Mentari Senja 3
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja Bagian 3
kebumi untuk mengusap seluruh tubuhku yang dihangatkan oleh api yang
berbau mayat itu." Wajah Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles menjadi tegang.
Kengerian yang pernah dibayangkan sebelumnya itu rasa-
rasanya semakin nampak menerawang di kepala mereka.
Namun Kiai Banyu Bening itu masih saja tertawa
berkepanjangan. Bahkan kemudian katanya "Laki-laki yang
telah membawa isteriku itu dan bahkan isteriku itu sendiri
harus mati didalam nyala api. Mereka telah membunuh
anakku. A nakku bagiku adalah segala-galanya."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara tertawa laki-laki itu terdiam. Ketika Ki Sambi Pitu dan
Ki Lemah Teles memandang wajahnya, mereka terkejut. Di
wajah itu tidak lagi membayang tawa dan senyum. Tetapi
yang nampak adalah nyala api neraka disorot matanya.
Tiba-tiba saja orang itu menggeram "pergilah. Kau sudah
terlalu banyak mengetahui tentang isi padepokan ini, yang
seharusnya tidak boleh diketahui oleh orang lain. Jangan
kembali lagi. Kau telah melanggar paugeran padepokan kami."
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles tidak menjawab.
Keduanya telah melangkah ke kuda mereka. Kemudian
keduanya telah menuntun kuda mereka ke pintu gerbang
Pintu gerbang itupun terbuka. Orang yang berwajah
garang, bermata tajam dan berkumis tebal itu berdiri dengan
tegang di sebelah pintu. Beberapa orang dengan senjata
telanjang tegak mematung memandangi Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles yang lewat sambi! menuntun kudanya.
Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah
berpacu meninggalkan padepokan yang menyimpan seribu
macam pertanyaan itu. Sambil melarikan kuda mereka, untuk keduanya menjauhi
padepokan itu, Ki Sambi Pitu itupun berkata "Ternyata kita
masih beruntung dapat keluar dari padepokan itu."
"Yang kita cemaskan itu ternyata tinggal menunggu waktu
saja." berkata Ki Lemah Teles.
"Mengerikan sekali" sahut Ki Sambi Pitu. "Kita memang
harus menghentikannya" desis Ki Sambi Pitu kemudian.
"Nampaknya Kiai Banyu Bening itu menderita semacam
penyakit yang sangat berbahaya" berkata Ki Lemah Teles
kemudian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penyakit apa?""bertanya Ki Sambi Pitu.
"Hatinya telah dicengkam oleh dendam yang membara.
Kematian anaknya tidak pernah diikhlaskannya, sehingga
hidupnya menjadi sangat gersang. Ia ingin menuntut kematian
anaknya dengan kematian dan kematian."
"Itulah yang membayangi upacara hitam yang dilakukan
oleh para pengikutnya" berkata Ki Sambi Pitu "apa yang
terjadi sekarang, adalah semacam pemanasan. Pada saatnya,
maka bayi-bayilah yang akan menjadi korban. Orang gila itu
akan merasa sangat berbahagia mendengar jerit tangis bayi
yang dikorbankannya, sebagaimana dikatakannya, seperti
kidung yang didendangkan oleh peri-peri yang cantik, tetapi
tidak dilangit. Peri-peri itu bangkit dari pusat bumi yang kelam
yang membawakan lagu-lagu kematian." Ki Sambi Pitu
berhenti sejenak. Namun kemudian ia berkata "Tetapi sayang,
bahwa Kiai Banyu Bening tidak menantang orang-orang yang
terlibat kematian bayinya dengan perang tanding."
"Aku bungkam mulutmu jika kau masih saja mengigau
tentang perang tanding." geram Ki Lemah Teles.
Ki Sambi Pitu tertawa. Namun ia menjauhkan kudanya dari
kuda Ki Lemah Teles yang menggeram.
Namun kedua orang itu terkejut ketika mendengar derap
kaki kuda. Ketika mereka berpaling, mereka melihat ampat
ekor kuda yang berpacu seperti di kejar hantu.
"Siapa mereka?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Berhati-hatilah. Kiai Banyu Bening menganggap kita terlalu
banyak tahu." "Setan itu melepaskan kita dari padepokan, tetapi kemudian
memerintahkan orang-orangnya memburu kita."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya justru memperlambat derap kaki kuda mereka,
seakan-akan mereka justru sengaja menunggu keempat orang
berkuda itu. "Kita belum tahu siapa mereka dan untuk apa mereka
memburu kita. Tetapi sebaiknya kita tidak berprasangka buruk
lebih da-: hulu. Mungkin mereka bukan dari padepokan Kiai
Banyu Bening." berkata Ki Sambi Pitu kemudian.
Dalam pada itu, keempat orang berkuda itu memacu
kudanya . semakin cepat. Ketika mereka berhasil menyusul Ki
Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang memang memperlambat
derap lari kudanya, maka dua orang diantara mereka justru
mendahului. Kemudian setelah keduanya berada di depan,
maka mereka memberi isyarat, agar Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles itu berhenti.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang sudah bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan itupun menarik kendali kuda
mereka sehingga sejenak kemudian, merekapun telah
berhenti. "Turunlah" perintah salah seorang diantara kedua orang
yang mendahului Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles.
Ternyata orang itu adalah orang yang berwajah garang,
bermata tajam dan berkumis tebal, yang berada dipintu
gerbang padepokan Kiai Banyu Bening itu.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian
meloncat turun dari kuda mereka. Dengan tenang keduanya
telah mengikat kuda mereka pada sebatang pohon perdu.
Demikian pula keempat orang yang memburu mereka.
Keempat-empatnyapun telah meloncat turun serta mengikat
kuda-kuda mereka pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak" berkata orang berkumis tebal itu. Suaranya
mengguntur menggetarkan selaput telinga "ternyata kalian
terlalu banyak bertanya, sehingga kalianpun mengetahui
banyak tentang padepokan kami."
'"Tetapi bukankah Kiai Banyu Bening menjawab pertanyaan-pertanyaanku" sahut Ki Sambi JPitu.
"Kiai Banjar Bening kadang-
kadang memang kehilangan kendali. Jika seseorang memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, maka
diluar sadarnya, iapun selalu
menjawabnya." "Jadi?" bertanya Ki Lemah
Teles. "Pengertianmu yang banyak
tentang padepokan kami akan
sangat membahayakan kami.
Karena itu, maka kalian tidak
boleh menyebarkan apa yang
telah kalian ketahui itu kepada orang lain." berkata orang
berkumis tebal itu. Ki Sambi Pitu mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kami
berjanji untuk tidak menyebar-luaskan pengertian kami
tentang padepokan Kiai Banyu Bening."
"Sekedar janji sebagaimana kau katakan itu, tidak cukup Ki
Sanak." berkata orang berkumis tebal itu pula.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Kau harus diam untuk selama-lamanya" jawab orang itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu?" desak Ki Lemah Teles.
"Kalian harus dibunuh."
Kedua orang itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian Ki
Lemah Telespun berkata "Jika kau akan membunuhku, maka
kau akan aku bunuh lebih dahulu."
Wajah orang itu menjadi tegang. Tetapi kemudian iapun
tertawa. Suaranya meledak-ledak seperti petir yang menyambar-nyambar dilangit.
"He" bentak Ki Lemah Teles "kenapa kau tiba-tiba menjadi
gila?" Orang itu tiba-tiba saja terdiam. Matanya menyala seakan-
akan memancarkan api. "Kaulah yang benar-benar gila. Kau tidak tahu dengan siapa
kau berhadapan" "Tentu saja aku tahu. Kau adalah budak-budak kecil di
padepokan orang yang berbangga dengan sebutan Kiai Banyu
Bening. He, apakah kau tahu artinya Banyu Bening?"
"Cukup" orang itu berteriak "sebaiknya kau sebut nama
ayah dan ibumu. Sebentar lagi kau akan mati."
"Sudah aku katakan, kau yang akan mati. Apakah kau tuli"
Ki Lemah Telespun berteriak pula.
Namun Ki Sambi Pitu berkata dengan nada yang lebih
rendah "Apa sebenarnya yang terjadi dengan Kiai Banyu
Bening" Apakah yang aku ketahui tentang padepokan itu
cukup menjadi alasan baginya untuk membunuh?"
"Setiap orang yang tidak dikehendki oleh Kiai Banyu Bening
akan mati." jawab orang itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak" berkata Ki Sambi Pitu "agaknya peristiwa yang
terjadi atas bayi Kiai Banyu Bening itu telah menghantuinya
sepanjang hidupnya, sehingga nalar budinya tidak lagi dapat
menilai baik dan buruk. Jangankan kehilangan bayinya dengan
cara yang sangat mengerikan, sedangkan orang yang merasa
kesepian dihari-hari tuanya dapat kehilangan akal pula."
"Gila kau Sambi Pitu" geram Ki Lemah Telcs. Namun Ki
Sambi Pitu itu tidak menghiraukannya.Dengan nada rendah ia
berkata selanjutnya "Apakah Kiai Banyu Bening tidak dapat
menemukan isteri serta laki-laki yang mengajaknya pergi itu?"
"Kiai Banyu Bening tidak membutuhkannya lagi."
"Mereka yang harus bertanggung jawab atas kematian bayi
itu. Kiai Banyu Bening tidak seharusnya mencari korban untuk
melepaskan kemarahan dan kekecewaannya."
"Kau tidak usah mengguruinya. Jika keduanya dapat
diketemukan, maka ia tentu sudah menuntut tanggung jawab
itu. Tetapi keduanya telah menghilang setelah mereka
mengetahui bahwa Kiai Banyu Bening masih tetap hidup.
Apalagi peristiwa itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu
sebelum perguruan Kiai Banyu Bening berdiri."
"Kau tahu, siapakah nama laki-laki itu?" bertanya Ki Sambi
Pitu. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Seandainya aku
tahu, tidak ada perlunya aku menyebut dihadapanmu."
"Baiklah, Ki Sanak. Kau telah melengkapi pengenalanku
atas Kiai Banyu Bening. Sekarang perkenankan aku
melanjutkan perjalanan" berkata Ki Sambi Bitu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" tiba-tiba orang itu membentak "kalian berdua tidak
akan pernah keluar dari lingkungan dan kuasa kami. Kalian
berdua akan mati." "Aku bunuh kau" geram Ki Lemah Teles "kemudian aku
tantang Kiai Banyu Bening untuk berperang tanding."
"Agaknya kau benar-benar gila. Kau kira siapa Kiai Banyu
Bening itu, he. Sehingga kau berani menantangnya untuk
berperang tanding?" geram orang berkumis tebal itu
"menyebut namanya saja kau harus mendapat ijin dan
palilahnya." Ki Lemah Teles tertawa. Suaranya meledak-ledak tidak
kalah dari suara tertawa orang berkumis tebal itu. Katanya
"Apakah kau kira Kiai Banyu Bening itu memiliki kelebihan"
Jika ia benar-benar memerintahkan membunuhku, aku benar-
benar akan datang kepadanya dan menantangnya berperang
tanding seperti yang aku katakan itu."
"Kau tidak akan sempat melakukannya. Kau akan mati
sekarang juga." "Jangan membantah. Kau yang akan mati sekarang.
Sayang, kau tidak sempat melihat aku membantai Kiai Banyu
Keruh itu besok atau lusa karena kau akan mati. Karena itu,
pergilah. Kembalilah kepada Kiaimu itu. Katakan bahwa kau
masih ingin hidup untuk melihat bagaimana aku membunuh
Banyu Bening yang gila itu." Ki Lemah Teles berteriak semakin
keras. Wajah orang berkumis tebal itu bagaikan tersentuh api.
Karena itu tanpa menjawb lagi, iapun segera memberi isyarat
kepada kawan-kawannya. Ketika keempat orang itu bergerak mengepung Ki Sambi
Pitu dan Ki Lemah Teles, maka Ki Lemah Teles itu masih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak"kalian benar-benar gila. Jika kalian mati, jangan
salahkan aku." Orang berkumis tebal dan berwajah garang itu tidak
menjawab lagi. Dengan serta merta, maka ia mulai menyerang
Ki Lemah Teles. Sedangkan kawan-kawannyapun mulai
bergerak pula mendekati salah seorang dari kedua orang yang
telah datang ke padepokan mereka itu.
Sejenak kemudian, pertempuranpun telah berlangsung
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sengitnya. Orang berkumis tebal yang marah itu
segera mengerahkan kemampuannya. Ia benar-benar ingin
segera membunuh Ki Lemah Teles yang telah berani
menghina pemimpin padepokannya yang sangat dihormatinya.
Agaknya orang berwajah garang dan berkumis tebal itu
termasuk salah seorang kepercayaan Kiai Banyu Bening.
Karena itu, maka dengan hentakan-hentakan ilmunya ia
mampu mengejutkan Ki Lemah Teles. Apalagi seorang
kawannya telah membantunya. Seorang yang juga bukan
orang kebanyakan. Sementara itu, dua orang yang lain telah bertempur
melawan Ki Sambi Pitu. Keduanya berusaha nrmecah
perhatian Ki Sambi Pitu dengan menyerang dari arah yang
berlawanan. Tetapi Ki Sambi Pitu adalah seorang yang berilmu tinggi.
Karena itu, maka ia tidak menjadi bingung meskipun dua
orang lawannya itu justru berdiri diarah yang bertentangan.
Orang berkumis tebal itu tidak menduga bahwa orang yang
mengaku pedagang yang mencari barang-barang dagangan
itu un tuk beberapa lama mampu mengimbangi ilmunya.
Bahkan Ki Lemah Teies itu sekali-sekali justru telah mendesak
lawannya meskipun mereka berdua.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan dengan lantang Ki Lemah Teles itupun berkata
"Nah, sekarang kita akan bertaruh, siapa yang akan terbunuh
di pertempuran ini."
Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Namun Ki Lemah
Teles itupun berkata "Marilah kita letakkan taruhan kita lebih
dahulu. Uang, pendok keris atau timang, tetapi harus dari
emas seperti timang yang aku pakai ini. Siapa yang tetap
hidup boleh memiliki taruhan itu."
"Setan kau" geram yang berwajah garang dan berkumis
tebal itu. Matanya yang tajam bagaikan menyala memandang
Ki Lemah Teles yang menantangnya bertaruh itu.
"Baiklah jika kau menolak" berkata Ki Lemah Teles.
"nampaknya kau menyadari bahwa kau tidak akan dapat
menang meskipun kau dibantu oleh seorang kawanmu."
Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi serangan-
serangannya datang semakin cepat. Seorang kawannyapun
berusaha untuk mengimbangi kecepatan gerak orang
berkumis tebal itu. Namun pertahanan Ki Lemah Teles sama
sekali tidak terguncang karenanya. Bahkan Ki Lemah Teles
yang berilmu tinggi itu semakin lama justru semakin mendesak
lawan-lawannya. Dengan tangkasnya Ki Lemah Teles telah meloncat
menghindar ketika orang berkumis tebal itu melenting dengan
cepat sambil menjulurkan kakinya menyamping. Namun dalam
pada itu, lawannya yang lain telah memutar tubuhnya sambil
mengayunkan kakinya mengarah kening.
Ki Lemah Teles dengan cepat bergeser kesamping. Tetapi
demikian kaki lawannya yang berputar itu hampir menyambar
keningnya, maka iapun segera menjatuhkan diri. Tetapi justru
kakinya dengan cepat serta dilambari dengan tenaganya yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar, menyapu menebas kaki lawannya yang dipergunakannya sebagai tempat bertumpu.
Dengan derasnya, kaki itu bergeser. Justru karena itu,
maka orang itu benar benar lelah kehilangan keseimbangannya. Karena itu, maka dengan keras ia telah
terbanting jatuh ditanah. Namun dengan cepat pula orang itu
melenting berdiri. Tetapi Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Ki Lemah Teles
justru telah bersiap sepenuhnya. Demikian orang itu bangkit,
maka kakinya telah menyambar dada.
Orang itu terdorong beberapa langkah surut. Namun ketika
Ki Lemah Teles siap memburunya, maka lawannya yang
seorang lagi telah menyerangnya. Sambil meloncat maju,
maka tangannya yang kuat telah terayun kearah pelipisnya.
Namun Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Dengan
loncatan kesamping, maka pukulan tangan itu tidak
menyinggung tubuhnya sama sekali.
Dengan demikian, maka kedua orang lawan Ki Lemah Teles
itu telah semakin meningkatkan ilmu mereka sampai ke
puncak. Tetapi memang tidak mudah bagi mereka untuk
mengalahkan dan kemudian membunuh orang itu.
Dalam pada itu, Ki Sambi Pitupun telah bertempur melawan
dua orang lawannya pula. Dua orang yang memiliki
kemampuan untuk bertempur cukup tinggi. Namun keduanya
telah benar-benar berada didalam genggaman tangan Ki
Banyu Bening. Jadi apa yang dikatakan oleh Ki Banyu Bening
bagi mereka adalah paugeran.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, mereka sama sekali tidak sempat mempergunakan akal mereka. Ketika Kiai Banyu Bening
memerintahkan mereka untuk membunuh, maka merekapun
telah menjalankan perintah itu dengan sebaik-baiknya.
Tetapi lawan yang mereka hadapi adalah Ki Sambi Pitu.
Seorang yang benar-benar berilmu tinggi.
Karena itu, maka kedua orang itupun segera mengalami
kesulitan. Betapapun mereka berusaha, tetapi serangan-
serangan mereka tidak pernah menyentuh sasaran.
Bahkan kemudian ternyata bahwa serangan Ki Sambi
Pitupun yang justru lebih dahulu mengenai tubuh lawannya.
Seorang dari kedua lawannya itu telah terpelanting ketika
tangan Ki Sambi Pitu terayun tepat mengenai tengkuknya.
Orang itu jatuh tersungkur dengan kerasnya. Wajahnya
yang terjerembab telah terluka oleh goresan-goresan kerikil
yang terserak di jalan. Debu.dan tanah yang melekat
membuat wajahnya menjadi kotor dan berdarah. .
Tetapi orang itu masih bangkit sambil menggeram.
Diusapnya wajahnya dengan tangannya. Sementara mulutnya
yang juga berdarah itu mengumpat-umpat.
Ki Sambi Pitu sempat tertawa melihat wajah orang itu.
Bahkan sambil bergeser menghindari serangan lawannya yang
seorang lagi, ia berkata "He, darimana kau mendapatkan
topeng yang menarik itu?"
"Aku koyak mulutmu" geram orang itu. Ki Sambi Pitu
tertawa semakin keras. Katanya "Jangan terlalu garang.
Jagalah agar luka-lukamu tidak terlalu mengeluarkan darah."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemarahan orang itu serasa membakar ubun-ubunnya.
Karena itu, maka iapun telah meloncat menyerang dengan
garangnya. Sementara kawannya yang seorang lagi telah meloncat
menyerang pula. Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi kedua
lawan Ki Sambi Pitu semakin lama menjadi semakin tidak
berdaya. Tetapi keduanya tidak segera menyerah. Hampir berbareng
keduanya telah menarik keris mereka dari wrangkanya yang
terselip dipunggung. Ki Sambi Pitu melihat kedua ujung keris itu dengan dada
yang berdebar-debar. Setapak ia melangkah surut, sementara
lawannya yang wajah tersuruk kedalam tanah itu menggeram
"Kau harus menebus kesombonganmu dengan nyawamu."
"Kalian telah mendahului mempergunakan senjata" berkata
Ki Sambi Pitu. "Kau mulai menyesali tingkah lakumu." geram lawannya
yang lain. Ki Sambi Pitu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Jika kalian tergores ujung kerisku, itu bukan
salahku." Kedua orang itu justru tertegun melihat Ki Sambi Pitu juga
menarik kerisnya. Sebuah keris luk sebelas yang manis
buatannya. Pamornya nampak berkeredipan seakan-akan
menyalakan cahaya yang kehijau-hijauan.
Tetapi kedua orang itu tidak sempat merenungi senjata
lawannya. Ketika keris itu mulai berputar, maka merekapun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera menyadari, bahwa mereka benar-benar akan
bertempur habis-habisan. Dalam pada itu, Ki Lemah Telespun telah bertempur dengan
garangnya. Kedua lawannya memang tidak banyak mempunyai kesempatan. Beberapa kali serangannya telah
mengenai tubuh lawan-lawannya. Meskipun sekali-sekali
tubuhnya juga tersentuh serangan lawannya, tetapi serangan
itu tidak menggoyahkan pertahanannya.
Orang yang berkumis tebal itu setiap kali harus berdesis
menahan sakit. Wajahnya seakan-akan telah menjadi lembab.
Beberapa kali tangan Ki Lemah Teles telah mengenai
wajahnya, seakan-akan Ki Lemah Teles sengaja menampar
mulutnya sehingga berdarah.
Ketika orang berkumis lebat itu melihat kawan-kawannya
yang bertempur melawan Ki Sambi Pitu telah menggenggam
kerisnya, maka iapun telah menarik senjatanya pula. Bukan
sebilah keris seperti yang lain, tetapi sebilah parang yang
besar, sedangkan kawannya memang bersenjata keris
sebagaimana yang lain. Ki Lemah Teles yang melihat lawan-lawannya bersenjata,
maka iapun telah menggenggam senjatanya pula. Seperti
senjata Ki Sambi Pitu, maka Ki Lemah Teles telah
menggenggam sebilah keris, tetapi lurus dengan ukuran yang
sedikit lebih besar dari kebanyakan keris.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun telah benar-
benar sampai kepuncaknya. Serangan-serangan yang akan
berhasil menyentuh lawan tidak lagi sekedar membuat tubuh
menjadi biru lembab. Tetapi goresan-goresan luka itu akan
dapat menitikkan darah. Bahkan jika senjata itu menukik di
dada dan menyentuh jantung, maka senjata-senjata itu akan
dapat membunuh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun mereka yang bertempur tidak menghiraukannya.
Mereka telah mengayun-ayunkan senjata mereka. Orang
berkumis tebal itupun telah mengayun-ayunkan parangnya
pula. Tetapi Ki Lemah Teles adalah seorang yang tangkas. Ia
mampu dengari cepat menghindari serangan-serangan
lawannya. Namun tiba-tiba saja ia meloncat menyerang
dengan ujung kerisnya. Serangan yang datang beruntun dari kedua lawannya
membuat Ki Lemah Teles berkeringat. Namun sejalan dengan
itu, kemarahannyapun semakin menggigit jantung. Karena itu,
maka kcrisnyapun menjadi semakin cepat menyambar-
nyambar. Ternyata orang yang berkumis lebat itu, mengalami banyak
kesulitan menghadapi Ki Lemah Teles yang mampu bergerak
dengan cepatnya. Sementara kerisnya bergerak melampaui
kecepatan geraknya. Karena itu, maka sambil berteriak marah
sekali, orang itu meloncat mundur mengambil jarak.
Namun ujung keris lawannya telah tergores dilambungnya.
Goresan itu memang tidak begitu dalam. Sementara itu ikat
pinggang orang berkumis lebat yang terbuat dari kulit yang
tebal dan lebar itupun sempat ikut menahan ujung keris Ki
Lemah Teles, sehingga goresan itu tidak terlalu panjang dan
dalam. Meskipun demikian, darah sudah mulai tertumpah. Titik-titik
darah itu sudah membasahi lereng Gunung Lawu.
Namun pertempuran masih berlangsung terus. Orang
berkumis tebal itu tidak berniat menghentikan pertempuran
apapun yang terjadi. Sebagai murid kepercayaan Kiai Banyu
Bening, maka orang itu tidak akan mundur setapakpun juga.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lemah Teles menyadari sepenuhnya akan hal itu. Karena
itu ia tidak berniat untuk menawarkan kesempatan agar
lawannya menyerahkan diri.
Karena itu, maka pertempuranpun segera mencapai
puncaknya. Orang berkumis tebal itu telah mengayun-ayunkan
parangnya. Seorang kawannya yang bertempur bersamanya
juga telah berusaha untuk menggapai tubuh Ki Lemah Teles
dengan ujung kerisnya. Tetapi bukan tubuh Ki Lemah Teles yang kemudian tergores
senjata. Justru tubuh orang berkumis lebat dan kawannya
itulah yang menjadi basah oleh darah.
Ki Lemah Teles telah menyelesaikan pertempurannya lebih
dahulu. Orang berkumis tebal itu kehilangan kesempatan
untuk melawannya ketika keris Ki Lemah Teles mengoyak
pangkal paha kanannya. Orang itu seakan-akan tidak
mempunyai kekuatan lagi untuk berdiri dan apalagi bertempur.
Jika Ki Lemah Teles bergeser, maka orang berkumis tebal itu
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak lagi mampu berbuat sesuatu. Bahkan jika ia berusaha
menapak dengan kaki kanannya, maka orang itu justru tidak
dapat mempertahankan keseimbangannya.
Sedangkan yang seorang lagi telah terbaring sambil
mengerang kesakitan. Keris Ki Lemah Teles telah menggores
dadanya menyilang. Tetapi luka itu tidak menghunjam sampai
ke jantung. Ki Sambi Pitu masih bertempur untuk beberapa saat. Tetapi
bahwa orang berkumis tebal itu sudah tidak mampu
bertempur lagi, maka kedua orang lawan Ki Sambi Pitupun
kehilangan ketegarannya. Merekapun kemudian telah terluka
sebagaimana kedua kawannya yang lain, sehingga keduanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak lagi mampu untuk bertempur. Seorang tubuhnya
terbaring diatas tanggul parit, sedang seorang lagi terkapar
dipinggir jalan. "Kenapa tidak kau bunuh aku?" teriak orang berwajah
garang bermata tajam dan berkumis tebal itu.
"Apakah kematianmu ada artinya bagiku?" bertanya Ki
Lemah Teles. "Kau akan menyesal, karena pada kesempatan lain, akulah
yang akan membunuhmu" geram orang itu.
"Kalau kau mampu membunuhku, tentu sudah kau lakukan
sekarang ini, justru kau bertempur bersama dengan seorang
kawanmu." "Lain kali aku akan membawa sepuluh orang kawan jika kau
tidak membunuh aku sekarang?"
Ki Lemah Teles tertawa. Katanya "Kau kira aku tidak
mempunyai kawan" Diseberang hutan Jatimalang kawanku
ada sepa-dang rumput yang luas menunggu aku. Jika pada
kesempatan lain kau akan membawa sepuluh orang kawanmu,
maka aku akan membawa pasukan segelar-sepapan."
Orang berkumis tebal itu menggeram. Tetapi ia memang
sudah tidak berdaya. Bahkan untuk berdiripun rasa-rasanya
tidak lagi dapat tegak. Namun Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu ternyata benar-
benar tidak ingin membunuh lawannya. Bahkan Ki Sambi Pitu
itu-pun kemudian berkata "Aku akan memberi isyarat kepada
kawan-kawanmu agar datang menjemputmu."
"Setan kau. Kau sudah menghina aku dan padepokanku"
geram orang berkumis lebat itu. Tetapi ia memang menjadi
semakin lemah, sehingga ia tidak lagi bergerak terlalu banyak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi setiap gerakan seakan-akan telah menekan darahnya
sehingga mengalir semakin banyak dari lukanya.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian telah
melepaskan keempat ekor kuda yang semula dipergunakan
oleh orang berkumis itu bersama kawan-kawannya. Kuda
itupun kemudian dihadapkan kearah padepokan Kiai Banyu
Bening. Seekor demi seekor kuda itu dilecut sehingga berlari
kencang menuju ke padepokan.
"Nah" berkata Ki Lemah Teles "kawan-kawanmu, dan
barangkali juga Kiai Banyu Bening akan melihat kedatangan
keempat" ekor kuda tanpa penunggang itu, sehingga mereka
akan segera mencarimu. Aku berharap bahwa mereka tidak
datang terlambat, sehingga jiwa kalian dapat tertolong.
Bukankah jarak ini masih belum terlalu jauh dari
padepokanmu?" Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi sorot
matanya memancarkan dendam yang tidak ada taranya.
Demikianlah, sejenak kemudian Ki Sambi Pitu danKi Lemah
Teles itu sudah meloncat ke punggung kuda mereka. Sejenak
kemudian keduanya telah melarikan kuda mereka meninggalkan ampat orang yang terluka itu.
