Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 8

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


musik yang merdu dan tari-tarian kehormatan untuk mengelu-
elukan mereka. Sin Wan yang duduk di antara para pemain
musik, dengan jantung berdebar penuh ketegangan,
kegembiraan dan kerinduan, melihat betapa Raja Muda Yung
Lo dikawal oleh seorang gadis cantik yang bukan lain adalah
Liem Kui Siang! Hatinya menjerit memanggil nama sumoinya
itu, namun mulutnya dikatupkan dan dia mengamati sumoinya
itu dengan sepasang mata yang tak pernah berkedip.
Sumoinya kini nampak lebih dewasa, wajahnya yang bulat
telur dengan dagu runcing dan tahi lalat di dagu kanan,
nampak cantik jelita dan manis sekali.
Akan tetapi, mata yang biasanya lembut dan mencorong itu
kini nampak redup membayangkan hati yang tidak bahagia,
dan tubuh yang biasanya padat ramping itu kini nampak agak
kurus. Pakaian Kui Siang tidak terlalu mewah, namun gagah,
pakaian yang serba hijau dengan pedang tergantung di
pinggang kiri. Sin Wan masih mengenal pedang itu. Jit-kong-
kiam (Pedang Sinar Matahari), dan di pinggangnya bagian
depan terselip sebatang suling perak yang terukir indah.
Semua pasukan pengawal tidak ikut masuk ke perahu dan
yang mengiringkan Raja Muda Yung Lo memasuki perahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesta yang besar hanyalah Kui Siang. Adapun Pangeran
Mahkota dikawal oleh seorang saja pula, yaitu Yauw Siucai
yang dicurigai oleh Sin Wan akan tetapi ternyata tidak terbukti melakukan suatu
kesalahan dan yang agaknya telah mendapat
kepercayaan besar Pangeran Mahkota sehingga tidak ada
yang berani mengganggunya.
Musik semakin meriah mengikuti suara para penyanyi dan
gerakan para penari, sedangkan pelayan-pelayan wanita yang
muda dan cantik, yang sengaja didatangkan oleh Pangeran
Mahkota khusus untuk melayani mereka berpesta, mulai
berdatangan seperti sekawanan kupu-kupu terbang membawa
hidangan. Kedua orang pangeran itu bercakap-cakap sambil
tertawa-tawa gembira karena suasana pesta memang meriah
dan membuat mereka merasa akrab dan gembira.
Sementara itu, di luar tahunya mereka yang berpesta dan
semua yang berada di perahu besar itu, perahu yang
dipasangi banyak lentera yang beraneka warna dan indah
terang sehingga malam itu seperti siang saja, di luar sana
terjadi peristiwa yang amat hebat. Entah siapa yang memulai
lebih dahulu, terjadilah bentrokan dan pertempuran antara
pasukan penjaga keamanan dari kota raja yang dipimpin
Jenderal Yauw Ti dan pasukan yang diam-diam dikerahkan
oleh Raja Muda Yung Lo untuk menjaga keamanannya.
Mula-mula, tersiar desas-desus di kalangan pasukan
keamanan dari kota raja bahwa ada pasukan asing yang
mengepung tempat itu dalam jumlah besar. Ada pula desas-
desus yang membisikkan bahwa pasukan itu adalah pasukan
dari utara, pasukan dari Raja Muda Yung Lo yang hendak
memberontak dan sengaja hendak membunuh Sang Pangeran
Mahkota dari kota raja! Desas-desus yang semula
membingungkan para perwira itu akhirnya pecah menjadi
bentrokan dan dilanjutkan dengan pertempuran yang semakin
berkobar di antara kedua pasukan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ini memang merupakan siasat yang sudah diatur terlebih
dulu oleh jaringan mata-mata Mongol yang hendak mengadu
domba di antara kedua pasukan itu agar pengawalan menjadi
lengah dan terbuka kesempatan bagi jaringan mata-mata itu
untuk memberi pukulan terakhir yang akan mengakibatkan
kelemahan Kerajaan Beng, yaitu mereka akan membunuh
kedua orang bangsawan tinggi itu!
Sin Wan dan Lili yang menumpahkan seluruh perhatian ke
dalam perahu itu, diam-diam mereka berdua melakukan
penjagaan dan siap siaga untuk melindungi keselamatan
Pangeran Mahkota, biar pun mereka merasa tidak enak dan
menduga ada apa-apa melihat kesibukan perahu-perahu di
luar perahu besar, mereka tidak berani meninggalkan tempat
mereka dan bersikap lebih waspada.
Tiba-tiba, hal yang mereka khawatirkan tiba! Terdengar
teriakan-teriakan dan enam orang pengawal yang berdiri di
tangga perahu besar, mendadak diserang oleh belasan orang
dan merekapun roboh dan tercebur ke dalam air. Kemudian,
tujuhbelas orang yang berpakaian seragam pasukan pengawal
dari kota raja, berloncatan naik ke perahu besar dengan
pedang terhunus. Jelas bahwa mereka bermaksud buruk.
"Bunuh kedua pangeran itu!" terdengar teriakan mereka dan kalau Pangeran Mahkota
dengan muka pucat bersembunyi
di belakang Yauw Siucai, Raja Muda Yung Lo mencabut
pedangnya dan berdiri berdampingan dengan Kui Siang yang
juga sudah mencabut pedang, siap melindungi Raja Muda
Yung Lo dengan taruhan nyawa!
Tiba-tiba, nampak dua bayangan orang berkelebat dan
seorang laki-laki setengah tua, dan seorang gadis penari, telah menghadang
belasan orang itu dengan pedang di tangan.
Melihat laki-laki setengah tua yang memegang sebatang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang buruk, Kui Siang terbelalak dan mengamati lebih teliti.
Hatinya menjerit, memanggil suhengnya, satu-satunya pria
yang dicintanya dan selama ini dirindukannya, akan tetapi
mulutnya tidak mengeluarkan suara.
Apalagi saat itu, Sin Wan dan Lili sudah menerjang maju
dikeroyok oleh belasan orang yang nampaknya ganas dan
kejam itu. Sin Wan dan Lili maklum bahwa mereka terdiri dari
duabelas orang Bu-tek Cap-sha-kwi, yaitu rekan-rekan Bu-tek
Kiam-mo yang telah mereka tangkap, dan Hek I Ngo-liong.
Tujuhbelas orang itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian yang
cukup tinggi sehingga keadaannya berbahaya, maka mereka
berdua tidak mau membuang waktu lagi, mengamuk dengan
pedang mereka. Akan tetapi mereka tidak mampu mencegah
beberapa orang di antara para penyerbu itu kini menyerbu
dan menyerang kedua orang bangsawan.
Kui-Siang dan Raja Muda Yung Lo menyambut mereka
dengan pedang mereka, sedangkan Pangeran Mahkota masih
bersembunyi di belakang Yauw Siucai yang kini menggunakan
kipasnya yang lebar untuk melindungi sang pangeran dan
menangkis setiap serangan yang ditujukan kepada pangeran
itu. Perhitungan para mata-mata Mongol itu sekali ini keliru
sama sekali. Mereka memang berhasil menghasut dan
mengadu domba sehingga kedua pasukan itu saling serang
sehingga pengawalan terhadap perahu pesta itu menjadi
lengah, mereka berhasil pula menyelundupkan tujuhbelas
orang penjahat itu untuk membunuh kedua orang pangeran.
Akan tetapi, mereka tidak tahu bahwa di antara anggauta
rombongan musik terdapat Sin Wan dan Lili!
Andaikata kedua orang muda ini tidak berada di situ, tentu
tenaga Kui Siang saja tidak akan cukup untuk menahan
serbuan tujuhbelas orang, walaupun Raja Muda Yung Lo juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan orang lemah, dan di situ terdapat pula Yauw Siucai
yang lihai. Akan tetapi, kalau tidak ada Sin Wan dan Lili, tentu Yauw Siucai
akan berganti bulu dan nampaklah musangnya
yang kini berbulu ayam itu. Tentu Yauw Siucai akan berubah
menjadi Pangeran Yaluta, yaitu pangeran Mongol yang
memimpin jaringan mata-mata dibantu oleh Si Kedok Hitam
yang lihai. Melihat betapa tiba-tiba muncul dua orang yang amat lihai,
apa lagi setelah dia mengenal bahwa gadis penari itu bukan
lain adalah Lili, Yauw Siucai tidak berani mengubah diri
menjadi Pangeran Yaluta. Bahkan terpaksa diapun harus
melindungi Pangeran Mahkota agar tidak ketahuan belangnya.
Melihat munculnya kedua orang itu, Yauw Siucai seketika
maklum bahwa semua siasat yang diaturnya telah gagal sama
sekali! Oleh karena diapun tetap menjadi Yauw Siucai yang
setia kepada Pangeran Mahkota, melindungi pangeran itu dan
menghalau serangan setiap orang yang hendak
membunuhnya. Memang tepat seperti yang diperhitungkan Yauw Siaucai.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Sin Wan dan Lili, Kui
Siang dan juga Raja Muda Yung Lo telah mampu merobohkan
tujuhbelas orang pengacau yang hendak membunuh kedua
orang bangsawan tinggi itu.
Sementara itu, Jenderal Yauw Ti yang melihat adanya
pertempuran antara anak buahnya dengan pasukan yang
mengepung tempat itu, mula-mula menjadi marah dan
memerintahkan anak buahnya untuk menggempur pasukan
musuh. Akan tetapi, ketika dia mendengar dari para
penyelidiknya bahwa pasukan itu adalah pasukan yang
membuat barisan pendam mengawal Raja Muda Yung Lo, dia
terkejut dan cepat memerintahkan pasukannya untuk
menghentikan pertempuran. Diapun segera menemui para
perwira pasukan dari utara itu. Setelah mendapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjelasan tentang desas-desus yang saling mengadu domba,
Jenderal Yauw Ti memarahi para perwira, baik para perwira
anak buahnya sendiri maupun para perwira dari utara.
Kemudian dia cepat-cepat pergi ke perahu besar untuk
menghadap kedua orang bangsawan.
Pada saat Jenderal Yauw Ti dan beberapa orang
perwiranya naik ke perahu pesta, pertempuran di perahu itu
telah selesai. Tujuhbelas orang penyerbu itu sudah roboh
semua, ada yang tewas, dan hanya ada tujuh orang yang
masih hidup, yaitu mereka yang dirobohkan Sin Wan karena
pemuda ini tidak mau membunuh orang. Melihat orang-orang
berpakaian seragam pasukannya malang melintang di situ,
tentu saja Jenderal Yauw Ti terkejut bukan main. Setelah
memberi hormat kepada Raja Muda Yung Lo dan Pangeran
Mahkota, diapun bertanya.
"Apa yang telah terjadi di sini" Mengapa para perajurit
yang tewas dan terluka ini?" Lalu dia melihat Lili dan Sin Wan yang masih dalam
penyamaran mereka. "Dan siapa pula dua
orang ini?" Pertanyaan ini diucapkan begitu saja tanpa
ditujukan kepada orang tertentu saking kaget dan herannya.
Sebelum ada yang menjawab, Raja Muda Yung Lo
melangkah maju, memandang kepada Jenderal itu dengan
sinar mata mencorong penuh selidik, lalu katanya dengan
suara mengejek. "Hemm, Paman Jenderal Yauw Ti, engkau
yang bertugas menjaga keamanan di sini dan mereka ini
adalah anak buahmu, tidak terbalikkah pertanyaanmu itu"
Sepatutnya aku yang bertanya kepadamu, mengapa anak
buahmu ini menyerbu ke sini dan berusaha membunuh aku
dan kakanda pangeran!"
Jenderal itu terbelalak dan nampak bingung, menoleh dan
mengamati tujuhbelas orang yang malang melintang itu. Dia
melihat pula ke arah rombongan kesenian yang semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlutut dan bergerombol di sudut, saling rangkul dengan
wajah pucat dan tubuh gemetar, seolah dari mereka dia
mengharapkan jawaban. Tiba-tiba Pangeran Mahkota
mengeluh dan dia tentu roboh terguling kalau saja tidak
dengan cepat Yauw Siucai merangkulnya dan memondongnya,
lalu merebahkan tubuh pangeran itu ke atas bangku panjang.
Semua orang menjadi bingung dan khawatir, dan Raja
Muda Yung Lo bersama Kui Siang cepat melakukan
pemeriksaan. Sebagai murid mendiang Pek-mau-sian yang ahli
pengobatan, Kui Siang sedikit banyak mengerti akan ilmu
pengobatan, maka setelah memeriksa tubuh Pangeran
Mahkota, ia lalu menerangkan kepada Raja Muda Yung Lo
bahwa sang pangeran itu lemah sekali dan tadi menerima
guncangan batin yang menakutkan sehingga dia jatuh
pingsan. Setelah semua orang merasa lega bahwa sang pangeran
hanya pingsan karena takut, Yauw Siucai lalu memberi
keterangan kepada Jenderal Yauw Ti. "Hendaknya paduka
ketahui, Jenderal, bahwa belasan orang ini tadi menyerbu ke
perahu dan berusaha membunuh kedua orang pangeran.
Untung di sini terdapat dua orang anggauta rombongan
kesenian yang lihai, ditambah lagi perlawanan Raja Muda
Yung Lo dan gadis pengawalnya, juga saya sendiri melindungi
sang pangeran maka tujuhbelas orang itu berhasil dirobohkan.
Mereka adalah perajurit-perajurit paduka sendiri, mungkin
mereka hendak memberontak, ciangkun."
"Ah, tidak mungkin!" Jenderal Yauw Ti menggapai seorang perwira yang tadi datang
bersamanya. "Coba periksa, mereka ini perajurit dari pasukan mana dan siapa pula
perwira yang menjadi atasan mereka. Cepat!"
Jelas bahwa Jenderal itu marah bukan main karena tentu
saja dia merasa terkejut, malu dan penasaran mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa belasan orang perajurit anak buahnya melakukan
pemberontakan dan berusaha membunuh dua orang
pangeran. Tentu saja hal itu menjadi tanggung jawabnya
karena memang dia yang memimpin pasukan melakukan
penjagaan keamanan dalam pertemuan antara dua orang
bangsawan itu. Perwira itu, dibantu dua orang rekannya yang lain, cepat
melakukan pemeriksaan dan sebentar saja mereka melapor
dengan suara lantang bahwa tujuh belas orang ini bukan
perajurit pasukan kerajaan, melainkan penyelundup yang
mengenakan pakaian seragam palsu. Pada saat para perwira
itu memberi keterangan ini, Pangeran Mahkota sudah sadar
kembali dan dibantu oleh Yauw Siucai, dia sudah bangkit
duduk dan ikut mendengarkan.
Bukan main marahnya Jenderal Yauw Ti mendengar
keterangan itu, dan dia melangkah lebar ke arah para
penjahat yang masih belum tewas, lalu tangannya bergerak
beberapa kali dan terdengar suara kepala pecah ketika tangan
itu memukuli mereka yang belum tewas. Dalam waktu singkat,
lima orang tewas dengan kepala retak-retak, akan tetapi tiba-
tiba Raja Muda Yung Lo berseru nyaring.
"Tahan! Jangan bunuh mereka, paman!"
Mendengar bentakan yang merupakan perintah ini,
Jenderal Yauw Ti menahan diri dan membiarkan dua orang
yang masih hidup dan yang memandang dengan ketakutan.
"Maaf, Yang Mulia. Hamba tidak dapat menahan
kemarahan mendengar bahwa mereka adalah penjahat yang
menyelundup dan hampir melakukan pembunuhan keji."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan bunuh dulu, mereka harus ditanya siapa yang
berdiri di belakang usaha pembunuhan itu," kata Raja Muda
Yung Lo. "Ah, paduka benar, Yang Mulia," kata Jenderal yang
bertubuh tinggi besar dan gagah itu. "Seret yang dua orang itu ke sini!"
teriaknya kepada para perwira pembantunya.
