Meraba Matahari 4
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja Bagian 4
"Tidak, Ki Sanak. Aku tidak akan menjual atau menukarkan
kudaku. Kuda itu adalah kuda pemberian"
"Apalagi kuda itu adalah kuda pemberian"
"Aku harus menghargai pemberiannya"
Tiba-tiba saja seorang yang bertubuh tinggi mendekati
Raden Madyasta sambil bertanya "Kau dapat darimana
kudamu itu, He". Kuda yang baik tentu dapat dikenali asal
usulnya, karena kudamu termasuk kuda yang baik, maka kau
tentu mengerti asal usulnya."
"Sudahlah" berkata Raden Madyasta "Biarlah aku
melanjutkan perjalanan"
"Nanti dulu" berkata orang yang bertubuh tinggi itu "Kau
harus menyebut asal-usul dan keturunan dari kudamu itu,
atau kau mengambil kuda itu dari orang lain"
"Aku curi maksudmu?" bertanya Raden Madyasta
"Ya" Ebook by Dewi Kangzusi 232 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi orang yang bertubuh tinggi itu terkejut, sebelum ia sempat menjawab,
tiba-tiba saja tubuhnya yang besar itu terdorong surut, dengan wajah merah
Rembana berkata "Jangan asal membuka mulutmu Ki Sanak. Siapapun kami, tetapi kami tidak mau
dihina. Jika sekali lagi kau menuduh saudaraku mencuri, maka aku akan menampar
mulutmu" Sikap Rembana itu memang mengejutkan, bahkan Raden Madyasta terkejut pula,
karena itu, maka dengan serta merta iapun berkata "Sudahlah, marilah kita
melanjutkan perjalanan"
Tetapi yang dilakukan oleh Rembana itu merupakan api yang sudah menyulut ujung
obor belarak, sulit untuk segera dapat dipadamkan.
Orang yang bertubuh tinggi besar itu sudah menjadi marah pula. dengan geram
iapun berkata "Kau telah melakukan satu tindakan yang bodoh, kau orang Kateguhan
yang tidak tahu diri, aku akan melumatkan kepalamu. Tidak ada orang yang akan
menyalahkan aku, banyak saksi yang akan dapat mkt, bw kau telah mendahului
melakukan serangan" "Tetapi juga banyak saksi yang dapat mkt bw kau sudah menghina kami dengan
tuduhan mencuri" "Aku hanya bertanya"
"Itu pertanyaan gila, karena itu kau harus minta maaf kepada saudaraku"
"Sudahlah, kakang" berkata Raden Madyasta. "Marilah kita meneruskan perjalanan,
jarak perjalanan kita masih panjang"
"Tetapi aku tidak mau dihina seperti ini"
Ebook by Dewi Kangzusi 233 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Persetan" geram orang bertubuh tinggi besar itu "Aku akan mematahkan tanganmu"
"Jika kau ingin mencoba, aku tidak berkeberatan" suara Rembana bergetar oleh
kemarahan yang bergejolak di jantungnya.
Orang yang berwajah tampan, yang ingin membeli kuda Raden Madyasta itu sama
sekali tidak menahan kawannya itu, bahkan sambil tersenyum iapun berdesis
"Nasibmu buruk orang Kateguhan, kau sudah berani bermain-main dengan Deriji
Wesi" Ternyata nama orang itu membuat hati Rembana semakin panas, dengan nada tinggi
iapun bertanya "Deriji Wesi", kau kira nama yang bagaimanapun juga seramnya
dapat membuat hatinya kuncup?"
"Bersiaplah" Deriji Wesi itupun menggeram "Aku akan melumatkan kepalamu dengan
jari-jariku" Raden Madyasta menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah tidak mungkin dapat
mencegah benturan kekerasan yang akan timbul.
Sementara itu, orang yang berwajah tampan yang mengaku saudagar kaya raya dari
Pasiraman Barat itu berkata
"Sentuhan jari-jarinya akan sama dengan sentuhan bindi baja, tulang-tulangmu
dapat diremukkannya, kecuali jika kau minta maaf kepadanya. Ia bukan pendendam,
tetapi ia juga bukan orang yang dapat membiarkan begitu saja orang-orang yang
telah menyinggung perasaannya."
"Cukup" Rembana telah membentaknya "Aku sudah bersiap, kau mau apa?"
Ebook by Dewi Kangzusi 234 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Mereka belum mengenalmu Deriji Wesi" berkata saudagar itu "Tetapi harap kalian
mengetahui, bw pasiraman Kulon sama sekali belum pernah dijamah tangan perampok
yang manapun juga" "Itu bukan karena kelebihan dan kemampuan orang ini, tetapi tentu saja karena
pengaruh nama Ki Panji Wirasentika"
Saudagar itu tertawa, katanya "Wirasentika itu berada di bawah pengaruhku, aku
ingin memperilahkan kalian berempat bersamaku menemui Ki Panji Wirasentika,
kalian akan melihat, seberapa besar pengarhku atas dirinya"
Sasangkapun menjadi panas pula, katanya "Kenapa kalian membual di hadapanku",
aku tidak peduli dengan pengaruhmu, aku tidak ada sangkut pautnya dengan orang-
orang Paranganom serta para perampok itu"
"Sudahlah" meskipun Raden Madyasta menyadari, bw persoalan sudah terlalu jauh,
namun ia masih berkata "Jika kalian tidak berkeberatan kami pergi, maka tidak
akan ada persilisihan diantara kita"
"Tidak, kalian tidak boleh pergi begitu saja"
"Cukup" potong Rembana "Aku sudah bersiap"
Deriji Wesi itupun bergeser, kawan-kawannya berdiri berkelompok sambil berbicara
yang satu dengan yang lain, ada diantara mereka yang tersenyum, ada yang justru
menjadi tegang, sementara itu, saudagar yang berwajah tampan meskipun umurnya
sudah merambat mendekati pertengahan abad, berkata sambil tertawa, "Buat anak
itu jera" Ebook by Dewi Kangzusi 235 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Deriji Wesi itupun segera melangkah semakin dekat dengan Rembana, namun Rembana
yang darahnya cepat mendidih itu tiba-tiba saja telah meloncat menyerangnya.
Deriji Wesi itu terkejut, Ia mencoba bergeser untuk menghindar serangan itu,
tetapi Deriji Wesi itu tidak mampu lepas dari garis serangan Rembana.
Dengan derasnya kaki Rembana telah mengenai pundak orang itu, sehingga Deriji
Wesi itupun terhuyung-huyung beberapa langkah surut.
"Bocah edan" geram Deriji Wesi yang hampir saja kehilangan keseimbangannya,
namun dengan cepat iapun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, keduanya telah bertempur dengan sengitnya,
Deriji Wesi yang ternyata adalah pengawal saudagar itu, memang mempunyai
kekuatan yang sangat besar, sesuai dengan nama sebutannya, maka jari-jari orang
itu memang sangat berbahaya, sehingga karena itu, maka perhatian Rembana tertuju
kepada jari-jari lawannya.
Namun dengan keyakinan yang besar atas kekuatan jari-jarinya itu, maka serangan-
serangan Deriji Wesi itu yang paling berbahaya adalah serangan jari-jarinya yang
selalu mengembang. Tetapi dengan demikian, dengan cepat Rembana dapat menemukan kelemahan Deriji
Wesi itu, bagian-bagian dari tubuhnya yang lain, sama sekali tidak berbahaya,
orang itu kurang memanfaatkan kakinya,lututnya dan bahkan ada orang yang justru
dahinya sangat berbahaya.
Karena tu, maka Rembana tinggal berusaha menjinakkan jari-jari tangan orang yang
mendapat sebutan Deriji Wesi.
Ebook by Dewi Kangzusi 236 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana benar-benar tangkas, jari-jari Deriji Wesi tidak
pernah menyentuh tubuhnya, bahkan sekali ketika Deriji Wesi
mengayunkan tangannya dengan jari-jari terbuka yang
menebas mengarah ke dadanya, Rembana telah membentur
serangan itu, dengan kuda tangannya Rembana dengan
sengaja menahan serangan itu pada pergelangan tangannya.
Ketika benturan itu terjadi, maka Deriji Wesi itu sempat
mengaduh tertahan, namun kemudian sambil menggeliat ia
menjulurkan tangannya dengan jari-jari terbuka untuk
mencengkeram leher. Rembana sempat mengelak dengan sedikit merendah dan
bergeser kesamping, namun kemudian dengan cepat,
Rembana menjulurkan kakinya mengarah ke lambung.
Deriji Wesi itu ternyata tidak sempat mengelak, dengan
kerasnya kaki Rembana menghantam lambungnya, sehingga
orang itu terpental beberapa langkah.
Deriji Wesi terhuyung-huyung, hampir saja ia terjatuh,
tetapi ternyata ia masih mampu untuk tegak berdiri.
Deriji Wesi menggeram, nampak di wajahnya, bw
serangan Rembana itu benar-benar menyakitinya, bahkan
kemudian nafasnya terasa menjadi agak sesak, tetapi sejenak
kemudian iapun sudah berdiri tegak siap untuk melanjutkan
pertempuran. Wajah Rembana menjadi tegang, serangan-serangannya
memang dapat mengenai lawannya, tetapi daya tahan orang
itu ternyata demikian tingginya, sehingga ia masih mampu
bertahan. Ebook by Dewi Kangzusi 237 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Rembana yang sempat sedikit mengedepankan gejolak kemarahannya,
justru karena ia dapat menemukan kelemahan lawannya, telah menjadi semakin
panas. Beberapa kali ia berhasil mengenai lawannya di bagian tubuhnya yang lemah
sekalipun, namun orang itu masih saja tetap berdiri sambil memberikan perlawanan
dengan gigihnya. Dalam pada itu, Deriji Wesi itu seakan-akan memang telah kehilangna kesempatan.
serangan-serangannya menjadi jarang, bahkan semakin jauh dari sasaran, yang
diandalkannya kemudian adalah daya tahan tubuhnya serta kemungkinan lawannya
membuat kesalahan, sehingga raksasa itu dapat menangkap aggota badan anak muda
itu. Tetapi Rembana cekatan seperti burung sikatan menyambar bilalang, betapapun
Deriji Wesi itu bergerak dengan cepatnya, namun ia tidak mampu menangkap anggota
badan Rembana. Malah pada kesempatan lain, Rembana meloncat sambil memutar tubuhnya dan
mengayunkan kakinya dengan derasnya menghantam tubuh Deriji Wesi.
Deriji Wesi terhuyung-huyung selangkah surut, namun demikian ia berdiri tegak
kembali, serangan Rembanapun telah meluncur pula dengan cepatnya, sekali lagi
Rembana meloncat sambil berputar, sekali lagi kakinya terayun mengenai kening.
Deriji Wesi mencoba bertahan, tetapi Rembana bagaikan anak panah yang meluncur,
menyerang orang itu dengan tendangan menyamping kearah dadanya.
Ebook by Dewi Kangzusi 238 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Deriji Wesi ternyata tidak mampu bertahan tetap berdiri, iapun terdorong surut
beberapa langkah, kemudian tubuhnya jatuh terguling di tanah.
Rembana yang marah itu siap meloncat memburu tubuh yang sudah tidak berdaya
lagi, namun Raden Madyasta telah mendahuluinya, meloncat dan berdiri disisinya.
"Cukuo, sudah selesai sampai disini" desis Raden Madyasta
"Kesombongannya harus diakhiri"
"Sudah cukup, ini sudah berakhir" sahut Raden Madyasta Rembana menggeram, ia
ingin meloncat dan mematahkan jari-jari Deriji Wesi itu.
"Aku ingin membuktikan, bw jari-jarinya sama sekali tidak berarti bagiku,
meskipun ia disebut Deriji Wesi"
"Sudahlah" berkata Raden Madyasta, lalu katanya kadipaten orang yang mengaku
saudagar itu "Bawa kawanmu ini prgi, jangan mencoba menemui kami lagi"
Orang itu memandang Raden Madyasta dengan sorot mata menyala, beberapa orang
kawannyapun agaknya menjadi marah, namun mereka memang ragu-ragu untuk
bertindak, kawannya yang paling diandalkan itu ternyata tidak mampu melawan
salah seorang dari keempat orang anak muda itu.
Karena orang-orang itu masih saja berdiri termenung-menung, maka Sasangkapun
kemudian berkata "Apakah kalian ingin melibatkan diri?"
Orang-orang itu terdiam, namun Raden Madyastalah yang
berkata selanjutnya "Pergilah selagi aku masih dapat
Ebook by Dewi Kangzusi 239 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mengendalikan saudara- saudaraku, sebaiknya kita tidak
bertemu lagi agar kebencian tidak terungkit di hati kia masing-
masing" Saudagar itupun kemudian memberi isyarat kepada kawan-
kawannya untuk meninggalkan tempat itu.
Dua diantara merekapun mendekati Deriji Wesi yang
berusaha untuk bangkit itu, kemudian menuntunnya ke
kudanya. "Naiklah" berkata salah seorang kawannya, kemudian
membantunya naik ke punggung kuda.
Yang lainpun kemudian telah meloncat naik pula, demikian
saudagar itu duduk di punggung kudanya, iapun berkata
"Pertemuan ini memberi kesan buruk kepadaku anak-anak
muda" berkata orang itu.
"Apakah ini merupakan ancaman?" bertanya Sasangka.
"Mudah-mudahan kalian tidak tidak berniat lewat
Pasiraman Barat dalam perjalanan kalian ke Paranganom"
Rembanalah yang menyahut dengan lantangnya "Siapkan
orang-orangmu, aku akan pergi ke Paranganom lewat
Pasiraman Kulon" "Suaramu seperti geludug mangsa ketiga, tetapi aku yakin,
bw hujan tidak akan turun.
"Bukankah kau sengaja memancing agar kami benar-benar
lewat Pasiraman Kulon", kau berusaha menyinggung perasaan
kami, agar dengan hati yang panas kami benar-benar lewat
Pasiraman Kulon, agaknya kau berhasil Ki Sanak, kami benar-
benar merasa tersinggung, kami tidak mau dikatakan menjadi
Ebook by Dewi Kangzusi 240 Kang Zusi http://kangzusi.com/
puas, karena pancinganmu berhasil, kau tentu mengira betapa
dungunya kami." Wajah saudagar itu menjadi tegang, tetapi pada sorot
matanya nampak betapa kemarahan telah menyala di
dadanya. Tanpa berkata apa-apa lagi, maka orang itupun memberi
isyarat kepada kawan-kawannya untuk bergerak
meninggalkan tempat itu. Raden Madyasta serta ketiga senapati muda itupun
memandang mereka sampai menghilang di tikungan.
"Sebaiknya kita mengambil jalan lain, kakang" berkata
Raden Madyasta. "Tidak Raden" jawab Rembana "Kita akan meneruskan
perjalanan kita lewat Pasiraman Kulon"
"Agaknya orang-orang itu benar-benar tidak akan
membiarkan kita lewat tanpa mengganggu, sementara itu,
perjalanan kita masih cukup jauh, jika kita harus berhenti lagi
di Pasiraman Kulon, maka kita akan kemalaman di jalan"
"Kita dapat bermalam dimana saja, Raden"
"Apakah kita merasa perlu melayani orang-orang itu?"
"Raden, ada dua alasan, kenapa aku mengusulkan
meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon, sebenarnya
bukan semata-mata karena kita tersinggung oleh
ancamannya, tetapi kita akan dapat mengetahui apakah benar
Ki Panji Wirasentika berada di bawah pengaruh orang itu, jika
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar, maka Ki Panji Wirasentika sudah tidak lagi menjalankan
Ebook by Dewi Kangzusi 241 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tugasnya dengan baik, bukankah hal seperti itu harus
diketahui oleh Kangjeng Adipati di Paranganom"
Raden Madyasta itupun mengangguk-angguk, katanya "Ya,
kau benar kakang, dalam kedudukannya, Ki Panji Wirasentika
tidak boleh berada di bawah pengaruh siapapun juga, ia harus
berdiri tegak pada kedudukannya itu, jika ia sudah berada di
bawah pengaruh seseorang, maka jalan pemerintahannyapun
akan menjadi timpang"
"Karena itu, bukankah sebaiknya kita meneruskan
perjalanan lewat Pasiraman Kulon?"
Raden Madyasta mengangguk-angguk, katanya "Ya, kita
akan meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon"
Sejenak kemudian, maka Raden Madyasta dan ketiga
senapati muda itupun sudah bersiap, tetapi mereka masih
sempat minta diri kepada pemilik kedai yang masih saja
gemetar itu. "Maaf Ki Sanak" berkata Raden Madyasta "Kami sudah
membuat keributan disini, tetapi itu bukan maksud kami. Kami
sudah mencoba mengelak, tetapi kami tidak mempunyai
pilihan" Pemilik kedai itu mengangguk-angguk sambil menjawab
"Ya, Ki Sanak. Agaknya memang bukan salah kalian"
"Terima kasih atas pengertian Ki Sanak" desis Raden
Madyasta kemudian. Demikianlah, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itupun segera meninggalkan kedai itu, mereka benar-
benar sengaja menempuh perjalanan lewat Pasiraman Kulon
Ebook by Dewi Kangzusi 242 Kang Zusi http://kangzusi.com/
meskipun mereka tahu, bw saudagar tadi itu akan dapat
mengganggu perjalanan mereka.
Dalam pada itu, saudagar itu telah memacu kudanya
diikuti oleh orang-orangnya, mereka ingin segera sampai di
Pasiraman Kulon untuk mempersiapkan penyambutan yang
meriah terhadap keempat orang yang mengaku orang
Kateguhan itu. "Mereka harus ditangkap, kita akan minta Ki Panji
Wirasentika untuk menangkap mereka, mereka dapat saja
dicurigai menjadi perintis jalan bagi para perampok yang
sering menimbulkan kerusuhan di Paranganom.
"Apakah kita dapat membuktikannya?"
"Biarlah mereka membuktikan bw mereka bukan petugas
sandi dari para perampok. Biarlah mereka menyebutkan siapa
mereka sebenarnyanya. Jika mereka akan menengok
pamannya di Paranganom, siapa pula nama pamannya dan di
padukuhan mana pamannya itu tinggal. Dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada mereka, maka akan segera
dapat diketahui apakah mereka berkata sebenarnya.
"Jika mereka berkata sebenarnya?"
"Tuduhannya adalah, mereka telah menyerang kita, jika
perlu biarlah Ki Panji Wirasentika memanggil pemilik kedai itu
serta orang-orang yang dapat menjadi saksi, bw mereka telah
menyerang kita, pemilik kedai itu tentu akan mengiakannya,
apalagi di depan Ki Panji Wirasentika"
Apakah Ki Panji Wirasentika bersedia melakukannya?"
"Kau tahu pengaruhku atas Ki Panji Wirasentika?"
Ebook by Dewi Kangzusi 243 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Aku tahu" Apakah kira-kira Ki Panji Wirasentika akan menolak?"
Orang itu menggeleng, katanya "Tidak"
"Nah, orang-orang itu tidak akan luput dari hukuman, aku tentu dapat mengusulkan
hukuman yang pantas bagi mereka"
Demikianlah orang-orang berkuda itu memacu kuda mereka dengan kecepatan tinggi,
mereka tidak ingin disusul oleh keempat anak muda yang akan mereka jerumuskan ke
dalam tangan Ki Panji Wirasentika.
Ketika mereka memasuki lingkungan Pasiraman Kulon, maka merekapun langsung
menuju kr rumah Ki Panji Wirasentika.
Dalam pada itu, saudagar tampan itu langsung dapat diterima oleh Ki Panji
Wirasentika di pringgitan rumahnya.
"Silahkan duduk Ki Saudagar Kertaderma. Biarlah aku berbenah diri sebentar, aku
baru memandikan ayam jago yang Ki Saudagar berikan itu"
"Ki Panji, aku tergesa-gesa"
"Ada apa?" "Ada yang penting, aku ingin Ki Panji menangkap empat orang anak muda dari
Kateguhan yang sebentar lagi akan lewat jalan ini"
"Kenapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 244 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku curiga, bw mereka adalah orang-orang yang di kirim oleh gerombolan perampok
yang sedang berkeliaran di perbatasan untuk melihat-lihat keadaan lingkungan itu
dan bahkan tempat kedudukan Kangjeng Adipati di Paranganom"
"Apakah mereka akan lewat jalan di rumah ini?"
"Ya, aku sudah bertemu dengan mereka, mereka justru telah menyerang kami,
menurut kata mereka. mereka berempat akan pergi ke Paranganom."
"Maksud Ki Saudagar, mereka akan pergi ke pusat pemerintahan Paranganom?"
"Nanti kita akan tahu, tetapi aku minta Ki Panji Wirasentika menghentikan mereka
dan menahannya. Nanti kita akan berbicara dengan mereka lebih mendalam"
"Tetapi apkan dasarnya aku menangkap mereka?"
"Sudahlah Ki Panji, aku minta Ki Panji menangkap mereka lebih dahulu, nanti kita
akan berbicara dengan mereka"
"Baiklah, aku akan memerintahkan para pengawal menghentikan mereka dan
membawanya kemari" "Sudah ada empat orangku di depan regol halaman rumah ini"
Ki Panji Wirasentikapun segera memanggil pemimpin pengawal yang sedang bertugas
di rumahnya, iapun segera memerintahkan untuk menghentikan empat orang anak muda
dari Kateguhan. "Bawa mereka ke pringgitan. Aku akan berbicara dengan mereka, di depan regol
sudah ada empat orang pengawal Ki
Ebook by Dewi Kangzusi 245 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Saudagar Kertaderma, tetapi mereka bukan petugas yang
dapat memaksa keempat orang itu berhenti"
"Baik, Ki Panji"
"Bawa kawan-kawanmu, mungkin orang itu akan menolak
perintahmu dan akan melawan"
Dalam waktu yang singkat, enam orang pengawal Ki Panji
Wirasentika telah berada di jalan di depan rumahnya. Mereka
membawa pedang yang telanjang, seorang diantara mereka
membawa tombak pendek dengan sebuah kelebet kecil yang
diikat pada landeannya, sebagai pertanda, bw mereka adalah
petugas yang sedang menjalankan tugas mereka, sementara
itu empat orang pengawal Ki Saudagar masih juga berada di
depan regol dan bahkan bergabung dengan para pengawal Ki
Panji Wirasentika. Sejenak kemudian, maka seorang dari keempat pengawal
Ki Saudagar itupun berkata "Itulah mereka, mereka benar-
benar lewat jalan ini"
"Sombongnya mereka" geram yang lain.
Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek
dengan kelebet kecil itupun bertanya "Apakah orang-orang
berkuda itu yang kalian maksud?"
"Ya" jawab salah seorang pengawal Ki Saudagar.
Pemimpin pengawal itupun segera berdiri di tengah jalan
sambil mengangkat tombaknya.
Akhir Jilid 3 Jilid 04 Ebook by Dewi Kangzusi 246 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah yang berkuda menuju kearah mereka itu adalah Raden Madyasta
bersama ketiga senapati muda yang menyertainya.
"Kau lihat kelebet kecil itu, kakang" bertanya Raden Madyasta kepada Wismaya
yang berkuda di sebelahnya.
"Ya, Raden" "Itu adalah pertanda bw mereka adalah para petugas yang sedang menjalankan tugas
mereka" "Ya" Raden"
"Kita harus berhenti"
"Ya" Sementara itu, Rembana justru menyahut "Kita memang akan berhenti Raden, tanpa
pertanda itupun kita akan berhenti"
Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam.
Beberapa saat kemudian, keempat orang berkuda itu telah menjadi semakin dekat
dengan regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika, karena itu, maka Raden Madyasta
yang berkuda di paling depan telah memberikan isyarat agar mereka berhenti.
Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek dengan kelebet kecil di landeannya
itupun melangkah maju sambil bertanya "Apakah kalian anak-anak muda dari
Kateguhan?" Ebook by Dewi Kangzusi 247 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Raden Madyasta meloncat turun dari kudanya, demikian pula ketiga senapati muda
itu. sehingga dengan demikian, akan timbul kesan pada para pengawal Ki Panji
Wirasentika bw keempat orang itu mengenal dan telah mengetrap unggah-ungguh.
Mereka menghormati para petugas yang sedang menjalankan tugasnya.
Karena itu, maka pemimpin pengawal itu, diluar sadarnya telah mengangguk hormat
pula. "Ya, Ki Sanak" jawab Raden Madyasta ;kami datang dari Kateguhan"
"Maaf, Ki Sanak. Kami minta Ki Sanak singgah di rumah Ki Panji Wirasentika"
"Ada apa?" bertanya Raden Madyasta.
Ki Panji Wirasentika sendiri yang akan mengatakannya kepada Ki Sanak berempat"
"Baiklah" jawab Raden Madyasta "Kami akan singgah, kami tidak akan dapat menolak
perintah itu" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah menuntun
kuda mereka, memasuki regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika.
Ki Panji Wirasentika yang telah selesai berbenah diri, telah duduk di pringgitan
bersama Ki Saudagar Kertaderma dan seorang pengawalnya.
Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda tidak terkejut melihat kehadiran
Ki Saudagar Kertaderma itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 248 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Biarlah mereka naik" berkata Ki Panji Wirasentika kepada pengawalnya.
"Silahkan naik, Ki Sanak" berkata pengawal yang membawa tombak pendek itu.
Setelah menambatkan kudanya, maka keempat orang anak muda yang mengaku datang
dari Kateguhan itupun naik ke pendapa dan duduk di pringgitan pula menghadap Ki
Panji Wirasentika. "Anak-anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Apakah kau sudah mengetahui
alasannya, kenapa kalian harus singgah di rumahku"
"Sudah Ki Panji" jawab Raden Madyasta.
"Sudah", jadi kau sudah tahu alasannya?"
"Sudah Ki Panji, karena aku melihat orang itu berada disini"
"Orang itu adalah Ki Saudagar Kertaderma, ia seorang yang berpengaruh disini,
seorang yang kaya raya dan banyak memberikan sumbangan bagi kesejahteraan rakyat
Pasiraman Kulon" "Sukurlah, kalau begitu"
"Nah, jika Ki Saudagar Kertaderma berada disini, kenapa kau langsung mengetahui
alasannya, kenapa kalian dihadapkan kepadaku?"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta, "Ki Saudagar Kertaderma itu tentu sudah
bercerita meskipun perlu dikaji Ebook by Dewi Kangzusi
249 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kebenarannya, nah justru aku yang ingin tahu, apa yang telah
dikatakan oleh Ki Saudagar Kertaderma itu kepada Ki Panji"
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, sikap anak
muda itu menimbulkan kesan tersendiri, anak muda itu
nampaknya terlalu percaya diri.
"Benar anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Ki
Saudagar Kertaderma memberitahukan kepadaku, bw kalian
telah membuat Ki Saudagar Kertaderma itu curiga, selama ini
telah banyak sekali terjadi tindak kejahatan di kadipaten
Paranganom, kejahatan yang sebelumnya belum pernah ada"
"Kenapa hal itu terjadi di Paranganom", Ki Saudagar
Kertaderma telah menyalahkan orang-orang Kateguhan,
bukankah itu tidak adil", justru orang-orang Paranganom
sendirilah yang harus bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa
akhir-akhir ini telah banyak sekali terjadi kejahatan",
perampokan, penyamun di bulak-bulak yang sepi, pencurian
dan kejahatan-kejahatan yang lain, bukankah itu
membuktikan bw Paranganom tidak mampu menjaga
ketenangan dan ketentraman hidup rakyatnya", bw para para
petugas di Paranganom tidak mampu melindungi kawula yang
tidak berdaya" "Cukup" bentak Ki Panji Wirasentika "Kau jangan mencoba
menggurui aku, aku adalah Panji Wirasentika yang berkuasa di
Pasiraman Kulon, kalian tidak dapat bersikap seperti itu
terhadap penguasa, jika semula aku masih ingin meyakinkan
pengaudan Ki Saudagar Kertaderma, maka sekarang aku
sudah yakin, bw kalian memang harus ditangkap"
Ki Saudagar Kertadermalah yang harus ditangkap, ia sudah
menghina kami, ia menuduh kami mencuri kuda karena kami
tidak mau menjual kuda kami kepadanya"
Ebook by Dewi Kangzusi 250 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Omong kosong" sahut Ki Saudagar Kertaderma "Kau tidak usah mengada-ada, Ki
Panji Wirasentika sendiri menjadi saksi atas sikapmu itu"
"Pemilik kedai itu dapat menjadi saksi"
"Baiklah, Ki Panji Wirasentika tentu akan memanggil pemilik kedai itu untuk
bersaksi" Tiba-tiba Rembana memotong pembicaraan itu, katanya
"Asal kalian tidak menakut-nakuti, ia harus bersaksi dengan jujur"
Ki Saudagar Kertaderma itu tertawa, katanya "Tentu, ia akan bersaksi dengan
jujur" Sebelum Rembana menyahut, Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata kepada Ki Panji
Wirasentika "Ki Panji, perintahkan orang-orangmu memanggil pemilik kedai itu"
Ki Panji Wirasentika termenung-menung sejenak, namun kemudian iapun berkata
"Baiklah, aku akan memerintahkan prajurit untuk memanggilnya"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta "Apakah Ki Saudagar Kertaderma berwenang
memerintahkan Ki Panji Wirasentika, sedangkan Ki Panji Wirasentika adalah orang
yang memerintah daerah ini atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma?"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, dipandanginya Raden Madyasta dengan
tajamnya, dengan suara yang bergetar iapun berkata "Aku tidak diperintah, aku
memang akan memanggil pemilik kedai itu untuk bersaksi"
Ebook by Dewi Kangzusi 251 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata "Nah, kau lihat sekarang, siapa aku.