Jalan menuju ke padepokan itu memang jalan yang jarang
dilewati orang. Sawah yang terbentang disebelah-menyebelah
jalan itupun sebagian telah dikuasai oleh Kiai Banyu Bening
pula. Sementara beberapa bagian yang lain masih terbentang
padang ilalang dan padang perdu yang luas sampai kebatas
hutan lereng gunung yang lebat.
Kedatangan Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles di rumah Ki
Ajar Pangukan telah disambut dengan berbagai macam
pertanyaan. Pakaian mereka yang terpercik darah telah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan, bahwa keduanya telah bertempur dan bahkan
melukai lawan-lawan mereka.
"Aku tidak bermaksud menantang untuk berperang tanding"
berkata Ki Lemah Teles mendahului Ki Sambi Pitu, sehingga Ki
Sambi Pitu itupun tertawa. Sementara Ki Lemah Telespun
kemudian berceritera tentang apa yang telah dialaminya.
Ki Ajar Pangukan menarik nafas dalam-dalam. Katanya
"Dengan demikian, maka kita sudah membuka permusuhan
dengan padepokan itu."
"Tetapi bukan maksud kami" berkata Ki Lemah Teles "kami
dihadapkan pada satu keadaan tanpa pilihan. Orang berkumis
lebat itu benar-benar akan membunuh kami atas perintah Kiai
Ganda wira yang ternyata lebih senang disebut Kiai Banyu
Bening meskipun kesannya seperti air yang sangat keruh."
Ki Ajar Pangukan, Ki Jagaprana dan Ki Pandi mengangguk-
angguk mendengar ceritera itu. Bahkan dengan nada berat Ki
Ajar Pangukan itu berkata "Orang-orang yang perlu
dikasihani." "Siapa yang perlu dikasihani?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Orang yang lebih senang disebut Kiai Banyu Bening itu."
"Yang lain?" desak Ki Lemah Teles.
Ki Ajar Pangukan mengerutkan dahinya. Tetapi iapun
menjawab "Maksudku, Kiai Banyu Bening itu saja."
"Tetapi Ki Ajar menyebutnya seakan-akan lebih dari satu. Ki
Ajar menyebutnya orang-orang. Bukankah itu lebih dari
seorang." berkata Ki Lemah Teles kemudian.
"Tidak. Ternyata aku salah ucap. Maksudku, Kiai Banyu
Bening itu adalah orang yang pantas dikasihani. Bukankah ia
telah kehilangan isterinya yang ternyata telah pergi bersama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang laki-laki. Kemudian justru laki-laki yang membawa
isterinya itu bersama kawari-kawannya telah menyerang dan
berusaha membunuh Kiai Banyu Bening. Dan yang terjadi
kemudian adalah, bahwa rumahnya telah terbakar dan yang
paling parah adalah bayinya, satu-satunya miliknya yang
tinggal, ikut terbakar pula.".
"Ya" Ki Sambi Pitu menyambung "kesan yang terburuk yang
terpahat di dinding hatinya adalah suara tangis bayi itu. Bayi
itu menangis melengking-lengking disaat rumahnya terbakar.
Namun Kiai Banyu Bening itupun segera pingsan."
Manggada dan Laksana juga mendengar keterangan itu.
Rasa-rasanya mereka ingin menutup telinga mereka. Namun
merekapun ingin mendengar kelanjutan dari ceritera itu.
Tetapi Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles ternyata tidak jelas
sejak kapan Kiai Banyu Bening itu mendirikan sebuah
perguruan. Kapan pula ia membuat semacam tetenger bagi
bayinya dihadapan sebuah tempat pemujaan untuk menyerahkan korban-korbannya.
Namun Ki Ajar Pangukanpun kemudian berkata "Jadi yang
kita hadapi sekarang berbeda dengan Panembahan Lebdagati.
Panembahan Lebdagati adalah seorang yang benar-benar
mengabdikan dirinya menurut satu keyakinan hitam.
Panembahan Lebdagati ingin mempunyai sipat kandel yang
paling baik di muka bumi, sehingga dengan demikian ia akan
dapat menjadi orang yang tidak terkalahkan. Tetapi yang
dilakukan oleh Kiai Banyu Bening adalah semata-mata
pancaran dendam, kebencian dan kekecewaan yang
membakar jantungnya."
"Tetapi akibatnya juga sangat mengerikan. Ungkapan dari
dendam, kebencian dan kekecewaan itu tidak kalah kejinya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan upacara-upacara yang dilandasi dengan kepercayaan
hitam Panembahan Lebdagati." berkata Ki Pandi.
Yang lain mengangguk-angguk. Sementara itu hampir diluar
sadarnya Manggada yang juga mendengarkan pembicaraan itu
berkata "Bahwa Kiai Banyu Bening memilih tempat di kaki
Gunung Lawu inipun nampaknya tidak sekedar kebetulan
bahwa disini Panembahan Lebdagati pernah mendirikan
sebuah padepokan pula."
Orang-orang tua yang mendengar kata-kata Manggada
yang seakan-akan meluncur begitu saja itupun mengangguk-
angguk pula. Ki Jagapranapun segera menyahut "Ya. Agaknya
ada hubungannya, kenapa Kiai Banyu Bening memilih tempat
ini untuk mendirikan padepokan dan perguruan di tempat ini."
"Kita akan mencarinya" desis Ki Ajar Pangukan "tetapi yang
penting, kita harus menjadi lebih berhati-hati setelah Kiai
Banyu Bening mengambil sikap yang kasar itu."
"Tetapi, apakah di padepokan itu nampak banyak orang"
Maksudku, apakah padepokan dan perguruan Kiai Banyu
Bening itu termasuk perguruan yang mempunyai banyak
murid dan pengikut?" bertanya Ki Pandi kemudian.
"Agaknya cukup banyak. Tetapi selain didalam padepokan
itu, Kiai Banyu Bening telah menyebarkan pengaruhnya diluar
dinding padepokannya. Perguruan Kiai Banyu Bening tentu
menjanjikan sesuatu kepada para pengikut diluar padukuhan.
Dengan menyerahkan korban-korban yang mengerikan itu,
maka orang-orang yang berada dibawah pengaruh Kiai Banyu
Bening itu tentu mengharapkan sesuatu. Tentu bukan sekedar
kewadagan." jawab Ki Sambi Pitu.
"Kita memang harus melengkapi bahan-bahan pengenalan
kita atas padepokan itu." desis Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kita harus menjadi lebih berhati-hati" Ki Ajar
Pangukan mengulangi. Orang-orang yang sedang berkumpul itu mengangguk-
angguk. Sementara Ki Pandipun berkata "Aku akan mulai dari
sebuah padukuhan yang tidak terlalu jauh dari padepokan itu."
Dengan demikian, maka sekelompok orang yang tinggal
untuk sementara dirumah Ki Ajar Pangukan itu menjadi
semakin tertarik untuk mengetahui, apa yang akan terjadi
kemudian. Upacara-uoacara yang dilakukan dibeberapa
padukuhan sudah berkembang. Anak-anak binatang yang
dikorbankan itu tidak lagi ditusuk sampai mati. tetapi anak-
anak binatang itu harus dibakar hidup-hidup.
Namun yang tidak kalah menariknya adalah burung-burung
elang yang kadang-kadang nampak berterbangan diatas
padepokan itu. Bahkan sekali-sekali burung-burung itu
menyambar-nyambar seakan-akan ingin melihat dan meyakini
apa yang ada didalam padepokan itu. Sebuah padepokan yang
belum banyak diketahui bentuk dan isinya, yang berusaha
menyebarkan pengaruhnya di bekas lingkungan pengaruh
Panembahan Lebdagati. Sementara menurut penglihatan yang
masih harus dikaji kebenarannya, padepokan itu isinya
berbeda dan sama sekali bukan kelanjutan dari padepokan
Panembahan Lebdagati. Tetapi untuk mengetahui hubungan antara padepokan dan
burung elang itu, masih diperlukan waktu dan pengamatan
yang cermat dan berhati-hati.
Namun dalam pada itu. Ki Pandi masih saja sering bertemu
dengan Delima. Untuk mencegah kemungkinan buruk serta
prasangka yang tidak baik atas gadis itu jika kebetulan ada
orang yang melihat, maka Ki Pandi tidak selalu datang
bersama Manggada dan Laksana. Kadang-kadang Ki Pandi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang datang bersama kedua anak muda itu. Tetapi
kadang-kadang anak-anak muda itu ditinggalkannya diseberang sungai. Tetapi Ki Pandi sendiri kemudian menjadi semakin akrab
dengan Delima. Delima tidak saja menunggu Ki Pandi di
pinggir sungai, tetapi kadang-kadang juga di sawah atau
pategalan. Gadis itu senang mendengar ceritera Ki Pandi tentang
daerah diseberang hutan Jatimalang. Tentang padukuhan-
padukuhan yang ramai dan tidak dicengkam oleh kengerian. Ki
Pandi juga bercerita tentang kota-kota yang pernah
dikunjungi. Namun sebenamyalah bahwa Delima menjadi gembira jika
Manggada dan Laksana juga datang bersama Ki Pandi.
Namun pertemuan-pertemuannya dengan Ki Pandi serta
Manggada dan Laksana, membuat gadis itu semakin jauh dari
kepercayaan yang mulai mencengkam padukuhannya. Jika
malam-malam yang ditentukan tiba, dua kali dalam sepekan,
gadis itu harus ikut bersama kedua orang tuanya
mendengarkan pamannya yang tinggal di padepokan itu
menguraikan tentang jalan kehidupan sebagaimana dianutnya,
maka hatinya menjadi terguncang-guncang. Tetapi gadis itu
tidak berani berterus-terang menolak keyakinan pamannya itu.
Setiap kali terbayang korban yang diserahkan hidup-hidup
dengan perantaraan api itu. Apalagi jika bayangannya
mengembara ke masa-masa mendatang serta kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi.
Tetapi Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan apa yang
pernah didengar oleh Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles
tentang Kiai Gandawira yang lebih senang disebut Kiai Banyu
http://dewi-kz.info/
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bening, sehingga bayangan-bayangan yang mengerikan itu
memang akan dapat terjadi.
Ketika Ki Pandi sempat berbicara dengan Delima di pategal-
annya yang di tanami jagung diantara beberapa batang pohon
buah-buahan dan batang pohon kelapa, maka Ki Pandipun
bertanya "Bagaimana tanggapan kawan-kawanmu, Delima.
Maksudku, gadis-gadis di padukuhanmu?"
"Entahlah, kek" jawab Delima "kami tidak pernah
memperbincangkan tentang upacara-upacara yang pernah
diselenggarakan di padukuhan kami. Sejak korban yang
diserahkan itu belum dibakar, tidak seorangpun yang berani
menyebutnya. Apalagi mengatakan bahwa mereka menjadi
ngeri melihatnya. Aku sendiri, yang menjadi sangat ngeri dan
ketakutan tidak berani mengatakan kepada ayah dan ibu. Aku
hanya dapat mengatakannya kepada kakek. Namun justru
karena itu aku merasa beban perasaanku menjadi berkurang."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi kemudian iapun
berkata "Delima. Cobalah kau bertanya kepada kawan-
kawanmu jika kau mendapat, kesempatan. Tentu saja dengan
sangat berhati-hati. Sementara itu seperti yang aku katakan,
aku ingin berbicara dengan ayah dan ibumu."
"Tetapi jika kakek ingin berbicara tentang keyakinan yang
mengerikan itu, maka kakek akan dapat menyinggung
perasaan ayah dan ibuku."
"Akupun akan berhati-hati ngger. Tetapi aku tentu harus
mempunyai alasan untuk datang kepada ayah dan ibumu"
berkata Ki Pandi kemudian.
Gadis itu mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian
berkata "Ayah dan ibu memang jarang sekali atau bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pernah berhubungan dengan orang asing seperti kakek
ini." "Tetapi aku akan mencoba, ngger. Justru karena cacadku
ini." berkata Ki Pandi Kemudian.
"Apa yang akan kakek lakukan?"
"Aku akan menjual belas kasihan. He, aku akan menjadi
orang yang kelaparan di depan rumahmu. Kau tahu
maksudku?" Delima mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun
tersenyum. Sehari kemudian, Ki Pandi seorang diri pula datang ke
padukuhan tempat Delima tinggal. Ia tahu dimana letak rumah
Delima. Karena itu, maka ia tahu, dimana ia harus terduduk
kelelahan dengan keringat yang membasahi seluruh pakaiannya. Nafas tersengal-sengal dan mata yang hampir
terpejam. Delima yang melihat orang bongkok itu dalam keadaan
yang sulit, segera memanggil ayah dan ibunya.
"Ayah, bawa orang itu masuk ia memerlukan pertolongan"
minta Delima. "Tetapi orang ini orang asing" berkata ayahnya.
"Siapapun juga orang itu, tetapi bukankah kita wajib
menolongnya?" berkata Delima kemudian.
Ternyata ibunya Juga tidak berkeberatan, sehingga mereka
telah menuntun Ki Pandi.yang bongkok itu ke serambi depan
rumahnya. Rumah keluarga Delima memang bukan rumah yang baik
dan tidak besar pula. Rumah berdinding bambu itu berdiri di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengah-tengah sebidang tanah yang memang agak luas.
Dibagian depan hampir tidak terdapat tanaman apapun.
Halaman itu nampak bersih. Sementara itu dihalaman samping
nampak beberapa batang pohon buah-buahan. Di kebun
belakang nampak beberapa batang pohon pula dan rumpun
bambu yang subur. Ki Pandi duduk disebuah amben bambu. Delima
memberinya semangkuk minuman hangat. Ibunya telah
memberikan beberapa potong ketela rebus.
Ketika keadaan Ki Pandi sudah menjadi semakin baik, maka
ayah Delima yang kemudian duduk disebelahnya, mulai
bertanya "Kau siapa, Ki Sanak. Dari mana dan akan pergi ke
mana?" Ki Pandi yang letih itu menjawab "Aku seorang pengembara
Ki Sanak Aku tidak datang dari mana-mana dan aku tidak
menuju kemana-mana. Aku berjalan saja mengikuti langkah
kakiku." "Apakah kau tidak tahu, kau berada dimana sekarang?"
"Ya, Ki Sanak. A ku tahu. Aku berada di kaki Gunung Lawu."
Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara Ki Pandi
berkata selanjutnya "Aku semula tidak sengaja pergi ke
tempat ini. Tetapi ketika aku melihat jalan menembus hutan
Jatimalang yang nampaknya belum terlalu lama dibuat, maka
akupun telah menyuruh masuk sehingga aku sampai ditempat
ini." Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara keadaan
Ki Pandi sudah nampak menjadi lebih baik.
"Makanlah." ayah Delima itu mempersilahkannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah cukup Ki Sanak. Terima kasih. Aku sudah makan
cukup banyak" jawab Ki Pandi yang kemudian berkata
"sebaiknya aku akan meneruskan perjalanan."
"Kenapa tergesa-gesa. Beristirahatlah disini sampai keadaanmu benar-benar menjadi baik, Ki Sanak He, siapa
namamu?" "Namaku Ki Pandi, Ki Sanak. Tetapi orang-orang yang
mengenal aku memanggilku Bongkok Buruk. Tetapi itu tidak
apa-apa. Aku memang bongkok dan buruk" Ki Pandi berhenti
sejenak Namun iapun kemudian bertanya "Bagaimana aku
memanggil Ki Sanak?"
"Namaku Krawangan" jawab ayah Delima itu.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga ini Ki
Krawangan. Aku sekarang minta diri untuk melanjutkan
perjalanan yang tidak menentu ini. Aku akan melihat-lihat
lingkungan df kaki Gunung Lawu itu."
"Kau perlu beristirahat Ki Pandi."
"Terima kasih, Ki Krawangan. Aku sudah rukup beristirahat,
Tetapi pada kesempatan lain, aku akan singgah dirumah Ki
Krawangan ini." berkata Ki Pandi kemudian. Tetapi tiba-tiba
saja Ki Pandi itu bertanya "tetapi bukankah aku dapat mohon
untuk bermalam di banjar padukuhan ini?"
"Tentu" jawab Ki Krawangan "siapapun boleh bermalam di
banjar. Tentu saja mereka yang kemalaman dalam
perjalanan." "Tetapi apakah padukuhan ini baru akan membuat banjar
atau justru, membuat yang, baru?" bertanya Ki Pandi.
"Maksud Ki Sanak?" bertanya Ki Krawangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku melihat bangaunan diluar dinding padukuhan" jawab
Ki Pandi "jika padukuhan ini sudah mempunyai banjar, apakah
banjar itu sudah tidak memenuhi kebutuhan sehingga harus
dibuat banjar yang baru lagi?"
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun menggeleng "Tidak Ki Pandi. Kami tidak membuat
banjar yang baru. Bangunan diluar dinding padukuhan itu
gunanya lain sama sekali. Bukan untuk kegiatan sehari-hari
padukuhan ini. Tetapi bangunan itu adalah bangunan untuk
pemujaan." "Pemujaan?" "Kau tidak mengetahui apa-apa tentang pemujaan yang
kami lakukan dengan menyerahkan korban kepada penguasa
api." jawab Ki Krawangan.
"Penguasa api?" bertanya Ki Pandi.
"Ya. Apakah kau tertarik" Api adalah segala-galanya.
Panasnya api juga karena menyalanya maha api di langit.
Hidup kita memang tergantung kepada api. Tetapi jika api itu
murka, maka segala-galanya akan dimusnahkan."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara orang itu berkata
"Jika kau tertarik, kau dapat datang esok lusa. Dua hari lagi
kakakku akan datang ke padukuhan ini untuk memberikan
petunjuk-petunjuk, bagaimana kita mengabdikan diri kepada
api. Api yang perkasa yang memancar disiang hari serta api
yang lembut penuh kedamaian yang memancar dimalam hari."
"Maksud Ki Krawangan,. matahari dan bulan?"
"Ya" jawab Ki Krawangan. "Di bulan purnama kami
menyerahkan korban itu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi mengangguk. Katanya "Apakah aku boleh datang
dua hari lagi?" "Boleh Ki Pandi. Kau dapat ikut mendengarkan sesorah itu."
"Dimana sesorah itu diselenggarakan?" bertanya Ki Pandi.
"Di sanggar pamujan itu, Ki Pandi. Di bangunan yang kau
sangka untuk memperbaharui banjar itu."
KiPandi mengangguk "Ki Krawangan. Aku tentu merasa takut untuk memasuki
banjar itu sendiri. Karena itu aku mohon, apakah aku
diperkenankan datang kemari dan kemudian mengikuti Ki
Krawangan masuk kedalam sanggar pamujan itu?"
"Baik Ki Pandi. Aku tentu tidak merasa berkeberatan.
Datanglah kemari setelah senja turun. Kita akan pergi
bersama-sama ke sanggar. Penguasa api itu tidak menolak
siapapun yang datang untuk memohon perlindungan bagi
kesejahteraan hidupnya."
"Terima kasih, Ki Krawangan. Besok lusa aku akan datang"
berkata Ki Pandi kemudian.
Demikianlah, maka Ki Pandi meninggalkan rumah
Krawangan. Ketika ia sampai dipintu regol dan berpaling,
dilihatnya Delima dengan seorang gadis yang iebih kecil
daripadanya. Agaknya gadis kecil itu adalah adiknya.
Dihari berikutnya, Ki Pandi sempat bertemu lagi dengan
Delima di pategalan. Dari Delima Ki Pandi mengetahui, bahwa
gadis kecil itu memang adiknya. Kenanga.
"Pamanlah yang memberikan sesorah di sanggar" berkata
Delima. "Aku ingin mendengar isi sesorah itu" berkata Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hatilah kek" pesan Delima "paman adalah seorang
yang keras hati. Bahkan tidak segan-segan menghukum orang
yang dianggapnya bersalah."
"Aku akan berhati-hati Delima."
Ketika rencana itu disampaikan kepada Manggada dan
Laksana, maka keduanya menyatakan ingin ikut serta. Tetapi
Ki Pandi berkata "Ingat. Aku hanya seorang pengembara yang
sendiri. Aku tidak datang dari mana-mana dan tidak pergi ke
mana-mana. Karena itu, maka aku tidak akan datang bersama
siapa-siapa." Manggada dan Laksana dapat mengerti keterangan Ki Pandi
itu, Karena itu, maka mereka tidak memaksanya untuk ikut
bersamanya. Hari melompat ke hari. Waktu yang ditentukan itupun
mendekat. Ki Pandi segera bersiap-siap untuk mengikuti
pertemuan yang diselenggarakan setiap pekan dua kali itu
untuk mendengarkan sesorah orang-orang yang dikirim dari
padepokan. "Hati-hatilah Ki Pandi" pesan Ki A jar Pangukan.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Mudah-mudahan
aku tidak terjebak dalam kesulitan seperti Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teks." "Mudah-mudahan. Tetapi kemungkinan itu harus kau
pikirkan." berkata Ki Jagaprana "orang-orang padepokan itu
tentu akan menjadi curiga kepada semua orang yang tidak
mereka kenal sebelumnya."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Aku mengerti.
Apa yang terjadi karena kehadiran Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah
Teles di padepokan, serta kegagalan para pengikutnya akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat orang-orang padepokan itu menjadi semakin
berhati-hati." Meskipun demikian, Ki Pandi itupun pergi juga kerumah Ki
Krawangan menjelang senja turun. Tetapi Ki Pandi tidak
datang dari arah bawah kaki Gunung Lawu, tetapi ia
memberikan kesan, bahwa ia baru saja turun dari lereng yang
lebih tinggi. Senja itu, maka Ki Krawangan sekeluarga lelah bersiap
untuk pergi ke tempat yang disebutnya sebagai sanggar
pamujan. Satu bangunan khusus yang dipagari dengan batang
pohon kelapa utuh yang ditanam berjajar rapat. Pagar itu
cukup tinggi sehingga tidak mudah untuk melihat apa yang
sedang berlangsung didalamnya.
Ki Krawangan, isteri dan kedua orang anak gadisnya di
lepas senja telah berangkat bersama Ki Pandi ke tempat yang
disebut sanggar itu. Beberapa orang tetangganya juga pergi
bersama keluarga mereka untuk mendengarkan sesorah
tentang penguasa api serta laku yang harus dijalani para
pemujanya. Ketika-orang-orang itu memasuki sanggar, maka iangitpun
sudah mulai menjadi gelap. Di regol sanggar itu telah
dipasang dua buah oncor yang cukup terang.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, orang-orang padu-
kuhan itu melihat bukan saja kakak Ki Krawangan yang akan
memberikan sesorah itu yang sudah ada di sanggar. Tetapi
mereka telah melihat beberapa orang yang sebelumnya jarang
kelihatan di sanggar itu. Mereka tentu orang-orang dari
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padepokan sebagaimana kakak Ki Krawangan itu.
Ki Pandi memang tidak mengetahui perbedaan itu, karena
ia belum pernah menghadirinya sebelumnya. Ketika mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan memasuki regol sanggar itu, maka setiap orang tiba-
tiba saja telah berubah. Mereka tidak lagi berbicara yang satu
dengan yang lain. Tetapi mereka berjalan saja dengan wajah
yang menatap ke depan. Matanya seakan-akan tidak berkedip
sementara mulut mereka terkatub rapat-rapat.
Hanya orang-orang tertentu sajalah yang nampaknya dapat
bebas bergerak tanpa batasan-batasan.
Dan ternyata orang itu bukan orang padukuhan. Delimalah
yang berbisik lirih di telinga Ki Pandi "Orang-orang itu belum
pernah hadir sebelumnya. Tetapi agaknya mereka orang-
orang padepokan. Kawan-kawan pamanku."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi jantungnya menjadi
berdebar-debar. Beberapa saat kemudian, orang-orang padukuhan itu telah
berdiri dalam beberapa deret. Mereka tidak lagi berdiri
diantara keluarga mereka masing-masing. Tetapi anak-anak
muda dan gadis-gadis berdiri didepan, dibelakang deretan
anak-anak. Baru kemudian orang-orang yang lebih tua dan
paling belakang adalah orang-orang tua.
Ki Pandi yang tidak tahu dimana ia harus berdiri, mengikut
saja petunjuk Ki Krawangan Sambil menunduk Ki Pandi berdiri
di belakang Ki Krawangan dan isterinya. Sementara itu Delima
dan Kenanga berada didepan bersama anak-anak muda dan
gadis-gadis yang lain. Suasanapun masih tetap mencengkam. Tidak seorangpun
yang berbicara. Mereka memandang kedepan dengan wajah
yang kosong. Sementara itu, yang akan sesorah masih belum
nampak di-hadapan orang-orang yang sudah bersiap-siap
untuk mendengarkan itu, meskipun orang itu sudah ada
diantara mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan kakak Ki Krawangan itu masih sibuk berbicara
dengan beberapa orang kawan-kawannya dan bahkan berjalan
hilir-mudik tidak seperti biasanya.
Beberapa saat kemudian, orang-orang yang sudah ada
didalam sanggar itu mulai menjadi gelisah. Meskipun mereka
masih tetap tidak berbicara apapun, namun sikap mereka
menunjukkan kegelisahan mereka. Beberapa orang mulai
memandang berkeliling. Mencari dimana kakak Ki Krawangan
itu berdiri. Ki Pandi berdiri dengan jantung yang berdebar-debar.
Justru pada saat ia memasuki sanggar itu, terjadi sesuatu
yang tidak seperti biasanya. Delima sebelum memisahkan diri
sempat berbisik ditelinganya sehingga Ki Pandi menduga-duga
apakah yang terjadi. Dadanya menjadi semakin berdebar ketika ia merasa, dua
orang selalu mengawasinya.
"Apa yang akan terjadi?" pertanyaan itu semakin keras
bergema didalam hatinya. Tetapi Ki Pandi sudah terlanjur ada didalam sanggar itu.
Apapun yang akan terjadi, harus dihadapinya.
Orang-orang yang gelisah itu menjadi semakin gelisah.
Mereka mulai saling bertanya, apa yang telah terjadi.
Namun sejenak kemudian, kakak Ki Krawangan itu naik ke
tangga bangunan batu yang ada didalam sanggar itu. Sambil
berdiri di tangga, maka ia memberi isyarat agar orang-orang
yang ada di sanggar itu memperhatikannya.
Suasananya memang terasa agak berbeda. Meskipun Ki
Pandi masih belum pernah mengunjungi pertemuan serupa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, namun ia merasakan, bahwa biasanya suasananya tentu
tidak seperti saat itu. Demikian kakak Ki Krawangan itu mengangkat tangannya,
maka suasanapun menjadi semakin bening. Orang-orang yang
ada di sanggar itu berdiri tegak tanpa bergerak sama sekali.
Bahkan sampai keujung jari kakinya sekalipun.
Kakak Ki Krawangan itupun kemudian memandang
berkeliling. Dengan lantang iapun mulai berbicara "Saudara-
saudaraku, Aku agak terlambat mulai berbicara dihadapan
saudara-saudaraku." Orang itu memandangi orang-orang yang ada di sanggar itu
semakin tajam, seakan-akan ingin menilik langsung kedalam
hati mereka masing-masing.
Baru kemudian ia berkata selanjutnya "Keadaan ini terjadi
karena ada sesuatu hal yang juga berbeda dari biasanya.
Selama ini aku yakin bahwa saudara-saudaraku dengan
sepenuh hati mengikuti upacaraj-upacara yang telah kami
selenggarakan. Saudara-saudaraku juga selalu datang ke
banjar jika ada sesorah dari salah seorang yang mewakili Ki
Banyu Bening. Yang bertugas disini biasanya memang aku
sendiri. Tetapi dalam keadaan khusus memang dapat terjadi
orang lain." Orang itu berhenti sejenak. Sementara Ki Pandi menjadi
semakin berdebar-debar. Ketaatan orang-orang padukuhan itu
terhadap peraturan di sanggar itu sangat mengagumkan.
Apalagi dalam upacara korban yang sebenarnya.
Dalam pada itu, kakak Ki Krawangan itupun berkata pula
"Tetapi kali ini kita tidak saja menerima saudara-saudara kami
dari padukuhan. Malam ini kita menerima seorang tamu yang
ingin melihat dan mendengarkan sesorah yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diselenggarakan didalam .sanggar ini. Sebenarnya hal seperti
itu bukan masalah jika kami yakin bahwa orang itu memiliki
keyakinan dan kepercayaan yang mantap."
