Pencarian

Meraba Matahari 5

Meraba Matahari Karya Sh Mintardja Bagian 5


Kedua orang Tumenggung itupun tertawa.
Demikianlah kuda-kuda itupun berlari semakin kencang.
Mereka telah memilih jalan pintas untuk mencapai Kateguhan lebih cepat. Mereka
melintasi jalan-jalan kecil dan lorong-lorong sempit Kadang-kadang mereka harus
memanjat bukit-Ebook by Dewi Kangzusi
309 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bukit kecil berbatu padas. Bahkan mereka juga melintas bukit
kapur yang keputih-putihan Bukit yang sedikit sekali ditumbuhi
perpohonan. Meskipun demikian, meskipun mereka sudah melintasi
jalan pintas serta melarikan kuda mereka seperti anak panah,
namun perjalanan mereka memang perjalanan yang panjang.
Setiap kali, jika kuda-kuda mereka menjadi letih, maka mereka
harus beristirahat. Ketika senja turun, mereka baru memasuki jalan yang lebih
besar, yang langsung menuju kepintu gerbang kota yang
menjadi pusat pemerintahan bagi kadipaten Keteguhan.
"Jika kita tidak mengambil jalan pintas, maka kita akan
melewati jalan panjang ini. Jalan yang lebih baik dari jalan yai
kita lewati"berkata Ki Tumenggung Sanggayuda
"Ya Tetapi jaraknya jauh lebih panjang dari jalan yang kita
tempuh" jawab Ki Tumenggung Wiradapa
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk kecil. Kuda
mereka berlari terus menuju ke pintu gerbang kota.
Ketika malam turun, keduanya masih berada di punggu
kuda mereka. Jika mereka melewati sebuah padukuhan, maka
lampu minyak sudah dinyalakan. Berkas-berkas sinamya
mencuat keluar lewat pintu-pintu yang belum tertutup rapat
Sementar ai satu dua oneor telah dipasang di regol-regol
halaman rumah ya terhitung besar dan halaman luas milik
orang-orang berada "Tidak banyak perbedaan antara Kateguhan dan
Paranganom" berkata Ki Tumenggung Wiradapa.
Ebook by Dewi Kangzusi 310 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Bahkan kita tidak akan dapat menyebut perbedaan itu"
"Semula kedua Kadipaten ini diperintah oleh dua orang bersaudara, sehingga
banyak hal nampak bersamaan"
Malampun menjadi semakin dalam. Di bulak-bulak panjang mereka melihat tanaman
padi yang subur sehagaimana tanan padi di Paranganom. Paripun mengalir gemerieik
berseling denj suara angin yang menguncang dedaunan.
Ki Rangga Wiradapapun menengadahkan wajahnya Ternyata langit bersih. Bintang-
bintang nampak gemerlapan.
"Angin yang kering" desis Ki Tumenggung Sanggayuda
"Ya. Nampaknya malam akan terasa hangat" Keduanya memperlambat kuda mereka
ketika mereka memasuki sebuah padukuhan yang terhitung besar. Dua buah oncor
jarak menyala di gerbang padukuhan.
Di saat mereka memasuki padukuhan itu, suasananya terasa sepi. Dilangit memang
tidak ada bulan, sehingga tidak ada anak-anak yang keluar yang bermain di
halaman Ketika mereka melewad sebuah gardu, temyata di gardu itu sudah ada
beberapa orang yang sedang duduk-duduk sambil berbincang.
Derap kaki kuda kedua orang Tumenggung dari Paranganom itu telah menarik
perhatian orang-orang yang duduk di gardu itu. Demikian kedua orang penunggang
kuda im mendekat, maka merekapun serentak meloneat turun dari gardu.
Ebook by Dewi Kangzusi 311 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Seorang diantara merekapun melangkah maju sambil mengangkat tangannya.
"Berhentilah, Ki Sanak"berkata orang itu.
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun menghentikan kedua orang
penunggang kuda itu. "Kami orang-orang Paranganom Ki Sanak. Kami akan pergi ke Kateguhan "
Orang itu mengerutkan dahinya Sambil mengangkat wajahnya orang itupun berkata
"Untuk apa orang Paranganom pergi ke Kateguhan " "
Kami ingin menegok saudara kami yang tinggal di Kateguhan Sudah agak lama kami
tidak bertemu. " Kenapa bukan saudaramu saja yang pergi ke Paranganom.
Bukankah orang Paranganom merasa kakinya kotor dan gatal jika tersentuh tanah di
Kateguhan ?" Kedua orang Tumenggung im terkejut. Hampir diluar sadarnya, Ki Tumenggung
Sanggayudapun berkata "Apa maksudmu, Ki Sanak?"
"Apakah pantas orang-orang Paranganom pergi ke Kateguhan " Bukankah orang-orang
Paranganom merasa derajadnya lebih tinggi dari orang-orang Kateguhan?"
"Siapakah yang mengatakan seperti itu, Ki Sanak. Serta sejak kapan ada perasaan
semacam im tumbuh di hati orang-orang Kateguhan "
Ebook by Dewi Kangzusi 312 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Bertanyalah kepada dirimu sendiri, Ki sanak. Sejak kapan kalian merasa bahwa
kedudukan kalian lebih tinggi dari orang-orang Kateguhan " "
Ki Tumenggung Wiradapa menjawab dengan hati-hati "Ki Sanak di Kateguhan. Kami,
orang-orang Paranganom tidak pernah merasa bahwa kedudukan kami lebih tinggi
dari siapapun juga. Bukan saja dari saudara-saudara kami di Kateguhan. Tetapi
juga dari Kadipaten-kadipaten yang lain di Tegal angkap. Bahkan dengan rakyat
diluar Tegal angkap sekalipun.
Itu yang kau katakan sekarang, karena kau menjadi ketakutan berhadapan dengan
kami. " "Baik. Baik. Kami memang ketakutan. Tetapi tidak dalam ketakutanpun kami tidak
pernah merasa lebih dari saudara-saudara kami. "
"Lewatlah. Ternyata bahwa orang-orang Paranganom adalah orang-orang yang berjiwa
kerdil. Mereka hanya berani menyombongkan dirinya di kandang sendiri. Di
Kateguhan mereka merasa diri mereka lebih kecil dari biji telasih. "
"Ki Sanak "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "kami tidak pernah merasa lebih
besar dari siapapun. Tetapi kamipun tidak pernah merasa lebih kecil dari
siapapun. Di hadapan Sang Pencipta, kami semua sederajad. "
Seorang yang berambut ubanan tiba tiba saja tertawa.
Katanya "Kalian memang licik, Dalam keadaan yang gawat kalian berusaha untuk
menyelamatkan diri sekaligus menyelamatkan nama baik kalian Tetapi ketahuilah,
bahwa ternyata orang oranj Paranganom adalah orang-orang yang tidak berharga di
mata kami. " Ebook by Dewi Kangzusi 313 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapapun menggamit Ki Tumenggung Sanggayuda yang darahnya mulai
menjadi panas. Kemudian Ki Tumenggung Wiradapa itupun berkata Baik, Ki Sanak.?"Persoalan ini akan aku bawa kepada Kangjeng Adipati di Kateguhan agar diketahui
bahwa ada perasaan bermusuhan dari rakyat Keteguhan terhadap rakyat Paranganom.
Tetapi itu bukan salah kalian. Tentu ada orang yang telah meracuni jiwa kalian,
sehingga rasa permusuhan itu timbul. Tetapi ketahuilah, bahwa perasaan seperti
yang kalian katakan itu, tidak ada sama sekali di hati kami. Di hati orang-orang
Paranganom. " Orang-orang Kateguhan itu termangu-mangu sejenak.
Sementara Ki Tumenggung Wiradapa berkata selanjutnya
"Kateguhan dan Paranganom pernah diperintah oleh dua orang bersaudara, sebelum
Kangjeng Adipati Prawirayuda wafat, dan kemudian digantikan oleh puteranya
Kengjeng Adipati Yudapati sekarang ini. Bagaimana mungkin kami, orang-orang
Paranganom merasa lebih tinggi derajadnya dari orang-orang Kateguhan. Bahkan
Kateguhan menurut abu dari pimpinan pemerintahannya lebih tua dari Paranganom. "
"Lewatlah" berkata orang berambut ubanan "mumpung aku menganggap kata-katamu itu
nalar. Tetapi mungkin pendapatku berubah, sehingga akan dapat menyulitkanmu. "
"Terima kasih, Ki Sanak."
Kedua orang Paranganom itupun kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Pintu
gerbang kota sudah berada dihadapan hidung mereka. Namun malampun menjadi
semakin dalam. Wayah sepi uwong mereka memasuki pintu gerbang.
Jalan-jalan sudah sepi. Sebuah gardu berada beberapa langkah dari pintu gerbang.
Beberapa orang prajurit bera?da Ebook by Dewi Kangzusi
314 Kang Zusi http://kangzusi.com/
di gardu itu. Ada yang duduk terkantuk-kantuk. Tetapi ada
yang masih tetap segar mengawasi jalan yang melintasi pintu
gerbang itu. Seorang prajurit yang bertugas berdiri dibelakang pintu
gerbang itu menghentikan Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki
Tumenggung Sanggayuda. "Siapakah kalian Ki Sanak " "berkata prajurit itu.
Kepada para prajurit kedua orang Tumenggung itu
berkata terus-terang. Ki Wiradapalah yang menjawab
setelah turun dari kudanya "Aku Tumenggung Wiradapa dari
Paranganom. Sedangkan kawanku ini adalah Tumenggung
Sanggayuda. Kami mendapat tugas untuk menghadap
Kangjeng Adipati Yudapati."
"Sekarang " "
"Tentu tidak. Kami akan bermalam di rumah saudaraku
yang tinggal di Kateguhan. "
Pemimpin sekelompok prajurit yang mendengar
pembicaraan itupun bangkit berdiri dan berjalan mendekat.
"Untuk apa Ki Tumenggung berdua menghadap Kangjeng
Adipati di Kateguhan ?"
"Ada sedikit persolan yang harus kami sampaikan, Ki
Sanak. " "Aku Lurah prajurit. Namaku Prasanta. Ki Lurah Prasanta."
"Ya, Ki Sanak. Apakah kedatangan Ki Tumenggung berdua
menghadap Kangjeng Adipati diperintahkan untuk membawa
surat penantang " "
Ebook by Dewi Kangzusi 315 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Maksud Ki Lurah " "
"Apakah Pranganom menantang Kateguhan untuk
berperang " " "Aku tidak mengerti maksud Ki Sanak. Bagaimana mungkin
kami menantang perang. Bukankah baik Paranganom inaupun
Kateguhan itu termasuk wilayah Tegal angkap " Apakah salah
satu diantara kami berani menantang perang terhadap
tetangga kami " Bahkan saudara kami. Dengan demikian,
maka siapapun yang memulainya berarti menantang
kekuasaan Kangjeng Sultan di Tegal angkap "
Ki Lurah Prasanta itu tertawa. Katanya "Ki Tumenggung
masih menghargai hubungan kadang antara Kateguhan dan
Paranganom. " "Kenapa tidak " Sudah aku katakan, bahwa kita berada
dalam satu ruang lingkup kekuasaan Tegal angkap. "
"Bagus. Masih ada juga orang Paranganom yang
menyadari keberadaannya di tempat yang sewajarnya. "
"Ki Lurah "berkata Ki Sanggayuda kemudian "aku tidak
mengerti, kenapa orang-orang Kateguhan bersikap
bermusuhan dengan orang-orang Paranganom. Apa salah
kami menurut pendapat Ki Sanak. Jika Ki Sanak bersedia
memberitahukan kepada kami, mungkin kami akan dapat
berubah sikap. " "Sudahlah. Jangan berpura-pura. Bagi kami, Ki
Tumenggung berdua orang diantara sedikit orang yang
menyadari keberadaan dua kadipaten yang masih berada di
dalam bingkai bersaudaraan,. Silahkan berjalan terus"
Ebook by Dewi Kangzusi 316 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Wiradapalah yang menyahut "Terima kasih. Ki Lurah.
Kami akan menghadap Kangjeng Adipati esok pagi, agar kami tidak melanggar
tatanan. " Demikian Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda lewat, maka Lurah
praju itupun berkata "Masih ada juga Orang-orang Paranganom yang menghormati
hubungan antara Paranganom dan Kateguhan. Karena mereka berada di Kateguhan.
Jika ka yang berdiri di gerbang kota Paranganom mungkin sikap mereka akan
berubah." "Mungkin. Tetapi aku merasakan kesungguh kata-kata mereka berdua. "
Namun tiba-tiba seorang prajurit bertanya "Ki Lurah.
Kenapa tiba-tiba saja kita membenci orang-orang Paranganom
" Isteriku berasal dari Paranganom. Anak adalah keturunan Kateguhan separo dan
keturunan Paranganom separo. Jika Paranganom dan Kateguhan harus bermusuhan,
maka anakku akan bermusuhan dengan dirinya sendiri"
"Bodoh kau. Anakmu harus memilih. Menjadi orang Paranganom sepenuhnya atau
menjadi orang Kateguhan yang bulat"
"Tetapi apa sebab sebenarnya, bahwa kita harus memusuhi Paranganom " Bukankah
Paranganom tidak pernah berbuat apa-apa ?"
Ki Lurah Prasanta memang menjadi bingung. Ia tidak tahu, apakah jawab yang harus
diucapkan. Tetapi beberapa orang pemimpin di Kateguhan memang bersikap kurang
ramah terhadap orang-orang Paranganom.
Ebook by Dewi Kangzusi 317 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Jika aku tahu alasannya yang masuk di akalku, maka aku akan menceraikan isteriku
dan membuat anakku menjadi orang Kateguhan yang bulat "
"Jangan "berkata Ki Lurah Prasanta "jangan ceraikan isterimu meskipun ada alasan
yang masuk di akalmu bahwa Kateguhan harus memusuhi Paranganom."
"Jika demikian, apakah Kangjeng Sultan di Tegal angkap akan berdiam diri saja
jika terjadi permusuhan antara dua kadipaten yang termasuk wilayahnya " "
Itu urusan Kangjeng Sultan. Aku tidak tahu. Sekarang aku akan beristirahat di
gardu" Ki Lurah Prasanta tidak menunggu jawaban prajuritnya.
Iapun kemudian telah melangkah ke gardu kembali. Duduk diantara para prajurit
yang bertugas. Yang kemu?dian duduk pula adalah prajurit yang isterinya orang
Paranganom itu. Dalam pada itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah
mendekati regol halaman rumah seorang panian dari Ki Tumenggung Wiradapa yang
kebetulan tinggal di Kateguhan.
"Ada nada permusuhan di mulut orang-orang Kateguhan"
berkata Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Ya. Itu terasa sekali sejak kita dihentikan oleh orang-orang yang duduk di
gardu itu. Bahkan mungkin sebelumnya"
"Ada apa sebenarnya dengan orang-orang Kateguhan"
"Nanti aku akan dapat bericara dengan paman. Mudah-mudahan paman masih belum
pikun. Aku sudah agak lama
tidak singgah" Ebook by Dewi Kangzusi 318 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, kedua orang Tumenggung itu su?dah berada di depan regol
halaman rumah yang tidak terlalu luas.
Nampak sederhana tetapi terpelihara rapi.
"Inilah rumah pamanku itu. Mudah-mudahan ingatan paman yang sudah tua itu masih
tetap terang, sehingga dapat memberikan beberapa keterangan"
"Apakah tidak ada orang lain di rumah itu ?"
"Masih ada seorang anak perempuan dan menantunya di rumah paman. Yang lain sudah
berumah tangga dan tinggal di rumah mereka masing-masing"
"Berapa anaknya semua ?"
