Asmara Si Pedang Tumpul 9
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 9
dikeroyok oleh Maniyoko dan lima orang lain. Pemuda yang
saling melindungi dengan puterinya itu cukup indah gerakan
pedangnya, ilmu pedang Butong-pai, akan tetapi masih kalah
jauh dibandingkan Maniyoko sehingga keadaan puterinya
terancam. "Maniyoko, keparat engkau!" Ouwyang Cin melompat dan
sekali menggerakkan kedua tangan yang menghitam itu,
Maniyoko terhuyung dan dua orang pengeroyok roboh dan
tewas! "Suhu, aku hanya melanjutkan cita-cita suhu! Aku ingin
menjadi raja muda kelak!" Maniyoko membantah ketika
melihat suhunya melangkah menghampirinya, sedangkan tiga
orang sisa pembantunya masih mengeroyok Akim dan Ci Han.
"Setan kau! Kenapa engkau mengeroyok Akim?"
"Bukankah suhu sudah memberikan ia untukku" Bukankah
suhu sudah setuju kalau ia menjadi jodohku?" kembali
Ma?niyoko membantah. "Setuju berjodoh denganmu bukan berarti setuju engkau
mempermainkannya! Apalagi engkau bersekongkol dengan
iblis itu untuk mencelakainya. Engkau tidak berhak hidup lagi!"
Setelah berkata demikian, Ouwyang Cin yang sudah mulai
lemah itu bergerak menyerang muridnya sendiri.
"Suhu! Suhu ingin membunuh murid sendiri, bangsa
sendiri" Suhu tidak melihat senjata pusaka bangsa kita ini?"
Maniyoko memperlihatkan pedang samurai di tangannya dan
sejenak Ouwyang Cin tertegun memandang kepada senjata
yang merupakan senjata mustika yang dihormati dan
dikeramatkan bangsa Jepang itu. Pada saat dia tertegun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpukau di depan muridnya memandang pedang samurai,
tiba-tiba dengan kedua tangannya, Maniyoko menyerang
dengan menusukkan pedang samurai itu sekuat tenaga ke
perut gurunya. Serangan itu terlalu cepat datangnya, terlalu dekat dan
pada saat itu tubuh Ouwyang Cin memang sudah lemah oleh
hawa beracun, maka tanpa dapat dihindarkan lagi, pedang
samurai itu menusuk perut Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan
tembus sampai ke punggung! Ouwyang Cin terbelalak, kedua
lengannya menyambar dari kanan kiri dan sepuluh buah
jarinya mencengkeram kedua pundak Maniyoko dekat leher.
Pemuda Jepang itu terbelalak, tidak mampu bergerak
karena seluruh tubuhnya terasa kaku dan nyeri seperti
ditusuki seribu batang jarum. Lehernya berubah menghitam
yang menjalar terus ke mukanya dan diapun terkulai, roboh
bersama gurunya yang masih mencengkeram kedua
pundaknya. Guru dan murid itu tewas dalam waktu yang
bersamaan. Karena kini hanya menghadapi tiga orang pengeroyok, dan
melihat betapa ayahnya tadi terluka ketika melawan Ang-bin
Moko, Akim menjadi khawatir sekali. Bersama Ci Han, ia
mengamuk dan dalam waktu singkat saja ia merobohkan dua
orang penyeroyok, sedangkan orang ke tiga roboh oleh
tusukan pedang Ci Han. Pada saat itu, perkelahian antara Bhok Cun Ki dan Pek-bin
Moli masih berlangsung seru karena memang tingkat kedua
orang ini seimbang. Akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan
nyaring, "Siluman betina, jangan menjual lagak di sini!"
Bentakan itu keluar dari mulut Bi-coa Sianli Cu Sui In!
Wanita ini juga mencari jejak para penculik putera tirinya dan
berpencar dari suaminya. Karena ia mencari ke lain jurusan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka sampai semalam itu ia tidak dapat menemukan Ci Han,
bahkan tidak bertemu dengan suaminya.
30. Perut Gendut Yang Mencurigai
Akhirnya, menjelang pagi ia mengubah arah pencariannya
sambil menyusul suaminya dan pada pagi hari itu, ia melihat
suaminya sedang bertanding mati-matian melawan seorang
wanita tua yang masih cantik, yang berpakaian serba putih
dan bermuka pucat seperti mayat. Sebagai bekas tokoh
kangouw, tentu saja ia segera mengenal bahwa wanita itu
adalah Pek-bin Moli (Iblis Betina Muka Putih) yang merupakan
seorang datuk sesat, maka ia membentak dan segera terjun
membantu suaminya. Gulungan sinar hitam menyambar dan Pek-bin Moli terkejut
bukan main. Iapun mengenal Si Dewi Ular Cantik dengan
pedang yang bersinar hitam itu, dan mukanya yang sudah
pucat menjadi semakin pucat. Melawan Bhok Cun Ki saja
sudah amat sukar mencapai kemenangan, kini muncul tokoh
wanita dari Bukit Ular yang lebih lihai lagi ini. Ia mencoba
untuk melawan dengan sabuk ularnya, namun karena hatinya
sudah gentar, dalam beberapa jurus saja sabuk ularnya putus
menjadi tiga potong oleh Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) di
tangan Cu Sui In. Apalagi Bhok Cun Ki juga mengurung dengan sinar
pedangnya yang indah dan ampuh, maka kini Pek-bin Moli
terdesak hebat. Ia masih mencoba untuk menggunakan
pukulan beracunnya, yaitu Toat-beng-tok-ciang dan juga
totokan Touw-kut-ci, namun kedua orang lawannya terlalu
kuat dan sudah menduga bahwa pukulannya itu mengandung
racun yang berbahaya. Mereka menghindar sambil
menghujankan serangan, dan akhirnya, pedang Hek-coa-kiam
menyambar dahsyat dan membabat leher Pek-bin Moli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga iblis betina itu roboh dengan leher hampir putus,
tewas seketika. Suami isteri itu cepat menghampiri Ci Han yang berdiri
seperti patung memandang Akim yang berlutut dan menangis
di dekat mayat ayahnya dan suhengnya. Guru dan murid itu
tewas dalam keadaan yang mengerikan. Kedua tangan
Ouwyang Cin yang menghitam sampai ke pundak, masih
mencengkeram kedua pundak Maniyoko yang tewas dengan
mata mendelik dan dari pundak ke kepala berubah
menghitam. Sebatang pedang samurai menembus perut
Ouwyang Cin, seperti gambaran seorang pendekar samurai
yang tewas membunuh diri.
Melihat wajah Tung-hai-liong Ouw yang Cin, berkerut
sepasang alis Cu Sui In, ia segera mengenal datuk itu.
"Bukankah dia datuk bajak laut dari timur Ouwyang Cin?"
Bhok Cun Ki mengangguk sambil menghela napas.
Peristiwa yang baru terjadi terlalu hebat, dan dia merasa
beruntung sekali bahwa puteranya tidak sampai tewas atau
cedera dalam peristiwa itu.
"Dan siapa pemuda yang dicekiknya itu?" tanya pula Cu Sui In. Kini Ci Han yang
menjawab. "Dia bernama Maniyoko
muridnya, ibu." "Hemm, jadi yang menculikmu adalah keluarga bajak laut
ini, Ci Han?" tanya pula Cu Sui In.
Akim yang masih bercucuran air mata itu tiba-tiba bangkit
berdiri. Bajunya berdarah dari luka di pundak kirinya. "Akulah yang menculik
Bhok Ci Han. Aku dan mendiang suheng
Maniyoko. Aku siap menerima hukuman!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikapnya tegas dan tabah, akan tetapi suaranya gemetar
dan tubuhnya lemas karena ia memang telah banyak darah
mengalir keluar dari lukanya dan iapun lelah sekali
menghadapi pengeroyokan tadi.
"Siapa gadis ini?" tanya Cu Sui ln, suaranya dingin dan marah.
"Ia bernama Ouwyang Kim, puterinya, ibu."
"Bagus, kalau begitu memang sepantasnya dibunuh sekali
agar tidak mengotori dunia!" Cu Sui In mengangkat
pedangnya, akan tetapi sebelum pedang itu menyambar, Ci
Han melompat ke depan Akim yang berdiri tegak dan tidak
berkedip menanti datangnya serangan.
"Ibu, jangan ......!!" teriak Ci Han.
Cu Sui In mengerutkan lagi alisnya dan memandang heran.
Juga Bhok Cun Ki memandang puteranya, akan tetapi dia lalu
berkata lirih kepada isterinya. "Sui In, tenang dulu, biar aku yang
mengurusnya." Sui In mengangguk, dan kini Bhok Cun Ki memandang
kepada puteranya yang bersikap melindungi Akim, juga
kepada gadis itu yang dengan gagahnya siap menerima
hukuman! "Ci Han, kenapa engkau membela puteri Ouwyang Cin"
Bukankah ia dan suhengnya yang menculikmu?"
"Ayah, nona Ouwyang Kim adalah seorang gadis yang baik,
seorang gadis yang gagah perkasa dan kalau tidak ada ia yang
melindungiku, tentu sudah lama aku tewas di tangan
Maniyoko itu. Bagaimanapun juga, aku tidak membolehkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapapun mengganggunya, apa lagi membunuhnya. Biarlah
aku yang dibunuh dulu kalau ibu hendak membunuhnya!"
Melihat sikap ini, Bhok Cun Ki saling pandang penuh arti
dengan isterinya. Diapun masih hendak menyelami perasaan
puteranya, "Kami tidak akan membunuhnya. Akan tetapi, aku
harus melaporkannya karena agaknya keluarganya bersekutu
dengan gerombolan pemberontak dan mata-mata Mongol."
"Tidak, ayah! Harap ayah jangan tangkap Ouwyang Kim.
Aku yang menanggung bahwa ia tidak bersalah ......"
Tiba tiba terdengar rintihan Akim dan Ci Han cepat
membalik dan merangkul gadis itu yang terkulai dan roboh.
"Nona.... engkau ...... kenapakah" Engkau.... tidak apa-
apakah engkau ......?" tanyanya sambil mengguncang tubuh
gadis yang telah memejamkan matanya dan nampak pucat
itu. "Aku ..... Ci Han.... biarkan ..... mereka menghukumku .....
biar aku menebus dosa ayah dan suheng ........"
"Tidak, Akim. Tidak! Aku yang akan melindungimu!" teriak Ci Han dan gadis itu
mengeluh lalu pingsan dalam rangkulan
Ci Han. "Jangan khawatir, Ci Han. Ia hanya pingsan karena
kelelahan dan mungkin terlalu banyak darah keluar dari
lukanya. Mari kita bawa ia pulang dan kita rawat di rumah."
Ci Han memandang ayahnya, lalu ibu tirinya. "Ayah dan ibu
..... tidak ...... tidak akan membunuh atau menawannya ......."
Tidak, bukan .......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki tersenyum. Kini dia merasa yakin bahwa
puteranya telah jatuh cinta kepada penculiknya sendiri. Juga
Cu Sui In tersenyum karena ia maklum bagaimana rasanya
orang jatuh cinta dan tersiksa oleh perasaan cinta itu.
Pada saat itu, beberapa orang perajurit anak buah Bhok
Cun Ki yang tadi ikut pula mencari, datang dan Bhok-ciangkun
segera memberi pesan kepada mereka agar mereka mengurus
semua jenazah baik-baik, bahkan memberi peti mati yang
selayaknya kepada dua jenazah Ouwyang Cin dan Maniyoko
dan menyediakan meja sembahyang untuk jenazah guru dan
murid itu, di dalam pondok yang terdapat di situ.
Enam mayat yang lain dapat segera dikubur tanpa
diadakan upacara sembahyang karena tidak diketahui siapa
keluarga mereka. Kemudian, dia, Sui In dan Ci Han membawa
Akim yang pingsan dan lemah itu masuk ke kota raja, ke
rumah keluarga Bhok. Bhok Cun Ki dan Cu Sui In memeriksa Akim dan mendapat
kenyataan bahwa seperti yang mereka duga, gadis itu pingsan
karena lemah, juga karena tekanan batin melihat kematian
ayahnya. Setelah memberi obat dan gadis itu jatuh pulas,
mereka tidak mengganggunya, membiarkannya tidur dan
memulihkan tenaga, kemudian di kamar itu juga, mereka
mendengarkan keterangan Ci Han. Ci Hwa juga berada di situ
dan ikut mendengarkan, bersama ibunya.
Ci Han lalu menceritakan betapa dia diculik oleh Akim dan
Maniyoko dan betapa Akim hendak membalas dendam karena
gadis itu kemarin dulu ditawan oleh Ang-bin Moko dan Pek-bin
Moli bersama enam orang yang menyamar perajurit dan
mengaku disuruh oleh Bhok-ciangkun. Baru kemudian Akim
mengetahui bahwa yang melakukan sandiwara untuk
melakukan fitnah terhadap Bhok-ciangkun itu bukan lain
adalah Maniyoko sendiri yang telah bersekongkol dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang iblis bersama enam orang anak buahnya itu. Betapa
Akim mati-matian membela dan melindunginya ketika dia akan
dibunuh Maniyoko. "Setelah tahu bahwa ia dikelabui suhengnya sendiri, Akim
lalu memihak ayah dan aku, melawan Maniyoko dan orang-
orangnya, sedangkan ayah dikeroyok sepasang iblis itu. Lalu
muncul ayah Akim yang segera membantu puterinya,
kemudian bertanding melawan Ang-?bin Moko yang dapat
dibunuhnya, akan tetapi agaknya dia keracunan dan tewas
ditusuk samurai oleh Maniyoko yang juga dapat dibunuhnya.
"Nah, bukankah Akim sama sekali tidak bersalah, ayah" Juga
Tung-hai-liong Ouwyang Cin itu datang-datang memihak kita
dan menyerang Ang-bin Moko. Tidak sepatutnya kalau kita
sekarang membikin susah Akim yang sudah kehilangan ayah
dan suheng. Yang bersalah adalah Maniyoko, akan tetapi
suhengnya itu telah menebus dosa dan tewas di tangan
gurunya sendiri." Semua orang mengangguk-angguk dan bahkan Cu Sui In
tidak lagi menyalahkan Akim yang tadinya menculik Ci Han.
"Tidak, kami memang bersalah .... keluarga kami memang
tidak benar ........"
Semua orang menengok dan yang bicara adalah Akim. Ci
Han segera menghampiri dan duduk di tepi pembaringan. Dari
sikapnya yang tidak sungkan lagi ini saja mudah diketahui
bahwa pemuda ini memang jatuh cinta kepada Akim. Sikapnya
yang lembut dan tidak sungkan sama dengan pengakuannya
terhadap semua keluarganya bahwa dia telah menemukan
pilihan hatinya. "Akim, engkau masih lemah, tidak perlu banyak bicara.
Beristirahatlah dulu ......." Ci Han membujuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim tersenyum penuh keharuan. Ia sendiri dapat melihat
dengan jelas sinar mata pemuda itu ketika memandang
kepadanya, dapat merasakan getaran dalam suara itu dan ia
terharu. Bagaimana mungkin seorang pemuda seperti ini
dapat jatuh cinta kepada seorang gadis liar seperti dirinya"
"Aku harus memperkenalkan diriku agar semua tahu siapa
aku sebenarnya. Kalau tidak, aku akan selalu merasa sungkan
dan tidak enak. Dan pengakuan ini akan saya berikan kepada
Paman Bhok ....... eh, maksudku Panglima Bhok ......."
"Engkau boleh menyebutku paman, Akim, aku lebih senang
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sebutan itu," kata Bhok Cun Ki dengan lembut dan
Akim mengangguk dengan pandang mata berterima kasih.
"Begini, Paman Bhok. Belum lama ini, ayah kedatangan Bu-
tek Kiam-ong, seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi yang
membawa barang-barang berharga hadiah dari yang dia sebut
Yang Mulia, yaitu pimpinan orang-orang Mongol yang hendak
memberontak dan membangun kembali Kerajaan Mongol.
Ayah diajak bekerja sama dan dijanjikan kelak kalau berhasil
akan dijadikan raja muda. Ayah kena terbujuk dan bersedia
memenuhi panggilan pimpinan mata-mata, berangkat
bersama mendiang suheng, yaitu Maniyoko."
Ia berhenti sebentar, menghela napas. Mendengar ini, hati
Ci Han merasa tidak enak sekali. Tidak senang dia mendengar
gadis yang dicintanya menceritakan keburukan keluarganya
sendiri. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak senang
dalam hati orang tuanya! "Akim perlukah engkau ceritakan semua itu" Ayahmu dan
suhengmu telah meninggal dunia, tidak perlu diceritakan lagi
..... " kata Ci Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah, Ci Han. Biar semua orang mengetahui dan
mengenal siapa diriku," kata Akim berkeras, lalu melanjutkan,
"Ibu dan aku sendiri tidak senang mendengar ayah dapat
terbujuk oleh orang-orang Mongol. lalu mengutus aku untuk
menyusul ayah dan Maniyoko yang sudah berangkat ke kota
raja, dan ibu minta agar aku berkeras membujuk ayah jangan
sampai melibatkan diri dengan orang-orang Mongol. Maka
berangkatlah aku. Aku selalu menentang para pemberontak
yang dipimpin orang yang disebut Yang Mulia, yang selalu
menge?nakan kedok hitam."
Ia lalu menceritakan semua pengalamannya ketika ia
menolong Sin Wan yang hampir terbunuh oleh Si Kedok
Hitam, kemudian tentang penawanan atas dirinya yang
dilakukan Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli yang ternyata
bekerja sama dengan suhengnya sendiri, Maniyoko yang
menggantikan gurunya bersekutu dengan orang-orang
Mongol. Betapa ia pernah ditawan pula oleh gerombolan
mata-mata itu dan dijadikan sandera untuk memaksa ayahnya
dan suhengnya untuk membunuh Raja Muda Yung Lo dan
Pangeran Mahkota yang sedang mengadakan pesta di perahu
dekat Cin-an. "Mulai saat itu juga, ayah sudah berbalik sikap, tidak sudi bekerja sama dengan
orang-orang Mongol, bahkan
menentang mereka. Biarpun demikian, terus terang kuakui
bahwa tadinya ayahku memang terkena bujukan orang
Mongol. Ayah bercita-cita besar dan akhirnya ......." Akim
memejamkan kedua matanya dan beberapa titik air mata
menetes turun ke atas kedua pipinya.
"Sudahlah, Akim. Semua itu sudah berlalu, kami sekeluarga
tidak ada yang menyalahkanmu atau mendiang ayahmu," kata
Ci Han menghibur. "Dan mulai sekarang, engkau dapat hidup
tenang dan damai di sini, di sampingku ........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim terbelalak, memandang pemuda itu, lalu menoleh dan
memandang kepada Bhok-ciangkun dan kedua isterinya, juga
kepada Ci Hwa yang sejak tadi hanya ikut mendengarkan saja.
Ia melihat betapa semua wajah itu tersenyum cerah, bahkan
Sui In mengangguk kepadanya.
"Ci Han, apa .... apa artinya ucapanmu itu .......?"
Ci Han yang sudah jatuh cinta itu, dengan jujur dan tanpa
sungkan lagi mengaku, "Artinya, Akim, bahwa aku cinta
padamu dan aku akan minta kepada orang tuaku untuk
meminangmu." "Aihhh ......!" Akim benar-benar terkejut dan juga kagum
melihat kejujuran pemuda bangsawan ini. Iapun harus
bersikap jujur, kalau tidak, kelak hal yang disembunyikannya
itu hanya akan menjadi gangguan bagi batinnya. "Bagaimana
mungkin ......." "Kenapa tidak mungkin, Akim?" Sui In berkata dengan
lembut. "Kalau kalian saling mencinta, dan pihak keluarga
menyetujui, mengapa tidak mungkin" Ci Han mencintamu dan
kami sekeluarga juga menyetujui, tinggal terserah apakah
engkau juga mencintanya dan apakah ibumu akan
menyetujuinya." Mendengar ini, Bhok Cun Ki dan isterinya juga
mengangguk. Seperti biasa, Cu Sui In memang lancang dan
terus-terang, akan tetapi juga cerdik sehingga sebelum bicara,
ia sudah merasa yakin bahwa suaminya dan madunya akan
cukup bijaksana untuk menyetujui pilihan hati Ci Han.
"Aku ......" Aku kagum dan suka kepada Ci Han. Akan
tetapi, aku merasa tidak pantas menjadi jodohnya. Bahkan
aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dan dia menolak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cintaku. Terus terang saja, Ci Han, aku pernah jatuh cinta
kepada Sin Wan." Semua orang mengerutkan alisnya, dan Ci Hwa yang ikut
mendengarkan menjadi merah sekali mukanya. "Dan sekarang
engkau masih cinta padanya?" tanya Ci Hwa karena ia ingin
tahu sekali. Biarpun dia tidak ikut bertanya, namun pandang
mata Ci Han kepada Akim juga menuntut penjelasan.
Akim tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak.
Aku memang mengaku cinta padanya, akan tetapi dia juga
berterus terang bahwa dia tidak dapat mencinta gadis lain
kecuali sumoinya. Aku lalu sadar. Cinta tidak mungkin
dipaksakan. Perjodohan tidak mungkin ditunjang cinta
sepihak. Aku bahkan kagum kepadanya Sin Wan seorang yang
setia kepada kekasihnya."
Keluarga itu kecuali Nyonya Bhok, adalah keluarga orang
gagah yang menghargai kejujuran. Sikap Akim yang terus
terang itu mengagumkan hati mereka. Bahkan kini Ci Hwa
memandang kepada Akim dengan wajah berseri dan tiba-tiba
iapun merangkul Akim. "Engkau hebat, enci Akim, aku suka sekali mempunyai
kakak ipar sepertimu ini!"
Semua orang tersenyum, juga Ci Han tersenyum karena
mereka semua tahu dengan hati lega bahwa mendengar
ucapan Akim tadi, Ci Hwa menyadari perasaan hatinya yang
lemah dan tidak benar. Ia mencinta Sin Wan, akan tetapi
kalau Sin Wan mencinta gadis lain, perlu apa ia harus
menyesali diri" Cinta tidak dapat dipaksakan, dan perjodohan
tidak mungkin ditunjang cinta sepihak, seperti sebuah bangku
tidak mungkin hanya berkaki sebelah. Seketika Ci Hwa
menyadari bahwa perasaan masgul dan duka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakannya selama ini karena penolakan Sin Wan adalah
suatu kebodohan dan kelemahan!
"Eh, kalian tidak membenciku karena itu" Ci Han, engkau
tidak marah karena aku pernah mencinta pemuda lain?"
"Kenapa marah" Kenapa menyesal, Akim" Cinta adalah
suatu perasaan hati yang amat pribadi. Jatuh cinta berarti
tertarik kepada seseorang. Kalau kita mau jujur, aku sendiri
mungkin sudah puluhan kali jatuh cinta, tertarik kepada
seorang wanita, akan tetapi semua itu hanya menjadi rahasia
hatiku sendiri. Itulah bedanya antara engkau dan aku, kalau
aku hanya merahasiakan perasaan hatiku, engkau berterus
terang. Engkau jujur dan terbuka, Akim. Yang penting,
sekarang kita saling tertarik dan saling jatuh cinta. Benarkah
dugaanku bahwa engkaupun cinta padaku?"
Akim tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu, engkau setuju kalau kami mengajukan
pinangan kepada ibumu?" kini Bhok-ciangkun bertanya.
"Tentu saja aku setuju, paman. Akan tetapi, sebelum itu,
aku harus membalaskan kematian ayah lebih dulu!" Akim
mengepal tinju. "Hemm, pembunuh ayahmu adalah Ang-bin Moko dan
suhengmu Maniyoko. Kedua orang itu sudah tewas, kenapa
engkau masih ingin membalas dendam" Kepada siapa?" tanya
Bhok Cun Ki. "Tidak, paman. Yang menjadi biang keladinya adalah Si
Kedok Hitam. Aku harus mencarinya dan membunuhnya!"
Akim berkata gemas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu engkau dapat membantu kami, Akim.
Kamipun sedang berusaha keras untuk membasmi jarinqan
mata-mata Mongol yang dipimpin oleh Si Kedok Hitam itu. Dia
amat lihai jaringannya amat kuat. Berbahaya sekali kalau kita
bekerja sendiri-sendiri."
Panglima itu teringat akan ancaman Kaisar yang akan
menghukum mati seluruh keluarganya kalau dalam waktu
sebulan, dia tidak mampu membasmi jaringan mata-mata
Mongol itu! "Ketahuilah kalian semua bahwa aku diharuskan Sribaginda
Kaisar untuk membasmi jaringan mata-mata itu dalam waktu
sebulan. Nah, kita harus mengerahkan seluruh tenaga untuk
menemukan Si Kedok Hitam. Sayang Lili tidak segera pulang,
karena tenaganya amat kita butuhkan, juga Sin Wan......"
Pada saat itu, seorang pengawal masuk dan melaporkan
kedatangan Sin Wan dan Kui Siang.
Bhok Cun Ki girang sekali. Tadinya dia mengira bahwa
pemuda itu sudah tidak akan mau dan berani lagi datang ke
rumahnya, dan dia sekeluarga mulai merasa menyesal telah
pernah memaksa pemuda itu untuk mengawini Ci Hwa.
Mereka hendak memaksakan sebuah pernikahan dengan cinta
sepihak! Biarpun mukanya berubah merah, namun sekali ini Ci
Hwa tidak lari bersembunyi, melainkan bersama Akim dan
yang lain keluar menyambut kunjungan Sin Wan.
