Pencarian

Masalah Di Teluk Pollensa 3

Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie Bagian 3


katanya mengingatkan, "urusan yang harus kita selesaikan nanti.
Eh, Satterthwaite?" Mr. Satterthwaite berdiri terpaku. Gagasan-gagasan berkelebat di
benaknya. Tubuhnya terguncang-guncang karena semangatnya yang
meluap-luap. "Oh," serunya. "Oh, seharusnya aku sudah tahu! Tak ada alasan bagimu untuk
mengingkari kenyataan ini, Mr. Quin. Bukan karena kebetulan kita dipertemukan di
persimpangan jalan ini."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kolonel Melrose memandang kawannya dengan takjub. Mr. Satterthwaite mengguncang-
guncang lengannya. "Kau ingat apa yang pernah kuceritakan padamu... tentang kawan kita Derek Capel"
Motifnya untuk bunuh diri, yang tak seorang pun bisa menebaknya" Mr. Quin-lah
yang menyelesaikan masalah itu... dan sejak peristiwa itu, masih banyak kejadian
lain. Dia menunjukkan hal-hal yang jelas-jelas ada di depan hidung kita, tapi
tidak kita lihat. Dia hebat sekali."
"Oh, Satterthwaite, kau membuat wajahku memerah," kata Mr. Quin sambil
tersenyum. "Seingatku, semua itu kaulah yang melakukannya, bukan aku."
"Memang begitu semua kejadiannya, dan itu karena kau ada di sana," kata Mr.
Satterthwaite dengan keyakinan yang semakin teguh.
"Wah," kata Kolonel Melrose, sambil berdeham dengan salah tingkah. "Kita tak
boleh membuang-buang waktu lagi. Ayo kita segera berangkat."
200 Dia duduk di belakang kemudi. Dia tidak terlalu senang karena terpaksa mengajak
seorang lelaki asing gara-gara antusiasme Mr. Satterthwaite, tapi dia tak punya
alasan kuat untuk berkeberatan, dan sudah tak sabar ingin sampai di Alderway
secepat mungkin. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mr. Satterthwaite menyuruh Mr. Quin masuk lebih dulu, kemudian dia duduk di
dekat pintu. Bagian dalam mobil itu cukup luas. Tiga orang muat di dalamnya
tanpa harus berdesak-desakan.
"Jadi, Anda tertarik pada masalah kriminal, Mr. Quin?" tanya Kolonel Melrose,
berusaha bersikap sesopan mungkin.
"Bukan, bukan terutama pada kasus kriminal."
"Lalu, apa?" Mr. Quin tersenyum. "Mari kita tanya Mr. Satterthwaite. Dia seorang pengamat
yang cermat." "Menurutku," kata Mr. Satterthwaite lambat-lambat, "bisa saja aku keliru, tapi,
menurutku... Mr. Quin tertarik pada... mereka yang sedang
kasmaran." Wajahnya memerah ketika mengucapkan kata yang terakhir itu, kata yang tak
mungkin diucapkan pria Inggris sejati tanpa perasaan tidak enak. Mr.
Satterthwaite mengucapkannya dengan nada minta maaf, dan dengan
irama yang kalau ditulis akan ditulis dengan banyak koma.
"Ya, ampun!" seru Kolonel Melrose, kaget dan langsung terdiam.
Dalam hati dia menebak-nebak, kawan Satterthwaite ini pasti orang aneh.
Dia melirik ke sam- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
201 pingnya. Lelaki itu kelihatannya normal-masih muda dan normal-normal saja.
Kulitnya agak gelap, tapi bukan tipe orang asing.
"Dan sekarang," kata Mr. Satterthwaite dengan nada sok penting, "aku harus
menceritakan padamu tentang kasus ini."
Dia bicara selama kira-kira sepuluh menit. Duduk dalam gelap, meluncur kencang
menembus malam, dia merasakan dirinya mempunyai kekuasaan yang membius. Apakah
ini jadi masalah, kalau dia hanyalah seorang pengamat kehidupan" Dia mempunyai
kata-kata yang dikuasainya, dia pandai mengolah kata, dia dapat merangkai kata-
kata menjadi pola tertentu-pola gaya Renaissance yang ganjil, yaitu kecantikan Laura Dwighton,
dengan lengannya yang putih dan rambutnya yang merah...
dikombinasikan dengan sosok Paul Delangua yang berkulit gelap dan selalu tampil
bagaikan bayang-bayang, sosok yang oleh kaum wanita disebut tampan.
Bayangkan semua itu dengan latar belakang Alderway-Alderway yang
sudah ada di sana sejak Zaman Henry VII dan, bahkan ada yang bilang, mungkin
malah sebelum masa itu. Alderway sangat bersifat Inggris, sampai ke detail-
detailnya, dengan deretan pohon yew yang dipangkas rapi, Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
deretan kandang dan gudang tua, dengan kolam ikan tempat para pendeta di zaman
dulu memelihara ikan karper untuk hari Jumat.
Dengan beberapa kalimat dia telah menggambarkan Sir James dengan
tepat, seorang Dwighton yang merupakan keturunan asli keluarga De Wit-202
tons, yang pada zaman dahulu kala meraup uang berlimpah ruah dari tanah ini dan
menyimpannya rapat-rapat di dalam koper-koper, jadi bila orang-orang lain
mengalami masa sulit, para tuan pemilik Alderway tak pernah kekurangan uang.
Akhirnya Mr. Satterthwaite berhenti bicara. Dia yakin, dan selalu yakin, bahwa
para pendengarnya mendengarkan dengan penuh simpati.
Sekarang dia berhenti dan menunggu pujian yang menurutnya layak
diterimanya. Pujian itu muncul.
"Kau seorang artis, Mr. Satterthwaite."
"Aku... aku melakukan yang terbaik." Lelaki kecil itu tiba-tiba bersikap rendah
hati. Mereka sudah membelok memasuki gerbang yang juga berfungsi sebagai pondok
penjaga, beberapa menit yang lalu. Sekarang mobil meluncur Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mendekati pintu utama rumah itu. Seorang sersan polisi menuruni
undakan dengan cepat untuk menyambut mereka.
"Selamat malam, Sir. Inspektur Curtis ada di ruang perpustakaan."
"Baik." Melrose berlari menaiki undakan diikuti kedua lelaki lainnya. Ketika ketiga
orang itu melewati ruang yang luas, seorang kepala pelayan yang sudah tua
mengintip dari ambang pintu, pandangannya menyiratkan kelegaan.
Melrose mengangguk padanya.
"Selamat malam, Miles. Ini urusan yang menyedihkan."
"Ya, Sir," kepala pelayan itu menyahut dengan
203 suara gemetar. "Saya tak dapat mempercayainya,
Sir; sungguh, tak percaya. Membayangkan ada
orang yang tega memukul Tuan."
"Ya, ya," tukas Melrose, memotong kata-kata
kepala pelayan itu. "Sebentar lagi aku akan bicara
denganmu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia melangkah cepat ke ruang perpustakaan. Seorang inspektur polisi bertubuh
besar dan bertampang serdadu menyambutnya dengan penuh
hormat. "Urusan yang mengerikan, Sir. Saya tidak mengutak-atik apa pun. Tak ada sidik
jari pada patung perunggu yang dipakai memukul itu. Siapa pun pelakunya, tahu
benar apa yang harus dilakukan."
Mr. Satterthwaite memandang sosok yang duduk terpuruk di depan meja tulis yang
besar, lalu segera mengalihkan pandangan. Lelaki itu dipukul dari belakang-
pukulan yang keras-dengan benda berat, dan
menghancurkan tengkoraknya. Apa yang terlihat di depannya bukanlah pemandangan
yang indah. Senjata itu tergeletak di lantai-sebuah patung perunggu berukuran sekitar 65
senti, bagian dasarnya basah bernoda darah. Penuh ingin tahu Mr.
Satterthwaite membungkuk mengamatinya.
"Venus," katanya lirih. "Dia dipukul dengan Venus."
Segera saja kata-kata puitis berkelebat dalam benaknya.
"Jendela-jendela," kata inspektur itu, "semua tertutup dan diselot dari dalam."
Dia sengaja berhenti bicara sebentar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
204 "Jadi, pasti orang dalam," kata kepala polisi itu ragu. "Yah... kita lihat saja
nanti." Pria yang terbunuh itu mengenakan pakaian golf, dan sebuah tas penuh tongkat
golf dilemparkan begitu saja ke atas sofa berlapis kulit.
"Baru pulang dari lapangan golf," jelas inspektur, yang melihat arah pandangan
kepala polisi itu. "Jam lima lima belas, waktu itu. Kepala Pelayan mengantarkan
teh ke sini. Kemudian dia membunyikan bel,
memanggil pelayan pribadinya, menyuruhnya mengambilkan sepasang
sandal rumah yang nyaman. Sejauh yang kita ketahui, pelayan pribadinya yang
terakhir kali melihat dia masih hidup."
Melrose mengangguk, lalu sekali lagi mengalihkan perhatiannya ke meja tulis.
Sejumlah ornamen berserakan, beberapa di antaranya ada yang rusak.
Yang paling mencolok di antara itu semua adalah sebuah jam besar, berwarna
gelap, terbuat dari enamel. Jam itu terguling pada sisinya, tepat di tengah-
tengah meja. inspektur berdeham. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Itu yang mungkin akan Anda anggap sebagai suatu keberuntungan, Sir,"
katanya. "Seperti yang Anda lihat, jam itu mati. Pada jam enam tiga puluh.
Itu menjelaskan saat terjadinya tindak kriminal ini. Sangat
menguntungkan." Kolonel Melrose menatap jam itu lekat-lekat.
"Seperti katamu tadi," katanya, "sangat menguntungkan." Dia berhenti semenit,
kemudian menambahkan, "Terlalu menguntungkan! Aku tak suka ini, Inspektur!"
205 Dia berpaling, memandang kedua pria lainnya. Matanya mencari mata Mr.
Quin dengan pandangan memohon.
"Ini buruk sekali," katanya. "Ini terlalu rapi. Anda tahu maksud saya. Yang
sebenarnya pasti tidak begini."
"Maksud Anda," gumam Mr. Quin, "jam itu tak mungkin terguling dalam posisi
begitu?" Melrose menatapnya kaget, sesaat, kemudian pandangannya kembali ke jam itu.
Benda itu nampak polos, tanpa daya, seperti benda-benda yang tiba-tiba
kehilangan keanggunannya. Dengan hati-hati Kolonel Melrose menegakkan jam itu
pada kedua kakinya. Dia memukul meja keras-keras Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
dengan tinjunya. Jam itu bergoyang, tapi tidak terguling. Melrose mengulangi
pukulannya, lalu pelan-pelan sekali, seperti dengan enggan, jam itu terguling...
ke belakang. "Jam berapa pembunuhan ini diketahui?" tanya Melrose tajam.
"Sekitar jam tujuh, Sir."
"Siapa yang mengetahuinya?"
"Kepala Pelayan."
"Panggil dia ke sini," kata kepala polisi itu. "Aku akan bicara dengannya
sekarang. Eh, di mana Lady Dwighton?"
"Sedang beristirahat, Sir. Pelayannya mengatakan, beliau amat sedih dan terpukul
dan tak bisa menemui siapa pun."
Melrose mengangguk, dan Inspektur Curtis pergi memanggil Kepala
Pelayan. Mr. Quin merenung
206 memandangi perapian. Mr. Satterthwaite ikut-ikutan memandangi
perapian. Dia menatap kayu-kayu yang menghitam itu selama satu-dua menit,
kemudian sesuatu yang mengilat, yang tergeletak di dasar perapian itu, menarik
perhatiannya. Dia membungkuk lalu memungut sepotong
kaca berbentuk lengkung. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Anda memanggil saya, Sir?"
Itu suara Kepala Pelayan, masih gemetaran dan seperti ragu. Mr.
Satterthwaite diam-diam memasukkan potongan kaca itu ke dalam saku jasnya lalu
berbalik. Kepala Pelayan berdiri di ambang pintu.
"Duduklah," kata Kepala Polisi ramah. "Kau gemetaran. Kau pasti shock."
"Ya, Sir." "Nah, saya takkan menahanmu lama-lama. Tuanmu pulang tepat setelah jam lima,
benar?" "Benar, Sir. Beliau menyuruh agar tehnya dihidangkan di sini. Setelah itu,
ketika saya kemari untuk menyingkirkan cangkirnya, beliau menyuruh saya
memanggil Jennings-dia pelayan pribadi beliau, Sir."
"Jam berapa waktu itu?"
"Kira-kira jam enam lewat sepuluh, Sir."
"Ya... lalu?" "Saya suruh seseorang menyampaikan bahwa Jennings dipanggil Tuan.
Dan, ketika saya kemari lagi untuk mengunci jendela dan menutup tirai pada jam
tujuh malam, saya melihat..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Melrose memotong kata-katanya. "Ya, ya, kau tak perlu melanjutkannya.
Kau tidak menyentuhnya, atau mengutak-atik apa pun, ya, kan?"
207 "Oh! Tidak! Sungguh, Sir! Saya langsung menelepon polisi, secepat yang bisa saya
lakukan." "Lalu?"
"Saya. memberitahu Jane-pelayan pribadi Nyonya, Sir-untuk
menyampaikan kejadian itu kepada Nyonya"
"Kau belum melihat Nyonya sepanjang malam ini?"
Kolonel Melrose mengucapkan pertanyaan itu secara sambil lalu, tetapi telinga
Mr. Satterthwaite yang tajam menangkap nada tegang di balik pertanyaan itu.
"Saya belum bertemu beliau lagi, Sir. Nyonya tinggal di kamar beliau sejak
tragedi ini." "Apa kau melihat beliau sebelumnya?"
Pertanyaan itu terdengar tajam, dan setiap orang dalam ruangan itu melihat bahwa
si Kepala Pelayan ragu-ragu sebelum menjawab.
"Saya... saya melihat beliau sekilas, Sir, ketika beliau menuruni tangga."
"Apa beliau masuk kemari?"
Mr. Satterthwaite menahan napas.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya... saya rasa ya, Sir."
"Jam berapa waktu itu"'
Kalau ada sebatang jarum jatuh, pasti akan terdengar. Suasana hening mencekam.
Apakah lelaki tua ini tahu, kata Mr. Satterthwaite dalam hati, betapa pentingnya
jawabannya" "Jam setengah tujuh lebih sedikit, Sir."
Kolonel Melrose mendesah keras-keras. "Bagus. Kurasa cukup. Suruh Jennings,
pelayan pribadi tuanmu, kemari menemuiku."
208 Jennings langsung menghadap setelah menenma panggilan. Dia seorang lelaki
berwajah tirus dengan langkah tanpa suara seperti langkah kucing.
Ada sesuatu yang licik dan penuh rahasia dalam pribadinya
Seorang lelaki, pikir Mr. Satterthwaite, yang akan tega membunuh tuannya kalau
dia yakin takkan ketahuan.
Dia menyimak jawaban-jawaban lelaki itu atas pertanyaan-pertanyaan Kolonel
Melrose. Tetapi apa yang diungkapkannya sepertinya cukup jujur dan meyakinkan.
Dia membawakan sandal kulit lembut untuk tuannya
dan menyingkirkan sepatu golf itu.
"Lalu apa yang kaulakukan setelah itu, Jennings?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya kembali ke kamar pelayan, Sir." "Dan jam berapa kau meninggalkan tuanmu?"
"Pasti tak lama setelah jam enam seperempat, Sir."


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di mana kau pada jam setengah tujuh, Jennings?"
"Di kamar pelayan, Sir."
Kolonel Melrose menyuruh lelaki itu pergi dengan anggukan kepalanya.
Dia memandang Curtis dengan pandang bertanya.
"Semuanya benar, Sir, saya sudah mengeceknya. Dia ada di kamar pelayan dari
sekitar jam enam dua puluh sampai jam tujuh."
"Kalau begitu, dia bersih," kata kepala polisi itu kecewa. "Lagi pula, dia tak
punya motif." Mereka berpandangan. 209 Terdengar pintu diketuk. "Masuk," kata Kolonel Melrose.