Dua orang yang masih hidup di antara tujuhbelas orang itu
adalah mereka yang dirobohkan Sin Wan, dengan tulang kaki
patah disambar pedang tumpul, akan tetapi tidak terluka
berat. Mereka ketakutan sekali karena maklum bahwa tidak
mungkin lagi mereka dapat meloloskan diri dari ancaman
maut. Mereka hanya dapat mengharapkan agar pimpinan
mereka dapat menolong mereka. Ketika mereka diseret
dengan kasar dan dilemparkan ke depan kaki Jenderal Yauw
Ti dan Raja Muda Yung Lo, Jenderal itu membentak dengan
suara keren. "Hayo mengaku, kalian siapa, dan siapa pula teman-teman
kalian ini! Mengapa atau kalian akan disiksa!"
Orang yang bermuka hitam dan bertubuh sedang
menjawab, mewakili temannya yang berwajah tampan dan
usianya sebaya dengannya, kurang lebih empatpuluh tahun.
"Hamba ...... bernama Kwan Su dan dia adalah rekan hamba
bernama Bhe Siu. Kami berdua bersama tiga orang
bersaudara yang lain ......" dia menunjuk ke arah mayat-mayat
yang malang melintang, "kami disebut Hek I Ngo-liong ........"
"Hek I Ngo-liong?" Jenderal Yauw Ti berseru. "Kiranya tokoh-tokoh sesat jahanam
melakukan pemberontakan! Dan
siapa lagi belasan orang yang lain itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duabelas orang yang lain adalah Bu-tek Cap-sha-kwi (Tiga
Belas Setan Tanpa Tanding), yang seorang lagi entah ke mana
........" "Hayo cepat katakan, siapa pemimpin kalian" Jawab yang
tepat!" Kini Raja Muda Yung Lo yang membentak mereka.
"Hamba ........ hamba tidak mengenalnya, hanya tahu
bahwa dia disebut Yang Mulia, berkedok hitam dia pemimpin
jaringan mata-mata Mongol ........"
"Jahanam!" Jenderal Yauw Ti berseru marah. "Di mana dia"
Di mana sarang kedok hitam itu" Jawab!!"
"Hamba .... tidak tahu ..... tidak pernah mempunyai tempat
tinggal tertentu, hamba .... hamba ...." Tiba-tiba saja ada angin menyambar dari
luar perahu besar dan dua orang
tawanan itu menjerit dan terkulai roboh, tewas seketika,
dengan tubuh berubah kehitaman! Jenderal Yauw Ti dan yang
lain-lain terkejut, cepat memburu ke tepi perahu, akan tetapi
di kegelapan malam itu mereka hanya melihat bayangan
sebuah perahu kecil meluncur dan lenyap ditelan kegelapan.
Dibantu oleh Kui Siang, Raja Muda Yung Lo memeriksa
mayat kedua orang itu, dan Kui Siang menggeleng kepala.
"Pukulan jarak jauh yang mengandung racun, amat jahat
sekali dan dilakukan oleh orang yang berbahaya dan sakti,"
katanya. "Siapakah kiranya yang dapat melakukan pembunuhan
jarak jauh seperti itu?" tanya Raja Muda Yung Lo kepada Kui Siang, akan tetapi
gadis itu menggeleng kepala tanda bahwa
iapun tidak tahu dan tidak menduga siapa orang yang amat
lihai itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau saja tidak salah duga, pembunuh itu adalah Ang-bin
Moko dan Pek-bin Moli karena pukulan itu mirip Toat-beng
Tok-ciang (Tangan Beracun Pencabut Nyawa)," kata Sin Wan.
Mendengar ucapan itu, Raja Muda Yung Lo mengamati
wajah pria setengah tua itu dan mengerutkan alisnya.
"Siapakah engkau yang tadi telah merobohkan para penyerbu
dan kini tahu pula siapa yang melakukan pembunuhan dengan
pukulan beracun jarak jauh?"
Sin Wan belum menjawab, didahului Kui Siang, "Yang
Mulia, dia adalah suheng yang menyamar ......." Suara gadis
itu terdengar penuh perasaan dan terharu.
Raja Muda Yung Lo terbelalak, memandang pula pria
setengah tua itu. Sungguh penyamaran yang sempurna
karena sama sekali tidak nampak bahwa rambut ubanan dan
kumis jenggot itu adalah buatan. Sama sekali dia tidak dapat
mengenal wajah Sin Wan yang pernah dijumpai dan
dikenalnya. "Sin Wan ......?" tanyanya dan Sin Wan cepat memberi
hormat kepada raja muda itu.
"Sin Wan ......?"" Jenderal Yauw Ti juga berseru ketika
mengetahui bahwa pria setengah tua itu adalah Sin Wan.
"Yang Mulia, dia adalah orang Uighur yang patut dicurigai!
Hamba sudah menangkap dan menahannya, kiranya dia dapat
meloloskan diri. Dia berbahaya dan mungkin sekali dia bekerja
sama dengan jaringan mata-mata pemberontak! Sin Wan,
menyerahlah engkau!" Jenderal itu sudah mencabut
pedangnya. "Jenderal galak, engkau sungguh tak tahu diri! Berani
memberontak terhadap Sribaginda Kaisar di depan Yang Mulia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Muda Yung Lo pula!" Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dan yang berseru itu
bukan lain adalah Lili. "Sln Wan adalah utusan Sribaginda Kaisar yang mempunyai
tanda kuasa leng-ki, menyerang dia sama dengan menyerang
Sribaginda Kaisar. Dan kau hendak menyerangnya di depan
Yang Mulia kedua pangeran putera Sribaginda Kaisar?"
"Eh, kiranya engkau, gadis berandal! Engkaupun harus
kutangkap!" teriak Jenderal Yauw Ti yang galak itu.
"Paman Jenderal, hentikan semua ini!" bentak Raja Muda Yung Lo. "Sin Wan adalah
seorang pendekar sahabatku, dan
gadis ini tadi membantunya merobohkan semua penyerbu.
Engkau tidak berterima kasih bahkan hendak menangkap
mereka" Paman, sepatutnya engkau malu kepada mereka.
Kalau tidak ada dua orang pendekar ini, mungkin kami celaka
oleh para penyerbu dan engkaulah yang bertanggung-jawab!
Ingin kami mengetahui, apa saja yang kau jaga sehingga ada
begini banyak orang dapat menyelundup masuk dan
menyerang kami tanpa kau ketahui sama sekali" Hayo jawab!"
Raja Muda Yung Lo sudah marah sekali kepada Jenderal
besar itu. Biarpun dia tahu bahwa Jenderal ini, di samping
Jenderal Shu Ta, sudah banyak berjasa kepada ayahnya,
namun kelengahannya sekali ini sungguh membuat dia marah
karena dianggapnya sudah keterlaluan.
Wajah Jenderal itu berubah merah. "Harap paduka
maafkan dan maklumi bahwa tadi hamba sibuk menghentikan
pertempuran yang berkobar di luar dan hampir saja
mengorbankan banyak perajurit, Yang Mulia."
"Pertempuran?" Pangeran Mahkota terkejut juga seperti Raja Muda Yung Lo. "Apa
yang terjadi, paman" Siapa yang
bertempur?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadi" Ceritakan!" kata pula Raja Muda Yung Lo tegas.
"Yang bertempur adalah pasukan kerajaan dari selatan
melawan pasukan paduka yang melakukan baris pendam,
Yang Mulia," kata Jenderal itu kepada Raja Muda Yung Lo.
"Apa" Bagaimana mungkin dua pasukan itu saling tempur
sendiri?" "Hamba meredakan dan menghentikan pertempuran itu
dan melakukan penyelidikan yang menjadi sebabnya. Kiranya
kedua pihak termakan desas-desus yang mengadu domba,
Yang Mulia. Desas-desus yang diterima pasukan hamba adalah
bahwa mereka dikepung oleh pasukan asing yang akan
menyerbu ke dalam, sebaliknya desas-desus yang diterima
pasukan paduka mengatakan bahwa mereka akan diserang
oleh pasukan kerajaan dari dalam. Dimulai dengan bentrokan
kecil yang menjalar semakin besar. Nah, agaknya pada saat
hamba sibuk meredakan pertempuran itulah, para penjahat ini
datang menyerbu, menggunakan saat terjadi keributan dan
kekacauan." Mendengar keterangan ini, kemarahan Raja Muda Yung Lo
terhadap Jenderal itu mereda karena tidak bisa terlalu
disalahkan kalau ada penyelundupan pada saat terjadi
pertempuran seperti itu. Dia memandang Sin Wan dan
bertanya, "Sin Wan, bagaimana pendapatmu dengan
terjadinya peristiwa pertempuran itu, dihubungkan dengan
penyerbuan tujuhbelas orang ini?"
Sin Wan memandang kepada para perajurit yang sedang
mengangkuti mayat-mayat itu keluar perahu, "Yang Mulia,
tidak dapat diragukan lagi bahwa kedua peristiwa itu ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungannya erat sekali. Saya hampir yakin bahwa pihak
musuh sengaja merencanakan
"Nanti dulu, Sin Wan!'" Tiba-tiba Lili berseru dan
mengangkat tangan ke atas menyetop perkataan Sin Wan.
"Saya kira sebaiknya kalau pembicaraan mengenai hal ini
dilakukan di ruangan tertutup, bukan di tempat terbuka
seperti ini. Siapa tahu di sini terdapat telinga musuh yang ikut mendengarkan!"
Berkata demikian, terang-terangan Lili mengerling dengan
matanya yang lebar dan tajam ke arah Jenderal Yauw Ti!
Tentu saja ia tidak mencurigai Jenderal itu, akan tetapi hal ini ia sengaja
lakukan untuk menggoda Jenderal galak yang tidak
disukainya itu. Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan tersenyum,
memandang kagum kepada Lili, lalu menoleh ke arah
pengawalnya, Kui Siang. Pada saat itu, Kui Siang sedang
saling pandang dengan Sin Wan. Dapat dibayangkan
bagaimana perasaan kedua orang ini setelah kini bertemu dan
saling berhadapan kembali, namun sama sekali tidak
mempunyai kesempatan untuk saling bicara, apalagi saling
menumpahkan perasaan rindu mereka. Hanya pandang mata
mereka saja yang saling bertemu dengan tautan ketat dan
mesra penuh kerinduan. Melihat ini, Raja Muda Yung Lo
tersenyum. "Kui Siang, bagaimana pendapatmu dengan usul
nona penari ini?" Kui Siang mengangguk. "Hamba setuju, Yang Mulia.
Memang usul itu baik sekali."
Raja Muda Yung Lo lalu mengajak Pangeran Mahkota untuk
masuk ke dalam ruangan dalam, yang diperkenankan masuk
hanyalah Kui Siang sebagai pengawal raja muda itu, Yauw
Siucai sebagai pengawal sang pangeran mahkota sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepercayaannya, kemudian Sin Wan dan Lili. Mereka duduk
mengelilingi sebuah meja dan Sang Pangeran Mahkota yang
masih nampak lemas dan lemah, duduk bersandar di kursinya,
dijaga oleh Yauw Siucai. Karena pangeran itu seperti tidak
bersemangat, maka Raja Muda Yung Lo yang mengambil alih
pimpinan dalam percakapan itu.
"Sebelum kami mendengar pendapatmu, Sin Wan, ingin
kami mengetahui dan mengenal siapa nona yang perkasa ini,
dan harap kalian suka menanggalkan penyamaran kalian agar
kami dapat mengenal wajah asli kalian."
Sin Wan dan Lili segera menanggalkan penyamaran pada
muka dan rambut mereka. Sin Wan melepaskan kumis dan
jenggot palsu, juga mengosok rambutnya sehingga berubah
hitam kembali, menggosok kulit mukanya sehingga semua alat
penyamarannya terlepas. Demikian pula Lili, ia menggosok-
gosok mukanya dengan kain sehingga kini nampaklah wajah
aslinya yang manis, mukanya yang bulat nampak putih
kemerahan, matanya yang lebar memiliki sinar yang tajam,
mulutnya yang manis selalu mengembangkan senyum dengan
dihias lesung pipit di kanan kiri, hidungnya kecil mancung dan
cupingnya dapat bergerak lucu.
"Yang Mulia, gadis ini bernama Lili, eh, nama lengkapnya
Bwe Li, Bhok Bwe Li dan ia adalah puteri dari panglima Bhok
Cun Ki di kota raja."
"Ahhh .....! Kiranya ayahmu adalah pendekar Bhok Cun Ki
yang menjadi panglima terkenal di kota raja itu, nona" Senang
sekali dapat bertemu dan berkenalan denganmu."
"Hamba merasa terhormat sekali, Yang Mulia," kata Lili dan pandang matanya tanpa
disembunyikan lagi memandang
wajah raja muda yang ganteng dan gagah perkasa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang lanjutkan pendapatmu tadi," kata Raja
Muda Yung Lo setelah tadi memandang penuh kagum kepada
Lili, sambil menatap tajam wajah Sin Wan yang ditanyainya.
"Begini, Yang Mulia. Menurut pendapat hamba, hubungan
antara dua peristiwa itu erat sekali. Kita boleh yakin bahwa
pihak musuh memang sengaja merencanakan semua ini,
dengan mengadu domba kedua pasukan agar perhatian
ditujukan kepada pertempuran itu dan mereka dapat
menyelundupkan para pembunuh dengan mudah ke atas
perahu setelah mereka merobohkan beberapa orang penjaga
di tangga perahu." "Maaf, bolehkah hamba mengajukan pendapat hamba,
Yang Mulia?" tiba-tiba Yauw Siucai yang sejak tadi menjaga Pangeran Mahkota,
berkata dengan sikapnya yang hormat.
Mengingat bahwa sastrawan ini tadi juga mati-matian
melindungi kakaknya, Raja Muda Yung Lo mengangguk.
"Bicaralah." 27. Dua Buah Hati Bersatu Kembali
"MENGINGAT keadaan Pangeran Mahkota yang lemah dan
agaknya perlu dirawat setelah mengalami kekagetan tadi,
hamba mohon agar beliau ini dapat hamba antar kembali ke
kota raja lebih dahulu. Membiarkan beliau mendengarkan
tentang usaha pembunuhan itu yang menimbulkan kenangan
menakutkan, hamba kira tidak baik untuk kesehatan beliau."
Raja Muda Yung Lo memandang kepada kakaknya yang
masih nampak pucat, dan lemah, diapun mengangguk-angguk
membenarkan. "Memang sebaiknya begitu. Aturlah saja
dengan Jenderal Yauw Ti agar kakanda pangeran dapat
dikawal dengan ketat kembali lebih dahulu ke kota raja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukankah kakanda berpendapat lebih baik kalau kakanda
pulang lebih dulu?" Pangeran Mahkota itu mengangguk. "Kurasa lebih baik
begitu, aku masih bingung dan terkejut membayangkan
peristiwa tadi." Pangeran ini memang merasa rikuh sekali
bertemu dengan Lili di situ, teringat akan sikapnya yang
hendak memaksa gadis itu menjadi selirnya.
"Kalau begitu, silakan, kakanda pangeran. Lain hari saya
akan menjenguk kakanda di kota raja."
Pangeran Mahkota lalu dibantu oleh Yauw Siucai keluar dari


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam kamar itu, dan setelah menghubungi Jenderal Yauw Ti,
sang pangeran dikawal ketat, kembali ke selatan
menggunakan kereta besar.
Sementara itu, Raja Muda Yung Lo minta agar Sin Wan dan
Lili jangan pergi dulu. "Kami ingin membicarakan hal ini
dengan kalian berdua," katanya.