Aku dapat bekerja sama sebaik-baiknya dengan Ki Panji Wirasentika yang berkuasa
atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma, karena itu, kau akan menyesali
kebodohanmu anak-anak muda Kateguhan"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta seakan-akan tidak mendengar kata-kata Ki
Saudagar Kertaderma "Ki Panji tidak usah memanggil pemilik kedai itu. ia tidak
akan dapat besaksi dengan jujur. Ia tentu akan mengiakan saka jawaban-jawaban
yang diinginkan oleh Ki Saudagar Kertaderma"
"Tidak, aku akan memanggilnya"
"Biarkan saja Ki Panji memanggilnya" berkata Sasangka
"Kita akan melihat sejauh manakah kebenaran ditegakkan di Pasiraman Kulon yang
merupakan bagian dari kadipaten Paranganom itu. apakah disini kebenaran benar-
benar dijunjung sebagaimana berita yang terdengar di Kateguhan, atau hanya
sekedar dongeng ngayawara yang dihembuskan oleh angin mangsa ketiga"
Bab 13 - Kena Batunya "Sikapnya semakin menyakitkan hati" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Kau kira kau
dapat berlindung di bawah kuasa Kangjeng Adipati Kateguhan", kau telah membuat
kesalahan di Paranganom, maka para pemimpin di Paranganomlah yang akan
menentukan nasibmu" "Anak-anak muda yang tidak tahu diri" geram Ki Saudagar Kertaderma "Jika benar
kau akan pergi ke Paranganom untuk menengok pamanmu, siapakah nama pamanmu itu
dan dimana ia tinggal, jika kalian berdusta, maka hukuman kalian akan berlipat"
Ebook by Dewi Kangzusi 252 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ternyata Raden Madyasta telah menjadi jemu untuk berbicara berkepanjangan ,
sementara itu perjalanan mereka masih jauh, karena itu, maka iapun menjawab
"Kami akan pergi menemui Kangjeng Adipati di Paranganom"
"Bocah edan, kau sadari apa yang kau katakan?" bentak Ki Panji Wirasentika.
"Apakah Ki Panji tidak percaya, bw aku menghadap Kangjeng Adipati di
Paranganom?" Wajah Ki Panji tiba-tiba menjadi tegang, sementara Ki Saudagar Kertadermapun
menyela "Jangan mengada-ada, kebohonganmu tidak akan dapat menyelamatkanmu"
"Ki Panji, biarlah aku melanjutkan perjalanan. Panggil pemilik kedai itu dan
berbicaralah baik-baik dengan orang itu"
"Jangan beri kesempatan Ki Saudagar Kertaderma untuk ikut berbicara dengan
pemilik kedai itu, nanti Ki Panji akan mengetahui apa yang sebenarnya telah
terjadi, siapakah yang bersalah, jika salah seorang saudara kami telah berkelahi
dengan salah seorang pengawalnya"
"Apa hakmu berbicara seperti itu?" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Ki Panji dapat
berbuat apa saja menurut kebijaksanaannya"
"Aku setuju, karena itu aku mengusulkan kepada Ki Panji untuk menempuh
kebijaksanaan sebagaimana aku katakan, kau tidak boleh meracuni kebijaksanaan Ki
Panji dalam menjalankan kewajibnya, Ki Panjipun tidak boleh berada di bawah
pengaruh siapapun juga, meskipun ia seorang kaya yang dapat mempergunakan
uangnya untuk memaksakan kehendaknya, jika Ki Saudagar itu berbuat baik, memberi
dana Ebook by Dewi Kangzusi
253 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bagi daerah ini, membantu kegiatan dihargai. Tetapi semua
yang dilakukannya itu bukannya tanpa pamrih"
"Cukup" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Kau dapat
dihukum seberat-beratnya"
"Yang berhak menjatuhkan hukuman disini adalah Ki Panji
Wirasentika" "Siapa namamu" tiba-tiba saja Ki Panji Wirasentika itu
bertanya kepada Raden Madyasta.
"Namaku Madyasta"
"Madyasta, Raden Madyasta maksudmu?"
"Ki Panji pernah mendengar nama itu"
"Nanti dulu, apakah Raden putera Kangjeng Adipati
Prangkusuma?" "Ya" "He" Ki Saudagar Kertaderma terkejut, seakan ia
mendengar petir yang meledak diatas kepalanya.
"Nanti dulu, Raden, bukankah Raden Madyasta tidak
berada di kadipaten?"
"Lebih empat tahun aku tinggal di sebuah pgn terpencil,
belum lama aku pulang"
"Jadi" kata-kata Ki Panji Wirasentika terputus. Iapun
kemudian mengangguk hormat sehingga wajahnya hampir
menyentuh tikar pandan yang digelar di pringgitan. Sambil
menunduk iapun berkata "Ampun Raden, alangkah bodohnya
Ebook by Dewi Kangzusi 254 Kang Zusi http://kangzusi.com/
aku, mataku sudah lamur sehingga aku tidak mengenali Raden
lagi, dahulu sebelum Raden berangkat ke padepokan itu, aku
sudah pernah mengenal Raden"
"Ya, demikian aku naik ke pendapa ini, akupun segera
mengenali Ki Panji. Tetapi aku baru tahu, bw nama Ki Panji
sudah berubah" "Ya, Raden. sejak aku diangkat menjadi Panji, aku
mendapat nama baru, Wirasentika"
"Aku mengenal Ki Lurah Panji Wiradadi"
"Raden benar, namaku dahulu memang Wiradadi"
"Jadi Ki Panji sekarang sudah mengenali aku kembali"
"Sudah Raden, sudah"
"Ki Panji yakin bw aku adalah Madyasta, putera ayahanda
Adipati Paranganom?"
"Ya, ya. Aku yakin, Raden"
"Sukurlah" "Tetapi Raden telah menyebutkan bw Raden berempat
berasal dari Keduwang, tlaltah kadipaten Kateguhan"
"Aku berniat untuk memperpendek persoalan, Ki Saudagar
Kertaderma berniat membeli kudaku. Mula-mula ia
menganggap bw kami adalah blantik kuda sebelum Ki
Saudagar Kertaderma bertanya, siapakah kami berempat,
bahkan agak memaksa"
Ebook by Dewi Kangzusi 255 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Nampaknya Rembana tidak dapat bertahan untuk berdiam diri saja, karena itu, maka
iapun berkata "Bahkan pengawalnya yang disebutnya Deriji Wesi itu menuduh Raden
Madyasta mencuri kudanya itu. bukankah sangat menyakitkan", aku tidak dapat
membiarkan Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma itu direndahkan"
"Aku mohon ampun, Raden. aku tidak tahu, bw aku berhadapan dengan putera
Kangjeng Adipati Prangkusuma"
berkata Ki Saudagar Kertaderma.
"Jadi, kalau kau berhadapan dengan orang kebanyakan yang tidak berdaya, akan kau
perlakukan dengan sewenang-wenang?"
"Tidak, bukan maksudku"
"Raden" bertanya Ki Panji Wirasentika "Siapakah ketiga anak-anak muda yang
menyertai Raden ini?"
"Mereka adalah tiga orang senapati muda pilihan di Paranganom, mereka adalah
senapati yang telah mengangkat nama baik Paranganom di mata Kangjeng Sultan di
Tegal Langkap. Bersama pasukan mereka, ketiga orang senapati muda ini telah
menempatkan diri di tempat terhormat ketika terjadi perang besar di tepi
Bengawan Rahina, mereka adalah Ki Lurah Rembana Ki Lurah Sasangka dan Ki Lurah
Wismaya" "Aku pernah mendengar nama-nama itu disebut" berkata Ki Panji Wirasentika
"Tetapi baru sekarang aku dapat mengenal ketiga orang senapati ini"
"Kami hanya sekedar menjalankan tugas, Ki Panji" sahut Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 256 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tetapi jika Raden berkenan menjawab, dari manakah Raden bersama ketiga orang
senapati muda ini?" "Kami baru kembali dari Panjer, Ki Panji"
"Panjer?" "Kami baru saja mengatasi gerombolan brandal yang selalu membuat kekacauan di
tlatah Paranganom" "Aku sudah mendengar kerusuhan di kademangan Panjer, bahkan kami di Pasiraman
Kulon, sempat menjadi cemas menanggapi perkembangan kejahatan yang terjadi di
Paranganom akhir-akhir ini"
"Sekarang Ki Panji tidak perlu cemas lagi, meskipun pemimpin gerombolan perampok
itu belum tertangkap, tetapi gerombolan itu sendiri telah dapat dihancurkan.
Setidak-tidaknya untuk beberapa lama, gerombolan yang telah dihancurkan itu
tidak akan mampu berbuat apa-apa, sementara itu, setiap kademangan sempat
mempersiakan diri sebaik-baiknya untuk menghadap kemungkinan mendatang"
"Raden hanya berempat?"
"Tidak, selain kami berempat, masih ada enam orang prajurit yang menyertai kami.
Kami masih meninggalkan mereka di kademangan Panjer"
"Hanya sepuluh orang", menurut pendengaran kami, gerombolan perampok itu
jumlahnya cukup banyak. Mereka adalah orang-orang yang tidak lagi menghargai
jiwa sesamanya" Ebook by Dewi Kangzusi 257 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Anak-anak muda kademangan Panjer ternyata memiliki kemampuan yang tinggi.
Karena itu, bersama-sama mereka, kami dapat menghancurkan gerombolan itu"
Ki Panji Wirasentika mengangguk-angguk, sekali lagi iapun berkata "Raden, kami
mohon ampun, kami telah melakukan kesalahan yang besar sekali, bw kami telah
mengganggu perjalanan Raden"
"Yang penting bukan hambatan terhadap perjalanan kami, tetapi tegaknya kedudukan
Ki Panji" "Aku mengerti maksud Raden"
"Ki Panji telah jatuh ke bawah pengaruh seorang yang nampaknya menggelar uangnya
untuk mendapatkan kesan, bw ia seorang yang murah hati, tetapi di balik gelar
itu, ia meneguk keuntungan yang jauh lebih besar dari taburan kemurahan hatinya
itu" "Ampun Raden" desis Ki Panji Wirasentika.
Masih ada kesempatan bagi Ki Panji, ayahanda bukan seorang yang tidak mau
membuat pertimbangan yang adil, sementara itu, Ki Saudagar Kertaderma perlu
mendapat peringatan pula atas sikap dan tingkah lakunya"
"Akupun mohon ampun Raden"
"Baiklah" berkata Raden Madyasta "Kami akan melanjutkan perjalanan kami yang
masih panjang" "Apakah Raden tidak bermalam disini saja", jika Raden melanjutkan perjalanan,
maka Raden tentu akan kemalaman di jalan"
Ebook by Dewi Kangzusi 258 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa, Ki Panji. Kami adalah prajurit. kami sudah siap menghadap segala
medan" "Tetapi bukankah lebih baik bermalam disini daripada di tempat terbuka"
"Bukankah disetiap padukuhan terdapat banjar", kami dapat bermalam di banjar-
banjar padukuhan" "Ki Panji, kami mohon diri, tetapi sebaiknya besok lusa, Ki Panji pergi ke
Paranganom menghadap ayahanda untuk menjelaskan perkembangan daerah ini"
"Baik Raden, besok lusa aku akan menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Aku akan mengatakannya kepada ayahanda"
"Terima kasih Raden"
"Kami akan memantau perubahan sikap Ki Saudagar Kertaderma, hubungan antara Ki
Saudagar Kertaderma dengan rakyat Pasiraman Kulon serta hubungan Ki Saudagar
Kertaderma dengan Ki Panji Wirasentika"
"Aku berjanji Raden"
Demikianlah, sejenak kemudian, Raden Madyasta serta ketiga orang senapati muda
itu sudah memacu kudanya meninggalkan rumah Ki Panji Wirasentika.
Sementara itu, sepeninggal Raden Madyasta, Ki Panji Wirasentikapun berkata
dengan nada berat "Habislah aku sekarang, kenapa Ki Saudagar Kertaderma telah
terjerumus dalam perselisihan dengan putera Kangjeng Adipati?"
Ebook by Dewi Kangzusi 259 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku belum pernah mengenal wajah Raden Madyasta, sementara itu Ki Panji
Wirasentika sendiri juga tidak segera dapat mengenalinya"
"Banyak perubahan telah terjadi, empat tahun lamanya Raden Madyasta berada di
padepokan, kulitnya menjadi kehitam-hitaman dibakar terik matahari, tubuhnyapun
tumbuh dengan cepat, ia sekarang menjadi seorang anak muda yang tampan dan
kekar, meskipun ia kehilangan warna kulitnya yang kuning bersih, aku tidak akan
dapat mengenalinya jika saja anak muda itu tidak menyebut dirinya"
"Besok lusa aku akan menghadap, aku akan mohon ampun"
"Aku ikut, Ki Panji" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Aku akan menawarkan apa
saja yang dikehendaki oleh Kangjeng Adipati. bahkan jika Kangjeng Adipati
menginginkan sebuah pasanggrahan di Pasiraman Kulon, di dekat danau Wilis, akan
aku buatkan" "Jika Ki Saudagar Kertaderma berani menawarkannya kepada Kangjeng Adipati, maka
persoalan akan cepat selesai"
"Benar?" "Ya, karena Ki Saudagar Kertaderma akan segera diusir dari kadipaten Paranganom"
"Jadi?" "Jangan mencoba menyuap Kangjeng Adipati sebagaimana Ki Saudagar Kertaderma
menyuap aku" "Apa yang harus aku lakukan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 260 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika Ki Saudagar Kertaderma ingin menghadap bersamaku, maka satu-satunya yang
dapat kita lakukan adalah mohon ampun, hanya itu"
"Baiklah, Ki Panji, besok lusa aku akan ikut menghadap untuk mohon ampun"
Sementara itu, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda telah memacu
kudanya. betapapun kuda mereka berlari seperti anak panah yang lepas dari
busurnya, namun mereka benar-benar kemalaman d perjalanan.
Ketika mereka bertiga sampai di sebuah tebing sungai yang landai, maka merekapun
telah membawa kuda-kuda mereka turun, membiarkan kuda mereka minum, kemudian
makan rumput segar sambil beristirahat.
Sambil duduk diatas batu besar, Raden Madyasta berkata kepada para senapati
"Kita bermalam disini saja"
"Baik Raden" Malam itu Rembana, Sasangka dan Wismaya bergantian berjaga-jaga, menjelang
fajar, Wismaya telah membangunkan Rembana dan Sasangka, sedangkan Raden Madyasta
telah lebih dahulu terbangun dan bahkan telah mandi di sejuknya air sungai yang
bening itu. Beberapa saat kemudian, keempat orang anak muda itu telah bersiap untuk
melanjutkan perjalanan. Tidak ada lagi yang menghambat perjalanan mereka yang sudah menjadi semakin
dekat dengan pusat pemerintahan di kadipaten Paranganom.
Ebook by Dewi Kangzusi 261 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kita akan menghadap ayahanda" berkata Raden Madyasta.
Ketiga orang senapati itu hanya mengiakannya saja.
"Kita memang sudah rapi" berkata Rembana kemudian
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita sudah mandi dan berbenah diri"
Yang lain tertawa, Sasangkalah yang menyahut "Menurut pendapatkmu, dengan
pakaian ini kita sudah pantas menghadap?"
"Tentu, jika tidak, apakah kita harus kembali ke barak dan mengenakan pakaian
dengan pertanda keprajuritan?"
"Tidak usah" sahut Raden Madyasta "Ayahanda akan mengerti, bw kita baru pulang
dari tugas yang menuntut agar kalian tidak mengenakan pakaian keprajuritan"
"Nah, kau dengar?" Rembana menyambung.
Sasangka mengangguk-angguk, katanya "Tetapi jangan menjadi kebiasaan Rembana"
"Kebiasaan apa?"
"Menjalankan tugas tanpa mengenakan pakaian keprajuritan, dengan demikian kau
akan terlalu sering berkeliaran di pasar"
Wismaya yang agak pendiam itu tersenyum sambil menyahut "Jika demikian, maka ia
akan dapat memungut upeti dari pada penjual nasi"
Suara tertawapun terburai berkepanjangan.
Ebook by Dewi Kangzusi 262 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Demikianlah, seperti yang dikatakan oleh Raden Madyasta, maka mereka berempatpun
langsung pergi ke dalem kadipaten untuk menghadap Kangjeng Adipati di
Paranganom. Mereka memasuki halaman kadipaten ketika matahari sudah mendekati puncak langit,
beberapa orang pemimpin tertinggi di Paranganom baru saja hadir menghadap
Kangjeng Adipati sebagaimana biasanya dilakukan dalam sepekan sekali, untuk
membicarakan perkembangan keadaan terakhir do kadipaten Paranganom. membicarakan
pelaksanaan tatanan dan paugeran yang berlaku. Membicarakan kesejahteraan rakyat
Paranganom, ketentraman dan ketenangan hidup mereka serta persoalan-persoalan
lain yang menyangkut sisi-sisi kehidupan yang lain.
"Apakah pertemuan itu sudah lama berakhir?" bertanya Raden Madyasta kepada
prajurit yang bertugas. "Belum lama Raden. bahkan Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih
berada di dalem kadipaten.
Tetapi mereka sudah tidak berada di pendapa"
"Jadi paman Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih berada di
dalam?" "Ya, Raden" "Terima kasih" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah mengikatkan
kuda mereka pada patok-patok kayu di halaman. kemudian merekapun melingkari
pendapa masuk lewat pintu seketeng, langsung ke serambi kanan.
Raden Madyasta tahu, bw di serambi itulah ayahandanya sering mengadakan
pembicaraan-pembicaraan khusus dengan Ebook by Dewi Kangzusi
263 Kang Zusi http://kangzusi.com/
orang-orang terdekat, terutama Ki Tumengggung Wiradipa
dan Ki Tumengggung Yudapati.
Kedatangan Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda yang tiba-tiba saja itu memang mengejutkan Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Paranganom serta kedua orang Ki
Tumenggung yang masih menghadap.
"Marilah, Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Marilah
Rembana, Sasangka dan Wismaya"
"Hamba menghadap ayahanda"
"Mendekatlah, kebetulan kedua orang pamanmu masih ada
disini" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati mudapun
kemudian bergeser mendekat.
"Kapan kalian datang dari perjalanan tugas kalian?"
"Baru saja, ayahanda. Kami langsung menghadap
ayahanda" "Jadi kalian baru saja datang", kapan kalian berangkat dari
sasaran tugas kalian?"
"Kemarin ayahanda, kami berhenti lama di perjalanan.
"Semalam kau bermalam dimana?"
"Kami sengaja bermalam di tempat terbuka, ayahanda"
Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, namun kemudian
iapun bertanya "Bukankah kalian selamat dalam perjalanan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 264 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Hamba, ayahanda. Kami selamat dalam perjalanan, meskipun ada sedikit hambatan"
"Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Jika kau dan ketiga senapati masih merasa
letih, kalian aku perkenankan untuk beristirahat. Nanti kalian dapat menghadap
lagi untuk memberikan keterangan tentang usaha kalian menghadap kerusuhan
terutama di daerah perbatasan"
"Kami tidak terlalu letih ayahanda. Kami dapat memberikan laporan sekarang"
Kangjeng Adipati Prangkusuma termenung-menung sejenak. Dipandanginya keempat
anak muda pilihan itu, agaknya mereka memang tidak merasa terlalu letih. Sikap
mereka masih tetap. Wajah mereka masih terang sekali, nampak senyum menghiasi
bibir. "Baiklah" berkata Kangjeng Adipati "Jika kalian tidak merasa terlalu letih,
akupun tidak berkeberatan untuk mendengarkan laporan kalian" lalu Kangjeng
Adipati itupun berkata kepada Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung
Yudapati "Kakang, aku minta kakang bersabar sebentar, kita dengarkan laporan
Madyasta dan ketiga orang senapati itu"
"Hamba Kangjeng Adipati" jawab mereka bersamaan.
"Madyasta" berkata Kangjeng Adipati kemudian "Jika kau memang tidak terlalu
letih, berikan laporan itu sekarang, kami akan mendengarkannya"
Raden Madyasta kemudian dengan singkat memberikan laporan hasil perlawatannya ke
Panjer untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh gerombolan penjahat.
Ebook by Dewi Kangzusi 265 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Segerombolan penjahat yang sebenarnya terdiri dari beberapa
kelompok kecil penjahat yang disegani.
Perampok, penyamun, pencuri yang tangguh, sehingga
ada diantara mereka yang dikabarkan mempunyai aji
penglimunan sehingga seakan-akan dapat melenyapkan diri,
serta penjahat-penjahat yang sudah punya nama lainnya.
Mereka telah dihimpun oleh seorang yang berilmu tinggi, yang
pengaruhnya sangat besar atas para penjahat itu.
"Namanya Sura Branggah, ayahanda"
"Jadi para penjahat itu telah dihimpun oleh Sura
Branggah" "Ya. Ayahanda. Kami berhasil menghancurkan gerombolan
itu. tetapi ampun ayahanda. Kami tidak berhasil menangkap
pemimpinnya. Sura Branggah telah luput dari tangan kami"
Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk-angguk,
dengan nada datar iapun berkata "Jadi pemimpin itu lepas dari
tanganmu" "Hamba ayahanda. Sehingga penulusaran kami terhadap
gerombolan itu tidak dapat tuntas. Para penjahat itu ternyata
tidak tahu apa-apa selain menjalankan perintah Sura
Branggah" "Apaboleh buat" desis Kangjeng Adipati. meskipun hanya
sepercik kecil, namun terasa ungkapan penyesalan Kangjeng
Adipati Prangkusuma. "Kami mohon ampun, ayahanda. Kami sudah bekerja sama
dengan anak-anak muda serta para Bebahu kademangan
Panjer yang mengepung rapat, sementara kami berempat
Ebook by Dewi Kangzusi 266 Kang Zusi http://kangzusi.com/
melawan mereka, tetapi Sura Branggah itu tetap saja dapat
lolos" "Apakah kau sudah berbicara dengan para penjahat yang
tertangkap?" "Sudah ayahanda. Tetapi seperti yang hamba katakan,
mereka tidak tahu apa-apa"
"Meskipun demikian, Madyasta, bagaimana menurut
kesimpulan yang kau tarik. Apakah tindak kejahatan yang
timbul kebanyakan di perbatasan dengan Kateguhan itu ada
hubungannya dengan kadipaten Kateguhan atau bahkan ada
kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan dalam
hubungan kehadiran bibimu Raden Ayu Prawirayuda serta
Rantamsari di kadipaten ini?"
"Tidak seorangpun diantara mereka yang tertangkap
menyebut hubungan dengan Kateguhan. Mungkin mereka
benar-benar tidak berhubungan dengan orang-orang
Kateguhan, tetapi mungkin juga karena mereka tidak
mengetahuinya, itulah sebabnya, maka hamba sangat
menyayangkan, bw pemimpin gerombolan perampok itu tidak
dapat tertangkap" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, tetapi kemudian
iapun berkata "sudahlah, nyatanya pemimpin perampok itu
tidak tertangkap, tetapi kekuatan gerombolan itu sudah dapat
kau lumatkan, menurut pendapatku berdasarkan atas
laporanmu, untuk beberapa lama gerombolanan tiu tidak akan
segera dapat bangkit. Mereka memerlukan orang-orang baru
yang dapat dihimpun. Orang-orang baru itu tentunya tidak
akan sebaik orang-orang yang lama, karena orang-orang yang
lama itu adalah orang-orang pada pilihan pertama"
Ebook by Dewi Kangzusi 267 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Ayahanda. Sementara itu, beberapa kademangan sudah sempat mempersiapkan
diri. Enam orang prajurit yang kami tinggalkan di Panjer, akan dapat membantu
mempersiapkan anak-anak mudanya, bahkan bukan hanya di Kademangan Panjer, tetapi
juga kademangan-kademangan di sekitarnya"
"Baiklah, Madyasta. sebagian besar dari tugasmu sudah dapat kau selesaikan
dengan baik. selanjutnya, adalah tugas kita semuanya untuk bersiap-siap
menghadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi kemudian. Selama ini kita
masih akan berusaha untuk menangkap pemimpin gerombolan perampok itu"
"Hamba, ayahanda"
"Nah, untuk sementara laporanmu sudah cukup. Jika kau dan para senapati sudah
merasa letih, kalian dapat beristirahat. Aku mengucapkan terima kasih atas
kehadiran kalian. Sejak semula aku memang yajin, bw bersama Rembana, Sasangka
dan Wismaya, kau akan berhasil"
"Terima kasih atas pujian ini, kangjeng" Wismaya mengangguk hormat
"Sebenarnyanyalah bw kami masih belum dapat memenuhi tugas kami, karena Sura
Branggah sempat meloloskan diri"
"Bukankah kita tidak akan berhenti sampai sekian?"
bertanya Kangjeng Adipati Prangkusuma.
"Ya Kangjeng Adipati" jawab Wismaya dengan nada dalam.
Demikianlah, maka Raden Madyasta kemudian telah minta diri bersama ketiga
senapati muda itu. sementara Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati
masih tetap bersama Kangjeng Adipati di serambi.
Ebook by Dewi Kangzusi 268 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Seprninggal Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itu, Kangjeng Adipatipun bertanya kepada kedua
Tumenggung yang nsh menghadap itu "Bagaimana pendapat
kalian tentang laporan Madyasta"
Ki Tumengggung Wiradipa termenung-menung sejenak,
dengan agak ragu-ragu, iapun kemudian menjawab
"Kangjeng, semula aku menduga, bw kekacauan yang timbul
itu ada hubungannya dengan orang-orang Kateguhan,
mungkin para perampok, penyamun dan pencuri itu tidak tahu
apa-apa. juga hubungan gerakan mereka dengan kepentingan
orang-orang Kateguhan. Sayang sekali bw pemimpin
gerombolan itu tidak tertangkap"
"Kangjeng" berkata Ki Tumengggung Yudapati, "Aku juga
menduga bw ada hubungan antara gerakan itu dengan orang-
orang Kateguhan, bahkan mungkin ada hubungannya pula
dengan keberadaan Raden Ayu Prawirayuda serta Raden
Ajeng Rantamsari di Paranganom"
Agaknya sulit untuk mencari antara kekacauan itu dengan
keberadaan kakangmbok Prawirayuda, tetapi kadang-kadang
kita memang menghadap persoalan-persoalan yang tidak
segera diketahui hubungannya yang satu dengan yang lain"
"Kangjeng, apakah tidak sebaiknya para perampok yang
tertangkap itu dibawa kemari agar kita dapat berbicara
dengan mereka?" "Bukankah Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itu sudah berbicara dengan mereka"
"Mungkin sikap mereka akan berbeda, jika mereka
berhadapan langsung dengan Kangjeng Adipati"
Ebook by Dewi Kangzusi 269 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kangjeng Adipati tersenyum, katanya "Baiklah, pada suatu saat aku akan menemui
mereka setelah mereka semuanya dibawa kemari"
"Ya, Kangjeng" "Tetapi kakang, sebenarnya ada yang penting yang ingin aku bicarakan dengan
kakang berdua" "Apakah ada perintah yang harus kami lakukan, Kangjeng?"
"Kakang, aku akan minta kakang berdua untuk pergi ke Kateguhan"
Kedua orang tumenggung itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Ki
Tumengggung Wiradipapun bertanya "Apa yang harus kami lakukan di Kateguhan,
Kangjeng Adipati?" "Kalian menghadap angger Adipati Yudapati"
"Kangjeng Adipati Yudapati"
"Ya, kalian datang ke Kateguhan untuk memberitahukan bw ibunda angger Adipati
Yudapati, meskipun hanya ibu tiri, berada di Paranganom"
Kedua Ki Tumenggung itu mengangguk-angguk, sementara Kangjeng Adipati
Prangkusuma berkata selanjutnya
"Tetapi dalam perbincangan kalian dengan angger Yudapati, kalian dapat
menyinggung tentang kerusuhan yang terjadi di Paranganom, tetapi jangan semata-
mata" "Ya. Kangjeng. Kami tahu maksud Kangjeng Adipati"
Ebook by Dewi Kangzusi 270 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, pergilah. Kakang berdua ke Kateguhan"
"Sandika. Kangjeng Adipati, kami berdua akan melaksanakan perintah Kangjeng
Adipati" "Hari ini kakang dapat bersiap-siap. Besok pagi kakang berdua berangkat. Aku
minta kakang singgah barang sebentar di kadipaten"
"Hamba Kangjeng Adipati. hari ini kami akan bersiap-siap.
Besok pagi kami berdua akan menghadap sebelum kami berangkat. Mohon ampun,
barangkali Kangjeng akan terpaksa dibangunkan esok pagi"
Kangjeng Adipati Prangkusuma tersenyum, katanya "Setiap hari aku bangun pagi-
pagi. Bukankah kakang berdua mengetahui bw setiap pagi aku berjalan-jalan
mengelilingi halaman kadipaten?"
"Ya, hamba tahu, Kangjeng Adipati. setiap pagi Kangjeng Adipati berjalan-jalan
mengelilingi halaman kadipaten atau justru berada di sanggar untuk mengasah
kemampuan Kangjeng Adipati yang sulit dicari duanya itu"
Kangjeng Adipati tertawa, katanya "Kau terlalu memuji kakang, terima kasih"
Demikianlah, maka kedua Ki Tumenggung itupun segera mohon diri, namun Kangjeng
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adipati masih berpesan "Kakang berdua, temuilah Madyasta. mungkin kakang akan
mendapat bekal dari padanya, karena ia langsung menghadap gerombolan perampok
itu bersama ketiga senapati muda itu.
"Hamba Kangjeng Adipati, kami berdua malam nanti akan bertemu dan berbicara
dengan Raden Madyasta"
Ebook by Dewi Kangzusi 271 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Baiklah, mudah-mudahan dengan perjalanan kakang berdua ke Kateguhan, kami
mendapat bahan lebih banyak untuk melihat peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi
di Paranganom" Sejenak kemudian, kedua Ki Tumenggung itu telah meninggalkan kadipaten, mereka
harus berkemas menjelang keberangkatan mereka esok pagi ke Kateguhan, karena
jarak yang harus mereka tempuh memerlukan waktu perjalanan hampir sehari penuh.
