Sejuknya Kampung Halaman 6
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja Bagian 6
Demikianlah, ketika Wisesa melihat seseorang berjalan
tergesa-gesa dan memberitahukan bahwa dua orang pengikut
Wira Sabet datang lagi ke padukuhan mereka, maka
Wisesapun telah memaksa dirinya untuk menemui keduanya.
Kedua orang itu terkejut melihat seorang anak muda
dengan sengaja menemuinya. Karena itu, maka kedua orang
itupun segera mempersiapkan diri.
Tetapi Wisesa sama sekali tidak menunjukkan niatnya untuk
melakukan perlawanan. Bahkan masih berjarak beberapa
langkah, Wisesa berhenti sambil membungkuk hormat.
"Ampun Ki Sanak" berkata Wisesa "aku tidak bermaksud
apa-apa" Kedua orang itu telah mengambil jarak. Seorang di antara
mereka bertanya dengan suara serak "Kau mau apa?"
"Ampun Ki Sanak. Aku ingin memberikan keterangan yang
mungkin berarti bagi Ki Sanak"
"Keterangan apa?" bertanya orang itu lagi. Wisesapun
memandang keadaan di sekelilingnya. Sepi. Tidak ada orang
yang turun ke jalan. "Ki Sanak" berkata Wisesa "aku ingin memberitahukan,
bahwa ada yang tidak wajar pada Manggada dan Laksana"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itu nampak terkejut. Bahkan seorang di antara
mereka telah melangkah maju mendekati Wisesa.
Sikap orang itu membuat Wisesa kelakuan. Karena itu,
maka sambil terbungkuk-bungkuk hormat ia berkata "Ampun,
Ki Sanak. A mpun. Aku bermaksud baik"
"Katakan, apa yang tidak wajar itu" bentak orang itu.
"Menurut ceritera orang, ketika Mangada, Laksana dan
Sampurna berkuda berkeliling padukuhan itu dan bertemu
dengan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong,
mereka telah berselisih dan berkelahi"
"Kau hanya menyebut namanya saja Wira Sabet dan Sura
Gentong?" geram orang itu.
"Maksudku, paman Wira Sabet dan paman Wira Gentong"
Wisesa menjadi gagap. "Teruskan" desak orang itu.
"Dalam perkelahian itu, Laksana sendiri dapat mengalahkan
ketiga orang penakut paman Wira Sabet dan paman Sura
Gentong" Wisesa meneruskan.
"Apa" Laksana mampu mengalahkan tiga orang kawan
kami?" bertanya orang itu dengan nada tinggi.
Wisesa menjadi ragu-ragu. Ia melihat seakan-akan ada
nyala api di mata kedua orang itu.
"Hanya menurut kata orang" jawab Wisesa dengan kaki
gemetar. "Setan kau geram yang seorang lagi" berani benar kau
mengatakan bahwa tiga orang kawan kami kalah oleh seorang
anak muda. He, jika kau belum tahu, dengarlah, Laksana dan
Manggada sekarang menjadi tawanan kami"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah yang ingin aku katakan" suara Wisesa menjadi
terputus-putus. Namun ia berkata selanjutnya "justru karena
Laksana memenangkan perkelahian itu, namun keduanya
menjadi tawanan. Jika benar hal itu terjadi, bukankah berarti
ada semacam permainan yang harus diperhatikan?"
Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
termangu-mangu. Sementara Wisesa yang merasa sedikit
mendapat angin meneruskan "Bukankah hal itu sangat tidak
wajar, jika benar-benar telah terjadi?"
"Kau lihat sendiri perkelahian itu?" bertanya salah seorang
dari keduanya. "Tidak, Ki Sanak, tetapi demikian kata orang. Aku mohon Ki
Sanak berhati-hati dengan kedua orang itu. Mereka benar-
benar licik. Mungkin mereka mempergunakan uang atau
benda-benda berharga lainnya untuk melakukan rencananya"
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Sementara
Wisesa berkata pula "Selain daripada itu, ternyata Sampurna
di padukuhan ini berhasil mempengaruhi beberapa orang anak
muda. Meskipun sampai saat ini jumlahnya belum begitu
banyak, tetapi semakin lama tentu akan menjadi semakin
banyak. Karena itu, sebaiknya paman Wira Sabet dan paman
Sura Gentong menjadi lebih berhati-hati"
"Anak muda" salah seorang dari kedua orang itu
menggeram sambil melangkah mendekat. Ketika orang itu
kemudian memegangi baju Wisesa, maka rasa-rasanya
jantung Wisesa terlepas dari tangkainya "Kau jangan
mengigau. Apakah kau bermaksud menakut-nakuti kami?"
"Tidak, Ki Sanak. Tidak" bukan saja suara Wisesa yang
gemetar, tetapi juga tubuhnya "sudah aku katakan. Aku
bermaksud baik. Aku berkata sebenarnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa kau sampai hati memberi tahukan kepada kami
tentang hal seperti itu" Bukankah itu berarti satu
pengkhianatan bagi kawan-kawanmu sendiri?"
Pertanyaan itu sama sekali tidak diduganya. Wajah Wisesa
menjadi pucat dan darahnya serasa berhenti mengalir.
"Kenapa?" orang itu mengguncang tubuh Wisesa "apa yang
kau kehendaki sebenarnya?"
Wisesa tidak dapat berpikir
lagi. Yang kemudian terlontar
dari mulutnya adalah "Ampun. Aku tidak berkhianat. Tetapi aku tidak
tahan mendengar gadis yang
aku inginkan selalu mengagumi Manggada dan Laksana" "O. Jadi kau dengan licik
ingin memenangkan persainganmu untuk memperebutkan seorang gadis" Kau telah memfitnah
kawan-kawanmu itu, agar kami menghukumnya" berkata orang yang memegangi baju
Wisesa itu. Sementara orang yang lain berkata "Kita bawa
anak itu. Biar ia berbicara di hadapan Manggada dan
Laksana." Wisesa menjadi semakin ketakutan. Kakinya serasa menjadi
lemah, sehingga iapun telah jatuh berlutut sambil merengek
"Ampun. Jangan bawa aku. Aku mohon ampun. Aku
bermaksud baik" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik buat siapa?" bentak orang itu. Wisesa benar-benar
telah menangis. Orang yang tinggal di sebelah jalan, telah mendengar
tangis Wisesa. Merekapun mendengar dua orang pengikut
Wira Sabet dan Sura Gentong membentak-bentak meskipun
mereka tidak dapat mendengar dengan jelas kata-kata yang
diucapkan. Namun mereka mendengar orang-orang itu
menyebut nama Manggada dan Laksana.
Namun, apapun yang terjadi, orang-orang itu tidak dapat
berbuat apa-apa. Tetapi akhirnya pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
melepaskan baju Wisesa. Ketika orang itu mendorong Wisesa,
maka anak itupun telah jatuh terlentang.
"Bangun anak cengeng" bentak orang itu.
Dengan susah payah Wisesa berusaha untuk bangkit dan
duduk di tanah, Kepalanya tunduk, sementara ia masih saja
menangis ketakutan. "Baiklah anak cengeng" berkata orang itu "kami akan
kembali ke tempat tinggal kami. Kami akan melihat kebenaran
kata-katamu. Jika kau berkata sebenarnya, kami akan
mengucapkan terima kasih kepadamu. Tetapi jika kau
berbohong, maka kaulah yang akan dihukum"
Seberkas harapan telah tumbuh lagi dihati Wisesa. ia
berharap bahwa orang itu berhasil mengetahui rahasia
Manggada dan Laksana, sehingga keduanya akan mendapat
hukuman sehingga mereka kelak tidak akan lagi dikagumi oleh
Tantri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, maka kedua orang pengikut Wira Sabet
dan Sura Gentong itupun meninggalkan padukuhan Gemawang kembali ke barak mereka.
Sementara itu, salah seorang yang tinggal di sebelah jalan
ternyata telah memberanikan diri, merayap mendekati dinding
rumahnya yang menghadap ke jalan. Ia berusaha untuk
mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang
Wira Sabet dan Sura Gentong itu dengan Wisesa.
Meskipun tidak begitu jelas, tetapi keduanya dapat meraba,
bahwa Wisesa telah mengadukan Manggada dan Laksana.
"Gila anak itu" desis orang di sebelah jalan "ia tidak
memikirkan akibatnya. Manggada dan Laksana yang telah
melakukan tindakan yang aneh itu akan dapat mengalami
perlakuan yang sangat buruk, karena mereka sengaja
menyerahkan diri justru setelah Laksana memenangkan
perkelahian melawan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong" Orang itu justru menjadi gelisah. Tetapi ketakutan yang
mencengkam jantungnya, membuatnya kebingungan. Apa
yang harus dilakukannya. "Kenapa Wisesa itu memberitahukan hal itu kepada para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" pertanyaan itu telah
membuat orang itu semakin gelisah.
Dalam kegelisahan orang itu telah pergi ke rumah
tetangganya dan menceriterakan apa yang didengarnya.
Tetapi seperti dirinya sendiri, tetangganya itu juga tidak tahu
apa yang sebaiknya dilakukan.
Bahkan tetangganya itu berkata "Manggada dan Laksana
juga gila. Kenapa ia menyerahkan dirinya jika Laksana telah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenangkan perkelahian melawan ketiga orang pengikut
Wira Sabet dan Sura Gentong"
Akhirnya keduanya memang tidak dapat berbuat apa-apa.
Sementara itu, kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong itu langsung kembali ke baraknya. Pemberitahuan
Wisesa itu telah menjadi bahan pembicaraan keduanya di
sepanjang jalan kembali ke barak mereka itu.
Ketika keduanya sampai di barak, maka keduanyapun
segera melaporkan hasil pengamatan mereka atas padukuhan
Gemawang. Namun keduanya masih belum melaporkan
pengaduan Wisesa tentang Manggada dan Laksana.
"Nampaknya segala sesuatunya masih tidak berubah"
berkata salah seorang dari mereka.
Wira Sabet dan Sura Gentong yang mendengarkan laporan
itu mengangguk-angguk. Dengan nada keras Sura Gentong
berkata "Setiap hari kita harus melihat perkembangan keadaan
di padukuhan Gemawang. Aku sudah tidak sabar lagi. Kita
tinggal menunggu Ki Sapa Aruh. Demikian ia datang, maka
kita akan segera bertindak. Semakin banyak kita memberi
kesempatan, maka Ki Jagabaya akan menjadi semakin berani.
Ia tentu mengira bahwa kita hanya banyak berbicara saja
tanpa berbuat apa-apa"
Wira Sabet mengangguk-angguk. Katanya "Sebaiknya kita
mempersiapkan diri sebaik-baiknya lebih dahulu. Demikian Ki
Sapa Aruh datang, maka kita sudah siap. Pagi, siang atau
malam kita dapat segera berangkat"
Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
tidak lagi berkepentingan dengan pembicaraan tentang
persiapan para penghuni barak itu. Mereka akan berbicara
dengan saudara-saudara seperguruan mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka keduanyapun segera minta diri,
meninggalkan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Ternyata keduanyapun segera mencari Manggada dan
Laksana, yang dipekerjakan di kandang kuda. Namun
sebelumnya keduanya telah mengajak seorang kawannya lagi.
Bertiga mereka menemui Manggada dan Laksana di
kandang kuda. Namun sebelum mereka berbicara, orang tua
yang disebut Sampar telah diminta oleh salah seorang di
antara mereka mengambil air sambil membentak "Beginikah
caranya kalian memberi makan kuda" Jika kalian memberinya
rendeng dan dedak padi, maka airnya harus lebih banyak lagi
agar kuda-kuda itu tidak terlalu sulit menelannya. Kecuali jika
kalian memberi makan rumput segar, maka kalian tidak perlu
air" Tetapi ketika Manggada memungut kelenting untuk
mengambil air, maka orang itu membentak pula "Biar orang
tua yang malas itu. Kalian akan mendapat tugas lain"
Manggada dan Laksana termangu-mangu. Namun orang
tua itulah yang kemudian mengambil kelenting itu dan
membawanya ke sumur. Demikian orang tua itu pergi, maka salah seorang dari
kedua orang yang kembali dari padukuhan Gemawang itu
berkata "Manggada dan Laksana. Aku baru saja kembali dari
Gemawang untuk melakukan tugas-tugasku sebagaimana
biasa. Di Gemawang kami bertemu dengan seorang anak
muda yang memberitahukan kepadaku, apa yang telah terjadi
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan kalian berdua. Anak muda itu tahu benar, bahwa
kalian hanya berpura-pura saja menyerah dan kami bawa ke
barak ini" "Siapa namanya?" bertanya Manggada.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak menanyakannya. Tetapi ia anak cengeng. Ia
mengatakan bahwa ia tidak tahan mendengar seorang gadis
yang ia inginkan mengagumi kalian berdua"
"He?" Laksana dengan serta-merta bertanya "gadis yang
mana yang kau maksud?"
"Kami tidak tahu"
Namun Laksanapun tertawa. Katanya "Tentu Wisesa"
"Ia juga mengatakan bahwa Sampurna telah berhasil
meyakinkan beberapa orang anak muda untuk membantunya"
"Setan anak itu. Jadi apa yang akan kalian lakukan?"
bertanya Manggada. "Aku akan membungkamnya. Untung ia melaporkannya
kepadaku. Jika pada suatu saat ada kawan kami yang lain
mendapat laporan pula, maka itu akan sangat berbahaya.
Bukan saja bagi kami, tetapi juga bagi kalian"
Manggada masih akan menjawab. Tetapi orang itu berdesis
"Orang tua itu lelah kembali"
Manggada menarik nafas. Katanya "Kau dapat menakut-
nakutinya agar ia tidak berbicara lagi dengan siapapun. Tetapi
kau tidak usah menyakitinya"
"Besok aku masih akan pergi ke padukuhan. Tetapi pada
suatu saat, tentu orang lain yang akan pergi" berkata orang
itu, orang yang pernah dikalahkan oleh Laksana, namun yang
kemudian membawa Laksana dan Manggada. ke dalam barak
itu. Orang itu mengangguk-angguk. Namun ketika orang tua itu
mendekat, orang itu mulai membentak lagi "Cepat. Sebelum
Pideksa melihat, kandang ini harus sudah bersih"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana tidak menjawab. Tetapi keduanyapun kemudian telah mengambil sapu lidi unluk
membersihkan kandang yang sebenarnya sudah bersih.
Beberapa saat kemudian, maka ketiga orang itupun segera
meninggalkan kandang kuda itu, sementara Sampar tengah
menuang air bersih pada kotak makanan kuda.
"Aku sudah terbiasa memberi makan kuda dengan rendeng
yang dipotong lembut dengan dedak. Aku sudah terbiasa
dengan takaran air yang seharusnya. Tetapi tiba-tiba saja
orang-orang dungu itu mencoba mengajariku" berkata orang
tua itu. "Ki Carang Aking" desis Manggada "ternyata ada sesuatu
yang dikatakan orang-orang itu kepada kami"
"Apa?" bertanya orang tua yang di barak itu dipanggil
Sampar. Manggada dan Laksanapun kemudian berceritera kepada
orang tua itu, sebagaimana dikatakan oleh ketiga orang
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu.
Orang tua itu mengangguk-angguk. Katanya "Kalian
memang harus berhati-hati terhadap anak itu. Sebaiknya
kalian beritahukan kepada Ki Pandi, agar ia berhubungan
dengan Sampurna" "Mudah-mudahan Ki Pandi datang malam nanti"
Ketiganya kemudian berhenti berbicara ketika seorang
saudara seperguruan Wira Sabet datang. Seorang yang
berwajah tampan dengan senyum yang banyak nampak
menghiasi bibirnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menepuk bahu Manggada ia berkata "Kalian telah
bekerja dengan rajin disini. Kau juga telah memelihara
kudanya dengan baik. Terima kasih anak muda"
Manggada mengangguk hormat sambil menjawab "Itu
sudah kewajiban kami"
Orang itu tertawa. Katanya "Aku akan pergi sebentar.
Sediakan kudaku. Pasang pula pelananya"
Manggada dan Laksanapun kemudian menjadi sibuk.
Mereka segera mengeluarkan kuda orang ilu serta memasang
pelananya pula. Namun demikian Laksana menuntun kuda itu mendekat,
maka orang itu sambil tersenyum dan sekali lagi menepuk
bahu Manggada berkata "Membungkuklah anak muda"
Manggada menjadi bingung. Ia tidak tahu maksud orang
itu. Sekali lagi orang itu berkata "Membungkuklah disini"
Manggada tidak bertanya. Tanpa diketahui maksudnya,
Manggadapun telah membungkuk di sebelah orang itu.
Tetapi orang itu menekan punggung Manggada sambil
berkata "Terlalu tinggi. Membungkuklah seperti orang yang
merangkak" Manggada telah melakukannya pula meskipun dengan
jantung yang berdebar-debar.
Namun demikian Manggada melakukannya, maka ia merasa
kaki orang itu menapak di punggungnya.
Ternyata Manggada telah dipergunakannya alas untuk naik
kepunggung kudanya. Manggada mengumpat di dalam hati. Hampir saja ia
kehilangan kesabarannya. Namun ketika ia memandang wajah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Aking serta kedip matanya, Manggada berusaha
menahan hatinya. Namun ia masih terkejut lagi ketika orang
itu tertawa sambil menggerakkan kendali kuda. Demikian
kudanya mulai berlari, tangan orang itu telah mendorong
kepala Manggada sehingga Manggada terhuyung-huyung
beberapa langkah. Tetapi Manggada tidak jatuh terguling.
Suara tertawa orang itu masih terdengar, sementara
kudanya berlari di antara bangunan bambu di barak itu dan
kemudian hilang di belakang sudutnya.
"Orang gila" geram Manggada "hampir saja aku patahkan
lehernya" "Kau masih harus menahan diri" berkata Ki Carang Aking.
Manggada mengangguk-angguk. Sementara, Laksana bertanya kepada orang tua itu "Apakah benar bahwa yang
nampaknya selalu tersenyum itu adalah orang yang paling
garang di antara saudara-saudara seperguruan Wira Sabet
dan Sura Gentong?" Orang tua itu mengangguk. Katanya "Ya. Ia adalah orang
yang paling kasar dan paling garang. Ujud lahiriahnya ternyata
tidak menunjukkan sikap hatinya. Kita memang harus berhati-
hati terhadapnya" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka mulai
merasakan sikap yang kasar dan sama sekali tidak menghargai
orang lain itu. Namun mereka tidak dapat berbicara lebih banyak. Seorang
lagi saudara seperguruan Wira Sabet telah datang ke
kandang. Orang yang wajahnya nampak bengis dan kasar.
Manggada dan Laksanapun kemudian telah sibuk mempersiapkan kuda orang itu. Sementara orang itu berdiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja tanpa berkata sepatah katapun. Tetapi iapun tidak
berbuat apa-apa ketika Laksana menyerahkan kendali
kudanya. Demikian orang itu menerima kendali kudanya, maka iapun
segera meloncat naik dan meninggalkan kandang kuda itu.
"Ia tidak banyak berbicara" berkata Sampar.
"Seperti sebuah kedung yang airnya nampak diam. Tetapi
tentu kedung yang dalam dan barangkali terdapat beberapa
ekor buaya di dalamnya" berkata Laksana.
Sampar tertawa. Katanya "Ya. Agaknya memang demikian"
Sepeninggal orang itu, maka ketiganyapun lelah kembali ke
dalam kerja. Membersihkan kandang dan sekitarnya. Mengisi
kotak-kotak tempat makanan dan menyimpan rumput segar
sebagai persediaan. Namun setelah beberapa hari di tempat itu, maka
Manggada dan Laksanapun mengetahui pula, bahwa
segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira Sabet dan Sura
Gentong itu memang segerombolan perampok yang bergerak
di daerah yang luas. Sementara itu Ki Sapa Aruh agaknya
telah menghubungkan kelompok itu dengan kelompok-
kelompok lain yang memiliki kegiatan yang sama.
"Kita memang harus menghentikannya" berkata Ki Carang
Aking yang sehari-harinya nampak tua dan lemah itu.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
Laksanapun berkata "Tetapi apakah kita mempunyai cukup
kekuatan untuk melakukannya?"
"Nanti malam, mudah-mudahan Ki Pandi benar datang. Kita
akan menghitung kekuatan kita agar kita tidak terjebak dalam
kesulitan" berkata Ki Carang Aking.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana memang menanti datangnya malam
dengan gelisah. Rasa-rasanya waktu berjalan sangat lamban.
Apa saja sudah mereka kerjakan untuk melupakan kegelisahan
mereka. Tetapi rasa-rasanya masih saja tersisa waktu yang
panjang. Ketika senja turun, keduanya masih belum dapat
beristirahat dengan tenang. Masih ada beberapa ekor kuda
yang belum kembali ke kandangnya.
Bahkan Pideksa dan pamannya, Sura Gentong yang pergi
sejak fajar, masih juga belum kembali.
Tetapi ternyata Ki Pandi tidak menunggu sampai semua
kuda terkumpul. Ia memasuki barak tidak lama setelah malam
turun. Menurut Ki Pandi, justru saat-saat yang paling aman,
karena para peronda menganggap bahwa saat-saat seperu itu
masih belum perlu diawasi dengan ketat.
Tetapi baik Ki Pandi maupun Ki Carang Aking tidak menjadi
cemas tentang orang-orang yang belum kembali. Mereka akan
mendengar derap kaki kuda mendekati kandang sehingga
mereka sempat keluar dari bilik mereka sementara Ki Pandi
sempat bersembunyi di kolong amben jika perlu.
Sebenarnyalah bahwa Ki Pandi dan Ki Carang Aking telah
membuat perhitungan, apakah mereka akan dapat menghentikan segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira
Sabet dan Sura Gentong. "Di padukuhan ada beberapa orang yang dapat
diperhitungkan" berkata Ki Pandi.
"Berapa orang?" bertanya Ki Carang Aking.
"Ki Kertasana, ayah Manggada. Ki Citrabawa, ayah Laksana
dan sekaligus gurunya serta guru Manggada. Ki Jagabaya dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak-anaknya, Sampurna. Menurut beberapa keterangan
sebenarnya juga Ki Bekel. Tetapi Ki Bekel telah dibayangi oleh
seribu satu macam keraguan dan kecemasan. Kemudian
Manggada dan Laksana sendiri"
"Selain itu ada Ki Pandi" desis Ki Carang A king.
"Dan Ki Carang Aking" sahut Ki Pandi.
"Bagaimana dengan harimau-harimaumu itu?" bertanya Ki
Carang Aking. "Bukankah keduanya dapat membantu menakut-nakuti para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" Sambung Ki Carang
Aking dan yang kemudian berkata pula "Ada dua orang
kemanakanku disini" "Kemanakan?" bertanya Ki Pandi.
"Mereka juga menjadi budak disini sebagaimana kami"
jawab Ki Pandi "tetapi aku berharap bahwa keduanya akan
dapat membantu menghentikan kegiatan gerombolan ini"
"Sejak kapan mereka ada disini?" bertanya Manggada.
"Bersama dengan aku. Kami bertiga bersama-sama disekap
di barak ini" jawab Ki Carang Aking.
"Apakah aku pernah melihat mereka berdua?" bertanya
Laksana ragu. "Tentunya sudah. Mereka adalah anak-anak yang mendapat
tugas untuk menyabit rumput bagi kuda-kuda ini"
"Yang mana?" bertanya Laksana sambil mengerutkan
dahinya. Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kalian memang
jarang berhubungan langsung. Keduanya adalah anak-anak
cacat. Seorang nampaknya seperti kehilangan kekuatan di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
separuh tubuhnya, sedang yang lain nampaknya memang
agak kurang lengkap penalarannya"
"O" Manggada dan Laksana hampir berbareng menyahut.
Sementara itu Laksanapun berkata "Ternyata anak-anak muda
itu. Kami memang jarang berhubungan langsung. Tetapi
mereka nampak meyakinkan sekali"
"Sebagaimana angger berdua" berkata Ki Carang Aking
sambil tersenyum. Ki Pandipun tertawa pendek. Katanya "Jika demikian, kita
mempunyai harapan" "Ya" jawab Ki Carang Aking "disini kekuatan yang kami
ketahui adalah Wira Sabet dan Sura Gentong bersama empat
orang saudara seperguruannya. Ki Sapa Aruh yang mudah-
mudahan tidak menyeret orang lain lagi di dalam barak ini"
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mudah-mudahan tidak. Aku kira ia juga tidak mau disaingi
oleh orang lain yang memiliki kemampuan sejajar dengan
kemampuannya" berkata Ki Pandi.
Namun pembicaraan merekapun terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda. Lebih dari satu.
"Tentu Sura Gentong dan Pideksa" berkata Ki Carang A king.
Orang tua itupun kemudian keluar dari biliknya bersama
Manggada dan Laksana, sementara Ki Pandi tetap berada di
biliknya. Tetapi ia sudah siap untuk bersembunyi, apabila
perlu. Namun agaknya Sura Gentong dan Pideksa itu tidak sempat
berlama-lama di kandang. Nampaknya keduanya sangat letih,
sehingga keduanya ingin segera beristirahat.
Demikian Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana selesai
menyimpan kedua ekor kuda itu serta memberinya minum dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makan, maka keduanyapun segera kembali ke dalam bilik
mereka untuk meneruskan pembicaraan mereka dengan Ki
Pandi. Sebelum Ki Pandi kemudian meninggalkan bilik itu,
Manggada dan Laksana sempat memberitahukan sebagaimana
dikatakan oleh orang-orang yang bertemu Wisesa di
padukuhan Gemawang. "Sampaikan kepada Sampurna, agar ia menjadi lebih
berhati-hati" berkata Ki Carang Aking yang mengikuti
pembicaraan itu. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Untunglah bahwa
orang yang mendapat pengaduan Wisesa adalah orang-orang
yang pernah berhubungan dengan Manggada dan Laksana,
sehingga pengaduan itu tidak langsung didengar oleh Wira
Sabet dan Sura Gentong" meskipun demikian iapun berkata
pula "tetapi bagaimanapun juga hal itu akan menjadi ancaman
bagi persiapan yang dilakukan oleh orang-orang padukuhan
Gemawang. Jika pengaduannya itu tidak segera mendapat
tanggapan, mungkin Wisesa akan mengadu lagi. Kemungkinan
buruk dapat terjadi karena Wisesa mungkin akan bertemu dan
berbicara dengan orang lain"
"Aku sudah berpesan, agar kedua orang itu besok menemui
Wisesa dan mengancamnya untuk tidak berbicara lagi tentang
hal itu. Mudah-mudahan mereka berhasil menakut-nakuti
Wisesa yang hatinya memang tidak lebih besar dari biji sawi
itu" Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun Sampurna memang
harus mendapat peringatan agar menjadi lebih berhati-hati. Ki
Pandi juga harus mengingat anak-anak muda yang sedang
bersiap-siap untuk membantu Ki Jagabaya menenangkan
padukuhan mereka dari kegelisahan yang berkepanjangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandipun kemudian telah minta diri. Namun Manggada
pun berpesan "Besok kami berharap Ki Pandi untuk datang
lagi. Mungkin ada sesuatu yang dapat kami ceriterakan
tentang barak ini" "Baiklah" berkata Ki Pandi
"besok pada saat seperti ini
aku akan datang lagi. Jika
berbahaya, beri aku isyarat.
Jika besok saat seperti ini
pintu bilikmu ini terbuka lebar,
berarti aku harus menunda
beberapa saat" "Jadi kami harus menutup
pintu bilik ini jika kami
menganggap keadaan aman?"
bertanya Ki Carang Aking.
"Ya" jawab Ki Pandi.
"Tetapi bagaimana kami
dapat memberitahukan kepadamu, jika kebetulan seseorang
ada di dalam bilikku dan minta agar bilik ini ditutup?"
"Berbicaralah agak keras sehingga aku dapat mendengar
apa yang kalian bicarakan. Kecuali jika kalian bertiga dicekik
hantu disini" berkata Ki Pandi.
Mereka yang ada di bilik itupun tertawa tertahan. Namun
dalam pada itu, maka Ki Pandipun telah minta diri.
Dengan sangat berhati-hati ia telah meninggalkan barak itu.
Sepeninggal Ki Pandi, Manggada dan Laksana masih
berbincang tentang berbagai kemungkinan sambil menunggu
kedatangan beberapa orang penghuni barak itu dengan kuda-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuda mereka. Sementara Ki Carang Aking berbaring sambil
membayangkan apa yang dapat terjadi di kemudian. Apabila
kegiatan Wira Sabet dan Sura Gentong itu tidak dihentikan,
maka akibatnya akan parah bagi banyak pihak. Apalagi jika
mereka berhasil menguasai padukuhan Gemawang dengan
alasan yang telah direka-rekanya, dihubungkan dengan
dendam mereka atas orang-orang padukuhan Gemawang.
Seolah-olah mereka memang mempunyai hak yang sah untuk
melepaskan dendam mereka.