Setelah mereka keluar dari perahu pesta dan kembali ke
perkemahan pasukan Yung Lo, Raja muda itu mengajak Kui
Siang, Sin Wan, dan Lili bicara dalam kemahnya. Mula-mula
dia minta kepada Sin Wan dan Lili menceritakan tentang
keadaan di kota raja. Dua orang muda itu bergantian
menceritakan pengalaman mereka di kota raja, tentang
jaringan mata-mata Mongol yang agaknya dipimpin oleh Si
Kedok Hitam. Raja Muda Yung Lo mendengarkan dengan hati
tertarik sekali. "Kalau begitu, sungguh berbahaya sekali dan jaringan itu
harus ditumpas segera. Apakah Pamanda Jenderal Shu Ta
sudah tahu akan hal ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, Yang Mulia. Jenderal Shu Ta mengutus Paman
Bhok Cun Ki untuk menangani penyelidikan dan pengejaran
terhadap jaringan mata-mata musuh ini, dan saya sendiri
mewakili suhu Ciu-sian untuk melakukan penyelidikan
membantunya. Nona Lili ini juga mewakili ayahnya untuk
melakukan penyelidikan," kata Sin Wan yang tentu saja tidak menceritakan
peristiwa pribadinya atau peristiwa keluarga
Bhok Cun Ki. "Akan tetapi Si Kedok Hitam itu memang licin sekali, Yang
Mulia. Ilmu kepandaiannya juga amat tinggi sehingga
beberapa kali saya bentrok dengan dia, belum juga mampu
menangkapnya atau membuka kedoknya."
"Hemm, saya berpendapat bahwa Jenderal galak itu perlu
dicurigai, Yang Mulia!" tiba-tiba Lili berkata.
Raja Muda Yung Lo terbelalak dan mulutnya tersenyum.
Gadis ini demikian bebas dan terus terang, juga pemberani,
sungguh amat mengagumkan hatinya.
"Akan tetapi, nona. Jenderal Yauw Ti adalah seorang
jenderal yang setia dan banyak jasanya terhadap ayahanda
Sribaginda Kaisar. Dia tidak layak dicurigai! Bukankah tadipun
sikapnya sudah jelas bahwa dia melindungi kakanda pangeran
dan menentang para pembunuh?"
"Akan tetapi sikapnya sejak dahulu di kota raja amatlah
mencurigakan, Yang Mulia," bantah Lili tanpa sungkan lagi.
"Sejak semula dia sudah memusuhi Sin Wan, bahkan hendak
menangkap Sin Wan, pada hal dia tahu bahwa Sin Wan
sedang melakukan penyelidikan dan mengejar-ngejar Si Kedok
Hitam. Sikapnya itu jelas menunjukkan bahwa dia seperti
melindungi Si Kedok Hitam. Tadipun, melihat betapa Sin Wan
dan saya menentang para pembunuh, dia bersikap memusuhi
kami. Saya sungguh curiga ke?padanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lili, kalau dia memusuhiku, hal itu adalah karena dia
membenci orang Uighur," kata Sin Wan terus terang.
"Aih, benar juga!" tiba-tiba Raja Muda Yung Lo berseru.
"Dahulu, ketika dia membantu Jenderal Shu Ta yang
memimpin pasukan mengejar orang-orang Mongol ke utara
dengan berhasil, pada suatu hari Jenderal Yauw Ti tertawan
oleh sekelompok orang Uighur. Dia mengalami penghinaan
dan agaknya peristiwa itulah yang membuat dia membenci
orang Uighur. Kalau dia tahu bahwa engkau keturunan Uighur
dan membencimu, hal itu tidaklah terlalu mengherankan."
"Lili, kalau aku lebih condong mencurigai Yauw Siucai itu.
Bagiku, dia penuh rahasia dan aneh, apalagi kalau aku
teringat akan pengalamanku dahulu di kota raja ketika aku
membayanginya, kemudian bertemu dengan Si Kedok Hitam
............" "Sepanjang yang kuketahui, dia tidak berbahaya walaupun
memang aneh dan penuh rahasia," kata Lili.
"Yang jelas, engkau memiliki tugas yang amat penting, Sin
Wan. Oleh karena itu, engkau harus cepat kembali ke kota
raja dan melanjutkan usaha melakukan penyelidikan sampai
engkau dapat membongkar jaringan mata-mata Mongol yang
berbahaya itu. Sebaiknya, beri laporan selengkapnya kepada
Paman Jenderal Shu Ta tentang apa yang terjadi di sini."
"Baik, Yang Mulia. Memang saya tidak akan berhenti
sebelum berhasil membongkar jaringan mata-mata itu,
sebagai pelaksanaan tugas yang diberikan suhu kepada saya."
Sin Wan sudah bangkit dan hendak pamit. Hatinya merasa
tidak enak sekali. Sudah sejak tadi dia bertemu Kui Siang dan
seringkali bertukar pandang, namun tidak sepatah katapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluar dari mulut sumoinya itu. Sumoinya itu agaknya masih
membencinya, atau setidaknya, tidak mau berhubungan atau
bahkan bicara dengan dia. Kenyataan ini amat pahit baginya,
amat menyakitkan hati sehingga dia tidak tahan untuk tinggal
di situ lebih lama lagi, berdekatan dengan sumoinya, akan
tetapi sama sekali tidak diajak bicara.
"Nanti dulu, Sin Wan, masih banyak sekali hal yang perlu
kami bicarakan dengan kalian bertiga. Akan tetapi sebelum itu,
kami menghendaki Kui Siang menemani ke kota raja dan
membantumu melakukan penyelidikan."
Sin Wan terbelalak dan dia memandang kepada sumoinya,
akan tetapi gadis itu bahkan menundukkan muka tidak
memandang kepadanya. Dia merasa kasihan kepada
sumoinya. "Akan tetapi, Yang Mulia, saya tidak .... tidak ingin merepotkan sumoi
....." Raja muda itu tersenyum lebar. "Aku mengerti, memang
usul kami ini terlalu tiba-tiba dan mengejutkan datangnya.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kalau kalian berdua
membicarakan lebih dulu. Kui Siang, Sin Wan, keluarlah kalian
dari sini dan kalian bicaralah dulu tentang kerja sama itu, dan kami ingin
bicara dengan nona Lili. Setelah selesai bicara,
harap kalian masuk lagi karena percakapan kita belum
selesai." Kini Kui Siang mengangkat muka memandang. Dua pasang
mata bertemu pandang, sesaat bertaut, kemudian Sin Wan
memberi hormat kepada raja muda itu. "Baiklah, Yang Mulia.
Mari sumoi, kita bicara di luar."
Tanpa menjawab, Kui Siang bangkit, memberi hormat
kepada raja muda itu lalu bersama Sin Wan ia keluar dari
dalam tenda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para penjaga di luar menghormat ketika Kui Siang yang
mereka kenal sebagai pengawal pribadi raja muda yang amat
mereka kagumi dan hormati, keluar bersama Sin Wan.
Lili mengikuti mereka dengan pandang mata dan mulut
tersenyum, bahkan terang-terangan gadis ini mengangguk-
angguk. Melihat ini, Raja Muda Yung Lo menegur, "Nona, kenapa
engkau mengangguk-angguk?"
"Saya senang melihat mereka berdua," kata Lili terus
terang. "Hemm, sejauh manakah hubunganmu dengan Sin Wan,
nona?" Lili mengangkat muka memandang dan pandang mata
gadis itu sungguh terbuka dan jujur, penuh keberanian dan
semangat sehingga kembali raja muda itu merasa kagum.
"Apa yang paduka maksudkan dengan kata-kata sejauh
mana itu, Pangeran ...... eh, paduka seorang raja muda dan
........" Yung Lo menggerakkan tangan. "Tidak mengapa, sebut
saja pangeran karena akupun seorang pangeran, adik tiri
Pangeran Mahkota Chu Hui San, namaku Pangeran Yen. Nah,
kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Yang kumaksud
dengan sejauh mana hubunganmu dengan Sin Wan, apakah di
antara kalian ada hubungan yang lebih erat, misalnya ........
kalian saling mencinta?"
Lili terbelalak dan tersenyum sehingga lesung pipitnya
nampak jelas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aih, saya senang sekali mendengar pertanyaan yang
langsung dan jujur itu, Pangeran. Saya akan menjawab
sejujurnya pula. Tidak saya sangkal bahwa pernah saya
mengharapkan menjadi jodoh Sin Wan, akan tetapi ternyata
dia tidak dapat mencinta gadis lain karena dia sudah jatuh
cinta kepada seorang gadis. Sayapun mundur karena tak
mungkin mencinta sebelah pihak, bukan" Dan sekarang saya
tahu siapa gadis yang dicintanya itu. Tentu sumoinya itu."
Kini pangeran yang menjadi raja muda itu yang kagum.
Benar-benar seorang gadis yang jujur dan terbuka, sikap yang
amat disukainya karena dia sendiripun suka akan kejujuran.
"Dugaanmu benar. Mereka saling mencinta, akan tetapi
karena kesalahpahaman mereka berpisah. Aku ingin agar
mereka bersatu kembali maka aku sengaja menyuruh Kui
Siang menemaninya ke kota raja. Akan tetapi, setelah Kui
Siang pergi, aku akan merasa kehilangan sekali karena dia
merupakan pengawal pribadiku yang gagah perkasa dan baik.
Dan melihat engkau, timbul keinginanku untuk minta engkau
menjadi pengganti Kui Siang, menjadi pengawal pribadiku.
Maukah engkau, Lili?"
Kembali Lili tertegun dan memandang kepada raja muda itu
dengan mata bulat dan mulut agak terbuka. Kemudian ia
teringat ketika ia menjadi pengawal pribadi Pangeran
Mahkota, maka ia memejamkan mata, menutup mulut dan
menarik napas panjang melalui hidung sehingga cuping
hidungnya berkembang kempis.
Geli juga hati raja muda itu melihat wajah yang manis dan
lucu itu. "Kenapa engkau menghela napas panjang, Lili" Kalau engkau tidak suka
menerima, katakan saja terus terang, tak
perlu berpura-pura."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran, penawaran paduka agar saya menjadi pengawal
pribadi paduka ini mengingatkan saya akan pengalaman saya
ketika menjadi pengawal pribadi Sang Pangeran Mahkota."
Kini pangeran atau raja muda itu yang tertegun. "Ehh"
Engkau pernah menjadi pengawal pribadi kakanda Pangeran
Mahkota?" Dia mengerutkan alisnya lalu menyambung. "Akan tetapi ....... kenapa
sekarang tidak lagi dan pengawalnya
adalah Yauw Siucai yang penuh rahasia itu" Apa yang telah
terjadi?" Dengan sejujurnya, tanpa ada yang disembunyikan, Lili
menceritakan tentang pertemuan dan perkenalannya dengan
Yauw Siucai, dan betapa ia dan Yauw Siucai kemudian bekerja
pada Pangeran Mahkota. "Oleh Pangeran Mahkota, saya ditarik menjadi pengawal
pribadinya. Semula saya menyukai pekerjaan itu karena sang
pangeran mahkota bersikap halus dan baik akan tetapi
kemudian, pada suatu hari dia hendak memaksa saya menjadi
selirnya. Saya tidak mau dan ketika hendak dipaksa, saya
melarikan diri, bahkan pernah menjadi buronan yang dikejar-
kejar. Untung, akhirnya Jenderal Shu Ta dapat menolong dan
membujuk Pangeran Mahkota sehingga saya tidak dikejar-
kejar lagi. Nah, itulah pengalaman yang membuat saya tadi
ragu-ragu ketika paduka menawarkan pekerjaan pengawal
kepada saya." Mendengar ini, Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo
menghela napas panjang. "Sudah lama aku mendengar akan prilaku kakanda
pangeran yang tidak pantas itu. Akan tetapi, nona Lili, apakah
engkau mengira aku akan bersikap seperti dia" Aku belum
pernah selama hidupku memaksa seorang wanita!" Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa dan tawanya demikian bebas sehingga Lili juga ikut
tertawa. "Saya percaya, Pangeran. Biarpun paduka merupakan adik
dari Pangeran Mahkota, akan tetapi saya telah mendengar
banyak tentang paduka dari ayah."
"Berarti engkau suka menerima tawaranku untuk menjadi
pengawal pribadiku menggantikan Kui Siang?"
Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Saya mau,
Pangeran, akan tetapi saya harus memberitahu kepada ayah
dan ibu." "Jangan khawatir, aku mengenal baik ayahmu itu. Aku akan
mengirim surat kepada ayahmu, minta persetujuannya,
sementara engkau ikut bersama ke utara, karena aku yakin
bahwa Kui Siang tentu setuju untuk membantu Sin Wan
sehingga aku tidak mempunyai seorang pengawal pribadi."
Lili tersenyum. "Pangeran, paduka sendiri memiliki ilmu
bela diri yang cukup tangguh, dan paduka merupakan raja
muda yang mempunyai pasukan besar. Siapa berani
mengganggu paduka" Tanpa pengawal pribadi sekalipun,
paduka akan selalu dalam keadaan aman."
"Wah, engkau keliru, Lili. Buktinya, baru saja aku dan
kakanda pangeran diserang dan hendak dibunuh musuh!
Selain menjaga keselamatan, juga seorang pengawal pribadi
kubutuhkan sebagai seorang sahabat yang setia dan baik,
yang tidak segan-segan untuk menegur dan mengeritik kalau
aku melakukan kesalahan."
Raja Muda Yung Lo lalu menceritakan keadaan dirinya dan
penghuni istananya, juga tentang para pembantunya di utara
untuk memperkenalkan keadaan di Peking kepada Lili yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelas nampak
perbedaan yang amat menyolok antara raja muda ini dan
kakaknya, sang pangeran mahkota. Memang ada persamaan
bentuk wajah, keduanya sama tampan dan berwibawa.
Namun kalau pangeran mahkota nampak lemah dan kurang
semangat, sebaliknya raja muda ini nampak kokoh kuat,
gagah dan penuh semangat.
JJJ Mereka berdua meninggalkan perkemahan dan berjalan
seiring tanpa bicara sedikitpun, namun keduanya seperti
bersepakat saja, berjalan menuju ke tepi sungai yang sunyi
dan akhirnya, masih tanpa bicara, mereka berdiri berhadapan
di atas rumput tebal di tepi sungai, dalam cuaca yang remang-
remang karena fajar mulai menyingsing dan malam itu
terlewat tanpa terasa karena banyaknya peristiwa
menegangkan terjadi. Sudah terdengar bunyi kokok ayam di
kejauhan, akan tetapi di tepi sungai itu masih terdengar pula
sisa bunyi binatang malam kerik jengkerik dan koak katak.
Mereka hanya saling pandang, kemudian terdengar Sin Wan


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahulu berkata. "Sumoi ........" akan tetapi dia hanya mengeluarkan sepatah
kata panggilan itu, tidak tahu harus bicara apa.
"Suheng ......" Kui Siang juga memanggil, suaranya lirih dan jelas bahwa suara itu
gemetar. Kembali hening karena
keduanya hanya saling pandang.
Sin Wan tidak berani lancang bicara karena dia belum tahu
akan isi hati sumoinya, masih mengira bahwa sumoinya tetap
membencinya dan enggan bicara dengannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya, Kui Siang juga merasa sulit untuk bicara.
Selama ini ia merindukan suhengnya dan merasa bersalah
kepada pemuda itu. Ingin ia minta maaf atas semua sikapnya
yang tidak adil dan membenci suhengnya, satu-satunya pria
yang selama ini dicintanya, akan tetapi setelah berhadapan, ia
merasa sukar untuk mengeluarkan kata-kata. Hatinya dicekam
keharuan yang membuat lehernya seperti dicekik rasanya.
"Sumoi, sudah bertahun-tahun kita tidak saling jumpa ...."
