Pencarian

Sejuknya Kampung Halaman 7

Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja Bagian 7


"Ia bukan saja mempunyai penglihatan dan pendengaran
yang tajam, tetapi penggraitanya melampaui panggraita
seekor kuda" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Aku akan
segera keluar dari barak ini. Tetapi kita harus membuat
persetujuan. Kapan sebaiknya, kami akan menyerang barak
ini" "Jangan tertunda-tunda" jawab Ki Carang Aking "jika kalian
memang sudah siap, maka sebaiknya kalian melakukan
serangan itu" "Besok, saat fajar menyingsing, kami akan memasuki barak
ini. Kami sudah mendapat keterangan dari kalian tentang
kekuatan yang ada, sehingga kami dapat memperhitungkan
kekuatan yang kami miliki"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi perlu diperhitungkan. Ki Sapa Aruh tidak datang
sendiri. Ia datang dengan seorang kawannya yang mungkin
juga berilmu tinggi serta empat orang pengikutnya. Agaknya
mereka termasuk kepercayaan Ki Sapa Aruh untuk
memperkuat kedudukannya disini jika pada saatnya ia akan
memasuki padukuhan dan tentu selanjutnya Kademangan
Kelegen" berkata Ki Carang A king selanjutnya.
Ki Pandi mengangguk- angguk. Katanya "Baiklah. Kami akan memperhitungkan
kembali kekuatan yang ada
pada kami" "Hati-hatilah Ki Pandi" berkata Ki Carang Aking kemudian. Demikianlah, dengan sangat berhati-hati Ki
Pandi keluar dari dinding barak
itu. Ia sudah terbiasa melakukannya. Tetapi justru
karena Ki Sapa Aruh ada di
barak itu, maka Ki Pandi harus
menjadi lebih berhati-hati.
Ketika Ki Pandi berada diperkemahan di hutan sebelah
barak itu, maka iapun telah memberitahukan kehadiran Ki
Sapa Aruh. "Manggada dan Laksana tidak perlu memasang isyarat di
ujung senggot timba. Sebenarnya akupun cemas, bahwa
isyarat itu akan dapat memanggil kecurigaan kepada orang-
orang yang ada di dalam barak itu" berkata Ki Pandi pula.
Malam itu juga Ki Jagabaya dan Ki Demang Rejandani
memutuskan untuk menyerang perkemahan itu esok saat fajar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyingsing. Karena itu, maka merekapun segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Mereka harus benar-benar
siap untuk berperang sebagaimana sekelompok prajurit yang
turun ke medan. Menurut perhitungan Ki Pandi, maka kekuatan yang ada di
perkemahan itu akan dapat mengatasi kekuatan yang ada di
dalam barak. Meskipun demikian Ki Pandi itupun memperingatkan, "Namun bagaimanapun juga kita harus
menganggap bahwa kita akari berhadapan dengan lawan yang
sangat tangguh. Di dalam barak itu tinggal orang-orang yang
sudah terbiasa melakukan kekerasan. Bahkan hidup mereka
sehari-hari memang diwarnai oleh kekerasan. Suasana yang
sangat berbeda dengan suasana hidup kita sehari-hari. Apalagi
Ki Sapa Aruh dan kepercayaannya. Mereka nampaknya
memiliki kelebihan dari kebanyakan penghuni barak itu. Selain
mereka masih ada saudara-saudara seperguruan Wira Sabet
dan Sura Gentong" "Baik Ki Pandi" berkata Ki Jagabaya "kita sudah sepakat
untuk bertempur dalam satu kekuatan. Mungkin ada di antara
kita yang mempercayakan segala kemampuan kita secara
pribadi. Tetapi pada dasarnya kita akan bertempur bersama-
sama. Karena itu, maka jika perlu kita akan bertempur dalam
kelompok-kelompok kecil tergantung pada lawan yang akan
kita hadapi, karena agaknya sulit bagi kita untuk dapat
memilih lawan" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku sependapat.
Kita akan bertempur dalam satu kebulatan kekuatan"
"Di dalam barak itu ada Manggada dan Laksana" berkata Ki
Kertasana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" sahut Ki Pandi "selain mereka masih ada tiga orang
yang dapat membantu kita. Seorang tua yang berilmu tinggi
bersama dua orang muridnya"
"Bagaimana mereka dapat berada disana" Apakah mereka
dapat dipercaya?" bertanya Ki Jagabaya.
"Mereka sengaja menyusup sebagaimana Manggada dan
Laksana. Tetapi tentu dengan cara yang berbeda. Agaknya Ki
Carang Aking memang membayangi Ki Sapa Aruh" jawab Ki
Pandi. "Tetapi bagaimana kita mengisyaratkan kepada mereka
yang ada di dalam barak itu, bahwa kita akan menyerang
mereka esok saat fajar menyingsing?" bertanya Ki Demang
Rejandani. "Bukankah aku baru saja dari barak itu" Meskipun belum
pasti, tetapi aku sudah mengisyaratkan bahwa besok saat
fajar menyingsing kita akan menyerang perkemahan itu.
Meskipun demikian, biarlah nanti aku memberitahu isyarat lagi
kepada mereka" "Ki Pandi akan memasuki barak itu lagi?" bertanya Ki
Demang. "Tidak. Itu tidak perlu. Biarlah kedua ekor harimauku
memberitahu isyarat itu esok menjelang lajar"
"Harimau?" bertanya Ki Demang dan Ki Jagabaya hampir
berbareng. Ki Pandi mengerutkan keningnya. Ia tidak sengaja ingin
menyebut kedua ekor harimaunya. Namun di luar sadarnya, ia
sudah mengatakannya. Karena itu, maka iapun menjawab "Ya.
aku memelihara dua ekor harimau yang dapat membantuku
dalam keadaan yang khusus. Besok, aku juga akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawanya. Tetapi mereka tidak akan melibatkan diri jika
aku tidak memberikan perintah"
Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Tetapi ia masih juga
bertanya "Apakah kedua ekor harimau itu tidak dapat salah
menyerang kawan sendiri?"
"Aku sendiri harus mengendalikannya" jawab Ki Pandi.
Demikianlah, maka keputusan itu telah disampaikan kepada
semua orang yang berada di perkemahan itu. Merekapun telah
mendapat penjelasan, siapakah yang akan mereka hadapi.
Cara yang akan mereka pergunakan dalam pertempuran itu,
sehingga karena itu, maka Ki Jagabayapun berkata "Seperti
yang sudah aku katakan kita tidak akan berpencaran.
Seandainya kita memecah kelompok ini, maka kita harus
masih tetap berada di dalam kelompok-kelompok meskipun
lebih kecil. Kita harus menyadari, bahwa orang-orang yang
ada di barak itu secara pribadi memiliki kemampuan dan
bahkan kebiasaan untuk melakukan kekerasan. Namun dalam
pada itu, kita berbekal tekad untuk memberantas kejahatan
sebagaimana sering mereka lakukan. Dengan menghancurkan
mereka, maka kita akan menghentikan kejahatan-kejahatan
yang akan mereka lakukan kemudian"
Demikianlah, maka Ki Jagabayapun telah menasehatkan
kepada orang-orang yang berada di perkemahan itu untuk
beristirahat. Besok pagi-pagi mereka harus sudah bergerak ke
barak itu. Sementara itu, Ki Jagabaya telah menunjuk orang-orang
yang khusus untuk menyiapkan perbekalan bagi mereka.
Termasuk persediaan makan. Beberapa orang ditugaskan
untuk mengambil makanan yang dipersiapkan di padukuhan.
Meskipun jaraknya cukup jauh, tetapi itu adalah cara yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling baik untuk tidak menarik perhatian, karena mereka
tidak dapat menyiapkannya di perkemahan.
Tugas mereka yang mempersiapkan makan dan minum itu
tidak kalah beratnya dari tugas yang dibebankan kepada
mereka yang akan memasuki barak Wira Sabet dan Sura
Gentong itu. Malam itu, mereka yang akan turun ke medan masih
sempat beristirahat meskipun tidak terlalu lama. Karena di dini
hari, mereka harus sudah bangun dan mempersiapkan diri
sebaik-baiknya. Karena tugas-tugas kekerasan seperti itu bukannya
kebiasaan mereka, maka beberapa orang memang menjadi
tegang. Di dinginnya dini hari, keringat mereka sudah mulai
membasahi pakaian mereka.
Tetapi sikap Ki Jagabaya, Ki Demang Rejandani, Ki
Kertasana, Ki Citrabawa dan beberapa orang yang lain cukup
meyakinkan, sehingga ketegangan beberapa orang itupun
menjadi agak mengendor. Menjelang fajar, maka Ki Jagabaya masih sempat
memperingatkan orang-orang yang siap bergerak itu. untuk
memeriksa senjata mereka. Di pertempuran yang akan terjadi,
senjata-senjata itu jangan mengecewakan. Bahkan beberapa
orang telah membawa senjata rangkap. Disamping sebilah
pedang, ada yang masih membawa keris atau pisau belati
yang panjang. Anak-anak muda Gemawang, yang belum berpengalaman
telah mendapat petunjuk bahwa lawan mereka mungkin akan
mempergunakan senjata yang tidak biasa mereka jumpai.
Mungkin tongkat besi, kapak, rantai baja dan bahkan mungkin
senjata lontar seperti paser dan cakram.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Ki Jagabaya pun telah memperingatkan
mereka agar mereka tidak mencoba untuk bertempur seorang-
seorang. Namun Ki Kertasanapun kemudian berkata "Meskipun kalian
harus berhati-hati, tetapi tidak semua orang yang berada di
barak itu memiliki kemampuan bertempur. Mungkin mereka
nampak garang, tetapi mereka tidak mempunyai otak yang
cukup baik untuk membuat perhitungan-perhitungan yang
mapan di pertempuran. Karena itu, maka kalianpun jangan
sampai kehilangan perhitungan. Jika perlu jangan segan-segan
menjauhi lawan yang memang tidak terlawan. Kalian tidak
sendiri dalam pertempuran itu"
Ketika langit menjadi kemerah-merahan, maka Ki Pandi
meninggalkan perkemahan itu untuk memanggil kedua ekor
harimaunya. Kemudian diperintahkannya kedua ekor harimau
itu mendekati barak dan memberikan isyarat dengan auman
mereka yang memang agak berbeda dengan aum harimau
kebanyakan. Namun hanya orang-orang tertentu sajalah yang
dapat membedakannya. Sementara itu, seperti biasa Ki Carang Aking, Manggada
dan Laksana telah berada di kandang saat warna fajar mulai
nampak di langit. Sementara kedua murid Ki Carang Aking
telah menyiapkan keranjang mereka yang biasa mereka
pergunakan untuk menyabit rumput. Namun mereka tidak
segera meninggalkan kandang. Mereka sudah mendapat
penjelasan dari Ki Carang Aking, bahwa pagi itu akan terjadi
sesuatu yang mungkin akan menentukan keberadaan barak
itu. "Kita menunggu isyarat" berkata Ki Carang Aking.
"Isyarat apa yang akan diberikan oleh Ki Pandi?" desis
Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin mereka langsung datang menyerang" jawab Ki
Carang Aking. Namun dalam pada itu, maka tiba-tiba saja mereka
mendengar aum harimau tidak terlalu jauh dari barak itu. Aum
harimau yang berbeda dengan aum harimau liar yang berada
di hutan itu. Ki Carang Aking yang mengenal suara harimau itupun
berdesis "Aum harimau itu. Nampaknya Ki Pandi benar-benar
akan datang" Namun yang mendengar suara itu bukannya hanya Ki
Carang Aking, kedua muridnya, Manggada dan Laksana saja.
Tetapi aum harimau yang mempunyai ciri tersendiri itu juga
didengar oleh Ki Sapa Aruh.
Ki Sapa Aruhpun kemudian memanggil seorang kawannya
yang datang bersamanya serta Wira Sabet dan Sura Gentong.
Demikian mereka datang, maka Ki Sapa Aruh itupun segera
bertanya "Kalian dengar aum harimau itu?"


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wira Sabet dan Sura Gentong termangu-mangu sejenak.
Mereka memang tidak begitu menghiraukannya. Namun
kawan Ki Sapa Aruh yang datang bersamanya itu langsung
berkata "Apakah orang bongkok itu ada disini?"
"Maksudmu?" bertanya Sura Gentong.
"Apakah di antara orang-orang yang bekerja untukmu disini
terdapat orang bongkok?" bertanya Ki Sapa Aruh.