Seorang gadis pelayan berwajah ketakutan muncul di ambang pintu.
"Maaf, Sir, Nyonya mendengar bahwa Kolonel Melrose sudah tiba di sini dan beliau
ingin bertemu dengan Kolonel."
"Silakan," kata Melrose. "Saya akan segera ke sana. Tolong tunjukkan, di mana
saya harus menemuinya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi, sebentuk lengan terulur dan menyingkirkan gadis itu. Sosok yang sangat
berbeda kini berdiri di ambang pintu. Laura Dwighton tampak seperti seseorang
dari dunia yang asing. Dia mengenakan gaun minum teh gaya abad pertengahan, terbuat dari brokat biru
kusam, dengan potongan longgar melambai-lambai.
Rambutnya pirang kemerahan, dibelah tengah, dan terjurai lurus
menutupi kedua telinganya. Laura Dwighton sangat sadar akan gaya
khasnya dan tak pernah memotong rambutnya. Rambut itu disisir ke
belakang dan digelung menjadi sebentuk sanggul sederhana di
tengkuknya. Lengannya telanjang.
Salah satu lengan itu kini terulur memegang ambang pintu dan
menyangga tubuhnya yang oleng. Lengan yang satunya terjulai lemas dan memegangi
sebuah buku. Dia kelihatan, pikir Mr. Satterthwaite, seperti lukisan Madonna di
kanvas pelukis Italia zaman dahulu.
Wanita itu berdiri di sana, tubuhnya bergoyang-goyang. Kolonel Melrose melompat
mendekatinya. 210 "Saya datang untuk mengatakan pada Anda... pada Anda..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Suaranya rendah dan merdu. Mr. Satterthwaite begitu terpesona melihat nilai
dramatis yang ada di depannya hingga dia lupa akan kenyataan yang sebenarnya.
"Oh, Lady Dwighton..." Melrose memeluk dan menyangga wanita itu.
Dibimbingnya wanita itu menyeberangi ruangan, ke sebuah ruang kecil yang
berhubungan dengan ruang perpustakaan. Dinding ruangan itu
berlapis kain sutra yang mulai memudar. Quin dan Satterthwaite
mengikutinya. Laura terduduk di sebuah kursi empuk yang rendah,
kepalanya tersandar pada bantal kursi terbungkus kain warna kuning.
Matanya terpejam. Ketiga pria itu memandanginya. Tiba-tiba Laura
membuka mata lalu duduk tegak. Dia berkata lirih sekali.
"Saya membunuhnya" katanya. "Itulah yang ingin saya katakan pada Anda.
Saya membunuh-nya!" Beberapa saat suasana hening mencekam. Jantung Mr. Satterthwaite serasa berhenti
berdetak. "Lady Dwighton," kata Melrose. "Anda meng-alami shock berat, Anda sedang labil.
Saya rasa Anda tak tahu apa yang Anda katakan."
Apakah wanita ini akan menarik kata-katanya... ketika masih ada
kesempatan" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya tahu benar apa yang saya katakan. Sayalah yang menembaknya."
Dua dari tiga pria dalam ruangan itu menarik napas kaget, yang satunya diam
saja. Laura 211 Dwighton semakin mencondongkan badannya ke depan.
"Tidakkah Anda mengerti" Saya turun ke sini dan menembaknya. Saya akui itu."
Buku yang dipeganginya kini terjatuh ke lantai. Di dalamnya ada pisau pemotong
surat, sebuah benda berbentuk belati dengan pegangan
bertatahkan batu mulia. Secara spontan Mr. Satterthwaite memungut dan
meletakkannya di meja. Sambil melakukan itu, dalam hati dia berkata, Ini mainan
berbahaya. Kita bisa membunuh orang dengan mainan ini.
"Nah...," suara Laura Dwighton terdengar tak sabar, "...apa yang akan Anda
lakukan" Menangkap saya" Membawa saya pergi?"
Setelah berusaha keras, akhirnya Kolonel Melrose berkata, "Apa yang Anda katakan
pada saya ini amat serius, Lady Dwighton. Saya harap Anda kembali ke kamar Anda
sampai saya... eh... selesai mengurus beberapa hal."
Wanita itu mengangguk lalu berdiri. Sekarang dia sudah pulih, sikapnya dingin
dan kaku. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ketika dia berbalik dan berjalan ke arah pintu, Mr. Quin berkata, "Apa yang Anda
lakukan dengan pistol itu, Lady Dwighton?"
Sekilas tampak keraguan- di wajah Lady Dwighton. "Saya... saya menjatuhkannya di
sana, di lantai. Tidak, mungkin saya lemparkan ke luar jendela... oh! Oh, saya
tak bisa mengingatnya sekarang. Apa itu penting"
Saya tak sadar apa yang saya lakukan. Itu tidak penting, bukan?"
212 "Memang tidak," kata Mr. Quin. "Rasanya memang tidak penting."
Wanita itu memandang Mr. Quin dengan pandang kaget, dan... mungkin...
sedikit takut. Kemudian ditegakkannya lagi kepalanya dan dengan penuh gaya dia
meninggalkan ruangan itu. Mr. Satterthwaite cepat-cepat
menyusulnya. Jangan-jangan wanita itu tiba-tiba pingsan, pikir Mr.
Satterthwaite. Tetapi, Lady Dwighton sudah menaiki tangga sampai
setengahnya, sama sekali tidak menampakkan kelemahannya seperti yang baru saja
ditunjukkannya. Pelayannya yang nampak ketakutan berdiri di kaki tangga, dan Mr.
Satterthwaite berkata tegas kepadanya.
"Jaga nyonyamu," katanya.
"Baik, Sir." Gadis itu hendak menyusul sosok dalam gaun biru itu. "Oh, Sir,
please... mereka tidak mencurigai dia, kan?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mencurigai siapa?"
"Jennings, Sir! Oh! Sungguh, Sir, membunuh lalat pun dia tak tega."
"Jennings" Tidak, tentu saja tidak. Pergi dan jaga nyonyamu."
"Baik, Sir." Gadis itu cepat-cepat lari menaiki tangga. Mr. Satterthwaite kembali ke ruangan
yang baru saja ditinggalkannya.
Kolonel Melrose sedang bicara dengan mantap, "Hmm, aku merasa dikelabui. Ada
sesuatu yang disembunyikan. Ini... ini seperti apa yang dilakukan tokoh wanita
dalam novel-novel." 213 "Ini tidak nyata," Mr. Satterthwaite sependapat. "Seperti sesuatu yang dimainkan
di panggung sandiwara."
Mr. Quin mengangguk. "Ya, kau selalu mengagumi drama, ya kan" Kau lelaki yang
akan memuji akting yang bagus kalau melihatnya." Mr.
Satterthwaite membalas tatapan kawannya dengan tajam.
Dalam keheningan yang menyusul, sebuah Suara sayup-sayup sampai ke telinga
mereka. "Seperti letusan tembakan," kata Kolonel Melrose. "Pasti salah satu pemburu.
Mungkin itu yang didengar Lady Dwighton. Mungkin dia lalu Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
turun untuk memeriksanya. Dia takkan mendekati atau memeriksa tubuh ini. Dia
langsung mengambil kesimpulan..."
"Mr. Delangua, Sir." Kepala pelayan yang sudah tua itu yang bicara. Dia berdiri
di ambang pintu dengan sikap mohon maaf.
"Eh?" sahut Melrose. "Ada apa?"
"Mr. Delangua ada di sini, Sir, dan ingin bicara dengan Anda, kalau diizinkan."
Kolonel Melrose menyandarkan badannya ke kursi. "Persilakan dia masuk,"
katanya serius. Sesaat kemudian Paul Delangua berdiri di ambang pintu. Seperti telah dikatakan
Kolonel Melrose, ada sesuatu yang "bukan Inggris" pada pria itu-gerakannya yang
luwes dan anggun, wajahnya yang tampan, kulitnya yang gelap, dan sepasang
matanya yang tampak agak terlalu berdekatan. Pada dirinya ada aurora
Renaissance. Dia dan Laura Dwighton membangkitkan suasana yang sama.
214 "Selamat malam, Tuan-tuan," kata Delangua. Dia membungkuk dengan gaya dibuat-
buat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya tak mengerti apa urusan Anda di sini, Mr. Delangua," kata Kolonel Melrose
tajam, "tapi jika itu tak ada hubungannya dengan masalah ini...."
Delangua menyela sambil tertawa. "Sebaliknya," katanya, "segala sesuatunya ada
hubungannya dengan masalah ini."
"Apa maksud Anda?"
"Maksud saya," kata Delangua tenang, "saya datang untuk menyerahkan diri karena
saya telah membunuh Sir James Dwighton."
"Anda tahu apa yang Anda katakan?" kata Melrose kaku.
"Saya tahu benar."
Mata pemuda itu beralih ke meja.
"Saya tidak mengerti..."
"Mengapa saya menyerahkan diri" Sebut saja suatu penyesalan... atau apa pun
sesuka Anda. Saya menusuknya, benar, kan... Anda pasti tahu itu." Dia mengangguk
ke arah meja. "Saya lihat Anda sudah menemukan senjata pembunuhnya. Senjata
kecil yang sangat praktis. Lady Dwighton
membiarkan benda ini terselip dalam sebuah buku, dan saya kebetulan
menemukannya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tunggu," kata Kolonel Melrose. "Apakah saya harus menerima pernyataan Anda
bahwa Anda menusuk Sir James dengan ini?" Dengan sikap hati-hati dia mengangkat
pisau itu. "Benar sekali Saya mengendap masuk lewat
jendela. Dia memunggungi saya. Mudah sekali. Saya menyelinap keluar lewat jalan
yang sama." "Lewat jendela?"
"Tentu saja lewat jendela."
"Dan jam berapa ketika itu?"
Delangua ragu-ragu. "Coba saya ingat... saya berbincang-bincang dengan pemburu
itu... jam enam seperempat. Saya mendengar lonceng gereja berdentang. Pasti...
pasti sekitar jam setengah tujuh."
Senyum kaku terlintas di bibir Kolonel Melrose.
"Bagus sekali, Anak muda," katanya. "Setengah tujuh adalah saat yang tepat.
Mungkin Anda sudah mendengarnya" Tetapi, pembunuhan ini
sungguh "Mengapa?" "Terlalu banyak orang yang mengaku sebagai si pembunuh," kata Kolonel Melrose.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka mendengar anak muda itu menarik napas tertahan.
"Siapa lagi yang mengakuinya?" tanyanya dengan suara bimbang. "Lady Dwighton."
Delangua melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa dibuat-buat.
"Lady Dwighton mudah sekali histeris," katanya ringan. "Kalau saya jadi Anda,
saya takkan memperhitungkan apa yang dikatakannya."
"Memang tidak perlu," kata Melrose. "Tapi ada hal lain yang aneh tentang
pembunuhan ini." "Apa itu?" "Hmm," kata Melrose, "Lady Dwighton mengaku
216 telah menembak Sir James, dan Anda mengaku telah menusuknya. Tetapi, nasib baik
bagi Anda berdua, dia tidak ditembak dan tidak ditusuk Kepalanya dipukul hingga
remuk." "Ya, Tuhan!" seru Delangua. "Tapi, seorang wanita tak mungkin berbuat begitu..."
Tiba-tiba kata-katanya terputus, dia menggigit bibirnya Melrose
mengangguk sambil tersenyum samar.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kita sering membaca tentang itu," katanya memancing, "tapi tak pernah melihat
kejadian yang sebenarnya."
"Apa?" "Sepasang muda-mudi tolol mengaku melakukan kejahatan karena mereka mengira
pasangannyalah pelakunya," kata Melrose. "Nah, sekarang kita harus mulai dari
awal lagi." "Pelayan pribadi Sir James," seru Mr. Satterth-waite. "Gadis itu... tadi saya
tidak terlalu memperhatikan." Dia berhenti, menunggu orang-orang lain
memahaminya. "Dia khawatir, jangan-jangan kita mencurigai lelaki itu.
Pasti dia punya motif yang tidak kita ketahui, tapi gadis itu tahu."
Kolonel Melrose mengerutkan dahi, kemudian dia membunyikan bel.
Ketika seorang pelayan mun-cul, dia berkata, "Tolong tanyakan, apakah Lady
Dwighton bersedia kemari lagi."
Mereka menunggu tanpa berkata-kata, sampai wanita itu datang. Begitu melihat
Delangua wanita itu terkejut dan mengulurkan tangannya,
menjaga agar tubuhnya tidak jatuh. Kolonel Melrose segera meloncat menyangganya
217 "Tak apa-apa, Lady Dwighton. Oh, jangan takut."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya tidak mengerti. Untuk apa Mr. Delangua ke sini?"
Delangua mendekati wanita itu, "Laura... Laura... mengapa kau melakukannya?"
"Melakukannya?"
"Aku tahu. Kau melakukannya demi aku... sebab kaukira aku... Ah, kurasa ini
semua wajar-wajar saja. Tetapi, oh! Kau sungguh mulia!"
Kolonel Melrose berdeham. Dia seorang pria yang membenci segala macam bentuk
pameran emosi dan tidak suka segala sesuatu yang dibuat-buat.
"Jika Anda izinkan saya mengatakannya, Lady Dwighton, baik Anda maupun Mr.
Delangua beruntung selamat dari urusan ini. Dia baru saja datang untuk 'mengaku'
sebagai pembunuh... oh, tak apa-apa, dia tidak melakukannya! Tetapi, yang ingin
kami ketahui adalah kebenarannya. Tak usah bersandiwara lagi. Kepala Pelayan
mengatakan bahwa Anda masuk ke ruang perpustakaan ini jam enam tiga puluh...
benarkah itu?" Laura memandang Delangua. Pria itu mengangguk.
"Kebenaran, Laura," katanya. "Itulah yang ingin kami ketahui."
Laura Dwighton mendesah kuat-kuat. "Akan saya katakan pada Anda."
Dia duduk di kursi yang cepat-cepat disodorkan Mr. Satterthwaite.
218 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Saya memang turun tadi. Saya membuka pintu ruang perpustakaan dan saya
lihat..." Dia berhenti bicara dan menelan ludah. Mr. Satterthwaite mencondongkan badan ke
depan, lalu menepuk-nepuk lengan wanita itu untuk memberi semangat.
"Ya," katanya "Ya. Anda melihat?"
"Suami saya tersungkur di meja. Saya lihat kepalanya... berdarah... oh!"
Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Kolonel Melrose
mencondongkan badannya ke depan.
"Maaf, Lady Dwighton. Anda kira Mr. Delangua menembaknya?"
Laura mengangguk. "Maafkan,aku, Paul," katanya memohon. "Tapi kau bilang... kau
bilang..." "Bahwa aku akan menembaknya seperti menembak anjing," kata Delangua murung. "Aku
ingat. Aku memang mengatakannya waktu kulihat dia memperlakukanmu dengan kasar."
Kepala Polisi tetap mencoba mengorek inti masalah itu.
"Kalau begitu, saya harus percaya, Lady Dwighton, bahwa Anda kembali ke atas


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi dan... eh... diam saja. Kami tidak akan mengorek alasan Anda.
Anda tidak mendekati mayat suami Anda dan tidak mendekati meja tulis?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Wanita itu gemetaran. "Tidak. Tidak. Saya langsung keluar dari ruangan ini."
"Saya mengerti, saya mengerti. Dan, tepatnya, jam berapakah waktu itu"
Anda tahu?" 219 "Waktu, saya sampai di kamar saya lagi, saat itu tepat jam setengah tujuh."
"Jadi... katakanlah pada jam enam dua lima, Sir James sudah meninggal."
Kepala polisi itu memandang yang lain. "Jam itu... itu tipuan, bukan" Kami sudah
menduganya sejak tadi. Tak ada yang lebih mudah dibandingkan memutar jarum jam
ke angka yang diinginkan, tetapi, mereka membuat kesalahan dengan menggulingkan
jam itu pada posisi seperti itu. Nah, sekarang hanya tinggal dua kemungkinan,
Kepala Pelayan atau si pelayan pribadi, dan aku yakin, pasti bukan si Kepala
Pelayan. Katakan pada saya, Lady Dwighton, apakah Jennings tidak menyukai suami
Anda?" Laura mengangkat wajahnya dari kedua tangannya "Bukan tidak suka., tetapi...
tadi pagi James mengatakan pada saya bahwa dia telah memecat Jennings. Dia tahu,
Jennings suka mencuri."
