Pencarian

Jurus Tanpa Bentuk 11

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 11


dihembusnya dengan racun penidur dari mulutnya dan
langsung ambruk ke tanah taksadarkan diri.
Dadaku sesak dan panas, tetapi darahku naik ke kepala
mengalami kelicikan ini. Kulihat seorang tua berjenggot
melambai yang dalam kekelaman itu matanya tampak merah
menyala. Mata iblis! Raja Pembantai dari Selatan itu
bermaksud menyihirku! Senja telah berubah menjadi malam. Bumi hanya
kegelapan. Aku tidak melihat apapun kecuali kedua mata yang
menyala itu. Aku tahu tak akan bisa mengalahkan ilmu
sihirnya dalam kegelapan, karena akan sangat mungkin
diciptakannya bayangan tanpa kenyataan yang sangat menipu
pandangan. Jika dari mata yang merah menyala itu meluncur
api yang seperti siap membakarku, tentu aku akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghindar karena tak akan pernah tahu itu memang api
yang panasnya membara ataukah sekadar api sihir untuk
mengecoh sahaja, padahal aku tahu Raja Pembantai dari
Selatan itu mampu melakukan keduanya. Maka kupejamkan
mataku dan sekali lagi kutancap ilmu pendengaran Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang.
''Sihir adalah perma inan pikiran,'' lagi-lagi aku teringat kata
ibuku dulu, ''jadi harus dilawan dengan pikiran. Pusatkanlah
perhatian dan jangan menganggap perma inan sebagai
kenyataan, maka dikau akan mampu mengatasinya seberapa
hebat pun permainan lawan. Tetapi ingat, dikau jangan
pernah meremehkan, karena itulah awal mula kelengahan.''
"Sihir setan." Pendekar Melati mendesis.
DADAKU sesak dan panas, tetapi darahku naik ke kepala
mengalami kelicikan ini. Kulihat seorang tua berjenggot
melambai yang dalam kekelaman itu matanya tampak merah
menyala. Mata iblis! Raja Pembantai dari Selatan itu
bermaksud menyihirku! Senja telah berubah menjadi malam. Bumi hanya
kegelapan. Aku tidak melihat apapun kecuali kedua mata yang
menyala itu. Aku tahu tak akan bisa mengalahkan ilmu
sihirnya dalam kegelapan, karena akan sangat mungkin
diciptakannya bayangan tanpa kenyataan yang sangat menipu
pandangan. Jika dari mata yang merah menyala itu meluncur
api yang seperti siap membakarku, tentu aku akan
menghindar karena tak akan pernah tahu itu memang api
yang panasnya membara ataukah sekadar api sihir untuk
mengecoh sahaja, padahal aku tahu Raja Pembantai dari
Selatan itu mampu melakukan keduanya. Maka kupejamkan
mataku dan sekali lagi kutancap ilmu pendengaran Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang.
''Sihir adalah perma inan pikiran,'' lagi-lagi aku teringat kata
ibuku dulu, ''jadi harus dilawan dengan pikiran. Pusatkanlah
perhatian dan jangan menganggap perma inan sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kenyataan, maka dikau akan mampu mengatasinya seberapa
hebat pun permainan lawan. Tetapi ingat, dikau jangan
pernah meremehkan, karena itulah awal mula kelengahan.''
Dalam saat yang gawat seperti ini, aku merasa bersyukur
telah diasuh oleh Sepasang Naga dari Celah Kledung.
''Maafkanlah aku wahai Pendekar Tanpa Nama, kuakui
sebetulnya aku tadi merasa jeri dan bermaksud menghilang.
Namun kuingat kembali betapa aku sudah merasa sangat
bosan dengan kehidupan. Maka aku harus kembali untuk
bertarung dengan kalian. Sayang sekali hanya dengan dikau
kini aku berhadapan, tetapi hanya dengan beginilah dikau
akan mengeluarkan seluruh kemampuan, jika memang ingin
menyelamatkan perempuan pendekar yang sejak tadi kau
lindungi ini dari kematian.''
Iblis ini sungguh sakti dan kemampuannya membaca
pikiran sangat tinggi. Aku tidak akan terlalu peduli seandainya
diriku terbunuh karena kekalahan dalam pertarungan,
seandainya aku memang terbunuh dalam puncak pencapaian.
Namun aku akan mengusahakan diriku tidak akan pernah
dibunuh, artinya harus membunuhnya, jika itu akan
menyelamatkan Pendekar Melati yang selalu mau membunuhku itu dari kematian.
Mataku terpejam. Sosok Raja Pembantai dari Selatan itu
masih tampak dalam keterpejamanku sebagai garis cahaya
yang membentuk tubuhnya. Begitu jelas bercahaya dalam
kegelapan, yang justru tidak akan terlihat sama sekali jika
mataku terbuka dan menatap kekelaman, karena tubuhnya
pasti telah melebur dengan malam. Gambaran sosok dengan
garis cahaya sepanjang tubuhnya itulah yang telah diberikan
ilmu pendengaran kepada pikiran. Kupusatkan perhatian
dengan telingaku, dan memang kudapatkan gambaran.
Sepasang pedang hitam penuh racun berbisa itu kembali
muncul dari dalam tangannya, lantas ia menetak tubuh
Pendekar Melati yang masih tergeletak pingsan tanpa daya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 62: [Ilmu Hitam dan Il mu Putih]
Dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, segalanya memang seolah menjadi lebih lambat,
yang membuatku selalu dapat bertindak lebih cepat dari
gerakan tercepat. Maka bambu kuning yang kulempar secepat
pikiran itu dengan tepat dapat mengenai kedua pedang itu
sekaligus, yang langsung terbang ke angkasa; sementara
bambu kuning itu sendiri terlontar kembali kepadaku.
Raja Pembantai dari Selatan yang sosoknya sepintas lalu
seperti orang tua manapun yang memang tua dengan jenggot
melambai-lambai itu, kini tampak seperti orang tua yang
sebenarnya, mendongak ke atas mencari kedua pedangnya
yang meluncur balik dengan ujung ke bawah. Ia melesat ke
atas berusaha menangkap senjatanya. Aneh bagiku jika ahli
sihir ini tidak mampu menguasai pedang yang keluar dari
tangannya itu cukup dengan pikiran. Dalam banyak kejadian,
setelah pemiliknya meninggal pun pedang yang telah diberi
mantra sihir seringkali masih mencari mangsa, seperti yang
telah diperintahkan ketika upacara pembacaan mantra
dilakukan. Dalam hal seperti itu, bukan berarti pedang
tersebut berjalan-jalan sendiri, melainkan bahwa siapapun
yang memegangnya, akan segera dipenuhi nafsu membunuh,
karena hanya dalam pembunuhan suatu mantra ilmu hitam
menganggap sebuah pedang berdaya.
AKU berkelebat lebih cepat untuk menangkap kedua
pedang itu sebelum Raja Pembantai yang ingin mati itu
mengambilnya. Di udara aku menyambar kedua pedang itu
dengan mata terpejam. Terlihat cahaya merah yang jahat di
sekitar pedang itu dalam keterpejamanku, kusambar kedua
pedang itu dengan kedua tangan, karena bambu kuning yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satunya pun telah kutinggalkan, dan sembari menyambar aku
berputar sambil menjejakkan kedua kaki ke dada Raja
Pembantai dari Selatan. Tubuhnya terpental ke atas pohon
sementara aku mendarat dengan ringan di bawah. Dengan
kedua pedang hitam di tangan kuburu arah jatuhnya dan
segera menyerangnya dengan jurus-jurus Ilmu Pedang Naga
Kembar. Dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang kuketahui ia terjatuh dari pohon, tetapi tidak
pernah menginjak bumi kembali. Ketika kuserang, ia telah
menangkisnya dengan dua bilah pedang lagi, sebelum
kuketahui warnanya yang juga hitam, pandangan dalam
keterpejamanku telah memperlihatkan cahaya redup di
sekujur sisi pedang, sehingga kuketahui keberadaannya saat
keluar dari tangan. Ia terus berada di udara ketika kuserang. Denting logam
yang beradu dipantulkan dinding bangunan tanpa bilik dan
bergema di seantero hutan. Yavabhumipala memang penuh
dengan hutan dan di dalam hutan takhanya terdapat binatang,
melainkan juga segala hal yang takterpikirkan. Sembari
bertarung aku bertanya-tanya siapakah mereka yang telah
mendirikan bangunan tanpa bilik penuh hiasan di tepi hutan
ini" Raja Pembantai dari Selatan itu terus kudesak. Jika aku
membuka mata, barangkali sulit aku mendesaknya seperti ini,
karena pasti terkecoh oleh tipuan sihirnya yang meyakinkan.
Termasuk jika kemudian tubuhnya menghilang. Namun dalam
keterpejaman mata, justru dalam kegelapanku tubuhnya
bercahaya dan aku tidak bisa salah lagi.
Ilmu Pedang Naga Kembar telah sampai kepada Jurus Dua
Pedang Menulis Kematian. Aku bergerak sangat cepat,
mendesaknya sampai ke dinding bangunan tanpa bilik.
Teringat perilaku anakbuahnya yang menembus dinding batu,
aku menjaganya agar takmasuk dinding, yang berarti dinding
itu sekarang berada di belakangku. Namun entah kesempatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa yang dilihatnya, ia menjadi sangat ganas. Kecepatannya
bertambah seribukali lipat. Aku terdesak sampai punggungku
menempel dinding. Saat itulah tiba-tiba sepasang tangan
menarik kedua lenganku dari dalam dinding. Begitu kuatnya
tarikan itu, sehingga meskipun pedangku takterlepas aku
takbisa bergerak. Aku masih mengandalkan ilmu pendengaran
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Aku dapat
membaca geraknya bagaikan telah diperlambat seperseratus
bagian. Ia mendaratkan kakinya dan meluncurkan kedua
pedangnya ke dada kiri dan kananku.
''Matilah dikau Pendekar T anpa Nama!''
Dengan kecepatan yang begitu tinggi, siapapun akan mati
dalam kedudukan seperti ini, terutama karena sepasang
tangan anggota Barisan Setan Iblis yang telah mengunci
lenganku. Namun karena dengan ilmu pendengaran
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang segala kecepatan
terlambankan, aku menjadi tahu apa yang dapat kulakukan.
Maka kuangkat kedua kakiku melayang ke atas, sampai
punggung dan kepalaku berputar yang dengan sendirinya juga
melepaskan kuncian tangan pada lenganku. Kulihat seolah-
olah kedua pedang itu me luncur pelan di bawah kepalaku
yang terjungkir. Tampak pelan, tetapi kecepatannya melebihi
pikiran, bahkan sihir termanjur pun tak akan bisa
membatalkan ke arah mana keduanya meluncur. Kedua
pedang itu meluncur dengan daya dan kecepatan luar biasa,
menembus dinding bangunan tanpa bilik, yang pada gilirannya
membunuh siapapun yang telah mengunci lenganku.
''Aaaaaaaaaakkhh!'' Lengan yang muncul dari balik dinding itu menghilang
bagaikan tubuh yang memiliki lengan itu terdorong oleh daya
dorong kedua pedang, yang setelah menembus dinding batu
tentulah menghunjam tubuh itu. Teriakan itu terdengar
seolah-olah kejadiannya berlangsung di luar, bukannya di
dalam bangunan batu yang tidak berbilik, yang takkutahu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana seseorang bisa bersembunyi di situ. Apakah ini
suatu peristiwa s ihir ataukah suatu peristiwa nyata" Kudorong
dinding itu sekuat tenaga karena aku ingin melontarkan diri ke
arahnya dan menyelesaikan pertarungan dengan Jurus Kaki
Menari di Atas Teratai Merekah.
DENGAN kecepatan takterduga kedua kakiku meluncur ke
arah dadanya dan dalam sekejap telah menjejaknya puluhan
kali. Ia terlontar seratus langkah dan muntah darah, jenggot
putihnya yang melambai kini menjadi merah. Selintas aku
merasa bersalah mengingat usianya yang sudah lanjut. Be-
gitu perlukah aku membunuh orang yang sudah tua" Namun
inilah Raja Pembantai dari Selatan yang sejak lama sekali
sudah terdengar namanya. Kini aku teringat bahwa
kemungkinan besar ketika ia menghilang, agaknya karena ia
telah dibayar untuk ikut berlayar dalam penyerbuan ke Negeri
Champa. Pantaslah jika orang Yawabhumipala telah dianggap bukan
hanya sebagai penyerbu, tetapi sebagai orang-orang buas
yang memakan daging manusia. Kuketahui bukanlah uang dan
harta kekayaan duniawi yang telah membuatnya sudi
menempuh pelayaran yang jauh dan berbahaya, melainkan
janji betapa ia akan dapat memuaskan kehendaknya untuk
membunuh manusia sebanyak-banyaknya dengan cara
menyakitkan. Kurasa juga jelas betapa Raja Pembantai dari
Selatan itu membawa Barisan Setan Iblis, dan aku yakin
adalah mereka ini yang membuat orang menuliskan prasasti
betapa orang-orang Javadvipa yang datang dengan kapal-
kapal adalah kelelawar penghisap darah.
Jika kemudian kerajaan menarik kembali mereka semua
dan diceritakan menenggelamkan mereka di lautan, maka
takheran jika setelah mereka ternyata selamat dan tiba
kembali di Javadvipa segera menyebarkan Wabah Kencana
sebagai pembalasan dendam, meski dengan atau tanpa
pembalasan mereka akan tetap melakukan pembunuhan demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuhan. Jadi kulupakan sosoknya sebagai kakek tua
dengan jenggot melambai-lambai, aku harus bergerak cepat
sebelum ia mengeluarkan sihirnya lagi dan menghilang entah
ke mana. Memang benar ia telah mengaku minta dibunuh,
tetapi apalah yang masih boleh dipercaya dari seorang
pemegang ilmu hitam seperti itu" Aku harus segera
menamatkan riwayatnya! Aku segera berada di hadapannya. Ia sudah terkapar
bersimbah darah. Aku meng-angkat pedang. Namun aku
rupanya kurang berbakat menjadi seorang pembunuh. Ia
mengangkat tangannya dengan lemah. Sorot matanya taklagi
merah melainkan biru. Aku masih mengandalkan keterpejamanku dalam kerja Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, sehingga gambaran yang kudapat bisa
kupercaya. Mata yang semula bercahaya merah mengerikan
kini telah menjadi biru yang penuh kelembutan. Iblis ini telah


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi manusia kembali. Aku pun membuka mataku.
Dadanya hancur, ia takmungkin bertahan hidup. Namun ia
belum mati juga. Apakah yang masih akan bisa dilakukannya"
Ia melambaiku. ''Pendekar Tanpa NamaO.,'' ujarnya, ''mendekatlah O.''