Namun mereka telah memperhitungkan kemungkinan yang
lebih jauh dari sekedar menguasai padukuhan Gemawang dan
bahkan kemudian Kademangan Kalegen. Dengan menguasai
Kademangan itu, maka mereka mempunyai landasan yang
sangat mapan bagi pekerjaan mereka yang kotor itu.
Namun dalam pada itu, telah terdengar pula derap kaki
kuda, sehingga mereka bertiga harus bangkit dan menerima
kuda yang baru datang itu. Sedangkan untuk menunggu kuda
berikutnya, maka bertiga mereka telah membagi waktu.
Seorang dari mereka harus tetap terjaga. Jika seorang di
antara saudara seperguruan Wira Sabet datang tanpa ada
yang mengetahuinya, maka kemarahan mereka akan dapat
berakibat sangat buruk bagi Sampar dan kemudian :edua
orang anak muda yang membantunya itu.
Baru setelah kuda terakhir datang, maka mereka dapat
tidur dengan nyenyak sampai dini hari.
Namun Manggada, Laksana dan Sampar telah mendapat
kesan, bahwa barak itu menjadi sibuk. Sebelum matahari naik
dua orang sudah meninggalkan barak itu dengan kudanya.
Kemudian Wira Sabet dan Pideksa. Demikian matahari naik
lebih tinggi, Sura Gentong dan saudara seperguruannya yang
berwajah tampan itu telah pergi pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampar yang tua, yang telah lebih lama berada di tempat
itu, berdesis "Kesibukan ini memang mendebarkan"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Kesibukan seperti ini adalah pertanda, bahwa mereka
menemukan sasaran. Mereka nampaknya sedang meyakinkan,
apakah malam nanti mereka dapat melakukannya"
"Melakukan apa?" bertanya Laksana.
"Perampokan" jawab orang tua itu.
Manggada dan Laksana berpandangan sejenak. Namun
keduanya tidak berbicara lagi. Mereka sudah mengerti, apa
yang kira-kira akan terjadi malam nanti.
Hari itu Sampar nampak gelisah. Menjelang tengah hari,
maka kedua orang yang menyabit rumput telah datang ke
kandang sambil membawa masing-masing sekeranjang
rumput segar. Seorang di antara keduanya berjalan dengan
sebelah kaki yang timpang. Bahkan tangan dan separuh
tubuhnya nampak lemah. Sedangkan yang lain memandang
dunia dengan penuh keheranan, meskipun umurnya sudah
sepertiga abad. Sekali-kali ia nampak tersenyum-senyum
melihat sekelilingnya. Namun kemudian wajahnya menjadi
murung. "Inilah kedua kemanakanku itu" berkata Ki Carang Aking.
Manggada dan Laksana tersenyum. Mereka yakin bahwa
keduanya adalah murid Ki Carang Aking.
Karena itu, maka Laksanapun telah mendekati orang yang
nampaknya akan terganggu syarafnya itu sambil bertanya
"Kau dapat juga menyabit rumput sekeranjang penuh?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa. Namun sebelum ia mengucapkan
sepatah katapun, Ki Carang Akingpun berkata "Mereka sudah
tahu, siapakah kalian"
Orang yang tertawa itu tiba-tiba mengerutkan dahinya,
sementara Ki Carang Aking berkata "Ia berada di tempat ini
dengan tujuan yang sama sebagaimana kita disini. Mereka
adalah anak-anak muda Gemawang. Bukankah kalian sudah
mendengar nama mereka berdua?"
Orang yang sehari-hari nampak seperti terganggu syarafnya
itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika aku harus
melakukan peranan ini sebulan lagi, maka aku benar-benar
dapat menjadi gila" Manggada dan Laksana tertawa. Sementara Ki Carang
Aking pun tersenyum sambil berkata "Kita sedang berusaha
untuk secepatnya menyelesaikan tugas kita disini"
Orang yang timpang itupun telah menjadi tegak pula sambil
berkata "Aku sudah lelah. Setiap malam aku harus memijit
kakiku yang timpang ini"
"Kita semua berpura-pura disini" berkata Ki Carang A king.
"Tetapi kedua anak muda ini lain, guru. Mereka tidak perlu
menjadi cacat. Mungkin mereka hanya berpura-pura tunduk
kepada segala perintah" berkata orang yang pura-pura cacad
itu. "Semuanya akan segera kita selesaikan" jawab gurunya.
Namun pembicaraan itupun segera terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda yang mendekat.
Demikianlah, maka kedua orang yang cacat itupun segera
meletakkan keranjang yang penuh rumput itu dan mengambil
keranjang yang kosong. Mereka harus pergi lagi ke bagian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang barak itu untuk menyabit rumput. Mereka harus
melakukan pekerjaan itu sehari penuh. Mereka hanya berhenti
di siang hari untuk makan.
Hari itu memang terasa sibuk. Satu-satu para penghuni
barak itupun kembali. Namun agaknya mereka masih harus
berbicara panjang di antara mereka.
Di sore hari, ketika Manggada dan Laksana baru saja selesai
membersihkan kuda-kuda yang baru saja dipakai, tiga orang
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong telah datang menemui
Manggada dan Laksana. Keduanya dipanggil ke sudut kandang
untuk diberi keterangan tentang pertemuan mereka dengan
Wisesa hari itu di padukuhan Gemawang.
"Kami sudah menakut-nakutinya" berkata salah seorang
dari mereka "kami mengatakan bahwa ia telah memfitnah.
Bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi terutama kawan-
kawan kami yang dikatakan telah kalian kalahkan itu"
"O" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sambil
tersenyum Laksana bertanya "Apa katanya?"
"Anak itu memang menjadi ketakutan. Bahkan hampir
pingsan. Kami memaksanya berjanji untuk tidak memfitnah
lagi. Jika sekali lagi ia berbicara tentang kekalahan para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, maka kami akan
mengoyakkan mulutnya. "Aku kira ia benar-benar akan diam" berkata Manggada
kemudian, sementara Laksana menyambung "ia tidak akan
mempunyai keberanian untuk memperbandingkan sikap kalian
dengan kawan-kawan kalian yang lain"
"Baiklah" berkata salah seorang dari ketiga orang itu "kami
harus segera bersiap-siap untuk tugas khusus malam ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tugas khusus apa?" bertanya Manggada.
"Kami mempunyai sasaran yang sangat baik malam ini"
Manggada dan Laksanapun segera mengetahui maksud
orang itu. Dengan nada datar Manggada bertanya "Dimana?"
"Saudagar emas dan permata serta wesi aji. Tiga orang
pedagang yang membawa dagangan cukup banyak. Mereka
akan berada di rumah saudagar emas dan permata pula. Esok
pagi mereka akan bersama-sama pergi ke pesisir Utara
dengan membawa dagangannya itu. Ki Sapa Aruh telah
memerintahkan kami untuk bergerak. Kami tidak boleh
menyia-nyiakan kesempatan yang jarang ada. Empat orang
pedagang dengan dagangannya telah berkumpul. Seakan-
akan mereka memang menyediakan emas, permata dan yang
tidak kalah nilainya adalah wesi aji itu"
"Dimana rumah saudagar itu?" bertanya Manggada sambil
lalu. Orang-orang itu sama sekali tidak mencemaskan keduanya,
bahwa keduanya akan membocorkan rahasia itu, karena
keduanya tidak akan dapat keluar dari tempat itu. Karena itu
seorang di antara mereka berkata "Tidak terlalu jauh dari
tempat ini. Saudagar itu tinggal di padukuhan Rejandani
Kulon. Saudagar emas yang tinggal di Rejandani itu kebetulan
anak Ki Demang Rejandani itu sendiri"
"Kapan kalian akan berangkat?" bertanya Manggada.
"Biasanya kami lakukan tugas itu pada tengah malam,"
jawab orang itu. Manggada dan Laksana tidak bertanya lebih banyak lagi.
Sementara itu, ketiga orang itupun segera meninggalkan
mereka sebelum orang lain memperhatikannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepeninggal ketiga orang itu, maka Manggada dan Laksana
segera menghubungi Ki Carang Aking dan menceriterakan apa
yang mereka dengar dari ketiga orang pengikut Wira Sabet
dan Sura Gentong itu. "Menarik sekali" desis Ki Carang Aking "tetapi apa yang
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat kita lakukan karena kita berada disini?"
"Kita akan menceriterakan kepada Ki Pandi jika ia benar-
benar datang" desis Manggada.
Ki Carang Aking mengangguk-angguk kecil. Katanya
"Mudah-mudahan ada satu cara untuk membantu saudagar-
saudagar itu" Dengan demikian, maka yang dapat mereka lakukan
hanyalah menunggu. Namun mereka menyadari, bahwa tugas
mereka akan menjadi berat. Mereka tentu akan mendapat
perintah untuk menyiapkan tidak hanya lima atau enam ekor
kuda. Tetapi tentu lebih dari itu.
"Menjelang tengah malam, kuda-kuda itu tentu harus siap"
berkata-Ki Carang A king.
"Apakah kita dapat menyiapkan mulai sekarang?" bertanya
Laksana. "Bagaimana mungkin" jawab Manggada "bukankah kita
tidak tahu bahwa kuda-kuda itu akan dipergunakan malam
nanti?" Laksana mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian
tertawa kecil sambil berdesis "Ya. Alangkah bodohnya"
Karena itu, tidak ada yang dapat mereka kerjakan
mendahului perintah, karena hal itu akan dapat membuat para
pemimpin barak itu menjadi curiga.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika kemudian senja lewat dan malam turun, mereka
benar-benar menanti kedatangan Ki Pandi.
"Sebagaimana pesan Ki Pandi, kita harus menutup pintu"
berkata Laksana. Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Sementara itu
merekapun duduk di dalam bilik itu sambil berbicara di antara
mereka agar jika Ki Pandi berada di luar, ia dapat mendengar
bahwa tidak ada orang lain di dalam bilik itu.
Ki Pandi memang benar datang. Dari jauh ia sudah melihat
pintu tertutup. Karena itu, maka iapun dengan sangat berhati-
hati mendekati pintu yang tertutup itu.
Beberapa saat Ki Pandi memang berdiri di luar. Ia
mendengarkan pembicaraan orang-orang yang ada di dalam.
Baru ketika ia yakin bahwa tidak ada orang lain, maka iapun
telah mengetuk pintu. Tidak terlalu keras, tetapi segera
didengar oleh mereka yang ada di dalam bilik itu.
Ketika kemudian Ki Pandi duduk di dalam bilik itu, serta
pintu telah ditutup kembali, Manggada dan Laksanapun segera
menceriterakan rencana para penghuni barak itu untuk
merampok beberapa orang saudagar emas, permata serta
wesi aji yang akan berkumpul di rumah anak Ki Demang
Rejandani dan tinggal di Rejandani Kulon.
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Sebaiknya rencana itu kita gagalkan. Kita harus
membantu para saudagar itu. Kita memang tidak bersangkut-
paut dengan mereka. Jika kita tidak mendengar rencana ini,
maka kita tidak akan merasa dibebani penyesalan jika esok
kita mendengar berita tentang perampokan itu. Dan mungkin
tindak kekerasan yang lain, karena aku yakin keempat orang
saudagar itu tidak akan menyerahkan barang dagangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka yang nilainya sangat tinggi begitu saja. Kitapun tahu
bahwa saudagar keliling yang sering menempuh perjalanan
jauh biasanya memiliki kepercayaan diri serta bekal
kemampuan olah kanuragan"
"Jadi bagaimana menurut Ki Pandi?" bertanya Ki Carang
Aking. "Aku akan pergi ke Rejandani itu" berkata Ki Pandi. Lalu
katanya "Aku menduga bahwa kekuatan yang dibawa oleh
orang-orang dari barak ini cukup besar, sehingga keempat
orang itu tidak akan mampu melawan"
"Aku sependapat Ki Pandi. Tetapi sayang, bahwa aku tidak
dapat membantu, justru sebentar lagi, aku tentu akan
mendapat tugas untuk menyiapkan kuda-kuda ini"
"Baiklah. Jika demikian aku minta diri. Aku akan pergi ke
Rejandani" Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana tidak menahannya
lebih lama. Kesempatannya tidak terlalu panjang, karena
tengah malam nanti, Wira Sabet, Sura Gentong dan saudara-
saudara seperguruannya, bahkan beberapa orang pengikutnya
yang terpercaya akan merampok saudagar-saudagar itu.
Dengan sedikit petunjuk dari Manggada yang sedikit banyak
tahu arah Kademangan Rejandani, maka Ki Pandipun telah
langsung menuju ke Kademangan itu.
Tidak terlalu sulit menemukan rumah Ki Demang. Tetapi
waktu menjadi semakin sempit
Ketika Ki Pandi memasuki halaman Kademangan, maka
Kademangan itu nampaknya sudah menjadi sepi. Tidak ada
peronda di rumah itu. Tetapi ada gardu disimpang tiga, hanya
beberapa puluh langkah saja dari rumah Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Ia berjalan dengan
hati-hati mengelilingi rumah itu. Dari jarak yang agak jauh, Ki
Pandi melihat beberapa ekor kuda berada di dalam kandang,
sehingga ia percaya, bahwa di rumah itu memang sedang ada
tamu, sehingga kandang kuda yang cukup besar itu terasa
agak sempit bagi beberapa ekor kuda yang ada di dalamnya.
Tetapi Ki Pandi sudah bertekad untuk memberitahukan
rencana para perampok itu.
Karena itulah, maka Ki Pandipun kemudian kembali ke
halaman depan. Iapun naik ke pendapa dan melangkah ke
pringgitan. Perlahan-lahan ia mengetuk pintu rumah Ki
Demang. Sekali dua kali ketukan pintu itu tidak dijawab. Karena itu,
maka Ki Pandipun mengetuk lebih keras lagi.
Meskipun tidak ada jawaban, namun telinganya yang tajam
mendengar langkah-langkah di ruang dalam rumah itu. Karena
itu, maka iapun kemudian menunggu pintu itu dibuka.
Tetapi Ki Pandi tidak mendengar langkah mendekati pintu.
Beberapa saat kemudian, maka langkah-langkah itupun
seakan-akan justru menjauh dan kemudian hilang dari
pendengarannya. Tetapi tidak lama. Beberapa saat kemudian, ia justru
mendengar pintu seketenglah yang terbuka.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Ia mengerti, bahwa
pemilik rumah itu, atau bahkan mungkin tamu-tamunya,
menjadi sangat berhati-hati.
Sebenarnyalah Ki Pandipun kemudian melihat seorang yang
muncul dari pintu seketeng. Sambil melangkah ke tangga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendapa orang itu bertanya "Siapakah kau Ki Sanak. Dan
apakah keperluanmu malam-malam begini datang kemari?"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun ia menyadari,
bahwa dari seketeng sebelah yang lain, dua orang telah keluar
pula dan turun ke halaman.
Ki Pandi masih berdiri di muka pintu pringgitan. Katanya
"Ada sesuatu yang penting dan segera harus aku beri tahukan
kepada kalian. Tetapi siapakah di antara kalian putera Ki
Demang Rejandani yang menjadi saudagar emas dan
permata?" "Aku" jawab orang itu. Orang yang masih terhitung muda
dengan kumis yang tebal di atas bibirnya.
"Baiklah. Aku mohon kesempatan untuk berbicara sejenak.
Maaf, jika aku harus melakukannya dengan cepat, karena
waktunya sangat sempit" berkata Ki Pandi.
"Siapa sebenarnya kau ini?" bertanya anak Ki Demang itu.
"Itu tidak penting. Tetapi aku minta kata-kataku didengar"
berkata Ki Pandi. "Apa yang ingin kau katakan?"
Ki Pandi melangkah mendekati orang itu. Tetapi orang itu
berkata "Berdiri sajalah disitu"
"Tetapi yang ingin aku katakan ini penting bagi Ki Sanak,
karena bukan saja menyangkut barang-barang dagangan Ki
Sanak dan kawan-kawan Ki Sanak, tetapi juga keselamatan Ki
Sanak sendiri bersama dengan kawan-kawan Ki Sanak"
"Apa yang kau ketahui tentang kami" Kami tidak
mempunyai barang-barang berharga. Aku memang mengaku
anak Ki Demang. Tetapi bukan pedagang emas dan permata.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa harus kau ingkari, Ki Sanak. Tetapi siapapun Ki
Sanak, aku mohon Ki Sanak menyadari bahwa sekelompok
perampok tengah dalam perjalanan kemari. Sebaiknya Ki
Sanak membawa barang-barang berharga itu menyingkir dari
rumah ini. Sebaiknya rumah ini dikosongkan, sementara satu
dua orang pembantu di rumah ini harus diberi pesan,
bagaimana mereka menjawab pertanyaan para perampok itu"
"Ki Sanak. Jika kau sedang mengigau, sebaiknya kau tidak
berada di rumahku. Pergilah"
"Aku berkata sebenarnya Ki Sanak. Pembantu itu harus
mengatakan bahwa di rumah ini tidak ada tamu. Ki Demang
dan Nyi Demang sebaiknya juga meninggalkan rumah ini dan
berada di banjar saja bersama para peronda. Pembantu itu
dapat mengatakan bahwa Ki Demang dan Nyi Demang sedang
pergi" "Ayah dan ibuku memang tidak sedang di rumah, Ki Sanak.
Pamanku sedang menikahkan anaknya"
"Jika demikian, silahkan kalian pergi. Meskipun aku melihat
ada gardu di sebelah, namun kekuatan para perampok itu
terlalu besar untuk ditandingi"
Anak Ki Demang itu kemudian justru menggeram "Apakah
kau salah seorang dari mereka dan berusaha untuk menakut-
nakuti kami, agar kami tidak memberikan perlawanan?"
"Bukan sekedar tidak memberikan perlawanan. Tetapi aku
mohon kalian menyingkir"
"Pergilah, atau aku bahkan akan menangkapmu"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Bahkan seorang yang
berdiri di sisi lain dari pendapa itu menggeram "Orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bongkok. Kau jangan mencoba mengganggu ketenangan
kami" Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam Ternyata orang-orang
itu tidak mempercayainya. Mungkin karena ujud lahiriahnya,
maka ia dianggap orang yang kurang waras, yang tersesat di
Kademangan Rejandani. "Pergilah" berkata anak Ki Demang itu "kami malam ini
harus beristirahat sebaik-baiknya. Besok kami akan menempuh perjalanan panjang"
"Aku mohon kalian mendengarkan kata-kataku" berkata Ki
Pandi sekali lagi. "Kau orang aneh. Untuk apa sebenarnya permainan ini kau
lakukan. Apakah kau memang sedang memancing persoalan,
atau mencoba membuka kesempatan bagi gerombolanmu
untuk masuk ke dalam rumahku" Dengar Ki Sanak, sekali lagi
aku peringatkan kau agar pergi. Jika tidak, maka kami akan
menangkapmu. Malam ini juga kami akan memerintahkan
anak-anak muda untuk memanggil ayah dan mengadilimu"
Ki Pandi kehilangan harapannya untuk memberi peringatan
kepada orang-orang itu. Sebenarnya ia memang mempunyai
pamrih. Jika ia berhasil menyelamatkan emas dan permata
dan bahkan wesi aji dari saudagar-saudagar itu, maka pada
kesempatan lain, ia akan dapat minta bantuan mereka untuk
menyelamatkan padukuhan Gemawang, karena Kademangan
Kalegen nampaknya ragu-ragu menghadapi Ki Sapa Aruh.
Tetapi nampaknya usaha itu sia-sia.
Dengan kecewa Ki Pandipun kemudian melangkah turun
dari pendapa. Demikian ia berdiri di halaman, maka ia melihat
empat orang yang berada didekat pintu seketeng sebelah-
menyebelah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wira Sabetdan Sura Gentong cukup teliti memperhitungkan sasarannya. Atau barangkali atas petunjuk
Ki Sapa Aruh" berkata Ki Pandi di dalam hatinya.
Dengan hati yang berat Ki Pandi melangkah keluar dari
halaman rumah itu. Namun sebelum ia keluar dari regol
halaman, ia pun masih berkata "Aku minta kalian mengingat
peringatanku ini Ki Sanak. Jika terjadi sesuatu atas kalian,
maka kalian jangan menyesal."
Keempat orang itu tidak menjawab. Sementara itu, Ki Pandi
yang kecewa itupun melangkah keluar lewat pintu regol
halaman. "Ada juga orang gila datang malam-malam begini" berkata
salah seorang dari mereka"
"Lupakan" berkata anak Ki Demang yang berkumis itu "kita
masih mempunyai waktu untuk tidur lagi"
Tetapi seorang di antara mereka itupun berkata
"Perasaanku menjadi tidak enak. Jika orang itu tidak
mempunyai keterangan tentang yang dikatakannya itu,
apakah sebenarnya tujuannya?"
"Mungkin ia memang orang gila" desis yang lain "atau
bahkan sedang menjajagi apakah kami menjadi ketakutan"
"Sudahlah" berkata anak Ki Demang "Sudahlah. Kita tidur
saja lagi" Sementara itu waktu bergulir semakin jauh. Walaupun
menjadi semakin malam. Keempat orang itu sudah berada di
dalam rumah lagi. Keempat orang itu memang sengaja tidur di ruang dalam
bersama-sama. Ketiga orang tamu yang bermalam di rumah
itu, tidak dipersilahkan tidur di gandok, karena mereka
http://dewi-kz.info/
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama-sama menjaga barang-barang mereka yang nilainya
tinggi. Sejenak kemudian, maka ketiga orang di antara mereka
segera tertidur lagi. Yang seorang lagi masih saja merasa
gelisah. Ia tidak menjadi ketakutan. Tetapi peringatan yang
diberikan orang bongkok itu membuatnya berhati-hati. Ada
perasaan tidak enak yang menggelitik jantungnya.
Beberapa saat orang itu berbaring tanpa dapat memejamkan matanya. Karena itu maka iapun justru bangkit
dan duduk di ruang dalam. Suara-suara malam di luar dinding
rumah itu membuat malam menjadi semakin mencengkamnya.
Sementara itu, ketiga orang kawannya, termasuk anak Ki
Demang telah tertidur nyenyak. Seorang di antara mereka
justru mendengkur seirama dengan tarikan nafasnya yang
teratur. Orang itu mengerutkan dahinya ketika ia mendengar jauh
dalam keheningan malam suara derap kaki kuda. Semakin
lama menjadi semakin jelas. Tidak hanya satu dua. Tetapi di
telinganya terdengar banyak sekali.
Orang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Bahkan ia
sempat bertanya kepada diri sendiri "Apakah karena
kegelisahanku, tiba-tiba saja telingaku seakan-akan mendengar derap kaki kuda sedemikian banyaknya?"
Tetapi suara derap kaki kuda itu tidak segera lenyap.
Bahkan semakin lama menjadi semakin jelas.
Orang itu tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera
membangunkan ketiga orang kawannya yang masih tidur
nyenyak. "Ada apa?" bertanya anak Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau dengar derap kaki kuda itu?" bertanya orang yang
membangunkannya. "Kaki kuda apa?" anak Ki Demang itu memang bangkit dan
bahkan duduk dibibir amben besar di ruang dalam
"Dengarlah baik-baik" berkata orang itu.
Kedua orang yang lainpun telah duduk pula. Seorang di
antara mereka sempat berkata "Kau dibayangi oleh ceritera
orang bongkok itu" Tetapi anak Ki Demang itu justru berdesis "Ya. Aku sudah
mendengarnya" Akhirnya keempat orang itu menjadi yakin. Mereka
mendengar derap kaki kuda.
Dengan cepat keempatnya berloncatan menggapai senjata
mereka masing-masing. Anak Ki Demang mengambil tombak
di ploncongnya. Sementara seorang kawannya menjinjing
pedang panjang. Seorang lagi bersenjata sepasang tongkat
baja yang dihubungkan dengan seutas rantai yang agak
panjang. Sedangkan seorang lagi menyelipkan kerisnya yang
besar dan panjang melampaui ukuran keris kebanyakan di
punggungnya. "Apakah orang bongkok itu tidak berbohong?" desis orang
yang sejak semula sudah ragu-ragu itu.
Ketiga orang kawannya hanya terdiam. Mereka menjadi
tegang ketika suara derap kaki kuda itu menjadi semakin
dekat. Anak Ki Demang itu menggeretakkan giginya ketika ia
mendengar derap kaki kuda itu memasuki halaman rumahnya.
"Setan. Orang bongkok itu tidak berbohong. Mungkin ia
gila, tetapi ia berkata sebenarnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus bersiap menghadapinya"
Sejenak kemudian maka merekapun mendengar orang-
orang di halaman itu berloncatan turun. Mereka mendengar
langkah beberapa orang ke halaman samping, sedangkan
beberapa orang yang lain naik ke pendapa.
Sementara itu, tiga ekor kuda telah langsung berhenti di
depan gardu. Ada lima anak muda yang sedang meronda.
Namun ketika ketiga orang berkuda itu mengancam mereka,
maka mereka tidak berani berbuat apa-apa.
"Jika kalian mencoba melibatkan diri, maka kalian akan
menyesal" berkata salah seorang dari ketiga orang berkuda
itu. Kelima anak muda itu memang tidak akan dapat melawan
mereka, sehingga mereka lebih baik berdiam diri saja di dalam
gardu. Sementara itu, orang-orang yang berada di halaman rumah
Ki Demang, telah mengawasi segala pintu keluar rumah itu.
Bahkan sampai ke pintu dapur sekalipun.
Empat orang kemudian telah berdiri di depan pintu
pringgitan. Seorang di antara mereka adalah seorang yang
umurnya sudah melampaui pertengahan abad. Namun
badannya masih nampak, kuat, kekar dan tegar.
Orang itulah yang mengetuk pintu pringgitan
"Buka pintumu atau aku rusakkan. Kalian yang ada di dalam
tidak mempunyai pilihan apapun kecuali mendengarkan dan
melakukan segala perintah kami. Kami tahu, bahwa ada empat
orang yang ada di dalam. Ki Demang dan Nyi Demang sedang
pergi ke peralatan pernikahan kemanakannya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang berada di dalam rumah itu menjadi
semakin tegang. Tetapi tidak seorangpun yang membuka
pintunya. Ternyata bukan hanya pintu pringgitan saja yang diketuk.
Tetapi pintu butulan di gladri sebelah kanan juga diketuk.
Justru lebih keras. Terdengar suara lantang "Buka pintu.
Cepat" Tetapi keempat orang itu tidak membuka pintu.
Karena itu, maka orang-orang yang berdiri di depan pintu
pringgitan itu tidak sabar lagi. Mereka mulai menghentak-
hentak pintu itu semakin lama menjadi semakin keras.
Orang yang sudah berumur lebih setengah abad itu menjadi
semakin tidak sabar. Karena itu, maka dengan kekuatannya
yang melampaui takaran kekuatan wajarnya, orang itu telah
menghentakkan pintu itu, sehingga pintu dari dinding gebyog
itu pecah dan roboh ke dalam, sehingga pintu itupun
kemudian menjadi menganga.
Namun nampaknya tidak diduga sebelumnya, bahwa
dengan tiba-tiba empat orang yang ada di ruang dalam itupun
telah meloncat menyerang, sehingga orang-orang yang berdiri
di pintu itu berloncatan mundur.
Dengan kecepatan yang tinggi, keempat orang itu
berloncatan melintasi pendapa dan turun ke halaman.
Agaknya mereka memilih bertempur di halaman daripada di
pendapa. Karena di halaman mereka tidak akan terganggu
oleh tiang-tiang yang berdiri tegak membeku. Tetapi demikian keempat orang itu berdiri di pendapa, maka
beberapa orang telah menyusul mereka dan bahkan kemudian
mengepung mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang mengetuk dan kemudian merusakkan pintu itu
pun telah melangkah dan kemudian berdiri di tangga pendapa
sambil berkata "Ki Sanak. Aku tahu, kau adalah orang-orang
yang berilmu. Tetapi akupun tahu bahwa ilmu kalian masih
belum apa-apa bagiku dan bagi orang-orangku. Karena itu,
maka sebaiknya kalian menyerah saja. Jika kalian menyerah,
maka kalian akan kami perlakukan dengan baik. Tetapi jika
kalian melawan, maka nasib kalian akan menjadi lebih buruk
lagi" "Kau siapa?" bertanya anak Ki Demang.
"Orang memanggilku Ki Sapa Aruh" jawab orang itu.
Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Sementara itu
Ki Sapa Aruh itupun berkata "Kau pernah mendengar namaku"
Mungkin namaku memang belum terlalu banyak dikenal disini"
Anak Ki Demang menggeram. Ternyata ia memang pernah
mendengar nama Ki Sapa Aruh. Namun ketika tiba-tiba saja ia
berhadapan, maka hatinya memang menjadi sangat berdebar-
debar. "Nah, Ki Sanak. Marilah kita menyelesaikan persoalan kita
dengan baik. Kami bukan orang yang senang mempergunakan
kekerasan untuk tujuan apapun. Kami juga bukan orang yang
senang berselisih di antara sesama. Karena itu, marilah kita
sama-sama mengekang diri agar tidak terjadi perselisihan"
berkata Ki Sapa Aruh dengan nada yang lunak.