"Dua belas"

Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua belas ?" "Ya" "Dari seorang ibu ?"
"Ya" Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Katanya "Bibi kakang seorang yang subur. Ia dapat memberikan duabelas orang anak
kepada suaminya" "Menyenangkan jika mereka berkumpul. Tetapi
sebelumnya, paman dan bibi hampir menjadi putus asa untuk mendapatkan sumber
penghasilan. Sawahnya tidak seberapa banyak. Sementara itu kebutuhannya setiap
had menjadi meningkat semakin tinggi"
Ebook by Dewi Kangzusi 319 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Katanya "Anakku juga banyak, kakang".
Berapa anakmu " Bukankah anakmu hanya lima " Kau
seorang Tumenggung. Kau tidak akan niengalami kesulitan
menghidupi isteri dan lima orang anak."
"Aku memang tidak kesulitan memberi menka makan serta
kebutuhan"kebutuhan yang lain. Tetapi aku mengalami
kesulitan mengurus mereka. Mengendahkan mereka dan
mengarahkan hidup mereka"
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk angguk. Namun
kemudian ia pun berkata "Marilah. Mudah-mudahan
kedatangan kita tidak mengejutkannya"
"Aku juga mempunyai kadang disini, kakang. Jika perlu,
kita dapat pergi kesana"
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk sambil menjawab
"Baik adi Tumenggung Tetapi agaknya disinipun tidak akan
ada masalah" Sejenak kemudian maka Ki Tumenggung Wiradapa itupun
mengetuk pintu pringgilan rumi h pamannya yung sudah
tertutup rapat. Tetapi menilik lampu yang menyala di ruang
dalam, yang sinarnya nampak dari celah-celah gebyok kayu,
rumah itu tidak sedang kosong.
Sebenarnyalah sejenak kemudian terdengar suara dari
dalam "Siapa diluar ?"
Ebook by Dewi Kangzusi 320 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapa mengenali suara Itu. Suara pamannya. Karena itu dengan
serta-merta lapun menjawab
"Aku paman. Wiradapa"
"Wiradapa ?" "Ya, paman" "Wiradapa dari Paranganom ?"
"Ya, paman."Terdengar langkah kaki berdesir menuju ke pintu.
Sementara itu terdengar suara yang lain, suara seorang perempuan
"Siapa yang di luar kang?"
"Anakmu, Wiradapa"
"Wiradapa " Benar Wiradapa ?"
"Ya. Aku tidak melupakan suaranya"
Sejenak kemudian, selarak pintupun telah diangkat.
Demikian pintu terbuka, maka Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda
melihat seorang laki-laki tua dan seorang perempuan tua berdiri di depan pintu.
"Wiradapa. Marilah, ngger. Marilah masuk"
"Aku datang bersama seorang kawanku, paman"
"Kawanmu ?" "Ya,. Ki Tumenggung Sanggayuda"
Ebook by Dewi Kangzusi 321 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Seorang Tumenggung" Marilah Ki Tumenggung, marilah.
Silahkan duduk. Tetapi maaf Ki Tumenggung. Rumahku kotor dan barangkali terlalu
sempit dan pengab" "Biarlah kami duduk di pringgitan saja paman"
"Jangan. Malam-malam begini anginnya sering menusuk tenggorokan. Masuk sajalah,
Duduk di dalam" Kedua orang Tumenggung itupun melangkah masuk ke ruang dalam. Sambil melangkah
Ki Tumenggung Sanggayuda berbisik"
"Apakah mereka tidak tahu, bahwa kakang juga seorang Tumenggung di Paranganom ?"
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum sambil menggeleng.
"Justru seorang Tumenggung Wreda"
Ki Tumenggung Wiradapa masih saja menggeleng. , Ki Tumenggung Sanggayuda menarik
nafas pan?jang. Namun ia tidak bertanya lagi.
Paman Ki Tumenggung Wiradapa itupun kemudian telah menyelarak pintunya kembali.
Kemudian orang tua itu melangkah perlahan sambil mempersilakan mereka duduk.
"Silahkan Ki Tumenggung, silahkan. Kami minta maaf atas penerimaan yang tidak
pantas ini " Terima kasih, paman. Aku mengucapkan terima kasih atas kesediaan paman meperima
kami malam-malam begini "sahut Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ebook by Dewi Kangzusi 322 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami juga belum tidur, Ki Tumenggung. Rasa-rasanya ada sesuatu yang memaksa
kami untuk tidak segera masuk kedalam bilik kami. Ternyata malam ini kami
mendapat anugerah, menerima kehadiran seorang Tumenggung"
Ki Tumenggung Sanggayuda masih akan menjawab. Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa
mendahuluinya Apakah Liring sudah tidur paman ?"
"Liring tinggal bersama suaminya"
"Apakah ia sudah tidak tinggal di sini lagi "
"Rumah peninggalan orang tua suami Liring Itu kosong.
Karena itu, mereka terpaksa pindah menunggui rumah itu.
rumah yang lidak dihuni biasanya lekas rusak"
"Jadi paman dan bibi hanya berdua saja tinggal di rumah sebesar ini ?" bertanya
Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Rumah ini tidak terlalu besar, Ki Tumenggung, Rumah yang sederhana saja"
Tetapi rumah ini tentu berlebihan bagi paman dan bibi berdua"
Ada dua orang cucu tinggal disini menemani kami berdua"
"Sukurlah" sahut Ki Tumenggung Wiradapa.
"Wiradapa, seharusnya kau memberitahukan lebih dahulu kalau kau akan datang
bersama seseorang sehing?ga aku dapat mempersiapkan tempat sebaik-baiknya.
Apalagi sekarang kau datang bersama seorang Tumenggung"
Tidak apa-apa paman. Paman dan bibi jangan menjadi terlalu sibuk karena
kedatangan kami. Apalagi Ki Tumenggung
Ebook by Dewi Kangzusi 323 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sanggayuda adalah seorang Tumeng?gung yang baik. Ia lebih
banyak berbaur dengan orang kebanyakan, sehingga Ki
Tumenggung Sanggayuda akan segera dapat menyesuaikan
dirinya" Tetapi bagaimanapun juga ia adalah seorang
Tu?menggung" "Ya, paman. Tetapi selama ini sikapnya kepadakupun
selalu baik. Ia tentu akan bersikap baik pu?la kepada paman
dan bibi. Ia akan menempatkan dirinya dimana ia berada"
"Baik. baik. Biarlah bibimu membersihkan bilik sebelah.
Bilik yang sebelumnya dipakai oleh Liring dan suaminya. Ki
Tumenggung akan dapat beristirahat di bilik itu nanti. Kau
sendiri dapat tidur di sentong kiri. Ada bakul agar besar dibilik
itu. Isinya mangkuk dan barang-barang bala peeah lainya.
Tetapi tidak mengganggu"
"Itu sudah cukup, paman. Biarlah aku tidur bersama Ki
Tumenggung di bilik itu saja. Bukankah ambennya cukup
besar buat kami berdua"
"Jangan degsura Wiradapa. Apakah pantas kau tidur
bersama seorang Tumenggung. Kecuali jika kau
membentangkan tikar di lantai"
"Tidak apa-apa, paman. Kakang Wiradapa adalah sahabat
baikku" "Tidak Ki Tumenggung. Aku harus mengajarinya . unggah-
ungguh. Ia memang nakal sejak kanak-nakak. Tetapi jangan
degsura" Ki Tumenggung Sanggayuda tidak menyahut. Tetapi
sebenarnyalah bahwa ia merasa segan juga kepada Ki
Ebook by Dewi Kangzusi 324 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tumenggung Wiradapa. Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa
hanya tersenyum"senyum saja meli hat sikap Ki Tumenggung
Sanggayuda. Ketika bibinya membawa tebah sapu lidi masuk ke dalam
bilik sebelah, Ki Tumenggung Wiradapapun segera
menyusulnya sambil berkata "Biarlah aku saja yang
membersihkan nanti, bibi. Sekarang sudah malum. Sebaiknya
bibi beristirahat saja. Bukankah tadi bibi sudah akan ke dalam
bilik tidur" "Tidak. Aku belum mengantuk"
Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa mengambil tebah sapu
lidi itu dari tangan bibinya sambil berkata "Sudahlah bibi.".
Bibinya memang menyerahkan tebah sapu lidi itu Namun
iapun kemudian berkata "Baiklah. Jika kau membersihkan bilik
ini, aku aku pergi ke dapur saja"
"Untuk apa ?" "Aku akan membuat minuman hangat"
"Tidak usah, bibi. Bibi tidak usah menjadi sibuk karena
kedatangan kami" "Tidak apa-apa, Wiradapa. Bukankah sudah sewajarnya
jika aku rrienyuguhkan minuman bagi tamu-tamuku" Apalagi
tamuku sekarang adalah seorang Tumenggung"
"Tetapi sudah terlalu malam bagi bibi untuk berada di
dapur" Ebook by Dewi Kangzusi 325 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Bibinya justru tertawa. Tanpa berkata apa-apa lagi, bibinya melangkah
meninggalkan Ki Tumenggung Wiradapa langsung pergi ke dapur.
Ki Tumenggung Wiradapa tidak segera membersihkan bilik itu. Tetapi bersama Ki
Tumenggung Sanggayuda ia duduk di ruang dalam, ditemui oleh pamannya.
"Namaku Ki Partabawa, Ki Tumenggung. Aku adalah adik dari ibunya Wiradapa"
"Tetapi paman masih nampak tegar di usia tua. Berapa usia paman sekarang?"
"Umurku hampir delapan puluh tahun, Ki Tumenggung.
Ketika Wiradapa lahir, umurku sudah sekitar duapuluh tahun.
Aku lahir ketika Gunung Mawenang itu meletus. Sungai Kaulan itu banjir ladu"
"Maksud paman tentu saat Gunung Mawenang meletus terdahulu. Karena ketika aku
berumur sekitar sepuluh tahun, Gunung Mawenang juga meletus"
"Hanya kecil-kecilan, Ki Tumenggung: Tetapi ketika aku lahir, umurku waktu itu
baru selapan, Gunung Mawenang meletus dahsyat sekali. Seluruh alam rasa-rasanya
telah terguneang. Sungai Kaulan banjir bandang. Banyak lembu, kerbau dan kambing
hanyut. Korban manusia pada waktu itu lebih dari seratus orang"
"Dahsyat sekali, paman"
"Ya. Sedangkan ketika angger berumur sepuluh tahun, letusan Gunung Mawenang
tidak begitu menakutkan. Aku ingat waktu itu aku berada di sawah. Memang turun
hujan Ebook by Dewi Kangzusi 326 Kang Zusi http://kangzusi.com/
abu. Tetapi sedikit. Sedangkan pada saat aku lahir, hujan abu
membuat han menjadi gelap melebihi malam"
"Mengerikan, paman"
"Ya. Ibunya Wiradapa itu sudah dapal berlari lari waktu itu.
Sayang, ia meninggal lebih dahulu, Wiradapa sekarang
menjadi yatim piatu. Akulah ganti orang tuanya"
"Ibu meninggal pada usia hampii delapan puluh. Sedang
ayahku meninggal setahun kemudian" sahut Ki Tumenggung
Wiradapa. Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk. Namun
tiba-tiba Ki Tumenggung Sanggayuda itu mengangkat
wajahnya ketika la mendengar Ki Partabawa itu berkata "Ki
Tumenggung. Seumurku yang sudah hampir delapan puluh
tahun Ini, haru sekali ini aku dikunjungi oleh seorang
Tumenggung. Baik dari Paranganom maupun dari Kateguhan.
Tetapi kehormatan itu akhirnya datang juga. Seorang
Tumenggung berkenan hadir dirumahkn Ini"
"Apakah kakang Wiradapa tidak sering datang kemari"
"bertanya Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Ya. Wiradapa memang beberapa kali mengunjungi aku
disini. Tetapi ia tidak datang bersama seorang Tu menggung
seperti malam ini. "
Ki Tumenggung Sanggayuda itupun berpaling kepada Ki
Tumenggung Wiradapa yang mengangguk-angguk sambil
tersenyum. Namun Ki Tumenggung Wiradapapun segera mengalihkan
pembicaraan mereka. Ki Tumenggung Wiradapa mulai
Ebook by Dewi Kangzusi 327 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bertanya tentang adik-adik sepupunya yang sudah berumah
tangga dan tinggal di rumah mereka masing-masing.
Mereka sehat-sehat saja. Sana, adikmu yang sulung itu,
anaknya sudah delapan. Tujuh laki-laki dan seorang
perempuan. Justru yang bungsu. Ketika kau datang terakhir
kalinya, anaknya baru enam. "
"Ya, paman. Tetapi istri Sana waktu itu sudah
mengandung tua. " "Anaknya yang ketujuh. "
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk.
Ketika pembicaraan mereka tentang anak-anak Ki
Partabawa masih berkepanjangan, Nyi Partabawa telah datang
sambil membawa minuman hangat.
"Silahkan Ki Tumenggung "Nyi Partabawa mempersilahkan.
Jilid 05 Bab 16 - Pertemuan Dengan Adipati
"TERIMA kasih, Nyi" Ki Tumenggung Sanggayu-dapun
mengangguk dalam. Ketiganyapun kemudian menghirup minuman hangat.
Wedang jahe dengan gula kelapa.
Ki Tumenggung Wiradapa dan ki Tumenggung
Sanggayuda yang baru saja menempuh perjalanan panjang,
merasa tubuh mereka yang letih menjadi segar. Sementara
Ebook by Dewi Kangzusi 328 Kang Zusi http://kangzusi.com/
itu, Nyi Partabawapun sudah tidak nampak lagi di ruang
dalam. Ketika mereka sudah meneguk minuman hangat mereka,
maka Ki Tumenggung Wiradapapun mulai mengalihkan


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pembicaraan mereka lagi. Ki Tumenggung menceriterakan
sikap beberapa orang yang berada di gardu yang tidak ramah
ketika ia dan Ki Tumenggung Sanggayuda lewat.
"Paman pernah menjadi bebahu kademangan di
Kateguhan. Kemudian kedudukan paman telah paman
serahkan kepada Sana, putera paman yang sulung."
Ki Partabawa itu mengangguk-angguk
"Nah, bagaimana pendapat paman atas likap mereka yang
tiba-tiba saja mempunyai rasa pcrmusuhan dengan orang-
orang Paranganom?" Ki Partabawa menarik nafas panjang. Namun iapun
berusaha mengelakkan pertanyaan itu. Katanya " Bukankah
kalian masih merasa letih " Sebaiknya kalian pergi ke pakiwan,
kemudian beristirahat. Besok kita akan berbicara lebih
panjang." "Paman " berkata Ki Tumenggung Wiradapa " besok aku
harus mengantarkan Ki Tumenggung Sanggayuda menghadap
Kangjeng Adipati di Kateguhan."
"Kangjeng Adipati Yudapati, maksudmu?"
"Ya, paman. "Jika demikian, bukankah lebih baik kau mendengar
keterangan dari Kangjeng Adipati sendiri ?"
"Kangjeng Adipati sendiri " Apakah sikap tidak ramah itu
bersumber dari Kangjeng Adipati ?"
Ebook by Dewi Kangzusi 329 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu, ngger. Tetapi pira pemimpin di Kateguhan
agaknya telali mengambil jarak dari para priyagung di
Paranganom. Aku juga akan minta kepadamu untuk tidak
terkejut jika sikap anak anakku juga kurang ramah terhadap
orang orang Paranganom. "Kenapa keadaan sepcrti itu dapat terjadi ?"