Seperti pesan Kangjeng Adipati, maka malam itu kedua Ki Tumenggung menemui Raden
Madyasta untuk mendengar lebih banyak lagi tentang keberhasilan Raden Madyasta
menghancurkan gerombolan perampok itu, namun tidak berhasil menangkap
pemimpinnya. Tidak ada kesan sama sekali bw para perampok itu mempunyai hubungan dengan
kakangmas Adipati Yudapati"
berkata Raden Madyasta kemudian.
Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati mendengarkan keterangan
Raden Madyasta sama sekali tidak melihat celah-celah yang dapat dipergunakan
untuk mencari hubungan antara para perampok itu dengan orang-orang Kateguhan.
"Justru para perampok yang tertangkap itu sebagian mengaku orang-orang
Paranganom, bahkan mereka dapat menunjukkan tempat tinggal mereka jika
diperlukan. Sebagian lagi memang orang-orang yang tinggal di Kateguhan. Tetapi
mereka sama sekali terlepas dari kemungkinan bahwa mereka memang disusupkan
untuk membuat keributan di Paranganom dengan alasan apapun juga oleh para
pemimpin di Kateguhan"
berkata Raden Madyasta lebih lanjut.
Ebook by Dewi Kangzusi 272 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Bab 14 - Pengampunan Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda hanya mengangguk-angguk
saja. Baru kemudian setelah pembicaraan itu dianggap cukup, maka Ki Tumenggung
Wiradapapun berkata "Baiklah Raden.
Besok kami berdua akan pergi ke Kateguhan menjalankan perintah Kangjeng Adipati
Prangkusuma" Namun Raden Madyastapun kemudian berkata "Tetapi paman. Ada sesuatu yang ingin
aku tanyakan kepada paman berdua. Ketika aku pulang dan langsung menghadap
ayahanda, aku ragu-ragu untuk mengatakannya. Aku ingin pendapat paman, apakah
sebaiknya aku berdiam diri saja atau aku harus melaporkannya kepada ayahanda"
"Tentang apa Raden?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Tentang Ki Panji Wirasenuka"
"Kenapa dengan Ki Panji Wirasentika?"
Raden Madyastapun kemudian menceritakan hambatan yang dialaminya di perjalanan
pulang dari Panjer karena Raden Madyasta telah berpapasan dengan Ki Saudagar
Kertaderma yang kaya raya.
Dengan kekayaannya itu Ki Saudagar Kertaderma telah mempengaruhi Ki Panji
Wirasentika dalam menjalankan tugasnya.
Menurut pendapatku, Ki Panji Wirasentika sudah menyadari kesalahannva Aku
berharap bahwa Ki Panji tidak akan mengulangi kesalahan itu Sementara itu Ki
Saudagar Kertadermapun akan dapat merubah sikapnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 273 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Menurut pendapatku, Raden" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda "sikap Ki Panji yang
tidak pada tempatnya itu harus diketahui oleh Kangjeng Adipati"
"Tetapi apakah ayahanda akan marah dan menjatuhkan hukuman kepada Ki Panji
Wirasentika yang menurut pendapatku, akan segera berubah itu" "
"Aku tidak dapat mengatakannya. Tetapi kesalahan seperti itu tidak dapat
ditutup-tutupi. Jika kali ini Ki Panji Wirasentika tidak mendapat hukuman atau
setidaknya teguran, maka ia merasa aman untuk menjalankan kesalahan yang sama di
kemudian hari" "Tetapi aku sudah memeringatkan bahwa kesalahan itu tidak boleh terulang. Jika
Ki Panji melakukan kesalahan lagi, maka bukan saja kedudukannya akan terancam,
tetapi ia akan dapat dihukum."
"Tetapi sebaiknya angger melaporkannya kepada ayahanda" berkata Ki Tumenggung
Wiradapa "Kangjeng Adipati cukup bijaksana. Karena itu Raden tidak usah
mencemaskan nasib Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma."
"Sebenamya aku sudah minta mereka, terutama Ki Panji untuk menghadap ayahanda
langsung untuk memberikan laporan tentang dirinya sendiri, tentang pemerintahan
yang dijalankan dan tentang penyalahgunaan kekuasaannya itu."
"Apakah Ki Panji sanggup untuk datang menghadap?"
"Agaknya hari ini atau esok pagi Ki Panji akan menghadap.
Ia tentu tidak akan berani ingkar akan kesediaannya itu"
Ebook by Dewi Kangzusi 274 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Raden" berkata Ki Wiradapa "besok aku dan adi Sanggayuda akan pergi ke
Kateguhan. Kami adalah orang-orang tua yang banyak diminta pertimbangan Oleh
Kangjeng Adipati. Karena kami berdua meninggalkan Kadipaten, sebaiknya Raden
mendampingi ayahanda esok pagi jika Ki Panji Wirasentika itu menghadap. Mungkin
beberapa orang pemimpin pemerintahan dan Senapati akan dapat memberikan
pertimbangan. Namun sebaiknya angger sendiri hadir saat Ki Panji itu menghadap"
"Baik, paman." "Tetapi sebelumnya ada baiknya angger memberikan laporan lebih dahulu sebagai
pengantar persoalannya kepada Kangjeng Adipati."
"Baik, paman. Besok pagi"pagi aku akan ikut melepas paman berdua pergi ke
Kateguhan, sekaligus memberikan laporan kepada ayahanda tentang Ki Panji
Wirasentika" Ketika malam menjadi semakin dalam, maka kedua orang Tumenggung itupun minta
diri. Mereka harus mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang esok pagi.
Menjelang fajar dihari berikutnya, Madyasta telah selesai berbenah diri. Kedua
orang Tumenggung yang akan pergi ke Kateguhan itu tentu juga akan berangkat
pagi-pagi sekali, karena mereka akan menempuh perjalanan jauh.
Sebenarnyalah beberapa saat kemudian, selagi langit dibayangi oleh wama yang
kemerahan, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah datang ke
dalem kadipaten. Ketika Raden Madyasta menerima mereka, maka Ki Tumenggung Sanggayudapun bertanya
"Raden sudah siap sepagi ini. Apakah Radon juga akan pergi"
Ebook by Dewi Kangzusi 275 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tidak, paman. Tetapi bukankah aku berjanji untuk ikut
melepasa paman pagi ini, sekaligus memberikan laporan
tentang Ki Panji Wlrasentika?"
Kedua orang Tumenggung itu tertawa pendek.
Sementara itu, seorang abdi di dalem kadipalen telah
memberitahukan kepada Kangjeng Adipati, bahwa Ki
Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah
datang menghadap. Kangjeng Adipati yang baru berjalan-jalan di halaman
belakang kadipaten bersama Raden Wignyanapun segera
pergi menemui Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. "Maaf kakang Tumenggung berdua. Aku sengaja tidak
mandi lebih dahulu, agar kakang tidak terlalu lama
menunggu." "Kami hanya datang untuk mohon diri, Kangjeng" sahut Ki
Tumenggung Wiradapa. "Baik. Selamat jalan, kakang Tumenggung berdua. Mudah-
mudahan tidak ada hambatan di perjalanan. Salamku buat
angger Adipati Yudapati serta rakyat kadipaten Kateguhan"
Akan kami sampaikan kepada Kangjeng Adipati Yudapati,
Kangjeng" Sebelum matahari terbit, keduanya telah meninggalkan
gerbang dalem kadipaten Paranganom, dilepas oleh Kangjeng
Adipati sendiri, Raden Madyasta dan Raden Wignyana.
Sejenak kemudian kedua ekor kuda telah berderap menuju
ke gerbang kota. Kemudian, setelah keduanya berada di luar
Ebook by Dewi Kangzusi 276 Kang Zusi http://kangzusi.com/
pintu gerbang, kuda-kuda itupun berlari semakin eepat.
Perjalanan mereka adalah perjalanan yang panjang.
Dalam pada itu, setelah kedua orang penunggang kuda itu
hilang di tikungan, maka Raden Madyasta berkata kepada
ayahandanya "Hamba mohon waktu, ayahanda"
"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
"Ya, ayahanda?"
"Tentu tentang para perampok di kademangan Panjer?"
"Bukan ayahanda. Tetapi juga dalam hubungan perjalanan
dari Panjer" "Bukankah kau tidak akan pergi ke mana-mana " Apakah
kau akan kembali ke barak para prajurit itu ?"
"Tidak, ayahanda "
"Jika demikian, biariah aku mandi lebih dahulu."
"Silahkan, ayahanda."
Selama ayahandanya mandi, Raden Madyasta sempat
.bercerita kepada adiknya tentang tugas yang diembannya di
Panjer. "Sayang, kakangmas" berkata Wignyana "Aku tidak boleh
ikut" "Kita baru saja pulang dimas. Ayahanda tentu ingin kita
berada bersamanyanya. Jika mungkin tentu kita berdua.
Tetapi karena tugas telah memanggil, maka salah seorang
Ebook by Dewi Kangzusi 277 Kang Zusi http://kangzusi.com/
diantara kita harus pergi dan seorang yang lain bersama
ayahanda di rumah" Wignyana tidak menjawab. Dalam pada itu, ketika Kangjeng Adipati telah seIesai
berbanah diri, maka dipanggilnya kedua orang puteranya
untuk menghadap di serambi samping kanan. Namun
Wignyana berkata kepada ayahadanya "Hamba mohon diri
membersihkan diri lebih dahulu ayahanda, Hamba belum
mandi" Kangjeng Adipati tersenyum. Ia tahu bahwa sejak
menjelang fajar Wignyana bersamanya di halaman belakang
dalem kadipaten. Yang kemudian duduk menghadap ayahanda di serambi
tinggal Mayasta sendiri. "Nah, sekarang katakan, apa yang terjadi dalam
perjalananmu dari Panfer "
"Tentang seorang Panji yang bemama Panji Wirasentika."
"Wirasentika dari Pasiramari Kulon maksudmu?"
"Ya, ayahanda" "Kenapa dengannya?"
"Menurut keterangannya, ia akan menghadap ayahanda
hari ini atau esok" "Apakah Ki Panji Wirasentika mempunyai masalah yang
tidak dapat dipeeahkannya sendiri sehingga ia harus
menghadap aku " "
Ebook by Dewi Kangzusi 278 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ada masalah yang melibat Ki Panji"
"Katakan." "Madyastapun kemudiari menceritakan apa yang telah
terjadi di Pasiraman Kulon. Ki Panji Wirasentika yang telah
kehilangan wibawanya, serta berada di bawah pengaruh Ki
Saudagar Kertaderma. Kangjeng Adipati Prangkusuma mendengarkan laporan
Raden Madyasta dengan sungguh-sungguh. Namun kemudian
Raden Madyasta itupun berkata "Tetapi peristiwa itu agaknya
telah membuat Ki Panji menyadari kesalahannya. Nampaknya
Ki Panji akan segera berubah"
"Kau yakin ?" "Ya, ayahanda. Karena itu, jika ayahanda berkenan, biarlah
Ki Panji membuktikan janjinya"
Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Katanya "Aku akan
memperhatikan pendapatmu, Madyasta. Jika ia benat-benar
datang menghadap dan melaporkan persoalan yang
menyangkut dirinya dengan jujur, aku akan memberikannya
kesempatan. Tetapi jika sampai tiga hari ia tidak datang, maka
aku akan memanggilnya dan memberikan peringatan yang
keras kepadanya. Ia akan ditarik dari Pasiraman Kulon.
Bukankah tanggapanku atas dngkah laku Ki Panji Wirasentika
itu cukup adil?" "Ya, ayah" "Nah. Kita akan menunggunya"
Ebook by Dewi Kangzusi 279 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika demikian, hamba mohon diri lebih dahulu. Jika Ki Panji Wirasentika datang,
hamba akan ikut menemuinya."
Baiklah. Jika ia datang, aku akan memberitahukan kepadamu nanti."
Tetapi demikian Raden Madyasta keluar dari serambi, maka seorang abdi telah
menghadap Kangjeng Adipati untuk memberitahukan bahwa dua orang telah datang
untuk menghadap Kangjeng Adipati.
"Siapa?" "Ki Panji Wirasentika "
"Ki Panji Wirasentika?"
"Hamba Kangjeng Adipati, bersama seorang lagi "
"Baik. Persilahkan mereka duduk di serambi sebelah kiri "
"Hamba Kangjeng "
"Kemudian panggil Madyasta. Katakan, bahwa Ki Panji Wirasentika sudah
menghadap." "Hamba Kangjeng"
Demikianlah, sejenak kemudian, Kangjeng Adipati serta Kaden Madyasta sudah duduk
di serambi, menemui Ki Panji Wirasentika serta Ki Saudagar Kertaderma.
Terberseit sedikit kelegaan di hati Raden Madyasta.
Ayahandanya, Kangjeng Adipati I"rangkusuma akan memberi kesempatan kepada Ki
Panji jika la bersedia datang menghadap dan memberikan laporan dengan jujur.
Ebook by Dewi Kangzusi 280 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma duduk
sambil inenundukkan kepala mereka dalam-dalam. Keduanya
sama sekali tidak berani memandang wajah Kangjeng Adipati
Prangkusuma. Bahkan juga Raden Madyasta.
Dengan nada berat Kangjeng Adipati Prangkusuma berkata
"Ki Panji dan kau Ki Sanak. Selamat datang di kadipaten
Paranganom." "Hamba Kangjeng Adipati. Hamba dan kawan hamba, Ki
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saudagar Kertaderma telah menghadap. Kami berdua
mengucapkan terima kasih atas perkenan Kangjeng Adipati
menerima kami berdua "
"Hari masih pagi sedangkan kalian berdua sudah berada
disini" "Hamba datang semalam, Kangjeng Adipati. Kami berdua
bermalam dirumah saudara hamba "
"Nampaknya kalian mempunyai keperluan yang penting."
"Raden Madyasta tenlu sudah memberikan laporan kepada
Kangjeng Adipati." "Ya. Tetapi aku ingin mendengar dari Ki Panji Wirasentika,
agar dengan demikian aku dapat mendengar dari kedua belah
pihak" "Ampun, Kangjeng Adipati. Sebelumnya kami berdua
mohon ampun " "Katakan, Ki Panji"
Ebook by Dewi Kangzusi 281 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ternyata Ki Panji Wirasentika jujur. Ia menceritakan peristiwa yang terjadi
sehubungan dengan kehadiran Raden Madyasta di Pasiraman Kulon. Bahkan Ki
Panjipun mengaku pula dengan jujur, hubungannya dengar, Ki Saudagar Kertaderma
pengaruh uangnya, serta pemberian-pemberiannya sehingga mempengaruhi tegaknya
jalan pemerintahan yang dipegangnya atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma.
"Kangjeng Aku .datang bersama Ki Saudagar Kertaderma itu. Ki Saudagarpun akan
menyatakan penyesalannya kepada Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Ampun, Kangjeng Adipati, hamba mohon ampun" ternyata hanya itulah yang
terloncat dari bibir Ki Saudagar Kertaderma.
Kangjeng Adipati tersenyum. Katanya "Aku senang bahwa kalian berdua bersikap
jujur. Berani mengakui kesalahan yang telah kalian lakukan bersama-sama. Temyata
apa yang dikatakan Madyasta sesuai dengan apa yang kalian katakan."
"Hamba, Kangjeng. Kami berdua hanya dapat mohon ampun"
Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk angguk.
Katanya "Aku hanya dapat memberi kesempaian kepada kalian sekali saja lagi.
Terutama Ki Panji Wirasentika. Kau dapat mencoba lagi, Wirasentika. Kau akan
tetap berada di Pasiraman Kulon. Tetapi jika sekali lagi kau tergelincir, maka
kau akan tamat. Kau tidak akan lagi memimpin pemerintahan di satu daeiah
dimanapun di Paranganom"
"Hamba Kangjeng Adipati, hamba berjanji,"
"Aku juga memperingatkan kau, Ki Saudagar. Jika kau masih berbangga dengan
uangmu dan mencoba Ebook by Dewi Kangzusi 282 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mempengaruhi tatanan pemerintahan siapapun yang
memegangnya, maka kau akan diusir dari Paranganom.
Pengaruh burukmu itu tentu akan merambat. Kali ini kau
dapat mempengaruhi Ki Panji Wirasentika, sehingga kau
mendapat keuntungan jauh lebih besar dari suap atau apapun
namanya yang telah kau berikan. Lain kali kau akan menyuap
lebih banyak lagi petugas dan pemimpin pemerintahan, bukan
saja di Pasiraman Kulon. Tetapi juga para pemimpin Kadipaten
Paranganom. Kekayaanmu yang sudah kau miliki sekarang,
akan kau pergunakan sebagal modal untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya apapun caranya.
Sementara itu, tentu ada para pemimpin yang hatinya rapuh,
seperti kayu tua yang dimakan rayap"
"Ampun Kangjeng Adipati. Hamba tidak akan
melakukannya lagi." "Ki Kertaderma. Aku tidak akan mencegah kau memutar
uangmu, Tetapi dengan cara yang jujur menurut tatanan dan
paugeran" "Hamba Kangjeng Adipati."
Dengan menurut tatanan dan paugeran, kau sudah akan
mendapatkan keuntungan yang besar. Kau tidak perlu berbuat
curang tanpa landasan niat baik dalam hubungan dengan
sesamamu." "Sekali-sekali aku sendiri akan datang ke Pasiraman Kulon"
Sahut Madyasta "Hamba akan senang sekali menerima kedatangan Raden
Madyasta ke Pasiraman Kulon. Hamba akan menyediakan
semua kebutuhan Raden Madyasta jika ingin bercengkerama
di Danau Wilis yang indah itu. Atau kebutuhan-kebutuhan
yang lain" Ebook by Dewi Kangzusi 283 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Panji Wiransentika menggamit Ki Saudagar Kertaderma.
Ki Saudagar memang berpaling. Tetapi ia sama sekali tidak tanggap. Bahkan iapun
berkata "Bahkan apa saja yang diperlukan Ki Panji Wirasentika tentu aku akan
bersedia membantu menyelenggarakannya"
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang Kangjeng Adi patipun memandang Ki
Saudagar dengan dahi yang berkerut
"Kau sudah mulai lagi, Ki Saudagar" sahut Raden Madyasta yang menjadi berdebar-
debar pula mendengar pernyataan Ki Saudagar.
Ki Saudagar itupun terkejut. Wajahnya menjadi tegang, Tetapi nampaknya ia tidak
tahu, kesalahan apa yang telah dilakukan. Karena itu, maka dipandanginya wajah
Ki Panji Wirasentika den-gan debar jantung yang semakin eepat Sementara itu
Raden Madyasta berkata pula "Kau sudah terbiasa melakukannya, Ki Saudagar. Kau
tidak perlu menyediakan apa-apa buat aku atau orang lain atau siapapun yang
datang ke Pasiraman Kulon dalam rangka tugasnya. Kau masih.juga ingin
menunjukkan pengaruhmu terhadap Ki Panji Wirasentika. Apakah Ki.Panji
Wirasentika akan bersedia menyambut kedatangan para petugas dari Paranganom atau
tidak, itu bukan urusanmu. Jika Ki Panji berniat menyelenggarakan penyambutan,
kaulah yang harus membantu. Bukan justru Ki Panji harus membantumu."
Wajah Ki Saudagar.tiba-tiba menjadi pucat. Sementara Raden Madyasta masih
berkata selanjumya "Sikapmu seperti itu harus kau singkirkan, Ki Saudagar. Kau
berusaha menyenangkan hati para pejabat yang datang ke Pasiraman Kulon agar
mereka tidak melihat atau sengaja tidak mau Ebook by Dewi Kangzusi
284 Kang Zusi http://kangzusi.com/
melihat kesalahan, kelicikan dan kecurangan-kecurangan yang
kau lakukan. Itu adalah nodamu yang terbesar."
"Ampun Raden. Aku mohon ampun. Tetapi kali Ini aku
berkata dengan jujur sejujumya. Meskipun demikian. jika yang
aku katakan itu salah, aku mohon ampun."
"Karena kau sudah terbiasa melakukannya, maka kau
tentu merasa tidak bersalah. Tetapi sejak sekarang. kau harus
belajar bersikap.Ki Panji Wirasentika bukan pejabat yang
harus melayanimu. Tetapi ia harus melayani orang banyak.
Justru orang-orang yang hidup dalam tataran terendah yang
harus mendapat pelayanan yang terbaik"
"Ya Raden" Dalam pada itu, Kangjeng Adipatipun berkata "Peringatan
ini juga berlaku bagi Ki Panji Wirasentika. Aku sependapat
dengan Madyasta. Rakyat kecil ah yang harus mendapat
pelayanan terbaik. Bukan orang-orang kaya karena orang
orang kaya itu mampu memberikan upeti kepada Ki Panji.
."Hamba mengerti Kangjeng, hamba akan mencobanya di
hari-hari mendatang"
"Aku akan sangat memperhatikan perkembangan tatanan
di Pasiraman Kulon, Bahkan bukan hanya Pasiraman Kulon.
Tetapi aku juga akan melihat daerah daerah lain, apakah ada
gejala atau bahkan sudah terjadi, bahwa seseorang yang
memerintah atas namaku jatuh dibawah pengaruh suap
seperti yang terjadi pada Ki Panji Wirasentika"
"Hamba Kangjeng Adipati."
"Baiklah, Ki Panji Wirasentika. Seperti yang aku katakan,
aku akan memberi kesempatan kepada Ki Panji Wirasentika
Ebook by Dewi Kangzusi 285 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sekali lagi. Jika Ki Panji gagal, maka Ki Panji aku anggap
melakukan kesalahan ganda"
Hamba mengucapkan beribu terima kasih, Kangjeng.
Kesempatan ini akan hamba junjung tinggi."
"Kau juga Ki Kertaderma. Jika kau melakukan kesalahan
lagi, maka kaupun akan aku anggap melakukan kesalahan
yang sangat besar." "Ampun Kangjeng. Jika hamba melakukan kesalahan yang
sama, hamba pertaruhkan semua milik hamba. Hamba akan
serahkan semua kekayaan hamba."
"Jika dianggap adil, kami dapat mengambil semua
kekayaanmu tanpa kau serahkan. Sementara itu, kau akan
diusir pergi dari Paranganom tanpa bekal. Atau di masukkan
kedalam penjara untuk waktu yang sangat lama".
"Ampun Kangjeng Adipati hamba mohon ampun. Jangan
lakukan itu. Apapun yang Kangjeng Adipati kehendaki, akan
hamba penuhi." Ki Panji Wirasentikan tidak hanya menggenggamnya,
tetapi Ki Panji Wirasentika telah memukul punggung Ki
Saudagar. Sementara Madyasta memotongnya dengan suara lantang
"Ki Saudagar Ucapanmu itu sudah pantas untuk menjatuhkan
hukuman dengan memotong lidahmu. "
Ki Saudagar memandang Raden Madyasta sekilas.
Kemudian berpaling kepada Ki Panji Wirasentika dan
kemudian membungkuk hormat dihadapan Raden Madyasta
sambil berkata "Ampun Raden, Jadi aku harus berbuat apa?"
Ebook by Dewi Kangzusi 286 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Panji "suara Raden Madyasta menjadi bergetar. Sejak pertemuannya dengan Ki
Saudagar, rasa-rasanya Raden Madyasta sudah menjadi muak "Ajari, apa yang
sebaiknya ia lakukan. Jika sekali lagi ia menawarkan pemberian apapun juga, maka
semua kesempatan baginya akan ditutup"
"Ampun Raden" lalu Ki Panji itupun berpaling kepada Ki Saudagar "Kau masih saja
menyatakan akan menebus kesalahanmu dengan menawarkan pemberian berupa apapun
juga. Janji-janji semacam itu akan dapat digolongkan suap atau pemberian dengan
pamrih. Yang menerima pemberian itu akan dapat dipersalahkan menyalah gunakan
jabatan untuk menerima pemberian, hadiah dan apapun namanya dari orang lain
dengan maksud-maksud yang tersembunyi, meskipun kadang-kadang yang tersembunyi
itu justru dijelaskan sejelas-jelasnya. "
"Tetapi aku ikhlas Ki Panji. Aku ikhlas tanpa mempunyai maksud apa-apa"
"Bukannya tidak mempunyai maksud apa-apa. Kau tawarkan apa saja yang dikehendaki
oleh Kangjeng Adipati itu, tentu dengan maksud agar kesalahanmu dampuni atau
setidak-tidaknya dianggap lebih ringan"
Keringat dingin mengalir di punggung Ki Saudagar Kertaderma. Dengan suara yang
patah-patah iapun berkata
"Tidak. Sama sekali tidak."
"Sebaiknya kau diam saja, Ki Saudagar. Semakin banyak kau bicara, aku menjadi
semakin muak kepadamu."
"Baik Raden. Hamba mohon ampun"
"Sudahlah" berkata Kangjeng Adipati selanjutnya" semua laporan kalian sudah aku
terima Aku melihat kesungguhan Ebook by Dewi Kangzusi
287 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kalian untuk mempergunakan kesempatan yang aku berikan.
Nah, apakah masih ada yang akan kau persoalkan lagi, Ki
Panji Wirasentika?" "Tidak, Kangjeng Adipati. Hamba datang khusus untuk
memberikan pengakuan alas kesalahan-kesalahan yang telah
kami perbuat. Untunglah bahwa Raden Madyasta sempat
lewat di Pasiraman Kulon, sehingga yang terjadi di pasiraman
Kulon itu memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi
kami, sehingga kami tidak terjerumus lebih dalam lagi
kedalam kenistaan." "Jika demikian, maka pembicaraan kita sudah selesai."
"Hamba Kangjeng Adipati. Perkenankanlah kami berdua
mohon diri" "Baiklah. Berhati-hatilah. Pergunakan kesempatan yang
aku berikan itu sebaik-baiknya. Jangan tersesat lagi."
"Hamba Kangjeng Adipati."
Keduanyapun kemudian telah mohon diri meninggalkan
dalem kadipaten Sepeninggal keduanya, Kangjeng Adipati justru tertawa.
Katanya "Ki Saudagar itu sudah sangat terbiasa dengan cara
yang rendah itu, sehingga setiap kali diluar sadarnya ia selalu
melakukannya" "Aku menjadi sangal muak, ayahanda"
"Aku mengerti. Tetapi aku melihay kesungguhan di
wajahnya. Ia menjadi sangat ketakutan"
Jantungnya yang berduri itu sulit untuk dibenahi"
Ebook by Dewi Kangzusi 288 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Panji Wirasentika akan mengjarinya"
"Atau Ki Panji sendiri yang justru .terseret ke dalam lumpur itu lagi"
"Aku berharap mereka akan menjadi baik.
"Mudah-mudahan ayahanda "
"Nah, Madyasta. Kita hanya dapat menunggu dan memantau jalannya pemerintahan di
Pasiraman Kulon. Tetapi seperti yang aku katakan, jangan hanya Pasiraman Kulon.
Tetapi kita harus mulai mengamati kelancaran jalannya pemerintahan di tempat-
tempat yang lain. Apakah persoalan sebagaimana yang terjadi di Pasiraman kulon
itu juga terjadi di tempat-tempat lain"
"Hamba ayahanda"
Aku akan berbicara dengan para pejabat pemerintahan di Paranganom. Jika besok
atau lusa kakang Tumenggung Wiradana dan kakang Tumenggung Sanggayuda kembali,
persoalan ini akan aku angkat dalam pembicaraan di pertemuan besar yang.
di.seleng garakan sepekan sekali itu"
Dalam pada itu, pada saat Ki Wlradapa dan Ki Sanggayuda berada dalam perjalanan
ke kadipalen Kateguhan. Kuda-kuda mereka berlari kencang. Apalagi jika mereka
berada di jalan jalan yang sepi. Di bulak-bulak panjang atau di padang-padang
rumput dan padang-padang perdu. Merekapun harus melewat lorong-lorong yang
melintas didekat hutan yang lebat. Sekali-sekali mere-ka harus menuruni tebing
sungai yang landai. Namun merekapun harus memanjat bukit-bukit berbatu padas,
menuruni lurah yang dalam sampai ke ngarai yang sangat luas.
Ebook by Dewi Kangzusi 289 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sekali-sekali keduanya harus berhenti untuk memberi kesempatan kuda mereka
beristirahat, Ketika terik matahari serasa membakar tubuh, keduanya telah
berhenti disebuah kedai yang cukup besar. Mereka menyerahkan kuda mereka kepada
seorang yang memang ditugaskan untuk merawat setiap kuda yang berhenti di kedai
itu, Memberi minum, makan dan mengikatnya dibawah sebalang pohon yang rindang,
Di kedai itu keduanya mendengar pembicaraan beberapa orang yang menyatakan
kegembiraan mereka, bahwa Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Paranganom
telah berhasil menumpas para penjahat. Tetapi sayang, pemimpin penjahat itu
tidak dapat di tangkap. Seorang anak muda yang bertubuh tinggi, kekar dan seorang lagi yang berbadan
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
agak gemuk, yang duduk dibelakang orang-orang yang membicarakan keberhasilan
Raden Madyasta itu ikut memperhatikan pembicaraan mereka dengan sungguh-sungguh.
Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda yang duduk
disebelah merekapun memperhatikan pula, meskipun tidak semata-mata.
Namun tiba-tiba saja anak muda yang bertubuh tinggi kekar itupun memotong
pembicaraan orang-orang itu. Sambil berdiri, anak muda itupun berkata "Kau
bicara tentang apa "
Tentang ke-berhasilan Madyasta menghancurkan para perampok itu " Itu se-mua
hanya omong kosong. Saudaraku tinggal di Panjer. Kemarin saudaraku itu datang
menengok keluargaku. Paman itulah yang bercerita, bahwa sesungguhnya yang
berhasil menghancurkan para perampok itu adalah orang-orang Panjer sendiri"
Orang-orang yang sedang berbicara im berpaling. Namun tiba-tiba saja mereka
menjadi gelisah. Ebook by Dewi Kangzusi 290 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, apa katamu sekarang. Kalian tidak tahu keadaan
yang sesungguhnya, kalian sudah membuat kesimpulan"
Namun seorang diantara mereka yang berbicara tentang
ke-berhasilan Raden Madyasla itupun berkata "Ki Sanak.
