Pencarian

Kereta 450 Dari Paddington 1

Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie Bagian 1


http://inzomnia.wapka.mobi
KERETA 4.50 DARI PADDINGTON Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Agatha Christie lahir di Torquay. Ia mendapat dorongan untuk menulis dari Eden
Phillpotts, seorang penulis drama dari Devonshire. Dalam bukunya yang pertama
Misteri di Styles, dicipta-kannya tokoh detektif orang Belgia yang kemudian jadi
sangat terkenal, Hercule Poirot.
Hercule Poirot meraih kepopuleran setara dengan tokoh ciptaan Conan Doyle,
Sherlock Holmes. Buku ini terbit di tahun 1920, sedangkan karya puncaknya yang
terkenal, Pembunuhan Atas Roger Ackroyd diterbitkan pada tahun 1926. Ia menulis
sekitar 75 novel detektif, novel roman dengan nama samaran Mary Westmacott, dan
banyak lagi cerita pendek serta drama-termasuk The Mousetrap, yang setelah 21
tahun lebih masih juga dipentaskan di London. Banyak karyanya yang diangkat ke
layar putih oleh MGM, termasuk Sepuluh Anak Negro dan Witness for the
Prosecution. Agatha Christie adalah pengarang Inggris yang karya-karyanya sampai
saat ini paling banyak dibaca orang, dan ia wanita yang paling berhasil mengeruk
uang dari 'pembunuhan' sesudah Lucrezia Borgia! Agatha Christie menikah dengan Sir Max
Mallowan, seorang ahli arkeologi yang terkenal.
Agatha meninggal tahun 1976, setahun setelah Tirai diterbitkan. Dalam buku
tersebut, detektif ulung Hercule Poirot meninggal dunia.
Bab 1 Nyonya McGillicuddy terengah-engah menyusuri peron mengikuti
langkah yang mengangkut bagasinya. Nyonya McGillicuddy bertubuh pendek-kekar-
sedang si kuli, tinggi dan panjang langkahnya. Tambahan pula, Nyonya
McGillicuddy repot membawa bermacam-macam bungkusan belanjaan untuk Hari Natal.
Jelas, pacuan itu tidak seimbang. Ketika si Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
kuli membelok di sudut peron, Nyonya McGillicuddy masih berjalan lurus.
Peron 1 saat itu sebenarnya tak terlalu ramai, karena baru saja ada kereta api
yang berangkat. Tapi di seberang sana gerombolan manusia bergegas ke segala
arah, dari atau ke stasiun bawah tanah, kantor penitipan barang, ruang minum
teh, kantor informasi, papan-papan petunjuk, dan dua buah "muara", Kedatangan
dan Keberangkatan, yang menghubungkan stasiun itu dengan dunia luar.
Meskipun tersenggol-senggol dan terdorong-dorong, akhirnya tiba juga Nyonya
McGillicuddy berikut bungkusan-bungkusannya di pintu masuk ke Peron 3.
Diletakkannya satu bungkusan di dekat kaki, lalu merogoh tas untuk mencari
karcis. Hanya dengan karcis ia akan selamat melewati si galak
berseragam yang menjaga pintu masuk.
Tepat pada waktu itu sebuah suara parau tapi sopan bergema masuk ke telinganya.
"Kereta api di Peron 3," ujar suara itu, "berangkat jam 4.50 ke Brackhampton,
Milches-ter, Waverton, Carvil Junction, Roxeter, dan berhenti di Chadmouth. Para
penumpang dengan tujuan Brackhampton dan Milchester dipersilakan naik ke gerbong
belakang. Penumpang jurusan Vanequay silakan ganti kereta di Roxeter." Suara itu
hilang setelah bunyi 'klik', kemudian kedengaran lagi mengumumkan
kedatangan kereta 4.35 dari Birmingham dan Wolverhampton di Peron 9.
Nyonya McGillicuddy menemukan karcisnya, lalu menyerahkannya. Si penjaga
melubangi karcis itu sambil bergumam, "Kanan-belakang."
Nyonya McGillicuddy melangkah mantap di sepanjang peron dan
menemukan kuli pembawa barangnya di depan pintu gerbong kelas tiga.
Tampak betul ia bosan, matanya menatap langit-langit peron.
"Silakan, Nyonya."
"Saya naik gerbong kelas satu," kata Nyonya McGillicuddy.
"Kok tidak bilang dari tadi," si kuli mengomel. Diliriknya mantel Nyonya
McGillicuddy yang terbuat dari kain murahan dan berpotongan maskulin.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
8 Padahal Nyonya McGillicuddy tadi sudah mengatakannya. Tapi ia tak membantah. Ia
betul-betul lelah kehabisan napas.
Kuli itu mengambil kopornya kembali lalu menuju gerbong sebelah. Dalam kabinnya
Nyonya McGillicuddy sendirian saja. Benar-benar nyaman.
Kereta 4.50 sore tidak terlalu disukai. Penumpang kelas satu biasanya lebih suka
naik kereta ekspres pagi yang lebih cepat atau kereta pukul 6.40 sore yang ada
restorasinya. Nyonya McGillicuddy memberi tip dan si kuli jelas menerimanya
dengan kecewa. Tip sekecil itu dianggapnya lebih pantas diberikan oleh penumpang
kelas tiga. Setelah semalaman naik kereta malam dari Utara, ditambah dengan
sehari penuh repot berbelanja, Nyonya McGillicuddy memang tak keberatan
mengeluarkan banyak uang agar dapat menikmati perjalanan yang nyaman-tapi ia
bukan orang yang royal memberi tip.
Ia bersandar ke bantal-bantal mewah sambil menarik napas lega, lalu membuka
majalah. Lima menit kemudian peluit melengking, dan kereta pun berangkat.
Majalah itu meluncur jatuh dari tangannya, kepalanya terkulai ke samping, tiga
menit kemudian ia sudah tertidur pulas. Tiga puluh lima menit lamanya ia
tertidur dan ketika bangun ia merasa segar kembali. Ia membetulkan topinya yang
miring, lalu menegakkan duduknya dan memandang ke luar jendela. Pemandangan
pedesaan di luar berkelebatan bagai terbang. Hari sudah gelap sekarang. Hari yang berkabut di
9 bulan Desember. Hari Natal tinggal lima hari lagi. Di London cuaca mendung dan
muram; tapi di pedesaan pun tak kalah muramnya,
meskipun kadang-kadang tampak ceria juga dengan serpih-serpih cahaya bila kereta
sedang melintasi kota atau stasiun.
"Teh yang terakhir, Nyonya," kata seorang petugas sambil tiba-tiba membuka pintu
koridor seperti jin. Nyonya McGillicuddy tadi sudah minum teh di sebuah toko
serba ada dan sekarang ia merasa cukup kenyang. Petugas terus melaksanakan
tugasnya di sepanjang koridor, sambil mengulang-ulang kata-kata yang sama.
Dengan puas Nyonya Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
McGillicuddy memandangi pelbagai bungkusannya yang tersusun di rak.
Handuk wajah itu mutunya baik sekali dan persis seperti yang diinginkan
Margaret. Senapan luar angkasa untuk Robby dan kelinci untuk Jean benar-benar
memuaskan. Dan mantel pendek untuk pesta malam, persis seperti yang
dibutuhkannya, hangat tapi bergaya. Pullover untuk Hector, dan... dengan puas ia
membayangkan semua belanjaan yang telah dipilih dan dibelinya.
Ia kembali memandang ke luar jendela; sebuah kereta dari arah
berlawanan datang berdecit-decit, menggetarkan jendela dan
mengejutkannya. Kereta itu berderak melintasi sambungan rel lalu melewati sebuah
stasiun. Kemudian tiba-tiba kereta yang ditumpanginya mengurangi kecepatan, mungkin
karena ada si-10 nyai. Selama beberapa menit keretanya hanya beringsut-ingsut, lalu berhenti; tak
lama kemudian berjalan lagi. Sebuah kereta dari depan datang berkelebat, tapi
tidak mengejutkan seperti yang pertama tadi.
Kereta mulai dipacu lagi. Pada saat itu, sebuah kereta lain dengan jurusan sama
menjejeri kereta Nyonya McGillicuddy. Bunyi gemuruh kedua kereta itu hampir-
hampir membuat orang ngeri. Beberapa saat kedua kereta itu melaju sejajar,
sekali-sekali bergantian saling mendahului. Lewat jendelanya, Nyonya
McGillicuddy melihat ke jendela gerbong-gerbong kereta satunya. Sebagian besar
tirai jendelanya diturunkan, tapi kadang-kadang ada juga penumpang yang tampak.
Kereta itu tak begitu penuh. Banyak kompartemennya yang -kosong.
Di saat seolah-olah kedua kereta itu tak bergerak, tirai jendela di kereta
satunya mendadak ada yang tergulung ke atas dengan suara keras. Nyonya
McGillicuddy memandang ke gerbong kelas satu yang terang, yang jauhnya hanya
beberapa kaki saja. Kemudian tiba-tiba napasnya tertahan dan ia terlonjak setengah
berdiri. Dilihatnya seorang laki-laki berdiri membelakangi jendela. Kedua tangannya
mencengkeram leher wanita di hadapannya. Tanpa rasa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kasihan, wanita itu dicekiknya. Mata wanita itu melotot, wajahnya berubah jadi
ungu. Sementara Nyonya McGillicuddy memperhatikan
dengan terpana, 11 adegan itu pun berakhir. Tubuh wanita itu lemas terkulai di tangan si laki-laki:
Saat itu kereta Nyonya McGillicuddy melambat lagi, sedangkan kereta satunya
malah semakin melaju. Kereta itu pun lewat dan sekejap
kemudian hilang dari pandangan.
Hampir secara otomatis tangan Nyonya McGillicuddy langsung meraih rem darurat,
tapi kemudian dia ragu-ragu. Apa gunanya menghentikan kereta yang ia tumpangi"
Kejadian yang dilihatnya dari dekat tadi begitu mengerikan dan situasinya begitu
luar biasa, sehingga membuatnya terlongong-longong. Ia harus melakukan sesuatu-tapi apa"
Pintu kompartemennya terbuka dan kondektur berkata, "Karcisnya, Nyonya."
Dengan bernapsu Nyonya McGillicuddy menoleh padanya.
"Ada wanita dicekik," katanya. "Di kereta yang baru saja lewat. Saya
melihatnya." Kondektur menatapnya ragu-ragu.
"Maaf, Nyonya?"
"Ada pria mencekik wanita! Di kereta api. Saya lihat-lewat situ." Ia menunjuk ke
jendela. Kondektur kelihatan ragu-ragu sekali.
"Dicekik?" katanya tak percaya.
"Iya, dicekik! Saya melihatnya. Anda harus segera ambil tindakan!"
Kondektur mendehem penuh maklum.
"Apa bukan karena Nyonya baru saja ketiduran tadi, lalu-" Dengan sopan ia tak
melanjutkan. 12 "Saya memang tidur tadi, tapi kalau Anda mengira saya hanya mimpi saja, Anda
betul-betul keliru. Saya melihatnya. Betul."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pandangan kondektur jatuh ke majalah terbuka yang menggeletak di kursi. Di
halaman yang terbuka ada gambar wanita sedang dicekik sementara seorang laki-
laki lain mengancam kedua orang itu dengan revolver dari ambang pintu.
Dengan nada membujuk kondektur berkata, "Nah, apa bukan karena Nyonya baru saja
membaca cerita seru tadi, lalu buku itu jatuh begitu saja ketika tertidur, lalu
waktu bangun Nyonya sedikit bingung-"
Nyonya McGillicuddy memotong.
"Saya melihatnya," katanya. "Waktu itu saya sungguh sadar, sesadar-sadarnya-
seperti Anda sekarang. Saya memandang ke luar jendela, ke jendela kereta yang
tadi searah dengan kereta ini, dan saya lihat ada pria sedang mencekik wanita.
Dan saya ingin tahu, apa tindakan Anda sekarang?"
"Yah-" "Tentunya Anda akan mengambil suatu tindakan?"
Dengan malas kondektur menghela napas dan melihat ke arlojinya.
"Tepat tujuh menit lagi kita akan sampai di Brackhampton. Saya akan laporkan apa
yang Nyonya ceritakan tadi. Ke arah mana kereta yang Anda sebut-sebut tadi?"
13 "Searah dengan kereta ini, tentu saja. Masa Anda pikir saya dapat melihat,
semuanya itu jika keretanya cuma berkelebat ke arah yang berlawanan?"
Agaknya kondektur berpendapat Nyonya McGillicuddy mampu melihat apa saja di mana
saja, sesuai dengan angan-angannya. Namun ia tetap bersikap sopan.
"Percayalah, Nyonya," katanya. "Pernyataan Nyonya akan saya laporkan.
Bagaimana kalau saya minta nama dan alamat Nyonya-siapa tahu..."
Nyonya McGillicuddy memberikan alamatnya untuk beberapa hari ini, berikut alamat
tetapnya di Skotlandia, dan kondektur mencatatnya.
Kemudian ia berlalu dengan sikap orang yang baru saja melaksanakan tugas dan
berhasil mengatasi seorang penumpang yang menyebalkan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi Nyonya McGillicuddy tetap mengerutkan dahi. Ia masih merasa kurang puas.
Apakah kondektur itu betul-betul akan melaporkan
pernyataannya" Atau jangan-jangan ia hendak menenangkannya saja"
Samar-samar terlintas di benaknya, bahwa memang banyak wanita tua yang dalam
perjalanan mengaku telah membongkar komplotan komunis, merasa terancam akan
dibunuh orang, melihat piring terbang dan
pesawat ruang angkasa misterius, dan melaporkan peristiwa pembunuhan yang tak
pernah terjadi. Kalau kondektur itu menganggap dia wanita macam itu...
14 Kereta api kini melambat, melintasi beberapa sambungan dan
menghambur ke dalam cahaya terang sebuah kota kecil.
Nyonya McGillicuddy membuka tasnya, mengeluarkan secarik resi
pembayaran. Hanya itu yang bisa ditemukannya, Kemudian di balik resi itu ia
menulis dengan ball-point, memasukkan kertas itu ke amplop kosong yang kebetulan
ada, menutup amplop itu dan menulis suatu alamat.
Pelan-pelan kereta masuk ke peron yang penuh sesak. Terdengar suara yang di
mana-mana kedengarannya sama saja,
"Kereta api yang baru tiba di Peron 1 adalah kereta api 5.38 menuju Milchester,
Waverton, Roxeter, dan berakhir di Chadmouth. Para
penumpang yang ingin menuju Market Basing silakan naik kereta api di Peron 3.
Anjungan 1 untuk perhentian kereta yang ke Carbury."
Dengan harap-harap cemas mata Nyonya McGillicuddy menelusuri peron.
Penumpang begitu banyak, tapi kuli barang begitu sedikit. Nah, itu dia!
Dengan lambaian tegas dipanggilnya kuli barang itu.
"Pak! Tolong antar ini segera ke Kantor Kepala Stasiun."
Diserahkannya amplop tadi, berikut uang satu shilling.
Dengan menarik napas lega, ia menyandarkan diri. Yah, telah
dikerjakannya apa yang bisa dia lakukan. Sekejap ada juga sedikit rasa sesal,
kalau 15 ingat uang satu shilling tadi... Sebetulnya enam
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pence saja sudah cukup...
Di benaknya terbayang kembali adegan yang disaksikannya tadi.
Mengerikan, sungguh mengerikan.... Ia tergolong wanita tabah, toh ia sampai
gemetaran. Alangkah anehnya-alangkah ajaibnya pengalamannya kali ini. Elspeth
McGillicuddy! Kalau saja tirai jendela itu tidak kebetulan terlepas dan
menggulung ke atas... Tapi memang, ya-tentu saja itu campur tangan Yang
Mahakuasa. Tuhan telah menggariskan bahwa ia, Elspeth McGillicuddy, harus
menjadi saksi sebuah pembunuhan. Bibirnya merapat gemas.