"Ah! Sekarang kita mendapat kemajuan. Jennings akan dipecat tanpa surat
rekomendasi. Baginya mi masalah besar."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Anda katakan sesuatu tentang jam," kata Laura Dwighton. "Masih ada kemungkinan
lain... kalau kita ingin menentukan waktu yang tepat... James pasti mengantungi
jam kecilnya yang berbentuk bola golf. Mungkin jam itu juga hancur waktu dia
tersungkur ke depan?"
"Suatu gagasan," kata Kolonel pelan. "Tapi, jangan-jangan... Curtis!"
Inspektur itu mengangguk cepat lalu meninggalkan ruangan. Satu menit kemudian
dia kembali. 220 Pada tangannya ada sebuah jam perak berbentuk bola golf, jam yang biasa dijual
kepada para pegolf untuk dikantongi bersama bola-bola golf.
"Ini, Sir," katanya, "tapi saya ragu apakah ini ada gunanya. Jam macam ini
sangat kuat." Kolonel Melrose mengambil jam itu lalu mendekatkannya ke telinganya.
''Sepertinya jam ini mati," katanya.
Ditekannya dengan ibu jari, dan tutupnya membuka. Di bagian dalamnya, kacanya
retak. "Ah!" katanya senang.
Jam itu menunjukkan pukul 18.15.
"Kaca yang bagus, Kolonel Melrose," kata Mr. Quin.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Saat itu pukul 21.30, dan ketiga pria itu baru saja selesai menikmati makan
malam yang terlambat di rumah Kolonel Melrose. Mr. Satterthwaite yang terlihat
paling senang. "Aku benar," katanya sambil tertawa. "Kau tidak bisa mengingkarinya Mr.
Quin. Kau tiba-tiba muncul malam ini untuk menyelamatkan dua anak muda yang
sangat ketakutan." "Oh, ya?" kata Mr. Quin. "Tidak, tentu saja tidak. Aku tak melakukan apa-apa."
"Seperti yang terbukti kemudian, itu semua tidak penting," kata Mr.
Satterthwaite. "Tetapi, itu bisa saja terjadi. Nyaris. Aku takkan lupa saat Lady
Dwighton berkata, 'Aku membunuhnya' Belum pernah kulihat
pertunjukan drama sedramatis itu."
"Aku tak sependapat denganmu," kata Mr. Quin.
"Rasanya tak mungkin yang seperti itu bisa
221 terjadi dalam kehidupan nyata," kata Kolonel, mungkin untuk yang kedua puluh
kalinya malam itu. "Oh, ya?" tanya Mr. Quin.
Kolonel Melrose memandangnya lekat-lekat, "Ya, tapi malam ini itu terjadi."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ingat," sela Mr. Satterthwaite, sambil menyandarkan badan dan meneguk
anggurnya, "Lady Dwighton sungguh mengagumkan, luar biasa, tapi dia membuat satu
kesalahan. Seharusnya dia tidak gegabah menarik
kesimpulan bahwa suaminya mati ditembak. Di sisi lain, Delangua cukup tolol
untuk menduga bahwa korban mati ditusuk karena kebetulan ada sebilah pisau
tergeletak di meja, di depan kita. Hanya kebetulan saja bahwa Lady Dwighton
membawa benda itu ketika ia menemui kita."
"Kebetulan?" tanya Mr. Quin.
"Seandainya mereka menahan diri dan mengatakan bahwa mereka
memang membunuh Sir James, tanpa menyebutkan caranya..," lanjut Mr.
Satterthwaite..., "apa akibatnya?"
"Mungkin mereka akan dipercaya" kata Mr. Quin dengan senyum ganjil.
"Semuanya dirancang seperti cerita novel," kata Kolonel.
"Memang idenya berasal dari sana, aku berani bertaruh," kata Mr. Quin.
"Mungkin," Mr. Satterthwaite sependapat. "Apa-apa yang pernah kita baca akan
muncul atau teringat lagi dengan cara yang paling ganjil." Dia memandang Mr.
Quin yang duduk di depannya. "Tentu saja," katanya,
"sejak awal jam itu sudah
222 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mencurigakan. Setiap orang tahu, betapa mudahnya memutar jarum jam maju atau
mundur." Mr. Quin mengangguk dan mengulangi kata-kata itu, "Maju," katanya lalu berhenti.
"Atau mundur." Ada nada memancing dalam suaranya. Matanya yang hitam berbinar-
binar menatap Mr. Satterthwaite lekat-lekat.
"Jarum jam itu diputar maju," kata Mr. Satterthwaite. "Kita tahu itu."
"Benarkah?" tanya Mr. Quin.
Mr. Satterthwaite menatapnya terpana "Maksudmu," katanya pelan-pelan,
"jam itu dimundurkan" Tapi itu tidak masuk akal. Itu tidak mungkin."
"Bukan tidak mungkin," gumam Mr. Quin.
"Yah... absurd. Demi keuntungan siapa?"
"Saya kira itu akan menguntungkan seseorang yang mempunyai alibi pada saat itu."
"Ya Tuhan!" seru Kolonel Melrose. "Itu saat ketika si Delangua mengaku sedang
bicara dengan seorang pemburu."
"Dia mengatakannya kepada kita dengan sengaja," kata Mr. Satterthwaite.
Mereka saling berpandangan dan merasa tidak enak, seakan-akan tanah keras tempat
mereka berpijak pelan-pelan runtuh. Fakta-fakta berkelebat, Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menampilkan wajah-wajah baru dan tak terduga. Dan, di pusat pusaran
kaleidoskopik itu, terlihat wajah Mr. Quin yang berkulit gelap itu sedang
tersenyum. 'Tapi dalam hal itu...," Kolonel Melrose memulai, "...dalam hal itu..."
Mr. Satterthwaite, yan _ cerdas dan cepat tanggap, T**!AI\J SACAAlS
" "m. Y a y>2A8l ? ^
^km.!vR;.m5xm5.t menyelesaikan kalimat itu untuknya. "Yang terjadi adalah sebaliknya.
Sebuah rencana sudah disusun... tetapi untuk menjerumuskan si pelayan pribadi.
Ah, tapi itu kejam sekali! Itu tidak mungkin. Mengapa mereka sama-sama mengaku
sebagai pelakunya?" "Ya," kata Mr. Quin. "Sampai saat itu kau mencurigai mereka, ya, kan?"
Kata-katanya terus meluncur, tenang dan terdengar seperti orang
bermimpi. "Persis seperti dalam buku-buku cerita, seperti kata Anda, Kolonel.
Mereka memperoleh ide itu dari sana. Itu yang dilakukan tokoh-tokoh utama dalam
cerita, tokoh yang tidak bersalah. Tentu saja itu membuat Anda mengambil
kesimpulan bahwa mereka tidak bersalah... ada kekuatan tradisi di balik mereka
Mr. Satterthwaite selalu mengatakan bahwa itu semua seperti sebuah sandiwara.
Anda berdua benar. Itu tidak Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
nyata. Anda berdua berulang kali mengatakannya tanpa mengerti apa yang
dikatakan. Mereka menceritakan cerita yang lebih baik dibanding yang mereka
ingin agar kita percaya."
Kedua pria itu memandangnya tak mengerti.
"Rencananya pasti cerdik sekali," kata Mr. Satterthwaite pelan. "Cerdik seperti
setan. Dan pikiranku teralih ke orang lain. Kepala Pelayan mengatakan dia masuk
ke ruang itu jam tujuh untuk menutup jendela...
jadi dia pasti memperkirakan bahwa jendela-jendela itu terbuka."
"Begitulah cara Delangua masuk," kata Mr. Quin. "Dia membunuh Sir James dengan
satu pukulan keras, lalu dia dan Lady Dwighton bersama-sama melakukan apa yang
harus mereka lakukan...."
224 Dia memandang Mr. Satterthwaite, memancingnya agar merekonstruksi kejadian itu.
Mr. Satterthwaite melakukannya, dengan ragu-ragu.
"Mereka merusak jam itu dan meletakkannya sedemikian rupa Ya. Mereka memutar
jarumnya dan merusaknya. Kemudian si lelaki keluar lewat
jendela dan si wanita menguncinya dari dalam. Tetapi ada satu hal yang tidak
kumengerti. Mengapa susah payah merusak jam itu" Mengapa tidak cukup memundurkan
jarumnya?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jam itu terlalu kentara," kata Mr. Quin.
"Siapa pun bisa melihat jarumnya, karena jam itu transparan."
"Tetapi, urusan jam ini terlalu berlebihan. Mengapa" Bukankah hanya kebetulan
saja kita mencurigai jam itu?"
"Bukan, bukan kebetulan," kata Mr. Quin. "Ingat, itu atas saran Lady Dwighton."
Mr. Satterthwaite memandangnya dengan pandang terkagum-kagum.
"Ya, tapi kau tahu," kata Mr. Quin menerawang, "satu-satunya orang yang takkan
mengabaikan jam itu pastilah si pelayan pribadi. Para pelayan pribadi tahu benar
apa yang ada di dalam saku tuannya. Kalau dia
mengutak-atik jarum jam itu, dia pasti juga akan mengubah jarum jam di dalam
saku itu. Kedua orang itu tidak mengerti watak dasar manusia.
Mereka tidak seperti Mr. Satterthwaite."
Mr. Satterthwaite menggeleng-geleng.
"Aku salah. Aku benar-benar keliru," gumamnya dengan sikap rendah hati.
"Kukira kau berniat melindungi mereka."
225 "Memang benar," kata Mr. Quin. "Oh! Bukan pasangan yang itu... yang satunya.
Mungkin kalian tidak memperhatikan pelayan pribadi Lady
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dwighton" Dia tidak mengenakan gaun brokat biru, atau memainkan
perannya secara dramatis. Tetapi dia seorang gadis yang benar-benar manis, dan
saya kira dia amat mencintai Jennings. Saya pikir, Anda berdua bisa
menyelamatkan kekasihnya dari tiang gantungan."
"Kita tidak punya bukti apa pun," kata Kolonel Melrose dengan berat hati.
Mr. Quin tersenyum. "Mr. Satterthwaite punya."
"Aku?" seru Mr. Satterthwaite kaget.
Mr. Quin melanjutkan. "Kau punya bukti bahwa jam itu tidak dirusak ketika berada
dalam saku Sir James. Orang tak mungkin merusak jam seperti itu tanpa membuka
tutupnya. Coba saja dan lihat sendiri. Seseorang mengambil jam itu, membukanya,
memundurkan jarumnya, memecahkan
kacanya, kemudian menutup dan mengembalikannya ke dalam saku.
Mereka tak pernah mengira bahwa ada sepotong kaca yang hilang."
"Oh!" seru Mr. Satterthwaite. Tangannya langsung merogoh sakunya.
Dikeluarkannya sepotong kaca lengkung.
Itulah saat yang tepat baginya.
"Dengan ini," kata Mr. Satterthwaite dengan sikap penting, "aku akan
menyelamatkan nyawa seseorang."
226 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
LEBIH PENTING SEEKOR ANJING
Lebih Penting Seekor Anjing-Next to a Dog pertama kali dipublikasikan di Inggris
di Grand Magazine pada tahun 1929.
7 LEBIH PENTING SEEKOR ANJING
Wanita berpenampilan anggun di belakang meja di
Kantor Tenaga Kerja berdeham lalu memandangi
wanita muda yang duduk di depannya
"Jadi Anda tidak bersedia mempertimbangkan tawaran ini" Ini baru saja masuk tadi
pagi. Tempat yang indah di Italia, seorang duda dan seorang anak laki-laki kecil
berumur tiga tahun dan seorang wanita tua, ibu atau bibi si duda."
Joyce Lambert menggelengkan kepala.
"Saya tak bisa keluar dari Inggris," katanya dengan suara letih, "ada beberapa
alasan. Bisakah Anda mencarikan pekerjaan harian?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Suaranya sedikit bergetar... sangat samar, karena dia berusaha sekuat tenaga
menguasai dirinya, matanya yang biru gelap menatap wanita di depannya dengan
sorot memohon. "Sulit sekali, Mrs. Lambert. Pengasuh harian yang dibutuhkan adalah yang
mempunyai kualifikasi 229 penuh. Anda tak punya kualifikasi apa-apa. Pada catatan saya ada beratus-ratus
orang... benar-benar ratusan." Dia "Berhenti bicara. "Ada seseorang di rumah
Anda yang tak dapat Anda tinggalkan?"
Joyce mengangguk. "Seorang anak?"
"Bukan, bukan anak." Senyum samar menghiasi wajahnya.
"Wah, sayang sekali. Tentu saja saya akan berusaha sebaik-baiknya, tapi..."
Wawancara itu jelas sudah selesai. Joyce bangkit berdiri. Dia menggigit bibir
agar air matanya tidak tumpah sementara kakinya melangkah keluar dari kantor
yang suram itu ke jalanan.
"Kau tak boleh cengeng," dia menasihati dirinya sendiri dengan tegas.
"Jangan bersikap seperti orang tolol. Kau hanya panik... ya, kau hanya panik...
kau selalu panik. Tak ada gunanya bersikap panik. Hari masih pagi Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan masih akan banyak kejadian hari ini. Bibi Mary pasti mau bersikap baik
selama dua minggu nanti. Ayo, Gadis muda, tegakkan kepalamu, jangan biarkan
sanak saudaramu yang kaya raya menunggumu."
Dia berjalan menyusuri Edgware Road, menyeberangi taman, lalu
membelok ke Victoria Street, di sana dia masuk ke Army and Navy Stores.
Dia pergi ke ruang tunggunya lalu duduk sambil melirik jam tangannya.
Saat itu pukul 13.30. Lima menit berlalu cepat, kemudian muncul seorang wanita
tua dengan tangan penuh bungkusan aneka ukuran.
"Ah! Kau sudah datang, Joyce. Aku terlambat
230 beberapa menit, maaf. Pelayanan di ruang makan tidak sebaik biasanya.
Kau tentu sudah makan siang, kan?"
Joyce ragu-ragu sejenak, kemudian berkata lirih, "Sudah, terima kasih."
"Aku selalu makan siang tepat jam dua belas tiga puluh," kata Bibi Mary, sambil
duduk dengan nyaman, lengkap dengan bungkusan-bungkusannya. "Belum terlalu penuh
dan udaranya masih lebih bersih.
Telur bumbu kari di sini lezat sekali."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh ya?" kata Joyce lirih sekali. Rasanya sulit baginya untuk tidak membayangkan
lezatnya telur bumbu kari-dengan asap mengepul dan
baunya yang sedap! Dengan susah payah disingkirkannya bayangan itu.
"Kau kelihatan kurus sekali, Nak," kata Bibi Mary yang bertubuh subur.
"Jangan ikut-ikutan gaya masa kini, gaya makan tanpa daging. Semua itu fal-de-


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lal. Omong kosong. Sepotong daging yang bagus takkan
membahayakan siapa pun."
Joyce menahan diri dan tidak jadi mengatakan, "Bagiku saat ini, itu pasti tidak
berbahaya." Kalau saja Bibi Mary mau berhenti membicarakan makanan. Memberi
harapan dengan menyuruhku menemuinya di sini
pukul 13.30 kemudian membicarakan lezatnya telur bumbu kari dan
daging panggang... oh! kejam sekali... kejam sekali.
"Nah, Anak manis," kata Bibi Mary. "Aku menerima suratmu... dan kau baik sekali
mau menuruti kata-kataku. Aku bilang aku akan senang
bertemu denganmu kapan saja dan seharusnya aku...