Banyak orang yang mengatakan, bahwa tanpa kehadiran
Raden Madyasta yang membawa beberapa orang prajurit dan
Senapati-senapati muda yang perkasa, maka Panjer akan
menjadi debu jika berani melawan. Kakakku juga tinggal di
Panjer. Bahkan bukan hanya kakakku, tetapi setiap orang
Panjer telah mengatakannya demikian. Dua hari yang lain, aku
baru saja pergi ke Panjer. Bahkan rasa-rasanya tanah di
kademangan Panjer itu masih hangat oleh pertempuran antara
para brandal dengan para prajurit dibantu oleh orang-orang
kademangan Itu sendiri"
"Apakah sanak kadangmu ada yang menjadi prajurit yang
bahkan telah datang ke Panjer?"
"Tidak ada Ki Sanak "
"Kenapa kau memuji keberhasilan para prajurit dan Raden
Madyasta itu berlebihan ?"
"Aku tidak memujinya berlebihan. Aku hanya mengatakan
keberhasilan mereka. Kenapa" Apa salahnya ?"
"Kau memang prajurit Mungkin kau mempunyai saudara
perempuan yang kau harapkan dapat menikah dengan
seorang prajurit. Tetapi ketahuilah, bahwa para prajurit
termasuk Madyasta itu tidak banyak berbuat. Mereka hanya
berteriak-teriak memberikan aba-aba. Sementara yang harus
bertempur melawan para perampok itu adalah orang-orang
Panjer sendiri" Ebook by Dewi Kangzusi 291 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kenapa kau tidak mengakui keberhasilan mereka "
Kenapa kau agaknya telah membenci para prajurit " "
"Aku tidak membencinya. Aku menanggapi keberadaan mereka dengan wajar. Kaulah
yang menjilat mereka, sehingga bagimu, prajurit adalah sama dengan dewa"
Aku tidak berbicara tentang dewa. Tetapi aku hanya menceritakan keberhasilan
mereka saja" "Setan kau "geram orang yang bertubuh tinggi kekar sambil melangkah maju
mendekat "Kau jangan membuat persoalan dengan kami berdua. Kau kenal kami berdua
?" Justru seorang yang lain diantara mereka yang membicarakan keberhasilan para
prajurit itu menjawab "Maaf Ki Sanak. Kami tidak ingin terjadi persoalan.
Baiklah. Ternyata pendapat kita tentang prajurit berbeda. Jika demikian, apa
salahnya kita.berpijak pada sikap dan pendirian kita masing-masing,
"Tidak. Aku tidak mau perbedaan sikap ini dibiarkan begitu saja. Kau harus
mengakui bahwa para prajurit Paranganom itu kerjanya tidak lebih dari berlagak
dan merasa dirinya sebagai pahlawan. Padahal mereka tidak berbuat apa-apa.
Segala-galanya mereka serahkan kepada rakyat sendiri untuk membuat penyelesaian
tentang persoalan-persoalan yang timbul diantara mereka. "
"Baiklah. Silahkan berpendapat menurut pengalaman Ki Sanak berdasarkan hubungan
dan pengamatan kalian tentang prajurit Paranganom. Kami tidak akan mencampuri
pendapat kalian. Tetapi jangan campuri pula pendapat kami"
"Tidak. Kau harus mengakui kebenaran pendapat kami.
Kami juga harus mengakui kebenaran keterangan saudaraku Ebook by Dewi Kangzusi
292 Kang Zusi http://kangzusi.com/
yang tinggal di Panjer tentang prajurit-prajurit Paranganom
itu" "Jangan memaksa Ki Sanak"
"Aku memang memaksa. Kalian mau apa?"
Orang-orang yang berbicara tentang keberhasilan para
prajurit Paranganom itu saling berpandangan sejenak.
Agaknya merekapun tidak menjadi ketakutan meskipun
mereka menjadi semakin gelisah.
Namun tiba-tiba saja kedua orang anak muda itu berkata
lantang "Aku tunggu kalian di halaman"
Kedua orang anak muda itu tidak menunggu jawaban.
Tetapi keduanya segera melangkah ke pintu dan turun ke
halaman. Beberapa orang yang masih duduk di dalam kedai itu
termangu-mangu sejenak. Seorang diantara mereka berkata
"Apakah kita akan melayani orang-orang itu?"
"Kita tidak dapat memilih. Merekalah yang menentukan,
apakah kita harus melayani mereka atau tidak" jawab yang
lain. "Aku tidak pemah berkelahi" berkata seorang yang lain
"Jumlah kita lebih banyak"
Ki Tumenggung Wiradapa yang tidak mengenakan
pertanda jabatannya serta pakaian keprajuritannya
mendengar pembicaraan mereka itu dengan gelisah pula.
Sementara itu, Ki Sanggayuda justru sudah memberi isyaral
kepada Ki Tumenggung Wiradapa. Tetapi Ki Tumenggung
Ebook by Dewi Kangzusi 293 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Wiradapa tidak mengerti maksud isyarat Ki Tumenggung
Sanggayuda. Ki Tumenggung Wiradapa tidak sempat bertanya karena Ki
Tumenggung Sanggayuda Segera bangkit berdiri dan
mendekati orang orang yang kebingungan itu.
"Siapakah mereka" "bertanya Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kami belum mengenal mereka, Ki Sanak. Tetapi
nampaknya mereka adalah anak-anak muda yang tidak
mempunyai pegangan dalam hidupnya. Mereka tentu bagian
dari anak-anak muda yang ketinggalan dari kawan-kawannya.
Kemudian mencari kebanggaan lain yang dapat membuat
mereka merasa sejajar den-gan kawan-kawannya itu"
"Aku setuju dengan pendapat kalian. Karena itu, jika kalian
tidak berkeberatan, biarkan kami berdua bergabung dengan
kalian. Kami ingin menjelaskan kepada mereka, apa yang
sebenamya telah terjadi Panjer"
"Apakah Ki Sanak orang Panjer" Kenapa aku belum pernah
mengenal Ki Sanak" Aku sering pergi ke Panjer ketempat
saudaraku yang sudah lama tinggal di Panjer.".
"Aku bukan orang Panjer, Ki Sanak. Tetapi ketika peristiwa
itu terjadi, saat prajurit Paranganom menghancurkan para
perampok, aku berada di Panjer. Aku juga hanya mengunjungi
salah seorang pamanku yang tinggal di Panjer"
"Silahkan, Ki Sanak. Tetapi pada dasarnya kami bukan
orang yang sering berkelahi. Meskipun demikian kami juga
tidak mau harga diri kami terinjak-injak"
Ebook by Dewi Kangzusi 294 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapa baru tahu, apa yang dimaksud oleh Ki Sanggayuda. Tetapi
Ki Tumenggung Wiradapa meragukan kesabaran Ki Tumenggung Sanggayuda jika ia
sudah berhadapan dengan anak-anak muda yang nampaknya agak bengal itu.
Demikianlah, maka orang-orang yang telah ditantang dan ditunggu di luar kedai
itupun bangkit berdiri dan bersama-sama melangkah ke pintu. Semuanya ada lima
orang. Tetapi nampaknya lima orang itu tidak akan banyak berarti bagi kedua
orang anak muda yang sudah terbiasa menganggap kekerasan sebagai kawan akrab
didalam hidup mereka. "Bagus" teriak anak muda yang agak gemuk "Ternyata kalian berani juga keluar"
"Kami bukan orang-orang yang senang berkelahi" jawab salah seorang dari mereka.
"Pengeeut. Aku tantang kalian berlima"
"Sebenarnya tidak ada persoalan apa-apa diantara kita.
Karena itu, kami menganggap bahwa perkelahian adalah penyelesaian yang
berlebihan" "Aku tidak peduli. Kami akan berkelahi."Yang menjawab adalah Ki Tumenggung
Wiradapa yang juga sudah turun dari kedai itu "Ki Sanak. Apakah yang kalian
dapatkan dengan berkelahi?"
"Persetan. Kau tidak usah ikut campur kek"
"Mereka adalah kemanakanku" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "aku sudah ni nta
kepada mereka, agar mereka tidak usah berkelahi"
Ebook by Dewi Kangzusi 295 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku akan berkelahi. Apakah mereka akan melawan atau tidak, itu adalah urusan
mereka. Tetapi ka?mi berdua tetap akan berkelahi"
"Agaknya kaliah telah mabuk tuak. "
"Aku tidak mabuk, kau dengar"
"Anak-anak muda "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda
"Aku hanya Ingin menjelaskan apa yang telah terjadi di Panjer"
"Pergi. Pergi kalian atau kalian juga akan mengalami perlakuan buruk."
"Aku ulang sekali lagi. Mereka adalah kemanakanku. Jika aku harus pergi, aku
sama sekali tidak berkeberatan. Aku akan mernbawa mereka pergi. "
"Bohong. Kau bohong. Aku melihat saat orang-orang cengeng itu datang dan
memasuki kedai ini. Aku melihat kalian berdua datang. Kalian sama sekali tidak
menyapa kelima orang pengeeut itu. Tiba-tiba saja kau mengaku, bahwa mereka
adalah kemanakanmu. "
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Katanya
"Ternyata kau cerdas juga menangkap suasana. Baiklah.
Mereka memang bukan kemanakanku. Tetapi sebaiknya kalian tidak berkelahi. Kami
berdua adalah prajurit Paranganom.
Kami tidak merasa sakit hati, meskipun kau tidak senang dan bahkan mencerca
prajurit Paranganom. Namun adalah kewajibanku untuk mencegah perkelahian.
Apalagi perkelahian tanpa sebab yang jelas seperti apa yang akan kalian lakukan.
" Ebook by Dewi Kangzusi 296 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kalian tentu berbohong lagi. Kalian berdua tentu bukan prajurit. Seandainya
benar bahwa kalian adalah prajurit, maka jangan ikut campur."
Dengarkan kata-kataku. Bukankah persoalannya sekedar perbedaan pendapat tentang
keberhasilan prajurit Paranganom memberantas sekelompok brandal di Panjer "
Sudahlah. Jangan dipertajam. Kalau kau menganggap bahwa justru orang-orang
Panjer sendiri yang telah berhasil menghancurkan gerombolan itu, silahkan.
Kare?na pendapat itu tidak salah. Rakyat Panjer memang telah berjuang untuk
menghancurkan gerombolan perampok itu. Jika orang lain berpendapat, bahwa
prajuri Paranganom yang telah berhasil mengalahkan para perampok itupun benar
pula, karena para prajuri Paranganom telah terlibat dalam pertempuran itu.
"Tetapi Madyasta telah mengambil keuntungan dari peristiwa itu. Ia mengaku bahwa
dirinyalah yang telah berhasil menghancurkan segerombolan perampok itu"
"Kalau kalian tidak mengakuinya, tidak apa-apa Jangan menjadi masalah yang dapat
menyeret kalian kedalam perkelahian yang tidak berarti. "
"Masalahnya bukan sekedar Madyasta mengaku menjadi pahlawan di Panjer. Tetapi ia
sudah melakukan kesalahan terbesar yang tidak dapat dimaafkan. "
"Kesalahan apa, Ki Sanak?"
"Sebenarnya apa yang aku ketahui tentang Panje bukan sekedar ceritera saudaraku
yang menengok keluarga. Tetapi aku sendiri menyaksikannya. Aku adalah kemanakan
Demang Panjer. " Ebook by Dewi Kangzusi 297 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apakah Ki Demang yang mengatakan bahwa para prajurit Paranganom tidak berarti
apa-apa pada saat benturan kekerasan melawan para brandal itu terjadi ?"
"Paman Demang Panjer adalah orang yang tamak.
Sebelumnya ia tidak pemah mempersoalkan hubunganku dengan anak perempuannya.
Rara Menur. Tetapi setelah Madyasta berada di rumahnya, maka aku seakan-akan
telah tersisih. Perhatian Rara Menur lebih banyak tertuju kepada Raden Madyasta,
karena ia anak seorang Adipati. Meskipun demikian, aku tidak takut berhadapan
dengan Raden Madyasta. Aku justru ingin menantangnya dalam perang tanding yang
adil. " Jangan kehilangan akal, Ki Sanak. Apakah kau yakin bahwa hubungan antara Raden
Madyasta dengan anak Demang Panjer Itu berrsungguh-sungguh"
"la sudah merampas hari depanku yang manis. Madyasta telah mengoyak
mimpi"mimpiku yang indah. Rara Menur benar-benar telah memalingkan wajahnya dan
bahkan menganggap bahwa aku tidak lebih dari sampah yang harus dibakar."
"Tenanglah, anak muda. Raden Madyasta sekarang sudah berada di rumahnya, dalem
kadipaten Paranganom. "
"Dengan meninggalkan racun di jantung Rara Menur, Ki Sanak. Kemarin aku berada
di Panjer. Rara Menur memalingkan wajahnya jika ia bertemu dengan aku. Padahal
sebelumnya, Menur selalu menerima kedatanganku dengan akrab"
Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas panjang.
Ebook by Dewi Kangzusi 298 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Anak muda. Biarlah aku
menyampaikannya kepada Raden Madyasta."
"Bagus. Kau kira aku akan menjadi ketakutan" Aku tantang ia berperang tanding
sampai mati" "Bukan begitu. Jika aku menyampaikannya kepada Raden Madyasta, mungkin Raden
Madyasta akan dapat memilih jalan terbaik. Tanpa perang tanding, apalag sampai
mati" "Aku adalah laki-laki seperti Madyasta pula"
"Tentu. Kau adalah laki-laki yang gagah berani Tetapi perkelahian tidak selalu
dapat menyelesaikan masalah."
"Sekarang bersiaplah. Aku tidak mau berbicara terlalu panjang. "
"Bersikap untuk apa " "
"Berkelahi. Aku benci kepada Madyasta. Aku benci kepada semua prajurit
Paranganom. Karena disini tidak ada Madyasta, maka kau akan menjadi sasaran.
Jika kau nanti terluka parah, maka biarlah Madyasta, marah dan datang mencari
aku. " "Jangan begitu anak muda. Nalarmu terlalu pendek, sehingga kesimpulan yang kau
ambilpun tidak tepat. "Aku tidak peduli. Nalarku memang pendek. Bersiaplah.
Cepat, Sebelum aku mulai"
"Sadari keadaanmu. Sadari pula ketentuan yang berlaku.
Siapa yang melawan petugas akan mendapat hukuman yang berat "
Ebook by Dewi Kangzusi 299 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jangan menakut-nakuti terus-menerus. Aku tidak percaya kalau kalian adalah
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
prajurit. Orang-orang tua yang tidak tahu diri. Aku akan menghitung sampai
sepuluh. Aku akan langsung menyerang"
"Ki Tumenggung Sanggayudalah yang kemudian melangkah kedepan sambil berkata
"Sabar anak muda. Bersabarlah sedikit. "
Tetapi anak muda itu justru sudah mulai menghitung
"Satu, dua, tiga..."
"Tunggu anak muda "
Anak muda itu tidak mempedulikan lagi. Ia menghitung terus"Ampat, lima."
Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itupun menjadi
tegang Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa mendekati mereka sambfl berdesis
"Jangan ikut campur, agar kedua orang anak muda itu tidak mendendam kepada
kalian. Dendamnya akan dapat menumbuhkan sikap yang aneh-aneh"
Sementara itu, anak muda itu masih menghitung lerus.
Tepat pada hitungan kesepuluh, anak muda itupun telah meloncat menyerang Ki
Tumenggung Sanggayuda. Namun Ki Tumenggung Sanggayuda telah bersikap menghadapimnya. Ketika anak muda
itu mengayunkan tangannya mengarah ke wajah Ki Tumenggung, maka Ki Tumenggung
itupun telah beringsut setapak sambil memaling wajahnya.
Ebook by Dewi Kangzusi 300 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Oleh gerakan yang sederhana itu, anak muda itupun telah kehilangan sasaran.
Tangannya sama sekali tidak menyentuh kulit Ki Tumenggung Sanggayuda.
Anak muda itupun kemudian menggeram. Kakinyalah yang kemudian menyambar kearah
dada. Tetapi sekali lagi Ki Tumenggung Sanggayuda beringsut, sehingga serangan
anak muda itupun tidak mengenainya.
"Sudahlah "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "jangan membuang-buang waktu "
Tetapi anak muda itu tidak mendengarkannya. Bahkan anak muda itupun berteriak
kepada kawannya "Kita buat orang yang mengaku prajurit ini menjadi jera"
Kawannya yang agak gemuk itupun mulai bergerak mendekati lingkaran perkelahian.
Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itu menjadi
tegang. Ia tidak melihat seorang yang lain dari kedua orang yang mengaku
prajurit itu bersiap"siap untuk membantu kawannya.
Sebenarnyalah maka sejenak kemudian, anak muda yang agak gemuk itupun telah
melibatkan diri. Bersama-sama dengan anak muda yang bertubuh tinggi kekar itu,
mereka berkelahi melawan Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Kalian adalah anak-anak yang nakal "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda sambil
meloneat mengambil jarak."Aku peringatkan sekali lagi, hentikan sikap kalian
yang kalian landasi dengan penalaran yang pendek itu. Sekali lagi aku
peringatkan, bahwa kalian berhadapan dengan prajurit Paranganom. Karena itu,
jangan melawan. " Ebook by Dewi Kangzusi 301 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian menyingkapkan
baju untuk menunjukkan timang ikat pinggangnya, pertanda
kepra juritannya yang semula tertutup ujungbajunya yang,
panjang "Bohong. Kau mau berbohong lagi "bentak anak muda
yang bertubuh tinggi dan besar. Katanya selanjutnya "Semula
orang-orang itu kau aku sebagai kemanakanmu. Ternyata kau
bohong. Kemudian kau mengaku prajurit. Itupun bohong pula.
Sedangkan timang pertanda keprajuritan itu dapat kau curi
dimana-mana" "Jangan begitu anak muda. Aku sudah memperingatkanmu
beberapa kali. " Kau tidak usah memeringatkan aku. Aku akan
mematahkan kaki dan tanganmu. Kemudian aku akan
mengirimmu kepada Madyasta, anak Adipati Prangkusuma
yang telah merebut perawan Panjer dari sisiku"
Ki Tumenggung Sanggayuda bukan orang yang sabar.
Ketika wajahnya menjadi merah, Ki Tumenggung
Wiradapapun sempat berbisik" Adi. Kau berhadapan dengan
anak anak yang sedang merengek karena kehilangan mainan
yang disenanginya" Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas dalam-dalam.
Namun darahnya yang sudah naik sampai ke kening, agaknya
telah mereda kembali. Dengan demikian, maka iapun sempat
mengatur perasaannya sehingga Ki Tumenggung itu dapat
mengendalikan dirinya. Dalam pada itu, kedua anak muda itulah yang tidak dapat
mengendalikan diri mereka lagi. Bersama-sama mereka
berloncatan menyerang Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ebook by Dewi Kangzusi 302 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun perkelahian itu tidak berlangsung lama. Ki
Tumenggung Sanggayuda yang memiliki pengalaman yang
panjang dalam dunia kanuragan, telah berhasil menyentuh
beberapa simpul syaraf kedua orang anak muda itu. Mereka
tidak tahu apa yang telah terjadi, ketika tiba-tiba saja tubuh
mereka menjadi sangat lemah. Bahkan rasa-rasanya untuk
berdiri tegak, mereka sudah tidak mampu lagi.
Ki Tumenggung Sanggayuda dan Ki Tumenggung
Wiradapapun kemudian membantu kedua orang anak muda
itu, memapah mereka dan meletakkan mereka duduk di
sebuah dingklik panjang di depan kedai itu bersandar dinding.
"Nah, bukankah kita menjadi tontonan banyak orang"
"desis Ki Tumenggung Sanggayuda.
Kedua anak muda itu sudah tidak berdaya lagi. Bahkan
rasa-rasanya mata merekapun selalu akan terpejam.
Kepada keli na orang yang hampir saja dipaksa untuk
berkelahi itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Pergilah.
Bayar harga makanan dan minuman yang kalian ambil, lalu
tinggalkan kedai ini selagi keduanya tidak sepenuhnya sadar
apa yang telah. terjadi"
Kelima orang itupun mengangguk sambil berkata "Terima
kasih, Ki Sanak" "Biarlah aku mengurus anak-anak itu"
Bab 15 - Paman Partabawa Kelima orang itupun kemudian menemui pemilik kedai
yang menjadi gemetar. Membayar makanan dan minuman
Ebook by Dewi Kangzusi 303 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mereka. Kemudian merekapun pergi meninggalkan kedai itu.
Bahkan bebera-pa orang lain yang berada di kedai itupun
telah pergi pula setelah membayar harga makanan dan
minuman yang mereka ambil. Bahkan ada diantara mereka
yang sebenamya masih belum selesai.
Beberapa saat kemudian, kedai itu menjadi lengang. Tetapi
masih saja ada yang berdiri agak di kejauhan untuk melihat
apa yang terjadi dengan anak-anak muda yang seperti telah
terbius itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayudapun duduk pula diamben bambu panjang didepan
kedai itu pula. Untuk beberapa saat mereka tidak berbuat apa-
apa selain memandang berkeliling. Melihat orang-orang yang
masih berdiri dalam kelompok-kelompok kecil agak jauh dari
kedai itu. Perjalanan kita telah terhambat "berkata ki Tumenggung
Wiradapa" "Kita tidak dapat membiarkan mereka berkelahi dengan
orang-orang yang tidak terbiasa melakukannya.
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Namun
kemudian iapun berdesis "Tetapi apakah benar bahwa Raden
Madyasta telah berhubungan dengan anak gadis Ki Demang di
Panjer?" Kita masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya
kakang. Tetapi jika itu benar, tentu akan menjadi masalah
bagi Kangjeng Adipati. Apakah Kangjeng Adipati akan
membiarkan puteranya yang kelak akan menggantikannya
berhubungan den?gan seorang gadis anak seorang Demang?"
Kita tidak akan dapat ikut campur" desis Ki Tumenggung
Wiradapa. Ebook by Dewi Kangzusi 304 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kecuali jika Kangjeng Adipati minia pertimbangan kita"
"Ya. Dan itu adalah mungkin sekali"
Aku juga seorang yang berasal dari padesan. Bahkan sebuah desa kecil di dekat
hutan yang lebat. Aku merangkak dari lataran yang paling bawah"
"Adi Tumenggung memang sering merendahkan diri. Adi Tumenggung adalah murid
utama dari sebuah padepokan yang mempunyai nama yang baik di Tegal angkap"
"Aku memang murid dari perguruan Sela Tangkep. Aku dapat memasuki padepokan itu,
karena kebetulan aku diketemukan oleh seorang Putut yang berpengaruh di
perguruan Sela Tangkep. Kebetulan saja kakang"
"Itu adalah pintu yang dibukakan oleh Yang Maha Agung bagi adi Tumenggung"
"Ya Wakru itu aku hampir mati kedinginan. Aku tidak berani pulang, karena aku
diancam oleh ayah liriku. Agaknya ancamannya itu bersungguh-sungguh. Adalah
kebetulan, ketika tubuhku sudah tidak berdaya, menggigil dan bahkan rasa-rasanya
tidak dapat lagi untuk bangkit dan mencari peri ndungan dari kejamnya udara
dingin, Putut itu lewat"
"Bersukurlah" "Aku memang bersukur bahwa umurkupun masih berkepanjangan sampai sekarang.
Semoga aku diberiNya panjang umur"
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk.
Ebook by Dewi Kangzusi 305 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara itu, kedua orang anak muda yang masih duduk disamping kedua orang
Tumenggung itu sambil bersandar dinding, bahkan telah tertidur. Namun Ki
Tumenggung Wiradapapun kemudian berkata "Marilah kita melanjutkan perjalanan
kita yang masih jauh ini".
"Mari, kakang. Biarlah aku membangunkan anak-anak ini lebih dahulu. Kelima orang
yang ditantangnya itu tentu sudah menjadi semakin jauh. Mudah-mudahan anak-anak
ini tidak mendendam mereka berlima"
Kedua orang anak muda ini mengetahui bahwa kitalah yang telah menjinakkan
mereka" Ki Tumenggung Sanggayudapun mengangguk-angguk Sejenak Ki Tumenggung Sanggayuda
memandang berkeliling. Orang-orang yang menonton peristiwa yang menarik
perhatian itu sudah banyak yang pergi. Hanya tinggal satu dua orang sa?ja yang
bertahan untuk melihat, apa yang akan terjadi kemudian dengan kedua orang anak
muda itu. Sejenak kemudian, Ki Tumenggung Sanggayudapun segera bangkit berdiri dan
melangkah mendekati kedua orang anak muda yang tertidur itu.
Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian meraba pangkal leher kedua orang anak muda itu
berganti-ganti. Sesaat kemudian, maka kedua orang anak muda itupun segera terbangun. Dengan
sigapnya mereka meloneat turun dari amben bambu yang panjang. Namun merekapun
kemudian berdiri termangu-mangu melihat kedua orang yang mengaku prajurit itu
duduk dengan tenangnya di amben panjang, di depan kedai.
Ebook by Dewi Kangzusi 306 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Pulanglah. Dimana rumahmu" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa
"Apakah yang terjadi7
Kalian berdua tidur dengan nyenyak bersandar dinding"
Orang yang bertubuh tinggi besar itupun berkata "Aku harus mengakui keunggulan
kalian. Kalian tentu sudah menyentuh simpul-simpul syarafku sehingga aku
tertidur. Tetapi lain kali kalian tidak akan berhasil. Kau berhasil hanya karena
kelengahanku saja" "Aku tadi sudah berpikir, apakah kedua orang anak muda ini dibunuh saja disini.
Tidak akan ada masalah. Kami adalah pra-jurit-prajurit dalam tugas, sehingga
tindakan kami akan teri ndunj oleh hak dan wewenang kami di bawah saksi mata
yang cukup banyak dan meyakinkan Kami memang menyesal, kenapa kan tidak
melakukannya. Kami mengira bahwa masih ada jantung yang baik didadamu. Tetapi
temyata dadamu berisi bulu-bulu serigala yang jahat. Tetapi kami berdua belum
terlambat Jika kalia masih ingin mencoba kemampuan kami, prajurit Paranganom
silahkan. Jangan menjadi lengah lagi.
Tetapi kali ini kami akan berbuat sesuai dengan kedudukan kami. Jika kami merasa
perlu, kalian akan mati disini"
Anak-anak muda itu memang menjadi ragu-ragu.
Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Apa yang kau lakukan, adalah
bagian kecil dari apa yang mungkin dilakukan oleh Raden Madyasta. Tetapi aku.
tidak bermaksud bahwa Raden Madyasta dapat berbuat sekehendak hatinya.
Kami akan bertemu dan berbicara dengan ki Demang di Panjer. Jika Raden Madyasta
memang merebut perawan Panjer yang sebelumnya sudah dipertunangkan dengan kau,
atau setidak-tidaknya anak perempuan Ki Demang itu sudah menyatakan kesediaan
menerima kau yang kelak akan Ebook by Dewi Kangzusi
307 Kang Zusi http://kangzusi.com/
menjadi suaminya, maka kami akan melaporkan kepada
Kangjeng Adipati." Wajah anak muda itu menjadi tegang. Namun kemudian
berkata lantang "Itu tidak periu "
"Kenapa. Tentu perlu sekali. Meskipun ia anak seorang
Adipati, tetapi jika ia merebut milik orang lain, maka itu harus
dicegah" Persetan dengan Madyasta" geram anak muda itu. namun
kemudian iapun memberi isyarat kepada kawannya untuk
meninggalkan tempat itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayu
termangu-mangu sejenak. Namun kemudian merekapun
sepakat untuk melanjutkan perjalanan.
Keduanyapun segera minta diri kepada pemilik kedai:
setelah mereka membayar harga makanan yang mereka
pesan.. "Terima kasin, Ki Sanak. Tidak usah. Kalian juga tidak
sempat menikmati makanan dan minuman kami sebaik-
baiknya" Tetapi Ki Tumenggimg Waradapa meninggalkan uang
sambil berkata "Mungkin pada kesempatan lain aku akan
singgah lagi di kedaimu. "
Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah
melanjutkan perjalan mereka. Kepada orang yang memberi
makan dan minum serta merawat kedai mereka selama
mereka berada di kedai itu, Ki Tumenggung Wiradapa juga
memberinya uang sekedarnya.
Ebook by Dewi Kangzusi 308 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Diperjalanan keduanya masih berbicara tentang Raden Madyasta yang hatinya telah
tersangkut di Panjer. Dengan nada datar Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Jika
benar kata anak muda itu, maka persoalan yang menyangkut Raden Madyasta itu akan
menjadi persoalan yang bersungguh-sungguh bagi Kangjeng Adipati. "
Apakah kita akan melaporkannya kepada Kangjeng Adipati sebelum hubungan mereka
terlanjur mendalam " "
"Nanti dulu, adi. Bukankah kita baru mendengardari anak muda yang mabuk itu."
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Katanya "Baiklah, kakang. Kita memang tidak seharusnya terlalu mencampuri
persoalan yang terjadi pada keluarga Kangjeng Adipati.
"Soalnya adalah karena Raden Madyasta kelak akan menggantikan kedudukan Kangjeng
Adiapti yang sudah menjadi semakin tua itu, sehingga dengan demikian, masalahnya
bukan semata-mata masalah pribadi Kangjeng Adipati. Tetapi masalahnya akan
menjadi masalah kaprajan.