Sin Wan dan Kui Siang berdiri memberi hormat kepada
keluarga tuan rumah dan diam-diam dia terkejut melihat Akim
berada di situ, bergandeng tangan dengan Ci Hwa. Kalau
tadinya Sin Wan merasa tegang hatinya dan juga amat
sungkan untuk datang ke rumah ini dan bertemu dengan
keluarga yang marah kepadanya itu, kini dia merasa heran
dan lega hatinya. Bukan saja Ci Hwa memandang kepadanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sinar mata biasa dan senyum di bibir, juga Cu Sui In
sendiri yang begitu marah kepadanya, kini menyambutnya
dengan senyum di bibir! Bahkan Akim, yang pernah marah dan merasa terhina
karena dia tidak dapat membalas cintanya, kini memandang
kepadanya tanpa perasaan marah dan benci.
"Paman Bhok, harap maafkan kami kalau kedatangan kami
ini mengganggu paman sekeluarga," kata Sin Wan setelah
bersama Kui Siang memberi hormat.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan dan engkau sama sekali
tidak mengganggu, Sin Wan. Bahkan kebetulan sekali engkau
datang karena kami memang memerlukan kehadiranmu untuk
membicarakan tentang jaringan mata-mata Mongol," Kata
Bhok-ciangkun. "Dan nona ini, siapakah ia?"
"Ini adalah sumoiku Liem Kui Siang, paman. Ia adalah
puteri mendiang bangsawan Liem Cun, pengurus gudang
pusaka istana ........"
"Ahhhh! Aku adalah sahabat baik mendiang ayahmu, nona
Liem!" kata Bhok Cun Ki dengan gembira. "Mari, silakan masuk, kita bicara di
dalam." Mereka semua masuk dan duduk di ruangan dalam. Setelah
duduk mengelilingi, sebuah meja besar, Akim yang kebetulan
saling pandang dengan Sin Wan lalu bertanya, "Sin Wan,
inikah sumoimu yang menjadi calon jodohmu itu?"
Semua orang tidak kaget lagi mendengar pertanyaan yang
demikian jujur dan terbuka dari Akim karena sudah mengenal
wataknya. Betapapun juga, pandang mata mereka yang
ditujukan kepada Sin Wan nampak rikuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan tersenyum dan mengangguk "Benar sekali, Akim.
Dan engkau sendiri, bagaimana dapat berada di antara
keluarga Paman Bhok?"
"Twako, Akim adalah tunanganku. Kami saling mencinta
dan akan menikah!" kata Ci Han.
Sin Wan terkejut akan tetapi juga merasa gembira bukan
main. Cepat dia berdiri, diikuti Kui Siang dan memberi selamat
kepada mereka. Dengan gembira Ci Han membalas ucapan
selamat dengan berterima kasih, akan tetapi Akim duduk dan
nampak berduka. Sin Wan yang mengenal benar watak gadis
itu, tanpa ragu bertanya, "Akim, kenapa engkau kelihatan
berduka, padahal sepatutnya engkau bergembira seperti
tunanganmu?" Akim cemberut. "Engkau tidak tahu, Sin Wan. Baru saja
ayahku tewas ......."
"Ahhh...." Apa yang telah terjadi" Paman Bhok, apa yang
terjadi di sini?" Sin Wan bertanya dan sikapnya kini serius, tidak berani
bergurau mengingat bahwa Akim sedang
berkabung. Bhok Cun Ki lalu menceritakan semua yang terjadi, tentang
kematian Ouwyang Cin, juga tentang kematian Ang-bin Moko
dan Pek-bin Moli dua orang pembantu utama Si Kedok Hitam,
juga kematian Maniyoko yang bersekutu dengan para jagoan
Mongol. "Dengan kegagalan mereka di Cin-an, kemudian disusul
tewasnya Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, maka kekuatan
jaringan mata-mata semakin kecil. Sribaginda Kaisar
memanggilku dan memberi waktu satu bulan agar aku dapat
membasmi jaringan mata-mata itu. Sekarang di sini terdapat
Ouwyang Kim yang membantu, juga engkau dan nona Lim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang sehingga kedudukan kita semakin kuat. Sayang Lili
belum juga pulang. Apakah engkau bertemu dengannya di
utara, Sin Wan?" Bhok-ciangkun menutup ceritanya.
"Kunjungan kami memang ada hubungannya dengan Lili,
paman." "Wan-twako, kenapa enci Lili tidak pulang bersama-sama
dengan engkau dan enci Kui Siang?" Ci Hwa bertanya dan
melihat sikap gadis itu yang sudah biasa terhadap dirinya,
seolah-olah tidak ada bekas apa-apa di antara mereka, Sin
Wan merasa heran akan tetapi juga girang sekali. Juga
keluarga gadis itu merasa lega dan girang. Kiranya
kemunculan Akim membawa perubahan kepada Ci Hwa,
mendatangkan kesadaran kepada gadis itu.
"Lili tinggal di utara dan ia menitipkan salam kepada
seluruh anggauta keluarga Bhok. Ia selamat dan sehat saja,
dan sementara ini ia tidak akan pulang ke selatan karena, ia
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ikut dengan Raja Muda Yung Lo ke Peking."
"Ehhh" Apa artinya ini, Sin Wan" Cu Sui In bertanya sambil mengerutkan alisnya
mendengar bahwa puterinya pergi
mengikuti Raja Muda Yung Lo Ke Peking.
"Lili menggantikan kedudukan sumoi Liem Kui Siang,
menjadi pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo karena Kui
Siang akan membantuku di sini menghadapi jaringan mata-
mata Mongol. Mengenai diri Lili, Raja Muda Yung Lo
menitipkan surat kepada kami untuk dihaturkan kepada
Paman Bhok." Sin Wan mengeluarkan surat dari Raja Muda Yung Lo dan
menyerahkannya kepada Bhok Cun Ki. Ketika dia membaca
surat itu, kedua isterinya menghampiri dan ikut membaca dari
belakang kedua pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah ketiganya penuh ketegangan, akan tetapi berubah
cerah setelah mereka membaca habis surat. Kiranya Raja
Muda Yung Lo mengagumi kegagahan Lili, dan karena raja
muda itu merasa kehilangan karena Kui Siang harus
membantu calon suaminya membasmi jaringan mata-mata
Mongol di kota raja, maka raja muda itu mohon persetujuan
keluarga Bhok agar Lili, yang juga sudah setuju, untuk
menjadi pengawal pribadinya.
"Nona Liem, selama engkau menjadi pengawal pribadi Raja
Muda Yung Lo atau Pangeran Yen, bagaimana sikap dan
wataknya" Apakah dia seorang penguasa yang baik, jujur dan
adil?" Pertanyaan Bhok-ciangkun ini mewakili pertanyaan
seluruh keluarganya. Liem Kui Siang memejamkan matanya sejenak,
membayangkan kejantanan dan kegagahan Raja Muda Yung
Lo, juga betapa raja muda itu jatuh hati kepadanya dan
pernah menawarkan untuk menarik ia menjadi isteri raja muda
itu. Kemudian dengan suara bersungguh-sungguh ia berkata,
"Paman Bhok, kalau aku boleh mengatakan, di dunia ini,
kecuali koko Sin Wan, dialah pria yang paling hebat, paling
bijaksana, keras dan adil, akan tetapi juga bersusila dan
berbudi mulia. Harap paman jangan khawatir. Adik Lili berada
di tangan yang baik dan boleh dipercaya sepenuhnya."
Sin Wan tersenyum mendengar jawaban kekasihnya itu,
maklum apa yang dipikirkan kekasihnya tentang raja muda itu.
Juga dia mengerti akan kekhawatiran hati keluarga itu
mendengar Lili menjadi pengawal pribadi raja muda di Peking
itu. "Apa yang diterangkan Siang-moi memang benar sekali.
Sudah lama aku mengenal raja muda itu dan mengagumi
kegagahannya. Harap paman sekalian tidak merasa khawatir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Muda Yung Lo tidak dapat disamakan dengan Pangeran
Mahkota, di sana Lili tidak akan mengalami hal-hal yang buruk
seperti ketika menjadi pengawal Pangeran Mahkota."
"Syukurlah, lega hati kami setelah mendengar penjelasan
kalian. Sekarang kita bicara tentang tugas kita. Bagaimana
menurut pendapatmu, Sin Wan" Dari mana kita akan memulai
penyelidikan kita dan siapa kiranya orang yang dapat dicurigai
dan tahu di mana Si Kedok Hitam bersembunyi?"
"Aku sudah membicarakan urusan ini dengan Lili dan kami
sependapat bahwa kita harus mencurigai Yauw Siucai,
sastrawan yang kini menjadi penasihat dan tangan kanan
Pangeran Mahkota," kata Sin Wan.
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Aku sudah menyebar
penyelidik dan memang orang itu patut dicurigai.
Kemunculannya di istana Pangeran Mahkota itu mendatangkan
perubahan besar pada diri sang pangeran. Kalau dulu,
pangeran mahkota sudah terkenal sebagai seorang yang
selalu mengejar kesenangan, sekarang, setelah ada sastrawan
itu, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Bukan saja dia selalu berfoya-foya,
bahkan suka mengganggu anak isteri orang, dan
selain suka mabok-mabokan, juga dia kini suka menghisap
candu!" "Memang mencurigakan," kata Cu Sui In membenarkan
suaminya. "Menurut cerita kemunculan sastrawan itu di istana pangeran juga cukup
mencurigakan. Lili bertemu dengan
orang she Yauw itu dalam perjalanan, dan sikap sastrawan itu
mencurigakan sekali. Lili sama sekali tidak mengenal asal
usulnya, dan biarpun penampilannya seperti sastrawan dan
bekerja sebagai guru sastra untuk putera Pahgeran Mahkota,
namun menurut Lili, sastrawan itu memiliki ilmu silat yang
tinggi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang dia patut dicurigai, akan tetapi bagaimana
mungkin dapat membuat dia membuka kedoknya dan
bagaimana kita dapat menyelidiki siapa sebetulnya dia" Dia
kini dekat sekali dengan Pangeran Mahkota, menjadi orang
kepercayaannya maka sukarlah bagi kita untuk mendesaknya,"
kata Bhok Cun Ki, "Yang ke dua adalah Si Kedok Hitam. Kalau saja kita mampu
menemukan orang itu, kiranya semua rahasia
jaringan mata-mata akan dapat terbongkar. Akan tetapi ke
mana kita mencari orang tinggl besar yang berperut gendut
itu" Ilmu silatnya juga tinggi sekali."
"Nanti dulu ......!!" tiba-tiba Akim berseru nyaring sehingga mengejutkan Ci Han
yang duduk di sampingnya karena
pemuda itu mengira bahwa kekasihnya itu diserang rasa nyeri
pada pundak yang terluka. Ternyata tidak demikian. Luka di
pundak Akim itu sudah sembuh berkat obat yang mujarab dari
Cu Sui In. "Aku teringat sesuatu ketika paman Bhok menyebut
Si Kedok Hitam yang berperut gendut. Perut gendut ......."
Perut gendut ..........?""
Tentu saja semua orang merasa heran, bahkan merasa geli
mendengar gadis itu berulang kali menyebut perut gendut.
Tiba-tiba Akim menoleh dan memandang kepada Sin Wan.
"Eh, Sin Wan, masih ingatkah engkau ketika kita berdua
menyerang Si Kedok Hitam, kemudian datang anak buahnya
sehingga aku tertawan olehnya?"
Sin Wan mengangguk dan memejamkan mata untuk
membayangkan kembali peristiwa itu. "Ya, aku ingat. Dia lihai sekali, akan
tetapi kalau tidak datang kawan-kawannya pada
waktu itu, agaknya kita berdua akan dapat merobohkannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan itu, Sin Wan, akan tetapi perut gendutnya!" kata pula Akim dan kini ia
nampak tegang. Semua orang tertegun
heran karena kembali Akim menyebut tentang perut gendut.
"Memang Si Kedok Hitam itu berperut gendut, Akim, lalu
kenapa?" "Sin Wan, kita sungguh bodoh sekali mengapa baru
sekarang sadar akan itu. Lupakah engkau ketika kita
menyerangnya" Ketika itu, pedangmu yang tumpul tapi
ampuh itu membuat dia terkejut dan pedang di tangannya
rusak oleh pedang tumpulmu. Dan pedangku ini ........" Tiba-
tiba Akim mencabut pedangnya yang tak pernah terpisah
darinya dan semua orang terkejut melihat sinar pedang yang
mengandung hawa dingin itu.
31. Jaringan Mata-mata Mongol
"Paman Bhok, pedang pemberian mendiang ayah ini adalah
pedang pusaka. Coba paman lihat keampuhannya!" Gadis itu
lalu meloncat ke sudut ruangan itu di mana terdapat sebuah
rak besi dan sekali pedangnya menyambar, ujung rak besi itu
putus seperti terbuat dari kayu lunak saja!
Ketika semua orang memandang masih kaget dan heran,
Akim sudah menghampiri Bhok Cun Ki dan menyerahkan
pedangnya. "Maaf kalau aku merusak rak itu, paman, akan
tetapi coba paman periksa, apakah kiranya di dunia ini ada
ahli silat yang kebal terhadap pedangku ini?"
Biarpun dia sendiri, juga kaget dan heran, Bhok Cun Ki
menerima pedang itu dan memeriksanya. Dia menggeleng
kepalanya. "Pedangmu ini merupakan pusaka ampuh, Akim.
Senjata besi biasa saja tidak akan mampu bertahan kalau
bertemu pedang ini, apalagi kulit daging manusia. Betapapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebalnya, sukarlah untuk dapat menahan kekebalan kulit
terhadap pedangmu ini."
"Nah, sekarang tentu engkau ingat, Sin Wan?"
Sin Wan tiba-tiba berseru sambil bangkit berdiri. "Benar!
Perut gendutnya! Perut gendutnya!"
Tentu saja semua orang semakin heran dan juga geli.
Seolah-olah Sin Wan ketularan penyakit Akim dan menyebut-
nyebut perut gendut! Akan tetapi dia melanjutkan, "Ketika
kami mengeroyoknya, dan Si Kedok Hitam terkejut karena
pedangnya rusak oleh pedangku, saat itu Akim menyerangnya
dengan tusukan pedangnya. Serangan Akim itu cepat sekali
dan dilakukan pada detik si Kedok Hitam tertegun sehingga
pedangnya tepat memasuki perut gendutnya. Aku melihat
dengan jelas, akan tetapi Si Kedok Hitam tidak roboh, bahkan
tidak ada darah keluar dari perutnya yang tertusuk pedang!"
Mendengar ini, Bhok Cun Ki memukul meja di depannya.
"Brakk!" Dan dia pun bangkit berdiri, matanya berkilat-kilat.
"Ah, kalau begitu, perut gendutnya adalah palsu!"
"Benar sekali, Paman Bhok. Akim telah menemukan rahasia
yang amat penting bagi kita! Kini tidak dapat diragukan lagi, Si Kedok Hitam
yang disebut Yang Mulia oleh anak buahnya,
pemimpin jaringan mata-mata Mongol, adalah seorang pria
yang sama sekali tidak gendut perutnya, melainkan tinggi
besar dan amat lihai."
Mereka duduk kembali dan nampak betapa Bhok Cun Ki
dan Sin Wan saling pandang. Seolah keduanya dapat saling
menjenguk isi hati masing-masing dan akhirnya Bhok Cun Ki
berkata, "Sin Wan apakah engkau juga menduga seperti yang
menjadi dugaanku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu mengangguk. "Sikapnya selama ini selalu
menentang dan memusuhi aku, paman, seolah-olah secara
tidak langsung dia memihak kepada para mata-mata Mongol.
Biarpun kita belum dapat memastikannya, akan tetapi dia
patut sekali dicurigai, paman, di samping Yauw Siucai itu."
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk.
"Ih, kalian berdua bicara seperti dalam rahasia saja! Siapa sih orangnya yang
kalian sangka menjadi Si Kedok Hitam itu?"
tanya Cu Sui In tak sabar.
Suaminya menghela napas panjang. "Hal ini kalau diketahui
orang luar, tentu akan menimbulkan kegemparan. Berbahaya
sekali kalau dugaan kita itu keliru, dan berbahaya pula kalau
sebelum kita menemukan buktinya, dia telah mendengar akan
dugaan kita." "Akan tetapi, siapakah dia?" Sui In mendesak.
Bhok Cun Ki menengok ke kiri kanan. Ruangan itu tertutup
dan tidak nampak seorangpun pembantu keluarga, juga tidak
terdengar ada orang di luar ruangan itu. Namun, tetap saja
dia berkata dengan bisik-bisik, "Jenderal Besar Yauw Ti."
"Ihh ..........!!" Nyonya Bhok menahan jeritnya dengan
menutupi mulutnya. "Bagaimana mungkin" Dia seorang
jenderal besar yang amat besar jasanya kepada kerajaan!"
Suaminya memberi tanda agar isterinya itu tetap tenang.
"Kalian semua tahu bahwa dugaan ini harus kita rahasiakan.
Aku, dibantu Sin Wan, Akim engkau sendiri, Sui In dan nona
Liem Kui Siang, akan cari bukti-buktinya.
Bahkan secara rahasia aku akan bicara dengan Jenderal
Shu Ta, karena hanya Jenderal Shu Ta yang akan mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendalikan dan mengatasi kalau-kalau benar dia orangnya
dan hendak mempergunakan kekuatan pasukannya."
"Wah, kalau terjadi demikian, tentu akan geger dan terjadi perang saudara yang
hebat!" seru Ci Han penuh
kekhawatiran. Memang dapat dibayangkan betapa akan hebatnya kalau
yang menjadi pemberontak itu seorang jenderal besar seperti
Jenderal Yauw Ti yang mengepalai ratusan ribu orang
pasukan! "Karena itulah kita harus bekerja secara rahasia. Jangan
sampai dia mengetahui lebih dahulu bahwa dia dicurigai
karena hal itu akan membahayakan sekali," kata Bhok Cun Ki.
"Dan aku memiliki pula sebuah bukti yang akan membongkar
rahasia pimpinan mata-mata itu."
Dia memasuki kamarnya dan kembali ke ruangan itu,
membawa sebuah benda kecil yang dibungkus dengan kain.
Setelah bungkusan itu dibuka, ternyata isinya sebatang paku
menghitam. "Inilah paku yang dahulu melukai pundak Lili
ketika ia bertanding denganku. Paku ini dilepas seseorang
dengan maksud membantu Lili dan membunuhku, akan tetapi
paku ini dapat tertangkis pedangku. Paku-paku runtuh dan
sebuah di antaranya, yaitu yang ini, mengenai pundak Lili."
"Paku itu beracun," Cu Sui In membantu suaminya karena ia sudah mendengar kisah
itu dan melihat senjata rahasia itu
dengan teliti, "Akan tetapi tidak ada tanda-tanda siapa
pemiliknya." "Kalau kita dapat menyelidiki tempat tinggal orang-orang
yang kita curigai dan kita mendapatkan senjata rahasia yang
serupa dengan ini, berarti dia yang melepas senjata beracun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, membuktikan bahwa dia terlibat dalam jaringan mata-
mata musuh." Mereka mengadakan perundingan sampai lama dan pada
malam hari itu, Sin Wan dan Kui Siang diterima sebagai tamu
agung, bahkan sebagai anggauta keluarga sendiri. Kui Siang
segera akrab dengan Akim dan Ci Hwa, dan malam itu mereka
bertiga tinggal sekamar. Akim yang memiliki watak jujur
terbuka itu tanpa malu-malu lagi menceritakan tentang
hubungannya dengan Sin Wan, dan dalam kesempatan ini
pula, Ci Hwa yang ketularan sikap terbuka itu, mengaku
kepada Kui Siang tentang urusannya dengan Sin Wan, betapa
ia pernah mencinta Sin Wan namun tidak dibalas oleh pemuda
itu. Mendengar pengakuan dua orang gadis yang pernah
mencinta Sin Wan ini, Kui Siang bukan merasa cemburu atau
panas hatinya, bahkan ia merasa bersyukur sekali karena
terbukti bahwa suhengnya itu amat mencintanya dan tidak
dapat membalas cinta gadis-gadis lain, padahal Akim dan Ci
Hwa adalah dua orang gadis yang cantik jelita, bahkan Akim
memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, mungkin lebih tinggi
dibandingkan ia sendiri. Namun, suhengnya itu tetap setia
kepadanya, walaupun ia sendiri pernah marah kepada
suhengnya, menyatakan benci dan tidak ingin bertemu lagi!
JJJ
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Panglima Bhok Cun Ki yang cerdik itu diam-diam telah
menghubungi Jenderal Shu Ta. Tentu saja Jenderal Besar ini
terkejut setengah mati mendengar laporan pembantunya.
Hampir dia marah-marah karena tidak percaya bahwa
pembantunya yang berjasa besar, Jenderal Yauw Ti, dicurigai
sebagai pemimpin jaringan mata-mata Mongol. Mustahil,
katanya. Akan tetapi, dengan tenang dan sabar Bhok-ciangkun
memberi penjelasan secara terperinci, mengumpulkan semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasil penyelidikan anak buahnya dan hasil penyelidikan Sin
Wan, Lili dan juga Akim. Mendengar keterangan terperinci itu, Jenderal Shu Ta
berdiam diri, termenung dengan alis berkerut. Akan tetapi, dia
harus yakin pikirnya. Menuduh Jenderal Yauw Ti sebagai
pemimpin mata-mata Mongol, tanpa adanya bukti-bukti yang
meyakinkan, amat berbahaya. Jenderal Yauw Ti memiliki
kekuasaan yang cukup besar, bahkan Kaisar amat percaya
kepada jenderal yang tinggi besar itu. Pendeknya, Jenderal
Yauw Ti merupakan orang kedua sesudah dia yang dekat dan
dipercaya Kaisar. Dia sendiri adalah sute (adik seperguruan)
Kaisar, tentu saja hubungannya amat dekat. Akan tetapi
Jenderal Yauw Ti juga telah melakukan banyak jasa dan
selama ini membuktikan dirinya sebagai seorang jenderal yang
cakap dan setia. "Bhok-ciangkun, dugaanmu ini berbahaya sekali. Engkau
harus mampu memperlihatkan bukti, barulah aku berani turun
tangan dan berani melapor kepada Sribaginda," akhirnya dia berkata.
"Tentu saja, Shu-goanswe (Jenderal Shu). Saya hanya
mohon bantuan paduka, karena tanpa bantuan paduka,
bagaimana mungkin saya berani menyelidiki ke dalam rumah
dan kantor Jenderal Yauw" Sribaginda telah memberi waktu
kepada saya, dan kalau dalam sebulan saya tidak mampu
membongkar jaringan mata-mata ini, seluruh keluarga saya
akan menerima hukuman. Saya mohon bantuan paduka."
Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Seringkali dia
menghela napas panjang melihat perubahan yang terjadi pada
diri suhengnya yang kini menjadi Kaisar itu. Sekarang, Kaisar
berubah menjadi seorang yang teramat kejam. Bahkan
seorang pembantu terbaik dan paling setia sekalipun, dengan
mudah akan dijatuhi hukuman mati karena melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan sedikit saja! Kaisar begitu dipenuhi kecurigaan dan
kebencian. "Baik, aku akan membantumu, ciangkun," kata Jenderal
Shu Ta dan mereka lalu bicara dengan sikap serius mengatur
langkah-langkah untuk membongkar rahasia yang amat
membahayakan negara itu. Sebagai hasil dari rencana siasat mereka itu, pada suatu
hari, Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti dipanggil
menghadap Kaisar bersama para panglima tinggi lainnya
untuk membicarakan tentang keamanan negara. Kaisar
melakukan panggilan ini tentu saja sebagai hasil dorongan
Jenderal Shu Ta yang bermaksud agar Jenderal Yauw dapat
mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang jaringan
mata-mata Mongol yang membahayakan negara, dan
terutama sekali untuk memancing jenderal itu keluar agar
Bhok Cun Ki dan para pembantunya mendapatkan
kesempatan untuk melakukan penyelidikan ke tempat tinggal
dan kantor jenderal yang dicurigai itu. Kaisar tidak mencurigai bujukan Jenderal
Shu Ta ini karena memang Kaisar ingin
membicarakan tentang penyerangan terhadap kedua orang
puteranya, yaitu Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Chu Hui
San. Kesempatan itu dipergunakan dengan baik oleh Bhok Cun
Ki yang segera menugaskan kepada Sin Wan dan Kui Siang
untuk melakukan penyelidikan ke rumah keluarga Jenderal
Yauw Ti. Bagi orang biasa, tentu tidak akan mudah memasuki
gedung keluarga Jenderal Yauw Ti tanpa ijin. Namun, Sin Wan
dan Kui Siang mempergunakan ilmu kepandaian mereka dan
berhasil melompati pagar tembok di bagian belakang ketika
pasukan pengawal yang melakukan perondaan siang malam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu lewat dan mereka berdua sudah menyelinap ke dalam
taman bunga milik keluarga itu.
Sebelumnya, mereka berdua sudah mendapat
penggambaran yang jelas tentang keadaan gedung itu dan
juga tentang keadaan keluarga Yauw Ti, jenderal yang mereka
curigai. Jendral itu mempunyai seorang isteri dan tiga orang
selir di gedung itu, dan hanya mempunyai dua orang anak dari
para selirnya, dua orang anak laki-laki yang masih kecil, belum sepuluh tahun
usianya. Sin Wan dan Kui Siang menyelinap di antara pohon-pohon
dan semak-semak, mendekati bangunan besar. Dua orang
tukang taman yang sedang bekerja, tidak melihat gerakan
mereka dan akhirnya dua orang pendekar itu berhasil
meloncat ke atas atap dapur bangunan itu, bersembunyi di
balik wuwungan dan bergerak bagaikan dua ekor kucing tanpa
mengeluarkan suara apapun.
Karena sudah mempelajari keadaan dalam bangunan
gedung itu, Sin Wan dan Kui Siang dapat berada di atas kamar
besar milik keluarga itu melihat betapa kamar itu yang amat
mewah, dalam keadaan kosong dan sunyi, Sin Wan berbisik-
bisik dengan kekasihnya, mengatur siasat kalau sampai
mereka ketahuan orang selagi dalam kamar itu,
merencanakan jalan keluar dari kamar tanpa diketahui orang.