Semula aku ragu, karena orang-orang golongan hitam
mampu merencanakan sesuatu yang tidak akan pernah
dipikirkan golongan lainnya, apalagi seseorang yang kurang
berpengalaman seperti aku.
''Mendekatlah,'' katanya lagi, suaranya serak karena
tenggorokannya penuh darah.
Merasa sebagai pelaku atas penderitaannya tiba-tiba
membuat aku merasa bersalah. Aku mendekati tubuhnya yang
terkapar, menekuk kedua lututku dan bersimpuh.
''Tabahlah Kakek,'' kataku, ''bukankah kematian ini yang
dikau cari.O'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia berusaha tertawa, tetapi hanya bisa terbatuk sembari
memuntahkan darah segar. Kakek ini sudah kehilangan
banyak darah. Lantas ia meminta aku lebih mendekatkan
telinga, karena suaranya sudah sangat lemah. Aku tergetar
melihat kesendiriannya. Mereka yang memilih jalan ilmu hitam
memiliki ruang kosong dalam dirinya bagaikan sebuah danau
yang kering kerontang dengan tanah pecah-pecah mengerikan. Itulah danau kasih sayang yang terdapat dalam
diri setiap orang, tetapi yang ketika kehilangan sumber mata
air akan menjadikannya berang terhadap seru sekalian alam
menuntut pemenuhan. Aku mendekatkan telinga. Terdengar suaranya berbisik
perlahan. ''Ada hubungan apa dikau dengan Sepasang Naga dari
Celah Kledung"'' Aku tertegun, tetapi menjawab juga.
''Aku anak asuh mereka, Kakek, tetapi mereka kuanggap
sebagai orangtuaku sendiri.O''
Ia berusaha tersenyum. ''Sudah kuduga semenjak kukenali Ilmu Pedang Naga
Kembar ituO. Memang tidak mungkin daku dikalahkan
sembarang pendekar, tetapi nanti dikau akan mengalaminya,
karena siapapun yang mampu mengalahkan daku, akan lebih
sulit lagi meninggalkan kehidupan ini. Itu pasti.''
Kutatap matanya yang telah menjadi lembut. Mungkinkah
kelak aku harus mencari lawan dan menyerangnya begitu rupa
agar dirinya membunuhku" Kukira aku tidak
akan melakukannya, tetapi kata-katanya bukan tidak mengandung
kebenaran. Ia sudah makan asam garam kehidupan sungai
telaga dan rimba hijau, mengapa aku harus tidak percaya"
''KETIKA masih muda, daku pernah bentrok dengan
Sepasang Naga dari Celah Kledung. Saat itu daku sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjarah dan membakar sebuah desa. Banyak orang kami
bunuh dengan kejam dan saat itulah datang mereka berdua,
menghabiskan kami hanya dalam beberapa saat sahaja.
Mereka melenting dari atas kudanya ke atas genting dan turun
hanya untuk mencabut nyawa. Kami melawan dengan segala
cara, tetapi Ilmu Pedang Naga Kembar terlalu berat untuk
dilawan, dan hanya dengan ilmu sihir aku dapat melepaskan
diri seperti tikus. Seluruh gerombolanku habis dalam seketika.
Sungguh pasangan pendekar yang perkasa. Memang tidak
salah dirimu yang mampu mengalahkan daku.O"
Kapan pasangan pendekar itu me lakukannya" Dalam salah
satu kepergiannya ketika meninggalkan aku sendirian di dalam
pondok" ''Kemarilah,'' katanya lagi, ''ulurkan kedua ta-nganmu.O''
Kuulurkan kedua tanganku. Seluruh kecurigaanku pupus.
Namun ketika kedua tanganku bersentuhan dengan
tangannya, mendadak suatu aliran hangat memabukkan
menguasai diriku. Tanganku takbisa kutarik dan aku
merasakan sesuatu yang merasuki diriku itu tidak dapat
kutahan atau kutolak sama sekali! Aku merasa mabuk dan
mendadak saja bagaikan bermimpi. Dalam mimpi itu beribu-
ribu bahkan berpuluh-puluh ribu binatang berbisa bagaikan
memasuki tubuhku. Aku berusaha memberontak tapi
takberdaya. Segala jenis kalajengking dan ular bagaikan aliran
sungai panjang yang merasuk dan meraga ke dalam darahku!
Apa yang terjadi" Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan aku merasa
badanku ini panas sekali, bagaikan jiwaku ingin meninggalkannya, bukan karena ingin mati, melainkan karena
memang panas luar biasa yang taktertahankan, serasa
dipanggang hidup-hidup di atas api. Aku merasa darahku
menjadi hangat di dalam pembuluh darahku, lantas kurasakan
sesuatu yang sangat menyakitkan, sangat sangat sangat
menyakitkan bagai akan mampu membunuhku. Kurasakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selaksa jarum mengalir dalam darahku. Jarum-jarum beracun!
Apakah yang sedang dilakukan Raja Pembantai dari Selatan
ini" Apakah ia tidak ingin mati sendirian dan ingin
membunuhku" Jika memang demikian berarti seluruh
dugaanku keliru dan aku memang kurang berpengalaman.
Memang sebodoh itukah aku, setelah keterpejamanku dalam
ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
memperlihatkan matanya yang bercahaya merah telah
berganti dengan cahaya biru"
Dalam puncak penderitaan dan kekhawatiranku, mendadak
saja pegangannya ia lepaskan dan aku terjerembab. Tenagaku
bagaikan hilang, menjadi lebih lemah dari orang awam yang
tidak pernah menggunakan tenaga. Aku hampir saja
menyesali kebodohanku ketika memanggilku lagi, kini dengan
suara yang jauh lebih lemah sehingga nyaris takterdengar
sama sekali. ''Kemarilah, Anak, janganlah takut.O''
Suaranya yang lembut dan penuh kasih menyingkirkan
seluruh pikiran burukku. Aku mendekat dengan tubuh yang
lemah. ''Dengarlah, Anak, daku memang telah mendengar
kemampuanmu untuk menyerang lawan dengan ilmunya
sendiri, yang sama sekali tidak dikau lakukan kepadaku.
Namun karena itulah daku jadi mengenal Ilmu Pedang Naga
Kembar dan hubunganmu dengan Sepasang Naga dari Celah
Kledung, yang berarti juga daku dapat mempercayaimu untuk
menerima seluruh ilmu dan tenaga dalamku.
''Anak! Janganlah khawatir! Daku mengerti dikau telah
menghindar untuk menyerap ilmuku karena takut akan daya
racun dan daya sihir, bukan hanya pengaruh kepada tubuh,
melainkan terutama pengaruh kepada kepribadianmu.
Janganlah khawatir Anak! Aku tidak sembarang menurunkan
ilmuku. Namun ada beberapa hal, yang membuatmu secara
terpaksa atau tidak terpaksa harus menerimanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Pertama, suatu ilmu disebut ilmu hitam sebetulnya
hanyalah karena tujuannya, karena ilmu yang sama sangat
mungkin digunakan untuk membela mereka yang lemah dan
tidak berdaya; jadi benar ilmu hitam dapat mempengaruhi
pemiliknya, sama benarnya seperti penguasaan ilmu putih
yang tetap saja dapat membuat pemiliknya sombong dan gila
kuasa. Maka, karena dirimu sudah menyerap dan menghayati
segala sifat kebaikan dengan mantap, dikau tidak akan
berpindah ke golongan hitam meski memiliki ilmu yang disebut
ilmu hitam; sebaliknya meskipun ilmu yang dikau m iliki adalah
ilmu putih, jika dalam dirimu timbul perasaan jumawa dan
angkuh karena memilikinya, serta bangga pula telah
mengalahkan semua lawan, maka apalah bedanya kepribadian
semacam itu dengan kepribadian golongan hitam"''
"PERTAMA, suatu ilmu disebut ilmu hitam sebetulnya
hanyalah karena tujuannya, karena ilmu yang sama sangat
mungkin digunakan untuk membela mereka yang lemah dan
tidak berdaya; jadi benar ilmu hitam dapat memengaruhi
pemiliknya, sama benarnya seperti penguasaan ilmu putih
yang tetap saja dapat membuat pemiliknya sombong dan gila
kuasa. "Maka, karena dirimu sudah menyerap dan menghayati
segala sifat kebaikan dengan mantap, dikau tidak akan
berpindah ke golongan hitam meski memiliki ilmu yang disebut
ilmu hitam; sebaliknya meskipun ilmu yang dikau m iliki adalah
ilmu putih, jika dalam dirimu timbul perasaan jumawa dan
angkuh karena memilikinya, serta bangga pula telah
mengalahkan semua lawan, maka apalah bedanya kepribadian
semacam itu dengan kepribadian golongan hitam?"
Aku tercekat, bagaimana mungkin kata-kata seperti itu
dapat keluar dari mulut Raja Pembantai dari Selatan yang
kekejamannya sungguh tiada tara, yang membuat namanya
dikenal bukan sebagai manusia, melainkan sebagai iblis itu
sendiri" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kedua, dikau telah menempurku tanpa takut mati, demi
membela kepentingan Pendekar Melati yang bagimu harus
tetap hidup meskipun ia hanya berpikir untuk membunuhmu
demi kesempurnaan hidupnya sebagai pendekar. Bagus sekali
perhatian Anak kepada perempuan pendekar itu, tetapi
ketahuilah, ia memang hanya bisa tetap hidup sekarang ini
berkat ilmu pemunah racun yang telah menyerap bersama
seluruh ilmuku ke dalam dirimu. Jika tidak, ia akan tetap
menemui ajalnya, karena segenap rahasia penyembuhannya
hanya terdapat dalam ilmu pemunahnya tersebut, sedangkan
racun penidurku itu tidaklah menidurkan untuk sementara,
melainkan untuk selama-lamanya.
"Ketiga, aku pun tak bisa mati jika ilmu ini tidak keluar dari
tubuhku, dan jika ilmu ini keluar dari tubuhku tanpa ada yang
menampungnya, sungguh akan berbahaya, karena ia dapat
terserap tanpa sengaja oleh orang-orang yang bersamadhi
mencari ilmu, tetapi kita sungguh tak tahu apakah orang itu
bersifat baik atau bersifat jahat, dan jika bersifat baik pun jika
mendapat kesaktian mendadak seperti ini, maka sungguh tak
terjamin bahwa ia tidak akan pernah menjadi jumawa dan
merajalela. "Maka karena aku tak akan bisa mati, dan meski dengan
dada hancur aku masih dapat mengacaukan dunia melalui
Wabah Kencana, dikau betapapun harus menerimanya ke
dalam dirimu. Ketahuilah Anak, jika ilmu ini diterbangkan
dalam ruang dan waktu tanpa penampung, maka suatu ketika
akan tetap saja merembes keluar Wabah Kencana itu,
menimbulkan malapetaka di seluruh dunia.
"Baik-baiklah Anak, kini tubuhmu kebal segala racun dan
tak mempan ilmu hitam, tetapi ingatlah ilmu hitam dan ilmu
sihir hanya akan termanfaatkan dengan baik jika hatimu tetap
tinggal putih... Selamat jalan..."
Raja Pembantai dari Selatan yang teramat kejam ini
mengembuskan napas penghabisan. Aku tak pernah mengira
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa jalan kematiannya harus melalui jalan kehidupanku.
Tinggal kini ilmu-ilmunya yang tak pernah ingin kumiliki
menyerap ke dalam diriku. Apakah aku juga tak akan pernah
bisa mati jika tidak pernah melepaskannya"
Namun aku juga tidak akan pernah tahu, jika kulepaskan
sekarang juga agar melayang-layang di udara, maka jaminan
apakah yang tidak akan membuat penerimanya yang sedang
bersamadhi entah di mana, tidak akan menjadi jahat atau
bahkan lebih jahat dari Raja Pembantai tersebut seperti
selama hidupnya. Ilmu ini ilmu gaib, aku mendapatkannya tanpa belajar
sedikit demi sedikit, bagaimanakah cara menggunakannya"
Kutatap mayat Raja Pembantai dari Selatan itu dalam
kegelapan. Aku harus membuat pancaka untuk membakarnya.
Lantas kutatap juga tubuh Pendekar Me lati yang seperti
sedang tertidur nyenyak sekali. Jika aku tak mampu
membangunkannya dari impian sihir dalam tidurnya, ia akan
tertidur terus sampai mati.
Saat itulah, dari dalam hutan, di kejauhan, terdengar suara
seruling. (Oo-dwkz-oO) Episode 63: [Seperti Berciuman dan Bercinta]
AKU tertegun. Manakah yang harus kudahulukan, peduli
kepada peniup seruling itu, ataukah kepada Pendekar Melati
yang telah menghirup hawa racun dan setiap saat meninggal
dunia" Kupejamkan mataku, dengan ilmu pendengaran Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang dapat kuperkirakan jarak yang
jauh, bahkan maksud peniupan seruling itu. Apakah seruling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu ditiup ditiup seorang anak gembala di balik hutan, ataukah
seorang pendekar yang sengaja memperdengarkan suara
serulingnya dengan maksud tertentu"
Namun suara tiupan seruling itu kemudian menghilang.
Meski begitu telah berhasil kutandai dalam ingatanku
bahwa bibir yang meniup seruling bambu itu adalah bibir
seorang perempuan. Selebihnya aku belum dapat menduga
apa pun. Maka aku pun mendekati Pendekar Melati yang
terkapar. Aku dapat menolongnya dengan ilmu pemunah
racun yang kini terserap dalam diriku bersama ilmu sihir dari
Raja Pembantai dari Selatan itu, tetapi aku belum tahu
caranya, jadi harus kupelajari dulu ilmu itu di dalam diriku.
Aku pun memejamkan mataku. Kali ini bukan demi ilmu
pendengaran, melainkan pembelajaran ilmu pemunah racun
yang harus kubaca di dalam diriku. Kemudian terbaca di sana
betapa aku harus menyalurkan hawa murni pemunah racun itu
dari mulutku melalui mulutnya, dan untuk itu bibirku harus


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menempel pada bibirnya. Maka aku bersimpuh di dekatnya, kuangkat tubuhnya ke
pangkuanku. Dari tubuhnya meruap aroma yang mengingatkan aku kepada Harini. Aku mengambil napas
dalam-dalam, lantas merengkuh tubuhnya, kurekatkan bibirku
kepada bibirnya. Untuk beberapa saat, mulutku tidak boleh
terlepas dari mulutnya, karena hawa murni itu harus tersalur
tanpa kebocoran sedikit pun. Jadi bibirnya itu harus dilumat
dengan erat. Keadaan kami seperti orang berciuman dan bercinta, tetapi
bukan begitulah kejadian sesungguhnya. Namun tidak dapat
kuhindari bahwa lidahku bersentuhan dengan lidahnya, dan
meski dalam keadaan pingsan lidah itu bergerak-gerak jua.
