Pencarian

Bulan Jatuh Dilereng Gunung 16

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 16


http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berdelapan segera membagi diri. Tiga bayangan
yang tadi memancing Emprit dan teman-temannya meninggalkan tempat, sudah menghilang di sudut jalan.
Jejaknya tidak terlihat lagi. Sedang Gujali dan Suragimin masih
berkutat mengejar sesosok bayangan yang dilihatnya.
Biasanya mereka berdua dapat menyusul pelari tercepat pada
jaman itu. Namun kali ini mereka merasa gagal. Bayangan itu
luar biasa cepat larinya. Ia tidak mau mendarat di atas tanah.
Tetapi berlari-larian di atas wungwungan atap rumah. Dengaji
demikian, Gujali dan Suragimin tidak dapat memperoleh
kesempatan untuk tancap gas. Sebentar-sebentar mereka
mendongakkan kepalanya dan menghadang ke sana ke mari
yang diperkirakan akan dilintasi bayangan itu. Ternyata
bayangan itu tiba-tiba lenyap.
"Hm." Gujali mengeluh.
Ia dan Suragimin berada di atas jalan dekat dengan istana
Pangeran Hangabehi. Tak dapat lagi mereka berdua memasuki
istana Pangeran Hangabehi dengan semau-maunya. Terpaksa
mereka hanya lari berputar-puter mengelilingi pagar dinding.
Akhirnya kembali ke Markas Besar dengan hati mendongkol.
Tidak lama kemudian sekalian saudaranya tiba berturut-turut.
Dan begitu sekalian saudara-seperguruannya sudah berkumpul lengkap, Gujali berkata mengajak :
"Mari kita periksa !"
Teringat betapa bayangan tadi baru saja melompat turun
dari atap, hati Gujali berdebar-debar. Ia teringat kepada peti
penyimpan surat ikrar bersama yang menentang kekuasaan
raja. Kalau sampai tercuri, berarti canang tanda bahaya ! Raja
akan mempunyai alasan untuk bertindak. Sedang para
pengeran yang menentangnya belum siap untuk mengadakan
perlawanan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang dicemaskan Gujali ternyata-benar. Peti penyimpanan surat rahasia hilang. Siapa lagi yang mengambil
kalau bukan bayangan tadi. Hanya saja, Gujali dan sekalian
saudaranya tidak dapat memastikan bayangan yang manakah
yang mencuri peti itu. Tetapi siapapun di antara tiga sosok
bayangan tadi yang mengambil, tidak banyak artinya. Peti
rahasia itu tercuri. Gujali benar-benar bingung. Tak tahu ia apa yang harus
dilakukan. Apakah segera melaporkan peristiwa itu kepada
Pangeran Purbaya" Beberapa di antara saudara" seperguruannya mengusulkan demikian.
"Tidak bisa .... eh .... jangan !" Gujali mencegah. "Pangeran
Purbaya sudah menaruhkan seluruh kepercayaannya kepada
kita berdelapan sampai komandan markas besar mendengar
saran-saran kita. Lebih baik kita selidiki masalah ini dengan
diam-diam" Biasanya apa yang dikatakan Gujali disetujui sekalian adik-
seperguruannya tanpa minta kejelasan. Akan tetapi kali ini,
tidak. Mereka nampak berbimbang-bimbang. Akhirnya
Surengrana memberanikan diri. Katanya :
"Kakang, kurasa lebih baik kita kabarkan peristiwa ini
kepada Yang Mulia Pangeran Purbaya. Sebab ini menyangkut
keselamatan orang banyak.
"Eh, apakah kau sudah memastikan pencurinya suruhan
raja ?" Gujali menegas.
"Setidak-tidaknya orang yang berpihak kepada raja." Gujali
menundukkan kepalanya. Ternyata ia pandai mempertimbangkan saran saudara-seperguruannya. Selagi
hendak membuka mulutnya, Emprit ikut berbicara. Katanya :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang tidak bisa kita laporkan hal ini dengan terang-
terangan. Bagaimana kalau meninggalkan sepucuk surat saja "
Kita masih mempunyai waktu untuk meninggalkan surat itu
kepada penjaga istana. Sementara itu, kita masih mempunyai
waktu pula untuk melacak maling-maling itu."
"Kau berbicara kita masih mempunyai waktu dan kita masih
mempunyai waktu. Maksudmu bagaimana ?"
"Yang kumaksudkan salah seorang mengantarkan surat,
lainnya melacak pencuri-pencuri. Bukankah kita masih
mempunyai waktu " Siapa tahu, pencuri itu berhasil kita
tangkap sebelum matahari terbit."
"Nah, begitu jadi jelas." Gujali menggerembengi. Tetapi ia
menyetujui saran Surangrana dan usul Emprit.
Segera Gujali menulis surat laporan kepada Pangeran
Purbaya. Kemudian Suragimin bertugas mengantarkan surat
ke istana Pangeran Purbaya. Ia sendiri bersama saudara-
saudara seperguruannya yang lain kembali melacak jejak
pencuri sampai di seberang istana Pangeran Hangabehi.
Perasaannya seperti memberi kisikan padanya, bahwa
Pangeran Hangabehi pasti memegang peranan penting. Hanya
saja alasannya terlalu sederhana. Menurut jalan pikirannya,
karena Pangeran Hangabehi putera raja yang tertua. Pangeran
Purbaya sendiri tidak begitu jelas memberi keterangan tentang
peti yang tercuri itu. Ia bersama tujuh saudaranya ditugaskan
menjaga peti itu agar tidak tercuri. Sebab peti itu berisikan
surat bukti yang menyangkut keselamatan jiwa orang banyak.
Keselamatan jiwa orang-orang yang tidak senang terhadap
raja yang lalim. Tetapi apa isi dan bunyi surat itu sendiri, tidak
pernah dijelaskan oleh Pangeran Purbaya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang tepat prarasa Gujali dan sekalian saudara-
seperguruannya. Pangeran Hangabehi tidak hanya memegang
peranan penting saja, tetapi justru dialah otak terjadinya
pencurian itu. Jauh-jauh hari dia sudah mengumpulkan
laporan-laporan. Juga tentang diri Ken Rudati. Ia tahu, Ken
Rudati berkepandaian tinggi. Dia bisa meloncat tinggi dan
bergerak dengan gesit. Hanya dia seorang yang mampu
melompat ke atas gudang senjata yang cukup tinggi itu. Maka
dipersiapkan pula, agar Ken Rudati memperoleh kesempatan
untuk mencapai atap dengan memerintahkan tiga orang
pandai untuk memancing penjagaan.
Kebetulan sekali masuklah belasan pendeta ke Ibukota
Mataram. Dengan hormat ia menyongsong sendiri kedatangan
para pendeta itu yang dikabarkan sedang mencari Ken Rudati.
Mereka dipersilahkan ke istananya dan disambut layak
rombongan, seorang raja besar. Dan mulailah ia mengolah
ragakan para pendeta untuk mempengaruhi jalan pikiran Ken
Rudati. Ia berhasil sewaktu menyerahkan pedang pusaka
Sanggabuana kembali ke tangan Ken Rudati. Ia berhasil
menanamkan rasa percaya lebih dalam lagi, karena
mengijinkan Ken Rudati bertemu dengan berbicara dengan
para pendeta. Sementara Ken Rudati disibukkan oleh
masalahnya sendiri, diam-diam ia mulai menyusun rencananya
yang harus dilaksanakan sebentar. Maka begitu para pendeta
berangkat meninggalkan Ibukota, segera ia mengutarakan
perintahnya kepada Ken Rudati agar mengambil peti yang
tersimpan di atas atap. Tentu saja masalah perkawinan itu
menjadi landasan pertama untuk memancing selera Ken
Rudati. Kepada Ken Rudati dijelaskan di mana letak peti itu
disimpan berdasarkan laporan-laporan yang masuk. Maka
dengan mudah Ken Rudati dapat mengambil peti itu, karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibantu tiga orang untuk memancing penjaga-penjaga gudang
senjata yang kebetulan dijaga saudara-saudara seperguruan
Gujali. Demikianlah setelah berhasil, Ken Rudati segera
menyerahkan peti kepada Pangeran Hangabehi. Pangeran
Hangabehi memeriksa dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya
tegang sampai berkeringat. Kemudian menghela nafas oleh
rasa puas. Setelah itu berkata dengan wajah meriah kepada
Ken Rudati: "Sekarang berangkatlah engkau menyusul suamimu, kecuali
untuk menghindarkan kecurigaan orang, hari perkawinanmu
sudah dekat. Perlu engkau berunding dengan bakal suamimu."
Tentu saja Ken Rudati girang bukan kepalang. Terus saja ia
berkemas-kemas. Menjelang fajarhari, ia diiringkan oleh
beberapa orang terpilih melalui pintu rahasia. Mula-mula ia
berjalan kaki sampai di batas kota. Lalu melanjutkan
perjalanan dengan naik kereta berkuda.
Perjalanan itu mengarah ke timur. Tatkala fajarhari tiba,
dengan diam-diam Gunung Lawu mulai menampakkan diri
bagaikan raksasa timbul dari dasar bumi. Dan melihat gunung
itu, hati Ken Rudati terharu. Teringatlah ia masa delapan
tahun yang lalu sewaktu ia berlari-larian seorang diri mendaki
Gunung Merbabu. Kemudian ia bertempat tinggal di atas
gunung itu selama dua tahun. Ia jadi merasa akrab dengan
hawa pegunungan yang meresap merasuki tulang sumsum
Itulah sebabnya begitu pernafasannya mereguk hawa Gunung
Lawu, pikirannya melayang ke masa lampau. Entah apa
sebabnya ia jadi merasa rindu. Rindu terhadap penghidupan di
atas dataran tinggi. Menjelang sianghari kereta berkuda memasuki sebuah
halaman luas yang teratur rapih. Di atas halaman luas itu
berdiri sebuah gedung indah. Pikir Ken Rudati, pantaslah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartanadi betah meninggalkan dirinya sekian hari lamanya.
Dirinyapun akan betah pula berdiam di lembah Gunung Lawu
yang indah molek. Mudah-mudahan sehabis perkawinan
suaminya berkenan bertempat tinggal di lembah gunung.
Tetapi begitu turun dari kereta, hatinya memukul. Sebab ia
melihat seorang gadis yang pernah dilihatnya di kebun istana
Pangeran Hangabehi. Dialah gadis yang bersikap sengit
kepadanya. Gadis itu memanggil budak pula kepadanya. Pada
detik itu pula, ia dihinggapi prarasa yang tidak enak. Tak
terasa ia meraba hulu pedangnya erat-erat.