Kemudian, mereka membuka atap dan bagaikan dua ekor
burung rajawali, mereka melayang turun dari atas, masuk ke
dalam kamar tanpa mengeluarkan suara.
Begitu tiba dalam kamar, dua orang pendekar muda yang
sejak tadi menutupi muka mereka dengan kedok coklat dan
biru, kedok yang sengaja dibuat mirip dengan kedok yang
dipergunakan anak buah Si Kedok Hitam, segera bekerja
dengan cepat. Mereka menggeledah dan mencari-cari apa saja
yang dapat merupakan bukti bahwa dugaan mereka benar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu bahwa Jenderal Yauw Ti merupakan pemimpin, atau
setidaknya mempunyai hubungan dengan jaringan mata-mata
Mongol. Sampai kurang lebih satu jam mereka menggeledah,
membukai almari dan laci-laci, memeriksa seluruh ruangan
namun mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Memang mereka sudah menduga bahwa agaknya, andaikata
benar bahwa Jenderal Yauw Ti menjadi pemimpin jaringan
mata-mata Mongol, pasti keluarganya tidak ada yang
mengetahui dan hal itu merupakan rahasia pribadi. Hal ini
untuk mencegah terjadinya kebocoran dan kalau dia
menyimpan sesuatu yang dapat membuka rahasianya, tentu
barang itu disimpan di lain tempat.
"Ke kantornya," bisik Sin Wan dan mereka berdua segera meloncat lagi keluar dari
kamar itu, membetulkan letak atap
yang mereka buka dan tak lama kemudian mereka sudah
keluar lagi melalui taman dan pagar tembok di belakang tanpa
diketahui orang. Tak lama kemudian, dengan bekerja cepat agar jangan
sampai kedahuluan Jenderal Yauw Ti, dan hal ini sudan diatur
oleh Jenderal Shu Ta agar Jenderal Yauw Ti agak lama berada
di istana, Sin Wan dan Kui Siang sudah berada di kamar kerja
Jenderal Yauw Ti yang terletak di dalam markas pasukan.
Tentu saja mereka berdua tidak begitu ceroboh untuk
memasuki benteng seperti yang mereka lakukan di rumah
kediaman Jenderal Yauw tadi.
Mereka sudah membawa bekal surat perintah dan surat
kuasa dari Jenderal Shu Ta untuk memasuki kamar kerja
Jenderal Yauw Ti dan mengambil barang-barang yang
diperlukan dalam persidangan di istana. Dengan bekal surat
ini, para petugas jaga di markas itu tentu saja tidak berani
menghalangi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Surat perintah dari Jenderal Shu Ta sebagai panglima
tertinggi oleh pasukan di situ lebih ditaati dari pada surat dari Kaisar sendiri
sekalipun. Maka, mereka mempersilakan Sin
Wan dan Kui Siang masuk dan tak lama kemudian dua orang
muda perkasa ini sudah melakukan penggeledahan di dalam
kamar kerja Jenderal Yauw Ti setelah mereka berdua
menggunakan tenaga untuk membuka daun pintu kamar itu
secara paksa. Begitu masuk, mereka berdua mengenakan lagi kedok
mereka untuk menjaga segala kemungkinan, walaupun tadi
mereka masuk sebagai utusan Jenderal Shu Ta. Bahkan surat
itupun dibuat oleh Jenderal Shu Ta mempergunakan tanda
tangan dan cap palsu. Hal ini untuk menjaga kemungkinan
Jenderal Yauw Ti tidak bersalah sehingga dia tidak akan
terlibat dalam penggeledahan itu dan kedua orang muda itu
yang akan dianggap sebagai penanggung jawab.
Di kamar kerja inipun Sin Wan dan Kui Siang tidak
menemukan sesuatu yang mencurigakan. Mereka hampir
putus asa ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sesosok
bayangan berkelebat masuk. Ternyata dia adalah seorang
yang mengenakan kedok abu-abu!
"Mau apa kalian di sini?" bentak si kedok abu-abu dengan suara bengis.
"Ah, kami sedang sibuk hendak membersihkan tanda-tanda
yang terdapat di sini karena sebentar lagi tempat ini akan
digeledah oleh pasukan istana. Kaisar telah mencurigai Yang
Mulia. Di mana Yang Mulia" Apakah belum pulang dari
istana?" kata Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan itu, si kedok kelabu nampak terkejut.
Sepasang mata di balik kedok itu berkilat. "Kalau begitu, aku harus cepat
memberi kabar. kepada Pangeran!"
"Siapa Pangeran....?" Sin Wan menghentikan ucapannya, memaki diri sendiri yang
terlanjur bicara. Dan benar saja,
mendengar Sin Wan tidak mengenal siapa pangeran yang dia
maksudkan, si kedok abu-abu segera mencabut pedangnya.
"Kalian palsu!" Dan pedangnya sudah menyambar dengan
ganas ke arah Sin Wan. Sin Wan yang menyadari kesalahannya, mengelak dan dari
samping, Kui Siang sudah bergerak ke depan, tangannya
menyambar dengan totokan dan si kedok abu-abu itupun
terkulai lemas. Sin Wan merampas pedangnya dan
menyambut tubuh itu agar tidak menimbulkan suara gaduh.
"Inilah bukti yang paling baik," bisiknya kepada Kui Siang.
Tak lama kemudian, Sin Wan dan Kui Siang keluar dari kamar
kerja Jenderal Yauw Ti, dan Sin Wan menggendong sebuah
karung yang penuh, melangkah dengan tenang keluar dari
kamar kerja itu. Ketika para petugas jaga di luar melihat Sin Wan
menggendong sebuah karung, mereka memandang heran,
tidak dapat menduga apa isi karung itu, juga tidak berani
bertanya. "Kami telah menemukan barang yang dibutuhkan
Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti," kata Sin Wan tenang dan para penjaga
itupun tidak berani bertanya. Mereka semua
mengenal Jenderal Shu Ta sebagai seorang jenderal yang
tegas dan berdisiplin, maka mereka tentu saja tidak berani
melanggar surat perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja isi karung itu adalah si kedok abu-abu yang
telah ditangkap oleh Sin Wan dan Kui Siang. Mereka cepat
membawa tawanan dalam karung itu ke rumah Bhok Cun Ki.
Semua berkumpul di situ. Bhok Cun Ki sendiri, Sui In dan
Akim yang belum berhasil membongkar rahasia Yauw Siucai
yang selalu berdekatan dengan Pangeran Mahkota, Ci Han dan
Ci Hwa. Hanya nyonya Bhok yang berada di dalam, tidak mau
mencampuri urusan yang menggunakan kekerasan dan
membutuhkan kepandaian silat itu.
Ketika tawanan itu dikeluarkan dari karung dan berlutut di
atas lantai, dengan kedok terbuka, ternyata dia adalah
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun. Dia seorang Han,
bukan orang Mongol, bahkan dia seorang anggauta pasukan di
bawah Jenderal Yauw Ti. "Dengar baik-baik," kata Bhok Cun Ki yang memimpin
pemeriksaan itu. "Kalau engkau mau mengaku terus terang,
hukumanmu akan diperingan. Akan tetapi kalau engkau
berbohong dan tidak mau mengaku, akan kusuruh tangkap
seluruh keluargamu dan kusuruh siksa mereka di depan
matamu. Nah, jawab yang sebenarnya. Siapa namamu?"
Wajah orang itu menjadi pucat. Tadinya dia bersikap keras
dan masa bodoh, akan tetapi ancaman terhadap keluarganya
itu mengingatkan dia akan isterinya, tiga orang anaknya yang
masih kecil, dan ibunya yang sudah tua dan luluh kekerasan
hatinya. "Nama saya Siauw Jin, ciangkun."
"Katakan, siapa sebenarnya pemimpin para orang
berkedok, anggauta jaringan mata-mata Mongol itu. Jawab!"
"Saya ....... saya tidak tahu ..........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau menyebutnya Yang Mulia, bukan?"
Siauw Jin mengangguk. "Kami semua hanya mengenal dia
sebagai Yang Mulia, akan tetapi tak seorangpun di antara
kami yang pernah melihat wajahnya. Kami semua tidak tahu
siapa sebenarnya Yang Mulia."
"Dan siapa yang kau sebut pangeran itu?" tanya pula Bhok Cun Ki. Wajah orang itu
berubah pucat sekali, matanya
terbelalak dan dia menggeleng kepala.
"Saya ...... saya tidak berani ....!"
Pada saat itu, Sui In menjulurkan tangannya dan jari
tangannya sudah menekan tengkuk tawanan itu. Wajah
tawanan itu berkerut-kerut dan rintihan keluar dari mulutnya
karena dia merasa betapa tubuhnya seperti ditusuki ratusan
batang jarum yang panas, nyerinya tak tertahan lagi. Sui In
melepaskan tangannya dan orang itu basah oleh keringat
dingin. "Hayo katakan, siapa pangeran itu!" kini Sui In membentak.
"Atau kau ingin kusuruh tangkap dan seret ke sini seluruh
keluargamu!" Bhok Cun Ki menambahkan.
"Dia ....... dia murid Yang Mulia ........"
"Hemm, siapa namanya" Di mana?" bentak Bhok-ciangkun
lagi. "Dia adalah Pangeran Yaluta...."
"Pangeran Mongol?"
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tawanan itu mengangguk dan tiba-tiba dia menjerit dan
terkulai. Ternyata sebatang paku telah menancap di
punggungnya. Sui In cepat mencabut paku itu dan diapun
berkata kepada suaminya. "Dia bagian kami! Hayo, Akim!" Dan wanita perkasa itu meloncat pergi, diikuti
Akim karena memang Pangeran Yaluta
merupakan bagian mereka. Mereka yakin bahwa yang disebut
Pangeran Yaluta itu bukan lain adalah yang menyamar sebagai
Yauw Siucai! Begitu mencabut paku itu dari punggung
tawanan yang diserang secara menggelap, tahulah Sui In
bahwa yang dahulu melukai pundak puterinya dengan paku
merupakan orang yang sama, yaitu si penyambit tadi. Masih
nampak tadi bayang biru putih berkelebat dan dengan cepat
iapun melakukan pengejaran bersama Akim. Akan tetapi,
bayangan itu sudah lenyap.
"Hayo, kita langsung saja ke istana Pangeran Mahkota!
kata Sui In. Untuk keperluan ini ia sudah dibekali surat
penggeledahan yang ditulis sendiri oleh Jenderal Shu Ta.
Dengan surat perintah jenderal Shu Ta itu, benar saja Su In
dan Akim tidak menemui kesulitan untuk menerobos masuk ke
dalam istana sang pangeran, walaupun para penjaga menjadi
bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Mereka mengenal
tanda tangan dan cap kebesaran Jenderal Shu Ta, dan kedua
orang wanita itu tadi mengatakan bahwa mereka hendak
bertemu dengan Yauw Siucai. Entah ada urusan apa maka
Jenderal Shu Ta sampai memberi kuasa kepada dua orang
wanita itu untuk menemui Yauw Siucai dan melakukan
penggeledahan! Karena merasa tidak enak hati walaupun tidak berani
menghalangi, kepala jaga lalu memimpin pasukan kecil untuk
masuk ke dalam, hendak melihat apa yang akan terjadi dan
berjaga-jaga melindungi sang pangeran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In dan Akim juga sudah mendapat gambaran yang
cukup jelas tentang keadaan istana sang pangeran, dan
mereka tahu di mana letak kamar pangeran mahkota, di mana
pula letak kamar puteranya dan kamar Yauw Siucai. Akan
tetapi, ketika mereka lewat di kamar pangeran dan kamar
Yauw Siucai, sunyi saja di situ. Seorang pengawal yang
berjaga di situ memandang penuh curiga dan melintangkan
tombaknya. Sui In memperlihatkan surat kuasa dari Jenderal Shu Ta,
membuat pengawal itu berdiri tertegun. "Cepat katakan, di
mana Yauw Siucai dan Sang Pangeran?"
Pengawal itu masih tertegun dan tidak mampu menjawab,
hanya menunjuk ke arah taman. Sui In menggerakkan tangan
menotoknya agar pengawal itu tidak membuat banyak ribut.
Lalu bersama Akim ia lari ke dalam taman yang luas dan indah
itu. Berindah-indap mereka menghampiri Pangeran Mahkota
yang kelihatan sedang duduk di atas bangku menghadapi
Yauw Siucai yang kelihatan marah-marah "Sekali, kalau
paduka menolak, terpaksa aku akan membunuhmu!" katanya
kacau dan kadang kasar. "Pangeran, cepat buatkan surat
kuasa untukku dan aku tidak akan membunuhmu!"
Biarpun wajahnya pucat, pangeran yang nampak lemah
dan tidak bersemangat itu kini mengangkat kepala
membusungkan dadanya. "Orang she Yauw! Baru sekarang
aku menyadari bahwa engkau bukanlah orang baik-baik.
Entah siapa engkau, akan tetapi jelas engkau menyusup ke
sini untuk menguasai aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh, pangeran tolol! Kau sudah bosan hidup agaknya!"
Yauw Siucai mengangkat tangan kanan ke atas dan memukul
ke arah kepala Pangeran Mahkota untuk membunuhnya.
"Jahanam busuk!" Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan Akim sudah meloncat
dan langsung saja memukul ke arah
dada Yauw Siucai. Yauw Siucai atau Pangeran Yaluta itu
terkejut merasakan sambaran angin, dia lalu menggerakkan
tangan kirinya menangkis.
"Dukk! Plakk ......!" Baik Pangeran Yaluta maupun Akim
terdorong mundur, akan tetapi pukulan Yaluta ke arah kepala
pangeran mahkota tadi meleset dan mengenai ujung pundak
kirinya. Walaupun pukulan itu tidak telak dan hanya
menyerempet saja, namun cukup membuat pangeran itu
terpelanting. Yaluta kini berdiri berhadapan dengan dua orang wanita
itu. Wajahnya agak pucat, mulutnya cemberut dan matanya
mencorong. Dia segera mengenal dua orang itu. Dia
tersenyum mengejek. "Kiranya Bi-coa Sianli yang datang! Hemm, dahulu ketika
bersama ayahmu dan puterimu engkau melarikan diri dikejar-
kejar pasukan, aku yang menyelamatkan kalian dan ........"
"Tutup mulutmu, jahanam palsu! Kiranya engkau yang
dahulu melukai pundak Lili! Nih, kukembalikan paku-pakumu
yang dahulu melukai Lili dan tadi membunuh anak buahmu
sendiri!" Tangan Sui In bergerak dan dua batang paku itu
menjadi dua sinar hitam menyambar ke arah dada dan leher
Yaluta! Akan tetapi tentu saja pangeran Mongol ini tidak sudi
senjatanya makan dirinya sendiri. Sekali dia bergerak, dia
sudah mengelak dan dua batang paku itu meluncur lewat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran, lihat baik-baik. Dua orang wanita ini datang
untuk membunuh paduka! Bi-coa Sianli ini adalah ibu dari Lili,
tentu ia datang untuk membunuh paduka. Dan gadis ini
adalah pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo, agaknya adik
paduka itu memang hendak membunuh paduka maka
mengirimnya ke sini. Awas, mereka akan membunuh paduka.
Pengawal, cepat kurung dan tangkap dua orang pembunuh
ini. Mereka hendak membunuh sang pangeran!"
Belasan orang pengawal yang sudah tiba di taman itu,
menjadi bingung, akan tetapi mereka sudah siap dengan
senjata di tangan, menanti perintah sang pangeran karena
perintah dari Yauw Siucai kurang meyakinkan hati mereka.
Akim berkata kepada Pangeran Mahkota. "Maaf, pangeran,
apakah paduka masih belum menyadari benar" Orang ini
hampir saja tadi membunuh paduka. Dia ini adalah seorang
mata-mata, dia adalah Pangeran Yaluta, pangeran dari Mongol
yang sengaja menyelundup ke sini untuk memimpin jaringan
mata-mata Mongol." Mendengar ucapan ini, pangeran yang kini sudah sadar
benar itu mengangguk dan berkata kepada para pengawal.
"Tangkap sastrawan gadungan ini!"
"Jangan!" teriak Sui In. "Biarkan kami berdua yang menangkapnya. Kalian jaga
saja keselamatan pangeran!"
Yaluta tak dapat mengelak lagi, akan tetapi masih mencoba
untuk membela diri. "Alangkah lucunya. Kalau benar aku ini mata-mata dan
memusuhi sang pangeran mahkota, tentu
sudah lama aku menyerang atau membunuhnya karena setiap
hari aku berdekatan dengannya. Itu hanya fitnah keji!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaluta, engkau orang Mongol licik! Engkau mendekati sang
pangeran untuk menguasainya, bahkan engkau mengadu
domba beliau dengan Raja Muda Yung Lo, engkau bahkan
hampir membunuh kedua orang pangeran itu di Cin-an!" Kini
Akim berkata dengan lantang. "Engkau hendak membuat
keluarga kerajaan menjadi lemah dan saling bermusuhan!"
"Sudahlah Yaluta, tidak perlu engkau berpura-pura lagi.
Engkau bekerja sama dengan Yang Mulia memimpin jaringan
mata-mata Mongol!" Mendengar ini, pucatlah wajah Yaluta. Dia menyangka
bahwa gurunya telah terbongkar rahasianya dan tertangkap.
Dia menjadi nekat dan dia tertawa bergelak. "Ha..ha..ha,
benar aku adalah, Pangeran Yaluta! Aku hendak membangun
kembali Kerajaan Mongol yang jaya! Ha..ha..ha, Kerajaan
Beng akan hancur, pangeran mahkotanyapun hanya sekor
kura-kura yang lemah, ha..ha..ha!"
Semua orang kini merasa yakin dan selagi pangeran
Mongol itu masih tertawa, tiba-tiba saja dia sudah menerjang
dan menyerang ke arah Pangeran Mahkota yang sudah
dikepung dan dijaga oleh para pengawal. Para pengawal
melindungi, dan tiga orang di antara mereka roboh disambar
kipas yang digerakkan secara ganas dan dahsyat oleh
pangeran Mongol itu. Akan tetapi, Akim dan Sui In segera
menerjang maju dan sudah mencabut senjata pedang mereka.
Ouwyang Kim sudah memegang Goat-im-kiam, sedangkan Cu
Sui In sudah memegang Hek-coa-kiam yang bersinar hitam.
Sambil tertawa-tawa seperti orang gila, suara ketawa yang
menyembunyikan kekecewaan hatinya karena siasatnya telah
gagal dan hancur, Yaluta mengamuk dengan kipasnya. Ilmu
silat pangeran Mongol ini cukup hebat karena sejak kecil dia
sudah mempelajari segala macam ilmu berkelahi, gulat dan
silat, dan akhir-akhir ini dia menjadi murid Yang Mulia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andai kata Akim seorang yang maju menandinginya, tentu
tidak akan mudah bagi gadis itu untuk mengalahkan Yaluta.
Akan tetapi, di situ terdapat Cu Sui In yang kedudukannya
dalam dunia persilatan sudah tinggi, sebagai datuk. Maka,
menghadapi sambaran sinar pedang hitam yang bergulung-
gulung, segera Yaluta terdesak hebat.
32. Dua Jenderal Besar "Kita tangkap dia hidup-hidup," kata Cu Sui In kepada
Akim. Akim maklum bahwa calon ibu mertua tirinya ini hendak
menangkap sang pangeran Mongol hidup-hidup agar dapat
diseret ke depan suaminya dan agar seluruh jaringan mata-
mata itu dapat dibongkar. Maka, Akim lalu mendesak dengan
pedangnya, membuat pangeran itu sibuk menangkis dan tidak
sempat menyerang lagi sehingga Akim memberi kesempatan
kepada calon ibu mertuanya untuk merobohkan lawan. Dan
memang usahanya berhasil baik karena dengan gerakan
lengan kirinya yang seperti ular Cu Sui In berhasil menotok
roboh Yaluta! Akan tetapi, ketika ia dan Akim hendak meringkus
pangeran Mongol itu, tiba-tiba Yaluta mengeluarkan jeritan
dan mukanya berubah menghitam. Dia tewas seketika! Sui In
cepat memeriksanya dengan menekan gerahamnya sehingga
mulutnya terbuka dan nampak betapa mulut itu penuh dengan
cairan menghitam. Tahulah ia bahwa sejak tadi, pangeran
Mongol itu sudah mempersiapkan diri, sudah memasukkan
semacam pel di mulutnya sehingga kalau dia menghendaki,
setiap saat dia dapat menggigit pecah pil itu dan diapun
membunuh diri tanpa dapat dicegah lagi. Dia sudah
memperhitungkan agar jangan sampai tertawan hidup-hidup,
karena hal itu berarti suatu penghinaan baginya. Selain tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin dia diampuni, juga dia tidak ingin kaki tangannya
terbasmi semua. Pangeran Mahkota jatuh pingsan dan digotong oleh para
pengawal ke dalam. Sejak itu dia jatuh sakit. Pangeran
Mahkota ini sejak di Cin-an mengalami guncangan batin, dan
kini dia bahkan menyadari betapa selama ini dia telah
memperhamba seorang pangeran Mongol, seorang pemimpin
mata-mata yang hendak menghancurkan kerajaan ayahnya!
Inilah tekanan yang paling berat, yang membuat dia tidak
dapat bangkit kembali. Setelah memesan kepada para pengawal agar menjaga
jenazah Pangeran Yaluta dan memasukkan dalam peti agar
jangan sampai ada anak buah orang Mongol itu yang mencoba
untuk mencuri mayat, Sui In dan Akim lalu bergegas pulang
ke rumah keluarga Bhok. Setiba di rumah, mereka melihat Sin Wan dan Kui Siang
sudah menanti mereka dan menceritakan bahwa Bhok-
ciangkun menemukan sebuah buku catatan di saku dalam
tawanan tadi di mana terdapat catatan tentang sarang-sarang
yang dipergunakan oleh jaringan mata-mata Mongol. Bhok-
ciangkun sedang keluar untuk bekerja sama dengan para
panglima lainnya, menyerbu sarang-sarang itu.
Tak lama kemudian Bhok Cun Ki datang dan mengajak Cu
Sui In, Akim, Sin Wan, dan Kui Siang untuk ikut bersama dia,
siap membantu kalau diperlukan dan mereka pergi ke rumah
Jenderal Shu Ta. Kiranya Bhok-ciangkun memang sudah
mengirim berita rahasia kepada Jenderal Shu Ta tentang hasil
penyelidikannya dan para pembantunya, tentang tewasnya
Yauw Siucai yang bukan lain adalah Pangeran Yaluta dari
Mongol, tentang jaringan mata-mata yang kini sedang diserbu
oleh para panglima, kemudian tentang kecurigaannya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendalam bahwa Jenderal Yauw Ti terlibat, bahkan mungkin
menjadi pemimpin besar jaringan mata-mata Mongol!
Jenderal Shu Ta yang baru keluar dari persidangan,
menerima berita rahasia ini dari seorang perwira pengawal
istana. Tentu saja jadi terkejut dan girang, akan tetapi tidak
diperlihatkannya kepada rekan-rekannya, di antaranya
Jenderal Yauw Ti yang bersama-sama dia baru keluar dari
istana. Bahkan dia lalu mendekati Jenderal Yauw Ti,
menggandeng lengannya dan berkata.
"Yauw-goanswe, mari singgah ke rumahku sebentar
sebelum kau pulang. Ada hal penting sekali mengenai tugas
kita yang ingin kurundingkan denganmu sehubungan dengan
pertemuan di istana tadi."
Jenderal Yauw Ti yang merupakan pembantu utama
Jenderal Shu Ta, menerima undangan itu tanpa curiga
sedikitpun. Kedua orang jenderal besar ini naik ke sebuah
kereta milik Jenderal Shu Ta, lalu keduanya menuju ke rumah
panglima besar itu. Tidak terjadi sesuatu ketika mereka tiba di pekarangan
rumah sang jenderal dan keduanya sambil bicara turun dari
kereta dan memasuki gedung itu. Jenderal Shu Ta mengajak
tamunya memasuki ruangan tamu yang luas. Setelah
mempersilakan tamunya duduk, Jenderal Shu Ta berkata,
suaranya tenang namun tegas.
"Nah, setelah kita duduk, mari kita bicara secara terbuka, Yang Mulia."
Tentu saja Jenderal Yauw Ti terkejut bukan main. Dia
mengerutkan alisnya, lalu memandang kepada Shu-goanswe
dan bertanya, "Apa maksudmu, Jenderal Shu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudku sudah jelas, Yang Mulia. Bukankah engkau
sudah terbiasa disebut Yang Mulia?"
Yauw Ti bangkit berdiri, juga Shu Ta bangkit berdiri. Kedua
orang jenderal yang selama bertahun-tahun menjadi rekan
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperjuangan itu, yang bersama-sama membantu Chu Goan
Ciang yang kini menjadi Kaisar Thai-cu mengusir penjajah
Mongol dan mendirikan Kerajaan Beng, bahkan keduanya pula
yang memimpin pasukan mengejar sisa pasukan Mongol
sampai ke utara, menaklukkan seluruh kota Mongol, kini
berdiri saling berhadapan dan saling pandang dengan sinar
mata penuh selidik. "Jenderal Shu Ta, jelaskan, apa maksudmu dengan ucapan
itu" Kata-katanya juga tegas dan keras.
"Masih kurang jelaskah" Engkau, yang kukenal sebagai
Jenderal Yauw Ti yang gagah perkasa, rekan seperjuanganku
yang biasa kuhormati, yang sudah menerima banyak
anugerah dari Sribaginda Kaisar, setelah menjadi tua telah
berubah menjadi pengkhianat bangsa! Engkau telah
bersekongkol dengan orang-orang Mongol, memimpin jaringan
mata-mata Mongol di sini dan engkau menyamar sebagai Si
Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia! Engkau
menyelundupkan Pangeran Yaluta dari Mongol ke dalam istana
Pangeran Mahkota untuk meracuni dan merusak sang
pangeran. Engkau pula yang mengusahakan adu domba
antara Pangeran Mahkota dan Raja Muda Yung Lo, bahkan
mengirim pembunuh-pembunuh untuk membunuh mereka
berdua. Masih kurang jelaskah?"