"Kecuali jika Kangjeng Adipati sendiri mengijinkan. "
"Ya. Mungkin kita sudah mencemaskan persoalan yang akan diangkat menjadi masalah
kaprajan, temyata Kangjeng Adi?pati menganggap bahwa hal itu bukan masalah. "
Bende Mataram 20 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bola Bola Iblis 2
"Tidak, Ki Sanak. Aku tidak akan menjual atau menukarkan
kudaku. Kuda itu adalah kuda pemberian"
"Apalagi kuda itu adalah kuda pemberian"
"Aku harus menghargai pemberiannya"
Tiba-tiba saja seorang yang bertubuh tinggi mendekati
Raden Madyasta sambil bertanya "Kau dapat darimana
kudamu itu, He". Kuda yang baik tentu dapat dikenali asal
usulnya, karena kudamu termasuk kuda yang baik, maka kau
tentu mengerti asal usulnya."
"Sudahlah" berkata Raden Madyasta "Biarlah aku
melanjutkan perjalanan"
"Nanti dulu" berkata orang yang bertubuh tinggi itu "Kau
harus menyebut asal-usul dan keturunan dari kudamu itu,
atau kau mengambil kuda itu dari orang lain"
"Aku curi maksudmu?" bertanya Raden Madyasta
"Ya" Ebook by Dewi Kangzusi 232 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi orang yang bertubuh tinggi itu terkejut, sebelum ia sempat menjawab,
tiba-tiba saja tubuhnya yang besar itu terdorong surut, dengan wajah merah
Rembana berkata "Jangan asal membuka mulutmu Ki Sanak. Siapapun kami, tetapi kami tidak mau
dihina. Jika sekali lagi kau menuduh saudaraku mencuri, maka aku akan menampar
mulutmu" Sikap Rembana itu memang mengejutkan, bahkan Raden Madyasta terkejut pula,
karena itu, maka dengan serta merta iapun berkata "Sudahlah, marilah kita
melanjutkan perjalanan"
Tetapi yang dilakukan oleh Rembana itu merupakan api yang sudah menyulut ujung
obor belarak, sulit untuk segera dapat dipadamkan.
Orang yang bertubuh tinggi besar itu sudah menjadi marah pula. dengan geram
iapun berkata "Kau telah melakukan satu tindakan yang bodoh, kau orang Kateguhan
yang tidak tahu diri, aku akan melumatkan kepalamu. Tidak ada orang yang akan
menyalahkan aku, banyak saksi yang akan dapat mkt, bw kau telah mendahului
melakukan serangan" "Tetapi juga banyak saksi yang dapat mkt bw kau sudah menghina kami dengan
tuduhan mencuri" "Aku hanya bertanya"
"Itu pertanyaan gila, karena itu kau harus minta maaf kepada saudaraku"
"Sudahlah, kakang" berkata Raden Madyasta. "Marilah kita meneruskan perjalanan,
jarak perjalanan kita masih panjang"
"Tetapi aku tidak mau dihina seperti ini"
Ebook by Dewi Kangzusi 233 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Persetan" geram orang bertubuh tinggi besar itu "Aku akan mematahkan tanganmu"
"Jika kau ingin mencoba, aku tidak berkeberatan" suara Rembana bergetar oleh
kemarahan yang bergejolak di jantungnya.
Orang yang berwajah tampan, yang ingin membeli kuda Raden Madyasta itu sama
sekali tidak menahan kawannya itu, bahkan sambil tersenyum iapun berdesis
"Nasibmu buruk orang Kateguhan, kau sudah berani bermain-main dengan Deriji
Wesi" Ternyata nama orang itu membuat hati Rembana semakin panas, dengan nada tinggi
iapun bertanya "Deriji Wesi", kau kira nama yang bagaimanapun juga seramnya
dapat membuat hatinya kuncup?"
"Bersiaplah" Deriji Wesi itupun menggeram "Aku akan melumatkan kepalamu dengan
jari-jariku" Raden Madyasta menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah tidak mungkin dapat
mencegah benturan kekerasan yang akan timbul.
Sementara itu, orang yang berwajah tampan yang mengaku saudagar kaya raya dari
Pasiraman Barat itu berkata
"Sentuhan jari-jarinya akan sama dengan sentuhan bindi baja, tulang-tulangmu
dapat diremukkannya, kecuali jika kau minta maaf kepadanya. Ia bukan pendendam,
tetapi ia juga bukan orang yang dapat membiarkan begitu saja orang-orang yang
telah menyinggung perasaannya."
"Cukup" Rembana telah membentaknya "Aku sudah bersiap, kau mau apa?"
Ebook by Dewi Kangzusi 234 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Mereka belum mengenalmu Deriji Wesi" berkata saudagar itu "Tetapi harap kalian
mengetahui, bw pasiraman Kulon sama sekali belum pernah dijamah tangan perampok
yang manapun juga" "Itu bukan karena kelebihan dan kemampuan orang ini, tetapi tentu saja karena
pengaruh nama Ki Panji Wirasentika"
Saudagar itu tertawa, katanya "Wirasentika itu berada di bawah pengaruhku, aku
ingin memperilahkan kalian berempat bersamaku menemui Ki Panji Wirasentika,
kalian akan melihat, seberapa besar pengarhku atas dirinya"
Sasangkapun menjadi panas pula, katanya "Kenapa kalian membual di hadapanku",
aku tidak peduli dengan pengaruhmu, aku tidak ada sangkut pautnya dengan orang-
orang Paranganom serta para perampok itu"
"Sudahlah" meskipun Raden Madyasta menyadari, bw persoalan sudah terlalu jauh,
namun ia masih berkata "Jika kalian tidak berkeberatan kami pergi, maka tidak
akan ada persilisihan diantara kita"
"Tidak, kalian tidak boleh pergi begitu saja"
"Cukup" potong Rembana "Aku sudah bersiap"
Deriji Wesi itupun bergeser, kawan-kawannya berdiri berkelompok sambil berbicara
yang satu dengan yang lain, ada diantara mereka yang tersenyum, ada yang justru
menjadi tegang, sementara itu, saudagar yang berwajah tampan meskipun umurnya
sudah merambat mendekati pertengahan abad, berkata sambil tertawa, "Buat anak
itu jera" Ebook by Dewi Kangzusi 235 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Deriji Wesi itupun segera melangkah semakin dekat dengan Rembana, namun Rembana
yang darahnya cepat mendidih itu tiba-tiba saja telah meloncat menyerangnya.
Deriji Wesi itu terkejut, Ia mencoba bergeser untuk menghindar serangan itu,
tetapi Deriji Wesi itu tidak mampu lepas dari garis serangan Rembana.
Dengan derasnya kaki Rembana telah mengenai pundak orang itu, sehingga Deriji
Wesi itupun terhuyung-huyung beberapa langkah surut.
"Bocah edan" geram Deriji Wesi yang hampir saja kehilangan keseimbangannya,
namun dengan cepat iapun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, keduanya telah bertempur dengan sengitnya,
Deriji Wesi yang ternyata adalah pengawal saudagar itu, memang mempunyai
kekuatan yang sangat besar, sesuai dengan nama sebutannya, maka jari-jari orang
itu memang sangat berbahaya, sehingga karena itu, maka perhatian Rembana tertuju
kepada jari-jari lawannya.
Namun dengan keyakinan yang besar atas kekuatan jari-jarinya itu, maka serangan-
serangan Deriji Wesi itu yang paling berbahaya adalah serangan jari-jarinya yang
selalu mengembang. Tetapi dengan demikian, dengan cepat Rembana dapat menemukan kelemahan Deriji
Wesi itu, bagian-bagian dari tubuhnya yang lain, sama sekali tidak berbahaya,
orang itu kurang memanfaatkan kakinya,lututnya dan bahkan ada orang yang justru
dahinya sangat berbahaya.
Karena tu, maka Rembana tinggal berusaha menjinakkan jari-jari tangan orang yang
mendapat sebutan Deriji Wesi.
Ebook by Dewi Kangzusi 236 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana benar-benar tangkas, jari-jari Deriji Wesi tidak
pernah menyentuh tubuhnya, bahkan sekali ketika Deriji Wesi
mengayunkan tangannya dengan jari-jari terbuka yang
menebas mengarah ke dadanya, Rembana telah membentur
serangan itu, dengan kuda tangannya Rembana dengan
sengaja menahan serangan itu pada pergelangan tangannya.
Ketika benturan itu terjadi, maka Deriji Wesi itu sempat
mengaduh tertahan, namun kemudian sambil menggeliat ia
menjulurkan tangannya dengan jari-jari terbuka untuk
mencengkeram leher. Rembana sempat mengelak dengan sedikit merendah dan
bergeser kesamping, namun kemudian dengan cepat,
Rembana menjulurkan kakinya mengarah ke lambung.
Deriji Wesi itu ternyata tidak sempat mengelak, dengan
kerasnya kaki Rembana menghantam lambungnya, sehingga
orang itu terpental beberapa langkah.
Deriji Wesi terhuyung-huyung, hampir saja ia terjatuh,
tetapi ternyata ia masih mampu untuk tegak berdiri.
Deriji Wesi menggeram, nampak di wajahnya, bw
serangan Rembana itu benar-benar menyakitinya, bahkan
kemudian nafasnya terasa menjadi agak sesak, tetapi sejenak
kemudian iapun sudah berdiri tegak siap untuk melanjutkan
pertempuran. Wajah Rembana menjadi tegang, serangan-serangannya
memang dapat mengenai lawannya, tetapi daya tahan orang
itu ternyata demikian tingginya, sehingga ia masih mampu
bertahan. Ebook by Dewi Kangzusi 237 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Rembana yang sempat sedikit mengedepankan gejolak kemarahannya,
justru karena ia dapat menemukan kelemahan lawannya, telah menjadi semakin
panas. Beberapa kali ia berhasil mengenai lawannya di bagian tubuhnya yang lemah
sekalipun, namun orang itu masih saja tetap berdiri sambil memberikan perlawanan
dengan gigihnya. Dalam pada itu, Deriji Wesi itu seakan-akan memang telah kehilangna kesempatan.
serangan-serangannya menjadi jarang, bahkan semakin jauh dari sasaran, yang
diandalkannya kemudian adalah daya tahan tubuhnya serta kemungkinan lawannya
membuat kesalahan, sehingga raksasa itu dapat menangkap aggota badan anak muda
itu. Tetapi Rembana cekatan seperti burung sikatan menyambar bilalang, betapapun
Deriji Wesi itu bergerak dengan cepatnya, namun ia tidak mampu menangkap anggota
badan Rembana. Malah pada kesempatan lain, Rembana meloncat sambil memutar tubuhnya dan
mengayunkan kakinya dengan derasnya menghantam tubuh Deriji Wesi.
Deriji Wesi terhuyung-huyung selangkah surut, namun demikian ia berdiri tegak
kembali, serangan Rembanapun telah meluncur pula dengan cepatnya, sekali lagi
Rembana meloncat sambil berputar, sekali lagi kakinya terayun mengenai kening.
Deriji Wesi mencoba bertahan, tetapi Rembana bagaikan anak panah yang meluncur,
menyerang orang itu dengan tendangan menyamping kearah dadanya.
Ebook by Dewi Kangzusi 238 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Deriji Wesi ternyata tidak mampu bertahan tetap berdiri, iapun terdorong surut
beberapa langkah, kemudian tubuhnya jatuh terguling di tanah.
Rembana yang marah itu siap meloncat memburu tubuh yang sudah tidak berdaya
lagi, namun Raden Madyasta telah mendahuluinya, meloncat dan berdiri disisinya.
"Cukuo, sudah selesai sampai disini" desis Raden Madyasta
"Kesombongannya harus diakhiri"
"Sudah cukup, ini sudah berakhir" sahut Raden Madyasta Rembana menggeram, ia
ingin meloncat dan mematahkan jari-jari Deriji Wesi itu.
"Aku ingin membuktikan, bw jari-jarinya sama sekali tidak berarti bagiku,
meskipun ia disebut Deriji Wesi"
"Sudahlah" berkata Raden Madyasta, lalu katanya kadipaten orang yang mengaku
saudagar itu "Bawa kawanmu ini prgi, jangan mencoba menemui kami lagi"
Orang itu memandang Raden Madyasta dengan sorot mata menyala, beberapa orang
kawannyapun agaknya menjadi marah, namun mereka memang ragu-ragu untuk
bertindak, kawannya yang paling diandalkan itu ternyata tidak mampu melawan
salah seorang dari keempat orang anak muda itu.
Karena orang-orang itu masih saja berdiri termenung-menung, maka Sasangkapun
kemudian berkata "Apakah kalian ingin melibatkan diri?"
Orang-orang itu terdiam, namun Raden Madyastalah yang
berkata selanjutnya "Pergilah selagi aku masih dapat
Ebook by Dewi Kangzusi 239 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mengendalikan saudara- saudaraku, sebaiknya kita tidak
bertemu lagi agar kebencian tidak terungkit di hati kia masing-
masing" Saudagar itupun kemudian memberi isyarat kepada kawan-
kawannya untuk meninggalkan tempat itu.
Dua diantara merekapun mendekati Deriji Wesi yang
berusaha untuk bangkit itu, kemudian menuntunnya ke
kudanya. "Naiklah" berkata salah seorang kawannya, kemudian
membantunya naik ke punggung kuda.
Yang lainpun kemudian telah meloncat naik pula, demikian
saudagar itu duduk di punggung kudanya, iapun berkata
"Pertemuan ini memberi kesan buruk kepadaku anak-anak
muda" berkata orang itu.
"Apakah ini merupakan ancaman?" bertanya Sasangka.
"Mudah-mudahan kalian tidak tidak berniat lewat
Pasiraman Barat dalam perjalanan kalian ke Paranganom"
Rembanalah yang menyahut dengan lantangnya "Siapkan
orang-orangmu, aku akan pergi ke Paranganom lewat
Pasiraman Kulon" "Suaramu seperti geludug mangsa ketiga, tetapi aku yakin,
bw hujan tidak akan turun.
"Bukankah kau sengaja memancing agar kami benar-benar
lewat Pasiraman Kulon", kau berusaha menyinggung perasaan
kami, agar dengan hati yang panas kami benar-benar lewat
Pasiraman Kulon, agaknya kau berhasil Ki Sanak, kami benar-
benar merasa tersinggung, kami tidak mau dikatakan menjadi
Ebook by Dewi Kangzusi 240 Kang Zusi http://kangzusi.com/
puas, karena pancinganmu berhasil, kau tentu mengira betapa
dungunya kami." Wajah saudagar itu menjadi tegang, tetapi pada sorot
matanya nampak betapa kemarahan telah menyala di
dadanya. Tanpa berkata apa-apa lagi, maka orang itupun memberi
isyarat kepada kawan-kawannya untuk bergerak
meninggalkan tempat itu. Raden Madyasta serta ketiga senapati muda itupun
memandang mereka sampai menghilang di tikungan.
"Sebaiknya kita mengambil jalan lain, kakang" berkata
Raden Madyasta. "Tidak Raden" jawab Rembana "Kita akan meneruskan
perjalanan kita lewat Pasiraman Kulon"
"Agaknya orang-orang itu benar-benar tidak akan
membiarkan kita lewat tanpa mengganggu, sementara itu,
perjalanan kita masih cukup jauh, jika kita harus berhenti lagi
di Pasiraman Kulon, maka kita akan kemalaman di jalan"
"Kita dapat bermalam dimana saja, Raden"
"Apakah kita merasa perlu melayani orang-orang itu?"
"Raden, ada dua alasan, kenapa aku mengusulkan
meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon, sebenarnya
bukan semata-mata karena kita tersinggung oleh
ancamannya, tetapi kita akan dapat mengetahui apakah benar
Ki Panji Wirasentika berada di bawah pengaruh orang itu, jika
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar, maka Ki Panji Wirasentika sudah tidak lagi menjalankan
Ebook by Dewi Kangzusi 241 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tugasnya dengan baik, bukankah hal seperti itu harus
diketahui oleh Kangjeng Adipati di Paranganom"
Raden Madyasta itupun mengangguk-angguk, katanya "Ya,
kau benar kakang, dalam kedudukannya, Ki Panji Wirasentika
tidak boleh berada di bawah pengaruh siapapun juga, ia harus
berdiri tegak pada kedudukannya itu, jika ia sudah berada di
bawah pengaruh seseorang, maka jalan pemerintahannyapun
akan menjadi timpang"
"Karena itu, bukankah sebaiknya kita meneruskan
perjalanan lewat Pasiraman Kulon?"
Raden Madyasta mengangguk-angguk, katanya "Ya, kita
akan meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon"
Sejenak kemudian, maka Raden Madyasta dan ketiga
senapati muda itupun sudah bersiap, tetapi mereka masih
sempat minta diri kepada pemilik kedai yang masih saja
gemetar itu. "Maaf Ki Sanak" berkata Raden Madyasta "Kami sudah
membuat keributan disini, tetapi itu bukan maksud kami. Kami
sudah mencoba mengelak, tetapi kami tidak mempunyai
pilihan" Pemilik kedai itu mengangguk-angguk sambil menjawab
"Ya, Ki Sanak. Agaknya memang bukan salah kalian"
"Terima kasih atas pengertian Ki Sanak" desis Raden
Madyasta kemudian. Demikianlah, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itupun segera meninggalkan kedai itu, mereka benar-
benar sengaja menempuh perjalanan lewat Pasiraman Kulon
Ebook by Dewi Kangzusi 242 Kang Zusi http://kangzusi.com/
meskipun mereka tahu, bw saudagar tadi itu akan dapat
mengganggu perjalanan mereka.
Dalam pada itu, saudagar itu telah memacu kudanya
diikuti oleh orang-orangnya, mereka ingin segera sampai di
Pasiraman Kulon untuk mempersiapkan penyambutan yang
meriah terhadap keempat orang yang mengaku orang
Kateguhan itu. "Mereka harus ditangkap, kita akan minta Ki Panji
Wirasentika untuk menangkap mereka, mereka dapat saja
dicurigai menjadi perintis jalan bagi para perampok yang
sering menimbulkan kerusuhan di Paranganom.
"Apakah kita dapat membuktikannya?"
"Biarlah mereka membuktikan bw mereka bukan petugas
sandi dari para perampok. Biarlah mereka menyebutkan siapa
mereka sebenarnyanya. Jika mereka akan menengok
pamannya di Paranganom, siapa pula nama pamannya dan di
padukuhan mana pamannya itu tinggal. Dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada mereka, maka akan segera
dapat diketahui apakah mereka berkata sebenarnya.
"Jika mereka berkata sebenarnya?"
"Tuduhannya adalah, mereka telah menyerang kita, jika
perlu biarlah Ki Panji Wirasentika memanggil pemilik kedai itu
serta orang-orang yang dapat menjadi saksi, bw mereka telah
menyerang kita, pemilik kedai itu tentu akan mengiakannya,
apalagi di depan Ki Panji Wirasentika"
Apakah Ki Panji Wirasentika bersedia melakukannya?"
"Kau tahu pengaruhku atas Ki Panji Wirasentika?"
Ebook by Dewi Kangzusi 243 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Aku tahu" Apakah kira-kira Ki Panji Wirasentika akan menolak?"
Orang itu menggeleng, katanya "Tidak"
"Nah, orang-orang itu tidak akan luput dari hukuman, aku tentu dapat mengusulkan
hukuman yang pantas bagi mereka"
Demikianlah orang-orang berkuda itu memacu kuda mereka dengan kecepatan tinggi,
mereka tidak ingin disusul oleh keempat anak muda yang akan mereka jerumuskan ke
dalam tangan Ki Panji Wirasentika.
Ketika mereka memasuki lingkungan Pasiraman Kulon, maka merekapun langsung
menuju kr rumah Ki Panji Wirasentika.
Dalam pada itu, saudagar tampan itu langsung dapat diterima oleh Ki Panji
Wirasentika di pringgitan rumahnya.
"Silahkan duduk Ki Saudagar Kertaderma. Biarlah aku berbenah diri sebentar, aku
baru memandikan ayam jago yang Ki Saudagar berikan itu"
"Ki Panji, aku tergesa-gesa"
"Ada apa?" "Ada yang penting, aku ingin Ki Panji menangkap empat orang anak muda dari
Kateguhan yang sebentar lagi akan lewat jalan ini"
"Kenapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 244 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku curiga, bw mereka adalah orang-orang yang di kirim oleh gerombolan perampok
yang sedang berkeliaran di perbatasan untuk melihat-lihat keadaan lingkungan itu
dan bahkan tempat kedudukan Kangjeng Adipati di Paranganom"
"Apakah mereka akan lewat jalan di rumah ini?"
"Ya, aku sudah bertemu dengan mereka, mereka justru telah menyerang kami,
menurut kata mereka. mereka berempat akan pergi ke Paranganom."
"Maksud Ki Saudagar, mereka akan pergi ke pusat pemerintahan Paranganom?"
"Nanti kita akan tahu, tetapi aku minta Ki Panji Wirasentika menghentikan mereka
dan menahannya. Nanti kita akan berbicara dengan mereka lebih mendalam"
"Tetapi apkan dasarnya aku menangkap mereka?"
"Sudahlah Ki Panji, aku minta Ki Panji menangkap mereka lebih dahulu, nanti kita
akan berbicara dengan mereka"
"Baiklah, aku akan memerintahkan para pengawal menghentikan mereka dan
membawanya kemari" "Sudah ada empat orangku di depan regol halaman rumah ini"
Ki Panji Wirasentikapun segera memanggil pemimpin pengawal yang sedang bertugas
di rumahnya, iapun segera memerintahkan untuk menghentikan empat orang anak muda
dari Kateguhan. "Bawa mereka ke pringgitan. Aku akan berbicara dengan mereka, di depan regol
sudah ada empat orang pengawal Ki
Ebook by Dewi Kangzusi 245 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Saudagar Kertaderma, tetapi mereka bukan petugas yang
dapat memaksa keempat orang itu berhenti"
"Baik, Ki Panji"
"Bawa kawan-kawanmu, mungkin orang itu akan menolak
perintahmu dan akan melawan"
Dalam waktu yang singkat, enam orang pengawal Ki Panji
Wirasentika telah berada di jalan di depan rumahnya. Mereka
membawa pedang yang telanjang, seorang diantara mereka
membawa tombak pendek dengan sebuah kelebet kecil yang
diikat pada landeannya, sebagai pertanda, bw mereka adalah
petugas yang sedang menjalankan tugas mereka, sementara
itu empat orang pengawal Ki Saudagar masih juga berada di
depan regol dan bahkan bergabung dengan para pengawal Ki
Panji Wirasentika. Sejenak kemudian, maka seorang dari keempat pengawal
Ki Saudagar itupun berkata "Itulah mereka, mereka benar-
benar lewat jalan ini"
"Sombongnya mereka" geram yang lain.
Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek
dengan kelebet kecil itupun bertanya "Apakah orang-orang
berkuda itu yang kalian maksud?"
"Ya" jawab salah seorang pengawal Ki Saudagar.
Pemimpin pengawal itupun segera berdiri di tengah jalan
sambil mengangkat tombaknya.
Akhir Jilid 3 Jilid 04 Ebook by Dewi Kangzusi 246 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah yang berkuda menuju kearah mereka itu adalah Raden Madyasta
bersama ketiga senapati muda yang menyertainya.
"Kau lihat kelebet kecil itu, kakang" bertanya Raden Madyasta kepada Wismaya
yang berkuda di sebelahnya.
"Ya, Raden" "Itu adalah pertanda bw mereka adalah para petugas yang sedang menjalankan tugas
mereka" "Ya" Raden"
"Kita harus berhenti"
"Ya" Sementara itu, Rembana justru menyahut "Kita memang akan berhenti Raden, tanpa
pertanda itupun kita akan berhenti"
Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam.
Beberapa saat kemudian, keempat orang berkuda itu telah menjadi semakin dekat
dengan regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika, karena itu, maka Raden Madyasta
yang berkuda di paling depan telah memberikan isyarat agar mereka berhenti.
Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek dengan kelebet kecil di landeannya
itupun melangkah maju sambil bertanya "Apakah kalian anak-anak muda dari
Kateguhan?" Ebook by Dewi Kangzusi 247 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Raden Madyasta meloncat turun dari kudanya, demikian pula ketiga senapati muda
itu. sehingga dengan demikian, akan timbul kesan pada para pengawal Ki Panji
Wirasentika bw keempat orang itu mengenal dan telah mengetrap unggah-ungguh.
Mereka menghormati para petugas yang sedang menjalankan tugasnya.
Karena itu, maka pemimpin pengawal itu, diluar sadarnya telah mengangguk hormat
pula. "Ya, Ki Sanak" jawab Raden Madyasta ;kami datang dari Kateguhan"
"Maaf, Ki Sanak. Kami minta Ki Sanak singgah di rumah Ki Panji Wirasentika"
"Ada apa?" bertanya Raden Madyasta.
Ki Panji Wirasentika sendiri yang akan mengatakannya kepada Ki Sanak berempat"
"Baiklah" jawab Raden Madyasta "Kami akan singgah, kami tidak akan dapat menolak
perintah itu" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah menuntun
kuda mereka, memasuki regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika.
Ki Panji Wirasentika yang telah selesai berbenah diri, telah duduk di pringgitan
bersama Ki Saudagar Kertaderma dan seorang pengawalnya.
Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda tidak terkejut melihat kehadiran
Ki Saudagar Kertaderma itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 248 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Biarlah mereka naik" berkata Ki Panji Wirasentika kepada pengawalnya.
"Silahkan naik, Ki Sanak" berkata pengawal yang membawa tombak pendek itu.
Setelah menambatkan kudanya, maka keempat orang anak muda yang mengaku datang
dari Kateguhan itupun naik ke pendapa dan duduk di pringgitan pula menghadap Ki
Panji Wirasentika. "Anak-anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Apakah kau sudah mengetahui
alasannya, kenapa kalian harus singgah di rumahku"
"Sudah Ki Panji" jawab Raden Madyasta.
"Sudah", jadi kau sudah tahu alasannya?"
"Sudah Ki Panji, karena aku melihat orang itu berada disini"
"Orang itu adalah Ki Saudagar Kertaderma, ia seorang yang berpengaruh disini,
seorang yang kaya raya dan banyak memberikan sumbangan bagi kesejahteraan rakyat
Pasiraman Kulon" "Sukurlah, kalau begitu"
"Nah, jika Ki Saudagar Kertaderma berada disini, kenapa kau langsung mengetahui
alasannya, kenapa kalian dihadapkan kepadaku?"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta, "Ki Saudagar Kertaderma itu tentu sudah
bercerita meskipun perlu dikaji Ebook by Dewi Kangzusi
249 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kebenarannya, nah justru aku yang ingin tahu, apa yang telah
dikatakan oleh Ki Saudagar Kertaderma itu kepada Ki Panji"
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, sikap anak
muda itu menimbulkan kesan tersendiri, anak muda itu
nampaknya terlalu percaya diri.
"Benar anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Ki
Saudagar Kertaderma memberitahukan kepadaku, bw kalian
telah membuat Ki Saudagar Kertaderma itu curiga, selama ini
telah banyak sekali terjadi tindak kejahatan di kadipaten
Paranganom, kejahatan yang sebelumnya belum pernah ada"
"Kenapa hal itu terjadi di Paranganom", Ki Saudagar
Kertaderma telah menyalahkan orang-orang Kateguhan,
bukankah itu tidak adil", justru orang-orang Paranganom
sendirilah yang harus bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa
akhir-akhir ini telah banyak sekali terjadi kejahatan",
perampokan, penyamun di bulak-bulak yang sepi, pencurian
dan kejahatan-kejahatan yang lain, bukankah itu
membuktikan bw Paranganom tidak mampu menjaga
ketenangan dan ketentraman hidup rakyatnya", bw para para
petugas di Paranganom tidak mampu melindungi kawula yang
tidak berdaya" "Cukup" bentak Ki Panji Wirasentika "Kau jangan mencoba
menggurui aku, aku adalah Panji Wirasentika yang berkuasa di
Pasiraman Kulon, kalian tidak dapat bersikap seperti itu
terhadap penguasa, jika semula aku masih ingin meyakinkan
pengaudan Ki Saudagar Kertaderma, maka sekarang aku
sudah yakin, bw kalian memang harus ditangkap"
Ki Saudagar Kertadermalah yang harus ditangkap, ia sudah
menghina kami, ia menuduh kami mencuri kuda karena kami
tidak mau menjual kuda kami kepadanya"
Ebook by Dewi Kangzusi 250 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Omong kosong" sahut Ki Saudagar Kertaderma "Kau tidak usah mengada-ada, Ki
Panji Wirasentika sendiri menjadi saksi atas sikapmu itu"
"Pemilik kedai itu dapat menjadi saksi"
"Baiklah, Ki Panji Wirasentika tentu akan memanggil pemilik kedai itu untuk
bersaksi" Tiba-tiba Rembana memotong pembicaraan itu, katanya
"Asal kalian tidak menakut-nakuti, ia harus bersaksi dengan jujur"
Ki Saudagar Kertaderma itu tertawa, katanya "Tentu, ia akan bersaksi dengan
jujur" Sebelum Rembana menyahut, Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata kepada Ki Panji
Wirasentika "Ki Panji, perintahkan orang-orangmu memanggil pemilik kedai itu"
Ki Panji Wirasentika termenung-menung sejenak, namun kemudian iapun berkata
"Baiklah, aku akan memerintahkan prajurit untuk memanggilnya"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta "Apakah Ki Saudagar Kertaderma berwenang
memerintahkan Ki Panji Wirasentika, sedangkan Ki Panji Wirasentika adalah orang
yang memerintah daerah ini atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma?"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, dipandanginya Raden Madyasta dengan
tajamnya, dengan suara yang bergetar iapun berkata "Aku tidak diperintah, aku
memang akan memanggil pemilik kedai itu untuk bersaksi"
Ebook by Dewi Kangzusi 251 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata "Nah, kau lihat sekarang, siapa aku.
