Si Dungu 5
Si Dungu Karya Chung Sin Bagian 5
Kat Siauw Hoan menunggu dengan penuh perhatian, tentunya
ada seseorang yang sedang ditunggu oleh wanita berambut panjang
ini. Betul saja, tidak lama kemudian, berjalan seorang laki2 dengan
derap Iangkah kaku, wajahnya menakutkan, tidak selembar kulit
yang melekat diwajahnya, kedua bola mata bergantungan,
hidungnya bolong kedalam, tak bertulang kedua baris gigi terlihat
jelas sekali. Inilah si Patung Arca.
Si Patung Arca duduk didepan Hantu Wanita, tidak sekecap
patahpun dikeluarkan olehnya.
Dua manusia wajah lepas itu duduk menghadapi api unggun,
tidak diketahui bahwa dua orang lainnya mengintip mereka dari atas
pohon, itulah Kat Siauw Hoan dan To It Peng.
Baberapa lama si Hantu Wanita dan patung antik duduk
mematung seperti itu, dua bayangan lagi datang, warna pakaian
mereka putih mulus, inilah dua baju putih, dua manusia dengan
kulit wajahnya lepas pula.
Dua baju putih duduk dikedua sisi si Hantu Wanita dan Patung
Arca, ternyata 4 Wajah Tak Berkulit sedanq menantikan sesuatu.
Lama mereka duduk seperti itu.
"Mengapa suhu tak terilihat?" - tanya baju putih yang agak
tinggi. "Dikatakan pergi ke Seng-po-chung, mengapa lama sekali ?"
Barkata lain Baju Putih yang pendek.
"Mungkinkah terjadi sesuatu?" Berkata si Patung Arca.
Wanita berambut panjang memandanq ketiga kawannya, ia
berkata : "Diumpamakan terjadi sesuatu, mungkinkah kita Sanqgup
menerjang Seng-po-chung ?"
"yang kusayangkan ialah sarung pedang kulit naga itu." kata si
Patung Arca. "Kau takut kehilangan?" Inilah suara si Hantu Wanita.
Patung Arca menganqgukkan kepala, katanya :
"Suhu berkepandaian tinggi. Tetapi Seng-po-chung adalah
gudang para jago simpanan, kukira berat untuk mendapatkan
pedang Hu-ie." "Besar kemungkinannya ia tertawan."
"Maka turut lenyap pula sarung pedang kulit naga itu."
Kukira demikian." "Setelah tahu, suhu berada delam bahaya, mengapa kita tidak
menolong?" kata si Bayu Putih yang agak tinggi. "
"Betul." Sambung si Baju Putih yang dikanan, Mari kita serbu
Seng-po-chung." "Bakar Seng-po-chung!" Sambung Baju putih lainnya. Mereka
adalah saudara kembar, pendapatnya tidak berselisih jauh.
"Hm......." Wanita rambut panjang mengeluarkan suara dari
hidungnya yang tak bertulanq itu. "Kau kira Seng-po-cung itu apa ?"
"Betul" Sambung si Patung arca. "Seng-po-chung tidak dapat
disamakan dengan Ban-kee-chung, bila menghadapi Ban-kee-chung,
kalian dapat bebas bergerak,..... tetapi di Seng-po-chung tidak
mudah untuk melakukan itu."
"Satu ketua Seng po-chung saja belum tentu sanggup kita
tandingi." kata si Hantu Wanita. Apalagi ia mendapat dukungan2
dari pada jago2nya."
"Apa yang kita harus lakukan?" tanya Baju putih yang dikanan.
"Betul" Sambung Baju pdtih dikiri. "Mungkinkah harus menunggu
terus ?" Si Patung Arca adalah kepala dari 4 Wajah Tak Berkulit itu, ia
segera memberi putusan : "Tunggulah beberapa saat lagi."
"Kukira tidak ada artinya." kata si Hantu Wanita.
"Mengapa?" "Mudah dibayangkan, bila suhu mendapat kemenangan,
membawa keluar pedang Hu-ie, tentunya telah menemukan dan
mencari kita. Kini terbukti tidak ada kabar cerita, tentu suhu telah
dikalahkan di Seng-po-chung."
"Kukira ......"
"Sarung pedang kulit naga adalah benda yang kudapatkan, tetapi
suhu meminta dengan alasan ingin manyatukan dengan pedang Hu-
ie, sayang tidak ada kabar ceritanya."
Hantu Wanita memandang si Patung Arca, ia berkata :
"Suheng, kau tidak rela untuk menyerahkannya?"
"Dia adalah suhu kita, mana mungkin tidak rela." si Patung Arca
membikin pembelaan. Mata2 mereka bergantungan dari hidung2nya
tak bertulang. 4 Wajah Tak Berkulit diam ! Oleh karena sinar api itu, terlihat 4
wajah mereka yang sangat menakutkan.
Tidak lama, si Patung Arca bangkit, ia berkata :
"Aku ingin buang air kecil, ka!ian diam disini dan jangan pergi
kemana-mana." Ketiga Wajah Tak Berkulit itu menganggukan kepala. Maka si
Patung Arca berjalan pergi.
Kat Siauw Hoan yang pintar segera dapat menduga tentu ada
sesuatu yang akan dikerjakan oleh Wajah Tak Berkulit itu, ilmu
kepandaiannya tinggi, tetapi untuk menghadapi 4 Wajah Tak
Berkulit sekal gus, belum tentu ia sanggup, kini dilihat satu
diantaranya telah pergi, ia bergirang.
"Baik2 kau disini," pesannya kepada To It Peng. "ingin kulihat
apa yang akan dikerjakan." Badannya melesat meninggalkan
sidungu. ---oo0oo--- BAGIAN 20 SAAT KEMATIAN 4 WAJAH TAK BERKULIT
TO IT PENG, yang sedang terkena mabuk asmara pesan Kat
Siauw Hoan tidak terdengar sama sekali. Maka dikala wanita itu
pergi, ia tidak sadar sama sekali.
Setelah meninggalkan pesan, disangkanya sipumuda dogol itu
menurut perintahnya, hal ini tidak usah dinsangsikan karena To It
Peng sangat jinak sekali, Kat Siauw Hoan mengikuti dibelakang si
Patung Arca. Dilihat wajah Tak berkulit itu berejalan perlahan dan kadang2
melongok kebelakang, seolah-olah takut ada yang mengikutinya.
Kat Siauw Hoan bersembunyi sangat bagus sekali, maka orang
yang diikuti tidak tahu bahwa gerak geriknya telah berada dibawah
pengawasan orang. Setengah lie kemudian, si Patung Arca menambah kecepatan,
dengan demikian, bila ada yang mengikuti dibelakang dengan tidak
berkepandaian, tentunya tidak dapat meneruskan usahanya.
Kat Siauw Hoan turut mengejar dengan cepat.
Demikianlah, mereka telah berjalan 7 lie lebih, di sini si Patung
Arca menghentikan gerakannya
Kat Siauw Hoan menyembunyikan diri dibalik pohon besar.
Si Wajah Tak Berkulit tidak segera bekerja, ia memeriksa
keempat penjuru, gerakan ini sangai mencurigakan sekali. Setelah
memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat dirinya, ia menuju
kearah sebuah batu besar, disana diangkatnya batu itu.
Dibawah batu ada sebuah kubangan, ia melengok sebentar dan
menutup kembali. Wajahnya yang tegang terlihat senyuman, ia
puas ! Gerakan si Patung Arca terlalu cepat, jarak Kat Siauw Hoan
dengannya cukup jauh, maka tidak diketahui benda apa yang
disimpan dibawah balik batu itu. yang pasti ialah ada sesuatu
disana, si Patung Arca takut benda itu lenyap, maka ia datang untuk
melongok, setelah tahu pasti bahwa yang dikhawatirkan itu tidak
beralasan, in puas, iapun pergi lagi.
Menunggu sampai si Wajah Tak Berkulit jauh, Kat Siauw Hoan
mendekati batu itu, dibukanya batu tersebut dan Aaaaaa..............
Isi kubangan dibawah batu itu hanya potongan2 bambu !
Kat Siauw Hoan mamungut potongan bambu2 itu, ternyata
benda yang dipegang olehnya bukan benda biasa, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya rantai emas yang mengikat dan
menyatukan benda tersebut.
"Apa artinya bambu2 ini ?" tanya Kat Siauw Hoan seorang diri.
Potoogan bambu berjumlah 12 buah, samar2 terlihat guratan2
dan gambar2, entah apa artinya "
jauh2 si Patung Arca datang ketempat ini dan meninggalkan
ketiga kawan sendiri, maksud tujuannya ialah untuk melongok
bambu2, mudah dibayangkan tentunya bukan bambu biasa.
Betul saja, setelah mendapat penelitian yang cermat, Kat Siauw
Hoan segera dapat melihat tuIisan2 yang mengandung gerak tipu
silat, inilah peninggalan tokoh s ilat dijaman silam !
la memilih salah satu bambu dan memeriksa, disana tertulis
'catatan ilmu silat Hu-ie'.
Ilmu silat Hu-ie ! Kat Siauw Roan lompat gembira, tidak disangka ia dapat
menemukan catatan ilmu silat ditempat ini, bahkan secara tidak
disengaja. 12 buah potongan bambu menunjukkan dua belas macam ilmu
silat yang tidak sama, kecuali gambar2 pedang dan catatan2,
terdapat juga cara2 untuk melatih diri.
Inilah serial ilmu pedang Hu-ie!
Hati Kat Siauw Hoan berdebar keras, lupa akan keadaan dirinya,
ia memeriksa catatan itu.
Manakala Kat Siauw Hoan memperhatikan potongar, bambu,2
itu, terdengar geraman dari seseoranq yang sangat marah, desiran
angin keras mernukul kearahnya.
Kat Siauw Hoan terkejut, cepat ia lompat menyingkir, daya
refleknya terhadap sesuatu serangan telah berhasil menjatuhkan
dirinya ancaman malaekat elmaut.
Maka pecahlah batu besar yang berada disisi Kat Siauw Hoan, hal
ini sangat mudah dsbayangkan karena serangan itu cukup hebat.
Setelah lompat jauh, Kat Siauw Hoan memperhatikan orang yang
menyerang. Tidak jauh dari mana ia berada, terlihat seorang
dengan wajah menakutkan, wajah itu berhidung bolong, tidak
berkelopak mata, tidak berbibir, inilah si Patung Arca, salah satu dari
4 Wajah Tak Berkulit! Si Patung Arca tentunya marah karena 12 potongan bambunya
telah diambil, hal ini maklum bagi Kat Siauw Hoan, hanya saja ia
terlalu pandai bicara, mempunyai bakat bagus menipu dan
menyengkelit kawan, maka wajahnya disunggingkan senyuman,
katanya tertawa : "Eh, dari manakah datangnya kawan ini" Mengapa marah2 tanpa
sebab ?" Si Patung Arca mengeluarkan bentakannya yang menggelgar :
"Benda apakah yang berada ditanganmu itu ?"
Kat Siauw Hoan mengangkat rencengan bambu2 itu, katanya :
"Inikah yang kau maksudkan" Aku sedang bingung, apa artinya
bambu2 yang seperti ini ?"
"Lekas serahkan kepadaku." kata si Patung Arca.
"Mengapa ?" "Barang itu adalah barang2 kepunyaanku."
"Ooooo........." Kat Siauw Hoan memutarkan biji matanya yang
jeli. "Barang kepunyaanmu " Aku mana tahu ?"
"Lekas kau kembalikan kepadaku."
"jangan terlalu cepat marah, bung! Hanya beberapa potong
bambu yang seperti ini berapakah harganya?" Kat Siauw Hoan telah
menyiapkan jarum merahnya yang maha hebat dan berbisa itu.
jarum merah Thian-hong-ciam ! jarum jahat yang pernah
merengut jiwa Hian-u Po-po dan Ba Lo Lo.
Si Patung Arca, belum sadar akan maut yang sedang berada
dihadapan matanya, ia mengulurkan tangan memintanya :
"Lekas kau serahkan padaku!" Kat Siauw Hoan mangayun
tangan. "Nah! Terimalah!" Katanya.
Bukan rencengan bambu2 itu yang dikembalikan, tetapi jarum
Thian-hong-ciam jahat sebagai hadiah perkenalan.
Si Patung Arca bukannya orang baik, tetapi belum mempunyai
hati yang berbelit-belit, mana diketahui ada seseorang yang berseri-
seri membunuh orang " Dikala ia sadar akan bahaya, tiga buah
jarum Thian-hong-ciam telah bersarang pada tiga jalan darahnya.
"Aaaa aaaa...... Hanya jeritan ini yang dapat dikeluarkan olehnya,
seteleh itu, tubuhnya menggeliat, jatuh ketanah untuk tidur
sehingga akhir jaman. Racun Thian hong-ciam sungguh jahat sekali.
Kat Siauw Hoan tersenyum dengan penuh penghinaan, senyum
berbisa yang jahat luar biasa, meliwati mayat orang yang telah
dijadikan korban, ia kembali kearah dimana To It Peng ditinggalkan,
ditengah jalan, tidak henti2nya memperhatikan 12 buah potongan
bambu itu. Pikirannya tidak mungkin sidungu mengalami bahaya,
sudah dipesan olehnya, agar dia tetap disitu. Belum pernah To It
Peng melangar perintah, termasuk perintah ini tentunya.
Apa yang Kat Siauw Hoan gariskan itu beralasan sayang ada
pengecualian, pada waktu itu, To It Peng sedang mengalami bahaya
besar ! Bercerita tentang To It Peng, ia sedang mabuk asmara, berjalan
ber-sama2 dengan Kat Siauw Hoan tidak berbeda berjalan dengan
bidari pujaannya, apa lagi mengeram diatas pohon dua2an,
sungguh menyenangkan, bau semerbak seorang wanita menyegarkannya, ia memeramkan mata, hatinya tergetar oleh
kemolekan Kat Siauw Hoan.
Maka, disaat Kat Siauw Hoan meninggalkan pesan, ia lupa
mendengar, gerakannya Kat Siauw Hoan terlalu cepat dan tidak
menimbulkan suara, ia tidak tahu akan kepergiannya.
To It Peng sadar, setelah bau harum yang memabukkan si
pemuda dogol itu lenyap sama sakali, ia membuka mata, maka tidak
terlihat bayangan2 Kat Siauw Hoan, tentu saja ia terkejut, maka ia
lalu berteriak : "Nona Kat....... Nona Kat.......... kau dimana ?"
Lupalah ia bahwa 3 Wajah Tak Berkulit masih berada dibawah
pohon, Iupakah akan bahaya2 itu yang tentu tidak menguntungkan
dirinya. Betul saja, teriakan To It Peng diatas pohon mengejutkan 3
Wajah Tak Berku!it. Dua Baju putih memandang kearah atas, si
Hantu Wanita membentak : "Siapa ?" To It Peng sedang berteriak-teriak :
"Nona Kat, dimana kau bersembunyi "....... Nona Kat, dimana
kau bersembunyi ?" "Siapa diatas ?" Bentak si Nantu Wanita.
Dua Baju Putih tidak banyak konentar, mereka mengerahkan
tangannya masing2 memukul keatas.
Maka, berjatuhanllah tangkai2 pohon yang patah,
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beterbanganlah rontokan daun2 itu, bersamaan dengan itu, jatuh
pula tubuh To It Peng ditanah.
24 Si Hantu Wanita dan dua baju putih mengambil sikap
mengurung, mereka berada dikedua sisi dan depan s ipemuda.
Segera dikenali akan sidungu dari Ban-kee-chung, maka
ketegangan 3 Wajah Tak Berkulit mereda dan Punah sama sekali.
"Kau"!" Berseru si Hantu Wanita sambil menyingkap rambut
panjangnya. Dua Baju Putih saling pandang, terlalu apal wajah To It Peng
didalam perbendaharaan mereka.
"Hei." Bentak si Hantu Wanita, "lagi2 dirimu yang kita temukan."
"Memang ! Lagi2 kita kembali." To It Peng melowekan mulutnya.
la berusaha bangun, ternyata ia diatuh dari atas pohon dengan
keadaan badan yang tidak sedap dipandanq. .
3 Wajah Tak Berkulit sangat memandang ringan sampai dimana
ilmu kepandaian To It Peng, sangatlah diketahui jelas, maka mereka
tidak bersiap siaga sama sekali.
"Hei," kata si Hantu Wanita. "tak usah kau bangun lagi,
bersembahlah kepadaku, dengar baik-baik pertanyaan2 yang akan
kuajukan." To It Peng meng-goyang2kan tangan.
"Mana boleh," debatnya. "kau bukan ibuku, bukan bibiku, bukan
guruku, mengapa harus menyembah2 kepadamu " Wajahmu
sangat.............."
Suatu kebutan tangan telah membuat To It Peng tidak berdaya,
ia tertekan kebawah dan betul2 menyembah.
Ternyata si Hantu Wanita telah mengerahkan ilmuanya, menekan
sidungu dida!am keadaan menyembah seperti tadi.
To It Peng berniat bangun, tetapi ia bukan tandingan si Wajah
Tak berkulit itu, masakan mungkin memenangkan tenaga si Hantu
Wanita" Keringat mengucur deras, semakin kuat sipemuda
mengerahkan tenaga, semakin sakit dirasakan olehnya. Sampai
disini, barulah ia sadar akan sesuatu yang tidak beres.
Ternyata, setelah kena tipu Hian-u Po-po yang mengatakan
dirinya telah berhasil 'diciptakan' sebagai 'jago nomor satu', kesan
ini sangat kokoh kuat bersarang didalam benak pikiran To It Peng,
betul ia telah dikalahkan oleh beberapa orang, pada anggapannya
ialah, para akhli silat itu adalah 'jago2 kelas istimewa' yang berada
diatas jago kelas satu yang tentu saja dapat mengalahkan dirinya.
Kali ini ia manghadapi suatu kenyataan Ia telah ditundukkan oleh
si Hantu Wanita! Dikala Ban-kee-chung belum musnah, wanita berambut panjang
ini pernah diKalahkan oieh Ban Kim Sen, dan diketahui sang paman
belum dapat digolongkan kedalam kelas para 'jago istimewa' maka
si Hantu Wanita bukanlah jago kelas satu, bukan pula jago kelas
istimewa, tentunya. Dan dia dikalahkan oleh seorang yang bukan
digolongan kadalam kelas 'jago istimewa', kesannya yang
menyatakan ia seolah jago kelas satu mulai goyah.
To It Peng mendongakan kepala, memandang bingung,
Eh, kamanakah ilmu kepandaianku yang maha hebat itu" To It
Peng tidak mendapat jawaban yang mamuaskan.
Aaaaaaaaa ............. Tiba2 sebuah ilham memecahkan kekacauan fikirannya itu, T o It
Peng membuat suatu kesimpulan. Tentunya ilmuku lenyap
mendadak. jernihkanlah pikiran pemuda ini. Betul ! T entunya ilmuku
telah lenyap mendadak, entah bila ilmu itu dapat tiada pada diriku !
"Hei, mengapa kau tahu kami akan mengadakan rapat ditempat
ini ?" Bentak si Hantu Wanita. "Mengapa kau menyembunyikan diri
diatas pohon ini ?" To it Peng sedang mencari 'sebab musabab dari kehilangan ilmu
kepandaiannya yang maha hebat' itu. la tidak dengar apa yang
diajukan kepadanya. "Hei ......" Wajah Tak Berkulit itu membentak.
"Lekas jawab pertanyaanku."
To It Peng menyayangkan 'iImunya yang telah lenyap. Tiba2
saja........ Oaaaa....... Huk........ Huk .... dan ia menangis
menggerang-ngerang, memikirkan nasib yang buruk, masakan ilmu
yang maha hebat dapat lenyap mendadak"
"menangis?" Bentak dua Baju Putih. "lngin meminta belas
kasihan ?" Si Hantu Wanita menekan keras, ia membentak : "Lekas katakan,
apa kerjamu diatas pohon ?"
"Teliah lenyap...... Lenyap mendadak...... Telah lenyap.........
Lenyap mendadak." Barteriak sidungu sangat sedih, dan sambil
terisak-isak. "Apa yang lenyap ?" tanya 3 Wajah Tak Berkulit, mereka saling
pandang, tidak mengerti, tentu saja bingung mendapat jawaban
seperti tadi. To It Peng memberi penjelasan :
"Aku telah berkepandaian tinggi, aku telah dijadikan jago kelas
satu, seharusnya kalian bukan tandinganku, dahulu, kalianpun
bukan tandinganku, tetapi..... entah mengapa" llmuku yang maha
hebat itu telah lenyap mendadak, hilang sama sekali .... Maka, aku
telah menjadi satu jago nomor satu yang tiada berkepandaian .....
huk .... Huk......hua....hua..... Aku adalah jago kelas satu yang tiada
berkepandaian, apa artinya jago kelas satuku ini " Apa artinya 'jago
nomor satuku ini"....... Hu..... huu..... hik .... h ik ........"
3 Wajah Tak Barkulit masih tidak mengerti, apa maksud tujuan
sagala ocehan sidungu, mereka mengupasnya kata demi kata, dan
beberapa saat kemudian, merekapun tertawa.
"Hung ... ha. ... hung ... ha ..."
"Hung ... ha. ... hung ... ha ..."
Suara ketawanya ketiga manusia yang berhidung bolong itu tidak
enak sekali didengar. "Ilmu kepandaianmu telah lenyap?" tanya si Hantu Wanita.
"cobalah usahakan mencari disakeliling tempat itu, mungkin
nyangkut diatas pohon, ketinggalan dikala kupukul jatuh tadi."
"Kau tidak percaya" Dahulu aku pernah memukul hancur sebuah
pohon besar, tahu?" To It Peng ber-kepala batu.
"Memang !" kata si Hantu Wanita. "iImu kepandaianmu terlalu
hebat, yang paling istimewa ialah ilmu 'Menyembah dengan
menganggukan kepala membentur batu' seperti ini. Nah, Iihat, kau
mulai memperlihatkan ilmu 'Menyembah dengan menganggukan
kepala sehingga membentur batu itu."
Ditekannya kepala To It Peng, maksudnya ialah agar sidungu
menyembah nyembah dengan anggukan kepala.
Tak mungkin To It Perg mengadakan perlawanan, maka
kepalanya membentur batu keras, ia betui2 mengeluarkan ilmu
'Menyembah dengan anggukan kepala sehingga membentur tanah'
itu. la penasaran, maka didongakannaa kepalanya keatas.
To It Peng berhasil, tetapi tekanan kedua menyusul datang, Tung
...... ia dipaksa membenturkan kepalanya dengan tanah pula.
Betapa cepat To It Peng mendongakan kepala, secepat itu pula si
Hantu Wanita mengerahkan tenaganya, maka terdengar tang, tung,
tang, tung, dak, duk dak, duk, ..... kepala sidungu bercucuran
darah. Tak murgkinlah rasanya kepala itu diadu dengan tanah.
Si Hantu Wanita tertawa, katanya :
"ilmu kepandaian 'Menyembah dengan kepala membentur
tanah'mu ini memang sangat hebat, sungguh istimewa, Paling ......"
Tiba2, tubuh Wanita rambut panjang dengan wajah tidak berkulit
ini mengejang, ia berdiri kaku dan mematung disitu.
Dua Baju putih terkajut, mereka maju memegang kawanya.
"Eh, kau mengapa ?" Tanyanya.
Tubuh si Hantu Wanita bergoyang, dan jatuh ditanah, pada jalan
darahnya kaku dan telah bersarang jarum merah.
To It Peng bebas dari tekanan, ia bangun berdiri, dilihat keadaan
si Hantu Wanita yang seperti itu, tentu saja ia tidak melihat jarum
merah sipenyebar maut itu,.ia me ndelaatinya dan berkata :
"Eh, .... Eh .....Mengapa kau" Mungkinkah terluka dibawah ilmu
istimewa menyembah sehingga kepala mambentur tanah' ku itu ?"
Maksud To It Peng ialah menanyakan apa yang menyebabkan
kejadian itu terjadi, hanya ucapan2 nya kali ini kurang tepat,' pada
pendengaran dua Baju putih, sidungu sedang mengolok-olokan
mereka, tentu saja mereka marah.
Mereka berteriak keras, mengerahkan tenaga dan memukul
kearah sipemuda. Secara mendadak pula, dua buah jarum merah melayang, tepat
memapaki datangnya dua serangan yang mengancam To it Peng.
Dua Baju putih itu sangat terkejut, segera dikenali akan benda
maut yang te!ah merenggut jiwa kawannya, tak mau mereka
meneruskan serangan, dengan sebisa bisanya, mereka membatalkan serangan itu.
Perubahan ini sangat mendadak sekali, terlalu cepat untuk
dilukiskan, maka keadaannya seperti tampak To It Peng yang
menggagalkan serangan. Dua Baju putih pontang panting karena rusak posisi, setelah itu,
mereka maju pula dihadapinya To It Peng.
Sidungu pasang kuda2, tangannya dikerahkan membuat posisi
menyerang. Disaat bersamaan, lagi2 meluncur dua batang jarum merah.
jarum ini terlalu kecil, tak mudah dilihat. Maka To It Peng tidak tahu
ada yang membantunya. Dua Baju putih yang bermata bergantungan, tetapi masih cukup
awas, jarum maut inilah yang mengirim jiwa kawannya kealam
baka, mereka tidak berani lengalh, cepat mundur jauh.
To It Peng tertawa. Dugaannya ialah kedua Wajah Tak Berkulit
itu takut kepada dirinya, hal ini dapat dipahami, mengingat kejadian
di Ban-kee-chung, dimana dua Wajah T ak Berkulit itu diperma inkan
beberapa kali. Maka kesannya ialah ia menemukan kembali ilmu
hebatnya, ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap 'jago kelas satu',
ditemukannya kemba!i ilmu yang belum lama lenyap dan mendadak
itu, maka orangpun takut kepadanya.
Ia berbudi luhur, ia berkepandaian 'tinggi', tetapi tiada maksud
untuk menekan atau memaksakan seseorang, maka tidak diteruskan
olehnya serangan itu, malah ia memberi nasehat :
"Kalian pergilah. jangan sekali-kali lagi membakar kampung
orang. " Dua baju putih mendelikkan mata, setelah itu mereka
memandang kearah, dari mana datangnya jarum merah, kemudian
membentak : "Siapa yang melepas panah" Melempar batu bersembunyi
tangan" Tidak berani menampilkan diri?"
"Dikira kau yang kami maksudkan?" Bentak dua baju putih itu.
"Hei, keluarlah manusia yang suka melempar batu bersembunyi
tangan itu." Kata2 yang terakhir ditujukan kearah semak2 popon gelap.
Maka dari arah tempat itu, arah dibelakang To It Peng mencelat
sebuah bayangan langsing, terdengarlah suara yang sangat garing
merdu : "Nah, manusia yang suka melempar batu bersembunyi tangan
telah menampilkan diri."
Itulah Kat Siauw Hoan yang To It Peng kenal baik.
Wajah Kat Siauw Hoan cantik menarik suaranya merdu penuh
daya pikat. Tidak ada pengecualian, ter_masuk dua Wajah Tak
Berkulit itu, mereka terpesona seketika.
"Kau...... Siapa kau ?" tanya mereka. Sukarlah untuk dipercaya,
wanita muda belia yang seperti inilah yang melepas jarum maut,
membunuh orang"'' "Ha, belum lama kalian menyebut diriku sebagai 'Manusia yang
suka meIempar batu bersembunyi tangan" bukan" Mengapa cepat
sekali lupa?" "Kau kau yang membunuh kawanku ini ?" Salah' satu baju putih
menunjuk kearah mayat si Hantu Wanita.
"Kau yang melepas jarurn merah itu?" tanya lain baju putih.
Kat Siauw Hoan menganggukan kepala.
Dua baju putih memandangnya lama, mereka kurang percaya,
tetapi kejadian ini tidak dapat disangkal.
"Eh, jumlah kalian 4 orang bukan?" tanya Kat Siauw Hoan.
"Betul." kata baju putih yang dikanan.
"Mengapa kau mengatakan pertanyaan ini" tanya lain Baju putih
yang kiri. "Mengapa?" Kat Siauw Hoan tertawa. "Wanita berambut panjang
ini telah mati, lelaki yang seperti patung itupun 'naik surga',
mangapa tidak boleh menanyakan kepada kalian ?"
"Kau ..... Kau telah membunuh Tan cang Leng?" tanya si Baju
Putih. Tan cang Leng adalah nama dari manusia jahat sering menipu
kawan baik, termasuk ketiga kawan berwajah kulit lepas itu,
"Betul. Maka sudah waktunya kalian mendapat giliran, kata Kat
Siauw Hoan dengan senyum yang lebih tajam dari pada pisau itu.
Dua Baju Putih menggerang, mereka adalah saudara kembar,
pendapatnya tidak terpaut jauh setelah saling-pandang sebentar,
masing2 manggerakan tubuhnya menyeranq Kat Siauw Hoan.
Wanita muda itu telah siap dengan jarum2 Thian-hong-ciam,
masing2 dengan kedua tangan menyambuti dua serangan dari dua
Baju putih, dengan demikian, bila 2 Wajah Tak Berkulit itu tidak
membatalkan serangan, seolah olah memukul jarum merah itu.
Kat Siauw Hoan sangat tenang, diduga pasti bahwa dua korban
lagi yang akan mati penasaran.
Diluar dugaan, dua Baju Putih itu menarik pulang serangan,
badannya dibalikkan cepat danmelarikan diri.
Sungguh tipu menyeranq yang sangat hebat untuk tahap
pertama melarikan diri. Ternyata hati dua Baju Putih telah dibuat susut, diketahui To It
Peng tidak berkepandaian, hanya tokoh kuat dibelakang pemuda
inilah yang harus disegani. Untuk memilih jalan aman, yalah harus
segara melarikan diri. Kat Siauw Hoan tertegun. Tetapi gesit sekali ia membikin
pengejaran, dua batang jarum merah meIayang, satu persatu diberi
hadiah kepada dua korbannya.
Terdengar jeritan yang mengerikan, dua Baju Putih itupun tidak
Iuput dari kematian. Tamatlah riwayat hidupnya 4 Wajah Tak
Berkulit yang jahat dibawah tangan Wanita jahat pula.
Kat Siauw Hoan berjalan balik, dilihat To It Peng kesima atas
kejadian yang disaksikan tadi.
"Mari, kita harus segera melanjutkan perjalanan." kata Kat Siauw
Hoan kepada sipemuda. To It Peng menudingkan jari kearah tiga Wajah Tak Berkulit itu,
katanya : "Kau kau telah bunuh mereka ?"
Kat Siauw Hoan mendekati mayat wanita berambut panjang, dari
tubuh sang korban ia menarik keluar sebatang jarum merah.
"Lihat," katanya sanbil menunjukan jarum jahat itu kepada
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sipemuda. "Mereka telah terkena jarum2 yang seperti ini,
mungkinkah tidak mati ?"
Terbayang kembali kematian Ban Lo Lo dan Hian-u Po-po, maka
To It Peng segera mengenali akan jarum Thian-hong-ciam yang
maha berbisa itu, katanya menghela napas :
"Kukira kau belum tahu nama2 mereka."
"Tentu saja tidak tahu." kata Kat Siauw Hoan Mengapa kau
mengemukakan soal ini ?"
"Pada sebelumnya, kau tidak kenal mereka. Maka tidak tahu
menahu tentang nama dan alamatnya. Tetapi kau ... kau telah
membunuhnya ... Sunnguh ... Sungguh..... "Berat untuk
mengeluarkan kata2 'kejam' bagi seorang wanita yang dicintainya
ini. Kat Siauw Hoan tersenyum, ia geli sekali atas perlakuan To It
Peng itu. "Sungguh apa ?" Tanyanya.
"Kejam." kata sipemuda memberanikan diri.
