Anak Naga 6
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 6
Dhalai Lhama jubah merah memandangnya dengan penuh
perhatian. "Guru, aku...." An Lok Kong cu menundukkan wajahnya
dalam-dalam. "Aku lagi kesal.",
" Kesal kenapa?"
"Aku sama sekali tidak boleh main di luar, hanya hidup
dalam istana saja," sahut An Lok Kong cu mengeluh-
"Aku sudah bosan terus begini, bosan sekali-"
"Tuan Putri" Dhalai Lhama jubah merah menggelenggelengkan
kepala- "Engkau adalah Tuan putri, tentu tidak boleh sembarangan
main di luar." "Tapi aku bagaikan seekor burung yang terkurung di dalam
sangkar, tiada kebebasan sama sekali."
An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
"Aku ingin tahu, bagaimana keadaan di luar-"
"Tuan putri" Wajah Dhalai Lhama jubah merah berubah
serius. "Engkau harus tahu, keadaan di luar sangat bahaya-"
"Bahaya bagaimana?"
"Banyak penjahat dan orang licik, maka lebih baik engkau
tetap diam di dalam istana saja."
"guru, aku justru sudah merasa bosan."
"Begini," ujar Dhalai Lhama dengan suara rendah.
"Mulai besok guru akan mengajarmu Cai Hong Kiam Hoat
(Ilmu Pedang Pelangi). Engkau harus belajar dengan rajin dan
sungguh-sungguh, sebab ilmu pedang tersebut sangat lihay
dan hebat, setelah engkau menguasai ilmu pedang itu, engkau
boleh pergi berkelana."
"oh" sungguhkah?" tanya An Lok Kong cu dengan wajah
berseri. "sungguh" Dhalai Lhama jubah merah mengangguk-
"Tapi engkau harus ingat, setelah kami pulang ke Tibet,
barulah engkau boleh meninggalkan istana dengan cara
menyamar sebagai pemuda sastrawan."
"ya, guru." An Lok Kong cu girang sekali.
"Terima kasih" ucapnya.
sementara itu, Thio Han Liong dan Tan Giok Cu terus
melanjutkan perjalanan menuju gunung soat san. Dalam
perjalanan ini, hati mereka penuh diliputi kegembiraan dan
kadang-kadang mereka juga bercanda ria.
Hari itu mereka beristirahat di bawah sebuah pohon,
sedangkan kuda mereka dibiarkan bebas makan rumput di
sekitarnya. " Kakak tampan, apa rencanamu setelah memperoleh
Teratai salju?" tanya Tan Giok Cu.
"Tentunya harus cepat-cepat pulang ke rumahmu," sahut
Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Jangan lupa akan pesan ke dua orang tuamu lho"
"Aku tidak akan lupa. Lalu setelah itu?"
"Kita ke pulau Hong Hoang To, karena engkau harus
bertatap muka dengan ke dua orang tuaku"
"Kita akan tetap tinggal di pulau itu?" tanya Tan Giok. Cu
dengan wajah agak kemerah- merahan.
"Itu... bagaimana nanti saja" sahut Thio Han Liong dan
menambahkan, "Kita belum cukup dewasa, tentu belum bisa menikah- ya,
kan?" "Memangnya aku ingin cepat-cepat menikah?" Tan Giok Cu
cemberut- "Huh Tak usah ya"
"Adik manis" Thio Han Liong tersenyum-
"Maafkan aku karena tidak sengaja menyinggung
perasaanmu- Engkau tidak marah kan?"
"Kakak tampan," sahut Tan Giok Cu setengah berbisik-
"Bagaimana mungkin aku marah, engkau benar kok, Kita
masih belum cukup dewasa, tentu belum boleh menikah-"
"Adik manis" Thio Han Liong memegang tangannya-
"Setelah kita berusia dua puluh lebih, barulah kita menikah-
" "ya-" Tan Giok Cu mengangguk-
"Pulau Hong Hoang to, tempat tinggal kami itu sangat
indah sekali. Kita ajak ke dua orang tuamu tinggal di sana.
Bagaimana menurutmu?"
"Itu usul yang baik sekali. Ke dua orang tuaku pasti mau,
percayalah" Tan Giok Cu tersenyum, kemudian bertanya perlahan,
"oh ya, setelah kita menikah nanti, engkau ingin punya
anak berapa?" "Harus lebih dari sepuluh, sebab kata orang tua, banyak
anak banyak rejeki lho" ujar Thio Han Liong sambil tertawa.
"Apa?" Tan Giok Cu cemberut.
" Engkau anggap aku ini apa" Bisa melahirkan begitu
banyak anak" Dasar..."
"Engkau harus tahu, di pulau Hong Hoang To cuma ada ke
dua orang tuaku." Thio Han Liong memberitahukan,
"sedangkan pulau itu amat besar. Kalau cuma kita
beberapa orang, tentu sepi sekali, oleh karena itu, kita harus
punya anak sebanyak-banyaknya."
" Kalau begitu," ujar Tan Giok Cu sambil tertawa kecil.
"setiap tahun aku akan melahirkan satu anak selama lima
belas tahun aku akan terus menerus melahirkan."
"Hah?" Thio Han Liong terbelalak.
"Yang benar?" "Tentu benar."Tan Giok Cu manggut-manggut.
"Aku ingin bikin ramai pulau Hong Hoang Te-"
"Adik manis, engkau sungguh baik sekali"
Thio Han Liong memeluknya erat-
"Eeeh - -" Wajah Tan Giok Cu kemerah-merahan,
"Engkau...." Di saat itulah mendadak terdengar suara tawa cekikikan,
kemudian melayang turun sosok bayangan merah-
"Hi hi hi" seorang gadis berpakaian serba merah berdiri di
hadapan mereka sambil tertawa- gadis itu ternyata Ciu Lan
Hio. " Asyik deh mesra-mesraan"
"Eh?" Thio Han Liong dan Tan Giok cu terperanjat. Mereka
tidak menyangka mendadak muncul seorang gadis berpakaian
merah yang begitu cantik,
"Kalian terkejut ya?"
Ciu Lan Nio memandang mereka.
"Maaf, maaf Aku telah mengganggu keasyikkan kalian.
Maaf...." "Siapa engkau?" tanya Tan Giok Cu sambil bangkit berdiri
dengan wajah tidak senang.
"Mau apa engkau ke mari?"
"Namaku Ciu Lan Nio," sahut gadis berpakaian merah itu
sambil tersenyum. "Aku ke mari karena ingin menyaksikan kalian bermesramesraan."
"Engkau...." Tan Giok Cu menatapnya dengan mulut
cemberut. "Engkau kok tidak tahu diri?"
"Hi hi hi" ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Aku yang tidak tahu diri atau engkau yang tidak tahu
malu?" "Engkau...." Tan Giok Cu membanting-banting kaki saking
gusarnya. "Engkau...." "Kenapa aku?" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Hi hi hi Marah ya"
"Engkau mau pergi tidak"Jangan mengganggu kami"
bentak Tan Giok Cu sambil melotot.
"Engkau sungguh galak, tapi memang cantik sekali," ujar
Ciu Lan Nio dan menambahkan,
" Kalau aku tidak mau pergi, engkau mau apa?"
"Engkau-.." Dada Tan Giok Cu turun naik saking marahnya.
"Kakak tampan, dia - dia menghinaku Cepatlah usir dia"
"Adik manis," ujar Thio Han Liong lembut.
"Tempat ini bukan milik kita, maka kita tidak berhak
mengusirnya." "Tapi dia - -" Tan Giok Cu membanting-banting kaki-
"Dia tidak menghinamu. Biar dia berdiri di situ. Tidak
mengganggu kita kan?" sahut Thio Han Liong, kemudian
memandang Ciu Lan Hio dan memberi hormat.
"Namaku Thio Han Liong."
"Ngmmm" Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Engkau sungguh tampan dan lemah lembut, tapi
kekasihmu itu galak sekali, oh ya, bolehkah aku tahu
namanya?" "Dia bernama Tan Giok Cu." Thio Han Liong
memberitahukan. "Nona, kalau ucapannya tadi menyinggung perasaanmu,
aku harap engkau sudi memaafkannya"
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa nyaring.
"Engkau sopan sekali, aku jadi suka padamu. Hi hi hi-"
"Hmm" dengus Tan Giok Cu.
"Dasar tak tahu malu, berani omong begitu"
"gadis galaki ada hubungan apa engkau dengan pemuda
ini?" tanya Cu Lan Hio mendadak.
"Dia dan aku adalah- - " Tan Giok Cu tidak melanjutkan
ucapannya, melainkan menundukkan kepala dengan wajah
kemerah-merahan. "Ayoh lanjutkan" desak Ciu Lan Hio.
"Jangan malu-malu"
"Dia kekasihku. Engkau sudah dengar" Kami adalah
sepasang kekasih yang saling mencinta," ujar Tan Giok Cu
setengah berteriak- "Cepatlah engkau pergi, jangan mengganggu kami"
"Hi hi" ciu Lan Hio tertawa.
"Kalian belum menjadi suami isteri, dan belum tentu
pemuda ini akan menjadi milikmu. Aku masih boleh
merebutnya lho" "Engkau...." Tan Giok Cu mclotot-
"Nona," ujar Thio Han Liong sabar.
"Aku harap nona jangan bergurau Itu tidak baik, sebab
akan merendahkan diri nona sendiri, lagipula tidak pantas bagi
nona bergurau begitu"
"oh?" ciu Lan Hio menatapnya dalam-dalam. "Engkau
sungguh merupakan pemuda yang berpengertian, sehingga
membuatku makin suka kepadamu."
"Ih Dasar tak tahu malur ujar Tan Giok Cu dingin
"Aku memang suka kepada Thio Han Liong. Engkau mau
apa?" tanya Ciu Lan Nio sambil tersenyum.
"Engkau kok begitu tak tahu malu" Dia kekasihku, tapi
engkau masih berani menyatakan suka kepadanya. Apakah
engkau tidak merasa malu sama sekali?" Tan Giok Cu
menatapnya dengan wajah gusar.
"Kenapa aku harus merasa malu" Kalian bukan suami isteri.
Kalaupun dia suamimu, aku pun akan mendekatinya. Apalagi
kini dia baru merupakan kekasihmu, tentunya aku boleh
mendekatinya, ya, kan?"
"Engkau...." Tan tiiok Cu melotot.
"Dasar gadis liar"
"Adik manis," ujar Thio Han Liong lembut.
"Engkau harus belajar sabar dan harus bisa menekan
emosi. Nona itu cuma ingin memanasi hatimu."
"Kakak tampan, dia. - "
"Sudahlah" Thio Han Liong tersenyum.
"Dia mau omong apa, itu adalah mulutnya, biarkan saja"
"Tapi hatiku panas sekali," ujar Tan Giok Cu.
"Hei gadis galak" Ciu Lan Nio tersenyum-senyum.
"Aku tahu engkau berkepandaian cukup tinggi, namun
masih di- bawah kepandaianku. Maka engkau jangan cobacoba
menantangku" "Nona" Thio Han Liong menjura kepada Ciu Lan Nio.
"Aku mohon Nona jangan bergurau lagi, itu tidak baik."
"Tadi aku memang bergurau, tapi barusan aku berkata
sesungguhnya," sahut gadis berpakaian merah-
"Engkau pun berkepandaian tinggi, namun masih di bawah
kepandaianku." " Aku percaya." Thio Han Liong mengangguk
"Aku tidak percaya" sela Tan Giok Cu sambil mendengus
dingin- "Hmm Kita boleh bertarung sekarang juga"
"Adik manis" Thio Han Liong meng geleng-geleng-kan
kepala- "Engkau jangan begitu-Dari pada kalian berdua bertarung,
bukankah lebih baik berkawan?"
"Aku tidak mau berkawan dengan dia" sahut Tan Giok Cu.
"Dia gadis liar yang tak tahu malu"
"Huh" Ciu Lan Nio mengeluarkan suara hidung.
"Aku pun tidak mau berkawan denganmu kebagusan"
" Kakak tampan" Tan Giok Cu menarik tangannya.
"Mari kita pergi"
Ciu Lan Nio tersenyum, kemudian mendadak menarik
tangan Thio Han Liong seraya berkata.
" Kakak tampan, aku ikut"
"Nona...." Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Hei" bentak Tan Giok Cu.
"Kenapa engkau begitu tak tahu malu, berani menarik
tangannya" "gadis galaki Ciu Lan Nio tertawa. Jangankan cuma menarik
tangannya, menciumnya pun aku berani"
sekonyong-konyong Ciu Lan Nio mengecup pipi Thio Han
Liong. Begitu cepat gerakannya. sehingga pemuda itu tidak
sempat berkelit. "Cuuup," sebuah kecupan yang berbunyi cukup nyaring itu
mendarat ke pipi Thio Han Liong.
"Haaah - ?" Pemuda itu terbelalak dengan wajah kemerahmerahan
saking jengahnya. "Engkau... engkau...." Tan Giok Cu menuding Ciu Lan Nio
dengan mulut ternganga lebar.
"Hi hi hi" ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Aku sudah mencium kekasihmu. Apakah engkau juga
pernah menciumnya?" "Engkau...." Tan Giok CU melotot-
"Nona" Thio Han Liong menatap Ciu Lan Hio dengan tajam
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali. "Aku harap nona jangan keterlaluan nona adalah seorang
gadis, maka harus tahu kesopanan."
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa we.riv^o,.
"Sekarang aku ingin bertanya. Kalau engkau tidak bersama
gadis galak ini, apakah engkau akan menyukaiku?"
"Karena sifatmu begitu macam, tentunya aku tidak akan
menyukaimu," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"seandainya aku tidak bersifat begitu macam, apakah
engkau akan menyukaiku?"
"Aku tidak akan menyukaimu."
"Kenapa?" "Entahlah-" "Hi hi" Ciu Lan Nio tertawa.
"Engkau tidak berani menjawab sejujurnya karena gadis
galak ini berada di sini?"
"Nona" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Aku pikir sudah cukup engkau bergurau. kalau masih
dilanjutkan, aku pasti marah."
"oh?" Ciu Lan Nio menatapnya.
"Engkau berani marah padaku?"
"Kenapa tidak?" sahut Thio Han Liong.
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
" Karena masih ada urusan lain, aku harus pergi sekarang.
Kita akan berjumpa lagi kelak- gadis galak, engkau harus
menjaganya baik-baik, sebab aku masih akan mendekatinya-
Hi hi hi - " Gadis berpakaian merah itu melesat pergi- Thio Han Liong
menggeleng-gelengkan kepala, sedangkan Tan Giok Cu masih
tampak gusar. "Adik manis, sudahlah" ujar Thio Han Liong sambil
memegang bahunya. "Dia sudah pergi, engkau jangan gusar lagi"
"Kakak tampan...." Tan Giok Cu cemberut. Tadi gadis itu
menciummu, bagaimana perasaanmu di saat itu?"
Tiada perasaan apa pun," sahut Thio Han Liong sungguhsungguh.
"Engkau jangan memikirkan yang bukan- bukan, sebab
gadis itu memang sengaja memanasi hatimu oleh karena itu,
mulai sekarang engkau harus belajar sabar dan belajar
menekan hawa emosi-"
"Itu bagaimana mungkin?" Tan Giok Cu menggelenggelengkan
kepala- "Sebab aku punya rasa cemburu-"
"Aku tahu-" Thio Han Liong manggut-manggut-
"Tapi gadis itu cuma bergurau denganmu, maka kejadian
tadi jangan kau simpan dalam hati"
" ya" Tan Giok Cu mengangguki kemudian bergumam,
" Heran" entah siapa gadis itu" Mendadak muncul dan
pergi begitu saja" "Aku yakin dia adalah gadis rimba persilatan, bahkan
kepandaiannya pun tinggi sekali" ujar Thio Han Liong.
"Entah murid siapa dia?"
"Gadis itu begitu liar dan tak tahu aturan, burunya pun
pasti bukan orang baik-baiki" sahut Tan Giok Cu dan
melanjutkan, " Kakak tampan, aku... aku...."
"Kenapa engkau?" Thio Han Liong menatapnya lembut.
"Gadis itu begitu berani, karena itu aku khawatir kelak dia
akan berhasil merebutmu dari sisiku." Tan Giok Cu
menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik manis" Thio Han Liong menggenggam tangannya.
"Engkau tidak usah mengkhawatirkan itu. Percayalah hanya
engkau yang kucintai."
"Kakak tampan...." Tan Giok Cu mendekap di dadanya.
Thio Han Liong segera membelainya dengan penuh kasih
sayang, setelah itu, barulah mereka melanjutkan perjalanan
dengan wajah cerah ceria.
seekor kuda berlari tidak begitu kencang di sebuah lembah.
Yang duduk di punggung kuda itu adalah Thio Han Liong dan
Tan Glik Cu. Tiba-tiba kuda itu meringkik, Thio Han Liong
terkejut dan cepat-cepat menghentikan kudanya.
"Ada apa?" tanya Tan Giok Cu yang duduk di belakangnya-
"Banyak orang yang tergeletak di depan. Mari kita pergi
lihat" sahut Thio Han Liong sambil meloncat turun,
Tan Giok Cujuga cepat-cepat meloncat turun, kemudian ke
duanya segera melesat ke depan. Begitu sampai di tempat itu,
mereka terbelalak karena orang-orang yang tergeletak itu
sudah tak bernyawa lagi dan di bagian dada mereka terdapat
sebuah tanda merah darah.
"Mereka semuanya sudah mati," ujar Tan Giok Cu sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Di antaranya terdapat Hweeshio- Kelihatannya mereka
semua adalah kaum rimba persilatan."
"Benar." Thio Han Liong mengangguk sambil
memperhatikan mayat-mayat itu, kemudian menggelenggelengkan
kepala. "Mereka mati terkena semacam ilmu pukulan, entah ilmu
pukulan apa itu?" "Haaah - ?" seru Tan Giok Cu mendadak.
"Kalau tidak salahi Paman Tua In Lie Heng juga terkena
ilmu pukulan ini." "oh?" Thio Han Liong tersentak, lalu memeriksa dada salah
seorang yang menjadi mayat itu.
"Bagaimana?" tanya Tan Giok Cu.
" Engkau tahu mereka terkena ilmu pukulan apa?"
"Aaahi-." Thio Han Liong menghela nafas panjang sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
" Aku tidak tahu sama sekali, entah ilmu pukulan apa itu?"
" Kakak tampan...." Tan Giok Cu ingin mengatakan sesuatu,
tetapi mendadak terdengar suara tawa terkekeh-kekeh.
"He he he He he he..." setelah itu muncullah sosok
bayangan yang ternyata seorang tua berpakaian kumal
dengan muka kotor sekali, la berdiri di hadapan mayat-mayat
itu. "Mereka sudah mati semua Hweeshio siauw Lim Pay, murid
Go Bi Pay dan beberapa anggota Kay Pang He he he Mereka
sudah mati semua" "Paman Tua yang membunuh mereka?" tanya Tan Giok Cu
mendadak- "Hei gadis cantik" sahut orang tua itu mendadak-
"Engkau bertanya atau menuduh?"
"Bertanya." "Perlukah aku menjawab?"
"Memang perlu."
" Kalau aku yang membunuh mereka, lalu engkau mau
apa?" "Paman Tua...." Tan Giok Cu mengerutkan kening.
"Kenapa engkau begitu kejam, tega membunuh orang
sebanyak itu?" "He he he" orang tua itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau bisa memastikan bahwa akulah yang membunuh
mereka?" "Paman Tua...." Tan Giok Cu menggeleng-gelengkan
kepala- "Paman Tua" Thio Han Liong memberi hormat seraya
bertanya, "Apakah Paman Tua tahu siapa pembunuh mereka?"
"Anak muda" orang tua itu menatapnya tajam.
"Engkau tidak menuduhku sebagai pembunuh mereka?"
"Aku yakin Paman Tua bukan pembunuh mereka," ujar Thio
Han Liong sambil tersenyum.
"oh?" orang tua itu tertawa gelak.
"Ha ha ha Kenapa engkau yakin aku bukan pembunuh
mereka?" "Kalau Paman Tua pembunuh mereka, tidak mungkin akan
kembali ke mari lagi untuk melihat mayat-mayat ini. ya kan?"
sahut Thio Han Liong sambil memandangnya.
"Ha ha ha" orang tua itu tertawa terbahak-bahaki
"Anak muda, engkau memang pintar siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong." Pemuda itu memperkenalkan.
"Dia bernama Tan Giok Cu."
"Kekasihmu?" "ya." "Dia sangat galak dan cepat menuduh orang," ujar orang
tua itu dan menambahkan, "Anak muda, engkau harus baik-baik membimbingnya."
"Ya." Thio Han Liong mengangguk
"Paman Tua kok usil?" Tan Giok Cu cemberut.
"Ini adalah urusan kami berdua, kenapa Paman Tua turut
campur?" "Ha ha ha" orang tua itu tertawa sambil menyahut,
"Aku memang orang tua usil, maka sekaligus menasihatimu.
Engkau jangan galak-galak, nanti hati kekasihmu ini akan
berubah terhadapmu."
" omong kosong" Tan Giok Cu melotot.
"Jangan-jangan Paman Tua sudah gila" Kalau tidak, kenapa
omong sembarangan?" "Ha ha ha" orang tua itu terus tertawa.
"Aku memang orang tua gila, sebab aku adalah Pak Hong
(si ciila Dari utara) Ha ha ha..."
"oh?" Thio Han Liong dan
Tan Giok Cu terkejut. Mereka pernah mendengar nama
orang tua tersebut. "Kalian terkejut?"
"Kenapa harus terkejut?"
"Wuahh" Pak Hong tertawa lagi.
"Engkau memang gadis galak dan pemberani, orang lain
begitu mendengar namaku, pasti kabur terbirit-birit dan
terkencing-kencing. Tapi engkau justru tidak"
"Hmm" dengus Tan Giok Cu.
"Paman Tua tahu siapa pembunuh mereka?" tanya Thio
Han Liong. "Tidak tahu." Pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tadi sayup,sayup aku mendengar utfYB suling yang
bernada anehi maka aku segera ke mari. Tapi mereka semua
sudah menjadi mayat"
"suara suling yang bernada aneh?" Kening Thio Han Liong
berkerut, karena ia pun pernah mendengar suara suling
bernada aneh itu, ketika berada di rumah hartawan Ltm.
setelah itu muncul pula dua orang berpakaian serba merah.
"Kalian tidak mendengar suara suling itu?" tanya Thio Han
Hong sambil memandang mereka.
"Tidak" Tan Giok Cu menggelengkan kepala-
"Paman Tua" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kami dari arah kiri, sedangkan Paman tur dari arah kanan,
maka mendengar suara suling itu."
"Kalau begitu," Pak Hong setelah berpikir sejenak-
"Pembunuh itu pasti lari ke arah utara-"
"Paman Tua sama sekali tidak tahu siapa pembunuh itu?"
tanya Thio Han Liong lagi.
"Aku sama sekali tidak tahu," sahut Pak Hong.
"Belum lama ini, sudah banyak kaum rimba persilatan
dengan dada berbekas sebuah tanda merah-"
"Seperti yang terdapat di dada mayat-mayat itu?" tanya
Tan Giok Cu. " ya." Pak Hong mengangguki
"Beberapa murid Hwa san, Kun Lun dan Khong Tong Pay
juga mati dengan tara yang sama."
"oh?" Thio Han Liong tersentak dan kemudian bergumam,
"Heran" siapa pembunuh itu dan kenapa membunuh muridmurid
partai besar itu?" "Beberapa tahun lalu telah muncul empat jago yang
berkepandaian tinggi, yaitu Teng Koay, si Mo, Lam Khie dan
aku Pak Hong. Kami berempat pernah bertanding dan
kepandaian kami berempat seimbang. Kemunculan kami
dalam rimba persilatan, hanya ingin menyamai empat tokoh
masa siiam, yaitu Teng sia, si Tek ki Lam Ti, dan Pak Kay.
Namun kemudian muncul pula satu perkumpulan baru, yang
tidak lain adalah Hek Liong Pang. - Kini si Mo sudah
bergabung dengan perkumpulan itu."
"Paman Tua" Tan Giok Cu memberitahukan.
" Aku pernah bentrok dengan pihak Hek Liong Pang."
"Kalau begitu," ujar Pak Hong sungguh-sungguh.
"Kalian harus berhati-hati, sebab kini si Mo sudah menjadi
wakil ketua Hek Liong Pang."
"Paman Tua tahu siapa ketua Hek Liong Pang itu?" tanya
Tan Giok Cu. "Dia seorang wanita berusia lima puluhan, namun aku tidak
tahu namanya. Aku dengar kepandaiannya masih di atas
kepandaian si Mo, karena si Mo sudah bertanding dengan dia-
" " Kalau begitu..." Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Kini Hek Liong Pang pasti kuat sekali."
"Betul." Pak Hong mangguj-manggut.
"Kelihatannya ia ingin menyaingi perguruan siauw Lim sie.
Bu Teng Pay dan Kay Pang."
"Paman Tua, mungkinkah pembunuh mereka ketua Hek
Liong Pang itu?" tanya Thio Han Liong.
"Tidak mungkin" sahut Pak Hong.
"sebab kini Hek Liong pang sudah resmi berdiri di rimba
persilatan, tentunya tidak akan membunuh kaum rimba
persilatan dengan cara begitu"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"sebetulnya siapa pembunuh itu?" gumamnya.
"Pembunuh itu memiliki ilmu pukulan aneh dan istimewa,
bahkan juga amat lihay, hebat dan ganas."
Pak Hong menghela nafas panjang. "Kelihatannya hanya
berikutnya adalah para ketua partai."
"oh?" Thio Han Liong tersentak-
"Kok Paman Tua menduga begitu?"
"Karena kelihatannya pembunuh itu ingin menguasai rimba
persilatan. Kalau ia bergabung dengan Hek Liong Pang, rimba
persilatan betul-betul dilanda banjir darah-"
"Kalau begitu," ujar Thio Han Liong seakan-akan
mengusulkan. "Alangkah baiknya Tong Koay, Lam Khie dan Paman Tua
bergabung untuk menghadapi pembunuh itu dan Hek Liong
Pang." "Ha ha ha" Pak Hong tertawa gelak
"Itu tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa?" tanya Thio Han Liong.
"Karena kami berempat ingin saling mengalahkan, itu
adalah gengsi kami," ujar Pak Hong memberitahukan,
"oleh karena itu, tidak mungkin kami bergabung."
"Tapi situasi rimba persilatan...."
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa.
"Situasi rimba persilatan tiada urusan dengan kami."
"Dasar gila" ujar Thio Han Liong.
"sudah tahu rimba persilatan bakal dilanda banjir darah,
tapi malah tinggal diam."
"Gadis galak" Pak Hong tertawa lagi.
"Aku memang si Gila dari utara, maka engkau tidak usah
heran" "Paman Tua memang gila," sahut Tan Giok Cu. Gila Gila
Gila - " " Eeh?" Pak Hong terbelalak,
"Gadis galaki engkau murid siapa" Kok begitu tidak
karuan?" "Bibi sian sian adalah guruku," sahut Tan Giok Cu.
"siapa Bibi sian sian itu?" tanya Pak Hong.
"Guruku." Tan Giok Cu tersenyum-senyum, gadis itu
memang sengaja mempermainkan Pak Hong.
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa terbahak-bahak.
"Bagus, Bagus Aku sangat tertarik kepada kalian. Maukah
kalian menjadi muridku?"
"Terima kasih atas maksud baik Paman, tapi...." Thio Han
Liong menggelengkan kepala.
"Engkau menolak?" Pak Hong tertegun.
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
" Kalau dalam sepuluh jurus Paman mampu
mengalahkannya, maka kami berdua bersedia jadi muridmu,"
ujar Tan Giok Cu mendadak-
"Adik manis- - " Thio Han Liong ingin menegurnya, namun
Pak Hong sudah tertawa sambil berkata kepada Thio Han
Liong. "Baik- Mungkin kalian tidak percaya akan kehebatan
kepandaianku. Kalau dalam sepuluh jurus aku tidak mengalahkanmu, aku pasti langsung pergi."
"Paman Tua - ."
"Tidak apa-apa." Pak Hong tersenyum. "Kita hanya
bertanding sepuluh jurus dengan tangan kosong. Bersiapsiaplah"
"Paman tua...."
" Hati-hati, aku akan mulai menyerangmu" Pak Hong dan
langsung menyerangnya. Thio Han Liong terpaksa berkelit, namun Pak Hong
menyerangnya lagi. Thio Han Liong tidak keburu berkelit,
maka terpaksa menangkis serangan itu dengan ilmu Thay Kek
Kun. "Thay Kek Kun" pak Hong tersenyum.
"Ternyata engkau adalah murid Bu Teng Pay sambutlah
jurus ke tiga ini" Pak Hong mulai menyerang dengan dahsyat. Thio Han
Liong mengelak dan sekaligus balas menyerang dengan ilmu
Liong Jiauw Kang. (Ilmu Cakar Naga) yang didapatkannya dari
Tiga Tetua siauw Lim Pay.
"Eh?" Pak Hong tercengang.
"Engkau bisa ilmu andalan siauw Lim Pay juga, sebetulnya
engkau murid siapa?"
Thio Han Liong tidak menyahut, sebab Pak Hong bertanya
sambil menyerangnya, maka ia harus mencurahkan
perhatiannya untuk menangkis. Kini ia mengeluarkan itmu Kiu
Im Pek Kut Jiauw, menangkis sekaligus balas menyerang.
"Haah?" Pak Hong tampak terkejut, karena serangan Thio
Han Liong begitu hebat. "Tak disangka engkau begitu hebat juga"
Usai berkata begitu. Pak Hong langsung menyerangnya
bertubi-tubi. "Berhenti Berhenti sudah sepuluh jurus" ujar Tan Giok Cu
mendadak- Pak Hong segera berhenti menyerang. si Gila dari utara itu
berdiri termangu-raangu di tempat, lama sekali barulah
membuka mulut. "Anak muda, sebetulnya engkau murid siapa?"
"Aku belajar ilmu silat dari ayah" jawab Thio Han Liong
jujur. "Tapi juga pernah mendapat petunjuk dari sucouw Thio
sam Hong dan Tiga Tetua siauw Lim Pay."
"ooooh" Pak Hong manggut-manggut.
"siapa ayahmu?"
"Ayahku adalah Thio Bu Ki."
"Hah?" Pak Hong tampak terkejut.
"Pantas engkau begitu lihay. Engkau adalah anak Thio Bu
Ki, bagaimana mungkin aku dapat mengalahkanmu dalam
sepuluh jurus" Ha ha ha Anak muda sampai jumpa"
Pak Hong melesat pergi, namun sayup,sayup terdengar
suara tawanya- Thio Han Liong dan Tan Giok Cu menggelenggelengkan
kepala- "Kepandaian Pak Hong sangat tinggi," ujar Thio Han Liong
sambil menghela nafas. Kalau pertandingan tadi tidak dibatasi
sepuluh jurus, aku pasti kalah."
"Betul." Tan Giok Cu manggut-manggut.
" Kakak tampan, kapan kepandaian kita akan setinggi Pak
Hong dan lainnya?" "Adik manis" Thio Han Liong tersenyum.
"Kita masih kurang pengalaman dan Iweekang kita pun
belum mencapai tingkat tinggi, sebab cuma beberapa tahun
kita berlatih Iweekang. sedangkan mereka sudah puluhan
tahun berlatih, maka Iweekang mereka tinggi sekali."
"oooh" Tan Giok Cu mengangguk "Kakak tampan, aku tidak
begitu suka berkecimpung di rimba persilatan, setelah kita
memperoleh Teratai salju, bagaimana kalau kita semua ke
pulau Hong Hoang Te?"