Hanya aku yang merasakan bahwa lidah Pendekar Me lati
terasa pahit sekali, membuat perutku mual serasa ingin
memuntahkan sesuatu. Racun itu telah bekerja dan aku harus
memunahkannya sampai tiada bersisa, karena sisa racun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
paling sedikit pun mampu membuat korban tetap lumpuh dan
tak berdaya. Demikianlah berlangsung beberapa saat, sampai Pendekar
Melati kurasakan bergerak-gerak, dan begitu pula lidahnya.
Namun selama lidah itu masih pahit seperti empedu, tentu aku
belum boleh melepaskannya. Jadi masih kukulum mulutnya
tanpa celah sedikit pun juga. Pendekar Melati meronta makin
kencang, kesadarannya mungkin telah kembali, tetapi
tenaganya masih terlalu lemah. Matanya sekarang terbuka,
dan ia menyadari keadaannya, meski tak tahu bahwa dirinya
teracuni dan aku sedang memunahkan racun. Ia pasti mengira
aku sedang berusaha memperkosanya!
Aku harus bertahan dengan mulutku yang merekat dengan
mulutnya, karena kebocoran hawa murni harus membuat
segalanya diulang kembali, dan itu kurasa tak mungkin terjadi
selama perempuan pendekar ini telah mendapatkan kembali
kesadarannya. Barangkali ia akan lebih memilih untuk mati
daripada ditolong dengan cara seperti ini oleh orang yang
sejak awal ingin dibunuhnya! Padahal apa pun yang terjadi
aku menginginkan perempuan pendekar ini tetap hidup, jadi
mulutku harus tetap melekat erat pada mulutnya.
Demikianlah ia meronta, sementara mulutku tetap erat
merekat pada mulutnya. Kurasakan pahit lidahnya mulai
berkurang, tetapi kepahitannya terserap olehku yang nantinya
harus kuembuskan sebagai hawa racun yang menguap ke
udara. Aku dapat menyimpan segenap hawa racun itu untuk
sementara dalam pori-pori lidahku, tetapi tidak untuk waktu
yang terlalu lama, karena jika terlalu lama akan berbalik
meracuni diriku. Meskipun dengan menyerap ilmu racun dan
ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan itu ludahku dapat
kuubah menjadi beracun dan berbisa, tidak berarti aku begitu
kebalnya terhadap racun sehingga dapat menelan limbah
racun dari tubuh Pendekar Melati. Maka aku pun berlomba
dengan waktu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tepat pada saat segenap racun di tubuhnya sudah punah.
Kulepaskan Pendekar Melati, yang sembari berguling
menjauhkan diri dari pangkuanku, dan segera melenting untuk
mengirimkan tendangan dahsyat ke kepalaku. Jika aku tidak
menghindar, jelas kepalaku akan hancur lebur beterbangan
bagai abu, karena dalam kemarahan dan perasaan terhina,
yakni mengira aku telah menjamahnya, ia telah menghimpun
seluruh tenaganya dalam tendangan itu. Meskipun tenaga
dalamnya tentu belum pulih benar seperti semula, tetap saja
tendangan itu akan mampu menghancur leburkan kepalaku.
JADI kuangkat tanganku sekadar untuk melindungi kepala
dan kaki perempuan pendekar itu segera menghajarnya. Aku
yang masih bersimpuh tergeser menyusur tanah sejauh
seratus langkah, meninggalkan jejak geseran yang panjang di
atas tanah itu. "Tunggu dulu Pendekar Melati, aku hanya bermaksud
menolongmu!" Namun kalimat ini tentu tidak bermakna sama sekali bagi
perempuan pendekar yang sedang kalap, karena barangkali
mengira aku telah memperkosanya itu! Ia terus menyerangku
dengan tendangan berantai, yang membuatku harus
berguling-guling, sebelum akhirnya melenting, untuk memancingnya ke udara. Aku menghentikan tubuhku sejenak di udara, begitu ia
melenting ke atas, aku turun dengan kecepatan kilat dan
ketika berhadapan dengannya kutotok jalan darah untuk
melumpuhkannya. Di bawah aku bersiap menerima tubuhnya
yang jatuh, tetapi tak kulihat tubuhnya melayang turun.
Sebaliknya, sesosok bayangan putih berkelebat menyebarkan harum melati. Seseorang telah menyambar
tubuh Pendekar Melati dan kini hinggap di atas pohon. Dalam
keremangan masih dapat kulihat busana jubahnya yang
serbaputih, tetapi ia bukan bhiksuni karena kepalanya tidak
gundul, sebaliknya berambut juga serba putih dan sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
panjang, bagaikan ia telah lama bertapa dan selama itu telah
tumbuh rambutnya. Ia memanggul tubuh Pendekar Melati di
bahu kirinya, sementara tangan kanannya memegang seruling
bagaikan memegang pedang untuk menjaga segala
kemungkinan. Namun aku tidak melakukan apa pun.
Tak kulihat apa pun lagi dalam kegelapan, tetapi suaranya
adalah suara seorang perempuan yang lembut dan sabar.
"Maafkanlah muridku yang kurang hati-hati ini, wahai
Pendekar Tanpa Nama yang perkasa. Telah kuikuti semua
kejadian yang berlangsung di sini, karena telah kuikuti
muridku Si Melati yang meninggalkan perguruan meski
pelajarannya belum tamat, tetapi yang terlalu bersemangat
mengalahkan semua orang sehingga merugikan dirinya
sendiri. Terima kasih telah menolong muridku yang bengal ini,
wahai pendekar, akan kujelaskan segalanya kepadanya nanti,
agar ia dapat belajar dari segala kesalahannya... Datanglah ke
perguruan kami jika melewati Gunung Halimun, akan kami
sambut dirimu sebagai seorang sahabat. Sekali lagi maafkan
dan terima kasih, kini harus saya ucapkan selamat tinggal..."
Pada saat kudengar ucapan selamat tinggal ia sudah tidak
kelihatan lagi. Ini berarti gerakannya lebih cepat dari suara.
Jika dengan beban seperti itu ia masih dapat bergerak lebih
cepat dari suara, pada saat bertarung dan mengerahkan
segenap ilmunya, tentu ia pun dapat bergerak lebih cepat dari
cahaya. Ilmu silat perempuan yang berjubah dan berambut
putih itu tentu sudah tinggi sekali. Mengapa namanya tidak
pernah kudengar" Jika tingkat ilmu s ilat muridnya yang belum
menamatkan pelajaran saja sudah setinggi itu, bukan hanya
tak terbayangkan jika pelajaran ilmu silatnya itu sudah tamat,
melainkan lebih tak terbayangkan lagi ketinggian tingkat ilmu
gurunya! Aku menghela napas panjang. Pepatah di atas langit ada
langit bukanlah kata-kata kosong. Kuingat suara seruling tadi.
Sekarang aku mengerti, jika kuburu suara itu, maka waktu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kembali mungkin saja tubuh Pendekar Melati sudah
menghilang. Masalahnya, jika ia mengambilnya, bagaimana
cara mengobatinya" Itulah sebabnya ia hentikan tiupan
serulingnya, mungkin karena teringat percakapanku dengan
Raja Pembantai dari Selatan sebelum meninggal. Telah
dibiarkannya diriku menolong muridnya sebelum mengambilnya kembali. Apa yang harus kulakukan sekarang" Aku merasa sangat
lelah dan berada di tengah kegelapan. Jadi kubangun pancaka
untuk membakar jenazah Raja Pembantai dari Selatan.
Setelah api menyala, tempat itu menjadi sangat terang.
Termasuk menerangi dinding bangunan batu tanpa bilik.
Kuperhatikan gambar pahatannya. Bergerak-gerak bagaikan
hidup, menggambarkan kembali kehidupan.
(Oo-dwkz-oO) GAMBAR yang dipahatkan pada dinding bangunan ini
adalah gambar pahatan teratai. Dalam cahaya api yang
bergerak-gerak, bunga-bunga teratai itu bagaikan benar-benar
sedang merekah. Lantas kuingat cerita itu, tentang Sang
Buddha yang menunjuk suatu bunga teratai yang memang
sedang merekah, dan seorang murid yang melihatnya seketika
mendapat pencerahan. Bunga teratai selalu terletak di kolam,
tepatnya di atas air, dan dari kenyataan alam ini sering ditarik
bermacam-macam perlambangan, yang sangat berguna bagi
pelajaran tentang berbagai kebijaksanaan dalam kehidupan.
KEMUDIAN api itu padam dan dunia kembali gelap. Begitu
gelap, segelap-gelapnya gelap, tetapi masih tersisa bara api
yang bukan hanya berasal dari kayu, tetapi abu jenazah Raja
Pembantai dari Selatan. Bisakah kukuburkan saja abunya di
tempat ini" Bangunan batu tanpa bilik ini kemungkinan besar
juga sebuah makam. Tentunya seorang pejabat tinggi negara
yang telah dimakamkan di tempat ini. Bangunan ini masih
berada dalam keadaan bagus, tetapi tampaknya baru saja
ditinggalkan dan tidak untuk dirawat lagi. Apakah kelak di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masa yang akan datang orang-orang akan menemukan
kembali bangunan ini dalam keadaan runtuh, berlumut tebal
dan berjamur putih sampai bentuk teratai itu tidak kelihatan
lagi, dan mereka akan menggali di sana sini untuk menyelidiki
digunakan untuk apakah sebenarnya bangunan yang disebut
candi ini" Jika dulu aku diajak orangtuaku memeriksa dan
menafsirkan berbagai lukisan di gua-gua para manusia dari
masa lalu, mengapa pula orang-orang di masa yang akan
datang kelak tidak harus melakukannya untuk memperkirakan
bagaimana kehidupan kami" Apakah yang akan dipikirkan
kelak tentang diri kam i berdasarkan segala sesuatu yang kami
tinggalkan" Pada sebuah gua tempat tinggal manusia purba
kuingat ayahku menggali di sana sini dan menemukan segala
macam benda maupun tulang belulang dari masa yang jauh
silam, yang kemudian ditafsirkannya.
''Lihat kerangka ini anakku, ini kerangka seorang
perempuan yang dibunuh. Perhatikan, tengkoraknya retak,
lehernya masih terjerat tali kulit, dan ia mengenakan banyak
perhiasan dari tulang binatang. Mungkinkah ia dihukum
karena melakukan kesalahan, ataukah ia seorang gadis yang
dikorbankan dalam upacara suatu kepercayaan, kita belum
tahu sekarang, tetapi baik dikau perhatikan tentang makna
yang terpesankan. Bahwa manusia hidup demi suatu makna
tertentu.'' Bukankah siapa pun dapat memperkirakan segala sesuatu
dari apa pun yang akan ditemukannya kelak" Berdasarkan
pengetahuanku yang terbatas atas berbagai macam candi,
kubayangkan kelak orang-orang dari masa yang akan datang,
mungkin akan menemukan apa yang disebut perigi candi.
Dalam perigi candi, setelah sekian abad berlalu, mungkin
hanya terdapat pasir kasar bercampur pecahan-pecahan batu
yang kedalamannya seukuran tinggi kaki manusia, sedangkan
di bawahnya, lebih pendek dari itu, sekitar sepertiga di atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dasar perigi, penuh dengan tanah merah bercampur pasir dan
pecahan-pecahan batu serta sejumlah batu putih persegi yang
sudah tak menentu letaknya.
Lapisan terbawah terdiri dari atas pasir atas pasir halus dan
di tengah lapisan ini terdapat sebidang tanah merah yang
pada sisi utara dan selatan diapit oleh dua lapis batu persegi.
Bertumpu di atas kedua pinggiran yang saling berhadapan dari
batu teratas itu terdapatkan lagi tujuh lapis batu yang
tersusun saling merapat dalam dua deretan ke atas sampai
agak tinggi dari dasar perigi. Susunan batu-batu ini ternyata
pada sisi-sisinya yang saling merapat itu diberi takuk,
sehingga diperoleh semacam saluran segi empat yang
menembus seluruh lapisan tadi.
Pun saluran ini penuh dengan tanah merah. Dasar
periginya diberi lagi lobang luas yang isinya hanya pasir
bercampur tanah. Di sudut barat daya dari lantai perigi ini
nanti akan ditemukan lagi sebuah batu perigi yang ditembus
sebuah lubang bulat. Dalam bagian perigi yang penuh dengan tanah merah itu
pula, akan kedapatan pada bagian baratdaya dua buah batu
lain lagi yang bersusun menjadi satu dan yang bagian
tengahnya diberi lobang segi empat dengan sisi-sisinya yang
makin menyempit ke bawah. Rupanya kedua batu ini
diperlakukan seperti sebuah peti, karena dari tutupnya, yang
juga diberi lobang persegi dengan sisi-sisi yang meruncing ke
atas, ditemukan pecahan-pecahannya.
Aku terkejut sendiri dengan bayanganku. Seperti sebuah
peti! Apakah yang akan mereka tafsirkan lagi selanjutnya
dengan semua itu" Angan-anganku berlanjut.
Petinya sendiri, yang diharapkan berisi abu jenazah,
didapatkan cukup dalam di bawah lantai bilik candi, pada
bagian teratas dari lapisan tanah merah tepat pada
perbatasannya dengan lapisan. Letaknya di sudut timurlaut
perigi. Mungkin mereka akan merasa aneh menemukan dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
buah cupu, masing-masing dari batu dan berbentuk kubus
dengan tutup. Kedua-duanya kedapatan kosong, dalam arti
bahwa isinya hanya pasir dan tanah.
Akhirnya di sela-sela batu dalam perigi itu ada pula
ditemukan

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelbagai benda yang mungkin akan dihubungkannya dengan bekal penguburan, seperti beberapa
potong emas, dua bentuk cincin mas kecil, sebuah matauang
emas, sebuah batu akik merah, sejumlah potongan emas
kertas, dan sehelai kepingan emas yang dipahat dengan
gambar dewa dan tujuh baris tulisan. Bukankah mungkin saja
penggalian yang menghasilkan berbagai penemuan itu ditutup
dengan kesimpulan bahwa bangunan tersebut adalah makam"
Namun penemuan dalam perigi di depan candi lain bisa
lebih meyakinkan, seperti berikut: Sisa-sisa seekor trenggiling
besar yang tidak menunjukkan tanda-tanda pembakaran,
sepotong bagian rahang tupai, dua buah geraham landak,
sebuah geraham lembu, dan sepotong pecahan periuk. Dari
perigi candi lain, mungkin saja juga akan ditemukan tulang-
tulang kerangka manusiaO14) Di tempat yang sama, terkubur
dalam-dalam terdapat peti berisi tanah bercampur arang dan
abu berserta dengan kepingan-kepingan tembaga atau
perunggu, duapuluh biji matauang, batu-batu akik dan manik-
manik, potongan-potongan emas kertas dan perak, duabelas
keping emas yang tujuh di antaranya dipotong segiempat dan
bertulisan, sedangkan yang lima lagi dipotong menjadi
berbentuk gambar kura-kura, naga, teratai, persajian dan
telur. Di bawah cupu itu tanahnya bercampur arang,
sedangkan dari tanah itu dapat ditemukan berbagai tulang
binatang yang sudah hangus dan sekeping emas bertulisan.