"Maksud Ki Sapa Aruh, budak-budak itu?" bertanya Sura
Gentong. "Ya" jawab Ki Sapa Aruh.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sura Gentongpun kemudian bertanya kepada Pideksa yang
juga telah hadir pula disitu "He, apakah di antara budak-budak
itu terdapat orang bongkok?"
Pideksa menggeleng sambil berdesis "Tidak paman. Tidak
ada orang bongkok di barak ini"
Tetapi Ki Sapa Aruh yang tertarik oleh aum harimau itu
berkata "Aku ingin melihat orang-orangmu yang ada di barak
ini" "Maksud Ki Sapa Aruh?" bertanya Pideksa.
"Kumpulkan semua orang. Aku ingin melihat mereka
seorang demi seorang" jawab Ki Sapa Aruh.
Pideksa tidak segera mengerti maksud Ki Sapa Aruh. Karena
itu Ki Sapa Aruh itupun menjelaskan "Semua orang yang kau
sebut budak-budak itu harus dikumpulkan sekarang. Mereka
semua tentu sudah bangun dan mulai melakukan tugas
mereka sendiri-sendiri"
"Lakukan Pideksa" berkata Wira Sabet "perintahkan satu
dua orang untuk memanggil kawan-kawannya. Jangan ada
yang terlampaui seorangpun"
"Baik ayah" jawab Pideksa yang kemudian turun ke
halaman. Dipanggilnya seorang yang disebutnya budak yang sudah
mulai menyapu halaman. Dengan ketakutan budak yang sedang menyapu halaman
itu melangkah mendekat sambil merunduk-runduk.
"Panggil semua kawan-kawanmu. Ingat, semua budak-
budak yang ada di barak ini. Dari mereka yang setiap hari
mengisi jambangan pakiwan, mereka yang menumbuk padi,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka yang menyabit rumput, mereka yang memelihara dan
merawat kuda dan semua orang yang lain"
"Baik, baik anak muda" jawab orang itu.
"Lakukan beranting supaya lebih cepat. Dengar, perintah ini
datang dari Ki Sapa Aruh. Karena itu, maka harus kau lakukan
dengan sebaik-baiknya"
Orang yang menyapu halaman itupun segera berlari-lari
memanggil semua orang yang dianggap budak-budak di barak
itu. Yang seorang meneruskan panggilan itu kepada yang lain
tanpa ada yang terlampaui.
Di kandang kuda, Ki Carang Aking menjadi berdebar-debar.
Ia sadar, bahwa Ki Sapa Aruh tentu menaruh kecurigaan
terhadap sesuatu. "Tentu aum harimau itu" desis Ki Carang A king.
"Apakah Ki Sapa Aruh dapat mengenali suara harimau itu?"
bertanya Manggada. "Ki Sapa Aruh adalah orang yang memiliki pengalaman dan
pengenalan di dunia olah kanuragan secara luas. Ia tentu
sudah mendengar tentang seorang bongkok yang dapat
mengendalikan sepasang harimau meskipun mungkin Ki Pandi
sendiri belum mengenal Ki Sapa Aruh selain isyarat tentang
pribadinya" sahut Ki Carang Aking yang nampak lebih
bersungguh-sungguh. "Ki Pandi memang pernah menyebut Ki Sapa Aruh sebagai
seorang yang berilmu sangat tinggi" sahut Manggada.
"Nah, agaknya Ki Pandi tidak memperhitungkan bahwa
isyaratnya itu dapat memanggil perhatian Ki Sapa Aruh" desis
Ki Carang Aking. Namun katanya kemudian "tetapi kita tidak
usah cemas. Sebentar lagi Ki Pandi dan orang-orang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyertainya itu akan datang. Sekarang, marilah kita ikut
terkumpul dengan orang-orang yang disebutnya budak-budak
itu" Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, di halaman
depan barak itu, orang-orang yang disebutnya budak-budak
itu telah berkumpul. Di antara mereka memang terdapat
Manggada, Laksana, Ki Carang Aking dan kedua orang
muridnya. Yang ikut menjadi berdebar-
debar adalah ketiga orang
pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong yang telah membawa
Manggada dan Laksana memasuki barak itu. Jika akhirnya Manggada dan Laksana dapat dikenali kemampuannya oleh Ki Sapa
Aruh, maka ketiga orang itu
tentu akan mengalami kesulitan pula. Tetapi untuk mengenal orang-orang yang disebut budak itu, Ki Sapa Aruh memerlukan waktu. Ketika ia mulai
menuruni tangga bangunan induk barak itu, maka Ki Jagabaya
lelah mulai bergerak. Sekali lagi Ki Jagabaya memperingatkan
anak-anak muda Gemawang yang berhasil di gelitik untuk
bangkit itu, agar mereka bertempur dalam kelompok-
kelompok kecil sehingga mereka akan dapat saling membantu.
Ki Carang Aking yang tua itu berdiri di deret paling belakang
dari antara orang-orang yang disebut budak-budak itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara Ki Sapa Aruh mulai mengenali orang-orang yang
disebut budak-budak itu seorang demi seorang.
Ki Carang Aking memang menjadi tegang. Jika Ki Pandi
datang terlambat, maka mungkin sekali ia harus mengambil
sikap tersendiri. Ki Sapa Aruh termasuk orang yang tidak
dapat ditawar lagi sikapnya. Ia akan dapat bertindak tanpa
menunggu otaknya sempat membuat pertimbangan- pertimbangan lain. Dalam pada itu, langitpun menjadi semakin merah. Di
halaman barak itu, Ki Sapa Aruh memanggil orang-orang yang
telah berkumpul itu seorang demi seorang.
Para penghuni barak itu memperhatikan sikap Ki Sapa Aruh
dengan tegang. Mereka menyaksikan, bagaimana Ki Sapa
Aruh menyentuh, menekan dada dan punggung seseorang,
kemudian mengguncang bahu dan pundaknya.
Dua tiga orang sudah lewat. Tetapi tidak ada orang yang
mencurigakan. Sementara itu, yang disebut orang bongkok
itupun tidak ada pula di antara mereka.
Tetapi Ki Sapa Aruh ingin melihat semua orang yang
dikumpulkan itu sampai orang yang terakhir.
"Jika orang bongkok itu tidak ada di antara mereka, tentu
orang lain yang sengaja disusupkan di antara para budak itu"
berkata Ki Sapa Aruh kepada kawannya yang berdiri
disampingnya ikut melihat kemungkinan-kemungkinan yang
tersembunyi pada budak-budak itu.
Sementara itu Wira Sabet dan Sura Gentong serta saudara-
saudara seperguruannya memperhatikan pengamatan Ki Sapa
Aruh itu dengan saksama. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima, enam dan sepuluh orang telah dilampaui. Sementara
itu, langitpun menjadi semakin terang. Bayangan sinar
matahari mulai menyeruak keremangan fajar.
Dalam pada itu, Ki Jagabaya dan kawan-kawannya telah
merayap semakin dekat. Mereka mendekati barak tidak dari
arah depan. Tetapi mereka berusaha mendekati pintu butulan.
Ki Pandi yang paling mengenal barak itu, berada di paling
depan bersama Ki Jagabaya. Mereka berusaha untuk
menghindari penglihatan para penghuni barak yang bertugas
berjaga-jaga untuk mencapai jarak yang sependek-pendeknya.
Para penghuni barak itu memang agak lengah. Mereka
merasa tempat mereka itu tidak diketahui oleh siapapun
kecuali penghuni barak itu sendiri. Setiap orang yang sudah
berada di dalam barak itu tidak akan pernah dapat keluar lagi.
Dengan demikian, maka Ki Pandi dan Ki Jagabaya berhasil mendekati pintu butulan pada dinding di sisi
sebelah kiri dari lingkungan
barak yang tertutup itu. Namun ketika keduanya memberikan isyarat bagi kawan-kawannya yang kemudian mendekati sambil
berlari-lari, maka kehadiran
mereka telah menarik perhatian seorang penghuni
barak itu yang sedang bertugas mengawasi pintu butulan itu. Meskipun pengawasan mereka lebih banyak ditujukan untuk menjaga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar tidak ada budak yang melarikan diri, namun hiruk-pikuk
di luar dinding telah memaksanya untuk dengan segera
memanjat tangga panggungan di sebelah pintu butulan itu.
Orang itupun terkejut ketika ia melihat sekelompok orang
telah berada di depan pintu butulan. Dengan serta-merta,
orang itupun berteriak memberitahukan bahwa barak mereka
telah diserang. "Sekelompok orang berusaha memecahkan pintu butulan
dari luar" teriak orang itu.
Teriakan itu didengar oleh penghuni barak yang lain, yang
ikut pula berteriak memberitahukan serangan itu.
Sementara itu, langit sudah menjadi terang. Cahaya
matahari mulai nampak di bibir awan yang tipis yang
dihanyutkan angin pagi. Teriakan itu benar-benar mengejutkan seisi barak. Ki Sapa
Aruh yang sedang sibuk itupun terkejut pula. Kepada
kawannya ia berkata "Tentu orang bongkok itu"
"Ya" jawab kawannya "Agaknya ia ingin membunuh
dirinya." "Lanjutkan pekerjaan yang menjemukan ini. Aku akan
melihat, apakah benar orang bongkok itu datang. Jika ia
benar-benar mencampuri persoalanku, maka aku akan
menyelesaikannya sekarang. Hati-hati, tentu ada orang-
orangnya yang disusupkan di antara budak-budak ini"
Kawan Ki Sapa Aruh itu mengangguk. Sementara itu, Ki
Sapa Aruhpun telah mengajak Wira Sabet dan Sura Gentong
untuk pergi ke pintu butulan.
"Biar Pideksa membantumu disini. Yang lain akan pergi
bersamaku" berkata Ki Sapa Aruh.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sapa Aruhpun segera meninggalkan tempat itu bersama
Wira Sabet dan Sura Gentong. Dua orang saudara
seperguruan merekapun ikut pula bersama mereka, sedangkan yang lain menunggui kawan Ki Sapa Aruh yang
sedang melihat budak-budak yang ada di halaman itu seorang
demi seorang. Ki Carang Aking yang berdiri di deret paling belakang
bersama dua orang muridnya serta Manggada dan laksana
menarik nafas panjang. Meskipun demikian, mereka masih
harus memperhitungkan kawan Ki Sapa Aruh yang tentu
terhitung orang berilmu tinggi pula.
Seorang demi seorang yang diamatinya telah lepas tanpa
menimbulkan kecurigaan. Sentuhan tangannya pada pusat
dan simpul-simpul syaraf sama sekali tidak menimbulkan getar
yang menarik perhatiannya.
Namun menjelang orang-orang yang terakhir membuat Ki
Carang Aking menjadi semakin berdebar-debar. Ia harus
mengambil satu sikap, jika ternyata orang itu dapat
menyentuh dengan kesadaran perabanya, kemampuan Ki
Carang Aking itu. Menjelang orang terakhir sebelum kawan Ki Sapa Aruh itu
memanggil Ki Carang Aking, maka Ki Carang Aking menggamit


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Manggada dan Laksana serta memberi isyarat kepada kedua
orang muridnya. Dalam pada itu, Ki Jagabaya dan kawan-kawannya ternyata
telah mampu memecahkan pintu butulan. Dengan sepotong
kayu yang cukup besar, mereka beramai-ramai menghantam
pintu itu dari luar. Ketika mereka menghantamkan sepotong
kayu itu untuk yang ketiga kalinya, maka pintu itupun pecah
dan butulan itupun menganga lebar-lebar.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jagabaya dan kawan-kawannya itupun kemudian telah
menyusup memasuki pintu butulan itu. Namun demikian
mereka berada di dalam, maka merekapun terhenti. Ki Sapa
Aruh, Wira Sabet, Sura Gentong dan saudara-saudara
seperguruannya yang menyertainya, telah berdiri menghadang
bersama para pengikutnya. Orang-orang yang nampaknya
kasar dan keras dengan senjata di tangan mereka masing-
masing. Anak-anak muda Gemawang yang datang bersama Ki
Jagabaya itu memang menjadi berdebar-debar. Mereka mulai
memperhatikan senjata-senjata yang ada di tangan para
penghuni barak itu. Seperti telah diberitahukan kepada
mereka, bahwa penghuni barak itu mempergunakan berbagai
macam senjata yang tidak terbiasa dipergunakan kebanyakan
orang. Sebenarnyalah bahwa ada di antara mereka yang
membawa tongkat besi, kapak, bindi dan bahkan canggah
yang nampak mengerikan. Seorang yang bertubuh gemuk
meskipun tidak terlalu tinggi, membawa pedang yang
bergerigi di punggungnya. Sedangkan yang lain membawa
tombak pendek dengan mata tombak berkait.