"Aku sependapat denganmu," sahut Thio Han Liong.
"Dalam rimba persilatan akan sering terjadi pertikaian,
sehingga menimbulkan pembunuhan. Aku memang tidak mau
berkecimpung dalam rimba persilatan."
"Mari kita melanjutkan perjalanan" ajak Tan Giok Cu.
Thio Han Liong mengangguk, kemudian mereka berdua
meloncat ke atas punggung kuda tunggang mereka.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 20 Kejadian yang Tak Terduga
sunyi sepi di dalam kuil siauw Lim sie. Tampak dua padri
tua sedang duduk berhadapan di ruang meditasi. Mereka
berdua saling memandang dengan kening berkerut-kerut.
"Aaaah - " Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"sutee, situasi dalam rimba persilatan makin memburuk-
Tempo hari Seng Hwi membantai para murid kita lantaran
salah paham, kini muncul lagi seorang pembunuh lain."
"Suheng. - " Kong Ti seng ceng menggeleng-gelengkan
kepala- "Pembunuh itu juga membunuh para murid partai lain.
entah apa tujuannya berbuat begitu?"
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kita sama sekali tidak tahu siapa pembunuh itu. sungguh
mengherankan, setelah Thio Bu Ki hidup mengasingkan din di
pulau itu, justru bermunculan jago jago berkepandaian tinggi
dalam rimba persilatan."
"Seng Hwi memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang.
Pembunuh yang baru muncul itu entah memiliki ilmu pukulan
apa, pada dada setiap korban pasti terdapat tanda merah
sebesar telapak tangan."
"Itu adalah semacam ilmu pukulan." Kong Bun Hong Tio
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita tidak tahu ilmu pukulan apa itu."
Di saat mereka sedang bercakap-cakap denganserius, tibatiba
muncul Goan Liang. "Hong Tio, ketua Bu Teng Pay Jit Lian ciu dan song Tayhiap
datang berkunjung. Mereka sudah berada di ruang depan,"
ujarnya. "omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Goan Liang, cepat suguhkan teh wangi untuk mereka"
"ya." Goan Liang segera pergi.
"sutee" Kong Bun Hong Tio bangkit berdiri
"Mari kita pergi menemui mereka. Mungkin ada sesuatu
yang penting." "Baik suheng" Kong Ti seng Ceng mengangguk dan bangkit
berdiri, kemudian mereka berdua berjalan menuju ruang
depan. "Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng" Lie Lian ciu dan
song wan Kiauw segera memberi hormat.
"Maaf, kedatangan kami telah mengganggu ketenangan
Hong Tio dan seng ceng"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Tidak "apa-apa, silakan duduk"
Jie Lian ciu dan song wan Kiauw duduki setelah itu jie Lian
ciu pun bertanya dengan serius.
"Apakah siauw Lim Pay tidak mengalami sesuatu?"
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"Beberapa murid kami mati terbunuh."
"Dada mereka terdapat sebuah tanda merah?" tanya song
Wan Kiauw. "ya." Kong Bun Hong Tio mengangguk dan mem
beritahukan. "Beberapa murid partai lain juga sudah menjadi korban"
"Aaahi.." song wan Kiauw menghela nafas panjang.
"Kong Bun Hong Tio, In Lie Heng sutee kami pun mati
terbunuh." "omitohud" Kong Bun Hong Tio terkejut bukan maini
"Kapan kejadian itu?"
"Beberapa bulan yang lalu," jawabjie Lian ciu
memberitahukan, "seorang gadis remaja bernama Tan Giok Cu membawanya
pulang ke gunung Bu Tong."
"Tan Giok cu?" Kong Bun Hong Tio tertegun.
"Gadis itujuga ke sini, katanya ingin menemui Thio Han
Liong." "Mereka bertemu?" tanya song wan Kiauw.
"omitohud" sahut Kong Ti seng Ceng.
"Mereka tidak bertemu, namun Thio Han Liong secara tidak
langsung telah menyelamatkan siauw Lim sie-"
"oh?" Jie Lian ciu tercengang.
"Ketika Thio Han Liong berada di sini, kebetulan pembunuh
misteri yang memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang muncul
pula. Thio Han Liong memberitahukan kepadanya tentang
urusan seng Kun dengan cia sun, setelah itu seng Hwi
mengajak Thio Han Liong pergi menemui ibunya."
"oooh" Jie Lian ciu manggut-manggut.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Hari itu In Tayhiap pulang, apakah di tengah jalan ia
bertemu pembunuh itu?"
"Aku pikir memang begitu. Kebetulan gadis remaja itu
melihatnya, maka membawanya pulang ke gunung Bu Tong,"
ujar song wan Kiauw memberitahukan, "Guru tidak mampu
mengobatinya, hanya dapat menyadarkannya saja. Ketika
sadar In sutee menyebut kata 'Hiat' entah apa maksudnya?"
"Hiat?" Kong Bun Hong Tio mengerutkan kening.
"Mungkin julukan si pembunuh itu"
" Kami pun menduga begitu, tapi...." song wan Kiauw
menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata,
"Seingat-ku, tiada seorang kaum rimba persilatan punva
julukan Hiat-." "Hiat - " gumam Kong Ti seng Ceng.
"Di dada setiap korban terdapat tanda merah, mungkinkah
Hiat Ciang (Pukulan Berdarah)?"
"Hiat Ciang?" song Wan Kiauw dan lie Lian ciu
mengerutkan kening. "Apakah dalam rimba persilatan terdapat ilmu tersebut?"
"Tidak pernah dengar," sahut Kong Bun Hong Tio sambil
menghela nafas panjang. "Aaaahi-" "oh ya" song Wan Kiauw memandang Kong Bun Hong Tio
seraya bertanya, "Apakah Hong Tio mendengar tentang Hek Liong Pang?"
"Sudah." Kong Bun Hong Tio mengangguk-
"Belum lama ini Hek Liong Pang berdiri dalam rimba
persilatan secara resmi- Wakil ketua Hek Liong Pang adalah si
Mo, namun kami tidak tahu siapa ketua Hek Liong Pang itu-
Kalau tidak salah Hek Liong Pang di ketuai oleh seorang
wanita yang berkepandaian tinggi sekali-"
"Kini rimba persilatan semakin kacau," ujar song wan Kiauw
sambil menggeleng-gelengkan kepala,
"mungkinkah ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu?"
"Entahlah," Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala-
"Kelihatannya kaum setan iblis ingin menguasai rimba
persilatan. Dulu Thio Bu Ki berhasil menuntun mo Kauw
kejatan yang benar. Kini siapa lagi yang akan menaklukan
kaum setan iblis ilu" omitohud- - "
Di saat bersamaan, muncul Goan Liang melapor, bahwa
ketua Kay Pang dan Dua Tetua datang berkunjung.
" Cepat undang mereka masuki sahut Kong Bun Hong Tio-
Goan Liang segera pergi. Berselang sesaat tampak seorang
gadis berusia dua puluhan membawa sepasang tongkat
bambu berwarna hijau, berjalan ke dalam bersama dua orang
pengemis tua. Gadis itu bernama su Hong seki ketua Kay pang.
sedangkan ke dua pengemis ilu adalah Ci Hoat dan Coan Kang
Tianglo. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Selamat datang Ketua dan Tetua Kay Pang"
"Ha ha ha" Ci Hoat Tiang lo tertawa gelak-
"Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng, sudah sekian
lama kita tidak bertemu- Apa kabar selama ini?"
"omitohud Kami baik-baik saja," sahut Kong Bun Hong Tio-
"Ketua Bu Tong Pay dan song Tayhiap, apa kabar?" Coan
Kang Tianglo memberi hormat.
"Kami baik-baik saja." Jie Lian ciu segera membalas
memberi hormat. "Bagaimana Gan Kang Tianglo?"
"Kami pun baik-baik saja," sahut Tianglo itu.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ketua Kay Pang" tanya Kong Bun Hong Tie
"Kalian ke mari secara mendadak, tentunya ada sesuatu
yang penting kan?" "Betul, Hong Tio- su Hong sek mengangguk- Belum lama
ini banyak anggota kami yang terbunuh, dada mereka
terdapat tanda merah."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kami sudah tahu itu, sebab beberapa murid kami pun
terbunuh dengan cara yang sama."
"Kong Bun Hong Tio tahu siapa pembunuh itu?" tanya su
Hong sek- "Maaf" Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala.
"Kami sama sekali tidak tahu, tapi...."
Kong Bun Hong Tio memandang jie Lian ciu, maka su Hong
sek dan ke dua Tianglo itu langsung memandang ketua Bu
Tong pay. "In Lie Heng sutee kami itu pun terbunuh beberapa bulan
lalu, dadanya juga terdapat sebuah tanda merah" ujar jie Lian
ciu sambil menghela nafas panjang,
"sebelum menghembuskan nafas penghabisan, dia
menyebut 'Hiat', entah apa maksudnya itu?"
"Hiat?" ci Hoat Tiang lo mengerutkan kening.
"Itu adalah julukan pembunuh atau nama ilmu pukulan?"
"Kami justru sedang membicarakan ini, tapi...." Jie Lian ciu
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kesimpulan kami memang begitu, namun tetap tidak
dapat menduga siapa pembunuh itu"
"Hek Liong Pang secara resmi berdiri dalam rimba
persilatan. Wakil ketua adalah si Mo-Buyung Hok. Tapi ketua
Hek Liong Pang...." Gan Kang Tianglo menggelengkan kepala
"Tiada seorang pun yang tahu siapa dia, hanya tahu dia
adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Mungkinkah
ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu."
"oh?" Ci Hoat Tianglo menatap song wan Kiauw seraya
bertanya, "Kenapa song Tayhiap menduga begitu?"
"Menurutku...." song Wan Kiauw menjelaskan.
"Dia menghendaki kita berkumpul semua, lalu membunuh
kita semua pula." "Mungkinkah begitu?" tanya Gan Kang Tianglo dengan
kening berkerut. "Apabila kita bergabung, sanggupkah pembunuh itu
membunuh kita?" "Kalau dia tidak yakin, tentunya dia tidak berani
memancing kemarahan kita kan" sebab dia pun membunuh
murid-murid GoBi, Kun Lun, Hwa san dan Khong Tong Pay."
"Bukankah pembunuh itu bisa menantang langsung kepada
kita?" ujar Gan Kang Tianglo.
"Kenapa harus membunuh dengan cara sadis begitu?"
"Dia ingin memperlihatkan kelihayan ilmu
pukulannya,"jawab lie Lian ciu dan melanjutkan,
"perbuatannya itu membuktikan bahwa ia amat licik,
bahkan juga pengecut."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Mungkinkah dia punya suatu rencana tertentu?"
"Memang mungkin." jie Lian ciu manggut-manggut.
"Tapi aku masih tidak habis pikir, apa sebabnya orang itu
memusuhi kita" Apakah dia punya dendam kesumat pada
kita?" "Tempo hari yang membuat kami pusing adalah seng Hwi,
kini muncul lagi seorang pembunuh misteri lain memusingkan
kita semua, omitohud, itu sungguh membingungkan" Kong
Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala-
"Apa boleh buat" ujar Jie Lian ciu.
"Apabila perlu, kita bergabung saja untuk melenyapkan
pembunuh itu." "Setuju," sahut Coan Kang Tianglo dan menambahkan,
"Ketua GoBi, Kun Lun, Hwa san dan ketua Khong Tong Pay
juga harus bergabung dengan kita. otomatis kita akan
bertambah kuat." "selain menghadapi pembunuh itu, kita pun harus bersiapsiap
menghadapi Hek Liong Pang," ujar song Wan Kiauw-
"Karena kelihatannya Hek Liong pang ingin menguasai
rimba persilatan." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio- "Untuk itu kita harus
mengadakan pertemuan resmi, dan harus mengundang para
ketua partai lain." "Betul-" Ci Hoat Tianglo manggut-manggut.
"Tapi kapan pertemuan itu diadakan?"
"Bagaimana kalau tanggal lima belas bulan depan?" tanya
jie Lian ciu. "Baiki" su Hong seki ketua Kay Pang mengangguk-
"Tapi di mana tempat pertemuan kita?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Bagaimana kalau di kuil ini saja?"
"Baiki" Coan Kang Tianglo mengangguki
"Tapi harus ada arak lho"
"omitohud Itu apa boleh buat. Asal jangan minta daging
saja," ujar Kong Bun Hong Tio sambil tertawa, kemudian
menambahkan. "Jadi kita pastikan tanggal lima belas bulan depan
berkumpul di sini semua."
setelah ada kepastian itu, maka pihak Kay pang berpamit,
begitu pula pihak Bu Teng pay.
"oh ya Kong Bun Hong Tio, siapa yang akan pergi
mengundang para ketua" Kami atau pihak siauw Lim?" tanya
jie Lian ciu- "Karena pertemuan itu diadakan di kuil kami, maka harus
kami yang mengundang,"jawab Kong Bun Hong Tio-
"Baiklah" Jie Lian ciu manggut-manggut-
"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng, kami mohon
pamit." sementara itu, Thio Han Liong dan Tan Giok Cu terus
melakukan perjalanan menuju gunung soat san. Dalam
perjalanan ini cinta kasih mereka semakin bersemi, maka tidak
heran kalau Tan Giok Cu terus tersenyum bahagiaitu,
ketika mereka memasuki sebuah hutan, mendadak
muncul dua orang menghadang di depan mereka- seorang
lelaki tua dan seorang wanita berusia lima puluhan, namun
masih tampak cantik, siapa mereka berdua itu" Tidak lain
adalah si Mo-Buyung Hok dan ketua Hek Liong Pang-Kwee In
Loan. "Ha ha ha Anak muda, kita berjumpa lagi" ujar si Mo sambil
menatap Thio Han Liong dengan dingin sekali.
"Selamat berjumpa, si Mo" ucap Thio Han Liong sekaligus
memberi hormat. "Hmm" dengus si Mo memberitahukan.
"wanita itu adalah ketua Hek Liong pang. Hari ini dia akan
membuat perhitungan dengan kekasihmu itu."
"oh?" Thio Han Liong menatap Kwee In Loan, kemudian
memberi hormat seraya berkata,
"Ketua Hek Liong Pang, urusan Giok Cu dengan pihakmu
hanya dikarenakan salah paham."
"Diam" bentak Kwee In Loan, lalu menatap Tan Giok Cu
dengan tajam sekali. "Kenapa engkau membunuh beberapa anggotaku?"
"Aku hanya menyelamatkan Hakim souw," sahut Tan Giok
Cu dingin- "Engkau adalah ketua Hek Liong Pang, kenapa barusan
membentak-bentak kakak Han Liong?"
"oh?" Kwee In Loan tersenyum dingin.
"Engkau begitu menyayanginya?"
"ya." Tan Giok Cu mengangguki
"Hmm" dengus Kwee In Loan.
" Kalau tidak salahi engkau bernama Tan Giok Cu. Katakan
siapa gurumu?" "Guruku adalah Bibi sian sian"
"she apa gurumu?"
"she Yo." "Apa?" Kwee In Loan tersentak-
" Yo sian sian adalah gurumu?"
"Ya." Tan Giok Cu mengangguki
"Engkau kenal guruku?"
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh.
"Tak disangka sama sekali, ternyata engkau adalah
muridnya " " He he he,-" "Engkau- - " Tan Giok Cu mengerutkan kening dan tiba-tiba
teringat sesuatu, sehingga langsung berseru tak tertahan.
"Engkau adalah Kwee In Loan Bibi guruku?"
"Betul." Kwee In Loan mengangguk
"Bibi guru" Tan Giok Cu sebera memberi hormat.
"Gurumu sudah menceritakan tentang diriku?" tanya Kwee
In Loan dengan nada dingin.
"Ya." Tan Giok Cu mengangguk
" Kalau begitu...." Kwee In Loan, tertawa dingin.
" Engkau pasti tahu bagaimana sifatku."
"Bibi guru adalah tingkatan tua, aku tidak berani,
berkomentar apa pun" sahut Tan Giok Cu.
"Giok Cu" ujar Kwee In Loan.
"Aku akan menangkapmu, setelah itu barulah aku akan
pergi ke kuburan tua itu mencari gurumu."
"Ketua Hek Liong Pang" Thio Han Liong maju ke hadapan
Kwee In Loan. "Kalau begitu aku terpaksa harus menghadapimu"
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Anak muda hari ini aku akan membunuhmu Ha ha ha...."
"si Mo- - " Thio Han Liong mengerutkan kening, kemudian
seaera mengerahkan Kiu Yang sin Kang.
"Anak muda Bersiap-siaplah untuk mampus" bentak si Mo
sambil menyerangnya. Thio Han Liong cepat berkelit,
kemudian balas menyerang dengan Thay Kek Kun.. Tan Giok
Cu ingin membantu Thio Han Liong, tapi mendadak dihadang
oleh Kwee In Loan, bahkan sekaligus diserangnya. Maka
terjadilah pertarungan yang amat seru, sebab mereka samasama
mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut liauw.
sementara pertarungan antara Thio Han Liong dengan si
Mo pun semakin seru dan sengit. Thio Han Liong
mengeluarkan ilmu Liong jiauw Kang (flmu Cakar Naga)
untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan si Mo,
kemudian menyerang dengan ilmu Kiu Im Pek KutJiauw.
Puluhan jurus kemudian, Thio Han Liong mulai berada di
bawah angin, itu membuat si Mo tertawa gelak. suara tawa itu
membuat Tan Giok Cu menoleh- Begitu melihat Thio Han
Liong terdesak, cemaslah hatinya otomatis jadi lengah pula.
Maka Kwee In Loan berhasil menotokjalan darah Leng Tay
Hiat dupunggung gadis itu.
"Aaaakh.-" jerit Tan Giok Cu lalu roboh tak bergerak lagi-
Suara jeritannya membuat Thio Han Liong terkejut bukan
main. la segera menoleh dan di saat bersamaan, si Mo
menyerang dadanya. Thio Han Liong tidak sempat berkelit maupun menangkis,
sehingga dadanya terpukul oleh pukulan itu. Duuuk
"Aaaakh - " jerit Thio Han Liong dan terpental beberapa
depa. Kemudian ia roboh dan mulutnya menyemburkan darah
segar. "uaaaakh - " "Kakak tampan..." seru Tan Giok Cu. Walau badannya tidak
bisa bergerak namun mulutnya masih bisa bersuara.
sementara Thio Han Liong berusaha bangkit berdiri, tapi roboh
lagi. si Mo menatapnya sambil tertawa dingin, lalu selangkah
demi selangkah mendekatinya dengan maksud menghabiskan
nyawanya. Namun mendadak terdengarlah suara suling yang
bernada aneh- Begitu mendengar suara suling itu, air muka
Kwee In Loan langsung berubah hebat,
"si Mo" serunya cepat.
"Jangah sembarangan bertindak"
sebetulnya si Mo juga tersentak oleh suara suling itu, maka
ketika Kwee In Loan berseru, ia pun langsung berdiam di
tempat. Tak lama kemudian, muncullah sosok bayangan merahseorang
tua berjubah merah berdiri di situ. Rambut, wajah,
dan jenggotnya semuanya merah bahkan suling yang di
tangannya berwarna merah-
"Hiat Locianpwee, terimalah hormatku" Kwee In Loan
sambil memberi hormat mengangguk-
"Kwee In Loan, engkau sudah kembali di Tionggoan ini,"
ujar orang tua berjubah merah
"ya, Hiat Locianpwee"jawab Kwee In Loan.
"Engkau...." Mendadak orang tua berjubah merah
menuding si mo- "Engkau adalah si mo-Buyung Hok?"
"Betul," sahut si Mo tanpa memberi hormat.
"Hmm" dengus orang tua berjubah merah-
"Engkau berani tidak memberi hormat kepadaku?" si Mo
diam saja- "si Mo" ujar Kwee In Loan sambil memberi isyarat-
" Cepat memberi hormat kepada Hiat Locianpwee"
si Mo mengerutkan kening, kemudian memberi hormat
kepada orang tua berjubah merah itu-
"Ha ha ha" orang tua berjubah merah itu tertawa gelak
" Karena engkau sudah memberi hormat kepadaku, maka
kuampuni." "Terimakasih, Hiat Locianpwee," ucap Kwee (n Loan.
"Engkau telah mendirikan Hek Liong Pang, bahkan
mengangkat si Mo sebagai wakil ketua," ujar orang tua
berjubah merah itu sambil menatap Kwee In Loan.
"Engkau ingin menyaingi partai siauw Lim, Bu Tong dan
Kay Pang?" "ya." Kwee In Loan manggut-manggut.
"Apakah Hiat Locianpwee berniat menjadi ketua Hek Liong
Pang?" tanyanya. "Aku sama sekali tidak berniat," sahut orang tua berjubah
merah, kemudian memandang Tan Giok Cu yang menggeletak
di samping Kwee In Loan. "Cepat bebaskan jalan darahnya"
"ya-" Kwee In Loan segera membebaskan jalan darah gadis
itu. Begitu bisa bergerak, Tan Giok Cu langsung berlari ke arah
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio Han Liong dengan air mata bercucuran.
" Kakak tampan, bagaimana lukamu" Apakah parah sekali?"
tanya Tan Giok Cu. "Adik manis," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, engkau tidak usah khawatir."
"Tapi tadi engkau memuntahkan darah segar, apakah
dadamu masih terasa sakit?"
"Sudah tidak begitu sakit lagi." Thio Han Liong tersenyum
dan berbisik, "Adik manis, entah siapa orang tua berjubah merah itu?"
"Aku justru masih merasa heran, kenapa bibi guruku
kelihatan begitu takut kepadanya?" sahut Tan Giok Cu dengan
suara rendah. Di saat mereka bercakap-cakap- orang tua berjubah merah
itu menghampiri mereka, dan menatap Tan Giok Cu dengan
tajam sekali. "Gadis cantik, siapa namamu?" tanya orang tua berjubah
merah itu. "Namaku Tan Giok Cu. siapa Locianpwee?" Tan Giok Cu
balik bertanya sambil menatapnya.
"Aku adalah Hiat Mo dari Kwan Gwa (iblis darah Dari Luar
Perbatasan)." orang tua berjubah merah memberitahukan.
"Hiat Mo?" Tan Giok Cu mengerutkan kening.
"Ya-" Hiat Mo mengangguk.
"Hiat...." gumam Thio Han Liong.
"Locianpweekah yang membunuh Kakek In?"
"siapa Kakek In?" tanya Hiat Mo-
"In Lie Heng dari Bu Tong Pay" sahut Thio Han Liong.
"oooh" Hiat Mo manggut-manggut.
"Kami bertanding, dadanya terkena pukulanku sehingga
terluka parah-" " Kakek In telah meninggal." Thio Han Liong menatapnya
dengan kening berkerut-kerut.
"siapa yang terkena ilmu Hiat mo Ciang (Ilmu Pukulan iblis
Darah) pasti mati," ujar Hiat Mo, kemudian memandang Tan
Giok Cu. "Giok Cu, engkau harus ikut aku."
"Kenapa aku harus ikut?" tanya Tan Giok Cu heran.
"Pokoknya engkau harus ikut aku." tegas Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau tidak, engkau pasti kubunuh."
"Aku tidak mau ikut," Tan Giok Cu berkeras.
"Pokoknya aku tidak mau ikut engkau."
"oh?" Hiat Mo tertawa.
"Biar bagaimana pun engkau harus ikut."
"Tidak mau Tidak mau Tidak mau..." teriak Tan Giok Cu,
kemudian mendadak menyerangnya dengan ilmu Kiu Im Pek
Kut Jiauw. Akan tetapi, tangan Hiat Mo bergerak cepat mencengkeram
jalan darah Wan Kut Hiat yang di lengan gadis itu. Begitu jalan
darahnya tercengkeram. Tan Giok Cu merasa tangannya
berkesemutan dan tak bisa bergerak lagi.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Aku akan membawamu pergi"
"Lepaskan Lepaskan" teriak Tan Giok Cu.
"Locianpwee" Thio Han Liong menghampirinya sambil
memberi hormat- "Aku harap Locianpwee mau melepaskannya"
"Anak muda" Hiat Mo menatapnya tajam-
"Sudah kukatakan biar bagaimana pun aku akan
membawanya pergi-" "Locianpwee - " Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Anak muda" ujar Hiat Mo sungguh-sungguh-
"Kini engkau masih bukan lawanku, kelak apabila engkau
mampu mengalahkanku, aku pasti mengembalikan Tan Giok
Cu kepadamu." "Locianpwe - " Wajah Thio Han Liong langsung memucat.
"Anak muda, kalau engkau tak tahu diri sekarang, aku pasti
membunuhmu," ujar Hiat Mo dingin, kemudian memandang si
Mo seraya berkata, "Engkau jangan coba-coba membunuhnya, karena kelak dia
masih akan berurusan denganku"
"Kakak tampan Telong aku" teriak Tan Giok Cu
"Kakak tampan..."
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa terbahak-bahaki kemudian
mendadak pergi laksana kilat.
"Adik manis Adik manis..." seru Thio Han Liong.
Namun Hiat Mo dan Tan Giok Cu sudah lenyap dari
pandangannya, Itu membuatnya cemas sekali.
sementara si Mo dan Kwee In Loan saling berpandangan,
setelah itu si Mo mendekati Thio Han Liong
"Hmm" dengus si Mo dingin.
"Aku tidak akan membunuhmu sekarang, biar Hiat Mo yang
membunuhmu kelak Ha ha ha..." Thlo Han Liong diam saja.
"si Mo- mari kita pergi" ajak Kwee In Loan kemudian
mereka berdua melesat pergi.
"Adik manis Adik manis..." panggil Thio Han Liong dengan
suara rendah- "Adik manis - "
Entah berapa lama kemudian, barulah Thio Han Liong
meninggalkan tempat itu. la tidak menunggang kuda lagi.
selangkah demi selangkah ia berjalan dengan kepala
tertunduk. -ooo00000ooo- Bab 21 Gadis Berpakaian Merah
sejak Tan Giok Cu dibawa pergi oleh Hiat Mo, Thio Han
Liong tidak mengurusi diri, maka tidak heran kalau pemuda itu
menjadi tidak karuan. Rambut awut-awutan dan pakaiannya
pun kotor sekali, la sering duduk melamun sambil memikirkan
Tan Giok Cu, itu membual badannya menjadi agak kurus.
semula tujuannya ke gunung soat san untuk mencari Teratai
salju- Namun kini ia malah tidak tahu harus ke mana, la betulbetul
dalam kebingungan. "Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang ketika
duduk di bawah sebuah pohon,
"Giok Cu, Adik manis Engkau berada di mana" Aku rindu
sekali kepadamu, orang tua berjubah merah itu membawamu
pergi. Apakah aku mampu mengalahkannya kelak"
Kepandaiannya begitu tinggi."
"Hi hi hi" Mendadak terdengar suara tawa cekikikan dan tak
lama kemudian muncullah seorang gadis berpakaian merahgadis
itu ternyata Ciu Lan Nio, yang pernah mengecup pipi
Thio Han Liong. "Han Liong.,.."
"Engkau...." Thio Han Liong kelihatan sudah lupa
kepadanya. "Engkau siapa?"
"Lupa ya?" Ciu Lan Hio tersenyum sambil duduk di sisinya.
"Namaku Ciu Lan Nio, yang pernah mencium pipimu."
"ooohi engkau..." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala- "Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan kening
berkerut-kerut. "Kenapa engkau menjadi begini?"
"Aku...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"oh ya, di mana kekasihmu" Kenapa tidak berada di
sisimu?" tanya Ciu Lan Nio mendadak-
"Dia - dia...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Dia telah meninggalkanmu?" tanya Ciu Lan Nio dengan
wajah berseri. "Dia tidak mencintaimu lagi?"
"Dia tidak meninggalkanku bahkan juga tetap mencintai
aku. Hanya saja...." Wajah Thio Han Liong murung sekali.
"seorang tua telah membawanya pergi, dan aku...."
"Engkau menjadi sedih, ya?"
"siapa orang tua itu?"
"orang tua itu mengaku dirinya Hiat Mo-"
"Hiat Mo?" Ciu Lan Nio tampak terkejut sekali.
"ya"Thio Han Liong mengangguk-
"Hiat Mo bilang, apabila aku mampu mengalahkannya
kelaki barulah dia akan melepaskan Giok Cu."
"Kalau begitu, engkau tidak usah cemas," ujar ciu Lan Hio-
"Aku yakin tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri
kekasihmu itu-" "Tapi Hiat Mo itu kelihatannya kejam sekali, bagaimana
mungkin Giok Cu akan selamat?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku berani menjamin."
"Engkau berani menjamin" Maksudmu menjamin
keselamatan dirinya?"
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk sambil tersenyum.
"Hiat Mo pasti tertarik pada Giok Cu, maka ia ingin
mengambilnya sebagai murid- Oleh karena itu, aku yakin Hiat
MO tidak akan mencelakatnya."
(Bersambung ke Bagian 11)
Jilid 11 "oooh" Thio Han Liong menarik nafas lega.
"Tapi bagaimana mungkin kelak...."
"Kepandaian Hiat Mo memang tinggi sekali. Tapi kalau
engkau tekun berlatih terus, kelak pasti mampu
mengalahkannya" "Itu tidak mungkin." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kepandaian Hiatiat Mo sangat tinggi sekali. Aku... aku...."
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan kening
berkerut-kerut. "Engkau kok begitu cepat putus asa" Hanya dikarenakan
urusan kecil, engkau sudah menjadi begini macam. Apalagi
urusan besar, engkau akan mati barangkali."
"Aku bukan putus asa, melainkan...."
Thio Han Liong menghela nafas paniang sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku rindu sekali kepada Giok Cu."
"Hi hi hi" Ciu Lan Nio tertawa.
"Rindu" Kalau aku selalu berada di sisimu, apakah engkau
masih akan rindu kepadanya.?"
"Walau engkau berada di sisiku, aku tetap merindukunnya,"
sahut Thio Han Liong dengan jujur.
"Engkau...." Ciu Lan Nio cemberut,
"oh ya Engkau jangan lupa lho Aku pernah menciummu."
"Itu...." Wajah Thio Han Liong langsung memerah.
"Aku mau mencium itu dikarenakan...." Ciu Lan Nio
menundukkan kepalanya sambil melanjutkan.
"Aku sung-guh-sungguh menyukaimu."
"Terima kasih" ucap Thio Han Liong. "Tapi aku sudah
punya kekasih, maka tidak boleh menyukaimu."
"Engkau....?" Ciu Lan Nio melotot, kemudian tersenyum.
"Tidak apa-apa. yang penting aku menyukaimu, mungkin
kelak akan mencintaimu pula.".
"Aku pasti menolak-" tegas Thio Han Liong.
"Aku tidak akan mencintai gadis lain lagi."
"Seandainya Giok Cu mati?"
"Akupun tidak akan mencintai gadis lain," sahut Thio Han
Liong sungguh-sungguh. "Aku mau menjadi Hweeshio saja-"
"Engkau bodoh sekali-" Ciu Lan Nio tertawa nyaring.
"Tapi engkau begitu setia terhadap Giok Cu. Aku salut dan
kagum padamu, otomatis makin membuatku makin
menyukaimu." "Lan Nio" Thio Han Liong menatapnya, kemudian menghela
nafas panjang seraya berkata,
"sebaiknya engkau jangan menyukaiku, sebab itu akan
membuatmu menderita."
"Memangnya kenapa?"
"Sebab aku tidak akan menyukaimu."