Bara api telah meredup, sebelum hilang lenyap sama sekali
menyisakan pekatnya kegelapan. Mataku mulai sudah sayu.
Apa yang harus kutinggalkan sebagai sekadar penanda,
bahwa di tempat ini telah dikuburkan abu jenazah seorang
Raja Pembantai dari Selatan" Namun dia bukanlah seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
raja, bahkan sebetulnya seorang candala takberkasta.
Patutkah sebuah candi didirikan untuknya" Aku tidur
menggantung dengan kepala terbalik pada batang pohon
seperti kelelawar, tenggelam dalam lamunan yang berubah
menjadi mimpi. (Oo-dwkz-oO) Episode 64: [Mantra atawa Aksara Bercahaya]
APAKAH karena yang dibakar dan dikubur adalah Raja
Pembantai dari Selatan yang ilmu sihirnya luar biasa, maka di
depan candi ini berlangsung segala sesuatu yang serbaajaib"
Dalam mimpiku terbayangkan abunya membentuk sosoknya
seperti ketika masih hidup. Aneh, bukankah tiada lagi yang
bisa lebih jahat dan lebih kejam dari tokoh satu ini" Kenapa
dalam mimpiku ia bagaikan dewa tua yang dengan jenggot
peraknya mengangguk-angguk anggun penuh kebijaksanaan"
Apakah bagian dari sihirnya pula bahwa meski selalu
dilakukannya pembunuhan terkejam demi ilmunya yang hitam,
ia akan hadir dalam kenangan sebagai kakek tua tanpa dosa
yang akan sebentar tampak sebentar hilang di tempat yang
dimaksud sebagai akhir ia punya kehidupan"
Ketika aku bangun dalam keadaan masih bergantung
seperti kelelawar keesokan harinya, sisa mimpi itu masih
terlihat, yakni sosoknya yang sedang mengabur dan
meleburkan diri ke dalam dinding batu. Jika dinding itu
dibongkar, aku yakin tidak akan menemukan apa pun jua,
selain batu-batu itu sendiri, yang juga telah diletakkan entah
siapa di sana. Aku tidak habis mengerti. Pertama, bukankah ia
telah me lepaskan dan menyerahkan seluruh ilmu hitamnya,
termasuk ilmu sihir, karena jika tidak nyawanya tak mungkin
lepas dari tubuhnya; kedua, bukankah ia sendiri pun benar-
benar sudah mati" Mungkinkah suatu ilmu hidup dalam dirinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri tanpa peranan manusia untuk menghidupkannya" Aku
mengerjapkan mataku agar yakin tidak sedang bermimpi, dan
aku memang tidak sedang bermimpi, dengan mata kepalaku
sendiri kutatap sosok Raja Pembantai bagaikan bayangan
yang masuk ke dalam dinding batu.
Namun aku memang tidak perlu mempercayai mataku. Aku
dapat memahaminya benar-benar sebagai bayangan, seperti
bayangan pada cermin, yang tetap tampak ketika sosok yang
dicerminkannya beranjak pergi. Mungkinkah" Tentu saja ini
bukan sihir itu sendiri, ini seperti jejak pada permukaan tanah,
tulisan pada rontal dan prasasti, atau sisi tajam sebuah
pedang yang sengaja dibuat oleh pembentuknya untuk
membunuh, yakni bahwa selalu ada sesuatu dari diri
pembuatnya pada jejak-jejak itu, apakah sebagai jejak yang
harfiah, atau apa pun yang dapat berlaku sebagai jejak, meski
asal-usulnya memang tak bisa dikenali. Maka abu yang berasal
dari sosok bekas pemilik ilmu sihir ini tidak sekadar menjadi
abu sisa pembakaran yang biasa, karena ia lantas menjadi abu
yang mengandung anasir sihir. Dalam persentuhan cahaya
dan udara, sebagian abu yang tertiup angin pagi ini lantas
menjelmakan segenap riwayatnya.
Abu pembakaran jenazah yang tiada lagi menyisakan
tulang itu memang sudah dikubur, tetapi siapakah yang bisa
menjamin dalam kegelapan semalam tiada serbuk yang
tercecer" Maka begitulah saat cahaya matahari pagi dengan
kemiringan dan kekuningan tertentu menyapu tanah datar
bekas galian, yang memang sama sekali tidak kutandai
sebagai kuburan itu, demi menghormati siapa pun yang telah
dikubur sebelumnya dan dibangunkan candi ini, meruaplah
cendawan yang akan menjadi bayangan, sekali lagi hanya
bayangan, dari yang dikenal sebagai Wabah Kencana. Namun
meski hanya suatu bayangan, kenangan yang mengerikan
bagi mereka yang sempat lolos dari Wabah Kencana
sebenarnya diterima sebagai sesuatu yang nyata.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tercenung melihat cendawan raksasa keemasan yang
lapisan teratasnya bagai menyatu dengan langit, dan akan
segera turun bagai janji akan berlangsungnya bencana.
Namun meski kali ini janji itu tidak akan pernah ditepati,
kenangan mengerikan atas keindahan menyakitkan itu tetap
saja menyiksa. Dari tempat aku terbangun dapat kudengar
segala bentuk ketakutan yang berakhir dengan berpindahnya
penduduk desa darimana pun mereka dapat melihatnya.
Keadaan ini sangat kacau. Tidak mungkinkah aku yang kini
memiliki ilmu sihir itu me lakukan sesuatu untuk memusnahkannnya" Kupejamkan mataku dan kubaca segala mantra yang
menampakkan diri sebagai aksara-aksara bercahaya di
hadapan mataku yang terpejam. Kucari sesuatu yang
barangkali merupakan mantra pemunah, tetapi deretan
mantra dengan aksara bercahaya ini jumlahnya banyak sekali,
tak hanya puluhan atau ratusan, melainkan ribuan. Raja
Pembantai dari Selatan ini memiliki perbendaharaan ilmu sihir
yang tidak terkirakan jumlahnya. T idak mengherankan bahwa
sepanjang hidupnya ia tidak pernah terkalahkan.
Aku mengerahkan kemampuanku untuk membaca lebih
cepat dari berjalannya mantra-mantra bercahaya dalam
keterpejamanku itu, sampai kuandaikan telah menemukan
yang paling tepat. Kuhentikan jalannya mantra-mantra itu
dengan daya batinku. Lantas aku membaca dan mengucapkannya. Saya tunduk kepada Bali, putera Virocana dan kepada
Sambara dari seratus tipu muslihat kepada Naraka, kepada
Nikumbha maupun kepada Kumbha kepada Tantukaccha,
Asura besar Saya tunduk kepada Armalaya, kepada Pramila, kepada
Mandoluka, kepada Ghatodbala dan kepada pelayanan
terhadap Krsna dan Kamsa dan kepada Paulomi yang berhasil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan mengabdi dengan mantra, saya mengambil sarika
yang mati demi keberhasilan semoga berhasil dan berhasillah
salam kepada makhluk berbulu Hidup!
Semoga anjing-anjing tidur nyenyak dan mereka di desa
yang tersadar mereka yang telah sampai tujuannya --tujuan
yang kami cario tidur tenang sampai matahari terbit sete lah
tenggelam sampai tujuan itu menjadi milikku sebagai buah
Hidup! Aku tertegun, tetapi telanjur merapalnya. Bukankah ini
mantra untuk menidurkan sebuah desa" Betapapun, tentang
mantra-mantra yang agak umum diketahui, aku pun
mengetahuinya. Mungkin karena ini bukan Wabah Kencana
yang sesungguhnya, melainkan sekadar bayangan keemasan
raksasa di langit, maka mantra yang tidak terlalu tepat bagi
sasarannya ini berhasil menidurkannya. Bagaikan terbuat dari
kain, cendawan raksasa yang meliputi langit itu mengendap
turun ke bawah, seperti lenyap diserap tanah. Padahal itu
hanyalah bayangan. Penduduk desa yang berlarian terhenyak
tanpa suara, menyaksikan cendawan keemasan raksasa itu
turun dari langit melewati tubuh mereka tanpa terasa. Mereka
memegang-megang dan menarik-narik kulit tubuh mereka
sendiri yang ternyata memang tidak mengelupas.
Aku bergidik menyadari betapa Wabah Kencana itu kini
berada dalam diriku. Tidakkah mengerikan jika kelak akupun
tidak dapat mati karena ilmu warisan Raja Pembantai dari
Selatan ini" Namun aku percaya kata-kata ibuku.
''Tidak ada yang tidak terkalahkan. Semua ilmu punya
kelemahan. Setiap orang punya kelengahan.''
Semula aku mengingat kata-kata ini jika menghadapi lawan
yang tangguh. Tiada kukira betapa kelak kata-kata semacam
itu kelak diperlukan oleh setiap lawan yang menghadapiku,
karena memang benar dalam pertarungan kita sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin menjumpai lawan tak terkalahkan, tetapi yang
sekaligus bukan tak mungkin untuk sekejap berada dalam
kelengahan. Kini langit telah menjadi biru, sawah menjadi hijau, burung-
burung blekok yang putih terbang beriringan melintasi desa.
Telah kukuburkan Raja Pembantai dari Selatan itu di depan
bangunan batu tanpa bilik yang dipenuhi gambar pahatan
bunga teratai. Tidak dapat kuduga di sebelah mana telah
dikuburkan seseorang bagi siapa candi ini didirikan, tetapi
kuburan abu jenazah yang kugali itu pun tidak akan dikenali
orang. Candi ini telah ditinggalkan. Suatu hari akan digoyang
gempa bumi. Ambruk sedikit demi sedikit. Terkubur abu
letusan gunung berapi atau banjir lahar. Ditelan waktu dan
sejarah. Sebelum ditemukan kembali pada suatu ketika kelak
yang akan datang. Aku tercenung. Ingin berdiam dan memikirkan sesuatu.
Manakah yang harus kujalani" Tetap diam dan berpikir,
sampai kepada lahirnya penemuan yang mencerahkan,
ataukah mencarinya dalam suatu perjalanan"
Aku berkemas. Umurku masih 25 tahun. Aku harus
berangkat sekarang juga. BEGITULAH aku berjalan menuruti ke arah mana pun
kakiku menuju. Aku berjalan terus menuju ke utara karena
aku ingin menuju ke pantai, mencari pelabuhan, dan melihat
kapal-kapal yang datang dan pergi, ke Srivijaya, Champa,
Jambhudvipa, dan Tartar. Namun aku tak tahu masih akan
berapa lama lagi sampai ke sana. Aku berjalan kaki seperti
orang-orang lain, karena kemampuan bergerak lebih cepat
dari kilat tidaklah untuk digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Seorang pendekar yang baik harus menjaga agar dirinya
tetap membumi. Lagipula menggunakan tenaga dalam dan
ilmu meringankan tubuh terus menerus bukanlah tanpa
bahaya. Menggunakan tenaga dalam tanpa takaran justru
akan melumpuhkan dirinya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di luar masalah itu, jika aku tidak berusaha meleburkan diri
ke dalam kehidupan sehari-hari, kapan lagi dapat merasakan
kehidupan seperti banyak orang lain" Pernah kuceritakan
tentang kehidupan para pendekar yang sunyi, ketika mereka
memilih untuk menyepi dari kehidupan ramai, menenggelamkan diri dalam pencarian kesempurnaan ilmu
silat, dengan cara berlatih dan bertarung, bertarung dan
bertarung, sampai baginya terbuka jalan, menuju kematian
dan kesempurnaan. Dengan menuruti jalan kehidupan seperti
itu, seorang pendekar tenggelam dalam dunia yang tak
bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari, karena ia hanya
muncul untuk bertarung lantas berkelebat menghilang lagi.
Maka begitulah aku berjalan menyusuri ladang, persawahan, hutan, ladang, persawahan, hutan, dan
pemukiman. Dari pemukiman satu ke pemukiman lain aku
berjalan sebagai orang awam, tidak berkelebat, tidak
melenting dari atap ke atap, dan tidak memanfaatkan tenaga
dalam, tetapi tetap saja aku menimba banyak pelajaran.
Kubayangkan, seandainya aku tidak mengenal dunia
persilatan, dengan segenap ilmu sihir, ilmu racun, dan segala
ilmu hitamnya, rasanya aku juga akan tetap bahagia dengan
pengetahuan yang bertebaran dalam kebudayaan.
Namun di sebuah kedai, kutemukan bahwa orang awam


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak asing dengan segala macam cerita kegaiban. Seseorang
yang baru pulang dari negeri Sriv ijaya bercerita.
''Batu-batu kutukan itu memang mampu mengutuk orang
jahat,'' katanya, ''tentu dengan syarat bahwa ia bisa
membaca.'' ''Kalau tidak bisa membaca"''
''Yah, bagaimana ia bisa terkutuk" Kutukan itu tertera pada
batu, suatu prasasti malah, aku bahkan menyalinnya seperti
ini, biar kubacakan.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia mengeluarkan beberapa lembar lontar. Orang-orang
berlarian keluar dari kedai. Kecuali aku tentunya.
''Hai! Kembali! Kenapa kalian lari"''
''Kamu menyalin kutukan itu bukan"''
Orang itu tertawa terbahak-bahak.
''Hahahaha! Dasar orang bodoh! Sudah kubilang kalau tidak
bisa membaca bagaimana bisa terkutuk" Lagipula kutukan itu
tidak bisa dibaca!'' Dari luar mereka pelan-pelan masuk kembali sambil
matanya mengawasi lembar-lembar lontar itu, yang seolah-
olah mengandung kekuatan sihir.
''Dengar dulu, biar kubacakan.''