Terdengar suara-suara keras di mikrofon, peluit berbunyi, pintu-pintu kereta
ditutup berdentam-an. Pelan-pelan kereta 5.38 beranjak, keluar dari Stasiun
Brackhampton. Satu jam lima menit kemudian kereta
berhenti di Milchester. Nyonya McGillicuddy mengemasi bungkusan-bungkusan dan kopornya, lalu keluar. Di
peron ia menoleh ke kiri ke kanan. Ia menilai: kuli barang kurang. Agaknya kuli-
kuli barang sedang sibuk mengangkuti kantung surat pos dan mengurusi mobil
pengangkut barang. Tampaknya zaman sekarang para penumpang diharapkan membawa
barang-barangnya sendiri. Yah, mana mungkin ia sekaligus menjinjing kopor, payung, dan semua
bungkusan itu" Ia harus menunggu. Tak lama kemudian berhasil juga ia mendapatkan
kuli barang. 16 "Taksi?" "Saya kira ada yang menjemput."
Di luar Stasiun Milchester, seorang sopir taksi yang sudah sejak tadi
memperhatikan pintu keluar stasiun datang menghampiri. Nada
bicaranya lembut, khas logat setempat.
"Nyonya McGillicuddy" Ke St. Mary Mead?"
Nyonya McGillicuddy membenarkan. Kuli barang diberinya tip
secukupnya, bahkan dapat dikatakan besar. Taksi pun bersama Nyonya McGillicuddy,
kopor, berikut semua bungkusannya, melaju menembus malam. Jarak yang mesti


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditempuh sembilan mil. Nyonya McGillicuddy tetap duduk tegak di dalam mobil.
Sama sekali tak dapat santai.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Perasaannya sudah demikian menggebu-gebu-hampir meluap. Akhirnya taksi itu
menyusuri jalan desa yang telah begitu dikenalnya dan berhenti di tempat tujuan.
Nyonya McGillicuddy turun dan langsung melintasi jalan setapak dari batu bata
menuju pintu rumah. Sopir meletakkan barang-barang di dalam rumah, begitu pintu
dibuka oleh seorang pembantu yang sudah tua. Langsung saja Nyonya McGillicuddy
melintasi lorong rumah menuju ruang duduk yang pintunya memang
terbuka. Di sana sudah menunggu si nyonya rumah. Seorang nyonya tua yang sudah
renta. "Elspeth!" "Jane!"
Mereka berciuman, dan tanpa pendahuluan atau
17 basa-basi lagi, berhamburanlah kata-kata dari mulut Nyonya
McGillicuddy. "Oh, Jane!" serunya. "Aku baru saja melihat pembunuhan!"
Bab 2 I Sesuai dengan yang diajarkan ibu dan neneknya-yaitu: wanita sejati yang anggun
tak pernah terkejut ataupun merasa heran-Miss Marple cuma mengangkat alis dan
menggeleng-gelengkan kepala. Sahutnya,
"Pasti meresahkan sekali, Elspeth, dan sungguh luar biasa. Kukira lebih baik
kauceritakan segera."
Memang itu yang ingin dilakukan Nyonya McGillicuddy. Ia membiarkan dirinya
dibimbing ke dekat perapian, lalu duduk, melepas sarung tangan dan mulai
bercerita. Lengkap dan jelas.
Dengan penuh perhatian Miss Marple mendengarkan. Ketika akhirnya Nyonya
McGillicuddy berhenti bicara untuk mengambil napas, Miss Marple berkata dengan
penuh kepastian. "Kukira sebaiknya sekarang kau naik ke loteng, lepaskan topi dan cuci muka.
Kemudian kita akan makan malam-selama makan kita tidak akan membicarakan hal ini
sama sekali. Setelah makan baru kita akan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membicarakannya sampai terinci dan merundingkannya dari segala
sudut." 19 Nyonya McGillicuddy setuju. Kedua wanita itu makan malam sambil mengobrol
tentang pelbagai masalah kehidupan di desa St. Mary Mead.
Miss Marple memberi komentar tentang pemain organ baru yang kurang dipercaya
penduduk desa, menyinggung skandal terakhir tentang istri apoteker, dan tentang
ketidakcocokan antara ibu kepala sekolah dengan lembaga desa. Kemudian
pembicaraan beralih mengenai kebun masing-masing.
"Peoni itu," kata Miss Marple sambil bangkit dari kursinya, "benar-benar tak
bisa diduga. Kalau tidak tumbuh-ya mati, itu saja. Tapi kalau tumbuh, maka peoni
akan hidup selamanya. Dan varietasnya begitu indah-indah sekarang."
Mereka kembali duduk di dekat perapian. Dari lemari di sudut Miss Marple
mengeluarkan dua gelas Waterford kuno, dan dari lemari lainnya mengeluarkan
sebuah botol. "Malam ini kau tak usah minum kopi, Elspeth," katanya. "Sudah terlalu tegang
(dan memang pantas!). Mungkin malah kau tak bisa tidur nanti.
Bagaimana kalau segelas anggur saja, lalu nanti-mungkin-secangkir teh?"
Setelah Nyonya McGillicuddy setuju, Miss Marple menuangkan
anggurnya. "Jane," kata Nyonya McGillicuddy sambil menghirup mencicipi, "kau rak menganggap
aku cuma mimpi atau berangan-angan, kan?"
"Tentu saja tidak," jawab Miss Marple dengan
20 hangat. Nyonya McGillicuddy menarik napas lega.
"Kondektur itu," katanya, "berpendapat demikian. Memang ia sopan dan ramah,
begitupun-" "Elspeth, dalam situasi demikian kukira itu wajar saja. Kedengarannya memang
seperti kisah yang tak masuk akal. Lagi pula ia sama sekali tak kenal kau. Tapi
aku, sedikit pun aku tak ragu bahwa kau memang melihat apa yang kauceritakan
tadi. Sungguh luar biasa-tapi bukannya sama Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
sekali tak mungkin. Seingatku, dulu aku sendiri pernah terkesan waktu ada kereta
yang kebetulan berjalan pararel dengan keretaku. Waktu itu aku jadi sadar,
betapa jelas dan gamblangnya kita bisa melihat ke dalam beberapa gerbong kereta
lainnya. Aku ingat, waktu itu ada anak
perempuan sedang bermain dengan boneka beruang. Mendadak ia
sengaja melemparkan bonekanya ke laki-laki gemuk yang sedang tidur di pojok.
Laki-laki itu terlonjak bangun dan marah sekali, sedangkan penumpang yang
satunya tampak senang. Semuanya itu kulihat dengan jelas sekali. Bahkan setelah
itu aku pasti dapat menggambarkan tiap orang dengan tepat: bagaimana rupanya dan
dandanannya." Nyonya McGillicuddy mengangguk penuh terima kasih.
"Memang begitu. Persis."
"Laki-laki itu membelakangimu, katamu. Jadi kau tak lihat wajahnya?"
21 'Tidak." "Dan wanitanya, dapat kau menggambarkannya" Muda, tua?"
"Muda. Antara tiga puluh dan tiga puluh lima, kukira. Aku tak bisa memberi
perkiraan yang lebih tepat." "Cantik?"
"Itu lagi-lagi aku tak bisa bilang. Soalnya, wajahnya merat-merot tak keruan
dan-" Cepat-cepat Miss Marple menambahkan, "Ya, ya, aku paham sekali. Bagaimana
pakaiannya?" "Memakai semacam mantel bulu, warnanya pucat. Tidak bertopi.
Rambutnya pirang." "Dan kau tak ingat kalau-kalau ada sesuatu yang mencolok tentang laki-laki itu?"
Sejenak Ny. McGillicuddy mengingat-ingat sebelum menjawab.
"Ia jangkung-berambut hitam, kukira. Mantelnya tebal sehingga aku tak bisa
mengira-ngira bentuk tubuhnya dengan baik." Dengan nada putus asa ia
menambahkan, "Memang terlalu sedikit untuk dipakai melacak."
"Tapi toh ada artinya," kata Miss Marple. Setelah diam sebentar ia berkata lagi,
"Kauyakin, wanita itu betul-betul-mati?"
"Mati, aku yakin. Lidahnya terjulur ke luar dan-ah, lebih baik aku tak bicara
soal itu...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tentu saja, tentu saja," cepat-cepat Miss Marple menjawab. "Kukira kita akan
tahu lebih banyak besok pagi."
22 "Besok pagi?" "Kukira beritanya akan muncul di koran pagi. Setelah laki-laki itu menyerang dan
membunuhnya, ia jadi punya mayat yang harus diurus.
Akan diapakan mayat itu" Tentunya ia akan meninggalkan kereta
secepatnya, di stasiun terdekat-o ya, kauingat gerbongnya berkoridor atau
tidak?" "Tidak." "Jadi kereta itu bukan kereta jarak jauh. Pasti berhenti di Brackhampton.
Katakan saja ia memang turun dari kereta di
Brackhampton, mungkin setelah mayatnya diatur sedemikian, duduk di sudut dengan
wajah tersembunyi di balik kerah mantel, supaya tidak terlalu cepat ketahuan.
Ya, kukira itulah yang akan dilakukannya. Tapi tentu saja hal itu akan ketahuan
juga dan kubayangkan berita tentang wanita yang dibunuh dan ditemukan mayatnya
dalam kereta api hampir pasti akan muncul di koran pagi-kita lihat saja nanti."
II Tapi koran pagi tak memuat apa pun.
Setelah memastikan bahwa memang tak ada koran yang memuat berita tentang itu,
Miss Marple dan Nyonya McGillicuddy menghabiskan
sarapan mereka dengan berdiam diri. Keduanya tercenung.
Setelah makan pagi selesai, mereka berjalan-jalan mengitari kebun.
Kalau biasanya acara ini 23 amat mengasyikkan, kali ini dilakukan dengan setengah hati. Memang Miss Marple
menunjukkan beberapa species baru dan langka yang baru diperolehnya untuk kebun-
karangnya, tapi itu dilakukannya hampir-hampir seperti sambil melamun. Dan tidak
seperti biasanya pula, Nyonya McGillicuddy tidak menimpalinya dengan cerita
tentang koleksinya yang terbaru.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kebun ini benar-benar tidak seperti semestinya," kata Miss Marple, tapi tetap
seperti sedang melamun. "Dokter Haydock benar-benar melarangku membungkuk atau
berlutut-nah, apa pula yang bisa kita kerjakan kalau membungkuk dan berlutut
tidak boleh" Memang ada si tua Edwards-tapi ia begitu keras kepala. Dan pekerja
harian begini akan menumbuhkan kebiasaan buruk. Hanya minum-minum teh saja dan
mengerjakan tetek-bengek-tak pernah bekerja sungguh-sungguh."
"Oh, aku tahu," kata Nyonya McGillicuddy. "Yang terang aku juga dilarang
membungkuk, tapi coba, terutama sehabis makan-apalagi
beratku sudah bertambah begini,"-Dipandanginya tubuhnya sendiri yang cukup
gemuk-"jantungku jadi panas."
Keduanya diam. Kemudian dengan mantap Nyonya McGillicuddy
menjejakkan kakinya ke tanah, berdiri tegak dan berpaling ke kawannya.
"Bagaimana?" tanyanya.
Meskipun yang diucapkan cuma sebuah kata
24 yang sepele, namun nadanya penuh arti. Miss Marple menangkap makna pertanyaan
itu. "Aku tahu," katanya.
Kedua wanita itu saling berpandangan.
"Kukira," kata Miss Marple, "kita sebaiknya ke kantor polisi saja, menemui
Sersan Cornish. Ia cerdas lagi sabar, dan aku kenal baik dengannya. Kukira ia
akan mau mendengarkan-dan meneruskan informasi ini ke pihak yang tepat."
Demikianlah, sekitar tiga perempat jam kemudian, Miss Marple dan Nyonya
McGillicuddy sudah bercakap-cakap dengan pria berwajah segar tapi serius yang
usianya antara tiga puluh dan empat puluh tahun. Ia mendengarkan mereka dengan
penuh perhatian. Frank Cornish menerima Miss Marple dengan hangat, bahkan dengan hormat.
Ditariknya kursi untuk kedua wanita itu, lalu berkata, "Nah, apa yang dapat kami
lakukan untuk Anda, Miss Marple?"
Miss Marple berkata, "Saya mohon Anda mau mendengarkan cerita kawan saya Nyonya
McGillicuddy ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan Sersan Cornish memang mendengarkan. Setelah selesai, ia diam saja beberapa
saat. Lalu katanya, "Cerita yang sungguh luar biasa." Ketika Nyonya McGillicuddy sedang bercerita
tadi, tanpa kentara ia telah mengawasi dan menilai
kepribadian nyonya itu. 25 Secara keseluruhan, kesannya baik. Wanita ini rasional, dapat bercerita dengan
jelas; sejauh yang bisa dilihatnya, ia bukan jenis wanita pelamun atau histeris.
Lagi pula kelihatannya Miss Marple percaya pada
kebenaran kisah kawannya. Padahal ia kenal Miss Marple. Semua orang di St. Mary
Mead kenal Miss Marple; wanita yang kelihatannya ruwet dan suka bingung, padahal
otaknya tajam dan sangat rasional.
Ia mendehem dan berkata. "Tentu saja," katanya, "ada kemungkinan Anda salah-tak berarti saya mengatakan
Anda salah, lho-tapi kemungkinan itu ada. Sekarang banyak orang suka main-main-
mungkin saja kejadian itu tidak serius dan tidak menyebabkan kematian."
"Saya tahu betul apa yang saya saksikan," sahut Nyonya McGillicuddy geram.
"Dan kau begitu yakinnya," pikir Frank Cornish, "dan kukira, mungkin atau tak
mungkin, ada kemungkinan kau benar."
Tapi mulutnya berkata, "Anda sudah lapor ke pegawai perkeretaapian, dan sekarang
Anda datang kemari melaporkannya kepada saya. Itu
sudah betul dan Anda boleh percaya saya akan mengusut perkara ini."
Di situ ia berhenti. Miss Marple mengangguk pelan. Ia puas. Nyonya McGillicuddy
tidak begitu puas, tapi tidak mengatakan apa-apa. Lalu Sersan Cornish mengajukan
pertanyaan lain kepada Miss Marple. Lebih banyak karena ingin mendengar apa
26 komentarnya daripada karena ingin menanyakan gagasan.
"Berdasarkan fakta-fakta yang dilaporkan ini," katanya, "menurut Anda mayatnya
diapakan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kelihatannya hanya ada dua kemungkinan," sahut Miss Marple tanpa ragu. "Yang
paling mungkin tentu saja, mayat itu ditinggalkan di kereta.
Tapi sekarang agaknya itu tak mungkin, karena kalau memang begitu, tentu mayat
itu sudah ditemukan orang tadi malam. Oleh penumpang lain, atau oleh pegawai
kereta api di stasiun yang terakhir."
Frank Cornish mengangguk.
"Satu-satunya cara lain yang mungkin dilakukan si pembunuh adalah melempar mayat
itu ke luar selagi kereta masih berjalan. Saya yakin mayat itu masih ada di
sekitar jalur rel dan belum ditemukan orang-meskipun agaknya hal ini tak
mungkin. Tapi sejauh yang saya lihat, tak ada lagi cara lain."
"Kan kadang-kadang ada berita tentang mayat yang dimasukkan dalam peti," kata
Nyonya McGillicuddy. "Tapi sekarang tak ada lagi orang yang bepergian dengan
membawa-bawa peti, cuma kopor saja. Padahal kita tak bisa memasukkan mayat ke
dalam kopor." "Ya," kata Cornish. "Saya setuju dengan Anda berdua. Mayatnya, jika memang ada
mayat, seharusnya sekarang sudah ditemukan orang, atau tak lama lagi. Saya akan
memberi tahu Anda sekalian jika ada
perkembangan lebih lanjut- meskipun Anda dapat juga membacanya di 27
koran. Tentu saja masih ada kemungkinan, bahwa wanita itu, meskipun diserang
sedemikian kejinya, tapi ia tidak mati. Mungkin saja ia masih dapat berjalan
sendiri-turun dari kereta."
"Tak mungkin tanpa bantuan orang," kata Miss Marple. "Dan kalau memang demikian,
hal itu pasti menarik perhatian. Seorang pria
memapah wanita yang katanya sakit."