"Tidak apa-apa." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Itu sudah resikoku. Aku berani menyukai harus pula berani
menanggung penderitaan."
"Engkau...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Han Liong" ciu Lan Nio menatapnya.
"Rambutmu awut-awutan, pakaianmu kotor dan...
badanmu pun agak kurus. Mulai sekarang engkau harus
mengurus diri, jangan dibiarkan begini"
"Aku.-." Thio Han Liong tersenyum getir.
"Han Liong" Ciu Lan Nio tersenyum manis.
"Karena Giok Cu tidak berada di sisimu, maka mulai
sekarang... biar aku yang menemanimu."
"Terima kasih" ucap Thio Han Liong sekaligus menolak
secara halus- " Itu tidak perlu, terima kasih atas maksud baikmu-"
"Eh" Engkau- - " Ciu Lan Nio melotot, namun setelah itu ia
tersenyum lagi seraya berkata,
"Han Liong, aku senang sekali kalau engkau tersenyum-
Ayolah cepat tersenyum"
"Aku. - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Han Liong" Ciu Lan Nio memberitahukan.
"Aku pandai bernyanyi dan menari, bagaimana kalau aku
bernyanyi dan menari untukmu?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala lagi, namun
Ciu Lan Nio sudah bangkit berdiri gadis itu memandang Thio
Han Liong sambil tersenyum-senyum, kemudian mulai
bernyanyi sambil menari. Bukan main merdunya suara gadis
itu, tariannya pun sungguh indah gemulai. Thio Han Liong
terpesona menyaksikannya, sedangkan Ciu Lan Nio sering
meliriknya dengan wajah ceria.
Berselang beberapa saat kemudian, barulah Ciu Lan Nio
berhenti bernyanyi dan menari, lalu duduk di hadapan Thio
Han Liong seraya bertanya.
"Han Liong, bagaimana suara dan tarianku?"
"suaramu merdu sekali,"jawab Thio Han Liong dengan
jujur. "Tarianmu amat indah dan lemah gemulai."
"oh?" Ciu Lan Nio tersenyum gembira.
"Engkau menyukai suara dan tarianku?"
"Ng" Thio Han Liong mengangguk-
"Kalau begitu- - " Ciu Lan Nio menatapnya lembut.
"setiap hari aku akan bernyanyi dan menari untukmu. Aku
ingin menggembirakan hatimu"
"Lan Nio, terima kasih atas maksud baikmu, namun...."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau engkau begitu terhadapku, akhirnya engkau pula
yang akan menderita."
"Aku menderita tidak apa-apa," ujar Ciu Lan Nio sungguhsungguh-
"Yang penting engkau gembira-"
"Aaah" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Engkau baik sekali terhadapku tapi aku tidak bisa
membalas." "Itu tidakjadi masalah- sungguh"
"Tapi" Thio Han Liong memandang jauh ke depan.
" Hatiku merasa tidak enak-"
"Tidak apa-apa." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Han Liong...."
Ketika gadis itu baru mau mengatakan sesuatu, mendadak
terdengar suara siulan yang amat halus. Maka air mukanya
langsung berubah- "Lan Nio, kenapa engkau?" Thio Han Liong menatapnya
heran. "Han Liong," sahut Ciu Lan Nio dengan wajah murung.
"Aku harus segera pergi, kita akan bertemu lagi kelak"
"Selamat jalan" ucap Thio Han Liong dan menambahkan.
"Terima kasih atas kebaikanmu dan terima-kasih untuk
nyanyian dan tarianmu itu"
"Han Liong...." Mendadak gadis itu menciumnya, lalu
melesat pergi seraya berseru.
"sampai jumpa..."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. Berselang
sesaat barulah ia meninggalkan tempat itu.
Ciu Lan Nio melesat ke arah suara siulan itu. Dilihatnya
seorang tua berjubah merah dengan wajah dan jenggot
merah pula berdiri di situ. la adalah Hiat mo-
"Kakek-.." panggil gadis berpakaian merah itu.
"Lan Nio" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau dari mana" setengah mati kakek mencarimu."
"Kakek" Ciu Lan Nio menatapnya.
"Kalau tidak salahi kakek menangkap seorang gadis
bernama Tan Giok Cu. ya, kan?"
"Kok tahu?" Hiat Mo heran.
"Aku memang tahu." Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Mau apa Kakek tangkap gadis itu?"
"Kakek tertarik kepadanya, maka ingin mengambilnya
sebagai murid," sahut Hiat Mo-
"Tentunya engkau tidak berkeberatan, bukan?"
"Kakek tidak akan menyiksa gadis itu?"
"Tentu tidak-" Hiat Mo tersenyum.
"Kenapa kakek harus menyiksanya" Bukankah dia akan
menjadi kawanmu?" "Belum tentu." Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Sebab dia kenal aku...."
"Apa?" Hlat Mo tertegun.
"Engkau kenal gadis itu?"
"Ya." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Bahkan aku pun kenal kekasihnya."
"oh?" Hiat Mo terbelalak.
"Engkau pun.kenal kekasihnya?"
"Kekasihnya adalah Thio Han Liong." Ciu Lan Nio
memberitahukan. "Sejak Kakek menangkap Tan Giok Cu, Thio Han Liong
berubah tidak karuan. Rambutnya awut-awutan dan
pakaiannya kotor sekali. Dia tidak mengurusi diri."
"oh?" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Kok engkau tahu?"
"Tadi aku bertemu dengannya. Dia memberitahukan
kepadaku bahwa Hiat Mo telah menangkap kekasihnya," sahut
Ciu Lan Nio. "Dia sedih dan cemas, maka aku terpaksa menghiburnya."
"Eh?" Hiat Mo menatapnya dengan mata tak berkedip.
"Kok engkau begitu memperhatikan Thio Han Liong"
Apakah engkau...." "Aku memang menyukainya." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Hari itu aku menciumnya di hadapan Tan Giok Cu."
"oh?" Hiat Mo tertawa gelak,
"Ha ha ha Engkau memang nakal sekali oh ya, bagaimana
reaksi Tan Giok Cu ketika engkau mencium kekasihnya itu?"
"Dia marah-marah sedangkan aku terus tertawa," sahut Ciu
Lan Nio dan- menambahkan,
"Tadi aku pun mencuri menciumnya, setelah itu barulah
aku ke mari." "Kalau begitu..." Hiat Mo menatapnya seraya berkata,
"Kakek yakin engkau pasti sudah jatuh cinta kepada
pemuda itu." "Kakek...." Ciu Lan Nio membanting-banting kaki.
"Thio Han Liong memang tampan dan kepandaiannya pun
sudah cukup tinggi. Kakek setuju apabila engkau
mencintainya. Namun dia telah mencintai Tan Giok Cu,
bagaimana kalau kakek bunuh gadis itu?"
"Jangan" Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Kalau Kakek membunuh Tan Giok Cu, Thio Han Liong pasti
akan membenciku." "Dia tahu engkau adalah cucuku?"
"Tidak tahu." "Kalau begitu, biar kakek bunuh gadis itu" ujar Hiat Mo dan
melanjutkan. "Apabila gadis itu sudah mati, sudah barang tentu Thio Han
Liong akan mencintaimu"
"Pokoknya Kakek tidak boleh membunuh gadis itu" tegas
Ciu Lan Nio. " Kalau Kakek berani membunuhnya, aku pasti membenci
kakek selama-lamanya"
"oh?" Hiat Mo mengerutkan kening.
" Kakek justru tidak habis pikir, engkau sudah jatuh cinta
pada Thio Han Liong, sedangkan Thio Han Liong dan Tan Giok
Cu saling mencinta. Kalau engkau tidak melenyapkan gadis
itu, bagaimana mungkin pemuda itu akan mencintaimu" "
"Mencintai seseorang harus dengan setulus hati. Aku
mencintainya harus pula melihatnya hidup bahagia, oleh
karena itu, aku tidak boleh egois," sahut Ciu Lan Nio.
"Aaaahi-." Mendadak Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Engkau benar, seorang tua terhadap anak pun tidak boleh
egois." "Kakek" tanya Ciu Lan Nio mendadak-
"Bagaimana ke dua orang tuaku meninggal?"
"Mereka- - " Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala-
"Mereka berdua menderita semacam penyakit yang tiada
obatnya, akhirnya mereka mati-"
"Benarkah begitu?"
"Memang benar begitu"
"Kakek" Ciu Lan Nio menatapnya dengan mata tak
berkedip- "Pokoknya Kakek tidak boleh membunuh Tan Giok Cu dan
mengganggu Thio Han Liong"
"Jangan khawatir" Hiat Mo tersenyum.
"Kakek berjanji itu"
"Kakek," tanya Ciu Lan Nio.
"Bolehkah aku pergi menemui Han Liong lagi" Aku... aku
ingin mengucapkan selamat berpisah dengan dia-"
"Kenapa engkau ingin mengucapkan selamat berpisah
dengan dia?" Hiat Mo heran.
"sebab Kakek pasti akan kembali ke Kwan Gwa, maka aku
akan berpisah dengan dia," ujar Ciu Lan Nio.
"ya, kan?" "Hgmm" Hiat Mo manggut-manggut.
"Kakek harus membawa Giok Cu ke Kwan Gwa, karena
kakek akan mewariskan kepandaian kakek kepadanya, setelah
dia menguasai ilmu kepandaian Kakek, barulah kakek akan
melepaskannya pulang ke Tionggoan."
"Kalau begitu, dia pasti akan bertemu Hai-Liong" ujar Ciu
Lan Nio. "Mereka memang akan bertemu, namun...." Hiat Mo
tertawa. "Giok Cu tidak akan mengenalnya, sedangkan Giok Cu akan
memakai cadar." "Giok Cu tidak akan mengenal Han Liong?" Ciu Lan Nio
mengerutkan kening. "Apakah Kakek akan menggunakan ilmu hitam untuk
mempengaruhi Giok Cu?"
"ya." Hiat Mo mengangguk-
"Kakek - -" Air muka Ciu Lan Nio berubah-
"Kenapa Kakek akan berbuat begitu?"
"Apabila Han Liong mampu mengalahkan kakek, barulah
kakek melepaskan Giok Cu" sahut Hiat Mo dan menambahkan,
"sedangkan engkau punya kesempatan untuk mendekati
pemuda itu. Ha ha ha-"
"Kakek - ?" Wajah Ciu Lan Nio kemerah-merahan.
"Kakek, aku pergi sebentar ya?"
"Baik," Hiat Mo mengangguk-
"Tapi jangan lama-lama, kakek menunggumu di dalam gua
itu." "ya. Kakek- Terima kasih" ucap Ciu Lan Nio lalu melesat
pergi- "Aaaah - " Hiat Mo menghela nafas panjang.
" Cucuku, aku telah bersalah kepadamu. Aku yang
membunuh ayahmu, kemudian ibumu membunuh diri setelah
melahirkanmu. Aku... aku sungguh berdosa"
Usai bergumam, Hiat Mo lalu melesat pergi menuju ke
sebuah gua yang disebutnya tadi-Kalau tadi Ciu Lan Nio tidak
menegaskan kepadanya jangan membunuh Tan Giok Cu, Hiat
Mo pasti akan membunuh gadis itu demi cucunya.
ciu Lan Nio sudah tiba di tempat tadi di mana ia bertemu
Thio Han Liong, namun pemuda itu sudah tidak ada di situ.
Ciu Lan Nio menengok ke sana ke mari, kemudian manggutmanggut
ketika melihat rerumputan di sebelah kiri agak
miring, sepertinya pernah diinjak orang, segeralah ia melesat
ke sana. Tak seberapa lama, dilihatnya seorang pemuda sedang
berjalan dengan kepala tertunduk. dialah Thio Han Liong.
"Han Liong Han Liong..." seru Ciu Lan Nio memanggilnya,
sekaligus melesat ke hadapannya. "Han Liong..."
"Eh?" Thio Han Liong langsung berhenti dan terperangah
ketika melihat gadis itu.
"Engkau...." "Ya, aku." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Aku ke mari untuk menemanimu sebentar."
"Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa engkau menggeleng-gelengkan kepala?" Ciu Lan
Nio cemberut. "Tidak senangkah aku ke mari?"
"Lan Nio...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Jangan terlampau baik terhadapku, sebab engkau akan
menderita kelak" "Aku sudah bilang dari tadi, itu tidak jadi masalah bagiku,"
sahut Ciu Lan Nio sambil tersenyum.
"Han Liong, mari kita duduk sebentar" Thio Han Liong
menatapnya, lama sekali barulah mengangguk.
"Baiklah." Thio Han Liong duduk di bawah sebuah pohon
dan Ciu Lan Nio segera duduk di sisinya.
"Han Liong," ujar gadis itu karena tiada pembicaraan.
"Pemandangan di sini indah sekali."
"Pemandangan di sini indah sekali?" Thio Han Liong
melongo karena di tempat itu hanya terdapat rerumputan dan
tanah gersang, namun Ciu Lan Nio justru mengatakan indah
sekali tempat itu. "Engkau tidak salah" Di tempat ini hanya terdapat
rerumputan kering dan tanah gersang, tapi kenapa engkau
bilang indah sekali?"
"Karena...." Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
"Tiada pembicaraan, maka aku bilang begitu"
"oooh" Thio Han Liong tersenyum.
"Haaa..H?" Ciu Lan Nio terbelalak.
"Ada apa?" Thio Han Liong heran karena gadis itu
menatapnya dengan mata terbelalak-
"Engkau - engkau sudah tersenyum- Engkau sudah
tersenyum, maka aku gembira sekali," sahut Ciu Lan Nio
sambil tertawa gembira- "Lan Nio, engkau - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala dan timbul rasa kasihan pula kepadanya-
"Aku - " "Jangan berkata apa pun" Ciu Lan Nio tersenyum-
"yang penting engkau gembira, kelak aku menderita atau
bagaimana, itu adalah urusanku."
"Engkau adalah gadis yang baik, aku yakin engkau akan
bertemu pemuda yang baik pula kelak."
"Han Liong - ." Mendadak Ciu Lan Nio tersenyum getir.
"Terus terang, aku tidak gampang jatuh cinta. Tapi -
begitu bertemu denganmu - ."
"Aku tahu bagaimana perasaanmu, namun...." Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sudah punya kekasih, maka tidak bisa menerima
cintamu. Aku - aku harap engkau maklum dan mau mengerti"
"seandainya - " tanya Ciu Lan Nio sambil menatapnya.
"Tan Giok Cu mati, bagaimana engkau?"
"Aku pun tidak bisa hidup lagi," sahut Thio Han Liong
sungguh-sungguh. "Aaah - " Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"engkau begitu setia kepada Tan Giok Cu, sungguh bahagia
dia" "Lan Nio...." Ketika Thio Han Liong ingin mengatakan
sesuatu, tiba-tiba sosok bayangan berkelebat ke arah mereka,
sosok itu ternyata seorang pemuda berwajah pucat, yang
tidak lain Kwan Pek Him, murid kesayangan si Mo-
"Eh?" Ciu Lan Nio langsung melotot.
"Mau apa engkau ke mari?"
"Nona Ciu, aku..." pemuda itu tergagap, kemudian melirik
Thio Han Liong seraya bertanya,
"Nona ciu, pemuda ini kekasihmu?"
"Dia kekasih ku atau bukan adalah urusanku, engkau tidak
perlu tahu dan tidak usah turut campur"
"Nona Ciu...." Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"saudara" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Aku bukan kekasihnya, kami hanya teman biasa."
"oooh" Kwan Pek Him menarik nafas lega.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"saudara, bolehkah aku tahu siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong. Engkau?"
"Kwan Pek Him," sahut pemuda itu sambil bergumam.
"Sepertinya aku pernah mendengar namamu."
"ohi ya?" Thio Han Liong tercengang.
"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Aku ingat sekarang, guruku pernah menyebut namamu."
"Siapa gurumu?" tanya Thio Han Liong.
" guruku adalah si Mo-" Kwan Pek Him memberitahukan.
"Apa?" Thio Han Liong tersentak-
"gurumu adalah si Mo" Engkau... engkau adalah
muridnya?" "ya." Kwan Pek Him mengangguk dan bertanya.
"Memangnya ada apa?"
"Ti... tidak-" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"oh ya, sudah lama engkau kenal Lan Nio?"
"Belum begitu lama-" sahut Kwan Pek Him dengan jujur.
"Dia pernah datang di markas Hek Liong Pang, aku
bertemu dia di sana."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Lho?"sela Ciu Lan Nio mendadak-
"Kalian kok jadi mengobrol" Kwan Pek Him Cepatlah
engkau enyah dari sini"
"Nona Ciu, kita adalah teman. Kenapa aku tidak boleh
berada di sini?" Kwan Pek Him tampak kecewa sekali.
"Cepat pergi" bentak Ciu Lan Nio.
"Tempat ini bertambah gersang karena kehadiranmu di
sini" "Nona Ciu...." Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"Aku - aku - -"
"Lan Nio" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Kalian sudah saling kenal, maka tidak baik engkau
bersikap begitu terhadapnya."
"Han Liong" Ciu Lan Nio melotot,
"Ini adalah urusanku, engkau tidak perlu turut campur"
"Aku bermaksud baik," ujar Thio Han Liong sungguhsungguh-
"saudara Kwan ke mari tanpa berniat jahat, kenapa engkau
mengusirnya?" "Eh?" Ciu Lan Nio terbelalak.
"Kenapa engkau membela pemuda muka pucat itu sih" Dia
kan bukan temanmu, kenapa engkau membelanya?"
"Kalau sudah kenal berarti teman. Kini kita semua adatah
teman," sahut Thio Han Liong dan menambahkan,
"Lagipula... dia kelihatan sangat baik terhadapmu, engkau
harus...." "Diam" bentak Ciu Lan Nio.
"Aku... aku sebal kepadanya Kalau dia tetap berada di sini,
rasanya aku mau muntah"
"Nona Ciu, engkau...." Wajah Kwan Pek Him yang pucat itu
bertambah pucat. Betapa sakit hatinya ketika mendengar
ucapan Ciu Lan Nio itu. "Engkau menghinaku" Apakah aku bersalah padamu
sehingga engkau merasa sakit hati begitu?"
"Tempo hari aku sudah bilang, aku tidak akan menyukaimu,
kenapa sekarang engkau ke mari menemuiku lagi?" sahut Ciu
Lan Nio dingin. "Aku... aku kebetulan lewat di sini. Karena melihatmu,
maka aku...." "Sudahlah" potong Ciu Lan Nio.
"Jangan banyak alasan, cepatlah engkau pergi"
"Lan Nio" Thio Han Liong tampak tidak senang.
"Engkau tidak boleh begitu, padahal...."
"Heran?" gumam Ciu Lan Nio sambil mengerutkan kening.
"Kenapa engkau terus membelanya?"
"Karena dia pemuda baik," sahut Thio Han Liong.
"Maka aku membelanya."
Ucapan ini membuat Kwan Pek Him terharu bukan main.
Setahunya gurunya pernah melukainya, bahkan ingin
membunuhnya pula. Namun kini Thio Han Liong justru
membelanya. maka ia memandangnya dengan penuh rasa
haru dan terima kasih- "Dia pemuda baik?" tanya Ciu Lari Nio dengan suara
hidung. "Aku yakin dia pemuda baik," sahut Thio Han Liong dan
menambahkan dengan suara rendah-
"Lagipula dia sangat tertarik kepadamu, jadi - ."
"Diam" bentak Ciu Lan Nio.
"Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Lan Hio, sudah dua kali engkau membentakku. "
"oh?" Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
"Kalau begitu aku... aku minta maaf kepadamu."
"Engkau tidak usah minta maaf kepadaku, seharusnya
engkau minta maaf kepada saudara Kwan," ujar Thio Han
Liong sungguh-sungguh. "Minta maaf kepada si Muka Pucat itu" Huh Tak usah ya"
Ciu Lan Nio mencibir. "Memangnya dia itu apa" Aku harus minta maaf
kepadanya?" "Lan Nio" Thio Han Liong tampak gusar.
"Kenapa engkau terus-menerus menghinanya" Kenapa
sifatmu, begitu macam" Bagaimana ke dua orang tuamu
mendidikmu?" "Aku tidakpunya orang tua. sebelum aku lahir ayahku
sudah meninggal, dan setelah aku dilahirkan, ibuku pun
meninggal." "oooh" Diam-diam Thio Han Liong menghela nafas,
kemudian menatap gadis itu dengan iba.
"Lalu kini engkau bersama siapa?"
"Kakekku." "Lan Nio, karena engkau tidak punya orang tua, maka
sifatmu jadi begitu, aku harap engkau mau merubah sifat
burukmu itu" "Han Liong...." Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Pokoknya aku tidak mau berteman dengan si Muka Pucat
itu Tidak mau" "Lan Nio" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Dia pemuda baik yang sabar, kenapa engkau tidak mau
menjadi temannya?" "Aku...." Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
Di saat itulah mendadak Thio Han Liong melesat pergi
laksana kilat. Begitu Ciu Lan Nio mendongakkan kepala, Thio
Han Liong sudah tidak kelihatan. "Hah" Han Liong" teriak Ciu
Lan Nio. "Dia sudah pergi," sahut Kwan Pek Him.
"Percuma engkau berteriak memanggilnya."
"Engkau...." Ciu Lan Nio menuding nya.
"Gara-gara engkau di sini, maka dia pergi"
"Nona Ciu.." Wajah Kwan Pek Him yang pucat itu tampak
murung sekali. "Aku sangat tertarik kepadamu dan aku... aku rela
berkorban demi dirimu, sungguh"
"Kalau engkau rela berkorban demi diriku, kenapa tidak dari
tadi engkau meninggalkanku" Akhirnya Han Liong yang
pergi..." Tiba-tiba Ciu Lan Nio melesat pergi mengikuti arah yang
dituju Thio Han. Liong. "Nona Ciu Nona Ciu" seru Kwan Pek Him memanggilnya.
"Nona Ciu..." Kwan Pek Him berdiri termangu-mangu di tempat, la sama
sekali tidak mengerti, kenapa Ciu Lan Nio begitu
membencinya" Di saat pemuda itu sedang melamun,
sekonyong-konyong berkelebat sosok bayangan arahnya.
"Pek Him" seorang tua berwajah seram berdiri
dihadapannya, ternyata si Mo-
"guru" Kwan Pek Him tersentak-
"Kenapa engkau berdiri melamun di sini?" Si Mo
menatapnya tajam seraya bertanya,
"Engkau mengalami sesuatu di sini?"
"guru, aku...." Kwan Pek Him menundukkan kepala.
" Cepat katakan apa yang telah terjadi di sini" desak si Mo
sambil mengerutkan kening.
"Tadi aku melihat Ciu Lan Nio berada di sini, maka aku ke
mari menjumpainya. Tapi...."
"Kenapa" Apakah dia bersama orang lain?"
"siapa orang itu?"
"Thio Han Liong."
"Apa?" si Mo tersentak-
"Thio Han Liong?"
"ya." "Hmm" dengus si Mo dingin-
"Thio Han Liong bersama Ciu Lan Nio, padahal pemuda itu
sudah punya kekasih bernama Tan Giok Cu, hanya saja Tan
Giok, Cu telah dibawa pergi oleh Hiat Locianpwee-"
"oh?" Kwan Pek Him terbelalak-
"guru, siapa Hiat Locianpwee itu?"
"Entahlah-" si Mo menggelengkan kepala-
"Yang jelas Ciu Lan Nio punya hubungan erat dengan Hiat
Locianpwee itu." "Heran?" gumam Kwan Pek Him sambil menggelenggelengkan
kepala. "Bagaimana Thio Han Liong bisa kenal gadis itu?"
"Hmmm" dengus si Mo dengan mata berapi-api.
"Kalau bukan dikarenakan Hiat Locianpwee itu, sudah
kubunuh dia" "Guru," tanya Kwan Pek Him.
"Kenapa guru ingin membunuh Thio Han Liong?"
"Sebelum bertemu denganmu, guru sudah bertemu dia-" si
Mo memberitahukan, "guru ingin mengambilnya sebagai murid, tapi dia menolak
sehingga membuat guru gusar sekali."
"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Karena itu, guru ingin membunuhnya?"
"Ya." si Mo mengangguk kemudian menatapnya seraya
bertanya, "Engkau mencintai Ciu Lan Nio?"
"ya." Kwan Pek Him mengangguk,-
"Kalau begitu, engkau harus membunuh Thio Han Liong,"
ujar si Mo sungguh-sungguh-
"Kenapa?" Kwan Pek Him heran dan terkejut-
"Kalau Thio Han Liong masih hidup, engkau jangan harap
bisa mendekati Ciu Lan Nio." si Mo memberitahukan. Ternyata
ia ingin meminjam tangan muridnya untuk membunuh Thio
Han Liong. "Karena kelihatannya gadis itu mencintai Thio Han Liong,
maka engkau harus membunuh pemuda itu agar tidak ada
saingan." "Ya" guru." Kwan Pek Him mengangguk. namun ia sama
sekali tidak berniat membunuh Thio Han Liong.
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Pek Him, mari ikut guru"
"Ke mana?" Kwan Pek Him heran.
"Jangan banyak bertanya" sahut si Mo melotot
"Pokoknya engkau ikut saja. Aku adalah gurumu, engkau
harus menurut." "Ya" guru." Kwan Pek Him mengangguk-
Si Mo langsung melesat pergi, dan Kwan pek Him segera
mengikutinya dari belakang dengan pcjiuh keheranan, karena
tidak tahu gurunya akan mengajaknya ke mana. Walau ia
melakukan perjalanan bersama gurunya, namun pikirannya
justru menerawang tidak karuan, lantaran wajah Ciu Lan Nio
terus muncul di pelupuk matanya, dan itu membuatnya
menghela nafas panjang. -ooo00000ooo- Bab 22 Pertemuan Para Ketua Di Kuil siauw Lim sie
Hari itu tanggal lima belas. Kuil siauw Lim sie tampak ramai
sekali. Ternyata Kong Bun Hong Tio (Ketua siauw Lim Pay)
menyelenggarakan suatu pertemuan. Yang diundang adalah
ketua Bu Tong, GoBi, Kun Lun, Hwa san, Khong Tong Pay dan
ketua Kay Pang. Para ketua itu berkumpul di ruang Tay Hiong Po Thian
(Ruang Para orang Gagah)-Beberapa Hweeshio menyuguhkan
teh wangi dan arak wangi,
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Silakan minum"
Para ketua sebera meneguk minuman masing-masing,
setelah itu Kong Bun Hong Tio berkata,
"Para ketua yang kuhormati, hari ini kita berkumpul di sini
demi membahas beberapa hal, yaitu mengenai situasi rimba
persilatan dan lain sebagainya."
"Kong Bun Hong Tio," ujar ketua Kun Lun Pay.
"Kini situasi rimba persilatan sangat buruk, kelihatannya
golongan hitam mulai menguasai rimba persilatan, oleh karena
itu, kita harus cepat bertindak, sebab kalau tidaki rimba
persilatan pasti akan dilanda banjir darah-"
"Betul." Ketua Hwa San Pay manggut-manggut.
"Namun kini yang amat memusingkan kita adalah Si Pembunuh
Misterius itu. Kita semua sama sekali tidak tahu siapa
dia, lalu kita harus bagaimana?"
Justru kita harus bersatu untuk membasmi pembunuh itu,"
sahut ketua Khong Tong Pay.
"Tapi tidak tahu pembunuh itu bersembunyi di mana, dan
bagaimana kita membasminya?"
"Lagi pula..." ujar ketua Gobi Pay sambil menggelenggelengkan
kepala. "Kini telah muncul Hek Liong Pang dalam rimba persilatan.
Si Mo adalah wakil ketua,sedangkan ketua Hek Liong Pang
adalah seorang wanita, tapi kita pun tidak tahu siapa dia.
Kelihatannya Hek Liong Pang berambisi menguasai rimba
persilatan, sedangkan kekuatan" Hek Liong Pang boleh
dikatakan telah menyamai Siauw Lim Pay maupun Bu Tong
Pay. oleh karena itu, kita harus waspada terhadap Hek Liong
Pang." "Benar," Ketua Bu Tong Pay manggut-manggut.
"Para anggota Hek Liong Pang sering melakukan kejahatan.
Itu sungguh membahayakan Menurutku, Hek Liong Pang itu
harus dibasmi." "Setuju" Ketua Kun Lun Pay manggut-manggut.
"omitohud" ucap KongBun Hong Tio. "Terlebih dahulu kita
bahas masalah pembunuh itu, sebab In tayhiap dari Bu Tong
Pay sudah mati di tangan pembunuh itu."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Haah?" Para ketua partai lain terkejut, kemudian ketua
Gobi Pay bertanya. "Kapan In tayhiap mati?"
"Beberapa bulan lalu," sahut ketua Bu Tong Pay dengan
wajah murung. "Kami merahasiakan hal itu agar tidak menggemparkan
rimba persilatan. Kami telah menyelidiki jejak pembunuh itu,
tapi tidak berhasil sama sekali."
"Setiap dada korban pasti terdapat sebuah tanda merah.
apakah itu adalah semacam ilmu pukulan?" tanya ketua Khong
Tang Pay. "Omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio.
"Itu memang semacam ilmu pukulan, namun aku tidak tahu
ilmu pukulan apa itu."
"Heran?" gumam ketua Hwa San Pay.
"Kenapa pembunuh itu membantai para murid kita" Apakah
pembunuh itu punya dendam kesumat terhadap kita?"
"Sulit diterka." Ketua Bu Tang Pay menggeleng-gelengkan
kepala, lalu memberitahukan.
"Sebelum In Sutee menghembuskan nafas penghabisan,
dia masih sempat menyebuat 'Hiat', tapi kami tidak paham
akan kata itu." "Hiat?" Ketua Kun Lan Pay mengerutkan kening.
"Mungkin itu adalah julukan atau nama pukulan pembunuh
itu." "Kami pun menduga begitu," sahut ketua Bu Tang Pay.
"Namun..." Hal Hilang... "omitohud" Wajah Kong Bun Hong Tio kemerah-merahan.
"Silakan duduk"
"Terima kasih" ucap Pak Hong sambil duduki begitu pula
yang lain. "Maaf" tanya Kong Bun Hong Tio.
"Kalian mau minum teh atau arak wangi"
"Ada arak wangi ya?" Lam Khie terbelalak.
"Apakah para Hweeshio boleh minum arak?"
"Tentu tidak boleh," sahut Kong Ti Seng Ceng sambil
tersenyum. "Arak wangi khusus untuk disuguhkan kepada para tamu."
"Oooh" Lam Khie manggut-manggut.
"Kalau begitu, tolong suguhkan arak wangi saja"
Salah seorang Hweeshio segera menyuguhkan minuman
keras itu. Kemudian sambil tertawa Lam Khie, Pak Hong dan
Tong Koay meneguk minuman keras itu.
sementara si Mo diam saja, namun sepasang matanya
menatap mereka dengan mata berapi-api.
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"si Mo Kenapa engkau menatap kami dengan mata
membara seperti obat peledak?"
"Kalian...." si Mo berkeretak gigi-
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa terbahak-bahak-
"Para anggota Hek Liong Pang yang bersembunyi di bawah
itu, semuanya telah kami lumpuhkan. Bahkan kami pun telah
memusnahkan semua obat peledak itu. Ha ha ha..."
"Bagus" sahut si Mo dingin-
"Aku akan membuat perhitungan dengan kalian kelak"
"Tidak usah kelak." ujar pak Hong.