Suara Sin Wan tersendat. "Ya, sudah lama sekali, suheng ....." Kui Siang
menyambung. "Sumoi, bagaimana keadaanmu selama ini" Baik-baik
sajakah" Suara Sin Wan mulai lancar ketika mendengar nada
suara sumoinya tidak seperti orang marah.
Kui Siang menarik napas panjang dengan hati lega.
Agaknya suhengnya ini tidak mendendam sakit hati oleh
sikapnya dahulu. "Aku baik-baik saja, suheng. Dan bagaimana dengan engkau?"
"Akupun dalam lindungan Allah Yang Maha Kasih, sumoi.
Bagaimana pendapatmu dengan perintah Raja Muda Yung Lo
tadi, sumoi" Aku ..... aku tidak ingin melihat engkau repot dan tidak senang
dengan pekerjaan itu .........."
Hening sejenak, kemudian terdengar suara Kui Siang, suara
yang lirih dan sukar sekali keluarnya, seperti bercampur isak.
"Suheng ........ apakah engkau tidak marah kepadaku ......"
"Marah" Aku" Kenapa aku harus marah kepadamu, sumoi?"
Kui Siang menundukkan mukanya. "Suheng...., dahulu aku
telah menghinamu, aku memakimu anak penjahat, aku
mengatakan .... bahwa aku membencimu ...... suheng, aku ....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku ......." Kui Siang menangis, suaranya terputus, terganti suara isak tangisnya.
Sin Wan tertegun, hampir ia melonjak kegirangan dan
tanpa disadarinya, kedua kakinya bergerak menghampiri gadis
itu sampai mereka berdiri dekat sekali.
"Sumoi, kalau begitu .......... engkau tidak lagi menganggap
aku anak penjahat, engkau tidak lagi ....... membenciku?"
Dia memegang kedua pundak gadis itu, mendorong gadis
itu tegak dan memandangnya. Kui Siang mengangkat
mukanya dan air matanya bercucuran membasahi kedua
pipinya. "Suheng, kau ..... maafkan aku, suheng ......" Gadis itu berkata di antara isak
tangisnya. "Sumoi ........" Sin Wan merangkul dan mendekap kepala itu yang kini bersandar ke
dadanya "Ya Allah, terima kasih atas karuniaMu ...... ah, sumoi, betapa rinduku
kepadamu, betapa cintaku kepadamu ......."
"Suheng, maafkan aku ......." Gadis itu mengulang.
Sin Wan mendorong dengan lembut pundak gadis itu
sehingga dia dapat melihat mukanya, muka yang basah air
mata, mata yang mengandung penuh penyesalan dan diapun
menggunakan jari-jari tangannya mengusap air mata yang
membasahi kedua pipi itu.
"Sumoi, engkau tidak bersalah apa-apa kepadaku. Memang
aku pernah menjadi anak tiri penjahat yang telah
menghancurkan keluarga ayahmu. Sudah sepatutnya engkau
membencinya, dan karena aku anak tlrinya, sudah
sepantasnya pula engkau membenci aku. Jangan minta maaf
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadaku. Tuhan Allah Maha Pengampun, sumoi, marilah kita
mohon ampun atas segala kesalahan kita kepadaNya."
"Suheng ......," Kui Siang kembali merebahkan mukanya di dada pria yang selama
ini dirindukannya, pria yang lebih
dipilihnya dari pada Raja Muda Yung Lo!
Sampai beberapa lamanya mereka terbenam dalam
suasana yang asyik masyuk ini, lupa diri lupa keadaan, seolah
menjadi satu. Bersatunya dua buah hati yang saling mencinta.
Setelah keharuan yang tadi melanda hati keduanya lewat,
barulah Sin Wan melepaskan rangkulannya dan berkatalah dia
dengan suara yang lembut.
"Sumoi, kita mengucap syukur kepada Tuhan Maha
Pengasih yang mempertemukan kita dalam keadaan seperti
ini. Aku merasa berbahagia sekali, sumoi. Sekarang,
bagaimana pendapatmu tentang perintah Raja Muda Yung Lo
agar engkau membantuku melakukan penyelidikan ke
selatan?" "Beliau mengeluarkan perintah itu memang sengaja agar
kita dapat bersatu suheng."
"Ehh" Apa maksudmu?"
"Suheng, beliau pernah menyatakan cinta kepadaku dan
ingin memperisteriku. Akan tetapi aku menolaknya dan
mengatakan bahwa cintaku hanya kepadamu. Beliau dengan
bijaksana dapat menerima alasan itu dan beliau berjanji untuk
mempersatukan kita. Ternyata beliau memegang janjinya,
suheng." Sin Wan kembali mendekap gadis itu dengan penuh kasih
sayang. Bukan main sumoinya ini, pikirnya. Menolak pinangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Muda Yung Lo dan memilih dia! Betapa bangga dan
besar rasa hatinya. "Kalau begitu, engkau menerima perintah itu" Kita
melakukan perjalanan bersama ke selatan?"
"Tentu saja, suheng. Mulai detik ini, aku tidak sudi lagi
berpisah darimu, biar seharipun! Kita hidup dan mati bersama.
Aku tidak ingin engkau melakukan perjalanan didampingi
gadis lain seperti yang terjadi dengan Lili itu. Rasanya masih
panas dadaku kalau mengingat betapa akrabnya engkau
dengannya." Sin Wan tertawa. "Ihh, engkau cemburu" Bukankah sudah
kukatakan bahwa aku tidak mencintanya, walaupun ia seorang
gadis yang baik pula" Kautahu, sumoi, Lili adalah puteri
kandung panglima Bhok Cun Ki."
Dengan singkat Sin Wan lalu bercerita tentang Lili dan Bhok
Cun Ki. Kui Siang senang mendengarnya dan ia percaya
sepenuhnya bahwa kekasihnya ini tidak pernah mencinta gadis
lain kecuali ia seorang. Sambil bergandeng tangan, akhirnya
mereka kembali ke perkemahan di mana Raja Muda Yung Lo
masih nampak bercakap-cakap dengan Lili.
Melihat dua orang muda itu masuk ke dalam perkemahan
sambil bergandeng tangan, Raja Muda Yung Lo tersenyum
lebar dan bangkit menyambut mereka dengan sinar mata
gembira. "Selamat, selamat. Perpisahan telah berakhir, dua hati yang saling mencinta
telah bertemu dan berkumpul kembali!" kata bangsawan itu dengan kegembiraan yang
wajar. "Akupun ikut bergembira, Sin Wan. Ternyata penolakanmu
terhadap adikku Ci Hwa bukan alasan kosong karena memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau sudah mempunyai pilihan hati sendiri. Kionghi
(selamat)!" kata pula Lili.
Sin Wan dan Kui Siang merasa terharu dan kagum bukan
main. Sin Wan merasa kagum kepada Lili yang demikian jujur
dan dapat menerima kenyataan, sedangkan Kui Siang juga
kagum terhadap Raja Muda Yung Lo. Dua orang itu benar-
benar merupakan orang-orang yang mempunyai pandangan
luas dan kejujuran yang terbuka, bukan hanya membuta
karena nafsu mementingkan diri sendiri belaka.
Sin Wan dan Kui Siang cepat memberi hormat dan
mengucapkan terima kasih mereka. "Yang Mulia, saja mohon
diri untuk segera kembali ke kota raja dan melaksanakan
tugas penyelidikan yang penting itu."
"Dan sayapun dengan senang hati mematuhi perintah
paduka untuk membantu suheng membongkar rahasia
jaringan mata-mata Mongol di kota raja, Yang Mulia."
Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan tersenyum
ramah. "Berita ini sungguh amat menggembirakan hati kami,
dan memang sebaiknya kalau kalian cepat pergi ke selatan
melaksanakan tugas itu. Akan tetapi ada berita lain yang juga
amat menggembirakan, yaitu bahwa nona Lili telah menerima
permintaanku untuk menggantikan kedudukan Kui Siang,
menjadi pengawal pribadiku."
Sin Wan dan Kui Siang saling pandang dan tersenyum
gembira. "Sungguh, kiranya tidak ada lain orang yang lebih cocok untuk menjadi
pengawal pribadi paduka kecuali Lili,
Yang Mulia!" kata Sin Wan.
"Ucapan suheng benar sekali! Sayapun merasa gembira
karena saya sudah mendengar dari suheng tentang adik Lili
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan memang ia cocok sekali untuk menjadi pengawal pribadi
paduka!" sambung Kui Siang.
"Nah, mengenai Lili, kami akan menitipkan surat ini
kepadamu, Sin Wan, agar kau serahkan kepada Panglima
Bhok Cun Ki, di mana kami minta persetujuannya agar
puterinya bekerja sebagai pengawal pribadiku."
"Ada sebuah hal lagi yang amat menggelisahkan hati kami,
dan hanya kepada kalian bertigalah aku mau
membicarakannya karena aku percaya kepada kalian.
Duduklah dan dengarkan baik-baik, akan tetapi jangan sampai
kalian membocorkan kepada orang lain apa yang kalian
dengar dari mulutku ini," kata Raja Muda Yung Lo dan melihat kesungguhan sikap,
pandang mata dan suara raja muda itu,
Sin Wan, Lili dan Kui Siang segera mengambil tempat duduk
dan mendengarkan penuh perhatian.
"Telah terjadi perubahan besar sekali di kota raja, terutama perubahan atas diri
ayahanda Sribaginda Kaisar dan Kakanda
Pangeran Mahkota." Dia mulai bicara dengan pandang mata
sedih. "Sribaginda Kaisar yang dahulu dikenal sebagai seorang pemimpin besar,
pendiri Kerajaan Beng dan pengusir penjajah
Mongol, sekarang telah berubah dalam usia tuanya. Dahulu
beliau seorang ayah yang mencinta putera-puteranya, akan
tetapi sekarang" Beliau menjadi orang yang selalu gelisah,
selalu curiga, bahkan terhadap para putera sendiri beliau tidak percaya. Beliau
merasa seolah dikepung musuh-musuh dan
hampir tidak ada orang yang beliau percaya lagi. Dan
kecurigaan ini membuat beliau suka berbuat kejam dan tidak
adil. Entah berapa banyaknya panglima dan pejabat yang
dihukum mati hanya karena beliau menaruh curiga."
"Sesungguhnya, Paman Bhok Cun Ki pernah menyinggung
keadaan itu dalam percakapannya berdua dengan saya, Yang
Mulia. Ketika Sribaginda menghukum mati tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panglimanya yang setia, kemudian menghukum mati pula
seorang menteri yang mencoba mengingatkan beliau dan
memprotes, maka para pejabat lainnya mundur dan tidak
berani mencampuri. Juga Paman Bhok Cun Ki sendiri tidak
berdaya. Bahkan dua orang Jenderal besar yang dipercaya
Sribaginda, yaitu Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti, tidak
mampu mengingatkan beliau," kata Sin Wan.
Raja Muda Yung Lo menghela napas panjang. "Memang
beliau telah berubah sama sekali. Aku ingat benar ketika aku
masih kecil, ayahanda sering bercerita tentang masa lalunya.
Beliau merasa bangga menceritakan ketika beliau masih
muda, pernah menjadi penggembala kerbau, pernah menjadi
kacung di kuil, pernah pula menjadi gelandangan yang tak
berumah, menjadi anggauta kai-pang (perkumpulan
pengemis) dan memimpin orang-orang kangouw. Semua itu
diceritakan dengan gembira. Beliau bangga bahwa dari rakyat
kecil biasa, beliau berhasil menjadi pemimpin besar
menghalau penjajah dan mendirikan kerajaan baru. Akan
tetapi sekarang menjadi sebaliknya, kalau ada yang bicara
sedikit saja tentang masa lalu beliau, dianggap penghinaan
dan orang itu akan dihukum mati!"
"Saya kira paduka tidak perlu terlalu menyusahkan keadaan
Sribaginda itu, Pangeran. Mungkin beliau mempunyai alasan
kuat untuk menjatuhkan hukuman," kata Lili.
Raja Muda Yung Lo tersenyum dan mengangguk. "Engkau
benar, Lili. Akupun sudah seringkali menghibur diri.
Bagaimanapun juga, Sribaginda Kaisar adalah orang yang
paling berjasa bagi tanah air dan bangsa."
"Dan perubahan apa yang terjadi pada diri Pangeran
Mahkota, Pangeran?" Lili bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lili, tentu engkau tahu sendiri bagaimana sekarang ini
kakanda pangeran hanya mengejar kesenangan, hanya
mengumbar nafsu tidak memperdulikan akan pemerintahan.
Padahal, beliau adalah pangeran mahkota yang kelak
menggantikan ayahanda Kaisar. Engkau mengalami sendiri
betapa untuk menuruti nafsunya, beliau sampai lupa diri dan
melakukan hal-hal yang tidak patut, seperti yang coba beliau
lakukan terhadap dirimu. Sungguh memprihatinkan sekali
kalau aku ingat kepada ayahanda dan kakanda di kota raja."
"Lalu apa yang paduka ingin kami perbuat sehubungan
dengan dua hal itu, Yang Mulia?" kata Kui Siang yang merasa kasihan kepada raja
muda itu. "Aku ingin agar kalian dalam penyelidikan kalian di kota
raja, menyelidiki pula apa hubungan perubahan pada
ayahanda dan kakanda itu dengan kegiatan jaringan mata-
mata Mongol. Kami khawatir kalau-kalau perubahan itu akibat
ulah para mata-mata yang tentu ingin menghancurkan
Kerajaan Beng." Sin Wan dan Kui Siang mengerti dan setelah menyanggupi,
mereka lalu berangkat meninggalkan tempat itu. Pada hari itu
juga, Raja Muda Yung Lo kembali pula di Peking bersama
pasukannya. 28. Ancaman Terhadap Bhok-Ciangkun
"Aku harus membuat perhitungan dengan Si Kedok Hitam si
jahanam itu!" Tung-hai-liong Ouwyang Cin mengepal tinju.
"Tidak saja dia hendak memperalat aku dengan menawanmu,
akan tetapi juga dia kurang ajar sekali, menguasai orang-
orang kangouw yang dahulu tunduk kepadaku. Kita harus
menyelidiki dan menangkap dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Datuk para bajak laut di timur ini marah bukan main karena
hampir saja dia, muridnya, dan puterinya yang sudah tertawan
Si Kedok Hitam, celaka di tangan pemimpin mata-mata Mongol
itu. "Akan tetapi, suhu. Bukankah mereka itu menjanjikan
kedudukan raja muda kepada suhu kalau perjuangan mereka
berhasil?" Maniyoko bertanya.
"Persetan! Belum apa-apa, dia hendak memaksa kita untuk
melakukan pembunuhan terhadap dua orang pangeran, seolah
kita ini anak buahnya saja. Lebih lagi, dia menawan Akim, itu
bukan kerja-sama namanya. Siapa sih dia itu hendak
memperalat aku?" "Kita memang harus mencarinya dan menghajarnya, ayah,"
kata Akim marah. "Kalau saja tidak ada Sin Wan, tentu kita celaka."
"Hemm, pemuda itu" Akim, bagaimana engkau bisa
mengenal pemuda itu dan siapa dia?"
"Namanya Sin Wan, ayah. Memang aku telah mengenal dia
sebelumnya, dia murid Sam-sian dan menjadi wakil gurunya
melaksanakan tugas dari Kaisar untuk memerangi jaringan
mata-mata Mongol." "Hemm, agaknya sumoi akrab sekali dengan pemuda itu!"
Maniyoko berkata dengan nada suara dingin.
Sepasang mata yang indah itu mencorong. "Aku mau akrab
dengan dia ataupun dengan siapa juga, apa sangkut pautnya
denganmu!" bentaknya.
Dibentak begitu, Maniyoko terdiam dan mukanya berubah
merah. Diam-diam dia merasa marah dan cemburu sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat dia betapa dahulu pernah dia menawan Lili, akan
tetapi pemuda itu pula yang menentangnya, merampas Lili
yang telah ditawannya dan mengalahkan dia. Sekarang,
pemuda itu agaknya akan merebut Akim darinya.