"Ya, tentu pasti ada yang memperhatikan," kata Cornish. "Atau bila ada wanita
yang ditemukan pingsan atau sakit di gerbong lalu dipindahkan ke rumah sakit,
pasti juga akan tercatat. Saya kira Anda boleh yakin akan mendengar kabar tak
lama lagi." Tapi hari itu berlalu. Juga hari berikutnya. Malam itu Miss Marple menerima
surat dari Sersan Cornish.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sehubungan dengan masalah yang Anda laporkan kepada saya, kami
telah mengadakan pengusutan, tapi tanpa hasil. Tak ada orang yang menemukan
mayat wanita. Tak ada rumah sakit yang telah merawat
wanita seperti yang Anda gambarkan, tak ada wanita yang menderita shock atau
sakit, atau meninggalkan stasiun dengan dipapah seorang laki-laki. Pokoknya
pengusutan yang tuntas telah kami laksanakan.
Menurut pendapat saya, kawan Anda memang telah menyaksikan adegan seperti yang
diceritakannya, tetapi adegan tersebut sebenarnya tidak seserius seperti yang
diduganya. Bab 3 I "Tidak seserius itu" Omong kosong!" kata Nyonya McGillicuddy. "Itu pembunuhan!"
Dengan menantang ditatapnya Miss Marple. Miss Marple menatap balik.
"Ayolah, Jane," kata Nyonya McGillicuddy. "Katakan saja semua ini cuma
kekeliruan! Katakan itu semua cuma lamunanku belaka! Mestinya begitu kan pikirmu
sekarang?" "Siapa pun bisa salah," Miss Marple menyahut dengan lembut. "Siapa saja-bahkan
kau juga. Kukira itu mesti kita ingat. Tapi kautahu, 'aku toh masih berpikir
bahwa kau mungkin tidak keliru.... Kau memang berkaca mata kalau membaca, tapi
daya lihat jauhmu masih amat bagus-dan yang kaulihat itu meninggalkan kesan yang


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuat sekali padamu. Waktu baru tiba di sini kau betul-betul sedang shock."
"Betul-betul sesuatu yang tak mungkin kulupa-kan," kata Nyonya McGillicuddy
dengan bergidik. "Susahnya, aku tak tahu apa yang bisa kuperbuat sekarang!"
29 "Kukira," kata Miss Marple serius, "memang tak ada lagi yang dapat kaulakukan."
(Kalau saja Nyonya McGillicuddy memperhatikan nada suara kawannya, sama-samar
tentu ia akan menangkap bahwa kata kau agak lebih ditekankan.) "Kau telah
melaporkan apa yang kausaksikan-Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
kepada petugas kereta api dan polisi. Ya, tak ada lagi yang dapat kaulakukan."
"Melegakan juga sebenarnya," kata Nyonya McGillicuddy, "karena setelah Natal aku
akan langsung berangkat ke Srilangka, menginap di rumah Roderick. Aku tak ingin
menunda keberangkatanku. Aku sudah begitu bersemangat ingin ke sana. Meskipun
aku tentu bersedia menundanya, kalau itu memang kewajibanku," tambahnya dengan taat.
"Aku yakin kau bersedia, Elspeth, tapi seperti sudah kubilang, menurut aku kau
telah melakukan segala sesuatu yang bisa kaulakukan."
"Terserah polisi," kata Nyonya McGillicuddy. "Dan kalau polisi memilih bertindak
bodoh-" Miss Marple menggeleng keras-keras.
"Tidak," katanya, "polisi tidak bodoh. Dan itu justru membuat kasusnya jadi
menarik ya?" Nyonya McGillicuddy memandang kawannya tanpa mengerti dan Miss
Marple pun semakin yakin bahwa sahabatnya itu memang wanita yang berprinsip
teguh dan tak suka mengada-ada.
"Kita jadi ingin tahu," kata Miss Marple, "apa sih yang sebenarnya terjadi?"
"Ia dibunuh." 30 "Ya, tapi siapa yang membunuhnya, dan kenapa, dan mayatnya diapakan"
Di mana mayat itu sekarang?"
"Itu urusan polisi untuk mengusutnya."
"Persis-dan mereka belum juga menemukannya. Bukankah ini artinya, pria itu
pintar-pintar sekali. Kautahu, tak terbayang olehku," kata Miss Marple sambil
mengerutkan alis, "bagaimana cara ia menyingkirkannya....
Membunuh wanita karena kalap-tentunya pembunuhan itu tidak
direncanakan, tidak mungkin ia memilih membunuh wanita ketika
sebentar lagi kereta akan memasuki stasiun besar" Ya, mestinya
mereka bertengkar-cemburu-semacam itulah. Lalu di-cekiknya wanita itu-dan nah!
Bagaimana harus mengurus mayat justru pada saat kereta akan tiba di stasiun" Apa
yang bisa dilakukannya kecuali, seperti yang Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
pernah kukatakan, mendudukkan mayat itu di sudut sehingga kelihatan seolah-olah
sedang tidur, menyembunyikan wajahnya, lalu ia sendiri secepat mungkin turun
dari kereta. Aku tak lihat kemungkinan lain-padahal nyatanya pasti ada
kemungkinan lain..."
Miss Marple tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Nyonya McGillicuddy mengajaknya berbicara sampai dua kali, baru Miss Marple
menjawab. "Kau mulai tuli, Jane."
"Cuma sedikit, mungkin. Memang bagiku, sekarang orang-orang tidak bisa
mengucapkan kata-kata dengan jelas. Tapi itu tadi bukan karena 31
aku tak dengar. Cuma kurasa aku kurang memperhatikan."
"Aku cuma bertanya tentang kereta ke London besok. Apa naik kereta sore saja,
ya" Aku akan ke Margaret dan ia ingin aku datang untuk ikut minum teh."
"Elspeth, kau keberatan tidak naik kereta yang jam 12.15" Kita bisa makan siang
lebih awal." "Tentu saja tidak dan-"
Tetapi Miss Marple terus saja berbicara, tidak mempedulikan kata-kata kawannya,
"Dan kira-kira Margaret keberatan tidak kalau kau tidak datang pada saat minum
teh-tapi kira-kira baru pukul tujuh?"
Nyonya McGillicuddy memandang kawannya ingin tahu.
"Apa gagasanmu, Jane?"
"Elspeth, aku akan ikut kau ke London. Lalu kita akan naik kereta kembali kemari
dengan kereta yang kaunaiki dulu. Di Brackhampton kau turun dan naik kereta
balik ke London aku akan terus kemari seperti kau waktu itu. Tentu saja aku yang
akan bayar karcisnya." Soal yang terakhir ini amat ditekankan oleh Miss Marple.
Nyonya McGillicuddy mengabaikan saja soal ongkos-ongkos itu.
"Apa sih yang kauharapkan, Jane?" tanyanya. "Pembunuhan lagi?"
"Tentu saja tidak," Miss Marple terkejut. "Tapi harus kuakui, aku mesti lihat
sendiri, berdasarkan 32 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
petunjukmu, e-e-aduh, apa ya istilahnya-lokasi terjadinya peristiwa."
Demikianlah, keesokan harinya Miss Marple dan Nyonya McGillicuddy duduk
berhadapan di sudut sebuah gerbong kelas satu. Mereka sedang meninggalkan London
dengan kereta 4.50 sore dari Paddington.
Paddington lebih penuh daripada Jumat yang lalu-karena Hari Natal tinggal dua
hari lagi. Tapi kereta 4.50 ini relatif cukup nyaman-paling tidak di gerbong
belakang. Kali ini tak ada kereta yang menyusul kerefa mereka. Kereta mereka pun tidak
menyusul kereta lain. Kadang-kadang mereka berpapasan dengan kereta dari arah
berlawanan, yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sekali-sekali Ny. McGillicuddy
melihat ke jam tangannya dengan bimbang.
"Sungguh sulit menentukan kapan persisnya peristiwa itu terjadi-waktu itu kami
baru saja melewati sebuah stasiun yang aku kenal-" Tapi
mereka terus saja melewati stasiun-stasiun.
"Lima menit lagi mestinya kita sampai di Brackhampton," kata Miss Marple.
Kondektur muncul di ambang pintu. Miss Marple menatap dengan
pandangan bertanya. Nyonya McGillicuddy menggeleng. Kondekturnya lain. Ia
melubangi karcis mereka, kemudian berlalu. Jalannya agak terhuyung-huyung ketika
kereta melintasi sebuah belokan panjang.
Kecepatan kereta pun berkurang.
"Kukira sebentar lagi sampai di Brackhampton," kata Nyonya McGillicuddy.
33 "Sudah sampai di pinggiran kotanya, kukira," kata Miss Marple.
Di luar cahaya berkelebatan, juga bangunan-bangunan, dan sekali-sekali jalan dan
trem tampak sekilas-sekilas. Kereta semakin lambat. Mereka mulai melintasi
persimpangan rel. "Sebentar lagi sampai," kata Nyonya McGillicuddy, "dan sungguh aku sama sekali
tak melihat manfaat perjalanan ini. Kaudapat suatu gagasan, Jane?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Rasanya tidak," kata Miss Marple. Suaranya kedengaran ragu.
"Pemborosan yang menyedihkan," kata Nyonya McGillicuddy. Tetapi reaksinya tidak
sekeras bila ia sendiri yang harus membayar karcis.
Tentang itu Miss Marple memang tak dapat ditawar-tawar lagi.
"Bagaimanapun," kata Miss Marple, "saya kan ingin melihat dengan mata-kepala
sendiri tempat terjadinya peristiwa. Kereta ini cuma terlambat beberapa menit
saja. Keretamu tepat tibanya J umat lalu?"
"Kukira, ya. Tak begitu kuperhatikan."
Pelan-pelan kereta masuk ke Stasiun Brackhampton yang ramai.
Pengeras suara kedengaran serak, pintu-pintu kereta membuka dan menutup, orang-
orang masuk-keluar, berbondong-bondong di peron ke sana kemari tak menentu.
Sungguh ramai dan sibuk. Mudah, pikir Miss Marple, bagi seorang pembunuh untuk berbaur dalam orang banyak
itu, 34 meninggalkan stasiun di tengah begitu banyak orang yang berdesakan, atau bahkan
naik salah satu gerbong dan berangkat lagi ke mana pun tujuan akhir keretanya.
Memang mudah menjadi penumpang laki-laki di tengah begitu banyak orang. Tapi tak
semudah itu membuat sesosok mayat lenyap begitu saja. Mayat itu pasti ada di
suatu tempat. Nyonya McGillicuddy telah turun. Kini ia berbicara dari peron, lewat jendela
yang terbuka. "Nah, hati-hatilah, Jane," katanya. "Jangan sampai demam. Saat ini cuaca sedang
buruk-buruknya, dan kau tak lagi muda seperti dulu."
"Aku tahu," sahut Miss Marple.
"Dan tak usah kita pusingkan lagi soal ini. Kita sudah lakukan apa yang kita
bisa." Miss Marple mengangguk, dan berkata, "Jangan berdiri begitu di tengah cuaca
dingin, Elspeth. Bisa-bisa nanti kau yang demam. Pergilah minum teh di kafe.
Masih ada waktu, kok. Baru dua belas menit lagi keretamu berangkat ke London."
"Kukira aku akan minum teh dulu. Sampai ketemu lagi, Jane."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sampai ketemu lagi, Elspeth. Selamat Hari Natal. Kuharap Margaret baik-baik
saja. Banyak senang di Srilangka, dan salamku untuk Roderick-itu kalau ia masih
ingat aku." "Tentu saja ia ingat-ingat sekali. Kau pernah menolongnya waktu ia masih
sekolah-kalau tak 35 salah soal uang yang hilang dari locker-ia tak pernah melupakannya."
"Oh, itu!" kata Miss Marple.
Nyonya McGillicuddy berbalik, peluit berbunyi, kereta mulai bergerak.
Miss Marple memperhatikan tubuh kawannya yang pendek dan kekar
berjalan menjauh. Elspeth dapat berangkat ke Srilangka dengan hati ringan-ia
telah menyelesaikan tugasnya dan bebas dari segala kewajiban.
Sementara kereta semakin melaju, Miss Marple tidak juga
menyandarkan diri. Ia tetap duduk tegak dan serius berpikir. Meskipun jika Miss
Marple berbicara sering tak jelas pangkalnya dan suka berputar-putar, tapi jalan
pikirannya bening dan tajam. Kini ia menghadapi suatu masalah, yakni tentang apa
yang mesti dilakukannya. Dan mungkin agak aneh juga, baginya masalah itu mirip dengan yang dirasakan
Nyonya McGillicuddy, masalah kewajiban.
Kata Nyonya McGillicuddy, mereka berdua telah melakukan apa yang dapat mereka
lakukan. Memang itu benar untuk Nyonya McGillicuddy, tapi untuk dirinya sendiri-
Miss Marple tak yakin. Kadang-kadang ini lebih merupakan soal pemanfaatan bakat khusus yang dimiliki
seseorang- Tapi mungkin itu hanya rasa bangganya
yang berlebihan saja. Apa pula yang dapat dikerjakannya" Kata-kata kawannya
kembali terngiang, "Kau tak lagi muda seperti dulu...."
Dengan tenang, bagai jenderal yang sedang menyusun strategi, atau akuntan yang
sedang 36 memperhitungkan asset suatu bisnis, di dalam benaknya Miss Marple menimbang-
nimbang fakta-fakta yang mendukung dan yang
memberatkannya dalam mengambil tindakan selanjutnya. Di sisi kredit didaftarnya:
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
1. Pengalamanku yang luas dalam kehidupan dan dalam pergaulan dengan manusia.
2. Sir Henry Clithering dan putra baptisnya (sekarang di Scotland Yard, kurasa),
yang banyak membantu dalam kasus Little Paddocks.
3. Putra kedua kemenakanku Raymond, si David, yang aku hampir yakin, pasti
bekerja di Jawatan Kereta Api.
4. Putra Griselda, Leonard, yang luas sekali pengetahuannya mengenai peta.
Semua asset itu dipertimbangkannya kembali dan ia merasa yakin. Itu semua memang
amat perlu, untuk mengimbangi kelemahan-kelemahannya di sisi debit-terutama
kelemahan fisiknya. "Aku sendiri tak mungkin," pikir Miss Marple, "ke sana kemari melakukan
pengusutan dan penyelidikan."
Ya, itulah halangan yang paling besar: usia dan kelemahan fisiknya.
Meskipun untuk ukuran usianya, ia tergolong sehat, tapi ia memang sudah tua. Dan
kalau Dokter Haydock dengan tegas telah melarangnya untuk bekerja di kebun,
bagaimana pula reaksinya kalau ia berangkat melacak pembunuhan! Karena memang ia
telah 37 bertekad akan menyelidiki kasus pembunuhan ini-sesuatu yang justru harus
dihindarinya. Sebab jika sampai saat ini-katakanlah-ia sudah berkali-kali
berurusan dengan kasus pembunuhan, itu memang karena ia sendiri yang mencarinya.
Dan ia tak yakin jika kini itu yang diinginkannya- Ia
sudah tua-tua dan letih. Pada saat ini, di penghujung sebuah hari yang
melelahkan, terasa sekali betapa malasnya berurusan dengan apa pun.
Tak ada yang diinginkannya selain tiba di rumah, duduk di muka perapian dengan
sebaki makan malam, lalu tidur dan besok mondar-mandir
sejenak memotong-motong sedikit di kebun, merapi-rapikan ala
kadarnya, tanpa membungkuk,
tanpa memaksakan diri sedikit pun-
"Aku sudah terlalu tua untuk bertualang lagi," ujarnya sendiri sambil menatap
kosong ke luar jendela, ke tikungan di pematang rel.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tikungan.... Samar-samar ia teringat sesuatu-Persis setelah
kondektur melubangi karcis mereka-
Muncul sebuah gagasan. Hanya gagasan. Gagasan yang sama sekali lain....
Wajah Miss Marple merona merah. Tiba-tiba saja ia tak merasa capek sama sekali!
"Besok pagi aku akan menulis surat kepada David," katanya sendiri.
Dan saat itu juga sebuah asset berharga lain berkelebat di benaknya.
"Tentu saja. Florence-ku yang selalu setia!"
38 II Miss Marple pun menyusun langkah-langkahnya secara metodik. Karena waktu itu
sedang libur Natal, ia sediakan kelonggaran waktu secukupnya.
Memang jelas, ini menjadi faktor penunda.
Ditulisnya surat kepada cucu-kemenakannya, David West.
Digabungkannya ucapan Selamat Hari Natal dengan permintaan
informasi yang mendesak. Untungnya, seperti tahun-tahun yang lalu, ia diundang makan malam untuk
merayakan Hari Natal di rumah pastor. Nah, dengan demikian ia akan dapat bertemu
dengan Leonard karena ia pasti pulang untuk
merayakan Hari Natal. Ia akan dapat bertanya soal peta.