"sekarang pun boleh- sebab tanganku sudah gatal begitu
melihatmu-" "Kita sudah ada janji, kelak akan bertanding dipuncak
gunung Hong san. Tunggu saja" sahut si Mo lalu berbisik
kepada muridnya. "Mari kita pergi"
si Mo dan muridnya segera melesat pergi, sedangkan pak
Hong terus tertawa terbahak-bahak-
"Kali ini si Mo betul-betul mendapat pukulan dahsyatsungguh
menggembirakan Ha ha ha?."
"ya" "Dia tidak menyangka kita akan muncul di sini, bahkan kita
pun telah menggagalkan rencana jahatnya itu," ujar Lam Khie-
" Itu pasti membuatnya marah bukan main."
"omitohud" ucap Kong Bun HongTio-
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan kalian. Kalau
tidak, kuil Siauw Lim Sie kami pasti akan berubah menjadi
lautan api." "Ha ha" Tong Koay tertawa.
"Kong Bun Hong Tio tidak usah mengucapkan terima kasih
kepada kami, sebab kami menghancurkan semua obat peledak
itu, tempat ibadah ini jangan sampai terbakar musnah.
Kasihan para Buddha akan ikut terbakar di dalam kuil ini."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-"Terima-kasih, terima
kasih...." "Maaf" Tong Koay tertawa strata berkata.
"Ke-datangan kami telah mengganggu pertemuan kalian,
aku harap kalian jangan mencaci kami dalam hati"
"Kami sangat berterima kasih kepada kalian," ucap ketua
Hwa San Pay. "Secara tidak langsung kalian telah menyelamatkan kami
dan kuil Siauw Lim Sie ini."
"Menyelamatkan kuil ini memang benar," sahut Tong Koay
sambil tertawa. "Tapi menyelamatkan kalian, itu tidak benar lho. Karena
kepandaian kalian sangat tinggi, tentunya tidak perlu kami
yang menyelamatkan kalian."
"Tapi kami pasti terkurung dalam lautan api,", ujar ketua
Hwa San Pay dan menambahkan,
"Setelah kalian musnahkan obat peledak itu, maka kami
pun tidak usah terkurung oleh lautan api. Secara tidak
langsung kalian telah menyelamatkan kami"
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa gelak.
"sekarang giliaran aku yang minta maaf kepada ketua Hwa
San Pay. Sebab aku pernah mengalahkanmu, namun engkau
sama sekali tidak membenciku. Aku sungguh kagum dan salut
kepadamu" "Kka bertanding secara jujur. Kepandaianku lebih rendah
darimu. Aku... aku harus mengakui itu."
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa lagi.
"Aku memang angin-anginan, harap ketua Hwa San sudi
memaafkan" "sama-sama," sahut ketua Hwa savn Pay sambil tertawa.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Bagaimana kalian tahu si Mo akan ke mari denga
membawa para anak buahnya dan obat peledak?"
"Beberapa anak buahku melihat mereka menuju ke mari,
lalu segeralah melapor kepadaku. Maka, aku cepat-cepat ke
mari bersama muridku. Namun di tengah jalan aku bertemu
Lam Khie dan Pak Hong."
"oooh" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut, kemudian
berkata. "Kami sedang memba beberapa masalah, yaitu mengenai
Hek Liong pang dan si Pem-bunuh Misterius itu, mendadak
muncul si Mo-" "Kong Bun Hong Tio tahu siapa ketua Hek Liong pang itu?"
tanya Lam Khie mendadak. "Kami cuma tahu dia seorang wanita, namun tidak jelas
mengenai identitasnya," jawab Kong Bun Hong Tio-
"Belum lama ini aku memperoleh informasi tentang ketua
Hek Liong Pang." Tong Koay memberitahukan.
"Ternyata ketua Hek Liong pang itu bernama Kwee In
Loan, yang kepandaiannya masih di atas si Mo."
"Kwee In Loan...." Kong Bun Hong Tio menggelenggelengkan
kepala. " Aku tidak pernah mendengar nama itu."
"Kami pun tidak tahu dia berasal dari perguruan mana,"
ujar Tong Koay dan menambahkan.
"Kelihatan-nya dia memang ingin menguasai rimba
persilatan." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Apakah kalian bersedia bergabung dengan kami?"
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa.
"Bagaimana mungkin kami bergabung dengan partai yang
lurus dan bersih" sebab kami kaum siluman yang tak tahu
aturan, tentunya kami tidak bisa bergabung."
"omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Tapi selama ini kalian tidak pernah melakukan kejahatan
dalam rimba persilatan, maka kalian merupakan siluman yang
baik-" "Maaf" Tong Koay menggelengkan kepala-
"Kami tidak mau terlihat di sini, sebab kami lebih senang
hidup bebas-" "omitohud" Keng Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"Tong Koay" Ketua Bu Tong Pay menatapnya seraya
bertanya, "Apakah engkau tahu siapa pembunuh misterius itu?"
"Pembunuh misterius?" tanya Tong Koay.
"Maksudmu orang yang membantai para murid kalian itu?"
"ya." Ketua Bu Tong Pay menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maaf, ketua Bu Tong Pay" Tong Koay menggelengkan
kepala- "Aku tidak tahu- Memang sudah lama aku menyelidiki
itu, tapi sia-sia-" "In Lie Heng suteeku mati terbunuh, dadanya terdapat
sebuah tanda merah-" Ketua Bu Tong Pay memberitahukan,
"sebelum menghembuskan nafas penghabisan, dia sempat
menyebut kata '"Hiat'. Tong Koay tahu apa artinya itu?"
"Hiat..." gumam Tong Koay sambil mengerutkan kening.
"Aku tidak tahu apa artinya."
Mendadak Pak Hong berseru kaget dan air mukanya
berubah hebat. "Mungkinkah Hiat Mo?"
"Siapa Hiat Mo itu?" tanya ketua Bu Tong Pay dengan
kening berkerut. "Bolehkah engkau memberitahukan kepada kami?"
"Aku pun tidak begitu jelas" sahut Pak Hong dan
melanjutkan, "guruku pernah bilang, di Kwan Gwa (Luar Perbatasan)
terdapat seorang tokoh yang amat tinggi kepandaiannya.
Julukan tokoh itu adalah Hiat Mo (iblis Berdarah)- Namun Hiat
Mo itu tidak pernah memasuki daerah Tionggoan, maka aku
tidak yakin pembunuh misterius itu adalah Hiat Mo-"
" Ketua Bu Tong Pay," ujar Lam KhieTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Alangkah baiknya engkau bertanya kepada gurumu.
Mungkin gurumu tahu tentang Hiat Mo tersebut-"
"ya." Ketua Bu Tong Pay mengangguk.
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa gelak-
"Aku sudah mencicipi arak wangi dari kuil siauw Lim sie,
kini aku mau mohon pamit-"
Tong Koay menarik muridnya, lalu melesat pergi sambil
tertawa gelak. Begitu pula Lam Khie dan Pak Hong. Mereka
berdua pun melesat pergi tanpa berpamit lagi.
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala. "Kepandaian mereka sungguh tinggi"
"Kong Bun Hong Tio," tanya ketua Kun Lun Pay.
"Bagaimana pertemuan kita, perlukah dilanjutkan lagi?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Kita masih belum memilih seorang Bu Lim Beng Cu"
"Menurut aku, seorang pendekar yang telah berjasa bagi
rimba persilatan, barulah boleh dipilih sebagai Bu Lim Beng
Cu. seperti halnya dengan Thio Bu Ki. Namun kini tiada
seorang pendekar yang dapat menyamai Thio Bu Ki. Maka
bagaimana mungkin kita sembarangan memilih seorang Bu
Lim Beng Cu" ya, kan?" ujar ketua Kun Lun Pay.
"omitohud" Keng Bun Hong Tio manggut-manggut.
"Memang benar apa yang dikatakan ketua Kun Lun Pay.
Karena itu, kita tidak bisa memilih seorang Bu Lim Beng Cu."
"Kalau begitu, cara bagaimana kita bergerak untuk
menumpas Hek Liong Pang dan pembunuh misterius itu?"
Ketua Bu Tong Pay menggeleng-gelengkan kepala.
"Begini," sahut ketua Hwa san Pay. Prinsip kita yakni
bersatu. Kalau sudah waktunya menumpas Hek Liong Pang,
tentunya kita harus menyerbu ke markas Hek Liong Pang. Tapi
kini pihak Hek Liong Pang masih belum mengusik kita, maka
kita tidak perlu menyerbu ke sana."
"omitohud" Keng Bun HongTio manggut-manggut. "Aku
yakin untuk sementara ini,, Hek Liong Pang tidak akan
mengganggu kita,, sebab Hek Liong Pang harus menghadapi
Tong Koay, Lam Khie dan pak Hong."
"BetuL" Ketua Bu Tong Pay manggut-manggut.
"Kalau begitu, pertemuan kita sampai di sini saja."
"omitohud" Keng Bun Hong Tio mengangguk dan
menambahkan. "Mengenai soal Bu Lim Beng Cu, akan dirundingkan kelak."
Para ketua itu setuju, lalu mulailah mereka berpamit
meninggalkan kuil siauw Lim sie.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ciu Lan Nio tidak berhasil menyusul Thio Han Liong,
akhirnya ia pergi menemui kakeknya yang berada di dalam
sebuah gua. Wajah gadis itu masam. Begitu berada di
hadapan kakeknya ia langsung membanting-banting kaki-
"Eeeh?" Hiat Mo menatapnya heran.
"Kenapa engkau" Kok pulang-pulang membanting kaki?"
"Kakek, aku sedang kesal," sahut Ciu Lan Nio.
" Kesal kenapa?" tanya Hiat Mo lembut.
"Di saat aku sedang bercakap-cakap dengan Han Liong,
justru muncul Kwan Pek Him, murid si Mo-" Ciu Lan Nio
memberitahukan. "oh" kenapa tidak kau usir?"
"Sudah kuusir, namun dia tidak mau pergi," sahut Ciu Lan
Nio. "Muka pemuda itu sungguh tebal, tak tahu malu sama
sekali." "Kenapa tidak kau tendang?" Hiat Mo tersenyum.
"Yaaah--." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Entah apa sebabnya, Han Liong malah membelanya."
"Membelanya" Cara bagaimana dia membelanya?" tanya
Hiat MoTIRAIKASIH
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia bilang Kwan Pek Him adalah pemuda baik. aku tidak
boleh menghinanya dan lain sebagainya," jawab Ciu Lan Nio
sambil cemberut. "Padahal aku sebal sekali pada pemuda itu"
"Bagaimana tampang pemuda itu?"
"Seperti mayat hidup- Mukanya pucat pias tak berdarah
sama sekali dan menyeramkan."
"Han Liong tidak tahu bahwa dia murid si Mo?"
"Dia tahu, karena Kwan Pek Him memberitahukannya-"
"Setelah tahu pemuda itu adalah murid si Mo, dia masih
membelanya?" "ya." Ciu Lan Nio mengangguk-
"Itu sungguh membuat hatiku kesal sekali, akhirnya dia
pergi. Aku pergi menyusulnya, tapi dia - -"
"sudah tak kelihatan?" tanya Hiat Mo-
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk-
"Kakek, aku - aku ingin pergi mencari Han Liong."
"Jangan" Hiat Mo menggelengkan kepala-
"sebab kita harus pulang ke Kwan Gwa, lain kali saja
engkau pergi mencarinya-"
"Kakek,-" "Lan Nio, engkau jangan bandel" Hiat Mo menatapnya.
"Dua tiga tahun kemudian, kita akan ke mari lagi."
"Begitu lama, aku....",
"Lan Nio" Hiat Mo tersenyum.
"Dua tiga tahun kemudian, mungkin Thio Han Liang sudah
melupakan Tan Giok Cu. Nah, itu kesempatanmu lho"
"oh?" Wajah Ciu Lan Nio agak berseri.
"Tapi kalau dia tidak melupakan Tan Giok Cu?"
"Apa boleh buat. Kakek terpaksa harus turun tangan" ujar
Hiat Mo sungguh-sungguh. "Kakek akan membuatnya melupakan gadis itu, sebaliknya
dia akan mencintaimu."
"Kakek akan menggunakan ilmu hitam?"
"Tentu." "Kakek-..." ciu Lan Nlo menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu tidak baik. lagipula aku tidak akan memperoleh cinta
sejati darinya, karena dia cuma menurut dan seperti tidak
punya sukma, Itu percuma."
"Yang penting engkau memilikinya. Apakah engkau tidak
merasa puas?" Hiat Mo menatapnya.
"Kakek...." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Aku akan merasa puas, tetapi tidak akan merasa bahagia.
Apa artinya aku hidup bersama orang yang telah kehilangan
sukmanya" Kakek, itu tiada artinya sama sekali."
"Kalau begitu, engkau mau bagaimana?"
"Walau dia tidak menerimaku, tapi aku akan merasa
bahagia bersamanya. Meskipun cuma sekejap."
"Lan Nio...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala,
"oh ya, engkau harus ingat satu hal"
"Hal apa?" "Apabila dia tidak mampu mengalahkan Kakek, Tan Giok Cu
tidak akan kembali ke sisinya, Itu berarti engkau punya
kesempatan mendekatinya, hanya saja engkau harus bersikap
lemah lembut kepadanya."
"Kakek...." Ciu Lan Nio ingin mengatakan sesuatu, tapi
dibatalkannya, kemudian malah menghela nafas panjang.
"Aaah sudahlah"
"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak Hiat Mo.
"Kakek, bolehkah aku minta waktu beberapa hari?" tanya
Ciu Lan Nio sambil menundukkan kepala.
"Engkau ingin pergi mencari Han Liong?" Hiat Mo
mengerutkan kening, "ya. Kakek." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Haaaaaahhh" Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Baik-lah- Kakek akan menunggumu beberapa hari. Tapi
bertemu dia atau tidaki engkau harus kembali."
"ya. Kakek- Terima kasih," ucap Ciu Lan Nio lalu melesat
pergi. Hiat Mo berdiri mematung, kemudian menghela nafas
panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Lan Nio cucuku, aku ingin membantu, namun takut
melakukan kesalahan," gumam Hiat Mo dengan wajah
murung. "Aku telah kehilangan anak dan menantu, maka tidak mau
kehilangan cucu lagi."
-ooo00000ooo- Thio Han Liong melakukan perjalanan tanpa arah tujuan, la
terus memikirkan Tan Giok Cu, dan itu membuatnya tidak
makan dan tidur, sehingga badannya semakin kurus dan
pakaiannya pun semakin kotor. Kini ia betul-betul kehilangan
gairah hidup, lagipula ia masih memikul beban
tanggung jawab terhadap ke dua orang tua Tan Giok Cu.
"Aaah-" keluh Thio Han Liong.
"Aku harus bagaimana" Aku harus bagaimana...?"
Pemuda itu duduk di tepi sungai, kemudian memungut batu
kecil dan dilemparkannya ke sungai itu.
"Bagaimana mungkin aku dapat mengalahkan orang tua
berjubah merah itu" Bagaimana mungkin?" gumam Thio Han
Liong. "Kalau ke dua orang tua Giok cu tahu, aku harus
bagaimana" "Lagipula aku tidak tahu orang tua berjubah merah itu
berada di mana. Aaahi"
"Han Liong Han Liong..." Tiba-tiba terdengar suara seruan,
lalu berkelebat sosok bayangan merah ke arahnya, yang
ternyata Ciu Lan Nio. "Han Liong...."
"Lan Nio?" Thio Han Liong tercengang ketika melihat
kemunculannya. "Kenapa engkau menyusulku lagi?"
"Han Liong...." Ciu Lan Nio menatapnya iba.
"Engkau semakin kurus...."
"Aku...-" Thio Han Liong memandang jauh ke depan.
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan mata basah-
"Janganlah engkau menyiksa diri sendiri Percayalah, kelak
engkau pasti bertemu Tan Giok cu"
"Tapi..." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaian orang tua berjubah merah itu sangat tinggi
sekali, bagaimana mungkin aku dapat mengalahkannya?"
"Han Liong" Ciu Lan Nio mengerutkan kening.
"Kenapa engkau begitu cepat putus asa" Engkau harus
ingat bahwa di atas gunung masih ada gunung. Kalau engkau
giat berlatih, kelak pasti dapat mengalahkan orang tua
berjubah merah itu" "Aaaahi-" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Han Liong" Ciu Lan Nio memegang tangannya.
"Menurutku, orang tua berjubah merah itu membawa pergi
Tan Giok Cu dengan maksud baik. Kemungkinan besar Tan
Giok Cu akan diangkat menjadi muridnya."
"oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Tapi kenapa orang tua berjubah merah itu bilang, aku
harus mengalahkannya kelak- Kalau tidak, dia tidak akan
mengembalikan Giok Cu kepadaku?"
"Itu agar engkau giat melatih ilmu silatmu, aku pikir
begitu," sahut Ciu Lan Nio.
"Tapi-..." Thio Han Liong menghela nafas seraya berkata.
"Aku tidak tahu di mana tempat tinggal orang tua berjubah
merah itu." "Kalau kepandaianmu sudah tinggi, dia pasti mencarimu.
Percayalah" ujar Ciu Lan Nio sambil tersenyum, gadis itu tidak
berani memberitahukan bahwa orang tua berjubah merah itu
adalah kakeknya, karena ia khawatir Thio Han Liong akan
membencinya, "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Han Liong, aku...." Mendadak wajah Ciu Lan Nio berubah
murung. "Ada apa, Lan Nio?" tanya Thio Han Liong sambil
memandangnya. "Kenapa wajahmu tampak murung?"
"Aku - aku harus pulang ke tempat tinggalku, maka kita
akan berpisah," jawab Ciu Lan Nio dengan mata bersimbah
air. "Padahal aku tidak mau berpisah denganmu."
"oh?" Thio Han Liong tersenyum seraya bertanya.
"Di mana tempat tinggalmu?"
"Di Kwan Gwa." "Di luar perbatasan" Begitu jauh?"
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Han Liong, engkau merasa berduka karena akan berpisah
denganku?" "Aku" - " Thio Han Liong mengangguk perlahan.
"Engkau berharap kelak kita berjumpa kembali?" tanya Ciu
Lan Nio dengan suara rendah-
"Kita adalah teman, tentunya aku berharap kita berjumpa
kembali kelak." sahut Thio Han Liong.
"Han Liong...." Ciu Lan Nio menatapnya seraya berbisik,
"Aku - aku sungguh menyukaimu, dan engkau merupakan
segala-galanya bagiku."
"Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Han Liong....- Ciu Lan Nio bangkit berdiri.
"Sesung-guhnya berat sekali aku berpisah denganmu.
Tapi... aku memang harus pulang ke Kwan Gwa."
"Kwan Gwa adalah tempat tinggalmu, tentunya engkau
harus pulang ke sana," ujar Thio Han Liong.
"Beberapa tahun kemudian, kita akan berjumpa lagi." Ciu
Lan Nio memberitahukan. "Engkau akan ke Tionggoan lagi?"
"Ya. Aku pasti mencarimu," ujar Ciu Lan Nio berbisik.
"Han Liong, karena kita akan berpisah, maukah engkau
membelaiku?" "Lan Nio..." Thio Han Liong tampak ragu.
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan penuh harap.
Tatapan itu membuat Thio Han Liong merasa tidak tega,
maka ia membelainya perlahan-lahan. Belaian itu membuat
Ciu Lan Mio langsung mendekap didadanya, kemudian terisakisak.
"Lan Nio, kenapa engkau menangis?" tanya Thio Han Liong
heran. "Aku... aku gembira sekali," jawab Ciu Lan Nio.
"Han Liong, alangkah bahagianya aku kalau selamanya bisa
begini." "Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tahu...." Ciu Lan Nio mendongakkan kepala
memandangnya. "Engkau sudah punya kekasih, aku...."
"Aku yakin kelak engkau pasti bertemu pemuda baik dan
tampan," ujar Thio Han Liong.
"Percayalah" "Aaah-" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang,
"oh ya, Han Liong...."
"Ada apa?" "Seandainya - seandainya aku bersedia menyerahkan
diriku kepadamu, apakah engkau mau menerimanya?"
"Lan Nio- - " Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Maksudku..." bisik Ciu Lan Nio.
"Kalau aku bersedia menyerahkan kesucianku kepadamu,
apakah engkau mau menerimanya?"
"Tidak mungkin aku terima,"jawab Thio Han Liong,
"sebab kita bukan suami isteri, itu tidak baik."
"Han Liong...." Ciu Lan Nio memandangnya dengan air
mata meleleh. "Aku harus pergi sekarang, baik-baik menjaga dirimu"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Han Liong...." Air mata gadis itu bercucuran,
"selamat tinggal"
"Selamat jalan, Lan Nio" sahut Thio Han Liong.
Ciu Lan Nio menatapnya dalam-dalam, kemudian
mendadak melesat pergi seraya berseru.
"Han Liong, kelak aku pasti mencarimu"
Thio Han Liong berdiri termangu-mangu, lalu kembali
duduk di tepi sungai itu sambil melamun, la juga merasa
kasihan kepada Ciu Lan Nio, namun tidak mungkin
mencintainya, karena ia cuma mencintai Tan Giok Cu.
Bab 23 Menantang Para Ketua
Thio Han Liong masih tetap duduk di tepi sungai sambil
melamun. Sementara hari pun sudah mulai senja. Tiba-tiba
terdengar suara tawa gelak. seorang tua berpakaian
sastrawan muncul di belakang Thio Han Liong, orang tua
berpakaian sastrawan itu adalah Lam Khie (orang Aneh Dari
Selatan): "Ha ha ha Anak muda, kenapa engkau duduk melamun di
situ?" Thio Han Liong menoleh, kemudian memanggil dengan
suara lemah. "Locianpwee...."
"Eh?" Lam Khie terbelalak.
"Kenapa engkau menjadi kurus dan tidak karuan" Apa yang
telah terjadi atas dirimu?" "
"Aku...." Thio Han Liong menggeleng-geicngkan kepala.
"Anak muda" Lam Khie dtidukdi sisinya.
"Beritahu-kanlah padaku apa masalahmu, mungkin aku bisa
membantumu." "Locianpwee, aku sedang melakukan pejalanan ke gunung
Soat San bersama seorang gadis bernama Tan Giok Cu,
tapi...." Thio Han Liong memberitahukan tentang kejadian itu.
"Apa?" Lam Khie tampak terkejut sekali.
"orang tua berjubah merah menculik gadis itu?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"orang tua berjubah merah itu pun bilang, kalau kelak aku
mampu mengalahkannya, barulah dia akan mengembalikan
Giok Cu kepadaku, itu... itu bagaimana mungkin" Kepandaian
orang tua berjubah merah itu sangat tinggi sekali."
"Tidak salah." Lam Khie manggut-manggut.
"Sebab orang tua beri ubah merah itu adalah Hiat Mo-
Justru sungguh mengherankan, kenapa dia datang di
Tionggoan dan membunuh para murid tujuh partai besar?"
"Locianpwee kenal Hiat Mo im?"
"Tidak kenal, namun pernah mendengar dari kakekku.."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lam Khie memberitahukan. "Tempat tinggal Hiat Mo di Kwan Gwa. Kira-kira dua ratus
tahun lalu, Hiat Mo pernah datang di Tionggoan, dan
membantai kaum rimba persilatan golongan putih- sudah
barang tentu hal itu membuat gusar empat jago di Tionggoan.
Mereka berempat adalah Tong sla-Oey yok su, si Tok ouw
yang Hong, Lam Ti-Toan Hong ya dan Pak Kay Ang cit Kong.
Mereka berempat bertarung dengan Hiat Mo, namun
kemudian Tokiouw yang Hong malah berbalik menyerang Pak
Kay-Ang cit Kong. Maka, terjadilah pertarungan tiga lawan
dua, akhirnya Hiat Mo pun jadi musuh tiga jago lain itu.
Kejadian tersebut merupakan suatu rahasia bagi rimba
persilatan masa itu.."
"Locianpwee," tanya Thio Han Liong.
"Hiat Mo itu adalah Hiat Mo yang sekang juga?"
"Tentunya bukan," sahut Lam Khie-
"sebab tidak mungkin Hiat Mo itu hidup sampai sekarang.
Mungkin Hiat Mo sekarang adalah anak atau cucu Hiat Mo
yang dulu itu-" "Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
" Kalau begitu, bagaimana mungkin aku dapat
mengalahkannya kelak?"
"Anak muda" Lam Khie menatapnya tajam.
"Kenapa engkau begitu cepat putus asa" Belum apa-apa
sudah menjadi begini macam. Kalau aku adalah kakekmu,
engkau sudah kuhajar sampai babak belur."- -
"Locianpwee??" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Bagaimana kepandaian Locianpwee dibandingkan dengan
Hiat mo itu?" "Kepandaianku lebih rendah" jawab Lam Khie dengan jujur.
"Sebab ilmu Hiat Mo Kangnya sangat hebat sekali."
"Locianpwee saja tidak dapat melawannya, apalagi aku
kelak?" Thio Han Liong menghela nafas panjang lagi.
Mendadak Lam Khie mengayunkan tangannya, ternyata ia
menampar Thio Han Liong. Plaak
"Aduuh "jerit Thio Han Liong kesakitan.
"Kenapa Locianpwee menamparku" Kenapa?"
"Ayahmu begitu gagah, mampu menghimpun kekuatan
Beng Kauw untuk meruntuhkan Dinasti Goan, namun
sebaliknya engkau begitu tak berguna" bentak Lam Khie
gusar. "Sikapmu ini telah mempermalukan ayahmu, maka aku
mewakili ayahmu menghajarmu" Plaaak Lam Khie menampar
Thio Han Liong, lagi. Kali ini Thio Han Liong tidak berani menjerit la berdiri diam
di tempat, kemudian berkata dengan terisak- isak
"Terima kasih atas kebaikan Locianpwee telah
menamparku." Thio Han Liong menatapnya.
"Kini aku sudah sadar, Terima kasih Locianpwee."
"Engkau masih muda sekali, tapi menghadapi sedikit
masalah sudah begini macam Dimana letak kegagahan dan
ketabahanmu" Lagi pula bukankah engkau bole berlatih, agar
kelak mampu mengalahkan Hiat mo itu?"
"Ya, Locianpwee." Thio Han Liong mengangguk.
"Baiklah." Lam Khie menatapnya.
"Kini engkau telah sadar, maka aku harus pergi. Kita akan
berjumpa lagi kelak-"
Lam Khie melesat pergi, dan Thio Han Liong tetap berdiri di
tempat. Lama sekali ia berpikir, akhirnya mengambil
keputusan untuk melanjutkan perjalanannya ke gunung soat
san. -ooo00000ooo- Di ruang tengah di dalam markas Hek Liong Peng, tampak
Kwee In Loan duduk dengan wajah dingin, sedangkan si Mo
dan muridnya diam saja. "Jadi yang menggagalkan rencana kita itu adalah Tong
Koay, Lam Khie dan Pak Hong?" tanya ketua Hek Liong Pang
itu. "Ya." si Mo mengangguk"-
"Itu sungguh di luar dugaan, bukan kesalahanku."
"Aku tahu, itu memang bukan kesalahanmu." Kwee In Loan
manggut-manggut. "Tapi perbuatan mereka bertiga sungguh menjengkelkan
hatiku. Rasanya aku ingin menghabiskan mereka."
" Ketua," ujar si Mo serius. " Aku punya suatu rencana
lain." "Apa rencanamu itu?"
" Ketua boleh menantang para ketua tujuh partai besar
untuk bertanding, siapa yang kalah, harus tunduk kepada Hek
Liong pang." (Bersambung keBagian 12) Jilid 12 "Ngmmm" Kwee In Loan manggut-manggut. "Memang
bagus rencanamu itu Aku akan bertanding dengan mereka
satu persatu, tentunya mereka tidak berani mengeroyokku."
"Itu sudah pasti." Si Mo tertawa.
"Bagaimana mungkin para ketua itu berani
mengeroyokmu?" Tapi bagaimana dengan Tang Koay, Lam Khie dan Pak
Hong" Mungkinkah mereka akan membantu para ketua itu?"
"Aku tidak yakin. Karena itu merupakan pertandingan yang
adil, maka mereka pasti tidak akan mau turut campur."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut gembira dan
menambahkan. "Aku pasti dapat mengalahkan para ketua itu Setelah itu,
semua partai besar dalam rimba persilatan akan tunduk
kepada kita. Mulai saat itu, Hek Liong Pang yang berkuasa
dalam rimba persilatan."
"Ha ha ha" Si Mo tertawa gelak. "Aku yakin berhasil."
Terus terang, aku cuma takut kepada satu orang." Kwee In
Loan-memberitahukan secara jujur.
"Siapa orang itu?"
"Hiat Mo," jawab Kwee In Loan. "Sebab kepandaiannya
tinggi sekali, bahkanjuga memiliki ilmu hitam dan sebuah
suling pusaka." "Apa kegunaannya suling pusaka itu?" tanya Si Mo.
"Apabila Hiat Mo mengerahkan Iweekangnya meniup suling
pusaka itu, maka dapat mempengaruhi pikiran orang lain.
Kalau nada suara suling itu meninggi, dapat menggempur
Iweekang lawan." "ohi ya?" si Mo terbelalak.
"Kok engkau tahu begitu jelas?"
"sudah lama aku tinggal di Kwan Gwa. Ketika baru tiba di
Kwan Gwa, aku pernah bertemu Hiat Mo-..." Kwee In Loan
memberitahukan. "Kami bertanding, namun aku cuma dapat bertahan sampai
seratus jurus. Dapat dibayangkan, betapa tingginya
kepandaiannya itu." "Haaah.-." Mulut si Mo ternganga lebar. "Kalau begitu, dia
boleh dikatakan jago yang tanpa tanding di kolong langit."
" Kira-kira begitulah," sahut Kwee In Loan.
"oh ya, kita harus segera menulis surat tantangan untuk
para ketua tujuh partai besar, bukan?"
"ya." si Mo mengangguk- "Lalu kita suruh beberapa orang
mengantar surat tantangan itu ke berbagai tempat."
"Ng" Kwee In Loan manggut-manggut. "Dalam surat
tantangan harus dicantumkan tanggal satu bulan depan, dan
para ketua itu harus berkumpul di Pek yun Kok (Lembah Awan
putih) untuk bertanding melawanku."
"Baik," si Mo tersenyum, "Itu merupakan kejutan bagipara
ketua itu Ha ha ha..."
"Pek Him" panggil Kwee In Loan.
"ya." Kwan Pek Him langsung memberi hormat,
"siap terima perintah-"
"TUgasmu mengantar surat tantangan ke kuil siauw Lim sie
dan ke gunung Bu Tong san. Jangan lalai"
ya. Ketua." Kwan pek Him mengangguk-
" Aku pasti melaksanakah tugas itu dengan baik,"
"Bagus, bagus" Kwee In Loan tersenyum.
Di ruang meditasi sam Cing Koan, tampak Thio sam Hong,
song Wan Kiauw, jie Lian ciu, jie Thay Giam dan Thio song
Kee, sedang duduk bersila dengan wajah serius-
"Aaaah - " Thio sam Hong menghela nafas panjang-
Ternyata yang dimaksudkan In Lie Heng adalah Hiat Mo-"
"guru tahu tentang Hiat Mo itu?" tanya song wan Kiauw-
Tidak begitu jelas-" Thio sam Hong menggeleng-gelengkan
kepala- "Namun ketika guru masih kecil, guru pernah mendengar
sedikit tentang Hiat Mo dari ketua siauw Lim Pay masa itu
Kira-kira dua ratus tahun lalu, di rimba persilatan telah muncul
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 7 Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah Perawan Pembawa Maut 2
Dhalai Lhama jubah merah memandangnya dengan penuh
perhatian. "Guru, aku...." An Lok Kong cu menundukkan wajahnya
dalam-dalam. "Aku lagi kesal.",
" Kesal kenapa?"