"Oh kau !" tegur gadis itu yang berusia kira-kira dua tahun
lebih tua daripadanya. "Mengapa kau kemari ?"
Ditegur demikian, Ken Rudati berpaling kepada para
pengiringnya. Bukankah mereka yang membawa kereta-
berkudanya memasuki halaman gadis itu " Heran ! Benar-
benar mengherankan ! Semua pengiring kereta mengulum
senyum kepadanya. Senyum mencemooh dirinya. Hai kenapa
" Ken Rudati boleh berkepandaian tinggi. Namun ia belum
berpengalaman dalam hal membaca makna pergaulan. Apalagi
mengenal watak dan perangai manusia. Maka beberapa detik
lamanya ia termangu-mangu. Lalu mencoba :
"Sebenarnya siapa engkau ?"
"Engkau " Engkau " Kau berani mengengkau diriku ?"
bentak gadis itu dengan sengit. "Akulah isteri Raden Mas
Kartanadi. Kau tak percaya " Coba mintalah keterangan
kepada mereka semua !"
Betapapun juga Ken Rudati bukan manusia dungu. Seketika
itu juga, terbangunlah kesadarannya. Ia merasa seperti lagi
dipermainkan orang. Hanya siapa dia, kurang jelas. Dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata berapi-api kembali lagi ia menoleh kepada para
pengiring. Membentak : "Sebenarnya apa yang terjadi ?"
Orang-orang itu sama sekali tidak menjawab. Mereka
tersenyum lagi seperti sudah saling berjanji. Keruan saja, tidak
dapat lagi Ken Rudati menguasai diri. Ia merasa terperosok
dalam suatu perangkap tertentu yang diatur orang yang
berhati jahat. Tetapi siapakah yang jahat kepadanya"
Pangeran Hangabehi " Ah, selama itu dia bersikap ramah dan
baik kepadanya. Raden Mas Kartanadi" Dia seorang satria
tulen. Ia tidak mau percaya, bahwa pemuda itu mempermainkan dirinya. Buktinya, ayahnya datang melamar
dirinya secara resmi. Lalu siapa" Siapa gadis itu yang
mengaku sebagai isteri kekasihnya" Mengapa para pengiring
tiba-tiba bersikap mentertawakan dirinya" Kalau mereka
bersekongkol, mengapa Pangeran Hangabehi yang mengatur
kepergiannya ini " Ken Rudati jadi bingung sendiri. Kepalanya pusing.
Telinganya pengang. Wajahnya merah padam dan pucat lesi
saling mengendapkan. Entah apa yang dilakukan, ia tidak
ingat lagi. Ia baru sadar kembali karena kedua pipinya terasa


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersengat rasa panas. Begitu menyenakkan mata, ingatannya
bekerja normal. "Hai, mengapa aku tergeletak di sini ?" bertanya kepada
dirinya sendiri. Segera ia meletik bangun. Kereta berkuda masih lengkap.
Hanya saja beralih tempat. Para pengiring yang tadi
mengulum senyum mengejek dirinya, mati berserakan
mengucurkan darah. Sebenarnya apa yang sudah terjadi"
Tiba-tiba kedua matanya bergerak secara naluriah. Ia
memeriksa pedangnya. Pedang itu berlimbah darah. Kalau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu, justru dialah yang membunuh semua pengiring karena
kalap. "Tetapi mengapa aku sampai tergeletak pula di atas
tanah?" pikirnya bolak-balik.
Untuk Ken Rudati, pengalaman itu terlalu memukul jantung
hatinya. Tidak dikehendaki sendiri, tak dapat ia mengendalikan
dirinya. Ia jadi kalap. Ingatannya setengah sadar dan tidak.
Sifat naluriahnya mendorongnya untuk mengambil tindakan
terhadap yang mempermainkan dirinya. Pada detik itu pula,
pedang nya berkelebat. Ia membabat semua pengiring di luar
kesadarannya. Tentu saja hal itu sudah diperhitungkan semua
pengiring. Ken Rudati pasti menghunus pedangnya. Akan
tetapi satu hal berada di luar perhitungan mereka. Itulah
gerakan tangan Ken Rudat yang cepat luar biasa dan
ketajaman pedang pusaka Sanggabuana yang sesungguhnya
dapat menabas besi dan baja tak ubah merajang sayuran.
Apalagi manusia yang terdiri dari darah dan daging. Maka
dengan satu kali gebrakan, semua pengiring mati tertabas
pedangnya. Akan tetapi gerakannya itu sempat mengejutkan
kuda penarik kereta, itulah sebabnya kereta berkuda itu
beralih tempat. Ken Rudati sudah sadar sepenuhnya kini. Namun sisa rasa
penasarannya belum sirna dari lubuk hatinya. Entah apa
sebabnya, ia kini jadi beringas. Mungkin sekali terpengaruh
oleh rasa merasa bersalah atau dendam. Inilah untuk yang
pertama kalinya ia membunuh orang. Dan pembunuhan itu
terjadi karena hatinya terpukul hebat. Bisa dimengerti, ia kini
dendam terhadap yang membuat hatinya tersengat rasa
penasaran yang hebat. Dialah orang yang mengaku isteri
Kartanadi. Dan teringat gadis atau perempuan itu, terbakarlah
hatinya. Terus saja ia melompat memasuki serambi gedung.
Akan tetapi suasananya sunyi lengang. Meskipun demikian, ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sudi menyerah. Mulailah ia memeriksa seluruh ruang
dalam. Sewaktu memasuki kamar tengah, dilihatnya tempat
tidur yang habis ditiduri seseorang. Hatinya tercekat.
"Siapa yang tidur di sini ?"
Selagi ia hendak memeriksa lebih teliti lagi, telinganya yang
tajam mendengar langkah di halaman belakang. Secepat kilat
ia memutar tubuhnya dan melesat memburu. Begitu tiba di
serambi belakang ia melihat seorang dusun sedang hendak
memasuki batas bangunan. Orang itu menghentikan
langkahnya begitu melihat dirinya. Lalu tersenyum seraya
membungkukkan badannya; Menyapa :
"Tentunya nona termasuk keluarga Raden Mas Kartanadi.
Eh, kemana saja mereka pergi " Begini lengang."
Dengan membungkam mulutnya, Ken Rudati mengawaskan
orang itu dengan pandang mata berkilat-kilat. Menyahut :
"Kau siapa ?" "Aku tukang kebunnya, nona. Tukang kebun yang menjaga
pesanggerahan ini manakala sedang sepi.
Ken Rudati mengamat-amati orang yang mengaku tukang
kebun. Kali ini ia ingin bertindak lebih saksama lagi. Kesan
sikap orang itu, memang seperti orang dusun. Dia kelihatan
tolol dan dungu. Maka ia mau percaya keterangannya.
"Apakah kangmas Kartanadi semalam menginap di sini ?"ia
mencoba. "Ini pesanggerahannya. Bila tiba di sini, tentu saja
menginap di sini. Apakah beliau sudah pergi ?" orang itu
tercengang sambil mendekat.
"Coba berilah keterangan yang jelas, ke mana dia pergi."
hardik Ken Rudati. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kamarin masih kulihat" beliau berada di sini. Kalau hari ini
tiada lagi berarti beliau sudah melanjutkan perjalanannya ke
Jawa Timur. "Ke Jawa Timur ?" Ken Rudati menegas.
"Ya, ke Jawa Timur. Kalau nona termasuk keluarganya,
tentunya tahu ke mana beliau pergi. Bukankah beliau diutus
ayahandanya untuk menyampaikan surat kepada Adipati
Wiranegara di Pesuruan " Nona tentunya tahu, Kompeni
Belanda memusuhi Sri Baginda Raja. Maka Sri Baginda Raja
perlu mempunyai kawan seperjuangan yang sudi bahu-
membahu melawan Kompeni Belanda."
Mendengar keterangan orang itu, Ken Rudati tidak menyia-
nyiakan waktu lagi. Terus saja ia memutar badannya dan
melesat ke luar gedung. Dia mau bertindak saksama, tetapi
nyatanya dia kurang saksama. Kenapa ia tergesa-gesa
meninggalkan orang itu yang belum selesai memberikan
keterangan " Mestinya dia bisa minta keterangan kepadanya
tentang gadis yang mengaku diri sebagai isteri Raden Mas
Kartanadi. Lalu kapan Raden Mas Kartanadi menginap di
pesanggerahan. Apa sebab Raden Mas Kartanadi membiarkan
dirinya meninggalkan kewajiban, padahal gedung pesanggerahan justru sedang ramai " Dan masih banyak
terdapat kelemahan-kelemahan keterangan orang yang
mengaku juru kebun itu. Di sini ternyata Ken Rudati masih
termakan gejolak hati dan perasaannya yang sedang kacau-
balau. Ken Rudati memang masih seorang gadis yang suci bersih.
Seorang gadis yang sama sekali belum mengenal warna hidup
sesungguhnya. Hatinya terpukul hebat dan mengejutkan
seluruh perasaannya. Pertimbangan akalnya bubar pasar.
Tujuannya hanya satu. Ia ingin bertatap-muka dengan Raden
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mas Kartanadi untuk memperoleh keterangan yang sebenarnya. Tetapi sebenarnya ia masih menyembunyikan
rasa takutnya. Jangan-jangan perempuan itu benar-benar
isteri Raden Mas Kartanadi. Kalau benar demikian, apa sebab
dirinya dilamar" Dan berbagai perasaan itu bergumul hebat
dalam dirinya. Ia merasa dipermainkan, merasa direndahkan,
merasa diperalat, merasa........ dan merasa....... Pendek kata
ia harus membuat perhitungan.
Dan bisa dibayangkan sebelumnya. Dia bakal kalap.
Mungkin akan mengajak dunia runtuh berbareng.
Perjalanan melintasi wilayah Jawa Timur, tidaklah semudah
dewasa ini. Hutan rimba, semak-belukar dan ladang ilalang
menghadang setiap tempat. Perumahan penduduk jarang
pula. Tetapi kedai dan lepau akan bisa diperoleh orang di
sepanjang jalan besar. Dengan demikian, Ken Rudati tidak
memperoleh kesukaran dalam hal makan-minumnya. Ia hanya
dihambat oleh tempat-tempat untuk menginap.