Leonard tergila-gila pada segala jenis peta. Mengapa mendadak wanita tua ini
menanyakan peta berskala besar dari suatu daerah tertentu, tidak membuatnya jadi
ingin tahu. Ia dapat secara umum berbicara tentang peta dengan lancarnya. Dengan
persis ia menuliskan untuk Miss Marple peta apa yang akan memenuhi kebutuhannya.
Bahkan, pertolongannya tak berhenti sampai di situ. Ia benar-benar menemukan peta
semacam itu dalam koleksinya dan meminjamkannya. Miss Marple berjanji akan
menggunakannya dengan hati-hati dan mengembalikannya pada waktunya nanti.
39 III Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Peta," kata ibunya, Griselda, yang anehnya tetap saja kelihatan muda dan
menarik, padahal ia tinggal di pastoran yang lusuh dan sudah mempunyai putra
yang sedang menginjak dewasa. "Mau apa ia dengan peta" Maksudku, untuk apa peta
itu?" "Tak tahu," kata Leonard, "rasanya ia tak mengatakannya."
"Aku jadi ingin tahu...," kata Griselda. "Membuatku curiga.... Orang setua dia,
mestinya tak usah lagi main-main dengan hal-hal semacam itu."
Leonard bertanya hal apa yang dimaksud ibunya, tapi jawabannya tetap tak jelas.
"Yah, mengendus-endus segala macam hal. Kenapa ia butuh peta?"
Beberapa waktu kemudian Miss Marple mendapat jawaban dari cucu-
kemenakannya, David West. Bunyinya begitu hangat:
Bibi Jane sayang, -Nah, mengincar apa lagi sekarang" Saya sudah mengumpulkan
informasi yang Bibi inginkan. Cuma dua kereta api yang memenuhi syarat-yang jam
4.33 sore dan 5.00 sore. Kereta yang
pertama itu kereta biasa, berhenti di Haling Broadway, Barwell Heath,


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Brackhampton, dan stasiun-stasiun ke arah Market Basing. Sedangkan yang jam 5.00
adalah kereta api cepat Welsh yang menuju Cardiff, Newport, dan Swansea. Kereta
yang pertama mungkin dapat
40 tersusul entah di mana oleh kereta 4.50 sore, meskipun seharusnya kereta itu
tiba di Brackhampton 5 menit sebelumnya dan kereta cepat Welsh menyalip kereta
4.50 persis sebelum Brackhampton.
Apa semua ini ada hubungannya dengan skandal di desa, tentang
seseorang yang menarik perhatian" Apakah waktu pulang dari
berbelanja di London dengan kereta 4.50, Bibi melihat istri Walikota sedang
dipeluk pengawas kebersihan di dalam kereta yang sedang
menyalip kereta Anda" Tapi apa perlunya mengetahui kereta mana yang menyalip
itu" Paling-paling mereka habis berakhir minggu di Porthcawl"
Terima kasih untuk pullover-nya. Persis seperti yang saya inginkan.
Bagaimana kebun Bibi" Tentunya musim ini sedang tak begitu banyak kegiatan"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sayang selalu, DAVID Miss Marple tersenyum sedikit, lalu menimbang-nimbang informasi yang tersodor di
depannya. Nyonya McGillicuddy dengan pasti sudah
menyatakan bahwa gerbong kereta itu tidak berkoridor. Jadi-bukan kereta api
cepat jurusan Swansea, berarti pasti kereta 4.33.
Bagaimanapun tampaknya ia harus bepergian juga sedikit. Miss Marple mendesah,
tapi ia tetap menyusun rencana.
Seperti sebelumnya, ia berangkat ke London dengan kereta 12.15, tetapi
kembalinya tidak naik 41 kereta 4.50 sore melainkan kereta 4.33 sore sampai Brackhampton.
Dalam perjalanan tidak terjadi peristiwa yang mengesankan, tetapi ia mencatat
beberapa hal kecil. Kereta itu tidak penuh-kereta 4.33
memang berangkat sebelum jam sibuk sore. Gerbong kelas satunya
hanya berpenumpang satu-seorang pria tua yang sedang membaca New Statesman. Miss
Marple duduk di kompartemen yang kosong. Di dua perhentian, yaitu Haling
Broadway dan Barwell Heath, ia melongok ke luar jendela untuk memperhatikan
penumpang-penumpang yang naik dan turun dari kereta api. Di Haling Broadway ada
beberapa penumpang kelas tiga yang naik. Di Barwell Heath beberapa penumpang
kelas tiga turun dari kereta. Tak seorang pun yang masuk atau keluar dari
gerbong kelas satu kecuali si pria tua yang membawa New Statesman.
Ketika kereta mendekati Brackhampton, menyusuri sebuah tikungan, Miss Marple pun
bangkit dan mencoba-coba berdiri membelakangi
jendela yang tirainya telah ia turunkan.
Ya, ia sudah membuktikan. Ketika tiba-tiba kereta menikung dan
berkurang kecepatannya, keseimbangan tubuhnya jadi terganggu;
tubuhnya tersentak menimpa jendela. Akibatnya, dengan mudah tirai dapat terepas
dari kaitannya dan tergulung ke atas. Miss Marple mengintip ke
kegelapan malam. Malam tak begitu pekat seperti ketika Nyonya
McGillicuddy yang bepergian- baru saja gelap, tapi sedikit sekali yang dapat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
42 terlihat. Untuk mengobservasi, ia harus lewat situ pada siang hari.
Keesokan harinya, dengan kereta pagi ia berangkat lagi ke London. Di sana ia
membeli empat sarung bantal linen (aduh, harganya!) dalam rangka menggabungkan
penyelidikan dengan pemenuhan kebutuhan
rumah tangga. Ia pulang naik kereta yang meninggalkan Paddington pada jam 12.15.
Lagi-lagi ia hanya sendirian di gerbong kelas satu. "Ini semua gara-gara pajak,"
pikir Miss Marple. "Ya, memang itu. Tak ada orang yang mampu bepergian naik
gerbong kelas satu kecuali orang-orang bisnis pada jam-jam sibuk. Kukira karena
mereka dapat meminta ganti uang transpor."
Kira-kira seperempat jam sebelum kereta dijadwalkan tiba di
Brackhampton, Miss Marple mengeluarkan peta yang dipinjamnya dari Leonard dan
mulai mengamati lingkungan pedesaan di situ. Sebelumnya ia telah mempelajari
peta itu dengan saksama. Begitu melihat nama stasiun yang baru saja mereka
lewati, ia segera tahu sampai di mana mereka saat itu; persis ketika kereta
mulai mengurangi kecepatan untuk menikung. Tikungan itu benar-benar panjang.
Dengan hidung tertempel di jendela, Miss Marple mempelajari tanah di bawah
(kereta api berjalan di pematang rel yang tinggi sekali) dengan teliti. Berganti-ganti
diperhatikannya pemandangan di luar dan mencocokkannya dengan peta, sampai
akhirnya kereta itu sampai di Brackhampton.
43 Malam itu ia menulis dan memposkan surat yang dialamatkan kepada Nona Florence
Hill, Madison Road No. 4, Brackhampton.... Keesokan paginya ia pergi ke
perpustakaan desa. Ia mempelajari buku petunjuk dan daftar nama-nama tempat di
Brackhampton, dan sebuah buku
sejarah daerah itu. Sampai kini belum ada sesuatu pun yang berlawanan dengan gagasan amat samar dan
tak lengkap yang muncul di benaknya. Apa yang
dibayangkannya mungkin saja benar-benar terjadi. Hanya itu yang berani
disimpulkannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi langkah berikutnya membutuhkan tindakan fisik. Tindakan fisik yang banyak
sekali, yang sama sekali tak cocok dengan kondisi fisiknya.
Kalau ia ingin membuktikan kebenaran atau kekeliruan teorinya secara pasti, di
tahap ini ia harus meminta pertolongan orang lain.
Pertanyaannya-siapa" Miss Marple memeriksa nama-nama dan segala kemungkinannya,
tapi segera dibatalkannya dengan gelengan gemas.
Semua orang pandai yang kecerdasannya dapat ia andalkan terlalu sibuk.
Tidak saja karena mereka terikat pekerjaan yang penting-penting, tetapi liburan
mereka pun biasanya sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Sedangkan
orang orang yang kurang cerdas, yang punya banyak waktu, langsung dicoret oleh
Miss Marple. Dengan semakin gemas dan bingung, Miss Marple termenung-berpikir keras.
44 Kemudian mendadak wajahnya berubah jadi cerah. Dari bibirnya
terlompat sebuah nama. "Tak salah lagi!" kata Miss Marple. "Lucy Eyelesbarrow !'
Bab 4 I Di kalangan tertentu, nama Lucy Eyelesbarrow sudah tak asing lagi.
Lucy Eyelesbarrow berusia tiga puluh dua. Semasa kuliah di Oxford, ia selalu
nomor satu di bidang matematik. Orang mengagumi otaknya yang brilyan dan diam-
diam mengharapkan dia akan mengukir karier hebat di bidang akademik.
Tetapi Lucy Eyelesbarrow, selain cemerlang di sekolah, ternyata juga cukup punya
akal sehat. Dilihatnya kehidupan akademik tidak mendapat penghargaan yang
sepantasnya. Ia tak berminat mengajar dan lebih suka berurusan dengan orang-
orang bodoh yang otaknya sama sekali tidak cemerlang. Pendek kata, ia suka
bergaul dengan manusia, segala macam manusia-dan bukan orang yang sama terus-
menerus. Terus Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
terang, ia juga suka uang. Untuk mendapat uang, orang harus
memanfaatkan kebutuhan. Maka segera saja Lucy Eyelesbarrow menemukan kebutuhan yang amat serius-
kebutuhan akan tenaga pembantu rumah tangga yang terampil di segala bidang.
Kawan-kawan serta rekan-rekannya
46 sampai terheran-heran, karena Lucy Eyelesbarrow masuk ke bidang pekerjaan
pembantu rumah tangga. Keberhasilannya terlihat nyata dan penghasilannya mantap. Sekarang, setelah
beberapa tahun berlalu, ia terkenal di seluruh kepulauan Inggris. Sudah jamak
para istri berkata dengan ceria kepada suami mereka, "Beres. Aku bisa ikut kau
ke Amerika. Aku sudah punya Lucy Eyelesbarrow!" Keistimewaan Lucy Eyelesbarrow
ialah, begitu ia masuk ke suatu rumah, semua kecemasan, keresahan, dan kerja
keras hilang menguap dari rumah itu. Lucy Eyelesbarrow mengerjakan semuanya,
memeriksa semuanya, mengatur semuanya. Betapa hebatnya ia
menangani segala urusan rumah tangga. Ia bisa merawat orang-orang jompo,
mengurusi anak-anak kecil, merawat orang sakit, memasak
makanan yang lezat-lezat, dapat bergaul dengan pembantu tua yang bagaimanapun
tak simpatiknya (biasanya tidak ada), tahu bagaimana melayani orang-orang yang
sulit, menghibur pemabuk, dan juga ahli mengurus anjing. Yang paling hebat dari
semua itu, ia tak pernah keberatan mengerjakan pekerjaan apa saja. Ia bersedia
menggosok lantai dapur, menggali-gali di kebun, membersihkan kotoran anjing,
bahkan mengambil batu bara!
Salah satu peraturan yang dibuatnya dan ditaatinya sendiri ialah, tak menerima
pekerjaan untuk jangka waktu lama. Biasanya ia hanya
menerima pekerjaan selama dua minggu-satu
47 bulan paling lama, dalam keadaan istimewa. Untuk dua minggu itu, Anda harus
membayar setinggi langit! Tapi, selama dua minggu itu, Anda bagaikan hidup di
surga. Anda benar-benar bisa santai, ke luar negeri, tinggal di rumah saja,
pokoknya sesuka Andalah. Anda boleh merasa Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
tenang karena segala urusan rumah tangga akan beres di tangan Lucy Eyelesbarrow.
Dengan sendirinya banyak sekali yang membutuhkan Lucy. Kalau mau, ia dapat
menyusun daftar pesanan untuk kira-kira tiga tahun. Ia juga sudah menerima
tawaran-tawaran gaji yang hebat untuk menjadi
pegawai tetap. Tapi Lucy tak berniat menjadi pegawai tetap. Ia juga tidak
menerima pesanan untuk lebih dari enam bulan mendatang. Dan dalam jangka waktu
tersebut, tanpa sepengetahuan para kliennya yang berebutan memesannya, ia selalu
mengambil liburan singkat entah untuk berlibur dengan mewah (karena ia tak
pernah mengeluarkan uang untuk keperluan apa pun, sedangkan honornya yang tinggi
itu ditabungnya saja) atau menerima tawaran pekerjaan mendadak yang kebetulan
menarik hatinya, mungkin karena alasan tertentu atau ia 'suka pada orangnya'.
Karena kini ia bebas memilih dan menentukan dari antara orang-orang yang
menjerit-jerit butuh pertolongannya, pada umumnya ia menentukan pilihan karena
perasaan pribadi saja. Cuma kaya saja tidak menjamin Anda dapat memesannya. Ia
dapat memilih dan menentukan, maka ia pun akan memilih dan menentukan. Ia
48 benar-benar menikmati hidupnya dan berpendapat hidupnya sungguh-sungguh
menyenangkan. Lucy Eyelesbarrow membaca dan membaca lagi surat dari Miss Marple.
Dua tahun yang lalu ia berkenalan dengan Miss Marple. Ketika itu ia diminta
novelis Raymond West untuk merawat bibinya yang sudah tua, yang baru saja sembuh
dari radang paru-paru. Lucy menerima pekerjaan itu dan berangkat ke St. Mary
Mead. Ternyata ia sangat menyukai Miss Marple. Sedangkan Miss Marple, begitu
melihat lewat jendela kamar bagaimana Lucy Eyelesbarrow dapat membuat penopang-
penopang untuk tanaman kacang polongnya dengan benar, segera saja bersandar ke
bantal sambil mendesah lega. Hidangan menggiurkan yang disediakan Lucy
Eyelesbarrow langsung dimakannya sambil dengan sedikit heran mendengarkan
bagaimana pembantu tuanya yang gampang marah itu
bercerita, "Saya ajari Nona Eyelesbarrow pola renda baru yang belum Koleksi
ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pernah diketahuinya. Wah, ia tahu berterima kasih." Dokternya pun heran melihat
Miss Marple cepat sekali pulih.
Di dalam suratnya Miss Marple bertanya apakah Nona Eyelesbarrow bersedia
menerima pekerjaan darinya-tugas ini sedikit istimewa.
Bagaimana jika Nona Eyelesbarrow menentukan waktu bertemu supaya mereka dapat
membicarakan soal pekerjaan itu.
Sejenak Lucy Eyelesbarrow mengerutkan kening sambil menimbang-
nimbang. Sebetulnya 49 jadwal kerjanya telah penuh. Namun akhirnya kata istimewa dan
kenangannya akan kepribadian Miss Marple-lah yang menang. Ia segera menelepon
Miss Marple. Dijelaskannya bahwa ia tak dapat datang ke St.
Mary Mead karena waktu ini sedang terikat pekerjaan. Tapi keesokan harinya,
antara jam 2.00 siang sampai jam 4.00 sore ia bebas dan dapat bertemu dengan
Miss Marple di sembarang tempat di London. Ia sendiri mengusulkan agar mereka
berjumpa di klubnya, sebuah gedung yang biasa-biasa saja tapi di sana ada
beberapa ruang tulis-menulis yang suram, yang biasanya kosong.
Miss Marple menerima usul itu dan di hari berikutnya mereka pun bertemu.
Setelah bertukar salam, Lucy Eyelesbarrow membawa tamunya ke
kamar tulis yang paling suram, dan berkata, "Saat ini memang jadwal saya penuh,
tapi mungkin Anda dapat mengatakan tugas apa yang akan Anda berikan kepada
saya?" "Sebetulnya sederhana sekali," kata Miss Marple. "Istimewa, tapi sederhana....
Saya ingin dicarikan mayat."
Sejenak Lucy sempat curiga, jangan-jangan Miss Marple sekarang sudah linglung.
Tapi dugaan itu segera dibuangnya. Miss Marple benar-benar sehat. Ia bersungguh-
sungguh dengan apa yang dikatakannya.