Kat Siauw Hoan mengkerutkan alisnya yang lentik.
"Heran." katanya. "Belum lama kau diperma inkan olehnya,
hampir2 kau mati konyol tahu " Bila tidak segera aku kembali,
mungkin jiwamu sudah terbang melayang kealam baka. Kini, setelah
aku mewakili kau membunuh orang, kau mengatakan aku kejam ?"
"Aku...... Aku belum sampai mati ditangan mereka.
Tetapi.... kau .... kau segera membunuh. Didalam hal ini
Kat Siauw Hoan menjadi marah. Apa mau yang dihadapi olehnya
hanya seorang pemuda dungu, dalam arti kata dungu didalam
persoalan dunia, ia harus memberi penilaian lain pada sisi yang lain.
Maka itu dilewatkanlah begitu saja.
"Dasar dogol." katanya,
To It Peng tidak marah. Tidak ada alasan bagi pemuda ini
menjadi naik darah, ia salalu memberi ampun kepada siapa saja
yang membawa dosa, apa lagi hanya beberepa patah kata2 ucapan
seperti itu, lagi pula yang mengucapkannya pun wanita yang
dikasihi semakin sukar menumpahkan kemarahan hatinya.
Kat Siauw Hoan telah melampiaskan hawa kemarahan itu tidak
lama, iapun manarik napas, katanya :
"Mungkin aku salah. Dasar dan bakatmu terlalu jujur, maka inilah
yang menyebabkan sulit bicara. Kau baik sekali."
Rasa girang To It Peng tidok terlukiskan, memang, tidak ada
kejadian yang lebih menggirangkan dari pada mendapat pujian dan
sanjungan dari seorang kekasih.
"Kau ... Kau mengatakan aku baik ?" Katanya.
Dalam kesan sidungu. 'belum ada orang yang mengatakan ia
baik. Sungguh terharu sekali mendapat pujian seperti ini.
Kat Siauw Hoan menganggukkan kepala, katanya :
"Betul. Kau baik. Kau seorang yang baik."
"Kau inilah wanita yang baik." kata To It Peng. Kat Siauw Hoan
menggoyangkan kepala, katanya :
"Aku adalah wanita yang paling jahat, wanita kejam."
"Siapa yang berani mendakwa kau kejam?" T o It Peng berteriak.
"Biar aku mengadu jiwa dengannya."
Kat Siauw Hoan telah mewarisi segala kekejaman ibunya, belum
pernah ada orang yang memuji, ia sangat terharu mendapat
perhatian sipemuda. Disayangkan pemuda ini terlalu dungu, kurang
sepadan untuk dijadikan kawan hidupnya.
Mengetahui belum dapat kepercayaan wanita muda itu, To It
Peng memberi ketegasan yang Iebih pasti :
"Betul. Aku siap mengadu jiwa dengan siapa saja yang
menyangsikan kebaikanmu. "
"Aah, jangan terlalu cepat kau mengubar emosimu."
"Sungquh. Aku tidak akan membiarkan orang mengecam dirimu."
"Sudahlah. Mari kita melanjutkan perjalanan."
To It Peng harus taat, mereka melanjutkan perjalanan, menuju
kegunung Thian-san. Singkatnya cerita, beberepa hari kemudian, mereka tiba disebuah
kebun bunga, bau harum semerbak merangsang hidung, itulah bau
bunga Bwee. Telah beberapa hari mereka melakukan perjalanan didaratan
yang tandus, adanya kebun bunga Bwee ditempat ini agak janggal
sekali. Untuk Kat Siauw Hoan yang mempunyai pengalaman Kang-
ouw lebih luas, tidaklah mengherankan bila terjadi sesuatu apa.
"Aduh, harummya !" To It Peng mengendus dalam-dalam.
Kat Siauw Hoan menarik tangan sipemuda dan berkata :
"Hus ! jangan kau berteriak terlalu keras"
To It Peng mengerlip-ngerlikan matanya, entah perkara apa lagi
yang membuat ketidak senangannya wanita muda ini.
Kat Siauw Hoan memberi keterangan :
"Dasar dungu, pikirlah baik2. Setelah mengalami beberapa hari
parjalanan didaerah tandus, mengapa mendadak tumbuh tanaman
bunga Bwee" Tentu ada sesuatu yang aneh, mungkin tokoh beradat
kukoay yang mengasingkan diri ditempat ini."
"Tidak ada hubungan dengannya, bukan" Mengapa harus takut
?" To It Peng berteriak.
"Bukan takut yang aku maksudkan. Segala sasuatu haruslah ber-
hati2." "Baiklah. Aku selalu akan taat kepada perintahmu dan berhati-
hati." Mereka telah melewati daerah bunga Bwee itu, bagaikan barada
ditaman firdaus, pemandangan alam disekitar tempat tersebut
sungguh menakjubkan. Bunga Bwee bertaburan, dengan warnanya
yang sangat kontras, menghiasi alam disekitarnya.
Kat Siauw Hoan telah menduga sesuatu, ia tidak ingin melanggar
batas teritorial pohon2 bunga Bwee itu, maka ia barusaha
menjauhkan diri dan berjaIan mutar.
Sangat disayangkan, langkah kaki sering membangkang, tertarik
oleh bau harum sari bunga, terjerumus oleh jalan2 yang diatur
secara aneh, To It Peng dan Kat Siauw Hoan telah masuk kedalam
taman bunga Bwee itu. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan, tidak ada suatu yanq
menakutkan, maka rasa khawatirnya Kat Siauw Hoan lenyap,
mungkin daerah yang tidak bertuan, maka dengan nikmat, ia dapat
meresapkan keadaan alam yang sangat indah itu.
Dalam pikiran Kat Siauw Hoan bila saja, pemuda yang berada
disamping sisinya bukan To It Peng, seumpama seorang pemuda
yang gagah perkasa, berkepandaian tinggi, berwajah tampan
menarik, puaslah rasanya dapat hidup berdua ditempat alam yang
seindah itu. Mereka tiba diujung jalan, disana tampak sebuah pelataran luas,
pada tengah tengah pelataran itu terdapat sebuah batu lengkap
dengan kursi2 yang terbuat dari pada batu pula.
Tidak dapat disangkal, mereka telah memasuki daerah teritorial
orang, ada seseorang tokoh berkepandaian tinggi yang hidup
menyepi ditempat ini. Kat Siauw Hoan menarik tangan To It Peng, setelah itu ia barkata
: "Kami adalah dua pelancong yang salah jalan, maksud tujuan
kami adalah gunung Thian-san, tetapi sesat did yalan sehingga tiba
ditempat ini, harap cianpwee yang bersangkutan tidak menjadi
gusar atas kelancangan yang kami telah perbuat."
Maksud Kat Siauw Hoan ialah menjaga keserasian pemilik taman
bunga Bwee itu, bila mereka pergi segera mungkin tidak terjadi
sesuatu apa. Dengan mengajak To It Peng, Kat Siauw Hoan berusaha untuk
meninggalkan taman bunga Bwee.
To It Peng merasa diseret pergi, gerak-gerik Kat Siauw Hoan
yanq terburu-buru itu membuat sidungu, penasaran.
"Mengapa harus terburu-buru?" la mengajukan protes. "Setan
penunggu tamanpun tidak ada, apa yang harus ditakuti ?"
Kat Siauw Hoan melepaskan pegangan tangannya, takut kata2
To It Peng yang dapat menyinggung perasaan orang itu membawa
akibat buruk. Dikala wanita muda dari Seng-po-chung ini
membalikan kepala, dilihat T o It Peng meringis-ringis.
"Eh, mengapa ?" Tanyanya.
"Mengapa..... Mengapa kau menampar pipiku?" To It Peng
membuka pipinya yang ditutup, disana terdapat lima baris tapak
jari, ternyata ada seseorang yanq telah menamparnya.
Kat Siau Hoan terkejut, badannya
melesat membikin pemeriksaan, tidak terlihat bayangan orang yang menampar To It
Peng tadi. ---oo0oo--- BAGIAN 21 SI DUNGU SEBAGAI PEMUDA YANG
MEMPUNYAI BAKAT BAGUS KAT SlAUW HOAN segera mangetahui bahwa reaksi spontan atas
kata2 To It Peng telah menjadi kenyataan, ia berkata :
"Sudahlah. jangan kau banyak mulut menyinggunq perasaan
oranq. Lekas kita meninggalkan tempat ini.
"Kau.... kau tidak akan memukulku lagi" Sungguh, aku tidak
takut kepada setan penanggu taman bunga Bwee ini, mengapa kau
marah dan tersinggung?" To It Peng belum tahu bahwa manusia
yang menampar dirinya bukan Kat Siauw Hoan.
Kat Siauw Hoan tegang, ia tidak keburu menyumbat mulut
sipemuda yang usil itu, maka diperhatikan perkembangan siapa pula
yang akan menimpa diri mereka. Maka ia telah menyediakan dua
batang jarum Thian-hong-ciam, slap untuk digunakan menyerang
orang. Betul saja, dari balik sebuah batu terlihat benda hitam yang
melayang terbang, tujuannya ialah kapala T o It Peng.
To it Peng tidak dapat menyingkirkan diri dari serangan, dilihat
jelas bahwa benda hitam itu berupa gumapalan lumpur yang tepat
mengenai mulutnya, maka tertutuplah mulut bawel ini.
Kat Siauw Hoan telah bergerak, ia naik keatas batu tadi, siap
melempar jarum beracun, tetapi dilihat bahwa orang yang
melemparkan lumpur itu adalah seorang pemuda, pemuda yang
berwajah tampan dan cakap, niatnya dibatalkan segera.
"Hei......" Hanya inilah yang dapat dikeluarkan olehnya.
Berdiri dihadapannya seorang pemuda berwajah tampan,
umurnya diduga berkisar antara 17 tahunan. Pemuda itupun
memandangnya dengan kesima, baru di lihat ada yang mempunyai
kecantikan seperti Kat Siauw Hoan.
Wajah Kat Siauw Hoan merah membara, timbul sema-mata
perasaan yang sukar diduga, perasaan ini hanya pernah timbul satu
kali, itulah dikala ia meningkat umur 15 tahun. Kemudian terbayang
kembali dalam pikirannya, karena ia menikah dengan ketua Seng-
po-chung tidak ada kebahagiaan, maka ia melarikan diri,
meninggalkannya. Terjadi perubahan, ia bertemu dengan To It Peng perasaan
itupun tidak berhasil dibangkitkan, sidungu hanya dapat dijadikan
pesuruh, sukar untuk membang kitkan napsunya.
Pernuda itupun mempunyai kesan yang sama, ia memandang Kat
Siauw Hoan, maka mereka saling pandang mamandang penuh
tanda tanya dalam pikiran masing2.
To It Peng telah manyusut lumpur yang belepotan disekitar
mulutnya, ia berteriak marah, teriakan ini mengejutkan Kat Siauw
Hoan dan sipemuda tampan itu.
Kat Siauw Hoan menyaksikan keadaan To It Peng yang agak
lucu, hampir ia tertawa tidak dapat manahan rasa gelinya.
Pemuda tampan dari rimba bunga Bwee itupun memandang To it
Peng, hanya sama pandangan matanya, tidak terlalu lama, ia lebih
suka mengarahkan sinar matanya kearah Kat Siauw Hoan.
Dikala mata pemuda itu mengincar Kat Siauw Hoan wanita yang
bersangkutan dapat merasakan hal ini, tak perlu ia menatap karena
hatinya telah memukul keras berdebar-debar tak karuan rasanya.
Umur Kat Siauw Hoan 25 tahun, tetapi ia sudah bukan gadis lagi,
tidak seharusnya mempunyai pikiran yang bukan2, mengharapkan
sesuatu dari pemuda yang gagah dan tampan itu.
Pemuda itu melihat Kat Siauw Hoan tertawa, ia memandang T o
Tt Peng yang turut tertawa geli.
"Apa yang kau tertawakan?" Bentak To It Peng. "Siapa yang
melempar lumpur, sudah waktunya kau memberi keterangan."
"Menurut perkiraanmu, siapakah yang melempar lumpur tadi?"
tanya sipemuda dari rimba bunga Bwee.
"Seharusnya kau." kata To It Peng.
"Manang aku." kata pemuda dari rimba bunga Bwee itu.
"Kau..... Kau..... mengapa kau melempari lumpur Kepadaku ?"
tanya To It Peng. "Hal ini harus bartanya kepadamu sendiri," kata pemuda itu.
"Diketahui bahwa taman ini ada orangnya, mengapa kau
mengatakan aku setan penunggu taman?"
To It Peng terlalu jujur, hatinya kaku dan lurus, lempang seperti
tiang besi yang melonjor dijalan, bila ia mempunyai kesalahan,
diakuinya kesalahan itu segera. Kini mendapat teguran seperti tadi,
iapun dapat memahami kemarahan orang, katanya :
"Baiklah. Kuharap kau tidak menaruh didalam hati tentang
kesalahanku itu." "Saudara To It Peng ini terlalu jujur." Kat Siauw Hoan turut bantu
bicara. "Harap kau dapat mamaafkan dirinya."
Mendapat bantuan Kat Siau Hoan, hati To It Peng menjadi
bangga, ia mamandang wanita muda bekas istri ketua Seng-po-
chung itu. Berat timbangan pemuda dari rimba hunga Bwee dan Kat Siauw
Hoan bagaikan setali tiga uang, mereka adaIah, dua buah hati
gersang, hanya sedikit percikan api asmara saja cukup iuntuk
mendebarkan hatinya, tak heran mereka bermain mata.
Dikala To It Peng memandang Kat Sianw Hoan, si wanita itu
sedang mulai 'main', mata lenyaplah rasa syukur tadi segera,
sebagai gantinya, timbul iri hati yang sangat cemburu.
"Seharusnya aku mamberi hajaran yang Iabih keras lagi," kata
sipemuda kepada Kat Siauw Hoan. "engingat dia adalah kawan
seperjalananmu, maka aku bersedia memaafkan segala kesalahannya. Pemuda itu ternyata mempunyai pribahasa yang manarik, hati
Kat Siauw Hoan terbetot semakin dekat,
"Eh, saudara.... Saudara To It Peng ini bukan kawanku," Kat
Siauw Hoan mulai main, ia menyangkal.
To It Peng hanya dapat mementangkan mulut lebar2 :
Pemuda dari rimba bunga Bwee itu menganggukkan kepala, ia
berkata : ,,Akupun sedang berpikir, mana mungkin nona yang cantik
sepertimu ini mempunyai kawan tolol. Siapakah dia ?"
"Hayo katakan," kata To It Peng mengajukan protesnya atas
sikap perlakuan Kat Siau Hoan. "Siapa aku, dan mengapa dapat
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melakukan perjalanan bersama denganmu."
Kat Siau Hoan menatap sidungu tajam", katanya :
"Pernah kau berjanji, akan mentaati segala perintahku, bukan ?"
"Betul" T o It Peng tidak menyangkal.
"Kau bersedia manjadi budakku, bukan ?" Perangkap Kat Siau
Hoan mulai main. "Demi kebahagianmu, aku rela." To It Peng memberikan
jawaban. "Nah, itulah.. Kuminta agar kau turut segala perintah." "Baik." T o
It Peng tidak banyak komentar.
la bertanya. , Namaku Kat Siau Hoan."
"Ooaoo....... Nona Kat, selamat datang dirimba bunga Bwee. Aku
bernama Siang-koan Bu-ceng, panggillah dengan narna ini."
"Saudara Siang koan Bu-ceng" menetap disini ?" tanya Kat Siau
Hoan. "Betul. Betapa gembiranya bila nona Kat dapat menetap disini
pula." kata pemuda yang bernama Siang-koan Bu-ceng itu.
Lagi2 wajah Kat Siauw Hoan dirasakan membara, untuk pertama
kalinya ia menghadapi pemuda bangor yanq seperti Siang-koan Bu-
ceng ini, bila mengingat umurnya yang belum cukup 20 tahun itu,
sungguh terlalu berani sekali. Karena keberanian Siang-koan Bu-
ceng inilah yang membuat Kat Siau Hoan semakin tertarik,
harapannya ialah perlakuan yang terlebih berani lagi.
To It Peng merasa dikesampingkan, maka ia maju berkata :
"Eh, bukankah kau ingin menuju kegunung Thian-san, mengapa
tidak segera berangkat ?"
jawaban Kat Siau Hoan samar2, ia telah masuk jerat asmara
Siang-koan Bu-ceng. "Nona Kat," kata Siang-koan Bu-ceng : "kau telah tiba dirimba
bunga Bwee, seharusnya menjumpai ayahku dahulu, beliau akan
menjadi tidak senang bila ada tamu yang tidak mau mampir
ketempat tinggalnya."
Hati Kat Siau Hoan tergerak, segera ia mengajukan pertanyaan :
"Mungkinkah pemilik bunga Bwee Siang-koan cie yang pernah
menggempar-kan beberapa daerah ?"
"Itulah nama ayahku."
"Ooooo..... Dikala ayahmu mendapat nama, aku belum cukup
umur, dari cerita yang kudengar, nama itu kukenal baik."
"Nah, mampirlah dahulu. Sifat dan tabiat ayahku agak aneh.
Dikatakan ia tidak suka tamu, kenyataan belum pernah menolak
kunjungan siapapun saja yang kebetulan Iewat ditempat ini. Tetapi
dikatakan ia sudah tidak suka menerima tamu, mengapa harus
mengasingkan diri ditempat sepi " Aku tidak mangerti"
"Ayah." kata Kat Siau Hoan : "Sifat2nya ini tersebar luas
dikalangan Kang-ouw."
Mereka telah mengasingkan To It Peng, kehadirannya dianggap
sepi sama sekali. Kat Siauw Hoan menerima undangan Siang-koan
Bu-ceng, mereka masuk kedalam rimba bunga Bwee.
To It Peng menqikuti dibelakang mereka.
Beberapa lama kernudian, mereka telah berada disebuah tempat
istirahat, disana terlihat seorang tua yang duduk menenggak arak.
"Ayah," kata Siang-koan Bu-ceng kepada orang tua itu. "Anakmu
telah membawa kedua tamu datang kehadapan ayah."
Orang tua itu adalah pemilik bunga Bwee Siang-koan cie!
Kat Siauw Hoan telah memberi hormat :
"Boanpwe Kat Siau Hoan memberi hormat kepada ' Siang-koan
cianpwe." Orang tua itu menganggukan kepala sebagai balasan hormat
yang diberikan kepadanya.
"Kalian sedang menuju kearah barat?" la mangajukan
pertanyaan, suaranya sangat serak dan parau, bila tidak mendengar
ia membuka mulutnya, orang tidak akan percaya bahwa suara ini
keluar dari mulut seorang manusia.
To It Peng yang turut serta berjingkrak kaget.
"Eh, mengapa suaramu aneh sekali ?" la mengajukan
pertanyaan. "Suara apakah ini " Agaknya lebih enak dari suara
bi.........." Maksudnya yalah lebih buruk dari suara binatang, tetapi Kat
Siauw Hoan mendelikan mata mencegah. Bukan mustahil mulut usil
sidungu ini akan membawa malapetaka baginya.
Diluar dugaan, orang tua itu tidak marah, ia memandang To It
Peng sebentar dan tertawa.
"coba kau kemari!" la menggapaikan tanqan memanggil.
"Siapakah namamu?"
Diketahui suara Siang-koan cie Iebih buruk dari suara binatang,
betul ia tertawa dan tidak mempunyai maksud jahat, To It Peng
tidak berani menghampirinya
Kat Siauw Hoan mendesak :
"Lekas kau maju. Siang-koan cianpwee memanggilmu tahu ?"
To It Peng segan, hanya perintah Kat Siauw Hoan tidak boleh
dibantah, mau tidak mau, ia menggerakan kakinya berjalan maju.
Siang-koan cie memperhatikan sipemuda sekian lama, matanya
menatap tajam sekali, ada sesuatu pada diri To It Peng yang
menarik perhatiannya. Berapa lama kemudian terdengar si orang tua Siang-koan cie itu
menarik napas dalam2. "Siapakah namamu?" ia bertanya sambil menggoyang kepala.
"Dan siapa orang tuamu, siapa gurumu?"
To It Peng menjawab segala pertanyaan yang diajukan
kepadanya dengan terus terang, ia tidak menyembunyikan sesuatu
kepada orang tua itu. "Bakat bagus..... Bakat bagus....." kata Siang-koan cie mengelus-
elus jenggotnya perlahan.
cepat To It Peng meralat :
"Namaku, To It Peng. Bukan Bakat Bagus. "
Sipermilik bunga Bwee Siang-koan cie memelototkan matanya.
"Kau marah?" ' Tentang To It peng. "Kesalahan berada
dipihakmu, Aku bernama To It Peng. Tetapi dengan samena-
menanya, dengan tidak mendapat persetujuanku, kau mengganti
nama itu menjadi Bakat Bagus, wajib kubikin betul, bukan ?"
Orang tua itu menecipkan kedua matanya, ia tertawa geli,
Siang-koan Bu-ceng kenal baik dengan sifat2 ayahnya, ia
mendampingi Kat Siauw Hoan.
Siang-koan cie memandang anaknya, setelah itu diperhatikan
wanita muda yang merapet itu, ia mengajukan pertanyaan :
"Nona, wajahmu mengingatkanku kepada seseorang mungkinkah
anak dari......" "Betul. Aku adalah putrinya. Wajah ibu sangat mirip sekali."
Potong Kat Siauw Hoan cepat, nama sang ibu Kat Sam Nio terlalu
busuk, ia takut Siang-koan Bu-ceng dapat rnerubah kesan terhadap
dirinya. "Dimanakah ibu mu itu berada ?"
"Telah lama beliau meninggal dunia."
"Ooooo......." Siang-koan cie meruntuhkan pandangannya
ketanah. "Ia telah tiada."
Suara orang tua itu seperti mangandung kesedihan suatu tanda
bahwa hubungannya dengan Kat Sam Nio bukan hubungan biasa.
Kat Siauw Hoan teringat akan tindak tanduk ibunya yang sering
berkecimpung dilaut asmara bebas, dimaklumi akan ibu yang genit
tersebut mempunyai banyak kandak, kemungkinan besar bahwa
orang tua yang berada dihadapannya inipun termasuk salah satu
dari kandaknya. "Dengan maksud tujuan apakah kau melakukan perjalanan
jauh?" Siang-koan cie mengajukan pertanyaan.
Apa yang orang tua ini ajukan tidak mudah dijawab.
Maksud tujuan Kat Siauw Hoan yalah gunung Thian-san, disana
tersimpan rahasia pusaka, hanya saja hal ini tidak boleh dikatakan
kepada sembarang orang. Untuk membsri kepuasan, Kat Siauw Hoan berkata :
"Boanpwee sedang berada didalam tahap perjalanan kegunung
Thian-san untuk menemui seseorang."
Ayah Siang-koan Bu-ceng itu menganggukkan kepala :
"Ng......katanya. "Kulihat ilmu kepandaianmu cukup tinggi,
dengan membawa saudara To It Peng ini, kukira tidak dapat
membantu sesuatu bagi keperluanmu, dapatkah kau menyetujui
pendapatku ini ?" Kat Siauw Hoan mengkerutkan alis, apa maksud dari orang tua
itu " "Terus terang, saudara To It Peng ini tidak dapat memberi
bantuannya yang berarti." Kat Siauw Hoan berkata.
"Bukan saja tidak mempunyai ilmu kepandaian yang berarti,
orangnyapun ketolol tololan......." To It Peng segera berteriak :
"Sifatku memang ketolol-tololan, setiap orang sudah maklum dan
tak kusangkal. Tetapi ilmu kepadaianku cukup tinggi, aku adalah
jago kelas satu, mengapa kau tidak mau mengakui akan kenyataan
ini ?" Untuk meyakinkan bahwa ilmu kepandaian 'jago kelas satu' nya
yang tinggi, ia membuat suatu pose yang sangat meriah, seolah-
olah betul sebagai seorang pendekar kelas satu.
Dimata seorang ahli, betapa banyak ilmu kepandaian seseorang
tidak akan lepas same sekali, untuk sekal Iihat, Siang-koan cie dan
Siang-koan Bu-ceng, ayah dan anak mengetahui bahwa To It Peng
tiada berkepandaian. Menyaksikan pose sidungu seperti itu' mereka
tertawa ter-gelak2. Pemilik bunga Bwee Siang-koan cie memandang Kat Siauw Hoan
berkata : ",Nona, aku ada satu usul' dapatkah kau memberi kesempatan ?"
"Silahkan cianpwee katakan " kata Kat Siauw Hoan.
"Maksudku ialah ingin menahan T o It Peng didalam rimba bunga
Bwee ku." kata orang tua itu.
To It Peng masih kesal karena belum berhasil meyakinkan
tentang ilmu kepandaian 'jago kelas satu'nia. Maka apa yang
mereka perdebatkan kurang jelas, hanya samar2 dirasakan tidak
menguntungkan dirinya, segera ia berteriak :
"Apa ?" " Kat Siauw Hoan sedang menimang-nimang apa arti maksud dari
sipemilik bunga itu, diketahui kesan terhadap To It Peng ialah 'Bakat
bagus' bakat bagus, tentunya mengandung arti dalam.
Berpikir seperti ini, ia meliirik kearah Siang-koan Bu-ceng.
Pemuda perungus itu manganggukan kepala, suatu tanda agar
jangan menolak permintaan ayahnya yang ingin menahan To It
Peng didalam rimba bunga Bwee.
Hati Kat Siauw Hoan tergerak, cepat ia berkata :
"Seharusnya, tidak berani boanpwee menentang perintah yang
cianpwe ajukan, hanya saja perjalanan kegunung Thian-san terlalu
jauh, boanpwee sebagai wanita lemah membutuhkan tenaga yang
dapat dijadikan pembantu bila disuruh diri melanjutkan........
perjalanan boanpwee kira kurang leluasa. Dimisalkan ada seseorang
yang siap untuk menggantikannya
Sampai disini, ujung mata Kat Siauw Hoan melirik kearah Siang-
koan Bu-ceng. 4 orang yang berada ditempat itu, kecuati To It Peng, tiga
lainnya adalah manusia2 berotak tajam, maka apa yang Kat Siauw
Hoan belum katakan, mereka sudah mengerti maksud tujuan dari
wanita muda tersebut. "Ayah," kata Siang-koan Bu-ceng. "Kau ingin menahan To It
Peng. Biar aku yang mewakilinya, menemani nona Kat kegunung
Thian-san." "Bagaimana maksud nona?" tanya Siang-koan cie.
Kat Siauw Hoan meruntuhkan pandangan matanya ketanah,
suatu tanda bahwa ia tidak menolak.
Siang-koan cie memandang anaknya, lama sekali ia berpikir :
"Kau sudah menimbang segala risiko dikemudian hari ?"
"Segala risiko akan anak pikul sendiri." Siang-koan Bu-ceng
memberi kepastian. Luar biasa girang Kat Siauw Hoan mendengar jawaban sipemuda
cakap itu. Maka dengan adanya Siang-koan Bu-ceng yang
menggantikan kedudukan To It Peng, segala sesuatu dapat
diseleseikan dengan mudah.
Siang-koan cie tidak segara memberi putusan, ia masih
memikirkan ber-liku2nya perkara yang akan dihadapi.
Sesudah me-nimbang2 untung ruginya, orang tua ini
menganggukkan kepala dan berkata :
"Baiklah. Aku bersedia melepaskannya untuk mangawani nona
Kat pergi kegunung T hian-san."
Kata2 Siang-koan cie ditujukan kepada anaknya.
Lebih hebat dari pada disambar geledek, To It Peng merasakan
dunia berputar keras, tubuhnya jatuh ditanah setelah mendengar
persetujuan mereka bersama.
"Tidak..... T idak boleh." la masih sampat mengajukan protesnya.
"Mana boleh hal ini terjadi ?"
Siang-koan cie, Siang-koan Bu-ceng dan Kat Siauw Hoan hanya
melemparkan pandangan mata mereka yang memandang rendah,
tidak satupun dari mereka yang memperdulikan T o It Peng.
To It Peng segera bangun kembali, teriaknya :
"Kukatakan tidae boleh. Mana boleh nona Kat ditemani olehnya,
perjalanan, kegunung Thian-san adalah tugas kami berdua, tidak
boleh ada orang ketiga yang menyelak masuk. Akupun menolak
keras untuk menetap didalam rimba bunga Bwee ini, aku tidak mau
mengawanimu disini."
Siang-koan cie mangeluarkan tawa dingin, katanya :
"Bila aku memaksakan kau menatap disini, bagai mana ?"
Siang-koan Bu-ceng tidak mau kalah dari ayahnya ia,
memandang To It Peng la berkata :
"Apa yang dapat kau lakukan, setelah aku mengajak nona Kat
membikin perjalanan bersama ?"
To It Peng memandang Siang-koan cie, setelah itu memandang
Siang-koan Bu-ceng dan yang terakhir..... baru memandang kaarah
Kat Siauw Hoan. Kat Siauw Hoan dapat merasakan bagaimana butuhnya pemuda
itu kepada dirinya, mata To It Peng penuh permintaan, teringat
bagaimana jinaknya sidungu, betapa baik kepada dirinya, ia meresa
tidak tega untuk meninggalkan begitu saja.
Satu2-nya harapan laleh Kat Siauw Noaw dapat me= nolong
dirinya dari kesusahan ditempat itu. Bila Kat Siauw Hoan berpihak
koFadanya, Siang-koan cie dan Sianq-koan Bu-ceng tridek ada
dibulu matanya. Menggunakan jari tangannya, Siang-koan Bu-ceng menowel Kat
Siauw Hoan, ia memberi peringatan.
Kat Siauw Hoan terjengkit, dua pemuda berada dihadapannya,
satu dungu, tolol dan bebal, tetapi ia berlaku baik kepadanya,
berhati jujur. Mana mungkin dapat memadai kecakapan Siang-koan
Bu-cenq, mana mungkin dapat menanding Siang-koan Bu-ceng,
mana mungkin dapat disamakan dengan Siang-koan Bu-ceng yang
pandai mengambil hati, pandai merayu diri"
Kat Siauw Hoan menghampiri To It Peng, dengan suara yang
paling lunak, ia berkata:
"Engko To, Siang-koan cianpwe telah menjatuh pilihannya
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada dirimu, tentunya ia mempunyai arti dalam. Baiklah kau
menggunakan kesempatan ini dan tunggu aku didalam rimba bunga
Bwee, setelah berhasil dan kembali dari gunung T hian-san, tentunya
menjemputmu lagi." Kat Siauw Hoan telah mamperlunak putusannya dengan harapan
To It Peng dapat dibujuk untuk menetap didalam rimba bunga
Bwae, menemani Siang-koan-ceng.
Alam pikiran To It Peng ialah lurus kedepan, tiada liku2 atau
berbelat-belit, mendengar putusan Kat Siauw Hoan yang menyetujui
usul orang yang memaksakan ia menetap didalam rimba bunga
Bwee,putuslah semua harapannya, tiba2 matanya menjadi gelap.
Lalu tubuhnya jatuh dan tidak sadarkan diri lagi.
Samar terdengar suara tertawa Siang-koan Bu-ceng dan Kat
Siauw Hoan yang meninggalkan taman bunga Bwee.
Beberapa lama ia jatuh pingsan. Dikala ia sadar dan siuman
kembali tiba2 terdengar suara desiran angin yang agak keras.
Desiran angin ini berkisar diantara sekelilingnya, untuk
mengetahui sumber suara tadi, To It Peng membuka matanya
Tidak terlihat Siang-koan Bu-ceng yang mengurus taman itu,
yuga Kat Soauw Hoan yang gesit itu tak nampak pula.
Disana hanya ada Siang-koan cie
Swiang-koan cie menggerakkan tangan, suara desiran itu keluar
karena gerakan tangannya.