Senjata-senjata itu memang mengerikan. Tetapi meieka
selalu ingat pada pesan Ki Jagabaya, bahwa mereka tidak
akan bertempur seorang-seorang, mereka akan bertempur
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tiga atau
empat orang. "Aku sudah mengira" berkata Ki Sapa Aruh "orang bongkok
itu menjadi biang keladi yang mengganggu ketenangan
padepokan kami ini" "Padepokan" Adakah ini sebuah padepokan yang mengajarkan budi pekerti, unggah-ungguh dan mengajarkan
ketakwaan terhadap Yang Maha Esa?" bertanya Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau kira padepokan ini tempat apa?" Ki Sapa Aruh itu ganti
bertanya. Namun Ki Jagabaya Gemawang itulah yang menyahut
"Bertanyalah kepada Wira Sabet dan Sura Gentong. Ia tahu
pasti, tempat ini tempat apa. He, siapakah kau?"
"O, jadi kau belum mengenal aku?" Ki Sapa Aruh itupun
kemudian berpaling kepada Wira Sabet dan Sura Gentong
"Siapakah orang yang sombong ini?"
"Orang inilah yang sampai sekarang masih mengaku
Jagabaya padukuhan Gemawang. Orang itulah yang telah
membunuh isteriku" jawab Sura Gentong.
Ki Sapa Aruh mengangguk-angguk. Katanya "Sebaiknya kau
mengenal aku, meskipun barangkali kau sudah mengenal
namaku. Akulah yang dipanggil Ki Sapa Aruh"
Ki Jagabaya mengangguk-angguk di luar sadarnya. Namun
ia memang menjadi berdebar-debar, Ia sudah mendengar
betapa orang yang bernama Sapa Aruh itu memiliki ilmu yang
sangat tinggi. Namun Ki Pandi yang dapat melihat betapa pengaruh nama
itu dapat menggetarkan jantung Ki Jagabaya dan barangkali
beberapa orang yang lain itupun berkata "Ki Jagabaya. Orang
inilah yang namanya selalu disebut-sebut orang. Mungkin
bayangan kita tentang Ki Sapa A ruh agak berbeda dengan apa
yang kita temui sekarang ini"
"Setan bongkok, apa maksudmu?" bertanya Ki Sapa Aruh.
"Aku hanya ingin menempatkan kau di tempat yang
sewajarnya. Sampai sekarang, orang yang mendengar
namamu menjadi berdebar-debar, sementara kau sendiri tidak
mempunyai kelebihan apa-apa" jawab Ki Pandi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sapa Aruh menggeram. Sementara Ki Jagabaya menjadi
semakin berdebar-debar. Ia menganggap Ki Sapa Aruh orang
yang berilmu sangat tinggi, sehingga untuk menahannya,
maka sekelompok orang yang berilmu harus bersama-sama
melawannya. Tetapi Ki Pandi nampaknya tidak begitu silau
terhadap orang itu. "Kau jangan mencoba menyembunyikan kecemasanmu.
Bersiaplah. Aku akan membuktikan, bahwa kau akan
menyesali kata-katamu itu" geram Ki Sapa Aruh.
Tetapi Ki Pandi menyahut "Jika aku datang kemari, Ki Sapa
Aruh, aku memang merencanakan sebuah pertemuan. Biarlah
kawan-kawanku yang datang bersamaku berusaha untuk
mencegah orang-orangmu yang akan mengganggu permainan
kita" Ki Sapa Aruh itupun kemudian memberi isyarat kepada Wira
Sabet dan Sura Gentong serta dua orang saudara
seperguruannya untuk segera melibatkan dirinya. Sementara
itu, langitpun menjadi semakin terang.
Ketika Sura Gentong bersiap untuk bertempur, maka iapun
berkata "Satu kesempatan yang bagus. Ki Jagabaya, kita
membuat perhitungan sekarang"
Tetapi Ki Kertasana dengan cepat menyahut "Tidak Ki Sura
Gentong. Ki Jagabaya mempunyai tugas tersendiri. Ia
memegang pimpinan dalam tugas ini, sehingga ia tidak boleh
terikat dalam pertempuran melawan siapapun"
"Ki Kertasana. Apa maksudmu?" bertanya Wira Sabet.
"Biarlah aku mewakilinya" jawab Ki Kertasana.
"Setan kau. Apakah kau tahu apa yang sedang kau
lakukan?" bertanya Wira Sabet.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku menyadari sepenuhnya, Ki Wira Sabet."
Wajah Wira Sabet menjadi merah. Ia mengenal Ki
Kertasana sebagai seorang pendiam yang tidak terlalu banyak
melibatkan diri dalam persoalan-persoalan yang terjadi di
padukuhan Gemawang. Ia bukan pula termasuk orang-orang
yang beramai-ramai mengusirnya dan bahkan rasa-rasanya
dengan penuh kebencian orang-orang padukuhan itu akan
membunuhnya waktu itu. Tetapi Wira Sabet tidak mempunyai banyak waktu.
Sementara itu, beberapa orang benar-benar sudah terlibat
dalam pertempuran yang segera menyala.
"Jika demikian, bersiaplah untuk mati" geram Wira Sabet
"aku tidak peduli siapa kau, karena kau sudah melibatkan diri
dalam perbuatan gila ini"
Ki Kertasanapun telah bersiap sepenuhnya. Namun ia masih
berkata "Ki Wira Sabet, jika aku ikut datang kemari, karena
aku ingin mengambil anakku, Manggada yang kau perlakukan
dengan kasar disini bersama adik sepupunya, Laksana"
Sura Gentong itu memang teringat kepada Manggada yang
ada di dalam barak itu bersama sepupunya Laksana. Dengan
geram Wira Sabet, itu menyahut "anakmu berusaha merusak
rencanaku" Ki Kertasaha tidak berbicara lebih banyak lagi. Iapun
kemudian telah bergeser sambil memperpsiapkan diri
menghadapi orang yang mendendam seisi padukuhan
Gemawang, terutama Ki Jagabaya.
Dalam pada itu, maka Sura Gentong pun telah melibat ke
dalam pertempuran pula. Namun ia harus berhadapan dengan
Ki Citrabawa yang belum dikenalnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ayah Laksana. Anak yang telah diambil dan di
perlakukan sebagai budak disini" berkata Ki Citrabawa.
"Darimana kau tahu bahwa anakmu diperlakukan sebagai
budak disini?" bertanya Sura Gentong.
Citrabawa tersenyum. Katanya "Kau tentu mencurigai
bahwa ada di antara orang-orangmu yang berkhianat"
"Ya" jawab Sura Gentong "setelah kami menghancurkan
kalian, kami akan dapat menemukannya"
Citrabawa tidak sempat menyahut karena Sura Gentong
telah mulai menyerangnya.
Dengan demikian, maka pertempuranpun segera berkobar. Sementara Ki Sapa
Aruh bersiap menghadapi Ki
Pandi, maka orang-orang Gemawang dan Rejandani telah
terlibat dalam pertempuran.
Namun sebelum Ki Sapa Aruh
sendiri mulai bertempur, ia
sempat melihat anak Demang
Rejandani yang pernah dirampoknya. Karena itu, maka iapun berteriak hampir di luar
sadarnya "He saudagar perhiasan dan wesi aji anak Demang
Rejandani. Kenapa tiba-tiba saja kau ikut dalam rombongan
tikus-tikus Gemawang ini?"
"Aku akan mengambil milikku itu kembali" jawab anak Ki
Demang Rejandani. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Sapa Aruh itu menjawab "Kau tidak akan
mendapatkan perhiasan dan wesi aji itu kembali. Tetapi kau
justru akan menyerahkan nyawamu sebagaimana tikus-tikus
dari Gemawang ini." Tetapi Ki Demang yang mendengar pembicaraan itupun
berkata "Barak ini akan dihancurkan hari ini. Kami tidak akan
memberi kesempatan lagi kepada kalian. Beruntunglah kami,
tikus-tikus kecil yang hari ini mendapat perlindungan dari
orang-orang berilmu yang akan dapat mematahkan kegiatan
kalian untuk selanjurnya"
"Setan, siapa kau?" bertanya Ki Sapa Aruh.
"Aku Demang Rejandani" jawab Ki Demang.
"O, jadi kau bawa anakmu untuk membunuh diri disini"
geram Ki Sapa Aruh. Ki Demang tidak menjawab. Iapun segera terlibat dalam
pertempuran. Ternyata para pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong cukup banyak. Dua orang saudara seperguruan Wira
Sabet dan Sura Gentong yang ikut merampok dirumah Ki
Demang Rejandani telah bertempur pula melawan saudagar-
saudagar perhiasan yang telah diperlakukan dengan kasar itu.
Sementara itu, Ki Pandi yang masih berdiri termangu-
mangu itupun kemudian bertanya "Apakah kau sudah selesai
dengan sesorahmu. Aku datang untuk mencari kawan
bermain. Karena itu, aku jangan kau tinggal berbicara saja
dengan setiap orang yang datang memasuki barakmu itu"
"Iblis bongkok. Kau akan menyesal dengan kesombonganmu. Kau sudah mengajak orang-orang itu
datang kemari. Kematian demi kematian akan membebani
saat terakhirmu. Seharusnya jika kau ingin membunuh dirimu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datanglah seorang diri. Jangan mengajak orang lain ikut
membunuh diri bersamamu"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
bertanya "Apakah kau sudah selesai" Jika kau masih akan
berbicara, berbicaralah. Apa saja, sebelum kau akan terdiam
untuk selama-lamanya. Aku masih akan memberimu waktu"
Ki Sapa Aruh menjadi sangat marah. Ia tidak berbicara lagi.
Tetapi iapun dengan serta-merta telah meloncat menyerang Ki
Pandi. Tetapi Ki Pandi sudah menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Karena itu serangan Ki Sapa Aruh itupun mampu
dielakkannya. Pertempuranpun kemudian telah menebar. Anak-anak
muda Gemawang yang belum berpengalaman tidak melupakan pesan dari Ki Jagabaya. Sementara Sampurna
berada di antara mereka sambil memberikan petunjuk-
petunjuk. Selain anak-anak muda Gemawang, maka orang-orang
Kademangan Rejandanipun telah terlibat pula dalam
pertempuran yang menjadi semakin sengit. Ki Demang
berusaha untuk membangkitkan tekad yang terguncang oleh
kenyataan yang mereka hadapi.
Namun orang-orang Rejandani itu menjadi berbesar hati
ketika mereka sempat melihat anak Ki Demang itu bertempur
dengan garang bersama-sama dengan ketiga orang

Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawannya, sementara rasa-rasanya Ki Demang selalu ada
disamping mereka. Ketika pertempuran itu berlangsung semakin sengit, maka
di halaman barak itu, Ki Srayatapa, kawan Ki Sapa Aruh yang
mengambil alih tugasnya meneliti orang-orang yang dianggap
budak di barak itu, sudah sampai pada orang-orang terakhir.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang kemudian dipanggilnya adalah orang tua yang
ditugaskan untuk merawat kuda-kuda di kandang.
Ketika namanya dipanggil, maka iapun berbisik kepada
Manggada "Lindungi aku. Ia akan mengetahui siapa aku dan
kami akan bertempur disini"
Manggada mengangguk kecil. Ia sadar, bahwa di tempat itu
masih ada Pideksa dan dua orang saudara seperguruan Wira
Sabet dan Sura Gentong. Tetapi baik Manggada, maupun Laksana, agaknya merasa
segan untuk berhadapan dengan Pideksa. Anak muda itu,
secara tidak langsung berusaha untuk meringankan tekanan-
tekanan atas diri mereka berdua. Bagaimanapun juga Pideksa
adalah kawan bermain Manggada di masa kecilnya. Sisa-sisa
persahabatan di masa kecil itu masih saja membekas di dalam
dada mereka. Jika pertempuran harus terjadi di tempat itu, maka
Manggada dan Laksana akan berusaha berhadapan dengan
kedua orang saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura
Gentong. Meskipun keduanya adalah orang-orang yang
berpengalaman, namun Manggada dan Laksanapun selain
memiliki pengalaman yang cukup, juga telah menempa diri
dalam tataran-tataran yang semakin tinggi.
Ketika Manggada memandang wajah tampan salah seorang
saudara seperguruan Wira Sabet, maka dadanya menjadi
berdebar-debar. Orang yang nampaknya bersih dan ramah itu,
justru pernah merendahkannya dan bahkan menghinanya.