Ki Partabawa menggclcngkan kepalanya. Katanya " Aku
tidak tahu pasti, Wiradapa. Tetapi kebencian kepada orang-
orang Paranganom itu seakan-akan lelah ditiupkan sejak
Raden Ayu Prawirayuda berada di Paranganom."
"Apakah keberadaan Raden Ayu Prawirayuda di
Paranganom itu yang menyebabkan ketegangan ini terjadi "
Rasa-rasanya ada kecemburuan orang-orang Kateguhan
terhadap orang-orang Paranganom " bertanya Ki Tumenggung
Sanggayuda. "Salah satu sebab saja, Ki Tumenggung."
"Sebab yang lain?"
"Aku tidak begitu jelas, Ki Tumenggung. Tetapi tanggapan
Ki Tumenggung itu agaknya benar. Ada ke-cemburuan pada
para pemimpin Kateguhan terhadap Paranganom. Mungkin
keberhasilan Paranganom meningkatkan kesejahteraaan
rakyatnya. Ketenteraman hidup dan rasa damai dan
kebersamaan." "Apakah hal seperti itu tidak terjadi di Kateguhan?"
"Menurut pendapatku, sejak wafatnya Kangjeng Adipati
Prawirayuda, memang ada sedikit kemunduran di kadipaten
Kateguhan." Ebook by Dewi Kangzusi 330 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tentang kesejahteraan rakyatnya?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Kemunduran itu nampak dalam banyak sisi kehidupan, Wiradapa. Tetapi sebaiknya
aku tidak terlalu banyak berbicara.
Banyak orang Kateguhan sendiri yang tidak melihat kemunduran itu. Justru mereka
melontarkan kecemburuan kepada orang lain. Mereka tidak mau mencari apa yang
salah pada diri mereka sendiri agar kesalahan itu dapat diperbaiki.
"Bukankah seorang Adipati yang masih muda sebagaimana Kangjeng Adipati Yudapati
seharusnya dapat bergerak lebih tangkas dari ayahandanya yang telah wafat itu ?"
"Kangjeng Adipati sendiri agaknya sudah mencoba. Tetapi para ptmimpin Kateguhan
agaknya mempunyai irama gerak yang lain. Bagi mereka, Kangjeng Adipati Yudapati
adalah anak-anak.Bahkan Ki Tumenggung Reksadrana lebih banyak bergerak menuruti
kemauannya sendiri. Beberapa kali terjadi perbedaan pendapat antara Kangjeng
Adipati dan Ki Tumenggung Reksadrana, yang dianggap sesepuh di Kateguhan."
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk. Tetapi
mereka tidak bertanya lebih jauh, karena Ki Partabawa tentu tidak mengetahui
persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan para pemimpin di Kateguhan itu
lebih dalam lagi. Meskipun demikian, apa yang dikatakan oleh Ki Partabawa itu dapat sedikit
memberikan landasan wawasan bagi Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda yang esok pagi akan menghadap Kangjeng
Adipai Yudapati. "Wiradapa " bertanya Ki Reksadrana kemudian " apakah kau sekedai menganlar Ki
Tumenggung Sanggayuda sampai
Ebook by Dewi Kangzusi 331 Kang Zusi http://kangzusi.com/
ke Kadipalen Kateguhan, atau kau juga akan ikut menghadap
Kangjeng Adipati ?" "Jika diperkanankan, aku juga akan ikut menghadap,
pa?man." "Ki Tumenggung " bertanya Ki Partabawa "jika aku
diperkenankan serba sedikit mengetahui, apakah Ki
Tumenggung Sanggayuda besok juga akan akan
membicarakan kerenggangan hubungan antara Kateguhan
dan Paranganom ?" "Yang penting, kami datang untuk sekedar menyinggung
tentang kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom.
Bagaimanapun juga Raden Ayu Prawirayuda adalah ibu,
meskipun ibu tiri, dari Kangjeng Adipatai Yudapati di
Kateguhan. Keberadaan Raden Ayu Prawirayuda di
Paranganom jangan sampai menimbulkan salah paham.
Mudah-mudahan kedatangan kami di Kateguhan akan dapat
mengurangi jarak yang nampaknya mulai menganga diantara
dua Kadipaten yang semula mempunyai hubungan yang
sangat erat, karena dipimpin oleh dua orang bersaudara."
"Bagus, Ki Tumenggung. Apapun hasilnya, tetapi setiap
usaha untuk berbicara yang satu dengan yang lain, akan
dapat memberikan penjelasan tentang persoalan-persoalan
yang nam?paknya menjadi setidak-tidaknya salah satu sebab
dari kerenggangan hubungan antara Paranganom dan
Kateguhan." "Ya, Ki Partabawa. Hal itu juga disadari oleh Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Kadipaten Paranganom. Itulah
sebabnya maka Kangjeng Adipati telah mengutus kami berdua
untuk membuka pembicaraan apapun yang akan kami
bicarakan nanti." Ebook by Dewi Kangzusi 332 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Partabawa mengangguk-angguk.
Pembicaraan itu terputus ketika Nyi Partabawa menghidangkan ketela yang direbus
dengan gula kelapa. Asapnya masih mengepul dari beberapa potong ketela pohon yang menjadi kemerah-
merahan itu. "Sudahlah bibi" berkata Ki Tumenggung Wiradapa" jangan menjadi terlalu sibuk
karena kedatangan kami."
"Hanya ini yang dapat kami hidangkan, Ki Tumeng?gung "
berkata Ki Partabaawa "jika saja kami tahu bahwa Ki Tumenggung akan datang.
Sebenarnya kami menjadi agak malu bahwa kami hanya dapat menjamu Ki Tumenggung
den?gan ketela pohon. Bukan ketan srikaya atau jenis makanan yang lebih baik.
Kamipun menyadari bahwa mungkin Ki Tumenggung tidak terbiasa makan ketela pohon
sepeiti ini." "Aku juga menanam ketela pohon di kebun rumahku, Ki Partabawa" sahut Ki
Tumenggung Sanggayuda" aku sendirilah yang sering mencabutnya. Mengupasnya dan
kemudian menunggu ketela itu masak di serambi sambil mendengarkan kicau burung
di sore hari. Isteriku jugu senang sekah merebus ketela pohon dengan gula kelapa
seperti ini. Nyi Partabawa tertawa pendek sambil berdesis "Bedanya, Nyi Tumenggung merebus
ketela pohon sekali-sekali saja jika menginginkannya. Tetapi kami hampir setiap
hari melakukannya" " Apa bedanya" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ki Partabawa tertawa. Kedua orang Tumenggung itupun tertawa pula
Ebook by Dewi Kangzusi 333 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, mereka telah sibuk makan ketela pohon yang direbus dengan gula
kelapa. Temyata seperti yang dikatakannya, Ki Tumenggung Sanggayudapun tidak
segan-segan memungut sepotong ketela pohon yang kemerah-merahan. Sekali-sekali
ditiupnya agar ketela pohon itu lebih cepat menjadi dingin.
Malam itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda bermalam di rumah
Ki partabawa. Didalam biliknya, Ki Tumenggung Sanggayuda sempat berkata "Sayang
sekali bahwa Ki Partabawa tidak dapat ikut berbangga bahwa kemakanannya adalah
seorang Tumenggung. Bahkan Tumenggung Wreda"
Ki Tumenggung Wiradapapun tertawa tertahan. Katanya
"Aku ingin paman Partabawa tetap bersikap sebagai seorang paman, jika ia tahu
bahwa aku seorang Tumenggung, maka sikapnya akan berubah la tidak lagi dapat
bersikap sebagai seorang paman terhadap kemanakannya."
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Demikianlah, ketika matahari mulai melemparkan sinarnya menyentuh selembar mega
yang dihanyutkan angin pagi, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda
telah bersiap. Tetapi Nyi Partabawa minta keduanya menunggu hingga makan pagi
mereka siap. "Kami sangat merepotkan Ki Partabawa sekeluarga"
berkata Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Tidak. Semuanya sudah ada. Apa yang kami hidangkan adalah apa yang dapat kami
petik di halaman dan kebun rumah kami. Kalianpun tidak akan dapat menghadap
Kangjeng Adipati terlalu pagi " berkata Ki Partabawa.
Ebook by Dewi Kangzusi 334 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Katanya
"Ya paman. Aku mengerti. Kami tentu akan menunggu sampai
Kangjeng Adipati siap menerima mereka yang akan
menghadap." "Sementara itu, kau akan dapat bertemu dengan adikmu,
Sana. Ia akan segera datang."
"Apakah Sana tahu bahwa aku berada disini?"
"Cucuku tadi memberitahukan kedatanganmu serta Ki
Tumenggung Sanggayuda"
"Ooo. Aku rnemang sudah agak lama tidak bertemu.
Bagaimana dengan adik-adikku yang lain?"
"Aku belum sempat memberitahukan kepada mereka
Tetapi setidak-tidaknya kau dapat bertemu dengan Sana.
Tetapi sebelumnya aku ingin mengulagi pesanku, jangan,
kaget kalau ada kesan bahwa Sana tidak begitu akrab
sikapnya terhadap orang-orang dari Paranganom."
Ki Tumenggung Wiradapa berpaling kepada Ki
Tumenggung Sanggayuda. Katanya "Adikku yang satu ini
adalah seorang yang terbuka. Memang mungkin ia
menyatakan ketidak senangannya im dengan serta merta "
"Aku akan memakluminya " sahut Ki Tumenggung
Sanggayuda. "Sebelumnya aku minta maaf, Ki Tumenggung " berkata Ki
Partabawa. "Tidak apa-apa, Ki Partabawa " jawab Ki Tumenggung
Sanggayuda " agaknya memang ada arus dari atas. Karena
itu, mudah-mudahan pertemuan kami dengan Kangjeng
Ebook by Dewi Kangzusi 335 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Adipati akan dapat jika mungkin menutup jarak atau setidak-
tidak mempersempitnya."
Pembicaraan itu terhenti. Nyi Partabawapun
mempersilahkan kemanakannya dan tamunya, Ki
Tumenggung Sang?gayuda untuk makan pagi.
"Paman dan bibi benar-benar menjadi sibuk karena
kedatangan kami " berkata Ki Tumenggung Wiradapa.
"Tidak, Wiradapa. Kami justru merasa senang sekali
mendapat tamu seorang Tumenggung."
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Namun ketika ia
berpaling kepada Ki Tumenggung Wiradapa, senyumnya
menjadi masam. Demikianlah keduanyapun kemudian duduk diruang dalam
ditemani oleh Ki Partabawa.
." Aku tidak terbiasa makan pagi " berkata Ki Partabawa
"biasanya aku hanya makan apa adanya. Ketela, ubi panjang,
lembong atau garut atau apa saja. Tetapi kali ini aku ingin
makan bersama seorang Tumenggung."
Ki Tumenggung Sanggayuda tertawa. Namun iapun
kemudian berkata Dirumahpun aku tidak akan makan den-gan
kelcngkapan lauk pauk seperti sekarang ini."
"Semuanya tinggal memetik sepcrti yang dikatakan
isteriku." "Ayam dan telur itu?"
"Telur itu tinggal memungut di pekarangan. Sedangkan
ayam tinggal menangkap di kandang."
Ebook by Dewi Kangzusi 336 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Gurameh itu" "
"Bukankah dikebun belakang ada belumbang " Kami memelihara gurameh di dua
belumbang yang terhitung luas."
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggiyuda hanya mengangguk-anggku
saja; Ketika mereka selesai makan dan dipersilahkan duduk di pringgitan, ternyata Sana
sudah lebih dahulu duduk di pringgitan itu.
"Kakang-Wiradapa" Sana dengan serta merta bangkit berdiri.
Keduanyapun bersalaman dengan akrab. Sernentara Ki Tumenggung Wiradapapun
memperkenalkan Sana dengan Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Ki Tumenggung Sanggayuda adalah salah seorang Tumenggung di Kadipaten
Paranganom, Sana." Sana mengangguk hormat sambil berkata " Selamat datang di pondok kami yang
sederhana ini Ki Tumeng-gung."
"Kami sudah diterima dengan akrab serta mendapat tempat bermalam yang baik
sekali, Ki Sana." "Marilah, silahkan duduk."
Merekapun kemudian duduk di pringgitan bersama Ki Partabawa.
"Kau sudah lama tidak berkunjung kemari, kakang."
"Repot sekali Sana. Ada-ada saja yang harus dikerjakan di rumah."
Ebook by Dewi Kangzusi 337 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apa saja yang kakang kerjakan di rumah" Memandikan ayam jantan" Memberi makan


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan minum burung peliharaan?"
Ki Tumenggung Wiradapa tertawa. Ki Tumenggung/
Sanggayudapun tersenyum pula. Agaknya adik sepupu Ki|
Tumenggung Wiradapa itupun tidak tahu, bahwa saudara sepupunya di Paranganom
menjabat seorang Tumenggung; Bahkan Tumenggung Wreda.
"Tidak hanya ayam jantan, burung dan ayam. Tetapi sawah juga harus digarap."
"Tetapi bukankah tidak disegala musim?"
"Ya. Ada kalanya kerja disawah terasa luang " Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-
angguk. Namun tiba-tiba saja iapun bertanya " Tetapi kau juga tidak pernah
menengokku." "Aku sibuk sekali, kakang. Apalagi setelah aku mengemban tugas ayah yang
dilimpahkan kepadaku. Dan barangkali kakang tahu, anakku berjumlah delapan
orang. Aku tidak dapat begitu saja membebankan anak-anak itu kepada ibunya.
Kasihan. Ia akan kewalahan. Meskipun ada juga yang membantu menyelesaikan
pekerjaan di rumah, tetapi terasa betapa sibuknya kami."
"Aku mengerti, Sana. Tetapi anak-anakmu yang besar tentu sudah dapat ikut
membantu momong anak-anakmu yang kecil."
Sana tertawa. Katanya " Anak-anak yang meningkat remaja justru membuat ibunya
lebih sibuk lagi. Ada-ada saja permintaannya. Kemauannya kadang-kadang sulit di
mengerti." Wiradapa tertawa. Ebook by Dewi Kangzusi 338 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kakang " tiba-tiba suara Sana meninggi " semula aku
mengira bahwa kakang tidak akan pernah mengunjungi kami
lagi." "Kenapa?" " Bukankah orang-orang Paranganom akan merasa kakinya
gatal jika menginjak bumi Kateguhan?"
"Sudahlah" potong Ki Partabawa " kita tidak usah berbicara
tentang Paranganom dan Kateguhan. Sekarang kakangmu
datang mengunjungi kita disini. Bukankah kunjungannya akan
selalu kita hargai. Kakangmu sudah tidak mempunyai
orangtua lagi. Karena itu, jika ia datang kemari, maka ia telah
datang mengunjungi orang tuanya."
"Ya, ayah. Maaf. Aku tidak dapat menyembunyikan gejolak
perasaanku. Maaf Ki Tumenggung Sanggayuda " berkata Sana
kemudian "Tetapi orang-orang Paranganom sendirilah yang
mengatakan bahwa mereka pantang datang ke Kateguhan."
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum. Iapun kemudian
bertanya "Dari siapa kau dengar pernyataan itu?"
"Dari banyak orang, kakang. Orang-orang Paranganom
juga berbangga bahwa Raden Ayu Prawirayu?da, sepeninggal
Kangjeng-Adipati Prawirayuda memilih tinggal di Paranganom
daripada tinggal di Kateguhan, meskipun semula ia adalah
isteri Adipati di Kateguhan."
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Ia tidak
ingin berbantah dengan adik sepupunya yang sudah agak
lama tidak bertemu. Karena itu, maka iapun berkata "Sana.
