Gerbang Nasib 3
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie Bagian 3
tertarik." "Dia memang mati muda," kata Nyonya Griffin. "Ya. Semua kasihan melihat
kenyataan itu. Anak itu amat cerdas, dan mereka mengharapkan - ya, masa depan yang
amat cerah untuknya. Dia tidak meninggal karena sakit, tapi karena makanan yang
dimakannya waktu piknik. Saya rasa begitu cerita Nyonya Henderson. Dia ingat
banyak hal tentang keluarga Parkinson."
"Nyonya Henderson?" tanya Tuppence.
"Oh, Anda belum tahu dia. Dia tinggal di salah satu rumah jompo. Namanya Meadow
side. Kira-kira - kira-kira dua belas atau lima t>elas mil dari sini. Sebaiknya
Anda temui dia. Dia bisa cerita banyak tentang rumah Anda, saya rasa. Namanya
dulu Swallow's Nest. Dan sekarang lain lagi, ya?"
"The Laurels." "Nyonya Henderson lebih tua dari saya walaupun dia anak bungsu dari keluarga
besar. Dia pernah jadi guru privat Lalu pernah jadi perawat untuk menemani
Nyonya Beddingfield pemilik Swallow's Nest - atau The Laurels. Dan dia senang
cerita tentang masa lampau. Saya rasa sebaiknya Anda datangi dia."
"Ah, saya rasa dia tidak akan - "
"Oh, saya yakin dia pasti suka. Datangi dia. Katakan bahwa saya yang
memberitahu. Dia masih ingat saya, dan adik saya Rosemary. Kadang-kadang saya
mengunjungi dia. Tapi belakangan ini tidak lagi, karena saya sudah tidak terlalu
kuat. Dan Anda juga bisa menengok Nyonya Henley yang tinggal di - apa ya namanya" - Apple
Tree Lodge, saya rasa. Itu tempat para pensiunan tua. Bukan kelas yang sama.
Tapi cukup baik. Dan banyak gosip beredar di sana! Saya yakin mereka semua akan
senang dikunjungi. Itu merupakan selingan."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
17. Tommy dan Tuppence Bertukar Pikiran
"Kau kelihatan capek, Tuppence," kata Tommy setelah mereka selesai makan malam
dan berjalan ke ruang duduk.
Tuppence menjatuhkan diri di atas kursi sambil menarik napas panjang. Dia
menguap. "Capek" Aku hampir mati rasanya," kata Tuppence.
"Apa saja yang telah kaulakukan" Kuharap bukan urusan kebun."
"Badanku sih tidak capek," kata Tuppence dingin. "Aku melakukan apa yang
kaulakukan. Penyelidikan mental."
"Itu juga membuat capek," kata Tommy. "Di mana" Kau tidak mendapat banyak info
dari Nyonya Griffin kemarin dulu, kan?"
"Aku rasa lumayan. Aku tidak mendapat banyak dari rekomendasi pertama. Tapi ada
juga yang kudapat." Dia membuka tasnya, dan mengeluarkan buku catatan kecil.
"Aku membuat catatan-catatan kecil. Dan aku juga mengambil beberapa kartu menu
porselen." "Oh. Dan apa hasilnya?"
"Mm. kartu menu itu menunjukkan beberapa catatan mengenai gastronomi. Ini yang
pertama. Seseorang yang aku lupa namanya."
"Kau harus belajar mengingat nama lebih baik."
"Hm. Aku tidak mencatat nama, tapi apa yang mereka katakan. Dan mereka senang
sekali waktu melihat kartu menu itu, karena kelihatannya mereka pernah diundang
makan malam dan menikmati hidangannya - mereka belum pernah mencicipi masakan
seperti wa. Dan kelihatannya mereka
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
merasakan lobster salad untuk pertama kali waktu itu. Mereka memang pernah
mendengar masakan itu dihidangkan di rumah-rumah orang kaya, tapi baru kali itu
merasakannya sendiri."
"Oh," kata Tommy. "Tak banyak membantu kalau begitu."
"Kau keliru. Ini cukup membantu, karena mereka tak pernah melupakan makan malam
itu. Lalu aku tanya kenapa mereka selalu ingat malam itu Dan mereka bilang
karena sensus." "Apa" Sensus?"
"Ya. Kau pasti tahu, sensus. Tahun kemarin ada. Atau tahun sebelumnya" Itu - kita
menulis data dan menandatangani. Semua orang yang menginap di rumah pada malam
tertentu. Dan sebagainya. Pada malam tanggal 15
November, siapa saja yang tidur di rumahmu" Lalu kau menulis nama-nama itu. Atau
mereka harus mendaftarnya"
Aku lupa yang mana. Pokoknya pada hari itu ada sensus, dan setiap orang harus
tahu siapa-siapa tinggal di rumahnya. Dan karena banyak orang yang ke pesta,
mereka pun bicara tentang hal itu. Mereka bilang itu tidak fair dan itu
merupakan sesuatu yang tolol untuk dilakukan. Dan mereka masih tidak bisa
menerima kalau hal itu dilakukan sampai sekarang, karena orang harus menulis
kalau punya anak, atau kalau menikah, atau tidak menikah tapi punya anak, dan
sebagainya. Orang harus menulis banyak data pribadi, dan mereka anggap itu tidak
baik. Tidak untuk sekarang ini. Jadi mereka- bingung. Bukan tentang sensus lama
itu, karena tak ada yang peduli. Tapi karena suatu kejadian di malam itu."
"Sensus itu mungkin berguna kalau kau tahu persis tanggalnya," kata Tommy.
"Maksudmu, kau bisa mengecek sensus itu?"
"Oh ya. Kalau kita tahu harus berurusan dengan siapa, kita bisa mengecek dengan
mudah." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dan mereka ingat Mary Jordan yang dibicarakan banyak orang. Semua bilang dia
kelihatan seperti gadis baik-baik. Dan semuanya suka pada dia. Dan mereka tak
bisa percaya - orang kan suka cerita macam-macam Mereka bilang - yah, dia memang
setengah Jerman. Jadi mereka harus lebih hati-hati dengan dia."
Tuppence meletakkan cangkir kopinya yang kosong dan menyandarkan badannya lagi.
"Ada yang kira-kira memberi harapan?" tanya Tommy.
"Tidak. Tidak terlalu" kata Tuppence. "Tapi barangkali bisa.
Orang-orang tua itu bicara tentang hal itu. Dan kebanyakan mendengar dari
anggota keluarga yang lebih tua. Cerita-cerita tentang di mana menyimpan atau
menemukan sesuatu. Ada cerita tentang surat wasiat yang disimpan di dalam vas
porselen. Sesuatu tentang Oxford dan Cambridge - walaupun aku tak tahu bagaimana
orang bisa tahu bahwa ada benda disembunyikan di Oxford atau di Cambridge.
Kelihatannya tak masuk akal."
"Barangkali ada yang punya keponakan kuliah di sana"
kata Tommy, "yang membawa sesuatu kembali ke Oxford atau Cambridge."
"Bisa jadi. Tapi rasanya tidak."
"Apa ada yang bicara tentang Mary Jordan?"
"Hanya dengar-dengar saja - tidak benar-benar tahu apakah dia memang mata-mata
Jerman. Hanya dari nenek atau sepupu ibu mereka atau teman Paman John yang
Angkatan Laut itu." "Apa mereka bicara tentang bagaimana Mary meninggal?"
"Mereka menghubungkan kematiannya dengan kekeliruan antara daun foxglove dan
bayam. Mereka bilang semua sembuh kecuali dia."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Menarik" kata Tommy. "Ceritanya sama, setting-nya lain."
"Barangkali terlalu banyak ide kata Tuppence. 'Seseorang bernama Bessie berkata, 'Hanya nenek saya yang ?"mengatakan cerita itu. Dan kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu. Saya rasa
tidak semua detilnya benar. Dia biasanya begitu. Kau bisa membayangkan kan, Tom.
Kalau semua orang bicara sekaligus kan membingungkan. Ada yang bicara tentang
spionase dan racun pada waktu piknik dan sebagainya. Aku tak bisa mendapat
tanggal yang tepat, karena cerita itu kan memang mereka dengar dari orang lain.
Kalau dia bilang, 'Saya baru enam belas tahun waktu itu dan rasanya seru mendengarnya/ kita tak
tahu berapa umur neneknya waktu itu." Barangkali dia jawab sembilan puluh karena
orang suka bilang mereka sebetulnya lebih tua, atau baru lima puluh dua walaupun
sebenarnya tujuh puluh."
"Mary Jordan," kata Tommy sambil berpikir, "mati tidak wajar. Dia merasa curiga.
Apa kira-kira anak itu pernah cerita pada polisi?"
"Maksudmu Alexander?"
"Ya - . Dan karena itulah maka dia bicara terlalu banyak.
Dan karena itu pula dia harus mati."
"Banyak hal tergantung pada Alexander," kata Tuppence.
"Kita tahu kapan Alexander meninggal. Karena kuburnya ada di sini. Tapi Mary
Jordan - kita masih belum tahu kapan atau mengapa."
"Kita akan tahu juga nanti," kata Tommy. "Kau sudah membuat daftar nama, dan
tanggal, dan hal-hal lain. Kau pasti akan heran jika menyadari apa saja yang
bisa kita selidiki berdasarkan satu atau dua kata yang aneh di sana-sini."
"Kelihatannya kau punya banyak teman yang bisa membantu," kata Tuppence dengan
iri. "Kau kan juga punya," kata Tommy.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Sebetulnya tidak," jawab Tuppence.
"Ah, kau punya. Kau bisa membuat orang berbuat sesuatu," kata Tommy. "Sekali kau
mengunjungi wanita tua dengan buku ulang tahun. Lalu, tahu-tahu kau sudah ada di
tengah-tengah para pensiunan atau melakukan sesuatu yang lain. Dan kau tahu
tentang apa yang terjadi pada zaman kakek buyut mereka - nenek buyut mereka, dan
Paman John atau para bapak baptis. Barangkali juga seorang perwira Angkatan Laut
tua. yang cerita tentang spionase. Dan kalau kita terus menyelidiki tanggal-
tanggal tertentu serta melacak kejadian-kejadian tertentu, barangkali saja - siapa
tahu" - kita akan mendapat sesuatu."
"Kira-kira siapa ya, mahasiswa yang disebut-sebut itu -
Oxford dan Cambridge. Yang katanya menyembunyikan sesuatu."
"Kedengarannya tidak seperti spionase," kata Tommy.
"Ya. Dan memang bukan," kata Tuppence.
"Dan dokter-dokter dan pendeta-pendeta tua," kata Tommy. "Aku rasa itu bisa
dicek. Tapi rasanya tak akan memberi arah ke mana-mana. Terlalu jauh. Dan kita
tak cukup dekat. Kita tak tahu - . Apa ada hal-hal aneh yang kaualami lagi,
Tuppence?" "Maksudmu, apakah ada orang yang mencoba mencelakai aku dua hari terakhir ini"
Tidak, tidak ada. Tak ada orang mengundangku berpiknik. Rem mobil juga tak apa-
apa. Ada sebotol cairan untuk mematikan alang-alang di gudang kebun, tapi
kelihatannya belum dibuka."
"Isaac menaruhnya di sana supaya mudah mengambilnya kalau kalau kau keluar
membawa sandwich." "Oh, kasihan Isaac," kata Tuppence. "Jangan mengejek dia, Tom. Dia jadi teman
baikku. Ah - ya - itu mengingatkan aku pada - "
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Apa yang kauingat?"
"Wah, aku tak tahu. Lupa," kata Tuppence sambil mengejap ngejapkan mata. "Waktu
kau menyebut Isaac tadi, rasanya aku.teringat sesuatu."
"Wah," kata Tommy sambil menarik napas.
"Ada cerita tentang seorang wanita tua," kata Tuppence.
"Kata orang wanita itu selalu menyimpan hartanya di kaus tangannya setiap malam.
Aku rasa giwangnya - kalau tak salah. Dialah yang mengira bahwa semua orang mera-
cuninya. Dan ada lagi yang ingat ada orang yang meletakkan sesuatu di kotak
derma. Itu - kotak porselen yang disediakan untuk derma anak-anak telantar. Ada
sebuah label tertempel di situ. Tapi rupanya kotak porselen itu bukan berisi
derma untuk anak telantar. Wanita itu biasa memasukkan uang lima pound di
dalamnya sehingga dia selalu punya persediaan uang. Dan kalau kotak itu sudah
penuh, dia biasa membeli kotak baru. Kotak yang lama dipecahnya."
"Dan membelanjakan uangnya, aku rasa," kata Tommy.
"Ya - itulah tujuannya. Saudara sepupuku, Emlyn, biasa bilang begitu," kata
Tuppence yang sedang mengingat-ingat apa yang pernah dia dengar. "Tak ada orang
yang akan mencuri kotak derma untuk anak-anak telantar, kan" Dan kalau ada yang
memecahkan kotak seperti itu, pasti ada yang melihat, kan?"
"Kau belum menemukan buku-buku yang berisi khotbah di atas?"
"Belum. Kenapa?" tanya Tuppence.
"Hm. Aku cuma berpikir itu kan tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu.
Hal-hal yang membosankan mengenai teologi. Buku tua rusak yang bagian tengahnya
dilubangi." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak ada buku begitu. Aku pasti tahu kalau melihatnya,"
kata Tuppence. "Apa kau akan membaca buku seperti itu?"
"Oh, tentu saja tidak," kata Tuppence.
"Nah. Apa kubilang" Kau pasti tak akan membacanya. Kau pasti akan membuangnya
begitu saja," kata Tommy.
"The Crown of Success. Itu buku yang kuingat," kata Tuppence. "Ada dua copy. Hm -
mudah-mudahan saja keberhasilan akan me-mahkotai kita."
"Kelihatannya tidak. Siapa yang membunuh Mary Jordan"
Itulah buku yang akan kita tulis nanti."
"Kalau kita berhasil mengungkapkannya," kata Tuppence dengan muram.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
18. Perut Mathilde Dioperasi
"Apa yang akan kaulakukan sore ini, Tuppence"
Melanjutkan memperpanjang daftar nama dan daftar tanggal itu?"
"Aku rasa tidak," kata Tuppence. "Sudah cukup. Capek juga menulis segala macam.
Aku sekarang suka salah-salah, kan?"
"Hm, ya, memang benar. Kau membuat beberapa kesalahan."
"Kuharap kau tidak lebih baik dariku, Tom. Rasanya kadang-kadang menyakitkan."
"Apa yang akan kaulakukan?" "Tidur siang enak juga, ya"
Oh, tidak. Aku tak akan santai-santai dulu," kata Tuppence.
"Aku rasa aku akan mengoperasi perut Mathilde."
"Apa"!" "Aku akan mengoperasi perut Mathilde."
"Kau kenapa sih" Kelihatannya kok siap tempur."
"Mathilde. Dia ada di KK."
"Apa maksudmu, dia ada di KK"
"Oh, gudang segala macam rongsokan itu. Dia itu kuda-kudaan yang perutnya
berlubang." 'Oh. Dan kau akan mengeluarkan isi perutnya?"
"Ya, betul," kata Tuppence. "Kau mau membantu?"
"Sebetulnya tidak," kata Tommy.
"Apa kau bersedia membantu aku?" kata Tuppence, dengan nada mengancam.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dengan cara seperti itu, aku terpaksa mau," kata Tommy sambil menarik napas
panjang. "Ah, tidak sejelek membuat daftar. Apa Isaac ada di sini?"
"Tidak. Aku rasa sore ini dia libur. Lagi pula kita tidak memerlukan dia. Aku
rasa informasi yang kudapat dari dia sudah cukup."
"Dia tahu cukup banyak," kata Tommy sambil berpikir.
"Aku tahu beberapa hari yang lalu. Dia menceritakan banyak hal tentang masa
lalu. Hal-hal yang tak bisa dia ingat"
"Ya - aku rasa umurnya sudah hampir delapan puluh," kata Tuppence. "Aku yakin
itu." "Ya, aku tahu. Tapi dia masih bisa mengingat hal-hal yang sudah lama sekali
terjadi." "Orang biasa mendengar begitu banyak hal," kata Tuppence. "Dan kita tidak tahu
yang mereka dengar benar atau tidak. Kita ke sana saja sekarang, dan
mengeluarkan isi perut Mathilde. Aku akan ganti baju dulu karena tempat itu
kotor, berdebu, dan banyak sarang labah-labahnya. Dan kita harus mengorek-ngorek
isi perut Mathilde."
"O ya, kalau si Isaac ada, kita bisa suruh dia membalikkan badan kuda itu. Biar
kita dapat membedah perutnya dengan mudah."
"Gayamu kok seperti ahli bedah saja," kata Tommy.
"Hm - aku rasa cocok, kan" Kita sekarang akan mengeluarkan benda asing yang bisa
membahayakan hidup Mathilde. Kita bisa mengecat dia dan anak kembar si Deborah
barangkali akan senang naik di atasnya kalau mereka datang nanti."
"Oh, cucu-cucu kita kan sudah punya banyak mainan dan hadiah-hadiah."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak apa-apa," kata Tuppence. "Anak-anak tidak selalu suka mainan mahal.
Mereka suka main dengan seutas tali atau boneka rombeng atau beruang beruangan
yang terbuat dari gombal yang diberi mata dari kancing. Anak-anak punya ide
sendiri tentang mainan mereka."
"Ayo," kata Tommy. "Kita datangi Mathilde dan kita bawa dia ke meja operasi."
Membalikkan tubuh Mathilde ke posisi yang mudah untuk melakukan operasi ternyata
tidak mudah. Mathilde sangat berat. Selain itu, badannya penuh paku-paku yang
mencuat. Tuppence mengusap darah dari tangannya dan Tommy memaki-maki ketika pullover-nya
tersangkut dan tiba-tiba robek.
"Kuda sialan" kata Tommy.
"Harusnya sudah dijadikan api unggun dulu-dulu," kata Tuppence.
Pada saat itulah tiba-tiba Isaac muncul.
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, apa lagi ini!" katanya heran. "Apa yang Anda berdua lakukan" Diapakan kuda
tua ini" Boleh saya bantu" Mau diapakan dia" Mau dikeluarkan?"
"Tidak perlu," kata Tuppence. "Kami ingin membalikkan badannya supaya mudah
mengeluarkan barang-barang."
"Maksud Anda mengeluarkan barang-barang yang ada di perutnya" Siapa yang memberi
ide untuk melakukan itu?"
"Ya," kata Tuppence. "Itulah yang akan kami lakukan."
"Apa yang akan Anda dapat?"
"Saya rasa sampah saja," kata Tommy. "Tapi itu baik, kan?" katanya dengan suara
yang tak yakin. "Membersihkan barang-barang. Kami juga ingin tetap memelihara
beberapa barang. Seperti - alat-alat permainan croquet. Pokoknya benda-benda macam
itu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dulu memang ada lapangan crookey di sini. Tapi dulu sekali. Zamannya Nyonya
Faulkner. Ya. Di situ, di tempat yang sekarang jadi kebun mawar. Tapi tidak
terlalu besar." "Kapan itu?" tanya Tommy.
"Maksud Anda lapangan crookey itu" Oh, sebelum saya lahir. Selalu ada orang yang
bercerita tentang hal-hal yang pernah terjadi. Hal-hal yang disembunyikan, dan
mengapa, dan siapa yang ingin menyembunyikan. Banyak cerita cerita aneh. Ada
yang tidak betul. Ada juga yang betul."
"Kau memang cerdas, Pak Isaac,' kata Tuppence. "Kau kelihatannya tahu banyak
hal. Bagaimana kau tahu ada lapangan croquet?"
"Oh, pernah ada sekotak alat-alat croquet di sini. Sudah bertahun-tahun.
Sekarang barangkali tak ada lagi."
Tuppence meninggalkan Mathilde dan berjalan ke sebuah sudut, di sana terdapat
kotak kayu panjang. Setelah dengan susah payah melepas tutupnya, keluarlah
sebuah bola berwarna merah kusam, sebuah bola biru, dan sebuah palu kayu
bengkok. Sisanya adalah sarang Iabah-Iabah.
"Bisa jadi dari zaman Nyonya Faulkner. Orang-orang bilang dia sering ikut
pertandingan," kata Isaac.
"Di Wimbledon?" kata Tuppence.
"Ya - tidak di sana, sih. Saya rasa tidak. Ikut pertandingan-pertandingan lokal
saja. Ada juga yang di sini. Saya pernah melihat foto-foto di tukang foto - "
"Tukang foto?" "Ah - yang di desa itu. Durrance. Anda tahu Durrance, kan?"
"Durrance?" kata Tuppence sambil mengingat-ingat. "Oh ya, dia jual film dan
peralatan-peralatan lainnya, kan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya. Tapi dia bukan si Durrance tua. Ini cucunya. Atau cicitnya. Yang banyak dia
jual kartu pos bergambar. Kartu Natal, kartu ulang tahun, dan sebagainya. Dia
biasa memotret orang, dan menyimpan foto-foto itu. Beberapa hari yang lalu ada
orang datang. Dia minta foto nenek buyutnya. Katanya dia punya sebuah, tapi
sudah robek atau terbakar atau hilang atau entah apa. Dia minta negatifnya. Tapi
di situ banyak album bertumpuk-tumpuk."
"Album," kata Tuppence sambil berpikir.
"Ada lagi yang bisa saya bantu?" kata Isaac.
"Bantu kami dengan Jane atau siapa itu namanya." ,
"Bukan Jane. Dia Mathilde. Bukan Matilda. Dia selalu dipanggil Mathilde. Nama
Prancis barangkali."
"Prancis atau Amerika," kata Tommy sambil berpikir-pikir.
"Mathilde. Louise. Dan sebagainya."
"Tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu, ya?"
kata Tuppence sambil "merogoh isi perut Mathilde. Dia menarik ke luar sebuah
bola karet India yang dulunya berwarna merah dan kuning tapi sekarang berlubang-
lubang. "Aku rasa anak-anak memang suka meletakkan mainan seperti, ini," kata Tuppence.
"Kapan saja mereka melihat lubang-lubang," kata Isaac.
"Tapi dulu ada seorang pemuda yang biasa meletakkan suratnya di sini. Itu yang
saya dengar. Seperti kotak pos saja."
"Surat" Untuk siapa?"
"Seorang gadis, saya kira. Tapi itu duluuu. Sebelum zaman saya," kata si Isaac,
seperti biasa. "Semua terjadi sebelum zamannya si Isaac," kata Tuppence, setelah orang tua itu
meletakkan Mathilde ke posisi yang baik dan meninggalkan mereka dengan alasan
harus membetulkan sesuatu.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tommy membuka jaketnya. "Heran juga," kata Tuppence, sedikit terengah ketika dia mengeluarkan tangannya
yang kotor dan terluka dari dalam perut Mathilde. "Begitu banyak yang dimasukkan
orang ke perut ini, dan ada yang sengaja memasukkan sesuatu, tapi tak pernah ada
yang berniat membersihkannya."
"Buat apa dibersihkan" Nggak ada gunanya, kan?"
"Betul," kata Tuppence. "Tapi kita membersihkannya, kan?"
"Karena kita tak tahu lagi apa yang sebaiknya kita lakukan.
Aku rasa tak ada apa-apa di dalamnya. Oh!"
"Ada apa?" kata Tuppence.
"Oh, aku menggaruk sesuatu."
Tommy menarik tangannya sedikit dan memasukkannya lagi. Dia mendapat selendang
rajutan. Kelihatannya benda itu pernah menjadi makanan ngengat. Setelah itu
barangkali derajatnya turun, menjadi santapan binatang yang lebih rendah status
sosialnya. "Menjijikkan," kata Tommy.
Tuppence mendorong suaminya ke samping dan mengail dengan tangannya ke dalam
perut Mathilde. "Awas banyak paku," kata Tommy.
"Apa ini?" kata Tuppence.
Dia mengeluarkan hasil pancingannya. Kelihatannya roda sebuah bis mainan, atau
kereta, atau mainan anak lainnya.
"Wah," kata Tuppence, "kita buang-buang waktu."
"Memang benar," kata Tommy.
"Sudah telanjur. Kita lakukan saja dengan sebaik-baiknya,"
kata Tuppence. "Hih. Ada tiga labah labah berjalan-jalan di
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
lenganku. Habis ini barangkali cacing-cacing. Hih - aku benci cacing."
"Aku rasa tak ada cacing di perut Mathilde. Cacing kan hidup di tanah. Aku rasa
mereka tak suka mondok di perut Mathilde."
"Oh, sekarang sudah kosong," kata Tuppence. "He--apa ini" Rasanya seperti buku
menyulam. Aneh-aneh saja. Masih ada beberapa jarum di dalam. Tapi semua
karatan." "Aku rasa ini punya seorang gadis cilik yang tak suka menyulam," kata Tommy.
"Ide yang bagus."
"Aku juga menyentuh benda yang seperti buku baru saja,"
kata Tommy. "Oh, barangkali ada gunanya. Di bagian mana perut Mathilde?"
"Rasanya di usus buntunya atau hatinya," kata Tommy dengan gaya ahli bedah
profesional. "Di sebelah kanan. Aku menganggap ini sebagai operasi!" tambahnya.
"Baik, Dok. Sebaiknya tarik saja ke luar. Apa pun ujudnya."
Yang dianggap buku tersebut tidak kelihatan seperti buku karena sudah terlalu
tua. Lembaran-lembarannya sudah lepas dan kotor.
"Kelihatannya buku pelajaran bahasa Prancis," kata Tommy. "Pour les enfants. Le
Petit Precepteur." "Hm," kata Tuppence. "Kurasa kau benar. Anak itu tak mau belajar bahasa Prancis.
Jadi dia masuk ke tempat ini dan sengaja menghilangkan bukunya dengan
memasukkannya ke perut Mathilde. Mathilde memang baik"
"Kalau Mathilde berdiri tegak, pasti sulit memasukkan sesuatu ke dalam
perutnya." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak untuk seorang anak," jawab Tuppence. "Tingginya akan pas untuk memasukkan
barang itu ke perut. Paling-paling dia harus berlutut dan merangkak di bawahnya.
He, apa ini" Rasanya licin. Seperti kulit binatang."
"Uh, menjijikkan" kata Tommy. "Barangkali bangkai kelinci."
"Ah, bulunya nggak terasa. Aku juga nggak suka. Ah, ada paku lagi. Kelihatannya
benda itu terkait di paku. Ada tali atau benang. Aneh ya, kok nggak berkarat?"
Dia menarik benda itu pelan-pelan.
"Seperti buku saku" katanya. "Kelihatannya dibungkus kulit yang bagus. Kulit
bagus." "Coba lihat ada apa di dalamnya. Barangkali ada isinya"
kata Tommy. "Ada isinya," kata Tuppence. "Barangkali uang lima pound," katanya penuh harap.
"Kalau begitu tidak bisa dipakai. Kertas kan rusak?"
"Aku tidak tahu," jawab Tuppence. "Banyak hal-hal yang tidak kita sangka-sangka
ternyata tahan lama. Dan uang lima pound, kualitas kertasnya sangat bagus. Tipis
tapi kuat." "Siapa tahu isinya sehelai dua puluhan pound. Bisa*
membantu uang belanja kita."
"Apa" Uang itu pasti dari zaman sebelum zamannya Isaac.
Kalau tidak, dia pasti sudah menemukannya. Ah. Coba pikir!
Barangkali saja isinya selembar uang ratusan pound.
Barangkali juga uang emas. Uang logam begitu biasanya disimpan di pundi-pundi.
Nenekku Maria punya sebuah pundi-pundi besar berisi uang logam. Dia biasa
menunjukkannya pada kami waktu kami masih kecil. Itu adalah simpanannya,"
katanya. "Dia siap-siap sebelum Prancis menyerang.. Ya, Prancis aku rasa. Uang
emas yang indah. Aku dulu berpikir,
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
uang logam itu bagus sekali dan membayangkan kalau besar punya uang emas
sekantong." "Siapa yang akan memberimu sekantong uang emas?"
"Aku tak membayangkan siapa" kata Tuppence. "Aku pikir hal itu akan terjadi
dengan sendirinya kalau gadis kecil menjadi besar. Seorang dewasa - yang memakai
mantel. Mantel yang lehernya berbulu dengan setelan topi. Dan dia mempunyai pundi-pundi
gemuk penuh berisi uang emas. Lalu kalau dia punya cucu laki-laki yang sudah
bersekolah, dia akan memberi tip dengan uang logam itu."
"Bagaimana dengan cucu-cucu perempuan?"
"Aku rasa mereka tidak dapat," kata Tuppence. "Tapi kadang-kadang dia mengirimi
aku uang kertas lima pound-an separo."
"Uang kertas lima pound-an separo" Buat apa" Kan nggak ada gunanya."
"Ada saja. Dia menggunting uang lima pound itu jadi dua, lalu mengirimnya
padaku. Setelah itu dia mengirim yang separo lagi di dalam surat berikutnya
Dengan cara itu tak ada yang mencuri uang itu."
"Hm. Begitu banyak pencegahan yang harus dilakukan."
"Ya, memang. He - apa ini?" kata Tuppence.
Dia merogoh kantong kulit pembungkus buku itu.
"Kita keluar dulu, bernapas," kata Tommy.
Mereka keluar dari KK. Di luar mereka bisa melihat kantong itu lebih baik. Benda
itu adalah sebuah dompet kulit yang tebal dan berkualitas bagus. Dompet itu kaku
karena sudah tua, tetapi tidak rusak.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Aku rasa di perut Mathilde dompet ini terhindar dari kelembapan," kata
Tuppence. "Oh, Tom, kau tahu apa yang kupikirkan?"
"Tidak. Apa" Bukan uang. Dan pasti bukan uang logam."
"Oh, bukan uang," kata Tuppence. "Aku rasa surat-surat.
Aku tak tahu apakah kita masih bisa membacanya. Surat-surat itu sudah tua dan
pudar." Dengan hati-hati Tommy meluruskan kertas-kertas kuning lecek itu dan memisah
misahkan-nya. Tulisannya sangat besar dan ditulis dengan tinta biru tua.
"Tempat pertemuan diubah," kata Tommy. "Ken Gardens dekat Peter Pan. Rabu 25,
15.30. Joanna." "Aku yakin, akhirnya kita pasti akan mendapat sesuatu,"
kata Tuppence. "Maksudmu, orang yang akan pergi ke London itu diberitahu untuk pergi pada hari
tertentu dan menemui seseorang di Kensington Gardens, mungkin sambil membawa
dokumen atau rencana atau entah apa. Menurut pendapatmu, siapa yang mengeluarkan
benda-benda itu dari perut Mathilde atau meletakkannya di perutnya?"
"Pasti bukan anak kecil," kata Tuppence. "Dan orang itu pasti tinggal di rumah
ini, jadi dia bisa berbuat apa saja tanpa mencurigakan. Aku rasa dia mendapat
sesuatu dari mata-mata Angkatan Laut dan membawanya ke London."
Tuppence membungkus dompet kulit tua itu dengan scarf yang melilit lehernya dan
mereka kembali ke rumah. "Barangkali ada dokumen-dokumen di sini," kata Tuppence. "Tapi mereka pasti
rusak kalau dipegang. He, apa ini?"
Di atas meja di selasar ada sebuah bungkusan besar.
Albert keluar dari ruang makan.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tadi diantar sendiri untuk Nyonya," katanya.
"Apa ya?" kata Tuppence sambil mengambilnya.
Tommy dan Tuppence masuk ruang duduk. Tuppence membuka bungkusan itu.
"Seperti album," katanya, 'Oh, ada suratnya. Dari Nyonya Griffin."