Orang itu pernah menginjak punggungnya, menganggapnya
landasan untuk naik ke punggung kuda dan sikap-sikap yang
menyakitkan hati hatinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Ki Carang Aking telah melangkah dengan
ragu-ragu mendekati Ki Srayatapa, kawan dekat Ki Sapa Aruh.
Sejenak kemudian, maka orang tua itu sudah berdiri
terbungkuk-bungkuk di hadapan orang yang sedang meneliti
orang-orang yang dianggap budak itu untuk menemukan
seorang yang dicurigai menyusup ke dalam barak itu.
Orang tua itu memang lelah merasa bahwa ia tidak akan
dapat melepaskan diri. Karena itu, justru bersiaga menghadapi
segala kemungkinan. Ketika Ki Srayatapa meletakkan tangannya di pundak orang
tua itu, ia terkejut. Tetapi ia masih tetap menahan diri.
Perlahan-lahan ia menyentuh punggung Ki Carang Aking di
sebelah-menyebelah tulang belakang.
Terasa getaran ilmu yang tinggi menyentuh ujung jari Ki
Srayatapa yang sangat peka. Dengan segera ia mengetahui
bahwa orang tua itu adalah orang yang berilmu. Karena itu,
maka ia tidak akan memberinya kesempatan. Ia ingin
langsung menghancurkan simpul-simpul syaraf di punggungnya. Tetapi Ki Carang Aking yang berilmu tinggi itupun
merasakan getar syaraf di ujung-ujung jari Ki Srayatapa.
Terasa di ujung jari itu denyut jantungnya yang menjadi
semakin cepat sejalan dengan gejolak di dadanya.
Karena itu, sebelum ujung-ujung jari itu menekan dan
menghancurkan simpul-simpul syarafnya, maka Ki Carang
Aking itupun segera meloncat menjauh.
Ki Srayatapa terkejut. Ia kehilangan kesempatan yang
sangat baik. Tetapi orang tua itu memang sudah terlepas dari
tangannya. "Kenapa kau menghindar, kek?" bertanya Ki Srayatapa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sakit sekali. Punggung tua ini sama sekali tidak tahan atas
tekanan yang sangat lemah sekalipun" jawab Ki Carang Aking.
Tetapi Ki Srayatapa itu tertawa. Katanya "Bukankah aku
belum mulai menekan punggungmu?"
Ki Carang Akingpun tertawa pula. Katanya "Jari-jarimu
ternyata sangat kasar, sehingga sentuhan lembut sekalipun
telah menyakiti kulitku."
Orang-orang yang disebut budak-budak di barak itu
menjadi heran dan bahkan kemudian tegang melihat sikap
orang tua perawat kuda itu.
"Apa yang dilakukan?" mereka saling bertanya di antara
para budak itu. Tidak seorangpun yang dapat memberi jawaban. Namun
mereka menjadi heran dan bahkan menjadi sangat tegang.
Kedua orang saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura
Gentong itupun bergeser mendekat pula. Hampir berbareng
mereka bertanya "Kenapa dengan orang tua itu?"
"Sudah berapa lama ia berada disini?" bertanya Ki
Srayatapa kepada orang yang berwajah tampan itu.
"Sudah lama" jawabnya.
"Dan kalian tidak tahu tentang orang tua itu?" bertanya Ki
Srayatapa pula. "Kenapa dengan orang itu?" bertanya saudara seperguruannya yang seorang lagi.
Ki Srayatapa tersenyum. Katanya "Kalian tidak memperhatikan orang-orang yang kalian jadikan budak-budak
kalian itu. Ki Sapa Aruhpun tidak. Ternyata orang ini adalah
orang yang sedang dicari oleh Ki Sapa Aruh"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang itu tidak bongkok" berkata saudara seperguruan
Wira Sabet yang berwajah tampan itu.
"Memang bukan orang ini yang disebutnya orang bongkok
itu. Tetapi orang ini tidak kalah berbahayanya dengan orang
bongkok itu. Isyarat aum harimau peliharaan orang bongkok
itu tentu ditujukan kepada orang ini"
"Jika demikian, serahkan orang tua itu kepadaku" berkata
orang yang berwajah tampan itu.
Tetapi Ki Srayatapa itu tertawa. Katanya "Orang ini bukan
lawanmu" "Maksud Ki Srayatapa" Apakah anak-anak dapat menyelesaikan jika terhitung orang berilmu tinggi?"
"Maksudku bukan anak-anak. Bahkan kaupun tidak akan
dapat menyelesaikannya" berkata Ki Srayatapa.
"Jadi?" bertanya orang berwajah tampan itu.
"Yang dapat menyelesaikan adalah aku atau Ki Sapa Aruh
sendiri" jawab Ki Srayatapa.
"Jadi?" bertanya saudara seperguruan Wira Sabet yang
seorang lagi. "Ia adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, sehingga
kalian justru tidak melihat kelebihannya. Tetapi perannya di
barak ini akan berakhir hari ini"
"Kepung orang ini. Ia tidak boleh lepas. Aku sendiri akan
menyelesaikannya" Namun ketika orang-orang itu bergeser untuk mengepung
Ki Carang Aking, maka hiruk-pikuk pertempuran terdengar
semakin mendekat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan" geram Ki Srayalapa "orang-orang ilu tentu lelah
mendapat isyarat dari dalam. Dan orang yang memberikan
isyarat itu adalah orang ini"
"Jika demikian, kita akan meremukkan kepalanya" geram
saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan itu.
Ki Carang Aking sendiri justru tertawa sambil berkata "Kita
jangan disibukkan oleh persoalan kecil ini. Kalian harus tahu,
bahwa barak ini sudah jatuh ketangan orang yang kau sebut
orang bongkok itu. Bersama orang bongkok itu datang pula Ki
Jagabaya Gemawang yang selama ini kalian takut-takuti.
Kalian mengira bahwa Gemawang benar-benar sudah menjadi
pingsan. Namun hari ini mereka datang untuk menunjukkan
bahwa darah anak-anak muda Gemawang masih tetap
menghangat di tubuhnya. Bahkan bersama mereka telah
datang pula anak Demang Rejandani yang telah kalian rampok
habis-habisan. Mereka datang untuk mengambil kembali
perhiasan dan wesi aji yang telah kalian rampok itu"
"Sudahlah" sahut Ki Srayatapa "kau tidak usah mengigau.
Sekarang bersiaplah. Kau akan segera diakhiri disini. Baru
kemudian aku dan Ki Sapa Aruh akan mengurusi orang
bongkok itu" Kedua saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong
itu pun segera mempersiapkan diri. Demikian pula Pideksa dan
beberapa orang pengikut yang lain.
Namun saudara seperguruan Wira Sabet yang tampan itu
terkejut ketika Manggada tiba-tiba saja melangkah mendekatinya sambil berkata "Ki Sanak. Aku ingin kau
membungkuk dihadapanku. Aku ingin menginjak punggungmu
sebagai landasan. Aku tidak ingin naik kuda sekarang ini.
Tetapi aku ingin melihat kau dihinakan sebagaimana pernah
kau lakukan atasku" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah orang itu menjadi merah seperti bara. Untuk sesaat
orang itu justru bagaikan membeku. Kemarahan yang
membakar jantungnya membuai mulutnya bagaikan tersumbat. Yang kemudian tertawa pula adalah Laksana. Dengan nada
tinggi ia berkata "Kenapa kalian menjadi bingung" He, aku
masih mempunyai seseorang untuk diajak bermain. Marilah.
Bukankah kau saudara seperguruan paman Wira Sabet dan
paman Sura Gentong?"
Saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah bengis itu
juga menjadi bingung. Tetapi anak muda yang untuk
beberapa iama dijadikan budak untuk merawat kuda itu
meskipun seperti seseorang yang sedang bermain-main,
namun cukup mengandung kesungguhan.
Dalam pada itu, Pideksapun berteriak "He, Manggada dan
Laksana, apa yang akan kalian lakukan?"
"Pideksa" jawab Manggada "aku memang telah memilih
lawan. Aku tidak dapat melawanmu dalam pertempuran yang
bakal terjadi. Kita pernah bersahabat di masa kanak-kanak.
Sikapmupun masih aku hargai. Aku masih merasakan sisa-sisa
persahabatan kita selama kami berada di barak ini"
"Tetapi kau harus menyadari, siapakah orang yang kau
tantang itu?" Pideksa justru menjadi cemas.
"Aku akan mencobanya" jawab Manggada.
Kecemasan memang membayang di wajah Pideksa. Namun
saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan itu
justru mulai tersenyum. Wajahnya mulai nampak cerah lagi.
Katanya "Aku kagum kepadamu anak muda. Sejak semula aku
memang sudah mengaguminya, bahwa kalian masih berani
berkuda berkeliaran di padukuhan Gemawang di saat-saat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang paling gawat. Meskipun akhirnya kalian berhasil
ditangkap dan dibawa masuk ke dalam barak ini. Sekarang
aku menjadi semakin kagum bahwa kalian berdua berani
menantang kami berdua"
Manggada dan Laksana tidak menjawab lagi. Namun
keduanyapun segera mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan" Ki Srayatapa pun kemudian berkata pula "Anak-anak
memang tidak tahu bahwa seharusnya mereka tidak
menggenggam bara. Itu bukan satu keberanian. Tetapi satu
kebodohan" Tetapi Ki Carang Akinglah yang menyahut "Tidak. Mereka
tidak dapat disamakan dengan seorang anak kecil yang tiba-
tiba saja memungut bara. Tetapi keduanya sadar, bagaimana
cara memukul seekor serigala. Meskipun serigala itu setampan
wajah domba yang manis sekalipun"
Ki Srayatapa tidak mengumpatinya. Tetapi ia justru tertawa.
Katanya "Jangan terlalu yakin Ki Sanak. Kau sendiri akan mati
hari ini" Kedua orang itupun telah bergeser pula. Seakan-akan
mereka telah mencari tempat yang terbaik untuk bertempur.
Sementara itu Pideksa sendiri menjadi bingung. Namun
penyabit rumput yang sehari-hari dianggap kurang waras
itupun telah mendekatinya sambil berkata "Kita juga
berkesempatan untuk bermain-main"
Pideksa menarik nafas panjang. Katanya "Ternyata kalian
telah mengelabui kami selama ini"


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" jawab murid Ki Carang Aking itu "sebelum kau
bertanya, biarlah aku lebih dahulu menjawab. Namaku Sirat.
Aku murid perawat kuda yang tua itu"
Pideksa mengangguk-angguk. Kalanya "Baiklah. Kita akan
berhadapan dalam kedudukan yang berbeda sekarang"
Sementara itu, pertempuran yang sengit telah terjadi di
dalam lingkungan dinding barak itu. Ki Pandi masih bertempur
melawan Ki Sapa Aruh. Keduanya adalah orang-orang berilmu
sangat tinggi, sehingga beberapa orang yang menyaksikan
menjadi bingung, apakah yang sebenarnya telah terjadi
dengan kedua orang itu. Di halaman depan barak itu, Ki Srayatapapun telah
bertempur pula melawan Ki Carang Aking, sementara
Manggada dan Laksana telah terlibat dalam pertempuran yang
garang melawan saudara-saudara seperguruan Wira Sabet
dan Sura Gentong. Saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan itu
ternyata memang seorang yang sangat bengis. Watak orang
itu sangat jauh berbeda dengan ujudnya yang tampan,
senyumnya yang banyak nampak tersungging di bibirnya.
Bahkan kata-katanya yang kadang-kadang lembut dan ramah.
Demikian pertempuran mulai, maka orang itu telah
menyerang dengan garang dan bahkan kasar. Seakan-akan
orang itu ingin membunuh lawannya pada ayunan
serangannya yang pertama.
Tetapi orang itu sempat terkejut. Ternyata anak muda yang
bernama Manggada dan yang telah menjadi budak beberapa
lama di barak itu, tidak dapat langsung dilumatkannya. Bahkan
Manggada masih sempat membalas serangan-serangannya
dengan serangan pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak iblis kau" geram orang itu "jika kau tidak segera mati,
maka kau akan mengalami kematian yang paling menyengsarakan bagimu"
Manggada tidak menjawab. Tetapi ia melihat saat
kelengahan lawannya justru pada saat ia berbicara.
Karena itu, maka Manggada telah memanfaatkan kesempatan itu, ia tidak menyerang kearah dada atau
lambung lawannya, yang tentu akan dapat ditangkis atau
dihindarinya. Tetapi tiba-tiba saja Manggada menjatuhkan diri.
Kakinya dengan cepat menyapu kaki lawannya. Manggada
memang tidak berniat untuk dengan cepat menghentikan
perlawanan saudara seperguruan Wira Sabat dengan
serangannya itu. Tetapi ia justru ingin menghentak lawannya
untuk mempengaruhi ketahanan jiwaninya.