Aku akan mengantar Ki Tumenggung Sanggayuda menghadap
Kangjeng Adipati Yudapati. Mudah-tnudahan segala salah
Ebook by Dewi Kangzusi 339 Kang Zusi http://kangzusi.com/
paham itu akan segera dapat diatasi. Dengan bertemu dan
berbicara, akan banyak persoalan-persoalan yang dapat
dijelaskan" "Ya. Mudah-mudahan usaha Ki Tumenggung Sanggayuda
yang akan menghadap Kangjeng Adipati ada artinya.
"Kami akan mencari celah-celah yang dapat ditembus, Ki
Sana" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "pendekatan
langsung akan memberikan arti yang besar. Jika kami
bersalah, biarlah kami tahu kesalahan kami."
"Mudah-mudahan dapat diketemukan jalan keluar dari
liputan kabut yang selama ini terasa menjadi semakin gelap."
"Wiradapa " berkata Ki Partabawa kemudian " matahari
telah menjadi semakin tinggi. Jika kau ingin meng-hadap,
pergilah ke Kadipaten sekarang. Mungkin kau masih harus
menunggu beberapa saat, sehingga Kangjeng Adipati
mempunyai waktu untuk menerimamu serta Ki Tumenggung
Sanggayuda." "Ya, paman. Kami akan minta diri."
"Bukankah kau masih akan singgah sebelum kau kembali
ke Paranganom?" "Terima kasih paman. Mungkin kami akan langsung
kembali ke Paranganom."
"Kau dan Ki Tumenggung akan kemalaman di perjalanan"
"Tidak apa-apa, paman. Kami dapat bermalam di mana
saja." Ebook by Dewi Kangzusi 340 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apakah kakang tidak singgah ke rumahku barang sebentar?"
"Maaf, Sana. Pada kesempatan yang lain aku akan datang lagi untuk waktu yang
lebih panjang. Salam buat isterimu dan anak-anakmu serta adik-adikmu semuanya."
"Baik, kakang. Aku akan menyampaikannya. Tetapi mereka akan senang sekali jika
mereka dapat bertemu langsung dengan kakang."
"Aku akan segera datang kembali " jawab Ki Tumenggung Wiradapa sambil tertawa.
Demikianlah setelah Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda
mengucapkan terima kasih kepada keluarga Ki Partabawa, merekapun telah minta
diri. "Kami mengharap agar pembicaraan Ki Tumenggung Sanggayuda dengan Kangjeng
Adipati dapat menemukan titik temu, sehingga dengan demikian, maka hubungan
antara Paranganom dan Kateguhan menjadi akrab kembali."
"Ya, Ki Sana"jawab Ki Tumenggung Sanggayuda "kami akan berusaha mencari
sebabnya, kenapa hubungan antara Paranganom dan Kateguhan menjadi renggang."
Sesaat kemudian, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun segera
meninggalkan rumah Ki Partabawa Demikian mereka turun ke jalan, maka keduanyapun
segera meloncat ke punggung kuda mereka Disepanjang jalan menuju ke Kadipaten,
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun masih sibuk membicarakan
tanggapan yang kurang baik dari orang-orang Kateguhan terhadap orang-orang
Paranganom. Ebook by Dewi Kangzusi 341 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Mungkin Kangjeng Adipati semula marah karena Raden
Ayu Prawirayuda berada di Paranganom."
"Kenapa" Bukankah menurut Raden Ayu Prawirayuda ia
telah diusir dan Kateguhan,
Justru karena itu Kenapa Paranganom mau menerimanya.
Seharusnya Paranganom juga menolak keberadaan
Raden Ayu Prawirayuda dl Paranganom."
Keduanya kemudian terdiam. Mereka sudah menjadi
semakin dekat dengan pintu gerbang dalam Kadipaten di
Kateguhan. "Adi Tumenggung Sanggayuda " berkata Ki Tumenggung
Wiradapa ketika mereka sudah berada didepan pintu gerbang
"Mungkin kedatangan kita tidak diterima dengan baik. Tetapi
aku minta adi tetap berlapang dada. Kita adalah utusan
Kangjeng Adipati Paranganom, sehingga kita harus tetap
bertindak sebagaimana seorang utusan. Kita tidak datang ke
Kateguhan sebagai seorang Senapati perang."
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Katanya "Aku
mengerti kakang. Aku akan berusaha untuk tetap
mengendalikan diri."
Ki Tumenggung Wiradapapun tersenyum pula
Keduanyapun segera meloncat turun di depan pintu gerbang
dalem Kadipaten Kateguhan. Ketika mereka memasuki pintu
gerbang, dua orang prajurit yang bertugas di sebelah
menyebelah pintu gerbang itupun telah menghentikan mereka
"Siapakah kalian dan apakah keperluan kalian" " bertanya
salah seorang dari kedua orang prajurit itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 342 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami datang dari Paranganom " jawab Ki Tumenggung Wiradapa" aku adalah
Tumenggung Wiradapa dan ini adalah Ki Tumenggung Sanggayuda"
Kedua orang prajurit itu termangu-mangu sejenak.
Seorang diantara keduanyapun berkata " Aku minta Ki Tumenggung menunggu
sebentar. Aku akan melaporkannya kepada Ki Lu-rah"
Sikap prajurit itu adalah sikap yang wajar. Ia memang harus melaporkan
kedatangan mereka kepada pimpinannya.
Apalagi yang datang adalah dua orang dari luar Kadipaten yang belum dikenalnya.
Sejenak kemudian, seorang Lurah prajurit telah datang ke pintu gerbang.
"Apakah benar Ki Sanak adalah dua orang Tumenggung dari Paranganom?"
"Ya. Aku adalah Tumenggung Wiradapa dan ini adalah Ki Tumenggung Sanggayuda."
"Apakah Ki Tumenggung berdua akan menghadap Kangjeng Adipati Kateguhan?"
"Ya." Lurah prajurit itu memandangi kedua orang Tumenggung itu berganti-ganti. Dengan
nada datar Lurah prajurit itupun memperkenalkan dirinya "Aku Lurah prajurit di
Kateguhan. Namaku Kriyasana." "Ki Lurah Kriyasana" desis Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda
hampir berbareng. Ebook by Dewi Kangzusi 343 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, Ki Tumenggung " Ki Lurah mengangguk-angguk.
Kemudian iapun bertanya " Apakah Kangjeng Adipati sudah mengenal.Ki Tumenggung
berdua." "Sudah. Aku sudah pernah datang kemari beberapa kali, sejak Kangjeng Adipati
Prawirayuda masih bertahta."
"Maksudku, apakah Kangjeng Adipati Yudapati mengenal Ki Tumenggung berdua?"
"Ya. Tentu saja. Pada saat-saat aku menghadap Kangjeng Adipati Prawirayuda,
Kangjeng Adipati Yudapati yang masih belum bertahta, ia juga menerima kami.
Bahkan ka?mi sudah pernah datang ke Kadipaten ini mengantar Kangjeng Adipai
Prangkusuma di Paranganom dalam satu kunjungan kehormatan."
Lurah prajurit itu mengangguk-angguk. Seakan-akan diluar sadarnya iapun berkata
"Tetapi sikap Kangjeng Adi-pati di Paranganom sekarang berubah?"
"Apa yang berubah ?"
"Apakah Kangjeng Adipati di Paranganom tidak dapat menerima kenyataan bahwa yang
harus menggantikan kedudukan Adipati di Kateguhan itu adalah Kangjeng Adipati
Yudapati" Bukankah itu persoalan kadipaten Kateguhan sehingga Paranganom tidak
perlu mencampurinya ?"
"Ki Lurah" nada suara Ki Tumenggung Sanggayuda mulai meninggi "kami datang untuk
menghadap Kangjeng Adipati Yudapati. Karena itu, tolong sampaikan permohonan
kami untuk menghadap. Kami adalah utusan Kangjeng Adipati di Paranganom."
Ebook by Dewi Kangzusi 344 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Lurah Kriyasana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata" Baik.
Aku akan menyampaikannya kepada Narpacundaka yang bertugas."
"Terima kasih."
"Silahkan duduk di gardu para prajurit yang bertugas."
Ki Tumenggung Wiradapa menggamit Ki Tumenggung Sanggayuda yang agaknya merasa
kurang senang terhadap sikap Lurah prajurit itu, sehingga Ki Tumenggung
Sanggayuda tidak jadi menanggapi kata-kata Lurah prajurit itu.
Tetapi keduanya tidak duduk di gardu. Setelah menambatkan kuda mereka di patok-
patok kayu yang tersedia, keduanya berdiri saja di depan tangga pendapa ageng
kadipaten Kateguhan. Baru beberapa saat kemudian, Ki Lurah keluar lewat pintu seketeng bersama
seorang prajurit yang bertugas sebagai Narpacundaka Kangjeng Adipati Yudapati.
"Ki Tumenggung berdua " berkata Ki Lurah Kriyasana " ini adalah Ki Panji
Wirasena. Salah seorang Narpacundaka Kangjeng Adipati Yudapati."
Ki Panji Wirasena itupun mengangguk hormat pula.
Katanya "Aku diperintahkan oleh Kangjeng Adipati Yuda-pati untuk mengantar Ki
Tumenggung berdua ke serambi sebelah kiri. Kangjeng Adipati akan menerima Ki
Tumenggung berdua di serambi itu."
"Terima kasih, Ki Panji."
Ebook by Dewi Kangzusi 345 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Panji Wirasenapun kemudian telah mengantarkan kedua orang Tumenggung itu
masuk ke serambi sebelah kiri. Namun di serambi itu masih belum ada seorangpun.
"Silahkan duduk Ki Tumenggung. Aku akan meng-hadap dan menyampaikan kepada
Kangjeng Adipati, bahwa Ki Tumenggung berdua sudah berada di serambi."
"Silahkan Ki Panji. Ki Panji Wirasenapun kemudian nieninggalkan kedua orang
Tumenggung dari Paranganom itu diserambi.
Namun ternyata bahwa Kangjeng Adipati tidak segera memasuki serambi itu. Untuk
beberapa lama kedua orang Tumenggung dari Paranganom itu menunggu.
Ketika kemudian pintu terbuka, yang masuk ke serambi itu adalah Ki Panji
Wirasena. ."Maaf, Ki Tumenggung berdua. Kangjeng Adipati masih berbicara dengan Ki
Tumenggung Reksadrana. Diminta kesabaran Ki Tumenggung berdua."
"Tentu Ki Panji " sahut Ki Tumenggung Sanggayuda "kami datang dari jauh untuk
menghadap Kangjeng Adipati. Kami tentu akan menunggu kesempatan itu."
"Terima kasih atas kesediaan Ki Tumenggung berdua."
Ketika Ki Panji kemudian meninggalkan kedua orang Tumenggung dari Paranganom
itu, Ki Tumenggung Sanggayudapun berkata dengan nada berat "Apa maksud Kangjeng
Adipati sebenarnya?"
Ebook by Dewi Kangzusi 346 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Mungkin Kangjeng Adipati memang sedang berbincang dengan Ki Tumenggung
Reksadrana, Kita memang harus sabar menunggu."
"Sampai kapan ?"
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum. Katanya " Kita adalah tamu disini."
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Yang lebih dahulu memasuki pringgitan adalah seorang pelayan untuk menghidangkan
minuman hangat bagi kedua orang Tumenggung Paranganom itu.
Demikian pelayan itu pergi, Ki Tumenggung Wirada-papun berdesis " Ini tidak
biasa dilakukan di Paranganom. Jika ada tamu yang datang menghadap Kangjeng
Adipati, maka di Paranganom tidak pernah disuguhkan minuman seperti ini."
"Aku haus, kakang Tumenggung."
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum melihat Ki Tumenggung Sanggayuda meneguk
minuman hangatnya. "Enak kakang Tumenggung. Wedang sere dengan gula kelapa. Manis dan terasa
sedikit wangi." Ki Tumenggung Wiradapa masih saja tersenyum. Tetapi ia masih belum meneguk
minumannya. Ki Tumenggung Sanggayuda hampir tidak sabar me?nunggu. Dalam ketidak sabarannya
itu, maka minumannyapun telah dihabiskannya. Sementara Ki Tumenggung Wiradapa
baru minum beberapa teguk saja.
Ebook by Dewi Kangzusi 347 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, Ki Panji Wirasenapun telah memasuki serambi itu lagi.
Katanya "Kangjeng Adipati Yudapati akan menerima Ki Tumenggung berdua di ruang
depan. Di sana telah hadir pula Ki Tumenggung Reksadrana yang memang


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperintahkan oleh Kangjeng Adipati untuk ikut menerima kedatangan Ki Tumenggung
berdua." "Terima kasih, Ki Panji " sahut Ki Tumenggung Wiradapa.
Demikianlah, diantar oleh Ki Panji Wirasena Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki
Tumenggung Sanggayuda telah masuk ke ruang depan. Sebenarnyalah di ruang itu
telah menunggu Kangjeng Adipati Yudapati dan Ki Tumenggung Reksadrana.
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun kemudian duduk menghadap
Kanjeng Adipati. Ki Tumenggung Reksadrana duduk selangkah disebelah Kangjeng Adipati itu,
sedangkan Ki Panji Wirasena duduk agak dibelakang
"Selamat datang di Kadipaten Kateguhan paman Tumenggung berdua berkata Kangjang
Adipati Yudapati kemudian
"Hamha kangjeng Adipati. Kami berdua datang menghadap Kangjeng Adipati Yudapati
" sahut Ki Tumenggung Wiradapa,
"Bagaimana dengan keselamatan dan kesejahteraan paman Adipati Prangkusuma di
Paranganom " Bagaimana pula dengan saudara saudara sepupuku. Aku dengar mereka
sudah pulang dari perguraan mereka. Mereka sudah menjadi anak muda yang gagah
perkasa." Ebook by Dewi Kangzusi 348 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Semuanya dalam keadaan yang baik, Kangjeng Adipati.
Kedua putera Kangjeng Adipati Prangkusuma, Raden Madyasta dan Raden Wignyana
memang sudah pulang."
"Sukurlah. Dan bagaimana dengan rakyat Paranganom?"
"Kami semuanya berada dibawah perlindungan Yang Maha Agung. Keadaan kami selama
ini baik-baik saja, Kangjeng Adipati?"
"Aku menyatakan selamat atas semuanya itu, paman Tumenggung."
"Terima kasih, Kangjeng Adipati. Menurut penglihatan kami berdua, bukankah
Kadipaten Kateguhan juga be-rada didalam kesejahteraan" "
"Ya. Kateguhan juga berada didalam perlindungan Yang Maha Agung."
"Kangjeng Adipati, perkenankanlah hamba menyampaikan salam dari Kangjeng Adipati
Prangkusuma di Paranganom."
"Sampaikan terima kasihku kepada paman Adipati di Paranganom. Baktiku sampaikan
pula kepada paman Adipati."
"Hamba Kangjeng Adipati. Akan hamba sampaikan kepada Kangjeng Adipati
Prangkusuma di Paranganom."
"Salamku buat adik-adik sepupuku."
"Hamba Kangjeng Adipati. Akan hamba sampaikan kepada Raden Madyasta dan Raden
Wignyana." Ebook by Dewi Kangzusi 349 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sekali-sekali ajak mereka kemari. Seperti pada masa kanak-kanak, kami sering
bertemu dan berkumpul serta bermain bersama."
"Akan hamba sampaikan kepada mereka " Ki Tumenggung Wiradapapun berhenti
sejenak. Lalu katanya " Beberapa waktu yang lalu, Raden Madyasta juga berada di
perbatasan, Kangjeng. Tetapi Raden Madyasta masih belum sempat singgah meskipun
sebenarnya ia ingin melakukannya."