Sepasang mata itu mencorong dan mulut itu tersenyum
mengejek. Memang luar biasa sekali kekerasan hati Jenderal
Yauw Ti. Menghadapi tuduhan sehebat itu, wajahnya tidak
berubah sama sekali! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Jenderal Shu Ta. Betapa mudahnya menuduh
orang lain dengan fitnah. Akan tetapi, kalau engkau tidak
dapat menunjukkan bukti-bukti yang memperkuat tuduhanmu
itu, aku sebaliknya yang akan melapor kepada Sribaginda
Kaisar bahwa engkau melakukan fitnah keji kepadaku! Bahkan
aku tidak segan untuk membunuhmu sekarang juga kalau
fitnah itu tidak berbukti, karena itu berarti bahwa engkau telah menghinaku!"
Sikapnya tenang, namun matanya yang mencorong
menunjukkan bahwa dia marah bukan main.
Jenderal Shu Ta adalah su-te (adik seperguruan) Sribaginda
Kaisar, biarpun pernah menjadi murid perguruan Siauwlim-pai,
namun tingkat ilmu silatnya tentu saja jauh dibandingkan
dengan Yauw Ti yang dahulu ketika memasuki perjuangan
memang sudah seorang jagoan tingkat tinggi. Maka, Jenderal
Shu Ta tertawa dan ini merupakan isyarat bagi para
pembantunya. Nampak bayangan banyak orang berkelebat memasuki
ruangan itu dan ketika Yauw Ti memandang, diam-diam dia
terkejut bukan main. Dia melihat Bhok Cun Ki, Cu Sui In, Sin
Wan, Liem Kui Siang, dan Ouwyang Kim berdiri di situ sambil
memandang kepadanya dengan sinar mata menyatakan
kemarahan mereka. "Jenderal Shu Ta! Apa artinya semua ini?" bentaknya
marah. "Yauw Ti, bukankah engkau tadi minta bukti untuk
memperkuat tuduhanku" Nah, bukan hanya bukti, melainkan
banyak saksi yang akan memperkuat tuduhanku," jawab Shu
Ta. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Jenderal Yauw Ti tertawa. "Ha..ha..ha, siapa yang tidak tahu mereka
ini semua adalah antek-antek dan kaki
tanganmu" Jenderal Shu Ta, bukan aku yang pengkhianat,
akan tetapi engkau sendiri yang mengumpulkan kekuatan dan
agaknya engkau yang hendak memberontak. Bhok Cun Ki ini
memang sejak dahulu menjadi anak buahmu, dia orang yang
licik dan curang! Dan siapakah Cu Sui In ini" Bukankah ia
seorang datuk sesat berjuluk Bi-coa Sianli, puteri datuk besar
See-thian Coa-ong" Dan gadis ini, bukankah ia bernama
Ouwyang Kim, puteri datuk sesat Tung-hai-liong Ouwyang Cin,
datuk segala bajak laut" Gadis yang seorang inipun
mencurigakan. Pernah menjadi pengawal pribadi Raja Muda
Yung Lo dan sekarang berada di sini, siapa tahu engkau yang
mengirim ia ke utara untuk memata-matai raja muda itu! Dan
akhirnya pemuda ini. Hah, siapa dia" Seorang biadab bangsa
Uighur, putera Si Tangan Api Se Jit Kong, datuk penjahat kelas
satu! Engkaulah yang mengumpulkan orang-orang jahat untuk
memberontak, dan engkau hendak menuduh aku, dengan
mengajukan saksi orang-orang jahat ini?"
"Jenderal Yauw Ti," kata Liem Kui Siang, "engkau tidak dapat mengelabui aku!
Ketika terjadi penyerangan atas diri
Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota, engkau yang
mendalangi. Hanya ketika melihat munculnya suheng Sin Wan
dan adik Lili, dan melihat betapa penyerangan itu gagal,
engkau berbalik dan engkau pura-pura sibuk mengatur
pertempuran antara pasukanmu dan pasukan Raja Muda Yung
Lo. Engkaulah yang mengatur sehingga terjadi bentrokan itu,
untuk memancing para pengawal agar sibuk bertempur
sehingga anak buahmu dapat menyusup dengan mengenakan
pakaian seragam, lalu mencoba untuk membunuh kedua
orang pangeran itu."
"Huh, fitnah. Dugaan yang tidak berdasar dan berbukti!"
kata Yauw Ti mengejek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yauw Ti, jangan kira aku dapat melupakan saat ketika
engkau dan orang-orangmu menawanku. Engkau boleh
berkedok dan mengubah suaramu, akan tetapi ketika aku dan
Sin Wan mengeroyokmu, mestinya engkau mampus di ujung
pedangku. Akan tetapi, perut gendutmu itu palsu! Si Kedok
Hitam yang berperut gendut itu adalah engkau yang
menyamar, dengan membuat perut palsu sehingga tidak
terluka ketika tertusuk pedangku! Engkau berani
menyangkal?" kata Akim.
"Huh, menggelikan! Pedangmu itu yang agaknya pedang
rombengan sehingga tidak dapat melukai musuhmu, lalu
engkau menuduh yang bukan-bukan. Itu bukan merupakan
bukti tuduhanmu bahwa aku adalah Si Kedok Hitam!"
"Hemm, Yauw Ti alias Si Kedok Hitam, tak perlu engkau
bersilat lidah! Muridmu, Pangeran Yaluta dari Mongol yang
menyamar sebagai Yauw Siucai itu telah mengaku.
"Tak mungkin!" Kini Jenderal Yauw Ti menjadi pucat dan dia memotong ucapan Cu
Sui In diluar kesadarannya saking
kagetnya mendengar ucapan itu.
"Hemm, teriakanmu itu sudah membuka kedokmu, Si
Kedok Hitam! Pangeran Yaluta bukan saja sudah mengaku,
akan tetapi diapun sudah tewas! Ketika kami merobohkannya
dan hendak menawannya, dia membunuh diri dengan
mengunyah pil racun hitam."
Kini Yauw Ti tidak ragu-ragu lagi dan habislah
kesabarannya. Agaknya semua siasatnya yang telah berjalan
sedemikian baik dan mulusnya, hari ini telah mengalami
kehancuran total! "Bukan itu saja, Yauw Ti. Juga semua anak buahmu,
jaringan mata-mata yang kau pimpin sudah hancur. Para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perwira yang kaulibatkan dalam jaringan itu telah kami serbu
dan kami tangkap, di antaranya adalah Perwira Lu, Song, Kui,
Gak ......" Jelas nampak betapa semangat Yauw Ti terkulai. Dia tidak
ragu lagi bahwa semua itu bukan gertak. Habislah sudah.
"Shu Ta, sekarang kita berdiri sebagai laki-laki. Tak perlu kupungkiri lagi
bahwa akulah Si Kedok Hitam. Nah, Shu Ta,
kalau memang engkau laki-laki dan jantan, mari kita
selesaikan perhitungan ini di ujung senjata!" dan bekas
jenderal besar itu meraba gagang pedangnya yang tergantung
di pinggang. Shu Ta maklum bahwa tantangan itu merupakan akal pula
dari Yauw Ti yang tahu bahwa dalam hal ilmu silat, pasti
pemberontak dan pengkhianat itu akan menang.
Kini Sin Wan yang maju. "Yauw Ti atau Si Kedok Hitam,
akulah lawanmu. Sudah banyak perhitungan di antara kita
yang bertumpuk, dan saat ini tiba waktunya bagi kita
membuat perhitungan. Shu-goanswe adalah seorang jenderal
yang setia kepada kerajaan, kalau beliau yang bertindak,
maka beliau akan mengerahkan pasukan untuk menangkap
pengkhianat sepertimu ini. Kalau engkau menghendaki
mengadu kepandaian satu lawan satu, akulah lawanmu!"
Kui Siang juga melompat ke depan, ke dekat Sin Wan.
"Atas nama Raja Muda Yung Lo yang hampir menjadi korban
kecuranganmu, aku juga akan maju menangkapmu, Yauw Ti!"
Bekas jenderal itu tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, engkau
hendak mewakili Raja Muda Yung Lo, nona" Katakan saja
engkau hendak membantu Sin Wan mengeroyokku!"
"Aku membantunya sudah cukup pantas. Dia adalah
suhengku, juga calon suamiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha..ha, bukankah engkau puteri mendiang bangsawan
Liem Cun, nona" Puteri seorang bangsawan bangsa Han,
bangsa pribumi asli hendak menjadi isteri seorang keturunan
Uighur yang biadab, putera datuk sesat keji Si Tangan Api,
bahkan agamanyapun asing" Memalukan sekali!"
Bekas jenderal yang sudah kehilangan harapan itu kini
menyebar penghinaan ke mana-mana untuk melampiaskan
kedukaan, kekecewaan dan keputus-asaan.
Sin Wan tersenyum saja, sama sekali tidak merasa terhina.
"Yauw Ti, menilai seorang manusia tidak dapat didasarkan
kepada kebangsaannya, agamanya, kedudukannya,
kekayaannya atau kepintarannya, melainkan kelakuan dan
sepak terjangnya dalam hidup ini. Engkau boleh jadi bangsa
pribumi asli, beragama peninggalan nenek moyang,
berkedudukan tinggi sebagai panglima besar, pintar, kaya raya
dan terhormat. Akan tetapi kalau engkau menjadi
pengkhianat, kalau engkau berkelakuan curang dan licik, kalau
sepak terjangmu dalam hidup penuh kekejian dan kepalsuan,
tetap saja engkau seorang manusia yang rendah budi!"
"Singggg ...........!" Nampak sinar terang menyilaukan mata
ketika bekas jenderal itu mencabut pedangnya.
"Sin Wan dan engkau nona, majulah kalau ingin mati di
tanganku!" tantangnya, dan memang dia selain lihai, juga
cerdik dan curang karena tanpa menanti kedua orang
lawannya mencabut pedang, dia sudah menggerakkan
pedangnya dan menyerang dengan dahsyat ke arah kedua
orang muda itu. Sin Wan dan Kui Siang, biarpun belum mencabut pedang,
namun sejak tadi sudah siap siaga dan waspada, maka begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang menyambar, mereka sudah meloncat ke tengah
ruangan itu yang luas. "Kalian maju, dan tangkaplah pengkhianat itu!" teriak Jenderal Shu Ta yang
khawatir kalau-kalau bekas
pembantunya yang dia tahu amat lihai itu dapat meloloskan
diri. Mendengar ini, Yauw Ti tertawa bergelak. "Ha..ha..ha,
boleh, boleh! Kalian semua majulah dan biarpun aku akan
mati di tangan kalian, aku mati sebagai seorang gagah
perkasa yang dikeroyok banyak orang. Sebaliknya, biarpun
kalian akan menang, nama kalian akan tetapi dijadikan bahan
ejekan karena sebagai tokoh-tokoh persilatan besar, kalian
hanyalah pengecut-pengecut yang mengandalkan
pengeroyokan untuk mencapai kemenangan, ha..ha..ha!"
"Tidak perlu, Shu-goanswe. Sin Wan dan Kui Siang sudah
lebih dari cukup untuk mengalahkan pengkhianat itu," kata Cu Sui In.
"Benar, Shu-goanswe, harap tidak khawatir. Sin Wan dan
Kui Siang pasti akan mampu menundukkannya," sambung
Bhok Cun Ki sehingga legalah hati Jenderal Shu Ta. Mereka
semua menonton dan para pengawal sudah mengepung
ruangan itu. Karena maklum bahwa dia tidak mungkin dapat meloloskan
diri, dan menyerahpun tidak akan diampuni Kaisar, Yauw Ti
menjadi nekat. Dia segera memainkan ilmu silatnya yang
aneh, yaitu tubuhnya berpusing, seperti gasing, pedangnya
mencuat dari pusingan itu menjadi sinar yang menyilaukan
seperti kilat menyambar, dan juga tangan kirinya bergerak
mengirim serangan dengan totokan It-tok-ci (Satu Jari
Beracun) yang tidak kalah ampuhnya dibandingkan
pedangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi sekali ini dia menghadapi pengeroyokan
sepasang orang muda yang amat lihai. Sin Wan dan Kui Siang
tahu pula betapa lihainya maka begitu mereka mencabut
pedang, mereka berdua segera memainkan ilmu mereka yang
paling ampuh, yaitu Sam-sian Sin-ciang. Pedang Tumpul di
tangan Sin Wan nampaknya tidak berbahaya, akan tetapi
justeru Yauw Ti amat gentar menghadapi pedang buntut itu
karena dia pernah terkejut ketika pedangnya rusak oleh
pedang itu. Sedangkan pedang Jit-kong-kiam di tangan Kui Siang
mengeluarkan cahaya gemilang sesuai dengan nama pedang
itu, yaitu pedang Sinar Matahari. Karena kedua orang muda ini
memainkan ilmu pedang yang sama, maka mereka dapat
saling dukung, baik dalam penyerangan maupun dalam
pertahanan, bahkan tenaga mereka berdua seperti tergabung
dalam gerakan mereka itu.
"Awas, moi-moi, itu It-tok-ci !" kata Sin Wan
memperingatkan kekasihnya akan bahayanya jari beracun
lawan itu. "Baik, koko," kata Kui Siang dan pedangnya membuat
gerakan menyambut jari yang menotok ke arah tubuhnya.
Kalau totokan itu dilanjutkan, jari itu akan bertemu pedangnya
dan tentu jari itu akan terbabat buntung!"
Serang menyerang terjadi dan benar seperti pendapat Bhok
Cun Ki dan Cu Sui In, sebentar saja, tidak sampai tigapuluh
jurus, bekas jenderal itu sudah terhimpit dan terkurung dua
gulungan sinar pedang lawan. Kalau jenderal itu tidak menjadi
nekat, tentu dia sudah tidak akan mampu membalas dan
hanya bertahan melindungi diri saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, dia sudah nekat. Biar dia mati, dia harus dapat
menjatuhkan lawan, keduanya atau seorang di antaranya.
Oleh karena itu, gerakannya membabi buta dan napasnya
terengah-engah karena dia terlalu banyak mengerahkan
tenaga dalam dorongan nafsunya untuk membunuh lawan.
Kalau Sin Wan dan Kui Siang berniat membunuh Yauw Ti,
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kiranya mereka sudah dapat melakukannya sejak tadi. Ilmu
silat mereka Sam-sian Sin-ciang memang hebat bukan main,
apalagi dimainkan oleh mereka berdua yang mewarisi ilmu
ciptaan Tiga Dewa itu. Akan tetapi mereka maklum bahwa
perlu sekali pengkhianat ini ditangkap hidup-hidup agar dapat
diseret ke pengadilan. Oleh karena itu, terpaksa mereka membatasi penyerangan
mereka hanya untuk merobohkan tanpa membunuh. Agaknya,
sikap kedua orang lawannya ini diketahui Yauw Ti, maka dia
mempergunakan kesempatan itu untuk keuntungannya dan
dia bahkan yang lebih banyak menyerang mati-matian dengan
jurus-jurus maut yang diku?asainya.
"Hyaatttt ........!!" Ketika mendapat kesempatan, pedang di tangan Yauw Ti menyambar
dari atas ke arah kepala Sin Wan.
Jenderal ini amat benci karena Sin Wan, bukan hanya karena
pemuda ini adalah keturunan bangsa Uighur yang dibencinya,
melainkan juga semenjak pertama kali, pemuda ini selalu
menghalangi dan mengacaukan siasatnya. Dengan sepenuh
tenaga dia membacokkan pedangnya. Melihat ini, Sin Wan
cepat mengangkat pedangnya menangkis dan sekaligus
mengerahkan sin-kang untuk disalurkan melalui pedangnya.
"Trakkk!" Dua batang pedang bertemu di udara dan bekas jenderal itu terkejut
karena pedangnya itu seperti menempel
pada besi semberani, seperti ada tenaga menyedot yang
membuat pedangnya melekat pada Pedang Tumpul. Dia
marah sekali dan jari tangan kirinya meluncur, menotok ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah leher Sin Wan. Pemuda ini sudah memperhitungkan dan
melihat kesempatan baik untuk mengalahkan Yauw Ti. Melihat
tangan itu menyambar, diapun memutar tubuh, tangan kirinya
bergerak melintang dan dia berhasil menangkap pergelangan
tangan jenderal Yauw Ti. "Cepat, moi-moi!" katanya dan Kui Siang memang sudah
melihat kesempatan ini! Pedangnya menyambar bagaikan kilat
dan menyambar jari telunjuk yang warnanya hijau menghitam
itu. "Crokk!" Jari telunjuk yang berbahaya itu terbabat pedang dan putus! Yauw
Ti berteriak keras, dan pada saat itu, Sin
Wan sudah menarik pedangnya dan sekali pedangnya
meluncur ke depan, pedang yang tumpul itu kini dia
pergunakan sebagai tongkat dan menotok jalan darah di dada
dan pundak lawan. Bekas jenderal itu roboh terkulai dan tak
mampu bergerak lagi, hanya matanya melotot dan mulutnya
mendesis menahan rasa nyeri di tangannya yang kehilangan
jari telunjuk. Jenderal Shu Ta merasa terharu juga melihat bekas rekan
terbaik ini menggeletak tak berdaya. Dia menghampiri dan
setelah saling pandang dengan bekas rekannya itu, Jenderal
Shu Ta berkata, "Yauw Ti, sungguh aku tidak mengerti.
Engkau telah diberi banyak anugerah oleh Sribaginda, diberi
kedudukan yang hanya berada di bawah kedudukanku,
dipercaya dan dihormati. Kenapa engkau memilih jalan sesat
dan menjadi pengkhianat, rela diperhamba orang-orang
Mongol?" Yauw Ti tersenyum mengejek. "Huh Kaisar yang tolol dan
tidak adil. Jasaku jauh lebih besar darimu, juga kepandaianku
jauh lebih tinggi darimu, akan tetapi dia yang mengangkat
engkau menjadi panglima tertinggi, bukan aku! Dia pilih kasih
dan mengangkat engkau, sutenya, di atasku. Orang Mongol
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi harapan lebih banyak, kalau berhasil, aku sedikitnya
menjadi panglima tertinggi, atau raja muda, bahkan Kaisar!"
Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Kemudian,
setelah bekas jenderal yang berkhianat itu dibawa ke tahanan,
Jenderal Shu Ta mengerahkan pasukan untuk dipimpin Bhok-
ciangkun membikin pembersihan, menangkapi semua
pembantu Jenderal Yauw Ti.
Semua pendekar berkumpul di rumah Bhok Cun Ki,
merayakan kemenangan karena kalau sampai sebulan lewat
para pemberontak itu tidak dapat dihancurkan, tentu Kaisar
akan menghukum keluarga Bhok.
JJJ Kaisar sendiri yang mengadili bekas Jenderal Yauw Ti.
Bukan main marahnya Kaisar, apalagi melihat sikap bekas
jenderal itu yang kini tidak mau tunduk kepadanya.
"Seret dia dan seluruh keluarganya, semua isterinya dan
anaknya, juga semua pelayan dan penghuni rumahnya,
hukum mati mereka semua tanpa kecuali perintahnya.
Semua pejabat tinggi terkejut mendengar keputusan
hukuman yang berat itu. Seorang di antara mereka, seorang
menteri yang usianya sudah enampuluh tahun dan yang sejak
Kaisar masih menjadi pemimpin rakyat Chu Goan Ciang sudah
membantu perjuangan melawan orang Mongol, yaitu Menteri
Coa, maju berlutut. "Mohon ampun, Sribaginda. Hamba mohon agar paduka
mengingat akan jasa-jasa bekas Jenderal Yauw Ti. Memang
dia telah berdosa besar, akan tetapi keluarganya tidak tahu
menahu akan dosanya itu. Maka, hamba mohon agar paduka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengampuni keluarganya dan hanya menjatuhkan hukuman
mati kepada dia seorang."
Kaisar membelalakkan matanya dan memukul meja di
depannya. "Brakk!" dia melotot. "Menteri Coa, jelas engkau membela pemberontak.
Seret dia dan hukum mati, biar dia
tetap menjadi pembela si pemberontak di neraka! Dan siapa
pun yang berani membela pemberontak, akan menemani
keluarga pemberontak memasuki neraka!"
Tentu saja semua orang terkejut. Bahkan Jenderal Shu Ta
sendiri lalu menjatuhkan diri berlutut, "Mohon ampun,
Sribaginda ............."
"Jenderal Shu Ta! Engkau suteku, aku akan merasa
menyesal sekali kalau harus menjatuhkan hukuman mati
kepadamu dan seluruh keluargamu!" bentak Kaisar sehingga
Jenderal Shu Ta tidak berani bicara lagi. Kaisar lalu
membubarkan persidangan itu.
Bekas Jenderal Yauw Ti, berikut seluruh keluarganya, tidak
ada kecualinya, sampai semua hamba sahayanya, dijatuhi
hukuman mati. Kaisar memang telah berubah menjadi
seorang yang teramat kejam dan tak mengenal ampun, apa
lagi kalau dia mencurigai seseorang. Biar orang itu bekas
teman seperjuangan sekalipun, seperti menteri Coa, akan
dihukum mati agar hatinya menjadi tenang."
Tak lama kemudian setelah peristiwa itu, Pangeran Chu Hui
San, yaitu Pangeran Mahkota, meninggal dunia. Simpang siur
berita tentang kematiannya. Secara resminya, dia dikabarkan
meninggal dunia karena menderita penyakit, akan tetapi
desas-desus menyiarkan berita bahwa dia sengaja dihukum
mati secara rahasia oleh Kaisar, ayahnya sendiri, dengan
disuruh minum racun! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua berita itu mungkin saja, karena Kaisar menganggap
puteranya telah berkhianat dengan bergaul bahkan menarik
Pangeran Yaluta sebagai penasihat, dan kedua, mungkin dia
mati karena penyakit karena badannya sudah lemah sekali
oleh candu, arak dan pelesir yang tak mengenal batas.
Bhok Cun Ki sendiri juga merasa tidak senang dengan sikap
yang amat kejam dari Kaisar. Tak lama kemudian, dia
menerima utusan Raja Muda Yung Lo yang melamar Lili untuk
menjadi isteri pangeran di utara itu. Karena Lili sendiri sudah setuju, maka
pinangan itu diterima dengan gembira dan
kedudukan Lili sebagai isteri Raja Muda Yung Lo itu
memungkinkan keluarga Bhok untuk pindah sekeluarga ke
Peking, dengan alasan Raja Muda Yung Lo yang menjadi
mantunya yang menghendaki agar mereka diboyong semua ke
utara. Di Peking, Bhok Cun Ki membantu mantunya dan
menjadi seorang panglima yang disegani karena kepandaian
dan kecerdikannya. Mengingat jasa Sin Wan dan hubungannya yang amat
dekat dengan keluarga Bhok, maka Bhok Cun Ki dengan
senang hati menjadi wali pemuda itu dan dia yang mengirim
utusan kepada keluarga Liem, yaitu para paman dan bibi Kui
Siang, untuk meminang Kui Siang secara resmi. Karena yang
mengirim lamaran adalah Bhok Cun Ki, tentu saja keluarga Kui
Siang yang mata duitan itu menerima dengan senang hati.
Pernikahan antara Si Pedang Tumpul Sin Wan dengan
sumoinya, Liem Kui Siang, dirayakan berbareng dengah
pernikahan antara Bhok Ci Han dan Ouwyang Kim, yang
dihadiri pula oleh ibunya yang telah menjadi janda. Perayaan
pernikahan rangkap itu dirayakan dengan meriah, bahkan Raja
Muda Yung Lo dan Lili datang pula menghadiri perayaan.
Tak lama kemudian, seluruh keluarga itu, termasuk pula Sin
Wan dan Kui Siang, berbondong pindah ke utara! Jenderal Shu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ta maklum akan perasaan mereka yang tidak puas akan sikap
Kaisar, akan tetapi dia sendiri adalah seorang yang amat setia
kepada Kaisarnya, atau suhengnya, maka bagaimanapun juga,
Jenderal ini tetap tidak pernah meninggalkan Nan-king sampai
matinya. Kaisar Thai-cu yang selalu curiga kepada siapa saja yang
dikira akan menjatuhkannya, mengangkat Pangeran Chu
Hong, yaitu putera mendiang Pangeran Chu Hui San, yang
masih kanak-kanak, menjadi pangeran mahkota menggantikan
ayahnya. Hal ini kelak mendatangkan bencana dan terjadi
perang saudara yang amat hebat, karena Raja Muda Yung Lo
tidak dapat menerima keputusan ayahnya itu.
Menurut pendapatnya, setelah Pangeran Chu Hui San
meninggal dunia, sepantasnya dia yang menjadi pengganti
kakaknya, menjadi pangeran mahkota, bukan keponakannya,
Pangeran Chu Hong yang masih kecil itu. Namun, keputusan
Kaisar Thai-cu sudah resmi, bahkan Pangeran Chu Hong yang
masih kecil itu sudah diberi nama kebesaran Hui Ti!
Dengan bantuan para pendekar, di utara Raja Muda Yung
Lo menyusun kekuatan, sedangkan di selatan, di Nan-king,
keadaan Kerajaan Beng menjadi semakin lemah karena para
pejabat merasa tidak puas dan takut kepada Kaisar yang
berubah menjadi kejam dan lalim.
Sampai di sini, selesailah sudah kisah ini disertai harapan
pengarang, semoga ada manfaatnya bagi para pembaca.
Sampai jumpa di lain kisah.
