, adalah yang paling TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkepentingan menghilangkan dan menghindarkan rajah-
rajah penanda ini dari pengawasan para kadatuan gudha
pariraksa yang sungguh bernafsu membongkar guhyasamayamitra atau perkumpulan rahasia yang sangat
berbahaya itu. Mula-mula Cakrawarti hanya menggantikan saja mereka
yang tubuhnya berajah penanda, dengan yang tubuhnya
bersih tiada berpenanda apa pun jua. Namun kudengar pula
bahwa setelah digantikan lantas mereka itu dibunuh, untuk
menjamin tutupnya segala rahasia.
Kalapasa adalah perkumpulan rahasia yang selalu
bersembunyi, begitu keluar pun melakukan penyusupan
tersembunyi, sehingga karena itu tidaklah langsung berpikir
bahwa rajah penanda pada tubuh seharusnya tidak ada.
Namun betapapun, para anggota perkumpulan yang paling
rahasia sekalipun tidaklah tinggal di dalam gua di atas gunung
yang terpencil, melainkan justru lebur sebagai orang awam
biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Maka pernah pula terjadi, betapa seorang anggota
Kalapasa berajah penanda yang sehari-harinya bekerja
sebagai penjagal sapi, ditangkap ketika sedang bekerja sambil
membuka baju, oleh kadatuan gudha pariraksa yang ternyata
tetangganya sendiri dan diam-diam telah lama mengawasinya.
Dalam kekelaman malam kupandangi tubuh tanpa nyawa
ini. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan dirinya
sebagai bagian dari guhyasamayamitra, baik dari pihak
Cakrawarti maupun Kalapasa, tetapi itu bukanlah jaminan
bahwa ia tidaklah datang dari salah satu di antara keduanya.
Namun tentu mungkin pula ia hanya lah salah satu pemburu
hadiah yang telah mampu mengendus jejakku sampai di
depan pondok itu. Adapun yang menjadikannya agak lebih menarik perhatian,
sebetulnya adalah tingkat ilmu silatnya yang sangat amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi. Begitu tinggi sehingga aku takdapat melumpuhkannya
agar dapat sedikit bicara, melainkan hanya dapat membunuhnya sahaja. Kutatap tubuh tak bernyawa itu. Siapakah ia yang begitu
tinggi ilmunya, sehingga dapat berada di hadapanku tanpa
kuketahui sama sehingga dengan begitu mudahnya,
sebetulnya, dapat membunuhku pula" Ia tampak sudah
matang, sekitar 50 tahun umurnya, mungkinkah ia sebenarnya
seorang pendekar yang terkenal"
Maklumlah, sekeluarnya diriku dari dalam gua, setelah
tenggelam dalam samadhi sampai 25 tahun lamanya, sudah
setahun lebih aku hanya berkubang dalam penulisan riwayat
hidupku sendiri. Aku masih menatap tubuh tak bernyawa itu. Ia
kugeletakkan di bawah pohon itu seperti orang tertidur.
Pikiranku me layang ke arah tumpukan keropak di pondokku
yang sudah cukup tinggi. Bagaimanakah kiranya jika
seseorang, yang memang sudah mengintai dan merencanakannya, mengambilnya"
Saat itulah aku disentakkan oleh suara seorang perempuan
muda di belakangku. ''Tuan Pendekar, terimalah saya menjadi murid Tuan,'' ujar
perempuan muda itu. Aku segera menoleh ke belakang.
(Oo-dwkz-oO) SEKIAN BELILAH BUKU ASLINYA Si Cantik Dalam Guci 2 Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur Rahasia Mo-kau Kaucu 6