Mendengar ucapan puterinya itu, Tung-hai-liong bertanya,
"Akim, apakah engkau dan pemuda murid Sam-sian itu saling
mencinta?" "Kalau aku dan dia saling mencinta, apakah ayah hendak
melarang?" Akim balas bertanya, sikapnya menantang.
Tung-hai-liong tertawa. "Sebetulnya aku ingin melihat
engkau menjadi isteri suhengmu, akan tetapi kalau engkau
dan murid Sam-sian itu saling mencinta, akupun tidak
keberatan engkau menjadi jodohnya asal Sam-sian sendiri
yang mengajukan pinangan kepadaku."
"Tidak, ayah! Aku tidak mau menjadi isteri suheng, juga
aku tidak sudi menjadi isteri laki-laki yang tidak mencintaku
melainkan mencinta wanita lain seperti Sin Wan. Aku benci!
Aku benci dia!" Gadis itu lalu lari meninggalkan ayahnya dan suhengnya.
Melihat muridnya seperti orang yang kecewa dan agaknya
perasaannya terpukul oleh sikap Akim, Tung-hai-liong
Ouwyang Cin menghiburnya. "Maniyoko, engkau beruntung
bahwa Akim tidak sudi menjadi jodoh Sin Wan, berarti ia
masih bebas dan kelak dapat kubujuk untuk mau menjadi
jodohmu. Sekarang, biarkan ia bertualang. Kita harus pulang
karena setelah anak itu pergi, di rumah tidak ada orang."
"Kalau suhu mengijinkan, teecu (murid) ingin mencari
sumoi dan diam-diam membayangi dan melindunginya.
Jaringan mata-mata Mongol itu berbahaya, teecu khawatir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sumoi akan terjebak dan tertawan lagi. Kalau suhu hendak
pulang lebih dahulu, silakan."
Kakek itu mengangguk. "Begitupun baik. Aku tidak sudi
menjadi hamba dari orang-orang Mongol."
Guru dan murid inipun berpisah. Tung-hai-liong Ouwyang
Cin kembali ke timur, sedangkan Maniyoko mencari sumoinya
yang tadi lari ke selatan, tentu menuju ke kota raja.
Biarpun dia berhasil menyusul sumoinya, Maniyoko tetap
tidak mau memperlihatkan diri. Sumoinya sedang kesal
hatinya dan dia mengenal benar watak sumoinya. Kalau
sedang dalam keadaan seperti itu, sumoinya amat sukar
didekati dan kalau dia memperlihatkan diri, besar
kemungkinan sumoinya akan menjadi semakin kesal dan
marah. Maka diapun membayangi saja dari jauh sampai
akhirnya mereka tiba di luar pintu gerbang kota raja Nan-king.
Di Jalan raya itu, dia melihat rombongan Pangeran Mahkota
yang dikawal ketat memasuki kota raja, dan nampak jelas
Jenderal Yauw Ti dalam sebuah kereta yang mengiringkan di
belakang, dikawal oleh pasukan berkuda.
Tiba-tiba, seorang yang mengenakan kedok biru
menghampirinya. Maniyoko sudah siap siaga untuk menyerang
orang itu, akan tetapi si kedok biru memberi isyarat
kepadanya, lalu berkata singkat, "Yang Mulia mengundang
saudara Maniyoko untuk bertemu. Mari!"
Maniyoko tertarik. Dia teringat akan kunjungan utusan yang
menyerahkan hadiah kepada gurunya dan utusan itupun
mengatakan bahwa pimpinan mereka hanya dikenal dengan
sebutan Yang Mulia. Dia masih kecewa akan penolakan
gurunya bersekutu dengan orang-orang Mongol yang
menjanjikan kedudukan mulia, maka kini dia ingin tahu apa
yang akan dikatakan pimpinan mata-mata Mongol itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Dia mengikuti bayangan itu yang bergerak amat
cepat memasuki hutan kecil di sebelah timur jalan.
Setelah tiba di tengah hutan, si kedok biru berhenti dan
Maniyoko berhenti pula di belakangnya. Ternyata di situ telah
berdiri dua orang yang aneh dan juga menyeramkan. Yang
seorang adalah seorang pria yang usianya sudah enampuluh
tahun akan tetapi masih nampak muda dan tampan, bertubuh
tinggi tegap dengan muka yang merah sekali, seolah muka itu
dilumuri darah. Pakaiannya dari sutera putih yang halus mengkilap dan di
punggungnya tergantung sebatang golok gergaji. Adapun
orang ke dua, juga sedikit lebih muda namun masih ramping
dan cantik, hanya warna kulit mukanya yang mengerikan
karena pucat seperti muka mayat. Juga pakaian wanita ini
terbuat dari sutera putih halus dan di pinggang yang ramping
melingkar seekor ular yang sebetulnya senjata sabuk ular
yang sudah mati. Maniyoko tidak tahu bahwa dia berhadapan dengan dua
orang datuk sakti yang lihai sekaii, yaitu Ang-bin Moko dan
Pek-bin Moli, sepasang iblis yang amat lihai dan kejam, yang
kini telah menjadi kaki tangan Si Kedok Hitam, membantu
gerakan para mata-mata Mongol. Akan tetapi karena di situ
dia tidak melihat adanya Si Kedok Hitam, dia menduga bahwa
dua orang ini tentulah pembantu pimpinan mata-mata itu,
maka dia tidak berani bersikap angkuh dan tetap waspada
karena dia belum tahu apa maksud mereka mengundangnya,
padahal belum lama ini dia dan suhunya serta sumoinya
menentang mereka dan bertempur dengan mereka di atas
perahu. "Apa maksudnya aku diundang ke sini?" tanya Maniyoko
sambil menoleh kepada si kedok biru yang tadi mengajaknya
ke tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang-bin Moko tertawa. "Engkau murid Tung-hai-liong dan
namamu Maniyoko" Ingin tahu mengapa kami
mengundangmu atas nama Yang Mulia" Lihatlah di sana itu!"
Dia menuding ke arah belakangnya dan Maniyoko mengangkat
muka memandang dan terkejutlah dia. Di sana, sekira seratus
meter dari situ, nampak Ouwyang Kim berdiri terikat pada
sebatang pohon dan melihat betapa kepala gadis itu terkulai,
dia dapat menduga bahwa sumoinya tentu dalam keadaan
pingsan atau tertotok lemas.
"Apa yang kalian lakukan kepada sumoi" Hayo cepat
bebaskan sumoi!" katanya dan diapun sudah mencabut
pedang samurainya dari punggung, siap untuk menerjang
mereka. "Tenanglah, orang muda dan simpan kembali pedangmu.
Sejak semula, Yang Mulia menawarkan kerja sama dengan
Tung-hai-liong, namun karena dia keras kepala, maka kerja
sama itu gagal." "Tapi kalian telah menawan sumoi di perahu itu, tentu saja kami menentang
kalian! Dan sekarang, kalian kembali
menawan sumoi!" kata Maniyoko marah.
Pria dan wanita yang aneh itu tertawa. "Hi..hik, orang
muda yang tampan. Kalau kami menawan puteri Tung-hai-
liong, hal itu kami lakukan karena ia yang menyerang kami.
Akan tetapi kami masih ingat akan persahabatan, maka kami
tidak membunuhnya. Lihat, kami sekarang menawannyapun
dengan maksud baik, agar ia berhutang budi kepadamu, agar
engkau meningkat dalam pandangan sumoimu. Bukankah
engkau menghendaki agar sumoimu itu kelak dapat membalas
cintamu dan menjadi isterimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maniyoko terkejut. Kiranya wanita yang mukanya seperti
mayat itu telah mengetahui isi hatinya. Tentu mereka itu telah
mengintai dan mendengar percakapan antara dia dan
gurunya. "Apa maksud kalian" Sebenarnya, mau apa kalian
menawan sumoi?" Pek-bin Moli mendekati pemuda itu dan berbisik-bisik.
Maniyoko mengangguk-angguk. Tak lama kemudian, sepasang
iblis itu memberi isyarat dan muncullah enam orang laki-laki
yang berpakaian seragam seperti perajurit kerajaan yang
memang sudah menerima perintah dari sepasang iblis itu.
Enam orang itu lalu menghampiri Akim yang terbelenggu pada
pohon, sedangkan sepasang iblis itu menghilang di balik
pohon-pohon. Maniyoko juga menyelinap di balik semak
belukar dan mengintai. Enam orang itu mengambil air dan menyiram kepala dan
muka Akim dengan air. Gadis itu akhirnya siuman dan melihat
betapa ia terbelenggu pada pohon dan ada enam orang
perajurit kerajaan berdiri di depannya, ia berusaha meronta
untuk melepaskan diri. Akan tetapi, enam orang itu sudah
mencabut pedang dan menodongkan senjata mereka
kepadanya. "Aihhh, jangan mencoba untuk melepaskan diri, nona, atau
pedang kami akan melumatkan tubuhmu."
Akim berhenti dan memandang kepada mereka dengan
mata mendelik penuh kemarahan. Tadi, ketika ia berjalan
hendak menuju ke pintu gerbang kota raja, ia mendengar
suara orang memanggilnya dari hutan itu. Ia memasuki hutan
dan diserang dua orang kakek dan nenek yang amat lihai. Ia
melakukan perlawanan namun akhirnya ia roboh tertotok dan
tidak sadar lagi, pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa kalian dan mau apa kalian menangkapku" Lepaskan
aku!" Seorang di antara mereka yang berkumis tebal menjawab
sembar? tertawa, "Ha..ha, engkau masih bertanya lagi" Lihat pakaian seragam
kami. Kami adalah anak buah Panglima Bhok
Cun Ki. Kami mendapat tugas menangkapmu dan
menghukummu karena engkau telah berani menggoda calon
mantu Bhok-ciangkun."
"Menggoda calon mantu Bhok-ciangkun" Kalian gila! Aku
tidak mengenal calon mantu Bhok-ciangkun!" Akim
membentak marah. Brarpun ia sudah terbelenggu dan
ditodong pedang dalam keadaan tidak berdaya, namun
sedikitpun ia tidak memperlihatkan rasa takut. "Lepaskan
aku!" "Ha..ha..ha, Bhok-ciangkun telah mengijinkan kami untuk
berbuat apa saja terhadap dirimu dan kami tidak akan
melepaskanmu begitu saja, manis! Jangan berpura-pura.
Calon mantu Bhok-ciangkun bernama Sin Wan, apakah
engkau hendak menyangkal lagi?"
Sepasang mata itu terbelalak. Sin Wan" Dan dia calon
mantu Bhok Cun Ki" Tentu saja ia tidak dapat menyangkal
bahwa ia mencinta Sin Wan walau kini cintanya berubah
menjadi perasaan sedih dan marah karena pemuda itu tidak
membalas cintanya. Akan tetapi baru sekarang ia tahu bahwa
Sin Wan adalah calon mantu Bhok Cun Ki. Ia teringat akan
pembelaan pemuda itu terhadap keluarga Bhok.
"Nah, engkau tidak akan menyangkal, bukan" Itulah
sebabnya maka kami disuruh menangkapmu dan
membunuhmu. Akan tetapi kami akan mengajakmu
bersenang-senang dulu sebelum membunuhmu. Ha..ha..ha!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Enam pasang tangan itu bergerak, agaknya hendak meraba
tubuh Akim yang terbelenggu.
"Jahanam, jangan ganggu sumoi!" terdengar bentakan
nyaring dan Maniyoko datang menyerbu dengan pedang
samurai di tangan. Enam orang itu terkejut, menggerakkan
pedang untuk mengeroyok Maniyoko. Akan tetapi pemuda itu
mengamuk dengan pedang samurainya sehingga para
pengeroyoknya menjadi gentar, apalagi setelah tiga orang
dirobohkan oleh tendangan-tendangan Maniyoko dan yang
tiga orang lagi terpaksa melepaskan pedangnya yang patah-
patah ketika bertemu pedang samurai. Mereka berenam lalu
melarikan diri dan Maniyoko tidak mengejarnya, melainkan
cepat menghampiri sumoinya dan melepaskan tali
pengikatnya. Tentu saja Akim girang bukan main. Baru saja ia terlepas
dari pada ancaman bahaya yang lebih mengerikan dari pada
maut sendiri. "Terima kasih, suheng. Syukur engkau datang, kalau tidak ........"
"Sudahlah, sumoi. Siapakah mereka itu dan bagaimana
engkau sampai dapat tertawan oleh orang-orang itu?"
Akim memungut pedangnya yang oleh para penawannya
dilempar ke atas tanah, lalu mengikatkan lagi pedangnya di
punggung dan iapun mengepal tinju. "Kalau hanya mereka itu yang mengeroyokku,
tak mungkin aku dapat mereka tawan.
Akan tetapi yang mengeroyokku adalah dua orang kakek dan
nenek yang lihai bukan main. Dan yang lebih menggemaskan,
mereka itu disuruh oleh Bhok Cun Ki untuk menangkap,
menghina dan membunuhku. Keparat Bhok Cun Ki! Aku harus
membuat perhitungan dengan dia!"
"Siapakah Bhok Cun Ki dan mengapa pula dia menyuruh
anak buahnya menawanmu, sumoi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia seorang panglima di kota raja. Sombongnya bukan
main! Baru aku ketahui bahwa dia adalah calon mertua Sin
Wan, dan dia menangkapku karena aku dianggap menggoda
Sin Wan. Keparat! Siapa ingin merebut mantu orang" Aku
harus membuat perhitungan, sekarang juga!"


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tenanglah, sumoi. Memang penghinaan ini harus dibalas,
akan tetapi mengingat dia seorang panglima, kita harus
berhati-hati dan menyerbu ke sana dengan diam-diam, jangan
sampai kita dikepung ratusan orang perajurit. Aku akan
membantumu, Akim." "Baik, terima kasih suheng. Dan bagaimana suheng dapat
berada di sini" Di mana ayah?".
"Suhu telah pulang dan suhu yang mengutus aku untuk
menyusulmu dan agar dapat membantu dan menemanimu!
Dua orang kakak beradik seperguruan ini dengan hati penuh
dendam lalu melanjutkan perjalanan memasuki kota raja.
Tentu saja Maniyoko tidak menceritakan kepada sumoinya
tentang pertemuannya dengan Ang-bin Moko dan Pek-bin
Moli, tidak menceritakan betapa dia kini telah bergabung dan
bekerja sama dengan anak buah Yang Mulia dan bahwa
tugasnya yang pertama adalah membantu Akim untuk
membunuh Panglima Bhok Cun Ki yang dianggap berbahaya
dan musuh besar Yang Mulia!
JJJ Bhok Cun Ki pulang dengan wajah pucat dan tubuh lesu.
Baru saja dia dipanggil oleh Sribaginda Kaisar dan di
persidangan itu, di mana hadir pula Jenderal Shu Ta dan para
menteri, Kaisar marah-marah dan memaki-maki Bhok Cun Ki
yang dianggap tidak mampu menjaga keamanan sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaringan mata-mata semakin mengganas. Bahkan hampir saja
Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo dan Putera Mahkota
terbunuh oleh penyerbuan anak buah jaringan mata-mata
musuh. Berita yang sampai kepada Kaisar adalah berkat
ketangkasan Jenderal Yauw Ti dan pasukannya, maka usaha
pembunuhan itu dapat digagalkan!