231 tetapi, yang terjadi, aku baru saja mendapat tawaran bagus untuk
menyewakan rumah itu. Tawaran yang bagus sekali, yang sayang kalau ditolak, dan
mereka membawa peralatan masak dan peralatan makan serta Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
seprai dan sarung bantal sendiri. Lima bulan. Mereka akan datang hari Kamis dan
aku akan pindah ke Harrogate. Rematikku akhir-akhir ini membuatku terganggu."
"Aku mengerti," kata Joyce. "Maaf."
"Jadi, lain kali saja. Aku senang bisa bertemu denganmu, Anak manis."
"Terima kasih, Bibi Mary."
"Kau kurus sekali," kata Bibi Mary sambil mengamati Joyce dengan sikap penuh
perhatian. "Kau kurus kering; tak ada daging pada tulangmu, dan apa yang terjadi
pada kulitmu yang bagus" Kulitmu selalu bagus dan sehat.
Kau harus banyak berolahraga."
"Hari ini aku banyak berolahraga," kata Joyce murung. Dia berdiri.
"Baiklah, Bibi Mary, aku harus segera pergi."
Kembali lagi... kali ini menyeberangi St. James Park, terus sampai ke Berkeley
Square dan menyeberang Oxford Street, lalu membelok ke
Edgware Road, melewati ujung Praed Street ke titik tempat Edgware Road
bersambung dengan jalan bernama lain. Kemudian membelok lagi,
menyusuri ganggang sempit yang kumuh sampai ke sebuah rumah yang
sudah reyot. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce memasukkan anak kunci lalu masuk ke selasar yang suram. Dia berlari
menaiki tangga 232 sampai ke lantai paling atas. Sebuah pintu berada di depannya dan dari bawah
pintu itu terdengar dengus-dengus keras yang disusul salak riang.
"Ya, Terry sayang... ini Missus-Nyonya- pulang."
Ketika pintu dibuka, sosok, putih melompat menerjang gadis itu-seekor anjing
terrier berbulu putih, sudah tua dan loyo, dengan mata yang hampir buta. Joyce
meraih dan memeluknya, lalu mendudukkan diri di lantai.
"Terry sayang! Terry sayang! Kau cinta Missus, Terry; kau amat cinta Missus!"
Dan Terry mengerti kata-katanya, lidahnya menjilati pemiliknya dengan penuh
semangat, wajahnya, telinganya, lehernya, sambil terus
menggoyang-goyangkan ekornya yang pendek.
"Terry sayang, apa yang bisa kita lakukan" Bagaimana jadinya nasib kita"
Oh! Terry sayang, aku letih sekali."
"Dengar, Miss," kata suara tajam di belakangnya. "Jika kau sudah puas memeluk
dan menciumi anjing itu, ini ada secangkir teh panas untukmu."
"Oh! Mrs. Barnes, Anda baik sekali."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce bangkit berdiri. Mrs. Barnes seorang wanita bertubuh besar dan kekar. Di
balik penampilannya yang mirip naga itu, dia mempunyai hati yang hangat
"Secangkir teh takkan membahayakan seseorang," kata Mrs. Barnes, mengucapkan
kata-kata yang biasa diucapkan orang-orang dari kelasnya.
Joyce meneguk tehnya dengan penuh syukur. Induk semangnya
mengawasinya dengan cermat
233 "Kau beruntung hari ini, Miss... atau, Mrs?"
Joyce menggeleng, wajahnya muram.
"Ah!" kata Mrs. Barnes sambil mendesah. "Rupanya hari ini bukan hari
keberuntungan kita."
Joyce mendongak dan memandangnya dengan tajam.
"Oh, Mrs. Barnes... Anda tidak bermaksud..."
Mrs. Barnes mengangguk dengan wajah murung.
"Ya... si Barnes. Dia kehilangan pekerjaan lagi. Apa yang bisa kami lakukan,
entahlah aku tak tahu."
"Oh, Mrs. Barnes... saya harus... maksud saya Anda pasti akan..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nah, jangan menceracau begitu, Nak. Aku tidak bilang bahwa aku pasti akan
senang kalau kau bisa dapat pekerjaan... tapi kalau belum... kau memang belum
dapat pekerjaan. Sudah habis tehnya" Kemarikan
cangkirnya." "Belum habis." "Ah!" kata Mrs. Barnes dengan nada menuduh. "Kau akan memberikan sisanya pada
anjing tua itu... aku tahu akalmu."
"Oh, tolonglah, Mrs. Barnes. Hanya setetes saja. Anda tidak keberatan, bukan?"
"Tak ada gunanya kalau aku marah-marah. Kau tergila-gila pada anjing buduk itu,
Ya, itu yang kukatakan... dan memang begitulah dia. Tadi pagi dia sudah
menggigitku." "Oh, tidak mungkin, Mrs. Barnes! Terry takkan berbuat seperti itu."
"Dia menggeram padaku... memperlihatkan gigi-
234 i ya Aku hanya hendak melihat kalau-kalau ada sesuatu yang bisa
kulakukan dengan sepatumu itu."
"Dia tak suka kalau ada yang menyentuh barang-barang saya. Dia merasa harus
menjaga barang-barang saya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Yah, apa maunya dia" Anjing tidak penting untuk dipikirkan. Dia sebenarnya bisa
menjadi anjing yang cukup baik kalau disuruh berjaga di halaman untuk mengusir
pencuri. Wah, obrolan kita kacau! Dia harus dibawa pergi, Miss... dan itu
perintahku." "Jangan, jangan, jangan. Tidak pernah. Takkan pernah!"
"Terserah," kata Mrs. Barnes. Dia mengambil cangkir dari meja, mengambil
cangkirnya dari lantai, setelah Terry selesai menikmati bagiannya, lalu berjalan
ke luar. "Terry," kata Joyce. "Kemari dan katakan padaku. Apa yang bisa kita lakukan,
sayangku?" Dia duduk di kursi yang sudah reyot, dengan Terry di atas pangkuannya
Dilemparkannya topinya dan disandarkannya punggungnya.
Diletakkannya kaki-kaki Terry pada pipinya dan diciuminya anjing itu dengan
penuh sayang, hidungnya dan di antara kedua matanya. Kemudian dia mengajak
anjing itu bicara dengan suara lembut dan lirih, sambil meremas-remas telinga
Terry dengan jari-jarinya.
"Apa yang akan kita lakukan terhadap Mrs. Barnes, Terry" Kita sudah berutang
empat minggu padanya... dan dia sangat baik hati, Terry... sangat baik hati. Dia
tak pernah mengusir kita. Tapi kita
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
235 tak boleh memanfaatkan kebaikan hatinya. Kita tak boleh begitu. Mengapa Barnes
selalu kehilangan pekerjaan" Aku benci Barnes. Dia selalu mabuk.
Dan kalau kita selalu mabuk, kita akan kehilangan pekerjaan. Aku tak pernah
mabuk, Terry, tapi aku toh tak pernah dapat kerjaan.
"Aku tak bisa meninggalkanmu, Sayang. Aku tak bisa. Tak ada pula orang yang bisa
kutitipi kau... orang takkan bersikap baik padamu. Kau sudah semakin tua,
Terry... dua belas tahun... dan tak ada orang yang mau anjing tua yang agak
buta, agak tuli, dan agak... ya, tapi hanya agak... kasar wataknya Kau selalu
manis padaku, Sayang, tapi kau tidak ramah pada orang lain, ya kan" Kau suka
menggeram. Itu karena kau tahu dunia memusuhimu. Kita saling memiliki, ya kan,
Sayang?" Terry menjilati pipi Joyce dengan penuh sayang.
"Bicaralah padaku, Sayang."
Terry menggeram panjang... geram yang lebih mirip desah dan erangan, kemudian
dia menyusupkan hidungnya ke belakang telinga Joyce.
"Kau mempercayaiku, ya kan, Sayang" Kau tahu, aku takkan
meninggalkanmu. Tapi, apa yang bisa kita lakukan" Kita sudah habis-habisan
sekarang, Terry." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce duduk semakin menyandar ke belakang, matanya setengah terpejam.
"Kau ingat, Terry, saat-saat bahagia kita dulu" Kau, aku, Michael, dan Papa. Oh,
Michael... Michael! Itu liburannya yang pertama, dan "dia ingin memberiku hadiah
sebelum kembali ke Pran-236
cis. Dan aku bilang padanya, hadiahnya tidak usah yang mahal. Lalu kami pergi ke
pedesaan... dan ada sebuah kejutan. Disuruhnya aku melihat ke luar jendela dan
kulihat kau, berlari melompat-lompat menyusuri jalan setapak. Pria kecil lucu
itu yang membawamu, pria kecil yang baunya seperti anjing. Ingat bagaimana dia
bicara, 'Anjing baik, itulah dia. Lihat dia Ma'am, tidakkah dia indah sekali"
Kataku pada diri sendiri, segera setelah nyonya dan tuan itu melihatnya mereka
akan bilang: Itu anjing yang bagus!'
"Dia terus saja bicara... dan cukup lama kami memanggilmu si Goods-si Bagus! Oh,
Terry, kau anjing yang lucu sekali, kau suka memiringkan kepalamu, dan
menggoyang-goyangkan ekormu! Lalu Michael pergi ke
Prancis dan aku punya kau... anjing paling menyenangkan di seluruh dunia. Kau
ikut membaca semua surat Michael bersamaku, ya, kan" Kau mengendus-endus surat-
surat itu, dan aku bilang, 'Dari Tuan,' dan kau Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
mengerti. Kita bahagia sekali... sangat bahagia. Kau, Michael, dan aku. Tapi
sekarang Michael sudah mati, dan kau sudah tua dan aku... aku sudah bosan jadi
orang tabah." Terry menjilatinya. "Kau ada di sana ketika telegram itu datang. Kalau tak ada kau, Terry... aku
takkan punya siapa-siapa untuk berbagi duka...."
Beberapa menit lamanya Joyce terdiam.
"Dan sejak itu kita selalu bersama-sama... kita selalu bersama dalam suka dan
duka., dan lebih 237 banyak dukanya, bukan" Sekarang kita harus menghadapinya lagi. Hanya ada
beberapa bibi Michael, dan mereka mengira aku baik-baik saja. Mereka tak tahu
bahwa Michael telah menghabiskan uangnya dengan berjudi. Kita tidak boleh
menceritakannya pada siapa pun. Aku tak peduli... mengapa dia tidak boleh
berjudi" Setiap orang punya kelemahan. Dia mencintai kita, Terry, dan itulah
yang penting. Sanak saudaranya sendiri selalu bersikap keras dan kasar padanya.
Kita takkan memberi mereka kesempatan. Tapi, seandainya aku punya sanak saudara
sendiri. Sungguh tak enak tak punya sanak saudara.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku letih sekali, Terry... dan aku lapar sekali. Aku tak percaya, umurku baru
29... padahal rasanya sudah 69. Aku bukan orang yang benar-benar tabah... aku
hanya pura-pura tabah. Dan aku punya gagasan-gagasan gila.
Kemarin aku berjalan kaki ke Ealing, untuk menemui Charlotte Green, sepupuku.
Kupikir kalau aku sampai di sana jam dua belas tiga puluh dia akan mengajakku
mampir dan makan siang. Dan waktu aku sampai di
rumahnya, aku merasa sangat kikuk. Aku tak sanggup mengemis-ngemis.
Jadi aku pulang lagi, jalan kaki. Dan itulah tololnya. Kita harus jadi orang
yang tak tahu malu atau jangan, pernah berniat begitu. Kurasa, aku tak punya
watak kuat." Terry menggeram lagi, lalu meletakkan hidungnya yang hitam pada mata Joyce.
"Hidungmu masih bagus, Terry... dingin seperti es krim. Oh, aku sangat cinta
padamu! Aku tak 238 bisa berpisah dan mu Aku tak bisa 'menyingkirkan' kau, aku tak bisa... aku tak
bisa... aku tak bisa..."
Lidah yang hangat itu menjilatinya dengan penuh semangat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau mengerti, sayangku. Kau mau melakukan apa saja untuk membantu Missus, ya,
kan?" Terry turun dengan hati-hati lalu berjalan terhuyung-huyung ke sudut ruangan.
Dia kembali dengan sebuah mangkuk retak di antara kedua
deretan giginya Joyce setengah tertawa setengah menangis.
"Hanya itukah yang bisa dilakukannya" Hanya itukah yang bisa dilakukannya untuk
membantu Missus" Oh, Terry, Terry... tak seorang pun boleh memisahkan kita! Akan
kulakukan apa saja. Bisakah aku" Orang bilang itu... dan ketika mereka melihat
hal itu, mereka akan bilang,
'Maksudku bukan yang seperti itu.' Apakah aku akan melakukan apa
pun?" Joyce turun ke "lantai dan duduk di samping anjingnya.
"Kau tahu, Terry, masalahnya begini. Pengasuh anak tak boleh membawa anjing, dan
kalau kita mendapat pekerjaan menemani wanita-wanita tua, kita tak boleh bawa
anjing juga. Hanya wanita yang menikah yang boleh punya anjing, Terry... anjing-
anjing kecil yang mahal, yang mereka ajak belanja ke mana-mana... dan kalau aku
memilih anjing terrier yang sudah tua dan buta... hmm, mengapa tidak?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia berhenti mengerutkan dahinya dan pada saat itu terdengar dua
ketukan dari bawah. 239 "Mungkin Pak Pos."
Joyce melompat lalu cepat-cepat menuruni tangga, dan kembali dengan sepucuk
surat. "Mungkin ini. Kalau saja..." Disobeknya sampul surat itu.
Nyonya yang terhormat, Kami sudah meneliti foto yang Anda kirim dan kami yakin itu bukan lukisan Cuyp
yang asli dan nilainya tak ada.
Dengan hormat, Sloane & Ryder
Joyce berdiri memegangi surat itu. Ketika bicara, suaranya sudah berubah.
"Begitulah," katanya. "Harapan terakhir lenyap sudah. Tapi karena kita tak mau
dipisahkan, ada satu jalan... dan ini bukan mengemis-ngemis. Terry sayang, aku
harus keluar. Aku akan segera kembali."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce bergegas menuruni tangga, ke telepon di sudut yang gelap. Dia minta
disambungkan ke nomor tertentu. Seorang pria menjawab, dan suaranya langsung
berubah ketika menyadari siapa pene-leponnya.
"Joyce gadisku tersayang. Keluarlah dan makan malam denganku lalu kita berdansa
malam ini." "Tak bisa," kata Joyce ringan. "Aku tak punya pakaian pantas."
Dan dia tersenyum murung ketika teringat gantungan baju yang kosong di lemari
kumuhnya. "Bagaimana kalau aku datang dan mengunjungi-
240 mu sekarang" Di mana alamatnya" Ya, Tuhan, di mana itu" Kau sudah jatuh separah
itu, ya?" "Jatuh terpuruk."
"Hmm, kau jujur tentang itu. Sampai nanti."
Mobil Arthur Halliday berhenti di depan pintu, kira-kira tiga perempat jam
kemudian. Mrs. Barnes yang terkagum-kagum mengantarkannya ke lantai atas.
"Kekasihku... sarang apa ini" Bagaimana kau bisa terjerumus ke sini?"
"Harga diri dan beberapa emosi yang tidak berguna."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce bicara dengan ringan; matanya menatap pria di depannya dengan sorot sinis.
Banyak orang berpendapat bahwa Halliday tampan. Dia seorang pria
berbadan besar, berbahu lebar, berkulit bersih, dengan sepasang mata biru pucat


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kecil dan dagu yang menggantung.
Dia duduk di kursi reyot yang ditunjukkan Joyce.
"Nah," katanya sambil berpikir-pikir. "Kurasa kau sudah cukup mendapat
pelajaran. Eh... apa anjing itu menggigit?"
"Tidak, tidak, dia baik. Aku sudah melatihnya menjadi anjing... anjing penjaga."
Halliday mengamatinya dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas.
"Kau mau menurunkan harga dirimu, Joyce," katanya lembut. "Begitukah?"
Joyce mengangguk. "Sudah pernah kukatakan padamu, kekasihku. Akhirnya aku selalu memperoleh apa
yang kumaui. 241 Aku tahu akhirnya kau pasti akan datang dan melihat tawaran siapa yang lebih
menguntungkan." "Untung bagiku kau belum mengubah pikiranmu," kata Joyce.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Halliday memandangnya curiga. Kita takkan pernah tahu apa yang
tersembunyi di balik kata-kata Joice.