Pada hari yang kesepuluh ia bertemu dengan seorang
menyandang pendeta. Pendeta itu diiringkan oleh seorang
anak laki-laki kira-kira berumur sepuluh tahun. Terhadap
pendeta, Ken Rudati menaruh kepercayaan. Hal itu disebabkan
oleh latar belakang sejarah hidupnya. Pikir Ken Rudati :
Mengapa aku tidak minta petunjuk-petunjuk dan nasehat-
nasehatnya " Oleh pikiran itu ia menghampiri dan memanggil si anak.
Tanyanya minta keterangan :
"Adi...... kau siapa ?"
"Aku Laweyan." "Dan pendeta itu, apakah orang tuamu ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak yang mengaku bernama Laweyan itu berwajah dungu.
Akan tetapi ternyata dia cerdik dan pandai menjawab
pertanyaan. Sahutnya : "Orang tuaku " Beliau bukan orang tuaku. Akan tetapi
guruku." "Beliau siapa ?"
"Waris Watu. Bermukim di atas pertapaan Cakra Srengenge
di puncak Gunung Lawu. Apakah ayunda ingin berbicara
dengan beliau" Tunggu sebentar.
Laweyan ternyata pandai menebak hati orang. Ia
menghampiri pendeta Waris Watu dan membisikkan sesuatu.
Pendeta Waris Watu bersenyum, lalu datang menghampiri Ken
Rudati. Ujar pendeta Waris Watu :
"Nona mempunyai kesukaran apa ?"
Ken Rudati kemudian menceritakan masalahnya. Dan
pendeta Waris Watu mendengarkan tiap patah katanya
dengan sabar. Setelah itu berkata :
"Anakku, baru kali ini aku turun gunung. Itupun untuk
keperluan lain. Sekarang aku mendengar dengan telingaku
sendiri, bahwa masalah kehidupan akan tetap begitu
sepanjang jaman. Kau harus pandai menguasai diri anakku."
"Paman, berbicaralah yang jelas. Aku tak mengerti makna
kata-katamu." Ken Rudati memohon.
"Kau sampai di wilayah ini karena mendengar petunjuk
orang yang mengaku menjadi tukang kebun, bukan "
"Benar. Apakah dia bukan tukang kebun ?" Ken Rudati
terkejut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seorang kebun masakan mengerti masalah Kompeni
Belanda dan Adipati Wiranegara" Seumpama pemuda
Kartanadi benar-benar diutus ayahandanya untuk menghadap
Adipati Wiranegara mengenai suatu persekutuan, dia pasti
akan bersikap membungkam terhadap siapapun. Sebab itu
urusan rahasia negeri. Perjalanannya akan dirahasiakan pula,
seumpama setan pun jangan sampai tahu. Sekarang tukang
kebun mengaku mengetahui perjalanan rahasia pemuda
Kertanadi. Benarkah itu ?"ujar pendeta Waris Watu dengan
mengulum senyum. Wajah Ken Rudati berubah. Ia seperti seseorang yang
tersadar dari mimpinya. Ya, mengapa ia tidak dapat berpikir
sejauh itu " Tanpa pamit lagi, terus saja ia balik ke Mataram.
Ia bermaksud kembali ke pesanggerahan Raden Mas
Kartanadi. Tetapi perjalanan inipun memakan waktu sepuluh
hari juga. Bahkan tidak selancar semula. Sebab sepanjang
jalan ia melihat rakyat mengungsi berbondong-bondong.
Menurut kabar, Pangeran Puger meninggalkan Ibukota
kerajaan menuju Semarang. Penduduk yang cinta kepadanya
ikut serta mengiringkan. Juga sebagian laskar Kerajaan
pimpinan Pangeran Purbaya.
Tentu saja laskar Amangkurat Mas tidak tinggal diam. Di
bawah pimpinan perwira-perwira yang masih setia kepada
raja, Laskar Kerajaan mengadakan pengejaran. Akan tetapi
Kompeni Belanda yang berpihak kepada Pangeran Puger
mengadakan perlawanan. Juga laskar pimpinan Pangeran
Purbaya tidak mau ketinggalan. Bahkan justru merekalah yang
paling.bersemangat karena luapan balas dendam yang
tersekam lama. Pada hari-hari berikutnya, mereka mengadakan serangan balasan. Karena dibantu Kompeni
Belanda, Ibukota Kerajaan menjadi kalut. Kerajaan Mataram
sudah tiba pada ambang keruntuhannya. Penduduk Ibukota
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
porak-poranda. Keluarga Raja korat-karit. Mereka lari
berserabutan asal jadi saja. Akibatnya mereka menjadi
mangsa rakyat yang benci kepada raja. Yang laki-laki menjadi
budak atau dibunuh. Yang perempuan menjadi isteri siapa
saja yang mau. Tetapi semuanya itu tidak menjadi perhatian Ken Rudati.
Baginya hanya Raden Mas Kartanadi seorang yang menjadi
tujuan utamanya. Karena ia merasa dirintangi kedua belah
pihak, maka ia mengamuk sejadi-jadinya. Siapa saja yang
dikiranya menjadi biang keladi penghalangannya, dibunuhnya
tanpa bertanya jawab. Pedang Sanggabuana yang selalu
dibawanya, benar-benar menjadi semacam senjata algojo
yang menggelagak mencari korban. Tidak peduli apakah dia
kakek-kakek, nenek-nenek, ibu, ayah atau kanak-kanak. Maka
di antara suara desing peluru dan gemerontang senjata tajam,
namanya ditakuti orang. Ia disebut sebagai Dewi Maut yang
membunuh sesamanya dengan darah dingin.
Sewaktu Amangkurat Mas melarikan diri ke Panaraga, Ken
Rudati ikut pula mengembara ke wilayah Madiun dalam usaha
mencari Raden Mas Kartanadi. Juga sewaktu Amangkurat Mas
masuk ke pesuruan dan Adipati Wira-negara mengangkat
senjata melawan Kompeni Belanda. Ken Rudati terus menerus
melakukan pembunuhan. Tetapi rupanya Tuhan Yang Maha
Kuasa akhirnya berkenan mengulurkan tangan cinta-kasihnya.
Ia dibimbing oleh petunjuknya.
Pada suatu hari dengan tidak sengaja ia melihat
sekelompok orang yang sedang duduk merenung-renung
mengelilingi api unggun di tengah malam yag dingin merasuk
tubuh. Jelas sekali mereka sekelompok laskar yang sedang
kecapaian. Laskar mana, Ken Rudati tidak memperdulikan.
Tetapi di antara mereka, ia melihat Raden Mas Kartanadi
duduk mendekap seorang perempuan. Pakaian yang


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenakan Raden Mas Kartanadi nampak lusuh. Wajahnya pun
kotor dan hampir tak terawat. Ken Rudati segera dapat
mengerti. Itulah akibat perang yang berkepanjangan. Tetapi
siapakah perempuan yang didekapnya itu " Tiba-tiba
perempuan itu menggeliat dan berusaha melepaskan diri dari
dekapan Raden Mas Kartanadi. Dan begitu melihat wajah
perempuan itu, kepala Ken Rudati pusing. Kedua telinganya
pengang. Dan seluruh tubuhnya bergemetaran. Ia berdiri
terpaku dengan tidak dikehendaki sendiri. Tepat pada saat itu,
ia mendengar suara orang tertawa pelahan melalui dadanya.
Ia menoleh dan melihat seorang laskar dengan pakaian
seragam, berdiri tidak jauh daripadanya.
"Akhirnya kau baru tahu. Dialah isterinya." katanya
mengejek. "Kau siapa ?" Ken Rudati minta keterangan. Sebenarnya ia
ingin membentak, akan tetapi entah apa sebabnya, suaranya
mendadak hilang. Yang tertinggal hanya suara parau yang
berbisik. Orang itu tidak menjawab. Ia hanya memanjangkan suara
tertawanya pelahan-lahan melalui dadanya. Tetapi melihat Ken
Rudati tidak bergerak dari tempatnya, ia berkata lagi seperti
kepada dirinya sendiri: "Kau anak gelandangan, masakan bisa mengharapkan
menjadi isteri seorang bangsawan " Hal itu, mengapa tidak
kau sadari lebih awal lagi " Kalau ayahandanya sampai
berkenan melamar dirimu, bukankah karena surat itu " Demi
memperoleh surat rahasia yang tersimpan di dalam kotak
yang berada di atas atap gedung Gudang Senjata Markas
Besar, Pangeran Hangabehi bersedia mengalah. Kau tahu apa
isi surat rahasia itu " Itulah surat ikrar para pangeran yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersekutu dengan Kompeni Belanda dengan tujuan merobohkan kekuasaan raja. Hm, apakah bisa ?"
Seketika itu juga, Ken Rudati seperti memperoleh
penerangan Gaib. Semuanya nampak dan terasa menjadi
jelas. Dan karena memperoleh penerangan gaib, mendadak
saja ia mengenal kembali bentuk dan rupa wajah yang
bersembunyi di balik pakaian seragam. Dialah si tukang kebun
pesanggerahan Raden Mas Kartanadi. Pada detik itu pula,
berbagai perasaan bergumul hebat dalam dirinya. Ia merasa
menjadi boneka permainan belaka. Direndahkan, dicemoohkan, ditertawakan, dibohongi, dikelabui dan diperbodoh. Tak mengherankan, tidak dapat lagi ia menguasai
diri. Seperti yang acapkali dilakukan, ia melompat sambil
membabatkan pedangnya. Tukang kebun itu boleh merasa mempunyai kepandaian
tinggi. Kalau tidak demikian, tidak bakal ia berani
memperlakukan Ken Rudati begitu rupa, padahal tentunya dia
sudah mendengar sepak-terjangnnya. Namun menghadapi
Ken Rudati yang sudah kalap, sama sekali ia tidak berdaya.
Hanya dalam sekejap mata saja, kepalanya sudah terkurung
dan roboh terjengkang di atas tanah. Tentu saja suara
robohnya mengejutkan sekalian laskar yang sedang duduk
beristirahat mengelilingi unggun api. Namun pada detik
berikutnya, Ken Rudati sudah lenyap dari penglihatan.
Benar-benar hancur lebur keadaan hati Ken Rudati. Ia lari
dan lari terus menerus sampai roboh kecapaian. Lalu
menangis menggerung-gerung. Bayangan gurunya berkelebat
di dalam otaknya. Itulah Gujali dan ketujuh saudara-
seperguruannya. Merekalah yang langsung dirugikannya.