"Apa maksudmu?" bertanya anak Ki Demang.
"Aku datang dengan tujuan yang baik. Aku ingin
meneruskan keinginan kawan-kawan kami yang sedang
kekurangan untuk minta bantuan kalian untuk sedikit
meringankan beban hidup mereka sehari-hari. Adalah tidak
wajar jika mereka hidup dalam kekurangan dan bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir kelaparan, sementara kalian dapat hidup dengan
berlebihan" Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Dengan nada
tinggi ia menyahut "Siapa yang hidup berlebihan?"
"Tentu saja yang kami maksudkan adalah kalian. Juga para
bebahu Kademangan ini dan para saudagar kaya. Dengan
memeras orang-orang yang justru sedang membutuhkan
pertolongan, kalian mendapatkan untung yang berlebihan"
jawab Ki Sapa Aruh. "Itu tidak benar. Kami tidak hidup berlebihan. Kami
memang mencari untung dengan pekerjaan kami. Tetapi
bukankah itu wajar" Jika ada sedikit tersisa serta kesempatan
untuk hidup kecukupan itu adalah hasil kerja keras kami. Juga
para bebahu Kademangan. Sawah pelungguh yang mereka
dapatkan di dasari oleh paugeran yang berlaku dan sah.
Merekapun harus bekerja keras untuk dapat hidup dengan
layak" Tetapi Ki Sapa Aruh tertawa. Katanya "Kau dapat berkata
apa saja. Tetapi aku tahu, bahwa kalian telah mendatangi
orang-orang yang terjepit oleh satu kebutuhan. Kalian
memanfaatkan keterjepitan orang itu untuk dapat membeli
perhiasan mereka, emas dan permata dengan harga murah.
Kemudian kalian jual perhiasan itu dengan harga yang
berlipat" "Ki Sanak" jawab anak Ki Demang "apa sebenarnya yang
kalian maui. Kalian tidak perlu mengusik pekerjaan yang
memang kami lakukan dengan wajar itu. Kami tidak pernh
memaksakan kehendak kami untuk membeli atau menjual
apapun kepada kami. Kamipun tidak pernah memaksakan
harga kepada mereka yang menjual atau membeli barang-
barang dagangan kami"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Apapun alasan kalian, tetapi bagi kami, kalian
adalah sama jahatnya dengan lintah yang selalu menghisap
darah. Sekarang sudah saatnya kami minta kembali darah
yang telah kau hisap dan kau simpan sebagai harta kekayaan
yang sangat besar. Nah, berikan emas, permata dan wesi aji
yang kalian siapkan dan yang akan kalian bawa besok"
"Tidak" jawab anak Ki Demang "kalian tidak dapat
merampas milik kami. Hak kami, apapun alasannya"
"Ki Sanak. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kami
adalah orang-orang yang tidak suka kekerasan" Apalagi aku
yang sudah menjadi semakin tua. Aku ingin dapat hidup
tenang dan tenteram. Karena itu, aku minta kalian tidak
membuat persoalan yang akan dapat menimbulkan perselisihan. "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu itu Ki Sapa Aruh.
Tegasnya, aku tidak akan memberikan sebutir permatapun
kepada kalian" geram anak Ki Demang itu.
"Itulah yang tidak aku senangi. Ternyata kau adalah orang
yang keras hati, yang mencoba memaksakan tindak kekerasan
terjadi" nada suara Ki Sapa Aruhpun meninggi.
"Kau jangan berbicara dengan memutar balikkan penalaran
orang waras. Sekarang pergilah sebelum kami kehabisan
kesabaran" berkata anak Ki Demang yang mulai menjadi
pening mendengarkan kata-kata Ki Sapa Aruh.
Tetapi Ki Sapa Aruh justru tertawa. Katanya "Orang-orang
yang di kepalanya selalu dipenuhi dengan nafsu kekerasan,
tentu sulit dapat mengerti keinginanku. Tetapi baiklah.
Meskipun kami orang-orang yang tidak suka berselisih, namun
kami juga tidak ingin melepaskan landasan hidup kami. Kami
akan mewakili orang-orang miskin yang pernah kau cekik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lehernya dan kau hisap darahnya sehingga kering. Berikan
emas, permata dan wesi aji itu kepada kami"
"Tidak" jawab anak Ki Demang.
"Jika kau berkeras tidak mau memberikan emas, permata
dan wesi aji itu kepada kami, maka dengan terpaksa sekali
kami akan mengambilnya"
"Kami akan mempertahankan hak kami" jawab anak Ki
Demang. Ki Sapa Aruh itu mengerutkan dahinya. Ia sudah cukup
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panjang berbicara, sehingga kemudian iapun telah memberikan isyarat kepada orang-orangnya untuk bersiap.
Keempat orang pedagang emas, permata dan wesi aji
itupun bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Namun
mereka harus melihat kenyataan, bahwa lawan yang berdiri di
sekitarnya terlalu banyak. Sementara itu, keempat orang
itupun menyadari bahwa selain orang-orang yang ada di
sekitarnya, masih ada yang lain di halaman samping bahkan di
halaman belakang. Tetapi keempat orang itu tidak membiarkan miliknya
dirampok apapun alasannya. Bahkan yang tidak dapat diikuti
dengan nalarnya. Apa yang mereka miliki itu, menurut
pendapat mereka adalah hasil kerja keras mereka. Bukan
karena memeras, merampas atau menipu orang lain.
Karena keempat orang itu tidak mau menyerahkan milik
mereka, maka Ki Sapa Aruhpun kemudian telah memerintahkan orang-orangnya untuk segera menangkap
keempat orang itu. "Kita akan memaksa mereka melakukan sebagaimana aku
katakan" berkata Ki Sapa Aruh "mereka ternyata sama sekali
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menghargai niat kita untuk menyelesaikan persoalan ini
dengan baik-baik tanpa harus melakukan kekerasan"
Keempat orang pedagang emas dan permata itu sudah
tidak mau mendengar lagi. Justru merekalah yang lebih dahulu
menyerang, karena jumlah lawan mereka terlalu banyak,
sehingga keempat orang itu tidak ingin mendapat tekanan
lebih dahulu. Dengan demikian, maka pertempuranpun segera terjadi.
Dengan tangkasnya keempat orang pedagang emas dan
permata itu berloncatan di halaman menghadapi lawan yang
terlalu banyak. Namun dengan berani keempat orang itu bertempur.
Senjata mereka terayun-ayun dengan cepatnya menebas dan
mematuk. Ki Sapa Aruh sendiri tidak langsung turun ke arena. Bahkan
Wira Sabet dan Sura Gentong yang ikut datang ke rumah itu
masih berdiri di tangga pendapa, meskipun mereka sudah
menggenggam senjata telanjang di tangan. Tetapi Pideksa
sudah mulai terlibat dalam pertempuran itu bersama keempat
orang saudara seperguruan
Wira Sabet dan Sura Gentong, disamping beberapa orang
pengikutnya yang lain. Dalam pada itu, di atas sebatang pohon nangka yang besar,
di halaman sebelah, Ki Pandi duduk melekat pada sebatang
dahan yang besar. Oleh ketajaman penglihatannya ia dapat
menyaksikan pertempuran yang terjadi di halaman rumah Ki
Demang itu. Nyala lampu minyak di pendapa dapat sedikit
membantunya, sehingga dengan tegang Ki Pandi melihat
bahwa keempat orang saudagar itu mulai terdesak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dengan demikian Ki Pandi sempat melihat
kemampuan para penghuni barak Wira Sabet dan Sura
Gentong itu. Ki Pandipun melihat seberapa jauh tataran ilmu
saudara-saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Bahkan Ki Pandi juga dapat menilai kemampuan Pideksa, anak
Wira Sabet itu. Untuk beberapa saat pertempuran itu berlangsung.
Keempat orang saudagar itu masih bertempur dengan berani.
Meskipun mereka mulai mengalami kesulitan, tetapi mereka
sama sekali tidak menjadi gentar.
Agaknya Ki Sapa Aruh menjadi tidak sabar Karena itu, maka
iapun memberi isyarat agar Wira Sabet dan Sura Gentong
bersama dirinya sendiri segera memasuki arena.
"Kita tangkap keempat orang itu hidup-hidup. Kita memang
bukan pembunuh-pembunuh yang tidak berjantung. Kita akan
mengampuni mereka setelah kita mendapatkan apa yang kita
cari" teriak Ki Sapa Aruh yang bersama Wira Sabet dan Sura
Gentong telah menuruni arena pertempuran.
Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi keempat
orang saudagar itu benar-benar telah kehilangan kesempatan
untuk mempertahankan diri.
Sementara seisi rumah Ki Demang itu sudah terbangun.
Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Beberapa orang
membentak dengan kasar dan mengancam akan membunuh
siapapun yang berniat membantu keempat orang saudagar
itu. Sebenarnyalah keempat orang saudagar itu menyadari,
bahwa mereka tidak akan dapat minta pertolongan kepada
siapapun juga. Sehingga karena itu .maka mereka harus
menyadarkan diri kepada kemampuan mereka berempat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi mereka memang tidak dapat mengingkari kenyataan.
Semakin lama mereka menjadi semakin tidak berdaya. Apalagi
setelah Ki Sapa Aruh sendiri, Wira Sabet dan Sura Gentong
ikut dalam pertempuran. Dengan cepat kemampuan
perlawanan keempat orang saudagar itupun menyusut
Ki Pandi yang duduk di atas dahan pohon nangka
menyaksikan pertempuran itu dengan sungguh-sungguh. Ia
melihat bagaimana Ki Sapa Aruh sendiri turun di gelanggang.
Ia sempat melihat unsur-unsur gerak yang dipergunakannya,
meskipun Ki Pandi tahu, bahwa Ki Sapa Aruh dalam
pertempuran itu tidak merasa perlu untuk menumpahkan
segala macam kemampuannya.
Namun dalam pada itu, Ki Pandi dapat menilai tataran
kemampuan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Beberapa saat kemudian, maka keempat orang saudagar itu
telah menjadi tidak berdaya. Senjata mereka tidak mampu lagi
melindungi diri mereka dengan baik.
Dalam pertempuran yang tidak terlalu lama itu, maka
keempat orang saudagar itu semuanya telah terluka.
Sementara itu, Ki Sapa Aruh dengan kemampuannya yang
tinggi benar-benar mampu menguasai keempat orang itu
bersama-sama dengan Wira Sabet Sura Gentong dan saudara-
saudara seperguruannya. "Kita tidak akan membunuh mereka" berkata Ki Sapa Aruh.
Pertempuran itupun kemudian telah terhenti. Sura Gentong
dengan garangnya telah mendorong anak Ki Demang dengan
kakinya, sehingga anak Ki Demang itu jatuh tertelungkup di
hadapanKi Sapa Aruh. Tidak ada lagi yang dapat melawan. Senjata-senjata
mereka pun telah dirampas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi yang menyaksikan berakhirnya pertempuran itu
menjadi tegang. Seorang yang bertubuh sedang, dengan
wajah yang tampan serta penampilan yang bersih serta wajah
yang cerah ternyata telah memperlakukan keempat orang
saudagar itu dengan kasar sebagaimana Sura Gentong.
Sementara itu, seorang yang berwajah bengis justru hanya
berdiri saja termangu-mangu menyaksikan sikap kawannya
itu. "Ki Sanak" berkata Ki Sapa Aruh kemudian "kami memang
bukan orang-orang yang haus darah. Sudah aku katakan,
bahwa kami ingin menghindari setiap pertengkaran, apalagi
kekerasan. Tetapi kalian telah memancing persoalan, sehingga
kekerasan telah terjadi. Nah, sekarang, agar pekerjaan kami
segera selesai, tunjukkan barang-barang simpanan kalian"
Anak Ki Demang itu tidak segera menyahut Meskipun
tubuhnya telah menjadi lemah, namun mereka masih
mencoba bertahan. Tetapi Ki Pandi terkejut, sehingga debar jantungnya terasa
menjadi semakin cepat, ketika ia melihat perlakuan orang
yang berwajah tampan itu. Demikian kasarnya dan bahkan
buas sekali. Jauh berbeda dengan kesan yang nampak pada
ujud lahiriahnya. Ki Sapa Aruh ternyata tidak mencegah perlakuan itu.
Bahkan sambil tertawa ia berkata "Nah, Ki Sanak. Aku tidak
mempunyai banyak waktu. Jika kau tidak menunjukkan benda-
benda berharga itu, maka kami dengan sangat menyesal akan
berbuat lebih jauh lagi. Kami akan membakar rumah Ki
Demang ini. Aku tidak tahu apakah nilai rumah dan isinya ini
lebih besar atau lebih kecil dari benda-benda berharga yang
kau pertahankan itu. Selebihnya, kalian akan mengalami
perlakuan yang sangat buruk. Kami minta ampun atas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekhilafan kami memperlakukan Ki Sanak tidak sebagaimana
seharusnya. Tetapi hal itu kami lakukan atas landasan
kesetiaan kami kepada orang-orang yang telah kau peras
selama ini" Akhirnya keempat orang itu memang tidak mempunyai
pilihan lain. Jika rumah itu benar-benar dibakar, maka Ki
Demang akan ikut memikul beban.
Karena itu, maka seorang di antara keempat saudagar itu
berkata kepada anak Ki Demang "Jangan libatkan Ki Demang
dalam persoalan ini"
"Maksudmu?" bertanya anak Ki Demang dengan suara
parau. "Kita terpaksa menyerahkan apa yang mereka kehendaki,
tetapi dengan janji, bahwa rumah ini tidak akan dibakar"
"Satu pikiran yang bijaksana" desis Ki Sapa Aruh "seperti
berulang kali aku katakan, kami bukan orang-orang yang tidak
berjantung. Jika apa yang kami inginkan sudah berada di
tangan kami, maka kami tidak akan berbuat lebih jauh lagi"
Anak Ki Demang itu tidak dapat mengelak lagi. Ketiga orang
kawannya memang sudah nampak terlalu letih dan kesakitan.
Tubuh mereka telah terluka sebagaimana anak Ki Demang itu
sendiri. Karena itu, maka iapun tidak dapat berbuat lain. Dengan
suara yang bergetar ia berkata "Aku akan menunjukkan
dimana dagangan kami itu kami simpan"
"Katakan" berkata Ki Sapa Aruh.
Anak Ki Demang itu berusaha untuk bangkit berdiri sambil
berkata "Aku akan menunjukkan"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi di luar dugaan, bahwa sarung pedang orang yang
berwajah tampan itu telah menghantam tengkuknya sehingga
anak Ki Demang itu jatuh terduduk.
Ki Sapa Aruh tertawa. Namun ia berkata "Biar ia
mengatakannya. Sarung pedangmu dapat membuatnya
pingsan" Anak Ki demang itu berdesah kesakitan. Sementara Ki Sapa
Aruh berkata "Katakan saja. Kau tidak usah bersusah payah
menunjukkan kepada kami. Aku tidak ingin merepotkan kau
dan kawan-kawanmu. Kalian tentu letih dan perlu beristirahat"
Hati keempat orang itu menjadi sangat sakit sebagaimana
tubuh mereka. Tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu.
Karena anak Ki Demang itu tidak segera mengatakan
sebagaimana dikehendaki oleh Ki Sapa Aruh, maka Ki Sapa
Aruh itupun melangkah mendekat sambil berdesis "Apakah
kau sengaja mengulur waktu" Kau tidak dapat mengharap
bantuan dari siapapun. Seandainya ada juga beberapa orang
anak muda yang mencoba membantu kalian, maka akibatnya
akan menjadi buruk sekali. Korban akan jatuh. Anak-anak
muda itu akan terbunuh disini tanpa mengerti kenapa mereka
harus mati. Keluarga merekalah kelak yang akan menyadari,
bahwa mereka telah menjadi tumbal kekayaan kalian.
Keluarga mereka tidak akan pernah mendapatkan imbalan
apapun dari kalian meskipun mereka mati karena mereka
mempertahankan harta-benda kalian itu"
Anak Ki Demang itu menggeram. Tetapi ia memang tidak
mempunyai pilihan. Karena itu, maka anak Ki Demang itupun berkata "Yang
kalian cari ada di sentong sebelah kiri. Dibawah gledeg bambu
tempat pakaianku" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sapa Aruh tertawa. Sambil menepuk wajah anak Ki
Demang ia berkata "Ternyata kau adalah seorang anak yang
manis. Terima kasih. Aku akan melihatnya. Tetapi aku
peringatkan, bahwa kau tidak boleh bohong. Jika kau
berbohong, maka kau bukan lagi anak yang manis. Tetapi kau
tentu anak yang nakal, yang pantas dicubit pantatnya"
Anak Ki Demang tidak menjawab. Ia memang sudah
berkata sebenarnya karena ia sama sekali tidak melihat
peluang lagi. Ki Sapa Aruhpun kemudian telah mengajak Wira Sabet dan
Sura Gentong untuk masuk ke dalam rumah itu. Sementara
itu, saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan
itu tiba-tiba saja telah menekan punggung anak Ki Demang itu
sehingga anak Ki Demang itu hampir saja jatuh terjerembab.
Ki Pandi hanya dapat menyaksikan semua itu dari
tempatnya bersembunyi. Ia tidak dapat berbuat sesuatu. Jika
ia mencampuri persoalan itu, maka keadaannya akan menjadi
semakin parah bagi keempat orang saudagar emas itu. Ia
sendiri tentu akan terikat dalam pertempuran dengan Ki Sapa
Aruh dan tentu beberapa orang akan membantu. Mungkin ia
akan dapat meloloskan diri. Tetapi keempat orang itu justru
akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang itu.
Karena itu, maka Ki Pandi hanya dapat menahan gejolak
jantung di dalam dadanya.
Sementara itu, Ki Sapa Aruh telah hilang di balik pintu
pringgitan untuk melihat dan kemudian mengambil barang-
barang yang nilainya tentu sangat tinggi.
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
0o-dw-o0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 BEBERAPA saat kemudian, maka Ki Sapa Aruh telah keluar pula lewat pintu pringgitan. Dengan wajah yang cerah ia telah memanggil Wira Sabet dan Sura Gentong. Ketiga orang itu berbicara sejenak di pintu pringgitan. Kemudian Wira Sabet memberi isyarat kepada saudara-saudara seperguruannya untuk ikut masuk ke dalam rumah itu. Namun Sura Gentong sempat berteriak kepada orang-orangnya "Jaga keempat orang itu
agar mereka tidak melarikan diri"
Ki Pandi hanya dapat melihat segala yang terjadi itu dengan
jantung yang bergejolak. Ia melihat kekerasan terjadi. Tetapi
ia tidak dapat berbuat sesuatu.
Ki Sapa Aruh dan beberapa orang yang masuk ke dalam
rumah itu segera telah keluar pula. Mereka membawa
beberapa buah peti kecil yang isinya tentu barang dagangan
yang nilainya sangat mahal. Tentu perhiasan emas dan
berlian. Bahkan mungkin beberapa buah wesi aji. Mungkin
keris dan mata tombak yang dianggap bertuah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak Ki Demang dan ketiga orang kawannya yang telah
terluka itu hanya dapat memandangi orang-orang yang telah
membawa barang dagangan mereka tanpa dapat mencegahnya. Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, Ki Sapa Aruh
itupun berkata kepada anak Ki Demang dan ketiga orang
kawannya "Terima kasih anak-anak. Ternyata kalian adalah
anak-anak yang bijaksana. Yang tahu apa yang sebaiknya
kalian lakukan. Sekali lagi kami minta maaf, jika ada tingkah
laku kami yang tidak berkenan di hati kalian"
Keempat orang itu hanya dapat menggeretakkan gigi tanpa
dapat berbuat sesuatu. Sejenak kemudian, maka terdengar isyarat. Seorang di
antara mereka telah bersuit nyaring. Getar suaranya
menyusup pepohonan dan menggetarkan udara Kademangan
itu. Isyarat itu ternyata telah disahut oleh pengikut-pengikut
mereka yang berada di luar halaman rumah Ki Demang.
Mereka yang berada di depan gardu, di simpang empat dan di
tempat-tempat lain. Dengan demikian, maka sejenak kemudian, maka Ki Sapa
Aruh dan semua pengikutnya telah berderap di atas punggung
kuda meninggalkan tempat itu. Bahkan mereka telah
membawa beberapa ekor kuda yang ada di rumah Ki Demang.
empat di antaranya adalah kuda yang telah disiapkan oleh Ki
Demang dan kawan-kawannya untuk dipergunakan di
keesokan harinya. Sejenak kemudian, maka halaman rumah Ki Demang itu
menjadi sepi. Namun hanya sebentar, karena sebentar
kemudian, beberapa orang anak muda yang berada di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gardupun telah berdatangan. Bahkan anak-anak muda yang
tidak sedang meronda tetapi telah terbangun oleh derap kaki
kuda yang berlari-lari di jalan-jalan padukuhan.
Tetapi yang mereka temui adalah anak Ki Demang serta
tiga orang kawannya yang lemah karena letih, sakit karena
luka-luka di tubuhnya serta sakit di hatinya.
Anak-anak muda itu telah membantu mereka naik ke
pendapa. Memang hanya itulah yang dapat mereka lakukan.
Orang-orang yang datang merampok rumah itu sudah pergi
jauh. Bahkan seandainya masih berada di halaman itupun,
anak-anak muda itu tentu tidak akan dapat mencegah mereka.
Anak Ki Demang yang masih kesakitan itupun kemudian
berkata kepada anak-anak muda itu "Terima kasih atas
perhatian kalian. Sekarang, pulanglah. Yang bertugas ronda,
kembalilah ke gardu-gardu perondan"
"Bagaimana dengan kalian disini?" bertanya salah seorang
di antara anak-anak muda itu.
"Tidak apa-apa. Kami dapal merawat diri kami sendiri"
Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Seorang di
antara mereka berkata "Kami minta maaf, bahwa kami tidak
dapat berbuat sesuatu pada saat yang gawat itu"
Anak Ki Demang itu mencoba tersenyum. Katanya "Aku
mengerti. Orang-orang itu benar-benar orang-orang yang
keras dan kasar" Demikianlah, anak-anak muda itupun minta diri. Sebagian
dari mereka kembali ke gardu-gardu perondaan. Yang lain
pulang ke rumah masing-masing Sedang masih ada satu dua
di antara mereka yang lelap berada di rumah Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu. para pembantu rumah itu baru berani
keluar ketika mereka yakin, bahwa para perampok telah tidak
ada lagi di halaman rumah itu.
"Tolong, sediakan air panas buat kami" berkata anak Ki
Demang kepada seorang laki-laki separuh baya, pembantunya
"kami harus mencuci luka-luka kami"
Orang itu mengangguk sambil berdesis "Apa ada pesan
yang lain?" "Tidak" jawab anak Ki Demang itu.
Ketika pembantu rumah itu turun dari pendapa dan
melangkah masuk lewat pintu seketeng, maka mereka yang
ada di pendapa itu terkejut. Mereka melihat seorang yang
bongkok berjalan dengan ragu-ragu ke arah mereka.
Anak-anak muda yang masih berada di pendapa rumah
itupun segera berloncatan bangkit untuk mempersiapkan diri.
Namun anak Ki Demang itupun berkata "Biarlah orang itu
naik" Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Namun seorang anak
muda telah menyongsongnya dan mempersilahkannya naik.
Ki Pandipun kemudian duduk bersama anak Ki Demang,
kawan-kawannya yang letih dan kesakitan serta beberapa
orang anak muda yang masih berada di rumah itu.
"Maaf, Ki Sanak" berkata Ki Pandi "aku melihat apa yang
terjadi. Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku
memanjat pohon di halaman sebelah, sehingga aku dapat
mendengarkan sebagian dari pembicaraan kalian dengan
orang-orang yang merampok Ki Sanak berempat itu"
Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk kecil. Katanya
"Akulah yang harus minta maaf, bahwa aku tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengarkan petunjuk Kiai. Akhirnya aku harus mengalami
keadaan seperti ini"
"Ki Sanak" berkata Ki Pandi "apakah ada niat kalian untuk
melacak benda-benda yang mereka rampok itu?"
"Tentu saja niat itu ada, Kiai. Tetapi bagaimana kami dapat
melakukannya. Kami tidak dapat mengingkari kenyataan,
bahwa mereka terlalu kuat. Bahkan seandainya kami
mengerahkan kekuatan se Kademangan, sulit bagi kami unluk
dapat mengalahkan mereka. Korbanpun akan berjatuhan"
jawab anak Ki Demang. Lalu katanya pula "Aku tidak dapat
mengorbankan sedemikian banyaknya orang untuk kepentingan kami berempat. Bukan kepentingan Kademangan
ini Kiai" Ki Pandi menarik nafas panjang. Katanya "Aku menghargai
sikap Ki Sanak. Tetapi kita juga dibebani tugas untuk
menghentikan perbuatan mereka, agar dihari mendatang tidak
akan jatuh lagi korban perampokan dan mungkin kekerasan
yang dapat menimbulkan kematian"
Salah seorang di antara saudagar perluasan itu berkata
"Tetapi apa yang dapat kami lakukan, Ki Sanak" Kematian
akan berhamburan di antara anak-anak Kademangan
Rejandani. Orang tua, saudara dan isteri yang kehilangan
orang-orang yang dikasihi akan mengutuk kami berempat"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun
berkata "Bagaimana pendapat kalian, jika kami, maksudku
bukan hanya aku seorang diri, menawarkan kerja sama. Kami
memang berniat untuk menghentikan perbuatan mereka. Kami
memang tidak melihat kemungkinan lain kecuali dengan
kekerasan. Jika hal ini harus dilakukan, bukan berarti bahwa
kita adalah orang-orang yang tidak waras lagi, atau otak kita
sudah dikotori dengan impian-impian tentang perang,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuhan dan kekerasan-kekerasan serupa. Tetapi justru
kami inginkan ketenangan dan ketenteraman"
Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk. Katanya "Tetapi
bagaimanakah caranya?"
"Jika Ki Sanak berniat, kita akan dapat membicarakan
langkah-langkah yang dapat kita ambil"
"Kami memerlukan penjelasan, Kiai" sahut anak Ki Demang.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya
beberapa orang anak muda yang ada di pendapa itu. Baru
kemudian ia berkata "Ki Sanak. Jika Ki sanak bersedia, kami
akan menghubungi Ki Sanak kemudian. Tentu saja dalam
waktu yang tidak terlalu lama"
"Baiklah, Kiai. Kami akan menunggu. Tetapi sekali lagi kami
nyatakan, bahwa kami berempat tidak ingin mengorbankan
banyak orang hanya untuk memperoleh barang-barang kami
itu kembali. Betapapun tinggi nilai barang dagangan kami,
tetapi tentu tidak akan setinggi nilai nyawa seseorang"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku sangat
menghormati sikap Ki Sanak. Tetapi baiklah, sekarang aku
minta diri. Jika Ki Sanak bertiga bersedia untuk sementara
tinggal bersama disini, pada saat lain aku akan dapat
menghubungi kalian utuh berempat. Tentu saja jika tidak ada
keberatan apapun" "Baik Kiai" jawab salah semang kawan anak Ki Demang itu
"kami akan tinggal disini. Tetapi tentu saja tidak untuk waktu
yang terlalu lama" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Tentu. Aku akan
segera kembali jika segala sesuatunya sudah menjadi jelas"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi yang bongkok itupun kemudian telah minta diri.
Keempat orang saudagar itu memandanginya dari pendapa.
Ketika mereka akan bangkit berdiri, Ki Pandi berkata
"Sudahlah. Duduk sajalah. Kalian harus segera mengobati
luka-luka kalian. Apakah kalian sudah mempunyai obatnya?"
"Sudah Kiai" jawab anak Ki Demang "Ayah mempunyai
persediaan beberapa jenis obat-obatan"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun orang bongkok
itupun segera melintasi halaman dan hilang di balik regol.
Di sisa malam menjelang fajar, Ki Carang Aking yang
dipanggil Sampar di barak itu, Manggada dan Laksana menjadi
sibuk. Mereka harus menerima dan merawat kuda-kuda yang
semalam dipergunakan untuk merampok di Kademangan
Rejandani. Dua orang penyabit rumput dan bahkan beberapa
orang kawannya telah diminta untuk membantunya. Terutama
kuda-kuda para pemimpin barak itu. Wira Sabet, Sura
Gentong, Pideksa dan saudara-saudara seperguruan Wira
Sabet yang ada di barak itu. Namun ternyata di-antara mereka
tidak terdapat Ki Sapa Aruh. Ternyata disisa malam itu Ki Sapa
Aruh tidak ikut memasuki barak itu.