Semakin lama, deiran angin ini semakin keras, terasa oleh To It
Peng sebuah tekanan yang semakin hebat ini, hingga napasnya
sipemuda menyadi sesak. Sebentar saja, bagaikan kena sebuah
cengkeraman tenaga kuat yang tidak terlihat. To It Peng terpancang
kedalam tanah, hingga tidak dapat bergerak.
Dilihat siorangtua masih meng-gerak-gerakkan tangannia, tenaga
tekanan yang dikerahkan kearah badan To It Peng semakin hebat,
tulang belulang sipemuda bergemeretak karenania, isi dalamnya
bergolak, dialan peredaran darahnya bertambah tiepat, bagaikan
yang dipompa penuh yang hampir meletus.
Siang-koan cie masih meneruskan usahanya, apa yang
dikeryakan olehnya sangat aneh sekali.
To It Peng mulai megap-megap, mulutnya terpentang lebar
seperti ikan terlepas kedaratan.
Tiba2 terlihat Siang-koan cie membentak dan menjejalkan
sesuatu kedalam mulut To It Peng yang sudah tertutup itu.
Maksud To It Peng ingin mengajukan pertanyaan kenapa siorang
tua melakukan hal seperti ini terhadap dirinya, tetapi dirasakannya
tiga butir benda lunak saling susul masuk kedalam tenggorokannya,
langsung kedalam perutnya.
Maka lenyaplah semua perasaan2 tadi, darah yang bergolak
keras berhasil mengalir tenang kembali, sebuah aliran hangat
nyaman mengelilingi sekujur tubuhnya, tekanan Siang-koan cie
berikan itupun telah berhasil diangkat, ternyata tenaga To It Peng
telah bertambah hebat. Ia berusaha bangun, kekuatan Siang-koan cie masih menekan,
maka berkutatlah kedua tenaga ini.
Kekuatan To It Peng bertambah kuat, sebaliknya kekuatan Siang-
koan cie yang telah dikerahkan penuh itu tidak dapat ditambah lagi,
tahulah siorang tua bahwa apa yang diberikan kepada sipemuda
telah mulai menunjukkan khasiatnya, tak mungkin ia melawan
tenaga itu, perlahan demi perlahan ia mengendurkan tekanan itu
kemudian memberi kebebasan sama sekali.
To It Peng diberi kekuatan tenaga baru, hal ini tidak diketahui
olehnya, ia mengerahkan tenaganya semakin kuat, maksudnya ialah
ingin segera membebaskan diri. Dikala tenaga tekanan Siang-koan
cie lepas, kekuatan To lt Pang terus bebas. Maka tekanan yang
lenyap mendadak itu membuat tubuh sipemuda membal terbang
tinggi ditenga awang2. Suatu hal yang berada diluar dugaan, diudara tinggi To it Peng
memandang kebawah, keringat dingin mengucur deras, ia heran,
mengapa tiba2 dapat 'terbang'
Terdengar suara siorang tua dibawahnya berkata:
"Lekas kerahkan aliran darah agar berkumpul dijalan darah Khie-
hay dan Leng-tay dengan denikian tubuhmu akan menjadi enteng,
bagaikan kapas kau dapat turun bebas secara perlahan-lahan."
Apa yang Siang-koan cie katakan adalah cara2 melatih ilmu
meringankan tubuh kelas tinggi. Maksudnya agar To It Peng dapat
nenggunakan kelebihan tenaga yang belum lama diberikan olehnya.
To It Peng masih berada dialam ketakutan, mana dpat didengar
petunjuk2 yang orang tua itu berikan"
Dimisalkan ia dapat mendengarkan jelas, belum tentu otaknya
mengerti cara2 yang diberi tadi, maka sia2 saja teriakan Siang-koan
cie. Terdengar suara benda keras yang jatuh ditanah, itulah suara To
It Peng yang telah turun kembali dan membentur batu. Ia
menelungkup ditempat yatuhnya, dengan meringis ia berkata :
"Matilah aku, Huaaaa.......... Huaaaa.........."
Siang-koan cie menarik napas atas ketololon sipemuda.
Hayo, bangun !" perintahnya, "Tak mungkin kau dapat mati"
To It Peng duduk, dilempangkan kedua kakinya, digerakkan pula
tangan dan siku2-nya, tidak ada sesuatu yang berubah ......
wayahnya menjadi riang. "Ha, ......." Ia bertepuk tangan. "Betul2 aku tidak mati" Sungguh
ajaib!" Siang-koan cie menghampiri dan berkata :
"Tentu saja, ilmu tenaga dalammu sudah mencapai taraf
tertinggi. jatuh dari tempat yang tiga kali lebih tingi dari tempat
tadipun, kau tidak akan terluka sama sekali. Apa yang kau
khawatirkan" " "Kau katakan tenaga dalamku telah mencapai taraf tertinggi" "
"Betul!" "Maka aku jago kelas satu bukan"
"Tentu saja" "Ha, ha, .........." To It Peng gagah kembali. " Aku adalah jago
kelas satu, suatu hari pohon yang besar, kokoh dan kuat, pernah
kugempur sampai hancur. Kau tidak percaya" Hal ini betul2 telah
terjadi." Siang-koan cie tidak mengatakan bahwa ia tidak percaya. Hanya
To It Peng yang mulai kehilangan pegangan dan meragukan
kepercayaan dirinya, maka ucapan yang terahir, ialah 'Hal ini betul2
telah terjadi' suatu rangkaian kata-kata penutup agar orang tidak
menyuruh untuk menggempur pohon besar.
Siang-koan cie segera berkata :
"Tentu saja. Kau dapat menggempur sebuah pohon kuat dan
besar dengan mudah, karena tenaga dalammu telah berada diatas
segala oerang. Bahkan lebih dari pada itu, kau dapat memukul
hancur sebuah batu karang."
Atas permainan Hian-u Po-po dahulu To It Peng pernah
'menggempur' pohon hingga tumbang, dan kesan ini tidak mungkin
terlupakan olehnya. Maka 'jago kelas satu' itu bersarang kuat dalam
otaknya. Sekarang dikatakan orang tua yang ada dihadapannya, bahwa ia
dapat menghancurkan batu karang. To It Peng menggelengkan
kepalanya, dan berkata : "Kukira belum tentu"
Siang-koan cie berkata dingin :
"Kukatakan dapat memukul hancur sebuah batu karang, tentu
dapat memukul hancur batu karang. Apa gunanya tiga butir Lo-han-
ko yang kau telan tadi?"
"Buah Lo-han-ko semacam buah DEWA BARU yang tumbuh
digunung Kun-lun-san." Siang-koan cie memberi penjelasan.
"Memakan sebuah Lo-han-ko dapat menambah panjang umur, aku
telah mengurung semua jalan darahmu, dan memberi tiga butir
sekaligus, dikala peredaran jalan darahmu terbuka kembali, maka
sari Lo-han-ko itu meresap cepat, tenagamu telah bertambah
berlipat ganda, mungkin kau belum paham akan hal ini ?"
64 Keterangan orang tua itu membuat To It Peng bengong.
"Maka, kau dapat mencelat tinggi. Maka kau dapat jatuh dengan
tidak menderita luka." Siang-koan cie mengakhiri keterangannya.
To It Peng mendangar dengan penuh perhatian, setelah selesai
orang berbicara, iapun mengenangkan apa yang telah terjadi atas
dirinya. "Bagaimana?" rtanya Siang-koan cie.
Tiba2 To It Peng menepuk kepala, ia tertawa dengan
menudingkan jari sehingga hampir mengenai hidung siorarg tua, ia
berkata : "lucu........ ha, he, ha,........ "
"Apa yang lucu?" Siang-koan cie sangat marah. "Apa yang
membuat kau tartawa?"
"Dikira mudah menipu diriku?" kata To It Peng yang masih saja
tertawa. "Lihatlah dahulu siapa yang akan dijadikan sasaran
membual, ungguh pandai sekali kau mengarang cerita tadi."
To It Peng mempunyai otak yang berukuran empat persegi,
tetapi kadang kala menganqgap dirinya itu
sebagai manusia-yang terpandai didalam dunia. Dianggap Siang-
koan cie itu menipu. dirinya dengan cerita tiga butir buah Lo-han-ko
yang amat mujijat. Siang-koan cie sedianya hampir marah, dilihat sikap sipemuda
yang ketolol-tololan itu, hawa kemarahnnya sukar untuk dilepas,
segera ia membentak : "Siapa yang mengarang cerita" ."
"Siapa "agi, bi"a bukan dirimu?" Tantang To It Peng. "Pikirlah
terlebih dahulu, buah Lo-han-ko bisa mempunyai khasiat hebat,
mengapa tidak kau makan sendiri. Hubungan apakah diantara kau
dengan diriku, mengapa harusmkan buah itu kepadaku" Mengapa
tidak menyerahkan kepada anakmu" Kau mempunyai anak sendiri,
bukan" Sampai dimanakah tinggi derajat To It Peng, sihngga harus
menyerahkan, buah mujijat berkhasiat hebat kepadaku ?".
Apa yang To It Peng tebarkan sangatlah beralasan. Siang-koan
cie maklum akan hal tersebut, ia pun, me-angguk2-kan kepala
menyetujuinya. ---oo0oo--- BAGIAN 22 SI DUNGU TO IT PENG MENINGGALKAN RIMBA BUNGA
BWEE SIANG-KOAN cIE bukan manusia ternama bila tidak dapat
menghitung sesuatu dengan tepat, apa yang To It Peng beberkan
tadi sangat masuk diakal, maka iapun menganggukan kapala.
To It Peng senakin bangga, dilihat babak partama, ia mendapat
kemenangan dalam ronde pertandingan adu mulut, dengan
menggoyang-goyangkan kepalanya dengan isi otak empat persegi
itu, ia berkata : "Nah! Akupun sudah menjadi jago nomor satu, apa guna
memakan buah Lo-haniko mujijadmu itu?"
Perut Siang-koan cia dirasakan mau meledak, susah payah ia
menjejal tiga butir buah Lo-han-ko kepada sidungu, tetapi sidogol
telah salah terima, dianggap ?keterangan itu hanya berupa tipuan
bohong, ia tidak mau menerima budi ini.
Ternyata Siang-koan cie mengasingkan diri didalam taman bunga
Bwee karena telah salah me latih diri peredaran jalan darahnya telah
sesat, ia tidak men?dapat banyak kebebasan, maksud tujuan dari
memberi buah Lo-han-ko kepada To It Peng ialah menggunakan
tenaga sipemuda untuk melakukan sesuatu. Bila seorang jujur
seperti To It Peng berterima kasih, maka ia dapat membalas budi
dengan sepenuh hati, tidak ada pikiran untuk berkhianat.
Buah Lo-han-ko telah disimpan lama, sampaipun Siang-koan Bu-
ceng anaknya sendiripun tidak diberi tahu, karena ia maklum bahwa
sifat dan tabiat anak terse?but tercela, untuk sementara masih
dapat ditundukkan satelah dewasa ia berkepandaian tinggi, munqkin
lupa kepada ayah sendiri, dapat melakukan sesuatu yang ber?sifat
mendurhaka. Seperti apa yang Siang-koan cie te lah duga, bila T o It Peng tahu
bahwa kejadian hadiah tiga buah Lo-han-ko mujijat itu betul diberi
makan kepadanya? rasa terima kasih sipemuda tidak mudah
dilukiskan, ia akan tunduk dan takluk, apa yang terjadi kesukaran
situan penolong tentu dipentingkan sekali, ia rela mengorbankan diri
untuk menyenangkan. Seyang To It Peng tidak percaya akan keterengan yanq Siang-
koan cie berikan, cerita itu dianqgap tipuan, dianggap bohong dan
tiada. Siang-koan cie godek kepala, untuk meratakan otak persegi
sidungu memang sulit sekali.
Orang tua ini harus mengasah otak, bagaimana agar dapat
meyakinkan kebenaran tentang hadiah tiga buah Lo-han-ko,
sidungu harus diberi mengerti tentang hal itu.
To It Peng tidak sabaran, ia tertawa sebagai juara, katanya :
"Tidak berhasil menipu diriku, bukan?"
Hampir Siang-koan cie putus harapan.
"Kau.... kau tidak percaya bahwa aku telah memberi tiga, buah
Lo-han-ko kepadamu?" Tanyanya.
"Tentu saja tidak" To It Peng mendongakkan kepala.
"Kau tidak percaya bahwa dirimu telah kuciptakan sebagai jago
kelas satu?" Masih orang tua itu berusaha.
"Lucu..... Lucu....." teriak To It Peng.
"Belum lama kau telah menekan diriku, tetapi kau telah kalah
tenaqa sahingga aku berhasil meloloskan diri dari kekangan
kekuasanmu, bukan" Suatu tanda bahwa aku memang adalah jago
kelas satu, kekuatan ini kudapat dari lain orang, bukan dari buah
Lo-han-ko didalam cerita burungmu."
"Agaknya sulit untuk meyakinkan kepadamu.........."
"Betul." Potong To It Peng. "Selamat tinggal." Badan sipemuda
bergerak melesat, pikirannya harus segera menyusul Kat Siauw
Hoan, tidak mau ia menetap didalam rimba bunga Bwee ini.
Ditinggalkannya orang tua itu.
Siang-koan cie mencangkeramkan tangan membentak :
"Berhenti!" To It Peng tidak mendengar perintah, ia melarikan diri Iebih
cepat. Siang-koan cie adalah bekas tokoh silat kenamaan, ilmu
kepandaiannya hebat, gerakannya gesit, cengke?raman tangannya
hampir mengenai sipemuda.
To It Peng telah me larikan diri, namun, bila sebelum ia diberkahi
tiga buah Lo-han-ko, cengkeraman Siang-koan Tiie itu akan
menariknya kembali, bergegas-gegas ia lari, menubruk rumpun
bunga Bwee, maka patahlah semua batang tanaman yanq ditubruk
olehnya, bersih dibabat rata oleh tenaga dalam yang hebat.
Belum pernah ia melihat dan membayangkan akan kejadian ini,
cepat ia bangun kembali :
"Aaaaa..." To It Peng sangat terkejut akan hasil tabrakannya tadi.
Siang-koan cie telah putus daya, tak mungkin ia mengejar
pemuda itu lagi. Maka ia berteriak :
"Nah, telah kau saksikan" Betapa tinggi ilmu tenaga dalam yang
kini kau miliki" Dahulu sanggupkah kau mematahkan rumpun
tanam2-an itu " Masih tidak mau kau berterima kasih kepadaku ?"
To It Peng memandang batang2 rumpun tanaman bunga Bwee
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang telah diratakan olehnya, pikirnya ia telah mencapai kemajuan
pesat, tentu saja, karena ia adalah jago kelas satu, setiap hari
ilmunya bertambah, tidak ada yang harus diherankan.
Terbayang bagaimana kejam orang tua ini memisah?kan dirinya
dari sisi Kat Siauw Hoan, teringat bagai?mana ia hampir mati
dicengkeram, rasa anti patinya timbul mendadak, dengan adem
berkata: "Bila cengkeraman mautmu tadi mengenai diriku, akupun harus
disuruh berterima kasih ?"
"Kambalilah dahulu, cengkeramanku tadi tidak akan mematikanmu" "Tentu. Bila aku mati, siapakah yang harus menghaturkan terima
kasih ?" Rasa mangkelnya Siang-koan cie sukar dilukiskan, tidak disangka,
orang yang jujur ini sukar diberi mengerti, setelah itu, iapun tidak
dapat menangkapnya untuk diberi penjelasan secara ngejelimet.
"Kau kembalilah dahulu, maukah kau kuberi pelajaran ilmu Bwe-
hoa Kiam khek yang tiada tandingannya di kolong langit ?"
To It Peng menggoyankan kepala, katanya :
"Tidak mau aku mendapatkan ilmu darimu. Ilmu ke?pandaian
Bwe-hoe Kiam-khek yanq kau katakan tiada tandingan dikolong
lanqit itu belum tentu ada gunanya. Bila betul ilmu itu hebat,
mengapa kau menyembunyikan diri ditempat ini" Selamat bertemu
lagi, aku akan segera menyusul nona Kat."
Siang-koan cie gugup, teriaknya:
"Hei, dengarlah keteranganku dahulu............"
Ucapan orang tua ini tidak diteruskan, karena To It Peng telah
bergarak semakin cepat dan tidak menggubrisnya sama sekali.
Begitu To It Peng mengangkat kaki, dirasakan luar biasa enteng,
gerakannya menjadi lincah, bagaikan terbang, ia melayang terlalu
cepat, hampir ia jatuh terjengkang, keadaannya sangat pontang
panting, belum biasa ia manggunakan ilmu meringankan badan juga
belum tatu ia harus bagaimana mengerahkan tenaga yanq
berlimpah-limpah itu. Melihat gerakan T o It Peng yang lucu, seharusnya Siang-koan cie
tertawa geli, tentu saya bila tidak mengingat tiga buah Lo-han-ko
ditelan orang secara percuma, ia dapat tertawa. Kini tertawa orang
tua ini, menunjukkan tertawa getir, yaitu tertawa sedih dan kecewa
karena kehilangan tiga buah Lo-han-ko yang amat mujijad itu.
Maksudnya ialah memancing dengan tiga buah Lo-han-ko dengan
menggunakan tenaga To It Peng, apa mau ia lupa memberi
keterangan2 yang teperinci, hal ini seharusnya perlu dilakukan
sebelum ketiga buah Lo-han-ko diberikan kepada T o It Peng, maka
To It Peng dapat percaya waktu itu. Wsaktu maksudnya, tidak
terbuang percuma. Seperti apa yang telah diketahui, ukuran otak To It Peng adalah
otak empat persegi, Iubang jalan alam pikirannya hanya satu
jurusan, ia hanya bersatu tuju?an, tidak ada kanan dan kiri, setelah
diberi pedoman hidup oleh Hian-u Po-po almarhum bahwa dirinya
se?bagai 'jago kelas satu', kesan ini tak akan lenyap hingga di akhir
jaman. la tidak me liyhat bagai mana tiga buah Lo-han-ko masuk ke
dalam perut. Betul tenaga dalamnya bertambah, hal ini dianghgap
sudah ada karena ciptaan Hian-u Po-po dahulu, tidak perlu untuk
diherankan. Maka di?tinggalkannya Siang-koan cie begitu saja.
Disinilah terjadi salah paham! Bukan maksud To It Peng untuk
menyengkelit jasa2 orang!
Kecuali menyalahkan diri sendiri yang terlalu ceroboh, Siang-koan
cie tidak mempunyai jalan kedua. Memandang lenyapnya bayangan
To It Peng, ia menghela napas panjang.
Bercerita tentang To It Peng yang lari pontang-panting, seradak-
seruduk, tundak-tanduk karena diberkahi tenaga dalam yang maha
hebat dengan tidak mendapat tata cara untuk bagaimana
menggunakannya. Bukan sedikit pohon yang ditubruk tumbang olehnya tidak sedikit
tanaman yang diinjak rata olehnya suatu.Suatu ketika, ia slip dan
membentur batu besar sehingqa tarbendung ditempat itu, ia jatuh
tidak jauh dari mana batu besar itu menghadang dan terhentilah
kemajuannya. Berhati-hati ia bangun berdiri, ia tidak menderita Iuka karena
tenaga dalam yang maha hebat, hal ini adalah berkat tiga buah Lo-
han-ko pemberian Siang?-koan cie, hanya jidatnia yang agak benjul
karena benturan batu yang keras, diusapnya tempat tersebut dan
mengoceh : "Wah, beginilah rasanya menjadi seorang pendekar jago kelas
satu ?" To It Peng memandang batu besar yang berada di?hadang jalan
itu, tangannya bergerak dan...... priuuuur......... ia memukul hanyur
batu tersebut. "Idih......." Sidungu meleletkan lidah. "Hebat juga menjadi jago
kelas satu. Hanya kedua kakiku inilah yang kurang ajar, mengapa
sukar dikuasai, sungguh sangat celaka bila kakiku dapat lari sendiri."
la bangun berdiri, dengan sangat hati-hati melangkahkan sebelah
kakinya satu langkah demi langkah
Satu tapak langkah To It Peng ini telah menghasil?kan jarak
yang cukup jauh. Segera ia menekannya kaki itu dan berhenti
dengan hati berdebar-debar, Langkah yang dilakukan dengan
berhati-hati ini lebih cepat dari pada saat ia malarikan diri.
"Hebat!....... Hebat!" To It Peng bergumam. ,,Aku telah
mendapatkan kemajuan pesat.
Rise girang dan takut merangsang menjadi satu, silih berganti
menguasai elam pikirannya.
Demikianlah, To It Peng mendapatkan ilmu 'jago kelas satu'nya
yang sajati, bukan 'jago kelas satu' ciptan Hian-u Po-po yang hanya
nama kosong itu. Ia melakukan perjalanan cepat, maksudnya menyusul Kat Siauw
Hoan kegunung Thian-san. Tidak tahu bahwa To It Peng sesat dijalan, semakin cepat ia
berjalan semakin jauh pula jarak dengan Kat Siauw Hoan.
Hari ini menjelang malam tiba, To It Peng berada disebuah
rimba. Dalam alam pikiran To It Peng terbayang Kat Siauw Hoan dan
Siang-koan Bu-ceng, bila kalah cepat tentu celaka.
Semakin bingung ..... semakin sesat pula, saking letihnya dengan
memilih sebuah batu besar, To It Peng membaringkan diri ditempat
tersebut. Dalam beberapa hari ini ia memang kurang tidur, maka dalam
sekejap saya To It Peng telah mengeluarkan suara gerusan ..... ia
telah tertidur dengan cepat.
Tiba-tiba .......... To It Peng terbangun karena dikejutkan oleh
suara burung malam beterbangan diatas kepalanya, samar-samar
terdengar suara derap kaki kuda mengarah ketempatnya.
Ketrukan kaki kuda mengarah kearahnya, dan tidak jauh dari
tempat ia berada, disana kuda itu berhenti sebentar dan terus
menikung kearahnya. "Suheng ......, Suheng .........." Terdengar suara wanita me-
mangil2 " "Dimana kau berada ........" "
Ternyata sipenunggang kuda adalah seorang wanita!
Suara wanita ini bergema lama sekali, menandakan tenaga
dalamnya yang lebih hebat!
jantung To It Peng hampir mencalat, itulah suara Pie-lie Sian-cu
yang dikenal betul, salah satu dari 4 jago utama Ngo-bie-pay !
Setelah Ban kee-chung dibakar oleh 4 Wajah Tak berkulit, To It
Peng menuju kegunung, Ngo-bie-pay, ; disana Pie-lie Sian-cu
mengakiu bahwa dialah yang membunuh Kim-to Bu-tie T o tong Sin.
" Hei ......." Tidak sadar,To It Peng berteriak.
Setelah diberi buah Lo-han-ko, tenaga To It Peng telah mencapai
tingkat puncak, suara 'Hei' tadi menggema memecah angkasa gelap
berkumandang jauh dan lebih lama dari suara Pie-lie Sian-cu.
To It Peng terlompat terkejut dengan sendirinya, karena suara
guntur tersebut, tidak disangka keluar dari suaranya akibat dari
tenaga dalamnya yang setinggi langit.
Derap kaki kuda segera datang, penunggangnya memang Pie-lie
Sian-cu, arah tujuannya ialah dimana To It Peng berada.
Tuduhan orang yang membunuh ayahnya telah dija?tuhkan
kepada Pie-lie Sian-cu, memandang kedatangan?nya hati To It
Peng semakin berdebar keras.
Pie-lie Sian-cu telah berada dihadapannya, jaga wanita Ngo-bie-
pay ini segera menduga kepada Thian-sim Siang-jin.
"Suheng .......... " Ia memanggil.
Hanya Thian-sim Siang-jin yang mempunyai latihan tenaga dalam
hebat, maka dugaan Pie-lie Sian-cu jatuh pada saudara
seperguruannya itu. Sagera dilihat bahwa oranq yang dikira suhengnya itu adalah
sipemuda dungu yang pernah mengacau gunung Ngo-bie-san,
wajah Pie-lie Sian-cu berubah
"Eh, kau sibinatang kecil ?" la berkata panas
Sifat To It Peng tidak mudah marah, hanya dendam ayahnya
tidak pernah lepas, dakwaannya jatuh kepada Pie-lie Sian-cu,
semakin marahlah lagi dirinya di?panggil 'sibinatang kecil',
terdengar geramannya yang" menunjukan kemarahan yang me-
luap2 ia menerkam musuh itu.
Dikala T o It Peng berkunjung keatas gunung sampai dimana ilmu
kepandaiannya, tidak lepas dari mata dan penilaian Pie-lie Sian-cu,
dikira dengan kepandaiannya, tidak lepas dari mata segera dapat
menghalaunya, ia agak lengah.
Suara To It Peng yang menggalegar bagai guntur itu
mengejutkan Pie-lie Sian-cu, tidak disangka sipernuda mendapat
kemajuan hebat ! Sang kuda turut terkejut, ia berjingkrak kaget, dengan kedua
kaki depan terangkat tinggi, sang kuda melempar?kan sang
majikan. Disaat ini, tangan To It Peng telah menusuk perut kuda, betapa
hebat tenaga dalam yang dikerahkan dalam keadaan marah, berat
kuda tidak ada artinya. Bila dibandingkan tenaga kemarahan itu, terdengar ringkikkan
kuda yang menyayatkan hati, gumpalan daging itupun terlempar
jauh, menggeliat sebentar dan jiwanyapun melayang kealam baka.
Hanya satu kali pukul To Tt Peng membunuh mati kuda
tunggangan Pie-lie Sian-cu "
Pie lie Sian-cu berhasil dilempar oleh kuda tunggangannya, ilmu
kepandaiannya tinggi, dengan hanya beberapa kali gerakan, ia
berhasil membuat posisinya aman.
Melihat pukulannya yang dapat membunuh seekor kuda To It
Peng tertegun. Kemarahannya belum mereda, maka satu geraman
lagi dilontarkan, menyerang Pie-lie Sian-cu.
Pie-lie Sian-cu telah dapat melihat tenaga dalam sipemuda yang
luar biasa keras, dua tangannya disilangkan kekarnan dan kiri, ia
menahan serangan sipemuda dengan aliran tenaga yang lembek.
Tenaga To It Peng terbendung oleh kekuatan yang lemah, ia
sangat marah, bentak sipemuda keras :
"Nenek keriput, lekas ganti jiwa ayahku."
Pie-lie Sian-cu hanya dapat menahan kekuatan To It Peng untuk
beberapa saat, tenaga dalam sipemuda kian menghebat,
kedudukannya mulai goyah, semakin heran lagi atas kemajuan
pesat yang dicapai oleh si pernuda.
"Binatang kecil, kau sudah bosan hidup?" la membentak.
To It Peng menyerang dengan kalap, tiara bertem?pur sipemuda
lain dari peda yang lain, betul ia bertenaga dalam kuat, kekuatan ini
belum dapat digunakannya secara sempurna, maka Pie-lie Sian-cu
dapat bertahan beberapa lama.
"Hei, apa artinya seranganmu seperti ini ?" Bentak? Pie-Iie Sian-
cu. "Ganti jiwa ayahku" teriak T o It Peng, "Tahan." kata Pip-lie Sian-
cu lompat menyingkir dari satu serangan To It Peng. "Dengar
keteranganku dahulu"
"Tidak perlu. Kau telah membunuh ayahku, Hutang jiwa ini harus
diperhitungkan segera. "
"Dengarlah penjelasanku terlebih dahulu. Suara Pie-lie Sian cu
agak perlahan dan sabar "
"Hm..." To It Peng mendengus. "Aku telah menjadi seorang
pendekar jago kelas satu, kau kini telah bernyali kecil dan takut
kepadaku!" Pie-lie Sian-cu hilang sabarnya, hati jago wanita Ngo-bie-pay ini
terlalu cepat naik darah, badannya bergerak cepat, maka.... par....
par.... par.... ia berhasil menempeleng kedua pipi To lt Peng
bergantian. Tenaga dalam to It Peng telah dapat digolongkan kedalam kelas
istimewa, ilmu meringankan badannya sudah hebat, hanya ia belum
dapat tata cara untuk mengunakannya, maka dapat ditampar
dengan mudah. la bergerak lagi dengan cepat mementang kedua tangannya,
maka dikala tubuh Pie-lie Sian-cu lewat disisinya, segera ia
merangkulkan kedua tangannya dan tepat memeluk kedua sijago
wanita Ngo-bie-Pay itu. Sedari ia belajar ilmu silat, Pie-lie Sian-yu belum pernah melihat
ada orang yang bertanding dengan To It Peng, ia sangat kaget
seteleh merasa kakinya tercekal oleh sang lawan, ia berontak
barusaha melepaskan diri, tetapi gagal, kekuatan To It Peng
sakarang bukanlah To It Peng lama, ia telah dapat menelan tiga
buah Le-han-ko mujijat, tenaganya bertambah beberapa lipat.
Pie-lie Sian-cu tidak ada niatan untuk membunuh, apa mau
dirinya terdesak hebat, tangannya teranqkat, tinggi memukul kepala
To It Peng yang berada dibawah kakinya.
Tumbukan ini hebat! To It Peng meresa kepaIanya berkunang-
kunang, beruntung tenaga dalamnya hebat, maka kepala tersebut
tidak sampai menjadi hancur remuk, betapa hebat tenaga kekuatan
Pie-lie. Sian-cu telah mendapat penilaian umum, untuk mele?paskan dari kekangan sipemuda, hanya jalan satu-satnya ini.
Pegangan To it Peng Iepas!
Pie-lie Sian-cu mengeluarkan elahan napas lega. Di saat itu,
kepala To It Peng menyeruduk maju pula, maka dikerahkan lagi
tangan Pie-lie Siancu, memukul kepala yang lebih keras dari batu
ini. Buk........ Pie-lie Sian-cu terjengkang kebelakang.
To It Peng merasa kapalanya berat, iapun jatuh terduduk.
Kekuatan mereka ternyata menjadi seimbang !
To It Peng lompat bangun kembali, dilihat sang la?wan telah
dijatuhkan, hatinya girang, ternyata masih sama kuat, 'jago kelas
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu'nya telah memperlihatkan keunggulan yang nyata.
Ia menggeram hebat dan menerjang kembali!
Pie lie Sian cu telah siap, secara berantai kakinya bekerja dan
menyepak To It Peng yang dibuat jatuh mencium tanah.
To It Peng merayap bangun.
" Nenek keriput", 'Kau masih hebat ha ?" la menggerutu.
Melihat Kekebalan To It Peng terhadap setiap pukulan, Pie-lie
Sian-cu tidak tahan untuk tidak mangeluarkan pujian.
"Hei, kemajuan ilmu silatmu cepat sekali." Demikian Pie-lie Sian-
cu berkata. "Tentu" To it Peng membusungkan dada. "Aku telah menjadi
jago nomor satu, tahu ?"
Beberapa patah kata 'jago nonor satu' itu tidak lepas dari
mulutnya. Pengalaman tempur Pie-lie Sian-cu telah cukup untuk dijadikan
buku, ia lompat kebelakang To It Peng, kakinya bergerak menyepak
pantat pemuda itu, maka bagaikan sebuah bola, To It Peng terlempar
pergi "Nenek keriput," To It Peng merayap bangun. "menggunakan
kelengahan orang, kau menyerang dari belakang ?"
"Mengapa kau menyerang orang dengan kalap" "Kau telah
membunuh ayahku, dendam kesumat ini tak dapat dilupakan." To It
Peng membantah. Dan, iapun menyerang Iagi!
cara To It Peng menyerang sungguh luar biasa, Pie-lie Sian-cu
sult untuk menundukkan manusia ktepala batu seperti ini.Ia hanya
menyingkir dari setiap serangan dengan lebih hati2, karena ilmunya
memang berada diatas To It Peng, maka dengan siasat baru ini, ia
pun banyak mendapat kelonggaran,
"Hei, kau tidak melawan ?" To It Peng telah beberapa kali gagal.