"Maukah kau menikah denganku?"
Joyce mengangguk. "Secepat yang kau mau."
"Makin cepat makin baik, kalau melihat keadaanmu." Halliday tertawa sambil
memandang ke sekeliling ruangan. Wajah Joyce memerah.
"Eh, ada satu syarat."
"Syarat?" Halliday menatapnya penuh curiga lagi.
"Anjingku. Dia harus ikut aku."
"Anjing buduk ini" Kau boleh pilih anjing apa pun yang kau mau. Jangan pikirkan
biaya perawatannya."
"Aku mau Terry."
"Oh! Baiklah, terserah kau."
Joyce menatap Halliday lekat-lekat.
"Kau tahu... kau tahu, bukan... bahwa aku tidak mencintaimu" Sedikit pun tidak."
"Aku tak mencemaskan hal itu. Aku cukup berlapang dada Tapi, jangan permainkan
aku, kekasihku. Kalau kau menikah denganku, kau harus
bersikap fair." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pipi Joyce memerah. "Uangmu takkan terbuang sia-sia" katanya. "Bagaimana kalau kucium kau sekarang?"
Halliday melangkah mendekat. Joyce menunggu,
242 sambil tersenyum. Pria itu memeluknya, menciumi wajahnya bibirnya dan lehernya
Joyce tidak bereaksi, tapi juga tidak menolak. Akhirnya Halliday melepaskan
pelukannya "Aku akan membeli cincin untukmu," katanya. "Apa maumu, berlian atau mutiara?"
"Batu mirah," kata Joyce. "Batu mirah yang paling besar... warna darah."
"Aneh benar seleramu."
"Mauku yang benar-benar berbeda dengan mutiara tiruan pemberian Michael yang
hanya mampu membeli barang tiruan."
"Kau dapat ikan yang lebih besar kali ini, ya?"
"Kau pandai memilih kata, Arthur."
Halliday keluar sambil tertawa-tawa.
"Terry," kata Joyce. "Jilati aku... jilati aku... wajahku dan leherku...
terutama leherku." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan, sementara Terry menjilatinya Joyce bergumam sambil merenung.
"Pikirkan hal lain dengan sungguh-sungguh... itu satu-satunya cara. Kau takkan
mengira apa yang kupikirkan... sebotol selai... selai di toko bahan pangan.
Sudah kubilang pada diriku sendiri. Straw-berry, blackcurrant, raspberry,
damson. Dan mungkin, Terry, dia akan segera bosan denganku.
Begitu kan yang kita harapkan" Orang bilang, lelaki cepat bosan kalau sudah
menikah. Tetapi Michael takkan pernah bosan denganku... takkan...
takkan pernah... Oh! Michael...."
Esok harinya Joyce terbangun dengan hati berat.
243 Dia mendesah dalam-dalam. Terry, yang tidur bersamanya, langsung
bangkit dan menciuminya dengan penuh sayang.
"Oh, sayangku... sayangku! Kita harus menjalani ini semua. Tapi, seandainya
sesuatu terjadi. Terry sayang, tidak dapatkah kau membantu Missus" Kau bisa
kalau kau mau, aku tahu."
Mrs. Barnes mengantarkan secangkir teh, roti, dan mentega Dia
mengucapkan selamat dengan tulus.
"Nah, Ma'am, kau akan menikah dengan pria terhormat itu. Dia datang naik Rolls-
Royce. Ya, sungguh. Itu membuat Barnes agak sadar, karena ada Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mobil Rolls-Royce diparkir di depan rumah. Mengapa" Eh, mengapa anjing itu
berdiri di jendela?"
"Dia suka berjemur," kata Joyce. 'Tapi memang berbahaya. Terry, sini."
"Aku akan membebaskan anjing tua itu dari penderitaannya kalau aku jadi kau,"
kata Mrs. Barnes, "dan minta pada tuan itu untuk membelikanmu anjing yang bagus,
seperti yang sering diajak mereka belanja ke mana-mana."
Joyce tersenyum dan kembali memanggil Terry. Anjing itu bangkit dengan kikuk,
dan tepat ketika itu, terdengar anjing menyalak keras-keras dari jalanan di
bawah sana. Terry menjulurkan lehernya dan ikut-ikutan menyalak. Bendul jendela
yang sudah tua dan rapuh itu patah. Terry, yang sudah terlalu tua dan kaku
badannya kehilangan keseimbangan, lalu jatuh.
244 Sambil menjerit keras-keras, Joyce lari menuruni tangga, lalu keluar lewat pintu
depan. Beberapa detik kemudian dia sudah berlutut di samping Terry. Anjing itu
mengerang-erang menyedihkan. Posisinya menunjukkan bahwa dia luka parah. Joyce
membungkuk di atasnya. "Terry... Terry sayang... Sayang, Sayang, Sayang...."
Dengan lemah sekali, Terry mencoba menggoyangkan ekornya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Terry sayang... Missus akan membuatmu sembuh... sayangku...."
Orang datang berkerumun, kebanyakan anak-anak kecil dari sekitar situ.
"Dia jatuh dari jendela."
"Oh, sepertinya parah juga."
"Pasti punggungnya patah.
Joyce tak peduli. "Mrs. Barnes, di mana dokter hewan yang paling dekat?"
"Dr Jobling... di Mere Street... jika kau bisa membawanya ke sana." "Taksi."
"Izinkan saya."
Itu suara yang menyenangkan, suara seorang pria setengah baya yang baru saja
turun dari taksi. Dia berlutut di samping Terry lalu mengangkat bibir atas
anjing itu, kemudian membelai tubuhnya.
"Mungkin dia mengalami perdarahan di dalam," katanya. "Sepertinya tulangnya tak
ada yang patah. Kita bawa ke dokter hewan sekarang juga."
245 Mereka menggotong anjing itu, pria itu dan Joyce. Terry mendengking kesakitan.
Dia menggigit lengan Joyce.
"Terry... kau akan sembuh... kau akan sembuh, Sayang."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka memasukkannya ke dalam taksi lalu taksi itu meluncur pergi. Joyce
membebat lengannya dengan saputangan. Itu dilakukannya tanpa sadar.
Terry, yang merasa bersalah, berusaha menjilatinya
"Aku tahu. Sayang; aku tahu. Kau tidak bermaksud menyakitiku. Tak apa-apa,
Terry, tak apa-apa."
Joyce membelai-belai kepala anjing itu. Pria yang duduk di sebelah- anjing itu
memandanginya, tapi tidak berkata apa-apa.
Tak lama kemudian mereka sampai ke tempat dokter hewan dan langsung disuruh
masuk. Dokter itu berwajah merah dan sikapnya tidak simpatik.
Dia memeriksa Terry dengan kasar, sementara Joyce berdiri menunggui dengan
perasaan putus asa dan kesal. Air matanya mengalir deras
membasahi wajahnya. Dia terus-menerus bicara dengan suara rendah, menghibur
anjing itu. "Kau akan sembuh, Sayang.... Kau akan sembuh...."
Dokter hewan itu menegakkan badannya.
"Sulit mengatakannya. Saya harus melakukan pemeriksaan yang lebih cermat Anda
harus meninggalkannya di sini."
"Oh! Saya tak bisa."
"Anda harus. Saya harus memeriksanya dengan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
246 cermat. Saya akan menelepon Anda... katakanlah... setengah jam lagi."
Dengan berat hati Joyce menyerah. Diciumnya hidung Terry. Dengan mata basah dia
berjalan terhuyung-huyung menuruni undakan. Pria yang
menolongnya masih ada di sana. Joyce telah melupakan pria itu.
"Taksinya masih ada di sini. Saya antarkan Anda pulang."
Joyce menggeleng. "Saya lebih suka berjalan kaki."
"Saya temani Anda jalan kaki."
Dia membayar ongkos taksi. Joyce hampir tak menyadari kehadiran pria yang
berjalan di sampingnya tanpa berkata-kata. Ketika mereka sampai di rumah Mrs.
Barnes, pria itu bicara. "Pergelangan tangan Anda. Anda harus segera memeriksanya."
Joyce menatap tangannya. "Oh! Tak apa-apa."
"Luka itu harus segera dicuci dengan benar dan dibebat. Saya akan antarkan Anda
ke dalam." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pria itu menemaninya menaiki tangga. Joyce membiarkan pria itu
membasuh lukanya dan membebatnya dengan saputangan bersih. Joyce
hanya mengucapkan satu hal.
"Terry tidak bermaksud melukai saya Dia takkan pernah punya niat melukai saya
Dia hanya tidak sadar bahwa saya yang digigitnya Dia pasti sangat kesakitan."
"Ya memang." 247 "Dan mungkin mereka sekarang malah semakin membuatnya sakit."
"Saya yakin, apa pun yang bisa dilakukan demi dia pasti sudah dilakukan.
Kalau dokter hewan itu menelepon nanti, Anda bisa mengambil anjing itu dan
merawatnya di sini."
"Ya, tentu saja."
Pria itu berhenti bicara, kemudian berjalan ke pintu.
"Saya harap semuanya baik-baik saja," katanya salah tingkah. "Selamat tinggal."
"Ya." Dua-tiga menit kemudian barulah Joyce tersadar bahwa pria itu telah bersikap
amat baik padanya dan dia belum mengucapkan terima kasih.
Mrs. Barnes muncul, dengan secangkir teh di tangannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nah, Anak malang, ini secangkir teh panas. Kau pasti sedih sekali, aku tahu."
"Terima kasih, Mrs. Barnes, tapi saya sedang tak ingin minum teh."
"Ini akan membuatmu merasa lebih baik, Sayang. Jangan terlalu dipikirkan
sekarang. Anjing itu akan sembuh, meskipun kekasihmu bisa saja
membelikan anjing baru yang manis..."
"Jangan, Mrs. Barnes. Jangan. Oh, tolong tinggalkan saya sendirian."
"Hmm, maksudku... eh... ada telepon."
Joyce langsung melesat seperti panah. Dia mengangkat telepon. Mrs. Barnes
mengikutinya dengan 248 terengah-engah. Dia mendengar Joyce berkata "Ya.. saya sendiri. Apa" Oh!
Oh! Ya. Ya Terima kasih."
Dia meletakkan telepon itu kembali. Wajah yang kemudian berpaling memandang Mrs.
Barnes membuat wanita yang baik itu kaget sekali.
Wajah itu hampa tanpa sinar kehidupan dan tanpa ekspresi.
"Terry mati, Mrs. Barnes," katanya. "Dia mati sendirian di sana tanpa saya di
sampingnya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Joyce menaiki tangga, lalu masuk ke kamarnya, dan menutup pintu rapat-rapat,
"Oh, kasihan," kata Mrs. Barnes pada kertas pelapis dinding selasar.
Lima menit kemudian dia melongokkan kepalanya ke kamar Joyce. Gadis itu duduk
tegak di kursinya. Dia tidak menangis.
"Kekasihmu, Miss. Boleh kupersilakan ke sini?"
Tiba-tiba mata Joyce bercahaya.
"Ya tolong. Saya ingin bicara dengannya."
Halliday masuk dengan sikap angkuh.
"Nah, beginilah kita. Aku tidak membuang-buang waktu, bukan" Aku siap membawamu
pergi dari tempat mengerikan ini, sekarang juga. Kau tak boleh tinggal di sini
lagi. Ayo, kemasi barang-barangmu."
"Tak perlu lagi, Arthur."
"Tak perlu" Apa maksudmu?"
"Terry sudah mati. Aku tak perlu menikah denganmu sekarang."
"Apa-apaan ini?"
"Anjingku... Terry. Dia mati. Aku mau menikah denganmu hanya agar aku dan Terry
bisa bersama-sama." 249 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Halliday terpana menatapnya, wajahnya semakin merah. "Kau gila."
"Memang. Orang yang cinta anjing memang gila"
"Kau sungguh-sungguh berkata bahwa kau mau menikah denganku hanya karena... Oh,
ini absurd!" "Untuk apa pikirmu aku mau menikah denganmu" Kau tahu, aku
membencimu." "Kau mau menikah denganku karena aku bisa memberimu saat-saat yang
menyenangkan... dan aku mampu."
"Bagiku," kata Joyce, "itu alasan yang jauh lebih menjijikkan dibandingkan
alasanku. Pendek kata, ini batal. Aku tak akan menikah denganmu!"
"Kau sadar, kau telah memperlakukan aku dengan buruk sekali?"
Joyce menatap pria itu dengan tenang tapi matanya menyala-nyala hingga Halliday
mengalihkan pandangannya "Menurutku tidak. Kudengar kau sesumbar bahwa kau bisa memberi apa saja Itu yang
akan kauperoleh dariku... dan karena itu aku semakin membencimu. Kau tahu, aku
membencimu dan kau menikmati kenyataan
itu. Ketika kubiarkan kau menciumku kemarin, kau kecewa karena aku tidak
menentang dan tidak menanggapimu Ada sesuatu yang buas dalam dirimu, Arthur,
sesuatu yang kejam... sesuatu yang puas bila kau bisa Koleksi ebook inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
menyakiti.... Tak seorang pun dapat menyakitimu, padahal kau sungguh pantas
disakiti. Dan sekarang, silakan
250 keluar dari kamarku. Aku ingin kamar ini untukku sendiri."
Halliday tergagap-gagap. "Aa... apa yang akan kaulakukan" Kau tak punya uang."
"Itu urusanku. Silakan pergi."
"Kau setan kecil. Kau. setan kecil gila. Urusanmu denganku belum selesai."
Joyce tertawa. Suara tawanya membuat Halliday tersiksa. Tak pernah sebelumnya dia merasa
dipermalukan dan sakit hati seperti itu. Semuanya sungguh tak terduga. Dengan
kikuk dia menuruni tangga, lalu memacu mobilnya
meninggalkan tempat itu. Joyce mendesah lega. Dikenakannya topi beledu hitamnya yang sudah kumal lalu
pergi keluar. Dia menyusuri jalanan tanpa menyadari apa yang dilakukannya,


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pikirannya kosong, perasaannya hampa. Jauh di dalam hatinya terasa ada sesuatu
yang menyakitkan... suatu kepedihan yang samar-samar dirasakannya, tetapi yang-
untungnya-untuk sementara
seakan tak terselami. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia melewati Kantor Tenaga Kerja dan berdiri ragu di depannya.
"Aku harus melakukan sesuatu. Ada sungai di sana. Aku sering berpikir tentang
hal itu. Tinggal loncat dan semuanya akan selesai. Tapi sungai itu airnya dingin
sekali. Kurasa aku tak punya cukup keberanian. Aku bukan gadis pemberani."
Dia berbelok, masuk ke Kantor Tenaga Kerja.
251 "Selamat pagi, Mrs. Lambert. Maaf, kami tak punya pekerjaan harian untuk Anda."
"Tak apa," kata Joyce. "Sekarang saya bisa melakukan kerja apa saja, di mana
saja. Kawan saya, yang tinggal bersama saya... dia telah pergi."
"Jadi, Anda bersedia mempertimbangkan tawaran untuk bekerja di luar negeri?"
Joyce mengangguk. "Ya, sejauh mungkin."
"Mr. Allaby ada di sini sekarang, kebetulan sekali. Beliau sedang mewawancarai
beberapa calon. Akan saya antarkan Anda menemuinya."
Tak lama kemudian Joyce sudah duduk dalam sebuah ruangan sempit,
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Sesuatu pada pria yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mewawancarainya serasa familier, tapi Joyce tak ingat siapa dia. Kemudian, tiba-
tiba pikirannya terbuka sedikit, karena pertanyaan terakhir yang diajukan
padanya adalah pertanyaan yang tidak biasa.
"Anda bisa bergaul baik dengan wanita-wanita tua?" tanya Mr. Allaby.
Tanpa sadar Joyce tersenyum.
"Saya rasa, ya."
"Anda sebaiknya tahu, bibi saya yang tinggal bersama saya, orangnya agak sulit.