TAMAT Murka Sang Iblis 3 Pendekar Bayangan Sukma 10 Gadis Dari Alam Kubur Pahlawan Dan Kaisar 1
dikeroyok oleh Maniyoko dan lima orang lain. Pemuda yang
saling melindungi dengan puterinya itu cukup indah gerakan
pedangnya, ilmu pedang Butong-pai, akan tetapi masih kalah
jauh dibandingkan Maniyoko sehingga keadaan puterinya
terancam. "Maniyoko, keparat engkau!" Ouwyang Cin melompat dan
sekali menggerakkan kedua tangan yang menghitam itu,
Maniyoko terhuyung dan dua orang pengeroyok roboh dan
tewas! "Suhu, aku hanya melanjutkan cita-cita suhu! Aku ingin
menjadi raja muda kelak!" Maniyoko membantah ketika
melihat suhunya melangkah menghampirinya, sedangkan tiga
orang sisa pembantunya masih mengeroyok Akim dan Ci Han.
"Setan kau! Kenapa engkau mengeroyok Akim?"
"Bukankah suhu sudah memberikan ia untukku" Bukankah
suhu sudah setuju kalau ia menjadi jodohku?" kembali
Ma?niyoko membantah. "Setuju berjodoh denganmu bukan berarti setuju engkau
mempermainkannya! Apalagi engkau bersekongkol dengan
iblis itu untuk mencelakainya. Engkau tidak berhak hidup lagi!"
Setelah berkata demikian, Ouwyang Cin yang sudah mulai
lemah itu bergerak menyerang muridnya sendiri.
"Suhu! Suhu ingin membunuh murid sendiri, bangsa
sendiri" Suhu tidak melihat senjata pusaka bangsa kita ini?"
Maniyoko memperlihatkan pedang samurai di tangannya dan
sejenak Ouwyang Cin tertegun memandang kepada senjata
yang merupakan senjata mustika yang dihormati dan
dikeramatkan bangsa Jepang itu. Pada saat dia tertegun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpukau di depan muridnya memandang pedang samurai,
tiba-tiba dengan kedua tangannya, Maniyoko menyerang
dengan menusukkan pedang samurai itu sekuat tenaga ke
perut gurunya. Serangan itu terlalu cepat datangnya, terlalu dekat dan
pada saat itu tubuh Ouwyang Cin memang sudah lemah oleh
hawa beracun, maka tanpa dapat dihindarkan lagi, pedang
samurai itu menusuk perut Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan
tembus sampai ke punggung! Ouwyang Cin terbelalak, kedua
lengannya menyambar dari kanan kiri dan sepuluh buah
jarinya mencengkeram kedua pundak Maniyoko dekat leher.
Pemuda Jepang itu terbelalak, tidak mampu bergerak
karena seluruh tubuhnya terasa kaku dan nyeri seperti
ditusuki seribu batang jarum. Lehernya berubah menghitam
yang menjalar terus ke mukanya dan diapun terkulai, roboh
bersama gurunya yang masih mencengkeram kedua
pundaknya. Guru dan murid itu tewas dalam waktu yang
bersamaan. Karena kini hanya menghadapi tiga orang pengeroyok, dan
melihat betapa ayahnya tadi terluka ketika melawan Ang-bin
Moko, Akim menjadi khawatir sekali. Bersama Ci Han, ia
mengamuk dan dalam waktu singkat saja ia merobohkan dua
orang penyeroyok, sedangkan orang ke tiga roboh oleh
tusukan pedang Ci Han. Pada saat itu, perkelahian antara Bhok Cun Ki dan Pek-bin
Moli masih berlangsung seru karena memang tingkat kedua
orang ini seimbang. Akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan
nyaring, "Siluman betina, jangan menjual lagak di sini!"
Bentakan itu keluar dari mulut Bi-coa Sianli Cu Sui In!
Wanita ini juga mencari jejak para penculik putera tirinya dan
berpencar dari suaminya. Karena ia mencari ke lain jurusan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka sampai semalam itu ia tidak dapat menemukan Ci Han,
bahkan tidak bertemu dengan suaminya.
30. Perut Gendut Yang Mencurigai
Akhirnya, menjelang pagi ia mengubah arah pencariannya
sambil menyusul suaminya dan pada pagi hari itu, ia melihat
suaminya sedang bertanding mati-matian melawan seorang
wanita tua yang masih cantik, yang berpakaian serba putih
dan bermuka pucat seperti mayat. Sebagai bekas tokoh
kangouw, tentu saja ia segera mengenal bahwa wanita itu
adalah Pek-bin Moli (Iblis Betina Muka Putih) yang merupakan
seorang datuk sesat, maka ia membentak dan segera terjun
membantu suaminya. Gulungan sinar hitam menyambar dan Pek-bin Moli terkejut
bukan main. Iapun mengenal Si Dewi Ular Cantik dengan
pedang yang bersinar hitam itu, dan mukanya yang sudah
pucat menjadi semakin pucat. Melawan Bhok Cun Ki saja
sudah amat sukar mencapai kemenangan, kini muncul tokoh
wanita dari Bukit Ular yang lebih lihai lagi ini. Ia mencoba
untuk melawan dengan sabuk ularnya, namun karena hatinya
sudah gentar, dalam beberapa jurus saja sabuk ularnya putus
menjadi tiga potong oleh Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) di
tangan Cu Sui In. Apalagi Bhok Cun Ki juga mengurung dengan sinar
pedangnya yang indah dan ampuh, maka kini Pek-bin Moli
terdesak hebat. Ia masih mencoba untuk menggunakan
pukulan beracunnya, yaitu Toat-beng-tok-ciang dan juga
totokan Touw-kut-ci, namun kedua orang lawannya terlalu
kuat dan sudah menduga bahwa pukulannya itu mengandung
racun yang berbahaya. Mereka menghindar sambil
menghujankan serangan, dan akhirnya, pedang Hek-coa-kiam
menyambar dahsyat dan membabat leher Pek-bin Moli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga iblis betina itu roboh dengan leher hampir putus,
tewas seketika. Suami isteri itu cepat menghampiri Ci Han yang berdiri
seperti patung memandang Akim yang berlutut dan menangis
di dekat mayat ayahnya dan suhengnya. Guru dan murid itu
tewas dalam keadaan yang mengerikan. Kedua tangan
Ouwyang Cin yang menghitam sampai ke pundak, masih
mencengkeram kedua pundak Maniyoko yang tewas dengan
mata mendelik dan dari pundak ke kepala berubah
menghitam. Sebatang pedang samurai menembus perut
Ouwyang Cin, seperti gambaran seorang pendekar samurai
yang tewas membunuh diri.
Melihat wajah Tung-hai-liong Ouw yang Cin, berkerut
sepasang alis Cu Sui In, ia segera mengenal datuk itu.
"Bukankah dia datuk bajak laut dari timur Ouwyang Cin?"
Bhok Cun Ki mengangguk sambil menghela napas.
Peristiwa yang baru terjadi terlalu hebat, dan dia merasa
beruntung sekali bahwa puteranya tidak sampai tewas atau
cedera dalam peristiwa itu.
"Dan siapa pemuda yang dicekiknya itu?" tanya pula Cu Sui In. Kini Ci Han yang
menjawab. "Dia bernama Maniyoko
muridnya, ibu." "Hemm, jadi yang menculikmu adalah keluarga bajak laut
ini, Ci Han?" tanya pula Cu Sui In.
Akim yang masih bercucuran air mata itu tiba-tiba bangkit
berdiri. Bajunya berdarah dari luka di pundak kirinya. "Akulah yang menculik
Bhok Ci Han. Aku dan mendiang suheng
Maniyoko. Aku siap menerima hukuman!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikapnya tegas dan tabah, akan tetapi suaranya gemetar
dan tubuhnya lemas karena ia memang telah banyak darah
mengalir keluar dari lukanya dan iapun lelah sekali
menghadapi pengeroyokan tadi.
"Siapa gadis ini?" tanya Cu Sui ln, suaranya dingin dan marah.
"Ia bernama Ouwyang Kim, puterinya, ibu."
"Bagus, kalau begitu memang sepantasnya dibunuh sekali
agar tidak mengotori dunia!" Cu Sui In mengangkat
pedangnya, akan tetapi sebelum pedang itu menyambar, Ci
Han melompat ke depan Akim yang berdiri tegak dan tidak
berkedip menanti datangnya serangan.
"Ibu, jangan ......!!" teriak Ci Han.
Cu Sui In mengerutkan lagi alisnya dan memandang heran.
Juga Bhok Cun Ki memandang puteranya, akan tetapi dia lalu
berkata lirih kepada isterinya. "Sui In, tenang dulu, biar aku yang
mengurusnya." Sui In mengangguk, dan kini Bhok Cun Ki memandang
kepada puteranya yang bersikap melindungi Akim, juga
kepada gadis itu yang dengan gagahnya siap menerima
hukuman! "Ci Han, kenapa engkau membela puteri Ouwyang Cin"
Bukankah ia dan suhengnya yang menculikmu?"
"Ayah, nona Ouwyang Kim adalah seorang gadis yang baik,
seorang gadis yang gagah perkasa dan kalau tidak ada ia yang
melindungiku, tentu sudah lama aku tewas di tangan
Maniyoko itu. Bagaimanapun juga, aku tidak membolehkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapapun mengganggunya, apa lagi membunuhnya. Biarlah
aku yang dibunuh dulu kalau ibu hendak membunuhnya!"
Melihat sikap ini, Bhok Cun Ki saling pandang penuh arti
dengan isterinya. Diapun masih hendak menyelami perasaan
puteranya, "Kami tidak akan membunuhnya. Akan tetapi, aku
harus melaporkannya karena agaknya keluarganya bersekutu
dengan gerombolan pemberontak dan mata-mata Mongol."
"Tidak, ayah! Harap ayah jangan tangkap Ouwyang Kim.
Aku yang menanggung bahwa ia tidak bersalah ......"
Tiba tiba terdengar rintihan Akim dan Ci Han cepat
membalik dan merangkul gadis itu yang terkulai dan roboh.
"Nona.... engkau ...... kenapakah" Engkau.... tidak apa-
apakah engkau ......?" tanyanya sambil mengguncang tubuh
gadis yang telah memejamkan matanya dan nampak pucat
itu. "Aku ..... Ci Han.... biarkan ..... mereka menghukumku .....
biar aku menebus dosa ayah dan suheng ........"
"Tidak, Akim. Tidak! Aku yang akan melindungimu!" teriak Ci Han dan gadis itu
mengeluh lalu pingsan dalam rangkulan
Ci Han. "Jangan khawatir, Ci Han. Ia hanya pingsan karena
kelelahan dan mungkin terlalu banyak darah keluar dari
lukanya. Mari kita bawa ia pulang dan kita rawat di rumah."
Ci Han memandang ayahnya, lalu ibu tirinya. "Ayah dan ibu
..... tidak ...... tidak akan membunuh atau menawannya ......."
Tidak, bukan .......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki tersenyum. Kini dia merasa yakin bahwa
puteranya telah jatuh cinta kepada penculiknya sendiri. Juga
Cu Sui In tersenyum karena ia maklum bagaimana rasanya
orang jatuh cinta dan tersiksa oleh perasaan cinta itu.
Pada saat itu, beberapa orang perajurit anak buah Bhok
Cun Ki yang tadi ikut pula mencari, datang dan Bhok-ciangkun
segera memberi pesan kepada mereka agar mereka mengurus
semua jenazah baik-baik, bahkan memberi peti mati yang
selayaknya kepada dua jenazah Ouwyang Cin dan Maniyoko
dan menyediakan meja sembahyang untuk jenazah guru dan
murid itu, di dalam pondok yang terdapat di situ.
Enam mayat yang lain dapat segera dikubur tanpa
diadakan upacara sembahyang karena tidak diketahui siapa
keluarga mereka. Kemudian, dia, Sui In dan Ci Han membawa
Akim yang pingsan dan lemah itu masuk ke kota raja, ke
rumah keluarga Bhok. Bhok Cun Ki dan Cu Sui In memeriksa Akim dan mendapat
kenyataan bahwa seperti yang mereka duga, gadis itu pingsan
karena lemah, juga karena tekanan batin melihat kematian
ayahnya. Setelah memberi obat dan gadis itu jatuh pulas,
mereka tidak mengganggunya, membiarkannya tidur dan
memulihkan tenaga, kemudian di kamar itu juga, mereka
mendengarkan keterangan Ci Han. Ci Hwa juga berada di situ
dan ikut mendengarkan, bersama ibunya.
Ci Han lalu menceritakan betapa dia diculik oleh Akim dan
Maniyoko dan betapa Akim hendak membalas dendam karena
gadis itu kemarin dulu ditawan oleh Ang-bin Moko dan Pek-bin
Moli bersama enam orang yang menyamar perajurit dan
mengaku disuruh oleh Bhok-ciangkun. Baru kemudian Akim
mengetahui bahwa yang melakukan sandiwara untuk
melakukan fitnah terhadap Bhok-ciangkun itu bukan lain
adalah Maniyoko sendiri yang telah bersekongkol dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang iblis bersama enam orang anak buahnya itu. Betapa
Akim mati-matian membela dan melindunginya ketika dia akan
dibunuh Maniyoko. "Setelah tahu bahwa ia dikelabui suhengnya sendiri, Akim
lalu memihak ayah dan aku, melawan Maniyoko dan orang-
orangnya, sedangkan ayah dikeroyok sepasang iblis itu. Lalu
muncul ayah Akim yang segera membantu puterinya,
kemudian bertanding melawan Ang-?bin Moko yang dapat
dibunuhnya, akan tetapi agaknya dia keracunan dan tewas
ditusuk samurai oleh Maniyoko yang juga dapat dibunuhnya.
"Nah, bukankah Akim sama sekali tidak bersalah, ayah" Juga
Tung-hai-liong Ouwyang Cin itu datang-datang memihak kita
dan menyerang Ang-bin Moko. Tidak sepatutnya kalau kita
sekarang membikin susah Akim yang sudah kehilangan ayah
dan suheng. Yang bersalah adalah Maniyoko, akan tetapi
suhengnya itu telah menebus dosa dan tewas di tangan
gurunya sendiri." Semua orang mengangguk-angguk dan bahkan Cu Sui In
tidak lagi menyalahkan Akim yang tadinya menculik Ci Han.
"Tidak, kami memang bersalah .... keluarga kami memang
tidak benar ........"
Semua orang menengok dan yang bicara adalah Akim. Ci
Han segera menghampiri dan duduk di tepi pembaringan. Dari
sikapnya yang tidak sungkan lagi ini saja mudah diketahui
bahwa pemuda ini memang jatuh cinta kepada Akim. Sikapnya
yang lembut dan tidak sungkan sama dengan pengakuannya
terhadap semua keluarganya bahwa dia telah menemukan
pilihan hatinya. "Akim, engkau masih lemah, tidak perlu banyak bicara.
Beristirahatlah dulu ......." Ci Han membujuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim tersenyum penuh keharuan. Ia sendiri dapat melihat
dengan jelas sinar mata pemuda itu ketika memandang
kepadanya, dapat merasakan getaran dalam suara itu dan ia
terharu. Bagaimana mungkin seorang pemuda seperti ini
dapat jatuh cinta kepada seorang gadis liar seperti dirinya"
"Aku harus memperkenalkan diriku agar semua tahu siapa
aku sebenarnya. Kalau tidak, aku akan selalu merasa sungkan
dan tidak enak. Dan pengakuan ini akan saya berikan kepada
Paman Bhok ....... eh, maksudku Panglima Bhok ......."
"Engkau boleh menyebutku paman, Akim, aku lebih senang
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sebutan itu," kata Bhok Cun Ki dengan lembut dan
Akim mengangguk dengan pandang mata berterima kasih.
"Begini, Paman Bhok. Belum lama ini, ayah kedatangan Bu-
tek Kiam-ong, seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi yang
membawa barang-barang berharga hadiah dari yang dia sebut
Yang Mulia, yaitu pimpinan orang-orang Mongol yang hendak
memberontak dan membangun kembali Kerajaan Mongol.
Ayah diajak bekerja sama dan dijanjikan kelak kalau berhasil
akan dijadikan raja muda. Ayah kena terbujuk dan bersedia
memenuhi panggilan pimpinan mata-mata, berangkat
bersama mendiang suheng, yaitu Maniyoko."
Ia berhenti sebentar, menghela napas. Mendengar ini, hati
Ci Han merasa tidak enak sekali. Tidak senang dia mendengar
gadis yang dicintanya menceritakan keburukan keluarganya
sendiri. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak senang
dalam hati orang tuanya! "Akim perlukah engkau ceritakan semua itu" Ayahmu dan
suhengmu telah meninggal dunia, tidak perlu diceritakan lagi
..... " kata Ci Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah, Ci Han. Biar semua orang mengetahui dan
mengenal siapa diriku," kata Akim berkeras, lalu melanjutkan,
"Ibu dan aku sendiri tidak senang mendengar ayah dapat
terbujuk oleh orang-orang Mongol. lalu mengutus aku untuk
menyusul ayah dan Maniyoko yang sudah berangkat ke kota
raja, dan ibu minta agar aku berkeras membujuk ayah jangan
sampai melibatkan diri dengan orang-orang Mongol. Maka
berangkatlah aku. Aku selalu menentang para pemberontak
yang dipimpin orang yang disebut Yang Mulia, yang selalu
menge?nakan kedok hitam."
Ia lalu menceritakan semua pengalamannya ketika ia
menolong Sin Wan yang hampir terbunuh oleh Si Kedok
Hitam, kemudian tentang penawanan atas dirinya yang
dilakukan Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli yang ternyata
bekerja sama dengan suhengnya sendiri, Maniyoko yang
menggantikan gurunya bersekutu dengan orang-orang
Mongol. Betapa ia pernah ditawan pula oleh gerombolan
mata-mata itu dan dijadikan sandera untuk memaksa ayahnya
dan suhengnya untuk membunuh Raja Muda Yung Lo dan
Pangeran Mahkota yang sedang mengadakan pesta di perahu
dekat Cin-an. "Mulai saat itu juga, ayah sudah berbalik sikap, tidak sudi bekerja sama dengan
orang-orang Mongol, bahkan
menentang mereka. Biarpun demikian, terus terang kuakui
bahwa tadinya ayahku memang terkena bujukan orang
Mongol. Ayah bercita-cita besar dan akhirnya ......." Akim
memejamkan kedua matanya dan beberapa titik air mata
menetes turun ke atas kedua pipinya.
"Sudahlah, Akim. Semua itu sudah berlalu, kami sekeluarga
tidak ada yang menyalahkanmu atau mendiang ayahmu," kata
Ci Han menghibur. "Dan mulai sekarang, engkau dapat hidup
tenang dan damai di sini, di sampingku ........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akim terbelalak, memandang pemuda itu, lalu menoleh dan
memandang kepada Bhok-ciangkun dan kedua isterinya, juga
kepada Ci Hwa yang sejak tadi hanya ikut mendengarkan saja.
Ia melihat betapa semua wajah itu tersenyum cerah, bahkan
Sui In mengangguk kepadanya.
"Ci Han, apa .... apa artinya ucapanmu itu .......?"
Ci Han yang sudah jatuh cinta itu, dengan jujur dan tanpa
sungkan lagi mengaku, "Artinya, Akim, bahwa aku cinta
padamu dan aku akan minta kepada orang tuaku untuk
meminangmu." "Aihhh ......!" Akim benar-benar terkejut dan juga kagum
melihat kejujuran pemuda bangsawan ini. Iapun harus
bersikap jujur, kalau tidak, kelak hal yang disembunyikannya
itu hanya akan menjadi gangguan bagi batinnya. "Bagaimana
mungkin ......." "Kenapa tidak mungkin, Akim?" Sui In berkata dengan
lembut. "Kalau kalian saling mencinta, dan pihak keluarga
menyetujui, mengapa tidak mungkin" Ci Han mencintamu dan
kami sekeluarga juga menyetujui, tinggal terserah apakah
engkau juga mencintanya dan apakah ibumu akan
menyetujuinya." Mendengar ini, Bhok Cun Ki dan isterinya juga
mengangguk. Seperti biasa, Cu Sui In memang lancang dan
terus-terang, akan tetapi juga cerdik sehingga sebelum bicara,
ia sudah merasa yakin bahwa suaminya dan madunya akan
cukup bijaksana untuk menyetujui pilihan hati Ci Han.
"Aku ......" Aku kagum dan suka kepada Ci Han. Akan
tetapi, aku merasa tidak pantas menjadi jodohnya. Bahkan
aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dan dia menolak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cintaku. Terus terang saja, Ci Han, aku pernah jatuh cinta
kepada Sin Wan." Semua orang mengerutkan alisnya, dan Ci Hwa yang ikut
mendengarkan menjadi merah sekali mukanya. "Dan sekarang
engkau masih cinta padanya?" tanya Ci Hwa karena ia ingin
tahu sekali. Biarpun dia tidak ikut bertanya, namun pandang
mata Ci Han kepada Akim juga menuntut penjelasan.
Akim tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak.
Aku memang mengaku cinta padanya, akan tetapi dia juga
berterus terang bahwa dia tidak dapat mencinta gadis lain
kecuali sumoinya. Aku lalu sadar. Cinta tidak mungkin
dipaksakan. Perjodohan tidak mungkin ditunjang cinta
sepihak. Aku bahkan kagum kepadanya Sin Wan seorang yang
setia kepada kekasihnya."
Keluarga itu kecuali Nyonya Bhok, adalah keluarga orang
gagah yang menghargai kejujuran. Sikap Akim yang terus
terang itu mengagumkan hati mereka. Bahkan kini Ci Hwa
memandang kepada Akim dengan wajah berseri dan tiba-tiba
iapun merangkul Akim. "Engkau hebat, enci Akim, aku suka sekali mempunyai
kakak ipar sepertimu ini!"
Semua orang tersenyum, juga Ci Han tersenyum karena
mereka semua tahu dengan hati lega bahwa mendengar
ucapan Akim tadi, Ci Hwa menyadari perasaan hatinya yang
lemah dan tidak benar. Ia mencinta Sin Wan, akan tetapi
kalau Sin Wan mencinta gadis lain, perlu apa ia harus
menyesali diri" Cinta tidak dapat dipaksakan, dan perjodohan
tidak mungkin ditunjang cinta sepihak, seperti sebuah bangku
tidak mungkin hanya berkaki sebelah. Seketika Ci Hwa
menyadari bahwa perasaan masgul dan duka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakannya selama ini karena penolakan Sin Wan adalah
suatu kebodohan dan kelemahan!
"Eh, kalian tidak membenciku karena itu" Ci Han, engkau
tidak marah karena aku pernah mencinta pemuda lain?"
"Kenapa marah" Kenapa menyesal, Akim" Cinta adalah
suatu perasaan hati yang amat pribadi. Jatuh cinta berarti
tertarik kepada seseorang. Kalau kita mau jujur, aku sendiri
mungkin sudah puluhan kali jatuh cinta, tertarik kepada
seorang wanita, akan tetapi semua itu hanya menjadi rahasia
hatiku sendiri. Itulah bedanya antara engkau dan aku, kalau
aku hanya merahasiakan perasaan hatiku, engkau berterus
terang. Engkau jujur dan terbuka, Akim. Yang penting,
sekarang kita saling tertarik dan saling jatuh cinta. Benarkah
dugaanku bahwa engkaupun cinta padaku?"
Akim tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu, engkau setuju kalau kami mengajukan
pinangan kepada ibumu?" kini Bhok-ciangkun bertanya.
"Tentu saja aku setuju, paman. Akan tetapi, sebelum itu,
aku harus membalaskan kematian ayah lebih dulu!" Akim
mengepal tinju. "Hemm, pembunuh ayahmu adalah Ang-bin Moko dan
suhengmu Maniyoko. Kedua orang itu sudah tewas, kenapa
engkau masih ingin membalas dendam" Kepada siapa?" tanya
Bhok Cun Ki. "Tidak, paman. Yang menjadi biang keladinya adalah Si
Kedok Hitam. Aku harus mencarinya dan membunuhnya!"
Akim berkata gemas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu engkau dapat membantu kami, Akim.
Kamipun sedang berusaha keras untuk membasmi jarinqan
mata-mata Mongol yang dipimpin oleh Si Kedok Hitam itu. Dia
amat lihai jaringannya amat kuat. Berbahaya sekali kalau kita
bekerja sendiri-sendiri."
Panglima itu teringat akan ancaman Kaisar yang akan
menghukum mati seluruh keluarganya kalau dalam waktu
sebulan, dia tidak mampu membasmi jaringan mata-mata
Mongol itu! "Ketahuilah kalian semua bahwa aku diharuskan Sribaginda
Kaisar untuk membasmi jaringan mata-mata itu dalam waktu
sebulan. Nah, kita harus mengerahkan seluruh tenaga untuk
menemukan Si Kedok Hitam. Sayang Lili tidak segera pulang,
karena tenaganya amat kita butuhkan, juga Sin Wan......"
Pada saat itu, seorang pengawal masuk dan melaporkan
kedatangan Sin Wan dan Kui Siang.
Bhok Cun Ki girang sekali. Tadinya dia mengira bahwa
pemuda itu sudah tidak akan mau dan berani lagi datang ke
rumahnya, dan dia sekeluarga mulai merasa menyesal telah
pernah memaksa pemuda itu untuk mengawini Ci Hwa.
Mereka hendak memaksakan sebuah pernikahan dengan cinta
sepihak! Biarpun mukanya berubah merah, namun sekali ini Ci
Hwa tidak lari bersembunyi, melainkan bersama Akim dan
yang lain keluar menyambut kunjungan Sin Wan.