Tetapi Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana menjadi
berdebar-debar ketika mereka melihat Wira Sabet, Sura
Gentong dan Pideksa membawa beberapa peti kecil. Di
antaranya agak panjang. Dengan demikian, maka mereka
menduga, bahwa perampokan itu telah berhasil.
Ketika mereka sempat berbicara, Manggada berdesis
"Apakah Ki Pandi terlambat?"
Ki Carang Aking mengangguk kecil. Katanya "Mungkin.
Mungkin sekali Ki Pandi terlambat. Mudah-mudahan nanti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam Ki Pandi datang kemari. Kita akan mendapatkan
keterangan tentang perampokan itu"
Betapapun keinginan Manggada dan Laksana mendesak,
tetapi mereka memang harus menunggu untuk mendengar
keterangan Ki Pandi secepatnya malam nanti.
Tetapi mereka masih dapat mengharapkan ceritera dari
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang pernah
dikalahkan oleh Laksana di padukuhan Gemawang.
Sampai fajar, Manggada, Laksana, Ki Carang Aking serta
beberapa orang penyabit rumput masih sibuk di kandang
kuda. Baru ketika langit menjadi terang, mereka sempal duduk
beristirahat. Tetapi mereka sudah tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke pembaringan.
Namun yang mereka harapkan itupun datang, bahwa lebih
cepat dari dugaan mereka. Tiga orang pengikut Wira Sabet
yang pernah dikalahkan oleh Laksana itupun datang ke
kandang. Seorang dari mereka berkata "Hari ini, dua orang di
antara kami akan bertugas di Gemawang. Apakah kalian ada
pesan untuk anak muda yang cengeng itu?"
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian Manggada menggeleng sambil menjawab
"Tidak. Tidak ada pesan khusus. Tetapi amati anak itu agar
tidak berusaha menemui kawan-kawan kalian yang lain. Kalian
harus selalu menakut-nakutinya agar anak itu benar-benar
diam" Keduanya mengangguk. Tetapi yang seorang kemudian
bertanya "Jika kami tidak menemuinya di jalan-jalan
padukuhan?" Manggadapun kemudian memberikan ancar-ancar rumah
Wisesa. Katanya "Jika perlu, cari anak itu di rumahnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata orang itu sambil beranjak pergi. Tetapi
Manggada sempat bertanya sambil lalu "Bagaimana tugas
kalian semalam?" "Kami berhasil baik" jawab orang itu.
"Apakah kalian semalam pergi bersama Ki Sapa Aruh?"
bertanya Manggada. "Ya" jawab orang itu.
"Apakah Ki Sapa Aruh tidak kembali ke barak ini?" bertanya
Laksana. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Ki Sapa Aruh
langsung pergi ke tempat lain. Ia masih mempunyai tugas
penting yang harus dilakukan"
"Kapan ia akan datang kemari?" bertanya Manggada pula.
"Aku tidak tahu. Tetapi di pekan mendatang, nampaknya Ki
Sapa Aruh akan lebih lama berada di tempat ini. Agaknya
persoalan padukuhan Gemawang sudah akan di tanganinya
dengan sungguh-sungguh. Apalagi mengingat perkembangan
di padukuhan itu pada saat terakhir, yang agaknya sudah
dilaporkan oleh Ki Wira Sabet dan Sura Gentong kepada Ki
Sapa Aruh" "Jadi selama ini persoalannya masih belum di tangani
dengan sungguh-sungguh?"
"Belum. Selama ini Ki Sapa Aruh masih mempunyai
persoalan penting yang harus diselesaikan. Nampaknya
persoalan itu sudah selesai sekarang, sehingga menurut
pembicaraannya dengan Wira Sabet dan Sura Gentong yang
sempal aku dengar, Gemawang dan Kademangan Kalegen
baru akan di tangani dengan sungguh-sungguh"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Sementara orang itu berkata "Bukankah selama ini kami baru
berusaha menakut-nakuti dan mematangkan keadaan" Namun
dalam suasana yang berkembang sebagaimana kami
kehendaki, maka justru telah terjadi perubahan yang
berlawanan dari kehendak kami. Sebelum keadaan itu
berkembang lebih buruk, sementara Ki Sapa Aruh sudah
mempunyai kesempatan, maka persoalan Gemawang dan
Kalegen akan segera diselesaikan"
Manggada tidak bertanya lagi. Demikian pula Laksana.
Sementara Sampar pura-pura tidak mendengarkan pembicaraan itu. Ia masih menyibukkan diri dengan kuda-kuda
di kandang. Terutama kuda putih, justru karena pemiliknya
orang yang sangat keras dan kasar.
Namun, sepeninggal orang-orang itu, maka Manggada dan
Laksana telah duduk bersama Ki Carang Aking di belakang
kuda. Ternyata mereka telah membicarakan keterangan
ketiga, orang pengikut Wira Sabet itu.
"Kita harus berbicara dengan Ki Pandi secepatnya" berkata
Ki Carang Aking "mudah-mudahan nanti malam ia benar-benar
datang. Persoalannya tidak dapat ditunda-tunda lagi"
"Kita hanya dapat menunggu" sahut Manggada. Namun
kemudian katanya "Tetapi menilik keberhasilan perampokan
semalam, maka menurut pendapatku, Ki Pandi akan datang
nanti malam. Ki Pandi tentu akan memberi penjelasan tentang
usahanya yang gagal itu"
Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Katanya "Banyak
yang dapat kita ketahui disini. Tetapi ternyata gerak kami
sangat terbatas. Rasa-rasanya aku ingin mengikuti Ki Pandi
untuk dapat lebih banyak bergerak"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Aking akan keluar dari barak ini?" bertanya
Laksana. Ki Carang Aking mengerutkan dahinya. Namun kemudian
sambil tersenyum ia berkata "Tidak. Untuk sementara aku
akan tetap bersama disini"
Dalam pada itu, Ki Pandi yang sudah berada di rumah Ki
Kertasana menceriterakan apa yang telah dilakukannya
semalam. Bahkan ia lelah gagal mencegah perampokan atas
keempat orang saudagar perhiasan emas, berlian dan bahkan
juga wesi aji. "Tetapi aku telah menawarkan kerja sama dengan mereka
jika mereka ingin melacak perhiasan dan wesi aji yang berhasil
dirampok itu" berkata Ki Pandi
"Apakah mereka bersedia?" bertanya Ki Citrabawa.
"Nampaknya mereka mempertimbangkannya. Yang tidak
mereka inginkan adalah jika mereka harus mengorbankan
orang lain untuk mengambil kembali barang dagangan mereka
itu" Ki Kertasana dan Ki Citrabawa mengangguk-angguk.
Dengan dahi yang berkerut Ki Kertasana bertanya "Apakah
mereka bersedia melakukannya bersama kita. Kita bukan
sekedar bersedia berkorban untuk mengambil perhiasan yang
dirampas itu. Tetapi kita mempunyai kepentingan sendiri"
"Itulah yang ingin aku tawarkan kepada mereka" jawab Ki
Pandi. "Apakah mereka berempat memiliki bekal yang cukup untuk
melakukannya?" bertanya Ki Citrabawa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut pengamatanku, mereka mempunyai ilmu yang
tinggi. Tetapi malam itu mereka menghadapi terlalu banyak
lawan, sehingga mereka tidak dapat mempertahankan diri"
"Jika demikian, sebaiknya kita segera menghubungi mereka
untuk menyusun rencana selanjutnya" berkata Ki Citrabawa
pula. "Kita hubungi Ki Jagabaya"
berkata Ki Kertasana. Orang-orang padukuhan Gemawang itupun harus berpacu dengan waktu. Karena
itu, maka Ki Kertasanapun segera menghubungi Ki Jagabaya untuk membuat rencana lebih jauh. "Baiklah Ki Kertasana" berkata
Ki Jagabaya "kita memang harus
segera berbuat sesuatu. Sementara kita sudah berhasil
menghimpun beberapa orang
anak muda. Memberikan sedikit bekal bagi mereka, jika
mereka benar-benar akan memasuki barak Wira Sabet dan
Sura Gentong" Sampurna yang ikut menemui Ki Kertasana itupun berkata
"Kami sudah siap, Ki Kertasana. Sementara Manggada dan
Laksana sudah berada di dalam barak itu. Jika kita terlalu lama
menunggu, maka aku mencemaskan keadaan Manggada dan
Laksana. Jika orang-orang di barak itu tahu, bahwa Manggada
dan Laksana sengaja memasuki barak itu, maka keselamatan
keduanya akan terancam"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata Ki Kerusana "jika kita menganggap bahwa
keadaan sudah memungkinkan, maka kita akan dapat segera
bergerak. Kita tidak akan menunggu mereka datang ke
padukuhan ini karena dengan demikian keadaan padukuhan
ini akan menjadi ajang pertempuran. Orang-orang Wira Sabet
dan Sura Gentong itu mungkin akan menimbulkan kerusakan
yang besar. Bukan saja atas bangunan-bangunan, tetapi
mungkin juga atas para penghuni padukuhan ini. Apalagi jika
mereka terdesak" Ki Jagabayapun mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki
Kertasana telah menceriterakan pula tentang keempat orang
saudagar yang nampaknya akan bersedia bergabung dengan
mereka. Demikianlah, maka mereka sependapat, bahwa mereka
harus segera bertindak agar keadaan padukuhan mereka dan
bahkan Kademangan mereka tidak menjadi semakin muram
sehingga tata kehidupan tidak dapat dikendalikan dengan
sewajarnya. Dalam pada itu, pada hari itu juga, dua orang pengikut Wira
Sabet dan Sura Gentong telah dalang ke padukuhan.
Kedatangan mereka seperti biasa menimbulkan kecemasan
dan ketakutan. Beberapa orang yang berada di luar halaman,
segera masuk dan menutup pintu regol halaman rumah
mereka. Namun tidak diselarak sebagaimana selalu mereka
lakukan. Kedua orang itu selain menyusuri jalan padukuhan, ternyata
mereka sempat singgah pula di rumah Wisesa. Seperti pesan
Manggada dan Laksana, maka keduanya berusaha untuk
menakut-nakuti Wisesa, agar ia tidak lagi berusaha untuk
mempersoalkan keberadaan Manggada dan Laksana di barak
Wira Sabet dan Sura Gentong.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Wisesa benar-benar menjadi ketakutan, sehingga
anak muda itu agaknya tidak akan mengucapkannya lagi
kepada siapapun juga. Karena jika alasan keberadaan
Manggada dan Laksana yang sebenarnya diketahui, yang akan
mengalami bencana bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi
juga ketiga orang yang telah membawanya masuk.
Sementara itu Ki Jagabaya dan Sampurna benar-benar telah
mempersiapkan rencana untuk justru datang ke barak Wira
Sabet dan Sura Gentong. Sampurna hari itu juga telah
menghubungi anak-anak muda yang telah menyatakan
kesediaannya untuk membantunya membebaskan padukuhan
mereka dari bayangan kegarangan Wira Sabet dan Sura
Gentong. Ketika kemudian malam turun, maka seperti yang
diharapkan, maka Ki Pandi telah mengunjungi Manggada dan
Laksana. Ki Carang Akingpun telah ikut terlibat pula dalam
pembicaraan yang sungguh-sungguh tentang berbagai hal
yang menyangkut rencana Ki Jagabaya untuk justru
menyerang barak itu lebih dahulu.
"Empat orang saudagar itu akan aku hubungi pula. Jika
mereka menyatakan kesediaan mereka, maka kita akan segera
mulai" "Nampaknya perhiasan dan wesi aji yang dirampas itu
memang dibawa kemari" berkata Ki Carang Aking "dengan
demikian, maka jika kita berhasil, maka keempai orang
saudagar itu akan mendapatkan barang-barang mereka yang
harganya sangat tinggi itu kembali"
Namun dalam pada itu, Manggadapun telah mengatakannya pula, bahwa agaknya Ki Sapa Aruh telah
berniat untuk dengan bersungguh-sungguh menangani
persoalan padukuhan Gemawang dan Kademangan Kalegen.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nampaknya tugas-tugas yang lain akan dikesampingkan.
Perkembangan terakhir di padukuhan Gemawang agaknya
tidak sejalan dengan rencana Wira Sabet dan Sura Gentong.
"Baiklah, Ki Pandi" berkata Ki Carang Aking "Ki Pandi
agaknya harus semakin sering mengunjungi kami disini"
"Bukankah hampir setiap malam aku datang kemari"
"Lebih dari setiap malam" desis Ki Carang Aking.
"Jadi maksudmu juga di siang hari?" bertanya Ki Pandi pula.
"Tidak. Itu akan sulit dilakukan. Maksudku, jika perlu satu
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam dua kali. Mungkin tentang hasil sebuah pembicaraan
harus segera kami dengar atau sebaliknya" berkata Ki Carang
Aking. Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian katanya "Jika
saja aku masih semuda Manggada dan Laksana"
Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kenapa bukan aku
yang mencoba membantu Ki Pandi keluar masuk barak ini"
"Itu lebih berbahaya" Manggadalah yang menyahut "setiap
saat orang-orang di barak ini memerlukan kita. Pagi, siang,
malam dan kapan saja mereka kehendaki tanpa mengenal
waktu. Saat mereka akan pergi dan saat mereka kembali"
Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Dengan nada rendah
ia berdesis "Aku tidak terbiasa mengungkung diri seperti ini.
Aku terbiasa terbang kesana kemari menuruti keinginan
sepasang kakiku ini"
Tetapi Ki Pandi segera menyahut "Siapa yang mengikatmu
disini" Ki Sapa Aruh?"
Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Ya. Ki Sapa Aruh"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mengeluh karena kau telah membawa beban yang kau
letakkan sendiri dipundakmu" berkata Ki Pandi.
Ki Carang Aking bahkan tertawa. Katanya "Aku tidak
mengira bahwa keterkaitanku akan menjadi berlama-lama
seperti ini. Tetapi aku agaknya dapat mengharap, bahwa aku
akan segera dapat meninggalkan penjara ini, setelah kalian
datang" Ki Pandipun tersenyum keluar dari penjara ini "Demikianlah,
maka sejak hari itu, Ki Jagabaya di Gemawang telah
meningkatkan segala persiapan meskipun dengan diam-diam.
Sementara Ki Pandi lelah menghubungi lagi anak Ki
Demang Rejandani yang telah dirampok habis-habisan oleh Ki
Sapa Aruh dan para pengikutnya.
"Tidak akan ada korban yang sia-sia" berkata Ki Pandi "jika
orang-orang Gemawang terlibat dalam hal ini, sama sekali
tidak ada hubungannya dengan perhiasan dan wesi aji yang
dirampok itu. Tetapi karena orang-orang Gemawang
mempunyai kepentingan sendiri. Selama ini mereka berada
dalam bayangan kekuatan orang-orang yang telah merampok
kalian disini" Bukan saja anak Ki Demang Rejandani yang menemui Ki
Pandi. Tetapi Ki Demang sendiri ikut menemuinya dan bahkan
Ki Demang itulah yang menjawab "Ki Sanak. Kami akan
bekerja sama dengan Ki Sanak. Persoalannya bukan sekedar
mereka merampok anakku. Tetapi perampokan itu telah
melanggar hak atas orang-orang Kademangan Rejandani.
Karena itu, bukan saja anakku dan ketiga orang saudagar
kawan-kawannya itu yang akan melibatkan diri. Tetapi aku
dan beberapa orang terpilih dari Kademangan ini. Menurut
keterangan anakku, kelompok perampok itu adalah kelompok
yang sangat kuat. Karena itu, maka tanpa kerja sama dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pihak lain, Kademangan ini agaknya juga akan mengalami
kesulitan" Namun Ki Pandipun telah berterus terang, bahwa orang-
orang padukuhan Gemawang dan bahkan Kademangan
Kalegen dibayangi oleh ketakutan. Nampaknya terhadap
orang-orang Gemawang dan Kalegen yang lebih berbicara
adalah justru dendam diliati Wira Sabet dan Sura Gentong.
"Kami sedang mencari sisa-sisa keberanian di hati anak-
anak mudanya" berkata Ki Pandi.
Ki Demang Rejandani itu mengangguk-angguk. Katanya
"Kami dapat mengerti, Ki Sanak. Jika setiap hari mereka selalu
ditakuti dengan segala macam cara, maka lambat laun,
mereka benar-benar kehilangan keberanian"
"Beruntunglah bahwa kami masih menemukan kekuatan
yang tersimpan di padukuhan Gemawang sehingga kami
masih dapat merencanakan satu langkah yang mungkin
sangat berbahaya" berkata Ki Pandi. Namun kemudian kalanya
pula "Apalagi yang dihadapi adalah Ki Sapa Aruh"
Ki Demang mengerutkan dahinya. Kalanya "Nama itu
memang dapat menggelutkan jantung. Tidak ada orang yang
dapat melawannya. Karena itu untuk membatasi kemampuannya, harus disiapkan beberapa orang yang khusus
akan menghadapinya" "Ya" Ki Pandi mengangguk-angguk "kita akan membicarakannya dengan matang sebelum kita melangkah.
Tetapi kesediaan Ki Demang telah membesarkan hati kami. Ki
Jagabaya padukuhan Gemawang akan mengatur segala-
galanya" "Baiklah" berkata Ki Demang Rejandani "bahwa mereka
telah merampok di daerah kami, tentu menjadi kewajiban
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami untuk mencegah hal itu terulang lagi. Adalah juga tugas
kami untuk menemukan kembali barang-barang yang telah
dirampok itu. Bukan karena sebagian daripadanya adalah milik
anakku, tetapi siapapun yang mengalami, maka kami
semuanya mempunyai tugas untuk mengambilnya kembali.
Karena itu, sebelum penghuni Kademangan ini mengalami
nasib seperti orang-orang Gemawang yang telah dicengkam
oleh ketakutan karena keberhasilan para pengikut Sapa Aruh
untuk menciptakan suasana seperti itu, maka kami harus
bertindak lebih cepat"
"Ya Ki Demang" berkata Ki Pandi "jika keadaan ini
berlangsung terlalu lama, maka Gemawang dan bahkan
Kademangan Kalegen benar-benar tidak akan mampu berbuat
apa-apa lagi. Dengan demikian maka Gemawang tidak akan
pernah dapat bangkit lagi, karena pimpinan padukuhan itu
akan berada di tangan Ki Sapa Aruh, yang perlahan-lahan
tetapi pasti juga akan menguasai Kademangan Kalegen
seluruhnya. "Baiklah Ki Pandi" berkata Ki Demang Rejandani "kami
menunggu saat untuk bertindak. Kapanpun, kami sudah siap.
Tidak hanya keempat orang yang sudah dirampok itu. Aku
sendiri dan beberapa orang terkuat di Kademangan ini akan
ikut serta" Kesediaan Ki Demang itu membesarkan hati Ki Pandi.
Kesediaan ini kemudian telah diteruskan kepada Ki Kertasana
yang kemudian menyampaikannya kepada Ki Jagabaya.
"Baiklah" berkata Ki Jagabaya "kita akan segera mulai.
Tetapi sebaiknya kita bertemu langsung dan membuat
rencana-rencana yang matang dengan Ki Demang, agar kita
tidak terperosok ke dalam kesulitan karena salah paham"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah Ki Jagabaya dan Ki Kertasana serta Ki Pandi
telah pergi ke Kademangan Rejandani untuk menemui Ki
Demang dan keempat saudagar perhiasan dan wesi aji itu.
Akhirnya mereka menentukan, bahwa mereka dalam waktu
dekat akan menyerang barak Wira Sabet dan Sura Gentong di
sekitar pekan mendatang. "Kita mengalami kesulitan untuk menentukan, apakah kita
akan menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh atau tidak?" berkata
Ki Pandi "jika kita menunggu, maka dapat terjadi kesulitan
yang sulit di atasi oleh Manggada dan Laksana, karena sulit
untuk mengetahui Ki Sapa Aruh. Tetapi jika tidak menunggu
kehadirannya, maka ia akan tetap merupakan duri yang ada di
dalam daging bagi ketenangan hidup khususnya di
Gemawang" "Ki Pandi benar" berkata Ki Kertasana. Untuk hal itu, maka
sebaiknya Ki Pandi berbicara langsung dengan anak-anak itu.
Bukankah Ki Pandi dapat memasuki barak itu kapan saja?"
"Hanya di waktu malam" jawab Ki Pandi.
"Nah, jika demikian, maka nanti malam Ki Pandi dapat
membicarakannya dengan Manggada dan Laksana" berkata Ki
Kertasana yang selalu dibayangi kecemasan tentang anak dan
kemanakannya itu. Ki Pandi mengangguk mengiakan. Katanya kemudian
"Besok kita akan berbicara lagi"
Demikianlah, maka Ki Jagabaya, Ki Kertasana dan Ki Pandi
pun telah minta diri untuk kembali ke Gemawang.
Malam itu, seperti biasanya, Ki Pandi mengunjungi
Manggada dan Laksana. Ki Pandipun kemudian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceriterakan pertemuannya dengan Ki Jagabaya, Ki
Kertasana dan Ki Demang Rejandani.
"Aku sanggup menemui mereka esok dengan membawa
laporan, bagaimana menurut pendapat kalian dan Ki Carang
Aking?" "Memang rumit Ki Pandi. Kedua-duanya mengandung
kemungkinan baik tetapi juga kemungkinan buruk" jawab Ki
Carang Aking. Namun katanya kemudian "Tetapi aku condong
untuk menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh. Orang itu harus
kita hancurkan sampai tuntas. Agaknya tidak akan terlalu lama
lagi. Selebihnya, Ki Sapa Aruh tidak begitu memperhatikan
keadaan budak-budaknya, sehingga ia tidak dapat mengenali
budak-budak itu dengan baik. Karena itu maka kelebihan satu
dua orang di barak itu tidak akan menarik perhatiannya"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun agaknya ia masih
mencemaskan nasib Manggadadan Laksana. Karena itu, maka
ia pun kemudian bertanya "Seandainya sengaja atau tidak
sengaja Ki Sapa Aruh menemukan kalian disini?"
"Jika hal itu terjadi, maka apaboleh buat. Jika hidupku
harus berakhir disini. Tetapi jika aku mati, maka Ki Sapa Aruh
tentu akan mati juga" jawab Ki Carang Aking.
Ki Pandi masih mengangguk-angguk. Tetapi seandainya
terjadi demikian, maka Manggada dan Laksana masih tetap
berada dalam bahaya. Ki Carang Aking yang melihat keragu-raguan itu berkata
"Untuk mengatasi kemungkinan itu, maka sebaiknya Ki Pandi
segera mempersiapkan orang-orang yang bersedia melibatkan
diri untuk melawan para penghuni barak itu. Ki Pandi akan
membawa mereka secepat mungkin demikian diketahui Ki
Sapa Aruh itu datang"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Meskipun tetap mengandung bahaya, tetapi aku
akan menempuh jalan ini. Besok aku akan minta Ki Jagabaya
mempersiapkan segala-galanya" berkata Ki Pandi.
"Kami akan memberikan isyarat Ki Pandi" berkata
Manggada kemudian "jika kami ketahui ia berada disini di
siang hari, maka kami akan menaruh sebuah cemeti kuda di
ujung senggol timba itu. Bukankah ujung senggot itu akan
nampak dari luar dinding?"
Sambil tersenyum Ki Pandi menjawab "Dari jarak berapa
puluh langkah aku dapat berdiri paling dekat dengan barak
ini" Apakah kira-kira mata tuaku masih dapat melihat ujung
cemeti itu" Kecuali itu, apakah berarti siang dan malam aku
harus menunggui barak ini?"
Ki Carang Akingpun tertawa. Katanya "Tetapi aku
sependapat bahwa isyarat itu akan ditaruh di ujung senggot
timba itu. Jika cemeti itu terlalu kecil, maka kami akan
menaruh apa saja di ujung senggot itu"
"Bukankah ilu tidak perlu. Setiap malam aku datang kemari"
berkata Ki Pandi. "Maksudku, jika Ki Sapa Aruh datang di pagi hari. Maka
waktu yang sehari menunggu kedatangan Ki Pandi di malam
hari, tentu terlalu lama. Mungkin Ki Sapa Aruh itu sudah
sempat melakukan sesuatu disini. Sementara itu, Ki Pandi
kami mohon untuk melihat-lihat meskipun dari kejauhan di
siang hari." Ki Pandi tertawa. Katanya "Baiklah. Aku terima beban ini,
karena agaknya memang hanya aku yang dapat melakukannya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka di tengah malam dengan hati-hati Ki
Pandi pun telah keluar dari barak itu dengan meloncati dinding
sebagaimana sering dilakukannya.
Ternyata Ki Pandi yang meskipun sudah terhitung tua itu,
adalah seorang penghubung yang baik, lagi-pagi ia sudah
berbicara dengan Ki Kertasana dan Ki Cilrabawa. Ki Kertasana
kemudian berbicara dengan Ki Jagabaya dan bersama-sama
pergi ke rumah Ki Demang Rejandani dengan Ki Pandi pula.
Merekapun kemudian telah mendapatkan kesempatan,
bahwa menjelang pekan mendatang, Ki Demang, anaknya
bersama tiga orang kawannya dan beberapa orang terkuat
dari Kademangan Rejandani akan berada di hutan dekat barak
Wira Sabet dan Sura Gentong. Ki Pandi yang sudah terbiasa
berada di hutan itu akan mengatur tempat bagi mereka.
Demikian pula orang-orang padukuhan Gemawang. Mereka
juga akan berkemah di hutan itu pula.
Namun dalam pada itu. Manggada dan Laksanapun
berusaha untuk mengetahui kapan Ki Sapa Aruh akan datang
ke barak itu. Justru sehari sebelum hitungan pekan itu sampai, Ki Sapa
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aruh memang sudah berada di barak itu. Tetapi tidak sampai
setengah hari. Nampaknya ia masih sangat sibuk sehingga
sebelum matahari turun, ia sudah tidak ada lagi di barak.
Tetapi pada hari itu juga Manggada dan Laksana
mendengar dari orang-orang yang pernah dikalahkan oleh
Laksana itu, bahwa Ki Sapa Aruh akan kembali lagi dalam dua
hari mendatang. Mereka mengatakan bahwa segala sesuatu
sudah dipersiapkan untuk menyelesaikan persoalan padukuhan Gemawang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dendam Ki Sura Gentong sudah sampai ke ubun-ubun"
berkata salah seorang dari mereka.
"Apakah ia juga mengatakan kepada para pengikutnya
tentang dendam itu?" bertanya Laksana.
"Ya" jawab orang itu "isterinya telah dibunuh oleh Ki
Jagabaya. Karena itu, maka sebagai gantinya, maka ia akan
mengambil anak Ki Jagabaya itu sebagai isterinya meskipun
anak Ki Jagabaya itu masih terlalu muda"
"Itu tidak boleh terjadi" desis Laksana.
Tetapi sambil tersenyum Manggada bertanya "Yang mana
yang tidak boleh terjadi" Pembalasan dendam itu atau rencana
Sura Gentong untuk mengambil anak Ki Jagabaya?"
"Kedua-duanya" jawab Laksana.
Tetapi Laksana itupun tertawa pula.
Demikianlah, maka keterangan itupun lelah disampaikan
pula kepada Ki Pandi. Keterangan itulah yang dipergunakan
sebagai ancar-ancar kehadiran Ki Sapa Aruh di barak itu.
Dengan demikian, maka Ki Pandipun segera mempersiapkan kekuatan yang akan menyerang barak itu. Ki
Jagabaya, Ki Kertasana, Ki Citrabawa bersama beberapa orang
anak muda yang dipimpin Sampurna telah berkemah di dalam
hutan bersama Ki Demang Rejandani, anaknya dan ketiga
orang kawannya, bersama beberapa orang yang dianggap
memiliki kelebihan dan keberanian di Kademangan Rejandani,
Seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah
dikalahkan oleh Laksana, maka dua hari kemudian, Ki Sapa
Aruh benar-benar telah berada di barak itu. Tetapi Ki Sapa
Aruh tidak sendiri. Ia datang bersama seorang kawannya dan
beberapa orang pengikutnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Akingpun menjadi semakin berhati-hati. Ia telah
memberitahukan kepada kedua orang muridnya yang juga
berada di barak itu sebagai dua orang penyabit rumput.
Sambil membersihkan kuda di kandang, maka Ki Carang
Aking telah memberikan petunjuk-petunjuk kepada Manggada,
Laksana dan dua orang muridnya yang sedang memotong-
motong rumput bagi kuda-kuda yang sudah dibersihkan itu.
Untunglah, bahwa sebentar kemudian matahari turun. Ki
Sapa Aruh yang memang tidak banyak menaruh perhatian
kepada budak-budak itu tidak sempat melihat kekuatan-
kekuatan yang tersembunyi di sekitar kandang kuda itu.
Malam itu, Ki Pandi telah datang pula ke kandang. Namun
Ki Carang Aking telah memperingatkannya, bahwa malam itu
Ki Sapa Aruh telah berada di barak.