"Nyonya Beresford, saya senang sekali dengan buku ulang tahun yang Anda berikan
beberapa waktu yang lalu. Saya senang bisa membaca-baca dan mengingat banyak
kenalan di masa lalu. Kita memang cepat lupa. Sering kita hanya ingat nama kecil
seseorang - atau sebaliknya, nama keluarganya saja. Beberapa hari yang lalu,
kebetulan saya menemukan album kecil ini. Sebenarnya album ini bukan milik saya.
Kalau tak salah, milik nenek saya. Gambarnya cukup banyak, dan di antaranya ada
satu atau dua Parkinson, karena nenek saya memang kenal mereka. Saya pikir Anda
akan tertarik melihat foto-foto itu karena kelihatannya Anda menaruh minat pada
sejarah rumah Anda dan orang-orang yang pernah tinggal di situ. Anda tak perlu
repot-repot mengembalikan album ini karena tak ada artinya buat saya. Di rumah
banyak peninggalan orang-orang tua, bibi-bibi, dan sebagainya. Saya pernah
menemukan enam buku menjahit ketika membongkar laci meja di gudang. Buku-buku
itu sudah amat tua. Barangkali sudah seratus tahun umurnya. Saya rasa buku itu bukan milik nenek
saya, tapi milik neneknya. Menurut cerita, dia suka menghadiahkan buku-buku
seperti itu pada para pembantu waktu Natal. Dan buku-buku itu saya rasa yang
dibelinya pada waktu obral. Tentu saja tak ada gunanya sekarang ini. Kadang-
kadang sedih juga kalau ingat pemborosan macam ini.
"Album foto," kata Tuppence. "Barangkali menyenangkan juga. Yuk, kita lihat-
lihat." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Mereka duduk di sofa. Album itu memang album kuno.
Tulisannya sudah banyak yang kabur, tapi Tuppence bisa mengenali beberapa foto
yang cocok dengan bagian-bagian kebun dan rumahnya.
"Lihat, ini kan monkey puzzle itu. Dan - ya, Truelove ada di belakangnya. Pasti
ini foto tua, dan ada anak kecil yang lucu bergantung di Truelove. Ya - dan ini
pohon wisteria, dan ini rumput pampas. Kelihatannya pesta minum teh. Banyak
orang duduk di meja di kebun. Oh, ada nama-nama di bawahnya.
Mabel. Mabel sih biasa. Dan ini siapa?"
"Charles," kata Tommy. "Charles dan Edmund.
Kelihatannya mereka sedang main tenis. Raketnya aneh. Dan ada William. Dan Mayor
Coates." "Dan ini - oh, Tom, ini Mary."
"Ya. Mary Jordan. Kedua nama itu ditulis di bawah foto."
"Dia cantik, ya. Cantik sekali. Foto ini sudah tua dan kabur - tapi, oh, Tom.
Senang sekali rasanya bisa melihat Mary Jordan."
"Siapa yang memotret, ya?"
"Barangkali tukang foto yang disebut-sebut Isaac itu. Ada seorang tukang foto di
desa ini. Barangkali dia punya foto-foto lama. Ah, kita bisa pergi ke dia nanti
dan tanya-tanya." Tommy menyingkirkan album itu dan membuka sebuah surat yang datang diantar
tukang pos siang. "Ada yang menarik?" tanya Tuppence. "Ada tiga surat di sini. Yang dua surat
tagihan. Yang ini - ya, ini agak lain. Ada yang menarik?" kata Tuppence.
"Barangkali," jawab Tommy. "Aku harus ke London lagi besok."
"Ketemu dengan komite lagi?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy. "Aku akan mengunjungi seseorang.
Sebenarnya bukan di London, tapi di luar London. Di Harrow Way, aku rasa."
"Apa itu?" kata Tuppence. "Kau belum pernah cerita itu padaku."
"Aku akan mengunjungi Kolonel Pikeaway."
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, aneh benar namanya," kata Tuppence.
"Ya, memang agak aneh."
"Apa aku pernah dengar tentang dia?" kata Tuppence.
"Barangkali aku pernah menyebut-nyebut namanya. Orang ini hidup di suatu
lingkungan penuh asap. Kau punya permen batuk, Tuppence?"
"Permen batuk! Wah, nggak tahu, ya. Rasanya sih ada.
Aku punya sekotak waktu musim dingin yang lalu. Tapi kau kan tidak batuk?"
"Tidak. Tapi aku akan batuk kalau ketemu si Pikeaway ini.
Kalau tak salah, ada yang pernah tersedak dua kali lalu batuk-batuk terus. Orang
itu memandang semua jendela yang tertutup rapat dengan penuh harap. Tapi
Pikeaway tak akan peka dengan situasi seperti itu."
"Kenapa dia ingin menemuimu?"
"Nggak tahu," kata Tommy. "Dia menyebut-nyebut Robinson."
"Apa" Yang berkulit kuning itu" Yang mukanya gemuk kuning dan suka berahasia?"
"Ya, itu,' kata Tommy.
"Hm," kata Tuppence. "Barangkali kita memang terlibat dalam suatu urusan
rahasia." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kok nggak terbayang - apa pun ceritanya. Bertahun-tahun sebelum si tua Isaac
lahir." "Dosa baru biasanya punya bayang-bayang lama," kata Tuppence. "Eh, apa yang
kukatakan benar" Atau, dosa lama membuat bayang-bayang yang panjang?"
"Ah, sudahlah. Kedengarannya nggak ada yang benar,"
kata Tommy. "Aku akan pergi menemui tukang foto itu sore nanti, mau ikut?"
"Tidak," kata Tommy. "Aku mau mandi saja."
"Mandi" Dingin sekali, lho."
"Tak apa Aku ingin merasa segar, untuk menghilangkan sarang labah labah ini.
Huh, rasanya masih menempel di kuping, di leher, bahkan di jari kakiku."
"Memang pekerjaan ini kotor," kata Tuppence. "Kalau begitu aku akan menemui Tuan
Durrell atau Durrance. Ada satu surat lagi yang belum kaubuka, Tom."
"Oh, aku tak melihatnya. Barangkali penting."
"Dari siapa?" "Ahli penyelidikanku," kata Tommy dengan suara bangga.
"Yang sudah menjelajahi Inggris dan keluar-masuk Somerset House menyelidiki
kematian, perkawinan, dan kelahiran, melihat-lihat file koran dan sensus. Bagus
kerjanya." "Bagus dan cantik?"
"Tidak cantik," kata Tommy. "Jangan cemburu "
"Syukurlah," kata Tuppence. "Soalnya umurmu sudah tambah tua, Tom. Kau bisa saja
punya ide berbahaya tentang ahli penyelidikan yang cantik."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau tak pernah menghargai suami yang setia, rupanya,"
kata Tommy. "Semua kawanku bilang, tak ada wanita yang tahu persis tentang suaminya," kata
Tuppence. "Rupanya temanmu bukan orang baik-baik, kata Tommy.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
19. Wawancara dengan Kolonel Pikeaway Tommy mengendarai mobilnya lewat Regent's
Park, lalu melewati jalan-jalan yang sudah bertahun-tahun tak pernah dilaluinya.
Ketika dia dan Tuppence tinggal di sebuah flat dekat Bel-size Park, dia ingat
sering jalan-jalan di Hamp-stead Heath dengan anjing mereka. Anjing itu punya
kemauan sendiri. Ketika keluar rumah, dia pasti mengajak belok ke kiri ke arah
Hamp-stead Heath. Usahanya dan usaha Tuppence untuk berbelok ke kanan dan pergi
ke daerah pertokoan selalu gagal. James, anjing jenis Sealy-ham yang keras
kepala itu, pasti membaringkan tubuhnya yang seperti sosis di atas trotoar. Lalu
lidahnya dijulurkan seolah-olah berkata bahwa dia capek karena latihan-latihan
keliru yang diberikan pemiliknya. Dan orang-orang yang lewat biasanya tak tahan
untuk tidak berkomentar. "Oh, lihat anjing kecil yang lucu itu. Yang warnanya putih dan badannya seperti
sosis. Kasihan ya, napasnya terengah-engah. Pemiliknya pasti tidak mau mengikuti
kemauannya. Dia kelihatan capek. Kasihan."
Tommy biasanya lalu mengambil alih tali anjing itu dan menarik James dengan kuat
ke arah yang berlawanan. "Oh, kasihan," kata Tuppence. "Kau tak bisa menggendongnya, Tom?"
"Apa" Menggendong James" Anjing seberat ini?"
Dengan pintar si James membelokkan badannya lagi ke arah yang dia maui.
"Lihat, kasihan. Dia mau pulang barangkali."
James mengambil posisi dengan mantap.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Oh, sudahlah," kata Tuppence. "Kita belanja nanti saja.
Ayo, kita ikuti dia. Anjing ini berat, dan kita tak bisa berbuat apa-apa."
James mendongak dan menggoyangkan ekornya. "Aku setuju," seolah-olah dia berkata
begitu. "Akhirnya kau mengerti juga. Ayo. Kita ke Hampstead Heath." Begitulah
yang selalu terjadi. Tommy heran. Dia telah mendapat alamat yang ditujunya.
Yang terakhir dia mengunjungi Kolonel Pikeaway di Bloomsbury. Di sebuah ka-4 mar
kecil penuh asap. Kali ini alamatnya adalah sebuah rumah jelek, tak jauh dari
tempat lahir Keats. Tempat itu sama sekali tidak artistik dan tidak menarik.
Tommy membunyikan bel. Seorang wanita tua mirip nenek sihir, dengan hidung dan
dagu runcing, berdiri di depannya dengan wajah yang tidak ramah.
"Bisa saya bertemu dengan Kolonel Pikeaway?"
"Entahlah. Anda siapa?" kata si nenek sihir.
"Nama saya Beresfbrd."
"Oh, ya. Dia bilang, ya."
"Apa saya bisa memarkir mobil di depan?"
"Ya, barangkali tak apa-apa. Tak banyak polisi di sekitar sini. Jadi sebaiknya
dikunci saja. Siapa tahu."
Tommy mengikuti aturan itu, lalu mengikuti wanita tua itu ke dalam rumah.
"Satu tangga lagi," katanya, "jangan lebih."
Begitu naik, belum apa-apa sudah tercium bau asap tembakau yang dikenalnya.
Nenek sihir itu mengetuk pintu, lalu menongolkan kepalanya sambil berkata, "Tamu
ini pasti yang Anda tunggu." Dia berdiri tegak dan mundur. Tommy
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
pun masuk ke dalam ruangan yang membuatnva tersedak karena baunya. Dia tak tahu
apakah dia bisa mengingat Kolonel Pikeaway kalau tidak mencium bau nikotin dan
melihat asap rokoknya. Seorang laki-laki yang sudah amat tua menyandarkan diri
di kursi yang sudah agak bobrok - dengan lubang-lubang di lengan kursi. Dia
memandang sambil berpikir ketika Tommy masuk.
"Tutup pintunya, Nyonya Copes," katanya. "Kita tak ingin membiarkan hawa dingin
itu masuk, kan?" Tommy sebenarnya lebih suka membiarkan pintu dibuka.
Tapi dia tak punya alasan untuk menolak dan terpaksa mengisap udara pengap yang
akan membuatnya mati. "Thomas Beresford," kata Kolonel Pikeaway. "Berapa tahun aku tak melihatmu?"
Tommy tidak siap dengan hitungan yang tepat.
"Sudah lama," kata Kolonel Pikeaway, "pernah datang dengan - siapa namanya" Ah,
tak apa. Nama semua orang sama bagusnya. Bunga mawar tetap akan harum baunya
biarpun diberi nama jelek. Juliet yang bilang, bukan" Kadang-kadang Shakespeare
membuat mereka mengatakan hal-hal yang tolol. Tentu saja, karena dia seorang
penyair. Aku sendiri tak terlalu peduli pada Romeo dan Juliet. Hm - bunuh diri
demi cinta. Banyak terjadi juga. Selalu terjadi. Juga di zaman sekarang ini.
Silakan duduk, Nak. Duduk"
Tommy agak kaget juga dipanggil 'Nak'. Tapi dia lalu membiasakan kupingnya.
"Bolehkah saya...," katanya, sambil memindahkan setumpuk buku dari satu-satunya
kursi yang kelihatannya lumayan bisa diduduki.
"Tidak - tidak. Taruh saja di lantai. Baru mencari-cari sesuatu, tadi. Aku senang
bisa bertemu denganmu. Kau kelihatan lebih tua, tapi cukup sehat. Pernah sakit
jantung?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy.
"Ah! Bagus. Banyak orang menderita sakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Terlalu berlebihan. Itu sebabnya. Lari ke sana kemari. Teriak-teriak pada semua
orang betapa sibuknya mereka, dan betapa pentingnya mereka. Dan lain-lainnya.
Kau juga begitu" Barangkali juga, ya?"
"Tidak," kata Tommy. "Saya tak merasa diri penting. Saya merasa - ya, merasa ingin
santai saja sekarang."
"Wah, itu bagus," kata Kolonel Pikeaway. "Sulitnya, banyak orang di sekitar kita
yang tak mau membiarkan kita santai.
Apa yang menyebabkan kau tinggal di tempatmu yang sekarang ini" Aku lupa
namanya. Coba ceritakan."
Tommy menuruti apa yang diminta.
"Ah, ya, ah, ya. Aku menulis alamat yang betul di amplop kalau begitu."
"Ya, saya menerima surat itu."
"Aku dengar kau mengunjungi Robinson. Dia masih seperti dulu. Gemuk dan kuning.
Dan kaya - atau malah lebih kaya, barangkali. Dia pintar. Tahu banyak. Tahu
tentang uang, maksudku. Apa yang menyebabkanmu mengunjungi dia, Nak?"
"Ah. Kami membeli rumah. Dan seorang teman memberi nasihat bahwa Tuan Robinson
mungkin bisa menjelaskan suatu misteri yang dihadapi istri saya dan saya.
Kejadiannya sudah amat lama.'
"Aku ingat sekarang. Aku belum pernah bertemu dengannya. Tapi istrimu seorang
yang cerdas, kan" Pernah ikut menangani suatu kasus. N atau M, kalau tak salah."
"Ya," kata Tommy.
"Dan sekarang kau menghadapi hal yang sama lagi"
Menyelidiki sesuatu" Curiga akan sesuatu, kan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy. "Sama sekali keliru. Kami ke sana karena kami bosan tinggal
di flat yang sewanya terus-menerus dinaikkan."
"Ya," kata Kolonel Pikeaway. "Mereka memang seenaknya sekarang. Pemilik-pemilik
flat itu. Tak pernah puas. Bicara tentang Daughters of the Horse Leech - -padahal
anak laki-lakinya sendiri juga' sama buruknya. Oke. Kalian tinggal di sana. Il
faut cultiver son jardin," kata Kolonel Pikeaway sambil menyelipkan sebuah
kalimat Prancis. "Coba-coba praktek bahasa Prancis lagi," katanya. "Harus bisa
mengikuti zaman, kan" Ide Pasar Bersama Eropa" Aneh-aneh saja yang terjadi
sekarang. Di balik tembok. Bukan yang kita lihat di permukaan. Jadi kalian
tinggal di Swallow's Nest. Kenapa memilih tempat itu?"
"Rumah yang kami beli - namanya sekarang The Laurels,"
kata Tommy. "Nama yang tolol," kata Kolonel Pikeaway. "Tapi pernah populer. Aku teringat
waktu masih anak-anak. Semua'rumah punya jalanan yang panjang menuju rumah, gaya
Zaman Victoria. Banyak kerikilnya, dengan pohon-pohon salam di kiri kanan
Kadang-kadang yang daunnya mengkilat, kadang-kadang yang berbintik-bintik.
Kelihatannya megah. Aku rasa orang yang tinggal di situ dulu menamainya begitu,
dan nama itu terus menempel. Betul begitu?"
"Ya, saya kira begitu," kata Tommy. "Tapi bukan pemilik yang terakhir. Yang
terakhir menyebutnya Katmandu, atau sebuah nama asing karena mereka pernah
tinggal di suatu tempat yang mereka sukai."
"Ya, ya. Swallow's Nest punya sejarah panjang. Kadang orang harus kembali ke
masa lalu. Sebenarnya itulah yang ingin kubicarakan. Kembali ke masa lalu."
"Anda tahu?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Apa - -Swallow's Nest atau The Laurels" Tidak, aku tak pernah ke sana. Tapi
tempat itu berkaitan dengan waktu-waktu tertentu pada masa lalu. Dengan orang-
orang pada zaman tertentu. Zaman yang menggelisahkan di negara ini."
"Kelihatannya Anda telah punya informasi yang ada hubungannya dengan Mary
Jordan. Atau seseorang yang dikenal dengan nama itu. Sebetulnya, itulah yang
dikatakan Tuan Robinson," kata Tommy.
"Ingin tahu bagaimana tampangnya" Lihat saja di atas perapian itu. Ada foto Mary
Jordan di sebelah kiri."
Tommy berdiri dan berjalan ke perapian, lalu mengambil foto itu. Foto zaman
dulu. Foto seorang gadis bertopi dengan tangan menggenggam beberapa tangkai
bunga mawar. "Kelihatan aneh sekarang ini, ya?" kata Kolonel Pikeaway.
"Tapi gadis itu menarik. Walaupun bernasib buruk. Dia mati muda. Benar-benar
suatu tragedi." "Saya tak tahu apa-apa tentang dia," kata Tommy.
"Ya, aku mengerti," kata Kolonel Pikeaway. "Aku rasa tak ada yang tahu tentang
dia zaman sekarang ini."
"Orang-orang di desa menganggapnya seorang mata-mata Jerman," kata Tommy. "Tapi
Tuan Robinson mengatakan bahwa dia bukan mata-mata Jerman."
"Ya, memang betul. Dia orang kita. Dan dia melakukan tugas yang baik untuk kita.
Tapi ada yang tahu hal itu."
"Waktu itu kan zaman Parkinson tinggal di sana," kata Tommy.
"Ya - barangkali. Aku tak terlalu tahu detilnya. Aku rasa tak ada yang tahu banyak
tentang hal itu sekarang ini. Dan aku sendiri tak terlibat secara pribadi. Semua
ini rupanya dibongkar lagi. Tapi kesulitan memang selalu ada. Selalu ada
persoalan di tiap negara. Persoalan ada di mana-mana di
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
seluruh dunia ini. Dan tidak untuk pertama kali. Tidak. Kau memang bisa kembali
ke zaman seratus tahun yang lampau -
dan kau akan menemukan persoalan. Dan kau boleh kembali ke zaman beratus-ratus
tahun yang lampau. Dan akan menjumpai persoalan pula. Kembalilah ke zaman Perang
Salib - dan kau akan melihat orang-orang yang keluar 'dari Jerusalem meninggalkan
kota itu. Kau akan menemukan pemberontakan dan pertempuran di mana-mana. Wat
Tyler dan kawan-kawannya. Persoalan selalu ada di mana-mana."
"Apakah ada persoalan khusus sekarang ini?"
"Tentu saja. Aku kan sudah bilang, selalu ada persoalan." .
"Persoalan apa?"
"Oh, kita tak tahu," kata Kolonel Pikeaway. "Mereka bahkan datang pada aku yang
sudah tua ini dan bertanya apa ada yang bisa kuceritakan atau kuingat tentang
orang-orang tertentu di zaman dulu. Hm, aku tak terlalu ingat. Tapi aku tahu
satu-dua orang. Kita harus kembali ke waktu lampau, dan mengingat apa yang
terjadi " waktu itu. Rahasia-rahasia apa yang disembunyikan orang, pengetahuan
apa yang disembunyikan, apa yang mereka bilang terjadi, dan apa yang sebenarnya
terjadi. Kau telah melakukan sesuatu yang baik.
Kau dan istrimu. Apa kau masih ingin melanjutkannya sekarang?"
"Saya tak tahu," kata Tommy. "Kalau - ya - apa Anda pikir ada sesuatu yang bisa
saya lakukan" Saya sudah tua sekarang."
"Aku merasa kau lebih sehat dari orang-orang sebayamu.
Juga mereka yang lebih muda. Dan istrimu, wah - dia memang pandai mencium sesuatu.
Ya - pandai. Seperti anjing yang terlatih baik."
Tommy tak bisa menyembunyikan senyumnya.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi, apa sebenarnya semua ini?" kata Tommy. "Saya -
saya tentu saja senang melakukannya, kalau Anda pikir saya memang mampu
melakukannya. Tapi saya tak tahu apa-apa.
Tak seorang pun memberitaku saya."
"Aku rasa mereka tak akan memberitahu," kata Kolonel Pikeaway. "Aku rasa mereka
tak menghendaki aku untuk memberitahu sesuatu padamu. Aku rasa Robinson tidak
memberitahu kamu terlalu banyak. Laki-laki besar gendut itu mengunci mulutnya.
Tapi aku akan memberitahu kau. Tentang fakta yang ada. Kau tahu, kan, bagaimana
dunia ini - semua sama. Kekerasan, penipuan, materialisme, pemberontakan oleh
orang-orang muda, kesenangan akan kekerasan dan sadisme. Sama jeleknya dengan
zaman Hitler Youth. Hal-hal seperti itu. Kalau kau ingin tahu hal-hal yang tidak
beres - bukan hanya di negara ini, tapi juga di dunia - itu tidak mudah. Pasar Bersama
Eropa adalah hal yang baik. Itu yang kita perlukan. Yang kita inginkan. Tapi
harus benar-benar Pasar Bersama. Itu harus kita mengerti dengan baik. Harus
merupakan Eropa yang bersatu. Harus ada persatuan negara-negara yang beradab -
dengan ide-ide yang beradab. Dengan prinsip dan kepercayaan yang beradab. Yang
perlu adalah, bila ada sesuatu yang tak beres, kau harus tahu di mana
ketidakberesan itu, dan di situlah si Ikan Paus Kuning berjaga."
"Maksud Anda, Tuan Robinson?"
"Ya. Tuan Robinson. Mereka ingin memberinya pangkat Tapi dia tidak mau. Kau
pasti tahu apa yang dia maksud"
"Apa dia - lebih memilih uang?" kata Tommy.
"Betul. Bukan materialisme. Tapi dia tahu tentang uang.
Dia tahu dari mana datangnya uang, ke mana perginya, untuk apa, dan siapa di
balik semua itu. Di balik bank-bank, di balik industri-industri besar. Dan dia
harus tahu siapa yang bertanggung jawab atas sesuatu. Kekayaan yang diperoleh
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari narkotika, orang-orang yang terlibat, obat-obat yang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
diedarkan ke seluruh dunia, dipasarkan - untuk mendapatkan uang. Dan uang itu
bukan sekadar dibelikan rumah besar atau dua Rolls-Royce untuk dirinya, tapi
uang itu dibuat untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi, tanpa mengindahkan
prisip-prinsip kuno. Prinsip yang percaya pada kejujuran, pada perdagangan yang
fair. Orang tak lagi suka pada kesamarataan. Orang ingin agar yang kuat membantu
yang lemah. Yang kaya membantu yang miskin. Ingin agar yang jujur dan baik
dijadikan contoh dan dikagumi. Biaya! Semua kembali pada biaya. Apa yang terjadi
dengan pembiayaan, untuk apa, berapa banyak yang tersembunyi. Ada orang-orang
yang kita kenal. Orang yang punya otak dan kekuasaan di masa lampau. Yang otak
dan kekuasaannya mendatangkan uang dan cara. Yang kelihatannya rahasia. Tapi
yang harus kita temukan. Kita perlu tahu rahasia itu dikirim ke mana, siapa-
siapa yang melanjutkan kegiatan mereka, siapa yang mendalangi ini dan itu.
Swallow's Nest dulu merupakan semacam markas. Markas kejahatan. Di Hollowquay
kemudian ada suatu kejadian. Kau masih ingat Jonathan Kane?"
"Sebagai nama saja," kata Tommy. "Saya tak ingat siapa dia."
"Hm, dulu pernah dikagumi orang - nyatanya dia seorang fasis. Saat itu kita belum
tahu apa-apa tentang Hitler. Kita pikir fasisme merupakan ide cemerlang untuk
memperbaiki dunia. Si Jonathan Kane ini punya pengikut. Banyak. Ada yang muda,
ada yang tua. Banyak. Dia punya rencana-rencana. Dia punya sumber kekuasaan. Dia
tahu rahasia banyak orang. Dia punya pengetahuan yang merupakan kekuatan. Saat
itu banyak pemerasan. Kita ingin tahu apa yang dia tahu,, apa yang dia lakukan.
Mungkin sekali dia meninggalkan pengikut dan rencana-rencana. Orang-orang muda
yang terjaring dan mungkin masih suka ide-idenya."
"Ada banyak rahasia. Dan selalu ada rahasia yang berkaitan dengan uang. Aku tak
mengatakan padamu secara Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
pasti karena aku memang tak tahu secara pasti. Persoalannya ialah, tak seorang
pun yang benar-benar tahu. Kita merasa kita tahu segalanya karena kita punya
pengalaman Perang, kekacauan, damai, dan pemerintahan yang baru. Kita merasa
tahu semua itu. Tapi benarkah" Apa kita tahu tentang kuman-kuman perang" Apa
kita tahu tentang gas dan aiat-alat yang menyebabkan polusi" Para ahli kimia
punya rahasia itu, ahli medis punya rahasia lain, pemberi jasa layanan juga
punya sendiri, satuan Angkatan Laut, Angkatan Udara - semua. Dan tidak semua
mereka ada sekarang ini. Beberapa di antaranya hanya ada di masa lalu. Dan
sebagian bahkan dalam proses berkembang pada waktu itu. Tapi perkembangan itu
tak terjadi. Tak ada waktu. Tapi apa yang akan dikembangkan itu tertulis.
Ditulis dan diwariskan. Dan mereka yang mewarisi mempunyai anak. Dan anaknya
mempunyai anak lagi. Barangkali apa yang ditinggalkan itu ada dalam surat wasiat Atau dokumen - yang
harus dijaga dan diberikan pada waktu tertentu."
"Ada orang yang tidak tahu apa yang mereka pegang. Ada yang membuangnya sebagai
sampah. Tapi kita harus tetap mencari tahu lebih dari yang kita lakukan, karena
selalu ada hal-hal yang terjadi. Di negara-negara lain, di tempat-tempat lain,
dalam perang, di Vietnam, dalam perang-perang gerilya, di Jordama di Israel,
bahkan di negara-negara yang tak terlibat. Di Swedia, Swiss - di mana-mana. Hal
itu terjadi dan kita memerlukan tanda atau isyarat dari mereka. Dan beberapa
tanda ini bisa diperoleh dan zaman lalu. Tentu saja kita tak bisa hidup dan
menempatkan diri pada zaman dulu.
Kita tak bisa pergi ke dokter dan berkata, 'Tolong saya dihipnotis supaya bisa
melihat apa yang terjadi pada tahun 1914, atau 1918, atau lebih lama lagi, tahun
1890, barangkali. Ada sesuatu yang direncanakan. Sesuatu yang belum dikembangkan. Ide-ide. Lihat
saja ke masa lalu. Ke Abad Pertengahan. Mereka sudah memikirkannya. Dan orang-
orang Mesir kuno pun punya ide. Ide yang tak pernah berkembang.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tapi sekali ide itu diwariskan, apabila ide itu ada di tangan orang yang punya
otak dan cara-cara yang brilian, sesuatu akan terjadi - buruk atau baik. Baru-baru
ini ada suatu penemuan, misalnya kuman perang - yang sulit dijelaskan kecuali
melalui suatu proses perkembangan yang rahasia -
yang bisa menimbulkan akibat yang mengerikan. Hal-hal yang bisa mengubah
karakter, bisa mengubah orang baik-baik menjadi orang jahat. Dan biasanya untuk
alasan yang sama. Uang. Uang dan apa-apa yang bisa dibeli dengan uang, yang bisa didapat dengan
uang. Kekuasaan yang bisa dikembangkan dengan uang. Nah, Beresford, apa
pendapatmu?" "Saya rasa itu merupakan prospek yang mengerikan," kata Tommy.
"Ya - betul. Tapi apa kaupikir aku cuma bicara ngelantur"
Apa ini fantasi orang tua saja?"
"Tidak," jawab Tommy. "Saya rasa Anda adalah orang yang tahu banyak."
"Hm. Itu yang mereka inginkan dariku, kan" Mereka kemari dan mengeluh tentang
asap yang menyesakkan mereka. Tapi - kau tahu ada suatu ketika - suatu saat ketika
ada kasus Frankfurt - kita memang mampu menghentikannya.
Kita bisa menghentikan dengan mencari tahu siapa yang ada di baliknya.
Barangkali kita bisa tahu siapa yang ada di situ.
Seandainya tidak, barangkali kita bisa tahu apa yang mereka lakukan."
"Hm. Rasanya saya hampir mengerti," kata Tommy.
"Benarkah" Apa kau tidak berpikir semua ini mengada-ada" Agak fantastis?"
"Saya rasa tak ada yang terlalu fantastis kalau memang bisa jadi kenyataan,"
kata Tommy. "Saya telah belajar tentang hal itu lewat tahun-tahun kehidupan yang
cukup panjang. Hal-hal yang paling aneh pun bisa saja terjadi. Yang ingin saya
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
katakan sekarang ialah bahwa saya tak punya kualitas tertentu. Saya tak punya
pengetahuan ilmiah. Yang pernah saya lakukan hanya hal-hal yang berhubungan
dengan keamanan." "Tapi," kata Kolonel Pikeaway, "kau selalu bisa menemukan sesuatu. Kau. Kau dan -
istrimu. Dia memang punya penciuman yang tajam. Dia suka menyelidiki macam-
macam. Dan kau ke sana kemari dan membawanya juga.
Wanita-wanita seperti ini bisa membongkar rahasia. Kalau mereka muda dan cantik,
mereka melakukannya seperti Delilah. Tapi kalau sudah tua - aku pernah punya
seorang nenek - adik nenekku - tak satu rahasia pun yang tidak dia ketahui kalau dia
igin mengetahuinya. Ada sisi keuangan. Tapi Robinson sudah menanganinya. Dia
tahu tentang uang. Dia tahu ke mana uang mengalir, kenapa, dan ke mana. Dan dari
mana, serta untuk apa. Semuanya. Dia tahu tentang uang.
Seperti dokter yang merasakan aliran nadi. Dia bisa merasakan nadi pemilik uang.
Di mana markasnya. Siapa yang menggunakannya, untuk apa, dan mengapa. Aku
menempatkanmu di posisi ini karena kau memang ada di tempat yang tepat. Kau ada
di tempat yang tepat secara kebetulan, dan orang tidak akan mengira. Karena
kalian adalah sepasang suami istri tua yang sudah pensiun, mencari tempat
tinggal yang cocok untuk istirahat, suka ke sana kemari ingin tahu ini dan itu,
dan suka ngobrol. Satu kalimat pada suatu saat akan punya arti. Itu saja yang
aku ingin kalian lakukan. Perhatikan sekeliling. Cari tahu cerita-cerita tentang
masa lalu yang indah ataupun yang jelek."
"Sebuah skandal Angkatan Laut, rencana-rencana tentang kapal selam masih
dibicarakan orang," kata Tommy.
"Beberapa orang masih menyebut-nyebut hal itu. Tapi tak seorang pun yang benar-
benar tahu tentang hal itu."
"Ya - memang. Itu merupakan titik mula yang baik. Masa itu adalah sekitar zamannya
Jonathan Kane tinggal di situ. Dia
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
punya sebuah pondok dekat laut. Dan dia melakukan kampanye propaganda dari situ.
Dia punya murid-murid yang sangat mengagumi dirinya. Jonathan Kane. K-a-n-e.