"Mayat seperti apa?" tanya Lucy Eyelesbarrow dengan ketenangan yang luar biasa.
50 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mayat wanita," kata Miss Marple. "Mayat wanita korban pembunuhan-dicekik-di
kereta api." Alis Lucy sedikit naik. "Wah, ini betul-betul istimewa. Coba ceritakan."
Miss Marple bercerita. Lucy Eyelesbarrow mendengarkan dengan penuh perhatian
tanpa menyela sedikit pun. Setelah Miss Marple selesai, ia berkata,
"Semuanya tergantung pada apa yang dilihat kawan Anda itu-atau yang dikiranya
dilihatnya-?" Kalimat itu menggantung di situ dengan meninggalkan nada bertanya.
"Elspeth McGillicuddy bukan orang yang suka melamun," kata Miss Marple. "Itu
sebabnya saya berani mempercayai kata-katanya. Nah, seandainya yang bercerita
itu Dorothy Cartwright-lain lagi soalnya.
Dorothy selalu punya kisah bagus untuk diceritakan, malah ia sering percaya pada
cerita karangannya sendiri, yang memang selalu ada dasar kebenarannya. Tapi,
yah, cuma itulah. Sebaliknya, Elspeth orang yang sulit sekali percaya bahwa hal-
hal yang luar biasa atau aneh dapat saja terjadi. Ia orang yang sulit sekali
dibuat percaya, keras kepala bagai granit."
"O, begitu," kata Lucy serius. "Yah, marilah percaya saja. Lalu tugas saya apa?"
"Anda dulu amat mengesankan saya," kata Miss Marple, "lagi pula, sekarang saya
sudah tak cukup 51 kuat lagi untuk ke sana kemari mengerjakan ini-itu."
"Anda ingin saya melakukan pengusutan" Semacam itu" Tapi mestinya polisi toh
telah mengerjakannya" Atau Anda memandang mereka
terlampau lamban?" "Oh, tidak," kata Miss Marple. "Mereka tidak lamban. Cuma saya punya teori
tersendiri tentang di mana mayat wanita itu. Mestinya harus ada di suatu tempat.
Kalau di kereta api tak ada, tentunya mayat itu telah didorong atau dilempar ke
luar dari kereta-tapi di sepanjang jalur kereta api tersebut juga tak ditemukan.
Maka saya pergi menjalani rute Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
yang sama untuk melihat apakah mungkin ada tempat yang bisa
dimanfaatkan untuk melempar mayat itu dari kereta api, sehingga mayat itu tak
mungkin ditemukan orang di sepanjang jalur kereta api itu-ternyata ada. Sebelum
sampai Brackhampton, jalur kereta api melewati sebuah tikungan panjang, di ujung
pematang rel yang tinggi. Kalau mayat itu dibuang di sana, ketika kereta agak
miring karena menikung, saya kira mayat itu akan menggelinding jatuh dari
pematang rel." "Tapi mestinya masih dapat ditemukan- meskipun di sana?"
"Oh, ya. Mayat itu tentu harus segera disingkirkan.... Tapi kita akan sampai ke
sana nanti. Nah, lokasinya di sini-di peta ini."
Lucy membungkuk untuk mengamati tempat yang ditunjuk Miss Marple.
52 "Sekarang daerah ini persis di luar kota Brackhampton," kata Miss Marple, "tapi


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aslinya di sana ada rumah pedesaan yang dikitari taman dan tanah lapang yang
luas dan rumah itu sampai sekarang masih ada, tanpa perubahan apa pun-cuma
sekarang dikelilingi bangunan dan
perumahan. Rumah itu namanya Rutherford Hall. Dibangun pada tahun 1884 oleh
seseorang yang bernama Crackenthorpe, pemilik pabrik yang kaya raya. Anak laki-
laki Crackenthorpe, sudah tua sekarang, masih tinggal di sana bersama anak
perempuannya. Jalan kereta api mengitari separuh kawasan itu."
"Dan Anda ingin saya melakukan-apa?"
Serta-merta Miss Marple menjawab.
"Saya ingin Anda mencari pekerjaan ke sana. Semua orang sangat membutuhkan
tenaga pembantu rumah tangga-rasanya tidak akan sulit mendapatkannya."
"Tidak, saya rasa tidak sulit."
"Saya dengar dari penduduk setempat, Tuan Crackenthorpe itu pelit bukan main.
Kalau gaji Anda kecil, saya akan menutup kekurangannya sampai di atas standar
Anda yang sekarang."
"Karena sulitnya pekerjaan ini?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Lebih karena berbahayanya daripada karena sulitnya. Ini bisa berbahaya, lho.
Tentang ini memang Anda perlu saya peringatkan lebih dulu."
"Rasanya," sahut Lucy termenung serius, "saya bukan orang yang mudah surut
karena bahaya." 53 "Saya juga berpendapat begitu," kata Miss Marple. "Anda bukan orang macam itu."
"Malah mungkin Anda berpikir tugas ini justru akan menarik bagi saya"
Dalam hidup, bahaya yang saya hadapi masih sedikit sekali. Tapi Anda betul-betul
berpikir ini berbahaya?"
"Ada orang," Miss Marple menerangkan, "yang baru saja berhasil melakukan
pembunuhan. Tak ada yang kelabakan mencari, tak ada
kecurigaan yang serius. Hanya ada cerita dari dua wanita tua yang agak tak masuk
akal, polisi telah menyelidiki dan tidak menemukan apa-apa.
Segalanya berjalan rapi dan tenang. Jadi saya kira orang ini, siapa pun ia, akan
keberatan bila persoalan ini diungkit-ungkit-apalagi kalau Anda berhasil
membongkarnya." "Apa persisnya yang mesti saya cari?"
"Tanda-tanda apa saja di sepanjang pematang rel. Mungkin sobekan pakaian,
patahan semak-semak-yah, yang begitulah."
Lucy mengangguk. "Lalu?" "Saya akan ada dekat-dekat Anda," kata Miss Marple. "Saya punya seorang bekas
pelayan, Florence, yang tinggal di Brackhampton.
Bertahun-tahun ia merawat orang tuanya yang sudah jompo. Sekarang keduanya sudah
meninggal, dan ia menerima kos-hampir semuanya orang baik-baik. Ia sudah
menyediakan kamar untuk saya. Ia pasti akan merawat saya dengan baik sekali.
Selain 54 itu saya merasa harus ada dekat-dekat Anda. Saya usulkan Anda
ceritakan saja bahwa Anda punya seorang bibi yang sudah tua tinggal di Koleksi
ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dekat sana, sehingga Anda butuh waktu secukupnya supaya bisa sering pergi
menjenguknya." Lucy mengangguk lagi.
"Rencananya lusa saya akan berangkat ke Taormina," katanya. "Liburan dapat
menunggu. Tapi saya hanya bisa menjanjikan waktu tiga minggu.
Setelah itu, jadwal saya penuh."
"Tiga minggu cukuplah," kata Miss Marple. "Kalau dalam waktu tiga minggu kita
tidak menemukan apa-apa, kita menyerah saja. Anggap saja ini semua isapan jempol
belaka." Miss Marple beranjak pergi. Setelah termenung sebentar, Lucy
menelepon Kantor Pendaftaran Tenaga Kerja di Brackhampton. Ia kenal baik dengan
managernya, seorang wanita. Ia menerangkan bahwa ia ingin mencari pekerjaan di
daerah itu supaya dapat berdekatan dengan
'bibinya'. Dengan bersusah-payah dan banyak berbohong ia menolak semua pos yang
sebenarnya lebih enak. Akhirnya disebutlah nama
Rutherford Hall. "Kedengarannya itu tempat yang cocok untukku," kata Lucy dengan mantap.
Kantor Pendaftaran Tenaga Kerja menelepon Nona Crackenthorpe, Nona Crackenthorpe
menelepon Lucy. Dua hari kemudian Lucy meninggalkan London menuju Rutherford Hall.
55 II Dengan naik mobilnya sendiri yang kecil, Lucy Eyelesbarrow masuk melewati pintu
gerbang besi yang besar. Di balik pintu gerbang ada puing yang mestinya dulu
pondok kecil. Entah perang, entah karena sekadar terlantar saja, kondisinya
menjadi demikian. Jalan mobil memanjang diapit rumpun semak-semak rhododendron
yang besar-besar dan muram sampai ke rumah. Terhenyak juga Lucy melihat rumah,
yang ternyata bagaikan miniatur Istana Windsor. Tangga batu di depan rumah
seharusnya dibuat dengan lebih berhati-hati dan hamparan
kerikilnya hijau ditumbuhi ilalang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ditariknya lonceng dari besi yang sudah kuno. Bunyi dentangnya
kedengaran bergema di dalam. Seorang wanita jorok melapkan tangan pada
celemeknya, lalu membuka pintu. Dipandangnya Lucy dengan curiga.
"Anda yang ditunggu itu, kan?" katanya. "Nona Anu-barrow, begitu katanya."
"Betul," kata Lucy.
Di dalam rumah betul-betul dingin. Penunjuk jalannya mengantarnya menyusuri
lorong rumah yang gelap dan membuka pintu di sebelah kanan.
Lucy sedikit heran, karena ternyata ruangan itu adalah ruang duduk yang amat
menyenangkan. Di situ ada buku-buku dan kursinya bermotif bunga-bunga cerah.
"Akan saya sampaikan dulu," kata wanita itu,
56 lalu mendahului masuk. Setelah menatap Lucy dengan pandangan benci, pintu
ditutupnya. Beberapa menit kemudian pintu terbuka kembali. Sejak detik pertama Lucy sudah
merasa suka kepada Emma Crackenthorpe.
Ia wanita yang sudah di atas tiga puluh lima yang tak punya ciri-ciri menonjol.
Cantik tidak, jelek pun tidak. Gaunnya dari bahan wol kasar dan ia mengenakan
pullover. Rambutnya hitam disisir ke belakang.
Matanya coklat muda, tatapannya mantap dan suaranya sungguh
menyenangkan. Katanya, "Nona Eyelesbarrow?" sambil mengajak berjabat tangan.
Namun kemudian ia ragu. "Saya ragu," katanya, "jangan-jangan pekerjaan di sini tak sesuai dengan yang
Anda inginkan" Yang saya butuhkan bukan pengatur rumah tangga, tukang mengatur-
ngatur, tapi orang yang mau bekerja."
Lucy menjawab bahwa memang itulah yang dibutuhkan kebanyakan
orang. Dengan nada menyesal Emma Crackenthorpe berkata,
"Banyak orang yang agaknya berpikir, bahwa membersihkan debu di sana-sini sudah
cukuplah-tapi kalau hanya membersihkan debu, saya sendiri juga bisa."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya mengerti sekali," kata Lucy. "Anda butuh orang yang bisa memasak, mencuci
piring, membereskan segala pekerjaan rumah tangga, dan mengurus perapian untuk
memasak air panas. Tak 57 apa-apa. Memang itu pekerjaan saya. Saya sama sekali tidak takut bekerja."
"Rumah ini besar, dan kurang nyaman. Tentu saja yang kami huni cuma sebagian
saja-Ayah dan saya saja-maksud saya. Ayah agak invalid. Hidup kami amat tenang.
Ada perapian di sini. Saya punya beberapa saudara laki-laki, tapi mereka jarang
kemari. Ada dua wanita yang datang bekerja di sini, Bu Kidder datang setiap
pagi. Sedang Bu Hart tiga kali seminggu; tugasnya menggosok barang-barang
kuningan dan yang semacamnya. Anda membawa mobil?"
"Ya. Tapi biarlah di udara terbuka saja kalau tidak ada garasi. Sudah biasa
demikian." "Oh, di sini banyak bekas kandang kuda. Tak ada masalah." Sejenak ia mengerutkan
alis, lalu katanya, "Eyelesbarrow-nama yang istimewa.
Pernah ada kawan saya yang bercerita tentang Lucy Eyelesbarrow-
keluarga Kennedy?" "Ya. Saya pernah bekerja pada mereka di North Devon waktu Nyonya Kennedy baru
melahirkan." Emma Crackenthorpe tersenyum.
"Oh, mereka bilang belum pernah mereka begitu senang seperti ketika Anda di
sana, membereskan segala hal. Tapi waktu itu kesan saya tarif Anda mahal sekali.
Sedang jumlah yang saya sebutkan-"
"Ah, tak apa-apa," kata Lucy. "Sebetulnya tujuan saya cuma agar bisa berdekatan
dengan Brackhampton. Bibi saya sedang kritis kesehatan-58
nya dan saya tidak ingin jauh-jauh darinya. Itu sebabnya honor tidak saya
utamakan. Saya toh tak mungkin menganggur saja. Boleh saya mendapat sedikit
waktu bebas hampir setiap Hari?"
"Oh, tentu saja. Tiap hari, setelah tengah hari sampai jam enam. Oke?"
"Baik." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Nona Crackenthorpe ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Ayah sudah tua dan agak-
sulit kadang-kadang. Ia hemat sekali dan kadang-kadang kata-katanya membuat
orang kesal. Saya tak ingin-"
Cepat-cepat Lucy menyela,
"Saya sudah terbiasa meladeni segala macam orang tua," katanya.
"Biasanya saya bisa bergaul dengan mereka."
Emma Crackenthorpe tampak lega.
"Ayah yang sulit!" Lucy menyimpulkan. "Pasti galaknya seperti orang Tartar."
Lucy rr endapat sebuah kamar besar yang suram. Mesin penghangat ruangannya
kecil, sehingga kurang memadai. Ia diajak melihat-lihat, berkeliling rumah yang
amat besar dan sama sekali tidak nyaman itu.
Waktu lewat sebuah pintu di lorong rumah, terdengar ada yang
berteriak, "Kau Emma" Gadis itu sudah datang" Bawa dia kemari. Aku ingin lihat."
Wajah Emma jadi merah. Dengan menyesal ia memandang Lucy.
Kedua wanita itu masuk ke kamar. Di dalam banyak perabotan yang terbungkus
beludru 59 berwarna gelap. Jendela-jendelanya sempit sehingga sinar yang masuk hanya
sedikit. Selain itu, kamar itu juga penuh dengan perabotan kayu mahoni dari
zaman Ratu Victoria. Tuan Crackenthorpe sedang duduk di kursi khusus untuk orang invalid.
Di sebelahnya ada tongkat berkepala perak.
Tubuhnya besar tapi tak berisi. Dagingnya berlipat-lipat menggelambir.
Wajahnya mirip anjing bulldog, dengan dagu menantang. Rambutnya lebat, hitam
dengan sedikit uban di sana-sini. Matanya kecil dan menatap penuh curiga.
"Coba kulihat kau, Nona."
Lucy maju dengan mantap sambil tersenyum.
"Ada satu hal yang sebaiknya kau segera tahu. Hanya karena kami tinggal di rumah
besar tidak berarti kami kaya. Kami tidak kaya. Kami hidup sederhana-mengerti"-
sederhanai Percuma kau' kemari dengan Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
angan-angan yang muluk-muluk. Ikan teri sama enaknya dengan ikan kakap, jangan
kaulupa itu. Aku tak suka pemborosan. Aku tinggal di sini karena ayahku yang
membangun rumah ini dan aku senang di sini. Kalau aku sudah mati, mereka boleh
jual rumah ini kalau mau-dan kurasa memang itu yang mereka inginkan. Sama sekali
tak ada rasa kekeluargaan. Rumah ini bagus bangunannya-kokoh dan dikelilingi tanah kami
sendiri, sehingga terpisah dari dunia luar. Pasti mahal sekali harganya kalau
dijual untuk tanah pemukiman tapi tak mungkin terjadi kalau aku
60 masih hidup. Kalian takkan bisa mengusirku keluar dari sini kecuali jika itu
atas kemauanku sendiri."
Ia memelototi Lucy. "Rumah Anda adalah istana Anda," kata Lucy.
"Menertawakan aku, ya?"
"Tentu saja tidak. Saya kira menarik sekali melihat ada lingkungan yang masih
seperti pedesaan asli di tengah-tengah kota."
"Memang. Tak ada rumah lain yang kelihatan dari sini, kan" Padang rumput lengkap
dengan sapi-sapinya-persis di tengah Brackhampton.
Deru lalu-lintas kadang-kadang terdengar juga-terbawa angin-tapi kecuali itu,
kawasan ini masih seperti di pedesaan asli."