Pie-lie Sian-cu tidak melawan bukan berarti menyerah kalah, ia
mencari kesempatan, suatu ketika dilihat kekosongan, cepat ia
bergerak dan menotok jaIan darah tertawa sipemuda.
To It Peng tidak tahan perasaan geli yang menyerang itu, iapun
tertawa "ha........, ha........, ha........, aduh.........."
Karena tenaga dalamnya kuat, maka rasa geli itupun lenyap
dengan cepat. To It Peng mendelikkan matanya, dan membentak :
"Eh!, apa macam, nih" Aku menempurmu mengadu jiwa. Siapa
yang menyuruhmu menggelitik untuk senda gurau! "
Dilihat sang lawan tidak jauh darinya, dengan menyerudukkan
kepala, To It Peng menyeruduk seperti kerbau.
Pie-lie Sian-cu mangkel malihat tata cara ber?tempur To It Peng,
ia manyingkir lagi, gesit sekali ia telah mengarah dialan darah
kejang sang lawan, ie berhasil menekan daerah berbahaya itu.
"Bagaimana ?" kata Pie-lie Sian-cu. "Kau me?nyerah kalah ?"
jalan darah kejang adalah salah satu jalan darah penting dari
peredaran darah dalam tubuh, jatuhnya jalan darah kedalam tangan
lawan berarti lanyaplah semua kekuatan tempurnya.
To It Peng telah dibuat tidak berdaya, tetapi ia tidak mau
menyerah kalah, ia masih ber-teriak-teriak :
"Nenek keriput, kau telah mambunuh ayahku, siapa yang sudi
menyerah kapadamu ?"
Pada wajah Pie-lie Sian-cu telah tampak hawa pembunuhan,
kemarahan jago wanita itu tidak ter?tahankan lagi.
Tangannya terangkat tinggi, siap menghantam ubun2 To It Peng.
"To It Peng" katanya, "Membunuh jiwamu lebih mudah dari
membunuh seekor anjing. Mengingat ayahmu, pargilah segera dan
jangan menggangguku lagi, tahu " "
To It Peng menggelengkan kepala berkata:
"Tak mungkin...... Tak mungkin aku hidup disatu dunia
denganmu. Kau telah membunuh ayahku. Akupun akan
membunuhmu. Kini aku kurang hati2 dan jatuh kedalam tanganmu,
mati hidupku berada di tanganmu, bunuhlah, bila kau mau."
Pie-lie Sian-cu menggeretek gigi, tangannya itu siap diturunkan !
Maut mengancan To It Peng !
Disaat inilah terdengar satu suara tua berdengung : "Sumoay,
dengan siapa kau bertempur ?"
Itulah suara cu Hun Hui-liong Kiam-khek, salah satu dari 4 jago
Ngo-bie-pay. Suara cu Hun Hui-liong Kiam-khek belum lanyap,
disana teIah bertambah satu orang, ternyata kecepatan jago
Ngo-bie-pay ini hampir mamadai kecepatan suaranya sendiri.
To It Peng mengeluh. "Tamatlah riwayat hidupku." Katanya didalam hati.
Satu Pie-lie Sian-cu sudah cukup ia jungkir balik, kini datang lagi
bantuan Ngo-bie-pay, bagaimana To It Peng tidak mengeluarkan
keluhan celaka " cu Hun Hui-liong Kiam-khek segera mangenali lawan sang
sumoay adalah pemuda dungu yang pernah mangacau gunung, ia
membanting kaki berkata: "Sumoay, betapa pentingnya urusan kita, mengapa kau berkutet
dengannya ditempat ini?"
"Hm....." Pie-lie Sian-cu mengeluarkan sura dari hidung. "Aku
sebal mendapat gangguannya. Bagaimana dengan keadaan disana?"
"ciangbun Suheng sedang bertahan sedapat mung?kin, lekas kita
beri bantuan kepadanya." cu Hun Hui-liong Kiam-khek, memberi
sahutan. Wajah Pie-lie Sian-cu berubah, tangannya dikesam?pingkan
melewati To It Peng, dengan meren?dengi cu Hun Hui-liong Kiam-
khek, mereka menuju kearah tempat yang membutuhkan
tanaganya. Sebentar kemudian, dua bayangan itupun telah lenyap.
To It Peng terlempar tinggi, sungguh kebetulan, ia tersangkut
diatas sebuah pohon. Ranting2 pohon itu merusak beberapa bagian
baju pakaiannya. Otaknya turut terkocok, didalam keadaan tujuh
keliling To It Peng merayap turun dari atas pohon tersebut, ..... apa
mau pegangan tangannya salah terkam, ia jatuh menggelinding
ketanah ngebeleduk. celingukan kesana-sini sebentar, To It Peng telah kehilangan
jejak Pie-lie Sian-cu. "Kurang ajar." la bergumam. Masakan aku dilempar hingga
nyangkut diatas pohon."
Saat itu dari atas kepalanya, dari mana pohon tadi ia
disangkukan oleh lemparan Pie-lie Sian-cu ter?dengar satu suara :
"Siapa yang kau cuci, maki " Orangpun telah tiada ditempat ini."
To it Peng mendongakkan kepala. Terlihat olehnya seorang kakek
kerdil sedang nangkring ditangkai pohon, kakek kerdil itulah yang
mencemohkan dirinya. "Siapa kau?" tanya To It Peng. "Mungkinkah dilempar orang
hingga nyangkut dipohon" Lepaskan?lah peganganmu, maka kau
akan segera jatuh katanah seperti apa yang telah menimpa atas
diriku." Pada anggapan To It Peng, semua manusia didalam dunia itu
sama rata, sama baik dan sama jahatnya. Ia dilempar orang
sehingga nyanykut diatas pohon, di-rumuskan pula bahwa setiap
orang yang berada diranting pohon, tentunya dilempar oleh lawan
tandingan. Kakek kerdil itu tertawa terbahak-bahak, ia lompat turun dari
atas pohon. "ha........ ha........ ha........" tangannya menuding-nuding To It
Peng yang dianggap terlalu jenaka.
To It Pang sedang penasaran tantu saja ia marah mendapat
perlakuan seperti itu, dengan menekuk wa?jah ia membentak:
"Hei, masih kau tertawa terus" Biar kupukul sebagai hajaran atas
kelakuanmu yang kurang ajar itu."
Sikakek kerdil telah siap menghentikan tertawanya, mendengar
ancaman To It Peng, iapun tertawa Iagi.
"Hm........" To It Peng membentak. .,Apa yang lucu " Setelah kau
kenal dengan tinjuku, baru kau tahu tidak guna kau tertawa,"
Dan betul saja, ia menggerahkan tinjunya menjotos kakek kerdil
tersebut. To It Peng bukanlah
Seorang pemuda yang suka pertarungan, maksudnya mangeluarkan tinju tersebut hanya ancaman belaka, jarak diantara
dua orang lebih dari 4 tangan, ta mungkin tinju tersebut mengenai
sasaran. Sikakek kerdil tiba2 menggerakkan badannya, ia maju
memacungkan mukanya, maka jarak dua orang itupun mendekat,
dengan tepat, tinju To It Peng, mengenai hidung sikakek.
Kakek kerdil yang nangkring diatas pohon lama itu menghentikan
tertawanya, ia lompat mundur dengan membekap hidungnya yang
kena tinju. "Nah sudah kuberi peringatan, tetapi kau terlalu bandel. tentunya
sakit kena tinjuku, bukan?" tanya To It Peng merasa kasihan.
Kakek kerdil itu membuka hidungnya yang ditutup, maka hidung
tersebut melesak kedalam hingga ce?kung kedalam.
"celaka....... celaka......." Teriaknya. "Kau telah: memukul pesek
hidungku, hidung; mancungku yang bagus itu telah kau buat
melesak kedalam." To It Peng mempentang mata lebar2. Dan betul saja sikakek
kerdil telah kehilangan hidungnya.
---oo0oo--- BAGIAN 23 PEMILIK KUKU BESI 'CAKAR BEBEK'
YANG DISEGANI TO IT PENG pernah dan sering melihat Wajah Tak Berkulit yang
tiada berhidung, maka beIum terbayang olehnya bahwa tidak
mungkin hidung seseorang dapat melesak masuk, bila tidak disertai
dengan ilmu 'Penyusut' yang sudah hampir tidak terdengar lagi itu,
atau memang orang tersebut berwajah aneh, dilahirkan dengan
hidung melesak masuk kedalam.
Apa yang sikakek kerdil perlihatkan, hingga hidunnya menjadi
'hilang', membuat To It Peng merasa kasihan. Semua ini
dikarenakan jotosannya tadi, ia harus mengakui akan kesalahannya.
"Wah, bagaimana harus menebus dosa " Ia menggerundel
Sikakek kerdil telah berteriak-teriak :
"Hei, pemuda, ingusan, kau telah mendesak hidungku kedalam,
setelah tiba dirumah, apa yang harus kupertanggung jawabkan
kepada istriku." To It Peng garuk2 kepala. Bagaimana ia harus mempertanggung
jawabkan hal tersebut "
"Kau kau tidak bersalah" Katania beri tahu saja sacara terus
terang, hidungmu telah ditekuk masuk oleh seseorang."
Sikakek kerdil membuat, gerakan tangan yang seolah-olah tidak
berdaya katanya : "Setelah itu, apa jawabanku, bila istriku bertanya : Orang
menekuk hidungmu sehingga bengkok kedalam, sudahkah kau
manekuk hidung orang itu?"
Garukan tangan To It Peng bekerja samakin binqung, katanya :
"Kau...... Kau...... seharusnya membalas dan menekuk masuk
hidung orang yang bersangkutan, bukan?"
"Seharusnya demikian kata sikakek kerdil. "maka serahkanlah
hidungmu, agar dapat kutekuk menjadi pesek."
To it Peng menekan hidungnya, hingga terdengar jelas dengusan
napasnya. "Hidungku ingin dirusak?" katanya. "Apakah faedahnya setalah
menekuk pesek hidungku hingga melekuk kedalam" Mungkinkah
karena pembalasanmu ini, hidung rusakmu itu puli kembali?"
"Siapa tahu?" kata sikakek kerdil. "Mungkin dapat pulih kembali.
Kukira demikian. Hei, awas! Aku akan menekuk hidungmu itu
hingga masuk kedalam."
Sebelum To It Peng mengerti makna dari kata2 yang diucapkan
oleh s ikakek kerdil, terdengar, ser....... hidungnya telah terasa sakit,
gerakan kakek itu cepat sekali, dengan satu jotos pembalasan, ia
berhasil memukul hidung sidungu.
To It Peng meringis sakit, hampir air matanya mengucur keluar,
"Kakek bangkotan." jeritnya. Sakit sekali pembalasanmu ini.
Mengapa kau memukul keras-keras ?"
"Bila tidak keras, mana mungkin hidungku keluar hingga
mancung kembali?" Kakek kerdil tertawa berkakakan.
To It Peng membelalakan matanya, eh betul saja hidung sikakek
yang telah melesak kedalam itu tumbuh mancung seperti sendia
kala. Cepat ia mengusap hidungnya, takut hidung ini lenyap kada!am.
Apa yang tangan To It Peng rasakan ialah hidungnya masih utuh.
"Untung, bagus." katanya. Hidungku masih berada ditempat
semula." Kakek kerdil itu menudingkan tangan, katanya :
"Tahukah bahwa kautuhannya hidungmu itu karena belas
kasihanku ?" "Belas kasihan ?" To It Peng, mementangkan matanya lebar2.
"Mengapa tidak?" kata sikakek kerdil. "Beqitu tangan mengenai
hidungmu, telah kurasakan daging keluar, maka bila terlalu keras
kudesak hidungku telah semakin panjang. Aku tidak mau berhidung
panjang, maka harus memelihara hidungmu sehingga tidak melesak
kedalam. "Ha, ha, ha..........."
Si kakek kerdil tartawa tarpingkal-pingkal, dirasakan perutnya
sampai sakit karena geli.
"Seharusnya kesalahan berpangkal padamu sendiri." kata To It
Peng. mengapa" memajukan wajahmu kedepan, hingga membuat
benturan?" "Sudahlah." kata sikakek. "Eh, kau ini agak lucu, menyenangkan
Siapakah namamu" Tenaga dalarmmu kuat hebat, mengapa berat
tangan, kaku menggunakannya ?"
Mendengar kata2 pujin 'tenaga dalammu kuat hebat', kapala To
It Pang dirasakan melembung besar, ia bangga, segera dibusungkan
dadanya berkata : "Mengapa tidak" Tahukah kau, bahwa aku adalah jago kelas
satu?" Kakek kerdil tersebut menganggukkan kepala, seraya barkata :
"Kau adalah jago kelas satu, lalu dimasukan kedalam kelas
berapakah para jago segolonganku" Beranikah kau menerima
pukulanku" To It Peng menggoyangkan kepala, demikianlah yawabnya :
Aku tidak mau melukai dirimu lagi. Diantara kita tidak ada
dendam permusuhan bukan" Mengapa harus menggunakan
kekerasan" Bila kau sudah bosan hidup, aku tidak bersedia dijadikan
algojo, cara untuk mencari kematian terlalu banyak untuk diuraikan,
menggantung diri, terjun dikali, terjun kedalam jurang ...... silahkan
pilih salah satu diantaranya.
"Kau tidak mau adu kekuatan denganku?"
"Bagaimana aku tahu bahwa kau adalah jago kelas satu?"
"Kau, sungguh kepala batu" kata To It Peng.
"Kala kau tahu bahwa aku adalah jago kelas satu, maka jiwamu
telah tiada gunanya."
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sikakek kedil memaksakan agar To It Peng mau mengadu
kekuatan tangan dengannya. Apa mau si pemuda kukuh tidak mau
melayani tantangan tadi, mereka kukuh pada pendapat masing-
masing." Didalam kehabisan akal, si kakek kerdil menggerakkan
tangannnya dan berkata : "Baik, kau tidak mau bergerak, aku akan mulai memukulmu
terlebih dahulu. " Pang......., pang......., pang......., pang......., beberapa kali s i Kakek
kedil telah menggampar kedua belah pipi T o It Peng.
Selesa i s i Kakek menghentikan gamparannya tadi, ini merupakan
suatu bukti betapa cepat dan gesitnya gerakan si Kakek kerdil ini,
To It Peng bengong, tidak mengerti mengapa si Kakek kerdil ini
dapat menampar pipinya yang jauh lebih tinggi bebrapa kaki"
"Kau tida mau menggerakkan tangan memukul ?" bentak si
Kakek kerdil itu. "Baik" kata To It Peng yang segera memukul kedepan dengan
telapak tangan. Dengan tepat pukulan tadi mengenai dada s i Kakek
kerdil! "Hayo" kata To It Peng "Telah kau rasakan kelihayanku?"
Kakek kerdil itu tertawa cengar tiengir, tidak dirasakan akan
adanya pukulan yang mangenai dada.
To It Peng melengak, masakan pukulan tadi tidak membawa hasil
" Maka niatannya menarik pulang telapak tangan untuk menambah
kekuatan, pikirnya pukulan tangan tadi masih kurang keras.
To It Peng menarik pulang tangannya, tetapi ia berteriak aneh.
"Mengapa kau berteriak?" tanya sikakek.
To It Peng tidak sempat memberi jawaban. T ernyata tangannya
telah 'lengket' pada dada sikakek kerdil, ia tidak berhasil menarik
pulang Iagi. Sesuatu daya sedot telah memaksanya tak mau lepas.
Beberapa kali To It Peng mengerahkan tenaga, tetap tidak
berhasil, terjadilah tangan lengket.
"Eh, mangapa kau memasang telapak tanganmu di dadaku?"
tanya kakek kerdii itu tertawa.
To It Peng masih berkutet, berusaha melepaskan tangan yang
lengket pada dada orang itu. la bungkam rneringis.
"Pemuda ingusan" kata si Kakek kerdil. "Menurut hematku, lebih
baik menggunakan pisau menguliti tanganmu, biar tanganmu bisa
terlepas" "Setelah dikuliti dengan pisau, memang tanganku memang dapat
lepas?" kata To It Peng.
"Hanya setelah itu aku tidak dapat menggunakan tanganku lagi
bukan ?" "Lalu apa yang harus kulakukan bila tidak boleh menguliti
tanganmu yang lengket rapat ini?" tanya si Kakek menggoda.
"Aku ....... Aku ........"
"Biar kukuliti saja" kata si Kakek kerdil itu dengan mengeluarkan
pisau yang sangat tajam. "Jangan ....." To It Peng berteriak.
"Bagaimana aku dapat bergerak bebas, bila harus membawa-
bawa dirimu?" kata si kakek kerdil. "Siapa yang kasih ijin
menempelkan tanganmu disini?"
"Penasaran....... Penasaran......." Teriak To It Peng.
"Bila bukan dadamu yang mempunyai daya sedot, bagaimana
telapak tanganku dapat memnempel tidak bisa lepas?"
Kakek kerdil itu tertawa, "Nah ilmu kepandaian siapakah yang
lebih tinggi diantara kita berdua?" si kakek bertanya.
To It Peng mengasah otak tumpulnya sebentar, maka iapun
mengerti akan maksud tujuan Kakek kerdil itu, katanya :
"Dilihat dari keadaan seperti ini, karena dadamu mengeluarkan
semacam daya sedot yang melengketkan telapak tanganku.
Tentunya ilmu kepandaianmu berada diatasku. Tetapi hidungmu
telah kujotos bengkok bukan" Maka dengan memperhitungkan
keseluruhannya, ternyata ilmu kepandaian kita adalah setali tiga
uang, jadi masih seimbang!"
Maksud tujuan dari si Kakek kerdil yang memasukkan hidungnya
hidungnya kedalam isi daging ialah memancing dagelan buah
tertawaan orang, menggelikan dan menggirangkan To it Peng,
mana tahu, karena inilah dirinya dinyatakan kalah setingkat.
Putusan To It Peng ialah 'Setali tiga uang, sama kuat' atas
kekalahannya yang tidak berhasil me lapaskan telapak tangan dari
sedotan tenaga dalam si kakek kerdil.
Sungguh keterlaluan! Maka, kakek kerdil itupun menyengir kuda.
"Baiklah." !apun dapat menyetujui putusan 'Setali tiga uang,
sama kuat'nya To It Peng. "Ternyata kita sama kuat, bukan " Sudah
seharusnya mengikat tali persaudaraan, aku lebih tua darimu,
istilkah panggilan yang akan kugunakan ialah 'Adik dungu'."
"Boleh juga." To It Peng tidak, menyatakan keberatan atas
panggilan 'Adik dungu' itu "Aku akan memanggi!lmu 'engkoh
pendek'." Dua manusia aneh ajaib rnengikat tali persaudaraan, mereka
bersumpah untuk mengecap kesenangan bersama, menanggung
derita berdua. Yang satu mambahasakan 'Adik dungu' kepada
saudara mudanya, dan yang lain memanggil 'engkoh pendek'
kepada saudara tuanya. Dikatakan aneh bin ajaib karena dua manusia itu tidak
membutuhkan nama sama sekali, dikatakan nama itu hanya sebagai
ernbel2 hidup, mudah untuk menggantikannya, bukan "
Setelah memanggil 'Adik dungu' sebagai permulaan kata, kakek-
kerdil itupun bertanya : "Apa kerjamu ditempat ini " "
"Aku sedang mengejar seseorang...... Eh, bukan......dua orang."
kata To It Peng. "Telah Iama aku menetap diatas pohon." kata sikakek kerdil.
Setiap orang yang lewat tidak Iepas dari mataku, orang macam
apakah yang kau ingin temukan ?"
To It Peng rnenarik napas panjang, tiba2 saja wajahnya merah
membara. "Mengapa kau maIu2 " Sikakek pendek mengajukan pertanyaan.
"Engkoh pendek," kata To It Peng. "Tidaklah kau tahu, bahwa
orang yang kucari itu adalah....... Seorang.......wanita ntuda cantik."
"Seorang wanita rnuda cantik ?" Sikakek pendek mengerutkan
alis, "T idak ada wanita muda yang lewat ketempat ini, kecuali orang
yang berjalan sama-sama dengan anak perunyusnya "Siang-koan
Cie." "Betul..... Betul....." To It Peng berseru girang. "Dialah yang
kucari." Sikakek kerdil mempunyai wajah yang tidak ada kesukaran dunia,
ini waktu menatap To It Peng tajam, dengan sungguh2 bertanya :
"Wanita muda yang berjalan bersama-sama Siang-Koan Bu-ceng
itu?" "Betul" "Tahukah tentang asal usulnya ?" Sikakek kerdil menanya.
To It Peng menganggukkan kepala.
"Kukira kau belum tahu jelas?" Sikakek kerdil menggoyangkan
kepalanya. "Mergapa tidak tahu jelas?" To It Peng mendongakkan kepala.
"Namanya Kat Siauw Hoan, putri dari Kat Sam Nio almarhum. Istri
lepas dari ketua Seng-po-chung. Dia..... Dia sangat baik sekali
kepadaku" "Oh, adik dungu" Sikakek menghela napas. .Kukira kau berpura-
pura tolol, tidak tahunya betul2 tolol."
"Dia......... Dia baik sekali kepadaku." kata To It Peng.
"Dia baik kepadamu ?" menegaskan sang 'engkoh pendek'.
"Mengapa tidak melakukan perjalanan bersama dirimu", tapi
memilih siperunyus Siang-koan Bu-ceng ?"
"Akupun tidak habis mengerti, dengan alasan apa ia mau
mengadakan perjalanan bersama sama dengannya ?" To It Peng
menarik napas panjang, ia sangat sedih sekali.
"Otak udang Sikakek memaki.
Wanita manakah yang memandang kebawah" Gadis manakah yang tidak suka wajah
tampan rupawan" Dengan wajah dan sifat2 yang kau miliki, tak
usah kau mengimpi untuk dapat mengawani wanita muda itu, tahu
?" "Mengimpi?" Seekor lalat yang lagi terbang hampir2 masuk
kedalam mulut To It Peng.
"Bagaimana tidak" Perbedaan diantara kalian terlalu jauh, tahu ?"
"Aku tidak bermimpi ..... Aku tidak bermimpi ..... kata To It Peng.
"Dia..... Dia ..... telah"
"Eh, adik dungu" kata sikakek kerdil. Seharusnya aku diam2 saja
ditangkai pohon, aku sering memikirkan sesuatu yang sulit untuk
dipecahkan. Tiba-tiba kau nyangkut tidak jauh dariku, sifat2mu
amat lucu dan hatiku menjadi terbuka dan gembiira. Ingin aku
memberi suatu hadiah kepadamu, maukah kau menerima
pemberianku ?" "Benda apakah yang akan kau hadiahkan kepadaku?" kata To It
Peng. Bagaimana aku harus membalas tanda perkenalanmu itu ?"
"Ulurkan tanganmu." Perintah sikakek kerdil.
To It Peng mengulurkan tangannya. Maka ............
"Krincing" Tiba2 saja pada lima jari tangannya telah bertambah
dengan kuku2 besi, kuku2 besi ini adalah hadiah pemberian sikakek
kerdil yang memasang pada kelima jari siadik dungunya.
"Hei, permainan apakah ini ?" tanya To It Peng. "Lekas lepaskan
lagi." "Goblok!" Maki sang kakek kerdil. "Mana kau tahu khasiatnya
kuku besi 'Cakar bebek' ini " Setiap orang yang mengenal tanda
kenamaanku akan memberi salut padamu, tak berani rnereka
mengganggu, tahu ?" "Bila ketemu dengan orang yang tak mengenalnya?"
"Kau dapat manggunakannya sebagai senjata untuk melawan
mereka, bukan?" To It Peng berpikir sebantar, ia menganggukkan kepala dan
berkata : "Betul juga. Tapi....... Tapi....... bagaimana bila aku kurang hati2
dan melukai diri sendiri ?"
"Putar balik telapak tanganmu !" sikakek kerdil memberi perintah.
To It Peng membalikkan telapak tangannya, maka...........krincing
......... kuku besi itu menukik sehingga menutup, sama rata dengan
jari. Diputarnya balik kembali.........krincing........... kuku2 besi yang
dikatakan sebagai kuku besi 'Cakar bebek' 'tupun berdiri kembali.
"Engko pendek, kau baik sekali." To It Peng berseru girang. "Aku
berterima kasih danganmu. Dengan adanya senjata ini, aku akan
menempur ke-4 jago Ngo-bie-pay itu."
Sikakek kerdil berkata: "Hai, perkenalan kita cukup lama. Siapakah manusia yang
menjadi ayahmu?" To It Peng memberi jawaban :
"Si Golok Emas Tanpa Tandingan Kim to Bu tie To Tong Sin
adalah namanya." "Hei!" Sikakek pendek berteriak. "Sekali lagi kau ulang nama
panjangnya tadi." "Ha, ha ....." To It Peng tertawa. " Tentunya kau kenal dangan
beliau, bukan " Beliau adalah salah satu dari tiga jago,dari daerah
Liauw-tong." "Kukira pernah mendengar namanya." kata sikakek kerdil. "To
Tong Sin mati dibawah tangan 4 jago Ngo-bie-pay ?"
"Pie-lie Sian-cu telah mengakui akan kedosaannya."
"Kukira kau harus menge-chek dengan jelas keterangan ini," kata
sikakek kerdil. "Segala sesuatu harus diusut dengan jelas, sebelum
diberi putusan yang merugikan nama baik seseorang."
"Mungkin kau telah tahu siapa yang telah membunuh ayahku ?"
Sikakek kerdil menggoyangkan kepala dan berkata : "Adik dungu,
sampai disini saja pertemuan kita. Aku segera meninggalkanmu.
Baik2 kau membawa diri......."
Badannya melesat dan lenyap.
To It Peng menggerutu "Kulihat engkoh pendekku inipun
termasuk salah satu jago kelas satu."
Tidurnya To It Peng telah batal, la mempermainkan kuku2 besi
pemberian sikakek pendek.
Taringat akan Kat Siauw Hoan, segera ia membalikkan tangannya
sedemikian rupa, dan kuku2 besi itupun masuk kedalam. Cara
pemasangan sikakek kerdil dan konstruksi kuku2 'Cakar bebek' inim
istimewa tdak menggangu bagi sipemakai.
To It Peng melanjutkan perjalanan!
7 lie kemudian, didepan sipemuda bergumul banyak orang, lebih
dari 10 tokoh2 silat sedang mengepung tiga orang yang bersenjata
pedang, hebat sekali pernainan pedang mereka, dengan berjumlah
kecil belum ada tanda2 yang menyatakan mareka mana dipihak
yang kalah dan mana dipihak yang menang.
To It Peng memandang sebentar, iamerase keadilan telah diinjak
injak, masakan belasan orang melawan beberapa orang" Tidak
perduli siapa yang dikeroyok, untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, ia segera maju membentak :
"Berhenti ! Hentikan pertempuran ini."
Tenaga dalam To It Peng telah mengalam i kemajuan pesat,
suara bentakan tadi mengumandang keras, bagi kedua fihak yang
sedang bertempur dianggap jago kelas istimewa, masing2 dengan
segera memisahkan diri, mereka menghentikan pertempuran
segera. Tiga orang yang menyisihkan diri kearah kiri, belasan orang
berpihak kekanan. Lebih banyak kesenangan menoleh kekanan, To It Peng
menggunakan matanya mengawasi kearah mereka,
Disana lelaki wanita, yang jangkung, yang pendek, yang kurus,
dan beraneka macam corak potongan tubuhnya.
Setelah itu, ia mengalihkan pandangan matanya kekiri, disini
terdapat tiga orang menggunakan pedang, ketiganya inilah yang
dikeroyok. Aaaaa ............Cu Hun Hui-Liong Kiam-khek dan Pie-lie Sian-cu,
Maksud To It Peng menghentikan pertempuran ialah menolong
ketiga orang tersebut dari kesukaran dikepung dan dikeroyok, dilihat
tiga orang ini adalah musuhnya, iapun menyesal.
Jago wanita Pie-lie Sian-cu menggerakan pedang, maksudnya
rnenyelesaikan s ipemuda yang telah berulang kali mengganggu.
Ketua Ngo-bie-pay Thian-sim Siang-jin membentur sikut sang
sumoay, mulutnya menjebik kearah kuku besi 'Cakar bebek' dikelima
jari To It Peng. Maksudnya agar adik seperguruan ini jangan
berlaiku ce-roboh. Wajah Pie-lie Sian-cu berubah, ia menyurungkan niatnya !
Belasan orang itu telah berserikat, mereka mengurung To It Peng
dipusat lingkaran, jelas sekali maksud ini bahwa mereka siap
menggolongkannya kadalam arena pertempuran.
To It Peng memandang kearah belasan orang itu lagi, salah satu
diantaranya ialah siorang tua yang beralis panjang, sipemuda
memberi hormat berkata: "Selamat bertemu atas perkenalan kita yang pertarna."
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah belasan orang, termasuk siorang tua beralis panjang ini
galak dan menunjukkan kemarahan, dikala To It Peng mengangkat
kedua tangannya, samar2 terlihat kuku besi 'Cakar bebek' pada
kelima jarinya, wajah orang2 itupun berubah segera.
"Selamat bertemu." kata orang tua beralis panjang yang ternyata
dialah yang jadi pemimpin dari rombongannya. "Bagaimanakah
kedatangan saudara?"
"Kalian sedang bertarung, bukan?" tanya To It Peng.
Hanya ucapan ini yang dapat To It Peng keluarkan, maksudnya
ialah mencari hubungan baik.
"Betul." Orang tua beralis panjang itu memberikan jawaban
hormat. "Kami dan kawan2 berjumlah 14 orang, mempunyai
permusuhan yang tidak mudah diselesa ikan dengan para jago Ngo-
bie-pay, setelah bertemu ditempat ini, mudah untuk dibayangkan,
seharusnya kami menyelesaikan permusuhan itu, bukan?"
"Sudah selayaknya." kata To It Peng. "Akupun mempunyai
dendam kesumat dengan mereka, perlu diketahui bahwa ayahku
terbunuh ditangannya."
To It Peng menunjuk kearah Pie-lie Sian-cu.
Thian-sim Siang-jin, Cu Hun Hui-liong Kiam-khek dan Pie-lie Slan-
cu mengeluarkan suara dengusan dihidung mereka, suatu tanda
bahwa mereka tidak menyetujui keterangan sipemuda.
14 orang menunjukkan wajah girang, teristimewa siorang tua
beralis panjang, ia menyipitkan matanya, ternyata kedua mata ini
tidak sama, satu besar dan sebelah lainnya agak kecil.
"Ooooo......" Ia berkata : "Diantara kita ternyata mempunyai
persamaan pendapat dan kedudukan posisi bukan?"
"Musuh Ngo-bie-pay ?"
"Betul. Maka kami dengan 14 orang kawan2 segera
membereskannya. Ada Iebih, baik saudara menonton dipinggiran
saja." kata siorang tua beralis panjang dengan mata sipit sebelah
itu. Dari kuku2 besi 'Cakar bebek' diketahui backing sipemuda terlalu
hebat dan kuat, tidak berani ia mengusik-usiknya, ilmu kepandaian
mereka cukup untuk menundukkan Thian-sim Siang-jin bertiga,
maka kata2 di-ucapkan seperti diatas.