Tapi aku lebih suka menulisnya dengan cara lain, yaitu C-a-i-n. Itu lebih cocok
untuknya. Dia adalah orang yang merusak dan punya cara-cara untuk merusak. Dia
pergi dari Inggris ke negara yang agak jauh lewat Itali. Itu kata orang. Aku tak
tahu yang sebenarnya. Dia pergi ke Rusia. Lalu ke Islandia, terus ke Amerika. Ke
mana dia pergi dan apa yang dia lakukan, dan dengan siapa, dan siapa-siapa yang
mendengarkan dia, kita tidak tahu. Tapi kami merasa bahwa dia tahu sesuatu.
Sesuatu yang sederhana. Dia memang populer di antara para tetangga. Makan siang
dengan mereka, dan mengundang mereka. Nah, aku ingin mengatakan satu hal padamu.
Perhatikan sekelilingmu. Cari tahu sebanyak-banyaknya. Tapi hati-hatilah. Jaga
dirimu - kalian berdua. Jaga - siapa namanya" Prudence?"
"Tak ada orang yang memanggil dia Prudence. Tuppence,"
kata Tommy. "Ya. Jaga Tuppence, dan bilang padanya supaya dia menjagamu. Hati-hati dengan
apa yang kaumakan, dan minum, dan ke mana kau pergi dan siapa-siapa yang
mendekatimu, dan kenapa. Informasi kecil pasti akan keluar.
Sesuatu yang aneh. Suatu cerita lama yang bisa sangat berarti. Seseorang yang
masih keturunan siapa atau tahu orang-orang zaman dulu."
"Saya akan berusaha semampu saya," kata Tommy. "Kami berdua. Tapi saya tidak
merasa bisa melakukan terlalu banyak. Kami terlalu tua. Kami tak banyak tahu."
"Kau selalu punya ide."
"Ya. Tuppence punya ide. Dia pikir ada sesuatu yang tersembunyi di rumah kami."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Bisa jadi. Orang lain pun berpendapat begitu. Memang belum ada yang menemukan
sesuatu sampai saat ini. Tapi mereka memang tidak mencari dengan sungguh-
sungguh. Mereka berganti-ganti. Macam-macam rumah dan macam-macam keluarga. Lestrange dan
Mortimer dan Parkinson. Tak banyak yang tahu tentang Parkinson, kecuali tentang
anak muda itu." "Alexander Parkinson?"
"Jadi kau tahu tentang dia. Bagaimana kau bisa tahu?"
"Dia meninggalkan sebuah pesan di salah satu buku Robert Louis Stevenson. Mary
Jordan mati tidak wajar. Kami menemukannya."
"Memang. Nasib setiap orang tergantung di pundaknya.
Bukankah begitu kata orang" Lanjutkan apa yang kalian lakukan. Lewati Gerbang
Nasib." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
20. Gerbang Nasib Toko Tuan Durrance terletak di jalan menuju desa. Toko itu ada di pojok jalan
dan di jendela kacanya terdapat beberapa foto yang menunjukkan pasangan-pasangan
pengantin, seorang bayi telanjang dalam posisi menyepak, satu atau dua pemuda
berjenggot dengan pacarnya. Tak-satu foto pun kelihatan bagus, beberapa di
antaranya bahkan menunjukkan kalau umurnya sudah terlalu tua. Di situ juga
banyak kartu pos bergambar, kartu ulang tahun, dan beberapa rak khusus yang
diatur menurut isi kartunya. Kepada Suamiku. Untuk Istriku. Satu atau dua
kelompok orang yang sedang mandi. Ada beberapa buku saku dan dompet murahan,
beberapa alat tulis dan amplop berbunga. Beberapa kotak kertas catatan bergambar
bunga yang diberi label Untuk Catatan.
Tuppence melihat-lihat sebentar, memegang-megang beberapa barang jualan sambil
menunggu orang yang sedang bicara tentang hasil 'jepretan kamera tertentu.
Seorang wanita tua berambut abu-abu dan bermata agak kuyu melayani permintaan
yang tak terlalu sulit. Seorang pemuda yang agak tinggi dengan rambut panjang
dan jenggot yang mulai tumbuh kelihatannya merupakan penjaga toko yang paling
bisa diandalkan. Dia berjalan dan mendekati Tuppence dengan wajah bertanya.
"Bisa saya bantu?"
"Oh," kata Tuppence, "saya ingin tanya tentang album.
Album foto." "Ah, tempat menyimpan foto dengan menjepitkan foto-foto itu" Hm, kami punya satu
atau dua barangkali. Sekarang ini tidak banyak. Orang lebih suka yang
transparan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, memang. Tapi saya mengumpulkannya. Saya punya koleksi album-album tua.
Seperti ini," kata Tuppence.
Dan... seperti tukang sulap, dia mengeluarkan album yang baru diterimanya.
"Ah, ini sudah kuno, ya?" kata Tuan Durrance. "Ya, kira-kira lima puluh tahunan,
saya kira. Waktu itu pasti setiap orang punya album."
"Mereka juga punya buku ulang tahun," kata Tuppence.
"Buku ulang tahun - ya. Saya ingat Nenek saya pernah punya buku ulang tahun.
Banyak orang yang menuliskan namanya di buku itu. Kami punya banyak kartu ulang
tahun di sini. Tapi tak banyak orang yang membelinya. Kartu Valentine dan kartu
Natal lebih laku." "Saya tak tahu apakah Anda punya album-album tua.
Album-album yang biasanya dibuang orang, tapi menarik bagi saya karena saya
seorang kolektor. Saya mengumpulkan bermacam-macam jenis."
"Ya, ya, sekarang ini orang memang suka mengumpulkan macam-macam barang," kata
Tuan Durrance. "Kadang-kadang yang mereka kumpulkan itu aneh-aneh. Rasanya saya
tak punya barang setua yang Anda koleksi. Tapi akan saya lihat-lihat nanti."
Dia berjalan ke belakang meja dan membuka sebuah laci yang menempel di dinding.
"Banyak barang di sini," katanya. "Saya memang bermaksud mengeluarkannya suatu
saat nanti. Tapi saya tak tahu apa ada yang berminat membeli. Banyak gambar-
gambar pengantin. Tapi ini cuma tanggal-tanggal pengantin. Orang hanya
memerlukannya pada perayaan pernikahan saja.
Setelah itu tak ada perlunya lagi."
"Maksud Anda, tak ada orang datang dan berkata, 'Nenek saya menikah di sini. Apa
Anda punya foto perkawinannya?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Saya rasa tak ada orang yang bertanya begitu," kata Durrance. "Tapi siapa tahu.
Orang kadang-kadang datang dan menanyakan hal-hal yang aneh. Kadang-kadang ada
orang yang menanyakan apa kami menyimpan klise foto seorang bayi. Biasa, ibu-
ibu. Mereka ingin foto anaknya waktu kecil.
Fotonya sih biasanya jelek. Kadang-kadang ada polisi datang untuk
mengidentifikasi orang. Orang yang pernah tinggal di sini ketika muda, dan
mereka ingin tahu rupanya waktu itu -
apa dia memang orang yang mereka cari atau mereka kejar karena buronan itu telah
membunuh orang. Terus terang hal-hal seperti itu menyenangkan juga kadang-
kadang," kata Durrance sambil tersenyum senang.
"Anda senang hal-hal yang sifatnya kriminal, ya?" kata Tuppence.
"Ah - ya. Orang kan tiap hari membaca berita-berita'
seperti itu. Kenapa laki-laki ini dituduh membunuh istrinya enam bulan yang
lalu, misalnya begitu. Dan itu cukup menarik, kan" Karena ada orang bilang bahwa
istrinya itu masih hidup, yang lain bilang wanita itu dikubur di suatu tempat
dan tak ada orang yang menemukannya. Hal-hal seperti itu. Dan foto si tertuduh
pasti berguna." "Ya," kata Tuppence.
Dia merasa bahwa walaupun dia semakin akrab dengan Tuan Durrance, tapi Tuan
Durrance tidak banyak membantu.
"Saya rasa Anda tak punya foto seorang wanita yang -
saya rasa namanya Mary Jordan. Tapi sudah lama. Kira-kira -
ya, enam puluh tahun yang lalu. Kalau tak salah dia meninggal di sini."
"Wah, itu sudah lama sekali," kata Tuan Durranee. "Ayah saya biasa menyimpan
banyak barang. Dia memang tipe orang yang suka - menyimpan-nyimpan. Tak pernah
membuang apa-apa. Dia pasti ingat seseorang yang dia kenal, terutama kalau ada
sejarahnya. Mary Jordan. Rasanya pernah
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
dengar. Ada kaitannya dengan Angkatan Laut, kan" Dan sebuah kapal selam" Dan
orang bilang dia mata-mata" Dia kan setengah asing, kalau tak salah ibunya orang
Rusia atau Jerman - atau Jepang?"
"Ya. Saya cuma ingin tahu apa Anda punya foto-fotonya?"
"Rasanya kok tidak. Tapi coba nanti saya cari kalau ada waktu. Nanti saya berita
Anda kalau ada hasilnya. Apa Anda seorang penulis?" katanya penuh harap. -
"Hm," kata Tuppence. "Itu bukan pekerjaan tetap saya.
Tapi saya memang sedang merencanakan sebuah buku kecil.
Yang memuat kenangan-kenangan lama sampai kejadian-kejadian terbaru. Hal-hal
aneh, misalnya kasus-kasus kriminal dan petualangan. Dan foto-foto lama pasti
akan menarik dan menghiasi buku itu dengan bagus."
"Saya akan membantu Anda sebisanya. Pasti menarik apa yang Anda lakukan. Maksud
saya, pekerjaan yang sedang Anda lakukan itu."
"Ada keluarga yang bernama Parkinson," kata Tuppence.
"Mereka dulu pernah tinggal di rumah kami."
"Ah. jadi Anda yang tinggal di rumah itu" The Laurels atau Katmandu" Apa ya,
namanya yang terakhir" Pernah dinamai Swallow's Nest, kan" Lucu juga nama itu."
"Itu karena banyak burung layang-layang bersarang di atapnya," kata Tuppence.
"Sampai sekarang pun masih banyak."
"Ya, bisa saja. Tapi rasanya nama itu aneh juga untuk nama sebuah rumah."
Merasa bahwa dia telah membuka hubungan-baik walaupun tak terlalu berharap akan
hasilnya, Tuppence membeli beberapa kartu pos bergambar dan kertas catatan
bergambar bunga. Dia kemudian berpamitan pada Tuan Durrance, lalu berjalan ke
luar. Sesampai di dekat rumah dia
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
berhenti sejenak dan berbelok ke samping rumah untuk melihat KK. Dia sampai di
dekat pintu. Tiba-tiba dia berhenti.
Lalu berjalan lagi. Dia seolah-olah melihat seonggok baju tergeletak di dekat
pintu. Barangkali benda itu dikeluarkan dari perut Mathilde, pikir Tuppence.
Dia mempercepat langkahnya, hampir berlari. Ketika sampai di dekat pintu, dia
berhenti. Rupanya bukan seonggok baju tua yang dia lihat. Baju itu memang tua.
Juga tubuh yang memakai baju itu. Tuppence membungkuk, lalu berdiri lagi,
menguatkan badannya dengan menyandarkan tangan di pintu.
"Isaac!" katanya. "Isaac. Kasihan, "Isaac tua. Aku yakin -
aku yakin dia sudah mati."
Ada seseorang datang dari rumah setelah dia berteriak.
"Oh, Albert, Albert. Ada kejadian mengerikan. Isaac. Isaac tua. Dia tergeletak
dan mati. Aku rasa - aku rasa ada orang yang membunuhnya."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
21. Pemeriksaan Bukti-bukti medis telah diberikan. Dua orang yang kebetulan lewat di jalan tak
jauh dari pintu pagar memberikan kesaksian. Keluarganya sendiri juga bicara,
memberikan kesaksian tentang kesehatannya, dan kemungkinan orang-orang yang
memusuhinya (satu atau dua pemuda yang pernah ditegur korban telah diminta untuk
membantu polisi dan menunjukkan ke tidakterlibatan mereka). Satu atau dua orang
yang pernah menjadi majikannya diminta bicara, termasuk Nyonya Prudence
Beresford dan suaminya, Tuan Thomas Beresford. Semua telah bicara dan semua
telah dilakukan. Keputusan akhir adalah: Pembunuhan kejam oleh seseorang yang
tak dikenal. Tuppence keluar dari ruang pemeriksaan dan Tommy melingkarkan lengannya di
bahunya ketika mereka melewati segerombolan orang yang sedang menunggu.
"Kau tadi bicara bagus, Tuppence," kata Tommy ketika mereka memasuki pekarangan
rumah. "Bagus sekali. Lebih bagus dari orang-orang itu. Bicaramu jelas dan cukup
keras untuk didengar. Aku lihat pemeriksa senang denganmu."
"Aku tak ingin ada orang senang denganku," kata Tuppence. "Aku tidak senang
melihat Pak Isaac tua itu dihantam orang kepalanya dan dibunuh seperti itu."
"Aku rasa seseorang sengaja membunuh dia," kata Tommy.
"Untuk apa?" kata Tuppence.
"Aku tak tahu," jawab Tommy.
"Ya. Dan aku juga tak mengerti," kata Tuppence. 'Tapi, apa semua ini ada
hubungannya dengan kita?"
"Maksudmu - apa maksudmu, Tuppence?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau sebenarnya mengerti apa yang kumaksud," kata Tuppence. "Tempat-tempat
inilah. Rumah kita. Rumah kita yang baru dan bagus. Dan kebun dan lain-lainnya.
Seolah-olah - apa ini bukan tempat yang cocok untuk kita" Kita dulu berpikir
tempat ini cocok untuk kita."
"Hm, sampai sekarang pun aku masih berpikir begitu,"
kata Tommy. "Ya," kata Juppence. "Aku rasa harapanmu lebih besar dariku. Aku merasa tidak
enak Ada sesuatu - sesuatu yang tidak beres di sini. Sesuatu yang merupakan
peninggalan zaman dulu."
"Jangan kaukatakan lagi itu," kata Tommy.
"Jangan katakan apa?" ,
"Oh, dua perkataan itu."
Tuppence merendahkan suaranya. Dia mendekati Tommy dan berbisik di telinganya.
"Mary Jordan?" "Ya. Betul. Itu yang ada di kepalaku."
"Juga di kepalaku, kuharap. Tapi, apa hubungannya dengan zaman sekarang ini" Apa
urusannya dengan masa lalu?" kata Tuppence. "Seharusnya kan tak ada kaitannya
lagi dengan zaman ini."
"Maksudmu, masa lalu tak ada hubungannya dengan masa kini" Tentu saja ada," kata
Tommy. "Ada, walaupun dalam cara yang aneh - yang tak terpikirkan orang.
Maksudku, orang tak berpikir hal itu akan terjadi."
"Maksudmu, banyak hal terjadi karena apa yang telah terjadi di masa lalu?"
"Ya. Semacam rantai panjang. Seperti kau punya. Dengan lubang rantai, lalu
dengan manik-manik - dari waktu ke waktu."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Jane Finn dan sebagainya. Seperti Jane Finn dalam petualangan kita ketika kita
masih muda, karena kita ingin bertualang."
"Ya. Dan itu terlaksana," kata Tommy. "Kadang-kadang aku memikirkan hal itu dan
heran sendiri melihat kita bisa keluar dalam keadaan hidup."
"Lalu vang lainnya. Kau ingat ketika kita bekerja sama, dan pura-pura jadi agen
detektif?" "Oh, itu menyenangkan sekali," kata Tommy. "Kau ingat - "
"Tidak," kata Tuppence. "Aku tak mau mengingat-ingat.
Aku tak ingin kembali ke masa lalu - kecuali kalau itu sebagai batu loncatan. Itu
yang kaukatakan tadi. Tidak. Tapi semua itu membuat kita berlatih mempraktekkan
sesuatu, ya?" Lalu kita punya pengalaman berikutnya."
"Ah," kata Tommy. "Nyonya Blenkensop, ya?"
Tuppence tertawa. "Ya. Nyonya Blenkensop. Aku tak akan lupa waktu aku masuk ke dalam ruangan itu
dan melihatmu duduk di sana."
"Berani betul kau. Nguping pembicaraanku dengan Tuan siapa itu - aku lupa. Lalu - "
"Lalu Nyonya Blenkensop," kata Tuppence. Dia tertawa juga. "N atau M. Angsa,
angsa, angsi." "Tapi kau tidak - " kata Tommy ragu-ragu - "kau tidak percaya bahwa itu semua
merupakan batu loncatan untuk masa sekarang ini?"
"Ya, memang betul juga," kata Tuppence. "Maksudku, Tuan Robinson pasti tidak
akan mengatakan apa yang dia katakan kepadamu kalau pikirannya tidak penuh
dengan hal-hal seperti itu. Salah satunya aku."
"Ya, benar." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi sekarang," kata Tuppence, "ini semua menjadi lain.
Maksudku, Isaac mati. Dihantam di kepala. Waktu berada di kebun kita."
"Kaupikir itu tak ada hubungannya dengan - "
"Ya, memang itu membuat kita berpikir-pikir," kata Tuppence. "Itulah yang
kumaksud. Kita tidak menyelidiki sekadar misteri detektif lagi. Maksudku,
menyelidiki tentang masa lalu dan mengapa orang mati seperti itu. Semuanya
menjadi bersifat pribadi. Sangat pribadi. Maksudku, dengan kematian Pak Isaac
tua ini." "Dia sudah sangat tua. Barangkali itu yang menyebabkan kematiannya."
"Ah, kan sudah ada bukti-bukti medis seperti, yang dibicarakan tadi" Seseorang
ingin membunuhnya. Untuk apa?"
"Kenapa mereka tidak membunuh kita saja kalau yang diincar adalah kita?" kata
Tommy. "Barangkali mereka akan mencoba itu. Barangkali Isaac bisa memberitahu kita
sesuatu. Barangkali dia memang akan menceritakan sesuatu pada kita. Barangkali
bahkan dia mengancam seseorang dengan mengatakan akan menceritakan sesuatu pada
kita. Misalnya sesuatu yang dia tahu tentang gadis itu atau salah seorang
Parkinson. Atau - atau semua urusan mata-mata tahun sembilan belas empat belas ini. Rahasia-
rahasia yang dijual. Lalu - dia terpaksa dibungkam. Tapi kalau kita tidak datang
dan tinggal di sini, dan tanya-tanya orang dan menyelidiki, barangkali itu tak
akan terjadi." "Jangan terlalu jauh "
"Aku sudah jauh. Dan aku tidak akan melakukan sesuatu untuk bersenang-senang
lagi. Ini bukan sesuatu yang lucu.
Kita melakukan sesuatu yang berbeda sekarang, Tom. Kita memburu seorang
pembunuh. Tapi siapa" Tentu saja kita
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
belum tahu. Tapi kita akan menemukannya. Ini bukan masa lalu, tapi masa sekarang
ini. Sesuatu yang terjadi hanya -
berapa" - lima hari yang lalu. Enam hari yang lalu. Berarti masa kini. Kejadian
itu di sini dan ada hubungannya dengan kita, dengan rumah ini. Dan kita harus
mencari tahu. Dan kita akan tahu. Aku tak tahu bagaimana caranya. Tapi kita
harus memakai petunjuk yang ada dan mengikutinya. Aku merasa seperti seekor
anjing yang mengikuti jejak dengan hidung mengendus-endus tanah. Aku akan
mengikutinya di sini, dan menjadi anjing pemburu. Mengelilingi dan melihat
tempat-tempat lain. Seperti apa yang kaulakukan sekarang. Dan menyelidiki macam-
macam. Menyelesaikan - apa -
penyelidikan. Pasti ada yang tahu banyak. Bukan karena mereka melihat sendiri,
tapi karena mereka mendengar dari orang-orang lain. Cerita-cerita yang pernah
mereka dengar. Rumor. Gosip." "Tapi, Tuppence, apa ada kesempatan bagi kita - "
"Oh ya, pasti," kata Tuppence. "Aku tak tahu bagaimana atau dengan jalan apa.
Tapi aku percaya bahwa kalau kita punya ide yang nyata dan meyakinkan, sesuatu
yang benar-benar hitam dan jahat, dan menghantam kepala Isaac tua dari belakang
itu jahat dan hitam - " Dia terdiam.
"Kita bisa mengganti nama rumah ini lagi," kata Tommy.
"Apa maksudmu" Menamakannya Swallow's Nest dan bukan The Laurels?"
Sekelompok burung terbang di atas mereka. Tuppence menolehkan kepalanya dan
memandang pintu gerbang rumahnya. "Swallow's Nest adalah salah satu namanya. Apa
bagian belakang kata-kata itu" Yang diucapkan oleh ahli penyelidikanmu. Gerbang
Kematian?" "Bukan, Gerbang Nasib."
"Nasib. Seperti komentar untuk kejadian yang baru saja dialami Isaac. Gerbang
Nasib - Gerbang Rumah kita."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Sudahlah. Jangan terlalu dipikir."
"Ah, aku tak tahu kenapa," kata Tuppence. "Hanya sebuah ide yang singgah di
kepalaku." Tommy memandangnya dengan heran dan
menggelengkan kepalanya. "Swallow's Nest sebetulnya nama yang manis," kata Tuppence. "Atau bisa jadi
bagus. Barangkali nanti bisa."
"Idemu kok luar biasa."
"Ada sesuatu yang bernyanyi seperti burung. Begitulah caranya kalau semua
berakhir. Barangkali semua ini akan berakhir begitu."
Sebelum mereka sampai di rumah, Tommy dan Tuppence melihat seorang wanita
berdiri di depan pintu. "Siapa dia?" kata Tommy. "Rasanya aku pernah melihatnya," kata Tuppence. "Tapi
aku tak ingat siapa dia. Oh, kalau nggak salah dia keluarga Isaac tua. Mereka
semua tinggal bersama-sama dalam sebuah pondok. Ada tiga atau empat anak laki-
laki, wanita ini, ada lagi seorang wanita, seorang gadis. Tapi barangkali juga
bukan." Wanita itu membalikkan badan dan berjalan mendekati mereka.
"Nyonya Beresford?" katanya memandang Tuppence.
"Ya," kata Tuppence.
"Saya rasa - Nyonya belum tahu saya. Saya menantu Pak Isaac. Saya istri anaknya,
Stephen. Tapi dia telah meninggal -
meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan truk. Truk-truk besar itu. Tapi sudah
lama. Kejadiannya di salah satu jalan M.
Jalan M 1 kalau tak salah. M 1 atau M 5. Bukan, M 5 yang sebelumnya. M 4
barangkali. Pokoknya, di jalan itulah. Lima atau enam tahun yang lalu. Saya
ingin - saya ingin bicara dengan Anda. Anda dan - suami Anda - " Dia memandang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tommy. "Anda mengirim bunga ke makam, bukan" Dan Pak Isaac bekerja di kebun ini,
kan7" "Ya," kata Tuppence. 'Dia pernah bekerja di sini. Kejadian ini benar-benar
menyedihkan.' "Saya ingin mengucapkan terima kasih. Bunga itu indah sekali. Bagus dan besar."
"Kami sangat berterima kasih karena Isaac telah banyak membantu kami," kata
Tuppence. "Dia banyak membantu membereskan rumah im. Dia juga memberitahu banyak
hal karena kami tak tahu banyak tentang rumah ini, dimana barang-barang
disimpan, dan sebagainya. Dan dia mengajari banyak hal tentang cara berkebun."
"Ya, dia memang tahu benar akan pekerjaannya. Tapi dia tidak bisa terlalu banyak
bekerja karena dia sudah tua. Dan dia tak suka membungkuk. Suka sakit pinggang.
Jadi dia tak bisa membantu sebanyak dia inginkan."
"Dia baik dan banyak membantu," kata Tuppence dengan tegas. "Dan dia tahu banyak
hal di sini. Tahu banyak orang, dan cerita banyak pada kami."
"Ah, dia memang banyak tahu. Banyak keluarganya di sini.
Tentu bukan melihatnya sendiri, tapi mereka mendengar tentang apa yang terjadi.
Baiklah, Nyonya. Saya mohon pamit.
Saya hanya datang untuk mengucapkan terima kasih."
"Terima kasih kembali," kata Tuppence.
"Nyonya terpaksa mencari orang lain untuk bekerja di kebun, saya rasa."
"Ya, saya rasa begitu," kata Tuppence. "Kami tidak terlalu bisa dan tahu akan
hal itu. Apa Anda - barangkali Anda - " dia ragu-ragu sejenak karena takut salah
bicara pada waktu yang tidak sesuai - "barangkali Anda tahu seseorang yang bisa
bekerja di kebun." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, saat ini saya belum tahu benar. Tapi saya akan ingat-ingat itu. Nanti saya
suruh si Henry - anak saya yang nomor dua - memberi-tahu Nyonya kalau ada yang mau
bekerja di kebun. Selamat siang."
"Siapa nama Isaac" Aku kok lupa," kata Tommy sambil masuk ke dalam rumah.
"Maksudku, nama belakangnya."
"Oh, Isaac Bodlicott, barangkali."
"Jadi itu tadi Nyonya Bodlicott?"
"Ya. Aku rasa dia punya beberapa anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka
semua tinggal serumah. Itu, di pondok di jalan arah ke Marshton Road. Apa dia
tahu siapa yang membunuh Isaac?" kata Tuppence.
"Aku rasa tidak," jawab Tommy. "Dia tak kelihatan seperti itu."
"Aku tak tahu bagaimana kelihatannya orang yang tahu tentang itu," kata
Tuppence. "Susahkan, menerangkannya?"
"Aku rasa dia datang untuk bilang terima kasih. Untuk bunga itu. Aku rasa
wajahnya tidak menunjukkan seperti orang yang - -hm - penuh dendam. Aku rasa dia
sudah mengatakannya kalau memang begitu."
"Bisa jadi. Bisa juga tidak," kata Tuppence.
Dia masuk ke dalam rumah dengan pikiran penuh.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
22. Kenangan akan Seorang Kakek
Keesokan harinya, ketika sedang mengomel tentang hasil kerja tukang listrik yang
tak memuaskan, Tuppence disela oleh sebuah suara. "Ada seorang anak laki-laki di
depan," kata Albert. "Ingin berbicara dengan Nyonya."
"Oh, siapa?" "Saya tidak tanya. Dia menunggu di luar."
Tuppence menarik topi kebunnya dan meletakkannya di kepala, lalu turun.
Di luar, seorang anak berumur dua belas atau tiga belas tahun sedang berdiri
dengan gugup. Kakinya menyaruk-nyaruk tanah.
"Saya harap saya tidak mengganggu," katanya.
"Sebentar," kata Tuppence, "kau Henry Bodlicott, ya?"
"Benar, itu memang - ah, saya belum pernah ke pemeriksaan sebelumnya."
Tuppence berhasil menahan diri untuk tidak bertanya,
"Apakah kau suka?" Henry kelihatan seperti anak yang suka bercerita.
"Menyedihkan, ya?" kata Tuppence. "Sangat menyedihkan."
"Oh, dia kan sudah tua," kata Henry. "Memang sudah waktunya. Biasanya dia batuk-
batuk hebat kalau musim gugur
- Sampai kami semua tidak bisa tidur. Saya cuma ingin bertanya, barangkali ada
yang bisa dibantu Ibu memberitahu bahwa ada pohon-pohon selada yang perlu
dibenahi. Barangkali saja saya bisa bantu-bantu. Saya tahu tempatnya, karena kadang-kadang
saya datang ketika Kakek Izzy sedang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
bekerja dan bertanya-tanya. Dan saya bisa mengerjakannya sekarang kalau perlu."
"Oh, terima kasih," kata Tuppence. "Coba kautunjukkan padaku."
Mereka ke kebun dan menuju tempat yang dimaksud.
"Itu dia. Tanaman itu terlalu rapat dan perlu dijarangkan sedikit. Bisa
dipindahkan ke sebelah sana."
"Sebetulnya saya tak tahu apa-apa tentang tanaman selada itu," kata Tuppence.
"Saya tahu sedikit tentang bunga.
Kacang-kacangan, selada dan sayuran lainnya tidak. Kau sebenarnya tak ingin
bekerja di kebun, kan?"
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, saya masih sekolah. Tapi saya bekerja juga. Memetik buah-buahan waktu musim
panas." "Begitu," kata Tuppence. "Kalau kau tahu ada orang yang mau bekerja di kebun,
beritahu saya" "Ya, pasti. Saya pamit dulu, Nyonya."
"Tapi tunjukkan apa yang bisa kaulakukan dengan tanaman selada itu. Aku ingin
tahu." Dia berdiri, memandang Henry Bodlicott bekerja.
"Yang ini sudah beres. Bagus ya, yang ini" Jenis Webb's Wonderful. Ini awet."
"Kita sudah selesai dengan Tom Thumbs," kata Tuppence.
"Ya, betul. Yang ini keluar duluan. Renyah dan enak."
"Terima kasih," kata Tuppence.
Dia berbalik dan berjalan ke rumah. Tapi kemudian ingat bahwa scarf-nya
ketinggalan. Dia pun berbalik. Henry Bodlicott, yang baru saja akan berjalan
pulang, menghampirinya. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Scraf-ku," kata Tuppence. "Apa - oh, itu dia ada di semak."
Henry memberikannya pada Tuppence. Dia kemudian berdiri dan memandang Tuppence
sambil menyaruk-nyarukkan kakinya ke tanah. Dia kelihatan gelisah, sehingga
Tuppence menjadi heran. "Ada apa?" tanyanya.
Henry menendangkan kakinya dan memandangnya, mengentakkan kakinya lagi, memegang
hidungnya, dan menggosok kuping kirinya, lalu menggerakkan kedua kakinya.
"Ehm, anu - saya - saya - apa Nyonya tak keberatan kalau saya tanya - "
"Teruskan," kata Tuppence. Dia berhenti dan memandang dengan wajah bertanya-
tanya. Muka Henry menjadi merah dan kakinya terus menyaruk-nyaruk.
"Mm - sebetulnya saya tidak ingin - tidak suka bertanya-tanya tapi, orang-orang
bilang - mereka cerita banyak -
maksud saya, saya dengar mereka berbicara - "
"Ya?" kata Tuppence, sambil berpikir-pikir apa yang membuat Henry bingung, yang
berhubungan dengan Tuan dan Nyonya Beresford, penghuni baru The Laurels. "Apa
yang kaudengar?" "Oh, tentang Nyonya - bahwa Nyonya adalah orang yang menangkap mata-mata, atau
apa, dalam perang terakhir.
Nyonya dan Tuan yang menangkap, kan" Nyonya terlibat dan menemukan seseorang
yang jadi mata-mata Jerman yang sedang menyamar. Nyonya yang menemukan dia, dan
Nyonya mengalami petualangan-petualangan seru, dan akhirnya semuanya jadi beres.
Maksud saya Nyonya adalah - saya tak tahu apa namanya - saya rasa Nyonya adalah salah seorang anggota dinas rahasia kita dan orang-orang bilang Nyonya
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
hebat sekali. Tentu saja itu dulu. Dan orang menghubungkan Nyonya dengan
nyanyian nina bobo anak-anak."
"Ya, betul," kata Tuppence. "Angsa-angsa-angsi."
"Angsa-angsa-angsi! Ya, saya ingat itu. Sudah bertahun-tahun lalu. Ke mana kau
pergi!" "Ya, betul," kata Tuppence. "Ke atas. ke bawah, ke kamar Nyonya. Di sana dia
menemukan seorang lelaki tua yang tak mau berdoa, dan dia membawanya dengan kaki
kirinya lalu melemparnya ke bawah. Rasanya, begitulah ceritanya. Tapi barangkali
aku telah menemukan nyanyian yang lain."
"Wah," kata Henry. "Rasanya bangga juga Nyonya tinggal di sini dengan orang-
orang biasa. Tapi kenapa pakai nyanyian anak-anak itu?"