Jika saja orang-orang yang ada di sanggar itu tidak dilarang
berbicara, maka mereka tentu akan saling bertanya, siapakah
yang telah disebut sebagai seorang yang meragukan itu"
Namun orang-orang yang telah melihat kehadiran orang
bongkok itupun segera menduga bahwa yang disebut itu
adalah orang bongkok yang datang bersama Ki Krawangan itu.
Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga bangunan
tempat menyerahkan korban itu berkata selanjutnya "Nah, aku
persilahkan KiSanak yang baru datang itu bersedia untuk
mendekat. Aku inga berbicara dengan Ki Sanak."
Ki Pandi menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia segera
menyadari, bahwa memang dirinyalah yang dimaksud.
Sejenak Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian dua
orang datang mendekatinya. Sambil memegangi kedua
lengannya dari dua sisi, maka orang itu telah menarik Ki Pandi
maju kedepan menghadap kakak Ki Krawangan itu.
Ki Pandi sama sekali tidak berniat menolak. Iapun menurut
saja. melangkah di antara orang-orang padukuhan yang
kemudian menyibak. Delima yang melihat Ki Pandi dibawa oleh dua orang kawan
pamannya itu kedepan menjadi gelisah. Jantung berdetak
semakin cepat. -oo0o0dw0o0oo- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 KI PANDI memang tidak dapat mengelak. Iapun berjalan di
antara dua orang yang memegangi kedua lengannya.
Semua mata memandang kearahnya. Seorang bongkok
yang berjalan tertatih-tatih. Namun di wajahnya, betapa orang
bongkok itu menjadi sangat cemas.
Delima menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia tidak
dapat berbuat apa-apa. Rasa-rasanya, ia ingin berteriak,
bahwa orang bongkok itu adalah sahabatnya. Ia bukan orang
jahat Tetapi jangankan berteriak, berbisikpun mereka dilarang.
Sejenak kemudian, diapit oleh dua orang laki-laki bertubuh
tegap. Ki Pandi berdiri dihadapan kakak Ki Krawangan yang
masih berada ditangga. "Siapa kau he?" bertanya kakak Ki Krawangan itu. Ki Pandi
menjadi bimbang. Ia tahu bahwa tidak seorangpun boleh
berbicara. Karena itu, ia menduga bahwa pertanyaan itu
memang merupakan satu pancingan agar ia melanggar
ketentuan yang berlaku didalam sanggar itu.
"Kau siapa orang bongkok?" kakak Ki Krawangan itu mulai
membentak. Tetapi Ki Pandi masih belum menjawab, sehingga kakak Ki
Krawangan itu berteriak "He, apakah kau tuli?"
Ki Pandi mengerutkan dahinya. Tetapi kemudian Ki Pandi
memberi isyarat dengan gerak tangannya, apakah ia dapat
membuka mulutnya. Kakak Krawangan itu termangu-mangu sejenak. Ia memang
agak ragu. Namun kemudian iapun berkata "Jawablah. Kau
telah mendapat ijin untuk berbicara."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas panjang. Dengan gagap iapun
berkata "Aku ingin mendengarkan sesorah di sanggar ini.
Selama ini aku tidak mempunyai pegangan hidup menghadapi
hari-hari tua yang tidak dapat aku elakkan. Aku ingin
mendapatkan ketenangan di hari-hariku yang terakhir. Karena
itu, aku datang kemari. Jika di-sini aku menemukan
ketenangan, maka aku akan menyatakan diri dengan saudara-
saudaraku disini." "Omong kosong" geram kakak Ki Krawangan "di hari-hari
terakhir daerah ini telah didatangi oleh orang-orang asing
yang mengganggu ketenangan hidup kami. Di padepokan, dua
orang yang mengaku pedagang telah merusak suasana
kehidupan damai di padepokan. Sekarang kau datang kemari
dengan cara yang lain. Tetapi kami yakin bahwa
kedatanganmu ada hubungannya dengan kedatangan kedua
pedagang, itu" "Aku tidak mengerti yang Ki Sanak katakan itu "desis Ki
Pandi "Aku adalah pengembara yang mengembara tanpa
tujuan. Jika disini aku mendapatkan kedamaian hati, maka
pengembaraanku akan berakhir disini. Aku akan tinggal disini
meskipun aku harus menjadi budak dan bekerja apa saja"
"Kau tidak dapat membohongi kami sebagaimana kedua
orang yang mengaku pedagang itu. Ketika aku mendengar
bahwa ada orang asing yang ingin ikut serta dalam
keperpayaan kami, aku segera menjadi curiga justru baru-
saja-dua orang yang mengaku pedagang telah datang di
padepokan." "Tetapi aku bukan pedagang"
"Baik" berkata kakak Ki Krawangan "karena kau orang asing
disini, maka untuk menerimamu sebagai anggota dari
kehidupan yang damai dan tentang disini, maka kau harus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diuji. Besok malam kita akan berkumpul disini seperti sekarang
ini. Kau harus menunjukkan kejujuranmu, bahwa kau benar-
benar akan menjadi satu dengan lingkungan hidup di
padukuhan ini dengan setia."
"Apa yang harus aku lakukan" " bertanya Ki Pandi.
"Meskipun besok malam bulan belum penuh, tetapi kita
akan menyerahkan korban. Kau yang harus mengumpulkan
dahan-dahan kering besok siang. Kau yang harus mencari
bahan persembahan. Kau pula yang harus membakarnya
hidup-hidup diatas batu rias persembahan ini."
Kerut kening Ki Pandi menjadi semakin dalam. Dengan
suara yang bergetar ia bertanya "Kemana aku harus mencari
bahan persembahan" A ku hanya seorang pengembara."
"Terserah kepadamu. Jika kau tidak mendapatkan seekor
binatang, maka kau akan dianggap sebagai anggauta yang
paling terhormat jika kau dapat mempersembahkan yang lain."
"Maksud Ki Sanak" "bertanya Ki Pandi.
"Itu tergantung pada tingkat kesungguhanmu untuk
bergabung dengan kami" jawab kakak Ki Krawangan.
"Barangkali padi, jagung atau buah-buahan?" bertanya Ki
Pandi Wajah kakak Ki Krawangan menjadi tegang. Namun
kemudian ia menjawab "Sudah aku katakan. Nilai persembahanmu akan berbanding lurus dengan nilai
kesetiaanmu kepada kepercayaan ini. Kami akan menentukan,
apakah kau akan dapat diterima, dikukuhkan menjadi yang
terbaik atau justru kau akan kami lemparkan menjadi-korban
diatas batu alas persembahan kami itu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepercik cahaya memancar dari mata Ki Pandi. Namun
kemudian iapun menunduk dalam-dalam.
Sementara itu, kakak Ki Krawangarpun berkata "Hari ini
tidak ada sesbrah. Besok, kita akan berkumpul lagi disini. Kita
akan menyaksikan, persembahan apakah yang akan
diserahkan oleh orang bongkokini. Kita bersama-sama
menilainya dan kita akan memutuskan, apakah ia dapat
diterima atari tidak."
Suasana didalam sanggar itu menjadi tegang. Kakak Ki
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Krawangan masih berdiri tegak di tangga. Dipandanginya
orang-orang yang berdiri disekitarnya. Cahaya mata kakak Ki
Krawangan itu bagaikan memancarkan pengaruh yang
mencengkam semua jantung.
Demikianlah maka sejenak kemudian orang itupun berkata.
"Sekarang kalian dapat meninggalkan sanggar ini. Besok
kita aaan bertemu lagi."
Orang-orang yang berada di sanggar itu mulai bergerak.
Mereka mengalir keluar dari sangar itu. Anak-anak dan remaja
segera mencari orang tua masing-masing dan pulang dalam
kelompok-kelompok kecil. Ki Pandipun pulang bersama keluarga Ki Krawangan.
Dengan nada berat Ki Krawangan berkata "Aku tidak tahu
bahwa masih harus ada syaratnya bagi Ki Pandi untuk diterima
menjadi keluarga didalam lingkungan kepercayaan kami."
"Tetapi apa yang harus aku korbankan?" bertanya Ki Pandi.
"Aku juga tidak tahu, Ki Pandi." jawab Ki Krawangan.
Delima berjalan disebelah Ki Pandi sambil berdesis
"Tinggalkan saja padukuhan ini, kek."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun tiba-tiba ia
berkata "Aku akan memberikan korban buah-buahan. Jika
korbanku diterima, maka akan menjadi kebiasaan yang lebih
baik daripada mengorbankan seekor anak binatang."
"Ya" sahut Delima "kakek dapat mencobanya."
Tetapi Ki Krawangan memotong "Ki Pandi. Apakah jenis
korban itu dapat ditawar-tawar seperti itu" Jika tadi kakang
mengatakan terserah kepada Ki Pandi, itu tentu semacam
pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi mengorbankan buah-
buahan, maka aku kira Ki Pandi tidak akan dapat diterima."
"Tetapi darimana aku mendapat seekor anak binatang."
Ki Krawangan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun menjawab dengan nada berat "Ki Pandi. Aku masih
mempunyai seekor anak kambing. Jika Ki Pandi memerlukan,
biarlah anak kambing itu kita korbankan. Semakin banyak
korban yang kita berikan, maka janji kesejahteraan tentu akan
menjadi semakin dekat bagi kita sekeluarga. Tentu juga bagi
Ki Pandi." "Kesejahteraan apa yang Ki Krawangan maksudkan?"
bertanya Ki Pandi. "Kesejahteraan lahir dan batin. Sawah kita akan menjadi
subur. Dijauhkan dari segala macam hama. Sementara hidup
kita akan tenang dan damai sepanjang jaman, lebih dari itu,
kita akan mendapatkan tataran tertinggi di alam kematian."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara Ki Krawangan
berkata selanjutnya "Karena itu, maka sejak sekarang sudah
mulai dianjurkan, meskipun masih belum terjadi, untuk
memberikan korban yang derajadnya lebih tinggi."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah yang derajadnya lebih tinggi dari seekor binatang"
" bertanya Ki Pandi.
Ki Krawangan terdiam sejenak. Sementara itu kaki mereka
melangkah terus mendekati rumah Ki Krawangan. Beberapa
orang berjalan lebih cepat dan mendahului Ki Krawangan
sekeluarga yang berjalan perlahan-lahan sambil berbincang.
"Ki Pandi" berkata Ki Krawangan kemudian, "maksudku,
bahwa korban seekor anak kambing mempunyai derajad lebih
tinggi daripada korban seekor anak kucing misalnya atau anak
ayam atau anak itik yang menetas darr sebutir telur."
Ki Pandi tidak segera menjawab. Tetapi bulu-bulu tengkuk
Delima meremang. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Delima menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
"Delima. Kau kenapa" " bertanya ibuanya.
Delima tidak segera menjawab. Namun ketika ibunya
memegangi pundaknya, gadis itu menjawab dengan suara
parau "Malam ini terasa dingin ibu."
"O " ibunya berdesis. Tetapi Kenanga tiba-tiba berkata "Aku
justru berkeringat kak Delima. Aku kira udara terasa panas."
"Tentu tidak. Angin yang basah membuat udara malam ini
dingin sekali." "Sudahlah" berkata ibunya "jangan bertengkar."
Namun dalam pada itu, Ki Pandi itupun kemudian berkata
"Biarlah aku mencoba untuk menyerahkan korban buah-
buahan. Mudah-mudahan justru akan membuka kebiasaan
baru yang lebih baik dari kepercayaan ini."
Ki Krawangan masih saja ragu-ragu. Katanya "Sebaiknya Ki
Pandi jangan mencoba-coba. Besok merupakan hari pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi dianggap melakukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan, maka akibatnya dapat menyulitkan Ki Pandi
sendiri." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Tetapi aku
akan berdoa semalam suntuk, agar yang aku lakukan itu
justru dapat diterima dengan baik."
Ki Krawangan memang tidak menjawab lagi. Segala
sesuatunya memang terserah kepada Ki Pandi. Tetapi ia sudah
menawarkan sesuatu yang terbaik bagi Ki Pandi. Seekor anak
kambing. Malam itu, Ki Pandi ternyata tidak bermalam dirumah Ki
Krawangan meskipun Ki Krawangan mempersilahkan. Ki Pandi
ternyata telah minta diri untuk memenuhi kewajibannya.
menyediakan korban yang akan dibakar esok malam.
Tetapi malam itu, Ki Pandi telah menghubungi Ki Ajar
Pangukan dan orang-orang yang ada dirumah terpencil itu.
Diberitahukannya, apa yang telah terjadi.
"Lalu, apa yang akan kau lakukafr?" bertanya Ki Ajar
Pangukan dengan dahi yang berkerut.
"Aku akan membawa pisang setandan. Aku akan
mengorbankan pisang itu jika diterima."
"Jika tidak?" bertanya Ki Ajar.
"Nasibku akan menjadi sangat buruk" jawab Ki Pandi.
Ki Ajar dan orang-orang lain yang mendengarnya tertawa.
Ki Jagapranapun berdesis "Jangan merajuk begitu Ki Pandi."
Ki Pandipun tertawa pula. Sementara Manggada dengan
ragu-ragu berkata "Ki Pandi. Malam nanti aku akan berada
didekat sanggar itu. Aku akan mengikuti, apa yang akan
terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sambi Pitu tersenyum sambil menepuk bahu Manggada
"jangan cemas anak muda. Kami semua juga akan berada di
tempat itu. Kami tentu tidak akan sampai hati mendengar Ki
Pandi merajuk dengan nada sedih, bahwa nasibnya menjadi
sangat buruk." Suara tertawa orang-orang tua itu menjadi semakin
berkepanjangan. Bahkan Ki Pandipun tidak dapat menahan
tertawanya pula. Dihari berikutnya, menjelang tengah hari, Ki Pandi sudah
berada di sanggar sambil membawa setandan pisang raja
yang besar. Dengan ragu-ragu ia memasuki sanggar yang
kosong itu. Diletakkannya pisang itu diatas alas penyerahan
korban. Namun Ki Pandi masih harus mencari kayu kering untuk
menyalakan api saat korban diserahkan.
Selagi Ki Pandi menyusun dahan dan ranting kayu kering
yang dikumpulkannya, maka iapun mendengar lembut
mendekatinya. "Kek" terdengar suara Delima. Ki Pandi berpaling. Dilihatnya
Delima yang ragu-ragu berdiri beberapa langkah dibelakangnya. "Nah, Delirna" berkata Ki Pandi "korbanku sudah siap."
Tetapi wajah Delima masih saja suram. Bahkan dengan nada
dalam ia berkata "Pamanku tadi menemui ayah, kek."
"O" Ki Pandi mengangguk-angguk "apa ada hubungannya
dengan aku" ". "Ya, kek. Paman memperingatkan ayah, agar ayah tidak
berhubungan dengan kakek. "
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Sementara Delima
berkata selanjutnya "Ketika ayah mengatakan bahwa kakek
akan ikut ke sanggar, paman tidak berkeberatan. Tetapi
ternyata bahwa semalam paman tidak sendiri. Mereka
bersikap kasar kepada kakek. Menurut pendengaranku, orang-
orang padepokan itu telah mencurigai semua orang yang
dianggap asing, karena dua orang yang datang ke padepokan
telah mengacaukan ketenangan padepokan itu."
Ki Pandi termangu-mangu, sementara Delima berkata
selanjutnya "Paman baru tahu tentang dua orang asing yang
mengacaukan padepokan itu kemudian. Bahkan kemudian
padepokan itu telah mengambil
sikap khusus kepada kakek"
"Apa hubungannya kedua
orang yang mengacaukan padepokan itu dengan aku,
Delima?" "Aku tidak tahu, kek. Tetapi
orang-orang padepokan itu menjadi semakin berhati-hati.
Kedua orang asing yang datang
di padepokan itu telah melukai
beberapa orang padepokan.
Bahkan ada yang parah."
"Kemudian aku menjadi sasaran dendam mereka?"
"Entahlah, kek. Tetapi sebaiknya kakek meninggalkan
tempat ini. Nanti malam kakek tidak usah datang, karena
kedatangan kakek akan dapat mencelakakan diri kakek
sendiri." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi tersenyum sambil melangkah mendekati Delima.
Ditepuknya pundak Delima sambil berkata "Terima kasih atas
peringatanmu Delima. Tetapi biarlah aku lebih banyak
mengetahui tentang kepercayaan yang aneh ini. Jangan
cemaskan aku." "Tetapi......." wajah Delima menjadi muram. Sementara Ki
Pandi berkata "Aku akan berusaha menjaga diriku sendiri,
Delima. Pulanglah dengan tenang."
Delima termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
Delima-itu telah meninggalkan sanggar. Di pintu ia berpaling
dan berhenti sejenak. Namun kemudian iapun telah
melangkah lagi meninggalkan Ki Pandi yang menyiapkan
korban yang akan diserahkannya.
Hari itu Ki Pandi tidak pergi ke rumah Ki Krawangan. Bukan
karena ia mencurigainya. Tetapi Ki Pandi justru menjaga agar
Ki Krawangan tidak mengalami kesulitan justru karena
sikapnya. Sebenarnyalah bahwa dirumah Ki Krawangan telah hadir
dua orang cantrik dari padepokan untuk mengawasi hubungan
antara Ki Pandi dan Ki Krawangan. Kakak Ki Krawangan sendiri
mencurigai seakan-akan ada hubungan khusus antara orang
bongkok itu dengan Ki Krawangan. Namun justru karena Ki
Pandi tidak datang ke rumah Ki Krawangan, maka kecurigaan
itupun menjadi berkurang. Mereka mempercayai ceritera Ki
Krawangan, bahwa orang bongkok itu datang kerumahnya
dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Sesudah minum dan
makan, orang itupun telah pergi. Ia datang untuk bersama-
sama pergi ke sanggar. Sesudah itu, ia telah pergi lagi.
"Baiklah" berkata salah seorang cantrik yang bertugas di
rumah Ki Krawangan itu. "Namun karena itu, maka Ki
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krawangan jangan berusaha membantunya jika padepokan
mengambil sikap tertentu kepada orang bongkok itu."
Ketika kemudian senja turun, maka seperti yang dikatakan
oleh kakak Ki Krawangan di sanggar semalam, bahwa malam
itu, orang-orang padukuhan itu harus berkumpul kembali di
sanggar. Ki Krawangan dan keluarganya, memenuhi perintah itu,
malam itu juga pergi ke sanggar. Namun disepanjang jalan, Ki
Krawangan dengan nada ragu berbicara pula tentang Ki Pandi.
"Apakah orang bongkok itu meninggalkan padukuhan?"
desis Ki Krawangan. Tidak seorangpun yang menjawab. Namun kemudian
dengan ragu-ragu pula isteri Ki Krawangan berkata hampir
kepada diri sendiri "Sebaiknya ia memang meninggalkan
padukuhan ini." Ki Krawangan terkejut mendengar kata-kata isterinya.
Bahkan Nyi Krawangan sendiri juga terkejut mendengar kata-
katanya itu. Sedangkan Delima menjadi tegang. Hanya
Kenanga yang tidak begitu memahami perasaan kedua orang
tuanya dan kakaknya. Selama itu, tidak ada orang padukuhan yang bersikap lain
dari sikap orang-orang padepokan, termasuk kakak Ki
Krawangan. Jika orang-orang padepokan menghendaki orang
bongkok itu datang dengan persembahan korban, maka yang
lain harus bersikap demikian pula. Karena itu, sikap Nyi
Krawangan terasa menjadi asing. Seakan-akan Nyi Krawangan
itu berusaha untuk melindungi orang bongkok yang justru
sedang dicurigai itu.
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun kemudian Ki Krawangan sendiri berdesis "Ya.
Memang sebaiknya orang bongkok itu meninggalkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padukuhan ini. Betapapun ia ingin mencari kedamaian hati,
tetapi pada saat kakinya mulai meiangkah masuk, ia sudah
terantuk batu." Delima menarik nafas dalam-dalam. Ternyata sikap
batinnya tidak berbeda dengan sikap batin ayah dan ibunya,
meskipun dengan demikian menjadi berbeda dengan sikap
orang-orang padukuhan itu yang tentu ingin melihat apa yang
akan dibawa Ki Pandi ke sanggar. Bagaimana puia keputusan
orang-orang padepokan tentang korban yang akan dipersembahkan oleh orang bongkok itu.
Namun demikian orang-orang padukuhan itu memasuki
sanggar, maka merekapun segera dicengkam oleh suasana
yang tegang. Demikian mereka melihat setandan pisang yang
diletakkan diatas seonggok kayu kering di atas batu
persembahan, maka merekapun segera menduga, bahwa
sesuatu akan terjadi di sanggar itu.
Ketika Ki Krawangan dan keluarganya memasuki sanggar,
mereka melihat Ki Pandi berdiri diapit oleh dua orang cantrik
dari padepokan. Sedangkan kakak Ki Krawangan rasa-rasanya
tidak sabar menunggu orang-orang padukuhan itu berkumpul.
Namun akhirnya, orang-orang padukuhan itu sudah berdiri
pada deret-deret sebagaimana biasanya.
Delima benar-benar gelisah melihat Ki Pandi yang
nampaknya sudah tidak berdaya lagi untuk menyelamatkan
diri. Beberapa saat kemudian, maka suasanapun menjadi
semakin tegang. Kakak Ki Krawangan sudah berdiri ditangga
bangunan batu alas meletakkan korban itu.
Orang-orang padukuhan yang berdiri dalam deretan-
deretan, itupun menjadi semakin tegang. Tidak seorangpun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bergerak. Bahkan mata merekapun seakan-akan tidak
berkedip lagi. Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga itupun kemudian
berkata "Saudara-saudaraku. Disini sekarang ada orang yang
lebih tua dari aku dalam tataran kedudukan kami di
padepokan. Karena itu, biarlah saudaraku yang lebih tua itu
mengambil keputusan tentang orang bongkok itu."
Orang-orang padukuhan itu menjadi semakin berdebar-
debar. Mereka tidak tahu, perasaan apakah yang sebenarnya
bergejolak didalam hati mereka. Sepercik kegelisahan menyala
didada orang-orang itu. Mereka merasa iba melihat orang
bongkok yang berdiri diapit oleh dua orang cantrik yang masih
muda serta bertubuh tegap kekar. Mereka yakin bahwa orang
bongkok itu akan mendapatkan hukuman, karena ia telah
berani membawa persembahan yang tidak memadai. Namun
sementara itu, orang-orang itu juga merasa tersinggung.
Orang bongkok itu seakan-akan dengan sengaja merendahkan
derajat kepercayaan mereka. Seakan-akan orang bongkok itu
dengan sengaja menjajagi tatanan yang berlaku di antara
mereka." Sementara itu, kakak Ki Krawangan itupun bergeser
menepi. Sedangkan seorang yang lain, seorang yang bertubuh
raksasa telah naik dan berdiri disebelah kakak Ki Krawangan.
Ki Pandi mengeratkan dahinya. Ia teringat ceritera Ki Sambi
Pita dan Ki Lemah Teles tentang orang yang mula-mula
melihat keduanya dari lubang di pintu gerbang padepokan.
Tetapi Ki Pandi, bahwa orang itu bukan yang dimaksud oleh Ki
Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles.
Orang yang bertubuh raksasa dan berdiri di tangga itupun
kemudian berkata "Aku akan mengambil alih tugas saudaraku.
Persoalannya memang tidak sederhana. Bukan sekedar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang yang ingin mencari kesejahteraan hidup lahir dan
batin. Serta bukan orang yang mencari ketentraman sejati
dibawah naungan kuasa api yang menghembuskan kehidupan
serta memancarkan kesejukan dan kedamaian hati di malam
hari." Orang-orang yang mendengarkan sesorah itu menjadi
semakin tegang. Mereka semakin yakin bahwa sesuatu yang
tidak diharapkan akan terjadi malam itu di sanggar mereka.
Dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun berkata
"Ternyata orang bongkok yang datang ke sanggar ini tidak
berbeda dengan kedua orang asing yang telah mendatangi
padepokan. Mereka bukan saja telah menghina kepercayaan
yang kita junjung tinggi, tetapi mereka telah menyerang dan
melukai saudara-saudara kita yang justru ingin menolong
mereka, menunjukkan jalan keluar dari lingkungan ini.
Saudara-saudara kita yang sama sekali tidak menduga itu
tidak sempat membela diri."
Ki Pandi yang telah mendengsr ceritera Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles, segera menghubungkan dengan ceritera orang
bertubuh raksasa itu, meskipun ceritera itu sudah diputarbalikkannya. Namun Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan sesuatu.
Orang bertubuh raksasa itupun berkata selanjutnya "Nah,
bukankah orang bongkok ini juga telah menghina kita
semuanya. Lihat, apa yang dipersiapkannya diatas alas
persembahan kita. Selama ini kita selalu mempersembahkan
korban yang bernyawa. Tetapi orang bongkok itu telah
membawa setandan pisang kemari"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu terdiam sejanak. Ketika ia memandang Ki Pandi
yang berdiri termangu-inangu, maka semua orang telah
memandang Ki Pandi pula. "Apakah kita akan membiarkan pengalaman ini terjadi atas
kita" Kita tentu akan memaafkan orang-orang yang menghina
kita sendiri. Tetapi tidak menghina penguasa Maha Api di
langit yang memancarkan nafas kehidupan atas bumi ini."
Suara orang bertubuh raksasa itu semakin menggelegar.
Lalu katanya pula "Nah, siapakah diantara kita yang
membiarkan penghinaan ini terjadi " Siapa?"
Semua orang yang ada di sanggar itu tetap terdiam diri.
Dalam keadaan yang biasa, jika mereka datang untuk
mendengarkan sesorah, mereka sudah harus berdiam diri.
Apalagi dalam keadaan yang sangat tegang itu.
Dalam pada itu, orang itupun kemudian berteriak "Kita akan
membunuh orang yang telah menghina penguasa kehidupan
ini dan membebankan tanggung jawab di pundaknya. Jika
tidak, maka kemarahan yang akan menimpa kita semua akan
berakibat sangat buruk bagi kita dan bagi kehidupan di bumi."
Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi semakin
tegang. Jantung mereka serasa berdetak semakin cepat. Rasa-
rasanya mereka sudah dijalari kekecewaan dan kemarahan
pula terhadap orang bongkok yang hanya membawa setandan
pisang itu. Delima juga menjadi semakin tegang. Bukan karena merasa
terhina oleh korban yang terletak diatas seonggok kayu itu.
Tetapi Delima mencemaskan nasib Ki Pandi yang terasa
menjadi semakin dekat dan akrab itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Pandi masih saja berdiri diam. Bahkan nampaknya
justru menjadi semakin tenang, meskipun kepalanya masih
tetap menunduk. Namun dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun
berkata dengan lantang "Nah, kita tentu tidak akan
membiarkan penguasa Maha Api itu akan murka kepada kita.
Kita tidak mau menerima akibaj buruk karena orang bongkok
itu telah menghina Maha Api di langit. Karena itu, maka kita
harus menyerahkan penebusan dari penghinaan ini sekarang.
Meskipun saat ini bukan saatnya menyerahkan persembahan
sebagaimana biasanya. Tetapi kita harus membersihkan noda
yang telah terpercik di sanggar ini."
Orang itu berhenti sejenak. Wajah-wajah menjadi
bertambah tegang. Lebih-lebih Delima dan bahkan juga ayah
dan ibunya. Kenanga yang berdiri di antara gadis-gadis remaja
yang lain, tidak begitu mengerti, apa yang akan terjadi.
"Nah" berkata orang bertubuh raksasa itu "sekarang juga
kita harus mendapatkan persembahan dari mahluk yang
bernyawa uniuk menebus penghinaan itu. Jika tidak, maka
mungkin besok, bhkan mungkin nanti atau kapanpun dapat
terjadi, kemarahan iti. akan menimpa kita."
Suara orang itu terputus ketika tiba-tiba saja mereka
melihat cahaya merah dilangit. Mereka melihat asap yang
membubung, kemudian mereka juga melihat lidah api yang
menjilat. Tidak terlalu jauh.
"Ampun kami ya Maha Api" teriak orang bertubuh raksasa
itu "murkamu telah datang menimpa kami."
Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi gelisah.
Meieka sadar sesadar-sadarnya bahwa telah terjadi kebakaran
di padukuhan mereka. Sementara itu, semua orang tidak ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di padukuhan, tetapi mereka berada di sanggar, sehingga
tidak seorangpun yang akan dapat memendamkan api itu.
Yang tinggal di padukuhan hanyalah orang-orang tua, orang-
orang sakit dan bayi-bayi"
Namun.orang bertubuh raksasa itu berteriak "Kita tidak
akan mampu melawan kemurkaan itu. Agaknya telah terjadi
kebakaran. Tetapi tentu bukan kebakaran biasa. Disini
seseor?ng telah menghina Sang Maha Api. Dan dengan serta
merta murkanya telah menimpa kita. Jika penghinaan ini tidak
segera ditebus, murka itu tentu akan semakin menjalar.
Mungkin akibatnya akan menimpa, seluruh padukuhan dan
mungkin seluruh negeri dan bahkan mungkin seluruh bumi."
Kegelisaan semakin mencengkam. Tetapi orang itu berkata
"Jangan tinggalkan tempat ini. Orang yang telah menghina itu
harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Diatas alas
tempat kita menyerahkan korban itu harus ada korban mahluk
bernyawa sekarang juga."
Dalam pada itu selagi suasana disanggar itu menjadi
semakin tegang maka seseorang berjalan tertatih-tatih ke
pintu, gerbang sanggar. Tetapi orang itu berhenti sebelum ia
melangkah masuk. Ia sadar, bahwa ia tidak boleh berbicara
jika ia berada didalam sanggar. Karena itu, selagi ia masih
berada diluar, maka iapun telah berteriak "Banjar padukuhan
kita terbakar." semua orang berpaling dan memandang ke pintu gerbang.
Mereka melihat seorang tua yang berdiri gemetar laki tua yang
sedang sakit. Orang-orang yang berada di dalam sanggar itu menjadi
semakin tegang. Dua orang cantrik telah berlari kearah orang
tua itu. Ketika orang tua itu hampir saja terjatuh karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya yang sakit itu menjadi lemah serta letih, maka kedua
orang cantrik itu sempat menolongnya.
"Banjar padukuhan itu terbakar" orang itu berdesis lagi.
Seorang dari kedua cantrik itu telah melangkah masuk
kedalam sanggar. Dengan lantang ia berkata "Banjar
padukuhan itu telah terbakar. Murka Sang Maha Api telah
menimpa kita." Orang bertubuh raksasa yang berdiri ditangga bangunan
batu sebagai alas persembahan itu berkata "Kita harus cepat-
cepat menyerahkan korban agar kemarahan itu mereda."
Orang-orang yang berdiri di sanggar itu telah dicengkam
oleh suasana yang tidak menentu. Mereka menjadi sangat
ketakutan melihat bahwa api telah mulai menelan korban
dipadukuhan mereka. Banjar padukuhan mereka tiba-tiba saja
telah terbakar. Dalam ketegangan itu, maka orang bertubuh raksasa itupun
berteriak nyaring "Ya, Sang Maha Api. Hentikan murkamu atas
kami. Sekarang kami akan menyerahkan korban untuk
menebus kesalahan kami, karena kami teiah berani menghina
kuasa Sang Maha Api. Meskipun korban yang kami serahkan
kali ini, bukan korban dibawah wajah purnama yang lembut,
serta bukan pula korban yang kehadirannya diatas bumi ini
berada dibawah percikan cahaya api damaimu, namun kami
mohon, korban yang kami serahkan ini dapat menebus
kesalahan yang pernah dilakukannya sendiri karena ia telah
menghina kuasamu yang tidak terbatas."
Semua orang terkejut mendengarnya. Seorang laki-laki
kurus menjadi gemetar. Sementara Ki Krawangan menjadi
gelisah. Delima berusaha untuk tidak menjadi pingsan, karena
ia tahu maksud orang bertubuh raksasa itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandilah yang akan dikorbankan.
Sebenarnyalah sesaat kemudian orang-orang padepokan
yang berada di sanggar itu telah mengerumuni Ki Pandi.
termasuk kakak Ki Krawangan dan orang bertubuh raksasa itu.
Dengan paksa maka Ki Pandipun telah dibawa naik keatas
alas tempat penyerahan korban itu. Diatas tempat itu telah
tersedia seonggok kayu untuk membakar setandan pisang
yang diletakkan oleh Ki Pandi.
Namun kayu itu tidak cukup banyak.
Karena itu, maka orang bertubuh raksasa itupun berkata
"Agar korban yang kita serahkan sempurna, maka semua
orang laki-laki harus keluar dari sanggar dengan cepat untuk
mencari kayu bakar. Siapa yang tidak melakukannya, maka ia
akan dikutuk oleh Sang Maha Api itu."
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian, maka setiap orang laki-laki telah menghambur
keluar untuk mencari kayu bakar.
Laki-laki tua yang sedang sakit dan kelelahan itu duduk
bersandar dinding sanggar. Tetapi-ia terada diluar sanggar.
Para cantrik yang menolongnya telah masuk kedalam sanggar
pula, dan membiarkannya duduk sendiri. "
Namun orang' itu menjadi heran ketika dua orang anak
muda mendekatinya sementara orang-orang disanggar itu
sedang ribut untuk mencari kayu bakar.
"Duduk sajalah kek" desis seorang diantar a mereka.
"Siapakah kalian anak-anak muda ?" bertanya orang itu.
"Kami bukan siapa-siapa kek. Kami hanya ingin melihat apa
yang terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu tidak berdaya lagi, sementara kedua orang
anak muda itu masih berjongkok disebelah-menyebelahnya.
Orang-orang laki-laki yang mencari kayu bakar sambil
berlari itu tidak menghiraukan kedua orang anak muda iiu.
Mereka mengira bahwa keduanya adalah saudara-saudara
mereka yang sedang menolong orang tua yang sakit itu.
Namun beberapa saat kemudian, suasana mulai meniadi
sepi. Orang-orang padukuhan itu telah berdiri ditempatnya di
sanggar, sementara seonggok kayu bakar telah tertimbun di
alas tempat menyerahkan Kurban itu.
Dalam pada itu, maka cahaya merah dilangupun sudah
mereda. Nampaknya Banjar padukuhan itu telah hampir
seluruhnya menjadi abu. Untunglah bahwa halaman Banjar itu
cukup luas sehingga diharapkan api tidak menjalar kemana-
mana. Apalagi malam itu angin tidak begitu kencang bertiup.
Tidak pula pepohonan disekitar Banjar padukuhan itu.
Dalam pada itu, Ki Pandi telah berada ditangan orang-orang
padepokan. Orang yang bertubuh raksasa itu telah berada
ditangga pula sambil berkata "Nah, nampaknya persembahan
kami berkenan dihati Sang Maha Api. Sebelum persembahan
kami ini kami serahkan, api yang membakar Banjar padukuhan
kami telah mereda. Satu pertanda yang baik bagi kita. Karena
itu, maka persembahan kami ini akan segera kami serahkan
dengan perantaraan api pula."
Darah Delima bagaikan mengalir. Namun Delima tidak
pingsan. Ia melihat orang bongkok itu didorong untuk naik
keatas bangunan batu sebagai alas persembahan itu.
Delima dan orang-orang yang. hadir di sanggar itu menjadi
heran. Ia tidak melihat orang bongkok itu menjadi gelisah,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan atau bahkan meronta. Ia sama sekali tidak
melawan. Namun ketika orang-orang padepokan itu akan mengikatnya, orang bongkok itu berkata "Aku tak perlu diikat.
Aku akan berbaring diatas api."
Orang-orang padepokan itu termangu-mangu sejenak.
Namun orang bertubuh raksasa itu berkata "Ikat orang itu.
Jika api menjilat tubuhnya, ia akan meronta atau bahkan
berusaha melarikan diri."
Tetapi orang bongkok itu menyahut "Sudah aku katakan,
aku tidak mau diikat. "Persetan" geram orang bertubuh raksasa itu "ikat orang
itu. Cepat." Para cantrik mulai memegangi tangan Ki Pandi. Seorang
yang membawa tali yang dibuat dari sabut telah mulai
melingkarkan tali itu ditubuh Ki Pandi.
Namun yang lidak diduga telah terjadi. Cantrik yang
membawa tali itu telah terlempar. Kepalanya membentur
bangunan batu yang dipergunakan sebagai alas penyerahan
persembahan itu. Demikian kerasnya, sehingga cantrik itu
langsung menjadi pingsan.
Sebelum orang-orang padepokan itu menyadari apa yang
telah terjadi, seorang lagi cantrik yang memegangi tangan Ki
Pandi itu pingsan pula. Pukulan yang keras mengenai ulu
hatinya, sehingga cantrik itu terbongkok kesakitan. Namun
kemudian sisi telapak tangan Ki Pandi telah mengenai tengkuk
cantrik itu sehingga ia jatuh tersungkur. Giliran berikutnya
adalah cantrik seorang lagi yang memegangi tangan Ki Pandi
yang lain. Ayunan tangan yang keras telah menampar
keningnya. Nyala api encor di sanggar itupun menjadi semakin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning dan akhirnya menjadi semakin kabur. Ketika sebuah
pukulan lagi mengenai pangkal lehernya, maka Semuanya
menjadr gelap. Yang terjadi demikian cepatnya, sehingga orang-orang
padepokan yang lain, yang kedudukannya lebih tua dari para
cantrik itu tidak sempat menolongnya.
Namun kakak Ki Krawangan, orang bertubuh raksasa dan
orang-orang padepokan yang lain dengan cepat menyadari
keadaan. Karena itu, maka merekapun segera mempersiapkan
diri Orang bertubuh raksasa itu sempat berteriak "Orang
bongkok itu menjadi gila. Tangkap orang itu agar kita tak
kehilangan bahan korban yang akan kita serahkan, yang justru
sudah berkenan dihati Sang Maha Api."
Tetapi orang-orang padukuhan itu tidak segera berbuat
sesuatu jantung mereka justru terasa terguncang. Apalagi
ketika kemudian Ki Pandi meloncat naik keatas bangunan batu
sebagai alas untuk menyerahkan persembahan itu.
"Saudara-saudaraku" berkata Ki Pandi "kalian harus segera
menyadari, bahwa aliran hitam ini akan merusak tata
kehidupan kalian. Orang-orang ini telah membawa kalian dan
bahkan kewadagan kalian. Orang-orang ini telah membawa
kalian ke jalan sesat, mengingkari kuasa Yang Maha Agung
yang telah mencipta-kan langit dan bumi. Termasuk matahari
dan bulan. Karena itu, tidak sewajarnya kalian menyembah
matahari dan bulan yang disebut dengan nama apapun juga."
Ki Pandi tidak sempat berbicara lebih panjang. Orang yang
bertubuh raksasa itu meloncat menyusulnya dan langsung
menyerangnya. Bahkan dua orang yang lainpun Kini datang
membantunya pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keributanpun tidak dapat dihindari lagi. Orang-orang
padepokan telah berkerumun disekitar bangunan batu untuk
menyerahkan persembahan itu.
Mereka berusaha untuk menangkap orang bongkok yang
akan dijadikan bahan persembahan bagi Sang Maha Api.
Namun dalam pada itu, keributan itupun telah menjalar.
Tiba-tiba saja dua orang anak muda telah melibatkan diri,
menyerang orang-orang yang berkerumun mengepung orang
bongkok itu. Delima tiba-tiba saja melonjak kegirangan. Dua orang anak
muda itu dikenalnya pula. Mereka adalah anak-anak muda
yang sering datang bersama orang bongkok itu.
Perkelahianpun segera terpecah. Manggada dan Laksana
telah mengambil tempatnya sendiri. Mereka telah bersiap
menghadapi orang-orang padepokan yang ada di sanggar itu.
Orang-orang padukuhan yang berada di sanggar itu
menjadi ketakutan. Tetapi mereka tidak berani meninggalkan
sanggar itu. Mereka hanya bergeser menjauh dan berdiri
berdesakan melekat dinding sanggar.
Ternyata yang kemudian bertempur melawan orang-orang
padepokan itu tidak hanya orang bongkok dan dua orang anak
muda saja. Tetapi ada orang lain yang telah melibatkan diri
pula diantara mereka. Beberapa saai kemudian, sanggar itu benar-benar menjadi
kacau ketika oncor-oncor yang menerangi sanggar itu padam
satu demi satu. Keributan itupun tidak tertahankan lagi. Orang-orang
padukuhan telah berlari-larian tidix tentu arah. Mereka
menjadi kebingungan. Sementara itu agaknya ada orang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sengaja telah mengacaukan mereka. Orang yang
berlari-larian menyusup diantara orang-orang padukuhan itu.
Dalam kekacauan itu tiba-tiba mereka melihat dua oncor
yang menyala. Dua oncor yang berada disebelah menyebelah
pintu gerbang sanggar terbuka itu.
Arus orang-orang yang kebingungan itu tidak tertahankan
lagi. Mereka berlari-larian keluar dari sanggar melalui pintu
gerbang yang tiba-tiba telah terbuka selebar-lebarnya.
Terdengar anak-anak berteriak-teriak ketakutan. Bahkan
kemudian suara tangispun melengking dimana-mana.
Namun beberapa saat kemudian beberapa buah oncor telah
menyala kembali disekitar pintu gerbang. Dua, tiga kemudian
empat buah. Dalam kekisruhan itu terdengar seseorang berteriak.
"Jangan berdesakan. He, hati-hati. Berjalanlah dengan
tertib. Sebaiknya orang laki-laki tidak ikut berdesakan dipintu
gerbang. Biarlah perempuan dan anak-anak berjalan lebih
dahulu. Orang-orang laki-laki sebaiknya justru ikut mengatur
agar tidak terjadi kecelakaan."
Tidak seorangpun diantara orang-orang padukuhan yang
mengetahui, siapakah yang telah berteriak itu. Namun
beberapa orang laki-laki telah tergugah hatinya. Mereka
segera menepi dan mulai ikut mengatur arus keluar orang-
orang padukuhan itu. Empat orang laki-laki yang memegang oncor justru bingung
sendiri. Mereka tidak tahu siapakah yang telah meletakkan
oncor di tangan mereka. Tiba-tiba saja mereka merasa bahwa
mereka telah memegang oncor.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, maka sanggar itu telah menjadi
kosong. Orang-orang padukuhan sudah berada diluarnya.
Namun masih ada satu dua orang anak-anak yang menangis
karena mereka belum menemukan orang tua mereka.
Tetapi dalam waktu singkat, karena orang-orang padukuhan itu sudah saling mengenal, anak-anak itupun telah
berada ditangan ayah dan ibunya.
Namun dalam pada itu, didalam sanggar, pertempuran
masih berlangsung. Orang-orang padepokan yang berada di
sanggar itu telah bertempur dengan orang-orang yang tidak
meraka kenal selain orang bongkok itu.
Delima juga sudah berada diluar, masih saja berdebar-
debar, la tidak tahu apa yang terjadi didalam sanggar itu.
tetapi Delima dan orang-orang padukuhan masih mendengar
keributan didalam sanggar.
Sementara itu, keempat orang yang memegang obor telah
berada diluar sanggar pula.
Namun orang-orang padukuhan itu tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Karena itu, maka mereka hanya
berkumpul saja di sekitar sanggar mereka. Sementara didalam
sanggar itu masih terjadi pertempuran.
Didalam sanggar itu, Ki Pandi bersama Manggada, Laksana
dan beberapa orang tua yang lain telah bertempur melawan
orang-orang padepokan. Ternyata mereka tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama. Beberapa saat kemudian, maka
pertempuran itupun segera berakhir.
Tetapi orang-orang yang berada diluar sanggar tidak segera
mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi di sanggar itu.
Ketika kemudian tidak lagi terdengar suara apapun didalam
sanggar, mereka justru semakin ragu-ragu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delima yang gelisah berdiri didepan pintu gerbang.
Ki Krawangan yang melihat Delima berdiri didepan pintu
segera menariknya sambil berkata "Delima, apa yang kau cari
" Kau tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang, tidak kita
mengerti." Delima tidak membantah. Iapun kemudian bergeser
menjauhi pintu gerbang. Namun suasana didalam sanggar itu masih sepi.
Angin malam berhembus semakin dingin. Sekali-sekali
masih terdengar anak-anak merengek. Namun dengan susah
payah ibunya telah menenangkannya.
Empat orang laki-laki masih tetap memegang obor dan
berdiri tidak jauh dari pintu gerbang yang masih terbuka lebar.
Namun orang-orang yang berada diluar tidak segera dapat
melihat, apa yang telah terjadi dalam kegelapan."
Akhirnya, orang-orang yang memegang oncor itu sepakat
untuk melihat, apa yang terjadi didalam sanggar.
Dengan hati-hati keempat orang itu melangkah masuk.
Ketika mereka melihat sebuah oncor yang masih terpancang
ditempatnya. maka oncor itupun telah dinyalakannya pula.
Demikian pula beberapa buah oncor yang lain.
Namun keempat orang itu terkejut bukan buatan. Orang-
orang padepokan yang ada disanggar itu telah terbaring diam
diantara mereka nampak terluka. Darah mengalir dari luka
yang menganga itu. Ketika keempat orang itu mendekat, maka mereka
menyadari bahwa adat diantara mereka masih bernafas.
Karena itu, maka, dua diantara keempat orang itu pun
Segera berlari keluar memanggil kawan-kawannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus menolong mereka" berkata orang itu diluar
sanggar!" "Kenapa ?" bertanya-beberapa orang bersama-sama
"Mereka terluka." jawab orang yang bertubuh-tinggi.
"Kenapa ?" bertanya Orang-orang yang menjadi semakin
kebingungan.
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Entahlah, kita bawa saja mereka keluar. Kita akan
mencoba menolong mereka."
Beberapa orang laki-laki segera berlari memasuki sanggar.
Tanpa mengatakan sesuatu lagi, merekapun telah membawa
orang-orang padepokan yang terbaring diam.Ada diantara
mereka yang terluka. Tetapi ada yang ditubuhnya sama sekali
tidak terdapat segores kecil lukapun, namun orang itu telah
pingsan atau bahkan mati.
Demikianlah, maka orang-orang yang terbaring diam itu
telah dibawa keluar dari sanggar. Diluar sanggar orang-orang
padukuhan itu berbicara dengan leluasa. Sedangkan didalam
sanggar, meskipun bukan saatnya upacara atau mendengarkan sesorah, namun rasa-rasanya segan juga
untuk berbicara. Beberapa orang telah mencari air, sedangkan yang lain
sibuk mengusap kening dan dahi.
Orang bertubuh raksasa itu, terluka dilambungnya. Tidak
oleh goresan senjata. Tetapi luka itu cukup dalam. Tiga
goresan nampak menyilang, seakan-akan goresan tiga buah
jari tangan tangan berkuku tajam.
Kakak Ki Krawangan justru sama sekali tidak terluka.
Namun ia juga telah menjadi pingsan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, setelah orang-orang padukuhan
itu menjadi sibuk satu dua orang mulai sadar. Kakak Ki
Krawangan itupuh menggeliat, sementara orang bertubuh
raksasa itu mulai mengerang kesakitan.
Ketika orang bertubuh raksasa itu mulai bergerak, maka
darah yang mengalir sernakin banyak mengalir dari lukanya.
Tetapi. orang itu ternyata membawa obat untuk
mengurangi arus darahnya. Ia minta seseorang menaburkan
semacam serbuk dari 'sebuah bumbung kecil dialas lukanya
itu. . Terasa luka itu menjadi pedih sekali. Tetapi darahnyapun
menjadi semakin sedikit mengalir dari luka itu.
Beberapa orang lain yang terluka juga telah mendapat
pengobatan yang sama, sementara kakak Ki Krawangan
setelah diberi air beberapa tetes di bibirhyapun telah menjadi
sadar pula. "Iblis bongkok" geram kakak Ki Krawangan
"Apa yang telah terjadi, kakang?" bertanya Ki Krawangan
yang berjongkok disebelah kakaknya.
"Orang yang pernah kau tolong itu ternyata tidak kurang
dari sosok iblis yang paling jahat."
"Aku tidak mengira kakang. Ia tampak lemah dan sakit
pada waktu itu." jawab Ki Krawangan.
"Ia datang bersama beberapa orang kawannya untuk
mengacaukan upacara persembahan itu." berkata kakak Ki
Krawangan itu pula. "Tetapi apa maksud orang bongkok itu?" bertanya Ki
Krawangan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia berniat mengacaukan upacara ini. Bahkan mengacaukan
akal kita sehingga kepercayaan kita menjadi menipis, ia
datang dengan membawa kepercayaan baru untuk menyesatkan jalan hidup kita menuju ke kesejahteraan lahir
dan batin." Delima yang mendengar keterangan pamannya itu hampir
saja tidak dapat menahan hati. Menurut pendapatnya,
kepercayaan yang diajarkan oleh pamannya itulah yang sesat.
Sebenarnyalah Ki Krawangan juga ragu. Setelah hutan lebat
yang seakan-akan memagari lingkungan yang luas dibawah
kaki Gunung Lawu itu terbuka, maka para penghuninya
mempunyai hubungan yang lebih luas dengan orang-orang
dari seberang hutan. Tetapi Ki Krawangan tidak menjawab. Demikian pula Delima
yang merasa lebih baik diam saja daripada membuka
persoalan ,baru dengan orang-orang padepokan.
Dalam pada itu, selagi ketegangan mencengkam orang-
orang yang berada di sekitar sanggar itu, telah terdengar
suara dari dalam kegelapan. Suara yang tidak jelas
sumbernya. Seakan-akan melingkar-lingkar di udara yang
kelam. Suara tertawa yang berkepanjangan. Disela-sela suara
tertawa itu terdengar kata-kata "He, kalian orang-orang sesat
Apa sebenarnya yang kalian cari dengan cara yang tidak
pantas itu" Kalian telah digiring oleh seorang yang menjadi
gila karena kehilangan anak bayinya. Orang yang gila karena
keluarganya yang pecah dan menjadi berkeping-keping.
Mungkin juga karena salahnya sendiri. Namun kemudian, ia
telah mencari sasaran untuk menimpakan kesalahan itu. Ia
membenci semua bayi. Ia ingin semua bayi mati seperti
anaknya. Dalam api..."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara itu berhenti sejenak. Sementara kakak Ki Krawangan
yang telah sadar sepenuhnya itu berteriak pula "He, pengecut.
Nampakkan dirimu. Jangan memfitnah sambil bersembunyi."
"Aku telah mengalahkan kau" terdengar lagi suara dari
kegelapan "sekarang sadarilah. Jika sementara ini kalian harus
mengorbankan seekor anak binatang di bawah purnama,
maka beberapa saat lagi kalian akan digiring untuk
mengorbankan anak manusia. Bayangkan, setiap bulan
seorang bayi akan mati. Gila. Bahkan tidak hanya di
padukuhan ini saja. Apakah kalian akan melakukan upacara
yang gila itu" Hari ini orang-orang padepokan itu sudah
berniat mengorbankan seseorang sebagai langkah awal niat
mereka menggiring kalian untuk mengorbankan bayi disetiap
bulan purnama, karena orang yang kalian anggap pemimpin
padepokan itu telah terganggu penalarannya."
"Cukup, fitnah itu sama sekali tidak benat." Teriak kakak Ki
Krawangan. Tetapi suara tertawa itu masih berkepanjangan. Kata-kata
di sela-sela derai tertawa itu masih terdengar. "Nah, kalian
yang waras, yang masih mempunyai daya penalaran yang
utuh, apakah kalian justru akan jatuh di bawah pengaruh
orang gila" Orang yang terganggu kesadarannya oleh dendam
kebencian?" "Cukup, cukup" bukan hanya kakak Ki Krawangan saja yang
berteriak, tetapi seorang cantrik yang telah sadar sepenuhnya
berteriak pula, sementara orang yang bertubuh raksasa itu
menggeram. Ia tidak berani berteriak, agar darah di lukanya
tidak memancar lagi. Namun suara itu masih terdengar, "Selamat malam
saudara-saudaraku. Selama padepokan itu masih ada, maka
kita masih akan sering berjumpa dimanapun.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila. He orang-orang gila. Aku bunuh kalian pada saatnya.
Tetapi suara itu menjawab "Jika kami ingin membunuhmu,
maka kami tentu sudah melakukannya. Tetapi kami bukan
orang-orang yang menjadi mata gelap, kehilangan pegangan
dan membunuh sasaran yang tidak ada sangkut pautnya
dengan persoalan yang sebenarnya terjadi. Nah, tolong, sampaikan kepada Kiai Banyu Bening, jika ia
masih tidak menghentikan perbuatan gilanya, maka kami benar-benar akan memperlakukannya seperti orang gila. "Diam, diam, diam," teriak
kakak Ki Krawangan. Suara
tertawa itu masih bergema.
Semakin lama terdengar semakin jauh, sehingga akhirnya hilang sama sekali.
Malam kembali menjadi sepi. Ketegangan masih mencengkam setiap jantung.
Orang-orang padepokan yang masih lemah itu dicengkam oleh kemarahan,
kebencian, dendam tetapi juga kekhawatiran. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tidak
dapat memburu orang-orang yang telah menghinakan mereka
dan bahkan menyebut nama Kiai Banyu Bening.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sejenak kemudian, maka orang yang bertubuh
raksasa itu berkata "Biarlah orang-orang padukuhan itu pergi.
Kita akan membuat perhitungan dengan mereka kelak, karena
mereka tidak mau membantu kita, disaat kita dalam
kesulitan." Kakak Ki Krawangan tidak menyahut. Tetapi bagaimanapun
juga ia merasa cemas tentang adiknya. Orang-orang
padepokan dapat menyangka, bahwa adiknya benar-benar
telah berhubungan dengan orang bongkok itu.
"Besok aku harus berbicara dengan Krawangan," berkata
orang itu di dalam hatinya.
Dalam pada itu, maka orang-orang padukuhan itupun
segera pulang ke rumah mereka masing-masing ketika mereka
sudah mendapat ijin dari orang-orang padepokan.
Namun ancaman orang bertubuh raksasa itu didengar oleh
salah seorang padukuhan itu, sehingga ia menjadi ketakutan.
Ternyata perasaan takut itu kemudian telah menjalar pula ke
setiap orang yang mendapat berita tentang ancaman itu.
Namun sebelum orang-orang itu memasuki gerbang
padukuhan, maka seseorang telah berlari-lari keluar dari regol
padukuhan. Justru orang yang belum mereka kenal.
"Siapa yang terikat di halaman banjar" Siapa?" teriak orang
itu "Siapa" Siapa?" setiap onng pun telah bertanya pula.
Namun karena itu, maka orang-orang itu tidak jadi langsung
pulang ke rumah. Tetapi mereka berduyun-duyun pergi ke
banjar. Sebenarnyalah dua orang terikat pada dua batang pohon
yang tumbuh di halaman banjar. Orang yang juga belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka kenal. Kedua orang itu agaknya telah pingsan
meskipun keduanya masih hidup.
Agaknya keduanya telah menjadi kepanasan oleh lidah api
yang menelan banjar padukuhan mereka. Banjar yang mereka
dirikan dengan susah payah itu telah menjadi abu diterpa oleh
kemarahan Sang Maha Api karena pokal orang bongkok itu.
Kedua orang itu tubuhnya basah oleh keringat. Sementara
udara di halaman banjar itu masih terasa panas, meskipun api
sebagian besar sudah padam.
Seorang penghuni padukuhan yang sudah separo baya
berkata, "Ambil air. Kita harus segera mendinginkan mereka."
Seseorangpun telah berlari-lari ke sumur. Dengan upih
orang itu membawa air yang kemudian telah disiramkan ke
wajah kedua orang yang pingsan itu.
Kedua orang itu mulai menggeliat. Bahkan kemudian
keduanya mulai menggelengkan kepalanya serta membuka
matanya. Namun adalah diluar dugaan ketika tiba-tiba sesosok tubuh
yang hanya nampak hitam di kelamnya malam muncul dari
Dewa Sinting 1 Pendekar Slebor 14 Bayang-bayang Gaib Sesajen Atap Langit 2
kebumi untuk mengusap seluruh tubuhku yang dihangatkan oleh api yang
berbau mayat itu." Wajah Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles menjadi tegang.