"Bagaimana sih usahamu menghancurkan jaringan mata-
mata di kota raja" Uhh, sampai kami tidak dapat tidur karena
siapa lagi yang dapat kami percaya" Seolah-olah diri kami
dikurung oleh mata-mata musuh, tidak tahu lagi kami siapa
kawan siapa lawan!" demikian antara lain Sribaginda Kaisar Thai-cu yang kini
selalu nampak gelisah itu memarahi Bhok
Cun Ki. "Bhok-ciangkun, kalau dalam waktu sebulan engkau
belum juga mampu menghancurkan jaringan mata-mata di
sini, kami mulai curiga jangan jangan engkau telah diperalat
pula oleh mereka. Sebulan engkau harus mampu
menghancurkan mereka, atau kau kami anggap pemberontak
dan pengkhianat dan sekeluargamu akan kami suruh jatuhi
hukuman mati!" Ucapan Kaisar ini terasa bagaikan kilat menyambar di hari
panas, amat mengejutkan, akan tetapi juga bagaikan ujung
pedang menusuk jantung. Selama puluhan tahun dia
mengabdi dengan penuh kesetiaan dan kesungguhan, sudah
tak terhitung banyaknya jasa yang disumbangkan untuk
negara dan sekarang dia menerima hadiah ancaman seberat
itu dari Kaisar! Memang dia tahu bahwa selama beberapa tahun ini terjadi
perubahan hebat atas diri Kaisar, sikapnya dan perangainya
berubah sama sekali. Pejuang besar Chu Goan Ciang yang kini
menjadi Kaisar itu, yang pada mulanya memerintah dengan
bijaksana dan baik, akhir-akhir ini berubah menjadi pemarah,
selalu curiga, tidak mempercayai lagi orang-orang yang
tadinya setia kepadanya, dan juga kejam bukan main, mudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjatuhkan hukuman mati kepada orang-orang yang tadinya
amat dekat dengannya, yang tadinya amat setia kepadanya.
Setelah tiba di rumah, Bhok Cun Ki tidak menceritakan
ancaman Kaisar itu kepada keluarganya. Dia tahu bahwa
terutama, sekali Cu Sui In yang baru saja menjadi isterinya
yang sah dan tinggal di rumahnya sebagai isteri terkasih,
tentu akan penasaran dan marah sekali kalau mendengar akan
peristiwa di istana tadi. Cu Sui In tentu akan marah dan
mungkin melakukan hal-hal yang bahkan akan membuat
Kaisar semakin curiga kepadanya. Oleh karena itu, dia hanya
menceritakan tentang peristiwa di luar kota Cin-an ketika Raja
Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota mengadakan pesta
pertemuan, tentang penyerbuan mata-mata yang dapat
digagalkan. "Kita tinggal menunggu pulangnya Lili. Pasti ia akan
membawa keterangan yang lebih lengkap mengenai peristiwa
itu," kata Bhok Cun Ki. "Sebaiknya kalau mulai hari ini kalian berdua ikut
waspada dan berjaga-jaga, karena agaknya
gerombolan mata-mata semakin nekat dan mengganas,"
pesannya kepada Ci Han dan Ci Hwa.
Entah mengapa, setelah kembali dari istana, hati Bhok Cun
Kl merasa tidak tenang dan tidak enak, seolah sikap Kaisar itu
ada kaitannya dengan kegiatan jaringan mata-mata. Timbul
kekhawatirannya bahwa mungkin saja semua ini sengaja
diatur oleh musuh, dan bukan tidak mungkin musuh mengirim
pembunuh ke rumahnya! Tentu saja dia tidak khawatir, karena
selain dia sendiri dan dua orang anaknya yang memiliki
kepandaian cukup untuk membela diri, di sampingnya kini
terdapat pula isterinya, Cu Sui In yang boleh diandalkan,
bahkan lebih lihai darinya.
Pada malam berikutnya, lewat tengah malam, Ci Han yang
melakukan perondaan di sekitar rumah keluarganya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggantikan adiknya, Ci Hwa yang bertugas jaga sejak sore
sampai tengah malam. Mereka hanya berjaga-jaga dan
kadang meronda, kalau-kalau ada musuh yang menyusup ke
dalam karena di luar pekarangan rumah mereka sudah
terdapat pasukan penjaga yang siang malam menjaga
keamanan rumah keluarga panglima itu.
Ketika Ci Han berkeliling sampai di taman keluarga yang
berada di belakang rumah, tiba-tiba dia berhenti melangkah
karena dia melihat bayangan orang berkelebat. Akan tetapi
tidak terdengar suara apapun, maka dia meragu, mengira
bahwa mungkin itu permainan bayangan pohon yang
digerakkan angin malam. Biarpun demikian, dia memasuki
taman untuk memeriksa. Taman itu cukup terang karena di
sana sini terdapat lampu gantung. Akan tetapi udaranya dingin
bukan main. Dengan tangan kanan di gagang pedang yang tergantung
di pinggang kiri, Ci Han melangkah dengan hati-hati ke dalam
taman bunga itu. Tiba-tiba dia terkejut karena dari balik
rumpun bunga yang tebal muncul dua bayangan orang yang
gerakannya gesit sekali. Di bawah sinar lampu dia sempat
melihat bahwa dua orang itu adalah seorang pemuda tampan
dan seorang gadis cantik.
Dia merasa pernah mengenal wajah gadis cantik itu, akan
tetapi belum sempat dia menegur, dua orang itu telah
menyerangnya dengan gerakan yang amat cepat. Ci Han
mencabut pedangnya, akan tetapi baru saja pedangnya
tercabut, gadis itu telah berhasil menotok pundaknya dan
diapun terpelanting. Pemuda itu menyambar tubuhnya, lalu
memanggul tubuhnya yang lemas tak berdaya.
"Kita bawa dia keluar. Cepat!" kata si gadis dan pemuda itu lalu meloncat,
mengikuti gadis itu yang bergerak cepat dan
ringan seperti burung terbang saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka adalah Ouwyang Kim dan suhengnya, Maniyoko.
Seperti kita ketahui, Akim telah terkena siasat yang dilakukan
secara cerdik oleh para pemberontak, yang menyamar
perajurit anak buah Bhok Cun Ki yang menawannya dan
mengancamnya hendak memperkosanya lalu membunuhnya.
Sudah diatur oleh mereka yang berhasil memperalat Maniyoko
sehingga pemuda inilah yang menyelamatkan sumoinya.
Tentu saja Akim marah dan mendendam kepada Bhok Cun Ki
dan Maniyoko beraksi membantunya, pada hal memang telah
diatur agar Ouwyang Kim membunuh Bhok-ciangkun dibantu
Maniyoko. Kalau sampai usaha ini berhasil, tentu saja pihak musuh
untung karena Bhok Cun Ki merupakan lawan dan penghalang
yang berbahaya. Andaikata terbalik dan Ouwyang Kim dan
Maniyoko yang tewas di tangan panglima yang lihai itu, pihak
pemberontak juga untung karena tentu akan terjadi
permusuhan antara Bhok-ciangkun dan Tung-hai-liong
Ouwyang Cin! Ci Han yang tak mampu bergerak lagi itu dilarikan ke dalam
sebuah pondok di dalam hutan, di luar kota raja. Agaknya
memang telah diatur sehingga Akim dan suhengnya, dengan
Maniyoko sebagai penunjuk jalan, dapat lolos keluar dari kota
raja dengan mudahnya. Mereka meloncati pagar tembok dan
seolah-olah sengaja dibiarkan saja oleh para penjaga, atau
memang mereka itu tidak melihat gerakan dua orang yang
amat cepat itu. Maniyoko melemparkan tubuh Ci Han ke atas sebuah dipan
dan sekali dia menotok, Ci Han dapat bergerak. Pemuda ini
menggosok-gosok kedua lengannya yang terasa masih lemas,
matanya mencorong memandang kepada kedua orang itu di
bawah sinar lampu yang cukup terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah kalian dan mengapa pula kalian menawanku?"
tanya Ci Han, sikapnya tenang dan gagah, sedikitpun tidak
memperlihatkan perasaan takut.
"Keparat, sudah menjadi tawanan kami masih bersikap
sombong" Engkau perlu dihajar sedikit agar tidak bersikap
angkuh!" kata Maniyoko dan diapun menampar ke arah pipi Ci Han. Ci Han yang
sudah terbebas dari totokan tentu saja tidak
membiarkan dirinya di tampar begitu saja. Dia telah
mempelajari ilmu dari ayahnya sejak kecil, maka cepat diapun
menangkis dengan pengerahan tenaganya.
"Dukk!" Dua lengan bertemu dan akibatnya, Ci Han
terjengkang saking kuatnya lengan lawannya sehingga dia
terkejut bukan main. Kiranya kedua orang penawannya itu
lihai bukan main. Tadipun demikian cepatnya gadis itu
menotoknya roboh dan kini, sekali mengadu tenaga, diapun
terjengkang oleh pemuda itu.
"Suheng, hentikan itu!" tiba-tiba gadis itu berseru dan Maniyoko yang sudah siap
menghajar, menarik kembali
tangannya dan hanya berdiri bersungut-sungut.
"Sumoi, menghadapi bocah bangsawan sombong ini tidak
perlu memberi hati!" Maniyoko mengomel. Akan tetapi dia
tidak bergerak lagi karena dia tidak berani menentang
kehendak sumoinya. Setelah Ci Han bangkit lagi dan berdiri tegak, biarpun
terkejut namun dia sama sekali tidak takut, Ouwyang Kim
menghampirinya dan sejenak mereka saling pandang dengan
sinar mata penuh perhatian. "Engkau tentu yang bernama.
Bhok Ci Han, bukan?" tanyanya dengan sikap angkuh dan
dingin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, dan siapa engkau, nona" Apa pula artinya semua
ini?" "Hemm, aku menawanmu sehubungan dengan maksudku
untuk membunuh Bhok Cun Ki."
Ci Han tidak merasa heran kalau ada orang-orang
memusuhi ayahnya. Ayahnya, sebagai seorang panglima
petugas keamanan yang telah membasmi banyak sekali
gerombolan penjahat, tentu saja dimusuhi banyak orang
kangouw. Akan tetapi kalau yang memusuhi seorang gadis
secantik ini dan suhengnya yang juga gagah dan tampan, dia
sungguh merasa amat heran.
"Nona, ayahku adalah seorang panglima pembasmi
kejahatan, dia bukan orang jahat ......" Dia memancing untuk mengetahui keadaan
gadis itu. "Tentu saja engkau sebagai anaknya tidak mengatakan dia
jahat. Akan tetapi, baru kemarin dulu dia telah menghinaku,
mengutus orang-orang untuk menangkapku dan
membunuhku! Kau bilang perbuatan itu tidak jahat" Aku harus
membalasnya, dan aku menangkapmu untuk memaksanya
datang ke sini menyerahkan nyawanya kepadaku! Ayahmu
seorang pengecut, mengirim orang-orang untuk
mengeroyokku, menawanku, bahkan menyuruh orang-orang
itu memperkosaku sebelum membunuhku!"
"Tidak mungkin! Tidak mungkin ayah berbuat seperti itu!
Kalau dia menangkap gerombolan penjahat, tentu akan diadili
dulu, dan tidak mungkin sama sama sekali dia menyuruh anak
buahnya membunuh orang, apalagi memperkosa wanita, aku
tidak percaya!" Ci Han membantah keras dan merasa
penasaran sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, ayahnya anjing, anaknya tentu anjing pula!"
Maniyoko membentak. "Tutup mulutmu yang kotor!" Ci Han balas membentak.
"Kami adalah keluarga terhormat, orang-orang yang setia
kepada pemerintah, juga selalu menentang kejahatan, tidak
mungkin kami sudi berbuat jahat. Ini tentu fitnah!"
"Bhok Ci Han, bagaimanapun engkau menyangkal, aku
sendiri yang mengalaminya. Engkau percaya atau tidak
terserah. Sekarang, engkau harus menulis surat kepada
ayahmu, minta agar dia datang ke sini seorang diri. Kalau dia
tidak mau datang, engkau akan kubunuh!"
"Aku tidak sudi!" bentak Ci Han dengan berani. "Nona, pikir baik-baik. Apa yang
kaulakukan ini adalah suatu kejahatan!
Engkau telah ditipu orang, ayahku, kena difitnah. Aku berani
bertaruh dengan nyawaku bahwa bukan ayah yang menyuruh
orang-orang menawanmu."
"Mereka berpakaian seragam perajurit, mengaku disuruh
ayahmu ......." "Bisa saja penjahat memalsukannya. Buktinya, di Cin-an,
para penyerbu yang hendak membunuh Pangeran Mahkota
dan Raja Muda Yung Lo juga menyamar sebagai perajurit!
Ingatlah, nona, sekali ini mungkin nona ditipu orang. Seorang
yang berilmu tinggi seperti nona, sebaiknya waspada dan
jangan sampai melakukan perbuatan jahat yang kelak hanya
akan menimbulkan penyesalan dalam kehidupanmu."
"Sumoi, biar kuhajar mulut orang ini!" Maniyoko sudah bangkit berdiri dan
menghampiri Ci Han yang masih berdiri
tegak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, suheng!" Akim juga membentak suhengnya.
Diam-diam Akim mulai mempertimbangkan ucapan pemuda
yang tampan dan gagah itu. Rasanya tidak mungkin seorang
yang bersalah bersikap seberani itu. Dan kemungkinan


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemalsuan dan fitnah itu memang ada. "Bhok Ci Han,
katakan, bukankah Sin Wan merupakan calon mantu
ayahmu?" Mendengar pertanyaan ini, Ci Han tertegun dan tiba-tiba
mendengar disebutnya nama Sin Wan, diapun teringat siapa
gadis ini. "Ah, sekarang aku ingat. Engkau tentu nona
Ouwyang Kim yang dulu pernah datang ke rumah kami
bersama Sin Wan!" Akim tersenyum mengejek, hatinya semakin panas
diingatkan peristiwa itu karena pada waktu itu, ia masih
mencinta Sin Wan dan mengharapkan pemuda itu membalas
cintanya. "Memang aku Ouwyang Kim. Nah, jawablah pertanyaanku
tadi. Bukankah Sin Wan calon mantu ayahmu?"
"Ya, dulunya memang begitu, akan tetapi...." Ci Han
merasa ragu-ragu karena tidak perlu dia menceritakan urusan
keluarganya kepada orang luar.
"Sumoi, sudah jelas bahwa para perajurit itu adalah anak
buah Bhok Cun Ki. Perlu apa lagi bertanya-tanya" Paksa dia
menulis surat. Biar aku yang menyiksanya dan memaksanya!"
Maniyoko berkata. Mendengar jawaban sepotong tadi, Akim merasa yakin
bahwa tentu Bhok Cun Ki yang menyuruh anak buahnya
menangkapnya karena mengira ia hendak menggoda Sin Wan.
Hatinya menjadi panas sekali dan ia menatap wajah Ci Han
dengan sinar mata mencorong. "Katakan kepada ayahmu, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sudi menggoda calon suami orang! Aku tidak serendah
itu. Tunggu saja, kuberi waktu sampai besok pagi. Kalau
engkau belum juga mau menulis surat kepada ayahmu, aku
akan menyerahkan engkau kepada suhengku ini dan jangan
katakan bahwa aku kejam!"
Setelah berkata demikian, ia menoleh kepada suhengnya.
"Suheng, aku pusing dan hendak beristirahat. Jaga dia baik-baik, akan tetapi
jangan ganggu, tunggu sampai besok pagi."
Gadis itu lalu memasuki ruangan dalam pondok itu dan
merebahkan diri di dipan yang sederhana.
Maniyoko memandang kepada Ci Han dan senyumnya
membayangkan kekejaman. "Aku akan senang sekali kalau
engkau mencoba untuk melarikan diri agar aku mendapat
alasan untuk menyiksa dan membunuhmu sekarang juga."
Setelah berkata demikian, Maniyoko duduk bersila dan
memejamkan mata, seolah memberi kesempatan kepada Ci
Han untuk mencoba melarikan diri.