"Oh, karena ada kodenya, ada rahasianya," kata Tuppence.
"Maksud Nyonya, nyanyian itu harus dibaca?" kata Henry.
"Ya, semacam itulah," kata Tuppence. "Yang penting semua sudah beres."
"Oh, luar biasa," kata Henry. "Nyonya tak keberatan kalau saya cerita pada teman
saya" Teman baik saya. Namanya Clarence. Aneh ya, namanya" Kami suka tertawa
mendengar nama itu. Tapi dia baik sekali. Dia pasti tidak percaya kalau tahu
Nyonya tinggal di sini."
Anak itu memandang Tuppence dengan kekaguman seekor anjing spaniel.
"Hebat sekali!" katanya.
"Oh, itu sudah lama sekali," kata Tuppence. "Tahun sembilan belas empat
puluhan." "Apa pengalaman itu menyenangkan" Atau menakutkan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dua-duanya," kata Tuppence. "Tapi kukira aku lebih banyak ketakutan."
"Ya, ya, saya pikir juga begitu. Tapi aneh juga, ya. Nyonya datang ke sini dan
terlibat dalam soal yang sama. Mata-mata itu anggota Angkatan Laut, kan"
Komandan Inggris, tapi dia sebenarnya orang Jerman. Itu kata Clarence."
"Ya, begitulah," kata Tuppence.
"Jadi, karena itulah Nyonya kemari. Karena di sini juga pernah ada kejadian
dulu. Sudah lama sekali. Tapi sama juga.
Dia seorang perwira kapal selam. Dia menjual denah dan rahasia kapal selam itu.
Tapi saya cuma mendengar-dengar saja, lho."
'O, begitu," kata Tuppence. 'Tapi kami datang ke tempat ini bukan dengan alasan
itu. Kami kesini karena rumah ini bagus. Aku juga pernah mendengar cerita burung
tentang hal itu, tapi aku tak tahu apa yang sebenarnya pernah terjadi di sini."
"Saya pikir saya bisa cerita kalau begitu. Tentu saja orang tak selalu tahu
apakah sesuatu itu salah atau benar."
"Bagaimana si Clarence temanmu itu bisa tahu begitu banyak?"
"Oh, dia mendengar dari Mick. Dia dulu pernah tinggal di bengkel pandai besi.
Dia sudah lama nggak ada, tapi dia dengar banyak cerita dari macam-macam orang.
Dan Kakek Isaac juga tahu cukup banyak. Dia dulu suka cerita macam-macam."
"Jadi dia tahu banyak juga tentang hal itu?" kata Tuppence.
"Oh, ya. Sebab itu saya berpikir-pikir, waktu dia dihantam orang sampai mati.
Saya pikir dia terlalu banyak tahu - dan dia ceritakan semuanya pada Nyonya. Jadi
mereka membereskan dia. Itu biasanya yang mereka lakukan sekarang. Kalau ada
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
orang yang tahu terlalu banyak yang akan melibatkan mereka dengan polisi, maka
orang itu akan dihabisi."
"Kaupikir Kakek Isaac-mu itu - kaupikir dia tahu banyak tentang hal itu?"
"Ya, dia banyak mendengar dan tahu. Memang tidak selalu berbicara tentang hal
itu, tapi kadang-kadang dia berbicara.
Malam-malam setelah merokok atau mendengar saya dan Clarrrie berbicara, dan
teman saya yang satunya. Tom Gillingham Dia juga suka bertanya-tanya. Lalu dia
akan cerita ini dan itu. Tentu saja kami tidak tahu apa ceritanya benar atau
tidak. Tapi saya pikir dia tahu beberapa hal, dan tahu tempat beberapa hal. Dan
dia bilang kalau orang tahu di mana tempat sesuatu, maka ada kemungkinan dia
akan menemukan sesuatu yang menarik."
"Benarkah?" kata Tuppence. "Wah, kalau begitu pasti menarik juga bagi kami. Kau
sebaiknya mengingat apa yang dia katakan atau sarankan karena itu mungkin
membawa petunjuk tentang siapa pembunuhnya. Karena dia dibunuh orang. Itu bukan
kecelakaan, ya kan?"
"Tadinya kami beranggapan itu kecelakaan. Karena dia punya sakit jantung dan
pernah jatuh atau pusing-pusing.
Tapi saya pikir - saya ikut ke pemeriksaan - saya pikir ada yang sengaja menghabisi
dia." "Ya, aku rasa memang ada orang yang membunuhnya,"
kata Tuppence. "Nyonya tahu sebabnya?" kata Henry.
Tuppence memandang Henry. Dia merasa bahwa dirinya dan Henry seperti dua ekor
anjing polisi yang mencium bau yang sama.
"Aku rasa itu sesuatu yang direncanakan. Aku rasa kau sebagai anggota keluarga,
dan aku sendiri, ingin tahu siapa
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
yang melakukan tindakan kejam itu. Tapi barangkali kau sudah punya gambaran
siapa orangnya." "Tidak, saya tidak punya bayangan," kata Henry. "Cuma mendengar-dengar cerita
saja. Dan saya tahu orang yang diceritakan Kakek lzzy - kadang-kadang mereka
menunjukkan rasa tidak suka. Katanya itu karena dia tahu banyak tentang mereka,
dan apa yang mereka tahu, dan sesuatu yang telah terjadi. Tapi ceritanya seialu
tentang orang yang telah lama meninggal, sehingga orang sudah lupa-lupa ingat
dan tidak tahu pasti."
"Aku rasa kau perlu membantu kami, Henry," kata Tuppence.
"Maksud Nyonya, saya boleh ikut serta menyelidiki"
Bersama Nyonya?" "Ya," kata Tuppence, "kalau kau bisa tutup mulut tentang apa yang kautemukan.
Maksudku, kau bisa cerita semua padaku, tapi jangan bicara apa-apa pada teman-
temanmu, karena semuanya akan tahu."
"Hm. Lalu cerita itu akan sampai pada si pelaku. Dan bisa-bisa dia mendatangi
Nyonya dan Tuan Beresford, kan?"
"Bisa," kata Tuppence. "Walaupun aku harap tidak."
"Tentu saja," kata Henry. "Begini, saya pikir saya bisa datang ke sini dan
menawarkan diri membantu bantu kalau saya mendengar sesuatu. Bagaimana" Jadi
saya bisa menceritakan apa yang saya ketahui tanpa didengar orang lain. Tapi
sekarang ini saya tak punya apa-apa. Tapi saya punya teman-teman." Tiba-tiba
saja wajahnya berubah, dan gayanya disesuaikannya dengan gaya bintang film yang
pernah dilihatnya di televisi. "Saya pikir saya tahu banyak.
Orang tak tahu itu. Mereka tak tahu bahwa saya mendengarkan, dan mereka tak tahu
kalau saya ingat. Kadang-kadang mereka mengatakan sesuatu lalu bertanya,
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
siapa lagi yang tahu - dan saya pikir kalau kita diam-diam saja kita akan
mendengar banyak. Saya pikir itu penting. Iya, kan?"
"Ya," kata Tuppence. "Aku rasa penting. Tapi kita harus hati-hati, Henry. Kau
mengerti?" "Oh, ya. Saya mengerti. Tentu saja saya akan berhati-hati.
Sangat berhati-hati. Kakek tahu banyak tentang tempat ini.
Kakek Isaac," kata Henry.
"Tentang rumah ini, atau kebunnya?"
"Ya, betul. Dia tahu cerita-cerita tentang rumah ini. Ke mana orang-orang dulu
pergi dan apa yang mereka lakukan, dan di mana mereka bertemu. Di mana ada
tempat-tempat persembunyian, dan di mana orang menyembunyikan sesuatu.
Kadang-kadang dia bercerita tentang hal itu. Tentu saja Ibu tidak
memperhatikannya. Dia pikir cerita itu tolol. Johnny -
kakak saya - juga tidak mau mendengar karena dia pikir itu cerita karangan saja.
Tapi saya suka mendengarkan Dan Clarence tertarik akan hal-hal seperti itu. Dia
suka film seperti itu. Dia lalu bilang, 'Chuck, seperti di film saja, ya"' Jadi
kami berbicara berdua."
"Kau pernah mendengar cerita tentang wanita bernama Mary Jordan?"
"Ah, ya, tentu. Dia gadis Jerman yang jadi mata-mata, kan" Dia mengambil rahasia
Angkatan Laut dari perwira Angkatan Laut, kan?"
"Ya, begitulah ceritanya," kata Tuppence yang merasa lebih aman untuk membiarkan
cerita seperti itu beredar, walaupun di dalam hati ia meminta maaf pada Mary
Jordan. "Tentunya dia cantik, ya" Sangat cantik?"
"Wah, aku tak tahu," kata Tuppence. "Barangkali umurku baru tiga tahun waktu dia
meninggal" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, memang sudah lama sekali. Kadang-kadang ada orang yang berbicara tentang
dia." "Kau kelihatan terengah-engah, Tuppence," kata Tommy ketika melihat istrinya
masuk dengan memakai baju berkebunnya.
"Memang," kata Tuppence.
"Jangan berlebih-lebihan bekerja di kebun."
"Tidak. Sebetulnya aku tidak mengerjakan apa-apa. Aku cuma berdiri di antara
tanaman selada dan bicara-bicara."
"Bicara dengan siapa?"
"Anak laki-laki," kata Tuppence. "Anak laki-laki."
"Menawarkan jasa membantu di kebun?"
"Tidak juga sebetulnya," kata Tuppence. "Itu memang akan menyenangkan. Tapi
tidak - dia hanya menyatakan kekaguman."
"Pada kebun itu?"
"Bukan," kata Tuppence. "Padaku."
"Padamu"!"
"Jangan kelihatan bingung begitu," kata Tuppence. "Dan jangan kedengaran heran.
Bonnes bouches semacam ini memang muncul juga walaupun tak disangka-sangka."
"Oh, apa sih yang dia kagumi" Kecantikanmu atau baju kebunmu?"
"Masa laluku," kata Tuppence.
"Masa lalumu!" "Ya. Dia kagum dan senang sekali karena tahu bahwa akulah wanita yang berhasil
membuka kedok mata-mata Jerman dalam perang yang lalu. Komandan Angkatan Laut
palsu yang sudah pensiun, tapi ternyata bukan."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya ampun," kata Tommy. "N atau M lagi. Apa itu tak bisa disimpan?"
"Barangkali juga tak perlu disimpan," kata Tuppence.
"Maksudku, kenapa kita harus menyembunyikannya"
Seandainya kita adalah aktor atau aktris terkenal, kita kan suka mengenangnya
kembali?" "Ah, aku mengerti," kata Tommy.
"Dan aku rasa itu mungkin membantu apa yang sedang kita lakukan sekarang ini."
"Umur berapa sih anak itu?"
"Oh, sepuluh atau dua belas. Kelihatannya baru sepuluh, tapi sebenarnya dua
belas. Dan dia punya teman bernama Clarence."
"Apa hubungannya?"
"Tidak ada, untuk saat ini. Tapi dia bersekongkol dengan si Clarence itu. Aku
rasa mereka ingin membantu kita.
Menemukan atau menceritakan sesuatu."
"Kalau mereka umur sepuluh atau dua belas, bagaimana mereka bisa ingat hal-hal
yang ingin kita tahu?" kata Tommy.
"Apa yang dia katakan?"
"Kebanyakan kalimatnya pendek,' kata Tuppence, "dan banyak 'saya pikir'nya."
"Ah, semua yang dia pikir itu hal-hal yang tak kau tahu."
"Hm, apa yang dia pikir itu adalah penjelasan tentang apa yang dia dengar."
"Dengar dari siapa?"
"Memang bukan dari muiut pertama, tapi dari mulut kelima atau keenam,
barangkali. Juga hal-hal yang didengar Clarence dan teman Clarence, si Algernon.
Yang dikatakan Algernon didengar Jimmy - "
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Stop," kata Tommy. "Cukup. Apa yang mereka dengar?"
"Itu lebih sulit lagi," kata Tuppence. "Tapi mereka memang mendengar. Tentang
tempat-tempat tertentu atau cerita-cerita yang mereka dengar. Dan mereka senang
ambil bagian di sini."
"Tentang apa?" "Menemukan sesuatu yang penting. Sesuatu yang tersembunyi di tempat ini."
"Ah," kata Tommy. "Tersembunyi. Tersembunyi bagaimana, dan di mana, dan kapan"'
"Ceritanya lain-lain tentang itu," kata Tuppence. "Tapi seru, Tom."
Tommy menjawab, "Barangkali," sambil berpikir-pikir.
"Ada hubungannya dengan Pak Isaac tua," kata Tuppence.
"Aku rasa banyak hal yang bisa dia ceritakan pada kita."
"Dan kaupikir si Clarence dan - siapa namanya yang satunya?"
"Sebentar, aku juga lupa," kata Tuppence. "Aku bingung dengan nama orang-orang
yang dia dengar ceritanya. Yang namanya hebat seperti Algernon, dan yang punya
nama-nama biasa seperti Mike, Jimmy, dan Johnny."
"Chuck," kata Tuppence, tiba-tiba.
"Chuck apa?" tanya Tommy.
"Oh, nama anak itu Chuck."
"Aneh benar namanya."
"Namanya sendiri Henry, tapi teman-temannya memanggil dia Chuck."
"Ah, sudahlah."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Aku ingin mengatakan ini. Pokoknya kita harus jalan terus. Apalagi sekarang
ini. Kau merasa begitu juga?"
"Ya," kata Tommy.
"Hm, aku pikir juga begitu. Walaupun kau tak bilang apa-apa. Kita harus jalan
terus. Kau tahu kenapa" Karena Isaac.
Isaac. Ada orang yang membunuh dia. Dan dia dibunuh karena dia tahu sesuatu.
Sesuatu itu mungkin berbahaya untuk seseorang. Dan kita harus menyelidiki siapa
dia itu." "Kau tidak berpikir bahwa - bahwa hal itu bukan karena kekerasan saja" Banyak
orang yang berbuat jahat hanya karena ingin melakukannya saja. Mereka tak peduli
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapa dia. Tapi biasanya yang jadi korban adalah orang-orang tua yang tak bisa melawan
lagi." "Ya," kata Tuppence. "Bisa saja. Tapi aku rasa - bukan itu.
Aku merasa ada sesuatu. Barangkali kata tersembunyi adalah kata yang tepat. Ada
sesuatu di sini. Sesuatu yang akan menjelaskan tentang sesuatu yang telah lama
terjadi, sesuatu yang ditinggalkan di sini atau diletakkan di sini atau
diberikan pada seseorang untuk disimpan di sini, dan kemudian dia meninggal atau
diletakkannya di suatu tempat lain. Tapi ada seseorang yang tidak ingin hal itu
ditemukan. Isaac tahu itu.
Dan mereka pasti kuatir dia akan memberitahu kita, karena kelihatannya orang-
orang semua tahu siapa kita. Bahwa kita adalah orang anti spionase Dan itu semua
berkaitan dengan Mary Jordan."
"Mary Jordan," kata Tommy, "mati tidak wajar."
"Ya," kata'Tuppence, "dan si tua Isaac dibunuh orang. Kita harus tahu siapa yang
membunuh dia dan kenapa. Kalau tidak - "
"Kau harus hati-hati," kata Tommy, "kau harus jaga diri baik-baik, Tuppence.
Kalau ada orang membunuh Isaac karena dia pikir Isaac akan berbicara tentang
sesuatu yang ada hubungannya dengan masa lalu, aku rasa dia juga akan
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
melakukan hal yang sama padamu. Mereka pikir, orang paling-paling akan
menganggap bahwa itu merupakan salah satu dari kejadian seperti itu saja."
"Kalau wanita-wanita tua dikerjai dengan cara menghantam kepala mereka," kata
Tuppence. "Ya, memang begitu. Itu ruginya orang berambut abu-abu dan berjalan
sedikit pincang karena kakinya kena rematik. Tentu saja aku akan berhati-hati.
Apa aku perlu membawa pistol kecil?"
"Tidak," kata Tommy, "tentu saja tidak."
"Kenapa" Apa kau takut aku tak becus menarik picunya?"
"Oh. Aku cuma kuatir kau tersandung akar pohon, lalu jatuh. Lalu akhirnya pistol
itu mengenai dirimu sendiri, bukan melindungimu."
"Kau benar-benar berpikir aku bisa melakukan hal setolol itu?" kata Tuppence.
"Ya, aku yakin bisa terjadi," kata Tommy.
"Kalau begitu aku bisa membawa pisau lipat," kata Tuppence.
"Kalau aku tak akan membawa apa-apa," kata Tommy.
"Aku akan jalan-jalan, berpura-pura tolol dan tak berdosa, dan ngobrol tentang
berkebun. Barangkali juga bisa ngomong-ngomong bahwa kita kurang cocok dengan
rumah ini dan berpikir-pikir untuk pindah ke tempat lain. Aku rasa itu lebih
baik" "Lalu, omongan seperti itu disampaikan pada siapa?"
"Ya, setiap orang," kata Tommy. "Aku akan keliling."
"Semuanya berkeliling di sini," kata Tuppence. "Di tempat ini segalanya cepat
beredar. Apa pendapatmu, Tom?"
"Yah, kira-kira samalah. Barangkali kita memang tidak terlalu menyukai rumah
ini." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi kau ingin tetap melanjutkan penyelidikan, kan?" kata Tuppence.
"Ya," kata Tommy. "Aku cukup penasaran."
"Kau punya rencana bagaimana melakukannya?"
"Terus melanjutkan apa yang telah kukerjakan. Bagaimana kau" Punya rencana?"
"Belum," kata Tuppence. "Aku punya beberapa ide.
Rasanya aku belum bisa memancing lebih banyak dari - eh, siapa nama anak itu
tadi"' "Mula-mula Henry - kemudian Clarence."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
23. Pasukan Kecil Setelah mengantarkan Tommy berangkat ke London, Tuppence berjalan-jalan
berkeliling rumah sambil mencoba memikirkan suatu kegiatan yang bisa memberikan
hasil. Tapi rasanya otaknya tidak terlalu penuh dengan ide-ide cerah pagi itu.
Dia memulai dengan naik ke ruang buku dan berjalan mondar-mandir di situ sambil
melihat-lihat judul buku-buku.
Buku anak-anak - begitu banyak Apa kita tak bisa melakukan lebih dari itu" Dia
telah berjalan cukup jauh. Dan dia yakin sekarang bahwa dia telah melihat setiap
judul buku di situ. Alexander Parkinson tidak membukakan rahasia-rahasianya yang lain.
Dia sedang berdiri di situ sambil menyibakkan rambutnya, mengerutkan kening dan
menyepak rak bagian bawah yang berisi makalah-makalah teologi dengan bundel yang
sudah rombeng, ketika Albert masuk.
"Ada tamu di bawah. Nyonya."
"Siapa dia" Sudah aku kenal?" tanya Tup-ence.
"Saya tak tahu. Saya rasa tidak. Anak-anak muda.
Pemuda-pemuda dan seorang atau dua orang gadis.
Barangkali minta sumbangan."
"Oh. Tidak memberitahukan nama atau informasi lain?"
"Oh, seorang ya Namanya Clarence dan Nyonya pasti tahu dia katanya."
"Oh," kata Tuppence. "Clarence." Dia berpikir sesaat. Apa ini hasil yang
kemarin" Rasanya tak ada salahnya kalau diikuti
"Apa anak yang itu ada di situ juga" Yang aku ajak bicara di kebun kemarin?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak tahu. Mereka kelihatan sama. Kotor dan dekil."
"Oh. Baiklah. Aku turun," kata Tuppence.
Ketika sampai di bawah, dia memandang dengan pandang bertanya pada Albert.
Albert berkata, "Oh, saya tidak menyuruh mereka masuk.
Harus hati-hati. Jangan-jangan ada barang hilang. Mereka ada di kebun. Mereka
bilang ada di dekat tambang emas."
"Ada di mana?" tanya Tuppence
"Tambang emas,"
"Oh," kata Tuppence.
"Yang mana sih?"
Tuppence menunjuk dengan telunjuknya. "Lewat kebun mawar, ke kanan dekat jalan
setapak dahlia. Rasanya aku tahu. Ada air disana. Kali kecil atau apa. Atau
bekas kolam ikan emas. Tolong ambilkan sepatu botku. Dan sebaiknya aku bawa jas
hujan juga. Jangan-jangan ada yang mendorongku masuk ke air."
"Saya rasa lebih baik dipakai. Hampir hujan."
"Wah," kata Tuppence. "Hujan, hujan. Selalu hujan."
Dia keluar dan sampai dengan cepat pada gerombolan itu.
Ada sepuluh atau dua belas anak dengan umur berbeda-beda.
Kebanyakan anak laki-laki Ada dua gadis berambut panjang di antaranya. Mereka
kelihatan senang dan penuh harap. Salah seorang berkata nyaring ketika melihat
Tuppence mendekat "Dia datang! Dia datang. Siapa yang akan bicara" Ayo, George, kau yang bicara.
Kau kan bisa ngomong."
"Tidak Jangan dia. Aku yang bicara sekarang," kata Clarence.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau tutup mulut, Clarie. Kau tahu kan, suaramu lembek.
Kau selalu batuk kalau ngomong."
"He, ini kan urusanku. Aku - "
"Selamat pagi semua," kata Tuppence menyela. "Kalian datang dengan suatu maksud,
kan" Apa itu - ceritakan."
"Kami punya sesuatu untuk Anda," kata Clarence.
"Informasi. Itu yang Anda cari, kan?"
"Tergantung," kata Tuppence. "Informasi tenung apa?"
"Oh, bukan informasi mutakhir. Informasi kuno."
"Informasi sejarah," kata salah seorang gadis yang kelihatan lebih cerdas
dibandingkan kawan-kawannya. "Pasti menarik kalau Anda melakukan penyelidikan
tentang masa lalu." "Begitu," kata Tuppence, berusaha menyembunyikan bahwa dia betul-betul mengerti.
"Apa nama tempat ini?"
"Tambang emas."
"Oh," kata Tuppence. "Ada emasnya?"
Dia memandang berkeliling.
"Sebenarnya sih kolam ikan emas," kata seorang anak laki-laki menjelaskan. "Dulu
ada kolam ikan emasnya. Ikan-ikan istimewa dengan ekor bertumpuk-tumpuk. Dari
Jepang atau dari tempat lain. Oh, dulu bagus sekali. Itu pada zaman Nyonya
Forrester. Sepuluh tahun yang lalu."
"Dua puluh empat tahun yang lalu," kata seorang gadis.
"Enam puluh tahun yang lalu," kata sebuah suara kecil.
"Pokoknya enam puluh tahun. Dulu banyak ikan emas. Banyak sekali. Katanya mahal.
Berharga. Kadang-kadang mati.
Kadang-kadang saling memangsa. Kadang-kadang mereka berbaring-baring di atas,
mengambang saja." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Hm," kata Tuppence. "Apa yang ingin kalian ceritakan tentang mereka" Tak ada
ikan emas lagi sekarang."
"Benar. Ini informasi" kata gadis yang cerdas tadi.
Maka pecahlah suara-suara itu, ribut saling berebut.
Tuppence melambaikan tangannya.
"Jangan bicara berebutan!" katanya. "Coba satu atau dua orang bicara. Jelaskan
pada saya." "Sesuatu yang barangkali perlu Anda ketahui. Sesuatu yang pernah tersembunyi.
Pernah tersembunyi dan sangat penting."
"Bagaimana kalian tahu hal itu?" kata Tuppence.
Pertanyaan itu menimbulkan jawaban yang ribut. Sulit mendengar jawaban mereka
satu per satu. "Dari si Janie."
"Paman Ben-nya si Janie," kata sebuah suara.
"Bukan, bukan. Harry. Ya - dari Harry. Sepupu Harry, si Tom.... Lebih muda dari
dia. Neneknya yang cerita dan neneknya mendengar dari Josh. Ya. Aku nggak tahu
siapa Josh. Kalau nggak salah Josh itu suaminya - bukan, bukan suaminya, tapi
pamannya." "Wah, wah," kata Tuppence.
Dia memandang gerombolan itu dan memilih.
"Clarence," katanya. "Kau Clarence, kan" Temanmu cerita padaku tentang kau. Nah,
apa yang kauketahui?"
"Begini, kalau Anda mau tahu, Anda harus pergi ke PPC."
"Pergi ke mana?" kata Tuppence. .
"PPC." "Apa itu PPC?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Belum tahu" Belum ada yang memberitahu" PPC itu Pensioners' Palace Club."
"Oh," kata Tuppence. "Kedengarannya hebat."
"Sama sekali tidak," kata seorang anak lelaki berumur sembilan tahunan. "Sama
sekali tidak hebat. Tempat itu cuma tempat pensiunan pensiunan tua berkumpul dan
ngobrol-ngobrol. Ada yang omong kosong. Kadang orang bicara apa yang mereka
tahu. Apa yang terjadi waktu perang. Oh, cuma hal-hal seperti itu."
"Di mana PPC itu?" tanya Tuppence.
"Oh, di ujung desa sana. Di jalan ke arah Morton Cross.
Kalau Anda seorang pensiunan, Anda akan dapat sebuah tiket, dan bisa ke sana,
dan main bingo, atau lain-lainnya. Memang menyenangkan di sana. Beberapa
pensiunan memang sudah tua sekali. Ada yang tuli, ada yang buta, dan sebagainya.
Tapi mereka - ya, suka kumpul-kumpul ramai-ramai."
"Hm, saya ingin ke sana juga kalau begitu," kata Tuppence. "Ada jam-jam tertentu
untuk berkunjung ke tempat itu"'
"Kapan saja boleh. Tapi sore lebih baik. Ya. Saat itulah mereka paling senang
dikunjungi. Kalau mereka mengatakan akan kedatangan tamu, mereka mendapat jatah
ekstra untuk teman minum teh. Biskuit, dan kadang-kadang biskuit dengan lapisan
gula lebih banyak. Kadang-kadang biskuit yang renyah. Bagaimana, Fred?"
Fred maju selangkah. Dia mengangguk angkuh pada Tuppence.
"Saya akan senang sekali kalau dapat menemani Anda,"
katanya. "Bagaimana kalau kita ke sana sore ini, jam tiga tiga puluh?"
"Ah - biasa sajalah," kata Clarence. "Jangan ngomong seperti itu."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Saya akan pergi dengan senang hati," kata Tuppence. Dia memandang kolam itu.
"Sayang tidak ada ikan emasnya lagi."
"Anda pasti senang kalau melihat yang berekor lima. Bagus sekali. Ada seekor
anjing yang pernah jatuh ke kolam ini.
Anjing Nyonya Raggett."
Ada yang tidak setuju. "Bukan. Bukan dia. Namanya Follyo, bukan Fagot - "
"Namanya Folliat. Tulisnya pakai 'f' biasa, tidak pakai huruf besar."
"Eh bukan dia. Itu Nona French. Tulisnya pakai dua huruf
'f' kecil." "Anjing itu tenggelam?" tanya Tuppence.
"Tidak. Yang jatuh itu anak anjing. Induknya sedih. Dia menarik-narik rok Nona
French. Nona Isabel ada di kebun buah sedang memetik apel. Dan induk anjing itu
menarik rok Nona Isabel. Dia ikuti anjing itu dan melihat anak anjing di kolam.
Lalu dia meloncat masuk kolam dan mengangkat anak anjing itu. Bajunya basah dan
tidak bisa dipakai lagi."
"Wah," kata Tuppence. "Banyak yang terjadi di sini rupanya. Baiklah. Saya akan
siap sore nanti Dua atau tiga dari kalian bisa datang menemani-saya ke
Pensioners' Palace Club."
"Apa" Tiga" Siapa yang akan pergi?"
Mereka ribut lagi. "Aku ikut... Tidak, tidak jadi... Tidak, Betty tidak bisa pergi.
Dia sudah pernah pergi. Ke pesta film. Dia tidak bisa pergi lagi."
"Kalian atur sajalah," kata Tuppence, "dan datanglah jam setengah empat."
"Mudah-mudahan Anda senang," kata Clarence.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Pasti menarik dari sudut sejarah," kata gadis cerdas itu dengan mantap.
"Oh, diam, Janet," kata Clarence. Dia berpaling pada Tuppence. "Mentang-
mentang," katanya. "Janet selalu begitu, karena dia sekolah di sekolah grammar.
Dia sombong. Sekolah biasa tidak cukup buat Janet dan ibunya. Karena itu dia
suka pamer." Setelah makan siang Tuppence berpikir-pikir, apakah kejadian tadi pagi ada
kelanjutannya. Apa ada yang akan datang dan menemaninya ke PPC sore ini" Apa PPC
memang ada" Atau itu hanya sebuah nama yang dikarang anak-anak itu" Enak juga
barangkali duduk-duduk menunggu, kalau kalau ada yang datang.
Ternyata anak-anak itu tepat waktu. Pada pukul tiga tiga puluh bel rumah
Tuppence berbunyi, dan Tuppence pun berdiri dari depan perapian. Dia memakai
topinya - topi karet India karena takut kalau-kalau hujan - dan Albert pun muncul
untuk mengantarnya ke pintu depan.
"Saya tak akan biarkan Nyonya pergi dengan sembarang orang," bisiknya.
"Albert, apa PPC itu memang ada?" tanya Tuppence.
"Saya rasa itu ada hubungannya dengan kartu kunjungan,"
kata Albert yang selalu ingin menunjukkan bahwa dia tahu kebiasaan-kebiasaan
sosial di sekitarnya. "Itu kartu yang ditinggalkan pada waktu kita pergi, atau
waktu kita datang" Saya ragu-ragu" entah yang mana."
"Aku rasa ada hubungannya dengan para pensiunan."
"Oh ya, mereka memang punya tempat seperti itu.
Dibangun dua atau tiga tahun yang lalu. Tempat itu di sana, setelah melewati
gereja, belok ke kanan. Gedungnya jelek, Tapi menyenangkan orang-orang tua.
Siapa pun yang suka boleh ke tempat itu. Di sana ada permainan dan sebagainya.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Banyak wanita-wanita yang datang membantu.
Menyelenggarakan konser dan - ya - organisasi wanita-lah.
Hanya saja, itu khusus untuk orang-orang tua. Mereka semua sangat tua dan banyak
yang tuli." "Ya," kata Tuppence, "memang begitu kelihatannya."
Pintu depan terbuka. Janet berdiri di sana. Di belakangnya ada Clarence, dan di
belakang Clarence ada seorang anak laki-laki jangkung bermata juling bernama
Bert. "Selamat sore, Nyonya Beresford," kata Janet. "Semua senang Anda bisa pergi.
Sebaiknya membawa payung karena cuaca tidak baik menurut ramalan."
"Kebetulan saya juga akan pergi lewat jalan itu," kata Albert. "Jadi saya pergi
sama-sama saja." "Tentu saja," pikir Tuppence. Albert selalu siap melindungi.
Baik juga. Tapi dia sendiri tidak berprasangka buruk pada ketiga anak itu.
Perjalanan itu makan waktu dua puluh menit.
Ketika mereka sampai di gedung merah, mereka masuk gerbangnya, berjalan ke
pintu, dan disambut seorang wanita gemuk berumur tujuh puluhan.
"Ah, ada tamu rupanya. Senang Anda bisa datang kemari."
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia menepuk-nepuk bahu Tuppence. "Ya, Janet, terima kasih banyak, ya. Mari. Ya.
Kalian tak perlu menunggu kecuali kalau kalian mau."