Ia memang menyalin dari sebuah prasasti, yang katanya
terdapat di sebuah tempat bernama Kota Kapur. Kota yang
terletak di sebuah pulau. Prasasti dari tahun 686 itu, jadi
sebelum aku dilahirkan, menggunakan bahasa yang disebut
sebagai Melayu. //siddha // titam hamwan wari awai kandra kayet ni
paihumpaan namuha ulu lawan tandrun luah makamatai ta
ndrun luah winunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa
u nai tunai umenten bhakti niulun haraki unai tunai // kita
sawanakta de wata maharddhika sannidhana mamraksa yam
kadatuan sriwijaya kita tuwi tandrun tuah wanakta dewata
mulana yam parsumpahan parawis kadaci yam uram di
dalamnya bhumi ajnana kadatuan ini parawis drohaka hanun
samawddhila wan drohaka manujari drohaka niujari drohaka
tahu dim drohaka tida ya marppadah tida ya bakti tida ya
tatwarjjawa diy aku dnan di iyam nigalarku sanyasa datua
dhawa wuatna uram inan niwunuh ya sumpah nisuruh tapik ya
mulam parwwandan datu sriwijaya alu muah ya dnan
gotrasantanana tathapi sawanakna yam wuatna jahat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makalanit uram makasa makagila mantra gada wisaproga
upuh tuwa tamwal saramwat kasihan wasikarana ityewamadi
janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosa na
wuatnu jahat inan tathapi niwunuh ya sumpah tuwi mulam
yam manu ruh marijjahati yam marijjahati yam watu
niprathista ini tuwi niwunuh ...
tida tatwarjjawa diy aku dhawa wua tna niwunuh ya
sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatwarjjawa diy aku dnan di
yam nigalarku sanyasa datua santi muah kawuatana dnan
gotrasantanana samrddha swastha niroga nirupadrawa
subhiksa muah yam wanuana parawis // sakawarsatta 608 dim
pratipada suklapaksa wulan waisakha tatkalana yam mammam
sumpah ini nipahat di welana yam wala sriwijaya kaliwat
manapik yam bhumi jawa tida bhakti ka sriwijaya//
Aku berada di belakangnya, jadi aku bisa menatap tajam
tulisannya di atas lontar itu. Hmm. Ia melompati bagian yang
dimaksud sebagai kutukan, tentu karena ia mungkin berpikir
betapa dirnya sendiri bisa terkena kutukan tersebut. Namun
ketika memperhatikan aksaranya, aku berpikir keras, memang
tak seorang pun akan bisa membacanya. Apakah para
pembuat kutukan itu bersungguh-sungguh"
Siapa yang bisa kena kutuk jika tak seorang pun dapat
membacanya" Sayang sekali aku bukan seorang ahli bahasa,
sehingga tak mampu membongkarnya.''
Apa yang terjadi jika ada yang mampu membacanya"''
''Ya terkutuk seperti tertulis
itulah! Kalian sudah mendengarnya bukan"''
Bagiku lebih menarik gambaran yang kudapatkan dari
aksara-aksara itu. Balatentara yang menyerang Yavabhumipala atau Javadvipa yang disebutnya bhumi Jawa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Kubayangkan kapal-kapal yang dibangun berbulan-bulan
di tepi pantai dalam jumlah ratusan. Ribuan orang dinaikkan
ke kapal-kapal itu dan berangkat berlayar. Di lautan barangkali
badai mengempaskan beberapa kapal dan orang-orangnya
terapung minta tolong sebelum akhirnya tenggelam. Telah
kudengar serbuan orang-orang bhumi Jawa ini ke Champa
dengan kebuasan yang diperbandingkan dengan kelelawar
penghisap darah, dan kini kubaca bahwa 88 tahun
sebelumnya yang disebut kadatuan Sriv ijaya mengirimkan
balatentaranya ke Javadvipa. Apakah mereka juga mengamuk
seperti kelelawar yang beterbangan dan turun menyambar
untuk mengisap darah"
Telah terjadi serang menyerang. Kurasa itu semua sangat
melelahkan. Namun kukagumi pandangan melampaui cakrawala yang telah memberangkatkan kapal-kapal apa pun
dari pantai mana pun sampai mencapai negeri di mana pun.
''Apa yang dikau kerjakan di pulau itu, Bapak"''
Aku bertanya sembari mendekat pelan-pelan. Orang-orang
lain masih takut mendekat mengira salinan prasasti Kota
Kapur itu juga bertuah. Lelaki tinggi besar yang sedang mengunyah ayam rebus
berbumbu berikut dengan tulang-tulangnya itu melihat
kepadaku dari atas ke bawah.
''Mengapa dikau tanyakan itu, Bocah"''
Ah, aku masih juga dipanggil bocah!
''Karena daku juga ingin tahu apakah yang dapat
kukerjakan jika pada suatu hari sampai ke pulau itu.''
Lelaki itu manggut-manggut, menepuk kepalaku dengan
tangan yang tidak memegang ayam.
''Ya, ya, ya, berangkatlah Bocah, tenagamu pasti akan
berguna di sana!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas ia tertawa terbahak-bahak dan terpingkal-pingkal.
Apakah yang dianggapnya lucu"
''Hahahahahahaha! Datanglah ke Kota Kapur di Pulau
Bangka, wahai bocah, agar dikau bisa belajar menjadi Manusia
Kapur! Huahahahahahaha!''
(Oo-dwkz-oO) Episode 65: [Orang-orang Srivijaya]
LELAKI tinggi besar yang kulitnya hitam itu bercerita
tentang peristiwa di Kota Kapur, bahwa prasasti itu memang
sudah banyak memakan korban, yakni bahwa ternyata ada
saja yang mampu membaca baris-baris kutukan tersebut.
Pada saat mereka membacanya maka mereka jatuh
menggelepar seperti telah diracuni. Agaknya para perancang
kalimat yang tertera pada prasasti itu memang mengarahkannya kepada musuh tertentu, yang terandaikan
bahasanya sama dengan bahasa kutukan tersebut. Artinya,
siap apun yang mampu membaca kalimat kutukan itu pasti
datang dari negeri musuh, dan akan terkutuk. Anak negeri
sendiri diandaikan takdapat membacanya, seperti memang
sudah terjadi, dan tidak akan mendapat petaka apa pun.
''Jadi, jika dia seorang mata-mata misalnya, dari negeri
lawan itu, pasti tak dapat menghindar untuk tidak
membacanya, dan akan jatuh menggelepar.''
Prasasti itu diletakkan di gerbang kota , sehingga siap apun
orang asing yang lewat dan membacanya, dan berasal dari
negeri yang menguasai bahasa kutukan tersebut akan jatuh
menggelepar. ''Seperti keracunan"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, seperti keracunan, tetapi itu berkat mantra kutukan
tersebut.'' Telah mengendap ribuan mantra sihir yang dipindahkan
Raja Pembantai dari Selatan itu ke dalam diriku, sebegitu jauh
takt erdapat mantra seperti mantra kutukan pada prasasti
Kota Kapur tersebut. Kalau ada, dan aku bisa membacanya,
akupun tentunya telah terkena kutukan.
Orang-orang dalam kedai mendekat kembali. Lelaki tinggi
besar yang hitam itu bercerita bahwa tanpa harus dijaring
dengan mantra kutukan pun sebetulnya sangat mudah
menandai orang-orang asing, karena orang-orang Kota Kapur
memang merupakan Manusia Kapur. Tubuh mereka memutih
bukan karena kulitnya yang putih, tetapi karena kapur basah
yang dioleskan dengan jerami ke tubuh mereka. Maka
segalanya memang serba memutih di Kota Kapur, kota yang
terletak di antara pegunungan kapur, tempat angin yang
berhembus selalu membawa serbuk-serbuk kapur.
'ITU bukan kadatuan Srivijaya, prasasti itu didirikan di sana
untuk mencegah pemberontakan.''
Orang-orang Kota Kapur dengan begitu juga disebut
Manusia Kapur, karena mereka menganggap kapur sebagai
bagian diri mereka. Namun selain masalah wajah dan tubuh
yang dilabur kapur, sebetulnya orang-orang Kota Kapur sama
saja dengan orang lain. ''Jadi, mengapa Bapak mengatakan tenagaku dibutuhkan di
sana"'' ''Oh, itu! Karena mereka semua orang-orang terpelajar
Bocah! Mereka hanya suka membaca saja. Di sana orang
berdebat di jalanan. Tidak ada yang bekerja. Mereka
membayar orang lain untuk bekerja di ladang, menangkap
ikan, dan menggali tambang.
''Tambang"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Ya, ada tambang timah di sana. Kadatuan membuat mata
uang dari hasil tambang itu.''
Dalam kepalaku terbayangkan sebuah dunia yang
serbaputih. Pegunungan kapur, kota kapur, dan manusia-
manusia berlumur kapur...
''Apa saja yang mereka perdebatkan"''
''Ah, pertanyaan dikau bagus Bocah, tetapi aku hanya tahu
mereka berdebat, mungkin tentang agama, mungkin pula
tentang filsafat, tetapi jangan minta daku menjelaskan apa
isinya. Daku hanya menjadi kuli di sana, memikul barang-
barang dagangan, dari kapal maupun untuk dimuat ke atas
kapal. Semuanya kapal-kapal dagang Sriv ijaya, datang dan
pergi dari Javadvipa, Pulau Bangka hanyalah tempat
persinggahan.'' Orang-orang lain kemudian juga banyak bertanya. Aku
mengundurkan diri dan menjauh. Di luar kedai kulihat
kerumunan manusia yang sedang menyaksikan pertunjukan
silat. Seorang anak tampak memperagakan jurus-jurusnya,
sementara orangtuanya suami isteri tampak mengiringinya
dengan kendang dan tiupan seruling. Anak itu gerakannya
memang luwes dan memikat seperti tarian. Rupanya mereka
baru saja mulai. ''Tuan-Tuan dan Puan-Puan izinkanlah kami sekadar unjuk
kepandaian di sini, tiada lain maksud kami hanyalah mencari
makan, maafkan sebelumnya. Bagi yang satu guru dan satu
ilmu mohon jangan mengganggu, karena pertunjukan ini
memang hanya untuk penghiburan.''
Pandai sungguh lelaki itu menepuk kendang dan
perempuan itu meniup seruling. Mulut lelaki itu pun berbunyi
seperti memainkan alat lain, mengiringi permainan silat anak
mereka. Penonton agaknya senang dan berkali-kali bertepuk
tangan. Kuperhatikan anak itu memainkan silat burung
bangau yang digabungkan dengan silat harimau, aliran yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
paling sering disebarkan di antara orang-orang awam. Jika
ilmu silat orang-orang sungai telaga dan rimba hijau sering
sudah dirusak oleh ilmu racun dan ilmu sihir, yang
menunjukkan minat hanya demi kemenangan pertarungan,
maka ilmu silat yang dima inkan orang awam lebih tampil
sebagai seni beladiri atau olahraga kesehatan. Maka
menyaksikannya lebih menyenangkan dibanding pertarungan
para pendekar yang selalu berakhir dengan tumpahnya darah.
Anak itu bersilat seperti menari. Indah sekali. Melompat
dan menendang dengan tangan terkembang seperti bangau,
berguling dan mengelak untuk kembali menerkam seperti
harimau, gerakannya manis dan meyakinkan seolah ada lawan
terbayang di hadapannya, dan setelah berakhir membungkuk
hormat ke segala penjuru. Setelah selesai, berganti ibunya
masuk ke tengah lingkaran, dan anak itu ganti memegang
seruling. Ibunya bersilat dengan sepasang kipas yang indah seperti
hiasan dinding. Ia berguling, melompat, dan menendang,
sementara kipasnya bagaikan bisa berubah menjadi perisai
cahaya yang melindunginya dari segala serangan. Namun
kadang-kadang, ia berhenti seperti patung, dan bergerak
pelan seperti menari, sebelum memperagakan bagaimana
kipas itu bisa menjadi senjata dengan kebutan mematikan.
Kukenali jurus itu sebagai Jurus Kipas Maut yang memang
diandalkan para pesilat bersenjata kipas.
Kemudian masuklah lelaki itu sebagai penyerang, kendangnya diambil alih anak itu, yang rupanya juga bisa
memainkan kendang. Aku tergeleng-geleng. Sungguh keluarga
yang luar biasa! Lelaki itu menyerang dengan sebuah golok.
Meski tampak bersungguh-sungguh, sudah jelas ia tidak ingin
melukai istrinya. Golok itu tampak meliuk-liuk di antara cahaya
kipas, tapi segera terjepit dan dilemparkan ke udara.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara suaminya berpura-pura ternganga melihat golok itu
terlempar ke atas, ia ditendang oleh istrinya sampai terguling-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
guling. Istrinya cepat menyimpan kipas dan menangkap
kembali golok itu, lantas mengacungkannya ke arah sang
suami. ''Ampuuuunn! Ampuuunnn!'' Suaminya menyembah pura-
pura ketakutan dan orang-orang tertawa geli serta
kegirangan. LELAKI itu melompat dan bersama istrinya segera menjura
kepada penonton, sementara anak kecil itu segera berkeliling
sambil membawa batok kelapa. Tidak semua penonton
melempar mata uang, maka batok kelapa itu pun tidak terisi
terlalu banyak. ''Terima kasih! Terima kasih khalayak! Itulah sekadar
peragaan, bagaimana perempuan dapat membela dirinya
meski hanya berbekal kipas! Jika ada kesalahan yang tidak
disengaja mohon maaf! Kini kami pamit mundur melanjutkan
pengembaraan!'' Mereka bertiga menjura untuk terakhir kalinya dan
penonton bertepuk tangan gembira. Aku juga ikut bertepuk
tangan, terharu melihat mereka bertiga. Diam-diam telah
kulempar mata uang emas ke dalam batok kelapa tadi.
Namun segera terdengar suara garang.
''Tunggu!'' Seorang lelaki berkumis tebal memasuki lingkaran. Tampak
jelas ia seorang punggawa, rambutnya tersanggul rapi,
berkelat bahu, berkain wdihan dan berikat pinggang emas,
bahkan berterompah. Ia datang sudah membawa golok.
''Kau bilang perempuan dapat membela dirinya dengan
kipas"'' Matanya menatap tajam ke arah lelaki itu, yang tampaknya
segera menangkap nada tantangan, tetapi tampak menahan
diri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Begitulah Tuan, itulah yang kami sampaikan sebagai
pertunjukan, mohon maaf bila terdapat kesalahan.''
Punggawa itu menunjuk dengan goloknya.
''Itu berarti menurut mulutmu yang lancang siapa pun yang
berkelamin betina bisa mengalahkan yang berkelamin jantan
dalam pertarungan"''
Lelaki itu masih menahan diri.
''Jika seorang perempuan belajar silat, Tuan.''
''Hmmh! Seperti seorang pendekar maksudmu" Seperti
dongeng tentang dunia persilatan" Sanggupkah betinamu itu
membuktikannya"'' Lelaki itu seperti masih akan mengatakan sesuatu yang
bernada mengalah, tetapi istrinya tampak sudah naik pitam.
''Biarkan dia maju Kakak! Biarkan semua orang
menyaksikannya!'' Punggawa itu mendengus. ''Hmmh! Kakak....'' Lantas ia meludah ke tanah.
''Ternyata kalian orang-orang Sriv ijaya yang berkeliaran!