Kengerian yang pernah dibayangkan sebelumnya itu rasa-
rasanya semakin nampak menerawang di kepala mereka.
Namun Kiai Banyu Bening itu masih saja tertawa
berkepanjangan. Bahkan kemudian katanya "Laki-laki yang
telah membawa isteriku itu dan bahkan isteriku itu sendiri
harus mati didalam nyala api. Mereka telah membunuh
anakku. A nakku bagiku adalah segala-galanya."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara tertawa laki-laki itu terdiam. Ketika Ki Sambi Pitu dan
Ki Lemah Teles memandang wajahnya, mereka terkejut. Di
wajah itu tidak lagi membayang tawa dan senyum. Tetapi
yang nampak adalah nyala api neraka disorot matanya.
Tiba-tiba saja orang itu menggeram "pergilah. Kau sudah
terlalu banyak mengetahui tentang isi padepokan ini, yang
seharusnya tidak boleh diketahui oleh orang lain. Jangan
kembali lagi. Kau telah melanggar paugeran padepokan kami."
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles tidak menjawab.
Keduanya telah melangkah ke kuda mereka. Kemudian
keduanya telah menuntun kuda mereka ke pintu gerbang
Pintu gerbang itupun terbuka. Orang yang berwajah
garang, bermata tajam dan berkumis tebal itu berdiri dengan
tegang di sebelah pintu. Beberapa orang dengan senjata
telanjang tegak mematung memandangi Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles yang lewat sambi! menuntun kudanya.
Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah
berpacu meninggalkan padepokan yang menyimpan seribu
macam pertanyaan itu. Sambil melarikan kuda mereka, untuk keduanya menjauhi
padepokan itu, Ki Sambi Pitu itupun berkata "Ternyata kita
masih beruntung dapat keluar dari padepokan itu."
"Yang kita cemaskan itu ternyata tinggal menunggu waktu
saja." berkata Ki Lemah Teles.
"Mengerikan sekali" sahut Ki Sambi Pitu. "Kita memang
harus menghentikannya" desis Ki Sambi Pitu kemudian.
"Nampaknya Kiai Banyu Bening itu menderita semacam
penyakit yang sangat berbahaya" berkata Ki Lemah Teles
kemudian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penyakit apa?""bertanya Ki Sambi Pitu.
"Hatinya telah dicengkam oleh dendam yang membara.
Kematian anaknya tidak pernah diikhlaskannya, sehingga
hidupnya menjadi sangat gersang. Ia ingin menuntut kematian
anaknya dengan kematian dan kematian."
"Itulah yang membayangi upacara hitam yang dilakukan
oleh para pengikutnya" berkata Ki Sambi Pitu "apa yang
terjadi sekarang, adalah semacam pemanasan. Pada saatnya,
maka bayi-bayilah yang akan menjadi korban. Orang gila itu
akan merasa sangat berbahagia mendengar jerit tangis bayi
yang dikorbankannya, sebagaimana dikatakannya, seperti
kidung yang didendangkan oleh peri-peri yang cantik, tetapi
tidak dilangit. Peri-peri itu bangkit dari pusat bumi yang kelam
yang membawakan lagu-lagu kematian." Ki Sambi Pitu
berhenti sejenak. Namun kemudian ia berkata "Tetapi sayang,
bahwa Kiai Banyu Bening tidak menantang orang-orang yang
terlibat kematian bayinya dengan perang tanding."
"Aku bungkam mulutmu jika kau masih saja mengigau
tentang perang tanding." geram Ki Lemah Teles.
Ki Sambi Pitu tertawa. Namun ia menjauhkan kudanya dari
kuda Ki Lemah Teles yang menggeram.
Namun kedua orang itu terkejut ketika mendengar derap
kaki kuda. Ketika mereka berpaling, mereka melihat ampat
ekor kuda yang berpacu seperti di kejar hantu.
"Siapa mereka?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Berhati-hatilah. Kiai Banyu Bening menganggap kita terlalu
banyak tahu." "Setan itu melepaskan kita dari padepokan, tetapi kemudian
memerintahkan orang-orangnya memburu kita."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya justru memperlambat derap kaki kuda mereka,
seakan-akan mereka justru sengaja menunggu keempat orang
berkuda itu. "Kita belum tahu siapa mereka dan untuk apa mereka
memburu kita. Tetapi sebaiknya kita tidak berprasangka buruk
lebih da-: hulu. Mungkin mereka bukan dari padepokan Kiai
Banyu Bening." berkata Ki Sambi Pitu kemudian.
Dalam pada itu, keempat orang berkuda itu memacu
kudanya . semakin cepat. Ketika mereka berhasil menyusul Ki
Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang memang memperlambat
derap lari kudanya, maka dua orang diantara mereka justru
mendahului. Kemudian setelah keduanya berada di depan,
maka mereka memberi isyarat, agar Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles itu berhenti.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang sudah bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan itupun menarik kendali kuda
mereka sehingga sejenak kemudian, merekapun telah
berhenti. "Turunlah" perintah salah seorang diantara kedua orang
yang mendahului Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles.
Ternyata orang itu adalah orang yang berwajah garang,
bermata tajam dan berkumis tebal, yang berada dipintu
gerbang padepokan Kiai Banyu Bening itu.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian
meloncat turun dari kuda mereka. Dengan tenang keduanya
telah mengikat kuda mereka pada sebatang pohon perdu.
Demikian pula keempat orang yang memburu mereka.
Keempat-empatnyapun telah meloncat turun serta mengikat
kuda-kuda mereka pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak" berkata orang berkumis tebal itu. Suaranya
mengguntur menggetarkan selaput telinga "ternyata kalian
terlalu banyak bertanya, sehingga kalianpun mengetahui
banyak tentang padepokan kami."
'"Tetapi bukankah Kiai Banyu Bening menjawab pertanyaan-pertanyaanku" sahut Ki Sambi JPitu.
"Kiai Banjar Bening kadang-
kadang memang kehilangan kendali. Jika seseorang memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, maka
diluar sadarnya, iapun selalu
menjawabnya." "Jadi?" bertanya Ki Lemah
Teles. "Pengertianmu yang banyak
tentang padepokan kami akan
sangat membahayakan kami.
Karena itu, maka kalian tidak
boleh menyebarkan apa yang
telah kalian ketahui itu kepada orang lain." berkata orang
berkumis tebal itu. Ki Sambi Pitu mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kami
berjanji untuk tidak menyebar-luaskan pengertian kami
tentang padepokan Kiai Banyu Bening."
"Sekedar janji sebagaimana kau katakan itu, tidak cukup Ki
Sanak." berkata orang berkumis tebal itu pula.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Kau harus diam untuk selama-lamanya" jawab orang itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu?" desak Ki Lemah Teles.
"Kalian harus dibunuh."
Kedua orang itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian Ki
Lemah Telespun berkata "Jika kau akan membunuhku, maka
kau akan aku bunuh lebih dahulu."
Wajah orang itu menjadi tegang. Tetapi kemudian iapun
tertawa. Suaranya meledak-ledak seperti petir yang menyambar-nyambar dilangit.
"He" bentak Ki Lemah Teles "kenapa kau tiba-tiba menjadi
gila?" Orang itu tiba-tiba saja terdiam. Matanya menyala seakan-
akan memancarkan api. "Kaulah yang benar-benar gila. Kau tidak tahu dengan siapa
kau berhadapan" "Tentu saja aku tahu. Kau adalah budak-budak kecil di
padepokan orang yang berbangga dengan sebutan Kiai Banyu
Bening. He, apakah kau tahu artinya Banyu Bening?"
"Cukup" orang itu berteriak "sebaiknya kau sebut nama
ayah dan ibumu. Sebentar lagi kau akan mati."
"Sudah aku katakan, kau yang akan mati. Apakah kau tuli"
Ki Lemah Telespun berteriak pula.
Namun Ki Sambi Pitu berkata dengan nada yang lebih
rendah "Apa sebenarnya yang terjadi dengan Kiai Banyu
Bening" Apakah yang aku ketahui tentang padepokan itu
cukup menjadi alasan baginya untuk membunuh?"
"Setiap orang yang tidak dikehendki oleh Kiai Banyu Bening
akan mati." jawab orang itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak" berkata Ki Sambi Pitu "agaknya peristiwa yang
terjadi atas bayi Kiai Banyu Bening itu telah menghantuinya
sepanjang hidupnya, sehingga nalar budinya tidak lagi dapat
menilai baik dan buruk. Jangankan kehilangan bayinya dengan
cara yang sangat mengerikan, sedangkan orang yang merasa
kesepian dihari-hari tuanya dapat kehilangan akal pula."
"Gila kau Sambi Pitu" geram Ki Lemah Telcs. Namun Ki
Sambi Pitu itu tidak menghiraukannya.Dengan nada rendah ia
berkata selanjutnya "Apakah Kiai Banyu Bening tidak dapat
menemukan isteri serta laki-laki yang mengajaknya pergi itu?"
"Kiai Banyu Bening tidak membutuhkannya lagi."
"Mereka yang harus bertanggung jawab atas kematian bayi
itu. Kiai Banyu Bening tidak seharusnya mencari korban untuk
melepaskan kemarahan dan kekecewaannya."
"Kau tidak usah mengguruinya. Jika keduanya dapat
diketemukan, maka ia tentu sudah menuntut tanggung jawab
itu. Tetapi keduanya telah menghilang setelah mereka
mengetahui bahwa Kiai Banyu Bening masih tetap hidup.
Apalagi peristiwa itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu
sebelum perguruan Kiai Banyu Bening berdiri."
"Kau tahu, siapakah nama laki-laki itu?" bertanya Ki Sambi
Pitu. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Seandainya aku
tahu, tidak ada perlunya aku menyebut dihadapanmu."
"Baiklah, Ki Sanak. Kau telah melengkapi pengenalanku
atas Kiai Banyu Bening. Sekarang perkenankan aku
melanjutkan perjalanan" berkata Ki Sambi Bitu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" tiba-tiba orang itu membentak "kalian berdua tidak
akan pernah keluar dari lingkungan dan kuasa kami. Kalian
berdua akan mati." "Aku bunuh kau" geram Ki Lemah Teles "kemudian aku
tantang Kiai Banyu Bening untuk berperang tanding."
"Agaknya kau benar-benar gila. Kau kira siapa Kiai Banyu
Bening itu, he. Sehingga kau berani menantangnya untuk
berperang tanding?" geram orang berkumis tebal itu
"menyebut namanya saja kau harus mendapat ijin dan
palilahnya." Ki Lemah Teles tertawa. Suaranya meledak-ledak tidak
kalah dari suara tertawa orang berkumis tebal itu. Katanya
"Apakah kau kira Kiai Banyu Bening itu memiliki kelebihan"
Jika ia benar-benar memerintahkan membunuhku, aku benar-
benar akan datang kepadanya dan menantangnya berperang
tanding seperti yang aku katakan itu."
"Kau tidak akan sempat melakukannya. Kau akan mati
sekarang juga." "Jangan membantah. Kau yang akan mati sekarang.
Sayang, kau tidak sempat melihat aku membantai Kiai Banyu
Keruh itu besok atau lusa karena kau akan mati. Karena itu,
pergilah. Kembalilah kepada Kiaimu itu. Katakan bahwa kau
masih ingin hidup untuk melihat bagaimana aku membunuh
Banyu Bening yang gila itu." Ki Lemah Teles berteriak semakin
keras. Wajah orang berkumis tebal itu bagaikan tersentuh api.
Karena itu tanpa menjawb lagi, iapun segera memberi isyarat
kepada kawan-kawannya. Ketika keempat orang itu bergerak mengepung Ki Sambi
Pitu dan Ki Lemah Teles, maka Ki Lemah Teles itu masih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak"kalian benar-benar gila. Jika kalian mati, jangan
salahkan aku." Orang berkumis tebal dan berwajah garang itu tidak
menjawab lagi. Dengan serta merta, maka ia mulai menyerang
Ki Lemah Teles. Sedangkan kawan-kawannyapun mulai
bergerak pula mendekati salah seorang dari kedua orang yang
telah datang ke padepokan mereka itu.
Sejenak kemudian, pertempuranpun telah berlangsung
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sengitnya. Orang berkumis tebal yang marah itu
segera mengerahkan kemampuannya. Ia benar-benar ingin
segera membunuh Ki Lemah Teles yang telah berani
menghina pemimpin padepokannya yang sangat dihormatinya.
Agaknya orang berwajah garang dan berkumis tebal itu
termasuk salah seorang kepercayaan Kiai Banyu Bening.
Karena itu, maka dengan hentakan-hentakan ilmunya ia
mampu mengejutkan Ki Lemah Teles. Apalagi seorang
kawannya telah membantunya. Seorang yang juga bukan
orang kebanyakan. Sementara itu, dua orang yang lain telah bertempur
melawan Ki Sambi Pitu. Keduanya berusaha nrmecah
perhatian Ki Sambi Pitu dengan menyerang dari arah yang
berlawanan. Tetapi Ki Sambi Pitu adalah seorang yang berilmu tinggi.
Karena itu, maka ia tidak menjadi bingung meskipun dua
orang lawannya itu justru berdiri diarah yang bertentangan.
Orang berkumis tebal itu tidak menduga bahwa orang yang
mengaku pedagang yang mencari barang-barang dagangan
itu un tuk beberapa lama mampu mengimbangi ilmunya.
Bahkan Ki Lemah Teies itu sekali-sekali justru telah mendesak
lawannya meskipun mereka berdua.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan dengan lantang Ki Lemah Teles itupun berkata
"Nah, sekarang kita akan bertaruh, siapa yang akan terbunuh
di pertempuran ini."
Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Namun Ki Lemah
Teles itupun berkata "Marilah kita letakkan taruhan kita lebih
dahulu. Uang, pendok keris atau timang, tetapi harus dari
emas seperti timang yang aku pakai ini. Siapa yang tetap
hidup boleh memiliki taruhan itu."
"Setan kau" geram yang berwajah garang dan berkumis
tebal itu. Matanya yang tajam bagaikan menyala memandang
Ki Lemah Teles yang menantangnya bertaruh itu.
"Baiklah jika kau menolak" berkata Ki Lemah Teles.
"nampaknya kau menyadari bahwa kau tidak akan dapat
menang meskipun kau dibantu oleh seorang kawanmu."
Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi serangan-
serangannya datang semakin cepat. Seorang kawannyapun
berusaha untuk mengimbangi kecepatan gerak orang
berkumis tebal itu. Namun pertahanan Ki Lemah Teles sama
sekali tidak terguncang karenanya. Bahkan Ki Lemah Teles
yang berilmu tinggi itu semakin lama justru semakin mendesak
lawan-lawannya. Dengan tangkasnya Ki Lemah Teles telah meloncat
menghindar ketika orang berkumis tebal itu melenting dengan
cepat sambil menjulurkan kakinya menyamping. Namun dalam
pada itu, lawannya yang lain telah memutar tubuhnya sambil
mengayunkan kakinya mengarah kening.
Ki Lemah Teles dengan cepat bergeser kesamping. Tetapi
demikian kaki lawannya yang berputar itu hampir menyambar
keningnya, maka iapun segera menjatuhkan diri. Tetapi justru
kakinya dengan cepat serta dilambari dengan tenaganya yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar, menyapu menebas kaki lawannya yang dipergunakannya sebagai tempat bertumpu.
Dengan derasnya, kaki itu bergeser. Justru karena itu,
maka orang itu benar benar lelah kehilangan keseimbangannya. Karena itu, maka dengan keras ia telah
terbanting jatuh ditanah. Namun dengan cepat pula orang itu
melenting berdiri. Tetapi Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Ki Lemah Teles
justru telah bersiap sepenuhnya. Demikian orang itu bangkit,
maka kakinya telah menyambar dada.
Orang itu terdorong beberapa langkah surut. Namun ketika
Ki Lemah Teles siap memburunya, maka lawannya yang
seorang lagi telah menyerangnya. Sambil meloncat maju,
maka tangannya yang kuat telah terayun kearah pelipisnya.
Namun Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Dengan
loncatan kesamping, maka pukulan tangan itu tidak
menyinggung tubuhnya sama sekali.
Dengan demikian, maka kedua orang lawan Ki Lemah Teles
itu telah semakin meningkatkan ilmu mereka sampai ke
puncak. Tetapi memang tidak mudah bagi mereka untuk
mengalahkan dan kemudian membunuh orang itu.
Dalam pada itu, Ki Sambi Pitupun telah bertempur melawan
dua orang lawannya pula. Dua orang yang memiliki
kemampuan untuk bertempur cukup tinggi. Namun keduanya
telah benar-benar berada didalam genggaman tangan Ki
Banyu Bening. Jadi apa yang dikatakan oleh Ki Banyu Bening
bagi mereka adalah paugeran.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, mereka sama sekali tidak sempat mempergunakan akal mereka. Ketika Kiai Banyu Bening
memerintahkan mereka untuk membunuh, maka merekapun
telah menjalankan perintah itu dengan sebaik-baiknya.
Tetapi lawan yang mereka hadapi adalah Ki Sambi Pitu.
Seorang yang benar-benar berilmu tinggi.
Karena itu, maka kedua orang itupun segera mengalami
kesulitan. Betapapun mereka berusaha, tetapi serangan-
serangan mereka tidak pernah menyentuh sasaran.
Bahkan kemudian ternyata bahwa serangan Ki Sambi
Pitupun yang justru lebih dahulu mengenai tubuh lawannya.
Seorang dari kedua lawannya itu telah terpelanting ketika
tangan Ki Sambi Pitu terayun tepat mengenai tengkuknya.
Orang itu jatuh tersungkur dengan kerasnya. Wajahnya
yang terjerembab telah terluka oleh goresan-goresan kerikil
yang terserak di jalan. Debu.dan tanah yang melekat
membuat wajahnya menjadi kotor dan berdarah. .
Tetapi orang itu masih bangkit sambil menggeram.
Diusapnya wajahnya dengan tangannya. Sementara mulutnya
yang juga berdarah itu mengumpat-umpat.
Ki Sambi Pitu sempat tertawa melihat wajah orang itu.
Bahkan sambil bergeser menghindari serangan lawannya yang
seorang lagi, ia berkata "He, darimana kau mendapatkan
topeng yang menarik itu?"
"Aku koyak mulutmu" geram orang itu. Ki Sambi Pitu
tertawa semakin keras. Katanya "Jangan terlalu garang.
Jagalah agar luka-lukamu tidak terlalu mengeluarkan darah."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemarahan orang itu serasa membakar ubun-ubunnya.
Karena itu, maka iapun telah meloncat menyerang dengan
garangnya. Sementara kawannya yang seorang lagi telah meloncat
menyerang pula. Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi kedua
lawan Ki Sambi Pitu semakin lama menjadi semakin tidak
berdaya. Tetapi keduanya tidak segera menyerah. Hampir berbareng
keduanya telah menarik keris mereka dari wrangkanya yang
terselip dipunggung. Ki Sambi Pitu melihat kedua ujung keris itu dengan dada
yang berdebar-debar. Setapak ia melangkah surut, sementara
lawannya yang wajah tersuruk kedalam tanah itu menggeram
"Kau harus menebus kesombonganmu dengan nyawamu."
"Kalian telah mendahului mempergunakan senjata" berkata
Ki Sambi Pitu. "Kau mulai menyesali tingkah lakumu." geram lawannya
yang lain. Ki Sambi Pitu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Jika kalian tergores ujung kerisku, itu bukan
salahku." Kedua orang itu justru tertegun melihat Ki Sambi Pitu juga
menarik kerisnya. Sebuah keris luk sebelas yang manis
buatannya. Pamornya nampak berkeredipan seakan-akan
menyalakan cahaya yang kehijau-hijauan.
Tetapi kedua orang itu tidak sempat merenungi senjata
lawannya. Ketika keris itu mulai berputar, maka merekapun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera menyadari, bahwa mereka benar-benar akan
bertempur habis-habisan. Dalam pada itu, Ki Lemah Telespun telah bertempur dengan
garangnya. Kedua lawannya memang tidak banyak mempunyai kesempatan. Beberapa kali serangannya telah
mengenai tubuh lawan-lawannya. Meskipun sekali-sekali
tubuhnya juga tersentuh serangan lawannya, tetapi serangan
itu tidak menggoyahkan pertahanannya.
Orang yang berkumis tebal itu setiap kali harus berdesis
menahan sakit. Wajahnya seakan-akan telah menjadi lembab.
Beberapa kali tangan Ki Lemah Teles telah mengenai
wajahnya, seakan-akan Ki Lemah Teles sengaja menampar
mulutnya sehingga berdarah.
Ketika orang berkumis lebat itu melihat kawan-kawannya
yang bertempur melawan Ki Sambi Pitu telah menggenggam
kerisnya, maka iapun telah menarik senjatanya pula. Bukan
sebilah keris seperti yang lain, tetapi sebilah parang yang
besar, sedangkan kawannya memang bersenjata keris
sebagaimana yang lain. Ki Lemah Teles yang melihat lawan-lawannya bersenjata,
maka iapun telah menggenggam senjatanya pula. Seperti
senjata Ki Sambi Pitu, maka Ki Lemah Teles telah
menggenggam sebilah keris, tetapi lurus dengan ukuran yang
sedikit lebih besar dari kebanyakan keris.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun telah benar-
benar sampai kepuncaknya. Serangan-serangan yang akan
berhasil menyentuh lawan tidak lagi sekedar membuat tubuh
menjadi biru lembab. Tetapi goresan-goresan luka itu akan
dapat menitikkan darah. Bahkan jika senjata itu menukik di
dada dan menyentuh jantung, maka senjata-senjata itu akan
dapat membunuh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun mereka yang bertempur tidak menghiraukannya.
Mereka telah mengayun-ayunkan senjata mereka. Orang
berkumis tebal itupun telah mengayun-ayunkan parangnya
pula. Tetapi Ki Lemah Teles adalah seorang yang tangkas. Ia
mampu dengari cepat menghindari serangan-serangan
lawannya. Namun tiba-tiba saja ia meloncat menyerang
dengan ujung kerisnya. Serangan yang datang beruntun dari kedua lawannya
membuat Ki Lemah Teles berkeringat. Namun sejalan dengan
itu, kemarahannyapun semakin menggigit jantung. Karena itu,
maka kcrisnyapun menjadi semakin cepat menyambar-
nyambar. Ternyata orang yang berkumis lebat itu, mengalami banyak
kesulitan menghadapi Ki Lemah Teles yang mampu bergerak
dengan cepatnya. Sementara kerisnya bergerak melampaui
kecepatan geraknya. Karena itu, maka sambil berteriak marah
sekali, orang itu meloncat mundur mengambil jarak.
Namun ujung keris lawannya telah tergores dilambungnya.
Goresan itu memang tidak begitu dalam. Sementara itu ikat
pinggang orang berkumis lebat yang terbuat dari kulit yang
tebal dan lebar itupun sempat ikut menahan ujung keris Ki
Lemah Teles, sehingga goresan itu tidak terlalu panjang dan
dalam. Meskipun demikian, darah sudah mulai tertumpah. Titik-titik
darah itu sudah membasahi lereng Gunung Lawu.
Namun pertempuran masih berlangsung terus. Orang
berkumis tebal itu tidak berniat menghentikan pertempuran
apapun yang terjadi. Sebagai murid kepercayaan Kiai Banyu
Bening, maka orang itu tidak akan mundur setapakpun juga.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lemah Teles menyadari sepenuhnya akan hal itu. Karena
itu ia tidak berniat untuk menawarkan kesempatan agar
lawannya menyerahkan diri.
Karena itu, maka pertempuranpun segera mencapai
puncaknya. Orang berkumis tebal itu telah mengayun-ayunkan
parangnya. Seorang kawannya yang bertempur bersamanya
juga telah berusaha untuk menggapai tubuh Ki Lemah Teles
dengan ujung kerisnya. Tetapi bukan tubuh Ki Lemah Teles yang kemudian tergores
senjata. Justru tubuh orang berkumis lebat dan kawannya
itulah yang menjadi basah oleh darah.
Ki Lemah Teles telah menyelesaikan pertempurannya lebih
dahulu. Orang berkumis tebal itu kehilangan kesempatan
untuk melawannya ketika keris Ki Lemah Teles mengoyak
pangkal paha kanannya. Orang itu seakan-akan tidak
mempunyai kekuatan lagi untuk berdiri dan apalagi bertempur.
Jika Ki Lemah Teles bergeser, maka orang berkumis tebal itu
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak lagi mampu berbuat sesuatu. Bahkan jika ia berusaha
menapak dengan kaki kanannya, maka orang itu justru tidak
dapat mempertahankan keseimbangannya.
Sedangkan yang seorang lagi telah terbaring sambil
mengerang kesakitan. Keris Ki Lemah Teles telah menggores
dadanya menyilang. Tetapi luka itu tidak menghunjam sampai
ke jantung. Ki Sambi Pitu masih bertempur untuk beberapa saat. Tetapi
bahwa orang berkumis tebal itu sudah tidak mampu
bertempur lagi, maka kedua orang lawan Ki Sambi Pitupun
kehilangan ketegarannya. Merekapun kemudian telah terluka
sebagaimana kedua kawannya yang lain, sehingga keduanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak lagi mampu untuk bertempur. Seorang tubuhnya
terbaring diatas tanggul parit, sedang seorang lagi terkapar
dipinggir jalan. "Kenapa tidak kau bunuh aku?" teriak orang berwajah
garang bermata tajam dan berkumis tebal itu.
"Apakah kematianmu ada artinya bagiku?" bertanya Ki
Lemah Teles. "Kau akan menyesal, karena pada kesempatan lain, akulah
yang akan membunuhmu" geram orang itu.
"Kalau kau mampu membunuhku, tentu sudah kau lakukan
sekarang ini, justru kau bertempur bersama dengan seorang
kawanmu." "Lain kali aku akan membawa sepuluh orang kawan jika kau
tidak membunuh aku sekarang?"
Ki Lemah Teles tertawa. Katanya "Kau kira aku tidak
mempunyai kawan" Diseberang hutan Jatimalang kawanku
ada sepa-dang rumput yang luas menunggu aku. Jika pada
kesempatan lain kau akan membawa sepuluh orang kawanmu,
maka aku akan membawa pasukan segelar-sepapan."
Orang berkumis tebal itu menggeram. Tetapi ia memang
sudah tidak berdaya. Bahkan untuk berdiripun rasa-rasanya
tidak lagi dapat tegak. Namun Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu ternyata benar-
benar tidak ingin membunuh lawannya. Bahkan Ki Sambi Pitu
itu-pun kemudian berkata "Aku akan memberi isyarat kepada
kawan-kawanmu agar datang menjemputmu."
"Setan kau. Kau sudah menghina aku dan padepokanku"
geram orang berkumis lebat itu. Tetapi ia memang menjadi
semakin lemah, sehingga ia tidak lagi bergerak terlalu banyak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi setiap gerakan seakan-akan telah menekan darahnya
sehingga mengalir semakin banyak dari lukanya.
Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian telah
melepaskan keempat ekor kuda yang semula dipergunakan
oleh orang berkumis itu bersama kawan-kawannya. Kuda
itupun kemudian dihadapkan kearah padepokan Kiai Banyu
Bening. Seekor demi seekor kuda itu dilecut sehingga berlari
kencang menuju ke padepokan.
"Nah" berkata Ki Lemah Teles "kawan-kawanmu, dan
barangkali juga Kiai Banyu Bening akan melihat kedatangan
keempat" ekor kuda tanpa penunggang itu, sehingga mereka
akan segera mencarimu. Aku berharap bahwa mereka tidak
datang terlambat, sehingga jiwa kalian dapat tertolong.
Bukankah jarak ini masih belum terlalu jauh dari
padepokanmu?" Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi sorot
matanya memancarkan dendam yang tidak ada taranya.
Demikianlah, sejenak kemudian Ki Sambi Pitu danKi Lemah
Teles itu sudah meloncat ke punggung kuda mereka. Sejenak
kemudian keduanya telah melarikan kuda mereka meninggalkan ampat orang yang terluka itu.