Kedele Maut 4 Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Geger Di Telaga Warna 2
Demikianlah, ketika Wisesa melihat seseorang berjalan
tergesa-gesa dan memberitahukan bahwa dua orang pengikut
Wira Sabet datang lagi ke padukuhan mereka, maka
Wisesapun telah memaksa dirinya untuk menemui keduanya.
Kedua orang itu terkejut melihat seorang anak muda
dengan sengaja menemuinya. Karena itu, maka kedua orang
itupun segera mempersiapkan diri.
Tetapi Wisesa sama sekali tidak menunjukkan niatnya untuk
melakukan perlawanan. Bahkan masih berjarak beberapa
langkah, Wisesa berhenti sambil membungkuk hormat.
"Ampun Ki Sanak" berkata Wisesa "aku tidak bermaksud
apa-apa" Kedua orang itu telah mengambil jarak. Seorang di antara
mereka bertanya dengan suara serak "Kau mau apa?"
"Ampun Ki Sanak. Aku ingin memberikan keterangan yang
mungkin berarti bagi Ki Sanak"
"Keterangan apa?" bertanya orang itu lagi. Wisesapun
memandang keadaan di sekelilingnya. Sepi. Tidak ada orang
yang turun ke jalan. "Ki Sanak" berkata Wisesa "aku ingin memberitahukan,
bahwa ada yang tidak wajar pada Manggada dan Laksana"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itu nampak terkejut. Bahkan seorang di antara
mereka telah melangkah maju mendekati Wisesa.
Sikap orang itu membuat Wisesa kelakuan. Karena itu,
maka sambil terbungkuk-bungkuk hormat ia berkata "Ampun,
Ki Sanak. A mpun. Aku bermaksud baik"
"Katakan, apa yang tidak wajar itu" bentak orang itu.
"Menurut ceritera orang, ketika Mangada, Laksana dan
Sampurna berkuda berkeliling padukuhan itu dan bertemu
dengan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong,
mereka telah berselisih dan berkelahi"
"Kau hanya menyebut namanya saja Wira Sabet dan Sura
Gentong?" geram orang itu.
"Maksudku, paman Wira Sabet dan paman Wira Gentong"
Wisesa menjadi gagap. "Teruskan" desak orang itu.
"Dalam perkelahian itu, Laksana sendiri dapat mengalahkan
ketiga orang penakut paman Wira Sabet dan paman Sura
Gentong" Wisesa meneruskan.
"Apa" Laksana mampu mengalahkan tiga orang kawan
kami?" bertanya orang itu dengan nada tinggi.
Wisesa menjadi ragu-ragu. Ia melihat seakan-akan ada
nyala api di mata kedua orang itu.
"Hanya menurut kata orang" jawab Wisesa dengan kaki
gemetar. "Setan kau geram yang seorang lagi" berani benar kau
mengatakan bahwa tiga orang kawan kami kalah oleh seorang
anak muda. He, jika kau belum tahu, dengarlah, Laksana dan
Manggada sekarang menjadi tawanan kami"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah yang ingin aku katakan" suara Wisesa menjadi
terputus-putus. Namun ia berkata selanjutnya "justru karena
Laksana memenangkan perkelahian itu, namun keduanya
menjadi tawanan. Jika benar hal itu terjadi, bukankah berarti
ada semacam permainan yang harus diperhatikan?"
Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
termangu-mangu. Sementara Wisesa yang merasa sedikit
mendapat angin meneruskan "Bukankah hal itu sangat tidak
wajar, jika benar-benar telah terjadi?"
"Kau lihat sendiri perkelahian itu?" bertanya salah seorang
dari keduanya. "Tidak, Ki Sanak, tetapi demikian kata orang. Aku mohon Ki
Sanak berhati-hati dengan kedua orang itu. Mereka benar-
benar licik. Mungkin mereka mempergunakan uang atau
benda-benda berharga lainnya untuk melakukan rencananya"
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Sementara
Wisesa berkata pula "Selain daripada itu, ternyata Sampurna
di padukuhan ini berhasil mempengaruhi beberapa orang anak
muda. Meskipun sampai saat ini jumlahnya belum begitu
banyak, tetapi semakin lama tentu akan menjadi semakin
banyak. Karena itu, sebaiknya paman Wira Sabet dan paman
Sura Gentong menjadi lebih berhati-hati"
"Anak muda" salah seorang dari kedua orang itu
menggeram sambil melangkah mendekat. Ketika orang itu
kemudian memegangi baju Wisesa, maka rasa-rasanya
jantung Wisesa terlepas dari tangkainya "Kau jangan
mengigau. Apakah kau bermaksud menakut-nakuti kami?"
"Tidak, Ki Sanak. Tidak" bukan saja suara Wisesa yang
gemetar, tetapi juga tubuhnya "sudah aku katakan. Aku
bermaksud baik. Aku berkata sebenarnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa kau sampai hati memberi tahukan kepada kami
tentang hal seperti itu" Bukankah itu berarti satu
pengkhianatan bagi kawan-kawanmu sendiri?"
Pertanyaan itu sama sekali tidak diduganya. Wajah Wisesa
menjadi pucat dan darahnya serasa berhenti mengalir.
"Kenapa?" orang itu mengguncang tubuh Wisesa "apa yang
kau kehendaki sebenarnya?"
Wisesa tidak dapat berpikir
lagi. Yang kemudian terlontar
dari mulutnya adalah "Ampun. Aku tidak berkhianat. Tetapi aku tidak
tahan mendengar gadis yang
aku inginkan selalu mengagumi Manggada dan Laksana" "O. Jadi kau dengan licik
ingin memenangkan persainganmu untuk memperebutkan seorang gadis" Kau telah memfitnah
kawan-kawanmu itu, agar kami menghukumnya" berkata orang yang memegangi baju
Wisesa itu. Sementara orang yang lain berkata "Kita bawa
anak itu. Biar ia berbicara di hadapan Manggada dan
Laksana." Wisesa menjadi semakin ketakutan. Kakinya serasa menjadi
lemah, sehingga iapun telah jatuh berlutut sambil merengek
"Ampun. Jangan bawa aku. Aku mohon ampun. Aku
bermaksud baik" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik buat siapa?" bentak orang itu. Wisesa benar-benar
telah menangis. Orang yang tinggal di sebelah jalan, telah mendengar
tangis Wisesa. Merekapun mendengar dua orang pengikut
Wira Sabet dan Sura Gentong membentak-bentak meskipun
mereka tidak dapat mendengar dengan jelas kata-kata yang
diucapkan. Namun mereka mendengar orang-orang itu
menyebut nama Manggada dan Laksana.
Namun, apapun yang terjadi, orang-orang itu tidak dapat
berbuat apa-apa. Tetapi akhirnya pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
melepaskan baju Wisesa. Ketika orang itu mendorong Wisesa,
maka anak itupun telah jatuh terlentang.
"Bangun anak cengeng" bentak orang itu.
Dengan susah payah Wisesa berusaha untuk bangkit dan
duduk di tanah, Kepalanya tunduk, sementara ia masih saja
menangis ketakutan. "Baiklah anak cengeng" berkata orang itu "kami akan
kembali ke tempat tinggal kami. Kami akan melihat kebenaran
kata-katamu. Jika kau berkata sebenarnya, kami akan
mengucapkan terima kasih kepadamu. Tetapi jika kau
berbohong, maka kaulah yang akan dihukum"
Seberkas harapan telah tumbuh lagi dihati Wisesa. ia
berharap bahwa orang itu berhasil mengetahui rahasia
Manggada dan Laksana, sehingga keduanya akan mendapat
hukuman sehingga mereka kelak tidak akan lagi dikagumi oleh
Tantri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, maka kedua orang pengikut Wira Sabet
dan Sura Gentong itupun meninggalkan padukuhan Gemawang kembali ke barak mereka.
Sementara itu, salah seorang yang tinggal di sebelah jalan
ternyata telah memberanikan diri, merayap mendekati dinding
rumahnya yang menghadap ke jalan. Ia berusaha untuk
mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang
Wira Sabet dan Sura Gentong itu dengan Wisesa.
Meskipun tidak begitu jelas, tetapi keduanya dapat meraba,
bahwa Wisesa telah mengadukan Manggada dan Laksana.
"Gila anak itu" desis orang di sebelah jalan "ia tidak
memikirkan akibatnya. Manggada dan Laksana yang telah
melakukan tindakan yang aneh itu akan dapat mengalami
perlakuan yang sangat buruk, karena mereka sengaja
menyerahkan diri justru setelah Laksana memenangkan
perkelahian melawan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong" Orang itu justru menjadi gelisah. Tetapi ketakutan yang
mencengkam jantungnya, membuatnya kebingungan. Apa
yang harus dilakukannya. "Kenapa Wisesa itu memberitahukan hal itu kepada para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" pertanyaan itu telah
membuat orang itu semakin gelisah.
Dalam kegelisahan orang itu telah pergi ke rumah
tetangganya dan menceriterakan apa yang didengarnya.
Tetapi seperti dirinya sendiri, tetangganya itu juga tidak tahu
apa yang sebaiknya dilakukan.
Bahkan tetangganya itu berkata "Manggada dan Laksana
juga gila. Kenapa ia menyerahkan dirinya jika Laksana telah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenangkan perkelahian melawan ketiga orang pengikut
Wira Sabet dan Sura Gentong"
Akhirnya keduanya memang tidak dapat berbuat apa-apa.
Sementara itu, kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong itu langsung kembali ke baraknya. Pemberitahuan
Wisesa itu telah menjadi bahan pembicaraan keduanya di
sepanjang jalan kembali ke barak mereka itu.
Ketika keduanya sampai di barak, maka keduanyapun
segera melaporkan hasil pengamatan mereka atas padukuhan
Gemawang. Namun keduanya masih belum melaporkan
pengaduan Wisesa tentang Manggada dan Laksana.
"Nampaknya segala sesuatunya masih tidak berubah"
berkata salah seorang dari mereka.
Wira Sabet dan Sura Gentong yang mendengarkan laporan
itu mengangguk-angguk. Dengan nada keras Sura Gentong
berkata "Setiap hari kita harus melihat perkembangan keadaan
di padukuhan Gemawang. Aku sudah tidak sabar lagi. Kita
tinggal menunggu Ki Sapa Aruh. Demikian ia datang, maka
kita akan segera bertindak. Semakin banyak kita memberi
kesempatan, maka Ki Jagabaya akan menjadi semakin berani.
Ia tentu mengira bahwa kita hanya banyak berbicara saja
tanpa berbuat apa-apa"
Wira Sabet mengangguk-angguk. Katanya "Sebaiknya kita
mempersiapkan diri sebaik-baiknya lebih dahulu. Demikian Ki
Sapa Aruh datang, maka kita sudah siap. Pagi, siang atau
malam kita dapat segera berangkat"
Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu
tidak lagi berkepentingan dengan pembicaraan tentang
persiapan para penghuni barak itu. Mereka akan berbicara
dengan saudara-saudara seperguruan mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka keduanyapun segera minta diri,
meninggalkan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Ternyata keduanyapun segera mencari Manggada dan
Laksana, yang dipekerjakan di kandang kuda. Namun
sebelumnya keduanya telah mengajak seorang kawannya lagi.
Bertiga mereka menemui Manggada dan Laksana di
kandang kuda. Namun sebelum mereka berbicara, orang tua
yang disebut Sampar telah diminta oleh salah seorang di
antara mereka mengambil air sambil membentak "Beginikah
caranya kalian memberi makan kuda" Jika kalian memberinya
rendeng dan dedak padi, maka airnya harus lebih banyak lagi
agar kuda-kuda itu tidak terlalu sulit menelannya. Kecuali jika
kalian memberi makan rumput segar, maka kalian tidak perlu
air" Tetapi ketika Manggada memungut kelenting untuk
mengambil air, maka orang itu membentak pula "Biar orang
tua yang malas itu. Kalian akan mendapat tugas lain"
Manggada dan Laksana termangu-mangu. Namun orang
tua itulah yang kemudian mengambil kelenting itu dan
membawanya ke sumur. Demikian orang tua itu pergi, maka salah seorang dari
kedua orang yang kembali dari padukuhan Gemawang itu
berkata "Manggada dan Laksana. Aku baru saja kembali dari
Gemawang untuk melakukan tugas-tugasku sebagaimana
biasa. Di Gemawang kami bertemu dengan seorang anak
muda yang memberitahukan kepadaku, apa yang telah terjadi
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan kalian berdua. Anak muda itu tahu benar, bahwa
kalian hanya berpura-pura saja menyerah dan kami bawa ke
barak ini" "Siapa namanya?" bertanya Manggada.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak menanyakannya. Tetapi ia anak cengeng. Ia
mengatakan bahwa ia tidak tahan mendengar seorang gadis
yang ia inginkan mengagumi kalian berdua"
"He?" Laksana dengan serta-merta bertanya "gadis yang
mana yang kau maksud?"
"Kami tidak tahu"
Namun Laksanapun tertawa. Katanya "Tentu Wisesa"
"Ia juga mengatakan bahwa Sampurna telah berhasil
meyakinkan beberapa orang anak muda untuk membantunya"
"Setan anak itu. Jadi apa yang akan kalian lakukan?"
bertanya Manggada. "Aku akan membungkamnya. Untung ia melaporkannya
kepadaku. Jika pada suatu saat ada kawan kami yang lain
mendapat laporan pula, maka itu akan sangat berbahaya.
Bukan saja bagi kami, tetapi juga bagi kalian"
Manggada masih akan menjawab. Tetapi orang itu berdesis
"Orang tua itu lelah kembali"
Manggada menarik nafas. Katanya "Kau dapat menakut-
nakutinya agar ia tidak berbicara lagi dengan siapapun. Tetapi
kau tidak usah menyakitinya"
"Besok aku masih akan pergi ke padukuhan. Tetapi pada
suatu saat, tentu orang lain yang akan pergi" berkata orang
itu, orang yang pernah dikalahkan oleh Laksana, namun yang
kemudian membawa Laksana dan Manggada. ke dalam barak
itu. Orang itu mengangguk-angguk. Namun ketika orang tua itu
mendekat, orang itu mulai membentak lagi "Cepat. Sebelum
Pideksa melihat, kandang ini harus sudah bersih"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana tidak menjawab. Tetapi keduanyapun kemudian telah mengambil sapu lidi unluk
membersihkan kandang yang sebenarnya sudah bersih.
Beberapa saat kemudian, maka ketiga orang itupun segera
meninggalkan kandang kuda itu, sementara Sampar tengah
menuang air bersih pada kotak makanan kuda.
"Aku sudah terbiasa memberi makan kuda dengan rendeng
yang dipotong lembut dengan dedak. Aku sudah terbiasa
dengan takaran air yang seharusnya. Tetapi tiba-tiba saja
orang-orang dungu itu mencoba mengajariku" berkata orang
tua itu. "Ki Carang Aking" desis Manggada "ternyata ada sesuatu
yang dikatakan orang-orang itu kepada kami"
"Apa?" bertanya orang tua yang di barak itu dipanggil
Sampar. Manggada dan Laksanapun kemudian berceritera kepada
orang tua itu, sebagaimana dikatakan oleh ketiga orang
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu.
Orang tua itu mengangguk-angguk. Katanya "Kalian
memang harus berhati-hati terhadap anak itu. Sebaiknya
kalian beritahukan kepada Ki Pandi, agar ia berhubungan
dengan Sampurna" "Mudah-mudahan Ki Pandi datang malam nanti"
Ketiganya kemudian berhenti berbicara ketika seorang
saudara seperguruan Wira Sabet datang. Seorang yang
berwajah tampan dengan senyum yang banyak nampak
menghiasi bibirnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menepuk bahu Manggada ia berkata "Kalian telah
bekerja dengan rajin disini. Kau juga telah memelihara
kudanya dengan baik. Terima kasih anak muda"
Manggada mengangguk hormat sambil menjawab "Itu
sudah kewajiban kami"
Orang itu tertawa. Katanya "Aku akan pergi sebentar.
Sediakan kudaku. Pasang pula pelananya"
Manggada dan Laksanapun kemudian menjadi sibuk.
Mereka segera mengeluarkan kuda orang ilu serta memasang
pelananya pula. Namun demikian Laksana menuntun kuda itu mendekat,
maka orang itu sambil tersenyum dan sekali lagi menepuk
bahu Manggada berkata "Membungkuklah anak muda"
Manggada menjadi bingung. Ia tidak tahu maksud orang
itu. Sekali lagi orang itu berkata "Membungkuklah disini"
Manggada tidak bertanya. Tanpa diketahui maksudnya,
Manggadapun telah membungkuk di sebelah orang itu.
Tetapi orang itu menekan punggung Manggada sambil
berkata "Terlalu tinggi. Membungkuklah seperti orang yang
merangkak" Manggada telah melakukannya pula meskipun dengan
jantung yang berdebar-debar.
Namun demikian Manggada melakukannya, maka ia merasa
kaki orang itu menapak di punggungnya.
Ternyata Manggada telah dipergunakannya alas untuk naik
kepunggung kudanya. Manggada mengumpat di dalam hati. Hampir saja ia
kehilangan kesabarannya. Namun ketika ia memandang wajah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Aking serta kedip matanya, Manggada berusaha
menahan hatinya. Namun ia masih terkejut lagi ketika orang
itu tertawa sambil menggerakkan kendali kuda. Demikian
kudanya mulai berlari, tangan orang itu telah mendorong
kepala Manggada sehingga Manggada terhuyung-huyung
beberapa langkah. Tetapi Manggada tidak jatuh terguling.
Suara tertawa orang itu masih terdengar, sementara
kudanya berlari di antara bangunan bambu di barak itu dan
kemudian hilang di belakang sudutnya.
"Orang gila" geram Manggada "hampir saja aku patahkan
lehernya" "Kau masih harus menahan diri" berkata Ki Carang Aking.
Manggada mengangguk-angguk. Sementara, Laksana bertanya kepada orang tua itu "Apakah benar bahwa yang
nampaknya selalu tersenyum itu adalah orang yang paling
garang di antara saudara-saudara seperguruan Wira Sabet
dan Sura Gentong?" Orang tua itu mengangguk. Katanya "Ya. Ia adalah orang
yang paling kasar dan paling garang. Ujud lahiriahnya ternyata
tidak menunjukkan sikap hatinya. Kita memang harus berhati-
hati terhadapnya" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka mulai
merasakan sikap yang kasar dan sama sekali tidak menghargai
orang lain itu. Namun mereka tidak dapat berbicara lebih banyak. Seorang
lagi saudara seperguruan Wira Sabet telah datang ke
kandang. Orang yang wajahnya nampak bengis dan kasar.
Manggada dan Laksanapun kemudian telah sibuk mempersiapkan kuda orang itu. Sementara orang itu berdiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja tanpa berkata sepatah katapun. Tetapi iapun tidak
berbuat apa-apa ketika Laksana menyerahkan kendali
kudanya. Demikian orang itu menerima kendali kudanya, maka iapun
segera meloncat naik dan meninggalkan kandang kuda itu.
"Ia tidak banyak berbicara" berkata Sampar.
"Seperti sebuah kedung yang airnya nampak diam. Tetapi
tentu kedung yang dalam dan barangkali terdapat beberapa
ekor buaya di dalamnya" berkata Laksana.
Sampar tertawa. Katanya "Ya. Agaknya memang demikian"
Sepeninggal orang itu, maka ketiganyapun lelah kembali ke
dalam kerja. Membersihkan kandang dan sekitarnya. Mengisi
kotak-kotak tempat makanan dan menyimpan rumput segar
sebagai persediaan. Namun setelah beberapa hari di tempat itu, maka
Manggada dan Laksanapun mengetahui pula, bahwa
segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira Sabet dan Sura
Gentong itu memang segerombolan perampok yang bergerak
di daerah yang luas. Sementara itu Ki Sapa Aruh agaknya
telah menghubungkan kelompok itu dengan kelompok-
kelompok lain yang memiliki kegiatan yang sama.
"Kita memang harus menghentikannya" berkata Ki Carang
Aking yang sehari-harinya nampak tua dan lemah itu.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
Laksanapun berkata "Tetapi apakah kita mempunyai cukup
kekuatan untuk melakukannya?"
"Nanti malam, mudah-mudahan Ki Pandi benar datang. Kita
akan menghitung kekuatan kita agar kita tidak terjebak dalam
kesulitan" berkata Ki Carang Aking.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana memang menanti datangnya malam
dengan gelisah. Rasa-rasanya waktu berjalan sangat lamban.
Apa saja sudah mereka kerjakan untuk melupakan kegelisahan
mereka. Tetapi rasa-rasanya masih saja tersisa waktu yang
panjang. Ketika senja turun, keduanya masih belum dapat
beristirahat dengan tenang. Masih ada beberapa ekor kuda
yang belum kembali ke kandangnya.
Bahkan Pideksa dan pamannya, Sura Gentong yang pergi
sejak fajar, masih juga belum kembali.
Tetapi ternyata Ki Pandi tidak menunggu sampai semua
kuda terkumpul. Ia memasuki barak tidak lama setelah malam
turun. Menurut Ki Pandi, justru saat-saat yang paling aman,
karena para peronda menganggap bahwa saat-saat seperu itu
masih belum perlu diawasi dengan ketat.
Tetapi baik Ki Pandi maupun Ki Carang Aking tidak menjadi
cemas tentang orang-orang yang belum kembali. Mereka akan
mendengar derap kaki kuda mendekati kandang sehingga
mereka sempat keluar dari bilik mereka sementara Ki Pandi
sempat bersembunyi di kolong amben jika perlu.
Sebenarnyalah bahwa Ki Pandi dan Ki Carang Aking telah
membuat perhitungan, apakah mereka akan dapat menghentikan segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira
Sabet dan Sura Gentong. "Di padukuhan ada beberapa orang yang dapat
diperhitungkan" berkata Ki Pandi.
"Berapa orang?" bertanya Ki Carang Aking.
"Ki Kertasana, ayah Manggada. Ki Citrabawa, ayah Laksana
dan sekaligus gurunya serta guru Manggada. Ki Jagabaya dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak-anaknya, Sampurna. Menurut beberapa keterangan
sebenarnya juga Ki Bekel. Tetapi Ki Bekel telah dibayangi oleh
seribu satu macam keraguan dan kecemasan. Kemudian
Manggada dan Laksana sendiri"
"Selain itu ada Ki Pandi" desis Ki Carang A king.
"Dan Ki Carang Aking" sahut Ki Pandi.
"Bagaimana dengan harimau-harimaumu itu?" bertanya Ki
Carang Aking. "Bukankah keduanya dapat membantu menakut-nakuti para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" Sambung Ki Carang
Aking dan yang kemudian berkata pula "Ada dua orang
kemanakanku disini" "Kemanakan?" bertanya Ki Pandi.
"Mereka juga menjadi budak disini sebagaimana kami"
jawab Ki Pandi "tetapi aku berharap bahwa keduanya akan
dapat membantu menghentikan kegiatan gerombolan ini"
"Sejak kapan mereka ada disini?" bertanya Manggada.
"Bersama dengan aku. Kami bertiga bersama-sama disekap
di barak ini" jawab Ki Carang Aking.
"Apakah aku pernah melihat mereka berdua?" bertanya
Laksana ragu. "Tentunya sudah. Mereka adalah anak-anak yang mendapat
tugas untuk menyabit rumput bagi kuda-kuda ini"
"Yang mana?" bertanya Laksana sambil mengerutkan
dahinya. Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kalian memang
jarang berhubungan langsung. Keduanya adalah anak-anak
cacat. Seorang nampaknya seperti kehilangan kekuatan di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
separuh tubuhnya, sedang yang lain nampaknya memang
agak kurang lengkap penalarannya"
"O" Manggada dan Laksana hampir berbareng menyahut.
Sementara itu Laksanapun berkata "Ternyata anak-anak muda
itu. Kami memang jarang berhubungan langsung. Tetapi
mereka nampak meyakinkan sekali"
"Sebagaimana angger berdua" berkata Ki Carang Aking
sambil tersenyum. Ki Pandipun tertawa pendek. Katanya "Jika demikian, kita
mempunyai harapan" "Ya" jawab Ki Carang Aking "disini kekuatan yang kami
ketahui adalah Wira Sabet dan Sura Gentong bersama empat
orang saudara seperguruannya. Ki Sapa Aruh yang mudah-
mudahan tidak menyeret orang lain lagi di dalam barak ini"
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mudah-mudahan tidak. Aku kira ia juga tidak mau disaingi
oleh orang lain yang memiliki kemampuan sejajar dengan
kemampuannya" berkata Ki Pandi.
Namun pembicaraan merekapun terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda. Lebih dari satu.
"Tentu Sura Gentong dan Pideksa" berkata Ki Carang A king.
Orang tua itupun kemudian keluar dari biliknya bersama
Manggada dan Laksana, sementara Ki Pandi tetap berada di
biliknya. Tetapi ia sudah siap untuk bersembunyi, apabila
perlu. Namun agaknya Sura Gentong dan Pideksa itu tidak sempat
berlama-lama di kandang. Nampaknya keduanya sangat letih,
sehingga keduanya ingin segera beristirahat.
Demikian Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana selesai
menyimpan kedua ekor kuda itu serta memberinya minum dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makan, maka keduanyapun segera kembali ke dalam bilik
mereka untuk meneruskan pembicaraan mereka dengan Ki
Pandi. Sebelum Ki Pandi kemudian meninggalkan bilik itu,
Manggada dan Laksana sempat memberitahukan sebagaimana
dikatakan oleh orang-orang yang bertemu Wisesa di
padukuhan Gemawang. "Sampaikan kepada Sampurna, agar ia menjadi lebih
berhati-hati" berkata Ki Carang Aking yang mengikuti
pembicaraan itu. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Untunglah bahwa
orang yang mendapat pengaduan Wisesa adalah orang-orang
yang pernah berhubungan dengan Manggada dan Laksana,
sehingga pengaduan itu tidak langsung didengar oleh Wira
Sabet dan Sura Gentong" meskipun demikian iapun berkata
pula "tetapi bagaimanapun juga hal itu akan menjadi ancaman
bagi persiapan yang dilakukan oleh orang-orang padukuhan
Gemawang. Jika pengaduannya itu tidak segera mendapat
tanggapan, mungkin Wisesa akan mengadu lagi. Kemungkinan
buruk dapat terjadi karena Wisesa mungkin akan bertemu dan
berbicara dengan orang lain"
"Aku sudah berpesan, agar kedua orang itu besok menemui
Wisesa dan mengancamnya untuk tidak berbicara lagi tentang
hal itu. Mudah-mudahan mereka berhasil menakut-nakuti
Wisesa yang hatinya memang tidak lebih besar dari biji sawi
itu" Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun Sampurna memang
harus mendapat peringatan agar menjadi lebih berhati-hati. Ki
Pandi juga harus mengingat anak-anak muda yang sedang
bersiap-siap untuk membantu Ki Jagabaya menenangkan
padukuhan mereka dari kegelisahan yang berkepanjangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandipun kemudian telah minta diri. Namun Manggada
pun berpesan "Besok kami berharap Ki Pandi untuk datang
lagi. Mungkin ada sesuatu yang dapat kami ceriterakan
tentang barak ini" "Baiklah" berkata Ki Pandi
"besok pada saat seperti ini
aku akan datang lagi. Jika
berbahaya, beri aku isyarat.
Jika besok saat seperti ini
pintu bilikmu ini terbuka lebar,
berarti aku harus menunda
beberapa saat" "Jadi kami harus menutup
pintu bilik ini jika kami
menganggap keadaan aman?"
bertanya Ki Carang Aking.
"Ya" jawab Ki Pandi.
"Tetapi bagaimana kami
dapat memberitahukan kepadamu, jika kebetulan seseorang
ada di dalam bilikku dan minta agar bilik ini ditutup?"
"Berbicaralah agak keras sehingga aku dapat mendengar
apa yang kalian bicarakan. Kecuali jika kalian bertiga dicekik
hantu disini" berkata Ki Pandi.
Mereka yang ada di bilik itupun tertawa tertahan. Namun
dalam pada itu, maka Ki Pandipun telah minta diri.
Dengan sangat berhati-hati ia telah meninggalkan barak itu.
Sepeninggal Ki Pandi, Manggada dan Laksana masih
berbincang tentang berbagai kemungkinan sambil menunggu
kedatangan beberapa orang penghuni barak itu dengan kuda-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuda mereka. Sementara Ki Carang Aking berbaring sambil
membayangkan apa yang dapat terjadi di kemudian. Apabila
kegiatan Wira Sabet dan Sura Gentong itu tidak dihentikan,
maka akibatnya akan parah bagi banyak pihak. Apalagi jika
mereka berhasil menguasai padukuhan Gemawang dengan
alasan yang telah direka-rekanya, dihubungkan dengan
dendam mereka atas orang-orang padukuhan Gemawang.
Seolah-olah mereka memang mempunyai hak yang sah untuk
melepaskan dendam mereka.