Setelah kotak itu berhasil dicurinya, pastilah mereka
berdelapan kena salah. Ia menyesal bukan main.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku dididiknya, dibimbingnya dan dilindunginya dengan
sabar dan telaten. Apa balasanku " Jangan lagi aku sudah
dapat membalas rasa terima kasihku, bahkan mungkin sekali
aku mencelakakannya," ia mengutuk diri sendiri.
Kemudian muncullah puluhan orang yang mati terpangkas
pedangnya. Itu semua gara-gara ingin mencari Raden Mas
Kartanadi yang dikiranya seorang pemuda setia, jujur dan
tulus. Ia merasa terlalu salah terhadap mereka semua yang
menjadi korban pedangnya. Tetapi kenapa ia tidak membunuh
Kartanadi dengan pedangnya pula " Bukankah dia yang
menjadi sumber semuanya " Ia merasa tidak sanggup berbuat
demikian, karena yang terpeta dalam seluruh kesadarannya
adalah ketololannya. Tolol ! Tolol ! Tolol ! Karena itu ia merasa
malu luar biasa. Akibatnya ia jadi benci kepada dirinya sendiri. Tanpa
berpikir panjang lagi, ia membuang pedang pusaka
Sanggabuana, karena pedang itulah yang menyebabkan ia
merenggut jiwa puluhan orang yang tidak berdosa. Lalu lari
lagi tak ubah diuber hantu mendaki Gunung Lawu. Entah
kekuatan apa yang membimbingnya, tiba-tiba ia berkeinginan
hendak menjatuhkan diri ke pangkuan pendeta suci Waris
Watu untuk mengaku dosa dan mohon bimbingan selanjutnya.
Maka tujuannya kini mendaki ke pertapaan Cakra Srengenge
yang berada di atas Gunung Lawu.
Gunung Lawu mempunyai tiga puncak yang disebut orang :
Ngarga Dumilah, Ngarga Dalem dan Ngarga Tiling. Sedang
pertapaan Cakra Srengenge merupakan lembah pasir di atas
puncak gunung. Hari sudah berganti malam lagi setelah
melalui hari terang-benderang yang panjang. Ken Rudati yang
lari siang malam belum juga tiba di dataran tinggi Cakra
Srengenge. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kira-kira menjelang Subuh, ia jatuh terjerambab kehabisan
tenaga. Inilah untuk yang pertama kalinya ia mengakui
kehabisan tenaga benar-benar. Pikirnya :
"Barangkali puncak gunung yang suci itu tidak menghendaki
kehadiranku yang bertangan kotor berlumuran darah. Kalau
begitu, biarlah aku bermukim di sini saja."
Dengan keputusan itu ia mendirikan sebuah gubuk.
Tekatnya, ia tidak lagi ingin bergaul dengan masyarakat.
Bahkan kalau bisa, semoga jangan ada seorang manusiapun di
dunia ini yang melihat dirinya sampai mati menghembuskan
nafas. Sayang, di tengah alam yang sunyi senyap itu, masih juga
ia mendapat halangan. Sama sekali tidak diketahuinya, bahwa
di lembah sebelah Selatan hidup pula seorang pendekar yang
ingin juga hidup mengasingkan diri. Pendekar itu bernama
Pulungan. Merasa terganggu Pulungan melabrak Ken Rudati.
Kedua pendekar itu kemudian bertempur dengan amat
serunya. Pulungan memiliki ilmu pukulan seumpama guntur
dan api. Sebaliknya dalam hal ilmu berkelahi dengan tangan
kosong, Ken Rudati tidak memiliki andalan sejuruspun.
Padahal ia kini tidak bersenjata lagi. Karena itu ia kena
dirobohkan. Ia terpukul jatuh dan terperosok ke dalam jurang.
Syukur Tuhan berkenan menolongnya melalui tangan
pendeta Waris Watu. Pada saat itu Waris Watu sedang
menurunkan dasar-dasar ajaran ilmu sakti kepada Laweyan.
Ia mendengar suara pertempuran. Siapakah yang
bertempur ditengah kesunyian alam ini, ia heran. Ia melongok
dan melihat Ken Rudati roboh terperosok dalam jurang.
Dengan dibantu Laweyan, pendeta itu membawa Ken Rudati
pulang ke pertapaannya. Inilah yang dinamakan jodoh. Ken
Rudati memang ingin bersimpuh di hadapan pendeta Waris
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Watu untuk mengaku dosa. Sebaliknya Waris Watu berkenan
mengambil Ken Rudati menjadi muridnya. Maka semenjak itu,
ia bergaul rapat dengan Laweyan, yang kelak bernama Anjar
Laweyan. "Siapakah dia" Aku tidak pernah bermusuhan dengan dia.
Dan ia tidak memberi kesempatan padaku untuk menerangkan
siapa diriku dan apa sebab aku berada di sini."ujar Ken Rudati
setengah mengadu. "Dialah murid kakakku seperguruan Ki Ageng Mahesa
Tingkir. Namanya Pulungan." Ki Ageng Waris Watu
menerangkan. "Dia pewaris tunggal Ilmu sekti Batu Panas.
Tetapi belum lengkap. Kau tak usah cemas. Akan kubuat
engkau puas. Kuajari engkau Ilmu Pedang dan Ilmu Pukulan
Guntur Badai. A ku percaya, kau bisa mengungguli."
Anjar Laweyan yang ikut mendengarkan menimbrung :
"Guru, mengapa guru tidak menghajarnya agar jera. Dia
begitu angkuh dan sombong."
"Tentu saja tidak pantas. Akulah paman gurunya. Masakan
aku akan menghajar kemenakan muridku sendiri ?" sahut Ki
Ageng Waris Watu. Kemudian berkata kepada Ken Rudati :
"Anakku, masih ingatkah engkau pertemuan kita dulu " Apa
sebab aku turun gunung " Itulah gara-gara Pulungan pula.
Seringkah ia membuat gurunya bersedih hati. Belum lagi
lengkap ilmunya, ia berlagak menjadi seorang guru besar. Ia
turun gunung dan mencoba ilmu saktinya kepada orang-orang
pandai. Memang sifat Ilmu Sakti Batu Panas hebat tak
terkatakan. A kan tetapi ada bahayanya. Bila tidak memperoleh
bimbingan yang tepat, orang akan tersesat. Ki Ageng Mahesa
Tingkir, kakakku seperguruan berbareng guru Puhingan, setiap
kali membicarakan kebinalan Pulung. Gurunya memutuskan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak akan mewariskan semua ilmu saktinya. Maka Ilmu Sakti
Batu Panas yang terdiri dari empatbelas tataran diwariskan
kepadaku dengan catatan agar menilik Pulungan. Itulah
sebabnya, setelah Ki Ageng Mahesa Tingkir wafat, aku merasa
wajib untuk mengawasi sepak-terjang Pulungan. Oleh alasan
itulah aku turun gunung mencari Pulungan. Tetapi justru pada
saat itu, ia berada di dekat pertapaan Cakra Srengenge. Tak
apalah, Tuhan mempertemukan diriku denganmu. Kau
memiliki pembawaan yang tepat untuk mewarisi ilmu sakti ini.
Memang, barangsiapa mewarisi ilmu sakti Batu Panas,
pewarisnya akan memiliki sepak-terjang yang aneh. Cenderung kepada tindak berangasan, kejam, cepat berang,
angkuh dan sombong. Kau memiliki perangai ini, akan tetapi
kau bisa menguasai diri berkat hatimu jujur dan bersih.
Buktinya, kau sampai berada di atas gunung suci ini mencari
diriku dan akan bersedia hidup di sini pula."
Demikianlah semenjak itu Ken Rudati bertekun mempelajari
Ilmu Sakti Batu Panas melalui bimbingnan Ki Ageng Waris
Watu di samping mewarisi Ilmu Pedang Guntur dan Badai.
Pada waktu itu Anjar Laweyan masih muda belia. Dia hanya
diajari dasar-dasarnya saja. Tatkala berumur 20 tahun, Ki
Ageng Waris Watu wafat. Ken Rudati mengambil alih
melanjutkan mengajarkan Ilmu Sakti Batu Panas sampai
tingkat sembilan. Wafatnya Ki Ageng Waris Watu, akhirnya sampai ke telinga
Pulungan. Sebab betapapun juga, dia adalah kemenakan-
murid. Maka Anjar Laweyan diperintahkan memberi kabar.
Dan semenjak itu, Pulungan merasa jadi raja diraja. Sepak-
terjangnya kian menjadi-jadi, karena di dunia ini tiada lagi
yang perlu ditakuti. Ia turun gunung dan mencanangkan diri
sebagai ahli waris Ilmu Sakti Batu Panas.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demi melengkapi diri, ia perlu menulis semua ajaran
gurunya berdasarkan ingatannya, yang terdiri dari jurus-jurus
Ilmu Sakti Batu Panas sampai empatbelas tataran. Usaha itu
mempunyai nilainya sendiri. Patut dipuji ! Dan semua kitabnya
akhirnya berada di tangan kakek Sekar Rawayani yang
kemudian kena dicuri pelayannya. Sayang, isinya hanya
berdasarkan ingatan seseorang. Tidak mengherankan makna
tulis jurus-jurus tataran Ilmu Sakti Batu Panas bercampur
aduk. Maka barangsiapa yang mempelajarinya akan tersesat.
Pada suatu hari Pulungan datang menantang Ken Rudati.
Kedua pendekar itu bertempur mengadu kepandaian. Ternyata
Pulungan tidak dapat lagi mengalahkan Ken Rudati. Ken
Rudati kini tidak hanya menguasai Ilmu Sakti Batu Panas saja,
tetapi juga ilmu pedang Guntur dan Badai. Pulungan terusir
dan terpaksa pindah tempat di sebelah selatan Gunung Lawu.
Dengan terusirnya Pulungan, Ken Rudati dapat dengan
tenang mendalami semua ilmu warisan Ki Ageng Waris Watu.
Kini, dia sudah berumur sembilan puluh tahun. Namun berkat
latihannya, ia nampak berumur limapuluhan tahun. Perawakan
tubuhnya masih kokoh sentausa tak kurang suatu apa.