Dia sangat menyayangi saya dan dia wanita yang sangat baik, sungguh, tapi saya
kira wanita muda kadang-kadang akan menganggap dia sulit."
"Saya rasa saya orang sabar dan berwatak baik," kata Joyce, "dan saya tidak
pernah punya kesulitan bergaul dengan orang-orang tua."
252 "Anda harus melakukan hal-hal tertentu untuk bibi saya. Atau Anda harus menjaga
anak laki-laki saya yang berumur tiga tahun. Ibunya meninggal setahun yang
lalu." "Saya mengerti."
Hening sejenak. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jadi, kalau Anda pikir Anda bersedia menerima tawaran ini, maka kita anggap
masalah ini sudah selesai. Kita akan berangkat minggu depan.
Akan saya beri tahukan kapan tepatnya, dan saya kira Anda
membutuhkan semacam uang muka untuk mempersiapkan diri."
"Terima kasih sekali. Anda sungguh baik hati."
Keduanya bangkit berdiri. Tiba-tiba Mr. Allaby berkata dengan kikuk,
"Saya... benci mencampuri urusan orang... maksud saya... saya ingin... saya
ingin tahu... maksud saya... apakah anjing Anda sudah sembuh?"
Untuk pertama kalinya Joyce menatap pria itu. Warna merah meronai wajahnya,
matanya yang biru menjadi gelap, nyaris hitam warnanya. Dia menatap pria itu
lekat-lekat. Dia mengira pria itu sudah tua, tapi nyatanya belum terlalu tua.
Rambutnya mulai kelabu, wajahnya menyenangkan, penuh guratan usia, bahunya agak
bungkuk, matanya cokelat. Mata itu menatapnya malu-malu dan mencerminkan
kebaikan hatinya, seperti mata anjing. Ya, pria ini mirip anjing, pikir Joyce.
"Oh, rupanya Anda" kata Joyce. "Saya menyesal... saya lupa mengucapkan terima
kasih." "Tak perlu. Saya tidak mengharapkannya Saya
253 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahu benar bagaimana perasaan Anda. Bagaimana anjing malang itu?"
Mata Joyce berkaca-kaca. Air mata mengalir membasahi pipinya Sekarang, tangisnya
pecah tak tertahankan. "Dia mati." "Oh!" Pria itu tak berkata apa-apa lagi, tapi bagi Joyce, "Oh!" itu sudah memberikan
hiburan yang jauh melebihi kata-kata apa pun. Dalam kata itu terkandung segala
makna yang tak mungkin terungkapkan dengan
kata-kata. Semenit-dua menit kemudian, pria itu berkata dengan kaku, "Saya pernah punya
anjing. Mati dua tahun yang lalu. Saya dikerumuni orang yang tak bisa mengerti
bagaimana perasaan saya sesungguhnya Mereka sibuk
berbicara sendiri. Sulit sekali bagi saya untuk bersikap seolah tak terjadi apa-
apa." Joyce mengangguk. "Saya tahu..." kata Mr. Allaby.
Dia meraih tangan Joyce, meremasnya sebentar lalu melepaskannya. Dia keluar dari
ruangan sempit itu. Joyce mengikutinya beberapa saat
kemudian, lalu menyelesaikan beberapa urusan dengan wanita petugas Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pencatat itu. Ketika sampai di rumah, Mrs. Barnes menyambutnya di depan pintu,
dengan sikap murung yang merupakan ciri khas wanita dari
kelasnya. "Mereka telah mengirimkan mayat anjing malang
254 itu ke sini," katanya "Ada di kamarmu. Aku bilang pada Barnes, dan dia mau
menggalikan sebuah lubang di halaman belakang...."
255 SEKUNTUM MAGNOLIA Sekuntum Magnolia-Magnolia Blossom untuk pertama kali dipublikasikan di Inggris
di Royal Magazine pada tahun 1925!
8 SEKUNTUM MAGNOLIA Vincent easton menunggu di bawah jam di Victoria Station. Berkali-kali dia
melihat ke atas dengan gelisah. Dia berkata pada diri sendiri, "Berapa Koleksi
ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
banyak sudah lelaki yang berdiri di sini, menunggu wanita yang tak pernah
datang?" Sesuatu serasa menikam dadanya. Bagaimana kalau Theo tidak datang"
Bagaimana kalau dia berubah pikiran" Wanita mudah berubah pikiran.
Apakah dia yakin akan wanita itu... apakah dia pernah yakin akan wanita itu"
Apakah dia tahu segala sesuatu tentang wanita itu" Bukankah sejak pertama Theo
merupakan teka-teki baginya" Sepertinya ada dua wanita... si jelita istri
Richard Darell, yang suka tertawa, dan yang satunya... yang pendiam dan
misterius, yang berjalan di sampingnya di kebun Haymer's Close. Bagaikan
sekuntum mag-259 nolia. begitulah dia membayangkan wanita itu... mungkin karena saat itu mereka
berada di bawah pohon magnolia, ketika untuk pertama kalinya mereka berciuman
dengan penuh nafsu. Udara wangi, menebarkan
keharuman kuntum-kuntum magnolia, dan satu-dua kelopak bunganya
yang lembut dan harum melayang-layang jatuh, tersangkut pada wajah yang tengadah
itu, wajah yang halus dan lembut, tenang dan hening.
Bunga magnolia... eksotis, harum, dan misterius.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Itu kejadian dua minggu yang lalu... pada hari kedua dia bertemu dengan wanita
itu. Dan sekarang dia menantikan Theo datang menemuinya dan bersamanya untuk
seterusnya. Sekali lagi, rasa tak percaya menggoyahkan hatinya. Theo pasti
takkan datang. Bagaimana mungkin dia telanjur mempercayai wanita itu" Terlalu
banyak yang harus dikorbankan. Mrs.
Darrell yang cantik takkan dapat melakukan semua ini tanpa
menimbulkan keributan. Semua yang telah terjadi adalah keajaiban selama sembilan
hari; skandal yang terlalu jauh dan takkan terlupakan. Ada cara yang lebih baik,
lebih terhormat untuk melakukan hal-hal seperti ini...
misalnya, bercerai baik-baik.
Tetapi mereka tak pernah memikirkan kemungkinan itu... yang jelas, Vincent
tidak. Apakah Theo pernah memikirkannya" Ia tak yakin. Dia tak pernah bisa
menyelami apa yang dipikirkan wanita itu. Hampir secara spontan dia mengajak
Theo untuk pergi bersamanya... karena, apalah dirinya ini" Bukan pria
istimewa... seorang dari ribuan petani
260 jeruk di Transvaal Kehidupan macam apa yang ditawarkannya kepada
Theo... setelah kehidupan yang gemerlap di London"! Tetapi, karena dia amat
menginginkan wanita itu, dia harus berani mengatakan isi hatinya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tanpa berkata-kata Theo menerima tawarannya, tanpa ragu, tanpa protes, seakan
itu hal paling wajar dan sederhana di dunia ini... bahwa Vincent memintanya pergi
bersamanya. "Besok?" kata Vincent, kaget, hampir-hampir tak percaya.
Dan Theo telah berjanji, dengan suaranya yang lembut dan agak parau, suara yang
sungguh berbeda dengan suara tawanya yang riang, seperti yang selalu
ditunjukkannya di depan umum. Vincent membandingkan
wanita itu dengan sepotong berlian ketika pertama kali melihatnya...
sesuatu yang memancarkan kemilau api, memantulkan cahaya dari
ratusan facet. Tapi, pada sentuhan pertama, ciuman pertama, secara ajaib Theo
berubah menjadi begitu lembut, kelembutan mutiara yang tersaput kabut... sebutir
mutiara yang murni bagaikan sekuntum magnolia warna merah jambu lembut.
Theo sudah berjanji. Dan sekarang Vincent menunggu kedatangannya
untuk menepati janjinya Sekali lagi Vincent melirik jam itu. Kalau wanita itu tak segera datang, mereka
akan ketinggalan kereta. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Gejolak emosi melandanya. Theo takkan datang! Tentu saja dia takkan datang.
Betapa tololnya ia karena mengharapkannya! Apa artinya sebuah janji"
261 Dia pasti akan menemukan sepucuk surat kalau kembali ke kamarnya
nanti... menjelaskan, memprotes, mengatakan apa pun yang biasa
dikatakan kaum wanita bila mereka mencari-cari alasan untuk menutupi kelemahan
mereka. Vincent merasakan kemarahan bergejolak di dadanya... kemarahan dan kepahitan
karena frustrasi. Tiba-tiba dilihatnya Theo berjalan ke arahnya, menyusuri peron. Wanita itu
tersenyum samar. Dia berjalan pelan-pelan, tanpa tergesa, seperti orang yang
menggenggam keabadian dalam tangannya. Dia mengenakan gaun
hitam... yang menggantung lembut. Topinya yang hitam dan mungil
bentuknya semakin menambah kecantikan wajahnya yang berkulit halus.
Tahu-tahu Vincent sudah meremas tangannya, sambil menggumam
dengan sikap tolol, "Oh, kau datang juga... kau sudah datang. Yah, akhirnya!"
"Tentu saja." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Betapa tenang suaranya! Betapa tenang!
"Kukira kau tak jadi datang," kata Vincent, sambil melepas tangan Theo dan
mengembuskan napas keras-keras.
Mata Theo terbuka... lebar, dan cantik Mata itu memancarkan keheranan, keheranan
seorang kanak-kanak. "Mengapa?" Vincent tidak menjawab. Dia berpaling dan memanggil seorang tukang angkut
barang. Mereka tak punya banyak waktu. Beberapa menit
kemudian, semuanya sibuk dorong-mendorong. Kemudian,
262 mereka duduk di kabin yang sudah dipesan dan rumah-rumah kumuh di kawasan London
selatan lewat cepat di luar sana.
II Theodora Darrell duduk di depannya. Akhirnya, wanita itu menjadi
miliknya. Dan, Vincent sadar, bahwa sampai detik terakhir dia masih belum yakin
benar. Dia tak berani membuat dirinya percaya. Sesuatu yang Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bersifat magis dan lembut pada diri wanita itu membuatnya takut.
Sepertinya tidak mungkin bahwa akhirnya wanita itu menjadi miliknya.
Sekarang, ketegangan sudah reda. Langkah yang takkan mungkin diulang sudah
diayunkan. Dia memandangi wanita di depannya. Theo bersandar nyaman di sudut,
diam tak bergerak. Senyum samar masih menghiasi
bibirnya, matanya tertunduk, bulu matanya yang panjang dan hitam
menyentuh lekuk pipinya. Vincent berkata dalam hati, "Apa yang dipikirkannya saat ini" Apa yang
dipikirkannya" Aku" Suaminya" Apa pikirnya tentang suaminya" Apakah dia masih
peduli pada suaminya" Atau, apakah dia tak pernah peduli"
Apakah dia membenci suaminya, atau dia acuh tak acuh padanya?" Dan seakan
sesuatu tiba-tiba menikam jantungnya, pikiran itu terlintas di benaknya "Aku tak
tahu. Aku takkan pernah tahu. Aku mencintainya, dan aku tak tahu
263 apa-apa tentang dia... apa yang dipikirkannya dan apa yang
dirasakannya." Pikiran Vincent berputar sekitar suami Theodora Darrell. Vincent kenal banyak
wanita yang suka menggunjingkan suami mereka... tentang suami-Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
suami yang selalu salah mengerti, tentang suami-suami yang mengabaikan perasaan
istrinya. Dengan sinis Vincent Easton berkata dalam hati, membicarakan suami
sendiri adalah kartu pembukaan yang paling sering dimainkan.
Tetapi, kecuali secara sambil lalu, Theo tak pernah menggunjingkan Richard
Darrell. Easton mengenal pria itu seperti orang lain mengenal dia.
Darrell seorang pria populer, tampan, dengan sikap tak peduli namun amat
memikat. Setiap orang menyukainya. Istrinya selalu bersikap baik padanya, begitu
pula sebaliknya. Tetapi, itu tidak membuktikan apa-apa, renung Vincent. Theo
seorang wanita terpelajar dan terdidik... dia takkan mengeluhkan masalah
pribadinya di depan umum.
Dan, di antara mereka berdua, tak satu kata pun pernah terucapkan. Sejak malam
kedua pertemuan mereka, ketika mereka berjalan-jalan di taman dalam keheningan,
dengan bahu bersentuhan, dan sejak Vincent
merasakan getaran yang mengguncangkan wanita itu ketika ia
menyentuhnya, tak perlu ada penjelasan, tak perlu ada pembatasan atas posisi
masing-masing. Theo menanggapi ciumannya. Theo... makhluk
lembut yang sekujur tubuhnya bergetar, dengan keindahan yang keras seperti
berlian, dengan kecantikan yang lembut bagaikan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
264 mawar, yang membuatnya begitu terkenal. Tak sekali pun dia bicara tentang
suaminya. Ketika itu, Vincent amat berterima kasih karena sikapnya itu. Vincent
senang karena tak harus mendengarkan alasan-alasan yang diajukan seorang wanita
yang ingin meyakinkan dirinya dan kekasihnya bahwa hubungan cinta mereka bisa
dibenarkan, Tetapi, sekarang sikap diam membisu itu membuatnya cemas. Sekali lagi dia merasa
panik karena sadar bahwa dia tak tahu apa-apa tentang
makhluk ini, yang dengan senang hati mengaitkan hidupnya dengan hidup Vincent.
Vincent merasa takut. Karena ingin meyakinkan diri sendiri, dia membungkukkan badan dan meletakkan
tangannya pada lutut yang tertutup gaun hitam itu. Sekali lagi dia merasakan
getaran samar yang mengguncangkan wanita itu. Vincent meraih tangan Theo. Sambil
membungkuk semakin dalam, diciumnya


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telapak tangan itu, ciuman yang lembut dan lama. Vincent merasakan jari-jari itu
bergetar, dan ketika dia menengadahkan wajahnya, mata mereka bersitatap. Mata
Theo memancarkan kelegaan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Vincent menyandarkan diri. Saat itu, tak ada lagi yang diinginkannya.
Mereka sudah bersama-sama. Wanita ini miliknya. Dan sekarang, dengan ringan dan
sambil lalu dia berkata, "Kau sangat diam?"
"Oh ya?" "Ya." Dia menunggu semenit penuh, kemudian berkata dengan nada lebih bersungguh-
sungguh, "Kau yakin kau tidak... menyesal?"
265 Mata Theo terbuka lebar mendengar itu. "Oh, tidak"
Vincent tak meragukan jawaban itu. Ada kesungguhan dan ketulusan di balik
jawaban itu. "Apa yang kaupikirkan" Aku ingin tahu."
Dengan suara lirih Theo menjawab, "Kurasa, aku takut."
"Takut?" "Takut akan kebahagiaan."
Vincent pindah ke sampingnya, lalu dipeluknya wanita itu dan diciumnya wajah dan
lehernya yang halus. "Aku cinta padamu," katanya. "Aku cinta padamu... cinta padamu."
Sebagai jawaban Theo membiarkan dirinya dipeluk dan bibirnya dicium.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kemudian Vincent kembali ke kursinya. Dia mengambil sebuah majalah, begitu pula
Theo. Sesekali, lewat bagian atas majalah, tatapan mereka beradu. Kemudian
mereka tersenyum. Mereka tiba di Dover tepat sesudah pukul 17.00. Mereka akan menginap semalam di
sana, lalu menyeberang ke daratan Eropa esok harinya Theo masuk ke ruang duduk
hotel itu bersama Vincent yang rapat di
belakangnya. Dia membawa dua koran sore yang kemudian
dilemparkannya ke meja. Dua pelayan hotel mengantarkan koper-koper mereka lalu
keluar. Theo, yang tadi memandang ke luar jendela, kini membalikkan badan.
Semenit kemudian mereka berpelukan."
266 Ada ketukan pelan di pintu, dan mereka melepaskan pelukan.
"Sialan," umpat Vincent, "sepertinya kita tak boleh berduaan."
Theo tersenyum. "Ya, memang," katanya lirih. Kemudian dia duduk di sofa, dan
mengambil salah satu koran sore.