Aku dapat bekerja sama sebaik-baiknya dengan Ki Panji Wirasentika yang berkuasa
atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma, karena itu, kau akan menyesali
kebodohanmu anak-anak muda Kateguhan"
"Ki Panji" berkata Raden Madyasta seakan-akan tidak mendengar kata-kata Ki
Saudagar Kertaderma "Ki Panji tidak usah memanggil pemilik kedai itu. ia tidak
akan dapat besaksi dengan jujur. Ia tentu akan mengiakan saka jawaban-jawaban
yang diinginkan oleh Ki Saudagar Kertaderma"
"Tidak, aku akan memanggilnya"
"Biarkan saja Ki Panji memanggilnya" berkata Sasangka
"Kita akan melihat sejauh manakah kebenaran ditegakkan di Pasiraman Kulon yang
merupakan bagian dari kadipaten Paranganom itu. apakah disini kebenaran benar-
benar dijunjung sebagaimana berita yang terdengar di Kateguhan, atau hanya
sekedar dongeng ngayawara yang dihembuskan oleh angin mangsa ketiga"
Bab 13 - Kena Batunya "Sikapnya semakin menyakitkan hati" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Kau kira kau
dapat berlindung di bawah kuasa Kangjeng Adipati Kateguhan", kau telah membuat
kesalahan di Paranganom, maka para pemimpin di Paranganomlah yang akan
menentukan nasibmu" "Anak-anak muda yang tidak tahu diri" geram Ki Saudagar Kertaderma "Jika benar
kau akan pergi ke Paranganom untuk menengok pamanmu, siapakah nama pamanmu itu
dan dimana ia tinggal, jika kalian berdusta, maka hukuman kalian akan berlipat"
Ebook by Dewi Kangzusi 252 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ternyata Raden Madyasta telah menjadi jemu untuk berbicara berkepanjangan ,
sementara itu perjalanan mereka masih jauh, karena itu, maka iapun menjawab
"Kami akan pergi menemui Kangjeng Adipati di Paranganom"
"Bocah edan, kau sadari apa yang kau katakan?" bentak Ki Panji Wirasentika.
"Apakah Ki Panji tidak percaya, bw aku menghadap Kangjeng Adipati di
Paranganom?" Wajah Ki Panji tiba-tiba menjadi tegang, sementara Ki Saudagar Kertadermapun
menyela "Jangan mengada-ada, kebohonganmu tidak akan dapat menyelamatkanmu"
"Ki Panji, biarlah aku melanjutkan perjalanan. Panggil pemilik kedai itu dan
berbicaralah baik-baik dengan orang itu"
"Jangan beri kesempatan Ki Saudagar Kertaderma untuk ikut berbicara dengan
pemilik kedai itu, nanti Ki Panji akan mengetahui apa yang sebenarnya telah
terjadi, siapakah yang bersalah, jika salah seorang saudara kami telah berkelahi
dengan salah seorang pengawalnya"
"Apa hakmu berbicara seperti itu?" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Ki Panji dapat
berbuat apa saja menurut kebijaksanaannya"
"Aku setuju, karena itu aku mengusulkan kepada Ki Panji untuk menempuh
kebijaksanaan sebagaimana aku katakan, kau tidak boleh meracuni kebijaksanaan Ki
Panji dalam menjalankan kewajibnya, Ki Panjipun tidak boleh berada di bawah
pengaruh siapapun juga, meskipun ia seorang kaya yang dapat mempergunakan
uangnya untuk memaksakan kehendaknya, jika Ki Saudagar itu berbuat baik, memberi
dana Ebook by Dewi Kangzusi
253 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bagi daerah ini, membantu kegiatan dihargai. Tetapi semua
yang dilakukannya itu bukannya tanpa pamrih"
"Cukup" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Kau dapat
dihukum seberat-beratnya"
"Yang berhak menjatuhkan hukuman disini adalah Ki Panji
Wirasentika" "Siapa namamu" tiba-tiba saja Ki Panji Wirasentika itu
bertanya kepada Raden Madyasta.
"Namaku Madyasta"
"Madyasta, Raden Madyasta maksudmu?"
"Ki Panji pernah mendengar nama itu"
"Nanti dulu, apakah Raden putera Kangjeng Adipati
Prangkusuma?" "Ya" "He" Ki Saudagar Kertaderma terkejut, seakan ia
mendengar petir yang meledak diatas kepalanya.
"Nanti dulu, Raden, bukankah Raden Madyasta tidak
berada di kadipaten?"
"Lebih empat tahun aku tinggal di sebuah pgn terpencil,
belum lama aku pulang"
"Jadi" kata-kata Ki Panji Wirasentika terputus. Iapun
kemudian mengangguk hormat sehingga wajahnya hampir
menyentuh tikar pandan yang digelar di pringgitan. Sambil
menunduk iapun berkata "Ampun Raden, alangkah bodohnya
Ebook by Dewi Kangzusi 254 Kang Zusi http://kangzusi.com/
aku, mataku sudah lamur sehingga aku tidak mengenali Raden
lagi, dahulu sebelum Raden berangkat ke padepokan itu, aku
sudah pernah mengenal Raden"
"Ya, demikian aku naik ke pendapa ini, akupun segera
mengenali Ki Panji. Tetapi aku baru tahu, bw nama Ki Panji
sudah berubah" "Ya, Raden. sejak aku diangkat menjadi Panji, aku
mendapat nama baru, Wirasentika"
"Aku mengenal Ki Lurah Panji Wiradadi"
"Raden benar, namaku dahulu memang Wiradadi"
"Jadi Ki Panji sekarang sudah mengenali aku kembali"
"Sudah Raden, sudah"
"Ki Panji yakin bw aku adalah Madyasta, putera ayahanda
Adipati Paranganom?"
"Ya, ya. Aku yakin, Raden"
"Sukurlah" "Tetapi Raden telah menyebutkan bw Raden berempat
berasal dari Keduwang, tlaltah kadipaten Kateguhan"
"Aku berniat untuk memperpendek persoalan, Ki Saudagar
Kertaderma berniat membeli kudaku. Mula-mula ia
menganggap bw kami adalah blantik kuda sebelum Ki
Saudagar Kertaderma bertanya, siapakah kami berempat,
bahkan agak memaksa"
Ebook by Dewi Kangzusi 255 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Nampaknya Rembana tidak dapat bertahan untuk berdiam diri saja, karena itu, maka
iapun berkata "Bahkan pengawalnya yang disebutnya Deriji Wesi itu menuduh Raden
Madyasta mencuri kudanya itu. bukankah sangat menyakitkan", aku tidak dapat
membiarkan Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma itu direndahkan"
"Aku mohon ampun, Raden. aku tidak tahu, bw aku berhadapan dengan putera
Kangjeng Adipati Prangkusuma"
berkata Ki Saudagar Kertaderma.
"Jadi, kalau kau berhadapan dengan orang kebanyakan yang tidak berdaya, akan kau
perlakukan dengan sewenang-wenang?"
"Tidak, bukan maksudku"
"Raden" bertanya Ki Panji Wirasentika "Siapakah ketiga anak-anak muda yang
menyertai Raden ini?"
"Mereka adalah tiga orang senapati muda pilihan di Paranganom, mereka adalah
senapati yang telah mengangkat nama baik Paranganom di mata Kangjeng Sultan di
Tegal Langkap. Bersama pasukan mereka, ketiga orang senapati muda ini telah
menempatkan diri di tempat terhormat ketika terjadi perang besar di tepi
Bengawan Rahina, mereka adalah Ki Lurah Rembana Ki Lurah Sasangka dan Ki Lurah
Wismaya" "Aku pernah mendengar nama-nama itu disebut" berkata Ki Panji Wirasentika
"Tetapi baru sekarang aku dapat mengenal ketiga orang senapati ini"
"Kami hanya sekedar menjalankan tugas, Ki Panji" sahut Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 256 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tetapi jika Raden berkenan menjawab, dari manakah Raden bersama ketiga orang
senapati muda ini?" "Kami baru kembali dari Panjer, Ki Panji"
"Panjer?" "Kami baru saja mengatasi gerombolan brandal yang selalu membuat kekacauan di
tlatah Paranganom" "Aku sudah mendengar kerusuhan di kademangan Panjer, bahkan kami di Pasiraman
Kulon, sempat menjadi cemas menanggapi perkembangan kejahatan yang terjadi di
Paranganom akhir-akhir ini"
"Sekarang Ki Panji tidak perlu cemas lagi, meskipun pemimpin gerombolan perampok
itu belum tertangkap, tetapi gerombolan itu sendiri telah dapat dihancurkan.
Setidak-tidaknya untuk beberapa lama, gerombolan yang telah dihancurkan itu
tidak akan mampu berbuat apa-apa, sementara itu, setiap kademangan sempat
mempersiakan diri sebaik-baiknya untuk menghadap kemungkinan mendatang"
"Raden hanya berempat?"
"Tidak, selain kami berempat, masih ada enam orang prajurit yang menyertai kami.
Kami masih meninggalkan mereka di kademangan Panjer"
"Hanya sepuluh orang", menurut pendengaran kami, gerombolan perampok itu
jumlahnya cukup banyak. Mereka adalah orang-orang yang tidak lagi menghargai
jiwa sesamanya" Ebook by Dewi Kangzusi 257 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Anak-anak muda kademangan Panjer ternyata memiliki kemampuan yang tinggi.
Karena itu, bersama-sama mereka, kami dapat menghancurkan gerombolan itu"
Ki Panji Wirasentika mengangguk-angguk, sekali lagi iapun berkata "Raden, kami
mohon ampun, kami telah melakukan kesalahan yang besar sekali, bw kami telah
mengganggu perjalanan Raden"
"Yang penting bukan hambatan terhadap perjalanan kami, tetapi tegaknya kedudukan
Ki Panji" "Aku mengerti maksud Raden"
"Ki Panji telah jatuh ke bawah pengaruh seorang yang nampaknya menggelar uangnya
untuk mendapatkan kesan, bw ia seorang yang murah hati, tetapi di balik gelar
itu, ia meneguk keuntungan yang jauh lebih besar dari taburan kemurahan hatinya
itu" "Ampun Raden" desis Ki Panji Wirasentika.
Masih ada kesempatan bagi Ki Panji, ayahanda bukan seorang yang tidak mau
membuat pertimbangan yang adil, sementara itu, Ki Saudagar Kertaderma perlu
mendapat peringatan pula atas sikap dan tingkah lakunya"
"Akupun mohon ampun Raden"
"Baiklah" berkata Raden Madyasta "Kami akan melanjutkan perjalanan kami yang
masih panjang" "Apakah Raden tidak bermalam disini saja", jika Raden melanjutkan perjalanan,
maka Raden tentu akan kemalaman di jalan"
Ebook by Dewi Kangzusi 258 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa, Ki Panji. Kami adalah prajurit. kami sudah siap menghadap segala
medan" "Tetapi bukankah lebih baik bermalam disini daripada di tempat terbuka"
"Bukankah disetiap padukuhan terdapat banjar", kami dapat bermalam di banjar-
banjar padukuhan" "Ki Panji, kami mohon diri, tetapi sebaiknya besok lusa, Ki Panji pergi ke
Paranganom menghadap ayahanda untuk menjelaskan perkembangan daerah ini"
"Baik Raden, besok lusa aku akan menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Aku akan mengatakannya kepada ayahanda"
"Terima kasih Raden"
"Kami akan memantau perubahan sikap Ki Saudagar Kertaderma, hubungan antara Ki
Saudagar Kertaderma dengan rakyat Pasiraman Kulon serta hubungan Ki Saudagar
Kertaderma dengan Ki Panji Wirasentika"
"Aku berjanji Raden"
Demikianlah, sejenak kemudian, Raden Madyasta serta ketiga orang senapati muda
itu sudah memacu kudanya meninggalkan rumah Ki Panji Wirasentika.
Sementara itu, sepeninggal Raden Madyasta, Ki Panji Wirasentikapun berkata
dengan nada berat "Habislah aku sekarang, kenapa Ki Saudagar Kertaderma telah
terjerumus dalam perselisihan dengan putera Kangjeng Adipati?"
Ebook by Dewi Kangzusi 259 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku belum pernah mengenal wajah Raden Madyasta, sementara itu Ki Panji
Wirasentika sendiri juga tidak segera dapat mengenalinya"
"Banyak perubahan telah terjadi, empat tahun lamanya Raden Madyasta berada di
padepokan, kulitnya menjadi kehitam-hitaman dibakar terik matahari, tubuhnyapun
tumbuh dengan cepat, ia sekarang menjadi seorang anak muda yang tampan dan
kekar, meskipun ia kehilangan warna kulitnya yang kuning bersih, aku tidak akan
dapat mengenalinya jika saja anak muda itu tidak menyebut dirinya"
"Besok lusa aku akan menghadap, aku akan mohon ampun"
"Aku ikut, Ki Panji" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Aku akan menawarkan apa
saja yang dikehendaki oleh Kangjeng Adipati. bahkan jika Kangjeng Adipati
menginginkan sebuah pasanggrahan di Pasiraman Kulon, di dekat danau Wilis, akan
aku buatkan" "Jika Ki Saudagar Kertaderma berani menawarkannya kepada Kangjeng Adipati, maka
persoalan akan cepat selesai"
"Benar?" "Ya, karena Ki Saudagar Kertaderma akan segera diusir dari kadipaten Paranganom"
"Jadi?" "Jangan mencoba menyuap Kangjeng Adipati sebagaimana Ki Saudagar Kertaderma
menyuap aku" "Apa yang harus aku lakukan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 260 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika Ki Saudagar Kertaderma ingin menghadap bersamaku, maka satu-satunya yang
dapat kita lakukan adalah mohon ampun, hanya itu"
"Baiklah, Ki Panji, besok lusa aku akan ikut menghadap untuk mohon ampun"
Sementara itu, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda telah memacu
kudanya. betapapun kuda mereka berlari seperti anak panah yang lepas dari
busurnya, namun mereka benar-benar kemalaman d perjalanan.
Ketika mereka bertiga sampai di sebuah tebing sungai yang landai, maka merekapun
telah membawa kuda-kuda mereka turun, membiarkan kuda mereka minum, kemudian
makan rumput segar sambil beristirahat.
Sambil duduk diatas batu besar, Raden Madyasta berkata kepada para senapati
"Kita bermalam disini saja"
"Baik Raden" Malam itu Rembana, Sasangka dan Wismaya bergantian berjaga-jaga, menjelang
fajar, Wismaya telah membangunkan Rembana dan Sasangka, sedangkan Raden Madyasta
telah lebih dahulu terbangun dan bahkan telah mandi di sejuknya air sungai yang
bening itu. Beberapa saat kemudian, keempat orang anak muda itu telah bersiap untuk
melanjutkan perjalanan. Tidak ada lagi yang menghambat perjalanan mereka yang sudah menjadi semakin
dekat dengan pusat pemerintahan di kadipaten Paranganom.
Ebook by Dewi Kangzusi 261 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kita akan menghadap ayahanda" berkata Raden Madyasta.
Ketiga orang senapati itu hanya mengiakannya saja.
"Kita memang sudah rapi" berkata Rembana kemudian
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita sudah mandi dan berbenah diri"
Yang lain tertawa, Sasangkalah yang menyahut "Menurut pendapatkmu, dengan
pakaian ini kita sudah pantas menghadap?"
"Tentu, jika tidak, apakah kita harus kembali ke barak dan mengenakan pakaian
dengan pertanda keprajuritan?"
"Tidak usah" sahut Raden Madyasta "Ayahanda akan mengerti, bw kita baru pulang
dari tugas yang menuntut agar kalian tidak mengenakan pakaian keprajuritan"
"Nah, kau dengar?" Rembana menyambung.
Sasangka mengangguk-angguk, katanya "Tetapi jangan menjadi kebiasaan Rembana"
"Kebiasaan apa?"
"Menjalankan tugas tanpa mengenakan pakaian keprajuritan, dengan demikian kau
akan terlalu sering berkeliaran di pasar"
Wismaya yang agak pendiam itu tersenyum sambil menyahut "Jika demikian, maka ia
akan dapat memungut upeti dari pada penjual nasi"
Suara tertawapun terburai berkepanjangan.
Ebook by Dewi Kangzusi 262 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Demikianlah, seperti yang dikatakan oleh Raden Madyasta, maka mereka berempatpun
langsung pergi ke dalem kadipaten untuk menghadap Kangjeng Adipati di
Paranganom. Mereka memasuki halaman kadipaten ketika matahari sudah mendekati puncak langit,
beberapa orang pemimpin tertinggi di Paranganom baru saja hadir menghadap
Kangjeng Adipati sebagaimana biasanya dilakukan dalam sepekan sekali, untuk
membicarakan perkembangan keadaan terakhir do kadipaten Paranganom. membicarakan
pelaksanaan tatanan dan paugeran yang berlaku. Membicarakan kesejahteraan rakyat
Paranganom, ketentraman dan ketenangan hidup mereka serta persoalan-persoalan
lain yang menyangkut sisi-sisi kehidupan yang lain.
"Apakah pertemuan itu sudah lama berakhir?" bertanya Raden Madyasta kepada
prajurit yang bertugas. "Belum lama Raden. bahkan Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih
berada di dalem kadipaten.
Tetapi mereka sudah tidak berada di pendapa"
"Jadi paman Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih berada di
dalam?" "Ya, Raden" "Terima kasih" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah mengikatkan
kuda mereka pada patok-patok kayu di halaman. kemudian merekapun melingkari
pendapa masuk lewat pintu seketeng, langsung ke serambi kanan.
Raden Madyasta tahu, bw di serambi itulah ayahandanya sering mengadakan
pembicaraan-pembicaraan khusus dengan Ebook by Dewi Kangzusi
263 Kang Zusi http://kangzusi.com/
orang-orang terdekat, terutama Ki Tumengggung Wiradipa
dan Ki Tumengggung Yudapati.
Kedatangan Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda yang tiba-tiba saja itu memang mengejutkan Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Paranganom serta kedua orang Ki
Tumenggung yang masih menghadap.
"Marilah, Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Marilah
Rembana, Sasangka dan Wismaya"
"Hamba menghadap ayahanda"
"Mendekatlah, kebetulan kedua orang pamanmu masih ada
disini" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati mudapun
kemudian bergeser mendekat.
"Kapan kalian datang dari perjalanan tugas kalian?"
"Baru saja, ayahanda. Kami langsung menghadap
ayahanda" "Jadi kalian baru saja datang", kapan kalian berangkat dari
sasaran tugas kalian?"
"Kemarin ayahanda, kami berhenti lama di perjalanan.
"Semalam kau bermalam dimana?"
"Kami sengaja bermalam di tempat terbuka, ayahanda"
Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, namun kemudian
iapun bertanya "Bukankah kalian selamat dalam perjalanan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 264 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Hamba, ayahanda. Kami selamat dalam perjalanan, meskipun ada sedikit hambatan"
"Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Jika kau dan ketiga senapati masih merasa
letih, kalian aku perkenankan untuk beristirahat. Nanti kalian dapat menghadap
lagi untuk memberikan keterangan tentang usaha kalian menghadap kerusuhan
terutama di daerah perbatasan"
"Kami tidak terlalu letih ayahanda. Kami dapat memberikan laporan sekarang"
Kangjeng Adipati Prangkusuma termenung-menung sejenak. Dipandanginya keempat
anak muda pilihan itu, agaknya mereka memang tidak merasa terlalu letih. Sikap
mereka masih tetap. Wajah mereka masih terang sekali, nampak senyum menghiasi
bibir. "Baiklah" berkata Kangjeng Adipati "Jika kalian tidak merasa terlalu letih,
akupun tidak berkeberatan untuk mendengarkan laporan kalian" lalu Kangjeng
Adipati itupun berkata kepada Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung
Yudapati "Kakang, aku minta kakang bersabar sebentar, kita dengarkan laporan
Madyasta dan ketiga orang senapati itu"
"Hamba Kangjeng Adipati" jawab mereka bersamaan.
"Madyasta" berkata Kangjeng Adipati kemudian "Jika kau memang tidak terlalu
letih, berikan laporan itu sekarang, kami akan mendengarkannya"
Raden Madyasta kemudian dengan singkat memberikan laporan hasil perlawatannya ke
Panjer untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh gerombolan penjahat.
Ebook by Dewi Kangzusi 265 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Segerombolan penjahat yang sebenarnya terdiri dari beberapa
kelompok kecil penjahat yang disegani.
Perampok, penyamun, pencuri yang tangguh, sehingga
ada diantara mereka yang dikabarkan mempunyai aji
penglimunan sehingga seakan-akan dapat melenyapkan diri,
serta penjahat-penjahat yang sudah punya nama lainnya.
Mereka telah dihimpun oleh seorang yang berilmu tinggi, yang
pengaruhnya sangat besar atas para penjahat itu.
"Namanya Sura Branggah, ayahanda"
"Jadi para penjahat itu telah dihimpun oleh Sura
Branggah" "Ya. Ayahanda. Kami berhasil menghancurkan gerombolan
itu. tetapi ampun ayahanda. Kami tidak berhasil menangkap
pemimpinnya. Sura Branggah telah luput dari tangan kami"
Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk-angguk,
dengan nada datar iapun berkata "Jadi pemimpin itu lepas dari
tanganmu" "Hamba ayahanda. Sehingga penulusaran kami terhadap
gerombolan itu tidak dapat tuntas. Para penjahat itu ternyata
tidak tahu apa-apa selain menjalankan perintah Sura
Branggah" "Apaboleh buat" desis Kangjeng Adipati. meskipun hanya
sepercik kecil, namun terasa ungkapan penyesalan Kangjeng
Adipati Prangkusuma. "Kami mohon ampun, ayahanda. Kami sudah bekerja sama
dengan anak-anak muda serta para Bebahu kademangan
Panjer yang mengepung rapat, sementara kami berempat
Ebook by Dewi Kangzusi 266 Kang Zusi http://kangzusi.com/
melawan mereka, tetapi Sura Branggah itu tetap saja dapat
lolos" "Apakah kau sudah berbicara dengan para penjahat yang
tertangkap?" "Sudah ayahanda. Tetapi seperti yang hamba katakan,
mereka tidak tahu apa-apa"
"Meskipun demikian, Madyasta, bagaimana menurut
kesimpulan yang kau tarik. Apakah tindak kejahatan yang
timbul kebanyakan di perbatasan dengan Kateguhan itu ada
hubungannya dengan kadipaten Kateguhan atau bahkan ada
kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan dalam
hubungan kehadiran bibimu Raden Ayu Prawirayuda serta
Rantamsari di kadipaten ini?"
"Tidak seorangpun diantara mereka yang tertangkap
menyebut hubungan dengan Kateguhan. Mungkin mereka
benar-benar tidak berhubungan dengan orang-orang
Kateguhan, tetapi mungkin juga karena mereka tidak
mengetahuinya, itulah sebabnya, maka hamba sangat
menyayangkan, bw pemimpin gerombolan perampok itu tidak
dapat tertangkap" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, tetapi kemudian
iapun berkata "sudahlah, nyatanya pemimpin perampok itu
tidak tertangkap, tetapi kekuatan gerombolan itu sudah dapat
kau lumatkan, menurut pendapatku berdasarkan atas
laporanmu, untuk beberapa lama gerombolanan tiu tidak akan
segera dapat bangkit. Mereka memerlukan orang-orang baru
yang dapat dihimpun. Orang-orang baru itu tentunya tidak
akan sebaik orang-orang yang lama, karena orang-orang yang
lama itu adalah orang-orang pada pilihan pertama"
Ebook by Dewi Kangzusi 267 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Ayahanda. Sementara itu, beberapa kademangan sudah sempat mempersiapkan
diri. Enam orang prajurit yang kami tinggalkan di Panjer, akan dapat membantu
mempersiapkan anak-anak mudanya, bahkan bukan hanya di Kademangan Panjer, tetapi
juga kademangan-kademangan di sekitarnya"
"Baiklah, Madyasta. sebagian besar dari tugasmu sudah dapat kau selesaikan
dengan baik. selanjutnya, adalah tugas kita semuanya untuk bersiap-siap
menghadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi kemudian. Selama ini kita
masih akan berusaha untuk menangkap pemimpin gerombolan perampok itu"
"Hamba, ayahanda"
"Nah, untuk sementara laporanmu sudah cukup. Jika kau dan para senapati sudah
merasa letih, kalian dapat beristirahat. Aku mengucapkan terima kasih atas
kehadiran kalian. Sejak semula aku memang yajin, bw bersama Rembana, Sasangka
dan Wismaya, kau akan berhasil"
"Terima kasih atas pujian ini, kangjeng" Wismaya mengangguk hormat
"Sebenarnyanyalah bw kami masih belum dapat memenuhi tugas kami, karena Sura
Branggah sempat meloloskan diri"
"Bukankah kita tidak akan berhenti sampai sekian?"
bertanya Kangjeng Adipati Prangkusuma.
"Ya Kangjeng Adipati" jawab Wismaya dengan nada dalam.
Demikianlah, maka Raden Madyasta kemudian telah minta diri bersama ketiga
senapati muda itu. sementara Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati
masih tetap bersama Kangjeng Adipati di serambi.
Ebook by Dewi Kangzusi 268 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Seprninggal Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itu, Kangjeng Adipatipun bertanya kepada kedua
Tumenggung yang nsh menghadap itu "Bagaimana pendapat
kalian tentang laporan Madyasta"
Ki Tumengggung Wiradipa termenung-menung sejenak,
dengan agak ragu-ragu, iapun kemudian menjawab
"Kangjeng, semula aku menduga, bw kekacauan yang timbul
itu ada hubungannya dengan orang-orang Kateguhan,
mungkin para perampok, penyamun dan pencuri itu tidak tahu
apa-apa. juga hubungan gerakan mereka dengan kepentingan
orang-orang Kateguhan. Sayang sekali bw pemimpin
gerombolan itu tidak tertangkap"
"Kangjeng" berkata Ki Tumengggung Yudapati, "Aku juga
menduga bw ada hubungan antara gerakan itu dengan orang-
orang Kateguhan, bahkan mungkin ada hubungannya pula
dengan keberadaan Raden Ayu Prawirayuda serta Raden
Ajeng Rantamsari di Paranganom"
Agaknya sulit untuk mencari antara kekacauan itu dengan
keberadaan kakangmbok Prawirayuda, tetapi kadang-kadang
kita memang menghadap persoalan-persoalan yang tidak
segera diketahui hubungannya yang satu dengan yang lain"
"Kangjeng, apakah tidak sebaiknya para perampok yang
tertangkap itu dibawa kemari agar kita dapat berbicara
dengan mereka?" "Bukankah Raden Madyasta dan ketiga orang senapati
muda itu sudah berbicara dengan mereka"
"Mungkin sikap mereka akan berbeda, jika mereka
berhadapan langsung dengan Kangjeng Adipati"
Ebook by Dewi Kangzusi 269 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kangjeng Adipati tersenyum, katanya "Baiklah, pada suatu saat aku akan menemui
mereka setelah mereka semuanya dibawa kemari"
"Ya, Kangjeng" "Tetapi kakang, sebenarnya ada yang penting yang ingin aku bicarakan dengan
kakang berdua" "Apakah ada perintah yang harus kami lakukan, Kangjeng?"
"Kakang, aku akan minta kakang berdua untuk pergi ke Kateguhan"
Kedua orang tumenggung itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Ki
Tumengggung Wiradipapun bertanya "Apa yang harus kami lakukan di Kateguhan,
Kangjeng Adipati?" "Kalian menghadap angger Adipati Yudapati"
"Kangjeng Adipati Yudapati"
"Ya, kalian datang ke Kateguhan untuk memberitahukan bw ibunda angger Adipati
Yudapati, meskipun hanya ibu tiri, berada di Paranganom"
Kedua Ki Tumenggung itu mengangguk-angguk, sementara Kangjeng Adipati
Prangkusuma berkata selanjutnya
"Tetapi dalam perbincangan kalian dengan angger Yudapati, kalian dapat
menyinggung tentang kerusuhan yang terjadi di Paranganom, tetapi jangan semata-
mata" "Ya. Kangjeng. Kami tahu maksud Kangjeng Adipati"
Ebook by Dewi Kangzusi 270 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, pergilah. Kakang berdua ke Kateguhan"
"Sandika. Kangjeng Adipati, kami berdua akan melaksanakan perintah Kangjeng
Adipati" "Hari ini kakang dapat bersiap-siap. Besok pagi kakang berdua berangkat. Aku
minta kakang singgah barang sebentar di kadipaten"
"Hamba Kangjeng Adipati. hari ini kami akan bersiap-siap.
Besok pagi kami berdua akan menghadap sebelum kami berangkat. Mohon ampun,
barangkali Kangjeng akan terpaksa dibangunkan esok pagi"
Kangjeng Adipati Prangkusuma tersenyum, katanya "Setiap hari aku bangun pagi-
pagi. Bukankah kakang berdua mengetahui bw setiap pagi aku berjalan-jalan
mengelilingi halaman kadipaten?"
"Ya, hamba tahu, Kangjeng Adipati. setiap pagi Kangjeng Adipati berjalan-jalan
mengelilingi halaman kadipaten atau justru berada di sanggar untuk mengasah
kemampuan Kangjeng Adipati yang sulit dicari duanya itu"
Kangjeng Adipati tertawa, katanya "Kau terlalu memuji kakang, terima kasih"
Demikianlah, maka kedua Ki Tumenggung itupun segera mohon diri, namun Kangjeng
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adipati masih berpesan "Kakang berdua, temuilah Madyasta. mungkin kakang akan
mendapat bekal dari padanya, karena ia langsung menghadap gerombolan perampok
itu bersama ketiga senapati muda itu.
"Hamba Kangjeng Adipati, kami berdua malam nanti akan bertemu dan berbicara
dengan Raden Madyasta"
Ebook by Dewi Kangzusi 271 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Baiklah, mudah-mudahan dengan perjalanan kakang berdua ke Kateguhan, kami
mendapat bahan lebih banyak untuk melihat peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi
di Paranganom" Sejenak kemudian, kedua Ki Tumenggung itu telah meninggalkan kadipaten, mereka
harus berkemas menjelang keberangkatan mereka esok pagi ke Kateguhan, karena
jarak yang harus mereka tempuh memerlukan waktu perjalanan hampir sehari penuh.