Jalan menuju ke padepokan itu memang jalan yang jarang
dilewati orang. Sawah yang terbentang disebelah-menyebelah
jalan itupun sebagian telah dikuasai oleh Kiai Banyu Bening
pula. Sementara beberapa bagian yang lain masih terbentang
padang ilalang dan padang perdu yang luas sampai kebatas
hutan lereng gunung yang lebat.
Kedatangan Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles di rumah Ki
Ajar Pangukan telah disambut dengan berbagai macam
pertanyaan. Pakaian mereka yang terpercik darah telah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan, bahwa keduanya telah bertempur dan bahkan
melukai lawan-lawan mereka.
"Aku tidak bermaksud menantang untuk berperang tanding"
berkata Ki Lemah Teles mendahului Ki Sambi Pitu, sehingga Ki
Sambi Pitu itupun tertawa. Sementara Ki Lemah Telespun
kemudian berceritera tentang apa yang telah dialaminya.
Ki Ajar Pangukan menarik nafas dalam-dalam. Katanya
"Dengan demikian, maka kita sudah membuka permusuhan
dengan padepokan itu."
"Tetapi bukan maksud kami" berkata Ki Lemah Teles "kami
dihadapkan pada satu keadaan tanpa pilihan. Orang berkumis
lebat itu benar-benar akan membunuh kami atas perintah Kiai
Ganda wira yang ternyata lebih senang disebut Kiai Banyu
Bening meskipun kesannya seperti air yang sangat keruh."
Ki Ajar Pangukan, Ki Jagaprana dan Ki Pandi mengangguk-
angguk mendengar ceritera itu. Bahkan dengan nada berat Ki
Ajar Pangukan itu berkata "Orang-orang yang perlu
dikasihani." "Siapa yang perlu dikasihani?" bertanya Ki Lemah Teles.
"Orang yang lebih senang disebut Kiai Banyu Bening itu."
"Yang lain?" desak Ki Lemah Teles.
Ki Ajar Pangukan mengerutkan dahinya. Tetapi iapun
menjawab "Maksudku, Kiai Banyu Bening itu saja."
"Tetapi Ki Ajar menyebutnya seakan-akan lebih dari satu. Ki
Ajar menyebutnya orang-orang. Bukankah itu lebih dari
seorang." berkata Ki Lemah Teles kemudian.
"Tidak. Ternyata aku salah ucap. Maksudku, Kiai Banyu
Bening itu adalah orang yang pantas dikasihani. Bukankah ia
telah kehilangan isterinya yang ternyata telah pergi bersama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang laki-laki. Kemudian justru laki-laki yang membawa
isterinya itu bersama kawari-kawannya telah menyerang dan
berusaha membunuh Kiai Banyu Bening. Dan yang terjadi
kemudian adalah, bahwa rumahnya telah terbakar dan yang
paling parah adalah bayinya, satu-satunya miliknya yang
tinggal, ikut terbakar pula.".
"Ya" Ki Sambi Pitu menyambung "kesan yang terburuk yang
terpahat di dinding hatinya adalah suara tangis bayi itu. Bayi
itu menangis melengking-lengking disaat rumahnya terbakar.
Namun Kiai Banyu Bening itupun segera pingsan."
Manggada dan Laksana juga mendengar keterangan itu.
Rasa-rasanya mereka ingin menutup telinga mereka. Namun
merekapun ingin mendengar kelanjutan dari ceritera itu.
Tetapi Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles ternyata tidak jelas
sejak kapan Kiai Banyu Bening itu mendirikan sebuah
perguruan. Kapan pula ia membuat semacam tetenger bagi
bayinya dihadapan sebuah tempat pemujaan untuk menyerahkan korban-korbannya.
Namun Ki Ajar Pangukanpun kemudian berkata "Jadi yang
kita hadapi sekarang berbeda dengan Panembahan Lebdagati.
Panembahan Lebdagati adalah seorang yang benar-benar
mengabdikan dirinya menurut satu keyakinan hitam.
Panembahan Lebdagati ingin mempunyai sipat kandel yang
paling baik di muka bumi, sehingga dengan demikian ia akan
dapat menjadi orang yang tidak terkalahkan. Tetapi yang
dilakukan oleh Kiai Banyu Bening adalah semata-mata
pancaran dendam, kebencian dan kekecewaan yang
membakar jantungnya."
"Tetapi akibatnya juga sangat mengerikan. Ungkapan dari
dendam, kebencian dan kekecewaan itu tidak kalah kejinya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan upacara-upacara yang dilandasi dengan kepercayaan
hitam Panembahan Lebdagati." berkata Ki Pandi.
Yang lain mengangguk-angguk. Sementara itu hampir diluar
sadarnya Manggada yang juga mendengarkan pembicaraan itu
berkata "Bahwa Kiai Banyu Bening memilih tempat di kaki
Gunung Lawu inipun nampaknya tidak sekedar kebetulan
bahwa disini Panembahan Lebdagati pernah mendirikan
sebuah padepokan pula."
Orang-orang tua yang mendengar kata-kata Manggada
yang seakan-akan meluncur begitu saja itupun mengangguk-
angguk pula. Ki Jagapranapun segera menyahut "Ya. Agaknya
ada hubungannya, kenapa Kiai Banyu Bening memilih tempat
ini untuk mendirikan padepokan dan perguruan di tempat ini."
"Kita akan mencarinya" desis Ki Ajar Pangukan "tetapi yang
penting, kita harus menjadi lebih berhati-hati setelah Kiai
Banyu Bening mengambil sikap yang kasar itu."
"Tetapi, apakah di padepokan itu nampak banyak orang"
Maksudku, apakah padepokan dan perguruan Kiai Banyu
Bening itu termasuk perguruan yang mempunyai banyak
murid dan pengikut?" bertanya Ki Pandi kemudian.
"Agaknya cukup banyak. Tetapi selain didalam padepokan
itu, Kiai Banyu Bening telah menyebarkan pengaruhnya diluar
dinding padepokannya. Perguruan Kiai Banyu Bening tentu
menjanjikan sesuatu kepada para pengikut diluar padukuhan.
Dengan menyerahkan korban-korban yang mengerikan itu,
maka orang-orang yang berada dibawah pengaruh Kiai Banyu
Bening itu tentu mengharapkan sesuatu. Tentu bukan sekedar
kewadagan." jawab Ki Sambi Pitu.
"Kita memang harus melengkapi bahan-bahan pengenalan
kita atas padepokan itu." desis Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kita harus menjadi lebih berhati-hati" Ki Ajar
Pangukan mengulangi. Orang-orang yang sedang berkumpul itu mengangguk-
angguk. Sementara Ki Pandipun berkata "Aku akan mulai dari
sebuah padukuhan yang tidak terlalu jauh dari padepokan itu."
Dengan demikian, maka sekelompok orang yang tinggal
untuk sementara dirumah Ki Ajar Pangukan itu menjadi
semakin tertarik untuk mengetahui, apa yang akan terjadi
kemudian. Upacara-uoacara yang dilakukan dibeberapa
padukuhan sudah berkembang. Anak-anak binatang yang
dikorbankan itu tidak lagi ditusuk sampai mati. tetapi anak-
anak binatang itu harus dibakar hidup-hidup.
Namun yang tidak kalah menariknya adalah burung-burung
elang yang kadang-kadang nampak berterbangan diatas
padepokan itu. Bahkan sekali-sekali burung-burung itu
menyambar-nyambar seakan-akan ingin melihat dan meyakini
apa yang ada didalam padepokan itu. Sebuah padepokan yang
belum banyak diketahui bentuk dan isinya, yang berusaha
menyebarkan pengaruhnya di bekas lingkungan pengaruh
Panembahan Lebdagati. Sementara menurut penglihatan yang
masih harus dikaji kebenarannya, padepokan itu isinya
berbeda dan sama sekali bukan kelanjutan dari padepokan
Panembahan Lebdagati. Tetapi untuk mengetahui hubungan antara padepokan dan
burung elang itu, masih diperlukan waktu dan pengamatan
yang cermat dan berhati-hati.
Namun dalam pada itu. Ki Pandi masih saja sering bertemu
dengan Delima. Untuk mencegah kemungkinan buruk serta
prasangka yang tidak baik atas gadis itu jika kebetulan ada
orang yang melihat, maka Ki Pandi tidak selalu datang
bersama Manggada dan Laksana. Kadang-kadang Ki Pandi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang datang bersama kedua anak muda itu. Tetapi
kadang-kadang anak-anak muda itu ditinggalkannya diseberang sungai. Tetapi Ki Pandi sendiri kemudian menjadi semakin akrab
dengan Delima. Delima tidak saja menunggu Ki Pandi di
pinggir sungai, tetapi kadang-kadang juga di sawah atau
pategalan. Gadis itu senang mendengar ceritera Ki Pandi tentang
daerah diseberang hutan Jatimalang. Tentang padukuhan-
padukuhan yang ramai dan tidak dicengkam oleh kengerian. Ki
Pandi juga bercerita tentang kota-kota yang pernah
dikunjungi. Namun sebenamyalah bahwa Delima menjadi gembira jika
Manggada dan Laksana juga datang bersama Ki Pandi.
Namun pertemuan-pertemuannya dengan Ki Pandi serta
Manggada dan Laksana, membuat gadis itu semakin jauh dari
kepercayaan yang mulai mencengkam padukuhannya. Jika
malam-malam yang ditentukan tiba, dua kali dalam sepekan,
gadis itu harus ikut bersama kedua orang tuanya
mendengarkan pamannya yang tinggal di padepokan itu
menguraikan tentang jalan kehidupan sebagaimana dianutnya,
maka hatinya menjadi terguncang-guncang. Tetapi gadis itu
tidak berani berterus-terang menolak keyakinan pamannya itu.
Setiap kali terbayang korban yang diserahkan hidup-hidup
dengan perantaraan api itu. Apalagi jika bayangannya
mengembara ke masa-masa mendatang serta kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi.
Tetapi Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan apa yang
pernah didengar oleh Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles
tentang Kiai Gandawira yang lebih senang disebut Kiai Banyu
http://dewi-kz.info/
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bening, sehingga bayangan-bayangan yang mengerikan itu
memang akan dapat terjadi.
Ketika Ki Pandi sempat berbicara dengan Delima di pategal-
annya yang di tanami jagung diantara beberapa batang pohon
buah-buahan dan batang pohon kelapa, maka Ki Pandipun
bertanya "Bagaimana tanggapan kawan-kawanmu, Delima.
Maksudku, gadis-gadis di padukuhanmu?"
"Entahlah, kek" jawab Delima "kami tidak pernah
memperbincangkan tentang upacara-upacara yang pernah
diselenggarakan di padukuhan kami. Sejak korban yang
diserahkan itu belum dibakar, tidak seorangpun yang berani
menyebutnya. Apalagi mengatakan bahwa mereka menjadi
ngeri melihatnya. Aku sendiri, yang menjadi sangat ngeri dan
ketakutan tidak berani mengatakan kepada ayah dan ibu. Aku
hanya dapat mengatakannya kepada kakek. Namun justru
karena itu aku merasa beban perasaanku menjadi berkurang."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi kemudian iapun
berkata "Delima. Cobalah kau bertanya kepada kawan-
kawanmu jika kau mendapat, kesempatan. Tentu saja dengan
sangat berhati-hati. Sementara itu seperti yang aku katakan,
aku ingin berbicara dengan ayah dan ibumu."
"Tetapi jika kakek ingin berbicara tentang keyakinan yang
mengerikan itu, maka kakek akan dapat menyinggung
perasaan ayah dan ibuku."
"Akupun akan berhati-hati ngger. Tetapi aku tentu harus
mempunyai alasan untuk datang kepada ayah dan ibumu"
berkata Ki Pandi kemudian.
Gadis itu mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian
berkata "Ayah dan ibu memang jarang sekali atau bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pernah berhubungan dengan orang asing seperti kakek
ini." "Tetapi aku akan mencoba, ngger. Justru karena cacadku
ini." berkata Ki Pandi Kemudian.
"Apa yang akan kakek lakukan?"
"Aku akan menjual belas kasihan. He, aku akan menjadi
orang yang kelaparan di depan rumahmu. Kau tahu
maksudku?" Delima mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun
tersenyum. Sehari kemudian, Ki Pandi seorang diri pula datang ke
padukuhan tempat Delima tinggal. Ia tahu dimana letak rumah
Delima. Karena itu, maka ia tahu, dimana ia harus terduduk
kelelahan dengan keringat yang membasahi seluruh pakaiannya. Nafas tersengal-sengal dan mata yang hampir
terpejam. Delima yang melihat orang bongkok itu dalam keadaan
yang sulit, segera memanggil ayah dan ibunya.
"Ayah, bawa orang itu masuk ia memerlukan pertolongan"
minta Delima. "Tetapi orang ini orang asing" berkata ayahnya.
"Siapapun juga orang itu, tetapi bukankah kita wajib
menolongnya?" berkata Delima kemudian.
Ternyata ibunya Juga tidak berkeberatan, sehingga mereka
telah menuntun Ki Pandi.yang bongkok itu ke serambi depan
rumahnya. Rumah keluarga Delima memang bukan rumah yang baik
dan tidak besar pula. Rumah berdinding bambu itu berdiri di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengah-tengah sebidang tanah yang memang agak luas.
Dibagian depan hampir tidak terdapat tanaman apapun.
Halaman itu nampak bersih. Sementara itu dihalaman samping
nampak beberapa batang pohon buah-buahan. Di kebun
belakang nampak beberapa batang pohon pula dan rumpun
bambu yang subur. Ki Pandi duduk disebuah amben bambu. Delima
memberinya semangkuk minuman hangat. Ibunya telah
memberikan beberapa potong ketela rebus.
Ketika keadaan Ki Pandi sudah menjadi semakin baik, maka
ayah Delima yang kemudian duduk disebelahnya, mulai
bertanya "Kau siapa, Ki Sanak. Dari mana dan akan pergi ke
mana?" Ki Pandi yang letih itu menjawab "Aku seorang pengembara
Ki Sanak Aku tidak datang dari mana-mana dan aku tidak
menuju kemana-mana. Aku berjalan saja mengikuti langkah
kakiku." "Apakah kau tidak tahu, kau berada dimana sekarang?"
"Ya, Ki Sanak. A ku tahu. Aku berada di kaki Gunung Lawu."
Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara Ki Pandi
berkata selanjutnya "Aku semula tidak sengaja pergi ke
tempat ini. Tetapi ketika aku melihat jalan menembus hutan
Jatimalang yang nampaknya belum terlalu lama dibuat, maka
akupun telah menyuruh masuk sehingga aku sampai ditempat
ini." Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara keadaan
Ki Pandi sudah nampak menjadi lebih baik.
"Makanlah." ayah Delima itu mempersilahkannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah cukup Ki Sanak. Terima kasih. Aku sudah makan
cukup banyak" jawab Ki Pandi yang kemudian berkata
"sebaiknya aku akan meneruskan perjalanan."
"Kenapa tergesa-gesa. Beristirahatlah disini sampai keadaanmu benar-benar menjadi baik, Ki Sanak He, siapa
namamu?" "Namaku Ki Pandi, Ki Sanak. Tetapi orang-orang yang
mengenal aku memanggilku Bongkok Buruk. Tetapi itu tidak
apa-apa. Aku memang bongkok dan buruk" Ki Pandi berhenti
sejenak Namun iapun kemudian bertanya "Bagaimana aku
memanggil Ki Sanak?"
"Namaku Krawangan" jawab ayah Delima itu.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga ini Ki
Krawangan. Aku sekarang minta diri untuk melanjutkan
perjalanan yang tidak menentu ini. Aku akan melihat-lihat
lingkungan df kaki Gunung Lawu itu."
"Kau perlu beristirahat Ki Pandi."
"Terima kasih, Ki Krawangan. Aku sudah rukup beristirahat,
Tetapi pada kesempatan lain, aku akan singgah dirumah Ki
Krawangan ini." berkata Ki Pandi kemudian. Tetapi tiba-tiba
saja Ki Pandi itu bertanya "tetapi bukankah aku dapat mohon
untuk bermalam di banjar padukuhan ini?"
"Tentu" jawab Ki Krawangan "siapapun boleh bermalam di
banjar. Tentu saja mereka yang kemalaman dalam
perjalanan." "Tetapi apakah padukuhan ini baru akan membuat banjar
atau justru, membuat yang, baru?" bertanya Ki Pandi.
"Maksud Ki Sanak?" bertanya Ki Krawangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku melihat bangaunan diluar dinding padukuhan" jawab
Ki Pandi "jika padukuhan ini sudah mempunyai banjar, apakah
banjar itu sudah tidak memenuhi kebutuhan sehingga harus
dibuat banjar yang baru lagi?"
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun menggeleng "Tidak Ki Pandi. Kami tidak membuat
banjar yang baru. Bangunan diluar dinding padukuhan itu
gunanya lain sama sekali. Bukan untuk kegiatan sehari-hari
padukuhan ini. Tetapi bangunan itu adalah bangunan untuk
pemujaan." "Pemujaan?" "Kau tidak mengetahui apa-apa tentang pemujaan yang
kami lakukan dengan menyerahkan korban kepada penguasa
api." jawab Ki Krawangan.
"Penguasa api?" bertanya Ki Pandi.
"Ya. Apakah kau tertarik" Api adalah segala-galanya.
Panasnya api juga karena menyalanya maha api di langit.
Hidup kita memang tergantung kepada api. Tetapi jika api itu
murka, maka segala-galanya akan dimusnahkan."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara orang itu berkata
"Jika kau tertarik, kau dapat datang esok lusa. Dua hari lagi
kakakku akan datang ke padukuhan ini untuk memberikan
petunjuk-petunjuk, bagaimana kita mengabdikan diri kepada
api. Api yang perkasa yang memancar disiang hari serta api
yang lembut penuh kedamaian yang memancar dimalam hari."
"Maksud Ki Krawangan,. matahari dan bulan?"
"Ya" jawab Ki Krawangan. "Di bulan purnama kami
menyerahkan korban itu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi mengangguk. Katanya "Apakah aku boleh datang
dua hari lagi?" "Boleh Ki Pandi. Kau dapat ikut mendengarkan sesorah itu."
"Dimana sesorah itu diselenggarakan?" bertanya Ki Pandi.
"Di sanggar pamujan itu, Ki Pandi. Di bangunan yang kau
sangka untuk memperbaharui banjar itu."
KiPandi mengangguk "Ki Krawangan. Aku tentu merasa takut untuk memasuki
banjar itu sendiri. Karena itu aku mohon, apakah aku
diperkenankan datang kemari dan kemudian mengikuti Ki
Krawangan masuk kedalam sanggar pamujan itu?"
"Baik Ki Pandi. Aku tentu tidak merasa berkeberatan.
Datanglah kemari setelah senja turun. Kita akan pergi
bersama-sama ke sanggar. Penguasa api itu tidak menolak
siapapun yang datang untuk memohon perlindungan bagi
kesejahteraan hidupnya."
"Terima kasih, Ki Krawangan. Besok lusa aku akan datang"
berkata Ki Pandi kemudian.
Demikianlah, maka Ki Pandi meninggalkan rumah
Krawangan. Ketika ia sampai dipintu regol dan berpaling,
dilihatnya Delima dengan seorang gadis yang iebih kecil
daripadanya. Agaknya gadis kecil itu adalah adiknya.
Dihari berikutnya, Ki Pandi sempat bertemu lagi dengan
Delima di pategalan. Dari Delima Ki Pandi mengetahui, bahwa
gadis kecil itu memang adiknya. Kenanga.
"Pamanlah yang memberikan sesorah di sanggar" berkata
Delima. "Aku ingin mendengar isi sesorah itu" berkata Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hatilah kek" pesan Delima "paman adalah seorang
yang keras hati. Bahkan tidak segan-segan menghukum orang
yang dianggapnya bersalah."
"Aku akan berhati-hati Delima."
Ketika rencana itu disampaikan kepada Manggada dan
Laksana, maka keduanya menyatakan ingin ikut serta. Tetapi
Ki Pandi berkata "Ingat. Aku hanya seorang pengembara yang
sendiri. Aku tidak datang dari mana-mana dan tidak pergi ke
mana-mana. Karena itu, maka aku tidak akan datang bersama
siapa-siapa." Manggada dan Laksana dapat mengerti keterangan Ki Pandi
itu, Karena itu, maka mereka tidak memaksanya untuk ikut
bersamanya. Hari melompat ke hari. Waktu yang ditentukan itupun
mendekat. Ki Pandi segera bersiap-siap untuk mengikuti
pertemuan yang diselenggarakan setiap pekan dua kali itu
untuk mendengarkan sesorah orang-orang yang dikirim dari
padepokan. "Hati-hatilah Ki Pandi" pesan Ki A jar Pangukan.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Mudah-mudahan
aku tidak terjebak dalam kesulitan seperti Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teks." "Mudah-mudahan. Tetapi kemungkinan itu harus kau
pikirkan." berkata Ki Jagaprana "orang-orang padepokan itu
tentu akan menjadi curiga kepada semua orang yang tidak
mereka kenal sebelumnya."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Aku mengerti.
Apa yang terjadi karena kehadiran Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah
Teles di padepokan, serta kegagalan para pengikutnya akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat orang-orang padepokan itu menjadi semakin
berhati-hati." Meskipun demikian, Ki Pandi itupun pergi juga kerumah Ki
Krawangan menjelang senja turun. Tetapi Ki Pandi tidak
datang dari arah bawah kaki Gunung Lawu, tetapi ia
memberikan kesan, bahwa ia baru saja turun dari lereng yang
lebih tinggi. Senja itu, maka Ki Krawangan sekeluarga lelah bersiap
untuk pergi ke tempat yang disebutnya sebagai sanggar
pamujan. Satu bangunan khusus yang dipagari dengan batang
pohon kelapa utuh yang ditanam berjajar rapat. Pagar itu
cukup tinggi sehingga tidak mudah untuk melihat apa yang
sedang berlangsung didalamnya.
Ki Krawangan, isteri dan kedua orang anak gadisnya di
lepas senja telah berangkat bersama Ki Pandi ke tempat yang
disebut sanggar itu. Beberapa orang tetangganya juga pergi
bersama keluarga mereka untuk mendengarkan sesorah
tentang penguasa api serta laku yang harus dijalani para
pemujanya. Ketika-orang-orang itu memasuki sanggar, maka iangitpun
sudah mulai menjadi gelap. Di regol sanggar itu telah
dipasang dua buah oncor yang cukup terang.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, orang-orang padu-
kuhan itu melihat bukan saja kakak Ki Krawangan yang akan
memberikan sesorah itu yang sudah ada di sanggar. Tetapi
mereka telah melihat beberapa orang yang sebelumnya jarang
kelihatan di sanggar itu. Mereka tentu orang-orang dari
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padepokan sebagaimana kakak Ki Krawangan itu.
Ki Pandi memang tidak mengetahui perbedaan itu, karena
ia belum pernah menghadirinya sebelumnya. Ketika mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan memasuki regol sanggar itu, maka setiap orang tiba-
tiba saja telah berubah. Mereka tidak lagi berbicara yang satu
dengan yang lain. Tetapi mereka berjalan saja dengan wajah
yang menatap ke depan. Matanya seakan-akan tidak berkedip
sementara mulut mereka terkatub rapat-rapat.
Hanya orang-orang tertentu sajalah yang nampaknya dapat
bebas bergerak tanpa batasan-batasan.
Dan ternyata orang itu bukan orang padukuhan. Delimalah
yang berbisik lirih di telinga Ki Pandi "Orang-orang itu belum
pernah hadir sebelumnya. Tetapi agaknya mereka orang-
orang padepokan. Kawan-kawan pamanku."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi jantungnya menjadi
berdebar-debar. Beberapa saat kemudian, orang-orang padukuhan itu telah
berdiri dalam beberapa deret. Mereka tidak lagi berdiri
diantara keluarga mereka masing-masing. Tetapi anak-anak
muda dan gadis-gadis berdiri didepan, dibelakang deretan
anak-anak. Baru kemudian orang-orang yang lebih tua dan
paling belakang adalah orang-orang tua.
Ki Pandi yang tidak tahu dimana ia harus berdiri, mengikut
saja petunjuk Ki Krawangan Sambil menunduk Ki Pandi berdiri
di belakang Ki Krawangan dan isterinya. Sementara itu Delima
dan Kenanga berada didepan bersama anak-anak muda dan
gadis-gadis yang lain. Suasanapun masih tetap mencengkam. Tidak seorangpun
yang berbicara. Mereka memandang kedepan dengan wajah
yang kosong. Sementara itu, yang akan sesorah masih belum
nampak di-hadapan orang-orang yang sudah bersiap-siap
untuk mendengarkan itu, meskipun orang itu sudah ada
diantara mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan kakak Ki Krawangan itu masih sibuk berbicara
dengan beberapa orang kawan-kawannya dan bahkan berjalan
hilir-mudik tidak seperti biasanya.
Beberapa saat kemudian, orang-orang yang sudah ada
didalam sanggar itu mulai menjadi gelisah. Meskipun mereka
masih tetap tidak berbicara apapun, namun sikap mereka
menunjukkan kegelisahan mereka. Beberapa orang mulai
memandang berkeliling. Mencari dimana kakak Ki Krawangan
itu berdiri. Ki Pandi berdiri dengan jantung yang berdebar-debar.
Justru pada saat ia memasuki sanggar itu, terjadi sesuatu
yang tidak seperti biasanya. Delima sebelum memisahkan diri
sempat berbisik ditelinganya sehingga Ki Pandi menduga-duga
apakah yang terjadi. Dadanya menjadi semakin berdebar ketika ia merasa, dua
orang selalu mengawasinya.
"Apa yang akan terjadi?" pertanyaan itu semakin keras
bergema didalam hatinya. Tetapi Ki Pandi sudah terlanjur ada didalam sanggar itu.
Apapun yang akan terjadi, harus dihadapinya.
Orang-orang yang gelisah itu menjadi semakin gelisah.
Mereka mulai saling bertanya, apa yang telah terjadi.
Namun sejenak kemudian, kakak Ki Krawangan itu naik ke
tangga bangunan batu yang ada didalam sanggar itu. Sambil
berdiri di tangga, maka ia memberi isyarat agar orang-orang
yang ada di sanggar itu memperhatikannya.
Suasananya memang terasa agak berbeda. Meskipun Ki
Pandi masih belum pernah mengunjungi pertemuan serupa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, namun ia merasakan, bahwa biasanya suasananya tentu
tidak seperti saat itu. Demikian kakak Ki Krawangan itu mengangkat tangannya,
maka suasanapun menjadi semakin bening. Orang-orang yang
ada di sanggar itu berdiri tegak tanpa bergerak sama sekali.
Bahkan sampai keujung jari kakinya sekalipun.
Kakak Ki Krawangan itupun kemudian memandang
berkeliling. Dengan lantang iapun mulai berbicara "Saudara-
saudaraku, Aku agak terlambat mulai berbicara dihadapan
saudara-saudaraku." Orang itu memandangi orang-orang yang ada di sanggar itu
semakin tajam, seakan-akan ingin menilik langsung kedalam
hati mereka masing-masing.
Baru kemudian ia berkata selanjutnya "Keadaan ini terjadi
karena ada sesuatu hal yang juga berbeda dari biasanya.
Selama ini aku yakin bahwa saudara-saudaraku dengan
sepenuh hati mengikuti upacaraj-upacara yang telah kami
selenggarakan. Saudara-saudaraku juga selalu datang ke
banjar jika ada sesorah dari salah seorang yang mewakili Ki
Banyu Bening. Yang bertugas disini biasanya memang aku
sendiri. Tetapi dalam keadaan khusus memang dapat terjadi
orang lain." Orang itu berhenti sejenak. Sementara Ki Pandi menjadi
semakin berdebar-debar. Ketaatan orang-orang padukuhan itu
terhadap peraturan di sanggar itu sangat mengagumkan.
Apalagi dalam upacara korban yang sebenarnya.
Dalam pada itu, kakak Ki Krawangan itupun berkata pula
"Tetapi kali ini kita tidak saja menerima saudara-saudara kami
dari padukuhan. Malam ini kita menerima seorang tamu yang
ingin melihat dan mendengarkan sesorah yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diselenggarakan didalam .sanggar ini. Sebenarnya hal seperti
itu bukan masalah jika kami yakin bahwa orang itu memiliki
keyakinan dan kepercayaan yang mantap."