Sin Wan dan Kui Siang berdiri memberi hormat kepada
keluarga tuan rumah dan diam-diam dia terkejut melihat Akim
berada di situ, bergandeng tangan dengan Ci Hwa. Kalau
tadinya Sin Wan merasa tegang hatinya dan juga amat
sungkan untuk datang ke rumah ini dan bertemu dengan
keluarga yang marah kepadanya itu, kini dia merasa heran
dan lega hatinya. Bukan saja Ci Hwa memandang kepadanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sinar mata biasa dan senyum di bibir, juga Cu Sui In
sendiri yang begitu marah kepadanya, kini menyambutnya
dengan senyum di bibir! Bahkan Akim, yang pernah marah dan merasa terhina
karena dia tidak dapat membalas cintanya, kini memandang
kepadanya tanpa perasaan marah dan benci.
"Paman Bhok, harap maafkan kami kalau kedatangan kami
ini mengganggu paman sekeluarga," kata Sin Wan setelah
bersama Kui Siang memberi hormat.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan dan engkau sama sekali
tidak mengganggu, Sin Wan. Bahkan kebetulan sekali engkau
datang karena kami memang memerlukan kehadiranmu untuk
membicarakan tentang jaringan mata-mata Mongol," Kata
Bhok-ciangkun. "Dan nona ini, siapakah ia?"
"Ini adalah sumoiku Liem Kui Siang, paman. Ia adalah
puteri mendiang bangsawan Liem Cun, pengurus gudang
pusaka istana ........"
"Ahhhh! Aku adalah sahabat baik mendiang ayahmu, nona
Liem!" kata Bhok Cun Ki dengan gembira. "Mari, silakan masuk, kita bicara di
dalam." Mereka semua masuk dan duduk di ruangan dalam. Setelah
duduk mengelilingi, sebuah meja besar, Akim yang kebetulan
saling pandang dengan Sin Wan lalu bertanya, "Sin Wan,
inikah sumoimu yang menjadi calon jodohmu itu?"
Semua orang tidak kaget lagi mendengar pertanyaan yang
demikian jujur dan terbuka dari Akim karena sudah mengenal
wataknya. Betapapun juga, pandang mata mereka yang
ditujukan kepada Sin Wan nampak rikuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan tersenyum dan mengangguk "Benar sekali, Akim.
Dan engkau sendiri, bagaimana dapat berada di antara
keluarga Paman Bhok?"
"Twako, Akim adalah tunanganku. Kami saling mencinta
dan akan menikah!" kata Ci Han.
Sin Wan terkejut akan tetapi juga merasa gembira bukan
main. Cepat dia berdiri, diikuti Kui Siang dan memberi selamat
kepada mereka. Dengan gembira Ci Han membalas ucapan
selamat dengan berterima kasih, akan tetapi Akim duduk dan
nampak berduka. Sin Wan yang mengenal benar watak gadis
itu, tanpa ragu bertanya, "Akim, kenapa engkau kelihatan
berduka, padahal sepatutnya engkau bergembira seperti
tunanganmu?" Akim cemberut. "Engkau tidak tahu, Sin Wan. Baru saja
ayahku tewas ......."
"Ahhh...." Apa yang telah terjadi" Paman Bhok, apa yang
terjadi di sini?" Sin Wan bertanya dan sikapnya kini serius, tidak berani
bergurau mengingat bahwa Akim sedang
berkabung. Bhok Cun Ki lalu menceritakan semua yang terjadi, tentang
kematian Ouwyang Cin, juga tentang kematian Ang-bin Moko
dan Pek-bin Moli dua orang pembantu utama Si Kedok Hitam,
juga kematian Maniyoko yang bersekutu dengan para jagoan
Mongol. "Dengan kegagalan mereka di Cin-an, kemudian disusul
tewasnya Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, maka kekuatan
jaringan mata-mata semakin kecil. Sribaginda Kaisar
memanggilku dan memberi waktu satu bulan agar aku dapat
membasmi jaringan mata-mata itu. Sekarang di sini terdapat
Ouwyang Kim yang membantu, juga engkau dan nona Lim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang sehingga kedudukan kita semakin kuat. Sayang Lili
belum juga pulang. Apakah engkau bertemu dengannya di
utara, Sin Wan?" Bhok-ciangkun menutup ceritanya.
"Kunjungan kami memang ada hubungannya dengan Lili,
paman." "Wan-twako, kenapa enci Lili tidak pulang bersama-sama
dengan engkau dan enci Kui Siang?" Ci Hwa bertanya dan
melihat sikap gadis itu yang sudah biasa terhadap dirinya,
seolah-olah tidak ada bekas apa-apa di antara mereka, Sin
Wan merasa heran akan tetapi juga girang sekali. Juga
keluarga gadis itu merasa lega dan girang. Kiranya
kemunculan Akim membawa perubahan kepada Ci Hwa,
mendatangkan kesadaran kepada gadis itu.
"Lili tinggal di utara dan ia menitipkan salam kepada
seluruh anggauta keluarga Bhok. Ia selamat dan sehat saja,
dan sementara ini ia tidak akan pulang ke selatan karena, ia
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ikut dengan Raja Muda Yung Lo ke Peking."
"Ehhh" Apa artinya ini, Sin Wan" Cu Sui In bertanya sambil mengerutkan alisnya
mendengar bahwa puterinya pergi
mengikuti Raja Muda Yung Lo Ke Peking.
"Lili menggantikan kedudukan sumoi Liem Kui Siang,
menjadi pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo karena Kui
Siang akan membantuku di sini menghadapi jaringan mata-
mata Mongol. Mengenai diri Lili, Raja Muda Yung Lo
menitipkan surat kepada kami untuk dihaturkan kepada
Paman Bhok." Sin Wan mengeluarkan surat dari Raja Muda Yung Lo dan
menyerahkannya kepada Bhok Cun Ki. Ketika dia membaca
surat itu, kedua isterinya menghampiri dan ikut membaca dari
belakang kedua pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah ketiganya penuh ketegangan, akan tetapi berubah
cerah setelah mereka membaca habis surat. Kiranya Raja
Muda Yung Lo mengagumi kegagahan Lili, dan karena raja
muda itu merasa kehilangan karena Kui Siang harus
membantu calon suaminya membasmi jaringan mata-mata
Mongol di kota raja, maka raja muda itu mohon persetujuan
keluarga Bhok agar Lili, yang juga sudah setuju, untuk
menjadi pengawal pribadinya.
"Nona Liem, selama engkau menjadi pengawal pribadi Raja
Muda Yung Lo atau Pangeran Yen, bagaimana sikap dan
wataknya" Apakah dia seorang penguasa yang baik, jujur dan
adil?" Pertanyaan Bhok-ciangkun ini mewakili pertanyaan
seluruh keluarganya. Liem Kui Siang memejamkan matanya sejenak,
membayangkan kejantanan dan kegagahan Raja Muda Yung
Lo, juga betapa raja muda itu jatuh hati kepadanya dan
pernah menawarkan untuk menarik ia menjadi isteri raja muda
itu. Kemudian dengan suara bersungguh-sungguh ia berkata,
"Paman Bhok, kalau aku boleh mengatakan, di dunia ini,
kecuali koko Sin Wan, dialah pria yang paling hebat, paling
bijaksana, keras dan adil, akan tetapi juga bersusila dan
berbudi mulia. Harap paman jangan khawatir. Adik Lili berada
di tangan yang baik dan boleh dipercaya sepenuhnya."
Sin Wan tersenyum mendengar jawaban kekasihnya itu,
maklum apa yang dipikirkan kekasihnya tentang raja muda itu.
Juga dia mengerti akan kekhawatiran hati keluarga itu
mendengar Lili menjadi pengawal pribadi raja muda di Peking
itu. "Apa yang diterangkan Siang-moi memang benar sekali.
Sudah lama aku mengenal raja muda itu dan mengagumi
kegagahannya. Harap paman sekalian tidak merasa khawatir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Muda Yung Lo tidak dapat disamakan dengan Pangeran
Mahkota, di sana Lili tidak akan mengalami hal-hal yang buruk
seperti ketika menjadi pengawal Pangeran Mahkota."
"Syukurlah, lega hati kami setelah mendengar penjelasan
kalian. Sekarang kita bicara tentang tugas kita. Bagaimana
menurut pendapatmu, Sin Wan" Dari mana kita akan memulai
penyelidikan kita dan siapa kiranya orang yang dapat dicurigai
dan tahu di mana Si Kedok Hitam bersembunyi?"
"Aku sudah membicarakan urusan ini dengan Lili dan kami
sependapat bahwa kita harus mencurigai Yauw Siucai,
sastrawan yang kini menjadi penasihat dan tangan kanan
Pangeran Mahkota," kata Sin Wan.
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Aku sudah menyebar
penyelidik dan memang orang itu patut dicurigai.
Kemunculannya di istana Pangeran Mahkota itu mendatangkan
perubahan besar pada diri sang pangeran. Kalau dulu,
pangeran mahkota sudah terkenal sebagai seorang yang
selalu mengejar kesenangan, sekarang, setelah ada sastrawan
itu, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Bukan saja dia selalu berfoya-foya,
bahkan suka mengganggu anak isteri orang, dan
selain suka mabok-mabokan, juga dia kini suka menghisap
candu!" "Memang mencurigakan," kata Cu Sui In membenarkan
suaminya. "Menurut cerita kemunculan sastrawan itu di istana pangeran juga cukup
mencurigakan. Lili bertemu dengan
orang she Yauw itu dalam perjalanan, dan sikap sastrawan itu
mencurigakan sekali. Lili sama sekali tidak mengenal asal
usulnya, dan biarpun penampilannya seperti sastrawan dan
bekerja sebagai guru sastra untuk putera Pahgeran Mahkota,
namun menurut Lili, sastrawan itu memiliki ilmu silat yang
tinggi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang dia patut dicurigai, akan tetapi bagaimana
mungkin dapat membuat dia membuka kedoknya dan
bagaimana kita dapat menyelidiki siapa sebetulnya dia" Dia
kini dekat sekali dengan Pangeran Mahkota, menjadi orang
kepercayaannya maka sukarlah bagi kita untuk mendesaknya,"
kata Bhok Cun Ki, "Yang ke dua adalah Si Kedok Hitam. Kalau saja kita mampu
menemukan orang itu, kiranya semua rahasia
jaringan mata-mata akan dapat terbongkar. Akan tetapi ke
mana kita mencari orang tinggl besar yang berperut gendut
itu" Ilmu silatnya juga tinggi sekali."
"Nanti dulu ......!!" tiba-tiba Akim berseru nyaring sehingga mengejutkan Ci Han
yang duduk di sampingnya karena
pemuda itu mengira bahwa kekasihnya itu diserang rasa nyeri
pada pundak yang terluka. Ternyata tidak demikian. Luka di
pundak Akim itu sudah sembuh berkat obat yang mujarab dari
Cu Sui In. "Aku teringat sesuatu ketika paman Bhok menyebut
Si Kedok Hitam yang berperut gendut. Perut gendut ......."
Perut gendut ..........?""
Tentu saja semua orang merasa heran, bahkan merasa geli
mendengar gadis itu berulang kali menyebut perut gendut.
Tiba-tiba Akim menoleh dan memandang kepada Sin Wan.
"Eh, Sin Wan, masih ingatkah engkau ketika kita berdua
menyerang Si Kedok Hitam, kemudian datang anak buahnya
sehingga aku tertawan olehnya?"
Sin Wan mengangguk dan memejamkan mata untuk
membayangkan kembali peristiwa itu. "Ya, aku ingat. Dia lihai sekali, akan
tetapi kalau tidak datang kawan-kawannya pada
waktu itu, agaknya kita berdua akan dapat merobohkannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan itu, Sin Wan, akan tetapi perut gendutnya!" kata pula Akim dan kini ia
nampak tegang. Semua orang tertegun
heran karena kembali Akim menyebut tentang perut gendut.
"Memang Si Kedok Hitam itu berperut gendut, Akim, lalu
kenapa?" "Sin Wan, kita sungguh bodoh sekali mengapa baru
sekarang sadar akan itu. Lupakah engkau ketika kita
menyerangnya" Ketika itu, pedangmu yang tumpul tapi
ampuh itu membuat dia terkejut dan pedang di tangannya
rusak oleh pedang tumpulmu. Dan pedangku ini ........" Tiba-
tiba Akim mencabut pedangnya yang tak pernah terpisah
darinya dan semua orang terkejut melihat sinar pedang yang
mengandung hawa dingin itu.
31. Jaringan Mata-mata Mongol
"Paman Bhok, pedang pemberian mendiang ayah ini adalah
pedang pusaka. Coba paman lihat keampuhannya!" Gadis itu
lalu meloncat ke sudut ruangan itu di mana terdapat sebuah
rak besi dan sekali pedangnya menyambar, ujung rak besi itu
putus seperti terbuat dari kayu lunak saja!
Ketika semua orang memandang masih kaget dan heran,
Akim sudah menghampiri Bhok Cun Ki dan menyerahkan
pedangnya. "Maaf kalau aku merusak rak itu, paman, akan
tetapi coba paman periksa, apakah kiranya di dunia ini ada
ahli silat yang kebal terhadap pedangku ini?"
Biarpun dia sendiri, juga kaget dan heran, Bhok Cun Ki
menerima pedang itu dan memeriksanya. Dia menggeleng
kepalanya. "Pedangmu ini merupakan pusaka ampuh, Akim.
Senjata besi biasa saja tidak akan mampu bertahan kalau
bertemu pedang ini, apalagi kulit daging manusia. Betapapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebalnya, sukarlah untuk dapat menahan kekebalan kulit
terhadap pedangmu ini."
"Nah, sekarang tentu engkau ingat, Sin Wan?"
Sin Wan tiba-tiba berseru sambil bangkit berdiri. "Benar!
Perut gendutnya! Perut gendutnya!"
Tentu saja semua orang semakin heran dan juga geli.
Seolah-olah Sin Wan ketularan penyakit Akim dan menyebut-
nyebut perut gendut! Akan tetapi dia melanjutkan, "Ketika
kami mengeroyoknya, dan Si Kedok Hitam terkejut karena
pedangnya rusak oleh pedangku, saat itu Akim menyerangnya
dengan tusukan pedangnya. Serangan Akim itu cepat sekali
dan dilakukan pada detik si Kedok Hitam tertegun sehingga
pedangnya tepat memasuki perut gendutnya. Aku melihat
dengan jelas, akan tetapi Si Kedok Hitam tidak roboh, bahkan
tidak ada darah keluar dari perutnya yang tertusuk pedang!"
Mendengar ini, Bhok Cun Ki memukul meja di depannya.
"Brakk!" Dan dia pun bangkit berdiri, matanya berkilat-kilat.
"Ah, kalau begitu, perut gendutnya adalah palsu!"
"Benar sekali, Paman Bhok. Akim telah menemukan rahasia
yang amat penting bagi kita! Kini tidak dapat diragukan lagi, Si Kedok Hitam
yang disebut Yang Mulia oleh anak buahnya,
pemimpin jaringan mata-mata Mongol, adalah seorang pria
yang sama sekali tidak gendut perutnya, melainkan tinggi
besar dan amat lihai."
Mereka duduk kembali dan nampak betapa Bhok Cun Ki
dan Sin Wan saling pandang. Seolah keduanya dapat saling
menjenguk isi hati masing-masing dan akhirnya Bhok Cun Ki
berkata, "Sin Wan apakah engkau juga menduga seperti yang
menjadi dugaanku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu mengangguk. "Sikapnya selama ini selalu
menentang dan memusuhi aku, paman, seolah-olah secara
tidak langsung dia memihak kepada para mata-mata Mongol.
Biarpun kita belum dapat memastikannya, akan tetapi dia
patut sekali dicurigai, paman, di samping Yauw Siucai itu."
Bhok Cun Ki mengangguk-angguk.
"Ih, kalian berdua bicara seperti dalam rahasia saja! Siapa sih orangnya yang
kalian sangka menjadi Si Kedok Hitam itu?"
tanya Cu Sui In tak sabar.
Suaminya menghela napas panjang. "Hal ini kalau diketahui
orang luar, tentu akan menimbulkan kegemparan. Berbahaya
sekali kalau dugaan kita itu keliru, dan berbahaya pula kalau
sebelum kita menemukan buktinya, dia telah mendengar akan
dugaan kita." "Akan tetapi, siapakah dia?" Sui In mendesak.
Bhok Cun Ki menengok ke kiri kanan. Ruangan itu tertutup
dan tidak nampak seorangpun pembantu keluarga, juga tidak
terdengar ada orang di luar ruangan itu. Namun, tetap saja
dia berkata dengan bisik-bisik, "Jenderal Besar Yauw Ti."
"Ihh ..........!!" Nyonya Bhok menahan jeritnya dengan
menutupi mulutnya. "Bagaimana mungkin" Dia seorang
jenderal besar yang amat besar jasanya kepada kerajaan!"
Suaminya memberi tanda agar isterinya itu tetap tenang.
"Kalian semua tahu bahwa dugaan ini harus kita rahasiakan.
Aku, dibantu Sin Wan, Akim engkau sendiri, Sui In dan nona
Liem Kui Siang, akan cari bukti-buktinya.
Bahkan secara rahasia aku akan bicara dengan Jenderal
Shu Ta, karena hanya Jenderal Shu Ta yang akan mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendalikan dan mengatasi kalau-kalau benar dia orangnya
dan hendak mempergunakan kekuatan pasukannya."
"Wah, kalau terjadi demikian, tentu akan geger dan terjadi perang saudara yang
hebat!" seru Ci Han penuh
kekhawatiran. Memang dapat dibayangkan betapa akan hebatnya kalau
yang menjadi pemberontak itu seorang jenderal besar seperti
Jenderal Yauw Ti yang mengepalai ratusan ribu orang
pasukan! "Karena itulah kita harus bekerja secara rahasia. Jangan
sampai dia mengetahui lebih dahulu bahwa dia dicurigai
karena hal itu akan membahayakan sekali," kata Bhok Cun Ki.
"Dan aku memiliki pula sebuah bukti yang akan membongkar
rahasia pimpinan mata-mata itu."
Dia memasuki kamarnya dan kembali ke ruangan itu,
membawa sebuah benda kecil yang dibungkus dengan kain.
Setelah bungkusan itu dibuka, ternyata isinya sebatang paku
menghitam. "Inilah paku yang dahulu melukai pundak Lili
ketika ia bertanding denganku. Paku ini dilepas seseorang
dengan maksud membantu Lili dan membunuhku, akan tetapi
paku ini dapat tertangkis pedangku. Paku-paku runtuh dan
sebuah di antaranya, yaitu yang ini, mengenai pundak Lili."
"Paku itu beracun," Cu Sui In membantu suaminya karena ia sudah mendengar kisah
itu dan melihat senjata rahasia itu
dengan teliti, "Akan tetapi tidak ada tanda-tanda siapa
pemiliknya." "Kalau kita dapat menyelidiki tempat tinggal orang-orang
yang kita curigai dan kita mendapatkan senjata rahasia yang
serupa dengan ini, berarti dia yang melepas senjata beracun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, membuktikan bahwa dia terlibat dalam jaringan mata-
mata musuh." Mereka mengadakan perundingan sampai lama dan pada
malam hari itu, Sin Wan dan Kui Siang diterima sebagai tamu
agung, bahkan sebagai anggauta keluarga sendiri. Kui Siang
segera akrab dengan Akim dan Ci Hwa, dan malam itu mereka
bertiga tinggal sekamar. Akim yang memiliki watak jujur
terbuka itu tanpa malu-malu lagi menceritakan tentang
hubungannya dengan Sin Wan, dan dalam kesempatan ini
pula, Ci Hwa yang ketularan sikap terbuka itu, mengaku
kepada Kui Siang tentang urusannya dengan Sin Wan, betapa
ia pernah mencinta Sin Wan namun tidak dibalas oleh pemuda
itu. Mendengar pengakuan dua orang gadis yang pernah
mencinta Sin Wan ini, Kui Siang bukan merasa cemburu atau
panas hatinya, bahkan ia merasa bersyukur sekali karena
terbukti bahwa suhengnya itu amat mencintanya dan tidak
dapat membalas cinta gadis-gadis lain, padahal Akim dan Ci
Hwa adalah dua orang gadis yang cantik jelita, bahkan Akim
memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, mungkin lebih tinggi
dibandingkan ia sendiri. Namun, suhengnya itu tetap setia
kepadanya, walaupun ia sendiri pernah marah kepada
suhengnya, menyatakan benci dan tidak ingin bertemu lagi!
JJJ
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Panglima Bhok Cun Ki yang cerdik itu diam-diam telah
menghubungi Jenderal Shu Ta. Tentu saja Jenderal Besar ini
terkejut setengah mati mendengar laporan pembantunya.
Hampir dia marah-marah karena tidak percaya bahwa
pembantunya yang berjasa besar, Jenderal Yauw Ti, dicurigai
sebagai pemimpin jaringan mata-mata Mongol. Mustahil,
katanya. Akan tetapi, dengan tenang dan sabar Bhok-ciangkun
memberi penjelasan secara terperinci, mengumpulkan semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasil penyelidikan anak buahnya dan hasil penyelidikan Sin
Wan, Lili dan juga Akim. Mendengar keterangan terperinci itu, Jenderal Shu Ta
berdiam diri, termenung dengan alis berkerut. Akan tetapi, dia
harus yakin pikirnya. Menuduh Jenderal Yauw Ti sebagai
pemimpin mata-mata Mongol, tanpa adanya bukti-bukti yang
meyakinkan, amat berbahaya. Jenderal Yauw Ti memiliki
kekuasaan yang cukup besar, bahkan Kaisar amat percaya
kepada jenderal yang tinggi besar itu. Pendeknya, Jenderal
Yauw Ti merupakan orang kedua sesudah dia yang dekat dan
dipercaya Kaisar. Dia sendiri adalah sute (adik seperguruan)
Kaisar, tentu saja hubungannya amat dekat. Akan tetapi
Jenderal Yauw Ti juga telah melakukan banyak jasa dan
selama ini membuktikan dirinya sebagai seorang jenderal yang
cakap dan setia. "Bhok-ciangkun, dugaanmu ini berbahaya sekali. Engkau
harus mampu memperlihatkan bukti, barulah aku berani turun
tangan dan berani melapor kepada Sribaginda," akhirnya dia berkata.
"Tentu saja, Shu-goanswe (Jenderal Shu). Saya hanya
mohon bantuan paduka, karena tanpa bantuan paduka,
bagaimana mungkin saya berani menyelidiki ke dalam rumah
dan kantor Jenderal Yauw" Sribaginda telah memberi waktu
kepada saya, dan kalau dalam sebulan saya tidak mampu
membongkar jaringan mata-mata ini, seluruh keluarga saya
akan menerima hukuman. Saya mohon bantuan paduka."
Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Seringkali dia
menghela napas panjang melihat perubahan yang terjadi pada
diri suhengnya yang kini menjadi Kaisar itu. Sekarang, Kaisar
berubah menjadi seorang yang teramat kejam. Bahkan
seorang pembantu terbaik dan paling setia sekalipun, dengan
mudah akan dijatuhi hukuman mati karena melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan sedikit saja! Kaisar begitu dipenuhi kecurigaan dan
kebencian. "Baik, aku akan membantumu, ciangkun," kata Jenderal
Shu Ta dan mereka lalu bicara dengan sikap serius mengatur
langkah-langkah untuk membongkar rahasia yang amat
membahayakan negara itu. Sebagai hasil dari rencana siasat mereka itu, pada suatu
hari, Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti dipanggil
menghadap Kaisar bersama para panglima tinggi lainnya
untuk membicarakan tentang keamanan negara. Kaisar
melakukan panggilan ini tentu saja sebagai hasil dorongan
Jenderal Shu Ta yang bermaksud agar Jenderal Yauw dapat
mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang jaringan
mata-mata Mongol yang membahayakan negara, dan
terutama sekali untuk memancing jenderal itu keluar agar
Bhok Cun Ki dan para pembantunya mendapatkan
kesempatan untuk melakukan penyelidikan ke tempat tinggal
dan kantor jenderal yang dicurigai itu. Kaisar tidak mencurigai bujukan Jenderal
Shu Ta ini karena memang Kaisar ingin
membicarakan tentang penyerangan terhadap kedua orang
puteranya, yaitu Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Chu Hui
San. Kesempatan itu dipergunakan dengan baik oleh Bhok Cun
Ki yang segera menugaskan kepada Sin Wan dan Kui Siang
untuk melakukan penyelidikan ke rumah keluarga Jenderal
Yauw Ti. Bagi orang biasa, tentu tidak akan mudah memasuki
gedung keluarga Jenderal Yauw Ti tanpa ijin. Namun, Sin Wan
dan Kui Siang mempergunakan ilmu kepandaian mereka dan
berhasil melompati pagar tembok di bagian belakang ketika
pasukan pengawal yang melakukan perondaan siang malam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu lewat dan mereka berdua sudah menyelinap ke dalam
taman bunga milik keluarga itu.
Sebelumnya, mereka berdua sudah mendapat
penggambaran yang jelas tentang keadaan gedung itu dan
juga tentang keadaan keluarga Yauw Ti, jenderal yang mereka
curigai. Jendral itu mempunyai seorang isteri dan tiga orang
selir di gedung itu, dan hanya mempunyai dua orang anak dari
para selirnya, dua orang anak laki-laki yang masih kecil, belum sepuluh tahun
usianya. Sin Wan dan Kui Siang menyelinap di antara pohon-pohon
dan semak-semak, mendekati bangunan besar. Dua orang
tukang taman yang sedang bekerja, tidak melihat gerakan
mereka dan akhirnya dua orang pendekar itu berhasil
meloncat ke atas atap dapur bangunan itu, bersembunyi di
balik wuwungan dan bergerak bagaikan dua ekor kucing tanpa
mengeluarkan suara apapun.
Karena sudah mempelajari keadaan dalam bangunan
gedung itu, Sin Wan dan Kui Siang dapat berada di atas kamar
besar milik keluarga itu melihat betapa kamar itu yang amat
mewah, dalam keadaan kosong dan sunyi, Sin Wan berbisik-
bisik dengan kekasihnya, mengatur siasat kalau sampai
mereka ketahuan orang selagi dalam kamar itu,
merencanakan jalan keluar dari kamar tanpa diketahui orang.