Namun mereka telah memperhitungkan kemungkinan yang
lebih jauh dari sekedar menguasai padukuhan Gemawang dan
bahkan kemudian Kademangan Kalegen. Dengan menguasai
Kademangan itu, maka mereka mempunyai landasan yang
sangat mapan bagi pekerjaan mereka yang kotor itu.
Namun dalam pada itu, telah terdengar pula derap kaki
kuda, sehingga mereka bertiga harus bangkit dan menerima
kuda yang baru datang itu. Sedangkan untuk menunggu kuda
berikutnya, maka bertiga mereka telah membagi waktu.
Seorang dari mereka harus tetap terjaga. Jika seorang di
antara saudara seperguruan Wira Sabet datang tanpa ada
yang mengetahuinya, maka kemarahan mereka akan dapat
berakibat sangat buruk bagi Sampar dan kemudian :edua
orang anak muda yang membantunya itu.
Baru setelah kuda terakhir datang, maka mereka dapat
tidur dengan nyenyak sampai dini hari.
Namun Manggada, Laksana dan Sampar telah mendapat
kesan, bahwa barak itu menjadi sibuk. Sebelum matahari naik
dua orang sudah meninggalkan barak itu dengan kudanya.
Kemudian Wira Sabet dan Pideksa. Demikian matahari naik
lebih tinggi, Sura Gentong dan saudara seperguruannya yang
berwajah tampan itu telah pergi pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampar yang tua, yang telah lebih lama berada di tempat
itu, berdesis "Kesibukan ini memang mendebarkan"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Kesibukan seperti ini adalah pertanda, bahwa mereka
menemukan sasaran. Mereka nampaknya sedang meyakinkan,
apakah malam nanti mereka dapat melakukannya"
"Melakukan apa?" bertanya Laksana.
"Perampokan" jawab orang tua itu.
Manggada dan Laksana berpandangan sejenak. Namun
keduanya tidak berbicara lagi. Mereka sudah mengerti, apa
yang kira-kira akan terjadi malam nanti.
Hari itu Sampar nampak gelisah. Menjelang tengah hari,
maka kedua orang yang menyabit rumput telah datang ke
kandang sambil membawa masing-masing sekeranjang
rumput segar. Seorang di antara keduanya berjalan dengan
sebelah kaki yang timpang. Bahkan tangan dan separuh
tubuhnya nampak lemah. Sedangkan yang lain memandang
dunia dengan penuh keheranan, meskipun umurnya sudah
sepertiga abad. Sekali-kali ia nampak tersenyum-senyum
melihat sekelilingnya. Namun kemudian wajahnya menjadi
murung. "Inilah kedua kemanakanku itu" berkata Ki Carang Aking.
Manggada dan Laksana tersenyum. Mereka yakin bahwa
keduanya adalah murid Ki Carang Aking.
Karena itu, maka Laksanapun telah mendekati orang yang
nampaknya akan terganggu syarafnya itu sambil bertanya
"Kau dapat juga menyabit rumput sekeranjang penuh?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa. Namun sebelum ia mengucapkan
sepatah katapun, Ki Carang Akingpun berkata "Mereka sudah
tahu, siapakah kalian"
Orang yang tertawa itu tiba-tiba mengerutkan dahinya,
sementara Ki Carang Aking berkata "Ia berada di tempat ini
dengan tujuan yang sama sebagaimana kita disini. Mereka
adalah anak-anak muda Gemawang. Bukankah kalian sudah
mendengar nama mereka berdua?"
Orang yang sehari-hari nampak seperti terganggu syarafnya
itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika aku harus
melakukan peranan ini sebulan lagi, maka aku benar-benar
dapat menjadi gila" Manggada dan Laksana tertawa. Sementara Ki Carang
Aking pun tersenyum sambil berkata "Kita sedang berusaha
untuk secepatnya menyelesaikan tugas kita disini"
Orang yang timpang itupun telah menjadi tegak pula sambil
berkata "Aku sudah lelah. Setiap malam aku harus memijit
kakiku yang timpang ini"
"Kita semua berpura-pura disini" berkata Ki Carang A king.
"Tetapi kedua anak muda ini lain, guru. Mereka tidak perlu
menjadi cacat. Mungkin mereka hanya berpura-pura tunduk
kepada segala perintah" berkata orang yang pura-pura cacad
itu. "Semuanya akan segera kita selesaikan" jawab gurunya.
Namun pembicaraan itupun segera terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda yang mendekat.
Demikianlah, maka kedua orang yang cacat itupun segera
meletakkan keranjang yang penuh rumput itu dan mengambil
keranjang yang kosong. Mereka harus pergi lagi ke bagian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang barak itu untuk menyabit rumput. Mereka harus
melakukan pekerjaan itu sehari penuh. Mereka hanya berhenti
di siang hari untuk makan.
Hari itu memang terasa sibuk. Satu-satu para penghuni
barak itupun kembali. Namun agaknya mereka masih harus
berbicara panjang di antara mereka.
Di sore hari, ketika Manggada dan Laksana baru saja selesai
membersihkan kuda-kuda yang baru saja dipakai, tiga orang
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong telah datang menemui
Manggada dan Laksana. Keduanya dipanggil ke sudut kandang
untuk diberi keterangan tentang pertemuan mereka dengan
Wisesa hari itu di padukuhan Gemawang.
"Kami sudah menakut-nakutinya" berkata salah seorang
dari mereka "kami mengatakan bahwa ia telah memfitnah.
Bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi terutama kawan-
kawan kami yang dikatakan telah kalian kalahkan itu"
"O" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sambil
tersenyum Laksana bertanya "Apa katanya?"
"Anak itu memang menjadi ketakutan. Bahkan hampir
pingsan. Kami memaksanya berjanji untuk tidak memfitnah
lagi. Jika sekali lagi ia berbicara tentang kekalahan para
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, maka kami akan
mengoyakkan mulutnya. "Aku kira ia benar-benar akan diam" berkata Manggada
kemudian, sementara Laksana menyambung "ia tidak akan
mempunyai keberanian untuk memperbandingkan sikap kalian
dengan kawan-kawan kalian yang lain"
"Baiklah" berkata salah seorang dari ketiga orang itu "kami
harus segera bersiap-siap untuk tugas khusus malam ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tugas khusus apa?" bertanya Manggada.
"Kami mempunyai sasaran yang sangat baik malam ini"
Manggada dan Laksanapun segera mengetahui maksud
orang itu. Dengan nada datar Manggada bertanya "Dimana?"
"Saudagar emas dan permata serta wesi aji. Tiga orang
pedagang yang membawa dagangan cukup banyak. Mereka
akan berada di rumah saudagar emas dan permata pula. Esok
pagi mereka akan bersama-sama pergi ke pesisir Utara
dengan membawa dagangannya itu. Ki Sapa Aruh telah
memerintahkan kami untuk bergerak. Kami tidak boleh
menyia-nyiakan kesempatan yang jarang ada. Empat orang
pedagang dengan dagangannya telah berkumpul. Seakan-
akan mereka memang menyediakan emas, permata dan yang
tidak kalah nilainya adalah wesi aji itu"
"Dimana rumah saudagar itu?" bertanya Manggada sambil
lalu. Orang-orang itu sama sekali tidak mencemaskan keduanya,
bahwa keduanya akan membocorkan rahasia itu, karena
keduanya tidak akan dapat keluar dari tempat itu. Karena itu
seorang di antara mereka berkata "Tidak terlalu jauh dari
tempat ini. Saudagar itu tinggal di padukuhan Rejandani
Kulon. Saudagar emas yang tinggal di Rejandani itu kebetulan
anak Ki Demang Rejandani itu sendiri"
"Kapan kalian akan berangkat?" bertanya Manggada.
"Biasanya kami lakukan tugas itu pada tengah malam,"
jawab orang itu. Manggada dan Laksana tidak bertanya lebih banyak lagi.
Sementara itu, ketiga orang itupun segera meninggalkan
mereka sebelum orang lain memperhatikannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepeninggal ketiga orang itu, maka Manggada dan Laksana
segera menghubungi Ki Carang Aking dan menceriterakan apa
yang mereka dengar dari ketiga orang pengikut Wira Sabet
dan Sura Gentong itu. "Menarik sekali" desis Ki Carang Aking "tetapi apa yang
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat kita lakukan karena kita berada disini?"
"Kita akan menceriterakan kepada Ki Pandi jika ia benar-
benar datang" desis Manggada.
Ki Carang Aking mengangguk-angguk kecil. Katanya
"Mudah-mudahan ada satu cara untuk membantu saudagar-
saudagar itu" Dengan demikian, maka yang dapat mereka lakukan
hanyalah menunggu. Namun mereka menyadari, bahwa tugas
mereka akan menjadi berat. Mereka tentu akan mendapat
perintah untuk menyiapkan tidak hanya lima atau enam ekor
kuda. Tetapi tentu lebih dari itu.
"Menjelang tengah malam, kuda-kuda itu tentu harus siap"
berkata-Ki Carang A king.
"Apakah kita dapat menyiapkan mulai sekarang?" bertanya
Laksana. "Bagaimana mungkin" jawab Manggada "bukankah kita
tidak tahu bahwa kuda-kuda itu akan dipergunakan malam
nanti?" Laksana mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian
tertawa kecil sambil berdesis "Ya. Alangkah bodohnya"
Karena itu, tidak ada yang dapat mereka kerjakan
mendahului perintah, karena hal itu akan dapat membuat para
pemimpin barak itu menjadi curiga.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika kemudian senja lewat dan malam turun, mereka
benar-benar menanti kedatangan Ki Pandi.
"Sebagaimana pesan Ki Pandi, kita harus menutup pintu"
berkata Laksana. Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Sementara itu
merekapun duduk di dalam bilik itu sambil berbicara di antara
mereka agar jika Ki Pandi berada di luar, ia dapat mendengar
bahwa tidak ada orang lain di dalam bilik itu.
Ki Pandi memang benar datang. Dari jauh ia sudah melihat
pintu tertutup. Karena itu, maka iapun dengan sangat berhati-
hati mendekati pintu yang tertutup itu.
Beberapa saat Ki Pandi memang berdiri di luar. Ia
mendengarkan pembicaraan orang-orang yang ada di dalam.
Baru ketika ia yakin bahwa tidak ada orang lain, maka iapun
telah mengetuk pintu. Tidak terlalu keras, tetapi segera
didengar oleh mereka yang ada di dalam bilik itu.
Ketika kemudian Ki Pandi duduk di dalam bilik itu, serta
pintu telah ditutup kembali, Manggada dan Laksanapun segera
menceriterakan rencana para penghuni barak itu untuk
merampok beberapa orang saudagar emas, permata serta
wesi aji yang akan berkumpul di rumah anak Ki Demang
Rejandani dan tinggal di Rejandani Kulon.
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Sebaiknya rencana itu kita gagalkan. Kita harus
membantu para saudagar itu. Kita memang tidak bersangkut-
paut dengan mereka. Jika kita tidak mendengar rencana ini,
maka kita tidak akan merasa dibebani penyesalan jika esok
kita mendengar berita tentang perampokan itu. Dan mungkin
tindak kekerasan yang lain, karena aku yakin keempat orang
saudagar itu tidak akan menyerahkan barang dagangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka yang nilainya sangat tinggi begitu saja. Kitapun tahu
bahwa saudagar keliling yang sering menempuh perjalanan
jauh biasanya memiliki kepercayaan diri serta bekal
kemampuan olah kanuragan"
"Jadi bagaimana menurut Ki Pandi?" bertanya Ki Carang
Aking. "Aku akan pergi ke Rejandani itu" berkata Ki Pandi. Lalu
katanya "Aku menduga bahwa kekuatan yang dibawa oleh
orang-orang dari barak ini cukup besar, sehingga keempat
orang itu tidak akan mampu melawan"
"Aku sependapat Ki Pandi. Tetapi sayang, bahwa aku tidak
dapat membantu, justru sebentar lagi, aku tentu akan
mendapat tugas untuk menyiapkan kuda-kuda ini"
"Baiklah. Jika demikian aku minta diri. Aku akan pergi ke
Rejandani" Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana tidak menahannya
lebih lama. Kesempatannya tidak terlalu panjang, karena
tengah malam nanti, Wira Sabet, Sura Gentong dan saudara-
saudara seperguruannya, bahkan beberapa orang pengikutnya
yang terpercaya akan merampok saudagar-saudagar itu.
Dengan sedikit petunjuk dari Manggada yang sedikit banyak
tahu arah Kademangan Rejandani, maka Ki Pandipun telah
langsung menuju ke Kademangan itu.
Tidak terlalu sulit menemukan rumah Ki Demang. Tetapi
waktu menjadi semakin sempit
Ketika Ki Pandi memasuki halaman Kademangan, maka
Kademangan itu nampaknya sudah menjadi sepi. Tidak ada
peronda di rumah itu. Tetapi ada gardu disimpang tiga, hanya
beberapa puluh langkah saja dari rumah Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Ia berjalan dengan
hati-hati mengelilingi rumah itu. Dari jarak yang agak jauh, Ki
Pandi melihat beberapa ekor kuda berada di dalam kandang,
sehingga ia percaya, bahwa di rumah itu memang sedang ada
tamu, sehingga kandang kuda yang cukup besar itu terasa
agak sempit bagi beberapa ekor kuda yang ada di dalamnya.
Tetapi Ki Pandi sudah bertekad untuk memberitahukan
rencana para perampok itu.
Karena itulah, maka Ki Pandipun kemudian kembali ke
halaman depan. Iapun naik ke pendapa dan melangkah ke
pringgitan. Perlahan-lahan ia mengetuk pintu rumah Ki
Demang. Sekali dua kali ketukan pintu itu tidak dijawab. Karena itu,
maka Ki Pandipun mengetuk lebih keras lagi.
Meskipun tidak ada jawaban, namun telinganya yang tajam
mendengar langkah-langkah di ruang dalam rumah itu. Karena
itu, maka iapun kemudian menunggu pintu itu dibuka.
Tetapi Ki Pandi tidak mendengar langkah mendekati pintu.
Beberapa saat kemudian, maka langkah-langkah itupun
seakan-akan justru menjauh dan kemudian hilang dari
pendengarannya. Tetapi tidak lama. Beberapa saat kemudian, ia justru
mendengar pintu seketenglah yang terbuka.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Ia mengerti, bahwa
pemilik rumah itu, atau bahkan mungkin tamu-tamunya,
menjadi sangat berhati-hati.
Sebenarnyalah Ki Pandipun kemudian melihat seorang yang
muncul dari pintu seketeng. Sambil melangkah ke tangga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendapa orang itu bertanya "Siapakah kau Ki Sanak. Dan
apakah keperluanmu malam-malam begini datang kemari?"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun ia menyadari,
bahwa dari seketeng sebelah yang lain, dua orang telah keluar
pula dan turun ke halaman.
Ki Pandi masih berdiri di muka pintu pringgitan. Katanya
"Ada sesuatu yang penting dan segera harus aku beri tahukan
kepada kalian. Tetapi siapakah di antara kalian putera Ki
Demang Rejandani yang menjadi saudagar emas dan
permata?" "Aku" jawab orang itu. Orang yang masih terhitung muda
dengan kumis yang tebal di atas bibirnya.
"Baiklah. Aku mohon kesempatan untuk berbicara sejenak.
Maaf, jika aku harus melakukannya dengan cepat, karena
waktunya sangat sempit" berkata Ki Pandi.
"Siapa sebenarnya kau ini?" bertanya anak Ki Demang itu.
"Itu tidak penting. Tetapi aku minta kata-kataku didengar"
berkata Ki Pandi. "Apa yang ingin kau katakan?"
Ki Pandi melangkah mendekati orang itu. Tetapi orang itu
berkata "Berdiri sajalah disitu"
"Tetapi yang ingin aku katakan ini penting bagi Ki Sanak,
karena bukan saja menyangkut barang-barang dagangan Ki
Sanak dan kawan-kawan Ki Sanak, tetapi juga keselamatan Ki
Sanak sendiri bersama dengan kawan-kawan Ki Sanak"
"Apa yang kau ketahui tentang kami" Kami tidak
mempunyai barang-barang berharga. Aku memang mengaku
anak Ki Demang. Tetapi bukan pedagang emas dan permata.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa harus kau ingkari, Ki Sanak. Tetapi siapapun Ki
Sanak, aku mohon Ki Sanak menyadari bahwa sekelompok
perampok tengah dalam perjalanan kemari. Sebaiknya Ki
Sanak membawa barang-barang berharga itu menyingkir dari
rumah ini. Sebaiknya rumah ini dikosongkan, sementara satu
dua orang pembantu di rumah ini harus diberi pesan,
bagaimana mereka menjawab pertanyaan para perampok itu"
"Ki Sanak. Jika kau sedang mengigau, sebaiknya kau tidak
berada di rumahku. Pergilah"
"Aku berkata sebenarnya Ki Sanak. Pembantu itu harus
mengatakan bahwa di rumah ini tidak ada tamu. Ki Demang
dan Nyi Demang sebaiknya juga meninggalkan rumah ini dan
berada di banjar saja bersama para peronda. Pembantu itu
dapat mengatakan bahwa Ki Demang dan Nyi Demang sedang
pergi" "Ayah dan ibuku memang tidak sedang di rumah, Ki Sanak.
Pamanku sedang menikahkan anaknya"
"Jika demikian, silahkan kalian pergi. Meskipun aku melihat
ada gardu di sebelah, namun kekuatan para perampok itu
terlalu besar untuk ditandingi"
Anak Ki Demang itu kemudian justru menggeram "Apakah
kau salah seorang dari mereka dan berusaha untuk menakut-
nakuti kami, agar kami tidak memberikan perlawanan?"
"Bukan sekedar tidak memberikan perlawanan. Tetapi aku
mohon kalian menyingkir"
"Pergilah, atau aku bahkan akan menangkapmu"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Bahkan seorang yang
berdiri di sisi lain dari pendapa itu menggeram "Orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bongkok. Kau jangan mencoba mengganggu ketenangan
kami" Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam Ternyata orang-orang
itu tidak mempercayainya. Mungkin karena ujud lahiriahnya,
maka ia dianggap orang yang kurang waras, yang tersesat di
Kademangan Rejandani. "Pergilah" berkata anak Ki Demang itu "kami malam ini
harus beristirahat sebaik-baiknya. Besok kami akan menempuh perjalanan panjang"
"Aku mohon kalian mendengarkan kata-kataku" berkata Ki
Pandi sekali lagi. "Kau orang aneh. Untuk apa sebenarnya permainan ini kau
lakukan. Apakah kau memang sedang memancing persoalan,
atau mencoba membuka kesempatan bagi gerombolanmu
untuk masuk ke dalam rumahku" Dengar Ki Sanak, sekali lagi
aku peringatkan kau agar pergi. Jika tidak, maka kami akan
menangkapmu. Malam ini juga kami akan memerintahkan
anak-anak muda untuk memanggil ayah dan mengadilimu"
Ki Pandi kehilangan harapannya untuk memberi peringatan
kepada orang-orang itu. Sebenarnya ia memang mempunyai
pamrih. Jika ia berhasil menyelamatkan emas dan permata
dan bahkan wesi aji dari saudagar-saudagar itu, maka pada
kesempatan lain, ia akan dapat minta bantuan mereka untuk
menyelamatkan padukuhan Gemawang, karena Kademangan
Kalegen nampaknya ragu-ragu menghadapi Ki Sapa Aruh.
Tetapi nampaknya usaha itu sia-sia.
Dengan kecewa Ki Pandipun kemudian melangkah turun
dari pendapa. Demikian ia berdiri di halaman, maka ia melihat
empat orang yang berada didekat pintu seketeng sebelah-
menyebelah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wira Sabetdan Sura Gentong cukup teliti memperhitungkan sasarannya. Atau barangkali atas petunjuk
Ki Sapa Aruh" berkata Ki Pandi di dalam hatinya.
Dengan hati yang berat Ki Pandi melangkah keluar dari
halaman rumah itu. Namun sebelum ia keluar dari regol
halaman, ia pun masih berkata "Aku minta kalian mengingat
peringatanku ini Ki Sanak. Jika terjadi sesuatu atas kalian,
maka kalian jangan menyesal."
Keempat orang itu tidak menjawab. Sementara itu, Ki Pandi
yang kecewa itupun melangkah keluar lewat pintu regol
halaman. "Ada juga orang gila datang malam-malam begini" berkata
salah seorang dari mereka"
"Lupakan" berkata anak Ki Demang yang berkumis itu "kita
masih mempunyai waktu untuk tidur lagi"
Tetapi seorang di antara mereka itupun berkata
"Perasaanku menjadi tidak enak. Jika orang itu tidak
mempunyai keterangan tentang yang dikatakannya itu,
apakah sebenarnya tujuannya?"
"Mungkin ia memang orang gila" desis yang lain "atau
bahkan sedang menjajagi apakah kami menjadi ketakutan"
"Sudahlah" berkata anak Ki Demang "Sudahlah. Kita tidur
saja lagi" Sementara itu waktu bergulir semakin jauh. Walaupun
menjadi semakin malam. Keempat orang itu sudah berada di
dalam rumah lagi. Keempat orang itu memang sengaja tidur di ruang dalam
bersama-sama. Ketiga orang tamu yang bermalam di rumah
itu, tidak dipersilahkan tidur di gandok, karena mereka
http://dewi-kz.info/
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama-sama menjaga barang-barang mereka yang nilainya
tinggi. Sejenak kemudian, maka ketiga orang di antara mereka
segera tertidur lagi. Yang seorang lagi masih saja merasa
gelisah. Ia tidak menjadi ketakutan. Tetapi peringatan yang
diberikan orang bongkok itu membuatnya berhati-hati. Ada
perasaan tidak enak yang menggelitik jantungnya.
Beberapa saat orang itu berbaring tanpa dapat memejamkan matanya. Karena itu maka iapun justru bangkit
dan duduk di ruang dalam. Suara-suara malam di luar dinding
rumah itu membuat malam menjadi semakin mencengkamnya.
Sementara itu, ketiga orang kawannya, termasuk anak Ki
Demang telah tertidur nyenyak. Seorang di antara mereka
justru mendengkur seirama dengan tarikan nafasnya yang
teratur. Orang itu mengerutkan dahinya ketika ia mendengar jauh
dalam keheningan malam suara derap kaki kuda. Semakin
lama menjadi semakin jelas. Tidak hanya satu dua. Tetapi di
telinganya terdengar banyak sekali.
Orang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Bahkan ia
sempat bertanya kepada diri sendiri "Apakah karena
kegelisahanku, tiba-tiba saja telingaku seakan-akan mendengar derap kaki kuda sedemikian banyaknya?"
Tetapi suara derap kaki kuda itu tidak segera lenyap.
Bahkan semakin lama menjadi semakin jelas.
Orang itu tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera
membangunkan ketiga orang kawannya yang masih tidur
nyenyak. "Ada apa?" bertanya anak Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau dengar derap kaki kuda itu?" bertanya orang yang
membangunkannya. "Kaki kuda apa?" anak Ki Demang itu memang bangkit dan
bahkan duduk dibibir amben besar di ruang dalam
"Dengarlah baik-baik" berkata orang itu.
Kedua orang yang lainpun telah duduk pula. Seorang di
antara mereka sempat berkata "Kau dibayangi oleh ceritera
orang bongkok itu" Tetapi anak Ki Demang itu justru berdesis "Ya. Aku sudah
mendengarnya" Akhirnya keempat orang itu menjadi yakin. Mereka
mendengar derap kaki kuda.
Dengan cepat keempatnya berloncatan menggapai senjata
mereka masing-masing. Anak Ki Demang mengambil tombak
di ploncongnya. Sementara seorang kawannya menjinjing
pedang panjang. Seorang lagi bersenjata sepasang tongkat
baja yang dihubungkan dengan seutas rantai yang agak
panjang. Sedangkan seorang lagi menyelipkan kerisnya yang
besar dan panjang melampaui ukuran keris kebanyakan di
punggungnya. "Apakah orang bongkok itu tidak berbohong?" desis orang
yang sejak semula sudah ragu-ragu itu.
Ketiga orang kawannya hanya terdiam. Mereka menjadi
tegang ketika suara derap kaki kuda itu menjadi semakin
dekat. Anak Ki Demang itu menggeretakkan giginya ketika ia
mendengar derap kaki kuda itu memasuki halaman rumahnya.
"Setan. Orang bongkok itu tidak berbohong. Mungkin ia
gila, tetapi ia berkata sebenarnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus bersiap menghadapinya"
Sejenak kemudian maka merekapun mendengar orang-
orang di halaman itu berloncatan turun. Mereka mendengar
langkah beberapa orang ke halaman samping, sedangkan
beberapa orang yang lain naik ke pendapa.
Sementara itu, tiga ekor kuda telah langsung berhenti di
depan gardu. Ada lima anak muda yang sedang meronda.
Namun ketika ketiga orang berkuda itu mengancam mereka,
maka mereka tidak berani berbuat apa-apa.
"Jika kalian mencoba melibatkan diri, maka kalian akan
menyesal" berkata salah seorang dari ketiga orang berkuda
itu. Kelima anak muda itu memang tidak akan dapat melawan
mereka, sehingga mereka lebih baik berdiam diri saja di dalam
gardu. Sementara itu, orang-orang yang berada di halaman rumah
Ki Demang, telah mengawasi segala pintu keluar rumah itu.
Bahkan sampai ke pintu dapur sekalipun.
Empat orang kemudian telah berdiri di depan pintu
pringgitan. Seorang di antara mereka adalah seorang yang
umurnya sudah melampaui pertengahan abad. Namun
badannya masih nampak, kuat, kekar dan tegar.
Orang itulah yang mengetuk pintu pringgitan
"Buka pintumu atau aku rusakkan. Kalian yang ada di dalam
tidak mempunyai pilihan apapun kecuali mendengarkan dan
melakukan segala perintah kami. Kami tahu, bahwa ada empat
orang yang ada di dalam. Ki Demang dan Nyi Demang sedang
pergi ke peralatan pernikahan kemanakannya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang berada di dalam rumah itu menjadi
semakin tegang. Tetapi tidak seorangpun yang membuka
pintunya. Ternyata bukan hanya pintu pringgitan saja yang diketuk.
Tetapi pintu butulan di gladri sebelah kanan juga diketuk.
Justru lebih keras. Terdengar suara lantang "Buka pintu.
Cepat" Tetapi keempat orang itu tidak membuka pintu.
Karena itu, maka orang-orang yang berdiri di depan pintu
pringgitan itu tidak sabar lagi. Mereka mulai menghentak-
hentak pintu itu semakin lama menjadi semakin keras.
Orang yang sudah berumur lebih setengah abad itu menjadi
semakin tidak sabar. Karena itu, maka dengan kekuatannya
yang melampaui takaran kekuatan wajarnya, orang itu telah
menghentakkan pintu itu, sehingga pintu dari dinding gebyog
itu pecah dan roboh ke dalam, sehingga pintu itupun
kemudian menjadi menganga.
Namun nampaknya tidak diduga sebelumnya, bahwa
dengan tiba-tiba empat orang yang ada di ruang dalam itupun
telah meloncat menyerang, sehingga orang-orang yang berdiri
di pintu itu berloncatan mundur.
Dengan kecepatan yang tinggi, keempat orang itu
berloncatan melintasi pendapa dan turun ke halaman.
Agaknya mereka memilih bertempur di halaman daripada di
pendapa. Karena di halaman mereka tidak akan terganggu
oleh tiang-tiang yang berdiri tegak membeku. Tetapi demikian keempat orang itu berdiri di pendapa, maka
beberapa orang telah menyusul mereka dan bahkan kemudian
mengepung mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang mengetuk dan kemudian merusakkan pintu itu
pun telah melangkah dan kemudian berdiri di tangga pendapa
sambil berkata "Ki Sanak. Aku tahu, kau adalah orang-orang
yang berilmu. Tetapi akupun tahu bahwa ilmu kalian masih
belum apa-apa bagiku dan bagi orang-orangku. Karena itu,
maka sebaiknya kalian menyerah saja. Jika kalian menyerah,
maka kalian akan kami perlakukan dengan baik. Tetapi jika
kalian melawan, maka nasib kalian akan menjadi lebih buruk
lagi" "Kau siapa?" bertanya anak Ki Demang.
"Orang memanggilku Ki Sapa Aruh" jawab orang itu.
Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Sementara itu
Ki Sapa Aruh itupun berkata "Kau pernah mendengar namaku"
Mungkin namaku memang belum terlalu banyak dikenal disini"
Anak Ki Demang menggeram. Ternyata ia memang pernah
mendengar nama Ki Sapa Aruh. Namun ketika tiba-tiba saja ia
berhadapan, maka hatinya memang menjadi sangat berdebar-
debar. "Nah, Ki Sanak. Marilah kita menyelesaikan persoalan kita
dengan baik. Kami bukan orang yang senang mempergunakan
kekerasan untuk tujuan apapun. Kami juga bukan orang yang
senang berselisih di antara sesama. Karena itu, marilah kita
sama-sama mengekang diri agar tidak terjadi perselisihan"
berkata Ki Sapa Aruh dengan nada yang lunak.