Ci Han bukan pemuda bodoh. Dari pertemuan tenaga tadi
dia tahu bahwa pemuda ini kuat dan lihai sekali. Kalau dia
nekat melarikan diri, berarti dia membunuh diri. Apalagi gadis
yang lihai itupun berada dekat. Gadis itu adalah puteri Tung-
hai-liong Ouwyang Cin, demikian keterangan yang pernah dia
dengar dari Sin Wan. Dan tentu pemuda pendek ini murid
datuk itu. Sungguh berbahaya, dan diapun menjadi gelisah
memikirkan ayahnya. Ayahnya difitnah, ataukah kedua orang
ini sengaja berpura-pura agar dapat memancing ayahnya di
situ untuk mereka bunuh"
Sayang, dia menghela napas panjang. Gadis ini kelihatan
demikian manis, bahkan dari sikapnya ketika melarang
suhengnya bersikap kasar terhadap dirinya, dia tidak percaya
bahwa gadis seperti itu berhati jahat. Dia maklum bahwa
melarikan diri tidak ada gunanya, maka diapun duduk pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersila untuk menghimpun tenaga yang mungkin dia perlukan
pada hari esok. Karena menderita tekanan batin, Akim gelisah di atas
dipan. Diam-diam harus diakuinya bahwa pemuda tawanan itu
amat menarik hatinya. Pemuda itu demikian tabah, pemberani
dan gagah, terutama sekali pandang matanya yang demikian
lembut namun mengandung keberanian luar biasa. Seorang
yang jantan, pikirnya, dan hal ini membuat ia semakin gelisah.
Andaikata benar Bhok Cun Ki yang menyuruh anak
buahnya menawannya karena panglima itu marah kepadanya,
mengira ia menggoda Sin Wan, hal itu tidak ada sangkut-
pautnya dengan Bhok Ci Han. Akhirnya, ia dapat jatuh pulas
pula dan diganggu mimpi tentang seorang pemuda yang
wajahnya berubah-ubah, seperti wajah Maniyoko, kemudian
Sin Wan, dan akhirnya wajah Bhok Ci Han.
Tiba-tiba ia dikejutkan dan dibangunkan oleh suara ribut-
ribut. Ketika ia membuka matanya, ia mendengar suara orang
berkelahi di ruangan depan. Cepat ia meloncat turun dan
keluar dari ruangan dalam. Dilihatnya Maniyoko sedang
mendesak Bhok Ci Han dengan serangan-serangan maut yang
membuat Ci Han repot sekali melindungi dirinya.
29. Penculik .. Ya Pelindung
"Dukk!" Akhirnya, sebuah pukulan mengenai dada kanan Ci Han, membuat pemuda itu
terpelanting. "Suheng, tahan!" Akim membentak dan meloncat ke depan, melerai.
"Sumoi, biar kubunuh jahanam ini! Dia tetap tidak mau
menulis surat. Biar kusiksa dia sampai dia mau menulisnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maniyoko melompat ke depan lagi hendak menghajar Ci
Han yang sudah bangkit duduk sambil menekan dada
kanannya yang terasa nyeri. Tangan Maniyoko sudah
menyambar hendak mencengkeram rambut Ci Han, akan
tetapi Akim cepat bergerak ke depan.
"Plakk!" tangan Maniyoko terpental oleh tangkisan Akim.
"Suheng, engkau hendak melawanku?" bentak Akim marah
sekali. Maniyoko mengendur.
"Aihh, sumoi, bagaimana engkau masih mau melindungi
pemuda ini" Dia adalah putera Bhok Cun Ki yang telah
menghinamu!" "Cukup, suheng! Ini adalah urusanku, engkau tidak berhak
mencampuri. Kalau engkau tidak suka, pergilah dan biar
kuselesaikan sendiri urusan ini!" Akim menantang dan
Maniyoko bersungut-sungut.
"Baiklah, baiklah ...... aku tidak akan mencampuri, sumoi
......" katanya dan diapun berdiri di sudut sambil memandang kepada Ci Han
dengan sinar mata penuh kemarahan.
Melihat Ci Han menyeringai kesakitan, Akim segera
menghampiri dan membantunya bangkit, lalu membawanya
duduk ke atas bangku. "Parahkah lukamu?" tanyanya lembut sehingga membuat Ci Han
merasa heran bukan main. Dia
menggeleng kepalanya. "Nah, Bhok Ci Han, engkau akan rugi sendiri kalau tidak
mau memenuhi permintaanku. Aku tidak akan memusuhimu,
aku hanya ingin berhadapan dengan Bhok Cun Ki untuk minta
pertanggung jawabnya atas perbuatan anak buahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadaku kemarin dulu. Tulislah surat itu, undang dia ke sini
dan engkau tidak akan kuganggu lagi."
Melihat betapa kembali nona penawannya itu
menyelamatkannya dari ancaman penyiksaan dan
pembunuhan suheng nona itu, dan mendengar kata-katanya
yang lembut, Ci Han menghela napas panjang. "Nona
Ouwyang, kalau aku disuruh menulis surat kepada ayah untuk
memancing dan menjebaknya ke sini, biar aku disiksa sampai
matipun tidak akan kulakukan. Kalau aku diharuskan menulis
surat kepada ayah, akan kuceritakan semua yang telah
kualami, dan kuperingatkan agar dia berhati-hati. Jadi,
percuma saja. Kalau memang engkau hendak membunuhku,
silakan, akan tetapi aku tidak mau mencelakai ayah."
"Bhok Ci Han, jangan dikira bahwa aku seorang pengecut
yang curang! Aku ingin berhadapan dengan ayahmu sendiri,
bukan menjebaknya." "Sumoi, kalau kaubiarkan dia menulis surat seperti itu,
tentu ayahnya akan datang membawa pasukan besar dan kita
akan celaka," kata Maniyoko.
"Bhok Ci Han, aku tidak menjebaknya, hanya ingin dia
datang seorang diri agar aku dan dia membuat perhitungan
atas perbuatan anak buahnya!" kata lagi Akim.
Pada saat itu terdengar suara dari luar rumah. "Nona, aku
sudah datang seorang diri. Keluarlah kalau ingin bicara
denganku!" "Ayah ......! sudah datang!" kata Ci Han, gembira akan
tetapi juga khawatir. Dia bangkit dan hendak keluar. Maniyoko
bergerak hendak menangkapnya, akan tetapi dicegah Akim.
Gadis ini lalu memegang lengan Ci Han dan berkata, "Mari kita keluar, aku hanya
tidak ingin ayahmu berbuat curang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika mereka bertiga keluar, benar saja yang berdiri di situ
adalah Bhok Cun Ki, seorang diri. Kiranya ketika Ci Han
ditawan dan dilarikan Maniyoko dan Akim, ada seorang
penjaga yang melihat bayangan mereka dan penjaga ini yang
tidak sempat mengejar, segera melapor ke dalam. Mendengar
ini, Bhok Cun Ki cepat melakukan pengejaran sendiri, demikian
pula Cu Sui In. Ci Hwa dilarang melakukan pengejaran,
disuruh menjaga dan melindungi ibunya di rumah. Bhok Cun
Ki dan Cu Sui In melakukan pengejaran secara berpencar.
Setelah semalam itu berputar-putar mencari jejak orang-
orang yang menculik puteranya, akhirnya Bhok Cun Ki pada
keesokan harinya, melihat pondok di dalam hutan itu dan dia
merasa curiga. Ketika dia menghampiri dan mengintai, dia
sempat mendengarkan percakapan antara seorang gadis dan
puteranya yang menjadi tawanan, maka diapun segera
berteriak memanggil. Melihat Ci Han keluar digandeng seorang gadis cantik dan
diiringkan seorang pemuda tampan yang pendek,
Bhok?ciangkun merasa lega melihat puteranya dalam
keadaan selamat. "Nona muda, aku Bhok Cun Ki telah datang dan
berhadapan denganmu, kenapa engkau tidak segera
melepaskan puteraku?" tanya Bhok Cun Ki, suaranya tenang
dan berwibawa. "Bhok Cun Ki, aku tidak akan melanggar janji. Setelah
engkau berhadapan seorang diri denganku, tentu Bhok Ci Han
ini akan kubebaskan. Akan tetapi aku belum yakin apakah
orang seperti engkau ini dapat dipercaya. Siapa tahu engkau
datang bersama pasukanmu dan begitu puteramu
kubebaskan, pasukanmu akan datang menyerbu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona," Ci Han memprotes, "kenapa nona memandang rendah ayahku seperti ini"
Ayahku adalah seorang panglima,
seorang pendekar, seorang gagah yang tidak sudi melakukan
kecurangan!" "Hemm, kita lihat saja nanti," kata Akim tanpa melepaskan tangannya yang
memegang lengan pemuda itu sehingga
nampaknya mereka seperti bergandengan dengan mesra.
"Bhok Cun Ki, kenapa engkau kemarin dulu mengutus
seorang kakek dan seorang nenek berpakaian putih, dan
enam orang perajurit, menangkap aku dan menyuruh mereka
membunuhku setelah menghina dan menyiksaku lebih dahulu"
Kalau tidak ada suhengku ini yang datang menolong, tentu
sekarang aku telah menjadi korban kekejianmu!"
Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya dan matanya mencorong.
"Nona, omongan apa yang kaukeluarkan ini" Aku Bhok Cun Ki
selamanya tidak pernah melakukan perbuatan sehina itu! Aku
selamanya tidak mengenalmu, mengapa aku harus melakukan
hal seperti itu?" "Ayah, ia adalah nona Ouwyang Kim, puteri Tung-hai-liong
Ouwyang Cin dan dia itu murid Tung-hai-liong," kata Ci Han.
Bhok Cun Ki tertegun. "Aih, kiranya puteri Ouwyang Cin.
Sudah lama aku mengenal nama besar Ouwyang Cin dan
biarpun dia seorang datuk sesat, namun belum pernah aku
mendengar dia melakukan hal-hal yang kurang patut, apalagi
menentang pemerintah. Di antara kami tidak pernah
bermusuhan, kenapa aku harus melakukan perbuatan hina
seperti itu kepada puterinya" Nona Ouwyang, tuduhanmu itu
tidak berdasar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi .... orang-orang yang menawanku itu, mereka
berpakaian perajurit dan mengaku anak buahmu, suruhanmu
......." "Semua orang bisa saja mengaku demikian, nona."
"Sumoi, jangan percaya padanya! Mana ada maling teriak
maling! Bhok Cun Ki, menyerahlah engkau kalau engkau tidak
ingin melihat puteramu mati di ujung pedangku!" Maniyoko
sudah mencabut samurainya dan menodongkan senjata itu di
punggung Ci Han. "Suheng, jangan .........!"
"Sumoi, jangan lemah. Mereka adalah musuh-musuh kita.
Ingat betapa mereka telah menghinamu. Kalau tidak ada aku
yang datang menolong, tentu engkau sudah diperkosa mereka
beramai-ramai sebelum dibunuh!"
"Tapi.... tapi...." Akim menjadi bingung dan ragu. Kalau teringat akan apa yang
dialaminya kemarin dulu, hatinya
panas bukan main, akan tetapi melihat sikap Ci Han dan Bhok
Cun Ki, timbul keraguan di dalam hatinya. Sikap ayah dan
anak itu bukan sikap orang yang bersalah.
Maniyoko yang maklum sepenuhnya akan kelihaian Bhok-
ciangkun, merasa khawatir sekali melihat keraguan sumoinya.
Kalau sampai sumoinya tidak berpihak kepadanya dan
panglima itu turun tangan, dia akan celaka. Dia sudah
mendengar betapa panglima Bhok ini memiliki tingkat
kepandaian yang seimbang dengan gurunya!
"Bhok Cun Ki, sekarang saatnya maut menjemputmu!"
bentaknya dan ini merupakan isyarat kepada sekutunya untuk
turun tangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar suara tawa ha..ha..ha..hi..hi dan muncullah Ang-
bin Moko dan Pek-bin Moli, juga enam orang yang pernah
menyamar sebagai perajurit anak buah Bhok Cun Ki.
Melihat sepasang iblis itu, Bhok Cun Ki terkejut. Ang-bin
Moko tertawa dan menudingkan golok gergajinya ke arah
muka panglima itu. "Bhok Cun Ki, saatnya tiba bagimu untuk membayar
hutangmu kepada kami, ha..ha..ha!"
"Hem, kiranya Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli yang berdiri
di belakang layar. Dua orang datuk besar, sepasang iblis yang
pernah mengguncang dunia kang-ouw, kini agaknya telah
menjadi anjing penjilat orang-orang Mongol! Betapa
menjijikkan!" Akim terbelalak memandang kepada delapan orang itu.


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akan tetapi ...... kalian.... kalian yang menawan aku dan
mengaku disuruh Bhok Cun Ki ........"
Pek-bin Moli, wanita bermuka pucat itu terkekeh genit.
"Maniyoko, pemuda ganteng, cepat kaubunuh dulu putera
panglima itu!" Maniyoko menggerakkan pedang samurainya, membacok
tubuh Ci Han dari belakang. Pemuda ini menggeser kaki
mengelak dan Akim menggerakkan pedangnya.
"Trang ......!!" Pedang itu menangkis pedang samurai
suhengnya dan sepasang mata Akim mencorong penuh
kemarahan. "Suheng! Kau .... kau bersekongkol dengan mereka?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, aku hanya melanjutkan usaha suhu untuk bekerja
sama dengan mereka!" Maniyoko membantah. "Biarkan aku membunuh dia!" Maniyoko
menyerang lagi ke arah Ci Han,
akan tetapi pedang Akim menyambar dan terpaksa Maniyoko
menyambut dan terjadilah perkelahian seru antara suheng dan
sumoi ini. "Bantu aku menangkapnya!" Maniyoko berteriak kepada
sekutunya karena dia kewalahan menghadapi Goat-im-kiam
yang mendatangkan hawa dingin itu. Enam orang anak buah
sepasang iblis itu segera membantunya dan mengeroyok Akim
"Jangan bunuh, tangkap ia hidup-hidup!" seru Maniyoko yang merasa sayang kalau
gadis yang membuatnya selama ini
tergila-gila itu sampai terbunuh. Melihat Akim dikeroyok, Ci
Han lalu membantu Akim. "Ci Han, kau pergunakan pedang ini!" kata ayahnya dan Ci Han meloncat ke dekat
ayahnya, menerima sebatang pedang.
Kiranya Bhok Cun Ki telah dipancing oleh sepasang iblis
yang telah menduga bahwa Ci Han tentu tidak dapat dipaksa
menulis surat. Oleh karena itu, mereka membuat surat kepada
Bhok Cun Ki dan minta agar panglima itu datang sendiri ke
situ. Akan tetapi malam itu, mereka melihat Bhok Cun Ki
berkeliaran di hutan, maka mereka hanya mengintai dan
menanti, untuk membantu Akim dan Maniyoko.
Ketika melakukan pengejaran terhadap para penculik
puteranya, Bhok Cun Ki sengaja membawa pedang cadangan.
Dia dapat menduga bahwa setelah dapat diculik, tentu
puteranya itu tidak membawa senjata lagi, maka dia sengaja
membawakan sebatang pedang untuk puteranya dan
sekarang, benar saja puteranya membutuhkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan pedang di tangan, kini Ci Han membantu Akim
mengamuk. Karena tingkat kepandaiannya masih jauh
dibandingkan Maniyoko dan Akim, maka diapun hanya
membendung pengeroyokan enam orang anak buah sepasang
iblis sehingga Akim dapat mencurahkan tenaga untuk
menghadapi suhengnya. Sementara itu, melihat betapa Akim dan Ci Han sudah
dikeroyok, sepasang iblis itu tertawa lagi. "Bhok Cun Ki,
belasan tahun yang lalu, kami pernah kalah olehmu, akan
tetapi sekarang tibalah saat pembalasan kami. Juga, engkau
harus mati karena engkau merupakan gangguan bagi gerakan
Yang Mulia," kata Ang-bin Moko.