"Di perbatasan " Ada apa sehingga dimas Madyasta sendiri harus hadir
diperbatasan." "Kangjeng Adipati. Barangkali ada gunanya jika kami memberitahukan, bahwa telah
terjadi kerusuhan di perbatasan. Perampok, brandal, penyamun dan sejenisnya
telah merebak. Para Demang tidak lagi mampu mengatasinya, sehingga telah terjadi
keresahan. Ketika hal ini dilaporkan kepada Kangjeng Adipati, maka Kangjeng
Adipati telah memerintahkan Raden Madyasta untuk mengatasinya.
Bersama tiga orang Senapati, Raden Madyasta berhasil menghancurkan kelompok yang
telah menimbulkan keresahan di perbatasan itu Kangjeng."
Kangjeng Adipati Yudapati di Kateguhan itu menarik nafas panjang. Dengan nada
berat Kangjeng Adipati itu berkata "
Jadi kedatangan paman berdua melintasi perbatasan Kadipaten Paranganom dan
kadipaten Kateguhan itu hanya akan menceritakan tentang kerusuhan yang terjadi
di perbatasan?" "Tidak, Kangjeng. Tentu tidak. Yang kami sampaikan ini sekedar pemberitahuan."
"Temyata kalian telah salah alamat, kakang Tumenggung
berkata Ki Tumenggung Reksadrana " sebaiknya persoalan itu
Ebook by Dewi Kangzusi 350 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kalian laporkan saka kepada Kangjeng Adipati di Paranganom.
Tidak kepada kangjeng Adipati di Kateguhan. Bukankah
kerusuhan itu terjadi di Paranganom "
"Bukankah tidak ada salahnya jika hal itu diketahui oleh
Kangjeng Adipati di Kateguhan?" potong Ki Tu-menggung
Sanggayuda " kerusuhan itu terjadi di per?batasan. Jika
Kangjeng Adipati di Kateguhan mengetahuinya, maka
Kangjeng Adipati dapat memerintahkan kepada pada prajurit
di Kateguhan untuk bersiaga, agar tidak terjadi seperti di
Paranganom yang sempat menimbulkan keresahan."
"Tetapi selama ini kateguhan tidak pernah diganggu oleh
kerusuhan-kerusuhan itu. Kateguhan memiliki kekuatan untuk
mengatasinya. Tidak perlu para prajurit, apalagi putera
Kangjeng Adipati sendiri harus terjun. Rakyat Kateguhan
mampu mengatasinya."
"Sukurlah jika begitu. Tetapi jika para penjahat itu terusir
dari Paranganom, mungkin selaki mereka akan merembes ke
Kateguhan. Kecuali jika mereka memang bersarang di
Kateguhan." "Kakang Tumenggung Sanggayuda " suara Ki
Tu?menggung Reksadrana meninggi " apa maksud kakang
Tu-menggung sebenarnya " Kata-kata kakang Tumenggung
itu tajamnya seperti welat pring wulung, menyentuh perasaan
kami, orang-orang Kateguhan. Agaknya penalaran seperti
itulah yang telah menimbulkan jarak antara orang-orang
Paranganom dan orang-orang Kateguhan. Jika orang-orang
Paranganom mengalami kesulitan dari tingkah laku para
perampok itu, jangan mencari kambing hitam di kadipaten
Kateguhan." Ebook by Dewi Kangzusi 351 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Seharusnya peringatan yang kami berikan itu dapat kau terima dengan baik, adi
Tumenggung. Tetapi sebaliknya kau tanggapi dengan sikap sombongmu."
Ki Tumenggung Wiradapalah yang kemudian menyahut
"Sudahlah adi Tumenggung. Bukankah kita datang ke Kateguhan sama sekali tidak
ada hubungannya dengan kerusuhan yang terjadi di perbatasan " Ki Tumenggung
Wiradapa itupun kemudian berkata kepada Kangjeng Adipati "
Ampun Kangjeng Adipati. Maksud kami sebe-narnya tidak lebih daripada sekedar
menyampaikan peringatan. Tetapi jika peringatan ini dianggap kurang pada
tempatnya, kami mohon ampun."
"Baiklah, paman Tumenggung. Aku bahkan mengucapkan terima kasih atas peringatan
yang paman berdua berikan, Setidak-tidaknya akan dapat membuat kami di Kaieguhan
berhati-hati." Namun Ki Tumenggung Reksadranapun menyela "Ampun Kangjeng Vang mereka berikan
bukan sekedar peringatan.
Tetapi tuduhan. Seakan-akan Kateguhan mem?berikan perlindungan kepada para
penjahat yang mengganggu ketenteraman Paranganom Tuduhan itu sebenarnya hanyalah
usaha mereka untuk menutupi kelemahan mereka sendiri."
"Sudahlah, paman. Persoalannya akan berkepanjangan"
Ki Tumenggung Reksadranapun terdiam. Namun masih nampak diwajahnya, kemarahan
yang menyala didadanya. "Paman Tumenggung berdua " berkata Kangjeng Adipati kemudian "kedatangan Ki
Tumenggung berdua tentu mengemban perintah dari paman Adipati Prangkusuma. Aku
memang yakin, bahwa persoalannya
tentu bukan sekedar tentang kerusuhan di perbatasan."
Ebook by Dewi Kangzusi 352 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Hamba Kangjeng Adipati. Kami berdua memang
mengemban perintah Kangjeng Adipati Prangkusuma" Ki
Tumenggung Wiradapa berhenti sejenak. Sekali ia menarik
nafas panjang, kemudian berkata selanjutnya "Kangjeng
Adipati, barangkali Kangjeng Adipagi sudah mengetahui,
bahwa pada saat ini Raden Ayu Prawirayuda berada di
Paranganom." "Ya. Aku sudah mendengar, bahwa bibi Raden Ayu
Prawirayuda berada di Paranganom."
"Untuk itulah, kami berdua datang menghadap. Apakah
yang sebenarnya terjadi dengan Raden Ayu Prawirayuda.
Sejauh ini Kangjeng Adipati baru mendengar keterangan dari
Raden Ayu Prawirayuda. Kedatangan kami berdua membawa
pesan dari Kangjeng Adipati, agar Kangjeng Adipati Yudapati
bersedia memberikan keterangan, apakah seabnya Raden Ayu
Prawirayuda harus meninggalkan kadipaten Kateguhan?"
Kangjeng Adipati Yudapati nampak termangu-mangu. Ada
keraguan di wajahnya. Namun kemudian katanya " Apakah
paman Adipati Prangkusuma meragukan keterangan bibi
Prawirayuda?" "Kangjeng Adipati Prangkusuma ingin mendapat
keterangan dari kedua belah pihak."
Namun Ki Tumenggung Reksadranapun menyala
"Persoalan itu adalah persoalan antara keluarga di Kateguhan.
Buat apa orang lain ikut mencampurinya?"
"Kami sudah tahu, adi Tumenggung. Persoalan ini adalah
persoalan keluarga. Tetapi bukankah Kangjeng Adi-pati
Prangkusuma juga bukan orang lain bagi Kangjeng Adipati
Ebook by Dewi Kangzusi 353 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Yudapati dan Raden Ayu Prawirayuda " Justru kau adalah
orang lain." sahut Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Tetapi aku adalah salah seorang abdi di Kateguhan.
"Sekarang Raden Ayu Prawirayuda itu berada di kadipaten
Paranganom. Bahkan seakan-akan mohon perlindungan
kepada Kangjeng Adipati Prangkusuma. Nah, bukankah sudah
sewajahnya jika Kangjeng Adipati Prangkusuma menghubungi
kemanakannya untuk menjernihkan persoalannya."
Jilid 05 Bab 16 - Pertemuan Dengan Adipati
"TERIMA kasih, Nyi" Ki Tumenggung Sanggayu-dapun
mengangguk dalam. Ketiganyapun kemudian menghirup minuman hangat.
Wedang jahe dengan gula kelapa.
Ki Tumenggung Wiradapa dan ki Tumenggung
Sanggayuda yang baru saja menempuh perjalanan panjang,
merasa tubuh mereka yang letih menjadi segar. Sementara
itu, Nyi Partabawapun sudah tidak nampak lagi di ruang
dalam. Ketika mereka sudah meneguk minuman hangat mereka,
maka Ki Tumenggung Wiradapapun mulai mengalihkan
pembicaraan mereka lagi. Ki Tumenggung menceriterakan
sikap beberapa orang yang berada di gardu yang tidak ramah
ketika ia dan Ki Tumenggung Sanggayuda lewat.
Ebook by Dewi Kangzusi 354 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Paman pernah menjadi bebahu kademangan di Kateguhan. Kemudian kedudukan paman
telah paman serahkan kepada Sana, putera paman yang sulung."
Ki Partabawa itu mengangguk-angguk
"Nah, bagaimana pendapat paman atas likap mereka yang tiba-tiba saja mempunyai
rasa pcrmusuhan dengan orang-orang Paranganom?"
Ki Partabawa menarik nafas panjang. Namun iapun berusaha mengelakkan pertanyaan
itu. Katanya " Bukankah kalian masih merasa letih " Sebaiknya kalian pergi ke
pakiwan, kemudian beristirahat. Besok kita akan berbicara lebih panjang."
"Paman " berkata Ki Tumenggung Wiradapa " besok aku harus mengantarkan Ki
Tumenggung Sanggayuda menghadap Kangjeng Adipati di Kateguhan."
"Kangjeng Adipati Yudapati, maksudmu?"
"Ya, paman. "Jika demikian, bukankah lebih baik kau mendengar keterangan dari Kangjeng
Adipati sendiri ?" "Kangjeng Adipati sendiri " Apakah sikap tidak ramah itu bersumber dari Kangjeng
Adipati ?" "Aku tidak tahu, ngger. Tetapi pira pemimpin di Kateguhan agaknya telali
mengambil jarak dari para priyagung di Paranganom. Aku juga akan minta kepadamu
untuk tidak terkejut jika sikap anak anakku juga kurang ramah terhadap orang
orang Paranganom. "Kenapa keadaan sepcrti itu dapat terjadi ?"
Ebook by Dewi Kangzusi 355 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Partabawa menggclcngkan kepalanya. Katanya " Aku tidak tahu pasti, Wiradapa.
Tetapi kebencian kepada orang-orang Paranganom itu seakan-akan lelah ditiupkan
sejak Raden Ayu Prawirayuda berada di Paranganom."
"Apakah keberadaan Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom itu yang menyebabkan
ketegangan ini terjadi "
Rasa-rasanya ada kecemburuan orang-orang Kateguhan terhadap orang-orang
Paranganom " bertanya Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Salah satu sebab saja, Ki Tumenggung."
"Sebab yang lain?"
"Aku tidak begitu jelas, Ki Tumenggung. Tetapi tanggapan Ki Tumenggung itu
agaknya benar. Ada ke-cemburuan pada para pemimpin Kateguhan terhadap
Paranganom. Mungkin keberhasilan Paranganom meningkatkan kesejahteraaan
rakyatnya. Ketenteraman hidup dan rasa damai dan kebersamaan."
"Apakah hal seperti itu tidak terjadi di Kateguhan?"
"Menurut pendapatku, sejak wafatnya Kangjeng Adipati Prawirayuda, memang ada
sedikit kemunduran di kadipaten Kateguhan."
"Tentang kesejahteraan rakyatnya" " bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Kemunduran itu nampak dalam banyak sisi kehidupan, Wiradapa. Tetapi sebaiknya
aku tidak terlalu banyak berbicara.
Banyak orang Kateguhan sendiri yang tidak melihat kemunduran itu. Justru mereka
melontarkan kecemburuan kepada orang lain. Mereka tidak mau mencari apa yang
salah pada diri mereka sendiri agar kesalahan itu dapat diperbaiki.
Ebook by Dewi Kangzusi 356 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Bukankah seorang Adipati yang masih muda sebagaimana
Kangjeng Adipati Yudapati seharusnya dapat bergerak lebih
tangkas dari ayahandanya yang telah wafat itu ?"
"Kangjeng Adipati sendiri agaknya sudah mencoba. Tetapi
para ptmimpin Kateguhan agaknya mempunyai irama gerak
yang lain. Bagi mereka, Kangjeng Adipati Yudapati adalah
anak-anak.Bahkan Ki Tumenggung Reksadrana lebih banyak
bergerak menuruti kemauannya sendiri. Beberapa kali terjadi
perbedaan pendapat antara Kangjeng Adipati dan Ki
Tumenggung Reksadrana, yang dianggap sesepuh di
Kateguhan." Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda mengangguk-angguk. Tetapi mereka tidak
bertanya lebih jauh, karena Ki Partabawa tentu tidak
mengetahui persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para pemimpin di Kateguhan itu lebih dalam lagi.
Meskipun demikian, apa yang dikatakan oleh Ki Partabawa
itu dapat sedikit memberikan landasan wawasan bagi Ki
Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki
Tumenggung Sanggayuda yang esok pagi akan menghadap
Kangjeng Adipai Yudapati.
"Wiradapa " bertanya Ki Reksadrana kemudian " apakah
kau sekedai menganlar Ki Tumenggung Sanggayuda sampai
ke Kadipalen Kateguhan, atau kau juga akan ikut menghadap
Kangjeng Adipati ?" "Jika diperkanankan, aku juga akan ikut menghadap,
pa?man." "Ki Tumenggung " bertanya Ki Partabawa "jika aku
diperkenankan serba sedikit mengetahui, apakah Ki
Tumenggung Sanggayuda besok juga akan akan
Ebook by Dewi Kangzusi 357 Kang Zusi http://kangzusi.com/
membicarakan kerenggangan hubungan antara Kateguhan
dan Paranganom ?" "Yang penting, kami datang untuk sekedar menyinggung
tentang kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom.
Bagaimanapun juga Raden Ayu Prawirayuda adalah ibu,
meskipun ibu tiri, dari Kangjeng Adipatai Yudapati di
Kateguhan. Keberadaan Raden Ayu Prawirayuda di
Paranganom jangan sampai menimbulkan salah paham.
Mudah-mudahan kedatangan kami di Kateguhan akan dapat
mengurangi jarak yang nampaknya mulai menganga diantara
dua Kadipaten yang semula mempunyai hubungan yang
sangat erat, karena dipimpin oleh dua orang bersaudara."
"Bagus, Ki Tumenggung. Apapun hasilnya, tetapi setiap
usaha untuk berbicara yang satu dengan yang lain, akan
dapat memberikan penjelasan tentang persoalan-persoalan
yang nam?paknya menjadi setidak-tidaknya salah satu sebab
dari kerenggangan hubungan antara Paranganom dan
Kateguhan." "Ya, Ki Partabawa. Hal itu juga disadari oleh Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Kadipaten Paranganom. Itulah
sebabnya maka Kangjeng Adipati telah mengutus kami berdua
untuk membuka pembicaraan apapun yang akan kami
bicarakan nanti." Ki Partabawa mengangguk-angguk.
Pembicaraan itu terputus ketika Nyi Partabawa
menghidangkan ketela yang direbus dengan gula kelapa.
Asapnya masih mengepul dari beberapa potong ketela pohon
yang menjadi kemerah-merahan itu.
"Sudahlah bibi" berkata Ki Tumenggung Wiradapa" jangan
menjadi terlalu sibuk karena kedatangan kami."
Ebook by Dewi Kangzusi 358 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Hanya ini yang dapat kami hidangkan, Ki Tumeng?gung "
berkata Ki Partabaawa "jika saja kami tahu bahwa Ki
Tumenggung akan datang. Sebenarnya kami menjadi agak
malu bahwa kami hanya dapat menjamu Ki Tumenggung
den?gan ketela pohon. Bukan ketan srikaya atau jenis
makanan yang lebih baik. Kamipun menyadari bahwa mungkin
Ki Tumenggung tidak terbiasa makan ketela pohon sepeiti ini."