"Ng....... Ng......" To It Peng memperdengarkan suaranya. "Kukira
....... Kukira ...... perlakuan kalian dengan cara pengroyokan ini
kurang adil." Orang tua itu mengkerutkan alisnya. Dari mana, muntiyul
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan 7 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat Kisah Pedang Di Sungai Es 13
Kat Siauw Hoan menunggu dengan penuh perhatian, tentunya
ada seseorang yang sedang ditunggu oleh wanita berambut panjang
ini. Betul saja, tidak lama kemudian, berjalan seorang laki2 dengan
derap Iangkah kaku, wajahnya menakutkan, tidak selembar kulit
yang melekat diwajahnya, kedua bola mata bergantungan,
hidungnya bolong kedalam, tak bertulang kedua baris gigi terlihat
jelas sekali. Inilah si Patung Arca.
Si Patung Arca duduk didepan Hantu Wanita, tidak sekecap
patahpun dikeluarkan olehnya.
Dua manusia wajah lepas itu duduk menghadapi api unggun,
tidak diketahui bahwa dua orang lainnya mengintip mereka dari atas
pohon, itulah Kat Siauw Hoan dan To It Peng.
Baberapa lama si Hantu Wanita dan patung antik duduk
mematung seperti itu, dua bayangan lagi datang, warna pakaian
mereka putih mulus, inilah dua baju putih, dua manusia dengan
kulit wajahnya lepas pula.
Dua baju putih duduk dikedua sisi si Hantu Wanita dan Patung
Arca, ternyata 4 Wajah Tak Berkulit sedanq menantikan sesuatu.
Lama mereka duduk seperti itu.
"Mengapa suhu tak terilihat?" - tanya baju putih yang agak
tinggi. "Dikatakan pergi ke Seng-po-chung, mengapa lama sekali ?"
Barkata lain Baju Putih yang pendek.
"Mungkinkah terjadi sesuatu?" Berkata si Patung Arca.
Wanita berambut panjang memandanq ketiga kawannya, ia
berkata : "Diumpamakan terjadi sesuatu, mungkinkah kita Sanqgup
menerjang Seng-po-chung ?"
"yang kusayangkan ialah sarung pedang kulit naga itu." kata si
Patung Arca. "Kau takut kehilangan?" Inilah suara si Hantu Wanita.
Patung Arca menganqgukkan kepala, katanya :
"Suhu berkepandaian tinggi. Tetapi Seng-po-chung adalah
gudang para jago simpanan, kukira berat untuk mendapatkan
pedang Hu-ie." "Besar kemungkinannya ia tertawan."
"Maka turut lenyap pula sarung pedang kulit naga itu."
Kukira demikian." "Setelah tahu, suhu berada delam bahaya, mengapa kita tidak
menolong?" kata si Bayu Putih yang agak tinggi. "
"Betul." Sambung si Baju Putih yang dikanan, Mari kita serbu
Seng-po-chung." "Bakar Seng-po-chung!" Sambung Baju putih lainnya. Mereka
adalah saudara kembar, pendapatnya tidak berselisih jauh.
"Hm......." Wanita rambut panjang mengeluarkan suara dari
hidungnya yang tak bertulanq itu. "Kau kira Seng-po-cung itu apa ?"
"Betul" Sambung si Patung arca. "Seng-po-chung tidak dapat
disamakan dengan Ban-kee-chung, bila menghadapi Ban-kee-chung,
kalian dapat bebas bergerak,..... tetapi di Seng-po-chung tidak
mudah untuk melakukan itu."
"Satu ketua Seng po-chung saja belum tentu sanggup kita
tandingi." kata si Hantu Wanita. Apalagi ia mendapat dukungan2
dari pada jago2nya."
"Apa yang kita harus lakukan?" tanya Baju putih yang dikanan.
"Betul" Sambung Baju pdtih dikiri. "Mungkinkah harus menunggu
terus ?" Si Patung Arca adalah kepala dari 4 Wajah Tak Berkulit itu, ia
segera memberi putusan : "Tunggulah beberapa saat lagi."
"Kukira tidak ada artinya." kata si Hantu Wanita.
"Mengapa?" "Mudah dibayangkan, bila suhu mendapat kemenangan,
membawa keluar pedang Hu-ie, tentunya telah menemukan dan
mencari kita. Kini terbukti tidak ada kabar cerita, tentu suhu telah
dikalahkan di Seng-po-chung."
"Kukira ......"
"Sarung pedang kulit naga adalah benda yang kudapatkan, tetapi
suhu meminta dengan alasan ingin manyatukan dengan pedang Hu-
ie, sayang tidak ada kabar ceritanya."
Hantu Wanita memandang si Patung Arca, ia berkata :
"Suheng, kau tidak rela untuk menyerahkannya?"
"Dia adalah suhu kita, mana mungkin tidak rela." si Patung Arca
membikin pembelaan. Mata2 mereka bergantungan dari hidung2nya
tak bertulang. 4 Wajah Tak Berkulit diam ! Oleh karena sinar api itu, terlihat 4
wajah mereka yang sangat menakutkan.
Tidak lama, si Patung Arca bangkit, ia berkata :
"Aku ingin buang air kecil, ka!ian diam disini dan jangan pergi
kemana-mana." Ketiga Wajah Tak Berkulit itu menganggukan kepala. Maka si
Patung Arca berjalan pergi.
Kat Siauw Hoan yang pintar segera dapat menduga tentu ada
sesuatu yang akan dikerjakan oleh Wajah Tak Berkulit itu, ilmu
kepandaiannya tinggi, tetapi untuk menghadapi 4 Wajah Tak
Berkulit sekal gus, belum tentu ia sanggup, kini dilihat satu
diantaranya telah pergi, ia bergirang.
"Baik2 kau disini," pesannya kepada To It Peng. "ingin kulihat
apa yang akan dikerjakan." Badannya melesat meninggalkan
sidungu. ---oo0oo--- BAGIAN 20 SAAT KEMATIAN 4 WAJAH TAK BERKULIT
TO IT PENG, yang sedang terkena mabuk asmara pesan Kat
Siauw Hoan tidak terdengar sama sekali. Maka dikala wanita itu
pergi, ia tidak sadar sama sekali.
Setelah meninggalkan pesan, disangkanya sipumuda dogol itu
menurut perintahnya, hal ini tidak usah dinsangsikan karena To It
Peng sangat jinak sekali, Kat Siauw Hoan mengikuti dibelakang si
Patung Arca. Dilihat wajah Tak berkulit itu berejalan perlahan dan kadang2
melongok kebelakang, seolah-olah takut ada yang mengikutinya.
Kat Siauw Hoan bersembunyi sangat bagus sekali, maka orang
yang diikuti tidak tahu bahwa gerak geriknya telah berada dibawah
pengawasan orang. Setengah lie kemudian, si Patung Arca menambah kecepatan,
dengan demikian, bila ada yang mengikuti dibelakang dengan tidak
berkepandaian, tentunya tidak dapat meneruskan usahanya.
Kat Siauw Hoan turut mengejar dengan cepat.
Demikianlah, mereka telah berjalan 7 lie lebih, di sini si Patung
Arca menghentikan gerakannya
Kat Siauw Hoan menyembunyikan diri dibalik pohon besar.
Si Wajah Tak Berkulit tidak segera bekerja, ia memeriksa
keempat penjuru, gerakan ini sangai mencurigakan sekali. Setelah
memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat dirinya, ia menuju
kearah sebuah batu besar, disana diangkatnya batu itu.
Dibawah batu ada sebuah kubangan, ia melengok sebentar dan
menutup kembali. Wajahnya yang tegang terlihat senyuman, ia
puas ! Gerakan si Patung Arca terlalu cepat, jarak Kat Siauw Hoan
dengannya cukup jauh, maka tidak diketahui benda apa yang
disimpan dibawah balik batu itu. yang pasti ialah ada sesuatu
disana, si Patung Arca takut benda itu lenyap, maka ia datang untuk
melongok, setelah tahu pasti bahwa yang dikhawatirkan itu tidak
beralasan, in puas, iapun pergi lagi.
Menunggu sampai si Wajah Tak Berkulit jauh, Kat Siauw Hoan
mendekati batu itu, dibukanya batu tersebut dan Aaaaaa..............
Isi kubangan dibawah batu itu hanya potongan2 bambu !
Kat Siauw Hoan mamungut potongan bambu2 itu, ternyata
benda yang dipegang olehnya bukan benda biasa, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya rantai emas yang mengikat dan
menyatukan benda tersebut.
"Apa artinya bambu2 ini ?" tanya Kat Siauw Hoan seorang diri.
Potoogan bambu berjumlah 12 buah, samar2 terlihat guratan2
dan gambar2, entah apa artinya "
jauh2 si Patung Arca datang ketempat ini dan meninggalkan
ketiga kawan sendiri, maksud tujuannya ialah untuk melongok
bambu2, mudah dibayangkan tentunya bukan bambu biasa.
Betul saja, setelah mendapat penelitian yang cermat, Kat Siauw
Hoan segera dapat melihat tuIisan2 yang mengandung gerak tipu
silat, inilah peninggalan tokoh s ilat dijaman silam !
la memilih salah satu bambu dan memeriksa, disana tertulis
'catatan ilmu silat Hu-ie'.
Ilmu silat Hu-ie ! Kat Siauw Roan lompat gembira, tidak disangka ia dapat
menemukan catatan ilmu silat ditempat ini, bahkan secara tidak
disengaja. 12 buah potongan bambu menunjukkan dua belas macam ilmu
silat yang tidak sama, kecuali gambar2 pedang dan catatan2,
terdapat juga cara2 untuk melatih diri.
Inilah serial ilmu pedang Hu-ie!
Hati Kat Siauw Hoan berdebar keras, lupa akan keadaan dirinya,
ia memeriksa catatan itu.
Manakala Kat Siauw Hoan memperhatikan potongar, bambu,2
itu, terdengar geraman dari seseoranq yang sangat marah, desiran
angin keras mernukul kearahnya.
Kat Siauw Hoan terkejut, cepat ia lompat menyingkir, daya
refleknya terhadap sesuatu serangan telah berhasil menjatuhkan
dirinya ancaman malaekat elmaut.
Maka pecahlah batu besar yang berada disisi Kat Siauw Hoan, hal
ini sangat mudah dsbayangkan karena serangan itu cukup hebat.
Setelah lompat jauh, Kat Siauw Hoan memperhatikan orang yang
menyerang. Tidak jauh dari mana ia berada, terlihat seorang
dengan wajah menakutkan, wajah itu berhidung bolong, tidak
berkelopak mata, tidak berbibir, inilah si Patung Arca, salah satu dari
4 Wajah Tak Berkulit! Si Patung Arca tentunya marah karena 12 potongan bambunya
telah diambil, hal ini maklum bagi Kat Siauw Hoan, hanya saja ia
terlalu pandai bicara, mempunyai bakat bagus menipu dan
menyengkelit kawan, maka wajahnya disunggingkan senyuman,
katanya tertawa : "Eh, dari manakah datangnya kawan ini" Mengapa marah2 tanpa
sebab ?" Si Patung Arca mengeluarkan bentakannya yang menggelgar :
"Benda apakah yang berada ditanganmu itu ?"
Kat Siauw Hoan mengangkat rencengan bambu2 itu, katanya :
"Inikah yang kau maksudkan" Aku sedang bingung, apa artinya
bambu2 yang seperti ini ?"
"Lekas serahkan kepadaku." kata si Patung Arca.
"Mengapa ?" "Barang itu adalah barang2 kepunyaanku."
"Ooooo........." Kat Siauw Hoan memutarkan biji matanya yang
jeli. "Barang kepunyaanmu " Aku mana tahu ?"
"Lekas kau kembalikan kepadaku."
"jangan terlalu cepat marah, bung! Hanya beberapa potong
bambu yang seperti ini berapakah harganya?" Kat Siauw Hoan telah
menyiapkan jarum merahnya yang maha hebat dan berbisa itu.
jarum merah Thian-hong-ciam ! jarum jahat yang pernah
merengut jiwa Hian-u Po-po dan Ba Lo Lo.
Si Patung Arca, belum sadar akan maut yang sedang berada
dihadapan matanya, ia mengulurkan tangan memintanya :
"Lekas kau serahkan padaku!" Kat Siauw Hoan mangayun
tangan. "Nah! Terimalah!" Katanya.
Bukan rencengan bambu2 itu yang dikembalikan, tetapi jarum
Thian-hong-ciam jahat sebagai hadiah perkenalan.
Si Patung Arca bukannya orang baik, tetapi belum mempunyai
hati yang berbelit-belit, mana diketahui ada seseorang yang berseri-
seri membunuh orang " Dikala ia sadar akan bahaya, tiga buah
jarum Thian-hong-ciam telah bersarang pada tiga jalan darahnya.
"Aaaa aaaa...... Hanya jeritan ini yang dapat dikeluarkan olehnya,
seteleh itu, tubuhnya menggeliat, jatuh ketanah untuk tidur
sehingga akhir jaman. Racun Thian hong-ciam sungguh jahat sekali.
Kat Siauw Hoan tersenyum dengan penuh penghinaan, senyum
berbisa yang jahat luar biasa, meliwati mayat orang yang telah
dijadikan korban, ia kembali kearah dimana To It Peng ditinggalkan,
ditengah jalan, tidak henti2nya memperhatikan 12 buah potongan
bambu itu. Pikirannya tidak mungkin sidungu mengalami bahaya,
sudah dipesan olehnya, agar dia tetap disitu. Belum pernah To It
Peng melangar perintah, termasuk perintah ini tentunya.
Apa yang Kat Siauw Hoan gariskan itu beralasan sayang ada
pengecualian, pada waktu itu, To It Peng sedang mengalami bahaya
besar ! Bercerita tentang To It Peng, ia sedang mabuk asmara, berjalan
ber-sama2 dengan Kat Siauw Hoan tidak berbeda berjalan dengan
bidari pujaannya, apa lagi mengeram diatas pohon dua2an,
sungguh menyenangkan, bau semerbak seorang wanita menyegarkannya, ia memeramkan mata, hatinya tergetar oleh
kemolekan Kat Siauw Hoan.
Maka, disaat Kat Siauw Hoan meninggalkan pesan, ia lupa
mendengar, gerakannya Kat Siauw Hoan terlalu cepat dan tidak
menimbulkan suara, ia tidak tahu akan kepergiannya.
To It Peng sadar, setelah bau harum yang memabukkan si
pemuda dogol itu lenyap sama sakali, ia membuka mata, maka tidak
terlihat bayangan2 Kat Siauw Hoan, tentu saja ia terkejut, maka ia
lalu berteriak : "Nona Kat....... Nona Kat.......... kau dimana ?"
Lupalah ia bahwa 3 Wajah Tak Berkulit masih berada dibawah
pohon, Iupakah akan bahaya2 itu yang tentu tidak menguntungkan
dirinya. Betul saja, teriakan To It Peng diatas pohon mengejutkan 3
Wajah Tak Berku!it. Dua Baju putih memandang kearah atas, si
Hantu Wanita membentak : "Siapa ?" To It Peng sedang berteriak-teriak :
"Nona Kat, dimana kau bersembunyi "....... Nona Kat, dimana
kau bersembunyi ?" "Siapa diatas ?" Bentak si Nantu Wanita.
Dua Baju Putih tidak banyak konentar, mereka mengerahkan
tangannya masing2 memukul keatas.
Maka, berjatuhanllah tangkai2 pohon yang patah,
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beterbanganlah rontokan daun2 itu, bersamaan dengan itu, jatuh
pula tubuh To It Peng ditanah.
24 Si Hantu Wanita dan dua baju putih mengambil sikap
mengurung, mereka berada dikedua sisi dan depan s ipemuda.
Segera dikenali akan sidungu dari Ban-kee-chung, maka
ketegangan 3 Wajah Tak Berkulit mereda dan Punah sama sekali.
"Kau"!" Berseru si Hantu Wanita sambil menyingkap rambut
panjangnya. Dua Baju Putih saling pandang, terlalu apal wajah To It Peng
didalam perbendaharaan mereka.
"Hei." Bentak si Hantu Wanita, "lagi2 dirimu yang kita temukan."
"Memang ! Lagi2 kita kembali." To It Peng melowekan mulutnya.
la berusaha bangun, ternyata ia diatuh dari atas pohon dengan
keadaan badan yang tidak sedap dipandanq. .
3 Wajah Tak Berkulit sangat memandang ringan sampai dimana
ilmu kepandaian To It Peng, sangatlah diketahui jelas, maka mereka
tidak bersiap siaga sama sekali.
"Hei," kata si Hantu Wanita. "tak usah kau bangun lagi,
bersembahlah kepadaku, dengar baik-baik pertanyaan2 yang akan
kuajukan." To It Peng meng-goyang2kan tangan.
"Mana boleh," debatnya. "kau bukan ibuku, bukan bibiku, bukan
guruku, mengapa harus menyembah2 kepadamu " Wajahmu
sangat.............."
Suatu kebutan tangan telah membuat To It Peng tidak berdaya,
ia tertekan kebawah dan betul2 menyembah.
Ternyata si Hantu Wanita telah mengerahkan ilmuanya, menekan
sidungu dida!am keadaan menyembah seperti tadi.
To It Peng berniat bangun, tetapi ia bukan tandingan si Wajah
Tak berkulit itu, masakan mungkin memenangkan tenaga si Hantu
Wanita" Keringat mengucur deras, semakin kuat sipemuda
mengerahkan tenaga, semakin sakit dirasakan olehnya. Sampai
disini, barulah ia sadar akan sesuatu yang tidak beres.
Ternyata, setelah kena tipu Hian-u Po-po yang mengatakan
dirinya telah berhasil 'diciptakan' sebagai 'jago nomor satu', kesan
ini sangat kokoh kuat bersarang didalam benak pikiran To It Peng,
betul ia telah dikalahkan oleh beberapa orang, pada anggapannya
ialah, para akhli silat itu adalah 'jago2 kelas istimewa' yang berada
diatas jago kelas satu yang tentu saja dapat mengalahkan dirinya.
Kali ini ia manghadapi suatu kenyataan Ia telah ditundukkan oleh
si Hantu Wanita! Dikala Ban-kee-chung belum musnah, wanita berambut panjang
ini pernah diKalahkan oieh Ban Kim Sen, dan diketahui sang paman
belum dapat digolongkan kedalam kelas para 'jago istimewa' maka
si Hantu Wanita bukanlah jago kelas satu, bukan pula jago kelas
istimewa, tentunya. Dan dia dikalahkan oleh seorang yang bukan
digolongan kadalam kelas 'jago istimewa', kesannya yang
menyatakan ia seolah jago kelas satu mulai goyah.
To It Peng mendongakan kepala, memandang bingung,
Eh, kamanakah ilmu kepandaianku yang maha hebat itu" To It
Peng tidak mendapat jawaban yang mamuaskan.
Aaaaaaaaa ............. Tiba2 sebuah ilham memecahkan kekacauan fikirannya itu, T o It
Peng membuat suatu kesimpulan. Tentunya ilmuku lenyap
mendadak. jernihkanlah pikiran pemuda ini. Betul ! T entunya ilmuku
telah lenyap mendadak, entah bila ilmu itu dapat tiada pada diriku !
"Hei, mengapa kau tahu kami akan mengadakan rapat ditempat
ini ?" Bentak si Hantu Wanita. "Mengapa kau menyembunyikan diri
diatas pohon ini ?" To it Peng sedang mencari 'sebab musabab dari kehilangan ilmu
kepandaiannya yang maha hebat' itu. la tidak dengar apa yang
diajukan kepadanya. "Hei ......" Wajah Tak Berkulit itu membentak.
"Lekas jawab pertanyaanku."
To It Peng menyayangkan 'iImunya yang telah lenyap. Tiba2
saja........ Oaaaa....... Huk........ Huk .... dan ia menangis
menggerang-ngerang, memikirkan nasib yang buruk, masakan ilmu
yang maha hebat dapat lenyap mendadak"
"menangis?" Bentak dua Baju Putih. "lngin meminta belas
kasihan ?" Si Hantu Wanita menekan keras, ia membentak : "Lekas katakan,
apa kerjamu diatas pohon ?"
"Teliah lenyap...... Lenyap mendadak...... Telah lenyap.........
Lenyap mendadak." Barteriak sidungu sangat sedih, dan sambil
terisak-isak. "Apa yang lenyap ?" tanya 3 Wajah Tak Berkulit, mereka saling
pandang, tidak mengerti, tentu saja bingung mendapat jawaban
seperti tadi. To It Peng memberi penjelasan :
"Aku telah berkepandaian tinggi, aku telah dijadikan jago kelas
satu, seharusnya kalian bukan tandinganku, dahulu, kalianpun
bukan tandinganku, tetapi..... entah mengapa" llmuku yang maha
hebat itu telah lenyap mendadak, hilang sama sekali .... Maka, aku
telah menjadi satu jago nomor satu yang tiada berkepandaian .....
huk .... Huk......hua....hua..... Aku adalah jago kelas satu yang tiada
berkepandaian, apa artinya jago kelas satuku ini " Apa artinya 'jago
nomor satuku ini"....... Hu..... huu..... hik .... h ik ........"
3 Wajah Tak Barkulit masih tidak mengerti, apa maksud tujuan
sagala ocehan sidungu, mereka mengupasnya kata demi kata, dan
beberapa saat kemudian, merekapun tertawa.
"Hung ... ha. ... hung ... ha ..."
"Hung ... ha. ... hung ... ha ..."
Suara ketawanya ketiga manusia yang berhidung bolong itu tidak
enak sekali didengar. "Ilmu kepandaianmu telah lenyap?" tanya si Hantu Wanita.
"cobalah usahakan mencari disakeliling tempat itu, mungkin
nyangkut diatas pohon, ketinggalan dikala kupukul jatuh tadi."
"Kau tidak percaya" Dahulu aku pernah memukul hancur sebuah
pohon besar, tahu?" To It Peng ber-kepala batu.
"Memang !" kata si Hantu Wanita. "iImu kepandaianmu terlalu
hebat, yang paling istimewa ialah ilmu 'Menyembah dengan
menganggukan kepala membentur batu' seperti ini. Nah, Iihat, kau
mulai memperlihatkan ilmu 'Menyembah dengan menganggukan
kepala sehingga membentur batu itu."
Ditekannya kepala To It Peng, maksudnya ialah agar sidungu
menyembah nyembah dengan anggukan kepala.
Tak mungkin To It Perg mengadakan perlawanan, maka
kepalanya membentur batu keras, ia betui2 mengeluarkan ilmu
'Menyembah dengan anggukan kepala sehingga membentur tanah'
itu. la penasaran, maka didongakannaa kepalanya keatas.
To It Peng berhasil, tetapi tekanan kedua menyusul datang, Tung
...... ia dipaksa membenturkan kepalanya dengan tanah pula.
Betapa cepat To It Peng mendongakan kepala, secepat itu pula si
Hantu Wanita mengerahkan tenaganya, maka terdengar tang, tung,
tang, tung, dak, duk dak, duk, ..... kepala sidungu bercucuran
darah. Tak murgkinlah rasanya kepala itu diadu dengan tanah.
Si Hantu Wanita tertawa, katanya :
"ilmu kepandaian 'Menyembah dengan kepala membentur
tanah'mu ini memang sangat hebat, sungguh istimewa, Paling ......"
Tiba2, tubuh Wanita rambut panjang dengan wajah tidak berkulit
ini mengejang, ia berdiri kaku dan mematung disitu.
Dua Baju putih terkajut, mereka maju memegang kawanya.
"Eh, kau mengapa ?" Tanyanya.
Tubuh si Hantu Wanita bergoyang, dan jatuh ditanah, pada jalan
darahnya kaku dan telah bersarang jarum merah.
To It Peng bebas dari tekanan, ia bangun berdiri, dilihat keadaan
si Hantu Wanita yang seperti itu, tentu saja ia tidak melihat jarum
merah sipenyebar maut itu,.ia me ndelaatinya dan berkata :
"Eh, .... Eh .....Mengapa kau" Mungkinkah terluka dibawah ilmu
istimewa menyembah sehingga kepala mambentur tanah' ku itu ?"
Maksud To It Peng ialah menanyakan apa yang menyebabkan
kejadian itu terjadi, hanya ucapan2 nya kali ini kurang tepat,' pada
pendengaran dua Baju putih, sidungu sedang mengolok-olokan
mereka, tentu saja mereka marah.
Mereka berteriak keras, mengerahkan tenaga dan memukul
kearah sipemuda. Secara mendadak pula, dua buah jarum merah melayang, tepat
memapaki datangnya dua serangan yang mengancam To it Peng.
Dua Baju putih itu sangat terkejut, segera dikenali akan benda
maut yang te!ah merenggut jiwa kawannya, tak mau mereka
meneruskan serangan, dengan sebisa bisanya, mereka membatalkan serangan itu.
Perubahan ini sangat mendadak sekali, terlalu cepat untuk
dilukiskan, maka keadaannya seperti tampak To It Peng yang
menggagalkan serangan. Dua Baju putih pontang panting karena rusak posisi, setelah itu,
mereka maju pula dihadapinya To It Peng.
Sidungu pasang kuda2, tangannya dikerahkan membuat posisi
menyerang. Disaat bersamaan, lagi2 meluncur dua batang jarum merah.
jarum ini terlalu kecil, tak mudah dilihat. Maka To It Peng tidak tahu
ada yang membantunya. Dua Baju putih yang bermata bergantungan, tetapi masih cukup
awas, jarum maut inilah yang mengirim jiwa kawannya kealam
baka, mereka tidak berani lengalh, cepat mundur jauh.
To It Peng tertawa. Dugaannya ialah kedua Wajah Tak Berkulit
itu takut kepada dirinya, hal ini dapat dipahami, mengingat kejadian
di Ban-kee-chung, dimana dua Wajah T ak Berkulit itu diperma inkan
beberapa kali. Maka kesannya ialah ia menemukan kembali ilmu
hebatnya, ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap 'jago kelas satu',
ditemukannya kemba!i ilmu yang belum lama lenyap dan mendadak
itu, maka orangpun takut kepadanya.
Ia berbudi luhur, ia berkepandaian 'tinggi', tetapi tiada maksud
untuk menekan atau memaksakan seseorang, maka tidak diteruskan
olehnya serangan itu, malah ia memberi nasehat :
"Kalian pergilah. jangan sekali-kali lagi membakar kampung
orang. " Dua baju putih mendelikkan mata, setelah itu mereka
memandang kearah, dari mana datangnya jarum merah, kemudian
membentak : "Siapa yang melepas panah" Melempar batu bersembunyi
tangan" Tidak berani menampilkan diri?"
"Dikira kau yang kami maksudkan?" Bentak dua baju putih itu.
"Hei, keluarlah manusia yang suka melempar batu bersembunyi
tangan itu." Kata2 yang terakhir ditujukan kearah semak2 popon gelap.
Maka dari arah tempat itu, arah dibelakang To It Peng mencelat
sebuah bayangan langsing, terdengarlah suara yang sangat garing
merdu : "Nah, manusia yang suka melempar batu bersembunyi tangan
telah menampilkan diri."
Itulah Kat Siauw Hoan yang To It Peng kenal baik.
Wajah Kat Siauw Hoan cantik menarik suaranya merdu penuh
daya pikat. Tidak ada pengecualian, ter_masuk dua Wajah Tak
Berkulit itu, mereka terpesona seketika.
"Kau...... Siapa kau ?" tanya mereka. Sukarlah untuk dipercaya,
wanita muda belia yang seperti inilah yang melepas jarum maut,
membunuh orang"'' "Ha, belum lama kalian menyebut diriku sebagai 'Manusia yang
suka meIempar batu bersembunyi tangan" bukan" Mengapa cepat
sekali lupa?" "Kau kau yang membunuh kawanku ini ?" Salah' satu baju putih
menunjuk kearah mayat si Hantu Wanita.
"Kau yang melepas jarurn merah itu?" tanya lain baju putih.
Kat Siauw Hoan menganggukan kepala.
Dua baju putih memandangnya lama, mereka kurang percaya,
tetapi kejadian ini tidak dapat disangkal.
"Eh, jumlah kalian 4 orang bukan?" tanya Kat Siauw Hoan.
"Betul." kata baju putih yang dikanan.
"Mengapa kau mengatakan pertanyaan ini" tanya lain Baju putih
yang kiri. "Mengapa?" Kat Siauw Hoan tertawa. "Wanita berambut panjang
ini telah mati, lelaki yang seperti patung itupun 'naik surga',
mangapa tidak boleh menanyakan kepada kalian ?"
"Kau ..... Kau telah membunuh Tan cang Leng?" tanya si Baju
Putih. Tan cang Leng adalah nama dari manusia jahat sering menipu
kawan baik, termasuk ketiga kawan berwajah kulit lepas itu,
"Betul. Maka sudah waktunya kalian mendapat giliran, kata Kat
Siauw Hoan dengan senyum yang lebih tajam dari pada pisau itu.
Dua Baju Putih menggerang, mereka adalah saudara kembar,
pendapatnya tidak terpaut jauh setelah saling-pandang sebentar,
masing2 manggerakan tubuhnya menyeranq Kat Siauw Hoan.
Wanita muda itu telah siap dengan jarum2 Thian-hong-ciam,
masing2 dengan kedua tangan menyambuti dua serangan dari dua
Baju putih, dengan demikian, bila 2 Wajah Tak Berkulit itu tidak
membatalkan serangan, seolah olah memukul jarum merah itu.
Kat Siauw Hoan sangat tenang, diduga pasti bahwa dua korban
lagi yang akan mati penasaran.
Diluar dugaan, dua Baju Putih itu menarik pulang serangan,
badannya dibalikkan cepat danmelarikan diri.
Sungguh tipu menyeranq yang sangat hebat untuk tahap
pertama melarikan diri. Ternyata hati dua Baju Putih telah dibuat susut, diketahui To It
Peng tidak berkepandaian, hanya tokoh kuat dibelakang pemuda
inilah yang harus disegani. Untuk memilih jalan aman, yalah harus
segara melarikan diri. Kat Siauw Hoan tertegun. Tetapi gesit sekali ia membikin
pengejaran, dua batang jarum merah meIayang, satu persatu diberi
hadiah kepada dua korbannya.
Terdengar jeritan yang mengerikan, dua Baju Putih itupun tidak
Iuput dari kematian. Tamatlah riwayat hidupnya 4 Wajah Tak
Berkulit yang jahat dibawah tangan Wanita jahat pula.
Kat Siauw Hoan berjalan balik, dilihat To It Peng kesima atas
kejadian yang disaksikan tadi.
"Mari, kita harus segera melanjutkan perjalanan." kata Kat Siauw
Hoan kepada sipemuda. To It Peng menudingkan jari kearah tiga Wajah Tak Berkulit itu,
katanya : "Kau kau telah bunuh mereka ?"
Kat Siauw Hoan mendekati mayat wanita berambut panjang, dari
tubuh sang korban ia menarik keluar sebatang jarum merah.
"Lihat," katanya sanbil menunjukan jarum jahat itu kepada
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sipemuda. "Mereka telah terkena jarum2 yang seperti ini,
mungkinkah tidak mati ?"
Terbayang kembali kematian Ban Lo Lo dan Hian-u Po-po, maka
To It Peng segera mengenali akan jarum Thian-hong-ciam yang
maha berbisa itu, katanya menghela napas :
"Kukira kau belum tahu nama2 mereka."
"Tentu saja tidak tahu." kata Kat Siauw Hoan Mengapa kau
mengemukakan soal ini ?"
"Pada sebelumnya, kau tidak kenal mereka. Maka tidak tahu
menahu tentang nama dan alamatnya. Tetapi kau ... kau telah
membunuhnya ... Sunnguh ... Sungguh..... "Berat untuk
mengeluarkan kata2 'kejam' bagi seorang wanita yang dicintainya
ini. Kat Siauw Hoan tersenyum, ia geli sekali atas perlakuan To It
Peng itu. "Sungguh apa ?" Tanyanya.
"Kejam." kata sipemuda memberanikan diri.
Kat Siauw Hoan mengkerutkan alisnya yang lentik.