Tanpa berhenti atau mengubah nada bicaranya, ia beralih kepada
anaknya, "Coba teleponkan dokter tolol itu. Katakan obatnya yang terakhir sama sekali
tidak manjur." Lucy dan Emma beranjak dari situ. Tapi masih juga ia berteriak lagi kepada
mereka, "Dan larang perempuan yang suka mengendus-endus debu itu kemari. Ia bikin buku-
bukuku berantakan." Lucy bertanya, "Sudah lama Tuan Crackenthorpe sakit-sakitan begitu?"
Emma menyahut, tapi sambil mengalihkan pembicaraan,
"Oh, sudah bertahun-tahun.... Ini dapurnya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
61 Dapurnya besar sekali. Perlengkapan dapur berbagai-ragam, tetapi terlantar tak
digunakan. Di sebelahnya ada oven, berdiri sendirian.
Lucy menanyakan jam makan mereka, lalu memeriksa ruang penyimpanan makanan.
Setelah itu dengan riang ia berkata kepada Emma
Crackenthorpe, "Sekarang saya sudah tahu semua. Tak usah repot-repot. Serahkan semuanya kepada
saya." Malam itu Emma Crackenthorpe berangkat tidur dengan lega.
"Tuan dan Nyonya Kennedy memang betul," katanya. "Gadis itu sungguh-sungguh
hebat." Keesokan harinya Lucy bangun pukul enam pagi. Ia memberes-bereskan rumah,
menyediakan buah-buahan, mengatur meja, memasak, dan
menghidangkan sarapan. Bersama Bu Kidder ia merapikan tempat-
tempat tidur, dan pada jam sebelas mereka sudah duduk mengaso di dapur sambil
minum teh kental dan makan biskuit. Melihat Lucy sama sekali tidak bersikap
merendahkan, juga karena tehnya begitu kental dan harum, Bu Kidder jadi santai.
Ia mulai menggosip. Bu Kidder bertubuh kecil dan agak kurus. Matanya tajam dan
bibirnya tipis. "Si Tua itu pelitnya minta ampun. Kasihan Nona Emma! Tapi untung ia tak sampai
diinjak-injak si Tua itu. Kalau perlu, ia tetap bertahan pada pendiriannya.
Kalau tuan-tuan berdatangan, Nona Emma ngotot supaya makanan yang dihidangkan
pantas." 62 "Tuan-tuan?" "Ya. Ini kan keluarga besar. Yang paling tua, Tuan Edmund, tewas waktu perang.
Lalu Tuan Cedric, tinggal di luar negeri, entah di mana. Tidak kawin. Kerjanya
melukis. Tuan Harold tinggal di London-kawin dengan anak seorang Earl.(gelar
bangsawan Inggris) Lalu Tuan Alfred.
Sebetulnya ia baik juga, tapi ia kambing hitam keluarga. Pernah punya masalah
satu-dua kali. Ada lagi suami Nona Edith, Tuan Bryan. Baik sekali ia-Nona Edith
meninggal beberapa tahun yang lalu, tapi Tuan Bryan tetap anggota keluarga. Lalu
ada Tuan Alexander, anak Nona Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Edith. Ia masih sekolah, selalu berlibur di sini. Nona Emma sayang sekali pada
anak itu." Lucy mencernakan semua informasi ini, sambil terus menyuguhkan teh kepada
informannya. Akhirnya, sambil ogah-ogahan Bu Kidder bangkit juga.


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lama juga kita bersantai pagi ini," katanya merenung-renung. "Perlu bantuan
mengupas kentang-kentang itu?"
"Sudah selesai, kok."
"Yah, memang hebat kerja Anda! Saya sendiri harus kembali bekerja, sekarang.
Memang tak ada lain yang bisa saya kerjakan."
Bu Kidder pergi dan Lucy yang kini leluasa menggunakan waktunya, mulai menggosok
meja dapur. Sebetulnya sudah lama ia ingin menggosok meja itu, tapi takut
menyinggung perasaan Bu 63 Kidder, karena seharusnya itu tugas Bu Kidder. Lalu ia menggosok perabotan perak
sampai berkilauan lagi. Ia memasak untuk makan siang, membereskan meja makan,
mencuci piring, dan jam setengah tiga sudah siap untuk memulai penyelidikan.
Perlengkapan untuk minum teh sore sudah disiapkannya di baki, lengkap dengan sandwich, roti dan mentega ditutup serbet basah
supaya rotinya tidak kering.
Pertama-tama ia berjalan-jalan melihat-lihat kebun, karena bukankah itu yang
secara wajar mesti dikerjakannya dulu" Kebun dapur di sana-sini ditanami sedikit
sayuran. Rumah kaca sudah jadi puing. Di mana-mana jalan setapak penuh ilalang.
Satu-satunya tanaman yang bebas ilalang dan dalam kondisi baik hanyalah jalur
semak herbasius di dekat rumah. Tapi menurut dugaan Lucy itu hasil karya tangan
Emma. Tukang kebun sudah renta sekali, lagi pula tuli; kerjanya hanya berpura-
pura sibuk saja. Lucy mengajak bicara si tua itu dengan ramah. Ia tinggal di
pondok yang bersebelahan dengan lapangan kandang kuda.
Dari lapangan kandang kuda ada jalan belakang menembus taman yang di kedua
sisinya dipagari. Jalan itu menyusuri tikungan rel kereta api sampai ke sebuah
jalan setapak di belakang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tiap beberapa menit sekali kereta api lewat men-deru-deru lewat tikungan tajam
yang mengitari tanah milik Crackenthorpe. Ia berjalan di bawah rel kereta api
sampai mencapai jalan setapak tadi. Agaknya jalan itu jarang dilalui orang. Di
satu 64 sisinya ada pematang rel kereta api, sedangkan di sisi yang lain ada tembok
tinggi yang memagari beberapa bangunan pabrik. Lucy
menyusuri jalan setapak itu sampai ia tiba di sebuah jalan beraspal. Di situ
berjajar rumah-rumah kecil. Ia bisa mendengar riuhnya suara lalu-lintas di jalan
raya tak jauh dari situ. Dilihatnya arloji. Kebetulan ada seorang wanita yang
keluar dari salah satu rumah di dekat situ. Lucy menghentikannya.
"Maaf, telepon umum di mana, ya?"
"Kantor pos, di sudut jalan."
Lucy mengucapkan terima kasih. Ia terus berjalan sampai tiba di kantor pos yang
ternyata merupakan kombinasi antara kantor pos dengan toko.
Di satu sisinya ada bilik telepon umum. Lucy masuk ke situ dan memutar nomor. Ia
minta bicara dengan Miss Marple. Wanita yang menyahut ketus suaranya.
"Ia sedang istirahat. Dan saya tidak mau mengganggunya! Ia butuh istirahat-ia
kan sudah tua. Siapa di situ?"
"Nona Eyelesbarrow. Tak perlu mengganggu Miss Marple. Cukup sampaikan saja bahwa
saya sudah tiba dan segala sesuatu berjalan baik, dan bahwa saya akan memberi
kabar kalau ada berita."
Diletakkannya kembali gagang telepon dan beranjak pulang ke
Rutherford Hall. Bab 5 I "Bagaimana kalau saya sedikit berlatih golf di taman?" tanya Lucy.
"Oh, boleh saja. Kau suka main golf?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tidak pintar, tapi suka berlatih. Lebih baik daripada cuma jalan-jalan saja."
"Tak ada lagi tempat jalan-jalan di luar kawasan ini," Tuan Crackenthorpe
mengomel. "Yang ada cuma trotoar dan deretan rumah-rumah kecil seperti kotak.
Mereka ingin merebut tanahku, lalu
membangun rumah-rumah yang semacam itu lagi. Tapi mereka takkan bisa sebelum aku
mati. Dan aku tidak mau mati lalu mereka yang dapat untung. Kau boleh yakin itu!
Aku tidak mau membuat seorang pun
senang!" Bujuk Emma Crackenthorpe lembut,
"Nah, nah, Ayah."
"Aku tahu apa yang mereka pikirkan-dan apa yang mereka harap-harapkan. Mereka
semua. Cedric, si licin Harold yang wajahnya selalu puas diri. Tentang Alfred,
aku tak yakin apakah ia tak pernah berpikir akan menembakku sendiri. Aku tak
yakin bukan dia yang melakukan waktu Natal
66 yang lalu. Betul-betul penyakitku aneh waktu itu. Sampai si Quimper bingung dan
menanyakan macam-macam."
"Setiap orang pasti pernah sakit pencernaannya, Ayah."
"Baik, baik, bilang saja terus terang aku makan terlalu banyak waktu itu!
Itu kan yang kaumaksud. Dan kenapa aku makan terlalu banyak" Karena makanan
begitu banyak tersedia di meja, terlalu banyak. Boros dan berlebih-lebihan. Dan
aku jadi ingat-kau, kau Nona muda. Kau hidangkan lima kentang untuk makan siang-
besar-besar pula. Padahal dua kentang untuk setiap orang sudah cukup. Jadi lain
kali jangan sediakan lebih dari empat. Hari ini satu kentang terbuang percuma."
"Tidak akan terbuang, Tuan Crackenthorpe. Memang sudah saya rencanakan akan saya
buat omelet Spanyol untuk malam ini."
"Ugh!" Ketika keluar kamar sambil membawa, nampan kopi, Lucy mendengar orang tua
itu berkata, "Gadis licik dia, selalu ada saja jawabnya. Tapi masakannya enak-
dan cakep juga tampangnya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lucy Eyelesbarrow mengeluarkan sebuah tongkat pemukul golf dari perangkat golf
yang dibawanya. Ia berjalan masuk ke taman, dan
memanjat pagarnya. Ia mulai bermain. Kira-kira lima menit kemudian, karena pukulan menyilangnya,
bola jatuh di pinggir pematang rel kereta api. Lucy pergi ke sana
67 untuk mencari bola itu. Ia memandang ke belakang, ke arah rumah. Ia berada jauh
dari mana-mana dan tak seorang pun peduli pada apa yang dikerjakannya. Ia
meneruskan mencari bola. Kadang-kadang ia memukul bola dari pematang ke
rerumputan di bawah. Sepanjang sore itu sekitar sepertiga dari pematang telah
diselidikinya. Tanpa hasil. Ia berlatih memukul bola kembali, ke arah rumah.
Kemudian, keesokan harinya, ada sesuatu yang ditemukannya. Sebuah semak duri
yang tumbuh kira-kira di pertengahan lereng pematang rel kereta api tampak
seperti pernah kejatuhan sesuatu. Sebagian semak itu rebah ke tanah. Lucy
mengamati pohonnya sendiri. Di salah satu durinya ada sobekan mantel bulu yang
terkait di situ. Warnanya hampir sama dengan warna batang pohon semak tersebut,
coklat muda. Lucy memperhatikannya sejenak, lalu mengambil gunting dari sakunya
dan memotong sobekan itu dengan hati-hati-menjadi dua. Potongan yang telah
diguntingnya ia masukkan ke dalam amplop yang ada di sakunya.
Lalu ia menuruni tebing pematang yang curam itu untuk mencari-cari kalau-kalau
ada yang lain. Rerumputan liar di padang itu diamatinya dengan saksama. Pada
hematnya tampak seperti ada bekas jejak
seseorang yang lewat rerumputan yang tinggi-tinggi itu. Tapi jejak itu sangat
kabur-tidak sejelas jejaknya sendiri, sehingga ia tak yakin apakah yang
dilihatnya itu bukan cuma angan-angannya saja.
68 Dengan saksama ia mulai mengamat-amati rerumputan di kaki tebing, tepat di bawah
semak duri yang patah tadi. Tak lama kemudian
pengamatannya membawa hasil. Ia menemukan sebuah kotak bedak-
padat, kecil, mengkilat, dan murahan. Dibungkusnya kotak bedak itu Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan saputangan lalu disimpannya dalam saku. Ia melanjutkan
pengamatannya, tapi tak menemukan apa-apa lagi.
Sore keesokan harinya, dengan mobilnya ia pergi mengunjungi bibinya yang sakit-
sakitan. Emma Crackenthorpe berpesan dengan ramah, "Tak usah buru-buru pulang.
Kami baru membutuhkan Anda waktu makan
malam nanti." "Terima kasih, tapi paling lambat jam enam saya sudah pulang."
Madison Road No. 4 ternyata sebuah rumah kecil membosankan di
sebuah jalan kecil yang sama tak menariknya. Tirai rendanya amat bersih, ambang
pintunya putih berkilat dan pegangan pintunya dari kuningan yang tampaknya rajin
digosok. Pintu dibuka oleh seorang wanita tinggi berwajah serius. Gaunnya hitam
dan rambutnya yang sudah memutih disanggul besar. Sambil mengantarkan ke Miss Marple, wanita itu mengamati Lucy
dengan pandang curiga. Miss Marple sedang duduk-duduk di ruang belakang yang menghadap ke sebuah kebun
kecil rapi berbentuk segi empat. Ruangan itu bersih sekali. Keset dan tatakan
ada di mana-mana, begitu 69 pula hiasan dari keramik. Selain itu, ada kursi yang agak besar dan dua pot
tanaman pakis. Miss Marple duduk di kursi besar dekat perapian, sambil merajut.
Lucy masuk dan menutup pintu, kemudian duduk di kursi yang
berhadapan dengan kursi Miss Marple.
"Wah!" katanya. "Kelihatannya Anda benar."
Ia membeberkan hasil penemuannya dan menceritakan hasil
pengamatannya secara terperinci.
Rona kepuasan muncul di pipi Miss Marple.
"Mungkin seharusnya tak boleh," katanya, "tapi terus terang saya merasa sedikit
bangga karena teori saya terbukti benar!"
Dirabanya sobekan kecil mantel bulu itu. "Kata Elspeth wanita itu mengenakan
mantel bulu berwarna terang. Saya kira kotak bedak ini ada di saku mantel itu,
lalu terjatuh waktu mayatnya menggelinding di Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
lereng. Memang barang-barang ini tidak terlalu khas, tapi pasti ada gunanya.
Anda tidak mengambil semua sobekan mantel bulunya?"
"Tidak. Yang separuh saya biarkan tetap di semak duri."
Miss Marple mengangguk setuju.
"Tepat sekali. Anda sungguh cerdas, Nak. Polisi tentunya ingin mencek kembali
bagaimana tepatnya."
"Anda akan ke polisi-dengan benda-benda ini?"
70 "Yah-tidak sekarang...." Miss Marple menimbang-nimbang. "Rasanya lebih baik kita
temukan dulu mayatnya. Bagaimana pendapat Anda?"
"Ya, tapi apa tidak terlalu sulit mencarinya" Maksud saya, katakan saja
perkiraan Anda benar. Si pembunuh menjatuhkan mayat dari kereta api, lalu turun
di Brackhampton dan beberapa waktu kemudian-mungkin
malam itu juga-sampai di tempat jatuhnya mayat. Lalu ia singkirkan mayat itu.
Tapi bagaimana kejadiannya setelah itu" Ia kan bisa
menyingkirkannya ke mana saja."
"Tak mungkin ke mana saja," kata Miss Marple. "Saya kira kesimpulan Anda kurang
logis, Nona Eyelesbarrow."
"Panggil saja saya Lucy. Kenapa tak mungkin ke mana saja?"
"Karena, kalau begitu, lebih mudah membunuhnya di suatu tempat yang sepi, lalu
menyeret mayatnya dari situ. Anda belum memikirkan-"
Lucy memotong. "Kalau begitu-maksud Anda-ini pembunuhan berencana?"
"Mula-mula saya tidak berpikir begitu," kata Miss Marple. "Tentu saja dengan
sendirinya kita tidak berpikir ke situ. Peristiwanya tampak seperti akibat
pertengkaran biasa; si pria kalap lalu mencekik si wanita.
Dengan begitu ia menghadapi masalah bagaimana menyingkirkan
korbannya-masalah yang mesti dipecahkannya hanya dalam beberapa menit. Tapi
rasanya terlalu 71 banyak faktor kebetulan, jika kita menganggap setelah membunuh
karena kalap, ia memandang keluar jendela dan begitu saja melihat kereta sedang
ada di tikungan, persis di tempat ia dapat membuang Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
mayat itu keluar, dan tempat yang ia yakin akan dapat ditemukannya kembali untuk
menyingkirkan mayat itu! Kalau saja ia hanya kebetulan membuangnya di sana,
pasti ia tidak akan melakukan apa-apa lagi. Mayat itu pasti sudah ditemukan
orang jauh-jauh hari."