"Aku sama sekali tidak boleh main di luar, hanya hidup
dalam istana saja," sahut An Lok Kong cu mengeluh-
"Aku sudah bosan terus begini, bosan sekali-"
"Tuan Putri" Dhalai Lhama jubah merah menggelenggelengkan
kepala- "Engkau adalah Tuan putri, tentu tidak boleh sembarangan
main di luar." "Tapi aku bagaikan seekor burung yang terkurung di dalam
sangkar, tiada kebebasan sama sekali."
An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
"Aku ingin tahu, bagaimana keadaan di luar-"
"Tuan putri" Wajah Dhalai Lhama jubah merah berubah
serius. "Engkau harus tahu, keadaan di luar sangat bahaya-"
"Bahaya bagaimana?"
"Banyak penjahat dan orang licik, maka lebih baik engkau
tetap diam di dalam istana saja."
"guru, aku justru sudah merasa bosan."
"Begini," ujar Dhalai Lhama dengan suara rendah.
"Mulai besok guru akan mengajarmu Cai Hong Kiam Hoat
(Ilmu Pedang Pelangi). Engkau harus belajar dengan rajin dan
sungguh-sungguh, sebab ilmu pedang tersebut sangat lihay
dan hebat, setelah engkau menguasai ilmu pedang itu, engkau
boleh pergi berkelana."
"oh" sungguhkah?" tanya An Lok Kong cu dengan wajah
berseri. "sungguh" Dhalai Lhama jubah merah mengangguk-
"Tapi engkau harus ingat, setelah kami pulang ke Tibet,
barulah engkau boleh meninggalkan istana dengan cara
menyamar sebagai pemuda sastrawan."
"ya, guru." An Lok Kong cu girang sekali.
"Terima kasih" ucapnya.
sementara itu, Thio Han Liong dan Tan Giok Cu terus
melanjutkan perjalanan menuju gunung soat san. Dalam
perjalanan ini, hati mereka penuh diliputi kegembiraan dan
kadang-kadang mereka juga bercanda ria.
Hari itu mereka beristirahat di bawah sebuah pohon,
sedangkan kuda mereka dibiarkan bebas makan rumput di
sekitarnya. " Kakak tampan, apa rencanamu setelah memperoleh
Teratai salju?" tanya Tan Giok Cu.
"Tentunya harus cepat-cepat pulang ke rumahmu," sahut
Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Jangan lupa akan pesan ke dua orang tuamu lho"
"Aku tidak akan lupa. Lalu setelah itu?"
"Kita ke pulau Hong Hoang To, karena engkau harus
bertatap muka dengan ke dua orang tuaku"
"Kita akan tetap tinggal di pulau itu?" tanya Tan Giok. Cu
dengan wajah agak kemerah- merahan.
"Itu... bagaimana nanti saja" sahut Thio Han Liong dan
menambahkan, "Kita belum cukup dewasa, tentu belum bisa menikah- ya,
kan?" "Memangnya aku ingin cepat-cepat menikah?" Tan Giok Cu
cemberut- "Huh Tak usah ya"
"Adik manis" Thio Han Liong tersenyum-
"Maafkan aku karena tidak sengaja menyinggung
perasaanmu- Engkau tidak marah kan?"
"Kakak tampan," sahut Tan Giok Cu setengah berbisik-
"Bagaimana mungkin aku marah, engkau benar kok, Kita
masih belum cukup dewasa, tentu belum boleh menikah-"
"Adik manis" Thio Han Liong memegang tangannya-
"Setelah kita berusia dua puluh lebih, barulah kita menikah-
" "ya-" Tan Giok Cu mengangguk-
"Pulau Hong Hoang to, tempat tinggal kami itu sangat
indah sekali. Kita ajak ke dua orang tuamu tinggal di sana.
Bagaimana menurutmu?"
"Itu usul yang baik sekali. Ke dua orang tuaku pasti mau,
percayalah" Tan Giok Cu tersenyum, kemudian bertanya perlahan,
"oh ya, setelah kita menikah nanti, engkau ingin punya
anak berapa?" "Harus lebih dari sepuluh, sebab kata orang tua, banyak
anak banyak rejeki lho" ujar Thio Han Liong sambil tertawa.
"Apa?" Tan Giok Cu cemberut.
" Engkau anggap aku ini apa" Bisa melahirkan begitu
banyak anak" Dasar..."
"Engkau harus tahu, di pulau Hong Hoang To cuma ada ke
dua orang tuaku." Thio Han Liong memberitahukan,
"sedangkan pulau itu amat besar. Kalau cuma kita
beberapa orang, tentu sepi sekali, oleh karena itu, kita harus
punya anak sebanyak-banyaknya."
" Kalau begitu," ujar Tan Giok Cu sambil tertawa kecil.
"setiap tahun aku akan melahirkan satu anak selama lima
belas tahun aku akan terus menerus melahirkan."
"Hah?" Thio Han Liong terbelalak.
"Yang benar?" "Tentu benar."Tan Giok Cu manggut-manggut.
"Aku ingin bikin ramai pulau Hong Hoang Te-"
"Adik manis, engkau sungguh baik sekali"
Thio Han Liong memeluknya erat-
"Eeeh - -" Wajah Tan Giok Cu kemerah-merahan,
"Engkau...." Di saat itulah mendadak terdengar suara tawa cekikikan,
kemudian melayang turun sosok bayangan merah-
"Hi hi hi" seorang gadis berpakaian serba merah berdiri di
hadapan mereka sambil tertawa- gadis itu ternyata Ciu Lan
Hio. " Asyik deh mesra-mesraan"
"Eh?" Thio Han Liong dan Tan Giok cu terperanjat. Mereka
tidak menyangka mendadak muncul seorang gadis berpakaian
merah yang begitu cantik,
"Kalian terkejut ya?"
Ciu Lan Nio memandang mereka.
"Maaf, maaf Aku telah mengganggu keasyikkan kalian.
Maaf...." "Siapa engkau?" tanya Tan Giok Cu sambil bangkit berdiri
dengan wajah tidak senang.
"Mau apa engkau ke mari?"
"Namaku Ciu Lan Nio," sahut gadis berpakaian merah itu
sambil tersenyum. "Aku ke mari karena ingin menyaksikan kalian bermesramesraan."
"Engkau...." Tan Giok Cu menatapnya dengan mulut
cemberut. "Engkau kok tidak tahu diri?"
"Hi hi hi" ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Aku yang tidak tahu diri atau engkau yang tidak tahu
malu?" "Engkau...." Tan Giok Cu membanting-banting kaki saking
gusarnya. "Engkau...." "Kenapa aku?" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Hi hi hi Marah ya"
"Engkau mau pergi tidak"Jangan mengganggu kami"
bentak Tan Giok Cu sambil melotot.
"Engkau sungguh galak, tapi memang cantik sekali," ujar
Ciu Lan Nio dan menambahkan,
" Kalau aku tidak mau pergi, engkau mau apa?"
"Engkau-.." Dada Tan Giok Cu turun naik saking marahnya.
"Kakak tampan, dia - dia menghinaku Cepatlah usir dia"
"Adik manis," ujar Thio Han Liong lembut.
"Tempat ini bukan milik kita, maka kita tidak berhak
mengusirnya." "Tapi dia - -" Tan Giok Cu membanting-banting kaki-
"Dia tidak menghinamu. Biar dia berdiri di situ. Tidak
mengganggu kita kan?" sahut Thio Han Liong, kemudian
memandang Ciu Lan Hio dan memberi hormat.
"Namaku Thio Han Liong."
"Ngmmm" Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Engkau sungguh tampan dan lemah lembut, tapi
kekasihmu itu galak sekali, oh ya, bolehkah aku tahu
namanya?" "Dia bernama Tan Giok Cu." Thio Han Liong
memberitahukan. "Nona, kalau ucapannya tadi menyinggung perasaanmu,
aku harap engkau sudi memaafkannya"
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa nyaring.
"Engkau sopan sekali, aku jadi suka padamu. Hi hi hi-"
"Hmm" dengus Tan Giok Cu.
"Dasar tak tahu malu, berani omong begitu"
"gadis galaki ada hubungan apa engkau dengan pemuda
ini?" tanya Cu Lan Hio mendadak.
"Dia dan aku adalah- - " Tan Giok Cu tidak melanjutkan
ucapannya, melainkan menundukkan kepala dengan wajah
kemerah-merahan. "Ayoh lanjutkan" desak Ciu Lan Hio.
"Jangan malu-malu"
"Dia kekasihku. Engkau sudah dengar" Kami adalah
sepasang kekasih yang saling mencinta," ujar Tan Giok Cu
setengah berteriak- "Cepatlah engkau pergi, jangan mengganggu kami"
"Hi hi" ciu Lan Hio tertawa.
"Kalian belum menjadi suami isteri, dan belum tentu
pemuda ini akan menjadi milikmu. Aku masih boleh
merebutnya lho" "Engkau...." Tan Giok Cu mclotot-
"Nona," ujar Thio Han Liong sabar.
"Aku harap nona jangan bergurau Itu tidak baik, sebab
akan merendahkan diri nona sendiri, lagipula tidak pantas bagi
nona bergurau begitu"
"oh?" ciu Lan Hio menatapnya dalam-dalam. "Engkau
sungguh merupakan pemuda yang berpengertian, sehingga
membuatku makin suka kepadamu."
"Ih Dasar tak tahu malur ujar Tan Giok Cu dingin
"Aku memang suka kepada Thio Han Liong. Engkau mau
apa?" tanya Ciu Lan Nio sambil tersenyum.
"Engkau kok begitu tak tahu malu" Dia kekasihku, tapi
engkau masih berani menyatakan suka kepadanya. Apakah
engkau tidak merasa malu sama sekali?" Tan Giok Cu
menatapnya dengan wajah gusar.
"Kenapa aku harus merasa malu" Kalian bukan suami isteri.
Kalaupun dia suamimu, aku pun akan mendekatinya. Apalagi
kini dia baru merupakan kekasihmu, tentunya aku boleh
mendekatinya, ya, kan?"
"Engkau...." Tan tiiok Cu melotot.
"Dasar gadis liar"
"Adik manis," ujar Thio Han Liong lembut.
"Engkau harus belajar sabar dan harus bisa menekan
emosi. Nona itu cuma ingin memanasi hatimu."
"Kakak tampan, dia. - "
"Sudahlah" Thio Han Liong tersenyum.
"Dia mau omong apa, itu adalah mulutnya, biarkan saja"
"Tapi hatiku panas sekali," ujar Tan Giok Cu.
"Hei gadis galak" Ciu Lan Nio tersenyum-senyum.
"Aku tahu engkau berkepandaian cukup tinggi, namun
masih di- bawah kepandaianku. Maka engkau jangan cobacoba
menantangku" "Nona" Thio Han Liong menjura kepada Ciu Lan Nio.
"Aku mohon Nona jangan bergurau lagi, itu tidak baik."
"Tadi aku memang bergurau, tapi barusan aku berkata
sesungguhnya," sahut gadis berpakaian merah-
"Engkau pun berkepandaian tinggi, namun masih di bawah
kepandaianku." " Aku percaya." Thio Han Liong mengangguk
"Aku tidak percaya" sela Tan Giok Cu sambil mendengus
dingin- "Hmm Kita boleh bertarung sekarang juga"
"Adik manis" Thio Han Liong meng geleng-geleng-kan
kepala- "Engkau jangan begitu-Dari pada kalian berdua bertarung,
bukankah lebih baik berkawan?"
"Aku tidak mau berkawan dengan dia" sahut Tan Giok Cu.
"Dia gadis liar yang tak tahu malu"
"Huh" Ciu Lan Nio mengeluarkan suara hidung.
"Aku pun tidak mau berkawan denganmu kebagusan"
" Kakak tampan" Tan Giok Cu menarik tangannya.
"Mari kita pergi"
Ciu Lan Nio tersenyum, kemudian mendadak menarik
tangan Thio Han Liong seraya berkata.
" Kakak tampan, aku ikut"
"Nona...." Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Hei" bentak Tan Giok Cu.
"Kenapa engkau begitu tak tahu malu, berani menarik
tangannya" "gadis galaki Ciu Lan Nio tertawa. Jangankan cuma menarik
tangannya, menciumnya pun aku berani"
sekonyong-konyong Ciu Lan Nio mengecup pipi Thio Han
Liong. Begitu cepat gerakannya. sehingga pemuda itu tidak
sempat berkelit. "Cuuup," sebuah kecupan yang berbunyi cukup nyaring itu
mendarat ke pipi Thio Han Liong.
"Haaah - ?" Pemuda itu terbelalak dengan wajah kemerahmerahan
saking jengahnya. "Engkau... engkau...." Tan Giok Cu menuding Ciu Lan Nio
dengan mulut ternganga lebar.
"Hi hi hi" ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Aku sudah mencium kekasihmu. Apakah engkau juga
pernah menciumnya?" "Engkau...." Tan Giok CU melotot-
"Nona" Thio Han Liong menatap Ciu Lan Hio dengan tajam
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali. "Aku harap nona jangan keterlaluan nona adalah seorang
gadis, maka harus tahu kesopanan."
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa we.riv^o,.
"Sekarang aku ingin bertanya. Kalau engkau tidak bersama
gadis galak ini, apakah engkau akan menyukaiku?"
"Karena sifatmu begitu macam, tentunya aku tidak akan
menyukaimu," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"seandainya aku tidak bersifat begitu macam, apakah
engkau akan menyukaiku?"
"Aku tidak akan menyukaimu."
"Kenapa?" "Entahlah-" "Hi hi" Ciu Lan Nio tertawa.
"Engkau tidak berani menjawab sejujurnya karena gadis
galak ini berada di sini?"
"Nona" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Aku pikir sudah cukup engkau bergurau. kalau masih
dilanjutkan, aku pasti marah."
"oh?" Ciu Lan Nio menatapnya.
"Engkau berani marah padaku?"
"Kenapa tidak?" sahut Thio Han Liong.
"Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
" Karena masih ada urusan lain, aku harus pergi sekarang.
Kita akan berjumpa lagi kelak- gadis galak, engkau harus
menjaganya baik-baik, sebab aku masih akan mendekatinya-
Hi hi hi - " Gadis berpakaian merah itu melesat pergi- Thio Han Liong
menggeleng-gelengkan kepala, sedangkan Tan Giok Cu masih
tampak gusar. "Adik manis, sudahlah" ujar Thio Han Liong sambil
memegang bahunya. "Dia sudah pergi, engkau jangan gusar lagi"
"Kakak tampan...." Tan Giok Cu cemberut. Tadi gadis itu
menciummu, bagaimana perasaanmu di saat itu?"
Tiada perasaan apa pun," sahut Thio Han Liong sungguhsungguh.
"Engkau jangan memikirkan yang bukan- bukan, sebab
gadis itu memang sengaja memanasi hatimu oleh karena itu,
mulai sekarang engkau harus belajar sabar dan belajar
menekan hawa emosi-"
"Itu bagaimana mungkin?" Tan Giok Cu menggelenggelengkan
kepala- "Sebab aku punya rasa cemburu-"
"Aku tahu-" Thio Han Liong manggut-manggut-
"Tapi gadis itu cuma bergurau denganmu, maka kejadian
tadi jangan kau simpan dalam hati"
" ya" Tan Giok Cu mengangguki kemudian bergumam,
" Heran" entah siapa gadis itu" Mendadak muncul dan
pergi begitu saja" "Aku yakin dia adalah gadis rimba persilatan, bahkan
kepandaiannya pun tinggi sekali" ujar Thio Han Liong.
"Entah murid siapa dia?"
"Gadis itu begitu liar dan tak tahu aturan, burunya pun
pasti bukan orang baik-baiki" sahut Tan Giok Cu dan
melanjutkan, " Kakak tampan, aku... aku...."
"Kenapa engkau?" Thio Han Liong menatapnya lembut.
"Gadis itu begitu berani, karena itu aku khawatir kelak dia
akan berhasil merebutmu dari sisiku." Tan Giok Cu
menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik manis" Thio Han Liong menggenggam tangannya.
"Engkau tidak usah mengkhawatirkan itu. Percayalah hanya
engkau yang kucintai."
"Kakak tampan...." Tan Giok Cu mendekap di dadanya.
Thio Han Liong segera membelainya dengan penuh kasih
sayang, setelah itu, barulah mereka melanjutkan perjalanan
dengan wajah cerah ceria.
seekor kuda berlari tidak begitu kencang di sebuah lembah.
Yang duduk di punggung kuda itu adalah Thio Han Liong dan
Tan Glik Cu. Tiba-tiba kuda itu meringkik, Thio Han Liong
terkejut dan cepat-cepat menghentikan kudanya.
"Ada apa?" tanya Tan Giok Cu yang duduk di belakangnya-
"Banyak orang yang tergeletak di depan. Mari kita pergi
lihat" sahut Thio Han Liong sambil meloncat turun,
Tan Giok Cujuga cepat-cepat meloncat turun, kemudian ke
duanya segera melesat ke depan. Begitu sampai di tempat itu,
mereka terbelalak karena orang-orang yang tergeletak itu
sudah tak bernyawa lagi dan di bagian dada mereka terdapat
sebuah tanda merah darah.
"Mereka semuanya sudah mati," ujar Tan Giok Cu sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Di antaranya terdapat Hweeshio- Kelihatannya mereka
semua adalah kaum rimba persilatan."
"Benar." Thio Han Liong mengangguk sambil
memperhatikan mayat-mayat itu, kemudian menggelenggelengkan
kepala. "Mereka mati terkena semacam ilmu pukulan, entah ilmu
pukulan apa itu?" "Haaah - ?" seru Tan Giok Cu mendadak.
"Kalau tidak salahi Paman Tua In Lie Heng juga terkena
ilmu pukulan ini." "oh?" Thio Han Liong tersentak, lalu memeriksa dada salah
seorang yang menjadi mayat itu.
"Bagaimana?" tanya Tan Giok Cu.
" Engkau tahu mereka terkena ilmu pukulan apa?"
"Aaahi-." Thio Han Liong menghela nafas panjang sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
" Aku tidak tahu sama sekali, entah ilmu pukulan apa itu?"
" Kakak tampan...." Tan Giok Cu ingin mengatakan sesuatu,
tetapi mendadak terdengar suara tawa terkekeh-kekeh.
"He he he He he he..." setelah itu muncullah sosok
bayangan yang ternyata seorang tua berpakaian kumal
dengan muka kotor sekali, la berdiri di hadapan mayat-mayat
itu. "Mereka sudah mati semua Hweeshio siauw Lim Pay, murid
Go Bi Pay dan beberapa anggota Kay Pang He he he Mereka
sudah mati semua" "Paman Tua yang membunuh mereka?" tanya Tan Giok Cu
mendadak- "Hei gadis cantik" sahut orang tua itu mendadak-
"Engkau bertanya atau menuduh?"
"Bertanya." "Perlukah aku menjawab?"
"Memang perlu."
" Kalau aku yang membunuh mereka, lalu engkau mau
apa?" "Paman Tua...." Tan Giok Cu mengerutkan kening.
"Kenapa engkau begitu kejam, tega membunuh orang
sebanyak itu?" "He he he" orang tua itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau bisa memastikan bahwa akulah yang membunuh
mereka?" "Paman Tua...." Tan Giok Cu menggeleng-gelengkan
kepala- "Paman Tua" Thio Han Liong memberi hormat seraya
bertanya, "Apakah Paman Tua tahu siapa pembunuh mereka?"
"Anak muda" orang tua itu menatapnya tajam.
"Engkau tidak menuduhku sebagai pembunuh mereka?"
"Aku yakin Paman Tua bukan pembunuh mereka," ujar Thio
Han Liong sambil tersenyum.
"oh?" orang tua itu tertawa gelak.
"Ha ha ha Kenapa engkau yakin aku bukan pembunuh
mereka?" "Kalau Paman Tua pembunuh mereka, tidak mungkin akan
kembali ke mari lagi untuk melihat mayat-mayat ini. ya kan?"
sahut Thio Han Liong sambil memandangnya.
"Ha ha ha" orang tua itu tertawa terbahak-bahaki
"Anak muda, engkau memang pintar siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong." Pemuda itu memperkenalkan.
"Dia bernama Tan Giok Cu."
"Kekasihmu?" "ya." "Dia sangat galak dan cepat menuduh orang," ujar orang
tua itu dan menambahkan, "Anak muda, engkau harus baik-baik membimbingnya."
"Ya." Thio Han Liong mengangguk
"Paman Tua kok usil?" Tan Giok Cu cemberut.
"Ini adalah urusan kami berdua, kenapa Paman Tua turut
campur?" "Ha ha ha" orang tua itu tertawa sambil menyahut,
"Aku memang orang tua usil, maka sekaligus menasihatimu.
Engkau jangan galak-galak, nanti hati kekasihmu ini akan
berubah terhadapmu."
" omong kosong" Tan Giok Cu melotot.
"Jangan-jangan Paman Tua sudah gila" Kalau tidak, kenapa
omong sembarangan?" "Ha ha ha" orang tua itu terus tertawa.
"Aku memang orang tua gila, sebab aku adalah Pak Hong
(si ciila Dari utara) Ha ha ha..."
"oh?" Thio Han Liong dan
Tan Giok Cu terkejut. Mereka pernah mendengar nama
orang tua tersebut. "Kalian terkejut?"
"Kenapa harus terkejut?"
"Wuahh" Pak Hong tertawa lagi.
"Engkau memang gadis galak dan pemberani, orang lain
begitu mendengar namaku, pasti kabur terbirit-birit dan
terkencing-kencing. Tapi engkau justru tidak"
"Hmm" dengus Tan Giok Cu.
"Paman Tua tahu siapa pembunuh mereka?" tanya Thio
Han Liong. "Tidak tahu." Pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tadi sayup,sayup aku mendengar utfYB suling yang
bernada anehi maka aku segera ke mari. Tapi mereka semua
sudah menjadi mayat"
"suara suling yang bernada aneh?" Kening Thio Han Liong
berkerut, karena ia pun pernah mendengar suara suling
bernada aneh itu, ketika berada di rumah hartawan Ltm.
setelah itu muncul pula dua orang berpakaian serba merah.
"Kalian tidak mendengar suara suling itu?" tanya Thio Han
Hong sambil memandang mereka.
"Tidak" Tan Giok Cu menggelengkan kepala-
"Paman Tua" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kami dari arah kiri, sedangkan Paman tur dari arah kanan,
maka mendengar suara suling itu."
"Kalau begitu," Pak Hong setelah berpikir sejenak-
"Pembunuh itu pasti lari ke arah utara-"
"Paman Tua sama sekali tidak tahu siapa pembunuh itu?"
tanya Thio Han Liong lagi.
"Aku sama sekali tidak tahu," sahut Pak Hong.
"Belum lama ini, sudah banyak kaum rimba persilatan
dengan dada berbekas sebuah tanda merah-"
"Seperti yang terdapat di dada mayat-mayat itu?" tanya
Tan Giok Cu. " ya." Pak Hong mengangguki
"Beberapa murid Hwa san, Kun Lun dan Khong Tong Pay
juga mati dengan tara yang sama."
"oh?" Thio Han Liong tersentak dan kemudian bergumam,
"Heran" siapa pembunuh itu dan kenapa membunuh muridmurid
partai besar itu?" "Beberapa tahun lalu telah muncul empat jago yang
berkepandaian tinggi, yaitu Teng Koay, si Mo, Lam Khie dan
aku Pak Hong. Kami berempat pernah bertanding dan
kepandaian kami berempat seimbang. Kemunculan kami
dalam rimba persilatan, hanya ingin menyamai empat tokoh
masa siiam, yaitu Teng sia, si Tek ki Lam Ti, dan Pak Kay.
Namun kemudian muncul pula satu perkumpulan baru, yang
tidak lain adalah Hek Liong Pang. - Kini si Mo sudah
bergabung dengan perkumpulan itu."
"Paman Tua" Tan Giok Cu memberitahukan.
" Aku pernah bentrok dengan pihak Hek Liong Pang."
"Kalau begitu," ujar Pak Hong sungguh-sungguh.
"Kalian harus berhati-hati, sebab kini si Mo sudah menjadi
wakil ketua Hek Liong Pang."
"Paman Tua tahu siapa ketua Hek Liong Pang itu?" tanya
Tan Giok Cu. "Dia seorang wanita berusia lima puluhan, namun aku tidak
tahu namanya. Aku dengar kepandaiannya masih di atas
kepandaian si Mo, karena si Mo sudah bertanding dengan dia-
" " Kalau begitu..." Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Kini Hek Liong Pang pasti kuat sekali."
"Betul." Pak Hong mangguj-manggut.
"Kelihatannya ia ingin menyaingi perguruan siauw Lim sie.
Bu Teng Pay dan Kay Pang."
"Paman Tua, mungkinkah pembunuh mereka ketua Hek
Liong Pang itu?" tanya Thio Han Liong.
"Tidak mungkin" sahut Pak Hong.
"sebab kini Hek Liong pang sudah resmi berdiri di rimba
persilatan, tentunya tidak akan membunuh kaum rimba
persilatan dengan cara begitu"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"sebetulnya siapa pembunuh itu?" gumamnya.
"Pembunuh itu memiliki ilmu pukulan aneh dan istimewa,
bahkan juga amat lihay, hebat dan ganas."
Pak Hong menghela nafas panjang. "Kelihatannya hanya
berikutnya adalah para ketua partai."
"oh?" Thio Han Liong tersentak-
"Kok Paman Tua menduga begitu?"
"Karena kelihatannya pembunuh itu ingin menguasai rimba
persilatan. Kalau ia bergabung dengan Hek Liong Pang, rimba
persilatan betul-betul dilanda banjir darah-"
"Kalau begitu," ujar Thio Han Liong seakan-akan
mengusulkan. "Alangkah baiknya Tong Koay, Lam Khie dan Paman Tua
bergabung untuk menghadapi pembunuh itu dan Hek Liong
Pang." "Ha ha ha" Pak Hong tertawa gelak
"Itu tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa?" tanya Thio Han Liong.
"Karena kami berempat ingin saling mengalahkan, itu
adalah gengsi kami," ujar Pak Hong memberitahukan,
"oleh karena itu, tidak mungkin kami bergabung."
"Tapi situasi rimba persilatan...."
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa.
"Situasi rimba persilatan tiada urusan dengan kami."
"Dasar gila" ujar Thio Han Liong.
"sudah tahu rimba persilatan bakal dilanda banjir darah,
tapi malah tinggal diam."
"Gadis galak" Pak Hong tertawa lagi.
"Aku memang si Gila dari utara, maka engkau tidak usah
heran" "Paman Tua memang gila," sahut Tan Giok Cu. Gila Gila
Gila - " " Eeh?" Pak Hong terbelalak,
"Gadis galaki engkau murid siapa" Kok begitu tidak
karuan?" "Bibi sian sian adalah guruku," sahut Tan Giok Cu.
"siapa Bibi sian sian itu?" tanya Pak Hong.
"Guruku." Tan Giok Cu tersenyum-senyum, gadis itu
memang sengaja mempermainkan Pak Hong.
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa terbahak-bahak.
"Bagus, Bagus Aku sangat tertarik kepada kalian. Maukah
kalian menjadi muridku?"
"Terima kasih atas maksud baik Paman, tapi...." Thio Han
Liong menggelengkan kepala.
"Engkau menolak?" Pak Hong tertegun.
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
" Kalau dalam sepuluh jurus Paman mampu
mengalahkannya, maka kami berdua bersedia jadi muridmu,"
ujar Tan Giok Cu mendadak-
"Adik manis- - " Thio Han Liong ingin menegurnya, namun
Pak Hong sudah tertawa sambil berkata kepada Thio Han
Liong. "Baik- Mungkin kalian tidak percaya akan kehebatan
kepandaianku. Kalau dalam sepuluh jurus aku tidak
"Paman Tua - ."
"Tidak apa-apa." Pak Hong tersenyum. "Kita hanya
bertanding sepuluh jurus dengan tangan kosong. Bersiapsiaplah"
"Paman tua...."
" Hati-hati, aku akan mulai menyerangmu" Pak Hong dan
langsung menyerangnya. Thio Han Liong terpaksa berkelit, namun Pak Hong
menyerangnya lagi. Thio Han Liong tidak keburu berkelit,
maka terpaksa menangkis serangan itu dengan ilmu Thay Kek
Kun. "Thay Kek Kun" pak Hong tersenyum.
"Ternyata engkau adalah murid Bu Teng Pay sambutlah
jurus ke tiga ini" Pak Hong mulai menyerang dengan dahsyat. Thio Han
Liong mengelak dan sekaligus balas menyerang dengan ilmu
Liong Jiauw Kang. (Ilmu Cakar Naga) yang didapatkannya dari
Tiga Tetua siauw Lim Pay.
"Eh?" Pak Hong tercengang.
"Engkau bisa ilmu andalan siauw Lim Pay juga, sebetulnya
engkau murid siapa?"
Thio Han Liong tidak menyahut, sebab Pak Hong bertanya
sambil menyerangnya, maka ia harus mencurahkan
perhatiannya untuk menangkis. Kini ia mengeluarkan itmu Kiu
Im Pek Kut Jiauw, menangkis sekaligus balas menyerang.
"Haah?" Pak Hong tampak terkejut, karena serangan Thio
Han Liong begitu hebat. "Tak disangka engkau begitu hebat juga"
Usai berkata begitu. Pak Hong langsung menyerangnya
bertubi-tubi. "Berhenti Berhenti sudah sepuluh jurus" ujar Tan Giok Cu
mendadak- Pak Hong segera berhenti menyerang. si Gila dari utara itu
berdiri termangu-raangu di tempat, lama sekali barulah
membuka mulut. "Anak muda, sebetulnya engkau murid siapa?"
"Aku belajar ilmu silat dari ayah" jawab Thio Han Liong
jujur. "Tapi juga pernah mendapat petunjuk dari sucouw Thio
sam Hong dan Tiga Tetua siauw Lim Pay."
"ooooh" Pak Hong manggut-manggut.
"siapa ayahmu?"
"Ayahku adalah Thio Bu Ki."
"Hah?" Pak Hong tampak terkejut.
"Pantas engkau begitu lihay. Engkau adalah anak Thio Bu
Ki, bagaimana mungkin aku dapat mengalahkanmu dalam
sepuluh jurus" Ha ha ha Anak muda sampai jumpa"
Pak Hong melesat pergi, namun sayup,sayup terdengar
suara tawanya- Thio Han Liong dan Tan Giok Cu menggelenggelengkan
kepala- "Kepandaian Pak Hong sangat tinggi," ujar Thio Han Liong
sambil menghela nafas. Kalau pertandingan tadi tidak dibatasi
sepuluh jurus, aku pasti kalah."
"Betul." Tan Giok Cu manggut-manggut.
" Kakak tampan, kapan kepandaian kita akan setinggi Pak
Hong dan lainnya?" "Adik manis" Thio Han Liong tersenyum.
"Kita masih kurang pengalaman dan Iweekang kita pun
belum mencapai tingkat tinggi, sebab cuma beberapa tahun
kita berlatih Iweekang. sedangkan mereka sudah puluhan
tahun berlatih, maka Iweekang mereka tinggi sekali."
"oooh" Tan Giok Cu mengangguk "Kakak tampan, aku tidak
begitu suka berkecimpung di rimba persilatan, setelah kita
memperoleh Teratai salju, bagaimana kalau kita semua ke
pulau Hong Hoang Te?"
"Aku sependapat denganmu," sahut Thio Han Liong.
"Dalam rimba persilatan akan sering terjadi pertikaian,
sehingga menimbulkan pembunuhan. Aku memang tidak mau
berkecimpung dalam rimba persilatan."