Serangan dengan sapuan kaki itu memang tidak diduga-
duga. Karena itulah, maka sapuan kaki itu benar-benar telah
menebas kedua kakinya yang berdiri tegak disaat ia berbicara.
Keseimbangan orang itu telah terguncang. Bahkan demikian
derasnya sapuan kaki Manggada, maka orang itu telah
kehilangan keseimbangannya.
Tubuh orang berwajah tampan dan berpakaian rapi itu
terbanting jatuh di tanah. Namun dengan sigapnya ia
berguling dan kemudian melenting berdiri lagi.
Ketika orang itu tegak, ia melihat Manggada berdiri sambil
tersenyum memandanginya. Bahkan anak muda itupun
kemudian berkata "Kenapa kau kotori pakaianmu yang tentu
berharga mahal itu" A ku sendiri tidak peduli bahwa pakaianku
akan menjadi kotor, karena setiap hari pakaian ini pula yang
aku pakai bahkan tidur di kandang kuda sekalipun"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berwajah tampan itu menggeram. Dengan mengerahkan tenaga dan kekuatannya orang itu meloncat
menyerang dengan menjulurkan kakinya.
Manggada yang mengetahui bahwa serangan itu dilandasi
dengan kekuatan yang sangat besar, tidak berniat untuk
membenturnya. Dengan tangkasnya ia mengelak, sehingga
serangan itu tidak mengenainya sama sekali.
Namun dengan demikian, kemarahanpun telah meledak di
kepalanya. Anak muda itu benar-benar telah menghinanya
dengan cara yang sangat menyakitkan hati.
Dalam pada itu, Laksanapun telah bertempur pula melawan
saudara seperguruan Wira Sabet yang lain. Saudara
seperguruan Wira Sabet yang berwajah garang. Orang itu
tidak banyak berbicara. Tetapi ketika pertempuran terjadi,
maka orang itu mulai dengan hati-hati.
Laksana menanggapi sikap lawannya dengan sikap berhati-
hati pula. Untuk beberapa saat mereka masih saling
menjajagi. Bahkan orang yang pendiam itu sempat
memperingatkan dirinya sendiri "Jika anak ini tidak
mempunyai bekal yang cukup, ia tidak akan berani melakukan
sebagaimana dilakukannya sekarang ini.
Sementara itu Pideksa yang bertempur melawan salah
seorang murid Ki Carang Aking sempat melihat bagaimana
Manggada menjatuhkan saudara seperguruan ayahnya yang
berwajah tampan itu. "Tidak masuk akal" desis Pideksa. Manggada adalah anak
muda yang umurnya tidak terpaut banyak dengan dirinya.
Tetapi Manggada ternyata telah memiliki ilmu yang tinggi.
Yang luput dari penglihatan ayahnya dan orang-orang berilmu
tinggi lainnya di barak itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian Pideksapun menyadari, bahwa kehadiran
Manggadadan Laksana di barak itu tentu telah disengaja dan
diperhitungkannnya dengan sebaik-baiknya, sebagaimana
kehadiran Ki Carang Aking yang secara kebetulan mereka
bersama-sama di tempatkan di kandang kuda.
Dalam pada itu, para pengikut Wira Sabet dan Sura
Gentong memang menjadi heran, bahwa budak-budak itu
ternyata memiliki ilmu yang tinggi. Bahkan dua orang penyabit
rumput yang dianggap tidak waras itupun telah bertempur
pula bersama Manggada dan Laksana. Namun dalam pada itu,
para pengikut yang lain tidak sempat turun kemedan melawan
orang-orang yang selama dalam perbudakan bekerja untuk
merawat kuda itu. Arus serangan yang memasuki barak dari
pintu butulan itu telah sampai ke halaman depan barak itu.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun telah menyala
di beberapa sudut barak. Betapapun garangnya para pengikut
Wira Sabet dan Sura Gentong, bahkan orang-orang yang
dibawa Ki Sapa Aruh, namun kehadiran orang-orang
Gemawang yang tidak diduganya itu benar-benar telah
mengguncang seisi barak itu.
Wira Sabet dan Sura Gentong yang telah yakin akan
mampu menguasai padukuhan Gemawang dan bahkan
kemudian Kademangan Kleringan bersama Ki Sapa Aruh,
benar-benar menjadi sangat marah karena serangan yang
tiba-tiba dan sama sekali tidak diduga. Keduanya merasa
bahwa keberanian orang-orang Gemawang telah benar-benar
dihancurkan. Anak-anak muda yang mencoba untuk mengganggu rencananya telah tertangkap dan dibawa ke
barak itu. Sura Gentonglah yang sangat menyesal, kenapa ia tidak
membunuh saja Ki Jagabaya dan sebelumnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Ki Sapa Aruh bertempur dengan sengitnya
melawan Ki Pandi, orang bongkok namun berilmu tinggi.
Keduanya justru telah memisahkan diri dari hiruk pikuk
pertempuran. Keduanya seakan-akan telah memilih tempat
yang tidak akan terganggu oleh orang lain.
Ternyata di halaman barak itu, Ki Srayatapa yang
berhadapan dengan perawat kuda tua itupun telah bertempur
tanpa terganggu oleh pertempuran di sekitarnya. Agaknya
masing-masing telah terikat dan berhadapan dengan lawan
mereka. Manggada yang bertempur melawan saudara seperguruan
Wira Sabet yang berwajah tampan itu telah mulai
meningkatkan ilmu dari tataran ke tataran. Ia sadar, bahwa
lawannya itu tentu memiliki kelebihan dari kebanyakan orang.
Namun Manggada juga bukan orang kebanyakan.
Lawan Manggada memang merasa aneh menghadapi anak
muda itu. Anak muda yang dianggapnya budak itu tiba-tiba
saja bertempur melawannya.
Lawan Manggada menggeram ketika ia benar-benar tidak
mampu menghancurkan lawannya dalam waktu singkat.
Bahkan ketika ia berusaha dengan mengerahkan kemampuannya, budak yang masih muda itu masih saja
mampu mengimbanginya. Sementara itu, lawan Laksana yang berwajah garang itu
justru lebih berhati-hati menghadapi lawan yang masih muda.
Orang itu meningkatkan ilmunya selapis demi selapis. Ia sadar
sepenuhnya, bahwa ia tidak akan dapat dengan cepat
mengalahkan lawannya yang muda itu.
Bahkan orang itu sempat mengaguminya. Katanya "Jika kau
memilik ilmu sedemikian baiknya, demikian pula saudaramu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, maka aku yakin bahwa kalian memasuki barak ini tentu
dengan sengaja. Orang-orangku tidak akan mampu menangkap kalian berdua meskipun orang-orangku itu
bertiga" "Kami memang ingin melihat rumah tangga paman Wira
Sabet dan paman Sura Gentong" jawab Laksana.
"Aku percaya bahwa kau memang sengaja melakukannya"
jawab orang itu. Laksana tidak menjawab. Tetapi sikap lawannya itu justru
membuatnya lebih berhati-hati. Ia sadar bahwa lawannya itu
menghadapinya dengan bersungguh-sungguh. Tidak sekedar
dihanyutkan oleh perasaan marahnya.
Di arena pertempuran yang lain, Sampurna dan anak-anak
muda Gemawang bertempur melawan para pengikut Wira
Sabet dan Sura Gentong. Ternyata anak-anak muda itu tidak
mengecewakan. Apalagi di antara mereka terdapat orang-
orang Rejandani yang dipimpin langsung oleh Ki Demang yang
berpengalaman. Sementara pertempuran di barak itu berkobar semakin
panas, maka di Gemawang, jalan-jalan masih saja nampak
sepi. Orang-orang Gemawang tidak tahu apa yang sudah
dilakukan oleh Ki Jagabaya dan beberapa orang anak muda
yang ternyata telah berhasil dibangunkan oleh Sampurna.
Namun yang mereka ketahui, bahwa mereka tidak melihat Ki
Jagabaya dan Sampurna lewat di jalan-jalan padukuhan.
Tetapi tidak banyak perubahan sikap terjadi di Gemawang.
Sejak semula orang-orang Gemawang memang lebih banyak
berada di dalam lingkungan rumah dan halamannya saja.
Demikian Manggada dan Laksana dibawa oleh para pengikut
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wira Sabet dan Sura Gentong, maka jalan-jalan di Gemawang
menjadi semakin sepi. Namun dalam pada itu, Wisesa telah menyempatkan diri
pergi ke rumah Ki Jagabaya. Ketika ia mengetuk pintu, maka
yang terdengar bukan suara Sampurna, tetapi suara Tantri di
belakang pintu seketeng. "Kau siapa?" bertanya Tantri meskipun ia juga sudah
terbiasa mendengar irama ketukan pintu Wisesa.
"Aku, Tantri" jawab Wisesa.
"Untuk apa kau kemari?" bertanya Tantri "sebaiknya kau
pulang saja. Bukankah aku pernah mengatakan, bahwa dalam
keadaan seperti ini, kita tidak usah bertemu dan berbicara
tentang apapun karena akhirnya pembicaraan kita akan
berselisih semakin lama semakin jauh"
"Tetapi, beri kesempatan aku kali ini saja untuk
menemuimu Tantri. Aku hanya sebentar. Tidak lebih" Wisesa
justru mulai merengek seperti anak-anak yang kehilangan
mainan. Akhirnya hati Tantri menjadi lunak juga. Bagaimanapun
juga, Wisesa sudah terlalu sering datang ke rumahnya.
Karena itu, maka Tantri itupun mulai mengangkat selarak
pintu seketengnya sambil berkata "Baiklah. Aku mempunyai
waktu sebentar. Tetapi hanya sebentar"
"Aku juga hanya sebentar Tantri" jawab Wisesa. Demikian
pintu terbuka, maka Wisesa itupun segera melangkah masuk
sambil berkata "Selarak pintunya lagi Tantri"
"Tidak. Bukankah kau hanya sebentar?" sahut Tantri,
"Meskipun demikian, orang-orang Wira Sabet dan Sura


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gentong selalu berkeliaran" jawab Wisesa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi tidak hari-hari ini. Wira Sabet dan Sura Gentong
serta para pengikutnya tidak akan datang" jawab Tantri.
"Kenapa" Setiap saat mereka dapat saja datang kemari"
jawab Wisesa. "Hari ini justru ayah pergi ke baraknya bersama anak-anak
muda pedukuhan Gemawang yang masih sisa-sisa keberaniannya untuk melakukan apa yang kau takutkan itu
Wisesa" "Maksudmu menyerang barak Wira Sabet dan Sura
Gentong?" wajah Wisesa menjadi tegang.
"Ya" jawab Tantri "ayah tidak mempunyai pilihan lain,
sementara Ki Bekel masih saja tetap ragu-ragu"
"Tantri, ayahmu dan Sampurna telah menyurukkan kepala
anak-anak muda kemulut buaya"
"Apa yang sebenarnya kau maui?" bertanya Tantri.
"Tetapi kenapa aku tidak kau persilahkan duduk?" bertanya
Wisesa. "Kau hanya sebentar disini" jawab Tantri.
"Tantri, aku sudah memperingatkan beberapa kali, cara
yang ditempuh Ki Jagabaya dan Sampurna itu salah.
Sebaiknya mereka tidak mempergunakan kekerasan. Aku
sedang memikirkan gagasan-gagasan baru yang dapat
menyelesaikan persoalan kita disini dengan Wira Sabet dan
Sura Gentong itu" "Telan kembali gagasan-gagasanmu itu" berkata Tantri
dengan serta merta "semua orang akan jemu mendengar
gagasan-gagasanmu yang tidak pernah sesuai dengan
pendapat orang lain"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tantri, kenapa kau tiba-tiba menjadi kasar begitu?"
bertanya Wisesa. "Sudahlah. Pulanglah" berkata Tantri.
"Kau mengusir aku?"
"Bukankah kau sendiri mengatakan bahwa kau hanya
sebentar?" Wajah Wisesa menjadi merah. Dipandanginya Tantri
dengan tajamnya. Sudah lama ia sering mengunjungi gadis
itu. Tantri tentu tahu, bahwa kedatangan Wisesa tentu
bukannya tanpa maksud. Sebelum Manggadadan Laksana datang ke pedukuhan itu,
sikap Tantri dinilainya baik kepadanya. Bahkan Tantri telah
memberinya harapan-harapan. Namun tiba-tiba Tantri berubah menjadi keras dan bahkan kasar.