"Heran." katanya. "Belum lama kau diperma inkan olehnya,
hampir2 kau mati konyol tahu " Bila tidak segera aku kembali,
mungkin jiwamu sudah terbang melayang kealam baka. Kini, setelah
aku mewakili kau membunuh orang, kau mengatakan aku kejam ?"
"Aku...... Aku belum sampai mati ditangan mereka.
Tetapi.... kau .... kau segera membunuh. Didalam hal ini
Kat Siauw Hoan menjadi marah. Apa mau yang dihadapi olehnya
hanya seorang pemuda dungu, dalam arti kata dungu didalam
persoalan dunia, ia harus memberi penilaian lain pada sisi yang lain.
Maka itu dilewatkanlah begitu saja.
"Dasar dogol." katanya,
To It Peng tidak marah. Tidak ada alasan bagi pemuda ini
menjadi naik darah, ia salalu memberi ampun kepada siapa saja
yang membawa dosa, apa lagi hanya beberepa patah kata2 ucapan
seperti itu, lagi pula yang mengucapkannya pun wanita yang
dikasihi semakin sukar menumpahkan kemarahan hatinya.
Kat Siauw Hoan telah melampiaskan hawa kemarahan itu tidak
lama, iapun manarik napas, katanya :
"Mungkin aku salah. Dasar dan bakatmu terlalu jujur, maka inilah
yang menyebabkan sulit bicara. Kau baik sekali."
Rasa girang To It Peng tidok terlukiskan, memang, tidak ada
kejadian yang lebih menggirangkan dari pada mendapat pujian dan
sanjungan dari seorang kekasih.
"Kau ... Kau mengatakan aku baik ?" Katanya.
Dalam kesan sidungu. 'belum ada orang yang mengatakan ia
baik. Sungguh terharu sekali mendapat pujian seperti ini.
Kat Siauw Hoan menganggukkan kepala, katanya :
"Betul. Kau baik. Kau seorang yang baik."
"Kau inilah wanita yang baik." kata To It Peng. Kat Siauw Hoan
menggoyangkan kepala, katanya :
"Aku adalah wanita yang paling jahat, wanita kejam."
"Siapa yang berani mendakwa kau kejam?" T o It Peng berteriak.
"Biar aku mengadu jiwa dengannya."
Kat Siauw Hoan telah mewarisi segala kekejaman ibunya, belum
pernah ada orang yang memuji, ia sangat terharu mendapat
perhatian sipemuda. Disayangkan pemuda ini terlalu dungu, kurang
sepadan untuk dijadikan kawan hidupnya.
Mengetahui belum dapat kepercayaan wanita muda itu, To It
Peng memberi ketegasan yang Iebih pasti :
"Betul. Aku siap mengadu jiwa dengan siapa saja yang
menyangsikan kebaikanmu. "
"Aah, jangan terlalu cepat kau mengubar emosimu."
"Sungquh. Aku tidak akan membiarkan orang mengecam dirimu."
"Sudahlah. Mari kita melanjutkan perjalanan."
To It Peng harus taat, mereka melanjutkan perjalanan, menuju
kegunung Thian-san. Singkatnya cerita, beberepa hari kemudian, mereka tiba disebuah
kebun bunga, bau harum semerbak merangsang hidung, itulah bau
bunga Bwee. Telah beberapa hari mereka melakukan perjalanan didaratan
yang tandus, adanya kebun bunga Bwee ditempat ini agak janggal
sekali. Untuk Kat Siauw Hoan yang mempunyai pengalaman Kang-
ouw lebih luas, tidaklah mengherankan bila terjadi sesuatu apa.
"Aduh, harummya !" To It Peng mengendus dalam-dalam.
Kat Siauw Hoan menarik tangan sipemuda dan berkata :
"Hus ! jangan kau berteriak terlalu keras"
To It Peng mengerlip-ngerlikan matanya, entah perkara apa lagi
yang membuat ketidak senangannya wanita muda ini.
Kat Siauw Hoan memberi keterangan :
"Dasar dungu, pikirlah baik2. Setelah mengalami beberapa hari
parjalanan didaerah tandus, mengapa mendadak tumbuh tanaman
bunga Bwee" Tentu ada sesuatu yang aneh, mungkin tokoh beradat
kukoay yang mengasingkan diri ditempat ini."
"Tidak ada hubungan dengannya, bukan" Mengapa harus takut
?" To It Peng berteriak.
"Bukan takut yang aku maksudkan. Segala sasuatu haruslah ber-
hati2." "Baiklah. Aku selalu akan taat kepada perintahmu dan berhati-
hati." Mereka telah melewati daerah bunga Bwee itu, bagaikan barada
ditaman firdaus, pemandangan alam disekitar tempat tersebut
sungguh menakjubkan. Bunga Bwee bertaburan, dengan warnanya
yang sangat kontras, menghiasi alam disekitarnya.
Kat Siauw Hoan telah menduga sesuatu, ia tidak ingin melanggar
batas teritorial pohon2 bunga Bwee itu, maka ia barusaha
menjauhkan diri dan berjaIan mutar.
Sangat disayangkan, langkah kaki sering membangkang, tertarik
oleh bau harum sari bunga, terjerumus oleh jalan2 yang diatur
secara aneh, To It Peng dan Kat Siauw Hoan telah masuk kedalam
taman bunga Bwee itu. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan, tidak ada suatu yanq
menakutkan, maka rasa khawatirnya Kat Siauw Hoan lenyap,
mungkin daerah yang tidak bertuan, maka dengan nikmat, ia dapat
meresapkan keadaan alam yang sangat indah itu.
Dalam pikiran Kat Siauw Hoan bila saja, pemuda yang berada
disamping sisinya bukan To It Peng, seumpama seorang pemuda
yang gagah perkasa, berkepandaian tinggi, berwajah tampan
menarik, puaslah rasanya dapat hidup berdua ditempat alam yang
seindah itu. Mereka tiba diujung jalan, disana tampak sebuah pelataran luas,
pada tengah tengah pelataran itu terdapat sebuah batu lengkap
dengan kursi2 yang terbuat dari pada batu pula.
Tidak dapat disangkal, mereka telah memasuki daerah teritorial
orang, ada seseorang tokoh berkepandaian tinggi yang hidup
menyepi ditempat ini. Kat Siauw Hoan menarik tangan To It Peng, setelah itu ia barkata
: "Kami adalah dua pelancong yang salah jalan, maksud tujuan
kami adalah gunung Thian-san, tetapi sesat did yalan sehingga tiba
ditempat ini, harap cianpwee yang bersangkutan tidak menjadi
gusar atas kelancangan yang kami telah perbuat."
Maksud Kat Siauw Hoan ialah menjaga keserasian pemilik taman
bunga Bwee itu, bila mereka pergi segera mungkin tidak terjadi
sesuatu apa. Dengan mengajak To It Peng, Kat Siauw Hoan berusaha untuk
meninggalkan taman bunga Bwee.
To It Peng merasa diseret pergi, gerak-gerik Kat Siauw Hoan
yanq terburu-buru itu membuat sidungu, penasaran.
"Mengapa harus terburu-buru?" la mengajukan protes. "Setan
penunggu tamanpun tidak ada, apa yang harus ditakuti ?"
Kat Siauw Hoan melepaskan pegangan tangannya, takut kata2
To It Peng yang dapat menyinggung perasaan orang itu membawa
akibat buruk. Dikala wanita muda dari Seng-po-chung ini
membalikan kepala, dilihat T o It Peng meringis-ringis.
"Eh, mengapa ?" Tanyanya.
"Mengapa..... Mengapa kau menampar pipiku?" To It Peng
membuka pipinya yang ditutup, disana terdapat lima baris tapak
jari, ternyata ada seseorang yanq telah menamparnya.
Kat Siau Hoan terkejut, badannya
melesat membikin pemeriksaan, tidak terlihat bayangan orang yang menampar To It
Peng tadi. ---oo0oo--- BAGIAN 21 SI DUNGU SEBAGAI PEMUDA YANG
MEMPUNYAI BAKAT BAGUS KAT SlAUW HOAN segera mangetahui bahwa reaksi spontan atas
kata2 To It Peng telah menjadi kenyataan, ia berkata :
"Sudahlah. jangan kau banyak mulut menyinggunq perasaan
oranq. Lekas kita meninggalkan tempat ini.
"Kau.... kau tidak akan memukulku lagi" Sungguh, aku tidak
takut kepada setan penanggu taman bunga Bwee ini, mengapa kau
marah dan tersinggung?" To It Peng belum tahu bahwa manusia
yang menampar dirinya bukan Kat Siauw Hoan.
Kat Siauw Hoan tegang, ia tidak keburu menyumbat mulut
sipemuda yang usil itu, maka diperhatikan perkembangan siapa pula
yang akan menimpa diri mereka. Maka ia telah menyediakan dua
batang jarum Thian-hong-ciam, slap untuk digunakan menyerang
orang. Betul saja, dari balik sebuah batu terlihat benda hitam yang
melayang terbang, tujuannya ialah kapala T o It Peng.
To it Peng tidak dapat menyingkirkan diri dari serangan, dilihat
jelas bahwa benda hitam itu berupa gumapalan lumpur yang tepat
mengenai mulutnya, maka tertutuplah mulut bawel ini.
Kat Siauw Hoan telah bergerak, ia naik keatas batu tadi, siap
melempar jarum beracun, tetapi dilihat bahwa orang yang
melemparkan lumpur itu adalah seorang pemuda, pemuda yang
berwajah tampan dan cakap, niatnya dibatalkan segera.
"Hei......" Hanya inilah yang dapat dikeluarkan olehnya.
Berdiri dihadapannya seorang pemuda berwajah tampan,
umurnya diduga berkisar antara 17 tahunan. Pemuda itupun
memandangnya dengan kesima, baru di lihat ada yang mempunyai
kecantikan seperti Kat Siauw Hoan.
Wajah Kat Siauw Hoan merah membara, timbul sema-mata
perasaan yang sukar diduga, perasaan ini hanya pernah timbul satu
kali, itulah dikala ia meningkat umur 15 tahun. Kemudian terbayang
kembali dalam pikirannya, karena ia menikah dengan ketua Seng-
po-chung tidak ada kebahagiaan, maka ia melarikan diri,
meninggalkannya. Terjadi perubahan, ia bertemu dengan To It Peng perasaan
itupun tidak berhasil dibangkitkan, sidungu hanya dapat dijadikan
pesuruh, sukar untuk membang kitkan napsunya.
Pernuda itupun mempunyai kesan yang sama, ia memandang Kat
Siauw Hoan, maka mereka saling pandang mamandang penuh
tanda tanya dalam pikiran masing2.
To It Peng telah manyusut lumpur yang belepotan disekitar
mulutnya, ia berteriak marah, teriakan ini mengejutkan Kat Siauw
Hoan dan sipemuda tampan itu.
Kat Siauw Hoan menyaksikan keadaan To It Peng yang agak
lucu, hampir ia tertawa tidak dapat manahan rasa gelinya.
Pemuda tampan dari rimba bunga Bwee itupun memandang To it
Peng, hanya sama pandangan matanya, tidak terlalu lama, ia lebih
suka mengarahkan sinar matanya kearah Kat Siauw Hoan.
Dikala mata pemuda itu mengincar Kat Siauw Hoan wanita yang
bersangkutan dapat merasakan hal ini, tak perlu ia menatap karena
hatinya telah memukul keras berdebar-debar tak karuan rasanya.
Umur Kat Siauw Hoan 25 tahun, tetapi ia sudah bukan gadis lagi,
tidak seharusnya mempunyai pikiran yang bukan2, mengharapkan
sesuatu dari pemuda yang gagah dan tampan itu.
Pemuda itu melihat Kat Siauw Hoan tertawa, ia memandang T o
Tt Peng yang turut tertawa geli.
"Apa yang kau tertawakan?" Bentak To It Peng. "Siapa yang
melempar lumpur, sudah waktunya kau memberi keterangan."
"Menurut perkiraanmu, siapakah yang melempar lumpur tadi?"
tanya sipemuda dari rimba bunga Bwee.
"Seharusnya kau." kata To It Peng.
"Manang aku." kata pemuda dari rimba bunga Bwee itu.
"Kau..... Kau..... mengapa kau melempari lumpur Kepadaku ?"
tanya To It Peng. "Hal ini harus bartanya kepadamu sendiri," kata pemuda itu.
"Diketahui bahwa taman ini ada orangnya, mengapa kau
mengatakan aku setan penunggu taman?"
To It Peng terlalu jujur, hatinya kaku dan lurus, lempang seperti
tiang besi yang melonjor dijalan, bila ia mempunyai kesalahan,
diakuinya kesalahan itu segera. Kini mendapat teguran seperti tadi,
iapun dapat memahami kemarahan orang, katanya :
"Baiklah. Kuharap kau tidak menaruh didalam hati tentang
kesalahanku itu." "Saudara To It Peng ini terlalu jujur." Kat Siauw Hoan turut bantu
bicara. "Harap kau dapat mamaafkan dirinya."
Mendapat bantuan Kat Siau Hoan, hati To It Peng menjadi
bangga, ia mamandang wanita muda bekas istri ketua Seng-po-
chung itu. Berat timbangan pemuda dari rimba hunga Bwee dan Kat Siauw
Hoan bagaikan setali tiga uang, mereka adaIah, dua buah hati
gersang, hanya sedikit percikan api asmara saja cukup iuntuk
mendebarkan hatinya, tak heran mereka bermain mata.
Dikala To It Peng memandang Kat Sianw Hoan, si wanita itu
sedang mulai 'main', mata lenyaplah rasa syukur tadi segera,
sebagai gantinya, timbul iri hati yang sangat cemburu.
"Seharusnya aku mamberi hajaran yang Iabih keras lagi," kata
sipemuda kepada Kat Siauw Hoan. "engingat dia adalah kawan
seperjalananmu, maka aku bersedia memaafkan segala kesalahannya. Pemuda itu ternyata mempunyai pribahasa yang manarik, hati
Kat Siauw Hoan terbetot semakin dekat,
"Eh, saudara.... Saudara To It Peng ini bukan kawanku," Kat
Siauw Hoan mulai main, ia menyangkal.
To It Peng hanya dapat mementangkan mulut lebar2 :
Pemuda dari rimba bunga Bwee itu menganggukkan kepala, ia
berkata : ,,Akupun sedang berpikir, mana mungkin nona yang cantik
sepertimu ini mempunyai kawan tolol. Siapakah dia ?"
"Hayo katakan," kata To It Peng mengajukan protesnya atas
sikap perlakuan Kat Siau Hoan. "Siapa aku, dan mengapa dapat
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melakukan perjalanan bersama denganmu."
Kat Siau Hoan menatap sidungu tajam", katanya :
"Pernah kau berjanji, akan mentaati segala perintahku, bukan ?"
"Betul" T o It Peng tidak menyangkal.
"Kau bersedia manjadi budakku, bukan ?" Perangkap Kat Siau
Hoan mulai main. "Demi kebahagianmu, aku rela." To It Peng memberikan
jawaban. "Nah, itulah.. Kuminta agar kau turut segala perintah." "Baik." T o
It Peng tidak banyak komentar.
la bertanya. , Namaku Kat Siau Hoan."
"Ooaoo....... Nona Kat, selamat datang dirimba bunga Bwee. Aku
bernama Siang-koan Bu-ceng, panggillah dengan narna ini."
"Saudara Siang koan Bu-ceng" menetap disini ?" tanya Kat Siau
Hoan. "Betul. Betapa gembiranya bila nona Kat dapat menetap disini
pula." kata pemuda yang bernama Siang-koan Bu-ceng itu.
Lagi2 wajah Kat Siauw Hoan dirasakan membara, untuk pertama
kalinya ia menghadapi pemuda bangor yanq seperti Siang-koan Bu-
ceng ini, bila mengingat umurnya yang belum cukup 20 tahun itu,
sungguh terlalu berani sekali. Karena keberanian Siang-koan Bu-
ceng inilah yang membuat Kat Siau Hoan semakin tertarik,
harapannya ialah perlakuan yang terlebih berani lagi.
To It Peng merasa dikesampingkan, maka ia maju berkata :
"Eh, bukankah kau ingin menuju kegunung Thian-san, mengapa
tidak segera berangkat ?"
jawaban Kat Siau Hoan samar2, ia telah masuk jerat asmara
Siang-koan Bu-ceng. "Nona Kat," kata Siang-koan Bu-ceng : "kau telah tiba dirimba
bunga Bwee, seharusnya menjumpai ayahku dahulu, beliau akan
menjadi tidak senang bila ada tamu yang tidak mau mampir
ketempat tinggalnya."
Hati Kat Siau Hoan tergerak, segera ia mengajukan pertanyaan :
"Mungkinkah pemilik bunga Bwee Siang-koan cie yang pernah
menggempar-kan beberapa daerah ?"
"Itulah nama ayahku."
"Ooooo..... Dikala ayahmu mendapat nama, aku belum cukup
umur, dari cerita yang kudengar, nama itu kukenal baik."
"Nah, mampirlah dahulu. Sifat dan tabiat ayahku agak aneh.
Dikatakan ia tidak suka tamu, kenyataan belum pernah menolak
kunjungan siapapun saja yang kebetulan Iewat ditempat ini. Tetapi
dikatakan ia sudah tidak suka menerima tamu, mengapa harus
mengasingkan diri ditempat sepi " Aku tidak mangerti"
"Ayah." kata Kat Siau Hoan : "Sifat2nya ini tersebar luas
dikalangan Kang-ouw."
Mereka telah mengasingkan To It Peng, kehadirannya dianggap
sepi sama sekali. Kat Siauw Hoan menerima undangan Siang-koan
Bu-ceng, mereka masuk kedalam rimba bunga Bwee.
To It Peng menqikuti dibelakang mereka.
Beberapa lama kernudian, mereka telah berada disebuah tempat
istirahat, disana terlihat seorang tua yang duduk menenggak arak.
"Ayah," kata Siang-koan Bu-ceng kepada orang tua itu. "Anakmu
telah membawa kedua tamu datang kehadapan ayah."
Orang tua itu adalah pemilik bunga Bwee Siang-koan cie!
Kat Siauw Hoan telah memberi hormat :
"Boanpwe Kat Siau Hoan memberi hormat kepada ' Siang-koan
cianpwe." Orang tua itu menganggukan kepala sebagai balasan hormat
yang diberikan kepadanya.
"Kalian sedang menuju kearah barat?" la mangajukan
pertanyaan, suaranya sangat serak dan parau, bila tidak mendengar
ia membuka mulutnya, orang tidak akan percaya bahwa suara ini
keluar dari mulut seorang manusia.
To It Peng yang turut serta berjingkrak kaget.
"Eh, mengapa suaramu aneh sekali ?" la mengajukan
pertanyaan. "Suara apakah ini " Agaknya lebih enak dari suara
bi.........." Maksudnya yalah lebih buruk dari suara binatang, tetapi Kat
Siauw Hoan mendelikan mata mencegah. Bukan mustahil mulut usil
sidungu ini akan membawa malapetaka baginya.
Diluar dugaan, orang tua itu tidak marah, ia memandang To It
Peng sebentar dan tertawa.
"coba kau kemari!" la menggapaikan tanqan memanggil.
"Siapakah namamu?"
Diketahui suara Siang-koan cie Iebih buruk dari suara binatang,
betul ia tertawa dan tidak mempunyai maksud jahat, To It Peng
tidak berani menghampirinya
Kat Siauw Hoan mendesak :
"Lekas kau maju. Siang-koan cianpwee memanggilmu tahu ?"
To It Peng segan, hanya perintah Kat Siauw Hoan tidak boleh
dibantah, mau tidak mau, ia menggerakan kakinya berjalan maju.
Siang-koan cie memperhatikan sipemuda sekian lama, matanya
menatap tajam sekali, ada sesuatu pada diri To It Peng yang
menarik perhatiannya. Berapa lama kemudian terdengar si orang tua Siang-koan cie itu
menarik napas dalam2. "Siapakah namamu?" ia bertanya sambil menggoyang kepala.
"Dan siapa orang tuamu, siapa gurumu?"
To It Peng menjawab segala pertanyaan yang diajukan
kepadanya dengan terus terang, ia tidak menyembunyikan sesuatu
kepada orang tua itu. "Bakat bagus..... Bakat bagus....." kata Siang-koan cie mengelus-
elus jenggotnya perlahan.
cepat To It Peng meralat :
"Namaku, To It Peng. Bukan Bakat Bagus. "
Sipermilik bunga Bwee Siang-koan cie memelototkan matanya.
"Kau marah?" ' Tentang To It peng. "Kesalahan berada
dipihakmu, Aku bernama To It Peng. Tetapi dengan samena-
menanya, dengan tidak mendapat persetujuanku, kau mengganti
nama itu menjadi Bakat Bagus, wajib kubikin betul, bukan ?"
Orang tua itu menecipkan kedua matanya, ia tertawa geli,
Siang-koan Bu-ceng kenal baik dengan sifat2 ayahnya, ia
mendampingi Kat Siauw Hoan.
Siang-koan cie memandang anaknya, setelah itu diperhatikan
wanita muda yang merapet itu, ia mengajukan pertanyaan :
"Nona, wajahmu mengingatkanku kepada seseorang mungkinkah
anak dari......" "Betul. Aku adalah putrinya. Wajah ibu sangat mirip sekali."
Potong Kat Siauw Hoan cepat, nama sang ibu Kat Sam Nio terlalu
busuk, ia takut Siang-koan Bu-ceng dapat rnerubah kesan terhadap
dirinya. "Dimanakah ibu mu itu berada ?"
"Telah lama beliau meninggal dunia."
"Ooooo......." Siang-koan cie meruntuhkan pandangannya
ketanah. "Ia telah tiada."
Suara orang tua itu seperti mangandung kesedihan suatu tanda
bahwa hubungannya dengan Kat Sam Nio bukan hubungan biasa.
Kat Siauw Hoan teringat akan tindak tanduk ibunya yang sering
berkecimpung dilaut asmara bebas, dimaklumi akan ibu yang genit
tersebut mempunyai banyak kandak, kemungkinan besar bahwa
orang tua yang berada dihadapannya inipun termasuk salah satu
dari kandaknya. "Dengan maksud tujuan apakah kau melakukan perjalanan
jauh?" Siang-koan cie mengajukan pertanyaan.
Apa yang orang tua ini ajukan tidak mudah dijawab.
Maksud tujuan Kat Siauw Hoan yalah gunung Thian-san, disana
tersimpan rahasia pusaka, hanya saja hal ini tidak boleh dikatakan
kepada sembarang orang. Untuk membsri kepuasan, Kat Siauw Hoan berkata :
"Boanpwee sedang berada didalam tahap perjalanan kegunung
Thian-san untuk menemui seseorang."
Ayah Siang-koan Bu-ceng itu menganggukkan kepala :
"Ng......katanya. "Kulihat ilmu kepandaianmu cukup tinggi,
dengan membawa saudara To It Peng ini, kukira tidak dapat
membantu sesuatu bagi keperluanmu, dapatkah kau menyetujui
pendapatku ini ?" Kat Siauw Hoan mengkerutkan alis, apa maksud dari orang tua
itu " "Terus terang, saudara To It Peng ini tidak dapat memberi
bantuannya yang berarti." Kat Siauw Hoan berkata.
"Bukan saja tidak mempunyai ilmu kepandaian yang berarti,
orangnyapun ketolol tololan......." To It Peng segera berteriak :
"Sifatku memang ketolol-tololan, setiap orang sudah maklum dan
tak kusangkal. Tetapi ilmu kepadaianku cukup tinggi, aku adalah
jago kelas satu, mengapa kau tidak mau mengakui akan kenyataan
ini ?" Untuk meyakinkan bahwa ilmu kepandaian 'jago kelas satu' nya
yang tinggi, ia membuat suatu pose yang sangat meriah, seolah-
olah betul sebagai seorang pendekar kelas satu.
Dimata seorang ahli, betapa banyak ilmu kepandaian seseorang
tidak akan lepas same sekali, untuk sekal Iihat, Siang-koan cie dan
Siang-koan Bu-ceng, ayah dan anak mengetahui bahwa To It Peng
tiada berkepandaian. Menyaksikan pose sidungu seperti itu' mereka
tertawa ter-gelak2. Pemilik bunga Bwee Siang-koan cie memandang Kat Siauw Hoan
berkata : ",Nona, aku ada satu usul' dapatkah kau memberi kesempatan ?"
"Silahkan cianpwee katakan " kata Kat Siauw Hoan.
"Maksudku ialah ingin menahan T o It Peng didalam rimba bunga
Bwee ku." kata orang tua itu.
To It Peng masih kesal karena belum berhasil meyakinkan
tentang ilmu kepandaian 'jago kelas satu'nia. Maka apa yang
mereka perdebatkan kurang jelas, hanya samar2 dirasakan tidak
menguntungkan dirinya, segera ia berteriak :
"Apa ?" " Kat Siauw Hoan sedang menimang-nimang apa arti maksud dari
sipemilik bunga itu, diketahui kesan terhadap To It Peng ialah 'Bakat
bagus' bakat bagus, tentunya mengandung arti dalam.
Berpikir seperti ini, ia meliirik kearah Siang-koan Bu-ceng.
Pemuda perungus itu manganggukan kepala, suatu tanda agar
jangan menolak permintaan ayahnya yang ingin menahan To It
Peng didalam rimba bunga Bwee.
Hati Kat Siauw Hoan tergerak, cepat ia berkata :
"Seharusnya, tidak berani boanpwee menentang perintah yang
cianpwe ajukan, hanya saja perjalanan kegunung Thian-san terlalu
jauh, boanpwee sebagai wanita lemah membutuhkan tenaga yang
dapat dijadikan pembantu bila disuruh diri melanjutkan........
perjalanan boanpwee kira kurang leluasa. Dimisalkan ada seseorang
yang siap untuk menggantikannya
Sampai disini, ujung mata Kat Siauw Hoan melirik kearah Siang-
koan Bu-ceng. 4 orang yang berada ditempat itu, kecuati To It Peng, tiga
lainnya adalah manusia2 berotak tajam, maka apa yang Kat Siauw
Hoan belum katakan, mereka sudah mengerti maksud tujuan dari
wanita muda tersebut. "Ayah," kata Siang-koan Bu-ceng. "Kau ingin menahan To It
Peng. Biar aku yang mewakilinya, menemani nona Kat kegunung
Thian-san." "Bagaimana maksud nona?" tanya Siang-koan cie.
Kat Siauw Hoan meruntuhkan pandangan matanya ketanah,
suatu tanda bahwa ia tidak menolak.
Siang-koan cie memandang anaknya, lama sekali ia berpikir :
"Kau sudah menimbang segala risiko dikemudian hari ?"
"Segala risiko akan anak pikul sendiri." Siang-koan Bu-ceng
memberi kepastian. Luar biasa girang Kat Siauw Hoan mendengar jawaban sipemuda
cakap itu. Maka dengan adanya Siang-koan Bu-ceng yang
menggantikan kedudukan To It Peng, segala sesuatu dapat
diseleseikan dengan mudah.
Siang-koan cie tidak segara memberi putusan, ia masih
memikirkan ber-liku2nya perkara yang akan dihadapi.
Sesudah me-nimbang2 untung ruginya, orang tua ini
menganggukkan kepala dan berkata :
"Baiklah. Aku bersedia melepaskannya untuk mangawani nona
Kat pergi kegunung T hian-san."
Kata2 Siang-koan cie ditujukan kepada anaknya.
Lebih hebat dari pada disambar geledek, To It Peng merasakan
dunia berputar keras, tubuhnya jatuh ditanah setelah mendengar
persetujuan mereka bersama.
"Tidak..... T idak boleh." la masih sampat mengajukan protesnya.
"Mana boleh hal ini terjadi ?"
Siang-koan cie, Siang-koan Bu-ceng dan Kat Siauw Hoan hanya
melemparkan pandangan mata mereka yang memandang rendah,
tidak satupun dari mereka yang memperdulikan T o It Peng.
To It Peng segera bangun kembali, teriaknya :
"Kukatakan tidae boleh. Mana boleh nona Kat ditemani olehnya,
perjalanan, kegunung Thian-san adalah tugas kami berdua, tidak
boleh ada orang ketiga yang menyelak masuk. Akupun menolak
keras untuk menetap didalam rimba bunga Bwee ini, aku tidak mau
mengawanimu disini."
Siang-koan cie mangeluarkan tawa dingin, katanya :
"Bila aku memaksakan kau menatap disini, bagai mana ?"
Siang-koan Bu-ceng tidak mau kalah dari ayahnya ia,
memandang To It Peng la berkata :
"Apa yang dapat kau lakukan, setelah aku mengajak nona Kat
membikin perjalanan bersama ?"
To It Peng memandang Siang-koan cie, setelah itu memandang
Siang-koan Bu-ceng dan yang terakhir..... baru memandang kaarah
Kat Siauw Hoan. Kat Siauw Hoan dapat merasakan bagaimana butuhnya pemuda
itu kepada dirinya, mata To It Peng penuh permintaan, teringat
bagaimana jinaknya sidungu, betapa baik kepada dirinya, ia meresa
tidak tega untuk meninggalkan begitu saja.
Satu2-nya harapan laleh Kat Siauw Noaw dapat me= nolong
dirinya dari kesusahan ditempat itu. Bila Kat Siauw Hoan berpihak
koFadanya, Siang-koan cie dan Sianq-koan Bu-ceng tridek ada
dibulu matanya. Menggunakan jari tangannya, Siang-koan Bu-ceng menowel Kat
Siauw Hoan, ia memberi peringatan.
Kat Siauw Hoan terjengkit, dua pemuda berada dihadapannya,
satu dungu, tolol dan bebal, tetapi ia berlaku baik kepadanya,
berhati jujur. Mana mungkin dapat memadai kecakapan Siang-koan
Bu-cenq, mana mungkin dapat menanding Siang-koan Bu-ceng,
mana mungkin dapat disamakan dengan Siang-koan Bu-ceng yang
pandai mengambil hati, pandai merayu diri"
Kat Siauw Hoan menghampiri To It Peng, dengan suara yang
paling lunak, ia berkata:
"Engko To, Siang-koan cianpwe telah menjatuh pilihannya
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada dirimu, tentunya ia mempunyai arti dalam. Baiklah kau
menggunakan kesempatan ini dan tunggu aku didalam rimba bunga
Bwee, setelah berhasil dan kembali dari gunung T hian-san, tentunya
menjemputmu lagi." Kat Siauw Hoan telah mamperlunak putusannya dengan harapan
To It Peng dapat dibujuk untuk menetap didalam rimba bunga
Bwae, menemani Siang-koan-ceng.
Alam pikiran To It Peng ialah lurus kedepan, tiada liku2 atau
berbelat-belit, mendengar putusan Kat Siauw Hoan yang menyetujui
usul orang yang memaksakan ia menetap didalam rimba bunga
Bwee,putuslah semua harapannya, tiba2 matanya menjadi gelap.
Lalu tubuhnya jatuh dan tidak sadarkan diri lagi.
Samar terdengar suara tertawa Siang-koan Bu-ceng dan Kat
Siauw Hoan yang meninggalkan taman bunga Bwee.
Beberapa lama ia jatuh pingsan. Dikala ia sadar dan siuman
kembali tiba2 terdengar suara desiran angin yang agak keras.
Desiran angin ini berkisar diantara sekelilingnya, untuk
mengetahui sumber suara tadi, To It Peng membuka matanya
Tidak terlihat Siang-koan Bu-ceng yang mengurus taman itu,
yuga Kat Soauw Hoan yang gesit itu tak nampak pula.
Disana hanya ada Siang-koan cie
Swiang-koan cie menggerakkan tangan, suara desiran itu keluar
karena gerakan tangannya.