Demikian pula Anjar Laweyan. Ia ingin meniru tata-hidup
gurunya. Hidup sebagai seorang pendeta suci. Tetapi karena
kena pengaruh sifat Ilmu Sakti Batu Panas, tingkah-Iakunya
menjadi aneh. Syukur ia hanya sampai tingkat sembilan saja
dan wataknya mewarisi hawa pegunungan yang sunyi dan
bersih. Dengan begitu ia hanya nampak sebagai seorang
pendeta yang angin-anginan.
Sementara itu Pulungan yang bersakit hati tidak tinggal
diam. Dengan membawa rasa sakit hati itu, ia bertemu
dengan kakek Rawayani yang ahli racun. Kedua tokoh sakti itu
kemudian saling tukar pendapat dan tukar ilmu kepandaian.
Pulungan kini memiliki jenis ilmu pedang yang beracun. Dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kepandaiannya yang baru itu, ia mencoba
menggabungkannya dengan jurus-jurus makna Ilmu Sakti
Batu Panas. Lalu ia malang melintang untuk menguji
kepandaian diri sendiri. Ternyata tiada seorang pandaipun
yang dapat mengalahkannya. Tak mengherankan, ia berpikir
sudah tiba saatnya untuk menggebah Ken Rudati meninggalkan dataran Cakra Srengenge.
Dengan penuh keyakinan, Pulungan mendaki pertapaan
Cakra Srengenge. Begitu tiba di atas dataran ketinggian itu,
segera terlihat gubuk Ken Rudati yang dikelilingi tetanaman
segar-bugar. Ia girang bukan main. Lantas saja ia memekik
panjang : "Hai Rudati! Kau tahu kedatanganku ?"
Ken Rudati yang sudah mencapai puncak kemahirannya,
tentu saja sudah mendengar langkah Pulungan semenjak ia
belum mencapai dataran Cakra Srengenge. Dengan pedang
terselip di pinggangnya, ia ke luar dari gubuknya dan
menjawab gagah : "Pulungan, semenjak kau masih melangkahkan kakimu di
bawah sana, aku sudah mendengar kedatanganmu. Bahkan
aku dapat membaca pula maksud hatimu."
Mendengar ucapan Ken Rudati, Pulungan terperanjat.
Bagaimana dia tahu dirinya hendak menuntut balas" Tetapi
sebelum ia sempat minta keterangan, Ken Rudati berkata lagi:
"Langkah kakimu sudah maju pesat. Tentunya engkau ingin
menguji ilmu kepandaianmu melawan diriku, bukan?"
Hebat ! Sungguh hebat pendengaran Ken Rudati. Dengan
hanya mendengarkan langkah kaki saja, Ken Rudati sudah
dapat mengetahui kemajuan ilmu kepandaiannya. Ia jadi
penasaran, dengan pandang mata berapi-api ia mengamat-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amati saingannya. Ternyata Ken Rudati tidak berubah banyak,
kecuali terdapat sedikit keriput dan rambutnya sudah agak
beruban. Dandanan yang dikenakan tetap sederhana seperti
dulu, tetapi berkesan wibawa serta angker.
"Rudati, telingamu memang panjang." ia menyahut dengan
gemas. "Tetapi aku tidak takut. Mari kita mencoba-coba
beberapa jurus saja."
Kedua alis Ken Rudati berdiri tegak. Menyahut :
"Pulungan, bukannya aku tidak berani menerima tantanganmu, tetapi coba kau dengarkan dulu pertimbanganku. Sewaktu aku bertemu denganmu, engkau
hendak membunuh diriku. Syukur aku ditolong Ki Ageng Waris
Watu. Lalu kita bertempur lagi. Kau kalah. Meskipun demikian
aku tidak membunuhmu atau melukaimu. Bahkan aku
memberimu Kitab Ilmu Pedang Guntur dan Badai sebagai nilai
tukar Ilmu kepandaian gurumu Ki Ageng Mahesa Tingkir yang
kuwarisi melalui tangan guruku. Karena itu, sebenarnya kita
berdua ini adalah sesaudara-seperguruan. Maka tidak perlu
kita bertengkar lagi untuk mengadu kepandaian."
"Kentutmu !" maki Pulungan. Ia jadi jelus terhadap Ken
Rudati. karena dirinya nampak jauh lebih tua bila
dibandingkan dengan lawannya. Pada hal selisih umurnya
tidak terpaut jauh. "Kau memang pandai berbicara. Apa yang
kau berikan kepadaku, masakan bisa dibandingkan nilainya
dengan ilmu sakti guruku " Baiklah kita atur begini saja.
Cepat, kau enyah dari sini dan akulah majikan baru pertapaan
Cakra Srengenge." Meskipun usia sudah tinggi, namun adat dan pembawaan
Ken Rudati masih seperti pada jaman mudanya. Seketika itu
juga, wajahnya merah padam karena tersulut rasa amarah.
Lantas saja membentak : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau memang manusia yang tidak tahu diri. Kau kira ilmu
kepandaian guruku tidak sebanding dengan ilmu kepandaian
gurumu " Kau majulah ! Aku berjanji akan melayani warna
kepandaianmu dengan Ilmu Pedang Guntur dan Badai."
Selagi mereka berdua siap tempur, Anjar Laweyan muncul
di belakang Ken Rudati. Pulungan tertawa panjang. Menegur ;
"Hai iblis perempuan ! Apakah kacungmu itu akan ikut
mengembut diriku ?" Ken Rudati menoleh dan melihat Anjar Laweyan menjawab
dengan suara dungunya : "Ah, aku hanya ingin menonton saja."
Setelah berkata demikian, Anjar Laweyan kemudian duduk
di atas batu yang berada di luar gelanggang adu kepandaian.
Ia kelihatan acuh tak acuh saja. Mendadak ia tercengang dan
kagum luar biasa, tatkala menyaksikan gerakan tubuh Ken
Rudati yang cepat luar biasa. Benar-benar Ken Rudati
melayani gempuran Pulungan dengan jurus Ilmu Pedang
Guntur dan Badai. Sama sekali ia tidak menggunakan ilmu
lain. Gerakan pedangnya memancarkan cahaya yang
menyilaukan. Anjar Laweyan sedikit banyak sudah pernah melihat Ilmu
Pedang gurunya. Tetapi kali ini, nyaris ia tidak mengenalnya.
Sebab sesungguhnya, Ken Rudati mencampurkan intipati Ilmu
Pedang Guntur dan Badai dengan tujuh Jurus Sakti warisan
pendeta Tundung Kasihan, Dwijasangka dan Margadadi. Hebat
! Benar-benar hebat ! Apakah ini yang dinamakan
manunggalnya ujud dan suara" Bayangan tubuhnya berkelebatan tak ubah kecepatan suara. Di sini ia
menggerakkan pedangnya dan tahu-tahu tubuhnya sudah
berada di seberang sana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Pulungan sebenarnya juga bukan orang pendekar
yang tidak berarti. Kalau Ken Rudati memiliki tiga macam
kepandaian : Ilmu Pedang Guntur dan Badai, Ilmu Sakti Batu
Panas dan Tujuh jurus sakti" Pulungan mempunyai tiga
macam ilmu sakti pula. Yang pertama : Ilmu Sakti Batu Panas.
Kedua, Ilmu Pedang Guntur dan Badai dan yang ketiga:
Pukulan-pukulan beracun. Dengan demikian, pada hakekatnya
mereka berdua sedang mengadu dua macam ilmu kepandaian.
Itulah pukulan beracun milik Pulungan melawan Tujuh Jurus
Sakti warisan Ken Rudati dari tiga orang pendeta dan Gujali.
Sebab Pulungan tidak berani menggunakan Ilmu Sakti Batu
Panas maupun Ilmu Pedang Guntur dan Badai, karena ia
merasa kalah jauh. Maka yang menjadi andalannya hanyalah
Ilmu Pukulan Beracun yang dipelajarinya dari kakek Rawayani.
Sebaliknya, Ken Rudati enggan menggunakan Ilmu Sakti Batu
Panas. Ia berjanji akan melawan dengan Ilmu Pedang Guntur
dan Badai yang dianggap Pulungan lebih rendah mutunya bila
dibandingkan dengan Ilmu Sakti Batu Panas ciptaan Ki Ageng
Mahesa Tingkir. Khawatir bahwa Pulungan menggenggam
maksud tersembunyi, maka Ken Rudati melapisi gerakan
pedangnya dengan jurus-jurus Tujuh Jurus Sakti.
Dengan demikian, mereka berdua untuk sementara
berimbang. Kegesitan Ken Rudati berada jauh di atas
kemampuan Pulungan. Sebaliknya pukulan Pulungan lebih
mantap dan dahsyat melebihi tabasan pedang Ken Rudati.
Setiap pukulannya membawa hawa beracun yang mematikan.
Maka Ken Rudati tidak berani menghampiri terlalu dekat.
Syukur, ternyata Tujuh Jurus Sakti warisan para pendeta
dari Merbabu mempunyai sifat damai selaras dengan watak
para pendeta itu sendiri. Jurus-jurusnya merupakan penangkal
yang tepat untuk melawan racun dan ilmu hitam. Maka sia-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sialah usaha Pulungan untuk merobohkan Ken Rudati dengan
pukulan beracunnya. Dalam pada itu, semenjak mereka mulai mengeluarkan ilmu
simpanannya masing-masing, Anjar Laweyan, tidak berani
berada di tempatnya semula. Ia mundur dan bersembunyi di
bawah tebing yang teraling gundukan tanah. Setiap kali
Pulungan melepaskan pukulan, ia menahan nafas. Demikian
juga, apabila Ken Rudati sedang menangkis dan menggebah.
Tetapi lambat-laun, ia merasa tersiksa dan merasa tidak betah
lagi menahan nafas terus-menerus.
Selagi ia berniat mengungsi lagi, terdengar suara Ken
Rudati : "Pulungan, sudahlah ! Kau tidak akan dapat merobohkan
diriku. Pukulan beracunmu memang berbahaya untuk orang
lain, sebaliknya tidak akan dapat merobohkanku. Kalau tidak
percaya, engkau boleh menggunakan sampai matahari
tenggelam." Pulungan mendongkol bukan main. Wajahnya merah padam
dan kadang berubah menjadi pucat pasi. Ia tahu Ken Rudati
semenjak tadi tidak menggunakan Ilmu Sakti Batu Panas
sejuruspun. Ia menggunakan jurus-jurus Ilmu pedang Guntur
dan Badai ajaran Ki Ageng Waris Watu. Sebenarnya diapun
faham jurus-jurusnya. Tetapi di tangan Ken Rudati, jurus-
jurusnya lebih mantap, berbahaya dan menjadi kaya.