Tiba-tiba iblis telah mengembuskan pikiran buruk ke dalam
otak anak muda itu. Dengan nada berat Wisesa itu bertanya
"Jadi, ayah dan kakakmu sekarang pergi ke barak Wira Sabet
dan Sura Gentong?" "Ya" jawab Tantri berperasangka buruk.
Tiba-tiba mata Wisesa itu menjadi liar. Ia memandang
keliling. Namun ia tidak melihat scorangpun.
Tantri mengerutkan dahinya. Ia melihat perubahan sikap
dan sorot yang memancar di mata Wisesa.
Dengan suara yang bagaikan ditelan di tenggorokan Wisesa
berkata "Aku akan bertemu dengan ibumu"
"Ibu sedang sibuk di dapur" jawab Tantri.
"Siapa saja yang dapat aku ajak bicara di rumah ini?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada" jawab Tantri "dua orang pembantu ayah telah
ikut bersama ayah. Pembantu perempuan ibu sedang pergi
membeli kebutuhan ibu di dapur."
"Kau bohong" geram Wisesa.
"Buat apa aku membohongimu" jawab Tantri "sekarang
sebaiknya kau pergi"
"Tantri" berkata Wisesa yang menjadi semakin liar "aku
memang akan segera pergi. A ku akan pergi bersamamu"
"Bersama aku?" bertanya Tantri.
"Ya. Aku sangat mencintaimu. Kita akan dapat hidup
bersama di luar pedukuhan ini. Aku yakin, bahwa Ki Jagabaya
akan gagal dan Wira sabet serta Sura Gentong akan menjadi
semakin garang. Kau tentu benar-benar akan diambil menjadi
isterinya" "Ayah tidak akan gagal" jawab Tantri.
"Kau salah menilai usaha yang dilakukan oleh ayahmu,
Tantri" berkata Wisesa itu selanjutnya.
"Tidak" jawab Tantri "aku yakin"
"Apapun yang terjadi, aku akan membawamu pergi dari
rumah ini. Kau dapat berada di rumah nenekku di
kademangan lain. Kau akan lepas dari buruan Sura Gentong"
"Tidak. Aku tidak akan pergi" jawab Tantri.
"Aku akan membawamu" berkata Wisesa kemudian.
Tantri melangkah surut ketika Wisesa bergeser mendekatinya. Dengan nada tinggi Tantri berkata "Jadi kau
tanyakan ibuku, pembantu-pembantu di rumah ini sekedar
untuk meyakinkan bahwa rumah ini kosong, sehingga kau
dapat memaksa aku pergi bersamamu kerumah nenekmu?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Kau tidak mempunyai pilihan lain" berkata Wisesa
dengan mata yang semakin liar.
Tantri menjadi semakin ngeri melihat mata Wisesa. Tetapi
ia masih menjawab "Wisesa. Kau kira kau dapat membawaku
keluar dari halaman ini" Seandainya hal itu dapat kau lakukan,
apakah kau akan menyeret aku di sepanjang jalan
padukuhan" Aku punya mulut yang dapat berteriak-teriak
Wisesa" "Jari-jariku terlalu kuat Tantri. Aku dapat mencekikmu
sehingga suaramu tidak akan sempat melintasi kerongkonganmu" "Tetapi aku dapat mati karenanya. Apa gunanya membawa
mayatku ke rumah nenekmu" Kau tentu akan mendapat
kesulitan jika hal itu kau lakukan. Nah, kau sadari itu?"
Wisesa menjadi termangu-mangu. Namun kemudian ia
berkata "Tantri, apapun yang akan terjadi, aku akan
membawamu pergi dari rumah ini. Kau akan menjadi isteriku.
Aku harap kau tidak akan mempersulit perjalanan kita. Kita
akan berjalan sebagai sepasang pengantin baru. Aku akan
menggandeng tanganmu atau kau akan berpegangan
lenganku. Aku minta kau tidak akan berteriak-teriak di
sepanjang jalan, karena hal itu hanya, akan membuatmu
sengsara. Aku dapat memperlakukan dirimu sekehendakku,
bahkan aku akan meyiksamu dengan cara apapun juga. Nah,
marilah Tantri. Bukankah kita saling mencintai"
"Wisesa. Apakah kau sudah gila" Jika kau paksa aku
dengan cara apapun, maka besok ayah akan mencarimu dan
membunuhmu" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayahmu akan mati di barak Wira Sabet dan Sura Gentong.
Orang yang datang kepadanya, tidak akan dapat pulang
kembali" "Jika bukan ayah, tentu kakang Sampurna akan
melakukannya" "Kakangmu itu juga akan mati"
"Jika bukan mereka, tentu Manggada dan Laksana"
Mendengar nama itu disebut, Wisesa benar-benar menjadi
sangat marah. Katanya "Jangan memaksaku membunuhmu"
"Apakah itu pertanda cintamu padaku?" bertanya Tantri.
"Jarak antara cinta dan kebencian itu hanya selangkah.
Jarak antara mencumbu dan membunuh tidak lebih dari satu
lambaian tangan" jawab Wisesa yang matanya sudah menjadi
merah. Wajah Tantri memang tegang. Sementara Wisesa bergeser
lagi selangkah maju "Tidak ada gunanya kau menolak aku
Tantri. Aku dapat berbuat lembut, tetapi aku juga dapat
berbuat kasar" "Kau sudah menjadi gila Wisesa" desis Tantri.
"Bukan baru sekarang. Sudah lama aku tergila-gila
kepadamu. Karena itu, kau jangan membuat aku semakin gila,
karena dengan demikian, aku akan dapat lupa diri"
Namun jawaban Tantri mengejutkan Wisesa. Ia tersentak
sehingga matanya terbelalak.
"Wisesa" berkata Tantri "Jika kau akan memaksaku, maka
sudah tentu aku akan mempertahankan diri. He, kau ingat
masa kanak-kanak kita. Jika kita berkelahi, maka kaulah yang
menangis meskipun kau laki-laki. Bukan aku"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak Wisesa tercenung. Namun kemudian ia menggeram
"Tetapi aku sekarang bukan anak kecil lagi Tantri. Aku
sekarang tumbuh dan menjadi kuat. Kau tidak akan mampu
melawan kehendakku" Tetapi Tantri masih menjawab "Aku juga bukan kanak-
kanak yang hanya dapat mencakar mukamu atau menarik
rambutmu jika kita berkelahi. Tetapi sekarang aku mempunyai
kemampuan lebih banyak, karena seperti kau, aku sekarang
tumbuh menjadi dewasa. "Tantri, apa yang akan kau lakukan?" bertanya Wisesa.
"Aku akan melawan jika kau melakukan tindak kekerasan"
"Kau masih bermimpi dengan masa kanak-kanakmu itu. Itu
sudah lama lampau Tantri"
"Ya. Itu sudah lama lampau. Dan dalam waktu yang lama
itu, aku menjadi matang menghadapi persoalan-persoalan.
Juga menghadapi sikapmu karena kau sudah kehabisan akal.
Kau tidak berani melakukan sebagaimana yang telah dilakukan
oleh Manggada, Laksana dan kakang Sampurna. Kemudian
kau mencoba menutupi harga dirimu itu, kau telah membuat
gagasan-gagasan gila yang tidak masuk akal itu"
Wisesa menggeram. Ia menjadi marah sekali. Sebagai
seorang laki-laki ia benar-benar merasa terhina. Karena itu,
maka katanya "Apapun yang akan terjadi, aku akan
membawamu. Tubuhmu, hidup atau mati akan aku seret
sepanjang jalan sampai ke rumah nenekku"
"Apakah kau sudah memikirkan kemungkinan untuk
bertemu dengan orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong?"
"Mereka tidak akan berkeliaran hari ini. Ayahmu dan orang-
orang itu sedang pergi ke tempat tinggal mereka"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin ayah dan kakang Sampurna sudah dikalahkannya.
Mereka sedang berkeliaran untuk mencari anak-anak muda di
padukuhan ini. Sementara itu mereka menemukan kau dan
aku di jalan. Apakah kau sedang menggandeng tanganku,
atau aku sedang berpegangan lenganmu atau kau sedang
menyeret mayatku" Wajah Wisesa menjadi tegang. Matanya bertambah liar dan
bertambah merah pula. Hembusan suara iblis semakin
mencengkamnya, sehingga iapun kemudian berkata "Aku tidak
perduli. Aku tidak perduli. Aku memerlukanmu"
Tangan Wisesa memang terjulur untuk menggapai tangan
Tantri. Tetapi Tantri justru telah menangkapnya. Menarik
dengan kerasnya, sehingga tubuh Wisesa itu seakan-akan
melekat ketubuh Tantri. Namun tiba-tiba saja terdengar
Wisesa itu berteriak kesakitan. Tangan Tantri yang lain
dengan kerasnya telah memukul perut Wisesa.
Ketika kemudian Tantri mendorongnya, maka Wisesa itupun
jatuh terlentang sambil menyeringai kesakitan.
Tertatih-tatih Wisesa bangkit. Kemarahannya benar-benar
telah membakar ubun-ubunya. Dengan geram ia berkata
"Tantri. Kau seorang perempuan. Aku seorang laki-laki.
Apapun yang dapat kau lakukan, kau tidak akan dapat
melawan aku" Namun belum lagi Wisesa terkatub rapat, tangan Tantri
telah menyambar mulutnya, sehingga Wisesa mengaduh
kesakitan. Ketika ia merasakan cairan yang hangat di
mulutnya, maka dengan berdebar-debar Wisesa mengusapnya. Ternyata jari-jarinya menjadi merah oleh
darah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisesa benar-benar tidak dapat mengekang dirinya. Tantri
bukan hanya menyakitinya. Tetapi ia sudah menitikan darah
dari sela-sela bibirnya. Karena itu, maka Wisesapun kemudian telah menjulurkan
tangannya kearah leher Tantri.
Namun yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Tantri
justru menyambut tangan itu, ditangkapnya pergelangan
tangan Wisesa, kemudian Tantri memutar tubuhnya membelakangi anak muda itu. Dengan pundaknya, ia
mengangkat tubuh Wisesa dipangkal lengannya, sementara


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil merendah Tantri menarik tangan Wisesa itu kuat-kuat.
Wisesa sama sekali tidak menduga, bahwa hal itu akan
dilakukan oleh Tantri. Karena itu, maka iapun terlempar,
berputar sekali dan kemudian jatuh terbanting di tanah.
Wisesa benar-benar berteriak bukan saja karena kesakitan,
tetapi putaran tubuhnya itu benar-benar membuat ketakutan.
Untuk beberapa saat Wisesa terbaring di tanah.
Pungungnya serasa akan patah. Sementara itu Tantri berdiri di
sebelahnya sambil bertolak pinggang.
"Bangkitlah" desis Tantri. Dengan kakinya ia mengguncang
tubuh Wisesa yang masih mengaduh sambil menggeliat.
"Bangkitlah" teriak Tantri. "Kita akan menyelesaikan
persoalan kita sampai tuntas. Kau atau aku yang tubuhnya
akan diseret sepanjang jalan padukuhan"
"Ampun Tantri" Wisesa merintih, sementara Tantri justru
berkata lantang "bangkitlah, bangkit atau aku bunuh kau
tanpa perlawanan" "Ampun Tantri, ampun" Wisesa memang berusaha bangkit
meskipun punggungnya bagaikan patah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita selesaikan persoalan kita" geram Tantri.
"Ampun, aku mohon ampun Tantri" Wisesa hampir
menangis. "Kau masih saja anak cengeng. Kau bukan anak muda yang
seperti katamu tumbuh menjadi kuat"
"Ampun, aku minta ampun" tangis Wisesa tanpa malu-malu.
Sementara itu, terdengar suara pintu serambi "Apa yang
terjadi?" Tantri berpaling, dilihatnya ibunya melangkah mendekati
anaknya yang masih berdiri tegak sambil bertolak pinggang
"Apa yang kau perbuat Tantri"
"Ia sudah menghina aku ibu" jawab Tantri.
Ibunya menarik nafas dalam-dalam. Iapun kemudian berdiri
di sebelah anak perempuannya sambil berkata "sudahlah.
Jangan berkelahi lagi. Biarlah Wisesa bangkit"
"Aku sudah menyuruhnya bangkit atau aku cekik lehernya
sampai mati" jawab Tantri.
"Aku sudah minta ampun" tangis Wisesa.
"Sudahlah. Bangkitlah dan pulang" berkata Nyi Jagabaya.
Wisesa berusaha untuk bangkit. Batapapun punggung
terasa nyeri. Tapi selagi Nyi Jagabaya menyuruhnya pergi,
maka ia akan pergi. Tertatih-tatih Wisesa bangkit dan melangkah pergi setelah
ia minta diri kepada Nyi Jagabaya.