"Aku juga menanam ketela pohon di kebun rumahku, Ki
Partabawa" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda" aku sendirilah
yang sering mencabutnya. Mengupasnya dan kemudian
menunggu ketela itu masak di serambi sambil mendengarkan
kicau burung di sore hari. Isteriku jugu senang sekah merebus
ketela pohon dengan gula kelapa seperti ini.
Nyi Partabawa tertawa pendek sambil berdesis "Bedanya,
Nyi Tumenggung merebus ketela pohon sekali-sekali saja jika
menginginkannya. Tetapi kami hampir setiap hari
melakukannya" " Apa bedanya" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ki Partabawa tertawa. Kedua orang Tumenggung itupun
tertawa pula Sejenak kemudian, mereka telah sibuk makan ketela
pohon yang direbus dengan gula kelapa. Temyata seperti
yang dikatakannya, Ki Tumenggung Sanggayudapun tidak
segan-segan memungut sepotong ketela pohon yang
kemerah-merahan. Sekali-sekali ditiupnya agar ketela pohon
itu lebih cepat menjadi dingin.
Malam itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda bermalam di rumah Ki partabawa. Didalam
biliknya, Ki Tumenggung Sanggayuda sempat berkata "Sayang
Ebook by Dewi Kangzusi 359 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sekali bahwa Ki Partabawa tidak dapat ikut berbangga bahwa
kemakanannya adalah seorang Tumenggung. Bahkan
Tumenggung Wreda" Ki Tumenggung Wiradapapun tertawa tertahan. Katanya
"Aku ingin paman Partabawa tetap bersikap sebagai seorang
paman, jika ia tahu bahwa aku seorang Tumenggung, maka
sikapnya akan berubah la tidak lagi dapat bersikap sebagai
seorang paman terhadap kemanakannya."
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum sambil
mengangguk-angguk. Demikianlah, ketika matahari mulai melemparkan sinarnya
menyentuh selembar mega yang dihanyutkan angin pagi, Ki
Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah
bersiap. Tetapi Nyi Partabawa minta keduanya menunggu
hingga makan pagi mereka siap.
"Kami sangat merepotkan Ki Partabawa sekeluarga"
berkata Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Tidak. Semuanya sudah ada. Apa yang kami hidangkan
adalah apa yang dapat kami petik di halaman dan kebun
rumah kami. Kalianpun tidak akan dapat menghadap Kangjeng
Adipati terlalu pagi " berkata Ki Partabawa.
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Katanya
"Ya paman. Aku mengerti. Kami tentu akan menunggu sampai
Kangjeng Adipati siap menerima mereka yang akan
menghadap." "Sementara itu, kau akan dapat bertemu dengan adikmu,
Sana. Ia akan segera datang."
"Apakah Sana tahu bahwa aku berada disini?"
Ebook by Dewi Kangzusi 360 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Cucuku tadi memberitahukan kedatanganmu serta Ki
Tumenggung Sanggayuda"
"Ooo. Aku rnemang sudah agak lama tidak bertemu.
Bagaimana dengan adik-adikku yang lain?"
"Aku belum sempat memberitahukan kepada mereka
Tetapi setidak-tidaknya kau dapat bertemu dengan Sana.
Tetapi sebelumnya aku ingin mengulagi pesanku, jangan,
kaget kalau ada kesan bahwa Sana tidak begitu akrab
sikapnya terhadap orang-orang dari Paranganom."
Ki Tumenggung Wiradapa berpaling kepada Ki
Tumenggung Sanggayuda. Katanya "Adikku yang satu ini
adalah seorang yang terbuka. Memang mungkin ia
menyatakan ketidak senangannya im dengan serta merta "
"Aku akan memakluminya " sahut Ki Tumenggung
Sanggayuda. "Sebelumnya aku minta maaf, Ki Tumenggung " berkata Ki
Partabawa. "Tidak apa-apa, Ki Partabawa " jawab Ki Tumenggung
Sanggayuda " agaknya memang ada arus dari atas. Karena
itu, mudah-mudahan pertemuan kami dengan Kangjeng
Adipati akan dapat jika mungkin menutup jarak atau setidak-
tidak mempersempitnya."
Pembicaraan itu terhenti. Nyi Partabawapun
mempersilahkan kemanakannya dan tamunya, Ki
Tumenggung Sang?gayuda untuk makan pagi.
"Paman dan bibi benar-benar menjadi sibuk karena
kedatangan kami " berkata Ki Tumenggung Wiradapa.
Ebook by Dewi Kangzusi 361 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tidak, Wiradapa. Kami justru merasa senang sekali mendapat tamu seorang
Tumenggung." Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Namun ketika ia berpaling kepada Ki
Tumenggung Wiradapa, senyumnya menjadi masam.
Demikianlah keduanyapun kemudian duduk diruang dalam ditemani oleh Ki Partabawa.
." Aku tidak terbiasa makan pagi " berkata Ki Partabawa
"biasanya aku hanya makan apa adanya. Ketela, ubi panjang, lembong atau garut
atau apa saja. Tetapi kali ini aku ingin makan bersama seorang Tumenggung. "
Ki Tumenggung Sanggayuda tertawa. Namun iapun kemudian berkata Dirumahpun aku
tidak akan makan den-gan kelcngkapan lauk pauk seperti sekarang ini."
"Semuanya tinggal memetik sepcrti yang dikatakan isteriku."
"Ayam dan telur itu?"
"Telur itu tinggal memungut di pekarangan. Sedangkan ayam tinggal menangkap di
kandang." "Gurameh itu" "
"Bukankah dikebun belakang ada belumbang " Kami memelihara gurameh di dua
belumbang yang terhitung luas."
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggiyuda hanya mengangguk-anggku
saja; Ketika mereka selesai makan dan dipersilahkan duduk di pringgitan, ternyata Sana
sudah lebih dahulu duduk di pringgitan itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 362 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kakang-Wiradapa" Sana dengan serta merta bangkit berdiri.
Keduanyapun bersalaman dengan akrab. Sernentara Ki Tumenggung Wiradapapun
memperkenalkan Sana dengan Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Ki Tumenggung Sanggayuda adalah salah seorang Tumenggung di Kadipaten
Paranganom, Sana." Sana mengangguk hormat sambil berkata " Selamat datang di pondok kami yang
sederhana ini Ki Tumeng-gung."
"Kami sudah diterima dengan akrab serta mendapat tempat bermalam yang baik
sekali, Ki Sana." "Marilah, silahkan duduk."
Merekapun kemudian duduk di pringgitan bersama Ki Partabawa.
"Kau sudah lama tidak berkunjung kemari, kakang."
"Repot sekali Sana. Ada-ada saja yang harus dikerjakan di rumah."
"Apa saja yang kakang kerjakan di rumah" Memandikan ayam jantan" Memberi makan
dan minum burung peliharaan?"
Ki Tumenggung Wiradapa tertawa. Ki Tumenggung/
Sanggayudapun tersenyum pula. Agaknya adik sepupu Ki|
Tumenggung Wiradapa itupun tidak tahu, bahwa saudara sepupunya di Paranganom
menjabat seorang Tumenggung; Bahkan Tumenggung Wreda.
"Tidak hanya ayam jantan, burung dan ayam. Tetapi sawah juga harus digarap."
Ebook by Dewi Kangzusi 363 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tetapi bukankah tidak disegala musim?"
"Ya. Ada kalanya kerja disawah terasa luang " Ki
Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba
saja iapun bertanya " Tetapi kau juga tidak pernah
menengokku." "Aku sibuk sekali, kakang. Apalagi setelah aku mengemban
tugas ayah yang dilimpahkan kepadaku. Dan barangkali
kakang tahu, anakku berjumlah delapan orang. Aku tidak
dapat begitu saja membebankan anak-anak itu kepada ibunya.
Kasihan. Ia akan kewalahan. Meskipun ada juga yang
membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah, tetapi terasa
betapa sibuknya kami."
"Aku mengerti, Sana. Tetapi anak-anakmu yang besar
tentu sudah dapat ikut membantu momong anak-anakmu
yang kecil." Sana tertawa. Katanya " Anak-anak yang meningkat
remaja justru membuat ibunya lebih sibuk lagi. Ada-ada saja
permintaannya. Kemauannya kadang-kadang sulit di
mengerti." Wiradapa tertawa. "Kakang " tiba-tiba suara Sana meninggi " semula aku
mengira bahwa kakang tidak akan pernah mengunjungi kami
lagi." "Kenapa?" " Bukankah orang-orang Paranganom akan merasa kakinya
gatal jika menginjak bumi Kateguhan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 364 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sudahlah" potong Ki Partabawa " kita tidak usah berbicara tentang Paranganom
dan Kateguhan. Sekarang kakangmu datang mengunjungi kita disini. Bukankah
kunjungannya akan selalu kita hargai. Kakangmu sudah tidak mempunyai orangtua
lagi. Karena itu, jika ia datang kemari, maka ia telah datang mengunjungi orang
tuanya." "Ya, ayah. Maaf. Aku tidak dapat menyembunyikan gejolak perasaanku. Maaf Ki
Tumenggung Sanggayuda " berkata Sana kemudian "Tetapi orang-orang Paranganom
sendirilah yang mengatakan bahwa mereka pantang datang ke Kateguhan."
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum. Iapun kemudian bertanya "Dari siapa kau dengar
pernyataan itu?" "Dari banyak orang, kakang. Orang-orang Paranganom juga berbangga bahwa Raden
Ayu Prawirayu?da, sepeninggal Kangjeng-Adipati Prawirayuda memilih tinggal di
Paranganom daripada tinggal di Kateguhan, meskipun semula ia adalah isteri
Adipati di Kateguhan."
Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Ia tidak ingin berbantah dengan adik
sepupunya yang sudah agak lama tidak bertemu. Karena itu, maka iapun berkata
"Sana. Aku akan mengantar Ki Tumenggung Sanggayuda menghadap Kangjeng Adipati Yudapati.
Mudah-tnudahan segala salah paham itu akan segera dapat diatasi. Dengan bertemu
dan berbicara, akan banyak persoalan-persoalan yang dapat dijelaskan"
"Ya. Mudah-mudahan usaha Ki Tumenggung Sanggayuda yang akan menghadap Kangjeng
Adipati ada artinya. "Kami akan mencari celah-celah yang dapat ditembus, Ki Sana" berkata Ki
Tumenggung Sanggayuda "pendekatan Ebook by Dewi Kangzusi
365 Kang Zusi http://kangzusi.com/
langsung akan memberikan arti yang besar. Jika kami
bersalah, biarlah kami tahu kesalahan kami."
"Mudah-mudahan dapat diketemukan jalan keluar dari
liputan kabut yang selama ini terasa menjadi semakin gelap."


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wiradapa " berkata Ki Partabawa kemudian " matahari
telah menjadi semakin tinggi. Jika kau ingin meng-hadap,
pergilah ke Kadipaten sekarang. Mungkin kau masih harus
menunggu beberapa saat, sehingga Kangjeng Adipati
mempunyai waktu untuk menerimamu serta Ki Tumenggung
Sanggayuda." "Ya, paman. Kami akan minta diri."
"Bukankah kau masih akan singgah sebelum kau kembali
ke Paranganom?" "Terima kasih paman. Mungkin kami akan langsung
kembali ke Paranganom."
"Kau dan Ki Tumenggung akan kemalaman di perjalanan"
"Tidak apa-apa, paman. Kami dapat bermalam di mana
saja." "Apakah kakang tidak singgah ke rumahku barang
sebentar?" "Maaf, Sana. Pada kesempatan yang lain aku akan datang
lagi untuk waktu yang lebih panjang. Salam buat isterimu dan
anak-anakmu serta adik-adikmu semuanya."
"Baik, kakang. Aku akan menyampaikannya. Tetapi mereka
akan senang sekali jika mereka dapat bertemu langsung
dengan kakang." Ebook by Dewi Kangzusi 366 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku akan segera datang kembali " jawab Ki Tumenggung
Wiradapa sambil tertawa. Demikianlah setelah Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki
Tumenggung Sanggayuda mengucapkan terima kasih kepada
keluarga Ki Partabawa, merekapun telah minta diri.
"Kami mengharap agar pembicaraan Ki Tumenggung
Sanggayuda dengan Kangjeng Adipati dapat menemukan titik
temu, sehingga dengan demikian, maka hubungan antara
Paranganom dan Kateguhan menjadi akrab kembali."
"Ya, Ki Sana"jawab Ki Tumenggung Sanggayuda "kami
akan berusaha mencari sebabnya, kenapa hubungan antara
Paranganom dan Kateguhan menjadi renggang."
Sesaat kemudian, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki
Tumenggung Sanggayudapun segera meninggalkan rumah Ki
Partabawa Demikian mereka turun ke jalan, maka
keduanyapun segera meloncat ke punggung kuda mereka
Disepanjang jalan menuju ke Kadipaten, Ki Tumenggung
Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun masih sibuk
membicarakan tanggapan yang kurang baik dari orang-orang
Kateguhan terhadap orang-orang Paranganom.
"Mungkin Kangjeng Adipati semula marah karena Raden
Ayu Prawirayuda berada di Paranganom."
"Kenapa" Bukankah menurut Raden Ayu Prawirayuda ia
telah diusir dan Kateguhan,
Justru karena itu Kenapa Paranganom mau menerimanya.
Seharusnya Paranganom juga menolak keberadaan
Raden Ayu Prawirayuda dl Paranganom."
Ebook by Dewi Kangzusi 367 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Keduanya kemudian terdiam. Mereka sudah menjadi
semakin dekat dengan pintu gerbang dalam Kadipaten di
Kateguhan. "Adi Tumenggung Sanggayuda " berkata Ki Tumenggung
Wiradapa ketika mereka sudah berada didepan pintu gerbang
"Mungkin kedatangan kita tidak diterima dengan baik. Tetapi
aku minta adi tetap berlapang dada. Kita adalah utusan
Kangjeng Adipati Paranganom, sehingga kita harus tetap
bertindak sebagaimana seorang utusan. Kita tidak datang ke
Kateguhan sebagai seorang Senapati perang."
Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Katanya "Aku
mengerti kakang. Aku akan berusaha untuk tetap
mengendalikan diri."
Ki Tumenggung Wiradapapun tersenyum pula
Keduanyapun segera meloncat turun di depan pintu gerbang
dalem Kadipaten Kateguhan. Ketika mereka memasuki pintu
gerbang, dua orang prajurit yang bertugas di sebelah
menyebelah pintu gerbang itupun telah menghentikan mereka
"Siapakah kalian dan apakah keperluan kalian" " bertanya
salah seorang dari kedua orang prajurit itu.
"Kami datang dari Paranganom " jawab Ki Tumenggung
Wiradapa" aku adalah Tumenggung Wiradapa dan ini adalah
Ki Tumenggung Sanggayuda"
Kedua orang prajurit itu termangu-mangu sejenak.
Seorang diantara keduanyapun berkata " Aku minta Ki
Tumenggung menunggu sebentar. Aku akan melaporkannya
kepada Ki Lu-rah" Ebook by Dewi Kangzusi 368 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sikap prajurit itu adalah sikap yang wajar. Ia memang harus melaporkan
kedatangan mereka kepada pimpinannya.
Apalagi yang datang adalah dua orang dari luar Kadipaten yang belum dikenalnya.
Sejenak kemudian, seorang Lurah prajurit telah datang ke pintu gerbang.