Kemudian, mereka membuka atap dan bagaikan dua ekor
burung rajawali, mereka melayang turun dari atas, masuk ke
dalam kamar tanpa mengeluarkan suara.
Begitu tiba dalam kamar, dua orang pendekar muda yang
sejak tadi menutupi muka mereka dengan kedok coklat dan
biru, kedok yang sengaja dibuat mirip dengan kedok yang
dipergunakan anak buah Si Kedok Hitam, segera bekerja
dengan cepat. Mereka menggeledah dan mencari-cari apa saja
yang dapat merupakan bukti bahwa dugaan mereka benar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu bahwa Jenderal Yauw Ti merupakan pemimpin, atau
setidaknya mempunyai hubungan dengan jaringan mata-mata
Mongol. Sampai kurang lebih satu jam mereka menggeledah,
membukai almari dan laci-laci, memeriksa seluruh ruangan
namun mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Memang mereka sudah menduga bahwa agaknya, andaikata
benar bahwa Jenderal Yauw Ti menjadi pemimpin jaringan
mata-mata Mongol, pasti keluarganya tidak ada yang
mengetahui dan hal itu merupakan rahasia pribadi. Hal ini
untuk mencegah terjadinya kebocoran dan kalau dia
menyimpan sesuatu yang dapat membuka rahasianya, tentu
barang itu disimpan di lain tempat.
"Ke kantornya," bisik Sin Wan dan mereka berdua segera meloncat lagi keluar dari
kamar itu, membetulkan letak atap
yang mereka buka dan tak lama kemudian mereka sudah
keluar lagi melalui taman dan pagar tembok di belakang tanpa
diketahui orang. Tak lama kemudian, dengan bekerja cepat agar jangan
sampai kedahuluan Jenderal Yauw Ti, dan hal ini sudan diatur
oleh Jenderal Shu Ta agar Jenderal Yauw Ti agak lama berada
di istana, Sin Wan dan Kui Siang sudah berada di kamar kerja
Jenderal Yauw Ti yang terletak di dalam markas pasukan.
Tentu saja mereka berdua tidak begitu ceroboh untuk
memasuki benteng seperti yang mereka lakukan di rumah
kediaman Jenderal Yauw tadi.
Mereka sudah membawa bekal surat perintah dan surat
kuasa dari Jenderal Shu Ta untuk memasuki kamar kerja
Jenderal Yauw Ti dan mengambil barang-barang yang
diperlukan dalam persidangan di istana. Dengan bekal surat
ini, para petugas jaga di markas itu tentu saja tidak berani
menghalangi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Surat perintah dari Jenderal Shu Ta sebagai panglima
tertinggi oleh pasukan di situ lebih ditaati dari pada surat dari Kaisar sendiri
sekalipun. Maka, mereka mempersilakan Sin
Wan dan Kui Siang masuk dan tak lama kemudian dua orang
muda perkasa ini sudah melakukan penggeledahan di dalam
kamar kerja Jenderal Yauw Ti setelah mereka berdua
menggunakan tenaga untuk membuka daun pintu kamar itu
secara paksa. Begitu masuk, mereka berdua mengenakan lagi kedok
mereka untuk menjaga segala kemungkinan, walaupun tadi
mereka masuk sebagai utusan Jenderal Shu Ta. Bahkan surat
itupun dibuat oleh Jenderal Shu Ta mempergunakan tanda
tangan dan cap palsu. Hal ini untuk menjaga kemungkinan
Jenderal Yauw Ti tidak bersalah sehingga dia tidak akan
terlibat dalam penggeledahan itu dan kedua orang muda itu
yang akan dianggap sebagai penanggung jawab.
Di kamar kerja inipun Sin Wan dan Kui Siang tidak
menemukan sesuatu yang mencurigakan. Mereka hampir
putus asa ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sesosok
bayangan berkelebat masuk. Ternyata dia adalah seorang
yang mengenakan kedok abu-abu!
"Mau apa kalian di sini?" bentak si kedok abu-abu dengan suara bengis.
"Ah, kami sedang sibuk hendak membersihkan tanda-tanda
yang terdapat di sini karena sebentar lagi tempat ini akan
digeledah oleh pasukan istana. Kaisar telah mencurigai Yang
Mulia. Di mana Yang Mulia" Apakah belum pulang dari
istana?" kata Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan itu, si kedok kelabu nampak terkejut.
Sepasang mata di balik kedok itu berkilat. "Kalau begitu, aku harus cepat
memberi kabar. kepada Pangeran!"
"Siapa Pangeran....?" Sin Wan menghentikan ucapannya, memaki diri sendiri yang
terlanjur bicara. Dan benar saja,
mendengar Sin Wan tidak mengenal siapa pangeran yang dia
maksudkan, si kedok abu-abu segera mencabut pedangnya.
"Kalian palsu!" Dan pedangnya sudah menyambar dengan
ganas ke arah Sin Wan. Sin Wan yang menyadari kesalahannya, mengelak dan dari
samping, Kui Siang sudah bergerak ke depan, tangannya
menyambar dengan totokan dan si kedok abu-abu itupun
terkulai lemas. Sin Wan merampas pedangnya dan
menyambut tubuh itu agar tidak menimbulkan suara gaduh.
"Inilah bukti yang paling baik," bisiknya kepada Kui Siang.
Tak lama kemudian, Sin Wan dan Kui Siang keluar dari kamar
kerja Jenderal Yauw Ti, dan Sin Wan menggendong sebuah
karung yang penuh, melangkah dengan tenang keluar dari
kamar kerja itu. Ketika para petugas jaga di luar melihat Sin Wan
menggendong sebuah karung, mereka memandang heran,
tidak dapat menduga apa isi karung itu, juga tidak berani
bertanya. "Kami telah menemukan barang yang dibutuhkan
Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti," kata Sin Wan tenang dan para penjaga
itupun tidak berani bertanya. Mereka semua
mengenal Jenderal Shu Ta sebagai seorang jenderal yang
tegas dan berdisiplin, maka mereka tentu saja tidak berani
melanggar surat perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja isi karung itu adalah si kedok abu-abu yang
telah ditangkap oleh Sin Wan dan Kui Siang. Mereka cepat
membawa tawanan dalam karung itu ke rumah Bhok Cun Ki.
Semua berkumpul di situ. Bhok Cun Ki sendiri, Sui In dan
Akim yang belum berhasil membongkar rahasia Yauw Siucai
yang selalu berdekatan dengan Pangeran Mahkota, Ci Han dan
Ci Hwa. Hanya nyonya Bhok yang berada di dalam, tidak mau
mencampuri urusan yang menggunakan kekerasan dan
membutuhkan kepandaian silat itu.
Ketika tawanan itu dikeluarkan dari karung dan berlutut di
atas lantai, dengan kedok terbuka, ternyata dia adalah
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun. Dia seorang Han,
bukan orang Mongol, bahkan dia seorang anggauta pasukan di
bawah Jenderal Yauw Ti. "Dengar baik-baik," kata Bhok Cun Ki yang memimpin
pemeriksaan itu. "Kalau engkau mau mengaku terus terang,
hukumanmu akan diperingan. Akan tetapi kalau engkau
berbohong dan tidak mau mengaku, akan kusuruh tangkap
seluruh keluargamu dan kusuruh siksa mereka di depan
matamu. Nah, jawab yang sebenarnya. Siapa namamu?"
Wajah orang itu menjadi pucat. Tadinya dia bersikap keras
dan masa bodoh, akan tetapi ancaman terhadap keluarganya
itu mengingatkan dia akan isterinya, tiga orang anaknya yang
masih kecil, dan ibunya yang sudah tua dan luluh kekerasan
hatinya. "Nama saya Siauw Jin, ciangkun."
"Katakan, siapa sebenarnya pemimpin para orang
berkedok, anggauta jaringan mata-mata Mongol itu. Jawab!"
"Saya ....... saya tidak tahu ..........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau menyebutnya Yang Mulia, bukan?"
Siauw Jin mengangguk. "Kami semua hanya mengenal dia
sebagai Yang Mulia, akan tetapi tak seorangpun di antara
kami yang pernah melihat wajahnya. Kami semua tidak tahu
siapa sebenarnya Yang Mulia."
"Dan siapa yang kau sebut pangeran itu?" tanya pula Bhok Cun Ki. Wajah orang itu
berubah pucat sekali, matanya
terbelalak dan dia menggeleng kepala.
"Saya ...... saya tidak berani ....!"
Pada saat itu, Sui In menjulurkan tangannya dan jari
tangannya sudah menekan tengkuk tawanan itu. Wajah
tawanan itu berkerut-kerut dan rintihan keluar dari mulutnya
karena dia merasa betapa tubuhnya seperti ditusuki ratusan
batang jarum yang panas, nyerinya tak tertahan lagi. Sui In
melepaskan tangannya dan orang itu basah oleh keringat
dingin. "Hayo katakan, siapa pangeran itu!" kini Sui In membentak.
"Atau kau ingin kusuruh tangkap dan seret ke sini seluruh
keluargamu!" Bhok Cun Ki menambahkan.
"Dia ....... dia murid Yang Mulia ........"
"Hemm, siapa namanya" Di mana?" bentak Bhok-ciangkun
lagi. "Dia adalah Pangeran Yaluta...."
"Pangeran Mongol?"
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tawanan itu mengangguk dan tiba-tiba dia menjerit dan
terkulai. Ternyata sebatang paku telah menancap di
punggungnya. Sui In cepat mencabut paku itu dan diapun
berkata kepada suaminya. "Dia bagian kami! Hayo, Akim!" Dan wanita perkasa itu meloncat pergi, diikuti
Akim karena memang Pangeran Yaluta
merupakan bagian mereka. Mereka yakin bahwa yang disebut
Pangeran Yaluta itu bukan lain adalah yang menyamar sebagai
Yauw Siucai! Begitu mencabut paku itu dari punggung
tawanan yang diserang secara menggelap, tahulah Sui In
bahwa yang dahulu melukai pundak puterinya dengan paku
merupakan orang yang sama, yaitu si penyambit tadi. Masih
nampak tadi bayang biru putih berkelebat dan dengan cepat
iapun melakukan pengejaran bersama Akim. Akan tetapi,
bayangan itu sudah lenyap.
"Hayo, kita langsung saja ke istana Pangeran Mahkota!
kata Sui In. Untuk keperluan ini ia sudah dibekali surat
penggeledahan yang ditulis sendiri oleh Jenderal Shu Ta.
Dengan surat perintah jenderal Shu Ta itu, benar saja Su In
dan Akim tidak menemui kesulitan untuk menerobos masuk ke
dalam istana sang pangeran, walaupun para penjaga menjadi
bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Mereka mengenal
tanda tangan dan cap kebesaran Jenderal Shu Ta, dan kedua
orang wanita itu tadi mengatakan bahwa mereka hendak
bertemu dengan Yauw Siucai. Entah ada urusan apa maka
Jenderal Shu Ta sampai memberi kuasa kepada dua orang
wanita itu untuk menemui Yauw Siucai dan melakukan
penggeledahan! Karena merasa tidak enak hati walaupun tidak berani
menghalangi, kepala jaga lalu memimpin pasukan kecil untuk
masuk ke dalam, hendak melihat apa yang akan terjadi dan
berjaga-jaga melindungi sang pangeran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui In dan Akim juga sudah mendapat gambaran yang
cukup jelas tentang keadaan istana sang pangeran, dan
mereka tahu di mana letak kamar pangeran mahkota, di mana
pula letak kamar puteranya dan kamar Yauw Siucai. Akan
tetapi, ketika mereka lewat di kamar pangeran dan kamar
Yauw Siucai, sunyi saja di situ. Seorang pengawal yang
berjaga di situ memandang penuh curiga dan melintangkan
tombaknya. Sui In memperlihatkan surat kuasa dari Jenderal Shu Ta,
membuat pengawal itu berdiri tertegun. "Cepat katakan, di
mana Yauw Siucai dan Sang Pangeran?"
Pengawal itu masih tertegun dan tidak mampu menjawab,
hanya menunjuk ke arah taman. Sui In menggerakkan tangan
menotoknya agar pengawal itu tidak membuat banyak ribut.
Lalu bersama Akim ia lari ke dalam taman yang luas dan indah
itu. Berindah-indap mereka menghampiri Pangeran Mahkota
yang kelihatan sedang duduk di atas bangku menghadapi
Yauw Siucai yang kelihatan marah-marah "Sekali, kalau
paduka menolak, terpaksa aku akan membunuhmu!" katanya
kacau dan kadang kasar. "Pangeran, cepat buatkan surat
kuasa untukku dan aku tidak akan membunuhmu!"
Biarpun wajahnya pucat, pangeran yang nampak lemah
dan tidak bersemangat itu kini mengangkat kepala
membusungkan dadanya. "Orang she Yauw! Baru sekarang
aku menyadari bahwa engkau bukanlah orang baik-baik.
Entah siapa engkau, akan tetapi jelas engkau menyusup ke
sini untuk menguasai aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh, pangeran tolol! Kau sudah bosan hidup agaknya!"
Yauw Siucai mengangkat tangan kanan ke atas dan memukul
ke arah kepala Pangeran Mahkota untuk membunuhnya.
"Jahanam busuk!" Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan Akim sudah meloncat
dan langsung saja memukul ke arah
dada Yauw Siucai. Yauw Siucai atau Pangeran Yaluta itu
terkejut merasakan sambaran angin, dia lalu menggerakkan
tangan kirinya menangkis.
"Dukk! Plakk ......!" Baik Pangeran Yaluta maupun Akim
terdorong mundur, akan tetapi pukulan Yaluta ke arah kepala
pangeran mahkota tadi meleset dan mengenai ujung pundak
kirinya. Walaupun pukulan itu tidak telak dan hanya
menyerempet saja, namun cukup membuat pangeran itu
terpelanting. Yaluta kini berdiri berhadapan dengan dua orang wanita
itu. Wajahnya agak pucat, mulutnya cemberut dan matanya
mencorong. Dia segera mengenal dua orang itu. Dia
tersenyum mengejek. "Kiranya Bi-coa Sianli yang datang! Hemm, dahulu ketika
bersama ayahmu dan puterimu engkau melarikan diri dikejar-
kejar pasukan, aku yang menyelamatkan kalian dan ........"
"Tutup mulutmu, jahanam palsu! Kiranya engkau yang
dahulu melukai pundak Lili! Nih, kukembalikan paku-pakumu
yang dahulu melukai Lili dan tadi membunuh anak buahmu
sendiri!" Tangan Sui In bergerak dan dua batang paku itu
menjadi dua sinar hitam menyambar ke arah dada dan leher
Yaluta! Akan tetapi tentu saja pangeran Mongol ini tidak sudi
senjatanya makan dirinya sendiri. Sekali dia bergerak, dia
sudah mengelak dan dua batang paku itu meluncur lewat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran, lihat baik-baik. Dua orang wanita ini datang
untuk membunuh paduka! Bi-coa Sianli ini adalah ibu dari Lili,
tentu ia datang untuk membunuh paduka. Dan gadis ini
adalah pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo, agaknya adik
paduka itu memang hendak membunuh paduka maka
mengirimnya ke sini. Awas, mereka akan membunuh paduka.
Pengawal, cepat kurung dan tangkap dua orang pembunuh
ini. Mereka hendak membunuh sang pangeran!"
Belasan orang pengawal yang sudah tiba di taman itu,
menjadi bingung, akan tetapi mereka sudah siap dengan
senjata di tangan, menanti perintah sang pangeran karena
perintah dari Yauw Siucai kurang meyakinkan hati mereka.
Akim berkata kepada Pangeran Mahkota. "Maaf, pangeran,
apakah paduka masih belum menyadari benar" Orang ini
hampir saja tadi membunuh paduka. Dia ini adalah seorang
mata-mata, dia adalah Pangeran Yaluta, pangeran dari Mongol
yang sengaja menyelundup ke sini untuk memimpin jaringan
mata-mata Mongol." Mendengar ucapan ini, pangeran yang kini sudah sadar
benar itu mengangguk dan berkata kepada para pengawal.
"Tangkap sastrawan gadungan ini!"
"Jangan!" teriak Sui In. "Biarkan kami berdua yang menangkapnya. Kalian jaga
saja keselamatan pangeran!"
Yaluta tak dapat mengelak lagi, akan tetapi masih mencoba
untuk membela diri. "Alangkah lucunya. Kalau benar aku ini mata-mata dan
memusuhi sang pangeran mahkota, tentu
sudah lama aku menyerang atau membunuhnya karena setiap
hari aku berdekatan dengannya. Itu hanya fitnah keji!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaluta, engkau orang Mongol licik! Engkau mendekati sang
pangeran untuk menguasainya, bahkan engkau mengadu
domba beliau dengan Raja Muda Yung Lo, engkau bahkan
hampir membunuh kedua orang pangeran itu di Cin-an!" Kini
Akim berkata dengan lantang. "Engkau hendak membuat
keluarga kerajaan menjadi lemah dan saling bermusuhan!"
"Sudahlah Yaluta, tidak perlu engkau berpura-pura lagi.
Engkau bekerja sama dengan Yang Mulia memimpin jaringan
mata-mata Mongol!" Mendengar ini, pucatlah wajah Yaluta. Dia menyangka
bahwa gurunya telah terbongkar rahasianya dan tertangkap.
Dia menjadi nekat dan dia tertawa bergelak. "Ha..ha..ha,
benar aku adalah, Pangeran Yaluta! Aku hendak membangun
kembali Kerajaan Mongol yang jaya! Ha..ha..ha, Kerajaan
Beng akan hancur, pangeran mahkotanyapun hanya sekor
kura-kura yang lemah, ha..ha..ha!"
Semua orang kini merasa yakin dan selagi pangeran
Mongol itu masih tertawa, tiba-tiba saja dia sudah menerjang
dan menyerang ke arah Pangeran Mahkota yang sudah
dikepung dan dijaga oleh para pengawal. Para pengawal
melindungi, dan tiga orang di antara mereka roboh disambar
kipas yang digerakkan secara ganas dan dahsyat oleh
pangeran Mongol itu. Akan tetapi, Akim dan Sui In segera
menerjang maju dan sudah mencabut senjata pedang mereka.
Ouwyang Kim sudah memegang Goat-im-kiam, sedangkan Cu
Sui In sudah memegang Hek-coa-kiam yang bersinar hitam.
Sambil tertawa-tawa seperti orang gila, suara ketawa yang
menyembunyikan kekecewaan hatinya karena siasatnya telah
gagal dan hancur, Yaluta mengamuk dengan kipasnya. Ilmu
silat pangeran Mongol ini cukup hebat karena sejak kecil dia
sudah mempelajari segala macam ilmu berkelahi, gulat dan
silat, dan akhir-akhir ini dia menjadi murid Yang Mulia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andai kata Akim seorang yang maju menandinginya, tentu
tidak akan mudah bagi gadis itu untuk mengalahkan Yaluta.
Akan tetapi, di situ terdapat Cu Sui In yang kedudukannya
dalam dunia persilatan sudah tinggi, sebagai datuk. Maka,
menghadapi sambaran sinar pedang hitam yang bergulung-
gulung, segera Yaluta terdesak hebat.
32. Dua Jenderal Besar "Kita tangkap dia hidup-hidup," kata Cu Sui In kepada
Akim. Akim maklum bahwa calon ibu mertua tirinya ini hendak
menangkap sang pangeran Mongol hidup-hidup agar dapat
diseret ke depan suaminya dan agar seluruh jaringan mata-
mata itu dapat dibongkar. Maka, Akim lalu mendesak dengan
pedangnya, membuat pangeran itu sibuk menangkis dan tidak
sempat menyerang lagi sehingga Akim memberi kesempatan
kepada calon ibu mertuanya untuk merobohkan lawan. Dan
memang usahanya berhasil baik karena dengan gerakan
lengan kirinya yang seperti ular Cu Sui In berhasil menotok
roboh Yaluta! Akan tetapi, ketika ia dan Akim hendak meringkus
pangeran Mongol itu, tiba-tiba Yaluta mengeluarkan jeritan
dan mukanya berubah menghitam. Dia tewas seketika! Sui In
cepat memeriksanya dengan menekan gerahamnya sehingga
mulutnya terbuka dan nampak betapa mulut itu penuh dengan
cairan menghitam. Tahulah ia bahwa sejak tadi, pangeran
Mongol itu sudah mempersiapkan diri, sudah memasukkan
semacam pel di mulutnya sehingga kalau dia menghendaki,
setiap saat dia dapat menggigit pecah pil itu dan diapun
membunuh diri tanpa dapat dicegah lagi. Dia sudah
memperhitungkan agar jangan sampai tertawan hidup-hidup,
karena hal itu berarti suatu penghinaan baginya. Selain tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin dia diampuni, juga dia tidak ingin kaki tangannya
terbasmi semua. Pangeran Mahkota jatuh pingsan dan digotong oleh para
pengawal ke dalam. Sejak itu dia jatuh sakit. Pangeran
Mahkota ini sejak di Cin-an mengalami guncangan batin, dan
kini dia bahkan menyadari betapa selama ini dia telah
memperhamba seorang pangeran Mongol, seorang pemimpin
mata-mata yang hendak menghancurkan kerajaan ayahnya!
Inilah tekanan yang paling berat, yang membuat dia tidak
dapat bangkit kembali. Setelah memesan kepada para pengawal agar menjaga
jenazah Pangeran Yaluta dan memasukkan dalam peti agar
jangan sampai ada anak buah orang Mongol itu yang mencoba
untuk mencuri mayat, Sui In dan Akim lalu bergegas pulang
ke rumah keluarga Bhok. Setiba di rumah, mereka melihat Sin Wan dan Kui Siang
sudah menanti mereka dan menceritakan bahwa Bhok-
ciangkun menemukan sebuah buku catatan di saku dalam
tawanan tadi di mana terdapat catatan tentang sarang-sarang
yang dipergunakan oleh jaringan mata-mata Mongol. Bhok-
ciangkun sedang keluar untuk bekerja sama dengan para
panglima lainnya, menyerbu sarang-sarang itu.
Tak lama kemudian Bhok Cun Ki datang dan mengajak Cu
Sui In, Akim, Sin Wan, dan Kui Siang untuk ikut bersama dia,
siap membantu kalau diperlukan dan mereka pergi ke rumah
Jenderal Shu Ta. Kiranya Bhok-ciangkun memang sudah
mengirim berita rahasia kepada Jenderal Shu Ta tentang hasil
penyelidikannya dan para pembantunya, tentang tewasnya
Yauw Siucai yang bukan lain adalah Pangeran Yaluta dari
Mongol, tentang jaringan mata-mata yang kini sedang diserbu
oleh para panglima, kemudian tentang kecurigaannya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendalam bahwa Jenderal Yauw Ti terlibat, bahkan mungkin
menjadi pemimpin besar jaringan mata-mata Mongol!
Jenderal Shu Ta yang baru keluar dari persidangan,
menerima berita rahasia ini dari seorang perwira pengawal
istana. Tentu saja jadi terkejut dan girang, akan tetapi tidak
diperlihatkannya kepada rekan-rekannya, di antaranya
Jenderal Yauw Ti yang bersama-sama dia baru keluar dari
istana. Bahkan dia lalu mendekati Jenderal Yauw Ti,
menggandeng lengannya dan berkata.
"Yauw-goanswe, mari singgah ke rumahku sebentar
sebelum kau pulang. Ada hal penting sekali mengenai tugas
kita yang ingin kurundingkan denganmu sehubungan dengan
pertemuan di istana tadi."
Jenderal Yauw Ti yang merupakan pembantu utama
Jenderal Shu Ta, menerima undangan itu tanpa curiga
sedikitpun. Kedua orang jenderal besar ini naik ke sebuah
kereta milik Jenderal Shu Ta, lalu keduanya menuju ke rumah
panglima besar itu. Tidak terjadi sesuatu ketika mereka tiba di pekarangan
rumah sang jenderal dan keduanya sambil bicara turun dari
kereta dan memasuki gedung itu. Jenderal Shu Ta mengajak
tamunya memasuki ruangan tamu yang luas. Setelah
mempersilakan tamunya duduk, Jenderal Shu Ta berkata,
suaranya tenang namun tegas.
"Nah, setelah kita duduk, mari kita bicara secara terbuka, Yang Mulia."
Tentu saja Jenderal Yauw Ti terkejut bukan main. Dia
mengerutkan alisnya, lalu memandang kepada Shu-goanswe
dan bertanya, "Apa maksudmu, Jenderal Shu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudku sudah jelas, Yang Mulia. Bukankah engkau
sudah terbiasa disebut Yang Mulia?"
Yauw Ti bangkit berdiri, juga Shu Ta bangkit berdiri. Kedua
orang jenderal yang selama bertahun-tahun menjadi rekan
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperjuangan itu, yang bersama-sama membantu Chu Goan
Ciang yang kini menjadi Kaisar Thai-cu mengusir penjajah
Mongol dan mendirikan Kerajaan Beng, bahkan keduanya pula
yang memimpin pasukan mengejar sisa pasukan Mongol
sampai ke utara, menaklukkan seluruh kota Mongol, kini
berdiri saling berhadapan dan saling pandang dengan sinar
mata penuh selidik. "Jenderal Shu Ta, jelaskan, apa maksudmu dengan ucapan
itu" Kata-katanya juga tegas dan keras.
"Masih kurang jelaskah" Engkau, yang kukenal sebagai
Jenderal Yauw Ti yang gagah perkasa, rekan seperjuanganku
yang biasa kuhormati, yang sudah menerima banyak
anugerah dari Sribaginda Kaisar, setelah menjadi tua telah
berubah menjadi pengkhianat bangsa! Engkau telah
bersekongkol dengan orang-orang Mongol, memimpin jaringan
mata-mata Mongol di sini dan engkau menyamar sebagai Si
Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia! Engkau
menyelundupkan Pangeran Yaluta dari Mongol ke dalam istana
Pangeran Mahkota untuk meracuni dan merusak sang
pangeran. Engkau pula yang mengusahakan adu domba
antara Pangeran Mahkota dan Raja Muda Yung Lo, bahkan
mengirim pembunuh-pembunuh untuk membunuh mereka
berdua. Masih kurang jelaskah?"