Pulungan sama sekali tidak mengetahui bahwa jurus-jurus
Ilmu Pedang Guntur dan Badai dilapisi Tujuh Jurus Sakti
ajaran para pertapa di Gunung Merbabu. Karena itu ia berpikir
di dalam hati: "Dia sudah cukup sabar melawan pukulan beracunku hanya
dengan ilmu ajaran gurunya. Ternyata cukup hebat dan kuat.
Sebaliknya bila aku menggunakan Ilmu Sakti Batu Panas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ajaran guruku, berarti aku akan memaksanya menggunakan
ilmu itu pula. Rasanya aku bakal tidak mendapat tempat dan
kesempatan untuk mengungguli. Salah-salah aku akan
terkubur di sini." Pulungan merasa kehilangan akal. Tak tahu lagi apa yang
harus dilakukan. Akhirnya dengan menebalkan muka, ia
melompat ke luar gelanggang dan duduk menumprah di atas
tanah. Ia menghela nafas panjang sekali dan mulutnya
membungkam. Tetapi rongga dadanya penuh dengan
perasaan dengki yang bergolak hebat, sehingga wajahnya
sebentar-sebentar memucat.
Ken Rudati menatap dan mengamat-amati wajah Pulungan.
Ia tahu, hati Pulungan penuh rasa dendam, dengki, jelus dan
penasaran. Pada detik itu, teringatlah dia akan tutur-kata
gurunya. Sebenarnya Pulungan pada jaman mudanya, seorang
pemuda yang berbakat. Sayang, dia sombong dan tidak
sabaran. Baru saja mencapai tataran ketujuh, seringkali dia
turun gunung untuk menguji diri. Sekarang Ilmu Sakti Batu
Panas yang diselami sudah maju sampai tingkat sebelas.
Tetapi mulai tingkat sepuluh tidak lengkap atau acak-acakan.
Akibatnya setiap gerakan tubuhnya membawa himpunan
tenaga sakti bocor keluar.
Sedang Ken Rudati berpikir demikian, tubuh Pulungan
menggigil. Wajahnya kian pucat. Itulah akibat bergolaknya
aliran darahnya dan bocornya himpunan tenaga saktinya.
Akibatnya, Pulungan tidak tahan berada di atas dataran
gunung yang luar biasa dinginnya. Menyaksikan hal itu, buru
buru Ken Rudati memanggil Anjar Laweyan.
"Bawa dia masuk !" perintahnya.
Dengan cekatan Ken Rudati membuat unggun api. Dan
Anjar Laweyan memayang Pulungan masuk ke dalam rumah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia duduk di dekat perapian. Beberapa saat kemudian, ia
sudah dapat menguasai diri lagi. Berkata dengan suara putus
asa : "Ken Rudati, aku salah. Tidak seharusnya aku datang
kemari dengan maksud menuntut balas atau membuat
perhitungan. Ternyata engkau lebih dibandingkan dengan
mendiang guruku sendiri. Aku menyesal, karena kini aku tahu
...... aku tidak pantas duduk sejajar denganmu."
"Pulungan, jangan engkau bersedih hati." Ken Rudati
menghibur. "Sebenarnya ilmu kepandaianmu maju jauh.
Hanya saja, engkau tidak memperhatikan corak ilmu
pedangku. Kau mengira, aku melawanmu dengan Ilmu Pedang
Guntur dan Badai ajaran guruku. Karena engkau menggunakan Ilmu Pukulan Beracun, aku terpaksa melapisi
gerakan pedangku dengan Tujuh Jurus Sakti ajaran guruku
pada jaman diriku masih kanak-kanak. Karena itu, tak dapat
engkau mengalahkanku. Sebaliknya, akupun tidak akan dapat
merobohkan dirimu. Tetapi kenapa engkau akhirnya merasa
kalah " Hal itu disebabkan, karena engkau menganggap
rendah Ilmu Sakti Batu Panas ajaran gurumu Ki Ageng Mahesa
Tingkir. Andaikata engkau dulu berkenan menerima petunjuk-
petunjuknya dan patuh terhadap bimbingannya, engkau tidak
akan tersesat. Aku tahu, karena sifatmu yang keras kepala,
kau mengira bisa menciptakan jurus-jurusmu sendiri untuk
melanjutkan tingkat sembilan yang sudah kau fahami.
Akibatnya malahan membocorkan himpunan tenaga saktimu.
Jadi, pada hakekatnya engkau dikalahkan oleh ilmu


Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian gurumu sendiri. Bukan aku yang mengalahkanmu." Mendengar keterangan Ken Rudati, Pulungan tersadar.
Sekarang ia insyaf benar-benar kekeliruannya. Ken Rudati
mengaku bukan dia yang mengalahkan dirinya. Tetapi justru
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya. Coba andaikata ia tekun dan taat menekuni Ilmu
Sakti Batu Panas sampai tingkat empatbelas di bawah
bimbingan gurunya, niscaya di dunia ini tiada seorangpun
yang mampu mengalahkan. Memperoleh keinsyafan demikian,
rasa angkuhnya sirna. Segera ia berdiri dan membungkuk
hormat kepada Ken Rudati. Katanya :
"Rudati, terima kasih atas keteranganmu ini. Meskipun
usiamu setahun dua tahun lebih muda daripadaku, namun
pantas engkau kusebut kakakku. Kau telah membangunkan
keinsyafanku. Sekarang, meskipun aku berusaha memperbaiki,
rasanya sudah kasep. Tulang-belulangku sudah keropos. Maka
di dunia ini tiada lagi tempat bagiku. Engkaulah sesungguhnya
yang pantas menjadi ahli waris Ilmu Sakti Batu Panas.
Sekarang, biarlah aku pergi dari pertapaan ini."
Setelah berkata demikian, Pulungan memutar tubuhnya.
Benar-benar ia hendak berangkat meninggalkan pertapaan
Cakra Srengenge. Di luar dugaan Ken Rudati menahannya.
Serunya : "Pulungan ! Kau hendak ke mana ?"
"Kemana aku pergi, sebenarnya aku tidak tahu sendiri.
Yang terasa dalam diriku, aku tidak pantas mengotori tempat
suci ini." "Nanti dulu !" ujar Ken Rudati. Dan tiba-tiba suaranya
menjadi lembut. "Penghuni dataran Cakra Srengenge ini
sebenarnya tidak hanya guruku. Tetapi gurumu pula.
Jenazahnya terkubur pula di sini di samping guruku. Jika guru-
guru kita bisa hidup damai sampai ke alam baka, mengapa
kita tidak dapat" Lihatlah, kita berdua kini sudah menjadi
nenek-nenek dan kakek-kakek. Umur kita tinggal beberapa
tahun saja. Masih sajakah kita menyiksa diri sendiri dengan
hanya hidup seorang diri di tengah kesunyian alam ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gurumu pernah tinggal di sini. Kenapa engkau tidak berkenan
tinggal di bekas pertapaan gurumu" Marilah kita hidup
berdampingan dengan damai seperti almarhum guru kita
berdua. Apakah engkau akan memilih hidup mengembara tak
tentu tujuan semata-mata menuruti keangkuhan hatimu"
Apakah tidak lebih baik kita belajar hidup menyucikan diri
dalam sisa-sisa hidup kita yang terakhir "
Pulungan terharu bukan main sampai kedua kelopak
matanya berlinang air mata. Selamanya ia dikenal sebagai
seorang pendekar yang gagah perkasa. Tetapi kali ini ia
merasa diri lemah tidak melebihi seorang wanita yang sedang
menderita sakit berat. Ia merasa malu menerima kebaikan Ken
Rudati. Menyaksikan hal itu, Anjar Laweyan yang semenjak
tadi berdiam diri, membuka mulutnya. Katanya :
"Memang rasa permusuhan ini harus terhapus. Antara
kakang Pulungan dan ayunda Rudati tiada yang lebih tinggi
dan rendah kedudukannya. Pantaslah duduk sejajar sama
redah dan berdiri sama tinggi. Dan akulah yang akan melayani
kakanda berdua." Mendengar ucapan Anjar Laweyan tak terasa Pulungan
menggenggam tangan Ken Rudati erat-erat sebagai tanda
persahabatan yang tulus membersit dari lubuk hatinya.
"Ken Rudati....." kata Pulungan setengah berbisik.
Tidak lebih lagi. Anjar Laweyan kemudian membersihkan bekas pertapaan Ki
Ageng Mahesa Tingkir yang berada di sebelah barat. Syukur,
semuanya masih bersih karena di atas pegunungan tiada debu
dan kotoran apapun. Pulungan segera menempati tempat
tinggal almarhum gurunya. Beberapa hari kemudian, Anjar
Laweyan berkata kepada mereka berdua :
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bolehkah aku mengutarakan maksudku " Kita sudah sama-
sama tua. Pada satu saat, kita akan mati. Tetapi sayang, ilmu
kepandaian kakang Pulungan dan ayunda akan hilang lenyap
tanpa pewarisnya. Lihatlah, aku sudah tua pula. Tidak
mungkin lagi aku dapat mewarisi ilmu kepandaian kakanda
berdua yang begitu tinggi. Bakatku memang jelek. Maka
kekurangan kakanda berdua, hanyalah satu hal saja. Tidak
mempunyai ahli waris."
Pulungan dan Ken Rudati memanggut-manggut membenarkan. Kata Ken Rudati :
"Anjar Laweyan, adikku ! Jangan rendahkan dirimu. Engkau
mempunyai bakat yang bagus. Hanya saja, engkau sering
menyia-nyiakan waktu. Kau gemar turun gunung entah pergi
ke mana. Di atas gunung inipun sunyi sepi. Tidak mungkin lagi
kita bakal mempunyai murid......."
"Eh, belum tentu !" potong Anjar Laweyan, "Ayunda lupa
akan makna berjodoh. Segalanya kadang-kadang bisa terjadi
secara kebetulan. Aku sendiri kurang berjodoh sehingga tidak
becus menerima ajaran warisan guru. Sebaliknya, bila kakanda
berdua berkenan menerima murid, suatu kali akan terjadi.
Biarlah aku turun gunung. Aku akan mencari dan menilik
kanak-kanak yang berbakat bagus. Bila berhasil akan segera
kubawa ke mari." "Tidak usah mesti harus kanak-kanak." ujar Pulungan.
"Kaupun akan dapat mewarisi seluruh himpunan tenaga
saktiku pada hari ini juga."