"Apakah benar Ki Sanak adalah dua orang Tumenggung dari Paranganom?"
"Ya. Aku adalah Tumenggung Wiradapa dan ini adalah Ki Tumenggung Sanggayuda."
"Apakah Ki Tumenggung berdua akan menghadap Kangjeng Adipati Kateguhan?"
"Ya." Lurah prajurit itu memandangi kedua orang Tumenggung itu berganti-ganti. Dengan
nada datar Lurah prajurit itupun memperkenalkan dirinya "Aku Lurah prajurit di
Kateguhan. Namaku Kriyasana." "Ki Lurah Kriyasana" desis Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda
hampir berbareng. "Ya, Ki Tumenggung " Ki Lurah mengangguk-angguk.
Kemudian iapun bertanya " Apakah Kangjeng Adipati sudah mengenal.Ki Tumenggung
berdua." "Sudah. Aku sudah pernah datang kemari beberapa kali, sejak Kangjeng Adipati
Prawirayuda masih bertahta."
"Maksudku, apakah Kangjeng Adipati Yudapati mengenal Ki Tumenggung berdua?"
Ebook by Dewi Kangzusi 369 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Tentu saja. Pada saat-saat aku menghadap Kangjeng
Adipati Prawirayuda, Kangjeng Adipati Yudapati yang masih
belum bertahta, ia juga menerima kami. Bahkan ka?mi sudah
pernah datang ke Kadipaten ini mengantar Kangjeng Adipai
Prangkusuma di Paranganom dalam satu kunjungan
kehormatan." Lurah prajurit itu mengangguk-angguk. Seakan-akan diluar
sadarnya iapun berkata "Tetapi sikap Kangjeng Adi-pati di
Paranganom sekarang berubah?"
"Apa yang berubah ?"
"Apakah Kangjeng Adipati di Paranganom tidak dapat
menerima kenyataan bahwa yang harus menggantikan
kedudukan Adipati di Kateguhan itu adalah Kangjeng Adipati
Yudapati" Bukankah itu persoalan kadipaten Kateguhan
sehingga Paranganom tidak perlu mencampurinya ?"
"Ki Lurah" nada suara Ki Tumenggung Sanggayuda mulai
meninggi "kami datang untuk menghadap Kangjeng Adipati
Yudapati. Karena itu, tolong sampaikan permohonan kami
untuk menghadap. Kami adalah utusan Kangjeng Adipati di
Paranganom." Ki Lurah Kriyasana termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian iapun berkata" Baik. Aku akan menyampaikannya
kepada Narpacundaka yang bertugas."
"Terima kasih."
"Silahkan duduk di gardu para prajurit yang bertugas."
Ki Tumenggung Wiradapa menggamit Ki Tumenggung
Sanggayuda yang agaknya merasa kurang senang terhadap
Ebook by Dewi Kangzusi 370 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sikap Lurah prajurit itu, sehingga Ki Tumenggung Sanggayuda
tidak jadi menanggapi kata-kata Lurah prajurit itu.
Tetapi keduanya tidak duduk di gardu. Setelah
menambatkan kuda mereka di patok-patok kayu yang
tersedia, keduanya berdiri saja di depan tangga pendapa
ageng kadipaten Kateguhan.
Baru beberapa saat kemudian, Ki Lurah keluar lewat pintu
seketeng bersama seorang prajurit yang bertugas sebagai
Narpacundaka Kangjeng Adipati Yudapati.
"Ki Tumenggung berdua " berkata Ki Lurah Kriyasana " ini
adalah Ki Panji Wirasena. Salah seorang Narpacundaka
Kangjeng Adipati Yudapati."
Ki Panji Wirasena itupun mengangguk hormat pula.
Katanya "Aku diperintahkan oleh Kangjeng Adipati Yuda-pati
untuk mengantar Ki Tumenggung berdua ke serambi sebelah
kiri. Kangjeng Adipati akan menerima Ki Tumenggung berdua
di serambi itu." "Terima kasih, Ki Panji."
Ki Panji Wirasenapun kemudian telah mengantarkan kedua
orang Tumenggung itu masuk ke serambi sebelah kiri. Namun
di serambi itu masih belum ada seorangpun.
"Silahkan duduk Ki Tumenggung. Aku akan meng-hadap
dan menyampaikan kepada Kangjeng Adipati, bahwa Ki
Tumenggung berdua sudah berada di serambi."
"Silahkan Ki Panji. Ki Panji Wirasenapun kemudian
nieninggalkan kedua orang Tumenggung dari Paranganom itu
diserambi. Ebook by Dewi Kangzusi 371 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun ternyata bahwa Kangjeng Adipati tidak segera memasuki serambi itu. Untuk
beberapa lama kedua orang Tumenggung dari Paranganom itu menunggu.
Ketika kemudian pintu terbuka, yang masuk ke serambi itu adalah Ki Panji
Wirasena. ."Maaf, Ki Tumenggung berdua. Kangjeng Adipati masih berbicara dengan Ki
Tumenggung Reksadrana. Diminta kesabaran Ki Tumenggung berdua."
"Tentu Ki Panji " sahut Ki Tumenggung Sanggayuda "kami datang dari jauh untuk
menghadap Kangjeng Adipati. Kami tentu akan menunggu kesempatan itu."
"Terima kasih atas kesediaan Ki Tumenggung berdua."
Ketika Ki Panji kemudian meninggalkan kedua orang Tumenggung dari Paranganom
itu, Ki Tumenggung Sanggayudapun berkata dengan nada berat "Apa maksud Kangjeng
Adipati sebenarnya?"
"Mungkin Kangjeng Adipati memang sedang berbincang dengan Ki Tumenggung
Reksadrana, Kita memang harus sabar menunggu."
"Sampai kapan ?"
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum. Katanya " Kita adalah tamu disini."
Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk.
Yang lebih dahulu memasuki pringgitan adalah seorang pelayan untuk menghidangkan
minuman hangat bagi kedua orang Tumenggung Paranganom itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 372 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Demikian pelayan itu pergi, Ki Tumenggung Wirada-papun
berdesis " Ini tidak biasa dilakukan di Paranganom. Jika ada
tamu yang datang menghadap Kangjeng Adipati, maka di
Paranganom tidak pernah disuguhkan minuman seperti ini."
"Aku haus, kakang Tumenggung."
Ki Tumenggung Wiradapa tersenyum melihat Ki
Tumenggung Sanggayuda meneguk minuman hangatnya.
"Enak kakang Tumenggung. Wedang sere dengan gula
kelapa. Manis dan terasa sedikit wangi."
Ki Tumenggung Wiradapa masih saja tersenyum. Tetapi ia
masih belum meneguk minumannya.
Ki Tumenggung Sanggayuda hampir tidak sabar
me?nunggu. Dalam ketidak sabarannya itu, maka
minumannyapun telah dihabiskannya. Sementara Ki
Tumenggung Wiradapa baru minum beberapa teguk saja.
Beberapa saat kemudian, Ki Panji Wirasenapun telah
memasuki serambi itu lagi. Katanya "Kangjeng Adipati
Yudapati akan menerima Ki Tumenggung berdua di ruang
depan. Di sana telah hadir pula Ki Tumenggung Reksadrana
yang memang diperintahkan oleh Kangjeng Adipati untuk ikut
menerima kedatangan Ki Tumenggung berdua."
"Terima kasih, Ki Panji " sahut Ki Tumenggung Wiradapa.
Demikianlah, diantar oleh Ki Panji Wirasena Ki
Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah
masuk ke ruang depan. Sebenarnyalah di ruang itu telah
menunggu Kangjeng Adipati Yudapati dan Ki Tumenggung
Reksadrana. Ebook by Dewi Kangzusi 373 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun kemudian duduk menghadap
Kanjeng Adipati. Ki Tumenggung Reksadrana duduk selangkah disebelah Kangjeng Adipati itu,
sedangkan Ki Panji Wirasena duduk agak dibelakang
"Selamat datang di Kadipaten Kateguhan paman Tumenggung berdua berkata Kangjang
Adipati Yudapati kemudian
"Hamha kangjeng Adipati. Kami berdua datang menghadap Kangjeng Adipati Yudapati
" sahut Ki Tumenggung Wiradapa,
"Bagaimana dengan keselamatan dan kesejahteraan paman Adipati Prangkusuma di
Paranganom " Bagaimana pula dengan saudara saudara sepupuku. Aku dengar mereka
sudah pulang dari perguraan mereka. Mereka sudah menjadi anak muda yang gagah
perkasa." "Semuanya dalam keadaan yang baik, Kangjeng Adipati.
Kedua putera Kangjeng Adipati Prangkusuma, Raden Madyasta dan Raden Wignyana
memang sudah pulang."
"Sukurlah. Dan bagaimana dengan rakyat Paranganom?"
"Kami semuanya berada dibawah perlindungan Yang Maha Agung. Keadaan kami selama
ini baik-baik saja, Kangjeng Adipati?"
"Aku menyatakan selamat atas semuanya itu, paman Tumenggung."
"Terima kasih, Kangjeng Adipati. Menurut penglihatan kami berdua, bukankah
Kadipaten Kateguhan juga be-rada didalam kesejahteraan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 374 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya. Kateguhan juga berada didalam perlindungan Yang
Maha Agung." "Kangjeng Adipati, perkenankanlah hamba menyampaikan
salam dari Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom."
"Sampaikan terima kasihku kepada paman Adipati di
Paranganom. Baktiku sampaikan pula kepada paman Adipati."


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hamba Kangjeng Adipati. Akan hamba sampaikan kepada
Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom."
"Salamku buat adik-adik sepupuku."
"Hamba Kangjeng Adipati. Akan hamba sampaikan kepada
Raden Madyasta dan Raden Wignyana."
"Sekali-sekali ajak mereka kemari. Seperti pada masa
kanak-kanak, kami sering bertemu dan berkumpul serta
bermain bersama." "Akan hamba sampaikan kepada mereka " Ki Tumenggung
Wiradapapun berhenti sejenak. Lalu katanya " Beberapa waktu
yang lalu, Raden Madyasta juga berada di perbatasan,
Kangjeng. Tetapi Raden Madyasta masih belum sempat
singgah meskipun sebenarnya ia ingin melakukannya."
"Di perbatasan " Ada apa sehingga dimas Madyasta sendiri
harus hadir diperbatasan."
"Kangjeng Adipati. Barangkali ada gunanya jika kami
memberitahukan, bahwa telah terjadi kerusuhan di
perbatasan. Perampok, brandal, penyamun dan sejenisnya
telah merebak. Para Demang tidak lagi mampu mengatasinya,
sehingga telah terjadi keresahan. Ketika hal ini dilaporkan
Ebook by Dewi Kangzusi 375 Kang Zusi http://kangzusi.com/
kepada Kangjeng Adipati, maka Kangjeng Adipati telah
memerintahkan Raden Madyasta untuk mengatasinya.
Bersama tiga orang Senapati, Raden Madyasta berhasil
menghancurkan kelompok yang telah menimbulkan keresahan
di perbatasan itu Kangjeng."
Kangjeng Adipati Yudapati di Kateguhan itu menarik nafas
panjang. Dengan nada berat Kangjeng Adipati itu berkata "
Jadi kedatangan paman berdua melintasi perbatasan
Kadipaten Paranganom dan kadipaten Kateguhan itu hanya
akan menceritakan tentang kerusuhan yang terjadi di
perbatasan?" "Tidak, Kangjeng. Tentu tidak. Yang kami sampaikan ini
sekedar pemberitahuan."
"Temyata kalian telah salah alamat, kakang Tumenggung
berkata Ki Tumenggung Reksadrana " sebaiknya persoalan itu
kalian laporkan saka kepada Kangjeng Adipati di Paranganom.
Tidak kepada kangjeng Adipati di Kateguhan. Bukankah
kerusuhan itu terjadi di Paranganom "
"Bukankah tidak ada salahnya jika hal itu diketahui oleh
Kangjeng Adipati di Kateguhan?" potong Ki Tu-menggung
Sanggayuda " kerusuhan itu terjadi di per?batasan. Jika
Kangjeng Adipati di Kateguhan mengetahuinya, maka
Kangjeng Adipati dapat memerintahkan kepada pada prajurit
di Kateguhan untuk bersiaga, agar tidak terjadi seperti di
Paranganom yang sempat menimbulkan keresahan."
"Tetapi selama ini kateguhan tidak pernah diganggu oleh
kerusuhan-kerusuhan itu. Kateguhan memiliki kekuatan untuk
mengatasinya. Tidak perlu para prajurit, apalagi putera
Kangjeng Adipati sendiri harus terjun. Rakyat Kateguhan
mampu mengatasinya."
Ebook by Dewi Kangzusi 376 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sukurlah jika begitu. Tetapi jika para penjahat itu terusir dari Paranganom,
mungkin selaki mereka akan merembes ke Kateguhan. Kecuali jika mereka memang
bersarang di Kateguhan."
"Kakang Tumenggung Sanggayuda " suara Ki Tu?menggung Reksadrana meninggi " apa
maksud kakang Tu-menggung sebenarnya " Kata-kata kakang Tumenggung itu tajamnya
seperti welat pring wulung, menyentuh perasaan kami, orang-orang Kateguhan.
Agaknya penalaran seperti itulah yang telah menimbulkan jarak antara orang-orang
Paranganom dan orang-orang Kateguhan. Jika orang-orang Paranganom mengalami
kesulitan dari tingkah laku para perampok itu, jangan mencari kambing hitam di
kadipaten Kateguhan."
"Seharusnya peringatan yang kami berikan itu dapat kau terima dengan baik, adi
Tumenggung. Tetapi sebaliknya kau tanggapi dengan sikap sombongmu."
Ki Tumenggung Wiradapalah yang kemudian menyahut
"Sudahlah adi Tumenggung. Bukankah kita datang ke Kateguhan sama sekali tidak
ada hubungannya dengan kerusuhan yang terjadi di perbatasan " Ki Tumenggung
Wiradapa itupun kemudian berkata kepada Kangjeng Adipati "
Ampun Kangjeng Adipati. Maksud kami sebe-narnya tidak lebih daripada sekedar
menyampaikan peringatan. Tetapi jika peringatan ini dianggap kurang pada
tempatnya, kami mohon ampun."
"Baiklah, paman Tumenggung. Aku bahkan mengucapkan terima kasih atas peringatan
yang paman berdua berikan, Setidak-tidaknya akan dapat membuat kami di Kaieguhan
berhati-hati." Ebook by Dewi Kangzusi 377 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun Ki Tumenggung Reksadranapun menyela "Ampun Kangjeng Vang mereka berikan
bukan sekedar peringatan.
Tetapi tuduhan. Seakan-akan Kateguhan mem?berikan perlindungan kepada para
penjahat yang mengganggu ketenteraman Paranganom Tuduhan itu sebenarnya hanyalah
usaha mereka untuk menutupi kelemahan mereka sendiri."
"Sudahlah, paman. Persoalannya akan berkepanjangan"
Ki Tumenggung Reksadranapun terdiam. Namun masih nampak diwajahnya, kemarahan
yang menyala didadanya. "Paman Tumenggung berdua " berkata Kangjeng Adipati kemudian "kedatangan Ki
Tumenggung berdua tentu mengemban perintah dari paman Adipati Prangkusuma. Aku
memang yakin, bahwa persoalannya tentu bukan sekedar tentang kerusuhan di
perbatasan." "Hamba Kangjeng Adipati. Kami berdua memang mengemban perintah Kangjeng Adipati
Prangkusuma" Ki Tumenggung Wiradapa berhenti sejenak. Sekali ia menarik nafas
panjang, kemudian berkata selanjutnya "Kangjeng Adipati, barangkali Kangjeng
Adipagi sudah mengetahui, bahwa pada saat ini Raden Ayu Prawirayuda berada di
Paranganom." "Ya. Aku sudah mendengar, bahwa bibi Raden Ayu Prawirayuda berada di
Paranganom." "Untuk itulah, kami berdua datang menghadap. Apakah yang sebenarnya terjadi
dengan Raden Ayu Prawirayuda.