"Anak itu gila" berkata Tantri "Selagi kami menjadi tegang
menunggu ayah dan kakang Sampurna kembali, anak itu
mulai berbuat kasar"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah. Selarakkan pintu seketeng itu"
Sementara itu di barak Wira Sabet dan Sura Gentong,
pertempuran masih berlangsung sengit. Ketika keringat mulai
membasah di telapak tangan, maka para penghuni barak itu
menjadi semakin garang. Namun lawan-lawan mereka menjadi
semakin garang pula. Wira Sabet yang bertempur melawan Ki Kertasana menjadi
heran. Ia tidak melihat kemampuan orang yang lebih banyak
diam itu. Namun tiba-tiba ia kini turun ke gelanggang
pertempuran dengan ilmunya yang tinggi.
Sementara itu, Ki Citrabawa bertempur dengan sengitnya
melawan Sura Gentong. Ternyata Sura Gentong memang jauh
lebih kasar dari Wira Sabet sendiri. Apalagi ia sama sekali
belum mengenal lawannya sebelumnya.
Sementara itu, empat orang saudagar perhiasan itu masih
bertempur melawan dua orang saudara seperguruan Wira
Sabet dan Sura Gentong. Ternyata bahwa mereka perlahan-
lahan mulai mendesak kedua orang lawan mereka.
Dalam pada itu, budak-budak yang ada di barak itupun
menjadi kebingungan. Ada diantara mereka yang justru
menjadi gemetar dan terduduk tanpa dapat berbuat apa-apa.
Ketakutan yang sangat telah melanda jantungnya.
Namun beberapa orang yang tubuhnya kuat masih sempat
berbisik yang satu dengan yang lain. Beberapa orang bahkan
telah bangkit. Di hatinya tumbuh keberaniannya untuk
melibatkan diri dalam pertempuran itu. Jika orang-orang yang
menyerang barak itu menang, maka mereka akan mendapat
kesempatan untuk bebas dari perbudakan.
Karena itu, maka beberapa orangpun telah menyelinap
mencari apa saja yang dapat mereka pergunakan sebagai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata. Ada yang menemukan parang di dapur, ada yang
mendapatkan kapak pembelah kayu, linggis pengelupas sabut
kelapa atau apa saja. Bahkan potongan-potongan kayu dan
selarak-selarak pintu. Dengan demikian, maka pertempuranpun menjadi semakin
menebar di seluruh sudut-sudut barak. Budak-budak yang
ingin lepas itu juga dibekali dengan dendam kepada isi barak
yang bertindak semena-mena terhadap mereka.
Para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong menjadi
semakin gelisah menghadapi tekanan yang semakin berat.
Sementara itu para pemimpin mereka telah terikat pula dalam
pertempuran yang rumit. Saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan
dan selalu berpakaian rapi itu mengumpat dengan kasarnya,
ketika serangan Manggada mulai menyentuh tubuhnya. Ia
tidak lagi dapat merendahkan anak muda yang telah
menempa dirinya dengan sungguh-sungguh itu. Bahkan
dengan laku tapa ngidang di hutan sebelum mereka
menginjakkan kakinya di halaman rumahnya.
Orang berwajah tampan itu sama sekali tidak menduga
bahwa anak muda yang pernah dihinakannya itu pada suatu
saat siap membalas sakit hatinya dengan cara yang lebih
jantan. Namun orang itu tidak membiarkan dirinya dihinakan.
Karena itu, maka iapun mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghentikan perlawanan Manggada.
Tetapi Manggadapun telah meningkatkan kemampuannya
pula. Bahkan bukan orang yang berwajah tampan itulah yang
mendesak Manggada, tetapi perlahan-lahan Manggadalah
yang telah mendesaknya. Serangan-serangannya yang cepat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dilandasi dengan kemampuan yang tinggi telah membuat
lawannya selalu terdesak.
Di bagian lain dari pertempuran itu, Ki Sapa Aruh telah
mempertaruhkan segala-galanya untuk mengalahkan orang
bongkok itu. Jika ia tidak dapat menghancurkan orang
bongkok itu, maka bukan saja dirinya sendiri, namanya yang
untuk waktu yang lama ditakuti, tetapi juga barak itu dengan
segala isinya Tetapi setiap kali ia meningkatkan tataran ilmunya, maka
lawannya yang bongkok itupun mampu melakukannya pula,
sehingga dengan demikian, maka pertempuranpun semakin
lama menjadi semakin sengit. Orang-orang yang bertempur di
sekitarnya yang sempat melihat sekilas pertempuran antara Ki
Sapa Aruh dan Ki Pandi itu hanya dapat berdecak kagum,
bahwa kedua orang itu memiliki ilmu yang sulit untuk
dimengerti. Di halaman barak, Ki Carang Aking masih juga bertempur
melawan Ki Srayatapa, yang sama sekali tidak mengira bahwa
di barak itu ia akan bertemu dengan orang yang berilmu
tinggi, bahkan mampu mengimbangi tingkat ilmunya.
Tetapi ia tidak dapat mengingkari kenyataan itu. Yang harus
dilakukannya adalah berusaha menghancurkan lawannya yang
tua itu. Dalam pada itu, Ki Kertasana yang berhadapan dengan
Wira Sabet telah terlibat dalam pertempuran yang sengit pula.
Wira Sabet yang tidak mengira bahwa Kertasana yang sudah
dikenalnya sejak lama itu ternyata memiliki ilmu yang tinggi.
"Kenapa baru sekarang kau tunjukkan kemampuanmu Ki
Kertasana?" bertanya Wira Sabet ketika ia harus meloncat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil jarak ketika serangan Ki Kertasana menyulitkannya. "Baru sekarang aku merasa perlu mempergunakannya, Ki
Wira Sabet. Ternyata kau dan Sura Gentong telah memancing
aku dan adikku untuk dengan terpaksa melakukan kekerasan
ini karena kami tidak mempunyai pilihan lain"
Wira Sabet tidak bertanya lebih jauh. Tetapi dikerahkannya
ilmunya yang diterimanya selama ia berguru. Namun ternyata
Ki Kertasana memiliki kematangan yang lebih tinggi.
Di sisi lain, Sura Gentong dengan garangnya berusaha
untuk segera menghabisi Ki Citrabawa. Namun Sura Gentong
telah membentur kekuatan ilmu lawannya. Citrabawa yang
bukan orang Gemawang itu justru telah mendesak Sura
Gentong. Ayah Laksana yang juga sekaligus menjadi gurunya
dan guru Manggada itu, memiliki kelebihan dari Sura Gentong
meskipun Sura Gentong lelah berguru cukup lama.
Namun Sura Gentong yang marah sekali itu tidak mau
melihat kenyataan itu. Ia bertempur semakin keras dan
bahkan menjadi kasar sebagaimana tingkah lakunya.
Kekasarannya itu kadang-kadang memang sempat mendesak Ki Citrabawa. Namun hanya sekedar hentakan-
hentakan saja. Selanjutnya, maka Ki Citrabawa kembali
menguasai medan. Kekalahan-kekalahan yang terjadi kemudian, telah membuat Sura Gentong justru kehilangan akal. Ia menjadi
semakin garang, kasar dan bahkan liar. Namun dengan
demikian maka ia kehilangan kendali dan pengamalan diri.
Kekasaran dan keliaran itulah yang membuat Ki Citrabawa
harus meningkatkan ilmunya sampai ketataran tertinggi.
Benturan-benturan yang keras tidak dapat dielakkannya lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkali-kali Sura Gentong harus terlempar jatuh di setiap
benturan. Namun demikian ia bangkit, maka seperti seekor
badak ia menyerang lawannya.
Akhirnya Ki Citrabawa tidak mempunyai pilihan lain. Ia
hanya dapat menghentikan perlawanan Sura Gentong itu jika
Sura Gentong sudah tidak berdaya sama sekali.
Karena itu, maka Ki Citrabawa itupun segera meningkatkan
ilmu sampai ketataran tertinggi. Dari Manggada dan Laksana
ia telah mendengar sikap Sura Gentong. Apalagi Ki Citrabawa
sebelumnya memang belum pernah mengenalnya. Karena itu,
maka tanggapannya atas Sura Gentongpun baru terbentuk
sejak ia berada di Gemawang.
Dengan hentakan puncak kemampuannya, maka Ki
Citrabawa menjadi semakin berbahaya. Bahkan kemudian
serangan-serangannya seakan-akan telah menggulung semua
kemampuan Sura Gentong. Pada saat-saat terakhir dari pertempuran itu, Sura Gentong
justru telah bertempur tanpa perhitungan lagi. Senjatanya,
sebatang tongkat besi yang berkepala bulatan bergigi lembut,
terayun-ayun mengerikan. Namun Ki Citrabawa yang
menggenggam pedang di tangannya, memiliki kecepatan
gerak yang lebih tinggi. Pedang Ki Citrabawa yang besar itu
mampu mengimbangi ayunan tongkat besi lawannya dalam
benturan-benturan yang keras.
Namun Citrabawa yang mengerahkan tingkat kemampuannya yang tertinggi itu telah berhasil dengan
kecepatan melampaui kecepatan ayunan tongkat besi Sura
Gentong menembus pertahanannya. Ujung pedang Ki
Citrabawa sempat menggores lengan Sura Gentong.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sura Gentong terkejut. Ketika ia bergeser surut, maka
ujung pedang Ki Citrabawa sempat membentur tongkat besi
Sura Gentong, sehingga tongkat itu terlepas dari tangannya.
"Menyerahlah" desis Ki Citrabawa.
Tetapi yang dilakukan oleh Sura Gentong adalah justru
menarik sebilah luwuk dari sarungnya. Luwuk yang tidak
terlalu besar, tetapi tentu berbahaya di tangan Sura Gentong
yang kehilangan pengamatan diri itu.
Karena itu, maka Ki Citrabawapun dengan cepat sekali
menghantam luwuk itu dengan pedangnya. Demikian tiba-tiba
sehingga luwuk itu terlepas dari tangan Sura Gentong.
Sekali lagi Ki Citrabawa mengacukan pedangnya sambil
berkata "Menyerahlah"
Tetapi yang terjadi, membuat Ki Citrabawa kehilangan
kesabaran. Tiba-tiba saja Sura Gentong telah melemparkan
pisau-pisau kecil ke arah lawannya.
Ki Citrabawa terkejut. Dengan serta-merta ia berloncatan
mengelak. Tetapi sebilah pisau telah tersangkut di lengannya.
Kemarahan Ki Citrabawa tidak terbendung lagi. Ujung
pedangnyapun kemudian telah memburu lawannya. Satu


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tusukan yang tepat menukik menembus dada Sura Gentong
sampai ke jantung. Sura Gentong tidak sempat mengeluh. Tubuhnya rebah
ketika Ki Citrabawa menarik ujung pedangnya. Ia kehilangan
nyawanya bersama dengan hilangnya semua angan-angan
gilanya. Ki Citrabawa termangu-mangu sejenak. Dipandanginya
tubuh yang terbaring diam itu. Sementara di sekitarnya,
pertempuran masih berlangsung dengan sengitnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kematian Sura Gentong adalah isyarat yang paling
jelas, bahwa Gemawang akan dapat lepas dari impian-impian
gila Sura Gentong yang dilambari oleh dendam yang membara
di hatinya. Tetapi kegilaan Sura Gentong bukan sekedar baru
mulai sejak ia ingin menguasai Gemawang. Tetapi sejak ia
hampir saja dihancurkan oleh orang-orang Gemawang oleh
pokalnya sendiri, sehingga Sura Gentong itu harus melarikan
diri. Ki Jagabaya yang melihat Sura Gentong terbujur diam telah
mendekatinya. Kerut di keningnya menunjukkan gejolak di
hatinya. Sementara itu, Ki Pandi yang berilmu sangat tinggi itu
masih bertempur melawan Ki Sapa Aruh. Betapapun
ditakutinya nama Ki Sapa Aruh. tetapi berhadapan dengan Ki
Pandi, ternyata ia tidak mampu berbuat lebih banyak dari
sekedar bertahan. Serangan-serangan Ki Pandi semakin lama
semakin garang. Benturan-benturan telah terjadi. Beberapa
kali Ki Sapa Aruh menerima kerataan, bahwa ia menjadi
semakin terdesak. Namun pada saat-saat terakhir, Ki Sapa Aruh telah bertekad
untuk mempertaruhkan ilmu puncaknya, la sadar, bahwa Ki
Pandi pun tentu akan membentur ilmu puncaknya dengan ilmu
andalannya pula. Tetapi Ki Sapa Aruh tidak mempunyai pilihan
lain. la harus dengan cepat memenangkan pertempuran, atau
hancur sama sekali. Sementara pertempuran di barak itu mencapai puncaknya,
maka Ki Sapa Aruh lelah mengerahkan segenap kemampuan
ilmunya. Ketika ia menyilangkan tangannya di dadanya, maka
Ki Pandi segera mengetahui apa yang akan terjadi. Karena itu,
maka Ki Pandi pun telah mengetrapkan ilmu pamungkasnya
pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Citrabawa yang lelah kehilangan lawannya sempat
melihat apa yang terjadi. Demikian pula Ki Jagabaya. Mereka
melihat dua sosok tubuh yang meluncur bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya.