Yang mengetuk ternyata pelayan yang mengantarkan teh. Diletakkannya teh itu di
meja, digesernya meja itu lebih dekat ke sofa, tempat Theo duduk.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ia mengedarkan pandangan sekilas, bertanya kalau kalau ada sesuatu yang harus
dilakukannya, kemudian keluar.
Vincent, yang tadi menyingkir ke kamar di sebelahnya, kembali ke ruang duduk.
"Hmm, saatnya minum teh," katanya riang, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti di
tengah ruangan. "Ada apa?" tanyanya.
Theo duduk tegak di sofa. Dia menatap ke depan dengan tatapan kosong, wajahnya
pucat pasi. Vincent berjalan cepat mendekatinya.
"Ada apa, Sayang?"
Theo mengulurkan koran itu kepadanya, jarinya menunjuk berita utama.
Vincent mengambil koran itu. "KEGAGALAN HOBSON, JEKYLL AND
LUCAS," dia membaca. Nama perusahaan besar itu mula-mula tak berarti apa-apa
baginya, meskipun entah di mana di dalam pikirannya dia sudah menduga bahwa itu
akan terjadi. Dia memandang Theo dengan pandang bertanya.
267 "Richard adalah Hobson, Jekyll and Lucas" jelas Theo. "Suamimu?" "Ya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Vincent membaca ulang berita itu dengan cermat. Frase-frase seperti
"mendadak bangkrut", "pengungkapan masalah-masalah yang lebih serius akan
muncul", "pengaruhnya terhadap perusahaan-perusahaan lain"-
semua itu membuatnya terpana.
Mendengar ada yang bergerak di dekatnya, dia mengangkat kepala. Theo sedang
bercermin sambil merapikan letak topi hitamnya. Dia berpaling ketika tahu
Vincent memandanginya. Dia membalas tatapan pria itu lekat-lekat.
"Vincent... aku harus mendampingi Richard."
Vincent terlompat kaget. "Theo... jangan konyol"
Wanita itu mengulangi kata-katanya tanpa emosi, "Aku harus
mendampingi Richard." "Tapi, kekasihku..." -
Theo mengayunkan tangannya ke arah koran yang kini tergeletak di lantai.
"Ini artinya kehancuran... bangkrut. Aku tak sunggup memilih hari ini-di antara
hari-hari lainnya-untuk meninggalkannya."
"Kau sudah meninggalkan dia sebelum mengetahui hal ini. Jangan ngawur!"
Dengan murung Theo menggeleng.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau tidak mengerti. Aku harus mendampingi Richard."
Vincent tahu, dia tak mungkin mengubah kepu
268 tusan itu. Sungguh aneh, makhluk selembut dan selentur ini, bisa bersikap sekaku
itu. Setelah bantahan yang pertama itu, Theo tidak membantah lagi.
Dibiarkannya Vincent mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Pria itu
memeluknya, mencoba mematahkan kekerasan kemauannya dengan
mempermainkan perasaannya. Tetapi, meskipun bibir Theo yang lembut membalas
kecupannya, Vincent bisa merasakan ada sesuatu pada diri wanita itu yang
bergerak menjauhinya, sesuatu yang keras dan tegar, yang tak mungkin ditaklukkan
betapa pun dia memohon-mohon.
Akhirnya dibiarkannya wanita itu pergi. Dia letih dan lelah karena usahanya yang
sia-sia. Dari memohon-mohon, sikapnya berubah menjadi pahit. Diumpat dan
dimakinya Theo dengan tuduhan tidak mencintainya.
Itu semua juga diterima Theo dengan tenang, tanpa protes. Wajah wanita itu
memancarkan rasa iba dan tak berdaya, membuktikan bahwa segala tuduhan Vincent
tidak berdasar. Akhirnya, kemarahan menguasainya; dilontarkannya kata-kata pedas
dan kasar, ingin sekali dia melukai wanita itu dan membuatnya bertekuk lutut.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Akhirnya, kata-kata pun habis; tak ada lagi yang bisa dikatakan. Vincent duduk
sambil memegangi kepalanya, menatap karpet merah yang
menutupi lantai. Di dekat pintu, Theodora berdiri, sosok bayang-bayang hitam
dengan wajah pucat seputih mayat.
Semuanya sudah berakhir. Theo berkata tenang, "Selamat tinggal, Vincent."
269 Vincent tidak menanggapi Pintu dibuka... lalu ditutup kembali
III Keluarga Darrell tinggal di sebuah rumah di Chel sea... sebuah rumah tua yang
menimbulkan teka-teki, di tengah-tengah kebun yang tidak terlalu luas. Di depan
rumah tumbuh sebatang pohon magnolia, kotor, tidak terawat, kusam, tapi tetap
sebatang pohon magnolia. Kira-kira tiga jam kemudian, Theo menengadah memandang pohon itu.
Dia berdiri di bawahnya, di kaki undakan. Tiba-tiba bibirnya tersenyum sedih.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia langsung masuk ke ruang kerja di bagian belakang rumah. Seorang pria sedang
berjalan mondar-mandir... seorang pria muda, berwajah tampan dengan ekspresi
murung. Lelaki itu berseru lega melihat Theo masuk.
'Terima kasih, Tuhan. Kau datang, Theo. Mereka bilang kau membawa koper dan akan
pergi ke luar kota, entah ke mana."
"Aku mendengar kabar itu dan aku kembali."
Richard Darrell memeluk istrinya dan membimbingnya ke kursi yang
empuk. Mereka duduk berdampingan. Theo melepaskan diri dari lengan yang
memeluknya. Sikapnya amat wajar.
"Seberapa burukkah, Richard?" tanyanya tenang.
"Buruk sekali... pokoknya buruk sekali."
"Ceritakan padaku!"
270 Richard kembali berjalan mondar-mandir sambil bicara. Theo duduk
memperhatikannya. Lelaki itu tidak tahu bahwa bagi Theo ruangan itu terlihat
samar, bahwa kata-katanya nyaris tak didengar, karena pikiran Theo melayang ke
sebuah kamar di sebuah hotel di Dover, sebuah kamar yang terlihat nyata dan
jelas di depan mata batinnya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Bagaimanapun juga, Theo berhasil menangkap inti cerita itu. Richard berbalik
lalu kembali duduk di sampingnya.
"Untunglah," katanya mengakhiri ceritanya, "mereka tak bisa mengutak-atik
perjanjian pernikahan kita. Rumah ini juga milikmu."
Theo mengangguk sambil merenung.
"Setidak-tidaknya kita masih punya rumah ini," katanya. "Jadi, tidak terlalu
buruk, bukan" Artinya, kita harus mulai dari awal lagi. Itu saja."
"Oh! Ya, benar. Ya."
Tetapi suaranya tidak mencerminkan kebenaran, dan tiba-tiba Theo
berpikir, "Ada sesuatu yang lain. Dia belum menceritakan semuanya."
"Tak ada lagi yang lainnya, Richard?" katanya lembut. "Tak ada yang lebih
buruk?" Setengah detik saja Richard ragu-ragu, kemudian katanya, "Lebih buruk"
Apa lagi yang bisa lebih buruk dari ini?"
"Aku tak tahu," kata Theo.
"Aku akan baik-baik saja," kata Richard, lebih untuk meyakinkan diri sendiri.
"Aku akan baik-baik saja, pasti."
Tiba-tiba ia memeluk Theo.
271 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku bersyukur kau ada di sini," katanya. "Semua pasti beres kalau kau ada di
sini. Apa pun yang terjadi, aku masih memiliki kau, ya, kan?"
Theo berkata lembut, "Ya, kau masih memiliki aku." Dan kali ini dibiarkannya
Richard memeluknya. Richard menciumi dan memeluknya erat-erat, seakan dengan cara yang aneh dia
mencari penghiburan dengan mendekatkan diri sedekat-dekatnya pada wanita itu.
"Aku memilikimu, Theo," katanya lagi, dan Theo menjawab seperti sebelumnya, "Ya,
Richard." Richard meluncur turun dari kursi lalu berlutut di lantai, dekat kaki istrinya.
"Aku letih sekali," katanya merajuk. "Ya, Tuhan, hari ini berat sekali.
Mengerikan! Aku tak tahu apa yang harus kulakukan kalau kau tak ada di sini.
Bagaimanapun juga, seorang istri adalah seorang istri, ya, kan?"
Theo tidak menanggapi, dia hanya mengangguk.
Richard meletakkan kepalanya pada pangkuan istrinya. Desah yang keluar dari
mulutnya seperti keluhan anak kecil yang letih dan bosan.
Theo berpikir lagi, "Ada sesuatu yang tidak dikatakannya padaku. Apa ya?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Secara spontan tangannya membelai-belai kepala Richard yang hitam. Ia
membelainya dengan lembut, seperti ibu membelai dan menghibur
putranya. Richard menggumam samar, "Aku akan baik-baik saja, sekarang, setelah kau di
sini. Kau takkan mengecewakan aku."
272 Napasnya menjadi pelan dan teratur. Dia tertidur. Tangan Theo masih membelai-
belai kepalanya. Tetapi, mata Theo menatap kegelapan di depannya, pandangannya kosong.
"Tidakkah lebih baik bagimu, Richard," kata Theodora, "kalau kauceritakan
semuanya padaku?" Itu tiga hari kemudian. Mereka sedang berada di ruang duduk, sebelum menikmati
makan malam. Richard menatapnya terpana, wajahnya memerah.
"Aku tak mengerti maksudmu," gelaknya.
"Kau tidak mengerti?"
Richard melirik istrinya sekilas.
"Tentu saja ada... eh... detail-detail tertentu."
"Aku harus tahu semuanya, ya kan, kalau aku diharapkan membantu?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Richard memandangnya dengan pandangan aneh.
"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku ingin kau membantuku?"
Theo agak kaget. "Richard sayang, aku ini istrimu."
Tiba-tiba Richard tersenyum, senyumnya yang khas, memikat, dan agak sembrono.
"Ya, kau istriku, Theo. Dan istri yang sangat cantik. Aku takkan tahan
berdampingan dengan wanita-wanita bertampang jelek."
Dia mulai lagi berjalan mondar-mandir, seperti kebiasaannya bila ada sesuatu
yang membuatnya khawatir.
"Aku takkan menyangkal bahwa dalam hal ter-
273 tentu kau benar," katanya tiba-tiba. "Ya, memang ada sesuatu."
Kata-katanya terputus. "Ya?" "Sulit sekali menjelaskan hal seperti ini kepada perempuan. Mereka biasanya
salah mengerti... keliru menafsirkan... ya, begitulah biasanya."
Theo tidak menanggapi. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dengar," Richard melanjutkan, "hukum adalah satu hal, dan benar atau salah
adalah hal yang lain lagi. Aku bisa saja melakukan sesuatu yang benar dan jujur,
tapi menurut kacamata hukum mungkin tidak begitu.
Sembilan dari sepuluh kemungkinan, semuanya baik-baik saja, dan pada yang
kesepuluh... kita terperosok."
Theo mulai mengerti. Dia berkata pada diri sendiri, "Mengapa aku tidak terkejut"
Apakah selama ini aku sudah tahu, jauh di dalam hati aku sudah tahu, bahwa dia
tidak beres?" Richard terus bicara. Dia menjelaskan panjang-lebar tentang dirinya, sesuatu
yang sebenarnya tak perlu dilakukannya. Yang Theo inginkan adalah pengakuan dan
pengungkapan detail-detail urusan ini, tanpa ditutup-tutupi secara berlebihan
seperti ini. Masalahnya ada hubungannya dengan bisnis properti besar-besaran di
Afrika Selatan. Apa tepatnya yang dilakukan Richard, Theo tidak ingin tahu.
Secara moral, Richard meyakinkannya, semua yang dilakukannya cukup adil dan terbuka; secara hukum...
nah, itu dia; tak mungkin dia mengelak dari fakta, dia telah menjerumuskan
dirinya sendiri 274 dengan menjadikan dirinya terkena tuduhan tindak kriminal.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sambil terus bicara, Richard berkali-kali melirik istrinya. Dia gugup dan salah
tingkah. Tetapi, dia masih berusaha membela diri dan mencoba menjelaskan panjang
lebar padahal dengan begitu kebenaran yang ingin disembunyikannya justru semakin
jelas terlihat. Akhirnya, runtuhlah pertahanannya. Mungkin karena tatapan Theo,
yang kadang-kadang seperti menuduhnya. Dia duduk tersuruk di kursi dekat perapian, kedua tangannya
memegangi kepala "Begitulah, Theo," katanya putus asa. "Apa yang bisa kaulakukan untuk
membereskan urusan ini?"


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Theo mendekatinya setelah sesaat ragu-ragu, kemudian berlutut di
samping kursi itu. dan menyandarkan kepalanya pada kepala suaminya.
"Apa yang bisa kita lakukan, Richard" Apa yang bisa kita lakukan?"
Richard memeluknya. "Maksudmu, kau bersedia" Kau tetap setia padaku?"
"Tentu saja. Sayangku, tentu saja."
Richard berkata, penuh haru dan tidak seperti kebiasaannya, "Aku ini.
maling, Theo. Begitulah aku, apa pun kata yang kaupilih... aku ini maling
biasa." "Jadi aku ini istri maling, Richard. Kita berjuang atau tenggelam bersama"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka diam beberapa saat. Tiba-tiba Richard kembali ke pribadinya yang asli.
275 "Dengar, Theo, aku punya rencana, tapi kita bicarakan nanti saja. Sekarang sudah
waktunya makan malam. Kita harus berganti pakaian. Kenakanlah gaunmu yang tipis
melayang itu... ya, yang model Caillot."
Theo menaikkan alis, tak mengerti.
"Untuk makan malam di rumah?"
"Ya, ya, aku tahu. Tapi aku menyukainya. Pakailah itu, kekasihku.
Melihatmu mengenakannya akan meringankan penderitaanku."
Theo masuk ke ruang makan dengan mengenakan gaun Caillot. Gaun itu terbuat dari
brokat halus, dengan pola jalinan benang emas, dan nuansa merah jambu pucat
untuk memberi kesan hangat pada warna krem-nya.
Punggungnya berpotongan amat rendah. Gaun itu dirancang untuk
memamerkan kelembutan dan kemulusan punggung Theo. Mengenakan
gaun itu, Theo benar-benar menjelma menjadi sekuntum magnolia.
Mata Richard memandanginya dengan hangat. "Kekasihku. Kau kelihatan hebat sekali
dalam gaun itu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka mulai menikmati makan malam. Sepanjang malam Richard
kelihatan gugup dan salah tingkah, dia bercanda dan tertawa-tawa tanpa arah
tertentu, seakan-akan berusaha keras mengusir kegundahannya.
Beberapa kali Theo mencoba mengalihkan pembicaraan ke pokok masalah mereka, tapi
Richard selalu menghindar.
Lalu tiba-tiba... ketika Theo bangkit hendak kembali ke kamarnya, Richard
langsung bicara tentang persoalan mereka.
276 "Jangan, jangan pergi dulu. Ada yang ingin kukatakan. Tentang urusan yang rumit
ini." Theo kembali duduk.
Richard bicara cepat. Kalau mereka beruntung, masalah ini bisa dipeti-eskan. Dia
telah menghapus jejaknya dengan cukup cermat. Asalkan
berkas-berkas tertentu tidak sampai ke tangan yang berwenang....
Sampai di sini dia sengaja berhenti.
"Berkas-berkas?" tanya Theo tak mengerti. "Maksudmu, kau akan menghancurkannya?"
Richard menyeringai. "Aku akan langsung memusnahkannya kalau aku bisa memperolehnya.
Itulah masalahnya!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Di tangan siapa berkas-berkas itu?"
"Seorang lelaki yang sama-sama kita kenal... Vincent Easton."
Theo berseru tertahan, lirih sekali. Dia berusaha menahan diri, Richard sudah
telanjur tahu. "Aku curiga, dia sudah lama tahu urusan ini. Itu sebabnya kuundang dia ke sini.
Kau mungkin masih ingat, kuminta kau bersikap ramah padanya."