"Apa maksudmu?" bertanya anak Ki Demang.
"Aku datang dengan tujuan yang baik. Aku ingin
meneruskan keinginan kawan-kawan kami yang sedang
kekurangan untuk minta bantuan kalian untuk sedikit
meringankan beban hidup mereka sehari-hari. Adalah tidak
wajar jika mereka hidup dalam kekurangan dan bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir kelaparan, sementara kalian dapat hidup dengan
berlebihan" Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Dengan nada
tinggi ia menyahut "Siapa yang hidup berlebihan?"
"Tentu saja yang kami maksudkan adalah kalian. Juga para
bebahu Kademangan ini dan para saudagar kaya. Dengan
memeras orang-orang yang justru sedang membutuhkan
pertolongan, kalian mendapatkan untung yang berlebihan"
jawab Ki Sapa Aruh. "Itu tidak benar. Kami tidak hidup berlebihan. Kami
memang mencari untung dengan pekerjaan kami. Tetapi
bukankah itu wajar" Jika ada sedikit tersisa serta kesempatan
untuk hidup kecukupan itu adalah hasil kerja keras kami. Juga
para bebahu Kademangan. Sawah pelungguh yang mereka
dapatkan di dasari oleh paugeran yang berlaku dan sah.
Merekapun harus bekerja keras untuk dapat hidup dengan
layak" Tetapi Ki Sapa Aruh tertawa. Katanya "Kau dapat berkata
apa saja. Tetapi aku tahu, bahwa kalian telah mendatangi
orang-orang yang terjepit oleh satu kebutuhan. Kalian
memanfaatkan keterjepitan orang itu untuk dapat membeli
perhiasan mereka, emas dan permata dengan harga murah.
Kemudian kalian jual perhiasan itu dengan harga yang
berlipat" "Ki Sanak" jawab anak Ki Demang "apa sebenarnya yang
kalian maui. Kalian tidak perlu mengusik pekerjaan yang
memang kami lakukan dengan wajar itu. Kami tidak pernh
memaksakan kehendak kami untuk membeli atau menjual
apapun kepada kami. Kamipun tidak pernah memaksakan
harga kepada mereka yang menjual atau membeli barang-
barang dagangan kami"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Apapun alasan kalian, tetapi bagi kami, kalian
adalah sama jahatnya dengan lintah yang selalu menghisap
darah. Sekarang sudah saatnya kami minta kembali darah
yang telah kau hisap dan kau simpan sebagai harta kekayaan
yang sangat besar. Nah, berikan emas, permata dan wesi aji
yang kalian siapkan dan yang akan kalian bawa besok"
"Tidak" jawab anak Ki Demang "kalian tidak dapat
merampas milik kami. Hak kami, apapun alasannya"
"Ki Sanak. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kami
adalah orang-orang yang tidak suka kekerasan" Apalagi aku
yang sudah menjadi semakin tua. Aku ingin dapat hidup
tenang dan tenteram. Karena itu, aku minta kalian tidak
membuat persoalan yang akan dapat menimbulkan perselisihan. "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu itu Ki Sapa Aruh.
Tegasnya, aku tidak akan memberikan sebutir permatapun
kepada kalian" geram anak Ki Demang itu.
"Itulah yang tidak aku senangi. Ternyata kau adalah orang
yang keras hati, yang mencoba memaksakan tindak kekerasan
terjadi" nada suara Ki Sapa Aruhpun meninggi.
"Kau jangan berbicara dengan memutar balikkan penalaran
orang waras. Sekarang pergilah sebelum kami kehabisan
kesabaran" berkata anak Ki Demang yang mulai menjadi
pening mendengarkan kata-kata Ki Sapa Aruh.
Tetapi Ki Sapa Aruh justru tertawa. Katanya "Orang-orang
yang di kepalanya selalu dipenuhi dengan nafsu kekerasan,
tentu sulit dapat mengerti keinginanku. Tetapi baiklah.
Meskipun kami orang-orang yang tidak suka berselisih, namun
kami juga tidak ingin melepaskan landasan hidup kami. Kami
akan mewakili orang-orang miskin yang pernah kau cekik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lehernya dan kau hisap darahnya sehingga kering. Berikan
emas, permata dan wesi aji itu kepada kami"
"Tidak" jawab anak Ki Demang.
"Jika kau berkeras tidak mau memberikan emas, permata
dan wesi aji itu kepada kami, maka dengan terpaksa sekali
kami akan mengambilnya"
"Kami akan mempertahankan hak kami" jawab anak Ki
Demang. Ki Sapa Aruh itu mengerutkan dahinya. Ia sudah cukup
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panjang berbicara, sehingga kemudian iapun telah memberikan isyarat kepada orang-orangnya untuk bersiap.
Keempat orang pedagang emas, permata dan wesi aji
itupun bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Namun
mereka harus melihat kenyataan, bahwa lawan yang berdiri di
sekitarnya terlalu banyak. Sementara itu, keempat orang
itupun menyadari bahwa selain orang-orang yang ada di
sekitarnya, masih ada yang lain di halaman samping bahkan di
halaman belakang. Tetapi keempat orang itu tidak membiarkan miliknya
dirampok apapun alasannya. Bahkan yang tidak dapat diikuti
dengan nalarnya. Apa yang mereka miliki itu, menurut
pendapat mereka adalah hasil kerja keras mereka. Bukan
karena memeras, merampas atau menipu orang lain.
Karena keempat orang itu tidak mau menyerahkan milik
mereka, maka Ki Sapa Aruhpun kemudian telah memerintahkan orang-orangnya untuk segera menangkap
keempat orang itu. "Kita akan memaksa mereka melakukan sebagaimana aku
katakan" berkata Ki Sapa Aruh "mereka ternyata sama sekali
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menghargai niat kita untuk menyelesaikan persoalan ini
dengan baik-baik tanpa harus melakukan kekerasan"
Keempat orang pedagang emas dan permata itu sudah
tidak mau mendengar lagi. Justru merekalah yang lebih dahulu
menyerang, karena jumlah lawan mereka terlalu banyak,
sehingga keempat orang itu tidak ingin mendapat tekanan
lebih dahulu. Dengan demikian, maka pertempuranpun segera terjadi.
Dengan tangkasnya keempat orang pedagang emas dan
permata itu berloncatan di halaman menghadapi lawan yang
terlalu banyak. Namun dengan berani keempat orang itu bertempur.
Senjata mereka terayun-ayun dengan cepatnya menebas dan
mematuk. Ki Sapa Aruh sendiri tidak langsung turun ke arena. Bahkan
Wira Sabet dan Sura Gentong yang ikut datang ke rumah itu
masih berdiri di tangga pendapa, meskipun mereka sudah
menggenggam senjata telanjang di tangan. Tetapi Pideksa
sudah mulai terlibat dalam pertempuran itu bersama keempat
orang saudara seperguruan
Wira Sabet dan Sura Gentong, disamping beberapa orang
pengikutnya yang lain. Dalam pada itu, di atas sebatang pohon nangka yang besar,
di halaman sebelah, Ki Pandi duduk melekat pada sebatang
dahan yang besar. Oleh ketajaman penglihatannya ia dapat
menyaksikan pertempuran yang terjadi di halaman rumah Ki
Demang itu. Nyala lampu minyak di pendapa dapat sedikit
membantunya, sehingga dengan tegang Ki Pandi melihat
bahwa keempat orang saudagar itu mulai terdesak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dengan demikian Ki Pandi sempat melihat
kemampuan para penghuni barak Wira Sabet dan Sura
Gentong itu. Ki Pandipun melihat seberapa jauh tataran ilmu
saudara-saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Bahkan Ki Pandi juga dapat menilai kemampuan Pideksa, anak
Wira Sabet itu. Untuk beberapa saat pertempuran itu berlangsung.
Keempat orang saudagar itu masih bertempur dengan berani.
Meskipun mereka mulai mengalami kesulitan, tetapi mereka
sama sekali tidak menjadi gentar.
Agaknya Ki Sapa Aruh menjadi tidak sabar Karena itu, maka
iapun memberi isyarat agar Wira Sabet dan Sura Gentong
bersama dirinya sendiri segera memasuki arena.
"Kita tangkap keempat orang itu hidup-hidup. Kita memang
bukan pembunuh-pembunuh yang tidak berjantung. Kita akan
mengampuni mereka setelah kita mendapatkan apa yang kita
cari" teriak Ki Sapa Aruh yang bersama Wira Sabet dan Sura
Gentong telah menuruni arena pertempuran.
Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi keempat
orang saudagar itu benar-benar telah kehilangan kesempatan
untuk mempertahankan diri.
Sementara seisi rumah Ki Demang itu sudah terbangun.
Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Beberapa orang
membentak dengan kasar dan mengancam akan membunuh
siapapun yang berniat membantu keempat orang saudagar
itu. Sebenarnyalah keempat orang saudagar itu menyadari,
bahwa mereka tidak akan dapat minta pertolongan kepada
siapapun juga. Sehingga karena itu .maka mereka harus
menyadarkan diri kepada kemampuan mereka berempat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi mereka memang tidak dapat mengingkari kenyataan.
Semakin lama mereka menjadi semakin tidak berdaya. Apalagi
setelah Ki Sapa Aruh sendiri, Wira Sabet dan Sura Gentong
ikut dalam pertempuran. Dengan cepat kemampuan
perlawanan keempat orang saudagar itupun menyusut
Ki Pandi yang duduk di atas dahan pohon nangka
menyaksikan pertempuran itu dengan sungguh-sungguh. Ia
melihat bagaimana Ki Sapa Aruh sendiri turun di gelanggang.
Ia sempat melihat unsur-unsur gerak yang dipergunakannya,
meskipun Ki Pandi tahu, bahwa Ki Sapa Aruh dalam
pertempuran itu tidak merasa perlu untuk menumpahkan
segala macam kemampuannya.
Namun dalam pada itu, Ki Pandi dapat menilai tataran
kemampuan Wira Sabet dan Sura Gentong.
Beberapa saat kemudian, maka keempat orang saudagar itu
telah menjadi tidak berdaya. Senjata mereka tidak mampu lagi
melindungi diri mereka dengan baik.
Dalam pertempuran yang tidak terlalu lama itu, maka
keempat orang saudagar itu semuanya telah terluka.
Sementara itu, Ki Sapa Aruh dengan kemampuannya yang
tinggi benar-benar mampu menguasai keempat orang itu
bersama-sama dengan Wira Sabet Sura Gentong dan saudara-
saudara seperguruannya. "Kita tidak akan membunuh mereka" berkata Ki Sapa Aruh.
Pertempuran itupun kemudian telah terhenti. Sura Gentong
dengan garangnya telah mendorong anak Ki Demang dengan
kakinya, sehingga anak Ki Demang itu jatuh tertelungkup di
hadapanKi Sapa Aruh. Tidak ada lagi yang dapat melawan. Senjata-senjata
mereka pun telah dirampas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi yang menyaksikan berakhirnya pertempuran itu
menjadi tegang. Seorang yang bertubuh sedang, dengan
wajah yang tampan serta penampilan yang bersih serta wajah
yang cerah ternyata telah memperlakukan keempat orang
saudagar itu dengan kasar sebagaimana Sura Gentong.
Sementara itu, seorang yang berwajah bengis justru hanya
berdiri saja termangu-mangu menyaksikan sikap kawannya
itu. "Ki Sanak" berkata Ki Sapa Aruh kemudian "kami memang
bukan orang-orang yang haus darah. Sudah aku katakan,
bahwa kami ingin menghindari setiap pertengkaran, apalagi
kekerasan. Tetapi kalian telah memancing persoalan, sehingga
kekerasan telah terjadi. Nah, sekarang, agar pekerjaan kami
segera selesai, tunjukkan barang-barang simpanan kalian"
Anak Ki Demang itu tidak segera menyahut Meskipun
tubuhnya telah menjadi lemah, namun mereka masih
mencoba bertahan. Tetapi Ki Pandi terkejut, sehingga debar jantungnya terasa
menjadi semakin cepat, ketika ia melihat perlakuan orang
yang berwajah tampan itu. Demikian kasarnya dan bahkan
buas sekali. Jauh berbeda dengan kesan yang nampak pada
ujud lahiriahnya. Ki Sapa Aruh ternyata tidak mencegah perlakuan itu.
Bahkan sambil tertawa ia berkata "Nah, Ki Sanak. Aku tidak
mempunyai banyak waktu. Jika kau tidak menunjukkan benda-
benda berharga itu, maka kami dengan sangat menyesal akan
berbuat lebih jauh lagi. Kami akan membakar rumah Ki
Demang ini. Aku tidak tahu apakah nilai rumah dan isinya ini
lebih besar atau lebih kecil dari benda-benda berharga yang
kau pertahankan itu. Selebihnya, kalian akan mengalami
perlakuan yang sangat buruk. Kami minta ampun atas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekhilafan kami memperlakukan Ki Sanak tidak sebagaimana
seharusnya. Tetapi hal itu kami lakukan atas landasan
kesetiaan kami kepada orang-orang yang telah kau peras
selama ini" Akhirnya keempat orang itu memang tidak mempunyai
pilihan lain. Jika rumah itu benar-benar dibakar, maka Ki
Demang akan ikut memikul beban.
Karena itu, maka seorang di antara keempat saudagar itu
berkata kepada anak Ki Demang "Jangan libatkan Ki Demang
dalam persoalan ini"
"Maksudmu?" bertanya anak Ki Demang dengan suara
parau. "Kita terpaksa menyerahkan apa yang mereka kehendaki,
tetapi dengan janji, bahwa rumah ini tidak akan dibakar"
"Satu pikiran yang bijaksana" desis Ki Sapa Aruh "seperti
berulang kali aku katakan, kami bukan orang-orang yang tidak
berjantung. Jika apa yang kami inginkan sudah berada di
tangan kami, maka kami tidak akan berbuat lebih jauh lagi"
Anak Ki Demang itu tidak dapat mengelak lagi. Ketiga orang
kawannya memang sudah nampak terlalu letih dan kesakitan.
Tubuh mereka telah terluka sebagaimana anak Ki Demang itu
sendiri. Karena itu, maka iapun tidak dapat berbuat lain. Dengan
suara yang bergetar ia berkata "Aku akan menunjukkan
dimana dagangan kami itu kami simpan"
"Katakan" berkata Ki Sapa Aruh.
Anak Ki Demang itu berusaha untuk bangkit berdiri sambil
berkata "Aku akan menunjukkan"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi di luar dugaan, bahwa sarung pedang orang yang
berwajah tampan itu telah menghantam tengkuknya sehingga
anak Ki Demang itu jatuh terduduk.
Ki Sapa Aruh tertawa. Namun ia berkata "Biar ia
mengatakannya. Sarung pedangmu dapat membuatnya
pingsan" Anak Ki demang itu berdesah kesakitan. Sementara Ki Sapa
Aruh berkata "Katakan saja. Kau tidak usah bersusah payah
menunjukkan kepada kami. Aku tidak ingin merepotkan kau
dan kawan-kawanmu. Kalian tentu letih dan perlu beristirahat"
Hati keempat orang itu menjadi sangat sakit sebagaimana
tubuh mereka. Tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu.
Karena anak Ki Demang itu tidak segera mengatakan
sebagaimana dikehendaki oleh Ki Sapa Aruh, maka Ki Sapa
Aruh itupun melangkah mendekat sambil berdesis "Apakah
kau sengaja mengulur waktu" Kau tidak dapat mengharap
bantuan dari siapapun. Seandainya ada juga beberapa orang
anak muda yang mencoba membantu kalian, maka akibatnya
akan menjadi buruk sekali. Korban akan jatuh. Anak-anak
muda itu akan terbunuh disini tanpa mengerti kenapa mereka
harus mati. Keluarga merekalah kelak yang akan menyadari,
bahwa mereka telah menjadi tumbal kekayaan kalian.
Keluarga mereka tidak akan pernah mendapatkan imbalan
apapun dari kalian meskipun mereka mati karena mereka
mempertahankan harta-benda kalian itu"
Anak Ki Demang itu menggeram. Tetapi ia memang tidak
mempunyai pilihan. Karena itu, maka anak Ki Demang itupun berkata "Yang
kalian cari ada di sentong sebelah kiri. Dibawah gledeg bambu
tempat pakaianku" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sapa Aruh tertawa. Sambil menepuk wajah anak Ki
Demang ia berkata "Ternyata kau adalah seorang anak yang
manis. Terima kasih. Aku akan melihatnya. Tetapi aku
peringatkan, bahwa kau tidak boleh bohong. Jika kau
berbohong, maka kau bukan lagi anak yang manis. Tetapi kau
tentu anak yang nakal, yang pantas dicubit pantatnya"
Anak Ki Demang tidak menjawab. Ia memang sudah
berkata sebenarnya karena ia sama sekali tidak melihat
peluang lagi. Ki Sapa Aruhpun kemudian telah mengajak Wira Sabet dan
Sura Gentong untuk masuk ke dalam rumah itu. Sementara
itu, saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan
itu tiba-tiba saja telah menekan punggung anak Ki Demang itu
sehingga anak Ki Demang itu hampir saja jatuh terjerembab.
Ki Pandi hanya dapat menyaksikan semua itu dari
tempatnya bersembunyi. Ia tidak dapat berbuat sesuatu. Jika
ia mencampuri persoalan itu, maka keadaannya akan menjadi
semakin parah bagi keempat orang saudagar emas itu. Ia
sendiri tentu akan terikat dalam pertempuran dengan Ki Sapa
Aruh dan tentu beberapa orang akan membantu. Mungkin ia
akan dapat meloloskan diri. Tetapi keempat orang itu justru
akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang itu.
Karena itu, maka Ki Pandi hanya dapat menahan gejolak
jantung di dalam dadanya.
Sementara itu, Ki Sapa Aruh telah hilang di balik pintu
pringgitan untuk melihat dan kemudian mengambil barang-
barang yang nilainya tentu sangat tinggi.
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
0o-dw-o0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 BEBERAPA saat kemudian, maka Ki Sapa Aruh telah keluar pula lewat pintu pringgitan. Dengan wajah yang cerah ia telah memanggil Wira Sabet dan Sura Gentong. Ketiga orang itu berbicara sejenak di pintu pringgitan. Kemudian Wira Sabet memberi isyarat kepada saudara-saudara seperguruannya untuk ikut masuk ke dalam rumah itu. Namun Sura Gentong sempat berteriak kepada orang-orangnya "Jaga keempat orang itu
agar mereka tidak melarikan diri"
Ki Pandi hanya dapat melihat segala yang terjadi itu dengan
jantung yang bergejolak. Ia melihat kekerasan terjadi. Tetapi
ia tidak dapat berbuat sesuatu.
Ki Sapa Aruh dan beberapa orang yang masuk ke dalam
rumah itu segera telah keluar pula. Mereka membawa
beberapa buah peti kecil yang isinya tentu barang dagangan
yang nilainya sangat mahal. Tentu perhiasan emas dan
berlian. Bahkan mungkin beberapa buah wesi aji. Mungkin
keris dan mata tombak yang dianggap bertuah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak Ki Demang dan ketiga orang kawannya yang telah
terluka itu hanya dapat memandangi orang-orang yang telah
membawa barang dagangan mereka tanpa dapat mencegahnya. Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, Ki Sapa Aruh
itupun berkata kepada anak Ki Demang dan ketiga orang
kawannya "Terima kasih anak-anak. Ternyata kalian adalah
anak-anak yang bijaksana. Yang tahu apa yang sebaiknya
kalian lakukan. Sekali lagi kami minta maaf, jika ada tingkah
laku kami yang tidak berkenan di hati kalian"
Keempat orang itu hanya dapat menggeretakkan gigi tanpa
dapat berbuat sesuatu. Sejenak kemudian, maka terdengar isyarat. Seorang di
antara mereka telah bersuit nyaring. Getar suaranya
menyusup pepohonan dan menggetarkan udara Kademangan
itu. Isyarat itu ternyata telah disahut oleh pengikut-pengikut
mereka yang berada di luar halaman rumah Ki Demang.
Mereka yang berada di depan gardu, di simpang empat dan di
tempat-tempat lain. Dengan demikian, maka sejenak kemudian, maka Ki Sapa
Aruh dan semua pengikutnya telah berderap di atas punggung
kuda meninggalkan tempat itu. Bahkan mereka telah
membawa beberapa ekor kuda yang ada di rumah Ki Demang.
empat di antaranya adalah kuda yang telah disiapkan oleh Ki
Demang dan kawan-kawannya untuk dipergunakan di
keesokan harinya. Sejenak kemudian, maka halaman rumah Ki Demang itu
menjadi sepi. Namun hanya sebentar, karena sebentar
kemudian, beberapa orang anak muda yang berada di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gardupun telah berdatangan. Bahkan anak-anak muda yang
tidak sedang meronda tetapi telah terbangun oleh derap kaki
kuda yang berlari-lari di jalan-jalan padukuhan.
Tetapi yang mereka temui adalah anak Ki Demang serta
tiga orang kawannya yang lemah karena letih, sakit karena
luka-luka di tubuhnya serta sakit di hatinya.
Anak-anak muda itu telah membantu mereka naik ke
pendapa. Memang hanya itulah yang dapat mereka lakukan.
Orang-orang yang datang merampok rumah itu sudah pergi
jauh. Bahkan seandainya masih berada di halaman itupun,
anak-anak muda itu tentu tidak akan dapat mencegah mereka.
Anak Ki Demang yang masih kesakitan itupun kemudian
berkata kepada anak-anak muda itu "Terima kasih atas
perhatian kalian. Sekarang, pulanglah. Yang bertugas ronda,
kembalilah ke gardu-gardu perondan"
"Bagaimana dengan kalian disini?" bertanya salah seorang
di antara anak-anak muda itu.
"Tidak apa-apa. Kami dapal merawat diri kami sendiri"
Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Seorang di
antara mereka berkata "Kami minta maaf, bahwa kami tidak
dapat berbuat sesuatu pada saat yang gawat itu"
Anak Ki Demang itu mencoba tersenyum. Katanya "Aku
mengerti. Orang-orang itu benar-benar orang-orang yang
keras dan kasar" Demikianlah, anak-anak muda itupun minta diri. Sebagian
dari mereka kembali ke gardu-gardu perondaan. Yang lain
pulang ke rumah masing-masing Sedang masih ada satu dua
di antara mereka yang lelap berada di rumah Ki Demang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu. para pembantu rumah itu baru berani
keluar ketika mereka yakin, bahwa para perampok telah tidak
ada lagi di halaman rumah itu.
"Tolong, sediakan air panas buat kami" berkata anak Ki
Demang kepada seorang laki-laki separuh baya, pembantunya
"kami harus mencuci luka-luka kami"
Orang itu mengangguk sambil berdesis "Apa ada pesan
yang lain?" "Tidak" jawab anak Ki Demang itu.
Ketika pembantu rumah itu turun dari pendapa dan
melangkah masuk lewat pintu seketeng, maka mereka yang
ada di pendapa itu terkejut. Mereka melihat seorang yang
bongkok berjalan dengan ragu-ragu ke arah mereka.
Anak-anak muda yang masih berada di pendapa rumah
itupun segera berloncatan bangkit untuk mempersiapkan diri.
Namun anak Ki Demang itupun berkata "Biarlah orang itu
naik" Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Namun seorang anak
muda telah menyongsongnya dan mempersilahkannya naik.
Ki Pandipun kemudian duduk bersama anak Ki Demang,
kawan-kawannya yang letih dan kesakitan serta beberapa
orang anak muda yang masih berada di rumah itu.
"Maaf, Ki Sanak" berkata Ki Pandi "aku melihat apa yang
terjadi. Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku
memanjat pohon di halaman sebelah, sehingga aku dapat
mendengarkan sebagian dari pembicaraan kalian dengan
orang-orang yang merampok Ki Sanak berempat itu"
Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk kecil. Katanya
"Akulah yang harus minta maaf, bahwa aku tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengarkan petunjuk Kiai. Akhirnya aku harus mengalami
keadaan seperti ini"
"Ki Sanak" berkata Ki Pandi "apakah ada niat kalian untuk
melacak benda-benda yang mereka rampok itu?"
"Tentu saja niat itu ada, Kiai. Tetapi bagaimana kami dapat
melakukannya. Kami tidak dapat mengingkari kenyataan,
bahwa mereka terlalu kuat. Bahkan seandainya kami
mengerahkan kekuatan se Kademangan, sulit bagi kami unluk
dapat mengalahkan mereka. Korbanpun akan berjatuhan"
jawab anak Ki Demang. Lalu katanya pula "Aku tidak dapat
mengorbankan sedemikian banyaknya orang untuk kepentingan kami berempat. Bukan kepentingan Kademangan
ini Kiai" Ki Pandi menarik nafas panjang. Katanya "Aku menghargai
sikap Ki Sanak. Tetapi kita juga dibebani tugas untuk
menghentikan perbuatan mereka, agar dihari mendatang tidak
akan jatuh lagi korban perampokan dan mungkin kekerasan
yang dapat menimbulkan kematian"
Salah seorang di antara saudagar perluasan itu berkata
"Tetapi apa yang dapat kami lakukan, Ki Sanak" Kematian
akan berhamburan di antara anak-anak Kademangan
Rejandani. Orang tua, saudara dan isteri yang kehilangan
orang-orang yang dikasihi akan mengutuk kami berempat"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun
berkata "Bagaimana pendapat kalian, jika kami, maksudku
bukan hanya aku seorang diri, menawarkan kerja sama. Kami
memang berniat untuk menghentikan perbuatan mereka. Kami
memang tidak melihat kemungkinan lain kecuali dengan
kekerasan. Jika hal ini harus dilakukan, bukan berarti bahwa
kita adalah orang-orang yang tidak waras lagi, atau otak kita
sudah dikotori dengan impian-impian tentang perang,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuhan dan kekerasan-kekerasan serupa. Tetapi justru
kami inginkan ketenangan dan ketenteraman"
Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk. Katanya "Tetapi
bagaimanakah caranya?"
"Jika Ki Sanak berniat, kita akan dapat membicarakan
langkah-langkah yang dapat kita ambil"
"Kami memerlukan penjelasan, Kiai" sahut anak Ki Demang.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya
beberapa orang anak muda yang ada di pendapa itu. Baru
kemudian ia berkata "Ki Sanak. Jika Ki sanak bersedia, kami
akan menghubungi Ki Sanak kemudian. Tentu saja dalam
waktu yang tidak terlalu lama"
"Baiklah, Kiai. Kami akan menunggu. Tetapi sekali lagi kami
nyatakan, bahwa kami berempat tidak ingin mengorbankan
banyak orang hanya untuk memperoleh barang-barang kami
itu kembali. Betapapun tinggi nilai barang dagangan kami,
tetapi tentu tidak akan setinggi nilai nyawa seseorang"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku sangat
menghormati sikap Ki Sanak. Tetapi baiklah, sekarang aku
minta diri. Jika Ki Sanak bertiga bersedia untuk sementara
tinggal bersama disini, pada saat lain aku akan dapat
menghubungi kalian utuh berempat. Tentu saja jika tidak ada
keberatan apapun" "Baik Kiai" jawab salah semang kawan anak Ki Demang itu
"kami akan tinggal disini. Tetapi tentu saja tidak untuk waktu
yang terlalu lama" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Tentu. Aku akan
segera kembali jika segala sesuatunya sudah menjadi jelas"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandi yang bongkok itupun kemudian telah minta diri.
Keempat orang saudagar itu memandanginya dari pendapa.
Ketika mereka akan bangkit berdiri, Ki Pandi berkata
"Sudahlah. Duduk sajalah. Kalian harus segera mengobati
luka-luka kalian. Apakah kalian sudah mempunyai obatnya?"
"Sudah Kiai" jawab anak Ki Demang "Ayah mempunyai
persediaan beberapa jenis obat-obatan"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun orang bongkok
itupun segera melintasi halaman dan hilang di balik regol.
Di sisa malam menjelang fajar, Ki Carang Aking yang
dipanggil Sampar di barak itu, Manggada dan Laksana menjadi
sibuk. Mereka harus menerima dan merawat kuda-kuda yang
semalam dipergunakan untuk merampok di Kademangan
Rejandani. Dua orang penyabit rumput dan bahkan beberapa
orang kawannya telah diminta untuk membantunya. Terutama
kuda-kuda para pemimpin barak itu. Wira Sabet, Sura
Gentong, Pideksa dan saudara-saudara seperguruan Wira
Sabet yang ada di barak itu. Namun ternyata di-antara mereka
tidak terdapat Ki Sapa Aruh. Ternyata disisa malam itu Ki Sapa
Aruh tidak ikut memasuki barak itu.