"Tidak bisa, tidak bisa !" seru Anjar Laweyan seraya
menggoyang-goyangkan tangannya. "Aku tahu, kakang
Pulungan akan menyalurkan seluruh himpunan tenaga sakti
kakang kepadaku, bukan" Kemudian kakang Pulungan akan
meninggal dengan hati puas. Begitu pula ayunda Rudati. Hm,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku akan menjadi manusia, hebat karena memiliki dua macam
himpunan sakti yang manunggal dalam diriku. Tetapi lihat !
Sekali lagi, lihat ! Aku sudah sama-sama tua. Untuk apa aku
mewarisi ilmu kepandaian kakanda berdua, bila aku tidak
pandai mengamalkannya " Apakah hanya untuk gagah-
gagahan saja" Ah, tidak! Aku akan mencarikan pewarisnya
yang tepat. Biarlah aku mencari seorang gadis atau seorang
pemuda yang gagah. Artinya dia akan dapat mengamalkan
kepandaiannya demi kemanusiaan, kesejahteraan negara dan
bangsa. Syukur, aku akan memperoleh sepasang muda-mudi
yang kelak menjadi suami-isteri. Dengan demikian, ilmu
kepandaian kakanda berdua tidak terpecah belah."
Pulungan dan Ken Rudati senang mendengarkan kata-kata
Anjar Laweyan yang biasanya tidak pandai berbicara. Mereka
mengucapkan terima kasih, dan berjanji akan ikut berdoa
semoga Anjar Laweyan berhasil mencari serta memilih calon
muridnya yang tepat. Dan dengan restu mereka berdua, Anjar
Laweyan turun gunung. Secara kebetulan ia berpapasan dengan rombongan anak
buah Cing Cing Goling yang sedang sibuk mendaki gunung.
Mereka merasa kecolongan karena kena dipermainkan
Rawayani dan Gemak Ideran. Anjar Laweyan tertarik melihat
gerakan-gerakan tubuhnya. Dengan sekali pandang tahulah ia,
macam kepandaian apa yang mereka miliki. Itulah gerakan
tubuh tingkat permulaan Ilmu Sakti Batu Panas. Eh, dari mana
mereka mendapatkan kepandaian ini, pikirnya.
Tak pernah terlintas dalam pikirannya, bahwa di dunia ini
terdapat seorang tokoh bernama Cing Cing Goling yang
ditakuti orang. Dan Cing Cing Goling sudah menguasai Ilmu
Sakti Batu Panas tingkat tujuh. Dia mengajarkan sejurus dua
jurus kepada anak buahnya demi mengikat kesetiaan mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anjar Laweyan ingin memperoleh keterangan dan
kejelasan. Maka ia menawan tiga orang dan mengompesnya.
Dengan cara sendiri, ia berhasil mendapat penjelasan dari
mana mereka memperoleh kepandaiannya.
"Kalian mengaku diajari Cing Cing Goling" Siapa dia dan
dari siapa memperoleh Ilmu Sakti Batu Panas ?" ia mengusut
terus. "Tuan, kami bertiga tidak lebih daripada budak-budak yang
tiada harganya. Sewaktu-waktu kami bisa dibunuhnya. Bila
tuan dapat memaksa tuanku Tambal Pitu berbicara, semua
yang tuan inginkan akan menjadi jelas."
"Siapa Tambal Pitu ?"
"Adik seperguruan tuanku Cing Cing Goling."
"Apakah dia berada di antara kamu ?"
"Ya, tentu saja. Hanya saja tidak di sini. Beliau tidak ikut
mendaki gunung bersama kami. Beliau berkemah di bawah
sana." "Baiklah, aku mau percaya omonganmu. Tetapi kalian diam-
diam saja di sini sampai aku kembali. Kalau kalian berdusta,
ilmu kalian akan kumusnahkan." ancam Anjar Laweyan.
Benar-benar Anjar Laweyan memasuki perkemahan Tambal
Pitu. Ia bertemu dengan Tambal Pitu. Terhadap Tambal Pitu
yang-sudah memahami tingkat lima, ia mempunyai cara lain.
Sengaja ia menantang bertanding mengadu kepandaian.
Tentu saja Tambal Pitu bukan lawannya yang berarti. Dengan
mudah ia mencekuknya dibawanya pergi menyendiri.
Kemudian ia mulai memberi ceramah tentang Ilmu Sakti Batu
Panas sampai tingkat delapan. Ia memberikan contoh-
contohnya. Dan menyaksikan kepandaian Anjar Laweyan,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tambal Pitu takluk. Ia percaya, Anjar Laweyan termasuk
kaumnya. "Nah sekarang ceritakan semuanya dengan jelas." hardik
Anjar Laweyan. "Aku bisa memusnahkan ilmu kepandaianmu,
sebaliknya akupun dapat membuat kepandaianmu melebihi
Cing Cing Goling." Diancam demikian berbareng menyaksikan kepandaian
Anjar Laweyan yang jauh melebihi kakaknya seperguruan,
Tambal Pitu tidak mempunyai pilihan lain kecuali berbicara
dengan sebenarnya. Ia mulai menyebut nama gurunya dan
dari mana gurunya memperoleh ilmu itu. Dengan sendirinya,
ia menyinggung nama keluarga Rawayani. Setelah itu tentang
rencana perjalanan kakaknya yang ingin memperoleh lanjutan
Ilmu Sakti Batu Panas sampai tingkat empat-belas.
"Kau maksudkan keluarga Rawayani pernah menyimpan
pedang Sanggabuana?" Anjar Laweyan menegas.
"Begitulah yang pernah kudengar. Tetapi pedang pusaka itu
kemudian jatuh ke tangan pendekar Sondong Landeyan. Lalu
berpindah tangan ke ahli pedang Haria Giri. Benar tidaknya
masih perlu kami buktikan. Namun kakak sempat menawan
Niken Anggana, puteri Haria Giri."
Anjar Laweyan berwatak sederhana. Karena itu ia tidak
senang mendengar pembicaraan yang bertele-tele dan belum
pasti. Maka ia memotong :
"Kau katakan saja di mana Rawayani kini berada !"
"Menurut kabar, Rawayani berada di lembah gunung ini
dalam usahanya menuntut ilmu kepandaian Ilmu Sakti Batu
Panas pula." "Apa dasarnya ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti berita yang pernah kudengar menyebutkan, bahwa
barangsiapa bisa mempersembahkan pedang pusaka Sanggabuana, dialah yang akan berhak mewarisi kepandaian
orang berilmu di puncak gunung. Itulah alasan kakak
mengapa dia menawan puteri Haria Giri."
"Hm," pikir Anjar Laweyan di dalam hati. "Pastilah gara-gara
kakang Pulungan yang menyebarkan berita bohong ini.
Tentunya karena maksudnya ingin memperoleh kitab-kitab
Ilmu Sakti Batu Panas sampai tingkat empatbelas yang berada
di tangan ayunda Ken Rudati." setelah berpikir demikian lalu
minta penjelasan : "Kau berkata, pedang itu berada di tangan
Haria Giri. Mengapa Rawayani nekat mendaki gunung ?"
"Tentunya ada pegangannya. Setidak-tidaknya keluarganya
pernah merawat pedang itu."
"Baiklah. Lalu dia berangkat dengan siapa "
"Menurut laporan yang kami dengar, dia berangkat dengan
seorang pemuda bernama Gemak Ideran. Hanya saja ia mana
mereka kini berada, aku tidak tahu. Maka kakakku
seperguruan Cing Cing Goling perlu menyusul secepat-
cepatnya dengan mengerahkan seluruh anak-buahnya
termasuk diriku. Ringkasnya, kakak ingin mendahului.
Manakala terlambat, akan merampasnya."
Anjar Laweyan mengulum senyum. Tak pernah disangkanya, bahwa riwayat Ilmu Sakti Batu Panas akan
membuat orang saling bertempur. Dimulai dari kesukaran Ki
Ageng Mahesa Tingkir mengendalikan sepak-terjang muridnya
sampai kepada masalah pedang Sanggabuana yang

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikabarkan sebagai sarana utama.
"Tambal Pitu !" akhirnya Anjar Laweyan memutuskan.
"Untuk sementara aku akan membuktikan keteranganmu. Bila
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata benar, aku akan membuat kepandaianmu setingkat
lebih tinggi daripada kakakmu seperguruan.
Sekarang tunggulah aku di sini dan kularang engkau
berkabar kepada siapa pun termasuk kakakmu seperguruan.
Bila kau langgar, akan kumusnahkan semua kepandaianmu."
Setelah mengancam demikian, Anjar Laweyan melepaskan
pukulan sakti tingkat sembilan ke arah sebuah batu raksasa
yang mencongak seratus meter di depannya. Jaraknya cukup
jauh, namun terpukul jurus sakti tingkat sembilan, batu
raksasa itu meledak" dan hancur luluh bagaikan sebongkah
baja di dalam sebuah tungku pembakaran dengan daya panas
luar biasa tingginya. Dan menyaksikan kehebatan itu, hati
Tambal Pitu meringkas sekecil kepingan butir kerikil.
"Tambal Pitu bersumpah akan melaksanakan perintah" ujar
Tambal Pitu membungkuk rendah.
Anjar Laweyan kemudian mulai mencari Rawayani dan
Gemak Ideran. Yang mula-mula diketemukan ialah Gemak
Ideran. Pemuda itu memang mendahului perjalanan
Rawayani. Ia menawannya dan ditahan di sebuah gubuk dekat
Jalatunda. Kemudian ia memusatkan perhatiannya kepada
Rawayani. Karena sudah mendapat petunjuk dari Gemak
Ideran, dengan mudah ia dapat menemukannya. Ternyata
Rawayani diikuti seorang gadis cantik yang mengenakan
pakaian putih. Dialah Diah Windu Rini yang yakin bahwa
Rawayani adalah adik-kandungnya yang terpisah semenjak
kanak-kanak'. Sewaktu Rawayani menginap di Sumarata atas anjurannya,
ia sempat memeriksa pedang Rawayani. Ia menemukan
sederet nama-nama yang tertulis pada selembar pembungkus
hulu pedang. Di antara deret nama itu terdapat nama Ken
Rudati pula. Agaknya sudah menjadi tata-atur, pemiliknya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajib mencantumkan namanya dimulai semenjak Diatri Kama
Ratih sebagai pemilik yang pertama kalinya (baca: Jalan
Simpang di atas bukit). Melihat Rawayani terancam bahaya, ia segera mengulurkan
tangan. Dialah yang menggebah anak-buah Cing Cing Goling
sewaktu menghadang Rawayani di celah gunung dengan
menggulirkan batu-batu sebesar kepala kerbau. Dan dia
pulalah yang mengulurkan tangan, tatkala Diah Windu Rini
mendapat kesukaran melawan ketangguhan Cing Cing Goling,
Blandaran dan Lajuguna. Anjar Laweyan kelihatan seperti orang dungu. Akan tetapi
sebenarnya dia cerdik. Sudah semenjak lama ia mengikuti
gerak-gerik Diah Windu Rini yang berusaha menolong
Rawayani. Merasa akan berhadapan dengan tiga lawan yang
tangguh, Rawayani diperintahkan menjauhi dusun Bulukerta.