"Mari kita melanjutkan perjalanan" ajak Tan Giok Cu.
Thio Han Liong mengangguk, kemudian mereka berdua
meloncat ke atas punggung kuda tunggang mereka.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 20 Kejadian yang Tak Terduga
sunyi sepi di dalam kuil siauw Lim sie. Tampak dua padri
tua sedang duduk berhadapan di ruang meditasi. Mereka
berdua saling memandang dengan kening berkerut-kerut.
"Aaaah - " Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"sutee, situasi dalam rimba persilatan makin memburuk-
Tempo hari Seng Hwi membantai para murid kita lantaran
salah paham, kini muncul lagi seorang pembunuh lain."
"Suheng. - " Kong Ti seng ceng menggeleng-gelengkan
kepala- "Pembunuh itu juga membunuh para murid partai lain.
entah apa tujuannya berbuat begitu?"
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kita sama sekali tidak tahu siapa pembunuh itu. sungguh
mengherankan, setelah Thio Bu Ki hidup mengasingkan din di
pulau itu, justru bermunculan jago jago berkepandaian tinggi
dalam rimba persilatan."
"Seng Hwi memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang.
Pembunuh yang baru muncul itu entah memiliki ilmu pukulan
apa, pada dada setiap korban pasti terdapat tanda merah
sebesar telapak tangan."
"Itu adalah semacam ilmu pukulan." Kong Bun Hong Tio
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita tidak tahu ilmu pukulan apa itu."
Di saat mereka sedang bercakap-cakap denganserius, tibatiba
muncul Goan Liang. "Hong Tio, ketua Bu Teng Pay Jit Lian ciu dan song Tayhiap
datang berkunjung. Mereka sudah berada di ruang depan,"
ujarnya. "omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Goan Liang, cepat suguhkan teh wangi untuk mereka"
"ya." Goan Liang segera pergi.
"sutee" Kong Bun Hong Tio bangkit berdiri
"Mari kita pergi menemui mereka. Mungkin ada sesuatu
yang penting." "Baik suheng" Kong Ti seng Ceng mengangguk dan bangkit
berdiri, kemudian mereka berdua berjalan menuju ruang
depan. "Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng" Lie Lian ciu dan
song wan Kiauw segera memberi hormat.
"Maaf, kedatangan kami telah mengganggu ketenangan
Hong Tio dan seng ceng"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Tidak "apa-apa, silakan duduk"
Jie Lian ciu dan song wan Kiauw duduki setelah itu jie Lian
ciu pun bertanya dengan serius.
"Apakah siauw Lim Pay tidak mengalami sesuatu?"
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"Beberapa murid kami mati terbunuh."
"Dada mereka terdapat sebuah tanda merah?" tanya song
Wan Kiauw. "ya." Kong Bun Hong Tio mengangguk dan mem
beritahukan. "Beberapa murid partai lain juga sudah menjadi korban"
"Aaahi.." song wan Kiauw menghela nafas panjang.
"Kong Bun Hong Tio, In Lie Heng sutee kami pun mati
terbunuh." "omitohud" Kong Bun Hong Tio terkejut bukan maini
"Kapan kejadian itu?"
"Beberapa bulan yang lalu," jawabjie Lian ciu
memberitahukan, "seorang gadis remaja bernama Tan Giok Cu membawanya
pulang ke gunung Bu Tong."
"Tan Giok cu?" Kong Bun Hong Tio tertegun.
"Gadis itujuga ke sini, katanya ingin menemui Thio Han
Liong." "Mereka bertemu?" tanya song wan Kiauw.
"omitohud" sahut Kong Ti seng Ceng.
"Mereka tidak bertemu, namun Thio Han Liong secara tidak
langsung telah menyelamatkan siauw Lim sie-"
"oh?" Jie Lian ciu tercengang.
"Ketika Thio Han Liong berada di sini, kebetulan pembunuh
misteri yang memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang muncul
pula. Thio Han Liong memberitahukan kepadanya tentang
urusan seng Kun dengan cia sun, setelah itu seng Hwi
mengajak Thio Han Liong pergi menemui ibunya."
"oooh" Jie Lian ciu manggut-manggut.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Hari itu In Tayhiap pulang, apakah di tengah jalan ia
bertemu pembunuh itu?"
"Aku pikir memang begitu. Kebetulan gadis remaja itu
melihatnya, maka membawanya pulang ke gunung Bu Tong,"
ujar song wan Kiauw memberitahukan, "Guru tidak mampu
mengobatinya, hanya dapat menyadarkannya saja. Ketika
sadar In sutee menyebut kata 'Hiat' entah apa maksudnya?"
"Hiat?" Kong Bun Hong Tio mengerutkan kening.
"Mungkin julukan si pembunuh itu"
" Kami pun menduga begitu, tapi...." song wan Kiauw
menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata,
"Seingat-ku, tiada seorang kaum rimba persilatan punva
julukan Hiat-." "Hiat - " gumam Kong Ti seng Ceng.
"Di dada setiap korban terdapat tanda merah, mungkinkah
Hiat Ciang (Pukulan Berdarah)?"
"Hiat Ciang?" song Wan Kiauw dan lie Lian ciu
mengerutkan kening. "Apakah dalam rimba persilatan terdapat ilmu tersebut?"
"Tidak pernah dengar," sahut Kong Bun Hong Tio sambil
menghela nafas panjang. "Aaaahi-" "oh ya" song Wan Kiauw memandang Kong Bun Hong Tio
seraya bertanya, "Apakah Hong Tio mendengar tentang Hek Liong Pang?"
"Sudah." Kong Bun Hong Tio mengangguk-
"Belum lama ini Hek Liong Pang berdiri dalam rimba
persilatan secara resmi- Wakil ketua Hek Liong Pang adalah si
Mo, namun kami tidak tahu siapa ketua Hek Liong Pang itu-
Kalau tidak salah Hek Liong Pang di ketuai oleh seorang
wanita yang berkepandaian tinggi sekali-"
"Kini rimba persilatan semakin kacau," ujar song wan Kiauw
sambil menggeleng-gelengkan kepala,
"mungkinkah ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu?"
"Entahlah," Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala-
"Kelihatannya kaum setan iblis ingin menguasai rimba
persilatan. Dulu Thio Bu Ki berhasil menuntun mo Kauw
kejatan yang benar. Kini siapa lagi yang akan menaklukan
kaum setan iblis ilu" omitohud- - "
Di saat bersamaan, muncul Goan Liang melapor, bahwa
ketua Kay Pang dan Dua Tetua datang berkunjung.
" Cepat undang mereka masuki sahut Kong Bun Hong Tio-
Goan Liang segera pergi. Berselang sesaat tampak seorang
gadis berusia dua puluhan membawa sepasang tongkat
bambu berwarna hijau, berjalan ke dalam bersama dua orang
pengemis tua. Gadis itu bernama su Hong seki ketua Kay pang.
sedangkan ke dua pengemis ilu adalah Ci Hoat dan Coan Kang
Tianglo. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Selamat datang Ketua dan Tetua Kay Pang"
"Ha ha ha" Ci Hoat Tiang lo tertawa gelak-
"Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng, sudah sekian
lama kita tidak bertemu- Apa kabar selama ini?"
"omitohud Kami baik-baik saja," sahut Kong Bun Hong Tio-
"Ketua Bu Tong Pay dan song Tayhiap, apa kabar?" Coan
Kang Tianglo memberi hormat.
"Kami baik-baik saja." Jie Lian ciu segera membalas
memberi hormat. "Bagaimana Gan Kang Tianglo?"
"Kami pun baik-baik saja," sahut Tianglo itu.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ketua Kay Pang" tanya Kong Bun Hong Tie
"Kalian ke mari secara mendadak, tentunya ada sesuatu
yang penting kan?" "Betul, Hong Tio- su Hong sek mengangguk- Belum lama
ini banyak anggota kami yang terbunuh, dada mereka
terdapat tanda merah."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kami sudah tahu itu, sebab beberapa murid kami pun
terbunuh dengan cara yang sama."
"Kong Bun Hong Tio tahu siapa pembunuh itu?" tanya su
Hong sek- "Maaf" Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala.
"Kami sama sekali tidak tahu, tapi...."
Kong Bun Hong Tio memandang jie Lian ciu, maka su Hong
sek dan ke dua Tianglo itu langsung memandang ketua Bu
Tong pay. "In Lie Heng sutee kami itu pun terbunuh beberapa bulan
lalu, dadanya juga terdapat sebuah tanda merah" ujar jie Lian
ciu sambil menghela nafas panjang,
"sebelum menghembuskan nafas penghabisan, dia
menyebut 'Hiat', entah apa maksudnya itu?"
"Hiat?" ci Hoat Tiang lo mengerutkan kening.
"Itu adalah julukan pembunuh atau nama ilmu pukulan?"
"Kami justru sedang membicarakan ini, tapi...." Jie Lian ciu
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kesimpulan kami memang begitu, namun tetap tidak
dapat menduga siapa pembunuh itu"
"Hek Liong Pang secara resmi berdiri dalam rimba
persilatan. Wakil ketua adalah si Mo-Buyung Hok. Tapi ketua
Hek Liong Pang...." Gan Kang Tianglo menggelengkan kepala
"Tiada seorang pun yang tahu siapa dia, hanya tahu dia
adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Mungkinkah
ketua Hek Liong Pang adalah pembunuh itu."
"oh?" Ci Hoat Tianglo menatap song wan Kiauw seraya
bertanya, "Kenapa song Tayhiap menduga begitu?"
"Menurutku...." song Wan Kiauw menjelaskan.
"Dia menghendaki kita berkumpul semua, lalu membunuh
kita semua pula." "Mungkinkah begitu?" tanya Gan Kang Tianglo dengan
kening berkerut. "Apabila kita bergabung, sanggupkah pembunuh itu
membunuh kita?" "Kalau dia tidak yakin, tentunya dia tidak berani
memancing kemarahan kita kan" sebab dia pun membunuh
murid-murid GoBi, Kun Lun, Hwa san dan Khong Tong Pay."
"Bukankah pembunuh itu bisa menantang langsung kepada
kita?" ujar Gan Kang Tianglo.
"Kenapa harus membunuh dengan cara sadis begitu?"
"Dia ingin memperlihatkan kelihayan ilmu
pukulannya,"jawab lie Lian ciu dan melanjutkan,
"perbuatannya itu membuktikan bahwa ia amat licik,
bahkan juga pengecut."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Mungkinkah dia punya suatu rencana tertentu?"
"Memang mungkin." jie Lian ciu manggut-manggut.
"Tapi aku masih tidak habis pikir, apa sebabnya orang itu
memusuhi kita" Apakah dia punya dendam kesumat pada
kita?" "Tempo hari yang membuat kami pusing adalah seng Hwi,
kini muncul lagi seorang pembunuh misteri lain memusingkan
kita semua, omitohud, itu sungguh membingungkan" Kong
Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala-
"Apa boleh buat" ujar Jie Lian ciu.
"Apabila perlu, kita bergabung saja untuk melenyapkan
pembunuh itu." "Setuju," sahut Coan Kang Tianglo dan menambahkan,
"Ketua GoBi, Kun Lun, Hwa san dan ketua Khong Tong Pay
juga harus bergabung dengan kita. otomatis kita akan
bertambah kuat." "selain menghadapi pembunuh itu, kita pun harus bersiapsiap
menghadapi Hek Liong Pang," ujar song Wan Kiauw-
"Karena kelihatannya Hek Liong pang ingin menguasai
rimba persilatan." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio- "Untuk itu kita harus
mengadakan pertemuan resmi, dan harus mengundang para
ketua partai lain." "Betul-" Ci Hoat Tianglo manggut-manggut.
"Tapi kapan pertemuan itu diadakan?"
"Bagaimana kalau tanggal lima belas bulan depan?" tanya
jie Lian ciu. "Baiki" su Hong seki ketua Kay Pang mengangguk-
"Tapi di mana tempat pertemuan kita?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Bagaimana kalau di kuil ini saja?"
"Baiki" Coan Kang Tianglo mengangguki
"Tapi harus ada arak lho"
"omitohud Itu apa boleh buat. Asal jangan minta daging
saja," ujar Kong Bun Hong Tio sambil tertawa, kemudian
menambahkan. "Jadi kita pastikan tanggal lima belas bulan depan
berkumpul di sini semua."
setelah ada kepastian itu, maka pihak Kay pang berpamit,
begitu pula pihak Bu Teng pay.
"oh ya Kong Bun Hong Tio, siapa yang akan pergi
mengundang para ketua" Kami atau pihak siauw Lim?" tanya
jie Lian ciu- "Karena pertemuan itu diadakan di kuil kami, maka harus
kami yang mengundang,"jawab Kong Bun Hong Tio-
"Baiklah" Jie Lian ciu manggut-manggut-
"Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng, kami mohon
pamit." sementara itu, Thio Han Liong dan Tan Giok Cu terus
melakukan perjalanan menuju gunung soat san. Dalam
perjalanan ini cinta kasih mereka semakin bersemi, maka tidak
heran kalau Tan Giok Cu terus tersenyum bahagiaitu,
ketika mereka memasuki sebuah hutan, mendadak
muncul dua orang menghadang di depan mereka- seorang
lelaki tua dan seorang wanita berusia lima puluhan, namun
masih tampak cantik, siapa mereka berdua itu" Tidak lain
adalah si Mo-Buyung Hok dan ketua Hek Liong Pang-Kwee In
Loan. "Ha ha ha Anak muda, kita berjumpa lagi" ujar si Mo sambil
menatap Thio Han Liong dengan dingin sekali.
"Selamat berjumpa, si Mo" ucap Thio Han Liong sekaligus
memberi hormat. "Hmm" dengus si Mo memberitahukan.
"wanita itu adalah ketua Hek Liong pang. Hari ini dia akan
membuat perhitungan dengan kekasihmu itu."
"oh?" Thio Han Liong menatap Kwee In Loan, kemudian
memberi hormat seraya berkata,
"Ketua Hek Liong Pang, urusan Giok Cu dengan pihakmu
hanya dikarenakan salah paham."
"Diam" bentak Kwee In Loan, lalu menatap Tan Giok Cu
dengan tajam sekali. "Kenapa engkau membunuh beberapa anggotaku?"
"Aku hanya menyelamatkan Hakim souw," sahut Tan Giok
Cu dingin- "Engkau adalah ketua Hek Liong Pang, kenapa barusan
membentak-bentak kakak Han Liong?"
"oh?" Kwee In Loan tersenyum dingin.
"Engkau begitu menyayanginya?"
"ya." Tan Giok Cu mengangguki
"Hmm" dengus Kwee In Loan.
" Kalau tidak salahi engkau bernama Tan Giok Cu. Katakan
siapa gurumu?" "Guruku adalah Bibi sian sian"
"she apa gurumu?"
"she Yo." "Apa?" Kwee In Loan tersentak-
" Yo sian sian adalah gurumu?"
"Ya." Tan Giok Cu mengangguki
"Engkau kenal guruku?"
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh.
"Tak disangka sama sekali, ternyata engkau adalah
muridnya " " He he he,-" "Engkau- - " Tan Giok Cu mengerutkan kening dan tiba-tiba
teringat sesuatu, sehingga langsung berseru tak tertahan.
"Engkau adalah Kwee In Loan Bibi guruku?"
"Betul." Kwee In Loan mengangguk
"Bibi guru" Tan Giok Cu sebera memberi hormat.
"Gurumu sudah menceritakan tentang diriku?" tanya Kwee
In Loan dengan nada dingin.
"Ya." Tan Giok Cu mengangguk
" Kalau begitu...." Kwee In Loan, tertawa dingin.
" Engkau pasti tahu bagaimana sifatku."
"Bibi guru adalah tingkatan tua, aku tidak berani,
berkomentar apa pun" sahut Tan Giok Cu.
"Giok Cu" ujar Kwee In Loan.
"Aku akan menangkapmu, setelah itu barulah aku akan
pergi ke kuburan tua itu mencari gurumu."
"Ketua Hek Liong Pang" Thio Han Liong maju ke hadapan
Kwee In Loan. "Kalau begitu aku terpaksa harus menghadapimu"
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Anak muda hari ini aku akan membunuhmu Ha ha ha...."
"si Mo- - " Thio Han Liong mengerutkan kening, kemudian
seaera mengerahkan Kiu Yang sin Kang.
"Anak muda Bersiap-siaplah untuk mampus" bentak si Mo
sambil menyerangnya. Thio Han Liong cepat berkelit,
kemudian balas menyerang dengan Thay Kek Kun.. Tan Giok
Cu ingin membantu Thio Han Liong, tapi mendadak dihadang
oleh Kwee In Loan, bahkan sekaligus diserangnya. Maka
terjadilah pertarungan yang amat seru, sebab mereka samasama
mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut liauw.
sementara pertarungan antara Thio Han Liong dengan si
Mo pun semakin seru dan sengit. Thio Han Liong
mengeluarkan ilmu Liong jiauw Kang (flmu Cakar Naga)
untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan si Mo,
kemudian menyerang dengan ilmu Kiu Im Pek KutJiauw.
Puluhan jurus kemudian, Thio Han Liong mulai berada di
bawah angin, itu membuat si Mo tertawa gelak. suara tawa itu
membuat Tan Giok Cu menoleh- Begitu melihat Thio Han
Liong terdesak, cemaslah hatinya otomatis jadi lengah pula.
Maka Kwee In Loan berhasil menotokjalan darah Leng Tay
Hiat dupunggung gadis itu.
"Aaaakh.-" jerit Tan Giok Cu lalu roboh tak bergerak lagi-
Suara jeritannya membuat Thio Han Liong terkejut bukan
main. la segera menoleh dan di saat bersamaan, si Mo
menyerang dadanya. Thio Han Liong tidak sempat berkelit maupun menangkis,
sehingga dadanya terpukul oleh pukulan itu. Duuuk
"Aaaakh - " jerit Thio Han Liong dan terpental beberapa
depa. Kemudian ia roboh dan mulutnya menyemburkan darah
segar. "uaaaakh - " "Kakak tampan..." seru Tan Giok Cu. Walau badannya tidak
bisa bergerak namun mulutnya masih bisa bersuara.
sementara Thio Han Liong berusaha bangkit berdiri, tapi roboh
lagi. si Mo menatapnya sambil tertawa dingin, lalu selangkah
demi selangkah mendekatinya dengan maksud menghabiskan
nyawanya. Namun mendadak terdengarlah suara suling yang
bernada aneh- Begitu mendengar suara suling itu, air muka
Kwee In Loan langsung berubah hebat,
"si Mo" serunya cepat.
"Jangah sembarangan bertindak"
sebetulnya si Mo juga tersentak oleh suara suling itu, maka
ketika Kwee In Loan berseru, ia pun langsung berdiam di
tempat. Tak lama kemudian, muncullah sosok bayangan merahseorang
tua berjubah merah berdiri di situ. Rambut, wajah,
dan jenggotnya semuanya merah bahkan suling yang di
tangannya berwarna merah-
"Hiat Locianpwee, terimalah hormatku" Kwee In Loan
sambil memberi hormat mengangguk-
"Kwee In Loan, engkau sudah kembali di Tionggoan ini,"
ujar orang tua berjubah merah
"ya, Hiat Locianpwee"jawab Kwee In Loan.
"Engkau...." Mendadak orang tua berjubah merah
menuding si mo- "Engkau adalah si mo-Buyung Hok?"
"Betul," sahut si Mo tanpa memberi hormat.
"Hmm" dengus orang tua berjubah merah-
"Engkau berani tidak memberi hormat kepadaku?" si Mo
diam saja- "si Mo" ujar Kwee In Loan sambil memberi isyarat-
" Cepat memberi hormat kepada Hiat Locianpwee"
si Mo mengerutkan kening, kemudian memberi hormat
kepada orang tua berjubah merah itu-
"Ha ha ha" orang tua berjubah merah itu tertawa gelak
" Karena engkau sudah memberi hormat kepadaku, maka
kuampuni." "Terimakasih, Hiat Locianpwee," ucap Kwee (n Loan.
"Engkau telah mendirikan Hek Liong Pang, bahkan
mengangkat si Mo sebagai wakil ketua," ujar orang tua
berjubah merah itu sambil menatap Kwee In Loan.
"Engkau ingin menyaingi partai siauw Lim, Bu Tong dan
Kay Pang?" "ya." Kwee In Loan manggut-manggut.
"Apakah Hiat Locianpwee berniat menjadi ketua Hek Liong
Pang?" tanyanya. "Aku sama sekali tidak berniat," sahut orang tua berjubah
merah, kemudian memandang Tan Giok Cu yang menggeletak
di samping Kwee In Loan. "Cepat bebaskan jalan darahnya"
"ya-" Kwee In Loan segera membebaskan jalan darah gadis
itu. Begitu bisa bergerak, Tan Giok Cu langsung berlari ke arah
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio Han Liong dengan air mata bercucuran.
" Kakak tampan, bagaimana lukamu" Apakah parah sekali?"
tanya Tan Giok Cu. "Adik manis," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, engkau tidak usah khawatir."
"Tapi tadi engkau memuntahkan darah segar, apakah
dadamu masih terasa sakit?"
"Sudah tidak begitu sakit lagi." Thio Han Liong tersenyum
dan berbisik, "Adik manis, entah siapa orang tua berjubah merah itu?"
"Aku justru masih merasa heran, kenapa bibi guruku
kelihatan begitu takut kepadanya?" sahut Tan Giok Cu dengan
suara rendah. Di saat mereka bercakap-cakap- orang tua berjubah merah
itu menghampiri mereka, dan menatap Tan Giok Cu dengan
tajam sekali. "Gadis cantik, siapa namamu?" tanya orang tua berjubah
merah itu. "Namaku Tan Giok Cu. siapa Locianpwee?" Tan Giok Cu
balik bertanya sambil menatapnya.
"Aku adalah Hiat Mo dari Kwan Gwa (iblis darah Dari Luar
Perbatasan)." orang tua berjubah merah memberitahukan.
"Hiat Mo?" Tan Giok Cu mengerutkan kening.
"Ya-" Hiat Mo mengangguk.
"Hiat...." gumam Thio Han Liong.
"Locianpweekah yang membunuh Kakek In?"
"siapa Kakek In?" tanya Hiat Mo-
"In Lie Heng dari Bu Tong Pay" sahut Thio Han Liong.
"oooh" Hiat Mo manggut-manggut.
"Kami bertanding, dadanya terkena pukulanku sehingga
terluka parah-" " Kakek In telah meninggal." Thio Han Liong menatapnya
dengan kening berkerut-kerut.
"siapa yang terkena ilmu Hiat mo Ciang (Ilmu Pukulan iblis
Darah) pasti mati," ujar Hiat Mo, kemudian memandang Tan
Giok Cu. "Giok Cu, engkau harus ikut aku."
"Kenapa aku harus ikut?" tanya Tan Giok Cu heran.
"Pokoknya engkau harus ikut aku." tegas Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau tidak, engkau pasti kubunuh."
"Aku tidak mau ikut," Tan Giok Cu berkeras.
"Pokoknya aku tidak mau ikut engkau."
"oh?" Hiat Mo tertawa.
"Biar bagaimana pun engkau harus ikut."
"Tidak mau Tidak mau Tidak mau..." teriak Tan Giok Cu,
kemudian mendadak menyerangnya dengan ilmu Kiu Im Pek
Kut Jiauw. Akan tetapi, tangan Hiat Mo bergerak cepat mencengkeram
jalan darah Wan Kut Hiat yang di lengan gadis itu. Begitu jalan
darahnya tercengkeram. Tan Giok Cu merasa tangannya
berkesemutan dan tak bisa bergerak lagi.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Aku akan membawamu pergi"
"Lepaskan Lepaskan" teriak Tan Giok Cu.
"Locianpwee" Thio Han Liong menghampirinya sambil
memberi hormat- "Aku harap Locianpwee mau melepaskannya"
"Anak muda" Hiat Mo menatapnya tajam-
"Sudah kukatakan biar bagaimana pun aku akan
membawanya pergi-" "Locianpwee - " Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Anak muda" ujar Hiat Mo sungguh-sungguh-
"Kini engkau masih bukan lawanku, kelak apabila engkau
mampu mengalahkanku, aku pasti mengembalikan Tan Giok
Cu kepadamu." "Locianpwe - " Wajah Thio Han Liong langsung memucat.
"Anak muda, kalau engkau tak tahu diri sekarang, aku pasti
membunuhmu," ujar Hiat Mo dingin, kemudian memandang si
Mo seraya berkata, "Engkau jangan coba-coba membunuhnya, karena kelak dia
masih akan berurusan denganku"
"Kakak tampan Telong aku" teriak Tan Giok Cu
"Kakak tampan..."
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa terbahak-bahaki kemudian
mendadak pergi laksana kilat.
"Adik manis Adik manis..." seru Thio Han Liong.
Namun Hiat Mo dan Tan Giok Cu sudah lenyap dari
pandangannya, Itu membuatnya cemas sekali.
sementara si Mo dan Kwee In Loan saling berpandangan,
setelah itu si Mo mendekati Thio Han Liong
"Hmm" dengus si Mo dingin.
"Aku tidak akan membunuhmu sekarang, biar Hiat Mo yang
membunuhmu kelak Ha ha ha..." Thlo Han Liong diam saja.
"si Mo- mari kita pergi" ajak Kwee In Loan kemudian
mereka berdua melesat pergi.
"Adik manis Adik manis..." panggil Thio Han Liong dengan
suara rendah- "Adik manis - "
Entah berapa lama kemudian, barulah Thio Han Liong
meninggalkan tempat itu. la tidak menunggang kuda lagi.
selangkah demi selangkah ia berjalan dengan kepala
tertunduk. -ooo00000ooo- Bab 21 Gadis Berpakaian Merah
sejak Tan Giok Cu dibawa pergi oleh Hiat Mo, Thio Han
Liong tidak mengurusi diri, maka tidak heran kalau pemuda itu
menjadi tidak karuan. Rambut awut-awutan dan pakaiannya
pun kotor sekali, la sering duduk melamun sambil memikirkan
Tan Giok Cu, itu membual badannya menjadi agak kurus.
semula tujuannya ke gunung soat san untuk mencari Teratai
salju- Namun kini ia malah tidak tahu harus ke mana, la betulbetul
dalam kebingungan. "Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang ketika
duduk di bawah sebuah pohon,
"Giok Cu, Adik manis Engkau berada di mana" Aku rindu
sekali kepadamu, orang tua berjubah merah itu membawamu
pergi. Apakah aku mampu mengalahkannya kelak"
Kepandaiannya begitu tinggi."
"Hi hi hi" Mendadak terdengar suara tawa cekikikan dan tak
lama kemudian muncullah seorang gadis berpakaian merahgadis
itu ternyata Ciu Lan Nio, yang pernah mengecup pipi
Thio Han Liong. "Han Liong.,.."
"Engkau...." Thio Han Liong kelihatan sudah lupa
kepadanya. "Engkau siapa?"
"Lupa ya?" Ciu Lan Hio tersenyum sambil duduk di sisinya.
"Namaku Ciu Lan Nio, yang pernah mencium pipimu."
"ooohi engkau..." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala- "Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan kening
berkerut-kerut. "Kenapa engkau menjadi begini?"
"Aku...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"oh ya, di mana kekasihmu" Kenapa tidak berada di
sisimu?" tanya Ciu Lan Nio mendadak-
"Dia - dia...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Dia telah meninggalkanmu?" tanya Ciu Lan Nio dengan
wajah berseri. "Dia tidak mencintaimu lagi?"
"Dia tidak meninggalkanku bahkan juga tetap mencintai
aku. Hanya saja...." Wajah Thio Han Liong murung sekali.
"seorang tua telah membawanya pergi, dan aku...."
"Engkau menjadi sedih, ya?"
"siapa orang tua itu?"
"orang tua itu mengaku dirinya Hiat Mo-"
"Hiat Mo?" Ciu Lan Nio tampak terkejut sekali.
"ya"Thio Han Liong mengangguk-
"Hiat Mo bilang, apabila aku mampu mengalahkannya
kelaki barulah dia akan melepaskan Giok Cu."
"Kalau begitu, engkau tidak usah cemas," ujar ciu Lan Hio-
"Aku yakin tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri
kekasihmu itu-" "Tapi Hiat Mo itu kelihatannya kejam sekali, bagaimana
mungkin Giok Cu akan selamat?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku berani menjamin."
"Engkau berani menjamin" Maksudmu menjamin
keselamatan dirinya?"
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk sambil tersenyum.
"Hiat Mo pasti tertarik pada Giok Cu, maka ia ingin
mengambilnya sebagai murid- Oleh karena itu, aku yakin Hiat
MO tidak akan mencelakatnya."
(Bersambung ke Bagian 11)
Jilid 11 "oooh" Thio Han Liong menarik nafas lega.
"Tapi bagaimana mungkin kelak...."
"Kepandaian Hiat Mo memang tinggi sekali. Tapi kalau
engkau tekun berlatih terus, kelak pasti mampu
mengalahkannya" "Itu tidak mungkin." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kepandaian Hiatiat Mo sangat tinggi sekali. Aku... aku...."
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan kening
berkerut-kerut. "Engkau kok begitu cepat putus asa" Hanya dikarenakan
urusan kecil, engkau sudah menjadi begini macam. Apalagi
urusan besar, engkau akan mati barangkali."
"Aku bukan putus asa, melainkan...."
Thio Han Liong menghela nafas paniang sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku rindu sekali kepada Giok Cu."
"Hi hi hi" Ciu Lan Nio tertawa.
"Rindu" Kalau aku selalu berada di sisimu, apakah engkau
masih akan rindu kepadanya.?"
"Walau engkau berada di sisiku, aku tetap merindukunnya,"
sahut Thio Han Liong dengan jujur.
"Engkau...." Ciu Lan Nio cemberut,
"oh ya Engkau jangan lupa lho Aku pernah menciummu."
"Itu...." Wajah Thio Han Liong langsung memerah.
"Aku mau mencium itu dikarenakan...." Ciu Lan Nio
menundukkan kepalanya sambil melanjutkan.
"Aku sung-guh-sungguh menyukaimu."
"Terima kasih" ucap Thio Han Liong. "Tapi aku sudah
punya kekasih, maka tidak boleh menyukaimu."
"Engkau....?" Ciu Lan Nio melotot, kemudian tersenyum.
"Tidak apa-apa. yang penting aku menyukaimu, mungkin
kelak akan mencintaimu pula.".
"Aku pasti menolak-" tegas Thio Han Liong.
"Aku tidak akan mencintai gadis lain lagi."
"Seandainya Giok Cu mati?"
"Akupun tidak akan mencintai gadis lain," sahut Thio Han
Liong sungguh-sungguh. "Aku mau menjadi Hweeshio saja-"
"Engkau bodoh sekali-" Ciu Lan Nio tertawa nyaring.
"Tapi engkau begitu setia terhadap Giok Cu. Aku salut dan
kagum padamu, otomatis makin membuatku makin
menyukaimu." "Lan Nio" Thio Han Liong menatapnya, kemudian menghela
nafas panjang seraya berkata,
"sebaiknya engkau jangan menyukaiku, sebab itu akan
membuatmu menderita."
"Memangnya kenapa?"
"Sebab aku tidak akan menyukaimu."
"Tidak apa-apa." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Itu sudah resikoku. Aku berani menyukai harus pula berani
menanggung penderitaan."
"Engkau...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Han Liong" ciu Lan Nio menatapnya.