Semakin lama, deiran angin ini semakin keras, terasa oleh To It
Peng sebuah tekanan yang semakin hebat ini, hingga napasnya
sipemuda menyadi sesak. Sebentar saja, bagaikan kena sebuah
cengkeraman tenaga kuat yang tidak terlihat. To It Peng terpancang
kedalam tanah, hingga tidak dapat bergerak.
Dilihat siorangtua masih meng-gerak-gerakkan tangannia, tenaga
tekanan yang dikerahkan kearah badan To It Peng semakin hebat,
tulang belulang sipemuda bergemeretak karenania, isi dalamnya
bergolak, dialan peredaran darahnya bertambah tiepat, bagaikan
yang dipompa penuh yang hampir meletus.
Siang-koan cie masih meneruskan usahanya, apa yang
dikeryakan olehnya sangat aneh sekali.
To It Peng mulai megap-megap, mulutnya terpentang lebar
seperti ikan terlepas kedaratan.
Tiba2 terlihat Siang-koan cie membentak dan menjejalkan
sesuatu kedalam mulut To It Peng yang sudah tertutup itu.
Maksud To It Peng ingin mengajukan pertanyaan kenapa siorang
tua melakukan hal seperti ini terhadap dirinya, tetapi dirasakannya
tiga butir benda lunak saling susul masuk kedalam tenggorokannya,
langsung kedalam perutnya.
Maka lenyaplah semua perasaan2 tadi, darah yang bergolak
keras berhasil mengalir tenang kembali, sebuah aliran hangat
nyaman mengelilingi sekujur tubuhnya, tekanan Siang-koan cie
berikan itupun telah berhasil diangkat, ternyata tenaga To It Peng
telah bertambah hebat. Ia berusaha bangun, kekuatan Siang-koan cie masih menekan,
maka berkutatlah kedua tenaga ini.
Kekuatan To It Peng bertambah kuat, sebaliknya kekuatan Siang-
koan cie yang telah dikerahkan penuh itu tidak dapat ditambah lagi,
tahulah siorang tua bahwa apa yang diberikan kepada sipemuda
telah mulai menunjukkan khasiatnya, tak mungkin ia melawan
tenaga itu, perlahan demi perlahan ia mengendurkan tekanan itu
kemudian memberi kebebasan sama sekali.
To It Peng diberi kekuatan tenaga baru, hal ini tidak diketahui
olehnya, ia mengerahkan tenaganya semakin kuat, maksudnya ialah
ingin segera membebaskan diri. Dikala tenaga tekanan Siang-koan
cie lepas, kekuatan To lt Pang terus bebas. Maka tekanan yang
lenyap mendadak itu membuat tubuh sipemuda membal terbang
tinggi ditenga awang2. Suatu hal yang berada diluar dugaan, diudara tinggi To it Peng
memandang kebawah, keringat dingin mengucur deras, ia heran,
mengapa tiba2 dapat 'terbang'
Terdengar suara siorang tua dibawahnya berkata:
"Lekas kerahkan aliran darah agar berkumpul dijalan darah Khie-
hay dan Leng-tay dengan denikian tubuhmu akan menjadi enteng,
bagaikan kapas kau dapat turun bebas secara perlahan-lahan."
Apa yang Siang-koan cie katakan adalah cara2 melatih ilmu
meringankan tubuh kelas tinggi. Maksudnya agar To It Peng dapat
nenggunakan kelebihan tenaga yang belum lama diberikan olehnya.
To It Peng masih berada dialam ketakutan, mana dpat didengar
petunjuk2 yang orang tua itu berikan"
Dimisalkan ia dapat mendengarkan jelas, belum tentu otaknya
mengerti cara2 yang diberi tadi, maka sia2 saja teriakan Siang-koan
cie. Terdengar suara benda keras yang jatuh ditanah, itulah suara To
It Peng yang telah turun kembali dan membentur batu. Ia
menelungkup ditempat yatuhnya, dengan meringis ia berkata :
"Matilah aku, Huaaaa.......... Huaaaa.........."
Siang-koan cie menarik napas atas ketololon sipemuda.
Hayo, bangun !" perintahnya, "Tak mungkin kau dapat mati"
To It Peng duduk, dilempangkan kedua kakinya, digerakkan pula
tangan dan siku2-nya, tidak ada sesuatu yang berubah ......
wayahnya menjadi riang. "Ha, ......." Ia bertepuk tangan. "Betul2 aku tidak mati" Sungguh
ajaib!" Siang-koan cie menghampiri dan berkata :
"Tentu saja, ilmu tenaga dalammu sudah mencapai taraf
tertinggi. jatuh dari tempat yang tiga kali lebih tingi dari tempat
tadipun, kau tidak akan terluka sama sekali. Apa yang kau
khawatirkan" " "Kau katakan tenaga dalamku telah mencapai taraf tertinggi" "
"Betul!" "Maka aku jago kelas satu bukan"
"Tentu saja" "Ha, ha, .........." To It Peng gagah kembali. " Aku adalah jago
kelas satu, suatu hari pohon yang besar, kokoh dan kuat, pernah
kugempur sampai hancur. Kau tidak percaya" Hal ini betul2 telah
terjadi." Siang-koan cie tidak mengatakan bahwa ia tidak percaya. Hanya
To It Peng yang mulai kehilangan pegangan dan meragukan
kepercayaan dirinya, maka ucapan yang terahir, ialah 'Hal ini betul2
telah terjadi' suatu rangkaian kata-kata penutup agar orang tidak
menyuruh untuk menggempur pohon besar.
Siang-koan cie segera berkata :
"Tentu saja. Kau dapat menggempur sebuah pohon kuat dan
besar dengan mudah, karena tenaga dalammu telah berada diatas
segala oerang. Bahkan lebih dari pada itu, kau dapat memukul
hancur sebuah batu karang."
Atas permainan Hian-u Po-po dahulu To It Peng pernah
'menggempur' pohon hingga tumbang, dan kesan ini tidak mungkin
terlupakan olehnya. Maka 'jago kelas satu' itu bersarang kuat dalam
otaknya. Sekarang dikatakan orang tua yang ada dihadapannya, bahwa ia
dapat menghancurkan batu karang. To It Peng menggelengkan
kepalanya, dan berkata : "Kukira belum tentu"
Siang-koan cie berkata dingin :
"Kukatakan dapat memukul hancur sebuah batu karang, tentu
dapat memukul hancur batu karang. Apa gunanya tiga butir Lo-han-
ko yang kau telan tadi?"
"Buah Lo-han-ko semacam buah DEWA BARU yang tumbuh
digunung Kun-lun-san." Siang-koan cie memberi penjelasan.
"Memakan sebuah Lo-han-ko dapat menambah panjang umur, aku
telah mengurung semua jalan darahmu, dan memberi tiga butir
sekaligus, dikala peredaran jalan darahmu terbuka kembali, maka
sari Lo-han-ko itu meresap cepat, tenagamu telah bertambah
berlipat ganda, mungkin kau belum paham akan hal ini ?"
64 Keterangan orang tua itu membuat To It Peng bengong.
"Maka, kau dapat mencelat tinggi. Maka kau dapat jatuh dengan
tidak menderita luka." Siang-koan cie mengakhiri keterangannya.
To It Peng mendangar dengan penuh perhatian, setelah selesai
orang berbicara, iapun mengenangkan apa yang telah terjadi atas
dirinya. "Bagaimana?" rtanya Siang-koan cie.
Tiba2 To It Peng menepuk kepala, ia tertawa dengan
menudingkan jari sehingga hampir mengenai hidung siorarg tua, ia
berkata : "lucu........ ha, he, ha,........ "
"Apa yang lucu?" Siang-koan cie sangat marah. "Apa yang
membuat kau tartawa?"
"Dikira mudah menipu diriku?" kata To It Peng yang masih saja
tertawa. "Lihatlah dahulu siapa yang akan dijadikan sasaran
membual, ungguh pandai sekali kau mengarang cerita tadi."
To It Peng mempunyai otak yang berukuran empat persegi,
tetapi kadang kala menganqgap dirinya itu
sebagai manusia-yang terpandai didalam dunia. Dianggap Siang-
koan cie itu menipu. dirinya dengan cerita tiga butir buah Lo-han-ko
yang amat mujijat. Siang-koan cie sedianya hampir marah, dilihat sikap sipemuda
yang ketolol-tololan itu, hawa kemarahnnya sukar untuk dilepas,
segera ia membentak : "Siapa yang mengarang cerita" ."
"Siapa "agi, bi"a bukan dirimu?" Tantang To It Peng. "Pikirlah
terlebih dahulu, buah Lo-han-ko bisa mempunyai khasiat hebat,
mengapa tidak kau makan sendiri. Hubungan apakah diantara kau
dengan diriku, mengapa harusmkan buah itu kepadaku" Mengapa
tidak menyerahkan kepada anakmu" Kau mempunyai anak sendiri,
bukan" Sampai dimanakah tinggi derajat To It Peng, sihngga harus
menyerahkan, buah mujijat berkhasiat hebat kepadaku ?".
Apa yang To It Peng tebarkan sangatlah beralasan. Siang-koan
cie maklum akan hal tersebut, ia pun, me-angguk2-kan kepala
menyetujuinya. ---oo0oo--- BAGIAN 22 SI DUNGU TO IT PENG MENINGGALKAN RIMBA BUNGA
BWEE SIANG-KOAN cIE bukan manusia ternama bila tidak dapat
menghitung sesuatu dengan tepat, apa yang To It Peng beberkan
tadi sangat masuk diakal, maka iapun menganggukan kapala.
To It Peng senakin bangga, dilihat babak partama, ia mendapat
kemenangan dalam ronde pertandingan adu mulut, dengan
menggoyang-goyangkan kepalanya dengan isi otak empat persegi
itu, ia berkata : "Nah! Akupun sudah menjadi jago nomor satu, apa guna
memakan buah Lo-haniko mujijadmu itu?"
Perut Siang-koan cia dirasakan mau meledak, susah payah ia
menjejal tiga butir buah Lo-han-ko kepada sidungu, tetapi sidogol
telah salah terima, dianggap ?keterangan itu hanya berupa tipuan
bohong, ia tidak mau menerima budi ini.
Ternyata Siang-koan cie mengasingkan diri didalam taman bunga
Bwee karena telah salah me latih diri peredaran jalan darahnya telah
sesat, ia tidak men?dapat banyak kebebasan, maksud tujuan dari
memberi buah Lo-han-ko kepada To It Peng ialah menggunakan
tenaga sipemuda untuk melakukan sesuatu. Bila seorang jujur
seperti To It Peng berterima kasih, maka ia dapat membalas budi
dengan sepenuh hati, tidak ada pikiran untuk berkhianat.
Buah Lo-han-ko telah disimpan lama, sampaipun Siang-koan Bu-
ceng anaknya sendiripun tidak diberi tahu, karena ia maklum bahwa
sifat dan tabiat anak terse?but tercela, untuk sementara masih
dapat ditundukkan satelah dewasa ia berkepandaian tinggi, munqkin
lupa kepada ayah sendiri, dapat melakukan sesuatu yang ber?sifat
mendurhaka. Seperti apa yang Siang-koan cie te lah duga, bila T o It Peng tahu
bahwa kejadian hadiah tiga buah Lo-han-ko mujijat itu betul diberi
makan kepadanya? rasa terima kasih sipemuda tidak mudah
dilukiskan, ia akan tunduk dan takluk, apa yang terjadi kesukaran
situan penolong tentu dipentingkan sekali, ia rela mengorbankan diri
untuk menyenangkan. Seyang To It Peng tidak percaya akan keterengan yanq Siang-
koan cie berikan, cerita itu dianqgap tipuan, dianggap bohong dan
tiada. Siang-koan cie godek kepala, untuk meratakan otak persegi
sidungu memang sulit sekali.
Orang tua ini harus mengasah otak, bagaimana agar dapat
meyakinkan kebenaran tentang hadiah tiga buah Lo-han-ko,
sidungu harus diberi mengerti tentang hal itu.
To It Peng tidak sabaran, ia tertawa sebagai juara, katanya :
"Tidak berhasil menipu diriku, bukan?"
Hampir Siang-koan cie putus harapan.
"Kau.... kau tidak percaya bahwa aku telah memberi tiga, buah
Lo-han-ko kepadamu?" Tanyanya.
"Tentu saja tidak" To It Peng mendongakkan kepala.
"Kau tidak percaya bahwa dirimu telah kuciptakan sebagai jago
kelas satu?" Masih orang tua itu berusaha.
"Lucu..... Lucu....." teriak To It Peng.
"Belum lama kau telah menekan diriku, tetapi kau telah kalah
tenaqa sahingga aku berhasil meloloskan diri dari kekangan
kekuasanmu, bukan" Suatu tanda bahwa aku memang adalah jago
kelas satu, kekuatan ini kudapat dari lain orang, bukan dari buah
Lo-han-ko didalam cerita burungmu."
"Agaknya sulit untuk meyakinkan kepadamu.........."
"Betul." Potong To It Peng. "Selamat tinggal." Badan sipemuda
bergerak melesat, pikirannya harus segera menyusul Kat Siauw
Hoan, tidak mau ia menetap didalam rimba bunga Bwee ini.
Ditinggalkannya orang tua itu.
Siang-koan cie mencangkeramkan tangan membentak :
"Berhenti!" To It Peng tidak mendengar perintah, ia melarikan diri Iebih
cepat. Siang-koan cie adalah bekas tokoh silat kenamaan, ilmu
kepandaiannya hebat, gerakannya gesit, cengke?raman tangannya
hampir mengenai sipemuda.
To It Peng telah me larikan diri, namun, bila sebelum ia diberkahi
tiga buah Lo-han-ko, cengkeraman Siang-koan Tiie itu akan
menariknya kembali, bergegas-gegas ia lari, menubruk rumpun
bunga Bwee, maka patahlah semua batang tanaman yanq ditubruk
olehnya, bersih dibabat rata oleh tenaga dalam yang hebat.
Belum pernah ia melihat dan membayangkan akan kejadian ini,
cepat ia bangun kembali :
"Aaaaa..." To It Peng sangat terkejut akan hasil tabrakannya tadi.
Siang-koan cie telah putus daya, tak mungkin ia mengejar
pemuda itu lagi. Maka ia berteriak :
"Nah, telah kau saksikan" Betapa tinggi ilmu tenaga dalam yang
kini kau miliki" Dahulu sanggupkah kau mematahkan rumpun
tanam2-an itu " Masih tidak mau kau berterima kasih kepadaku ?"
To It Peng memandang batang2 rumpun tanaman bunga Bwee
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang telah diratakan olehnya, pikirnya ia telah mencapai kemajuan
pesat, tentu saja, karena ia adalah jago kelas satu, setiap hari
ilmunya bertambah, tidak ada yang harus diherankan.
Terbayang bagaimana kejam orang tua ini memisah?kan dirinya
dari sisi Kat Siauw Hoan, teringat bagai?mana ia hampir mati
dicengkeram, rasa anti patinya timbul mendadak, dengan adem
berkata: "Bila cengkeraman mautmu tadi mengenai diriku, akupun harus
disuruh berterima kasih ?"
"Kambalilah dahulu, cengkeramanku tadi tidak akan mematikanmu" "Tentu. Bila aku mati, siapakah yang harus menghaturkan terima
kasih ?" Rasa mangkelnya Siang-koan cie sukar dilukiskan, tidak disangka,
orang yang jujur ini sukar diberi mengerti, setelah itu, iapun tidak
dapat menangkapnya untuk diberi penjelasan secara ngejelimet.
"Kau kembalilah dahulu, maukah kau kuberi pelajaran ilmu Bwe-
hoa Kiam khek yang tiada tandingannya di kolong langit ?"
To It Peng menggoyankan kepala, katanya :
"Tidak mau aku mendapatkan ilmu darimu. Ilmu ke?pandaian
Bwe-hoe Kiam-khek yanq kau katakan tiada tandingan dikolong
lanqit itu belum tentu ada gunanya. Bila betul ilmu itu hebat,
mengapa kau menyembunyikan diri ditempat ini" Selamat bertemu
lagi, aku akan segera menyusul nona Kat."
Siang-koan cie gugup, teriaknya:
"Hei, dengarlah keteranganku dahulu............"
Ucapan orang tua ini tidak diteruskan, karena To It Peng telah
bergarak semakin cepat dan tidak menggubrisnya sama sekali.
Begitu To It Peng mengangkat kaki, dirasakan luar biasa enteng,
gerakannya menjadi lincah, bagaikan terbang, ia melayang terlalu
cepat, hampir ia jatuh terjengkang, keadaannya sangat pontang
panting, belum biasa ia manggunakan ilmu meringankan badan juga
belum tatu ia harus bagaimana mengerahkan tenaga yanq
berlimpah-limpah itu. Melihat gerakan T o It Peng yang lucu, seharusnya Siang-koan cie
tertawa geli, tentu saya bila tidak mengingat tiga buah Lo-han-ko
ditelan orang secara percuma, ia dapat tertawa. Kini tertawa orang
tua ini, menunjukkan tertawa getir, yaitu tertawa sedih dan kecewa
karena kehilangan tiga buah Lo-han-ko yang amat mujijad itu.
Maksudnya ialah memancing dengan tiga buah Lo-han-ko dengan
menggunakan tenaga To It Peng, apa mau ia lupa memberi
keterangan2 yang teperinci, hal ini seharusnya perlu dilakukan
sebelum ketiga buah Lo-han-ko diberikan kepada T o It Peng, maka
To It Peng dapat percaya waktu itu. Wsaktu maksudnya, tidak
terbuang percuma. Seperti apa yang telah diketahui, ukuran otak To It Peng adalah
otak empat persegi, Iubang jalan alam pikirannya hanya satu
jurusan, ia hanya bersatu tuju?an, tidak ada kanan dan kiri, setelah
diberi pedoman hidup oleh Hian-u Po-po almarhum bahwa dirinya
se?bagai 'jago kelas satu', kesan ini tak akan lenyap hingga di akhir
jaman. la tidak me liyhat bagai mana tiga buah Lo-han-ko masuk ke
dalam perut. Betul tenaga dalamnya bertambah, hal ini dianghgap
sudah ada karena ciptaan Hian-u Po-po dahulu, tidak perlu untuk
diherankan. Maka di?tinggalkannya Siang-koan cie begitu saja.
Disinilah terjadi salah paham! Bukan maksud To It Peng untuk
menyengkelit jasa2 orang!
Kecuali menyalahkan diri sendiri yang terlalu ceroboh, Siang-koan
cie tidak mempunyai jalan kedua. Memandang lenyapnya bayangan
To It Peng, ia menghela napas panjang.
Bercerita tentang To It Peng yang lari pontang-panting, seradak-
seruduk, tundak-tanduk karena diberkahi tenaga dalam yang maha
hebat dengan tidak mendapat tata cara untuk bagaimana
menggunakannya. Bukan sedikit pohon yang ditubruk tumbang olehnya tidak sedikit
tanaman yang diinjak rata olehnya suatu.Suatu ketika, ia slip dan
membentur batu besar sehingqa tarbendung ditempat itu, ia jatuh
tidak jauh dari mana batu besar itu menghadang dan terhentilah
kemajuannya. Berhati-hati ia bangun berdiri, ia tidak menderita Iuka karena
tenaga dalam yang maha hebat, hal ini adalah berkat tiga buah Lo-
han-ko pemberian Siang?-koan cie, hanya jidatnia yang agak benjul
karena benturan batu yang keras, diusapnya tempat tersebut dan
mengoceh : "Wah, beginilah rasanya menjadi seorang pendekar jago kelas
satu ?" To It Peng memandang batu besar yang berada di?hadang jalan
itu, tangannya bergerak dan...... priuuuur......... ia memukul hanyur
batu tersebut. "Idih......." Sidungu meleletkan lidah. "Hebat juga menjadi jago
kelas satu. Hanya kedua kakiku inilah yang kurang ajar, mengapa
sukar dikuasai, sungguh sangat celaka bila kakiku dapat lari sendiri."
la bangun berdiri, dengan sangat hati-hati melangkahkan sebelah
kakinya satu langkah demi langkah
Satu tapak langkah To It Peng ini telah menghasil?kan jarak
yang cukup jauh. Segera ia menekannya kaki itu dan berhenti
dengan hati berdebar-debar, Langkah yang dilakukan dengan
berhati-hati ini lebih cepat dari pada saat ia malarikan diri.
"Hebat!....... Hebat!" To It Peng bergumam. ,,Aku telah
mendapatkan kemajuan pesat.
Rise girang dan takut merangsang menjadi satu, silih berganti
menguasai elam pikirannya.
Demikianlah, To It Peng mendapatkan ilmu 'jago kelas satu'nya
yang sajati, bukan 'jago kelas satu' ciptan Hian-u Po-po yang hanya
nama kosong itu. Ia melakukan perjalanan cepat, maksudnya menyusul Kat Siauw
Hoan kegunung Thian-san. Tidak tahu bahwa To It Peng sesat dijalan, semakin cepat ia
berjalan semakin jauh pula jarak dengan Kat Siauw Hoan.
Hari ini menjelang malam tiba, To It Peng berada disebuah
rimba. Dalam alam pikiran To It Peng terbayang Kat Siauw Hoan dan
Siang-koan Bu-ceng, bila kalah cepat tentu celaka.
Semakin bingung ..... semakin sesat pula, saking letihnya dengan
memilih sebuah batu besar, To It Peng membaringkan diri ditempat
tersebut. Dalam beberapa hari ini ia memang kurang tidur, maka dalam
sekejap saya To It Peng telah mengeluarkan suara gerusan ..... ia
telah tertidur dengan cepat.
Tiba-tiba .......... To It Peng terbangun karena dikejutkan oleh
suara burung malam beterbangan diatas kepalanya, samar-samar
terdengar suara derap kaki kuda mengarah ketempatnya.
Ketrukan kaki kuda mengarah kearahnya, dan tidak jauh dari
tempat ia berada, disana kuda itu berhenti sebentar dan terus
menikung kearahnya. "Suheng ......, Suheng .........." Terdengar suara wanita me-
mangil2 " "Dimana kau berada ........" "
Ternyata sipenunggang kuda adalah seorang wanita!
Suara wanita ini bergema lama sekali, menandakan tenaga
dalamnya yang lebih hebat!
jantung To It Peng hampir mencalat, itulah suara Pie-lie Sian-cu
yang dikenal betul, salah satu dari 4 jago utama Ngo-bie-pay !
Setelah Ban kee-chung dibakar oleh 4 Wajah Tak berkulit, To It
Peng menuju kegunung, Ngo-bie-pay, ; disana Pie-lie Sian-cu
mengakiu bahwa dialah yang membunuh Kim-to Bu-tie T o tong Sin.
" Hei ......." Tidak sadar,To It Peng berteriak.
Setelah diberi buah Lo-han-ko, tenaga To It Peng telah mencapai
tingkat puncak, suara 'Hei' tadi menggema memecah angkasa gelap
berkumandang jauh dan lebih lama dari suara Pie-lie Sian-cu.
To It Peng terlompat terkejut dengan sendirinya, karena suara
guntur tersebut, tidak disangka keluar dari suaranya akibat dari
tenaga dalamnya yang setinggi langit.
Derap kaki kuda segera datang, penunggangnya memang Pie-lie
Sian-cu, arah tujuannya ialah dimana To It Peng berada.
Tuduhan orang yang membunuh ayahnya telah dija?tuhkan
kepada Pie-lie Sian-cu, memandang kedatangan?nya hati To It
Peng semakin berdebar keras.
Pie-lie Sian-cu telah berada dihadapannya, jaga wanita Ngo-bie-
pay ini segera menduga kepada Thian-sim Siang-jin.
"Suheng .......... " Ia memanggil.
Hanya Thian-sim Siang-jin yang mempunyai latihan tenaga dalam
hebat, maka dugaan Pie-lie Sian-cu jatuh pada saudara
seperguruannya itu. Sagera dilihat bahwa oranq yang dikira suhengnya itu adalah
sipemuda dungu yang pernah mengacau gunung Ngo-bie-san,
wajah Pie-lie Sian-cu berubah
"Eh, kau sibinatang kecil ?" la berkata panas
Sifat To It Peng tidak mudah marah, hanya dendam ayahnya
tidak pernah lepas, dakwaannya jatuh kepada Pie-lie Sian-cu,
semakin marahlah lagi dirinya di?panggil 'sibinatang kecil',
terdengar geramannya yang" menunjukan kemarahan yang me-
luap2 ia menerkam musuh itu.
Dikala T o It Peng berkunjung keatas gunung sampai dimana ilmu
kepandaiannya, tidak lepas dari mata dan penilaian Pie-lie Sian-cu,
dikira dengan kepandaiannya, tidak lepas dari mata segera dapat
menghalaunya, ia agak lengah.
Suara To It Peng yang menggalegar bagai guntur itu
mengejutkan Pie-lie Sian-cu, tidak disangka sipernuda mendapat
kemajuan hebat ! Sang kuda turut terkejut, ia berjingkrak kaget, dengan kedua
kaki depan terangkat tinggi, sang kuda melempar?kan sang
majikan. Disaat ini, tangan To It Peng telah menusuk perut kuda, betapa
hebat tenaga dalam yang dikerahkan dalam keadaan marah, berat
kuda tidak ada artinya. Bila dibandingkan tenaga kemarahan itu, terdengar ringkikkan
kuda yang menyayatkan hati, gumpalan daging itupun terlempar
jauh, menggeliat sebentar dan jiwanyapun melayang kealam baka.
Hanya satu kali pukul To Tt Peng membunuh mati kuda
tunggangan Pie-lie Sian-cu "
Pie lie Sian-cu berhasil dilempar oleh kuda tunggangannya, ilmu
kepandaiannya tinggi, dengan hanya beberapa kali gerakan, ia
berhasil membuat posisinya aman.
Melihat pukulannya yang dapat membunuh seekor kuda To It
Peng tertegun. Kemarahannya belum mereda, maka satu geraman
lagi dilontarkan, menyerang Pie-lie Sian-cu.
Pie-lie Sian-cu telah dapat melihat tenaga dalam sipemuda yang
luar biasa keras, dua tangannya disilangkan kekarnan dan kiri, ia
menahan serangan sipemuda dengan aliran tenaga yang lembek.
Tenaga To It Peng terbendung oleh kekuatan yang lemah, ia
sangat marah, bentak sipemuda keras :
"Nenek keriput, lekas ganti jiwa ayahku."
Pie-lie Sian-cu hanya dapat menahan kekuatan To It Peng untuk
beberapa saat, tenaga dalam sipemuda kian menghebat,
kedudukannya mulai goyah, semakin heran lagi atas kemajuan
pesat yang dicapai oleh si pernuda.
"Binatang kecil, kau sudah bosan hidup?" la membentak.
To It Peng menyerang dengan kalap, tiara bertem?pur sipemuda
lain dari peda yang lain, betul ia bertenaga dalam kuat, kekuatan ini
belum dapat digunakannya secara sempurna, maka Pie-lie Sian-cu
dapat bertahan beberapa lama.
"Hei, apa artinya seranganmu seperti ini ?" Bentak? Pie-Iie Sian-
cu. "Ganti jiwa ayahku" teriak T o It Peng, "Tahan." kata Pip-lie Sian-
cu lompat menyingkir dari satu serangan To It Peng. "Dengar
keteranganku dahulu"
"Tidak perlu. Kau telah membunuh ayahku, Hutang jiwa ini harus
diperhitungkan segera. "
"Dengarlah penjelasanku terlebih dahulu. Suara Pie-lie Sian cu
agak perlahan dan sabar "
"Hm..." To It Peng mendengus. "Aku telah menjadi seorang
pendekar jago kelas satu, kau kini telah bernyali kecil dan takut
kepadaku!" Pie-lie Sian-cu hilang sabarnya, hati jago wanita Ngo-bie-pay ini
terlalu cepat naik darah, badannya bergerak cepat, maka.... par....
par.... par.... ia berhasil menempeleng kedua pipi To lt Peng
bergantian. Tenaga dalam to It Peng telah dapat digolongkan kedalam kelas
istimewa, ilmu meringankan badannya sudah hebat, hanya ia belum
dapat tata cara untuk mengunakannya, maka dapat ditampar
dengan mudah. la bergerak lagi dengan cepat mementang kedua tangannya,
maka dikala tubuh Pie-lie Sian-cu lewat disisinya, segera ia
merangkulkan kedua tangannya dan tepat memeluk kedua sijago
wanita Ngo-bie-Pay itu. Sedari ia belajar ilmu silat, Pie-lie Sian-yu belum pernah melihat
ada orang yang bertanding dengan To It Peng, ia sangat kaget
seteleh merasa kakinya tercekal oleh sang lawan, ia berontak
barusaha melepaskan diri, tetapi gagal, kekuatan To It Peng
sakarang bukanlah To It Peng lama, ia telah dapat menelan tiga
buah Le-han-ko mujijat, tenaganya bertambah beberapa lipat.
Pie-lie Sian-cu tidak ada niatan untuk membunuh, apa mau
dirinya terdesak hebat, tangannya teranqkat, tinggi memukul kepala
To It Peng yang berada dibawah kakinya.
Tumbukan ini hebat! To It Peng meresa kepaIanya berkunang-
kunang, beruntung tenaga dalamnya hebat, maka kepala tersebut
tidak sampai menjadi hancur remuk, betapa hebat tenaga kekuatan
Pie-lie. Sian-cu telah mendapat penilaian umum, untuk mele?paskan dari kekangan sipemuda, hanya jalan satu-satnya ini.
Pegangan To it Peng Iepas!
Pie-lie Sian-cu mengeluarkan elahan napas lega. Di saat itu,
kepala To It Peng menyeruduk maju pula, maka dikerahkan lagi
tangan Pie-lie Siancu, memukul kepala yang lebih keras dari batu
ini. Buk........ Pie-lie Sian-cu terjengkang kebelakang.
To It Peng merasa kapalanya berat, iapun jatuh terduduk.
Kekuatan mereka ternyata menjadi seimbang !
To It Peng lompat bangun kembali, dilihat sang la?wan telah
dijatuhkan, hatinya girang, ternyata masih sama kuat, 'jago kelas
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu'nya telah memperlihatkan keunggulan yang nyata.
Ia menggeram hebat dan menerjang kembali!
Pie lie Sian cu telah siap, secara berantai kakinya bekerja dan
menyepak To It Peng yang dibuat jatuh mencium tanah.
To It Peng merayap bangun.
" Nenek keriput", 'Kau masih hebat ha ?" la menggerutu.
Melihat Kekebalan To It Peng terhadap setiap pukulan, Pie-lie
Sian-cu tidak tahan untuk tidak mangeluarkan pujian.
"Hei, kemajuan ilmu silatmu cepat sekali." Demikian Pie-lie Sian-
cu berkata. "Tentu" To it Peng membusungkan dada. "Aku telah menjadi
jago nomor satu, tahu ?"
Beberapa patah kata 'jago nonor satu' itu tidak lepas dari
mulutnya. Pengalaman tempur Pie-lie Sian-cu telah cukup untuk dijadikan
buku, ia lompat kebelakang To It Peng, kakinya bergerak menyepak
pantat pemuda itu, maka bagaikan sebuah bola, To It Peng terlempar
pergi "Nenek keriput," To It Peng merayap bangun. "menggunakan
kelengahan orang, kau menyerang dari belakang ?"
"Mengapa kau menyerang orang dengan kalap" "Kau telah
membunuh ayahku, dendam kesumat ini tak dapat dilupakan." To It
Peng membantah. Dan, iapun menyerang Iagi!
cara To It Peng menyerang sungguh luar biasa, Pie-lie Sian-cu
sult untuk menundukkan manusia ktepala batu seperti ini.Ia hanya
menyingkir dari setiap serangan dengan lebih hati2, karena ilmunya
memang berada diatas To It Peng, maka dengan siasat baru ini, ia
pun banyak mendapat kelonggaran,
"Hei, kau tidak melawan ?" To It Peng telah beberapa kali gagal.