Tetapi Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana menjadi
berdebar-debar ketika mereka melihat Wira Sabet, Sura
Gentong dan Pideksa membawa beberapa peti kecil. Di
antaranya agak panjang. Dengan demikian, maka mereka
menduga, bahwa perampokan itu telah berhasil.
Ketika mereka sempat berbicara, Manggada berdesis
"Apakah Ki Pandi terlambat?"
Ki Carang Aking mengangguk kecil. Katanya "Mungkin.
Mungkin sekali Ki Pandi terlambat. Mudah-mudahan nanti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam Ki Pandi datang kemari. Kita akan mendapatkan
keterangan tentang perampokan itu"
Betapapun keinginan Manggada dan Laksana mendesak,
tetapi mereka memang harus menunggu untuk mendengar
keterangan Ki Pandi secepatnya malam nanti.
Tetapi mereka masih dapat mengharapkan ceritera dari
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang pernah
dikalahkan oleh Laksana di padukuhan Gemawang.
Sampai fajar, Manggada, Laksana, Ki Carang Aking serta
beberapa orang penyabit rumput masih sibuk di kandang
kuda. Baru ketika langit menjadi terang, mereka sempal duduk
beristirahat. Tetapi mereka sudah tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke pembaringan.
Namun yang mereka harapkan itupun datang, bahwa lebih
cepat dari dugaan mereka. Tiga orang pengikut Wira Sabet
yang pernah dikalahkan oleh Laksana itupun datang ke
kandang. Seorang dari mereka berkata "Hari ini, dua orang di
antara kami akan bertugas di Gemawang. Apakah kalian ada
pesan untuk anak muda yang cengeng itu?"
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian Manggada menggeleng sambil menjawab
"Tidak. Tidak ada pesan khusus. Tetapi amati anak itu agar
tidak berusaha menemui kawan-kawan kalian yang lain. Kalian
harus selalu menakut-nakutinya agar anak itu benar-benar
diam" Keduanya mengangguk. Tetapi yang seorang kemudian
bertanya "Jika kami tidak menemuinya di jalan-jalan
padukuhan?" Manggadapun kemudian memberikan ancar-ancar rumah
Wisesa. Katanya "Jika perlu, cari anak itu di rumahnya"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata orang itu sambil beranjak pergi. Tetapi
Manggada sempat bertanya sambil lalu "Bagaimana tugas
kalian semalam?" "Kami berhasil baik" jawab orang itu.
"Apakah kalian semalam pergi bersama Ki Sapa Aruh?"
bertanya Manggada. "Ya" jawab orang itu.
"Apakah Ki Sapa Aruh tidak kembali ke barak ini?" bertanya
Laksana. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Ki Sapa Aruh
langsung pergi ke tempat lain. Ia masih mempunyai tugas
penting yang harus dilakukan"
"Kapan ia akan datang kemari?" bertanya Manggada pula.
"Aku tidak tahu. Tetapi di pekan mendatang, nampaknya Ki
Sapa Aruh akan lebih lama berada di tempat ini. Agaknya
persoalan padukuhan Gemawang sudah akan di tanganinya
dengan sungguh-sungguh. Apalagi mengingat perkembangan
di padukuhan itu pada saat terakhir, yang agaknya sudah
dilaporkan oleh Ki Wira Sabet dan Sura Gentong kepada Ki
Sapa Aruh" "Jadi selama ini persoalannya masih belum di tangani
dengan sungguh-sungguh?"
"Belum. Selama ini Ki Sapa Aruh masih mempunyai
persoalan penting yang harus diselesaikan. Nampaknya
persoalan itu sudah selesai sekarang, sehingga menurut
pembicaraannya dengan Wira Sabet dan Sura Gentong yang
sempal aku dengar, Gemawang dan Kademangan Kalegen
baru akan di tangani dengan sungguh-sungguh"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Sementara orang itu berkata "Bukankah selama ini kami baru
berusaha menakut-nakuti dan mematangkan keadaan" Namun
dalam suasana yang berkembang sebagaimana kami
kehendaki, maka justru telah terjadi perubahan yang
berlawanan dari kehendak kami. Sebelum keadaan itu
berkembang lebih buruk, sementara Ki Sapa Aruh sudah
mempunyai kesempatan, maka persoalan Gemawang dan
Kalegen akan segera diselesaikan"
Manggada tidak bertanya lagi. Demikian pula Laksana.
Sementara Sampar pura-pura tidak mendengarkan pembicaraan itu. Ia masih menyibukkan diri dengan kuda-kuda
di kandang. Terutama kuda putih, justru karena pemiliknya
orang yang sangat keras dan kasar.
Namun, sepeninggal orang-orang itu, maka Manggada dan
Laksana telah duduk bersama Ki Carang Aking di belakang
kuda. Ternyata mereka telah membicarakan keterangan
ketiga, orang pengikut Wira Sabet itu.
"Kita harus berbicara dengan Ki Pandi secepatnya" berkata
Ki Carang Aking "mudah-mudahan nanti malam ia benar-benar
datang. Persoalannya tidak dapat ditunda-tunda lagi"
"Kita hanya dapat menunggu" sahut Manggada. Namun
kemudian katanya "Tetapi menilik keberhasilan perampokan
semalam, maka menurut pendapatku, Ki Pandi akan datang
nanti malam. Ki Pandi tentu akan memberi penjelasan tentang
usahanya yang gagal itu"
Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Katanya "Banyak
yang dapat kita ketahui disini. Tetapi ternyata gerak kami
sangat terbatas. Rasa-rasanya aku ingin mengikuti Ki Pandi
untuk dapat lebih banyak bergerak"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Aking akan keluar dari barak ini?" bertanya
Laksana. Ki Carang Aking mengerutkan dahinya. Namun kemudian
sambil tersenyum ia berkata "Tidak. Untuk sementara aku
akan tetap bersama disini"
Dalam pada itu, Ki Pandi yang sudah berada di rumah Ki
Kertasana menceriterakan apa yang telah dilakukannya
semalam. Bahkan ia lelah gagal mencegah perampokan atas
keempat orang saudagar perhiasan emas, berlian dan bahkan
juga wesi aji. "Tetapi aku telah menawarkan kerja sama dengan mereka
jika mereka ingin melacak perhiasan dan wesi aji yang berhasil
dirampok itu" berkata Ki Pandi
"Apakah mereka bersedia?" bertanya Ki Citrabawa.
"Nampaknya mereka mempertimbangkannya. Yang tidak
mereka inginkan adalah jika mereka harus mengorbankan
orang lain untuk mengambil kembali barang dagangan mereka
itu" Ki Kertasana dan Ki Citrabawa mengangguk-angguk.
Dengan dahi yang berkerut Ki Kertasana bertanya "Apakah
mereka bersedia melakukannya bersama kita. Kita bukan
sekedar bersedia berkorban untuk mengambil perhiasan yang
dirampas itu. Tetapi kita mempunyai kepentingan sendiri"
"Itulah yang ingin aku tawarkan kepada mereka" jawab Ki
Pandi. "Apakah mereka berempat memiliki bekal yang cukup untuk
melakukannya?" bertanya Ki Citrabawa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut pengamatanku, mereka mempunyai ilmu yang
tinggi. Tetapi malam itu mereka menghadapi terlalu banyak
lawan, sehingga mereka tidak dapat mempertahankan diri"
"Jika demikian, sebaiknya kita segera menghubungi mereka
untuk menyusun rencana selanjutnya" berkata Ki Citrabawa
pula. "Kita hubungi Ki Jagabaya"
berkata Ki Kertasana. Orang-orang padukuhan Gemawang itupun harus berpacu dengan waktu. Karena
itu, maka Ki Kertasanapun segera menghubungi Ki Jagabaya untuk membuat rencana lebih jauh. "Baiklah Ki Kertasana" berkata
Ki Jagabaya "kita memang harus
segera berbuat sesuatu. Sementara kita sudah berhasil
menghimpun beberapa orang
anak muda. Memberikan sedikit bekal bagi mereka, jika
mereka benar-benar akan memasuki barak Wira Sabet dan
Sura Gentong" Sampurna yang ikut menemui Ki Kertasana itupun berkata
"Kami sudah siap, Ki Kertasana. Sementara Manggada dan
Laksana sudah berada di dalam barak itu. Jika kita terlalu lama
menunggu, maka aku mencemaskan keadaan Manggada dan
Laksana. Jika orang-orang di barak itu tahu, bahwa Manggada
dan Laksana sengaja memasuki barak itu, maka keselamatan
keduanya akan terancam"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata Ki Kerusana "jika kita menganggap bahwa
keadaan sudah memungkinkan, maka kita akan dapat segera
bergerak. Kita tidak akan menunggu mereka datang ke
padukuhan ini karena dengan demikian keadaan padukuhan
ini akan menjadi ajang pertempuran. Orang-orang Wira Sabet
dan Sura Gentong itu mungkin akan menimbulkan kerusakan
yang besar. Bukan saja atas bangunan-bangunan, tetapi
mungkin juga atas para penghuni padukuhan ini. Apalagi jika
mereka terdesak" Ki Jagabayapun mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki
Kertasana telah menceriterakan pula tentang keempat orang
saudagar yang nampaknya akan bersedia bergabung dengan
mereka. Demikianlah, maka mereka sependapat, bahwa mereka
harus segera bertindak agar keadaan padukuhan mereka dan
bahkan Kademangan mereka tidak menjadi semakin muram
sehingga tata kehidupan tidak dapat dikendalikan dengan
sewajarnya. Dalam pada itu, pada hari itu juga, dua orang pengikut Wira
Sabet dan Sura Gentong telah dalang ke padukuhan.
Kedatangan mereka seperti biasa menimbulkan kecemasan
dan ketakutan. Beberapa orang yang berada di luar halaman,
segera masuk dan menutup pintu regol halaman rumah
mereka. Namun tidak diselarak sebagaimana selalu mereka
lakukan. Kedua orang itu selain menyusuri jalan padukuhan, ternyata
mereka sempat singgah pula di rumah Wisesa. Seperti pesan
Manggada dan Laksana, maka keduanya berusaha untuk
menakut-nakuti Wisesa, agar ia tidak lagi berusaha untuk
mempersoalkan keberadaan Manggada dan Laksana di barak
Wira Sabet dan Sura Gentong.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Wisesa benar-benar menjadi ketakutan, sehingga
anak muda itu agaknya tidak akan mengucapkannya lagi
kepada siapapun juga. Karena jika alasan keberadaan
Manggada dan Laksana yang sebenarnya diketahui, yang akan
mengalami bencana bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi
juga ketiga orang yang telah membawanya masuk.
Sementara itu Ki Jagabaya dan Sampurna benar-benar telah
mempersiapkan rencana untuk justru datang ke barak Wira
Sabet dan Sura Gentong. Sampurna hari itu juga telah
menghubungi anak-anak muda yang telah menyatakan
kesediaannya untuk membantunya membebaskan padukuhan
mereka dari bayangan kegarangan Wira Sabet dan Sura
Gentong. Ketika kemudian malam turun, maka seperti yang
diharapkan, maka Ki Pandi telah mengunjungi Manggada dan
Laksana. Ki Carang Akingpun telah ikut terlibat pula dalam
pembicaraan yang sungguh-sungguh tentang berbagai hal
yang menyangkut rencana Ki Jagabaya untuk justru
menyerang barak itu lebih dahulu.
"Empat orang saudagar itu akan aku hubungi pula. Jika
mereka menyatakan kesediaan mereka, maka kita akan segera
mulai" "Nampaknya perhiasan dan wesi aji yang dirampas itu
memang dibawa kemari" berkata Ki Carang Aking "dengan
demikian, maka jika kita berhasil, maka keempai orang
saudagar itu akan mendapatkan barang-barang mereka yang
harganya sangat tinggi itu kembali"
Namun dalam pada itu, Manggadapun telah mengatakannya pula, bahwa agaknya Ki Sapa Aruh telah
berniat untuk dengan bersungguh-sungguh menangani
persoalan padukuhan Gemawang dan Kademangan Kalegen.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nampaknya tugas-tugas yang lain akan dikesampingkan.
Perkembangan terakhir di padukuhan Gemawang agaknya
tidak sejalan dengan rencana Wira Sabet dan Sura Gentong.
"Baiklah, Ki Pandi" berkata Ki Carang Aking "Ki Pandi
agaknya harus semakin sering mengunjungi kami disini"
"Bukankah hampir setiap malam aku datang kemari"
"Lebih dari setiap malam" desis Ki Carang Aking.
"Jadi maksudmu juga di siang hari?" bertanya Ki Pandi pula.
"Tidak. Itu akan sulit dilakukan. Maksudku, jika perlu satu
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam dua kali. Mungkin tentang hasil sebuah pembicaraan
harus segera kami dengar atau sebaliknya" berkata Ki Carang
Aking. Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian katanya "Jika
saja aku masih semuda Manggada dan Laksana"
Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kenapa bukan aku
yang mencoba membantu Ki Pandi keluar masuk barak ini"
"Itu lebih berbahaya" Manggadalah yang menyahut "setiap
saat orang-orang di barak ini memerlukan kita. Pagi, siang,
malam dan kapan saja mereka kehendaki tanpa mengenal
waktu. Saat mereka akan pergi dan saat mereka kembali"
Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Dengan nada rendah
ia berdesis "Aku tidak terbiasa mengungkung diri seperti ini.
Aku terbiasa terbang kesana kemari menuruti keinginan
sepasang kakiku ini"
Tetapi Ki Pandi segera menyahut "Siapa yang mengikatmu
disini" Ki Sapa Aruh?"
Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Ya. Ki Sapa Aruh"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mengeluh karena kau telah membawa beban yang kau
letakkan sendiri dipundakmu" berkata Ki Pandi.
Ki Carang Aking bahkan tertawa. Katanya "Aku tidak
mengira bahwa keterkaitanku akan menjadi berlama-lama
seperti ini. Tetapi aku agaknya dapat mengharap, bahwa aku
akan segera dapat meninggalkan penjara ini, setelah kalian
datang" Ki Pandipun tersenyum keluar dari penjara ini "Demikianlah,
maka sejak hari itu, Ki Jagabaya di Gemawang telah
meningkatkan segala persiapan meskipun dengan diam-diam.
Sementara Ki Pandi lelah menghubungi lagi anak Ki
Demang Rejandani yang telah dirampok habis-habisan oleh Ki
Sapa Aruh dan para pengikutnya.
"Tidak akan ada korban yang sia-sia" berkata Ki Pandi "jika
orang-orang Gemawang terlibat dalam hal ini, sama sekali
tidak ada hubungannya dengan perhiasan dan wesi aji yang
dirampok itu. Tetapi karena orang-orang Gemawang
mempunyai kepentingan sendiri. Selama ini mereka berada
dalam bayangan kekuatan orang-orang yang telah merampok
kalian disini" Bukan saja anak Ki Demang Rejandani yang menemui Ki
Pandi. Tetapi Ki Demang sendiri ikut menemuinya dan bahkan
Ki Demang itulah yang menjawab "Ki Sanak. Kami akan
bekerja sama dengan Ki Sanak. Persoalannya bukan sekedar
mereka merampok anakku. Tetapi perampokan itu telah
melanggar hak atas orang-orang Kademangan Rejandani.
Karena itu, bukan saja anakku dan ketiga orang saudagar
kawan-kawannya itu yang akan melibatkan diri. Tetapi aku
dan beberapa orang terpilih dari Kademangan ini. Menurut
keterangan anakku, kelompok perampok itu adalah kelompok
yang sangat kuat. Karena itu, maka tanpa kerja sama dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pihak lain, Kademangan ini agaknya juga akan mengalami
kesulitan" Namun Ki Pandipun telah berterus terang, bahwa orang-
orang padukuhan Gemawang dan bahkan Kademangan
Kalegen dibayangi oleh ketakutan. Nampaknya terhadap
orang-orang Gemawang dan Kalegen yang lebih berbicara
adalah justru dendam diliati Wira Sabet dan Sura Gentong.
"Kami sedang mencari sisa-sisa keberanian di hati anak-
anak mudanya" berkata Ki Pandi.
Ki Demang Rejandani itu mengangguk-angguk. Katanya
"Kami dapat mengerti, Ki Sanak. Jika setiap hari mereka selalu
ditakuti dengan segala macam cara, maka lambat laun,
mereka benar-benar kehilangan keberanian"
"Beruntunglah bahwa kami masih menemukan kekuatan
yang tersimpan di padukuhan Gemawang sehingga kami
masih dapat merencanakan satu langkah yang mungkin
sangat berbahaya" berkata Ki Pandi. Namun kemudian kalanya
pula "Apalagi yang dihadapi adalah Ki Sapa Aruh"
Ki Demang mengerutkan dahinya. Kalanya "Nama itu
memang dapat menggelutkan jantung. Tidak ada orang yang
dapat melawannya. Karena itu untuk membatasi kemampuannya, harus disiapkan beberapa orang yang khusus
akan menghadapinya" "Ya" Ki Pandi mengangguk-angguk "kita akan membicarakannya dengan matang sebelum kita melangkah.
Tetapi kesediaan Ki Demang telah membesarkan hati kami. Ki
Jagabaya padukuhan Gemawang akan mengatur segala-
galanya" "Baiklah" berkata Ki Demang Rejandani "bahwa mereka
telah merampok di daerah kami, tentu menjadi kewajiban
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami untuk mencegah hal itu terulang lagi. Adalah juga tugas
kami untuk menemukan kembali barang-barang yang telah
dirampok itu. Bukan karena sebagian daripadanya adalah milik
anakku, tetapi siapapun yang mengalami, maka kami
semuanya mempunyai tugas untuk mengambilnya kembali.
Karena itu, sebelum penghuni Kademangan ini mengalami
nasib seperti orang-orang Gemawang yang telah dicengkam
oleh ketakutan karena keberhasilan para pengikut Sapa Aruh
untuk menciptakan suasana seperti itu, maka kami harus
bertindak lebih cepat"
"Ya Ki Demang" berkata Ki Pandi "jika keadaan ini
berlangsung terlalu lama, maka Gemawang dan bahkan
Kademangan Kalegen benar-benar tidak akan mampu berbuat
apa-apa lagi. Dengan demikian maka Gemawang tidak akan
pernah dapat bangkit lagi, karena pimpinan padukuhan itu
akan berada di tangan Ki Sapa Aruh, yang perlahan-lahan
tetapi pasti juga akan menguasai Kademangan Kalegen
seluruhnya. "Baiklah Ki Pandi" berkata Ki Demang Rejandani "kami
menunggu saat untuk bertindak. Kapanpun, kami sudah siap.
Tidak hanya keempat orang yang sudah dirampok itu. Aku
sendiri dan beberapa orang terkuat di Kademangan ini akan
ikut serta" Kesediaan Ki Demang itu membesarkan hati Ki Pandi.
Kesediaan ini kemudian telah diteruskan kepada Ki Kertasana
yang kemudian menyampaikannya kepada Ki Jagabaya.
"Baiklah" berkata Ki Jagabaya "kita akan segera mulai.
Tetapi sebaiknya kita bertemu langsung dan membuat
rencana-rencana yang matang dengan Ki Demang, agar kita
tidak terperosok ke dalam kesulitan karena salah paham"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah Ki Jagabaya dan Ki Kertasana serta Ki Pandi
telah pergi ke Kademangan Rejandani untuk menemui Ki
Demang dan keempat saudagar perhiasan dan wesi aji itu.
Akhirnya mereka menentukan, bahwa mereka dalam waktu
dekat akan menyerang barak Wira Sabet dan Sura Gentong di
sekitar pekan mendatang. "Kita mengalami kesulitan untuk menentukan, apakah kita
akan menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh atau tidak?" berkata
Ki Pandi "jika kita menunggu, maka dapat terjadi kesulitan
yang sulit di atasi oleh Manggada dan Laksana, karena sulit
untuk mengetahui Ki Sapa Aruh. Tetapi jika tidak menunggu
kehadirannya, maka ia akan tetap merupakan duri yang ada di
dalam daging bagi ketenangan hidup khususnya di
Gemawang" "Ki Pandi benar" berkata Ki Kertasana. Untuk hal itu, maka
sebaiknya Ki Pandi berbicara langsung dengan anak-anak itu.
Bukankah Ki Pandi dapat memasuki barak itu kapan saja?"
"Hanya di waktu malam" jawab Ki Pandi.
"Nah, jika demikian, maka nanti malam Ki Pandi dapat
membicarakannya dengan Manggada dan Laksana" berkata Ki
Kertasana yang selalu dibayangi kecemasan tentang anak dan
kemanakannya itu. Ki Pandi mengangguk mengiakan. Katanya kemudian
"Besok kita akan berbicara lagi"
Demikianlah, maka Ki Jagabaya, Ki Kertasana dan Ki Pandi
pun telah minta diri untuk kembali ke Gemawang.
Malam itu, seperti biasanya, Ki Pandi mengunjungi
Manggada dan Laksana. Ki Pandipun kemudian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceriterakan pertemuannya dengan Ki Jagabaya, Ki
Kertasana dan Ki Demang Rejandani.
"Aku sanggup menemui mereka esok dengan membawa
laporan, bagaimana menurut pendapat kalian dan Ki Carang
Aking?" "Memang rumit Ki Pandi. Kedua-duanya mengandung
kemungkinan baik tetapi juga kemungkinan buruk" jawab Ki
Carang Aking. Namun katanya kemudian "Tetapi aku condong
untuk menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh. Orang itu harus
kita hancurkan sampai tuntas. Agaknya tidak akan terlalu lama
lagi. Selebihnya, Ki Sapa Aruh tidak begitu memperhatikan
keadaan budak-budaknya, sehingga ia tidak dapat mengenali
budak-budak itu dengan baik. Karena itu maka kelebihan satu
dua orang di barak itu tidak akan menarik perhatiannya"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun agaknya ia masih
mencemaskan nasib Manggadadan Laksana. Karena itu, maka
ia pun kemudian bertanya "Seandainya sengaja atau tidak
sengaja Ki Sapa Aruh menemukan kalian disini?"
"Jika hal itu terjadi, maka apaboleh buat. Jika hidupku
harus berakhir disini. Tetapi jika aku mati, maka Ki Sapa Aruh
tentu akan mati juga" jawab Ki Carang Aking.
Ki Pandi masih mengangguk-angguk. Tetapi seandainya
terjadi demikian, maka Manggada dan Laksana masih tetap
berada dalam bahaya. Ki Carang Aking yang melihat keragu-raguan itu berkata
"Untuk mengatasi kemungkinan itu, maka sebaiknya Ki Pandi
segera mempersiapkan orang-orang yang bersedia melibatkan
diri untuk melawan para penghuni barak itu. Ki Pandi akan
membawa mereka secepat mungkin demikian diketahui Ki
Sapa Aruh itu datang"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Meskipun tetap mengandung bahaya, tetapi aku
akan menempuh jalan ini. Besok aku akan minta Ki Jagabaya
mempersiapkan segala-galanya" berkata Ki Pandi.
"Kami akan memberikan isyarat Ki Pandi" berkata
Manggada kemudian "jika kami ketahui ia berada disini di
siang hari, maka kami akan menaruh sebuah cemeti kuda di
ujung senggol timba itu. Bukankah ujung senggot itu akan
nampak dari luar dinding?"
Sambil tersenyum Ki Pandi menjawab "Dari jarak berapa
puluh langkah aku dapat berdiri paling dekat dengan barak
ini" Apakah kira-kira mata tuaku masih dapat melihat ujung
cemeti itu" Kecuali itu, apakah berarti siang dan malam aku
harus menunggui barak ini?"
Ki Carang Akingpun tertawa. Katanya "Tetapi aku
sependapat bahwa isyarat itu akan ditaruh di ujung senggot
timba itu. Jika cemeti itu terlalu kecil, maka kami akan
menaruh apa saja di ujung senggot itu"
"Bukankah ilu tidak perlu. Setiap malam aku datang kemari"
berkata Ki Pandi. "Maksudku, jika Ki Sapa Aruh datang di pagi hari. Maka
waktu yang sehari menunggu kedatangan Ki Pandi di malam
hari, tentu terlalu lama. Mungkin Ki Sapa Aruh itu sudah
sempat melakukan sesuatu disini. Sementara itu, Ki Pandi
kami mohon untuk melihat-lihat meskipun dari kejauhan di
siang hari." Ki Pandi tertawa. Katanya "Baiklah. Aku terima beban ini,
karena agaknya memang hanya aku yang dapat melakukannya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka di tengah malam dengan hati-hati Ki
Pandi pun telah keluar dari barak itu dengan meloncati dinding
sebagaimana sering dilakukannya.
Ternyata Ki Pandi yang meskipun sudah terhitung tua itu,
adalah seorang penghubung yang baik, lagi-pagi ia sudah
berbicara dengan Ki Kertasana dan Ki Cilrabawa. Ki Kertasana
kemudian berbicara dengan Ki Jagabaya dan bersama-sama
pergi ke rumah Ki Demang Rejandani dengan Ki Pandi pula.
Merekapun kemudian telah mendapatkan kesempatan,
bahwa menjelang pekan mendatang, Ki Demang, anaknya
bersama tiga orang kawannya dan beberapa orang terkuat
dari Kademangan Rejandani akan berada di hutan dekat barak
Wira Sabet dan Sura Gentong. Ki Pandi yang sudah terbiasa
berada di hutan itu akan mengatur tempat bagi mereka.
Demikian pula orang-orang padukuhan Gemawang. Mereka
juga akan berkemah di hutan itu pula.
Namun dalam pada itu. Manggada dan Laksanapun
berusaha untuk mengetahui kapan Ki Sapa Aruh akan datang
ke barak itu. Justru sehari sebelum hitungan pekan itu sampai, Ki Sapa
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aruh memang sudah berada di barak itu. Tetapi tidak sampai
setengah hari. Nampaknya ia masih sangat sibuk sehingga
sebelum matahari turun, ia sudah tidak ada lagi di barak.
Tetapi pada hari itu juga Manggada dan Laksana
mendengar dari orang-orang yang pernah dikalahkan oleh
Laksana itu, bahwa Ki Sapa Aruh akan kembali lagi dalam dua
hari mendatang. Mereka mengatakan bahwa segala sesuatu
sudah dipersiapkan untuk menyelesaikan persoalan padukuhan Gemawang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dendam Ki Sura Gentong sudah sampai ke ubun-ubun"
berkata salah seorang dari mereka.
"Apakah ia juga mengatakan kepada para pengikutnya
tentang dendam itu?" bertanya Laksana.
"Ya" jawab orang itu "isterinya telah dibunuh oleh Ki
Jagabaya. Karena itu, maka sebagai gantinya, maka ia akan
mengambil anak Ki Jagabaya itu sebagai isterinya meskipun
anak Ki Jagabaya itu masih terlalu muda"
"Itu tidak boleh terjadi" desis Laksana.
Tetapi sambil tersenyum Manggada bertanya "Yang mana
yang tidak boleh terjadi" Pembalasan dendam itu atau rencana
Sura Gentong untuk mengambil anak Ki Jagabaya?"
"Kedua-duanya" jawab Laksana.
Tetapi Laksana itupun tertawa pula.
Demikianlah, maka keterangan itupun lelah disampaikan
pula kepada Ki Pandi. Keterangan itulah yang dipergunakan
sebagai ancar-ancar kehadiran Ki Sapa Aruh di barak itu.
Dengan demikian, maka Ki Pandipun segera mempersiapkan kekuatan yang akan menyerang barak itu. Ki
Jagabaya, Ki Kertasana, Ki Citrabawa bersama beberapa orang
anak muda yang dipimpin Sampurna telah berkemah di dalam
hutan bersama Ki Demang Rejandani, anaknya dan ketiga
orang kawannya, bersama beberapa orang yang dianggap
memiliki kelebihan dan keberanian di Kademangan Rejandani,
Seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah
dikalahkan oleh Laksana, maka dua hari kemudian, Ki Sapa
Aruh benar-benar telah berada di barak itu. Tetapi Ki Sapa
Aruh tidak sendiri. Ia datang bersama seorang kawannya dan
beberapa orang pengikutnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Carang Akingpun menjadi semakin berhati-hati. Ia telah
memberitahukan kepada kedua orang muridnya yang juga
berada di barak itu sebagai dua orang penyabit rumput.
Sambil membersihkan kuda di kandang, maka Ki Carang
Aking telah memberikan petunjuk-petunjuk kepada Manggada,
Laksana dan dua orang muridnya yang sedang memotong-
motong rumput bagi kuda-kuda yang sudah dibersihkan itu.
Untunglah, bahwa sebentar kemudian matahari turun. Ki
Sapa Aruh yang memang tidak banyak menaruh perhatian
kepada budak-budak itu tidak sempat melihat kekuatan-
kekuatan yang tersembunyi di sekitar kandang kuda itu.
Malam itu, Ki Pandi telah datang pula ke kandang. Namun
Ki Carang Aking telah memperingatkannya, bahwa malam itu
Ki Sapa Aruh telah berada di barak.
Kedele Maut 4 Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Geger Di Telaga Warna 2