Ia diam. Lucy hanya memandang saja.
"Anda tahu," kata Miss Marple sambil merenung, "pembunuhan ini dilaksanakan
dengan pintar sekali-dan saya kira direncanakan dengan sangat saksama. Kereta
api adalah sesuatu yang sangat bersifat umum.
Kalau ia membunuhnya di rumah wanita itu, atau di tempat korban kebetulan sedang
tinggal, ada kemungkinan ia dilihat orang ketika datang atau pergi. Kalau ia
mengajak wanita itu bermobil keluar kota, ada kemungkinan mobilnya dikenali
orang berikut nomornya dan merek mobil itu. Tapi kalau kereta api" Kereta api
selalu penuh dengan orang-orang yang asing satu sama lain. Orang-orang itu naik
atau turun di stasiun-stasiun. Di dalam kereta api yang tak berkoridor,
sendirian saja dengan wanita itu, mudah sekali melakukannya-terutama kalau ia
sudah tahu dengan pasti apa yang mesti dikerjakannya. Ia tahu-ia pasti sudah
tahu-semuanya tentang Rutherford Hall. Maksud saya letak
geografisnya, bagaimana terisolasinya tempat
72 itu-sebuah pulau yang dibatasi jalur rel kereta api."
"Memang tempat itu persis demikian," kata Lucy. "Kejanggalan yang berasal dari
masa lalu. Rutherford Hall memang dikelilingi kehidupan kota yang riuh-rendah,
tapi kehidupan kota itu tidak sampai
menyentuhnya. Cuma orang-orang yang menawarkan apa-apa saja yang datang ke sana
tiap pagi, itu saja."
"Jadi seperti yang Anda katakan tadi, kita asumsikan pembunuh datang ke
Rutherford malam itu juga. Mayatnya jatuh ke situ ketika hari sudah gelap,
sehingga tak mungkin ada yang menemukannya sebelum pagi."
"Memang." "Naik apa si pembunuh" Mobil" Dari arah mana?"
Lucy menimbang-nimbang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ada jalan setapak jelek di sepanjang tembok pabrik. Mungkin ia lewat situ, lalu
membelok di bawah tikungan rel, dan terus menyusuri jalan di belakang rumah.
Lalu ia bisa memanjat pagar, berjalan di bawah
pematang rel sampai menemukan mayat itu, lalu mengangkatnya ke
mobil." "Lalu," Miss Marple melanjutkan, "ia membawanya ke suatu tempat yang sudah ia
pilih sebelumnya. Ini semua kan sudah dipikirkan masak-masak.
Dan seperti yang sudah saya katakan tadi, ia takkan membawanya keluar dari
Rutherford Hall, atau kalaupun ia membawanya keluar, lokasinya tidak akan
terlalu jauh dari sana. 73 Saya kira, yang pasti ia menguburkan mayat itu di suatu tempat?"
Pandangannya bertanya kepada Lucy.
"Saya kira begitu," sahut Lucy mempertimbangkan. "Tapi pelaksanaannya tidak
semudah kedengarannya."
Miss Marple sependapat. "Tak mungkin ia menguburnya di taman. Terlalu meletihkan dan menarik perhatian.
Mungkin di suatu tempat yang tanahnya sudah teraduk-aduk?"
"Mungkin kebun dapur, tapi terlalu dekat ke pondok tukang kebun.
Memang ia sudah tua dan tuli-tapi tetap saja terlalu riskan."
"Ada anjing di sana?"
"Tidak." "Jadi mungkin di gudang, atau rumah kecil yang terpisah dari gedung utama?"
"Nah, itu lebih mudah dan cepat.... Ada banyak bangunan tua tak terpakai di
sana; kandang babi yang sudah rusak, kandang-kandang kuda, bengkel-bengkel yang
sudah tidak pernah didatangi orang. Atau mungkin juga ia sembunyikan saja mayat
itu ke dalam semak-semak rhododendron." Miss Marple mengangguk. "Ya, saya kira itu jauh lebih mungkin." Pintu diketuk
orang dan Florence yang serius itu masuk membawa nampan.


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik juga Anda mendapat kunjungan," kata-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
74 nya kepada Miss Marple. "Ini saya buatkan roti kesukaan Anda."
"Florence selalu menyajikan kue yang enak-enak waktu minum teh," kata Miss
Marple. Karena senang, tiba-tiba Florence tersenyum. Wajahnya jadi tampak lain. Lalu ia
keluar. "Saya rasa, Nak," kata Miss Marple, "sebaiknya kita tidak memperbincangkan soal
pembunuhan waktu minum teh. Pokok yang sama sekali tidak menyenangkan!"
II Sesudah minum teh, Lucy bangkit.
"Saya harus kembali," katanya. "Seperti sudah saya ceritakan, di Rutherford Hall
tidak ada laki-laki yang bisa kita curigai. Di sana cuma ada seorang laki-laki
tua, wanita yang sudah hampir empat puluhan, dan tukang kebun tua yang sudah
tuli." "Saya tidak mengatakan orang itu pasti tinggal di sana," kata Miss Marple. "Saya
cuma berkata, ia pasti orang yang amat kenal Rutherford Hall. Tapi itu akan kita
bicarakan lagi setelah Anda temukan mayatnya."
"Kelihatannya Anda begitu yakin saya akan menemukannya," kata Lucy.
"Saya tidak seoptimis itu."
"Saya yakin, Anda akan berhasil. Anda begitu efisien."
75 "Dalam hal-hal tertentu,' tapi saya kan belum berpengalaman dalam soal mencari
mayat." "Saya yakin, yang dibutuhkan cuma akal sehat saja," kata Miss Marple memberi
semangat. Lucy memandangnya, lalu ketawa. Miss Marple membalasnya dengan
senyum. Sore keesokan harinya, Lucy mulai bekerja dengan sistematis.
Diselidikinya rumah-rumah kecil. Dicongkel-congkelnya tumpukan pipa rokok yang
berserakan di kandang babi. Ia sedang mengintip ke dalam ruang pemanas di bawah
rumah kaca ketika didengarnya suara batuk-Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
batuk kering. Ia menoleh. Hillman tua, si tukang kebun, memandangnya dengan
pandangan mencela. "Hati-hati! J angan sampai jatuh, Non," katanya memperingatkan.
"Tangga itu tidak aman dan tadi kau baru saja naik ke tempat penyimpanan rumput
kering; padahal lantai di sana juga tidak aman."
Lucy cukup hati-hati untuk tidak menunjukkan rasa malunya.
"Kukira Anda menganggap aku usilan, ya," katanya riang. "Aku baru saja berpikir-
pikir apa ada yang bisa dimanfaatkan dari tempat ini-menanam jamur untuk dijual,
semacam itulah. Rasanya semua dibiarkan mubazir."
"Itulah Tuan. Tak mau keluar barang sesen pun. Mestinya di sini ada dua laki-
laki dan satu kacung, begitu pikirku, supaya tempat ini bisa terawat baik. Tapi
tak mau dengar dia, tak mau. Untuk beli mesin pemotong rumput saja, aku mesti
ngotot 76 setengah mati. Tadinya ia ingin aku memotongi semua rumput di depan itu dengan
tangan." "Tapi kalau-misalkan saja-tempat ini bisa dibuat menghasilkan-sesudah sedikit
diperbaiki?" "Tempat macam ini tak mungkin lagi menghasilkan-sudah terlalu bobrok.
Lagi pula ia takkan peduli. Yang dipikir cuma menabung saja. Ia tahu betul apa
yang akan terjadi kalau ia mati-tuan-tuan muda itu akan menjual semuanya
secepat-cepatnya. Mereka kan cuma tunggu ia
melayang. Bakal dapat uang banyak sekali kalau ia mati, begitu yang kudengar."
"Kalau begitu ia kaya sekali, ya?" tanya Lucy.
"Crackenthorpe's Fancies, itulah kekayaannya. Yang mendirikan Tuan Besar, ayah
Tuan Crackenthorpe. Pintar ia. Jadi kaya-raya, lalu membangun tempat ini. Kata
orang ia keras, tak pernah lupa kalau disakiti. Tapi begitupun, ia tidak pelit.
Sama sekali tidak. Ia kecewa pada kedua anaknya, begitu kabarnya. Kedua anak itu
disekolahkan dan dididik jadi orang tinggian-sekolah di Oxford dan yang semacam
itulah. Tapi mereka jadi terlalu tinggi sampai tidak mau terjun ke bisnis. Yang muda
kawin dengan aktris, lalu mati dalam kecelakaan mobil karena Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mabuk. Yang tua, yang sekarang di sini, tidak terlalu disenangi ayahnya.
Banyak di luar negeri, beli banyak patung-patung kuno dan mengirimnya ke rumah.
Waktu muda tidak terlalu senang pada uangnya-ia mulai begitu
77 waktu lewat setengah umur. Tak pernah cocok kedua orang itu, ia dan ayahnya,
'gitu yang kudengar."
Semua itu dicatat Lucy dalam ingatannya. Dari luar tampaknya ia sangat
memperhatikan. Pak tua itu bersandar ke dinding dan bersiap-siap meneruskan
hikayatnya. Ia lebih suka bicara daripada mengerjakan apa pun.
"Tuan Besar meninggal sebelum perang. Wah, dia memang luar biasa!
Tak boleh dikurangajari, tak tahan ia."
"Dan setelah ia meninggal, Tuan Crackenthorpe pulang dan tinggal di sini?"
"Ia dan keluarganya. Waktu itu anak-anaknya sudah hampir dewasa."
"Tapi mestinya.... Oh, aku mengerti. Maksud Anda perang tahun 1914."
"Bukan. Ia meninggal tahun 1928, itu yang kumaksud."
Lucy menyimpulkan, 1928 memang termasuk 'sebelum perang', meskipun ia sendiri
tidak akan mengatakan seperti itu.
Katanya, "Nah, kukira Anda ingin meneruskan kerja. Jangan sampai aku mengganggu
Anda." "Aah," kata Hillman tua tanpa semangat, "hari begini sudah tak banyak yang bisa
dikerjakan. Sudah terlalu gelap."
Lucy kembali ke rumah. Di jalan ia berhenti sebentar mengamati semak-semak
birkin dan azalea yang kelihatannya pantas diselidiki.
78 Emma Crackenthorpe sedang berdiri di lorong rumah sambil membaca surat. Rupanya
pos sore baru saja tiba. "Besok kemenakan saya datang-dengan seorang teman sekolahnya.
Kamar Alexander yang di atas beranda. Kamar sebelahnya untuk James Stoddart-
West. Kamar mandinya yang berhadapan dengan kedua kamar itu."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Baik, Nona Crackenthorpe. Akan saya siapkan kamarnya."
"Mereka akan datang besok pagi sebelum makan siang." Setelah ragu-ragu sejenak,
ia berkata, "Mestinya waktu itu mereka lapar."
"Pasti," kata Lucy. "Bagaimana kalau daging sapi panggang" Dan tart karamel?"
"Alexander suka sekali tart karamel."
Keesokan paginya kedua anak itu datang. Rambut mereka tersisir rapi, wajah
mereka polos, sedikit berhati-hati, dan sopan-santun mereka sempurna. Alexander
Eastley berambut pirang dan matanya biru, sedang Stoddart-West berambut hitam
dan berkaca mata. Waktu makan siang keduanya serius memperbincangkan peristiwa-
peristiwa olahraga, sambil sekali-sekali menyinggung buku-buku fiksi luar
angkasa yang mutakhir. Pokoknya mereka bagai profesor-profesor tua yang sedang
mendiskusikan alat-alat zaman batu tua. Dibandingkan mereka, Lucy jadi merasa
amat muda. Daging sapi panggang ludes dalam sekejap dan
79 tartnya habis termakan, secuil remah pun tak tersisa.
Tuan Crackenthorpe mengomel, "Kalian berdua bisa membuat aku bangkrut."
Alexander memandangnya dengan sikap mencela.
"Kami tak keberatan makan roti dan keju saja, kalau Kakek tak kuat beli daging."
"Tak kuat" Aku bisa membeli. Tapi pemborosan aku tak suka."
"Tak ada yang kami boroskan sedikitpun, Kek," kata Stoddart-West. Ia menunduk
memandang piringnya yang jelas-jelas membuktikan
pernyataannya. "Kalian makan dua kali lebih banyak dari aku."
"Kami kan masih dalam masa pertumbuhan," Alexander menerangkan.
"Kami butuh banyak protein."
Orang tua itu mendengus. Ketika kedua anak itu meninggalkan meja, Lucy mendengar Alexander berkata
menyesal kepada kawannya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan kaugubris kakekku. Ia sedang diet atau yang semacamnya sehingga jadi
sedikit aneh. Lagi pula ia pelit sekali. Kukira ia menderita semacam kompleks,
entah apa." Dengan penuh pengertian Stoddart-West menjawab,
"Aku punya bibi yang selalu berpikir ia akan bangkrut. Padahal uangnya banyak
sekali. Patologis, kata dokter. Kaubawa bolanya, Alex?"
80 Setelah membereskan meja dan mencuci piring bekas makan siang, Lucy keluar. Ia
mendengar teriakan kedua anak itu dari kejauhan di lapangan rumput. Ia sendiri
mengambil arah berlawanan, lewat jalan depan terus menembus semak-semak
rhododendron. Ia mulai mencari-cari dengan saksama, menyingkapi dedaunan dan
mengintip ke dalam. Dengan
sistematis ia beralih dari gerumbul yang satu ke gerumbul yang lain. Ia sedang
mengorek-ngorek dengan pemukul golf, ketika suara Alexander Eastley yang ramah
mengejutkannya. "Sedang mencari apa, Nona Eyelesbarrow?"
"Bola golf," jawab Lucy segera. "Beberapa bola golf, malah. Hampir tiap sore
saya berlatih golf dan bola yang hilang sudah banyak sekali. Saya pikir hari ini
saya mesti bisa menemukan beberapa."
"Kami bantu, ya," kata Alexander hangat.
"Baik sekali kalian. Saya kira tadi kalian sedang main sepak bola."
"Kita tak bisa main sepak bola terus-terusan," Stoddart-West menjelaskan.
"Terlalu panas. Anda sering main golf?"
"Saya suka sekali main golf, tapi kesempatan bermain sedikit."
"Ya, saya kira demikian. Anda yang memasak di sini, kan?"
"Ya." "Anda yang memasak makan siang tadi?" "Ya. Enak?"
81 "Hebat," kata Alexander. "Kami dapat daging juga di sekolah, tapi gawat, kering
kerontang. Saya suka daging yang dalamnya masih merah muda dan berlemak. Tart
karamelnya juga asyik."
"Coba beri tahu saya apa saja kesukaanmu."
"Bisa masak kue apel yang empuk" Itu favorit saya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tentu saja bisa.".
Alexander mendesah senang.
"Di bawah tangga ada perangkat golf-jam," katanya. "Kami bisa memasangnya di
lapangan rumput lalu kita bermain. Bagaimana,
Stodders?" "Good-oh! Oke!" kata Stoddart-West.
"Sebetulnya ia bukan orang Australia," kata Alexander menerangkan dengan sopan.
"Ia cuma sedang berlatih omong seperti orang Australia, kalau-kalau orang tuanya
mengajaknya nonton Pertandingan Sepak Bola Internasional tahun depan."
Karena Lucy setuju, mereka segera beranjak untuk mengambil
perangkat golf-jam itu. Waktu ia kembali ke rumah, dilihatnya mereka sedang
memasang perangkat golf itu di lapangan rumput sambil
bertengkar tentang posisi nomor-no-mornya.
"Jangan dibuat seperti jam," ujar Stoddart-West. "Itu kan permainan anak kecil.
Kita buat memanjang saja. Ada yang jauh ada yang dekat.
Sayang nomor-nomornya sudah berkarat begini. Hampir tak terbaca lagi."
82 "Dicat saja dengan cat putih," kata Lucy. "Besok kalian mungkin bisa mendapat
cat dan mencat nomor-nomor itu."
"Ide bagus." Wajah Alexander jadi cerah. "Kalau tak salah ada kaleng-kaleng cat
lama di Gudang Panjang-peninggalan tukang cat yang
terakhir. Ayo kita lihat?"