Darah Dan Cinta Di Kota Medang 1 Pendekar Naga Putih 60 Goa Larangan Neraka Hitam 3
tertarik." "Dia memang mati muda," kata Nyonya Griffin. "Ya. Semua kasihan melihat
kenyataan itu. Anak itu amat cerdas, dan mereka mengharapkan - ya, masa depan yang
amat cerah untuknya. Dia tidak meninggal karena sakit, tapi karena makanan yang
dimakannya waktu piknik. Saya rasa begitu cerita Nyonya Henderson. Dia ingat
banyak hal tentang keluarga Parkinson."
"Nyonya Henderson?" tanya Tuppence.
"Oh, Anda belum tahu dia. Dia tinggal di salah satu rumah jompo. Namanya Meadow
side. Kira-kira - kira-kira dua belas atau lima t>elas mil dari sini. Sebaiknya
Anda temui dia. Dia bisa cerita banyak tentang rumah Anda, saya rasa. Namanya
dulu Swallow's Nest. Dan sekarang lain lagi, ya?"
"The Laurels." "Nyonya Henderson lebih tua dari saya walaupun dia anak bungsu dari keluarga
besar. Dia pernah jadi guru privat Lalu pernah jadi perawat untuk menemani
Nyonya Beddingfield pemilik Swallow's Nest - atau The Laurels. Dan dia senang
cerita tentang masa lampau. Saya rasa sebaiknya Anda datangi dia."
"Ah, saya rasa dia tidak akan - "
"Oh, saya yakin dia pasti suka. Datangi dia. Katakan bahwa saya yang
memberitahu. Dia masih ingat saya, dan adik saya Rosemary. Kadang-kadang saya
mengunjungi dia. Tapi belakangan ini tidak lagi, karena saya sudah tidak terlalu
kuat. Dan Anda juga bisa menengok Nyonya Henley yang tinggal di - apa ya namanya" - Apple
Tree Lodge, saya rasa. Itu tempat para pensiunan tua. Bukan kelas yang sama.
Tapi cukup baik. Dan banyak gosip beredar di sana! Saya yakin mereka semua akan
senang dikunjungi. Itu merupakan selingan."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
17. Tommy dan Tuppence Bertukar Pikiran
"Kau kelihatan capek, Tuppence," kata Tommy setelah mereka selesai makan malam
dan berjalan ke ruang duduk.
Tuppence menjatuhkan diri di atas kursi sambil menarik napas panjang. Dia
menguap. "Capek" Aku hampir mati rasanya," kata Tuppence.
"Apa saja yang telah kaulakukan" Kuharap bukan urusan kebun."
"Badanku sih tidak capek," kata Tuppence dingin. "Aku melakukan apa yang
kaulakukan. Penyelidikan mental."
"Itu juga membuat capek," kata Tommy. "Di mana" Kau tidak mendapat banyak info
dari Nyonya Griffin kemarin dulu, kan?"
"Aku rasa lumayan. Aku tidak mendapat banyak dari rekomendasi pertama. Tapi ada
juga yang kudapat." Dia membuka tasnya, dan mengeluarkan buku catatan kecil.
"Aku membuat catatan-catatan kecil. Dan aku juga mengambil beberapa kartu menu
porselen." "Oh. Dan apa hasilnya?"
"Mm. kartu menu itu menunjukkan beberapa catatan mengenai gastronomi. Ini yang
pertama. Seseorang yang aku lupa namanya."
"Kau harus belajar mengingat nama lebih baik."
"Hm. Aku tidak mencatat nama, tapi apa yang mereka katakan. Dan mereka senang
sekali waktu melihat kartu menu itu, karena kelihatannya mereka pernah diundang
makan malam dan menikmati hidangannya - mereka belum pernah mencicipi masakan
seperti wa. Dan kelihatannya mereka
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
merasakan lobster salad untuk pertama kali waktu itu. Mereka memang pernah
mendengar masakan itu dihidangkan di rumah-rumah orang kaya, tapi baru kali itu
merasakannya sendiri."
"Oh," kata Tommy. "Tak banyak membantu kalau begitu."
"Kau keliru. Ini cukup membantu, karena mereka tak pernah melupakan makan malam
itu. Lalu aku tanya kenapa mereka selalu ingat malam itu Dan mereka bilang
karena sensus." "Apa" Sensus?"
"Ya. Kau pasti tahu, sensus. Tahun kemarin ada. Atau tahun sebelumnya" Itu - kita
menulis data dan menandatangani. Semua orang yang menginap di rumah pada malam
tertentu. Dan sebagainya. Pada malam tanggal 15
November, siapa saja yang tidur di rumahmu" Lalu kau menulis nama-nama itu. Atau
mereka harus mendaftarnya"
Aku lupa yang mana. Pokoknya pada hari itu ada sensus, dan setiap orang harus
tahu siapa-siapa tinggal di rumahnya. Dan karena banyak orang yang ke pesta,
mereka pun bicara tentang hal itu. Mereka bilang itu tidak fair dan itu
merupakan sesuatu yang tolol untuk dilakukan. Dan mereka masih tidak bisa
menerima kalau hal itu dilakukan sampai sekarang, karena orang harus menulis
kalau punya anak, atau kalau menikah, atau tidak menikah tapi punya anak, dan
sebagainya. Orang harus menulis banyak data pribadi, dan mereka anggap itu tidak
baik. Tidak untuk sekarang ini. Jadi mereka- bingung. Bukan tentang sensus lama
itu, karena tak ada yang peduli. Tapi karena suatu kejadian di malam itu."
"Sensus itu mungkin berguna kalau kau tahu persis tanggalnya," kata Tommy.
"Maksudmu, kau bisa mengecek sensus itu?"
"Oh ya. Kalau kita tahu harus berurusan dengan siapa, kita bisa mengecek dengan
mudah." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dan mereka ingat Mary Jordan yang dibicarakan banyak orang. Semua bilang dia
kelihatan seperti gadis baik-baik. Dan semuanya suka pada dia. Dan mereka tak
bisa percaya - orang kan suka cerita macam-macam Mereka bilang - yah, dia memang
setengah Jerman. Jadi mereka harus lebih hati-hati dengan dia."
Tuppence meletakkan cangkir kopinya yang kosong dan menyandarkan badannya lagi.
"Ada yang kira-kira memberi harapan?" tanya Tommy.
"Tidak. Tidak terlalu" kata Tuppence. "Tapi barangkali bisa.
Orang-orang tua itu bicara tentang hal itu. Dan kebanyakan mendengar dari
anggota keluarga yang lebih tua. Cerita-cerita tentang di mana menyimpan atau
menemukan sesuatu. Ada cerita tentang surat wasiat yang disimpan di dalam vas
porselen. Sesuatu tentang Oxford dan Cambridge - walaupun aku tak tahu bagaimana
orang bisa tahu bahwa ada benda disembunyikan di Oxford atau di Cambridge.
Kelihatannya tak masuk akal."
"Barangkali ada yang punya keponakan kuliah di sana"
kata Tommy, "yang membawa sesuatu kembali ke Oxford atau Cambridge."
"Bisa jadi. Tapi rasanya tidak."
"Apa ada yang bicara tentang Mary Jordan?"
"Hanya dengar-dengar saja - tidak benar-benar tahu apakah dia memang mata-mata
Jerman. Hanya dari nenek atau sepupu ibu mereka atau teman Paman John yang
Angkatan Laut itu." "Apa mereka bicara tentang bagaimana Mary meninggal?"
"Mereka menghubungkan kematiannya dengan kekeliruan antara daun foxglove dan
bayam. Mereka bilang semua sembuh kecuali dia."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Menarik" kata Tommy. "Ceritanya sama, setting-nya lain."
"Barangkali terlalu banyak ide kata Tuppence. 'Seseorang bernama Bessie berkata, 'Hanya nenek saya yang ?"mengatakan cerita itu. Dan kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu. Saya rasa
tidak semua detilnya benar. Dia biasanya begitu. Kau bisa membayangkan kan, Tom.
Kalau semua orang bicara sekaligus kan membingungkan. Ada yang bicara tentang
spionase dan racun pada waktu piknik dan sebagainya. Aku tak bisa mendapat
tanggal yang tepat, karena cerita itu kan memang mereka dengar dari orang lain.
Kalau dia bilang, 'Saya baru enam belas tahun waktu itu dan rasanya seru mendengarnya/ kita tak
tahu berapa umur neneknya waktu itu." Barangkali dia jawab sembilan puluh karena
orang suka bilang mereka sebetulnya lebih tua, atau baru lima puluh dua walaupun
sebenarnya tujuh puluh."
"Mary Jordan," kata Tommy sambil berpikir, "mati tidak wajar. Dia merasa curiga.
Apa kira-kira anak itu pernah cerita pada polisi?"
"Maksudmu Alexander?"
"Ya - . Dan karena itulah maka dia bicara terlalu banyak.
Dan karena itu pula dia harus mati."
"Banyak hal tergantung pada Alexander," kata Tuppence.
"Kita tahu kapan Alexander meninggal. Karena kuburnya ada di sini. Tapi Mary
Jordan - kita masih belum tahu kapan atau mengapa."
"Kita akan tahu juga nanti," kata Tommy. "Kau sudah membuat daftar nama, dan
tanggal, dan hal-hal lain. Kau pasti akan heran jika menyadari apa saja yang
bisa kita selidiki berdasarkan satu atau dua kata yang aneh di sana-sini."
"Kelihatannya kau punya banyak teman yang bisa membantu," kata Tuppence dengan
iri. "Kau kan juga punya," kata Tommy.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Sebetulnya tidak," jawab Tuppence.
"Ah, kau punya. Kau bisa membuat orang berbuat sesuatu," kata Tommy. "Sekali kau
mengunjungi wanita tua dengan buku ulang tahun. Lalu, tahu-tahu kau sudah ada di
tengah-tengah para pensiunan atau melakukan sesuatu yang lain. Dan kau tahu
tentang apa yang terjadi pada zaman kakek buyut mereka - nenek buyut mereka, dan
Paman John atau para bapak baptis. Barangkali juga seorang perwira Angkatan Laut
tua. yang cerita tentang spionase. Dan kalau kita terus menyelidiki tanggal-
tanggal tertentu serta melacak kejadian-kejadian tertentu, barangkali saja - siapa
tahu" - kita akan mendapat sesuatu."
"Kira-kira siapa ya, mahasiswa yang disebut-sebut itu -
Oxford dan Cambridge. Yang katanya menyembunyikan sesuatu."
"Kedengarannya tidak seperti spionase," kata Tommy.
"Ya. Dan memang bukan," kata Tuppence.
"Dan dokter-dokter dan pendeta-pendeta tua," kata Tommy. "Aku rasa itu bisa
dicek. Tapi rasanya tak akan memberi arah ke mana-mana. Terlalu jauh. Dan kita
tak cukup dekat. Kita tak tahu - . Apa ada hal-hal aneh yang kaualami lagi,
Tuppence?" "Maksudmu, apakah ada orang yang mencoba mencelakai aku dua hari terakhir ini"
Tidak, tidak ada. Tak ada orang mengundangku berpiknik. Rem mobil juga tak apa-
apa. Ada sebotol cairan untuk mematikan alang-alang di gudang kebun, tapi
kelihatannya belum dibuka."
"Isaac menaruhnya di sana supaya mudah mengambilnya kalau kalau kau keluar
membawa sandwich." "Oh, kasihan Isaac," kata Tuppence. "Jangan mengejek dia, Tom. Dia jadi teman
baikku. Ah - ya - itu mengingatkan aku pada - "
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Apa yang kauingat?"
"Wah, aku tak tahu. Lupa," kata Tuppence sambil mengejap ngejapkan mata. "Waktu
kau menyebut Isaac tadi, rasanya aku.teringat sesuatu."
"Wah," kata Tommy sambil menarik napas.
"Ada cerita tentang seorang wanita tua," kata Tuppence.
"Kata orang wanita itu selalu menyimpan hartanya di kaus tangannya setiap malam.
Aku rasa giwangnya - kalau tak salah. Dialah yang mengira bahwa semua orang mera-
cuninya. Dan ada lagi yang ingat ada orang yang meletakkan sesuatu di kotak
derma. Itu - kotak porselen yang disediakan untuk derma anak-anak telantar. Ada
sebuah label tertempel di situ. Tapi rupanya kotak porselen itu bukan berisi
derma untuk anak telantar. Wanita itu biasa memasukkan uang lima pound di
dalamnya sehingga dia selalu punya persediaan uang. Dan kalau kotak itu sudah
penuh, dia biasa membeli kotak baru. Kotak yang lama dipecahnya."
"Dan membelanjakan uangnya, aku rasa," kata Tommy.
"Ya - itulah tujuannya. Saudara sepupuku, Emlyn, biasa bilang begitu," kata
Tuppence yang sedang mengingat-ingat apa yang pernah dia dengar. "Tak ada orang
yang akan mencuri kotak derma untuk anak-anak telantar, kan" Dan kalau ada yang
memecahkan kotak seperti itu, pasti ada yang melihat, kan?"
"Kau belum menemukan buku-buku yang berisi khotbah di atas?"
"Belum. Kenapa?" tanya Tuppence.
"Hm. Aku cuma berpikir itu kan tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu.
Hal-hal yang membosankan mengenai teologi. Buku tua rusak yang bagian tengahnya
dilubangi." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak ada buku begitu. Aku pasti tahu kalau melihatnya,"
kata Tuppence. "Apa kau akan membaca buku seperti itu?"
"Oh, tentu saja tidak," kata Tuppence.
"Nah. Apa kubilang" Kau pasti tak akan membacanya. Kau pasti akan membuangnya
begitu saja," kata Tommy.
"The Crown of Success. Itu buku yang kuingat," kata Tuppence. "Ada dua copy. Hm -
mudah-mudahan saja keberhasilan akan me-mahkotai kita."
"Kelihatannya tidak. Siapa yang membunuh Mary Jordan"
Itulah buku yang akan kita tulis nanti."
"Kalau kita berhasil mengungkapkannya," kata Tuppence dengan muram.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
18. Perut Mathilde Dioperasi
"Apa yang akan kaulakukan sore ini, Tuppence"
Melanjutkan memperpanjang daftar nama dan daftar tanggal itu?"
"Aku rasa tidak," kata Tuppence. "Sudah cukup. Capek juga menulis segala macam.
Aku sekarang suka salah-salah, kan?"
"Hm, ya, memang benar. Kau membuat beberapa kesalahan."
"Kuharap kau tidak lebih baik dariku, Tom. Rasanya kadang-kadang menyakitkan."
"Apa yang akan kaulakukan?" "Tidur siang enak juga, ya"
Oh, tidak. Aku tak akan santai-santai dulu," kata Tuppence.
"Aku rasa aku akan mengoperasi perut Mathilde."
"Apa"!" "Aku akan mengoperasi perut Mathilde."
"Kau kenapa sih" Kelihatannya kok siap tempur."
"Mathilde. Dia ada di KK."
"Apa maksudmu, dia ada di KK"
"Oh, gudang segala macam rongsokan itu. Dia itu kuda-kudaan yang perutnya
berlubang." 'Oh. Dan kau akan mengeluarkan isi perutnya?"
"Ya, betul," kata Tuppence. "Kau mau membantu?"
"Sebetulnya tidak," kata Tommy.
"Apa kau bersedia membantu aku?" kata Tuppence, dengan nada mengancam.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dengan cara seperti itu, aku terpaksa mau," kata Tommy sambil menarik napas
panjang. "Ah, tidak sejelek membuat daftar. Apa Isaac ada di sini?"
"Tidak. Aku rasa sore ini dia libur. Lagi pula kita tidak memerlukan dia. Aku
rasa informasi yang kudapat dari dia sudah cukup."
"Dia tahu cukup banyak," kata Tommy sambil berpikir.
"Aku tahu beberapa hari yang lalu. Dia menceritakan banyak hal tentang masa
lalu. Hal-hal yang tak bisa dia ingat"
"Ya - aku rasa umurnya sudah hampir delapan puluh," kata Tuppence. "Aku yakin
itu." "Ya, aku tahu. Tapi dia masih bisa mengingat hal-hal yang sudah lama sekali
terjadi." "Orang biasa mendengar begitu banyak hal," kata Tuppence. "Dan kita tidak tahu
yang mereka dengar benar atau tidak. Kita ke sana saja sekarang, dan
mengeluarkan isi perut Mathilde. Aku akan ganti baju dulu karena tempat itu
kotor, berdebu, dan banyak sarang labah-labahnya. Dan kita harus mengorek-ngorek
isi perut Mathilde."
"O ya, kalau si Isaac ada, kita bisa suruh dia membalikkan badan kuda itu. Biar
kita dapat membedah perutnya dengan mudah."
"Gayamu kok seperti ahli bedah saja," kata Tommy.
"Hm - aku rasa cocok, kan" Kita sekarang akan mengeluarkan benda asing yang bisa
membahayakan hidup Mathilde. Kita bisa mengecat dia dan anak kembar si Deborah
barangkali akan senang naik di atasnya kalau mereka datang nanti."
"Oh, cucu-cucu kita kan sudah punya banyak mainan dan hadiah-hadiah."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak apa-apa," kata Tuppence. "Anak-anak tidak selalu suka mainan mahal.
Mereka suka main dengan seutas tali atau boneka rombeng atau beruang beruangan
yang terbuat dari gombal yang diberi mata dari kancing. Anak-anak punya ide
sendiri tentang mainan mereka."
"Ayo," kata Tommy. "Kita datangi Mathilde dan kita bawa dia ke meja operasi."
Membalikkan tubuh Mathilde ke posisi yang mudah untuk melakukan operasi ternyata
tidak mudah. Mathilde sangat berat. Selain itu, badannya penuh paku-paku yang
mencuat. Tuppence mengusap darah dari tangannya dan Tommy memaki-maki ketika pullover-nya
tersangkut dan tiba-tiba robek.
"Kuda sialan" kata Tommy.
"Harusnya sudah dijadikan api unggun dulu-dulu," kata Tuppence.
Pada saat itulah tiba-tiba Isaac muncul.
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, apa lagi ini!" katanya heran. "Apa yang Anda berdua lakukan" Diapakan kuda
tua ini" Boleh saya bantu" Mau diapakan dia" Mau dikeluarkan?"
"Tidak perlu," kata Tuppence. "Kami ingin membalikkan badannya supaya mudah
mengeluarkan barang-barang."
"Maksud Anda mengeluarkan barang-barang yang ada di perutnya" Siapa yang memberi
ide untuk melakukan itu?"
"Ya," kata Tuppence. "Itulah yang akan kami lakukan."
"Apa yang akan Anda dapat?"
"Saya rasa sampah saja," kata Tommy. "Tapi itu baik, kan?" katanya dengan suara
yang tak yakin. "Membersihkan barang-barang. Kami juga ingin tetap memelihara
beberapa barang. Seperti - alat-alat permainan croquet. Pokoknya benda-benda macam
itu." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dulu memang ada lapangan crookey di sini. Tapi dulu sekali. Zamannya Nyonya
Faulkner. Ya. Di situ, di tempat yang sekarang jadi kebun mawar. Tapi tidak
terlalu besar." "Kapan itu?" tanya Tommy.
"Maksud Anda lapangan crookey itu" Oh, sebelum saya lahir. Selalu ada orang yang
bercerita tentang hal-hal yang pernah terjadi. Hal-hal yang disembunyikan, dan
mengapa, dan siapa yang ingin menyembunyikan. Banyak cerita cerita aneh. Ada
yang tidak betul. Ada juga yang betul."
"Kau memang cerdas, Pak Isaac,' kata Tuppence. "Kau kelihatannya tahu banyak
hal. Bagaimana kau tahu ada lapangan croquet?"
"Oh, pernah ada sekotak alat-alat croquet di sini. Sudah bertahun-tahun.
Sekarang barangkali tak ada lagi."
Tuppence meninggalkan Mathilde dan berjalan ke sebuah sudut, di sana terdapat
kotak kayu panjang. Setelah dengan susah payah melepas tutupnya, keluarlah
sebuah bola berwarna merah kusam, sebuah bola biru, dan sebuah palu kayu
bengkok. Sisanya adalah sarang Iabah-Iabah.
"Bisa jadi dari zaman Nyonya Faulkner. Orang-orang bilang dia sering ikut
pertandingan," kata Isaac.
"Di Wimbledon?" kata Tuppence.
"Ya - tidak di sana, sih. Saya rasa tidak. Ikut pertandingan-pertandingan lokal
saja. Ada juga yang di sini. Saya pernah melihat foto-foto di tukang foto - "
"Tukang foto?" "Ah - yang di desa itu. Durrance. Anda tahu Durrance, kan?"
"Durrance?" kata Tuppence sambil mengingat-ingat. "Oh ya, dia jual film dan
peralatan-peralatan lainnya, kan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya. Tapi dia bukan si Durrance tua. Ini cucunya. Atau cicitnya. Yang banyak dia
jual kartu pos bergambar. Kartu Natal, kartu ulang tahun, dan sebagainya. Dia
biasa memotret orang, dan menyimpan foto-foto itu. Beberapa hari yang lalu ada
orang datang. Dia minta foto nenek buyutnya. Katanya dia punya sebuah, tapi
sudah robek atau terbakar atau hilang atau entah apa. Dia minta negatifnya. Tapi
di situ banyak album bertumpuk-tumpuk."
"Album," kata Tuppence sambil berpikir.
"Ada lagi yang bisa saya bantu?" kata Isaac.
"Bantu kami dengan Jane atau siapa itu namanya." ,
"Bukan Jane. Dia Mathilde. Bukan Matilda. Dia selalu dipanggil Mathilde. Nama
Prancis barangkali."
"Prancis atau Amerika," kata Tommy sambil berpikir-pikir.
"Mathilde. Louise. Dan sebagainya."
"Tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu, ya?"
kata Tuppence sambil "merogoh isi perut Mathilde. Dia menarik ke luar sebuah
bola karet India yang dulunya berwarna merah dan kuning tapi sekarang berlubang-
lubang. "Aku rasa anak-anak memang suka meletakkan mainan seperti, ini," kata Tuppence.
"Kapan saja mereka melihat lubang-lubang," kata Isaac.
"Tapi dulu ada seorang pemuda yang biasa meletakkan suratnya di sini. Itu yang
saya dengar. Seperti kotak pos saja."
"Surat" Untuk siapa?"
"Seorang gadis, saya kira. Tapi itu duluuu. Sebelum zaman saya," kata si Isaac,
seperti biasa. "Semua terjadi sebelum zamannya si Isaac," kata Tuppence, setelah orang tua itu
meletakkan Mathilde ke posisi yang baik dan meninggalkan mereka dengan alasan
harus membetulkan sesuatu.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tommy membuka jaketnya. "Heran juga," kata Tuppence, sedikit terengah ketika dia mengeluarkan tangannya
yang kotor dan terluka dari dalam perut Mathilde. "Begitu banyak yang dimasukkan
orang ke perut ini, dan ada yang sengaja memasukkan sesuatu, tapi tak pernah ada
yang berniat membersihkannya."
"Buat apa dibersihkan" Nggak ada gunanya, kan?"
"Betul," kata Tuppence. "Tapi kita membersihkannya, kan?"
"Karena kita tak tahu lagi apa yang sebaiknya kita lakukan.
Aku rasa tak ada apa-apa di dalamnya. Oh!"
"Ada apa?" kata Tuppence.
"Oh, aku menggaruk sesuatu."
Tommy menarik tangannya sedikit dan memasukkannya lagi. Dia mendapat selendang
rajutan. Kelihatannya benda itu pernah menjadi makanan ngengat. Setelah itu
barangkali derajatnya turun, menjadi santapan binatang yang lebih rendah status
sosialnya. "Menjijikkan," kata Tommy.
Tuppence mendorong suaminya ke samping dan mengail dengan tangannya ke dalam
perut Mathilde. "Awas banyak paku," kata Tommy.
"Apa ini?" kata Tuppence.
Dia mengeluarkan hasil pancingannya. Kelihatannya roda sebuah bis mainan, atau
kereta, atau mainan anak lainnya.
"Wah," kata Tuppence, "kita buang-buang waktu."
"Memang benar," kata Tommy.
"Sudah telanjur. Kita lakukan saja dengan sebaik-baiknya,"
kata Tuppence. "Hih. Ada tiga labah labah berjalan-jalan di
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
lenganku. Habis ini barangkali cacing-cacing. Hih - aku benci cacing."
"Aku rasa tak ada cacing di perut Mathilde. Cacing kan hidup di tanah. Aku rasa
mereka tak suka mondok di perut Mathilde."
"Oh, sekarang sudah kosong," kata Tuppence. "He--apa ini" Rasanya seperti buku
menyulam. Aneh-aneh saja. Masih ada beberapa jarum di dalam. Tapi semua
karatan." "Aku rasa ini punya seorang gadis cilik yang tak suka menyulam," kata Tommy.
"Ide yang bagus."
"Aku juga menyentuh benda yang seperti buku baru saja,"
kata Tommy. "Oh, barangkali ada gunanya. Di bagian mana perut Mathilde?"
"Rasanya di usus buntunya atau hatinya," kata Tommy dengan gaya ahli bedah
profesional. "Di sebelah kanan. Aku menganggap ini sebagai operasi!" tambahnya.
"Baik, Dok. Sebaiknya tarik saja ke luar. Apa pun ujudnya."
Yang dianggap buku tersebut tidak kelihatan seperti buku karena sudah terlalu
tua. Lembaran-lembarannya sudah lepas dan kotor.
"Kelihatannya buku pelajaran bahasa Prancis," kata Tommy. "Pour les enfants. Le
Petit Precepteur." "Hm," kata Tuppence. "Kurasa kau benar. Anak itu tak mau belajar bahasa Prancis.
Jadi dia masuk ke tempat ini dan sengaja menghilangkan bukunya dengan
memasukkannya ke perut Mathilde. Mathilde memang baik"
"Kalau Mathilde berdiri tegak, pasti sulit memasukkan sesuatu ke dalam
perutnya." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak untuk seorang anak," jawab Tuppence. "Tingginya akan pas untuk memasukkan
barang itu ke perut. Paling-paling dia harus berlutut dan merangkak di bawahnya.
He, apa ini" Rasanya licin. Seperti kulit binatang."
"Uh, menjijikkan" kata Tommy. "Barangkali bangkai kelinci."
"Ah, bulunya nggak terasa. Aku juga nggak suka. Ah, ada paku lagi. Kelihatannya
benda itu terkait di paku. Ada tali atau benang. Aneh ya, kok nggak berkarat?"
Dia menarik benda itu pelan-pelan.
"Seperti buku saku" katanya. "Kelihatannya dibungkus kulit yang bagus. Kulit
bagus." "Coba lihat ada apa di dalamnya. Barangkali ada isinya"
kata Tommy. "Ada isinya," kata Tuppence. "Barangkali uang lima pound," katanya penuh harap.
"Kalau begitu tidak bisa dipakai. Kertas kan rusak?"
"Aku tidak tahu," jawab Tuppence. "Banyak hal-hal yang tidak kita sangka-sangka
ternyata tahan lama. Dan uang lima pound, kualitas kertasnya sangat bagus. Tipis
tapi kuat." "Siapa tahu isinya sehelai dua puluhan pound. Bisa*
membantu uang belanja kita."
"Apa" Uang itu pasti dari zaman sebelum zamannya Isaac.
Kalau tidak, dia pasti sudah menemukannya. Ah. Coba pikir!
Barangkali saja isinya selembar uang ratusan pound.
Barangkali juga uang emas. Uang logam begitu biasanya disimpan di pundi-pundi.
Nenekku Maria punya sebuah pundi-pundi besar berisi uang logam. Dia biasa
menunjukkannya pada kami waktu kami masih kecil. Itu adalah simpanannya,"
katanya. "Dia siap-siap sebelum Prancis menyerang.. Ya, Prancis aku rasa. Uang
emas yang indah. Aku dulu berpikir,
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
uang logam itu bagus sekali dan membayangkan kalau besar punya uang emas
sekantong." "Siapa yang akan memberimu sekantong uang emas?"
"Aku tak membayangkan siapa" kata Tuppence. "Aku pikir hal itu akan terjadi
dengan sendirinya kalau gadis kecil menjadi besar. Seorang dewasa - yang memakai
mantel. Mantel yang lehernya berbulu dengan setelan topi. Dan dia mempunyai pundi-pundi
gemuk penuh berisi uang emas. Lalu kalau dia punya cucu laki-laki yang sudah
bersekolah, dia akan memberi tip dengan uang logam itu."
"Bagaimana dengan cucu-cucu perempuan?"
"Aku rasa mereka tidak dapat," kata Tuppence. "Tapi kadang-kadang dia mengirimi
aku uang kertas lima pound-an separo."
"Uang kertas lima pound-an separo" Buat apa" Kan nggak ada gunanya."
"Ada saja. Dia menggunting uang lima pound itu jadi dua, lalu mengirimnya
padaku. Setelah itu dia mengirim yang separo lagi di dalam surat berikutnya
Dengan cara itu tak ada yang mencuri uang itu."
"Hm. Begitu banyak pencegahan yang harus dilakukan."
"Ya, memang. He - apa ini?" kata Tuppence.
Dia merogoh kantong kulit pembungkus buku itu.
"Kita keluar dulu, bernapas," kata Tommy.
Mereka keluar dari KK. Di luar mereka bisa melihat kantong itu lebih baik. Benda
itu adalah sebuah dompet kulit yang tebal dan berkualitas bagus. Dompet itu kaku
karena sudah tua, tetapi tidak rusak.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Aku rasa di perut Mathilde dompet ini terhindar dari kelembapan," kata
Tuppence. "Oh, Tom, kau tahu apa yang kupikirkan?"
"Tidak. Apa" Bukan uang. Dan pasti bukan uang logam."
"Oh, bukan uang," kata Tuppence. "Aku rasa surat-surat.
Aku tak tahu apakah kita masih bisa membacanya. Surat-surat itu sudah tua dan
pudar." Dengan hati-hati Tommy meluruskan kertas-kertas kuning lecek itu dan memisah
misahkan-nya. Tulisannya sangat besar dan ditulis dengan tinta biru tua.
"Tempat pertemuan diubah," kata Tommy. "Ken Gardens dekat Peter Pan. Rabu 25,
15.30. Joanna." "Aku yakin, akhirnya kita pasti akan mendapat sesuatu,"
kata Tuppence. "Maksudmu, orang yang akan pergi ke London itu diberitahu untuk pergi pada hari
tertentu dan menemui seseorang di Kensington Gardens, mungkin sambil membawa
dokumen atau rencana atau entah apa. Menurut pendapatmu, siapa yang mengeluarkan
benda-benda itu dari perut Mathilde atau meletakkannya di perutnya?"
"Pasti bukan anak kecil," kata Tuppence. "Dan orang itu pasti tinggal di rumah
ini, jadi dia bisa berbuat apa saja tanpa mencurigakan. Aku rasa dia mendapat
sesuatu dari mata-mata Angkatan Laut dan membawanya ke London."
Tuppence membungkus dompet kulit tua itu dengan scarf yang melilit lehernya dan
mereka kembali ke rumah. "Barangkali ada dokumen-dokumen di sini," kata Tuppence. "Tapi mereka pasti
rusak kalau dipegang. He, apa ini?"
Di atas meja di selasar ada sebuah bungkusan besar.
Albert keluar dari ruang makan.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tadi diantar sendiri untuk Nyonya," katanya.
"Apa ya?" kata Tuppence sambil mengambilnya.
Tommy dan Tuppence masuk ruang duduk. Tuppence membuka bungkusan itu.
"Seperti album," katanya, 'Oh, ada suratnya. Dari Nyonya Griffin."