Jika saja orang-orang yang ada di sanggar itu tidak dilarang
berbicara, maka mereka tentu akan saling bertanya, siapakah
yang telah disebut sebagai seorang yang meragukan itu"
Namun orang-orang yang telah melihat kehadiran orang
bongkok itupun segera menduga bahwa yang disebut itu
adalah orang bongkok yang datang bersama Ki Krawangan itu.
Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga bangunan
tempat menyerahkan korban itu berkata selanjutnya "Nah, aku
persilahkan KiSanak yang baru datang itu bersedia untuk
mendekat. Aku inga berbicara dengan Ki Sanak."
Ki Pandi menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia segera
menyadari, bahwa memang dirinyalah yang dimaksud.
Sejenak Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian dua
orang datang mendekatinya. Sambil memegangi kedua
lengannya dari dua sisi, maka orang itu telah menarik Ki Pandi
maju kedepan menghadap kakak Ki Krawangan itu.
Ki Pandi sama sekali tidak berniat menolak. Iapun menurut
saja. melangkah di antara orang-orang padukuhan yang
kemudian menyibak. Delima yang melihat Ki Pandi dibawa oleh dua orang kawan
pamannya itu kedepan menjadi gelisah. Jantung berdetak
semakin cepat. -oo0o0dw0o0oo- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 KI PANDI memang tidak dapat mengelak. Iapun berjalan di
antara dua orang yang memegangi kedua lengannya.
Semua mata memandang kearahnya. Seorang bongkok
yang berjalan tertatih-tatih. Namun di wajahnya, betapa orang
bongkok itu menjadi sangat cemas.
Delima menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia tidak
dapat berbuat apa-apa. Rasa-rasanya, ia ingin berteriak,
bahwa orang bongkok itu adalah sahabatnya. Ia bukan orang
jahat Tetapi jangankan berteriak, berbisikpun mereka dilarang.
Sejenak kemudian, diapit oleh dua orang laki-laki bertubuh
tegap. Ki Pandi berdiri dihadapan kakak Ki Krawangan yang
masih berada ditangga. "Siapa kau he?" bertanya kakak Ki Krawangan itu. Ki Pandi
menjadi bimbang. Ia tahu bahwa tidak seorangpun boleh
berbicara. Karena itu, ia menduga bahwa pertanyaan itu
memang merupakan satu pancingan agar ia melanggar
ketentuan yang berlaku didalam sanggar itu.
"Kau siapa orang bongkok?" kakak Ki Krawangan itu mulai
membentak. Tetapi Ki Pandi masih belum menjawab, sehingga kakak Ki
Krawangan itu berteriak "He, apakah kau tuli?"
Ki Pandi mengerutkan dahinya. Tetapi kemudian Ki Pandi
memberi isyarat dengan gerak tangannya, apakah ia dapat
membuka mulutnya. Kakak Krawangan itu termangu-mangu sejenak. Ia memang
agak ragu. Namun kemudian iapun berkata "Jawablah. Kau
telah mendapat ijin untuk berbicara."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas panjang. Dengan gagap iapun
berkata "Aku ingin mendengarkan sesorah di sanggar ini.
Selama ini aku tidak mempunyai pegangan hidup menghadapi
hari-hari tua yang tidak dapat aku elakkan. Aku ingin
mendapatkan ketenangan di hari-hariku yang terakhir. Karena
itu, aku datang kemari. Jika di-sini aku menemukan
ketenangan, maka aku akan menyatakan diri dengan saudara-
saudaraku disini." "Omong kosong" geram kakak Ki Krawangan "di hari-hari
terakhir daerah ini telah didatangi oleh orang-orang asing
yang mengganggu ketenangan hidup kami. Di padepokan, dua
orang yang mengaku pedagang telah merusak suasana
kehidupan damai di padepokan. Sekarang kau datang kemari
dengan cara yang lain. Tetapi kami yakin bahwa
kedatanganmu ada hubungannya dengan kedatangan kedua
pedagang, itu" "Aku tidak mengerti yang Ki Sanak katakan itu "desis Ki
Pandi "Aku adalah pengembara yang mengembara tanpa
tujuan. Jika disini aku mendapatkan kedamaian hati, maka
pengembaraanku akan berakhir disini. Aku akan tinggal disini
meskipun aku harus menjadi budak dan bekerja apa saja"
"Kau tidak dapat membohongi kami sebagaimana kedua
orang yang mengaku pedagang itu. Ketika aku mendengar
bahwa ada orang asing yang ingin ikut serta dalam
keperpayaan kami, aku segera menjadi curiga justru baru-
saja-dua orang yang mengaku pedagang telah datang di
padepokan." "Tetapi aku bukan pedagang"
"Baik" berkata kakak Ki Krawangan "karena kau orang asing
disini, maka untuk menerimamu sebagai anggota dari
kehidupan yang damai dan tentang disini, maka kau harus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diuji. Besok malam kita akan berkumpul disini seperti sekarang
ini. Kau harus menunjukkan kejujuranmu, bahwa kau benar-
benar akan menjadi satu dengan lingkungan hidup di
padukuhan ini dengan setia."
"Apa yang harus aku lakukan" " bertanya Ki Pandi.
"Meskipun besok malam bulan belum penuh, tetapi kita
akan menyerahkan korban. Kau yang harus mengumpulkan
dahan-dahan kering besok siang. Kau yang harus mencari
bahan persembahan. Kau pula yang harus membakarnya
hidup-hidup diatas batu rias persembahan ini."
Kerut kening Ki Pandi menjadi semakin dalam. Dengan
suara yang bergetar ia bertanya "Kemana aku harus mencari
bahan persembahan" A ku hanya seorang pengembara."
"Terserah kepadamu. Jika kau tidak mendapatkan seekor
binatang, maka kau akan dianggap sebagai anggauta yang
paling terhormat jika kau dapat mempersembahkan yang lain."
"Maksud Ki Sanak" "bertanya Ki Pandi.
"Itu tergantung pada tingkat kesungguhanmu untuk
bergabung dengan kami" jawab kakak Ki Krawangan.
"Barangkali padi, jagung atau buah-buahan?" bertanya Ki
Pandi Wajah kakak Ki Krawangan menjadi tegang. Namun
kemudian ia menjawab "Sudah aku katakan. Nilai persembahanmu akan berbanding lurus dengan nilai
kesetiaanmu kepada kepercayaan ini. Kami akan menentukan,
apakah kau akan dapat diterima, dikukuhkan menjadi yang
terbaik atau justru kau akan kami lemparkan menjadi-korban
diatas batu alas persembahan kami itu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepercik cahaya memancar dari mata Ki Pandi. Namun
kemudian iapun menunduk dalam-dalam.
Sementara itu, kakak Ki Krawangarpun berkata "Hari ini
tidak ada sesbrah. Besok, kita akan berkumpul lagi disini. Kita
akan menyaksikan, persembahan apakah yang akan
diserahkan oleh orang bongkokini. Kita bersama-sama
menilainya dan kita akan memutuskan, apakah ia dapat
diterima atari tidak."
Suasana didalam sanggar itu menjadi tegang. Kakak Ki
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Krawangan masih berdiri tegak di tangga. Dipandanginya
orang-orang yang berdiri disekitarnya. Cahaya mata kakak Ki
Krawangan itu bagaikan memancarkan pengaruh yang
mencengkam semua jantung.
Demikianlah maka sejenak kemudian orang itupun berkata.
"Sekarang kalian dapat meninggalkan sanggar ini. Besok
kita aaan bertemu lagi."
Orang-orang yang berada di sanggar itu mulai bergerak.
Mereka mengalir keluar dari sangar itu. Anak-anak dan remaja
segera mencari orang tua masing-masing dan pulang dalam
kelompok-kelompok kecil. Ki Pandipun pulang bersama keluarga Ki Krawangan.
Dengan nada berat Ki Krawangan berkata "Aku tidak tahu
bahwa masih harus ada syaratnya bagi Ki Pandi untuk diterima
menjadi keluarga didalam lingkungan kepercayaan kami."
"Tetapi apa yang harus aku korbankan?" bertanya Ki Pandi.
"Aku juga tidak tahu, Ki Pandi." jawab Ki Krawangan.
Delima berjalan disebelah Ki Pandi sambil berdesis
"Tinggalkan saja padukuhan ini, kek."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun tiba-tiba ia
berkata "Aku akan memberikan korban buah-buahan. Jika
korbanku diterima, maka akan menjadi kebiasaan yang lebih
baik daripada mengorbankan seekor anak binatang."
"Ya" sahut Delima "kakek dapat mencobanya."
Tetapi Ki Krawangan memotong "Ki Pandi. Apakah jenis
korban itu dapat ditawar-tawar seperti itu" Jika tadi kakang
mengatakan terserah kepada Ki Pandi, itu tentu semacam
pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi mengorbankan buah-
buahan, maka aku kira Ki Pandi tidak akan dapat diterima."
"Tetapi darimana aku mendapat seekor anak binatang."
Ki Krawangan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun menjawab dengan nada berat "Ki Pandi. Aku masih
mempunyai seekor anak kambing. Jika Ki Pandi memerlukan,
biarlah anak kambing itu kita korbankan. Semakin banyak
korban yang kita berikan, maka janji kesejahteraan tentu akan
menjadi semakin dekat bagi kita sekeluarga. Tentu juga bagi
Ki Pandi." "Kesejahteraan apa yang Ki Krawangan maksudkan?"
bertanya Ki Pandi. "Kesejahteraan lahir dan batin. Sawah kita akan menjadi
subur. Dijauhkan dari segala macam hama. Sementara hidup
kita akan tenang dan damai sepanjang jaman, lebih dari itu,
kita akan mendapatkan tataran tertinggi di alam kematian."
Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara Ki Krawangan
berkata selanjutnya "Karena itu, maka sejak sekarang sudah
mulai dianjurkan, meskipun masih belum terjadi, untuk
memberikan korban yang derajadnya lebih tinggi."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah yang derajadnya lebih tinggi dari seekor binatang"
" bertanya Ki Pandi.
Ki Krawangan terdiam sejenak. Sementara itu kaki mereka
melangkah terus mendekati rumah Ki Krawangan. Beberapa
orang berjalan lebih cepat dan mendahului Ki Krawangan
sekeluarga yang berjalan perlahan-lahan sambil berbincang.
"Ki Pandi" berkata Ki Krawangan kemudian, "maksudku,
bahwa korban seekor anak kambing mempunyai derajad lebih
tinggi daripada korban seekor anak kucing misalnya atau anak
ayam atau anak itik yang menetas darr sebutir telur."
Ki Pandi tidak segera menjawab. Tetapi bulu-bulu tengkuk
Delima meremang. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Delima menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
"Delima. Kau kenapa" " bertanya ibuanya.
Delima tidak segera menjawab. Namun ketika ibunya
memegangi pundaknya, gadis itu menjawab dengan suara
parau "Malam ini terasa dingin ibu."
"O " ibunya berdesis. Tetapi Kenanga tiba-tiba berkata "Aku
justru berkeringat kak Delima. Aku kira udara terasa panas."
"Tentu tidak. Angin yang basah membuat udara malam ini
dingin sekali." "Sudahlah" berkata ibunya "jangan bertengkar."
Namun dalam pada itu, Ki Pandi itupun kemudian berkata
"Biarlah aku mencoba untuk menyerahkan korban buah-
buahan. Mudah-mudahan justru akan membuka kebiasaan
baru yang lebih baik dari kepercayaan ini."
Ki Krawangan masih saja ragu-ragu. Katanya "Sebaiknya Ki
Pandi jangan mencoba-coba. Besok merupakan hari pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi dianggap melakukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan, maka akibatnya dapat menyulitkan Ki Pandi
sendiri." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Tetapi aku
akan berdoa semalam suntuk, agar yang aku lakukan itu
justru dapat diterima dengan baik."
Ki Krawangan memang tidak menjawab lagi. Segala
sesuatunya memang terserah kepada Ki Pandi. Tetapi ia sudah
menawarkan sesuatu yang terbaik bagi Ki Pandi. Seekor anak
kambing. Malam itu, Ki Pandi ternyata tidak bermalam dirumah Ki
Krawangan meskipun Ki Krawangan mempersilahkan. Ki Pandi
ternyata telah minta diri untuk memenuhi kewajibannya.
menyediakan korban yang akan dibakar esok malam.
Tetapi malam itu, Ki Pandi telah menghubungi Ki Ajar
Pangukan dan orang-orang yang ada dirumah terpencil itu.
Diberitahukannya, apa yang telah terjadi.
"Lalu, apa yang akan kau lakukafr?" bertanya Ki Ajar
Pangukan dengan dahi yang berkerut.
"Aku akan membawa pisang setandan. Aku akan
mengorbankan pisang itu jika diterima."
"Jika tidak?" bertanya Ki Ajar.
"Nasibku akan menjadi sangat buruk" jawab Ki Pandi.
Ki Ajar dan orang-orang lain yang mendengarnya tertawa.
Ki Jagapranapun berdesis "Jangan merajuk begitu Ki Pandi."
Ki Pandipun tertawa pula. Sementara Manggada dengan
ragu-ragu berkata "Ki Pandi. Malam nanti aku akan berada
didekat sanggar itu. Aku akan mengikuti, apa yang akan
terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sambi Pitu tersenyum sambil menepuk bahu Manggada
"jangan cemas anak muda. Kami semua juga akan berada di
tempat itu. Kami tentu tidak akan sampai hati mendengar Ki
Pandi merajuk dengan nada sedih, bahwa nasibnya menjadi
sangat buruk." Suara tertawa orang-orang tua itu menjadi semakin
berkepanjangan. Bahkan Ki Pandipun tidak dapat menahan
tertawanya pula. Dihari berikutnya, menjelang tengah hari, Ki Pandi sudah
berada di sanggar sambil membawa setandan pisang raja
yang besar. Dengan ragu-ragu ia memasuki sanggar yang
kosong itu. Diletakkannya pisang itu diatas alas penyerahan
korban. Namun Ki Pandi masih harus mencari kayu kering untuk
menyalakan api saat korban diserahkan.
Selagi Ki Pandi menyusun dahan dan ranting kayu kering
yang dikumpulkannya, maka iapun mendengar lembut
mendekatinya. "Kek" terdengar suara Delima. Ki Pandi berpaling. Dilihatnya
Delima yang ragu-ragu berdiri beberapa langkah dibelakangnya. "Nah, Delirna" berkata Ki Pandi "korbanku sudah siap."
Tetapi wajah Delima masih saja suram. Bahkan dengan nada
dalam ia berkata "Pamanku tadi menemui ayah, kek."
"O" Ki Pandi mengangguk-angguk "apa ada hubungannya
dengan aku" ". "Ya, kek. Paman memperingatkan ayah, agar ayah tidak
berhubungan dengan kakek. "
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Sementara Delima
berkata selanjutnya "Ketika ayah mengatakan bahwa kakek
akan ikut ke sanggar, paman tidak berkeberatan. Tetapi
ternyata bahwa semalam paman tidak sendiri. Mereka
bersikap kasar kepada kakek. Menurut pendengaranku, orang-
orang padepokan itu telah mencurigai semua orang yang
dianggap asing, karena dua orang yang datang ke padepokan
telah mengacaukan ketenangan padepokan itu."
Ki Pandi termangu-mangu, sementara Delima berkata
selanjutnya "Paman baru tahu tentang dua orang asing yang
mengacaukan padepokan itu kemudian. Bahkan kemudian
padepokan itu telah mengambil
sikap khusus kepada kakek"
"Apa hubungannya kedua
orang yang mengacaukan padepokan itu dengan aku,
Delima?" "Aku tidak tahu, kek. Tetapi
orang-orang padepokan itu menjadi semakin berhati-hati.
Kedua orang asing yang datang
di padepokan itu telah melukai
beberapa orang padepokan.
Bahkan ada yang parah."
"Kemudian aku menjadi sasaran dendam mereka?"
"Entahlah, kek. Tetapi sebaiknya kakek meninggalkan
tempat ini. Nanti malam kakek tidak usah datang, karena
kedatangan kakek akan dapat mencelakakan diri kakek
sendiri." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi tersenyum sambil melangkah mendekati Delima.
Ditepuknya pundak Delima sambil berkata "Terima kasih atas
peringatanmu Delima. Tetapi biarlah aku lebih banyak
mengetahui tentang kepercayaan yang aneh ini. Jangan
cemaskan aku." "Tetapi......." wajah Delima menjadi muram. Sementara Ki
Pandi berkata "Aku akan berusaha menjaga diriku sendiri,
Delima. Pulanglah dengan tenang."
Delima termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
Delima-itu telah meninggalkan sanggar. Di pintu ia berpaling
dan berhenti sejenak. Namun kemudian iapun telah
melangkah lagi meninggalkan Ki Pandi yang menyiapkan
korban yang akan diserahkannya.
Hari itu Ki Pandi tidak pergi ke rumah Ki Krawangan. Bukan
karena ia mencurigainya. Tetapi Ki Pandi justru menjaga agar
Ki Krawangan tidak mengalami kesulitan justru karena
sikapnya. Sebenarnyalah bahwa dirumah Ki Krawangan telah hadir
dua orang cantrik dari padepokan untuk mengawasi hubungan
antara Ki Pandi dan Ki Krawangan. Kakak Ki Krawangan sendiri
mencurigai seakan-akan ada hubungan khusus antara orang
bongkok itu dengan Ki Krawangan. Namun justru karena Ki
Pandi tidak datang ke rumah Ki Krawangan, maka kecurigaan
itupun menjadi berkurang. Mereka mempercayai ceritera Ki
Krawangan, bahwa orang bongkok itu datang kerumahnya
dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Sesudah minum dan
makan, orang itupun telah pergi. Ia datang untuk bersama-
sama pergi ke sanggar. Sesudah itu, ia telah pergi lagi.
"Baiklah" berkata salah seorang cantrik yang bertugas di
rumah Ki Krawangan itu. "Namun karena itu, maka Ki
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krawangan jangan berusaha membantunya jika padepokan
mengambil sikap tertentu kepada orang bongkok itu."
Ketika kemudian senja turun, maka seperti yang dikatakan
oleh kakak Ki Krawangan di sanggar semalam, bahwa malam
itu, orang-orang padukuhan itu harus berkumpul kembali di
sanggar. Ki Krawangan dan keluarganya, memenuhi perintah itu,
malam itu juga pergi ke sanggar. Namun disepanjang jalan, Ki
Krawangan dengan nada ragu berbicara pula tentang Ki Pandi.
"Apakah orang bongkok itu meninggalkan padukuhan?"
desis Ki Krawangan. Tidak seorangpun yang menjawab. Namun kemudian
dengan ragu-ragu pula isteri Ki Krawangan berkata hampir
kepada diri sendiri "Sebaiknya ia memang meninggalkan
padukuhan ini." Ki Krawangan terkejut mendengar kata-kata isterinya.
Bahkan Nyi Krawangan sendiri juga terkejut mendengar kata-
katanya itu. Sedangkan Delima menjadi tegang. Hanya
Kenanga yang tidak begitu memahami perasaan kedua orang
tuanya dan kakaknya. Selama itu, tidak ada orang padukuhan yang bersikap lain
dari sikap orang-orang padepokan, termasuk kakak Ki
Krawangan. Jika orang-orang padepokan menghendaki orang
bongkok itu datang dengan persembahan korban, maka yang
lain harus bersikap demikian pula. Karena itu, sikap Nyi
Krawangan terasa menjadi asing. Seakan-akan Nyi Krawangan
itu berusaha untuk melindungi orang bongkok yang justru
sedang dicurigai itu.
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun kemudian Ki Krawangan sendiri berdesis "Ya.
Memang sebaiknya orang bongkok itu meninggalkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padukuhan ini. Betapapun ia ingin mencari kedamaian hati,
tetapi pada saat kakinya mulai meiangkah masuk, ia sudah
terantuk batu." Delima menarik nafas dalam-dalam. Ternyata sikap
batinnya tidak berbeda dengan sikap batin ayah dan ibunya,
meskipun dengan demikian menjadi berbeda dengan sikap
orang-orang padukuhan itu yang tentu ingin melihat apa yang
akan dibawa Ki Pandi ke sanggar. Bagaimana puia keputusan
orang-orang padepokan tentang korban yang akan dipersembahkan oleh orang bongkok itu.
Namun demikian orang-orang padukuhan itu memasuki
sanggar, maka merekapun segera dicengkam oleh suasana
yang tegang. Demikian mereka melihat setandan pisang yang
diletakkan diatas seonggok kayu kering di atas batu
persembahan, maka merekapun segera menduga, bahwa
sesuatu akan terjadi di sanggar itu.
Ketika Ki Krawangan dan keluarganya memasuki sanggar,
mereka melihat Ki Pandi berdiri diapit oleh dua orang cantrik
dari padepokan. Sedangkan kakak Ki Krawangan rasa-rasanya
tidak sabar menunggu orang-orang padukuhan itu berkumpul.
Namun akhirnya, orang-orang padukuhan itu sudah berdiri
pada deret-deret sebagaimana biasanya.
Delima benar-benar gelisah melihat Ki Pandi yang
nampaknya sudah tidak berdaya lagi untuk menyelamatkan
diri. Beberapa saat kemudian, maka suasanapun menjadi
semakin tegang. Kakak Ki Krawangan sudah berdiri ditangga
bangunan batu alas meletakkan korban itu.
Orang-orang padukuhan yang berdiri dalam deretan-
deretan, itupun menjadi semakin tegang. Tidak seorangpun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bergerak. Bahkan mata merekapun seakan-akan tidak
berkedip lagi. Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga itupun kemudian
berkata "Saudara-saudaraku. Disini sekarang ada orang yang
lebih tua dari aku dalam tataran kedudukan kami di
padepokan. Karena itu, biarlah saudaraku yang lebih tua itu
mengambil keputusan tentang orang bongkok itu."
Orang-orang padukuhan itu menjadi semakin berdebar-
debar. Mereka tidak tahu, perasaan apakah yang sebenarnya
bergejolak didalam hati mereka. Sepercik kegelisahan menyala
didada orang-orang itu. Mereka merasa iba melihat orang
bongkok yang berdiri diapit oleh dua orang cantrik yang masih
muda serta bertubuh tegap kekar. Mereka yakin bahwa orang
bongkok itu akan mendapatkan hukuman, karena ia telah
berani membawa persembahan yang tidak memadai. Namun
sementara itu, orang-orang itu juga merasa tersinggung.
Orang bongkok itu seakan-akan dengan sengaja merendahkan
derajat kepercayaan mereka. Seakan-akan orang bongkok itu
dengan sengaja menjajagi tatanan yang berlaku di antara
mereka." Sementara itu, kakak Ki Krawangan itupun bergeser
menepi. Sedangkan seorang yang lain, seorang yang bertubuh
raksasa telah naik dan berdiri disebelah kakak Ki Krawangan.
Ki Pandi mengeratkan dahinya. Ia teringat ceritera Ki Sambi
Pita dan Ki Lemah Teles tentang orang yang mula-mula
melihat keduanya dari lubang di pintu gerbang padepokan.
Tetapi Ki Pandi, bahwa orang itu bukan yang dimaksud oleh Ki
Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles.
Orang yang bertubuh raksasa dan berdiri di tangga itupun
kemudian berkata "Aku akan mengambil alih tugas saudaraku.
Persoalannya memang tidak sederhana. Bukan sekedar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang yang ingin mencari kesejahteraan hidup lahir dan
batin. Serta bukan orang yang mencari ketentraman sejati
dibawah naungan kuasa api yang menghembuskan kehidupan
serta memancarkan kesejukan dan kedamaian hati di malam
hari." Orang-orang yang mendengarkan sesorah itu menjadi
semakin tegang. Mereka semakin yakin bahwa sesuatu yang
tidak diharapkan akan terjadi malam itu di sanggar mereka.
Dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun berkata
"Ternyata orang bongkok yang datang ke sanggar ini tidak
berbeda dengan kedua orang asing yang telah mendatangi
padepokan. Mereka bukan saja telah menghina kepercayaan
yang kita junjung tinggi, tetapi mereka telah menyerang dan
melukai saudara-saudara kita yang justru ingin menolong
mereka, menunjukkan jalan keluar dari lingkungan ini.
Saudara-saudara kita yang sama sekali tidak menduga itu
tidak sempat membela diri."
Ki Pandi yang telah mendengsr ceritera Ki Sambi Pitu dan Ki
Lemah Teles, segera menghubungkan dengan ceritera orang
bertubuh raksasa itu, meskipun ceritera itu sudah diputarbalikkannya. Namun Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan sesuatu.
Orang bertubuh raksasa itupun berkata selanjutnya "Nah,
bukankah orang bongkok ini juga telah menghina kita
semuanya. Lihat, apa yang dipersiapkannya diatas alas
persembahan kita. Selama ini kita selalu mempersembahkan
korban yang bernyawa. Tetapi orang bongkok itu telah
membawa setandan pisang kemari"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu terdiam sejanak. Ketika ia memandang Ki Pandi
yang berdiri termangu-inangu, maka semua orang telah
memandang Ki Pandi pula. "Apakah kita akan membiarkan pengalaman ini terjadi atas
kita" Kita tentu akan memaafkan orang-orang yang menghina
kita sendiri. Tetapi tidak menghina penguasa Maha Api di
langit yang memancarkan nafas kehidupan atas bumi ini."
Suara orang bertubuh raksasa itu semakin menggelegar.
Lalu katanya pula "Nah, siapakah diantara kita yang
membiarkan penghinaan ini terjadi " Siapa?"
Semua orang yang ada di sanggar itu tetap terdiam diri.
Dalam keadaan yang biasa, jika mereka datang untuk
mendengarkan sesorah, mereka sudah harus berdiam diri.
Apalagi dalam keadaan yang sangat tegang itu.
Dalam pada itu, orang itupun kemudian berteriak "Kita akan
membunuh orang yang telah menghina penguasa kehidupan
ini dan membebankan tanggung jawab di pundaknya. Jika
tidak, maka kemarahan yang akan menimpa kita semua akan
berakibat sangat buruk bagi kita dan bagi kehidupan di bumi."
Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi semakin
tegang. Jantung mereka serasa berdetak semakin cepat. Rasa-
rasanya mereka sudah dijalari kekecewaan dan kemarahan
pula terhadap orang bongkok yang hanya membawa setandan
pisang itu. Delima juga menjadi semakin tegang. Bukan karena merasa
terhina oleh korban yang terletak diatas seonggok kayu itu.
Tetapi Delima mencemaskan nasib Ki Pandi yang terasa
menjadi semakin dekat dan akrab itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Pandi masih saja berdiri diam. Bahkan nampaknya
justru menjadi semakin tenang, meskipun kepalanya masih
tetap menunduk. Namun dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun
berkata dengan lantang "Nah, kita tentu tidak akan
membiarkan penguasa Maha Api itu akan murka kepada kita.
Kita tidak mau menerima akibaj buruk karena orang bongkok
itu telah menghina Maha Api di langit. Karena itu, maka kita
harus menyerahkan penebusan dari penghinaan ini sekarang.
Meskipun saat ini bukan saatnya menyerahkan persembahan
sebagaimana biasanya. Tetapi kita harus membersihkan noda
yang telah terpercik di sanggar ini."
Orang itu berhenti sejenak. Wajah-wajah menjadi
bertambah tegang. Lebih-lebih Delima dan bahkan juga ayah
dan ibunya. Kenanga yang berdiri di antara gadis-gadis remaja
yang lain, tidak begitu mengerti, apa yang akan terjadi.
"Nah" berkata orang bertubuh raksasa itu "sekarang juga
kita harus mendapatkan persembahan dari mahluk yang
bernyawa uniuk menebus penghinaan itu. Jika tidak, maka
mungkin besok, bhkan mungkin nanti atau kapanpun dapat
terjadi, kemarahan iti. akan menimpa kita."
Suara orang itu terputus ketika tiba-tiba saja mereka
melihat cahaya merah dilangit. Mereka melihat asap yang
membubung, kemudian mereka juga melihat lidah api yang
menjilat. Tidak terlalu jauh.