Kita memang tidak sedang berperang, tetapi nyali besarmu
cukup menyinggung perasaan!'
''Maafkan kami Tuan....''
''Kakak! Biarkan dia maju! Tak pernah ada seorang pun
yang keberatan dengan kedatangan kita! Bukankah dia
memang minta pembuktian!''
Lelaki itu belum sempat menjawab ketika punggawa
tersebut berseru, ''Dengarlah khalayak! Kalian akan menjadi
saksi bahwa pertarungan ini untuk membuktikan apakah benar
mereka yang berkelamin betina mampu mengalahkan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkelamin jantan! Mereka telah berani unjuk kepandaian,
berarti harus berani mempertanggungjawabkan! Artinya jika
betina ini nanti kutewaskan, tidak boleh ada tuntutan!''
Lantas katanya kepada lelaki pesilat itu, ''Kecuali kamu
cabut kata-katamu, bahwa betina bisa membela diri dengan
kipas jika diserang lelaki, maka nyawa betinamu masih bisa
kamu selamatkan!'' Lelaki yang sejak tadi seperti mengalah itu saling
berpandangan dengan istrinya. Anaknya memegang tangan
ibunya dengan tegang. ''Biarkan aku, Kakak, biarlah semua orang menyaksikannya,
bukan kita yang mencari gara-gara.''
Aku juga ikut menjadi tegang. Lelaki itu mengangguk,
seperti memberi isterinya itu perkenan.
''Baiklah Tuan, jika Tuan mendesak, saya menerimanya, tak
akan menuntut jika isteri saya mati di tangan Tuan....''
''Ayah!'' Anaknya berteriak, tetapi ibunya mengelus kepala anaknya
itu sebelum melangkah ke tengah lingkaran. Penonton
bergumam, suaranya seperti lebah mendengung. Kedai itu
berada di sebuah pasar desa yang ramai, tetapi yang
mendadak senyap ketika perempuan itu melangkah ke tengah
lingkaran yang kini menjadi gelanggang pertarungan antara
hidup dan mati. Perempuan itu, kukira 40 tahunan usianya memang
berbusana seperti pesilat. Ia tidak mengenakan kain dari
pinggang ke bawah seperti perempuan lain, melainkan
berkancut seperti lelaki, hanya saja ia menutupi payudaranya
dengan kain saling menyilang yang terikat di pinggang,
sehingga tidak akan mengganggunya ketika me lompat dan
berguling. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
RAMBUTNYA yang tidak terlalu panjang terikat seperti ekor
kuda, dan ia masih mengikatkan sepotong kain pada lingkar
kepalanya sehingga sisa kainnya jatuh bersama rambut ekor
kudanya. Ia berdiri di sana dengan sepasang kipas, tetapi ia
menyembunyikan tangan kanannya yang juga memegang
kipas di balik pinggang. Artinya ia akan menghadapi
punggawa itu hanya dengan tangan kiri.
''Bersiaplah untuk mati, wahai betina Sriv ijaya!''
Punggawa itu datang berjalan dengan pongah. Ia bahkan
tidak merasa perlu mengikat kain wdihan-nya yang menjumbai
dan sebetulnya menghalangi pergerakan dalam pertarungan.
Namun tampaknya ia menganggap tak akan ada pertarungan.
Ia bergerak cepat seperti mau membacok kayu. Luput. Ia
membacok lagi. Luput lagi. Bahkan perempuan pesilat itu
nyaris belum bergerak. Hanya menggeser kuda-kudanya
sedikit dan tangan kanannya tetap menyembunyikan kipas di
balik pinggang. Merasa goloknya tak akan pernah mengenai sasaran,
punggawa itu mulai menyerang dengan jurus-jurus yang
menjebak, dan tidak bisa sekedar dihindari jika tak mau
terbunuh. Ternyata bahwa punggawa ini memiliki juga ilmu
silat yang bisa diandalkan dalam keprajuritannya. Namun
jangankan membunuh, menyentuh pun takbisa dilakukannya
sama sekali, padahal perempuan pesilat itu seolah-olah belum
bergerak sama sekali. Sebaliknya, sekali-kalinya bergerak,
dengan kipas di tangan kirinya ia bisa memukul pelan kepala
punggawa tersebut seperti menghukum anak kecil.
Semakin marah tentunya punggawa itu. Ia putar
pedangnya begitu rupa sampai wujudnya tidak terlihat.
''Matilah engkau betina siluman!'' Ia berteriak kalap.
Namun perempuan pesilat itu menguasai Jurus Kipas Maut
dengan baik. Masih dengan tangan kanan berkacak pinggang,
ia melayani perma inan pedang punggawa itu dengan tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kiri. Gerakannya jauh lebih cepat, sehingga bukan hanya
kepala punggawa itu, tetapi bahkan pedang itu sendiri bisa
ditepuk-tepuknya seperti guru mengajari murid.
Punggawa itu memaki, tetapi tidak ada yang dapat
dilakukannya. Penonton berdecak menyaksikan kepandaian
perempuan itu, yang akhirnya masih dengan tangan kiri
menepuk pedang dengan kipas sampai jatuh dan dengan
kipas yang sama dan kini dikembangkannya ia tampar wajah
sang punggawa yang langsung jatuh terguling-guling.
Perempuan itu langsung siap dengan kuda-kuda berikutnya,
dengan kipas terkembang menutupi wajahnya. Matanya
menatap tajam ke arah punggawa itu.
''Bukankah, sahaya bisa membela diri, wahai T uan"''
Melihat ini semua, penonton bertepuk tangan dan
menggumam kembali penuh kekaguman.
Punggawa itu berdiri dan menggerakkan tangan. Wajahnya
penuh dengan dendam kesumat. Muncul sepuluh orang dari
lingkaran, yang bersikap seperti anak buah punggawa itu,
mengepung rombongan kecil pesilat ini.
''Kalian telah mengganggu ketenteraman, harus ditangkap!''
Namun keluarga pesilat ini rupanya sudah siap menghadapi
segala keadaan. Mereka segera berkelompok saling memunggungi, siap menghadapi lawan dari jurusan manapun.
Meskipun, tampak pasangan suami isteri tersebut sangat
melindungi anak mereka, yang betapapun memang masih di
bawah umur. ''Tuan-Tuan yang gagah dari kerajaan Mataram,'' ujar lelaki
yang disebut berasal dari Sriv ijaya itu, ''mohon perhatian
bahwa kami tidak menyalahi perjanjian yang mana pun. Kami
telah bertarung untuk membuktikan perempuan dapat
mengalahkan kaum lelaki dengan ilmu silat, seperti yang telah
diminta, di bawah kesaksian khalayak. Jika mereka tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa terganggu, mengapa kami dianggap mengganggu
ketenteraman"'' Lantas ia berteriak, ditujukan kepada semua orang.
''Khalayak! Kami datang hanyalah untuk mencari nafkah dan
membina persahabatan; bahkan negara kita pun tidak saling
bermusuhan! Kami mohon keadilan!''
Punggawa itu juga berteriak, ''Awas! Siapa pun yang
membela orang-orang Sriv ijaya ini tak akan lolos dari
hukuman!'' Khalayak penonton itu saling berpandangan. Tidak pernah
mereka duga tentunya betapa peran mereka kini sangat
menentukan. Sebagai penonton semula seolah-olah mereka
tak terlibat, kini mendadak harus ikut bertanggung jawab
untuk setiap keputusan, apakah membela para perantau
tersebut, ataukah membiarkannya ditangkap para petugas
kerajaan. Sepuluh anak buah punggawa itu sudah menghunus
pedang mereka masing-masing, siap menangkap keluarga itu.
Meskipun aku mempersiapkan diriku untuk membantu, kalau
hanya menghadapi sepuluh orang tersebut, ditambah
punggawa itu sekalipun, kuperkirakan suami istri itu akan
tetap unggul. Aku hanya memikirkan anak kecil itu, yang
setiap saat bisa saja tersambar ayunan pedang. Aku percaya
anak itu memang telah dilatih dengan baik, tetapi dalam
pertarungan tingkat rendah yang bisa menjadi sangat liar dan
purba ini segalanya bisa berlangsung di luar perhitungan apa
pun. (Oo-dwkz-oO) Episode 66: [Merajai Gunung dan Samudra]
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun tiba-tiba lingkaran manusia yang membentuk
gelanggang itu terkuak. Kulihat seorang bangsawan duduk di
atas kuda hitam. Ia masuk pelahan ke tengah gelanggang
sambil menatap berkeliling. Busananya mewah, mulai dari
mahkota sampai kalung, gelang anting-anting dan cincin,
sangat menyilaukan mata yang melihatnya.
Dia bagaikan datang dari langit. Selain gelang tangan. ia
juga mengenakan gelang lengan, juga ikat pinggang emas
yang melingkari widihan rajayoga sutera tipis yang
dikenakannya. Bagaikan mendadak saja ia sudah ada di sang. Semua
orang segera bersimpuh dan menyembah. Aku sebetulnya
tidak pernah menyembah kepada siapapun seumur hidupku,
tetapi aku juga tidaklah begitu angkuhnya sehingga harus
menyulitkan hidupku sendiri, maka aku pun pura-pura ikut
menyembah, ingin mengetahui saja apa yang akan terjadi
selanjutnya. Para pesilat, punggawa dan sepuluh pariraksa anakbuahnya
juga menyembah. Kudengar kudanya masih berjalan berputar-
putar sebentar sebelum ia berbicara pelan.
"Sejak kapan anggota bala sarajya di bawah Rakai
Panunggalan mempermalukan dirinya sendiri seperti ini?"
Tiada suara yang menjawabnya. Suasana sunyi senyap,
padahal ratusan orang berkumpul di situ. Detak kaki kudanya
terdengar jelas. Di berbagai sudut, kadatuan pariraksa atau
pengawal istana tetap berdiri menjaga kemungkinan.
"Sejak kapan pula punggawa Kerajaan Mataram begitu
bersemangatnya untuk memerangi seorang perempuan, hanya
untuk dikalahkan?" Hanya detak kaki kuda melangkah pelan menjadi jawaban.
Kuda itu mendengus, seperti mewakili kegusaran penunggangnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kuharap yang merasa dirinya bersalah maju ke depan."
Suara itu sangat perlahan untuk tidak mengatakn lemah
lembut. Aku mencoba melirik dalam keadaan menyembah
dengan dahi menyentuh tanah seperti itu. Ternyata sulit
melihat apa pun. Jadi kupejamkan saja mataku. Menancap
ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Dalam
keterpejaman dapat kusaksikan keadaan melalui pergeseran
tubuh dengan udara, maupun panas tubuh itu sendiri yang
dalam keterpejaman terlihat jelas memancarkan cahaya redup
di luar kulitnya. Punggawa itu melangkah berjongkok dengan kepala tetap
tertunduk. Pedangnya tertinggal di tanah. Tubuhnya gemetar.
Katakan padaku, hukuman apa yang pantas bagi s iapa pun
yang mempermalukan kerajaan!"
Pungggawa itu tidak menjawab. Keringatnya menetes satu


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demi satu. "Dikau tidak mengerti, Punggawa?"
Pungggawa itu mengangguk. Airmatanya mengambang.
"Katakan!" Pelahan sekali jawaban itu keluar dari mulutnya.
"Mati..." "Bicaramu pelan seperti perempuan, khalayak tidak bisa
mendengarnya." "M-a-t-i." Suara punggawa yang bergetar itu tidak keras, tetapi
dalam kesenyapan seperti ini, bahkan hembusan napasnya
pun terdengar jelas. "Berdiri." Bangsawan itu berujar pelan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kudengar tubuh punggawa itu beranjak. Lantas kusaksikan
dalam keterpejamanku tangan bangsawan itu melambai
kepada salah seorang pengawalnya yang segera melompat
mendekat. Dengan anggukan kepala, bangsawan itu memberi
isyarat. Lantas membalikkan kudanya memunggungi punggawa itu. Kadatuan pariraksa itu menggerakkan tangannya. Dalam
sekejap pedang"hya telah kembali ke sarungnya.
Tubuh punggawa itu ambruk tanpa kepala lagi. Kudengar
suara orang-orang menelan ludah.
Lantas kudengar suara langkah kuda yang menjauh.
"Kira tidak berperang dengan Kadatuan Sriv ijaya," katanya.
"Tidak satu pun warganya yang datang ke Yavabhumipala
boleh disentuh. Hormatilah orang asing dari manapun mereka
datang. Mereka adalah tamu kita."
Segenap, pengawal menaiki kuda mereka kembali,
mengiringinya dari belakang. Orang-orang masih saja
menyembah. Baru setelah terdengar rombongan berkuda itu
menderap dan kemungkinan besar tidak kelihatan lagi, orang-
orang mengangkat kepala. Sebagian menjerit dan berteriak
melihat kepala punggawa yang sudah terpisah dari tubuhnya.
Lelaki tinggi besar yang tadi bercerita di dalam kedi berkata
kepada pariraksa punggawa tersebut.
"He, cepat urus pemimpin kalian! Banyak anak kecil di sini!"
Para pariraksa yang masih belum hilang rasa terkejutnya
tergopoh gopoh membungkus tubuh dan kepala punggawa itu
dengan tikar yang harus cepat pula mereka bayar. Mereka
memasukkan mayat itu ke dalam gerobak yang lalu mereka
hela sendiri sambil bersungut-sungut.
Aku sudah mengangkat kepala sejak tadi. Semula orang
banyak masih tertegun-tegun, tetapi setelah gerobak berisi
badan dan kepala itu menghilang pasar segera kembali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun tidak berarti ketegangan juga menghilang, tidak
seorang pun kemudian menegur ketiga pesilat itu.
Ketiganya sedang berkemas. Sebelum melanjutkan
perjalanan mereka makan dan minum dahulu, dan karena itu
mereka memasuki kedai, baru sampai di pintu, pemilik kedai
sudah berteriak dari dalam.
"Maaf, Bapak, janganlah masuk kedai ini, kami tidak ingin
masalah terjadi lagi. Maaf, carilah tempat lain, Bapak."
Mereka urung memasuki kedai.
"Marilah kita pergi saja, Kakak, sepanjang perjalanan juga
baru kita mendapat sambutan seperti ini," ujar perempuan
pesilat yang kini telah mengenakan ken seperti perempuan-
perempuan lain, kain itu melingkari pinggang ke bawah.
Dadanya kini terbuka. Kulihat rajah matahari berada atas
pusarnya. "Ya, marilah kita pergi," kata lelaki pesilat itu sembari
menggandeng anaknya. Mereka pun pergi dengan tabah. Kurasa mereka sangat
menyesali kejadian itu. Aku mengamati semuanya dengan
perasaan waswas. Mereka sama sekali tidak bersalah, tetapi
kita tidak selalu tahu apa pikiran orang lain. Terutama
kukhawatirkan keselamatan anak kecil itu. Aku segera
berkelebat mengikuti mereka.