Pie-lie Sian-cu tidak melawan bukan berarti menyerah kalah, ia
mencari kesempatan, suatu ketika dilihat kekosongan, cepat ia
bergerak dan menotok jaIan darah tertawa sipemuda.
To It Peng tidak tahan perasaan geli yang menyerang itu, iapun
tertawa "ha........, ha........, ha........, aduh.........."
Karena tenaga dalamnya kuat, maka rasa geli itupun lenyap
dengan cepat. To It Peng mendelikkan matanya, dan membentak :
"Eh!, apa macam, nih" Aku menempurmu mengadu jiwa. Siapa
yang menyuruhmu menggelitik untuk senda gurau! "
Dilihat sang lawan tidak jauh darinya, dengan menyerudukkan
kepala, To It Peng menyeruduk seperti kerbau.
Pie-lie Sian-cu mangkel malihat tata cara ber?tempur To It Peng,
ia manyingkir lagi, gesit sekali ia telah mengarah dialan darah
kejang sang lawan, ie berhasil menekan daerah berbahaya itu.
"Bagaimana ?" kata Pie-lie Sian-cu. "Kau me?nyerah kalah ?"
jalan darah kejang adalah salah satu jalan darah penting dari
peredaran darah dalam tubuh, jatuhnya jalan darah kedalam tangan
lawan berarti lanyaplah semua kekuatan tempurnya.
To It Peng telah dibuat tidak berdaya, tetapi ia tidak mau
menyerah kalah, ia masih ber-teriak-teriak :
"Nenek keriput, kau telah mambunuh ayahku, siapa yang sudi
menyerah kapadamu ?"
Pada wajah Pie-lie Sian-cu telah tampak hawa pembunuhan,
kemarahan jago wanita itu tidak ter?tahankan lagi.
Tangannya terangkat tinggi, siap menghantam ubun2 To It Peng.
"To It Peng" katanya, "Membunuh jiwamu lebih mudah dari
membunuh seekor anjing. Mengingat ayahmu, pargilah segera dan
jangan menggangguku lagi, tahu " "
To It Peng menggelengkan kepala berkata:
"Tak mungkin...... Tak mungkin aku hidup disatu dunia
denganmu. Kau telah membunuh ayahku. Akupun akan
membunuhmu. Kini aku kurang hati2 dan jatuh kedalam tanganmu,
mati hidupku berada di tanganmu, bunuhlah, bila kau mau."
Pie-lie Sian-cu menggeretek gigi, tangannya itu siap diturunkan !
Maut mengancan To It Peng !
Disaat inilah terdengar satu suara tua berdengung : "Sumoay,
dengan siapa kau bertempur ?"
Itulah suara cu Hun Hui-liong Kiam-khek, salah satu dari 4 jago
Ngo-bie-pay. Suara cu Hun Hui-liong Kiam-khek belum lanyap,
disana teIah bertambah satu orang, ternyata kecepatan jago
Ngo-bie-pay ini hampir mamadai kecepatan suaranya sendiri.
To It Peng mengeluh. "Tamatlah riwayat hidupku." Katanya didalam hati.
Satu Pie-lie Sian-cu sudah cukup ia jungkir balik, kini datang lagi
bantuan Ngo-bie-pay, bagaimana To It Peng tidak mengeluarkan
keluhan celaka " cu Hun Hui-liong Kiam-khek segera mangenali lawan sang
sumoay adalah pemuda dungu yang pernah mangacau gunung, ia
membanting kaki berkata: "Sumoay, betapa pentingnya urusan kita, mengapa kau berkutet
dengannya ditempat ini?"
"Hm....." Pie-lie Sian-cu mengeluarkan sura dari hidung. "Aku
sebal mendapat gangguannya. Bagaimana dengan keadaan disana?"
"ciangbun Suheng sedang bertahan sedapat mung?kin, lekas kita
beri bantuan kepadanya." cu Hun Hui-liong Kiam-khek, memberi
sahutan. Wajah Pie-lie Sian-cu berubah, tangannya dikesam?pingkan
melewati To It Peng, dengan meren?dengi cu Hun Hui-liong Kiam-
khek, mereka menuju kearah tempat yang membutuhkan
tanaganya. Sebentar kemudian, dua bayangan itupun telah lenyap.
To It Peng terlempar tinggi, sungguh kebetulan, ia tersangkut
diatas sebuah pohon. Ranting2 pohon itu merusak beberapa bagian
baju pakaiannya. Otaknya turut terkocok, didalam keadaan tujuh
keliling To It Peng merayap turun dari atas pohon tersebut, ..... apa
mau pegangan tangannya salah terkam, ia jatuh menggelinding
ketanah ngebeleduk. celingukan kesana-sini sebentar, To It Peng telah kehilangan
jejak Pie-lie Sian-cu. "Kurang ajar." la bergumam. Masakan aku dilempar hingga
nyangkut diatas pohon."
Saat itu dari atas kepalanya, dari mana pohon tadi ia
disangkukan oleh lemparan Pie-lie Sian-cu ter?dengar satu suara :
"Siapa yang kau cuci, maki " Orangpun telah tiada ditempat ini."
To it Peng mendongakkan kepala. Terlihat olehnya seorang kakek
kerdil sedang nangkring ditangkai pohon, kakek kerdil itulah yang
mencemohkan dirinya. "Siapa kau?" tanya To It Peng. "Mungkinkah dilempar orang
hingga nyangkut dipohon" Lepaskan?lah peganganmu, maka kau
akan segera jatuh katanah seperti apa yang telah menimpa atas
diriku." Pada anggapan To It Peng, semua manusia didalam dunia itu
sama rata, sama baik dan sama jahatnya. Ia dilempar orang
sehingga nyanykut diatas pohon, di-rumuskan pula bahwa setiap
orang yang berada diranting pohon, tentunya dilempar oleh lawan
tandingan. Kakek kerdil itu tertawa terbahak-bahak, ia lompat turun dari
atas pohon. "ha........ ha........ ha........" tangannya menuding-nuding To It
Peng yang dianggap terlalu jenaka.
To It Pang sedang penasaran tantu saja ia marah mendapat
perlakuan seperti itu, dengan menekuk wa?jah ia membentak:
"Hei, masih kau tertawa terus" Biar kupukul sebagai hajaran atas
kelakuanmu yang kurang ajar itu."
Sikakek kerdil telah siap menghentikan tertawanya, mendengar
ancaman To It Peng, iapun tertawa Iagi.
"Hm........" To It Peng membentak. .,Apa yang lucu " Setelah kau
kenal dengan tinjuku, baru kau tahu tidak guna kau tertawa,"
Dan betul saja, ia menggerahkan tinjunya menjotos kakek kerdil
tersebut. To It Peng bukanlah
Seorang pemuda yang suka pertarungan, maksudnya mangeluarkan tinju tersebut hanya ancaman belaka, jarak diantara
dua orang lebih dari 4 tangan, ta mungkin tinju tersebut mengenai
sasaran. Sikakek kerdil tiba2 menggerakkan badannya, ia maju
memacungkan mukanya, maka jarak dua orang itupun mendekat,
dengan tepat, tinju To It Peng, mengenai hidung sikakek.
Kakek kerdil yang nangkring diatas pohon lama itu menghentikan
tertawanya, ia lompat mundur dengan membekap hidungnya yang
kena tinju. "Nah sudah kuberi peringatan, tetapi kau terlalu bandel. tentunya
sakit kena tinjuku, bukan?" tanya To It Peng merasa kasihan.
Kakek kerdil itu membuka hidungnya yang ditutup, maka hidung
tersebut melesak kedalam hingga ce?kung kedalam.
"celaka....... celaka......." Teriaknya. "Kau telah: memukul pesek
hidungku, hidung; mancungku yang bagus itu telah kau buat
melesak kedalam." To It Peng mempentang mata lebar2. Dan betul saja sikakek
kerdil telah kehilangan hidungnya.
---oo0oo--- BAGIAN 23 PEMILIK KUKU BESI 'CAKAR BEBEK'
YANG DISEGANI TO IT PENG pernah dan sering melihat Wajah Tak Berkulit yang
tiada berhidung, maka beIum terbayang olehnya bahwa tidak
mungkin hidung seseorang dapat melesak masuk, bila tidak disertai
dengan ilmu 'Penyusut' yang sudah hampir tidak terdengar lagi itu,
atau memang orang tersebut berwajah aneh, dilahirkan dengan
hidung melesak masuk kedalam.
Apa yang sikakek kerdil perlihatkan, hingga hidunnya menjadi
'hilang', membuat To It Peng merasa kasihan. Semua ini
dikarenakan jotosannya tadi, ia harus mengakui akan kesalahannya.
"Wah, bagaimana harus menebus dosa " Ia menggerundel
Sikakek kerdil telah berteriak-teriak :
"Hei, pemuda, ingusan, kau telah mendesak hidungku kedalam,
setelah tiba dirumah, apa yang harus kupertanggung jawabkan
kepada istriku." To It Peng garuk2 kepala. Bagaimana ia harus mempertanggung
jawabkan hal tersebut "
"Kau kau tidak bersalah" Katania beri tahu saja sacara terus
terang, hidungmu telah ditekuk masuk oleh seseorang."
Sikakek kerdil membuat, gerakan tangan yang seolah-olah tidak
berdaya katanya : "Setelah itu, apa jawabanku, bila istriku bertanya : Orang
menekuk hidungmu sehingga bengkok kedalam, sudahkah kau
manekuk hidung orang itu?"
Garukan tangan To It Peng bekerja samakin binqung, katanya :
"Kau...... Kau...... seharusnya membalas dan menekuk masuk
hidung orang yang bersangkutan, bukan?"
"Seharusnya demikian kata sikakek kerdil. "maka serahkanlah
hidungmu, agar dapat kutekuk menjadi pesek."
To it Peng menekan hidungnya, hingga terdengar jelas dengusan
napasnya. "Hidungku ingin dirusak?" katanya. "Apakah faedahnya setalah
menekuk pesek hidungku hingga melekuk kedalam" Mungkinkah
karena pembalasanmu ini, hidung rusakmu itu puli kembali?"
"Siapa tahu?" kata sikakek kerdil. "Mungkin dapat pulih kembali.
Kukira demikian. Hei, awas! Aku akan menekuk hidungmu itu
hingga masuk kedalam."
Sebelum To It Peng mengerti makna dari kata2 yang diucapkan
oleh s ikakek kerdil, terdengar, ser....... hidungnya telah terasa sakit,
gerakan kakek itu cepat sekali, dengan satu jotos pembalasan, ia
berhasil memukul hidung sidungu.
To It Peng meringis sakit, hampir air matanya mengucur keluar,
"Kakek bangkotan." jeritnya. Sakit sekali pembalasanmu ini.
Mengapa kau memukul keras-keras ?"
"Bila tidak keras, mana mungkin hidungku keluar hingga
mancung kembali?" Kakek kerdil tertawa berkakakan.
To It Peng membelalakan matanya, eh betul saja hidung sikakek
yang telah melesak kedalam itu tumbuh mancung seperti sendia
kala. Cepat ia mengusap hidungnya, takut hidung ini lenyap kada!am.
Apa yang tangan To It Peng rasakan ialah hidungnya masih utuh.
"Untung, bagus." katanya. Hidungku masih berada ditempat
semula." Kakek kerdil itu menudingkan tangan, katanya :
"Tahukah bahwa kautuhannya hidungmu itu karena belas
kasihanku ?" "Belas kasihan ?" To It Peng, mementangkan matanya lebar2.
"Mengapa tidak?" kata sikakek kerdil. "Beqitu tangan mengenai
hidungmu, telah kurasakan daging keluar, maka bila terlalu keras
kudesak hidungku telah semakin panjang. Aku tidak mau berhidung
panjang, maka harus memelihara hidungmu sehingga tidak melesak
kedalam. "Ha, ha, ha..........."
Si kakek kerdil tartawa tarpingkal-pingkal, dirasakan perutnya
sampai sakit karena geli.
"Seharusnya kesalahan berpangkal padamu sendiri." kata To It
Peng. mengapa" memajukan wajahmu kedepan, hingga membuat
benturan?" "Sudahlah." kata sikakek. "Eh, kau ini agak lucu, menyenangkan
Siapakah namamu" Tenaga dalarmmu kuat hebat, mengapa berat
tangan, kaku menggunakannya ?"
Mendengar kata2 pujin 'tenaga dalammu kuat hebat', kapala To
It Pang dirasakan melembung besar, ia bangga, segera dibusungkan
dadanya berkata : "Mengapa tidak" Tahukah kau, bahwa aku adalah jago kelas
satu?" Kakek kerdil tersebut menganggukkan kepala, seraya barkata :
"Kau adalah jago kelas satu, lalu dimasukan kedalam kelas
berapakah para jago segolonganku" Beranikah kau menerima
pukulanku" To It Peng menggoyangkan kepala, demikianlah yawabnya :
Aku tidak mau melukai dirimu lagi. Diantara kita tidak ada
dendam permusuhan bukan" Mengapa harus menggunakan
kekerasan" Bila kau sudah bosan hidup, aku tidak bersedia dijadikan
algojo, cara untuk mencari kematian terlalu banyak untuk diuraikan,
menggantung diri, terjun dikali, terjun kedalam jurang ...... silahkan
pilih salah satu diantaranya.
"Kau tidak mau adu kekuatan denganku?"
"Bagaimana aku tahu bahwa kau adalah jago kelas satu?"
"Kau, sungguh kepala batu" kata To It Peng.
"Kala kau tahu bahwa aku adalah jago kelas satu, maka jiwamu
telah tiada gunanya."
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sikakek kedil memaksakan agar To It Peng mau mengadu
kekuatan tangan dengannya. Apa mau si pemuda kukuh tidak mau
melayani tantangan tadi, mereka kukuh pada pendapat masing-
masing." Didalam kehabisan akal, si kakek kerdil menggerakkan
tangannnya dan berkata : "Baik, kau tidak mau bergerak, aku akan mulai memukulmu
terlebih dahulu. " Pang......., pang......., pang......., pang......., beberapa kali s i Kakek
kedil telah menggampar kedua belah pipi T o It Peng.
Selesa i s i Kakek menghentikan gamparannya tadi, ini merupakan
suatu bukti betapa cepat dan gesitnya gerakan si Kakek kerdil ini,
To It Peng bengong, tidak mengerti mengapa si Kakek kerdil ini
dapat menampar pipinya yang jauh lebih tinggi bebrapa kaki"
"Kau tida mau menggerakkan tangan memukul ?" bentak si
Kakek kerdil itu. "Baik" kata To It Peng yang segera memukul kedepan dengan
telapak tangan. Dengan tepat pukulan tadi mengenai dada s i Kakek
kerdil! "Hayo" kata To It Peng "Telah kau rasakan kelihayanku?"
Kakek kerdil itu tertawa cengar tiengir, tidak dirasakan akan
adanya pukulan yang mangenai dada.
To It Peng melengak, masakan pukulan tadi tidak membawa hasil
" Maka niatannya menarik pulang telapak tangan untuk menambah
kekuatan, pikirnya pukulan tangan tadi masih kurang keras.
To It Peng menarik pulang tangannya, tetapi ia berteriak aneh.
"Mengapa kau berteriak?" tanya sikakek.
To It Peng tidak sempat memberi jawaban. T ernyata tangannya
telah 'lengket' pada dada sikakek kerdil, ia tidak berhasil menarik
pulang Iagi. Sesuatu daya sedot telah memaksanya tak mau lepas.
Beberapa kali To It Peng mengerahkan tenaga, tetap tidak
berhasil, terjadilah tangan lengket.
"Eh, mangapa kau memasang telapak tanganmu di dadaku?"
tanya kakek kerdii itu tertawa.
To It Peng masih berkutet, berusaha melepaskan tangan yang
lengket pada dada orang itu. la bungkam rneringis.
"Pemuda ingusan" kata si Kakek kerdil. "Menurut hematku, lebih
baik menggunakan pisau menguliti tanganmu, biar tanganmu bisa
terlepas" "Setelah dikuliti dengan pisau, memang tanganku memang dapat
lepas?" kata To It Peng.
"Hanya setelah itu aku tidak dapat menggunakan tanganku lagi
bukan ?" "Lalu apa yang harus kulakukan bila tidak boleh menguliti
tanganmu yang lengket rapat ini?" tanya si Kakek menggoda.
"Aku ....... Aku ........"
"Biar kukuliti saja" kata si Kakek kerdil itu dengan mengeluarkan
pisau yang sangat tajam. "Jangan ....." To It Peng berteriak.
"Bagaimana aku dapat bergerak bebas, bila harus membawa-
bawa dirimu?" kata si kakek kerdil. "Siapa yang kasih ijin
menempelkan tanganmu disini?"
"Penasaran....... Penasaran......." Teriak To It Peng.
"Bila bukan dadamu yang mempunyai daya sedot, bagaimana
telapak tanganku dapat memnempel tidak bisa lepas?"
Kakek kerdil itu tertawa, "Nah ilmu kepandaian siapakah yang
lebih tinggi diantara kita berdua?" si kakek bertanya.
To It Peng mengasah otak tumpulnya sebentar, maka iapun
mengerti akan maksud tujuan Kakek kerdil itu, katanya :
"Dilihat dari keadaan seperti ini, karena dadamu mengeluarkan
semacam daya sedot yang melengketkan telapak tanganku.
Tentunya ilmu kepandaianmu berada diatasku. Tetapi hidungmu
telah kujotos bengkok bukan" Maka dengan memperhitungkan
keseluruhannya, ternyata ilmu kepandaian kita adalah setali tiga
uang, jadi masih seimbang!"
Maksud tujuan dari si Kakek kerdil yang memasukkan hidungnya
hidungnya kedalam isi daging ialah memancing dagelan buah
tertawaan orang, menggelikan dan menggirangkan To it Peng,
mana tahu, karena inilah dirinya dinyatakan kalah setingkat.
Putusan To It Peng ialah 'Setali tiga uang, sama kuat' atas
kekalahannya yang tidak berhasil me lapaskan telapak tangan dari
sedotan tenaga dalam si kakek kerdil.
Sungguh keterlaluan! Maka, kakek kerdil itupun menyengir kuda.
"Baiklah." !apun dapat menyetujui putusan 'Setali tiga uang,
sama kuat'nya To It Peng. "Ternyata kita sama kuat, bukan " Sudah
seharusnya mengikat tali persaudaraan, aku lebih tua darimu,
istilkah panggilan yang akan kugunakan ialah 'Adik dungu'."
"Boleh juga." To It Peng tidak, menyatakan keberatan atas
panggilan 'Adik dungu' itu "Aku akan memanggi!lmu 'engkoh
pendek'." Dua manusia aneh ajaib rnengikat tali persaudaraan, mereka
bersumpah untuk mengecap kesenangan bersama, menanggung
derita berdua. Yang satu mambahasakan 'Adik dungu' kepada
saudara mudanya, dan yang lain memanggil 'engkoh pendek'
kepada saudara tuanya. Dikatakan aneh bin ajaib karena dua manusia itu tidak
membutuhkan nama sama sekali, dikatakan nama itu hanya sebagai
ernbel2 hidup, mudah untuk menggantikannya, bukan "
Setelah memanggil 'Adik dungu' sebagai permulaan kata, kakek-
kerdil itupun bertanya : "Apa kerjamu ditempat ini " "
"Aku sedang mengejar seseorang...... Eh, bukan......dua orang."
kata To It Peng. "Telah Iama aku menetap diatas pohon." kata sikakek kerdil.
Setiap orang yang lewat tidak Iepas dari mataku, orang macam
apakah yang kau ingin temukan ?"
To It Peng rnenarik napas panjang, tiba2 saja wajahnya merah
membara. "Mengapa kau maIu2 " Sikakek pendek mengajukan pertanyaan.
"Engkoh pendek," kata To It Peng. "Tidaklah kau tahu, bahwa
orang yang kucari itu adalah....... Seorang.......wanita ntuda cantik."
"Seorang wanita rnuda cantik ?" Sikakek pendek mengerutkan
alis, "T idak ada wanita muda yang lewat ketempat ini, kecuali orang
yang berjalan sama-sama dengan anak perunyusnya "Siang-koan
Cie." "Betul..... Betul....." To It Peng berseru girang. "Dialah yang
kucari." Sikakek kerdil mempunyai wajah yang tidak ada kesukaran dunia,
ini waktu menatap To It Peng tajam, dengan sungguh2 bertanya :
"Wanita muda yang berjalan bersama-sama Siang-Koan Bu-ceng
itu?" "Betul" "Tahukah tentang asal usulnya ?" Sikakek kerdil menanya.
To It Peng menganggukkan kepala.
"Kukira kau belum tahu jelas?" Sikakek kerdil menggoyangkan
kepalanya. "Mergapa tidak tahu jelas?" To It Peng mendongakkan kepala.
"Namanya Kat Siauw Hoan, putri dari Kat Sam Nio almarhum. Istri
lepas dari ketua Seng-po-chung. Dia..... Dia sangat baik sekali
kepadaku" "Oh, adik dungu" Sikakek menghela napas. .Kukira kau berpura-
pura tolol, tidak tahunya betul2 tolol."
"Dia......... Dia baik sekali kepadaku." kata To It Peng.
"Dia baik kepadamu ?" menegaskan sang 'engkoh pendek'.
"Mengapa tidak melakukan perjalanan bersama dirimu", tapi
memilih siperunyus Siang-koan Bu-ceng ?"
"Akupun tidak habis mengerti, dengan alasan apa ia mau
mengadakan perjalanan bersama sama dengannya ?" To It Peng
menarik napas panjang, ia sangat sedih sekali.
"Otak udang Sikakek memaki.
Wanita manakah yang memandang kebawah" Gadis manakah yang tidak suka wajah
tampan rupawan" Dengan wajah dan sifat2 yang kau miliki, tak
usah kau mengimpi untuk dapat mengawani wanita muda itu, tahu
?" "Mengimpi?" Seekor lalat yang lagi terbang hampir2 masuk
kedalam mulut To It Peng.
"Bagaimana tidak" Perbedaan diantara kalian terlalu jauh, tahu ?"
"Aku tidak bermimpi ..... Aku tidak bermimpi ..... kata To It Peng.
"Dia..... Dia ..... telah"
"Eh, adik dungu" kata sikakek kerdil. Seharusnya aku diam2 saja
ditangkai pohon, aku sering memikirkan sesuatu yang sulit untuk
dipecahkan. Tiba-tiba kau nyangkut tidak jauh dariku, sifat2mu
amat lucu dan hatiku menjadi terbuka dan gembiira. Ingin aku
memberi suatu hadiah kepadamu, maukah kau menerima
pemberianku ?" "Benda apakah yang akan kau hadiahkan kepadaku?" kata To It
Peng. Bagaimana aku harus membalas tanda perkenalanmu itu ?"
"Ulurkan tanganmu." Perintah sikakek kerdil.
To It Peng mengulurkan tangannya. Maka ............
"Krincing" Tiba2 saja pada lima jari tangannya telah bertambah
dengan kuku2 besi, kuku2 besi ini adalah hadiah pemberian sikakek
kerdil yang memasang pada kelima jari siadik dungunya.
"Hei, permainan apakah ini ?" tanya To It Peng. "Lekas lepaskan
lagi." "Goblok!" Maki sang kakek kerdil. "Mana kau tahu khasiatnya
kuku besi 'Cakar bebek' ini " Setiap orang yang mengenal tanda
kenamaanku akan memberi salut padamu, tak berani rnereka
mengganggu, tahu ?" "Bila ketemu dengan orang yang tak mengenalnya?"
"Kau dapat manggunakannya sebagai senjata untuk melawan
mereka, bukan?" To It Peng berpikir sebantar, ia menganggukkan kepala dan
berkata : "Betul juga. Tapi....... Tapi....... bagaimana bila aku kurang hati2
dan melukai diri sendiri ?"
"Putar balik telapak tanganmu !" sikakek kerdil memberi perintah.
To It Peng membalikkan telapak tangannya, maka...........krincing
......... kuku besi itu menukik sehingga menutup, sama rata dengan
jari. Diputarnya balik kembali.........krincing........... kuku2 besi yang
dikatakan sebagai kuku besi 'Cakar bebek' 'tupun berdiri kembali.
"Engko pendek, kau baik sekali." To It Peng berseru girang. "Aku
berterima kasih danganmu. Dengan adanya senjata ini, aku akan
menempur ke-4 jago Ngo-bie-pay itu."
Sikakek kerdil berkata: "Hai, perkenalan kita cukup lama. Siapakah manusia yang
menjadi ayahmu?" To It Peng memberi jawaban :
"Si Golok Emas Tanpa Tandingan Kim to Bu tie To Tong Sin
adalah namanya." "Hei!" Sikakek pendek berteriak. "Sekali lagi kau ulang nama
panjangnya tadi." "Ha, ha ....." To It Peng tertawa. " Tentunya kau kenal dangan
beliau, bukan " Beliau adalah salah satu dari tiga jago,dari daerah
Liauw-tong." "Kukira pernah mendengar namanya." kata sikakek kerdil. "To
Tong Sin mati dibawah tangan 4 jago Ngo-bie-pay ?"
"Pie-lie Sian-cu telah mengakui akan kedosaannya."
"Kukira kau harus menge-chek dengan jelas keterangan ini," kata
sikakek kerdil. "Segala sesuatu harus diusut dengan jelas, sebelum
diberi putusan yang merugikan nama baik seseorang."
"Mungkin kau telah tahu siapa yang telah membunuh ayahku ?"
Sikakek kerdil menggoyangkan kepala dan berkata : "Adik dungu,
sampai disini saja pertemuan kita. Aku segera meninggalkanmu.
Baik2 kau membawa diri......."
Badannya melesat dan lenyap.
To It Peng menggerutu "Kulihat engkoh pendekku inipun
termasuk salah satu jago kelas satu."
Tidurnya To It Peng telah batal, la mempermainkan kuku2 besi
pemberian sikakek pendek.
Taringat akan Kat Siauw Hoan, segera ia membalikkan tangannya
sedemikian rupa, dan kuku2 besi itupun masuk kedalam. Cara
pemasangan sikakek kerdil dan konstruksi kuku2 'Cakar bebek' inim
istimewa tdak menggangu bagi sipemakai.
To It Peng melanjutkan perjalanan!
7 lie kemudian, didepan sipemuda bergumul banyak orang, lebih
dari 10 tokoh2 silat sedang mengepung tiga orang yang bersenjata
pedang, hebat sekali pernainan pedang mereka, dengan berjumlah
kecil belum ada tanda2 yang menyatakan mareka mana dipihak
yang kalah dan mana dipihak yang menang.
To It Peng memandang sebentar, iamerase keadilan telah diinjak
injak, masakan belasan orang melawan beberapa orang" Tidak
perduli siapa yang dikeroyok, untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, ia segera maju membentak :
"Berhenti ! Hentikan pertempuran ini."
Tenaga dalam To It Peng telah mengalam i kemajuan pesat,
suara bentakan tadi mengumandang keras, bagi kedua fihak yang
sedang bertempur dianggap jago kelas istimewa, masing2 dengan
segera memisahkan diri, mereka menghentikan pertempuran
segera. Tiga orang yang menyisihkan diri kearah kiri, belasan orang
berpihak kekanan. Lebih banyak kesenangan menoleh kekanan, To It Peng
menggunakan matanya mengawasi kearah mereka,
Disana lelaki wanita, yang jangkung, yang pendek, yang kurus,
dan beraneka macam corak potongan tubuhnya.
Setelah itu, ia mengalihkan pandangan matanya kekiri, disini
terdapat tiga orang menggunakan pedang, ketiganya inilah yang
dikeroyok. Aaaaa ............Cu Hun Hui-Liong Kiam-khek dan Pie-lie Sian-cu,
Maksud To It Peng menghentikan pertempuran ialah menolong
ketiga orang tersebut dari kesukaran dikepung dan dikeroyok, dilihat
tiga orang ini adalah musuhnya, iapun menyesal.
Jago wanita Pie-lie Sian-cu menggerakan pedang, maksudnya
rnenyelesaikan s ipemuda yang telah berulang kali mengganggu.
Ketua Ngo-bie-pay Thian-sim Siang-jin membentur sikut sang
sumoay, mulutnya menjebik kearah kuku besi 'Cakar bebek' dikelima
jari To It Peng. Maksudnya agar adik seperguruan ini jangan
berlaiku ce-roboh. Wajah Pie-lie Sian-cu berubah, ia menyurungkan niatnya !
Belasan orang itu telah berserikat, mereka mengurung To It Peng
dipusat lingkaran, jelas sekali maksud ini bahwa mereka siap
menggolongkannya kadalam arena pertempuran.
To It Peng memandang kearah belasan orang itu lagi, salah satu
diantaranya ialah siorang tua yang beralis panjang, sipemuda
memberi hormat berkata: "Selamat bertemu atas perkenalan kita yang pertarna."
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wajah belasan orang, termasuk siorang tua beralis panjang ini
galak dan menunjukkan kemarahan, dikala To It Peng mengangkat
kedua tangannya, samar2 terlihat kuku besi 'Cakar bebek' pada
kelima jarinya, wajah orang2 itupun berubah segera.
"Selamat bertemu." kata orang tua beralis panjang yang ternyata
dialah yang jadi pemimpin dari rombongannya. "Bagaimanakah
kedatangan saudara?"
"Kalian sedang bertarung, bukan?" tanya To It Peng.
Hanya ucapan ini yang dapat To It Peng keluarkan, maksudnya
ialah mencari hubungan baik.
"Betul." Orang tua beralis panjang itu memberikan jawaban
hormat. "Kami dan kawan2 berjumlah 14 orang, mempunyai
permusuhan yang tidak mudah diselesa ikan dengan para jago Ngo-
bie-pay, setelah bertemu ditempat ini, mudah untuk dibayangkan,
seharusnya kami menyelesaikan permusuhan itu, bukan?"
"Sudah selayaknya." kata To It Peng. "Akupun mempunyai
dendam kesumat dengan mereka, perlu diketahui bahwa ayahku
terbunuh ditangannya."
To It Peng menunjuk kearah Pie-lie Sian-cu.
Thian-sim Siang-jin, Cu Hun Hui-liong Kiam-khek dan Pie-lie Slan-
cu mengeluarkan suara dengusan dihidung mereka, suatu tanda
bahwa mereka tidak menyetujui keterangan sipemuda.
14 orang menunjukkan wajah girang, teristimewa siorang tua
beralis panjang, ia menyipitkan matanya, ternyata kedua mata ini
tidak sama, satu besar dan sebelah lainnya agak kecil.
"Ooooo......" Ia berkata : "Diantara kita ternyata mempunyai
persamaan pendapat dan kedudukan posisi bukan?"
"Musuh Ngo-bie-pay ?"
"Betul. Maka kami dengan 14 orang kawan2 segera
membereskannya. Ada Iebih, baik saudara menonton dipinggiran
saja." kata siorang tua beralis panjang dengan mata sipit sebelah
itu. Dari kuku2 besi 'Cakar bebek' diketahui backing sipemuda terlalu
hebat dan kuat, tidak berani ia mengusik-usiknya, ilmu kepandaian
mereka cukup untuk menundukkan Thian-sim Siang-jin bertiga,
maka kata2 di-ucapkan seperti diatas.
"Ng....... Ng......" To It Peng memperdengarkan suaranya. "Kukira
....... Kukira ...... perlakuan kalian dengan cara pengroyokan ini
kurang adil." Orang tua itu mengkerutkan alisnya. Dari mana, muntiyul
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan 7 Pendekar Cambuk Naga Misteri Goa Malaikat Kisah Pedang Di Sungai Es 13