Seperti pesan Kangjeng Adipati, maka malam itu kedua Ki Tumenggung menemui Raden
Madyasta untuk mendengar lebih banyak lagi tentang keberhasilan Raden Madyasta
menghancurkan gerombolan perampok itu, namun tidak berhasil menangkap
pemimpinnya. Tidak ada kesan sama sekali bw para perampok itu mempunyai hubungan dengan
kakangmas Adipati Yudapati"
berkata Raden Madyasta kemudian.
Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati mendengarkan keterangan
Raden Madyasta sama sekali tidak melihat celah-celah yang dapat dipergunakan
untuk mencari hubungan antara para perampok itu dengan orang-orang Kateguhan.
"Justru para perampok yang tertangkap itu sebagian mengaku orang-orang
Paranganom, bahkan mereka dapat menunjukkan tempat tinggal mereka jika
diperlukan. Sebagian lagi memang orang-orang yang tinggal di Kateguhan. Tetapi
mereka sama sekali terlepas dari kemungkinan bahwa mereka memang disusupkan
untuk membuat keributan di Paranganom dengan alasan apapun juga oleh para
pemimpin di Kateguhan"
berkata Raden Madyasta lebih lanjut.
Ebook by Dewi Kangzusi 272 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Bab 14 - Pengampunan Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda hanya mengangguk-angguk
saja. Baru kemudian setelah pembicaraan itu dianggap cukup, maka Ki Tumenggung
Wiradapapun berkata "Baiklah Raden.
Besok kami berdua akan pergi ke Kateguhan menjalankan perintah Kangjeng Adipati
Prangkusuma" Namun Raden Madyastapun kemudian berkata "Tetapi paman. Ada sesuatu yang ingin
aku tanyakan kepada paman berdua. Ketika aku pulang dan langsung menghadap
ayahanda, aku ragu-ragu untuk mengatakannya. Aku ingin pendapat paman, apakah
sebaiknya aku berdiam diri saja atau aku harus melaporkannya kepada ayahanda"
"Tentang apa Raden?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Tentang Ki Panji Wirasenuka"
"Kenapa dengan Ki Panji Wirasentika?"
Raden Madyastapun kemudian menceritakan hambatan yang dialaminya di perjalanan
pulang dari Panjer karena Raden Madyasta telah berpapasan dengan Ki Saudagar
Kertaderma yang kaya raya.
Dengan kekayaannya itu Ki Saudagar Kertaderma telah mempengaruhi Ki Panji
Wirasentika dalam menjalankan tugasnya.
Menurut pendapatku, Ki Panji Wirasentika sudah menyadari kesalahannva Aku
berharap bahwa Ki Panji tidak akan mengulangi kesalahan itu Sementara itu Ki
Saudagar Kertadermapun akan dapat merubah sikapnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 273 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Menurut pendapatku, Raden" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda "sikap Ki Panji yang
tidak pada tempatnya itu harus diketahui oleh Kangjeng Adipati"
"Tetapi apakah ayahanda akan marah dan menjatuhkan hukuman kepada Ki Panji
Wirasentika yang menurut pendapatku, akan segera berubah itu" "
"Aku tidak dapat mengatakannya. Tetapi kesalahan seperti itu tidak dapat
ditutup-tutupi. Jika kali ini Ki Panji Wirasentika tidak mendapat hukuman atau
setidaknya teguran, maka ia merasa aman untuk menjalankan kesalahan yang sama di
kemudian hari" "Tetapi aku sudah memeringatkan bahwa kesalahan itu tidak boleh terulang. Jika
Ki Panji melakukan kesalahan lagi, maka bukan saja kedudukannya akan terancam,
tetapi ia akan dapat dihukum."
"Tetapi sebaiknya angger melaporkannya kepada ayahanda" berkata Ki Tumenggung
Wiradapa "Kangjeng Adipati cukup bijaksana. Karena itu Raden tidak usah
mencemaskan nasib Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma."
"Sebenamya aku sudah minta mereka, terutama Ki Panji untuk menghadap ayahanda
langsung untuk memberikan laporan tentang dirinya sendiri, tentang pemerintahan
yang dijalankan dan tentang penyalahgunaan kekuasaannya itu."
"Apakah Ki Panji sanggup untuk datang menghadap?"
"Agaknya hari ini atau esok pagi Ki Panji akan menghadap.
Ia tentu tidak akan berani ingkar akan kesediaannya itu"
Ebook by Dewi Kangzusi 274 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Raden" berkata Ki Wiradapa "besok aku dan adi Sanggayuda akan pergi ke
Kateguhan. Kami adalah orang-orang tua yang banyak diminta pertimbangan Oleh
Kangjeng Adipati. Karena kami berdua meninggalkan Kadipaten, sebaiknya Raden
mendampingi ayahanda esok pagi jika Ki Panji Wirasentika itu menghadap. Mungkin
beberapa orang pemimpin pemerintahan dan Senapati akan dapat memberikan
pertimbangan. Namun sebaiknya angger sendiri hadir saat Ki Panji itu menghadap"
"Baik, paman." "Tetapi sebelumnya ada baiknya angger memberikan laporan lebih dahulu sebagai
pengantar persoalannya kepada Kangjeng Adipati."
"Baik, paman. Besok pagi"pagi aku akan ikut melepas paman berdua pergi ke
Kateguhan, sekaligus memberikan laporan kepada ayahanda tentang Ki Panji
Wirasentika" Ketika malam menjadi semakin dalam, maka kedua orang Tumenggung itupun minta
diri. Mereka harus mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang esok pagi.
Menjelang fajar dihari berikutnya, Madyasta telah selesai berbenah diri. Kedua
orang Tumenggung yang akan pergi ke Kateguhan itu tentu juga akan berangkat
pagi-pagi sekali, karena mereka akan menempuh perjalanan jauh.
Sebenarnyalah beberapa saat kemudian, selagi langit dibayangi oleh wama yang
kemerahan, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah datang ke
dalem kadipaten. Ketika Raden Madyasta menerima mereka, maka Ki Tumenggung Sanggayudapun bertanya
"Raden sudah siap sepagi ini. Apakah Radon juga akan pergi"
Ebook by Dewi Kangzusi 275 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tidak, paman. Tetapi bukankah aku berjanji untuk ikut
melepasa paman pagi ini, sekaligus memberikan laporan
tentang Ki Panji Wlrasentika?"
Kedua orang Tumenggung itu tertawa pendek.
Sementara itu, seorang abdi di dalem kadipalen telah
memberitahukan kepada Kangjeng Adipati, bahwa Ki
Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah
datang menghadap. Kangjeng Adipati yang baru berjalan-jalan di halaman
belakang kadipaten bersama Raden Wignyanapun segera
pergi menemui Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. "Maaf kakang Tumenggung berdua. Aku sengaja tidak
mandi lebih dahulu, agar kakang tidak terlalu lama
menunggu." "Kami hanya datang untuk mohon diri, Kangjeng" sahut Ki
Tumenggung Wiradapa. "Baik. Selamat jalan, kakang Tumenggung berdua. Mudah-
mudahan tidak ada hambatan di perjalanan. Salamku buat
angger Adipati Yudapati serta rakyat kadipaten Kateguhan"
Akan kami sampaikan kepada Kangjeng Adipati Yudapati,
Kangjeng" Sebelum matahari terbit, keduanya telah meninggalkan
gerbang dalem kadipaten Paranganom, dilepas oleh Kangjeng
Adipati sendiri, Raden Madyasta dan Raden Wignyana.
Sejenak kemudian kedua ekor kuda telah berderap menuju
ke gerbang kota. Kemudian, setelah keduanya berada di luar
Ebook by Dewi Kangzusi 276 Kang Zusi http://kangzusi.com/
pintu gerbang, kuda-kuda itupun berlari semakin eepat.
Perjalanan mereka adalah perjalanan yang panjang.
Dalam pada itu, setelah kedua orang penunggang kuda itu
hilang di tikungan, maka Raden Madyasta berkata kepada
ayahandanya "Hamba mohon waktu, ayahanda"
"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
"Ya, ayahanda?"
"Tentu tentang para perampok di kademangan Panjer?"
"Bukan ayahanda. Tetapi juga dalam hubungan perjalanan
dari Panjer" "Bukankah kau tidak akan pergi ke mana-mana " Apakah
kau akan kembali ke barak para prajurit itu ?"
"Tidak, ayahanda "
"Jika demikian, biariah aku mandi lebih dahulu."
"Silahkan, ayahanda."
Selama ayahandanya mandi, Raden Madyasta sempat
.bercerita kepada adiknya tentang tugas yang diembannya di
Panjer. "Sayang, kakangmas" berkata Wignyana "Aku tidak boleh
ikut" "Kita baru saja pulang dimas. Ayahanda tentu ingin kita
berada bersamanyanya. Jika mungkin tentu kita berdua.
Tetapi karena tugas telah memanggil, maka salah seorang
Ebook by Dewi Kangzusi 277 Kang Zusi http://kangzusi.com/
diantara kita harus pergi dan seorang yang lain bersama
ayahanda di rumah" Wignyana tidak menjawab. Dalam pada itu, ketika Kangjeng Adipati telah seIesai
berbanah diri, maka dipanggilnya kedua orang puteranya
untuk menghadap di serambi samping kanan. Namun
Wignyana berkata kepada ayahadanya "Hamba mohon diri
membersihkan diri lebih dahulu ayahanda, Hamba belum
mandi" Kangjeng Adipati tersenyum. Ia tahu bahwa sejak
menjelang fajar Wignyana bersamanya di halaman belakang
dalem kadipaten. Yang kemudian duduk menghadap ayahanda di serambi
tinggal Mayasta sendiri. "Nah, sekarang katakan, apa yang terjadi dalam
perjalananmu dari Panfer "
"Tentang seorang Panji yang bemama Panji Wirasentika."
"Wirasentika dari Pasiramari Kulon maksudmu?"
"Ya, ayahanda" "Kenapa dengannya?"
"Menurut keterangannya, ia akan menghadap ayahanda
hari ini atau esok" "Apakah Ki Panji Wirasentika mempunyai masalah yang
tidak dapat dipeeahkannya sendiri sehingga ia harus
menghadap aku " "
Ebook by Dewi Kangzusi 278 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ada masalah yang melibat Ki Panji"
"Katakan." "Madyastapun kemudiari menceritakan apa yang telah
terjadi di Pasiraman Kulon. Ki Panji Wirasentika yang telah
kehilangan wibawanya, serta berada di bawah pengaruh Ki
Saudagar Kertaderma. Kangjeng Adipati Prangkusuma mendengarkan laporan
Raden Madyasta dengan sungguh-sungguh. Namun kemudian
Raden Madyasta itupun berkata "Tetapi peristiwa itu agaknya
telah membuat Ki Panji menyadari kesalahannya. Nampaknya
Ki Panji akan segera berubah"
"Kau yakin ?" "Ya, ayahanda. Karena itu, jika ayahanda berkenan, biarlah
Ki Panji membuktikan janjinya"
Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Katanya "Aku akan
memperhatikan pendapatmu, Madyasta. Jika ia benat-benar
datang menghadap dan melaporkan persoalan yang
menyangkut dirinya dengan jujur, aku akan memberikannya
kesempatan. Tetapi jika sampai tiga hari ia tidak datang, maka
aku akan memanggilnya dan memberikan peringatan yang
keras kepadanya. Ia akan ditarik dari Pasiraman Kulon.
Bukankah tanggapanku atas dngkah laku Ki Panji Wirasentika
itu cukup adil?" "Ya, ayah" "Nah. Kita akan menunggunya"
Ebook by Dewi Kangzusi 279 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika demikian, hamba mohon diri lebih dahulu. Jika Ki Panji Wirasentika datang,
hamba akan ikut menemuinya."
Baiklah. Jika ia datang, aku akan memberitahukan kepadamu nanti."
Tetapi demikian Raden Madyasta keluar dari serambi, maka seorang abdi telah
menghadap Kangjeng Adipati untuk memberitahukan bahwa dua orang telah datang
untuk menghadap Kangjeng Adipati.
"Siapa?" "Ki Panji Wirasentika "
"Ki Panji Wirasentika?"
"Hamba Kangjeng Adipati, bersama seorang lagi "
"Baik. Persilahkan mereka duduk di serambi sebelah kiri "
"Hamba Kangjeng "
"Kemudian panggil Madyasta. Katakan, bahwa Ki Panji Wirasentika sudah
menghadap." "Hamba Kangjeng"
Demikianlah, sejenak kemudian, Kangjeng Adipati serta Kaden Madyasta sudah duduk
di serambi, menemui Ki Panji Wirasentika serta Ki Saudagar Kertaderma.
Terberseit sedikit kelegaan di hati Raden Madyasta.
Ayahandanya, Kangjeng Adipati I"rangkusuma akan memberi kesempatan kepada Ki
Panji jika la bersedia datang menghadap dan memberikan laporan dengan jujur.
Ebook by Dewi Kangzusi 280 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma duduk
sambil inenundukkan kepala mereka dalam-dalam. Keduanya
sama sekali tidak berani memandang wajah Kangjeng Adipati
Prangkusuma. Bahkan juga Raden Madyasta.
Dengan nada berat Kangjeng Adipati Prangkusuma berkata
"Ki Panji dan kau Ki Sanak. Selamat datang di kadipaten
Paranganom." "Hamba Kangjeng Adipati. Hamba dan kawan hamba, Ki
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saudagar Kertaderma telah menghadap. Kami berdua
mengucapkan terima kasih atas perkenan Kangjeng Adipati
menerima kami berdua "
"Hari masih pagi sedangkan kalian berdua sudah berada
disini" "Hamba datang semalam, Kangjeng Adipati. Kami berdua
bermalam dirumah saudara hamba "
"Nampaknya kalian mempunyai keperluan yang penting."
"Raden Madyasta tenlu sudah memberikan laporan kepada
Kangjeng Adipati." "Ya. Tetapi aku ingin mendengar dari Ki Panji Wirasentika,
agar dengan demikian aku dapat mendengar dari kedua belah
pihak" "Ampun, Kangjeng Adipati. Sebelumnya kami berdua
mohon ampun " "Katakan, Ki Panji"
Ebook by Dewi Kangzusi 281 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ternyata Ki Panji Wirasentika jujur. Ia menceritakan peristiwa yang terjadi
sehubungan dengan kehadiran Raden Madyasta di Pasiraman Kulon. Bahkan Ki
Panjipun mengaku pula dengan jujur, hubungannya dengar, Ki Saudagar Kertaderma
pengaruh uangnya, serta pemberian-pemberiannya sehingga mempengaruhi tegaknya
jalan pemerintahan yang dipegangnya atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma.
"Kangjeng Aku .datang bersama Ki Saudagar Kertaderma itu. Ki Saudagarpun akan
menyatakan penyesalannya kepada Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Ampun, Kangjeng Adipati, hamba mohon ampun" ternyata hanya itulah yang
terloncat dari bibir Ki Saudagar Kertaderma.
Kangjeng Adipati tersenyum. Katanya "Aku senang bahwa kalian berdua bersikap
jujur. Berani mengakui kesalahan yang telah kalian lakukan bersama-sama. Temyata
apa yang dikatakan Madyasta sesuai dengan apa yang kalian katakan."
"Hamba, Kangjeng. Kami berdua hanya dapat mohon ampun"
Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk angguk.
Katanya "Aku hanya dapat memberi kesempaian kepada kalian sekali saja lagi.
Terutama Ki Panji Wirasentika. Kau dapat mencoba lagi, Wirasentika. Kau akan
tetap berada di Pasiraman Kulon. Tetapi jika sekali lagi kau tergelincir, maka
kau akan tamat. Kau tidak akan lagi memimpin pemerintahan di satu daeiah
dimanapun di Paranganom"
"Hamba Kangjeng Adipati, hamba berjanji,"
"Aku juga memperingatkan kau, Ki Saudagar. Jika kau masih berbangga dengan
uangmu dan mencoba Ebook by Dewi Kangzusi 282 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mempengaruhi tatanan pemerintahan siapapun yang
memegangnya, maka kau akan diusir dari Paranganom.
Pengaruh burukmu itu tentu akan merambat. Kali ini kau
dapat mempengaruhi Ki Panji Wirasentika, sehingga kau
mendapat keuntungan jauh lebih besar dari suap atau apapun
namanya yang telah kau berikan. Lain kali kau akan menyuap
lebih banyak lagi petugas dan pemimpin pemerintahan, bukan
saja di Pasiraman Kulon. Tetapi juga para pemimpin Kadipaten
Paranganom. Kekayaanmu yang sudah kau miliki sekarang,
akan kau pergunakan sebagal modal untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya apapun caranya.
Sementara itu, tentu ada para pemimpin yang hatinya rapuh,
seperti kayu tua yang dimakan rayap"
"Ampun Kangjeng Adipati. Hamba tidak akan
melakukannya lagi." "Ki Kertaderma. Aku tidak akan mencegah kau memutar
uangmu, Tetapi dengan cara yang jujur menurut tatanan dan
paugeran" "Hamba Kangjeng Adipati."
Dengan menurut tatanan dan paugeran, kau sudah akan
mendapatkan keuntungan yang besar. Kau tidak perlu berbuat
curang tanpa landasan niat baik dalam hubungan dengan
sesamamu." "Sekali-sekali aku sendiri akan datang ke Pasiraman Kulon"
Sahut Madyasta "Hamba akan senang sekali menerima kedatangan Raden
Madyasta ke Pasiraman Kulon. Hamba akan menyediakan
semua kebutuhan Raden Madyasta jika ingin bercengkerama
di Danau Wilis yang indah itu. Atau kebutuhan-kebutuhan
yang lain" Ebook by Dewi Kangzusi 283 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Panji Wiransentika menggamit Ki Saudagar Kertaderma.
Ki Saudagar memang berpaling. Tetapi ia sama sekali tidak tanggap. Bahkan iapun
berkata "Bahkan apa saja yang diperlukan Ki Panji Wirasentika tentu aku akan
bersedia membantu menyelenggarakannya"
Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang Kangjeng Adi patipun memandang Ki
Saudagar dengan dahi yang berkerut
"Kau sudah mulai lagi, Ki Saudagar" sahut Raden Madyasta yang menjadi berdebar-
debar pula mendengar pernyataan Ki Saudagar.
Ki Saudagar itupun terkejut. Wajahnya menjadi tegang, Tetapi nampaknya ia tidak
tahu, kesalahan apa yang telah dilakukan. Karena itu, maka dipandanginya wajah
Ki Panji Wirasentika den-gan debar jantung yang semakin eepat Sementara itu
Raden Madyasta berkata pula "Kau sudah terbiasa melakukannya, Ki Saudagar. Kau
tidak perlu menyediakan apa-apa buat aku atau orang lain atau siapapun yang
datang ke Pasiraman Kulon dalam rangka tugasnya. Kau masih.juga ingin
menunjukkan pengaruhmu terhadap Ki Panji Wirasentika. Apakah Ki.Panji
Wirasentika akan bersedia menyambut kedatangan para petugas dari Paranganom atau
tidak, itu bukan urusanmu. Jika Ki Panji berniat menyelenggarakan penyambutan,
kaulah yang harus membantu. Bukan justru Ki Panji harus membantumu."
Wajah Ki Saudagar.tiba-tiba menjadi pucat. Sementara Raden Madyasta masih
berkata selanjumya "Sikapmu seperti itu harus kau singkirkan, Ki Saudagar. Kau
berusaha menyenangkan hati para pejabat yang datang ke Pasiraman Kulon agar
mereka tidak melihat atau sengaja tidak mau Ebook by Dewi Kangzusi
284 Kang Zusi http://kangzusi.com/
melihat kesalahan, kelicikan dan kecurangan-kecurangan yang
kau lakukan. Itu adalah nodamu yang terbesar."
"Ampun Raden. Aku mohon ampun. Tetapi kali Ini aku
berkata dengan jujur sejujumya. Meskipun demikian. jika yang
aku katakan itu salah, aku mohon ampun."
"Karena kau sudah terbiasa melakukannya, maka kau
tentu merasa tidak bersalah. Tetapi sejak sekarang. kau harus
belajar bersikap.Ki Panji Wirasentika bukan pejabat yang
harus melayanimu. Tetapi ia harus melayani orang banyak.
Justru orang-orang yang hidup dalam tataran terendah yang
harus mendapat pelayanan yang terbaik"
"Ya Raden" Dalam pada itu, Kangjeng Adipatipun berkata "Peringatan
ini juga berlaku bagi Ki Panji Wirasentika. Aku sependapat
dengan Madyasta. Rakyat kecil ah yang harus mendapat
pelayanan terbaik. Bukan orang-orang kaya karena orang
orang kaya itu mampu memberikan upeti kepada Ki Panji.
."Hamba mengerti Kangjeng, hamba akan mencobanya di
hari-hari mendatang"
"Aku akan sangat memperhatikan perkembangan tatanan
di Pasiraman Kulon, Bahkan bukan hanya Pasiraman Kulon.
Tetapi aku juga akan melihat daerah daerah lain, apakah ada
gejala atau bahkan sudah terjadi, bahwa seseorang yang
memerintah atas namaku jatuh dibawah pengaruh suap
seperti yang terjadi pada Ki Panji Wirasentika"
"Hamba Kangjeng Adipati."
"Baiklah, Ki Panji Wirasentika. Seperti yang aku katakan,
aku akan memberi kesempatan kepada Ki Panji Wirasentika
Ebook by Dewi Kangzusi 285 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sekali lagi. Jika Ki Panji gagal, maka Ki Panji aku anggap
melakukan kesalahan ganda"
Hamba mengucapkan beribu terima kasih, Kangjeng.
Kesempatan ini akan hamba junjung tinggi."
"Kau juga Ki Kertaderma. Jika kau melakukan kesalahan
lagi, maka kaupun akan aku anggap melakukan kesalahan
yang sangat besar." "Ampun Kangjeng. Jika hamba melakukan kesalahan yang
sama, hamba pertaruhkan semua milik hamba. Hamba akan
serahkan semua kekayaan hamba."
"Jika dianggap adil, kami dapat mengambil semua
kekayaanmu tanpa kau serahkan. Sementara itu, kau akan
diusir pergi dari Paranganom tanpa bekal. Atau di masukkan
kedalam penjara untuk waktu yang sangat lama".
"Ampun Kangjeng Adipati hamba mohon ampun. Jangan
lakukan itu. Apapun yang Kangjeng Adipati kehendaki, akan
hamba penuhi." Ki Panji Wirasentikan tidak hanya menggenggamnya,
tetapi Ki Panji Wirasentika telah memukul punggung Ki
Saudagar. Sementara Madyasta memotongnya dengan suara lantang
"Ki Saudagar Ucapanmu itu sudah pantas untuk menjatuhkan
hukuman dengan memotong lidahmu. "
Ki Saudagar memandang Raden Madyasta sekilas.
Kemudian berpaling kepada Ki Panji Wirasentika dan
kemudian membungkuk hormat dihadapan Raden Madyasta
sambil berkata "Ampun Raden, Jadi aku harus berbuat apa?"
Ebook by Dewi Kangzusi 286 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Panji "suara Raden Madyasta menjadi bergetar. Sejak pertemuannya dengan Ki
Saudagar, rasa-rasanya Raden Madyasta sudah menjadi muak "Ajari, apa yang
sebaiknya ia lakukan. Jika sekali lagi ia menawarkan pemberian apapun juga, maka
semua kesempatan baginya akan ditutup"
"Ampun Raden" lalu Ki Panji itupun berpaling kepada Ki Saudagar "Kau masih saja
menyatakan akan menebus kesalahanmu dengan menawarkan pemberian berupa apapun
juga. Janji-janji semacam itu akan dapat digolongkan suap atau pemberian dengan
pamrih. Yang menerima pemberian itu akan dapat dipersalahkan menyalah gunakan
jabatan untuk menerima pemberian, hadiah dan apapun namanya dari orang lain
dengan maksud-maksud yang tersembunyi, meskipun kadang-kadang yang tersembunyi
itu justru dijelaskan sejelas-jelasnya. "
"Tetapi aku ikhlas Ki Panji. Aku ikhlas tanpa mempunyai maksud apa-apa"
"Bukannya tidak mempunyai maksud apa-apa. Kau tawarkan apa saja yang dikehendaki
oleh Kangjeng Adipati itu, tentu dengan maksud agar kesalahanmu dampuni atau
setidak-tidaknya dianggap lebih ringan"
Keringat dingin mengalir di punggung Ki Saudagar Kertaderma. Dengan suara yang
patah-patah iapun berkata
"Tidak. Sama sekali tidak."
"Sebaiknya kau diam saja, Ki Saudagar. Semakin banyak kau bicara, aku menjadi
semakin muak kepadamu."
"Baik Raden. Hamba mohon ampun"
"Sudahlah" berkata Kangjeng Adipati selanjutnya" semua laporan kalian sudah aku
terima Aku melihat kesungguhan Ebook by Dewi Kangzusi
287 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kalian untuk mempergunakan kesempatan yang aku berikan.
Nah, apakah masih ada yang akan kau persoalkan lagi, Ki
Panji Wirasentika?" "Tidak, Kangjeng Adipati. Hamba datang khusus untuk
memberikan pengakuan alas kesalahan-kesalahan yang telah
kami perbuat. Untunglah bahwa Raden Madyasta sempat
lewat di Pasiraman Kulon, sehingga yang terjadi di pasiraman
Kulon itu memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi
kami, sehingga kami tidak terjerumus lebih dalam lagi
kedalam kenistaan." "Jika demikian, maka pembicaraan kita sudah selesai."
"Hamba Kangjeng Adipati. Perkenankanlah kami berdua
mohon diri" "Baiklah. Berhati-hatilah. Pergunakan kesempatan yang
aku berikan itu sebaik-baiknya. Jangan tersesat lagi."
"Hamba Kangjeng Adipati."
Keduanyapun kemudian telah mohon diri meninggalkan
dalem kadipaten Sepeninggal keduanya, Kangjeng Adipati justru tertawa.
Katanya "Ki Saudagar itu sudah sangat terbiasa dengan cara
yang rendah itu, sehingga setiap kali diluar sadarnya ia selalu
melakukannya" "Aku menjadi sangal muak, ayahanda"
"Aku mengerti. Tetapi aku melihay kesungguhan di
wajahnya. Ia menjadi sangat ketakutan"
Jantungnya yang berduri itu sulit untuk dibenahi"
Ebook by Dewi Kangzusi 288 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Panji Wirasentika akan mengjarinya"
"Atau Ki Panji sendiri yang justru .terseret ke dalam lumpur itu lagi"
"Aku berharap mereka akan menjadi baik.
"Mudah-mudahan ayahanda "
"Nah, Madyasta. Kita hanya dapat menunggu dan memantau jalannya pemerintahan di
Pasiraman Kulon. Tetapi seperti yang aku katakan, jangan hanya Pasiraman Kulon.
Tetapi kita harus mulai mengamati kelancaran jalannya pemerintahan di tempat-
tempat yang lain. Apakah persoalan sebagaimana yang terjadi di Pasiraman kulon
itu juga terjadi di tempat-tempat lain"
"Hamba ayahanda"
Aku akan berbicara dengan para pejabat pemerintahan di Paranganom. Jika besok
atau lusa kakang Tumenggung Wiradana dan kakang Tumenggung Sanggayuda kembali,
persoalan ini akan aku angkat dalam pembicaraan di pertemuan besar yang.
di.seleng garakan sepekan sekali itu"
Dalam pada itu, pada saat Ki Wlradapa dan Ki Sanggayuda berada dalam perjalanan
ke kadipalen Kateguhan. Kuda-kuda mereka berlari kencang. Apalagi jika mereka
berada di jalan jalan yang sepi. Di bulak-bulak panjang atau di padang-padang
rumput dan padang-padang perdu. Merekapun harus melewat lorong-lorong yang
melintas didekat hutan yang lebat. Sekali-sekali mere-ka harus menuruni tebing
sungai yang landai. Namun merekapun harus memanjat bukit-bukit berbatu padas,
menuruni lurah yang dalam sampai ke ngarai yang sangat luas.
Ebook by Dewi Kangzusi 289 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sekali-sekali keduanya harus berhenti untuk memberi kesempatan kuda mereka
beristirahat, Ketika terik matahari serasa membakar tubuh, keduanya telah
berhenti disebuah kedai yang cukup besar. Mereka menyerahkan kuda mereka kepada
seorang yang memang ditugaskan untuk merawat setiap kuda yang berhenti di kedai
itu, Memberi minum, makan dan mengikatnya dibawah sebalang pohon yang rindang,
Di kedai itu keduanya mendengar pembicaraan beberapa orang yang menyatakan
kegembiraan mereka, bahwa Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Paranganom
telah berhasil menumpas para penjahat. Tetapi sayang, pemimpin penjahat itu
tidak dapat di tangkap. Seorang anak muda yang bertubuh tinggi, kekar dan seorang lagi yang berbadan
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
agak gemuk, yang duduk dibelakang orang-orang yang membicarakan keberhasilan
Raden Madyasta itu ikut memperhatikan pembicaraan mereka dengan sungguh-sungguh.
Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda yang duduk
disebelah merekapun memperhatikan pula, meskipun tidak semata-mata.
Namun tiba-tiba saja anak muda yang bertubuh tinggi kekar itupun memotong
pembicaraan orang-orang itu. Sambil berdiri, anak muda itupun berkata "Kau
bicara tentang apa "
Tentang ke-berhasilan Madyasta menghancurkan para perampok itu " Itu se-mua
hanya omong kosong. Saudaraku tinggal di Panjer. Kemarin saudaraku itu datang
menengok keluargaku. Paman itulah yang bercerita, bahwa sesungguhnya yang
berhasil menghancurkan para perampok itu adalah orang-orang Panjer sendiri"
Orang-orang yang sedang berbicara im berpaling. Namun tiba-tiba saja mereka
menjadi gelisah. Ebook by Dewi Kangzusi 290 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, apa katamu sekarang. Kalian tidak tahu keadaan
yang sesungguhnya, kalian sudah membuat kesimpulan"
Namun seorang diantara mereka yang berbicara tentang
ke-berhasilan Raden Madyasla itupun berkata "Ki Sanak.