Sepanjang jalan ke luar desa, melalui deretan hutan jati,
kulihat mereka berjalan dengan kepala tertunduk.
"Salahkah aku melayani tantangannya, Kakak?"
"Sama sekali tidak, memang tidak ada kemungkinan lain
selain melayaninya, asal tidak ada yang terbunuh."
"Tapi akhirnya dia terbunuh, bukan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kukira bukan kita yang harus disalahkan. Aku, hanya sedih
karena tidak bisa menghindarinya."
"Maafkan saya, Kakak, telah menimbulkan kesulitan."
"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Memang kita
harus selalu siap dengan peristiwa yang tidak kita inginkan
dalam perjalanan. Yang penting anakmu selamat. Jika terjadi
sesuatu kepadanya, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan
kepada orangtuanya."
Aku terkesiap. Jadi anak itu bukan anaknya"
Barangkali keduanya juga bukan suami-istri. Bisa saja,
bukan" Entah curiga, siapakah anak itu sebenarnya" Seperti
teringat kepada nasibku sendiri, aku menjadi lupa segalanya
selain keselamatan anak itu. Sembari mengikuti mereka dari
kejauhan, kucoba mengingat apa yang kuketahui tentang
Srivijaya sampai hari ini.
Lebih dari seratus tahun yang lalu, sebuah kerajaan yang
didirikan orang-orang Melayu di Suvarnabhumi atau
Suvarnadvipa atau juga Samudradvipa bangkit sebagai
kekuatan armada pelayaran terkuat yang melayani jalur
perdagangan di Jambhudvipa dan Negeri Atap Langit. Semula
negeri mereka kecil dan terletak di wilayah selatan
Suvarnabhumi, dan wilayah itu terletak antara daerah gunung
yang menjulang dan lautan yang cakrawalanya bagai
takberbatas bagaikan dua daya sakti yang akan membuat
rahayat wilayah itu menjadi jaya. Seperti telah disebutkan
dalam salinan prasasti yang dibacakan di dalam medan tadi,
negeri itu bernama Kadatuan Sriv ijaya. Semula ditaklukkannya
kerajaan kerajaan kecil di sepanjang sungai yang menghubungkan gunung dengan lautan, sehingga dikuasainya
segenap jalur perdagangan di sungai, yang telah memakmurkannya begitu rupa sehingga sang raja sanggup
melontarkan batangan emas tiap hari ke muara sungai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melontarkan artinya mempersembahkan. Sungai dianggap
keramat, seperti juga lautan, dapat memakmurkan dan
menyejahterakan, tetapi juga dapat membanjiri
dan menenggelamkan. Maka taksembarang air dari sungai dapat
digunakan seorang penguasa untuk mandi, air sungai itu
harus disucikan dengan bebungaan, terutama untuk menjamin
kesuburan kerajaannya. Tanpa kesuburan tiada panen dan
tanpa panen matahari akan tenggelam bersamanya.
Penguasaan mereka atas jalur sungai dan selat di hadapannya
mengembangkan diri mereka sebagai manusia-manusia
bahari, yang bukan saja memiliki kemampuan menjelajah luar
biasa dengan perahu-perahu cadik mereka, tetapi juga hasrat
untuk menundukkan negeri-negeri di sekitarnya. Pusat
pemerintahan yang letaknya begitu masuk ke dalam muara
sungai membuat penguasanya memegang kendali atas
pedalaman beserta hasil hutannya yang sangat menguntungkan. Sebuah prasasti batu dari tahun 683 menyatakan betapa
telah dipilih pasukan pilihan sebnyak 2000 orang dan 20.000
orang yang dicalonkan untuk menyerbu Jambi-Malayu,
kerajaan saingan mereka di utara yang menguasai jalur lalu
lintas sungai dan sepanjang pantai. Pembacaan prasasti
kutukan tadi memang telah mengingatkan aku kepada prasasti
lain. Swasti sri sakawasatita 605 ekadasi su klapaksa wulan
waisakha da punta hiyam nayik di samwau manalap siddhayua
di saptami suklapaksa, wulan jyestha dapunta hiyam marlapas dari minana
tamwan mamawa yam waladualaksa danan ko - duaratus carer di samwau
danan jalan, sariwu tluratus sapulu dua wanakna datam di mater jap
sukhacita di, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pancami suklapaksa wulan-laghu mudita datam marwuat
wanua - sri wijaya siddharayatra subhiksa
Pernah kudengar bahwa perahu mereka yang kecil, dengan
kemampuan mengangkut antara 20 sampai 25 orang,
berperan penting dalam pengangkutan hasil hutan maupun
hasil laut naik-turun jalur sungai dari hulam ke hilir dan
sebaliknya. Melalui pelabuhan sungai maupun laut, Kadatuan
Srivijaya mengawasi dan mengatur lalu lintas perdagangan
hasil hutan hasil laut, dan terutama hasil pertanian.
Pengawasan tidak menunjukkan terdapatnya penguasa yang
memaksakan kehendak, sebaliknya justru terbentuk dari
kesetaraan mereka yang berkepentingan, seperti yang telah
berlangsung dengan peleburan kekuasaan dan perlambangan,
dalam segala daya baik dari penguasa golongan Melayu
maupun para bhiksu yang datang dari luar.
Maker sejak tahun 670 berkembanglah Sriv ijaya sebagai
kerajaan bahari yang mampu melayani segala tuntutan jasa
pelayaran di seluruh Suvarndvipa di pedalaman maupun
antarnegara. Bagi Negeri Atap Langit, bahlan semenjak masa
Wangsa Song tahun 420-479 dan Wangsa Qi tahun 479 - 502
jasa para pelaut yang disebut berasa l dari Selat Sunda itu
sudah berperan menentukan dalam pengambilan muatan dari
wilayah barat Jambhudvipa maupun Lanka, dan membawanya
melalui Suvarnadvipa untuk disampaikan ke pasar wilayah
selatan Negeri Atap Langit. Wilayah selatan menjadi pasar
yang ramai, karena sejak abad keempat kekuasaan Wangsa
Han mesti berbagi dengan suku-suku pengembara yang
datang menyerbu dari utara dan mengakibatkan perpindahan
besar-besaran ke selatan.
Adapun para pedagang Negeri Atap Langit juga berminat
terhadap segala sesuatu yang hanya bisa didapatkan dari
Suvarnadvipa maupun wilayah utaranya, seperti damar, kayu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harum, cula badak, burung pekakak, bulu-bulu burung, dan
kulit penyu. Di abad kelima dan keenam kebutuhan bertambah
ke arah rempah-rempah, seperti lada dan bumbu-bumbu,
termasuk cengkeh, pala, dan bunga pala, yang dimanfaatkan
tak sekadar sebagai bumbu masak melainkan juga untuk
pengobatan. Kegiatan mereka yang disebut pelaut dari pelabuhan di
sekitar selat antara Samudradvipa dan Javadvipa ini akhirnya
mendesak peranan Fu-nan yang terletak di muara Sungai
Mekong, yang sejak tahun 240-an menguasai jalur
perdagangan yang berhubungan dengan Negeri Atap Langit.
Pada abad keenam, menjelang bangkitnya Sriv ijaya, peranan
Fu-nan tergantikan oleh Chen La, penamaan yang diberikan
oleh para pedagang Negeri Atap Langit kepada orang-orang
Khmer yang bermukim di sepanjang bagian tengah Sungai
Mekong. Para pelaut dari sekitar selat antara Samudradvipa dan
Javadvipa ini mulai mengambil alih peran, ketika mereka mula-
mula menawarkan barang pengganti atas barang-barang yang
semestinya dikirim ke pasar Negeri Atap Langit, seperti ratus
yang menggantikan dupa, maupun kapur barus yang
menggantikan kemenyan. Tak lama kemudian, mereka taklagi
menawarkan barang pengganti, melainkan merebut pasar
dengan memperkenalkan barang dagangan mereka sendiri
yang memang tiada duanya, ke pelabuhan-pelabuhan di Fu-
nan dan Jambhudvipa, seperti kapur barus, yakni damar yang
disaring dengan kayu dan dihargai sebagai obat, dupa, dan
minyak rengas. Kemudian menjadi sangat terkenal kapur
barus, asli dari Barus yang oleh pedagang Negeri Atap Langit
disebut Poli, dan terdapat di barat laut Suvarnabhumi, kayu
gaharu yang harum dari K ih-ri Ti-mun, sebuah pulau nun jauh
di timur pulau yang disebut Jambhudvipa dalam bahasa Negeri
Atap Langit, rempah-rempah dari kepulauan yang lebih lagi ke
utaranya yang disebut para pedagang Wangsa Tang di Negeri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Atap Langit sebagai Mi-li-ki-u, dan semua itu jalur
perdagangannya sungguh mereka mereka kuasai.
Selat itu terletak antara Suvarnabhumi dan Javadvipa,
sedangkan Srivijaya terletak di muara sungai di pedalaman
Suvarnabhumi, yang membuatnya menguasai wilayah gunung
maupun samudra. Mereka yang berada jauh di utara, apakah
itu di Negeri Champa, Jambhudvipa, maupun Negeri Atap
Langit, tidak terlalu paham perbedaan tempat seperti itu,
bahkan sangat wring mencampuradukkan Suvarnabhumi,
Suvarnadvipa, dan Javadvipa. Betapapun, selat itu juga
berada di bawah kekuasaan Sriv ijaya. Namun adalah
penguasaan selat di Tanah Melayu yang menjadi kunci
kejayaan Srivijaya. Negeri yang menyebut dirinya Kadatuan ini


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri di atas jalur perdagangan bahari dengan para
pelautnya yang bukan sekadar menjelajah, tetapi juga
menguasai samudra. Kini sedang kubayangi ketiga warga Sriv ijaya yang sedang
mengembara di Y avabhumipala. Mereka melakukan perjalanan
sembari menjual kepandaian bersilat sebagai hiburan. Mereka
bersilat diiringi tabeh dan wangsi, meyakinkan banyak orang
betapa seni beladiri dapat menjadi indah sebagai kesenian itu
sendiri, sebagai pertunjukan yang dapat diandalkan. Mereka
baru saja men dapat masalah yang berakhir menyedihkan.
Seorang punggawa yang tidak percaya dan tidak ingin
perempuan dapat mengalahkan lelaki dalam bersilat telah
kena batunya, karena setelah menantang perempuan pesilat
itu dengan sombong ternyata dirinya sendiri bertekuk lutut,
bahkan ketika perempuan itu hanya menggunakan tangan kiri.
Mereka bertiga bukan orang yang kejam. Mereka sangat
terpukul oleh punggawa itu, meskipun sombong, telah
dipenggal kepalanya oleh seorang bangsawan, karena
tepergok berusaha mengerahkan anak buahnya untuk
mengeroyok rombongan pesilat yang hanya menjual
pertunjukan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mengikuti mereka karena merasa waswas memikirkan
nasib mereka bertiga. Aku tidak menemukan alasan mengapa
diriku harus khawatir, mengingat-ingat kepandaian bersilat
lelaki dan perempuan itu. Mungkin aku memang memikirkan
anak kecil itu, karena dalam suatu bayangan baur samar-
samar yang pernah kualami ketika aku masih bayi seperti
kembali. Bagaikan bisa kuingat kekacauan macam apa yang
bisa berlangsung dalam pengeroyokan. Tidak jelas benar
mengapa aku memikirkan nasib mereka, jika. sebetulnya aku
juga percaya kepada kemampuan mereka.
Namun kulihat sesosok bayangan berkelebat sangat cepat,
begitu rupa cepatnya sehingga aku yakin mereka bertiga tidak
melihatnya. Manusia berkelebat ini ilmu silatnya jelas sangat
tinggi. Apakah yang akan dilakukan bayangan yang berkelebat
ini, sekadar membuntuti ataukah justru justru akan mencegat
mereka" Aku juga berkelebat membayanginya tanpa suara.
(Oo-dwkz-oO) Episode 67: [Penantang dari Seberang]
Bayangan yang berkelebat itu bergerak tak terlihat ke balik
pohon-pohon jati. Tanpa harus menunggu terlalu lama, segera
terdengar jerit kesakitan dari balik pohon-pohon itu dan
terlihatlah tubuh-tubuh yang terlempar sebagai mayat.
Kemudian terdengar suara tawa lemah di hutan jati itu,
tetapi bergema dan terdengar di mana-mana.
''Aku orang yang paling tidak suka dengan para
pembokong, maka kalian beruntung dapat terhindar dari
kejahatan, tapi apa yang kalian lakukan di bhumi Jawa ini, jika
tenaga kalian dibutuhkan Sriv ijaya tercinta" Janganlah larut
dalam kekecewaan pribadi semata. Kembalilah, tugas kalian
sudah selesai, jangan membuang waktu lagi, apalagi mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
musuh yang tidak perlu. Pergilah ke pantai utara, sebuah
kapal menantikan kedatangan kalian.''
Lantas bayangan itu berkelebat menghilang. Aku tidak
membuntutinya sejauh tiada ancaman terhadap para pesilat
tersebut. Tentu saja peristiwa ini tidak kuduga sama sekali.
Aku mengikuti rombongan pesilat yang mengamen sepanjang
jalan ini, karena khawatir sepuluh anak buah punggawa yang
terbunuh itu akan menyerang mereka dengan cara licik. Aku
telah memperkirakan, meski sepuluh orang itu menyerang
sekaligus, melihat penguasaan perempuan pesilat itu atas
Jurus Kipas Maut yang digunakannya mengatasi punggawa
tadi, maka tak ada yang harus kukhawatirkan. Namun aku
tetap khawatir, karena siapa pun yang ilmu silatnya masih
rendah tetapi hatinya penuh dendam, sangat mungkin
melaksanakan niatnya dengan jalan curang.
Kekhawatiranku terbukti. Mereka yang tewas ini masih
membawa panah dan busur, sumpit dan anak sumpit, maupun
segenggam jarum beracun yang semuanya dalam keadaan
siap digunakan untuk menyerang. Aku bisa berkelebat sangat
cepat untuk melindungi mereka bertiga ketika senjata-senjata
itu meluncur, tetapi bayangan itu telah berkelebat lebih dahulu
sebelum para pembokong melepaskan senjata-senjata itu.
Bahwa aku mengetahui keberadaannya hanya sejenak
sebelum peristiwa itu terjadi, membuktikan tingkat ilmu
silatnya yang tidak berada di bawah ilmu silatku. Dunia
persilatan adalah dunia yang misterius. Para pendekar
berkelebat datang dan pergi seperti m impi. Tiada seorang pun
mengetahui segala cerita dengan utuh. Berbagai macam cerita
beredar dari kedai ke kedai, tetapi tidak berarti tiada cerita
lain selain dari yang terdengar di kedai itu bukan" Kenyataan
menunjukkan dirinya sepotong demi sepotong, ada kalanya
ketika yang dimaksudkan sudah berubah sama sekali.