"Rambutmu awut-awutan, pakaianmu kotor dan...
badanmu pun agak kurus. Mulai sekarang engkau harus
mengurus diri, jangan dibiarkan begini"
"Aku.-." Thio Han Liong tersenyum getir.
"Han Liong" Ciu Lan Nio tersenyum manis.
"Karena Giok Cu tidak berada di sisimu, maka mulai
sekarang... biar aku yang menemanimu."
"Terima kasih" ucap Thio Han Liong sekaligus menolak
secara halus- " Itu tidak perlu, terima kasih atas maksud baikmu-"
"Eh" Engkau- - " Ciu Lan Nio melotot, namun setelah itu ia
tersenyum lagi seraya berkata,
"Han Liong, aku senang sekali kalau engkau tersenyum-
Ayolah cepat tersenyum"
"Aku. - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala-
"Han Liong" Ciu Lan Nio memberitahukan.
"Aku pandai bernyanyi dan menari, bagaimana kalau aku
bernyanyi dan menari untukmu?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala lagi, namun
Ciu Lan Nio sudah bangkit berdiri gadis itu memandang Thio
Han Liong sambil tersenyum-senyum, kemudian mulai
bernyanyi sambil menari. Bukan main merdunya suara gadis
itu, tariannya pun sungguh indah gemulai. Thio Han Liong
terpesona menyaksikannya, sedangkan Ciu Lan Nio sering
meliriknya dengan wajah ceria.
Berselang beberapa saat kemudian, barulah Ciu Lan Nio
berhenti bernyanyi dan menari, lalu duduk di hadapan Thio
Han Liong seraya bertanya.
"Han Liong, bagaimana suara dan tarianku?"
"suaramu merdu sekali,"jawab Thio Han Liong dengan
jujur. "Tarianmu amat indah dan lemah gemulai."
"oh?" Ciu Lan Nio tersenyum gembira.
"Engkau menyukai suara dan tarianku?"
"Ng" Thio Han Liong mengangguk-
"Kalau begitu- - " Ciu Lan Nio menatapnya lembut.
"setiap hari aku akan bernyanyi dan menari untukmu. Aku
ingin menggembirakan hatimu"
"Lan Nio, terima kasih atas maksud baikmu, namun...."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau engkau begitu terhadapku, akhirnya engkau pula
yang akan menderita."
"Aku menderita tidak apa-apa," ujar Ciu Lan Nio sungguhsungguh-
"Yang penting engkau gembira-"
"Aaah" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Engkau baik sekali terhadapku tapi aku tidak bisa
membalas." "Itu tidakjadi masalah- sungguh"
"Tapi" Thio Han Liong memandang jauh ke depan.
" Hatiku merasa tidak enak-"
"Tidak apa-apa." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Han Liong...."
Ketika gadis itu baru mau mengatakan sesuatu, mendadak
terdengar suara siulan yang amat halus. Maka air mukanya
langsung berubah- "Lan Nio, kenapa engkau?" Thio Han Liong menatapnya
heran. "Han Liong," sahut Ciu Lan Nio dengan wajah murung.
"Aku harus segera pergi, kita akan bertemu lagi kelak"
"Selamat jalan" ucap Thio Han Liong dan menambahkan.
"Terima kasih atas kebaikanmu dan terima-kasih untuk
nyanyian dan tarianmu itu"
"Han Liong...." Mendadak gadis itu menciumnya, lalu
melesat pergi seraya berseru.
"sampai jumpa..."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. Berselang
sesaat barulah ia meninggalkan tempat itu.
Ciu Lan Nio melesat ke arah suara siulan itu. Dilihatnya
seorang tua berjubah merah dengan wajah dan jenggot
merah pula berdiri di situ. la adalah Hiat mo-
"Kakek-.." panggil gadis berpakaian merah itu.
"Lan Nio" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau dari mana" setengah mati kakek mencarimu."
"Kakek" Ciu Lan Nio menatapnya.
"Kalau tidak salahi kakek menangkap seorang gadis
bernama Tan Giok Cu. ya, kan?"
"Kok tahu?" Hiat Mo heran.
"Aku memang tahu." Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Mau apa Kakek tangkap gadis itu?"
"Kakek tertarik kepadanya, maka ingin mengambilnya
sebagai murid," sahut Hiat Mo-
"Tentunya engkau tidak berkeberatan, bukan?"
"Kakek tidak akan menyiksa gadis itu?"
"Tentu tidak-" Hiat Mo tersenyum.
"Kenapa kakek harus menyiksanya" Bukankah dia akan
menjadi kawanmu?" "Belum tentu." Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Sebab dia kenal aku...."
"Apa?" Hlat Mo tertegun.
"Engkau kenal gadis itu?"
"Ya." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Bahkan aku pun kenal kekasihnya."
"oh?" Hiat Mo terbelalak.
"Engkau pun.kenal kekasihnya?"
"Kekasihnya adalah Thio Han Liong." Ciu Lan Nio
memberitahukan. "Sejak Kakek menangkap Tan Giok Cu, Thio Han Liong
berubah tidak karuan. Rambutnya awut-awutan dan
pakaiannya kotor sekali. Dia tidak mengurusi diri."
"oh?" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Kok engkau tahu?"
"Tadi aku bertemu dengannya. Dia memberitahukan
kepadaku bahwa Hiat Mo telah menangkap kekasihnya," sahut
Ciu Lan Nio. "Dia sedih dan cemas, maka aku terpaksa menghiburnya."
"Eh?" Hiat Mo menatapnya dengan mata tak berkedip.
"Kok engkau begitu memperhatikan Thio Han Liong"
Apakah engkau...." "Aku memang menyukainya." Ciu Lan Nio tersenyum.
"Hari itu aku menciumnya di hadapan Tan Giok Cu."
"oh?" Hiat Mo tertawa gelak,
"Ha ha ha Engkau memang nakal sekali oh ya, bagaimana
reaksi Tan Giok Cu ketika engkau mencium kekasihnya itu?"
"Dia marah-marah sedangkan aku terus tertawa," sahut Ciu
Lan Nio dan- menambahkan,
"Tadi aku pun mencuri menciumnya, setelah itu barulah
aku ke mari." "Kalau begitu..." Hiat Mo menatapnya seraya berkata,
"Kakek yakin engkau pasti sudah jatuh cinta kepada
pemuda itu." "Kakek...." Ciu Lan Nio membanting-banting kaki.
"Thio Han Liong memang tampan dan kepandaiannya pun
sudah cukup tinggi. Kakek setuju apabila engkau
mencintainya. Namun dia telah mencintai Tan Giok Cu,
bagaimana kalau kakek bunuh gadis itu?"
"Jangan" Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Kalau Kakek membunuh Tan Giok Cu, Thio Han Liong pasti
akan membenciku." "Dia tahu engkau adalah cucuku?"
"Tidak tahu." "Kalau begitu, biar kakek bunuh gadis itu" ujar Hiat Mo dan
melanjutkan. "Apabila gadis itu sudah mati, sudah barang tentu Thio Han
Liong akan mencintaimu"
"Pokoknya Kakek tidak boleh membunuh gadis itu" tegas
Ciu Lan Nio. " Kalau Kakek berani membunuhnya, aku pasti membenci
kakek selama-lamanya"
"oh?" Hiat Mo mengerutkan kening.
" Kakek justru tidak habis pikir, engkau sudah jatuh cinta
pada Thio Han Liong, sedangkan Thio Han Liong dan Tan Giok
Cu saling mencinta. Kalau engkau tidak melenyapkan gadis
itu, bagaimana mungkin pemuda itu akan mencintaimu" "
"Mencintai seseorang harus dengan setulus hati. Aku
mencintainya harus pula melihatnya hidup bahagia, oleh
karena itu, aku tidak boleh egois," sahut Ciu Lan Nio.
"Aaaahi-." Mendadak Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Engkau benar, seorang tua terhadap anak pun tidak boleh
egois." "Kakek" tanya Ciu Lan Nio mendadak-
"Bagaimana ke dua orang tuaku meninggal?"
"Mereka- - " Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala-
"Mereka berdua menderita semacam penyakit yang tiada
obatnya, akhirnya mereka mati-"
"Benarkah begitu?"
"Memang benar begitu"
"Kakek" Ciu Lan Nio menatapnya dengan mata tak
berkedip- "Pokoknya Kakek tidak boleh membunuh Tan Giok Cu dan
mengganggu Thio Han Liong"
"Jangan khawatir" Hiat Mo tersenyum.
"Kakek berjanji itu"
"Kakek," tanya Ciu Lan Nio.
"Bolehkah aku pergi menemui Han Liong lagi" Aku... aku
ingin mengucapkan selamat berpisah dengan dia-"
"Kenapa engkau ingin mengucapkan selamat berpisah
dengan dia?" Hiat Mo heran.
"sebab Kakek pasti akan kembali ke Kwan Gwa, maka aku
akan berpisah dengan dia," ujar Ciu Lan Nio.
"ya, kan?" "Hgmm" Hiat Mo manggut-manggut.
"Kakek harus membawa Giok Cu ke Kwan Gwa, karena
kakek akan mewariskan kepandaian kakek kepadanya, setelah
dia menguasai ilmu kepandaian Kakek, barulah kakek akan
melepaskannya pulang ke Tionggoan."
"Kalau begitu, dia pasti akan bertemu Hai-Liong" ujar Ciu
Lan Nio. "Mereka memang akan bertemu, namun...." Hiat Mo
tertawa. "Giok Cu tidak akan mengenalnya, sedangkan Giok Cu akan
memakai cadar." "Giok Cu tidak akan mengenal Han Liong?" Ciu Lan Nio
mengerutkan kening. "Apakah Kakek akan menggunakan ilmu hitam untuk
mempengaruhi Giok Cu?"
"ya." Hiat Mo mengangguk-
"Kakek - -" Air muka Ciu Lan Nio berubah-
"Kenapa Kakek akan berbuat begitu?"
"Apabila Han Liong mampu mengalahkan kakek, barulah
kakek melepaskan Giok Cu" sahut Hiat Mo dan menambahkan,
"sedangkan engkau punya kesempatan untuk mendekati
pemuda itu. Ha ha ha-"
"Kakek - ?" Wajah Ciu Lan Nio kemerah-merahan.
"Kakek, aku pergi sebentar ya?"
"Baik," Hiat Mo mengangguk-
"Tapi jangan lama-lama, kakek menunggumu di dalam gua
itu." "ya. Kakek- Terima kasih" ucap Ciu Lan Nio lalu melesat
pergi- "Aaaah - " Hiat Mo menghela nafas panjang.
" Cucuku, aku telah bersalah kepadamu. Aku yang
membunuh ayahmu, kemudian ibumu membunuh diri setelah
melahirkanmu. Aku... aku sungguh berdosa"
Usai bergumam, Hiat Mo lalu melesat pergi menuju ke
sebuah gua yang disebutnya tadi-Kalau tadi Ciu Lan Nio tidak
menegaskan kepadanya jangan membunuh Tan Giok Cu, Hiat
Mo pasti akan membunuh gadis itu demi cucunya.
ciu Lan Nio sudah tiba di tempat tadi di mana ia bertemu
Thio Han Liong, namun pemuda itu sudah tidak ada di situ.
Ciu Lan Nio menengok ke sana ke mari, kemudian manggutmanggut
ketika melihat rerumputan di sebelah kiri agak
miring, sepertinya pernah diinjak orang, segeralah ia melesat
ke sana. Tak seberapa lama, dilihatnya seorang pemuda sedang
berjalan dengan kepala tertunduk. dialah Thio Han Liong.
"Han Liong Han Liong..." seru Ciu Lan Nio memanggilnya,
sekaligus melesat ke hadapannya. "Han Liong..."
"Eh?" Thio Han Liong langsung berhenti dan terperangah
ketika melihat gadis itu.
"Engkau...." "Ya, aku." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Aku ke mari untuk menemanimu sebentar."
"Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa engkau menggeleng-gelengkan kepala?" Ciu Lan
Nio cemberut. "Tidak senangkah aku ke mari?"
"Lan Nio...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Jangan terlampau baik terhadapku, sebab engkau akan
menderita kelak" "Aku sudah bilang dari tadi, itu tidak jadi masalah bagiku,"
sahut Ciu Lan Nio sambil tersenyum.
"Han Liong, mari kita duduk sebentar" Thio Han Liong
menatapnya, lama sekali barulah mengangguk.
"Baiklah." Thio Han Liong duduk di bawah sebuah pohon
dan Ciu Lan Nio segera duduk di sisinya.
"Han Liong," ujar gadis itu karena tiada pembicaraan.
"Pemandangan di sini indah sekali."
"Pemandangan di sini indah sekali?" Thio Han Liong
melongo karena di tempat itu hanya terdapat rerumputan dan
tanah gersang, namun Ciu Lan Nio justru mengatakan indah
sekali tempat itu. "Engkau tidak salah" Di tempat ini hanya terdapat
rerumputan kering dan tanah gersang, tapi kenapa engkau
bilang indah sekali?"
"Karena...." Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
"Tiada pembicaraan, maka aku bilang begitu"
"oooh" Thio Han Liong tersenyum.
"Haaa..H?" Ciu Lan Nio terbelalak.
"Ada apa?" Thio Han Liong heran karena gadis itu
menatapnya dengan mata terbelalak-
"Engkau - engkau sudah tersenyum- Engkau sudah
tersenyum, maka aku gembira sekali," sahut Ciu Lan Nio
sambil tertawa gembira- "Lan Nio, engkau - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala dan timbul rasa kasihan pula kepadanya-
"Aku - " "Jangan berkata apa pun" Ciu Lan Nio tersenyum-
"yang penting engkau gembira, kelak aku menderita atau
bagaimana, itu adalah urusanku."
"Engkau adalah gadis yang baik, aku yakin engkau akan
bertemu pemuda yang baik pula kelak."
"Han Liong - ." Mendadak Ciu Lan Nio tersenyum getir.
"Terus terang, aku tidak gampang jatuh cinta. Tapi -
begitu bertemu denganmu - ."
"Aku tahu bagaimana perasaanmu, namun...." Thio Han
Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sudah punya kekasih, maka tidak bisa menerima
cintamu. Aku - aku harap engkau maklum dan mau mengerti"
"seandainya - " tanya Ciu Lan Nio sambil menatapnya.
"Tan Giok Cu mati, bagaimana engkau?"
"Aku pun tidak bisa hidup lagi," sahut Thio Han Liong
sungguh-sungguh. "Aaah - " Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"engkau begitu setia kepada Tan Giok Cu, sungguh bahagia
dia" "Lan Nio...." Ketika Thio Han Liong ingin mengatakan
sesuatu, tiba-tiba sosok bayangan berkelebat ke arah mereka,
sosok itu ternyata seorang pemuda berwajah pucat, yang
tidak lain Kwan Pek Him, murid kesayangan si Mo-
"Eh?" Ciu Lan Nio langsung melotot.
"Mau apa engkau ke mari?"
"Nona Ciu, aku..." pemuda itu tergagap, kemudian melirik
Thio Han Liong seraya bertanya,
"Nona ciu, pemuda ini kekasihmu?"
"Dia kekasih ku atau bukan adalah urusanku, engkau tidak
perlu tahu dan tidak usah turut campur"
"Nona Ciu...." Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"saudara" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Aku bukan kekasihnya, kami hanya teman biasa."
"oooh" Kwan Pek Him menarik nafas lega.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"saudara, bolehkah aku tahu siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong. Engkau?"
"Kwan Pek Him," sahut pemuda itu sambil bergumam.
"Sepertinya aku pernah mendengar namamu."
"ohi ya?" Thio Han Liong tercengang.
"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Aku ingat sekarang, guruku pernah menyebut namamu."
"Siapa gurumu?" tanya Thio Han Liong.
" guruku adalah si Mo-" Kwan Pek Him memberitahukan.
"Apa?" Thio Han Liong tersentak-
"gurumu adalah si Mo" Engkau... engkau adalah
muridnya?" "ya." Kwan Pek Him mengangguk dan bertanya.
"Memangnya ada apa?"
"Ti... tidak-" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"oh ya, sudah lama engkau kenal Lan Nio?"
"Belum begitu lama-" sahut Kwan Pek Him dengan jujur.
"Dia pernah datang di markas Hek Liong Pang, aku
bertemu dia di sana."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Lho?"sela Ciu Lan Nio mendadak-
"Kalian kok jadi mengobrol" Kwan Pek Him Cepatlah
engkau enyah dari sini"
"Nona Ciu, kita adalah teman. Kenapa aku tidak boleh
berada di sini?" Kwan Pek Him tampak kecewa sekali.
"Cepat pergi" bentak Ciu Lan Nio.
"Tempat ini bertambah gersang karena kehadiranmu di
sini" "Nona Ciu...." Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"Aku - aku - -"
"Lan Nio" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Kalian sudah saling kenal, maka tidak baik engkau
bersikap begitu terhadapnya."
"Han Liong" Ciu Lan Nio melotot,
"Ini adalah urusanku, engkau tidak perlu turut campur"
"Aku bermaksud baik," ujar Thio Han Liong sungguhsungguh-
"saudara Kwan ke mari tanpa berniat jahat, kenapa engkau
mengusirnya?" "Eh?" Ciu Lan Nio terbelalak.
"Kenapa engkau membela pemuda muka pucat itu sih" Dia
kan bukan temanmu, kenapa engkau membelanya?"
"Kalau sudah kenal berarti teman. Kini kita semua adatah
teman," sahut Thio Han Liong dan menambahkan,
"Lagipula... dia kelihatan sangat baik terhadapmu, engkau
harus...." "Diam" bentak Ciu Lan Nio.
"Aku... aku sebal kepadanya Kalau dia tetap berada di sini,
rasanya aku mau muntah"
"Nona Ciu, engkau...." Wajah Kwan Pek Him yang pucat itu
bertambah pucat. Betapa sakit hatinya ketika mendengar
ucapan Ciu Lan Nio itu. "Engkau menghinaku" Apakah aku bersalah padamu
sehingga engkau merasa sakit hati begitu?"
"Tempo hari aku sudah bilang, aku tidak akan menyukaimu,
kenapa sekarang engkau ke mari menemuiku lagi?" sahut Ciu
Lan Nio dingin. "Aku... aku kebetulan lewat di sini. Karena melihatmu,
maka aku...." "Sudahlah" potong Ciu Lan Nio.
"Jangan banyak alasan, cepatlah engkau pergi"
"Lan Nio" Thio Han Liong tampak tidak senang.
"Engkau tidak boleh begitu, padahal...."
"Heran?" gumam Ciu Lan Nio sambil mengerutkan kening.
"Kenapa engkau terus membelanya?"
"Karena dia pemuda baik," sahut Thio Han Liong.
"Maka aku membelanya."
Ucapan ini membuat Kwan Pek Him terharu bukan main.
Setahunya gurunya pernah melukainya, bahkan ingin
membunuhnya pula. Namun kini Thio Han Liong justru
membelanya. maka ia memandangnya dengan penuh rasa
haru dan terima kasih- "Dia pemuda baik?" tanya Ciu Lari Nio dengan suara
hidung. "Aku yakin dia pemuda baik," sahut Thio Han Liong dan
menambahkan dengan suara rendah-
"Lagipula dia sangat tertarik kepadamu, jadi - ."
"Diam" bentak Ciu Lan Nio.
"Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Lan Hio, sudah dua kali engkau membentakku. "
"oh?" Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
"Kalau begitu aku... aku minta maaf kepadamu."
"Engkau tidak usah minta maaf kepadaku, seharusnya
engkau minta maaf kepada saudara Kwan," ujar Thio Han
Liong sungguh-sungguh. "Minta maaf kepada si Muka Pucat itu" Huh Tak usah ya"
Ciu Lan Nio mencibir. "Memangnya dia itu apa" Aku harus minta maaf
kepadanya?" "Lan Nio" Thio Han Liong tampak gusar.
"Kenapa engkau terus-menerus menghinanya" Kenapa
sifatmu, begitu macam" Bagaimana ke dua orang tuamu
mendidikmu?" "Aku tidakpunya orang tua. sebelum aku lahir ayahku
sudah meninggal, dan setelah aku dilahirkan, ibuku pun
meninggal." "oooh" Diam-diam Thio Han Liong menghela nafas,
kemudian menatap gadis itu dengan iba.
"Lalu kini engkau bersama siapa?"
"Kakekku." "Lan Nio, karena engkau tidak punya orang tua, maka
sifatmu jadi begitu, aku harap engkau mau merubah sifat
burukmu itu" "Han Liong...." Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Pokoknya aku tidak mau berteman dengan si Muka Pucat
itu Tidak mau" "Lan Nio" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Dia pemuda baik yang sabar, kenapa engkau tidak mau
menjadi temannya?" "Aku...." Ciu Lan Nio menundukkan kepala.
Di saat itulah mendadak Thio Han Liong melesat pergi
laksana kilat. Begitu Ciu Lan Nio mendongakkan kepala, Thio
Han Liong sudah tidak kelihatan. "Hah" Han Liong" teriak Ciu
Lan Nio. "Dia sudah pergi," sahut Kwan Pek Him.
"Percuma engkau berteriak memanggilnya."
"Engkau...." Ciu Lan Nio menuding nya.
"Gara-gara engkau di sini, maka dia pergi"
"Nona Ciu.." Wajah Kwan Pek Him yang pucat itu tampak
murung sekali. "Aku sangat tertarik kepadamu dan aku... aku rela
berkorban demi dirimu, sungguh"
"Kalau engkau rela berkorban demi diriku, kenapa tidak dari
tadi engkau meninggalkanku" Akhirnya Han Liong yang
pergi..." Tiba-tiba Ciu Lan Nio melesat pergi mengikuti arah yang
dituju Thio Han. Liong. "Nona Ciu Nona Ciu" seru Kwan Pek Him memanggilnya.
"Nona Ciu..." Kwan Pek Him berdiri termangu-mangu di tempat, la sama
sekali tidak mengerti, kenapa Ciu Lan Nio begitu
membencinya" Di saat pemuda itu sedang melamun,
sekonyong-konyong berkelebat sosok bayangan arahnya.
"Pek Him" seorang tua berwajah seram berdiri
dihadapannya, ternyata si Mo-
"guru" Kwan Pek Him tersentak-
"Kenapa engkau berdiri melamun di sini?" Si Mo
menatapnya tajam seraya bertanya,
"Engkau mengalami sesuatu di sini?"
"guru, aku...." Kwan Pek Him menundukkan kepala.
" Cepat katakan apa yang telah terjadi di sini" desak si Mo
sambil mengerutkan kening.
"Tadi aku melihat Ciu Lan Nio berada di sini, maka aku ke
mari menjumpainya. Tapi...."
"Kenapa" Apakah dia bersama orang lain?"
"siapa orang itu?"
"Thio Han Liong."
"Apa?" si Mo tersentak-
"Thio Han Liong?"
"ya." "Hmm" dengus si Mo dingin-
"Thio Han Liong bersama Ciu Lan Nio, padahal pemuda itu
sudah punya kekasih bernama Tan Giok Cu, hanya saja Tan
Giok, Cu telah dibawa pergi oleh Hiat Locianpwee-"
"oh?" Kwan Pek Him terbelalak-
"guru, siapa Hiat Locianpwee itu?"
"Entahlah-" si Mo menggelengkan kepala-
"Yang jelas Ciu Lan Nio punya hubungan erat dengan Hiat
Locianpwee itu." "Heran?" gumam Kwan Pek Him sambil menggelenggelengkan
kepala. "Bagaimana Thio Han Liong bisa kenal gadis itu?"
"Hmmm" dengus si Mo dengan mata berapi-api.
"Kalau bukan dikarenakan Hiat Locianpwee itu, sudah
kubunuh dia" "Guru," tanya Kwan Pek Him.
"Kenapa guru ingin membunuh Thio Han Liong?"
"Sebelum bertemu denganmu, guru sudah bertemu dia-" si
Mo memberitahukan, "guru ingin mengambilnya sebagai murid, tapi dia menolak
sehingga membuat guru gusar sekali."
"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut.
"Karena itu, guru ingin membunuhnya?"
"Ya." si Mo mengangguk kemudian menatapnya seraya
bertanya, "Engkau mencintai Ciu Lan Nio?"
"ya." Kwan Pek Him mengangguk,-
"Kalau begitu, engkau harus membunuh Thio Han Liong,"
ujar si Mo sungguh-sungguh-
"Kenapa?" Kwan Pek Him heran dan terkejut-
"Kalau Thio Han Liong masih hidup, engkau jangan harap
bisa mendekati Ciu Lan Nio." si Mo memberitahukan. Ternyata
ia ingin meminjam tangan muridnya untuk membunuh Thio
Han Liong. "Karena kelihatannya gadis itu mencintai Thio Han Liong,
maka engkau harus membunuh pemuda itu agar tidak ada
saingan." "Ya" guru." Kwan Pek Him mengangguk. namun ia sama
sekali tidak berniat membunuh Thio Han Liong.
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Pek Him, mari ikut guru"
"Ke mana?" Kwan Pek Him heran.
"Jangan banyak bertanya" sahut si Mo melotot
"Pokoknya engkau ikut saja. Aku adalah gurumu, engkau
harus menurut." "Ya" guru." Kwan Pek Him mengangguk-
Si Mo langsung melesat pergi, dan Kwan pek Him segera
mengikutinya dari belakang dengan pcjiuh keheranan, karena
tidak tahu gurunya akan mengajaknya ke mana. Walau ia
melakukan perjalanan bersama gurunya, namun pikirannya
justru menerawang tidak karuan, lantaran wajah Ciu Lan Nio
terus muncul di pelupuk matanya, dan itu membuatnya
menghela nafas panjang. -ooo00000ooo- Bab 22 Pertemuan Para Ketua Di Kuil siauw Lim sie
Hari itu tanggal lima belas. Kuil siauw Lim sie tampak ramai
sekali. Ternyata Kong Bun Hong Tio (Ketua siauw Lim Pay)
menyelenggarakan suatu pertemuan. Yang diundang adalah
ketua Bu Tong, GoBi, Kun Lun, Hwa san, Khong Tong Pay dan
ketua Kay Pang. Para ketua itu berkumpul di ruang Tay Hiong Po Thian
(Ruang Para orang Gagah)-Beberapa Hweeshio menyuguhkan
teh wangi dan arak wangi,
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Silakan minum"
Para ketua sebera meneguk minuman masing-masing,
setelah itu Kong Bun Hong Tio berkata,
"Para ketua yang kuhormati, hari ini kita berkumpul di sini
demi membahas beberapa hal, yaitu mengenai situasi rimba
persilatan dan lain sebagainya."
"Kong Bun Hong Tio," ujar ketua Kun Lun Pay.
"Kini situasi rimba persilatan sangat buruk, kelihatannya
golongan hitam mulai menguasai rimba persilatan, oleh karena
itu, kita harus cepat bertindak, sebab kalau tidaki rimba
persilatan pasti akan dilanda banjir darah-"
"Betul." Ketua Hwa San Pay manggut-manggut.
"Namun kini yang amat memusingkan kita adalah Si Pembunuh
Misterius itu. Kita semua sama sekali tidak tahu siapa
dia, lalu kita harus bagaimana?"
Justru kita harus bersatu untuk membasmi pembunuh itu,"
sahut ketua Khong Tong Pay.
"Tapi tidak tahu pembunuh itu bersembunyi di mana, dan
bagaimana kita membasminya?"
"Lagi pula..." ujar ketua Gobi Pay sambil menggelenggelengkan
kepala. "Kini telah muncul Hek Liong Pang dalam rimba persilatan.
Si Mo adalah wakil ketua,sedangkan ketua Hek Liong Pang
adalah seorang wanita, tapi kita pun tidak tahu siapa dia.
Kelihatannya Hek Liong Pang berambisi menguasai rimba
persilatan, sedangkan kekuatan" Hek Liong Pang boleh
dikatakan telah menyamai Siauw Lim Pay maupun Bu Tong
Pay. oleh karena itu, kita harus waspada terhadap Hek Liong
Pang." "Benar," Ketua Bu Tong Pay manggut-manggut.
"Para anggota Hek Liong Pang sering melakukan kejahatan.
Itu sungguh membahayakan Menurutku, Hek Liong Pang itu
harus dibasmi." "Setuju" Ketua Kun Lun Pay manggut-manggut.
"omitohud" ucap KongBun Hong Tio. "Terlebih dahulu kita
bahas masalah pembunuh itu, sebab In tayhiap dari Bu Tong
Pay sudah mati di tangan pembunuh itu."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Haah?" Para ketua partai lain terkejut, kemudian ketua
Gobi Pay bertanya. "Kapan In tayhiap mati?"
"Beberapa bulan lalu," sahut ketua Bu Tong Pay dengan
wajah murung. "Kami merahasiakan hal itu agar tidak menggemparkan
rimba persilatan. Kami telah menyelidiki jejak pembunuh itu,
tapi tidak berhasil sama sekali."
"Setiap dada korban pasti terdapat sebuah tanda merah.
apakah itu adalah semacam ilmu pukulan?" tanya ketua Khong
Tang Pay. "Omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio.
"Itu memang semacam ilmu pukulan, namun aku tidak tahu
ilmu pukulan apa itu."
"Heran?" gumam ketua Hwa San Pay.
"Kenapa pembunuh itu membantai para murid kita" Apakah
pembunuh itu punya dendam kesumat terhadap kita?"
"Sulit diterka." Ketua Bu Tang Pay menggeleng-gelengkan
kepala, lalu memberitahukan.
"Sebelum In Sutee menghembuskan nafas penghabisan,
dia masih sempat menyebuat 'Hiat', tapi kami tidak paham
akan kata itu." "Hiat?" Ketua Kun Lan Pay mengerutkan kening.
"Mungkin itu adalah julukan atau nama pukulan pembunuh
itu." "Kami pun menduga begitu," sahut ketua Bu Tang Pay.
"Namun..." Hal Hilang... "omitohud" Wajah Kong Bun Hong Tio kemerah-merahan.
"Silakan duduk"
"Terima kasih" ucap Pak Hong sambil duduki begitu pula
yang lain. "Maaf" tanya Kong Bun Hong Tio.
"Kalian mau minum teh atau arak wangi"
"Ada arak wangi ya?" Lam Khie terbelalak.
"Apakah para Hweeshio boleh minum arak?"
"Tentu tidak boleh," sahut Kong Ti Seng Ceng sambil
tersenyum. "Arak wangi khusus untuk disuguhkan kepada para tamu."
"Oooh" Lam Khie manggut-manggut.
"Kalau begitu, tolong suguhkan arak wangi saja"
Salah seorang Hweeshio segera menyuguhkan minuman
keras itu. Kemudian sambil tertawa Lam Khie, Pak Hong dan
Tong Koay meneguk minuman keras itu.
sementara si Mo diam saja, namun sepasang matanya
menatap mereka dengan mata berapi-api.
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"si Mo Kenapa engkau menatap kami dengan mata
membara seperti obat peledak?"
"Kalian...." si Mo berkeretak gigi-
"Ha ha ha" Pak Hong tertawa terbahak-bahak-
"Para anggota Hek Liong Pang yang bersembunyi di bawah
itu, semuanya telah kami lumpuhkan. Bahkan kami pun telah
memusnahkan semua obat peledak itu. Ha ha ha..."
"Bagus" sahut si Mo dingin-
"Aku akan membuat perhitungan dengan kalian kelak"
"Tidak usah kelak." ujar pak Hong.
"sekarang pun boleh- sebab tanganku sudah gatal begitu
melihatmu-" "Kita sudah ada janji, kelak akan bertanding dipuncak
gunung Hong san. Tunggu saja" sahut si Mo lalu berbisik
kepada muridnya. "Mari kita pergi"
si Mo dan muridnya segera melesat pergi, sedangkan pak
Hong terus tertawa terbahak-bahak-
"Kali ini si Mo betul-betul mendapat pukulan dahsyatsungguh
menggembirakan Ha ha ha?."