"Nyonya Beresford, saya senang sekali dengan buku ulang tahun yang Anda berikan
beberapa waktu yang lalu. Saya senang bisa membaca-baca dan mengingat banyak
kenalan di masa lalu. Kita memang cepat lupa. Sering kita hanya ingat nama kecil
seseorang - atau sebaliknya, nama keluarganya saja. Beberapa hari yang lalu,
kebetulan saya menemukan album kecil ini. Sebenarnya album ini bukan milik saya.
Kalau tak salah, milik nenek saya. Gambarnya cukup banyak, dan di antaranya ada
satu atau dua Parkinson, karena nenek saya memang kenal mereka. Saya pikir Anda
akan tertarik melihat foto-foto itu karena kelihatannya Anda menaruh minat pada
sejarah rumah Anda dan orang-orang yang pernah tinggal di situ. Anda tak perlu
repot-repot mengembalikan album ini karena tak ada artinya buat saya. Di rumah
banyak peninggalan orang-orang tua, bibi-bibi, dan sebagainya. Saya pernah
menemukan enam buku menjahit ketika membongkar laci meja di gudang. Buku-buku
itu sudah amat tua. Barangkali sudah seratus tahun umurnya. Saya rasa buku itu bukan milik nenek
saya, tapi milik neneknya. Menurut cerita, dia suka menghadiahkan buku-buku
seperti itu pada para pembantu waktu Natal. Dan buku-buku itu saya rasa yang
dibelinya pada waktu obral. Tentu saja tak ada gunanya sekarang ini. Kadang-
kadang sedih juga kalau ingat pemborosan macam ini.
"Album foto," kata Tuppence. "Barangkali menyenangkan juga. Yuk, kita lihat-
lihat." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Mereka duduk di sofa. Album itu memang album kuno.
Tulisannya sudah banyak yang kabur, tapi Tuppence bisa mengenali beberapa foto
yang cocok dengan bagian-bagian kebun dan rumahnya.
"Lihat, ini kan monkey puzzle itu. Dan - ya, Truelove ada di belakangnya. Pasti
ini foto tua, dan ada anak kecil yang lucu bergantung di Truelove. Ya - dan ini
pohon wisteria, dan ini rumput pampas. Kelihatannya pesta minum teh. Banyak
orang duduk di meja di kebun. Oh, ada nama-nama di bawahnya.
Mabel. Mabel sih biasa. Dan ini siapa?"
"Charles," kata Tommy. "Charles dan Edmund.
Kelihatannya mereka sedang main tenis. Raketnya aneh. Dan ada William. Dan Mayor
Coates." "Dan ini - oh, Tom, ini Mary."
"Ya. Mary Jordan. Kedua nama itu ditulis di bawah foto."
"Dia cantik, ya. Cantik sekali. Foto ini sudah tua dan kabur - tapi, oh, Tom.
Senang sekali rasanya bisa melihat Mary Jordan."
"Siapa yang memotret, ya?"
"Barangkali tukang foto yang disebut-sebut Isaac itu. Ada seorang tukang foto di
desa ini. Barangkali dia punya foto-foto lama. Ah, kita bisa pergi ke dia nanti
dan tanya-tanya." Tommy menyingkirkan album itu dan membuka sebuah surat yang datang diantar
tukang pos siang. "Ada yang menarik?" tanya Tuppence. "Ada tiga surat di sini. Yang dua surat
tagihan. Yang ini - ya, ini agak lain. Ada yang menarik?" kata Tuppence.
"Barangkali," jawab Tommy. "Aku harus ke London lagi besok."
"Ketemu dengan komite lagi?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy. "Aku akan mengunjungi seseorang.
Sebenarnya bukan di London, tapi di luar London. Di Harrow Way, aku rasa."
"Apa itu?" kata Tuppence. "Kau belum pernah cerita itu padaku."
"Aku akan mengunjungi Kolonel Pikeaway."
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, aneh benar namanya," kata Tuppence.
"Ya, memang agak aneh."
"Apa aku pernah dengar tentang dia?" kata Tuppence.
"Barangkali aku pernah menyebut-nyebut namanya. Orang ini hidup di suatu
lingkungan penuh asap. Kau punya permen batuk, Tuppence?"
"Permen batuk! Wah, nggak tahu, ya. Rasanya sih ada.
Aku punya sekotak waktu musim dingin yang lalu. Tapi kau kan tidak batuk?"
"Tidak. Tapi aku akan batuk kalau ketemu si Pikeaway ini.
Kalau tak salah, ada yang pernah tersedak dua kali lalu batuk-batuk terus. Orang
itu memandang semua jendela yang tertutup rapat dengan penuh harap. Tapi
Pikeaway tak akan peka dengan situasi seperti itu."
"Kenapa dia ingin menemuimu?"
"Nggak tahu," kata Tommy. "Dia menyebut-nyebut Robinson."
"Apa" Yang berkulit kuning itu" Yang mukanya gemuk kuning dan suka berahasia?"
"Ya, itu,' kata Tommy.
"Hm," kata Tuppence. "Barangkali kita memang terlibat dalam suatu urusan
rahasia." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kok nggak terbayang - apa pun ceritanya. Bertahun-tahun sebelum si tua Isaac
lahir." "Dosa baru biasanya punya bayang-bayang lama," kata Tuppence. "Eh, apa yang
kukatakan benar" Atau, dosa lama membuat bayang-bayang yang panjang?"
"Ah, sudahlah. Kedengarannya nggak ada yang benar,"
kata Tommy. "Aku akan pergi menemui tukang foto itu sore nanti, mau ikut?"
"Tidak," kata Tommy. "Aku mau mandi saja."
"Mandi" Dingin sekali, lho."
"Tak apa Aku ingin merasa segar, untuk menghilangkan sarang labah labah ini.
Huh, rasanya masih menempel di kuping, di leher, bahkan di jari kakiku."
"Memang pekerjaan ini kotor," kata Tuppence. "Kalau begitu aku akan menemui Tuan
Durrell atau Durrance. Ada satu surat lagi yang belum kaubuka, Tom."
"Oh, aku tak melihatnya. Barangkali penting."
"Dari siapa?" "Ahli penyelidikanku," kata Tommy dengan suara bangga.
"Yang sudah menjelajahi Inggris dan keluar-masuk Somerset House menyelidiki
kematian, perkawinan, dan kelahiran, melihat-lihat file koran dan sensus. Bagus
kerjanya." "Bagus dan cantik?"
"Tidak cantik," kata Tommy. "Jangan cemburu "
"Syukurlah," kata Tuppence. "Soalnya umurmu sudah tambah tua, Tom. Kau bisa saja
punya ide berbahaya tentang ahli penyelidikan yang cantik."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau tak pernah menghargai suami yang setia, rupanya,"
kata Tommy. "Semua kawanku bilang, tak ada wanita yang tahu persis tentang suaminya," kata
Tuppence. "Rupanya temanmu bukan orang baik-baik, kata Tommy.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
19. Wawancara dengan Kolonel Pikeaway Tommy mengendarai mobilnya lewat Regent's
Park, lalu melewati jalan-jalan yang sudah bertahun-tahun tak pernah dilaluinya.
Ketika dia dan Tuppence tinggal di sebuah flat dekat Bel-size Park, dia ingat
sering jalan-jalan di Hamp-stead Heath dengan anjing mereka. Anjing itu punya
kemauan sendiri. Ketika keluar rumah, dia pasti mengajak belok ke kiri ke arah
Hamp-stead Heath. Usahanya dan usaha Tuppence untuk berbelok ke kanan dan pergi
ke daerah pertokoan selalu gagal. James, anjing jenis Sealy-ham yang keras
kepala itu, pasti membaringkan tubuhnya yang seperti sosis di atas trotoar. Lalu
lidahnya dijulurkan seolah-olah berkata bahwa dia capek karena latihan-latihan
keliru yang diberikan pemiliknya. Dan orang-orang yang lewat biasanya tak tahan
untuk tidak berkomentar. "Oh, lihat anjing kecil yang lucu itu. Yang warnanya putih dan badannya seperti
sosis. Kasihan ya, napasnya terengah-engah. Pemiliknya pasti tidak mau mengikuti
kemauannya. Dia kelihatan capek. Kasihan."
Tommy biasanya lalu mengambil alih tali anjing itu dan menarik James dengan kuat
ke arah yang berlawanan. "Oh, kasihan," kata Tuppence. "Kau tak bisa menggendongnya, Tom?"
"Apa" Menggendong James" Anjing seberat ini?"
Dengan pintar si James membelokkan badannya lagi ke arah yang dia maui.
"Lihat, kasihan. Dia mau pulang barangkali."
James mengambil posisi dengan mantap.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Oh, sudahlah," kata Tuppence. "Kita belanja nanti saja.
Ayo, kita ikuti dia. Anjing ini berat, dan kita tak bisa berbuat apa-apa."
James mendongak dan menggoyangkan ekornya. "Aku setuju," seolah-olah dia berkata
begitu. "Akhirnya kau mengerti juga. Ayo. Kita ke Hampstead Heath." Begitulah
yang selalu terjadi. Tommy heran. Dia telah mendapat alamat yang ditujunya.
Yang terakhir dia mengunjungi Kolonel Pikeaway di Bloomsbury. Di sebuah ka-4 mar
kecil penuh asap. Kali ini alamatnya adalah sebuah rumah jelek, tak jauh dari
tempat lahir Keats. Tempat itu sama sekali tidak artistik dan tidak menarik.
Tommy membunyikan bel. Seorang wanita tua mirip nenek sihir, dengan hidung dan
dagu runcing, berdiri di depannya dengan wajah yang tidak ramah.
"Bisa saya bertemu dengan Kolonel Pikeaway?"
"Entahlah. Anda siapa?" kata si nenek sihir.
"Nama saya Beresfbrd."
"Oh, ya. Dia bilang, ya."
"Apa saya bisa memarkir mobil di depan?"
"Ya, barangkali tak apa-apa. Tak banyak polisi di sekitar sini. Jadi sebaiknya
dikunci saja. Siapa tahu."
Tommy mengikuti aturan itu, lalu mengikuti wanita tua itu ke dalam rumah.
"Satu tangga lagi," katanya, "jangan lebih."
Begitu naik, belum apa-apa sudah tercium bau asap tembakau yang dikenalnya.
Nenek sihir itu mengetuk pintu, lalu menongolkan kepalanya sambil berkata, "Tamu
ini pasti yang Anda tunggu." Dia berdiri tegak dan mundur. Tommy
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
pun masuk ke dalam ruangan yang membuatnva tersedak karena baunya. Dia tak tahu
apakah dia bisa mengingat Kolonel Pikeaway kalau tidak mencium bau nikotin dan
melihat asap rokoknya. Seorang laki-laki yang sudah amat tua menyandarkan diri
di kursi yang sudah agak bobrok - dengan lubang-lubang di lengan kursi. Dia
memandang sambil berpikir ketika Tommy masuk.
"Tutup pintunya, Nyonya Copes," katanya. "Kita tak ingin membiarkan hawa dingin
itu masuk, kan?" Tommy sebenarnya lebih suka membiarkan pintu dibuka.
Tapi dia tak punya alasan untuk menolak dan terpaksa mengisap udara pengap yang
akan membuatnya mati. "Thomas Beresford," kata Kolonel Pikeaway. "Berapa tahun aku tak melihatmu?"
Tommy tidak siap dengan hitungan yang tepat.
"Sudah lama," kata Kolonel Pikeaway, "pernah datang dengan - siapa namanya" Ah,
tak apa. Nama semua orang sama bagusnya. Bunga mawar tetap akan harum baunya
biarpun diberi nama jelek. Juliet yang bilang, bukan" Kadang-kadang Shakespeare
membuat mereka mengatakan hal-hal yang tolol. Tentu saja, karena dia seorang
penyair. Aku sendiri tak terlalu peduli pada Romeo dan Juliet. Hm - bunuh diri
demi cinta. Banyak terjadi juga. Selalu terjadi. Juga di zaman sekarang ini.
Silakan duduk, Nak. Duduk"
Tommy agak kaget juga dipanggil 'Nak'. Tapi dia lalu membiasakan kupingnya.
"Bolehkah saya...," katanya, sambil memindahkan setumpuk buku dari satu-satunya
kursi yang kelihatannya lumayan bisa diduduki.
"Tidak - tidak. Taruh saja di lantai. Baru mencari-cari sesuatu, tadi. Aku senang
bisa bertemu denganmu. Kau kelihatan lebih tua, tapi cukup sehat. Pernah sakit
jantung?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy.
"Ah! Bagus. Banyak orang menderita sakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Terlalu berlebihan. Itu sebabnya. Lari ke sana kemari. Teriak-teriak pada semua
orang betapa sibuknya mereka, dan betapa pentingnya mereka. Dan lain-lainnya.
Kau juga begitu" Barangkali juga, ya?"
"Tidak," kata Tommy. "Saya tak merasa diri penting. Saya merasa - ya, merasa ingin
santai saja sekarang."
"Wah, itu bagus," kata Kolonel Pikeaway. "Sulitnya, banyak orang di sekitar kita
yang tak mau membiarkan kita santai.
Apa yang menyebabkan kau tinggal di tempatmu yang sekarang ini" Aku lupa
namanya. Coba ceritakan."
Tommy menuruti apa yang diminta.
"Ah, ya, ah, ya. Aku menulis alamat yang betul di amplop kalau begitu."
"Ya, saya menerima surat itu."
"Aku dengar kau mengunjungi Robinson. Dia masih seperti dulu. Gemuk dan kuning.
Dan kaya - atau malah lebih kaya, barangkali. Dia pintar. Tahu banyak. Tahu
tentang uang, maksudku. Apa yang menyebabkanmu mengunjungi dia, Nak?"
"Ah. Kami membeli rumah. Dan seorang teman memberi nasihat bahwa Tuan Robinson
mungkin bisa menjelaskan suatu misteri yang dihadapi istri saya dan saya.
Kejadiannya sudah amat lama.'
"Aku ingat sekarang. Aku belum pernah bertemu dengannya. Tapi istrimu seorang
yang cerdas, kan" Pernah ikut menangani suatu kasus. N atau M, kalau tak salah."
"Ya," kata Tommy.
"Dan sekarang kau menghadapi hal yang sama lagi"
Menyelidiki sesuatu" Curiga akan sesuatu, kan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak," kata Tommy. "Sama sekali keliru. Kami ke sana karena kami bosan tinggal
di flat yang sewanya terus-menerus dinaikkan."
"Ya," kata Kolonel Pikeaway. "Mereka memang seenaknya sekarang. Pemilik-pemilik
flat itu. Tak pernah puas. Bicara tentang Daughters of the Horse Leech - -padahal
anak laki-lakinya sendiri juga' sama buruknya. Oke. Kalian tinggal di sana. Il
faut cultiver son jardin," kata Kolonel Pikeaway sambil menyelipkan sebuah
kalimat Prancis. "Coba-coba praktek bahasa Prancis lagi," katanya. "Harus bisa
mengikuti zaman, kan" Ide Pasar Bersama Eropa" Aneh-aneh saja yang terjadi
sekarang. Di balik tembok. Bukan yang kita lihat di permukaan. Jadi kalian
tinggal di Swallow's Nest. Kenapa memilih tempat itu?"
"Rumah yang kami beli - namanya sekarang The Laurels,"
kata Tommy. "Nama yang tolol," kata Kolonel Pikeaway. "Tapi pernah populer. Aku teringat
waktu masih anak-anak. Semua'rumah punya jalanan yang panjang menuju rumah, gaya
Zaman Victoria. Banyak kerikilnya, dengan pohon-pohon salam di kiri kanan
Kadang-kadang yang daunnya mengkilat, kadang-kadang yang berbintik-bintik.
Kelihatannya megah. Aku rasa orang yang tinggal di situ dulu menamainya begitu,
dan nama itu terus menempel. Betul begitu?"
"Ya, saya kira begitu," kata Tommy. "Tapi bukan pemilik yang terakhir. Yang
terakhir menyebutnya Katmandu, atau sebuah nama asing karena mereka pernah
tinggal di suatu tempat yang mereka sukai."
"Ya, ya. Swallow's Nest punya sejarah panjang. Kadang orang harus kembali ke
masa lalu. Sebenarnya itulah yang ingin kubicarakan. Kembali ke masa lalu."
"Anda tahu?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Apa - -Swallow's Nest atau The Laurels" Tidak, aku tak pernah ke sana. Tapi
tempat itu berkaitan dengan waktu-waktu tertentu pada masa lalu. Dengan orang-
orang pada zaman tertentu. Zaman yang menggelisahkan di negara ini."
"Kelihatannya Anda telah punya informasi yang ada hubungannya dengan Mary
Jordan. Atau seseorang yang dikenal dengan nama itu. Sebetulnya, itulah yang
dikatakan Tuan Robinson," kata Tommy.
"Ingin tahu bagaimana tampangnya" Lihat saja di atas perapian itu. Ada foto Mary
Jordan di sebelah kiri."
Tommy berdiri dan berjalan ke perapian, lalu mengambil foto itu. Foto zaman
dulu. Foto seorang gadis bertopi dengan tangan menggenggam beberapa tangkai
bunga mawar. "Kelihatan aneh sekarang ini, ya?" kata Kolonel Pikeaway.
"Tapi gadis itu menarik. Walaupun bernasib buruk. Dia mati muda. Benar-benar
suatu tragedi." "Saya tak tahu apa-apa tentang dia," kata Tommy.
"Ya, aku mengerti," kata Kolonel Pikeaway. "Aku rasa tak ada yang tahu tentang
dia zaman sekarang ini."
"Orang-orang di desa menganggapnya seorang mata-mata Jerman," kata Tommy. "Tapi
Tuan Robinson mengatakan bahwa dia bukan mata-mata Jerman."
"Ya, memang betul. Dia orang kita. Dan dia melakukan tugas yang baik untuk kita.
Tapi ada yang tahu hal itu."
"Waktu itu kan zaman Parkinson tinggal di sana," kata Tommy.
"Ya - barangkali. Aku tak terlalu tahu detilnya. Aku rasa tak ada yang tahu banyak
tentang hal itu sekarang ini. Dan aku sendiri tak terlibat secara pribadi. Semua
ini rupanya dibongkar lagi. Tapi kesulitan memang selalu ada. Selalu ada
persoalan di tiap negara. Persoalan ada di mana-mana di
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
seluruh dunia ini. Dan tidak untuk pertama kali. Tidak. Kau memang bisa kembali
ke zaman seratus tahun yang lampau -
dan kau akan menemukan persoalan. Dan kau boleh kembali ke zaman beratus-ratus
tahun yang lampau. Dan akan menjumpai persoalan pula. Kembalilah ke zaman Perang
Salib - dan kau akan melihat orang-orang yang keluar 'dari Jerusalem meninggalkan
kota itu. Kau akan menemukan pemberontakan dan pertempuran di mana-mana. Wat
Tyler dan kawan-kawannya. Persoalan selalu ada di mana-mana."
"Apakah ada persoalan khusus sekarang ini?"
"Tentu saja. Aku kan sudah bilang, selalu ada persoalan." .
"Persoalan apa?"
"Oh, kita tak tahu," kata Kolonel Pikeaway. "Mereka bahkan datang pada aku yang
sudah tua ini dan bertanya apa ada yang bisa kuceritakan atau kuingat tentang
orang-orang tertentu di zaman dulu. Hm, aku tak terlalu ingat. Tapi aku tahu
satu-dua orang. Kita harus kembali ke waktu lampau, dan mengingat apa yang
terjadi " waktu itu. Rahasia-rahasia apa yang disembunyikan orang, pengetahuan
apa yang disembunyikan, apa yang mereka bilang terjadi, dan apa yang sebenarnya
terjadi. Kau telah melakukan sesuatu yang baik.
Kau dan istrimu. Apa kau masih ingin melanjutkannya sekarang?"
"Saya tak tahu," kata Tommy. "Kalau - ya - apa Anda pikir ada sesuatu yang bisa
saya lakukan" Saya sudah tua sekarang."
"Aku merasa kau lebih sehat dari orang-orang sebayamu.
Juga mereka yang lebih muda. Dan istrimu, wah - dia memang pandai mencium sesuatu.
Ya - pandai. Seperti anjing yang terlatih baik."
Tommy tak bisa menyembunyikan senyumnya.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi, apa sebenarnya semua ini?" kata Tommy. "Saya -
saya tentu saja senang melakukannya, kalau Anda pikir saya memang mampu
melakukannya. Tapi saya tak tahu apa-apa.
Tak seorang pun memberitaku saya."
"Aku rasa mereka tak akan memberitahu," kata Kolonel Pikeaway. "Aku rasa mereka
tak menghendaki aku untuk memberitahu sesuatu padamu. Aku rasa Robinson tidak
memberitahu kamu terlalu banyak. Laki-laki besar gendut itu mengunci mulutnya.
Tapi aku akan memberitahu kau. Tentang fakta yang ada. Kau tahu, kan, bagaimana
dunia ini - semua sama. Kekerasan, penipuan, materialisme, pemberontakan oleh
orang-orang muda, kesenangan akan kekerasan dan sadisme. Sama jeleknya dengan
zaman Hitler Youth. Hal-hal seperti itu. Kalau kau ingin tahu hal-hal yang tidak
beres - bukan hanya di negara ini, tapi juga di dunia - itu tidak mudah. Pasar Bersama
Eropa adalah hal yang baik. Itu yang kita perlukan. Yang kita inginkan. Tapi
harus benar-benar Pasar Bersama. Itu harus kita mengerti dengan baik. Harus
merupakan Eropa yang bersatu. Harus ada persatuan negara-negara yang beradab -
dengan ide-ide yang beradab. Dengan prinsip dan kepercayaan yang beradab. Yang
perlu adalah, bila ada sesuatu yang tak beres, kau harus tahu di mana
ketidakberesan itu, dan di situlah si Ikan Paus Kuning berjaga."
"Maksud Anda, Tuan Robinson?"
"Ya. Tuan Robinson. Mereka ingin memberinya pangkat Tapi dia tidak mau. Kau
pasti tahu apa yang dia maksud"
"Apa dia - lebih memilih uang?" kata Tommy.
"Betul. Bukan materialisme. Tapi dia tahu tentang uang.
Dia tahu dari mana datangnya uang, ke mana perginya, untuk apa, dan siapa di
balik semua itu. Di balik bank-bank, di balik industri-industri besar. Dan dia
harus tahu siapa yang bertanggung jawab atas sesuatu. Kekayaan yang diperoleh
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari narkotika, orang-orang yang terlibat, obat-obat yang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
diedarkan ke seluruh dunia, dipasarkan - untuk mendapatkan uang. Dan uang itu
bukan sekadar dibelikan rumah besar atau dua Rolls-Royce untuk dirinya, tapi
uang itu dibuat untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi, tanpa mengindahkan
prisip-prinsip kuno. Prinsip yang percaya pada kejujuran, pada perdagangan yang
fair. Orang tak lagi suka pada kesamarataan. Orang ingin agar yang kuat membantu
yang lemah. Yang kaya membantu yang miskin. Ingin agar yang jujur dan baik
dijadikan contoh dan dikagumi. Biaya! Semua kembali pada biaya. Apa yang terjadi
dengan pembiayaan, untuk apa, berapa banyak yang tersembunyi. Ada orang-orang
yang kita kenal. Orang yang punya otak dan kekuasaan di masa lampau. Yang otak
dan kekuasaannya mendatangkan uang dan cara. Yang kelihatannya rahasia. Tapi
yang harus kita temukan. Kita perlu tahu rahasia itu dikirim ke mana, siapa-
siapa yang melanjutkan kegiatan mereka, siapa yang mendalangi ini dan itu.
Swallow's Nest dulu merupakan semacam markas. Markas kejahatan. Di Hollowquay
kemudian ada suatu kejadian. Kau masih ingat Jonathan Kane?"
"Sebagai nama saja," kata Tommy. "Saya tak ingat siapa dia."
"Hm, dulu pernah dikagumi orang - nyatanya dia seorang fasis. Saat itu kita belum
tahu apa-apa tentang Hitler. Kita pikir fasisme merupakan ide cemerlang untuk
memperbaiki dunia. Si Jonathan Kane ini punya pengikut. Banyak. Ada yang muda,
ada yang tua. Banyak. Dia punya rencana-rencana. Dia punya sumber kekuasaan. Dia
tahu rahasia banyak orang. Dia punya pengetahuan yang merupakan kekuatan. Saat
itu banyak pemerasan. Kita ingin tahu apa yang dia tahu,, apa yang dia lakukan.
Mungkin sekali dia meninggalkan pengikut dan rencana-rencana. Orang-orang muda
yang terjaring dan mungkin masih suka ide-idenya."
"Ada banyak rahasia. Dan selalu ada rahasia yang berkaitan dengan uang. Aku tak
mengatakan padamu secara Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
pasti karena aku memang tak tahu secara pasti. Persoalannya ialah, tak seorang
pun yang benar-benar tahu. Kita merasa kita tahu segalanya karena kita punya
pengalaman Perang, kekacauan, damai, dan pemerintahan yang baru. Kita merasa
tahu semua itu. Tapi benarkah" Apa kita tahu tentang kuman-kuman perang" Apa
kita tahu tentang gas dan aiat-alat yang menyebabkan polusi" Para ahli kimia
punya rahasia itu, ahli medis punya rahasia lain, pemberi jasa layanan juga
punya sendiri, satuan Angkatan Laut, Angkatan Udara - semua. Dan tidak semua
mereka ada sekarang ini. Beberapa di antaranya hanya ada di masa lalu. Dan
sebagian bahkan dalam proses berkembang pada waktu itu. Tapi perkembangan itu
tak terjadi. Tak ada waktu. Tapi apa yang akan dikembangkan itu tertulis.
Ditulis dan diwariskan. Dan mereka yang mewarisi mempunyai anak. Dan anaknya
mempunyai anak lagi. Barangkali apa yang ditinggalkan itu ada dalam surat wasiat Atau dokumen - yang
harus dijaga dan diberikan pada waktu tertentu."
"Ada orang yang tidak tahu apa yang mereka pegang. Ada yang membuangnya sebagai
sampah. Tapi kita harus tetap mencari tahu lebih dari yang kita lakukan, karena
selalu ada hal-hal yang terjadi. Di negara-negara lain, di tempat-tempat lain,
dalam perang, di Vietnam, dalam perang-perang gerilya, di Jordama di Israel,
bahkan di negara-negara yang tak terlibat. Di Swedia, Swiss - di mana-mana. Hal
itu terjadi dan kita memerlukan tanda atau isyarat dari mereka. Dan beberapa
tanda ini bisa diperoleh dan zaman lalu. Tentu saja kita tak bisa hidup dan
menempatkan diri pada zaman dulu.
Kita tak bisa pergi ke dokter dan berkata, 'Tolong saya dihipnotis supaya bisa
melihat apa yang terjadi pada tahun 1914, atau 1918, atau lebih lama lagi, tahun
1890, barangkali. Ada sesuatu yang direncanakan. Sesuatu yang belum dikembangkan. Ide-ide. Lihat
saja ke masa lalu. Ke Abad Pertengahan. Mereka sudah memikirkannya. Dan orang-
orang Mesir kuno pun punya ide. Ide yang tak pernah berkembang.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tapi sekali ide itu diwariskan, apabila ide itu ada di tangan orang yang punya
otak dan cara-cara yang brilian, sesuatu akan terjadi - buruk atau baik. Baru-baru
ini ada suatu penemuan, misalnya kuman perang - yang sulit dijelaskan kecuali
melalui suatu proses perkembangan yang rahasia -
yang bisa menimbulkan akibat yang mengerikan. Hal-hal yang bisa mengubah
karakter, bisa mengubah orang baik-baik menjadi orang jahat. Dan biasanya untuk
alasan yang sama. Uang. Uang dan apa-apa yang bisa dibeli dengan uang, yang bisa didapat dengan
uang. Kekuasaan yang bisa dikembangkan dengan uang. Nah, Beresford, apa
pendapatmu?" "Saya rasa itu merupakan prospek yang mengerikan," kata Tommy.
"Ya - betul. Tapi apa kaupikir aku cuma bicara ngelantur"
Apa ini fantasi orang tua saja?"
"Tidak," jawab Tommy. "Saya rasa Anda adalah orang yang tahu banyak."
"Hm. Itu yang mereka inginkan dariku, kan" Mereka kemari dan mengeluh tentang
asap yang menyesakkan mereka. Tapi - kau tahu ada suatu ketika - suatu saat ketika
ada kasus Frankfurt - kita memang mampu menghentikannya.
Kita bisa menghentikan dengan mencari tahu siapa yang ada di baliknya.
Barangkali kita bisa tahu siapa yang ada di situ.
Seandainya tidak, barangkali kita bisa tahu apa yang mereka lakukan."
"Hm. Rasanya saya hampir mengerti," kata Tommy.
"Benarkah" Apa kau tidak berpikir semua ini mengada-ada" Agak fantastis?"
"Saya rasa tak ada yang terlalu fantastis kalau memang bisa jadi kenyataan,"
kata Tommy. "Saya telah belajar tentang hal itu lewat tahun-tahun kehidupan yang
cukup panjang. Hal-hal yang paling aneh pun bisa saja terjadi. Yang ingin saya
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
katakan sekarang ialah bahwa saya tak punya kualitas tertentu. Saya tak punya
pengetahuan ilmiah. Yang pernah saya lakukan hanya hal-hal yang berhubungan
dengan keamanan." "Tapi," kata Kolonel Pikeaway, "kau selalu bisa menemukan sesuatu. Kau. Kau dan -
istrimu. Dia memang punya penciuman yang tajam. Dia suka menyelidiki macam-
macam. Dan kau ke sana kemari dan membawanya juga.
Wanita-wanita seperti ini bisa membongkar rahasia. Kalau mereka muda dan cantik,
mereka melakukannya seperti Delilah. Tapi kalau sudah tua - aku pernah punya
seorang nenek - adik nenekku - tak satu rahasia pun yang tidak dia ketahui kalau dia
igin mengetahuinya. Ada sisi keuangan. Tapi Robinson sudah menanganinya. Dia
tahu tentang uang. Dia tahu ke mana uang mengalir, kenapa, dan ke mana. Dan dari
mana, serta untuk apa. Semuanya. Dia tahu tentang uang.
Seperti dokter yang merasakan aliran nadi. Dia bisa merasakan nadi pemilik uang.
Di mana markasnya. Siapa yang menggunakannya, untuk apa, dan mengapa. Aku
menempatkanmu di posisi ini karena kau memang ada di tempat yang tepat. Kau ada
di tempat yang tepat secara kebetulan, dan orang tidak akan mengira. Karena
kalian adalah sepasang suami istri tua yang sudah pensiun, mencari tempat
tinggal yang cocok untuk istirahat, suka ke sana kemari ingin tahu ini dan itu,
dan suka ngobrol. Satu kalimat pada suatu saat akan punya arti. Itu saja yang
aku ingin kalian lakukan. Perhatikan sekeliling. Cari tahu cerita-cerita tentang
masa lalu yang indah ataupun yang jelek."
"Sebuah skandal Angkatan Laut, rencana-rencana tentang kapal selam masih
dibicarakan orang," kata Tommy.
"Beberapa orang masih menyebut-nyebut hal itu. Tapi tak seorang pun yang benar-
benar tahu tentang hal itu."
"Ya - memang. Itu merupakan titik mula yang baik. Masa itu adalah sekitar zamannya
Jonathan Kane tinggal di situ. Dia
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
punya sebuah pondok dekat laut. Dan dia melakukan kampanye propaganda dari situ.
Dia punya murid-murid yang sangat mengagumi dirinya. Jonathan Kane. K-a-n-e.