"Aku ingat," kata Theo.
"Entah mengapa, sepertinya aku tak bisa berteman baik dengannya. Aku tak tahu
mengapa. Tetapi dia menyukaimu. Atau tepatnya, dia sangat menyukaimu."
Theo berkata dengan suara yang sangat jernih, "Memang."
"Ah!" seru Richard senang. "Bagus sekali. Sekarang kau mengerti, ke mana arah
rencanaku. Aku 277 yakin, kalau kau mau pergi menemui Vincent Easton dan memintanya
memberikan berkas-berkas itu, dia pasti tak bisa menolak. Kau amat cantik...
mana ada lelaki yang tahan menghadapi wanita cantik seperti kau."
"Aku tak bisa melakukannya," tukas Theo cepat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ah, omong kosong."
"Ini tak bisa ditawar-tawar."
Wajah Richard pelan-pelan memerah... merah berbercak-bercak. Theo tahu, suaminya
sedang marah. "Kekasihku, kurasa kau tak mengerti bagaimana posisimu. Kalau urusan ini sampai
terbongkar, aku bisa dipenjara. Hancur... terhina."
"Vincent Easton takkan menggunakan berkas itu untuk menjatuhkanmu.
Aku berani jamin itu."
"Bukan itu masalahnya. Dia mungkin tidak sadar bahwa berkas-berkas itu mengancam
aku. Berkas itu hanya akan bermanfaat kalau dihubungkan dengan... dengan
masalahku... dengan angka-angka yang pasti akan
mereka temukan. Oh! Aku tak mungkin menjelaskan sampai ke detail-
detailnya. Dia akan menghancurkan aku tanpa tahu apa yang sebenarnya dia
lakukan, kecuali ada seseorang yang memberitahu dia."
"Kau bisa melakukannya sendiri. Tulis surat padanya."
"Tak ada gunanya! Tidak, Theo, kita hanya punya satu harapan. Kau adalah kartu
as-ku. Kau istriku. Kau harus membantuku. Pergilah
menemui Easton, malam ini juga..."
278 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Theo menjerit tertahan. "Jangan malam ini. Mungkin besok saja."
"Ya, Tuhan. Theo, tidakkah kau mengerti" Besok mungkin sudah terlambat.
Kalau kau bisa pergi sekarang... sekarang juga... ke kamar Easton." Richard
memperhatikan, Theo kelihatan enggan, dan dia berusaha meyakinkannya.
"Aku tahu, sayangku, aku tahu. Ini sungguh perbuatan tak bermoral. Tapi, ini
masalah hidup atau mati. Theo, kau tidak akan menjerumuskan aku, bukan" Kau
bilang, kau akan lakukan apa pun untuk menolongku...."
Theo mendengar dirinya berkata dengan suara keras dan kaku. "Tidak, yang seperti
ini tidak. Ada banyak alasan."
"Ini urusan hidup atau mati, Theo. Sungguh. Lihat!"
Richard membuka laci meja, lalu mengeluarkan sepucuk pistol. Kalau perbuatannya
itu hanya sandiwara belaka itu luput dari pengamatan Theo.
"Kalau kau tidak mau, aku akan bunuh diri. Aku takkan sanggup menghadapi
pengadilan. Kalau kau tak mau memenuhi permintaanku,
sebelum fajar menyingsing besok aku sudah jadi mayat. Aku bersumpah itulah yang
akan terjadi." Theo menjerit lirih. "Jangan, Richard, jangan!"
"Kalau begitu, tolong aku."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Richard melemparkan pistol itu ke dalam laci, lalu berlutut di samping istrinya
"Theo kekasihku... kalau kau cinta padaku... kalau kau pernah mencintaiku...
lakukanlah ini demi aku. Kau istriku, Theo, aku tak punya siapa-siapa yang bisa
kumintai tolong." 279 Richard terus membujuknya, suaranya lembut, memohon-mohon.
Akhirnya, Theo mendengar dirinya berkata, "Baiklah!..."
Richard membimbingnya keluar dan memanggilkan taksi.
IV "Theo!" Vincent Easton terlompat karena kaget campur gembira. Theo berdiri di ambang
pintu. Mantel bulu cerpelainya terjulai menutupi bahu. Belum pernah aku
melihatnya secantik ini, kata Easton dalam hati.
"Akhirnya kau datang lagi."
Theo mengulurkan tangannya, menghentikan langkah Easton yang
mendekatinya. "Tidak, Easton, ini tidak seperti yang kaukira."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Suara Theo rendah dan tergesa-gesa.
"Aku kemari karena suamiku. Dia menduga ada berkas-berkas yang mungkin... akan
mencelakakan dia. Aku datang untuk meminta berkas itu darimu."
Vincent berdiri terpaku, memandangi wanita itu. Kemudian dia tertawa pendek.
"Oh, begitu ya" Waktu itu aku merasa sudah pernah mendengar nama-nama Hobson,
Jekyll and Lucas, tapi saat itu aku tak bisa mengingatnya.
Aku tak tahu suamimu ada hubungannya dengan perusahaan itu. Di sana, masalah ini
sudah cukup lama muncul di permukaan. Aku ditugaskan
untuk 280 menyelidikinya. Aku mencurigai adanya persekongkolan. Tak pernah
terpikirkan hubungannya dengan Orang yang duduk di kursi paling atas."
Theo diam saja. Vincent menatapnya penuh ingin tahu.
"Ini tak ada bedanya bagimu, kan?" tanyanya. "Bahwa... hmm, baiklah aku katakan
dengan terus terang, bahwa suamimu seorang penjahat?"
Theo menggeleng. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku tak mengerti," kata Vincent. Kemudian dia menambahkan dengan tenang,
"Maukah kau menunggu satu-dua menit" Akan kuambilkan berkas-berkas itu."
Theo duduk di kursi. Vincent pergi ke ruang sebelah Tak lama kemudian dia
kembali dan mengulurkan sebuah bungkusan kecil ke tangan Theo.
"Terima kasih," kata Theo. "Kau punya korek api?"
Setelah menerima sekotak korek api dari Vincent, Theo berlutut di depan
perapian. Ketika berkas itu telah berubah menjadi seonggok abu, dia berdiri.
"Terima kasih," katanya.
"Kembali," jawab Vincent dengan sikap resmi. "Izinkan aku memanggilkan taksi
untukmu." Diantarkannya Theo sampai masuk ke dalam taksi, dan ditunggunya
sampai taksi itu meluncur pergi. Sebuah percakapan yang ganjil dan formal.
Setelah yang pertama, mereka bahkan tak berani saling
memandang. Hmm, beginilah akhirnya. Semuanya sudah berakhir. Dia
akan pergi jauh, ke luar negeri, dan berusaha melupakan wanita itu 281
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Theo mencondongkan badannya ke depan dan bicara kepada Sopir taksi.
Dia merasa tak sanggup langsung pulang ke Chelsea. Dia harus
menenangkan diri dulu. Bertemu dengan Vincent lagi telah
mengguncangkan pertahanannya. Kalau saja... kalau saja.... Tapi
dikuatkannya hatinya. Dia tidak mencintai suaminya... tapi dia harus setia.
Suaminya sedang jatuh... dan dia harus membelanya, dia harus berada di sisinya.
Apa pun yang mungkin telah dilakukannya, Richard mencintainya; kejahatan yang
dilakukannya memang merugikan masyarakat, tapi itu tidak ditujukan kepadanya.
Taksi terus melaju menyusuri jalan-jalan di kawasan Hampstead Mereka sampai ke
heath, dan menghirup udara yang sejuk. Embusan angin dingin menyegarkan pipi
Theo. Sekarang, ketenangannya sudah pulih. Dia sudah dapat menguasai diri lagi.
Taksi meluncur kembali ke Chelsea.
Richard keluar untuk menyambutnya di selasar.
"Bagaimana?" katanya menuntut. "Lama sekali kau pergi."
"Oh, ya?" "Ya... lama sekali. Apakah... semuanya beres?" Dia mengikuti istrinya, matanya
memancarkan kelicikan hatinya. Tangannya gemetar.
"Apakah... apakah semuanya beres?" ulangnya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sudah kubakar." i
"Oh!" Theo pergi ke ruang kerja, lalu menenggelamkan diri di sebuah kursi besar yang
nyaman. Wajahnya pucat pasi dan seluruh tubuhnya lunglai karena 282
letih, jasmani maupun rohani. Dia berkata pada diri sendiri, "Kalau saja aku
bisa tidur sekarang dan tak pernah, tak pernah bangun lagi!"
Richard mengawasinya. Pandangannya, malu-malu, waspada, beralih-alih antara
istrinya dan ruangan di sekitarnya. Theo tidak menyadari hal itu.
Dia tak peduli pada keadaan di sekelilingnya.
"Semuanya beres, kan?"
"Sudah kukatakan padamu, bukan?"
"Kau yakin, memang itu berkasnya" Kau memeriksanya?"
'Tidak." "Tapi..." "Aku yakin. Itu saja. Jangan ganggu aku, Ri-chard Aku tak mau diganggu lagi
malam ini." Richard nampak gugup. "Ya, ya. Aku mengerti."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia berjalan mondar-mandir dengan gelisah dan salah tingkah. Tiba-tiba dia
berbalik lalu mendekati Theo. Diletakkannya tangannya pada bahu istrinya. Theo
menyingkirkan tangan itu.
"Jangan sentuh aku." Theo mencoba tertawa. "Maaf, Richard. Aku sedang tegang
sekali. Aku merasa tak sanggup disentuh seseorang."
"Aku tahu. Aku mengerti."
Richard kembali mondar-mandir.
"Theo," katanya tiba-tiba. "Maafkan aku."
"Apa?" Theo mengangkat wajahnya, agak kaget.
"Seharusnya aku tidak menyuruhmu pergi ke sana malam-malam begini.
Aku tak pernah membayangkan kau akan mengalami sesuatu yang... tidak
menyenangkan." 283 "Tidak menyenangkan?" Theo tertawa. Kata itu membuatnya merasa geli.
"Kau tak tahu! Oh, Richard, kau tak tahu!"
"Aku tak tahu apa?"
Theo berkata dengan sungguh-sungguh, sambil memandang lurus ke
depan, "Apa yang sudah kukorbankan malam ini."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya, Tuhan! Theo! Aku tidak bermaksud.... Kau... kau melakukannya demi aku" Aku
si anjing buduk! Theo... Theo... aku tak menduga. Aku tak mengira. Ya, Tuhan!"
Sekarang dia berlutut di samping istrinya Dia bicara tergagap-gagap Dipeluknya
istrinya, dan Theo berpaling memandangnya dengan
pandangan kaget, seakan baru saat itu dia benar-benar mengerti apa yang ada di
pikiran suaminya. "Aku... aku tak pernah bermaksud..."
"Kau tak pernah bermaksud apa, Richard"'
Suara Theo membuat Richard kaget.
"Katakan. Apa yang tak pernah kaumaksudkan?"
"Theo, mari kita bicara hal lain saja Aku tak ingin tahu. Aku ingin tak pernah
memikirkannya." Theo menatapnya lekat-lekat, sekarang dengan kesadaran penuh. Suaranya jelas dan
jernih, "Kau tak pernah bermaksud... apa yang kaukira telah terjadi?"
"Itu tak terjadi, Theo. Tolong katakan, itu tak pernah terjadi."
Theo masih menatapnya lekat-lekat, sampai dia mengerti maksud yang sebenarnya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau pikir bahwa..."
284 "Aku tak ingin..."
Theo menukas kata-katanya, "Kaupikir Vincent Easton minta bayaran untuk berkas-
berkas itu" Kaupikir aku... membayarnya?"
Richard berkata dengan lemah dan bimbang, "Aku... aku tak pernah mengira bahwa
dia orang seperti itu."
"Oh, ya?" Theo memandang suaminya menuntut jawab. Richard langsung tertunduk,


Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak kuasa membalas tatapan Theo. "Mengapa kau menyuruhku mengenakan gaun ini
malam ini" Mengapa kau menyuruhku pergi ke sana sendirian pada malam selarut
ini" Kaukira dia... dia tertarik padaku" Kau ingin menyelamatkan dirimu...
dengan segala cara dan dengan taruhan apa pun... bahkan dengan mempertaruhkan
kehormatanku." Dia bangkit berdiri.
"Aku mengerti sekarang. Kau sudah merencanakannya sejak semula... atau, setidak-
tidaknya kau melihat itu sebagai suatu kemungkinan, dan itu tidak membuatmu
mundur." "Theo..." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau tak bisa menyangkalnya, Richard. Kukira aku sudah mengerti segala sesuatu
tentang dirimu, bertahun-tahun yang lalu. Sejak semula aku sudah tahu ada yang
tidak beres pada dirimu. Tetapi, kukira kau akan selalu jujur padaku
285 "Theo..." "Bisakah kau menyangkal apa yang baru saja kukatakan?"
Richard terdiam, tidak seperti biasanya.
"Dengar, Richard. Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu. Tiga hari yang lalu,
ketika masalah ini menimpamu, para pelayan menyampaikan padamu bahwa aku pergi
jauh... pergi ke pedesaan. Itu tidak sepenuhnya benar. Aku pergi jauh bersama
Vincent Easton...." Richard menggumamkan kata-kata yang tidak jelas. Theo mengangkat
tangannya, menghentikan suaminya.
"Tunggu. Kami sudah sampai ke Dover. Aku membaca koran dan aku menyadari apa
yang terjadi. Lalu, seperti kau tahu, aku kembali."
Dia berhenti bicara, Richard meraih pergelangan tangannya. Matanya yang berapi-api menatap Theo
lekat-lekat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau kembali... tepat pada waktunya?"
Theo tertawa pendek, tawa yang pahit.
"Ya, aku kembali, seperti katamu, 'tepat pada waktunya', Richard."
Suaminya melepaskan pegangannya. Richard berdiri dekat perapian,
wajahnya tengadah. Dia kelihatan amat tampan dan aristokratik.
"Dalam hal itu," katanya, "aku bisa memaafkanmu."
"Aku tak bisa."
Kata-kata itu terdengar jelas sekali. Dalam keheningan, kata-kata itu terdengar
bagaikan ledakan 286 bom. Richard terkejut, terlompat ke depan, matanya terbelalak, dan dagunya
melorot menjijikkan. "Kau... eh... apa katamu, Theo?"
"Aku bilang, aku tak bisa memaafkannya! Dengan meninggalkan kau untuk pergi
bersama pria lain. Aku berdosa... tidak secara teknis, mungkin, tapi dalam wujud
niat, dan itu sama saja. Tetapi, kalau aku berdosa, aku berdosa karena cinta.
Kau, kau tak pernah setia padaku sejak kita menikah.
Oh ya, aku tahu. Itu bisa kumaafkan, karena aku percaya akan cintamu padaku.
Tetapi, apa yang kaulakukan malam ini benar-benar berbeda. Itu Koleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
perbuatan yang menjijikkan, Richard... sesuatu yang tak mungkin
dimaafkan oleh seorang wanita. Kau telah menjual diriku, istrimu sendiri, demi
keselamatanmu sendiri!"
Theo mengambil mantel bulu cerpelainya, kemudian berdiri dan berjalan ke pintu.
"Theo," seru Richard tergagap, "mau ke mana kau?"
Wanita itu berpaling dan memandangnya lewat bahunya.
"Dalam hidup ini, kita semua harus membayar, Richard. Untuk dosaku aku harus
membayar dengan hidup dalam kesepian. Untuk dosamu... yah kau berjudi dan
mempertaruhkan segala yang kaucintai, dan kau kalah!"
"Kau benar-benar mau pergi?"
Theo mengambil napas dalam-dalam.
"Menuju kebebasan. Tak ada lagi yang mengikatku di sini."
287 Richard mendengar pintu ditutup. Abad demi abad berlalu, atau... apakah itu
hanya beberapa menit" Sesuatu melayang jatuh di luar jendela...
kuntum terakhir bunga magnolia lembut, wangi...
TAMAT Koleksi ebook inzomnia Pendekar Misterius 1 Mustika Lidah Naga 1 Tengkorak Maut 23
^