Dunia Javadvipa adalah dunia yang lamban. Tidak semua
orang mengetahui berlangsungnya pembangunan candi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
raksasa Bhumisambharabudhara yang merekah bagaikan
teratai di tengah kolam yang mengerahkan beribu-ribu orang
itu. Para pendekar mungkin mampu bergerak cepat, tetapi
mereka tidak bergaul dengan orang banyak dan hanya peduli
kepentingan diri mereka sendiri, yakni mencapai kesempurnaan hidup melalui pencapaian ilmu dalam dunia
persilatan, yang hanya dapat diujikan dalam pertarungan. Jika
berita yang begitu penting seperti pembangunan candi hanya
kebetulan saja kuketahui, karena telah melaluinya dalam
perjalananku, maka bagaimana pula akan bisa kuketahui
sesuatu dari kedatuan Srivijaya"
Dalam perjalanan di pedalaman Javadvipa, tidak akan
selalu kita berjumpa manusia. Mereka yang melakukan
perjalanan dapat berjalan berhari-hari tanpa pernah
menjumpai manusia satu pun jua, maka menjumpai orang-
orang yang melakukan perjalanan secara berombongan adalah
jamak, sedangkan bila seseorang melakukan perjalanan
sendirian maka boleh dipastikan dia bukan saja seorang
pemberani, melainkan juga seorang yang terampil dalam
banyak perkara. Menghadapi mara bahaya di jalan, artinya
bukan sekadar menghadapi begal, melainkan juga binatang
buas, kuda atau dirinya sendiri yang sakit, dan segala macam
perkara yang tiada pernah akan terduga.
Para pendekar selalu mengembara seorang diri, karena
mereka inginkan dunia untuk diri mereka sendiri sahaja;
tenggelam dalam renungan tentang dunia, yang akan sangat
terganggu jika ketenangannya terganggu. Ini juga membuat
mereka akan berkelebat menghilang jika bertemu suatu
rombongan, tetapi sebaliknya langsung bertarung ketika
pendekar bertemu dengan pendekar.
DEMIKIANLAH sungai telaga dunia persilatan membawa
adatnya sendiri yang tidak dikenal dalam kehidupan sehari-
hari, yang betapapun bagi mereka rimba hijau dunia persilatan
itu bagaikan sebuah dongeng. Bagaimana mungkin sebuah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dongeng menjadi begitu nyata seolah-olah selama ini memang
ada" Di hutan jati yang sepi, sepuluh mayat bergelimpangan
dalam keadaan yang mengenaskan, dan ketiga orang itu
saling berpandangan. Anak itu memegang tangan yang
perempuan. ''Bunda, aku tidak mau pulang,'' katanya, ''aku tidak mau
pulang!'' Perempuan pesilat itu pun menenangkan.
''Kita tidak akan pulang, Dinda, tidak sekarang.''
Perempuan itu tampak sangat menghormati anak ini, benar
juga dia bukan anaknya! Bahkan dia tentunya bukan
sembarang anak kecil, karena tidak akan terjadi dua manusia
pesilat yang sangat meyakinkan ini akan bersedia terlibat
urusan dengan anak orang lain sampai begini jauh. Anak
siapakah dia sebenarnya" Sepenting apakah anak ini,
sehingga ia harus dibawa mengembara menyeberang lautan,
dari Sriwijaya ke Yavabhumipala tempat igama-igama besar
sedang bertarung untuk memimpin makna kehidupan dunia"
''Kakak, apa yang harus kita lakukan dengan jenazah ini"
Apakah kita harus membakarnya semua"''
Lelaki pesilat itu menarik napas panjang dan mengembuskannya. ''Yah, tiada sesuatu pun yang memburu-buru kita,
sebaiknya kita sempurnakan saja mereka.''
Begitulah mereka berdua mulai membuat pancaka
pembakaran mayat. Tangan mereka sungguh terampil
memotong dahan dan saling mengikatkannya sehingga
menjadi pancaka yang layak untuk sebuah pembakaran yang
dilakukan dengan kesungguhan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah masih harus kuikuti mereka demi keselamatannya"
Kurasa aku tidak mungkin mengikuti mereka selama hidupnya.
Kuanggap ancaman bagi mereka yang paling nyata sudah
teratasi. Mereka akan baik-baik saja.
Ketika aku berbalik dan pergi, asap pembakaran telah
membubung keluar dari hutan jati. Burung-burung gagak
beterbangan dan berkaok-kaok seperti menyesali pembakaran
itu. Biarlah mereka teruskan kisah mereka sendiri.
Aku melesat pergi dan segera tahu sekelebat bayangan
mengikuti. Kutancap kecepatanku dengan Jurus Naga Berlari
di Atas Langit, tetapi aku hanya mengerahkan setengah dari
kecepatan yang kumiliki. Ia terus menerus mengikutiku meski
telah kubuat jalan pelarian yang sulit. Dari celah pohon yang
satu ke celah pohon yang lain, ia terus berkelebat
membuntuti. Aku sebetulnya sedang malas bertarung, tetapi
dalam keadaan seperti itu pun minat seorang penantang harus
dihormati. Namun apakah ia membuntutiku memang karena
semangat untuk bertarung, ataukah memang membuntuti aku
demi kepentingan untuk membuntuti itu sahaja"
Aku menambah kecepatan sampai tak bisa diikutinya.
Hanya untuk muncul di belakangnya. Ia berhenti karena
kehilangan jejak. Kudengar ia menggerutu.
''Kupikir ia tak tahu jika kubuntuti, ternyata ia sengaja
mengecohku. Hhh...'' Ia seorang pemuda yang menyoren pedang, seperti banyak
pendekar lain yang memilih jalan hidup di rimba hijau. Kurasa
aku tidak ingin memberinya kesempatan, karena sudah pasti
akan dapat kukalahkan. Maka sekali lagi aku berbalik dan
pergi, melenting ke atas pepohonan dan meloncat dari pucuk
ke pucuk, terbang menghilang ke arah utara.
Aku merasa lega dapat menunda pertumpahan darah.
Namun sampai kapan" Aku melesat dan meluncur. Melenting-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lenting dan me luncur. Berkelebat di antara bayangan mega-
mega yang menyembunyikan matahari, aku teringat
Nyayabindutika: kenyataan atau bhuta adalah tujuan yang benar Empat Kebenaran Agung disadari oleh pengetahuan hakiki
bhavana atas kebenaran menjaga agar tujuan yang benar
selalu berada dalam ingatan
prakarsa adalah pengetahuan
atas bayangan dari tujuan mendekati ketajaman AKU melangkah sekadar mengikuti ke mana arah langkah
kakiku menuju. Sebetulnya aku merasa penasaran dengan
kawan-kawan yang terpisah dariku sepuluh tahun yang lalu.
Bagiku mereka sebenarnyalah merupakan tanggung jawabku.
Bukankah mereka mengandalkan diriku agar perjalanan
mereka selamat sampai tujuan" Semenjak aku jatuh tak
sadarkan diri di atas rakit karena racun Si Kera Gila,
berhasilkah para mabhasana itu menyampaikan harta benda
dalam gerobak yang dipersiapkan untuk upacara penyerahan
sima" Apakah yang terjadi dengan Radri dan Sonta, kedua
tukang tambang yang perkasa itu" Bagaimana pula nasib
Campaka, perempuan yang juga telah memperlihatkan
keperkasaannya dalam pertempuran seru di atas rakit
menghadapi perompak sungai dari Gerombolan Kera Gila"
Ketika keluar dari gua aku bukan tak ingat kepada mereka
semua. Namun peristiwa demi peristiwa yang kualam i semakin
menjauhkan diriku, meski bukan berarti aku tidak mencari
keterangan tentang mereka. Aku tercenung mengingat segala
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kisah yang tak terselesaikan. Bukan sekadar bagaimana nasib
Campaka, atau bahkan para pesilat Sriv ijaya yang disebutkan
ditunggu oleh sebuah kapal, atau dewa penolong yang telah
mengarahkan diriku kepada penemuan segala kunci ilmu
persilatan, tetapi juga riwayat diriku sendiri betapa masih
terselimuti kabut. Apakah aku harus menuntaskan segalanya atau kubiarkan
saja" Hidup bukanlah dongeng yang begitu jelas pembabakannya maupun begitu pasti awal dan akhirnya.
Hidup terlalu sering meninggalkan pertanyaan-pertanyaan
tidak terjawab. Benarkah dalam hidup ini semua pertanyaan
harus ada jawabannya"


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mengapa kuajukan pertanyaan-pertanyaan ini" Tidakkah ini
sekadar merupakan pembenaran untuk tidak mencari
jawaban" Pertanyaan-pertanyaan itu bagaikan bayang-bayang
yang selalu mengikuti tubuh, tanpa pernah menjadi manusia...
Anda harus menjaga jangan sampai dikuasai badan Anda
jangan pula disakiti dengan bertapa
jangan beri kesempatan berbuat semaunya
arahkan perbuatan ke jalan bodhi namun jangan tergesa Anda pasti 'kan menjadi Buddha
Aku masih terus melangkah dengan riang mengikuti
langkah kakiku, ketika bayangan berkelebat yang telah
kutinggalkan itu muncul kembali. Apakah ia telah mengikuti
diriku tanpa kuketahui"
Aku baru saja mencapai suatu puncak bukit. Dari puncak
bukit ini kulihat suatu cakrawala berkabut di kejauhan. Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasakan angin yang lembab dan asin. Apakah aku sudah
mendekati lautan" Ia mengenakan ikat kepala berwarna hitam. Bajunya yang
berlengan juga hitam, meski tidak hitam kelam, sebaliknya
hitam kusam karena selalu terkena panas matahari. Ia juga
mengenakan celana dengan warna hitam yang sama
kusamnya. Lantas ada semacam kain yang bergambar yang
mengikat baju dan celananya. Terlihat sarung pedang
menggelantung di pinggangnya. Adapun pedangnya sudah
berada di tangan kanan. Dari balik ikat kepala itu kulihat
rambutnya sudah beruban. Mungkin usianya mendekati enam
puluh, tetapi wajahnya jauh dari keriput.
Aku menghela napas panjang. Kukira kali ini pertarungan
tidak terhindarkan, terutama karena aku tidak mungkin
menghindarinya lagi. Telah kualami sejak tadi betapa
kecepatannya tidak tertandingi, jadi inilah lawan yang harus
kuhadapi dalam jalan pertarungan seorang pendekar yang
ingin menyempurnakan ilmu silatnya.
Aku menghela napas panjang bukan karena takut,
melainkan karena kini aku cenderung lebih ingin mendalami
filsafat daripada silat. Telah kusebutkan betapa aku selalu
mendalami filsafat agama demi kepentingan ilmu silat, tetapi
belakangan aku selalu memikirkan filsafat sebagai filsafat itu
sendiri. Aku ingin menjadi orang awam yang tenggelam dalam
bacaan filsafat untuk mencapai pencerahan, meski tidak
berarti keinginan untuk mengembara pudar sama sekali.
Sebaliknya, aku telah sampai ke puncak tempat bisa
kuhirup angin laut yang membuat jantungku serasa berdegup
lebih kencang karena gairah hidup yang meningkat pesat. Jika
aku ingin menyeberang lautan, menuju ke suatu negeri yang
disebut-sebut bernama Srivijaya, aku harus membunuh
pendekar yang mencegatku ini. Betapapun tinggi ilmunya,
betapapun canggih tipu dayanya, betapapun luas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengalamannya, aku harus mengalahkannya, yang tiada lebih
dan tiada kurang mengakhiri riwayat hidupnya.
Apakah dia juga tidak akan berkata-kata dan langsung
menyerang sesuai kebiasaan dalam pertarungan untuk
mencapai kesempurnaan"
Ternyata dia bicara. ''Daku datang ke bhumi Jawa untuk mencari para naga.
Seandainya daku tundukkan para naga itu satu per satu dan
daku merajai dunia persilatan di bhumi Jawa maka hidupku
akan menjadi sempurna. Namun bukan saja tiada pernah
kutemui satu pun dari para naga yang masyhur namanya,
melainkan sebaliknya setiap lawan yang kutundukkan berkata
aku tak kan mampu mengalahkan seorang pendekar yang
tiada bernama...'' Aku tertegun. ''Tidakkah itu merupakan suatu penghinaan, wahai
pendekar" Tidakkah merupakan penghinaan betapa seseorang
yang mencari nama dengan mencari para naga yang ternama
diandaikan tiada mampu melawan seorang pendekar tiada
bernama"'' Aku tidak menjawab. Suaranya memang lembut dan halus,
tetapi sudah jelas keangkuhannya setinggi langit. Maka,
seperti telah kukuasai berkat ilmu warisan Raja Pembantai dari
Selatan, kukeluarkan kedua pedang dari dalam tanganku.
Kini giliran dirinya yang tertegun.
''Ah! Ilmu gaib! Tapi Cahaya Kota Kapur sudah menelan
semua ilmu gaib yang paling mungkin diciptakan di muka
bumi. Majulah Pendekar Tanpa Nama, agar daku paham
mengapa dikau harus kukalahkan sebagai syarat menghadapi
para naga.'' Begitukah" Sejauh berhubungan dengan para naga aku
hanya mengalami betapa murid-murid Naga Hitam masih terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memburuku, bahkan sampai hari ini. Namun tentang para
naga yang lain, meski pernah kumimpikan untuk belajar ilmu
silat dari mereka satu per satu, tampaknya aku hanya dapat
mempelajarinya dengan cara menjadikan mereka lawan.
Sekarang, jika tersebar suatu ketentuan bahwa sebelum
menantang para naga maka seseorang harus menghadapiku
dahulu, tentulah merupakan siasat licik siapa pun dia yang
berusaha menyingkirkan diriku.
Seperti yang telah berlangsung dalam dunia persilatan
selama ini, seperti yang juga telah dilakukan para naga itu
sendiri, cara terbaik untuk mendapat nama adalah menantang
seorang pendekar bernama besar. Di antara nama-nama
besar, yang selama ini dianggap terbesar adalah gelar Naga,
karena seseorang mencapai gelar itu bukan hanya setelah tak
terkalahkan untuk waktu yang sangat lama, tetapi juga karena
telah menundukkan nama-nama yang besar dalam dunia
persilatan. Telah kuceritakan tentang acuan para naga kepada
Pedang Golok Yang Menggetarkan 13 Pendekar Gila 30 Dewi Ratu Maksiat Misteri Tirai Setanggi 2
^