Tapi aku lebih suka menulisnya dengan cara lain, yaitu C-a-i-n. Itu lebih cocok
untuknya. Dia adalah orang yang merusak dan punya cara-cara untuk merusak. Dia
pergi dari Inggris ke negara yang agak jauh lewat Itali. Itu kata orang. Aku tak
tahu yang sebenarnya. Dia pergi ke Rusia. Lalu ke Islandia, terus ke Amerika. Ke
mana dia pergi dan apa yang dia lakukan, dan dengan siapa, dan siapa-siapa yang
mendengarkan dia, kita tidak tahu. Tapi kami merasa bahwa dia tahu sesuatu.
Sesuatu yang sederhana. Dia memang populer di antara para tetangga. Makan siang
dengan mereka, dan mengundang mereka. Nah, aku ingin mengatakan satu hal padamu.
Perhatikan sekelilingmu. Cari tahu sebanyak-banyaknya. Tapi hati-hatilah. Jaga
dirimu - kalian berdua. Jaga - siapa namanya" Prudence?"
"Tak ada orang yang memanggil dia Prudence. Tuppence,"
kata Tommy. "Ya. Jaga Tuppence, dan bilang padanya supaya dia menjagamu. Hati-hati dengan
apa yang kaumakan, dan minum, dan ke mana kau pergi dan siapa-siapa yang
mendekatimu, dan kenapa. Informasi kecil pasti akan keluar.
Sesuatu yang aneh. Suatu cerita lama yang bisa sangat berarti. Seseorang yang
masih keturunan siapa atau tahu orang-orang zaman dulu."
"Saya akan berusaha semampu saya," kata Tommy. "Kami berdua. Tapi saya tidak
merasa bisa melakukan terlalu banyak. Kami terlalu tua. Kami tak banyak tahu."
"Kau selalu punya ide."
"Ya. Tuppence punya ide. Dia pikir ada sesuatu yang tersembunyi di rumah kami."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Bisa jadi. Orang lain pun berpendapat begitu. Memang belum ada yang menemukan
sesuatu sampai saat ini. Tapi mereka memang tidak mencari dengan sungguh-
sungguh. Mereka berganti-ganti. Macam-macam rumah dan macam-macam keluarga. Lestrange dan
Mortimer dan Parkinson. Tak banyak yang tahu tentang Parkinson, kecuali tentang
anak muda itu." "Alexander Parkinson?"
"Jadi kau tahu tentang dia. Bagaimana kau bisa tahu?"
"Dia meninggalkan sebuah pesan di salah satu buku Robert Louis Stevenson. Mary
Jordan mati tidak wajar. Kami menemukannya."
"Memang. Nasib setiap orang tergantung di pundaknya.
Bukankah begitu kata orang" Lanjutkan apa yang kalian lakukan. Lewati Gerbang
Nasib." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
20. Gerbang Nasib Toko Tuan Durrance terletak di jalan menuju desa. Toko itu ada di pojok jalan
dan di jendela kacanya terdapat beberapa foto yang menunjukkan pasangan-pasangan
pengantin, seorang bayi telanjang dalam posisi menyepak, satu atau dua pemuda
berjenggot dengan pacarnya. Tak-satu foto pun kelihatan bagus, beberapa di
antaranya bahkan menunjukkan kalau umurnya sudah terlalu tua. Di situ juga
banyak kartu pos bergambar, kartu ulang tahun, dan beberapa rak khusus yang
diatur menurut isi kartunya. Kepada Suamiku. Untuk Istriku. Satu atau dua
kelompok orang yang sedang mandi. Ada beberapa buku saku dan dompet murahan,
beberapa alat tulis dan amplop berbunga. Beberapa kotak kertas catatan bergambar
bunga yang diberi label Untuk Catatan.
Tuppence melihat-lihat sebentar, memegang-megang beberapa barang jualan sambil
menunggu orang yang sedang bicara tentang hasil 'jepretan kamera tertentu.
Seorang wanita tua berambut abu-abu dan bermata agak kuyu melayani permintaan
yang tak terlalu sulit. Seorang pemuda yang agak tinggi dengan rambut panjang
dan jenggot yang mulai tumbuh kelihatannya merupakan penjaga toko yang paling
bisa diandalkan. Dia berjalan dan mendekati Tuppence dengan wajah bertanya.
"Bisa saya bantu?"
"Oh," kata Tuppence, "saya ingin tanya tentang album.
Album foto." "Ah, tempat menyimpan foto dengan menjepitkan foto-foto itu" Hm, kami punya satu
atau dua barangkali. Sekarang ini tidak banyak. Orang lebih suka yang
transparan." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, memang. Tapi saya mengumpulkannya. Saya punya koleksi album-album tua.
Seperti ini," kata Tuppence.
Dan... seperti tukang sulap, dia mengeluarkan album yang baru diterimanya.
"Ah, ini sudah kuno, ya?" kata Tuan Durrance. "Ya, kira-kira lima puluh tahunan,
saya kira. Waktu itu pasti setiap orang punya album."
"Mereka juga punya buku ulang tahun," kata Tuppence.
"Buku ulang tahun - ya. Saya ingat Nenek saya pernah punya buku ulang tahun.
Banyak orang yang menuliskan namanya di buku itu. Kami punya banyak kartu ulang
tahun di sini. Tapi tak banyak orang yang membelinya. Kartu Valentine dan kartu
Natal lebih laku." "Saya tak tahu apakah Anda punya album-album tua.
Album-album yang biasanya dibuang orang, tapi menarik bagi saya karena saya
seorang kolektor. Saya mengumpulkan bermacam-macam jenis."
"Ya, ya, sekarang ini orang memang suka mengumpulkan macam-macam barang," kata
Tuan Durrance. "Kadang-kadang yang mereka kumpulkan itu aneh-aneh. Rasanya saya
tak punya barang setua yang Anda koleksi. Tapi akan saya lihat-lihat nanti."
Dia berjalan ke belakang meja dan membuka sebuah laci yang menempel di dinding.
"Banyak barang di sini," katanya. "Saya memang bermaksud mengeluarkannya suatu
saat nanti. Tapi saya tak tahu apa ada yang berminat membeli. Banyak gambar-
gambar pengantin. Tapi ini cuma tanggal-tanggal pengantin. Orang hanya
memerlukannya pada perayaan pernikahan saja.
Setelah itu tak ada perlunya lagi."
"Maksud Anda, tak ada orang datang dan berkata, 'Nenek saya menikah di sini. Apa
Anda punya foto perkawinannya?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Saya rasa tak ada orang yang bertanya begitu," kata Durrance. "Tapi siapa tahu.
Orang kadang-kadang datang dan menanyakan hal-hal yang aneh. Kadang-kadang ada
orang yang menanyakan apa kami menyimpan klise foto seorang bayi. Biasa, ibu-
ibu. Mereka ingin foto anaknya waktu kecil.
Fotonya sih biasanya jelek. Kadang-kadang ada polisi datang untuk
mengidentifikasi orang. Orang yang pernah tinggal di sini ketika muda, dan
mereka ingin tahu rupanya waktu itu -
apa dia memang orang yang mereka cari atau mereka kejar karena buronan itu telah
membunuh orang. Terus terang hal-hal seperti itu menyenangkan juga kadang-
kadang," kata Durrance sambil tersenyum senang.
"Anda senang hal-hal yang sifatnya kriminal, ya?" kata Tuppence.
"Ah - ya. Orang kan tiap hari membaca berita-berita'
seperti itu. Kenapa laki-laki ini dituduh membunuh istrinya enam bulan yang
lalu, misalnya begitu. Dan itu cukup menarik, kan" Karena ada orang bilang bahwa
istrinya itu masih hidup, yang lain bilang wanita itu dikubur di suatu tempat
dan tak ada orang yang menemukannya. Hal-hal seperti itu. Dan foto si tertuduh
pasti berguna." "Ya," kata Tuppence.
Dia merasa bahwa walaupun dia semakin akrab dengan Tuan Durrance, tapi Tuan
Durrance tidak banyak membantu.
"Saya rasa Anda tak punya foto seorang wanita yang -
saya rasa namanya Mary Jordan. Tapi sudah lama. Kira-kira -
ya, enam puluh tahun yang lalu. Kalau tak salah dia meninggal di sini."
"Wah, itu sudah lama sekali," kata Tuan Durranee. "Ayah saya biasa menyimpan
banyak barang. Dia memang tipe orang yang suka - menyimpan-nyimpan. Tak pernah
membuang apa-apa. Dia pasti ingat seseorang yang dia kenal, terutama kalau ada
sejarahnya. Mary Jordan. Rasanya pernah
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
dengar. Ada kaitannya dengan Angkatan Laut, kan" Dan sebuah kapal selam" Dan
orang bilang dia mata-mata" Dia kan setengah asing, kalau tak salah ibunya orang
Rusia atau Jerman - atau Jepang?"
"Ya. Saya cuma ingin tahu apa Anda punya foto-fotonya?"
"Rasanya kok tidak. Tapi coba nanti saya cari kalau ada waktu. Nanti saya berita
Anda kalau ada hasilnya. Apa Anda seorang penulis?" katanya penuh harap. -
"Hm," kata Tuppence. "Itu bukan pekerjaan tetap saya.
Tapi saya memang sedang merencanakan sebuah buku kecil.
Yang memuat kenangan-kenangan lama sampai kejadian-kejadian terbaru. Hal-hal
aneh, misalnya kasus-kasus kriminal dan petualangan. Dan foto-foto lama pasti
akan menarik dan menghiasi buku itu dengan bagus."
"Saya akan membantu Anda sebisanya. Pasti menarik apa yang Anda lakukan. Maksud
saya, pekerjaan yang sedang Anda lakukan itu."
"Ada keluarga yang bernama Parkinson," kata Tuppence.
"Mereka dulu pernah tinggal di rumah kami."
"Ah. jadi Anda yang tinggal di rumah itu" The Laurels atau Katmandu" Apa ya,
namanya yang terakhir" Pernah dinamai Swallow's Nest, kan" Lucu juga nama itu."
"Itu karena banyak burung layang-layang bersarang di atapnya," kata Tuppence.
"Sampai sekarang pun masih banyak."
"Ya, bisa saja. Tapi rasanya nama itu aneh juga untuk nama sebuah rumah."
Merasa bahwa dia telah membuka hubungan-baik walaupun tak terlalu berharap akan
hasilnya, Tuppence membeli beberapa kartu pos bergambar dan kertas catatan
bergambar bunga. Dia kemudian berpamitan pada Tuan Durrance, lalu berjalan ke
luar. Sesampai di dekat rumah dia
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
berhenti sejenak dan berbelok ke samping rumah untuk melihat KK. Dia sampai di
dekat pintu. Tiba-tiba dia berhenti.
Lalu berjalan lagi. Dia seolah-olah melihat seonggok baju tergeletak di dekat
pintu. Barangkali benda itu dikeluarkan dari perut Mathilde, pikir Tuppence.
Dia mempercepat langkahnya, hampir berlari. Ketika sampai di dekat pintu, dia
berhenti. Rupanya bukan seonggok baju tua yang dia lihat. Baju itu memang tua.
Juga tubuh yang memakai baju itu. Tuppence membungkuk, lalu berdiri lagi,
menguatkan badannya dengan menyandarkan tangan di pintu.
"Isaac!" katanya. "Isaac. Kasihan, "Isaac tua. Aku yakin -
aku yakin dia sudah mati."
Ada seseorang datang dari rumah setelah dia berteriak.
"Oh, Albert, Albert. Ada kejadian mengerikan. Isaac. Isaac tua. Dia tergeletak
dan mati. Aku rasa - aku rasa ada orang yang membunuhnya."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
21. Pemeriksaan Bukti-bukti medis telah diberikan. Dua orang yang kebetulan lewat di jalan tak
jauh dari pintu pagar memberikan kesaksian. Keluarganya sendiri juga bicara,
memberikan kesaksian tentang kesehatannya, dan kemungkinan orang-orang yang
memusuhinya (satu atau dua pemuda yang pernah ditegur korban telah diminta untuk
membantu polisi dan menunjukkan ke tidakterlibatan mereka). Satu atau dua orang
yang pernah menjadi majikannya diminta bicara, termasuk Nyonya Prudence
Beresford dan suaminya, Tuan Thomas Beresford. Semua telah bicara dan semua
telah dilakukan. Keputusan akhir adalah: Pembunuhan kejam oleh seseorang yang
tak dikenal. Tuppence keluar dari ruang pemeriksaan dan Tommy melingkarkan lengannya di
bahunya ketika mereka melewati segerombolan orang yang sedang menunggu.
"Kau tadi bicara bagus, Tuppence," kata Tommy ketika mereka memasuki pekarangan
rumah. "Bagus sekali. Lebih bagus dari orang-orang itu. Bicaramu jelas dan cukup
keras untuk didengar. Aku lihat pemeriksa senang denganmu."
"Aku tak ingin ada orang senang denganku," kata Tuppence. "Aku tidak senang
melihat Pak Isaac tua itu dihantam orang kepalanya dan dibunuh seperti itu."
"Aku rasa seseorang sengaja membunuh dia," kata Tommy.
"Untuk apa?" kata Tuppence.
"Aku tak tahu," jawab Tommy.
"Ya. Dan aku juga tak mengerti," kata Tuppence. 'Tapi, apa semua ini ada
hubungannya dengan kita?"
"Maksudmu - apa maksudmu, Tuppence?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau sebenarnya mengerti apa yang kumaksud," kata Tuppence. "Tempat-tempat
inilah. Rumah kita. Rumah kita yang baru dan bagus. Dan kebun dan lain-lainnya.
Seolah-olah - apa ini bukan tempat yang cocok untuk kita" Kita dulu berpikir
tempat ini cocok untuk kita."
"Hm, sampai sekarang pun aku masih berpikir begitu,"
kata Tommy. "Ya," kata Juppence. "Aku rasa harapanmu lebih besar dariku. Aku merasa tidak
enak Ada sesuatu - sesuatu yang tidak beres di sini. Sesuatu yang merupakan
peninggalan zaman dulu."
"Jangan kaukatakan lagi itu," kata Tommy.
"Jangan katakan apa?" ,
"Oh, dua perkataan itu."
Tuppence merendahkan suaranya. Dia mendekati Tommy dan berbisik di telinganya.
"Mary Jordan?" "Ya. Betul. Itu yang ada di kepalaku."
"Juga di kepalaku, kuharap. Tapi, apa hubungannya dengan zaman sekarang ini" Apa
urusannya dengan masa lalu?" kata Tuppence. "Seharusnya kan tak ada kaitannya
lagi dengan zaman ini."
"Maksudmu, masa lalu tak ada hubungannya dengan masa kini" Tentu saja ada," kata
Tommy. "Ada, walaupun dalam cara yang aneh - yang tak terpikirkan orang.
Maksudku, orang tak berpikir hal itu akan terjadi."
"Maksudmu, banyak hal terjadi karena apa yang telah terjadi di masa lalu?"
"Ya. Semacam rantai panjang. Seperti kau punya. Dengan lubang rantai, lalu
dengan manik-manik - dari waktu ke waktu."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Jane Finn dan sebagainya. Seperti Jane Finn dalam petualangan kita ketika kita
masih muda, karena kita ingin bertualang."
"Ya. Dan itu terlaksana," kata Tommy. "Kadang-kadang aku memikirkan hal itu dan
heran sendiri melihat kita bisa keluar dalam keadaan hidup."
"Lalu vang lainnya. Kau ingat ketika kita bekerja sama, dan pura-pura jadi agen
detektif?" "Oh, itu menyenangkan sekali," kata Tommy. "Kau ingat - "
"Tidak," kata Tuppence. "Aku tak mau mengingat-ingat.
Aku tak ingin kembali ke masa lalu - kecuali kalau itu sebagai batu loncatan. Itu
yang kaukatakan tadi. Tidak. Tapi semua itu membuat kita berlatih mempraktekkan
sesuatu, ya?" Lalu kita punya pengalaman berikutnya."
"Ah," kata Tommy. "Nyonya Blenkensop, ya?"
Tuppence tertawa. "Ya. Nyonya Blenkensop. Aku tak akan lupa waktu aku masuk ke dalam ruangan itu
dan melihatmu duduk di sana."
"Berani betul kau. Nguping pembicaraanku dengan Tuan siapa itu - aku lupa. Lalu - "
"Lalu Nyonya Blenkensop," kata Tuppence. Dia tertawa juga. "N atau M. Angsa,
angsa, angsi." "Tapi kau tidak - " kata Tommy ragu-ragu - "kau tidak percaya bahwa itu semua
merupakan batu loncatan untuk masa sekarang ini?"
"Ya, memang betul juga," kata Tuppence. "Maksudku, Tuan Robinson pasti tidak
akan mengatakan apa yang dia katakan kepadamu kalau pikirannya tidak penuh
dengan hal-hal seperti itu. Salah satunya aku."
"Ya, benar." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi sekarang," kata Tuppence, "ini semua menjadi lain.
Maksudku, Isaac mati. Dihantam di kepala. Waktu berada di kebun kita."
"Kaupikir itu tak ada hubungannya dengan - "
"Ya, memang itu membuat kita berpikir-pikir," kata Tuppence. "Itulah yang
kumaksud. Kita tidak menyelidiki sekadar misteri detektif lagi. Maksudku,
menyelidiki tentang masa lalu dan mengapa orang mati seperti itu. Semuanya
menjadi bersifat pribadi. Sangat pribadi. Maksudku, dengan kematian Pak Isaac
tua ini." "Dia sudah sangat tua. Barangkali itu yang menyebabkan kematiannya."
"Ah, kan sudah ada bukti-bukti medis seperti, yang dibicarakan tadi" Seseorang
ingin membunuhnya. Untuk apa?"
"Kenapa mereka tidak membunuh kita saja kalau yang diincar adalah kita?" kata
Tommy. "Barangkali mereka akan mencoba itu. Barangkali Isaac bisa memberitahu kita
sesuatu. Barangkali dia memang akan menceritakan sesuatu pada kita. Barangkali
bahkan dia mengancam seseorang dengan mengatakan akan menceritakan sesuatu pada
kita. Misalnya sesuatu yang dia tahu tentang gadis itu atau salah seorang
Parkinson. Atau - atau semua urusan mata-mata tahun sembilan belas empat belas ini. Rahasia-
rahasia yang dijual. Lalu - dia terpaksa dibungkam. Tapi kalau kita tidak datang
dan tinggal di sini, dan tanya-tanya orang dan menyelidiki, barangkali itu tak
akan terjadi." "Jangan terlalu jauh "
"Aku sudah jauh. Dan aku tidak akan melakukan sesuatu untuk bersenang-senang
lagi. Ini bukan sesuatu yang lucu.
Kita melakukan sesuatu yang berbeda sekarang, Tom. Kita memburu seorang
pembunuh. Tapi siapa" Tentu saja kita
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
belum tahu. Tapi kita akan menemukannya. Ini bukan masa lalu, tapi masa sekarang
ini. Sesuatu yang terjadi hanya -
berapa" - lima hari yang lalu. Enam hari yang lalu. Berarti masa kini. Kejadian
itu di sini dan ada hubungannya dengan kita, dengan rumah ini. Dan kita harus
mencari tahu. Dan kita akan tahu. Aku tak tahu bagaimana caranya. Tapi kita
harus memakai petunjuk yang ada dan mengikutinya. Aku merasa seperti seekor
anjing yang mengikuti jejak dengan hidung mengendus-endus tanah. Aku akan
mengikutinya di sini, dan menjadi anjing pemburu. Mengelilingi dan melihat
tempat-tempat lain. Seperti apa yang kaulakukan sekarang. Dan menyelidiki macam-
macam. Menyelesaikan - apa -
penyelidikan. Pasti ada yang tahu banyak. Bukan karena mereka melihat sendiri,
tapi karena mereka mendengar dari orang-orang lain. Cerita-cerita yang pernah
mereka dengar. Rumor. Gosip." "Tapi, Tuppence, apa ada kesempatan bagi kita - "
"Oh ya, pasti," kata Tuppence. "Aku tak tahu bagaimana atau dengan jalan apa.
Tapi aku percaya bahwa kalau kita punya ide yang nyata dan meyakinkan, sesuatu
yang benar-benar hitam dan jahat, dan menghantam kepala Isaac tua dari belakang
itu jahat dan hitam - " Dia terdiam.
"Kita bisa mengganti nama rumah ini lagi," kata Tommy.
"Apa maksudmu" Menamakannya Swallow's Nest dan bukan The Laurels?"
Sekelompok burung terbang di atas mereka. Tuppence menolehkan kepalanya dan
memandang pintu gerbang rumahnya. "Swallow's Nest adalah salah satu namanya. Apa
bagian belakang kata-kata itu" Yang diucapkan oleh ahli penyelidikanmu. Gerbang
Kematian?" "Bukan, Gerbang Nasib."
"Nasib. Seperti komentar untuk kejadian yang baru saja dialami Isaac. Gerbang
Nasib - Gerbang Rumah kita."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Sudahlah. Jangan terlalu dipikir."
"Ah, aku tak tahu kenapa," kata Tuppence. "Hanya sebuah ide yang singgah di
kepalaku." Tommy memandangnya dengan heran dan
menggelengkan kepalanya. "Swallow's Nest sebetulnya nama yang manis," kata Tuppence. "Atau bisa jadi
bagus. Barangkali nanti bisa."
"Idemu kok luar biasa."
"Ada sesuatu yang bernyanyi seperti burung. Begitulah caranya kalau semua
berakhir. Barangkali semua ini akan berakhir begitu."
Sebelum mereka sampai di rumah, Tommy dan Tuppence melihat seorang wanita
berdiri di depan pintu. "Siapa dia?" kata Tommy. "Rasanya aku pernah melihatnya," kata Tuppence. "Tapi
aku tak ingat siapa dia. Oh, kalau nggak salah dia keluarga Isaac tua. Mereka
semua tinggal bersama-sama dalam sebuah pondok. Ada tiga atau empat anak laki-
laki, wanita ini, ada lagi seorang wanita, seorang gadis. Tapi barangkali juga
bukan." Wanita itu membalikkan badan dan berjalan mendekati mereka.
"Nyonya Beresford?" katanya memandang Tuppence.
"Ya," kata Tuppence.
"Saya rasa - Nyonya belum tahu saya. Saya menantu Pak Isaac. Saya istri anaknya,
Stephen. Tapi dia telah meninggal -
meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan truk. Truk-truk besar itu. Tapi sudah
lama. Kejadiannya di salah satu jalan M.
Jalan M 1 kalau tak salah. M 1 atau M 5. Bukan, M 5 yang sebelumnya. M 4
barangkali. Pokoknya, di jalan itulah. Lima atau enam tahun yang lalu. Saya
ingin - saya ingin bicara dengan Anda. Anda dan - suami Anda - " Dia memandang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Tommy. "Anda mengirim bunga ke makam, bukan" Dan Pak Isaac bekerja di kebun ini,
kan7" "Ya," kata Tuppence. 'Dia pernah bekerja di sini. Kejadian ini benar-benar
menyedihkan.' "Saya ingin mengucapkan terima kasih. Bunga itu indah sekali. Bagus dan besar."
"Kami sangat berterima kasih karena Isaac telah banyak membantu kami," kata
Tuppence. "Dia banyak membantu membereskan rumah im. Dia juga memberitahu banyak
hal karena kami tak tahu banyak tentang rumah ini, dimana barang-barang
disimpan, dan sebagainya. Dan dia mengajari banyak hal tentang cara berkebun."
"Ya, dia memang tahu benar akan pekerjaannya. Tapi dia tidak bisa terlalu banyak
bekerja karena dia sudah tua. Dan dia tak suka membungkuk. Suka sakit pinggang.
Jadi dia tak bisa membantu sebanyak dia inginkan."
"Dia baik dan banyak membantu," kata Tuppence dengan tegas. "Dan dia tahu banyak
hal di sini. Tahu banyak orang, dan cerita banyak pada kami."
"Ah, dia memang banyak tahu. Banyak keluarganya di sini.
Tentu bukan melihatnya sendiri, tapi mereka mendengar tentang apa yang terjadi.
Baiklah, Nyonya. Saya mohon pamit.
Saya hanya datang untuk mengucapkan terima kasih."
"Terima kasih kembali," kata Tuppence.
"Nyonya terpaksa mencari orang lain untuk bekerja di kebun, saya rasa."
"Ya, saya rasa begitu," kata Tuppence. "Kami tidak terlalu bisa dan tahu akan
hal itu. Apa Anda - barangkali Anda - " dia ragu-ragu sejenak karena takut salah
bicara pada waktu yang tidak sesuai - "barangkali Anda tahu seseorang yang bisa
bekerja di kebun." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, saat ini saya belum tahu benar. Tapi saya akan ingat-ingat itu. Nanti saya
suruh si Henry - anak saya yang nomor dua - memberi-tahu Nyonya kalau ada yang mau
bekerja di kebun. Selamat siang."
"Siapa nama Isaac" Aku kok lupa," kata Tommy sambil masuk ke dalam rumah.
"Maksudku, nama belakangnya."
"Oh, Isaac Bodlicott, barangkali."
"Jadi itu tadi Nyonya Bodlicott?"
"Ya. Aku rasa dia punya beberapa anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka
semua tinggal serumah. Itu, di pondok di jalan arah ke Marshton Road. Apa dia
tahu siapa yang membunuh Isaac?" kata Tuppence.
"Aku rasa tidak," jawab Tommy. "Dia tak kelihatan seperti itu."
"Aku tak tahu bagaimana kelihatannya orang yang tahu tentang itu," kata
Tuppence. "Susahkan, menerangkannya?"
"Aku rasa dia datang untuk bilang terima kasih. Untuk bunga itu. Aku rasa
wajahnya tidak menunjukkan seperti orang yang - -hm - penuh dendam. Aku rasa dia
sudah mengatakannya kalau memang begitu."
"Bisa jadi. Bisa juga tidak," kata Tuppence.
Dia masuk ke dalam rumah dengan pikiran penuh.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
22. Kenangan akan Seorang Kakek
Keesokan harinya, ketika sedang mengomel tentang hasil kerja tukang listrik yang
tak memuaskan, Tuppence disela oleh sebuah suara. "Ada seorang anak laki-laki di
depan," kata Albert. "Ingin berbicara dengan Nyonya."
"Oh, siapa?" "Saya tidak tanya. Dia menunggu di luar."
Tuppence menarik topi kebunnya dan meletakkannya di kepala, lalu turun.
Di luar, seorang anak berumur dua belas atau tiga belas tahun sedang berdiri
dengan gugup. Kakinya menyaruk-nyaruk tanah.
"Saya harap saya tidak mengganggu," katanya.
"Sebentar," kata Tuppence, "kau Henry Bodlicott, ya?"
"Benar, itu memang - ah, saya belum pernah ke pemeriksaan sebelumnya."
Tuppence berhasil menahan diri untuk tidak bertanya,
"Apakah kau suka?" Henry kelihatan seperti anak yang suka bercerita.
"Menyedihkan, ya?" kata Tuppence. "Sangat menyedihkan."
"Oh, dia kan sudah tua," kata Henry. "Memang sudah waktunya. Biasanya dia batuk-
batuk hebat kalau musim gugur
- Sampai kami semua tidak bisa tidur. Saya cuma ingin bertanya, barangkali ada
yang bisa dibantu Ibu memberitahu bahwa ada pohon-pohon selada yang perlu
dibenahi. Barangkali saja saya bisa bantu-bantu. Saya tahu tempatnya, karena kadang-kadang
saya datang ketika Kakek Izzy sedang
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
bekerja dan bertanya-tanya. Dan saya bisa mengerjakannya sekarang kalau perlu."
"Oh, terima kasih," kata Tuppence. "Coba kautunjukkan padaku."
Mereka ke kebun dan menuju tempat yang dimaksud.
"Itu dia. Tanaman itu terlalu rapat dan perlu dijarangkan sedikit. Bisa
dipindahkan ke sebelah sana."
"Sebetulnya saya tak tahu apa-apa tentang tanaman selada itu," kata Tuppence.
"Saya tahu sedikit tentang bunga.
Kacang-kacangan, selada dan sayuran lainnya tidak. Kau sebenarnya tak ingin
bekerja di kebun, kan?"
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, saya masih sekolah. Tapi saya bekerja juga. Memetik buah-buahan waktu musim
panas." "Begitu," kata Tuppence. "Kalau kau tahu ada orang yang mau bekerja di kebun,
beritahu saya" "Ya, pasti. Saya pamit dulu, Nyonya."
"Tapi tunjukkan apa yang bisa kaulakukan dengan tanaman selada itu. Aku ingin
tahu." Dia berdiri, memandang Henry Bodlicott bekerja.
"Yang ini sudah beres. Bagus ya, yang ini" Jenis Webb's Wonderful. Ini awet."
"Kita sudah selesai dengan Tom Thumbs," kata Tuppence.
"Ya, betul. Yang ini keluar duluan. Renyah dan enak."
"Terima kasih," kata Tuppence.
Dia berbalik dan berjalan ke rumah. Tapi kemudian ingat bahwa scarf-nya
ketinggalan. Dia pun berbalik. Henry Bodlicott, yang baru saja akan berjalan
pulang, menghampirinya. Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Scraf-ku," kata Tuppence. "Apa - oh, itu dia ada di semak."
Henry memberikannya pada Tuppence. Dia kemudian berdiri dan memandang Tuppence
sambil menyaruk-nyarukkan kakinya ke tanah. Dia kelihatan gelisah, sehingga
Tuppence menjadi heran. "Ada apa?" tanyanya.
Henry menendangkan kakinya dan memandangnya, mengentakkan kakinya lagi, memegang
hidungnya, dan menggosok kuping kirinya, lalu menggerakkan kedua kakinya.
"Ehm, anu - saya - saya - apa Nyonya tak keberatan kalau saya tanya - "
"Teruskan," kata Tuppence. Dia berhenti dan memandang dengan wajah bertanya-
tanya. Muka Henry menjadi merah dan kakinya terus menyaruk-nyaruk.
"Mm - sebetulnya saya tidak ingin - tidak suka bertanya-tanya tapi, orang-orang
bilang - mereka cerita banyak -
maksud saya, saya dengar mereka berbicara - "
"Ya?" kata Tuppence, sambil berpikir-pikir apa yang membuat Henry bingung, yang
berhubungan dengan Tuan dan Nyonya Beresford, penghuni baru The Laurels. "Apa
yang kaudengar?" "Oh, tentang Nyonya - bahwa Nyonya adalah orang yang menangkap mata-mata, atau
apa, dalam perang terakhir.
Nyonya dan Tuan yang menangkap, kan" Nyonya terlibat dan menemukan seseorang
yang jadi mata-mata Jerman yang sedang menyamar. Nyonya yang menemukan dia, dan
Nyonya mengalami petualangan-petualangan seru, dan akhirnya semuanya jadi beres.
Maksud saya Nyonya adalah - saya tak tahu apa namanya - saya rasa Nyonya adalah salah seorang anggota dinas rahasia kita dan orang-orang bilang Nyonya
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
hebat sekali. Tentu saja itu dulu. Dan orang menghubungkan Nyonya dengan
nyanyian nina bobo anak-anak."
"Ya, betul," kata Tuppence. "Angsa-angsa-angsi."
"Angsa-angsa-angsi! Ya, saya ingat itu. Sudah bertahun-tahun lalu. Ke mana kau
pergi!" "Ya, betul," kata Tuppence. "Ke atas. ke bawah, ke kamar Nyonya. Di sana dia
menemukan seorang lelaki tua yang tak mau berdoa, dan dia membawanya dengan kaki
kirinya lalu melemparnya ke bawah. Rasanya, begitulah ceritanya. Tapi barangkali
aku telah menemukan nyanyian yang lain."
"Wah," kata Henry. "Rasanya bangga juga Nyonya tinggal di sini dengan orang-
orang biasa. Tapi kenapa pakai nyanyian anak-anak itu?"