Dan Rawayani segera meninggalkan Bulukerta menuju
Jalatunda. Tujuannya ingin bertemu dengan Gemak Ideran
secepat mungkin. Dan pada saat itu, muncullah Anjar Laweyan
menghadang Rawayani. Dengan mudah ia dapat menawan
gadis itu dan dibawanya kembali ke kamar penginapan.
Ia kemudian muncul menggebah Cing Cing Goling bertiga.
Setelah itu menyesatkan Diah Windu Rini agar mengejar
Rawayani ke arah Jalatunda. Barulah ia memasuki kamarnya
kembali. Berkata lembut kepada Rawayani:
"Anakku, kau ikuti diriku."
"Akan kau bawa ke mana aku ?"sahut Rawayani.
"Bukankah engkau ingin bertemu dengan kawanmu ?"
"Siapa kawanku ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia mengaku Gemak Ideran." ujar Anjar Laweyan.
Rawayani terperanjat sampai wajahnya berubah. Menegas
dengan suara bergemetaran :
"Sekarang di mana dia berada ?" Anjar Laweyan tertawa
geli. Menyahut: "Karena itu, ayo ikut ! Akan kupertemukan engkau dengan
pemuda itu." Rawayani mengikuti Anjar Laweyan meninggalkan rumah
penginapan. Kepalanya penuh dengan teka-teki. Tetapi dia
seorang gadis yang cerdik dan cerdas. Tiba-tiba ia tertawa
geli. "Hai mengapa engkau tertawa ?" Anjar Laweyan heran.
"Aku ingin tertawa dan tertawalah aku. Masakan ada
undang-undang yang melarang orang tertawa ?"
Anjar Laweyan tercengang. Gadis ini nakal dan cerdik,
pikirnya. Justru memperoleh pikiran demikian timbullah rasa
sayangnya. Kecerdikan dan watak Rawayani yang ganas dan
galak, mengingatkan dirinya kepada Ken Rudati. Berkali-kali ia
berpikir di dalam hati : Ha inilah murid yang benar-benar
cocok. Kemudian berkata :
"Hai, apakah ada undang-undang yang melarang orang
bertanya ?" Rawayani tertawa. Orang ini bisa membadut juga, pikirnya.
Entah apa sebabnya, tiba-tiba ia merasa cocok. Karena itu, ia
menyahut: "Aku tertawa, karena kini tahu siapa yang menawan diriku
di Sumarata. Paman, bukan ?"
"Betul." di luar dugaan Anjar Laweyan menjawab dengan
sederhana. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa paman usilan " Aku kau tawan di Sumarata.
Sekarang aku kau tawan lagi. Sebenarnya apa maksud paman
?" Anjar Laweyan tertawa geli. Ujarnya :
"Kau ini rupanya tidak tahu terima kasih. Kalau aku tidak
menahanmu selama dua hari, kau bakal bertemu dengan Cing
Cing Goling. Ternyata kau bandel. Akibatnya hampir saja
engkau mati tertimbun batu. Bukankah begitu "
Rawayani tercengang. Menegas :
"Ah ! Jadi paman yang menolong diriku ?"
"Kalau bukan aku apakah setan ?" Anjar Laweyan
menggoda. Sekarang Rawayani merasa bertambah dekat. Ternyata
Anjar Laweyan berkenan menolongnya. Tentunya kali ini
bermaksud baik pula terhadapnya. Maka ia berkata lagi:
"Paman ! Apakah Geniak Ideran tidak kurang suatu apa ?"
"Pada saat ini, dia kutawan. Alasanku sama dengan
alasanku menahan engkau di Sumarata. Cing Cing Goling
bermaksud mendaki puncak Gunung Lawu. Tentunya dia akan
bertemu dengan Gemak Ideran. Dia bisa berbuat apa
berlawan-lawanan dengan Cing Cing Goling ?"
Terasa agak tinggi hati ucapan Anjar Laweyan. Akan tetapi
memang benar. Andaikata kepandaiannya digabungkan
dengan kepandaian Gemak Ideran pun tidak berarti banyak.
Jangan lagi berhadap-hadapan dengan Cing Cing Goling.
Melawan salah seorang pengikutnya saja, belum tentu bisa
menang. Maka dengan tidak dikehendaki sendiri, ia
mengangguk. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pada hari ini semua orang pandai atau yang merasa pandai
akan bertemu di Jalatunda. Ah, bakal ramai." ujar Anjar
Laweyan. "Tetapi lebih baik engkau kubawa langsung
menghadap gurumu." "Guruku ?" Rawayani terperanjat. "Aku tidak mempunyai
guru. Atau siapa eh..... maksudku siapa yang paman sebut
sebagai guruku ?" Anjar Laweyan kemudian mengabarkan siapa dirinya.
Setelah itu ia menyebut-nyebut nama Ken Rudati dan
Pulungan. Kemudian maksud perjalanannya sampai perlu
menawan Rawayani dan Gemak Ideran.
"Terus terang saja, mula-mula aku tertarik kepada riwayat
pembungkus hulu pedang Sanggabuana." ia mengakhiri.
"Pedang Sanggabuana dulu berada di tangan ayunda Rudati.
Mungkin ditemu orang, tatkala ayunda Rudati membuangnya
oleh kesal hati. Apakah engkau tahu bagaimana pedang itu
bisa berada di tangan kakekmu ?"
Rawayani menggelengkan kepalanya. Akan tetapi hatinya
girang bukan kepalang mendengar tutur-kata Anjar Laweyan.
Memang tujuannya menadaki Gunung Lawu semata-mata
ingin menghadap pemilik pedang Sanggabuana. Menurut
kabar berita, hanya dia yang dapat mempersembahkan
pedang pusaka itu dapat menghadap pemiliknya.
"Hm, itulah akal kakang Pulungan di masa mudanya.
Semenjak gurunya wafat, Ilmu Sakti Batu Panas berada di
tangan ayunda Rudati. Sudah barang tentu kakang Pulungan
berusaha merampasnya kembali dengan segala macam cara.
Paling tidak, seumpama engkau dapat mewarisi Ilmu Sakti
Batu Panas yang terdiri dari empatbelas tingkat, dia akan
memaksa dirimu untuk menulisnya kembali. Tentunya dengan
cara sendiri." ujar Anjar Laweyan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dia bisa memaksa aku ?" sahut Rawayani dengan
angkuh. "Ilmu Sakti Batu Panas memang dapat menggetarkan hati
belasan orang dalam suatu adu kepandaian. Tetapi apabila
engkau dikerubut seribu atau dua ribu orang pandai, meskipun
kau dapat merobohkan ratusan orang, akhirnya aku akan
tertawan juga." "Aku akan lari sebelum tertangkap." Rawayani membela
diri. "Dan kau akan dikejar terus menerus sampai tertangkap."
Anjar Laweyan tidak mau kalah.
"Akan kutebari racun maut" Rawayani membandel. Anjar
Laweyan tertawa geli. Sahutnya :
"Baiklah, otakmu memang cerdas dan cerdik. Katakan saja,
engkau bisa mengamankan ilmu sakti itu. Tetapi ingat-ingatlah
pula akan makna pepatah ini: seorang pencuri lebih sabar dan
lebih telaten daripada yang akan dimalingi. Sebab orang yang
terdiri dari darah dan daging ini, tidak akan bisa berjaga-jaga
diri terus-menerus sepanjang hayatnya. Suatu kali dia akan
lengah. Ingat-ingatlah hal itu !"
Karena percakapan itu sangat menarik, tak terasa mereka
sampai di tempat tujuan. Dengan mengambil jalan pintas,
Anjar Laweyan lebih dahulu tiba di Jalatunda daripada Diah
Windu Rini dan Cing Cing Goling bertiga. Terus saja ia
membawa Gemak Ideran mendaki puncak gunung. Karena di
samping Anjar Laweyan terdapat Rawayani, maka Gemak
Ideran patuh saja tak ubah seekor kerbau kena tuntun.
"Gemak Ideran, inilah akhir perjalanan kita. Dan selanjutnya
terserah belaka kepadamu." ujar Rawayani bersemangat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja ucapan Rawayani masih merupakan teka-teki
bagi Gemak Ideran. Tetapi setelah tiba di hadapan Niken
Rudati dan Pulungan, semuanya menjadi jelas. Pada waktu
itu, Niken Rudati dan Pulungan mengenakan pakaian orang
suci berwarna putih. Mereka berdua nampak sebagai dewa-
dewi yang akan membagi kebahagiaan kepada ummat
manusia. Memang demikianlah akhirnya.
Rawayani dan Gemak Ideran menjadi murid mereka
berdua. Masing-masing mewarisi ilmu kepandaian Niken
Rudati dan Pulungan. Empat tahun lamanya, Rawayani dan
Gemak Ideran berada di atas puncak gunung. Menjelang
tahun kelima seluruh himpunan tenaga sakti Niken Rudati dan
Pulungan dialirkan ke dalam tubuh Rawayani dan Gemak
Ideran. Begitu selesai, Niken Rudati dan Pulungan
menghembuskan nafasnya yang penghabisan dengan tenang
dan damai. Puncak ilmu kepandaian sudah berada di tangan
Rawayani dan Gemak Ideran. Tinggal satu lagi yang belum
menjadi milik mereka berdua. Itulah pedang pusaka
Sanggabuana. ---ooO TAMAT Ooo--- Scanned book (sbook) ini hanya untuk pelestarian buku dari
kemusnahan. DILARANG MENGKOMERSILKAN atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
BBSC http://dewi-kz.info/ Senja Jatuh Di Pajajaran 8 Pendekar Naga Geni 23 Arca Ikan Biru Pedang Darah Bunga Iblis 2
^