Benturan yang dahsyatpun telah terjadi. Benturan dua
sosok tubuh yang dilambari dengan kemampuan ilmu mereka
masing-masing yang sangat tinggi.
Keduanyapun terlempar beberapa langkah surut. Keduanya
jatuh terbanting di tanah.
Pertempuran di sekitar peristiwa itu terjadi seakan-akan
justru telah terhenti. Mereka menyempatkan diri melihat apa
yang telah terjadi Perlahan-lahan Ki Pandi mulai menggeliat. Sambil berdesah
menahan nyeri di dadanya, Ki Pandi itu bangkit. Ki Citrabawa
dan Ki Jagabayapun telah mendekatinya dengan tergesa-gesa
untuk membantu orang bongkok itu duduk.
Dengan suara yang lemah dan gemetar, Ki Pandi itupun
bertanya "Bagaimana dengan Ki Sapa Aruh"
Mereka yang seakan-akan telah melupakan Ki Sapa Aruh itu
serentak berpaling. Yang mereka lihat adalah sesosok tubuh
yang terbaring diam. "Tolong bantu aku melihatnya" desis Ki Pandi.
Ki Citrabawa dan Ki Jagabaya telah membantu Ki Pandi
melangkah perlahan-lahan mendekati sosok tubuh Ki Sapa
Aruh yang terbaring diam.
Ketika Ki Pandi berjongkok disampingnya, dan berdesis
memanggil namanya, maka Ki Sapa Aruh itu membuka
matanya. Namun mata itu sudah menjadi redup dan bahkan
hampir padam sama sekali.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dari bibirnya masih terdengar desisnya perlahan
"Kau orang yang luar biasa Bongkok"
Ki Pandi menarik nafas dalam. Namun kemudian Ki Sapa
Aruh pun telah memejamkan matanya untuk selama-lamanya.
Ki Pandi itupun kemudian bangkit berdiri dibantu oleh
Citrabawa dan Ki Jagabaya. Kepada orang-orang yang berdiri
mematung di sekitarnya ia berkata "Apakah pertempuran
masih akan diteruskan. Ki Sapa Aruh sudah terbunuh. Sura
Gentong juga sudah tidak ada lagi. Segala-galanya kini
tergantung kepada Ki Wira Sabet"
Wira Sabet termangu-mangu sejenak. Pertempuran di
sekitarnya memang tiba-tiba saja telah berhenti. Ternyata
seorang saudara seperguruan Wira Sabet telah terbunuh juga
dipertempuran itu oleh anak Ki Demang Rejandani dan
seorang kawannya. Sementara saudaranya yang lain telah
terluka pula. "Tidak ada gunanya kau bertahan Wira Sabet" berkata Ki
Pandi kemudian. "Sudahlah Ki Wira Sabet" berkata Ki Kertasana "kita dapat
melupakan permusuhan ini. Bukankah kita masih tetap
merindukan padukuhan Gemawang yang sejuk, tenang dan
damai?" Wira Sabet menundukkan kepalanya. Katanya kemudian
"Aku menyerah" "Jika demikian, perintahkan pengikut-pengikutmu menyerah" berkata Ki Kertasana.
Wira Sabet memang memeriniahkan pengikut-pengikutnya
menyerah. Tidak ada lagi gunanya bertempur terus. Wira
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sabet dan pengikutnya tentu tidak akan mampu berbuat
banyak. Namun demikian, Ki Srayatapa ternyata tidak mau
mengakui kekalahan itu. Dengan lantang ia berkata "Kau
pengecut Wira Sabet. Setelah saudaramu terbunuh dan
kemudian Ki Sapa Aruh yang telah banyak sekali berjasa
kepadamu, kau telah menyerah"
"Kematian-kematian berikutnya tidak akan ada artinya lagi
Ki Srayatapa" Namun yang menyahut adalah saudara seperguruan Wira
Sabet yang berwajah tampan "Aku akan berhenti bertempur
setelah mematahkan leher anak yang sombong ini"
Tetapi Manggada tidak memberikan banyak waktu. Iapun
kemudian berkata "Bersiaplah. Kita selesaikan persoalan kita.
Lepas dari persoalan yang terjadi antara barak ini dengan
padukuhan Gemawang" Berbeda dengan orang itu, maka lawan Laksana justru telah
menghentikan pertempuran itu. Ia menyadari sepenuhnya,
bahwa kemampuannya yang dianggapnya sudah cukup tinggi
itu, ternyata tidak mampu mengimbangi kemampuan anak
yang masih dianggapnya sangat muda itu.
Pertempuran di barak itu sebagian besar sudah berhenti
Namun Ki Srayatapa sama sekali tidak menghiraukannya.
Sementara itu, Ki Carang Aking tidak ingin dianggap licik
dengan melibatkan orang lain dalam pertempuran itu.
Namun Ki Carang Aking itulah yang kemudian tidak ingin
bertempur terlalu lama. Jika yang lain telah berhenti, maka
iapun ingin segera berhenti, apapun yang terjadi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mengerahkan segenap kemampuan ilmu puncaknya, maka Ki Carang Aking telah meloncat menyerang
lawannya, Ki Srayatapa. Sementara Ki Srayatapa yang melihat sikap lawannya
itupun segera mempersiapkan diri untuk membentur ilmu
orang tua perawat kuda itu.
Benturan yang keraspun telah terjadi pula. Namun ternyata
bahwa tataran ilmu Ki Srayatapa masih selapis dibawah
tataran ilmu Ki Carang Aking. Dengan demikian, maka Ki
Srayatapa itu telah terlempar beberapa langkah. Iapun
kemudian jatuh terguling dengan derasnya. Ia tidak dapat
mengelak sama sekali ketika kepalanya kemudian membentur
batu bebatur bangunan induk barak itu.
Sementara itu, Ki Carang Aking tergetar dan terdorong
surut. Tetapi ia masih tetap tegak meskipun ia harus
mengatasi perasaan sakit yang menyengat dadanya.
Ki Srayatapa tidak sempat mengaduh. Bukan saja karena
hentakan ilmu lawannya. Tetapi kepalanya yang membentur
batu di bebatur rumahnya itu telah mengalirkan darah.
Dalam pada itu, Manggada yang masih bertempur melawan
saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan itu
berkata "Nah, apakah kau masih belum akan menyerah?"
"Persetan" geramnya "aku tidak peduli apakah mereka nanti
akan membunuhku. Tetapi kau juga harus mati"
Dengan ganasnya orang itupun kemudian telah menyerang
Manggada. Namun Manggada yang telah sampai pada tingkat
tertinggi ilmunya itu menjadi sangat liat. Tubuhnya menjadi
lentur dan geraknya menjadi semakin cepat. Orang berwajah
tampan itu sama sekali tidak sempat menyentuh tubuh
Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun tiba-tiba orang itupun berkata "He anak sombong. Cari
senjata, kita akan bertempur dengan senjata"
Manggada termangu-mangu sejenak. Namun kemudian Ki
Kertasana telah melemparkan pedangnya kepada anaknya,
sementara orang berwajah tampan itu telah menggenggam
pedang pula. Namun justru karena itu, maka pertempuran itu menjadi
semakin cepat berakhir. Kemampuan dan kecepatan gerak
Manggada ternyata tidak dapat diimbangi oleh lawannya.
Karena itu, maka ujung pedang Manggadapun segores-
segores telah mengoyak tubuh orang berwajah tampan itu.
Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa lawannya itu akan
menyerah. Bahkan sambil mengumpat-umpat orang itu
bertempur semakin liar meskipun darah telah mengalir
membasahi pakaiannya. Manggada yang muda itu ternyata tidak dapat mengekang
dirinya lagi. Ia menjadi semakin benci kepada lawannya yang
tidak tahu diri itu. Karena itu, maka sebuah loncatan panjang
dengan pedang yang lurus terjulur kearah dada telah
mengakhiri pertempuran itu. Demikian orang itu roboh di
tanah, maka pertempuran di barak itu benar-benar telah
berhenti. Laksana yang berdiri termangu-mangu melihat ketiga orang
yang pernah menangkapnya dan membawanya masuk ke
dalam barak itu bersama dengan Manggada. Dua orang di
antaranya telah terluka, meskipun tidak terlalu parah. Namun
seorang murid Ki Carang Akingpun telah terluka pula.
Disamping mereka itu, pertempuran itu memang tidak
dapat menghindari korban. Seorang anak muda Gemawang
telah gugur, disamping beberapa orang yang terluka. Dua di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antaranya terhitung parah. Sementara itu, seorang anak muda
Rejandani juga guru. Tiga orang terluka cukup parah,
termasuk seorang saudagar, kawan anak Ki Demang.
Meskipun pertempuran itu telah selesai, tetapi masih ada
persoalan lain yang harus diselesaikan. Orang-orang yang
menyerah itu akan menjadi persoalan pula bagi Gemawang
dan Rejandani. Namun demikian, maka ancaman-ancaman dan ketakutan
tidak akan melanda padukuhan gemawang lagi. Orang-orang
Gemawang akan menikmati lagi sejuknya kampung halaman
mereka. Sementara itu Wira Sabet telah menunjukkan dimana
disimpan perhiasan-perhiasan bukan saja yang telah mereka
rampok dari anak Ki Demang Rejandani dan kawan-kawannya.
Tetapi juga yang pernah mereka rampok dari banyak orang.
Pembicaraan antara Ki Jagabaya Gemawang dan Ki Demang
Rejandani menimbulkan kesepakatan bahwa orang-orang yang
tertawan itu untuk sementara akan dibawa ke Rejandani,
justru karena Rejandani tidak mengalami goncangan-
goncangan sebagaimana dialami oleh Gemawang dan bahkan
Kademangan Kleringan. Namun Ki Demang Rejandani minta
agar khususnya Wira Sabet dan saudara seperguruannya yang
masih ada, dibawa ke Gemawang.
"Di Gemawang ada orang-orang berilmu tinggi" berkata Ki
Demang. "Bukankah Rejandani dapat minta bantuan Ki Carang
Aking?" bertanya Ki Pandi.
Tetapi Ki Carang Aking tersenyum sambil menjawab
"Seperti burung yang terlepas dari sangkarnya. Aku akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbang jauh menembus mega-mega pulih. Sayapku sudah
terlalu lama terkekang di barak buruk itu"
Tidak seorangpun dapat mengekangnya. Ki Carang Aking
memang tidak akan dapat bertahan terlalu lama di satu
tempat. Di hari-hari berikutnya, maka Gemawang lelah mulai
dengan menata diri kembali. Bayangan ketakutan telah hilang
seperti embun yang disengat oleh panasnya sinar matahari.
Di padukuhan, Ki Jagabaya telah mengijinkan Wira Sabet
untuk menempati rumahnya kembali bersama anaknya,
Pideksa, bersama tiga orang pengikutnya yang telah
dikalahkan oleh Laksana. Baru kemudian hal itu diketahui oleh
Wira Sabet dan Pideksa. Tetapi mereka tidak menjadi heran,


Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena Laksana mampu mengalahkan saudara seperguruan
Wira Sabet. Namun Sampurna, Manggada dan Laksana sempat tertawa
ketika mereka mendengar ceritera Tantri tentang Wisesa yang
mencoba untuk memaksanya mengikutinya ke rumah
neneknya. "Sejak saat itu, Wisesa tidak pernah datang lagi" berkata
Tantri. Laksana mengangguk-angguk. Tiba-tiba wajahnya nampak
bersungguh-sungguh. Tetapi ia tidak mengatakan sesuatu.
Namun ternyata untuk mendapatkan kembali kampung
halaman yang sejuk, tenteram dan damai serta sejahtera,
masih banyak sekali yang harus dikerjakan.
Tamat http://dewi-kz.info/ Pedang Kayu Harum 4 Pendekar Rajawali Sakti 77 Misteri Naga Laut Teluk Akhirat 1
^