"ya" "Dia tidak menyangka kita akan muncul di sini, bahkan kita
pun telah menggagalkan rencana jahatnya itu," ujar Lam Khie-
" Itu pasti membuatnya marah bukan main."
"omitohud" ucap Kong Bun HongTio-
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan kalian. Kalau
tidak, kuil Siauw Lim Sie kami pasti akan berubah menjadi
lautan api." "Ha ha" Tong Koay tertawa.
"Kong Bun Hong Tio tidak usah mengucapkan terima kasih
kepada kami, sebab kami menghancurkan semua obat peledak
itu, tempat ibadah ini jangan sampai terbakar musnah.
Kasihan para Buddha akan ikut terbakar di dalam kuil ini."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-"Terima-kasih, terima
kasih...." "Maaf" Tong Koay tertawa strata berkata.
"Ke-datangan kami telah mengganggu pertemuan kalian,
aku harap kalian jangan mencaci kami dalam hati"
"Kami sangat berterima kasih kepada kalian," ucap ketua
Hwa San Pay. "Secara tidak langsung kalian telah menyelamatkan kami
dan kuil Siauw Lim Sie ini."
"Menyelamatkan kuil ini memang benar," sahut Tong Koay
sambil tertawa. "Tapi menyelamatkan kalian, itu tidak benar lho. Karena
kepandaian kalian sangat tinggi, tentunya tidak perlu kami
yang menyelamatkan kalian."
"Tapi kami pasti terkurung dalam lautan api,", ujar ketua
Hwa San Pay dan menambahkan,
"Setelah kalian musnahkan obat peledak itu, maka kami
pun tidak usah terkurung oleh lautan api. Secara tidak
langsung kalian telah menyelamatkan kami"
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa gelak.
"sekarang giliaran aku yang minta maaf kepada ketua Hwa
San Pay. Sebab aku pernah mengalahkanmu, namun engkau
sama sekali tidak membenciku. Aku sungguh kagum dan salut
kepadamu" "Kka bertanding secara jujur. Kepandaianku lebih rendah
darimu. Aku... aku harus mengakui itu."
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa lagi.
"Aku memang angin-anginan, harap ketua Hwa San sudi
memaafkan" "sama-sama," sahut ketua Hwa savn Pay sambil tertawa.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Bagaimana kalian tahu si Mo akan ke mari denga
membawa para anak buahnya dan obat peledak?"
"Beberapa anak buahku melihat mereka menuju ke mari,
lalu segeralah melapor kepadaku. Maka, aku cepat-cepat ke
mari bersama muridku. Namun di tengah jalan aku bertemu
Lam Khie dan Pak Hong."
"oooh" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut, kemudian
berkata. "Kami sedang memba beberapa masalah, yaitu mengenai
Hek Liong pang dan si Pem-bunuh Misterius itu, mendadak
muncul si Mo-" "Kong Bun Hong Tio tahu siapa ketua Hek Liong pang itu?"
tanya Lam Khie mendadak. "Kami cuma tahu dia seorang wanita, namun tidak jelas
mengenai identitasnya," jawab Kong Bun Hong Tio-
"Belum lama ini aku memperoleh informasi tentang ketua
Hek Liong Pang." Tong Koay memberitahukan.
"Ternyata ketua Hek Liong pang itu bernama Kwee In
Loan, yang kepandaiannya masih di atas si Mo."
"Kwee In Loan...." Kong Bun Hong Tio menggelenggelengkan
kepala. " Aku tidak pernah mendengar nama itu."
"Kami pun tidak tahu dia berasal dari perguruan mana,"
ujar Tong Koay dan menambahkan.
"Kelihatan-nya dia memang ingin menguasai rimba
persilatan." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Apakah kalian bersedia bergabung dengan kami?"
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa.
"Bagaimana mungkin kami bergabung dengan partai yang
lurus dan bersih" sebab kami kaum siluman yang tak tahu
aturan, tentunya kami tidak bisa bergabung."
"omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Tapi selama ini kalian tidak pernah melakukan kejahatan
dalam rimba persilatan, maka kalian merupakan siluman yang
baik-" "Maaf" Tong Koay menggelengkan kepala-
"Kami tidak mau terlihat di sini, sebab kami lebih senang
hidup bebas-" "omitohud" Keng Bun Hong Tio menghela nafas panjang.
"Tong Koay" Ketua Bu Tong Pay menatapnya seraya
bertanya, "Apakah engkau tahu siapa pembunuh misterius itu?"
"Pembunuh misterius?" tanya Tong Koay.
"Maksudmu orang yang membantai para murid kalian itu?"
"ya." Ketua Bu Tong Pay menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maaf, ketua Bu Tong Pay" Tong Koay menggelengkan
kepala- "Aku tidak tahu- Memang sudah lama aku menyelidiki
itu, tapi sia-sia-" "In Lie Heng suteeku mati terbunuh, dadanya terdapat
sebuah tanda merah-" Ketua Bu Tong Pay memberitahukan,
"sebelum menghembuskan nafas penghabisan, dia sempat
menyebut kata '"Hiat'. Tong Koay tahu apa artinya itu?"
"Hiat..." gumam Tong Koay sambil mengerutkan kening.
"Aku tidak tahu apa artinya."
Mendadak Pak Hong berseru kaget dan air mukanya
berubah hebat. "Mungkinkah Hiat Mo?"
"Siapa Hiat Mo itu?" tanya ketua Bu Tong Pay dengan
kening berkerut. "Bolehkah engkau memberitahukan kepada kami?"
"Aku pun tidak begitu jelas" sahut Pak Hong dan
melanjutkan, "guruku pernah bilang, di Kwan Gwa (Luar Perbatasan)
terdapat seorang tokoh yang amat tinggi kepandaiannya.
Julukan tokoh itu adalah Hiat Mo (iblis Berdarah)- Namun Hiat
Mo itu tidak pernah memasuki daerah Tionggoan, maka aku
tidak yakin pembunuh misterius itu adalah Hiat Mo-"
" Ketua Bu Tong Pay," ujar Lam KhieTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Alangkah baiknya engkau bertanya kepada gurumu.
Mungkin gurumu tahu tentang Hiat Mo tersebut-"
"ya." Ketua Bu Tong Pay mengangguk.
"Ha ha ha" Tong Koay tertawa gelak-
"Aku sudah mencicipi arak wangi dari kuil siauw Lim sie,
kini aku mau mohon pamit-"
Tong Koay menarik muridnya, lalu melesat pergi sambil
tertawa gelak. Begitu pula Lam Khie dan Pak Hong. Mereka
berdua pun melesat pergi tanpa berpamit lagi.
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan
kepala. "Kepandaian mereka sungguh tinggi"
"Kong Bun Hong Tio," tanya ketua Kun Lun Pay.
"Bagaimana pertemuan kita, perlukah dilanjutkan lagi?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Kita masih belum memilih seorang Bu Lim Beng Cu"
"Menurut aku, seorang pendekar yang telah berjasa bagi
rimba persilatan, barulah boleh dipilih sebagai Bu Lim Beng
Cu. seperti halnya dengan Thio Bu Ki. Namun kini tiada
seorang pendekar yang dapat menyamai Thio Bu Ki. Maka
bagaimana mungkin kita sembarangan memilih seorang Bu
Lim Beng Cu" ya, kan?" ujar ketua Kun Lun Pay.
"omitohud" Keng Bun Hong Tio manggut-manggut.
"Memang benar apa yang dikatakan ketua Kun Lun Pay.
Karena itu, kita tidak bisa memilih seorang Bu Lim Beng Cu."
"Kalau begitu, cara bagaimana kita bergerak untuk
menumpas Hek Liong Pang dan pembunuh misterius itu?"
Ketua Bu Tong Pay menggeleng-gelengkan kepala.
"Begini," sahut ketua Hwa san Pay. Prinsip kita yakni
bersatu. Kalau sudah waktunya menumpas Hek Liong Pang,
tentunya kita harus menyerbu ke markas Hek Liong Pang. Tapi
kini pihak Hek Liong Pang masih belum mengusik kita, maka
kita tidak perlu menyerbu ke sana."
"omitohud" Keng Bun HongTio manggut-manggut. "Aku
yakin untuk sementara ini,, Hek Liong Pang tidak akan
mengganggu kita,, sebab Hek Liong Pang harus menghadapi
Tong Koay, Lam Khie dan pak Hong."
"BetuL" Ketua Bu Tong Pay manggut-manggut.
"Kalau begitu, pertemuan kita sampai di sini saja."
"omitohud" Keng Bun Hong Tio mengangguk dan
menambahkan. "Mengenai soal Bu Lim Beng Cu, akan dirundingkan kelak."
Para ketua itu setuju, lalu mulailah mereka berpamit
meninggalkan kuil siauw Lim sie.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ciu Lan Nio tidak berhasil menyusul Thio Han Liong,
akhirnya ia pergi menemui kakeknya yang berada di dalam
sebuah gua. Wajah gadis itu masam. Begitu berada di
hadapan kakeknya ia langsung membanting-banting kaki-
"Eeeh?" Hiat Mo menatapnya heran.
"Kenapa engkau" Kok pulang-pulang membanting kaki?"
"Kakek, aku sedang kesal," sahut Ciu Lan Nio.
" Kesal kenapa?" tanya Hiat Mo lembut.
"Di saat aku sedang bercakap-cakap dengan Han Liong,
justru muncul Kwan Pek Him, murid si Mo-" Ciu Lan Nio
memberitahukan. "oh" kenapa tidak kau usir?"
"Sudah kuusir, namun dia tidak mau pergi," sahut Ciu Lan
Nio. "Muka pemuda itu sungguh tebal, tak tahu malu sama
sekali." "Kenapa tidak kau tendang?" Hiat Mo tersenyum.
"Yaaah--." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Entah apa sebabnya, Han Liong malah membelanya."
"Membelanya" Cara bagaimana dia membelanya?" tanya
Hiat MoTIRAIKASIH
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia bilang Kwan Pek Him adalah pemuda baik. aku tidak
boleh menghinanya dan lain sebagainya," jawab Ciu Lan Nio
sambil cemberut. "Padahal aku sebal sekali pada pemuda itu"
"Bagaimana tampang pemuda itu?"
"Seperti mayat hidup- Mukanya pucat pias tak berdarah
sama sekali dan menyeramkan."
"Han Liong tidak tahu bahwa dia murid si Mo?"
"Dia tahu, karena Kwan Pek Him memberitahukannya-"
"Setelah tahu pemuda itu adalah murid si Mo, dia masih
membelanya?" "ya." Ciu Lan Nio mengangguk-
"Itu sungguh membuat hatiku kesal sekali, akhirnya dia
pergi. Aku pergi menyusulnya, tapi dia - -"
"sudah tak kelihatan?" tanya Hiat Mo-
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk-
"Kakek, aku - aku ingin pergi mencari Han Liong."
"Jangan" Hiat Mo menggelengkan kepala-
"sebab kita harus pulang ke Kwan Gwa, lain kali saja
engkau pergi mencarinya-"
"Kakek,-" "Lan Nio, engkau jangan bandel" Hiat Mo menatapnya.
"Dua tiga tahun kemudian, kita akan ke mari lagi."
"Begitu lama, aku....",
"Lan Nio" Hiat Mo tersenyum.
"Dua tiga tahun kemudian, mungkin Thio Han Liang sudah
melupakan Tan Giok Cu. Nah, itu kesempatanmu lho"
"oh?" Wajah Ciu Lan Nio agak berseri.
"Tapi kalau dia tidak melupakan Tan Giok Cu?"
"Apa boleh buat. Kakek terpaksa harus turun tangan" ujar
Hiat Mo sungguh-sungguh. "Kakek akan membuatnya melupakan gadis itu, sebaliknya
dia akan mencintaimu."
"Kakek akan menggunakan ilmu hitam?"
"Tentu." "Kakek-..." ciu Lan Nlo menggeleng-gelengkan kepala.
"Itu tidak baik. lagipula aku tidak akan memperoleh cinta
sejati darinya, karena dia cuma menurut dan seperti tidak
punya sukma, Itu percuma."
"Yang penting engkau memilikinya. Apakah engkau tidak
merasa puas?" Hiat Mo menatapnya.
"Kakek...." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Aku akan merasa puas, tetapi tidak akan merasa bahagia.
Apa artinya aku hidup bersama orang yang telah kehilangan
sukmanya" Kakek, itu tiada artinya sama sekali."
"Kalau begitu, engkau mau bagaimana?"
"Walau dia tidak menerimaku, tapi aku akan merasa
bahagia bersamanya. Meskipun cuma sekejap."
"Lan Nio...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala,
"oh ya, engkau harus ingat satu hal"
"Hal apa?" "Apabila dia tidak mampu mengalahkan Kakek, Tan Giok Cu
tidak akan kembali ke sisinya, Itu berarti engkau punya
kesempatan mendekatinya, hanya saja engkau harus bersikap
lemah lembut kepadanya."
"Kakek...." Ciu Lan Nio ingin mengatakan sesuatu, tapi
dibatalkannya, kemudian malah menghela nafas panjang.
"Aaah sudahlah"
"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak Hiat Mo.
"Kakek, bolehkah aku minta waktu beberapa hari?" tanya
Ciu Lan Nio sambil menundukkan kepala.
"Engkau ingin pergi mencari Han Liong?" Hiat Mo
mengerutkan kening, "ya. Kakek." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Haaaaaahhh" Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Baik-lah- Kakek akan menunggumu beberapa hari. Tapi
bertemu dia atau tidaki engkau harus kembali."
"ya. Kakek- Terima kasih," ucap Ciu Lan Nio lalu melesat
pergi. Hiat Mo berdiri mematung, kemudian menghela nafas
panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Lan Nio cucuku, aku ingin membantu, namun takut
melakukan kesalahan," gumam Hiat Mo dengan wajah
murung. "Aku telah kehilangan anak dan menantu, maka tidak mau
kehilangan cucu lagi."
-ooo00000ooo- Thio Han Liong melakukan perjalanan tanpa arah tujuan, la
terus memikirkan Tan Giok Cu, dan itu membuatnya tidak
makan dan tidur, sehingga badannya semakin kurus dan
pakaiannya pun semakin kotor. Kini ia betul-betul kehilangan
gairah hidup, lagipula ia masih memikul beban
tanggung jawab terhadap ke dua orang tua Tan Giok Cu.
"Aaah-" keluh Thio Han Liong.
"Aku harus bagaimana" Aku harus bagaimana...?"
Pemuda itu duduk di tepi sungai, kemudian memungut batu
kecil dan dilemparkannya ke sungai itu.
"Bagaimana mungkin aku dapat mengalahkan orang tua
berjubah merah itu" Bagaimana mungkin?" gumam Thio Han
Liong. "Kalau ke dua orang tua Giok cu tahu, aku harus
bagaimana" "Lagipula aku tidak tahu orang tua berjubah merah itu
berada di mana. Aaahi"
"Han Liong Han Liong..." Tiba-tiba terdengar suara seruan,
lalu berkelebat sosok bayangan merah ke arahnya, yang
ternyata Ciu Lan Nio. "Han Liong...."
"Lan Nio?" Thio Han Liong tercengang ketika melihat
kemunculannya. "Kenapa engkau menyusulku lagi?"
"Han Liong...." Ciu Lan Nio menatapnya iba.
"Engkau semakin kurus...."
"Aku...-" Thio Han Liong memandang jauh ke depan.
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan mata basah-
"Janganlah engkau menyiksa diri sendiri Percayalah, kelak
engkau pasti bertemu Tan Giok cu"
"Tapi..." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaian orang tua berjubah merah itu sangat tinggi
sekali, bagaimana mungkin aku dapat mengalahkannya?"
"Han Liong" Ciu Lan Nio mengerutkan kening.
"Kenapa engkau begitu cepat putus asa" Engkau harus
ingat bahwa di atas gunung masih ada gunung. Kalau engkau
giat berlatih, kelak pasti dapat mengalahkan orang tua
berjubah merah itu" "Aaaahi-" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Han Liong" Ciu Lan Nio memegang tangannya.
"Menurutku, orang tua berjubah merah itu membawa pergi
Tan Giok Cu dengan maksud baik. Kemungkinan besar Tan
Giok Cu akan diangkat menjadi muridnya."
"oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Tapi kenapa orang tua berjubah merah itu bilang, aku
harus mengalahkannya kelak- Kalau tidak, dia tidak akan
mengembalikan Giok Cu kepadaku?"
"Itu agar engkau giat melatih ilmu silatmu, aku pikir
begitu," sahut Ciu Lan Nio.
"Tapi-..." Thio Han Liong menghela nafas seraya berkata.
"Aku tidak tahu di mana tempat tinggal orang tua berjubah
merah itu." "Kalau kepandaianmu sudah tinggi, dia pasti mencarimu.
Percayalah" ujar Ciu Lan Nio sambil tersenyum, gadis itu tidak
berani memberitahukan bahwa orang tua berjubah merah itu
adalah kakeknya, karena ia khawatir Thio Han Liong akan
membencinya, "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Han Liong, aku...." Mendadak wajah Ciu Lan Nio berubah
murung. "Ada apa, Lan Nio?" tanya Thio Han Liong sambil
memandangnya. "Kenapa wajahmu tampak murung?"
"Aku - aku harus pulang ke tempat tinggalku, maka kita
akan berpisah," jawab Ciu Lan Nio dengan mata bersimbah
air. "Padahal aku tidak mau berpisah denganmu."
"oh?" Thio Han Liong tersenyum seraya bertanya.
"Di mana tempat tinggalmu?"
"Di Kwan Gwa." "Di luar perbatasan" Begitu jauh?"
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk.
"Han Liong, engkau merasa berduka karena akan berpisah
denganku?" "Aku" - " Thio Han Liong mengangguk perlahan.
"Engkau berharap kelak kita berjumpa kembali?" tanya Ciu
Lan Nio dengan suara rendah-
"Kita adalah teman, tentunya aku berharap kita berjumpa
kembali kelak." sahut Thio Han Liong.
"Han Liong...." Ciu Lan Nio menatapnya seraya berbisik,
"Aku - aku sungguh menyukaimu, dan engkau merupakan
segala-galanya bagiku."
"Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Han Liong....- Ciu Lan Nio bangkit berdiri.
"Sesung-guhnya berat sekali aku berpisah denganmu.
Tapi... aku memang harus pulang ke Kwan Gwa."
"Kwan Gwa adalah tempat tinggalmu, tentunya engkau
harus pulang ke sana," ujar Thio Han Liong.
"Beberapa tahun kemudian, kita akan berjumpa lagi." Ciu
Lan Nio memberitahukan. "Engkau akan ke Tionggoan lagi?"
"Ya. Aku pasti mencarimu," ujar Ciu Lan Nio berbisik.
"Han Liong, karena kita akan berpisah, maukah engkau
membelaiku?" "Lan Nio..." Thio Han Liong tampak ragu.
"Han Liong" Ciu Lan Nio menatapnya dengan penuh harap.
Tatapan itu membuat Thio Han Liong merasa tidak tega,
maka ia membelainya perlahan-lahan. Belaian itu membuat
Ciu Lan Mio langsung mendekap didadanya, kemudian terisakisak.
"Lan Nio, kenapa engkau menangis?" tanya Thio Han Liong
heran. "Aku... aku gembira sekali," jawab Ciu Lan Nio.
"Han Liong, alangkah bahagianya aku kalau selamanya bisa
begini." "Lan Nio...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tahu...." Ciu Lan Nio mendongakkan kepala
memandangnya. "Engkau sudah punya kekasih, aku...."
"Aku yakin kelak engkau pasti bertemu pemuda baik dan
tampan," ujar Thio Han Liong.
"Percayalah" "Aaah-" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang,
"oh ya, Han Liong...."
"Ada apa?" "Seandainya - seandainya aku bersedia menyerahkan
diriku kepadamu, apakah engkau mau menerimanya?"
"Lan Nio- - " Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Maksudku..." bisik Ciu Lan Nio.
"Kalau aku bersedia menyerahkan kesucianku kepadamu,
apakah engkau mau menerimanya?"
"Tidak mungkin aku terima,"jawab Thio Han Liong,
"sebab kita bukan suami isteri, itu tidak baik."
"Han Liong...." Ciu Lan Nio memandangnya dengan air
mata meleleh. "Aku harus pergi sekarang, baik-baik menjaga dirimu"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Han Liong...." Air mata gadis itu bercucuran,
"selamat tinggal"
"Selamat jalan, Lan Nio" sahut Thio Han Liong.
Ciu Lan Nio menatapnya dalam-dalam, kemudian
mendadak melesat pergi seraya berseru.
"Han Liong, kelak aku pasti mencarimu"
Thio Han Liong berdiri termangu-mangu, lalu kembali
duduk di tepi sungai itu sambil melamun, la juga merasa
kasihan kepada Ciu Lan Nio, namun tidak mungkin
mencintainya, karena ia cuma mencintai Tan Giok Cu.
Bab 23 Menantang Para Ketua
Thio Han Liong masih tetap duduk di tepi sungai sambil
melamun. Sementara hari pun sudah mulai senja. Tiba-tiba
terdengar suara tawa gelak. seorang tua berpakaian
sastrawan muncul di belakang Thio Han Liong, orang tua
berpakaian sastrawan itu adalah Lam Khie (orang Aneh Dari
Selatan): "Ha ha ha Anak muda, kenapa engkau duduk melamun di
situ?" Thio Han Liong menoleh, kemudian memanggil dengan
suara lemah. "Locianpwee...."
"Eh?" Lam Khie terbelalak.
"Kenapa engkau menjadi kurus dan tidak karuan" Apa yang
telah terjadi atas dirimu?" "
"Aku...." Thio Han Liong menggeleng-geicngkan kepala.
"Anak muda" Lam Khie dtidukdi sisinya.
"Beritahu-kanlah padaku apa masalahmu, mungkin aku bisa
membantumu." "Locianpwee, aku sedang melakukan pejalanan ke gunung
Soat San bersama seorang gadis bernama Tan Giok Cu,
tapi...." Thio Han Liong memberitahukan tentang kejadian itu.
"Apa?" Lam Khie tampak terkejut sekali.
"orang tua berjubah merah menculik gadis itu?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"orang tua berjubah merah itu pun bilang, kalau kelak aku
mampu mengalahkannya, barulah dia akan mengembalikan
Giok Cu kepadaku, itu... itu bagaimana mungkin" Kepandaian
orang tua berjubah merah itu sangat tinggi sekali."
"Tidak salah." Lam Khie manggut-manggut.
"Sebab orang tua beri ubah merah itu adalah Hiat Mo-
Justru sungguh mengherankan, kenapa dia datang di
Tionggoan dan membunuh para murid tujuh partai besar?"
"Locianpwee kenal Hiat Mo im?"
"Tidak kenal, namun pernah mendengar dari kakekku.."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lam Khie memberitahukan. "Tempat tinggal Hiat Mo di Kwan Gwa. Kira-kira dua ratus
tahun lalu, Hiat Mo pernah datang di Tionggoan, dan
membantai kaum rimba persilatan golongan putih- sudah
barang tentu hal itu membuat gusar empat jago di Tionggoan.
Mereka berempat adalah Tong sla-Oey yok su, si Tok ouw
yang Hong, Lam Ti-Toan Hong ya dan Pak Kay Ang cit Kong.
Mereka berempat bertarung dengan Hiat Mo, namun
kemudian Tokiouw yang Hong malah berbalik menyerang Pak
Kay-Ang cit Kong. Maka, terjadilah pertarungan tiga lawan
dua, akhirnya Hiat Mo pun jadi musuh tiga jago lain itu.
Kejadian tersebut merupakan suatu rahasia bagi rimba
persilatan masa itu.."
"Locianpwee," tanya Thio Han Liong.
"Hiat Mo itu adalah Hiat Mo yang sekang juga?"
"Tentunya bukan," sahut Lam Khie-
"sebab tidak mungkin Hiat Mo itu hidup sampai sekarang.
Mungkin Hiat Mo sekarang adalah anak atau cucu Hiat Mo
yang dulu itu-" "Aaaah - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
" Kalau begitu, bagaimana mungkin aku dapat
mengalahkannya kelak?"
"Anak muda" Lam Khie menatapnya tajam.
"Kenapa engkau begitu cepat putus asa" Belum apa-apa
sudah menjadi begini macam. Kalau aku adalah kakekmu,
engkau sudah kuhajar sampai babak belur."- -
"Locianpwee??" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Bagaimana kepandaian Locianpwee dibandingkan dengan
Hiat mo itu?" "Kepandaianku lebih rendah" jawab Lam Khie dengan jujur.
"Sebab ilmu Hiat Mo Kangnya sangat hebat sekali."
"Locianpwee saja tidak dapat melawannya, apalagi aku
kelak?" Thio Han Liong menghela nafas panjang lagi.
Mendadak Lam Khie mengayunkan tangannya, ternyata ia
menampar Thio Han Liong. Plaak
"Aduuh "jerit Thio Han Liong kesakitan.
"Kenapa Locianpwee menamparku" Kenapa?"
"Ayahmu begitu gagah, mampu menghimpun kekuatan
Beng Kauw untuk meruntuhkan Dinasti Goan, namun
sebaliknya engkau begitu tak berguna" bentak Lam Khie
gusar. "Sikapmu ini telah mempermalukan ayahmu, maka aku
mewakili ayahmu menghajarmu" Plaaak Lam Khie menampar
Thio Han Liong, lagi. Kali ini Thio Han Liong tidak berani menjerit la berdiri diam
di tempat, kemudian berkata dengan terisak- isak
"Terima kasih atas kebaikan Locianpwee telah
menamparku." Thio Han Liong menatapnya.
"Kini aku sudah sadar, Terima kasih Locianpwee."
"Engkau masih muda sekali, tapi menghadapi sedikit
masalah sudah begini macam Dimana letak kegagahan dan
ketabahanmu" Lagi pula bukankah engkau bole berlatih, agar
kelak mampu mengalahkan Hiat mo itu?"
"Ya, Locianpwee." Thio Han Liong mengangguk.
"Baiklah." Lam Khie menatapnya.
"Kini engkau telah sadar, maka aku harus pergi. Kita akan
berjumpa lagi kelak-"
Lam Khie melesat pergi, dan Thio Han Liong tetap berdiri di
tempat. Lama sekali ia berpikir, akhirnya mengambil
keputusan untuk melanjutkan perjalanannya ke gunung soat
san. -ooo00000ooo- Di ruang tengah di dalam markas Hek Liong Peng, tampak
Kwee In Loan duduk dengan wajah dingin, sedangkan si Mo
dan muridnya diam saja. "Jadi yang menggagalkan rencana kita itu adalah Tong
Koay, Lam Khie dan Pak Hong?" tanya ketua Hek Liong Pang
itu. "Ya." si Mo mengangguk"-
"Itu sungguh di luar dugaan, bukan kesalahanku."
"Aku tahu, itu memang bukan kesalahanmu." Kwee In Loan
manggut-manggut. "Tapi perbuatan mereka bertiga sungguh menjengkelkan
hatiku. Rasanya aku ingin menghabiskan mereka."
" Ketua," ujar si Mo serius. " Aku punya suatu rencana
lain." "Apa rencanamu itu?"
" Ketua boleh menantang para ketua tujuh partai besar
untuk bertanding, siapa yang kalah, harus tunduk kepada Hek
Liong pang." (Bersambung keBagian 12) Jilid 12 "Ngmmm" Kwee In Loan manggut-manggut. "Memang
bagus rencanamu itu Aku akan bertanding dengan mereka
satu persatu, tentunya mereka tidak berani mengeroyokku."
"Itu sudah pasti." Si Mo tertawa.
"Bagaimana mungkin para ketua itu berani
mengeroyokmu?" Tapi bagaimana dengan Tang Koay, Lam Khie dan Pak
Hong" Mungkinkah mereka akan membantu para ketua itu?"
"Aku tidak yakin. Karena itu merupakan pertandingan yang
adil, maka mereka pasti tidak akan mau turut campur."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut gembira dan
menambahkan. "Aku pasti dapat mengalahkan para ketua itu Setelah itu,
semua partai besar dalam rimba persilatan akan tunduk
kepada kita. Mulai saat itu, Hek Liong Pang yang berkuasa
dalam rimba persilatan."
"Ha ha ha" Si Mo tertawa gelak. "Aku yakin berhasil."
Terus terang, aku cuma takut kepada satu orang." Kwee In
Loan-memberitahukan secara jujur.
"Siapa orang itu?"
"Hiat Mo," jawab Kwee In Loan. "Sebab kepandaiannya
tinggi sekali, bahkanjuga memiliki ilmu hitam dan sebuah
suling pusaka." "Apa kegunaannya suling pusaka itu?" tanya Si Mo.
"Apabila Hiat Mo mengerahkan Iweekangnya meniup suling
pusaka itu, maka dapat mempengaruhi pikiran orang lain.
Kalau nada suara suling itu meninggi, dapat menggempur
Iweekang lawan." "ohi ya?" si Mo terbelalak.
"Kok engkau tahu begitu jelas?"
"sudah lama aku tinggal di Kwan Gwa. Ketika baru tiba di
Kwan Gwa, aku pernah bertemu Hiat Mo-..." Kwee In Loan
memberitahukan. "Kami bertanding, namun aku cuma dapat bertahan sampai
seratus jurus. Dapat dibayangkan, betapa tingginya
kepandaiannya itu." "Haaah.-." Mulut si Mo ternganga lebar. "Kalau begitu, dia
boleh dikatakan jago yang tanpa tanding di kolong langit."
" Kira-kira begitulah," sahut Kwee In Loan.
"oh ya, kita harus segera menulis surat tantangan untuk
para ketua tujuh partai besar, bukan?"
"ya." si Mo mengangguk- "Lalu kita suruh beberapa orang
mengantar surat tantangan itu ke berbagai tempat."
"Ng" Kwee In Loan manggut-manggut. "Dalam surat
tantangan harus dicantumkan tanggal satu bulan depan, dan
para ketua itu harus berkumpul di Pek yun Kok (Lembah Awan
putih) untuk bertanding melawanku."
"Baik," si Mo tersenyum, "Itu merupakan kejutan bagipara
ketua itu Ha ha ha..."
"Pek Him" panggil Kwee In Loan.
"ya." Kwan Pek Him langsung memberi hormat,
"siap terima perintah-"
"TUgasmu mengantar surat tantangan ke kuil siauw Lim sie
dan ke gunung Bu Tong san. Jangan lalai"
ya. Ketua." Kwan pek Him mengangguk-
" Aku pasti melaksanakah tugas itu dengan baik,"
"Bagus, bagus" Kwee In Loan tersenyum.
Di ruang meditasi sam Cing Koan, tampak Thio sam Hong,
song Wan Kiauw, jie Lian ciu, jie Thay Giam dan Thio song
Kee, sedang duduk bersila dengan wajah serius-
"Aaaah - " Thio sam Hong menghela nafas panjang-
Ternyata yang dimaksudkan In Lie Heng adalah Hiat Mo-"
"guru tahu tentang Hiat Mo itu?" tanya song wan Kiauw-
Tidak begitu jelas-" Thio sam Hong menggeleng-gelengkan
kepala- "Namun ketika guru masih kecil, guru pernah mendengar
sedikit tentang Hiat Mo dari ketua siauw Lim Pay masa itu
Kira-kira dua ratus tahun lalu, di rimba persilatan telah muncul
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 7 Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah Perawan Pembawa Maut 2