"Oh, karena ada kodenya, ada rahasianya," kata Tuppence.
"Maksud Nyonya, nyanyian itu harus dibaca?" kata Henry.
"Ya, semacam itulah," kata Tuppence. "Yang penting semua sudah beres."
"Oh, luar biasa," kata Henry. "Nyonya tak keberatan kalau saya cerita pada teman
saya" Teman baik saya. Namanya Clarence. Aneh ya, namanya" Kami suka tertawa
mendengar nama itu. Tapi dia baik sekali. Dia pasti tidak percaya kalau tahu
Nyonya tinggal di sini."
Anak itu memandang Tuppence dengan kekaguman seekor anjing spaniel.
"Hebat sekali!" katanya.
"Oh, itu sudah lama sekali," kata Tuppence. "Tahun sembilan belas empat
puluhan." "Apa pengalaman itu menyenangkan" Atau menakutkan?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Dua-duanya," kata Tuppence. "Tapi kukira aku lebih banyak ketakutan."
"Ya, ya, saya pikir juga begitu. Tapi aneh juga, ya. Nyonya datang ke sini dan
terlibat dalam soal yang sama. Mata-mata itu anggota Angkatan Laut, kan"
Komandan Inggris, tapi dia sebenarnya orang Jerman. Itu kata Clarence."
"Ya, begitulah," kata Tuppence.
"Jadi, karena itulah Nyonya kemari. Karena di sini juga pernah ada kejadian
dulu. Sudah lama sekali. Tapi sama juga.
Dia seorang perwira kapal selam. Dia menjual denah dan rahasia kapal selam itu.
Tapi saya cuma mendengar-dengar saja, lho."
'O, begitu," kata Tuppence. 'Tapi kami datang ke tempat ini bukan dengan alasan
itu. Kami kesini karena rumah ini bagus. Aku juga pernah mendengar cerita burung
tentang hal itu, tapi aku tak tahu apa yang sebenarnya pernah terjadi di sini."
"Saya pikir saya bisa cerita kalau begitu. Tentu saja orang tak selalu tahu
apakah sesuatu itu salah atau benar."
"Bagaimana si Clarence temanmu itu bisa tahu begitu banyak?"
"Oh, dia mendengar dari Mick. Dia dulu pernah tinggal di bengkel pandai besi.
Dia sudah lama nggak ada, tapi dia dengar banyak cerita dari macam-macam orang.
Dan Kakek Isaac juga tahu cukup banyak. Dia dulu suka cerita macam-macam."
"Jadi dia tahu banyak juga tentang hal itu?" kata Tuppence.
"Oh, ya. Sebab itu saya berpikir-pikir, waktu dia dihantam orang sampai mati.
Saya pikir dia terlalu banyak tahu - dan dia ceritakan semuanya pada Nyonya. Jadi
mereka membereskan dia. Itu biasanya yang mereka lakukan sekarang. Kalau ada
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
orang yang tahu terlalu banyak yang akan melibatkan mereka dengan polisi, maka
orang itu akan dihabisi."
"Kaupikir Kakek Isaac-mu itu - kaupikir dia tahu banyak tentang hal itu?"
"Ya, dia banyak mendengar dan tahu. Memang tidak selalu berbicara tentang hal
itu, tapi kadang-kadang dia berbicara.
Malam-malam setelah merokok atau mendengar saya dan Clarrrie berbicara, dan
teman saya yang satunya. Tom Gillingham Dia juga suka bertanya-tanya. Lalu dia
akan cerita ini dan itu. Tentu saja kami tidak tahu apa ceritanya benar atau
tidak. Tapi saya pikir dia tahu beberapa hal, dan tahu tempat beberapa hal. Dan
dia bilang kalau orang tahu di mana tempat sesuatu, maka ada kemungkinan dia
akan menemukan sesuatu yang menarik."
"Benarkah?" kata Tuppence. "Wah, kalau begitu pasti menarik juga bagi kami. Kau
sebaiknya mengingat apa yang dia katakan atau sarankan karena itu mungkin
membawa petunjuk tentang siapa pembunuhnya. Karena dia dibunuh orang. Itu bukan
kecelakaan, ya kan?"
"Tadinya kami beranggapan itu kecelakaan. Karena dia punya sakit jantung dan
pernah jatuh atau pusing-pusing.
Tapi saya pikir - saya ikut ke pemeriksaan - saya pikir ada yang sengaja menghabisi
dia." "Ya, aku rasa memang ada orang yang membunuhnya,"
kata Tuppence. "Nyonya tahu sebabnya?" kata Henry.
Tuppence memandang Henry. Dia merasa bahwa dirinya dan Henry seperti dua ekor
anjing polisi yang mencium bau yang sama.
"Aku rasa itu sesuatu yang direncanakan. Aku rasa kau sebagai anggota keluarga,
dan aku sendiri, ingin tahu siapa
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
yang melakukan tindakan kejam itu. Tapi barangkali kau sudah punya gambaran
siapa orangnya." "Tidak, saya tidak punya bayangan," kata Henry. "Cuma mendengar-dengar cerita
saja. Dan saya tahu orang yang diceritakan Kakek lzzy - kadang-kadang mereka
menunjukkan rasa tidak suka. Katanya itu karena dia tahu banyak tentang mereka,
dan apa yang mereka tahu, dan sesuatu yang telah terjadi. Tapi ceritanya seialu
tentang orang yang telah lama meninggal, sehingga orang sudah lupa-lupa ingat
dan tidak tahu pasti."
"Aku rasa kau perlu membantu kami, Henry," kata Tuppence.
"Maksud Nyonya, saya boleh ikut serta menyelidiki"
Bersama Nyonya?" "Ya," kata Tuppence, "kalau kau bisa tutup mulut tentang apa yang kautemukan.
Maksudku, kau bisa cerita semua padaku, tapi jangan bicara apa-apa pada teman-
temanmu, karena semuanya akan tahu."
"Hm. Lalu cerita itu akan sampai pada si pelaku. Dan bisa-bisa dia mendatangi
Nyonya dan Tuan Beresford, kan?"
"Bisa," kata Tuppence. "Walaupun aku harap tidak."
"Tentu saja," kata Henry. "Begini, saya pikir saya bisa datang ke sini dan
menawarkan diri membantu bantu kalau saya mendengar sesuatu. Bagaimana" Jadi
saya bisa menceritakan apa yang saya ketahui tanpa didengar orang lain. Tapi
sekarang ini saya tak punya apa-apa. Tapi saya punya teman-teman." Tiba-tiba
saja wajahnya berubah, dan gayanya disesuaikannya dengan gaya bintang film yang
pernah dilihatnya di televisi. "Saya pikir saya tahu banyak.
Orang tak tahu itu. Mereka tak tahu bahwa saya mendengarkan, dan mereka tak tahu
kalau saya ingat. Kadang-kadang mereka mengatakan sesuatu lalu bertanya,
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
siapa lagi yang tahu - dan saya pikir kalau kita diam-diam saja kita akan
mendengar banyak. Saya pikir itu penting. Iya, kan?"
"Ya," kata Tuppence. "Aku rasa penting. Tapi kita harus hati-hati, Henry. Kau
mengerti?" "Oh, ya. Saya mengerti. Tentu saja saya akan berhati-hati.
Sangat berhati-hati. Kakek tahu banyak tentang tempat ini.
Kakek Isaac," kata Henry.
"Tentang rumah ini, atau kebunnya?"
"Ya, betul. Dia tahu cerita-cerita tentang rumah ini. Ke mana orang-orang dulu
pergi dan apa yang mereka lakukan, dan di mana mereka bertemu. Di mana ada
tempat-tempat persembunyian, dan di mana orang menyembunyikan sesuatu.
Kadang-kadang dia bercerita tentang hal itu. Tentu saja Ibu tidak
memperhatikannya. Dia pikir cerita itu tolol. Johnny -
kakak saya - juga tidak mau mendengar karena dia pikir itu cerita karangan saja.
Tapi saya suka mendengarkan Dan Clarence tertarik akan hal-hal seperti itu. Dia
suka film seperti itu. Dia lalu bilang, 'Chuck, seperti di film saja, ya"' Jadi
kami berbicara berdua."
"Kau pernah mendengar cerita tentang wanita bernama Mary Jordan?"
"Ah, ya, tentu. Dia gadis Jerman yang jadi mata-mata, kan" Dia mengambil rahasia
Angkatan Laut dari perwira Angkatan Laut, kan?"
"Ya, begitulah ceritanya," kata Tuppence yang merasa lebih aman untuk membiarkan
cerita seperti itu beredar, walaupun di dalam hati ia meminta maaf pada Mary
Jordan. "Tentunya dia cantik, ya" Sangat cantik?"
"Wah, aku tak tahu," kata Tuppence. "Barangkali umurku baru tiga tahun waktu dia
meninggal" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, memang sudah lama sekali. Kadang-kadang ada orang yang berbicara tentang
dia." "Kau kelihatan terengah-engah, Tuppence," kata Tommy ketika melihat istrinya
masuk dengan memakai baju berkebunnya.
"Memang," kata Tuppence.
"Jangan berlebih-lebihan bekerja di kebun."
"Tidak. Sebetulnya aku tidak mengerjakan apa-apa. Aku cuma berdiri di antara
tanaman selada dan bicara-bicara."
"Bicara dengan siapa?"
"Anak laki-laki," kata Tuppence. "Anak laki-laki."
"Menawarkan jasa membantu di kebun?"
"Tidak juga sebetulnya," kata Tuppence. "Itu memang akan menyenangkan. Tapi
tidak - dia hanya menyatakan kekaguman."
"Pada kebun itu?"
"Bukan," kata Tuppence. "Padaku."
"Padamu"!"
"Jangan kelihatan bingung begitu," kata Tuppence. "Dan jangan kedengaran heran.
Bonnes bouches semacam ini memang muncul juga walaupun tak disangka-sangka."
"Oh, apa sih yang dia kagumi" Kecantikanmu atau baju kebunmu?"
"Masa laluku," kata Tuppence.
"Masa lalumu!" "Ya. Dia kagum dan senang sekali karena tahu bahwa akulah wanita yang berhasil
membuka kedok mata-mata Jerman dalam perang yang lalu. Komandan Angkatan Laut
palsu yang sudah pensiun, tapi ternyata bukan."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Ya ampun," kata Tommy. "N atau M lagi. Apa itu tak bisa disimpan?"
"Barangkali juga tak perlu disimpan," kata Tuppence.
"Maksudku, kenapa kita harus menyembunyikannya"
Seandainya kita adalah aktor atau aktris terkenal, kita kan suka mengenangnya
kembali?" "Ah, aku mengerti," kata Tommy.
"Dan aku rasa itu mungkin membantu apa yang sedang kita lakukan sekarang ini."
"Umur berapa sih anak itu?"
"Oh, sepuluh atau dua belas. Kelihatannya baru sepuluh, tapi sebenarnya dua
belas. Dan dia punya teman bernama Clarence."
"Apa hubungannya?"
"Tidak ada, untuk saat ini. Tapi dia bersekongkol dengan si Clarence itu. Aku
rasa mereka ingin membantu kita.
Menemukan atau menceritakan sesuatu."
"Kalau mereka umur sepuluh atau dua belas, bagaimana mereka bisa ingat hal-hal
yang ingin kita tahu?" kata Tommy.
"Apa yang dia katakan?"
"Kebanyakan kalimatnya pendek,' kata Tuppence, "dan banyak 'saya pikir'nya."
"Ah, semua yang dia pikir itu hal-hal yang tak kau tahu."
"Hm, apa yang dia pikir itu adalah penjelasan tentang apa yang dia dengar."
"Dengar dari siapa?"
"Memang bukan dari muiut pertama, tapi dari mulut kelima atau keenam,
barangkali. Juga hal-hal yang didengar Clarence dan teman Clarence, si Algernon.
Yang dikatakan Algernon didengar Jimmy - "
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Stop," kata Tommy. "Cukup. Apa yang mereka dengar?"
"Itu lebih sulit lagi," kata Tuppence. "Tapi mereka memang mendengar. Tentang
tempat-tempat tertentu atau cerita-cerita yang mereka dengar. Dan mereka senang
ambil bagian di sini."
"Tentang apa?" "Menemukan sesuatu yang penting. Sesuatu yang tersembunyi di tempat ini."
"Ah," kata Tommy. "Tersembunyi. Tersembunyi bagaimana, dan di mana, dan kapan"'
"Ceritanya lain-lain tentang itu," kata Tuppence. "Tapi seru, Tom."
Tommy menjawab, "Barangkali," sambil berpikir-pikir.
"Ada hubungannya dengan Pak Isaac tua," kata Tuppence.
"Aku rasa banyak hal yang bisa dia ceritakan pada kita."
"Dan kaupikir si Clarence dan - siapa namanya yang satunya?"
"Sebentar, aku juga lupa," kata Tuppence. "Aku bingung dengan nama orang-orang
yang dia dengar ceritanya. Yang namanya hebat seperti Algernon, dan yang punya
nama-nama biasa seperti Mike, Jimmy, dan Johnny."
"Chuck," kata Tuppence, tiba-tiba.
"Chuck apa?" tanya Tommy.
"Oh, nama anak itu Chuck."
"Aneh benar namanya."
"Namanya sendiri Henry, tapi teman-temannya memanggil dia Chuck."
"Ah, sudahlah."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Aku ingin mengatakan ini. Pokoknya kita harus jalan terus. Apalagi sekarang
ini. Kau merasa begitu juga?"
"Ya," kata Tommy.
"Hm, aku pikir juga begitu. Walaupun kau tak bilang apa-apa. Kita harus jalan
terus. Kau tahu kenapa" Karena Isaac.
Isaac. Ada orang yang membunuh dia. Dan dia dibunuh karena dia tahu sesuatu.
Sesuatu itu mungkin berbahaya untuk seseorang. Dan kita harus menyelidiki siapa
dia itu." "Kau tidak berpikir bahwa - bahwa hal itu bukan karena kekerasan saja" Banyak
orang yang berbuat jahat hanya karena ingin melakukannya saja. Mereka tak peduli
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapa dia. Tapi biasanya yang jadi korban adalah orang-orang tua yang tak bisa melawan
lagi." "Ya," kata Tuppence. "Bisa saja. Tapi aku rasa - bukan itu.
Aku merasa ada sesuatu. Barangkali kata tersembunyi adalah kata yang tepat. Ada
sesuatu di sini. Sesuatu yang akan menjelaskan tentang sesuatu yang telah lama
terjadi, sesuatu yang ditinggalkan di sini atau diletakkan di sini atau
diberikan pada seseorang untuk disimpan di sini, dan kemudian dia meninggal atau
diletakkannya di suatu tempat lain. Tapi ada seseorang yang tidak ingin hal itu
ditemukan. Isaac tahu itu.
Dan mereka pasti kuatir dia akan memberitahu kita, karena kelihatannya orang-
orang semua tahu siapa kita. Bahwa kita adalah orang anti spionase Dan itu semua
berkaitan dengan Mary Jordan."
"Mary Jordan," kata Tommy, "mati tidak wajar."
"Ya," kata'Tuppence, "dan si tua Isaac dibunuh orang. Kita harus tahu siapa yang
membunuh dia dan kenapa. Kalau tidak - "
"Kau harus hati-hati," kata Tommy, "kau harus jaga diri baik-baik, Tuppence.
Kalau ada orang membunuh Isaac karena dia pikir Isaac akan berbicara tentang
sesuatu yang ada hubungannya dengan masa lalu, aku rasa dia juga akan
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
melakukan hal yang sama padamu. Mereka pikir, orang paling-paling akan
menganggap bahwa itu merupakan salah satu dari kejadian seperti itu saja."
"Kalau wanita-wanita tua dikerjai dengan cara menghantam kepala mereka," kata
Tuppence. "Ya, memang begitu. Itu ruginya orang berambut abu-abu dan berjalan
sedikit pincang karena kakinya kena rematik. Tentu saja aku akan berhati-hati.
Apa aku perlu membawa pistol kecil?"
"Tidak," kata Tommy, "tentu saja tidak."
"Kenapa" Apa kau takut aku tak becus menarik picunya?"
"Oh. Aku cuma kuatir kau tersandung akar pohon, lalu jatuh. Lalu akhirnya pistol
itu mengenai dirimu sendiri, bukan melindungimu."
"Kau benar-benar berpikir aku bisa melakukan hal setolol itu?" kata Tuppence.
"Ya, aku yakin bisa terjadi," kata Tommy.
"Kalau begitu aku bisa membawa pisau lipat," kata Tuppence.
"Kalau aku tak akan membawa apa-apa," kata Tommy.
"Aku akan jalan-jalan, berpura-pura tolol dan tak berdosa, dan ngobrol tentang
berkebun. Barangkali juga bisa ngomong-ngomong bahwa kita kurang cocok dengan
rumah ini dan berpikir-pikir untuk pindah ke tempat lain. Aku rasa itu lebih
baik" "Lalu, omongan seperti itu disampaikan pada siapa?"
"Ya, setiap orang," kata Tommy. "Aku akan keliling."
"Semuanya berkeliling di sini," kata Tuppence. "Di tempat ini segalanya cepat
beredar. Apa pendapatmu, Tom?"
"Yah, kira-kira samalah. Barangkali kita memang tidak terlalu menyukai rumah
ini." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi kau ingin tetap melanjutkan penyelidikan, kan?" kata Tuppence.
"Ya," kata Tommy. "Aku cukup penasaran."
"Kau punya rencana bagaimana melakukannya?"
"Terus melanjutkan apa yang telah kukerjakan. Bagaimana kau" Punya rencana?"
"Belum," kata Tuppence. "Aku punya beberapa ide.
Rasanya aku belum bisa memancing lebih banyak dari - eh, siapa nama anak itu
tadi"' "Mula-mula Henry - kemudian Clarence."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
23. Pasukan Kecil Setelah mengantarkan Tommy berangkat ke London, Tuppence berjalan-jalan
berkeliling rumah sambil mencoba memikirkan suatu kegiatan yang bisa memberikan
hasil. Tapi rasanya otaknya tidak terlalu penuh dengan ide-ide cerah pagi itu.
Dia memulai dengan naik ke ruang buku dan berjalan mondar-mandir di situ sambil
melihat-lihat judul buku-buku.
Buku anak-anak - begitu banyak Apa kita tak bisa melakukan lebih dari itu" Dia
telah berjalan cukup jauh. Dan dia yakin sekarang bahwa dia telah melihat setiap
judul buku di situ. Alexander Parkinson tidak membukakan rahasia-rahasianya yang lain.
Dia sedang berdiri di situ sambil menyibakkan rambutnya, mengerutkan kening dan
menyepak rak bagian bawah yang berisi makalah-makalah teologi dengan bundel yang
sudah rombeng, ketika Albert masuk.
"Ada tamu di bawah. Nyonya."
"Siapa dia" Sudah aku kenal?" tanya Tup-ence.
"Saya tak tahu. Saya rasa tidak. Anak-anak muda.
Pemuda-pemuda dan seorang atau dua orang gadis.
Barangkali minta sumbangan."
"Oh. Tidak memberitahukan nama atau informasi lain?"
"Oh, seorang ya Namanya Clarence dan Nyonya pasti tahu dia katanya."
"Oh," kata Tuppence. "Clarence." Dia berpikir sesaat. Apa ini hasil yang
kemarin" Rasanya tak ada salahnya kalau diikuti
"Apa anak yang itu ada di situ juga" Yang aku ajak bicara di kebun kemarin?"
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak tahu. Mereka kelihatan sama. Kotor dan dekil."
"Oh. Baiklah. Aku turun," kata Tuppence.
Ketika sampai di bawah, dia memandang dengan pandang bertanya pada Albert.
Albert berkata, "Oh, saya tidak menyuruh mereka masuk.
Harus hati-hati. Jangan-jangan ada barang hilang. Mereka ada di kebun. Mereka
bilang ada di dekat tambang emas."
"Ada di mana?" tanya Tuppence
"Tambang emas,"
"Oh," kata Tuppence.
"Yang mana sih?"
Tuppence menunjuk dengan telunjuknya. "Lewat kebun mawar, ke kanan dekat jalan
setapak dahlia. Rasanya aku tahu. Ada air disana. Kali kecil atau apa. Atau
bekas kolam ikan emas. Tolong ambilkan sepatu botku. Dan sebaiknya aku bawa jas
hujan juga. Jangan-jangan ada yang mendorongku masuk ke air."
"Saya rasa lebih baik dipakai. Hampir hujan."
"Wah," kata Tuppence. "Hujan, hujan. Selalu hujan."
Dia keluar dan sampai dengan cepat pada gerombolan itu.
Ada sepuluh atau dua belas anak dengan umur berbeda-beda.
Kebanyakan anak laki-laki Ada dua gadis berambut panjang di antaranya. Mereka
kelihatan senang dan penuh harap. Salah seorang berkata nyaring ketika melihat
Tuppence mendekat "Dia datang! Dia datang. Siapa yang akan bicara" Ayo, George, kau yang bicara.
Kau kan bisa ngomong."
"Tidak Jangan dia. Aku yang bicara sekarang," kata Clarence.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Kau tutup mulut, Clarie. Kau tahu kan, suaramu lembek.
Kau selalu batuk kalau ngomong."
"He, ini kan urusanku. Aku - "
"Selamat pagi semua," kata Tuppence menyela. "Kalian datang dengan suatu maksud,
kan" Apa itu - ceritakan."
"Kami punya sesuatu untuk Anda," kata Clarence.
"Informasi. Itu yang Anda cari, kan?"
"Tergantung," kata Tuppence. "Informasi tenung apa?"
"Oh, bukan informasi mutakhir. Informasi kuno."
"Informasi sejarah," kata salah seorang gadis yang kelihatan lebih cerdas
dibandingkan kawan-kawannya. "Pasti menarik kalau Anda melakukan penyelidikan
tentang masa lalu." "Begitu," kata Tuppence, berusaha menyembunyikan bahwa dia betul-betul mengerti.
"Apa nama tempat ini?"
"Tambang emas."
"Oh," kata Tuppence. "Ada emasnya?"
Dia memandang berkeliling.
"Sebenarnya sih kolam ikan emas," kata seorang anak laki-laki menjelaskan. "Dulu
ada kolam ikan emasnya. Ikan-ikan istimewa dengan ekor bertumpuk-tumpuk. Dari
Jepang atau dari tempat lain. Oh, dulu bagus sekali. Itu pada zaman Nyonya
Forrester. Sepuluh tahun yang lalu."
"Dua puluh empat tahun yang lalu," kata seorang gadis.
"Enam puluh tahun yang lalu," kata sebuah suara kecil.
"Pokoknya enam puluh tahun. Dulu banyak ikan emas. Banyak sekali. Katanya mahal.
Berharga. Kadang-kadang mati.
Kadang-kadang saling memangsa. Kadang-kadang mereka berbaring-baring di atas,
mengambang saja." Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Hm," kata Tuppence. "Apa yang ingin kalian ceritakan tentang mereka" Tak ada
ikan emas lagi sekarang."
"Benar. Ini informasi" kata gadis yang cerdas tadi.
Maka pecahlah suara-suara itu, ribut saling berebut.
Tuppence melambaikan tangannya.
"Jangan bicara berebutan!" katanya. "Coba satu atau dua orang bicara. Jelaskan
pada saya." "Sesuatu yang barangkali perlu Anda ketahui. Sesuatu yang pernah tersembunyi.
Pernah tersembunyi dan sangat penting."
"Bagaimana kalian tahu hal itu?" kata Tuppence.
Pertanyaan itu menimbulkan jawaban yang ribut. Sulit mendengar jawaban mereka
satu per satu. "Dari si Janie."
"Paman Ben-nya si Janie," kata sebuah suara.
"Bukan, bukan. Harry. Ya - dari Harry. Sepupu Harry, si Tom.... Lebih muda dari
dia. Neneknya yang cerita dan neneknya mendengar dari Josh. Ya. Aku nggak tahu
siapa Josh. Kalau nggak salah Josh itu suaminya - bukan, bukan suaminya, tapi
pamannya." "Wah, wah," kata Tuppence.
Dia memandang gerombolan itu dan memilih.
"Clarence," katanya. "Kau Clarence, kan" Temanmu cerita padaku tentang kau. Nah,
apa yang kauketahui?"
"Begini, kalau Anda mau tahu, Anda harus pergi ke PPC."
"Pergi ke mana?" kata Tuppence. .
"PPC." "Apa itu PPC?" Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Belum tahu" Belum ada yang memberitahu" PPC itu Pensioners' Palace Club."
"Oh," kata Tuppence. "Kedengarannya hebat."
"Sama sekali tidak," kata seorang anak lelaki berumur sembilan tahunan. "Sama
sekali tidak hebat. Tempat itu cuma tempat pensiunan pensiunan tua berkumpul dan
ngobrol-ngobrol. Ada yang omong kosong. Kadang orang bicara apa yang mereka
tahu. Apa yang terjadi waktu perang. Oh, cuma hal-hal seperti itu."
"Di mana PPC itu?" tanya Tuppence.
"Oh, di ujung desa sana. Di jalan ke arah Morton Cross.
Kalau Anda seorang pensiunan, Anda akan dapat sebuah tiket, dan bisa ke sana,
dan main bingo, atau lain-lainnya. Memang menyenangkan di sana. Beberapa
pensiunan memang sudah tua sekali. Ada yang tuli, ada yang buta, dan sebagainya.
Tapi mereka - ya, suka kumpul-kumpul ramai-ramai."
"Hm, saya ingin ke sana juga kalau begitu," kata Tuppence. "Ada jam-jam tertentu
untuk berkunjung ke tempat itu"'
"Kapan saja boleh. Tapi sore lebih baik. Ya. Saat itulah mereka paling senang
dikunjungi. Kalau mereka mengatakan akan kedatangan tamu, mereka mendapat jatah
ekstra untuk teman minum teh. Biskuit, dan kadang-kadang biskuit dengan lapisan
gula lebih banyak. Kadang-kadang biskuit yang renyah. Bagaimana, Fred?"
Fred maju selangkah. Dia mengangguk angkuh pada Tuppence.
"Saya akan senang sekali kalau dapat menemani Anda,"
katanya. "Bagaimana kalau kita ke sana sore ini, jam tiga tiga puluh?"
"Ah - biasa sajalah," kata Clarence. "Jangan ngomong seperti itu."
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Saya akan pergi dengan senang hati," kata Tuppence. Dia memandang kolam itu.
"Sayang tidak ada ikan emasnya lagi."
"Anda pasti senang kalau melihat yang berekor lima. Bagus sekali. Ada seekor
anjing yang pernah jatuh ke kolam ini.
Anjing Nyonya Raggett."
Ada yang tidak setuju. "Bukan. Bukan dia. Namanya Follyo, bukan Fagot - "
"Namanya Folliat. Tulisnya pakai 'f' biasa, tidak pakai huruf besar."
"Eh bukan dia. Itu Nona French. Tulisnya pakai dua huruf
'f' kecil." "Anjing itu tenggelam?" tanya Tuppence.
"Tidak. Yang jatuh itu anak anjing. Induknya sedih. Dia menarik-narik rok Nona
French. Nona Isabel ada di kebun buah sedang memetik apel. Dan induk anjing itu
menarik rok Nona Isabel. Dia ikuti anjing itu dan melihat anak anjing di kolam.
Lalu dia meloncat masuk kolam dan mengangkat anak anjing itu. Bajunya basah dan
tidak bisa dipakai lagi."
"Wah," kata Tuppence. "Banyak yang terjadi di sini rupanya. Baiklah. Saya akan
siap sore nanti Dua atau tiga dari kalian bisa datang menemani-saya ke
Pensioners' Palace Club."
"Apa" Tiga" Siapa yang akan pergi?"
Mereka ribut lagi. "Aku ikut... Tidak, tidak jadi... Tidak, Betty tidak bisa pergi.
Dia sudah pernah pergi. Ke pesta film. Dia tidak bisa pergi lagi."
"Kalian atur sajalah," kata Tuppence, "dan datanglah jam setengah empat."
"Mudah-mudahan Anda senang," kata Clarence.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
"Pasti menarik dari sudut sejarah," kata gadis cerdas itu dengan mantap.
"Oh, diam, Janet," kata Clarence. Dia berpaling pada Tuppence. "Mentang-
mentang," katanya. "Janet selalu begitu, karena dia sekolah di sekolah grammar.
Dia sombong. Sekolah biasa tidak cukup buat Janet dan ibunya. Karena itu dia
suka pamer." Setelah makan siang Tuppence berpikir-pikir, apakah kejadian tadi pagi ada
kelanjutannya. Apa ada yang akan datang dan menemaninya ke PPC sore ini" Apa PPC
memang ada" Atau itu hanya sebuah nama yang dikarang anak-anak itu" Enak juga
barangkali duduk-duduk menunggu, kalau kalau ada yang datang.
Ternyata anak-anak itu tepat waktu. Pada pukul tiga tiga puluh bel rumah
Tuppence berbunyi, dan Tuppence pun berdiri dari depan perapian. Dia memakai
topinya - topi karet India karena takut kalau-kalau hujan - dan Albert pun muncul
untuk mengantarnya ke pintu depan.
"Saya tak akan biarkan Nyonya pergi dengan sembarang orang," bisiknya.
"Albert, apa PPC itu memang ada?" tanya Tuppence.
"Saya rasa itu ada hubungannya dengan kartu kunjungan,"
kata Albert yang selalu ingin menunjukkan bahwa dia tahu kebiasaan-kebiasaan
sosial di sekitarnya. "Itu kartu yang ditinggalkan pada waktu kita pergi, atau
waktu kita datang" Saya ragu-ragu" entah yang mana."
"Aku rasa ada hubungannya dengan para pensiunan."
"Oh ya, mereka memang punya tempat seperti itu.
Dibangun dua atau tiga tahun yang lalu. Tempat itu di sana, setelah melewati
gereja, belok ke kanan. Gedungnya jelek, Tapi menyenangkan orang-orang tua.
Siapa pun yang suka boleh ke tempat itu. Di sana ada permainan dan sebagainya.
Kang Zusi Website http://cerita-silat.co.cc/
Banyak wanita-wanita yang datang membantu.
Menyelenggarakan konser dan - ya - organisasi wanita-lah.
Hanya saja, itu khusus untuk orang-orang tua. Mereka semua sangat tua dan banyak
yang tuli." "Ya," kata Tuppence, "memang begitu kelihatannya."
Pintu depan terbuka. Janet berdiri di sana. Di belakangnya ada Clarence, dan di
belakang Clarence ada seorang anak laki-laki jangkung bermata juling bernama
Bert. "Selamat sore, Nyonya Beresford," kata Janet. "Semua senang Anda bisa pergi.
Sebaiknya membawa payung karena cuaca tidak baik menurut ramalan."
"Kebetulan saya juga akan pergi lewat jalan itu," kata Albert. "Jadi saya pergi
sama-sama saja." "Tentu saja," pikir Tuppence. Albert selalu siap melindungi.
Baik juga. Tapi dia sendiri tidak berprasangka buruk pada ketiga anak itu.
Perjalanan itu makan waktu dua puluh menit.
Ketika mereka sampai di gedung merah, mereka masuk gerbangnya, berjalan ke
pintu, dan disambut seorang wanita gemuk berumur tujuh puluhan.
"Ah, ada tamu rupanya. Senang Anda bisa datang kemari."
Gerbang Nasib Postern Of Fate Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia menepuk-nepuk bahu Tuppence. "Ya, Janet, terima kasih banyak, ya. Mari. Ya.
Kalian tak perlu menunggu kecuali kalau kalian mau."
Darah Dan Cinta Di Kota Medang 1 Pendekar Naga Putih 60 Goa Larangan Neraka Hitam 3