Sepasang mata itu mencorong dan mulut itu tersenyum
mengejek. Memang luar biasa sekali kekerasan hati Jenderal
Yauw Ti. Menghadapi tuduhan sehebat itu, wajahnya tidak
berubah sama sekali! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Jenderal Shu Ta. Betapa mudahnya menuduh
orang lain dengan fitnah. Akan tetapi, kalau engkau tidak
dapat menunjukkan bukti-bukti yang memperkuat tuduhanmu
itu, aku sebaliknya yang akan melapor kepada Sribaginda
Kaisar bahwa engkau melakukan fitnah keji kepadaku! Bahkan
aku tidak segan untuk membunuhmu sekarang juga kalau
fitnah itu tidak berbukti, karena itu berarti bahwa engkau telah menghinaku!"
Sikapnya tenang, namun matanya yang mencorong
menunjukkan bahwa dia marah bukan main.
Jenderal Shu Ta adalah su-te (adik seperguruan) Sribaginda
Kaisar, biarpun pernah menjadi murid perguruan Siauwlim-pai,
namun tingkat ilmu silatnya tentu saja jauh dibandingkan
dengan Yauw Ti yang dahulu ketika memasuki perjuangan
memang sudah seorang jagoan tingkat tinggi. Maka, Jenderal
Shu Ta tertawa dan ini merupakan isyarat bagi para
pembantunya. Nampak bayangan banyak orang berkelebat memasuki
ruangan itu dan ketika Yauw Ti memandang, diam-diam dia
terkejut bukan main. Dia melihat Bhok Cun Ki, Cu Sui In, Sin
Wan, Liem Kui Siang, dan Ouwyang Kim berdiri di situ sambil
memandang kepadanya dengan sinar mata menyatakan
kemarahan mereka. "Jenderal Shu Ta! Apa artinya semua ini?" bentaknya
marah. "Yauw Ti, bukankah engkau tadi minta bukti untuk
memperkuat tuduhanku" Nah, bukan hanya bukti, melainkan
banyak saksi yang akan memperkuat tuduhanku," jawab Shu
Ta. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Jenderal Yauw Ti tertawa. "Ha..ha..ha, siapa yang tidak tahu mereka
ini semua adalah antek-antek dan kaki
tanganmu" Jenderal Shu Ta, bukan aku yang pengkhianat,
akan tetapi engkau sendiri yang mengumpulkan kekuatan dan
agaknya engkau yang hendak memberontak. Bhok Cun Ki ini
memang sejak dahulu menjadi anak buahmu, dia orang yang
licik dan curang! Dan siapakah Cu Sui In ini" Bukankah ia
seorang datuk sesat berjuluk Bi-coa Sianli, puteri datuk besar
See-thian Coa-ong" Dan gadis ini, bukankah ia bernama
Ouwyang Kim, puteri datuk sesat Tung-hai-liong Ouwyang Cin,
datuk segala bajak laut" Gadis yang seorang inipun
mencurigakan. Pernah menjadi pengawal pribadi Raja Muda
Yung Lo dan sekarang berada di sini, siapa tahu engkau yang
mengirim ia ke utara untuk memata-matai raja muda itu! Dan
akhirnya pemuda ini. Hah, siapa dia" Seorang biadab bangsa
Uighur, putera Si Tangan Api Se Jit Kong, datuk penjahat kelas
satu! Engkaulah yang mengumpulkan orang-orang jahat untuk
memberontak, dan engkau hendak menuduh aku, dengan
mengajukan saksi orang-orang jahat ini?"
"Jenderal Yauw Ti," kata Liem Kui Siang, "engkau tidak dapat mengelabui aku!
Ketika terjadi penyerangan atas diri
Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota, engkau yang
mendalangi. Hanya ketika melihat munculnya suheng Sin Wan
dan adik Lili, dan melihat betapa penyerangan itu gagal,
engkau berbalik dan engkau pura-pura sibuk mengatur
pertempuran antara pasukanmu dan pasukan Raja Muda Yung
Lo. Engkaulah yang mengatur sehingga terjadi bentrokan itu,
untuk memancing para pengawal agar sibuk bertempur
sehingga anak buahmu dapat menyusup dengan mengenakan
pakaian seragam, lalu mencoba untuk membunuh kedua
orang pangeran itu."
"Huh, fitnah. Dugaan yang tidak berdasar dan berbukti!"
kata Yauw Ti mengejek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yauw Ti, jangan kira aku dapat melupakan saat ketika
engkau dan orang-orangmu menawanku. Engkau boleh
berkedok dan mengubah suaramu, akan tetapi ketika aku dan
Sin Wan mengeroyokmu, mestinya engkau mampus di ujung
pedangku. Akan tetapi, perut gendutmu itu palsu! Si Kedok
Hitam yang berperut gendut itu adalah engkau yang
menyamar, dengan membuat perut palsu sehingga tidak
terluka ketika tertusuk pedangku! Engkau berani
menyangkal?" kata Akim.
"Huh, menggelikan! Pedangmu itu yang agaknya pedang
rombengan sehingga tidak dapat melukai musuhmu, lalu
engkau menuduh yang bukan-bukan. Itu bukan merupakan
bukti tuduhanmu bahwa aku adalah Si Kedok Hitam!"
"Hemm, Yauw Ti alias Si Kedok Hitam, tak perlu engkau
bersilat lidah! Muridmu, Pangeran Yaluta dari Mongol yang
menyamar sebagai Yauw Siucai itu telah mengaku.
"Tak mungkin!" Kini Jenderal Yauw Ti menjadi pucat dan dia memotong ucapan Cu
Sui In diluar kesadarannya saking
kagetnya mendengar ucapan itu.
"Hemm, teriakanmu itu sudah membuka kedokmu, Si
Kedok Hitam! Pangeran Yaluta bukan saja sudah mengaku,
akan tetapi diapun sudah tewas! Ketika kami merobohkannya
dan hendak menawannya, dia membunuh diri dengan
mengunyah pil racun hitam."
Kini Yauw Ti tidak ragu-ragu lagi dan habislah
kesabarannya. Agaknya semua siasatnya yang telah berjalan
sedemikian baik dan mulusnya, hari ini telah mengalami
kehancuran total! "Bukan itu saja, Yauw Ti. Juga semua anak buahmu,
jaringan mata-mata yang kau pimpin sudah hancur. Para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perwira yang kaulibatkan dalam jaringan itu telah kami serbu
dan kami tangkap, di antaranya adalah Perwira Lu, Song, Kui,
Gak ......" Jelas nampak betapa semangat Yauw Ti terkulai. Dia tidak
ragu lagi bahwa semua itu bukan gertak. Habislah sudah.
"Shu Ta, sekarang kita berdiri sebagai laki-laki. Tak perlu kupungkiri lagi
bahwa akulah Si Kedok Hitam. Nah, Shu Ta,
kalau memang engkau laki-laki dan jantan, mari kita
selesaikan perhitungan ini di ujung senjata!" dan bekas
jenderal besar itu meraba gagang pedangnya yang tergantung
di pinggang. Shu Ta maklum bahwa tantangan itu merupakan akal pula
dari Yauw Ti yang tahu bahwa dalam hal ilmu silat, pasti
pemberontak dan pengkhianat itu akan menang.
Kini Sin Wan yang maju. "Yauw Ti atau Si Kedok Hitam,
akulah lawanmu. Sudah banyak perhitungan di antara kita
yang bertumpuk, dan saat ini tiba waktunya bagi kita
membuat perhitungan. Shu-goanswe adalah seorang jenderal
yang setia kepada kerajaan, kalau beliau yang bertindak,
maka beliau akan mengerahkan pasukan untuk menangkap
pengkhianat sepertimu ini. Kalau engkau menghendaki
mengadu kepandaian satu lawan satu, akulah lawanmu!"
Kui Siang juga melompat ke depan, ke dekat Sin Wan.
"Atas nama Raja Muda Yung Lo yang hampir menjadi korban
kecuranganmu, aku juga akan maju menangkapmu, Yauw Ti!"
Bekas jenderal itu tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, engkau
hendak mewakili Raja Muda Yung Lo, nona" Katakan saja
engkau hendak membantu Sin Wan mengeroyokku!"
"Aku membantunya sudah cukup pantas. Dia adalah
suhengku, juga calon suamiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha..ha, bukankah engkau puteri mendiang bangsawan
Liem Cun, nona" Puteri seorang bangsawan bangsa Han,
bangsa pribumi asli hendak menjadi isteri seorang keturunan
Uighur yang biadab, putera datuk sesat keji Si Tangan Api,
bahkan agamanyapun asing" Memalukan sekali!"
Bekas jenderal yang sudah kehilangan harapan itu kini
menyebar penghinaan ke mana-mana untuk melampiaskan
kedukaan, kekecewaan dan keputus-asaan.
Sin Wan tersenyum saja, sama sekali tidak merasa terhina.
"Yauw Ti, menilai seorang manusia tidak dapat didasarkan
kepada kebangsaannya, agamanya, kedudukannya,
kekayaannya atau kepintarannya, melainkan kelakuan dan
sepak terjangnya dalam hidup ini. Engkau boleh jadi bangsa
pribumi asli, beragama peninggalan nenek moyang,
berkedudukan tinggi sebagai panglima besar, pintar, kaya raya
dan terhormat. Akan tetapi kalau engkau menjadi
pengkhianat, kalau engkau berkelakuan curang dan licik, kalau
sepak terjangmu dalam hidup penuh kekejian dan kepalsuan,
tetap saja engkau seorang manusia yang rendah budi!"
"Singggg ...........!" Nampak sinar terang menyilaukan mata
ketika bekas jenderal itu mencabut pedangnya.
"Sin Wan dan engkau nona, majulah kalau ingin mati di
tanganku!" tantangnya, dan memang dia selain lihai, juga
cerdik dan curang karena tanpa menanti kedua orang
lawannya mencabut pedang, dia sudah menggerakkan
pedangnya dan menyerang dengan dahsyat ke arah kedua
orang muda itu. Sin Wan dan Kui Siang, biarpun belum mencabut pedang,
namun sejak tadi sudah siap siaga dan waspada, maka begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang menyambar, mereka sudah meloncat ke tengah
ruangan itu yang luas. "Kalian maju, dan tangkaplah pengkhianat itu!" teriak Jenderal Shu Ta yang
khawatir kalau-kalau bekas
pembantunya yang dia tahu amat lihai itu dapat meloloskan
diri. Mendengar ini, Yauw Ti tertawa bergelak. "Ha..ha..ha,
boleh, boleh! Kalian semua majulah dan biarpun aku akan
mati di tangan kalian, aku mati sebagai seorang gagah
perkasa yang dikeroyok banyak orang. Sebaliknya, biarpun
kalian akan menang, nama kalian akan tetapi dijadikan bahan
ejekan karena sebagai tokoh-tokoh persilatan besar, kalian
hanyalah pengecut-pengecut yang mengandalkan
pengeroyokan untuk mencapai kemenangan, ha..ha..ha!"
"Tidak perlu, Shu-goanswe. Sin Wan dan Kui Siang sudah
lebih dari cukup untuk mengalahkan pengkhianat itu," kata Cu Sui In.
"Benar, Shu-goanswe, harap tidak khawatir. Sin Wan dan
Kui Siang pasti akan mampu menundukkannya," sambung
Bhok Cun Ki sehingga legalah hati Jenderal Shu Ta. Mereka
semua menonton dan para pengawal sudah mengepung
ruangan itu. Karena maklum bahwa dia tidak mungkin dapat meloloskan
diri, dan menyerahpun tidak akan diampuni Kaisar, Yauw Ti
menjadi nekat. Dia segera memainkan ilmu silatnya yang
aneh, yaitu tubuhnya berpusing, seperti gasing, pedangnya
mencuat dari pusingan itu menjadi sinar yang menyilaukan
seperti kilat menyambar, dan juga tangan kirinya bergerak
mengirim serangan dengan totokan It-tok-ci (Satu Jari
Beracun) yang tidak kalah ampuhnya dibandingkan
pedangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi sekali ini dia menghadapi pengeroyokan
sepasang orang muda yang amat lihai. Sin Wan dan Kui Siang
tahu pula betapa lihainya maka begitu mereka mencabut
pedang, mereka berdua segera memainkan ilmu mereka yang
paling ampuh, yaitu Sam-sian Sin-ciang. Pedang Tumpul di
tangan Sin Wan nampaknya tidak berbahaya, akan tetapi
justeru Yauw Ti amat gentar menghadapi pedang buntut itu
karena dia pernah terkejut ketika pedangnya rusak oleh
pedang itu. Sedangkan pedang Jit-kong-kiam di tangan Kui Siang
mengeluarkan cahaya gemilang sesuai dengan nama pedang
itu, yaitu pedang Sinar Matahari. Karena kedua orang muda ini
memainkan ilmu pedang yang sama, maka mereka dapat
saling dukung, baik dalam penyerangan maupun dalam
pertahanan, bahkan tenaga mereka berdua seperti tergabung
dalam gerakan mereka itu.
"Awas, moi-moi, itu It-tok-ci !" kata Sin Wan
memperingatkan kekasihnya akan bahayanya jari beracun
lawan itu. "Baik, koko," kata Kui Siang dan pedangnya membuat
gerakan menyambut jari yang menotok ke arah tubuhnya.
Kalau totokan itu dilanjutkan, jari itu akan bertemu pedangnya
dan tentu jari itu akan terbabat buntung!"
Serang menyerang terjadi dan benar seperti pendapat Bhok
Cun Ki dan Cu Sui In, sebentar saja, tidak sampai tigapuluh
jurus, bekas jenderal itu sudah terhimpit dan terkurung dua
gulungan sinar pedang lawan. Kalau jenderal itu tidak menjadi
nekat, tentu dia sudah tidak akan mampu membalas dan
hanya bertahan melindungi diri saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, dia sudah nekat. Biar dia mati, dia harus dapat
menjatuhkan lawan, keduanya atau seorang di antaranya.
Oleh karena itu, gerakannya membabi buta dan napasnya
terengah-engah karena dia terlalu banyak mengerahkan
tenaga dalam dorongan nafsunya untuk membunuh lawan.
Kalau Sin Wan dan Kui Siang berniat membunuh Yauw Ti,
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kiranya mereka sudah dapat melakukannya sejak tadi. Ilmu
silat mereka Sam-sian Sin-ciang memang hebat bukan main,
apalagi dimainkan oleh mereka berdua yang mewarisi ilmu
ciptaan Tiga Dewa itu. Akan tetapi mereka maklum bahwa
perlu sekali pengkhianat ini ditangkap hidup-hidup agar dapat
diseret ke pengadilan. Oleh karena itu, terpaksa mereka membatasi penyerangan
mereka hanya untuk merobohkan tanpa membunuh. Agaknya,
sikap kedua orang lawannya ini diketahui Yauw Ti, maka dia
mempergunakan kesempatan itu untuk keuntungannya dan
dia bahkan yang lebih banyak menyerang mati-matian dengan
jurus-jurus maut yang diku?asainya.
"Hyaatttt ........!!" Ketika mendapat kesempatan, pedang di tangan Yauw Ti menyambar
dari atas ke arah kepala Sin Wan.
Jenderal ini amat benci karena Sin Wan, bukan hanya karena
pemuda ini adalah keturunan bangsa Uighur yang dibencinya,
melainkan juga semenjak pertama kali, pemuda ini selalu
menghalangi dan mengacaukan siasatnya. Dengan sepenuh
tenaga dia membacokkan pedangnya. Melihat ini, Sin Wan
cepat mengangkat pedangnya menangkis dan sekaligus
mengerahkan sin-kang untuk disalurkan melalui pedangnya.
"Trakkk!" Dua batang pedang bertemu di udara dan bekas jenderal itu terkejut
karena pedangnya itu seperti menempel
pada besi semberani, seperti ada tenaga menyedot yang
membuat pedangnya melekat pada Pedang Tumpul. Dia
marah sekali dan jari tangan kirinya meluncur, menotok ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah leher Sin Wan. Pemuda ini sudah memperhitungkan dan
melihat kesempatan baik untuk mengalahkan Yauw Ti. Melihat
tangan itu menyambar, diapun memutar tubuh, tangan kirinya
bergerak melintang dan dia berhasil menangkap pergelangan
tangan jenderal Yauw Ti. "Cepat, moi-moi!" katanya dan Kui Siang memang sudah
melihat kesempatan ini! Pedangnya menyambar bagaikan kilat
dan menyambar jari telunjuk yang warnanya hijau menghitam
itu. "Crokk!" Jari telunjuk yang berbahaya itu terbabat pedang dan putus! Yauw
Ti berteriak keras, dan pada saat itu, Sin
Wan sudah menarik pedangnya dan sekali pedangnya
meluncur ke depan, pedang yang tumpul itu kini dia
pergunakan sebagai tongkat dan menotok jalan darah di dada
dan pundak lawan. Bekas jenderal itu roboh terkulai dan tak
mampu bergerak lagi, hanya matanya melotot dan mulutnya
mendesis menahan rasa nyeri di tangannya yang kehilangan
jari telunjuk. Jenderal Shu Ta merasa terharu juga melihat bekas rekan
terbaik ini menggeletak tak berdaya. Dia menghampiri dan
setelah saling pandang dengan bekas rekannya itu, Jenderal
Shu Ta berkata, "Yauw Ti, sungguh aku tidak mengerti.
Engkau telah diberi banyak anugerah oleh Sribaginda, diberi
kedudukan yang hanya berada di bawah kedudukanku,
dipercaya dan dihormati. Kenapa engkau memilih jalan sesat
dan menjadi pengkhianat, rela diperhamba orang-orang
Mongol?" Yauw Ti tersenyum mengejek. "Huh Kaisar yang tolol dan
tidak adil. Jasaku jauh lebih besar darimu, juga kepandaianku
jauh lebih tinggi darimu, akan tetapi dia yang mengangkat
engkau menjadi panglima tertinggi, bukan aku! Dia pilih kasih
dan mengangkat engkau, sutenya, di atasku. Orang Mongol
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi harapan lebih banyak, kalau berhasil, aku sedikitnya
menjadi panglima tertinggi, atau raja muda, bahkan Kaisar!"
Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Kemudian,
setelah bekas jenderal yang berkhianat itu dibawa ke tahanan,
Jenderal Shu Ta mengerahkan pasukan untuk dipimpin Bhok-
ciangkun membikin pembersihan, menangkapi semua
pembantu Jenderal Yauw Ti.
Semua pendekar berkumpul di rumah Bhok Cun Ki,
merayakan kemenangan karena kalau sampai sebulan lewat
para pemberontak itu tidak dapat dihancurkan, tentu Kaisar
akan menghukum keluarga Bhok.
JJJ Kaisar sendiri yang mengadili bekas Jenderal Yauw Ti.
Bukan main marahnya Kaisar, apalagi melihat sikap bekas
jenderal itu yang kini tidak mau tunduk kepadanya.
"Seret dia dan seluruh keluarganya, semua isterinya dan
anaknya, juga semua pelayan dan penghuni rumahnya,
hukum mati mereka semua tanpa kecuali perintahnya.
Semua pejabat tinggi terkejut mendengar keputusan
hukuman yang berat itu. Seorang di antara mereka, seorang
menteri yang usianya sudah enampuluh tahun dan yang sejak
Kaisar masih menjadi pemimpin rakyat Chu Goan Ciang sudah
membantu perjuangan melawan orang Mongol, yaitu Menteri
Coa, maju berlutut. "Mohon ampun, Sribaginda. Hamba mohon agar paduka
mengingat akan jasa-jasa bekas Jenderal Yauw Ti. Memang
dia telah berdosa besar, akan tetapi keluarganya tidak tahu
menahu akan dosanya itu. Maka, hamba mohon agar paduka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengampuni keluarganya dan hanya menjatuhkan hukuman
mati kepada dia seorang."
Kaisar membelalakkan matanya dan memukul meja di
depannya. "Brakk!" dia melotot. "Menteri Coa, jelas engkau membela pemberontak.
Seret dia dan hukum mati, biar dia
tetap menjadi pembela si pemberontak di neraka! Dan siapa
pun yang berani membela pemberontak, akan menemani
keluarga pemberontak memasuki neraka!"
Tentu saja semua orang terkejut. Bahkan Jenderal Shu Ta
sendiri lalu menjatuhkan diri berlutut, "Mohon ampun,
Sribaginda ............."
"Jenderal Shu Ta! Engkau suteku, aku akan merasa
menyesal sekali kalau harus menjatuhkan hukuman mati
kepadamu dan seluruh keluargamu!" bentak Kaisar sehingga
Jenderal Shu Ta tidak berani bicara lagi. Kaisar lalu
membubarkan persidangan itu.
Bekas Jenderal Yauw Ti, berikut seluruh keluarganya, tidak
ada kecualinya, sampai semua hamba sahayanya, dijatuhi
hukuman mati. Kaisar memang telah berubah menjadi
seorang yang teramat kejam dan tak mengenal ampun, apa
lagi kalau dia mencurigai seseorang. Biar orang itu bekas
teman seperjuangan sekalipun, seperti menteri Coa, akan
dihukum mati agar hatinya menjadi tenang."
Tak lama kemudian setelah peristiwa itu, Pangeran Chu Hui
San, yaitu Pangeran Mahkota, meninggal dunia. Simpang siur
berita tentang kematiannya. Secara resminya, dia dikabarkan
meninggal dunia karena menderita penyakit, akan tetapi
desas-desus menyiarkan berita bahwa dia sengaja dihukum
mati secara rahasia oleh Kaisar, ayahnya sendiri, dengan
disuruh minum racun! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua berita itu mungkin saja, karena Kaisar menganggap
puteranya telah berkhianat dengan bergaul bahkan menarik
Pangeran Yaluta sebagai penasihat, dan kedua, mungkin dia
mati karena penyakit karena badannya sudah lemah sekali
oleh candu, arak dan pelesir yang tak mengenal batas.
Bhok Cun Ki sendiri juga merasa tidak senang dengan sikap
yang amat kejam dari Kaisar. Tak lama kemudian, dia
menerima utusan Raja Muda Yung Lo yang melamar Lili untuk
menjadi isteri pangeran di utara itu. Karena Lili sendiri sudah setuju, maka
pinangan itu diterima dengan gembira dan
kedudukan Lili sebagai isteri Raja Muda Yung Lo itu
memungkinkan keluarga Bhok untuk pindah sekeluarga ke
Peking, dengan alasan Raja Muda Yung Lo yang menjadi
mantunya yang menghendaki agar mereka diboyong semua ke
utara. Di Peking, Bhok Cun Ki membantu mantunya dan
menjadi seorang panglima yang disegani karena kepandaian
dan kecerdikannya. Mengingat jasa Sin Wan dan hubungannya yang amat
dekat dengan keluarga Bhok, maka Bhok Cun Ki dengan
senang hati menjadi wali pemuda itu dan dia yang mengirim
utusan kepada keluarga Liem, yaitu para paman dan bibi Kui
Siang, untuk meminang Kui Siang secara resmi. Karena yang
mengirim lamaran adalah Bhok Cun Ki, tentu saja keluarga Kui
Siang yang mata duitan itu menerima dengan senang hati.
Pernikahan antara Si Pedang Tumpul Sin Wan dengan
sumoinya, Liem Kui Siang, dirayakan berbareng dengah
pernikahan antara Bhok Ci Han dan Ouwyang Kim, yang
dihadiri pula oleh ibunya yang telah menjadi janda. Perayaan
pernikahan rangkap itu dirayakan dengan meriah, bahkan Raja
Muda Yung Lo dan Lili datang pula menghadiri perayaan.
Tak lama kemudian, seluruh keluarga itu, termasuk pula Sin
Wan dan Kui Siang, berbondong pindah ke utara! Jenderal Shu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ta maklum akan perasaan mereka yang tidak puas akan sikap
Kaisar, akan tetapi dia sendiri adalah seorang yang amat setia
kepada Kaisarnya, atau suhengnya, maka bagaimanapun juga,
Jenderal ini tetap tidak pernah meninggalkan Nan-king sampai
matinya. Kaisar Thai-cu yang selalu curiga kepada siapa saja yang
dikira akan menjatuhkannya, mengangkat Pangeran Chu
Hong, yaitu putera mendiang Pangeran Chu Hui San, yang
masih kanak-kanak, menjadi pangeran mahkota menggantikan
ayahnya. Hal ini kelak mendatangkan bencana dan terjadi
perang saudara yang amat hebat, karena Raja Muda Yung Lo
tidak dapat menerima keputusan ayahnya itu.
Menurut pendapatnya, setelah Pangeran Chu Hui San
meninggal dunia, sepantasnya dia yang menjadi pengganti
kakaknya, menjadi pangeran mahkota, bukan keponakannya,
Pangeran Chu Hong yang masih kecil itu. Namun, keputusan
Kaisar Thai-cu sudah resmi, bahkan Pangeran Chu Hong yang
masih kecil itu sudah diberi nama kebesaran Hui Ti!
Dengan bantuan para pendekar, di utara Raja Muda Yung
Lo menyusun kekuatan, sedangkan di selatan, di Nan-king,
keadaan Kerajaan Beng menjadi semakin lemah karena para
pejabat merasa tidak puas dan takut kepada Kaisar yang
berubah menjadi kejam dan lalim.
Sampai di sini, selesailah sudah kisah ini disertai harapan
pengarang, semoga ada manfaatnya bagi para pembaca.
Sampai jumpa di lain kisah.
TAMAT Murka Sang Iblis 3 Pendekar Bayangan Sukma 10 Gadis Dari Alam Kubur Pahlawan Dan Kaisar 1