"Ampun kami ya Maha Api" teriak orang bertubuh raksasa
itu "murkamu telah datang menimpa kami."
Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi gelisah.
Meieka sadar sesadar-sadarnya bahwa telah terjadi kebakaran
di padukuhan mereka. Sementara itu, semua orang tidak ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di padukuhan, tetapi mereka berada di sanggar, sehingga
tidak seorangpun yang akan dapat memendamkan api itu.
Yang tinggal di padukuhan hanyalah orang-orang tua, orang-
orang sakit dan bayi-bayi"
Namun.orang bertubuh raksasa itu berteriak "Kita tidak
akan mampu melawan kemurkaan itu. Agaknya telah terjadi
kebakaran. Tetapi tentu bukan kebakaran biasa. Disini
seseor?ng telah menghina Sang Maha Api. Dan dengan serta
merta murkanya telah menimpa kita. Jika penghinaan ini tidak
segera ditebus, murka itu tentu akan semakin menjalar.
Mungkin akibatnya akan menimpa, seluruh padukuhan dan
mungkin seluruh negeri dan bahkan mungkin seluruh bumi."
Kegelisaan semakin mencengkam. Tetapi orang itu berkata
"Jangan tinggalkan tempat ini. Orang yang telah menghina itu
harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Diatas alas
tempat kita menyerahkan korban itu harus ada korban mahluk
bernyawa sekarang juga."
Dalam pada itu selagi suasana disanggar itu menjadi
semakin tegang maka seseorang berjalan tertatih-tatih ke
pintu, gerbang sanggar. Tetapi orang itu berhenti sebelum ia
melangkah masuk. Ia sadar, bahwa ia tidak boleh berbicara
jika ia berada didalam sanggar. Karena itu, selagi ia masih
berada diluar, maka iapun telah berteriak "Banjar padukuhan
kita terbakar." semua orang berpaling dan memandang ke pintu gerbang.
Mereka melihat seorang tua yang berdiri gemetar laki tua yang
sedang sakit. Orang-orang yang berada di dalam sanggar itu menjadi
semakin tegang. Dua orang cantrik telah berlari kearah orang
tua itu. Ketika orang tua itu hampir saja terjatuh karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya yang sakit itu menjadi lemah serta letih, maka kedua
orang cantrik itu sempat menolongnya.
"Banjar padukuhan itu terbakar" orang itu berdesis lagi.
Seorang dari kedua cantrik itu telah melangkah masuk
kedalam sanggar. Dengan lantang ia berkata "Banjar
padukuhan itu telah terbakar. Murka Sang Maha Api telah
menimpa kita." Orang bertubuh raksasa yang berdiri ditangga bangunan
batu sebagai alas persembahan itu berkata "Kita harus cepat-
cepat menyerahkan korban agar kemarahan itu mereda."
Orang-orang yang berdiri di sanggar itu telah dicengkam
oleh suasana yang tidak menentu. Mereka menjadi sangat
ketakutan melihat bahwa api telah mulai menelan korban
dipadukuhan mereka. Banjar padukuhan mereka tiba-tiba saja
telah terbakar. Dalam ketegangan itu, maka orang bertubuh raksasa itupun
berteriak nyaring "Ya, Sang Maha Api. Hentikan murkamu atas
kami. Sekarang kami akan menyerahkan korban untuk
menebus kesalahan kami, karena kami teiah berani menghina
kuasa Sang Maha Api. Meskipun korban yang kami serahkan
kali ini, bukan korban dibawah wajah purnama yang lembut,
serta bukan pula korban yang kehadirannya diatas bumi ini
berada dibawah percikan cahaya api damaimu, namun kami
mohon, korban yang kami serahkan ini dapat menebus
kesalahan yang pernah dilakukannya sendiri karena ia telah
menghina kuasamu yang tidak terbatas."
Semua orang terkejut mendengarnya. Seorang laki-laki
kurus menjadi gemetar. Sementara Ki Krawangan menjadi
gelisah. Delima berusaha untuk tidak menjadi pingsan, karena
ia tahu maksud orang bertubuh raksasa itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandilah yang akan dikorbankan.
Sebenarnyalah sesaat kemudian orang-orang padepokan
yang berada di sanggar itu telah mengerumuni Ki Pandi.
termasuk kakak Ki Krawangan dan orang bertubuh raksasa itu.
Dengan paksa maka Ki Pandipun telah dibawa naik keatas
alas tempat penyerahan korban itu. Diatas tempat itu telah
tersedia seonggok kayu untuk membakar setandan pisang
yang diletakkan oleh Ki Pandi.
Namun kayu itu tidak cukup banyak.
Karena itu, maka orang bertubuh raksasa itupun berkata
"Agar korban yang kita serahkan sempurna, maka semua
orang laki-laki harus keluar dari sanggar dengan cepat untuk
mencari kayu bakar. Siapa yang tidak melakukannya, maka ia
akan dikutuk oleh Sang Maha Api itu."
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian, maka setiap orang laki-laki telah menghambur
keluar untuk mencari kayu bakar.
Laki-laki tua yang sedang sakit dan kelelahan itu duduk
bersandar dinding sanggar. Tetapi-ia terada diluar sanggar.
Para cantrik yang menolongnya telah masuk kedalam sanggar
pula, dan membiarkannya duduk sendiri. "
Namun orang' itu menjadi heran ketika dua orang anak
muda mendekatinya sementara orang-orang disanggar itu
sedang ribut untuk mencari kayu bakar.
"Duduk sajalah kek" desis seorang diantar a mereka.
"Siapakah kalian anak-anak muda ?" bertanya orang itu.
"Kami bukan siapa-siapa kek. Kami hanya ingin melihat apa
yang terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu tidak berdaya lagi, sementara kedua orang
anak muda itu masih berjongkok disebelah-menyebelahnya.
Orang-orang laki-laki yang mencari kayu bakar sambil
berlari itu tidak menghiraukan kedua orang anak muda iiu.
Mereka mengira bahwa keduanya adalah saudara-saudara
mereka yang sedang menolong orang tua yang sakit itu.
Namun beberapa saat kemudian, suasana mulai meniadi
sepi. Orang-orang padukuhan itu telah berdiri ditempatnya di
sanggar, sementara seonggok kayu bakar telah tertimbun di
alas tempat menyerahkan Kurban itu.
Dalam pada itu, maka cahaya merah dilangupun sudah
mereda. Nampaknya Banjar padukuhan itu telah hampir
seluruhnya menjadi abu. Untunglah bahwa halaman Banjar itu
cukup luas sehingga diharapkan api tidak menjalar kemana-
mana. Apalagi malam itu angin tidak begitu kencang bertiup.
Tidak pula pepohonan disekitar Banjar padukuhan itu.
Dalam pada itu, Ki Pandi telah berada ditangan orang-orang
padepokan. Orang yang bertubuh raksasa itu telah berada
ditangga pula sambil berkata "Nah, nampaknya persembahan
kami berkenan dihati Sang Maha Api. Sebelum persembahan
kami ini kami serahkan, api yang membakar Banjar padukuhan
kami telah mereda. Satu pertanda yang baik bagi kita. Karena
itu, maka persembahan kami ini akan segera kami serahkan
dengan perantaraan api pula."
Darah Delima bagaikan mengalir. Namun Delima tidak
pingsan. Ia melihat orang bongkok itu didorong untuk naik
keatas bangunan batu sebagai alas persembahan itu.
Delima dan orang-orang yang. hadir di sanggar itu menjadi
heran. Ia tidak melihat orang bongkok itu menjadi gelisah,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan atau bahkan meronta. Ia sama sekali tidak
melawan. Namun ketika orang-orang padepokan itu akan mengikatnya, orang bongkok itu berkata "Aku tak perlu diikat.
Aku akan berbaring diatas api."
Orang-orang padepokan itu termangu-mangu sejenak.
Namun orang bertubuh raksasa itu berkata "Ikat orang itu.
Jika api menjilat tubuhnya, ia akan meronta atau bahkan
berusaha melarikan diri."
Tetapi orang bongkok itu menyahut "Sudah aku katakan,
aku tidak mau diikat. "Persetan" geram orang bertubuh raksasa itu "ikat orang
itu. Cepat." Para cantrik mulai memegangi tangan Ki Pandi. Seorang
yang membawa tali yang dibuat dari sabut telah mulai
melingkarkan tali itu ditubuh Ki Pandi.
Namun yang lidak diduga telah terjadi. Cantrik yang
membawa tali itu telah terlempar. Kepalanya membentur
bangunan batu yang dipergunakan sebagai alas penyerahan
persembahan itu. Demikian kerasnya, sehingga cantrik itu
langsung menjadi pingsan.
Sebelum orang-orang padepokan itu menyadari apa yang
telah terjadi, seorang lagi cantrik yang memegangi tangan Ki
Pandi itu pingsan pula. Pukulan yang keras mengenai ulu
hatinya, sehingga cantrik itu terbongkok kesakitan. Namun
kemudian sisi telapak tangan Ki Pandi telah mengenai tengkuk
cantrik itu sehingga ia jatuh tersungkur. Giliran berikutnya
adalah cantrik seorang lagi yang memegangi tangan Ki Pandi
yang lain. Ayunan tangan yang keras telah menampar
keningnya. Nyala api encor di sanggar itupun menjadi semakin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning dan akhirnya menjadi semakin kabur. Ketika sebuah
pukulan lagi mengenai pangkal lehernya, maka Semuanya
menjadr gelap. Yang terjadi demikian cepatnya, sehingga orang-orang
padepokan yang lain, yang kedudukannya lebih tua dari para
cantrik itu tidak sempat menolongnya.
Namun kakak Ki Krawangan, orang bertubuh raksasa dan
orang-orang padepokan yang lain dengan cepat menyadari
keadaan. Karena itu, maka merekapun segera mempersiapkan
diri Orang bertubuh raksasa itu sempat berteriak "Orang
bongkok itu menjadi gila. Tangkap orang itu agar kita tak
kehilangan bahan korban yang akan kita serahkan, yang justru
sudah berkenan dihati Sang Maha Api."
Tetapi orang-orang padukuhan itu tidak segera berbuat
sesuatu jantung mereka justru terasa terguncang. Apalagi
ketika kemudian Ki Pandi meloncat naik keatas bangunan batu
sebagai alas untuk menyerahkan persembahan itu.
"Saudara-saudaraku" berkata Ki Pandi "kalian harus segera
menyadari, bahwa aliran hitam ini akan merusak tata
kehidupan kalian. Orang-orang ini telah membawa kalian dan
bahkan kewadagan kalian. Orang-orang ini telah membawa
kalian ke jalan sesat, mengingkari kuasa Yang Maha Agung
yang telah mencipta-kan langit dan bumi. Termasuk matahari
dan bulan. Karena itu, tidak sewajarnya kalian menyembah
matahari dan bulan yang disebut dengan nama apapun juga."
Ki Pandi tidak sempat berbicara lebih panjang. Orang yang
bertubuh raksasa itu meloncat menyusulnya dan langsung
menyerangnya. Bahkan dua orang yang lainpun Kini datang
membantunya pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keributanpun tidak dapat dihindari lagi. Orang-orang
padepokan telah berkerumun disekitar bangunan batu untuk
menyerahkan persembahan itu.
Mereka berusaha untuk menangkap orang bongkok yang
akan dijadikan bahan persembahan bagi Sang Maha Api.
Namun dalam pada itu, keributan itupun telah menjalar.
Tiba-tiba saja dua orang anak muda telah melibatkan diri,
menyerang orang-orang yang berkerumun mengepung orang
bongkok itu. Delima tiba-tiba saja melonjak kegirangan. Dua orang anak
muda itu dikenalnya pula. Mereka adalah anak-anak muda
yang sering datang bersama orang bongkok itu.
Perkelahianpun segera terpecah. Manggada dan Laksana
telah mengambil tempatnya sendiri. Mereka telah bersiap
menghadapi orang-orang padepokan yang ada di sanggar itu.
Orang-orang padukuhan yang berada di sanggar itu
menjadi ketakutan. Tetapi mereka tidak berani meninggalkan
sanggar itu. Mereka hanya bergeser menjauh dan berdiri
berdesakan melekat dinding sanggar.
Ternyata yang kemudian bertempur melawan orang-orang
padepokan itu tidak hanya orang bongkok dan dua orang anak
muda saja. Tetapi ada orang lain yang telah melibatkan diri
pula diantara mereka. Beberapa saai kemudian, sanggar itu benar-benar menjadi
kacau ketika oncor-oncor yang menerangi sanggar itu padam
satu demi satu. Keributan itupun tidak tertahankan lagi. Orang-orang
padukuhan telah berlari-larian tidix tentu arah. Mereka
menjadi kebingungan. Sementara itu agaknya ada orang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sengaja telah mengacaukan mereka. Orang yang
berlari-larian menyusup diantara orang-orang padukuhan itu.
Dalam kekacauan itu tiba-tiba mereka melihat dua oncor
yang menyala. Dua oncor yang berada disebelah menyebelah
pintu gerbang sanggar terbuka itu.
Arus orang-orang yang kebingungan itu tidak tertahankan
lagi. Mereka berlari-larian keluar dari sanggar melalui pintu
gerbang yang tiba-tiba telah terbuka selebar-lebarnya.
Terdengar anak-anak berteriak-teriak ketakutan. Bahkan
kemudian suara tangispun melengking dimana-mana.
Namun beberapa saat kemudian beberapa buah oncor telah
menyala kembali disekitar pintu gerbang. Dua, tiga kemudian
empat buah. Dalam kekisruhan itu terdengar seseorang berteriak.
"Jangan berdesakan. He, hati-hati. Berjalanlah dengan
tertib. Sebaiknya orang laki-laki tidak ikut berdesakan dipintu
gerbang. Biarlah perempuan dan anak-anak berjalan lebih
dahulu. Orang-orang laki-laki sebaiknya justru ikut mengatur
agar tidak terjadi kecelakaan."
Tidak seorangpun diantara orang-orang padukuhan yang
mengetahui, siapakah yang telah berteriak itu. Namun
beberapa orang laki-laki telah tergugah hatinya. Mereka
segera menepi dan mulai ikut mengatur arus keluar orang-
orang padukuhan itu. Empat orang laki-laki yang memegang oncor justru bingung
sendiri. Mereka tidak tahu siapakah yang telah meletakkan
oncor di tangan mereka. Tiba-tiba saja mereka merasa bahwa
mereka telah memegang oncor.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, maka sanggar itu telah menjadi
kosong. Orang-orang padukuhan sudah berada diluarnya.
Namun masih ada satu dua orang anak-anak yang menangis
karena mereka belum menemukan orang tua mereka.
Tetapi dalam waktu singkat, karena orang-orang padukuhan itu sudah saling mengenal, anak-anak itupun telah
berada ditangan ayah dan ibunya.
Namun dalam pada itu, didalam sanggar, pertempuran
masih berlangsung. Orang-orang padepokan yang berada di
sanggar itu telah bertempur dengan orang-orang yang tidak
meraka kenal selain orang bongkok itu.
Delima juga sudah berada diluar, masih saja berdebar-
debar, la tidak tahu apa yang terjadi didalam sanggar itu.
tetapi Delima dan orang-orang padukuhan masih mendengar
keributan didalam sanggar.
Sementara itu, keempat orang yang memegang obor telah
berada diluar sanggar pula.
Namun orang-orang padukuhan itu tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Karena itu, maka mereka hanya
berkumpul saja di sekitar sanggar mereka. Sementara didalam
sanggar itu masih terjadi pertempuran.
Didalam sanggar itu, Ki Pandi bersama Manggada, Laksana
dan beberapa orang tua yang lain telah bertempur melawan
orang-orang padepokan. Ternyata mereka tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama. Beberapa saat kemudian, maka
pertempuran itupun segera berakhir.
Tetapi orang-orang yang berada diluar sanggar tidak segera
mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi di sanggar itu.
Ketika kemudian tidak lagi terdengar suara apapun didalam
sanggar, mereka justru semakin ragu-ragu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delima yang gelisah berdiri didepan pintu gerbang.
Ki Krawangan yang melihat Delima berdiri didepan pintu
segera menariknya sambil berkata "Delima, apa yang kau cari
" Kau tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang, tidak kita
mengerti." Delima tidak membantah. Iapun kemudian bergeser
menjauhi pintu gerbang. Namun suasana didalam sanggar itu masih sepi.
Angin malam berhembus semakin dingin. Sekali-sekali
masih terdengar anak-anak merengek. Namun dengan susah
payah ibunya telah menenangkannya.
Empat orang laki-laki masih tetap memegang obor dan
berdiri tidak jauh dari pintu gerbang yang masih terbuka lebar.
Namun orang-orang yang berada diluar tidak segera dapat
melihat, apa yang telah terjadi dalam kegelapan."
Akhirnya, orang-orang yang memegang oncor itu sepakat
untuk melihat, apa yang terjadi didalam sanggar.
Dengan hati-hati keempat orang itu melangkah masuk.
Ketika mereka melihat sebuah oncor yang masih terpancang
ditempatnya. maka oncor itupun telah dinyalakannya pula.
Demikian pula beberapa buah oncor yang lain.
Namun keempat orang itu terkejut bukan buatan. Orang-
orang padepokan yang ada disanggar itu telah terbaring diam
diantara mereka nampak terluka. Darah mengalir dari luka
yang menganga itu. Ketika keempat orang itu mendekat, maka mereka
menyadari bahwa adat diantara mereka masih bernafas.
Karena itu, maka, dua diantara keempat orang itu pun
Segera berlari keluar memanggil kawan-kawannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus menolong mereka" berkata orang itu diluar
sanggar!" "Kenapa ?" bertanya-beberapa orang bersama-sama
"Mereka terluka." jawab orang yang bertubuh-tinggi.
"Kenapa ?" bertanya Orang-orang yang menjadi semakin
kebingungan.
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Entahlah, kita bawa saja mereka keluar. Kita akan
mencoba menolong mereka."
Beberapa orang laki-laki segera berlari memasuki sanggar.
Tanpa mengatakan sesuatu lagi, merekapun telah membawa
orang-orang padepokan yang terbaring diam.Ada diantara
mereka yang terluka. Tetapi ada yang ditubuhnya sama sekali
tidak terdapat segores kecil lukapun, namun orang itu telah
pingsan atau bahkan mati.
Demikianlah, maka orang-orang yang terbaring diam itu
telah dibawa keluar dari sanggar. Diluar sanggar orang-orang
padukuhan itu berbicara dengan leluasa. Sedangkan didalam
sanggar, meskipun bukan saatnya upacara atau mendengarkan sesorah, namun rasa-rasanya segan juga
untuk berbicara. Beberapa orang telah mencari air, sedangkan yang lain
sibuk mengusap kening dan dahi.
Orang bertubuh raksasa itu, terluka dilambungnya. Tidak
oleh goresan senjata. Tetapi luka itu cukup dalam. Tiga
goresan nampak menyilang, seakan-akan goresan tiga buah
jari tangan tangan berkuku tajam.
Kakak Ki Krawangan justru sama sekali tidak terluka.
Namun ia juga telah menjadi pingsan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, setelah orang-orang padukuhan
itu menjadi sibuk satu dua orang mulai sadar. Kakak Ki
Krawangan itupuh menggeliat, sementara orang bertubuh
raksasa itu mulai mengerang kesakitan.
Ketika orang bertubuh raksasa itu mulai bergerak, maka
darah yang mengalir sernakin banyak mengalir dari lukanya.
Tetapi. orang itu ternyata membawa obat untuk
mengurangi arus darahnya. Ia minta seseorang menaburkan
semacam serbuk dari 'sebuah bumbung kecil dialas lukanya
itu. . Terasa luka itu menjadi pedih sekali. Tetapi darahnyapun
menjadi semakin sedikit mengalir dari luka itu.
Beberapa orang lain yang terluka juga telah mendapat
pengobatan yang sama, sementara kakak Ki Krawangan
setelah diberi air beberapa tetes di bibirhyapun telah menjadi
sadar pula. "Iblis bongkok" geram kakak Ki Krawangan
"Apa yang telah terjadi, kakang?" bertanya Ki Krawangan
yang berjongkok disebelah kakaknya.
"Orang yang pernah kau tolong itu ternyata tidak kurang
dari sosok iblis yang paling jahat."
"Aku tidak mengira kakang. Ia tampak lemah dan sakit
pada waktu itu." jawab Ki Krawangan.
"Ia datang bersama beberapa orang kawannya untuk
mengacaukan upacara persembahan itu." berkata kakak Ki
Krawangan itu pula. "Tetapi apa maksud orang bongkok itu?" bertanya Ki
Krawangan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia berniat mengacaukan upacara ini. Bahkan mengacaukan
akal kita sehingga kepercayaan kita menjadi menipis, ia
datang dengan membawa kepercayaan baru untuk menyesatkan jalan hidup kita menuju ke kesejahteraan lahir
dan batin." Delima yang mendengar keterangan pamannya itu hampir
saja tidak dapat menahan hati. Menurut pendapatnya,
kepercayaan yang diajarkan oleh pamannya itulah yang sesat.
Sebenarnyalah Ki Krawangan juga ragu. Setelah hutan lebat
yang seakan-akan memagari lingkungan yang luas dibawah
kaki Gunung Lawu itu terbuka, maka para penghuninya
mempunyai hubungan yang lebih luas dengan orang-orang
dari seberang hutan. Tetapi Ki Krawangan tidak menjawab. Demikian pula Delima
yang merasa lebih baik diam saja daripada membuka
persoalan ,baru dengan orang-orang padepokan.
Dalam pada itu, selagi ketegangan mencengkam orang-
orang yang berada di sekitar sanggar itu, telah terdengar
suara dari dalam kegelapan. Suara yang tidak jelas
sumbernya. Seakan-akan melingkar-lingkar di udara yang
kelam. Suara tertawa yang berkepanjangan. Disela-sela suara
tertawa itu terdengar kata-kata "He, kalian orang-orang sesat
Apa sebenarnya yang kalian cari dengan cara yang tidak
pantas itu" Kalian telah digiring oleh seorang yang menjadi
gila karena kehilangan anak bayinya. Orang yang gila karena
keluarganya yang pecah dan menjadi berkeping-keping.
Mungkin juga karena salahnya sendiri. Namun kemudian, ia
telah mencari sasaran untuk menimpakan kesalahan itu. Ia
membenci semua bayi. Ia ingin semua bayi mati seperti
anaknya. Dalam api..."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara itu berhenti sejenak. Sementara kakak Ki Krawangan
yang telah sadar sepenuhnya itu berteriak pula "He, pengecut.
Nampakkan dirimu. Jangan memfitnah sambil bersembunyi."
"Aku telah mengalahkan kau" terdengar lagi suara dari
kegelapan "sekarang sadarilah. Jika sementara ini kalian harus
mengorbankan seekor anak binatang di bawah purnama,
maka beberapa saat lagi kalian akan digiring untuk
mengorbankan anak manusia. Bayangkan, setiap bulan
seorang bayi akan mati. Gila. Bahkan tidak hanya di
padukuhan ini saja. Apakah kalian akan melakukan upacara
yang gila itu" Hari ini orang-orang padepokan itu sudah
berniat mengorbankan seseorang sebagai langkah awal niat
mereka menggiring kalian untuk mengorbankan bayi disetiap
bulan purnama, karena orang yang kalian anggap pemimpin
padepokan itu telah terganggu penalarannya."
"Cukup, fitnah itu sama sekali tidak benat." Teriak kakak Ki
Krawangan. Tetapi suara tertawa itu masih berkepanjangan. Kata-kata
di sela-sela derai tertawa itu masih terdengar. "Nah, kalian
yang waras, yang masih mempunyai daya penalaran yang
utuh, apakah kalian justru akan jatuh di bawah pengaruh
orang gila" Orang yang terganggu kesadarannya oleh dendam
kebencian?" "Cukup, cukup" bukan hanya kakak Ki Krawangan saja yang
berteriak, tetapi seorang cantrik yang telah sadar sepenuhnya
berteriak pula, sementara orang yang bertubuh raksasa itu
menggeram. Ia tidak berani berteriak, agar darah di lukanya
tidak memancar lagi. Namun suara itu masih terdengar, "Selamat malam
saudara-saudaraku. Selama padepokan itu masih ada, maka
kita masih akan sering berjumpa dimanapun.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila. He orang-orang gila. Aku bunuh kalian pada saatnya.
Tetapi suara itu menjawab "Jika kami ingin membunuhmu,
maka kami tentu sudah melakukannya. Tetapi kami bukan
orang-orang yang menjadi mata gelap, kehilangan pegangan
dan membunuh sasaran yang tidak ada sangkut pautnya
dengan persoalan yang sebenarnya terjadi. Nah, tolong, sampaikan kepada Kiai Banyu Bening, jika ia
masih tidak menghentikan perbuatan gilanya, maka kami benar-benar akan memperlakukannya seperti orang gila. "Diam, diam, diam," teriak
kakak Ki Krawangan. Suara
tertawa itu masih bergema.
Semakin lama terdengar semakin jauh, sehingga akhirnya hilang sama sekali.
Malam kembali menjadi sepi. Ketegangan masih mencengkam setiap jantung.
Orang-orang padepokan yang masih lemah itu dicengkam oleh kemarahan,
kebencian, dendam tetapi juga kekhawatiran. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tidak
dapat memburu orang-orang yang telah menghinakan mereka
dan bahkan menyebut nama Kiai Banyu Bening.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sejenak kemudian, maka orang yang bertubuh
raksasa itu berkata "Biarlah orang-orang padukuhan itu pergi.
Kita akan membuat perhitungan dengan mereka kelak, karena
mereka tidak mau membantu kita, disaat kita dalam
kesulitan." Kakak Ki Krawangan tidak menyahut. Tetapi bagaimanapun
juga ia merasa cemas tentang adiknya. Orang-orang
padepokan dapat menyangka, bahwa adiknya benar-benar
telah berhubungan dengan orang bongkok itu.
"Besok aku harus berbicara dengan Krawangan," berkata
orang itu di dalam hatinya.
Dalam pada itu, maka orang-orang padukuhan itupun
segera pulang ke rumah mereka masing-masing ketika mereka
sudah mendapat ijin dari orang-orang padepokan.
Namun ancaman orang bertubuh raksasa itu didengar oleh
salah seorang padukuhan itu, sehingga ia menjadi ketakutan.
Ternyata perasaan takut itu kemudian telah menjalar pula ke
setiap orang yang mendapat berita tentang ancaman itu.
Namun sebelum orang-orang itu memasuki gerbang
padukuhan, maka seseorang telah berlari-lari keluar dari regol
padukuhan. Justru orang yang belum mereka kenal.
"Siapa yang terikat di halaman banjar" Siapa?" teriak orang
itu "Siapa" Siapa?" setiap onng pun telah bertanya pula.
Namun karena itu, maka orang-orang itu tidak jadi langsung
pulang ke rumah. Tetapi mereka berduyun-duyun pergi ke
banjar. Sebenarnyalah dua orang terikat pada dua batang pohon
yang tumbuh di halaman banjar. Orang yang juga belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka kenal. Kedua orang itu agaknya telah pingsan
meskipun keduanya masih hidup.
Agaknya keduanya telah menjadi kepanasan oleh lidah api
yang menelan banjar padukuhan mereka. Banjar yang mereka
dirikan dengan susah payah itu telah menjadi abu diterpa oleh
kemarahan Sang Maha Api karena pokal orang bongkok itu.
Kedua orang itu tubuhnya basah oleh keringat. Sementara
udara di halaman banjar itu masih terasa panas, meskipun api
sebagian besar sudah padam.
Seorang penghuni padukuhan yang sudah separo baya
berkata, "Ambil air. Kita harus segera mendinginkan mereka."
Seseorangpun telah berlari-lari ke sumur. Dengan upih
orang itu membawa air yang kemudian telah disiramkan ke
wajah kedua orang yang pingsan itu.
Kedua orang itu mulai menggeliat. Bahkan kemudian
keduanya mulai menggelengkan kepalanya serta membuka
matanya. Namun adalah diluar dugaan ketika tiba-tiba sesosok tubuh
yang hanya nampak hitam di kelamnya malam muncul dari
Dewa Sinting 1 Pendekar Slebor 14 Bayang-bayang Gaib Sesajen Atap Langit 2