"Anjing penjilat Mongol!" Bhok Cun Ki membentak dan
diapun sudah mencabut Ceng-kong-kiam. Nampak sinar
kehijauan menyilaukan mata ketika pedangnya tercabut. Bhok
Cun Ki adalah seorang ahli pedang Butong-pai yang telah
memiliki tingkat tinggi. Selain mahir pedang Butong-pai, juga
dia merupakan seorang ahli yang telah memiliki banyak sekali
pengalaman bertanding sehingga gerakannya telah matang
dan tangguh. Akan tetapi, yang dihadapi sekarang adalah
sepasang iblis yang amat berbahaya. Tingkat kepandaian
seorang di antara dua iblis itu saja sudah setingkat dengan
dia, maka kini dikeroyok dua, apalagi kini sepasang iblis telah melatih diri
dengan ilmu-ilmu keji, maka dia tahu bahwa dia
terancam bahaya dan harus mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaian untuk dapat mengimbangi mereka.
"Sing..sing..sing .....!" Golok gergaji di tangan Ang-bin Moko mulai menyerang
bertubi-tubi, menyambar-nyambar bagaikan
seekor burung elang mencari mangsa. Namun, Bhok Cun Ki
pernah dijuluki Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang Sakti), maka
diapun mengelebatkan pedangnya, sambil mengelak
pedangnya membabat ke arah pergelangan tangan yang
memegang golok sehingga terpaksa lawannya menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali serangannya dan mulai menyerang dengan jurus
baru. Sementara itu, bagaikan seekor ular yang hidup, sabuk ular
di tangan Pek-bin Moli sudah menyambar-nyambar dan
tercium bau amis ketika sabuk itu menyambar lewat dekat
kepala Bhok Cun Ki. Seperti juga tadi, Bhok Cun Ki mengelak
dan membalas dengan serangan ke arah lengan lawan.
"Syuuuuuuttt ........!" Angin yang aneh menyambar dan
cepat Bhok Cun Ki melempar tubuh ke samping, maklum
bahwa yang menyambarnya adalah hawa pukulan beracun
yang amat jahat. Itulah Toat-beng-tok-ciang, pukulan beracun
jarak jauh yang amat berbahaya. Dan kini, sepasang iblis itu
sambil menggerakkan senjata menyerang, juga menyelingi
dengan pukulan tangan beracun jarak jauh, juga jari tangan
kiri mereka kadang-kadang menyerang dengan totokan Touw-
kut-ci (Jari Penembus Tulang).
Diam-diam Bhok Cun Ki terkejut. Pukulan beracun dan
totokan jari itu tidak kalah bahayanya dibanding golok gergaji
dan sabuk ular. Diapun memutar pedangnya sehingga
terbentuklah gulungan sinar yang melingkar-lingkar
melindungi tubuhnya dan kadang-kadang saja dari gulungan
sinar itu mencuat ujung pedangnya untuk membalas. Namun,
dia hanya mendapatkan kesempatan sedikit saja untuk dapat
membalas hujan serangan lawan.
Sementara itu, Akim dan Ci Han terdesak hebat oleh
Maniyoko dan enam orang anak buah sepasang iblis yang juga
memiliki ilmu kepandaian yang cukup kuat. Akim sebetulnya
lebih lihai dibanding suhengnya dan andaikata Maniyoko maju
seorang diri, dia pasti akan kalah oleh sumoinya itu. Akan
tetapi, Maniyoko dibantu dua orang yang cukup lihai,
sedahgkan Ci Han dikeroyok empat orang yang membuat dia,
terdesak pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun dirinya terdesak oleh suhengnya dan dua orang
pengeroyok, namun Akim selalu memperhatikan keadaan Ci
Han. Ketika ia melihat Ci Han terdesak hebat dan pemuda itu
hanya dapat memutar pedang melindungi tubuhnya dari hujan
senjata yang digerakkan empat orang pengeroyoknya, Akim
merasa khawatir sekali dan beberapa kali ia menengok.
Perhatiannya terpecah sehingga ketika sebatang pedang
pengeroyoknya menyambar leher, ia terlambat mengelak
sehingga ujung pedang itu masih melukai pundak kirinya. Ia
terkejut, akan tetapi bukan karena pundaknya terluka,
melainkan melihat Ci Han terkena tendangan sehingga tubuh
pemuda itu terpelanting. Tanpa memperdulikan keadaan diri
sendiri, Akim meloncat dan pedangnya bergerak cepat
menerjang empat orang yang sudah hendak mengirim
serangan susulan yang akan mematikan Ci Han.
"Trang-trang ......!?" Seorang pengeroyok terjungkal dengan dada terluka pedang
Gwat-im-kiam. Ci Han yang sudah
mengeluarkan keringat dingin karena tadi nyawanya
terancam, kini meloncat lagi.
"Terima kasih ........!" Ci Han berkata dan Akim merasa
terharu. Ia sekarang melihat bahwa ia telah tertipu oleh
Maniyoko yang bersekongkol dengan mata-mata Mongol.
Tahulah ia bahwa ketika ia ditawan, lalu ditolong Maniyoko
dan pengakuan para penculiknya bahwa mereka disuruh oleh
Bhok Cun Ki, semua itu bohong belaka. Semua itu merupakan
siasat yang sudah diatur Maniyoko dengan sekutunya
sehingga ia kena dikelabui dan ia memusuhi keluarga Bhok. Ia
bahkan telah bersama suhengnya itu menculik Ci Han! Dan
pemuda itu agaknya sama sekali tidak, mendendam
kepadanya! "Cepat ke sini, kita saling melindungi!" katanya kepada Ci Han. Pemuda itu
mengerti dan dia khawatir melihat pundak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kiri gadis itu terluka. Bajunya telah berlumuran darah! Cepat
dia meloncat dan berdiri saling membelakangi dengan Akim,
dengan demikian, mereka dapat saling melindungi dan tidak
dapat dibokong dari belakang. Mereka berdiri sambil
memasang kuda-kuda, sedangkan Maniyoko bersama sisa
anak buah sepasang iblis, yaitu tinggal lima orang karena
yang seorang telah roboh oleh Akim, mengepung sambil
bergerak perlahan mengitari dua orang muda itu.
"Bunuh pemuda ini, tangkap gadisnya," kata pula Maniyoko
yang membuat Akim marah bukan main. Sejak kecil
suhengnya ini dipelihara ayahnya, dididik dan disayang.
Kiranya sekarang telah menjadi pengkhianat yang berniat
buruk terhadap dirinya. "Maniyoko, engkau manusia berhati binatang, tak mengenal
budi!" bentak Akim akan tetapi segera ia bersama Ci Han
harus memutar senjata untuk melindungi diri dan menangkis
sambaran senjata enam orang pengeroyok itu.
Pada saat itu, terdengar bentakan nyaring dan serangkum
hawa menyambar ke arah enam orang pengeroyok. Lima
orang anak buah itu terjengkang, sedangkan Maniyoko sendiri
terhuyung kebelakang. Bukan main kagetnya ketika pemuda
Jepang ini melihat bahwa yang muncul dan menyerang
dengan dorongan jarak jauh itu bukan lain adalah gurunya
sendiri, Tung-hai-liong Ouwyang Cin!
Sebaliknya, Akim girang bukan main melihat ayahnya. Tak
disangkanya bahwa ayahnya akan muncul, dan tahulah ia
bahwa diam-diam ayahnya agaknya merasa tidak enak dan
menyusulnya ke kota raja. Iapun teringat akan keadaan Bhok
Cun Ki yang kini didesak hebat oleh kakek dan nenek
mengerikan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli itu hampir saja
berhasil menyiksa dan membunuhku. Ayah, aku telah dihina
mereka, balaskan, ayah. Mereka bahkan menghina dan
mencemooh ayah, menganggap ayah takut kepadanya. Dan
Maniyoko binatang tak mengenal budi ini bersekongkol
dengan mereka!" Mendengar ucapan puterinya itu, merah wajah kakek
gendut itu. Takut merupakan pantangan baginya dan
dikatakan takut merupakan penghinaan yang paling besar.
Maka, mendengar ucapan Akim, mukanya merah dan seluruh
tubuhnya gemetar, tanda bahwa ia sedang mengerahkan
tenaga sin-kang, siap untuk bertempur. Kemudian, setelah
mengeluarkan pekik seperti para pendekar samurai Jepang
kalau berlagak, Tung-hai-liong Ouwyang Cin menyerbu ke
dalam pertempuran antara Bhok Cun Ki yang dikeroyok dua.
"Ouwyang Cin, bajak Jepang rendah, jangan banyak lagak
di sini!" bentak Ang-bin Moko yang cepat menyambut kakek
gendut itu. Pada saat itu, Ouwyang Cin menyambar dengan
pukulan tamparan yang amat kuat, dan Ang-bin Moko cepat
mengerahkan Toat-beng-tok-ciang untuk menyambut.
"Dessss .......!!" Dua telapak tangan bertemu dan akibatnya, tubuh Ang-bin Moko
terdorong mundur sampai tujuh langkah.
Ouwyang Cin sendiri terkejut karena biarpun dia lebih kuat
dan tubuhnya tetap tegak, namun telapak tangannya yang
tadi bertemu dengan telapak tangan Ang-bin Moko terasa
panas dan gatal! Tahulah dia bahwa lawan menggunakan
pukulan beracun yang amat berbahaya sehingga telapak
tangannya yang sudah kebal terhadap senjata tajam dan
terhadap racun itu kini tetap saja tertembus.
Setelah mengerahkan sin-kang untuk menahan pengaruh
hawa beracun yang menyusup ke telapak tangan kanannya
itu. Tung-hai-liong Ouwyang Cin mencabut pedangnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak sinar yang menyilaukan mata. Pedang Jit-ong-kiam
(Raja Matahari) telah tercabut dan pedang ini memang
mengkilat dengan cahaya yang berkilauan. Akan tetapi Ang-
bin Moko juga sudah memegang golok gergajinya, maka tanpa
banyak cakap lagi, kedua orang datuk ini sudah saling terjang
dengan ganasnya. Karena kini Ang-bin Moko mendapat lawan tangguh, Bhok
Cun Ki terbebas dari pengeroyokan dan pertandingan antara
dia dan Pek-bin Moli berjalan dengan seru dan seimbang.
Sabuk ular di tangan Pek-bin Moli menyambar-nyambar,
namun dapat diimbangi gulungan sinar pedang di tangan Bhok
Cun Ki. Tingkat kepandaian mereka memang seimbang maka
masing-masing harus mengerahkan seluruh tenaga dan
menguras semua kepandaian untuk dapat mengalahkan
lawan. Yang paling hebat adalah perkelahian antara Tung-hai-liong
Ouwyang Cin melawan Ang-bin Moko. Keduanya
mengeluarkan jurus-jurus paling ampuh dan keduanya
bernafsu besar untuk saling membunuh. Karena maklum
bahwa lawan amat berbahaya, maka keduanya ingin saling
mendahului. Berkali-kali Jit-kong-kiam beradu dengan golok gergaji.
Demikian kerasnya pertemuan kedua senjata ini sehingga
nampak bunga api berpijar dan berhamburan, disertai suara
nyaring yang menusuk telinga. Namun, kedua senjata itu tidak
menjadi rusak. Agaknya kedua senjata itu memang
merupakan senjata ampuh yang kuat dan keras.
"Singgg ........!" Kembali kedua senjata itu menyambar
dengan gerakan amat kuat, didorong tenaga sin-kang yang
memenuhi kedua tangan yang memegangnya. Di udara,
kedua senjata itu bertemu lagi untuk ke sekian puluh kalinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trakkkk!!" Sekali ini, pertemuan kedua senjata itu
sedemikian kuatnya seolah terjadi ledakan kilat dan keduanya
terkejut karena melihat betapa senjata andalan masing-
masing telah patah-patah! Dua buah senjata itu akhirnya tidak
kuat menahan hantaman yang dilandasi tenaga sin-kang itu
dan patah. Keduanya terkejut dan marah bukan main. "Keparat!"
bentak Tung-hai Liong Ouwyang Cin.
"Jahanam!" Ang-bin Moko juga membentak dan keduanya
lalu menggerakkan kaki maju dan saling terjang dengan
nekat.

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Plakk .........!!" Kedua telapak tangan mereka saling
bertemu dengan kuatnya dan seperti melekat! Kini mereka,
dua orang datuk itu, mengadu tenaga dengan nekat, cara
bertanding yang hanya diakhiri dengan salah seorang di
antara mereka putus nyawa! Mereka saling serang melalui
penyaluran tenaga lewat tangan mereka, saling dorong.
Keduanya saling tatap dengan mata mendelik, seluruh tenaga
dari pusar mendorong lawan melalui kedua telapak tangan.
Demikian hebat mereka mengerahkan tenaga sampai uap
perlahan mengepul keluar dari kepala mereka!
Setelah kini mengadu sin-kang, Ouwyang Cin kembali
merasa betapa hawa beracun yang amat kuat menyerangnya
melalui telapak tangan. Dia tahu akan bahayanya hal ini,
namun kini dia tidak dapat mundur lagi. Siapa mundur tentu
akan binasa! Dalam keadaan seperti itu, tidak ada seorangpun yang
akan mampu memisahkan mereka tanpa menghadapi bahaya
maut bagi dirinya sendiri. Maka, tidak ada jalan lain kecuali
mengerahkan lagi seluruh tenaganya untuk merobohkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan sebelum hawa beracun itu menyusup semakin dalam ke
tubuhnya. Dia melihat betapa kedua tangannya, sampai ke
pergelangan, mulai berubah menghitam. Itu tandanya bahwa
dia telah keracunan secara hebat! Dan hawa beracun yang
menimbulkan panas dan gatal itu dengan kuatnya hendak
menyusup terus ke dalam. Hanya dengan sinkangnya yang
kuat saja maka hawa beracun itu dapat tertahan.
Sementara itu, Ang-bin Moko juga terkejut bukan main. Tak
disangkanya ada orang di dunia ini yang sanggup menerima
Toat-beng-tok-ciang, ilmunya yang mengandung racun
mematikan itu. Bahkan dia mulai terdorong dan ketika dia
mempertahankan, perlahan-lahan, senti demi senti, kedua
kakinya amblas ke dalam tanah yang diinjaknya. Demikian
kuatnya tenaga lawan mendorongnya! Dia mencoba untuk
mempertahankan, namun dia kalah kuat.
Uap putih semakin tebal mengepul di atas kepalanya,
napasnya mulai memburu dan matanya mendelik, mukanya
yang biasanya berwarna merah itu kini mulai berkurang
merahnya, berubah pucat. Dia berusaha mengerahkan lagi
tenaganya, akan tetapi seperti bendungan pecah, dia
muntahkan darah segar dan kedua kakinya kini amblas sampai
sebatas lututnya. Akhirnya, dia mengeluarkan teriakan
melengking dan tubuhnya seperti terjengkang, roboh
telentang di atas tanah dengan kedua kaki terjepit tanah
sampai di lutut. Akan tetapi, ketika dua pasang telapak tangan
itu terlepas, tubuh Ouwyang Cin juga terhuyung ke belakang
dan hampir saja dia roboh.
Dia masih mampu bertahan, dan memandang kepada
kedua lengannya yang sudah menghitam sampai ke atas siku!
Sebagai seorang datuk yang berilmu tinggi, maklumlah
Ouwyang Cin bahwa maut sudah berada di ambang pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, diapun menguatkan dirinya, lalu memandang ke arah
puterinya yang bersama seorang pemuda yang gagah
Pedang Bayangan Panji Sakti 4 Pendekar Hina Kelana 20 Banjir Darah Di Bukit Siluman Kisah Si Pedang Kilat 11
^