Sejauh ini Kangjeng Adipati baru mendengar keterangan dari Raden Ayu
Prawirayuda. Kedatangan kami berdua membawa pesan dari Kangjeng Adipati, agar
Kangjeng Adipati Yudapati bersedia memberikan keterangan, apakah seabnya Raden
Ayu Prawirayuda harus meninggalkan kadipaten Kateguhan?"
Ebook by Dewi Kangzusi 378 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kangjeng Adipati Yudapati nampak termangu-mangu. Ada
keraguan di wajahnya. Namun kemudian katanya " Apakah
paman Adipati Prangkusuma meragukan keterangan bibi
Prawirayuda?" "Kangjeng Adipati Prangkusuma ingin mendapat
keterangan dari kedua belah pihak."
Namun Ki Tumenggung Reksadranapun menyala
"Persoalan itu adalah persoalan antara keluarga di Kateguhan.
Buat apa orang lain ikut mencampurinya?"
"Kami sudah tahu, adi Tumenggung. Persoalan ini adalah
persoalan keluarga. Tetapi bukankah Kangjeng Adi-pati
Prangkusuma juga bukan orang lain bagi Kangjeng Adipati
Yudapati dan Raden Ayu Prawirayuda " Justru kau adalah
orang lain." sahut Ki Tumenggung Sanggayuda.
"Tetapi aku adalah salah seorang abdi di Kateguhan.
"Sekarang Raden Ayu Prawirayuda itu berada di kadipaten
Paranganom. Bahkan seakan-akan mohon perlindungan
kepada Kangjeng Adipati Prangkusuma. Nah, bukankah sudah
sewajahnya jika Kangjeng Adipati Prangkusuma menghubungi
kemanakannya untuk menjernihkan persoalannya."
Bab 17 - Perkelahian di Kedai
"Paman Adipati benar, paman Tumenggung. Aku mengerti
maksud paman Adipati. Sepeninggal ayahanda, maka paman
Adipati adalah ganti orang tuaku."
Ebook by Dewi Kangzusi 379 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kerut di dahi Tumenggung Reksadrana menjadi semakin dalam. Ia memang menjadi
sangat kecewa atas sikap Adipati Yudapati.
"Paman Tumenggung berdua " berkata Kangjeng Adipati Yudapati kemudian "sampaikan
kepada paman Adipati Prangkusuma di Paranganom, bahwa bibi Prawirayuda memang
aku minta meninggalkan Kateguhan."
"Jika Kangjeng Adipati tidak berkeberatan, apakah Kangjeng Adipati dapat
menyebutkan alasannya, kenapa Raden Ayu Prawirayuda harus meninggalkan
Kateguhan." "Itu persoalanku dengan bibi, paman Tumenggung.
Sampaikan kepada paman Adipati, aku mohon maaf, bahwa aku merasa tidak perlu
menyampaikan alasannya, kenapa bibi Prawirayuda harus meninggalkan Kateguhan, "
"Kangjeng Adipati " Ki Tumenggung Reksadranapun memotong pembicaraan kangjeng
Adipati " jika demikian, sebaiknya Kangjeng Adipati berterus terang. Ke?napa
Kangjeng Adipati menegusir Raden Ayu Prawirayuda dari Kateguhan."
"Menurut pendapatku, tidak perlu paman."
"Hamba kira sebaiknya Kangjeng Adipati berterus terang.
Bukankah itu yang dikehendaki oleh Kangjeng Adi-pati di Paranganom " Dengan
demikian, maka Kangjeng Adipati Prangkusuma tidak hanya sekedar menduga-duga.
Semakin jelas penglihatan Kangjeng Adipati Prangkusuma atas persoalan yang
sebenarnya terjadi di Kateguhan, justru akan menjadi semakin baik bagi Kangjeng
Adipati Yudapati. Apakah jika di Paranganom Raden Ayu Prawirayuda tidak berkata
yang sebenarnya. Yang putih dikatakan hitam, yang hitam
dikatakan putih. Dengan demikian, maka keberadaan Raden
Ebook by Dewi Kangzusi 380 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ayu Prawirayuda di Paranganom memang dapat
merenggangkan hubungan kedua kadipaten ini."
Kangjeng Adipati Yudapati menjadi ragu-ragu. Sementara
itu Ki Tumenggung Wiradapapun berkata " Adi Tumenggung
Reksadrana benar menurut pendapat hamba, Kangjeng
Adipati. Apapun alasannya, maka sebaiknya Kangjeng Adipati
tidak berkeberatan untuk menyebutnya. Dengan demikian
Kangjeng Adipati di Paranganom akan dapat mengetahui
dengan jelas duduk persoalannya."
Kengjeng Adipati masih saja termangu-mangu:
Dipandanginya ketika orang Tumengung itu berganti-ganti.
Dua orang Tumenggung dari Paranganom dan seorang
Tumenggung dari Kateguhan.
Namun akhirnya Kangjeng Adipati itupun berkata "Baiklah
paman Tumenggung Reksadrana. Katakan, kenapa aku minta
bibi Prawirayuda meninggalkan kadipaten Kateguhan."
"Kangjeng Adipati. Kenapa tidak Kangjeng Adipati
saja yang menyampaikannya " Nampaknya kedua orang
utusan Kangjeng Adipati Prangkusuma ini tidak begitu yakin
terhadap kejujuran hamba."
"Atas perintahku, paman Tumenggung dapat mengatakan
alasanku, kenapa bibi Prawirayuda aku minta meninggalkan
Kateguhan." Sebenarnya Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda ingin agar Kangjeng Adipati sendiri yang
menyampaikannya. Namun Kangjeng Adipati sudah
memerintahkan kepada Ki Tumenggung Reksadrana. Tetapi
karena Ki Tumenggung Reksadrana akan menyampaikannya
di-hadapan Kangjeng Adipati, maka kedua orang Tumenggung
dari Paranganom itupun berpendapat, bahwa Ki Tumenggung
Ebook by Dewi Kangzusi 381 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Reksadrana tidak akan dapat berbohong, atau dengan sengaja
bagi kepentingannya sendiri, menambah dan menguranginya.
"Baiklah Kangjeng Adipati " suara Ki Tumenggung
Reksadrana merendah " hamba mohon ampun. Hamba akan
menyampaikannya kepada kedua orang utusan Kang?jeng
Adipati Prangkusuma dan Paranganom. Jika keterangan
hamba ada yang salah, hamba mohon Kangjeng Adipati
membetulkannya." "Baiklah, paman."
"Kakang Tumenggung berdua " berkata Ki Tumenggung
Reksadrana kemudian "aku akan menyampaikamiya atas
nama Kangjeng Adipati. Mungkin karena persoalannya
menyangkut pribadi Kangjeng Adipati, maka Kangjeng Adipati
Yudapati tidak dapat menyampaikannya sendiri."
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda hanya mengangguk kecil.
"Kakang Tumenggung berdua " suara Ki Tumenggung
Reksadrana merendah "Sebenarnyalah bahwa Raden Ayu
Prawirayuda sudah melanggar paugeran hidup bebrayan."
Kedua orang Tumenggung dari Paranganom itu terkejut.
Tetapi mereka tidak berkata apa-apa. Mereka menunggu Ki
Tumenggung Reksadrana itu meneruskan keterangannya
"Yang aku ketahui, kakang Tumenggung, sesuatu yang tidak
pantas telah dilakukari oleh Raden Ayu Prawirayuda.
Sebenarnyalah bagi Kateguhan Raden Ayu Prawirayuda adalah
seorang yang sangat dihormati. Apalagi Raden Ayu
Prawirayuda adalah isleri Kangjeng Adipati Prawirayuda yang
telah wafat, Raden Ayu juga seorang prajurit yang tidak ada
duanya. Meskipun Raden Ayu seorang perempuan, tetapi
kemampuannya dalam olah kanuragan melebihi para Senapati
Ebook by Dewi Kangzusi 382 Kang Zusi http://kangzusi.com/
perang" Ki Tumenggung Reksadrana berhenti sejenak. Namun
keragu-raguan membayang diwajahnya. Setelah memandang
wajah Kangjeng Adipati yang menunduk, Ki Tumenggung
itupun melanjutkannya dengan nada datar "Malam tu,
Kangjeng Adipati telah diundang oleh Raden Ayu Prawirayuda
untuk makan malam di keputren. Satu hal yang tidak bisa
dilakukan. Meskipun demikian Kangjeng Adipati tidak menolak.
Tetapi Kangjeng Adipati tidak boleh membawa abdinya
seorangpun. Bahkan Narpacundaka, yang sekarang juga ada
disini, tidak boleh ikut ke keputren meskipun tidak ikut makan
malam. Setelah makan malam itulah, Raden Ayu Prawirayuda
menyampaikan maksudnya. Jantung Ki Tumenggung Wiradrana dan Ki Tumenggung
Sanggayuda menjadi berdebar-debar. Mereka mendengarkan
keterangan Ki Tumenggung Reksadrana itu dengan sungguh-
sungguh. " Kakang Tumenggung" suara Ki Tumenggung Reksadrana
memang menjadi bergetar. Sekali-sekali ia memandang wajah
Kangjeng Adipati. Tetapi Kangjeng Adipati Yudapati masih saja
duduk sambil menunduk. Sejenak kemudian, Ki Tumenggung Reksadranapun
melanjutkan "Kakang Tumenggung Berdua. Apa yang aku


Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampaikan ini adalah ulangan saja dari keterangan Kangjeng
Adipati Yudapati yang diberikan kepadaku, sebagai seorang
yang dituakan di Kateguhan. Kangjeng Adipati memerlukan
pertimbangan dari beberapa orang tua. Satu diantara mereka
adalah aku." "Ya, adi" suara Ki Tumenggung Wiradapa yang meluncur
dari bibirnya terdengar berat.
"Malam itu, kakang Tumenggung " Ki Tumenggung
Reksadrana melanjutkan" Raden Ayu Prawirayuda telah
Ebook by Dewi Kangzusi 383 Kang Zusi http://kangzusi.com/
berterus terang, minta agar Kangjeng Adipati Yudapati
bersedia mengambil Raden Ajeng Rantamsari sebagai
isterinya" Ki Tumenggung Wiradrana dan Ki Tumenggung
Sanggayuda terkejut. Sementara itu Ki Tumenggung
Reksadrana bertanya dengan ragu kepada Kangjeng Adipati
Yudapati "Bukankah begitu, Kangjeng Adipati."
Kangjeng Adipati Yudapati mengangguk.
"Tetapi" suara Ki Tumenggung Wiradapa menjadi serak
"tetapi bukankah Raden Ajeng Rantamsari itu adik Kangjeng
Adipati Yudapati sendiri meskipun berbeda ibu?"
"Bagaimana, Kangjeng Adipati?" Ki Reksadrana justru
bertanya kepada Kangjeng Adipati.
"Katakan apa yang kau ketahui, paman."
"Kakang Tumenggung berdua " Ki Tumenggung
Reksadrana itupun melanjutkan " atas perkenan Kangjeng
Adipati, aku beritahukan kepada kakang berdua, bahwa Raden
Ajeng Rantamsari itu bukan adik Kangjeng Adipati Yudapati.
Bukan adik seayah. Raden ajeng Rantamsari itu bukan apa-
apa bagi Kangjeng Adipati Yudapati."
"Tetapi bukankah keduanya putera Kangjeng Adipati
Prawirayuda ?" bertanya Ki Tumenggung Sanggayuda.
Ki Tumenggung Reksadrana menggeleng. Dengan ragu-
ragu iapun berkata " Raden Ajeng Rantamsari bukan putera
kandung Kangjeng Adipati Prawirayuda."
"Jadi" " Ebook by Dewi Kangzusi 384 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sudah, sudah paman " Kangjeng Adipatipun kemudian memotong pembicaraan itu "
aku tidak ingin nama ayahanda yang sudah wafat itu terungkit lagi. Itulah pokok
persoalannya." Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda hanya dapat mengangguk-
angguk. Namun terasa betapa debar jantung mereka menghentak-hentak didalam dada.
"Aku tidak dapat menerima permintaan bibi Prawirayuda itu, paman Tumenggung
berdua. Sementara itu bibi agaknya berusaha memaksakan kehendaknya dengan segala
macam cara. Karena itu, aku tidak mempunyai pilihan. Aku persilahkan bibi
meninggalkan dalem Kadipaten. Sebenarnya aku sudah menyediakan sebuah tempat
tinggal yang pantas bagi bibi. Tetapi rupanya bibi lebih senang pergi ke
Kadipaten Paranganom. Aku sadar, bahwa apa yang dikatakan oleh bibi di
Paranganom agak berbeda atau bahkan bertentangan sama sekali dengan apa yang
tadi dikatakan oleh paman Tumenggung Reksdrana. Tetapi apa yang dikatakan oleh
paman Tumenggung Reksadrana itulah yang benar."
"Kami mengerti, Kangjeng Adipati berkata Ki Tumenggung Wiradrana dengan suara
yang hampir tidak terdengar.
"Nah, jika paman Adipati ingin mendengar persoalannya menurut pengertianku
adalah sebagaimana dikatakan oleh paman Tumenggung Reksadrana. Selanjutnya
terserah kepada paman Adipati Prangkusuma. Apakah paman Adipati mempercayainya
atau tidak." "Kami akan menyampaikannya kepada Kangjeng Adipati di Paranganom."
Ebook by Dewi Kangzusi 385 Kang Zusi http://kangzusi.com/
" Kakang Tumenggung " berkata Ki Tumenggung Reksadrana kemudian " yang dikatakan
oleh Raden Ayu Prawirayuda tentu berbeda. Mungkin Kangjeng Adipati ingin
mendengar, apakah alasan yang dikatakan oleh Raden Ayu Prawirayuda, sehingga
Raden Ayu itu disingkirkan dari Kateguhan?"
Kangjeng Adipati Yudapati itupun mengangguk sambil berkata" Kakang Tumenggung
Reksadrana benar. Aku me?mang ingin mendengar apakah yang dikatakan oleh bibi
Prawirayuda.-" "Kangjeng Adipati " berkata Ki Tumenggung Wiradapa "
salah satu alas an kenapa kami berdua harus datang ke Kateguhan itu adidah
karena yang dikatakan oleh Raden Ayu Prawirayuda itu tidak jelas. Menurut Raden
Ayu Prawirayuda, Kangjeng Adipati tidak mengatakan sama sekali alasan, kenapa
Raden Ayu Prawirayuda haras meninggalkan Kateguhan. Menurut Raden Ayu, Kangjeng
Adipati begitu saja telah mengusir Raden Ayu Prawirayuda tanpa menunjukkan
kesalahan yang telah dilakukannya."
"Nah, bukankah ada .baiknya Kangjeng Adipati berterus-terang kepada kakang
Tumenggung berdua " berkata Ki Tumenggung Reksadrana
"Ya, paman Tumenggung benar. Dengan demikian paman Adipati dapat
mempertimbangkannya."
"Memang itulah yang diharapkan oleh Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom "
sahut Ki Tumenggung Wiradapa perlahan.
Namun kemudian baik Kangjeng Adipati maupun Ki Tumenggung Reksadrana tidak lagi
Pembantai Cantik 2 Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti 10
^