Banyak orang yang mengatakan, bahwa tanpa kehadiran
Raden Madyasta yang membawa beberapa orang prajurit dan
Senapati-senapati muda yang perkasa, maka Panjer akan
menjadi debu jika berani melawan. Kakakku juga tinggal di
Panjer. Bahkan bukan hanya kakakku, tetapi setiap orang
Panjer telah mengatakannya demikian. Dua hari yang lain, aku
baru saja pergi ke Panjer. Bahkan rasa-rasanya tanah di
kademangan Panjer itu masih hangat oleh pertempuran antara
para brandal dengan para prajurit dibantu oleh orang-orang
kademangan Itu sendiri"
"Apakah sanak kadangmu ada yang menjadi prajurit yang
bahkan telah datang ke Panjer?"
"Tidak ada Ki Sanak "
"Kenapa kau memuji keberhasilan para prajurit dan Raden
Madyasta itu berlebihan ?"
"Aku tidak memujinya berlebihan. Aku hanya mengatakan
keberhasilan mereka. Kenapa" Apa salahnya ?"
"Kau memang prajurit Mungkin kau mempunyai saudara
perempuan yang kau harapkan dapat menikah dengan
seorang prajurit. Tetapi ketahuilah, bahwa para prajurit
termasuk Madyasta itu tidak banyak berbuat. Mereka hanya
berteriak-teriak memberikan aba-aba. Sementara yang harus
bertempur melawan para perampok itu adalah orang-orang
Panjer sendiri" Ebook by Dewi Kangzusi 291 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kenapa kau tidak mengakui keberhasilan mereka "
Kenapa kau agaknya telah membenci para prajurit " "
"Aku tidak membencinya. Aku menanggapi keberadaan mereka dengan wajar. Kaulah
yang menjilat mereka, sehingga bagimu, prajurit adalah sama dengan dewa"
Aku tidak berbicara tentang dewa. Tetapi aku hanya menceritakan keberhasilan
mereka saja" "Setan kau "geram orang yang bertubuh tinggi kekar sambil melangkah maju
mendekat "Kau jangan membuat persoalan dengan kami berdua. Kau kenal kami berdua
?" Justru seorang yang lain diantara mereka yang membicarakan keberhasilan para
prajurit itu menjawab "Maaf Ki Sanak. Kami tidak ingin terjadi persoalan.
Baiklah. Ternyata pendapat kita tentang prajurit berbeda. Jika demikian, apa
salahnya kita.berpijak pada sikap dan pendirian kita masing-masing,
"Tidak. Aku tidak mau perbedaan sikap ini dibiarkan begitu saja. Kau harus
mengakui bahwa para prajurit Paranganom itu kerjanya tidak lebih dari berlagak
dan merasa dirinya sebagai pahlawan. Padahal mereka tidak berbuat apa-apa.
Segala-galanya mereka serahkan kepada rakyat sendiri untuk membuat penyelesaian
tentang persoalan-persoalan yang timbul diantara mereka. "
"Baiklah. Silahkan berpendapat menurut pengalaman Ki Sanak berdasarkan hubungan
dan pengamatan kalian tentang prajurit Paranganom. Kami tidak akan mencampuri
pendapat kalian. Tetapi jangan campuri pula pendapat kami"
"Tidak. Kau harus mengakui kebenaran pendapat kami.
Kami juga harus mengakui kebenaran keterangan saudaraku Ebook by Dewi Kangzusi
292 Kang Zusi http://kangzusi.com/
yang tinggal di Panjer tentang prajurit-prajurit Paranganom
itu" "Jangan memaksa Ki Sanak"
"Aku memang memaksa. Kalian mau apa?"
Orang-orang yang berbicara tentang keberhasilan para
prajurit Paranganom itu saling berpandangan sejenak.
Agaknya merekapun tidak menjadi ketakutan meskipun
mereka menjadi semakin gelisah.
Namun tiba-tiba saja kedua orang anak muda itu berkata
lantang "Aku tunggu kalian di halaman"
Kedua orang anak muda itu tidak menunggu jawaban.
Tetapi keduanya segera melangkah ke pintu dan turun ke
halaman. Beberapa orang yang masih duduk di dalam kedai itu
termangu-mangu sejenak. Seorang diantara mereka berkata
"Apakah kita akan melayani orang-orang itu?"
"Kita tidak dapat memilih. Merekalah yang menentukan,
apakah kita harus melayani mereka atau tidak" jawab yang
lain. "Aku tidak pemah berkelahi" berkata seorang yang lain
"Jumlah kita lebih banyak"
Ki Tumenggung Wiradapa yang tidak mengenakan
pertanda jabatannya serta pakaian keprajuritannya
mendengar pembicaraan mereka itu dengan gelisah pula.
Sementara itu, Ki Sanggayuda justru sudah memberi isyaral
kepada Ki Tumenggung Wiradapa. Tetapi Ki Tumenggung
Ebook by Dewi Kangzusi 293 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Wiradapa tidak mengerti maksud isyarat Ki Tumenggung
Sanggayuda. Ki Tumenggung Wiradapa tidak sempat bertanya karena Ki
Tumenggung Sanggayuda Segera bangkit berdiri dan
mendekati orang orang yang kebingungan itu.
"Siapakah mereka" "bertanya Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kami belum mengenal mereka, Ki Sanak. Tetapi
nampaknya mereka adalah anak-anak muda yang tidak
mempunyai pegangan dalam hidupnya. Mereka tentu bagian
dari anak-anak muda yang ketinggalan dari kawan-kawannya.
Kemudian mencari kebanggaan lain yang dapat membuat
mereka merasa sejajar den-gan kawan-kawannya itu"
"Aku setuju dengan pendapat kalian. Karena itu, jika kalian
tidak berkeberatan, biarkan kami berdua bergabung dengan
kalian. Kami ingin menjelaskan kepada mereka, apa yang
sebenamya telah terjadi Panjer"
"Apakah Ki Sanak orang Panjer" Kenapa aku belum pernah
mengenal Ki Sanak" Aku sering pergi ke Panjer ketempat
saudaraku yang sudah lama tinggal di Panjer.".
"Aku bukan orang Panjer, Ki Sanak. Tetapi ketika peristiwa
itu terjadi, saat prajurit Paranganom menghancurkan para
perampok, aku berada di Panjer. Aku juga hanya mengunjungi
salah seorang pamanku yang tinggal di Panjer"
"Silahkan, Ki Sanak. Tetapi pada dasarnya kami bukan
orang yang sering berkelahi. Meskipun demikian kami juga
tidak mau harga diri kami terinjak-injak"
Ebook by Dewi Kangzusi 294 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapa baru tahu, apa yang dimaksud oleh Ki Sanggayuda. Tetapi
Ki Tumenggung Wiradapa meragukan kesabaran Ki Tumenggung Sanggayuda jika ia
sudah berhadapan dengan anak-anak muda yang nampaknya agak bengal itu.
Demikianlah, maka orang-orang yang telah ditantang dan ditunggu di luar kedai
itupun bangkit berdiri dan bersama-sama melangkah ke pintu. Semuanya ada lima
orang. Tetapi nampaknya lima orang itu tidak akan banyak berarti bagi kedua
orang anak muda yang sudah terbiasa menganggap kekerasan sebagai kawan akrab
didalam hidup mereka. "Bagus" teriak anak muda yang agak gemuk "Ternyata kalian berani juga keluar"
"Kami bukan orang-orang yang senang berkelahi" jawab salah seorang dari mereka.
"Pengeeut. Aku tantang kalian berlima"
"Sebenarnya tidak ada persoalan apa-apa diantara kita.
Karena itu, kami menganggap bahwa perkelahian adalah penyelesaian yang
berlebihan" "Aku tidak peduli. Kami akan berkelahi."Yang menjawab adalah Ki Tumenggung
Wiradapa yang juga sudah turun dari kedai itu "Ki Sanak. Apakah yang kalian
dapatkan dengan berkelahi?"
"Persetan. Kau tidak usah ikut campur kek"
"Mereka adalah kemanakanku" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "aku sudah ni nta
kepada mereka, agar mereka tidak usah berkelahi"
Ebook by Dewi Kangzusi 295 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku akan berkelahi. Apakah mereka akan melawan atau tidak, itu adalah urusan
mereka. Tetapi ka?mi berdua tetap akan berkelahi"
"Agaknya kaliah telah mabuk tuak. "
"Aku tidak mabuk, kau dengar"
"Anak-anak muda "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda
"Aku hanya Ingin menjelaskan apa yang telah terjadi di Panjer"
"Pergi. Pergi kalian atau kalian juga akan mengalami perlakuan buruk."
"Aku ulang sekali lagi. Mereka adalah kemanakanku. Jika aku harus pergi, aku
sama sekali tidak berkeberatan. Aku akan mernbawa mereka pergi. "
"Bohong. Kau bohong. Aku melihat saat orang-orang cengeng itu datang dan
memasuki kedai ini. Aku melihat kalian berdua datang. Kalian sama sekali tidak
menyapa kelima orang pengeeut itu. Tiba-tiba saja kau mengaku, bahwa mereka
adalah kemanakanmu. "
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Katanya
"Ternyata kau cerdas juga menangkap suasana. Baiklah.
Mereka memang bukan kemanakanku. Tetapi sebaiknya kalian tidak berkelahi. Kami
berdua adalah prajurit Paranganom.
Kami tidak merasa sakit hati, meskipun kau tidak senang dan bahkan mencerca
prajurit Paranganom. Namun adalah kewajibanku untuk mencegah perkelahian.
Apalagi perkelahian tanpa sebab yang jelas seperti apa yang akan kalian lakukan.
" Ebook by Dewi Kangzusi 296 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kalian tentu berbohong lagi. Kalian berdua tentu bukan prajurit. Seandainya
benar bahwa kalian adalah prajurit, maka jangan ikut campur."
Dengarkan kata-kataku. Bukankah persoalannya sekedar perbedaan pendapat tentang
keberhasilan prajurit Paranganom memberantas sekelompok brandal di Panjer "
Sudahlah. Jangan dipertajam. Kalau kau menganggap bahwa justru orang-orang
Panjer sendiri yang telah berhasil menghancurkan gerombolan itu, silahkan.
Kare?na pendapat itu tidak salah. Rakyat Panjer memang telah berjuang untuk
menghancurkan gerombolan perampok itu. Jika orang lain berpendapat, bahwa
prajuri Paranganom yang telah berhasil mengalahkan para perampok itupun benar
pula, karena para prajuri Paranganom telah terlibat dalam pertempuran itu.
"Tetapi Madyasta telah mengambil keuntungan dari peristiwa itu. Ia mengaku bahwa
dirinyalah yang telah berhasil menghancurkan segerombolan perampok itu"
"Kalau kalian tidak mengakuinya, tidak apa-apa Jangan menjadi masalah yang dapat
menyeret kalian kedalam perkelahian yang tidak berarti. "
"Masalahnya bukan sekedar Madyasta mengaku menjadi pahlawan di Panjer. Tetapi ia
sudah melakukan kesalahan terbesar yang tidak dapat dimaafkan. "
"Kesalahan apa, Ki Sanak?"
"Sebenarnya apa yang aku ketahui tentang Panje bukan sekedar ceritera saudaraku
yang menengok keluarga. Tetapi aku sendiri menyaksikannya. Aku adalah kemanakan
Demang Panjer. " Ebook by Dewi Kangzusi 297 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apakah Ki Demang yang mengatakan bahwa para prajurit Paranganom tidak berarti
apa-apa pada saat benturan kekerasan melawan para brandal itu terjadi ?"
"Paman Demang Panjer adalah orang yang tamak.
Sebelumnya ia tidak pemah mempersoalkan hubunganku dengan anak perempuannya.
Rara Menur. Tetapi setelah Madyasta berada di rumahnya, maka aku seakan-akan
telah tersisih. Perhatian Rara Menur lebih banyak tertuju kepada Raden Madyasta,
karena ia anak seorang Adipati. Meskipun demikian, aku tidak takut berhadapan
dengan Raden Madyasta. Aku justru ingin menantangnya dalam perang tanding yang
adil. " Jangan kehilangan akal, Ki Sanak. Apakah kau yakin bahwa hubungan antara Raden
Madyasta dengan anak Demang Panjer Itu berrsungguh-sungguh"
"la sudah merampas hari depanku yang manis. Madyasta telah mengoyak
mimpi"mimpiku yang indah. Rara Menur benar-benar telah memalingkan wajahnya dan
bahkan menganggap bahwa aku tidak lebih dari sampah yang harus dibakar."
"Tenanglah, anak muda. Raden Madyasta sekarang sudah berada di rumahnya, dalem
kadipaten Paranganom. "
"Dengan meninggalkan racun di jantung Rara Menur, Ki Sanak. Kemarin aku berada
di Panjer. Rara Menur memalingkan wajahnya jika ia bertemu dengan aku. Padahal
sebelumnya, Menur selalu menerima kedatanganku dengan akrab"
Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas panjang.
Ebook by Dewi Kangzusi 298 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Anak muda. Biarlah aku
menyampaikannya kepada Raden Madyasta."
"Bagus. Kau kira aku akan menjadi ketakutan" Aku tantang ia berperang tanding
sampai mati" "Bukan begitu. Jika aku menyampaikannya kepada Raden Madyasta, mungkin Raden
Madyasta akan dapat memilih jalan terbaik. Tanpa perang tanding, apalag sampai
mati" "Aku adalah laki-laki seperti Madyasta pula"
"Tentu. Kau adalah laki-laki yang gagah berani Tetapi perkelahian tidak selalu
dapat menyelesaikan masalah."
"Sekarang bersiaplah. Aku tidak mau berbicara terlalu panjang. "
"Bersikap untuk apa " "
"Berkelahi. Aku benci kepada Madyasta. Aku benci kepada semua prajurit
Paranganom. Karena disini tidak ada Madyasta, maka kau akan menjadi sasaran.
Jika kau nanti terluka parah, maka biarlah Madyasta, marah dan datang mencari
aku. " "Jangan begitu anak muda. Nalarmu terlalu pendek, sehingga kesimpulan yang kau
ambilpun tidak tepat. "Aku tidak peduli. Nalarku memang pendek. Bersiaplah.
Cepat, Sebelum aku mulai"
"Sadari keadaanmu. Sadari pula ketentuan yang berlaku.
Siapa yang melawan petugas akan mendapat hukuman yang berat "
Ebook by Dewi Kangzusi 299 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jangan menakut-nakuti terus-menerus. Aku tidak percaya kalau kalian adalah
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
prajurit. Orang-orang tua yang tidak tahu diri. Aku akan menghitung sampai
sepuluh. Aku akan langsung menyerang"
"Ki Tumenggung Sanggayudalah yang kemudian melangkah kedepan sambil berkata
"Sabar anak muda. Bersabarlah sedikit. "
Tetapi anak muda itu justru sudah mulai menghitung
"Satu, dua, tiga..."
"Tunggu anak muda "
Anak muda itu tidak mempedulikan lagi. Ia menghitung terus"Ampat, lima."
Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itupun menjadi
tegang Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa mendekati mereka sambfl berdesis
"Jangan ikut campur, agar kedua orang anak muda itu tidak mendendam kepada
kalian. Dendamnya akan dapat menumbuhkan sikap yang aneh-aneh"
Sementara itu, anak muda itu masih menghitung lerus.
Tepat pada hitungan kesepuluh, anak muda itupun telah meloncat menyerang Ki
Tumenggung Sanggayuda. Namun Ki Tumenggung Sanggayuda telah bersikap menghadapimnya. Ketika anak muda
itu mengayunkan tangannya mengarah ke wajah Ki Tumenggung, maka Ki Tumenggung
itupun telah beringsut setapak sambil memaling wajahnya.
Ebook by Dewi Kangzusi 300 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Oleh gerakan yang sederhana itu, anak muda itupun telah kehilangan sasaran.
Tangannya sama sekali tidak menyentuh kulit Ki Tumenggung Sanggayuda.
Anak muda itupun kemudian menggeram. Kakinyalah yang kemudian menyambar kearah
dada. Tetapi sekali lagi Ki Tumenggung Sanggayuda beringsut, sehingga serangan
anak muda itupun tidak mengenainya.
"Sudahlah "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "jangan membuang-buang waktu "
Tetapi anak muda itu tidak mendengarkannya. Bahkan anak muda itupun berteriak
kepada kawannya "Kita buat orang yang mengaku prajurit ini menjadi jera"
Kawannya yang agak gemuk itupun mulai bergerak mendekati lingkaran perkelahian.
Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itu menjadi
tegang. Ia tidak melihat seorang yang lain dari kedua orang yang mengaku
prajurit itu bersiap"siap untuk membantu kawannya.
Sebenarnyalah maka sejenak kemudian, anak muda yang agak gemuk itupun telah
melibatkan diri. Bersama-sama dengan anak muda yang bertubuh tinggi kekar itu,
mereka berkelahi melawan Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Kalian adalah anak-anak yang nakal "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda sambil
meloneat mengambil jarak."Aku peringatkan sekali lagi, hentikan sikap kalian
yang kalian landasi dengan penalaran yang pendek itu. Sekali lagi aku
peringatkan, bahwa kalian berhadapan dengan prajurit Paranganom. Karena itu,
jangan melawan. " Ebook by Dewi Kangzusi 301 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian menyingkapkan
baju untuk menunjukkan timang ikat pinggangnya, pertanda
kepra juritannya yang semula tertutup ujungbajunya yang,
panjang "Bohong. Kau mau berbohong lagi "bentak anak muda
yang bertubuh tinggi dan besar. Katanya selanjutnya "Semula
orang-orang itu kau aku sebagai kemanakanmu. Ternyata kau
bohong. Kemudian kau mengaku prajurit. Itupun bohong pula.
Sedangkan timang pertanda keprajuritan itu dapat kau curi
dimana-mana" "Jangan begitu anak muda. Aku sudah memperingatkanmu
beberapa kali. " Kau tidak usah memeringatkan aku. Aku akan
mematahkan kaki dan tanganmu. Kemudian aku akan
mengirimmu kepada Madyasta, anak Adipati Prangkusuma
yang telah merebut perawan Panjer dari sisiku"
Ki Tumenggung Sanggayuda bukan orang yang sabar.
Ketika wajahnya menjadi merah, Ki Tumenggung
Wiradapapun sempat berbisik" Adi. Kau berhadapan dengan
anak anak yang sedang merengek karena kehilangan mainan
yang disenanginya" Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas dalam-dalam.
Namun darahnya yang sudah naik sampai ke kening, agaknya
telah mereda kembali. Dengan demikian, maka iapun sempat
mengatur perasaannya sehingga Ki Tumenggung itu dapat
mengendalikan dirinya. Dalam pada itu, kedua anak muda itulah yang tidak dapat
mengendalikan diri mereka lagi. Bersama-sama mereka
berloncatan menyerang Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ebook by Dewi Kangzusi 302 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun perkelahian itu tidak berlangsung lama. Ki
Tumenggung Sanggayuda yang memiliki pengalaman yang
panjang dalam dunia kanuragan, telah berhasil menyentuh
beberapa simpul syaraf kedua orang anak muda itu. Mereka
tidak tahu apa yang telah terjadi, ketika tiba-tiba saja tubuh
mereka menjadi sangat lemah. Bahkan rasa-rasanya untuk
berdiri tegak, mereka sudah tidak mampu lagi.
Ki Tumenggung Sanggayuda dan Ki Tumenggung
Wiradapapun kemudian membantu kedua orang anak muda
itu, memapah mereka dan meletakkan mereka duduk di
sebuah dingklik panjang di depan kedai itu bersandar dinding.
"Nah, bukankah kita menjadi tontonan banyak orang"
"desis Ki Tumenggung Sanggayuda.
Kedua anak muda itu sudah tidak berdaya lagi. Bahkan
rasa-rasanya mata merekapun selalu akan terpejam.
Kepada keli na orang yang hampir saja dipaksa untuk
berkelahi itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Pergilah.
Bayar harga makanan dan minuman yang kalian ambil, lalu
tinggalkan kedai ini selagi keduanya tidak sepenuhnya sadar
apa yang telah. terjadi"
Kelima orang itupun mengangguk sambil berkata "Terima
kasih, Ki Sanak" "Biarlah aku mengurus anak-anak itu"
Bab 15 - Paman Partabawa Kelima orang itupun kemudian menemui pemilik kedai
yang menjadi gemetar. Membayar makanan dan minuman
Ebook by Dewi Kangzusi 303 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mereka. Kemudian merekapun pergi meninggalkan kedai itu.
Bahkan bebera-pa orang lain yang berada di kedai itupun
telah pergi pula setelah membayar harga makanan dan
minuman yang mereka ambil. Bahkan ada diantara mereka
yang sebenamya masih belum selesai.
Beberapa saat kemudian, kedai itu menjadi lengang. Tetapi
masih saja ada yang berdiri agak di kejauhan untuk melihat
apa yang terjadi dengan anak-anak muda yang seperti telah
terbius itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayudapun duduk pula diamben bambu panjang didepan
kedai itu pula. Untuk beberapa saat mereka tidak berbuat apa-
apa selain memandang berkeliling. Melihat orang-orang yang
masih berdiri dalam kelompok-kelompok kecil agak jauh dari
kedai itu. Perjalanan kita telah terhambat "berkata ki Tumenggung
Wiradapa" "Kita tidak dapat membiarkan mereka berkelahi dengan
orang-orang yang tidak terbiasa melakukannya.
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Namun
kemudian iapun berdesis "Tetapi apakah benar bahwa Raden
Madyasta telah berhubungan dengan anak gadis Ki Demang di
Panjer?" Kita masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya
kakang. Tetapi jika itu benar, tentu akan menjadi masalah
bagi Kangjeng Adipati. Apakah Kangjeng Adipati akan
membiarkan puteranya yang kelak akan menggantikannya
berhubungan den?gan seorang gadis anak seorang Demang?"
Kita tidak akan dapat ikut campur" desis Ki Tumenggung
Wiradapa. Ebook by Dewi Kangzusi 304 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kecuali jika Kangjeng Adipati minia pertimbangan kita"
"Ya. Dan itu adalah mungkin sekali"
Aku juga seorang yang berasal dari padesan. Bahkan sebuah desa kecil di dekat
hutan yang lebat. Aku merangkak dari lataran yang paling bawah"
"Adi Tumenggung memang sering merendahkan diri. Adi Tumenggung adalah murid
utama dari sebuah padepokan yang mempunyai nama yang baik di Tegal angkap"
"Aku memang murid dari perguruan Sela Tangkep. Aku dapat memasuki padepokan itu,
karena kebetulan aku diketemukan oleh seorang Putut yang berpengaruh di
perguruan Sela Tangkep. Kebetulan saja kakang"
"Itu adalah pintu yang dibukakan oleh Yang Maha Agung bagi adi Tumenggung"
"Ya Wakru itu aku hampir mati kedinginan. Aku tidak berani pulang, karena aku
diancam oleh ayah liriku. Agaknya ancamannya itu bersungguh-sungguh. Adalah
kebetulan, ketika tubuhku sudah tidak berdaya, menggigil dan bahkan rasa-rasanya
tidak dapat lagi untuk bangkit dan mencari peri ndungan dari kejamnya udara
dingin, Putut itu lewat"
"Bersukurlah" "Aku memang bersukur bahwa umurkupun masih berkepanjangan sampai sekarang.
Semoga aku diberiNya panjang umur"
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk.
Ebook by Dewi Kangzusi 305 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara itu, kedua orang anak muda yang masih duduk disamping kedua orang
Tumenggung itu sambil bersandar dinding, bahkan telah tertidur. Namun Ki
Tumenggung Wiradapapun kemudian berkata "Marilah kita melanjutkan perjalanan
kita yang masih jauh ini".
"Mari, kakang. Biarlah aku membangunkan anak-anak ini lebih dahulu. Kelima orang
yang ditantangnya itu tentu sudah menjadi semakin jauh. Mudah-mudahan anak-anak
ini tidak mendendam mereka berlima"
Kedua orang anak muda ini mengetahui bahwa kitalah yang telah menjinakkan
mereka" Ki Tumenggung Sanggayudapun mengangguk-angguk Sejenak Ki Tumenggung Sanggayuda
memandang berkeliling. Orang-orang yang menonton peristiwa yang menarik
perhatian itu sudah banyak yang pergi. Hanya tinggal satu dua orang sa?ja yang
bertahan untuk melihat, apa yang akan terjadi kemudian dengan kedua orang anak
muda itu. Sejenak kemudian, Ki Tumenggung Sanggayudapun segera bangkit berdiri dan
melangkah mendekati kedua orang anak muda yang tertidur itu.
Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian meraba pangkal leher kedua orang anak muda itu
berganti-ganti. Sesaat kemudian, maka kedua orang anak muda itupun segera terbangun. Dengan
sigapnya mereka meloneat turun dari amben bambu yang panjang. Namun merekapun
kemudian berdiri termangu-mangu melihat kedua orang yang mengaku prajurit itu
duduk dengan tenangnya di amben panjang, di depan kedai.
Ebook by Dewi Kangzusi 306 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Pulanglah. Dimana rumahmu" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa
"Apakah yang terjadi7
Kalian berdua tidur dengan nyenyak bersandar dinding"
Orang yang bertubuh tinggi besar itupun berkata "Aku harus mengakui keunggulan
kalian. Kalian tentu sudah menyentuh simpul-simpul syarafku sehingga aku
tertidur. Tetapi lain kali kalian tidak akan berhasil. Kau berhasil hanya karena
kelengahanku saja" "Aku tadi sudah berpikir, apakah kedua orang anak muda ini dibunuh saja disini.
Tidak akan ada masalah. Kami adalah pra-jurit-prajurit dalam tugas, sehingga
tindakan kami akan teri ndunj oleh hak dan wewenang kami di bawah saksi mata
yang cukup banyak dan meyakinkan Kami memang menyesal, kenapa kan tidak
melakukannya. Kami mengira bahwa masih ada jantung yang baik didadamu. Tetapi
temyata dadamu berisi bulu-bulu serigala yang jahat. Tetapi kami berdua belum
terlambat Jika kalia masih ingin mencoba kemampuan kami, prajurit Paranganom
silahkan. Jangan menjadi lengah lagi.
Tetapi kali ini kami akan berbuat sesuai dengan kedudukan kami. Jika kami merasa
perlu, kalian akan mati disini"
Anak-anak muda itu memang menjadi ragu-ragu.
Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Apa yang kau lakukan, adalah
bagian kecil dari apa yang mungkin dilakukan oleh Raden Madyasta. Tetapi aku.
tidak bermaksud bahwa Raden Madyasta dapat berbuat sekehendak hatinya.
Kami akan bertemu dan berbicara dengan ki Demang di Panjer. Jika Raden Madyasta
memang merebut perawan Panjer yang sebelumnya sudah dipertunangkan dengan kau,
atau setidak-tidaknya anak perempuan Ki Demang itu sudah menyatakan kesediaan
menerima kau yang kelak akan Ebook by Dewi Kangzusi
307 Kang Zusi http://kangzusi.com/
menjadi suaminya, maka kami akan melaporkan kepada
Kangjeng Adipati." Wajah anak muda itu menjadi tegang. Namun kemudian
berkata lantang "Itu tidak periu "
"Kenapa. Tentu perlu sekali. Meskipun ia anak seorang
Adipati, tetapi jika ia merebut milik orang lain, maka itu harus
dicegah" Persetan dengan Madyasta" geram anak muda itu. namun
kemudian iapun memberi isyarat kepada kawannya untuk
meninggalkan tempat itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayu
termangu-mangu sejenak. Namun kemudian merekapun
sepakat untuk melanjutkan perjalanan.
Keduanyapun segera minta diri kepada pemilik kedai:
setelah mereka membayar harga makanan yang mereka
pesan.. "Terima kasin, Ki Sanak. Tidak usah. Kalian juga tidak
sempat menikmati makanan dan minuman kami sebaik-
baiknya" Tetapi Ki Tumenggimg Waradapa meninggalkan uang
sambil berkata "Mungkin pada kesempatan lain aku akan
singgah lagi di kedaimu. "
Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah
melanjutkan perjalan mereka. Kepada orang yang memberi
makan dan minum serta merawat kedai mereka selama
mereka berada di kedai itu, Ki Tumenggung Wiradapa juga
memberinya uang sekedarnya.
Ebook by Dewi Kangzusi 308 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Diperjalanan keduanya masih berbicara tentang Raden Madyasta yang hatinya telah
tersangkut di Panjer. Dengan nada datar Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Jika
benar kata anak muda itu, maka persoalan yang menyangkut Raden Madyasta itu akan
menjadi persoalan yang bersungguh-sungguh bagi Kangjeng Adipati. "
Apakah kita akan melaporkannya kepada Kangjeng Adipati sebelum hubungan mereka
terlanjur mendalam " "
"Nanti dulu, adi. Bukankah kita baru mendengardari anak muda yang mabuk itu."
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Katanya "Baiklah, kakang. Kita memang tidak seharusnya terlalu mencampuri
persoalan yang terjadi pada keluarga Kangjeng Adipati.
"Soalnya adalah karena Raden Madyasta kelak akan menggantikan kedudukan Kangjeng
Adiapti yang sudah menjadi semakin tua itu, sehingga dengan demikian, masalahnya
bukan semata-mata masalah pribadi Kangjeng Adipati. Tetapi masalahnya akan
menjadi masalah kaprajan.
"Kecuali jika Kangjeng Adipati sendiri mengijinkan. "
"Ya. Mungkin kita sudah mencemaskan persoalan yang akan diangkat menjadi masalah
kaprajan, temyata Kangjeng Adi?pati menganggap bahwa hal itu bukan masalah. "
Bende Mataram 20 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bola Bola Iblis 2