"Gudang Panjang" Apa itu?" tanya Lucy.
Alexander menunjuk ke sebuah gedung batu yang panjang agak jauh dari rumah, di
dekat jalan belakang. "Gudang itu sudah tua sekali," katanya. "Kakek menamakannya Gudang Bocor dan
katanya dari zaman Ratu Elizabeth. Ah, tapi itu cuma bualan saja. Aslinya gudang
itu milik usaha pertanian yang dulu ada di sini. Tapi kakek buyut saya
membongkar gedung pertanian itu dan membangun
rumah jelek ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ia melanjutkan, "Di sana ada banyak koleksi Kakek. Barang-barang yang dikirimnya
dari luar negeri waktu masih muda dulu. Ada beberapa yang bentuknya mengerikan.
Kadang-kadang Gudang Panjang dipakai untuk main kartu atau yang semacamnya.
Pokoknya kegiatan Perkumpulan
Wanita. Juga Pasar Murah. Yuk lihat ke sana?"
Dengan senang hati Lucy menemani mereka ke sana.
Pintu gudang itu tertutup. Terbuat dari kayu ek yang kokoh dan
berpaku-paku. Tangan Alexander meraih kunci yang tergantung di paku, di sebelah kanan bagian
atas pintu 83 itu, di bawah tanaman merambat. Ia memutar kunci, mendorong pintu, dan mereka
masuk. Pada pandangan pertama, Lucy merasa seperti berada di museum yang sungguh-
sungguh jelek. Patung kepala dua kaisar Romawi dari pualam melotot
memandanginya, ada sarkopagus-peti mati kuno dari batu-yang amat besar dari
zaman keruntuhan Yunani-Romawi, Venus yang
tersenyum tolol berdiri sambil memegangi draperi gaunnya. "Di samping karya-
karya seni itu, ada pula sepasang meja berkuda-kuda, tumpukan kursi-kursi, dan
berbagai macam puing, seperti alat pemangkas rumput kuno yang sudah berkarat,
dua ember, sepasang jok mobil yang sudah termakan rayap dan sebuah kursi kebun
dari besi berwarna hijau yang sudah kehilangan satu kaki.
"Rasanya aku pernah lihat cat di sana," kata Alexander lirih. Ia berjalan ke
sudut dan membuka tirai compang-camping yang menutupi sesuatu.
Mereka menemukan dua kaleng cat dan kuas. Tapi kuasnya sudah kering dan kaku.
"Kalian butuh terpentin," kata Lucy.
Tapi mereka tak menemukan terpentin. Anak-anak itu mengusulkan akan bersepeda ke
kota untuk membelinya dan Lucy mendukung gagasan itu.
Mencat nomor-nomor itu akan membuat mereka asyik untuk beberapa lama, pikir
Lucy. Anak-anak pergi, Lucy tinggal sendiri di gudang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tempat ini bisa dimanfaatkan kalau dibersihkan," ia tadi menggumam.
84 "Kalau saya sih tak mau," Alexander menasihati. "Tempat ini memang dibersihkan
kalau akan dipakai. Tapi tahun ini praktis tidak akan dipakai untuk apa-apa."
"Kuncinya mesti saya gantungkan lagi di luar" Apa memang begitu biasanya?"
"Ya. Tak ada yang bisa dicuri di sini. Tak ada orang yang ingin patung pualam
jelek itu, apalagi beratnya-minta ampun."
Lucy setuju. Ia betul-betul tak dapat mengagumi selera seni Tuan Crackenthorpe.
Rupa-rupanya i punya naluri yang jitu sekali untuk mengumpulkan benda-benda
paling jelek dari zaman yang mana saja.
Setelah anak-anak pergi, ia memandang berkeliling. Pandangannya berhenti di
sarkopagus itu-dan tak berpindah dari situ.
Sarkopagus itu... Hawa di dalam gudang terasa pengap, seperti lama tak berjumpa dengan udara
segar. Ia mendekati sarkopagus itu. Tutupnya rapat sekali dan berat. Ia
memandang sambil menimbang-nimbang.
Kemudian ia tinggalkan gudang, pergi ke dapur. Di sana ia temukan sebuah linggis
yang berat, lalu kembali ke gudang.


Kereta 450 Dari Paddington 4.50 From Paddington Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan pekerjaan yang mudah, tapi Lucy tidak cepat menyerah.
Pelan-pelan tutupnya mulai terangkat, karena dicungkil dengan linggis.
85 Linggis itu berhasil mengungkit tutupnya, cukup bagi Lucy untuk melihat apa
isinya-Bab 6 I Beberapa menit kemudian, dengan wajah pu at, Lucy meninggalkan
gudang, mengunci pintunya, dan menggantungkan kunci itu kembali di paku.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Cepat-cepat ia ke kandang kuda, mengeluarkan mobil, lalu
mengendarainya lewat jalan belakang. Di kantor pos di ujung jalan, ia berhenti.
Ia melangkah ke bilik telepon umum, memasukkan uang, dan memutar nomor.
"Saya ingin bicara dengan Miss Marple."
"Ia sedang istirahat. Ini Nona Eyelesbarrow, kan?"
"Ya." "Saya tidak akan mengganggunya, titik. Ia sudah tua dan butuh istirahat."
"Anda harus mengganggunya. Ini penting sekali."
"Saya tid-" "Tolong kerjakan apa yang saya bilang sekarang juga."
Jika mau, suara Lucy dapat terdengar setegas baja. Dan Florence mengenali
kewibawaan jika ia mendengarnya.
87 Tak lama kemudian terdengar suara Miss Marple.
"Ya, Lucy?" Lucy menarik napas dalam-dalam. "Anda benar sekali," katanya. "Sudah saya
temukan." "Mayat wanita?"
"Ya. Wanita bermantel bulu. Ada di sarkopagus di dalam semacam gudang yang mirip
museum di dekat rumah. Sekarang apa yang mesti saya kerjakan" Saya kira saya
mestinya lapor ke polisi."
"Ya. Anda harus melapor ke polisi. Segera."
"Tapi bagaimana tentang selanjutnya" Tentang Anda" Yang pertama ingin mereka
ketahui tentu kenapa saya mengintip ke balik tutup yang beratnya minta ampun itu
tanpa alasan yang jelas. Anda ingin saya mengarang-ngarang alasan" Saya dapat."
"Tidak. Saya kira," kata Miss Marple- suaranya lembut tapi serius-.
"Satu-satunya yang harus Anda lakukan adalah menceritakan yang sebenarnya."
"Tentang Anda?"
"Tentang segalanya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mendadak saja wajah Lucy yang pucat jadi cerah.
"Oh, itu mudah sekali buat saya," katanya. "Tapi tentunya mereka sulit percaya!"
Telepon ditutupnya, menunggu beberapa saat, lalu menelepon kantor polisi.
88 "Saya baru saja menemukan mayat di dalam sarkopagus di Gudang Panjang di
Rutherford Hall." "Apa?" Lucy mengulang pernyataannya dan karena sudah menduga pertanyaan selanjutnya, ia
memberikan namanya. Ia pulang, memarkir mobil, dan masuk ke rumah.
Di lorong rumah, ia berhenti sebentar sambil berpikir.
Lalu ia mengangguk keras dan pergi ke perpustakaan. Di sana Nona Crackenthorpe
sedang duduk membantu ayahnya mengerjakan teka-teki silang di koran The Times.
"Dapat saya bicara sebentar dengan Anda, Nona Crackenthorpe?"
Emma mendongak. Sekilas tampak kekhawatiran di wajahnya. Menurut Lucy,
kekhawatiran itu murni menyangkut rumah tangga saja. Biasanya kata-kata seperti
itu merupakan pembukaan sebelum seorang staf
rumah tangga yang baik kerjanya minta pamit keluar dari pekerjaan.
"Yah, bicara saja, Nona, bicara," kata Tuan Crackenthorpe jengkel.
Lucy berkata kepada Emma,
"Saya ingin bicara dengan Anda sendirian."
"Omong kosong," kata Tuan Crackenthorpe. "Katakan saja langsung di sini apa yang
ingin kaukatakan." 89 "Sebentar, Ayah." Emma bangun dan mendekati pintu.
"Omong kosong semua ini. Kan bisa nanti," kata orang tua itu marah.
"Saya khawatir ini harus sekarang juga," kata Lucy.
Kata Tuan Crackenthorpe, "Kurang ajar!"
Emma keJuar ke lorong, Lucy mengikutinya dan menutup pintu di
belakang mereka. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya?" kata Emma. "Ada apa" Kalau Anda merasa terlalu banyak pekerjaan karena ada
anak-anak itu, saya bisa membantu dan-"
"Sama sekali bukan itu," kata Lucy. "Saya tidak ingin mengatakannya di depan
ayah Anda karena ia kan sudah sakit-sakitan dan saya takut ini akan membuat ia
shock. Soalnya, saya baru saja menemukan mayat
seorang wanita korban pembunuhan di dalam sarkopagus besar di
Gudang Panjang." Emma Crackenthorpe memandanginya terpana.
"Di dalam sarkopagus" Wanita korban pembunuhan" Tak mungkin!"
"Saya khawatir ini memang betul. Saya sudah menelepon polisi. Tak lama lagi
mereka pasti datang."
Sekilas pipi Emma jadi merah.
"Mestinya Anda memberi tahu saya dulu- sebelum memberi tahu polisi."
"Maaf," kata Lucy.
"Saya tak dengar Anda menelepon-" Emma melirik ke meja telepon di lorong.
90 "Saya menelepon dari kantor pos di ujung jalan."
"Kok aneh. Kenapa tidak dari sini?" Lucy berpikir cepat.
"Saya takut anak-anak mungkin ada di sekitar sini-sehingga mendengar-kalau saya
menelepon dari sini."
"Oh, begitu... ya... begitu.... Mereka sebentar lagi datang-polisi, maksud
saya?" "Sudah datang sekarang," kata Lucy, karena saat itu juga terdengar derit rem dan
mobil berhenti di pintu depan dan dentangan bel
terdengar di seluruh rumah.
II "Saya menyesal, amat menyesal-karena harus minta Anda melakukan itu," kata
Inspektur Bacon. Dibimbingnya Emma Crackenthorpe keluar dari guaang. Wajah Emma
pucat sekali dan kelihatan sakit, tapi jalannya tetap tegak.
"Saya yakin sekali, belum pernah melihat wanita itu seumur hidup saya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Terima kasih, Nona Crackenthorpe. Itu saja yang ingin saya ketahui.
Mungkin Anda ingin berbaring?"
"Saya harus ke ayah saya. Tadi saya langsung menelepon Dokter Quimper begitu
mendengar tentang ini dan sekarang dokter sedang bersama ayah saya."
91 Ketika mereka melintasi lorong, Dokter Quimper keluar dari
perpustakaan. Ia tinggi, ramah, bicaranya santai, dan sikapnya sinis, sikap yang
justru membuat pasien-pasiennya bergairah.
Ia dan Inspektur Bacon saling mengangguk.
"Nona Crackenthorpe baru melaksanakan tugas yang tidak
menyenangkan dengan tabah sekali," kata Bacon.
"Bagus, Emma," kata dokter itu sambil menepuk bahu Emma. "Kau memang tabah. Aku
sudah tahu itu dari dulu. Ayahmu baik-baik saja.
Masuklah dan omong-omong sebentar. Lalu pergi ke ruang makan dan minum segelas
brandy. Ini resep, lho."
Emma tersenyum penuh terima kasih dan masuk ke perpustakaan.
"Wanita ini garam dunia," kata dokter itu sambil menatap ke arah perginya Emma.
"Sungguh sayang ia tidak menikah. Konsekuensi jadi satu-satunya wanita di dalam
keluarga yang pria melulu. Saudara perempuannya sudah tak ada, kawin waktu baru
tujuh belas, kalau tak salah. Emma sebetulnya cakep juga. Sebagai istri dan ibu
ia pasti sukses." "Terlalu menurut pada ayahnya, saya kira," kata Inspektur Bacon.
"Sebetulnya ia tak sepenurut itu-tapi ia punya naluri yang kadang-kadang
dimiliki wanita tertentu, naluri untuk bikin senang ayah dan saudara-saudara
laki-lakinya. Ia lihat ayahnya senang
92 sakit-sakitan, maka ia biarkan ayahnya merasa sakit-sakitan. Sama juga dengan
saudara-saudara laki-Iakinya. Cedric merasa ia pelukis ulung, siapa ya-Harold-
tahu bagaimana Emma begitu tergantung pada
pertimbangannya yang bijak-ia biarkan Alfred membuatnya kaget
dengan cerita-ceritanya mengenai tipu muslihatnya dalam dunia bisnis.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Oh, ia wanita pintar-sama sekali tidak bodoh. Nah, Anda ingin saya melakukan
sesuatu" Ingin supaya saya menjenguk mayat yang baru
diurus Johnstone" (Johnstone adalah ahli bedah polisi) "dan melihat kalau-kalau
wanita itu korban kesalahan diagnosa saya?"
"Ya, saya memang ingin Anda melihatnya, Dokter. Kami ingin menentukan
identitasnya. Barangkali tak mungkin saya minta Tuan Crackenthorpe melakukannya,
ya" Terlalu tegang untuknya?"
"Tegang" Omong kosong. Ia tak bakal mengampuni Anda atau saya jika kita tak
memberinya kesempatan melihat. Ia begitu bersemangat. Hal yang paling
mendebarkan dalam hidupnya selama lima belas tahun atau lebih-lagi pula ia kan
tak usah membayar sepeser pun!"
"Kalau begitu, sebetulnya ia tak benar-benar sakit?"
"Ia sudah tujuh puluh dua," kata Dokter. "Hanya itu masalahnya, sebenarnya.
Kadang-kadang ia disengat rematik-tapi siapa sih yang tidak" Nah, ia menyebutnya
artritis. Sehabis 93 makan jantungnya suka berdebar-debar-ia menyebutnya 'jantung'.
Padahal ia masih dapat mengerjakan apa saja yang ia mau! Saya punya banyak
pasien yang demikian. Yang sungguh-sungguh sakit biasanya malah ngotot bahwa
mereka benar-benar sehat. Ayo, mari kita lihat mayat Anda itu. Mestinya sudah
kurang menyenangkan, ya?"
"Menurut perkiraan Johnstone, sudah mati antara dua sampai tiga minggu yang
lalu." "Kalau begitu sudah tidak menyenangkan sama sekali."
Dokter berdiri di sisi sarkopagus itu. Dengan penuh minat ia menatap ke bawah-
sama sekali tak terpengaruh oleh apa yang disebutnya 'tidak menyenangkan'.
"Belum pernah lihat. Bukan pasien saya. Rasanya tak pernah melihatnya di
Brackhampton. Tentunya dulu ia cantik sekali-hm-seseorang telah menamatkan
riwayatnya." Mereka keluar lagi, ke udara terbuka. Dokter Quimper memandang ke atas, ke
bangunan gudang itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ditemukan di-mereka sebut apa bangunan ini"-Gudang Panjang-di dalam sarkopagus!
Fantastis! Siapa yang menemukan?"
"Nona Lucy Eyelesbarrow."
"Oo, pelayan yang baru itu" Memangnya, sedang apa ia di situ, mengintip-ngintip
ke dalam sarkopagus?"
94 "Itu," sahut Inspektur Bacon serius, "persis yang ingin saya tanyakan kepadanya.
Nah, sekarang tentang Tuan Crackenthorpe. Maukah Anda-
?" "Akan saya jemput."
Terbungkus dalam syal, Tuan Crackenthorpe datang dalam langkah
pendek-pendek. Dokter mendampinginya.
"Memalukan," katanya. "Sungguh memalukan! Kubeli sarkopagus itu di Florence
tahun-coba kuingat-ingat-tentunya 1908-atau 1909, ya?"
"Tabahlah sekarang," Dokter memperingatkan. "Tidak akan menyenangkan lho."
"Bagaimanapun sakitnya aku, aku kan harus memenuhi kewajibanku?"
Kunjungan ke dalam Gudang Panjang singkat saja, namun ternyata sudah lebih dari
cukup. Tuan Crackenthorpe terseok-seok keluar dengan kecepatan yang luar biasa.
Telapak Kematian 1 Pusaka Negeri Tayli Karya Can Id Pangeran Bunga Bangkai 1
^